Re: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari MFS Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

2012-02-28 Terurut Topik Ok Taufik
Pak Japri saja

2012/2/28 Bandono Salim bandon...@gmail.com

 Jangan gitu, aku minggu kemrin ketemu pak wiranto, dia aku bawa paker mbl
 VW 72 yang tidak ganti-ganti. Apa dia bilang beli th 74? Kalau gitu kamu
 kaya dong.
 Mobil tua dipakai sejak beli sAmpe skrang dibilang kaya? Aku bilang, ya
 terimakasih sama TuhanN mblku awet.
 Yang penting dpt menikmati apa yang ada. Hahaha
 Powered by Telkomsel BlackBerry®
 --
  *From: *Yustinus Suyatno Yuwono yuw...@gc.itb.ac.id
 *Date: *Tue, 28 Feb 2012 14:28:15 +0700
 *To: *iagi-net@iagi.or.id
 *ReplyTo: *iagi-net@iagi.or.id
 *Subject: *RE: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari MFS Re:
 [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

  Mas Bandono,

 Pak Zaim itu nyindir saya, mobil saya H accord th 1982 gak ganti-2, mobil
 dia kan umurnya lebih muda, jadi yang lebih NINGRAT siapa sih?

 Salam,

 YSY

 ** **

 *From:* Bandono Salim [mailto:bandon...@gmail.com]
 *Sent:* Sunday, February 26, 2012 5:02 PM
 *To:* iagi-net@iagi.or.id
 *Subject:* Re: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari MFS Re:
 [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 ** **

 Jangan gitu prof, masak pening dan melarat. Tar gak bisa mikir lho.
 Yang penting prof selalu cukup, dpt mencapai apa yang di cita2kan.
 Salam.

 Powered by Telkomsel BlackBerry®
  --

 *From: *yahdi zaim z...@gc.itb.ac.id 

 *Date: *Sun, 26 Feb 2012 09:50:57 +

 *To: *iagi-net@iagi.or.id

 *ReplyTo: *iagi-net@iagi.or.id 

 *Subject: *Re: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari MFS Re:
 [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 ** **

 Rekans,agak panjang sy tulis ini.
 Teman saya mhs S3 di Perancis disertasinya ttg paleoklimatologi dgn
 penelitian stalagtit/mit Kuarter-Holosen gua di selatan Perancis. Ia
 melakukan penelitian dg berbagai metoda, mineralogi,dating,isotop dll,tapi
 yg menarik dan sbg temuan utama disertasinya adalah:BAKTERI! Dng SEM
 lingkaran2 kambium(bkn kambrium spt ditulis Kang Dany) stalagtit/mit dpt
 dideteksi adanya perkembangan bakteri yg pesat pd iklim hangat dan nyaris
 tdk ada bakteri pd iklim dingin. Jenis bakteri (genus dan spesies)nya pun
 berbeda dari tiap lingkaran,yg artinya jg berbeda tiap waktunya. Penelitian
 ini utk manyingkap iklim purba berkaitan dgn temuan manusia purba di Gua
 Tautavel,Perancis Selatan umur datingnya 700-800rb tyl. Jadi,penelitian
 dasar (basic research) geologi dlm pengertian luas,sangat berkembang dan
 banyak peminatnya di Eropa, tapi sebaliknya,kurang peminat di Indonesia
 krn,salah satu contohnya Geologi Kuarter, adalah ilmu NINGRAT sehingga tdk
 diminati,krn artinya: ilmunya PeNING tapi/dan melaRAT??
 Wasalam,
 Zaim yang ningrat

 Powered by Telkomsel BlackBerry®
  --

 *From: *Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com 

 *Date: *Sun, 26 Feb 2012 00:48:02 -0800 (PST)

 *To: *iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id

 *ReplyTo: *iagi-net@iagi.or.id 

 *Subject: *[iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari MFS Re: [iagi-net-l]
 Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 ** **

 Pak Danny dan Pak Argo,

 menarik sekali.  baru kali ini saya dengar penggunaan stalagmit dan
 stalagtit untuk deteksi MFS.  

 Berarti rekamannya hanya yang big cycle nya saja?  

 ** **

 boleh dong di share disini kalau ada artikel lainnya tentang hal ini.

 ** **

 fbs

 ** **

 ** **
   --

 *From:* Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
 *To:* iagi-net@iagi.or.id
 *Sent:* Sunday, February 26, 2012 3:06 PM
 *Subject:* RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 ** **

 Ulasan yang sangat relevan dan sangat menarik dari Pak Argo.

 Seperti di-email saya sebelumnya, penelitian ‘geologi-gua’ ini adalah
 “frontier research” yang luarbiasa.  Seperti halnya terumbu karang di laut,
 karang digua ini adalah “multi-proxy recorder” yang luarbiasa untuk
 reknstruksi paleoclimate dan kejadian katastropik.  Masing-masing punya
 lapisan tahun seperti kambrium di pohon dan juga bisa di-dating dengan
 sangat akurat (+/- beberapa tahun dan bahkan bulan!) oleh metoda U-Th
 radiometric dating.  Bedanya kalau koral lapisan tahun ini 1-3 cm, tapi
 untuk stalagtit hanya 1-3 mm; jadi core stalagtit sepanjang 1 meter saja
 span datanya sampai 1000 tahun!.  TIM RSES-ANU dan LIPI ini berambisi untuk
 merekonstruksi paleoclimate-environment sampai 500.000 tahun kebelakang.
 Dalam beberapa tahun mendatang data geologi-gua-tropis ini akan menjadi
 rival atau lebih tepatnya padanan untuk data dari kutub (ice-core) yang
 selama ini menjadi sumber data utama untuk plaeoclimate-environment.
 Masalahnya, memang tidak banyak ahli geologi atau mahasiswa yang rela
 menjadi ‘manusia gua’ di jaman modern sekarang ini J

  

 Wass

 DHN

  

 *From:* AWY [mailto:masargo...@yahoo.com]
 *Sent:* Sunday, February 26, 2012 1:27 PM
 *To:* iagi-net@iagi.or.id
 *Subject:* Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

Re: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari MFS Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

2012-02-28 Terurut Topik Bandono Salim
Ok, dah kelanjur 
Maaf, maaf.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Ok Taufik ok.tau...@gmail.com
Date: Tue, 28 Feb 2012 15:03:01 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari MFS Re: [iagi-net-l]
 Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Pak Japri saja

2012/2/28 Bandono Salim bandon...@gmail.com

 Jangan gitu, aku minggu kemrin ketemu pak wiranto, dia aku bawa paker mbl
 VW 72 yang tidak ganti-ganti. Apa dia bilang beli th 74? Kalau gitu kamu
 kaya dong.
 Mobil tua dipakai sejak beli sAmpe skrang dibilang kaya? Aku bilang, ya
 terimakasih sama TuhanN mblku awet.
 Yang penting dpt menikmati apa yang ada. Hahaha
 Powered by Telkomsel BlackBerry®
 --
  *From: *Yustinus Suyatno Yuwono yuw...@gc.itb.ac.id
 *Date: *Tue, 28 Feb 2012 14:28:15 +0700
 *To: *iagi-net@iagi.or.id
 *ReplyTo: *iagi-net@iagi.or.id
 *Subject: *RE: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari MFS Re:
 [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

  Mas Bandono,

 Pak Zaim itu nyindir saya, mobil saya H accord th 1982 gak ganti-2, mobil
 dia kan umurnya lebih muda, jadi yang lebih NINGRAT siapa sih?

 Salam,

 YSY

 ** **

 *From:* Bandono Salim [mailto:bandon...@gmail.com]
 *Sent:* Sunday, February 26, 2012 5:02 PM
 *To:* iagi-net@iagi.or.id
 *Subject:* Re: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari MFS Re:
 [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 ** **

 Jangan gitu prof, masak pening dan melarat. Tar gak bisa mikir lho.
 Yang penting prof selalu cukup, dpt mencapai apa yang di cita2kan.
 Salam.

 Powered by Telkomsel BlackBerry®
  --

 *From: *yahdi zaim z...@gc.itb.ac.id 

 *Date: *Sun, 26 Feb 2012 09:50:57 +

 *To: *iagi-net@iagi.or.id

 *ReplyTo: *iagi-net@iagi.or.id 

 *Subject: *Re: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari MFS Re:
 [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 ** **

 Rekans,agak panjang sy tulis ini.
 Teman saya mhs S3 di Perancis disertasinya ttg paleoklimatologi dgn
 penelitian stalagtit/mit Kuarter-Holosen gua di selatan Perancis. Ia
 melakukan penelitian dg berbagai metoda, mineralogi,dating,isotop dll,tapi
 yg menarik dan sbg temuan utama disertasinya adalah:BAKTERI! Dng SEM
 lingkaran2 kambium(bkn kambrium spt ditulis Kang Dany) stalagtit/mit dpt
 dideteksi adanya perkembangan bakteri yg pesat pd iklim hangat dan nyaris
 tdk ada bakteri pd iklim dingin. Jenis bakteri (genus dan spesies)nya pun
 berbeda dari tiap lingkaran,yg artinya jg berbeda tiap waktunya. Penelitian
 ini utk manyingkap iklim purba berkaitan dgn temuan manusia purba di Gua
 Tautavel,Perancis Selatan umur datingnya 700-800rb tyl. Jadi,penelitian
 dasar (basic research) geologi dlm pengertian luas,sangat berkembang dan
 banyak peminatnya di Eropa, tapi sebaliknya,kurang peminat di Indonesia
 krn,salah satu contohnya Geologi Kuarter, adalah ilmu NINGRAT sehingga tdk
 diminati,krn artinya: ilmunya PeNING tapi/dan melaRAT??
 Wasalam,
 Zaim yang ningrat

 Powered by Telkomsel BlackBerry®
  --

 *From: *Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com 

 *Date: *Sun, 26 Feb 2012 00:48:02 -0800 (PST)

 *To: *iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id

 *ReplyTo: *iagi-net@iagi.or.id 

 *Subject: *[iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari MFS Re: [iagi-net-l]
 Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 ** **

 Pak Danny dan Pak Argo,

 menarik sekali.  baru kali ini saya dengar penggunaan stalagmit dan
 stalagtit untuk deteksi MFS.  

 Berarti rekamannya hanya yang big cycle nya saja?  

 ** **

 boleh dong di share disini kalau ada artikel lainnya tentang hal ini.

 ** **

 fbs

 ** **

 ** **
   --

 *From:* Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
 *To:* iagi-net@iagi.or.id
 *Sent:* Sunday, February 26, 2012 3:06 PM
 *Subject:* RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 ** **

 Ulasan yang sangat relevan dan sangat menarik dari Pak Argo.

 Seperti di-email saya sebelumnya, penelitian ‘geologi-gua’ ini adalah
 “frontier research” yang luarbiasa.  Seperti halnya terumbu karang di laut,
 karang digua ini adalah “multi-proxy recorder” yang luarbiasa untuk
 reknstruksi paleoclimate dan kejadian katastropik.  Masing-masing punya
 lapisan tahun seperti kambrium di pohon dan juga bisa di-dating dengan
 sangat akurat (+/- beberapa tahun dan bahkan bulan!) oleh metoda U-Th
 radiometric dating.  Bedanya kalau koral lapisan tahun ini 1-3 cm, tapi
 untuk stalagtit hanya 1-3 mm; jadi core stalagtit sepanjang 1 meter saja
 span datanya sampai 1000 tahun!.  TIM RSES-ANU dan LIPI ini berambisi untuk
 merekonstruksi paleoclimate-environment sampai 500.000 tahun kebelakang.
 Dalam beberapa tahun mendatang data geologi-gua-tropis ini akan menjadi
 rival atau lebih tepatnya padanan untuk data dari kutub (ice-core) yang
 selama ini menjadi sumber data utama untuk plaeoclimate-environment.
 Masalahnya, memang tidak banyak ahli

RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

2012-02-28 Terurut Topik Yustinus Suyatno Yuwono
Rekan-rekan,

Baru saja beberapa hari yang lalu saya ngomong, minta supaya diskusinya yang
baik-2, proporsional, supaya tambah ilmu, malah sekarang ada yang marah-
marah. Ini forum sharing, bukan forum saling menjatuhkan. Tak iyo?

Buat rekan saya Danny dan Andang, maju terus penelitiannya ya, yang mungkin
bias saya kategorikan bidang Geologi Kwarter, cuma pesan saya satu yaitu
proporsional di bidang kita aja, yaitu geologi. Untuk bidang arkheologi,
ilmu kita ini hanya  membantu memecahkan masalah mereka.

Salam,

YSY

 

From: andangbacht...@yahoo.com [mailto:andangbacht...@yahoo.com] 
Sent: Sunday, February 26, 2012 12:40 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 

Mas Avi, Al Hajj,
Nyuwun sewu juga, mudah2an semakin memanjat usia kita semakin dimudahkan
oleh Gusti Allah untuk menyebarkan kata2 dan kalimat2 toyibah yg
menenangkan, terutama di pergaulan ilmiah seperti di IAGI-NET ini.

Bahkan menegur orang dg Mangkanya jangan asal ngomong tapi dipikir dulu
pun saya pikir agak mengkalutkan, bukan malah menenangkan. Karena kita tahu
persis teguran tsb ditujukan pada scientist peneliti yg sudah banyak pula
menuliskan pemikirannya di jurnal2 ilmiah baik di dalam maupun di luar
negeri yg insyaallah sudah dipikirkan betul dan ditimbang2 kalimat2 yg akan
dituliskannya.

Selain itu pernyataan bahwa saya dan Danny mungkin sdh tidak ada masalah
perut sehingga tertarik mempelajari Holocene sediment, nampaknya perlu
dikoreksi juga. Dalam riset2 sebagai sedimentologist saya juga harus sering
berhubungan dg sedimen 
Kwarter - Holosen, spt delta Mahakam modern, Endapan Danau Toba, Delta
Cimanuk, Sungai Tamiang, dsb,... Selain itu Danny sbg earthquake geologist
otomatis juga berhubungan dg peristiwa2 (dan sedimen2) Holosen-lah. Jadi itu
semua adalah adalah masalah militansi riset, kepedulian, dan tentui saja
profesionalisme. Kalau kita mengkampanyekan dg benar riset2 spt yg kami
lakukan kepada anak2 geologi (yang baru lulus), insyaallah akan makin banyak
yang mau terjun terlibat dalam usaha2 mitigasi bencana. Dan selanjutnya akan
makin banyak sumberdaya alam yg telah ditemukan bisa lebih diefisienkan
penggunaannya untuk hidup berdampingan dg potensi bencana. 

Sebagian dari kita mungkin tidak terlalu beruntung bisa meluaskan wawasan
keilmuan di luar bidang profesi yg kita geluti. Tetapi tentunya itu tidak
membuat kita terus menutup diri dan menganggap kebenaran persepsi kita
adalah segalanya (kebenaran kita yg paling benar). Kalau kita tidak mengerti
suatu disiplin ilmu lain secara mendalam, marilah kita belajar menyimak dan
mendengarkan dengan baik, supaya bisa mendapatkan berkah hidayah pengetahuan
yg bermanfaat darinya. Kalau ingin bertanya dan beropini, marilah bertanya,
berdiskusi, beropini dengan sehat, sopan, santun dan menyenangkan.

Insyaallah semua jadi berkah, kalau kita bisa saling menyebarkan ukhuwah.

Salam Njagong (Reunian) juga, cak!!!

ADB

Note: mudah2an kawan2 admin milis ini (selain PTA, pak ketum RDP juga khan?)
bisa lebih aktif juga memoderasi diskusi suatu thread shg lebih banyak
manfaat yg bisa diambil drpd sekedar saling berbalas melontar pernyataan yg
tdk essensial...

Powered by Telkomsel BlackBerryR

  _  

From: rakhmadi.avia...@gmail.com 

Date: Sun, 26 Feb 2012 04:46:03 +

To: iagi-net@iagi.or.id

ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id 

Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 

Mangkanya jangan asal ngomong tapi dipikir dulu kalo memang nulis lewat desk
top dibaca lagi, karena topik anda ini menurut saya agak antagonis dari main
stream science. Saya kira anda dan ADB tidak ada masalah perut mungkin tapi
buat adik2 yg belum lulus dan akan lulus tentu mrk lebih senang mempelajari
yg bisa menghasilkan uang banyak jadi wajar kalo mereka tidak terarik dg
holocene sedimen

Avi 0666
Lagi jagong

Powered by Telkomsel BlackBerryR

  _  

From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com 

Date: Sun, 26 Feb 2012 11:35:25 +0700

To: iagi-net@iagi.or.id

ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id 

Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 

Mohon tidak dicampur-adukan dengan Kualitas Lulusan Pak.

Yang saya ulas hanya tentang pengembangan/pendidikan bidang geologi yang
mempelajari proses dan bentang alam muda/sekarang (Kuarter - Resen),
termasuk Geologi Kuarter, patahan aktif, gunung api, kebencanaan, dan
arkeo-geologi.  Senada dengan apa yang dikemukakan olek Pak Zaim ttg
kurangnya minat mahasiswa di bidang yang beliau ajarkan.

Silahkan teman-teman dosen yang lebih punya pengetahuan tentang masalah ini
berkontribusi, supaya berimbang wacana-nya.

 

Sejalan dengan wacana ini, alangkah baiknya melihat the big picture
dibalik masalah 'piramida' , tidak terlalu di'cupat'kan ( J maap. nebeng
istilah ADB).

 

Salam

DHN

 

Catatan: 

Sekedar sharing pengalaman, ketika diawal-awal saya belajar earthquake
geology untuk S3, tidak mudah bagi saya untuk melihat proses geologi dibalik
bentang alam yang kita lihat karena sebelumnya sudah demikian terbiasa
dengan

RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

2012-02-28 Terurut Topik Yustinus Suyatno Yuwono
Mas Miko, 

Rekan Danny saya liat dari tulisannya di bawah ini keliatan kesal dengan
produk akhir lulusan Geologi ITB, kenapa minatnya kurang sekali di bidang
Geologi Kwarter. Tapi cara nulisnya begitu, akhirnya ya ada yang menangkap
kesannya melecehkan lembaga pendidikan kita (ITB). Kekesalan serupa yang
saya alami ketika tidak ada mhs yang berminat di Petrologi Volkanik dan
Pemetaan Volkanik (dulu). Memang kesan tulisan Danny dapat ditangkap kita-
kita ini ( geologiwan Indonesia ) :lack of knowledge pada bidang tertentu,
karena makin berkembangnya ilmu makin dituntut spesialisasi yang makin
mendalam. Oleh karena itu, saya hanya mau memberi komentar yang betul-2 saya
tahu, supaya saya tidak dicap lack of knowledge, atau dianggap sok pintar.
Di bidang science sebetulnya sekarang ini mudah sekali menilai seseorang
dengan melihat karya ilmiahnya (termasuk bidangnya apa), dengan klik google,
untuk melihat citation index. Dari citation index ini akan kelihatan siapa
saja yang dianggap Danny sebagai lack of knowledge

 

Salam,

YSY (tidak kesal bila tidak ada yang berminat pada bidangnya)

 

From: miko [mailto:m...@cbn.net.id] 
Sent: Sunday, February 26, 2012 10:38 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 

Pak Danny,

Semoga dosen-dosen geologi dasar, geologi struktur, geomorfologi dll,
khususnya di lingkungan ITB tidak membaca judgement /penilaian Anda tentang
kualitas para lulusannya.

Kata-kata celoteh, bungkam, lack of knowledge, dll. rasanya kurang pantas
ditujukan kepada mereka yang telah digembleng oleh Prof. Katili, Prof
Sukendar, Prof Koesoema, Prof.Sampurno, Prof Tjia Hong Djin, Prof Sartono,
Prof Zaim, dll. Semoga lain kali lebih bijak ya Pak,

Salam prihatin,

Mang Okim 

  _  

From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com 

Date: Sun, 26 Feb 2012 09:52:49 +0700

To: iagi-net@iagi.or.id

ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id 

Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 

Artikel yang sangat menarik dan bagus. 

Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi
konsep dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban
termasuk IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak  kontinyu tapi
terputus atau dapat ter-reset oleh bencana katastrofis.  Demikian juga
konsep IPTEK (macam, prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan
yang kita kenal sekarang.  Pak Zaim menguraikan proses alam pada masa
sejarah yang didominasi oleh susut laut - turunnya muka airlaut, sehingga
banyak wilayah yang terkena dampak sedimentasi dan pendangkalan.  Ini benar
karena dari Mid-Holocene sampai kurang lebih 100 tahun lalu muka airlaut
global turun sekitar 2-3 meter.  Sebaliknya, dari 20.000 tahun (puncak Zaman
Es) sampai Mid-Holocene, muka air laut naik 130 meter.  Jadi tentu banyak
peradaban yang 'terendam'.   Interaksi dari perubahan muka airlaut yang
drastis, yang banyak diduga juga berkaitan dengan kejadian bencana
katastropik seperti letusan gunung api, dengan perkembangan peradaban
manusia ini belum banyak dieksplorasi.  Kami menduga kuat ada
ketidakselaran budaya yang besar yang memisahkan Jaman Sejarah dan Pra
Sejarah; bahkan dari Jaman Kerajaan ke Jaman kita sekarang pun kelihatannya
'tidak selaras'.  Jangan-jangan ini salah satu penyebab budaya kita sekarang
jadi 'kurang waras'  J (bercanda).

 

Salah satu alasan utama kenapa penelitian arkeo-geologi yang sudah dirintis
oleh Alm. Pak Sartono, kemudian Pak Sampoerno, kemudian juga diteruskan oleh
Pak Zaim ini kurang/tidak berkembang adalah karena ilmu geologi Kuarter
Indonesia tidak berkembang.  Ahli geologi kita umumnya mendapatpengajaran
dan training untuk 'membaca' sejarah geologi dari masa pra-manusia
(jutaan-puluhan juta tahun lalu) yang ter-rekam pada lapisan bebatuan, baik
pada singkapan ataupun pada data bor, karena tujuannya untuk eksplorasi
tambang.  Tapi kita umumnya tidak terlatih untuk membaca proses dan sejarah
geologi dari BENTANG ALAM yang kita lihat disekitar kita sekarang.
Geologiawan Indonesia umumnya akan pandai berceloteh kalau ketemu singkapan,
tapi akan bungkam kalau disuruh mengidentifikasi  mana teras-teras sungai
mana tebing patahan aktif, mana alluvial mana collovial, dlsb;  dan
bagaimana proses geologi yang membentuk bentang alam 'destruktif' dan
'konstruktif' yang terlihat sekarang.  Belum lagi tentang proses-proses
gunung api Kuarter-Holosen dan produk-produknya.  Alot'nya membahas
'masalah piramid' tidak terlepas dari lack of knowledge kita dibidang ini.
Mudah-mudahan 'isue piramid' dapat memberikan angin segar kepada bidang yang
dianggap kering ini, sehingga  nyanyian orang yang berkiprah di bidang ini
tidak lagi terlalu serak tapi menjadi serak-serak basah sehingga merdu.

 

Selamat berakhir pekan.

DHN

 

 

 

From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com] 
Sent: Saturday, February 25, 2012 11:04 PM
To: IAGI
Subject: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 

Fyi,

-- Forwarded message --
From:
Date: Sunday

RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

2012-02-28 Terurut Topik Danny Hilman Natawidjaja
Waduuh kok kesan Pak Yatno seperti itu ya?

Mohon dibaca lagi lebih tenang k e-mail saya dan e-mail2 sebelumnya pak.

Rasanya ulasan saya tidak pake kesel tuh  biasa-biasa saja.  Lack of
knowledge disini tidak juga dimaksudkan untuk mendeskriditkan atau
melecehkan siapa2 kok pak.

 

Denger - denger teman2 di ITB lagi seneng hobi iseng-iseng mengukur diri
dengan citation index ini he he he.  Saya engga punya akses ke SCORPUS pak,
tapi kebetulan ketemu search engine gratis di
http://code.google.com/p/citations-gadget/.  Menurut situs ini, Paper Pak
Yatno banyak juga ya, sampai 400-an dsengan H-Index 11.  Tapi saya lebih
banyak pak, paper sampai 1200-an dengan H Index 19  J  

Silahkan teman-teman yang iseng mencoba juga.

 

Salam

DHN

 

 

From: Yustinus Suyatno Yuwono [mailto:yuw...@gc.itb.ac.id] 
Sent: Tuesday, February 28, 2012 4:20 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 

Mas Miko, 

Rekan Danny saya liat dari tulisannya di bawah ini keliatan kesal dengan
produk akhir lulusan Geologi ITB, kenapa minatnya kurang sekali di bidang
Geologi Kwarter. Tapi cara nulisnya begitu, akhirnya ya ada yang menangkap
kesannya melecehkan lembaga pendidikan kita (ITB). Kekesalan serupa yang
saya alami ketika tidak ada mhs yang berminat di Petrologi Volkanik dan
Pemetaan Volkanik (dulu). Memang kesan tulisan Danny dapat ditangkap kita-
kita ini ( geologiwan Indonesia ) :lack of knowledge pada bidang tertentu,
karena makin berkembangnya ilmu makin dituntut spesialisasi yang makin
mendalam. Oleh karena itu, saya hanya mau memberi komentar yang betul-2 saya
tahu, supaya saya tidak dicap lack of knowledge, atau dianggap sok pintar.
Di bidang science sebetulnya sekarang ini mudah sekali menilai seseorang
dengan melihat karya ilmiahnya (termasuk bidangnya apa), dengan klik google,
untuk melihat citation index. Dari citation index ini akan kelihatan siapa
saja yang dianggap Danny sebagai lack of knowledge

 

Salam,

YSY (tidak kesal bila tidak ada yang berminat pada bidangnya)

 

From: miko [mailto:m...@cbn.net.id] 
Sent: Sunday, February 26, 2012 10:38 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 

Pak Danny,

Semoga dosen-dosen geologi dasar, geologi struktur, geomorfologi dll,
khususnya di lingkungan ITB tidak membaca judgement /penilaian Anda tentang
kualitas para lulusannya.

Kata-kata celoteh, bungkam, lack of knowledge, dll. rasanya kurang pantas
ditujukan kepada mereka yang telah digembleng oleh Prof. Katili, Prof
Sukendar, Prof Koesoema, Prof.Sampurno, Prof Tjia Hong Djin, Prof Sartono,
Prof Zaim, dll. Semoga lain kali lebih bijak ya Pak,

Salam prihatin,

Mang Okim 

  _  

From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com 

Date: Sun, 26 Feb 2012 09:52:49 +0700

To: iagi-net@iagi.or.id

ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id 

Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 

Artikel yang sangat menarik dan bagus. 

Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi
konsep dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban
termasuk IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak  kontinyu tapi
terputus atau dapat ter-reset oleh bencana katastrofis.  Demikian juga
konsep IPTEK (macam, prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan
yang kita kenal sekarang.  Pak Zaim menguraikan proses alam pada masa
sejarah yang didominasi oleh susut laut - turunnya muka airlaut, sehingga
banyak wilayah yang terkena dampak sedimentasi dan pendangkalan.  Ini benar
karena dari Mid-Holocene sampai kurang lebih 100 tahun lalu muka airlaut
global turun sekitar 2-3 meter.  Sebaliknya, dari 20.000 tahun (puncak Zaman
Es) sampai Mid-Holocene, muka air laut naik 130 meter.  Jadi tentu banyak
peradaban yang 'terendam'.   Interaksi dari perubahan muka airlaut yang
drastis, yang banyak diduga juga berkaitan dengan kejadian bencana
katastropik seperti letusan gunung api, dengan perkembangan peradaban
manusia ini belum banyak dieksplorasi.  Kami menduga kuat ada
ketidakselaran budaya yang besar yang memisahkan Jaman Sejarah dan Pra
Sejarah; bahkan dari Jaman Kerajaan ke Jaman kita sekarang pun kelihatannya
'tidak selaras'.  Jangan-jangan ini salah satu penyebab budaya kita sekarang
jadi 'kurang waras'  J (bercanda).

 

Salah satu alasan utama kenapa penelitian arkeo-geologi yang sudah dirintis
oleh Alm. Pak Sartono, kemudian Pak Sampoerno, kemudian juga diteruskan oleh
Pak Zaim ini kurang/tidak berkembang adalah karena ilmu geologi Kuarter
Indonesia tidak berkembang.  Ahli geologi kita umumnya mendapatpengajaran
dan training untuk 'membaca' sejarah geologi dari masa pra-manusia
(jutaan-puluhan juta tahun lalu) yang ter-rekam pada lapisan bebatuan, baik
pada singkapan ataupun pada data bor, karena tujuannya untuk eksplorasi
tambang.  Tapi kita umumnya tidak terlatih untuk membaca proses dan sejarah
geologi dari BENTANG ALAM yang kita lihat disekitar kita sekarang.
Geologiawan Indonesia umumnya akan pandai berceloteh kalau

Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

2012-02-28 Terurut Topik E. Suryana
Pak Danny yang baik,
ngomong2 ttg CI, kita patut berbangga karena ilmuwan/geosaintis kita Sri 
Widiyantoro, professor seismologi pertama ITBIndonesia, papernya berjudul “The 
Evidence for deep mantle circulation from Global tomography” yang dimuat di 
jurnal sangat bergengsi di dunia “Nature” volume 386, Tahun 1997, misalnya 
telah dirujuk 576 kali!!! Sri Widiyantoro telah menulis 18 paper yang dimuat di 
jurnal-jurnal papan 
atas, selain Nature juga antara lain dimuat di jurnal sangat kredibel di dunia 
yakni “Science”, “Review of Geophysics”, “Journal of Geophysical 
Research-Solid Earth”, “Earth and Planetary Science Letters”. Total 
Times Cited (jumlah paper dirujuk) Sri Widiyantoro versi Scopus 
adalah1.472sedangkan versiISI Web of Knowledge adalah1.240, merupakan yang 
tertinggi di Asean. Jadi sebenarnya ukuran ilmuwan itu berkelas dunia,rekam 
jejaknya sudah pasti terukur dan pasti juga tidak ada acara klaim-klaimanhehehe




 From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Wednesday, February 29, 2012 12:14 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
 

Waduuh kok kesan Pak Yatno seperti itu ya?
Mohon dibaca lagi lebih tenang k e-mail saya dan e-mail2 sebelumnya pak.
Rasanya ulasan saya tidak pake kesel tuh  biasa-biasa saja.  “Lack of 
knowledge” disini tidak juga dimaksudkan untuk mendeskriditkan atau melecehkan 
siapa2 kok pak.
 
Denger – denger teman2 di ITB lagi seneng hobi iseng-iseng mengukur diri dengan 
citation index ini he he he.  Saya engga punya akses ke SCORPUS pak, tapi 
kebetulan ketemu “search engine” gratis di 
http://code.google.com/p/citations-gadget/.  Menurut situs ini, Paper Pak Yatno 
banyak juga ya, sampai 400-an dsengan “H-Index” 11.  Tapi saya lebih banyak 
pak, paper sampai 1200-an dengan H Index 19  J  
Silahkan teman-teman yang iseng mencoba juga.
 
Salam
DHN
 
 
From:Yustinus Suyatno Yuwono [mailto:yuw...@gc.itb.ac.id] 
Sent: Tuesday, February 28, 2012 4:20 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
 
Mas Miko, 
Rekan Danny saya liat dari tulisannya di bawah ini keliatan kesal dengan produk 
akhir lulusan Geologi ITB, kenapa minatnya kurang sekali di bidang Geologi 
Kwarter. Tapi cara nulisnya begitu, akhirnya ya ada yang menangkap kesannya 
melecehkan lembaga pendidikan kita (ITB). Kekesalan serupa yang saya alami 
ketika tidak ada mhs yang berminat di Petrologi Volkanik dan Pemetaan Volkanik 
(dulu). Memang kesan tulisan Danny dapat ditangkap kita- kita ini ( geologiwan 
Indonesia ) :“lack of knowledge” pada bidang tertentu, karena makin 
berkembangnya ilmu makin dituntut spesialisasi yang makin mendalam. Oleh karena 
itu, saya hanya mau memberi komentar yang betul-2 saya tahu, supaya saya tidak 
dicap “lack of knowledge”, atau dianggap sok pintar. Di bidang science 
sebetulnya sekarang ini mudah sekali menilai seseorang dengan melihat karya 
ilmiahnya (termasuk bidangnya apa), dengan klik google, untuk melihat “citation 
index”. Dari citation index ini akan
 kelihatan siapa saja yang dianggap Danny sebagai “lack of knowledge”
 
Salam,
YSY (tidak kesal bila tidak ada yang berminat pada bidangnya)
 
From:miko [mailto:m...@cbn.net.id] 
Sent: Sunday, February 26, 2012 10:38 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
 
Pak Danny,

Semoga dosen-dosen geologi dasar, geologi struktur, geomorfologi dll, khususnya 
di lingkungan ITB tidak membaca judgement /penilaian Anda tentang kualitas para 
lulusannya.

Kata-kata celoteh, bungkam, lack of knowledge, dll. rasanya kurang pantas 
ditujukan kepada mereka yang telah digembleng oleh Prof. Katili, Prof Sukendar, 
Prof Koesoema, Prof.Sampurno, Prof Tjia Hong Djin, Prof Sartono, Prof Zaim, 
dll. Semoga lain kali lebih bijak ya Pak,

Salam prihatin,

Mang Okim 



From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com 
Date: Sun, 26 Feb 2012 09:52:49 +0700
To: iagi-net@iagi.or.id
ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id 
Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
 
Artikel yang sangat menarik dan bagus. 
Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi konsep 
dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban termasuk 
IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak  kontinyu tapi terputus atau 
dapat ter-reset oleh bencana katastrofis.  Demikian juga konsep IPTEK (macam, 
prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan yang kita kenal 
sekarang.  Pak Zaim menguraikan proses alam pada masa sejarah yang didominasi 
oleh susut laut – turunnya muka airlaut, sehingga banyak wilayah yang terkena 
dampak sedimentasi dan pendangkalan.  Ini benar karena dari Mid-Holocene sampai 
kurang lebih 100 tahun lalu muka airlaut global turun sekitar 2-3 meter.  
Sebaliknya, dari 20.000 tahun (puncak Zaman Es) sampai Mid-Holocene, muka air 
laut naik 130 meter.  Jadi tentu banyak peradaban yang ‘terendam’.   Interaksi 
dari perubahan

RE: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari MFS Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

2012-02-27 Terurut Topik Yustinus Suyatno Yuwono
Mas Bandono,

Pak Zaim itu nyindir saya, mobil saya H accord th 1982 gak ganti-2, mobil dia 
kan umurnya lebih muda, jadi yang lebih NINGRAT siapa sih?

Salam,

YSY

 

From: Bandono Salim [mailto:bandon...@gmail.com] 
Sent: Sunday, February 26, 2012 5:02 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari MFS Re: [iagi-net-l] Fwd: 
ARTIKEL KORAN PR

 

Jangan gitu prof, masak pening dan melarat. Tar gak bisa mikir lho.
Yang penting prof selalu cukup, dpt mencapai apa yang di cita2kan.
Salam.

Powered by Telkomsel BlackBerry®

  _  

From: yahdi zaim z...@gc.itb.ac.id 

Date: Sun, 26 Feb 2012 09:50:57 +

To: iagi-net@iagi.or.id

ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id 

Subject: Re: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari MFS Re: [iagi-net-l] Fwd: 
ARTIKEL KORAN PR

 

Rekans,agak panjang sy tulis ini.
Teman saya mhs S3 di Perancis disertasinya ttg paleoklimatologi dgn penelitian 
stalagtit/mit Kuarter-Holosen gua di selatan Perancis. Ia melakukan penelitian 
dg berbagai metoda, mineralogi,dating,isotop dll,tapi yg menarik dan sbg temuan 
utama disertasinya adalah:BAKTERI! Dng SEM lingkaran2 kambium(bkn kambrium 
spt ditulis Kang Dany) stalagtit/mit dpt dideteksi adanya perkembangan bakteri 
yg pesat pd iklim hangat dan nyaris tdk ada bakteri pd iklim dingin. Jenis 
bakteri (genus dan spesies)nya pun berbeda dari tiap lingkaran,yg artinya jg 
berbeda tiap waktunya. Penelitian ini utk manyingkap iklim purba berkaitan dgn 
temuan manusia purba di Gua Tautavel,Perancis Selatan umur datingnya 700-800rb 
tyl. Jadi,penelitian dasar (basic research) geologi dlm pengertian luas,sangat 
berkembang dan banyak peminatnya di Eropa, tapi sebaliknya,kurang peminat di 
Indonesia krn,salah satu contohnya Geologi Kuarter, adalah ilmu NINGRAT 
sehingga tdk diminati,krn artinya: ilmunya PeNING tapi/dan melaRAT??
Wasalam,
Zaim yang ningrat

Powered by Telkomsel BlackBerry®

  _  

From: Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com 

Date: Sun, 26 Feb 2012 00:48:02 -0800 (PST)

To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id

ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id 

Subject: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari MFS Re: [iagi-net-l] Fwd: 
ARTIKEL KORAN PR

 

Pak Danny dan Pak Argo,

menarik sekali.  baru kali ini saya dengar penggunaan stalagmit dan stalagtit 
untuk deteksi MFS.  

Berarti rekamannya hanya yang big cycle nya saja?  

 

boleh dong di share disini kalau ada artikel lainnya tentang hal ini.

 

fbs

 

 

  _  

From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Sunday, February 26, 2012 3:06 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 

Ulasan yang sangat relevan dan sangat menarik dari Pak Argo.

Seperti di-email saya sebelumnya, penelitian ‘geologi-gua’ ini adalah “frontier 
research” yang luarbiasa.  Seperti halnya terumbu karang di laut, karang digua 
ini adalah “multi-proxy recorder” yang luarbiasa untuk reknstruksi paleoclimate 
dan kejadian katastropik.  Masing-masing punya lapisan tahun seperti kambrium 
di pohon dan juga bisa di-dating dengan sangat akurat (+/- beberapa tahun dan 
bahkan bulan!) oleh metoda U-Th radiometric dating.  Bedanya kalau koral 
lapisan tahun ini 1-3 cm, tapi untuk stalagtit hanya 1-3 mm; jadi core 
stalagtit sepanjang 1 meter saja span datanya sampai 1000 tahun!.  TIM RSES-ANU 
dan LIPI ini berambisi untuk merekonstruksi paleoclimate-environment sampai 
500.000 tahun kebelakang.  Dalam beberapa tahun mendatang data 
geologi-gua-tropis ini akan menjadi rival atau lebih tepatnya padanan untuk 
data dari kutub (ice-core) yang selama ini menjadi sumber data utama untuk 
plaeoclimate-environment.  Masalahnya, memang tidak banyak ahli geologi atau 
mahasiswa yang rela menjadi ‘manusia gua’ di jaman modern sekarang ini J

 

Wass

DHN

 

From: AWY [mailto:masargo...@yahoo.com] 
Sent: Sunday, February 26, 2012 1:27 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 

Sugeng siang,

Semalam di NGC didongengkan tentang penyelidikan gua karst di Kepulauan Bahama. 
Gua ini sendiri saat ini sudah digenangi air dengan kedalaman s/d 100m. 
Beberapa peneliti terlibat dlm penelitian tsb, tdr dari beragam multi disiplin 
mulai dari arkeologi, paleontologi, geologist yang juga tentu saja para 
penyelam yang handal.

Background penelitiannya sendiri salah satunya adalah untuk menyelidiki 
siapakah yang menemukan Amerika? Apakah ada Penemu sebelum Colombus?. Di gua di 
bawah air tersebut, yang tentu saja menantang dari segi keselamatan para 
peneliti - karena seringnya jatuhan dari stalagtit2nya - ditemukan beberapa 
tengkorak kepala yang seingat memiliki ciri khas suku ..., dicirikan dengan 
defect pada tengkorak tsb (bentuk kerucut), yang dikenal sebagai kebiasaan 
suku trsbt yaitu dengan mengikat anak kecil/bayi di papan, demikian juga kepala 
eh kelapanya :), yg menyebabkan bentuk khas tsb.
Sehingga bisa ditarik kesipulan sebenarnya sktr 800-1000thn y.l. Sudah ada 
suku2 dari Amerika Selatan yang

RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

2012-02-27 Terurut Topik Yustinus Suyatno Yuwono
Rekan Danny yang bijak,

Maju terus Kang, Geologi Kwarter akan makin penting di depan, anda bias
kerjasama dengan rekan lain di Perguruan Tinggi (misalnya Pak Zaim), nanti
akan membuahkan hasil. Saya berjuang 20 th lebih (sejak 1987) untuk
memasyarakatkan surface mapping di volcanic terrain alhamdullilah, sekarang
sudah banyak mhs yang ambil tugas akhir volkanik. Kuliah elektif saya
(Petrogenesis) peminatnya tiap semester antara 20-35 mhs, lumayan buat
bidang petrologi yang termasuk kategori kering juga. Semua perlu komitmen
dan perjuangan.

Salam,

YSY

 

From: Danny Hilman Natawidjaja [mailto:danny.hil...@gmail.com] 
Sent: Sunday, February 26, 2012 3:07 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 

Ulasan yang sangat relevan dan sangat menarik dari Pak Argo.

Seperti di-email saya sebelumnya, penelitian 'geologi-gua' ini adalah
frontier research yang luarbiasa.  Seperti halnya terumbu karang di laut,
karang digua ini adalah multi-proxy recorder yang luarbiasa untuk
reknstruksi paleoclimate dan kejadian katastropik.  Masing-masing punya
lapisan tahun seperti kambrium di pohon dan juga bisa di-dating dengan
sangat akurat (+/- beberapa tahun dan bahkan bulan!) oleh metoda U-Th
radiometric dating.  Bedanya kalau koral lapisan tahun ini 1-3 cm, tapi
untuk stalagtit hanya 1-3 mm; jadi core stalagtit sepanjang 1 meter saja
span datanya sampai 1000 tahun!.  TIM RSES-ANU dan LIPI ini berambisi untuk
merekonstruksi paleoclimate-environment sampai 500.000 tahun kebelakang.
Dalam beberapa tahun mendatang data geologi-gua-tropis ini akan menjadi
rival atau lebih tepatnya padanan untuk data dari kutub (ice-core) yang
selama ini menjadi sumber data utama untuk plaeoclimate-environment.
Masalahnya, memang tidak banyak ahli geologi atau mahasiswa yang rela
menjadi 'manusia gua' di jaman modern sekarang ini J

 

Wass

DHN

 

From: AWY [mailto:masargo...@yahoo.com] 
Sent: Sunday, February 26, 2012 1:27 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 

Sugeng siang,

Semalam di NGC didongengkan tentang penyelidikan gua karst di Kepulauan
Bahama. Gua ini sendiri saat ini sudah digenangi air dengan kedalaman s/d
100m. Beberapa peneliti terlibat dlm penelitian tsb, tdr dari beragam multi
disiplin mulai dari arkeologi, paleontologi, geologist yang juga tentu saja
para penyelam yang handal.

Background penelitiannya sendiri salah satunya adalah untuk menyelidiki
siapakah yang menemukan Amerika? Apakah ada Penemu sebelum Colombus?. Di gua
di bawah air tersebut, yang tentu saja menantang dari segi keselamatan para
peneliti - karena seringnya jatuhan dari stalagtit2nya - ditemukan beberapa
tengkorak kepala yang seingat memiliki ciri khas suku ..., dicirikan
dengan defect pada tengkorak tsb (bentuk kerucut), yang dikenal sebagai
kebiasaan suku trsbt yaitu dengan mengikat anak kecil/bayi di papan,
demikian juga kepala eh kelapanya :), yg menyebabkan bentuk khas tsb.
Sehingga bisa ditarik kesipulan sebenarnya sktr 800-1000thn y.l. Sudah ada
suku2 dari Amerika Selatan yang menyebrang melalui jembatan alami Kepulauan
Karibia ke Amerika Utara.

Dalam penelitian tersebut selain diambil tengkorak, juga diambil sampel
stalagmit. Baru tahu saya, ternyata ketika stalagmit dibelah, secara
bentukannya mirip kambium pohon, yang bisa digunakan utk menceritakan
panjang pendeknya musim penghujan-kemarau dalam melalui garis2 kambium,
sedangkan utk stalagmit ini bisa digunakan utk menceritakan bagaimana
perubahan iklim berlangsung di dunia.

Kepulauan Bahama ini sangat menarik karena kepulauan ini merupakan jalur
arus laut atlantik yang dilewati oleh sirkulasi air panas dari afrika dan
juga arus dingin dari kutub. Sehingga seperinya banyak koral2 yang senang
hidup di kepulauan ini.

Dari peristiwa perlarutan/ perkolasi koral (material karbonat) terbentuklah
stalagtit dan stalagmit, yg juga berlaku sbg recorder perubahan iklim dan
muka air laut. Dari conto stalagmit yang diambil sendiri, memberikan rekaman
kurang lebih dari sekitar 200.000thn y.l. S/d saat ini. Dari hasil analisis
dsimpulkan ada beberapa peristiwa pembanjiran/ sea level rise/ atau tepatnya
mungkin MFS ya? (nah ini cara analisisnya gmn, klo di delta kan shale yg plg
tebal yah? He...he.. :))

Ada hal lainnya yang tak kalah menarik, yaitu dari setiap peristiwa flooding
/ MFS tersebut selalu didahului oleh garis hitam-kemerahan yang tebal.
Data sample menunjukan bahwa ada skrt 4 atau 5 (lupa?). Dimana dari hasil
dating peristiwa hitam kemerahan tadi secara geologi relatif singkat,
hanya berlangsung kurang lebih 40-50thn. Endapan hitam-kemerahan ini
selain di stalagtit juga muncul di gua, sebagai lapisan tipis kurang lebih
2-5cm. Setelah diteliti secara kimia ternyata garis hitam tsb berasal dari
unsur besi. Asumsi saya, material pembuat garis tersebut berasal dari hasil
erupsi gunung api, ternyata dari hasil studi kimia, unsur penyusunnya
berasal dari pasir Gurun Sahara yang tentu saja berjarak sekian ribu mil
dari Bahama

Re: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari MFS Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

2012-02-27 Terurut Topik Bandono Salim
Jangan gitu, aku minggu kemrin ketemu pak wiranto, dia aku bawa paker mbl VW 72 
yang tidak ganti-ganti. Apa dia bilang beli th 74? Kalau gitu kamu kaya dong.
Mobil tua dipakai sejak beli sAmpe skrang dibilang kaya? Aku bilang, ya 
terimakasih sama TuhanN mblku awet.
Yang penting dpt menikmati apa yang ada. Hahaha 
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Yustinus Suyatno Yuwono yuw...@gc.itb.ac.id
Date: Tue, 28 Feb 2012 14:28:15 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari  MFS Re: [iagi-net-l] 
Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Mas Bandono,

Pak Zaim itu nyindir saya, mobil saya H accord th 1982 gak ganti-2, mobil dia 
kan umurnya lebih muda, jadi yang lebih NINGRAT siapa sih?

Salam,

YSY

 

From: Bandono Salim [mailto:bandon...@gmail.com] 
Sent: Sunday, February 26, 2012 5:02 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari MFS Re: [iagi-net-l] Fwd: 
ARTIKEL KORAN PR

 

Jangan gitu prof, masak pening dan melarat. Tar gak bisa mikir lho.
Yang penting prof selalu cukup, dpt mencapai apa yang di cita2kan.
Salam.

Powered by Telkomsel BlackBerry®

  _  

From: yahdi zaim z...@gc.itb.ac.id 

Date: Sun, 26 Feb 2012 09:50:57 +

To: iagi-net@iagi.or.id

ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id 

Subject: Re: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari MFS Re: [iagi-net-l] Fwd: 
ARTIKEL KORAN PR

 

Rekans,agak panjang sy tulis ini.
Teman saya mhs S3 di Perancis disertasinya ttg paleoklimatologi dgn penelitian 
stalagtit/mit Kuarter-Holosen gua di selatan Perancis. Ia melakukan penelitian 
dg berbagai metoda, mineralogi,dating,isotop dll,tapi yg menarik dan sbg temuan 
utama disertasinya adalah:BAKTERI! Dng SEM lingkaran2 kambium(bkn kambrium 
spt ditulis Kang Dany) stalagtit/mit dpt dideteksi adanya perkembangan bakteri 
yg pesat pd iklim hangat dan nyaris tdk ada bakteri pd iklim dingin. Jenis 
bakteri (genus dan spesies)nya pun berbeda dari tiap lingkaran,yg artinya jg 
berbeda tiap waktunya. Penelitian ini utk manyingkap iklim purba berkaitan dgn 
temuan manusia purba di Gua Tautavel,Perancis Selatan umur datingnya 700-800rb 
tyl. Jadi,penelitian dasar (basic research) geologi dlm pengertian luas,sangat 
berkembang dan banyak peminatnya di Eropa, tapi sebaliknya,kurang peminat di 
Indonesia krn,salah satu contohnya Geologi Kuarter, adalah ilmu NINGRAT 
sehingga tdk diminati,krn artinya: ilmunya PeNING tapi/dan melaRAT??
Wasalam,
Zaim yang ningrat

Powered by Telkomsel BlackBerry®

  _  

From: Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com 

Date: Sun, 26 Feb 2012 00:48:02 -0800 (PST)

To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id

ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id 

Subject: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari MFS Re: [iagi-net-l] Fwd: 
ARTIKEL KORAN PR

 

Pak Danny dan Pak Argo,

menarik sekali.  baru kali ini saya dengar penggunaan stalagmit dan stalagtit 
untuk deteksi MFS.  

Berarti rekamannya hanya yang big cycle nya saja?  

 

boleh dong di share disini kalau ada artikel lainnya tentang hal ini.

 

fbs

 

 

  _  

From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Sunday, February 26, 2012 3:06 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 

Ulasan yang sangat relevan dan sangat menarik dari Pak Argo.

Seperti di-email saya sebelumnya, penelitian ‘geologi-gua’ ini adalah “frontier 
research” yang luarbiasa.  Seperti halnya terumbu karang di laut, karang digua 
ini adalah “multi-proxy recorder” yang luarbiasa untuk reknstruksi paleoclimate 
dan kejadian katastropik.  Masing-masing punya lapisan tahun seperti kambrium 
di pohon dan juga bisa di-dating dengan sangat akurat (+/- beberapa tahun dan 
bahkan bulan!) oleh metoda U-Th radiometric dating.  Bedanya kalau koral 
lapisan tahun ini 1-3 cm, tapi untuk stalagtit hanya 1-3 mm; jadi core 
stalagtit sepanjang 1 meter saja span datanya sampai 1000 tahun!.  TIM RSES-ANU 
dan LIPI ini berambisi untuk merekonstruksi paleoclimate-environment sampai 
500.000 tahun kebelakang.  Dalam beberapa tahun mendatang data 
geologi-gua-tropis ini akan menjadi rival atau lebih tepatnya padanan untuk 
data dari kutub (ice-core) yang selama ini menjadi sumber data utama untuk 
plaeoclimate-environment.  Masalahnya, memang tidak banyak ahli geologi atau 
mahasiswa yang rela menjadi ‘manusia gua’ di jaman modern sekarang ini J

 

Wass

DHN

 

From: AWY [mailto:masargo...@yahoo.com] 
Sent: Sunday, February 26, 2012 1:27 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 

Sugeng siang,

Semalam di NGC didongengkan tentang penyelidikan gua karst di Kepulauan Bahama. 
Gua ini sendiri saat ini sudah digenangi air dengan kedalaman s/d 100m. 
Beberapa peneliti terlibat dlm penelitian tsb, tdr dari beragam multi disiplin 
mulai dari arkeologi, paleontologi, geologist yang juga tentu saja para 
penyelam yang handal.

Background penelitiannya sendiri salah satunya adalah untuk menyelidiki 
siapakah

RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

2012-02-26 Terurut Topik Danny Hilman Natawidjaja
Ulasan yang sangat relevan dan sangat menarik dari Pak Argo.

Seperti di-email saya sebelumnya, penelitian 'geologi-gua' ini adalah
frontier research yang luarbiasa.  Seperti halnya terumbu karang di laut,
karang digua ini adalah multi-proxy recorder yang luarbiasa untuk
reknstruksi paleoclimate dan kejadian katastropik.  Masing-masing punya
lapisan tahun seperti kambrium di pohon dan juga bisa di-dating dengan
sangat akurat (+/- beberapa tahun dan bahkan bulan!) oleh metoda U-Th
radiometric dating.  Bedanya kalau koral lapisan tahun ini 1-3 cm, tapi
untuk stalagtit hanya 1-3 mm; jadi core stalagtit sepanjang 1 meter saja
span datanya sampai 1000 tahun!.  TIM RSES-ANU dan LIPI ini berambisi untuk
merekonstruksi paleoclimate-environment sampai 500.000 tahun kebelakang.
Dalam beberapa tahun mendatang data geologi-gua-tropis ini akan menjadi
rival atau lebih tepatnya padanan untuk data dari kutub (ice-core) yang
selama ini menjadi sumber data utama untuk plaeoclimate-environment.
Masalahnya, memang tidak banyak ahli geologi atau mahasiswa yang rela
menjadi 'manusia gua' di jaman modern sekarang ini J

 

Wass

DHN

 

From: AWY [mailto:masargo...@yahoo.com] 
Sent: Sunday, February 26, 2012 1:27 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 

Sugeng siang,

Semalam di NGC didongengkan tentang penyelidikan gua karst di Kepulauan
Bahama. Gua ini sendiri saat ini sudah digenangi air dengan kedalaman s/d
100m. Beberapa peneliti terlibat dlm penelitian tsb, tdr dari beragam multi
disiplin mulai dari arkeologi, paleontologi, geologist yang juga tentu saja
para penyelam yang handal.

Background penelitiannya sendiri salah satunya adalah untuk menyelidiki
siapakah yang menemukan Amerika? Apakah ada Penemu sebelum Colombus?. Di gua
di bawah air tersebut, yang tentu saja menantang dari segi keselamatan para
peneliti - karena seringnya jatuhan dari stalagtit2nya - ditemukan beberapa
tengkorak kepala yang seingat memiliki ciri khas suku ..., dicirikan
dengan defect pada tengkorak tsb (bentuk kerucut), yang dikenal sebagai
kebiasaan suku trsbt yaitu dengan mengikat anak kecil/bayi di papan,
demikian juga kepala eh kelapanya :), yg menyebabkan bentuk khas tsb.
Sehingga bisa ditarik kesipulan sebenarnya sktr 800-1000thn y.l. Sudah ada
suku2 dari Amerika Selatan yang menyebrang melalui jembatan alami Kepulauan
Karibia ke Amerika Utara.

Dalam penelitian tersebut selain diambil tengkorak, juga diambil sampel
stalagmit. Baru tahu saya, ternyata ketika stalagmit dibelah, secara
bentukannya mirip kambium pohon, yang bisa digunakan utk menceritakan
panjang pendeknya musim penghujan-kemarau dalam melalui garis2 kambium,
sedangkan utk stalagmit ini bisa digunakan utk menceritakan bagaimana
perubahan iklim berlangsung di dunia.

Kepulauan Bahama ini sangat menarik karena kepulauan ini merupakan jalur
arus laut atlantik yang dilewati oleh sirkulasi air panas dari afrika dan
juga arus dingin dari kutub. Sehingga seperinya banyak koral2 yang senang
hidup di kepulauan ini.

Dari peristiwa perlarutan/ perkolasi koral (material karbonat) terbentuklah
stalagtit dan stalagmit, yg juga berlaku sbg recorder perubahan iklim dan
muka air laut. Dari conto stalagmit yang diambil sendiri, memberikan rekaman
kurang lebih dari sekitar 200.000thn y.l. S/d saat ini. Dari hasil analisis
dsimpulkan ada beberapa peristiwa pembanjiran/ sea level rise/ atau tepatnya
mungkin MFS ya? (nah ini cara analisisnya gmn, klo di delta kan shale yg plg
tebal yah? He...he.. :))

Ada hal lainnya yang tak kalah menarik, yaitu dari setiap peristiwa flooding
/ MFS tersebut selalu didahului oleh garis hitam-kemerahan yang tebal.
Data sample menunjukan bahwa ada skrt 4 atau 5 (lupa?). Dimana dari hasil
dating peristiwa hitam kemerahan tadi secara geologi relatif singkat,
hanya berlangsung kurang lebih 40-50thn. Endapan hitam-kemerahan ini
selain di stalagtit juga muncul di gua, sebagai lapisan tipis kurang lebih
2-5cm. Setelah diteliti secara kimia ternyata garis hitam tsb berasal dari
unsur besi. Asumsi saya, material pembuat garis tersebut berasal dari hasil
erupsi gunung api, ternyata dari hasil studi kimia, unsur penyusunnya
berasal dari pasir Gurun Sahara yang tentu saja berjarak sekian ribu mil
dari Bahama.
Sehingga bisa disimpulkan sebelum peristiwa banjir atau sea level rise,
biasanya didahului oleh peristiwa kering yang relatif pendek yaitu sktr
40-50 thn, kemudian ditutup oleh banjir.

Dibandingkan dengan masa skrg, dimana isu pemanasan global juga sedang naik
daun, bumi relatif sedang memanas, setidak2nya sudah cukup lama, yaitu dari
thn 1970'an. Wah... Bahaya donk, berarti tinggal nunggu banjirnya aja?


Salam,
Argo - 3711
- Semalam nonton tivinya sambil ngantuk, tanpa x-check dgn literature, mohon
maaf jk salah2 tulis -

Powered by Telkomsel BlackBerryR

  _  

From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com 

Date: Sun, 26 Feb 2012 09:52:49 +0700

To: iagi-net@iagi.or.id

ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id 

Subject: RE

Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

2012-02-26 Terurut Topik Bandono Salim
Lho di jogya, kan sdh ada DR geoarch, di akprin(?), lulusan itb, di asuh pak 
Sam, Sutikno.
Sehubungan dg kisah Perlaya di mataram kuno.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Agus agushendra...@yahoo.com
Date: Sun, 26 Feb 2012 15:23:38 
To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Matakuliah Geologi Kuarter di Geologi UGM  yg menjadi matakuliah pilihan sejak 
kurikulum 1994 sampai kurikulum 2011 selalu kurang peminat, pernah mencapai 15 
mhs sekali sj dlm rentang waktu tsb. Berbeda dg Geologi Batubara, Teknik 
Reservoar sbg matakuliah pilihan mampu menembus 40 mhs lebih. Bahkan pernah dlm 
2 th (2009- 2010) matakuliah pilihan Geologi Kuarter tidak ada peminatnya sama 
sekali. Rata rata memang mhsw sangat minat pd matakuliah pilihan yg bermuara pd 
eksplorasi sumberdaya alam. Namun topik topik skripsi yg terkait dg Geologi 
Arkeologi, Geomorfologi, Endapan Paleo.tsunami, Kebencanaan Geologi di skitar 
situs arkeologi seperti di Kedulan, Gedongsongo, Prambanan, Borobudur dlm 2 th 
(2011-2012) ini mulai bermunculan meramaikan topik skripsi yg sdh favorit sejak 
dulu spt eksplorasi mineral logam, eksplorasi migas, batubara, geothermal, 
fasies sedimentasi tersier, petrogenesis, geologi teknik, hidrogeologi. Pilihan 
apa pun oleh mhsw adalah sah
 sah sj. 

Demikian share singkat, krn keseringan dpt mandat mengawal perubahan / transisi 
kurikulum teknik geologi ugm 2001, 2006, 2011.

Salam, agus hend
Kebetulan anggota tim pengajar mt.kuliah geologi kuarter di geologi ugm. 
 

Sent from my iPad

On 26 Feb 2012, at 11:35, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com 
wrote:

Mohon tidak dicampur-adukan dengan Kualitas Lulusan Pak.

Yang saya ulas hanya tentang pengembangan/pendidikan bidang geologi yang 
mempelajari proses dan bentang alam muda/sekarang (Kuarter – Resen), termasuk 
Geologi Kuarter, patahan aktif, gunung api, kebencanaan, dan arkeo-geologi.  
Senada dengan apa yang dikemukakan olek Pak Zaim ttg kurangnya minat mahasiswa 
di bidang yang beliau ajarkan.

Silahkan teman-teman dosen yang lebih punya pengetahuan tentang masalah ini 
berkontribusi, supaya berimbang wacana-nya.

 

Sejalan dengan wacana ini, alangkah baiknya melihat “the big picture” dibalik 
masalah ‘piramida’ , tidak terlalu di‘cupat’kan ( J maap… nebeng istilah ADB).

 

Salam

DHN

 

Catatan:

Sekedar sharing pengalaman, ketika diawal-awal saya belajar earthquake geology 
untuk S3, tidak mudah bagi saya untuk melihat proses geologi dibalik bentang 
alam yang kita lihat karena sebelumnya sudah demikian terbiasa dengan 
‘pengajaran geologi singkapan’.  Dalam setiap fieldtrip di masa kuliahnya, saya 
‘dipaksa’ untuk menjelaskan setiap benjolan dan lekukan yang ada di bentang 
alam.  Dan itu tidak mudah kalau belum terlatih. Sampai sekarang pun terus 
terang bagi saya masih tidak mudah karena dalam satu decade terakhir lebih 
banyak waktu dihabiskan untuk memelototi geologi-koral-mikroatol di Mentawai, 
jadi masih harus banyak belajar lagi J.  Sebelum gempa Chi-Chi di Taiwan tahun 
1999 itu, para ahli geologi di sana sangat sukar menerima keberadaan jalur 
patahan aktif kalau ‘hanya’ berdasarkan analisis morpho tektonik.  Dalam konsep 
mereka, jalur patahan hanya bisa dibuktikan kalau ada zona sesar yang terlihat 
dalam singkapan…  Sekarang
 tentunya tidak lagi…

 

 

From: miko [mailto:m...@cbn.net.id] 
Sent: Sunday, February 26, 2012 10:38 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 

Pak Danny,

Semoga dosen-dosen geologi dasar, geologi struktur, geomorfologi dll, khususnya 
di lingkungan ITB tidak membaca judgement /penilaian Anda tentang kualitas para 
lulusannya.

Kata-kata celoteh, bungkam, lack of knowledge, dll. rasanya kurang pantas 
ditujukan kepada mereka yang telah digembleng oleh Prof. Katili, Prof Sukendar, 
Prof Koesoema, Prof.Sampurno, Prof Tjia Hong Djin, Prof Sartono, Prof Zaim, 
dll. Semoga lain kali lebih bijak ya Pak,

Salam prihatin,

Mang Okim

From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com

Date: Sun, 26 Feb 2012 09:52:49 +0700

To: iagi-net@iagi.or.id

ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id

Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 

Artikel yang sangat menarik dan bagus.

Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi konsep 
dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban termasuk 
IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak  kontinyu tapi terputus atau 
dapat ter-reset oleh bencana katastrofis.  Demikian juga konsep IPTEK (macam, 
prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan yang kita kenal sekarang. 
 Pak Zaim menguraikan proses alam pada masa sejarah yang didominasi oleh susut 
laut – turunnya muka airlaut, sehingga banyak wilayah yang terkena dampak 
sedimentasi dan pendangkalan.  Ini benar karena dari Mid-Holocene sampai kurang 
lebih 100 tahun lalu muka airlaut global turun sekitar 2-3 meter

[iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari MFS Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

2012-02-26 Terurut Topik Franciscus B Sinartio
Pak Danny dan Pak Argo,
menarik sekali.  baru kali ini saya dengar penggunaan stalagmit dan stalagtit 
untuk deteksi MFS.  
Berarti rekamannya hanya yang big cycle nya saja?  

boleh dong di share disini kalau ada artikel lainnya tentang hal ini.

fbs




 From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Sunday, February 26, 2012 3:06 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
 

Ulasan yang sangat relevan dan sangat menarik dari Pak Argo.
Seperti di-email saya sebelumnya, penelitian ‘geologi-gua’ ini adalah “frontier 
research” yang luarbiasa.  Seperti halnya terumbu karang di laut, karang digua 
ini adalah “multi-proxy recorder” yang luarbiasa untuk reknstruksi paleoclimate 
dan kejadian katastropik.  Masing-masing punya lapisan tahun seperti kambrium 
di pohon dan juga bisa di-dating dengan sangat akurat (+/- beberapa tahun dan 
bahkan bulan!) oleh metoda U-Th radiometric dating.  Bedanya kalau koral 
lapisan tahun ini 1-3 cm, tapi untuk stalagtit hanya 1-3 mm; jadi core 
stalagtit sepanjang 1 meter saja span datanya sampai 1000 tahun!.  TIM RSES-ANU 
dan LIPI ini berambisi untuk merekonstruksi paleoclimate-environment sampai 
500.000 tahun kebelakang.  Dalam beberapa tahun mendatang data 
geologi-gua-tropis ini akan menjadi rival atau lebih tepatnya padanan untuk 
data dari kutub (ice-core) yang selama ini menjadi sumber data utama untuk 
plaeoclimate-environment.  Masalahnya,
 memang tidak banyak ahli geologi atau mahasiswa yang rela menjadi ‘manusia 
gua’ di jaman modern sekarang ini J
 
Wass
DHN
 
From:AWY [mailto:masargo...@yahoo.com] 
Sent: Sunday, February 26, 2012 1:27 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
 
Sugeng siang,

Semalam di NGC didongengkan tentang penyelidikan gua karst di Kepulauan Bahama. 
Gua ini sendiri saat ini sudah digenangi air dengan kedalaman s/d 100m. 
Beberapa peneliti terlibat dlm penelitian tsb, tdr dari beragam multi disiplin 
mulai dari arkeologi, paleontologi, geologist yang juga tentu saja para 
penyelam yang handal.

Background penelitiannya sendiri salah satunya adalah untuk menyelidiki 
siapakah yang menemukan Amerika? Apakah ada Penemu sebelum Colombus?. Di gua di 
bawah air tersebut, yang tentu saja menantang dari segi keselamatan para 
peneliti - karena seringnya jatuhan dari stalagtit2nya - ditemukan beberapa 
tengkorak kepala yang seingat memiliki ciri khas suku ..., dicirikan dengan 
defect pada tengkorak tsb (bentuk kerucut), yang dikenal sebagai kebiasaan 
suku trsbt yaitu dengan mengikat anak kecil/bayi di papan, demikian juga kepala 
eh kelapanya :), yg menyebabkan bentuk khas tsb.
Sehingga bisa ditarik kesipulan sebenarnya sktr 800-1000thn y.l. Sudah ada 
suku2 dari Amerika Selatan yang menyebrang melalui jembatan alami Kepulauan 
Karibia ke Amerika Utara.

Dalam penelitian tersebut selain diambil tengkorak, juga diambil sampel 
stalagmit. Baru tahu saya, ternyata ketika stalagmit dibelah, secara 
bentukannya mirip kambium pohon, yang bisa digunakan utk menceritakan panjang 
pendeknya musim penghujan-kemarau dalam melalui garis2 kambium, sedangkan utk 
stalagmit ini bisa digunakan utk menceritakan bagaimana perubahan iklim 
berlangsung di dunia.

Kepulauan Bahama ini sangat menarik karena kepulauan ini merupakan jalur arus 
laut atlantik yang dilewati oleh sirkulasi air panas dari afrika dan juga arus 
dingin dari kutub. Sehingga seperinya banyak koral2 yang senang hidup di 
kepulauan ini.

Dari peristiwa perlarutan/ perkolasi koral (material karbonat) terbentuklah 
stalagtit dan stalagmit, yg juga berlaku sbg recorder perubahan iklim dan muka 
air laut. Dari conto stalagmit yang diambil sendiri, memberikan rekaman kurang 
lebih dari sekitar 200.000thn y.l. S/d saat ini. Dari hasil analisis dsimpulkan 
ada beberapa peristiwa pembanjiran/ sea level rise/ atau tepatnya mungkin MFS 
ya? (nah ini cara analisisnya gmn, klo di delta kan shale yg plg tebal yah? 
He...he.. :))

Ada hal lainnya yang tak kalah menarik, yaitu dari setiap peristiwa flooding / 
MFS tersebut selalu didahului oleh garis hitam-kemerahan yang tebal. Data 
sample menunjukan bahwa ada skrt 4 atau 5 (lupa?). Dimana dari hasil dating 
peristiwa hitam kemerahan tadi secara geologi relatif singkat, hanya 
berlangsung kurang lebih 40-50thn. Endapan hitam-kemerahan ini selain di 
stalagtit juga muncul di gua, sebagai lapisan tipis kurang lebih 2-5cm. Setelah 
diteliti secara kimia ternyata garis hitam tsb berasal dari unsur besi. Asumsi 
saya, material pembuat garis tersebut berasal dari hasil erupsi gunung api, 
ternyata dari hasil studi kimia, unsur penyusunnya berasal dari pasir Gurun 
Sahara yang tentu saja berjarak sekian ribu mil dari Bahama.
Sehingga bisa disimpulkan sebelum peristiwa banjir atau sea level rise, 
biasanya didahului oleh peristiwa kering yang relatif pendek yaitu sktr 40-50 
thn, kemudian ditutup oleh banjir.

Dibandingkan dengan masa skrg, dimana isu

Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

2012-02-26 Terurut Topik yahdi zaim
Benar Pak Bandono, beliau Dr. Sri Mulyaningsih, bimbingan Prof.Sampurno sbg 
Pembimbing Utama/Ketua Tim Promotor,dgn Anggota Pembimbing saya dan Prof.Denny 
Juanda. Disertasinya tentang Geoarkeologi yg membahas pengaruh Erupsi Gn.Merapi 
dgn perkembangan Kerajaan Mataram pada Abad 9AD. Tesis Dr. Sri sdh banyak 
dipublikasikan dalam jurnal ilmiah dan seminar nasional dan internasional.Saya 
kira Dr. Sri yg skrg sbg Kaprodi Teknik Geologi AKPRIND Yogya lbh relevan 
mengungkap hasil penelittian doktornya...
Wslm,
Zaim 
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Bandono Salim bandon...@gmail.com
Date: Sun, 26 Feb 2012 08:24:13 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Lho di jogya, kan sdh ada DR geoarch, di akprin(?), lulusan itb, di asuh pak 
Sam, Sutikno.
Sehubungan dg kisah Perlaya di mataram kuno.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Agus agushendra...@yahoo.com
Date: Sun, 26 Feb 2012 15:23:38 
To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Matakuliah Geologi Kuarter di Geologi UGM  yg menjadi matakuliah pilihan sejak 
kurikulum 1994 sampai kurikulum 2011 selalu kurang peminat, pernah mencapai 15 
mhs sekali sj dlm rentang waktu tsb. Berbeda dg Geologi Batubara, Teknik 
Reservoar sbg matakuliah pilihan mampu menembus 40 mhs lebih. Bahkan pernah dlm 
2 th (2009- 2010) matakuliah pilihan Geologi Kuarter tidak ada peminatnya sama 
sekali. Rata rata memang mhsw sangat minat pd matakuliah pilihan yg bermuara pd 
eksplorasi sumberdaya alam. Namun topik topik skripsi yg terkait dg Geologi 
Arkeologi, Geomorfologi, Endapan Paleo.tsunami, Kebencanaan Geologi di skitar 
situs arkeologi seperti di Kedulan, Gedongsongo, Prambanan, Borobudur dlm 2 th 
(2011-2012) ini mulai bermunculan meramaikan topik skripsi yg sdh favorit sejak 
dulu spt eksplorasi mineral logam, eksplorasi migas, batubara, geothermal, 
fasies sedimentasi tersier, petrogenesis, geologi teknik, hidrogeologi. Pilihan 
apa pun oleh mhsw adalah sah
 sah sj. 

Demikian share singkat, krn keseringan dpt mandat mengawal perubahan / transisi 
kurikulum teknik geologi ugm 2001, 2006, 2011.

Salam, agus hend
Kebetulan anggota tim pengajar mt.kuliah geologi kuarter di geologi ugm. 
 

Sent from my iPad

On 26 Feb 2012, at 11:35, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com 
wrote:

Mohon tidak dicampur-adukan dengan Kualitas Lulusan Pak.

Yang saya ulas hanya tentang pengembangan/pendidikan bidang geologi yang 
mempelajari proses dan bentang alam muda/sekarang (Kuarter – Resen), termasuk 
Geologi Kuarter, patahan aktif, gunung api, kebencanaan, dan arkeo-geologi.  
Senada dengan apa yang dikemukakan olek Pak Zaim ttg kurangnya minat mahasiswa 
di bidang yang beliau ajarkan.

Silahkan teman-teman dosen yang lebih punya pengetahuan tentang masalah ini 
berkontribusi, supaya berimbang wacana-nya.

 

Sejalan dengan wacana ini, alangkah baiknya melihat “the big picture” dibalik 
masalah ‘piramida’ , tidak terlalu di‘cupat’kan ( J maap… nebeng istilah ADB).

 

Salam

DHN

 

Catatan:

Sekedar sharing pengalaman, ketika diawal-awal saya belajar earthquake geology 
untuk S3, tidak mudah bagi saya untuk melihat proses geologi dibalik bentang 
alam yang kita lihat karena sebelumnya sudah demikian terbiasa dengan 
‘pengajaran geologi singkapan’.  Dalam setiap fieldtrip di masa kuliahnya, saya 
‘dipaksa’ untuk menjelaskan setiap benjolan dan lekukan yang ada di bentang 
alam.  Dan itu tidak mudah kalau belum terlatih. Sampai sekarang pun terus 
terang bagi saya masih tidak mudah karena dalam satu decade terakhir lebih 
banyak waktu dihabiskan untuk memelototi geologi-koral-mikroatol di Mentawai, 
jadi masih harus banyak belajar lagi J.  Sebelum gempa Chi-Chi di Taiwan tahun 
1999 itu, para ahli geologi di sana sangat sukar menerima keberadaan jalur 
patahan aktif kalau ‘hanya’ berdasarkan analisis morpho tektonik.  Dalam konsep 
mereka, jalur patahan hanya bisa dibuktikan kalau ada zona sesar yang terlihat 
dalam singkapan…  Sekarang
 tentunya tidak lagi…

 

 

From: miko [mailto:m...@cbn.net.id] 
Sent: Sunday, February 26, 2012 10:38 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 

Pak Danny,

Semoga dosen-dosen geologi dasar, geologi struktur, geomorfologi dll, khususnya 
di lingkungan ITB tidak membaca judgement /penilaian Anda tentang kualitas para 
lulusannya.

Kata-kata celoteh, bungkam, lack of knowledge, dll. rasanya kurang pantas 
ditujukan kepada mereka yang telah digembleng oleh Prof. Katili, Prof Sukendar, 
Prof Koesoema, Prof.Sampurno, Prof Tjia Hong Djin, Prof Sartono, Prof Zaim, 
dll. Semoga lain kali lebih bijak ya Pak,

Salam prihatin,

Mang Okim

From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com

Date: Sun, 26 Feb 2012 09:52:49 +0700

To: iagi-net@iagi.or.id

ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id

Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL

Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

2012-02-26 Terurut Topik Bandono Salim
Wah maaf, karena banyak teorinya dari ahli gn api, ku kira mereka juga promotor.
Terimakasih pak atas pembetulan prof. Zaim. 
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: yahdi zaim z...@gc.itb.ac.id
Date: Sun, 26 Feb 2012 08:50:42 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Benar Pak Bandono, beliau Dr. Sri Mulyaningsih, bimbingan Prof.Sampurno sbg 
Pembimbing Utama/Ketua Tim Promotor,dgn Anggota Pembimbing saya dan Prof.Denny 
Juanda. Disertasinya tentang Geoarkeologi yg membahas pengaruh Erupsi Gn.Merapi 
dgn perkembangan Kerajaan Mataram pada Abad 9AD. Tesis Dr. Sri sdh banyak 
dipublikasikan dalam jurnal ilmiah dan seminar nasional dan internasional.Saya 
kira Dr. Sri yg skrg sbg Kaprodi Teknik Geologi AKPRIND Yogya lbh relevan 
mengungkap hasil penelittian doktornya...
Wslm,
Zaim 
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Bandono Salim bandon...@gmail.com
Date: Sun, 26 Feb 2012 08:24:13 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Lho di jogya, kan sdh ada DR geoarch, di akprin(?), lulusan itb, di asuh pak 
Sam, Sutikno.
Sehubungan dg kisah Perlaya di mataram kuno.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Agus agushendra...@yahoo.com
Date: Sun, 26 Feb 2012 15:23:38 
To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Matakuliah Geologi Kuarter di Geologi UGM  yg menjadi matakuliah pilihan sejak 
kurikulum 1994 sampai kurikulum 2011 selalu kurang peminat, pernah mencapai 15 
mhs sekali sj dlm rentang waktu tsb. Berbeda dg Geologi Batubara, Teknik 
Reservoar sbg matakuliah pilihan mampu menembus 40 mhs lebih. Bahkan pernah dlm 
2 th (2009- 2010) matakuliah pilihan Geologi Kuarter tidak ada peminatnya sama 
sekali. Rata rata memang mhsw sangat minat pd matakuliah pilihan yg bermuara pd 
eksplorasi sumberdaya alam. Namun topik topik skripsi yg terkait dg Geologi 
Arkeologi, Geomorfologi, Endapan Paleo.tsunami, Kebencanaan Geologi di skitar 
situs arkeologi seperti di Kedulan, Gedongsongo, Prambanan, Borobudur dlm 2 th 
(2011-2012) ini mulai bermunculan meramaikan topik skripsi yg sdh favorit sejak 
dulu spt eksplorasi mineral logam, eksplorasi migas, batubara, geothermal, 
fasies sedimentasi tersier, petrogenesis, geologi teknik, hidrogeologi. Pilihan 
apa pun oleh mhsw adalah sah
 sah sj. 

Demikian share singkat, krn keseringan dpt mandat mengawal perubahan / transisi 
kurikulum teknik geologi ugm 2001, 2006, 2011.

Salam, agus hend
Kebetulan anggota tim pengajar mt.kuliah geologi kuarter di geologi ugm. 
 

Sent from my iPad

On 26 Feb 2012, at 11:35, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com 
wrote:

Mohon tidak dicampur-adukan dengan Kualitas Lulusan Pak.

Yang saya ulas hanya tentang pengembangan/pendidikan bidang geologi yang 
mempelajari proses dan bentang alam muda/sekarang (Kuarter – Resen), termasuk 
Geologi Kuarter, patahan aktif, gunung api, kebencanaan, dan arkeo-geologi.  
Senada dengan apa yang dikemukakan olek Pak Zaim ttg kurangnya minat mahasiswa 
di bidang yang beliau ajarkan.

Silahkan teman-teman dosen yang lebih punya pengetahuan tentang masalah ini 
berkontribusi, supaya berimbang wacana-nya.

 

Sejalan dengan wacana ini, alangkah baiknya melihat “the big picture” dibalik 
masalah ‘piramida’ , tidak terlalu di‘cupat’kan ( J maap… nebeng istilah ADB).

 

Salam

DHN

 

Catatan:

Sekedar sharing pengalaman, ketika diawal-awal saya belajar earthquake geology 
untuk S3, tidak mudah bagi saya untuk melihat proses geologi dibalik bentang 
alam yang kita lihat karena sebelumnya sudah demikian terbiasa dengan 
‘pengajaran geologi singkapan’.  Dalam setiap fieldtrip di masa kuliahnya, saya 
‘dipaksa’ untuk menjelaskan setiap benjolan dan lekukan yang ada di bentang 
alam.  Dan itu tidak mudah kalau belum terlatih. Sampai sekarang pun terus 
terang bagi saya masih tidak mudah karena dalam satu decade terakhir lebih 
banyak waktu dihabiskan untuk memelototi geologi-koral-mikroatol di Mentawai, 
jadi masih harus banyak belajar lagi J.  Sebelum gempa Chi-Chi di Taiwan tahun 
1999 itu, para ahli geologi di sana sangat sukar menerima keberadaan jalur 
patahan aktif kalau ‘hanya’ berdasarkan analisis morpho tektonik.  Dalam konsep 
mereka, jalur patahan hanya bisa dibuktikan kalau ada zona sesar yang terlihat 
dalam singkapan…  Sekarang
 tentunya tidak lagi…

 

 

From: miko [mailto:m...@cbn.net.id] 
Sent: Sunday, February 26, 2012 10:38 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 

Pak Danny,

Semoga dosen-dosen geologi dasar, geologi struktur, geomorfologi dll, khususnya 
di lingkungan ITB tidak membaca judgement /penilaian Anda tentang kualitas para 
lulusannya.

Kata-kata celoteh, bungkam, lack of knowledge, dll. rasanya kurang pantas 
ditujukan kepada mereka yang telah digembleng oleh Prof

Re: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari MFS Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

2012-02-26 Terurut Topik rakhmadi . avianto
Mungkin aku perlu banyak belajar nih tapi aku kok ngga nyambung ya misalnya 
menghubungkan endapan gua dg Eustacy, trus secara geology rock record apa yg 
aka di pake untuk mengkorelasikan dating di gua dg record sedimentasi di 
singkapan. Karena yg mengakibatkan katastropi itu bakan hanya flood yg ada di 
gua aja tapi lebih ke flood yg sifatnya major, sedangkan tsunami, secara 
Geologi mungkin tidak meninggalkan rock record, krn occationnya yg begitu cepat

Kalo ini berupa reset brp sih biayanya, kenapa saya bertanya biaya, krn sesuatu 
meaningful reseach itu cuman bisa dilakukan dg biaya yg cukup dan terintegrasi 
dg timeline dan objective yg jelas apa aja yg akan dilakukan
Sampai saat ini saya kok belum melihat maksud dan tujuan dari semua ini (baca 
katastropi purba)

Salam
Avi
0666 nomor cantik

Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com
Date: Sun, 26 Feb 2012 00:48:02 
To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari  MFS Re: [iagi-net-l] Fwd: 
ARTIKEL KORAN PR
Pak Danny dan Pak Argo,
menarik sekali.  baru kali ini saya dengar penggunaan stalagmit dan stalagtit 
untuk deteksi MFS.  
Berarti rekamannya hanya yang big cycle nya saja?  

boleh dong di share disini kalau ada artikel lainnya tentang hal ini.

fbs




 From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Sunday, February 26, 2012 3:06 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
 

Ulasan yang sangat relevan dan sangat menarik dari Pak Argo.
Seperti di-email saya sebelumnya, penelitian ‘geologi-gua’ ini adalah “frontier 
research” yang luarbiasa.  Seperti halnya terumbu karang di laut, karang digua 
ini adalah “multi-proxy recorder” yang luarbiasa untuk reknstruksi paleoclimate 
dan kejadian katastropik.  Masing-masing punya lapisan tahun seperti kambrium 
di pohon dan juga bisa di-dating dengan sangat akurat (+/- beberapa tahun dan 
bahkan bulan!) oleh metoda U-Th radiometric dating.  Bedanya kalau koral 
lapisan tahun ini 1-3 cm, tapi untuk stalagtit hanya 1-3 mm; jadi core 
stalagtit sepanjang 1 meter saja span datanya sampai 1000 tahun!.  TIM RSES-ANU 
dan LIPI ini berambisi untuk merekonstruksi paleoclimate-environment sampai 
500.000 tahun kebelakang.  Dalam beberapa tahun mendatang data 
geologi-gua-tropis ini akan menjadi rival atau lebih tepatnya padanan untuk 
data dari kutub (ice-core) yang selama ini menjadi sumber data utama untuk 
plaeoclimate-environment.  Masalahnya,
 memang tidak banyak ahli geologi atau mahasiswa yang rela menjadi ‘manusia 
gua’ di jaman modern sekarang ini J
 
Wass
DHN
 
From:AWY [mailto:masargo...@yahoo.com] 
Sent: Sunday, February 26, 2012 1:27 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
 
Sugeng siang,

Semalam di NGC didongengkan tentang penyelidikan gua karst di Kepulauan Bahama. 
Gua ini sendiri saat ini sudah digenangi air dengan kedalaman s/d 100m. 
Beberapa peneliti terlibat dlm penelitian tsb, tdr dari beragam multi disiplin 
mulai dari arkeologi, paleontologi, geologist yang juga tentu saja para 
penyelam yang handal.

Background penelitiannya sendiri salah satunya adalah untuk menyelidiki 
siapakah yang menemukan Amerika? Apakah ada Penemu sebelum Colombus?. Di gua di 
bawah air tersebut, yang tentu saja menantang dari segi keselamatan para 
peneliti - karena seringnya jatuhan dari stalagtit2nya - ditemukan beberapa 
tengkorak kepala yang seingat memiliki ciri khas suku ..., dicirikan dengan 
defect pada tengkorak tsb (bentuk kerucut), yang dikenal sebagai kebiasaan 
suku trsbt yaitu dengan mengikat anak kecil/bayi di papan, demikian juga kepala 
eh kelapanya :), yg menyebabkan bentuk khas tsb.
Sehingga bisa ditarik kesipulan sebenarnya sktr 800-1000thn y.l. Sudah ada 
suku2 dari Amerika Selatan yang menyebrang melalui jembatan alami Kepulauan 
Karibia ke Amerika Utara.

Dalam penelitian tersebut selain diambil tengkorak, juga diambil sampel 
stalagmit. Baru tahu saya, ternyata ketika stalagmit dibelah, secara 
bentukannya mirip kambium pohon, yang bisa digunakan utk menceritakan panjang 
pendeknya musim penghujan-kemarau dalam melalui garis2 kambium, sedangkan utk 
stalagmit ini bisa digunakan utk menceritakan bagaimana perubahan iklim 
berlangsung di dunia.

Kepulauan Bahama ini sangat menarik karena kepulauan ini merupakan jalur arus 
laut atlantik yang dilewati oleh sirkulasi air panas dari afrika dan juga arus 
dingin dari kutub. Sehingga seperinya banyak koral2 yang senang hidup di 
kepulauan ini.

Dari peristiwa perlarutan/ perkolasi koral (material karbonat) terbentuklah 
stalagtit dan stalagmit, yg juga berlaku sbg recorder perubahan iklim dan muka 
air laut. Dari conto stalagmit yang diambil sendiri, memberikan rekaman kurang 
lebih dari sekitar 200.000thn y.l. S/d saat ini. Dari hasil analisis dsimpulkan 
ada beberapa peristiwa pembanjiran

Re: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari MFS Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

2012-02-26 Terurut Topik yahdi zaim
Rekans,agak panjang sy tulis ini.
Teman saya mhs S3 di Perancis disertasinya ttg paleoklimatologi dgn penelitian 
stalagtit/mit Kuarter-Holosen gua di selatan Perancis. Ia melakukan penelitian 
dg berbagai metoda, mineralogi,dating,isotop dll,tapi yg menarik dan sbg temuan 
utama disertasinya adalah:BAKTERI! Dng SEM lingkaran2 kambium(bkn kambrium 
spt ditulis Kang Dany) stalagtit/mit dpt dideteksi adanya perkembangan bakteri 
yg pesat pd iklim hangat dan nyaris tdk ada bakteri pd iklim dingin. Jenis 
bakteri (genus dan spesies)nya pun berbeda dari tiap lingkaran,yg artinya jg 
berbeda tiap waktunya. Penelitian ini utk manyingkap iklim purba berkaitan dgn 
temuan manusia purba di Gua Tautavel,Perancis Selatan umur datingnya 700-800rb 
tyl. Jadi,penelitian dasar (basic research) geologi dlm pengertian luas,sangat 
berkembang dan banyak peminatnya di Eropa, tapi sebaliknya,kurang peminat di 
Indonesia krn,salah satu contohnya Geologi Kuarter, adalah ilmu NINGRAT 
sehingga tdk diminati,krn artinya: ilmunya PeNING tapi/dan melaRAT??
Wasalam,
Zaim yang ningrat
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com
Date: Sun, 26 Feb 2012 00:48:02 
To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari  MFS Re: [iagi-net-l] Fwd: 
ARTIKEL KORAN PR
Pak Danny dan Pak Argo,
menarik sekali.  baru kali ini saya dengar penggunaan stalagmit dan stalagtit 
untuk deteksi MFS.  
Berarti rekamannya hanya yang big cycle nya saja?  

boleh dong di share disini kalau ada artikel lainnya tentang hal ini.

fbs




 From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Sunday, February 26, 2012 3:06 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
 

Ulasan yang sangat relevan dan sangat menarik dari Pak Argo.
Seperti di-email saya sebelumnya, penelitian ‘geologi-gua’ ini adalah “frontier 
research” yang luarbiasa.  Seperti halnya terumbu karang di laut, karang digua 
ini adalah “multi-proxy recorder” yang luarbiasa untuk reknstruksi paleoclimate 
dan kejadian katastropik.  Masing-masing punya lapisan tahun seperti kambrium 
di pohon dan juga bisa di-dating dengan sangat akurat (+/- beberapa tahun dan 
bahkan bulan!) oleh metoda U-Th radiometric dating.  Bedanya kalau koral 
lapisan tahun ini 1-3 cm, tapi untuk stalagtit hanya 1-3 mm; jadi core 
stalagtit sepanjang 1 meter saja span datanya sampai 1000 tahun!.  TIM RSES-ANU 
dan LIPI ini berambisi untuk merekonstruksi paleoclimate-environment sampai 
500.000 tahun kebelakang.  Dalam beberapa tahun mendatang data 
geologi-gua-tropis ini akan menjadi rival atau lebih tepatnya padanan untuk 
data dari kutub (ice-core) yang selama ini menjadi sumber data utama untuk 
plaeoclimate-environment.  Masalahnya,
 memang tidak banyak ahli geologi atau mahasiswa yang rela menjadi ‘manusia 
gua’ di jaman modern sekarang ini J
 
Wass
DHN
 
From:AWY [mailto:masargo...@yahoo.com] 
Sent: Sunday, February 26, 2012 1:27 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
 
Sugeng siang,

Semalam di NGC didongengkan tentang penyelidikan gua karst di Kepulauan Bahama. 
Gua ini sendiri saat ini sudah digenangi air dengan kedalaman s/d 100m. 
Beberapa peneliti terlibat dlm penelitian tsb, tdr dari beragam multi disiplin 
mulai dari arkeologi, paleontologi, geologist yang juga tentu saja para 
penyelam yang handal.

Background penelitiannya sendiri salah satunya adalah untuk menyelidiki 
siapakah yang menemukan Amerika? Apakah ada Penemu sebelum Colombus?. Di gua di 
bawah air tersebut, yang tentu saja menantang dari segi keselamatan para 
peneliti - karena seringnya jatuhan dari stalagtit2nya - ditemukan beberapa 
tengkorak kepala yang seingat memiliki ciri khas suku ..., dicirikan dengan 
defect pada tengkorak tsb (bentuk kerucut), yang dikenal sebagai kebiasaan 
suku trsbt yaitu dengan mengikat anak kecil/bayi di papan, demikian juga kepala 
eh kelapanya :), yg menyebabkan bentuk khas tsb.
Sehingga bisa ditarik kesipulan sebenarnya sktr 800-1000thn y.l. Sudah ada 
suku2 dari Amerika Selatan yang menyebrang melalui jembatan alami Kepulauan 
Karibia ke Amerika Utara.

Dalam penelitian tersebut selain diambil tengkorak, juga diambil sampel 
stalagmit. Baru tahu saya, ternyata ketika stalagmit dibelah, secara 
bentukannya mirip kambium pohon, yang bisa digunakan utk menceritakan panjang 
pendeknya musim penghujan-kemarau dalam melalui garis2 kambium, sedangkan utk 
stalagmit ini bisa digunakan utk menceritakan bagaimana perubahan iklim 
berlangsung di dunia.

Kepulauan Bahama ini sangat menarik karena kepulauan ini merupakan jalur arus 
laut atlantik yang dilewati oleh sirkulasi air panas dari afrika dan juga arus 
dingin dari kutub. Sehingga seperinya banyak koral2 yang senang hidup di 
kepulauan ini.

Dari peristiwa perlarutan/ perkolasi koral (material karbonat) terbentuklah 
stalagtit dan

Re: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari MFS Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

2012-02-26 Terurut Topik Bandono Salim
Jangan gitu prof, masak pening dan melarat. Tar gak bisa mikir lho.
Yang penting prof selalu cukup, dpt mencapai apa yang di cita2kan.
Salam.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: yahdi zaim z...@gc.itb.ac.id
Date: Sun, 26 Feb 2012 09:50:57 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari  MFS Re: [iagi-net-l] 
Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Rekans,agak panjang sy tulis ini.
Teman saya mhs S3 di Perancis disertasinya ttg paleoklimatologi dgn penelitian 
stalagtit/mit Kuarter-Holosen gua di selatan Perancis. Ia melakukan penelitian 
dg berbagai metoda, mineralogi,dating,isotop dll,tapi yg menarik dan sbg temuan 
utama disertasinya adalah:BAKTERI! Dng SEM lingkaran2 kambium(bkn kambrium 
spt ditulis Kang Dany) stalagtit/mit dpt dideteksi adanya perkembangan bakteri 
yg pesat pd iklim hangat dan nyaris tdk ada bakteri pd iklim dingin. Jenis 
bakteri (genus dan spesies)nya pun berbeda dari tiap lingkaran,yg artinya jg 
berbeda tiap waktunya. Penelitian ini utk manyingkap iklim purba berkaitan dgn 
temuan manusia purba di Gua Tautavel,Perancis Selatan umur datingnya 700-800rb 
tyl. Jadi,penelitian dasar (basic research) geologi dlm pengertian luas,sangat 
berkembang dan banyak peminatnya di Eropa, tapi sebaliknya,kurang peminat di 
Indonesia krn,salah satu contohnya Geologi Kuarter, adalah ilmu NINGRAT 
sehingga tdk diminati,krn artinya: ilmunya PeNING tapi/dan melaRAT??
Wasalam,
Zaim yang ningrat
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com
Date: Sun, 26 Feb 2012 00:48:02 
To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari  MFS Re: [iagi-net-l] Fwd: 
ARTIKEL KORAN PR
Pak Danny dan Pak Argo,
menarik sekali.  baru kali ini saya dengar penggunaan stalagmit dan stalagtit 
untuk deteksi MFS.  
Berarti rekamannya hanya yang big cycle nya saja?  

boleh dong di share disini kalau ada artikel lainnya tentang hal ini.

fbs




 From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Sunday, February 26, 2012 3:06 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
 

Ulasan yang sangat relevan dan sangat menarik dari Pak Argo.
Seperti di-email saya sebelumnya, penelitian ‘geologi-gua’ ini adalah “frontier 
research” yang luarbiasa.  Seperti halnya terumbu karang di laut, karang digua 
ini adalah “multi-proxy recorder” yang luarbiasa untuk reknstruksi paleoclimate 
dan kejadian katastropik.  Masing-masing punya lapisan tahun seperti kambrium 
di pohon dan juga bisa di-dating dengan sangat akurat (+/- beberapa tahun dan 
bahkan bulan!) oleh metoda U-Th radiometric dating.  Bedanya kalau koral 
lapisan tahun ini 1-3 cm, tapi untuk stalagtit hanya 1-3 mm; jadi core 
stalagtit sepanjang 1 meter saja span datanya sampai 1000 tahun!.  TIM RSES-ANU 
dan LIPI ini berambisi untuk merekonstruksi paleoclimate-environment sampai 
500.000 tahun kebelakang.  Dalam beberapa tahun mendatang data 
geologi-gua-tropis ini akan menjadi rival atau lebih tepatnya padanan untuk 
data dari kutub (ice-core) yang selama ini menjadi sumber data utama untuk 
plaeoclimate-environment.  Masalahnya,
 memang tidak banyak ahli geologi atau mahasiswa yang rela menjadi ‘manusia 
gua’ di jaman modern sekarang ini J
 
Wass
DHN
 
From:AWY [mailto:masargo...@yahoo.com] 
Sent: Sunday, February 26, 2012 1:27 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
 
Sugeng siang,

Semalam di NGC didongengkan tentang penyelidikan gua karst di Kepulauan Bahama. 
Gua ini sendiri saat ini sudah digenangi air dengan kedalaman s/d 100m. 
Beberapa peneliti terlibat dlm penelitian tsb, tdr dari beragam multi disiplin 
mulai dari arkeologi, paleontologi, geologist yang juga tentu saja para 
penyelam yang handal.

Background penelitiannya sendiri salah satunya adalah untuk menyelidiki 
siapakah yang menemukan Amerika? Apakah ada Penemu sebelum Colombus?. Di gua di 
bawah air tersebut, yang tentu saja menantang dari segi keselamatan para 
peneliti - karena seringnya jatuhan dari stalagtit2nya - ditemukan beberapa 
tengkorak kepala yang seingat memiliki ciri khas suku ..., dicirikan dengan 
defect pada tengkorak tsb (bentuk kerucut), yang dikenal sebagai kebiasaan 
suku trsbt yaitu dengan mengikat anak kecil/bayi di papan, demikian juga kepala 
eh kelapanya :), yg menyebabkan bentuk khas tsb.
Sehingga bisa ditarik kesipulan sebenarnya sktr 800-1000thn y.l. Sudah ada 
suku2 dari Amerika Selatan yang menyebrang melalui jembatan alami Kepulauan 
Karibia ke Amerika Utara.

Dalam penelitian tersebut selain diambil tengkorak, juga diambil sampel 
stalagmit. Baru tahu saya, ternyata ketika stalagmit dibelah, secara 
bentukannya mirip kambium pohon, yang bisa digunakan utk menceritakan panjang 
pendeknya musim penghujan-kemarau dalam melalui garis2 kambium, sedangkan utk 
stalagmit ini

Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

2012-02-26 Terurut Topik sanggam hutabarat
Banggalah jd alumni Geol ITB, beda pendapat antar eks murid dan eks guru biasa, 
apalagi eks murid vs eks murid...sangat biasa itu...kalau enggak berbeda itu 
luar biasa..
 
thanks dr
penikmat diskusi geologi kwarter hingga kambrium/kambium



From: andangbacht...@yahoo.com andangbacht...@yahoo.com
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Sunday, 26 February 2012, 7:26
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR


Mang Okim yang saya hormati,

Nyuwun sewu,

Saya koq tidak melihat hubungan antara tuduhan yang Mang Okim alamatkan kepada 
Danny Hilman bhw dia melontarkan kata2 kurang pantas kpd para anak didik 
geologi ITB dg tulisan yg dipostingnya.

Kalau yg saya rasakan dari membaca postingan Danny tsb malahan dia 
mengapresiasi usaha2 perintisan geoakrkeologi yg sdh dilakuakn oleh beliau 
guru besar kita di ITB. Danny hanya mencoba menganalisis knapa usaha2 itu tdk 
berlanjut dg meriah, krn orientasi pendidikan kita yg lebih ke 
eksplorasi-eksploitasi sumberdaya alam (Danny menyebutkannya sbg tujuannya 
untuk eksplorasi tambang).

Terus terang saya jadi heran kenapa koq ada yg menangkap tulisan itu berbeda dr 
kesan saya ya?

Mudah2an kita semua selalu diberi kesabaran dan hidayah untuk selalu 
mengedepankan kebaikan dan ukhuwah.


Salam
ADB 
Powered by Telkomsel BlackBerry®



From: miko m...@cbn.net.id 
Date: Sun, 26 Feb 2012 03:38:17 +
To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id
ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id 
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Pak Danny,

Semoga dosen-dosen geologi dasar, geologi struktur, geomorfologi dll, khususnya 
di lingkungan ITB tidak membaca judgement /penilaian Anda tentang kualitas para 
lulusannya.

Kata-kata celoteh, bungkam, lack of knowledge, dll. rasanya kurang pantas 
ditujukan kepada mereka yang telah digembleng oleh Prof. Katili, Prof Sukendar, 
Prof Koesoema, Prof.Sampurno, Prof Tjia Hong Djin, Prof Sartono, Prof Zaim, 
dll. Semoga lain kali lebih bijak ya Pak,

Salam prihatin,

Mang Okim 




From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com 
Date: Sun, 26 Feb 2012 09:52:49 +0700
To: iagi-net@iagi.or.id
ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id 
Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

Artikel yang sangat menarik dan bagus. 
Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi konsep 
dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban termasuk 
IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak  kontinyu tapi terputus atau 
dapat ter-reset oleh bencana katastrofis.  Demikian juga konsep IPTEK (macam, 
prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan yang kita kenal 
sekarang.  Pak Zaim menguraikan proses alam pada masa sejarah yang didominasi 
oleh susut laut – turunnya muka airlaut, sehingga banyak wilayah yang terkena 
dampak sedimentasi dan pendangkalan.  Ini benar karena dari Mid-Holocene sampai 
kurang lebih 100 tahun lalu muka airlaut global turun sekitar 2-3 meter.  
Sebaliknya, dari 20.000 tahun (puncak Zaman Es) sampai Mid-Holocene, muka air 
laut naik 130 meter.  Jadi tentu banyak peradaban yang ‘terendam’.   Interaksi 
dari perubahan muka airlaut yang drastis, yang banyak diduga juga berkaitan 
dengan kejadian bencana
 katastropik seperti letusan gunung api, dengan perkembangan peradaban manusia 
ini belum banyak dieksplorasi.  Kami menduga kuat ada “ketidakselaran” budaya 
yang besar yang memisahkan Jaman Sejarah dan Pra Sejarah; bahkan dari Jaman 
Kerajaan ke Jaman kita sekarang pun kelihatannya ‘tidak selaras’.  
Jangan-jangan ini salah satu penyebab budaya kita sekarang jadi ‘kurang waras’  
J(bercanda).
 
Salah satu alasan utama kenapa penelitian arkeo-geologi yang sudah dirintis 
oleh Alm. Pak Sartono, kemudian Pak Sampoerno, kemudian juga diteruskan oleh 
Pak Zaim ini kurang/tidak berkembang adalah karena ilmu geologi Kuarter 
Indonesia tidak berkembang.  Ahli geologi kita umumnya mendapatpengajaran dan 
training untuk ‘membaca’ sejarah geologi dari masa pra-manusia (jutaan-puluhan 
juta tahun lalu) yang ter-rekam pada lapisan bebatuan, baik pada singkapan 
ataupun pada data bor, karena tujuannya untuk eksplorasi tambang.  Tapi kita 
umumnya tidak terlatih untuk membaca proses dan sejarah geologi dari BENTANG 
ALAM yang kita lihat disekitar kita sekarang.  Geologiawan Indonesia umumnya 
akan pandai berceloteh kalau ketemu singkapan, tapi akan bungkam kalau disuruh 
mengidentifikasi  mana teras-teras sungai mana tebing patahan aktif, mana 
alluvial mana collovial, dlsb;  dan bagaimana proses geologi yang membentuk 
bentang alam ‘destruktif’ dan
 ‘konstruktif’ yang terlihat sekarang.  Belum lagi tentang proses-proses gunung 
api Kuarter-Holosen dan produk-produknya.  “Alot’nya membahas ‘masalah piramid’ 
tidak terlepas dari “lack of knowledge” kita dibidang ini.  Mudah-mudahan ‘isue 
piramid’ dapat memberikan angin segar kepada bidang yang dianggap kering ini, 
sehingga  nyanyian orang yang berkiprah di

Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

2012-02-26 Terurut Topik Nataniel Mangiwa
sepakat!

jangan pernah menseragamkan pendapat..kalau seragam apa bedanya dengan dpr.
dan ga perlu harus menseragamkan / takut mendebat siapapun hanya karena
posisinya (dia siapa dan jabatannya apa). lihat pendapatnya..bukan orangnya.

salute untuk semua..
natan
On Feb 26, 2012 5:36 PM, sanggam hutabarat shthutaba...@yahoo.com wrote:

 Banggalah jd alumni Geol ITB, beda pendapat antar eks murid dan eks guru
 biasa, apalagi eks murid vs eks murid...sangat biasa itu...kalau enggak
 berbeda itu luar biasa..

 thanks dr
 penikmat diskusi geologi kwarter hingga kambrium/kambium

   *From:* andangbacht...@yahoo.com andangbacht...@yahoo.com
 *To:* iagi-net@iagi.or.id
 *Sent:* Sunday, 26 February 2012, 7:26
 *Subject:* Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

  Mang Okim yang saya hormati,

 Nyuwun sewu,

 Saya koq tidak melihat hubungan antara tuduhan yang Mang Okim alamatkan
 kepada Danny Hilman bhw dia melontarkan kata2 kurang pantas kpd para anak
 didik geologi ITB dg tulisan yg dipostingnya.

 Kalau yg saya rasakan dari membaca postingan Danny tsb malahan dia
 mengapresiasi usaha2 perintisan geoakrkeologi yg sdh dilakuakn oleh
 beliau guru besar kita di ITB. Danny hanya mencoba menganalisis knapa
 usaha2 itu tdk berlanjut dg meriah, krn orientasi pendidikan kita yg lebih
 ke eksplorasi-eksploitasi sumberdaya alam (Danny menyebutkannya sbg
 tujuannya untuk eksplorasi tambang).

 Terus terang saya jadi heran kenapa koq ada yg menangkap tulisan itu
 berbeda dr kesan saya ya?

 Mudah2an kita semua selalu diberi kesabaran dan hidayah untuk selalu
 mengedepankan kebaikan dan ukhuwah.


 Salam
 ADB
 Powered by Telkomsel BlackBerry®
  *From: *miko m...@cbn.net.id
 *Date: *Sun, 26 Feb 2012 03:38:17 +
 *To: *iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id
 *ReplyTo: *iagi-net@iagi.or.id
 *Subject: *Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 Pak Danny,

 Semoga dosen-dosen geologi dasar, geologi struktur, geomorfologi dll,
 khususnya di lingkungan ITB tidak membaca judgement /penilaian Anda tentang
 kualitas para lulusannya.

 Kata-kata celoteh, bungkam, lack of knowledge, dll. rasanya kurang pantas
 ditujukan kepada mereka yang telah digembleng oleh Prof. Katili, Prof
 Sukendar, Prof Koesoema, Prof.Sampurno, Prof Tjia Hong Djin, Prof Sartono,
 Prof Zaim, dll. Semoga lain kali lebih bijak ya Pak,

 Salam prihatin,

 Mang Okim

  *From: *Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
 *Date: *Sun, 26 Feb 2012 09:52:49 +0700
 *To: *iagi-net@iagi.or.id
 *ReplyTo: *iagi-net@iagi.or.id
 *Subject: *RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

  Artikel yang sangat menarik dan bagus.
 Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi
 konsep dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan
 peradaban termasuk IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak
  kontinyu tapi terputus atau dapat ter-reset oleh bencana katastrofis.
 Demikian juga konsep IPTEK (macam, prinsip, teknik) di masa lalu tidak
 harus sama dengan yang kita kenal sekarang.  Pak Zaim menguraikan proses
 alam pada masa sejarah yang didominasi oleh susut laut – turunnya muka
 airlaut, sehingga banyak wilayah yang terkena dampak sedimentasi dan
 pendangkalan.  Ini benar karena dari Mid-Holocene sampai kurang lebih 100
 tahun lalu muka airlaut global turun sekitar 2-3 meter.  Sebaliknya, dari
 20.000 tahun (puncak Zaman Es) sampai Mid-Holocene, muka air laut naik 130
 meter.  Jadi tentu banyak peradaban yang ‘terendam’.   Interaksi dari
 perubahan muka airlaut yang drastis, yang banyak diduga juga berkaitan
 dengan kejadian bencana katastropik seperti letusan gunung api, dengan
 perkembangan peradaban manusia ini belum banyak dieksplorasi.  Kami menduga
 kuat ada “ketidakselaran” budaya yang besar yang memisahkan Jaman Sejarah
 dan Pra Sejarah; bahkan dari Jaman Kerajaan ke Jaman kita sekarang pun
 kelihatannya ‘tidak selaras’.  Jangan-jangan ini salah satu penyebab budaya
 kita sekarang jadi ‘kurang waras’  J (bercanda).

 Salah satu alasan utama kenapa penelitian arkeo-geologi yang sudah
 dirintis oleh Alm. Pak Sartono, kemudian Pak Sampoerno, kemudian juga
 diteruskan oleh Pak Zaim ini kurang/tidak berkembang adalah karena ilmu
 geologi Kuarter Indonesia tidak berkembang.  Ahli geologi kita umumnya
 mendapatpengajaran dan training untuk ‘membaca’ sejarah geologi dari masa
 pra-manusia (jutaan-puluhan juta tahun lalu) yang ter-rekam pada lapisan
 bebatuan, baik pada singkapan ataupun pada data bor, karena tujuannya untuk
 eksplorasi tambang.  Tapi kita umumnya tidak terlatih untuk membaca proses
 dan sejarah geologi dari BENTANG ALAM yang kita lihat disekitar kita
 sekarang.  Geologiawan Indonesia umumnya akan pandai berceloteh kalau
 ketemu singkapan, tapi akan bungkam kalau disuruh mengidentifikasi  mana
 teras-teras sungai mana tebing patahan aktif, mana alluvial mana collovial,
 dlsb;  dan bagaimana proses geologi yang membentuk bentang alam
 ‘destruktif’ dan ‘konstruktif’ yang terlihat sekarang.  Belum lagi tentang
 proses-proses

Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

2012-02-26 Terurut Topik Bandono Salim
Biarkan seribu bunga berkembang bersama
Keindahan dan keharuman
Memperhalus jiwa raga

Salam, selamat menjelang malam.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com
Date: Sun, 26 Feb 2012 18:30:22 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
sepakat!

jangan pernah menseragamkan pendapat..kalau seragam apa bedanya dengan dpr.
dan ga perlu harus menseragamkan / takut mendebat siapapun hanya karena
posisinya (dia siapa dan jabatannya apa). lihat pendapatnya..bukan orangnya.

salute untuk semua..
natan
On Feb 26, 2012 5:36 PM, sanggam hutabarat shthutaba...@yahoo.com wrote:

 Banggalah jd alumni Geol ITB, beda pendapat antar eks murid dan eks guru
 biasa, apalagi eks murid vs eks murid...sangat biasa itu...kalau enggak
 berbeda itu luar biasa..

 thanks dr
 penikmat diskusi geologi kwarter hingga kambrium/kambium

   *From:* andangbacht...@yahoo.com andangbacht...@yahoo.com
 *To:* iagi-net@iagi.or.id
 *Sent:* Sunday, 26 February 2012, 7:26
 *Subject:* Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

  Mang Okim yang saya hormati,

 Nyuwun sewu,

 Saya koq tidak melihat hubungan antara tuduhan yang Mang Okim alamatkan
 kepada Danny Hilman bhw dia melontarkan kata2 kurang pantas kpd para anak
 didik geologi ITB dg tulisan yg dipostingnya.

 Kalau yg saya rasakan dari membaca postingan Danny tsb malahan dia
 mengapresiasi usaha2 perintisan geoakrkeologi yg sdh dilakuakn oleh
 beliau guru besar kita di ITB. Danny hanya mencoba menganalisis knapa
 usaha2 itu tdk berlanjut dg meriah, krn orientasi pendidikan kita yg lebih
 ke eksplorasi-eksploitasi sumberdaya alam (Danny menyebutkannya sbg
 tujuannya untuk eksplorasi tambang).

 Terus terang saya jadi heran kenapa koq ada yg menangkap tulisan itu
 berbeda dr kesan saya ya?

 Mudah2an kita semua selalu diberi kesabaran dan hidayah untuk selalu
 mengedepankan kebaikan dan ukhuwah.


 Salam
 ADB
 Powered by Telkomsel BlackBerry®
  *From: *miko m...@cbn.net.id
 *Date: *Sun, 26 Feb 2012 03:38:17 +
 *To: *iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id
 *ReplyTo: *iagi-net@iagi.or.id
 *Subject: *Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 Pak Danny,

 Semoga dosen-dosen geologi dasar, geologi struktur, geomorfologi dll,
 khususnya di lingkungan ITB tidak membaca judgement /penilaian Anda tentang
 kualitas para lulusannya.

 Kata-kata celoteh, bungkam, lack of knowledge, dll. rasanya kurang pantas
 ditujukan kepada mereka yang telah digembleng oleh Prof. Katili, Prof
 Sukendar, Prof Koesoema, Prof.Sampurno, Prof Tjia Hong Djin, Prof Sartono,
 Prof Zaim, dll. Semoga lain kali lebih bijak ya Pak,

 Salam prihatin,

 Mang Okim

  *From: *Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
 *Date: *Sun, 26 Feb 2012 09:52:49 +0700
 *To: *iagi-net@iagi.or.id
 *ReplyTo: *iagi-net@iagi.or.id
 *Subject: *RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

  Artikel yang sangat menarik dan bagus.
 Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi
 konsep dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan
 peradaban termasuk IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak
  kontinyu tapi terputus atau dapat ter-reset oleh bencana katastrofis.
 Demikian juga konsep IPTEK (macam, prinsip, teknik) di masa lalu tidak
 harus sama dengan yang kita kenal sekarang.  Pak Zaim menguraikan proses
 alam pada masa sejarah yang didominasi oleh susut laut – turunnya muka
 airlaut, sehingga banyak wilayah yang terkena dampak sedimentasi dan
 pendangkalan.  Ini benar karena dari Mid-Holocene sampai kurang lebih 100
 tahun lalu muka airlaut global turun sekitar 2-3 meter.  Sebaliknya, dari
 20.000 tahun (puncak Zaman Es) sampai Mid-Holocene, muka air laut naik 130
 meter.  Jadi tentu banyak peradaban yang ‘terendam’.   Interaksi dari
 perubahan muka airlaut yang drastis, yang banyak diduga juga berkaitan
 dengan kejadian bencana katastropik seperti letusan gunung api, dengan
 perkembangan peradaban manusia ini belum banyak dieksplorasi.  Kami menduga
 kuat ada “ketidakselaran” budaya yang besar yang memisahkan Jaman Sejarah
 dan Pra Sejarah; bahkan dari Jaman Kerajaan ke Jaman kita sekarang pun
 kelihatannya ‘tidak selaras’.  Jangan-jangan ini salah satu penyebab budaya
 kita sekarang jadi ‘kurang waras’  J (bercanda).

 Salah satu alasan utama kenapa penelitian arkeo-geologi yang sudah
 dirintis oleh Alm. Pak Sartono, kemudian Pak Sampoerno, kemudian juga
 diteruskan oleh Pak Zaim ini kurang/tidak berkembang adalah karena ilmu
 geologi Kuarter Indonesia tidak berkembang.  Ahli geologi kita umumnya
 mendapatpengajaran dan training untuk ‘membaca’ sejarah geologi dari masa
 pra-manusia (jutaan-puluhan juta tahun lalu) yang ter-rekam pada lapisan
 bebatuan, baik pada singkapan ataupun pada data bor, karena tujuannya untuk
 eksplorasi tambang.  Tapi kita umumnya tidak terlatih untuk membaca proses
 dan sejarah geologi dari BENTANG ALAM yang kita lihat disekitar kita
 sekarang

Re: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari MFS Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

2012-02-26 Terurut Topik rakhmadi . avianto
Pak Yahdi

Ini menarik dari uraian bapak yg dimaksud musim dingin ini apa winter begitu, 
kalau iya maka waktunya pendek sekali, akan lebih menarik kalau timing yg ada 
di skala kwarter ini di hubungkan dg Eustacy yg berskala halus misalnya order 
diatas 5, karena kalau mau menarik katastropi purba tentu mencari dimana titik 
maximum flood ini berada shg kalau hasil riset di gua bisa di link and match dg 
the most recent uestacy mungkin akan terkuak tabir ato memang tidak ada sama 
sekali

Makasi dan selamat malam Senen

Avi 
0 nomor cantik

Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: yahdi zaim z...@gc.itb.ac.id
Date: Sun, 26 Feb 2012 09:50:57 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari  MFS Re: [iagi-net-l] 
Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Rekans,agak panjang sy tulis ini.
Teman saya mhs S3 di Perancis disertasinya ttg paleoklimatologi dgn penelitian 
stalagtit/mit Kuarter-Holosen gua di selatan Perancis. Ia melakukan penelitian 
dg berbagai metoda, mineralogi,dating,isotop dll,tapi yg menarik dan sbg temuan 
utama disertasinya adalah:BAKTERI! Dng SEM lingkaran2 kambium(bkn kambrium 
spt ditulis Kang Dany) stalagtit/mit dpt dideteksi adanya perkembangan bakteri 
yg pesat pd iklim hangat dan nyaris tdk ada bakteri pd iklim dingin. Jenis 
bakteri (genus dan spesies)nya pun berbeda dari tiap lingkaran,yg artinya jg 
berbeda tiap waktunya. Penelitian ini utk manyingkap iklim purba berkaitan dgn 
temuan manusia purba di Gua Tautavel,Perancis Selatan umur datingnya 700-800rb 
tyl. Jadi,penelitian dasar (basic research) geologi dlm pengertian luas,sangat 
berkembang dan banyak peminatnya di Eropa, tapi sebaliknya,kurang peminat di 
Indonesia krn,salah satu contohnya Geologi Kuarter, adalah ilmu NINGRAT 
sehingga tdk diminati,krn artinya: ilmunya PeNING tapi/dan melaRAT??
Wasalam,
Zaim yang ningrat
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com
Date: Sun, 26 Feb 2012 00:48:02 
To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari  MFS Re: [iagi-net-l] Fwd: 
ARTIKEL KORAN PR
Pak Danny dan Pak Argo,
menarik sekali.  baru kali ini saya dengar penggunaan stalagmit dan stalagtit 
untuk deteksi MFS.  
Berarti rekamannya hanya yang big cycle nya saja?  

boleh dong di share disini kalau ada artikel lainnya tentang hal ini.

fbs




 From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Sunday, February 26, 2012 3:06 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
 

Ulasan yang sangat relevan dan sangat menarik dari Pak Argo.
Seperti di-email saya sebelumnya, penelitian ‘geologi-gua’ ini adalah “frontier 
research” yang luarbiasa.  Seperti halnya terumbu karang di laut, karang digua 
ini adalah “multi-proxy recorder” yang luarbiasa untuk reknstruksi paleoclimate 
dan kejadian katastropik.  Masing-masing punya lapisan tahun seperti kambrium 
di pohon dan juga bisa di-dating dengan sangat akurat (+/- beberapa tahun dan 
bahkan bulan!) oleh metoda U-Th radiometric dating.  Bedanya kalau koral 
lapisan tahun ini 1-3 cm, tapi untuk stalagtit hanya 1-3 mm; jadi core 
stalagtit sepanjang 1 meter saja span datanya sampai 1000 tahun!.  TIM RSES-ANU 
dan LIPI ini berambisi untuk merekonstruksi paleoclimate-environment sampai 
500.000 tahun kebelakang.  Dalam beberapa tahun mendatang data 
geologi-gua-tropis ini akan menjadi rival atau lebih tepatnya padanan untuk 
data dari kutub (ice-core) yang selama ini menjadi sumber data utama untuk 
plaeoclimate-environment.  Masalahnya,
 memang tidak banyak ahli geologi atau mahasiswa yang rela menjadi ‘manusia 
gua’ di jaman modern sekarang ini J
 
Wass
DHN
 
From:AWY [mailto:masargo...@yahoo.com] 
Sent: Sunday, February 26, 2012 1:27 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
 
Sugeng siang,

Semalam di NGC didongengkan tentang penyelidikan gua karst di Kepulauan Bahama. 
Gua ini sendiri saat ini sudah digenangi air dengan kedalaman s/d 100m. 
Beberapa peneliti terlibat dlm penelitian tsb, tdr dari beragam multi disiplin 
mulai dari arkeologi, paleontologi, geologist yang juga tentu saja para 
penyelam yang handal.

Background penelitiannya sendiri salah satunya adalah untuk menyelidiki 
siapakah yang menemukan Amerika? Apakah ada Penemu sebelum Colombus?. Di gua di 
bawah air tersebut, yang tentu saja menantang dari segi keselamatan para 
peneliti - karena seringnya jatuhan dari stalagtit2nya - ditemukan beberapa 
tengkorak kepala yang seingat memiliki ciri khas suku ..., dicirikan dengan 
defect pada tengkorak tsb (bentuk kerucut), yang dikenal sebagai kebiasaan 
suku trsbt yaitu dengan mengikat anak kecil/bayi di papan, demikian juga kepala 
eh kelapanya :), yg menyebabkan bentuk khas tsb.
Sehingga bisa ditarik kesipulan sebenarnya sktr 800-1000thn y.l. Sudah ada 
suku2

Re: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari MFS Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

2012-02-26 Terurut Topik yahdi zaim
Mas Avi,
Yang dimaksud dengan iklim dingin atau panas bukan musim tahunan, winter atau 
summer,tetapi iklim yg disebabkan oleh perubahan tmperatur global bumi yg 
antara lain oleh orbital force bumi. Perubahan ini bisa mengakibatkan 
terjadinya naik-turun suhu bumi secara ekstrem yg dpt pula menyebabkan 
terjadinya perubahan muka-laut-sea level changes/Eustacy, yg dpt pula berdampak 
pada proses weathering, erosi dan sedimentasi. Produk yg kita lihat lazimnya 
adlh di singkapan sedimen dan atas dasar singkapan sedimen pulalah Milankovich 
melakukan studi dan meyakini adanya korelasi kuat antara suhu 
bumi,klimatologi,sea level changes dan proses sedimentasi yg dikenal dg Siklus 
Milankovich. Pada Zaman Kuarter suhu ekstrem dingin bumi dikenal dg Zaman 
Glasial
Wslm,
Zaim
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: rakhmadi.avia...@gmail.com
Date: Sun, 26 Feb 2012 13:27:23 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari  MFS Re: [iagi-net-l] 
Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Pak Yahdi

Ini menarik dari uraian bapak yg dimaksud musim dingin ini apa winter begitu, 
kalau iya maka waktunya pendek sekali, akan lebih menarik kalau timing yg ada 
di skala kwarter ini di hubungkan dg Eustacy yg berskala halus misalnya order 
diatas 5, karena kalau mau menarik katastropi purba tentu mencari dimana titik 
maximum flood ini berada shg kalau hasil riset di gua bisa di link and match dg 
the most recent uestacy mungkin akan terkuak tabir ato memang tidak ada sama 
sekali

Makasi dan selamat malam Senen

Avi 
0 nomor cantik

Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: yahdi zaim z...@gc.itb.ac.id
Date: Sun, 26 Feb 2012 09:50:57 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari  MFS Re: [iagi-net-l] 
Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Rekans,agak panjang sy tulis ini.
Teman saya mhs S3 di Perancis disertasinya ttg paleoklimatologi dgn penelitian 
stalagtit/mit Kuarter-Holosen gua di selatan Perancis. Ia melakukan penelitian 
dg berbagai metoda, mineralogi,dating,isotop dll,tapi yg menarik dan sbg temuan 
utama disertasinya adalah:BAKTERI! Dng SEM lingkaran2 kambium(bkn kambrium 
spt ditulis Kang Dany) stalagtit/mit dpt dideteksi adanya perkembangan bakteri 
yg pesat pd iklim hangat dan nyaris tdk ada bakteri pd iklim dingin. Jenis 
bakteri (genus dan spesies)nya pun berbeda dari tiap lingkaran,yg artinya jg 
berbeda tiap waktunya. Penelitian ini utk manyingkap iklim purba berkaitan dgn 
temuan manusia purba di Gua Tautavel,Perancis Selatan umur datingnya 700-800rb 
tyl. Jadi,penelitian dasar (basic research) geologi dlm pengertian luas,sangat 
berkembang dan banyak peminatnya di Eropa, tapi sebaliknya,kurang peminat di 
Indonesia krn,salah satu contohnya Geologi Kuarter, adalah ilmu NINGRAT 
sehingga tdk diminati,krn artinya: ilmunya PeNING tapi/dan melaRAT??
Wasalam,
Zaim yang ningrat
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com
Date: Sun, 26 Feb 2012 00:48:02 
To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari  MFS Re: [iagi-net-l] Fwd: 
ARTIKEL KORAN PR
Pak Danny dan Pak Argo,
menarik sekali.  baru kali ini saya dengar penggunaan stalagmit dan stalagtit 
untuk deteksi MFS.  
Berarti rekamannya hanya yang big cycle nya saja?  

boleh dong di share disini kalau ada artikel lainnya tentang hal ini.

fbs




 From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Sunday, February 26, 2012 3:06 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
 

Ulasan yang sangat relevan dan sangat menarik dari Pak Argo.
Seperti di-email saya sebelumnya, penelitian ‘geologi-gua’ ini adalah “frontier 
research” yang luarbiasa.  Seperti halnya terumbu karang di laut, karang digua 
ini adalah “multi-proxy recorder” yang luarbiasa untuk reknstruksi paleoclimate 
dan kejadian katastropik.  Masing-masing punya lapisan tahun seperti kambrium 
di pohon dan juga bisa di-dating dengan sangat akurat (+/- beberapa tahun dan 
bahkan bulan!) oleh metoda U-Th radiometric dating.  Bedanya kalau koral 
lapisan tahun ini 1-3 cm, tapi untuk stalagtit hanya 1-3 mm; jadi core 
stalagtit sepanjang 1 meter saja span datanya sampai 1000 tahun!.  TIM RSES-ANU 
dan LIPI ini berambisi untuk merekonstruksi paleoclimate-environment sampai 
500.000 tahun kebelakang.  Dalam beberapa tahun mendatang data 
geologi-gua-tropis ini akan menjadi rival atau lebih tepatnya padanan untuk 
data dari kutub (ice-core) yang selama ini menjadi sumber data utama untuk 
plaeoclimate-environment.  Masalahnya,
 memang tidak banyak ahli geologi atau mahasiswa yang rela menjadi ‘manusia 
gua’ di jaman modern sekarang ini J
 
Wass
DHN
 
From:AWY [mailto:masargo...@yahoo.com] 
Sent: Sunday, February 26, 2012 1:27 PM
To: iagi-net@iagi.or.id

Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

2012-02-26 Terurut Topik bosman batubara
Saya justru tertarik dengan candanya Pak DHN. Bisa dieksplorasikah Pak bagian 
ketidakselarasan budaya dan budaya yang kurang waras? Makasih duluan...

 
tabik
bosman batubara 



 From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Sunday, February 26, 2012 3:52 AM
Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
 

Artikel yang sangat menarik dan bagus. 
Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi konsep 
dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban termasuk 
IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak  kontinyu tapi terputus atau 
dapat ter-reset oleh bencana katastrofis.  Demikian juga konsep IPTEK (macam, 
prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan yang kita kenal 
sekarang.  Pak Zaim menguraikan proses alam pada masa sejarah yang didominasi 
oleh susut laut – turunnya muka airlaut, sehingga banyak wilayah yang terkena 
dampak sedimentasi dan pendangkalan.  Ini benar karena dari Mid-Holocene sampai 
kurang lebih 100 tahun lalu muka airlaut global turun sekitar 2-3 meter.  
Sebaliknya, dari 20.000 tahun (puncak Zaman Es) sampai Mid-Holocene, muka air 
laut naik 130 meter.  Jadi tentu banyak peradaban yang ‘terendam’.   Interaksi 
dari perubahan muka airlaut yang drastis, yang banyak diduga juga berkaitan 
dengan kejadian bencana
 katastropik seperti letusan gunung api, dengan perkembangan peradaban manusia 
ini belum banyak dieksplorasi.  Kami menduga kuat ada “ketidakselaran” budaya 
yang besar yang memisahkan Jaman Sejarah dan Pra Sejarah; bahkan dari Jaman 
Kerajaan ke Jaman kita sekarang pun kelihatannya ‘tidak selaras’.  
Jangan-jangan ini salah satu penyebab budaya kita sekarang jadi ‘kurang waras’  
J(bercanda).
 
Salah satu alasan utama kenapa penelitian arkeo-geologi yang sudah dirintis 
oleh Alm. Pak Sartono, kemudian Pak Sampoerno, kemudian juga diteruskan oleh 
Pak Zaim ini kurang/tidak berkembang adalah karena ilmu geologi Kuarter 
Indonesia tidak berkembang.  Ahli geologi kita umumnya mendapatpengajaran dan 
training untuk ‘membaca’ sejarah geologi dari masa pra-manusia (jutaan-puluhan 
juta tahun lalu) yang ter-rekam pada lapisan bebatuan, baik pada singkapan 
ataupun pada data bor, karena tujuannya untuk eksplorasi tambang.  Tapi kita 
umumnya tidak terlatih untuk membaca proses dan sejarah geologi dari BENTANG 
ALAM yang kita lihat disekitar kita sekarang.  Geologiawan Indonesia umumnya 
akan pandai berceloteh kalau ketemu singkapan, tapi akan bungkam kalau disuruh 
mengidentifikasi  mana teras-teras sungai mana tebing patahan aktif, mana 
alluvial mana collovial, dlsb;  dan bagaimana proses geologi yang membentuk 
bentang alam ‘destruktif’ dan
 ‘konstruktif’ yang terlihat sekarang.  Belum lagi tentang proses-proses gunung 
api Kuarter-Holosen dan produk-produknya.  “Alot’nya membahas ‘masalah piramid’ 
tidak terlepas dari “lack of knowledge” kita dibidang ini.  Mudah-mudahan ‘isue 
piramid’ dapat memberikan angin segar kepada bidang yang dianggap kering ini, 
sehingga  nyanyian orang yang berkiprah di bidang ini tidak lagi terlalu serak 
tapi menjadi serak-serak basah sehingga merdu.
 
Selamat berakhir pekan.
DHN
 
 
 
From:Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com] 
Sent: Saturday, February 25, 2012 11:04 PM
To: IAGI
Subject: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
 
Fyi,

-- Forwarded message --
From:
Date: Sunday, February 26, 2012
Subject: ARTIKEL KORAN PR
To: rovi...@gmail.com
Cc: z...@gc.itb.ac.id


Ass.w.w.,
Pak Rovicky,
Maaf saya pakai Japri karena kalau pakai jalur IAGI tidak bisa kirim file.
Terlampir dalam attach file saya kirim tulisan saya di Koran Harian
Pikiran Rakyat yang terbit di tahun 1997. Tulisan tersebut saya temukan
tidak sengaja ketika beres2 dan bongkar2 berkas saya yang berantakan di
kantor. Saya kirim copy artikel ini sekedar untuk diketahui bahwa saya
sudah lama mencoba memasyarakatkan Geologi untuk bidang Budaya
(baca:arkeologi). Telah lama sebenarnya saya di bawah dan bersama Almarhum
Prof. Sartono mengembangkan Geologi Kuarter dan Geoarkeologi di ITB dan
Indonesia. Dari sekian upaya kami, salah satunya adalah melalui tulisan
populer di koran yaitu Pikiran Rakyat.
Sekedar bacaan Akhir Pekan.
Wslm,
Zaim


-- 
Sejarah itu tidak pernah usang untuk terus dipelajari

Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

2012-02-26 Terurut Topik Bandono Salim
Mohon ijin, ikut nimbrung, mungkin salah besar.

Wah kalau keselarasan pra sejarah ke sejarah agak sulit yaa, krn buktinya tidak 
banyak, meskipun ada. Lha ini kan yang sedang dilacak oleh :DHN AB EJ AA SBY
 TuranggaSeta, juga para arkeolog meskipun konsepnya beda.

Kalau jaman kerajaan ke sekarang yaa jelas selaras, semua tercatat. Bukti 
peninggalan berupa karya pujangga masih digunakan di banyak kalangan, perilaku 
sopan santun, acara adat, bela diri, musik, ilmu pengobatan dll masih ada dan 
masih nyambung.

Mungkin erosi budaya dan pendidikan sekuler itu yang menyebabkan rasa ketidak 
selarasan para ilmuwan muda karena bertentangan dgn pola pikir dunia 
barat/baru.

Lha budaya tidak waras itu apakah budaya yang tidak punya kaitan dengan budaya 
kearifan yang masih dipergunakan oleh masyarakat umum, atau budaya yang tidak 
nurut pola pikir dunia modern?
Wah aku kagak ngerti juga; mari pencetus ungkapan, jelaskan apa yang sdr 
maksud, lha aku kan bukan budayawan
Salam n selamat pagi.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: bosman batubara bosman200...@yahoo.com
Date: Sun, 26 Feb 2012 10:09:53 
To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Saya justru tertarik dengan candanya Pak DHN. Bisa dieksplorasikah Pak bagian 
ketidakselarasan budaya dan budaya yang kurang waras? Makasih duluan...

 
tabik
bosman batubara 



 From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Sunday, February 26, 2012 3:52 AM
Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
 

Artikel yang sangat menarik dan bagus. 
Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi konsep 
dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban termasuk 
IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak  kontinyu tapi terputus atau 
dapat ter-reset oleh bencana katastrofis.  Demikian juga konsep IPTEK (macam, 
prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan yang kita kenal 
sekarang.  Pak Zaim menguraikan proses alam pada masa sejarah yang didominasi 
oleh susut laut – turunnya muka airlaut, sehingga banyak wilayah yang terkena 
dampak sedimentasi dan pendangkalan.  Ini benar karena dari Mid-Holocene sampai 
kurang lebih 100 tahun lalu muka airlaut global turun sekitar 2-3 meter.  
Sebaliknya, dari 20.000 tahun (puncak Zaman Es) sampai Mid-Holocene, muka air 
laut naik 130 meter.  Jadi tentu banyak peradaban yang ‘terendam’.   Interaksi 
dari perubahan muka airlaut yang drastis, yang banyak diduga juga berkaitan 
dengan kejadian bencana
 katastropik seperti letusan gunung api, dengan perkembangan peradaban manusia 
ini belum banyak dieksplorasi.  Kami menduga kuat ada “ketidakselaran” budaya 
yang besar yang memisahkan Jaman Sejarah dan Pra Sejarah; bahkan dari Jaman 
Kerajaan ke Jaman kita sekarang pun kelihatannya ‘tidak selaras’.  
Jangan-jangan ini salah satu penyebab budaya kita sekarang jadi ‘kurang waras’  
J(bercanda).
 
Salah satu alasan utama kenapa penelitian arkeo-geologi yang sudah dirintis 
oleh Alm. Pak Sartono, kemudian Pak Sampoerno, kemudian juga diteruskan oleh 
Pak Zaim ini kurang/tidak berkembang adalah karena ilmu geologi Kuarter 
Indonesia tidak berkembang.  Ahli geologi kita umumnya mendapatpengajaran dan 
training untuk ‘membaca’ sejarah geologi dari masa pra-manusia (jutaan-puluhan 
juta tahun lalu) yang ter-rekam pada lapisan bebatuan, baik pada singkapan 
ataupun pada data bor, karena tujuannya untuk eksplorasi tambang.  Tapi kita 
umumnya tidak terlatih untuk membaca proses dan sejarah geologi dari BENTANG 
ALAM yang kita lihat disekitar kita sekarang.  Geologiawan Indonesia umumnya 
akan pandai berceloteh kalau ketemu singkapan, tapi akan bungkam kalau disuruh 
mengidentifikasi  mana teras-teras sungai mana tebing patahan aktif, mana 
alluvial mana collovial, dlsb;  dan bagaimana proses geologi yang membentuk 
bentang alam ‘destruktif’ dan
 ‘konstruktif’ yang terlihat sekarang.  Belum lagi tentang proses-proses gunung 
api Kuarter-Holosen dan produk-produknya.  “Alot’nya membahas ‘masalah piramid’ 
tidak terlepas dari “lack of knowledge” kita dibidang ini.  Mudah-mudahan ‘isue 
piramid’ dapat memberikan angin segar kepada bidang yang dianggap kering ini, 
sehingga  nyanyian orang yang berkiprah di bidang ini tidak lagi terlalu serak 
tapi menjadi serak-serak basah sehingga merdu.
 
Selamat berakhir pekan.
DHN
 
 
 
From:Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com] 
Sent: Saturday, February 25, 2012 11:04 PM
To: IAGI
Subject: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
 
Fyi,

-- Forwarded message --
From:
Date: Sunday, February 26, 2012
Subject: ARTIKEL KORAN PR
To: rovi...@gmail.com
Cc: z...@gc.itb.ac.id


Ass.w.w.,
Pak Rovicky,
Maaf saya pakai Japri karena kalau pakai jalur IAGI tidak bisa kirim file.
Terlampir dalam attach file saya kirim tulisan saya di Koran Harian
Pikiran Rakyat yang terbit di

RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

2012-02-26 Terurut Topik Danny Hilman Natawidjaja
Selamat pagi.

Wah, Pak Ban ini serius amat ya J

Kan lebih baik menjadi orang waras yang merasa ‘masih kurang waras’ disbanding 
orang edan yang merasa paling waras…wk wk wk

Perihal apakah kepribadian dan kebudayaan di Jaman Kejayaan Kerajaan (sebelum 
1500 M) ‘selaras’ dengan kebufayaan manusia Indonesia sekarang adalah hal yang 
tidak sederhana tentunya, tapi yang jelas masa kita sekarang dipisahkan oleh 
ratusan tahun masa kolonial dari jaman kejayaan itu.  Dan kita dengan berbagai 
cara dibuat ‘hilang ingatan’ akan jati diri dan akar (sejarah) bangsa (oleh 
para penjajah).  Jangan-jangan usaha ini masih di-“maintain” sampai sekarang 
(secara terselubung).

 

Sekedar contoh kecil.  Bangunan Candi Batujaya dari abad 4 Masehi, khususnya 
kualitas batubatanya itu luarbiasa bagusnya (dan sudah teruji ketahanannya 
selama 1600 tahun).  Kata orang ahli material jauh lebih bagus dari umumnya 
batubata jaman sekarang.  Nah, bisa dibilang perkembangan teknologi yang tidak 
selaras bukan?  Orang jaman sekarang umumnya hanya tahu kehebatan 
bangunan-bangunan yang dibuat Belanda saja.

 

Wass

DHN

 

 

 

From: Bandono Salim [mailto:bandon...@gmail.com] 
Sent: Monday, February 27, 2012 4:34 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 

Mohon ijin, ikut nimbrung, mungkin salah besar.

Wah kalau keselarasan pra sejarah ke sejarah agak sulit yaa, krn buktinya tidak 
banyak, meskipun ada. Lha ini kan yang sedang dilacak oleh :DHN AB EJ AA SBY
TuranggaSeta, juga para arkeolog meskipun konsepnya beda.

Kalau jaman kerajaan ke sekarang yaa jelas selaras, semua tercatat. Bukti 
peninggalan berupa karya pujangga masih digunakan di banyak kalangan, perilaku 
sopan santun, acara adat, bela diri, musik, ilmu pengobatan dll masih ada dan 
masih nyambung.

Mungkin erosi budaya dan pendidikan sekuler itu yang menyebabkan rasa ketidak 
selarasan para ilmuwan muda karena bertentangan dgn pola pikir dunia 
barat/baru.

Lha budaya tidak waras itu apakah budaya yang tidak punya kaitan dengan budaya 
kearifan yang masih dipergunakan oleh masyarakat umum, atau budaya yang tidak 
nurut pola pikir dunia modern?
Wah aku kagak ngerti juga; mari pencetus ungkapan, jelaskan apa yang sdr 
maksud, lha aku kan bukan budayawan
Salam n selamat pagi.

Powered by Telkomsel BlackBerry®

  _  

From: bosman batubara bosman200...@yahoo.com 

Date: Sun, 26 Feb 2012 10:09:53 -0800 (PST)

To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id

ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id 

Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 

Saya justru tertarik dengan candanya Pak DHN. Bisa dieksplorasikah Pak bagian 
ketidakselarasan budaya dan budaya yang kurang waras? Makasih duluan...

 

tabik

bosman batubara 

 

  _  

From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Sunday, February 26, 2012 3:52 AM
Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 

Artikel yang sangat menarik dan bagus. 

Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi konsep 
dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban termasuk 
IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak  kontinyu tapi terputus atau 
dapat ter-reset oleh bencana katastrofis.  Demikian juga konsep IPTEK (macam, 
prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan yang kita kenal sekarang. 
 Pak Zaim menguraikan proses alam pada masa sejarah yang didominasi oleh susut 
laut – turunnya muka airlaut, sehingga banyak wilayah yang terkena dampak 
sedimentasi dan pendangkalan.  Ini benar karena dari Mid-Holocene sampai kurang 
lebih 100 tahun lalu muka airlaut global turun sekitar 2-3 meter.  Sebaliknya, 
dari 20.000 tahun (puncak Zaman Es) sampai Mid-Holocene, muka air laut naik 130 
meter.  Jadi tentu banyak peradaban yang ‘terendam’.   Interaksi dari perubahan 
muka airlaut yang drastis, yang banyak diduga juga berkaitan dengan kejadian 
bencana katastropik seperti letusan gunung api, dengan perkembangan peradaban 
manusia ini belum banyak dieksplorasi.  Kami menduga kuat ada “ketidakselaran” 
budaya yang besar yang memisahkan Jaman Sejarah dan Pra Sejarah; bahkan dari 
Jaman Kerajaan ke Jaman kita sekarang pun kelihatannya ‘tidak selaras’.  
Jangan-jangan ini salah satu penyebab budaya kita sekarang jadi ‘kurang waras’  
J (bercanda).

 

Salah satu alasan utama kenapa penelitian arkeo-geologi yang sudah dirintis 
oleh Alm. Pak Sartono, kemudian Pak Sampoerno, kemudian juga diteruskan oleh 
Pak Zaim ini kurang/tidak berkembang adalah karena ilmu geologi Kuarter 
Indonesia tidak berkembang.  Ahli geologi kita umumnya mendapatpengajaran dan 
training untuk ‘membaca’ sejarah geologi dari masa pra-manusia (jutaan-puluhan 
juta tahun lalu) yang ter-rekam pada lapisan bebatuan, baik pada singkapan 
ataupun pada data bor, karena tujuannya untuk eksplorasi tambang.  Tapi kita 
umumnya tidak terlatih untuk membaca proses dan sejarah geologi dari BENTANG 
ALAM yang kita lihat disekitar kita sekarang

Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

2012-02-26 Terurut Topik Bandono Salim
:) :) :) sesungguhnya kalau mslh batubata, sampai sekarang masih ada yang 
bagus. Masalah ukuran itu disesuaikan dgn standard dari PU. Bahkan sesungguhnya 
termasuk kekuatan juga ada di SNI.
Kalau Dany dapat yang jelek itu masalah memilih saja. 
Kalau aku bilang secara umum ada rupa ada harga kalau tdk sesuai itu tertipu 
atau memamng tidak tau :):):) kalau ada yang bagus :):):):)

Kehilangan kepribadian bangsa ini terjadi itu setelah masa reformasi, maunya 
disebut negara demokrasi. Ini kan hasil pendidikan modern
al: islam liberal, para tokoh reformasi, merasa bahwa kepribadian indonesia 
kurang pas hk hk hk.

Masih banyak kok orang indonesia berkepribadian baik dan sehat.

Ih nanti kepanjangan deh. Meleset dari geologi.
Salam.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
Date: Mon, 27 Feb 2012 07:44:23 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Selamat pagi.

Wah, Pak Ban ini serius amat ya J

Kan lebih baik menjadi orang waras yang merasa ‘masih kurang waras’ disbanding 
orang edan yang merasa paling waras…wk wk wk

Perihal apakah kepribadian dan kebudayaan di Jaman Kejayaan Kerajaan (sebelum 
1500 M) ‘selaras’ dengan kebufayaan manusia Indonesia sekarang adalah hal yang 
tidak sederhana tentunya, tapi yang jelas masa kita sekarang dipisahkan oleh 
ratusan tahun masa kolonial dari jaman kejayaan itu.  Dan kita dengan berbagai 
cara dibuat ‘hilang ingatan’ akan jati diri dan akar (sejarah) bangsa (oleh 
para penjajah).  Jangan-jangan usaha ini masih di-“maintain” sampai sekarang 
(secara terselubung).

 

Sekedar contoh kecil.  Bangunan Candi Batujaya dari abad 4 Masehi, khususnya 
kualitas batubatanya itu luarbiasa bagusnya (dan sudah teruji ketahanannya 
selama 1600 tahun).  Kata orang ahli material jauh lebih bagus dari umumnya 
batubata jaman sekarang.  Nah, bisa dibilang perkembangan teknologi yang tidak 
selaras bukan?  Orang jaman sekarang umumnya hanya tahu kehebatan 
bangunan-bangunan yang dibuat Belanda saja.

 

Wass

DHN

 

 

 

From: Bandono Salim [mailto:bandon...@gmail.com] 
Sent: Monday, February 27, 2012 4:34 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 

Mohon ijin, ikut nimbrung, mungkin salah besar.

Wah kalau keselarasan pra sejarah ke sejarah agak sulit yaa, krn buktinya tidak 
banyak, meskipun ada. Lha ini kan yang sedang dilacak oleh :DHN AB EJ AA SBY
TuranggaSeta, juga para arkeolog meskipun konsepnya beda.

Kalau jaman kerajaan ke sekarang yaa jelas selaras, semua tercatat. Bukti 
peninggalan berupa karya pujangga masih digunakan di banyak kalangan, perilaku 
sopan santun, acara adat, bela diri, musik, ilmu pengobatan dll masih ada dan 
masih nyambung.

Mungkin erosi budaya dan pendidikan sekuler itu yang menyebabkan rasa ketidak 
selarasan para ilmuwan muda karena bertentangan dgn pola pikir dunia 
barat/baru.

Lha budaya tidak waras itu apakah budaya yang tidak punya kaitan dengan budaya 
kearifan yang masih dipergunakan oleh masyarakat umum, atau budaya yang tidak 
nurut pola pikir dunia modern?
Wah aku kagak ngerti juga; mari pencetus ungkapan, jelaskan apa yang sdr 
maksud, lha aku kan bukan budayawan
Salam n selamat pagi.

Powered by Telkomsel BlackBerry®

  _  

From: bosman batubara bosman200...@yahoo.com 

Date: Sun, 26 Feb 2012 10:09:53 -0800 (PST)

To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id

ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id 

Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 

Saya justru tertarik dengan candanya Pak DHN. Bisa dieksplorasikah Pak bagian 
ketidakselarasan budaya dan budaya yang kurang waras? Makasih duluan...

 

tabik

bosman batubara 

 

  _  

From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Sunday, February 26, 2012 3:52 AM
Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 

Artikel yang sangat menarik dan bagus. 

Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi konsep 
dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban termasuk 
IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak  kontinyu tapi terputus atau 
dapat ter-reset oleh bencana katastrofis.  Demikian juga konsep IPTEK (macam, 
prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan yang kita kenal sekarang. 
 Pak Zaim menguraikan proses alam pada masa sejarah yang didominasi oleh susut 
laut – turunnya muka airlaut, sehingga banyak wilayah yang terkena dampak 
sedimentasi dan pendangkalan.  Ini benar karena dari Mid-Holocene sampai kurang 
lebih 100 tahun lalu muka airlaut global turun sekitar 2-3 meter.  Sebaliknya, 
dari 20.000 tahun (puncak Zaman Es) sampai Mid-Holocene, muka air laut naik 130 
meter.  Jadi tentu banyak peradaban yang ‘terendam’.   Interaksi dari perubahan 
muka airlaut yang drastis, yang banyak diduga juga berkaitan dengan kejadian 
bencana katastropik seperti letusan gunung api, dengan perkembangan peradaban 
manusia ini

Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

2012-02-26 Terurut Topik bob yuris
Sekedar menambahkan, 
 
Seingat saya waktu saya di SD atau SMP oleh bapak/ibu guru diajarkan bahwa 
jaman sejarah adalah jaman mulai ditemukannya bukti bukti tertulis, meskipun 
itu hanya berupa prasasti diatas batu. Jaman pra-sejarah adalah jaman dimana 
tidak ada peninggalan berupa tulisan,  bisa jadi peninggalannya hanya peralatan 
berburu, meramu dan bertani. Oleh karena itu, jaman sejarah dan pra-sejarah 
dalam skala lokal bisa berbeda-beda.
 
Jadi keselarasan dan ketidakselarasan pra-sejarah dan sejarah pada suatu 
tempat, boleh jadi berkaitan dengan perkembangan pengetahuan/budaya baca-tulis. 
Tanpa adanya penelitian mendalam tentang perkembangan evolusioner dari budaya 
baca-tulis pada suatu daerah dan hanya berdasarkan bukti prasasti, tentu saja 
yang muncul adalah ketidakselarasan jaman pra-sejarah dengan jaman sejarah.
 
Bob Yuris Candra
Independent Palynologist
 

From: Bandono Salim bandon...@gmail.com
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Monday, February 27, 2012 4:33 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR


Mohon ijin, ikut nimbrung, mungkin salah besar.

Wah kalau keselarasan pra sejarah ke sejarah agak sulit yaa, krn buktinya tidak 
banyak, meskipun ada. Lha ini kan yang sedang dilacak oleh :DHN AB EJ AA SBY
TuranggaSeta, juga para arkeolog meskipun konsepnya beda.

Kalau jaman kerajaan ke sekarang yaa jelas selaras, semua tercatat. Bukti 
peninggalan berupa karya pujangga masih digunakan di banyak kalangan, perilaku 
sopan santun, acara adat, bela diri, musik, ilmu pengobatan dll masih ada dan 
masih nyambung.

Mungkin erosi budaya dan pendidikan sekuler itu yang menyebabkan rasa ketidak 
selarasan para ilmuwan muda karena bertentangan dgn pola pikir dunia 
barat/baru.

Lha budaya tidak waras itu apakah budaya yang tidak punya kaitan dengan budaya 
kearifan yang masih dipergunakan oleh masyarakat umum, atau budaya yang tidak 
nurut pola pikir dunia modern?
Wah aku kagak ngerti juga; mari pencetus ungkapan, jelaskan apa yang sdr 
maksud, lha aku kan bukan budayawan
Salam n selamat pagi. 
Powered by Telkomsel BlackBerry®
From: bosman batubara bosman200...@yahoo.com 
Date: Sun, 26 Feb 2012 10:09:53 -0800 (PST)
To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id
ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id 
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

Saya justru tertarik dengan candanya Pak DHN. Bisa dieksplorasikah Pak bagian 
ketidakselarasan budaya dan budaya yang kurang waras? Makasih duluan...


tabik
bosman batubara 

From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Sunday, February 26, 2012 3:52 AM
Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR


Artikel yang sangat menarik dan bagus. 
Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi konsep 
dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban termasuk 
IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak  kontinyu tapi terputus atau 
dapat ter-reset oleh bencana katastrofis.  Demikian juga konsep IPTEK (macam, 
prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan yang kita kenal 
sekarang.  Pak Zaim menguraikan proses alam pada masa sejarah yang didominasi 
oleh susut laut – turunnya muka airlaut, sehingga banyak wilayah yang terkena 
dampak sedimentasi dan pendangkalan.  Ini benar karena dari Mid-Holocene sampai 
kurang lebih 100 tahun lalu muka airlaut global turun sekitar 2-3 meter.  
Sebaliknya, dari 20.000 tahun (puncak Zaman Es) sampai Mid-Holocene, muka air 
laut naik 130 meter.  Jadi tentu banyak peradaban yang ‘terendam’.   Interaksi 
dari perubahan muka airlaut yang drastis, yang banyak diduga juga berkaitan 
dengan kejadian bencana
 katastropik seperti letusan gunung api, dengan perkembangan peradaban manusia 
ini belum banyak dieksplorasi.  Kami menduga kuat ada “ketidakselaran” budaya 
yang besar yang memisahkan Jaman Sejarah dan Pra Sejarah; bahkan dari Jaman 
Kerajaan ke Jaman kita sekarang pun kelihatannya ‘tidak selaras’.  
Jangan-jangan ini salah satu penyebab budaya kita sekarang jadi ‘kurang waras’  
J(bercanda).
 
Salah satu alasan utama kenapa penelitian arkeo-geologi yang sudah dirintis 
oleh Alm. Pak Sartono, kemudian Pak Sampoerno, kemudian juga diteruskan oleh 
Pak Zaim ini kurang/tidak berkembang adalah karena ilmu geologi Kuarter 
Indonesia tidak berkembang.  Ahli geologi kita umumnya mendapatpengajaran dan 
training untuk ‘membaca’ sejarah geologi dari masa pra-manusia (jutaan-puluhan 
juta tahun lalu) yang ter-rekam pada lapisan bebatuan, baik pada singkapan 
ataupun pada data bor, karena tujuannya untuk eksplorasi tambang.  Tapi kita 
umumnya tidak terlatih untuk membaca proses dan sejarah geologi dari BENTANG 
ALAM yang kita lihat disekitar kita sekarang.  Geologiawan Indonesia umumnya 
akan pandai berceloteh kalau ketemu singkapan, tapi akan bungkam kalau disuruh 
mengidentifikasi  mana teras-teras sungai mana tebing patahan aktif, mana 
alluvial mana collovial, dlsb;  dan bagaimana proses geologi yang membentuk 
bentang alam ‘destruktif

Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

2012-02-26 Terurut Topik bob yuris
Pak Danny, 
 
Melihat kualitas jalan yang ada, dulu saya juga pernah berfikir kalau Insinyur 
sipil kita kalah hebat dengan Insinyur Londo. 
Ternyata saya keliru, urusan mutu jalan ini bukan berkaitan dengan penguasaan 
teknologi tetapi lebih pada besarnya upeti.
 
Bob Yuris Candra
Independent Palynologist
 

From: Bandono Salim bandon...@gmail.com
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Monday, February 27, 2012 8:14 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR


:) :) :) sesungguhnya kalau mslh batubata, sampai sekarang masih ada yang 
bagus. Masalah ukuran itu disesuaikan dgn standard dari PU. Bahkan sesungguhnya 
termasuk kekuatan juga ada di SNI.
Kalau Dany dapat yang jelek itu masalah memilih saja. 
Kalau aku bilang secara umum ada rupa ada harga kalau tdk sesuai itu tertipu 
atau memamng tidak tau :):):) kalau ada yang bagus :):):):)

Kehilangan kepribadian bangsa ini terjadi itu setelah masa reformasi, maunya 
disebut negara demokrasi. Ini kan hasil pendidikan modern
al: islam liberal, para tokoh reformasi, merasa bahwa kepribadian indonesia 
kurang pas hk hk hk.

Masih banyak kok orang indonesia berkepribadian baik dan sehat.

Ih nanti kepanjangan deh. Meleset dari geologi.
Salam. 
Powered by Telkomsel BlackBerry®
From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com 
Date: Mon, 27 Feb 2012 07:44:23 +0700
To: iagi-net@iagi.or.id
ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id 
Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

Selamat pagi.
Wah, Pak Ban ini serius amat ya J
Kan lebih baik menjadi orang waras yang merasa ‘masih kurang waras’ disbanding 
orang edan yang merasa paling waras…wk wk wk
Perihal apakah kepribadian dan kebudayaan di Jaman Kejayaan Kerajaan (sebelum 
1500 M) ‘selaras’ dengan kebufayaan manusia Indonesia sekarang adalah hal yang 
tidak sederhana tentunya, tapi yang jelas masa kita sekarang dipisahkan oleh 
ratusan tahun masa kolonial dari jaman kejayaan itu.  Dan kita dengan berbagai 
cara dibuat ‘hilang ingatan’ akan jati diri dan akar (sejarah) bangsa (oleh 
para penjajah).  Jangan-jangan usaha ini masih di-“maintain” sampai sekarang 
(secara terselubung).
 
Sekedar contoh kecil.  Bangunan Candi Batujaya dari abad 4 Masehi, khususnya 
kualitas batubatanya itu luarbiasa bagusnya (dan sudah teruji ketahanannya 
selama 1600 tahun).  Kata orang ahli material jauh lebih bagus dari umumnya 
batubata jaman sekarang.  Nah, bisa dibilang perkembangan teknologi yang tidak 
selaras bukan?  Orang jaman sekarang umumnya hanya tahu kehebatan 
bangunan-bangunan yang dibuat Belanda saja.
 
Wass
DHN
 
 
 
From:Bandono Salim [mailto:bandon...@gmail.com] 
Sent: Monday, February 27, 2012 4:34 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
 
Mohon ijin, ikut nimbrung, mungkin salah besar.

Wah kalau keselarasan pra sejarah ke sejarah agak sulit yaa, krn buktinya tidak 
banyak, meskipun ada. Lha ini kan yang sedang dilacak oleh :DHN AB EJ AA SBY
TuranggaSeta, juga para arkeolog meskipun konsepnya beda.

Kalau jaman kerajaan ke sekarang yaa jelas selaras, semua tercatat. Bukti 
peninggalan berupa karya pujangga masih digunakan di banyak kalangan, perilaku 
sopan santun, acara adat, bela diri, musik, ilmu pengobatan dll masih ada dan 
masih nyambung.

Mungkin erosi budaya dan pendidikan sekuler itu yang menyebabkan rasa ketidak 
selarasan para ilmuwan muda karena bertentangan dgn pola pikir dunia 
barat/baru.

Lha budaya tidak waras itu apakah budaya yang tidak punya kaitan dengan budaya 
kearifan yang masih dipergunakan oleh masyarakat umum, atau budaya yang tidak 
nurut pola pikir dunia modern?
Wah aku kagak ngerti juga; mari pencetus ungkapan, jelaskan apa yang sdr 
maksud, lha aku kan bukan budayawan
Salam n selamat pagi.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
From: bosman batubara bosman200...@yahoo.com 
Date: Sun, 26 Feb 2012 10:09:53 -0800 (PST)
To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id
ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id 
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
 
Saya justru tertarik dengan candanya Pak DHN. Bisa dieksplorasikah Pak bagian 
ketidakselarasan budaya dan budaya yang kurang waras? Makasih duluan...
 
tabik
bosman batubara 
 
From:Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Sunday, February 26, 2012 3:52 AM
Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
 
Artikel yang sangat menarik dan bagus. 
Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi konsep 
dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban termasuk 
IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak  kontinyu tapi terputus atau 
dapat ter-reset oleh bencana katastrofis.  Demikian juga konsep IPTEK (macam, 
prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan yang kita kenal 
sekarang.  Pak Zaim menguraikan proses alam pada masa sejarah yang didominasi 
oleh susut laut – turunnya muka airlaut, sehingga banyak wilayah yang terkena 
dampak sedimentasi dan pendangkalan.  Ini benar karena dari Mid-Holocene sampai 
kurang lebih 100 tahun lalu

Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

2012-02-26 Terurut Topik Bandono Salim
Hehe potongan 13, 30 sd 40 mas. Mana bisa bagus? Termasuk banguna sekolah, 
bantuan bencana dll.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: bob yuris bopol...@yahoo.com
Date: Mon, 27 Feb 2012 09:32:11 
To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Pak Danny, 
 
Melihat kualitas jalan yang ada, dulu saya juga pernah berfikir kalau Insinyur 
sipil kita kalah hebat dengan Insinyur Londo. 
Ternyata saya keliru, urusan mutu jalan ini bukan berkaitan dengan penguasaan 
teknologi tetapi lebih pada besarnya upeti.
 
Bob Yuris Candra
Independent Palynologist
 

From: Bandono Salim bandon...@gmail.com
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Monday, February 27, 2012 8:14 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR


:) :) :) sesungguhnya kalau mslh batubata, sampai sekarang masih ada yang 
bagus. Masalah ukuran itu disesuaikan dgn standard dari PU. Bahkan sesungguhnya 
termasuk kekuatan juga ada di SNI.
Kalau Dany dapat yang jelek itu masalah memilih saja. 
Kalau aku bilang secara umum ada rupa ada harga kalau tdk sesuai itu tertipu 
atau memamng tidak tau :):):) kalau ada yang bagus :):):):)

Kehilangan kepribadian bangsa ini terjadi itu setelah masa reformasi, maunya 
disebut negara demokrasi. Ini kan hasil pendidikan modern
al: islam liberal, para tokoh reformasi, merasa bahwa kepribadian indonesia 
kurang pas hk hk hk.

Masih banyak kok orang indonesia berkepribadian baik dan sehat.

Ih nanti kepanjangan deh. Meleset dari geologi.
Salam. 
Powered by Telkomsel BlackBerry®
From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com 
Date: Mon, 27 Feb 2012 07:44:23 +0700
To: iagi-net@iagi.or.id
ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id 
Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

Selamat pagi.
Wah, Pak Ban ini serius amat ya J
Kan lebih baik menjadi orang waras yang merasa ‘masih kurang waras’ disbanding 
orang edan yang merasa paling waras…wk wk wk
Perihal apakah kepribadian dan kebudayaan di Jaman Kejayaan Kerajaan (sebelum 
1500 M) ‘selaras’ dengan kebufayaan manusia Indonesia sekarang adalah hal yang 
tidak sederhana tentunya, tapi yang jelas masa kita sekarang dipisahkan oleh 
ratusan tahun masa kolonial dari jaman kejayaan itu.  Dan kita dengan berbagai 
cara dibuat ‘hilang ingatan’ akan jati diri dan akar (sejarah) bangsa (oleh 
para penjajah).  Jangan-jangan usaha ini masih di-“maintain” sampai sekarang 
(secara terselubung).
 
Sekedar contoh kecil.  Bangunan Candi Batujaya dari abad 4 Masehi, khususnya 
kualitas batubatanya itu luarbiasa bagusnya (dan sudah teruji ketahanannya 
selama 1600 tahun).  Kata orang ahli material jauh lebih bagus dari umumnya 
batubata jaman sekarang.  Nah, bisa dibilang perkembangan teknologi yang tidak 
selaras bukan?  Orang jaman sekarang umumnya hanya tahu kehebatan 
bangunan-bangunan yang dibuat Belanda saja.
 
Wass
DHN
 
 
 
From:Bandono Salim [mailto:bandon...@gmail.com] 
Sent: Monday, February 27, 2012 4:34 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
 
Mohon ijin, ikut nimbrung, mungkin salah besar.

Wah kalau keselarasan pra sejarah ke sejarah agak sulit yaa, krn buktinya tidak 
banyak, meskipun ada. Lha ini kan yang sedang dilacak oleh :DHN AB EJ AA SBY
TuranggaSeta, juga para arkeolog meskipun konsepnya beda.

Kalau jaman kerajaan ke sekarang yaa jelas selaras, semua tercatat. Bukti 
peninggalan berupa karya pujangga masih digunakan di banyak kalangan, perilaku 
sopan santun, acara adat, bela diri, musik, ilmu pengobatan dll masih ada dan 
masih nyambung.

Mungkin erosi budaya dan pendidikan sekuler itu yang menyebabkan rasa ketidak 
selarasan para ilmuwan muda karena bertentangan dgn pola pikir dunia 
barat/baru.

Lha budaya tidak waras itu apakah budaya yang tidak punya kaitan dengan budaya 
kearifan yang masih dipergunakan oleh masyarakat umum, atau budaya yang tidak 
nurut pola pikir dunia modern?
Wah aku kagak ngerti juga; mari pencetus ungkapan, jelaskan apa yang sdr 
maksud, lha aku kan bukan budayawan
Salam n selamat pagi.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
From: bosman batubara bosman200...@yahoo.com 
Date: Sun, 26 Feb 2012 10:09:53 -0800 (PST)
To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id
ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id 
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
 
Saya justru tertarik dengan candanya Pak DHN. Bisa dieksplorasikah Pak bagian 
ketidakselarasan budaya dan budaya yang kurang waras? Makasih duluan...
 
tabik
bosman batubara 
 
From:Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Sunday, February 26, 2012 3:52 AM
Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
 
Artikel yang sangat menarik dan bagus. 
Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi konsep 
dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban termasuk 
IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak  kontinyu tapi terputus atau 
dapat ter-reset oleh bencana katastrofis.  Demikian juga konsep IPTEK

RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

2012-02-26 Terurut Topik Sujatmiko
Yth. Pak Andang ,

 

Mohon beribu maaf kalau mang Okim keliru mengartikan tulisan sahabat kita Pak 
Danny. Mungkin hal ini terjadi karena mang Okim sehari-harinya banyak bergaul 
dan terpengaruh oleh pemikiran-pemikiran sederhana dari masyarakat pengrajin 
batumulia. Mungkin karena itu pulalah pemikiran mang Okim menjadi sederhana 
saja  khususnya  dalam membaca dan menginterpretasi fenomena alam, yaitu 
menerapkan konsep-konsep geologi yang diajarkan di bangku kuliah ( ITB dan IFP 
), ditambah dengan pengalaman geologi praktis selama hampir 50 tahunan tanpa 
jedah ( mang Okim sudah diangkat sebagai  pegawai tugas belajar di Direktorat 
Geologi Bandung sejak tahun 1963 ). 

 

Kepada Pak Danny, maapin ya kalau remark mang Okim kurang / tidak berkenan. 
Walaupun semua itu diniatkan demi kebaikan kita semua, cara mang Okim 
menyampaikannya sering kurang bijak, padahal  di umur yang sudah senja ini , 
sebaiknya mang Okim harus lebih banyak mawas diri - - - ta’ iya ( terima kasih 
kepada  buku ESQ nya pak Ary Ginanjar yang mang Okim buka lagi sejak kemaren, 
khususnya yang membahas tentang Zero Mind Process dan menanamkan God Spot dalam 
diri kita ). Pesan khusus buat pak Danny dan Spouse, kalau kebetulan di 
Bandung, please do come ke regular meeting di Grand Royal Panghegar nanti malam 
pkl. 18.30. Thanks.

 

Wassalam,

 

Mang Okim

 

 

From: sanggam hutabarat [mailto:shthutaba...@yahoo.com] 
Sent: 26 Februari 2012 17:36
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 

Banggalah jd alumni Geol ITB, beda pendapat antar eks murid dan eks guru biasa, 
apalagi eks murid vs eks murid...sangat biasa itu...kalau enggak berbeda itu 
luar biasa..

 

thanks dr

penikmat diskusi geologi kwarter hingga kambrium/kambium

 

From: andangbacht...@yahoo.com andangbacht...@yahoo.com
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Sunday, 26 February 2012, 7:26
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 

Mang Okim yang saya hormati,

Nyuwun sewu,

Saya koq tidak melihat hubungan antara tuduhan yang Mang Okim alamatkan kepada 
Danny Hilman bhw dia melontarkan kata2 kurang pantas kpd para anak didik 
geologi ITB dg tulisan yg dipostingnya.

Kalau yg saya rasakan dari membaca postingan Danny tsb malahan dia 
mengapresiasi usaha2 perintisan geoakrkeologi yg sdh dilakuakn oleh beliau 
guru besar kita di ITB. Danny hanya mencoba menganalisis knapa usaha2 itu tdk 
berlanjut dg meriah, krn orientasi pendidikan kita yg lebih ke 
eksplorasi-eksploitasi sumberdaya alam (Danny menyebutkannya sbg tujuannya 
untuk eksplorasi tambang).

Terus terang saya jadi heran kenapa koq ada yg menangkap tulisan itu berbeda dr 
kesan saya ya?

Mudah2an kita semua selalu diberi kesabaran dan hidayah untuk selalu 
mengedepankan kebaikan dan ukhuwah.


Salam
ADB 

Powered by Telkomsel BlackBerry®

From: miko m...@cbn.net.id 

Date: Sun, 26 Feb 2012 03:38:17 +

To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id

ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id 

Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 

Pak Danny,

Semoga dosen-dosen geologi dasar, geologi struktur, geomorfologi dll, khususnya 
di lingkungan ITB tidak membaca judgement /penilaian Anda tentang kualitas para 
lulusannya.

Kata-kata celoteh, bungkam, lack of knowledge, dll. rasanya kurang pantas 
ditujukan kepada mereka yang telah digembleng oleh Prof. Katili, Prof Sukendar, 
Prof Koesoema, Prof.Sampurno, Prof Tjia Hong Djin, Prof Sartono, Prof Zaim, 
dll. Semoga lain kali lebih bijak ya Pak,

Salam prihatin,

Mang Okim 

From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com 

Date: Sun, 26 Feb 2012 09:52:49 +0700

To: iagi-net@iagi.or.id

ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id 

Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 

Artikel yang sangat menarik dan bagus. 

Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi konsep 
dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban termasuk 
IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak  kontinyu tapi terputus atau 
dapat ter-reset oleh bencana katastrofis.  Demikian juga konsep IPTEK (macam, 
prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan yang kita kenal sekarang. 
 Pak Zaim menguraikan proses alam pada masa sejarah yang didominasi oleh susut 
laut – turunnya muka airlaut, sehingga banyak wilayah yang terkena dampak 
sedimentasi dan pendangkalan.  Ini benar karena dari Mid-Holocene sampai kurang 
lebih 100 tahun lalu muka airlaut global turun sekitar 2-3 meter.  Sebaliknya, 
dari 20.000 tahun (puncak Zaman Es) sampai Mid-Holocene, muka air laut naik 130 
meter.  Jadi tentu banyak peradaban yang ‘terendam’.   Interaksi dari perubahan 
muka airlaut yang drastis, yang banyak diduga juga berkaitan dengan kejadian 
bencana katastropik seperti letusan gunung api, dengan perkembangan peradaban 
manusia ini belum banyak dieksplorasi.  Kami menduga kuat ada “ketidakselaran” 
budaya yang besar yang memisahkan Jaman Sejarah dan Pra Sejarah; bahkan dari 
Jaman Kerajaan ke Jaman kita sekarang pun

Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

2012-02-25 Terurut Topik Bandono Salim
Wah ndak bisa dibaca pakai bb kecil.
Kalau saya sih masih pake pedoman sekarang kunci masa lalu karena proses alam 
tetap sama, hanya intensitasnya beda. 
Usaha manusia untuk mengatasinya yaa gak jauh beda.
Salam.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com
Date: Sat, 25 Feb 2012 19:50:43 
To: IAGIiagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

PP-IAGI 2011-2014:
Ketua Umum: Rovicky Dwi Putrohari, rovicky[at]gmail.com
Sekjen: Senoaji, ajiseno[at]ymail.com

Jangan lupa PIT IAGI 2012 di Jogjakarta tanggal 17-20 September 2012.
Kirim abstrak ke email: pit.iagi.2012[at]gmail.com. Batas akhir pengiriman 
abstrak 28 Februari 2012.

To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
For topics not directly related to Geology, users are advised to post the email 
to: o...@iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
-


RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

2012-02-25 Terurut Topik Danny Hilman Natawidjaja
Artikel yang sangat menarik dan bagus. 

Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi
konsep dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban
termasuk IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak  kontinyu tapi
terputus atau dapat ter-reset oleh bencana katastrofis.  Demikian juga
konsep IPTEK (macam, prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan
yang kita kenal sekarang.  Pak Zaim menguraikan proses alam pada masa
sejarah yang didominasi oleh susut laut - turunnya muka airlaut, sehingga
banyak wilayah yang terkena dampak sedimentasi dan pendangkalan.  Ini benar
karena dari Mid-Holocene sampai kurang lebih 100 tahun lalu muka airlaut
global turun sekitar 2-3 meter.  Sebaliknya, dari 20.000 tahun (puncak Zaman
Es) sampai Mid-Holocene, muka air laut naik 130 meter.  Jadi tentu banyak
peradaban yang 'terendam'.   Interaksi dari perubahan muka airlaut yang
drastis, yang banyak diduga juga berkaitan dengan kejadian bencana
katastropik seperti letusan gunung api, dengan perkembangan peradaban
manusia ini belum banyak dieksplorasi.  Kami menduga kuat ada
ketidakselaran budaya yang besar yang memisahkan Jaman Sejarah dan Pra
Sejarah; bahkan dari Jaman Kerajaan ke Jaman kita sekarang pun kelihatannya
'tidak selaras'.  Jangan-jangan ini salah satu penyebab budaya kita sekarang
jadi 'kurang waras'  J (bercanda).

 

Salah satu alasan utama kenapa penelitian arkeo-geologi yang sudah dirintis
oleh Alm. Pak Sartono, kemudian Pak Sampoerno, kemudian juga diteruskan oleh
Pak Zaim ini kurang/tidak berkembang adalah karena ilmu geologi Kuarter
Indonesia tidak berkembang.  Ahli geologi kita umumnya mendapatpengajaran
dan training untuk 'membaca' sejarah geologi dari masa pra-manusia
(jutaan-puluhan juta tahun lalu) yang ter-rekam pada lapisan bebatuan, baik
pada singkapan ataupun pada data bor, karena tujuannya untuk eksplorasi
tambang.  Tapi kita umumnya tidak terlatih untuk membaca proses dan sejarah
geologi dari BENTANG ALAM yang kita lihat disekitar kita sekarang.
Geologiawan Indonesia umumnya akan pandai berceloteh kalau ketemu singkapan,
tapi akan bungkam kalau disuruh mengidentifikasi  mana teras-teras sungai
mana tebing patahan aktif, mana alluvial mana collovial, dlsb;  dan
bagaimana proses geologi yang membentuk bentang alam 'destruktif' dan
'konstruktif' yang terlihat sekarang.  Belum lagi tentang proses-proses
gunung api Kuarter-Holosen dan produk-produknya.  Alot'nya membahas
'masalah piramid' tidak terlepas dari lack of knowledge kita dibidang ini.
Mudah-mudahan 'isue piramid' dapat memberikan angin segar kepada bidang yang
dianggap kering ini, sehingga  nyanyian orang yang berkiprah di bidang ini
tidak lagi terlalu serak tapi menjadi serak-serak basah sehingga merdu.

 

Selamat berakhir pekan.

DHN

 

 

 

From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com] 
Sent: Saturday, February 25, 2012 11:04 PM
To: IAGI
Subject: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 

Fyi,

-- Forwarded message --
From:
Date: Sunday, February 26, 2012
Subject: ARTIKEL KORAN PR
To: rovi...@gmail.com
Cc: z...@gc.itb.ac.id


Ass.w.w.,
Pak Rovicky,
Maaf saya pakai Japri karena kalau pakai jalur IAGI tidak bisa kirim file.
Terlampir dalam attach file saya kirim tulisan saya di Koran Harian
Pikiran Rakyat yang terbit di tahun 1997. Tulisan tersebut saya temukan
tidak sengaja ketika beres2 dan bongkar2 berkas saya yang berantakan di
kantor. Saya kirim copy artikel ini sekedar untuk diketahui bahwa saya
sudah lama mencoba memasyarakatkan Geologi untuk bidang Budaya
(baca:arkeologi). Telah lama sebenarnya saya di bawah dan bersama Almarhum
Prof. Sartono mengembangkan Geologi Kuarter dan Geoarkeologi di ITB dan
Indonesia. Dari sekian upaya kami, salah satunya adalah melalui tulisan
populer di koran yaitu Pikiran Rakyat.
Sekedar bacaan Akhir Pekan.
Wslm,
Zaim


-- 
Sejarah itu tidak pernah usang untuk terus dipelajari



Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

2012-02-25 Terurut Topik miko
Pak Danny,

Semoga dosen-dosen  geologi dasar, geologi struktur, geomorfologi dll, 
khususnya di lingkungan ITB tidak membaca judgement /penilaian Anda tentang 
kualitas para lulusannya.

Kata-kata celoteh, bungkam, lack of knowledge, dll. rasanya kurang pantas 
ditujukan kepada  mereka yang telah digembleng oleh  Prof. Katili, Prof 
Sukendar, Prof Koesoema, Prof.Sampurno, Prof Tjia Hong Djin, Prof Sartono, Prof 
Zaim, dll. Semoga lain kali lebih bijak ya Pak,

Salam prihatin,

Mang Okim 


-Original Message-
From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
Date: Sun, 26 Feb 2012 09:52:49 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Artikel yang sangat menarik dan bagus. 

Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi
konsep dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban
termasuk IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak  kontinyu tapi
terputus atau dapat ter-reset oleh bencana katastrofis.  Demikian juga
konsep IPTEK (macam, prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan
yang kita kenal sekarang.  Pak Zaim menguraikan proses alam pada masa
sejarah yang didominasi oleh susut laut - turunnya muka airlaut, sehingga
banyak wilayah yang terkena dampak sedimentasi dan pendangkalan.  Ini benar
karena dari Mid-Holocene sampai kurang lebih 100 tahun lalu muka airlaut
global turun sekitar 2-3 meter.  Sebaliknya, dari 20.000 tahun (puncak Zaman
Es) sampai Mid-Holocene, muka air laut naik 130 meter.  Jadi tentu banyak
peradaban yang 'terendam'.   Interaksi dari perubahan muka airlaut yang
drastis, yang banyak diduga juga berkaitan dengan kejadian bencana
katastropik seperti letusan gunung api, dengan perkembangan peradaban
manusia ini belum banyak dieksplorasi.  Kami menduga kuat ada
ketidakselaran budaya yang besar yang memisahkan Jaman Sejarah dan Pra
Sejarah; bahkan dari Jaman Kerajaan ke Jaman kita sekarang pun kelihatannya
'tidak selaras'.  Jangan-jangan ini salah satu penyebab budaya kita sekarang
jadi 'kurang waras'  J (bercanda).

 

Salah satu alasan utama kenapa penelitian arkeo-geologi yang sudah dirintis
oleh Alm. Pak Sartono, kemudian Pak Sampoerno, kemudian juga diteruskan oleh
Pak Zaim ini kurang/tidak berkembang adalah karena ilmu geologi Kuarter
Indonesia tidak berkembang.  Ahli geologi kita umumnya mendapatpengajaran
dan training untuk 'membaca' sejarah geologi dari masa pra-manusia
(jutaan-puluhan juta tahun lalu) yang ter-rekam pada lapisan bebatuan, baik
pada singkapan ataupun pada data bor, karena tujuannya untuk eksplorasi
tambang.  Tapi kita umumnya tidak terlatih untuk membaca proses dan sejarah
geologi dari BENTANG ALAM yang kita lihat disekitar kita sekarang.
Geologiawan Indonesia umumnya akan pandai berceloteh kalau ketemu singkapan,
tapi akan bungkam kalau disuruh mengidentifikasi  mana teras-teras sungai
mana tebing patahan aktif, mana alluvial mana collovial, dlsb;  dan
bagaimana proses geologi yang membentuk bentang alam 'destruktif' dan
'konstruktif' yang terlihat sekarang.  Belum lagi tentang proses-proses
gunung api Kuarter-Holosen dan produk-produknya.  Alot'nya membahas
'masalah piramid' tidak terlepas dari lack of knowledge kita dibidang ini.
Mudah-mudahan 'isue piramid' dapat memberikan angin segar kepada bidang yang
dianggap kering ini, sehingga  nyanyian orang yang berkiprah di bidang ini
tidak lagi terlalu serak tapi menjadi serak-serak basah sehingga merdu.

 

Selamat berakhir pekan.

DHN

 

 

 

From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com] 
Sent: Saturday, February 25, 2012 11:04 PM
To: IAGI
Subject: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 

Fyi,

-- Forwarded message --
From:
Date: Sunday, February 26, 2012
Subject: ARTIKEL KORAN PR
To: rovi...@gmail.com
Cc: z...@gc.itb.ac.id


Ass.w.w.,
Pak Rovicky,
Maaf saya pakai Japri karena kalau pakai jalur IAGI tidak bisa kirim file.
Terlampir dalam attach file saya kirim tulisan saya di Koran Harian
Pikiran Rakyat yang terbit di tahun 1997. Tulisan tersebut saya temukan
tidak sengaja ketika beres2 dan bongkar2 berkas saya yang berantakan di
kantor. Saya kirim copy artikel ini sekedar untuk diketahui bahwa saya
sudah lama mencoba memasyarakatkan Geologi untuk bidang Budaya
(baca:arkeologi). Telah lama sebenarnya saya di bawah dan bersama Almarhum
Prof. Sartono mengembangkan Geologi Kuarter dan Geoarkeologi di ITB dan
Indonesia. Dari sekian upaya kami, salah satunya adalah melalui tulisan
populer di koran yaitu Pikiran Rakyat.
Sekedar bacaan Akhir Pekan.
Wslm,
Zaim


-- 
Sejarah itu tidak pernah usang untuk terus dipelajari




Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

2012-02-25 Terurut Topik rakhmadi . avianto
Hey every body stay cool harap dimaafkan kata2 pak DH di milist pagi ini, dari 
tadi saya juga mau comen tapi saya tahan aja mas Miko

Saran saya memang di milis ini kita stay cool aja

Salam
Avi 0666

Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: miko m...@cbn.net.id
Date: Sun, 26 Feb 2012 03:38:17 
To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Pak Danny,

Semoga dosen-dosen  geologi dasar, geologi struktur, geomorfologi dll, 
khususnya di lingkungan ITB tidak membaca judgement /penilaian Anda tentang 
kualitas para lulusannya.

Kata-kata celoteh, bungkam, lack of knowledge, dll. rasanya kurang pantas 
ditujukan kepada  mereka yang telah digembleng oleh  Prof. Katili, Prof 
Sukendar, Prof Koesoema, Prof.Sampurno, Prof Tjia Hong Djin, Prof Sartono, Prof 
Zaim, dll. Semoga lain kali lebih bijak ya Pak,

Salam prihatin,

Mang Okim 


-Original Message-
From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
Date: Sun, 26 Feb 2012 09:52:49 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Artikel yang sangat menarik dan bagus. 

Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi
konsep dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban
termasuk IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak  kontinyu tapi
terputus atau dapat ter-reset oleh bencana katastrofis.  Demikian juga
konsep IPTEK (macam, prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan
yang kita kenal sekarang.  Pak Zaim menguraikan proses alam pada masa
sejarah yang didominasi oleh susut laut - turunnya muka airlaut, sehingga
banyak wilayah yang terkena dampak sedimentasi dan pendangkalan.  Ini benar
karena dari Mid-Holocene sampai kurang lebih 100 tahun lalu muka airlaut
global turun sekitar 2-3 meter.  Sebaliknya, dari 20.000 tahun (puncak Zaman
Es) sampai Mid-Holocene, muka air laut naik 130 meter.  Jadi tentu banyak
peradaban yang 'terendam'.   Interaksi dari perubahan muka airlaut yang
drastis, yang banyak diduga juga berkaitan dengan kejadian bencana
katastropik seperti letusan gunung api, dengan perkembangan peradaban
manusia ini belum banyak dieksplorasi.  Kami menduga kuat ada
ketidakselaran budaya yang besar yang memisahkan Jaman Sejarah dan Pra
Sejarah; bahkan dari Jaman Kerajaan ke Jaman kita sekarang pun kelihatannya
'tidak selaras'.  Jangan-jangan ini salah satu penyebab budaya kita sekarang
jadi 'kurang waras'  J (bercanda).

 

Salah satu alasan utama kenapa penelitian arkeo-geologi yang sudah dirintis
oleh Alm. Pak Sartono, kemudian Pak Sampoerno, kemudian juga diteruskan oleh
Pak Zaim ini kurang/tidak berkembang adalah karena ilmu geologi Kuarter
Indonesia tidak berkembang.  Ahli geologi kita umumnya mendapatpengajaran
dan training untuk 'membaca' sejarah geologi dari masa pra-manusia
(jutaan-puluhan juta tahun lalu) yang ter-rekam pada lapisan bebatuan, baik
pada singkapan ataupun pada data bor, karena tujuannya untuk eksplorasi
tambang.  Tapi kita umumnya tidak terlatih untuk membaca proses dan sejarah
geologi dari BENTANG ALAM yang kita lihat disekitar kita sekarang.
Geologiawan Indonesia umumnya akan pandai berceloteh kalau ketemu singkapan,
tapi akan bungkam kalau disuruh mengidentifikasi  mana teras-teras sungai
mana tebing patahan aktif, mana alluvial mana collovial, dlsb;  dan
bagaimana proses geologi yang membentuk bentang alam 'destruktif' dan
'konstruktif' yang terlihat sekarang.  Belum lagi tentang proses-proses
gunung api Kuarter-Holosen dan produk-produknya.  Alot'nya membahas
'masalah piramid' tidak terlepas dari lack of knowledge kita dibidang ini.
Mudah-mudahan 'isue piramid' dapat memberikan angin segar kepada bidang yang
dianggap kering ini, sehingga  nyanyian orang yang berkiprah di bidang ini
tidak lagi terlalu serak tapi menjadi serak-serak basah sehingga merdu.

 

Selamat berakhir pekan.

DHN

 

 

 

From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com] 
Sent: Saturday, February 25, 2012 11:04 PM
To: IAGI
Subject: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 

Fyi,

-- Forwarded message --
From:
Date: Sunday, February 26, 2012
Subject: ARTIKEL KORAN PR
To: rovi...@gmail.com
Cc: z...@gc.itb.ac.id


Ass.w.w.,
Pak Rovicky,
Maaf saya pakai Japri karena kalau pakai jalur IAGI tidak bisa kirim file.
Terlampir dalam attach file saya kirim tulisan saya di Koran Harian
Pikiran Rakyat yang terbit di tahun 1997. Tulisan tersebut saya temukan
tidak sengaja ketika beres2 dan bongkar2 berkas saya yang berantakan di
kantor. Saya kirim copy artikel ini sekedar untuk diketahui bahwa saya
sudah lama mencoba memasyarakatkan Geologi untuk bidang Budaya
(baca:arkeologi). Telah lama sebenarnya saya di bawah dan bersama Almarhum
Prof. Sartono mengembangkan Geologi Kuarter dan Geoarkeologi di ITB dan
Indonesia. Dari sekian upaya kami, salah satunya adalah melalui tulisan
populer di koran yaitu Pikiran Rakyat.
Sekedar

RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

2012-02-25 Terurut Topik Danny Hilman Natawidjaja
Mohon tidak dicampur-adukan dengan Kualitas Lulusan Pak.

Yang saya ulas hanya tentang pengembangan/pendidikan bidang geologi yang
mempelajari proses dan bentang alam muda/sekarang (Kuarter - Resen),
termasuk Geologi Kuarter, patahan aktif, gunung api, kebencanaan, dan
arkeo-geologi.  Senada dengan apa yang dikemukakan olek Pak Zaim ttg
kurangnya minat mahasiswa di bidang yang beliau ajarkan.

Silahkan teman-teman dosen yang lebih punya pengetahuan tentang masalah ini
berkontribusi, supaya berimbang wacana-nya.

 

Sejalan dengan wacana ini, alangkah baiknya melihat the big picture
dibalik masalah 'piramida' , tidak terlalu di'cupat'kan ( J maap. nebeng
istilah ADB).

 

Salam

DHN

 

Catatan: 

Sekedar sharing pengalaman, ketika diawal-awal saya belajar earthquake
geology untuk S3, tidak mudah bagi saya untuk melihat proses geologi dibalik
bentang alam yang kita lihat karena sebelumnya sudah demikian terbiasa
dengan 'pengajaran geologi singkapan'.  Dalam setiap fieldtrip di masa
kuliahnya, saya 'dipaksa' untuk menjelaskan setiap benjolan dan lekukan yang
ada di bentang alam.  Dan itu tidak mudah kalau belum terlatih. Sampai
sekarang pun terus terang bagi saya masih tidak mudah karena dalam satu
decade terakhir lebih banyak waktu dihabiskan untuk memelototi
geologi-koral-mikroatol di Mentawai, jadi masih harus banyak belajar lagi J.
Sebelum gempa Chi-Chi di Taiwan tahun 1999 itu, para ahli geologi di sana
sangat sukar menerima keberadaan jalur patahan aktif kalau 'hanya'
berdasarkan analisis morpho tektonik.  Dalam konsep mereka, jalur patahan
hanya bisa dibuktikan kalau ada zona sesar yang terlihat dalam singkapan.
Sekarang tentunya tidak lagi.

 

 

From: miko [mailto:m...@cbn.net.id] 
Sent: Sunday, February 26, 2012 10:38 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 

Pak Danny,

Semoga dosen-dosen geologi dasar, geologi struktur, geomorfologi dll,
khususnya di lingkungan ITB tidak membaca judgement /penilaian Anda tentang
kualitas para lulusannya.

Kata-kata celoteh, bungkam, lack of knowledge, dll. rasanya kurang pantas
ditujukan kepada mereka yang telah digembleng oleh Prof. Katili, Prof
Sukendar, Prof Koesoema, Prof.Sampurno, Prof Tjia Hong Djin, Prof Sartono,
Prof Zaim, dll. Semoga lain kali lebih bijak ya Pak,

Salam prihatin,

Mang Okim 

  _  

From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com 

Date: Sun, 26 Feb 2012 09:52:49 +0700

To: iagi-net@iagi.or.id

ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id 

Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 

Artikel yang sangat menarik dan bagus. 

Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi
konsep dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban
termasuk IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak  kontinyu tapi
terputus atau dapat ter-reset oleh bencana katastrofis.  Demikian juga
konsep IPTEK (macam, prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan
yang kita kenal sekarang.  Pak Zaim menguraikan proses alam pada masa
sejarah yang didominasi oleh susut laut - turunnya muka airlaut, sehingga
banyak wilayah yang terkena dampak sedimentasi dan pendangkalan.  Ini benar
karena dari Mid-Holocene sampai kurang lebih 100 tahun lalu muka airlaut
global turun sekitar 2-3 meter.  Sebaliknya, dari 20.000 tahun (puncak Zaman
Es) sampai Mid-Holocene, muka air laut naik 130 meter.  Jadi tentu banyak
peradaban yang 'terendam'.   Interaksi dari perubahan muka airlaut yang
drastis, yang banyak diduga juga berkaitan dengan kejadian bencana
katastropik seperti letusan gunung api, dengan perkembangan peradaban
manusia ini belum banyak dieksplorasi.  Kami menduga kuat ada
ketidakselaran budaya yang besar yang memisahkan Jaman Sejarah dan Pra
Sejarah; bahkan dari Jaman Kerajaan ke Jaman kita sekarang pun kelihatannya
'tidak selaras'.  Jangan-jangan ini salah satu penyebab budaya kita sekarang
jadi 'kurang waras'  J (bercanda).

 

Salah satu alasan utama kenapa penelitian arkeo-geologi yang sudah dirintis
oleh Alm. Pak Sartono, kemudian Pak Sampoerno, kemudian juga diteruskan oleh
Pak Zaim ini kurang/tidak berkembang adalah karena ilmu geologi Kuarter
Indonesia tidak berkembang.  Ahli geologi kita umumnya mendapatpengajaran
dan training untuk 'membaca' sejarah geologi dari masa pra-manusia
(jutaan-puluhan juta tahun lalu) yang ter-rekam pada lapisan bebatuan, baik
pada singkapan ataupun pada data bor, karena tujuannya untuk eksplorasi
tambang.  Tapi kita umumnya tidak terlatih untuk membaca proses dan sejarah
geologi dari BENTANG ALAM yang kita lihat disekitar kita sekarang.
Geologiawan Indonesia umumnya akan pandai berceloteh kalau ketemu singkapan,
tapi akan bungkam kalau disuruh mengidentifikasi  mana teras-teras sungai
mana tebing patahan aktif, mana alluvial mana collovial, dlsb;  dan
bagaimana proses geologi yang membentuk bentang alam 'destruktif' dan
'konstruktif' yang terlihat sekarang.  Belum lagi tentang proses-proses
gunung api Kuarter-Holosen dan produk-produknya

Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

2012-02-25 Terurut Topik rakhmadi . avianto
Mangkanya jangan asal ngomong tapi dipikir dulu kalo memang nulis lewat desk 
top dibaca lagi, karena topik anda ini menurut saya agak antagonis dari main 
stream science. Saya kira anda dan ADB tidak ada masalah perut mungkin tapi 
buat adik2 yg belum lulus dan akan lulus tentu mrk lebih senang mempelajari yg 
bisa menghasilkan uang banyak jadi wajar kalo mereka tidak terarik dg holocene 
sedimen

Avi 0666
Lagi jagong

Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
Date: Sun, 26 Feb 2012 11:35:25 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Mohon tidak dicampur-adukan dengan Kualitas Lulusan Pak.

Yang saya ulas hanya tentang pengembangan/pendidikan bidang geologi yang
mempelajari proses dan bentang alam muda/sekarang (Kuarter - Resen),
termasuk Geologi Kuarter, patahan aktif, gunung api, kebencanaan, dan
arkeo-geologi.  Senada dengan apa yang dikemukakan olek Pak Zaim ttg
kurangnya minat mahasiswa di bidang yang beliau ajarkan.

Silahkan teman-teman dosen yang lebih punya pengetahuan tentang masalah ini
berkontribusi, supaya berimbang wacana-nya.

 

Sejalan dengan wacana ini, alangkah baiknya melihat the big picture
dibalik masalah 'piramida' , tidak terlalu di'cupat'kan ( J maap. nebeng
istilah ADB).

 

Salam

DHN

 

Catatan: 

Sekedar sharing pengalaman, ketika diawal-awal saya belajar earthquake
geology untuk S3, tidak mudah bagi saya untuk melihat proses geologi dibalik
bentang alam yang kita lihat karena sebelumnya sudah demikian terbiasa
dengan 'pengajaran geologi singkapan'.  Dalam setiap fieldtrip di masa
kuliahnya, saya 'dipaksa' untuk menjelaskan setiap benjolan dan lekukan yang
ada di bentang alam.  Dan itu tidak mudah kalau belum terlatih. Sampai
sekarang pun terus terang bagi saya masih tidak mudah karena dalam satu
decade terakhir lebih banyak waktu dihabiskan untuk memelototi
geologi-koral-mikroatol di Mentawai, jadi masih harus banyak belajar lagi J.
Sebelum gempa Chi-Chi di Taiwan tahun 1999 itu, para ahli geologi di sana
sangat sukar menerima keberadaan jalur patahan aktif kalau 'hanya'
berdasarkan analisis morpho tektonik.  Dalam konsep mereka, jalur patahan
hanya bisa dibuktikan kalau ada zona sesar yang terlihat dalam singkapan.
Sekarang tentunya tidak lagi.

 

 

From: miko [mailto:m...@cbn.net.id] 
Sent: Sunday, February 26, 2012 10:38 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 

Pak Danny,

Semoga dosen-dosen geologi dasar, geologi struktur, geomorfologi dll,
khususnya di lingkungan ITB tidak membaca judgement /penilaian Anda tentang
kualitas para lulusannya.

Kata-kata celoteh, bungkam, lack of knowledge, dll. rasanya kurang pantas
ditujukan kepada mereka yang telah digembleng oleh Prof. Katili, Prof
Sukendar, Prof Koesoema, Prof.Sampurno, Prof Tjia Hong Djin, Prof Sartono,
Prof Zaim, dll. Semoga lain kali lebih bijak ya Pak,

Salam prihatin,

Mang Okim 

  _  

From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com 

Date: Sun, 26 Feb 2012 09:52:49 +0700

To: iagi-net@iagi.or.id

ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id 

Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 

Artikel yang sangat menarik dan bagus. 

Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi
konsep dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban
termasuk IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak  kontinyu tapi
terputus atau dapat ter-reset oleh bencana katastrofis.  Demikian juga
konsep IPTEK (macam, prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan
yang kita kenal sekarang.  Pak Zaim menguraikan proses alam pada masa
sejarah yang didominasi oleh susut laut - turunnya muka airlaut, sehingga
banyak wilayah yang terkena dampak sedimentasi dan pendangkalan.  Ini benar
karena dari Mid-Holocene sampai kurang lebih 100 tahun lalu muka airlaut
global turun sekitar 2-3 meter.  Sebaliknya, dari 20.000 tahun (puncak Zaman
Es) sampai Mid-Holocene, muka air laut naik 130 meter.  Jadi tentu banyak
peradaban yang 'terendam'.   Interaksi dari perubahan muka airlaut yang
drastis, yang banyak diduga juga berkaitan dengan kejadian bencana
katastropik seperti letusan gunung api, dengan perkembangan peradaban
manusia ini belum banyak dieksplorasi.  Kami menduga kuat ada
ketidakselaran budaya yang besar yang memisahkan Jaman Sejarah dan Pra
Sejarah; bahkan dari Jaman Kerajaan ke Jaman kita sekarang pun kelihatannya
'tidak selaras'.  Jangan-jangan ini salah satu penyebab budaya kita sekarang
jadi 'kurang waras'  J (bercanda).

 

Salah satu alasan utama kenapa penelitian arkeo-geologi yang sudah dirintis
oleh Alm. Pak Sartono, kemudian Pak Sampoerno, kemudian juga diteruskan oleh
Pak Zaim ini kurang/tidak berkembang adalah karena ilmu geologi Kuarter
Indonesia tidak berkembang.  Ahli geologi kita umumnya mendapatpengajaran
dan training untuk 'membaca' sejarah geologi dari masa pra-manusia
(jutaan-puluhan juta tahun lalu

RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

2012-02-25 Terurut Topik Danny Hilman Natawidjaja
Bukan mainstream science pak, tapi mainstream geologi di Indonesia
(mungkin dunia, saya tidak tahu).   Ini memang sejalan dengan prinsip
ekonomi. No doubt.

 

From: rakhmadi.avia...@gmail.com [mailto:rakhmadi.avia...@gmail.com] 
Sent: Sunday, February 26, 2012 11:46 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 

Mangkanya jangan asal ngomong tapi dipikir dulu kalo memang nulis lewat desk
top dibaca lagi, karena topik anda ini menurut saya agak antagonis dari main
stream science. Saya kira anda dan ADB tidak ada masalah perut mungkin tapi
buat adik2 yg belum lulus dan akan lulus tentu mrk lebih senang mempelajari
yg bisa menghasilkan uang banyak jadi wajar kalo mereka tidak terarik dg
holocene sedimen

Avi 0666
Lagi jagong

Powered by Telkomsel BlackBerryR

  _  

From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com 

Date: Sun, 26 Feb 2012 11:35:25 +0700

To: iagi-net@iagi.or.id

ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id 

Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 

Mohon tidak dicampur-adukan dengan Kualitas Lulusan Pak.

Yang saya ulas hanya tentang pengembangan/pendidikan bidang geologi yang
mempelajari proses dan bentang alam muda/sekarang (Kuarter - Resen),
termasuk Geologi Kuarter, patahan aktif, gunung api, kebencanaan, dan
arkeo-geologi.  Senada dengan apa yang dikemukakan olek Pak Zaim ttg
kurangnya minat mahasiswa di bidang yang beliau ajarkan.

Silahkan teman-teman dosen yang lebih punya pengetahuan tentang masalah ini
berkontribusi, supaya berimbang wacana-nya.

 

Sejalan dengan wacana ini, alangkah baiknya melihat the big picture
dibalik masalah 'piramida' , tidak terlalu di'cupat'kan ( J maap. nebeng
istilah ADB).

 

Salam

DHN

 

Catatan: 

Sekedar sharing pengalaman, ketika diawal-awal saya belajar earthquake
geology untuk S3, tidak mudah bagi saya untuk melihat proses geologi dibalik
bentang alam yang kita lihat karena sebelumnya sudah demikian terbiasa
dengan 'pengajaran geologi singkapan'.  Dalam setiap fieldtrip di masa
kuliahnya, saya 'dipaksa' untuk menjelaskan setiap benjolan dan lekukan yang
ada di bentang alam.  Dan itu tidak mudah kalau belum terlatih. Sampai
sekarang pun terus terang bagi saya masih tidak mudah karena dalam satu
decade terakhir lebih banyak waktu dihabiskan untuk memelototi
geologi-koral-mikroatol di Mentawai, jadi masih harus banyak belajar lagi J.
Sebelum gempa Chi-Chi di Taiwan tahun 1999 itu, para ahli geologi di sana
sangat sukar menerima keberadaan jalur patahan aktif kalau 'hanya'
berdasarkan analisis morpho tektonik.  Dalam konsep mereka, jalur patahan
hanya bisa dibuktikan kalau ada zona sesar yang terlihat dalam singkapan.
Sekarang tentunya tidak lagi.

 

 

From: miko [mailto:m...@cbn.net.id] 
Sent: Sunday, February 26, 2012 10:38 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 

Pak Danny,

Semoga dosen-dosen geologi dasar, geologi struktur, geomorfologi dll,
khususnya di lingkungan ITB tidak membaca judgement /penilaian Anda tentang
kualitas para lulusannya.

Kata-kata celoteh, bungkam, lack of knowledge, dll. rasanya kurang pantas
ditujukan kepada mereka yang telah digembleng oleh Prof. Katili, Prof
Sukendar, Prof Koesoema, Prof.Sampurno, Prof Tjia Hong Djin, Prof Sartono,
Prof Zaim, dll. Semoga lain kali lebih bijak ya Pak,

Salam prihatin,

Mang Okim 

  _  

From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com 

Date: Sun, 26 Feb 2012 09:52:49 +0700

To: iagi-net@iagi.or.id

ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id 

Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 

Artikel yang sangat menarik dan bagus. 

Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi
konsep dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban
termasuk IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak  kontinyu tapi
terputus atau dapat ter-reset oleh bencana katastrofis.  Demikian juga
konsep IPTEK (macam, prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan
yang kita kenal sekarang.  Pak Zaim menguraikan proses alam pada masa
sejarah yang didominasi oleh susut laut - turunnya muka airlaut, sehingga
banyak wilayah yang terkena dampak sedimentasi dan pendangkalan.  Ini benar
karena dari Mid-Holocene sampai kurang lebih 100 tahun lalu muka airlaut
global turun sekitar 2-3 meter.  Sebaliknya, dari 20.000 tahun (puncak Zaman
Es) sampai Mid-Holocene, muka air laut naik 130 meter.  Jadi tentu banyak
peradaban yang 'terendam'.   Interaksi dari perubahan muka airlaut yang
drastis, yang banyak diduga juga berkaitan dengan kejadian bencana
katastropik seperti letusan gunung api, dengan perkembangan peradaban
manusia ini belum banyak dieksplorasi.  Kami menduga kuat ada
ketidakselaran budaya yang besar yang memisahkan Jaman Sejarah dan Pra
Sejarah; bahkan dari Jaman Kerajaan ke Jaman kita sekarang pun kelihatannya
'tidak selaras'.  Jangan-jangan ini salah satu penyebab budaya kita sekarang
jadi 'kurang waras'  J (bercanda).

 

Salah satu alasan utama kenapa penelitian arkeo-geologi

Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

2012-02-25 Terurut Topik amienwidodo
Jadi ingat puisi ADB yg di share beberapa hari yg lalu...

hmm . 
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: andangbacht...@yahoo.com
Date: Sun, 26 Feb 2012 04:26:41 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

Mang Okim yang saya hormati,

Nyuwun sewu,

Saya koq tidak melihat hubungan antara tuduhan yang Mang Okim alamatkan kepada 
Danny Hilman bhw dia melontarkan kata2 kurang pantas kpd para anak didik 
geologi ITB dg tulisan yg dipostingnya.

Kalau yg saya rasakan dari membaca postingan Danny tsb malahan dia 
mengapresiasi usaha2 perintisan geoakrkeologi yg sdh dilakuakn oleh beliau 
guru besar kita di ITB. Danny hanya mencoba menganalisis knapa usaha2 itu tdk 
berlanjut dg meriah, krn orientasi pendidikan kita yg lebih ke 
eksplorasi-eksploitasi sumberdaya alam (Danny menyebutkannya sbg tujuannya 
untuk eksplorasi tambang).

Terus terang saya jadi heran kenapa koq ada yg menangkap tulisan itu berbeda dr 
kesan saya ya?

Mudah2an kita semua selalu diberi kesabaran dan hidayah untuk selalu 
mengedepankan kebaikan dan ukhuwah.


Salam
ADB
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: miko m...@cbn.net.id
Date: Sun, 26 Feb 2012 03:38:17 
To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

Pak Danny,

Semoga dosen-dosen  geologi dasar, geologi struktur, geomorfologi dll, 
khususnya di lingkungan ITB tidak membaca judgement /penilaian Anda tentang 
kualitas para lulusannya.

Kata-kata celoteh, bungkam, lack of knowledge, dll. rasanya kurang pantas 
ditujukan kepada  mereka yang telah digembleng oleh  Prof. Katili, Prof 
Sukendar, Prof Koesoema, Prof.Sampurno, Prof Tjia Hong Djin, Prof Sartono, Prof 
Zaim, dll. Semoga lain kali lebih bijak ya Pak,

Salam prihatin,

Mang Okim 


-Original Message-
From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
Date: Sun, 26 Feb 2012 09:52:49 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Artikel yang sangat menarik dan bagus. 

Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi
konsep dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban
termasuk IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak  kontinyu tapi
terputus atau dapat ter-reset oleh bencana katastrofis.  Demikian juga
konsep IPTEK (macam, prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan
yang kita kenal sekarang.  Pak Zaim menguraikan proses alam pada masa
sejarah yang didominasi oleh susut laut - turunnya muka airlaut, sehingga
banyak wilayah yang terkena dampak sedimentasi dan pendangkalan.  Ini benar
karena dari Mid-Holocene sampai kurang lebih 100 tahun lalu muka airlaut
global turun sekitar 2-3 meter.  Sebaliknya, dari 20.000 tahun (puncak Zaman
Es) sampai Mid-Holocene, muka air laut naik 130 meter.  Jadi tentu banyak
peradaban yang 'terendam'.   Interaksi dari perubahan muka airlaut yang
drastis, yang banyak diduga juga berkaitan dengan kejadian bencana
katastropik seperti letusan gunung api, dengan perkembangan peradaban
manusia ini belum banyak dieksplorasi.  Kami menduga kuat ada
ketidakselaran budaya yang besar yang memisahkan Jaman Sejarah dan Pra
Sejarah; bahkan dari Jaman Kerajaan ke Jaman kita sekarang pun kelihatannya
'tidak selaras'.  Jangan-jangan ini salah satu penyebab budaya kita sekarang
jadi 'kurang waras'  J (bercanda).

 

Salah satu alasan utama kenapa penelitian arkeo-geologi yang sudah dirintis
oleh Alm. Pak Sartono, kemudian Pak Sampoerno, kemudian juga diteruskan oleh
Pak Zaim ini kurang/tidak berkembang adalah karena ilmu geologi Kuarter
Indonesia tidak berkembang.  Ahli geologi kita umumnya mendapatpengajaran
dan training untuk 'membaca' sejarah geologi dari masa pra-manusia
(jutaan-puluhan juta tahun lalu) yang ter-rekam pada lapisan bebatuan, baik
pada singkapan ataupun pada data bor, karena tujuannya untuk eksplorasi
tambang.  Tapi kita umumnya tidak terlatih untuk membaca proses dan sejarah
geologi dari BENTANG ALAM yang kita lihat disekitar kita sekarang.
Geologiawan Indonesia umumnya akan pandai berceloteh kalau ketemu singkapan,
tapi akan bungkam kalau disuruh mengidentifikasi  mana teras-teras sungai
mana tebing patahan aktif, mana alluvial mana collovial, dlsb;  dan
bagaimana proses geologi yang membentuk bentang alam 'destruktif' dan
'konstruktif' yang terlihat sekarang.  Belum lagi tentang proses-proses
gunung api Kuarter-Holosen dan produk-produknya.  Alot'nya membahas
'masalah piramid' tidak terlepas dari lack of knowledge kita dibidang ini.
Mudah-mudahan 'isue piramid' dapat memberikan angin segar kepada bidang yang
dianggap kering ini, sehingga  nyanyian orang yang berkiprah di bidang ini
tidak lagi terlalu serak tapi menjadi serak-serak basah sehingga merdu.

 

Selamat berakhir pekan.

DHN

 

 

 

From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com] 
Sent: Saturday

Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

2012-02-25 Terurut Topik andangbachtiar
Mas Avi, Al Hajj,
Nyuwun sewu juga, mudah2an semakin memanjat usia kita semakin dimudahkan oleh 
Gusti Allah untuk menyebarkan kata2 dan kalimat2 toyibah yg menenangkan, 
terutama di pergaulan ilmiah seperti di IAGI-NET ini.

Bahkan menegur orang dg Mangkanya jangan asal ngomong tapi dipikir dulu pun 
saya pikir agak mengkalutkan, bukan malah menenangkan. Karena kita tahu persis 
teguran tsb ditujukan pada scientist peneliti yg sudah banyak pula menuliskan 
pemikirannya di jurnal2 ilmiah baik di dalam maupun di luar negeri yg 
insyaallah sudah dipikirkan betul dan ditimbang2 kalimat2 yg akan dituliskannya.

Selain itu pernyataan bahwa saya dan Danny mungkin sdh tidak ada masalah perut 
sehingga tertarik mempelajari Holocene sediment, nampaknya perlu dikoreksi 
juga. Dalam riset2 sebagai sedimentologist saya juga harus sering berhubungan 
dg sedimen 
Kwarter - Holosen, spt delta Mahakam modern, Endapan Danau Toba, Delta Cimanuk, 
Sungai Tamiang, dsb,... Selain itu Danny sbg earthquake geologist otomatis juga 
berhubungan dg peristiwa2 (dan sedimen2) Holosen-lah. Jadi itu semua adalah 
adalah masalah militansi riset, kepedulian, dan tentui saja profesionalisme. 
Kalau kita mengkampanyekan dg benar riset2 spt yg kami lakukan kepada anak2 
geologi (yang baru lulus), insyaallah akan makin banyak yang mau terjun 
terlibat dalam usaha2 mitigasi bencana. Dan selanjutnya akan makin banyak 
sumberdaya alam yg telah ditemukan bisa lebih diefisienkan penggunaannya untuk 
hidup berdampingan dg potensi bencana. 
 
Sebagian dari kita mungkin tidak terlalu beruntung bisa meluaskan wawasan 
keilmuan di luar bidang profesi yg kita geluti. Tetapi tentunya itu tidak 
membuat kita terus menutup diri dan menganggap kebenaran persepsi kita adalah 
segalanya (kebenaran kita yg paling benar). Kalau kita tidak mengerti suatu 
disiplin ilmu lain secara mendalam, marilah kita belajar menyimak dan 
mendengarkan dengan baik, supaya bisa mendapatkan berkah hidayah pengetahuan yg 
bermanfaat darinya. Kalau ingin bertanya dan beropini, marilah bertanya, 
berdiskusi, beropini dengan sehat, sopan, santun dan menyenangkan.

Insyaallah semua jadi berkah, kalau kita bisa saling menyebarkan ukhuwah.

Salam Njagong (Reunian) juga, cak!!!

ADB

Note: mudah2an kawan2 admin milis ini (selain PTA, pak ketum RDP juga khan?) 
bisa lebih aktif juga memoderasi diskusi suatu thread shg lebih banyak manfaat 
yg bisa diambil drpd sekedar saling berbalas melontar pernyataan yg tdk 
essensial...

Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: rakhmadi.avia...@gmail.com
Date: Sun, 26 Feb 2012 04:46:03 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

Mangkanya jangan asal ngomong tapi dipikir dulu kalo memang nulis lewat desk 
top dibaca lagi, karena topik anda ini menurut saya agak antagonis dari main 
stream science. Saya kira anda dan ADB tidak ada masalah perut mungkin tapi 
buat adik2 yg belum lulus dan akan lulus tentu mrk lebih senang mempelajari yg 
bisa menghasilkan uang banyak jadi wajar kalo mereka tidak terarik dg holocene 
sedimen

Avi 0666
Lagi jagong

Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
Date: Sun, 26 Feb 2012 11:35:25 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Mohon tidak dicampur-adukan dengan Kualitas Lulusan Pak.

Yang saya ulas hanya tentang pengembangan/pendidikan bidang geologi yang
mempelajari proses dan bentang alam muda/sekarang (Kuarter - Resen),
termasuk Geologi Kuarter, patahan aktif, gunung api, kebencanaan, dan
arkeo-geologi.  Senada dengan apa yang dikemukakan olek Pak Zaim ttg
kurangnya minat mahasiswa di bidang yang beliau ajarkan.

Silahkan teman-teman dosen yang lebih punya pengetahuan tentang masalah ini
berkontribusi, supaya berimbang wacana-nya.

 

Sejalan dengan wacana ini, alangkah baiknya melihat the big picture
dibalik masalah 'piramida' , tidak terlalu di'cupat'kan ( J maap. nebeng
istilah ADB).

 

Salam

DHN

 

Catatan: 

Sekedar sharing pengalaman, ketika diawal-awal saya belajar earthquake
geology untuk S3, tidak mudah bagi saya untuk melihat proses geologi dibalik
bentang alam yang kita lihat karena sebelumnya sudah demikian terbiasa
dengan 'pengajaran geologi singkapan'.  Dalam setiap fieldtrip di masa
kuliahnya, saya 'dipaksa' untuk menjelaskan setiap benjolan dan lekukan yang
ada di bentang alam.  Dan itu tidak mudah kalau belum terlatih. Sampai
sekarang pun terus terang bagi saya masih tidak mudah karena dalam satu
decade terakhir lebih banyak waktu dihabiskan untuk memelototi
geologi-koral-mikroatol di Mentawai, jadi masih harus banyak belajar lagi J.
Sebelum gempa Chi-Chi di Taiwan tahun 1999 itu, para ahli geologi di sana
sangat sukar menerima keberadaan jalur patahan aktif kalau 'hanya'
berdasarkan analisis morpho tektonik.  Dalam konsep mereka, jalur patahan
hanya bisa dibuktikan kalau ada

Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

2012-02-25 Terurut Topik AWY
Sugeng siang,

Semalam di NGC didongengkan tentang penyelidikan gua karst di Kepulauan Bahama. 
Gua ini sendiri saat ini sudah digenangi air dengan kedalaman s/d 100m. 
Beberapa peneliti terlibat dlm penelitian tsb, tdr  dari beragam multi disiplin 
mulai dari arkeologi, paleontologi, geologist yang juga tentu saja para 
penyelam yang handal.

Background penelitiannya sendiri salah satunya adalah untuk menyelidiki 
siapakah yang menemukan Amerika? Apakah ada Penemu sebelum Colombus?. Di gua di 
bawah air tersebut, yang tentu saja menantang dari segi keselamatan para 
peneliti - karena seringnya jatuhan dari stalagtit2nya - ditemukan beberapa 
tengkorak kepala yang seingat memiliki ciri khas suku ..., dicirikan dengan 
defect pada tengkorak tsb (bentuk kerucut), yang dikenal sebagai kebiasaan 
suku trsbt yaitu dengan mengikat anak kecil/bayi di papan, demikian juga kepala 
eh kelapanya :), yg menyebabkan bentuk khas tsb.
Sehingga bisa ditarik kesipulan sebenarnya sktr 800-1000thn y.l. Sudah ada 
suku2 dari Amerika Selatan yang menyebrang melalui jembatan alami Kepulauan 
Karibia ke Amerika Utara.

Dalam penelitian tersebut selain diambil tengkorak, juga diambil sampel 
stalagmit. Baru tahu saya, ternyata ketika stalagmit dibelah, secara 
bentukannya mirip kambium pohon, yang bisa digunakan utk  menceritakan panjang 
pendeknya musim penghujan-kemarau dalam melalui garis2 kambium, sedangkan utk  
stalagmit ini bisa digunakan utk menceritakan bagaimana perubahan iklim 
berlangsung di dunia.

Kepulauan Bahama ini sangat menarik karena kepulauan ini merupakan jalur arus 
laut atlantik yang dilewati  oleh sirkulasi air panas dari afrika dan juga arus 
dingin dari kutub. Sehingga seperinya banyak koral2 yang senang hidup di 
kepulauan ini.

Dari peristiwa perlarutan/ perkolasi koral (material karbonat) terbentuklah 
stalagtit dan stalagmit, yg juga berlaku sbg  recorder  perubahan iklim dan 
muka air laut. Dari conto stalagmit yang diambil sendiri, memberikan rekaman  
kurang lebih dari sekitar 200.000thn y.l. S/d saat ini. Dari hasil analisis 
dsimpulkan ada beberapa peristiwa pembanjiran/ sea level rise/ atau tepatnya 
mungkin MFS ya? (nah ini cara analisisnya  gmn, klo di delta kan shale yg plg 
tebal yah? He...he.. :))

Ada hal lainnya yang tak kalah menarik, yaitu dari setiap peristiwa flooding /  
MFS tersebut selalu didahului oleh garis hitam-kemerahan yang tebal.  Data 
sample menunjukan bahwa  ada skrt 4 atau 5 (lupa?). Dimana dari hasil dating 
peristiwa hitam kemerahan tadi secara geologi relatif singkat, hanya 
berlangsung kurang lebih 40-50thn. Endapan hitam-kemerahan ini selain di 
stalagtit juga muncul di gua, sebagai lapisan tipis kurang lebih 2-5cm. Setelah 
diteliti secara kimia ternyata garis hitam tsb berasal dari unsur besi. Asumsi 
saya, material pembuat garis tersebut berasal dari hasil erupsi gunung api, 
ternyata dari hasil studi kimia, unsur penyusunnya berasal dari pasir Gurun 
Sahara yang tentu saja berjarak sekian ribu mil dari Bahama.
Sehingga bisa disimpulkan sebelum peristiwa banjir atau sea level rise, 
biasanya didahului oleh peristiwa kering yang relatif pendek yaitu sktr 40-50 
thn, kemudian ditutup oleh banjir.

Dibandingkan dengan masa skrg, dimana isu pemanasan global juga sedang naik 
daun, bumi relatif sedang memanas, setidak2nya sudah cukup lama, yaitu dari thn 
1970'an. Wah... Bahaya donk, berarti tinggal nunggu banjirnya aja?


Salam,
Argo - 3711
- Semalam nonton tivinya sambil ngantuk, tanpa x-check dgn literature, mohon 
maaf jk salah2 tulis -

Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
Date: Sun, 26 Feb 2012 09:52:49 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

Artikel yang sangat menarik dan bagus. 

Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi
konsep dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban
termasuk IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak  kontinyu tapi
terputus atau dapat ter-reset oleh bencana katastrofis.  Demikian juga
konsep IPTEK (macam, prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan
yang kita kenal sekarang.  Pak Zaim menguraikan proses alam pada masa
sejarah yang didominasi oleh susut laut - turunnya muka airlaut, sehingga
banyak wilayah yang terkena dampak sedimentasi dan pendangkalan.  Ini benar
karena dari Mid-Holocene sampai kurang lebih 100 tahun lalu muka airlaut
global turun sekitar 2-3 meter.  Sebaliknya, dari 20.000 tahun (puncak Zaman
Es) sampai Mid-Holocene, muka air laut naik 130 meter.  Jadi tentu banyak
peradaban yang 'terendam'.   Interaksi dari perubahan muka airlaut yang
drastis, yang banyak diduga juga berkaitan dengan kejadian bencana
katastropik seperti letusan gunung api, dengan perkembangan peradaban
manusia ini belum banyak dieksplorasi.  Kami menduga kuat ada
ketidakselaran budaya yang besar yang memisahkan Jaman Sejarah dan Pra

Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

2012-02-25 Terurut Topik Bandono Salim
Lha kan sekarang sudah mulai bnjir kecil2an. Tapi kalo nenggelamkan dunia waah 
mustahil.

Salam.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: AWY masargo...@yahoo.com
Date: Sun, 26 Feb 2012 06:27:28 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Sugeng siang,

Semalam di NGC didongengkan tentang penyelidikan gua karst di Kepulauan Bahama. 
Gua ini sendiri saat ini sudah digenangi air dengan kedalaman s/d 100m. 
Beberapa peneliti terlibat dlm penelitian tsb, tdr  dari beragam multi disiplin 
mulai dari arkeologi, paleontologi, geologist yang juga tentu saja para 
penyelam yang handal.

Background penelitiannya sendiri salah satunya adalah untuk menyelidiki 
siapakah yang menemukan Amerika? Apakah ada Penemu sebelum Colombus?. Di gua di 
bawah air tersebut, yang tentu saja menantang dari segi keselamatan para 
peneliti - karena seringnya jatuhan dari stalagtit2nya - ditemukan beberapa 
tengkorak kepala yang seingat memiliki ciri khas suku ..., dicirikan dengan 
defect pada tengkorak tsb (bentuk kerucut), yang dikenal sebagai kebiasaan 
suku trsbt yaitu dengan mengikat anak kecil/bayi di papan, demikian juga kepala 
eh kelapanya :), yg menyebabkan bentuk khas tsb.
Sehingga bisa ditarik kesipulan sebenarnya sktr 800-1000thn y.l. Sudah ada 
suku2 dari Amerika Selatan yang menyebrang melalui jembatan alami Kepulauan 
Karibia ke Amerika Utara.

Dalam penelitian tersebut selain diambil tengkorak, juga diambil sampel 
stalagmit. Baru tahu saya, ternyata ketika stalagmit dibelah, secara 
bentukannya mirip kambium pohon, yang bisa digunakan utk  menceritakan panjang 
pendeknya musim penghujan-kemarau dalam melalui garis2 kambium, sedangkan utk  
stalagmit ini bisa digunakan utk menceritakan bagaimana perubahan iklim 
berlangsung di dunia.

Kepulauan Bahama ini sangat menarik karena kepulauan ini merupakan jalur arus 
laut atlantik yang dilewati  oleh sirkulasi air panas dari afrika dan juga arus 
dingin dari kutub. Sehingga seperinya banyak koral2 yang senang hidup di 
kepulauan ini.

Dari peristiwa perlarutan/ perkolasi koral (material karbonat) terbentuklah 
stalagtit dan stalagmit, yg juga berlaku sbg  recorder  perubahan iklim dan 
muka air laut. Dari conto stalagmit yang diambil sendiri, memberikan rekaman  
kurang lebih dari sekitar 200.000thn y.l. S/d saat ini. Dari hasil analisis 
dsimpulkan ada beberapa peristiwa pembanjiran/ sea level rise/ atau tepatnya 
mungkin MFS ya? (nah ini cara analisisnya  gmn, klo di delta kan shale yg plg 
tebal yah? He...he.. :))

Ada hal lainnya yang tak kalah menarik, yaitu dari setiap peristiwa flooding /  
MFS tersebut selalu didahului oleh garis hitam-kemerahan yang tebal.  Data 
sample menunjukan bahwa  ada skrt 4 atau 5 (lupa?). Dimana dari hasil dating 
peristiwa hitam kemerahan tadi secara geologi relatif singkat, hanya 
berlangsung kurang lebih 40-50thn. Endapan hitam-kemerahan ini selain di 
stalagtit juga muncul di gua, sebagai lapisan tipis kurang lebih 2-5cm. Setelah 
diteliti secara kimia ternyata garis hitam tsb berasal dari unsur besi. Asumsi 
saya, material pembuat garis tersebut berasal dari hasil erupsi gunung api, 
ternyata dari hasil studi kimia, unsur penyusunnya berasal dari pasir Gurun 
Sahara yang tentu saja berjarak sekian ribu mil dari Bahama.
Sehingga bisa disimpulkan sebelum peristiwa banjir atau sea level rise, 
biasanya didahului oleh peristiwa kering yang relatif pendek yaitu sktr 40-50 
thn, kemudian ditutup oleh banjir.

Dibandingkan dengan masa skrg, dimana isu pemanasan global juga sedang naik 
daun, bumi relatif sedang memanas, setidak2nya sudah cukup lama, yaitu dari thn 
1970'an. Wah... Bahaya donk, berarti tinggal nunggu banjirnya aja?


Salam,
Argo - 3711
- Semalam nonton tivinya sambil ngantuk, tanpa x-check dgn literature, mohon 
maaf jk salah2 tulis -

Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
Date: Sun, 26 Feb 2012 09:52:49 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

Artikel yang sangat menarik dan bagus. 

Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi
konsep dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban
termasuk IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak  kontinyu tapi
terputus atau dapat ter-reset oleh bencana katastrofis.  Demikian juga
konsep IPTEK (macam, prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan
yang kita kenal sekarang.  Pak Zaim menguraikan proses alam pada masa
sejarah yang didominasi oleh susut laut - turunnya muka airlaut, sehingga
banyak wilayah yang terkena dampak sedimentasi dan pendangkalan.  Ini benar
karena dari Mid-Holocene sampai kurang lebih 100 tahun lalu muka airlaut
global turun sekitar 2-3 meter.  Sebaliknya, dari 20.000 tahun (puncak Zaman
Es) sampai Mid-Holocene, muka air laut naik 130 meter.  Jadi tentu banyak
peradaban yang

Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

2012-02-25 Terurut Topik Agus
Matakuliah Geologi Kuarter di Geologi UGM  yg menjadi matakuliah pilihan sejak 
kurikulum 1994 sampai kurikulum 2011 selalu kurang peminat, pernah mencapai 15 
mhs sekali sj dlm rentang waktu tsb. Berbeda dg Geologi Batubara, Teknik 
Reservoar sbg matakuliah pilihan mampu menembus 40 mhs lebih. Bahkan pernah dlm 
2 th (2009- 2010) matakuliah pilihan Geologi Kuarter tidak ada peminatnya sama 
sekali. Rata rata memang mhsw sangat minat pd matakuliah pilihan yg bermuara pd 
eksplorasi sumberdaya alam. Namun topik topik skripsi yg terkait dg Geologi 
Arkeologi, Geomorfologi, Endapan Paleo.tsunami, Kebencanaan Geologi di skitar 
situs arkeologi seperti di Kedulan, Gedongsongo, Prambanan, Borobudur dlm 2 th 
(2011-2012) ini mulai bermunculan meramaikan topik skripsi yg sdh favorit sejak 
dulu spt eksplorasi mineral logam, eksplorasi migas, batubara, geothermal, 
fasies sedimentasi tersier, petrogenesis, geologi teknik, hidrogeologi. Pilihan 
apa pun oleh mhsw adalah sah
 sah sj. 

Demikian share singkat, krn keseringan dpt mandat mengawal perubahan / transisi 
kurikulum teknik geologi ugm 2001, 2006, 2011.

Salam, agus hend
Kebetulan anggota tim pengajar mt.kuliah geologi kuarter di geologi ugm. 
 

Sent from my iPad

On 26 Feb 2012, at 11:35, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com 
wrote:

Mohon tidak dicampur-adukan dengan Kualitas Lulusan Pak.

Yang saya ulas hanya tentang pengembangan/pendidikan bidang geologi yang 
mempelajari proses dan bentang alam muda/sekarang (Kuarter – Resen), termasuk 
Geologi Kuarter, patahan aktif, gunung api, kebencanaan, dan arkeo-geologi.  
Senada dengan apa yang dikemukakan olek Pak Zaim ttg kurangnya minat mahasiswa 
di bidang yang beliau ajarkan.

Silahkan teman-teman dosen yang lebih punya pengetahuan tentang masalah ini 
berkontribusi, supaya berimbang wacana-nya.

 

Sejalan dengan wacana ini, alangkah baiknya melihat “the big picture” dibalik 
masalah ‘piramida’ , tidak terlalu di‘cupat’kan ( J maap… nebeng istilah ADB).

 

Salam

DHN

 

Catatan:

Sekedar sharing pengalaman, ketika diawal-awal saya belajar earthquake geology 
untuk S3, tidak mudah bagi saya untuk melihat proses geologi dibalik bentang 
alam yang kita lihat karena sebelumnya sudah demikian terbiasa dengan 
‘pengajaran geologi singkapan’.  Dalam setiap fieldtrip di masa kuliahnya, saya 
‘dipaksa’ untuk menjelaskan setiap benjolan dan lekukan yang ada di bentang 
alam.  Dan itu tidak mudah kalau belum terlatih. Sampai sekarang pun terus 
terang bagi saya masih tidak mudah karena dalam satu decade terakhir lebih 
banyak waktu dihabiskan untuk memelototi geologi-koral-mikroatol di Mentawai, 
jadi masih harus banyak belajar lagi J.  Sebelum gempa Chi-Chi di Taiwan tahun 
1999 itu, para ahli geologi di sana sangat sukar menerima keberadaan jalur 
patahan aktif kalau ‘hanya’ berdasarkan analisis morpho tektonik.  Dalam konsep 
mereka, jalur patahan hanya bisa dibuktikan kalau ada zona sesar yang terlihat 
dalam singkapan…  Sekarang
 tentunya tidak lagi…

 

 

From: miko [mailto:m...@cbn.net.id] 
Sent: Sunday, February 26, 2012 10:38 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 

Pak Danny,

Semoga dosen-dosen geologi dasar, geologi struktur, geomorfologi dll, khususnya 
di lingkungan ITB tidak membaca judgement /penilaian Anda tentang kualitas para 
lulusannya.

Kata-kata celoteh, bungkam, lack of knowledge, dll. rasanya kurang pantas 
ditujukan kepada mereka yang telah digembleng oleh Prof. Katili, Prof Sukendar, 
Prof Koesoema, Prof.Sampurno, Prof Tjia Hong Djin, Prof Sartono, Prof Zaim, 
dll. Semoga lain kali lebih bijak ya Pak,

Salam prihatin,

Mang Okim

From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com

Date: Sun, 26 Feb 2012 09:52:49 +0700

To: iagi-net@iagi.or.id

ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id

Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 

Artikel yang sangat menarik dan bagus.

Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi konsep 
dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban termasuk 
IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak  kontinyu tapi terputus atau 
dapat ter-reset oleh bencana katastrofis.  Demikian juga konsep IPTEK (macam, 
prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan yang kita kenal sekarang. 
 Pak Zaim menguraikan proses alam pada masa sejarah yang didominasi oleh susut 
laut – turunnya muka airlaut, sehingga banyak wilayah yang terkena dampak 
sedimentasi dan pendangkalan.  Ini benar karena dari Mid-Holocene sampai kurang 
lebih 100 tahun lalu muka airlaut global turun sekitar 2-3 meter.  Sebaliknya, 
dari 20.000 tahun (puncak Zaman Es) sampai Mid-Holocene, muka air laut naik 130 
meter.  Jadi tentu banyak peradaban yang ‘terendam’.   Interaksi dari perubahan 
muka airlaut yang drastis, yang banyak diduga juga berkaitan dengan kejadian 
bencana
 katastropik seperti letusan gunung api, dengan perkembangan peradaban manusia 
ini belum banyak dieksplorasi.  Kami menduga kuat

RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

2012-02-25 Terurut Topik Danny Hilman Natawidjaja
Ulasan menarik Pak Avi.

Masalah Ice Age - Global warming - Volcanisms sekarang sedang menjadi
frontier research.

Beberapa hari lalu saya baru terima proposal kerjasama dari Michael Gagan
dan Group-nya di RSES-ANU dalam penelitian Paleo-climate dan disaster (LIPI,
khususnya Prof. Wahyu Hantoro, dan ANU sudah bekerjasama lebih dari 10
tahun).  Beberapa poin penting yang diutarakan dalam proposal 2012 ini:

-  Ingin meneliti kenapa manusia kerdil di Flores (Homo
Floresiensis) punah pada perioda sekitar 18.000 - 12.000 tahun lalu (Morwood
et al, 2004)?

-  Sudah ditemukan data ada letusan gunung api katastropik pada masa
kepunahan si manusia kerdil itu (Roberts et al, 2009, Westaway et al, 2009)

-  Data  GISP-2 Ice Core (Greenland) menunjukkan bahwa selama
110.000 tahun terakhir signal/data LETUSAN GUNUNG API yang paling besar dan
paling banyak ditemukan adalah pada masa antara 17.000 s/d 6000 tahun lalu
(e.g. Zielinsky et al, 2002). Hipotesanya: crustal stresses karena efek
post-glacial sea-level rise dapat memicu kenaikkan letusan gunung api di
wilayah seperti Indonesia!

-  Hasil Penelitian  RSES-ANU dan Geoteknologi LIPI menunjukkan
bahwa dari sekitar 15.000 s/d 8000 tahun lalu terjadi perubahan lingkungan
yang luarbiasa drastic, ditunjukkan oleh analisis oksigen isotop ( O18/O16)
dari sampel stalagtit-stalagmit (speleothem) - ongoing research - masa
dimana terjadi tiga kali 'pembanjiran besar Sundaland'.

 

Ada banyak hal yang luarbiasa menarik dan menakjubkan di dunia penelitian
geologi, diluar petroleum dan mining geology.

Untuk kita, kalangan ilmiah geologi, masalah piramid dan Atlantis bukan
untuk di-madzhab-kan; tapi ada banyak teka-teki alam besar yang patut
diteliti.  Boleh jadi teka-teki itu akan sangat mengejutkan kita, dan bukan
sekadar tentang ada tidaknya piramid dan Atlantis.

 

Wass

DHN

 

 

 

 

From: rakhmadi.avia...@gmail.com [mailto:rakhmadi.avia...@gmail.com] 
Sent: Sunday, February 26, 2012 1:10 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 

Mas Andang awakmu pakek BB aja iso puanjang gitu rek

Ya dimengerti ADB memang kalo ilmiah murni mungkin constrainnya tidak akan
begitu kuat, misal anda bicara Holocen Delta or Holocen braided stream akan
banyak yg mendukung tapi tidak rame

Tapi berhubung Gunung Piramid? disini yg menjadi titik masalahnya,
seandainya Katastropik purba itu memang terjadi apa mungkin ya di urai
secara geologi dalam bentuk cycle yg lebih halus katakan Cycle 10 bukan
Cycle 3 lagi, apa itu mungkin dg tool yg ada, ahirnya balik ke fisika lagi
yg mungkin itu memang bukan bidang geologi.

Yg saya ngerti pada saat Green Houses banyak muncul G.Api shg awal munculnya
G.Api mrpk turning around dari Ice House ke Green house yg ditandai cairnya
es dan di rock record dapat dilihat dan di tandai HST (air naik), tapi jujur
untuk membikin Eustacy dg cycle yg ukurannya halus harus dg Hi Res dating
kan, apa usaha yg telah dilakukan untuk mendapatkan hasil ke arah sini

Mohon maaf apa mas ADB ikutan madhab Atlantis ya?

Salam science cak
Avi Al Haj
0666

Powered by Telkomsel BlackBerryR

  _  

From: andangbacht...@yahoo.com 

Date: Sun, 26 Feb 2012 05:40:01 +

To: iagi-net@iagi.or.id

ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id 

Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR

 

Mas Avi, Al Hajj,
Nyuwun sewu juga, mudah2an semakin memanjat usia kita semakin dimudahkan
oleh Gusti Allah untuk menyebarkan kata2 dan kalimat2 toyibah yg
menenangkan, terutama di pergaulan ilmiah seperti di IAGI-NET ini.

Bahkan menegur orang dg Mangkanya jangan asal ngomong tapi dipikir dulu
pun saya pikir agak mengkalutkan, bukan malah menenangkan. Karena kita tahu
persis teguran tsb ditujukan pada scientist peneliti yg sudah banyak pula
menuliskan pemikirannya di jurnal2 ilmiah baik di dalam maupun di luar
negeri yg insyaallah sudah dipikirkan betul dan ditimbang2 kalimat2 yg akan
dituliskannya.

Selain itu pernyataan bahwa saya dan Danny mungkin sdh tidak ada masalah
perut sehingga tertarik mempelajari Holocene sediment, nampaknya perlu
dikoreksi juga. Dalam riset2 sebagai sedimentologist saya juga harus sering
berhubungan dg sedimen 
Kwarter - Holosen, spt delta Mahakam modern, Endapan Danau Toba, Delta
Cimanuk, Sungai Tamiang, dsb,... Selain itu Danny sbg earthquake geologist
otomatis juga berhubungan dg peristiwa2 (dan sedimen2) Holosen-lah. Jadi itu
semua adalah adalah masalah militansi riset, kepedulian, dan tentui saja
profesionalisme. Kalau kita mengkampanyekan dg benar riset2 spt yg kami
lakukan kepada anak2 geologi (yang baru lulus), insyaallah akan makin banyak
yang mau terjun terlibat dalam usaha2 mitigasi bencana. Dan selanjutnya akan
makin banyak sumberdaya alam yg telah ditemukan bisa lebih diefisienkan
penggunaannya untuk hidup berdampingan dg potensi bencana. 

Sebagian dari kita mungkin tidak terlalu beruntung bisa meluaskan wawasan
keilmuan di luar bidang profesi yg kita geluti. Tetapi tentunya itu tidak
membuat kita