Re: [FISIKA] Re: LHC tertunda hingga awal 2009

2008-09-24 Terurut Topik my
Iya pak saya juga pembaca setia millis ini bagaimana mau komentar, mau berikan 
ide hanya kemampuan pas pasang begini. 
 
Salam
 

--- On Tue, 9/23/08, Ali Yunus Rohedi [EMAIL PROTECTED] wrote:

From: Ali Yunus Rohedi [EMAIL PROTECTED]
Subject: [FISIKA] Re: LHC tertunda hingga awal 2009
To: fisika_indonesia@yahoogroups.com
Date: Tuesday, September 23, 2008, 10:44 PM






Dengan hormat, 
Saya sangat tidak paham mengapa proyek ilmiah seprestius CERN itu
harus terhenti hanya karena faktor tarif listrik yang melambung
tinggi(paling tidak di undur sampai tarif listrik turun, disamping
masalah teknis). Okeylah memang itulah faktanya. Tetapi setidaknya
lewat forum ini kita sangat menunggu pencerahan ahli-ahli Fisika Teori
Indonesia seperti DR. Terry Mart (UI), DR.Freddy Zain (ITB), DR.
LT.Handoko(LIPI) , dan Agus Purwanto DSc (ITS) yang endingnya adalah
bisakah proyek raksasa itu di skala kecilkan untuk dikembangkan di
Indonesia? Dan yang takkalah pentingnya adalah penjelasan bagi kaum
akademisi di luar bidang ini tentang apa manfaatnya proyek ini?
Sekedar menjelaskan alam semestakah?
Dua hal yang segera terpetik kalau ke-4 ahli itu angkat bicara di
forum ini.

Pertama, menguji validasi pernyataan Prof. Tjia May On bahwa Doktor
Doktor Indonesia pada mandul sebagaimana disampaikan pada artikel
rajaelang Prof Tjia On Malu.

Kedua, mengukur sejauh mana atensi dari master-master fisika di forum
Fisika_Indonesia ini.
Karena sepemantauan saya forum ini hanya dikomentari oleh para
pengelolanya.

Sekian dulu sumbangan komentar saya. Terima kasih.

Salam hangat, 
rohedi.com

 ---
 
 Haryo Sumowidagdo
 
 D0 Experiment, Mail Stop 352 TEL: +1 +630 840 8384
 Fermi National Accelerator Laboratory FAX: +1 +630 840 8886
 Kirk Road  Pine Street [EMAIL PROTECTED]
 Batavia, IL 60510-0500 www-d0.fnal. gov/~haryo
 USA


 














  

[FISIKA] Re: Prof. Tjia May On MALU

2008-09-24 Terurut Topik saidphysics
Anda lempar pisang, ya dapat monyet, gak akan dapat macan 

Itulah pribahasa yang tepat untuk menggambarkan kelangkaan fisikawan
berkualitas di Indonesia.

Adalah alasan sangat bodoh bahwa berkutat di bidang fisika, menjadi
akademisi atau peneliti adalah PELAYANAN. Kalau pendeta atau ustadz
mungkin iya.

Tapi akademisi dan peneliti baik di bidang Fisika atau apapun adalah
professional .. yang perlu mendapatkan remuneration sepantasnya dengan
apa yang telah dia berikan.

Masalahnya, di Indonesia:

Cara pandang masyarakat Indonesia (disinyalir) kepada fisikawan masih
dianggap keramat, masih dianggap sebagai mahaguru dari langit,
dianggap diatas pendeta atau ustadz yang diwajibkan untuk melayani
ummatnya :-) Yang kata-katanya di pegang seperti sebuah ideologi,
sehingga terkadang ekspektasinya begitu besar. 

Padahal fisikawan hanyalah satu dari sekian profesi. Tak udahnya
seperti supir bus, penggunting rambut, atau koki.

Setidaknya di tempat saya tinggal sekarang di Sydney (entah di
kota-kota lain di Aussie), gaji sepupu saya yang supir bus hampir sama
saja dengan gaji seorang post-doc fellow .. sama-sama bisa kredit
mobil Commodore terbaru, sama-sama bisa ngontrak rumah AUD 350
perminggu .. karena seorang post-doc fellow tidak lebih penting
ketimbang supir bus. 

Kalau level professor mungkin lah lebih penting ketimbang supir bus
biasa, tapi gajinya gak lebih besar dibandingkan level manager di
Commonwealth Bank .. sama-sama bisa kredit rumah type townhouse di Sydney.

Itu semua karena Aussie punya sistem yang baik tentang berapa banyak
sebuah profesi di butuhkan untuk sampai pada keseimbangan pola hidup
dimana tidak ada yang susah sehingga semua orang makmur (namanya juga
Commonwealth)

Berapa kita perlu supir bus?
Berapa kita perlu professor fisika?
Berapa kita perlu lulusan fisika?
Berapa kita perlu tukang donat?

Kalau semua terhitung sesuai kebutuhan, maka sistem penggajian-nya pun
dengan mudah bisa di kalkulasi dan pantas.

Pantas lah supir bus di gaji 30 dolar sejam, kan dia capek dan perlu
konsentrasi selama jam-jam dia nyetir .. kalau nggak bisa celaka.

Pantas lah seorang PhD student digaji AUD 1500 perbulan (lebih rendah
di banding supir bus dalam hitungan jam), kan dia bisa kerja kapan
saja gak terpaku waktu .. asal lulus tepat waktu dan publish paper
sesuai harapan professornya. Di samping itu PhD student masih punya
waktu luang cari duit dari tutorial (nah kalau ini lumayan 35 dolar
sejam he..he..)

Di Indonesia ...

Kayaknya kita gak punya nih kalkulasi ini .. 

Berapa sih orang-orang teori murni yang melangit seperti Pak Agus Pur
yang diperlukan di Indonesia?

Berapa orang applied math atau math phys diperlukan seperti Mas Hadi
Susanto?

Berapa sih theoretical applied physicist di photonic seperti Pak Husin?

Atau berapa jumlah kita perlu experimentalist di High Energy Physics
seperti Mas Haryo ..

Atau berapa yang seperti saya? (atau memang Indonesia gak perlu saya
he..he..)

Harusnya pertanyaan ini dijawab oleh kaum birokrat yang harusnya
mengurusi kehidupan sosial kita.

Kalau kebanyakan fisikawan juga aneh.
Kalau kebanyakn tukang donat juga lucu.

Karena negara tidak hanya kenyang dengan Donat
dan pasti lapar kalau APBN hanya sekedar di habiskan buat bikin
eksperimen High Energy Physics.

Cheers!


PS: Tetaplah menjadi fisikawan yang professional!

--- In fisika_indonesia@yahoogroups.com, Rasahgelo [EMAIL PROTECTED]
wrote:

 pak liek wilardjo tidak hanya 'cukup dikenal', tapi beliau memang
 terkenal di indonesia. salah satunya karena tulisan-tulisan ilmiah
 populer beliau di media massa yang sangat membantu masyarakat umum
 untuk mengenal masyarakat ilmiah kita.
 
 tapi --sama sekali tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada beliau--
 pak liek juga salah satu dari sekian banyak profesor selebritas yang
 kita miliki, profesor yang kehilangan (atau menghilangkan?) satu dari
 sekian aspek yang seharusnya dikerjakan oleh seseorang dengan gelar
 profesor. dalam hal ini adalah melakukan advanced research.
 
 ah, jadi teringat lagi dengan polemik di kompas beberapa tahun silam
 yang dikumpulkan pak terry mart di
 http://staff.fisika.ui.ac.id/tmart/komentar.html
 
 salam,
 h.
 
 --- In fisika_indonesia@yahoogroups.com, and_sty0388
 and_sty0388@ wrote:
 
  Tidak salah ketika orang menjadi besar dan ingin ditepuk bahunya.
  Akan tetapi bila hanya itu yang dikejar apalah guna.
  Hidup adalah Pelayanan
  Mencontohkan seorang Prof. Liek Wilardjo yang senantiasa mengajar kami
  di UKSW(Universitas Kristen Satya Wacana) dengan sederhana. Beliau
  boleh dikata salah seorang Profesor yang cukup dikenal di Indonesia.
  Namun pakaian sederhananya tak menggambarkan keperkasaannya, Topi
  sedikit lusuh(bagiku)pun jadi barang bawaannya tiap kali masuk kelas.
  Tak lupa pula botol minum kesayangan beliau. Rambut putihnya
  menggambarkan usianya yang tak lagi muda. Namun semangat untuk
  melayani Nyata dalam pribadinya. Saatnya kita punya hati yang tulus
  melayani bangsa kita. Teriring salam dari kota 

[FISIKA] LHC meltdown before first collision

2008-09-24 Terurut Topik my
Published online 22 September 2008 | Nature | doi:10.1038/ 455436a 
LHC meltdown before first collision
Europe's largest particle accelerator might not produce data until 2009.
Geoff Brumfiel 


The shutdown may be due to a welding failure.M. BRICE/CERN
A mechanical failure has shut down the world's largest particle accelerator for 
at least two months.
The Large Hadron Collider (LHC), a US$4.1-billion machine located at CERN, 
Europe's particle-physics laboratory near Geneva, Switzerland, will be out of 
commission possibly until early next year to allow repairs to be made to a 
section of superconducting cable that is thought to have melted during a test 
on 19 September, just nine days after the collider circulated its first beams. 
We've had better days, says James Gillies, CERN's chief spokesperson.
The LHC is designed to accelerate protons to energies of 7 teraelectronvolts 
before smashing them together. To keep the beam focused and fast, the machine 
depends on around 9,600 superconducting niobium–titanium magnets. The magnets 
must be kept at temperatures of just 1.9 kelvin while carrying roughly 10,000 
amps. The magnets carry this enormous load without generating heat, but if a 
section of the niobium–titanium rises above its operating temperature it can 
lead to a catastrophic failure known as a 'quench'.
That is exactly what seems to have happened as physicists passed 8,000 amps 
into a sector of the LHC's 27-kilometre underground ring. A cable feeding 
current between two of the LHC's beam-focusing quadrupole magnets suddenly 
heated to above superconducting temperatures and melted. The failure seems to 
have happened at a joint where two sections of cable were spliced together. 
Tens of thousands of joints run around the LHC and many of them had already 
been tested without incident. 
The failure caused the liquid helium that was being used to cool the magnets to 
boil off, apparently rupturing the machine and releasing as much as a tonne of 
the gas into the LHC tunnels. During testing the tunnels are evacuated and no 
injuries were reported.
Such failures are not uncommon during the early commissioning of an 
accelerator, Gillies says. With a normally conducting machine you could fix it 
in a couple of days. But the LHC's superconducting status also makes it 
difficult to service. To fix the broken sector, physicists must heat thousands 
of tonnes of magnets from near-absolute- zero to room temperature, make the 
necessary repairs, and then slowly cool the system back down. Just warming and 
cooling will take at least two months, Gillies says.
The setback has dashed the hopes of thousands of researchers working on the 
four main detectors that will use the LHC. They had hoped to get their first 
data from proton–proton collisions as early as this week, but it now seems 
unlikely that collisions will occur this year. CERN normally shuts down during 
the winter months to save on electricity costs, says Tommaso Dorigo, a 
physicist at the CERN's Compact Muon Solenoid detector. He and others think the 
repairs will run into that winter shutdown. I'm not sure collisions are going 
to happen in 2008, Dorigo says.
That doesn't mean physicists will be sitting on their hands in the coming 
months. Much must still be done to prepare the detectors for first collisions, 
according to Pauline Gagnon, a senior scientist on CERN's ATLAS detector. 
Physicists must still calibrate the hundreds of thousands of sub-detectors in 
each of the larger experiments, and that can be done with high-energy cosmic 
rays from outer space rather than beam from the machine. It would be easier 
with the beam, but we can still do it, Gagnon says.
But for graduate students trying to complete their theses, there is no 
substitution for the real thing. Fresh data are imperative, especially for the 
American contingent, according to Seth Zenz, a graduate student at the 
University of California, Berkeley, who is currently working on ATLAS. Without 
new data, Zenz explains, he can't complete his thesis, and he is now planning 
on spending seven years in graduate school instead of six. Still, Zenz says, 
he's willing to put up with the delays: I can wait a few more months before 
getting back to affordable sushi and burritos in California, he says.
Source: Nature
http://www.nature. com/news/ 2008/080922/ full/455436a. html


  

[FISIKA] Re: LHC tertunda hingga awal 2009

2008-09-24 Terurut Topik Suharyo Sumowidagdo
--- In fisika_indonesia@yahoogroups.com, Ali Yunus Rohedi
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Dengan hormat, 
 Saya sangat tidak paham mengapa proyek ilmiah seprestius CERN itu
 harus terhenti hanya karena faktor tarif listrik yang melambung
 tinggi(paling tidak di undur sampai tarif listrik turun, disamping
 masalah teknis). Okeylah memang itulah faktanya. Tetapi setidaknya
 lewat forum ini kita sangat menunggu pencerahan ahli-ahli Fisika 
 Teori

Soal tarif listrik naik pada bulan Desember-Februari, itu dikarenakan
di Swiss/Eropa, permintaan listrik meningkat untuk pemanasan rumah di
musim dingin.  Jadi memang sudah siklusnya seperti itu.  Analog serupa
adalah kenaikan harga sembako sekitar hari raya Idul Fitri, yang
siklusnya juga tahunan.

CERN membutuhkan listrik besar sekali dengan jaminan 24/7, dan PLN
Swiss memasang tarif mahal jika ingin jaminan 24/7. CERN memerlukan
suplai listrik dengan daya 230 MW saat ini dengan adanya LHC.  Satu
rumah biasa di Indonesia memerlukan 1-2 kW.

 Indonesia seperti DR. Terry Mart (UI), DR.Freddy Zain (ITB), DR.
 LT.Handoko(LIPI), dan Agus Purwanto DSc (ITS) yang endingnya adalah
 bisakah proyek raksasa itu di skala kecilkan untuk dikembangkan di
 Indonesia? Dan yang takkalah pentingnya adalah penjelasan bagi kaum
 akademisi di luar bidang ini tentang apa manfaatnya proyek ini?
 Sekedar menjelaskan alam semestakah?
 Dua hal yang segera terpetik kalau ke-4 ahli itu angkat bicara di
 forum ini.

Eksperimen semacam di LHC _tidak_mungkin_ (dan _tidak_perlu) diskala
kecil kan untuk dikembangkan/dilakukan di Indonesia.  Boro-boro
Indonesia, negara yang ekonominya maju seperti Jepang, China, atau
Korea Selatan saja _tidak_akan_ membuat LHC versi mereka sendiri. 
Biaya konstruksi LHC itu 7-8 milyar dolar, dan proyeknya dilaksanakan
selama 14 tahun !  

Eksperimen serupa cukup ada satu atau dua saja.  Namun meskipun cuma
ada 1 atau 2, mereka membolehkan fisikawan dari seluruh dunia untuk
berpartisipasi dalam eksperimen mereka.  Tentunya yang mau
berpartisipasi juga harus menyumbang sesuatu.  Jika anda membaca reply
saya tentang peluang kerja di CERN beberapa waktu lalu, maka anda akan
tahu ada paling tidak 200-300 universitas/institusi dari beberapa
puluh negara di dunia yang berpartisipasi dalam eksperimen di CERN.  

Oh, para fisikawan yang anda sebut tsb, mereka bidang keahliannya
bukan fisika partikel eksperimen, jadi tolong jangan menuntut mereka
membicarakan sesuatu yang bukan keahliannya.

 Pertama, menguji validasi pernyataan Prof. Tjia May On bahwa Doktor
 Doktor Indonesia pada mandul sebagaimana disampaikan pada artikel
 rajaelang Prof Tjia On Malu.
 
 Kedua, mengukur sejauh mana atensi dari master-master fisika di forum
 Fisika_Indonesia ini.
 Karena sepemantauan saya forum ini hanya dikomentari oleh para
 pengelolanya.






===
**  Arsip  : http://members.tripod.com/~fisika/ 
**  Ingin Berhenti : silahkan mengirim email kosong ke : 
 [EMAIL PROTECTED] 
===
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/fisika_indonesia/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/fisika_indonesia/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



Bls: [FISIKA] Re: Prof. Tjia May On MALU

2008-09-24 Terurut Topik Wahyuadi Tri Ananto
Waw... 
Bener juga! melempar pisang, dapetnya pasti monyet.
Wihiy.. saya senang hari ini.
Tapi pertanyaannya, apakah sukses jika ahli fisikanya dialirkan pada saluran 
logika aneh kayak gitu?
Kalo dihitung - hitung fungsinya kepada masyarakat, berarti itu juga 
merepresentasikan seberapa jauh masyarakat itu memandang ilmu (terkait Doktor 
Fisika yang dikaitkan dengan supir Bus di Aussie), yang kemudian dapat terlihat 
seberapa tinggi daya intelektualitas mereka dalam menghadapi kehidupan, karena 
fisika adalah analisis mendalam yang jika siapapun dapat memahaminya, maka ia 
lah orang - orang yang diimpikan oleh hati nurani.




- Pesan Asli 
Dari: saidphysics [EMAIL PROTECTED]
Kepada: fisika_indonesia@yahoogroups.com
Terkirim: Rabu, 24 September, 2008 13:24:35
Topik: [FISIKA] Re: Prof. Tjia May On MALU


Anda lempar pisang, ya dapat monyet, gak akan dapat macan 

Itulah pribahasa yang tepat untuk menggambarkan kelangkaan fisikawan
berkualitas di Indonesia.

Adalah alasan sangat bodoh bahwa berkutat di bidang fisika, menjadi
akademisi atau peneliti adalah PELAYANAN. Kalau pendeta atau ustadz
mungkin iya.

Tapi akademisi dan peneliti baik di bidang Fisika atau apapun adalah
professional .. yang perlu mendapatkan remuneration sepantasnya dengan
apa yang telah dia berikan.

Masalahnya, di Indonesia:

Cara pandang masyarakat Indonesia (disinyalir) kepada fisikawan masih
dianggap keramat, masih dianggap sebagai mahaguru dari langit,
dianggap diatas pendeta atau ustadz yang diwajibkan untuk melayani
ummatnya :-) Yang kata-katanya di pegang seperti sebuah ideologi,
sehingga terkadang ekspektasinya begitu besar. 

Padahal fisikawan hanyalah satu dari sekian profesi. Tak udahnya
seperti supir bus, penggunting rambut, atau koki.

Setidaknya di tempat saya tinggal sekarang di Sydney (entah di
kota-kota lain di Aussie), gaji sepupu saya yang supir bus hampir sama
saja dengan gaji seorang post-doc fellow .. sama-sama bisa kredit
mobil Commodore terbaru, sama-sama bisa ngontrak rumah AUD 350
perminggu .. karena seorang post-doc fellow tidak lebih penting
ketimbang supir bus. 

Kalau level professor mungkin lah lebih penting ketimbang supir bus
biasa, tapi gajinya gak lebih besar dibandingkan level manager di
Commonwealth Bank .. sama-sama bisa kredit rumah type townhouse di Sydney.

Itu semua karena Aussie punya sistem yang baik tentang berapa banyak
sebuah profesi di butuhkan untuk sampai pada keseimbangan pola hidup
dimana tidak ada yang susah sehingga semua orang makmur (namanya juga
Commonwealth)

Berapa kita perlu supir bus?
Berapa kita perlu professor fisika?
Berapa kita perlu lulusan fisika?
Berapa kita perlu tukang donat?

Kalau semua terhitung sesuai kebutuhan, maka sistem penggajian-nya pun
dengan mudah bisa di kalkulasi dan pantas.

Pantas lah supir bus di gaji 30 dolar sejam, kan dia capek dan perlu
konsentrasi selama jam-jam dia nyetir .. kalau nggak bisa celaka.

Pantas lah seorang PhD student digaji AUD 1500 perbulan (lebih rendah
di banding supir bus dalam hitungan jam), kan dia bisa kerja kapan
saja gak terpaku waktu .. asal lulus tepat waktu dan publish paper
sesuai harapan professornya. Di samping itu PhD student masih punya
waktu luang cari duit dari tutorial (nah kalau ini lumayan 35 dolar
sejam he..he..)

Di Indonesia ...

Kayaknya kita gak punya nih kalkulasi ini .. 

Berapa sih orang-orang teori murni yang melangit seperti Pak Agus Pur
yang diperlukan di Indonesia?

Berapa orang applied math atau math phys diperlukan seperti Mas Hadi
Susanto?

Berapa sih theoretical applied physicist di photonic seperti Pak Husin?

Atau berapa jumlah kita perlu experimentalist di High Energy Physics
seperti Mas Haryo ..

Atau berapa yang seperti saya? (atau memang Indonesia gak perlu saya
he..he..)

Harusnya pertanyaan ini dijawab oleh kaum birokrat yang harusnya
mengurusi kehidupan sosial kita.

Kalau kebanyakan fisikawan juga aneh.
Kalau kebanyakn tukang donat juga lucu.

Karena negara tidak hanya kenyang dengan Donat
dan pasti lapar kalau APBN hanya sekedar di habiskan buat bikin
eksperimen High Energy Physics.

Cheers!

PS: Tetaplah menjadi fisikawan yang professional!

--- In fisika_indonesia@ yahoogroups. com, Rasahgelo [EMAIL PROTECTED] ..
wrote:

 pak liek wilardjo tidak hanya 'cukup dikenal', tapi beliau memang
 terkenal di indonesia. salah satunya karena tulisan-tulisan ilmiah
 populer beliau di media massa yang sangat membantu masyarakat umum
 untuk mengenal masyarakat ilmiah kita.
 
 tapi --sama sekali tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada beliau--
 pak liek juga salah satu dari sekian banyak profesor selebritas yang
 kita miliki, profesor yang kehilangan (atau menghilangkan? ) satu dari
 sekian aspek yang seharusnya dikerjakan oleh seseorang dengan gelar
 profesor. dalam hal ini adalah melakukan advanced research.
 
 ah, jadi teringat lagi dengan polemik di kompas beberapa tahun silam
 yang dikumpulkan pak terry mart di
 http://staff. fisika.ui. ac.id/tmart/ komentar. html
 
 salam,
 h.
 
 

[FISIKA] Re: LHC tertunda hingga awal 2009

2008-09-24 Terurut Topik mwahyu_pratama
Diskusi yang menarik pak.

Terkait peryataan Hawking di 
http://www.physorg.com/news140161003.html

khususnya pada kalimat :
I think it will be much more exciting if we don't find the Higgs.
That will show something is wrong, and we need to think again. I have
a bet of 100 dollars that we won't find the Higgs, added Hawking,
whose books including A Brief History of Time have sought to
popularise study of stellar physics. 

mungkin ada yang bisa menjelaskan bagaimana Stephen Hawking kurang
begitu yakin akan penemuan higgs?

P Haryo, apabila tidak terjadi kebocoran?kira-2 akankan LHC juga akan
di shutdown disaat listrik naik? 

Saya setuju, kalau LHC tidak perlu, dan tidak mungkin di adakan di
indonesia, uraian bapak sudah cukup jelas.




===
**  Arsip  : http://members.tripod.com/~fisika/ 
**  Ingin Berhenti : silahkan mengirim email kosong ke : 
 [EMAIL PROTECTED] 
===
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/fisika_indonesia/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/fisika_indonesia/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



Re: [FISIKA] Re: Prof. Tjia May On MALU

2008-09-24 Terurut Topik kunaifi kunaifi
Cara pandang yang menarik dan patut ditiru

--
KUNAIFI






- Original Message 
From: saidphysics [EMAIL PROTECTED]
To: fisika_indonesia@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, September 24, 2008 2:24:35 PM
Subject: [FISIKA] Re: Prof. Tjia May On MALU


Anda lempar pisang, ya dapat monyet, gak akan dapat macan 

Itulah pribahasa yang tepat untuk menggambarkan kelangkaan fisikawan
berkualitas di Indonesia.

Adalah alasan sangat bodoh bahwa berkutat di bidang fisika, menjadi
akademisi atau peneliti adalah PELAYANAN. Kalau pendeta atau ustadz
mungkin iya.

Tapi akademisi dan peneliti baik di bidang Fisika atau apapun adalah
professional .. yang perlu mendapatkan remuneration sepantasnya dengan
apa yang telah dia berikan.

Masalahnya, di Indonesia:

Cara pandang masyarakat Indonesia (disinyalir) kepada fisikawan masih
dianggap keramat, masih dianggap sebagai mahaguru dari langit,
dianggap diatas pendeta atau ustadz yang diwajibkan untuk melayani
ummatnya :-) Yang kata-katanya di pegang seperti sebuah ideologi,
sehingga terkadang ekspektasinya begitu besar. 

Padahal fisikawan hanyalah satu dari sekian profesi. Tak udahnya
seperti supir bus, penggunting rambut, atau koki.

Setidaknya di tempat saya tinggal sekarang di Sydney (entah di
kota-kota lain di Aussie), gaji sepupu saya yang supir bus hampir sama
saja dengan gaji seorang post-doc fellow .. sama-sama bisa kredit
mobil Commodore terbaru, sama-sama bisa ngontrak rumah AUD 350
perminggu .. karena seorang post-doc fellow tidak lebih penting
ketimbang supir bus. 

Kalau level professor mungkin lah lebih penting ketimbang supir bus
biasa, tapi gajinya gak lebih besar dibandingkan level manager di
Commonwealth Bank .. sama-sama bisa kredit rumah type townhouse di Sydney.

Itu semua karena Aussie punya sistem yang baik tentang berapa banyak
sebuah profesi di butuhkan untuk sampai pada keseimbangan pola hidup
dimana tidak ada yang susah sehingga semua orang makmur (namanya juga
Commonwealth)

Berapa kita perlu supir bus?
Berapa kita perlu professor fisika?
Berapa kita perlu lulusan fisika?
Berapa kita perlu tukang donat?

Kalau semua terhitung sesuai kebutuhan, maka sistem penggajian-nya pun
dengan mudah bisa di kalkulasi dan pantas.

Pantas lah supir bus di gaji 30 dolar sejam, kan dia capek dan perlu
konsentrasi selama jam-jam dia nyetir .. kalau nggak bisa celaka.

Pantas lah seorang PhD student digaji AUD 1500 perbulan (lebih rendah
di banding supir bus dalam hitungan jam), kan dia bisa kerja kapan
saja gak terpaku waktu .. asal lulus tepat waktu dan publish paper
sesuai harapan professornya. Di samping itu PhD student masih punya
waktu luang cari duit dari tutorial (nah kalau ini lumayan 35 dolar
sejam he..he..)

Di Indonesia ...

Kayaknya kita gak punya nih kalkulasi ini .. 

Berapa sih orang-orang teori murni yang melangit seperti Pak Agus Pur
yang diperlukan di Indonesia?

Berapa orang applied math atau math phys diperlukan seperti Mas Hadi
Susanto?

Berapa sih theoretical applied physicist di photonic seperti Pak Husin?

Atau berapa jumlah kita perlu experimentalist di High Energy Physics
seperti Mas Haryo ..

Atau berapa yang seperti saya? (atau memang Indonesia gak perlu saya
he..he..)

Harusnya pertanyaan ini dijawab oleh kaum birokrat yang harusnya
mengurusi kehidupan sosial kita.

Kalau kebanyakan fisikawan juga aneh.
Kalau kebanyakn tukang donat juga lucu.

Karena negara tidak hanya kenyang dengan Donat
dan pasti lapar kalau APBN hanya sekedar di habiskan buat bikin
eksperimen High Energy Physics.

Cheers!

PS: Tetaplah menjadi fisikawan yang professional!

--- In fisika_indonesia@ yahoogroups. com, Rasahgelo [EMAIL PROTECTED] ..
wrote:

 pak liek wilardjo tidak hanya 'cukup dikenal', tapi beliau memang
 terkenal di indonesia. salah satunya karena tulisan-tulisan ilmiah
 populer beliau di media massa yang sangat membantu masyarakat umum
 untuk mengenal masyarakat ilmiah kita.
 
 tapi --sama sekali tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada beliau--
 pak liek juga salah satu dari sekian banyak profesor selebritas yang
 kita miliki, profesor yang kehilangan (atau menghilangkan? ) satu dari
 sekian aspek yang seharusnya dikerjakan oleh seseorang dengan gelar
 profesor. dalam hal ini adalah melakukan advanced research.
 
 ah, jadi teringat lagi dengan polemik di kompas beberapa tahun silam
 yang dikumpulkan pak terry mart di
 http://staff. fisika.ui. ac.id/tmart/ komentar. html
 
 salam,
 h.
 
 --- In fisika_indonesia@ yahoogroups. com, and_sty0388
 and_sty0388@  wrote:
 
  Tidak salah ketika orang menjadi besar dan ingin ditepuk bahunya.
  Akan tetapi bila hanya itu yang dikejar apalah guna.
  Hidup adalah Pelayanan... .
  Mencontohkan seorang Prof. Liek Wilardjo yang senantiasa mengajar kami
  di UKSW(Universitas Kristen Satya Wacana) dengan sederhana. Beliau
  boleh dikata salah seorang Profesor yang cukup dikenal di Indonesia.
  Namun pakaian sederhananya tak 

[FISIKA] CP uji analisa dengan coulter-counter di LIPI

2008-09-24 Terurut Topik dit78er
Hallo semua,

Apakah ada yang bisa menginformasikan contact person untuk uji analisa
droplet emulsi dengan coulter counter di Puslitbang LIPI? Saya perlu
mengukur distribusi ukuran droplet (drop size distribution) untuk
emulsi kental dengan rentang ukuran droplet dari 10-100 nm sampai 100
micron. Atau apa ada universitas/layanan analisa sekitaran Jakarta
yang memiliki alat ini?

Terima kasih sebelumnya.

Dan

--- In fisika_indonesia@yahoogroups.com, Ihsan Hariadi [EMAIL PROTECTED]
wrote:

 
 
-
From   : atmo [EMAIL PROTECTED]
To : [EMAIL PROTECTED]
Date   : Tue, 5 Sep 2000 16:58:19 +0900
Subject: Re: [HFI] blood-cell counter ...
-
 
Kalau yang dimaksud adalah pencacah blood-cell, di Puslitbang Fisika 
Terapan LIPI, Serpong juga ada , namanya Coulter-Caunter (buatan
Ingris 
kalau tidak salah), disana ada buku manualnya beserta rangkaian
elektro-
niknya, karena saya pernah memperbaiki. Biasanya kalibrasinya
pakai   
serbuk/butiran latex.
 
Prinsip kerja alat tersebut adalah ada celah ukuran mikron yang meng-
hubungkan dua elektroda. Kemudian dua lektroda dialiri arus, sehingga
apabila ada partikel kecil yang melewati celah mikron tersebut, maka 
akan merubah arus yang lewat dan ini seterusnya dikonversi ke
tengangan. 
Kemudian dari tegangan dan lebar pulsa dihitung besaran partikelnya.
  ***
Untuk lebih detail hubungi pemakainya yaitu lab Keramik P3FT,
Serpong.
 
wassalam
 
atmo
 
  ihsan:
  -
  Kalau membaca prinsip kerja alat pencacah sel darah di atas
  sebetulnya rasanya cukup sederhana. Pasangan elektroda
  dengan jarak sekian mikron tersebut rasanya ada dalam
  jangkauan kita di Indonesia untuk membuat. Misalnya 
  menggunakan teknologi mikroelektronika.
  
  Pada prosedur di atas, agar ukuran/diameter sel darah
  dapat diperkirakan secara cukup teliti dengan mengukur
  lebar pulsa, maka kecepatan aliran v nya perlu
  diketahui (atau ditentukan) dengan presisi. Kalau aliran
  ini dibangkitkan oleh pompa, justeri teknologi pompa
  cairan yang presisi ini (yang banyak mengandung precision
  mechanics) yang saya belum begitu kebayang. Tapi kalau toh
  kita menggunakan pompa yang tidak begitu presisi, yang
alirannya
  tidak begitu stabil, masih bisa ditolerir, asal pada saat
  yang bersamaan (dan real time) laju aliran juga diukur
  oleh sebuah sensor aliran yang presisi dan terkalibrasi.
  Jadi selalu ada pasangan data :
  
 vp, tp
 
  di mana vp = laju aliran (dalam satuan jarak/waktu )
  tp = lebar pulsa (dalam satuan waktu)
  
  Untuk kasus yang sederhana, maka ukuran diameter darah
  adalah =
  
   Dp = vp * tp
  
  Ada rekan-rekan yang dapat menjelaskan berapa ukuran rata-rata
  diameter sel darah (sel darah merah?).
  
ihsan 






===
**  Arsip  : http://members.tripod.com/~fisika/ 
**  Ingin Berhenti : silahkan mengirim email kosong ke : 
 [EMAIL PROTECTED] 
===
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/fisika_indonesia/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/fisika_indonesia/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



Bls: [FISIKA] Re: Prof. Tjia May On MALU

2008-09-24 Terurut Topik saidphysics
Ini bukan logika aneh boss! Setidaknya di negara-negara lebih maju di
banding Indonesia yang pernah saya kunjungi. Tapi mungkin jadi aneh
karena pandangan kayak gini gak umum dan gak biasa dijumpai di negeri
kita tercinta.

Fisika itu semua orang bisa kerjakan, karena hanya di perlukan dua ..
kerja keras dan kesabaran. 

Tapi gak semua orang suka, dan sepatutnya juga gak perlu banyak orang
yang suka .. Repot nanti kalau semua orang suka Fisika .. siapa yang
akan jadi supir bus he he..? Nanti para fisikawan yang gak punya mobil
terpaksa jalan kaki donk he.. he.. Atau kita kerepotan karena jumlah
dokter jadi menurun dan siapa yang akan merawat fisikawan kalau sakit ..

Nah fungsi birokrat salah satunya adalah memplanning sebarapa banyak
fisikawan di butuhkan, bahkan lebih jauh dari itu tapi sebarapa banyak
fisikawan yang di bidang terapan, yang murni, yang di universitas,
yang di industri, yang jadi akademisi ..

Yang implikasinya juga ke arah seberapa banyak jurusan fisika perlu
dibuka di universitas .. bahkan sampai kurikulum sekolah ..

Kalau bicara masalah daya analisis atau intelektualitas, saya
menemukan masyarakat disini jauh lebih pintar dari rata-rata orang
Indonesia meski pelajar-pelajar disini keok melulu kalau olimpiade
fisika he..he.. kalah sama Indonesia, karena itu bukan ukuran kemajuan
intelektualitas sebuah negara. 

Sekolah disini santai bukan karena lebih goblok di banding Indonesia
(ingat Australia adalah satu dari sekian negara dengan pendidikan
paling berkualitas!), namun mereka paham seberapa efesien mata
pelajaran yang harus di ajar. Kalau menurut kalkulasi, hanya sekian
persen dibutuhkan fisikawan, kenapa harus diajarkan fisika yang
hebat-hebat waktu sekolah? cukup aja dasar-dasarnya yang sangat simple.

(bahkan setahu saya fisika belum jadi pelajaran terpisah sampai
setelah kelas satu sma - masih di satukan dalam Science dan diajarkan
gantian tiap semester dengan Kimia - itupun di sekolah Sydney Grammar
yang termasuk favorit yang biasanya lebih advance) 

Kalau kemudian suka, siswa bisa ambil sebagai mata ujian pilihan dan
baru nanti serius di kuliah.

Gak seperti di negara kita tercinta, hampir disetiap uni ada jurusan
fisika, tapi berapa lulusan fisika yang masih benar-benar berkutat di
fisika? Bahkan fisika sudah di ajarkan sejak kelas 1 smp .. Hebat!

Meskipun bekerja sebagai almost-retired electric engineer .. flat-lord
saya rajin baca Scientific American, sehingga pernah diskusi
ngalor-ngidul sama saya tentang mekanika kuantum.

Waktu saya tinggal seminggu di hotel kampus, tukang bersih-bersih
kamar saya cuma lulusan sekolah dasar tapi karena akses informasi
disini bagus, dia pernah tanya-tanya ke saya tentang bisa gak kita
mengaplikasikan quantum teleportation untuk manusia :-)

Anyway itu cuma pengalaman saya pribadi aja, might be wrong!

Jadi tingkat intelektualitas atau analisis bukan karena mereka belajar
fisika yang hebat-hebat kayak di Indo waktu sekolah, tapi karena
mereka doyan baca, doyan mengakses informasi yang memang sangat mudah
dan disediakan oleh pemerintah, dan nilai-nilai universal mereka udah
bagus (komunikatif, jujur, gak berpikiran sempit de-el-el)

Sebagai fisikawan, jangan deh sekali-kali kita over-estimate dengan
jati diri kita .. Kita ini cuma satu dari sekian profesi. Yang
membedakan adalah apakah kita profesional atau tidak. Apakah kita
pingin jadi fisikawan yang selebritis atau yang hard-core? Apakah kita
cuma ngejar titel professor atau produktif dalam riset yang bisa
dilihat dari seberapa besar impact penelitian dan hasil publikasi akan
penelitian kita .. Gitu aja kok repot kalo kata Gus Dur.

Kata siapa lebih penting ketimbang supir bus atau pemadam kebakaran? 

Supir bus dan pemadam kebakaran disini stamina-nya oke-oke, dan nyetir
secara profesional sehingga gak ada tuh sampe tabrakan bus gara-gara
minum pil koplo .. 

Yah itu analisis makro saya terhadap profesi fisikawan ..

Cheers!



--- In fisika_indonesia@yahoogroups.com, Wahyuadi Tri Ananto
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Waw... 
 Bener juga! melempar pisang, dapetnya pasti monyet.
 Wihiy.. saya senang hari ini.
 Tapi pertanyaannya, apakah sukses jika ahli fisikanya dialirkan
pada saluran logika aneh kayak gitu?
 Kalo dihitung - hitung fungsinya kepada masyarakat, berarti itu juga
merepresentasikan seberapa jauh masyarakat itu memandang ilmu (terkait
Doktor Fisika yang dikaitkan dengan supir Bus di Aussie), yang
kemudian dapat terlihat seberapa tinggi daya intelektualitas mereka
dalam menghadapi kehidupan, karena fisika adalah analisis mendalam
yang jika siapapun dapat memahaminya, maka ia lah orang - orang yang
diimpikan oleh hati nurani.
 
 
 
 




===
**  Arsip  : http://members.tripod.com/~fisika/ 
**  Ingin Berhenti : silahkan mengirim email kosong ke : 
 [EMAIL PROTECTED] 
===
Yahoo! Groups Links

* To 

[FISIKA] Re: Brief History Of Time

2008-09-24 Terurut Topik saidphysics
Hola Tani! Salam kenal juga ..

Setahu saya itu buku udah lama benget di terjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia, saya ingat saya sudah mulai baca itu buku saat saya kelas 2
atau kelas 3 sma, berarti sekitar tahun 1995-an. Judulnya terjemahannya: 

Riwayat Sang Kala: Dari Dentuman Besar sampai ke Lubang Hitam ..
(kalau saya gak salah ingat) Saya lupa penerbitnya apa .. tapi
kayaknya mudah banget dicari di toko-toko buku di Jakarta/Bandung. 

Anyway kalau kamu suka dengan astrofisika/kosmologi apalagi punya
background math yang cukup kuat .. coba aja daftar Asher Peres
International School of Physics di Sydney, gratis untuk pendaftaran,
akomodasi dan makan (kalau aplkasi kamu diterima - tapi tidak termasuk
tiket pesawat). 

Silahkan lihat keterangannya disini:
http://web.mac.com/quests/PeresSchool/Lecturers.html

Good luck!
Cheers,
rsaid.






--- In fisika_indonesia@yahoogroups.com, Tani Indrawan
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Sebelumnya perkenalkan saya sbg peserta milis fisika-indo baru.
 Meski background saya bukan fisika, tapi matematika, sejak dulu saya
 tertarik dunia fisika khususnya astrofisika.
 Dalam beberapa hal saya senang melakukan eksplorasi ilmu ini dengan
 latar belakang matematika yg saya punyai, cukup membantu saya untuk
 belajar astrofisika, meski cuma dasar2 nya saja.
 Dalam forum ini saya minta informasi rekan2 milis mengenai bukunya
 Stephen Hawking: Brief History of Time, barangkali ada yg memiliki
 terjamahan nya atau informasi dimana saya bisa mendapatkan terjemahan
 indonesia buku tersebut.
 Sebelumnya saya ucapkan banyak terimakasih
  
 Wassalam






===
**  Arsip  : http://members.tripod.com/~fisika/ 
**  Ingin Berhenti : silahkan mengirim email kosong ke : 
 [EMAIL PROTECTED] 
===
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/fisika_indonesia/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/fisika_indonesia/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



[FISIKA] Tentang Entropi dan Entalpi

2008-09-24 Terurut Topik Mikhail S.S.
Perkenalkan, nama saya Mikhail. Saya saat ini adalah seorang mahasiswa jurusan 
Fisika di UPH Karawaci. Ini adalah posting saya yang pertama di milis fisika 
ini.

Saya saat ini sedang kesulitan bagaimana menjelaskan apa itu Entropi dan 
Entalpi kepada orang yang baru akan belajar Termodinamika, bagaimana menyusun 
kata-kata yang tepat sehingga mudah dimengerti. Karena sata tahu kedua istilah 
ini memang sangat penting untuk digunakan di Termodinamika. Adakah yang bisa 
bantu saya? Jikalau harus menggunaka analogi, harus saya hubungkan terhadap apa 
agar sesuai dan mudah dicerna?

Maaf jika ada kata-kata yang tidak berkenan.
Mohon kerjasamanya dan Terima Kasih.



  

[FISIKA] Re: Brief History Of Time

2008-09-24 Terurut Topik mwahyu_pratama
Hasil google Brief History Of Time baris kedua.

http://www.nt.ntnu.no/users/lale/e_book/stephenHawking-ABriefHistoryOfTime.pdf

Regards, 
Wahyu




===
**  Arsip  : http://members.tripod.com/~fisika/ 
**  Ingin Berhenti : silahkan mengirim email kosong ke : 
 [EMAIL PROTECTED] 
===
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/fisika_indonesia/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/fisika_indonesia/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



[FISIKA] Re: Brief History Of Time

2008-09-24 Terurut Topik mwahyu_pratama
Maaf yang ini kelewatan .. jd itu basa ingris mgn anda juga sudah dapat.
 Dalam forum ini saya minta informasi rekan2 milis mengenai bukunya
 Stephen Hawking: Brief History of Time, barangkali ada yg memiliki
 terjamahan nya atau informasi dimana saya bisa mendapatkan terjemahan
 indonesia buku tersebut.
 Sebelumnya saya ucapkan banyak terimakasih
  
 Wassalam






===
**  Arsip  : http://members.tripod.com/~fisika/ 
**  Ingin Berhenti : silahkan mengirim email kosong ke : 
 [EMAIL PROTECTED] 
===
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/fisika_indonesia/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/fisika_indonesia/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



Re: [FISIKA] Re: Prof. Tjia May On MALU

2008-09-24 Terurut Topik Hantarto
Gaji sopir bus sama dengan gaji post-doc fellow inilah yg menjadi masalah di
Aussie. Kalau saya bisa kursus nyopir bus beberapa bulan, bisa dapet uangnya
sama gedenya dengan kalau saya harus bersusah payah studi sampai tingkat
doktor, kenapa saya harus sekolah sampe doktor? Hal ini menyebabkan
pendidikan tinggi di Aussie juga mengalami masalah. Orang lebih banyak
berbondong2 sekolah TAFE (semacam D3) utk menjadi tukang ledeng, montir
mobil, koki, tukang potong rambut, daripada susah2 kuliah di universitas.
Toh dapet uangnya sama, bisa sama2 liburan ke Bali/Eropa.
Gaji buruh kasar (blue collar) setahun bisa $30,000-$50,000 (setelah pajak),
sedangkan beasiswa PhD setahun paling2 $20,000 (bebas pajak). Ya tentu saja
banyak orang yg memilih kerja kasar yg tidak perlu repot2 mikir. Sehingga
budaya utk sekolah di universitas di Aussie mungkin kalah dibandingkan di
Indonesia. Ini opini saya saja lho.

- Original Message - 
From: saidphysics
To: fisika_indonesia@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, September 24, 2008 2:24 PM
Subject: [FISIKA] Re: Prof. Tjia May On MALU


Anda lempar pisang, ya dapat monyet, gak akan dapat macan

Itulah pribahasa yang tepat untuk menggambarkan kelangkaan fisikawan
berkualitas di Indonesia.

Adalah alasan sangat bodoh bahwa berkutat di bidang fisika, menjadi
akademisi atau peneliti adalah PELAYANAN. Kalau pendeta atau ustadz
mungkin iya.

Tapi akademisi dan peneliti baik di bidang Fisika atau apapun adalah
professional .. yang perlu mendapatkan remuneration sepantasnya dengan
apa yang telah dia berikan.

Masalahnya, di Indonesia:

Cara pandang masyarakat Indonesia (disinyalir) kepada fisikawan masih
dianggap keramat, masih dianggap sebagai mahaguru dari langit,
dianggap diatas pendeta atau ustadz yang diwajibkan untuk melayani
ummatnya :-) Yang kata-katanya di pegang seperti sebuah ideologi,
sehingga terkadang ekspektasinya begitu besar.

Padahal fisikawan hanyalah satu dari sekian profesi. Tak udahnya
seperti supir bus, penggunting rambut, atau koki.

Setidaknya di tempat saya tinggal sekarang di Sydney (entah di
kota-kota lain di Aussie), gaji sepupu saya yang supir bus hampir sama
saja dengan gaji seorang post-doc fellow .. sama-sama bisa kredit
mobil Commodore terbaru, sama-sama bisa ngontrak rumah AUD 350
perminggu .. karena seorang post-doc fellow tidak lebih penting
ketimbang supir bus.

Kalau level professor mungkin lah lebih penting ketimbang supir bus
biasa, tapi gajinya gak lebih besar dibandingkan level manager di
Commonwealth Bank .. sama-sama bisa kredit rumah type townhouse di Sydney.

Itu semua karena Aussie punya sistem yang baik tentang berapa banyak
sebuah profesi di butuhkan untuk sampai pada keseimbangan pola hidup
dimana tidak ada yang susah sehingga semua orang makmur (namanya juga
Commonwealth)

Berapa kita perlu supir bus?
Berapa kita perlu professor fisika?
Berapa kita perlu lulusan fisika?
Berapa kita perlu tukang donat?

Kalau semua terhitung sesuai kebutuhan, maka sistem penggajian-nya pun
dengan mudah bisa di kalkulasi dan pantas.

Pantas lah supir bus di gaji 30 dolar sejam, kan dia capek dan perlu
konsentrasi selama jam-jam dia nyetir .. kalau nggak bisa celaka.

Pantas lah seorang PhD student digaji AUD 1500 perbulan (lebih rendah
di banding supir bus dalam hitungan jam), kan dia bisa kerja kapan
saja gak terpaku waktu .. asal lulus tepat waktu dan publish paper
sesuai harapan professornya. Di samping itu PhD student masih punya
waktu luang cari duit dari tutorial (nah kalau ini lumayan 35 dolar
sejam he..he..)

Di Indonesia ...

Kayaknya kita gak punya nih kalkulasi ini ..

Berapa sih orang-orang teori murni yang melangit seperti Pak Agus Pur
yang diperlukan di Indonesia?

Berapa orang applied math atau math phys diperlukan seperti Mas Hadi
Susanto?

Berapa sih theoretical applied physicist di photonic seperti Pak Husin?

Atau berapa jumlah kita perlu experimentalist di High Energy Physics
seperti Mas Haryo ..

Atau berapa yang seperti saya? (atau memang Indonesia gak perlu saya
he..he..)

Harusnya pertanyaan ini dijawab oleh kaum birokrat yang harusnya
mengurusi kehidupan sosial kita.

Kalau kebanyakan fisikawan juga aneh.
Kalau kebanyakn tukang donat juga lucu.

Karena negara tidak hanya kenyang dengan Donat
dan pasti lapar kalau APBN hanya sekedar di habiskan buat bikin
eksperimen High Energy Physics.

Cheers!

PS: Tetaplah menjadi fisikawan yang professional!




===
**  Arsip  : http://members.tripod.com/~fisika/ 
**  Ingin Berhenti : silahkan mengirim email kosong ke : 
 [EMAIL PROTECTED] 
===
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/fisika_indonesia/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/fisika_indonesia/join

[FISIKA] Re: LHC tertunda hingga awal 2009

2008-09-24 Terurut Topik Haryo Sumowidagdo
--- In fisika_indonesia@yahoogroups.com, mwahyu_pratama
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Diskusi yang menarik pak.
 
 Terkait peryataan Hawking di 
 http://www.physorg.com/news140161003.html
 
 khususnya pada kalimat :
 I think it will be much more exciting if we don't find the Higgs.
 That will show something is wrong, and we need to think again. I 
 have
 a bet of 100 dollars that we won't find the Higgs, added Hawking,
 whose books including A Brief History of Time have sought to
 popularise study of stellar physics. 
 
 mungkin ada yang bisa menjelaskan bagaimana Stephen Hawking kurang
 begitu yakin akan penemuan higgs?

Hawking bukan satu-satunya orang (atau fisikawan selebritis) yang
percaya bahwa Higgs itu tidak ada.  FYI, di kalangan fisikawan
partikel (baik teori maupun eksperimen), umumnya orang suda menerima
bahwa kepercayaan ada atau tidaknya partikel Higgs itu sudah mencapai
level 'fanatisme' atau 'religius'.

Namun (hampir) semua orang optimis bahwa pada skala energi di LHC,
_akan_ditemukan_ sesuatu.  Apakah sesuatu itu partikel Higgs atau
sesuatu yang lain, kita tidak tahu.  

Latar Belakang: Pada mulanya, dalam teori fisika partikel,
partikel-partikel elementer yang merupakan bahan dasar penyusun materi
tidak memiliki massa (m = 0).  Penyebabnya ruwet, jadi saya hanya akan
bilang bahwa ada kendala (constraints)  dari aspek matematika maupun
aspek fisika.

Awal 1960-an, beberapa orang (Higgs, Hagen, Kibble, Brout, Englert)
mengajukan ide bagaimana partikel elementer bisa memiliki massa, namun
harga yang harus dibayar adalah munculnya partikel baru. Entah
bagaimana akhirnya nama Higgs yang nyangkut di partikel ini.

Runyamnya, ternyata ide ini bisa diwujudkan/dimanifestasikan dalam
berbagai bentuk: ada banyak cara bagaimana partikel baru ini bisa
muncul.  Namun, fisikawan sekarang sepakat bahwa HARUS ada suatu
ide/mekanisme/cara untuk menghasilkan massa bagi partikel-partikel
elementer penyusun materi.  Dari beberapa argumen sederhana yang
fundamental, kesimpulannya mengarah bahwa pada energi 1 TeV HARUS ada
sesuatu.  Dengan argumen inilah maka LHC dikonstruksi.

Makanya kalau ada orang yang tidak percaya adanya Higgs boson, wajar
saja.  Berarti orang itu berharap ada sesuatu yang BARU, sesuatu yang
TIDAK TERDUGA.  Saya juga pribadi lebih suka dengan skenario tsb.

Yep, menurut saya, mekanisme Higgs dalam bentuknya yang paling
sederhana (minimal) _tidak_cukup_kompleks/dinamis untuk menjelaskan
fenomena-fenomena yang ada.  Kita tahu dari eksperimen bahwa neutrino
memiliki massa, kita tahu di alam semesta ada materi gelap (dark
matter), ada energi gelap (dark energy), dan mekanisme Higgs minimal
tidak menjelaskan hal itu.  Kepercayaan saya adalah mekanisme Higgs
yang minimal hanya merupakan manifestasi/perwujudan dari SESUATU
dibelakang Higgs, SESUATU yang lebih kompleks/dinamis. Saya lebih
tertarik pada SESUATU tersebut dibandingkan Higgs.

Kalau ingin tahu deskripsi sederhana tentang Higgs, saya suka sekali
penjelasan dari kartun ini (dalam bahasa Inggris).

http://www.hep.ucl.ac.uk/~djm/higgsa.html
http://www.hep.ucl.ac.uk/~djm/higgs/higgs1.gif
http://www.hep.ucl.ac.uk/~djm/higgs/higgs2.gif
http://www.hep.ucl.ac.uk/~djm/higgs/higgs3.gif
http://www.hep.ucl.ac.uk/~djm/higgs/higgs4.gif
http://www.hep.ucl.ac.uk/~djm/higgs/higgs5.gif

atau

http://www.coimbra.lip.pt/atlas/higgsmec.htm
 
 P Haryo, apabila tidak terjadi kebocoran?kira-2 akankan LHC juga akan
 di shutdown disaat listrik naik? 

Sekali lagi, listrik naik itu hanya pada periode Desember-Februari.  
Musim dingin di Eropa.  Konsumsi/permintaan listrik (untuk penghangat
rumah) naik dan dengan sendirinya harga naik.  Ini bukan hal yang
aneh.  Tahun 1991-2000, CERN menjalankan akselerator bernama LEP (yang
berada dalam terowongan yang sama dengan LHC sekarang), dan waktu itu
mereka juga berhenti menjalankan akselerator pada bulan Desember-Februari.






===
**  Arsip  : http://members.tripod.com/~fisika/ 
**  Ingin Berhenti : silahkan mengirim email kosong ke : 
 [EMAIL PROTECTED] 
===
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/fisika_indonesia/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/fisika_indonesia/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



Re: [FISIKA] LHC tertunda hingga awal 2009

2008-09-24 Terurut Topik Hantarto
Apakah dari awalnya memang LHC didesain akan selalu ditutup pada musim
dingin? Saya jadi kepikiran, kenapa LHC tidak dibangun di tempat yg
ongkos2nya (listrik, tenaga kerja) rendah, semacam negara berkembang,
misalnya saja Indonesia. Dengan dibangun di Indonesia misalnya, dgn jumlah
uang yg sama, bisa dibuat akselerator yg lebih besar dari LHC. Analoginya,
dgn uang AUD350,000 (kira2 Rp 2.5 milyar) hanya bisa dibangun rumah kecil di
Aussie, tapi dengan jumlah uang yg sama, bisa dibuat istana di Indonesia.
Juga akan menghemat ongkos dinas ilmuwan2. Coba bandingkan ongkos hidup di
Swiss dgn di Indonesia.
Juga semestinya pemerintah Swiss memberikan semacam kemurahan/konsesi utk
proyek LHC.

- Original Message - 
From: Haryo Sumowidagdo
To: Fisika Indonesia ; Himpunan Fisika Indonesia
Sent: Wednesday, September 24, 2008 5:50 AM
Subject: [FISIKA] LHC tertunda hingga awal 2009




Siaran pers dari CERN hari ini mengkonfirmasi bahwa LHC terpaksa
diistirahatkan (shutdown) sampai setidak-tidaknya awal 2009. Keputusan
ini diambil setelah terjadi insiden Jum'at lalu, yang menyebabkan
terjadinya kerusakan dalam salah satu sektor LHC yang memerlukan waktu 2
bulan untuk perbaikan.

http://press.web.cern.ch/press/PressReleases/Releases2008/PR09.08E.html
http://press.web.cern.ch/press/PressReleases/Releases2008/PR10.08E.html

Latar Belakang:

LHC pada dasarnya menggunakan gaya magnet/Lorentz untuk
'menyetir'/'mengendalikan' berkas partikel dalam akseleratornya.
Prinsip kerja yang sama juga digunakan layar sinar katoda (CRT/TV) dan
osiloskop analog.

Untuk menyetir berkas proton di LHC, LHC menggunakan lebih kurang (l.k.)
1200 magnet dipole yang masing-masing memberikan medan magnet sebesar 8
Tesla. Medan sebesar itu hanya bisa dihasilkan dengan arus sangat besar
pula. Untuk itu, LHC menggunakan magnet superkonduktor, yang beroperasi
pada temperatur sekitar 2 K (-271 derajat Celsius) dan didinginkan
dengan helium cair.

Jum'at minggu lalu (19 September), terjadi 'quench' dalam salah satu
sektor dalam terowongan LHC. 'Quench' adalah istilah yang dipakai jika
tiba-tiba sebuah magnet temperaturnya naik hingga di atas suhu kritis
superkonduktor, sehingga kehilangan sifat superkonduktornya dan tidak
lagi memberikan medan magnet sebesar yang diharapkan. Kemudian ternyata
ditemukan kebocoran helium cair dalam terowongan.

Untuk memperbaiki kerusakan ini, CERN harus terlebih dahulu memanaskan
suhu dalam terowongan, menyelidiki penyebab kerusakan, melakukan
perbaikan, dan mendinginkan kembali terowongan. Proses memanaskan dan
mendinginkan ini memakan waktu paling lama, sehingga total waktu untuk
perbaikan diperkirakan 2 bulan (Yang ahli fisika temperatur rendah di
Indonesia bisa komentar). Terowongan baru diharapkan dingin kembali
sekitar Desember.

Namun pada bulan Desember, LHC tidak bisa dijalankan, meski perbaikan
sudah selesai. Alasannya: tarif listrik pada musim dingin
(Desember-Februari) di Swiss sangat mahal ! Dengan demikian CERN
terpaksa menunggu sampai musim semi (Maret/April) sebelum bisa kembali
menjalankan LHC, disaat tarif listrik sudah turun.

Ini jelas bukan berita bagus, apalagi setelah hingar-bingar pers dua
minggu lalu, dan melihat besarnya harapan bagi LHC dari masyarakat.
Namun itulah realita, eksperimen tidak selalu berjalan sempurna, apalagi
di awal-awalnya. Para fisikawan yang terlibat eksperimen di LHC
terpaksa mengatur jadwal mereka kembali.

---

Haryo Sumowidagdo

D0 Experiment, Mail Stop 352 TEL: +1 +630 840 8384
Fermi National Accelerator Laboratory FAX: +1 +630 840 8886
Kirk Road  Pine Street [EMAIL PROTECTED]
Batavia, IL 60510-0500 www-d0.fnal.gov/~haryo
USA






===
**  Arsip  : http://members.tripod.com/~fisika/ 
**  Ingin Berhenti : silahkan mengirim email kosong ke : 
 [EMAIL PROTECTED] 
===
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/fisika_indonesia/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/fisika_indonesia/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



Re: [FISIKA] LHC tertunda hingga awal 2009

2008-09-24 Terurut Topik Suharyo Sumowidagdo
Mas Hartanto, soal lokasi membangun akselerator bukan cuma masalah
ekonomi atau teknik.  Faktor-faktor lain adalah:

1. Geologi.  Tanahnya harus stabil, keras, tidak banyak gempa.  Di
Indonesia yang banyak gempa, banjir, bukan lokasi ideal.

2. Transportasi.  CERN saat ini menjadi tuan rumah 1000-2000
fisikawan.  Fisikawan tsb akan datang RUTIN selama 5-10 tahunan.  Para
kepala negara juga mungkin berkunjung. Terus terang saja infrastruktur
kita belum siap untuk itu.  Lha untuk KTT Nonblok dan APEC saja
sekolah dan kampus diliburkan, jalan tol ditutup, dll.

3. Aspek komunikasi elektronik. LHC akan mengumpulkan data dalam orde
10 PetaByte per tahun.  Kalau laptop/komputer anda punya hard disk 100
GB, maka kalikan dengan 1 juta.  Itulah data LHC per tahun.  Dan itu
baru data kasar, belum data olahan.  Data olahan lebih kurang sama
besarnya.  Kita tidak punya koneksi internet secepat di CERN.

4. Aspek kedekatan dengan lokasi.  Para profesor dan fisikawan di
Eropa/AS tentu lebih memilih lokasi yang dekat dengan mereka.  Yang
pernah terbang dari Eropa/AS ke Indonesia pasti tahu deh rasanya.

5. Aspek stabilitas energi. PLN yang byar pet tidak akan bisa menjamin
listrik 24 jam untuk konsumsi sebesar LHC.  Sekarang saja kita
kekurangan listrik dan pabrik-pabrik perlu dirotasi jam kerjanya.

6. Aspek stabilitas politik dan keramah-tamahan pada orang asing.

Jangankan Indonesia, negara-negara seperti Australia atau Jepang pun
_akan_berpikir_dua_tiga_kali sebelum menerima LHC dibangun ditempatnya.

Tapi saya setuju dengan point 'harga tenaga kerja rendah di
Indonesia'.  Jika kita bisa menjual ide ini, sebenarnya kita bisa
mencoba bersaing untuk membuat komponen-komponen (custom design
electronics, instrumen, sensor) yang diperlukan untuk eksperimen di
LHC.  FYI, eksperimen fisika partikel memerlukan piranti elektronik
semacam itu dalam jumlah sangat banyak, dan itu tidak bisa dibeli di
pabrik (atau kalau dipesan dari pabrik lebih mahal karena tidak dibuat
massal untuk konsumsi pasar/orang biasa).

Buat ilustrasi, lihat halaman ini.
http://www-d0.fnal.gov/muon_electronics/

Kalau ada rekan yang aktif/kerja di industri elektronik, bisa komentar
tentang hal ini.

But that's another story.


--- In fisika_indonesia@yahoogroups.com, Hantarto [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Apakah dari awalnya memang LHC didesain akan selalu ditutup pada musim
 dingin? Saya jadi kepikiran, kenapa LHC tidak dibangun di tempat yg
 ongkos2nya (listrik, tenaga kerja) rendah, semacam negara berkembang,
 misalnya saja Indonesia. Dengan dibangun di Indonesia misalnya, dgn
jumlah
 uang yg sama, bisa dibuat akselerator yg lebih besar dari LHC.
Analoginya,
 dgn uang AUD350,000 (kira2 Rp 2.5 milyar) hanya bisa dibangun rumah
kecil di
 Aussie, tapi dengan jumlah uang yg sama, bisa dibuat istana di
Indonesia.
 Juga akan menghemat ongkos dinas ilmuwan2. Coba bandingkan ongkos
hidup di
 Swiss dgn di Indonesia.
 Juga semestinya pemerintah Swiss memberikan semacam
kemurahan/konsesi utk
 proyek LHC.





===
**  Arsip  : http://members.tripod.com/~fisika/ 
**  Ingin Berhenti : silahkan mengirim email kosong ke : 
 [EMAIL PROTECTED] 
===
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/fisika_indonesia/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/fisika_indonesia/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



[FISIKA] Re: Prof. Tjia May On MALU

2008-09-24 Terurut Topik saidphysics
Betul sekali Oom!

Itu karena kebutuhan akan lulusan TAFE memang besar sekarang .. nanti
kalau udah terpenuhi juga bakalan dibatasi. Pembatasannya terlihat
dari menjadi kecilnya subsidi pemerintah terhadap keuangan TAFE dan
juga dari point imigrasi yang mengecil bagi orang asing lulusan TAFE
yang mau melamar jadi permanent resident .. Itu udah dihitung Oom sama
pembuat kebijakan.

Ini juga bukan masalah budaya masuk uni .. di Indonesia memang banyak
orang berlomba-lomba masuk uni bahkan s1 aja gak cukup untuk survive
di kota besar .. tapi mana hasilnya konkretnya? Budaya kayak gitu gak
sehat karena efesiensinya rendah .. bahkan konyol .. 

Masak untuk jadi front-desk di hotel aja harus lulusan D-3? Masak cuma
jadi tukang ngelas pipa bawah laut di perusahaan minyak harus lulusan
s1 ITB, apa gak memalukan?

Lalu kemana pelajaran seabrek-abrek yang dipelajari waktu kuliah,
kalau cuma soft-skill aja yang kepake waktu kerja?

Kalau saya lihat pandangan dibawah ini adalah pandangan yang
apologetik dan tetap berusaha bilang bangsa gue is the best, meski
miskin tapi terpelajar lihat noh tiap tahun nyabet medali emas
olimpiade fisika .. he.. he.. 

Rakyat gak kenyang Oom dikasi medali emas!

No flame intended, Cheers!


--- In fisika_indonesia@yahoogroups.com, Hantarto [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Gaji sopir bus sama dengan gaji post-doc fellow inilah yg menjadi
masalah di
 Aussie. Kalau saya bisa kursus nyopir bus beberapa bulan, bisa dapet
uangnya
 sama gedenya dengan kalau saya harus bersusah payah studi sampai tingkat
 doktor, kenapa saya harus sekolah sampe doktor? Hal ini menyebabkan
 pendidikan tinggi di Aussie juga mengalami masalah. Orang lebih banyak
 berbondong2 sekolah TAFE (semacam D3) utk menjadi tukang ledeng, montir
 mobil, koki, tukang potong rambut, daripada susah2 kuliah di
universitas.
 Toh dapet uangnya sama, bisa sama2 liburan ke Bali/Eropa.
 Gaji buruh kasar (blue collar) setahun bisa $30,000-$50,000 (setelah
pajak),
 sedangkan beasiswa PhD setahun paling2 $20,000 (bebas pajak). Ya
tentu saja
 banyak orang yg memilih kerja kasar yg tidak perlu repot2 mikir.
Sehingga
 budaya utk sekolah di universitas di Aussie mungkin kalah
dibandingkan di
 Indonesia. Ini opini saya saja lho.
 
 - Original Message - 
 From: saidphysics
 To: fisika_indonesia@yahoogroups.com
 Sent: Wednesday, September 24, 2008 2:24 PM
 Subject: [FISIKA] Re: Prof. Tjia May On MALU
 
 
 Anda lempar pisang, ya dapat monyet, gak akan dapat macan
 
 Itulah pribahasa yang tepat untuk menggambarkan kelangkaan fisikawan
 berkualitas di Indonesia.
 
 Adalah alasan sangat bodoh bahwa berkutat di bidang fisika, menjadi
 akademisi atau peneliti adalah PELAYANAN. Kalau pendeta atau ustadz
 mungkin iya.
 
 Tapi akademisi dan peneliti baik di bidang Fisika atau apapun adalah
 professional .. yang perlu mendapatkan remuneration sepantasnya dengan
 apa yang telah dia berikan.
 
 Masalahnya, di Indonesia:
 
 Cara pandang masyarakat Indonesia (disinyalir) kepada fisikawan masih
 dianggap keramat, masih dianggap sebagai mahaguru dari langit,
 dianggap diatas pendeta atau ustadz yang diwajibkan untuk melayani
 ummatnya :-) Yang kata-katanya di pegang seperti sebuah ideologi,
 sehingga terkadang ekspektasinya begitu besar.
 
 Padahal fisikawan hanyalah satu dari sekian profesi. Tak udahnya
 seperti supir bus, penggunting rambut, atau koki.
 
 Setidaknya di tempat saya tinggal sekarang di Sydney (entah di
 kota-kota lain di Aussie), gaji sepupu saya yang supir bus hampir sama
 saja dengan gaji seorang post-doc fellow .. sama-sama bisa kredit
 mobil Commodore terbaru, sama-sama bisa ngontrak rumah AUD 350
 perminggu .. karena seorang post-doc fellow tidak lebih penting
 ketimbang supir bus.
 
 Kalau level professor mungkin lah lebih penting ketimbang supir bus
 biasa, tapi gajinya gak lebih besar dibandingkan level manager di
 Commonwealth Bank .. sama-sama bisa kredit rumah type townhouse di
Sydney.
 
 Itu semua karena Aussie punya sistem yang baik tentang berapa banyak
 sebuah profesi di butuhkan untuk sampai pada keseimbangan pola hidup
 dimana tidak ada yang susah sehingga semua orang makmur (namanya juga
 Commonwealth)
 
 Berapa kita perlu supir bus?
 Berapa kita perlu professor fisika?
 Berapa kita perlu lulusan fisika?
 Berapa kita perlu tukang donat?
 
 Kalau semua terhitung sesuai kebutuhan, maka sistem penggajian-nya pun
 dengan mudah bisa di kalkulasi dan pantas.
 
 Pantas lah supir bus di gaji 30 dolar sejam, kan dia capek dan perlu
 konsentrasi selama jam-jam dia nyetir .. kalau nggak bisa celaka.
 
 Pantas lah seorang PhD student digaji AUD 1500 perbulan (lebih rendah
 di banding supir bus dalam hitungan jam), kan dia bisa kerja kapan
 saja gak terpaku waktu .. asal lulus tepat waktu dan publish paper
 sesuai harapan professornya. Di samping itu PhD student masih punya
 waktu luang cari duit dari tutorial (nah kalau ini lumayan 35 dolar
 sejam he..he..)
 
 Di Indonesia ...
 
 Kayaknya kita gak punya nih kalkulasi ini ..
 
 Berapa 

[FISIKA] Re: Prof. Tjia May On MALU

2008-09-24 Terurut Topik Ali Yunus Rohedi
Kelak Indonesia Menjadi Negara Basic Science Yang Digdaya


Saya angkat topi terhadap kepiawaan sdr.Wahyu Pratama menghangatkan
diskusi di Forum Fisika Indonesia ini, yang mengingatkan kita bahwa
ilmuan besar Hawking pun dapat ragu terhadap penemuan higgs
sebagaimana tercetus melalui kalimat pernyataannya:


I think it will be much more exciting if we don't find the Higgs.

That will show something is wrong, and we need to think again.


Terlebih lagi kalau dikaitkan dengan pengistirahatan LHC sebagaimana
kutipan paparan Bapak Haryo pada komentar beliau sebelumnya:


LHC pada dasarnya menggunakan gaya magnet/Lorentz untuk

'menyetir'/'mengendalikan' berkas partikel dalam akseleratornya dengan
menggunakan lebih kurang 1200 magnet dipole yang masing-masing
memberikan medan magnet sebesar 8 Tesla. Medan sebesar itu hanya bisa
dihasilkan dengan arus yang sangat besar. Untuk itu, LHC menggunakan
magnet superkonduktor, yang beroperasi pada temperatur sekitar 2K
(-271 derajat Celsius) dan didinginkan dengan helium cair.


Terus terang saya bukan Ahli Fisika Partikel eksperimen, sehingga
tidak memiliki cukup kapabilitas untuk menjelaskan apa itu Higgs
phenomenon. Jangankan saya yang awam, Empat Ahli Fisika Teori
Indonesia papan ataspun (saya sitir pada komentar sebelumnya) tidak
dapat diharapkan untuk mencerahkan kita tentang persoalan ini. Padahal
kapabilitas mereka tentu jauh lebih dekat dibandingkan dengan saya
yang berlatar belakang riset photonics. Saya jadi teringat joke
kalau dokter mata tidak dapat menyembuhkan sakit gigi, padahal gigi
dan mata bertetangga dekat posisinya.


Tetapi Pak Haryo..., saya sekarang lebih tertarik pada kutipan bapak
tentang kebutuhan magnet superkonduktor untuk operasioal LHC tersebut
yang suhu kritisnya 2K sehingga tentu dibutuhkan proses pendinginan.
Mengingat LHC tidak bakal mungkin dikembangkan di Indonesia, maka saya
alihkan diskusi pemanfaatan superkonduktor tersebut untuk memasok
berbagai keperluan komponen elektronika sehari-hari.


Nah yang memungkinkan Fisikawan Indonesia bisa duduk berdiskusi
bersama adalah bagaimana mendapatkan material pembentuk superkonduktor
tersebut sedemikian temperatur kritisnya di sekitar temperatur kamar
yakni sekitar 300K.


Maaf saya sebut nama. Saya dua kali menjadi peserta pendengar pada
Symposium Internasional (keduanya di tahun 2007) yang pembicaranya
adalah Doktor-Doktor Fisika Indonesia. Pertama di Forum Kentingan Solo
dengan pembicara DR. Pekik Nuswantara dari UGM, dan yang terakhir yang
diselenggarakan Jurusan Fisika ITB dengan pembicara DR.Darminto dari
ITS. Sebagai anak bangsa, saya merasa bangga terhadap kedua
bapak-bapak Doktor tersebut yang dengan gamblang menjelaskan gejala
superkondutvitas tersebut. Yang membuat saya terperanjat adalah bahwa
ternyata sejak 1911 dimana bahan superkonduktivitas itu untuk pertama
kalinya ditemukan oleh Bapak Ownes, hingga sekarang belum juga
ditemukan yang bertemperatur kritis pada temperatur kamar. Bahkan
menurut beliau-beliau, hingga saat ini temperatur kritis tertinggi
yang dapat dicapai baru sekitar 100K. Padahal para periset kelas dunia
di bidang ini sudah serta merta menggunakan software aplikasi canggih
sebagai alat pensimulasinya. Lantas apa titik temu keraguan saya
terhadap perburuan bahan superkonduktor bertemperatur kritis kamar
tersebut dengan keraguan Pak Hawking terhadap pengungkapan gejala
Higgs. Akhirnya saya mencoba meyakini jangan jangan ada yang kurang
sempurna dengan teori superkonduktor itu. Ini berarti diperlukan
perombakan terhadap model matematis yang diadopsi selama ini. Kalaupun
model tersebut sudah diyakini benar, barangkali kita harus berani
melakukan kaji ulang terhadap prosedur pemecahannya. Karena kita sadar
bahwa selama ini model-model keramat tersebut selalu dipecahkan dengan
metode numerik mengingat solusi eksak analitiknya belum ditemukan.
Kita harus tetap waspada bahwa dengan tanpa penanganan yang tepat
solusi numerik bisa salah, walaupun taburan angka dan tampilan grafik
selalu dikeluarkan dari setiap persoalan yang kita selesaikan.


Melihat fakta bahwa pelajar pelajar SMA kita selalu jawara dalam
setiap event Olimpiade Internasional Fisika dan Matematika yang
diikutinya, Prof Yohanes Surya seyogyanya mengerahkan potensi
mereka-mereka yang idialis ini untuk memburu solusi-solusi eksak model
berbagai permasalahan fisika yang hingga kini masih tersembunyi.
Atau yang lebih ekstrim lagi materi perkuliahan Fisika Matematika di
S1 lebih difokuskan pada persoalan yang menantang, dan bukan hanya
pada sekedar pembuktian rumus. Kalau seruan ini dapat
diimplimentasikan dalam kurikulum, maka tidak saja keprihatinan Prof
Tjia May On terhadap anak-anak didik di SMA yang selama ini dilatih
hanya untuk pintar menjabarkan rumus tanpa memberikan ruang nalar
untuk mengungkap aspek teori dari gejala yang diamatinya bisa
terhindarkan, JUGA kita dapat beroptimis bahwa KELAK Indonesia
menjadi Negara yang Digdaya di bidang Basic Science. Kalau impian ini
tergapai, tidak saja 

Re: [FISIKA] Re: Prof. Tjia May On MALU

2008-09-24 Terurut Topik Zaenal Arief
nah kalo udah di planing lain lagi ceritanya, itulah bedanya di ostrali dengan 
di sini biasanya disini keputusannya grabak-grubuk, jadi sebentar2 di 
revisiIndonesia kan berencana membalik SMA dan SMK biat SMK nya 70% dan SMA 
nya 30% supaya menhasilkan tenaga siap pakai tapi problem baru muncul... 
guru SMK dari mana??


  - Original Message - 
  From: saidphysics 
  To: fisika_indonesia@yahoogroups.com 
  Sent: Thursday, September 25, 2008 6:50 AM
  Subject: [FISIKA] Re: Prof. Tjia May On MALU


  Betul sekali Oom!

  Itu karena kebutuhan akan lulusan TAFE memang besar sekarang .. nanti
  kalau udah terpenuhi juga bakalan dibatasi. Pembatasannya terlihat
  dari menjadi kecilnya subsidi pemerintah terhadap keuangan TAFE dan
  juga dari point imigrasi yang mengecil bagi orang asing lulusan TAFE
  yang mau melamar jadi permanent resident .. Itu udah dihitung Oom sama
  pembuat kebijakan.

  Ini juga bukan masalah budaya masuk uni .. di Indonesia memang banyak
  orang berlomba-lomba masuk uni bahkan s1 aja gak cukup untuk survive
  di kota besar .. tapi mana hasilnya konkretnya? Budaya kayak gitu gak
  sehat karena efesiensinya rendah .. bahkan konyol .. 

  Masak untuk jadi front-desk di hotel aja harus lulusan D-3? Masak cuma
  jadi tukang ngelas pipa bawah laut di perusahaan minyak harus lulusan
  s1 ITB, apa gak memalukan?

  Lalu kemana pelajaran seabrek-abrek yang dipelajari waktu kuliah,
  kalau cuma soft-skill aja yang kepake waktu kerja?

  Kalau saya lihat pandangan dibawah ini adalah pandangan yang
  apologetik dan tetap berusaha bilang bangsa gue is the best, meski
  miskin tapi terpelajar lihat noh tiap tahun nyabet medali emas
  olimpiade fisika .. he.. he.. 

  Rakyat gak kenyang Oom dikasi medali emas!

  No flame intended, Cheers!

  --- In fisika_indonesia@yahoogroups.com, Hantarto [EMAIL PROTECTED] wrote:
  
   Gaji sopir bus sama dengan gaji post-doc fellow inilah yg menjadi
  masalah di
   Aussie. Kalau saya bisa kursus nyopir bus beberapa bulan, bisa dapet
  uangnya
   sama gedenya dengan kalau saya harus bersusah payah studi sampai tingkat
   doktor, kenapa saya harus sekolah sampe doktor? Hal ini menyebabkan
   pendidikan tinggi di Aussie juga mengalami masalah. Orang lebih banyak
   berbondong2 sekolah TAFE (semacam D3) utk menjadi tukang ledeng, montir
   mobil, koki, tukang potong rambut, daripada susah2 kuliah di
  universitas.
   Toh dapet uangnya sama, bisa sama2 liburan ke Bali/Eropa.
   Gaji buruh kasar (blue collar) setahun bisa $30,000-$50,000 (setelah
  pajak),
   sedangkan beasiswa PhD setahun paling2 $20,000 (bebas pajak). Ya
  tentu saja
   banyak orang yg memilih kerja kasar yg tidak perlu repot2 mikir.
  Sehingga
   budaya utk sekolah di universitas di Aussie mungkin kalah
  dibandingkan di
   Indonesia. Ini opini saya saja lho.
   
   - Original Message - 
   From: saidphysics
   To: fisika_indonesia@yahoogroups.com
   Sent: Wednesday, September 24, 2008 2:24 PM
   Subject: [FISIKA] Re: Prof. Tjia May On MALU
   
   
   Anda lempar pisang, ya dapat monyet, gak akan dapat macan
   
   Itulah pribahasa yang tepat untuk menggambarkan kelangkaan fisikawan
   berkualitas di Indonesia.
   
   Adalah alasan sangat bodoh bahwa berkutat di bidang fisika, menjadi
   akademisi atau peneliti adalah PELAYANAN. Kalau pendeta atau ustadz
   mungkin iya.
   
   Tapi akademisi dan peneliti baik di bidang Fisika atau apapun adalah
   professional .. yang perlu mendapatkan remuneration sepantasnya dengan
   apa yang telah dia berikan.
   
   Masalahnya, di Indonesia:
   
   Cara pandang masyarakat Indonesia (disinyalir) kepada fisikawan masih
   dianggap keramat, masih dianggap sebagai mahaguru dari langit,
   dianggap diatas pendeta atau ustadz yang diwajibkan untuk melayani
   ummatnya :-) Yang kata-katanya di pegang seperti sebuah ideologi,
   sehingga terkadang ekspektasinya begitu besar.
   
   Padahal fisikawan hanyalah satu dari sekian profesi. Tak udahnya
   seperti supir bus, penggunting rambut, atau koki.
   
   Setidaknya di tempat saya tinggal sekarang di Sydney (entah di
   kota-kota lain di Aussie), gaji sepupu saya yang supir bus hampir sama
   saja dengan gaji seorang post-doc fellow .. sama-sama bisa kredit
   mobil Commodore terbaru, sama-sama bisa ngontrak rumah AUD 350
   perminggu .. karena seorang post-doc fellow tidak lebih penting
   ketimbang supir bus.
   
   Kalau level professor mungkin lah lebih penting ketimbang supir bus
   biasa, tapi gajinya gak lebih besar dibandingkan level manager di
   Commonwealth Bank .. sama-sama bisa kredit rumah type townhouse di
  Sydney.
   
   Itu semua karena Aussie punya sistem yang baik tentang berapa banyak
   sebuah profesi di butuhkan untuk sampai pada keseimbangan pola hidup
   dimana tidak ada yang susah sehingga semua orang makmur (namanya juga
   Commonwealth)
   
   Berapa kita perlu supir bus?
   Berapa kita perlu professor fisika?
   Berapa kita perlu lulusan fisika?
   Berapa kita perlu 

Re: [FISIKA] Re: Prof. Tjia May On MALU

2008-09-24 Terurut Topik Zaenal Arief
ya biar aja pak Han, kalo kelak negara itu jadi negara kelas pekerja 
semua...kan jadi nggak bisa teriak2 kayak sekarang


  - Original Message - 
  From: Hantarto 
  To: fisika_indonesia@yahoogroups.com 
  Sent: Thursday, September 25, 2008 2:04 AM
  Subject: Re: [FISIKA] Re: Prof. Tjia May On MALU


  Gaji sopir bus sama dengan gaji post-doc fellow inilah yg menjadi masalah di
  Aussie. Kalau saya bisa kursus nyopir bus beberapa bulan, bisa dapet uangnya
  sama gedenya dengan kalau saya harus bersusah payah studi sampai tingkat
  doktor, kenapa saya harus sekolah sampe doktor? Hal ini menyebabkan
  pendidikan tinggi di Aussie juga mengalami masalah. Orang lebih banyak
  berbondong2 sekolah TAFE (semacam D3) utk menjadi tukang ledeng, montir
  mobil, koki, tukang potong rambut, daripada susah2 kuliah di universitas.
  Toh dapet uangnya sama, bisa sama2 liburan ke Bali/Eropa.
  Gaji buruh kasar (blue collar) setahun bisa $30,000-$50,000 (setelah pajak),
  sedangkan beasiswa PhD setahun paling2 $20,000 (bebas pajak). Ya tentu saja
  banyak orang yg memilih kerja kasar yg tidak perlu repot2 mikir. Sehingga
  budaya utk sekolah di universitas di Aussie mungkin kalah dibandingkan di
  Indonesia. Ini opini saya saja lho.

  - Original Message - 
  From: saidphysics
  To: fisika_indonesia@yahoogroups.com
  Sent: Wednesday, September 24, 2008 2:24 PM
  Subject: [FISIKA] Re: Prof. Tjia May On MALU

  Anda lempar pisang, ya dapat monyet, gak akan dapat macan

  Itulah pribahasa yang tepat untuk menggambarkan kelangkaan fisikawan
  berkualitas di Indonesia.

  Adalah alasan sangat bodoh bahwa berkutat di bidang fisika, menjadi
  akademisi atau peneliti adalah PELAYANAN. Kalau pendeta atau ustadz
  mungkin iya.

  Tapi akademisi dan peneliti baik di bidang Fisika atau apapun adalah
  professional .. yang perlu mendapatkan remuneration sepantasnya dengan
  apa yang telah dia berikan.

  Masalahnya, di Indonesia:

  Cara pandang masyarakat Indonesia (disinyalir) kepada fisikawan masih
  dianggap keramat, masih dianggap sebagai mahaguru dari langit,
  dianggap diatas pendeta atau ustadz yang diwajibkan untuk melayani
  ummatnya :-) Yang kata-katanya di pegang seperti sebuah ideologi,
  sehingga terkadang ekspektasinya begitu besar.

  Padahal fisikawan hanyalah satu dari sekian profesi. Tak udahnya
  seperti supir bus, penggunting rambut, atau koki.

  Setidaknya di tempat saya tinggal sekarang di Sydney (entah di
  kota-kota lain di Aussie), gaji sepupu saya yang supir bus hampir sama
  saja dengan gaji seorang post-doc fellow .. sama-sama bisa kredit
  mobil Commodore terbaru, sama-sama bisa ngontrak rumah AUD 350
  perminggu .. karena seorang post-doc fellow tidak lebih penting
  ketimbang supir bus.

  Kalau level professor mungkin lah lebih penting ketimbang supir bus
  biasa, tapi gajinya gak lebih besar dibandingkan level manager di
  Commonwealth Bank .. sama-sama bisa kredit rumah type townhouse di Sydney.

  Itu semua karena Aussie punya sistem yang baik tentang berapa banyak
  sebuah profesi di butuhkan untuk sampai pada keseimbangan pola hidup
  dimana tidak ada yang susah sehingga semua orang makmur (namanya juga
  Commonwealth)

  Berapa kita perlu supir bus?
  Berapa kita perlu professor fisika?
  Berapa kita perlu lulusan fisika?
  Berapa kita perlu tukang donat?

  Kalau semua terhitung sesuai kebutuhan, maka sistem penggajian-nya pun
  dengan mudah bisa di kalkulasi dan pantas.

  Pantas lah supir bus di gaji 30 dolar sejam, kan dia capek dan perlu
  konsentrasi selama jam-jam dia nyetir .. kalau nggak bisa celaka.

  Pantas lah seorang PhD student digaji AUD 1500 perbulan (lebih rendah
  di banding supir bus dalam hitungan jam), kan dia bisa kerja kapan
  saja gak terpaku waktu .. asal lulus tepat waktu dan publish paper
  sesuai harapan professornya. Di samping itu PhD student masih punya
  waktu luang cari duit dari tutorial (nah kalau ini lumayan 35 dolar
  sejam he..he..)

  Di Indonesia ...

  Kayaknya kita gak punya nih kalkulasi ini ..

  Berapa sih orang-orang teori murni yang melangit seperti Pak Agus Pur
  yang diperlukan di Indonesia?

  Berapa orang applied math atau math phys diperlukan seperti Mas Hadi
  Susanto?

  Berapa sih theoretical applied physicist di photonic seperti Pak Husin?

  Atau berapa jumlah kita perlu experimentalist di High Energy Physics
  seperti Mas Haryo ..

  Atau berapa yang seperti saya? (atau memang Indonesia gak perlu saya
  he..he..)

  Harusnya pertanyaan ini dijawab oleh kaum birokrat yang harusnya
  mengurusi kehidupan sosial kita.

  Kalau kebanyakan fisikawan juga aneh.
  Kalau kebanyakn tukang donat juga lucu.

  Karena negara tidak hanya kenyang dengan Donat
  dan pasti lapar kalau APBN hanya sekedar di habiskan buat bikin
  eksperimen High Energy Physics.

  Cheers!

  PS: Tetaplah menjadi fisikawan yang professional!



   

Re: [FISIKA] Re: LHC tertunda hingga awal 2009

2008-09-24 Terurut Topik handhika ramadhan
In the beginning, everything was massless
God said: Let Higgs be!, and all then are masive



Kalau saya pribadi lebih tertarik dengan formalisme Stueckelberg ttg massa 
partikel. Formalisme ini menyatakan bahwa sejak awalnya, Lagrangian vektor 
boson memiliki suku massa! Jelas hal ini memang tidak gauge-invariant. Tetapi 
Stueckelberg menambahkan suatu medan skalar ke dalam suku massa, sehingga baik 
medan boson vektor (Maxwell ataupun Yang-Mills) atau medan skalar tersebut 
bertransformasi secara invariant terhadap grup gauge yang bersangkutan. Dengan 
mem-fix gauge nya, maka Lagrangian ini tereduksi menjadi Lagrangian boson 
vektor masif.Dengan demikian, kontras dengan mekanisme Higgs yg pada awalnya 
menyatakan bahwa boson vektor massless dan memperoleh massa dengan berinteraksi 
dengan medan Higgs, mekanisme Stueckelberg menginterpretasikan massa yg 
diperoleh oleh para partikel itu sebagai hasil gauge-fixing dari Lagrangian 
Maxwell (atau Yang-Mills), dan medan skalar yg diperkenalkan itu menjadi 
un-physical (tidak relevan untuk dicari keberadaannya).
 Sehingga tidak perlu mencari eksistensi partikel Higgs lagi.

HR

--- On Wed, 9/24/08, Haryo Sumowidagdo [EMAIL PROTECTED] wrote:
From: Haryo Sumowidagdo [EMAIL PROTECTED]
Subject: [FISIKA] Re: LHC tertunda hingga awal 2009
To: fisika_indonesia@yahoogroups.com
Date: Wednesday, September 24, 2008, 3:39 PM











--- In fisika_indonesia@ yahoogroups. com, mwahyu_pratama

mwahyu_pratama@ ... wrote:



 Diskusi yang menarik pak.

 

 Terkait peryataan Hawking di 

 http://www.physorg. com/news14016100 3.html

 

 khususnya pada kalimat :

 I think it will be much more exciting if we don't find the Higgs.

 That will show something is wrong, and we need to think again. I 

 have

 a bet of 100 dollars that we won't find the Higgs, added Hawking,

 whose books including A Brief History of Time have sought to

 popularise study of stellar physics. 

 

 mungkin ada yang bisa menjelaskan bagaimana Stephen Hawking kurang

 begitu yakin akan penemuan higgs?



Hawking bukan satu-satunya orang (atau fisikawan selebritis) yang

percaya bahwa Higgs itu tidak ada.  FYI, di kalangan fisikawan

partikel (baik teori maupun eksperimen), umumnya orang suda menerima

bahwa kepercayaan ada atau tidaknya partikel Higgs itu sudah mencapai

level 'fanatisme' atau 'religius'.



Namun (hampir) semua orang optimis bahwa pada skala energi di LHC,

_akan_ditemukan_ sesuatu.  Apakah sesuatu itu partikel Higgs atau

sesuatu yang lain, kita tidak tahu.  



Latar Belakang: Pada mulanya, dalam teori fisika partikel,

partikel-partikel elementer yang merupakan bahan dasar penyusun materi

tidak memiliki massa (m = 0).  Penyebabnya ruwet, jadi saya hanya akan

bilang bahwa ada kendala (constraints)  dari aspek matematika maupun

aspek fisika.



Awal 1960-an, beberapa orang (Higgs, Hagen, Kibble, Brout, Englert)

mengajukan ide bagaimana partikel elementer bisa memiliki massa, namun

harga yang harus dibayar adalah munculnya partikel baru. Entah

bagaimana akhirnya nama Higgs yang nyangkut di partikel ini.



Runyamnya, ternyata ide ini bisa diwujudkan/dimanife stasikan dalam

berbagai bentuk: ada banyak cara bagaimana partikel baru ini bisa

muncul.  Namun, fisikawan sekarang sepakat bahwa HARUS ada suatu

ide/mekanisme/ cara untuk menghasilkan massa bagi partikel-partikel

elementer penyusun materi.  Dari beberapa argumen sederhana yang

fundamental, kesimpulannya mengarah bahwa pada energi 1 TeV HARUS ada

sesuatu.  Dengan argumen inilah maka LHC dikonstruksi.



Makanya kalau ada orang yang tidak percaya adanya Higgs boson, wajar

saja.  Berarti orang itu berharap ada sesuatu yang BARU, sesuatu yang

TIDAK TERDUGA.  Saya juga pribadi lebih suka dengan skenario tsb.



Yep, menurut saya, mekanisme Higgs dalam bentuknya yang paling

sederhana (minimal) _tidak_cukup_ kompleks/ dinamis untuk menjelaskan

fenomena-fenomena yang ada.  Kita tahu dari eksperimen bahwa neutrino

memiliki massa, kita tahu di alam semesta ada materi gelap (dark

matter), ada energi gelap (dark energy), dan mekanisme Higgs minimal

tidak menjelaskan hal itu.  Kepercayaan saya adalah mekanisme Higgs

yang minimal hanya merupakan manifestasi/ perwujudan dari SESUATU

dibelakang Higgs, SESUATU yang lebih kompleks/dinamis. Saya lebih

tertarik pada SESUATU tersebut dibandingkan Higgs.



Kalau ingin tahu deskripsi sederhana tentang Higgs, saya suka sekali

penjelasan dari kartun ini (dalam bahasa Inggris).



http://www.hep. ucl.ac.uk/ ~djm/higgsa. html

http://www.hep. ucl.ac.uk/ ~djm/higgs/ higgs1.gif

http://www.hep. ucl.ac.uk/ ~djm/higgs/ higgs2.gif

http://www.hep. ucl.ac.uk/ ~djm/higgs/ higgs3.gif

http://www.hep. ucl.ac.uk/ ~djm/higgs/ higgs4.gif

http://www.hep. ucl.ac.uk/ ~djm/higgs/ higgs5.gif



atau



http://www.coimbra. lip.pt/atlas/ higgsmec. htm

 

 P Haryo, apabila tidak terjadi kebocoran?kira- 2 akankan LHC juga akan

 di shutdown disaat listrik naik? 



Sekali 

[FISIKA] Lowongan PhDs dan Postdocs [wasRe: Prof. Tjia May On MALU]

2008-09-24 Terurut Topik A. Rusydi
Aamien ya rabbal'alamiin.

Menarik membaca komentar-komentar rekans dan semoga harapan kita terwujud.

Kalau pak Rohedi berkenan, Bapak bisa bergabung dengan kita. Kita juga lagi 
giat belajar, salah satu nya adalah menguak misteri superkonduktor temperatur 
tinggi dengan kajian utama dari sisi 'scattering and spectroscopy , e.g. 
resonan soft x-ray scattering, x-ray absorption, x-ray magnetic circular 
dichroism, optical ellipsometry and VUV-FEL Raman spectroscopy'. Kebanyakan 
experimen menggunakan fasilitas synchrotron (world wide) yang kemudian akan di 
jelaskan dengan teori. Jadi, eksperimen dan teori di sini kita jadikan satu 
paket.

Untuk rekan-rekan pecinta Fisika dan Sains,

group kita di NUS mempunyai 5-6 lowongan untuk PhDs dan 2-3 Postdocs, 
eksperimen dan teori. Profile singkat riset bisa di lihat di:  ( 
http://www.physics.nus.edu.sg/corporate/staff/andrivo.html ). Kalau ada yang 
berminat bergabung dengan kita dan ingin punya info lebih lanjut, silahkan 
kontak (via japri). Bersama-sama kita menguak misteri di alam. (It's a lot of 
fun, indeed).

Salam,
Andrivo


--- In fisika_indonesia@yahoogroups.com, Ali Yunus Rohedi [EMAIL PROTECTED] 
wrote:

 Kelak Indonesia Menjadi Negara Basic Science Yang Digdaya
 
 
 Saya angkat topi terhadap kepiawaan sdr.Wahyu Pratama menghangatkan
 diskusi di Forum Fisika Indonesia ini, yang mengingatkan kita bahwa
 ilmuan besar Hawking pun dapat ragu terhadap penemuan higgs
 sebagaimana tercetus melalui kalimat pernyataannya:
 
 
 I think it will be much more exciting if we don't find the Higgs.
 
 That will show something is wrong, and we need to think again.
 
 
 Terlebih lagi kalau dikaitkan dengan pengistirahatan LHC sebagaimana
 kutipan paparan Bapak Haryo pada komentar beliau sebelumnya:
 
 
 LHC pada dasarnya menggunakan gaya magnet/Lorentz untuk
 
 'menyetir'/'mengendalikan' berkas partikel dalam akseleratornya dengan
 menggunakan lebih kurang 1200 magnet dipole yang masing-masing
 memberikan medan magnet sebesar 8 Tesla. Medan sebesar itu hanya bisa
 dihasilkan dengan arus yang sangat besar. Untuk itu, LHC menggunakan
 magnet superkonduktor, yang beroperasi pada temperatur sekitar 2K
 (-271 derajat Celsius) dan didinginkan dengan helium cair.
 
 
 Terus terang saya bukan Ahli Fisika Partikel eksperimen, sehingga
 tidak memiliki cukup kapabilitas untuk menjelaskan apa itu Higgs
 phenomenon. Jangankan saya yang awam, Empat Ahli Fisika Teori
 Indonesia papan ataspun (saya sitir pada komentar sebelumnya) tidak
 dapat diharapkan untuk mencerahkan kita tentang persoalan ini. Padahal
 kapabilitas mereka tentu jauh lebih dekat dibandingkan dengan saya
 yang berlatar belakang riset photonics. Saya jadi teringat joke
 kalau dokter mata tidak dapat menyembuhkan sakit gigi, padahal gigi
 dan mata bertetangga dekat posisinya.
 
 
 Tetapi Pak Haryo..., saya sekarang lebih tertarik pada kutipan bapak
 tentang kebutuhan magnet superkonduktor untuk operasioal LHC tersebut
 yang suhu kritisnya 2K sehingga tentu dibutuhkan proses pendinginan.
 Mengingat LHC tidak bakal mungkin dikembangkan di Indonesia, maka saya
 alihkan diskusi pemanfaatan superkonduktor tersebut untuk memasok
 berbagai keperluan komponen elektronika sehari-hari.
 
 
 Nah yang memungkinkan Fisikawan Indonesia bisa duduk berdiskusi
 bersama adalah bagaimana mendapatkan material pembentuk superkonduktor
 tersebut sedemikian temperatur kritisnya di sekitar temperatur kamar
 yakni sekitar 300K.
 
 
 Maaf saya sebut nama. Saya dua kali menjadi peserta pendengar pada
 Symposium Internasional (keduanya di tahun 2007) yang pembicaranya
 adalah Doktor-Doktor Fisika Indonesia. Pertama di Forum Kentingan Solo
 dengan pembicara DR. Pekik Nuswantara dari UGM, dan yang terakhir yang
 diselenggarakan Jurusan Fisika ITB dengan pembicara DR.Darminto dari
 ITS. Sebagai anak bangsa, saya merasa bangga terhadap kedua
 bapak-bapak Doktor tersebut yang dengan gamblang menjelaskan gejala
 superkondutvitas tersebut. Yang membuat saya terperanjat adalah bahwa
 ternyata sejak 1911 dimana bahan superkonduktivitas itu untuk pertama
 kalinya ditemukan oleh Bapak Ownes, hingga sekarang belum juga
 ditemukan yang bertemperatur kritis pada temperatur kamar. Bahkan
 menurut beliau-beliau, hingga saat ini temperatur kritis tertinggi
 yang dapat dicapai baru sekitar 100K. Padahal para periset kelas dunia
 di bidang ini sudah serta merta menggunakan software aplikasi canggih
 sebagai alat pensimulasinya. Lantas apa titik temu keraguan saya
 terhadap perburuan bahan superkonduktor bertemperatur kritis kamar
 tersebut dengan keraguan Pak Hawking terhadap pengungkapan gejala
 Higgs. Akhirnya saya mencoba meyakini jangan jangan ada yang kurang
 sempurna dengan teori superkonduktor itu. Ini berarti diperlukan
 perombakan terhadap model matematis yang diadopsi selama ini. Kalaupun
 model tersebut sudah diyakini benar, barangkali kita harus berani
 melakukan kaji ulang terhadap prosedur pemecahannya. Karena kita sadar
 bahwa selama ini 

Re: [FISIKA] Critique of Pure Physics

2008-09-24 Terurut Topik Muhammad Aziz Majidi
Saya salut dan respek dengan semangat Handika serta empatinya terhadap
kondisi riset Fisika di dunia. Tetapi, saya kurang sependapat dengan isi
tulisannya.

Menurut saya:

Jaman sekarang ini, masalah2 yang dikaji dalam riset2 fisika jelas jauh
lebih kompleks daipada di jaman Archimedes, Galileo, atau Newton. Jadi
kondisi dulu dan sekarang jelas berbeda. Dunia riset fisika yang sudah
merambah bercabang dan beranting-ranting tidak bisa lagi dilihat secara
hitam-putih, seperti didokotomikan oleh Handika sebagai mengungkap
kebenaran vs mengamankan karir. Karena kebanyakan sistem yang
dikaji dalam riset Fisika saat ini sudah begitu kompleks, maka sulit bagi
para teorists untuk membangun sebuah teori yang dapat menjelaskan banyak
fakta eksperimen sekaligus. Sebaliknya sangat sulit pula bagi para
experimentalists untuk merancang sebuah eksperimen yang dapat menguji semua
aspek dari sebuah teori. Dengan kondisi seperti itu, beragam teori dapat
bermunculan dan eksis pada waktu yang bersamaan, semata-mata karena sulitnya
membuktikan secara eksperimen gambaran mana yang lebih benar. Di antara
banyak teori itu, mungkin ada sebagian kecil yang lebih terasa indah atau
fancy yang membuatnya menjadi lebih populer dari teori2 yang lain. Tak
ayal, faktor ini memang dapat juga mempengaruhi arah penelitian
eksperimentalis, di mana tujuan eksperimen2 menjadi lebih fokus untuk
membuktikan teori yang lebih populer tsb. Atau bisa saja terjadi sebaliknya,
di mana sebuah hasil eksperimen tiba2 menarik perhatian para teoris, yang
kemudian berbondong-bondong berusaha memformulasikan teori yang dapat
menjelaskan hasil eksperimen tsb. Memang, suatu ide yang lebih populer
berarti cenderung lebih dipercayai kebenarannya (walaupun belum betul2
terbukti), dan karenanya mungkin lebih mudah untuk diusung untuk mendapatkan
dana penelitian dibandingkan yang kalah populer. Saya rasa ini adalah hal
yang wajar belaka, karena pihak pemberi dana mungkin merasa perlu memberi
prioritas terhadap riset2 yang dianggapnya sudah lebih dekat kepada
outcome yang diharapkan. Seiring dengan berjalannya waktu, kelak teori
yang sudah terlanjur populer tsb kalau akhirnya terbukti bertentangan secara
radikal dengan hasil2 eksperimen akan gugur juga, dan dari situ teori2 lain
yang sebelumnya tidak populer akan mulai mendapat perhatian kembali. Jadi,
menurut saya ini hanya masalah waktu.

Melihat tulisan Handika, saya mendapat kesan seolah2 Handika
mengkonfrontasikan di satu sisi arah riset yang populer yang dituding
sebagai hanya mengedepankan aspek karir, dan di lain sisi arah riset yang
kurang populer seolah-olah sebagai arah riset yang berupaya mengungkap
kebenaran. Padahal, bagaimana mungkin kita dapat men-judge nilai
kebenaran sains selama kita belum bisa melihat konsistensi antara semua
aspek dari sebuah teori dengan bukti-bukti eksperimen yang ada.

Lalu kalau kita mencoba ikut menjadi pemain dalam kancah riset Fisika, arah
mana yang sebaiknya kita pilih, yang populer atau yang tidak populer?
Menurut saya, silahkan pilih yang mana saja sesuai keyakinan intuisi
anda serta rasa percaya diri anda untuk mampu melaksanakan penelitian di
arah tsb dengan segala kendala2nya. Ya, pokoknya berkontribusilah
semampunya. Kalau anda sudah berniat menjadi peneliti, apapun arah
penelitian yang anda pilih, kalau anda serius mengerjakannya, itu jelas
lebih baik daripada tidak meneliti tetapi mengaku sebagai peneliti.

Salam,
Aziz



On Sun, Sep 21, 2008 at 10:42 AM, handhika ramadhan [EMAIL PROTECTED]
 wrote:

 Temans,

 Beberapa hari yang lalu saya menulis note pendek di bawah ini di facebok
 saya; sekadar mencurahkan kekecewaan yg terpendam dan terakumulasi dalam
 hati tentang kesenjangan yg luar biasa yg saya temukan antara das solen -
 das sein dalam fisika dan risetnya.
 Beberapa kawan yg juga berkecimpung dalam riset sains merespon secara
 positif tulisan saya. Mereka semua merasakan kekecewaan yg sama dgn yg saya
 alami. Sebagian dari mereka bahkan percaya bahwa sistem kapitalis riset yg
 selama ini bekerja dan membelenggu para fisikawan/saintis akan collapse
 someday.
 Oleh karena itu saya berpikir mungkin ada baiknya jika saya sharing artikel
 pendek saya itu di forum ini. Semoga bisa menjadi bahan diskusi (yang
 hangat!).

 salaam,
 HR


 CRITIQUE OF PURE PHYSICS

 Nowadays, people do physics not in the spirit of searching for the truth,
 as Newton or Galileo did. Instead, they do research for mere fame,
 acknowledgment, and prestige (and don't forget grants!). Peer-reviewed
 journals and publications now become the fastest highway to achieve these
 ambitions. A stock market where you can make a living from it. They publish
 papers not for the sake of scientific truth, but for the sake of their
 survival in this hall of fame. Publish an exotic paper, and if you're lucky
 enough it'll be cited by, let say, 3000 other authors. That'll be your
 jackpot prize: permanent positions in prestigious universities plus
 unlimited grants are waiting for you. Sell one or 

[FISIKA] Suplier Alat Lab

2008-09-24 Terurut Topik arifianto keren
Mohon Bantuan kepada semuanya yang mengetahui suplier atau 
distributor alat-alat laboraturium fisika,kimia dan biologi untuk tingkat 
smp-smu?  Sekalian nomor yang bisa dihubungi atau email atau web site?

Thanks 2 All
 
Arifianto 


  

Re: [FISIKA] Transformator

2008-09-24 Terurut Topik Eka Subyantara
Singkat saja yaa,
Pada dasarnya* trafo biasa (engkel)* akan menghasilkan tegangan keluaran di
*dua* *titik* yaitu pada ujung-ujung kumparan sekundernya. Bila salah satu
titik diambil sebagai acuan, maka tegangan titik lainnya thd titik acuan
tersebut berupa getaran sinusoida 1 fasa.

Pada* trafo centre tap* tegangan keluaran dihasilkan pada *tiga* *titik*,
yaitu *dua* ujung kumparan sekunder dan *satu* titik di tengah-tengah
kumparan sekunder tersebut. Biasanya titik tengah tersebut dijadikan acuan.
Tegangan kedua titik yang lain terhadap titik acuan adalah getaran sinusioda
juga, akan tetapi fase keduanya saling berlawanan 180 derajat. Tegangan
antara kedua titik ujung trafo adalah dua kali besarnya tegangan titik ujung
terhadap titik acuan.

Ilustrasinya dapat dilihat pada lampiran., semoga membantu.

YangMencobaMenjelaskanDenganSesingkatSingkatnya
-eka-

2008/9/23 fach_xz [EMAIL PROTECTED]

   Maaf semuanya, saya mau tanya tentang prinsip kerja trafo biasa sama
 trafo centre tap. Terus apa letak perbedaan keduanya?
 Terima kasih

  

attachment: Trafo.JPG