Ramalan Joyoboyo kaimpun dening Budiyono wonten Purwokerto:
Besuk yen wis ana kreta tanpa jaran, Tanah Jawa kalungan wesi, Perahu mlaku ing duwur awang-awang, Kali ilang kedunge, Pasar ilang kumandhang. Iku tanda yen tekane zaman Joyoboyo wis cedhak. Artinya : Nanti kalau sudah ada Kereta tanpa kuda (Kereta api, mobil/kendaraan bermotor lainnya), Tanah Jawa (Nusantara/Indonesia) berkalung besi (maksudnya : Rel Kereta Api), Perahu berjalan di atas angkasa (pesawat), Sungai hilang alirannya (maksudnya : bendungan), Pasar hilang keramaiannya (adanya Mall, Plaza, dll sejenisnya). Itu tandanya kalau datangnya Zaman Joyoboyo sudah dekat. Ramalan Joyoboyo kaimpun dening Budiyono wonten Purwokerto: http://members.tripod.com/~jowoni/joyoboyo.html http://members.tripod.com/~jowoni/rawuh.html -- Majalah bagus: "Media Transparansi" http://www.transparansi.or.id/majalah.html - Habibie-Joyoboyo: http://www.geocities.com/CapitolHill/Senate/9545/habibie.htm --- Sowan Pak Subuh: http://www.xs4all.nl/~wichm/subud1.html - Link to Javanese Spiritualism: http://www.xs4all.nl/~wichm/index.html WIRID.The book of mystical teachings of the eight saints of Java: http://www.xs4all.nl/~wichm/wirid.html -- Indi Soemardjan Be my guest: http://pagina.de/indradi
Di surat kabar KOMPAS, pakar sosiologi Prof. DR.
Di surat kabar KOMPAS, pakar sosiologi Prof. DR. Selo Soemardjan dalam tulisannya dengan gamblang, tanpa rasa sungkan menyebutkan bahwa Habibie, Presiden Indonesia ke-3 itu tak memiliki wahyu setitik pun sebagai kepala pemerintahan. baca lebih lanjut: http://www.geocities.com/CapitolHill/Senate/9545/habibie.htm -- Indi Soemardjan Be my guest: http://pagina.de/indradi
Fw: Kena Cekal?
- Original Message - From: [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, April 16, 1999 8:56 AM Subject: Kena Cekal? Sudah dua hari ini saya tidak bisa ngirim ke Permias@. Mungkin ada lebih 50 kali saya coba mengirim-- tapi sebanyak itu pula gagal terus. Dicoba lagi. Gagal lagi. Tapi, herannya, saya bisa menerima semua milis Permias.Listserve yang ada. Seorang teman menduga bahwa saya DICEKAL sehingga tidak boleh MENGIRIM. Hanya boleh MEMBACA. Jika ini benar-- saya menyayangkan sekali. Pencekalan, menurut saya, adalah tindakan yang paling barbar dalam peradaban politik untuk level apa pun. Terima kasih. salam, ramadhan pohan [EMAIL PROTECTED]
Re: Di surat kabar KOMPAS, pakar sosiologi Prof. DR.
h.Orang Lama ya tetap Orang Lama... Biarkanlah Orang Baru yang mengisi gerbong Reformasi.. Salam, bRidWaN At 08:12 16/04/99 -0500, Indi Soemardjan wrote: Di surat kabar KOMPAS, pakar sosiologi Prof. DR. Selo Soemardjan dalam tulisannya dengan gamblang, tanpa rasa sungkan menyebutkan bahwa Habibie, Presiden Indonesia ke-3 itu tak memiliki wahyu setitik pun sebagai kepala pemerintahan. baca lebih lanjut: http://www.geocities.com/CapitolHill/Senate/9545/habibie.htm -- Indi Soemardjan Be my guest: http://pagina.de/indradi
Re: Fw: Kena Cekal?
Kita baca email B. Pohan isinya test-test...4 kali deh. Vincent Sitindjak wrote: - Original Message - From: [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, April 16, 1999 8:56 AM Subject: Kena Cekal? Sudah dua hari ini saya tidak bisa ngirim ke Permias@. Mungkin ada lebih 50 kali saya coba mengirim-- tapi sebanyak itu pula gagal terus. Dicoba lagi. Gagal lagi. Tapi, herannya, saya bisa menerima semua milis Permias.Listserve yang ada. Seorang teman menduga bahwa saya DICEKAL sehingga tidak boleh MENGIRIM. Hanya boleh MEMBACA. Jika ini benar-- saya menyayangkan sekali. Pencekalan, menurut saya, adalah tindakan yang paling barbar dalam peradaban politik untuk level apa pun. Terima kasih. salam, ramadhan pohan [EMAIL PROTECTED] -- \\\|/// \\ - - // ( @ @ ) oOOo-(_)-oOOo--- FNU Brawijaya Dept of Civil Engineering Rensselaer Polytechnic Institute mailto:[EMAIL PROTECTED] Oooo oooO ( ) ( ) ) / \ ( (_/ \_)
Re: Pernyataan Bpk. Soeharto ttg Pemilu
Guys: Blucer menulis begini: "Ini semua menunjukkan bahwa ada kekuatan yang tidak terkendali atau tidak mampu dikendalikan oleh pemerintahan yang sekarang. Hanya kekuatan rakyat, doa rakyat dan anugerah Tuhan sajalah yang mampu menyelamatkan bangsa kita dari musibah yang lebih parah" Saya jadi ingat pepatah Cina kuno: "Di atas langit masih ada langit". Jadi, jangan khawatir dengan manusia-manusia yang merasa di atas sistem ("langit"), karena masih ada hal-hal yang tidak bisa dia atasi juga: memangnya ada orang yang ingin mati tua merana disumpahin beberapa ratus juta manusia :)) Rgds, Alex Rgds, Alex
Re: Di surat kabar KOMPAS, pakar sosiologi Prof. DR.
Kalau menunggu wahyu, ini sama saja dengan pendekatan "top-down". Sekarang reformasi sedang bergerak "bottom-up". Perihal mendapatkan wahyu untuk menjadi pemimpin, ini khas ajaran feodalisme lama. Bukan hanya terdapat dalam budaya Jawa, tapi ini juga sangat mirip dengan Eropa di Abad Pertengahan sewaktu dipimpin raja-raja dan para ksatria (knights and chivalries) yang berkolusi dengan para rohaniwan yang menjadi penghubung dunia "atas" dan dunia "bawah". Budaya seperti ini selalu dipakai sebagai salah satu alat Suharto untuk melanggengkan kekuasaan. Tidak heran jika kemudian banyak melahirkan kaum penjilat dan tukang cari muka: "Jilat ke atas, menginjak ke bawah, meludah ke depan, kentut ke belakang, sambil sikut kiri dan kanan" Dengan dibudayakannya cara pandang "top-down" seperti ini, para bawahan (bawah=down) diharuskan berorientasi ke atas (top), supaya mendapatkan aliran sinar biru itu. Semua bawahan jadi manggut-manggut jika sang atasan berbicara atau memberikan keterangan. Atau cengar-cengir seperti kuda jika sang atasan sedang melucu yang tidak lucu. Betul-betul mematikan pemikiran-pemikiran kreatif. Memang benar-benar ajaran beberapa abad yang lalu Rgds, Alexander Lumbantobing
Re: Soal last name wanita
Salam: Wah, seharusnya istri saya membaca tulisan Anda ini. Dia pasti senang sekali. Sampai sekarang istri saya masih mempertahankan "maiden name". Memang ada alasan yang dikondisikan oleh sistem di Amerika ini, yaitu supaya mempermudah urusan laporan pajak :)) dan beberapa urusan administrasi lainnya (social security, kartu-kartu kredit, rekening bank, tagihan telepon, dll). Saya akui ada untungnya juga istri saya mempertahankan "maiden name" :)) Ada benarnya bahwa beberapa orang (pira dan wanita) mempertahankan last name untuk alasan-alasan lain. Saya ingat ada seorang kawan saya di Jakarta yang tiba-tiba selalu memperkenalkan diri dengan menyebut nama orangtuanya (first name ayah, bukan last name / family name). Belakangan saya ketahui kalau orangtuanya baru saja menduduki posisi pengambilan keputusan :))) Dasar masih kagetan! Atau ada lagi orang yang memasang last name kakeknya untuk melakukan "pengumuman" kepada khalayak mengenai siapa dirinya. Contohnya adalah kejadian dalam proses tender pengadaan daya listrik di PLN. Cucu Suharto dengan senang hati memasang last name sang kakek. Kemudian berkata "Salam dari Mbah..." sambil tersenyum-senyum menyerahkan proposal tender yang di "mark-up" habis-habisan kepada Dirut PLN (cerita dari mantan dosen saya yang pernah diberi tugas negara untuk memimpin PLN). Sebaliknya saya pernah berkenalan dengan sopir Angkutan Kota (angkot) Blok M - Lebak Bulus (jurusan S 02) yang mempunyai last name "Hasibuan", tanpa ada hubungan dengan - misalnya - Albert Hasibuan (anggota Komnas HAM). Jadi memang masih ada beberapa orang yang mendadak senang menggunakan last name supaya masyarakat menghubung-hubungkan dirinya dengan suatu pribadi lain yang diketahui masyarakat banyak, sementara ada yang memang menggunakan last name karena memang berada di budaya yang mengenal last name. Jika wanita yang menikah diharuskan - oleh sistem budaya - untuk mengganti last name mengikuti last name suaminya, ini tentunya karena memang di dunia ini masih berlaku ketidakadilan gender :) Rgds, Alexander Lumbantobing
Re: Di surat kabar KOMPAS, pakar sosiologi Prof. DR.
analisa Anda bagus sekali! setuju! FNU Brawijaya wrote: Mungkin Bung Alex tidak perlu membaca secara leterlek... Memang sulit bagi anda untuk memahami budaya penuh perlambang yang dianut oleh sebagian masy. kita. Pada jaman modern ini, yang dimaksud tidak mempunyai wahyu adalah tidak mempunyai tanda-tanda kepemimpinan. Buat Bung Blucer, kalau mau memimpin 30 tahun dan kaya lalu dimaki 200 juta orang apa mau? Sekarang gini aja, apa sih pemikiran orang yang sudah tua, yg sudah mau mati? Tentu keselamatan keturunannya kan? Suharto saat ini sudah terhukum oleh rasa was-was bagaimana anak-cucu- nya nanti. Saat ini mungkin masih banyak yg merasa kasihan dengan sosok tua yang disamping banyak dosa kepada rakyat, tetapi juga punya jasa kan? Kalau sudah meninggal, siapa yg dapat menjamin keselamatan anak cucunya. Lagipula ya mari kita bicara tentang Maslow deh Suharto sudah punya kelima-limanya. Di akhir senjanya justru dia kehilangan satu buah (atau dua buah) yaitu pengakuan dan pencapaian. Sejelek-jeleknya seorang pemimpin, apa tidak ingin dikenang sebagai pahlawan, atau orang yang berjasa buat negara. Yang inilah yang saat ini hilang dari rengkuhan Suharto. Selama 10 tahun pertama tidak ada yg tidak mengakui kepiawaian dia. Siapa nyana 20 tahun kemudian semua pencapaiannya hilang. Pengakuan sebagai bapak pembangunan juga menjadi bahan ejekan... Apakah sudah selesai? Belum nak-anake belum beres. Makanya...menurut saya, saat inipun Suharto sudah terhukum. Dan masih akan menerima jenis hukuman lain. Ini yang dimaksud dengan KUALAT. Hukuman masyarakat lebih pedih dari hukuman penjara. Apalagi kalau menerima keduanya. Eh, Ini terlepas dari bagaimana dia memperoleh kekuasaan. Ken Arok saja (yg diledekin terus oleh CW) di akhir hayatnya dikenang orang kerajaannya sebagai orang terhotmat. Dari sekedar Tumapel menjadi Singasari yang besar. Padahal anake rampok, ngerebut bini orang, bunuh bos-nya, toh masih dapat pengakuan dan pencapaian. Siapa yang meledek Ken Arok? Paling CW. Kalau nasib Suharto? Salam, Jaya Alexander Lumbantobing wrote: Kalau menunggu wahyu, ini sama saja dengan pendekatan "top-down". Sekarang reformasi sedang bergerak "bottom-up". Perihal mendapatkan wahyu untuk menjadi pemimpin, ini khas ajaran feodalisme lama. Bukan hanya terdapat dalam budaya Jawa, tapi ini juga sangat mirip dengan Eropa di Abad Pertengahan sewaktu dipimpin raja-raja dan para ksatria (knights and chivalries) yang berkolusi dengan para rohaniwan yang menjadi penghubung dunia "atas" dan dunia "bawah". Budaya seperti ini selalu dipakai sebagai salah satu alat Suharto untuk melanggengkan kekuasaan. Tidak heran jika kemudian banyak melahirkan kaum penjilat dan tukang cari muka: "Jilat ke atas, menginjak ke bawah, meludah ke depan, kentut ke belakang, sambil sikut kiri dan kanan" Dengan dibudayakannya cara pandang "top-down" seperti ini, para bawahan (bawah=down) diharuskan berorientasi ke atas (top), supaya mendapatkan aliran sinar biru itu. Semua bawahan jadi manggut-manggut jika sang atasan berbicara atau memberikan keterangan. Atau cengar-cengir seperti kuda jika sang atasan sedang melucu yang tidak lucu. Betul-betul mematikan pemikiran-pemikiran kreatif. Memang benar-benar ajaran beberapa abad yang lalu Rgds, Alexander Lumbantobing -- \\\|/// \\ - - // ( @ @ ) oOOo-(_)-oOOo--- FNU Brawijaya Dept of Civil Engineering Rensselaer Polytechnic Institute mailto:[EMAIL PROTECTED] Oooo oooO ( ) ( ) ) / \ ( (_/ \_) -- Indi Soemardjan Be my guest: http://pagina.de/indradi
Joke Agak SARA
Dari seorang kawan ([EMAIL PROTECTED]) Enjoy, Alex - Mr. Singh is appearing for his University final examination. He takes his seat in the examination hall, stares at the question paper for five minutes, and then in a fit of inspiration takes his shoes off and throws them out of the window. He then removes his turban and throws it away as well. His shirt, pant, socks and watch follow suit. The invigilator, alarmed, approaches him and asks what is going on. "Sir, I am only following the instructions," he says, "it says here, 'Answer the following questions in brief'." *** The doctor told Mr. Singh that if he ran eight kilometers a day for 300 days, he would loose 34 kilos. At the end of 300 days, Mr. Singh called the doctor to report he had lost the weight, but he had a problem. "What's the problem?" asked the doctor. "I'm 2400 kms from home." *** Mr Singh was filling up an application form for a job. He promptly filled the columns titled NAME, AGE, ADRESS etc. Then he came to the column: "SEX: " He was not sure as to what to be filled there. After much thought he wrote:... TWICE A WEEK. On seeing this in his application form, he was told that it was wrong and what they wanted it to be filled was either MALE or FEMALE. Again Mr Singh thought for a long time before coming up with the answer PREFERABLY FEMALES. * Mr Singh was filling up an application form for a job. He promptly filled the columns titled NAME, AGE, ADDRESS etc. Then he came to the column " Salary Expected : . " He was not sure as to what to be filled there. After much thought he wrote : .. YES * Santa Singh and Banta Singh were sitting on a tree and Santa Singh was singing a song. After 4 songs Santa Singh hung himself upside down and started singing again. Banta Singh : "Santa Singh what is the matter with you? Why are you hanging upside down. Santa Singh : "I am singing the B side."
Re: Di surat kabar KOMPAS, pakar sosiologi Prof. DR.
--- bRidWaN [EMAIL PROTECTED] wrote: h.Orang Lama ya tetap Orang Lama... Biarkanlah Orang Baru yang mengisi gerbong Reformasi.. Salam, bRidWaN At 08:12 16/04/99 -0500, Indi Soemardjan wrote: Di surat kabar KOMPAS, pakar sosiologi Prof. DR. Selo Soemardjan dalam tulisannya dengan gamblang, tanpa rasa sungkan menyebutkan bahwa Habibie, Presiden Indonesia ke-3 itu tak memiliki wahyu setitik pun sebagai kepala pemerintahan. Apakah Hitler mendapat wahyu untuk memimpin NAZI??? Apakah Slobodan Milosovec mendapat wahyu untuk memimpin Yugoslavia? dll Ali Simplido _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Di surat kabar KOMPAS, pakar sosiologi Prof. DR.
Barusan saja Wahyu lewat didepan saya :) peace, -Blucer- Alexander Lumbantobing wrote: Kalau menunggu wahyu, ini sama saja dengan pendekatan "top-down". Sekarang reformasi sedang bergerak "bottom-up". Perihal mendapatkan wahyu untuk menjadi pemimpin, ini khas ajaran feodalisme lama. Bukan hanya terdapat dalam budaya Jawa, tapi ini juga sangat mirip dengan Eropa di Abad Pertengahan sewaktu dipimpin raja-raja dan para ksatria (knights and chivalries) yang berkolusi dengan para rohaniwan yang menjadi penghubung dunia "atas" dan dunia "bawah". Budaya seperti ini selalu dipakai sebagai salah satu alat Suharto untuk melanggengkan kekuasaan. Tidak heran jika kemudian banyak melahirkan kaum penjilat dan tukang cari muka: "Jilat ke atas, menginjak ke bawah, meludah ke depan, kentut ke belakang, sambil sikut kiri dan kanan" Dengan dibudayakannya cara pandang "top-down" seperti ini, para bawahan (bawah=down) diharuskan berorientasi ke atas (top), supaya mendapatkan aliran sinar biru itu. Semua bawahan jadi manggut-manggut jika sang atasan berbicara atau memberikan keterangan. Atau cengar-cengir seperti kuda jika sang atasan sedang melucu yang tidak lucu. Betul-betul mematikan pemikiran-pemikiran kreatif. Memang benar-benar ajaran beberapa abad yang lalu Rgds, Alexander Lumbantobing
Re: Kena Cekal?
Selama beberapa tahun langganan Permias@, belum sekalipun saya pernah kena cekal. Memang ada kasus beberapa kali saya nggak bisa ngirim, tapi setelah saya check ulang, ternyata internal error di server saya, dan bukan salah Permias@. Coba deh dicheck ke admin email server anda. Penyebab lainnya: mungkin anda subscribe dengan email address A dan kirim dengan email address B. Sepanjang yang saya tahu (sudah pernah saya coba) Permias@ di-set "open". Jadi biarpun saya langganan Permias@ dengan "[EMAIL PROTECTED]" saya bisa aja kirim posting dengan address "[EMAIL PROTECTED]" Tapi mungkin setting ini sudah diubah oleh Admin Permias@. Gitu ... Indra On Fri, 16 Apr 1999 09:07:48 -0500, Vincent Sitindjak forwarded: - Original Message - From: [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, April 16, 1999 8:56 AM Subject: Kena Cekal? Sudah dua hari ini saya tidak bisa ngirim ke Permias@. Mungkin ada lebih 50 kali saya coba mengirim-- tapi sebanyak itu pula gagal terus. Dicoba lagi. Gagal lagi. Tapi, herannya, saya bisa menerima semua milis Permias.Listserve yang ada. Seorang teman menduga bahwa saya DICEKAL sehingga tidak boleh MENGIRIM. Hanya boleh MEMBACA. Jika ini benar-- saya menyayangkan sekali. Pencekalan, menurut saya, adalah tindakan yang paling barbar dalam peradaban politik untuk level apa pun. Terima kasih. salam, ramadhan pohan [EMAIL PROTECTED]
Babak Buka-bukaan: Lindungi Suharto!
Nah, sekarang jamannya buka-bukaan. Sekarang pihak Suharto mengancam membuka korupsi BJH dan para menteri. Buat rakyat jelata seperti saya, langkah ini malah bagus. Jadi BJH mesti bener-bener mengusut harta Suharto, dan sebaliknya Suharto mengusut BJH dan para menteri. Nah, kapoke kapan Yang mesti dipikirkan, bagaimana supaya pihak bekas penguasa ini tetap hidup untuk membuka borok BJH dan para menteri. Soalnya kan kita tidak tahu sebenarnya Suharto masih ada yang melindungi tidak? Maklum kalau dibuka pasti seperti efek domino, bakal kemana-mana termasuk peringkat atas ABRI. Kalau mungkin kemarin ABRI sudah komit mau melindungi Suhartopun, sekarang mendapat potensi ancaman seperti ini apa tidak berubah pikiran? Nah, mesti ada modal untuk menuntut pihak yang disalahkan bila Suharto lalu terpeleset lah, terbunuh lah. Kena serangan jantung lah. Pokoknya segala sesuatu yang di luar kewajaran mesti diterjemahkan sebagai usaha cover up dari orang-orang yang berkepentingan. Kita masih ingat cerita (entah dongeng atau beneran) bahwa Dewi Sukarno pernah komplain kok Sukarno yang sehat walafiat kok bisa tiba-tiba mati. Lalu bermacam-macam teori dimunculkan. Nah, sekarang jaman sudah maju, jangan sampai Suharto yang bisa menjadi "saksi penting" lalu tidak dapat bersaksi lagi. Ya biar saja masing-masing pihak jadi saksi lalu sama-sama dihukum. Lho lha yang jadi presiden siapa ya? Hehehe ya sudah presidium saja, anggotanya peserta milis Salam, Jaya -- \\\|/// \\ - - // ( @ @ ) oOOo-(_)-oOOo--- FNU Brawijaya Dept of Civil Engineering Rensselaer Polytechnic Institute mailto:[EMAIL PROTECTED] Oooo oooO ( ) ( ) ) / \ ( (_/ \_)
Re: Fw: Kena Cekal?
Syafri ini 100% kompeten, dijamin enggak bakal cekal-mencekal. Coba sarannya dilaksanakan, pasti ada perbaikan :) peace. syafri afriansyah wrote: Ah gombal.. lha ini apaan...!? Coba deh sign off dulu -- terus subscribe lagi... Atau subscribe dengan alamat yang berbeda.. ++syafri --- hoyaho [EMAIL PROTECTED] wrote: Lhokoq masalahnya sama ama aku yaa, gua juga hanya nerima ajaa tuu...tapi koq ndak bisa ngirim atuh..., gua minta penjelasan dong*plsss* :( salam *hoya* -Original Message- From: Vincent Sitindjak [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Date: Friday, April 16, 1999 7:08 AM Subject: Fw: Kena Cekal? - Original Message - From: [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, April 16, 1999 8:56 AM Subject: Kena Cekal? Sudah dua hari ini saya tidak bisa ngirim ke Permias@. Mungkin ada lebih 50 kali saya coba mengirim-- tapi sebanyak itu pula gagal terus. Dicoba lagi. Gagal lagi. Tapi, herannya, saya bisa menerima semua milis Permias.Listserve yang ada. Seorang teman menduga bahwa saya DICEKAL sehingga tidak boleh MENGIRIM. Hanya boleh MEMBACA. Jika ini benar-- saya menyayangkan sekali. Pencekalan, menurut saya, adalah tindakan yang paling barbar dalam peradaban politik untuk level apa pun. Terima kasih. salam, ramadhan pohan [EMAIL PROTECTED] _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: WWW.RADIOCLICK.COM
Dear Netters, SILAKAN KUNJUNGIWWW.RADIOCLICK.COM dan masukan komentar anda... WWW.RADIOCLICK.COM WWW.RADIOCLICK.COM WWW.RADIOCLICK.COM Terima Kasih
Re: Fw: Kena Cekal?
Lho sapa yang gombal syafri?? Gua mah ndak biasa gombal atuh...*kalo ngerayu mah baru biasa gitu*...hehhehehe :) Tapi syukur deh kalo gua sekarang udah bisa ngirim @mail ke Permias@... thank's buat permias@ :) salam *hoya* -Original Message- From: syafri afriansyah [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Date: Friday, April 16, 1999 5:30 PM Subject: Re: Fw: Kena Cekal? Ah gombal.. lha ini apaan...!? Coba deh sign off dulu -- terus subscribe lagi... Atau subscribe dengan alamat yang berbeda.. ++syafri --- hoyaho [EMAIL PROTECTED] wrote: Lhokoq masalahnya sama ama aku yaa, gua juga hanya nerima ajaa tuu...tapi koq ndak bisa ngirim atuh..., gua minta penjelasan dong*plsss* :( salam *hoya* -Original Message- From: Vincent Sitindjak [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Date: Friday, April 16, 1999 7:08 AM Subject: Fw: Kena Cekal? - Original Message - From: [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, April 16, 1999 8:56 AM Subject: Kena Cekal? Sudah dua hari ini saya tidak bisa ngirim ke Permias@. Mungkin ada lebih 50 kali saya coba mengirim-- tapi sebanyak itu pula gagal terus. Dicoba lagi. Gagal lagi. Tapi, herannya, saya bisa menerima semua milis Permias.Listserve yang ada. Seorang teman menduga bahwa saya DICEKAL sehingga tidak boleh MENGIRIM. Hanya boleh MEMBACA. Jika ini benar-- saya menyayangkan sekali. Pencekalan, menurut saya, adalah tindakan yang paling barbar dalam peradaban politik untuk level apa pun. Terima kasih. salam, ramadhan pohan [EMAIL PROTECTED] _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Di surat kabar KOMPAS, pakar sosiologi Prof. DR.
FNU Brawijaya wrote: Buat Bung Blucer, kalau mau memimpin 30 tahun dan kaya lalu dimaki 200 juta orang apa mau? FNA (Blucer): daripada enggak pernah mimpin dan enggak pernah kaya, tapi tetap dimaki orang, yach saya pilih yang atas sajalah :) Wah, susah urusan sama yg pesimistis giniheheya enak mimpin, kaya, dan disayang orang dong. FNA: pemikirannya banyak, bukan keselamatan keturunannya saja. Bisa ingin berlibur ke Hawaii, atau ke London, atau ke New Zealand (yang ini kayaknya hobinya Joop Ave, habis banyak yang imut-imut sich disana), ataupun menambah partner hidup (selir). Wah, sudah mau masuk liang kubur masak gitu. Yang proporsional ah. Kalau mau ngabur, sekarang dia bisa ngabur. Nggak perlu ke Inggris, ke negara Amerika Latin banyak yang senang menerima rangkayo seperti ini. So, argumen Bung Blucer kok serasa tidak masuk ke saya yah Bener lho, menurut saya kalau mereka mau ngabur nobody can't stop them. FNU: Suharto saat ini sudah terhukum oleh rasa was-was bagaimana anak-cucu- nya nanti. Saat ini mungkin masih banyak yg merasa kasihan dengan sosok tua yang disamping banyak dosa kepada rakyat, tetapi juga punya jasa kan? Kalau sudah meninggal, siapa yg dapat menjamin keselamatan anak cucunya. FNA: Saya bisa membayangkan sampai sejauh mana was-wasnya pak harto, yang tentunya tidak sebesar was-wasnya 80 juta orang miskin untuk makannya dan keluarganya untuk esok hari (enggak usah menunggu sampai meninggal). Was-wasnya Pak Harto juga tidak sebesar was-wasnya penduduk Ambon dan Sambas untuk keluar dimalam hari. Was-wasnya yang cuma sebesar itu telah terbayar dengan mendapat kedudukan pemimpin selama 32 tahun dan mewariskan harta trilyunan kepada anak (ponakan), adik, cucu dan cicit tersayang. Weleh...kepriben ini oom. Latar belakang argumennya bagaimana ini? Hopo iya 80 juta orang waswas ndak makan? Mosok iya Pak Harto nggak was-was keluar rumah. Kalau menurut akal saya (ndak tahu sehat atau tidak) Suharto akan sangat was-was untuk keluar rumah. Kita ndak bicara bayar-membayar rasa was-was kan? FNU Lagipula ya mari kita bicara tentang Maslow deh Suharto sudah punya kelima-limanya. Di akhir senjanya justru dia kehilangan satu buah (atau dua buah) yaitu pengakuan dan pencapaian. Sejelek-jeleknya seorang pemimpin, apa tidak ingin dikenang sebagai pahlawan, atau orang yang berjasa buat negara. Yang inilah yang saat ini hilang dari rengkuhan Suharto. Selama 10 tahun pertama tidak ada yg tidak mengakui kepiawaian dia. Siapa nyana 20 tahun kemudian semua pencapaiannya hilang. Pengakuan sebagai bapak pembangunan juga menjadi bahan ejekan... FNA: Akh Maslow mana cocok untuk Pak Harto. Diperlukan teori kepuasan baru untuk beliau. Bukankah lima macam elemen Maslow sebenarnya telah diraih, hanya beliau saja tidak puas dan mau mencari elemen keenam dan ketujuh. Coba disebutkan elemen keenam dan ketujuhnya itu. FNU Apakah sudah selesai? Belum nak-anake belum beres. Makanya...menurut saya, saat inipun Suharto sudah terhukum. Dan masih akan menerima jenis hukuman lain. Ini yang dimaksud dengan KUALAT. Hukuman masyarakat lebih pedih dari hukuman penjara. Apalagi kalau menerima keduanya. FNA: Kalau dibilang pedih, saya cuma komentar mungkin saja. Karena kedalaman hati pak harto susah diukur, buktinya beliau masih sempat komentar disurat kabar jepang. Pengikut juga masih banyak, apanya yang kualat, pak Karno malah lebih pedih lagi diakhir hidupnya, padahal beliau yang malah korban supersemar. Pak harto masih bisa lihat cable, ngobrol sana-sini, pak karno dulu (berdasarkan bukti-bukti sejarah) benar-benar diisolasi. Hehe.sulit kalau diskusi dengan gelap mata gini. Pengikut Suharto masih banyak sudah didasarkan pengamatan belum? Tidak relevan membandingkan kepedihan Sukarno dan Suharto. Jamannya beda. Yang boleh bilang pedih cuman Yuni Shara aja kalau nyanyi. Rasa nikmat tidak dapat diukur oleh ada tidaknya cable. FNU Eh, Ini terlepas dari bagaimana dia memperoleh kekuasaan. Ken Arok saja (yg diledekin terus oleh CW) di akhir hayatnya dikenang orang kerajaannya sebagai orang terhotmat. Dari sekedar Tumapel menjadi Singasari yang besar. Padahal anake rampok, ngerebut bini orang, bunuh bos-nya, toh masih dapat pengakuan dan pencapaian. Siapa yang meledek Ken Arok? Paling CW. Kalau nasib Suharto? FNA: kalau soal mengenang akan kembali keindividu. Apakah akan dikenang sebagai orang yang terhormat, atau dikenal sebagai orang yang gila hormat. Saya akan tetap meledek ken Arok, karena saya tak pernah suka sama orang yang ngerebut bini orang (malu-maluin lah yauw..:) Lho, anda ini gimana sih. Kalau endak suka sama orang yang suka ngerebut bini orang kok bisa seneng sama Bung Karno? Hehehe weleh...weleh itu mbahnya bajul itu. wah, baca lebih lengkap lagi dong. Kalau saya hormat dengan Bung Karno dengan dasar yang beda. Tapi kalau masalah kebajulan Bung Karnowahampun udah ah... ngomongin
Re: Fw: Kena Cekal?/Maaf
Salam, Ketika saya mengeluhkan kegagalan kirim saya, itu semata-maata bukan untuk menuduh. Saya bertanya sembari mengutip pendapat teman, yang menduga soal cekal-mencekal. Saya pun sempat mengirim e-mail pribadi ke administrator, yang pertama, tidak mendapat jawaban. Lalu kedua, dengan pakai 'dugaan teman'' tadi -- maka langsung dapat respon. E-mail pribadi itu terpaksa saya sampaikan karena rasa frustrasi saya mengalami kegagalan mengirim berulang-ulang selama dua hari. Dengan bertanya kepada administrator, saya berharap akan memperoleh penjelasan. Saya menjadi lebih kaget ketika e-mail pribadi saya malah muncul di jalur umum. Sesuatu yang mestinya bisa diselesaikan dan dijelaskan secara 'pribadi' (karena ini masalah pribadi saya), saya pikir tidak perlu dibuka kepada umum. Jika saya mau mengangkatnya ke khalayak Permias Listserve seluruhnya, itu bisa saya lakukan lewat alamat e-mail teman saya yang lain. Tetapi saya berpikiran bahwa administrator sudah bekerja keras menjadi "mediator' perbincangan antar kita di milis ini. Saya sendiri banyak merasakan manfaatnya-- berkenalan, bersilaturahmi dan mengenal aneka pemikiran teman-teman lain atas pelbagai isu yg diangkat. Hanya satu saran saya, hendaknya kita lebih berhati-hati dalam pemberitahuan yang bersifat jalur pribadi dan jalur umum. Apabila ada kata atau kalimat saya yang menyinggung hati para pengasuh milis tercinta ini atau teman-teman lain seperti bung Blucer dkk yang terlanjur diganggu oleh soal ini, saya menghaturkan rasa maaf saya yang sebesar-besarnya. Ini pertanda kelemahan saya sebagai manusia yang rentan akan dosa dan kesalahan Salam, ramadhan pohan # # # # In a message dated 4/17/99 12:30:38 AM !!!First Boot!!!, [EMAIL PROTECTED] writes: Ah gombal.. lha ini apaan...!? Coba deh sign off dulu -- terus subscribe lagi... Atau subscribe dengan alamat yang berbeda.. ++syafri --- hoyaho [EMAIL PROTECTED] wrote: Lhokoq masalahnya sama ama aku yaa, gua juga hanya nerima ajaa tuu...tapi koq ndak bisa ngirim atuh..., gua minta penjelasan dong*plsss* :( salam *hoya* -Original Message- From: Vincent Sitindjak [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Date: Friday, April 16, 1999 7:08 AM Subject: Fw: Kena Cekal? - Original Message - From: [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, April 16, 1999 8:56 AM Subject: Kena Cekal? Sudah dua hari ini saya tidak bisa ngirim ke Permias@. Mungkin ada lebih 50 kali saya coba mengirim-- tapi sebanyak itu pula gagal terus. Dicoba lagi. Gagal lagi. Tapi, herannya, saya bisa menerima semua milis Permias.Listserve yang ada. Seorang teman menduga bahwa saya DICEKAL sehingga tidak boleh MENGIRIM. Hanya boleh MEMBACA. Jika ini benar-- saya menyayangkan sekali. Pencekalan, menurut saya, adalah tindakan yang paling barbar dalam peradaban politik untuk level apa pun. Terima kasih. salam, ramadhan pohan [EMAIL PROTECTED]
BERITA PENTING !!!
Assalamualikum wr.wb Salam Permias, Sehubungan akan dilaksanakannya pemilu di Indonesia pada bulan Juni mendatang, alhamdulillah telah berhasil dibentuk Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) untuk daerah Washington DC dan sekitarnya. Adapun para pengurus dan anggota PPLN tsb terdiri dari wakil-wakil partai (PAN, Partai Keadilan, PDI-P,PPP, Golkar, dan Partai Umat Islam)serta wakil dari masyarakat dan pemerintah. PPLN ini nantinya yang akan mempersiapkan dan melaksanakan pemilu untuk masyarakat Indonesia yg tinggal di wilayah Washington DC, Virginia, Maryland,North Carolina, dan Delaware, Pennsylvania. Untuk tahap awal, PPLN lebih memfokuskan kerjanya pada pendataan dan pendaftaran calon pemilih. Bagi masyarakat Indonesia yg berada di wilayah kerja PPLN Washington DC, mohon diperhatikan jadwal pendataan dan pendaftaran dibawah ini. 16-21 April, 1999 : Pendataan calon pemilih dan sosialisasi pemilu 22-29 April, 1999 : Pendaftaran calon pemilih dan sosialisasi pemilu 30 April, 1999 : Pengecekan dan pengiriman daftar calon pemilih ke Panitia Pemilihan Indonesia (PPI) di Jakarta. Saat ini kami masih terus mendata masyarakat Indonesia yg berada diwilayah kerja kami. Namun karena keterbatasan data dan informasi yg dipunyai, kami agak kesulitan dalam masalah ini. Oleh karena itu bantuan dari berbagai pihak dalam hal penyediaan data dan informasi ttg masyarakat Indonesia yg tinggal di wilayah kerja PPLN washington DC dan sekitarnya sangatlah kami harapkan. Mengingat waktu yg sudah sangat mendesak, kami Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) Washington DC dan sekitarnya menghimbau kepada masyarakat Indonesia di wilayah kerja kami yg ingin menggunakan hak-nya dalam pemilu mendatang, agar segera mendaftarkan diri ke KBRI Washington DC (sesuai jadwal diatas), dengan membawa bukti diri/tanda pengenal berupa KTP atau passport. Tidak ada pendaftaran susulan diluar jadwal yg telah ditetapkan. Untuk Informasi lebih lanjut silahkan menghubungi PPLN Washington DC, dengan alamat: KBRI Washington DC 2020 Massachusetts Avenue, N.W. Washington, D.C. 20036 Telp (sementara) : (202) 775-5212 Fax (sementara) : (202) 775-5260 E-mail (sementara): [EMAIL PROTECTED] Contact Person: Bp.Risno Samsie (atau pengurus PPLN) Demikianlah pemberitahuan dari kami selaku Panitia Pemilu Luar Negeri (PPLN) Washington D.C dan sekitarnya. Atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih Wassalam, a.n. PPLN Washington D.C Mohamad Rosadi Sekretaris __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com