[zamanku] Masih Relevankah Ajaran SSJ - Achmad Chodjim-Seri 1/4

2009-07-20 Terurut Topik Verri DJ

Assalamualaikum WW,
Salam sejahtera kami ucapkan kepada sahabat semua, rekan seperjalanan...

Sahabat arif billah,

Berikut ini akan saya kirimkan hasil Silaturahim Persaudaraaan Universal , 
yang juga dihadiri rekan-rekan dari Spiritual Indonesia, Gantharwa dan 
Berkas Cahaya Kesadaran (BCK), dan beberapa praktisi spiritual dari 
masyarakat setempat, yang diadakan di kediaman Ustadz Achmad Chodjim (21/5) 
kemarin...


Tulisan yang saya hidangkan sebagai santapan rohani ini sudah mendapat 
persetujuan sang penulis untuk saya kirimkan kepada sahabat semua. Semoga 
berkenan, dan tulisannya menjadikan sebagai amal untuk pencerahan kita bersama.


Salam,
Ferry Djajaprana


MASIH RELEVANKAH AJARAN
SYEKH SITI JENAR DEWASA INI?
Oleh: Ir. Achmad Chodjim, MM*
Seri 1 dari 4


Tema seminar/sarasehan budaya hari ini adalah agama ageming aji, yaitu 
agama sebagai nilai-nilai luhur yang menjadi landasan hidup bangsa 
Indonesia, sesuai dengan sila pertama pada Pancasila, Ketuhanan Yang Maha 
Esa. Agama dalam bingkai ageming aji bukanlah agama dalam arti golongan 
atau agama sebagai organisasi (organized religion), tetapi agama sebagai 
basis moralitas dan perilaku manusia. Agama dalam arti ini pernah menjadi 
polemik dan perang wacana di Kepulauan Nusantara –karena Indonesia belum 
lahir– dan tepatnya di P. Jawa pada pertengahan abad ke-15 hingga 
pertengahan abad ke-16.
Tokoh sentral dalam polemik dan perang wacana pada masa itu adalah Syekh 
Siti Jenar atau dikenal dengan nama Syekh Lemah Abang. Dia seorang guru dan 
pelaku spiritual yang mengajarkan agama sebagai jalan hidup dan bukan 
sebagai kepercayaan. Meskipun Syekh seorang muslim, tetapi ajarannya 
menarik berbagai pemeluk agama dan kepercayaan yang ada waktu itu. Mereka 
yang belajar dan menjadi murid Syekh berasal dari berbagai kalangan, baik 
kalangan elite –yaitu para adipati– maupun rakyat biasa. Mereka berasal 
dari pemeluk Hindu, Biddha, Syiwa-Buddha, Islam, dan pemeluk kepercayaan 
yang berkembang di Jawa waktu itu.
Apa yang diajarkan oleh Syekh Siti Jenar sehingga daya tarik ajarannya luar 
biasa dan menyebabkan penguasa Kesultanan Demak Bintara kegerahan waktu 
itu? Yang diajarkan sebenarnya bukanlah hal yang asing bagi mereka yang 
hidup di Kep. Nusantara waktu itu. Yang diajarkan adalah paham MKG 
(Manunggaling Kawula Gusti), yaitu satunya hamba dengan Tuhan. Paham ini 
sudah ada di agama Hindu dan Buddha yang sebelum berdirinya Kesultanan 
Demak, dipeluk oleh mayoritas penduduk Nusantara. Paham ini diikuti oleh 
kalangan sufi dalam agama Islam. Bahkan, mereka yang dikenal sebagai 
anggota Walisanga juga berpaham MKG. Padahal, berdasarkan sejarah Walisanga 
yang bergelar sunan itu adalah pendukung dan penasehat Sultan Demak di 
zaman itu.
Meskipun Walisanga dan Syekh Siti Jenar sepaham, tetapi pada tataran 
implementasinya dalam kehidupan berbeda. Bagi Siti Jenar, MKG merupakan 
landasan, jalan dan alat untuk menjadikan manusia merdeka sejati. MKG 
menggerakkan manusia untuk menjadi dirinya sendiri, menjadikan manusia yang 
memiliki kepribadian. Inilah inti dari MKG yang diajarkan oleh Syekh Siti 
Jenar. Tentu pikiran semacam ini melompat terlalu jauh ke depan pada 
zamannya. Jangankan pada masa 500 tahun yang lalu, dewasa ini saja sebagian 
besar orang tidak hidup sebagai pribadi, tetapi hidup berdasarkan pikiran 
orang lain.i Sedangkan MKG yang diajarkan oleh Walisanga lebih bersifat 
teoritis, dan tidak memberikan implikasi nyata dalam kehidupan masyarakat.
Ajaran MKG Siti Jenar mendobrak feodalisme yang tumbuh subur pada masa itu, 
sedangkan Walisanga justru melanggengkan sistem feodalisme. Syekh 
membangkitkan kesetaraan antara kawula (rakyat) dengan rajanya (Gusti). 
Walisanga melestarkan sistem rakyat menyembah raja. Syekh membebaskan orang 
dari belenggu ketakhayulan dan pikiran picik, sedangkan Walisanga malah 
menjadikan agama dan kepercayaan sebagai alat kekuasaan.
Puncak pertarungan paham berakhir ketika Sultan Patah memerintahkan 
Walisanga untuk menghentikan kegiatan mengajar Syekh dan pengikutnya 
dihancurkan. Untung tak dapat diraih malang tak dapat ditolak, kata 
peribahasa. Ajaran Syekh Siti Jenar dipadamkan –meski demikian, ajaran SSJ 
tetap berjalan dan disampaikan secara sembunyi-sembunyi. Rakyat patuh 
kepada raja secara pasif, sedangkan kalangan elite berebut kekuasaan. 
Akibatnya, umur kerajaan tak ada yang panjang, Demak jatuh disusul dengan 
berdirinya Pajang, dan dalam satu generasi saja Pajang hilang dan muncul 
Mataram.
Karena rakyat bodoh dan elite kerajaan berebut kekuasaan, maka Mataram 
hanya dalam kurun waktu 50 tahun berdiri sudah goyah karena adanya 
infiltrasi VOC, yang akhirnya Mataram menjadi negara taklukan VOC. Hal ini 
saya sampaikan dalam seminar/sarasehan ini agar dapat menjadi pelajaran 
bagi bangsa Indonesia. Dengan memperhatikan kembali ajaran Syekh Siti Jenar 
kita akan dididik untuk menjadi manusia merdeka, sehingga siap untuk 
menahan gangguan dan ancaman asing agar bangsa 

[zamanku] Sukses dan Bahagia

2009-07-19 Terurut Topik Verri DJ
Sahabat-sahabat yang berbahagia..

Menarik Senin pagi yang biasanya terpengaruh pada sikon  I Hate Monday 
justru membahas hal-hal yang sebaliknya yaitu berbau kebahagiaan..

Manusia umumnya dalam hidupnya memiliki tujuan, kalau ditanya biasanya 
menjawabnya sukses, bahagia .. masing-masing kita umumnya memahami kata 
bahagia dan sukses. Seolah sukses adalah bahagia itu. Tapi apakah benar 
demikian ?

Menurutku sukses adalah sesuatu nilai keberhasilan yang umumnya dikaitkan 
dengan nilai kwantitatif atau perhitungan-pirhutangan akal. Sementara kalau 
kebahagiaan adalah sesuatu yang dinisbatkan pada spiritualitas dan bernilai 
kwalitatif. Karena nilai kwalitatif itu absurd maka pencapaiannya unik 
mengikuti persepsi individu. Jadi, kebahagiaan adalah sesuatu yang bisa 
diraih oleh umat secara universal, sementara kesuksesan tidak, ada 
patokan/parameter tertentu sebagai pembanding.

Lalu dengan adanya kebahagiaan apakah akan meninggalkan duka?
Untuk menyamakan persepsi apakah duka itu lawan dari bahagia, umumnya dalam 
bahasa Indonesia kata duka itu dibentukan dengan kata suka. Jadi pasangan 
tersebut kelihatan serasi bila kita menyebut Suka dan Duka. Suka, duka, 
bahagia, nestapa adalah rasa yang bisa menghinggapi semua individu yang 
memiliki hati atau qalbu, rasa ini tidak permanen, terkadang begini 
terkadang begitu yang umumnya terpengaruh akan situasi dan kondisi, ruang 
serta waktu.
Jadi, bahagia, suka dan duka adalah satu koin dua mata uang, yang 
keberadaanya selalu beriringan. Kebahagiaan umumnya diraih melalui 
duka-duka kecil, yang  mungkin juga duka-duka itu berupa usaha. Hanya saja 
bila kita fokus kepada bahagia umumnya duka-duka itu tak terasa. Karena 
bila bahagia menjadi dominan maka dukanya menjadi resesip (hilang).

Nah, karena kebahagiaan itu bersifat spiritual, maka umumnya dalam doanya 
umat Muslim selalu menyebut Kebahagiaan dunia dan akherat, demikian juga 
umat agama yang lain. Bagi non agama tetap saja kebahagiaan menjadi tujuan 
utama, karena kebahagiaan adalah universal hanya saja kebahagiaan mereka 
tak perlu lama-lama sampai menunggu kematian, jadi bahagia ya sekarang 
ini... atau paling jauh  sebatas hayat dikandung badan.

Selanjutnya, apakah proses ini akan berhenti atau terus menerus?
Dalam proses kehidupannya proses pencarian kebahagiaan ini akan terus 
dilakukan sehingga mencapai kesempurnaan hidupnya sampai usianya berakhir. 
Derajat penyandaran kebahagiaan bagi yang beragama akan menuai kebahagiaan 
alam kuburnya melalui perilakunya pada masa hidupnya. Jadi, berladangnya 
dimasa ia hidup dan dalam 'kehidupan setelah kematian' itu dia menerima 
buah hasil perilakunya di dunia (karma).

Mungkin itu share saya Senin (13/7) pagi ini .. bagaimana kebahagiaan 
menurut Anda?
Salam,
Http://ferrydjajaprana.multiply.com



[zamanku] Isra Miraj berbuah AsSholatu Mirajul Mukminin

2009-07-19 Terurut Topik Verri DJ
Isra Miraj berbuah AsSholatu  Mirajul  Mukminin
Oleh : Ferry Djajaprana

Perspektif umum :

Dalam Al-Quran hanya dua surah yang menyebutkan tentang isra mi'raj : 
Al-Isra ayat 1 “Maha Suci Allah yang membawa berjalan hamba-Nya pada malam 
hari dari Masjid al Haram ke Masjid Al Aqsa...”dan An-Najm ayat (53) 13-18.

53:13 Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu pada waktu yang lain,
53:14 di Sidratil Muntaha. yang berada di Sidratil Muntaha adalah Jibril
53:15 Di dekatnya ada surga tempat tinggal Jannatul Ma'wa
53:16 ketika Sidratulmuntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya.
53:17 Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu 
dan tidak (pula) melampauinya.
53:18 Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) 
Tuhannya yang paling besar.

Isra umumnya ditafsirkan sebagai perjalanan Nabi Muhammad SAW di malam hari 
dari Masjidil Haram (Mekah) sampai Majid Al Aqsa di Palestina. Mikraj 
(tangga) adalah kenaikan Rosul menuju Sidrat Al Muntaha (langit ke tujuh). 
Hasil perjalanan Isra Miraj adalah shalat lima waktu.

Perspektif empiris Rasionalis :
Dilihat dari sudut rasionalitas terlepas dari wahyu  isra miraj ini akan 
nampak janggal dan tidak mungkin, karena bagaimana mungkin kecepatan 
perjalanan yang dilakukan rasul bisa mencapai melebihi kecepatan cahaya? 
Bagaimana mungkin Rosul bisa melepas dari daya tarik bumi.
Tentu pendekatan rasionalis sulit menjangkaunya, yang mungkin adalah 
pendekatan imaniy seperti yang ditempuh Abu Bakr Shidiq “Apabila Muhammad 
yang memberitakannya, pasti benar adanya”.
Pun pula Isra Miraj itu dilakukan hanya sekali. Artinya bila ingin 
dibuktikan secara  ilmiah maka perlu  trial and error, yakni obeservasi dan 
eksperimentasi terhadap fenomena-fenomena alam yang berlaku di semua tempat 
dan waktu dan oleh siapa saja.

Maka jurus Kierkegaard, tokoh eksistensialisme menyatakan “Seseorang harus 
percaya, bukan karena ia tahu tetapi karena ia tidak tahu”.
Immanuel Kant  berucap “Saya menghentikan penyelidikan ilmiah demi 
menyediakan waktu bagi hatiku untuk percaya”.
Oleh-oleh Isra miraj adalah kewajiban shalat : sebab shalat merupakan 
sarana terpenting menyucikan jiwa dan memelihara ruhani.

Perspektif Modern – Fazlur Rahman :
Perspektif Fazlur Rachman adalah sudut pandang aktual historis. Keberatan 
Fazlur Rahman terhadap perspektif umum (tradisional) adalah nama Masjid Al 
Aqsha itu bukan mengacu pada Masjid al Aqsha yang berada di Palestina, nama 
al Aqsha ada pada saat jaman khalifah Umar, sementara Isra Miraj terjadi 
tak lama setelah hijrah ke Madinah. Selain itu, Siti Aisah mengungkapkan 
bahwa  tubuh Rosul berada di tempatnya. Jadi, Sidrat Al Muntaha, Masjid Al 
Aqsha dan Ufuq al Ala bisa multi tafsir. Tidak dijelaskan makna isyari nya. 
Boleh jadi ini menyangkut “daya bathin manusia” yang mempunyai kekuatan 
perspektif luar biasa yang dijalankannya untuk melakukan amanat yang maha 
berat, yaitu merenungkan segala realitas. Tugas ini hanya mampu diemban 
oleh sebagian manusia saja.
Inti perspektif modern adalah  bahwa Tuhan itu  bukan prima causa yang jauh 
dan bisu, jadi ada kemungkinan dialog personal antara khaliq dan mahluk 
yaitu dialog dalam shalat, dimana kegiatan ibadah bermula dan tumbuh.. 
inilah makna bahwa “shalat adalah mikrajnya kaum muslimin”.

Perspektif Isyari/Sufistik :
Banyak perspektif Isra Mikraj bisa kita kuak asal mau menggalinya, dalam 
dunia sufistik yang penuh dengan makna bathiniah (isyari) yang cenderung 
bersifat spiritual.

Menurut Sufi, isra miraj adalah pengalaman bathiniah Rosul SAW yang 
diisyaratkan dengan kata-kata  Masjid Aqsha (masjid terjauh), Al ufuq al 
Ala (Cakrawala tertinggi),  dan sidrat Al Muntaha (Sidrat yang terakhir). 
Menurut Farid Al Din AthThar dalm buku Warisan Wali, mencontohkan 
bahwa  puncak pengalaman spiritual manusia yang tertinggi adalah sebatas 
awal perjalanannya. Pemaknaan “Shalat Mirajul Mu'minin” bagi para Sufi 
tidak diartikan makna badani melainkan bathiniah.

Bagaimana contoh perjalanan spiritual itu bisa dibaca dalam “Musyawarah 
Burung”nya (Manthiq  al Thayr) Aththar. Yang mengsisahkan hanya burung yang 
percaya diri dan berani saja akan sampai pada tujuannya. Dalam versi 
sufistik, mikraj bukan hanya diartikan perjalanan ke luar angkasa saja, 
tetapi dalam lubuk hati yang paling dalam di mana ia menemukan 
dirinya  dalam 'kehadiran Tuhan' .

Tahapan perjalanan spiritual masing-masing individu berbeda antara satu 
dengan lainnya. Media pengungangkapannya pun berbeda.

Akhirnya bisa disimpulkan bahwa boleh jadi, dalam peristiwa Isra Mikraj, 
dibukakan semua tabir rahasia langit dan bumi, melalui daya penglihatan 
bathin ( Sufism : Ayn = Engl : Vision = Jawa : Waskita), sehingga teranglah 
awal kejadian dunia dan kesudahannya, Hukuman buat yang ingkar dan 
kenikmatan surgawi bagi yang salih. Pada saat mana tak ada dinding penyekat 
antara ruang dan waktu yang menghalanginya, yang semuanya disaksikan secara 
“Live” oleh Rosul SAW.

Kesimpulan :

[zamanku] Seri 4 Tharikat Naqshabandiyah

2009-07-19 Terurut Topik Verri DJ


Seri 4 Tharikat Naqshabandiyah
Oleh : Ferry Djajaprana

Naqshabandiyah adalah sebuah tharikat besar yang didirikan oleh 
Muhammad Ibn Muhammad Bahauddin Naqshabandi (717-791/1317-1389) di Bukhara.1)
Dikenal  dengan Naqshabandiyah karena kepandaiannya melukiskan hati, para 
murid Naqshabandiyah dikenal dalam praktek dzikirnya menggambarkan 
garis-garis dalam hati mereka dengan kata-kata yang tak terucapkan untuk 
menyucikan hati 2). Aliran Naqsyabandi menyebar secara luas ke Asia Tengah, 
Kaukasus Barat, China, India, Turki, Eropa, Amerika Utara, dan Indonesia. 
Syaikh Yusuf Makassari (1626-1699M) merupakan orang yang pertama kali 
memperkenalkan tharikat ini di Nusantara seperti diterangkan dalam bukunya 
Risalah Safinah Al Najah. Penyebaran tharikat ini di Nusantara antara lain 
di Banten, Kepulauan Riau, Minangkabau, Pontianak, Madura, Jawa Tengah, 
Jawa Timur,Sulawesi Selatan , Kalimantan Selatan, Pulau Sumatera dan daerah 
lainnya. Inilah satu-satunya tarekat yang terwakili di semua propinsi 
Indonesia. Penyebarannya sedemikian luas sehingga  timbul variasi lokal, 
yang menjadi bagian dari tharikat ini. Pengikutnya terdiri dari berbagai 
lapisan dari strata rendah sampai lapisan yang lebih tinggi.
Aliran tharikat ini adalah satu-satunya aliran sufi yang memiliki 
geneologi silsilah transmisi ilmu melalui pimpinan pertama yakni Abu 
Bakar, bukan seperti aliran lainnya yang memiliki geneologi melalui Imam 
Ali kemudian sampai ke Nabi Muhammad SAW.
Tujuan pokok thariqah ini adalah  taubah, uzlah, zuhud, taqwa, 
qanaah dan taslim. Untuk mencapai hal tersebut maka harus menjalankan enam 
rukun yang dijadikan pegangan yaitu : Makrifat, yaqin, sakha, sadaq, syukur 
dan tafakur.
Enam hal yang harus dikerjakan adalah : dzikir, meninggalkan hawa 
nafsu, meninggalkan dunia, melakukan agama dengan sungguh-sungguh, berbuat 
ihsan dan mengerjakan amal kebaikan.
Dasar-dasar tharikat ini adalah memegang teguh itikad ahlu sunnah, 
senantiasa muraqabah, meninggalkan kebimbangan dunia dari selain Allah, 
menghias diri (tahalli) dengan sifat-sifat yang berfaedah dari ilmu agam 
dan menghindarkan kealpaan terhadap tuhan dan berahlak yang baik (Ahlak 
Rosulullah).
Yang khas pada tharekat Naqshabandi adalah pengasingan diri 
(uzlah). Salah satu ritual yang populer adalah khatm al Khawajagan (penutup 
seluruh guru sufi) dan selalu dibacakan setiap selesai salat wajib. Prinsip 
metode spiritualnya adalah berdzikir di dalam hati. Nama-nama Tuhan tidak 
diucapkan melalui lisan tetapi diingat melalui kesadaran yang menembus ke 
dalam hati, dimana simbol-simbol kegaiban memasuki ke dalam pribadi 
seseorang, hal ini berbeda dengan kesadaran hati secara fisik. Ia merupakan 
perumusan spiritual dimana panggilan nama Tuhan lebih cenderung pada 
kesadaran eksitensial daripada pengingatan secara mental. Metode doa ini 
seperti doa Heychast di dalam hati, tapi tidak identik dengannya.


Metode Dzikir :
Penganut tarekat ini menitik beratkan amalannya pada dzikir. 
Dzikir adalah mengingat dan menyebut nama Allah berulang-ulang atau 
menyatakan kalimah La Ilaha Illa Allah (tiada Tuhan selain Allah) dengan 
tujuan untuk mencapai kesadaran akan Allah yang lebih langsung dan permanen.
Bagi penganut tharekat Naqshabandiyah dzikir umumnya dilakukan dengan diam 
(dzikir Khafi = diam/tersembunyi) secara berkesinambungan pada waktu pagi, 
sore, siang dan malam, duduk, berdiri , di waktu sibuk maupun senggang.
Asal muasal ajaran dzikir diam didapat dari  Syaikh Abd Al Khaliq yang 
dipercaya dari Abu Bakar Shiddiq, dzikir diam adalah norma tharekat 
Naqshabandiyah. Syaikh Amir Kulal satu periode sebelum syaikh Baha Al Din 
melakukan dzikir keras. Syaikh Yusuf Al Hamadani menggabungkan dua type 
dzikir diam dan keras.
Penganut tharekat Naqshabandiyah umumnya dzikir sendiri-sendiri 
kecuali bila tempatnya dekat dengan syaikh biasanya dilakukan berjamaah. 
Dzikir jamaah dilakukan umumnya dua kali seminggu  pada malam Jumat dan 
malam Selasa, tapi ada juga yang melakukan seminggu sekali.


Tarekat Naqshabandiyah memiliki dua macam dzikir: pertama, Dzikir 
Ism Al Dzat, mengingat nama Yang Hakiki dengan mengucap nama Allah 
berulang-ulang dalam hati, ribuan kali dihitung dengan tasbih dengan 
memusatkan kepada Allah semata. Ke dua, dzikir tauhid artinya mengingat 
keesaan. Dzikir ini dilakukan dengan perlahan diiringi dengan pengaturan 
nafas, kalimah Lailaha Illa Allah yang dibayangkan seperti menggambar garis 
melalui tubuh. Caranya :  bunyi la digambar dari daerah pusar  terus ke 
atas sampai ke ubun-ubun. Bunyi Ilaha  turun ke kanan dan berhenti di 
ujung bahu kanan. Kata berikutnya Illa dimulai dari bahu kanan turun 
melewati bidang dada sampai ke jantung, dan ke arah jantung inilah kata 
terakhir Allah dihujamkan sekuat tenaga. Orang yang berdzikir itu 
membayangkan jantungnya itu mendenyutkan nama Allah, dan memusnahkan segala 
kotoran. 4)


Selain dua dzikir tersebut 

[zamanku] Seri 2. Ringkasan Tharikat Syadziliyah

2009-06-26 Terurut Topik Verri DJ


Tharikat Syadziliyah

Tharikat Syadiliyah1)  didirikan di Maroko oleh Syaikh Abu Al Hasan As 
Syadzili  pada tahun 1258 M. Tharikat ini sekarang bisa di jumpai di 
Indonesia, Mesir, Kenya, Tanzania, Timur Tengah, Sri Lanka, Amerika Barat 
dan Amerika Utara.


Menurut Al Haddad beberapa ajaran Syadziliyah antara lain :
1.Melihat bahwa segala anugerah adalah milik Allah
2. Keharusan bersyukur
3. Keikhlasan beribadah
4. Menjauhkan diri dari segala macam tujuan untuk mendapatkan kedudukan
5. Pengakuan terhadap kelemahan dan kekurangan diri.

Silsilah keturunan Al Hasan mempunyai hubungan garis keturunan pada Hasan 
bin Ali bin Abi Thalib.2) Tarekat Syadziliyah adalah termasuk tarekat yang 
besar seperti tarekat Qadiriyah, Rifaiyah dan Naqshabndiyah. Menurut Ibn 
Athailah As Syadzili adalah orang  yang  ditetapkan Allah  sebagai pewaris 
nabi, melihat karamahnya menunjukkan posisinya sebagai poros spiritual 
(quthb) alam semesta. 3) Al Syadzili tidak menuliskan ajarannya dalam suatu 
kitab sebabnya karena kesibukannya melakukan pengajaran-pengajaran ilmu 
hakikat kepada muridnya karena akal tidak bisa menerimanya 4). 
Ajaran-ajarannya dapat diketahui dari tulisan-tulisan muridnya seperti 
tulisan Ibn Athailah As Shukandari. Ketika ditanya perihal kenapa beliau 
tidak menulis ajaran-ajarannya pada suatu kitab, jawabannya Kutubi 
ashlabi artinya Kitab-kitabku adalah sahabat-sahabatku.


Ajaran Hizib (doa dan zikir) tarekat syadziliyah di Indonesia cukup 
bervariasi dan setiap murid tidak menerima hizib yang sama karena 
disesuaikan dengan situasi dan kondisi ruhiyah murid sendiri dan 
kebijaksanaan mursyid. Adapun hizb tersebut diantaranya, hizb al Asyfa, 
hizb al Kahfi atau al autad, hizb al bahr, hizb al baladiyah atau al 
birhatiyah, hizb al Nashr, hizb al Mubarak, hizb al Salamah, hizb al Nur, 
dan Hizb al hujb. 5)


Demikian ringkasan tentang tharikat Syadziliyah, lebih lengkap bisa Anda 
lihat bibliography berikut:


Bibliography :
1)  Totok Jumantoro dan Samsul Munir, Kamus Ilmu Tasawuf, Amzah Publishing, 
Wonosobo, 2005.
2)Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di 
Indonesia, Kencana Prenada Media Group,Jakarta,  2004

3) John Renard, Surat-surat Sang Sufi, Mizan, Bandung, 1993, h.60
4) Ibn Athailah, Lathaif Al Minan, h. 25
5) Semua hizb tersebut dapat dilihat pada risalah-risalah yang dikeluarkan 
oleh Pondok PETA Tulungagung, Ibn Athaillah, Lathaif Al Minan, Tahqiq abd 
Al Halim Mahmud (Mesir, Dar Al Syab, 1986) h. 252-257. Abi Abdillah 
Muhammad Ibn Sulaiman Al Jazuli, Dalail Al Khairat Ma'a Al Ahzab, Surabaya 
(tanpa tahun).


Salam,
http://ferrydjajaprana.multiply.com


[zamanku] Seri 1 Serial Tentang Tarekat

2009-06-26 Terurut Topik Verri DJ

Serial Tentang Tarekat

Seri 1. Sejarah Awal Tarekat

Dalam tradisi Islam “tarekat” tidak dapat dipisahlan dengan 
tasawuf. Sebaliknya, tasawuf bisa saja berdiri sendiri. Dalam periode 
pertama Islam, tasawuf  adalah satu bentuk ungkapan keberagamaan seseorang 
yang sifarnya sangat pribadi, dan tidak terlembagakan dalam suatu tarekat. 
Orang yang masuk dalam tasawuf bermaksud ingin menegaskan hubungannya 
dirinya dalam spiritual sebagai hamba (abid) dengan Tuhannya yang disembah 
(Ma'bud). Selanjutnya dalam periode berikutnya, pola hubungan spiritual 
dalam dunia tasawuf semakin tersebar di berbagai  dunia Islam dan 
terlembaga melalui organisasi  tarekat.
Secara kelembagaam tarekat baru terbentuk sebagai dunia tasawuf 
pada abad ke 8 (14). Artinya tarekat bisa dianggap sebagai hal yang baru 
yang tidak pernah dijumpai dalam tradisi Islam periode awal, termasuk dalam 
jaman nabi. Sehinga umumnya nama tarekat dinisbatkan kepada nama para wali 
atau ulama yang hidup berabad-abad setelah Nabi.
Sebagai contoh tarekat Qadiriyyah misalnya, dinisbatkan kepada 
Shaikh Abd Al Qadir Al Jailani (471 -561 H/1079 – 1166), tarekat 
Suhrawardiyah dinisbatkan kepada Shihab Al Din Abu Hafs Al Suhrawardi 
(539-632 H /1145 – 1235M), tarekat Rifaiyyah dinisbatkan kepada Abu Al 
Abbas al Rifai (w. 578 H/1182 M), tarekat Syazilliyah dinisbatkan kepada 
Abu Al Hasan Ahmad Ibn Abd Allah Al Shazilli (593 – 656 H/1197 - 1258 M), 
Tarekat Naqshabandiyyah dinisbatkan kepada  Baha Al Din Naqshaband (717 
-791 H/ 1317 – 1389 M) dan tarekat Syattariyah  yang dinisbatkan kepada Abd 
Allah al Shattari yang wafat pada tahun 890 H /1485 M *)
Kendati demikian, para pengikut tarekat percaya bahwa para Sufi 
yang namanya dipakai untuk menyebut jenis tarekatnya tersebut tidak 
bertindak sebagai pencipta berbagai ritual tarekat, seperti zikir dengan 
berbagai metodenya, melainkan hanya merumuskan dan membuat sistematikanya 
saja. Sedangkan substansi ajaran-ajarannya sendiri adalah “asli” berasal 
dari Nabi, dan diterimanya melalui sebuah jalur silsilah yang terhubungkan 
sedemikian rupa kepada Nabi Muhammad SAW.
Tarekat dibangun di atas landasan sistem dan hubungan yang erat 
dan khas antara seorang guru (murshid) dengan muridnya. Hubungan murshid 
dan murid ini dapat dianngap sebagai pilar terpentind dalam organisasi 
tarekat. Hubungan tersebut diawali dengan pernyataan kesetiaan (baiat) dari 
seorang yang hendak menjadi murid tarekat kepada shaikh tertentu sebagai 
murshid.
Teknis dan tatacara baiat dalam tarekat  seringkali berbeda satu 
dengan lainnya, tetapi umumnya ada tiga tahapan penting yang harus dilalui 
oleh oleh seorang calon murid yang akan melalui baiat, yakni talqin al 
Dhikr (mengulang-ulang zikir tertentu),  akhdh al Ahd (mengambil sumpah), 
dan libs al khirqah (mengenakan jubah).
Proses inisiasi melalui baiat ini sedemikian penting menentukan 
dalam organisasi tarekat, karena baiat mengisyaratkan terjalinnya hubungan 
yang tidak pernah akan putus antara murid dengan murshidnya. Begitu baiat 
diikrarkan, maka sang murid dituntut untuk mematuhi berbagai ajaran dan 
tuntunan sang Murshid, dan meyakini bahwa murshidnya itu adalah wakil dari 
nabi. Lebih dari itu diyakini bahwa baiat juga sebuah perjanjian 
antara  murid sebagai hamba dengan Al Haqq sebagai Tuhannya.
Setelah menjadi murid biasanya perjalanan spiritual (suluk)nya 
sang murid dimulai dengan mempelajari tasawuf. Berapa lama waktu yang 
ditentukan oleh sang murid tidak ada ketentuan pasti, dan berhak 
mengajarkan ilmunya, semuanya tergantung dari Sang Murid sendiri dalam 
menjalani beberapa tahapan pengalaman spiritual (maqamat) hingga sampai 
pada pengetahuan tentang al haqiqat (kebenaran hakiki). Beberapa murid bisa 
saja menyelesaikan pelajaran mistisnya dalam waktu singkat sebagian lainnya 
perlu waktu lama.
Keluluasan murid ditentukan sang Murshid. Apabila sang murid telah 
dianggap lulus dalam perjalanan spiritualnya  dalam memahami hakikat, maka 
sang Murshid akan mengangkatnya sebagai khalifah yang proses 
pengangkatannya biasanya diberikan ijazah (otorisasi atau lisensi).
Dalam dunia tarekat itu selain ada ijazah untuk murid yang naik 
jadi khalifah, ada juga istilah ijazah yang  diberikan kepada murid tetapi 
bobotnya lebih ringan, yakni ijazah amalan untuk mengamalkan ritual atau 
zikir tertentu yang diajarkan oleh murshidnya, dan ijazah oleh murid yang 
dianggap telah menyelesaikan tahap tertentu dari ajaran tarekat dari 
murshidnya itu. Berbeda dengan yang pertama, kedua ijazah yang terakhir 
disebut itu tidak memberikan wewenang kepada yang menerimanya untuk 
mentahbiskan orang lain menjadi anggota tarekat, melainkan hanya untuk yang 
bersangkutan saja.
Demikian proses masuknya seseorang menjadi murid tarekat melalui 
baiat, serta proses pengangkatan murid menjadi khalifah melalui proses 
pengangkatan murid menjadi khalifah melalui pemberian ijazah, demikian 

[zamanku] Resensi Buku : Al Furqon Lailatul Qodar Di luar Ramadhan

2009-04-17 Terurut Topik Verri DJ

Resensi Buku : Al Furqon Lailatul Qodar Di luar Ramadhan
Karya  : Muhammad Luthfi Ghozali
Penerbit  : Abshor, Semarang
http://ponpesalfithrahgp.wordpress.com
Tahun  : 2006
Halaman  : xx +448 hlm.  14 x21
Diresensi oleh : Ferry Djajaprana *)

Prolog:
Membaca judul buku Al Furqon Lailatul Qodar Di luar Ramadhan, 
bagaikan membaca tafsir dua firman Allah,  yaitu  Surat Al Furqon (surat 
ke-25) dan Surat Al Qadr (Surat ke 97). Menurut kamus ilmu Al Quran 1) 
yang  dimaksud Al Furqan adalah pembeda, maksudnya membedakan antara yang 
hak dan bathil, yang baik dan buruk, yang bermanfaat maupun mudharat 
sehingga  dengan Al Furqon itu hati seorang hamba menjadi yakin kepada 
Tuhannya. Sedangkan Al Qadr (kadar) artinya kemuliaan. Isi surat ini adalah 
tentang diturunkannya Al Quran pada malam lailatul qadr, yang nilainya 
lebih baik dari seribu bulan, para malaikat dan Jibril turun ke dunia pada 
malam lailatul qadr untuk mengatur segala urusan.
Bicara tentang lailatul qadr mengingatkan  saya pada  pencarian 
saya tentang   malam Lailatul qadr di bulan Ramadhan lima belas tahun yang 
lalu di  Gua Hiro di suatu gunung yang bernama Jebel Nur  di Mekah, Saudi 
Arabia.  Di sanalah tempat  Nabi Muhammad SAW  mendapatkan wahyu pertama 
kali  berupa Surat Al Qadr (Surat ke-97). Di kota Mekah saya banyak 
bertanya kepada beberapa ustads atau para kyai dari Indonesia yang 
kebetulan sedang umroh tentang  ciri-ciri Lailatul Qadr tersebut. Dari 
uraian mereka banyak informasi yang bisa saya dapatkan  diantaranya mereka 
menyebut ciri lailatul qadr adalah, malamnya hening,  membekunya air, 
merunduknya pohon dan lain-lain. Setelah mengetahui  ciri-ciri tersebut 
bukannya saya menjadi tenang, namun  malah sebaliknya  membuat semakin 
penasaran  dan berakibat pada peribadatan saya terganggu karena menjadi 
waswas takut kehilangan lailatul qadr tersebut.
 Semestinya saya tidak perlu waswas, karena di dalam perjalanan 
spiritual bukanlah letak keberhasilannnya bukan pada ujian fisik 
belaka  dan hasilnya bukan berupa ijazah ataupun stempel passport  yang 
nyata melainkan berupa suatu mentalitas pemahaman seorang hamba kepada 
Tuhan-Nya sehingga menjadikannya sebagai wushul (perantara-Nya).


-o0o-

Isi Resensi :
Sengaja prolog  diatas saya tulis untuk mengajak para pembaca 
memahami konsepsi waktu. Bagaimana kita bisa  memahami waktu yang sudah 
lampau tapi bila kita menggalinya kembali dengan 'bermemori ria' seolah 
menjadi dekat bahkan seolah-olah baru saja terjadi?
Bicara tentang waktu, semua memori  tentang perjalanan pencarian lailatul 
qadr tersebut muncul seolah-olah tidak ada penyekat antara memori kejadian 
tahun 1994 dengan  tahun 2009.  Diam-diam saya membenarkan  teori  Roger 
Sperry 2)  Dual Brain dan Hemispheric Specialization yang menyatakan 
bahwa salah satu fungsi otak kanan adalah pemikiran holistik dan tidak 
bergantung waktu.
Seperti kita ketahui bahwa umumnya yang disebut malam lailatul 
qadr - disebut Al Quran sebagai Satu Malam yang lebih baik dari seribu 
bulan  mengacu kepada satu malam di bulan Ramadhan. Tetapi bagaimanakah 
malam itu? Apa terjadi hanya sekali saja pada saat turunnya Al Quran 
(Nuzulul Quran)? setiap bulan Ramadhan sepanjang sejarah? Atau sepanjang 
tahun baik Ramadhan ataupun tidak?
Malam Al Qadr yang ditemui Nabi pertama kali adalah ketika 
menyendiri di Gua Hira, Beliau merenung tentang diri  dan masyarakatnya. 
Ketika jiwa beliau telah mencapai kesuciannya, turunlah Jibril (Ar-Ruh) 
membawa ajaran dan membimbing beliau sehingga terjadilah perubahan total 
dalam perjalanan hidup beliau bahkan  perjalanan hidup umat manusia.
Langkah kita untuk memahami Lailatul Qadr adalah beriman dahulu, 
berdasarkan pernyataan Al Quran Ada satu malam yang bernama Lailatul Qadr 
(QS. 97:1) dan bahwasannya  malam itu adalah malam yang pernuh berkah 
dimana dijelaskan atau ditetapkan segala urusan besar Dengan penuh 
kebijaksanaan (QS.44:3).
Dilihat dari penjelasan diatas yang bersumber pada 
Kalamullah  yang intinya menjelaskan bahwa Lailatul Qadar  terjadi 
pada  bulan Ramadhan.. Bagaimana kalau Al Furqon, Lailatul Qadr di luar 
Ramadhan  apakah bisa terjadi?
Banyak ulama berbeda pendapat mengenai hal ini, pakar hadis Ibnu 
Hajar menjelaskan bahwa Nabi SAW pernah bersabda  bahwa malam qadr sudah 
tidak akan datang lagi. Menurut Dr. M. Quraish Shihab 3) pendapat tersebut 
ditolak oleh mayoritas ulama dengan berpegang pada teks ayat Al Quran serta 
sekian banyak teks hadis yang menunjukkan bahwa lailatul qadr terjadi pada 
setiap bulan Ramadhan. Bahkan, Rasul SAW menganjurkan umatnya untuk 
mempersiapkan jiwa menyambut malam mulia itu secara khusus pada malam-malam 
ganjil setelah berlalu dua puluh hari Ramadhan.
Memang, turunnya Al Quran terjadi lima belas abad yang lalu pada 
malam lailatul qadr, tetapi itu bukan berarti bahwa malam mulia itu hadir 
pada 

[zamanku] Kholifah Bumi, Guru Mursyid sebagai Bapak Ruhaniyah

2009-04-13 Terurut Topik Verri DJ

Resensi Buku :Kholifah Bumi, Guru Mursyid sebagai Bapak Ruhaniyah
Pengarang  : Muhammad Luthfi Al Ghozali
Penerbit  : Abshor, Semarang
 http://ponpesalfithrahgp.wordpress.com
Tahun  :2007
Halaman : xx + 560. 14 x 20
Peresensi: Ferry Djajaprana


Pertama kali saya membaca sampul buku Kholifah Bumi atau dalam 
Bahasa Arabnya yang sering ditulis dalam Al Quran Khalifah Fi Al Ardh 
saya menduga isinya akan bercerita tentang hakikat manusia sempurna atau 
Insan Kamil yang biasa dibahas oleh Syeikhul Akbar  Ibnu Arabi, salah 
seorang Sufi yang memiliki ekspresi spiritualitas dan intelektualitas yang 
tinggi yang pembahasannya membuat pembacanya mengernyitkan dahi karena term 
filsafat ataupun ekspresi sufistiknya menggunakan  bahasa yang melambung 
dan komplek. Namun, prasangka saya dibuatnya kecele karena yang dibahas 
oleh Muhammad Luthfi Ghozali Kholifah Bumi, Guru Mursyid Sebagai Bapak 
Ruhaniyah adalah kholifah dalam arti kata yang sesungguhnya sebagai peran 
utama dalam pembahasannya dengan bahasa yang sederhana dan membumi sehingga 
bisa diterapkan oleh para pencari atau pejalan spiritual yang sedang menuju 
Allah (Salik) sebagai bahan acuan.
Untuk menyamakan persepsi judul buku tersebut saya langsung 
menghubungi Sang Penulis dan mendapat konfirmasi bahwa yang dimaksud 
Kholifah Bumi memang Sang Insan Kamil atau manusia sempurna.
Berbicara tentang manusia, manusia harus diperlakukan sebagai 
standar penilaian bagi umat manusia yang lain. Secara historis, manusia 
selalu mencari yang namanya manusia sempurna, dan manusia sempurna yang 
dicari tersebut bisa saja berupa tokoh terkenal dalam sejarah, tokoh 
legendaris ataupun tokoh spiritual. Kita dapat mengatakan bahwa yang 
mendasari manusia mencari Manusia Sempurna adalah keinginan manusia itu 
sendiri terhadap kesempurnaan, keterbatasan pencarian, dan adanya kesamaan 
dengan Tuhan atau untu menghindarkan diri dari kelemahan dirinya.
Buku ini penting sebagai solusi bila dihubungkan dengan krisis 
global, yang telah melahirkan  krisis-krisis baru yang lebih besar daripada 
sebelumnya. Sebagaimana kita ketahui krisis sekarang tidak lain adalah 
perusakan sejumlah kesenian, kebiasaan atau tradisi, nilai transenden dalam 
masyarakat, spiritualitas, kebahagiaan, keceriaan dan berbagai budaya 
modern yang 'disamakan' dengan budaya Barat dalam pemahaman, pendapat dan 
gaya hidup. Isi buku ini adalah berlandaskan pengalaman individu Sang 
Penulis dalam upaya membangkitkan spiritualitas pembacanya dalam menghadapi 
persoalan yang tidak terselesaikan dalam pencariannya. Membaca tulisannya 
Luthfie Ghozali terasa bak menapak tilas perjalanan spiritual berupa 
mujahaddah,  riyadhah dan lainnya yang biasa dilakukan oleh para Sufi.
Di dalam buku setebal lebih dari 550 halaman, itu hanya dibagi 
dalam dua bab saja, bab pertama amanat dan yang kedua khianat. Di dalam bab 
awal, yang dibahas selain manusia sebagai kholifah bumi juga dibahas 
tentang manusia di dalam tiga tahap kehidupan, dari alam ruh, alam dunia 
sampai alam akhirat. Bab kedua membahas tentang khianat. Yang disebut 
amanat adalah bila menjalankan perjanjian yang telah disepakati dan khianat 
bila melanggar isi perjanjian. Konsekwensinya bagi yang amanat akan diberi 
imbalan surga dan bagi yang khianat nerakalah balasannya. Rasanya buku ini 
tepat untuk para Salik mubtadi, karena bila disejajarkan dengan para Sufi 
klasik seperti Rabi'ah 'Adawiyah (713-801M) 1) surga neraka bukanlah yang 
menjadi fokus pembahasan. Cinta membuat dia takwa dan karena cinta pula 
yang membuat ia tidak mengharapkan ganjaran. Cinta Rabi'ah cinta abadi, 
cinta yang membuatnya tidak takut apa saja walau kepada neraka sekalipun. 
Ada sisi menarik dari tulisan buku ini karena dari daftar isinya hampir 
sama dengan karya William C. Chittick, dalam karyanya Imaginal Worlds, Ibn 
al-'Arabi And The Problem of Religious Diversity 2), khususnya pada point 
pengetahuan diri dan fitrah manusia, ajal dan kehidupan akhirat. Yang 
membedakan keduanya adalah dalam Ibn Arabi dibahas juga tentang 
Annihilation and Subsistence (Fana dan Baqa), Tuhan dialami sebagai 
penyingkapan Diri-Nya pada mahluk, guna menghantarkannya menuju keberadaan. 
Ketika sifat-sifat manusiawi akan sirna dan sifat-sifat ketuhanan kekal. 
Inilah maqam 'kekholifahan', atau bertindak sebagai wakil Tuhan di dalam 
kosmos. Akan tetapi, dalam kebenaran inilah Tuhan bertindak, karena hamba 
sepenuhnya termusnakan. Sementara dalam karya Luthfi Ghozali  kholifah 
Bumi khalifah adalah tokoh ideal yang patut ditiru perilakunya.
Untuk melengkapi buku ini, sedikit saya tambahkan beberapa 
penjelasan terminologi tentang asal muasal kata khalifah. Kata khalifah 
berasal dari kata ahlaf, yang menurut kamus Bahasa Arab-Inggris  F. 
Steingas 3) bermakna successor atau penerus/pengganti/wakil. Dalam 
terminology tasawuf  kata khalifah memiliki makna ganda 4), pertama 
Khalifah Al 

[zamanku] Resensi Buku : Tawassul, mencari Allah dan Rasul Lewat Jalan Guru

2009-04-13 Terurut Topik Verri DJ

Resensi Buku : Tawassul, mencari Allah dan Rasul Lewat Jalan Guru
Karya  : Muhammad Luthfi Ghozali
Penerbit  : Abshor, Semarang
 http://ponpesalfithrahgp.wordpress.com
Tahun  : 2006
Halaman  : xx +440. 14 x20
Diresensi oleh : Ferry Djajaprana *)


Membaca Tawassul, Mencari Allah dan Rasul Lewat Jalan Guru 
menarik sekali, seolah seperti menapak tilas perjalanan pecarian Sang 
Penulis melalui jalur ber-tawassul. Tawassul  menurut kamus Arab Indonesia, 
berasal dari kata wasala artinya berbuat kebaikan untuk mendekatkan diri 
kepada Allah. Tawasul maknanya mengambil wasilah atau perantara. 1) Adapun 
yang dimaksud dengan istilah tersebut adalah mencari jalan atau cara yang 
mendekatkan diri kepada Allah.  Caranya dengan melipat gandakan amal ibadah 
dan berjihad si jalan Allah untuk keberuntungannya di dunia dan akhirat 
kelak. Dengan bertawasul sebagaimana QS Al Maidah [5]:35, QS Al Isra 
[17]:57, berarti ia telah memenuhi perintah Allah.2)
Pada era modern ini tawassul sering dikaitkan dengan syirik yang 
bermakna menyekutukan Allah.  Ibn Taimiyah(1263-1328) dalam kitab 
karangannya Al Mujizatu wa Karamtul Auliya ( Mujizat Nabi dan Karamah 
Wali), menjelaskan pembahasan yang singkat tentang mukjizat dan keramat. 
Sesungguhnya tidak ada hubungan timbal balik antara kewalian dengan 
khawariqatul adat (hal-hal yang luar biasa). Jadi, tidak setiap wali itu 
menunjukkan  hal-hal yang aneh. Sebaliknya, tidak pula hal yang luar biasa 
yang terjadi pada seseorang membuatnya otomatis menjadi wali 3) Adapun doa 
termasuk ibadah. Menurut Ibn Taymiyyah, barang siapa berdoa kepada mahluk 
yang sudah mati dan mahluk-mahluk lain yang gaib serta meminta 
pertolongannya, berarti ia telah bid'ah dalam perkara agama. 
Mempersekutukan Tuhan seluruh alam, dan mengikuti jalan selain orang-orang 
mukmin. 4) Hanya saja masalah sekarang yang timbul adalah masalah 
mendekatkan diri kepada Allah melalui para wali yang saleh.
Ibn Taymiyyah merupakan salah seorang tokoh fundamental  dan merupakan 
pendahulu gerakan Wahabiyyah. Nama gerakan Wahabiyyah sesuai dengan gerakan 
pendirinya  Muhammad Ibn Abdul Wahhab (1703 - 1787) 5). Kalangan Wahhabi 
memandang sejumlah amalan generasi setelahnya generasi sahabat sebagai 
bid'ah (menyimpang) termasuk diantaranya, membangun menara dan pemberian 
tanda permanen di atas makam. Paham Wahhabi juga menolak seluruh ajaran 
essoteris (bathiniyah) atau ajaran mistisisme dan menolak gagasan orang 
suci (wali), termasuk juga praktek mengunjungi makamnya. Praktek memanggil 
wali untuk mendapatkan berkah adalah praktek syirik. Mereka menolak seluruh 
anggapan kesucian (kekeramatan) barang atau tempat tertentu sebagai 
tindakan yang mengurangi kesucian Tuhan dan menyalahi ajaran tauhid.
Saya sengaja melontarkan keberatan paham Wahabbi diatas dan 
selanjutnya saya mencoba menjawabnya  menurut firman Allah  Wahai 
orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan carilah wasilah 
(jalan) yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berhihadlah kepada jalan-Nya, 
supaya mendapatkan keberuntungan.(Q.S Al Maidah:35).


Ayat tersebut secara umum mengatakan agar orang-orang berwasilah 
(tawassul), namun tidak dijelaskan secara terperinci.  Kita yakin , bahwa 
beribadah merupakan suatu perantara untuk mencapai keberuntungan. Lalu, 
bagaimana Muhammad Luthfi Ghozali menjelaskan buah fikirannya? hasilnya 
yang dipaparkan pada buku : Tawassul, mencari Allah dan Rasul Lewat Jalan 
Guru sebagai berikut :
Rosulullah SAW bersabda  di dalam sebuah Hadits yang artinya 
Shalat adalah mi'rajnya orang-orang yang beriman. Ketika orang beriman 
sedang bermi'raj ke Haribaan Allah SWT mengadakan pengembaraan ruhaniah, 
baik dengan shalatnya maupun mujahaddahnya dan ibadah lainnya adalah 
sebagai buraq-nya. Jibrilnya, adalah para Nabi, Ash-Shidiq, Asy-Syuhada' 
dan Ash-Shalihin. Dihadirkan Jibril itu didalam perasaan ruhaniah sebagai 
guru dan pembimbing, sekaligus sebagai sahabat dan saksi ketika hati 
seorang hamba sedang dirundung rindu.
Bagaimana caranya? Caranya : Bertawassul kepada mereka, para Nabi 
dan para Rasul, para mu'min dari kalangan ash-Shidiq, As-Syuhada' dan 
Ash-Sholihin, di dalam setiap pelaksanaan pengabdian kepada Allah baik 
melalui zakat, dzikir dan fikir, mujahadah dan riyadah, serta pengabdian 
dan jihadnya, dengan menghadirkan mereka secara rohaniah untuk diajak 
bersama-sama dalam satu rasa dan satu nuansa, di dalam setiap penyampaian 
maksud munajad yang dipanjatkan dan pengembaraan ruhaniahnya kepada Allah SWT.
Dua point(jalur) contoh diatas (aslinya ada enam jalur) sudah 
cukup menjelaskan bahwa hakekat bertawassul adalah ekspresi interaksi 
ruhaniah, yang terjadi antara orang yang sedang melaksanakan ibadah kepada 
Allah SWT dengan ruhani para guru-guru spiritual, baik yang masih hidup 
maupun yang sudah mendahului. Dalam, epilognya Luthfi Ghozali menjelaskan 
bahwa kata kuncinya adalah 

[zamanku] Reinkarnasi Dalam Islam, Apa Ada?

2009-04-08 Terurut Topik Verri DJ

Reinkarnasi Dalam Islam
   Oleh : Ferry Djajaprana

Tulisan ini hanya untuk bahan study tentang aliran-aliran di dalam Agama 
Islam, yang menurut hemat saya mirip dengan kepercayaan Agama Hindu. Namun, 
setelah ditelisik ternyata tidak mengacu ke sana bahkan merujuk ke Filsafat 
yang bermuara pada Solon, Neneknya Plato!


Teori Reinkarnasi (tanasukh) dan hulul berasal dari ajaran Aliran Al 
Hirnaniyyah, sub kelompok dari Mazhab As Sabiah. Menurut mereka pergantian 
generasi adalah yang disebut hari kiamat yang dijanjikan para nabi dan 
dunia ini tidak akan musnah.
Firman Allah QS Al Jatsiyah 24 ... Dan tidak ada yang membinasakan kita 
selain masa...


Orang yang mati tidak akan hidup kembali dan tidak akan bangkit dari kubur. 
QS Al Mu'minun 35-36 Apabila Ia menjanjikan kepada kamu sekalian bahwa 
kamu telah mati dan telah menjadi tanah dan tulang belulang, kamu 
sesungguhnya akan dikeluarkan (dari kuburmu). Jauh-jauh sekali dari 
kebenaran apa yang diancam kepada kamu itu.


Yang dimaksud tanasukh adalah kelahiran berulang kali atau periodesasi dan 
proses yang terus menerus. Apa yang ada pada suatu periode akan lahir 
kembali pada periode berikutnya. Siksa dan ganjaran terjadi di dunia ini 
karena pada periode ini dia tidak melakukannya.
Peristiwa yang terjadi sekarang  merupakan balasan dari perbuatan 
sebelumnya. Apa yang terjadi pada masa lampau terjadi pada masa sekarang, 
apa yang terjadi sekarang bukan dari perbuatan yang Maha Bijaksana.


Adapun yang dimaksud hulul (mengambil tempat atau menanti) adalah masuknya 
roh ketuhanan ke dalam tubuh manusia. Hulul dapat terjadi pada keseluruhan 
atau pada sebagian zat berdasarkan kesiapan dzat penerima.


Menurut mereka roh ketuhanan menempati seluruh tubuh, sedangkan Tuhan YME 
tidak akan lahir perbuatannya kecuali satu demi satu sesuai perbedaan obyek 
dan waktu. Tujuh planet itu merkurius, venus, jupiter, matahari, Saturnus, 
bulan (red. dan bumi?) seolah-olah anggota tubuh.


Ajaran Al Harnanian menyandarkan pada nabinya : Azimun, Hormudz, A'Yan dan 
Awzi. Sebagian lagi menyandarkan pada Solon (Nenek Plato dari pihak Ibu)


(Sumber : Al Milal Wa Al Nihal, Muhammad Bin Abdul Karim Al Syahrastani, PT 
Bina Ilmu, Surabaya, 2005, Diringkas dari Buku2 h. 50-52)


Sekarang, bagaimana pandangan Anda mengenai Reinkarnasi di dalam Agama 
Islam? Any comment?


Salam,
Http://ferrydjajaprana.multiply.com


[zamanku] CSFTS : Memaknai Musibah Situ Gintung

2009-04-07 Terurut Topik Verri DJ


Memaknai Musibah Situ Gintung
oleh: Ferry Djajaprana

 Dua pekan  telah berlalu setelah kejadian bobolnya Situ 
Gintung .


Dalam khotbah Jumat (3/4) di suatu Masjid dimana saya ikut menjadi 
jemaah di dalamnya dijelaskan bahwa musibah Situ Gintung adalah akibat dari 
perilaku masyarakat sekarang yang tidak lagi melaksanakan syariat Agama lagi.
Dalam tayangan televisi malah salah seorang artis yang rumahnya 
dekat Situ Gintung membeberkan bahwa di taman Situ Gintung tersebut sering 
dijadikan orang berpacaran atau bermesra-mesraan. Seolah-olah pendapatnya 
setali tiga uang dengan penjelasan khotib.
Di salah satu stasiun televisi mendatangkan pengamat per-situ-an 
yang memaparkan bahwa konstruksi situ sudah tidak laik lagi karena sejak 
jaman Belanda situ tersebut dibangun asal-asalan karena hanya dengan 
pondasi tanah yang diuruk saja. Sang Pengamat seolah menyalahkan Pemda 
Tangerang yang tidak memikirkan keselamatan penghuni di balik Situ Gintung 
dengan tindakan preventif seperti pemeliharaan Situ dari 
keretakan-keretakan yang memang sudah terjadi sebelumnya dan pihak Pemda 
tidak segera mengambil tindakan cepat.
Rano Karno, wakil Bupati Tangerang malah bernada mengelak dan cuci 
tangan bahwa itu adalah murni bencana alam, kemauannya Tuhan Yang Di Atas!
Banyak  tafsir berkenaan musibah Situ Gintung, membuat saya ingin 
mencoba mengolah pandangan mereka dan mencoba memahami musibah ini dari 
sudut yang lain yang jarang disentuh.
Pada paragraf pertama, ternyata Khotib (orang yang memberikan 
khotbah) dan Sang Artis pendapatnya  mengacu kepada hadits :
 Tiada seorang hamba ditimpa musibah baik di atasnya maupun di 
bawahnya melainkan sebagai akibat dosanya. Sebenarnya Allah telah memaafkan 
banyak dosa-dosanya. Lalu Rasulullah membacakan ayat 30 dari surat Asy 
Syuura yang berbunyi : Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah 
disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri. Dan Allah memaafkan sebagian 
besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (Mashabih Assunnah)
Nasehat pengamat per-situ-an menjelaskan dengan logis, sesuai 
dengan ilmu alam (physics) dan teknis pengairan yang dirasa tepat sesuai 
dengan kaidah modern.
Sementara Rano membahas dengan bahasa politis sesuai dengan 
posisinya sebagai orang Pemerintahan, ucapannya tentu agar logis sesuai 
ilmu yang berkembang di masyarakat, entahlah ucapan di hati sanubarinya 
sama dengan yang diucapkan. Bukankah bisa saja ucapan yang dimulut tidak 
sama dengan yang di hati?


Tulisan saya berikut tidak bermaksud memihak salah satu sudut 
pandang di atas karena pandangan di atas sudah benar sesuai dengan kadar 
ideal  masing-masing. Namun, saya bermaksud menguak riwayat yang lain yang 
nampaknya kontroversi. Ada beberapa hadits yang jarang diungkap :


1. Di dalam sebuah Riwayat disebutkan bahwa , Sesungguhnya Allah SWT 
mengingat dan menyayangi seorang mukmin dengan cara mengirimkan musibah dan 
kesulitan kepadanya, sebagaimana seorang laki-laki menyayangi keluarganya 
dengan mengirimkan hadiah dari tempat bepergiannya.
2. Allah menguji hambaNya dengan menimpakan musibah sebagaimana seorang 
menguji kemurnian emas dengan api (pembakaran). Ada yang ke luar emas 
murni. Itulah yang dilindungi Allah dari keragu-raguan. Ada juga yang 
kurang dari itu (mutunya) dan itulah yang selalu ragu. Ada yang ke luar 
seperti emas hitam dan itu yang memang ditimpa fitnah (musibah). (HR. 
Ath-Thabrani)
3. Sesungguhnya Allah Azza Wajalla menguji hambanya dalam rezeki yang 
diberikan Allah kepadanya. Kalau dia ridho dengan bagian yang diterimanya 
maka Allah akan memberkahinya dan meluaskan pemberianNya. Kalau dia tidak 
ridho dengan pemberianNya maka Allah tidak akan memberinya berkah. (HR. Ahmad)
4. Barangsiapa ditimpa musibah dalam hartanya atau pada dirinya lalu 
dirahasiakannya dan tidak dikeluhkannya kepada siapapun maka menjadi hak 
atas Allah untuk mengampuninya. (HR. Ath-Thabrani)
Sumber riwayat di atas : 1100 Hadits Terpilih (Sinar Ajaran Muhammad) - Dr. 
Muhammad Faiz Almath - Gema Insani Press


Dari riwayat di atas dapatlah kita ambil hikmahnya bahwa kesulitan 
dan musibah memiliki kekuatan penggerak dan merupakan hadiah dari Allah.
Pertanyaan kini timbul, kalau Tuhan sayang kenapa harus memberikan 
musibah yang menelan korban itu? Bukankah umumnya rasa sayang diiringi 
dengan pemberian kemudahan dan kenyamanan? Di dalam riwayat bahkan 
disebutkan bahwa itu adalah ujian berupa musibah, kenapa harus demikian? 
Bukankah tidak ada daun yang jatuh yang tanpa izin dari-Nya? Bukankah Dia 
mengetahui setiap pergerakan atom sekalipun?
Mari kita perhatikan emas, terbuat dari satu logam yang telah 
ditempa dengan panas yang tinggi. Pengaruh musibah dan kesulitan bersifat 
kimiawi, bahkan bisa merubah wujud dari satu wujud ke wujud yang lain. Dia 
dapat merubah yang lemah jadi kuat, memiliki sifat menggerakkan, menjadikan 
sensitif, menghilangkan 

[zamanku] CSFTS : Renungan Situ Gintung

2009-04-02 Terurut Topik Verri DJ

Renungan Situ Gintung

Rumahku berada di Wilayah Ciputat, berangkat dan pulang ke tempat tugas 
jalur Jalan Raya Ciputat Situ Gintung sudah pasti menjadi jalur utamaku. 
Kecuali bila ingin lebih cepat sampai aku bisa melewati Gerbang Jalan Tol 
Bintaro maupun Gerbang BSD.


Hari Senin pagi, tiga hari selepas tragedi Situ Gintung kemacetan parah 
menimpa wilayah Ciputat dan sekitarnya. Akupun memilih jalur alternatif 
dibandingkan jalur Situ Gintung. Jam delapan pagi semestinya aku sudah 
berada di Jakarta, tetapi kemacetan membuatku masih berada di Jurang Mangu 
- Bintaro untuk mencari jalan tercepat menuju Jakarta, setelah gagal 
menembus kemacetan jalur BSD.


Berjam-jam di kemacetan membuat fikiranku merenung tentang tragedi di Situ 
Gintung. Bayangkan seratus lebih nyawa melayang dari Situ yang sebelumnya 
belum pernah 'ngamuk' memporak porandakan kehidupan warga Cirendeu. Banyak 
yang meninggal dari mereka yang sebaya denganku, lebih tua bahkan tak 
sedikit yang masih berusia muda. Banyak dari mereka yang telah meninggal 
adalah individu yang sukses dalam karir, memiliki ketenaran nama dan 
memiliki harta kekayaan yang melimpah. Hal ini terlihat dari sisa-sisa 
puing bekas tragedi di Situ Gintung. Dengan tragedi tersebut kini 
banyak  anak yatim dan janda-janda baru.
Pada saat pemakaman kemarin, terlihat tubuh mereka yang kekar tak mampu 
menahan kekuatan 'dahsyat' bencana-alam dan kini harus terkubur berkalang 
dibawah permukaan tanah.


Kita tidak pernah membayangkan bagaimana kalau mereka adalah kita, yang 
dipanggil secara mendadak. Kita yang sekarang ini tengah asyik 
mempersiapkan kehidupan  dua puluh lima tahun ke depan. Padahal, kita belum 
pernah mempersiapkan kematian bila ajal menjemput hari ini, apakah kita 
harus menggantungkan kekayaan, kekuatan, maupun pengetahuan yang tak 
berdaya bila kematian datang?


Kita lupa, bahwa kematian adalah sesuatu yang niscaya akan datang, kematian 
adalah bagian kehidupan,  sama seperti kelahiran!


Lama menunggu lancarnya perjalanan, akhirnya kendaraanpun berjalan 
merangkak pelan menuju Gerbang Tol Bintaro, menyisakan satu PR dalam diri 
ini, kapan kita bisa menyiapkan kematian? Melalui kematian pula sebenarnya 
kita bisa bercermin kemana diri dan jiwa ini mau dibawa.., sayangnya saya 
harus konsentrasi membawa kendaraan ini agar segera sampai di kantor pajak 
BSD, maklum hari ini hari terakhir ngurus SPT.


Salam,
http://ferrydjajaprana.multiply.com




[zamanku] CSFTS: Renungan Situ Gintung

2009-03-31 Terurut Topik Verri DJ

Renungan Situ Gintung

Rumahku berada di Wilayah Ciputat, berangkat dan pulang ke tempat tugas 
jalur Jalan Raya Ciputat, Situ Gintung sudah pasti menjadi jalur utamaku. 
Kecuali bila ingin lebih cepat sampai aku bisa melewati Gerbang Jalan Tol 
Bintaro maupun Gerbang BSD.


Hari Senin pagi, tiga hari selepas tragedi Situ Gintung kemacetan parah 
menimpa wilayah Ciputat dan sekitarnya. Akupun memilih jalur alternatif 
dibandingkan jalur Situ Gintung. Jam delapan pagi semestinya aku sudah 
berada di Jakarta, tetapi kemacetan membuatku masih berada di Jurang Mangu 
- Bintaro untuk mencari jalan tercepat menuju Jakarta, setelah gagal 
menembus kemacetan jalur BSD.


Berjam-jam di kemacetan membuat fikiranku merenung tentang tragedi di Situ 
Gintung. Bayangkan seratus lebih nyawa melayang dari Situ yang sebelumnya 
belum pernah 'ngamuk' memporak porandakan kehidupan warga Cirendeu. Banyak 
yang meninggal dari mereka yang sebaya denganku, lebih tua bahkan tak 
sedikit yang masih berusia muda. Banyak dari mereka yang telah meninggal 
adalah individu yang sukses dalam karir, memiliki ketenaran nama dan 
memiliki harta kekayaan yang melimpah. Hal ini terlihat dari sisa-sisa 
puing bekas tragedi di Situ Gintung. Dengan tragedi tersebut kini 
banyak  anak yatim dan janda-janda baru.
Pada saat pemakaman kemarin, terlihat tubuh mereka yang kekar tak mampu 
menahan kekuatan 'dahsyat' bencana-alam dan kini harus terkubur berkalang 
dibawah permukaan tanah.


Kita tidak pernah membayangkan bagaimana kalau mereka adalah kita, yang 
dipanggil secara mendadak. Kita yang sekarang ini tengah asyik 
mempersiapkan kehidupan  dua puluh lima tahun ke depan. Padahal, kita belum 
pernah mempersiapkan kematian bila ajal menjemput hari ini, apakah kita 
harus menggantungkan kekayaan, kekuatan, maupun pengetahuan yang tak 
berdaya bila kematian datang?


Kita lupa, bahwa kematian adalah sesuatu yang niscaya akan datang, kematian 
adalah bagian kehidupan,  sama seperti kelahiran!


Lama menunggu lancarnya perjalanan, akhirnya kendaraanpun berjalan 
merangkak pelan menuju Gerbang Tol Bintaro, menyisakan satu PR dalam diri 
ini, kapan kita bisa menyiapkan kematian? Melalui kematian pula sebenarnya 
kita bisa bercermin kemana diri dan jiwa ini mau dibawa.., sayangnya saya 
harus konsentrasi membawa kendaraan ini agar segera sampai di kantor pajak 
BSD, maklum hari ini hari terakhir ngurus SPT, jadi renungan saya hentikan.


Salam,
http://ferrydjajaprana.multiply.com



[zamanku] Hadits

2009-03-24 Terurut Topik Verri DJ


Hadits

Hadits makna literalnya adalah riwayat, pembicaraan, pernyataan. 
Makna khususnya adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Rosulullah 
SAW, baik berupa perkataan, perbuatan ataupun ketetapan/taqrir (yaitu 
ucapan dan perbuatan para sahabat yang berhubungan dengan  perkara agama 
yang disetujui Rosulullah SAW).


Hadits dibedakan menjadi dua jenis, pertama hadits Qudsi (hadits 
suci, Kudus = Suci) yang merupakan perkataan Tuhan melalui lisan Nabi 
Muhammad, sebagai pelengkap wahyu yang diturunkan kepadanya. Kedua, hadits 
syarif (syarif = mulia), yakni perbuatan dan perkataan Nabi Muhammad sendiri.


Hadits menjadi sandaran ajaran Islam, atau ia menjadipenjelasan 
dari ajaran-ajaran yang disebutkan di dalam Al Quran baik mengenai 
kehidupan sosial, keagamaan maupun perbuatan sehari-hari (dari memakai 
sendal sampai mengenakan surban). Hadits merupakan sumber kedua hukum Islam 
setelah Al Quran.


Islam memandang perbuatan Rosulullah SAW ibarat sebuah ketentuan 
Tuhan yang tidak terbatas sisi dalamnya sehingga menjadi kewenangan Al 
Quran untuk menegaskan Sesungguhnya terdapat tauladan yang terbaik di diri 
Rosulullas (QS AL Ahzab (33) :21) .



Salam,
http://ferrydjajaprana.multiply.com




[zamanku] Hari-hari Berkasih Sayang

2009-02-06 Terurut Topik Verri DJ

Hari-hari Berkasih-Sayang

Bagi kaum muslim rasa kasih sayang itu tidak melulu terpaku pada satu hari, 
yang disebut dengan Hari Kasih Sayang, melainkan setiap harinya harus 
dipenuhi rasa kasih sayang.


Kaum muslim semestinya merayakan kasih sayang itu sepanjang hidupnya, 
sehingga hidup menjadi bahagia. Visi hidup kaum muslimin berbeda 
dibandingkan dengan yang lain, karena tidak saja hanya belajar, bekerja, 
menikah, berkeluarga, memiliki keturunan, pensiun, dan meninggal. Lebih 
dari itu kaum muslimin juga harus menyiapkan kehidupan akheratnya, yaitu 
kehidupan setelah kematian. Bukankah dalam doanya setiap hari adalah 
keselamatan dunia dan akherat (Fidunya Khasanah Wafil Akhirati 
Khasanah..) dan  kehidupan di dunia ini hakekatnya merupakan sarana untuk 
menggapai surganya Allah?


Bagi kaum muslim, ada tiga hal yang perlu diperhatikan untuk mencapai 
kebahagiaan hidup. Pertama,  Mencintai Allah dan Rosulnya di atas 
segalanya. Yang ke dua, mencintai keluarga dan sesama mahluk lainnya karena 
Allah, sesuai dengan akidah dan akhlak Islam bukan karena hawa nafsu 
semata.  Dan yang ketiga, takut  kepada kekafiran sebagaimana takutnya 
siksa api neraka di hari pembalasan nanti.


Jadi, kunci kebahagiaan yang dicari bisa diperoleh  apabila sudah 
dapat  merasakan nikmatnya iman, nikmatnya iman di dapat bilamana 
menempatkan Allah dan Rosulnya di atas segalanya.


Http://ferrydjajaprana.multiply.com



[zamanku] Selamat Tahun Baru 2009 (baca : Selamat Tahun Baru 1430 H)

2008-12-19 Terurut Topik Verri DJ


Hikmah Muharam

Pada 29 Desember yang akan datang  diperingati sebagai tahun baru 
1 Muharram 1430 H. Sudah menjadi keharusan bagi setiap kaum muslimin di 
manapun berada untuk memperingatinya, betapa tidak, dewasa ini kesadaran 
kaum muslim untuk memperingati tahun baru Hijriyah masih belum optimal, 
bahkan seringkali dilupakan orang, sehingga seolah-olah tahun baru hijriyah 
sering terlewati begitu saja.
Di dalam sistem kalender Islam sesungguhnya menggunakan dua 
sistem, yaitu  berdasarkan peredaran matahari maksudnya bumi mengelilingi 
matahari (syamsiah) dan peredaran bulan (komariyah).
Sebagaimana Firman Allah Ta`ala: “Dan Kami jadikan malam dan siang 
sebagai dua tanda lalu Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda 
siang itu terang, agar kamu mencari karunia dari Tuhanmu. Dan supaya kamu 
mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan. Dan segala sesuatu telah 
kami tegakkan dengan jelas.” (Al-Isra: 12)
Tetapi umumnya sistem kalender Islam atau hijriah lebih mengacu 
pada peredaran bulan. Firman Allah : “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi 
Allah ialah dua belas bulan dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan 
langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama 
yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat 
itu.” (QS. At-Taubah: 36)
Diantara kedua belas bulan yang kita kenal seperti diterangkan 
dalam ayat ini, yaitu Muharram, Shafar, Rabiul Awwal, Rabiuts Tsani, 
Jumadil Awwal, Jumadi Ats-Tsani, Rajab, Sya'ban, Ramadlan, Syawal, 
Dzulqaidah dan Dzulhijjah. Adapun yang dimaksud dengan empat bulan haram 
adalah Rajab, Dzulqaidah, Dzulhijjah dan Muharram.
 Sebagai seorang muslim kita perlu untuk sejenak menghayati 
beberapa hal yang terkait dengan penanggalan Islam ini. Beberapa hal yang 
seyogyanya kita jadikan renungan pada saat tahun baru nanti diantaranya 
adalah :


Muhasabah
Muhasabah adalah introspeksi diri. Kita menghisab diri kita 
sebelum nanti kita dihisab, jangan sampai kita menyesal nanti, kare waktu 
yang telah berlalu tidak mungkin akan kembali lagi, sementara disadari atau 
tidak kematian akan datang sewaktu-waktu dan yang bermanfaat saat itu 
hanyalah amal shaleh. Apa yang sudah dilakukan sebagai bentuk amal shaleh? 
Pertanyaan-pertanyaan semacam ini selayaknya menemani hati dan pikiran 
seorang muslim yang beriman pada Allah dan Hari Akhir, lebih-lebih dalam 
suasana pergantian tahun seperti sekarang ini. Pergantian tahun bukan 
sekedar pergantian kalender saja, namun peringatan bagi kita apa yang sudah 
kita lakukan tahun lalu, dan apa yang akan kita perbuat esok.
Allah berfirman :  Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah 
dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk 
hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha 
mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Hasyr: 18).


Ayat ini memperingatkan kita untuk mengevaluasi perbuatan yang telah kita 
lakukan pada masa lalu agar meningkat di masa datang yang pada akhirnya 
menjadi bekal kita pada hari kiamat kelak.


Rasulullah saw bersabda : Orang yang cerdas adalah orang yang 
menghitung-hitung amal baik (dan selalu merasa kurang) dan beramal shaleh 
sebagai persiapan menghadapi kematian.
Dalam sebuah atsar yang cukup mashur dari Umar bin Khaththab ra beliau 
berkata : Hitunglah amal kalian, sebelum dihitung oleh Allah.


Selain muhasabah, kita juga sebaiknya memperbaiki Akidah kita 
khususnya Imaniyah dan Ubudiyah. Kita harmoniskan  Muamalah dan Muasaroh, 
yaitu mengharmoniskan hubungan, dimualai dari satu individu dengan lainnya, 
dari golongan satu dengan golongan lainnya sehingga akhlaknya menjadi baik, 
yang  pada akhirnya tercapai ukhwah Islamiyah.


Ada banyak kejadian yang terjadi pada bulan Muharam diantaranya 
adalah kapal Nabi Nuh mendarat di bukit Juhdi. Allah menyelamatkan Nabi 
Musa dengan ditenggelamkannya Firaun di Laut Merah. Konon pada tanggal 10 
Muharam ini harta Qorun ditenggelamkan dan yang lebih menyakitkan kepala 
Hussein cucu Rosul Pada tanggal 10 Muharram 61H, terjadilah peristiwa yang 
memilukan dalam sejarah Islam, yaitu terbunuhnya Husein, cucu Rasulullah 
saw di sebuah tempat yang bernama Karbala. Peristiwa ini kemudian dikenal 
dengan Peristiwa Karbala. Pembunuhan tersebut dilakukan oleh pendukung 
Khalifah yang sedang berkuasa pada saat itu yaitu Yazid bin Muawiyah, 
meskipun sebenarnya Khalifah sendiri saat itu tidak menghendaki pembunuhan 
tersebut.


Bulan Muharam Adalah Bulan Allah
Bulan Muharram merupakan suatu bulan yang disebut sebagai 
syahrullah (Bulan Allah) sebagaimana yang disampaikan Rasulullah SAW, 
dalam sebuah hadis. Hal ini bermakna bulan ini memiliki keutamaan khusus 
karena disandingkan dengan lafdzul Jalalah (lafadz Allah). Para Ulama 
menyatakan bahwa penyandingan sesuatu pada yang lafdzul Jalalah memiliki 
makna tasyrif (pemuliaan), sebagaimana istilah baitullah, 

[zamanku] Memahami Nur Muhammad

2008-11-21 Terurut Topik Verri DJ
Memahami Nur Muhammad

Nur adalah cahaya. An-Nur adalah Sang Cahaya, salah satu Asmaul Husna. Nur 
adalah cahaya ciptaan yang memancar dari Cahaya Allah Yang Tak Tercipta. 
Ketika cahaya ini masuk ke dalam hati, ia menghilangkan tatanan maujud (al 
kawn) yang menghilangkan mata bathin (al bashirah) sehingga ia tidak 
menyaksikan sesuatu selain Allah.

Nur Muhammad adalah Cahaya Muhammad. Ini singkatan dari istilah Bahasa Arab 
An-Nur Muhammadiyah artinya  sebuah realitas dari Muhammad atau realitas 
ke-muhammadan yang diciptakan sebelum penciptaan alam, yakni ketika Tuhan 
menggenggam cahaya dan memerintahkan agar menjadi Muhammad. Jadi dari Nur 
Muhammad ini alam diciptakan.

Nur Muhammad ini yang memungkinkan salik melanjutkan perjalanan 
menuju  Hakikat Muhammad. Karena sifatnya yang dingin sang salik bisa 
mencapainya, kalau tidak dingin maka dia akan terbakar habis.

Dari kalangan Syiah, mereka menyebutnya dalam Bahasa Parsi, Nur Muhammadi. 
Konsep ini dimaksudkan sebagai nilai kesempurnaan Imam mereka, ini 
merupakan konsep penting dalam doktrin imamah mereka. Menurut Jaffar 
AsShadiq Cahaya Muhammad diwariskan kepada laki-laki terkemuka diantara 
keluarga kami, dan bersinar kembali dalam diri sang Imam, dan dari kita 
seluruh ilmu pengetahuan berasal... Al Mahdi adalah bukti kebenaran yang 
terakhir sebagai penutup para imam...

Dari konteks kalimat di atas, konsep ini mendorong lahirnya paham 
emanasionisme, iluminisionisme,dan pengetahuan pancaran.

Di kalangan suni, konsep ini memiliki pengertian berbeda, sebagai fondasi 
sebuah konsep yang menyatakan bahwa rosul adalah manifestasi dari being. 
Hal ini, disebutkan dalam filsafat Plato sebagai Intellect. (Source : The 
Concise Encyclopaedia of Islam, Cyryll glasse), tetapi menurut Kamus 
Filsafat, karya Lorens Bagus, mengungkapkan bahwa Intelek bersumber pada 
Aristotles. Intellect berasal dari bahasa Latin, dari asal kata inter 
artinya antara dan legere artinya mengumpulkan, menyerap atau membaca. 
Jadi, maksudnya kemampuan untuk mengetahui secara konseptual dan 
menghubungkan apa yang dimengerti.

Doktrin ini menjelaskan berasal dari mitos manichean tentang penciptaan, 
dimana kreator mencipta karena serangan prinsip kejahatan yang absolut. 
Tuhan menciptakan diri sebagai partikel cahaya yang kemudian berhambur 
menjadi ciptaan sebagai sarana perlindungan. Menurut paham manicheanisme, 
cahaya ini merupakan tuhan itu sendiri.

Paham tentang alam berawal dari cahaya, juga disampaikan oleh Pak Subuh.

Lalu bagaimana pendapat dari  kalangan alim ulama maupun para sufi atau 
awliya, diantaranya Al Hallaj, Ibn Arabi,  dan Al Jilli?


Konsep Al Hallaj,
Nur Muhammad adalah adalah cahaya purba yang melewati dari Nabi Adam ke 
nabi yang lain bahkan berlanjut kepada para imam maupun wali, cahaya 
melindungi mereka dari perbuatan dosa (maksum), dan mengaruniai mereka 
dengan pengetahuan tentang rahasia-rahasia Illahi.

Allah telah menciptakan Nur Muhammad jauh sebelum diciptakan Adam AS. Lalu, 
Allah menunjukkan kepada para malaikat dan mahluk lainnya, bahwa Inilah 
mahluk Allah yang paling mulia.

Konsep Ibn Arabi,
Nur Muhammad sebagai prinsip aktif di dalam semua pewahyuan dan inspirasi. 
Melaluinyalah pengetahuan kudus itu diturunkan kepada semua nabi, termasuk 
Muhammad dan santo-santo, hanya kepada Ruh Muhammad saja diberikan jawami 
al kalim/averba dei/firman universal.

Konsep Al Jilli,
Nur Muhammad memiliki banyak nama sebanyak aspek yang dimilikinya. Ia 
disebut ruh dan malak apabila dikaitkan dengan ketinggiannya. Tidak ada 
kekuasaan mahluk yang melebihinya, semuanya tunduk mengitarinya, karena ia 
kutub dari segenap falak.
Ia disebut al haqq al mahluq bih, (Al Haqq sebagai alat pencipta), hanya 
Allah yang tahu hakikatnya secara pasti.
Dia disebut Al Qalam Al A'la (pena tertinggi) dan al Aql Al Awal (akal 
pertama) karena wadah pengetahuan tuhan terhadap alam maujud, dan melalui 
tuhan menuangkan sebagian pengetahuannya kepada mahluk.
Adapun disebut Ar Ruh Al Ilahi (ruh ketuhanan) karena ada kaitannya dengan 
ruh al Quds (ruh Tuhan), Al Amin (ruh yang jujur) adalah karena ia adalah 
perbendaharaan ilmu tuhan dan dapat dipercayai-Nya.

Perbedaan antara Nur Muhammad dan Hakikat Muhammad terletak dalam berbagai 
tingkatan kemenurunan (tanazul) wujud, dari kegaiban bathiniah khazanah 
tersembunyi hingga manifestasi lahiriah kosmos.

Demikian penjelasan dari khazanah ulama/sufi manca negara, di daerah 
Nusantara juga memiliki sudut pandang sendiri, seperti Ronggo Warsito dalam 
kitab Wirid hidayat Jati, yang boleh jadi merupakan saduran dari Muhammad 
Ibn Fadlilah dalam kitabnya Al tuhfah Al Mursalah ila Ruhin-nabi. Beberapa 
aliran spiritualis juga memiliki konsep sendiri-sendiri walaupun secara 
global mirip antara satu dengan yang lainnya.

Lalu, kira-kira siapakah yang paling cocok menurut sudut pandang Anda ? 
Atau barang kali Anda memiliki konsep sendiri seiring berjalannya waktu? 
Silakan,  kalau bisa berbagi...


Salam,

[zamanku] Adakah Dzikir Untuk Pengobatan? (Finish)

2008-11-12 Terurut Topik Verri DJ


Quantum Dzikir Untuk Kesehatan
Seri ke 2 - Finish


Oleh : Ferry Djajaprana


Hanya dengan mengingat Allah, hati menjadi tenteram. (QS. Ar Rad : 28)



Tahap Psikoterapi Doa

1. Tahap kesadaran Sebagai Hamba
Pada tahap ini adalah tahap pembangkitan kesadaran. Kesadaran sebagai hamba 
dan kesadaran kelemahan manusia. Sebelum berdoa seorang hamba diharuskan 
untuk merendahkan diri kepada Allah. Pada kesadaran ini  seseorang 
disadarkan akan gangguan kejiwaan atau penyakit sebagai bagian diri 
kemudian dimintakan kesembuhan kepada Allah.


2. Tahap Kesadaran Akan Kekuasaan Allah
Kesadaran akan kekuasan Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang, Yang 
memberi Kesembuhan akan sesuatu penyakit. Tahap ini menumbuhkan keyakinan 
kita kepada Allah atas kemampuan Allah dalam menyembuhkan.


3. Tahap Komunikasi
Berkomunikasi dengan Allah adalah suatu hal yang penting, tahap ini bisa 
berupa pengakuan dosa. Dengan hati yang bersih maka kontak dengan Allah 
akan lebih jernih.
Pengungapan kegundahan hati dan kesulitan yang dihadapi  akan menumbuhkan 
rasa dekat dengan Allah.
Permohonan doa kesembuhan terhadap apa yang dialami, jangan memaksakan 
kehendak agar Allah mengabulkan.
Tahap menunggu dan diam, namun hati tetap mengadakan permohonan kepada 
Allah. Pada tahap ini kita pasrah kepada Allah dan mengikuti kemauannya 
Allah dan apa kehendak Allah. Maka dengan sikap ini diharapkan akan dapat 
menangkap jawaban Allah.


Proses Terapi Doa

1. Tumbuhkan niat dalam diri untuk disembuhan oleh Allah.
2. Rilekskan tubuh, kendorkan dari mulai kaki hingga kepala, jangan ada 
ketegangan otot.
3. Sadari kesalahan yang dirasakan, amati keluhan itu, ikuti dengan 
kesadaran bahwa kita lemah, tidak berdaya dan tidak memiliki kemampuan apa-apa.
4.Sadari kebesaran Allah melalui alam ciptaan-Nya, Dia yang memberi hidup 
dan mati, Dia yang memberi sembuh dan sakit.

5. Ungkapkan seluruh keluhan yang dirasakan kepada Allah.
6. Mintakan kesembuhn kepada Allah
7. Tetap rilek dan masih pada posisi memohon kepada Allah
8. Pasrah kepada Allah sertai dengan keyakinan bahwa Allah menjawab doa 
yang dipanjatkan.

9. (Menunggu jawaban doa, diam namun tetap ingat memohon kepada Allah)

Proses Relaksasi Dzikir untuk Mengobati Insomnia

1. Ambil posisi tidur telentang yang paling nyaman
2. Pejamkan mata dengan perlahan-lahan, jangan dipaksakan agar otot 
disekitar mata tidak tegang.
3. Lemaskan semua otot. Mulai dari kaki, betis, paha dan perut. Gerakkan 
bahu beberapa kali agar rileks.
4. Bernafas dengan wajar, dan ucapkan dalam hati frase yang akan diulang, 
umpamnya Subhanallah.
Pada saat mengambil nafas ucapkan Subhanallah dalam hati, setelah selesai 
keluarkan nafas dengan mengucapkan Allah dalam hati. Sambil terus 
melakukan no, 4, lemaskan seluruh tubuh disertai dengan sikap pasrah kepada 
Allah. Sikap ini menggambarkan sikap pasip yang diperlukan dalam relaksasi, 
dari sikap pasip ini akan memunculkan efek relaksasi ketenangan yang luar 
biasa.


Selamat mencoba..

Note : Ref. Buku  Quantum Dzikir,  Abu T. Segara, Lafal, Yogyakarta

Salam,
http://ferrydjajaprana.multiply.com







[zamanku] Adakah Dzikir Untuk Pengobatan ?

2008-11-02 Terurut Topik Verri DJ

Quantum Dzikir Untuk Kesehatan

Oleh : Ferry Djajaprana


Hanya dengan mengingat Allah, hati menjadi tenteram. (QS. Ar Rad : 28)

Berdasarkan penelitian Dr. Herbert Benson dari Fakultas Kedokteran Harvard 
University menjelaskan bahwa  ibadah dan keimanan kepada Allah memiliki 
lebih pengaruh baik kepada manusia. Menurut Benson tidak ada keimanan yang 
banyak memberikan kedamaian jiwa sebagaimana keimanan kepada Allah. 
Menurutnya, bahwa jasmani dan ruhani manusia telah dikendalikan untuk 
percaya kepada Allah.
Menurut penelitian David B. Larson dan timnya dari The American National 
Health Research,  menjelaskan perbandingan yang taat beragama dengan yang 
tidak taat beragama untuk  sakit jantung ternyata 60% lebih rendah 
dan  bunuh diri 100% lebih rendah dari pada yang tidak taat beragama.


Sementara itu Prof. Dr.  Dadang Hawari, dari  Fakultas Kedokteran 
Universitas Indonesia menyatakan bahwa berdoa dan berdzikir merupakan 
bentuk komitmen keagamaan seseorang yang merupakan unsur penyembuh penyakit 
atau sebagai psikoterapeutik yang mendalam. Doa dan dzikir merupakan terapi 
psikoreligius yang dapat membangkitkan rasa percaya diri dan optimisme yang 
paling penting selain obat dan tindakan medis.


Berkaitan dengan itu, doa dan dzikir merupakan komitmen keimanan seseorang. 
Doa adalah permohonan yang dimunajatkan ke kehadirat Allah SWT. Dzikir 
adalah mengingat Allah SWT dengan segala sifat-sifat-Nya.


Secara umum dzikrullah adalah perbuatan mengingat Allah dan keagungannya 
dalam bentuk yang  meliputi hampir semua ibadah, perbuatan baik, berdoa, 
membaca Al Quran, mematuhi orang tua, menolong teman yang dalam kesusahan 
dan menghindarkan diri dari kejahatan dan perbuatan dzalim. Dalam arti 
khusus dzikrullah adalah menyebut nama Allah sebanyak-banyaknya dengan 
memenuhi tatatertib, metode, rukun dan syarat sesuai yang diperintah oleh 
Allah dan rosulnya.


Dzikir dibagi tiga. Pertama, dzikir atas dzatnya, yakni pengucapan laa 
ilaaha illallaah. Kalimat ini untuk menyeimbangkan  dan menselaraskan hati 
dengan Sang Pencipta. Kedua dzikir atas ilmunya, yakni pengucapan 
Muhammadar Rosuulullah. Allah memberikan pengetahuan dengan perantaraan 
Rosul SAW. Melalui beliau dituturkan kepada yang berhak mendapatkan 
petunjuk. Ali R.A. adalah penghubungnya atau wasilah, sesuai hadits Aku 
adalah kotanya ilmu, dan Ali adalah pintunya. Ketiga, dzikir atas 
af'al-Nya, yakni pengucapan Fi kulli lamhatin wa nafasin Adada maa 
wasi'ahuu 'Ilmullah (sebanyak kedipan dan nafas mahluk, serta seluas Ilmu 
Allah).


Pengungkapan dzikir tersebut merupakan kalimat tafakkur atas penciptaan 
Allah berupa gerak nafas dzikir seluruh mahluk-Nya baik yang tidak 
terlihat. Penghayatan dzikir ini sesuai dengan firman Allah Yakni 
orang-orang yang berdzikir kepada  Allah dengan berdiri, duduk dan 
berbaring dan bertafakkur tentang penciptaan langit dan bumi. (QS. Ali 
Imran: 191)


Konsep penghayatan dzikir tidak berhenti pada pengucapan dan pelantunan 
dzikir semata, tetapi sentuhan jiwa kepada Allah Yang Rahman dan Rahim 
menjadi cermin utama dalam menyikapi berbagai keadaan dalam kehidupan.


Allah SWT yang menjadi obyek pada saat kita dzikir akan berubah menjadi 
subyek, ketika perwujudan dan sifat-sifat Allah yang tampak pada setiap 
ciptaan-Nya mengambil tempat pada sikap dan perilaku yang berdzikir. Dengan 
bertafakkur pada kondisi demikian, kesadaran terhadap luasnya ilmu Allah 
akan tampak begitu nyata.


Dzikir kepada Allah bukan hanya semata-mata mengucapkan Asma Allah didalam 
lisan atau di dalam pikiran dan hati. Akan tetapi dzikir kepada Allah 
adalah ingat kepada Asma, Dzat, Sifat dan Af'al-Nya. Kemudian memasrahkan 
kepada-Nya hidup dan mati, sehingga tidak ada lagi rasa khawatir, takut 
maupun gentar dalam menghadapi segala macam mara bahaya dan cobaan.


Berserah diri menjadi kata kunci dalam memasuki pengalaman untuk 
mendekatkan diri kepada-Nya. Berserah diri tidak mungkin bila kita masih 
memiliki ego tentang diri kita masing-masing.


Hati bagaikan cermin. Setiap kali kita melakukan dosa maka ibarat debu yang 
menempel pada cermin. Ketika hati kita sudah bersih, alampun menyambut 
dengan seluruh aliran energi yang ada di permukaannya. Pada akhirnya 
masalah bukan lagi hal yang menakutkan, akan tetapi justru menjadi bumbu 
yang harus diramu menjadi energi untuk hisup. Energi yang mengalir dengan 
benar maka akan membawa keselarasan dalam hidup kita. Energi yang kita 
alirkan pada arah yang keliru, akan menghasilkan kerusakan seluruh dimensi 
kehidupan kita.


Psikoterapi Dzikir dan Doa

Psikoterapi dzikir dan doa dapat dijadikan psikoterapi untuk pengobatan 
keguncangan jiwa, kecemasan dan gangguan mental. Dzikir dan doa adalah 
metode kesehatan mental. Dengan berdzikir dan berdoa orang akan merasa 
dekat dengan Allah SWT dan berada dalam perlindungan dan penjagaannya. 
Dengan demikian akan timbul rasa percaya diri, teguh, tenang,  tenteram dan 
bahagia.


Note : Ref. Buku  Quantum Dzikir,  Abu T. Segara, 

[zamanku] Kesatuan Wujud, Seri 24 Belajar Tasawuf

2008-09-01 Terurut Topik Verri DJ


Kesatuan Wujud
Seri ke 24 Belajar Tasawuf
Oleh : Ferry Djajaprana


Dalam perjalanan spiritual para salik biasanya akan berakhir pada kesatuan 
mistik (the mystical union) dengan Tuhannya. Banyak jalan menuju Roma, 
demikian kata pepatah, yang artinya untuk mencapai kesatuan wujud banyak 
pula jalannya. Ada banyak tokoh Sufi yang telah mencapai kesatuan wujud, 
tetapi caranya antara satu dengan yang lainnya berbeda-beda.


Sebenarnya persatuan mistik yang dialami oleh para Sufi hakikatnya 
sama,  hanya saja karena dialami oleh orang per orang, dengan tingkat 
pengetahuan yang berbeda , maka konsep-konsep yang muncul dari  merekapun 
seolah-olah berbeda. Perbedaan yang mereka rasakan adalah fenomena saja 
bukan esensial.


Contoh Sufi yang popular memiliki paham Kesatuan Wujud (wahdat al Wujud) 
adalah Al Hallaj. Seorang guru Sufi abad sembilan, Al Hallaj pernah 
mengalami kondisi penyatuan wujud dengan Tuhan-nya, dengan mengaku bahwa 
dirinya adalah Kebenaran atau lebih popular disebut dalam Bahasa Arab 
Ana Al Haqq. Klaim ini merupakan hasil proses perjalanan spiritualnya 
menuju Tuhan akan tetapio klaimnya dianggap sesat pada abad 11 sehingga 
akhirnya dihukum mati. Walaupun Al Hallaj dianggap sesat, tetapi Rumi 
membela Al Hallaj dalam bukunya yang berjudul Fihi Ma Fihi, yang 
menurutnya ungkapan Ana Al Haqq adalah  merupakan ungkapan seorang muslim 
sejati.


Orang yang telah secara tulus menyatakan klaim bahwa dirinya adalah 
Kebenaran dipandang telah mencapai kedekatan dengan Tuhan. Ia telah 
menghilangkan dualitas dan jarak antara Tuhan dengan dirinya. Sedangkan 
pengakuan bahwa aku adalah Hamba Allah  merupakan tahapan iman yang 
rendah, karena sebutan hamba masih mengandung dualitas dan terasa adanya 
jarak antara salik dengan Tuhan-nya. Pengakuan ini melambangkan  manusia 
yang belum dewasa, sementara Al Hallaj telah memaksimalkan potensial 
kesadarannya. Dalam persatuan antara manusia dengan Tuhannya Al Hallaj 
mengalami fana dan baqa dalam Tuhan. Maka terjadilah keseluruhan manusia 
dalam Tuhan, sebagaimana tetes air yang bersatu dalam lautan. Tidak ada 
perbedaan antara seorang Hamba dengan Tuhannya. Jadi, menurut Rumi 
Bukan  Abu Manshur yang menyatakan Aku Adalah Tuhan di tiang gantungan, 
tetapi Allah.


Kesatuan wujud atau kesatuan mistik yang dialami oleh Al Hallaj ini biasa 
disebut doktrin Al Hullul.


Doktrin yang kedua adalah doktrin  Ittihad,  konsep Ittihad popular 
dibawakan oleh Abu Yazid Al Bisthami. Ittihad dalam persatuan mistik ini 
mengandaikan adanya perpisahan pada awalnya, dengan alasan tidak mungkin 
adanya persatuan tanpa perpisahan. Jadi, dalam konsep ittihad ada dua wujud 
yang mulanya berpisah, kemudian bersatu dalam sebuah peleburan.

Pernyataan Abu Yazid  :
Engkaulah yang kuinginkan,
Karena Engkau lebih dari kelimpahan,
Lebih dari kemurahan
Dan melalui Engkau, telah kudapatkan kepuasan di dalam Engkau.
Karena Engkau adalah milikku,
Telah kugulung catatan-catatan kelimpahan dan kemurahan.

Janganlah Engkau jauhkan aku dari Mu,
Dan janganlah Engkau berikan aku yang lebih rendah dari-Mu.

Setelah perjumpaan dengan Tuhannya, maka Abu Yazidpun kehilangan dirinya. 
Dalam keadaan hilang dan fana seperti itu, maka syahadatnya yang terkenal 
Maha Suci Aku, atau Tidak ada Tuhan selain Aku, terungkap dari 
mulutnya. Ketika Abu Yazid mengungkapkan seperti ini , ia tidak bisa 
dibedakan lagi dengan Tuhan-nya.


Konsep hullul Al Hallaj adalah mirip konsep inkarnasi di dalam Agama Hindu. 
Persamaan kedua konsep ini adalah  mengandaikan adanya dua entitas yang 
yang terpisah dan berbeda pada awalnya, tetapi pada saat perpaduan mistik, 
keduanya  melebur dalam kesatuan tunggal (wahdat al Wujud), sehingga tidak 
dapat dibedakan keduanya.


Perbedaan  kedua konsep ini, pada ajaran ittihad, kita bias  membayangkan 
seorang hamba yang menuju Pencipta dari dunia rendah menuju langit, dalam 
konsep Hullul, Sang Khalik yang turun  menemui atau mengisi hati hamba-Nya.


Rumi memiliki pandangan lain, baginya konsep peleburan itu tidak seperti 
tetes air yang melebur kepada samudera, dimana esensi seorang hamba larut 
pada Tuhannya. Menurut Rumi, esensi sang hamba tidak musnah, sekalipun 
sangat tidak efektif, dan hanya sifat-sifatnya saja yang lebur pada 
sifat-sifat Tuhannya. Lihat bait puisi Rumi berikut :


Tidak ada Darwisy di dunia, seandainya ada seorang Darwisy,
Darwisy tersebut sebenarnya  tidak ada.

Ia hanya ada dalam keagungan esensinya,
tetapi sifat-sifatnya telah lebur dalam esensi-esensinya.

Ia hanya ada dalam kelangsungan esensinya,
Tetapi sifat-sifatnya telah  menjadi tiada dala sifat-sifat Tuhan.

Seperti nyala lilin ketika dating matahari, ia sebenarnya tidak ada,
Sekalipun ada  dalam perhitungan formalnya.

Esensi nyalanya ada,
Sehingga jika engkau menyalakan kapas diatasnya, kapas tersebut akan 
terbakar oleh percikan apinya.

Tetapi pada hakikatnya ia tiada, karena lilin-lilin itu tidak memberimu cahaya:
Sang mentari telah membuatnya tiada.

Jakarta, Akhir Agustus 

[zamanku] Melalui An Nafs Kita Menuju Menjadi Manusia Sempurna, seri 23. Belajar Tasawuf ttg nafs dan ruh

2008-08-21 Terurut Topik Verri DJ


Melalui Nafs Kita Menuju Manusia Sempurna
Seri Ke 23. Belajar Tasawuf tentang Nafs dan Ruh
Oleh : Ferry Djajaprana dkk

Menjadi manusia sempurna adalah sifat yang paling mulia dan menjadi harapan 
bagi setiap individu. Dalam hal ini, yang dimaksud kesempurnaan adalah 
menyucikan diri dari sifat-sifat tercela dan menghiasi diri dari 
sifat-sifat terpuji.


Sifat tercela contohnya kebodohan, amarah, dendam, irihati, kikir, sombong, 
angkuh, congkak, cinta kedudukan, banyak bicara, tamak, panjang tangan dan 
berbagai sifat buruk lainnya. Sebaliknya sikap terpuji adalah pengetahuan, 
kesabaran, kesucian bathin, kemurahan hati, ketabahan, bersyukur, 
bertawakal kepada Allah, sikap hidup sederhana, menilai diri sendiri dengan 
cermat, mencintai sesama mahluk, bijaksana, bersikap terbuka dan sikap baik 
lainnya.


Tujuan para penempuh jalan spiritual (salik) adalah mencapai kesempurnaan 
dan suci dari perangai buruk, yang merupakan suatu proses yang 
diperintahkan oleh syariah. Sayangnya untuk mencapai kesempurnaan itu 
tidaklah mudah, karena para salik harus memahami dulu tentang siapa dirinya 
yang sesungguhnya.


Manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan yang sempurna, dimana di dalam dirinya 
terdiri dari dua komponen utama, yaitu jasad dan ruh. Jasad adalah jiwa 
kasar dan kasat mata, sedangkan ruh adalah jiwa halus yang tidak kasat 
mata. Ruh adalah kenyataan terdekat tetapi sekaligus misteri terjauh. 
Begitu dekat, karena ia selalu hadir kemanapun kita bergerak; ia adalah 
penyebab kehidupan dan gerakan itu sendiri. Ruh begitu terjauh karena tak 
terjangkau oleh akal pikiran.


Di kalangan para sufi, ruh tidak didefinisikan, tetapi ia dilihat sebagai 
alat manusia untuk berhubungan dengan tuhannya. 1)


Menurut Al Ghazali 2), dalam koridor hubungan dengan Tuhannya ruh dibagi 
menjadi dua kategori, pertama, ruh yang berhubungan dengan jasad. Ruh ini 
berhubungan erat dengan jantung, beredar bersamaan dengan darah. Jadi kalau 
detak jantung berhenti maka berakhir pula kontrak ruh ini. Ruh dalam 
kategori ini merupakan sumber pengindraan, jadi seperti listrik menerangi 
tubuh kita. Ruh ini adalah pemberi kehidupan.
Ruh kategori ke dua, adalah ruh yang halus dalam diri manusia, yang 
memungkinkan mengetahui dan mempersepsi, pengertian ini sama dengan hati 
sebagai sesuatu yang halus, yang memiliki sifat ketuhanan dan keruhanian 
(lathifah rabbaniyh ruhaniyah).


Ruh sering juga diartikan dengan jiwa (Sansekerta : Jiva, Inggris : Soul, 
Yunani Psyche atau pneuma). Jiwa ini merujuk pada pelaku pengendali atau 
pusat pengaturan. Jiwa dalam diri manusia mengacu pada substansi imaterial 
yang selalu ada di tengah-tengah perubahan kehidupan, yang menghasilkan dan 
mendukung kegiatan psikis. 3)


1) Yunasril Ali,  Ruh Jenjang-jenjang ruhani, Penerbit Serambi, Jakarta, 2003
2) Al Ghazali, Ihya Ulum Al din,
3) Lorens Bagus, Kamus Filsafat, Gramedia, Jakarta, 2005

Ruh atau roh (Inggris : Spirit, Latin : Spiritus, Yunani : Psyche) 
4)  istilah ini menunjukkan kepada prinsip kehidupan. Roh ini mengacu 
kepada jiwa, nafas kehidupan.
Definisi roh ini mengacu kepada ilmu filsafat, jadi maknanya dengan ilmu 
tasawuf masih tidak jauh berbeda. Selanjutnya kami akan membahasnya dari 
ilmu tasawuf saja agar tidak melebar masalahnya.


Hubungan Ruh dengan Nafs

Dari pengertian penjelasan definisi diatas tersirat bahwa ruh dan nafs 
adalah serupa tapi tidak sama. Kesamaannya  yaitu menyangkut pada diri 
yang memberikan makna bagi kehidupan. Baik sebagai pemberi daya hidup pada 
jasad maupun memberi makna kehidupan.


An Nafs, adalah jiwa psikis, wujud halus dari suatu individu, Aku, 
berlawanan dengan roh atau dengan akal, nafs muncul dalam aspek negatif, 
karena ia muncul dari kecenderungan individualistik atau egosentrik.


Hubungan ruh dengan nafs, memiliki keterkaitan. Sebagian ulama menyatakan 
keduanya identik, landasannya QS. Az Zumar 39:42.


Sebagian ulama menyatakan berbeda,  menurut Muqatil bin Sulayman, seorang 
theolog Murjiah, menyatakan manusia memiliki  tiga komponen dalam dirinya, 
yaitu : hayat, ruh dan nafs.


Sebagai ilustrasi, jika seseorang tidur, maka nafsnya keluar dari badannya, 
nafsnya bisa beraktivitas diluar jasad, namun dia tetap terikat dengan 
jasad. Mimpi adalah aktivitas dari nafs-nya, sehingga bisa bertemu dengan 
nafs yang lain. Sementara hayat dan ruh tetap dalam jasad. Jika jasad dan 
ruh membalikkan badan seseorang maka nafs akan kembali secepat kilat. Jika 
Allah mematikan seseorang, Dia akan mengembalikan nafsnya kepada jasadnya.


Umumnya para sufi berkesimpulan bahwa nafs lebih dekat hubungannya dengan 
dimensi fisik yang berasal dari tanah. Oleh sebab itu corak tanah lebih 
dominan pada nafs. Jadi, nafs adalah sumber ahlak tercela,  sementara itu 
ruh adalah sumber ahlak terpuji, namun demikian, nafs dapat ditundukkan ke 
arah positif, sehingga akan mengasilkan ahlak atau hal-hal yang bersifat 
baik juga.


Menurut Titus Burckkardt 5), menjelaskan  beberapa perbedaan nafs, yaitu :
1. An 

[zamanku] Kehidupan bersama Tuhan

2008-08-04 Terurut Topik Verri DJ


Kehidupan Bersama Tuhan
Nasihat Ayatullah Tasykiri
Oleh : Ferry Djajaprana

International Conference of Islamic Scholars (ICIS) III berakhir, Jumat 
(1/8/2008), dan menghasilkan rekomendasi untuk mengatasi konflik yang 
dinamakan Jakarta Message. Dengan itu diharapkan konflik yang terjadi 
utamanya di negara Islam bisa diatasi dengan baik dan menciptakan 
perdamaian dunia.


ICIS ke tiga membahas isu-isu global yang telah dimulai sejak ICIS pertama 
tahun 2004, ICIS tahun ini mengangkat tema Menegakkan Islam sebagai 
'Rahmatan lil-alamin' Pembangunan Perdamaian dan Pencegahan Konflik di 
Dunia Muslim.


Menegaskan kembali keyakinan kita bahwa nilai-nilai dan ajaran Islam 
mewajibkan ummah untuk mendorong perdamaian, keadilan, kebebasan, moderasi, 
toleransi, keseimbangan dan konsultasi serta kesetaraan, sebagai landasan 
harkat dan martabat manusia.


Sehari sebelum pulangnya (2/8) Ayatullah Moh Ali Tasykiri beserta rombongan 
diantaranya Ayatullah Rahbani dan Hujjatul Islam Khaliq Por ke negara 
Republik Islam Iran, mereka menyempatkan diri mampir di kampus   Islamic 
College For Advances Studies (ICAS) di Jakarta. (lihat  foto klick :
http://ferrydjajaprana.multiply.com/photos/album/55/Ayatullah_Tasykiri_Ayatullah_Rohbani_dan_Hujjatul_Islam_Khaliq_Por 
)


Dalam ceramahnya Ayatullah Tasykiri seusai shalat Dhuhur berjamaah di 
ICAS  yang dibawakan dalam bahasa Parsi dan diterjemahkan oleh Mohammad 
Bagir, MA, salah seorang dosen ICAS, menjelaskan bahwa agama Islam itu 
bukan melulu masalah ritual tetapi menyangkut seluruh aspek kehidupan umat 
manusia.


Ayatullah membagi konsep tentang hubungan agama versus mesjid agama dalam 
tiga hal, pertama, hubungan agama dengan masjid berbeda, perbedaan ini 
mengarah terbentuknya sekulerisme, umumnya para ulamanya menukil  ayat-ayat 
Al Quran untuk kebutuhan sekularisme. Kedua, Masjid saja tanpa hubungan 
lainnya, maka akan terjadi fanatisme agama. Dan terakhir, azas masjid 
diperluas keagamaanya pada  keseluruhan aspek kehidupan manusia. Ayatullah 
mencontohkan, pada majlis kecil dihadapannya yang sekarang beliau bimbing, 
dimulai dari bercakap, mendengar, tanya-jawab semuanya bersifat religius. 
Nah, Tipe terakhir adalah tipe yang ideal, tetapi sebagian besar 
ulama  lebih menyenangi point satu dan dua.


Berkaitan dengan Indonesia, negara yang memiliki komunitas muslim terbesar 
di dunia ini beliau sangat respek, karena beberapa kali akan dijajah 
kembali setelah kemerdekaan pihak sekutu mengalami kesulitan. Setelah 
diadakan riset oleh Belanda, tutur beliau, didapat kesimpulan bahwa pergi 
haji membuat keislaman  jamaah pribumi Nusantara bertambah kuat. Umumnya, 
bagi siapa saja yang pergi haji dan mengalami gemblengan di Mekah dan 
Madinah dan sekitarnya, maka sekembalinya dari tanah haram tersebut, 
sifatnya akan berubah  menjadi lebih baik. Dan ini mempengaruhi semangat 
perjuangan melawan kolonialisme.


Sekilas Tentang Ayatullah Tasykiri,

Di Iran, Ayatullah Tasykiri, sepanjang kehidupannya hanya untuk berjuang di 
jalan Allah, banyak berceramah dan berhidmat untuk agama Islam. Aktivitas 
beliau sekarang adalah konsultan International Relation dan pemimpin markas 
propagasi (da'wah) dan juga ketua lembaga Takrib, yaitu lembaga yang 
menaungi berbagai mazhab agar tidak terjadi konflik antar mazhab. Ketika 
ditanya tentang caranya,  beliau menekankan tentang pentingnya berazaskan 
rasionalitas (selain Al Quran dan Al Hadits), persamaan adalah sebagai 
titik tolak untuk menuju perdamaian, jika ada perbedaannya maka harus ada 
saling toleransi. Dengan persatuan umat, maka akan dimiliki kekuatan yang 
solid untuk melawan kesewenangan super power. Ide baik, untuk bisa kita 
tiru sehingga tidak terjadi keributan antar mazhab di Indonesia.


Kita memiliki tanggung jawab untuk seluruh umat, khususnya pada segi 
politik, sosial dan ekonomi, ketika banyak masyarakat yang kufur, itu 
merupakan tanda ketimpangannya.


Menutup ceramahnya, beliau berpesan bahwa melalui ilmu dan berlaku ikhlas 
diharapkan kita bisa melaksanakan tugas sesuai bidangnya. Kehidupan tidak 
bermakna jika tidak dilakukan dengan Tuhan.. Demikian tuturnya.


Semoga Allah memberkati persaudaraan kita dengan rahmat dan fitrah agar 
terhimpun sebuah solusi yang komprehensif dan praktis guna memberdayakan 
ummat dalam upaya menciptakan perdamaian dan toleransi untuk kemanusiaan.


Salam,
Http://ferrydjajaprana.multiply.com





[zamanku] Mengapa Tuhan Mencipta (Seri 21)

2008-07-27 Terurut Topik Verri DJ


Mengapa Tuhan Mencipta?
Belajar Tasawuf Seri Ke 21
Oleh: Ferry Djajaprana

Ada beberapa pertanyaan dari  salah seorang rekan  yang mungkin tidak 
sempat kita pertanyakan atau belum sempat kita renungkan:


- Mengapa Tuhan menciptakan bumi dan mahluknya?
- Mengapa Tuhan menciptakan iblis yang begitu setia menggoda manusia?
- Mengapa Tuhan menciptakan babi dan alkohol dan pohon ganja ?
- Mengapa Tuhan menciptakan penjahat, pembunuh, pemerkosa, koruptor, penipu?
- Mengapa Tuhan menciptakan yang baik dan yang buruk ?
- Mengapa Tuhan menciptakan Inul, Dewi Persik, dan musik dangdut organ 
tunggal ?
- Mengapa Tuhan menciptakan ilmuwan-ilmuwan  yang menghancurkan dan 
melestarikan bumi?

- Mengapa Tuhan menciptakan permusuhan dan perdamaian di bumi ?
- Mengapa Tuhan menciptakan pemikir-pemikir agama, negara, spiritual, ekonomi ?
- Perlukah Tuhan menciptakan semua itu untuk eksistensi-Nya?
- Apakah semata Tuhan menciptakan semua karena kecintaanNya pada umat 
ciptaanNya?

- Siapa memerlukan siapa dalam konteks mencipta dan bertuhan?

- Siapa yang mau mulai membahas pertanyaan-pertanyaan di atas?

Jawab :

Ada banyak  pertanyaan tentang Mengapa Tuhan Mencipta?, pertanyaan detail 
yang menarik untuk dikaji.


Menjawab pertanyaan di atas bisa dengan berbagai cara dan berbagai sudut 
pandang, tentunya jawaban dari berbagai ahli, seperti ahli kalam, ahli 
filsafat, ahli tasawuf, dan lainnya dengan gaya masing-masing yang unik 
akan menghasilkan kesimpulan kajian yang berbeda.


Saya mencoba membahasnya dari kacamata tasawuf. Dari 12 pertanyaan di atas, 
saya hanya merangkumnya dalam  tiga esensi  pertanyaan saja, pertama, 
merenung tentang konsep kenapa Tuhan ingin menciptakan berbagai jenis 
mahluk yang merupakan ekstensinya? Kedua, bagaimana proses penciptaannya 
(tajali) ? Dan terakhir, bagaimana akhlak baik dan buruk yang menyifati 
mahluk hidup. Rangkuman pertanyaan pertama dan kedua dibahas dengan 
metaforis karena kesulitan mengekspresikan bahasa sehingga diperlukan 
renungan tambahan oleh masing-masing pembaca, sedangkan yang terakhir 
dengan pendekatan filosofis.


Jawaban diatas  memang sengaja ditulis dengan bahasa ekspresi tersirat 
(esoterik), agar ada perenungan sendiri untuk menyimpulkannya sendiri, 
karena ini hanya merupakan trigger saja, bukan jawaban baku yang diharapkan.


1. Merenung Ciptaan Tuhan

Mengikuti kemauan yang bertanya, saya mencoba merenung di depan kaca cermin.

Melihat di cermin sama saja saya melihat tajali Tuhan. Tuhan 
memanifestasikan diri-Nya melalui diri saya.


Saya berupaya terus untuk melihat Tuhan, nyatanya saya tetap terhijab, 
tidak bisa melihat-Nya. Sekali lagi, saya pandang-pandangi ternyata hanya 
bisa melihat wajah saya sendiri.


Adalah suatu hal yang mustahil, mahluk mampu melihat Sang Khalik.

Cermin hanyalah analogi, andaikan saya adalah Tuhan, tentunya  pantulan 
wajah saya yang dicermin walaupun memiliki mata seperti hakikinya mata 
saya, pastinya  tak kan bisa melihat saya yang asli, karena tayangan di 
cermin adalah maya.


Jangankan kepada sang Pencipta dihadapannya, kepada material cermin yang 
mengakomodasinya saja sulit melihatnya, karena fokus mata hanya  melihatnya 
pada citra diri  saja. Kita tidak pernah mampu melihat dua gambaran pada 
saat yang sama, citra diri pada cermin dan aktual materi kaca cermin.


Jadi, benar bahwa  bentuk yang terpantul secara hakiki tidak tersembunyi di 
dalam kaca, karena ia mewujudkan bentuk tetapi hanya maya.


Jika Anda bercermin, sebagai wujud yang merenung tentu tidak melihat 
hakikat sebenarnya, tetapi hanya melihat bentuknya sendiri dalam Kaca 
Hakikat.


Anda dapat menikmati batas maskimum yang dapat dicapai mahluk, tidak bisa 
lebih. Jika, dipaksa terus melihat bentuk obyektif, maka hanya akan melihat 
non-eksitensi murni



Sementara kita tidak tahu  tentang pengetahuan langsung Tuhan, maka pada 
saat yang sama sebenarnya Anda memiki pengetahuan baru. Menurut Khalifah 
Abu bakar Ketakmampuan seseorang untuk mengetahui pengetahuan adalah 
sebuah Pengetahuan. Kalau boleh meminjam istilah Hindu, ungkapan ini 
adalah sama dengan pembedaan Vedanta antara Subyek murni Atman dan 
obyektivasi ilusinya, yaitu subyek individu atau jiva.


Jadi, Tuhan adalah kaca tempat Anda melihat diri sendiri sebagaimana 
adanya. Kaca-Nya merupakan tempat dimana Ia merenungkan Nama-nama-Nya. 
Nama-namanya tidak lain Dia sendiri, jadi analoginya ini adalah berupa 
pembalikan.


Ini adalah jawaban analogi dari pertanyaan di atas, ringkasnya menurut 
hadis Qudsi Aku adalah perbendaharaan yang tersembunyi; Aku ingin 
diketahui maka Aku menciptakan dunia.


Analogi kaca sebagai pembanding alam, dimana Hakikat Yang Maha Sempurna 
merenungi diri sendiri dalam bentuk-bentuk, yang beragam atau 
mencermnkan  Diri dalam berbagai tingkat perwujudan (at tajalli) Wujud Tunggal.


Kaca-kaca melambangkan kemungkinan-kemungkinan Hakikat (Adz-Dzat) untuk 
menentukan diri-Nya sendiri, memungkinkan apa yang dikandung-Nya dengan 
sifat 

[zamanku] Seri 19. Tasawuf dan Fisika Kuantum

2008-07-11 Terurut Topik Verri DJ


Tasawuf dan Fisika Kuantum
Seri Ke 19 Belajar Tasawuf

Oleh : Ferry Djajaprana


Dalam pandangan fisika kuantum 1) kita mengenal apa yang disebut medan 
gaya. Medan ini dapat didefinisikan sebagai struktur tidak terlihat yang 
menempati ruang angkasa dan kita mengenali 
melalui  pengaruhnya.2)  Medan-medan ini menurut Gary Zukav, merupakan 
inti alam semesta. Benda-benda yang kita amati dalam berbagai percobaan, 
yakni manifestasi fisik materi sebagai partikel, merupakan efek sekunder 
dari Medan3). Kesimpulan ilmiah ini mau tidak mau mendorong para ilmuwan 
untuk menjauhi cara berfikir materialistik dan parsial yang dominan. 
Sebaliknya, teori medan memaksa ilmuwan untuk berfikir tentang sebuah alam 
yang mengandung berbagai pengaruh yang saling bertemu dan struktur tak 
terlihat saling berhubungan.


Kesadaran akan keberadaan Sang Maha Cerdas telah memasuki bumi, turun ke 
dalam mencapai hubungan puncak. Sebuah peradaban baru telah lahir. Sekarang 
kita tepat berada di tengah-tengah masa transisi dimana dua dunia 
bercampur; dunia lama tetap bertahan dengan begitu kuatnya dan terus saja 
mendominasi kesadaran kaum awam, dan kesadaran baru muncul secara 
diam-diam, evolutif, tanpa diketahui sampai sedemikian rupa sehingga secara 
eksternal dunia telah sedikit demi sedikit berubah untuk sementara waktu, 
kemudian  dunia baru ini akan bergulir, tumbuh sampai pada suatu hari akan 
menjadi cukup kuat untuk berdiri sendiri 4)


Menurut Einstein, bahwa ruang dan waktu bukanlah entitas-entitas 
terpisahkan. Keduanya merupakan sebuah kontinum, atau aspek-aspek yang 
berbeda dari sesuatu yang penting dan sama. Kemampuan puncak saling 
bertukar tempat dari keduanya seperti kemampuan yang dimiliki materi dan 
energi. 5)


Tulisan yang tersebut di atas sengaja kami paparkan  sebagai prolog karena 
dalam kehidupan zaman sekarang ini sesungguhnya kita sudah masuk ke zaman 
nuklir, ada pengalaman menarik yang dialami oleh seorang penulis Argentina 
Jorge Luis Borges yang  terkagum-kagum ketika memahami mistik dan fisika 
kuantum, dia menjelaskan sebuah pandangan yang biasanya dimiliki oleh 
para  mistikus dan idealis, yakni sifat halusinatif dunia ini.  Katanya, 
Kita (Tuhan Yang Maha Esa yang bekerja pada diri kita) telah memimpikan 
dunia ini. Kita telah memimpikannya sebagai abadi, misterius dan dapat 
dilihat, hadir dalam ruang dan tetap dalam waktu; tetapi kita setuju dengan 
interval-interval ketidak logisan arsitektur dunia yang renggang dan kekal 
yang mungkin kita mengetahui bahwa itu keliru, papar Jorge Luis  Borges. 6)


-o0o-

Demikianlah celotehan para fisikawan quantum yang merasakan keberadaan Dzat 
Maujud Mutlak yang berada di luar cakrawala pengetahuan dan pengalaman 
manusia.


Data yang ada pada manusia hanya memungkinkan cakrawala itu bergeser, 
sehingga medan pemahaman tentangnya makin bertambah. Demikianlah para 
ilmiawan itu mengintip lewat celah-celah fisika kuantum, makin hanyut dalam 
ketakjuban.  (QS. Al Mulk: 4).


Dalam bahasa matematika batas atas disebut limit. Definisi limit adalah 
nilai-nilai suatu pengalaman manusia senantiasa mendekati ambang limit, 
tetapi dia takkan bisa melampauinya. Ambang limit itu sendiri merupakan 
ungkapan yang tak terbatas dan tak terperikan. Kehendak melampaui ambang 
ini adalah upaya mahluk keluar dari ketaksempurnaan dirinya. Akan tetapi, 
begitu ia keluar dari ambang ini, ia akan tertelan dalam Kekosongan - jati 
diri eksistensinya akan lenyap dalam Ketakterbatasan. Pada saat dengan fana 
oleh ahli makrifat. 7) mengikuti firman Allah :


Semua yang berada di alam (ciptaan) akan merasakan fana (musnah, binasa). 
Dan tetap kekallah Wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. 
(QS. Ar Rahman : 26-27).


Bahasa sebagai hasil pengalaman manusia tidak akan bisa menangkap 
Ketakterbatasan, karena hal itu bertentangan dengan kodrat penalaran 
manusia yang cenderung mengurai, dan membatasi. Sesuatu yang tak terungkap 
dan tak terbatas, pastilah tak kan terurai. Artinya sesuatu yang tak 
terurai ini tidak mungkin dicerap oleh manusia. Wujud Mutlak atau Pewujud 
berada di luar analitis dan definisi, observasi ataupun verifikasi, ia 
hanya bisa di umpamakan dan dibayangkan, disembah dan dipuji, diagungkan 
dan diseru dengan keimanan dan penghambaan.


Lalu bagaimana cara mengenal Wujud Mutlak ini? Caranya mintalah kepada-Nya 
untuk memperkenalkan Diri-Nya. Agama adalah wilayah pengungkapan Ilahi. 
Melalui kalam dan wahyu Ilahi wujud mutlak atau Allah itu memperkenalkan 
Diri-Nya dalam bahasa perumpamaan (mitsal) dan tanda (ayat) yang bisa 
dipahami oleh pikiran manusia.


Untuk memperkenalkan Diri-Nya, Allah menciptakan tanda-tanda dan 
perumpamaan. Dengan tanda dan perumpamaan ini Allah menyingkapkan Diri-Nya 
kepada mahluknya.


Sebagai contoh, ketika X bergerak kita memahami bahwa gerakan X adalah 
proses yang harus dilalui X untuk menuju kepada kesempurnaannya. Tentunya 
pusat yang dituju oleh X