Temen2 yg dpt beasiswa hrs bersyukur dan tdk usah mempermasyalahkan Renumerasi dipotong 50%, krna saya sendiri yg pernah dpt bea siswa pada tahun 90an bersama temen 2 lain Dep keu tdk diberikan TPKN ((dipotong 100%) tapi kami tdk pernah mengeluh memang itu kebijakan Depkeu. Kita harus bisa mengambil hikmahnya saja.
suba sita <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Assalamualaikum ww, Mas Surya Panuntun, *** Prolog... Karena nama saya di sebut, maka pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan pendapat dan pengalaman pribadi saya: Kalau kita buka2 arsip milis pd forum ini sebenarnya masalah ini sudah di bahas habis2an waktu itu. Jadi kalau mau membahas kembali tinggal buka saja arsip surat yang ada. Sekedar mengulang kembali, bahwa kebijakan pemberian TKPKN bukan merupakan kebijakan DJPB tetapi kebijakan Dep Keu. Jadi pada unit eselon I lain di lingkungan Dep Keu, pegawai yg TB juga mengacu pada peraturan yang sama. Yaitu mendapat TKPKN 50 %. Jadi kalau ingin mempertanyakan masalah ini seyogyanya ke Departemen,mengapa demikian. *** Menurut saya, lulus suatu program tugas belajar dari suatu instansi pemerintah adalah merupakan kebanggaan. Tidak terkecuali bagi SDM di DJPB. Betapa tidak, program TB sangat terbatas jumlahnya, sementara persaingan begitu ketat. Yang kepingin begitu banyak. Tapi tidak semua memperoleh keberuntungan yang sama. Biaya per "student" sangat mahal. Ini di pikul oleh rakyat melalui alokasi anggaran APBN. Karena merupakan program yg di buat oleh organisasi, kedepannya pastinya lebih jelas bagi para peserta yg beruntung tadi. Ketika kita akan mengikuti tes tugas belajar, pasti kita sudah membuat kalkulasi yang komprehensip, dengan segala konsekwensinya. Termasuk konsekwensi finansial tentunya. Karena aturannya sudah jelas. Mengambil atau mengundurkan diri adalah pilihan2 itu. Sebaiknya dalam menentukan pilihan itu kita juga harus memperhitungkan untuk jangka waktu jauh kedepan. Tidak terjebak pada kondisi sesaat. Disisi lain, banyak diantara kita yang kurang beruntung. Mereka tidak berhasil memenangkan bea siswa yg memang terbatas jumlahnya. Tetapi tetap bersemangat untuk mengikuti pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atas inisiatif dan dengan biaya sendiri. Ada yg membiayainya dengan kredit dari perbankan dg jaminan SK, ada yg pinjam mertua, pinjam saudara dsb. Mereka tidak pernah mengeluh ( mungkin mengeluh juga dan tetap bermunajat kepada Tuhan, tanpa kita mengetahuinya). Semua itu untuk apa??? Dari pengamatan saya, diamati dari perjalanan karir, yang sekolah lebih beruntung dan mapan daripada yang tidak sekolah. Pada saat tugas belajar dipilih, dan kita berpikir jauh kedepan, mungkin kita teringat pada suatu peribahasa "berakit-rakit ke hulu berenang renang ketepian, bersakit sakit dahulu besenang senang kemudian". Tapi ada juga yg tidak mau berakit rakit kehulu, maunya langsung berenang di kolam renang. Saya pribadi, dulu memilih mengambil Tugas Belajar, ketika saya lulus tes. Dengan seluruh risiko yg hrs saya hadapi ketika itu. Sekali saya memutuskan untuk itu saya tidak pernah menyesal, walaupun harus "prihatin" saat itu. Bersyukur saya dapat melewatinya. Sekarang saya jadi dapat lebih memaknai peribahasa diatas. Mudah2 an cerita saya ini tidak di tanggapi "lain Kedu lain Semarang", lain dulu lain sekarang. Semoga ada manfaatnya. Wassalam, Subasita --- surya_panuntun <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Kedua, saya ingin sekadar bercerita kepada Mas > Musukhal, bahwa salah > seorang teman saya dipotong TKPKNnya bukan karena > tidak masuk kerja, > > Ketentuan ini, setahu saya, diberlakukan/dituntut > oleh Pemberi TKPKN, > dalam hal ini Departemen Keuangan. Jadi, alangkah > tidak bijaksananya > bila Kanpus Ditjen Perbendaharaaan 'dipersalahkan' > karena mentaati > ketentuan Si Pemberi. > > > > Jadi, saya kira > apabila Kanpus mempersyaratkan penerima beasiawa > untuk menandatangani > perjanjian merupakan suatu kewajaran. > Selain itu, saya kira, tidak ada paksaaan dalam > penandatanganan > perjanjian itu. Bila ada yang tidak setuju, > silahkan tidak > menandatangani. Bila masih ragu, silakan dipelajari, > sampai bisa > memutuskan untuk tanda tangan atau tidak. > Namun, bila kedua belah telah sepakat, mau tidak mau > dan suka tidak > suka, komitmen tersebut mutlak ditegakkan. > > > > > > --- In forum-prima@yahoogroups.com, "musukhal" > <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > Yth. Para milister & siapa saja yang berwenang > dengan issue ini > > > > Postingan tentang TKPKN bagi para pelaksana TB, > menguak lagi luka saya > > yang sudah hampir sembuh. Untuk menghindari luka > ini dialami para > > pegawai lainnya, di masa-masa mendatang, sebaiknya > Kanpus mengingatkan > > konsekuensi-konsekuensi administratif (termasuk > potongan 50% TKPKN) > > bagi para penerima beasiswa dalam dan luar negeri. > ________________________________________________________ Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di di bidang Anda! Kunjungi Yahoo! Answers saat ini juga di http://id.answers.yahoo.com/ --------------------------------- You rock. That's why Blockbuster's offering you one month of Blockbuster Total Access, No Cost. [Non-text portions of this message have been removed]