Re: [R@ntau-Net] Demokrasi : Gambaran Sebuah Sampah Peradaban

2004-03-10 Terurut Topik Adrisman
Assalamu'alaikum wr.wb.

Sanak Harman,
Tapek bana kesimpulan nan Harman tuliskan iko. Memang kekhalifahan nan da Ad
bayangkan pelaksanaannyo mirip dengan demokrasi nan sadang awak pakai kini.
Cuman ado point point penting nan Demokrasi indak bisa memenuhi kebutuhan
umat islam.

1. Kewajiban kita mentaati pemimpin.
2. Kewajiban kita memilih pemimpin itu dari umat islam.
3. Hukum2 yang kita pakai harus mengacu kepada hukum yang tidak bertentangan
dengan yang digariskan oleh Allah swt (syari'ah Islam)

Inilah sebenarnya yang esential dalam pemilihan negara khilafah dibandingkan
demokrasi. Dalam negara khilafah cuma ada satu imam / pemimpin agama yaitu
pemimpin negara merangkap pemimpin agama.
Dalam negara2 yang menganut kekhalifahan, tidak diizinkan adanya imam yang
lain, karena ini sudah suatu makar dan salah satu dalil yang kebetulan
memang sangat tegas dan keras, bahwa bila sudah ada satu imam / khalifah
yang terpilih maka yang datang kemudian (mengaku ngaku) harus dibunuh. (maaf
ini kita bicara teori, praktek bisa saja berbeda).

Jadi bisa dibayangkan, dalam negara khilafah umat Islam bisa / dipaksa untuk
bersatu dibawah satu pimpinan. Dan bisa dikontrol timbulnya kelompok2 kecil
yang bisa menjadi duri dalam pemerintahan. Inilah sekarang yang terjadi dan
menjadi dampak negatip dalam demokrasi di Indonesia, semakin merebaknya
kelompok islam2 yang militant / bergaris keras. Seperti halnya bashir (siapa
itu, maaf lupa nama lengkapnya) yang berkata lantang dan meneriakkan amrik
infidel, kelompok2 seperti ini walaupun bukan wakil pemerintah namun bisa
memberikan image yang salah tentang Indonesia dan umat Islam di indonesia
secara umumnya. Yang berujung semakin sulitnya kita diterima dalam pergaulan
internasional.

Dulu insya Allah jaman Soeharto, hal2 seperti ini tak pernah terjadi,
kalaupun terjadi langsung digulung dan dibekukan seperti kasus Imron / islam
jamaah dulu.
tapi bukan berarti era soeharto ini yang kita inginkan untuk kembali, namun
ini hanya suatu contoh bahwa demokrasi dikita sekarang ini cuma menimbulkan
dampak negatip daripada positipnya.

kenapakah begitu...? karena islam dan umat islam adalah berbeda dengan umat
nasrani.
Umat nasrani bisa menjalankan negara sekuler karena agama mereka sendiri
sudah berfikir secara sekuler, artinya urusan dunia diurus negara, urusan
akhirat diurus gereja.
Sehingga jangan heran kalau sehari hari mereka berbuat yang melanggar ajaran
agamanya asal tidak melanggar hukum negara maka mereka akan selamat, kalau
mereka berdosa mereka kembali kegereja meminta pengampunan dosa dan mereka
sudah kembali bersih.

Lihatlah bedanya dengan umat islam..., kalau ada yang melanggar ajaran agama
maka secara otomatis umat islam akan menghukumi orang tersebut (secara
sosial),
contohnya bila ada yang ketahuan berzinah dikampung, maka walau tidak ada
aturannya dalam negara demokrasi orang berzinah harus dihukum, namun rakyat
sekelilingnya akan menghukum orang yang berbuat tersebut.
Disinilah salah satu contoh akhirnya terjadi perbenturan antara demokrasi
dan umat islam. Demokrasi adalah kebebasan, berbagai macam freedom telah
disusun agar hak2 individu seseorang tidak dilanggar. Mungkinkah kebebasan
ini bisa diterapkan pada umat islam yang taat pada Allah dan ajaranNya..?

Yang paling pas adalah bagaimana mengakomodasi kebutuhan umat islam (95%
penduduk Indonesia) agar bisa tetap menjalankan ajaran agamanya, yaitu satu
satunya cara negara harus bisa mengambil hukum2 yang berdasarkan syari'ah
islam.
Kalau syari'ah islam sudah diakui sebagai satu sumber hukum, maka akan
sampai kepada kewajiban beramir / ulil amri yang cuma boleh satu adanya
didalam umat islam.
Tidak percaya, kita lihat unit yang kecil yaitu imam sembahyang., jika
kita masuk kedalam mesjid dan sedang terjadi shalat jamaah, maka kita harus
ikut jadi ma'mum masbuq sekalipun salatnya tinggal satu rakaat, tidak boleh
kita mendirikan jamaah yang baru sampai jamaah yang pertama selesai mengucap
salam.

Lagipula bukankah jari yang lima lebih kuat dari jari yang satu. Bukankah
Islam akan semakin kuat kalau kita menjadi satu jamaah yang besar,
dibandingkan kita menjadi jamaah2 yang kecil, yang dengan mudah dipecah
belah dan dibentur benturkan oleh orang yang tidak ingin melihat islam
bersatu dan bangkit menjadi bangsa yang kuat.

Saya yakin dulu terjadinya perpecahan kelompok Islam menjadi NU dan MD
tadinya berasal karena kepentingan politik saja., dan bukan semata mata
karena kepentingan umat.
Kalau kita tidak juga menyadari bahwa umat Islam di Indonesia harus bersatu,
maka janganlah harap dalam sepuluh, duapuluh tahun lagi kita akan terlepas
dari keterpurukan ini.
Kita cuma akan bergolak mencari formulasi demokrasi yang pas untuk
indonesia, sedang amrik saja yang cuma punya persoalan rasialis dulu2
membutuhkan puluhan bahkan ratusan tahun sebelum menjadi negara demokrasi
seperti sekarang. Sekarang juga demokrasi tertolong disana karena
sarana/prasarana mereka sudah kuat dan berjalan dengan teratur. Contohnya
bila ada 

RE: [R@ntau-Net] Demokrasi : Gambaran Sebuah Sampah Peradaban

2004-03-10 Terurut Topik harman
Wa'alaikumsalam wr.wb
Da Ad nan bijaksana yang InsyaALLAH dirahmati ALLAH,
Meski penjelasan - penjelasan yang da Ad sampaikan hari ini 
banyak yang belum menjawab berbagai pertanyaan seputar sistim
ke Khalifahan akan tetapi ada point penting yang menurut saya 
lebih realistis dan applicable yaitu :

Adrisman wrote:
Mungkin malaysia adalah adalah salah satu contoh yang perlu kita 
pelajari, dimana hybrid antara demokrasi dan syari'ah islam 
nampaknya berjalan dengan mulus, warga2 cina yang non muslimpun 
disana hidup tenang dan berbaur dengan sesama melayu secara 
rukun.

Dari paragraph akhir ini saya menyimpulkan (maaf kalau salah)
bahwa penegakan syari'ah Islam tidak mesti dalam bentuk 
kekhalifahan, sistim demokrasipun bisa dijadikan tools bagi 
penegakan syari'ah Islam. Dan ini adalah merupakan penerapan poin
ke tiga dari tiga poin yang da Ad sampaikan, sedangkan point 1 
2 itu lebih banyak mengarah kepada individu2 ummat Islam bukan
bagian dari sistim dan hal itu saat ini pun sedang berjalan.

Terima kasih atas kesempatan diskusi yang diberikan dan saya 
masih menunggu apakah pertemuan yang di Harvard spt yang pernah
disampaikan akan mampu merumuskan konsep ke Khalifahan dari sisi
praksis nya bukan sekedar membuka-buka catatan lama yang hanya 
mengarah pada romantisme masa lalu.

Tapi ba a lo da Ad masih menyimpan su'zon ttg duo ormas nan lah
tuo (NU  MD). Setahu ambo Ahmad Dahlan mendirikan MD sangaik
jauh dari kepentingan politik jiko dalam perjalanannyo pernah mem
bidani kelahiran partai (Masyumi  PAN) itu labiah tape kalau di
katokan bagian dari dinamika organisasi/perserikatan.
Dan jika ado gesekan bukan dikarenakan kepentingan politik akan
tetapi pertentangan dalam masalah furu'iyah (niat, qunut, 
tahlilan, selamatan dll) ini karena prinsip MD yang dikenal dgn
TBC (Taklid, Bid'ah dan ...ah lupo lo ambo a nan C nyo ko mah).
wallahualam.


wassalam,
harman

nb. Sayangnya da Ad, Aceh hingga kini alun bisa menampilkannya
secara utuh, mungkin dek karano masih adonyo konflik/instabilitas
keamanan.


-Original Message-
From: Adrisman [mailto:[EMAIL PROTECTED]


Assalamu'alaikum wr.wb.

Sanak Harman,
Tapek bana kesimpulan nan Harman tuliskan iko. Memang kekhalifahan nan da Ad
bayangkan pelaksanaannyo mirip dengan demokrasi nan sadang awak pakai kini.
Cuman ado point point penting nan Demokrasi indak bisa memenuhi kebutuhan
umat islam.

1. Kewajiban kita mentaati pemimpin.
2. Kewajiban kita memilih pemimpin itu dari umat islam.
3. Hukum2 yang kita pakai harus mengacu kepada hukum yang tidak bertentangan
dengan yang digariskan oleh Allah swt (syari'ah Islam)

Inilah sebenarnya yang esential dalam pemilihan negara khilafah dibandingkan
demokrasi. Dalam negara khilafah cuma ada satu imam / pemimpin agama yaitu
pemimpin negara merangkap pemimpin agama.
Dalam negara2 yang menganut kekhalifahan, tidak diizinkan adanya imam yang
lain, karena ini sudah suatu makar dan salah satu dalil yang kebetulan
memang sangat tegas dan keras, bahwa bila sudah ada satu imam / khalifah
yang terpilih maka yang datang kemudian (mengaku ngaku) harus dibunuh. (maaf
ini kita bicara teori, praktek bisa saja berbeda).

Jadi bisa dibayangkan, dalam negara khilafah umat Islam bisa / dipaksa untuk
bersatu dibawah satu pimpinan. Dan bisa dikontrol timbulnya kelompok2 kecil
yang bisa menjadi duri dalam pemerintahan. Inilah sekarang yang terjadi dan
menjadi dampak negatip dalam demokrasi di Indonesia, semakin merebaknya
kelompok islam2 yang militant / bergaris keras. Seperti halnya bashir (siapa
itu, maaf lupa nama lengkapnya) yang berkata lantang dan meneriakkan amrik
infidel, kelompok2 seperti ini walaupun bukan wakil pemerintah namun bisa
memberikan image yang salah tentang Indonesia dan umat Islam di indonesia
secara umumnya. Yang berujung semakin sulitnya kita diterima dalam pergaulan
internasional.

Dulu insya Allah jaman Soeharto, hal2 seperti ini tak pernah terjadi,
kalaupun terjadi langsung digulung dan dibekukan seperti kasus Imron / islam
jamaah dulu.
tapi bukan berarti era soeharto ini yang kita inginkan untuk kembali, namun
ini hanya suatu contoh bahwa demokrasi dikita sekarang ini cuma menimbulkan
dampak negatip daripada positipnya.

kenapakah begitu...? karena islam dan umat islam adalah berbeda dengan umat
nasrani.
Umat nasrani bisa menjalankan negara sekuler karena agama mereka sendiri
sudah berfikir secara sekuler, artinya urusan dunia diurus negara, urusan
akhirat diurus gereja.
Sehingga jangan heran kalau sehari hari mereka berbuat yang melanggar ajaran
agamanya asal tidak melanggar hukum negara maka mereka akan selamat, kalau
mereka berdosa mereka kembali kegereja meminta pengampunan dosa dan mereka
sudah kembali bersih.

Lihatlah bedanya dengan umat islam..., kalau ada yang melanggar ajaran agama
maka secara otomatis umat islam akan menghukumi orang tersebut (secara
sosial),
contohnya bila ada yang ketahuan berzinah dikampung, maka walau tidak ada
aturannya dalam negara demokrasi orang berzinah harus dihukum, 

RE: [R@ntau-Net] Demokrasi : Gambaran Sebuah Sampah Peradaban

2004-03-10 Terurut Topik abp malin bandaro
Assalamualaikum ww

Maaf numbang nimbrung sakaciak

Penegak-an Syariat Islam tentu saja nggak harus mendirikan kekhalifahan Islam sekarang, itu nantik2lahsasudah ko, insya Allah kalau semua kesiapan untuk itu lah ok

Kayaknyonan mendesak bana kiniko adolahmengawasi dijalankan-nya SyariatIslamdikalangan pemeluk agama Islam dinegara kita yag mayoritas Islam initentu saja dalam bingkai persatuan umat dan bangsa

Buek samantaro model Malaysia juga tidak jelek kok, it is ok

Baa caronyo supayo kito bisa ka-arah itu?
Maripabanyak pemimpin dan politisi yangmampunyoikomitmen tinggi ka-arah itu, yaitu mereka2 yang telah:
1. Secara Sipiritualis memiliki komitment terhadap visi, misi dan nilai2 (value) yang dianut, tetu saja dalam hal ininilai2 religius (Islam)
2. Memandang persoalan2 agama dengan sikap yang rasional

Tentu saja yang mendesak saat ini dalam konteks Indonesiana adalah pandangan dan sikap tegas terhadap penyelewengan aturan2 agamaIslam terlebih dalam hal pemberantasan korupsi yang sudah sangat kronis dinegeri yangpenduduk Islamnya terbesarini

wasalam
abp52harman [EMAIL PROTECTED] wrote:
Wa'alaikumsalam wr.wbDa Ad nan bijaksana yang InsyaALLAH dirahmati ALLAH,Meski penjelasan - penjelasan yang da Ad sampaikan hari ini banyak yang belum menjawab berbagai pertanyaan seputar sistimke Khalifahan akan tetapi ada point penting yang menurut saya lebih realistis dan applicable yaitu :Adrisman wrote:Mungkin malaysia adalah adalah salah satu contoh yang perlu kita pelajari, dimana hybrid antara demokrasi dan syari'ah islam nampaknya berjalan dengan mulus, warga2 cina yang non muslimpun disana hidup tenang dan berbaur dengan sesama melayu secara rukun.Dari paragraph akhir ini saya menyimpulkan (maaf kalau salah)bahwa penegakan syari'ah Islam tidak mesti dalam bentuk kekhalifahan, sistim demokrasipun bisa dijadikan tools bagi penegakan syari'ah Islam. Dan ini adalah merupakan penerapan poinke tiga dar
 i tiga
 poin yang da Ad sampaikan, sedangkan point 1 2 itu lebih banyak mengarah kepada individu2 ummat Islam bukanbagian dari sistim dan hal itu saat ini pun sedang berjalan.Terima kasih atas kesempatan diskusi yang diberikan dan saya masih menunggu apakah pertemuan yang di Harvard spt yang pernahdisampaikan akan mampu merumuskan konsep ke Khalifahan dari sisipraksis nya bukan sekedar membuka-buka catatan lama yang hanya mengarah pada romantisme masa lalu.Tapi ba a lo da Ad masih menyimpan su'zon ttg duo ormas nan lahtuo (NU  MD). Setahu ambo Ahmad Dahlan mendirikan MD sangaikjauh dari kepentingan politik jiko dalam perjalanannyo pernah membidani kelahiran partai (Masyumi  PAN) itu labiah tape kalau dikatokan bagian dari dinamika organisasi/perserikatan.Dan jika ado gesekan bukan dikarenakan kepentingan politik akantetapi pertentangan dalam masalah furu'iyah (niat, qunut, tahlilan, selamatan dll) ini
  karena
 prinsip MD yang dikenal dgnTBC (Taklid, Bid'ah dan ...ah lupo lo ambo a nan C nyo ko mah).wallahualam.wassalam,harmannb. Sayangnya da Ad, Aceh hingga kini alun bisa menampilkannyasecara utuh, mungkin dek karano masih adonyo konflik/instabilitaskeamanan.-Original Message-From: Adrisman [mailto:[EMAIL PROTECTED]Assalamu'alaikum wr.wb.Sanak Harman,Tapek bana kesimpulan nan Harman tuliskan iko. Memang kekhalifahan nan da Adbayangkan pelaksanaannyo mirip dengan demokrasi nan sadang awak pakai kini.Cuman ado point point penting nan Demokrasi indak bisa memenuhi kebutuhanumat islam.1. Kewajiban kita mentaati pemimpin.2. Kewajiban kita memilih pemimpin itu dari umat islam.3. Hukum2 yang kita pakai harus mengacu kepada hukum yang tidak bertentangandengan yang digariskan oleh Allah swt (syari'ah Islam)Inilah sebenarnya yang esential dalam pemilihan negara 
 khilafah
 dibandingkandemokrasi. Dalam negara khilafah cuma ada satu imam / pemimpin agama yaitupemimpin negara merangkap pemimpin agama.Dalam negara2 yang menganut kekhalifahan, tidak diizinkan adanya imam yanglain, karena ini sudah suatu makar dan salah satu dalil yang kebetulanmemang sangat tegas dan keras, bahwa bila sudah ada satu imam / khalifahyang terpilih maka yang datang kemudian (mengaku ngaku) harus dibunuh. (maafini kita bicara teori, praktek bisa saja berbeda).Jadi bisa dibayangkan, dalam negara khilafah umat Islam bisa / dipaksa untukbersatu dibawah satu pimpinan. Dan bisa dikontrol timbulnya kelompok2 kecilyang bisa menjadi duri dalam pemerintahan. Inilah sekarang yang terjadi danmenjadi dampak negatip dalam demokrasi di Indonesia, semakin merebaknyakelompok islam2 yang militant / bergaris keras. Seperti halnya bashir (siapaitu, maaf lupa nama lengkapnya) yang berkata lantang dan meneriakkan amrikinfidel, kelo
 mpok2
 seperti ini walaupun bukan wakil pemerintah namun bisamemberikan image yang salah tentang Indonesia dan umat Islam di indonesiasecara umumnya. Yang berujung semakin sulitnya kita diterima dalam pergaulaninternasional.Dulu insya Allah jaman Soeharto, hal2 seperti ini tak pernah terjadi,kalaupun terjadi langsung digulung dan 

Re: [R@ntau-Net] Demokrasi : Gambaran Sebuah Sampah Peradaban

2004-03-10 Terurut Topik Adrisman
Assalamu'alaikum wr. wb.

Sanak Harman jo sanak kasadonyo di palanta.
Mudah mudahan awak kasadonyo masih tetap dirahmati Allah swt dan tali
keimanan iko hendaknyo tetap bisa awak jago sampai akhir hayat nanti.

Nampaknyo memang diskusi awak alah sampai jo kesimpulan nan Harman sampaikan
dibawah iko, walau da Ad mengakui nan realistis untuak maso2 kini memang
cuma demokrasi nan bisa ditarimo banyak urang.
Bahkan Iran nan jaleh jaleh pemerintahannyo berdasarkan hukum Islam
sapanuahnyo, tatap indak namuah menggunakan istilah negara kekhalifahan
sebaliknya tetap menyebut negaranya negara demokrasi.

Pada akhirnyo memang awak harus realistis dan kasadonyo memerlukan proses,
kalaulah demokrasi sudah menjadi kesepakatan nasional, mako nan bisa awak
harapkan sebagai rakyat yang beragama islam, iyolah agar kepentingan umat
islam tetap lebih didahulukan oleh siapun beko nan memimpin negara.
Mudah mudahan pemerintah nan bakal awak piliah nanti, jadi pemerintah nan
kuek dan berwibawa, jan pulo sampai terjadi saroman kasus pak AR tempo hari,
indak bisa masuak kasalah satu daerah untuak maagiah ceramah karano daerah
itu basis salah satu ormas  islam nan lain..
Iko benar benar menurunkan wibawa petinggi negara nan alah diberi mandat
resmi oleh seluruh bangsa dan juo manunjuakkan awak urang islam alun juo
mendahulukan ukhuwah islamiyah.

Da Ad juo mengucapkan tarimo kasih banyak ateh diskusi awak nan menarik iko,
walau aa nan menjadi angan2 da Ad agar umat Islam bisa bersatu dibawah satu
kepemimpinan cuma tingga angan2, namun bialah kini cuma jadi angan2 mudah
mudahan dimaso maso nanti angan2 iko bisa jadi kenyataan.

Da Ad juo minta maaf alah su'udzon jo kaduo ormas terbesar di Ina tersebut.
Itu cuma semata mata karano da Ad ingin bana maliek awak bangkit dan salah
satunyo nan tapikia di da Ad iyolah awak mesti bersatu dengan mencari
banyak2 persamaan dan manjauhkan perbedaan diantaro kito.

Akhirul kalam, marilah awak kasadonyo berdoa dan minta ampun ka nan Kuaso,
semoga keterpurukan nagari awak kini bukanlah suatu siksaanNyo tapi cuma
suatu ujian agar awak dimaso maso mendatang bisa labiah kuek.

Mungkin alah cukuik diskusi awak sampai disiko yo Harman, bialah awak mundur
kasuduik dulu, awak agiah pulo sanak nan lain katangah mambaok topik2 nan
lain nan mungkin labiah paguno untuak dibaok katangah.

Tarimo kasih yo Harman, mudah mudahan awak bisa badiskusi jo topik nan lain
dimaso maso mendatang.
Alhamdulillah jaza kallohu khoiron.

wassalam
Adrisman

nb. Marilah awak berdo'a semoga sanak2 awak di Aceh bisa capek mendapat
ketenangan dan bisa kembali beraktivitas saroman awak2 disiko.


- Original Message - 
From: harman [EMAIL PROTECTED]
To: Komunitas MINANGKABAU (Urang Awak) Pertama di Internet (sejak 1993)
[EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, March 10, 2004 8:26 PM
Subject: RE: [EMAIL PROTECTED] Demokrasi : Gambaran Sebuah Sampah Peradaban


 Wa'alaikumsalam wr.wb
 Da Ad nan bijaksana yang InsyaALLAH dirahmati ALLAH,
 Meski penjelasan - penjelasan yang da Ad sampaikan hari ini
 banyak yang belum menjawab berbagai pertanyaan seputar sistim
 ke Khalifahan akan tetapi ada point penting yang menurut saya
 lebih realistis dan applicable yaitu :

 Adrisman wrote:
 Mungkin malaysia adalah adalah salah satu contoh yang perlu kita
 pelajari, dimana hybrid antara demokrasi dan syari'ah islam
 nampaknya berjalan dengan mulus, warga2 cina yang non muslimpun
 disana hidup tenang dan berbaur dengan sesama melayu secara
 rukun.

 Dari paragraph akhir ini saya menyimpulkan (maaf kalau salah)
 bahwa penegakan syari'ah Islam tidak mesti dalam bentuk
 kekhalifahan, sistim demokrasipun bisa dijadikan tools bagi
 penegakan syari'ah Islam. Dan ini adalah merupakan penerapan poin
 ke tiga dari tiga poin yang da Ad sampaikan, sedangkan point 1 
 2 itu lebih banyak mengarah kepada individu2 ummat Islam bukan
 bagian dari sistim dan hal itu saat ini pun sedang berjalan.

 Terima kasih atas kesempatan diskusi yang diberikan dan saya
 masih menunggu apakah pertemuan yang di Harvard spt yang pernah
 disampaikan akan mampu merumuskan konsep ke Khalifahan dari sisi
 praksis nya bukan sekedar membuka-buka catatan lama yang hanya
 mengarah pada romantisme masa lalu.

 Tapi ba a lo da Ad masih menyimpan su'zon ttg duo ormas nan lah
 tuo (NU  MD). Setahu ambo Ahmad Dahlan mendirikan MD sangaik
 jauh dari kepentingan politik jiko dalam perjalanannyo pernah mem
 bidani kelahiran partai (Masyumi  PAN) itu labiah tape kalau di
 katokan bagian dari dinamika organisasi/perserikatan.
 Dan jika ado gesekan bukan dikarenakan kepentingan politik akan
 tetapi pertentangan dalam masalah furu'iyah (niat, qunut,
 tahlilan, selamatan dll) ini karena prinsip MD yang dikenal dgn
 TBC (Taklid, Bid'ah dan ...ah lupo lo ambo a nan C nyo ko mah).
 wallahualam.


 wassalam,
 harman

 nb. Sayangnya da Ad, Aceh hingga kini alun bisa menampilkannya
 secara utuh, mungkin dek karano masih adonyo konflik/instabilitas
 keamanan.



Re: [R@ntau-Net] Demokrasi : Gambaran Sebuah Sampah Peradaban

2004-03-09 Terurut Topik Adrisman
Assalamu'alaikum wr. wb.

Mak Hasanbasri, sanak Harman jo sanak kasadonyo di palanta.
Mari kito lanjutkan bincang2 awak mengenai kekhalifahan dan implementasinyo
dalam kehidupan modern iko.
Karena diskusi kita ini bukanlah menulis jurnal ilmiyah, jadi yang saya
tulis juga semampu dan seingat saya saja, tolong sekiranya kurang tepat agar
dibetulkan jika benar diiyakan.

Tak perlu segan merasa telah melecehkan atau merasa berseberangan..., kadang
kala diskusi2 seperti ini akan melahirkan wacana wacana baru dan tidak
tertutup kemungkinan nantinya menjadikan kita semakin tahu dan cinta dengan
agama kita ini. Ingatlah saya tidak anti demokrasi, bahkan saya hidup merasa
lebih aman dan tenang beragama setelah tinggal dinegara demokrasi ini. Namun
kenyamanan pribadi tidak berarti membuat kita harus melupakan ajaran2 dan
petunjuk yang telah digariskan Allah dalam Alqur'an dan kemudian dicontohkan
oleh rasullullah dalam sunnahnya.

Bertolak dari dalil2 alqur'an dan sunnah rasul yang kemudian dilanjutkan
oleh para sahabat, maka tidak ada keragu-raguan sedikitpun bahwa umat islam
itu harus mempunyai ulil amri (amirul mukminin). Kalau kita pelajari dalam
Al-quran memang tidak ada secara explisit bahwa bentuk negara itu harus
begini atau begitu, bila kita telitipun hukum2 yang ada dalam Alqur'an
mungkin cuma ada sekitar 200 sampai 400 hukum saja yang menyangkut legal
matters, semuanya kebanyakan mengatur mengenai keimanan dan hubungan
horizontal diantara ummah, jauh sangat sedikit jumlahnya bila dibandingkan
dengan negara2 demokrasi yang mempunyai hukum2 sampai ribuan banyaknya.
Perintah mentaati ulil amri ini adalah satu satunya yang mengisyaratkan pada
kita bahwa ummat islam itu harus ada pemimpinnya, pemimpin yang harus
ditaati, tidak ada gunanya punya pemimpin kalau tidak bisa kita taati.
Mengingat perintah dari Allah adalah wajib dan meninggalkannya adalah
berdosa, maka tentu saja memilih pemimpin adalah bukan hal yang main2.
Seperti halnya sekarang dengan demokrasi yang kita punyai akhirnya terpilih
Megawati (maaf tidak dengan berniat menghakimi) , sebagaimana perintah Allah
agar kita harus mentaati ulil amri, lantas bagaimana kita bisa mentaati
seorang pimpinan kalau hal2 yang nampak saja sudah menunjukkan bahwa beliau
menentang perintah Allah (tidak berkerudung misalnya, membiarkan anggota2
kabinetnya, saudara2nya berkorupsi ria). Dalam petunjuk Islam jika pemimpin
kita melanggar perintah Allah maka dia harus kita tinggalkan.
Kemudian lagi seandainya PDS nanti menang dan akhirnya terpilih seorang
pemimpin yang bukan muslim, bagaimana umat ini nantinya...? janganlah bilang
ini tidak mungkin, karena sudah terjadi di Aljazair misalnya, mungkin juga
di nigeria.

Seorang pemimpin ummat bukanlah manusia biasa dia haruslah manusia luar
biasa, terpilih dari yang terbaik.
Lihatlah bahkan di negara2 demokrasi seperti di amrik saja dituntut
pemimpinnya mesti mempunyai moral yang baik, sekalipun negara itu menjunjung
tinggi kebebasan / freedom. namun khusus untuk pemimpin, moral2 yang tinggi
masih menjadi tuntutan masyarakat.

Sebagaimana diyakini oleh kita semua bahwa Alqur'an adalah suatu mu'jzat,
maka dengan hanya beberapa ratus saja perangkat hukum yang digariskan oleh
Allah swt, namun ini sudah cukup untuk menyelamatkan umat manusia ini dari
perbuatan2 yang tidak di ridhaiNya.

Kembali kepada pertanyaan mak sutan dan sanak harman bagaimana caranya
memilih dan menurunkan khalifah, sebagaimana yang saya postingkan tempo hari
bahwa dibutuhkan orang2 yang memenuhi syarat untuk duduk dalam council
(shura) dan juga orang yang memenuhi syarat menjadi Khalifah. Kalau ini
tidak terpenuhi, maka memang tak ada gunanya ditawarkan sistim kekhalifahan
ini di Ina, pertama kalau orang2 yang dipilih tersebut tidak menguasai
hukum2 Islam (syari'at islam) maka tentulah akhirnya akan berakhir seperti
negara2 teluk sekarang ini dimana keamiran cuma dipakai untuk melanggengkan
kekuasaan dari keluarga (dynasti) tertentu, kedua perintah taat pada Allah,
rasul dan ulil amri itu hanya untuk orang2 yang beriman, kalau keimanan
kita belum sampai, maka dalil ini tidak berlaku untuk kita2.
Namun bila ada yang memenuhi syarat maka ini sudah menjadi kewajiban yang
tidak bisa ditawar tawar lagi, mengingat dalam salah satu hadits nabi
riwayat Muslim bahwa bila kita mati dan dan mati kita tidak berjamaah maka
mati kita bagaikan mati jahiliyah.
Pertanyaannya apakah iya tidak ada satupun yang memenuhi syarat untuk jadi
khalifah dari sekian ratus juta rakyat indonesia...?
Jauh lebih baik mempunyai seorang khalifah yang bisa mempersatukan umat
daripada mempunyai presiden, namun terdapat banyak imam2 kecil yang ditaati
oleh kelompok2 kecil umat. Akhirnya cuma akan melahirkan orang2 seperti
amrozi dlsbnya.

Pemimpin/khalifah idealnya dipilih langsung oleh rakyat, rakyat harus yakin
dan tahu siapa orang yang akan menjadi pimpinannya dan membimbing mereka
dalam bernegara sekaligus menjalankan ibadah sesuai syari'at islam. Namun
membicarakan ini tidak 

Re: [R@ntau-Net] Demokrasi : Gambaran Sebuah Sampah Peradaban

2004-03-09 Terurut Topik Adrisman
Assalamu'alaikum wr.wb.

Rasanya yang menjadi masalah adalah law enforcement itu yang lemah dan
penerapannya tidak sesuai dengan dasar negara kita (Pancasila),
kalau sudah disepakati bahwa dasar negara berdasarkan yang lima itu, maka
seharusnya implementasinya harus sesuai dengan kesepakatan tersebut.

Disepakati bahwa kita berketuhanan yang maha esa, logikanya yang tidak
berketuhanan yang maha esa seperti hindu dlsbnya tidak layak tinggal di Ina,
kemudian pembangunan juga tidak menumpuk di P Jawa saja agar sesuai dengan
niat menjadikan keadilan bagi seluruh rakyat indonesia. Kalau mau consisten
jangan pakai sila berketuhanan yang maha esa

Sehingga semboyan dengan praktek sehari hari tak ada hubungan sama sekali,
sama halnya seperti membuat motto work hard, work smart, time is money namun
prakteknya kita bermalas malasan. Sehingga motto hanya tinggal motto.

Seingat saya Malaysia juga menerapkan syari'ah islam walaupun juga ada unsur
penggabungan dengan hukum adat setempat ( apakah mereka ber abssbk juga..?).
Dalam court systemnya terdapat 3 level yaitu syari'ah courts, syari'ah
subordinate court, syari'ah high court dan syari'ah appeal court
Ras Melayu dianggap semuanya muslim dan dikenakan hukum Islam (syari'ah)
sedang yang non melayu/muslim dikenakan hukum federal. Setiap negara bagian
bisa mengeluarkan fatwa namun semuanya mengacu kepada madzab Syafi'i. Bahkan
di Kelantan diterapkan hukum haad / rajam walaupun pelaksanaanya belum
pernah terjadi.

Walaupun mereka tidak menyebutkan istilah khalifah, namun dalam
konstitusinya bahwa semua pemimpin tiap2 state adalah head of the religion
of islam,  ketiadaan pimpinan state2 ini (Malaka, Penang, Sabah, Negeri
Sembilan, Kuala Lumpur, Labuan) maka Yang dipertuan agong ditunjuk sebagai
the head of the religion of islam.

Artikel dibawah ini mungkin bisa memperjelas apa yang saya sampaikan.

wassalam
Adrisman

=

Legal History:

The legal system is based on English common law, with both Islamic law and
'adat constituting significant sources of law, particularly in matters of
personal status.

Parts of present-day Malaysia were under Portuguese and Dutch control, and
starting from Penang in the late 18th century, the region eventually came
under British rule, formalised by the Anglo-Dutch Treaty 1824. Malaysia and
Singapore were the eventual successor states to the Straits Settlements
(Penang, Singapore, Malacca), Federated Malay States (Selangor, Perak,
Pahang, Negri Sembilan) and Unfederated Malay States (Perlis, Kedah,
Kelantan, Trengganu, and Johor). Sabah and Sarawak, formerly constituents of
British Borneo, later joined Malaysia.

Under British rule, the first legislation regulating Islamic marriage in the
Straits Settlements was the Mohammedan Marriage Ordinance 1880, mainly
procedural in content. The Ordinance was amended in 1908 to make
registration of marriage and divorce compulsory, non-compliance being
punishable by fine or imprisonment. A 1923 amendment directed the
application of Islamic law to intestate succession of Muslims insofar as
local custom would permit, and without disinheriting non-Muslim kin. The
Ordinance continued to be applied in Penang and Malacca until State Acts
were passed in 1959. The first codification of Malay customary law (a
mixture of 'adat and Islamic law) came in 1915 with enactment of Laws of the
Malay Courts 1915 in Sarawak.

The region was occupied by Japanese forces from 1942 to 1945, with control
reverting to the British after WWII. A legislative assembly was established
in 1955 and independence achieved in 1957. From 1948, the States were
granted jurisdiction over application and legislation of shari'ah and from
1952 to 1978, new laws were promulgated in the eleven Muslim-majority States
of Malaysia and Sabah, generally entitled Administration of Islamic/Muslim
Law Enactments and covering the official determination of Islamic law,
explanation of substantive law, and jurisdiction of syariah courts. New laws
relating to personal law were enacted in most States between 1983 and 1987.

Efforts by Kelantan State to pass a Syariah Criminal Code Enactment 1993
relating to the application of hadd penalties resulted in a stand-off
between the Federal and State governments. It was passed by the State
legislature but never brought into force. It was a matter of much
controversy as criminal matters are within Federal and not State
legislatures' jurisdiction.

 Schools of Fiqh: The majority of Muslims are Shafi'i, with Hanafi
minorities. There are also significant Buddhist, Hindu and Christian
minorities and a high proportion of followers of indigenous religions,
particularly in Sabah and Sarawak (both States are Muslim-minority).

 Constitutional Status of Islam(ic Law): The Constitution was adopted on
31st August 1957 and has been amended several times. Article 3(1) declares
Islam the official state religion as well as 

RE: [R@ntau-Net] Demokrasi : Gambaran Sebuah Sampah Peradaban

2004-03-09 Terurut Topik harman
ambo cubo mambue poin2 da Ad:
A. Proses pemilihan khalifah dan Dewan Rakyat (shura)
1. Khalifah  dipilih oleh dewan rakyat (shura)
2. Dewan Rakyat (shura) dipilih oleh Rakyat

B. Proses pemberhentian khalifah dan Dewan Rakyat (shura)
-Dilakukan oleh dewan Shura atas permintaan Rakyat
-Masa Jabatan bisa diatur/disepakati oleh dewan shura

Dari poin2 tersebut ambo raso ko' yo samo bana jo model demokrasi
Kepala Negara/Khalifah/presiden -- dipilih Dewan Shura = DPR/MPR 
-- dipilih oleh rakyat -- u/ sis. demokrasi--PEMILU (adanya 
parpol), u/ sistim khalifah...??
Kalau bicara sistim memang spt itulah -yg dijelaskan da Ad-
sistim yg kita gunakan selama ini yaitu kepala negara/khalifah/presiden,
dipilih/diberhentikan oleh MPR. Saat 
ini, kepala negara/khalifah/presiden dipilih langsung oleh Rakyat 
sehingga pemberhentiaanya pun satu-2 jalan adalah melalui 
referendum.

Mengenai kriteria nan duduak di council/shura, spt nan ambo kato
kan sabalun no itu kan bisa kito bue, spt saat ini dimano salah 
syarat anggota dewan/presiden adolah lulusan SMA (iko cuman 
contoh, jadi indak usah dipolemikan). Nah kalau kito hendak mam
bue syarat2 spt nan da Ad katokan, tingga kito atur sajokan.

Mengenai ayat-2 nan disampaikan kalau ambo manangkonyo itu suatu
petunjuk bagi ummaik islam dimano sajo ba a caro hidui bernegara 
dan taat pada pemimpin itu indak mesti kepala negara nan muslim 
sajo, meski dia bukan muslim umaik islam harui ta'at kapado ulil 
amri selagi tidak membawa kepada kemaksiatan dan kekufuran.

Tidak adanya Pertentangan paham/kelompok spt nan da Ad sabuikan 
ambo raso itu cuman ado di alam ghaib (maaf yo da Ad), why? 
bukankah semasa kekhalifahan justru terjadi pertentangan mazhab 
yang sangat tajam, bahkan paraimam tasauf/sufi banyak yang 
dihukum mati (pancung) karena dianggap menyesatkan ummat. belum 
lagi peristiwa-2 spt yang da Ad sampaikan (penggantian khalifah 
krn pembunuhan).
Jadi, meski menggunakan sistim kekhalifahan di negeri ini,
pertentangan paham dan pemikiran itu akan terus berlanjut hingga
akhir zaman dan (maaf) bagi yang tidak menyukai hal ini mungkin
bisa dikatakan menentang sunnatullah. Karena perbedaan paham
pendapat telah terjadi sejak zaman kekhalifahan bahkan dizaman
kenabian sekalipun.

Kalau buliah ambo batanyo, apo sebenarnya nan menjadi sasaran 
utama merubah sistim demokrasi ke khalifahan, iko tamasuak nan
menjadi pertanyaan ambo salamo ko, mungkin dek karano adonyo 
suatu penjelasan yang praksis dari para penggagas ke khalifahan.


wassalam,
harman

nb. Ambo mohon maaf lah baburuak sangko (su'zon) ka da Ad 
ruponyo.
Iko loh nan menjadi poin utama bagi ambo, Demokrasi itu indak
buruak-buruak bana kalau ado nan indak bakasasuain tinggal kito
paluruihkan sen. Dan satahu ambo model iko bana nan manjadi pedo
man perserikatan Muhammadiyah dlm ber amar ma'ruf nahi munkar dan
penegakan hukum Islam meski oleh sbgan tokoh islam dikatokan 
lambe spt gajah gapuak tapi kalau kato buya syafi'i cadiak dlm
malie situasi dan kondisi yang sadang tajadi.
samo-samo kito tunggu sajo lah, a hasil dari maota urang di
harvard.

intermezo...:
Ambo jadi ingek kato-kato Amien Rais waktu melempar wacana bentuk
negara Federal nan manuai kritikan tajam dari para panggilo NKRI.
Kritikan itu ditanggapi dengan cukup cerdik, inyo katokan kalau
memang indak suko jo kato-kato Federal kito buang sen lah label
no diganti jo otonomi daerah NKRI. Dimano kaduonyo labiah banyak 
persamaan daripado perbedaan, yaitu Pusat hanyo mengatur masalah 
hub.Internasional, Keamanan dan Pertahanan(a cie lai lupo 
ambo), daerah/propinsi memiliki kewenangan untuk mengatur daerah
nya masing-masing tanpa campur tangan penguasa pusat.
Kalau indak salah ado nan pernah mangatokan sesungguhnya sistim
federal itu lah digunokan lamo di ranah minang yg istilahno 
kanagarian, dimano tio2 nagari berhak mengatur daerah no 
masiang2. 
...jangan-2 konsep federasi itu didapek urang bule dari ranah
minang dan kemudian diolah dan kemasan no diganti dari kanagarian
manjadi Federasi


-Original Message-
From: Adrisman [mailto:[EMAIL PROTECTED]

Assalamu'alaikum wr. wb.

Mak Hasanbasri, sanak Harman jo sanak kasadonyo di palanta.
Mari kito lanjutkan bincang2 awak mengenai kekhalifahan dan implementasinyo
dalam kehidupan modern iko.
Karena diskusi kita ini bukanlah menulis jurnal ilmiyah, jadi yang saya
tulis juga semampu dan seingat saya saja, tolong sekiranya kurang tepat agar
dibetulkan jika benar diiyakan.

Tak perlu segan merasa telah melecehkan atau merasa berseberangan..., kadang
kala diskusi2 seperti ini akan melahirkan wacana wacana baru dan tidak
tertutup kemungkinan nantinya menjadikan kita semakin tahu dan cinta dengan
agama kita ini. Ingatlah saya tidak anti demokrasi, bahkan saya hidup merasa
lebih aman dan tenang beragama setelah tinggal dinegara demokrasi ini. Namun
kenyamanan pribadi tidak berarti membuat kita harus melupakan ajaran2 dan
petunjuk yang telah digariskan Allah dalam Alqur'an dan kemudian dicontohkan
oleh 

RE: [R@ntau-Net] Demokrasi : Gambaran Sebuah Sampah Peradaban

2004-03-08 Terurut Topik harman
Ambo raso para imama ka duo ormas itu (MD  NU) tamasuak mantan
imam nan sabalun no (Amien Rais) satuju jo sistim demokrasi di
Indonesia iko, bukan karano pengaruh barat tapi labiah daripado
karena malie realistis saat ini (detik ini) sistim iko lah 
(demokrasi) yg disesuaikan jo budayo Ind. nan cocok.
Yang sangat realistis untuak diperjuangkan adalah subtansi dari
Islam nan rahmatan lil 'alamin. sebagai bukti kedua ormas itu
berada dalam garda terdepan ketika memperjuangkan RUU SISDIKNAS,
menolak pencabutan kesepatakan tiga menteri tentang kerukunan
beragama dll. Dan nan paling anyar adolah mereka juga bergerak
dalam kampanye anti korupsi dan itu dilakukan dimulai dari dlm
organisasi itu sendiri. Itu semua adolah bagian-bagiant yang 
lebih penting dan mendasar untuak kondisi terkini di negeri ini
daripada perubahan sisitim ketetanegaraan yang sudah baku.

Jadi jangan kan untua mambue wacana khilafah islam wacana tentang
RUU SISDIKNAS dan peradilan agama saja sudah membuat negeri ini
bertumpah darah (pro dan kontra).

Dari penjelasan da Ad ttg systim khilafah masih menimbulkan tanda
tanya besar terutama ttg ba a caro mencabut mandat sang khalifah
jika terjadi penyimpangan? Karano dalam penjelasan itu dikatokan
Jika khalifah kehilangan syarat-syarat tersebut, bisa jadi ia 
kehilangan jabatannya dalam tempo seminggu bahkan sehari! 

Pernyataan hanya baranti disinan, tapi ba a caro no? kalau ummat 
raso no indak mungkin itu sesuai jo penjelasan sabalun no dan 
kalau ummat dapek mancabut mandat mako samolah itu jo Demokrasi 
Apo jatuhnya khalifah itu spt kisah - kisah HC Anderson, dimana 
secara tiba-tiba negara tsb ditimpa bencana atau tiba - tiba sang 
khalifah jatuh sakit dan kemudian mati, yg kemudian dipilih lagi.
Kalau itu ambo raso kito samo loh jo islam abangan nan ba aro 
akan datangnyo ratu adil sbg pengganti.

Begitupun ttg standar hukum demokrasi nan dikatokan menggunakan
standar hukum kufur itu indak lah mutlak. Spt nan ambo katokan
atusaran main dalam demokrasi itu indak lah baku akan tetapi 
dapek dirubah sesuai jo kondisi negara masiang-2. Sbg contoh
Indonesia nan menggunakan Pancasila sbg induk dari seluruh aturan
main (hukum dan perundang-undangan) ambo raso indak ado nan salah
jo sila-sila nan ado di Pancasila dan bertentangan dengan 
Syari'at Islam, kalau ado ambo mohon pencerahan.

Bagi ambo nan jadi point utamo bagi Islam di negeri awak ko kini
dan mungkin limo atau sapuluah tahun lagi adolah memperjuangkan
nilai-nilai Islam nan universal nan langsuang menyentuh pado peru
bahan-perubahan dan perbaikan baik itu dlm pendidikan, ekonomi
dan budaya, terutamo adolah masalah korupsi nan lah manjamur atau
istilah no Amien Rais nan lah manggurita. Dan dek karano itulah
mako MD maupun AR labiah berkonsentrasi kepado hal nan sifaikno
cepat dan segera. Dan kalau mancaliak kiprah MD ambo raso lah
banyak nan mereka lakukan untua kemaslahatan ummat terlepas dari
kelebihan dan kekurangan no dalam pelaksanaannya dan hal itu
mereka lakukan tanpa adanya ke khalifahan. Dan spt Malaysia
nilai-nilai Islam dape tumbuah subur dan harum tanpa ado kecu
rigaan dan ketakutan non muslim.

Oh, iyo akibat dari pernyataan buya Syafi'i dan AR thdp keinginan
Hizbut Tahir dan beberapa Parpol perihal negara islam ko memang 
beliau lah disangko lah luntur keimanan no, padahal setahu ambo 
hinggo kini Amien Rais masih rajin puaso nabi Daud, jadi apo dek 
hanyo indak satuju jo konsep khilafah mako urang nan indak satuju
paralu dipatanyokan ke Islam no?
he..he...capek bana urang kito ko manilai kadar keiman dan 
Keislaman seseorang.

Sebagai mana pandapek dari mak SBN, memang alun ado penjelasan 
nan jaleh dari sistim khilafah, terutamo masalah ba a caro men
nurunkan seorang khalifah nan lah manyimpang tanpa campur tangan
ummat/rakyat nan lah basupakai mamilih no??


wassalam,
harman




-Original Message-
From: Adrisman [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Sunday, March 07, 2004 9:50 PM
To: Komunitas MINANGKABAU (Urang Awak) Pertama di Internet (sejak 1993)
Subject: Re: [EMAIL PROTECTED] Demokrasi : Gambaran Sebuah Sampah Peradaban


Wa'alaikum salam wr. wb.

Da Sutan,
samo samo mudah mudahan awak kasadonyo tetap dirahmati Allah nan kuaso.

ambo memang menyadari, urang islam di RN iko bermacam macam kadar
pengetahuan dan pemahamannyo tentang Islam, banyak dari kaum muslimin
sendiri masih gamang jo syari'at islam maupun sitim khilafah iko.
Indak saketek kini kaum intelektual muslim nan sangajo mencari persamaan
khilafah jo demokrasi, dengan satu tujuan agar awak indak maliek demokrasi
sebagai satu satunya alternatif tapi justru kembali kepada yang sudah
dicontohkan Rasulullah.

Walau ambo tahu petinggi islam di indonesia (muhammadiyah atau NU) indak
setuju dengan negara khilafah, cuman jadi melahirkan tando tanyo diambo,
apokah karano mereka2 itu kena pengaruh barat, seperti amin rais yang dapat
doktor dibarat. Ataukah karano mereka menyadari indak ado nan bisa jadi
khalifah maso maso kini.
Nan paling penting terlebih 

RE: [R@ntau-Net] Demokrasi : Gambaran Sebuah Sampah Peradaban

2004-03-08 Terurut Topik Ronald P. Putra
assalaamu 'alaikum wr wb
mungkin kalau buliah, batanyo pulo ambo snek.

Baa bana sabananyo nan Pancasila koh, baa bana nilai riel nyo di lapangan. Satahu ambo 
yang ado hanyo doktrin-doktrin penataran yang di ajarkan di kelas-kelas. Samantaro 
kalau dilua kelas, aplikasino indak ado sama sekali. Puluhan tahun awak dijejali oleh 
nilai-nilai luhur Pancasila, tapi baa negara awak kini ? baa tindak tanduk para 
pejabat yang sacaro rutin maagiah penataran tuh ?

Apolai kalau manjadikan Pancasila sbg induk dari segala aturan main (hukum dan 
perundang-undangan) bukankah hasilnyo malah yang ado adolah ketidakadilan hukum ? 
yang kuat menerkam yang lemah ?

sacaro ekonomipun, akhianyo terbukti baso ekonomi Pancasila tuh indak tahan bantiang 
thp krisis. Samantaro gap antaro kayo jo miskin samakin jauh dari hari ka hari. 

mungkin ado bagian dari Pancasila yang sasuai jo Islam, tapi tetap Islam labiah tinggi 
dari pado Pancasila (Al Islamu Ya'lu wa Yu'la Alaih..). Sahinggo semestinyo induak 
dari sagalo aturan main bukanlah Pancasila tapi Islam itu sendiri.

maaf kalau kurang berkenan, atau mungkin ambo paralu saketek pencerahan.

wassalaam,
Ronald
 

-- Original Message --
From: harman [EMAIL PROTECTED]
Reply-To: Komunitas MINANGKABAU (Urang Awak) Pertama di Internet (sejak  1993) 
[EMAIL PROTECTED]
Date:  Mon, 8 Mar 2004 15:21:44 +0700 

Sbg contoh
Indonesia nan menggunakan Pancasila sbg induk dari seluruh aturan
main (hukum dan perundang-undangan) ambo raso indak ado nan salah
jo sila-sila nan ado di Pancasila dan bertentangan dengan 
Syari'at Islam, kalau ado ambo mohon pencerahan.


Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net



Re: [R@ntau-Net] Demokrasi : Gambaran Sebuah Sampah Peradaban

2004-03-08 Terurut Topik basrihasan
Artinya sanak Ronald telah membuktikan bahwa pancasila itu hanyalah sekedar
landasan ataupun topeng kemunafikan semua anak bangsa ini. Sekali gus juga
pembuktian bahwa negara yang didasarkan kepada ketuhanan selalu berakhir
dengan kegagalan, pengecualian mungkin pada jaman Muhammad SAW dan Sulaiman
AS.
Hal yang sama juga terjadi pada negeri tempat kita tiap tahun berduyun-duyun
menjalankan salah satu rukun ibadah kita, namun tidak pernah mau mengkoreksi
sistemnya, dan semua berusaha menyembunyikan kekuarangannya.Posting  Dewis
Natra:
[EMAIL PROTECTED] Indonesia Negeri Paling Kaya Raya, Nihil dari Dosa

ikut membuktikan hipotesa sanak Ronald. Kalau menurut saya selaku muslim
harus berani koreksi yang salah, walaupun perlu keringatan dalam olah pikir.
Salam

SBN

- Original Message -
From: Ronald P. Putra [EMAIL PROTECTED]
To: Komunitas MINANGKABAU Pertama di Internet  [EMAIL PROTECTED]
Sent: Monday, March 08, 2004 5:22 PM
Subject: RE: [EMAIL PROTECTED] Demokrasi : Gambaran Sebuah Sampah Peradaban


 assalaamu 'alaikum wr wb
 mungkin kalau buliah, batanyo pulo ambo snek.

 Baa bana sabananyo nan Pancasila koh, baa bana nilai riel nyo di lapangan.
Satahu ambo yang ado hanyo doktrin-doktrin penataran yang di ajarkan di
kelas-kelas. Samantaro kalau dilua kelas, aplikasino indak ado sama sekali.
Puluhan tahun awak dijejali oleh nilai-nilai luhur Pancasila, tapi baa
negara awak kini ? baa tindak tanduk para pejabat yang sacaro rutin maagiah
penataran tuh ?

 Apolai kalau manjadikan Pancasila sbg induk dari segala aturan main (hukum
dan perundang-undangan) bukankah hasilnyo malah yang ado adolah
ketidakadilan hukum ? yang kuat menerkam yang lemah ?

 sacaro ekonomipun, akhianyo terbukti baso ekonomi Pancasila tuh indak
tahan bantiang thp krisis. Samantaro gap antaro kayo jo miskin samakin jauh
dari hari ka hari.

 mungkin ado bagian dari Pancasila yang sasuai jo Islam, tapi tetap Islam
labiah tinggi dari pado Pancasila (Al Islamu Ya'lu wa Yu'la Alaih..).
Sahinggo semestinyo induak dari sagalo aturan main bukanlah Pancasila tapi
Islam itu sendiri.

 maaf kalau kurang berkenan, atau mungkin ambo paralu saketek pencerahan.

 wassalaam,
 Ronald


 -- Original Message --
 From: harman [EMAIL PROTECTED]
 Reply-To: Komunitas MINANGKABAU (Urang Awak) Pertama di Internet (sejak
1993) [EMAIL PROTECTED]
 Date:  Mon, 8 Mar 2004 15:21:44 +0700

 Sbg contoh
 Indonesia nan menggunakan Pancasila sbg induk dari seluruh aturan
 main (hukum dan perundang-undangan) ambo raso indak ado nan salah
 jo sila-sila nan ado di Pancasila dan bertentangan dengan
 Syari'at Islam, kalau ado ambo mohon pencerahan.

 
 Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke:
 http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
 




Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net



Re: [R@ntau-Net] Demokrasi : Gambaran Sebuah Sampah Peradaban

2004-03-08 Terurut Topik Adrisman
Assalamu'alaikum wr.wb.

Sanak Harman, Mak Basrihasan, Mak Darwin, Sanak Ronald dan sanak2 lainnyo di
palanta
Terima kasih atas tanggapan sanak kasadonyo tentang postingan ambo mengenai
wacana sistim khilafah dan dibandingkan dengan demokrasi yang sekarang
sedang ramai kita perjuangkan.

Terlepas daripada menghidupkan kembali khilafah itu adalah suatu kesia-siaan
ataupun cuma tinggal mimpi, namun sebagai seorang muslim kita harus selalu
kembali kepada sabda rasulullah, bahwa bila ada perselisihan diantara kita
maka hendaklah kita kembalikan ke pada Alqur'an dan Alhadits.

Sebagaimana kita semua ketahui, Islam sebenarnya dari sononya adalah satu,
kitab yang kita pegang juga itu itu juga yaitu Alqur'an. Kalau diibaratkan
suatu pohon maka Alqur'an adalah akarnya, hadits adalah pohonnya dan dahan
serta daun2nya adalah ijma', qiyas dan iijtihad para alim ulama.

Bila kita melihat dalil2 yang mendukung keimaman / khalifah ini, kita bisa
melihat dalam surat Annisa 59 dan juga hadits Muslim tentang perlunya
berjamaah., namun sebagaimana postingan saya yang lalu, saya tak ingin
menyentuh teritory keimanan yang ini, biarlah kita bahas dari sisi ulil
amrinya saja.

Tidak ada keraguan sedikitpun baik dari kaum sunni maupun syi'ah bahwa
khalifah itu adalah dipilih dan menjadi wakil komunitas muslim (muslim
ummah) yang bertindak memimpin ummat sesuai dengan syari'at2 Islam.
Dikarenakan khalifah adalah wakil dari muslim ummah maka pemilihan seorang
khalifah ditentukan dan dikerjakan oleh suatu dewan syura (council) yang
awalnya dicontohkan oleh Umar dengan membentuk council beranggota 6 orang.
Dalam pembentukan calon khalifah, maka khalifah sebelumnya boleh mengajukan
calonnya untuk disaingkan dengan calon2 yang lain, proses ini berjalan cukup
baik paling tidak selama pemerintahan sahabat yang 4 ini (khulafaur
rashidin), namun setelah era Ali terjadi perpecahan umat hingga terbentuknya
dua golongan besar muslim yaitu Syia'h dan Sunni. Yang mana dalam
perkembangannya selanjutnya setelah ke empat sahabat ini, cuma ada dua
keluarga besar (dynasti) yaitu Umayyah di Istanbul dan Abbassiniyah di
Baghdad. Selama era ini proses pemilihan khalifah selanjutnya ditunjuk oleh
khalifah2 sebelumnya.

Dalam kurun waktu 700 tahun islam mengalami kemajuan pesat baik dari segi
social, humanity dan juga ilmu pengetahuan., dalam masa2 kejayaan islam ini
kerukunan agama tetap terjaga, kalaulah saat itu Islam ingin memaksakan
sistim kekhalifahan keseluruh dunia, maka sudah barang tentu dengan mudah
saja bisa dilakukan. (ingat sekarang dengan amrik yang ingin menerapkan
demokrasi keseluruh pelosok dunia).
Sekalian menanggapi Mak Darwin, pemilihan seorang Khalifah bukanlah suatu
eklusivisme, tapi adalah suatu kewajiban bagi umat islam yang telah berikrar
bahwa hidup dan matiku hanya untuk islam.

Kalau kita lihat kembali surat An Nisa 59 ini. Hai orang-orang yang
beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara
kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya..

Disini dengan jelas adanya perintah dari Allah agar taat Allah, Rasul dan
Ulil Amri minkum. Jelas bahwa ulil amri adalah seorang pemimpin agama dan
juga pemimpin umat dari golongan kita sendiri., bagaimana mungkin kita punya
seorang pemimpin yang tidak bisa kita patuhi karena misalnya pemimpin
tersebut tidak beragama islam dan tidak menjunjung garis garis yang
ditentukan Allah dalam Syariah Islam.

Ambillah suatu contoh yang baru baru ini kita dengar, semua umat muslim
sudah mengetahui bahwa riba itu hukumnya haram, dan secara teori bunga bank
itu adalah haram., namun ternyata baru baru ini saja adanya fatwa bahwa
bunga bank itu riba...Disini ada beberapa kemungkinan, pertama pemimpin umat
saat itu tidak mengetahui/memahami hukum Islam ataupun pemimpin umat
tersebut berbuat maksiat dengan melanggar perintah Allah. Lantas bagaimana
mungkin kita punya pemimpin, namun pemimpin itu sendiri tidak mampu/mau
menurusi kebutuhan rohani sang umat (dengan catatan kita semua menyadari
bahwa kita semua menerima Islam sebagai agama penyerahan, yaitu menyerah
pada semua ketentuan2 yang sudah digariskan oleh Allah).

Disinilah perlunya seorang khalifah yang benar2 faham kebutuhan umat secara
rohani maupun jasmani.

Ada beberapa kategori yang dipakai oleh Syia'h dan Sunni dalam memilih
seorang khalifah, namun marilah kita lihat faham Sunni saja, karena saya
tidak begitu faham ajaran Syi'ah ini, yang pasti salah satunya Syi'ah
mensyaratkan bahwa seorang khalifah haruslah suci dan terjaga dari dosa. hal
yang sulit untuk membuktikannya, karena yang bisa menilai adalah cuma Allah
swt berodosa atau tidaknya seseorang.

Dalam memilih seorang Khalifah ada dua golongan/group yang harus dibentuk.
Yang pertama adalah dewan syura dan yang kedua adalah kandidat untuk menjadi

Re: [R@ntau-Net] Demokrasi : Gambaran Sebuah Sampah Peradaban

2004-03-08 Terurut Topik Adrisman
Assalamu'alaikum

Negara ketuhanan (theokrasi) dijaman eropa kuno, ketika gereja lebih
berkuasa daripada raja2 dan gereja cuma satu satunya yang dainggap bisa
berkomunikasi dengan Tuhan, memang telah membuat eropa mengalami masa masa
kegelapan.
Namun sebaliknya dalam masa waktu yang sama Islam yang juga menggunakan
dasar ketuhanan mengalami kemajuan pesat dan melahirkan ilmuan2 yang
diyakini kelak disalin oleh ilmuwan eropa dan dikembangkan oleh mereka
kemudian.

jauh sebelum Montesqui menyodorkan teori pembagian kekuasaan, Islam sudah
menggunakan prinsip ini dalam pemerintahannya.

Pancasila atau bukan, yang paling penting adalah sumber hukumnya haruslah
berdasarkan ketuhanan. Apagunanya pancasila yang cuma jadi semboyan, namun
implementasinya nihil.
Dikatakan sila pertama berketuhanan yang maha esa, nyatanya yang tidak
berketuhanan yang esapun tetap bercokol disini., sila pertama sudah
dilanggar.
Dikatakan kemanusiaan yang adil dan beradab, apakah iya..., untuk siapa
keadilan itu, yang maling ayam babakbelur dan masuk bui, yang maling uang
negara keluar masuk istana pakai celana golf.
Dikatakan persatuan indonesia, dalam hal apakah...?, bersatu membuat rakyat
melarat...?
Dikatakan kerakyatan yang dipimpin oleh musyawarah/mufakat, siapakah
yang musyawarah...?,siapakah yang mufakat? apakah yang dimusyawarahkan,
apakah yang dimufakati..., adakah itu untuk rakyat..., rakyat yang mana...?
Dikatakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia, apakah
iya.? apakah yang dimaksud...? pembangunan cuma ada di P Jawa..., adakah
Argo Gede di Sumatra...? Adakah perguruan tinggi yang bagus di luar jawa..?.

Pancasila cuma slogan.
kekecewaan kita terhadap negara2 tim teng yang tidak banyak berbuat untuk
menolong saudara2nya di palestina, dan juga membantu saudara2nya yang miskin
(negara berkembang) tak akan banyak gunanya, cuma membuat hati sakit dan
kecewa.

Yang terlebih dahulu dilakukan, adalah bantulah negeri ini mendapatkan harga
dirinya kembali, jangan sampai negara kecil seperti Singapura saja bisa
petanteng2, Australia yang dulu takut dengan kita, kini tak lagi melihat
kita sebelah mata.
Kalau negara kuat, punya harga dirimaka apapun yang diucapkan akan
didengar orang...Lihatlah Mahathir sebagai contoh., setelah yakin negaranya
tegak diatas kaki sendiri, maka itulah saatnya dia bicara.

Begitu juga dengan Saudi..., Indonesia ini apalah, tak pernah dipandang
sebelah mata, apalagi mencoba memberi usulan2 / kritikan tentang sistim
haji. Kalau saja amrik yang bicara, tentulah akan didengarnya.

Orang arab yang kaya raya...dan katanya mengaku beragama islam yang
seharusnya cuma tunduk pada Allah, namun nyatanya melihat Amrik bagaikan
dewa penyelamat mereka, tunduk patuh bertekuk lutut.

Ada pengalaman pribadi sewaktu saya di Qatar beberapa tahun yang lalu,
setiap kali saya mesti menyupir bolak balik Messaid-Dukhan mendatangi sumur2
minyak disana, kadang kala saya kena stop polisi setempat. Seperti biasa
pasti ditanya surat2 dan segala macamnya, walau saya tak punya SIM qatar dan
yang saya punya Texas License, namun selalu saja saya dilepaskan dan tak
pernah kena tilang.
Ini tentu menyenangkan saya, tapi dilain fihak inilah gambaran bahkan
polisi2nya saja melihat yang namanya amrik sudah tunduk.

wassalam
Adrisman


- Original Message - 
From: basrihasan [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]; Komunitas MINANGKABAU (Urang Awak)
Pertama di Internet (sejak 1993) [EMAIL PROTECTED]
Sent: Monday, March 08, 2004 9:46 AM
Subject: Re: [EMAIL PROTECTED] Demokrasi : Gambaran Sebuah Sampah Peradaban


 Artinya sanak Ronald telah membuktikan bahwa pancasila itu hanyalah
sekedar
 landasan ataupun topeng kemunafikan semua anak bangsa ini. Sekali gus juga
 pembuktian bahwa negara yang didasarkan kepada ketuhanan selalu berakhir
 dengan kegagalan, pengecualian mungkin pada jaman Muhammad SAW dan
Sulaiman
 AS.
 Hal yang sama juga terjadi pada negeri tempat kita tiap tahun
berduyun-duyun
 menjalankan salah satu rukun ibadah kita, namun tidak pernah mau
mengkoreksi
 sistemnya, dan semua berusaha menyembunyikan kekuarangannya.Posting  Dewis
 Natra:
 [EMAIL PROTECTED] Indonesia Negeri Paling Kaya Raya, Nihil dari Dosa

 ikut membuktikan hipotesa sanak Ronald. Kalau menurut saya selaku muslim
 harus berani koreksi yang salah, walaupun perlu keringatan dalam olah
pikir.
 Salam

 SBN


Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net



RE: [R@ntau-Net] Demokrasi : Gambaran Sebuah Sampah Peradaban

2004-03-08 Terurut Topik harman
Sanak Ronald nan cadiak dan teliti,
Apo nan sanak katokan itu sebenarna adolah suatu pembuktian bahwa 
di negeri ini tidak hanya pendidikan pancasila saja yang manis 
dikelas tapi amburadul dilapangan. Hal spt ini terjadi juga pada 
pelajaran agama wabilkhusus pelajaran Agama Islam, Pendidikan 
agama Islam itu tidak hanya didapat dari bangku sekolah tapi juga 
dari banyak ustaz yang ceramah di masjid atau madrasah, hasilnya? 
ga' usah saya sebutkan lah tapi kita sudah tahu sama tahukan, 
tidak sedikit guru agama yang punya kelakuan mines.Lantas apa 
kita menyalahkan Islam yang tidak mampu/salah? tentu tidak!
demikian juga dengan Pancasila. Saya tidak mendewakan ataupun
mengagungkan Pancasila tapi untuk negeri ini memang inilah yang
idiologi yang cocok dan juga tidak bertentang dengan ajaran Islam
jika selama ini terjadi penyimpangan, itu tidak lain dari belum
sepenuhnya terhayati dan terlaksananya Pancasila.

Intinya, jika Islam saja ajaran di bumi ini tidak tercermin 
dengan baik apalagi sebuah azaz pancasila yg merupakan serapan
dari ajaran Islam itu sendiri. Dengan kata lain jika mengamalkan 
sebagian dari ajaran Islam yg tertuang dalam Pacasila sudah tidak
mampu ya jangan mimpi untuk mengamalkan ajaran-2 Islam yang 
lainnya dan lebih berat dari yg lima dlm Pancasila. Ini sebuah
realita, istilah Aa Gym kalau yang kecil saja tidak bisa/mampu
mengamalkan ga' usah mimpi untuk mengamalkan yang lebih besar
dan berat.

Jujur saja, di negeri ini baik itu Islam ataupun Pancasila lebih
banyak dijadikan komoditas kepentingan daripada dipentingkan.
Bagi individu ummat Islam memang tidak perlu melandaskan diri 
pada Pancasila, karena jika kita mengamalkan ajaran Islam secara
benar otomatis sudah mengamalkan pancasila.


wassalam,
harman

-Original Message-
From: Ronald P. Putra [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Monday, March 08, 2004 5:23 PM
To: Komunitas MINANGKABAU Pertama di Internet 
Subject: RE: [EMAIL PROTECTED] Demokrasi : Gambaran Sebuah Sampah Peradaban


assalaamu 'alaikum wr wb
mungkin kalau buliah, batanyo pulo ambo snek.

Baa bana sabananyo nan Pancasila koh, baa bana nilai riel nyo di lapangan.
Satahu ambo yang ado hanyo doktrin-doktrin penataran yang di ajarkan di
kelas-kelas. Samantaro kalau dilua kelas, aplikasino indak ado sama sekali.
Puluhan tahun awak dijejali oleh nilai-nilai luhur Pancasila, tapi baa
negara awak kini ? baa tindak tanduk para pejabat yang sacaro rutin maagiah
penataran tuh ?

Apolai kalau manjadikan Pancasila sbg induk dari segala aturan main (hukum
dan perundang-undangan) bukankah hasilnyo malah yang ado adolah
ketidakadilan hukum ? yang kuat menerkam yang lemah ?

sacaro ekonomipun, akhianyo terbukti baso ekonomi Pancasila tuh indak tahan
bantiang thp krisis. Samantaro gap antaro kayo jo miskin samakin jauh dari
hari ka hari. 

mungkin ado bagian dari Pancasila yang sasuai jo Islam, tapi tetap Islam
labiah tinggi dari pado Pancasila (Al Islamu Ya'lu wa Yu'la Alaih..).
Sahinggo semestinyo induak dari sagalo aturan main bukanlah Pancasila tapi
Islam itu sendiri.

maaf kalau kurang berkenan, atau mungkin ambo paralu saketek pencerahan.

wassalaam,
Ronald
 


Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net



Re: [R@ntau-Net] Demokrasi : Gambaran Sebuah Sampah Peradaban

2004-03-08 Terurut Topik basrihasan
Baitu pulo dari ambo, bukannyo ambo malecehkan sanak Adrisman, namun
manuruik ambo menyebar informasi yang semu ilmiah itu adalah tidak islami,
atau berlawanan dengan hakekat Islam itu sendiri.
Sampai posing terakhir sanak hanya mampu menjelaskan syarat2 untuk bisa
jadi khalifah, namun sedikitpun tidak menyinggung bagaimana mekanisme
pemilihan khalifah itu sendiri, majelis syuro yang sedikit disinggung, juga
tidak
dibahas bagaimana proses membentuj majelis itu sendiri. Kalau proses ini
dilewati maka yang akan terjadi hanya Taliban atau macam rezim KSA yang
lagi ketar keir sekarang ini.
Salam

SBN

- Original Message -
From: harman [EMAIL PROTECTED]
To: Komunitas MINANGKABAU (Urang Awak) Pertama di Internet (sejak 1993)
[EMAIL PROTECTED]
Sent: Tuesday, March 09, 2004 9:34 AM
Subject: RE: [EMAIL PROTECTED] Demokrasi : Gambaran Sebuah Sampah Peradaban


 Penjelasan iko kalau buliah  ambo katokan pengulangan dari nan
 sebelum no, akan tetapi alun manjawe pertanyaan ambo dan juga
 mak SBN perihal ba a mancabuik mandat dari sang khalifah tanpa
 melalui rakyat? apakah melalui dewan syura (council)?
 Dan kalau malie dari penjelasan iko Selama era ini proses
 pemilihan khalifah selanjutnya ditunjuk oleh khalifah2
 sebelumnya nampak bana bahwa kekuasan itu adolah merupakan
 warisan dan mungkin kalau Abu Nawas itu bukan kisah dongeng maka nan di
 majukan sbg kandidat maka Abu Nawas lah nan terpilih :-)

 Kalau mengenai kriteria dan syarat seorang khalifah, spt nan per
 nah ambo postingkan, dalam systim demokrasi pun kriteria dan
 syarat seorang pemimpin dapat dibuat sesuai dengan keinginan
 kita bersama dan jika kito ingin kriteria spt nan disabuikan kan
 tinggal kito buekan.

 Mengenai beratnya syarat, ambo raso samo lo dengan syarat jadi
 Presiden itu lah bare, atau jangankan untua seorang khalifah
 suatu negara menjadi khalifah di MD atau lebih kecil lagi
 khalifah sbg Suami sajo lah bare dan AR pun lah mangatokan ttg
 bare' nyo mengemban fatwa rapat pleno PP Muhammadiyah ttg
 dukungan MD ka baliau.
 Tapi syukur alhamdulillah da Ad, lah indak manduga bare' no
 buya Syafi'i dan AR itu dek karano pengaruh pendidikan barat nan
 mereka dape waktu samo-samo kuliah di Chicago. Nan ambo danga
 meski mereka di USA tapi puaso dan shalat jalan taruih (untua AR
 puaso Nabi Daud no indak lapeh).

 wassalam,
 harman


 -Original Message-
 From: Adrisman [mailto:[EMAIL PROTECTED]
 Sent: Monday, March 08, 2004 11:57 PM
 To: bMilis Komunitas MINANGKABAU (Urang Awak)/b sejak 1993
 Subject: Re: [EMAIL PROTECTED] Demokrasi : Gambaran Sebuah Sampah Peradaban


 Assalamu'alaikum wr.wb.

 Sanak Harman, Mak Basrihasan, Mak Darwin, Sanak Ronald dan sanak2 lainnyo
di
 palanta
 Terima kasih atas tanggapan sanak kasadonyo tentang postingan ambo
mengenai
 wacana sistim khilafah dan dibandingkan dengan demokrasi yang sekarang
 sedang ramai kita perjuangkan.

 Terlepas daripada menghidupkan kembali khilafah itu adalah suatu
kesia-siaan
 ataupun cuma tinggal mimpi, namun sebagai seorang muslim kita harus selalu
 kembali kepada sabda rasulullah, bahwa bila ada perselisihan diantara kita
 maka hendaklah kita kembalikan ke pada Alqur'an dan Alhadits.

 Sebagaimana kita semua ketahui, Islam sebenarnya dari sononya adalah satu,
 kitab yang kita pegang juga itu itu juga yaitu Alqur'an. Kalau diibaratkan
 suatu pohon maka Alqur'an adalah akarnya, hadits adalah pohonnya dan dahan
 serta daun2nya adalah ijma', qiyas dan iijtihad para alim ulama.

 Bila kita melihat dalil2 yang mendukung keimaman / khalifah ini, kita bisa
 melihat dalam surat Annisa 59 dan juga hadits Muslim tentang perlunya
 berjamaah., namun sebagaimana postingan saya yang lalu, saya tak ingin
 menyentuh teritory keimanan yang ini, biarlah kita bahas dari sisi ulil
 amrinya saja.

 Tidak ada keraguan sedikitpun baik dari kaum sunni maupun syi'ah bahwa
 khalifah itu adalah dipilih dan menjadi wakil komunitas muslim (muslim
 ummah) yang bertindak memimpin ummat sesuai dengan syari'at2 Islam.
 Dikarenakan khalifah adalah wakil dari muslim ummah maka pemilihan seorang
 khalifah ditentukan dan dikerjakan oleh suatu dewan syura (council) yang
 awalnya dicontohkan oleh Umar dengan membentuk council beranggota 6 orang.
 Dalam pembentukan calon khalifah, maka khalifah sebelumnya boleh
mengajukan
 calonnya untuk disaingkan dengan calon2 yang lain, proses ini berjalan
cukup
 baik paling tidak selama pemerintahan sahabat yang 4 ini (khulafaur
 rashidin), namun setelah era Ali terjadi perpecahan umat hingga
terbentuknya
 dua golongan besar muslim yaitu Syia'h dan Sunni. Yang mana dalam
 perkembangannya selanjutnya setelah ke empat sahabat ini, cuma ada dua
 keluarga besar (dynasti) yaitu Umayyah di Istanbul dan Abbassiniyah di
 Baghdad. Selama era ini proses pemilihan khalifah selanjutnya ditunjuk
oleh
 khalifah2 sebelumnya.

 Dalam kurun waktu 700 tahun islam mengalami kemajuan pesat baik dari segi
 social, humanity dan juga ilmu pengetahuan., dalam masa2 kejayaan islam
ini
 

RE: [R@ntau-Net] Demokrasi : Gambaran Sebuah Sampah Peradaban

2004-03-08 Terurut Topik harman
Pertanyaan sanak Ronald juga membingungkan, sanak tanyokan 
Padohal apo sih Pancasila tuh sabananyo kalau untua manjawek ko
ambo raso kito calia sajo lima hal nan ado di Pancasila nah 
itulah Pancasila atau kalau diartikan jo kalimaik menjadi Panca=
Lima, Sila = Dasar/azas. kalau sumber no, dari sejarah lah awak
ketahui itu adolah rumusan dari para Founding Father, labiah 
jaleh calia lah dibuku-buku sejarah waktu SMP s/d Kuliah...:-)

Indak perlu binguang sanak, justru itu menunjukan bahwa Islam itu
labiah  hebat dari Pancasila, kalau baitu ba a nan batua manuruik
sanak Ronald, apo kalau lah mengamalkan Pancasila otomatis lah
mengamalkan Islam (kebalikan dari tulisan ambo)?! nah kini ambo
loh nan binguang jo sanak Ronald. 
Berhaji, harta waris dll nan sanak katokan itu adolah merupakan 
ujud dari Sila patamo, yaitu Ketuhan Yang Maha Esa sadangkan 
berzakat selain sila nan patamo juga ujud dari sila nan kalimo.

Kalau memang ka diganti Pancasila jo Daksa Sila, Eka Sila dll 
sila-2 nan lain it's OK! tapi jangankan mau mengganti Pancasila,
umat Muslim dan juga beberapa parpol Islam sajo lah kebakaran 
jenggot waktu ado wacana untua marubah pembukaan UUD'45 dek kara,
he...he...:-) nampak no parpol Islam nan menjadikan Islam sbg 
slogan pun tanpa sengaja sudah mendewakan Mukadimah UUD'45.
Selain itu apo kito umaik Islam lah siap mental no kalau beko ado
wacana mangganti Pancasila dan kebetulan pihak non Islam pun maju
jo ide no, lihatlah realita yang ada di negeri ini, untuk menca
but/merubah TAP MPRS ttg PKI, RUUSISDIKNAS, RUU Kerukunan 
beragama saja kita sudah saling baku hantam.
Jadi mengenai penggantian Pancasila ambo pun setuju dan tidak ke
beratan, toh UUD'45 yg dikeramatkan pun saat ini sudah dirobah 
hasilnya? tahu sendiri kan?

Satuju ambo, Malaysia memang indak memakai Pancasila tapi juga
tidak menggunakan Syari'at Islam terlebih-lebih lagi sistim ke
khalifahan..., jadi tanpa syari'at Islam dan kekhalifahan seka
lipun Malaysia dan Brunai mampu menampilkan wajah dan Peradaban
Islam dan melayu yang lebih baik dari Ind. yg punya Pancasila dan
juga punya semangat Syari'at Islam tapi nan nampak justru 
semangat korupsi no nan jaleh... labiah sadiah lagi nan tertinggi
terjadi di tubuh Dep.Ag wabil khusu pelaksanaan Haji.
Oh iya, Partai yang berkuasa di Malaysia (UMNO) adolah Partai
Nasionalis/sekuler (bukan Partai Islam) tapi toh mereka mampu 
menampilkan wajah islam dan Melayu dibanding negeri ini:-)
Mungkin karena mereka lebih mementingkan subtansi dari pada 
sekedar label Islam.
Kalau malie islam di negeri ini memang kasihan dan sadiah.


wassalam,
harman St.Idris (32th)

-Original Message-
From: Ronald P. Putra [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Tuesday, March 09, 2004 10:44 AM
To: Komunitas MINANGKABAU Pertama di Internet 
Subject: RE: [EMAIL PROTECTED] Demokrasi : Gambaran Sebuah Sampah Peradaban


Batua tuh sanak, baso ado ajaran Islampun ado yg indak teraplikasi di
lapangan, sangat banyak, sado awak alah tahu itu.

tapi bukan itu makasuik ambo, yang ambo garis bawahi adolah manjadikan
Pancasila sbg sumber dari segala sumber hukum koh yang agak binguang ambo
dek nyo. Padohal apo sih Pancasila tuh sabananyo ?

Kalau Islam, alah jaleh basumber dari Sang Pencipta yang diterjemahkan oleh
oleh utusan-Nyo. Tapi Pancasila ? bisa jadi sapuluah tahun ke depan seluruh
anak bangsa ini sepakat utk mengganti pancasila, dan membuat istilah baru.
Indak tetap kan ?

Nah, kalau ado pulo yg mangecekkan baso kalau alah berIslam dengan baik
otomatis telah mengamalkan Pancasila, iyo binguang ambo. Hebat bana tuh
Pancasila koh ? Emangnya kita naik haji, berzakat, membagi harta waris, ijab
kabul, dlsb merupakan pengamalan dari Pancasila ? Kalau ambo ditanyo urang,
ambo jawek dek karano tuntunan Islam yang maminta ambo spt, bukan krn
nilai-nilai luhur Pancasila. Batua kalau ado nilai Pancasila yang islami,
tapi bukan berarti punyo kadudukan yang sejajar kan (apolai labiah tinggi
dari Islam dengan menjadikannyo sumber dari segala sumber hukum).



Tapi iko kan pandapek ambo sajo, buliah babeda kan ?

wassalaam,
Ronald

Mungkin sudah saatnya kita mengkritisi sejauh mana kesaktian Pancasila ini
bagi bangsa dan negara Indonesia. Tak perlu harus Pancasila. Toh Malaysia
tidak menjadikan Pancasila sebagai dasar negaranya (padahal mereka juga
multi etnis dan multi agama) tapi lihatlah sekarang, mereka jauh melesat
meninggalkan kita. atau mungkin kita akan bernostalgia terus dengan
Pancasila ini, sehingga lima puluh tahun ke depan, kondisi bangsa ini akan
tetap spt ini.


-- Original Message --
From: harman [EMAIL PROTECTED]
Reply-To: Komunitas MINANGKABAU (Urang Awak) Pertama di Internet (sejak
1993) [EMAIL PROTECTED]
Date:  Tue, 9 Mar 2004 08:51:28 +0700 


Jujur saja, di negeri ini baik itu Islam ataupun Pancasila lebih
banyak dijadikan komoditas kepentingan daripada dipentingkan.
Bagi individu ummat Islam memang tidak perlu melandaskan diri 
pada Pancasila, karena jika kita 

[R@ntau-Net] Demokrasi : Gambaran Sebuah Sampah Peradaban

2004-03-07 Terurut Topik Adrisman
 Demokrasi :
Gambaran Sebuah Sampah Peradaban

Oleh: Ahmad Sajid

Syabab Hizb ut-Tahrir wilayah Indonesia


Istilah demokrasi saat ini tidak dapat dilepaskan dari wacana politik
apapun, baik dalam konteks mendukung, setengah mendukung, atau menentang.
Mulai dari skala warung kopi pinggir jalan sampai hotel berbintang lima,
demokrasi menjadi obyek yang paling sering dibicarakan, paling tidak di
negeri ini.

Dengan logika antitesis, lawan kata demokrasi adalah totaliter. Jika tidak
demokratis, pasti totaliter. Totaliter sendiri memiliki kesan buruk, kejam,
bengis, sehingga negara-negara komunis sekalipus tidak ketinggalan ikut
memakai istilah demokrasi, walaupun diembel-embeli sebagai Demokrasi
Sosialis atau Demokrasi Kerakyatan. Dalam kaitannya dengan masalah ini,
UNESCO pada tahun 1949 menyatakan:

.mungkin untuk pertama kali dalam sejarah, demokrasi dinyatakan sebagai
nama yang paling baik dan wajar untuk semua sistem organisasi politik dan
sosial yang diperjuangkan oleh pendukung-pendukung yang berpengaruh. 1

Gejala serupa juga melanda dunia Islam. Para intelektual muslim berupaya
mencari titik temu antara demokrasi dan ajaran Islam. Partai-partai politik
Islam, misalnya di negeri ini, berlomba-lomba mengklaim diri sebagai paling
demokratis agar tidak terkena serangan panah beracun dari pihak
Islamophobia yang mencap Islam sebagai agama totaliter dan dogmatis.
Putra-putri Islam dengan susah-payah berupaya melindungi nama baik
agamanya dengan ungkapan-ungkapan bernada defensif apologetik 2 , walaupun
hal itu menyebabkan ajaran Islam menjadi kabur atau malah lenyap.

Bagaimana hakikat demokrasi yang sebenarnya? Apakah Islam memiliki titik
temu dengan demokrasi? Bagaimana realitas demokrasi sesungguhnya? Dan apa
peranan negara-negara adidaya dalam pemaksaan ide demokrasi kepada
negeri-negeri Islam? Tulisan berikut ini akan menguraikannya.

Sekularisme : Nenek Moyang Demokrasi

Sejak memudarnya kejayaan Imperium Romawi (abad ke-3 M), gereja Kristen
mulai masuk ke arena kekuasaan politik. Kaisar Konstantin, penguasa Romawi
yang pertamakali memeluk agama Kristen, menggabungkan kekuasaan negara
dengan urusan gereja sehingga pihak gereja memiliki peranan besar dalam
pengambilan keputusan politik.

Kerajaan-kerajaan lokal mulai muncul di Eropa sejak tahun 476 M. Seperti
halnya Romawi, gereja turut menjadi penentu dalam sepak-terjang penguasa
kerajaan. Para bangsawan dan politikus-yang umumnya dari keluarga
kaya-menjadi boneka yang dikendalikan penuh oleh gereja. Tetapi karena
ajaran Kristen tidak mengatur urusan kenegaraan, gereja membuat berbagai
fatwa menurut kemauan mereka sendiri dan hal itu diklaim sebagai wewenang
yang diterimanya dari Tuhan. Tidak heran jika sosok kerajaan-kerajaan Eropa
saat itu lebih mirip dengan Imperium Romawi Kuno yang paganistis dan belum
mengenal agama.

Gereja memiliki supremasi yang sangat tinggi hampir dalam setiap urusan.
Para pemuka gereja diyakini sebagai satu-satunya pihak yang berhak
berkomunikasi langsung dengan Tuhan, dan hasil komunikasi itu diajukan
kepada penguasa kerajaan untuk ditetapkan sebagai keputusan politik. Eropa
memiliki sejarah yang cukup berdarah mengenai hal ini : ribuan wanita
dibunuh ketika gereja mencap perempuan sebagai tukang sihir 3 , kaum ilmuwan
yang tidak setuju dengan pendapat gereja harus rela dipenjara atau bahkan
dibunuh (seperti yang menimpa Galileo Galilei dan Nicolaus Copernicus),
perampasan tanah milik rakyat untuk dibagi-bagikan kepada penguasa dan
pemuka gereja, sampai orang yang hendak matipun tak luput dari pemerasan
oleh gereja. Pendapatan terbesar gereja berasal dari penjualan Kunci Surga
(Keys to Heaven), yaitu menjual surat pertobatan kepada orang-orang yang
hendak meninggal. Dengan membayar sejumlah uang, gereja meyakinkan orang
tersebut bahwa dosa-dosanya telah diampuni dan boleh memasuki surga.

Kelaliman gereja (yang difasilitasi oleh penguasa), kekalahan telak pasukan
salib dari tentara Khilafah Islamiyyah, dan kegeraman para pemikir Eropa
kepada gereja, menumbuhkan benih-benih pemberontakan pada abad ke-14. Hal
ini juga disebabkan oleh gencarnya penerjemahan buku-buku berbahasa Arab ke
dalam bahasa Latin Eropa sejak abad ke-10 yang berpusat di Andalusia
(Spanyol). Kegemilangan peradaban Islam telah memberi inspirasi kepada para
pemikir Eropa untuk mendobrak kejumudan yang meliputi seluruh daratan Eropa
saat itu, yang dikenal sebagai Dark Ages (Masa Kegelapan).

Pada tahun 1618 meletus perang sipil di seluruh daratan Eropa antara
pendukung dan penentang supremasi gereja. Perang itu berlangsung selama 30
tahun dan menghabiskan sepertiga penduduk Eropa serta meruntuhkan sebagian
besar kerajaan yang bercokol di Eropa. Perang terlama terjadi antara
Perancis dan Spanyol sampai tahun 1659. Akibatnya, para pemikir terpecah
menjadi 2 kelompok:

1. yang mempelajari filsafat Yunani, disebut Naturalis, dan meyakini bahwa
akal manusia mampu menyelesaikan semua persoalan;

2. yang 

Re: [R@ntau-Net] Demokrasi : Gambaran Sebuah Sampah Peradaban

2004-03-07 Terurut Topik Sutan Sinaro
--- Adrisman [EMAIL PROTECTED] wrote: 
   
 Demokrasi :
 Gambaran Sebuah Sampah Peradaban 
 Oleh: Ahmad Sajid
 Syabab Hizb ut-Tahrir wilayah Indonesia

Assalamu'alaikum.w.w.

   Syabas, tahniah. 

Aaa.. Ad, kok baru kini lo ko mancogok ?, he he he he.
Ruponyo, urang lah punyo nan sabananyo, awak sajo
nan ndak tau (urang manyuruak-an kuku).
Untuang ambo ndak pandai-pandai pulo manunjuak ajari.
Alhamdulillah. Nan paralu, kito samo-samo mancari
ridha Allah kan Ad ?. Baa pun jalannyo, tasarah ka
awak masiang-masing, asa lai indak kalua dari jalur
yang telah ditetapkan Allah swt. dan diajakan dek
Nabi Muhammad saw. 
  Salut ambo jo si Ad. Mudah-mudahan Allah swt. 
memberi rahmat.

Wassalam

St. Sinaro


__
Do you Yahoo!?
Yahoo! Search - Find what you’re looking for faster
http://search.yahoo.com

Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net



Re: [R@ntau-Net] Demokrasi : Gambaran Sebuah Sampah Peradaban

2004-03-07 Terurut Topik Adrisman
Wa'alaikum salam wr. wb.

Da Sutan,
samo samo mudah mudahan awak kasadonyo tetap dirahmati Allah nan kuaso.

ambo memang menyadari, urang islam di RN iko bermacam macam kadar
pengetahuan dan pemahamannyo tentang Islam, banyak dari kaum muslimin
sendiri masih gamang jo syari'at islam maupun sitim khilafah iko.
Indak saketek kini kaum intelektual muslim nan sangajo mencari persamaan
khilafah jo demokrasi, dengan satu tujuan agar awak indak maliek demokrasi
sebagai satu satunya alternatif tapi justru kembali kepada yang sudah
dicontohkan Rasulullah.

Walau ambo tahu petinggi islam di indonesia (muhammadiyah atau NU) indak
setuju dengan negara khilafah, cuman jadi melahirkan tando tanyo diambo,
apokah karano mereka2 itu kena pengaruh barat, seperti amin rais yang dapat
doktor dibarat. Ataukah karano mereka menyadari indak ado nan bisa jadi
khalifah maso maso kini.
Nan paling penting terlebih dahulu adolah mambuek wacana, agar umat Islam
menyadari bahwa Islam itu begitu bernilai dan bagaikan intan yang belum
digosok, dan sistim kekhalifahan adalah satu satunyo nan akan mambaok awak
sesuai dengan jalan nan diinginkan oleh Allah swt.

Nanti saatnya kelak akan datang juo pemimpin pilihan itu, hancurnya
sistim kekhalifahan ini seharusnya membuat kita menangis, bukannya ikut2
menganggap sistim ini tidak bagus. Janganlah dilihat apa yang terjadi
sekarang di Saudi. Mereka itu bukanlah contoh negara khilafah.

Taruihlah uda menyiarkan dakwah jo caro uda, Ad selalu mengikuti dan
bersyukur atas ilmu2 nan uda bagi dipalanta iko
Insya Allah awak tetap dalam jalur nan samo. Qur'an Hadits adolah pedoman
ambo, sabananyo ado ciek lai yaitu kita mesti berjamaah, tapi bialah ambo
indak maajak ajak urang masalah iko..., semua ambo serahkan ka pendalaman
masing2.

Semoga awak kasadonyo tetap dalam lindungan Allah dan tali hidayah iko tetap
awak pacik arek2 sampai tibo saatnyo kelak kito pulang ka kampuang akhirat.

wassalam
Ad




- Original Message - 
From: Sutan Sinaro [EMAIL PROTECTED]
To: Komunitas MINANGKABAU (Urang Awak) Pertama di Internet (sejak 1993)
[EMAIL PROTECTED]
Sent: Sunday, March 07, 2004 7:50 AM
Subject: Re: [EMAIL PROTECTED] Demokrasi : Gambaran Sebuah Sampah Peradaban


 --- Adrisman [EMAIL PROTECTED] wrote:

  Demokrasi :
  Gambaran Sebuah Sampah Peradaban
  Oleh: Ahmad Sajid
  Syabab Hizb ut-Tahrir wilayah Indonesia

 Assalamu'alaikum.w.w.

Syabas, tahniah.

 Aaa.. Ad, kok baru kini lo ko mancogok ?, he he he he.
 Ruponyo, urang lah punyo nan sabananyo, awak sajo
 nan ndak tau (urang manyuruak-an kuku).
 Untuang ambo ndak pandai-pandai pulo manunjuak ajari.
 Alhamdulillah. Nan paralu, kito samo-samo mancari
 ridha Allah kan Ad ?. Baa pun jalannyo, tasarah ka
 awak masiang-masing, asa lai indak kalua dari jalur
 yang telah ditetapkan Allah swt. dan diajakan dek
 Nabi Muhammad saw.
   Salut ambo jo si Ad. Mudah-mudahan Allah swt.
 memberi rahmat.

 Wassalam

 St. Sinaro


 __
 Do you Yahoo!?
 Yahoo! Search - Find what you're looking for faster
 http://search.yahoo.com
 
 Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke:
 http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
 


Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net