Bisa iya bisa tidak, Re: [Keuangan] Does capitalism lead to democracy, and how?

2007-08-03 Terurut Topik nazar
Saya cuma numpang kasih celoteh aja nie,

Saya bingung mau mulai dari mana, yang jelas pertanyaan yang muncul
adalah capitalism dan demokrasi seperti apa yang kita inginkan? Lalu 
istilah freedom di hubung2xkan dengan capitalism dan demokrasi, maka
pertanyaan yang muncul apa iya kebebasan yang sebebas2xnya? 

Bicara tentang kebebasan maka saya yakin semua orang menginginkan
kebebasan itu. Bebas berpikir dan bertindak (semau gue). Tapi jika
tidak ada batasan2x biasanya kebebasan itu malah akan menjadi anarkis
dan kriminal. Seperti pertandingan sepak bola dan tinju yang saya
tonton tadi malam, jika tanpa wasit dan regulasi maka saya yakin para
pemain tersebut akan ada yang bersimbah darah bahkan meregang nyawa.
Karena ambisi2x yang memotovasi kita untuk berpikir dan bertindak
terkadang menjadikan nurani manusiawi terlupakan.

Jika dicermati pelanggaran2x yang dilakukan oleh pemain sepak bola tsb
misalnya, bukan berarti karen mereka tidak mengerti aturan2x
pertandingan. Tetapi dikarenakan begitu bersemangatnya bermain dan
begitu besarnya ambisi untuk menang maka terkadang akal sehatnya
hilang (pikiran seseorang itu bersifat kondisional).

Demokrasi itu secara sederhana bisa dikatakan "semua orang
senang/menyetujui" atau bisa jadi Adil. Jika dicermati pada dasarnya
tidak ada adil yang sebenar2x adil dan tidak ada semua orang senang.
Mengapa? karena dunia ini memang aneh :-). Lalu bagai mana seharusnya?   
Ingat kurval Supply dan Demand? yang terpenting adalah titik
Equilibiriumnya. Dan realitanya titik Equilibirium itu tidak dinamis,
(selalu terjadi fluktuasi harga). Lalu bagai mana seharusnya? Tanya
saja pada rumput yang bergoyang. :-)


Nazar
http://sejagad.com/NazaR





Re: [Keuangan] Does capitalism lead to democracy, and how?

2007-08-03 Terurut Topik Prasetyantoko
Bung WK, 
  Saya juga sedang belajar, termasuk dari posting-posting rekan-rekan di 
mailist ini. 
   
  Benar bahwa salah satu fondasi penting dari yang namanya "ekonomi institusi" 
adalah pemikiran Douglass North, yang menempatkan dinamika ekonomi dalam 
konteks historisitas dan konteks institusi (kebiasaan, sistem hukum, budaya 
dsb) sebuah "nation". Sejauh yang saya tahu, North sedikit banyak terpengaruh 
dengan J.A. Schumpeter soal "path-dependence": dinamika ekonomi di hari ini tak 
lain adalah resultante dari dinamika di masa lalu. 
   
  Tapi, bacaan yang secara lugas mengutarakan soal variasi sistem kapitalisme, 
beberapa di antaranya adalah Hall and Soskice dengan konsep VoC (variety of 
capitalism), atau Robert Boyer yang menulis buku dalam bhs Prancis dg judul 
"Apa Teori tentang Kapitalisme itu Mungkin?". Teori-teori ini bermuara pada 
heterodoxy dalam ekonomi yang mencoba memberikan alternatif  terhadap 
pemikiran-pemikiran standard yang menjadi arus utama dalam ekonomi. 
   
  Saya mengikuti pemikiran-pemikiran itu, sebenarnya dalam rangka mencari 
penjelasan tentang model "corporate governance". Ada mode of governance gaya 
anglo-saxon, di mana peran pasar sangat dominan, tapi ada gaya Jerman yang 
memungkinkan karyawan melakukan kontrol lewat co-determinasi, misalnya, (gaya 
hirarki) atau gaya Jepang di mana hubungan dengan creditor sangat dekat (gaya 
relasional). 
   
  Pertanyaan yang lebih konkrit, 
  Selama ini ada asumsi bhwa sistem CG menyumbang peran besar bagi terpuruknya 
ekonomi di kawasan Asia. Tetapi, mengapa Singapore dan Hon Kong yang juga punya 
mode of governance yang kira-kira sama dengan Thailand dan Indonesia (family 
based) tidak terlalu terpengaruh dengan krisis? 
   
  Nampaknya, sistem CG, pada level korporasi, tak bisa dilepaskan dari 
"national governance", dan bahwa krisis punya dimensi yang sangat luas, shg 
butuh penjelasan yang lebih komprehensif, tdk sekedar faktor-faktor ekonomi 
saja. Sehingga, untuk menjelaskan krisis perlu pendekatan yang lebih bersifat 
heterodox.
   
  Begitu sedikit yang saya tahu, dan saya yakin teman-teman, baik yang terjun 
di dunia akademisi maupun praktisi, punya penjelasan yang lebih baik dan 
lengkap. Dan saya selalu ingin belajar dari teman-teman semua... 
   
  salam saya, 
  ap 

[EMAIL PROTECTED] wrote:
  Unsur lokalitas atau faktor-faktor institusi. Ini statement yang 
menarik. 
Pernyataan seperti ini sebetulnya sangat terkenal sejak tahun 1993 dengan 
penghadiahan Nobel kepada D. C. North, yang saat itu juga sedang 
gencar-gencarnya dilakukan persiapan globalisasi (Desember 1993 dilakukan 
Marakesh Round yang memutuskan rangkaian akhir Uruguay Round). Bagaimana 
kalau Bung Prasentoko mengelaborasi lebih dalam lagi tentang faktor-faktor 
insitusi dan unsur-unsur lokalitas ini?

Salam/WK

- Original Message - 
From: Prasetyantoko
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, August 01, 2007 12:54 PM
Subject: Re: [Keuangan] Does capitalism lead to democracy, and how?

Setuju dengan bung Jerry,
Sistem apapun itu, tak lain adalah bentukan manusia-manusia yang ada di 
dalamnya. Meminjam istilah ilmu sosial, sistem ekonomi tak lain adalah 
"konstruksi sosial". Dan konstruksi sosial selalu bersifat khas: mengandung 
unsur lokalitas atau ditentukan oleh "faktor-faktor institusi" di mana 
relasi sosial itu terbangun.

salam
ap



 

   
-
Be a better Heartthrob. Get better relationship answers from someone who knows.
Yahoo! Answers - Check it out. 

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] Does capitalism lead to democracy, and how?

2007-08-03 Terurut Topik Irsal Imran
--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Jerry Matanari 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Saya hanya ingin memberi pandangan tentang liberalisme ekonomi 
yang diagung-agungkan itu.
>
>   Liberalisme, kapitalisme, sosialisme, atau apapun itu adalah 
paham yang diciptakan manusia. Naturenya: tidak akan ada yang 
sempurna. Sangat disayangkan kalau kita terlalu cepat meng-agung-
agungkan suatu aliran atau dogma tanpa melihat dari sudut pandang 
yang netral dan proporsional.
>


Liberalisme diciptakan bukan cuman asal diciptakan, akan tetapi 
dengan juga mempertimbangkan ciptaan2 Tuhan.  Sama seperti pesawat 
terbang, kalau cuman menciptakan bentuk pesawat terbang tanpa peduli 
interaksi dengan misalnya udara, suhu dll, maka hasilnya adalah 
bentuknya saja pesawat terbang, tapi tidak bisa terbang :{).

Liberalisme diciptakan dengan memperhitungkan kondisi2 behaviour 
manusia dan interaksi antara mereka tersebut, sehingga kalau 
dimodelkan secara matematik, maka inilah system yang paling efisien 
untuk mencapai target function yang harus dimaksimumkan.



salam,


-Irsal

Senior Financial Engineer
http://www.fiserv.com






Re: [Keuangan] Does capitalism lead to democracy, and how?

2007-08-02 Terurut Topik lubeck
Bung Jerry,

1. Depresi amerika justru terjadi karna intervensi tangan Fed Reserve yg 
mengontrol jumlah uang beredar di market.
Yg terjadi adlh akumulasi laju penurunan jumlah uang  beredar selama beberapa 
tahun [1927-1930] yg berimbas pada perlambatan ekonomi.
Ini yg diteliti Milton Friedman [aliran monetaris]. 

2. Kegagalan komunis membawa kemakmuran di Rusia justru menunjukkan kegagalan 
pemerintah Rusia dlm perencanaan ekonomi [planned economy]

3. US sendiri tdk masuk dalam kategori liberal dlm ekonomi kok. Justru Govt US 
banyak campur tangan dalam ekonomi. 
Lihat saja defisit current account-nya yg katanya USD 1,5 juta per menit. 

4. Govt Cina mulai membuka diri ekonominya [dengan membatasi diri ut 
intervensi] dibawah deng xioping th 1978 setelah gagalnya revolusi budaya mao 
zedong [great leaps forward] yg membawa kelaparan dan kematian di seluruh 
negeri cina. 

so, bukankah contoh yg anda sendiri sebutkan justru malah menunjukkan bhw 
pemerintah/govt seharusnya sadar diri dan mulai membatasi dirinya utk 
intervensi dlm ekonomi?


5. Betul ekonomi bukan masalah hitam putih. Ekonomi adalah masalah scarcity and 
choice.

salam,





  - Original Message - 
  From: Jerry Matanari 
  To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com 
  Sent: Wednesday, August 01, 2007 10:38 AM
  Subject: Re: [Keuangan] Does capitalism lead to democracy, and how?


  Saya hanya ingin memberi pandangan tentang liberalisme ekonomi yang 
diagung-agungkan itu.

  Liberalisme, kapitalisme, sosialisme, atau apapun itu adalah paham yang 
diciptakan manusia. Naturenya: tidak akan ada yang sempurna. Sangat disayangkan 
kalau kita terlalu cepat meng-agung-agungkan suatu aliran atau dogma tanpa 
melihat dari sudut pandang yang netral dan proporsional.

  Fakta menunjukkan:

  1. Saat depresi ekonomi di AS tahun 30-an. Orang pun bertanya: Dimanakah 'the 
invisible hand' yang 'katanya' dulu bisa secara alami menggerakkan perekonomian 
tanpa perlu ada campur tangan pemerintah?

  2.Saat kegagalan komunis yang membawa Glasnost dan Perestroika di Rusia. 
Orang pun bertanya: dimanakah mimpi kemakmuran sosial yang benar-benar 
sama-adil dan sama-merata itu? Ya. (Kenyataannya: memang jadi sama-merata sih.. 
sama-sama miskin, maksudnya)

  3.Amerika Serikat yang katanya paling liberal pun, fakta nya: sangat 
protektif dengan pasar dalam negerinya. Amerika memang pandai membujuk negara 
lain (membujuk, atau memaksa? saya nda tau) untuk sesegera membuka keran pasar 
dalam negeri terhadap perdagangan bebas.

  4.Cina yang katanya paling komunis pun, fakta nya: koq sekarang rada-rada 
kapitalis ya?



  Ekonomi itu abu-abu, tidak pernah merupakan persoalan hitam-putih.



  Salam Keuangan,
  Jerry













  Prasetyantoko <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Sekedar nimbrung,
  Setuju: tidak ada yang lebih baik dari economic liberty dan kemudian 
political liberty. Pertanyaan: kebebasan yang macam apa/mana? Kalau menganggap 
kita harus seperti sebuah ideal type dan bukan berbasis atas realitas tertentu, 
maka kita masih di jaman Rostow. 

  Pertanyaan yang lebih serius, adakah sebuah format (teori) tentang 
kapitalisme? Jawabannya menjadi relatif: kapitalisme macam apa yg terjadi di 
mana? Maka kebebasan (kapitalisme) yang terjadi di US, akan berbeda dengan 
kebebasan di Eropa, Amerika Latin dan Asia. Bahkan tiap negara punya 
karakteristiknya sendiri-sendiri. 

  Diskusi yang lebih produktif, mungkin, adalah menemukan "national 
trajectory", dan bukan "rumus kebebasan". 

  Menarik diskusi pada satu kutup, baik itu kebebasan dan perencanaan hanya 
akan menghentikan sejarah. Krn yang terjadi adalah "dialektika ke kiri dan ke 
kanan"

  salam 
  a.prasetyantoko

  Irsal Imran <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Ekonomi liberti itu mungkin bisa diibaratkan sebagai jalan tol 
  dimana mulai dari Ferrari sampai becak siap berlomba kecepatan :{). 
  Tentu saja hasilnya adalah Ferrari akan meninggalkan becak jauh di 
  belakang. Akan tetapi kalau pemerintah punya nyali mereka bisa 
  minta bantuan Ferrari supaya yang becaknya tidak jauh ketinggalan, 
  dari pada Ferrarinya dikasih rambu tidak boleh jalan di atas 60 
  km/jam :{).

  salam,

  -Irsal
  Senior Financial Engineer
  http://www.fiserv.com

  --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "mr_w4w" <[EMAIL PROTECTED]> 
  wrote:
  >
  > 
  > Yes, Economic liberty atau Economic freedom atau Free market 
  > Capitalism adalah penggerak pertumbuhan sesungguhnya.
  > 
  > Idealnya memang Economic Liberty (free market capitalism) 
  berbarengan 
  > dengan Political Liberty (Democracy).
  > 
  > Tapi kalau mau disuruh pilih ... saya pilih Economic Liberty 
  first, 
  > Political Liberty menyusul.
  > 
  > Masalah utama dengan demokrasi adalah karena publik umumnya buta 
  > economy-101 .. yang muncul sebagai pemenang biasanya adalah kaum 
  > populis ... yang malah suka membatas-

Re: [Keuangan] Does capitalism lead to democracy, and how?

2007-08-02 Terurut Topik wkasman
Unsur lokalitas atau faktor-faktor institusi. Ini statement yang menarik. 
Pernyataan seperti ini sebetulnya sangat terkenal sejak tahun 1993 dengan 
penghadiahan Nobel kepada D. C. North, yang saat itu juga sedang 
gencar-gencarnya dilakukan persiapan globalisasi (Desember 1993 dilakukan 
Marakesh Round yang memutuskan rangkaian akhir Uruguay Round). Bagaimana 
kalau Bung Prasentoko mengelaborasi lebih dalam lagi tentang faktor-faktor 
insitusi dan unsur-unsur lokalitas ini?

Salam/WK

- Original Message - 
From: Prasetyantoko
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, August 01, 2007 12:54 PM
Subject: Re: [Keuangan] Does capitalism lead to democracy, and how?


Setuju dengan bung Jerry,
Sistem apapun itu, tak lain adalah bentukan manusia-manusia yang ada di 
dalamnya. Meminjam istilah ilmu sosial, sistem ekonomi tak lain adalah 
"konstruksi sosial". Dan konstruksi sosial selalu bersifat khas: mengandung 
unsur lokalitas atau ditentukan oleh "faktor-faktor institusi" di mana 
relasi sosial itu terbangun.

salam
ap




Re: [Keuangan] Does capitalism lead to democracy, and how?

2007-08-01 Terurut Topik Wawan Taufiq Nasich

--- Jerry Matanari <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Saya hanya ingin memberi pandangan tentang
> liberalisme ekonomi yang diagung-agungkan itu.
>
>   Liberalisme, kapitalisme, sosialisme, atau apapun
> itu adalah paham yang diciptakan manusia. Naturenya:
> tidak akan ada yang sempurna.  

So what ??? siapa yang tidak tahu tentang hal ini ???

Anda pikir komputer yang anda pakai buat nulis email
ini sempurna ??? Lift yang anda pakai tiap hari
sempurna??? atau bahkan gedung tempat anda bekerja
sempurna ??? 

Toh anda pakai juga kan ??

Sempurna itu konsep ghaib, yang metaforis dan
irrelevant, yang penting itu "PROGRESS" !!!

Kalau manusia mau menunggu segala nya sempurna, ...
mungkin saat ini kita masih telanjang di hutan dan
berburu babi hutan dengan tangan kosong untuk makan
siang. Atau yang lebih apes lagi, mungkin kita sudah
punah karena kalah bersaing dengan spesies lain

>
>   Fakta menunjukkan:
>
>   1. Saat depresi ekonomi di AS tahun 30-an. Orang
> pun bertanya: Dimanakah 'the invisible hand' yang
> 'katanya' dulu bisa secara alami menggerakkan
> perekonomian tanpa perlu ada campur tangan
> pemerintah?

Anda telat sekali ?? kapan terakhir baca literatur ??
Fenomena ini sudah bertahun2 lalu di jelaskan oleh
Milton Friedman sebagai gejala moneter. Bahkan
sepertinya dia sudah dapat nobel untuk itu ??
  
>   3.Amerika Serikat yang katanya paling liberal pun,
> fakta nya: sangat protektif dengan pasar dalam
> negerinya. Amerika memang pandai membujuk negara
> lain (membujuk, atau memaksa? saya nda tau) untuk
> sesegera membuka keran pasar dalam negeri terhadap
> perdagangan bebas.

Bisa kasih bukti konkret contoh nya ??? sebesar apa
proteksinya relative terhadap besarnya ekonomi mereka
??
   
>   4.Cina yang katanya paling komunis pun, fakta nya:
> koq sekarang rada-rada kapitalis ya?

Secara ekonomi china memang sudah lebih kapitalis.
secara politis masih single party rule.

So what ?? itu pilihan logis mereka ... dan sepertinya
memang meraka sadar kalau ekonomi model kapitalisme
adalah jalan terbaik buat mereka ??

Dan saya tidak punya masalah dengan pilihan mereka,
kenapa anda sepertinya mempermasalahkan ??


   

Boardwalk for $500? In 2007? Ha! Play Monopoly Here and Now (it's updated for 
today's economy) at Yahoo! Games.
http://get.games.yahoo.com/proddesc?gamekey=monopolyherenow  


Re: [Keuangan] Does capitalism lead to democracy, and how?

2007-07-31 Terurut Topik Prasetyantoko
Setuju dengan bung Jerry,
  Sistem apapun itu, tak lain adalah bentukan manusia-manusia yang ada di 
dalamnya. Meminjam istilah ilmu sosial, sistem ekonomi tak lain adalah 
"konstruksi sosial". Dan konstruksi sosial selalu bersifat khas: mengandung 
unsur lokalitas atau ditentukan oleh "faktor-faktor institusi" di mana relasi 
sosial itu terbangun. 
   
  salam 
  ap
  

Jerry Matanari <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Saya hanya ingin memberi pandangan tentang liberalisme ekonomi yang 
diagung-agungkan itu.

Liberalisme, kapitalisme, sosialisme, atau apapun itu adalah paham yang 
diciptakan manusia. Naturenya: tidak akan ada yang sempurna. Sangat disayangkan 
kalau kita terlalu cepat meng-agung-agungkan suatu aliran atau dogma tanpa 
melihat dari sudut pandang yang netral dan proporsional.

Fakta menunjukkan:

1. Saat depresi ekonomi di AS tahun 30-an. Orang pun bertanya: Dimanakah 'the 
invisible hand' yang 'katanya' dulu bisa secara alami menggerakkan perekonomian 
tanpa perlu ada campur tangan pemerintah?

2.Saat kegagalan komunis yang membawa Glasnost dan Perestroika di Rusia. Orang 
pun bertanya: dimanakah mimpi kemakmuran sosial yang benar-benar sama-adil dan 
sama-merata itu? Ya. (Kenyataannya: memang jadi sama-merata sih.. sama-sama 
miskin, maksudnya)

3.Amerika Serikat yang katanya paling liberal pun, fakta nya: sangat protektif 
dengan pasar dalam negerinya. Amerika memang pandai membujuk negara lain 
(membujuk, atau memaksa? saya nda tau) untuk sesegera membuka keran pasar dalam 
negeri terhadap perdagangan bebas.

4.Cina yang katanya paling komunis pun, fakta nya: koq sekarang rada-rada 
kapitalis ya?



Ekonomi itu abu-abu, tidak pernah merupakan persoalan hitam-putih.



Salam Keuangan,
Jerry






RE: [Keuangan] Does capitalism lead to democracy, and how?

2007-07-31 Terurut Topik Ardhi
Pak Poltak, 

Soal kue yang terakhir, saya jadi ingat anekdotnya orang betawi
yang dari generasi ke generasi mewariskan tanah kepada keturunannya,
akhirnya sampai keturunannya yang kesekian, hanya kebagian sepetak tanah
atau malah tidak ada sisa sama sekali

terus.. kalau teorinya seperti itu, terus implementasinya 
di Indonesia seperti apa? karena dari satu kabinet ke kabinet lainnya,
dari satu pemilu ke pemilu lainnya, nyatanya kesejahteraan rakyat sama saja

Kalau boleh berpendapat, Tipe ekonomi dan Tipe politik yang 
seharusnya diterapkan di Indonesia mesti mempertimbangkan unsur-unsur lainnya
yang sangat berpengaruh, seperti luasnya wilayah, keaneka ragaman budaya 
dan karakter rakyat indonesia

kalau saya sih, biar saja arah, tujuan, dan visi bangsa ini kurang jelas, 
yang penting untuk pribadi sendiri sudah jelas tujuannya mau kemana

ardhi


-Original Message-
From: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On 
Behalf Of Poltak Hotradero
Sent: 01 Agustus 2007 11:54
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Subject: Re: [Keuangan] Does capitalism lead to democracy, and how?

At 09:57 AM 8/1/2007, you wrote:

>Satu hal yang membuat saya bertanya-tanya sendiri, apakah ada korelasi yang
>jelas antara :
>- Tipe Politik => kemakmuran rakyat?
>- Tipe Ekonomi => kemakmuran rakyat?
>
>Karena menurut saya, kurang arif kalau kita hanya menjunjung tinggi suatu
>faham ekonomi tertentu jika ujung-ujungnya tidak menghasilkan korelasi yang
>jelas dengan meningkatnya kemakmuran rakyat.


Ini adalah dilema khas antara dua pilihan:  membagi kue atau memperbesar kue.
Prof. Greg Mankiw menyebutnya dengan pilihan antara equity versus growth

Membagi kue itu persoalan yang relatif gampang -- karena pilihannya 
banyak dan ada jalan pintasnya, yaitu dengan cara 
kekerasan.  Sosialisme komunis dan ekonomi fasis - adalah contoh 
bentuk demikian.  Sama rata - sama rasa.

Masalahnya: dalam iklim demikian kue ekonominya bukannya membesar - 
tapi malah mengkerut / mengecil.

Mengapa?  Karena ketika setiap orang dapat bagian yang sama -- maka 
tidak ada insentif untuk memakmurkan diri sendiri.  Coba kita 
renungkan: andai pintar dan bodoh dibayar sama - anda pilih 
apa?  andai rajin dan malas beroleh sama -- anda pilih mana?  Jelas 
anda memilih untuk jadi bodoh dan malas.  Dalam dunia yang terbuka -- 
orang pintar dan rajin dari negeri demikian - akan pindah ke tempat / 
negara lain.  Alhasil, makin kecil lah kue ekonomi negara tersebut... 
(karena ekonomi semata-mata didorong oleh SDM).

Sekarang tinggal tersisa alternatif lain - yaitu pertumbuhan.  Dan 
ini menuntut konsekuensi lain lagi.

Pertumbuhan yang riil - berasal dari individu-individu yang 
berusaha.  Mengapa?  Karena hanya individu yang memiliki insight / 
pengetahuan dan fleksibilitas ekonomi.

Seperti yang kita pelajari dari konsep manajemen resiko -- tidak ada 
keuntungan tanpa resiko - sehingga keuntungan terbesar terletak pada 
manajemen resiko paling optimal.  Individu dan organisasi kecil mampu 
melakukan hal ini -- yaitu mengatur dan menyebar resiko.  Semakin 
besar suatu organisasi - semakin kurang fleksibel dan pada gilirannya 
malah menambah resiko baru (yang sebelumnya tidak ada di level 
individu / organisasi kecil).  Kemampuan terburuk dalam manajemen 
resiko akhirnya terletak pada skala masyarakat terbesar - yaitu 
birokrasi pemerintah.  Alasannya?  Ini semua terkait dengan manajemen 
feedback dan kemampuan menyaring antara noise & signal.

Itu sebabnya resep bagi pertumbuhan adalah pembebasan berusaha bagi 
individu.  Orang yang pintar dan rajin beroleh hasil lebih.  Kalau 
kelewat pintar atau kelewat rajin - ya berarti hasilnya juga kelewat lebih...

Apa konsekuensi dari pertumbuhan?  ya kesenjangan.
Kesenjangan itu anak kandungnya pertumbuhan...

Apakah kesenjangan selalu berarti : yang kaya semakin kaya - 
sementara yang miskin semakin miskin?
Ternyata tidak.

Kesenjangan juga bisa berarti yang kaya semakin kaya - sementara yang 
miskin semakin kurang miskin.

Mengapa?  Karena ekses dari kekayaan tidak selalu bisa dinikmati 
secara maksimum.  Sekaya-kayanya Bill Gates -- tetap saja isi 
perutnya terbatas, waktunya terbatas, dan perhatiannya terbatas.  Itu 
sebabnya ia memerlukan orang lain untuk membantu mengatasi 
kendala-kendala tersebut.

Dan apa yang berlaku bagi Bill Gates - berlaku juga pada kita.  Dan 
kita lihat sendiri, semakin makmur seseorang / suatu bangsa -- 
semakin orang / bangsa tersebut memerlukan orang / bangsa lain.  Dan 
ini berarti sumber daya ("kekayaan") akan mengalir keluar sistem.

Kue yang membesar akan membuat bagian tiap orang juga ikut 
membesar.  Cepat atau lambat.
Kue yang sedari awal sudah dikapling-kapling -- cuma akan membuat kue 
tersebut mengecil.  Sampai habis.







Re: [Keuangan] Does capitalism lead to democracy, and how?

2007-07-31 Terurut Topik Wawan Taufiq Nasich
--- Irsal Imran <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Ekonomi liberti itu mungkin bisa diibaratkan sebagai
> jalan tol 
> dimana mulai dari Ferrari sampai becak siap berlomba
> kecepatan :{).  
> Tentu saja hasilnya adalah Ferrari akan meninggalkan
> becak jauh di 
> belakang.  Akan tetapi kalau pemerintah punya nyali
> mereka bisa 
> minta bantuan Ferrari supaya yang becaknya tidak
> jauh ketinggalan, 
> dari pada Ferrarinya dikasih rambu tidak boleh jalan
> di atas 60 
> km/jam :{).

Saya kira analogi pak Irsal kurang tepat :).

Mungkin yang lebih tepat Economic Liberty itu
di-ibaratkan menyediakan "Banyak Jalan" dan setiap
orang bebas untuk memilihnya berdasarkan opportunity
cost masing2. Ada jalan gang, ada jalan kampung, jalan
raya, adapula highway.  (ngga tepat juga sih, tapi
lebih kenalah analoginya).

Sekali lagi saya ingatkan prinsip utama ekonomi
tentang "Scarcity", "Opportunity Cost" dan “Choosing
at Margin”.
Dengan economic liberty, orang bebas memilih
berdasarkan “opportunity cost” dan “margin” masing2. 

“Rambu-rambu” seperti yang bung Irsal bilang memang
perlu, tapi bukan supaya “EQUAL” tapi demi “SAFETY”
pengguna jalan. Misal, kalau jalan di gang ya maksimal
20 KM/Jam demi safety. Kalau mau jalan di Tol maksimal
100 KM/Jam, demi safety. Bahkan kalau perlu demi
keselamatan di TOL dikasih minimal, misal 40 KM/Jam.

Membatasi kecepatan agar “Equal” hanya akan memberi
“Insentif negative” buat si ferrari, yang akhirnya
justru mendorong orang untuk menjual ferari dan
membeli mobil butut. Lah apa gunanya invest besar buat
ferari kalau harus dibatasi jalannya secepat tukang
becak. “oppotunity cost” nya jadi besar. Yang lebih
Apes kalau yang punya ferrari malah pindah ke neggara
sebelah dimana “Batasan kecepatan” disana bukan
disasarkan pada “equality dengan tukang becak” tapi
demi “SAFETY” di jalan.

Balik keanalogi diatas, bagi si ferari, berkendara di
jalan kampung “opportunity cost” nya jauh lebih besar
dibandingkan jika dia jalan di tol. Sedangkan bagi si
tukang becak “opportunity cost” dia di jalan kampung,
sangat kecil, sebaliknya karena masalah “safety “
perjalanan si tukang becak di Tol jadi mahal “cost
nya”. Sehingga terjadi equlibrium dimana yang paling
effisien bagi si ferari adalah jalan di tol, dan
paling effisien bagi si tukang becak untuk jalan di
jalan kampung. 
(sekali lagi analogi-nya agak dipaksakan, tapi yah
dari awal contoh nya begini).

Dalam hal ini government tidak ikut campur apakah
orang mau pake ferrari atau becak dan milih jalan apa.
Karena setiap keputusan pasti ada “cost nya” masing2.
Pemerintah cukup memberi rambu-rambu supaya setiap
orang, apapun pilihan-nya, “SAFE” dijalan. Bukan
supaya apapun pilihannya “EQUAL”.

Just my 2 cents.



> 
> 
> salam,
> 
> 
> -Irsal
> Senior Financial Engineer
> http://www.fiserv.com
> 
> 
> 



Re: [Keuangan] Does capitalism lead to democracy, and how?

2007-07-31 Terurut Topik Jerry Matanari
Saya hanya ingin memberi pandangan tentang liberalisme ekonomi yang 
diagung-agungkan itu.
   
  Liberalisme, kapitalisme, sosialisme, atau apapun itu adalah paham yang 
diciptakan manusia. Naturenya: tidak akan ada yang sempurna. Sangat disayangkan 
kalau kita terlalu cepat meng-agung-agungkan suatu aliran atau dogma tanpa 
melihat dari sudut pandang yang netral dan proporsional.
   
  Fakta menunjukkan:
   
  1. Saat depresi ekonomi di AS tahun 30-an. Orang pun bertanya: Dimanakah 'the 
invisible hand' yang 'katanya' dulu bisa secara alami menggerakkan perekonomian 
tanpa perlu ada campur tangan pemerintah?
   
  2.Saat kegagalan komunis yang membawa Glasnost dan Perestroika di Rusia. 
Orang pun bertanya: dimanakah mimpi kemakmuran sosial yang benar-benar 
sama-adil dan sama-merata itu? Ya. (Kenyataannya: memang jadi sama-merata sih.. 
sama-sama miskin, maksudnya)
   
  3.Amerika Serikat yang katanya paling liberal pun, fakta nya: sangat 
protektif dengan pasar dalam negerinya. Amerika memang pandai membujuk negara 
lain (membujuk, atau memaksa? saya nda tau) untuk sesegera membuka keran pasar 
dalam negeri terhadap perdagangan bebas.
   
  4.Cina yang katanya paling komunis pun, fakta nya: koq sekarang rada-rada 
kapitalis ya?
   
   
   
  Ekonomi itu abu-abu, tidak pernah merupakan persoalan hitam-putih.
   
   
   
  Salam Keuangan,
  Jerry
   
   
   
   
   
   
   
   
   
   
   
  

Prasetyantoko <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Sekedar nimbrung,
Setuju: tidak ada yang lebih baik dari economic liberty dan kemudian political 
liberty. Pertanyaan: kebebasan yang macam apa/mana? Kalau menganggap kita harus 
seperti sebuah ideal type dan bukan berbasis atas realitas tertentu, maka kita 
masih di jaman Rostow. 

Pertanyaan yang lebih serius, adakah sebuah format (teori) tentang kapitalisme? 
Jawabannya menjadi relatif: kapitalisme macam apa yg terjadi di mana? Maka 
kebebasan (kapitalisme) yang terjadi di US, akan berbeda dengan kebebasan di 
Eropa, Amerika Latin dan Asia. Bahkan tiap negara punya karakteristiknya 
sendiri-sendiri. 

Diskusi yang lebih produktif, mungkin, adalah menemukan "national trajectory", 
dan bukan "rumus kebebasan". 

Menarik diskusi pada satu kutup, baik itu kebebasan dan perencanaan hanya akan 
menghentikan sejarah. Krn yang terjadi adalah "dialektika ke kiri dan ke kanan"

salam 
a.prasetyantoko

Irsal Imran <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Ekonomi liberti itu mungkin bisa diibaratkan sebagai jalan tol 
dimana mulai dari Ferrari sampai becak siap berlomba kecepatan :{). 
Tentu saja hasilnya adalah Ferrari akan meninggalkan becak jauh di 
belakang. Akan tetapi kalau pemerintah punya nyali mereka bisa 
minta bantuan Ferrari supaya yang becaknya tidak jauh ketinggalan, 
dari pada Ferrarinya dikasih rambu tidak boleh jalan di atas 60 
km/jam :{).

salam,

-Irsal
Senior Financial Engineer
http://www.fiserv.com

--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "mr_w4w" <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
>
> 
> Yes, Economic liberty atau Economic freedom atau Free market 
> Capitalism adalah penggerak pertumbuhan sesungguhnya.
> 
> Idealnya memang Economic Liberty (free market capitalism) 
berbarengan 
> dengan Political Liberty (Democracy).
> 
> Tapi kalau mau disuruh pilih ... saya pilih Economic Liberty 
first, 
> Political Liberty menyusul.
> 
> Masalah utama dengan demokrasi adalah karena publik umumnya buta 
> economy-101 .. yang muncul sebagai pemenang biasanya adalah kaum 
> populis ... yang malah suka membatas-batasi Economic Liberty.
> Punya kebun dibatasi lah, bikin pajak2 baru se-enak udelnya, 
sedikit2 
> kasih subsidi, sedikit2 intervensi ke-urusan B2B, tiap tahun 
minimum 
> wage dinaikan sampe ga masuk akal, PHK karyawan biayanya tinggi-
nya 
> bukan maen ... ya hasilnya begini
> 
> Di India bertahun tahun pemilu yang menang kamu populis 
sosialis ... 
> Baru belakangan saja politisi2 pro economic liberty menang. 
> Hasilnya ... bisa dibandingkan India sekarang dengan India satu 
> dekade lalu.
> 
> Contoh lain Singapore ataupun China ... 
> Meski "tidak demokratis" Economic Freedom di buka luas disana .. 
> hasilnya bisa dilihat sendiri 
> 
> Kalau demokrasi kita berhasil menghasilkan politisi2 pro Economic 
> Liberty yang berani menentang convensional wisdom masyarakat umum 
> yang cenderung populis ... saya yakin kita bisa tumbuh lebih cepat 
> dari India ataupun China.
> 
> Just my 2 cents.
> 
> 

-
Shape Yahoo! in your own image. Join our Network Research Panel today!

[Non-text portions of this message have been removed]



 

   
-
Ready for the edge of your seat? Check out tonight's top picks on Yahoo! TV. 

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] Does capitalism lead to democracy, and how?

2007-07-31 Terurut Topik Poltak Hotradero
At 09:57 AM 8/1/2007, you wrote:

>Satu hal yang membuat saya bertanya-tanya sendiri, apakah ada korelasi yang
>jelas antara :
>- Tipe Politik => kemakmuran rakyat?
>- Tipe Ekonomi => kemakmuran rakyat?
>
>Karena menurut saya, kurang arif kalau kita hanya menjunjung tinggi suatu
>faham ekonomi tertentu jika ujung-ujungnya tidak menghasilkan korelasi yang
>jelas dengan meningkatnya kemakmuran rakyat.


Ini adalah dilema khas antara dua pilihan:  membagi kue atau memperbesar kue.
Prof. Greg Mankiw menyebutnya dengan pilihan antara equity versus growth

Membagi kue itu persoalan yang relatif gampang -- karena pilihannya 
banyak dan ada jalan pintasnya, yaitu dengan cara 
kekerasan.  Sosialisme komunis dan ekonomi fasis - adalah contoh 
bentuk demikian.  Sama rata - sama rasa.

Masalahnya: dalam iklim demikian kue ekonominya bukannya membesar - 
tapi malah mengkerut / mengecil.

Mengapa?  Karena ketika setiap orang dapat bagian yang sama -- maka 
tidak ada insentif untuk memakmurkan diri sendiri.  Coba kita 
renungkan: andai pintar dan bodoh dibayar sama - anda pilih 
apa?  andai rajin dan malas beroleh sama -- anda pilih mana?  Jelas 
anda memilih untuk jadi bodoh dan malas.  Dalam dunia yang terbuka -- 
orang pintar dan rajin dari negeri demikian - akan pindah ke tempat / 
negara lain.  Alhasil, makin kecil lah kue ekonomi negara tersebut... 
(karena ekonomi semata-mata didorong oleh SDM).

Sekarang tinggal tersisa alternatif lain - yaitu pertumbuhan.  Dan 
ini menuntut konsekuensi lain lagi.

Pertumbuhan yang riil - berasal dari individu-individu yang 
berusaha.  Mengapa?  Karena hanya individu yang memiliki insight / 
pengetahuan dan fleksibilitas ekonomi.

Seperti yang kita pelajari dari konsep manajemen resiko -- tidak ada 
keuntungan tanpa resiko - sehingga keuntungan terbesar terletak pada 
manajemen resiko paling optimal.  Individu dan organisasi kecil mampu 
melakukan hal ini -- yaitu mengatur dan menyebar resiko.  Semakin 
besar suatu organisasi - semakin kurang fleksibel dan pada gilirannya 
malah menambah resiko baru (yang sebelumnya tidak ada di level 
individu / organisasi kecil).  Kemampuan terburuk dalam manajemen 
resiko akhirnya terletak pada skala masyarakat terbesar - yaitu 
birokrasi pemerintah.  Alasannya?  Ini semua terkait dengan manajemen 
feedback dan kemampuan menyaring antara noise & signal.

Itu sebabnya resep bagi pertumbuhan adalah pembebasan berusaha bagi 
individu.  Orang yang pintar dan rajin beroleh hasil lebih.  Kalau 
kelewat pintar atau kelewat rajin - ya berarti hasilnya juga kelewat lebih...

Apa konsekuensi dari pertumbuhan?  ya kesenjangan.
Kesenjangan itu anak kandungnya pertumbuhan...

Apakah kesenjangan selalu berarti : yang kaya semakin kaya - 
sementara yang miskin semakin miskin?
Ternyata tidak.

Kesenjangan juga bisa berarti yang kaya semakin kaya - sementara yang 
miskin semakin kurang miskin.

Mengapa?  Karena ekses dari kekayaan tidak selalu bisa dinikmati 
secara maksimum.  Sekaya-kayanya Bill Gates -- tetap saja isi 
perutnya terbatas, waktunya terbatas, dan perhatiannya terbatas.  Itu 
sebabnya ia memerlukan orang lain untuk membantu mengatasi 
kendala-kendala tersebut.

Dan apa yang berlaku bagi Bill Gates - berlaku juga pada kita.  Dan 
kita lihat sendiri, semakin makmur seseorang / suatu bangsa -- 
semakin orang / bangsa tersebut memerlukan orang / bangsa lain.  Dan 
ini berarti sumber daya ("kekayaan") akan mengalir keluar sistem.

Kue yang membesar akan membuat bagian tiap orang juga ikut 
membesar.  Cepat atau lambat.
Kue yang sedari awal sudah dikapling-kapling -- cuma akan membuat kue 
tersebut mengecil.  Sampai habis.




Re: [Keuangan] Does capitalism lead to democracy, and how?

2007-07-31 Terurut Topik hollyghozi
Satu hal yang membuat saya bertanya-tanya sendiri, apakah ada korelasi yang
jelas antara :
- Tipe Politik => kemakmuran rakyat?
- Tipe Ekonomi => kemakmuran rakyat?

Karena menurut saya, kurang arif kalau kita hanya menjunjung tinggi suatu
faham ekonomi tertentu jika ujung-ujungnya tidak menghasilkan korelasi yang
jelas dengan meningkatnya kemakmuran rakyat.

Apakah nilai pendapatan perkapita penduduk sudah dapat mencerminkan
kemakmuran rakyat?
Karena yang saya amati selama ini, jika banyak orang Indonesia yang
ketika berhasil meningkatkan pendapatan sebesar 10%, maka kebutuhan individu
tersebut meningkat hingga 25%. Sehingga individu tersebut tidak pernah
merasa cukup (makmur).

Apakah dengan kebebasan akan membuat rakyat kita makmur?

maaf, jadi ngelantur kemana-mana...

~holly~
"it's enough for everyone need, but it's not enough for everyone greed"

On 8/1/07, Prasetyantoko <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>   Sekedar nimbrung,
> Setuju: tidak ada yang lebih baik dari economic liberty dan kemudian
> political liberty. Pertanyaan: kebebasan yang macam apa/mana? Kalau
> menganggap kita harus seperti sebuah ideal type dan bukan berbasis atas
> realitas tertentu, maka kita masih di jaman Rostow.
>
> Pertanyaan yang lebih serius, adakah sebuah format (teori) tentang
> kapitalisme? Jawabannya menjadi relatif: kapitalisme macam apa yg terjadi di
> mana? Maka kebebasan (kapitalisme) yang terjadi di US, akan berbeda dengan
> kebebasan di Eropa, Amerika Latin dan Asia. Bahkan tiap negara punya
> karakteristiknya sendiri-sendiri.
>
> Diskusi yang lebih produktif, mungkin, adalah menemukan "national
> trajectory", dan bukan "rumus kebebasan".
>
> Menarik diskusi pada satu kutup, baik itu kebebasan dan perencanaan hanya
> akan menghentikan sejarah. Krn yang terjadi adalah "dialektika ke kiri dan
> ke kanan"
>
> salam
> a.prasetyantoko
>
> Irsal Imran <[EMAIL PROTECTED] > wrote:
> Ekonomi liberti itu mungkin bisa diibaratkan sebagai jalan tol
> dimana mulai dari Ferrari sampai becak siap berlomba kecepatan :{).
>
> .
>
> 
>


[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] Does capitalism lead to democracy, and how?

2007-07-31 Terurut Topik Prasetyantoko
Sekedar nimbrung,
  Setuju: tidak ada yang lebih baik dari economic liberty dan kemudian 
political liberty. Pertanyaan: kebebasan yang macam apa/mana? Kalau menganggap 
kita harus seperti sebuah ideal type dan bukan berbasis atas realitas tertentu, 
maka kita masih di jaman Rostow. 
   
  Pertanyaan yang lebih serius, adakah sebuah format (teori) tentang 
kapitalisme? Jawabannya menjadi relatif: kapitalisme macam apa yg terjadi di 
mana? Maka kebebasan (kapitalisme) yang terjadi di US, akan berbeda dengan 
kebebasan di Eropa, Amerika Latin dan Asia. Bahkan tiap negara punya 
karakteristiknya sendiri-sendiri. 
   
  Diskusi yang lebih produktif, mungkin, adalah menemukan "national 
trajectory", dan bukan "rumus kebebasan". 
   
  Menarik diskusi pada satu kutup, baik itu kebebasan dan perencanaan hanya 
akan menghentikan sejarah. Krn yang terjadi adalah "dialektika ke kiri dan ke 
kanan"
   
  salam 
  a.prasetyantoko

Irsal Imran <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Ekonomi liberti itu mungkin bisa diibaratkan sebagai jalan tol 
dimana mulai dari Ferrari sampai becak siap berlomba kecepatan :{). 
Tentu saja hasilnya adalah Ferrari akan meninggalkan becak jauh di 
belakang. Akan tetapi kalau pemerintah punya nyali mereka bisa 
minta bantuan Ferrari supaya yang becaknya tidak jauh ketinggalan, 
dari pada Ferrarinya dikasih rambu tidak boleh jalan di atas 60 
km/jam :{).

salam,

-Irsal
Senior Financial Engineer
http://www.fiserv.com

--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "mr_w4w" <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
>
> 
> Yes, Economic liberty atau Economic freedom atau Free market 
> Capitalism adalah penggerak pertumbuhan sesungguhnya.
> 
> Idealnya memang Economic Liberty (free market capitalism) 
berbarengan 
> dengan Political Liberty (Democracy).
> 
> Tapi kalau mau disuruh pilih ... saya pilih Economic Liberty 
first, 
> Political Liberty menyusul.
> 
> Masalah utama dengan demokrasi adalah karena publik umumnya buta 
> economy-101 .. yang muncul sebagai pemenang biasanya adalah kaum 
> populis ... yang malah suka membatas-batasi Economic Liberty.
> Punya kebun dibatasi lah, bikin pajak2 baru se-enak udelnya, 
sedikit2 
> kasih subsidi, sedikit2 intervensi ke-urusan B2B, tiap tahun 
minimum 
> wage dinaikan sampe ga masuk akal, PHK karyawan biayanya tinggi-
nya 
> bukan maen ... ya hasilnya begini
> 
> Di India bertahun tahun pemilu yang menang kamu populis 
sosialis ... 
> Baru belakangan saja politisi2 pro economic liberty menang. 
> Hasilnya ... bisa dibandingkan India sekarang dengan India satu 
> dekade lalu.
> 
> Contoh lain Singapore ataupun China ... 
> Meski "tidak demokratis" Economic Freedom di buka luas disana .. 
> hasilnya bisa dilihat sendiri 
> 
> Kalau demokrasi kita berhasil menghasilkan politisi2 pro Economic 
> Liberty yang berani menentang convensional wisdom masyarakat umum 
> yang cenderung populis ... saya yakin kita bisa tumbuh lebih cepat 
> dari India ataupun China.
> 
> Just my 2 cents.
> 
> 



 

   
-
Shape Yahoo! in your own image.  Join our Network Research Panel today!

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] Does capitalism lead to democracy, and how?

2007-07-31 Terurut Topik Irsal Imran
Ekonomi liberti itu mungkin bisa diibaratkan sebagai jalan tol 
dimana mulai dari Ferrari sampai becak siap berlomba kecepatan :{).  
Tentu saja hasilnya adalah Ferrari akan meninggalkan becak jauh di 
belakang.  Akan tetapi kalau pemerintah punya nyali mereka bisa 
minta bantuan Ferrari supaya yang becaknya tidak jauh ketinggalan, 
dari pada Ferrarinya dikasih rambu tidak boleh jalan di atas 60 
km/jam :{).


salam,


-Irsal
Senior Financial Engineer
http://www.fiserv.com



--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "mr_w4w" <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
>
> 
> Yes, Economic liberty atau Economic freedom atau Free market 
> Capitalism adalah penggerak pertumbuhan sesungguhnya.
> 
> Idealnya memang Economic Liberty (free market capitalism) 
berbarengan 
> dengan Political Liberty (Democracy).
> 
> Tapi kalau mau disuruh pilih ... saya pilih Economic Liberty 
first, 
> Political Liberty menyusul.
> 
> Masalah utama dengan demokrasi adalah karena publik umumnya buta 
> economy-101 .. yang muncul sebagai pemenang biasanya adalah kaum 
> populis ... yang malah suka membatas-batasi Economic Liberty.
> Punya kebun dibatasi lah, bikin pajak2 baru se-enak udelnya, 
sedikit2 
> kasih subsidi, sedikit2 intervensi ke-urusan B2B, tiap tahun 
minimum 
> wage dinaikan sampe ga masuk akal, PHK karyawan biayanya tinggi-
nya 
> bukan maen ... ya hasilnya begini
> 
> Di India bertahun tahun pemilu yang menang kamu populis 
sosialis ... 
> Baru belakangan saja politisi2 pro economic liberty menang. 
> Hasilnya ... bisa dibandingkan India sekarang dengan India satu 
> dekade lalu.
> 
> Contoh lain Singapore ataupun China ... 
> Meski "tidak demokratis" Economic Freedom di buka luas disana .. 
> hasilnya bisa dilihat sendiri 
> 
> Kalau demokrasi kita berhasil menghasilkan politisi2 pro Economic 
> Liberty yang berani menentang convensional wisdom masyarakat umum 
> yang cenderung populis ... saya yakin kita bisa tumbuh lebih cepat 
> dari India ataupun China.
> 
> Just my 2 cents.
> 
> 




Re: [Keuangan] Does capitalism lead to democracy, and how?

2007-07-31 Terurut Topik Jerry Matanari
Faktanya, banyak politisi kita yang bergelar profesor doktor; atau aktif punya 
usaha sendiri (entrepeneur).
  Solusinya bukan semata-mata terletak di masalah pintar atau tidak,
  tapi adakah diantara mereka yang peduli dengan rakyat yang diwakilinya,
  atau semata-mata hanya mementingkan kekayaaan dan ketenaran pribadi.
   
  Salam,
  Jerry

Poltak Hotradero <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  At 05:35 PM 7/30/2007, you wrote:

>Contoh lain Singapore ataupun China ...
>Meski "tidak demokratis" Economic Freedom di buka luas disana ..
>hasilnya bisa dilihat sendiri 

- Hong Kong yang ukurannya kira-kira sama dengan Singapura - toh bisa 
lebih maju lebih dulu daripada Singapura - dan tetap memiliki 
economic dan political freedom. Jadi untuk hal ini - Singapura 
justru BUKAN contoh yang baik.

- China memang sangat rendah political freedom-nya. Memang secara 
sepintas kelihatan bertumbuh maju -- tetapi bukan tanpa bayaran yang 
(sangat) mahal. Rusaknya lingkungan serta kesenjangan ekonomi dan 
sosial sedemikian lebarnya. Bukankah terasa janggal bahwa angka Gini 
Index China yang sosialis (yang menggambarkan kesenjangan ekonomi) 
ternyata lebih buruk daripada angka Gini Index Amerika yang 
kapitalis? Betul saat ini terdapat kira-kira 120 Juta warga RRC yang 
punya pendapatan di atas USD 4000 per tahun -- tetapi pada saat yang 
sama terdapat lebih dari 800 Juta warga yang pendapatannya sekitar 
USD 2 per hari.

Cepat atau lambat ekonomi China pasti akan terganjal oleh hal kontras 
ini. Pertumbuhan China selama ini semata-mata dari ekspor - sehingga 
China punya ketergantungan sangat tinggi pada ekonomi mitra dagangnya 
(terutama Amerika). Tanpa ekspor - ekonomi China akan kehilangan 
lebih dari setengah pertumbuhannya.

Tanpa menggeser titik pertumbuhannya ke konsumsi -- pertumbuhan China 
suatu saat akan mencapai titik jenuh dan mulai mungkret.

Apakah China bisa menggeser pola ekonominya ke konsumsi? Bisa saja 
-- tapi prasyarat konsumsi yang lebih luas adalah pasar ide yang 
lebih terbuka. Pasar ide yang lebih terbuka cepat atau lambat akan 
mensyaratkan political freedom...

>Kalau demokrasi kita berhasil menghasilkan politisi2 pro Economic
>Liberty yang berani menentang convensional wisdom masyarakat umum
>yang cenderung populis ... saya yakin kita bisa tumbuh lebih cepat
>dari India ataupun China.
>
>Just my 2 cents.

Yah memang politisi kita payah.
Nggak berbobot.
Kalau tidak ingin dikatakan dungu.



 

   
-
Boardwalk for $500? In 2007? Ha! 
Play Monopoly Here and Now (it's updated for today's economy) at Yahoo! Games.

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] Does capitalism lead to democracy, and how?

2007-07-30 Terurut Topik Poltak Hotradero
At 05:35 PM 7/30/2007, you wrote:

>Contoh lain Singapore ataupun China ...
>Meski "tidak demokratis" Economic Freedom di buka luas disana ..
>hasilnya bisa dilihat sendiri 


- Hong Kong yang ukurannya kira-kira sama dengan Singapura - toh bisa 
lebih maju lebih dulu daripada Singapura - dan tetap memiliki 
economic dan political freedom.  Jadi untuk hal ini - Singapura 
justru BUKAN contoh yang baik.

- China memang sangat rendah political freedom-nya.  Memang secara 
sepintas kelihatan bertumbuh maju -- tetapi bukan tanpa bayaran yang 
(sangat) mahal.  Rusaknya lingkungan serta kesenjangan ekonomi dan 
sosial sedemikian lebarnya.  Bukankah terasa janggal bahwa angka Gini 
Index China yang sosialis (yang menggambarkan kesenjangan ekonomi) 
ternyata lebih buruk daripada angka Gini Index Amerika yang 
kapitalis?  Betul saat ini terdapat kira-kira 120 Juta warga RRC yang 
punya pendapatan di atas USD 4000 per tahun -- tetapi pada saat yang 
sama terdapat lebih dari 800 Juta warga yang pendapatannya sekitar 
USD 2 per hari.

Cepat atau lambat ekonomi China pasti akan terganjal oleh hal kontras 
ini.  Pertumbuhan China selama ini semata-mata dari ekspor - sehingga 
China punya ketergantungan sangat tinggi pada ekonomi mitra dagangnya 
(terutama Amerika).  Tanpa ekspor - ekonomi China akan kehilangan 
lebih dari setengah pertumbuhannya.

Tanpa menggeser titik pertumbuhannya ke konsumsi -- pertumbuhan China 
suatu saat akan mencapai titik jenuh dan mulai mungkret.

Apakah China bisa menggeser pola ekonominya ke konsumsi?  Bisa saja 
-- tapi prasyarat konsumsi yang lebih luas adalah pasar ide yang 
lebih terbuka.  Pasar ide yang lebih terbuka cepat atau lambat akan 
mensyaratkan political freedom...


>Kalau demokrasi kita berhasil menghasilkan politisi2 pro Economic
>Liberty yang berani menentang convensional wisdom masyarakat umum
>yang cenderung populis ... saya yakin kita bisa tumbuh lebih cepat
>dari India ataupun China.
>
>Just my 2 cents.


Yah memang politisi kita payah.
Nggak berbobot.
Kalau tidak ingin dikatakan dungu.





Re: [Keuangan] Does capitalism lead to democracy, and how?

2007-07-30 Terurut Topik mr_w4w

Yes, Economic liberty atau Economic freedom atau Free market 
Capitalism adalah penggerak pertumbuhan sesungguhnya.

Idealnya memang Economic Liberty (free market capitalism) berbarengan 
dengan Political Liberty (Democracy).

Tapi kalau mau disuruh pilih ... saya pilih Economic Liberty first, 
Political Liberty menyusul.

Masalah utama dengan demokrasi adalah karena publik umumnya buta 
economy-101 .. yang muncul sebagai pemenang biasanya adalah kaum 
populis ... yang malah suka membatas-batasi Economic Liberty.
Punya kebun dibatasi lah, bikin pajak2 baru se-enak udelnya, sedikit2 
kasih subsidi, sedikit2 intervensi ke-urusan B2B, tiap tahun minimum 
wage dinaikan sampe ga masuk akal, PHK karyawan biayanya tinggi-nya 
bukan maen ... ya hasilnya begini

Di India bertahun tahun pemilu yang menang kamu populis sosialis ... 
Baru belakangan saja politisi2 pro economic liberty menang. 
Hasilnya ... bisa dibandingkan India sekarang dengan India satu 
dekade lalu.

Contoh lain Singapore ataupun China ... 
Meski "tidak demokratis" Economic Freedom di buka luas disana .. 
hasilnya bisa dilihat sendiri 

Kalau demokrasi kita berhasil menghasilkan politisi2 pro Economic 
Liberty yang berani menentang convensional wisdom masyarakat umum 
yang cenderung populis ... saya yakin kita bisa tumbuh lebih cepat 
dari India ataupun China.

Just my 2 cents.


--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Reza <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
>
> Another interesting opinion on democracy and economic development...
> http://www.elegans.com.tr/haberdetay.asp?
varLang=&yazar=30&varSayiCode=14
> 
> "The Constitution was designed to further the cause of liberty, not
> democracy… Economic liberty, which is a precondition for growth and
> prosperity, was enshrined in the Constitution, and that's how things
> remained for America's first century of extraordinary development 
and
> growth."
> *On Democracy*
> Steve H. HANKE, *Professor of Applied Economics at the Johns Hopkins
> University & Columnist at Forbes magazine*
> **In the aftermath of World War I, President Woodrow WILSON set out 
to make
> the world safe for democracy. Since then, U.S. Presidents have 
marched to
> the drumbeat of Wilsonian idealism. Indeed, most U.S. foreign 
policy is
> carried out under the pretext – and in some cases perhaps the 
genuine belief
> – that America is delivering democracy to the rest of the world. 
Therefore,
> President George W. BUSH's use of that rationale for foreign 
engagements is
> not new or unusual, and it is logical that one of the missions of 
U.S.
> intelligence agencies is to "bolster the growth of democracy and 
sustain
> peaceful democratic states."
> 
> Most people, including most Americans, would be surprised to learn 
that the
> word "democracy" does not appear in the Declaration of Independence 
(1776),
> the Constitution of the United States of America (1789), or its 
first ten
> amendments, known as the Bill of Rights (1791). They would also be 
shocked
> to learn the reason for the absence of the word democracy in the 
founding
> documents of the U.S.A. Contrary to what propaganda has led the 
public to
> believe, America's Founding Fathers were skeptical and anxious about
> democracy. They were aware of the evils that accompany a tyranny of 
the
> majority. Not surprisingly, the Framers of the Constitution went to 
great
> lengths to insure that the federal government was not based on the 
will of
> the majority and was not, therefore, democratic.
> 
> The original Constitution established the rule of law and the 
limits of
> government. About 20 percent of the Constitution itemizes things 
that the
> federal and state governments may not do. Another 10 percent of the
> Constitution is concerned with positive grants of power. The bulk 
of the
> Constitution – about 70 percent – addresses the Framers' conception 
of their
> main task: to bring the United States and its government under the 
rule of
> law.
> 
> The Constitution is primarily a structural and procedural document 
that
> itemizes who is to exercise power and how they are to exercise it. 
The
> Constitution divided the federal government into legislative, 
executive and
> judicial branches. Each branch was designed to check the power of 
the others
> because the Founders did not want to rely only on the voters to 
check
> government power. As a result, citizens were given very little 
power to
> select federal officials. Neither the President, members of the 
judiciary
> nor the Senate were elected by direct popular vote. Only members of 
the
> House of Representatives were directly elected by popular vote. The
> Constitution was not a Cartesian construct or formula aimed at 
social
> engineering, but something to protect individual citizens from the
> government. In short, the Constitution was designed to govern the
> government, not the people.
> 
> The Bill of Rights further establishes the rights of the people 
against
> infringements by the State. The o

Re: [Keuangan] Does capitalism lead to democracy, and how?

2007-07-26 Terurut Topik Reza
Another interesting opinion on democracy and economic development...
http://www.elegans.com.tr/haberdetay.asp?varLang=&yazar=30&varSayiCode=14

"The Constitution was designed to further the cause of liberty, not
democracy… Economic liberty, which is a precondition for growth and
prosperity, was enshrined in the Constitution, and that's how things
remained for America's first century of extraordinary development and
growth."
*On Democracy*
Steve H. HANKE, *Professor of Applied Economics at the Johns Hopkins
University & Columnist at Forbes magazine*
**In the aftermath of World War I, President Woodrow WILSON set out to make
the world safe for democracy. Since then, U.S. Presidents have marched to
the drumbeat of Wilsonian idealism. Indeed, most U.S. foreign policy is
carried out under the pretext – and in some cases perhaps the genuine belief
– that America is delivering democracy to the rest of the world. Therefore,
President George W. BUSH's use of that rationale for foreign engagements is
not new or unusual, and it is logical that one of the missions of U.S.
intelligence agencies is to "bolster the growth of democracy and sustain
peaceful democratic states."

Most people, including most Americans, would be surprised to learn that the
word "democracy" does not appear in the Declaration of Independence (1776),
the Constitution of the United States of America (1789), or its first ten
amendments, known as the Bill of Rights (1791). They would also be shocked
to learn the reason for the absence of the word democracy in the founding
documents of the U.S.A. Contrary to what propaganda has led the public to
believe, America's Founding Fathers were skeptical and anxious about
democracy. They were aware of the evils that accompany a tyranny of the
majority. Not surprisingly, the Framers of the Constitution went to great
lengths to insure that the federal government was not based on the will of
the majority and was not, therefore, democratic.

The original Constitution established the rule of law and the limits of
government. About 20 percent of the Constitution itemizes things that the
federal and state governments may not do. Another 10 percent of the
Constitution is concerned with positive grants of power. The bulk of the
Constitution – about 70 percent – addresses the Framers' conception of their
main task: to bring the United States and its government under the rule of
law.

The Constitution is primarily a structural and procedural document that
itemizes who is to exercise power and how they are to exercise it. The
Constitution divided the federal government into legislative, executive and
judicial branches. Each branch was designed to check the power of the others
because the Founders did not want to rely only on the voters to check
government power. As a result, citizens were given very little power to
select federal officials. Neither the President, members of the judiciary
nor the Senate were elected by direct popular vote. Only members of the
House of Representatives were directly elected by popular vote. The
Constitution was not a Cartesian construct or formula aimed at social
engineering, but something to protect individual citizens from the
government. In short, the Constitution was designed to govern the
government, not the people.

The Bill of Rights further establishes the rights of the people against
infringements by the State. The only claim citizens have on the State, under
the Bill of Rights, is for a trial by a jury. The rest of the citizen's
rights are protections from the State.

If the Framers of the Constitution did not embrace democracy, what did they
adhere to? To a man, the Framers agreed that the purpose of government was
to secure citizens in John Locke's trilogy of the rights to life, liberty
and property. The Framers wrote extensively and eloquently on liberty. John
ADAMS, for example, wrote that "the moment the idea is admitted into
society, that property is not as sacred as the laws of God, and that there
is not a force of law and public justice to protect it, anarchy and tyranny
commence."

The Founders' actions often spoke even louder than their words. Alexander
HAMILTON, a distinguished lawyer, took on many famous cases out of
principle. For example, after the Revolutionary War against the colonial
power, Great Britain, the state of New York enacted harsh measures against
Loyalists and British subjects. These included the Confiscation Act (1779),
the Citation Act (1782) and the Trespass Act (1783). All involved the taking
of property. In Hamilton's view, these Acts illustrated the inherent
difference between democracy and the law. Even though the Acts were widely
popular, they flouted fundamental principles of property law. Hamilton
carried his views into action by having the rule of law thoroughly applied.
He successfully defended – in the face of enormous public hostility – those
who had property taken under the three New York state statutes.

The Constitution was designed to 

Re: [Keuangan] Does capitalism lead to democracy, and how?

2007-07-09 Terurut Topik Poltak Hotradero
At 03:13 PM 7/9/2007, you wrote:

>one question: what democracy really is? The article points out that
>singapore, malaysia and russia are not 'truly' democratic despite elections
>being done frequently and relatively free. But for example, UK is usually
>defined as one of the true democracies while it has royal family which has
>many privileges over the commoners..



Democracy is a system based on feedback - as the opposite of 
authoritarianism which lack of political feedback (you're either be 
silent or die).

And further question will be - how effective is the feedback?  In 
most cases the effectiveness of a political feedback system 
determined by the presence of oppositions, either by influence 
(pressure on issues) or by numbers.  You can have few oppositions 
(like US or UK) with strong influence over many issues, or you can 
have many oppositions (like Indonesia, India, etc.) with a lower influence.

Now let we analyze Singapore, Malaysia and Russia.
There are many similarities over those countries,  Not only there are 
very few oppositions but also those oppositions have a very weak 
influence.  That's why those countries can't be said as having a true 
democratic system.

An election by itself is not the whole democracy - as elections also 
held in most countries in the world regardless of the 
intentions.  North Korea and Cuba for example in the past held 
elections (with the results of : 99.99% winning votes for the ruling 
party).  What kind of feedback we can get from such system?  Nothing.

How about UK?  Well, the monarch is more like a symbol and has no 
effective political power.  All political decisions regarding British 
policy determined by political parties which represented by the 
elected members of House of Commons.

The other British parliament members - that is House of Lords (post 
held by the aristocrats) still play some roles in British political 
system, but in the modern era the powers of the House of Lords have 
been steadily declining.



Re: [Keuangan] Does capitalism lead to democracy, and how?

2007-07-09 Terurut Topik Reza
one question: what democracy really is? The article points out that
singapore, malaysia and russia are not 'truly' democratic despite elections
being done frequently and relatively free. But for example, UK is usually
defined as one of the true democracies while it has royal family which has
many privileges over the commoners..

On 7/9/07, sidqy suyitno <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>
>
> Does capitalism lead to
> democracy, and how?
>
>
> By Patricia Cohen
>
>
> Published: June
> 13, 2007
>
>
> NEW YORK:
> When President George W. Bush declared last week that political liberty is
> the
> natural byproduct of economic openness, his counterparts in Beijing
> and Moscow were not the only ones
> to object. Even once ardent supporters have backed away from the
> century-old
> theory that democracy and capitalism, like Paris Hilton and paparazzi,
> need
> each other to survive.
>
>
=deleted=


[Keuangan] Does capitalism lead to democracy, and how?

2007-07-08 Terurut Topik sidqy suyitno


Does capitalism lead to
democracy, and how?


By Patricia Cohen


Published: June
 13, 2007


NEW YORK:
When President George W. Bush declared last week that political liberty is the
natural byproduct of economic openness, his counterparts in Beijing
and Moscow were not the only ones
to object. Even once ardent supporters have backed away from the century-old
theory that democracy and capitalism, like Paris Hilton and paparazzi, need
each other to survive.


In China, where astounding economic growth persists despite
Communist Party rule, in Russia where President Vladimir Putin has squelched
opponents, and in Venezuela where dissent is silenced, developments around the
world have been tearing sizable holes in what has been a remarkably powerful
idea, not only in intellectual circles, but also in Republican and Democratic
administrations - that capitalism and democracy are two sides of the same coin,
trends that reinforce each other.


“People, including myself, still have reasons to think it
will eventually happen,” Francis Fukuyama, a political economist at Johns
Hopkins School of Advanced International Studies, said of China’s
evolution to democracy. “But the time frame has to be a lot longer.” At least
in the next couple of decades, he said, it’s likely that “the authoritarian
system will keep going and get stronger.”


After communism collapsed, Fukuyama,
perhaps more than anyone else, was associated with the idea that capitalism and
democracy are inextricably linked. In his famous essay, “The End of History,”
he declared that all nations would ultimately evolve into Western-style liberal
democracies.


Yet in the more than 15 years since Fukuyama
gave his prognosis, support for the underlying theory tottered back and forth.
After the fall of communism in 1989, democratic capitalism seemed poised for a
victory lap. “There was great hope in the early 1990s,” said Michael
Mandelbaum, the author of the forthcoming book “Democracy’s Good Name: The Rise
and Risks of the World’s Most Popular Form of Government.”


The belief was that rising incomes create a middle class
who would then agitate for personal liberty and political power. The tipping
point seemed to occur when per capita income reached somewhere between $6,000
and $8,000. True, there were exceptions like tiny Singapore
and Malaysia
with their rising stocks and authoritarian governments, but they were often
dismissed as too small or transitional to really put a dent in the theory.


Yet as free market shock therapy closed down companies and
government services and autocrats gained power in the Caucasus,
Central Asia and Russia,
the initial optimism about democracy’s sure-footed march faltered.


Some scholars pointed out that the American experience,
where democracy and capitalism arose at the same time, wasn’t so much a model
for the rest of the world, but an anomaly. “Capitalism came before democracy
essentially everywhere except in this country where they started at the same
time,” said Bruce Scott, an economist at Harvard
 Business School
who is finishing up a book titled “Capitalism, Democracy and Development.” “In
the rest of the world, it took 100, 200, 300 years before they got to where
they could manage a democracy.”


A big mistake, Scott said, was assuming that “all you had
to have was a constitution and an election and you had a democracy; that was
really stupid.”


Joseph Stiglitz, a Nobel laureate now at Columbia
 University, agrees that one of the
biggest changes since the early 1990s is how fuzzy the meaning of democracy is
and how easy it is to manipulate elections.


As more fledgling democracies failed, various theories
like “illiberal democracy” appeared to explain why. Some countries - Singapore,
Peru and Russia,
for example - go through a stage of robust economic growth but limited
political liberties. Lee Kuan Yew, the former prime minister of Singapore,
argued that cultural differences, what he labeled “Asian values,” led to a
different path of democratic development.


Then, just after the Iraq
war, “there was a mini-burst of optimism” that capitalism was leading to 
democracy
after all, Mandelbaum said, with three popular uprisings in the Ukraine,
Georgia and Kyrgyzstan
and elections in Gaza, Lebanon
and Egypt in
2005. The optimism quickly fizzled.


Now some scholars argue that a free market can actually
undermine democracy. “Capitalism doesn’t necessarily lead towards democracy at
all,” Scott said. “The one thing that you can say is that capitalism is going
to relentlessly produce inequality of income, and eventually that is going to
become incompatible with democracy.”


More worrisome is that the widespread assumption that
capitalism and democracy are closely linked can backfire, argues Lord Ralf
Dahrendorf, a research professor at the Social Science Centre Berlin.
In a recent discussion on democracy and capitalism sponsored by the Hansard
Society, a nonpartisan charity in London
that promotes parliamentary democra