[wanita-muslimah] Re: Neolib - bebas ?

2009-06-05 Terurut Topik Mia
Pak Janoko,
Coba kita ikuti contoh yang diberikan bapak, ttg berlalu lintas.
Yang pak Jan uraikan itu adalah ketika fisiknya Mbel pengendara motor melintasi 
lampu merah, dia berhenti, kalo terus bisa terjadi kecelakaan.

Lalu bapak lupa menyebutkan bahwa fisik Mbel itu juga mbatin.  Apa batin yang 
mesti membebaskan itu?  Yaitu, niat Mbel untuk melintasi lampu trafik dengan 
benar supaya lancar.

Itulah niat yang MEMBEBASKAN.
Kalau ada niat melintasi lampu trafik dan melanggarnya, apakah itu niat yang 
membebaskan, pak Jano?

Salam
Mia

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, jano ko ko_j...@... wrote:


 ---
 
 ko_jano :
 
 E_mbel mungkin harus belajar mengerti bahwa orang lainpun punya pikiran 
 seperti e_mbel
 tersebut, yaitu juga ingin bebas, nah supaya kebebasan e_mbel tidak 
 benturan dengan kebebasan orang lain, mangkanya e_mbel dan orang lain harus 
 belajar untuk sepakat untuk tidak bebas mutlak, jadi masing - masing harus 
 mengurangi kebebasannya untuk hidup bersama dan bermasyarakat.
 
 Contoh  yang anak TK bisa memahami :
 
 Si e_mble lagi naik motor diperempatan jalan harus mengurangi kebebasannya 
 dengan jalan berhenti karena lampu Traffic lights (also known as traffic 
 signals, stop 
 lights, traffic lamps) berwarna merah dan
 mempersilahkan pihak yang lain yang naik motor atau mobil untuk jalan
 karena lampu Traffic lights-nya sudah berwarna hijau.
 
 Seandainya si e_mbel hanya mendewakan kebebasannya dan sakenak dhewe
 dan tetap jalan pada saat Traffic LIghts berwarna merah maka yang
 terjadi adalah benturan / tabrakan kebebasan dengan pihak yang lain.
 
 Demikian
 
 -o0o- 




[wanita-muslimah] Re: Neolib

2009-06-04 Terurut Topik herri.permana

Middle class people sebenarnya kebanyakan lebih suka kemapanan / status quo 
daripada perubahan.Justru middle class people adalah
orang yang paling acuh dengan keadaan sekitar KECUALI itu mengusik
dirinya.

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, ariel ariela4e...@... wrote:

 
 saya masih percaya middle class people akan menjadi motor perubahan, karena 
 mereka terdiri dari individu yg dinamis tidak jumud dan tidak berada di 
 awang2. tren saat ini terjadi pertentangan pemikiran antara konservatif  
 liberal, middle class yang dinamis merupakan pasar potensial bagi ke dua kubu 
 tsb. semestinya middle class mampu menciptakan kubu tersendiri yg independen, 
 mungkin dibutuhkan lebih banyak tipe indvidu seperti mbak Herni untuk 
 mewujudkan ini :-) 
 
 middle class ini kelak dapat menjadi sumber daya untuk membentuk civil 
 society pada bidang politik dan profesional militer pada bidang pertahanan. 
 sayang saat ini belum ada political will dari pemerintah untuk membentuk 
 middle class secara kontinyu, buktinya anggaran pendidikan saja masih dibawah 
 20% :(
 
 pks sebenarnya memenuhi kriteria sebagai parpol yang dapat membantu 
 terciptanya civil society (kalau mereka mampu memanage unsur fundamentalis 
 :-)), sayangnya mereka terkooptasi oleh kekuasaan, dan menggunakan cara2 
 pragmatis seperti jilbab untuk mencapai tujuan tsb, sehingga bertolak 
 belakang dengan semboyan bersih  profesional.
 
 eniwei jika dilihat bahwa iklim politik kita yang baru tumbuh 10 tahun yang 
 lalu, menurut saya indonesia tidak terlihat mengecewakan, setidaknya 
 dibandingkan dengan negera2 tetangga :-)
 
 salam,
 -ariel-
 
 



[wanita-muslimah] Re: Neolib

2009-06-04 Terurut Topik Mia
Seingatku suka baca di buku ulasan2 sejarah, bahwa perubahan selalu datang dari 
lapisan middle class.  Dan ingat, seperti mba Herni bilang, kelas menengah itu 
bukan cuma level ekonomi, tapi juga yang berorientasi ke masa depan.  

Pak Ariel, kupikir kelas menengah adalah demarkasi populasi yang bisa 
diidentifikasi dengan kriteria2 tertentu.  Sedangkan pemikiran konservatif dan 
liberal adalah nuansa pemikiran/filosofi, adapun kelas menengah yang berkembang 
bisa saja jadi cenderung konservatif, seperti yang ditenggarai mba Herni.  

Pak Ariel bilang kelas menengah mestinya mampu menciptakan kubu sendiri yang 
independen, yang bukan konservatif-fundamentalis atau liberal itu, mungkin 
maksudnya progressif.  Kelas menengah adalah populasi yang teridentifikasi, 
sedangkan progressif menunjukkan aksi perubahan.

Nah perubahan dalam pemikiran keagamaan (kita lagi ngomongin pemikiran 
keagamaan kan?), bisa saja ke arah konservatif bisa saja liberal.

Menurut pengertian saya, conservatism dalam pemikiran/filosofi agama itu nggak 
pernah menyehatkan, karena agama pada intinya adalah urusan batin atau urusan 
akhirat, menurut orang agamis, atau urusan psikologis menurut orang sekuler.  
Dalam pemikiran batin nggak boleh konservatif, nggak boleh ada ada penghalang, 
kita harus bebas - karena pemikiran memang nggak bisa dikungkung. Dalam sufism 
ini disebut tindakan 'pengosongan' , dan setelah itu 'diisi' lagi.

Jadi semangat batin agama itu liberal yang bertujuan membebaskan batin kita, 
mental kita mesti abundant - namun dalam mengadakan aksi perubahan kita kudu 
progressif dan prudent, karena dunia fisik kita memang terbatas kok.  

Mba Herni, kelompok liberal yang deket dengan elit itu mungkin di perkotaan.  
Tapi menurut catatan saya ke beberapa daerah pedalaman yang kemiskinannya 
ekstrim menurut ukuran perkotaan dan nyaris nggak tersentuh modernisasi, makin 
'liberal' pemahaman agamanya. 

salam
Mia

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, herri.permana herri.perm...@... 
wrote:

 
 Middle class people sebenarnya kebanyakan lebih suka kemapanan / status quo 
 daripada perubahan.Justru middle class people adalah
 orang yang paling acuh dengan keadaan sekitar KECUALI itu mengusik
 dirinya.
 
 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, ariel ariela4ever@ wrote:
 
  
  saya masih percaya middle class people akan menjadi motor perubahan, karena 
  mereka terdiri dari individu yg dinamis tidak jumud dan tidak berada di 
  awang2. tren saat ini terjadi pertentangan pemikiran antara konservatif  
  liberal, middle class yang dinamis merupakan pasar potensial bagi ke dua 
  kubu tsb. semestinya middle class mampu menciptakan kubu tersendiri yg 
  independen, mungkin dibutuhkan lebih banyak tipe indvidu seperti mbak Herni 
  untuk mewujudkan ini :-) 
  
  middle class ini kelak dapat menjadi sumber daya untuk membentuk civil 
  society pada bidang politik dan profesional militer pada bidang pertahanan. 
  sayang saat ini belum ada political will dari pemerintah untuk membentuk 
  middle class secara kontinyu, buktinya anggaran pendidikan saja masih 
  dibawah 20% :(
  
  pks sebenarnya memenuhi kriteria sebagai parpol yang dapat membantu 
  terciptanya civil society (kalau mereka mampu memanage unsur fundamentalis 
  :-)), sayangnya mereka terkooptasi oleh kekuasaan, dan menggunakan cara2 
  pragmatis seperti jilbab untuk mencapai tujuan tsb, sehingga bertolak 
  belakang dengan semboyan bersih  profesional.
  
  eniwei jika dilihat bahwa iklim politik kita yang baru tumbuh 10 tahun yang 
  lalu, menurut saya indonesia tidak terlihat mengecewakan, setidaknya 
  dibandingkan dengan negera2 tetangga :-)
  
  salam,
  -ariel-
  
 





Re: [wanita-muslimah] Re: Neolib

2009-06-04 Terurut Topik Ari Condro
middle class di indonesia masalahnya berasal dari kaum ambtenaar di
jaman belanda, yg emang dicetak untuk menjadi klerk sih.  bukan
seperti middle class di eropa yg merupakan kalangan borjuis.

di kalangan komunis, malah middle class ini mau dihancurkan, diganti
oleh kaum buruh (konsep marxis, kaum tani termasuk kelas borjuasi,
karena mereka punya tanah -- tuan tanah), yg selanjutnya dikoreksi di
china, karena kaum tani kebanyakan adalah buruh gurem subsisten, sama
kayak di indonesia.



2009/6/4 Mia al...@yahoo.com:


 Seingatku suka baca di buku ulasan2 sejarah, bahwa perubahan selalu datang
 dari lapisan middle class. Dan ingat, seperti mba Herni bilang, kelas
 menengah itu bukan cuma level ekonomi, tapi juga yang berorientasi ke masa
 depan.

 Pak Ariel, kupikir kelas menengah adalah demarkasi populasi yang bisa
 diidentifikasi dengan kriteria2 tertentu. Sedangkan pemikiran konservatif
 dan liberal adalah nuansa pemikiran/filosofi, adapun kelas menengah yang
 berkembang bisa saja jadi cenderung konservatif, seperti yang ditenggarai
 mba Herni.

 Pak Ariel bilang kelas menengah mestinya mampu menciptakan kubu sendiri yang
 independen, yang bukan konservatif-fundamentalis atau liberal itu, mungkin
 maksudnya progressif. Kelas menengah adalah populasi yang teridentifikasi,
 sedangkan progressif menunjukkan aksi perubahan.

 Nah perubahan dalam pemikiran keagamaan (kita lagi ngomongin pemikiran
 keagamaan kan?), bisa saja ke arah konservatif bisa saja liberal.

 Menurut pengertian saya, conservatism dalam pemikiran/filosofi agama itu
 nggak pernah menyehatkan, karena agama pada intinya adalah urusan batin atau
 urusan akhirat, menurut orang agamis, atau urusan psikologis menurut orang
 sekuler. Dalam pemikiran batin nggak boleh konservatif, nggak boleh ada ada
 penghalang, kita harus bebas - karena pemikiran memang nggak bisa
 dikungkung. Dalam sufism ini disebut tindakan 'pengosongan' , dan setelah
 itu 'diisi' lagi.

 Jadi semangat batin agama itu liberal yang bertujuan membebaskan batin kita,
 mental kita mesti abundant - namun dalam mengadakan aksi perubahan kita kudu
 progressif dan prudent, karena dunia fisik kita memang terbatas kok.

 Mba Herni, kelompok liberal yang deket dengan elit itu mungkin di perkotaan.
 Tapi menurut catatan saya ke beberapa daerah pedalaman yang kemiskinannya
 ekstrim menurut ukuran perkotaan dan nyaris nggak tersentuh modernisasi,
 makin 'liberal' pemahaman agamanya.

 salam
 Mia

 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, herri.permana herri.perm...@...
 wrote:


 Middle class people sebenarnya kebanyakan lebih suka kemapanan / status
 quo daripada perubahan.Justru middle class people adalah
 orang yang paling acuh dengan keadaan sekitar KECUALI itu mengusik
 dirinya.

 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, ariel ariela4ever@ wrote:
 
 
  saya masih percaya middle class people akan menjadi motor perubahan,
  karena mereka terdiri dari individu yg dinamis tidak jumud dan tidak berada
  di awang2. tren saat ini terjadi pertentangan pemikiran antara konservatif 
  
  liberal, middle class yang dinamis merupakan pasar potensial bagi ke dua
  kubu tsb. semestinya middle class mampu menciptakan kubu tersendiri yg
  independen, mungkin dibutuhkan lebih banyak tipe indvidu seperti mbak Herni
  untuk mewujudkan ini :-)
 
  middle class ini kelak dapat menjadi sumber daya untuk membentuk civil
  society pada bidang politik dan profesional militer pada bidang pertahanan.
  sayang saat ini belum ada political will dari pemerintah untuk membentuk
  middle class secara kontinyu, buktinya anggaran pendidikan saja masih
  dibawah 20% :(
 
  pks sebenarnya memenuhi kriteria sebagai parpol yang dapat membantu
  terciptanya civil society (kalau mereka mampu memanage unsur fundamentalis
  :-)), sayangnya mereka terkooptasi oleh kekuasaan, dan menggunakan cara2
  pragmatis seperti jilbab untuk mencapai tujuan tsb, sehingga bertolak
  belakang dengan semboyan bersih  profesional.
 
  eniwei jika dilihat bahwa iklim politik kita yang baru tumbuh 10 tahun
  yang lalu, menurut saya indonesia tidak terlihat mengecewakan, setidaknya
  dibandingkan dengan negera2 tetangga :-)
 
  salam,
  -ariel-
 
 


 



-- 
salam,
Ari


Re: [wanita-muslimah] Re: Neolib

2009-06-04 Terurut Topik sunny
Kalau middle class di Indonesia NKRI berasal dari ambtenaar kolonial Belanda  
saya kira kurang begitu tepat, mungkin paling-paling bisa dihitung dengan jari 
jumlah mereka. Untuk menjadi ambtenaar paling tidak harus sekolah berbahasa 
Belanda, sedangkan sekolah Belanda  tak seberapa banyak untuk bisa menjadi yang 
disebut middle class. Ketika Indonesia menyatakan kemerdekaan seingat saya dari 
baca-baca sana sini  terdapatantara 80 dan 90% penduduk Hindia Belanda buta 
huruf. Kalau tak salah pula ingatan saya hal ini dikatakan oleh pres. Soekarno 
dalam salah satu pidatonya. 

 Hemat saya middle class dan yang disebut super rich di Indonesia timbul berkat 
kekuasaan Soeharto.



  - Original Message - 
  From: Ari Condro 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Thursday, June 04, 2009 5:04 PM
  Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Neolib





  middle class di indonesia masalahnya berasal dari kaum ambtenaar di
  jaman belanda, yg emang dicetak untuk menjadi klerk sih. bukan
  seperti middle class di eropa yg merupakan kalangan borjuis.

  di kalangan komunis, malah middle class ini mau dihancurkan, diganti
  oleh kaum buruh (konsep marxis, kaum tani termasuk kelas borjuasi,
  karena mereka punya tanah -- tuan tanah), yg selanjutnya dikoreksi di
  china, karena kaum tani kebanyakan adalah buruh gurem subsisten, sama
  kayak di indonesia.

  2009/6/4 Mia al...@yahoo.com:
  
  
   Seingatku suka baca di buku ulasan2 sejarah, bahwa perubahan selalu datang
   dari lapisan middle class. Dan ingat, seperti mba Herni bilang, kelas
   menengah itu bukan cuma level ekonomi, tapi juga yang berorientasi ke masa
   depan.
  
   Pak Ariel, kupikir kelas menengah adalah demarkasi populasi yang bisa
   diidentifikasi dengan kriteria2 tertentu. Sedangkan pemikiran konservatif
   dan liberal adalah nuansa pemikiran/filosofi, adapun kelas menengah yang
   berkembang bisa saja jadi cenderung konservatif, seperti yang ditenggarai
   mba Herni.
  
   Pak Ariel bilang kelas menengah mestinya mampu menciptakan kubu sendiri yang
   independen, yang bukan konservatif-fundamentalis atau liberal itu, mungkin
   maksudnya progressif. Kelas menengah adalah populasi yang teridentifikasi,
   sedangkan progressif menunjukkan aksi perubahan.
  
   Nah perubahan dalam pemikiran keagamaan (kita lagi ngomongin pemikiran
   keagamaan kan?), bisa saja ke arah konservatif bisa saja liberal.
  
   Menurut pengertian saya, conservatism dalam pemikiran/filosofi agama itu
   nggak pernah menyehatkan, karena agama pada intinya adalah urusan batin atau
   urusan akhirat, menurut orang agamis, atau urusan psikologis menurut orang
   sekuler. Dalam pemikiran batin nggak boleh konservatif, nggak boleh ada ada
   penghalang, kita harus bebas - karena pemikiran memang nggak bisa
   dikungkung. Dalam sufism ini disebut tindakan 'pengosongan' , dan setelah
   itu 'diisi' lagi.
  
   Jadi semangat batin agama itu liberal yang bertujuan membebaskan batin kita,
   mental kita mesti abundant - namun dalam mengadakan aksi perubahan kita kudu
   progressif dan prudent, karena dunia fisik kita memang terbatas kok.
  
   Mba Herni, kelompok liberal yang deket dengan elit itu mungkin di perkotaan.
   Tapi menurut catatan saya ke beberapa daerah pedalaman yang kemiskinannya
   ekstrim menurut ukuran perkotaan dan nyaris nggak tersentuh modernisasi,
   makin 'liberal' pemahaman agamanya.
  
   salam
   Mia
  
   --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, herri.permana herri.perm...@...
   wrote:
  
  
   Middle class people sebenarnya kebanyakan lebih suka kemapanan / status
   quo daripada perubahan.Justru middle class people adalah
   orang yang paling acuh dengan keadaan sekitar KECUALI itu mengusik
   dirinya.
  
   --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, ariel ariela4ever@ wrote:
   
   
saya masih percaya middle class people akan menjadi motor perubahan,
karena mereka terdiri dari individu yg dinamis tidak jumud dan tidak 
berada
di awang2. tren saat ini terjadi pertentangan pemikiran antara 
konservatif 
liberal, middle class yang dinamis merupakan pasar potensial bagi ke dua
kubu tsb. semestinya middle class mampu menciptakan kubu tersendiri yg
independen, mungkin dibutuhkan lebih banyak tipe indvidu seperti mbak 
Herni
untuk mewujudkan ini :-)
   
middle class ini kelak dapat menjadi sumber daya untuk membentuk civil
society pada bidang politik dan profesional militer pada bidang 
pertahanan.
sayang saat ini belum ada political will dari pemerintah untuk membentuk
middle class secara kontinyu, buktinya anggaran pendidikan saja masih
dibawah 20% :(
   
pks sebenarnya memenuhi kriteria sebagai parpol yang dapat membantu
terciptanya civil society (kalau mereka mampu memanage unsur 
fundamentalis
:-)), sayangnya mereka terkooptasi oleh kekuasaan, dan menggunakan cara2
pragmatis seperti jilbab untuk mencapai tujuan tsb, sehingga bertolak
belakang dengan semboyan bersih  profesional

[wanita-muslimah] Re: Neolib

2009-06-04 Terurut Topik ariel


jadi agak rancu ya, saya mencampur antara populasi dengan aksi, klo di 
accounting hal ini dapat berakibat mismatch hehe..
sebenarnya saya lebih membahas pada segi sospol tapi tampaknya hal tsb  memang 
tidak bisa dilepaskan dari agama or agama yg tidak bisa lepas dari sospol ?! 
:-) tap dakwah filsafat agama yg dibawakan mbak Mia cukup mencerahkan bagi 
saya.. :-) 

salam,
-ariel-  
 

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia al...@... wrote:

 Seingatku suka baca di buku ulasan2 sejarah, bahwa perubahan selalu datang 
 dari lapisan middle class.  Dan ingat, seperti mba Herni bilang, kelas 
 menengah itu bukan cuma level ekonomi, tapi juga yang berorientasi ke masa 
 depan.  
 
 Pak Ariel, kupikir kelas menengah adalah demarkasi populasi yang bisa 
 diidentifikasi dengan kriteria2 tertentu.  Sedangkan pemikiran konservatif 
 dan liberal adalah nuansa pemikiran/filosofi, adapun kelas menengah yang 
 berkembang bisa saja jadi cenderung konservatif, seperti yang ditenggarai mba 
 Herni.  
 
 Pak Ariel bilang kelas menengah mestinya mampu menciptakan kubu sendiri yang 
 independen, yang bukan konservatif-fundamentalis atau liberal itu, mungkin 
 maksudnya progressif.  Kelas menengah adalah populasi yang teridentifikasi, 
 sedangkan progressif menunjukkan aksi perubahan.
 
 Nah perubahan dalam pemikiran keagamaan (kita lagi ngomongin pemikiran 
 keagamaan kan?), bisa saja ke arah konservatif bisa saja liberal.
 
 Menurut pengertian saya, conservatism dalam pemikiran/filosofi agama itu 
 nggak pernah menyehatkan, karena agama pada intinya adalah urusan batin atau 
 urusan akhirat, menurut orang agamis, atau urusan psikologis menurut orang 
 sekuler.  Dalam pemikiran batin nggak boleh konservatif, nggak boleh ada ada 
 penghalang, kita harus bebas - karena pemikiran memang nggak bisa dikungkung. 
 Dalam sufism ini disebut tindakan 'pengosongan' , dan setelah itu 'diisi' 
 lagi.
 
 Jadi semangat batin agama itu liberal yang bertujuan membebaskan batin kita, 
 mental kita mesti abundant - namun dalam mengadakan aksi perubahan kita kudu 
 progressif dan prudent, karena dunia fisik kita memang terbatas kok.  
 
 Mba Herni, kelompok liberal yang deket dengan elit itu mungkin di perkotaan.  
 Tapi menurut catatan saya ke beberapa daerah pedalaman yang kemiskinannya 
 ekstrim menurut ukuran perkotaan dan nyaris nggak tersentuh modernisasi, 
 makin 'liberal' pemahaman agamanya. 
 
 salam
 Mia
 




Re: [wanita-muslimah] Re: Neolib

2009-06-04 Terurut Topik jano ko
Nah perubahan dalam pemikiran keagamaan (kita lagi ngomongin pemikiran 
keagamaan kan?), bisa saja ke arah konservatif bisa saja liberal.
 
---
 
ko_jano :
 
Para PEMIKIR MANDIRI adalah motor penggerak perubahan jaman, bukan para pemikir 
karbitan dan pemikir imitasi.
 
Chao.
 
-o0o-

--- On Thu, 4/6/09, Mia al...@yahoo.com wrote:


From: Mia al...@yahoo.com
Subject: [wanita-muslimah] Re: Neolib
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Date: Thursday, 4 June, 2009, 7:36 PM








Seingatku suka baca di buku ulasan2 sejarah, bahwa perubahan selalu datang dari 
lapisan middle class. Dan ingat, seperti mba Herni bilang, kelas menengah itu 
bukan cuma level ekonomi, tapi juga yang berorientasi ke masa depan. 

Pak Ariel, kupikir kelas menengah adalah demarkasi populasi yang bisa 
diidentifikasi dengan kriteria2 tertentu. Sedangkan pemikiran konservatif dan 
liberal adalah nuansa pemikiran/filosofi, adapun kelas menengah yang berkembang 
bisa saja jadi cenderung konservatif, seperti yang ditenggarai mba Herni. 

Pak Ariel bilang kelas menengah mestinya mampu menciptakan kubu sendiri yang 
independen, yang bukan konservatif- fundamentalis atau liberal itu, mungkin 
maksudnya progressif. Kelas menengah adalah populasi yang teridentifikasi, 
sedangkan progressif menunjukkan aksi perubahan.

Nah perubahan dalam pemikiran keagamaan (kita lagi ngomongin pemikiran 
keagamaan kan?), bisa saja ke arah konservatif bisa saja liberal.

Menurut pengertian saya, conservatism dalam pemikiran/filosofi agama itu nggak 
pernah menyehatkan, karena agama pada intinya adalah urusan batin atau urusan 
akhirat, menurut orang agamis, atau urusan psikologis menurut orang sekuler. 
Dalam pemikiran batin nggak boleh konservatif, nggak boleh ada ada penghalang, 
kita harus bebas - karena pemikiran memang nggak bisa dikungkung. Dalam sufism 
ini disebut tindakan 'pengosongan' , dan setelah itu 'diisi' lagi.

Jadi semangat batin agama itu liberal yang bertujuan membebaskan batin kita, 
mental kita mesti abundant - namun dalam mengadakan aksi perubahan kita kudu 
progressif dan prudent, karena dunia fisik kita memang terbatas kok. 

Mba Herni, kelompok liberal yang deket dengan elit itu mungkin di perkotaan. 
Tapi menurut catatan saya ke beberapa daerah pedalaman yang kemiskinannya 
ekstrim menurut ukuran perkotaan dan nyaris nggak tersentuh modernisasi, makin 
'liberal' pemahaman agamanya. 

salam
Mia

--- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com, herri.permana herri.permana@ ... 
wrote:

 
 Middle class people sebenarnya kebanyakan lebih suka kemapanan / status quo 
 daripada perubahan.Justru middle class people adalah
 orang yang paling acuh dengan keadaan sekitar KECUALI itu mengusik
 dirinya.
 
 --- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com, ariel ariela4ever@  wrote:
 
  
  saya masih percaya middle class people akan menjadi motor perubahan, karena 
  mereka terdiri dari individu yg dinamis tidak jumud dan tidak berada di 
  awang2. tren saat ini terjadi pertentangan pemikiran antara konservatif  
  liberal, middle class yang dinamis merupakan pasar potensial bagi ke dua 
  kubu tsb. semestinya middle class mampu menciptakan kubu tersendiri yg 
  independen, mungkin dibutuhkan lebih banyak tipe indvidu seperti mbak Herni 
  untuk mewujudkan ini :-) 
  
  middle class ini kelak dapat menjadi sumber daya untuk membentuk civil 
  society pada bidang politik dan profesional militer pada bidang pertahanan. 
  sayang saat ini belum ada political will dari pemerintah untuk membentuk 
  middle class secara kontinyu, buktinya anggaran pendidikan saja masih 
  dibawah 20% :(
  
  pks sebenarnya memenuhi kriteria sebagai parpol yang dapat membantu 
  terciptanya civil society (kalau mereka mampu memanage unsur fundamentalis 
  :-)), sayangnya mereka terkooptasi oleh kekuasaan, dan menggunakan cara2 
  pragmatis seperti jilbab untuk mencapai tujuan tsb, sehingga bertolak 
  belakang dengan semboyan bersih  profesional.
  
  eniwei jika dilihat bahwa iklim politik kita yang baru tumbuh 10 tahun yang 
  lalu, menurut saya indonesia tidak terlihat mengecewakan, setidaknya 
  dibandingkan dengan negera2 tetangga :-)
  
  salam,
  -ariel-
  
 


















  Get your preferred Email name!
Now you can @ymail.com and @rocketmail.com. 
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Re: Neolib

2009-06-04 Terurut Topik eyang_mbelgedes
Poin yang bagus Mia! Dalam pemikiran batin nggak boleh konservatif, nggak 
boleh ada ada penghalang, kita harus bebas - karena pemikiran memang nggak bisa 
dikungkung. 

Ini sangat mencerahkan, encouraging dan mencerdaskan. Sebaliknya, kalau urusan 
batin harus didikte oleh 'larangan-larangan', hasilnya adalah 'ketakutan 
massal'.  

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia al...@... wrote:

 Seingatku suka baca di buku ulasan2 sejarah, bahwa perubahan selalu datang 
 dari lapisan middle class.  Dan ingat, seperti mba Herni bilang, kelas 
 menengah itu bukan cuma level ekonomi, tapi juga yang berorientasi ke masa 
 depan.  
 
 Pak Ariel, kupikir kelas menengah adalah demarkasi populasi yang bisa 
 diidentifikasi dengan kriteria2 tertentu.  Sedangkan pemikiran konservatif 
 dan liberal adalah nuansa pemikiran/filosofi, adapun kelas menengah yang 
 berkembang bisa saja jadi cenderung konservatif, seperti yang ditenggarai mba 
 Herni.  
 
 Pak Ariel bilang kelas menengah mestinya mampu menciptakan kubu sendiri yang 
 independen, yang bukan konservatif-fundamentalis atau liberal itu, mungkin 
 maksudnya progressif.  Kelas menengah adalah populasi yang teridentifikasi, 
 sedangkan progressif menunjukkan aksi perubahan.
 
 Nah perubahan dalam pemikiran keagamaan (kita lagi ngomongin pemikiran 
 keagamaan kan?), bisa saja ke arah konservatif bisa saja liberal.
 
 Menurut pengertian saya, conservatism dalam pemikiran/filosofi agama itu 
 nggak pernah menyehatkan, karena agama pada intinya adalah urusan batin atau 
 urusan akhirat, menurut orang agamis, atau urusan psikologis menurut orang 
 sekuler.  Dalam pemikiran batin nggak boleh konservatif, nggak boleh ada ada 
 penghalang, kita harus bebas - karena pemikiran memang nggak bisa dikungkung. 
 Dalam sufism ini disebut tindakan 'pengosongan' , dan setelah itu 'diisi' 
 lagi.
 
 Jadi semangat batin agama itu liberal yang bertujuan membebaskan batin kita, 
 mental kita mesti abundant - namun dalam mengadakan aksi perubahan kita kudu 
 progressif dan prudent, karena dunia fisik kita memang terbatas kok.  
 
 Mba Herni, kelompok liberal yang deket dengan elit itu mungkin di perkotaan.  
 Tapi menurut catatan saya ke beberapa daerah pedalaman yang kemiskinannya 
 ekstrim menurut ukuran perkotaan dan nyaris nggak tersentuh modernisasi, 
 makin 'liberal' pemahaman agamanya. 
 
 salam
 Mia
 
 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, herri.permana herri.permana@ 
 wrote:
 
  
  Middle class people sebenarnya kebanyakan lebih suka kemapanan / status quo 
  daripada perubahan.Justru middle class people adalah
  orang yang paling acuh dengan keadaan sekitar KECUALI itu mengusik
  dirinya.
  
  --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, ariel ariela4ever@ wrote:
  
   
   saya masih percaya middle class people akan menjadi motor perubahan, 
   karena mereka terdiri dari individu yg dinamis tidak jumud dan tidak 
   berada di awang2. tren saat ini terjadi pertentangan pemikiran antara 
   konservatif  liberal, middle class yang dinamis merupakan pasar 
   potensial bagi ke dua kubu tsb. semestinya middle class mampu menciptakan 
   kubu tersendiri yg independen, mungkin dibutuhkan lebih banyak tipe 
   indvidu seperti mbak Herni untuk mewujudkan ini :-) 
   
   middle class ini kelak dapat menjadi sumber daya untuk membentuk civil 
   society pada bidang politik dan profesional militer pada bidang 
   pertahanan. sayang saat ini belum ada political will dari pemerintah 
   untuk membentuk middle class secara kontinyu, buktinya anggaran 
   pendidikan saja masih dibawah 20% :(
   
   pks sebenarnya memenuhi kriteria sebagai parpol yang dapat membantu 
   terciptanya civil society (kalau mereka mampu memanage unsur 
   fundamentalis :-)), sayangnya mereka terkooptasi oleh kekuasaan, dan 
   menggunakan cara2 pragmatis seperti jilbab untuk mencapai tujuan tsb, 
   sehingga bertolak belakang dengan semboyan bersih  profesional.
   
   eniwei jika dilihat bahwa iklim politik kita yang baru tumbuh 10 tahun 
   yang lalu, menurut saya indonesia tidak terlihat mengecewakan, setidaknya 
   dibandingkan dengan negera2 tetangga :-)
   
   salam,
   -ariel-
   
  
 





Re: [wanita-muslimah] Re: Neolib - bebas ?

2009-06-04 Terurut Topik jano ko
Embel :

Poin yang bagus Mia! Dalam pemikiran batin nggak boleh konservatif,
nggak boleh ada ada penghalang, kita harus bebas - karena pemikiran
memang nggak bisa dikungkung.

---

ko_jano :

E_mbel mungkin harus belajar mengerti bahwa orang lainpun punya pikiran seperti 
e_mbel
tersebut, yaitu juga ingin bebas, nah supaya kebebasan e_mbel tidak benturan 
dengan kebebasan orang lain, mangkanya e_mbel dan orang lain harus belajar 
untuk sepakat untuk tidak bebas mutlak, jadi masing - masing harus mengurangi 
kebebasannya untuk hidup bersama dan bermasyarakat.

Contoh  yang anak TK bisa memahami :

Si e_mble lagi naik motor diperempatan jalan harus mengurangi kebebasannya 
dengan jalan berhenti karena lampu Traffic lights (also known as traffic 
signals, stop 
lights, traffic lamps) berwarna merah dan
mempersilahkan pihak yang lain yang naik motor atau mobil untuk jalan
karena lampu Traffic lights-nya sudah berwarna hijau.

Seandainya si e_mbel hanya mendewakan kebebasannya dan sakenak dhewe
dan tetap jalan pada saat Traffic LIghts berwarna merah maka yang
terjadi adalah benturan / tabrakan kebebasan dengan pihak yang lain.

Demikian

-o0o- 



--- On Fri, 5/6/09, eyang_mbelgedes eyang_mbelge...@yahoo.com wrote:

From: eyang_mbelgedes eyang_mbelge...@yahoo.com
Subject: [wanita-muslimah] Re: Neolib
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Date: Friday, 5 June, 2009, 8:42 AM
















  
  Poin yang bagus Mia! Dalam pemikiran batin nggak boleh konservatif, 
nggak boleh ada ada penghalang, kita harus bebas - karena pemikiran memang 
nggak bisa dikungkung. 



Ini sangat mencerahkan, encouraging dan mencerdaskan. Sebaliknya, kalau urusan 
batin harus didikte oleh 'larangan-larangan' , hasilnya adalah 'ketakutan 
massal'.  



--- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com, Mia al...@... wrote:



 Seingatku suka baca di buku ulasan2 sejarah, bahwa perubahan selalu datang 
 dari lapisan middle class.  Dan ingat, seperti mba Herni bilang, kelas 
 menengah itu bukan cuma level ekonomi, tapi juga yang berorientasi ke masa 
 depan.  

 

 Pak Ariel, kupikir kelas menengah adalah demarkasi populasi yang bisa 
 diidentifikasi dengan kriteria2 tertentu.  Sedangkan pemikiran konservatif 
 dan liberal adalah nuansa pemikiran/filosofi, adapun kelas menengah yang 
 berkembang bisa saja jadi cenderung konservatif, seperti yang ditenggarai mba 
 Herni.  

 

 Pak Ariel bilang kelas menengah mestinya mampu menciptakan kubu sendiri yang 
 independen, yang bukan konservatif- fundamentalis atau liberal itu, mungkin 
 maksudnya progressif.  Kelas menengah adalah populasi yang teridentifikasi, 
 sedangkan progressif menunjukkan aksi perubahan.

 

 Nah perubahan dalam pemikiran keagamaan (kita lagi ngomongin pemikiran 
 keagamaan kan?), bisa saja ke arah konservatif bisa saja liberal.

 

 Menurut pengertian saya, conservatism dalam pemikiran/filosofi agama itu 
 nggak pernah menyehatkan, karena agama pada intinya adalah urusan batin atau 
 urusan akhirat, menurut orang agamis, atau urusan psikologis menurut orang 
 sekuler.  Dalam pemikiran batin nggak boleh konservatif, nggak boleh ada ada 
 penghalang, kita harus bebas - karena pemikiran memang nggak bisa dikungkung. 
 Dalam sufism ini disebut tindakan 'pengosongan' , dan setelah itu 'diisi' 
 lagi.

 

 Jadi semangat batin agama itu liberal yang bertujuan membebaskan batin kita, 
 mental kita mesti abundant - namun dalam mengadakan aksi perubahan kita kudu 
 progressif dan prudent, karena dunia fisik kita memang terbatas kok.  

 

 Mba Herni, kelompok liberal yang deket dengan elit itu mungkin di perkotaan.  
 Tapi menurut catatan saya ke beberapa daerah pedalaman yang kemiskinannya 
 ekstrim menurut ukuran perkotaan dan nyaris nggak tersentuh modernisasi, 
 makin 'liberal' pemahaman agamanya. 

 

 salam

 Mia

 

 --- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com, herri.permana herri.permana@  
 wrote:

 

  

  Middle class people sebenarnya kebanyakan lebih suka kemapanan / status quo 
  daripada perubahan.Justru middle class people adalah

  orang yang paling acuh dengan keadaan sekitar KECUALI itu mengusik

  dirinya.

  

  --- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com, ariel ariela4ever@  wrote:

  

   

   saya masih percaya middle class people akan menjadi motor perubahan, 
   karena mereka terdiri dari individu yg dinamis tidak jumud dan tidak 
   berada di awang2. tren saat ini terjadi pertentangan pemikiran antara 
   konservatif  liberal, middle class yang dinamis merupakan pasar 
   potensial bagi ke dua kubu tsb. semestinya middle class mampu menciptakan 
   kubu tersendiri yg independen, mungkin dibutuhkan lebih banyak tipe 
   indvidu seperti mbak Herni untuk mewujudkan ini :-) 

   

   middle class ini kelak dapat menjadi sumber daya untuk membentuk civil 
   society pada bidang politik dan profesional militer pada bidang 
   pertahanan. sayang saat ini belum ada political will dari pemerintah 
   untuk membentuk middle class secara

[wanita-muslimah] Re: Neolib - bebas ?

2009-06-04 Terurut Topik eyang_mbelgedes
Cape deh... 'kebebasan pemikiran batin' disandingkan dengan 'perilaku 
berlalu-lintas...' kenapa ya kok sulit nyambung?

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, jano ko ko_j...@... wrote:

 Embel :
 
 Poin yang bagus Mia! Dalam pemikiran batin nggak boleh konservatif,
 nggak boleh ada ada penghalang, kita harus bebas - karena pemikiran
 memang nggak bisa dikungkung.
 
 ---
 
 ko_jano :
 
 E_mbel mungkin harus belajar mengerti bahwa orang lainpun punya pikiran 
 seperti e_mbel
 tersebut, yaitu juga ingin bebas, nah supaya kebebasan e_mbel tidak 
 benturan dengan kebebasan orang lain, mangkanya e_mbel dan orang lain harus 
 belajar untuk sepakat untuk tidak bebas mutlak, jadi masing - masing harus 
 mengurangi kebebasannya untuk hidup bersama dan bermasyarakat.
 
 Contoh  yang anak TK bisa memahami :
 
 Si e_mble lagi naik motor diperempatan jalan harus mengurangi kebebasannya 
 dengan jalan berhenti karena lampu Traffic lights (also known as traffic 
 signals, stop 
 lights, traffic lamps) berwarna merah dan
 mempersilahkan pihak yang lain yang naik motor atau mobil untuk jalan
 karena lampu Traffic lights-nya sudah berwarna hijau.
 
 Seandainya si e_mbel hanya mendewakan kebebasannya dan sakenak dhewe
 dan tetap jalan pada saat Traffic LIghts berwarna merah maka yang
 terjadi adalah benturan / tabrakan kebebasan dengan pihak yang lain.
 
 Demikian
 
 -o0o- 
 
 
 
 --- On Fri, 5/6/09, eyang_mbelgedes eyang_mbelge...@... wrote:
 
 From: eyang_mbelgedes eyang_mbelge...@...
 Subject: [wanita-muslimah] Re: Neolib
 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
 Date: Friday, 5 June, 2009, 8:42 AM
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
   
   Poin yang bagus Mia! Dalam pemikiran batin nggak boleh konservatif, 
 nggak boleh ada ada penghalang, kita harus bebas - karena pemikiran memang 
 nggak bisa dikungkung. 
 
 
 
 Ini sangat mencerahkan, encouraging dan mencerdaskan. Sebaliknya, kalau 
 urusan batin harus didikte oleh 'larangan-larangan' , hasilnya adalah 
 'ketakutan massal'.  
 
 
 
 --- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com, Mia aldiy@ wrote:
 
 
 
  Seingatku suka baca di buku ulasan2 sejarah, bahwa perubahan selalu datang 
  dari lapisan middle class.  Dan ingat, seperti mba Herni bilang, kelas 
  menengah itu bukan cuma level ekonomi, tapi juga yang berorientasi ke masa 
  depan.  
 
  
 
  Pak Ariel, kupikir kelas menengah adalah demarkasi populasi yang bisa 
  diidentifikasi dengan kriteria2 tertentu.  Sedangkan pemikiran konservatif 
  dan liberal adalah nuansa pemikiran/filosofi, adapun kelas menengah yang 
  berkembang bisa saja jadi cenderung konservatif, seperti yang ditenggarai 
  mba Herni.  
 
  
 
  Pak Ariel bilang kelas menengah mestinya mampu menciptakan kubu sendiri 
  yang independen, yang bukan konservatif- fundamentalis atau liberal itu, 
  mungkin maksudnya progressif.  Kelas menengah adalah populasi yang 
  teridentifikasi, sedangkan progressif menunjukkan aksi perubahan.
 
  
 
  Nah perubahan dalam pemikiran keagamaan (kita lagi ngomongin pemikiran 
  keagamaan kan?), bisa saja ke arah konservatif bisa saja liberal.
 
  
 
  Menurut pengertian saya, conservatism dalam pemikiran/filosofi agama itu 
  nggak pernah menyehatkan, karena agama pada intinya adalah urusan batin 
  atau urusan akhirat, menurut orang agamis, atau urusan psikologis menurut 
  orang sekuler.  Dalam pemikiran batin nggak boleh konservatif, nggak boleh 
  ada ada penghalang, kita harus bebas - karena pemikiran memang nggak bisa 
  dikungkung. Dalam sufism ini disebut tindakan 'pengosongan' , dan setelah 
  itu 'diisi' lagi.
 
  
 
  Jadi semangat batin agama itu liberal yang bertujuan membebaskan batin 
  kita, mental kita mesti abundant - namun dalam mengadakan aksi perubahan 
  kita kudu progressif dan prudent, karena dunia fisik kita memang terbatas 
  kok.  
 
  
 
  Mba Herni, kelompok liberal yang deket dengan elit itu mungkin di 
  perkotaan.  Tapi menurut catatan saya ke beberapa daerah pedalaman yang 
  kemiskinannya ekstrim menurut ukuran perkotaan dan nyaris nggak tersentuh 
  modernisasi, makin 'liberal' pemahaman agamanya. 
 
  
 
  salam
 
  Mia
 
  
 
  --- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com, herri.permana herri.permana@  
  wrote:
 
  
 
   
 
   Middle class people sebenarnya kebanyakan lebih suka kemapanan / status 
   quo daripada perubahan.Justru middle class people adalah
 
   orang yang paling acuh dengan keadaan sekitar KECUALI itu mengusik
 
   dirinya.
 
   
 
   --- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com, ariel ariela4ever@  wrote:
 
   
 

 
saya masih percaya middle class people akan menjadi motor perubahan, 
karena mereka terdiri dari individu yg dinamis tidak jumud dan tidak 
berada di awang2. tren saat ini terjadi pertentangan pemikiran antara 
konservatif  liberal, middle class yang dinamis merupakan pasar 
potensial bagi ke dua kubu tsb. semestinya middle class mampu 
menciptakan kubu tersendiri yg independen, mungkin dibutuhkan lebih

[wanita-muslimah] Re: Neolib

2009-06-03 Terurut Topik Herni Sri Nurbayanti
Itu dia, gimana memanfaatkan obrolan2 publik itu. Potensi publik. Selama ini 
NGO cuma menempatkan publik sbg obyek, bukan subyek.  Sasaran kegiatan, bukan 
pelaku kegiatan, terutama mereka yg bergerak di kebijakan. Kalaupun ada yg 
mulai melakukan ini, cenderung sasarannya ke masyarakat menengah ke bawah 
(kemiskinan toh jadi isu yg seksi sekaligus menjual buat semua orang, liat aja 
tulisan di kompas kemarin). 

Ini otokritik saya sbg yg bekerja di NGO. Boleh dong sesekali otokritik ya? :)

Tapi, tidak rakyat kelas menengah. Menengah bukan dalam pengertian finansial, 
tapi secara intelektual juga. 

Coba liat masyarakat menengah kita, gak jalan bukan? :-) Tidak pernah bisa jadi 
masyarakat menengah yg kemudian menjadi motor perubahan. Kalaupun ada, 
masyarakat menengah kita diambil oleh kalangan konservatif-fundamentalis. 
Bener gak? :) Yg liberal, terlalu dekat ke elit politik hehehe... Liberal di 
Indonesia kan memang dekat dng kalangan penguasa. 

Saya masuk ke masyarakat menengah, dan terus terang, saya gak mau gabung ke 
salah satu dari kedua pilihan itu, hehe...

Di politik, ideologi itu sudah mati sejak tahun 60 atau 70an (lupa, hehe). Yg 
ada adalah pragmatisme. Gimana cara kita menyelesaikan masalah. Silakan aja 
bawa-bawa ideologi, toh masyarakat tetap menilai case by case. Itu yg terjadi 
pada PKS. Kenapa kemudian kritik2 terhadap PKS adalah kritik2 yg sebenarnya di 
tataran pragmatis, gimana PKS menyikapi sesuatu dan menyelesaikan masalah. 
Imbasnya lebih besar, karena PKS bawa2 ideologi, sikap dan nilai. Langsung deh, 
yg pragmatis tadi dibenturkan dng sikap dan nilai yg dibawa mereka. Itu analisa 
sederhananya aja. Jadi, hati2 membawa-bawa dan mengemas ideologi. 


salam,
Herni
 

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, ariel ariela4e...@... wrote:

 
menumbuhkan public awarenes bisa dilakukan dari hal yang mendasar dulu, 
bagaimana masyarakat mampu melihat secara kritis tanpa terpukau oleh pencitraan 
elit politik. triggernya sudah ada, berbagai kasus anggota dpr dan kebijakan 
dpr yg nyeleneh membuat masyarakat menjadi melek politik, dan mulai kritis, 
implikasinya yang seperti mbak herni bilang obrolan politik sekarang mulai seru.
 
tinggal gimana semangat ini bisa dipupuk terus, sehingga kelak akan 
menghasilkan civil society yg kuat dan mapan, saya kira ini adalah expertise 
dari mbak Herni  rekan2 NGO, orang awam seperti saya paling hanya bisa 
membantu lewat obrolan2 di milis dan lingkungan terdekat saja :)
 
salam,
-ariel-
 
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Herni Sri Nurbayanti nurbayanti@ 
wrote:

Iya, itu yg mau kita dorong. Public awarenessnya. Pemilu legislatif dan 
presiden ini ya sudahlah. Kalaupun saya milih SBY, itu karena gak pingin 
wiranto atau prabowo menang :) Tapi masih mikir2 juga, apa mending golput aja 
:-) 
 
Komitmen saya sih justru mendukung public awarenessnya tadi, minimal di wilayah 
DPR dulu deh, yang memang jadi wilayah pantauan tempat saya bekerja. Kalaupun 
yg mengerjakan orang lain, gpp.. asal idenya dijalankan. Ada beberapa orang yg 
tertarik dng ide itu. Dana selalu jadi masalah, tapi selemah2nya iman, 
persoalan dana bisa diatasi. Ada beberapa program kita yg self-finance juga. 
Tetap jalan, ada atau tidak ada dana. Bagian dari kerja pro-bono. 
 
Yg saya lagi pikirkan adalah, kayanya kalau mengajak masyarakat umum, pasti 
asik! dan pasti lebih bagus dan seru. Lihat aja, obrolan politik di milis2, 
fesbuk, selalu seru! :-) Mungkin ada gap pengetahuan soal prosedur2 di DPR dan 
hal-hal lainnya soal gimana sistem kenegaraan kita bekerja, tapi itu bisa 
diatur. Sinerginya dulu yg perlu dibangun.  Teman2 di NGO punya data, akses dan 
pengetahuan.. dan persoalannya gimana hal ini bisa didistribusikan dan dipakai 
oleh publik? Cuma belum hoki aja nemu orang yg bisa diajak kerjasama utk soal 
ini. 
  
  Hal yg sama bisa dipakai utk presiden terpilih nanti. Catatan publik 
  kebijakannya spt apa aja sih. 
  
  Buat saya, mau ideologinya kaya apa, ya silakan aja. Transparan aja, gak 
  usah jaim. Mau zealot sekalipun! :) Yg bahaya kan yg hidden agenda, bukan? 
  Buat saya bukan soal posisi, tapi alasan2 dibaliknya. Walaupun orang yg 
  beroposisi suka salah mengerti hehehe. Dan ini semangat yg juga dibangun 
  di WM. Maksudnya, mental WMnya kebawa ke dunia nyata hehehe...
  
  Ariel mau bantu? :-)
  
  
  salam,
  Herni
  
 





[wanita-muslimah] Re: Neolib

2009-06-03 Terurut Topik Mia
Kalau anak2 muda tentara itu menginginkan kualitas professional, maka keinginan 
itu harus dinyatakan dalam konsep good governance. Siapa saja atau unit mana 
saja di kalangan elit militer yang jadi gerbong penariknya?  Saya rasa mba 
Herni lebih bertutur bagaimana memasukkan suatu wacana dalam konsep good 
governance yang doable. Itu namanya proses transformasi dari dalam.

Anakku masuk navy.  walaupun aku nggak pernah mendorong dia untuk masuk 
navy/militer, tapi aku berharap dia betah, happy dan tekun pada bidangnya, dan 
bermanfaat bagi orang lain.  

salam
Mia


--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ari Condro masar...@... wrote:

 mbak mia,
 
 kayaknya justru dari militer lebih seneng jadi tentara profesional,
 kok.  mainlah ke anak anak muda yang bergairah dan para tentara muda
 di tandef.net, kontribusi juga tulisan uneg uneg mbak mia di sana.
 
 saya, dan temen temen alumni sudah bosan kok, tiap ada pesawat jatuh,
 kudu dag dig dug, khawatir jangan jangan teman satu alumni pulak.  :((
 
 
 
 
 2009/6/1 Mia al...@...:
 
 
  kita semua neolib...:-( SBY-budi dibilang neolib padahal kampanyenya sarat
  dengan block grant / bantuan langsung - yang kalo saya liat sendiri di
  lapangan success ratenya rendah. neolibnya itu mungkin karena gampang terima
  pinjaman asing untuk block grant itu (?). neolib apa ini namanya...
 
  emangnya kita dan media berani mempermasalahkan militer dan tokoh2nya yang
  bermasalah?
 
  sekarang kita berani menyidangkan perkara korupsi2, walaupun masih pilih2
  bulu, paling tidak sudah ada political will.
 
  tapi kiprah militer di politik? masih barang haram untuk dibongkar, padahal
  mestinya itu masuk good governance juga, prioritas sesudah korupsi
  finansial. kita semua masih terpesona dengan militer, beraninya dengan
  sesama sipil.
 
  reformasi di militer blum kedengaran tuh. fokusnya supaya elitnya
  konsentrasi ke keamanan wilayah/border, terutama kelautan, operasional,
  maintenance  equipment - jangan networking ke politik dan personal business
  melulu. berbarengan, mesti ada program capacity building di politisi sipil
  supaya nggak nyeret2 elit militer ke politik.
 
  salam
  Mia
 




[wanita-muslimah] Re: Neolib

2009-06-03 Terurut Topik syafei2002
 kali itu, penjelasan UUD 1945 lha koq dihilangkan? 
 Ingat, penjelasan UUD 1945 itu termasuk dalam UUD 1945 agar mereka yang 
 mengamandemen tidak salah tafsir dan punya pijakan historis.
  
 Wassalam,
 chodjim 
  
  
  
- Original Message - 
From: Herni Sri Nurbayanti 
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
Sent: Monday, June 01, 2009 7:30 PM
Subject: [wanita-muslimah] Re: Neolib
  
  
  
  
  
Kalo gak salah, yg disasar itu peralihan bisnis militer, mbak. Tapi emang 
  informasi soal reformasi di dunia militer minim sekali.
  
Belum lagi, belum tentu institusinya mau direformasi. Di antara 
  institusi2 negara, mungkin yg paling terbuka buat perubahan adalah MA, 
  terlepas dari segala kekurangan yg ada dalam prosesnya. Kejaksaan, 
  misalnya... mengalami hambatan, mungkin baru tahun 2007an bisa efektif 
  masuk, itupun terbatas. Ada pintu2 tertentu yg bisa dimasuki. Di menegpan? 
  Reformasi birokrasi diartikan secara sempit: renumerasi :-(.
Dan ini jadi kartu domino, akan merembet juga ke seluruh pemda. Bayangkan 
  menggelembungnya anggaran, mending kalau memang efektif. 
  
Yg dianggap berhasil, paling MK dan KPK.. tapi kan ini institusi baru. 
  Masa iya, kita mau bikin institusi baru terus? :)
  
Di legislatif, ada DPD tapi itupun jadi anak bawang aja. Konstelasi 
  politik di DPR sendiri berubah2. Dan dari segi struktur organisasi, DPR 
  cukup gembung.. Pamdalnya aja bisa ratusan... itu baru pamdal. Kapasitas 
  ditingkatkan, tapi apakah produktivitas juga naik? Liat aja jumlah RUU usul 
  inisiatif DPR ada berapa dan kinerjanya 5 thn ini.
  
Belum lagi, kalau PDIP dan Gerindra maju dan berkuasa, visi mereka kan 
  kembali ke UUD 1945, yang berarti mengembalikan semua proses perubahan 
  selama 10 thn ini (bila dihitung dari 1998) ke titik nol lagi :-( Saya gak 
  tau dng Hanura, bisa jadi visinya sama (?). 
  
Jadi memang negara dalam keadaan genting... atau sayanya yg pesimis? :)
  
salam,
Herni
  
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia aldiy@ wrote:
  
kita semua neolib...:-( SBY-budi dibilang neolib padahal kampanyenya 
  sarat dengan block grant / bantuan langsung - yang kalo saya liat sendiri 
  di lapangan success ratenya rendah. neolibnya itu mungkin karena gampang 
  terima pinjaman asing untuk block grant itu (?). neolib apa ini namanya...
  
emangnya kita dan media berani mempermasalahkan militer dan tokoh2nya 
  yang bermasalah?
 
 sekarang kita berani menyidangkan perkara korupsi2, walaupun masih 
  pilih2 bulu, paling tidak sudah ada political will.
 
 tapi kiprah militer di politik? masih barang haram untuk dibongkar, 
  padahal mestinya itu masuk good governance juga, prioritas sesudah korupsi 
  finansial. kita semua masih terpesona dengan militer, beraninya dengan 
  sesama sipil. 
 
 reformasi di militer blum kedengaran tuh. fokusnya supaya elitnya 
  konsentrasi ke keamanan wilayah/border, terutama kelautan, operasional, 
  maintenance  equipment - jangan networking ke politik dan personal 
  business melulu. berbarengan, mesti ada program capacity building di 
  politisi sipil supaya nggak nyeret2 elit militer ke politik.
 
 salam 
 Mia
 
 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, ariel ariela4ever@ wrote:
 
  
  saya setuju dengan pendapat penulis, Budiono yg jadi sasaran tembak 
  isu Neolib kurang piawai dalam memberikan argumen, semestinya ybs mencontoh 
  jawaban Miranda, koleganya di BI, yg mengatakan kepada DPR teorinya saja 
  saya tidak paham, selama 42 tahun saya belajar ekonomi saya tidak tahu 
  neoliberal, jadi maaf saya tidak bisa jawab, simpel walau agak berbau 
  retorik. Untuk detilnya serahkan saja ke Sri Mulyani yang belakangan ini 
  sibuk pasang badan dan berakrobat dengan data2 hutang luar negeri. 
  
  menurut saya, untuk menembak Budiono bisa lewat isu BLBI, dan untuk 
  Wiranto dan Prabowo dengan isu kerusuhan Mei 98. Tapi sepertinya ke tiga 
  pasangan tsb enggan membawa-bawa isu dari jaman Orba, mungkin karena dapat 
  menjadi bola liar yang balik menyerang mereka semua.
  
  pemilu kali ini memang lucu, yang jadi isu utama variannya sangat 
  luas mulai dari neolib, ekonomi kerakyatan, sampai ke jilbab, namun sudah 
  lebih baik dibanding pemilu 2004, setidaknya tidak ada capres yg mengatakan 
  capres paling ganteng atau paling cantik :-)
  
  salam,
  -ariel-
  --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ary Setijadi Prihatmanto 
  ary.setijadi@ wrote:
  
   
   Adam Smith, Keynes sama Hayek juga, kalo kebetulan orang Indonesia 
  dan menemukan konsep2nya jaman sekarang, mungkin namanya teori ekonomi 
  kerakyatan
   ;-))
   
   Devil is in the detail
   
  
 

  
  
  

  
  [Non-text portions of this message have been removed]
 





Re: [wanita-muslimah] Re: Neolib

2009-06-03 Terurut Topik Ari Condro
dari berbagai angkatan tuh mbak.  laut, udara, darat, juga yang polisi
dan civilians banyak yg jadi pemerhati masalah pertahanan juga.

udah mampir ke sana, kan ?  kalau udah masuk ke inner circlenya sih
bisa diajak join ke milisnya sekalian lho ... :)


2009/6/3 Mia al...@yahoo.com:


 Kalau anak2 muda tentara itu menginginkan kualitas professional, maka
 keinginan itu harus dinyatakan dalam konsep good governance. Siapa saja atau
 unit mana saja di kalangan elit militer yang jadi gerbong penariknya? Saya
 rasa mba Herni lebih bertutur bagaimana memasukkan suatu wacana dalam konsep
 good governance yang doable. Itu namanya proses transformasi dari dalam.

 Anakku masuk navy. walaupun aku nggak pernah mendorong dia untuk masuk
 navy/militer, tapi aku berharap dia betah, happy dan tekun pada bidangnya,
 dan bermanfaat bagi orang lain.

 salam
 Mia

 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ari Condro masar...@... wrote:

 mbak mia,

 kayaknya justru dari militer lebih seneng jadi tentara profesional,
 kok. mainlah ke anak anak muda yang bergairah dan para tentara muda
 di tandef.net, kontribusi juga tulisan uneg uneg mbak mia di sana.

 saya, dan temen temen alumni sudah bosan kok, tiap ada pesawat jatuh,
 kudu dag dig dug, khawatir jangan jangan teman satu alumni pulak. :((




 2009/6/1 Mia al...@...:
 
 
  kita semua neolib...:-( SBY-budi dibilang neolib padahal kampanyenya
  sarat
  dengan block grant / bantuan langsung - yang kalo saya liat sendiri di
  lapangan success ratenya rendah. neolibnya itu mungkin karena gampang
  terima
  pinjaman asing untuk block grant itu (?). neolib apa ini namanya...
 
  emangnya kita dan media berani mempermasalahkan militer dan tokoh2nya
  yang
  bermasalah?
 
  sekarang kita berani menyidangkan perkara korupsi2, walaupun masih
  pilih2
  bulu, paling tidak sudah ada political will.
 
  tapi kiprah militer di politik? masih barang haram untuk dibongkar,
  padahal
  mestinya itu masuk good governance juga, prioritas sesudah korupsi
  finansial. kita semua masih terpesona dengan militer, beraninya dengan
  sesama sipil.
 
  reformasi di militer blum kedengaran tuh. fokusnya supaya elitnya
  konsentrasi ke keamanan wilayah/border, terutama kelautan, operasional,
  maintenance  equipment - jangan networking ke politik dan personal
  business
  melulu. berbarengan, mesti ada program capacity building di politisi
  sipil
  supaya nggak nyeret2 elit militer ke politik.
 
  salam
  Mia
 

 



-- 
salam,
Ari


[wanita-muslimah] Re: Neolib

2009-06-03 Terurut Topik ariel

saya masih percaya middle class people akan menjadi motor perubahan, karena 
mereka terdiri dari individu yg dinamis tidak jumud dan tidak berada di awang2. 
tren saat ini terjadi pertentangan pemikiran antara konservatif  liberal, 
middle class yang dinamis merupakan pasar potensial bagi ke dua kubu tsb. 
semestinya middle class mampu menciptakan kubu tersendiri yg independen, 
mungkin dibutuhkan lebih banyak tipe indvidu seperti mbak Herni untuk 
mewujudkan ini :-) 

middle class ini kelak dapat menjadi sumber daya untuk membentuk civil society 
pada bidang politik dan profesional militer pada bidang pertahanan. sayang saat 
ini belum ada political will dari pemerintah untuk membentuk middle class 
secara kontinyu, buktinya anggaran pendidikan saja masih dibawah 20% :(

pks sebenarnya memenuhi kriteria sebagai parpol yang dapat membantu terciptanya 
civil society (kalau mereka mampu memanage unsur fundamentalis :-)), sayangnya 
mereka terkooptasi oleh kekuasaan, dan menggunakan cara2 pragmatis seperti 
jilbab untuk mencapai tujuan tsb, sehingga bertolak belakang dengan semboyan 
bersih  profesional.

eniwei jika dilihat bahwa iklim politik kita yang baru tumbuh 10 tahun yang 
lalu, menurut saya indonesia tidak terlihat mengecewakan, setidaknya 
dibandingkan dengan negera2 tetangga :-)

salam,
-ariel-



--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Herni Sri Nurbayanti nurbaya...@... 
wrote:

 Itu dia, gimana memanfaatkan obrolan2 publik itu. Potensi publik. Selama ini 
 NGO cuma menempatkan publik sbg obyek, bukan subyek.  Sasaran kegiatan, bukan 
 pelaku kegiatan, terutama mereka yg bergerak di kebijakan. Kalaupun ada yg 
 mulai melakukan ini, cenderung sasarannya ke masyarakat menengah ke bawah 
 (kemiskinan toh jadi isu yg seksi sekaligus menjual buat semua orang, liat 
 aja tulisan di kompas kemarin). 
 
 Ini otokritik saya sbg yg bekerja di NGO. Boleh dong sesekali otokritik ya? :)
 
 Tapi, tidak rakyat kelas menengah. Menengah bukan dalam pengertian finansial, 
 tapi secara intelektual juga. 
 
 Coba liat masyarakat menengah kita, gak jalan bukan? :-) Tidak pernah bisa 
 jadi masyarakat menengah yg kemudian menjadi motor perubahan. Kalaupun ada, 
 masyarakat menengah kita diambil oleh kalangan konservatif-fundamentalis. 
 Bener gak? :) Yg liberal, terlalu dekat ke elit politik hehehe... Liberal di 
 Indonesia kan memang dekat dng kalangan penguasa. 
 
 Saya masuk ke masyarakat menengah, dan terus terang, saya gak mau gabung ke 
 salah satu dari kedua pilihan itu, hehe...
 
 Di politik, ideologi itu sudah mati sejak tahun 60 atau 70an (lupa, hehe). Yg 
 ada adalah pragmatisme. Gimana cara kita menyelesaikan masalah. Silakan aja 
 bawa-bawa ideologi, toh masyarakat tetap menilai case by case. Itu yg terjadi 
 pada PKS. Kenapa kemudian kritik2 terhadap PKS adalah kritik2 yg sebenarnya 
 di tataran pragmatis, gimana PKS menyikapi sesuatu dan menyelesaikan masalah. 
 Imbasnya lebih besar, karena PKS bawa2 ideologi, sikap dan nilai. Langsung 
 deh, yg pragmatis tadi dibenturkan dng sikap dan nilai yg dibawa mereka. Itu 
 analisa sederhananya aja. Jadi, hati2 membawa-bawa dan mengemas ideologi. 
 
 
 salam,
 Herni
  
 




Re: [wanita-muslimah] Re: Neolib

2009-06-02 Terurut Topik achmad chodjim
Mbak Herni,

Meski tak ada hubungannya dengan PDIP dan Gerindra, saya termasuk yang 
memperjuangkan UUD 1945. Babak belurnya NKRI sejak krisis reformasi adalah 
karena MPR reformasi telah menghancurkan UUD 1945.

Apa tidak perlu amandemen? Sangat diperlukan! Tetapi, amandemen itu bukan 
mengubah UUD 1945, melainkan menambahkan pasal-pasal yang kurang dan pasal 
tambahan itu dilampirkan. Dengan cara itu, bangsa Indonesia akan bisa 
mengontrol isi undang-undang yang dibuatnya pada tingkat orisinalitasnya, dan 
bisa mengontrol pasal-pasal yang ditambahkan. Dengan cara itu, bangsa Indonesia 
bisa mengamandemen amandemen yang keliru.

Sekarang ini orang kebingungan apa isinya UUD 1945 yang asli itu. Dan, dalam 
amandemen sebanyak 4 kali itu, penjelasan UUD 1945 lha koq dihilangkan? Ingat, 
penjelasan UUD 1945 itu termasuk dalam UUD 1945 agar mereka yang mengamandemen 
tidak salah tafsir dan punya pijakan historis.

Wassalam,
chodjim 



  - Original Message - 
  From: Herni Sri Nurbayanti 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Monday, June 01, 2009 7:30 PM
  Subject: [wanita-muslimah] Re: Neolib





  Kalo gak salah, yg disasar itu peralihan bisnis militer, mbak. Tapi emang 
informasi soal reformasi di dunia militer minim sekali.

  Belum lagi, belum tentu institusinya mau direformasi. Di antara institusi2 
negara, mungkin yg paling terbuka buat perubahan adalah MA, terlepas dari 
segala kekurangan yg ada dalam prosesnya. Kejaksaan, misalnya... mengalami 
hambatan, mungkin baru tahun 2007an bisa efektif masuk, itupun terbatas. Ada 
pintu2 tertentu yg bisa dimasuki. Di menegpan? Reformasi birokrasi diartikan 
secara sempit: renumerasi :-(.
  Dan ini jadi kartu domino, akan merembet juga ke seluruh pemda. Bayangkan 
menggelembungnya anggaran, mending kalau memang efektif. 

  Yg dianggap berhasil, paling MK dan KPK.. tapi kan ini institusi baru. Masa 
iya, kita mau bikin institusi baru terus? :)

  Di legislatif, ada DPD tapi itupun jadi anak bawang aja. Konstelasi politik 
di DPR sendiri berubah2. Dan dari segi struktur organisasi, DPR cukup gembung.. 
Pamdalnya aja bisa ratusan... itu baru pamdal. Kapasitas ditingkatkan, tapi 
apakah produktivitas juga naik? Liat aja jumlah RUU usul inisiatif DPR ada 
berapa dan kinerjanya 5 thn ini.

  Belum lagi, kalau PDIP dan Gerindra maju dan berkuasa, visi mereka kan 
kembali ke UUD 1945, yang berarti mengembalikan semua proses perubahan selama 
10 thn ini (bila dihitung dari 1998) ke titik nol lagi :-( Saya gak tau dng 
Hanura, bisa jadi visinya sama (?). 

  Jadi memang negara dalam keadaan genting... atau sayanya yg pesimis? :)

  salam,
  Herni

  --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia al...@... wrote:

  kita semua neolib...:-( SBY-budi dibilang neolib padahal kampanyenya sarat 
dengan block grant / bantuan langsung - yang kalo saya liat sendiri di lapangan 
success ratenya rendah. neolibnya itu mungkin karena gampang terima pinjaman 
asing untuk block grant itu (?). neolib apa ini namanya...

  emangnya kita dan media berani mempermasalahkan militer dan tokoh2nya yang 
bermasalah?
   
   sekarang kita berani menyidangkan perkara korupsi2, walaupun masih pilih2 
bulu, paling tidak sudah ada political will.
   
   tapi kiprah militer di politik? masih barang haram untuk dibongkar, padahal 
mestinya itu masuk good governance juga, prioritas sesudah korupsi finansial. 
kita semua masih terpesona dengan militer, beraninya dengan sesama sipil. 
   
   reformasi di militer blum kedengaran tuh. fokusnya supaya elitnya 
konsentrasi ke keamanan wilayah/border, terutama kelautan, operasional, 
maintenance  equipment - jangan networking ke politik dan personal business 
melulu. berbarengan, mesti ada program capacity building di politisi sipil 
supaya nggak nyeret2 elit militer ke politik.
   
   salam 
   Mia
   
   --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, ariel ariela4ever@ wrote:
   

saya setuju dengan pendapat penulis, Budiono yg jadi sasaran tembak isu 
Neolib kurang piawai dalam memberikan argumen, semestinya ybs mencontoh jawaban 
Miranda, koleganya di BI, yg mengatakan kepada DPR teorinya saja saya tidak 
paham, selama 42 tahun saya belajar ekonomi saya tidak tahu neoliberal, jadi 
maaf saya tidak bisa jawab, simpel walau agak berbau retorik. Untuk detilnya 
serahkan saja ke Sri Mulyani yang belakangan ini sibuk pasang badan dan 
berakrobat dengan data2 hutang luar negeri. 

menurut saya, untuk menembak Budiono bisa lewat isu BLBI, dan untuk 
Wiranto dan Prabowo dengan isu kerusuhan Mei 98. Tapi sepertinya ke tiga 
pasangan tsb enggan membawa-bawa isu dari jaman Orba, mungkin karena dapat 
menjadi bola liar yang balik menyerang mereka semua.

pemilu kali ini memang lucu, yang jadi isu utama variannya sangat luas 
mulai dari neolib, ekonomi kerakyatan, sampai ke jilbab, namun sudah lebih baik 
dibanding pemilu 2004, setidaknya tidak ada capres yg mengatakan capres paling 
ganteng atau paling cantik :-)

salam

[wanita-muslimah] Re: Neolib

2009-06-02 Terurut Topik ariel

menumbuhkan public awarenes bisa dilakukan dari hal yang mendasar dulu, 
bagaimana masyarakat mampu melihat secara kritis tanpa terpukau oleh pencitraan 
elit politik. triggernya sudah ada, berbagai kasus anggota dpr dan kebijakan 
dpr yg nyeleneh membuat masyarakat menjadi melek politik, dan mulai kritis, 
implikasinya yang seperti mbak herni bilang obrolan politik sekarang mulai seru.

tinggal gimana semangat ini bisa dipupuk terus, sehingga kelak akan 
menghasilkan civil society yg kuat dan mapan, saya kira ini adalah expertise 
dari mbak Herni  rekan2 NGO, orang awam seperti saya paling hanya bisa 
membantu lewat obrolan2 di milis dan lingkungan terdekat saja :)

salam,
-ariel-

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Herni Sri Nurbayanti nurbaya...@... 
wrote:

 Iya, itu yg mau kita dorong. Public awarenessnya. Pemilu legislatif dan 
 presiden ini ya sudahlah. Kalaupun saya milih SBY, itu karena gak pingin 
 wiranto atau prabowo menang :) Tapi masih mikir2 juga, apa mending golput aja 
 :-) 
 
 Komitmen saya sih justru mendukung public awarenessnya tadi, minimal di 
 wilayah DPR dulu deh, yang memang jadi wilayah pantauan tempat saya bekerja. 
 Kalaupun yg mengerjakan orang lain, gpp.. asal idenya dijalankan. Ada 
 beberapa orang yg tertarik dng ide itu. Dana selalu jadi masalah, tapi 
 selemah2nya iman, persoalan dana bisa diatasi. Ada beberapa program kita yg 
 self-finance juga. Tetap jalan, ada atau tidak ada dana. Bagian dari kerja 
 pro-bono. 
 
 Yg saya lagi pikirkan adalah, kayanya kalau mengajak masyarakat umum, pasti 
 asik! dan pasti lebih bagus dan seru. Lihat aja, obrolan politik di milis2, 
 fesbuk, selalu seru! :-) Mungkin ada gap pengetahuan soal prosedur2 di DPR 
 dan hal-hal lainnya soal gimana sistem kenegaraan kita bekerja, tapi itu bisa 
 diatur. Sinerginya dulu yg perlu dibangun.  Teman2 di NGO punya data, akses 
 dan pengetahuan.. dan persoalannya gimana hal ini bisa didistribusikan dan 
 dipakai oleh publik? Cuma belum hoki aja nemu orang yg bisa diajak kerjasama 
 utk soal ini. 
 
 Hal yg sama bisa dipakai utk presiden terpilih nanti. Catatan publik 
 kebijakannya spt apa aja sih. 
 
 Buat saya, mau ideologinya kaya apa, ya silakan aja. Transparan aja, gak usah 
 jaim. Mau zealot sekalipun! :) Yg bahaya kan yg hidden agenda, bukan? Buat 
 saya bukan soal posisi, tapi alasan2 dibaliknya. Walaupun orang yg 
 beroposisi suka salah mengerti hehehe. Dan ini semangat yg juga dibangun di 
 WM. Maksudnya, mental WMnya kebawa ke dunia nyata hehehe...
 
 Ariel mau bantu? :-)
 
 
 salam,
 Herni
 
 




[wanita-muslimah] Re: Neolib

2009-06-02 Terurut Topik Herni Sri Nurbayanti
-muslimah] Re: Neolib
 
 
 
 
 
   Kalo gak salah, yg disasar itu peralihan bisnis militer, mbak. Tapi emang 
 informasi soal reformasi di dunia militer minim sekali.
 
   Belum lagi, belum tentu institusinya mau direformasi. Di antara institusi2 
 negara, mungkin yg paling terbuka buat perubahan adalah MA, terlepas dari 
 segala kekurangan yg ada dalam prosesnya. Kejaksaan, misalnya... mengalami 
 hambatan, mungkin baru tahun 2007an bisa efektif masuk, itupun terbatas. Ada 
 pintu2 tertentu yg bisa dimasuki. Di menegpan? Reformasi birokrasi diartikan 
 secara sempit: renumerasi :-(.
   Dan ini jadi kartu domino, akan merembet juga ke seluruh pemda. Bayangkan 
 menggelembungnya anggaran, mending kalau memang efektif. 
 
   Yg dianggap berhasil, paling MK dan KPK.. tapi kan ini institusi baru. Masa 
 iya, kita mau bikin institusi baru terus? :)
 
   Di legislatif, ada DPD tapi itupun jadi anak bawang aja. Konstelasi politik 
 di DPR sendiri berubah2. Dan dari segi struktur organisasi, DPR cukup 
 gembung.. Pamdalnya aja bisa ratusan... itu baru pamdal. Kapasitas 
 ditingkatkan, tapi apakah produktivitas juga naik? Liat aja jumlah RUU usul 
 inisiatif DPR ada berapa dan kinerjanya 5 thn ini.
 
   Belum lagi, kalau PDIP dan Gerindra maju dan berkuasa, visi mereka kan 
 kembali ke UUD 1945, yang berarti mengembalikan semua proses perubahan selama 
 10 thn ini (bila dihitung dari 1998) ke titik nol lagi :-( Saya gak tau dng 
 Hanura, bisa jadi visinya sama (?). 
 
   Jadi memang negara dalam keadaan genting... atau sayanya yg pesimis? :)
 
   salam,
   Herni
 
   --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia aldiy@ wrote:
 
   kita semua neolib...:-( SBY-budi dibilang neolib padahal kampanyenya sarat 
 dengan block grant / bantuan langsung - yang kalo saya liat sendiri di 
 lapangan success ratenya rendah. neolibnya itu mungkin karena gampang terima 
 pinjaman asing untuk block grant itu (?). neolib apa ini namanya...
 
   emangnya kita dan media berani mempermasalahkan militer dan tokoh2nya yang 
 bermasalah?

sekarang kita berani menyidangkan perkara korupsi2, walaupun masih pilih2 
 bulu, paling tidak sudah ada political will.

tapi kiprah militer di politik? masih barang haram untuk dibongkar, 
 padahal mestinya itu masuk good governance juga, prioritas sesudah korupsi 
 finansial. kita semua masih terpesona dengan militer, beraninya dengan sesama 
 sipil. 

reformasi di militer blum kedengaran tuh. fokusnya supaya elitnya 
 konsentrasi ke keamanan wilayah/border, terutama kelautan, operasional, 
 maintenance  equipment - jangan networking ke politik dan personal business 
 melulu. berbarengan, mesti ada program capacity building di politisi sipil 
 supaya nggak nyeret2 elit militer ke politik.

salam 
Mia

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, ariel ariela4ever@ wrote:

 
 saya setuju dengan pendapat penulis, Budiono yg jadi sasaran tembak isu 
 Neolib kurang piawai dalam memberikan argumen, semestinya ybs mencontoh 
 jawaban Miranda, koleganya di BI, yg mengatakan kepada DPR teorinya saja 
 saya tidak paham, selama 42 tahun saya belajar ekonomi saya tidak tahu 
 neoliberal, jadi maaf saya tidak bisa jawab, simpel walau agak berbau 
 retorik. Untuk detilnya serahkan saja ke Sri Mulyani yang belakangan ini 
 sibuk pasang badan dan berakrobat dengan data2 hutang luar negeri. 
 
 menurut saya, untuk menembak Budiono bisa lewat isu BLBI, dan untuk 
 Wiranto dan Prabowo dengan isu kerusuhan Mei 98. Tapi sepertinya ke tiga 
 pasangan tsb enggan membawa-bawa isu dari jaman Orba, mungkin karena dapat 
 menjadi bola liar yang balik menyerang mereka semua.
 
 pemilu kali ini memang lucu, yang jadi isu utama variannya sangat luas 
 mulai dari neolib, ekonomi kerakyatan, sampai ke jilbab, namun sudah lebih 
 baik dibanding pemilu 2004, setidaknya tidak ada capres yg mengatakan capres 
 paling ganteng atau paling cantik :-)
 
 salam,
 -ariel-
 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ary Setijadi Prihatmanto 
 ary.setijadi@ wrote:
 
  
  Adam Smith, Keynes sama Hayek juga, kalo kebetulan orang Indonesia 
 dan menemukan konsep2nya jaman sekarang, mungkin namanya teori ekonomi 
 kerakyatan
  ;-))
  
  Devil is in the detail
  
 

   
 
 
 
   
 
 [Non-text portions of this message have been removed]





[wanita-muslimah] Re: Neolib

2009-06-01 Terurut Topik Herni Sri Nurbayanti
Iya, itu yg mau kita dorong. Public awarenessnya. Pemilu legislatif dan 
presiden ini ya sudahlah. Kalaupun saya milih SBY, itu karena gak pingin 
wiranto atau prabowo menang :) Tapi masih mikir2 juga, apa mending golput aja 
:-) 

Komitmen saya sih justru mendukung public awarenessnya tadi, minimal di wilayah 
DPR dulu deh, yang memang jadi wilayah pantauan tempat saya bekerja. Kalaupun 
yg mengerjakan orang lain, gpp.. asal idenya dijalankan. Ada beberapa orang yg 
tertarik dng ide itu. Dana selalu jadi masalah, tapi selemah2nya iman, 
persoalan dana bisa diatasi. Ada beberapa program kita yg self-finance juga. 
Tetap jalan, ada atau tidak ada dana. Bagian dari kerja pro-bono. 

Yg saya lagi pikirkan adalah, kayanya kalau mengajak masyarakat umum, pasti 
asik! dan pasti lebih bagus dan seru. Lihat aja, obrolan politik di milis2, 
fesbuk, selalu seru! :-) Mungkin ada gap pengetahuan soal prosedur2 di DPR dan 
hal-hal lainnya soal gimana sistem kenegaraan kita bekerja, tapi itu bisa 
diatur. Sinerginya dulu yg perlu dibangun.  Teman2 di NGO punya data, akses dan 
pengetahuan.. dan persoalannya gimana hal ini bisa didistribusikan dan dipakai 
oleh publik? Cuma belum hoki aja nemu orang yg bisa diajak kerjasama utk soal 
ini. 

Hal yg sama bisa dipakai utk presiden terpilih nanti. Catatan publik 
kebijakannya spt apa aja sih. 

Buat saya, mau ideologinya kaya apa, ya silakan aja. Transparan aja, gak usah 
jaim. Mau zealot sekalipun! :) Yg bahaya kan yg hidden agenda, bukan? Buat saya 
bukan soal posisi, tapi alasan2 dibaliknya. Walaupun orang yg beroposisi suka 
salah mengerti hehehe. Dan ini semangat yg juga dibangun di WM. Maksudnya, 
mental WMnya kebawa ke dunia nyata hehehe...

Ariel mau bantu? :-)


salam,
Herni


--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, ariel ariela4e...@... wrote:

 
 
yup, pada pemilu ini yg terjadi adalah perang PR, contoh SBY ditampilkan 
sebagai sosok yang kalem, Megawati dekat rakyat cilik, JK yg cekatan, tujuan 
akhirnya adalah memenangkan persepsi masyarakat. Isu jilbab, neoliberalisme, 
deklarasi capres dll adalah bagian dari proses  PR ini. Sudah tentu sebelumnya 
konsultan PR dari masing2 capres sudah melakukan mapping segmen pasar mana yg 
potensial bisa direbut, dan kebetulan masyarakat sebagai calon konsumen senang 
dengan model2 pencitraan ini.
 
Jadi jangan berharap banyak, capres2 ini akan membicarakan lebih spesifik 
masalah yg aktual seperti pendidikan, kesehatan, lapangan kerja.

Seperti mbak herni sampaikan, yang diperlukan saat ini adalah menumbuhkan 
public awareness, agar pemilu kali ini tidak hanya sekedar menjadi bahan 
penelitian untuk tugas akhir mahasiswa jurusan PR  komunikasi :-)
 
salam,
-ariel-  




[wanita-muslimah] Re: Neolib

2009-06-01 Terurut Topik eyang_mbelgedes
Herni...*kedip-kedip*... ini ada kiriman lagu dari Eyang judulnya 'Wish You 
Were Here', dinyanyikan Pink Floyd. Empat kali empat sama dengan enam belas, 
sempat tak sempat musti dibalas. Ada sagu, ada talas. Ada lagu, musti 
dibalas... (ini ucapan tempo dulu saat masih masa-masa perjuangan).

Syair lagu ini begini:

So, so you think you can tell 
Heaven from Hell,
blue skies from pain.
Can you tell a green field from a cold steel rail?
A smile from a veil?
Do you think you can tell?
And did they get you to trade your heroes for ghosts? 
Hot ashes for trees?
Hot air for a cool breeze?
Cold comfort for change?
And did you exchange a walk on part in the war for a lead role in a cage?
How I wish, how I wish you were here.
We're just two lost souls swimming in a fish bowl, year after year,
Running over the same old ground. 
What have you found? The same old fears.
Wish you were here. 

*kedip-kedip lagi*
 






[wanita-muslimah] Re: Neolib

2009-06-01 Terurut Topik Herni Sri Nurbayanti
Kalo gak salah, yg disasar itu peralihan bisnis militer, mbak. Tapi emang 
informasi soal reformasi di dunia militer minim sekali.

Belum lagi, belum tentu institusinya mau direformasi. Di antara institusi2 
negara, mungkin yg paling terbuka buat perubahan adalah MA, terlepas dari 
segala kekurangan yg ada dalam prosesnya. Kejaksaan, misalnya... mengalami 
hambatan, mungkin baru tahun 2007an bisa efektif masuk, itupun terbatas. Ada 
pintu2 tertentu yg bisa dimasuki. Di menegpan? Reformasi birokrasi diartikan 
secara sempit: renumerasi :-(.
Dan ini jadi kartu domino, akan merembet juga ke seluruh pemda. Bayangkan 
menggelembungnya anggaran, mending kalau memang efektif. 

Yg dianggap berhasil, paling MK dan KPK.. tapi kan ini institusi baru. Masa 
iya, kita mau bikin institusi baru terus? :)

Di legislatif, ada DPD tapi itupun jadi anak bawang aja. Konstelasi politik di 
DPR sendiri berubah2. Dan dari segi struktur organisasi, DPR cukup gembung.. 
Pamdalnya aja bisa ratusan... itu baru pamdal. Kapasitas ditingkatkan, tapi 
apakah produktivitas juga naik? Liat aja jumlah RUU usul inisiatif DPR ada 
berapa dan kinerjanya 5 thn ini.

Belum lagi, kalau PDIP dan Gerindra maju dan berkuasa, visi mereka kan kembali 
ke UUD 1945, yang berarti mengembalikan semua proses perubahan selama 10 thn 
ini (bila dihitung dari 1998) ke titik nol lagi :-( Saya gak tau dng Hanura, 
bisa jadi visinya sama (?). 

Jadi memang negara dalam keadaan genting... atau sayanya yg pesimis? :)


salam,
Herni

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia al...@... wrote:

kita semua neolib...:-(  SBY-budi dibilang neolib padahal kampanyenya sarat 
dengan block grant / bantuan langsung - yang kalo saya liat sendiri di lapangan 
success ratenya rendah. neolibnya itu mungkin karena gampang terima pinjaman 
asing untuk block grant itu (?). neolib apa ini namanya...
 
emangnya kita dan media berani mempermasalahkan militer dan tokoh2nya yang 
bermasalah?
 
 sekarang kita berani menyidangkan perkara korupsi2, walaupun masih pilih2 
 bulu, paling tidak sudah ada political will.
 
 tapi kiprah militer di politik? masih barang haram untuk dibongkar, padahal 
 mestinya itu masuk good governance juga, prioritas sesudah korupsi finansial. 
 kita semua masih terpesona dengan militer, beraninya dengan sesama sipil.  
 
 reformasi di militer blum kedengaran tuh. fokusnya supaya elitnya konsentrasi 
 ke keamanan wilayah/border, terutama kelautan, operasional, maintenance  
 equipment - jangan networking ke politik dan personal business melulu.  
 berbarengan, mesti ada program capacity building di politisi sipil supaya 
 nggak nyeret2 elit militer ke politik.
 
 salam 
 Mia
 
 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, ariel ariela4ever@ wrote:
 
  
  saya setuju dengan pendapat penulis, Budiono yg jadi sasaran tembak isu 
  Neolib kurang piawai dalam memberikan argumen, semestinya ybs mencontoh 
  jawaban Miranda, koleganya di BI, yg mengatakan kepada DPR teorinya saja 
  saya tidak paham, selama 42 tahun saya belajar ekonomi saya tidak tahu 
  neoliberal, jadi maaf saya tidak bisa jawab, simpel walau agak berbau 
  retorik. Untuk detilnya serahkan saja ke Sri Mulyani yang belakangan ini 
  sibuk pasang badan dan berakrobat dengan data2 hutang luar negeri. 
  
  menurut saya, untuk menembak Budiono bisa lewat isu BLBI, dan untuk Wiranto 
  dan Prabowo dengan isu kerusuhan Mei 98. Tapi sepertinya ke tiga pasangan 
  tsb enggan membawa-bawa isu dari jaman Orba, mungkin karena dapat menjadi 
  bola liar yang balik menyerang mereka semua.
  
  pemilu kali ini memang lucu, yang jadi isu utama variannya sangat luas 
  mulai dari neolib, ekonomi kerakyatan, sampai ke jilbab, namun sudah lebih 
  baik dibanding pemilu 2004, setidaknya tidak ada capres yg mengatakan 
  capres paling ganteng atau paling cantik :-)
  
  salam,
  -ariel-
  --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ary Setijadi Prihatmanto 
  ary.setijadi@ wrote:
  
   
   Adam Smith, Keynes sama Hayek juga, kalo kebetulan orang Indonesia dan 
   menemukan konsep2nya jaman sekarang, mungkin namanya teori ekonomi 
   kerakyatan
   ;-))
   
   Devil is in the detail
   
  
 





[wanita-muslimah] Re: Neolib

2009-06-01 Terurut Topik Herni Sri Nurbayanti
Kenapa kedip-kedip, eyang? Tumben kirim lagu... 
Nyesel ya, telat ketemu saya? hihihihi...

Progressive rock juga ya? Saya kasih yg agak baru deh, biar eyang bisa tune-in 
ma anak muda sekarang :-) Ini dari grup efek rumah kaca. Vokalisnya temen saya 
di kantor, orang keuangan. Beli CDnya aja, eyang. Jangan download mp3 bajakan 
bin gratisan ya, malu ma slip gaji :-)) Ada di toko2 musik atau aksara. Kalau 
beli ma saya sih dulu bisa lebih murah, dapet tanda tangan vokalisnya juga, 
hehe.. Sekarang jatahnya dah abis :) Biasanya kalo ada yg ultah, saya kasih CD 
ERK buat kado.

Judulnya:

Mosi Tidak Percaya. 

ini masalah kuasa, alibimu berharga
kalau kami tak percaya, lantas kau mau apa?

kamu tak berubah, selalu mencari celah
lalu smakin parah, tak ada jalan tengah

pantas kalau kami marah, sebab dipercaya susah
jelas kalau kami resah, sebab argumenmu payah

kamu ciderai janji, luka belum terobati
kami tak mau dibeli, kami tak bisa dibeli

janjimu pelan pelan akan menelanmu

ini mosi tidak percaya, jangan anggap kami tak berdaya
ini mosi tidak percaya, kami tak mau lagi diperdaya




--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, eyang_mbelgedes eyang_mbelge...@... 
wrote:

 Herni...*kedip-kedip*... ini ada kiriman lagu dari Eyang judulnya 'Wish You 
 Were Here', dinyanyikan Pink Floyd. Empat kali empat sama dengan enam belas, 
 sempat tak sempat musti dibalas. Ada sagu, ada talas. Ada lagu, musti 
 dibalas... (ini ucapan tempo dulu saat masih masa-masa perjuangan).
 
 Syair lagu ini begini:
 
 So, so you think you can tell 
 Heaven from Hell,
 blue skies from pain.
 Can you tell a green field from a cold steel rail?
 A smile from a veil?
 Do you think you can tell?
 And did they get you to trade your heroes for ghosts? 
 Hot ashes for trees?
 Hot air for a cool breeze?
 Cold comfort for change?
 And did you exchange a walk on part in the war for a lead role in a cage?
 How I wish, how I wish you were here.
 We're just two lost souls swimming in a fish bowl, year after year,
 Running over the same old ground. 
 What have you found? The same old fears.
 Wish you were here. 
 
 *kedip-kedip lagi*





[wanita-muslimah] Re: Neolib

2009-06-01 Terurut Topik eyang_mbelgedes
Herni, itu tadi aku klilipan, jadi harus kedip-kedip terus. Lagu Pink Floyd itu 
juga masih relevan dengan topik obrolan orang-orang di WM ini, terutama antara 
orang-orang yang suka mewakili dan mengenal Tuhan lebih baik daripada yang 
lainnya. 

Iya, Eyang nyesel kok telat ketemu cucu. Tapi, lagunya bagus juga tuh, di mana 
ya bisa dibeli dan gimana nanti bilangnya sama penjual CD? 






Re: [wanita-muslimah] Re: Neolib

2009-06-01 Terurut Topik Ari Condro
mbak mia,

kayaknya justru dari militer lebih seneng jadi tentara profesional,
kok.  mainlah ke anak anak muda yang bergairah dan para tentara muda
di tandef.net, kontribusi juga tulisan uneg uneg mbak mia di sana.

saya, dan temen temen alumni sudah bosan kok, tiap ada pesawat jatuh,
kudu dag dig dug, khawatir jangan jangan teman satu alumni pulak.  :((




2009/6/1 Mia al...@yahoo.com:


 kita semua neolib...:-( SBY-budi dibilang neolib padahal kampanyenya sarat
 dengan block grant / bantuan langsung - yang kalo saya liat sendiri di
 lapangan success ratenya rendah. neolibnya itu mungkin karena gampang terima
 pinjaman asing untuk block grant itu (?). neolib apa ini namanya...

 emangnya kita dan media berani mempermasalahkan militer dan tokoh2nya yang
 bermasalah?

 sekarang kita berani menyidangkan perkara korupsi2, walaupun masih pilih2
 bulu, paling tidak sudah ada political will.

 tapi kiprah militer di politik? masih barang haram untuk dibongkar, padahal
 mestinya itu masuk good governance juga, prioritas sesudah korupsi
 finansial. kita semua masih terpesona dengan militer, beraninya dengan
 sesama sipil.

 reformasi di militer blum kedengaran tuh. fokusnya supaya elitnya
 konsentrasi ke keamanan wilayah/border, terutama kelautan, operasional,
 maintenance  equipment - jangan networking ke politik dan personal business
 melulu. berbarengan, mesti ada program capacity building di politisi sipil
 supaya nggak nyeret2 elit militer ke politik.

 salam
 Mia

 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, ariel ariela4e...@... wrote:


 saya setuju dengan pendapat penulis, Budiono yg jadi sasaran tembak isu
 Neolib kurang piawai dalam memberikan argumen, semestinya ybs mencontoh
 jawaban Miranda, koleganya di BI, yg mengatakan kepada DPR teorinya saja
 saya tidak paham, selama 42 tahun saya belajar ekonomi saya tidak tahu
 neoliberal, jadi maaf saya tidak bisa jawab, simpel walau agak berbau
 retorik. Untuk detilnya serahkan saja ke Sri Mulyani yang belakangan ini
 sibuk pasang badan dan berakrobat dengan data2 hutang luar negeri.

 menurut saya, untuk menembak Budiono bisa lewat isu BLBI, dan untuk
 Wiranto dan Prabowo dengan isu kerusuhan Mei 98. Tapi sepertinya ke tiga
 pasangan tsb enggan membawa-bawa isu dari jaman Orba, mungkin karena dapat
 menjadi bola liar yang balik menyerang mereka semua.

 pemilu kali ini memang lucu, yang jadi isu utama variannya sangat luas
 mulai dari neolib, ekonomi kerakyatan, sampai ke jilbab, namun sudah lebih
 baik dibanding pemilu 2004, setidaknya tidak ada capres yg mengatakan
 capres paling ganteng atau paling cantik :-)

 salam,
 -ariel-
 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ary Setijadi Prihatmanto
 ary.setijadi@ wrote:
 
 
  Adam Smith, Keynes sama Hayek juga, kalo kebetulan orang Indonesia dan
  menemukan konsep2nya jaman sekarang, mungkin namanya teori ekonomi
  kerakyatan
  ;-))
 
  Devil is in the detail
 
 


 



-- 
salam,
Ari


[wanita-muslimah] Re: Neolib

2009-06-01 Terurut Topik Herni Sri Nurbayanti
Bagus dan masih relevan sih, but it's so jadul gitu loh :)

Bilang aja cari CD Efek Rumah Kaca (ERK). Mereka sudah mengeluarkan 2 album. 
Pertama, self-titled -Efek Rumah Kaca juga judul albumnya. Kedua, Kamar Gelap. 
Beli keduanya aja, dijamin.. nagih! :)

Musik indi, tapi bener2 indi, karena komunitas indi-nya sendiri aja gak terlalu 
ngeh ma mereka hehe.. Tiba2 nongol, eh albumnya laku. Pemilu kemarin mereka 
ngisi kolom tiap sabtu di kompas. Anaknya asik2, gak kaya seleb gitu deh. Emang 
seneng bermusik aja. Gak ada mental apalagi muke seleb hehehe.. kagak pantes, 
cuy! :) Wong jualan bawa CDnya aja di kantong kresek warna item, mana orang 
percaya? hehe



--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, eyang_mbelgedes eyang_mbelge...@... 
wrote:

 Herni, itu tadi aku klilipan, jadi harus kedip-kedip terus. Lagu Pink Floyd 
 itu juga masih relevan dengan topik obrolan orang-orang di WM ini, terutama 
 antara orang-orang yang suka mewakili dan mengenal Tuhan lebih baik daripada 
 yang lainnya. 
 
 Iya, Eyang nyesel kok telat ketemu cucu. Tapi, lagunya bagus juga tuh, di 
 mana ya bisa dibeli dan gimana nanti bilangnya sama penjual CD?





[wanita-muslimah] Re: Neolib

2009-05-31 Terurut Topik ariel


yup, pada pemilu ini yg terjadi adalah perang PR, contoh SBY ditampilkan 
sebagai sosok yang kalem, Megawati dekat rakyat cilik, JK yg cekatan, tujuan 
akhirnya adalah memenangkan persepsi masyarakat. Isu jilbab, neoliberalisme, 
deklarasi capres dll adalah bagian dari proses  PR ini. Sudah tentu sebelumnya 
konsultan PR dari masing2 capres sudah melakukan mapping segmen pasar mana yg 
potensial bisa direbut, dan kebetulan masyarakat sebagai calon konsumen senang 
dengan model2 pencitraan ini.

Jadi jangan berharap banyak, capres2 ini akan membicarakan lebih spesifik 
masalah yg aktual seperti pendidikan, kesehatan, lapangan kerja.

Seperti mbak herni sampaikan, yang diperlukan saat ini adalah menumbuhkan 
public awareness, agar pemilu kali ini tidak hanya sekedar menjadi bahan 
penelitian untuk tugas akhir mahasiswa jurusan PR  komunikasi :-)

salam,
-ariel-  

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Herni Sri Nurbayanti nurbaya...@... 
wrote:

 Memang keliatannya sekedar isu jilbab atau bajunya prabowo yg katanya gak 
 beda ma baju sopir. Tapi ini merefleksikan konsep bernegara spt apa yg mau 
 dibangun. Tapi teteuuup, ini jualan. 
 Barang yg dijual emang beda, tapi sikap mentalnya sama. Jualan.
 Yg ada cuma penjual yg mulai pandai cari barang jualan. Itu saja.
 
 Yg perlu didorong memang tradisi utk mencatat. Siapa yg mencatat? Kita! 
 Politikus memang tidak bisa diubah, jadi sudahlah. Berkeluh kesah soal 
 kelakuan politikus gak akan ada habisnya. Yg diperlukan sbenarnya tekanan 
 dari masyarakat.  Dan ini yg akan mulai dilakukan secara bertahap. Kemarin 
 bentuknya jangan bikin malu 2009 yg sekedar mendokumentasikan poster2 
 dagelan kampanye. Tapi lama2, bisa digiring utk juga mencatat posisi 
 kebijakan para politikus. 
 
 Jadi, gak cuma para elit yg bisa memainkan data-data ekonomi negara. Ini 
 dilakukan oleh NGO, tapi saya rasa NGO sendiri pun kadang2 main dikotaknya 
 sendiri. Kurang menggaet masyarakat. Padahal, yg namanya masyarakat adalah 
 lautan potensi yg belum tergali.
 
 
 Soal neo-lib, kalau ndak salah, salah satu jurnal universitas luar (sori 
 lupa) baru saja menerbitkan edisi post-neolib. Mau minta temen utk mengkopi 
 buat iseng baca2. Kenapa neolib bertahan, saya kira karena kemampuannya 
 beradaptasi, termasuk dng para pengkritiknya. Kalau mau iseng browsing2, ada 
 juga pusat2 studi yg menyediakan tulisan akademik gratisan soal ini. Salah 
 satunya, coba saja asia research centre yg di australia. Gak ada salahnya 
 iseng baca. 
 




[wanita-muslimah] Re: Neolib

2009-05-31 Terurut Topik Mia
kita semua neolib...:-(  SBY-budi dibilang neolib padahal kampanyenya sarat 
dengan block grant / bantuan langsung - yang kalo saya liat sendiri di lapangan 
success ratenya rendah. neolibnya itu mungkin karena gampang terima pinjaman 
asing untuk block grant itu (?). neolib apa ini namanya...

emangnya kita dan media berani mempermasalahkan militer dan tokoh2nya yang 
bermasalah?

sekarang kita berani menyidangkan perkara korupsi2, walaupun masih pilih2 bulu, 
paling tidak sudah ada political will.

tapi kiprah militer di politik? masih barang haram untuk dibongkar, padahal 
mestinya itu masuk good governance juga, prioritas sesudah korupsi finansial. 
kita semua masih terpesona dengan militer, beraninya dengan sesama sipil.  

reformasi di militer blum kedengaran tuh. fokusnya supaya elitnya konsentrasi 
ke keamanan wilayah/border, terutama kelautan, operasional, maintenance  
equipment - jangan networking ke politik dan personal business melulu.  
berbarengan, mesti ada program capacity building di politisi sipil supaya nggak 
nyeret2 elit militer ke politik.

salam 
Mia

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, ariel ariela4e...@... wrote:

 
 saya setuju dengan pendapat penulis, Budiono yg jadi sasaran tembak isu 
 Neolib kurang piawai dalam memberikan argumen, semestinya ybs mencontoh 
 jawaban Miranda, koleganya di BI, yg mengatakan kepada DPR teorinya saja 
 saya tidak paham, selama 42 tahun saya belajar ekonomi saya tidak tahu 
 neoliberal, jadi maaf saya tidak bisa jawab, simpel walau agak berbau 
 retorik. Untuk detilnya serahkan saja ke Sri Mulyani yang belakangan ini 
 sibuk pasang badan dan berakrobat dengan data2 hutang luar negeri. 
 
 menurut saya, untuk menembak Budiono bisa lewat isu BLBI, dan untuk Wiranto 
 dan Prabowo dengan isu kerusuhan Mei 98. Tapi sepertinya ke tiga pasangan tsb 
 enggan membawa-bawa isu dari jaman Orba, mungkin karena dapat menjadi bola 
 liar yang balik menyerang mereka semua.
 
 pemilu kali ini memang lucu, yang jadi isu utama variannya sangat luas mulai 
 dari neolib, ekonomi kerakyatan, sampai ke jilbab, namun sudah lebih baik 
 dibanding pemilu 2004, setidaknya tidak ada capres yg mengatakan capres 
 paling ganteng atau paling cantik :-)
 
 salam,
 -ariel-
 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ary Setijadi Prihatmanto 
 ary.setijadi@ wrote:
 
  
  Adam Smith, Keynes sama Hayek juga, kalo kebetulan orang Indonesia dan 
  menemukan konsep2nya jaman sekarang, mungkin namanya teori ekonomi 
  kerakyatan
  ;-))
  
  Devil is in the detail
  
 





[wanita-muslimah] Re: Neolib

2009-05-30 Terurut Topik ariel

saya setuju dengan pendapat penulis, Budiono yg jadi sasaran tembak isu Neolib 
kurang piawai dalam memberikan argumen, semestinya ybs mencontoh jawaban 
Miranda, koleganya di BI, yg mengatakan kepada DPR teorinya saja saya tidak 
paham, selama 42 tahun saya belajar ekonomi saya tidak tahu neoliberal, jadi 
maaf saya tidak bisa jawab, simpel walau agak berbau retorik. Untuk detilnya 
serahkan saja ke Sri Mulyani yang belakangan ini sibuk pasang badan dan 
berakrobat dengan data2 hutang luar negeri. 

menurut saya, untuk menembak Budiono bisa lewat isu BLBI, dan untuk Wiranto dan 
Prabowo dengan isu kerusuhan Mei 98. Tapi sepertinya ke tiga pasangan tsb 
enggan membawa-bawa isu dari jaman Orba, mungkin karena dapat menjadi bola liar 
yang balik menyerang mereka semua.

pemilu kali ini memang lucu, yang jadi isu utama variannya sangat luas mulai 
dari neolib, ekonomi kerakyatan, sampai ke jilbab, namun sudah lebih baik 
dibanding pemilu 2004, setidaknya tidak ada capres yg mengatakan capres paling 
ganteng atau paling cantik :-)

salam,
-ariel-
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ary Setijadi Prihatmanto 
ary.setij...@... wrote:

 
 Adam Smith, Keynes sama Hayek juga, kalo kebetulan orang Indonesia dan 
 menemukan konsep2nya jaman sekarang, mungkin namanya teori ekonomi 
 kerakyatan
 ;-))
 
 Devil is in the detail
 
 




[wanita-muslimah] Re: Neolib

2009-05-30 Terurut Topik Herni Sri Nurbayanti
Memang keliatannya sekedar isu jilbab atau bajunya prabowo yg katanya gak 
beda ma baju sopir. Tapi ini merefleksikan konsep bernegara spt apa yg mau 
dibangun. Tapi teteuuup, ini jualan. 
Barang yg dijual emang beda, tapi sikap mentalnya sama. Jualan.
Yg ada cuma penjual yg mulai pandai cari barang jualan. Itu saja.

Yg perlu didorong memang tradisi utk mencatat. Siapa yg mencatat? Kita! 
Politikus memang tidak bisa diubah, jadi sudahlah. Berkeluh kesah soal kelakuan 
politikus gak akan ada habisnya. Yg diperlukan sbenarnya tekanan dari 
masyarakat.  Dan ini yg akan mulai dilakukan secara bertahap. Kemarin bentuknya 
jangan bikin malu 2009 yg sekedar mendokumentasikan poster2 dagelan kampanye. 
Tapi lama2, bisa digiring utk juga mencatat posisi kebijakan para politikus. 

Jadi, gak cuma para elit yg bisa memainkan data-data ekonomi negara. Ini 
dilakukan oleh NGO, tapi saya rasa NGO sendiri pun kadang2 main dikotaknya 
sendiri. Kurang menggaet masyarakat. Padahal, yg namanya masyarakat adalah 
lautan potensi yg belum tergali.


Soal neo-lib, kalau ndak salah, salah satu jurnal universitas luar (sori lupa) 
baru saja menerbitkan edisi post-neolib. Mau minta temen utk mengkopi buat 
iseng baca2. Kenapa neolib bertahan, saya kira karena kemampuannya beradaptasi, 
termasuk dng para pengkritiknya. Kalau mau iseng browsing2, ada juga pusat2 
studi yg menyediakan tulisan akademik gratisan soal ini. Salah satunya, coba 
saja asia research centre yg di australia. Gak ada salahnya iseng baca. 




--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, ariel ariela4e...@... wrote:

 
saya setuju dengan pendapat penulis, Budiono yg jadi sasaran tembak isu Neolib 
kurang piawai dalam memberikan argumen, semestinya ybs mencontoh jawaban 
Miranda, koleganya di BI, yg mengatakan kepada DPR teorinya saja saya tidak 
paham, selama 42 tahun saya belajar ekonomi saya tidak tahu neoliberal, jadi 
maaf saya tidak bisa jawab, simpel walau agak berbau retorik. Untuk detilnya 
serahkan saja ke Sri Mulyani yang belakangan ini sibuk pasang badan dan 
berakrobat dengan data2 hutang luar negeri. 
 
menurut saya, untuk menembak Budiono bisa lewat isu BLBI, dan untuk Wiranto dan 
Prabowo dengan isu kerusuhan Mei 98. Tapi sepertinya ke tiga pasangan tsb 
enggan membawa-bawa isu dari jaman Orba, mungkin karena dapat menjadi bola liar 
yang balik menyerang mereka semua.
 
 pemilu kali ini memang lucu, yang jadi isu utama variannya sangat luas mulai 
 dari neolib, ekonomi kerakyatan, sampai ke jilbab, namun sudah lebih baik 
 dibanding pemilu 2004, setidaknya tidak ada capres yg mengatakan capres 
 paling ganteng atau paling cantik :-)
 
 salam,
 -ariel-
 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ary Setijadi Prihatmanto 
 ary.setijadi@ wrote:
 
  
  Adam Smith, Keynes sama Hayek juga, kalo kebetulan orang Indonesia dan 
  menemukan konsep2nya jaman sekarang, mungkin namanya teori ekonomi 
  kerakyatan
  ;-))
  
  Devil is in the detail