[wanita-muslimah] Re: Neolib - bebas ?
Pak Janoko, Coba kita ikuti contoh yang diberikan bapak, ttg berlalu lintas. Yang pak Jan uraikan itu adalah ketika fisiknya Mbel pengendara motor melintasi lampu merah, dia berhenti, kalo terus bisa terjadi kecelakaan. Lalu bapak lupa menyebutkan bahwa fisik Mbel itu juga mbatin. Apa batin yang mesti membebaskan itu? Yaitu, niat Mbel untuk melintasi lampu trafik dengan benar supaya lancar. Itulah niat yang MEMBEBASKAN. Kalau ada niat melintasi lampu trafik dan melanggarnya, apakah itu niat yang membebaskan, pak Jano? Salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, jano ko ko_j...@... wrote: --- ko_jano : E_mbel mungkin harus belajar mengerti bahwa orang lainpun punya pikiran seperti e_mbel tersebut, yaitu juga ingin bebas, nah supaya kebebasan e_mbel tidak benturan dengan kebebasan orang lain, mangkanya e_mbel dan orang lain harus belajar untuk sepakat untuk tidak bebas mutlak, jadi masing - masing harus mengurangi kebebasannya untuk hidup bersama dan bermasyarakat. Contoh yang anak TK bisa memahami : Si e_mble lagi naik motor diperempatan jalan harus mengurangi kebebasannya dengan jalan berhenti karena lampu Traffic lights (also known as traffic signals, stop lights, traffic lamps) berwarna merah dan mempersilahkan pihak yang lain yang naik motor atau mobil untuk jalan karena lampu Traffic lights-nya sudah berwarna hijau. Seandainya si e_mbel hanya mendewakan kebebasannya dan sakenak dhewe dan tetap jalan pada saat Traffic LIghts berwarna merah maka yang terjadi adalah benturan / tabrakan kebebasan dengan pihak yang lain. Demikian -o0o-
[wanita-muslimah] Re: Neolib
Middle class people sebenarnya kebanyakan lebih suka kemapanan / status quo daripada perubahan.Justru middle class people adalah orang yang paling acuh dengan keadaan sekitar KECUALI itu mengusik dirinya. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, ariel ariela4e...@... wrote: saya masih percaya middle class people akan menjadi motor perubahan, karena mereka terdiri dari individu yg dinamis tidak jumud dan tidak berada di awang2. tren saat ini terjadi pertentangan pemikiran antara konservatif liberal, middle class yang dinamis merupakan pasar potensial bagi ke dua kubu tsb. semestinya middle class mampu menciptakan kubu tersendiri yg independen, mungkin dibutuhkan lebih banyak tipe indvidu seperti mbak Herni untuk mewujudkan ini :-) middle class ini kelak dapat menjadi sumber daya untuk membentuk civil society pada bidang politik dan profesional militer pada bidang pertahanan. sayang saat ini belum ada political will dari pemerintah untuk membentuk middle class secara kontinyu, buktinya anggaran pendidikan saja masih dibawah 20% :( pks sebenarnya memenuhi kriteria sebagai parpol yang dapat membantu terciptanya civil society (kalau mereka mampu memanage unsur fundamentalis :-)), sayangnya mereka terkooptasi oleh kekuasaan, dan menggunakan cara2 pragmatis seperti jilbab untuk mencapai tujuan tsb, sehingga bertolak belakang dengan semboyan bersih profesional. eniwei jika dilihat bahwa iklim politik kita yang baru tumbuh 10 tahun yang lalu, menurut saya indonesia tidak terlihat mengecewakan, setidaknya dibandingkan dengan negera2 tetangga :-) salam, -ariel-
[wanita-muslimah] Re: Neolib
Seingatku suka baca di buku ulasan2 sejarah, bahwa perubahan selalu datang dari lapisan middle class. Dan ingat, seperti mba Herni bilang, kelas menengah itu bukan cuma level ekonomi, tapi juga yang berorientasi ke masa depan. Pak Ariel, kupikir kelas menengah adalah demarkasi populasi yang bisa diidentifikasi dengan kriteria2 tertentu. Sedangkan pemikiran konservatif dan liberal adalah nuansa pemikiran/filosofi, adapun kelas menengah yang berkembang bisa saja jadi cenderung konservatif, seperti yang ditenggarai mba Herni. Pak Ariel bilang kelas menengah mestinya mampu menciptakan kubu sendiri yang independen, yang bukan konservatif-fundamentalis atau liberal itu, mungkin maksudnya progressif. Kelas menengah adalah populasi yang teridentifikasi, sedangkan progressif menunjukkan aksi perubahan. Nah perubahan dalam pemikiran keagamaan (kita lagi ngomongin pemikiran keagamaan kan?), bisa saja ke arah konservatif bisa saja liberal. Menurut pengertian saya, conservatism dalam pemikiran/filosofi agama itu nggak pernah menyehatkan, karena agama pada intinya adalah urusan batin atau urusan akhirat, menurut orang agamis, atau urusan psikologis menurut orang sekuler. Dalam pemikiran batin nggak boleh konservatif, nggak boleh ada ada penghalang, kita harus bebas - karena pemikiran memang nggak bisa dikungkung. Dalam sufism ini disebut tindakan 'pengosongan' , dan setelah itu 'diisi' lagi. Jadi semangat batin agama itu liberal yang bertujuan membebaskan batin kita, mental kita mesti abundant - namun dalam mengadakan aksi perubahan kita kudu progressif dan prudent, karena dunia fisik kita memang terbatas kok. Mba Herni, kelompok liberal yang deket dengan elit itu mungkin di perkotaan. Tapi menurut catatan saya ke beberapa daerah pedalaman yang kemiskinannya ekstrim menurut ukuran perkotaan dan nyaris nggak tersentuh modernisasi, makin 'liberal' pemahaman agamanya. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, herri.permana herri.perm...@... wrote: Middle class people sebenarnya kebanyakan lebih suka kemapanan / status quo daripada perubahan.Justru middle class people adalah orang yang paling acuh dengan keadaan sekitar KECUALI itu mengusik dirinya. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, ariel ariela4ever@ wrote: saya masih percaya middle class people akan menjadi motor perubahan, karena mereka terdiri dari individu yg dinamis tidak jumud dan tidak berada di awang2. tren saat ini terjadi pertentangan pemikiran antara konservatif liberal, middle class yang dinamis merupakan pasar potensial bagi ke dua kubu tsb. semestinya middle class mampu menciptakan kubu tersendiri yg independen, mungkin dibutuhkan lebih banyak tipe indvidu seperti mbak Herni untuk mewujudkan ini :-) middle class ini kelak dapat menjadi sumber daya untuk membentuk civil society pada bidang politik dan profesional militer pada bidang pertahanan. sayang saat ini belum ada political will dari pemerintah untuk membentuk middle class secara kontinyu, buktinya anggaran pendidikan saja masih dibawah 20% :( pks sebenarnya memenuhi kriteria sebagai parpol yang dapat membantu terciptanya civil society (kalau mereka mampu memanage unsur fundamentalis :-)), sayangnya mereka terkooptasi oleh kekuasaan, dan menggunakan cara2 pragmatis seperti jilbab untuk mencapai tujuan tsb, sehingga bertolak belakang dengan semboyan bersih profesional. eniwei jika dilihat bahwa iklim politik kita yang baru tumbuh 10 tahun yang lalu, menurut saya indonesia tidak terlihat mengecewakan, setidaknya dibandingkan dengan negera2 tetangga :-) salam, -ariel-
Re: [wanita-muslimah] Re: Neolib
middle class di indonesia masalahnya berasal dari kaum ambtenaar di jaman belanda, yg emang dicetak untuk menjadi klerk sih. bukan seperti middle class di eropa yg merupakan kalangan borjuis. di kalangan komunis, malah middle class ini mau dihancurkan, diganti oleh kaum buruh (konsep marxis, kaum tani termasuk kelas borjuasi, karena mereka punya tanah -- tuan tanah), yg selanjutnya dikoreksi di china, karena kaum tani kebanyakan adalah buruh gurem subsisten, sama kayak di indonesia. 2009/6/4 Mia al...@yahoo.com: Seingatku suka baca di buku ulasan2 sejarah, bahwa perubahan selalu datang dari lapisan middle class. Dan ingat, seperti mba Herni bilang, kelas menengah itu bukan cuma level ekonomi, tapi juga yang berorientasi ke masa depan. Pak Ariel, kupikir kelas menengah adalah demarkasi populasi yang bisa diidentifikasi dengan kriteria2 tertentu. Sedangkan pemikiran konservatif dan liberal adalah nuansa pemikiran/filosofi, adapun kelas menengah yang berkembang bisa saja jadi cenderung konservatif, seperti yang ditenggarai mba Herni. Pak Ariel bilang kelas menengah mestinya mampu menciptakan kubu sendiri yang independen, yang bukan konservatif-fundamentalis atau liberal itu, mungkin maksudnya progressif. Kelas menengah adalah populasi yang teridentifikasi, sedangkan progressif menunjukkan aksi perubahan. Nah perubahan dalam pemikiran keagamaan (kita lagi ngomongin pemikiran keagamaan kan?), bisa saja ke arah konservatif bisa saja liberal. Menurut pengertian saya, conservatism dalam pemikiran/filosofi agama itu nggak pernah menyehatkan, karena agama pada intinya adalah urusan batin atau urusan akhirat, menurut orang agamis, atau urusan psikologis menurut orang sekuler. Dalam pemikiran batin nggak boleh konservatif, nggak boleh ada ada penghalang, kita harus bebas - karena pemikiran memang nggak bisa dikungkung. Dalam sufism ini disebut tindakan 'pengosongan' , dan setelah itu 'diisi' lagi. Jadi semangat batin agama itu liberal yang bertujuan membebaskan batin kita, mental kita mesti abundant - namun dalam mengadakan aksi perubahan kita kudu progressif dan prudent, karena dunia fisik kita memang terbatas kok. Mba Herni, kelompok liberal yang deket dengan elit itu mungkin di perkotaan. Tapi menurut catatan saya ke beberapa daerah pedalaman yang kemiskinannya ekstrim menurut ukuran perkotaan dan nyaris nggak tersentuh modernisasi, makin 'liberal' pemahaman agamanya. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, herri.permana herri.perm...@... wrote: Middle class people sebenarnya kebanyakan lebih suka kemapanan / status quo daripada perubahan.Justru middle class people adalah orang yang paling acuh dengan keadaan sekitar KECUALI itu mengusik dirinya. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, ariel ariela4ever@ wrote: saya masih percaya middle class people akan menjadi motor perubahan, karena mereka terdiri dari individu yg dinamis tidak jumud dan tidak berada di awang2. tren saat ini terjadi pertentangan pemikiran antara konservatif liberal, middle class yang dinamis merupakan pasar potensial bagi ke dua kubu tsb. semestinya middle class mampu menciptakan kubu tersendiri yg independen, mungkin dibutuhkan lebih banyak tipe indvidu seperti mbak Herni untuk mewujudkan ini :-) middle class ini kelak dapat menjadi sumber daya untuk membentuk civil society pada bidang politik dan profesional militer pada bidang pertahanan. sayang saat ini belum ada political will dari pemerintah untuk membentuk middle class secara kontinyu, buktinya anggaran pendidikan saja masih dibawah 20% :( pks sebenarnya memenuhi kriteria sebagai parpol yang dapat membantu terciptanya civil society (kalau mereka mampu memanage unsur fundamentalis :-)), sayangnya mereka terkooptasi oleh kekuasaan, dan menggunakan cara2 pragmatis seperti jilbab untuk mencapai tujuan tsb, sehingga bertolak belakang dengan semboyan bersih profesional. eniwei jika dilihat bahwa iklim politik kita yang baru tumbuh 10 tahun yang lalu, menurut saya indonesia tidak terlihat mengecewakan, setidaknya dibandingkan dengan negera2 tetangga :-) salam, -ariel- -- salam, Ari
Re: [wanita-muslimah] Re: Neolib
Kalau middle class di Indonesia NKRI berasal dari ambtenaar kolonial Belanda saya kira kurang begitu tepat, mungkin paling-paling bisa dihitung dengan jari jumlah mereka. Untuk menjadi ambtenaar paling tidak harus sekolah berbahasa Belanda, sedangkan sekolah Belanda tak seberapa banyak untuk bisa menjadi yang disebut middle class. Ketika Indonesia menyatakan kemerdekaan seingat saya dari baca-baca sana sini terdapatantara 80 dan 90% penduduk Hindia Belanda buta huruf. Kalau tak salah pula ingatan saya hal ini dikatakan oleh pres. Soekarno dalam salah satu pidatonya. Hemat saya middle class dan yang disebut super rich di Indonesia timbul berkat kekuasaan Soeharto. - Original Message - From: Ari Condro To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Thursday, June 04, 2009 5:04 PM Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Neolib middle class di indonesia masalahnya berasal dari kaum ambtenaar di jaman belanda, yg emang dicetak untuk menjadi klerk sih. bukan seperti middle class di eropa yg merupakan kalangan borjuis. di kalangan komunis, malah middle class ini mau dihancurkan, diganti oleh kaum buruh (konsep marxis, kaum tani termasuk kelas borjuasi, karena mereka punya tanah -- tuan tanah), yg selanjutnya dikoreksi di china, karena kaum tani kebanyakan adalah buruh gurem subsisten, sama kayak di indonesia. 2009/6/4 Mia al...@yahoo.com: Seingatku suka baca di buku ulasan2 sejarah, bahwa perubahan selalu datang dari lapisan middle class. Dan ingat, seperti mba Herni bilang, kelas menengah itu bukan cuma level ekonomi, tapi juga yang berorientasi ke masa depan. Pak Ariel, kupikir kelas menengah adalah demarkasi populasi yang bisa diidentifikasi dengan kriteria2 tertentu. Sedangkan pemikiran konservatif dan liberal adalah nuansa pemikiran/filosofi, adapun kelas menengah yang berkembang bisa saja jadi cenderung konservatif, seperti yang ditenggarai mba Herni. Pak Ariel bilang kelas menengah mestinya mampu menciptakan kubu sendiri yang independen, yang bukan konservatif-fundamentalis atau liberal itu, mungkin maksudnya progressif. Kelas menengah adalah populasi yang teridentifikasi, sedangkan progressif menunjukkan aksi perubahan. Nah perubahan dalam pemikiran keagamaan (kita lagi ngomongin pemikiran keagamaan kan?), bisa saja ke arah konservatif bisa saja liberal. Menurut pengertian saya, conservatism dalam pemikiran/filosofi agama itu nggak pernah menyehatkan, karena agama pada intinya adalah urusan batin atau urusan akhirat, menurut orang agamis, atau urusan psikologis menurut orang sekuler. Dalam pemikiran batin nggak boleh konservatif, nggak boleh ada ada penghalang, kita harus bebas - karena pemikiran memang nggak bisa dikungkung. Dalam sufism ini disebut tindakan 'pengosongan' , dan setelah itu 'diisi' lagi. Jadi semangat batin agama itu liberal yang bertujuan membebaskan batin kita, mental kita mesti abundant - namun dalam mengadakan aksi perubahan kita kudu progressif dan prudent, karena dunia fisik kita memang terbatas kok. Mba Herni, kelompok liberal yang deket dengan elit itu mungkin di perkotaan. Tapi menurut catatan saya ke beberapa daerah pedalaman yang kemiskinannya ekstrim menurut ukuran perkotaan dan nyaris nggak tersentuh modernisasi, makin 'liberal' pemahaman agamanya. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, herri.permana herri.perm...@... wrote: Middle class people sebenarnya kebanyakan lebih suka kemapanan / status quo daripada perubahan.Justru middle class people adalah orang yang paling acuh dengan keadaan sekitar KECUALI itu mengusik dirinya. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, ariel ariela4ever@ wrote: saya masih percaya middle class people akan menjadi motor perubahan, karena mereka terdiri dari individu yg dinamis tidak jumud dan tidak berada di awang2. tren saat ini terjadi pertentangan pemikiran antara konservatif liberal, middle class yang dinamis merupakan pasar potensial bagi ke dua kubu tsb. semestinya middle class mampu menciptakan kubu tersendiri yg independen, mungkin dibutuhkan lebih banyak tipe indvidu seperti mbak Herni untuk mewujudkan ini :-) middle class ini kelak dapat menjadi sumber daya untuk membentuk civil society pada bidang politik dan profesional militer pada bidang pertahanan. sayang saat ini belum ada political will dari pemerintah untuk membentuk middle class secara kontinyu, buktinya anggaran pendidikan saja masih dibawah 20% :( pks sebenarnya memenuhi kriteria sebagai parpol yang dapat membantu terciptanya civil society (kalau mereka mampu memanage unsur fundamentalis :-)), sayangnya mereka terkooptasi oleh kekuasaan, dan menggunakan cara2 pragmatis seperti jilbab untuk mencapai tujuan tsb, sehingga bertolak belakang dengan semboyan bersih profesional
[wanita-muslimah] Re: Neolib
jadi agak rancu ya, saya mencampur antara populasi dengan aksi, klo di accounting hal ini dapat berakibat mismatch hehe.. sebenarnya saya lebih membahas pada segi sospol tapi tampaknya hal tsb memang tidak bisa dilepaskan dari agama or agama yg tidak bisa lepas dari sospol ?! :-) tap dakwah filsafat agama yg dibawakan mbak Mia cukup mencerahkan bagi saya.. :-) salam, -ariel- --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia al...@... wrote: Seingatku suka baca di buku ulasan2 sejarah, bahwa perubahan selalu datang dari lapisan middle class. Dan ingat, seperti mba Herni bilang, kelas menengah itu bukan cuma level ekonomi, tapi juga yang berorientasi ke masa depan. Pak Ariel, kupikir kelas menengah adalah demarkasi populasi yang bisa diidentifikasi dengan kriteria2 tertentu. Sedangkan pemikiran konservatif dan liberal adalah nuansa pemikiran/filosofi, adapun kelas menengah yang berkembang bisa saja jadi cenderung konservatif, seperti yang ditenggarai mba Herni. Pak Ariel bilang kelas menengah mestinya mampu menciptakan kubu sendiri yang independen, yang bukan konservatif-fundamentalis atau liberal itu, mungkin maksudnya progressif. Kelas menengah adalah populasi yang teridentifikasi, sedangkan progressif menunjukkan aksi perubahan. Nah perubahan dalam pemikiran keagamaan (kita lagi ngomongin pemikiran keagamaan kan?), bisa saja ke arah konservatif bisa saja liberal. Menurut pengertian saya, conservatism dalam pemikiran/filosofi agama itu nggak pernah menyehatkan, karena agama pada intinya adalah urusan batin atau urusan akhirat, menurut orang agamis, atau urusan psikologis menurut orang sekuler. Dalam pemikiran batin nggak boleh konservatif, nggak boleh ada ada penghalang, kita harus bebas - karena pemikiran memang nggak bisa dikungkung. Dalam sufism ini disebut tindakan 'pengosongan' , dan setelah itu 'diisi' lagi. Jadi semangat batin agama itu liberal yang bertujuan membebaskan batin kita, mental kita mesti abundant - namun dalam mengadakan aksi perubahan kita kudu progressif dan prudent, karena dunia fisik kita memang terbatas kok. Mba Herni, kelompok liberal yang deket dengan elit itu mungkin di perkotaan. Tapi menurut catatan saya ke beberapa daerah pedalaman yang kemiskinannya ekstrim menurut ukuran perkotaan dan nyaris nggak tersentuh modernisasi, makin 'liberal' pemahaman agamanya. salam Mia
Re: [wanita-muslimah] Re: Neolib
Nah perubahan dalam pemikiran keagamaan (kita lagi ngomongin pemikiran keagamaan kan?), bisa saja ke arah konservatif bisa saja liberal. --- ko_jano : Para PEMIKIR MANDIRI adalah motor penggerak perubahan jaman, bukan para pemikir karbitan dan pemikir imitasi. Chao. -o0o- --- On Thu, 4/6/09, Mia al...@yahoo.com wrote: From: Mia al...@yahoo.com Subject: [wanita-muslimah] Re: Neolib To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Thursday, 4 June, 2009, 7:36 PM Seingatku suka baca di buku ulasan2 sejarah, bahwa perubahan selalu datang dari lapisan middle class. Dan ingat, seperti mba Herni bilang, kelas menengah itu bukan cuma level ekonomi, tapi juga yang berorientasi ke masa depan. Pak Ariel, kupikir kelas menengah adalah demarkasi populasi yang bisa diidentifikasi dengan kriteria2 tertentu. Sedangkan pemikiran konservatif dan liberal adalah nuansa pemikiran/filosofi, adapun kelas menengah yang berkembang bisa saja jadi cenderung konservatif, seperti yang ditenggarai mba Herni. Pak Ariel bilang kelas menengah mestinya mampu menciptakan kubu sendiri yang independen, yang bukan konservatif- fundamentalis atau liberal itu, mungkin maksudnya progressif. Kelas menengah adalah populasi yang teridentifikasi, sedangkan progressif menunjukkan aksi perubahan. Nah perubahan dalam pemikiran keagamaan (kita lagi ngomongin pemikiran keagamaan kan?), bisa saja ke arah konservatif bisa saja liberal. Menurut pengertian saya, conservatism dalam pemikiran/filosofi agama itu nggak pernah menyehatkan, karena agama pada intinya adalah urusan batin atau urusan akhirat, menurut orang agamis, atau urusan psikologis menurut orang sekuler. Dalam pemikiran batin nggak boleh konservatif, nggak boleh ada ada penghalang, kita harus bebas - karena pemikiran memang nggak bisa dikungkung. Dalam sufism ini disebut tindakan 'pengosongan' , dan setelah itu 'diisi' lagi. Jadi semangat batin agama itu liberal yang bertujuan membebaskan batin kita, mental kita mesti abundant - namun dalam mengadakan aksi perubahan kita kudu progressif dan prudent, karena dunia fisik kita memang terbatas kok. Mba Herni, kelompok liberal yang deket dengan elit itu mungkin di perkotaan. Tapi menurut catatan saya ke beberapa daerah pedalaman yang kemiskinannya ekstrim menurut ukuran perkotaan dan nyaris nggak tersentuh modernisasi, makin 'liberal' pemahaman agamanya. salam Mia --- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com, herri.permana herri.permana@ ... wrote: Middle class people sebenarnya kebanyakan lebih suka kemapanan / status quo daripada perubahan.Justru middle class people adalah orang yang paling acuh dengan keadaan sekitar KECUALI itu mengusik dirinya. --- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com, ariel ariela4ever@ wrote: saya masih percaya middle class people akan menjadi motor perubahan, karena mereka terdiri dari individu yg dinamis tidak jumud dan tidak berada di awang2. tren saat ini terjadi pertentangan pemikiran antara konservatif liberal, middle class yang dinamis merupakan pasar potensial bagi ke dua kubu tsb. semestinya middle class mampu menciptakan kubu tersendiri yg independen, mungkin dibutuhkan lebih banyak tipe indvidu seperti mbak Herni untuk mewujudkan ini :-) middle class ini kelak dapat menjadi sumber daya untuk membentuk civil society pada bidang politik dan profesional militer pada bidang pertahanan. sayang saat ini belum ada political will dari pemerintah untuk membentuk middle class secara kontinyu, buktinya anggaran pendidikan saja masih dibawah 20% :( pks sebenarnya memenuhi kriteria sebagai parpol yang dapat membantu terciptanya civil society (kalau mereka mampu memanage unsur fundamentalis :-)), sayangnya mereka terkooptasi oleh kekuasaan, dan menggunakan cara2 pragmatis seperti jilbab untuk mencapai tujuan tsb, sehingga bertolak belakang dengan semboyan bersih profesional. eniwei jika dilihat bahwa iklim politik kita yang baru tumbuh 10 tahun yang lalu, menurut saya indonesia tidak terlihat mengecewakan, setidaknya dibandingkan dengan negera2 tetangga :-) salam, -ariel- Get your preferred Email name! Now you can @ymail.com and @rocketmail.com. http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/ [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: Neolib
Poin yang bagus Mia! Dalam pemikiran batin nggak boleh konservatif, nggak boleh ada ada penghalang, kita harus bebas - karena pemikiran memang nggak bisa dikungkung. Ini sangat mencerahkan, encouraging dan mencerdaskan. Sebaliknya, kalau urusan batin harus didikte oleh 'larangan-larangan', hasilnya adalah 'ketakutan massal'. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia al...@... wrote: Seingatku suka baca di buku ulasan2 sejarah, bahwa perubahan selalu datang dari lapisan middle class. Dan ingat, seperti mba Herni bilang, kelas menengah itu bukan cuma level ekonomi, tapi juga yang berorientasi ke masa depan. Pak Ariel, kupikir kelas menengah adalah demarkasi populasi yang bisa diidentifikasi dengan kriteria2 tertentu. Sedangkan pemikiran konservatif dan liberal adalah nuansa pemikiran/filosofi, adapun kelas menengah yang berkembang bisa saja jadi cenderung konservatif, seperti yang ditenggarai mba Herni. Pak Ariel bilang kelas menengah mestinya mampu menciptakan kubu sendiri yang independen, yang bukan konservatif-fundamentalis atau liberal itu, mungkin maksudnya progressif. Kelas menengah adalah populasi yang teridentifikasi, sedangkan progressif menunjukkan aksi perubahan. Nah perubahan dalam pemikiran keagamaan (kita lagi ngomongin pemikiran keagamaan kan?), bisa saja ke arah konservatif bisa saja liberal. Menurut pengertian saya, conservatism dalam pemikiran/filosofi agama itu nggak pernah menyehatkan, karena agama pada intinya adalah urusan batin atau urusan akhirat, menurut orang agamis, atau urusan psikologis menurut orang sekuler. Dalam pemikiran batin nggak boleh konservatif, nggak boleh ada ada penghalang, kita harus bebas - karena pemikiran memang nggak bisa dikungkung. Dalam sufism ini disebut tindakan 'pengosongan' , dan setelah itu 'diisi' lagi. Jadi semangat batin agama itu liberal yang bertujuan membebaskan batin kita, mental kita mesti abundant - namun dalam mengadakan aksi perubahan kita kudu progressif dan prudent, karena dunia fisik kita memang terbatas kok. Mba Herni, kelompok liberal yang deket dengan elit itu mungkin di perkotaan. Tapi menurut catatan saya ke beberapa daerah pedalaman yang kemiskinannya ekstrim menurut ukuran perkotaan dan nyaris nggak tersentuh modernisasi, makin 'liberal' pemahaman agamanya. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, herri.permana herri.permana@ wrote: Middle class people sebenarnya kebanyakan lebih suka kemapanan / status quo daripada perubahan.Justru middle class people adalah orang yang paling acuh dengan keadaan sekitar KECUALI itu mengusik dirinya. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, ariel ariela4ever@ wrote: saya masih percaya middle class people akan menjadi motor perubahan, karena mereka terdiri dari individu yg dinamis tidak jumud dan tidak berada di awang2. tren saat ini terjadi pertentangan pemikiran antara konservatif liberal, middle class yang dinamis merupakan pasar potensial bagi ke dua kubu tsb. semestinya middle class mampu menciptakan kubu tersendiri yg independen, mungkin dibutuhkan lebih banyak tipe indvidu seperti mbak Herni untuk mewujudkan ini :-) middle class ini kelak dapat menjadi sumber daya untuk membentuk civil society pada bidang politik dan profesional militer pada bidang pertahanan. sayang saat ini belum ada political will dari pemerintah untuk membentuk middle class secara kontinyu, buktinya anggaran pendidikan saja masih dibawah 20% :( pks sebenarnya memenuhi kriteria sebagai parpol yang dapat membantu terciptanya civil society (kalau mereka mampu memanage unsur fundamentalis :-)), sayangnya mereka terkooptasi oleh kekuasaan, dan menggunakan cara2 pragmatis seperti jilbab untuk mencapai tujuan tsb, sehingga bertolak belakang dengan semboyan bersih profesional. eniwei jika dilihat bahwa iklim politik kita yang baru tumbuh 10 tahun yang lalu, menurut saya indonesia tidak terlihat mengecewakan, setidaknya dibandingkan dengan negera2 tetangga :-) salam, -ariel-
Re: [wanita-muslimah] Re: Neolib - bebas ?
Embel : Poin yang bagus Mia! Dalam pemikiran batin nggak boleh konservatif, nggak boleh ada ada penghalang, kita harus bebas - karena pemikiran memang nggak bisa dikungkung. --- ko_jano : E_mbel mungkin harus belajar mengerti bahwa orang lainpun punya pikiran seperti e_mbel tersebut, yaitu juga ingin bebas, nah supaya kebebasan e_mbel tidak benturan dengan kebebasan orang lain, mangkanya e_mbel dan orang lain harus belajar untuk sepakat untuk tidak bebas mutlak, jadi masing - masing harus mengurangi kebebasannya untuk hidup bersama dan bermasyarakat. Contoh yang anak TK bisa memahami : Si e_mble lagi naik motor diperempatan jalan harus mengurangi kebebasannya dengan jalan berhenti karena lampu Traffic lights (also known as traffic signals, stop lights, traffic lamps) berwarna merah dan mempersilahkan pihak yang lain yang naik motor atau mobil untuk jalan karena lampu Traffic lights-nya sudah berwarna hijau. Seandainya si e_mbel hanya mendewakan kebebasannya dan sakenak dhewe dan tetap jalan pada saat Traffic LIghts berwarna merah maka yang terjadi adalah benturan / tabrakan kebebasan dengan pihak yang lain. Demikian -o0o- --- On Fri, 5/6/09, eyang_mbelgedes eyang_mbelge...@yahoo.com wrote: From: eyang_mbelgedes eyang_mbelge...@yahoo.com Subject: [wanita-muslimah] Re: Neolib To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Friday, 5 June, 2009, 8:42 AM Poin yang bagus Mia! Dalam pemikiran batin nggak boleh konservatif, nggak boleh ada ada penghalang, kita harus bebas - karena pemikiran memang nggak bisa dikungkung. Ini sangat mencerahkan, encouraging dan mencerdaskan. Sebaliknya, kalau urusan batin harus didikte oleh 'larangan-larangan' , hasilnya adalah 'ketakutan massal'. --- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com, Mia al...@... wrote: Seingatku suka baca di buku ulasan2 sejarah, bahwa perubahan selalu datang dari lapisan middle class. Dan ingat, seperti mba Herni bilang, kelas menengah itu bukan cuma level ekonomi, tapi juga yang berorientasi ke masa depan. Pak Ariel, kupikir kelas menengah adalah demarkasi populasi yang bisa diidentifikasi dengan kriteria2 tertentu. Sedangkan pemikiran konservatif dan liberal adalah nuansa pemikiran/filosofi, adapun kelas menengah yang berkembang bisa saja jadi cenderung konservatif, seperti yang ditenggarai mba Herni. Pak Ariel bilang kelas menengah mestinya mampu menciptakan kubu sendiri yang independen, yang bukan konservatif- fundamentalis atau liberal itu, mungkin maksudnya progressif. Kelas menengah adalah populasi yang teridentifikasi, sedangkan progressif menunjukkan aksi perubahan. Nah perubahan dalam pemikiran keagamaan (kita lagi ngomongin pemikiran keagamaan kan?), bisa saja ke arah konservatif bisa saja liberal. Menurut pengertian saya, conservatism dalam pemikiran/filosofi agama itu nggak pernah menyehatkan, karena agama pada intinya adalah urusan batin atau urusan akhirat, menurut orang agamis, atau urusan psikologis menurut orang sekuler. Dalam pemikiran batin nggak boleh konservatif, nggak boleh ada ada penghalang, kita harus bebas - karena pemikiran memang nggak bisa dikungkung. Dalam sufism ini disebut tindakan 'pengosongan' , dan setelah itu 'diisi' lagi. Jadi semangat batin agama itu liberal yang bertujuan membebaskan batin kita, mental kita mesti abundant - namun dalam mengadakan aksi perubahan kita kudu progressif dan prudent, karena dunia fisik kita memang terbatas kok. Mba Herni, kelompok liberal yang deket dengan elit itu mungkin di perkotaan. Tapi menurut catatan saya ke beberapa daerah pedalaman yang kemiskinannya ekstrim menurut ukuran perkotaan dan nyaris nggak tersentuh modernisasi, makin 'liberal' pemahaman agamanya. salam Mia --- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com, herri.permana herri.permana@ wrote: Middle class people sebenarnya kebanyakan lebih suka kemapanan / status quo daripada perubahan.Justru middle class people adalah orang yang paling acuh dengan keadaan sekitar KECUALI itu mengusik dirinya. --- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com, ariel ariela4ever@ wrote: saya masih percaya middle class people akan menjadi motor perubahan, karena mereka terdiri dari individu yg dinamis tidak jumud dan tidak berada di awang2. tren saat ini terjadi pertentangan pemikiran antara konservatif liberal, middle class yang dinamis merupakan pasar potensial bagi ke dua kubu tsb. semestinya middle class mampu menciptakan kubu tersendiri yg independen, mungkin dibutuhkan lebih banyak tipe indvidu seperti mbak Herni untuk mewujudkan ini :-) middle class ini kelak dapat menjadi sumber daya untuk membentuk civil society pada bidang politik dan profesional militer pada bidang pertahanan. sayang saat ini belum ada political will dari pemerintah untuk membentuk middle class secara
[wanita-muslimah] Re: Neolib - bebas ?
Cape deh... 'kebebasan pemikiran batin' disandingkan dengan 'perilaku berlalu-lintas...' kenapa ya kok sulit nyambung? --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, jano ko ko_j...@... wrote: Embel : Poin yang bagus Mia! Dalam pemikiran batin nggak boleh konservatif, nggak boleh ada ada penghalang, kita harus bebas - karena pemikiran memang nggak bisa dikungkung. --- ko_jano : E_mbel mungkin harus belajar mengerti bahwa orang lainpun punya pikiran seperti e_mbel tersebut, yaitu juga ingin bebas, nah supaya kebebasan e_mbel tidak benturan dengan kebebasan orang lain, mangkanya e_mbel dan orang lain harus belajar untuk sepakat untuk tidak bebas mutlak, jadi masing - masing harus mengurangi kebebasannya untuk hidup bersama dan bermasyarakat. Contoh yang anak TK bisa memahami : Si e_mble lagi naik motor diperempatan jalan harus mengurangi kebebasannya dengan jalan berhenti karena lampu Traffic lights (also known as traffic signals, stop lights, traffic lamps) berwarna merah dan mempersilahkan pihak yang lain yang naik motor atau mobil untuk jalan karena lampu Traffic lights-nya sudah berwarna hijau. Seandainya si e_mbel hanya mendewakan kebebasannya dan sakenak dhewe dan tetap jalan pada saat Traffic LIghts berwarna merah maka yang terjadi adalah benturan / tabrakan kebebasan dengan pihak yang lain. Demikian -o0o- --- On Fri, 5/6/09, eyang_mbelgedes eyang_mbelge...@... wrote: From: eyang_mbelgedes eyang_mbelge...@... Subject: [wanita-muslimah] Re: Neolib To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Friday, 5 June, 2009, 8:42 AM Poin yang bagus Mia! Dalam pemikiran batin nggak boleh konservatif, nggak boleh ada ada penghalang, kita harus bebas - karena pemikiran memang nggak bisa dikungkung. Ini sangat mencerahkan, encouraging dan mencerdaskan. Sebaliknya, kalau urusan batin harus didikte oleh 'larangan-larangan' , hasilnya adalah 'ketakutan massal'. --- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com, Mia aldiy@ wrote: Seingatku suka baca di buku ulasan2 sejarah, bahwa perubahan selalu datang dari lapisan middle class. Dan ingat, seperti mba Herni bilang, kelas menengah itu bukan cuma level ekonomi, tapi juga yang berorientasi ke masa depan. Pak Ariel, kupikir kelas menengah adalah demarkasi populasi yang bisa diidentifikasi dengan kriteria2 tertentu. Sedangkan pemikiran konservatif dan liberal adalah nuansa pemikiran/filosofi, adapun kelas menengah yang berkembang bisa saja jadi cenderung konservatif, seperti yang ditenggarai mba Herni. Pak Ariel bilang kelas menengah mestinya mampu menciptakan kubu sendiri yang independen, yang bukan konservatif- fundamentalis atau liberal itu, mungkin maksudnya progressif. Kelas menengah adalah populasi yang teridentifikasi, sedangkan progressif menunjukkan aksi perubahan. Nah perubahan dalam pemikiran keagamaan (kita lagi ngomongin pemikiran keagamaan kan?), bisa saja ke arah konservatif bisa saja liberal. Menurut pengertian saya, conservatism dalam pemikiran/filosofi agama itu nggak pernah menyehatkan, karena agama pada intinya adalah urusan batin atau urusan akhirat, menurut orang agamis, atau urusan psikologis menurut orang sekuler. Dalam pemikiran batin nggak boleh konservatif, nggak boleh ada ada penghalang, kita harus bebas - karena pemikiran memang nggak bisa dikungkung. Dalam sufism ini disebut tindakan 'pengosongan' , dan setelah itu 'diisi' lagi. Jadi semangat batin agama itu liberal yang bertujuan membebaskan batin kita, mental kita mesti abundant - namun dalam mengadakan aksi perubahan kita kudu progressif dan prudent, karena dunia fisik kita memang terbatas kok. Mba Herni, kelompok liberal yang deket dengan elit itu mungkin di perkotaan. Tapi menurut catatan saya ke beberapa daerah pedalaman yang kemiskinannya ekstrim menurut ukuran perkotaan dan nyaris nggak tersentuh modernisasi, makin 'liberal' pemahaman agamanya. salam Mia --- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com, herri.permana herri.permana@ wrote: Middle class people sebenarnya kebanyakan lebih suka kemapanan / status quo daripada perubahan.Justru middle class people adalah orang yang paling acuh dengan keadaan sekitar KECUALI itu mengusik dirinya. --- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com, ariel ariela4ever@ wrote: saya masih percaya middle class people akan menjadi motor perubahan, karena mereka terdiri dari individu yg dinamis tidak jumud dan tidak berada di awang2. tren saat ini terjadi pertentangan pemikiran antara konservatif liberal, middle class yang dinamis merupakan pasar potensial bagi ke dua kubu tsb. semestinya middle class mampu menciptakan kubu tersendiri yg independen, mungkin dibutuhkan lebih
[wanita-muslimah] Re: Neolib
Itu dia, gimana memanfaatkan obrolan2 publik itu. Potensi publik. Selama ini NGO cuma menempatkan publik sbg obyek, bukan subyek. Sasaran kegiatan, bukan pelaku kegiatan, terutama mereka yg bergerak di kebijakan. Kalaupun ada yg mulai melakukan ini, cenderung sasarannya ke masyarakat menengah ke bawah (kemiskinan toh jadi isu yg seksi sekaligus menjual buat semua orang, liat aja tulisan di kompas kemarin). Ini otokritik saya sbg yg bekerja di NGO. Boleh dong sesekali otokritik ya? :) Tapi, tidak rakyat kelas menengah. Menengah bukan dalam pengertian finansial, tapi secara intelektual juga. Coba liat masyarakat menengah kita, gak jalan bukan? :-) Tidak pernah bisa jadi masyarakat menengah yg kemudian menjadi motor perubahan. Kalaupun ada, masyarakat menengah kita diambil oleh kalangan konservatif-fundamentalis. Bener gak? :) Yg liberal, terlalu dekat ke elit politik hehehe... Liberal di Indonesia kan memang dekat dng kalangan penguasa. Saya masuk ke masyarakat menengah, dan terus terang, saya gak mau gabung ke salah satu dari kedua pilihan itu, hehe... Di politik, ideologi itu sudah mati sejak tahun 60 atau 70an (lupa, hehe). Yg ada adalah pragmatisme. Gimana cara kita menyelesaikan masalah. Silakan aja bawa-bawa ideologi, toh masyarakat tetap menilai case by case. Itu yg terjadi pada PKS. Kenapa kemudian kritik2 terhadap PKS adalah kritik2 yg sebenarnya di tataran pragmatis, gimana PKS menyikapi sesuatu dan menyelesaikan masalah. Imbasnya lebih besar, karena PKS bawa2 ideologi, sikap dan nilai. Langsung deh, yg pragmatis tadi dibenturkan dng sikap dan nilai yg dibawa mereka. Itu analisa sederhananya aja. Jadi, hati2 membawa-bawa dan mengemas ideologi. salam, Herni --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, ariel ariela4e...@... wrote: menumbuhkan public awarenes bisa dilakukan dari hal yang mendasar dulu, bagaimana masyarakat mampu melihat secara kritis tanpa terpukau oleh pencitraan elit politik. triggernya sudah ada, berbagai kasus anggota dpr dan kebijakan dpr yg nyeleneh membuat masyarakat menjadi melek politik, dan mulai kritis, implikasinya yang seperti mbak herni bilang obrolan politik sekarang mulai seru. tinggal gimana semangat ini bisa dipupuk terus, sehingga kelak akan menghasilkan civil society yg kuat dan mapan, saya kira ini adalah expertise dari mbak Herni rekan2 NGO, orang awam seperti saya paling hanya bisa membantu lewat obrolan2 di milis dan lingkungan terdekat saja :) salam, -ariel- --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Herni Sri Nurbayanti nurbayanti@ wrote: Iya, itu yg mau kita dorong. Public awarenessnya. Pemilu legislatif dan presiden ini ya sudahlah. Kalaupun saya milih SBY, itu karena gak pingin wiranto atau prabowo menang :) Tapi masih mikir2 juga, apa mending golput aja :-) Komitmen saya sih justru mendukung public awarenessnya tadi, minimal di wilayah DPR dulu deh, yang memang jadi wilayah pantauan tempat saya bekerja. Kalaupun yg mengerjakan orang lain, gpp.. asal idenya dijalankan. Ada beberapa orang yg tertarik dng ide itu. Dana selalu jadi masalah, tapi selemah2nya iman, persoalan dana bisa diatasi. Ada beberapa program kita yg self-finance juga. Tetap jalan, ada atau tidak ada dana. Bagian dari kerja pro-bono. Yg saya lagi pikirkan adalah, kayanya kalau mengajak masyarakat umum, pasti asik! dan pasti lebih bagus dan seru. Lihat aja, obrolan politik di milis2, fesbuk, selalu seru! :-) Mungkin ada gap pengetahuan soal prosedur2 di DPR dan hal-hal lainnya soal gimana sistem kenegaraan kita bekerja, tapi itu bisa diatur. Sinerginya dulu yg perlu dibangun. Teman2 di NGO punya data, akses dan pengetahuan.. dan persoalannya gimana hal ini bisa didistribusikan dan dipakai oleh publik? Cuma belum hoki aja nemu orang yg bisa diajak kerjasama utk soal ini. Hal yg sama bisa dipakai utk presiden terpilih nanti. Catatan publik kebijakannya spt apa aja sih. Buat saya, mau ideologinya kaya apa, ya silakan aja. Transparan aja, gak usah jaim. Mau zealot sekalipun! :) Yg bahaya kan yg hidden agenda, bukan? Buat saya bukan soal posisi, tapi alasan2 dibaliknya. Walaupun orang yg beroposisi suka salah mengerti hehehe. Dan ini semangat yg juga dibangun di WM. Maksudnya, mental WMnya kebawa ke dunia nyata hehehe... Ariel mau bantu? :-) salam, Herni
[wanita-muslimah] Re: Neolib
Kalau anak2 muda tentara itu menginginkan kualitas professional, maka keinginan itu harus dinyatakan dalam konsep good governance. Siapa saja atau unit mana saja di kalangan elit militer yang jadi gerbong penariknya? Saya rasa mba Herni lebih bertutur bagaimana memasukkan suatu wacana dalam konsep good governance yang doable. Itu namanya proses transformasi dari dalam. Anakku masuk navy. walaupun aku nggak pernah mendorong dia untuk masuk navy/militer, tapi aku berharap dia betah, happy dan tekun pada bidangnya, dan bermanfaat bagi orang lain. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ari Condro masar...@... wrote: mbak mia, kayaknya justru dari militer lebih seneng jadi tentara profesional, kok. mainlah ke anak anak muda yang bergairah dan para tentara muda di tandef.net, kontribusi juga tulisan uneg uneg mbak mia di sana. saya, dan temen temen alumni sudah bosan kok, tiap ada pesawat jatuh, kudu dag dig dug, khawatir jangan jangan teman satu alumni pulak. :(( 2009/6/1 Mia al...@...: kita semua neolib...:-( SBY-budi dibilang neolib padahal kampanyenya sarat dengan block grant / bantuan langsung - yang kalo saya liat sendiri di lapangan success ratenya rendah. neolibnya itu mungkin karena gampang terima pinjaman asing untuk block grant itu (?). neolib apa ini namanya... emangnya kita dan media berani mempermasalahkan militer dan tokoh2nya yang bermasalah? sekarang kita berani menyidangkan perkara korupsi2, walaupun masih pilih2 bulu, paling tidak sudah ada political will. tapi kiprah militer di politik? masih barang haram untuk dibongkar, padahal mestinya itu masuk good governance juga, prioritas sesudah korupsi finansial. kita semua masih terpesona dengan militer, beraninya dengan sesama sipil. reformasi di militer blum kedengaran tuh. fokusnya supaya elitnya konsentrasi ke keamanan wilayah/border, terutama kelautan, operasional, maintenance equipment - jangan networking ke politik dan personal business melulu. berbarengan, mesti ada program capacity building di politisi sipil supaya nggak nyeret2 elit militer ke politik. salam Mia
[wanita-muslimah] Re: Neolib
kali itu, penjelasan UUD 1945 lha koq dihilangkan? Ingat, penjelasan UUD 1945 itu termasuk dalam UUD 1945 agar mereka yang mengamandemen tidak salah tafsir dan punya pijakan historis. Wassalam, chodjim - Original Message - From: Herni Sri Nurbayanti To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Monday, June 01, 2009 7:30 PM Subject: [wanita-muslimah] Re: Neolib Kalo gak salah, yg disasar itu peralihan bisnis militer, mbak. Tapi emang informasi soal reformasi di dunia militer minim sekali. Belum lagi, belum tentu institusinya mau direformasi. Di antara institusi2 negara, mungkin yg paling terbuka buat perubahan adalah MA, terlepas dari segala kekurangan yg ada dalam prosesnya. Kejaksaan, misalnya... mengalami hambatan, mungkin baru tahun 2007an bisa efektif masuk, itupun terbatas. Ada pintu2 tertentu yg bisa dimasuki. Di menegpan? Reformasi birokrasi diartikan secara sempit: renumerasi :-(. Dan ini jadi kartu domino, akan merembet juga ke seluruh pemda. Bayangkan menggelembungnya anggaran, mending kalau memang efektif. Yg dianggap berhasil, paling MK dan KPK.. tapi kan ini institusi baru. Masa iya, kita mau bikin institusi baru terus? :) Di legislatif, ada DPD tapi itupun jadi anak bawang aja. Konstelasi politik di DPR sendiri berubah2. Dan dari segi struktur organisasi, DPR cukup gembung.. Pamdalnya aja bisa ratusan... itu baru pamdal. Kapasitas ditingkatkan, tapi apakah produktivitas juga naik? Liat aja jumlah RUU usul inisiatif DPR ada berapa dan kinerjanya 5 thn ini. Belum lagi, kalau PDIP dan Gerindra maju dan berkuasa, visi mereka kan kembali ke UUD 1945, yang berarti mengembalikan semua proses perubahan selama 10 thn ini (bila dihitung dari 1998) ke titik nol lagi :-( Saya gak tau dng Hanura, bisa jadi visinya sama (?). Jadi memang negara dalam keadaan genting... atau sayanya yg pesimis? :) salam, Herni --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia aldiy@ wrote: kita semua neolib...:-( SBY-budi dibilang neolib padahal kampanyenya sarat dengan block grant / bantuan langsung - yang kalo saya liat sendiri di lapangan success ratenya rendah. neolibnya itu mungkin karena gampang terima pinjaman asing untuk block grant itu (?). neolib apa ini namanya... emangnya kita dan media berani mempermasalahkan militer dan tokoh2nya yang bermasalah? sekarang kita berani menyidangkan perkara korupsi2, walaupun masih pilih2 bulu, paling tidak sudah ada political will. tapi kiprah militer di politik? masih barang haram untuk dibongkar, padahal mestinya itu masuk good governance juga, prioritas sesudah korupsi finansial. kita semua masih terpesona dengan militer, beraninya dengan sesama sipil. reformasi di militer blum kedengaran tuh. fokusnya supaya elitnya konsentrasi ke keamanan wilayah/border, terutama kelautan, operasional, maintenance equipment - jangan networking ke politik dan personal business melulu. berbarengan, mesti ada program capacity building di politisi sipil supaya nggak nyeret2 elit militer ke politik. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, ariel ariela4ever@ wrote: saya setuju dengan pendapat penulis, Budiono yg jadi sasaran tembak isu Neolib kurang piawai dalam memberikan argumen, semestinya ybs mencontoh jawaban Miranda, koleganya di BI, yg mengatakan kepada DPR teorinya saja saya tidak paham, selama 42 tahun saya belajar ekonomi saya tidak tahu neoliberal, jadi maaf saya tidak bisa jawab, simpel walau agak berbau retorik. Untuk detilnya serahkan saja ke Sri Mulyani yang belakangan ini sibuk pasang badan dan berakrobat dengan data2 hutang luar negeri. menurut saya, untuk menembak Budiono bisa lewat isu BLBI, dan untuk Wiranto dan Prabowo dengan isu kerusuhan Mei 98. Tapi sepertinya ke tiga pasangan tsb enggan membawa-bawa isu dari jaman Orba, mungkin karena dapat menjadi bola liar yang balik menyerang mereka semua. pemilu kali ini memang lucu, yang jadi isu utama variannya sangat luas mulai dari neolib, ekonomi kerakyatan, sampai ke jilbab, namun sudah lebih baik dibanding pemilu 2004, setidaknya tidak ada capres yg mengatakan capres paling ganteng atau paling cantik :-) salam, -ariel- --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ary Setijadi Prihatmanto ary.setijadi@ wrote: Adam Smith, Keynes sama Hayek juga, kalo kebetulan orang Indonesia dan menemukan konsep2nya jaman sekarang, mungkin namanya teori ekonomi kerakyatan ;-)) Devil is in the detail [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Neolib
dari berbagai angkatan tuh mbak. laut, udara, darat, juga yang polisi dan civilians banyak yg jadi pemerhati masalah pertahanan juga. udah mampir ke sana, kan ? kalau udah masuk ke inner circlenya sih bisa diajak join ke milisnya sekalian lho ... :) 2009/6/3 Mia al...@yahoo.com: Kalau anak2 muda tentara itu menginginkan kualitas professional, maka keinginan itu harus dinyatakan dalam konsep good governance. Siapa saja atau unit mana saja di kalangan elit militer yang jadi gerbong penariknya? Saya rasa mba Herni lebih bertutur bagaimana memasukkan suatu wacana dalam konsep good governance yang doable. Itu namanya proses transformasi dari dalam. Anakku masuk navy. walaupun aku nggak pernah mendorong dia untuk masuk navy/militer, tapi aku berharap dia betah, happy dan tekun pada bidangnya, dan bermanfaat bagi orang lain. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ari Condro masar...@... wrote: mbak mia, kayaknya justru dari militer lebih seneng jadi tentara profesional, kok. mainlah ke anak anak muda yang bergairah dan para tentara muda di tandef.net, kontribusi juga tulisan uneg uneg mbak mia di sana. saya, dan temen temen alumni sudah bosan kok, tiap ada pesawat jatuh, kudu dag dig dug, khawatir jangan jangan teman satu alumni pulak. :(( 2009/6/1 Mia al...@...: kita semua neolib...:-( SBY-budi dibilang neolib padahal kampanyenya sarat dengan block grant / bantuan langsung - yang kalo saya liat sendiri di lapangan success ratenya rendah. neolibnya itu mungkin karena gampang terima pinjaman asing untuk block grant itu (?). neolib apa ini namanya... emangnya kita dan media berani mempermasalahkan militer dan tokoh2nya yang bermasalah? sekarang kita berani menyidangkan perkara korupsi2, walaupun masih pilih2 bulu, paling tidak sudah ada political will. tapi kiprah militer di politik? masih barang haram untuk dibongkar, padahal mestinya itu masuk good governance juga, prioritas sesudah korupsi finansial. kita semua masih terpesona dengan militer, beraninya dengan sesama sipil. reformasi di militer blum kedengaran tuh. fokusnya supaya elitnya konsentrasi ke keamanan wilayah/border, terutama kelautan, operasional, maintenance equipment - jangan networking ke politik dan personal business melulu. berbarengan, mesti ada program capacity building di politisi sipil supaya nggak nyeret2 elit militer ke politik. salam Mia -- salam, Ari
[wanita-muslimah] Re: Neolib
saya masih percaya middle class people akan menjadi motor perubahan, karena mereka terdiri dari individu yg dinamis tidak jumud dan tidak berada di awang2. tren saat ini terjadi pertentangan pemikiran antara konservatif liberal, middle class yang dinamis merupakan pasar potensial bagi ke dua kubu tsb. semestinya middle class mampu menciptakan kubu tersendiri yg independen, mungkin dibutuhkan lebih banyak tipe indvidu seperti mbak Herni untuk mewujudkan ini :-) middle class ini kelak dapat menjadi sumber daya untuk membentuk civil society pada bidang politik dan profesional militer pada bidang pertahanan. sayang saat ini belum ada political will dari pemerintah untuk membentuk middle class secara kontinyu, buktinya anggaran pendidikan saja masih dibawah 20% :( pks sebenarnya memenuhi kriteria sebagai parpol yang dapat membantu terciptanya civil society (kalau mereka mampu memanage unsur fundamentalis :-)), sayangnya mereka terkooptasi oleh kekuasaan, dan menggunakan cara2 pragmatis seperti jilbab untuk mencapai tujuan tsb, sehingga bertolak belakang dengan semboyan bersih profesional. eniwei jika dilihat bahwa iklim politik kita yang baru tumbuh 10 tahun yang lalu, menurut saya indonesia tidak terlihat mengecewakan, setidaknya dibandingkan dengan negera2 tetangga :-) salam, -ariel- --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Herni Sri Nurbayanti nurbaya...@... wrote: Itu dia, gimana memanfaatkan obrolan2 publik itu. Potensi publik. Selama ini NGO cuma menempatkan publik sbg obyek, bukan subyek. Sasaran kegiatan, bukan pelaku kegiatan, terutama mereka yg bergerak di kebijakan. Kalaupun ada yg mulai melakukan ini, cenderung sasarannya ke masyarakat menengah ke bawah (kemiskinan toh jadi isu yg seksi sekaligus menjual buat semua orang, liat aja tulisan di kompas kemarin). Ini otokritik saya sbg yg bekerja di NGO. Boleh dong sesekali otokritik ya? :) Tapi, tidak rakyat kelas menengah. Menengah bukan dalam pengertian finansial, tapi secara intelektual juga. Coba liat masyarakat menengah kita, gak jalan bukan? :-) Tidak pernah bisa jadi masyarakat menengah yg kemudian menjadi motor perubahan. Kalaupun ada, masyarakat menengah kita diambil oleh kalangan konservatif-fundamentalis. Bener gak? :) Yg liberal, terlalu dekat ke elit politik hehehe... Liberal di Indonesia kan memang dekat dng kalangan penguasa. Saya masuk ke masyarakat menengah, dan terus terang, saya gak mau gabung ke salah satu dari kedua pilihan itu, hehe... Di politik, ideologi itu sudah mati sejak tahun 60 atau 70an (lupa, hehe). Yg ada adalah pragmatisme. Gimana cara kita menyelesaikan masalah. Silakan aja bawa-bawa ideologi, toh masyarakat tetap menilai case by case. Itu yg terjadi pada PKS. Kenapa kemudian kritik2 terhadap PKS adalah kritik2 yg sebenarnya di tataran pragmatis, gimana PKS menyikapi sesuatu dan menyelesaikan masalah. Imbasnya lebih besar, karena PKS bawa2 ideologi, sikap dan nilai. Langsung deh, yg pragmatis tadi dibenturkan dng sikap dan nilai yg dibawa mereka. Itu analisa sederhananya aja. Jadi, hati2 membawa-bawa dan mengemas ideologi. salam, Herni
Re: [wanita-muslimah] Re: Neolib
Mbak Herni, Meski tak ada hubungannya dengan PDIP dan Gerindra, saya termasuk yang memperjuangkan UUD 1945. Babak belurnya NKRI sejak krisis reformasi adalah karena MPR reformasi telah menghancurkan UUD 1945. Apa tidak perlu amandemen? Sangat diperlukan! Tetapi, amandemen itu bukan mengubah UUD 1945, melainkan menambahkan pasal-pasal yang kurang dan pasal tambahan itu dilampirkan. Dengan cara itu, bangsa Indonesia akan bisa mengontrol isi undang-undang yang dibuatnya pada tingkat orisinalitasnya, dan bisa mengontrol pasal-pasal yang ditambahkan. Dengan cara itu, bangsa Indonesia bisa mengamandemen amandemen yang keliru. Sekarang ini orang kebingungan apa isinya UUD 1945 yang asli itu. Dan, dalam amandemen sebanyak 4 kali itu, penjelasan UUD 1945 lha koq dihilangkan? Ingat, penjelasan UUD 1945 itu termasuk dalam UUD 1945 agar mereka yang mengamandemen tidak salah tafsir dan punya pijakan historis. Wassalam, chodjim - Original Message - From: Herni Sri Nurbayanti To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Monday, June 01, 2009 7:30 PM Subject: [wanita-muslimah] Re: Neolib Kalo gak salah, yg disasar itu peralihan bisnis militer, mbak. Tapi emang informasi soal reformasi di dunia militer minim sekali. Belum lagi, belum tentu institusinya mau direformasi. Di antara institusi2 negara, mungkin yg paling terbuka buat perubahan adalah MA, terlepas dari segala kekurangan yg ada dalam prosesnya. Kejaksaan, misalnya... mengalami hambatan, mungkin baru tahun 2007an bisa efektif masuk, itupun terbatas. Ada pintu2 tertentu yg bisa dimasuki. Di menegpan? Reformasi birokrasi diartikan secara sempit: renumerasi :-(. Dan ini jadi kartu domino, akan merembet juga ke seluruh pemda. Bayangkan menggelembungnya anggaran, mending kalau memang efektif. Yg dianggap berhasil, paling MK dan KPK.. tapi kan ini institusi baru. Masa iya, kita mau bikin institusi baru terus? :) Di legislatif, ada DPD tapi itupun jadi anak bawang aja. Konstelasi politik di DPR sendiri berubah2. Dan dari segi struktur organisasi, DPR cukup gembung.. Pamdalnya aja bisa ratusan... itu baru pamdal. Kapasitas ditingkatkan, tapi apakah produktivitas juga naik? Liat aja jumlah RUU usul inisiatif DPR ada berapa dan kinerjanya 5 thn ini. Belum lagi, kalau PDIP dan Gerindra maju dan berkuasa, visi mereka kan kembali ke UUD 1945, yang berarti mengembalikan semua proses perubahan selama 10 thn ini (bila dihitung dari 1998) ke titik nol lagi :-( Saya gak tau dng Hanura, bisa jadi visinya sama (?). Jadi memang negara dalam keadaan genting... atau sayanya yg pesimis? :) salam, Herni --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia al...@... wrote: kita semua neolib...:-( SBY-budi dibilang neolib padahal kampanyenya sarat dengan block grant / bantuan langsung - yang kalo saya liat sendiri di lapangan success ratenya rendah. neolibnya itu mungkin karena gampang terima pinjaman asing untuk block grant itu (?). neolib apa ini namanya... emangnya kita dan media berani mempermasalahkan militer dan tokoh2nya yang bermasalah? sekarang kita berani menyidangkan perkara korupsi2, walaupun masih pilih2 bulu, paling tidak sudah ada political will. tapi kiprah militer di politik? masih barang haram untuk dibongkar, padahal mestinya itu masuk good governance juga, prioritas sesudah korupsi finansial. kita semua masih terpesona dengan militer, beraninya dengan sesama sipil. reformasi di militer blum kedengaran tuh. fokusnya supaya elitnya konsentrasi ke keamanan wilayah/border, terutama kelautan, operasional, maintenance equipment - jangan networking ke politik dan personal business melulu. berbarengan, mesti ada program capacity building di politisi sipil supaya nggak nyeret2 elit militer ke politik. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, ariel ariela4ever@ wrote: saya setuju dengan pendapat penulis, Budiono yg jadi sasaran tembak isu Neolib kurang piawai dalam memberikan argumen, semestinya ybs mencontoh jawaban Miranda, koleganya di BI, yg mengatakan kepada DPR teorinya saja saya tidak paham, selama 42 tahun saya belajar ekonomi saya tidak tahu neoliberal, jadi maaf saya tidak bisa jawab, simpel walau agak berbau retorik. Untuk detilnya serahkan saja ke Sri Mulyani yang belakangan ini sibuk pasang badan dan berakrobat dengan data2 hutang luar negeri. menurut saya, untuk menembak Budiono bisa lewat isu BLBI, dan untuk Wiranto dan Prabowo dengan isu kerusuhan Mei 98. Tapi sepertinya ke tiga pasangan tsb enggan membawa-bawa isu dari jaman Orba, mungkin karena dapat menjadi bola liar yang balik menyerang mereka semua. pemilu kali ini memang lucu, yang jadi isu utama variannya sangat luas mulai dari neolib, ekonomi kerakyatan, sampai ke jilbab, namun sudah lebih baik dibanding pemilu 2004, setidaknya tidak ada capres yg mengatakan capres paling ganteng atau paling cantik :-) salam
[wanita-muslimah] Re: Neolib
menumbuhkan public awarenes bisa dilakukan dari hal yang mendasar dulu, bagaimana masyarakat mampu melihat secara kritis tanpa terpukau oleh pencitraan elit politik. triggernya sudah ada, berbagai kasus anggota dpr dan kebijakan dpr yg nyeleneh membuat masyarakat menjadi melek politik, dan mulai kritis, implikasinya yang seperti mbak herni bilang obrolan politik sekarang mulai seru. tinggal gimana semangat ini bisa dipupuk terus, sehingga kelak akan menghasilkan civil society yg kuat dan mapan, saya kira ini adalah expertise dari mbak Herni rekan2 NGO, orang awam seperti saya paling hanya bisa membantu lewat obrolan2 di milis dan lingkungan terdekat saja :) salam, -ariel- --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Herni Sri Nurbayanti nurbaya...@... wrote: Iya, itu yg mau kita dorong. Public awarenessnya. Pemilu legislatif dan presiden ini ya sudahlah. Kalaupun saya milih SBY, itu karena gak pingin wiranto atau prabowo menang :) Tapi masih mikir2 juga, apa mending golput aja :-) Komitmen saya sih justru mendukung public awarenessnya tadi, minimal di wilayah DPR dulu deh, yang memang jadi wilayah pantauan tempat saya bekerja. Kalaupun yg mengerjakan orang lain, gpp.. asal idenya dijalankan. Ada beberapa orang yg tertarik dng ide itu. Dana selalu jadi masalah, tapi selemah2nya iman, persoalan dana bisa diatasi. Ada beberapa program kita yg self-finance juga. Tetap jalan, ada atau tidak ada dana. Bagian dari kerja pro-bono. Yg saya lagi pikirkan adalah, kayanya kalau mengajak masyarakat umum, pasti asik! dan pasti lebih bagus dan seru. Lihat aja, obrolan politik di milis2, fesbuk, selalu seru! :-) Mungkin ada gap pengetahuan soal prosedur2 di DPR dan hal-hal lainnya soal gimana sistem kenegaraan kita bekerja, tapi itu bisa diatur. Sinerginya dulu yg perlu dibangun. Teman2 di NGO punya data, akses dan pengetahuan.. dan persoalannya gimana hal ini bisa didistribusikan dan dipakai oleh publik? Cuma belum hoki aja nemu orang yg bisa diajak kerjasama utk soal ini. Hal yg sama bisa dipakai utk presiden terpilih nanti. Catatan publik kebijakannya spt apa aja sih. Buat saya, mau ideologinya kaya apa, ya silakan aja. Transparan aja, gak usah jaim. Mau zealot sekalipun! :) Yg bahaya kan yg hidden agenda, bukan? Buat saya bukan soal posisi, tapi alasan2 dibaliknya. Walaupun orang yg beroposisi suka salah mengerti hehehe. Dan ini semangat yg juga dibangun di WM. Maksudnya, mental WMnya kebawa ke dunia nyata hehehe... Ariel mau bantu? :-) salam, Herni
[wanita-muslimah] Re: Neolib
-muslimah] Re: Neolib Kalo gak salah, yg disasar itu peralihan bisnis militer, mbak. Tapi emang informasi soal reformasi di dunia militer minim sekali. Belum lagi, belum tentu institusinya mau direformasi. Di antara institusi2 negara, mungkin yg paling terbuka buat perubahan adalah MA, terlepas dari segala kekurangan yg ada dalam prosesnya. Kejaksaan, misalnya... mengalami hambatan, mungkin baru tahun 2007an bisa efektif masuk, itupun terbatas. Ada pintu2 tertentu yg bisa dimasuki. Di menegpan? Reformasi birokrasi diartikan secara sempit: renumerasi :-(. Dan ini jadi kartu domino, akan merembet juga ke seluruh pemda. Bayangkan menggelembungnya anggaran, mending kalau memang efektif. Yg dianggap berhasil, paling MK dan KPK.. tapi kan ini institusi baru. Masa iya, kita mau bikin institusi baru terus? :) Di legislatif, ada DPD tapi itupun jadi anak bawang aja. Konstelasi politik di DPR sendiri berubah2. Dan dari segi struktur organisasi, DPR cukup gembung.. Pamdalnya aja bisa ratusan... itu baru pamdal. Kapasitas ditingkatkan, tapi apakah produktivitas juga naik? Liat aja jumlah RUU usul inisiatif DPR ada berapa dan kinerjanya 5 thn ini. Belum lagi, kalau PDIP dan Gerindra maju dan berkuasa, visi mereka kan kembali ke UUD 1945, yang berarti mengembalikan semua proses perubahan selama 10 thn ini (bila dihitung dari 1998) ke titik nol lagi :-( Saya gak tau dng Hanura, bisa jadi visinya sama (?). Jadi memang negara dalam keadaan genting... atau sayanya yg pesimis? :) salam, Herni --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia aldiy@ wrote: kita semua neolib...:-( SBY-budi dibilang neolib padahal kampanyenya sarat dengan block grant / bantuan langsung - yang kalo saya liat sendiri di lapangan success ratenya rendah. neolibnya itu mungkin karena gampang terima pinjaman asing untuk block grant itu (?). neolib apa ini namanya... emangnya kita dan media berani mempermasalahkan militer dan tokoh2nya yang bermasalah? sekarang kita berani menyidangkan perkara korupsi2, walaupun masih pilih2 bulu, paling tidak sudah ada political will. tapi kiprah militer di politik? masih barang haram untuk dibongkar, padahal mestinya itu masuk good governance juga, prioritas sesudah korupsi finansial. kita semua masih terpesona dengan militer, beraninya dengan sesama sipil. reformasi di militer blum kedengaran tuh. fokusnya supaya elitnya konsentrasi ke keamanan wilayah/border, terutama kelautan, operasional, maintenance equipment - jangan networking ke politik dan personal business melulu. berbarengan, mesti ada program capacity building di politisi sipil supaya nggak nyeret2 elit militer ke politik. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, ariel ariela4ever@ wrote: saya setuju dengan pendapat penulis, Budiono yg jadi sasaran tembak isu Neolib kurang piawai dalam memberikan argumen, semestinya ybs mencontoh jawaban Miranda, koleganya di BI, yg mengatakan kepada DPR teorinya saja saya tidak paham, selama 42 tahun saya belajar ekonomi saya tidak tahu neoliberal, jadi maaf saya tidak bisa jawab, simpel walau agak berbau retorik. Untuk detilnya serahkan saja ke Sri Mulyani yang belakangan ini sibuk pasang badan dan berakrobat dengan data2 hutang luar negeri. menurut saya, untuk menembak Budiono bisa lewat isu BLBI, dan untuk Wiranto dan Prabowo dengan isu kerusuhan Mei 98. Tapi sepertinya ke tiga pasangan tsb enggan membawa-bawa isu dari jaman Orba, mungkin karena dapat menjadi bola liar yang balik menyerang mereka semua. pemilu kali ini memang lucu, yang jadi isu utama variannya sangat luas mulai dari neolib, ekonomi kerakyatan, sampai ke jilbab, namun sudah lebih baik dibanding pemilu 2004, setidaknya tidak ada capres yg mengatakan capres paling ganteng atau paling cantik :-) salam, -ariel- --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ary Setijadi Prihatmanto ary.setijadi@ wrote: Adam Smith, Keynes sama Hayek juga, kalo kebetulan orang Indonesia dan menemukan konsep2nya jaman sekarang, mungkin namanya teori ekonomi kerakyatan ;-)) Devil is in the detail [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: Neolib
Iya, itu yg mau kita dorong. Public awarenessnya. Pemilu legislatif dan presiden ini ya sudahlah. Kalaupun saya milih SBY, itu karena gak pingin wiranto atau prabowo menang :) Tapi masih mikir2 juga, apa mending golput aja :-) Komitmen saya sih justru mendukung public awarenessnya tadi, minimal di wilayah DPR dulu deh, yang memang jadi wilayah pantauan tempat saya bekerja. Kalaupun yg mengerjakan orang lain, gpp.. asal idenya dijalankan. Ada beberapa orang yg tertarik dng ide itu. Dana selalu jadi masalah, tapi selemah2nya iman, persoalan dana bisa diatasi. Ada beberapa program kita yg self-finance juga. Tetap jalan, ada atau tidak ada dana. Bagian dari kerja pro-bono. Yg saya lagi pikirkan adalah, kayanya kalau mengajak masyarakat umum, pasti asik! dan pasti lebih bagus dan seru. Lihat aja, obrolan politik di milis2, fesbuk, selalu seru! :-) Mungkin ada gap pengetahuan soal prosedur2 di DPR dan hal-hal lainnya soal gimana sistem kenegaraan kita bekerja, tapi itu bisa diatur. Sinerginya dulu yg perlu dibangun. Teman2 di NGO punya data, akses dan pengetahuan.. dan persoalannya gimana hal ini bisa didistribusikan dan dipakai oleh publik? Cuma belum hoki aja nemu orang yg bisa diajak kerjasama utk soal ini. Hal yg sama bisa dipakai utk presiden terpilih nanti. Catatan publik kebijakannya spt apa aja sih. Buat saya, mau ideologinya kaya apa, ya silakan aja. Transparan aja, gak usah jaim. Mau zealot sekalipun! :) Yg bahaya kan yg hidden agenda, bukan? Buat saya bukan soal posisi, tapi alasan2 dibaliknya. Walaupun orang yg beroposisi suka salah mengerti hehehe. Dan ini semangat yg juga dibangun di WM. Maksudnya, mental WMnya kebawa ke dunia nyata hehehe... Ariel mau bantu? :-) salam, Herni --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, ariel ariela4e...@... wrote: yup, pada pemilu ini yg terjadi adalah perang PR, contoh SBY ditampilkan sebagai sosok yang kalem, Megawati dekat rakyat cilik, JK yg cekatan, tujuan akhirnya adalah memenangkan persepsi masyarakat. Isu jilbab, neoliberalisme, deklarasi capres dll adalah bagian dari proses PR ini. Sudah tentu sebelumnya konsultan PR dari masing2 capres sudah melakukan mapping segmen pasar mana yg potensial bisa direbut, dan kebetulan masyarakat sebagai calon konsumen senang dengan model2 pencitraan ini. Jadi jangan berharap banyak, capres2 ini akan membicarakan lebih spesifik masalah yg aktual seperti pendidikan, kesehatan, lapangan kerja. Seperti mbak herni sampaikan, yang diperlukan saat ini adalah menumbuhkan public awareness, agar pemilu kali ini tidak hanya sekedar menjadi bahan penelitian untuk tugas akhir mahasiswa jurusan PR komunikasi :-) salam, -ariel-
[wanita-muslimah] Re: Neolib
Herni...*kedip-kedip*... ini ada kiriman lagu dari Eyang judulnya 'Wish You Were Here', dinyanyikan Pink Floyd. Empat kali empat sama dengan enam belas, sempat tak sempat musti dibalas. Ada sagu, ada talas. Ada lagu, musti dibalas... (ini ucapan tempo dulu saat masih masa-masa perjuangan). Syair lagu ini begini: So, so you think you can tell Heaven from Hell, blue skies from pain. Can you tell a green field from a cold steel rail? A smile from a veil? Do you think you can tell? And did they get you to trade your heroes for ghosts? Hot ashes for trees? Hot air for a cool breeze? Cold comfort for change? And did you exchange a walk on part in the war for a lead role in a cage? How I wish, how I wish you were here. We're just two lost souls swimming in a fish bowl, year after year, Running over the same old ground. What have you found? The same old fears. Wish you were here. *kedip-kedip lagi*
[wanita-muslimah] Re: Neolib
Kalo gak salah, yg disasar itu peralihan bisnis militer, mbak. Tapi emang informasi soal reformasi di dunia militer minim sekali. Belum lagi, belum tentu institusinya mau direformasi. Di antara institusi2 negara, mungkin yg paling terbuka buat perubahan adalah MA, terlepas dari segala kekurangan yg ada dalam prosesnya. Kejaksaan, misalnya... mengalami hambatan, mungkin baru tahun 2007an bisa efektif masuk, itupun terbatas. Ada pintu2 tertentu yg bisa dimasuki. Di menegpan? Reformasi birokrasi diartikan secara sempit: renumerasi :-(. Dan ini jadi kartu domino, akan merembet juga ke seluruh pemda. Bayangkan menggelembungnya anggaran, mending kalau memang efektif. Yg dianggap berhasil, paling MK dan KPK.. tapi kan ini institusi baru. Masa iya, kita mau bikin institusi baru terus? :) Di legislatif, ada DPD tapi itupun jadi anak bawang aja. Konstelasi politik di DPR sendiri berubah2. Dan dari segi struktur organisasi, DPR cukup gembung.. Pamdalnya aja bisa ratusan... itu baru pamdal. Kapasitas ditingkatkan, tapi apakah produktivitas juga naik? Liat aja jumlah RUU usul inisiatif DPR ada berapa dan kinerjanya 5 thn ini. Belum lagi, kalau PDIP dan Gerindra maju dan berkuasa, visi mereka kan kembali ke UUD 1945, yang berarti mengembalikan semua proses perubahan selama 10 thn ini (bila dihitung dari 1998) ke titik nol lagi :-( Saya gak tau dng Hanura, bisa jadi visinya sama (?). Jadi memang negara dalam keadaan genting... atau sayanya yg pesimis? :) salam, Herni --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia al...@... wrote: kita semua neolib...:-( SBY-budi dibilang neolib padahal kampanyenya sarat dengan block grant / bantuan langsung - yang kalo saya liat sendiri di lapangan success ratenya rendah. neolibnya itu mungkin karena gampang terima pinjaman asing untuk block grant itu (?). neolib apa ini namanya... emangnya kita dan media berani mempermasalahkan militer dan tokoh2nya yang bermasalah? sekarang kita berani menyidangkan perkara korupsi2, walaupun masih pilih2 bulu, paling tidak sudah ada political will. tapi kiprah militer di politik? masih barang haram untuk dibongkar, padahal mestinya itu masuk good governance juga, prioritas sesudah korupsi finansial. kita semua masih terpesona dengan militer, beraninya dengan sesama sipil. reformasi di militer blum kedengaran tuh. fokusnya supaya elitnya konsentrasi ke keamanan wilayah/border, terutama kelautan, operasional, maintenance equipment - jangan networking ke politik dan personal business melulu. berbarengan, mesti ada program capacity building di politisi sipil supaya nggak nyeret2 elit militer ke politik. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, ariel ariela4ever@ wrote: saya setuju dengan pendapat penulis, Budiono yg jadi sasaran tembak isu Neolib kurang piawai dalam memberikan argumen, semestinya ybs mencontoh jawaban Miranda, koleganya di BI, yg mengatakan kepada DPR teorinya saja saya tidak paham, selama 42 tahun saya belajar ekonomi saya tidak tahu neoliberal, jadi maaf saya tidak bisa jawab, simpel walau agak berbau retorik. Untuk detilnya serahkan saja ke Sri Mulyani yang belakangan ini sibuk pasang badan dan berakrobat dengan data2 hutang luar negeri. menurut saya, untuk menembak Budiono bisa lewat isu BLBI, dan untuk Wiranto dan Prabowo dengan isu kerusuhan Mei 98. Tapi sepertinya ke tiga pasangan tsb enggan membawa-bawa isu dari jaman Orba, mungkin karena dapat menjadi bola liar yang balik menyerang mereka semua. pemilu kali ini memang lucu, yang jadi isu utama variannya sangat luas mulai dari neolib, ekonomi kerakyatan, sampai ke jilbab, namun sudah lebih baik dibanding pemilu 2004, setidaknya tidak ada capres yg mengatakan capres paling ganteng atau paling cantik :-) salam, -ariel- --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ary Setijadi Prihatmanto ary.setijadi@ wrote: Adam Smith, Keynes sama Hayek juga, kalo kebetulan orang Indonesia dan menemukan konsep2nya jaman sekarang, mungkin namanya teori ekonomi kerakyatan ;-)) Devil is in the detail
[wanita-muslimah] Re: Neolib
Kenapa kedip-kedip, eyang? Tumben kirim lagu... Nyesel ya, telat ketemu saya? hihihihi... Progressive rock juga ya? Saya kasih yg agak baru deh, biar eyang bisa tune-in ma anak muda sekarang :-) Ini dari grup efek rumah kaca. Vokalisnya temen saya di kantor, orang keuangan. Beli CDnya aja, eyang. Jangan download mp3 bajakan bin gratisan ya, malu ma slip gaji :-)) Ada di toko2 musik atau aksara. Kalau beli ma saya sih dulu bisa lebih murah, dapet tanda tangan vokalisnya juga, hehe.. Sekarang jatahnya dah abis :) Biasanya kalo ada yg ultah, saya kasih CD ERK buat kado. Judulnya: Mosi Tidak Percaya. ini masalah kuasa, alibimu berharga kalau kami tak percaya, lantas kau mau apa? kamu tak berubah, selalu mencari celah lalu smakin parah, tak ada jalan tengah pantas kalau kami marah, sebab dipercaya susah jelas kalau kami resah, sebab argumenmu payah kamu ciderai janji, luka belum terobati kami tak mau dibeli, kami tak bisa dibeli janjimu pelan pelan akan menelanmu ini mosi tidak percaya, jangan anggap kami tak berdaya ini mosi tidak percaya, kami tak mau lagi diperdaya --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, eyang_mbelgedes eyang_mbelge...@... wrote: Herni...*kedip-kedip*... ini ada kiriman lagu dari Eyang judulnya 'Wish You Were Here', dinyanyikan Pink Floyd. Empat kali empat sama dengan enam belas, sempat tak sempat musti dibalas. Ada sagu, ada talas. Ada lagu, musti dibalas... (ini ucapan tempo dulu saat masih masa-masa perjuangan). Syair lagu ini begini: So, so you think you can tell Heaven from Hell, blue skies from pain. Can you tell a green field from a cold steel rail? A smile from a veil? Do you think you can tell? And did they get you to trade your heroes for ghosts? Hot ashes for trees? Hot air for a cool breeze? Cold comfort for change? And did you exchange a walk on part in the war for a lead role in a cage? How I wish, how I wish you were here. We're just two lost souls swimming in a fish bowl, year after year, Running over the same old ground. What have you found? The same old fears. Wish you were here. *kedip-kedip lagi*
[wanita-muslimah] Re: Neolib
Herni, itu tadi aku klilipan, jadi harus kedip-kedip terus. Lagu Pink Floyd itu juga masih relevan dengan topik obrolan orang-orang di WM ini, terutama antara orang-orang yang suka mewakili dan mengenal Tuhan lebih baik daripada yang lainnya. Iya, Eyang nyesel kok telat ketemu cucu. Tapi, lagunya bagus juga tuh, di mana ya bisa dibeli dan gimana nanti bilangnya sama penjual CD?
Re: [wanita-muslimah] Re: Neolib
mbak mia, kayaknya justru dari militer lebih seneng jadi tentara profesional, kok. mainlah ke anak anak muda yang bergairah dan para tentara muda di tandef.net, kontribusi juga tulisan uneg uneg mbak mia di sana. saya, dan temen temen alumni sudah bosan kok, tiap ada pesawat jatuh, kudu dag dig dug, khawatir jangan jangan teman satu alumni pulak. :(( 2009/6/1 Mia al...@yahoo.com: kita semua neolib...:-( SBY-budi dibilang neolib padahal kampanyenya sarat dengan block grant / bantuan langsung - yang kalo saya liat sendiri di lapangan success ratenya rendah. neolibnya itu mungkin karena gampang terima pinjaman asing untuk block grant itu (?). neolib apa ini namanya... emangnya kita dan media berani mempermasalahkan militer dan tokoh2nya yang bermasalah? sekarang kita berani menyidangkan perkara korupsi2, walaupun masih pilih2 bulu, paling tidak sudah ada political will. tapi kiprah militer di politik? masih barang haram untuk dibongkar, padahal mestinya itu masuk good governance juga, prioritas sesudah korupsi finansial. kita semua masih terpesona dengan militer, beraninya dengan sesama sipil. reformasi di militer blum kedengaran tuh. fokusnya supaya elitnya konsentrasi ke keamanan wilayah/border, terutama kelautan, operasional, maintenance equipment - jangan networking ke politik dan personal business melulu. berbarengan, mesti ada program capacity building di politisi sipil supaya nggak nyeret2 elit militer ke politik. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, ariel ariela4e...@... wrote: saya setuju dengan pendapat penulis, Budiono yg jadi sasaran tembak isu Neolib kurang piawai dalam memberikan argumen, semestinya ybs mencontoh jawaban Miranda, koleganya di BI, yg mengatakan kepada DPR teorinya saja saya tidak paham, selama 42 tahun saya belajar ekonomi saya tidak tahu neoliberal, jadi maaf saya tidak bisa jawab, simpel walau agak berbau retorik. Untuk detilnya serahkan saja ke Sri Mulyani yang belakangan ini sibuk pasang badan dan berakrobat dengan data2 hutang luar negeri. menurut saya, untuk menembak Budiono bisa lewat isu BLBI, dan untuk Wiranto dan Prabowo dengan isu kerusuhan Mei 98. Tapi sepertinya ke tiga pasangan tsb enggan membawa-bawa isu dari jaman Orba, mungkin karena dapat menjadi bola liar yang balik menyerang mereka semua. pemilu kali ini memang lucu, yang jadi isu utama variannya sangat luas mulai dari neolib, ekonomi kerakyatan, sampai ke jilbab, namun sudah lebih baik dibanding pemilu 2004, setidaknya tidak ada capres yg mengatakan capres paling ganteng atau paling cantik :-) salam, -ariel- --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ary Setijadi Prihatmanto ary.setijadi@ wrote: Adam Smith, Keynes sama Hayek juga, kalo kebetulan orang Indonesia dan menemukan konsep2nya jaman sekarang, mungkin namanya teori ekonomi kerakyatan ;-)) Devil is in the detail -- salam, Ari
[wanita-muslimah] Re: Neolib
Bagus dan masih relevan sih, but it's so jadul gitu loh :) Bilang aja cari CD Efek Rumah Kaca (ERK). Mereka sudah mengeluarkan 2 album. Pertama, self-titled -Efek Rumah Kaca juga judul albumnya. Kedua, Kamar Gelap. Beli keduanya aja, dijamin.. nagih! :) Musik indi, tapi bener2 indi, karena komunitas indi-nya sendiri aja gak terlalu ngeh ma mereka hehe.. Tiba2 nongol, eh albumnya laku. Pemilu kemarin mereka ngisi kolom tiap sabtu di kompas. Anaknya asik2, gak kaya seleb gitu deh. Emang seneng bermusik aja. Gak ada mental apalagi muke seleb hehehe.. kagak pantes, cuy! :) Wong jualan bawa CDnya aja di kantong kresek warna item, mana orang percaya? hehe --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, eyang_mbelgedes eyang_mbelge...@... wrote: Herni, itu tadi aku klilipan, jadi harus kedip-kedip terus. Lagu Pink Floyd itu juga masih relevan dengan topik obrolan orang-orang di WM ini, terutama antara orang-orang yang suka mewakili dan mengenal Tuhan lebih baik daripada yang lainnya. Iya, Eyang nyesel kok telat ketemu cucu. Tapi, lagunya bagus juga tuh, di mana ya bisa dibeli dan gimana nanti bilangnya sama penjual CD?
[wanita-muslimah] Re: Neolib
yup, pada pemilu ini yg terjadi adalah perang PR, contoh SBY ditampilkan sebagai sosok yang kalem, Megawati dekat rakyat cilik, JK yg cekatan, tujuan akhirnya adalah memenangkan persepsi masyarakat. Isu jilbab, neoliberalisme, deklarasi capres dll adalah bagian dari proses PR ini. Sudah tentu sebelumnya konsultan PR dari masing2 capres sudah melakukan mapping segmen pasar mana yg potensial bisa direbut, dan kebetulan masyarakat sebagai calon konsumen senang dengan model2 pencitraan ini. Jadi jangan berharap banyak, capres2 ini akan membicarakan lebih spesifik masalah yg aktual seperti pendidikan, kesehatan, lapangan kerja. Seperti mbak herni sampaikan, yang diperlukan saat ini adalah menumbuhkan public awareness, agar pemilu kali ini tidak hanya sekedar menjadi bahan penelitian untuk tugas akhir mahasiswa jurusan PR komunikasi :-) salam, -ariel- --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Herni Sri Nurbayanti nurbaya...@... wrote: Memang keliatannya sekedar isu jilbab atau bajunya prabowo yg katanya gak beda ma baju sopir. Tapi ini merefleksikan konsep bernegara spt apa yg mau dibangun. Tapi teteuuup, ini jualan. Barang yg dijual emang beda, tapi sikap mentalnya sama. Jualan. Yg ada cuma penjual yg mulai pandai cari barang jualan. Itu saja. Yg perlu didorong memang tradisi utk mencatat. Siapa yg mencatat? Kita! Politikus memang tidak bisa diubah, jadi sudahlah. Berkeluh kesah soal kelakuan politikus gak akan ada habisnya. Yg diperlukan sbenarnya tekanan dari masyarakat. Dan ini yg akan mulai dilakukan secara bertahap. Kemarin bentuknya jangan bikin malu 2009 yg sekedar mendokumentasikan poster2 dagelan kampanye. Tapi lama2, bisa digiring utk juga mencatat posisi kebijakan para politikus. Jadi, gak cuma para elit yg bisa memainkan data-data ekonomi negara. Ini dilakukan oleh NGO, tapi saya rasa NGO sendiri pun kadang2 main dikotaknya sendiri. Kurang menggaet masyarakat. Padahal, yg namanya masyarakat adalah lautan potensi yg belum tergali. Soal neo-lib, kalau ndak salah, salah satu jurnal universitas luar (sori lupa) baru saja menerbitkan edisi post-neolib. Mau minta temen utk mengkopi buat iseng baca2. Kenapa neolib bertahan, saya kira karena kemampuannya beradaptasi, termasuk dng para pengkritiknya. Kalau mau iseng browsing2, ada juga pusat2 studi yg menyediakan tulisan akademik gratisan soal ini. Salah satunya, coba saja asia research centre yg di australia. Gak ada salahnya iseng baca.
[wanita-muslimah] Re: Neolib
kita semua neolib...:-( SBY-budi dibilang neolib padahal kampanyenya sarat dengan block grant / bantuan langsung - yang kalo saya liat sendiri di lapangan success ratenya rendah. neolibnya itu mungkin karena gampang terima pinjaman asing untuk block grant itu (?). neolib apa ini namanya... emangnya kita dan media berani mempermasalahkan militer dan tokoh2nya yang bermasalah? sekarang kita berani menyidangkan perkara korupsi2, walaupun masih pilih2 bulu, paling tidak sudah ada political will. tapi kiprah militer di politik? masih barang haram untuk dibongkar, padahal mestinya itu masuk good governance juga, prioritas sesudah korupsi finansial. kita semua masih terpesona dengan militer, beraninya dengan sesama sipil. reformasi di militer blum kedengaran tuh. fokusnya supaya elitnya konsentrasi ke keamanan wilayah/border, terutama kelautan, operasional, maintenance equipment - jangan networking ke politik dan personal business melulu. berbarengan, mesti ada program capacity building di politisi sipil supaya nggak nyeret2 elit militer ke politik. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, ariel ariela4e...@... wrote: saya setuju dengan pendapat penulis, Budiono yg jadi sasaran tembak isu Neolib kurang piawai dalam memberikan argumen, semestinya ybs mencontoh jawaban Miranda, koleganya di BI, yg mengatakan kepada DPR teorinya saja saya tidak paham, selama 42 tahun saya belajar ekonomi saya tidak tahu neoliberal, jadi maaf saya tidak bisa jawab, simpel walau agak berbau retorik. Untuk detilnya serahkan saja ke Sri Mulyani yang belakangan ini sibuk pasang badan dan berakrobat dengan data2 hutang luar negeri. menurut saya, untuk menembak Budiono bisa lewat isu BLBI, dan untuk Wiranto dan Prabowo dengan isu kerusuhan Mei 98. Tapi sepertinya ke tiga pasangan tsb enggan membawa-bawa isu dari jaman Orba, mungkin karena dapat menjadi bola liar yang balik menyerang mereka semua. pemilu kali ini memang lucu, yang jadi isu utama variannya sangat luas mulai dari neolib, ekonomi kerakyatan, sampai ke jilbab, namun sudah lebih baik dibanding pemilu 2004, setidaknya tidak ada capres yg mengatakan capres paling ganteng atau paling cantik :-) salam, -ariel- --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ary Setijadi Prihatmanto ary.setijadi@ wrote: Adam Smith, Keynes sama Hayek juga, kalo kebetulan orang Indonesia dan menemukan konsep2nya jaman sekarang, mungkin namanya teori ekonomi kerakyatan ;-)) Devil is in the detail
[wanita-muslimah] Re: Neolib
saya setuju dengan pendapat penulis, Budiono yg jadi sasaran tembak isu Neolib kurang piawai dalam memberikan argumen, semestinya ybs mencontoh jawaban Miranda, koleganya di BI, yg mengatakan kepada DPR teorinya saja saya tidak paham, selama 42 tahun saya belajar ekonomi saya tidak tahu neoliberal, jadi maaf saya tidak bisa jawab, simpel walau agak berbau retorik. Untuk detilnya serahkan saja ke Sri Mulyani yang belakangan ini sibuk pasang badan dan berakrobat dengan data2 hutang luar negeri. menurut saya, untuk menembak Budiono bisa lewat isu BLBI, dan untuk Wiranto dan Prabowo dengan isu kerusuhan Mei 98. Tapi sepertinya ke tiga pasangan tsb enggan membawa-bawa isu dari jaman Orba, mungkin karena dapat menjadi bola liar yang balik menyerang mereka semua. pemilu kali ini memang lucu, yang jadi isu utama variannya sangat luas mulai dari neolib, ekonomi kerakyatan, sampai ke jilbab, namun sudah lebih baik dibanding pemilu 2004, setidaknya tidak ada capres yg mengatakan capres paling ganteng atau paling cantik :-) salam, -ariel- --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ary Setijadi Prihatmanto ary.setij...@... wrote: Adam Smith, Keynes sama Hayek juga, kalo kebetulan orang Indonesia dan menemukan konsep2nya jaman sekarang, mungkin namanya teori ekonomi kerakyatan ;-)) Devil is in the detail
[wanita-muslimah] Re: Neolib
Memang keliatannya sekedar isu jilbab atau bajunya prabowo yg katanya gak beda ma baju sopir. Tapi ini merefleksikan konsep bernegara spt apa yg mau dibangun. Tapi teteuuup, ini jualan. Barang yg dijual emang beda, tapi sikap mentalnya sama. Jualan. Yg ada cuma penjual yg mulai pandai cari barang jualan. Itu saja. Yg perlu didorong memang tradisi utk mencatat. Siapa yg mencatat? Kita! Politikus memang tidak bisa diubah, jadi sudahlah. Berkeluh kesah soal kelakuan politikus gak akan ada habisnya. Yg diperlukan sbenarnya tekanan dari masyarakat. Dan ini yg akan mulai dilakukan secara bertahap. Kemarin bentuknya jangan bikin malu 2009 yg sekedar mendokumentasikan poster2 dagelan kampanye. Tapi lama2, bisa digiring utk juga mencatat posisi kebijakan para politikus. Jadi, gak cuma para elit yg bisa memainkan data-data ekonomi negara. Ini dilakukan oleh NGO, tapi saya rasa NGO sendiri pun kadang2 main dikotaknya sendiri. Kurang menggaet masyarakat. Padahal, yg namanya masyarakat adalah lautan potensi yg belum tergali. Soal neo-lib, kalau ndak salah, salah satu jurnal universitas luar (sori lupa) baru saja menerbitkan edisi post-neolib. Mau minta temen utk mengkopi buat iseng baca2. Kenapa neolib bertahan, saya kira karena kemampuannya beradaptasi, termasuk dng para pengkritiknya. Kalau mau iseng browsing2, ada juga pusat2 studi yg menyediakan tulisan akademik gratisan soal ini. Salah satunya, coba saja asia research centre yg di australia. Gak ada salahnya iseng baca. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, ariel ariela4e...@... wrote: saya setuju dengan pendapat penulis, Budiono yg jadi sasaran tembak isu Neolib kurang piawai dalam memberikan argumen, semestinya ybs mencontoh jawaban Miranda, koleganya di BI, yg mengatakan kepada DPR teorinya saja saya tidak paham, selama 42 tahun saya belajar ekonomi saya tidak tahu neoliberal, jadi maaf saya tidak bisa jawab, simpel walau agak berbau retorik. Untuk detilnya serahkan saja ke Sri Mulyani yang belakangan ini sibuk pasang badan dan berakrobat dengan data2 hutang luar negeri. menurut saya, untuk menembak Budiono bisa lewat isu BLBI, dan untuk Wiranto dan Prabowo dengan isu kerusuhan Mei 98. Tapi sepertinya ke tiga pasangan tsb enggan membawa-bawa isu dari jaman Orba, mungkin karena dapat menjadi bola liar yang balik menyerang mereka semua. pemilu kali ini memang lucu, yang jadi isu utama variannya sangat luas mulai dari neolib, ekonomi kerakyatan, sampai ke jilbab, namun sudah lebih baik dibanding pemilu 2004, setidaknya tidak ada capres yg mengatakan capres paling ganteng atau paling cantik :-) salam, -ariel- --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ary Setijadi Prihatmanto ary.setijadi@ wrote: Adam Smith, Keynes sama Hayek juga, kalo kebetulan orang Indonesia dan menemukan konsep2nya jaman sekarang, mungkin namanya teori ekonomi kerakyatan ;-)) Devil is in the detail