Bahkan Agus sudah memperkirakan, tahun depan, Jawa Timur akan terjadi
gempa itu. ...
Mungkin bisa sharing dengan kita, data apa yang mereka gunakan untuk meramal
akan ada gempa di Jawa Timur tahun depan, sehingga masyarakat perlu mewaspadai?
Thanks
B. Pujas
Andang
Maaf saya masih kurang paham. Yang saya tangkap, pembagian persentase IP yang
sudah disepakati berdasarkan proporsi luas blok dan bukan proporsional terhadap
luas struktur. Apakah benar demikian?
Salam
Pujas
Achmad Luthfi [EMAIL PROTECTED] wrote:
Yah memang prihatin ada sebutan oknum
Repotnya kalau masuk wilayah konflik, biar berlaku jujur, tetep aja dicurigai.
Salah-salah diteriaki maling
budi santoso [EMAIL PROTECTED] wrote:
Saya pikir perlu klarifikasi 'sejelas-jelasnya'
tentang si oknum ini, dalam hal ini PP IAGI bersama
dewan kehormatan perlu turun tangan.
Terlepas dari mana asal usul Hg, artinya lumpur itu kalau memang benar
mengandung Hg sudah menjadi lumpur beracun. Namun perlu dipertimbangkan, lebih
bahaya mana membiarkan lingkungan darat yang padat pemukiman tercemar HG, atau
mencemari laut dengan Hg.
Perlu klarifikasi, apakah
Bukannya sudah ada menteri yang bilang (menjamin), bahwa pemerintah tidak perlu
mengeluarkan uang sepeserpun. Saya lupa siapa yang ngomong, tetapi itu berarti
udah ada yang mengakui itu sebagai kecelakaan kerja. Tapi ini pernyataan
politis. Lain politis lain hukum..
[EMAIL PROTECTED]
Saya kira kita harus berpikir realistis saja, bahwa mengatasi lumpur tidak akan
selesai kurang dari 3 bulan. Itupun kalau bisa. Melihat volume lumpur yang
begitu banyak, kecil kemungkinan rumah atau ladang yang terkubur bisa segera
kembali dihuni/dimanfaatkan seperti sedia kala, walaupun lumpur
Pan udah pernah dibahas, bahwa kapasitas produksi jarak, hampir tidak mungkin
mengganti 100% konsumsi bbm saat ini. Kalo gak salah itung, satu mobil perlu 1
ha lahan untuk konsumsi 5-10 l/hari. Bisa menggantikan 50% aja udah pol hebat.
Yang mobil hibrid ternyata juga masih belum bisa
Justru karena para ahli belum punya alat untuk mendeteksi kapan dan dimana akan
terjadi gempa, sehingga satu-satunya sumber yang bisa dipercaya tinggal
paranormal. Mereka lebih percaya paranormal, yang masih punya peluang benar
(sekalipun cuman 1%), dibanding pakar yang tidak tahu sama sekali.
Hmm...jadi sedih deh, apa memang kerja LSM kaya gitu yah.
Lalu apa misi perjuangannya: memberdayakan rakyatkah?
Pujas
Yudi S Purnama [EMAIL PROTECTED] wrote:
Bravo Mas Agus,
Salut untuk kerja keras Mas, ...
Yudi
- Original Message -
From:
To:
Sent: Tuesday, July 25, 2006
Hydrogen hanya mengeluarkan limbah air yang aman lingkungan, tapi pembuatan
Hydrogen dari HC atau ethanol menghasilkan limbah CO2 . Benar CO2 bisa
disuntikkan ke perut bumi sehingga tidak mencemari lingkungan, tapi itu mahal.
Kalau modal cupet, mereka lepas aja ke udara, siapa yang monitor?
Sebaiknya perlu klarifikasi ke media yang salah kutip. Ini ada kaitannya dengan
kredibilitas keahlian ilmu bumi, baik secara perorangan maupun kelembagaan, dan
trust masyarakat terhadap para ahli profesi kebumian.
salam,
pujas
Slamet, Germawan [EMAIL PROTECTED] wrote:
All,
Kliatannya
Kenyataan tidak bisa dipungkiri bahwa AS masih mendominasi kekuatan dunia saat
ini. Melakukan tindakan yang berlawanan dengan kebijakan AS atau mencari
dukungan lawan AS tentu akan mengalami banyak kendala. Meminta bantuan AS juga
bukan solusi yang baik buat Indonesia, kenyataannya Indonesia
Di sepanjang pantai selatan Jawa dan barat Sumatra yang rawan tsunami banyak
pantai wisata. Kebanyakan yang berada di pantai, nelayan, apalagi yang lagi
berenang di pantai, tidak merasakan gempa, sehingga tidak mengantisipasi adanya
tsunami. Mungkin sudah saatnya pemerintah atau pihak yang
Saya meragukan pendapat bahwa lumpur tersebut dari influx air sungai disekitar
luapan lumpur. Kalau ada influx dari sungai (artesis), maka tekanan yang
menyebabkan lumpur keluar adalah normal hydrostatic pressure (bukan
overpressure).
Saya lihat semburan lumpur sekitar 0.5-1 meter,
dengan additive mud..? sehingga tidak terbaca sebagai CO2, kira-kira
macam apa saja additive mud yang bisa bereaksi dengan CO2 yah..?
AP
On 7/4/06, B. Pujasmadi
wrote:
Biasanya data pengukuran lapangan dan sesor mudlogging tidak terpaut jauh.
Kemungkinannya alat tidak berfungsi dengan baik (perlu
Biasanya data pengukuran lapangan dan sesor mudlogging tidak terpaut jauh.
Kemungkinannya alat tidak berfungsi dengan baik (perlu dilihat, kapan terakhir
dikalibrasi) atau sumber gas yang berbeda (bukan dari 2319 mtvdss). Pernah di
lapangan, CO2 selama drilling membaca 90-95%. Kita sempet gak
Sebenarnya yang bisa langsung dikenakan adalah pasal pencemaran (pidana), tanpa
harus mencari-cari kesalahan teknis, karena UU udah jelas. Keputusan teknis
biasanya dilakukan dari hasil musyawarah (diskusi antar team). Misalnya apakah
pasang casing dulu sesuai program atau bor dulu sampai
Saya belum bisa memahami terjadinya overpressure di batuan karbonat. Mungkin
ada yang bisa menjelaskan secara singkat teorinya. Jangan-jangan formation
pressure yang 15.7 ppg itu supercharge? Adakah data PLT yang mendukung?
BPJ
Andang Bachtiar [EMAIL PROTECTED] wrote:
Thx info-nya Kang
PROTECTED] wrote:
Kalau memahahami overpressure di lensa batupasir yg berada diantara shale
bisa ngga ?
RDP
On 6/21/06, B. Pujasmadi
wrote:
Saya belum bisa memahami terjadinya overpressure di batuan karbonat.
Mungkin ada yang bisa menjelaskan secara singkat teorinya. Jangan-jangan
formation
Setahu saya terjadi lost circulation di atas bit depth bisa terjadi kalau MW di
naikkan setelah menembus formasi tersebut hingge bit depth, atau terjadi
penyumbatan di annulus. Kalau tidak ada penambahan MW dan tidak ada
peningkatan pressure di annulus, maka dapat dipastikan lost circulation
Mungkin disini ada jawabannya:
http://www.geology.sdsu.edu/how_volcanoes_work/Pyroflows.html
Pujas
Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote:
Mumpung kebumian sedang diminati utk dipelajari masyarakat, mungkin
ada rekan yg dapat membantu menjawab pertanyaan berikut ?
RDP
--- In
Saya melihatnya, masyarakat menganggap teknologi hari ini harus mampu menjawab
segala persoalan dengan tepat dan cepat, padahal kenyataannya banyak fenomena
alam yang belum bisa terjawab. Pernah saya dengar komentar di radio, yang
menyalahkan BMG yang dianggap lalai dan tidak akurat, sehingga
Keluarnya lumpur pada radius 200-500 meter dari sumur, saya kira cementing
tidak akan bekerja. Lagipula sekarang rignya udah terkubur lumpur juga,
sehingga tidak bisa digunakan (CMIIW).
BTW, the present is the key to the past. Kalau ada lumpur yang begini,
pelajaran geologi apa yang bisa
Produksi 4 ton/1000 ha/hari kurang lebih sama dengan 5 liter/ha/hari.
Biaya 2 juta/ha/th? atau sekitar 5500 rupiah/ha/hari.
Dengan asumsi kendaraan memerlukan bbm 5 liter/hari sama artinya satu mobil
memerlukan lahan 1 ha lahan produktif.
Kayaknya wacana biodisel hanya bisa untuk B10
Wah, bisa-bisa geology mulai dijadikan kambing hitam nih. Kalau ramalan meleset
nanti bilangnya, itu katanya geologist. Jangan salahkan nanti kalau masyarakat
awam ngertinya ilmu geologi yang kaitannya dengan bencana alam: dari tanah
longsor, gunung meletus, gempa bumi dan banjir.
Dicampur sih bisa, tapi tidak untuk dijadikan bahan bakar mesin.
Untuk mesin bahan bakar gasolin, umumnya pakai angka oktan kisaran 88-95.
Mesin diesel umumnya angka setan 40-55. Biodisel B100 yang bisa dijadikan bahan
bakar mesin disyaratkan punya angka setan 47 (USA). Semakin kecil angka
Kalo pendapatan sebuah perusahaan lebih besar dari pendapatan negara, apa itu
artinya? Negara salah urus, atau sumber daya yang lemah? Padahal aset negara
kita mestinya jauh lebih besar dari asset perusahaan sekelas Exxon.
BPJ
Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote:
Lah kalau
Fracture yang bisa dikenali dari seismic barangkali hanya major fractures atau
kita lebih mengenalnya sebagai minor faults. Saya kurang yakin kalau fracture
dapat menghasilkan kontras impedance yang cukup untuk dikenali di seismik,
terlebih pada batuan karbonat yang mudah larut dan terjadi
seluruh dataran
amblas menjadi laut. Entah siapa yang meniupkan isu, tapi warga sudah
berbondong-bondong mengungsi ke pegunungan. Untung orang yang tinggal di camp
bisa diyakinkan, bahwa isu itu tidak benar, sehingga masih ada yang mau
masakin nasi.
Salam
B. Pujasmadi
Awang Satyana [EMAIL
Rumusnya sih sederhan, BHT=Surface Temperature + (Gradien temperature *depth).
Cuman masalahnya menentukan gradien temperature sering tidak akurat, karena
data temperature yang tidak memadai. Gradien temperatur juga tidak konstan
terhadap kedalaman.
Umumnya data temperatur diperoleh dari
Biasanya masyarakat cuek aja kalau diberitahu potensi bahaya di pemukiman
mereka. Apalagi kalau sudah pernah terbukti, bahwa warning yang diberikan tidak
menjadi kenyataan.
Ada kendala yang sangat mendasar, sehingga tata kota atau tata ruang tidak
bisa berjalan, antara lain:
Disebut unconformity karena tidak ada keselarasan pengendapan (ruang dan
waktu). Kalau terjadi pengangkatan tetapi tidak terjadi erosi, bisa dikatakan
pengendapan masih menerus (selaras), hanya mungkin berbeda fasies.
BPJ
[EMAIL PROTECTED] wrote:
Untuk daerah delta mis :delta front-pro
Sekedar menduga-duga, kalau harga bbm mengikuti harga pasar, kemudian banyak
pemain asing yang masuk, maka pemerintah tidak perlu lagi mensubsidi melalui
Pertamina. Pertamina mesti disapih untuk bersaing dengan kompetitor asing. Pada
awalnya Pertamina diuntungkan dengan jaringan distibusi SPBU
33 matches
Mail list logo