Assalamu'alaikum wr.wb.,
      
      
Lembang Alam
 
17. MELONTAR JUMRAH (1)

Menjelang jam empat kami sampai di Mina. Mina masih
ramai sekali dengan jamaah yang datang dan pergi untuk
melontar.  Sejauh mata memandang dari depan kompleks
tenda-tenda kami, yang terlihat adalah ribuan manusia.
Baik yang di jalan maupun yang berada di jalur
jamarat, di bagian bawah. Semua bergerak. Ada yang
baru datang ada yang mau berangkat pergi. Yang juga
menarik perhatian saya adalah suara sirine ambulans
yang tetap ramai. Apakah sampai sore hari ini masih
ada lagi korban? 

Kami langsung menuju ke tenda. Rencananya kami akan
melontar sesudah shalat ashar nanti. Begitu sampai
salah satu jamaah bercerita bahwa dia baru saja
menerima sms dari Jakarta yang mengatakan peristiwa
musibah Mina sudah ditayangkan  tv Indosiar. Katanya
lebih dua ratus empat puluh orang korban meninggal dan
sebagian besar orang Indonesia. Innaa lillahi wa innaa
ilaihi raaji’uun. Cerita tentang bagaimana musibah itu
terjadi agak simpang siur.

Ingatan saya kembali melayang ke tahun sembilan puluh.
Waktu itu terjadi musibah yang paling besar di
terowongan Mina, juga tanggal 10 Zulhijjah. Ketika itu
jamaah yang datang dari melontar dan yang akan pergi
melontar sama-sama berada dalam terowongan yang
panjang itu. Tiba-tiba entah karena apa, konon lampu
penerangan dalam terowongan itu mati. Terjadi
kepanikan di kalangan para jamaah. Itulah yang jadi
pangkal terjadinya musibah yang menyedihkan itu.
Ribuan jumlahnya korban yang jatuh  ketika itu dan 
dari jamaah Indonesia juga yang terbanyak.  Saya
sendiri pada waktu terjadinya musibah itu masih berada
di dalam bus yang tidak kunjung menemukan  lokasi
tenda kami. Bus itu berputar-putar di sekitar Mina
sejak jam enam pagi sampai jam sebelas siang ketika
akhirnya kami diturunkan kira-kira tiga ratus meter
dari tenda jamaah Indonesia  yang ditandai dengan
bendera merah putih. Selama tertahan dibawa hilir
mudik oleh bus itu terdengar suara sirine ambulans
tidak pernah berhenti-henti. Kami baru tahu bahwa
terjadi musibah dahsyat keesokan harinya dari jamaah
yang membaca koran terbitan Saudi.

Melontar jumrah, khususnya pada hari pertama (tanggal
10 Zulhijjah) dan hari ketiga (12 Zulhijjah) memang
perlu keberhati-hatian ekstra karena jumlah jamaah
yang ingin mengerjakannya pada waktu afdal (waktu
dhuha untuk yang pertama dan segera setelah masuk
waktu zuhur untuk yang kedua). Tanggal 10, jamaah
ingin cepat-cepat pergi melontar kemudian sesegera
mungkin pula turun ke Makkah untuk thawaf ifadha.
Tanggal 12, mereka yang akan segera meninggalkan Mina
(nafar awal) berebutan untuk secepatnya pergi
melontar. Yang pertama lebih sulit lagi karena jumrah
yang dilontar hanya satu (jumrah Aqabah) dan dari
setengah sisi pula. Disinilah tingkat ‘kesulitan’nya
bertambah. Namun satu hal yang perlu disadari, ada,
bahkan lebih banyak musim haji dimana korban yang
jatuh pada saat melontar itu bisa diabaikan. Artinya,
dengan keberhati-hatian khusus, insya Allah bisa
selamat. 

Bagaimana dong terjadinya kecelakaan itu? Seberapa
jauh tanggung jawab aparat keamanan Saudi untuk
mengamankan pelaksanaan ibadah tadi? Bagi yang belum
melaksanakan haji, mungkin tidak bisa membayangkan
bagaimana keadaannya ketika ratusan ribu umat manusia
berkumpul kesatu titik yang relatif sempit pada saat
yang hampir bersamaan dengan tujuan yang sama pula.
Jumlah itu benar-benar ratusan ribu, dua ratus ribu,
tiga ratus ribu dari dua setengah juta jumlah jamaah
haji, berdesak-desak. Bagaimana petugas keamanan akan
mengamankan manusia sebanyak itu dan berapa banyak
petugas yang harus diadakan? Hampir tidak mungkin
mereka dikerahkan untuk mengawalnya dan lalu dengan
pengawalan diharapkan keadaan akan menjadi aman.
Petugas keamanan ada disekitar sana (asykar, polisi)
tapi tidak banyak yang bisa mereka perbuat. Lalu
bagaimana dong? Lingkungan melontar itu bisa dianggap
aman sampai ke jarak dua puluh sampai tiga puluh meter
ke dekat jumrah yang akan dilempar karena sampai titik
itu arus gelombang manusia masih searah. Di dalam
radius dua puluhan meter barulah suasananya rawan
karena sebagian dari jamaah itu berbalik setelah
selesai melontar. Selama masing-masing individu
menguasai suasana, berusaha untuk lentur dengan
dorongan-dorongan orang banyak untuk mencari celah,
seperti yang umumnya dilakukan oleh sebagian besar
jamaah, insya Allah akan selamat. Tapi jangan cepat
panik, jangan melawan arus, jangan membuat
gerakan-gerakan yang membahayakan seperti mengambil
barang jatuh, karena hal-hal inilah yang sering
menimbulkan bencana. Suasana panik sangat buruk 
akibatnya. Itulah yang terjadi di terowongan Mina
tahun sembilan puluh. Orang-orang panik yang menerjang
kemana saja, menimbulkan kepanikan baru dikalangan
yang di terjang, akhirnya berubah menjadi malapetaka,
ketika orang-orang yang terjatuh tidak dapat bangkit
menyelamatkan diri, akhirnya menjadi korban
terinjak-injak.

Melontar jumrah tidak mungkin di drop dari wajib haji.
Orang akan tetap datang untuk melakukannya kesana biar
sudah banyak jatuh korban sekalipun. Pemerintah Saudi,
yang menurut pandangan netral saya,  sudah berbuat
sangat banyak untuk kemashlahatan jamaah haji dari
seluruh pelosok bumi Allah ini, tengah merencanakan
membuat tempat melontar itu menjadi tujuh tingkat
untuk mengantisipasi musim-musim haji masa mendatang.

                                        ****

Sesudah mandi dan shalat ashar kami yang sepuluh orang
ditambah pak W, pergi melontar. Orang tetap masih
ramai. Saya mengajak semua anggota berdoa
khusyuk-khusyuk untuk keselamatan bersama. Sebagai
manusia biasa ada juga rasa ketar-ketir di hati saya.
Tapi sudahlah, kepada Allah saya bertawakkal.

Kami mendekati jumrah itu sampai jarak sepuluh meter.
Jarak yang relatif  aman pada saat itu. Setelah itu
saya kawal istri dan anak-anak saya satu persatu untuk
melontar dari jarak yang lebih dekat, kira-kira lima
meter dari jumrah. Kami terdorong-dorong waktu
mendekat itu, tapi alhamdulillah selamat. Saya
berusaha untuk berdiri kokoh dengan membuka kaki waktu
melindungi mereka. Akhirnya kami berhasil
menyelesaikan lontaran itu dan kembali ke tenda.

                        ****




=====

St. Lembang Alam



__________________________________
Do you Yahoo!?
Yahoo! Mail - More reliable, more storage, less spam
http://mail.yahoo.com
____________________________________________________
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
____________________________________________________

Kirim email ke