Re: [R@ntau-Net] Demokrasi : Gambaran Sebuah Sampah Peradaban
Assalamu'alaikum wr.wb. Sanak Harman, Tapek bana kesimpulan nan Harman tuliskan iko. Memang kekhalifahan nan da Ad bayangkan pelaksanaannyo mirip dengan demokrasi nan sadang awak pakai kini. Cuman ado point point penting nan Demokrasi indak bisa memenuhi kebutuhan umat islam. 1. Kewajiban kita mentaati pemimpin. 2. Kewajiban kita memilih pemimpin itu dari umat islam. 3. Hukum2 yang kita pakai harus mengacu kepada hukum yang tidak bertentangan dengan yang digariskan oleh Allah swt (syari'ah Islam) Inilah sebenarnya yang esential dalam pemilihan negara khilafah dibandingkan demokrasi. Dalam negara khilafah cuma ada satu imam / pemimpin agama yaitu pemimpin negara merangkap pemimpin agama. Dalam negara2 yang menganut kekhalifahan, tidak diizinkan adanya imam yang lain, karena ini sudah suatu makar dan salah satu dalil yang kebetulan memang sangat tegas dan keras, bahwa bila sudah ada satu imam / khalifah yang terpilih maka yang datang kemudian (mengaku ngaku) harus dibunuh. (maaf ini kita bicara teori, praktek bisa saja berbeda). Jadi bisa dibayangkan, dalam negara khilafah umat Islam bisa / dipaksa untuk bersatu dibawah satu pimpinan. Dan bisa dikontrol timbulnya kelompok2 kecil yang bisa menjadi duri dalam pemerintahan. Inilah sekarang yang terjadi dan menjadi dampak negatip dalam demokrasi di Indonesia, semakin merebaknya kelompok islam2 yang militant / bergaris keras. Seperti halnya bashir (siapa itu, maaf lupa nama lengkapnya) yang berkata lantang dan meneriakkan amrik infidel, kelompok2 seperti ini walaupun bukan wakil pemerintah namun bisa memberikan image yang salah tentang Indonesia dan umat Islam di indonesia secara umumnya. Yang berujung semakin sulitnya kita diterima dalam pergaulan internasional. Dulu insya Allah jaman Soeharto, hal2 seperti ini tak pernah terjadi, kalaupun terjadi langsung digulung dan dibekukan seperti kasus Imron / islam jamaah dulu. tapi bukan berarti era soeharto ini yang kita inginkan untuk kembali, namun ini hanya suatu contoh bahwa demokrasi dikita sekarang ini cuma menimbulkan dampak negatip daripada positipnya. kenapakah begitu...? karena islam dan umat islam adalah berbeda dengan umat nasrani. Umat nasrani bisa menjalankan negara sekuler karena agama mereka sendiri sudah berfikir secara sekuler, artinya urusan dunia diurus negara, urusan akhirat diurus gereja. Sehingga jangan heran kalau sehari hari mereka berbuat yang melanggar ajaran agamanya asal tidak melanggar hukum negara maka mereka akan selamat, kalau mereka berdosa mereka kembali kegereja meminta pengampunan dosa dan mereka sudah kembali bersih. Lihatlah bedanya dengan umat islam..., kalau ada yang melanggar ajaran agama maka secara otomatis umat islam akan menghukumi orang tersebut (secara sosial), contohnya bila ada yang ketahuan berzinah dikampung, maka walau tidak ada aturannya dalam negara demokrasi orang berzinah harus dihukum, namun rakyat sekelilingnya akan menghukum orang yang berbuat tersebut. Disinilah salah satu contoh akhirnya terjadi perbenturan antara demokrasi dan umat islam. Demokrasi adalah kebebasan, berbagai macam freedom telah disusun agar hak2 individu seseorang tidak dilanggar. Mungkinkah kebebasan ini bisa diterapkan pada umat islam yang taat pada Allah dan ajaranNya..? Yang paling pas adalah bagaimana mengakomodasi kebutuhan umat islam (95% penduduk Indonesia) agar bisa tetap menjalankan ajaran agamanya, yaitu satu satunya cara negara harus bisa mengambil hukum2 yang berdasarkan syari'ah islam. Kalau syari'ah islam sudah diakui sebagai satu sumber hukum, maka akan sampai kepada kewajiban beramir / ulil amri yang cuma boleh satu adanya didalam umat islam. Tidak percaya, kita lihat unit yang kecil yaitu imam sembahyang., jika kita masuk kedalam mesjid dan sedang terjadi shalat jamaah, maka kita harus ikut jadi ma'mum masbuq sekalipun salatnya tinggal satu rakaat, tidak boleh kita mendirikan jamaah yang baru sampai jamaah yang pertama selesai mengucap salam. Lagipula bukankah jari yang lima lebih kuat dari jari yang satu. Bukankah Islam akan semakin kuat kalau kita menjadi satu jamaah yang besar, dibandingkan kita menjadi jamaah2 yang kecil, yang dengan mudah dipecah belah dan dibentur benturkan oleh orang yang tidak ingin melihat islam bersatu dan bangkit menjadi bangsa yang kuat. Saya yakin dulu terjadinya perpecahan kelompok Islam menjadi NU dan MD tadinya berasal karena kepentingan politik saja., dan bukan semata mata karena kepentingan umat. Kalau kita tidak juga menyadari bahwa umat Islam di Indonesia harus bersatu, maka janganlah harap dalam sepuluh, duapuluh tahun lagi kita akan terlepas dari keterpurukan ini. Kita cuma akan bergolak mencari formulasi demokrasi yang pas untuk indonesia, sedang amrik saja yang cuma punya persoalan rasialis dulu2 membutuhkan puluhan bahkan ratusan tahun sebelum menjadi negara demokrasi seperti sekarang. Sekarang juga demokrasi tertolong disana karena sarana/prasarana mereka sudah kuat dan berjalan dengan teratur. Contohnya bila ada
RE: [R@ntau-Net] Demokrasi : Gambaran Sebuah Sampah Peradaban
Wa'alaikumsalam wr.wb Da Ad nan bijaksana yang InsyaALLAH dirahmati ALLAH, Meski penjelasan - penjelasan yang da Ad sampaikan hari ini banyak yang belum menjawab berbagai pertanyaan seputar sistim ke Khalifahan akan tetapi ada point penting yang menurut saya lebih realistis dan applicable yaitu : Adrisman wrote: Mungkin malaysia adalah adalah salah satu contoh yang perlu kita pelajari, dimana hybrid antara demokrasi dan syari'ah islam nampaknya berjalan dengan mulus, warga2 cina yang non muslimpun disana hidup tenang dan berbaur dengan sesama melayu secara rukun. Dari paragraph akhir ini saya menyimpulkan (maaf kalau salah) bahwa penegakan syari'ah Islam tidak mesti dalam bentuk kekhalifahan, sistim demokrasipun bisa dijadikan tools bagi penegakan syari'ah Islam. Dan ini adalah merupakan penerapan poin ke tiga dari tiga poin yang da Ad sampaikan, sedangkan point 1 2 itu lebih banyak mengarah kepada individu2 ummat Islam bukan bagian dari sistim dan hal itu saat ini pun sedang berjalan. Terima kasih atas kesempatan diskusi yang diberikan dan saya masih menunggu apakah pertemuan yang di Harvard spt yang pernah disampaikan akan mampu merumuskan konsep ke Khalifahan dari sisi praksis nya bukan sekedar membuka-buka catatan lama yang hanya mengarah pada romantisme masa lalu. Tapi ba a lo da Ad masih menyimpan su'zon ttg duo ormas nan lah tuo (NU MD). Setahu ambo Ahmad Dahlan mendirikan MD sangaik jauh dari kepentingan politik jiko dalam perjalanannyo pernah mem bidani kelahiran partai (Masyumi PAN) itu labiah tape kalau di katokan bagian dari dinamika organisasi/perserikatan. Dan jika ado gesekan bukan dikarenakan kepentingan politik akan tetapi pertentangan dalam masalah furu'iyah (niat, qunut, tahlilan, selamatan dll) ini karena prinsip MD yang dikenal dgn TBC (Taklid, Bid'ah dan ...ah lupo lo ambo a nan C nyo ko mah). wallahualam. wassalam, harman nb. Sayangnya da Ad, Aceh hingga kini alun bisa menampilkannya secara utuh, mungkin dek karano masih adonyo konflik/instabilitas keamanan. -Original Message- From: Adrisman [mailto:[EMAIL PROTECTED] Assalamu'alaikum wr.wb. Sanak Harman, Tapek bana kesimpulan nan Harman tuliskan iko. Memang kekhalifahan nan da Ad bayangkan pelaksanaannyo mirip dengan demokrasi nan sadang awak pakai kini. Cuman ado point point penting nan Demokrasi indak bisa memenuhi kebutuhan umat islam. 1. Kewajiban kita mentaati pemimpin. 2. Kewajiban kita memilih pemimpin itu dari umat islam. 3. Hukum2 yang kita pakai harus mengacu kepada hukum yang tidak bertentangan dengan yang digariskan oleh Allah swt (syari'ah Islam) Inilah sebenarnya yang esential dalam pemilihan negara khilafah dibandingkan demokrasi. Dalam negara khilafah cuma ada satu imam / pemimpin agama yaitu pemimpin negara merangkap pemimpin agama. Dalam negara2 yang menganut kekhalifahan, tidak diizinkan adanya imam yang lain, karena ini sudah suatu makar dan salah satu dalil yang kebetulan memang sangat tegas dan keras, bahwa bila sudah ada satu imam / khalifah yang terpilih maka yang datang kemudian (mengaku ngaku) harus dibunuh. (maaf ini kita bicara teori, praktek bisa saja berbeda). Jadi bisa dibayangkan, dalam negara khilafah umat Islam bisa / dipaksa untuk bersatu dibawah satu pimpinan. Dan bisa dikontrol timbulnya kelompok2 kecil yang bisa menjadi duri dalam pemerintahan. Inilah sekarang yang terjadi dan menjadi dampak negatip dalam demokrasi di Indonesia, semakin merebaknya kelompok islam2 yang militant / bergaris keras. Seperti halnya bashir (siapa itu, maaf lupa nama lengkapnya) yang berkata lantang dan meneriakkan amrik infidel, kelompok2 seperti ini walaupun bukan wakil pemerintah namun bisa memberikan image yang salah tentang Indonesia dan umat Islam di indonesia secara umumnya. Yang berujung semakin sulitnya kita diterima dalam pergaulan internasional. Dulu insya Allah jaman Soeharto, hal2 seperti ini tak pernah terjadi, kalaupun terjadi langsung digulung dan dibekukan seperti kasus Imron / islam jamaah dulu. tapi bukan berarti era soeharto ini yang kita inginkan untuk kembali, namun ini hanya suatu contoh bahwa demokrasi dikita sekarang ini cuma menimbulkan dampak negatip daripada positipnya. kenapakah begitu...? karena islam dan umat islam adalah berbeda dengan umat nasrani. Umat nasrani bisa menjalankan negara sekuler karena agama mereka sendiri sudah berfikir secara sekuler, artinya urusan dunia diurus negara, urusan akhirat diurus gereja. Sehingga jangan heran kalau sehari hari mereka berbuat yang melanggar ajaran agamanya asal tidak melanggar hukum negara maka mereka akan selamat, kalau mereka berdosa mereka kembali kegereja meminta pengampunan dosa dan mereka sudah kembali bersih. Lihatlah bedanya dengan umat islam..., kalau ada yang melanggar ajaran agama maka secara otomatis umat islam akan menghukumi orang tersebut (secara sosial), contohnya bila ada yang ketahuan berzinah dikampung, maka walau tidak ada aturannya dalam negara demokrasi orang berzinah harus dihukum,
RE: [R@ntau-Net] Demokrasi : Gambaran Sebuah Sampah Peradaban
Assalamualaikum ww Maaf numbang nimbrung sakaciak Penegak-an Syariat Islam tentu saja nggak harus mendirikan kekhalifahan Islam sekarang, itu nantik2lahsasudah ko, insya Allah kalau semua kesiapan untuk itu lah ok Kayaknyonan mendesak bana kiniko adolahmengawasi dijalankan-nya SyariatIslamdikalangan pemeluk agama Islam dinegara kita yag mayoritas Islam initentu saja dalam bingkai persatuan umat dan bangsa Buek samantaro model Malaysia juga tidak jelek kok, it is ok Baa caronyo supayo kito bisa ka-arah itu? Maripabanyak pemimpin dan politisi yangmampunyoikomitmen tinggi ka-arah itu, yaitu mereka2 yang telah: 1. Secara Sipiritualis memiliki komitment terhadap visi, misi dan nilai2 (value) yang dianut, tetu saja dalam hal ininilai2 religius (Islam) 2. Memandang persoalan2 agama dengan sikap yang rasional Tentu saja yang mendesak saat ini dalam konteks Indonesiana adalah pandangan dan sikap tegas terhadap penyelewengan aturan2 agamaIslam terlebih dalam hal pemberantasan korupsi yang sudah sangat kronis dinegeri yangpenduduk Islamnya terbesarini wasalam abp52harman [EMAIL PROTECTED] wrote: Wa'alaikumsalam wr.wbDa Ad nan bijaksana yang InsyaALLAH dirahmati ALLAH,Meski penjelasan - penjelasan yang da Ad sampaikan hari ini banyak yang belum menjawab berbagai pertanyaan seputar sistimke Khalifahan akan tetapi ada point penting yang menurut saya lebih realistis dan applicable yaitu :Adrisman wrote:Mungkin malaysia adalah adalah salah satu contoh yang perlu kita pelajari, dimana hybrid antara demokrasi dan syari'ah islam nampaknya berjalan dengan mulus, warga2 cina yang non muslimpun disana hidup tenang dan berbaur dengan sesama melayu secara rukun.Dari paragraph akhir ini saya menyimpulkan (maaf kalau salah)bahwa penegakan syari'ah Islam tidak mesti dalam bentuk kekhalifahan, sistim demokrasipun bisa dijadikan tools bagi penegakan syari'ah Islam. Dan ini adalah merupakan penerapan poinke tiga dar i tiga poin yang da Ad sampaikan, sedangkan point 1 2 itu lebih banyak mengarah kepada individu2 ummat Islam bukanbagian dari sistim dan hal itu saat ini pun sedang berjalan.Terima kasih atas kesempatan diskusi yang diberikan dan saya masih menunggu apakah pertemuan yang di Harvard spt yang pernahdisampaikan akan mampu merumuskan konsep ke Khalifahan dari sisipraksis nya bukan sekedar membuka-buka catatan lama yang hanya mengarah pada romantisme masa lalu.Tapi ba a lo da Ad masih menyimpan su'zon ttg duo ormas nan lahtuo (NU MD). Setahu ambo Ahmad Dahlan mendirikan MD sangaikjauh dari kepentingan politik jiko dalam perjalanannyo pernah membidani kelahiran partai (Masyumi PAN) itu labiah tape kalau dikatokan bagian dari dinamika organisasi/perserikatan.Dan jika ado gesekan bukan dikarenakan kepentingan politik akantetapi pertentangan dalam masalah furu'iyah (niat, qunut, tahlilan, selamatan dll) ini karena prinsip MD yang dikenal dgnTBC (Taklid, Bid'ah dan ...ah lupo lo ambo a nan C nyo ko mah).wallahualam.wassalam,harmannb. Sayangnya da Ad, Aceh hingga kini alun bisa menampilkannyasecara utuh, mungkin dek karano masih adonyo konflik/instabilitaskeamanan.-Original Message-From: Adrisman [mailto:[EMAIL PROTECTED]Assalamu'alaikum wr.wb.Sanak Harman,Tapek bana kesimpulan nan Harman tuliskan iko. Memang kekhalifahan nan da Adbayangkan pelaksanaannyo mirip dengan demokrasi nan sadang awak pakai kini.Cuman ado point point penting nan Demokrasi indak bisa memenuhi kebutuhanumat islam.1. Kewajiban kita mentaati pemimpin.2. Kewajiban kita memilih pemimpin itu dari umat islam.3. Hukum2 yang kita pakai harus mengacu kepada hukum yang tidak bertentangandengan yang digariskan oleh Allah swt (syari'ah Islam)Inilah sebenarnya yang esential dalam pemilihan negara khilafah dibandingkandemokrasi. Dalam negara khilafah cuma ada satu imam / pemimpin agama yaitupemimpin negara merangkap pemimpin agama.Dalam negara2 yang menganut kekhalifahan, tidak diizinkan adanya imam yanglain, karena ini sudah suatu makar dan salah satu dalil yang kebetulanmemang sangat tegas dan keras, bahwa bila sudah ada satu imam / khalifahyang terpilih maka yang datang kemudian (mengaku ngaku) harus dibunuh. (maafini kita bicara teori, praktek bisa saja berbeda).Jadi bisa dibayangkan, dalam negara khilafah umat Islam bisa / dipaksa untukbersatu dibawah satu pimpinan. Dan bisa dikontrol timbulnya kelompok2 kecilyang bisa menjadi duri dalam pemerintahan. Inilah sekarang yang terjadi danmenjadi dampak negatip dalam demokrasi di Indonesia, semakin merebaknyakelompok islam2 yang militant / bergaris keras. Seperti halnya bashir (siapaitu, maaf lupa nama lengkapnya) yang berkata lantang dan meneriakkan amrikinfidel, kelo mpok2 seperti ini walaupun bukan wakil pemerintah namun bisamemberikan image yang salah tentang Indonesia dan umat Islam di indonesiasecara umumnya. Yang berujung semakin sulitnya kita diterima dalam pergaulaninternasional.Dulu insya Allah jaman Soeharto, hal2 seperti ini tak pernah terjadi,kalaupun terjadi langsung digulung dan
Re: [R@ntau-Net] Demokrasi : Gambaran Sebuah Sampah Peradaban
Assalamu'alaikum wr. wb. Sanak Harman jo sanak kasadonyo di palanta. Mudah mudahan awak kasadonyo masih tetap dirahmati Allah swt dan tali keimanan iko hendaknyo tetap bisa awak jago sampai akhir hayat nanti. Nampaknyo memang diskusi awak alah sampai jo kesimpulan nan Harman sampaikan dibawah iko, walau da Ad mengakui nan realistis untuak maso2 kini memang cuma demokrasi nan bisa ditarimo banyak urang. Bahkan Iran nan jaleh jaleh pemerintahannyo berdasarkan hukum Islam sapanuahnyo, tatap indak namuah menggunakan istilah negara kekhalifahan sebaliknya tetap menyebut negaranya negara demokrasi. Pada akhirnyo memang awak harus realistis dan kasadonyo memerlukan proses, kalaulah demokrasi sudah menjadi kesepakatan nasional, mako nan bisa awak harapkan sebagai rakyat yang beragama islam, iyolah agar kepentingan umat islam tetap lebih didahulukan oleh siapun beko nan memimpin negara. Mudah mudahan pemerintah nan bakal awak piliah nanti, jadi pemerintah nan kuek dan berwibawa, jan pulo sampai terjadi saroman kasus pak AR tempo hari, indak bisa masuak kasalah satu daerah untuak maagiah ceramah karano daerah itu basis salah satu ormas islam nan lain.. Iko benar benar menurunkan wibawa petinggi negara nan alah diberi mandat resmi oleh seluruh bangsa dan juo manunjuakkan awak urang islam alun juo mendahulukan ukhuwah islamiyah. Da Ad juo mengucapkan tarimo kasih banyak ateh diskusi awak nan menarik iko, walau aa nan menjadi angan2 da Ad agar umat Islam bisa bersatu dibawah satu kepemimpinan cuma tingga angan2, namun bialah kini cuma jadi angan2 mudah mudahan dimaso maso nanti angan2 iko bisa jadi kenyataan. Da Ad juo minta maaf alah su'udzon jo kaduo ormas terbesar di Ina tersebut. Itu cuma semata mata karano da Ad ingin bana maliek awak bangkit dan salah satunyo nan tapikia di da Ad iyolah awak mesti bersatu dengan mencari banyak2 persamaan dan manjauhkan perbedaan diantaro kito. Akhirul kalam, marilah awak kasadonyo berdoa dan minta ampun ka nan Kuaso, semoga keterpurukan nagari awak kini bukanlah suatu siksaanNyo tapi cuma suatu ujian agar awak dimaso maso mendatang bisa labiah kuek. Mungkin alah cukuik diskusi awak sampai disiko yo Harman, bialah awak mundur kasuduik dulu, awak agiah pulo sanak nan lain katangah mambaok topik2 nan lain nan mungkin labiah paguno untuak dibaok katangah. Tarimo kasih yo Harman, mudah mudahan awak bisa badiskusi jo topik nan lain dimaso maso mendatang. Alhamdulillah jaza kallohu khoiron. wassalam Adrisman nb. Marilah awak berdo'a semoga sanak2 awak di Aceh bisa capek mendapat ketenangan dan bisa kembali beraktivitas saroman awak2 disiko. - Original Message - From: harman [EMAIL PROTECTED] To: Komunitas MINANGKABAU (Urang Awak) Pertama di Internet (sejak 1993) [EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, March 10, 2004 8:26 PM Subject: RE: [EMAIL PROTECTED] Demokrasi : Gambaran Sebuah Sampah Peradaban Wa'alaikumsalam wr.wb Da Ad nan bijaksana yang InsyaALLAH dirahmati ALLAH, Meski penjelasan - penjelasan yang da Ad sampaikan hari ini banyak yang belum menjawab berbagai pertanyaan seputar sistim ke Khalifahan akan tetapi ada point penting yang menurut saya lebih realistis dan applicable yaitu : Adrisman wrote: Mungkin malaysia adalah adalah salah satu contoh yang perlu kita pelajari, dimana hybrid antara demokrasi dan syari'ah islam nampaknya berjalan dengan mulus, warga2 cina yang non muslimpun disana hidup tenang dan berbaur dengan sesama melayu secara rukun. Dari paragraph akhir ini saya menyimpulkan (maaf kalau salah) bahwa penegakan syari'ah Islam tidak mesti dalam bentuk kekhalifahan, sistim demokrasipun bisa dijadikan tools bagi penegakan syari'ah Islam. Dan ini adalah merupakan penerapan poin ke tiga dari tiga poin yang da Ad sampaikan, sedangkan point 1 2 itu lebih banyak mengarah kepada individu2 ummat Islam bukan bagian dari sistim dan hal itu saat ini pun sedang berjalan. Terima kasih atas kesempatan diskusi yang diberikan dan saya masih menunggu apakah pertemuan yang di Harvard spt yang pernah disampaikan akan mampu merumuskan konsep ke Khalifahan dari sisi praksis nya bukan sekedar membuka-buka catatan lama yang hanya mengarah pada romantisme masa lalu. Tapi ba a lo da Ad masih menyimpan su'zon ttg duo ormas nan lah tuo (NU MD). Setahu ambo Ahmad Dahlan mendirikan MD sangaik jauh dari kepentingan politik jiko dalam perjalanannyo pernah mem bidani kelahiran partai (Masyumi PAN) itu labiah tape kalau di katokan bagian dari dinamika organisasi/perserikatan. Dan jika ado gesekan bukan dikarenakan kepentingan politik akan tetapi pertentangan dalam masalah furu'iyah (niat, qunut, tahlilan, selamatan dll) ini karena prinsip MD yang dikenal dgn TBC (Taklid, Bid'ah dan ...ah lupo lo ambo a nan C nyo ko mah). wallahualam. wassalam, harman nb. Sayangnya da Ad, Aceh hingga kini alun bisa menampilkannya secara utuh, mungkin dek karano masih adonyo konflik/instabilitas keamanan.
Re: [R@ntau-Net] Demokrasi : Gambaran Sebuah Sampah Peradaban
Assalamu'alaikum wr. wb. Mak Hasanbasri, sanak Harman jo sanak kasadonyo di palanta. Mari kito lanjutkan bincang2 awak mengenai kekhalifahan dan implementasinyo dalam kehidupan modern iko. Karena diskusi kita ini bukanlah menulis jurnal ilmiyah, jadi yang saya tulis juga semampu dan seingat saya saja, tolong sekiranya kurang tepat agar dibetulkan jika benar diiyakan. Tak perlu segan merasa telah melecehkan atau merasa berseberangan..., kadang kala diskusi2 seperti ini akan melahirkan wacana wacana baru dan tidak tertutup kemungkinan nantinya menjadikan kita semakin tahu dan cinta dengan agama kita ini. Ingatlah saya tidak anti demokrasi, bahkan saya hidup merasa lebih aman dan tenang beragama setelah tinggal dinegara demokrasi ini. Namun kenyamanan pribadi tidak berarti membuat kita harus melupakan ajaran2 dan petunjuk yang telah digariskan Allah dalam Alqur'an dan kemudian dicontohkan oleh rasullullah dalam sunnahnya. Bertolak dari dalil2 alqur'an dan sunnah rasul yang kemudian dilanjutkan oleh para sahabat, maka tidak ada keragu-raguan sedikitpun bahwa umat islam itu harus mempunyai ulil amri (amirul mukminin). Kalau kita pelajari dalam Al-quran memang tidak ada secara explisit bahwa bentuk negara itu harus begini atau begitu, bila kita telitipun hukum2 yang ada dalam Alqur'an mungkin cuma ada sekitar 200 sampai 400 hukum saja yang menyangkut legal matters, semuanya kebanyakan mengatur mengenai keimanan dan hubungan horizontal diantara ummah, jauh sangat sedikit jumlahnya bila dibandingkan dengan negara2 demokrasi yang mempunyai hukum2 sampai ribuan banyaknya. Perintah mentaati ulil amri ini adalah satu satunya yang mengisyaratkan pada kita bahwa ummat islam itu harus ada pemimpinnya, pemimpin yang harus ditaati, tidak ada gunanya punya pemimpin kalau tidak bisa kita taati. Mengingat perintah dari Allah adalah wajib dan meninggalkannya adalah berdosa, maka tentu saja memilih pemimpin adalah bukan hal yang main2. Seperti halnya sekarang dengan demokrasi yang kita punyai akhirnya terpilih Megawati (maaf tidak dengan berniat menghakimi) , sebagaimana perintah Allah agar kita harus mentaati ulil amri, lantas bagaimana kita bisa mentaati seorang pimpinan kalau hal2 yang nampak saja sudah menunjukkan bahwa beliau menentang perintah Allah (tidak berkerudung misalnya, membiarkan anggota2 kabinetnya, saudara2nya berkorupsi ria). Dalam petunjuk Islam jika pemimpin kita melanggar perintah Allah maka dia harus kita tinggalkan. Kemudian lagi seandainya PDS nanti menang dan akhirnya terpilih seorang pemimpin yang bukan muslim, bagaimana umat ini nantinya...? janganlah bilang ini tidak mungkin, karena sudah terjadi di Aljazair misalnya, mungkin juga di nigeria. Seorang pemimpin ummat bukanlah manusia biasa dia haruslah manusia luar biasa, terpilih dari yang terbaik. Lihatlah bahkan di negara2 demokrasi seperti di amrik saja dituntut pemimpinnya mesti mempunyai moral yang baik, sekalipun negara itu menjunjung tinggi kebebasan / freedom. namun khusus untuk pemimpin, moral2 yang tinggi masih menjadi tuntutan masyarakat. Sebagaimana diyakini oleh kita semua bahwa Alqur'an adalah suatu mu'jzat, maka dengan hanya beberapa ratus saja perangkat hukum yang digariskan oleh Allah swt, namun ini sudah cukup untuk menyelamatkan umat manusia ini dari perbuatan2 yang tidak di ridhaiNya. Kembali kepada pertanyaan mak sutan dan sanak harman bagaimana caranya memilih dan menurunkan khalifah, sebagaimana yang saya postingkan tempo hari bahwa dibutuhkan orang2 yang memenuhi syarat untuk duduk dalam council (shura) dan juga orang yang memenuhi syarat menjadi Khalifah. Kalau ini tidak terpenuhi, maka memang tak ada gunanya ditawarkan sistim kekhalifahan ini di Ina, pertama kalau orang2 yang dipilih tersebut tidak menguasai hukum2 Islam (syari'at islam) maka tentulah akhirnya akan berakhir seperti negara2 teluk sekarang ini dimana keamiran cuma dipakai untuk melanggengkan kekuasaan dari keluarga (dynasti) tertentu, kedua perintah taat pada Allah, rasul dan ulil amri itu hanya untuk orang2 yang beriman, kalau keimanan kita belum sampai, maka dalil ini tidak berlaku untuk kita2. Namun bila ada yang memenuhi syarat maka ini sudah menjadi kewajiban yang tidak bisa ditawar tawar lagi, mengingat dalam salah satu hadits nabi riwayat Muslim bahwa bila kita mati dan dan mati kita tidak berjamaah maka mati kita bagaikan mati jahiliyah. Pertanyaannya apakah iya tidak ada satupun yang memenuhi syarat untuk jadi khalifah dari sekian ratus juta rakyat indonesia...? Jauh lebih baik mempunyai seorang khalifah yang bisa mempersatukan umat daripada mempunyai presiden, namun terdapat banyak imam2 kecil yang ditaati oleh kelompok2 kecil umat. Akhirnya cuma akan melahirkan orang2 seperti amrozi dlsbnya. Pemimpin/khalifah idealnya dipilih langsung oleh rakyat, rakyat harus yakin dan tahu siapa orang yang akan menjadi pimpinannya dan membimbing mereka dalam bernegara sekaligus menjalankan ibadah sesuai syari'at islam. Namun membicarakan ini tidak
Re: [R@ntau-Net] Demokrasi : Gambaran Sebuah Sampah Peradaban
Assalamu'alaikum wr.wb. Rasanya yang menjadi masalah adalah law enforcement itu yang lemah dan penerapannya tidak sesuai dengan dasar negara kita (Pancasila), kalau sudah disepakati bahwa dasar negara berdasarkan yang lima itu, maka seharusnya implementasinya harus sesuai dengan kesepakatan tersebut. Disepakati bahwa kita berketuhanan yang maha esa, logikanya yang tidak berketuhanan yang maha esa seperti hindu dlsbnya tidak layak tinggal di Ina, kemudian pembangunan juga tidak menumpuk di P Jawa saja agar sesuai dengan niat menjadikan keadilan bagi seluruh rakyat indonesia. Kalau mau consisten jangan pakai sila berketuhanan yang maha esa Sehingga semboyan dengan praktek sehari hari tak ada hubungan sama sekali, sama halnya seperti membuat motto work hard, work smart, time is money namun prakteknya kita bermalas malasan. Sehingga motto hanya tinggal motto. Seingat saya Malaysia juga menerapkan syari'ah islam walaupun juga ada unsur penggabungan dengan hukum adat setempat ( apakah mereka ber abssbk juga..?). Dalam court systemnya terdapat 3 level yaitu syari'ah courts, syari'ah subordinate court, syari'ah high court dan syari'ah appeal court Ras Melayu dianggap semuanya muslim dan dikenakan hukum Islam (syari'ah) sedang yang non melayu/muslim dikenakan hukum federal. Setiap negara bagian bisa mengeluarkan fatwa namun semuanya mengacu kepada madzab Syafi'i. Bahkan di Kelantan diterapkan hukum haad / rajam walaupun pelaksanaanya belum pernah terjadi. Walaupun mereka tidak menyebutkan istilah khalifah, namun dalam konstitusinya bahwa semua pemimpin tiap2 state adalah head of the religion of islam, ketiadaan pimpinan state2 ini (Malaka, Penang, Sabah, Negeri Sembilan, Kuala Lumpur, Labuan) maka Yang dipertuan agong ditunjuk sebagai the head of the religion of islam. Artikel dibawah ini mungkin bisa memperjelas apa yang saya sampaikan. wassalam Adrisman = Legal History: The legal system is based on English common law, with both Islamic law and 'adat constituting significant sources of law, particularly in matters of personal status. Parts of present-day Malaysia were under Portuguese and Dutch control, and starting from Penang in the late 18th century, the region eventually came under British rule, formalised by the Anglo-Dutch Treaty 1824. Malaysia and Singapore were the eventual successor states to the Straits Settlements (Penang, Singapore, Malacca), Federated Malay States (Selangor, Perak, Pahang, Negri Sembilan) and Unfederated Malay States (Perlis, Kedah, Kelantan, Trengganu, and Johor). Sabah and Sarawak, formerly constituents of British Borneo, later joined Malaysia. Under British rule, the first legislation regulating Islamic marriage in the Straits Settlements was the Mohammedan Marriage Ordinance 1880, mainly procedural in content. The Ordinance was amended in 1908 to make registration of marriage and divorce compulsory, non-compliance being punishable by fine or imprisonment. A 1923 amendment directed the application of Islamic law to intestate succession of Muslims insofar as local custom would permit, and without disinheriting non-Muslim kin. The Ordinance continued to be applied in Penang and Malacca until State Acts were passed in 1959. The first codification of Malay customary law (a mixture of 'adat and Islamic law) came in 1915 with enactment of Laws of the Malay Courts 1915 in Sarawak. The region was occupied by Japanese forces from 1942 to 1945, with control reverting to the British after WWII. A legislative assembly was established in 1955 and independence achieved in 1957. From 1948, the States were granted jurisdiction over application and legislation of shari'ah and from 1952 to 1978, new laws were promulgated in the eleven Muslim-majority States of Malaysia and Sabah, generally entitled Administration of Islamic/Muslim Law Enactments and covering the official determination of Islamic law, explanation of substantive law, and jurisdiction of syariah courts. New laws relating to personal law were enacted in most States between 1983 and 1987. Efforts by Kelantan State to pass a Syariah Criminal Code Enactment 1993 relating to the application of hadd penalties resulted in a stand-off between the Federal and State governments. It was passed by the State legislature but never brought into force. It was a matter of much controversy as criminal matters are within Federal and not State legislatures' jurisdiction. Schools of Fiqh: The majority of Muslims are Shafi'i, with Hanafi minorities. There are also significant Buddhist, Hindu and Christian minorities and a high proportion of followers of indigenous religions, particularly in Sabah and Sarawak (both States are Muslim-minority). Constitutional Status of Islam(ic Law): The Constitution was adopted on 31st August 1957 and has been amended several times. Article 3(1) declares Islam the official state religion as well as
RE: [R@ntau-Net] Demokrasi : Gambaran Sebuah Sampah Peradaban
ambo cubo mambue poin2 da Ad: A. Proses pemilihan khalifah dan Dewan Rakyat (shura) 1. Khalifah dipilih oleh dewan rakyat (shura) 2. Dewan Rakyat (shura) dipilih oleh Rakyat B. Proses pemberhentian khalifah dan Dewan Rakyat (shura) -Dilakukan oleh dewan Shura atas permintaan Rakyat -Masa Jabatan bisa diatur/disepakati oleh dewan shura Dari poin2 tersebut ambo raso ko' yo samo bana jo model demokrasi Kepala Negara/Khalifah/presiden -- dipilih Dewan Shura = DPR/MPR -- dipilih oleh rakyat -- u/ sis. demokrasi--PEMILU (adanya parpol), u/ sistim khalifah...?? Kalau bicara sistim memang spt itulah -yg dijelaskan da Ad- sistim yg kita gunakan selama ini yaitu kepala negara/khalifah/presiden, dipilih/diberhentikan oleh MPR. Saat ini, kepala negara/khalifah/presiden dipilih langsung oleh Rakyat sehingga pemberhentiaanya pun satu-2 jalan adalah melalui referendum. Mengenai kriteria nan duduak di council/shura, spt nan ambo kato kan sabalun no itu kan bisa kito bue, spt saat ini dimano salah syarat anggota dewan/presiden adolah lulusan SMA (iko cuman contoh, jadi indak usah dipolemikan). Nah kalau kito hendak mam bue syarat2 spt nan da Ad katokan, tingga kito atur sajokan. Mengenai ayat-2 nan disampaikan kalau ambo manangkonyo itu suatu petunjuk bagi ummaik islam dimano sajo ba a caro hidui bernegara dan taat pada pemimpin itu indak mesti kepala negara nan muslim sajo, meski dia bukan muslim umaik islam harui ta'at kapado ulil amri selagi tidak membawa kepada kemaksiatan dan kekufuran. Tidak adanya Pertentangan paham/kelompok spt nan da Ad sabuikan ambo raso itu cuman ado di alam ghaib (maaf yo da Ad), why? bukankah semasa kekhalifahan justru terjadi pertentangan mazhab yang sangat tajam, bahkan paraimam tasauf/sufi banyak yang dihukum mati (pancung) karena dianggap menyesatkan ummat. belum lagi peristiwa-2 spt yang da Ad sampaikan (penggantian khalifah krn pembunuhan). Jadi, meski menggunakan sistim kekhalifahan di negeri ini, pertentangan paham dan pemikiran itu akan terus berlanjut hingga akhir zaman dan (maaf) bagi yang tidak menyukai hal ini mungkin bisa dikatakan menentang sunnatullah. Karena perbedaan paham pendapat telah terjadi sejak zaman kekhalifahan bahkan dizaman kenabian sekalipun. Kalau buliah ambo batanyo, apo sebenarnya nan menjadi sasaran utama merubah sistim demokrasi ke khalifahan, iko tamasuak nan menjadi pertanyaan ambo salamo ko, mungkin dek karano adonyo suatu penjelasan yang praksis dari para penggagas ke khalifahan. wassalam, harman nb. Ambo mohon maaf lah baburuak sangko (su'zon) ka da Ad ruponyo. Iko loh nan menjadi poin utama bagi ambo, Demokrasi itu indak buruak-buruak bana kalau ado nan indak bakasasuain tinggal kito paluruihkan sen. Dan satahu ambo model iko bana nan manjadi pedo man perserikatan Muhammadiyah dlm ber amar ma'ruf nahi munkar dan penegakan hukum Islam meski oleh sbgan tokoh islam dikatokan lambe spt gajah gapuak tapi kalau kato buya syafi'i cadiak dlm malie situasi dan kondisi yang sadang tajadi. samo-samo kito tunggu sajo lah, a hasil dari maota urang di harvard. intermezo...: Ambo jadi ingek kato-kato Amien Rais waktu melempar wacana bentuk negara Federal nan manuai kritikan tajam dari para panggilo NKRI. Kritikan itu ditanggapi dengan cukup cerdik, inyo katokan kalau memang indak suko jo kato-kato Federal kito buang sen lah label no diganti jo otonomi daerah NKRI. Dimano kaduonyo labiah banyak persamaan daripado perbedaan, yaitu Pusat hanyo mengatur masalah hub.Internasional, Keamanan dan Pertahanan(a cie lai lupo ambo), daerah/propinsi memiliki kewenangan untuk mengatur daerah nya masing-masing tanpa campur tangan penguasa pusat. Kalau indak salah ado nan pernah mangatokan sesungguhnya sistim federal itu lah digunokan lamo di ranah minang yg istilahno kanagarian, dimano tio2 nagari berhak mengatur daerah no masiang2. ...jangan-2 konsep federasi itu didapek urang bule dari ranah minang dan kemudian diolah dan kemasan no diganti dari kanagarian manjadi Federasi -Original Message- From: Adrisman [mailto:[EMAIL PROTECTED] Assalamu'alaikum wr. wb. Mak Hasanbasri, sanak Harman jo sanak kasadonyo di palanta. Mari kito lanjutkan bincang2 awak mengenai kekhalifahan dan implementasinyo dalam kehidupan modern iko. Karena diskusi kita ini bukanlah menulis jurnal ilmiyah, jadi yang saya tulis juga semampu dan seingat saya saja, tolong sekiranya kurang tepat agar dibetulkan jika benar diiyakan. Tak perlu segan merasa telah melecehkan atau merasa berseberangan..., kadang kala diskusi2 seperti ini akan melahirkan wacana wacana baru dan tidak tertutup kemungkinan nantinya menjadikan kita semakin tahu dan cinta dengan agama kita ini. Ingatlah saya tidak anti demokrasi, bahkan saya hidup merasa lebih aman dan tenang beragama setelah tinggal dinegara demokrasi ini. Namun kenyamanan pribadi tidak berarti membuat kita harus melupakan ajaran2 dan petunjuk yang telah digariskan Allah dalam Alqur'an dan kemudian dicontohkan oleh
RE: [R@ntau-Net] Demokrasi : Gambaran Sebuah Sampah Peradaban
Ambo raso para imama ka duo ormas itu (MD NU) tamasuak mantan imam nan sabalun no (Amien Rais) satuju jo sistim demokrasi di Indonesia iko, bukan karano pengaruh barat tapi labiah daripado karena malie realistis saat ini (detik ini) sistim iko lah (demokrasi) yg disesuaikan jo budayo Ind. nan cocok. Yang sangat realistis untuak diperjuangkan adalah subtansi dari Islam nan rahmatan lil 'alamin. sebagai bukti kedua ormas itu berada dalam garda terdepan ketika memperjuangkan RUU SISDIKNAS, menolak pencabutan kesepatakan tiga menteri tentang kerukunan beragama dll. Dan nan paling anyar adolah mereka juga bergerak dalam kampanye anti korupsi dan itu dilakukan dimulai dari dlm organisasi itu sendiri. Itu semua adolah bagian-bagiant yang lebih penting dan mendasar untuak kondisi terkini di negeri ini daripada perubahan sisitim ketetanegaraan yang sudah baku. Jadi jangan kan untua mambue wacana khilafah islam wacana tentang RUU SISDIKNAS dan peradilan agama saja sudah membuat negeri ini bertumpah darah (pro dan kontra). Dari penjelasan da Ad ttg systim khilafah masih menimbulkan tanda tanya besar terutama ttg ba a caro mencabut mandat sang khalifah jika terjadi penyimpangan? Karano dalam penjelasan itu dikatokan Jika khalifah kehilangan syarat-syarat tersebut, bisa jadi ia kehilangan jabatannya dalam tempo seminggu bahkan sehari! Pernyataan hanya baranti disinan, tapi ba a caro no? kalau ummat raso no indak mungkin itu sesuai jo penjelasan sabalun no dan kalau ummat dapek mancabut mandat mako samolah itu jo Demokrasi Apo jatuhnya khalifah itu spt kisah - kisah HC Anderson, dimana secara tiba-tiba negara tsb ditimpa bencana atau tiba - tiba sang khalifah jatuh sakit dan kemudian mati, yg kemudian dipilih lagi. Kalau itu ambo raso kito samo loh jo islam abangan nan ba aro akan datangnyo ratu adil sbg pengganti. Begitupun ttg standar hukum demokrasi nan dikatokan menggunakan standar hukum kufur itu indak lah mutlak. Spt nan ambo katokan atusaran main dalam demokrasi itu indak lah baku akan tetapi dapek dirubah sesuai jo kondisi negara masiang-2. Sbg contoh Indonesia nan menggunakan Pancasila sbg induk dari seluruh aturan main (hukum dan perundang-undangan) ambo raso indak ado nan salah jo sila-sila nan ado di Pancasila dan bertentangan dengan Syari'at Islam, kalau ado ambo mohon pencerahan. Bagi ambo nan jadi point utamo bagi Islam di negeri awak ko kini dan mungkin limo atau sapuluah tahun lagi adolah memperjuangkan nilai-nilai Islam nan universal nan langsuang menyentuh pado peru bahan-perubahan dan perbaikan baik itu dlm pendidikan, ekonomi dan budaya, terutamo adolah masalah korupsi nan lah manjamur atau istilah no Amien Rais nan lah manggurita. Dan dek karano itulah mako MD maupun AR labiah berkonsentrasi kepado hal nan sifaikno cepat dan segera. Dan kalau mancaliak kiprah MD ambo raso lah banyak nan mereka lakukan untua kemaslahatan ummat terlepas dari kelebihan dan kekurangan no dalam pelaksanaannya dan hal itu mereka lakukan tanpa adanya ke khalifahan. Dan spt Malaysia nilai-nilai Islam dape tumbuah subur dan harum tanpa ado kecu rigaan dan ketakutan non muslim. Oh, iyo akibat dari pernyataan buya Syafi'i dan AR thdp keinginan Hizbut Tahir dan beberapa Parpol perihal negara islam ko memang beliau lah disangko lah luntur keimanan no, padahal setahu ambo hinggo kini Amien Rais masih rajin puaso nabi Daud, jadi apo dek hanyo indak satuju jo konsep khilafah mako urang nan indak satuju paralu dipatanyokan ke Islam no? he..he...capek bana urang kito ko manilai kadar keiman dan Keislaman seseorang. Sebagai mana pandapek dari mak SBN, memang alun ado penjelasan nan jaleh dari sistim khilafah, terutamo masalah ba a caro men nurunkan seorang khalifah nan lah manyimpang tanpa campur tangan ummat/rakyat nan lah basupakai mamilih no?? wassalam, harman -Original Message- From: Adrisman [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Sunday, March 07, 2004 9:50 PM To: Komunitas MINANGKABAU (Urang Awak) Pertama di Internet (sejak 1993) Subject: Re: [EMAIL PROTECTED] Demokrasi : Gambaran Sebuah Sampah Peradaban Wa'alaikum salam wr. wb. Da Sutan, samo samo mudah mudahan awak kasadonyo tetap dirahmati Allah nan kuaso. ambo memang menyadari, urang islam di RN iko bermacam macam kadar pengetahuan dan pemahamannyo tentang Islam, banyak dari kaum muslimin sendiri masih gamang jo syari'at islam maupun sitim khilafah iko. Indak saketek kini kaum intelektual muslim nan sangajo mencari persamaan khilafah jo demokrasi, dengan satu tujuan agar awak indak maliek demokrasi sebagai satu satunya alternatif tapi justru kembali kepada yang sudah dicontohkan Rasulullah. Walau ambo tahu petinggi islam di indonesia (muhammadiyah atau NU) indak setuju dengan negara khilafah, cuman jadi melahirkan tando tanyo diambo, apokah karano mereka2 itu kena pengaruh barat, seperti amin rais yang dapat doktor dibarat. Ataukah karano mereka menyadari indak ado nan bisa jadi khalifah maso maso kini. Nan paling penting terlebih
RE: [R@ntau-Net] Demokrasi : Gambaran Sebuah Sampah Peradaban
assalaamu 'alaikum wr wb mungkin kalau buliah, batanyo pulo ambo snek. Baa bana sabananyo nan Pancasila koh, baa bana nilai riel nyo di lapangan. Satahu ambo yang ado hanyo doktrin-doktrin penataran yang di ajarkan di kelas-kelas. Samantaro kalau dilua kelas, aplikasino indak ado sama sekali. Puluhan tahun awak dijejali oleh nilai-nilai luhur Pancasila, tapi baa negara awak kini ? baa tindak tanduk para pejabat yang sacaro rutin maagiah penataran tuh ? Apolai kalau manjadikan Pancasila sbg induk dari segala aturan main (hukum dan perundang-undangan) bukankah hasilnyo malah yang ado adolah ketidakadilan hukum ? yang kuat menerkam yang lemah ? sacaro ekonomipun, akhianyo terbukti baso ekonomi Pancasila tuh indak tahan bantiang thp krisis. Samantaro gap antaro kayo jo miskin samakin jauh dari hari ka hari. mungkin ado bagian dari Pancasila yang sasuai jo Islam, tapi tetap Islam labiah tinggi dari pado Pancasila (Al Islamu Ya'lu wa Yu'la Alaih..). Sahinggo semestinyo induak dari sagalo aturan main bukanlah Pancasila tapi Islam itu sendiri. maaf kalau kurang berkenan, atau mungkin ambo paralu saketek pencerahan. wassalaam, Ronald -- Original Message -- From: harman [EMAIL PROTECTED] Reply-To: Komunitas MINANGKABAU (Urang Awak) Pertama di Internet (sejak 1993) [EMAIL PROTECTED] Date: Mon, 8 Mar 2004 15:21:44 +0700 Sbg contoh Indonesia nan menggunakan Pancasila sbg induk dari seluruh aturan main (hukum dan perundang-undangan) ambo raso indak ado nan salah jo sila-sila nan ado di Pancasila dan bertentangan dengan Syari'at Islam, kalau ado ambo mohon pencerahan. Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
Re: [R@ntau-Net] Demokrasi : Gambaran Sebuah Sampah Peradaban
Artinya sanak Ronald telah membuktikan bahwa pancasila itu hanyalah sekedar landasan ataupun topeng kemunafikan semua anak bangsa ini. Sekali gus juga pembuktian bahwa negara yang didasarkan kepada ketuhanan selalu berakhir dengan kegagalan, pengecualian mungkin pada jaman Muhammad SAW dan Sulaiman AS. Hal yang sama juga terjadi pada negeri tempat kita tiap tahun berduyun-duyun menjalankan salah satu rukun ibadah kita, namun tidak pernah mau mengkoreksi sistemnya, dan semua berusaha menyembunyikan kekuarangannya.Posting Dewis Natra: [EMAIL PROTECTED] Indonesia Negeri Paling Kaya Raya, Nihil dari Dosa ikut membuktikan hipotesa sanak Ronald. Kalau menurut saya selaku muslim harus berani koreksi yang salah, walaupun perlu keringatan dalam olah pikir. Salam SBN - Original Message - From: Ronald P. Putra [EMAIL PROTECTED] To: Komunitas MINANGKABAU Pertama di Internet [EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, March 08, 2004 5:22 PM Subject: RE: [EMAIL PROTECTED] Demokrasi : Gambaran Sebuah Sampah Peradaban assalaamu 'alaikum wr wb mungkin kalau buliah, batanyo pulo ambo snek. Baa bana sabananyo nan Pancasila koh, baa bana nilai riel nyo di lapangan. Satahu ambo yang ado hanyo doktrin-doktrin penataran yang di ajarkan di kelas-kelas. Samantaro kalau dilua kelas, aplikasino indak ado sama sekali. Puluhan tahun awak dijejali oleh nilai-nilai luhur Pancasila, tapi baa negara awak kini ? baa tindak tanduk para pejabat yang sacaro rutin maagiah penataran tuh ? Apolai kalau manjadikan Pancasila sbg induk dari segala aturan main (hukum dan perundang-undangan) bukankah hasilnyo malah yang ado adolah ketidakadilan hukum ? yang kuat menerkam yang lemah ? sacaro ekonomipun, akhianyo terbukti baso ekonomi Pancasila tuh indak tahan bantiang thp krisis. Samantaro gap antaro kayo jo miskin samakin jauh dari hari ka hari. mungkin ado bagian dari Pancasila yang sasuai jo Islam, tapi tetap Islam labiah tinggi dari pado Pancasila (Al Islamu Ya'lu wa Yu'la Alaih..). Sahinggo semestinyo induak dari sagalo aturan main bukanlah Pancasila tapi Islam itu sendiri. maaf kalau kurang berkenan, atau mungkin ambo paralu saketek pencerahan. wassalaam, Ronald -- Original Message -- From: harman [EMAIL PROTECTED] Reply-To: Komunitas MINANGKABAU (Urang Awak) Pertama di Internet (sejak 1993) [EMAIL PROTECTED] Date: Mon, 8 Mar 2004 15:21:44 +0700 Sbg contoh Indonesia nan menggunakan Pancasila sbg induk dari seluruh aturan main (hukum dan perundang-undangan) ambo raso indak ado nan salah jo sila-sila nan ado di Pancasila dan bertentangan dengan Syari'at Islam, kalau ado ambo mohon pencerahan. Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
Re: [R@ntau-Net] Demokrasi : Gambaran Sebuah Sampah Peradaban
Assalamu'alaikum wr.wb. Sanak Harman, Mak Basrihasan, Mak Darwin, Sanak Ronald dan sanak2 lainnyo di palanta Terima kasih atas tanggapan sanak kasadonyo tentang postingan ambo mengenai wacana sistim khilafah dan dibandingkan dengan demokrasi yang sekarang sedang ramai kita perjuangkan. Terlepas daripada menghidupkan kembali khilafah itu adalah suatu kesia-siaan ataupun cuma tinggal mimpi, namun sebagai seorang muslim kita harus selalu kembali kepada sabda rasulullah, bahwa bila ada perselisihan diantara kita maka hendaklah kita kembalikan ke pada Alqur'an dan Alhadits. Sebagaimana kita semua ketahui, Islam sebenarnya dari sononya adalah satu, kitab yang kita pegang juga itu itu juga yaitu Alqur'an. Kalau diibaratkan suatu pohon maka Alqur'an adalah akarnya, hadits adalah pohonnya dan dahan serta daun2nya adalah ijma', qiyas dan iijtihad para alim ulama. Bila kita melihat dalil2 yang mendukung keimaman / khalifah ini, kita bisa melihat dalam surat Annisa 59 dan juga hadits Muslim tentang perlunya berjamaah., namun sebagaimana postingan saya yang lalu, saya tak ingin menyentuh teritory keimanan yang ini, biarlah kita bahas dari sisi ulil amrinya saja. Tidak ada keraguan sedikitpun baik dari kaum sunni maupun syi'ah bahwa khalifah itu adalah dipilih dan menjadi wakil komunitas muslim (muslim ummah) yang bertindak memimpin ummat sesuai dengan syari'at2 Islam. Dikarenakan khalifah adalah wakil dari muslim ummah maka pemilihan seorang khalifah ditentukan dan dikerjakan oleh suatu dewan syura (council) yang awalnya dicontohkan oleh Umar dengan membentuk council beranggota 6 orang. Dalam pembentukan calon khalifah, maka khalifah sebelumnya boleh mengajukan calonnya untuk disaingkan dengan calon2 yang lain, proses ini berjalan cukup baik paling tidak selama pemerintahan sahabat yang 4 ini (khulafaur rashidin), namun setelah era Ali terjadi perpecahan umat hingga terbentuknya dua golongan besar muslim yaitu Syia'h dan Sunni. Yang mana dalam perkembangannya selanjutnya setelah ke empat sahabat ini, cuma ada dua keluarga besar (dynasti) yaitu Umayyah di Istanbul dan Abbassiniyah di Baghdad. Selama era ini proses pemilihan khalifah selanjutnya ditunjuk oleh khalifah2 sebelumnya. Dalam kurun waktu 700 tahun islam mengalami kemajuan pesat baik dari segi social, humanity dan juga ilmu pengetahuan., dalam masa2 kejayaan islam ini kerukunan agama tetap terjaga, kalaulah saat itu Islam ingin memaksakan sistim kekhalifahan keseluruh dunia, maka sudah barang tentu dengan mudah saja bisa dilakukan. (ingat sekarang dengan amrik yang ingin menerapkan demokrasi keseluruh pelosok dunia). Sekalian menanggapi Mak Darwin, pemilihan seorang Khalifah bukanlah suatu eklusivisme, tapi adalah suatu kewajiban bagi umat islam yang telah berikrar bahwa hidup dan matiku hanya untuk islam. Kalau kita lihat kembali surat An Nisa 59 ini. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.. Disini dengan jelas adanya perintah dari Allah agar taat Allah, Rasul dan Ulil Amri minkum. Jelas bahwa ulil amri adalah seorang pemimpin agama dan juga pemimpin umat dari golongan kita sendiri., bagaimana mungkin kita punya seorang pemimpin yang tidak bisa kita patuhi karena misalnya pemimpin tersebut tidak beragama islam dan tidak menjunjung garis garis yang ditentukan Allah dalam Syariah Islam. Ambillah suatu contoh yang baru baru ini kita dengar, semua umat muslim sudah mengetahui bahwa riba itu hukumnya haram, dan secara teori bunga bank itu adalah haram., namun ternyata baru baru ini saja adanya fatwa bahwa bunga bank itu riba...Disini ada beberapa kemungkinan, pertama pemimpin umat saat itu tidak mengetahui/memahami hukum Islam ataupun pemimpin umat tersebut berbuat maksiat dengan melanggar perintah Allah. Lantas bagaimana mungkin kita punya pemimpin, namun pemimpin itu sendiri tidak mampu/mau menurusi kebutuhan rohani sang umat (dengan catatan kita semua menyadari bahwa kita semua menerima Islam sebagai agama penyerahan, yaitu menyerah pada semua ketentuan2 yang sudah digariskan oleh Allah). Disinilah perlunya seorang khalifah yang benar2 faham kebutuhan umat secara rohani maupun jasmani. Ada beberapa kategori yang dipakai oleh Syia'h dan Sunni dalam memilih seorang khalifah, namun marilah kita lihat faham Sunni saja, karena saya tidak begitu faham ajaran Syi'ah ini, yang pasti salah satunya Syi'ah mensyaratkan bahwa seorang khalifah haruslah suci dan terjaga dari dosa. hal yang sulit untuk membuktikannya, karena yang bisa menilai adalah cuma Allah swt berodosa atau tidaknya seseorang. Dalam memilih seorang Khalifah ada dua golongan/group yang harus dibentuk. Yang pertama adalah dewan syura dan yang kedua adalah kandidat untuk menjadi
Re: [R@ntau-Net] Demokrasi : Gambaran Sebuah Sampah Peradaban
Assalamu'alaikum Negara ketuhanan (theokrasi) dijaman eropa kuno, ketika gereja lebih berkuasa daripada raja2 dan gereja cuma satu satunya yang dainggap bisa berkomunikasi dengan Tuhan, memang telah membuat eropa mengalami masa masa kegelapan. Namun sebaliknya dalam masa waktu yang sama Islam yang juga menggunakan dasar ketuhanan mengalami kemajuan pesat dan melahirkan ilmuan2 yang diyakini kelak disalin oleh ilmuwan eropa dan dikembangkan oleh mereka kemudian. jauh sebelum Montesqui menyodorkan teori pembagian kekuasaan, Islam sudah menggunakan prinsip ini dalam pemerintahannya. Pancasila atau bukan, yang paling penting adalah sumber hukumnya haruslah berdasarkan ketuhanan. Apagunanya pancasila yang cuma jadi semboyan, namun implementasinya nihil. Dikatakan sila pertama berketuhanan yang maha esa, nyatanya yang tidak berketuhanan yang esapun tetap bercokol disini., sila pertama sudah dilanggar. Dikatakan kemanusiaan yang adil dan beradab, apakah iya..., untuk siapa keadilan itu, yang maling ayam babakbelur dan masuk bui, yang maling uang negara keluar masuk istana pakai celana golf. Dikatakan persatuan indonesia, dalam hal apakah...?, bersatu membuat rakyat melarat...? Dikatakan kerakyatan yang dipimpin oleh musyawarah/mufakat, siapakah yang musyawarah...?,siapakah yang mufakat? apakah yang dimusyawarahkan, apakah yang dimufakati..., adakah itu untuk rakyat..., rakyat yang mana...? Dikatakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia, apakah iya.? apakah yang dimaksud...? pembangunan cuma ada di P Jawa..., adakah Argo Gede di Sumatra...? Adakah perguruan tinggi yang bagus di luar jawa..?. Pancasila cuma slogan. kekecewaan kita terhadap negara2 tim teng yang tidak banyak berbuat untuk menolong saudara2nya di palestina, dan juga membantu saudara2nya yang miskin (negara berkembang) tak akan banyak gunanya, cuma membuat hati sakit dan kecewa. Yang terlebih dahulu dilakukan, adalah bantulah negeri ini mendapatkan harga dirinya kembali, jangan sampai negara kecil seperti Singapura saja bisa petanteng2, Australia yang dulu takut dengan kita, kini tak lagi melihat kita sebelah mata. Kalau negara kuat, punya harga dirimaka apapun yang diucapkan akan didengar orang...Lihatlah Mahathir sebagai contoh., setelah yakin negaranya tegak diatas kaki sendiri, maka itulah saatnya dia bicara. Begitu juga dengan Saudi..., Indonesia ini apalah, tak pernah dipandang sebelah mata, apalagi mencoba memberi usulan2 / kritikan tentang sistim haji. Kalau saja amrik yang bicara, tentulah akan didengarnya. Orang arab yang kaya raya...dan katanya mengaku beragama islam yang seharusnya cuma tunduk pada Allah, namun nyatanya melihat Amrik bagaikan dewa penyelamat mereka, tunduk patuh bertekuk lutut. Ada pengalaman pribadi sewaktu saya di Qatar beberapa tahun yang lalu, setiap kali saya mesti menyupir bolak balik Messaid-Dukhan mendatangi sumur2 minyak disana, kadang kala saya kena stop polisi setempat. Seperti biasa pasti ditanya surat2 dan segala macamnya, walau saya tak punya SIM qatar dan yang saya punya Texas License, namun selalu saja saya dilepaskan dan tak pernah kena tilang. Ini tentu menyenangkan saya, tapi dilain fihak inilah gambaran bahkan polisi2nya saja melihat yang namanya amrik sudah tunduk. wassalam Adrisman - Original Message - From: basrihasan [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED]; Komunitas MINANGKABAU (Urang Awak) Pertama di Internet (sejak 1993) [EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, March 08, 2004 9:46 AM Subject: Re: [EMAIL PROTECTED] Demokrasi : Gambaran Sebuah Sampah Peradaban Artinya sanak Ronald telah membuktikan bahwa pancasila itu hanyalah sekedar landasan ataupun topeng kemunafikan semua anak bangsa ini. Sekali gus juga pembuktian bahwa negara yang didasarkan kepada ketuhanan selalu berakhir dengan kegagalan, pengecualian mungkin pada jaman Muhammad SAW dan Sulaiman AS. Hal yang sama juga terjadi pada negeri tempat kita tiap tahun berduyun-duyun menjalankan salah satu rukun ibadah kita, namun tidak pernah mau mengkoreksi sistemnya, dan semua berusaha menyembunyikan kekuarangannya.Posting Dewis Natra: [EMAIL PROTECTED] Indonesia Negeri Paling Kaya Raya, Nihil dari Dosa ikut membuktikan hipotesa sanak Ronald. Kalau menurut saya selaku muslim harus berani koreksi yang salah, walaupun perlu keringatan dalam olah pikir. Salam SBN Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
RE: [R@ntau-Net] Demokrasi : Gambaran Sebuah Sampah Peradaban
Sanak Ronald nan cadiak dan teliti, Apo nan sanak katokan itu sebenarna adolah suatu pembuktian bahwa di negeri ini tidak hanya pendidikan pancasila saja yang manis dikelas tapi amburadul dilapangan. Hal spt ini terjadi juga pada pelajaran agama wabilkhusus pelajaran Agama Islam, Pendidikan agama Islam itu tidak hanya didapat dari bangku sekolah tapi juga dari banyak ustaz yang ceramah di masjid atau madrasah, hasilnya? ga' usah saya sebutkan lah tapi kita sudah tahu sama tahukan, tidak sedikit guru agama yang punya kelakuan mines.Lantas apa kita menyalahkan Islam yang tidak mampu/salah? tentu tidak! demikian juga dengan Pancasila. Saya tidak mendewakan ataupun mengagungkan Pancasila tapi untuk negeri ini memang inilah yang idiologi yang cocok dan juga tidak bertentang dengan ajaran Islam jika selama ini terjadi penyimpangan, itu tidak lain dari belum sepenuhnya terhayati dan terlaksananya Pancasila. Intinya, jika Islam saja ajaran di bumi ini tidak tercermin dengan baik apalagi sebuah azaz pancasila yg merupakan serapan dari ajaran Islam itu sendiri. Dengan kata lain jika mengamalkan sebagian dari ajaran Islam yg tertuang dalam Pacasila sudah tidak mampu ya jangan mimpi untuk mengamalkan ajaran-2 Islam yang lainnya dan lebih berat dari yg lima dlm Pancasila. Ini sebuah realita, istilah Aa Gym kalau yang kecil saja tidak bisa/mampu mengamalkan ga' usah mimpi untuk mengamalkan yang lebih besar dan berat. Jujur saja, di negeri ini baik itu Islam ataupun Pancasila lebih banyak dijadikan komoditas kepentingan daripada dipentingkan. Bagi individu ummat Islam memang tidak perlu melandaskan diri pada Pancasila, karena jika kita mengamalkan ajaran Islam secara benar otomatis sudah mengamalkan pancasila. wassalam, harman -Original Message- From: Ronald P. Putra [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, March 08, 2004 5:23 PM To: Komunitas MINANGKABAU Pertama di Internet Subject: RE: [EMAIL PROTECTED] Demokrasi : Gambaran Sebuah Sampah Peradaban assalaamu 'alaikum wr wb mungkin kalau buliah, batanyo pulo ambo snek. Baa bana sabananyo nan Pancasila koh, baa bana nilai riel nyo di lapangan. Satahu ambo yang ado hanyo doktrin-doktrin penataran yang di ajarkan di kelas-kelas. Samantaro kalau dilua kelas, aplikasino indak ado sama sekali. Puluhan tahun awak dijejali oleh nilai-nilai luhur Pancasila, tapi baa negara awak kini ? baa tindak tanduk para pejabat yang sacaro rutin maagiah penataran tuh ? Apolai kalau manjadikan Pancasila sbg induk dari segala aturan main (hukum dan perundang-undangan) bukankah hasilnyo malah yang ado adolah ketidakadilan hukum ? yang kuat menerkam yang lemah ? sacaro ekonomipun, akhianyo terbukti baso ekonomi Pancasila tuh indak tahan bantiang thp krisis. Samantaro gap antaro kayo jo miskin samakin jauh dari hari ka hari. mungkin ado bagian dari Pancasila yang sasuai jo Islam, tapi tetap Islam labiah tinggi dari pado Pancasila (Al Islamu Ya'lu wa Yu'la Alaih..). Sahinggo semestinyo induak dari sagalo aturan main bukanlah Pancasila tapi Islam itu sendiri. maaf kalau kurang berkenan, atau mungkin ambo paralu saketek pencerahan. wassalaam, Ronald Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
Re: [R@ntau-Net] Demokrasi : Gambaran Sebuah Sampah Peradaban
Baitu pulo dari ambo, bukannyo ambo malecehkan sanak Adrisman, namun manuruik ambo menyebar informasi yang semu ilmiah itu adalah tidak islami, atau berlawanan dengan hakekat Islam itu sendiri. Sampai posing terakhir sanak hanya mampu menjelaskan syarat2 untuk bisa jadi khalifah, namun sedikitpun tidak menyinggung bagaimana mekanisme pemilihan khalifah itu sendiri, majelis syuro yang sedikit disinggung, juga tidak dibahas bagaimana proses membentuj majelis itu sendiri. Kalau proses ini dilewati maka yang akan terjadi hanya Taliban atau macam rezim KSA yang lagi ketar keir sekarang ini. Salam SBN - Original Message - From: harman [EMAIL PROTECTED] To: Komunitas MINANGKABAU (Urang Awak) Pertama di Internet (sejak 1993) [EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, March 09, 2004 9:34 AM Subject: RE: [EMAIL PROTECTED] Demokrasi : Gambaran Sebuah Sampah Peradaban Penjelasan iko kalau buliah ambo katokan pengulangan dari nan sebelum no, akan tetapi alun manjawe pertanyaan ambo dan juga mak SBN perihal ba a mancabuik mandat dari sang khalifah tanpa melalui rakyat? apakah melalui dewan syura (council)? Dan kalau malie dari penjelasan iko Selama era ini proses pemilihan khalifah selanjutnya ditunjuk oleh khalifah2 sebelumnya nampak bana bahwa kekuasan itu adolah merupakan warisan dan mungkin kalau Abu Nawas itu bukan kisah dongeng maka nan di majukan sbg kandidat maka Abu Nawas lah nan terpilih :-) Kalau mengenai kriteria dan syarat seorang khalifah, spt nan per nah ambo postingkan, dalam systim demokrasi pun kriteria dan syarat seorang pemimpin dapat dibuat sesuai dengan keinginan kita bersama dan jika kito ingin kriteria spt nan disabuikan kan tinggal kito buekan. Mengenai beratnya syarat, ambo raso samo lo dengan syarat jadi Presiden itu lah bare, atau jangankan untua seorang khalifah suatu negara menjadi khalifah di MD atau lebih kecil lagi khalifah sbg Suami sajo lah bare dan AR pun lah mangatokan ttg bare' nyo mengemban fatwa rapat pleno PP Muhammadiyah ttg dukungan MD ka baliau. Tapi syukur alhamdulillah da Ad, lah indak manduga bare' no buya Syafi'i dan AR itu dek karano pengaruh pendidikan barat nan mereka dape waktu samo-samo kuliah di Chicago. Nan ambo danga meski mereka di USA tapi puaso dan shalat jalan taruih (untua AR puaso Nabi Daud no indak lapeh). wassalam, harman -Original Message- From: Adrisman [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, March 08, 2004 11:57 PM To: bMilis Komunitas MINANGKABAU (Urang Awak)/b sejak 1993 Subject: Re: [EMAIL PROTECTED] Demokrasi : Gambaran Sebuah Sampah Peradaban Assalamu'alaikum wr.wb. Sanak Harman, Mak Basrihasan, Mak Darwin, Sanak Ronald dan sanak2 lainnyo di palanta Terima kasih atas tanggapan sanak kasadonyo tentang postingan ambo mengenai wacana sistim khilafah dan dibandingkan dengan demokrasi yang sekarang sedang ramai kita perjuangkan. Terlepas daripada menghidupkan kembali khilafah itu adalah suatu kesia-siaan ataupun cuma tinggal mimpi, namun sebagai seorang muslim kita harus selalu kembali kepada sabda rasulullah, bahwa bila ada perselisihan diantara kita maka hendaklah kita kembalikan ke pada Alqur'an dan Alhadits. Sebagaimana kita semua ketahui, Islam sebenarnya dari sononya adalah satu, kitab yang kita pegang juga itu itu juga yaitu Alqur'an. Kalau diibaratkan suatu pohon maka Alqur'an adalah akarnya, hadits adalah pohonnya dan dahan serta daun2nya adalah ijma', qiyas dan iijtihad para alim ulama. Bila kita melihat dalil2 yang mendukung keimaman / khalifah ini, kita bisa melihat dalam surat Annisa 59 dan juga hadits Muslim tentang perlunya berjamaah., namun sebagaimana postingan saya yang lalu, saya tak ingin menyentuh teritory keimanan yang ini, biarlah kita bahas dari sisi ulil amrinya saja. Tidak ada keraguan sedikitpun baik dari kaum sunni maupun syi'ah bahwa khalifah itu adalah dipilih dan menjadi wakil komunitas muslim (muslim ummah) yang bertindak memimpin ummat sesuai dengan syari'at2 Islam. Dikarenakan khalifah adalah wakil dari muslim ummah maka pemilihan seorang khalifah ditentukan dan dikerjakan oleh suatu dewan syura (council) yang awalnya dicontohkan oleh Umar dengan membentuk council beranggota 6 orang. Dalam pembentukan calon khalifah, maka khalifah sebelumnya boleh mengajukan calonnya untuk disaingkan dengan calon2 yang lain, proses ini berjalan cukup baik paling tidak selama pemerintahan sahabat yang 4 ini (khulafaur rashidin), namun setelah era Ali terjadi perpecahan umat hingga terbentuknya dua golongan besar muslim yaitu Syia'h dan Sunni. Yang mana dalam perkembangannya selanjutnya setelah ke empat sahabat ini, cuma ada dua keluarga besar (dynasti) yaitu Umayyah di Istanbul dan Abbassiniyah di Baghdad. Selama era ini proses pemilihan khalifah selanjutnya ditunjuk oleh khalifah2 sebelumnya. Dalam kurun waktu 700 tahun islam mengalami kemajuan pesat baik dari segi social, humanity dan juga ilmu pengetahuan., dalam masa2 kejayaan islam ini
RE: [R@ntau-Net] Demokrasi : Gambaran Sebuah Sampah Peradaban
Pertanyaan sanak Ronald juga membingungkan, sanak tanyokan Padohal apo sih Pancasila tuh sabananyo kalau untua manjawek ko ambo raso kito calia sajo lima hal nan ado di Pancasila nah itulah Pancasila atau kalau diartikan jo kalimaik menjadi Panca= Lima, Sila = Dasar/azas. kalau sumber no, dari sejarah lah awak ketahui itu adolah rumusan dari para Founding Father, labiah jaleh calia lah dibuku-buku sejarah waktu SMP s/d Kuliah...:-) Indak perlu binguang sanak, justru itu menunjukan bahwa Islam itu labiah hebat dari Pancasila, kalau baitu ba a nan batua manuruik sanak Ronald, apo kalau lah mengamalkan Pancasila otomatis lah mengamalkan Islam (kebalikan dari tulisan ambo)?! nah kini ambo loh nan binguang jo sanak Ronald. Berhaji, harta waris dll nan sanak katokan itu adolah merupakan ujud dari Sila patamo, yaitu Ketuhan Yang Maha Esa sadangkan berzakat selain sila nan patamo juga ujud dari sila nan kalimo. Kalau memang ka diganti Pancasila jo Daksa Sila, Eka Sila dll sila-2 nan lain it's OK! tapi jangankan mau mengganti Pancasila, umat Muslim dan juga beberapa parpol Islam sajo lah kebakaran jenggot waktu ado wacana untua marubah pembukaan UUD'45 dek kara, he...he...:-) nampak no parpol Islam nan menjadikan Islam sbg slogan pun tanpa sengaja sudah mendewakan Mukadimah UUD'45. Selain itu apo kito umaik Islam lah siap mental no kalau beko ado wacana mangganti Pancasila dan kebetulan pihak non Islam pun maju jo ide no, lihatlah realita yang ada di negeri ini, untuk menca but/merubah TAP MPRS ttg PKI, RUUSISDIKNAS, RUU Kerukunan beragama saja kita sudah saling baku hantam. Jadi mengenai penggantian Pancasila ambo pun setuju dan tidak ke beratan, toh UUD'45 yg dikeramatkan pun saat ini sudah dirobah hasilnya? tahu sendiri kan? Satuju ambo, Malaysia memang indak memakai Pancasila tapi juga tidak menggunakan Syari'at Islam terlebih-lebih lagi sistim ke khalifahan..., jadi tanpa syari'at Islam dan kekhalifahan seka lipun Malaysia dan Brunai mampu menampilkan wajah dan Peradaban Islam dan melayu yang lebih baik dari Ind. yg punya Pancasila dan juga punya semangat Syari'at Islam tapi nan nampak justru semangat korupsi no nan jaleh... labiah sadiah lagi nan tertinggi terjadi di tubuh Dep.Ag wabil khusu pelaksanaan Haji. Oh iya, Partai yang berkuasa di Malaysia (UMNO) adolah Partai Nasionalis/sekuler (bukan Partai Islam) tapi toh mereka mampu menampilkan wajah islam dan Melayu dibanding negeri ini:-) Mungkin karena mereka lebih mementingkan subtansi dari pada sekedar label Islam. Kalau malie islam di negeri ini memang kasihan dan sadiah. wassalam, harman St.Idris (32th) -Original Message- From: Ronald P. Putra [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, March 09, 2004 10:44 AM To: Komunitas MINANGKABAU Pertama di Internet Subject: RE: [EMAIL PROTECTED] Demokrasi : Gambaran Sebuah Sampah Peradaban Batua tuh sanak, baso ado ajaran Islampun ado yg indak teraplikasi di lapangan, sangat banyak, sado awak alah tahu itu. tapi bukan itu makasuik ambo, yang ambo garis bawahi adolah manjadikan Pancasila sbg sumber dari segala sumber hukum koh yang agak binguang ambo dek nyo. Padohal apo sih Pancasila tuh sabananyo ? Kalau Islam, alah jaleh basumber dari Sang Pencipta yang diterjemahkan oleh oleh utusan-Nyo. Tapi Pancasila ? bisa jadi sapuluah tahun ke depan seluruh anak bangsa ini sepakat utk mengganti pancasila, dan membuat istilah baru. Indak tetap kan ? Nah, kalau ado pulo yg mangecekkan baso kalau alah berIslam dengan baik otomatis telah mengamalkan Pancasila, iyo binguang ambo. Hebat bana tuh Pancasila koh ? Emangnya kita naik haji, berzakat, membagi harta waris, ijab kabul, dlsb merupakan pengamalan dari Pancasila ? Kalau ambo ditanyo urang, ambo jawek dek karano tuntunan Islam yang maminta ambo spt, bukan krn nilai-nilai luhur Pancasila. Batua kalau ado nilai Pancasila yang islami, tapi bukan berarti punyo kadudukan yang sejajar kan (apolai labiah tinggi dari Islam dengan menjadikannyo sumber dari segala sumber hukum). Tapi iko kan pandapek ambo sajo, buliah babeda kan ? wassalaam, Ronald Mungkin sudah saatnya kita mengkritisi sejauh mana kesaktian Pancasila ini bagi bangsa dan negara Indonesia. Tak perlu harus Pancasila. Toh Malaysia tidak menjadikan Pancasila sebagai dasar negaranya (padahal mereka juga multi etnis dan multi agama) tapi lihatlah sekarang, mereka jauh melesat meninggalkan kita. atau mungkin kita akan bernostalgia terus dengan Pancasila ini, sehingga lima puluh tahun ke depan, kondisi bangsa ini akan tetap spt ini. -- Original Message -- From: harman [EMAIL PROTECTED] Reply-To: Komunitas MINANGKABAU (Urang Awak) Pertama di Internet (sejak 1993) [EMAIL PROTECTED] Date: Tue, 9 Mar 2004 08:51:28 +0700 Jujur saja, di negeri ini baik itu Islam ataupun Pancasila lebih banyak dijadikan komoditas kepentingan daripada dipentingkan. Bagi individu ummat Islam memang tidak perlu melandaskan diri pada Pancasila, karena jika kita
[R@ntau-Net] Demokrasi : Gambaran Sebuah Sampah Peradaban
Demokrasi : Gambaran Sebuah Sampah Peradaban Oleh: Ahmad Sajid Syabab Hizb ut-Tahrir wilayah Indonesia Istilah demokrasi saat ini tidak dapat dilepaskan dari wacana politik apapun, baik dalam konteks mendukung, setengah mendukung, atau menentang. Mulai dari skala warung kopi pinggir jalan sampai hotel berbintang lima, demokrasi menjadi obyek yang paling sering dibicarakan, paling tidak di negeri ini. Dengan logika antitesis, lawan kata demokrasi adalah totaliter. Jika tidak demokratis, pasti totaliter. Totaliter sendiri memiliki kesan buruk, kejam, bengis, sehingga negara-negara komunis sekalipus tidak ketinggalan ikut memakai istilah demokrasi, walaupun diembel-embeli sebagai Demokrasi Sosialis atau Demokrasi Kerakyatan. Dalam kaitannya dengan masalah ini, UNESCO pada tahun 1949 menyatakan: .mungkin untuk pertama kali dalam sejarah, demokrasi dinyatakan sebagai nama yang paling baik dan wajar untuk semua sistem organisasi politik dan sosial yang diperjuangkan oleh pendukung-pendukung yang berpengaruh. 1 Gejala serupa juga melanda dunia Islam. Para intelektual muslim berupaya mencari titik temu antara demokrasi dan ajaran Islam. Partai-partai politik Islam, misalnya di negeri ini, berlomba-lomba mengklaim diri sebagai paling demokratis agar tidak terkena serangan panah beracun dari pihak Islamophobia yang mencap Islam sebagai agama totaliter dan dogmatis. Putra-putri Islam dengan susah-payah berupaya melindungi nama baik agamanya dengan ungkapan-ungkapan bernada defensif apologetik 2 , walaupun hal itu menyebabkan ajaran Islam menjadi kabur atau malah lenyap. Bagaimana hakikat demokrasi yang sebenarnya? Apakah Islam memiliki titik temu dengan demokrasi? Bagaimana realitas demokrasi sesungguhnya? Dan apa peranan negara-negara adidaya dalam pemaksaan ide demokrasi kepada negeri-negeri Islam? Tulisan berikut ini akan menguraikannya. Sekularisme : Nenek Moyang Demokrasi Sejak memudarnya kejayaan Imperium Romawi (abad ke-3 M), gereja Kristen mulai masuk ke arena kekuasaan politik. Kaisar Konstantin, penguasa Romawi yang pertamakali memeluk agama Kristen, menggabungkan kekuasaan negara dengan urusan gereja sehingga pihak gereja memiliki peranan besar dalam pengambilan keputusan politik. Kerajaan-kerajaan lokal mulai muncul di Eropa sejak tahun 476 M. Seperti halnya Romawi, gereja turut menjadi penentu dalam sepak-terjang penguasa kerajaan. Para bangsawan dan politikus-yang umumnya dari keluarga kaya-menjadi boneka yang dikendalikan penuh oleh gereja. Tetapi karena ajaran Kristen tidak mengatur urusan kenegaraan, gereja membuat berbagai fatwa menurut kemauan mereka sendiri dan hal itu diklaim sebagai wewenang yang diterimanya dari Tuhan. Tidak heran jika sosok kerajaan-kerajaan Eropa saat itu lebih mirip dengan Imperium Romawi Kuno yang paganistis dan belum mengenal agama. Gereja memiliki supremasi yang sangat tinggi hampir dalam setiap urusan. Para pemuka gereja diyakini sebagai satu-satunya pihak yang berhak berkomunikasi langsung dengan Tuhan, dan hasil komunikasi itu diajukan kepada penguasa kerajaan untuk ditetapkan sebagai keputusan politik. Eropa memiliki sejarah yang cukup berdarah mengenai hal ini : ribuan wanita dibunuh ketika gereja mencap perempuan sebagai tukang sihir 3 , kaum ilmuwan yang tidak setuju dengan pendapat gereja harus rela dipenjara atau bahkan dibunuh (seperti yang menimpa Galileo Galilei dan Nicolaus Copernicus), perampasan tanah milik rakyat untuk dibagi-bagikan kepada penguasa dan pemuka gereja, sampai orang yang hendak matipun tak luput dari pemerasan oleh gereja. Pendapatan terbesar gereja berasal dari penjualan Kunci Surga (Keys to Heaven), yaitu menjual surat pertobatan kepada orang-orang yang hendak meninggal. Dengan membayar sejumlah uang, gereja meyakinkan orang tersebut bahwa dosa-dosanya telah diampuni dan boleh memasuki surga. Kelaliman gereja (yang difasilitasi oleh penguasa), kekalahan telak pasukan salib dari tentara Khilafah Islamiyyah, dan kegeraman para pemikir Eropa kepada gereja, menumbuhkan benih-benih pemberontakan pada abad ke-14. Hal ini juga disebabkan oleh gencarnya penerjemahan buku-buku berbahasa Arab ke dalam bahasa Latin Eropa sejak abad ke-10 yang berpusat di Andalusia (Spanyol). Kegemilangan peradaban Islam telah memberi inspirasi kepada para pemikir Eropa untuk mendobrak kejumudan yang meliputi seluruh daratan Eropa saat itu, yang dikenal sebagai Dark Ages (Masa Kegelapan). Pada tahun 1618 meletus perang sipil di seluruh daratan Eropa antara pendukung dan penentang supremasi gereja. Perang itu berlangsung selama 30 tahun dan menghabiskan sepertiga penduduk Eropa serta meruntuhkan sebagian besar kerajaan yang bercokol di Eropa. Perang terlama terjadi antara Perancis dan Spanyol sampai tahun 1659. Akibatnya, para pemikir terpecah menjadi 2 kelompok: 1. yang mempelajari filsafat Yunani, disebut Naturalis, dan meyakini bahwa akal manusia mampu menyelesaikan semua persoalan; 2. yang
Re: [R@ntau-Net] Demokrasi : Gambaran Sebuah Sampah Peradaban
--- Adrisman [EMAIL PROTECTED] wrote: Demokrasi : Gambaran Sebuah Sampah Peradaban Oleh: Ahmad Sajid Syabab Hizb ut-Tahrir wilayah Indonesia Assalamu'alaikum.w.w. Syabas, tahniah. Aaa.. Ad, kok baru kini lo ko mancogok ?, he he he he. Ruponyo, urang lah punyo nan sabananyo, awak sajo nan ndak tau (urang manyuruak-an kuku). Untuang ambo ndak pandai-pandai pulo manunjuak ajari. Alhamdulillah. Nan paralu, kito samo-samo mancari ridha Allah kan Ad ?. Baa pun jalannyo, tasarah ka awak masiang-masing, asa lai indak kalua dari jalur yang telah ditetapkan Allah swt. dan diajakan dek Nabi Muhammad saw. Salut ambo jo si Ad. Mudah-mudahan Allah swt. memberi rahmat. Wassalam St. Sinaro __ Do you Yahoo!? Yahoo! Search - Find what youre looking for faster http://search.yahoo.com Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
Re: [R@ntau-Net] Demokrasi : Gambaran Sebuah Sampah Peradaban
Wa'alaikum salam wr. wb. Da Sutan, samo samo mudah mudahan awak kasadonyo tetap dirahmati Allah nan kuaso. ambo memang menyadari, urang islam di RN iko bermacam macam kadar pengetahuan dan pemahamannyo tentang Islam, banyak dari kaum muslimin sendiri masih gamang jo syari'at islam maupun sitim khilafah iko. Indak saketek kini kaum intelektual muslim nan sangajo mencari persamaan khilafah jo demokrasi, dengan satu tujuan agar awak indak maliek demokrasi sebagai satu satunya alternatif tapi justru kembali kepada yang sudah dicontohkan Rasulullah. Walau ambo tahu petinggi islam di indonesia (muhammadiyah atau NU) indak setuju dengan negara khilafah, cuman jadi melahirkan tando tanyo diambo, apokah karano mereka2 itu kena pengaruh barat, seperti amin rais yang dapat doktor dibarat. Ataukah karano mereka menyadari indak ado nan bisa jadi khalifah maso maso kini. Nan paling penting terlebih dahulu adolah mambuek wacana, agar umat Islam menyadari bahwa Islam itu begitu bernilai dan bagaikan intan yang belum digosok, dan sistim kekhalifahan adalah satu satunyo nan akan mambaok awak sesuai dengan jalan nan diinginkan oleh Allah swt. Nanti saatnya kelak akan datang juo pemimpin pilihan itu, hancurnya sistim kekhalifahan ini seharusnya membuat kita menangis, bukannya ikut2 menganggap sistim ini tidak bagus. Janganlah dilihat apa yang terjadi sekarang di Saudi. Mereka itu bukanlah contoh negara khilafah. Taruihlah uda menyiarkan dakwah jo caro uda, Ad selalu mengikuti dan bersyukur atas ilmu2 nan uda bagi dipalanta iko Insya Allah awak tetap dalam jalur nan samo. Qur'an Hadits adolah pedoman ambo, sabananyo ado ciek lai yaitu kita mesti berjamaah, tapi bialah ambo indak maajak ajak urang masalah iko..., semua ambo serahkan ka pendalaman masing2. Semoga awak kasadonyo tetap dalam lindungan Allah dan tali hidayah iko tetap awak pacik arek2 sampai tibo saatnyo kelak kito pulang ka kampuang akhirat. wassalam Ad - Original Message - From: Sutan Sinaro [EMAIL PROTECTED] To: Komunitas MINANGKABAU (Urang Awak) Pertama di Internet (sejak 1993) [EMAIL PROTECTED] Sent: Sunday, March 07, 2004 7:50 AM Subject: Re: [EMAIL PROTECTED] Demokrasi : Gambaran Sebuah Sampah Peradaban --- Adrisman [EMAIL PROTECTED] wrote: Demokrasi : Gambaran Sebuah Sampah Peradaban Oleh: Ahmad Sajid Syabab Hizb ut-Tahrir wilayah Indonesia Assalamu'alaikum.w.w. Syabas, tahniah. Aaa.. Ad, kok baru kini lo ko mancogok ?, he he he he. Ruponyo, urang lah punyo nan sabananyo, awak sajo nan ndak tau (urang manyuruak-an kuku). Untuang ambo ndak pandai-pandai pulo manunjuak ajari. Alhamdulillah. Nan paralu, kito samo-samo mancari ridha Allah kan Ad ?. Baa pun jalannyo, tasarah ka awak masiang-masing, asa lai indak kalua dari jalur yang telah ditetapkan Allah swt. dan diajakan dek Nabi Muhammad saw. Salut ambo jo si Ad. Mudah-mudahan Allah swt. memberi rahmat. Wassalam St. Sinaro __ Do you Yahoo!? Yahoo! Search - Find what you're looking for faster http://search.yahoo.com Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net