Re: [wanita-muslimah] Allah Tidak Tidur
Anak saya yg satu lagi,kakaknya, dulu males solat, mau jadi buddist saja, sekarang jadi ruaajin. Sebagai emak, tentunya seneng anak rajin solat, dan kuatir kalo anak nggak solat. Namanya juga emak. Tapi kalo emaknya lagi ngladrah, saya kok merasa anak yg satu lagi,adiknya, dengan argumen2nya yang filosofis humanis gaya anak muda posmo, sedang men-challenge konsep kita ttg agama/tuhan yang personal. Anyway, kalau arahnya bener, anak saya yang rajin solat ikutan mba fero - termasuk kelompok mayoritas muslim yang akan atau sedang mengalami transformasi "protestantism - i.e islamisasi", mayoritas yang dapat menyesuaikan ajaran agamanya dengan konsep2 kekinian. Iike it or not, dengan cara beginilah islam dapat mencairkan aspek2 kekerasan dan fundamentalism yang inheren dalam dirinya sendiri. Memang kenyataannya seolah ketinggalan dengan wacana konsep agama/tuhan menurut yang dijelaskan pak donnie dan KH Sabri. Tuhan yang non personal, agama yang "beretika" , anak saya yang satu lagi mungkin masuk kelompok ngladrah ini...:-( Salam Mia -Original Message- From: F e r o n a Sender: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Wed, 21 Jul 2010 07:49:08 To: Reply-To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Allah Tidak Tidur Perkara shalat, saya pun sempat lama malas melakukan shalat. Pikir saya, shalat ini lama-lama menjadi ritual belaka seperti upacara bendera. Tapi justru di situ saya merasa Allah itu sayang pada saya. Ketika saya ngeyel dan malas melakukan ibadah karena merasa itu cuma ritual belaka, saya diberi sebuah jalan cerita yang mau tidak mau membuat saya merasa buntu dalam hidup. Allah pun menurunkan pemeran cerita berikutnya yang membimbing saya terus menerus. Tidak mengajari dan menyuruh, karena saya alergi disuruh-suruh. Makin disuruh makin mbandel. Tapi Allah ndak pernah marah dengan kebandelan saya ini. Dan shalat memang jadi terapi yang menakjubkan. Belum lagi "pembalasan instan" yang ditunjukkan Allah tiap kali saya selesai melakukan shalat, membuat shalat menjadi pengalaman spiritual yang membuka hati saya, bahwa shalat bukan upacara bendera yang dijalani dgn hati bersungut-sungut karena merasa ini kewajiban dan ketaatan. Shalat pun tak lagi menjadi kewajiban, namun menjadi kebutuhan. Saya shalat bukan lagi karena merasa itu kewajiban, namun kebutuhan. Tidak ada lagi tempat berlari dan berlindung dari semua masalah di dunia ini selain Allah. Dan Shalat adalah salah satu dari sekian banyak cara saya berkomunikasi dengan Allah. Saya paham apa yang dirasakan anak Mbak Mia, karena saya dulu pun merasa begitu. Merasa shalat tak perlu karena sudah berbuat baik, tak pernah korupsi, tak pernah mencuri dalam segala bentuknya, selalu membantu mereka yang kesusahan, dsb. Tapi Allah punya rencana lain rupanya dan alhamdulillah rencana Allah terasa indah akhirnya ... Mudah2an anak Mbak Mia nanti pun bisa merasakan nikmatnya shalat, karena saya yakin manusia yang selalu berpikir untuk bermanfaat bagi makhluk lainnya, selalu dijaga Allah, walau mungkin dalam perjalanan hidupnya sempat keliru, tapi dia akan cepat menemukan lagi jalannya. Salam Manis, F e r o n a http://www.cakefever.com On 7/21/2010 7:31 AM, al...@yahoo.com wrote: > > > Anak saya sendiri mengaku nggak percaya agama sejak smp, dan ini anak > al-azhar, dg background keluarga NU, Muhammadiyah plus PKS hehe. > Komentar temen, like mother like son... Maksutnya anak kita itu seolah > komiknya bapak-ibunya...:-( > > Tapi gimana kamu mengisi batin/psikis dirimu kalo nggak solat?, tanyaku. > Dia bilang setiap kali berbuat baik dirinya terisi, termasuk kerja > dengan tekun (dia perawat di rumah sakit angkatan laut). > > Saya nasihatin dia, hati2 saja dengan ego kita sendiri, setiap saat bisa > jadi 'tuhan'. So kamu perlu solat. > > Kemudian saya sadar sendiri, bahwa nilai/paradigma yang sedang kita > usung sekarang adalah "tuhan personal" yang kita persepsikan dari > keinginan2 manusiawi kita yang masih dalam tahap begini ini. Dan > barangkali itulah "content" solat kita. > > Salam > Mia [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Allah Tidak Tidur
rada kebalik sama sama mbak fe, kalau saya pernah mengalami fase upacara bendera itu begitu sakral. saking sakralnya melebihi sholat. maklum sekolahnya dulu semi militer. hihihi :) 2010/7/21 F e r o n a > > > Perkara shalat, saya pun sempat lama malas melakukan shalat. Pikir saya, > shalat ini lama-lama menjadi ritual belaka seperti upacara bendera. > > [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Allah Tidak Tidur
ada programnya kok mbak buat edit ekor email. tapi kudu instal dulu, coba ditanyakan ke teman teman komunitas blekberi. saya lupa nama programnya, soalnya sudah lama tobat dari dunia perblekberian. hihihihi :D 2010/7/20 cakefe...@gmail.com > > > > *aduh maap kok ga bisa hapus sebagian ekor posting kalo ngemail dari > strawberry ini ya? ekor posting jadi panjang sekali :( > > > -- > salam, > papabonbon.wordpress.com > [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Allah Tidak Tidur
Terima kasih atas penjelasannya pak Dul. Soal shalat, sy bisa membedakan sy yang sedang malas shalat dgn sy yg secara sadar tidak melakukan shalat karena memang tidak mau. Dlm konteks ini sy berpindah dari yang tidak mau shalat menjadi butuh shalat. Bukan sekedar malas atau rajin saja. Kalo skrg sy lagi rajin nulis di WM, kemarin dulu malas. Mungkin besok malas lagi atau malah tambah rajin ... Ya ndak tau :) Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...! -Original Message- From: Abdul Muiz Sender: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Wed, 21 Jul 2010 09:37:24 To: Reply-To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Allah Tidak Tidur Mbak Fe, Suasana hati yang berubah-ubah itu adalah hal lumrah dan fitrah dasar manusia, karena sesuai dengan makna "qalbu" yang artinya bolak balik tergantung stimulus dari luar dan dalam serta pengalaman batin seseorang. Maka terkadang muncul rasa bad mood sehingga malas shalat, tetapi kadang bisa juga semangat. Kalau kembali ke konsep qur'an, " ... Dirikanlah shalat agar mengingat Aku", maka sebenarnya kita diminta selalu dalam kondisi berkesadaran tinggi baik lahir maupun batin, di mana pusat dari segala kesadaran itu ya Allah SWT Tuhan rabbul 'alamin. Dari segi fiqh memang shalat itu ada yang wajib dan ada yang sunnah, namun terlepas dari sisi kewajiban, Allah menegaskan bahwa shalat itu tujuannya supaya mengingat Aku. Alias selalu dalam kondisi "kesadaran tertinggi" makanya kalau orang yang memiliki kesadaran tinggi ya pasti pro pada akhlaqul karimah enggan berpaling pada akhlaqul mazmumah sehingga ya otomatis connect pada prinsip rahmatan lil alamin, juga tujuan akhir yaitu ilaihi rajiun. Maka shalat tidak lagi menjadi kewajiban tetapi menjadi kebutuhan. Kalau kemudian Shalat menjadi aktivitas meditasi yang banyak manfaatnya itu hanya sekedar hikmat terlepas dari pro dan kontra. Wassalam Abdul Mu'iz --- Pada Rab, 21/7/10, F e r o n a menulis: Dari: F e r o n a Judul: Re: [wanita-muslimah] Allah Tidak Tidur Kepada: wanita-muslimah@yahoogroups.com Tanggal: Rabu, 21 Juli, 2010, 7:49 AM Perkara shalat, saya pun sempat lama malas melakukan shalat. Pikir saya, shalat ini lama-lama menjadi ritual belaka seperti upacara bendera. Tapi justru di situ saya merasa Allah itu sayang pada saya. Ketika saya ngeyel dan malas melakukan ibadah karena merasa itu cuma ritual belaka, saya diberi sebuah jalan cerita yang mau tidak mau membuat saya merasa buntu dalam hidup. Allah pun menurunkan pemeran cerita berikutnya yang membimbing saya terus menerus. Tidak mengajari dan menyuruh, karena saya alergi disuruh-suruh. Makin disuruh makin mbandel. Tapi Allah ndak pernah marah dengan kebandelan saya ini. Dan shalat memang jadi terapi yang menakjubkan. Belum lagi "pembalasan instan" yang ditunjukkan Allah tiap kali saya selesai melakukan shalat, membuat shalat menjadi pengalaman spiritual yang membuka hati saya, bahwa shalat bukan upacara bendera yang dijalani dgn hati bersungut-sungut karena merasa ini kewajiban dan ketaatan. Shalat pun tak lagi menjadi kewajiban, namun menjadi kebutuhan. Saya shalat bukan lagi karena merasa itu kewajiban, namun kebutuhan. Tidak ada lagi tempat berlari dan berlindung dari semua masalah di dunia ini selain Allah. Dan Shalat adalah salah satu dari sekian banyak cara saya berkomunikasi dengan Allah. Saya paham apa yang dirasakan anak Mbak Mia, karena saya dulu pun merasa begitu. Merasa shalat tak perlu karena sudah berbuat baik, tak pernah korupsi, tak pernah mencuri dalam segala bentuknya, selalu membantu mereka yang kesusahan, dsb. Tapi Allah punya rencana lain rupanya dan alhamdulillah rencana Allah terasa indah akhirnya ... Mudah2an anak Mbak Mia nanti pun bisa merasakan nikmatnya shalat, karena saya yakin manusia yang selalu berpikir untuk bermanfaat bagi makhluk lainnya, selalu dijaga Allah, walau mungkin dalam perjalanan hidupnya sempat keliru, tapi dia akan cepat menemukan lagi jalannya. Salam Manis, F e r o n a http://www.cakefever.com On 7/21/2010 7:31 AM, al...@yahoo.com wrote: > > > Anak saya sendiri mengaku nggak percaya agama sejak smp, dan ini anak > al-azhar, dg background keluarga NU, Muhammadiyah plus PKS hehe. > Komentar temen, like mother like son... Maksutnya anak kita itu seolah > komiknya bapak-ibunya...:-( > > Tapi gimana kamu mengisi batin/psikis dirimu kalo nggak solat?, tanyaku. > Dia bilang setiap kali berbuat baik dirinya terisi, termasuk kerja > dengan tekun (dia perawat di rumah sakit angkatan laut). > > Saya nasihatin dia, hati2 saja dengan ego kita sendiri, setiap saat bisa > jadi 'tuhan'. So kamu perlu solat. > > Kemudian saya sadar sendiri, bahwa nilai/paradigma yang sedang kita > usun
Kursi Iman dan Kursi Ilmu. Dibedakan Tetapi Tidak Dipisahkan <= Re: [wanita-muslimah] Allah Tidak Tidur
n agama ke dalam kebudayaan, artinya agama itu adalah bagian dari kebudayaan, dan di suatu saat yang lain ia bicara sebagai orang beriman lalu mengatakan bahwa agama itu bukan bagian dari kebudayaan, karena agama itu sumbernya dari wahyu Allah SWT. Apabila ia menjumpai adanya pertentangan antara apa yang mesti dia imani dengan yang mesti dia ilmui, dia akan bingung. Salah satu alternatif ini yang akan terjadi, ia akan berhenti menjadi pakar dan akan frusturasi, lalu ia akan beragama secara dogmatik, akalnya beku, yang akan menjerumuskannya ke dalam taklid buta. Atau sebaliknya ia akan memilih ilmunya dan mencapakkan imannya, dan menjadi acuh tak acuh terhadap agamnya, menjadi orang agnostik. Apabila iman dan ilmu tidak kita pisahkan, kepribadian kita akan menjadi utuh, sehingga kita tidak akan terjerumus ke dalam sikap beragama yang bertaklid buta, dan juga tidak terjerumus ke dalam sikap yang agnostik. Kalau suatu saat kita melihat adanya pertentangan di antara keduanya, kita tambah ilmu untuk mendapatkan informasi yang relevan untuk iman kita. Atau kita tinjau kembali ilmu kita, melakukan reinterpretasi, penafsiran kembali, karena kebenaran ilmiyah itu sifatnya sementara, artinya relatif dalam arti menurut tempat, situasi, waktu dan peralatan ilmu bantu. Untuk contoh di atas, kalau kita sedikit jeli, mengapa terjadi pertentangan, karena ada agama yang berasal dari akar yang historik, maka itu adalah agama kebudayaan, ia termasuk dalam bagian kebudayaan. Ada agama yang berasal dari akar yang non-historik, yaitu wahyu, maka itu adalah agama wahyu, ia bukan bagian dari kebudayaan. Dan ada agama yang sebagian mempunyai akar historis dan sebagian bersumber dari wahyu. Agama jenis ketiga ini, sebagiannya menjadi bagian dari kebudayaan, dan sebagiannya bukan bagian dari kebudayaan. Di dalam berilmu ada sebuah pendekatan yang dirasa perlu dikemukakan di sini, yaitu pendekatan sistem. Melihat obyek ilmu secara kaffah (totalitas), yang mempunyai fungsi dan tujuan, yang terdiri atas komponen-komponen yang mempunyai kaitan tertentu antara satu dengan yang lain, dan yang kaffah itu melebihi dari sekadar kumpulan komponen-komponen itu semuanya. Pendekatan ini dapat diterapkan dalam obyek iman, oleh karena pendekatan ini tidak akan merusak iman kita, bahkan Allah SWT memerintahkan kepada kita untuk memegang prinsip kaffah ini, seperti firmanNya dalam S. Al Baqarah, ayat 208: -- Ya ayyuhalladziena amanu udkhulu fie ssilmi kaffah, artinya: -- Hai orang-orang beriman, masukilah keselamatan secara kaffah/totalitas. Maka dengan metode pendekatan sistem ini, dapatlah kita menjadikan iman dan ilmu menjadi satu sistem, dan terlepaslah klita insya Allah, yang pakar dan bukan pakar, dari bahaya pecahnya kepribadian, terhindarlah kita dari alternatif atau beragama yang dogmatik, atau bersikap agnostik, acuh tak acuh mencuekkan agama. WaLlahu a'lamu bishshawab. *** Makassar, 10 November 1991 [H.Muh.Nur Abdurrahman] http://waii-hmna.blogspot.com/2007/06/004-kursi-iman-dan-kursi-ilmu-dibedakan.html - Original Message - From: "F e r o n a" To: Sent: Tuesday, July 20, 2010 20:29 Subject: Re: [wanita-muslimah] Allah Tidak Tidur Pak Sabri, Senang membaca uraian panjang lebarnya tentang agama. Soal teman saya itu, saya yakin dia tidak beragama dan kalau ditanya soal tuhan, jawabnya tuhan baginya antara ada dan tiada, sulit baginya memastikan .. itu jawab terakhirnya. Dan saya tidak lagi bertanya lebih lanjut. Biarlah itu jadi urusannya sendiri ... :) -- Salam Manis, F e r o n a http://www.goldoven.com 2010/7/20 TEdJO stSabri > > > Dear Ferona, > > sejauh ini saya baik-baik saja, walaupun sering henk :D > > Kayaknya ada yang sedikit pandangan tentang kawan anda, dia sangat > religius, kini tidak beragama. Kupikir sangat mungkin seseorang TIDAK > BERAGAMA Tapi RELIGIUS. Diluar definisi umum Religi = Agama, Religius = > Beragama. Bagiku sangat mungkin seseorang religius tanpa meyakini satu > agama-pun, sebagaimana pernah disinyalir oleh ibnu Sinna dalam kitab "al > Isyarah ..." Secara Pribadi saya sendiri pernah mengalami sebuah periode > ini, dimana enggan melakukan ritual Agama, tapi sama sekali tidak kehilangan > Keyakinan Terhadap Gusti Allah, diskusi dengan Gusti Allah (kelihatannya > seperti Ngomel wong Gusti Allah gak menjawab secara verbal) dikala duduk > diatas klothok (perahu tradisional khas banjarmasin, barang yang sama di > samarinda namanya ketinting). dikala berdiri diatas Tumpukan batu bara di > jaman bergaul dengan dunia hitam itu: (Quit dari dunia batu bara karena > dilarang Istri). > > IMHO, tidak ada hubungan antara Religius dan beragama. Agama adalah sebuah > Jalan, sebuah Petunjuk, sebuah Guidance. Dalam dunia Ibarat, banyak manusia > bisa memahami arah tanpa kompas, mengerti jurusan tanpa peta. Masyarakat > Jawa sebelum Islam masuk, sudah mengenal
Interaksi Iman dan Ilmu, Pencemaran Thermal <= Re: [wanita-muslimah] Allah Tidak Tidur
dan bahan bakar hidrokarbon di dalam molekul-molekul melalui proses photosynthesis. Dalam proses photosynthesis oleh khlorophyl ini dari bahan baku CO2 dan air dan photon, dihasilkan makanan dan bahan bakar hidrokarbon dan oksigen. Selanjutnya melalui proses respirasi dalam tubuh manusia dan binatang dan budak-budak tenaga, makanan dan bahan bakar itu dengan oksigen dari udara berubahlah pula menjadi CO2 dan air. Demikianlah sterusnya daur atau siklus itu berlangsung. Photosynthesis - CO2 dan air - respirasi - makanan, bahan bakar, dan oksigen. Jadi tumbuh-tumbuhan mengambil CO2 dan mengeluarkan oksigen. Sebaliknya manusia dan binatang mengambil oksigen dan mengeluarkan CO2. Secara gampangnya asysyajaru-lakhdhar itu adalah pabrik makanan / bahan bakar dan oksigen. Bahan mentahnya adalah air dan CO2. Mesin pabrik adalah photon dan proses dalam pabrik yang mengolah air dan CO2 menjadi makanan / bahan bakar dan oksigen disebut proses photosynthesis (sintesa atau penyusunan oleh photon). Makanan dibakar dengan oksigen dalam tubuh manusia, oksigen dihisap dari udara, demikian pula bahan bakar dibakar dengan oksigen dalam mesin-mesin pabrik. Oksigen disedot dari udara. Itulah ma'na minasysyajari-lakhdhari naaran faidzaa antum minhu tuuqiduun. Demikianlah ilmu fisika, kimia, botani dengan pengkhususan anatomi tumbuh-tumbuhan membantu kita untuk dapat memahami S. Yasin, ayat 80 dengan baik, memberikan informasi yang cukup bagi akal kita, sehingga menghilangkan pertentangan antara akal dengan wahyu. Alhasil, jika informasi itu cukup lengkap bagi akal, akan hilanglah pertentangan antara akal dengan wahyu. Pemakaian istilah asysyjaru-lakhdhar, zat hijau pohon dalam Al Quran lebih tepat dari istilah ilmiyah khlorophyl, zat hijau daun, oleh karena zat tersebut bukan hanya terdapat dalam daun saja, melainkan pada seluruh bagian pohon asal masih berwarna hijau, mulai akar yang tersembul asal masih hijau, dari batang asal masih hijau, cabang asal masih hijau, ranting, daun, sampai ke pucuk serta buah yang masih hijau. Dari S. Yasin, ayat 80 itu, dengan penjelasan berupa informasi dari ilmu fisika, kimia, botani dengan pengkhususan anatomi tumbuh-tumbuhan sebagai ilmu bantu untuk dapat mengerti wahyu dengan baik dan jelas, dapatlah kita lihat bagaimana pentingnya hutan. Bukan hanya sekadar mengendalikan air di dalam tanah dan permukaan bumi, tidak banjir di musim hujan dan tidak kering di musim kemarau. Akan tetapi, dan ini yang lebih penting, adalah untuk terjadinya daur: tumbuh-tumbuhan penghasil oksigen, yang membutuhkan CO2 - manusia dan binatang penghasil CO2, yang membutuhkan oksigen. Maka terjadilah seperti yang diungkapkan oleh bidal Melayu lama: seperti aur dengan tebing, mutualis simbiosis. Demikianlah uraian interaksi iman dan ilmu dalam ruang lingkup daur CO2 dan oksigen dalam pengetahuan lingkungan khusus globalisasi pencemaran thermal dan pentingnya hutan. WaLlahu a'lamu bishshawab. *** Makassar, 3 November 1991 [H.Muh.Nur Abdurrahman] http://waii-hmna.blogspot.com/2007/06/003-interaksi-iman-dan-ilmu-pencemaran.html - Original Message - From: "F e r o n a" To: Sent: Tuesday, July 20, 2010 20:29 Subject: Re: [wanita-muslimah] Allah Tidak Tidur Pak Sabri, Senang membaca uraian panjang lebarnya tentang agama. Soal teman saya itu, saya yakin dia tidak beragama dan kalau ditanya soal tuhan, jawabnya tuhan baginya antara ada dan tiada, sulit baginya memastikan .. itu jawab terakhirnya. Dan saya tidak lagi bertanya lebih lanjut. Biarlah itu jadi urusannya sendiri ... :) -- Salam Manis, F e r o n a http://www.goldoven.com 2010/7/20 TEdJO stSabri > > > Dear Ferona, > > sejauh ini saya baik-baik saja, walaupun sering henk :D > > Kayaknya ada yang sedikit pandangan tentang kawan anda, dia sangat > religius, kini tidak beragama. Kupikir sangat mungkin seseorang TIDAK > BERAGAMA Tapi RELIGIUS. Diluar definisi umum Religi = Agama, Religius = > Beragama. Bagiku sangat mungkin seseorang religius tanpa meyakini satu > agama-pun, sebagaimana pernah disinyalir oleh ibnu Sinna dalam kitab "al > Isyarah ..." Secara Pribadi saya sendiri pernah mengalami sebuah periode > ini, dimana enggan melakukan ritual Agama, tapi sama sekali tidak kehilangan > Keyakinan Terhadap Gusti Allah, diskusi dengan Gusti Allah (kelihatannya > seperti Ngomel wong Gusti Allah gak menjawab secara verbal) dikala duduk > diatas klothok (perahu tradisional khas banjarmasin, barang yang sama di > samarinda namanya ketinting). dikala berdiri diatas Tumpukan batu bara di > jaman bergaul dengan dunia hitam itu: (Quit dari dunia batu bara karena > dilarang Istri). > > IMHO, tidak ada hubungan antara Religius dan beragama. Agama adalah sebuah > Jalan, sebuah Petunjuk, sebuah Guidance. Dalam dunia Ibarat, banyak manusia > bisa memahami arah tanpa kompas, mengerti jurusan tanpa peta. Masyarakat > J
Konfigurasi Wahyu, Akal dan Naluri; Ruang Lingkup Syari'at <= Re: [wanita-muslimah] Allah Tidak Tidur
asa wajib diperintahkan dalam bulan Ramadhan? Walaupun manusia itu makhluk pribadi, namun manusia itu tidak dapat hidup nafsi-nafsi. Cerita tentang Si Buta dan Si Lumpuh, Si Buta memikul Si Lumpuh di atas bahunya, menunjukkan ibarat kerjasama yang baik. Saling mengisi di antara keduanya, memakai kaki Si Buta untuk berjalan dan mempergunakan mata Si Lumpuh untuk melihat. Manusia itu masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan, jadi tidak dapat hidup sendiri-sendiri, manusia itu saling membutuhkan di antara sesamanya manusia. Manusia adalah makhluk bermasyarakat. Syariat Islam juga mengatur pokok-pokok peribadatan yang mu'alamaat untuk manusia sebagai makhluk sosial. (Ibadah adalah segenap aktivitas kita untuk mewujudkan nilai-nilai kebenaran utama yang mutlak menurut Al Quran dalam kehidupan kita sehari-hari, berlandaskan aqiedah yang benar, dikerjakan dengan ikhlas, mengharapkan ridha Allah SWT semata, mulai dari tiang yaitu shalat hingga kepada pucuk membuang beling dari tengah jalan. Jadi lebih luas pengertiannya dari bahasa-bahasa barat: religion, religie, godsdienst). Peribadatan yang mu'amalaat ini adalah Syariat yang tidak ketat, sifatnya terbuka: semua boleh, kecuali yang dilarang oleh atau tidak bertentangan dengan Nash, yang berupa aturan-aturan pokok Syariat Islam yang mu'amalaat. Sebagai contoh adalah pemakaian bedug di mesjid dan pengambilan keputusan politik, seperti dijelaskan di bawah. Kalau pemakaian bedug itu diniatkan sebagai persyaratan untuk azan, maka ia menjadi sub sistem dari peribadatan ubudiyyah yang ketat. Jadi tidak boleh, karena Rasulullah tidak pernah menyuruh pukul bedug di mesjid. Akan tetapi jika pemukulan bedug itu diniatkan hanya sebagai sarana untuk interaksi sosial, yang fungsinya seperti loud speaker, maka ini masuk dalam Syariat muamalah yang tidak ketat, semua boleh kecuali yang dilarang oleh atau tidak bertentangan dengan Nash. Junjungan kita Nabi Muhammad SAW hanya pernah melarang pemakaian lonceng di mesjid, sedangkan bedug tidak pernah dilarang, jadi bedug boleh dipakai. Karena Syariat yang mu'amalaat ini hanya diberikan pokok-pokoknya saja, maka hal-hal yang mendetail dipikirkan oleh akal manusia. Dalam mengambil keputusan politik orang bebas melakukan bagaimana prosesnya, asal saja tidak bertentangan dengan aturan pokok Syari'at, yaitu 42:38 syura- dan ulil amri minkum, bermusyawarah di antara ulil amri (wali yang diberi kuasa) minkum (yang berasal dari kamu, maksudnya penduduk atau rakyat yang beragama Islam, sebab yang non-Muslima tidak mungkin tahu dan merasakan apresiasi seorang Muslim). Apakah dalam menentukan ulil amri minkum itu boleh melalui Pemilu? Karena tidak ada disebutkan dalam Nash larangan melakukan Pemilu dalam menentukan ulil amri minkum, maka Pemilu itu boleh-boleh saja.(*) Demikianlah hal-hal yang mendetail diserahkan kepada ijtihad para pakar yang ahli dalam substansi yang terkait. Olah akal berupa ijtihad ini sifatnya situasional, akibat hasil pekerjaan akal yang relatif. Namun hasil akal yang situasional itu merupakan rahmat Allah, jika akal itu penggunaannya dibatasi oleh aturan-aturan pokok Syariat Islam yang mu'amalaat. Dalam Syariat yang muamalaat ini akal lebih bebas, yaitu boleh dipakai untuk melayani pertanyaan: mengapa mesti demikian, apa hikmahnya, sepanjang substansi itu terletak di atas paradigma aturan-aturan pokok Syariat yang mu'amalaat. WaLlahu a'lamu bishshawab. --- (*) Demikianlah ajaran Islam yang bermuatan: aqidah (pokok keimanan), jalannya hukum dan akhlaq, meliputi cakrawala yang luas, yaitu petunjuk untuk mengatur baik kehidupan nafsi-nafsi (individu), maupun kehidupan kolektif dengan substansi yang bervariasi seperti keimanan, ibadah ritual (mahdhah), karakter perorangan, akhlaq individu dan kolektif, kebiasaan manusiawi, ibadah non-ritual seperti: hubungan keluarga, kehidupan sosial politik ekonomi, administrasi, teknologi serta pengelolaan lingkungan, hak dan kewajiban warga-negara, dan terakhir yang tak kurang pentingnya yaitu sistem hukum yang teridiri atas komponen-komponen: substansi aturan-aturan perdata-pidana, damai-perang, nasional-internasional, pranata subsistem peradilan dan apresiasi hukum serta rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat yang berakhlaq. Semua substansi yang disebutkan itu bahasannya ada dalam Serial Wahyu dan Akal - Iman dan Ilmu. Maksudnya Wahyu memayungi akal , dan Iman memayungi ilmu. *** Makassar, 27 Oktober 1991 [H.Muh.Nur Abdurrahman] http://waii-hmna.blogspot.com/2007/06/002-konfigurasi-wahyu-akal-dan-naluri.html - Original Message - From: "F e r o n a" To: Sent: Tuesday, July 20, 2010 20:29 Subject: Re: [wanita-muslimah] Allah Tidak Tidur Pak Sabri, Senang membaca uraian panjang lebarnya tentang agama. Soal teman saya itu, saya yakin dia tidak beragama dan kalau ditanya soal tuhan, jawabnya tuhan baginya an
Peranan Wahyu dan Akal dalam Kehidupan <= Re: [wanita-muslimah] Allah Tidak Tidur
engatur (ArRabb) memberikan pula sumber informasi berupa wahyu yang diturunkan kepada para Rasul yang kemudian disebar luaskan kepada manusia. Nabi Muhammad RasuluLlah SAW adalah nabi dan rasul yang terakhir. Setelah beliau Allah tidak lagi menurunkan wahyu. Dalam shalat kita minta kepada Allah: -- Ihdina shShira-tha lMustqiym (1:6), tuntunlah kami ke jalan yang lurus. Maka Allah menjawab: -- Alif, Lam, Mim. Dza-lika lKitaabu laa Rayba fiyhi Hudan lilMuttaqiyn (s. alBaqarah, 1-2), itulah Kitab tak ada keraguan dalamnya penuntun bagi Muttaqiyn (2:1-2). Al Quran yang tak ada keraguan dalamnya memberikan informasi kepada manusia tentang perkara-perkara yang manusia tidak sanggup mendapatkannya sendiri dengan kekuatan akalnya: -- 'Allama lInsa-na Maalam Ya'lam (s. al'Alaq, 5), (Allah) mengajar manusia apa yang tidak diketahuinya. Kebenaran mutlak (Al Haqq) tidak mungkin dapat dicapai oleh manusia dengan kekuatan akalnya. Kebenaran mutlak tidak mungkin diperoleh dengan upaya pemikiran mekanisme otak yang berwujud filsafat. Juga kebenaran mutlak tidak dapat dicapai manusia dengan upaya renungan mekanisme qalbu dalam wujud tasawuf. Al Haqq tidak dapat dicapai melalui filsafat ataupun tasawuf: -- Al Haqqu min rabbikum (s. alKahf, 29), artinya Al Haqq itu dari Rabb kamu (s. Gua 18:29). Alam ghaib juga tidak mungkin diketahui manusia dengan kekuatan akalnya. Filsafat dan tasawuf tidak mungkin dapat menyentuh alam ghaib. Demikianlah tolok ukur produk pemikiran dan renungan yang berupa filsafat dan tasawuf itu adalah: -- "Dza-lika lKita-bu la- Rayba fiyhi Hudan lilMuttaqiyn". Filsafat dan tasawuf harus dibingkai oleh Al Quran dan Hadits shahih, sebab kalau tidak demikian, maka filsafat dan tasawuf itu menjadi liar. Sungguh-sungguh suatu keniscayaan, para penganut dan pengamal filsafat dan tasawuf tanpa kendali itu menjadi sesat. Terjadilah fenomena yang naif, lucu, tetapi mengibakan, yaitu antara lain filosof itu berimajinasi tentang pantheisme, sufi itu ber"kasyaf" terbuka hijab, merasa bersatu dengan Allah. Adapun indikator penganut dan pengamal filsafat dan tasawuf tanpa kendali itu, adalah upaya yang sia-sia untuk mempersatukan segala agama. Inilah yang selalu kita mohonkan kepada Allah SAW setiap shalat, agar tidak terperosok ke dalam golongan "Dha-lluwn", kaum sesat. -- Hudan lilMuttaqiyn", demikianlah wahyu itu menuntun akal para Muttaqiyn untuk berolah akal, yaitu berpikir/berfilsafat dan merasa/bertasawuf. Akal harus ditempatkan di bawah wahyu dan ilmu filsafat serta ilmu tasawuf harus ditempatkan di bawah iman, singkatnya wahyu di atas akal dan iman di atas ilmu. WaLlahu a'lamu bishshawab. *** Makassar, 20 Oktober 1991 [H.Muh.Nur Abdurrahman] http://waii-hmna.blogspot.com/2007/06/001-peranan-wahyu-dan-akal-dalam_7327.html - Original Message ----- From: "F e r o n a" To: Sent: Tuesday, July 20, 2010 20:29 Subject: Re: [wanita-muslimah] Allah Tidak Tidur Pak Sabri, Senang membaca uraian panjang lebarnya tentang agama. Soal teman saya itu, saya yakin dia tidak beragama dan kalau ditanya soal tuhan, jawabnya tuhan baginya antara ada dan tiada, sulit baginya memastikan .. itu jawab terakhirnya. Dan saya tidak lagi bertanya lebih lanjut. Biarlah itu jadi urusannya sendiri ... :) -- Salam Manis, F e r o n a http://www.goldoven.com 2010/7/20 TEdJO stSabri > > > Dear Ferona, > > sejauh ini saya baik-baik saja, walaupun sering henk :D > > Kayaknya ada yang sedikit pandangan tentang kawan anda, dia sangat > religius, kini tidak beragama. Kupikir sangat mungkin seseorang TIDAK > BERAGAMA Tapi RELIGIUS. Diluar definisi umum Religi = Agama, Religius = > Beragama. Bagiku sangat mungkin seseorang religius tanpa meyakini satu > agama-pun, sebagaimana pernah disinyalir oleh ibnu Sinna dalam kitab "al > Isyarah ..." Secara Pribadi saya sendiri pernah mengalami sebuah periode > ini, dimana enggan melakukan ritual Agama, tapi sama sekali tidak kehilangan > Keyakinan Terhadap Gusti Allah, diskusi dengan Gusti Allah (kelihatannya > seperti Ngomel wong Gusti Allah gak menjawab secara verbal) dikala duduk > diatas klothok (perahu tradisional khas banjarmasin, barang yang sama di > samarinda namanya ketinting). dikala berdiri diatas Tumpukan batu bara di > jaman bergaul dengan dunia hitam itu: (Quit dari dunia batu bara karena > dilarang Istri). > > IMHO, tidak ada hubungan antara Religius dan beragama. Agama adalah sebuah > Jalan, sebuah Petunjuk, sebuah Guidance. Dalam dunia Ibarat, banyak manusia > bisa memahami arah tanpa kompas, mengerti jurusan tanpa peta. Masyarakat > Jawa sebelum Islam masuk, sudah mengenal Sang Hyang Tunggal, Sang Hyang > Widhi, artinya masyarakat Jawa sudah Tauwhid sebelum Islam masuk, sehingga > tidak mengeharankan bila Islam sebagai Agama Tawhid dengan cepat diterima > masyarakat Jawa. Dan sanga
Re: [wanita-muslimah] Allah Tidak Tidur
Mbak Fe, Suasana hati yang berubah-ubah itu adalah hal lumrah dan fitrah dasar manusia, karena sesuai dengan makna "qalbu" yang artinya bolak balik tergantung stimulus dari luar dan dalam serta pengalaman batin seseorang. Maka terkadang muncul rasa bad mood sehingga malas shalat, tetapi kadang bisa juga semangat. Kalau kembali ke konsep qur'an, " ... Dirikanlah shalat agar mengingat Aku", maka sebenarnya kita diminta selalu dalam kondisi berkesadaran tinggi baik lahir maupun batin, di mana pusat dari segala kesadaran itu ya Allah SWT Tuhan rabbul 'alamin. Dari segi fiqh memang shalat itu ada yang wajib dan ada yang sunnah, namun terlepas dari sisi kewajiban, Allah menegaskan bahwa shalat itu tujuannya supaya mengingat Aku. Alias selalu dalam kondisi "kesadaran tertinggi" makanya kalau orang yang memiliki kesadaran tinggi ya pasti pro pada akhlaqul karimah enggan berpaling pada akhlaqul mazmumah sehingga ya otomatis connect pada prinsip rahmatan lil alamin, juga tujuan akhir yaitu ilaihi rajiun. Maka shalat tidak lagi menjadi kewajiban tetapi menjadi kebutuhan. Kalau kemudian Shalat menjadi aktivitas meditasi yang banyak manfaatnya itu hanya sekedar hikmat terlepas dari pro dan kontra. Wassalam Abdul Mu'iz --- Pada Rab, 21/7/10, F e r o n a menulis: Dari: F e r o n a Judul: Re: [wanita-muslimah] Allah Tidak Tidur Kepada: wanita-muslimah@yahoogroups.com Tanggal: Rabu, 21 Juli, 2010, 7:49 AM Perkara shalat, saya pun sempat lama malas melakukan shalat. Pikir saya, shalat ini lama-lama menjadi ritual belaka seperti upacara bendera. Tapi justru di situ saya merasa Allah itu sayang pada saya. Ketika saya ngeyel dan malas melakukan ibadah karena merasa itu cuma ritual belaka, saya diberi sebuah jalan cerita yang mau tidak mau membuat saya merasa buntu dalam hidup. Allah pun menurunkan pemeran cerita berikutnya yang membimbing saya terus menerus. Tidak mengajari dan menyuruh, karena saya alergi disuruh-suruh. Makin disuruh makin mbandel. Tapi Allah ndak pernah marah dengan kebandelan saya ini. Dan shalat memang jadi terapi yang menakjubkan. Belum lagi "pembalasan instan" yang ditunjukkan Allah tiap kali saya selesai melakukan shalat, membuat shalat menjadi pengalaman spiritual yang membuka hati saya, bahwa shalat bukan upacara bendera yang dijalani dgn hati bersungut-sungut karena merasa ini kewajiban dan ketaatan. Shalat pun tak lagi menjadi kewajiban, namun menjadi kebutuhan. Saya shalat bukan lagi karena merasa itu kewajiban, namun kebutuhan. Tidak ada lagi tempat berlari dan berlindung dari semua masalah di dunia ini selain Allah. Dan Shalat adalah salah satu dari sekian banyak cara saya berkomunikasi dengan Allah. Saya paham apa yang dirasakan anak Mbak Mia, karena saya dulu pun merasa begitu. Merasa shalat tak perlu karena sudah berbuat baik, tak pernah korupsi, tak pernah mencuri dalam segala bentuknya, selalu membantu mereka yang kesusahan, dsb. Tapi Allah punya rencana lain rupanya dan alhamdulillah rencana Allah terasa indah akhirnya ... Mudah2an anak Mbak Mia nanti pun bisa merasakan nikmatnya shalat, karena saya yakin manusia yang selalu berpikir untuk bermanfaat bagi makhluk lainnya, selalu dijaga Allah, walau mungkin dalam perjalanan hidupnya sempat keliru, tapi dia akan cepat menemukan lagi jalannya. Salam Manis, F e r o n a http://www.cakefever.com On 7/21/2010 7:31 AM, al...@yahoo.com wrote: > > > Anak saya sendiri mengaku nggak percaya agama sejak smp, dan ini anak > al-azhar, dg background keluarga NU, Muhammadiyah plus PKS hehe. > Komentar temen, like mother like son... Maksutnya anak kita itu seolah > komiknya bapak-ibunya...:-( > > Tapi gimana kamu mengisi batin/psikis dirimu kalo nggak solat?, tanyaku. > Dia bilang setiap kali berbuat baik dirinya terisi, termasuk kerja > dengan tekun (dia perawat di rumah sakit angkatan laut). > > Saya nasihatin dia, hati2 saja dengan ego kita sendiri, setiap saat bisa > jadi 'tuhan'. So kamu perlu solat. > > Kemudian saya sadar sendiri, bahwa nilai/paradigma yang sedang kita > usung sekarang adalah "tuhan personal" yang kita persepsikan dari > keinginan2 manusiawi kita yang masih dalam tahap begini ini. Dan > barangkali itulah "content" solat kita. > > Salam > Mia [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Allah Tidak Tidur
Perkara shalat, saya pun sempat lama malas melakukan shalat. Pikir saya, shalat ini lama-lama menjadi ritual belaka seperti upacara bendera. Tapi justru di situ saya merasa Allah itu sayang pada saya. Ketika saya ngeyel dan malas melakukan ibadah karena merasa itu cuma ritual belaka, saya diberi sebuah jalan cerita yang mau tidak mau membuat saya merasa buntu dalam hidup. Allah pun menurunkan pemeran cerita berikutnya yang membimbing saya terus menerus. Tidak mengajari dan menyuruh, karena saya alergi disuruh-suruh. Makin disuruh makin mbandel. Tapi Allah ndak pernah marah dengan kebandelan saya ini. Dan shalat memang jadi terapi yang menakjubkan. Belum lagi "pembalasan instan" yang ditunjukkan Allah tiap kali saya selesai melakukan shalat, membuat shalat menjadi pengalaman spiritual yang membuka hati saya, bahwa shalat bukan upacara bendera yang dijalani dgn hati bersungut-sungut karena merasa ini kewajiban dan ketaatan. Shalat pun tak lagi menjadi kewajiban, namun menjadi kebutuhan. Saya shalat bukan lagi karena merasa itu kewajiban, namun kebutuhan. Tidak ada lagi tempat berlari dan berlindung dari semua masalah di dunia ini selain Allah. Dan Shalat adalah salah satu dari sekian banyak cara saya berkomunikasi dengan Allah. Saya paham apa yang dirasakan anak Mbak Mia, karena saya dulu pun merasa begitu. Merasa shalat tak perlu karena sudah berbuat baik, tak pernah korupsi, tak pernah mencuri dalam segala bentuknya, selalu membantu mereka yang kesusahan, dsb. Tapi Allah punya rencana lain rupanya dan alhamdulillah rencana Allah terasa indah akhirnya ... Mudah2an anak Mbak Mia nanti pun bisa merasakan nikmatnya shalat, karena saya yakin manusia yang selalu berpikir untuk bermanfaat bagi makhluk lainnya, selalu dijaga Allah, walau mungkin dalam perjalanan hidupnya sempat keliru, tapi dia akan cepat menemukan lagi jalannya. Salam Manis, F e r o n a http://www.cakefever.com On 7/21/2010 7:31 AM, al...@yahoo.com wrote: > > > Anak saya sendiri mengaku nggak percaya agama sejak smp, dan ini anak > al-azhar, dg background keluarga NU, Muhammadiyah plus PKS hehe. > Komentar temen, like mother like son... Maksutnya anak kita itu seolah > komiknya bapak-ibunya...:-( > > Tapi gimana kamu mengisi batin/psikis dirimu kalo nggak solat?, tanyaku. > Dia bilang setiap kali berbuat baik dirinya terisi, termasuk kerja > dengan tekun (dia perawat di rumah sakit angkatan laut). > > Saya nasihatin dia, hati2 saja dengan ego kita sendiri, setiap saat bisa > jadi 'tuhan'. So kamu perlu solat. > > Kemudian saya sadar sendiri, bahwa nilai/paradigma yang sedang kita > usung sekarang adalah "tuhan personal" yang kita persepsikan dari > keinginan2 manusiawi kita yang masih dalam tahap begini ini. Dan > barangkali itulah "content" solat kita. > > Salam > Mia
Re: [wanita-muslimah] Allah Tidak Tidur
Anak saya sendiri mengaku nggak percaya agama sejak smp, dan ini anak al-azhar, dg background keluarga NU, Muhammadiyah plus PKS hehe. Komentar temen, like mother like son... Maksutnya anak kita itu seolah komiknya bapak-ibunya...:-( Tapi gimana kamu mengisi batin/psikis dirimu kalo nggak solat?, tanyaku. Dia bilang setiap kali berbuat baik dirinya terisi, termasuk kerja dengan tekun (dia perawat di rumah sakit angkatan laut). Saya nasihatin dia, hati2 saja dengan ego kita sendiri, setiap saat bisa jadi 'tuhan'. So kamu perlu solat. Kemudian saya sadar sendiri, bahwa nilai/paradigma yang sedang kita usung sekarang adalah "tuhan personal" yang kita persepsikan dari keinginan2 manusiawi kita yang masih dalam tahap begini ini. Dan barangkali itulah "content" solat kita. Salam Mia -Original Message- From: al...@yahoo.com Sender: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Wed, 21 Jul 2010 00:06:53 To: Reply-To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Allah Tidak Tidur Nggak percaya eksistensi tuhan mungkin maksutnya nggak percaya tuhan 'yang personal' - imej tuhan yang dibayangkan dg persepsi kita. Contohnya di WM ini dari content diskusi Dulatif dan HMNA itu tuhannya personal, seolah ada di sampingnya ato diwakilinya. Konsepsi tuhan yang personal itu yang lagi mengalami perubahan. Salam Mia -Original Message- From: donnie damana Sender: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Tue, 20 Jul 2010 14:49:52 To: Reply-To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Allah Tidak Tidur Mbak Ferona, Dalam hal yang lebih extrim, religiusitas bahkan tidak dikaitkan dengan adanya atau percayanya seseorang terhadap existensi Tuhan. Dalam masyarakat modern seperti di Eropa, religiusitas dikaitkan dengan berdamainya hati dengan makro kosmosnya.. dengan semestanya. Religiusitas dituangkan dalam bentuk karya seni yang kasat mata/kasat indera seperti seni lukis, rupa ataupun suara, karena Tuhan tidaklah kasat mata dan susah dimengerti. Maka jangan heran, kalau masyarakat barat/Eropa banyak yang mengaku religius meskipun tidak percaya akan eksistensi Tuhan Salim, :D (..mencoba santun..) On Jul 20, 2010, at 2:29 PM, F e r o n a wrote: > Pak Sabri, > > Senang membaca uraian panjang lebarnya tentang agama. Soal teman saya itu, > saya yakin dia tidak beragama dan kalau ditanya soal tuhan, jawabnya tuhan > baginya antara ada dan tiada, sulit baginya memastikan .. itu jawab > terakhirnya. > > Dan saya tidak lagi bertanya lebih lanjut. Biarlah itu jadi urusannya > sendiri ... :) > > -- > Salam Manis, > F e r o n a > http://www.goldoven.com > > 2010/7/20 TEdJO stSabri > > > > > > > Dear Ferona, > > > > sejauh ini saya baik-baik saja, walaupun sering henk :D > > > > Kayaknya ada yang sedikit pandangan tentang kawan anda, dia sangat > > religius, kini tidak beragama. Kupikir sangat mungkin seseorang TIDAK > > BERAGAMA Tapi RELIGIUS. Diluar definisi umum Religi = Agama, Religius = > > Beragama. Bagiku sangat mungkin seseorang religius tanpa meyakini satu > > agama-pun, sebagaimana pernah disinyalir oleh ibnu Sinna dalam kitab "al > > Isyarah ..." Secara Pribadi saya sendiri pernah mengalami sebuah periode > > ini, dimana enggan melakukan ritual Agama, tapi sama sekali tidak kehilangan > > Keyakinan Terhadap Gusti Allah, diskusi dengan Gusti Allah (kelihatannya > > seperti Ngomel wong Gusti Allah gak menjawab secara verbal) dikala duduk > > diatas klothok (perahu tradisional khas banjarmasin, barang yang sama di > > samarinda namanya ketinting). dikala berdiri diatas Tumpukan batu bara di > > jaman bergaul dengan dunia hitam itu: (Quit dari dunia batu bara karena > > dilarang Istri). > > > > IMHO, tidak ada hubungan antara Religius dan beragama. Agama adalah sebuah > > Jalan, sebuah Petunjuk, sebuah Guidance. Dalam dunia Ibarat, banyak manusia > > bisa memahami arah tanpa kompas, mengerti jurusan tanpa peta. Masyarakat > > Jawa sebelum Islam masuk, sudah mengenal Sang Hyang Tunggal, Sang Hyang > > Widhi, artinya masyarakat Jawa sudah Tauwhid sebelum Islam masuk, sehingga > > tidak mengeharankan bila Islam sebagai Agama Tawhid dengan cepat diterima > > masyarakat Jawa. Dan sangat banyak masyarakat lain di permukaan bumi ini > > sudah ber-Tauwhid sebelum "agama" sampai pada mereka. > > > > Tidak sedikit gejala, masyarakat beragama MenuHankan agama itu sendiri > > sehingga "seakan-akan" Tuhan= Agama. CMIIW, kaum Krsitiani menyatakan : > > Tidak akan sampai pada "Bapa" tanpa melalui "Anak. Kaum Muslim juga memiliki > > Aroma ini, Tidak akan sampai pada Tujuan yang benar Tanpa "syahadat". Dalam > > Pikira
Re: [wanita-muslimah] Allah Tidak Tidur
Nggak percaya eksistensi tuhan mungkin maksutnya nggak percaya tuhan 'yang personal' - imej tuhan yang dibayangkan dg persepsi kita. Contohnya di WM ini dari content diskusi Dulatif dan HMNA itu tuhannya personal, seolah ada di sampingnya ato diwakilinya. Konsepsi tuhan yang personal itu yang lagi mengalami perubahan. Salam Mia -Original Message- From: donnie damana Sender: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Tue, 20 Jul 2010 14:49:52 To: Reply-To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Allah Tidak Tidur Mbak Ferona, Dalam hal yang lebih extrim, religiusitas bahkan tidak dikaitkan dengan adanya atau percayanya seseorang terhadap existensi Tuhan. Dalam masyarakat modern seperti di Eropa, religiusitas dikaitkan dengan berdamainya hati dengan makro kosmosnya.. dengan semestanya. Religiusitas dituangkan dalam bentuk karya seni yang kasat mata/kasat indera seperti seni lukis, rupa ataupun suara, karena Tuhan tidaklah kasat mata dan susah dimengerti. Maka jangan heran, kalau masyarakat barat/Eropa banyak yang mengaku religius meskipun tidak percaya akan eksistensi Tuhan Salim, :D (..mencoba santun..) On Jul 20, 2010, at 2:29 PM, F e r o n a wrote: > Pak Sabri, > > Senang membaca uraian panjang lebarnya tentang agama. Soal teman saya itu, > saya yakin dia tidak beragama dan kalau ditanya soal tuhan, jawabnya tuhan > baginya antara ada dan tiada, sulit baginya memastikan .. itu jawab > terakhirnya. > > Dan saya tidak lagi bertanya lebih lanjut. Biarlah itu jadi urusannya > sendiri ... :) > > -- > Salam Manis, > F e r o n a > http://www.goldoven.com > > 2010/7/20 TEdJO stSabri > > > > > > > Dear Ferona, > > > > sejauh ini saya baik-baik saja, walaupun sering henk :D > > > > Kayaknya ada yang sedikit pandangan tentang kawan anda, dia sangat > > religius, kini tidak beragama. Kupikir sangat mungkin seseorang TIDAK > > BERAGAMA Tapi RELIGIUS. Diluar definisi umum Religi = Agama, Religius = > > Beragama. Bagiku sangat mungkin seseorang religius tanpa meyakini satu > > agama-pun, sebagaimana pernah disinyalir oleh ibnu Sinna dalam kitab "al > > Isyarah ..." Secara Pribadi saya sendiri pernah mengalami sebuah periode > > ini, dimana enggan melakukan ritual Agama, tapi sama sekali tidak kehilangan > > Keyakinan Terhadap Gusti Allah, diskusi dengan Gusti Allah (kelihatannya > > seperti Ngomel wong Gusti Allah gak menjawab secara verbal) dikala duduk > > diatas klothok (perahu tradisional khas banjarmasin, barang yang sama di > > samarinda namanya ketinting). dikala berdiri diatas Tumpukan batu bara di > > jaman bergaul dengan dunia hitam itu: (Quit dari dunia batu bara karena > > dilarang Istri). > > > > IMHO, tidak ada hubungan antara Religius dan beragama. Agama adalah sebuah > > Jalan, sebuah Petunjuk, sebuah Guidance. Dalam dunia Ibarat, banyak manusia > > bisa memahami arah tanpa kompas, mengerti jurusan tanpa peta. Masyarakat > > Jawa sebelum Islam masuk, sudah mengenal Sang Hyang Tunggal, Sang Hyang > > Widhi, artinya masyarakat Jawa sudah Tauwhid sebelum Islam masuk, sehingga > > tidak mengeharankan bila Islam sebagai Agama Tawhid dengan cepat diterima > > masyarakat Jawa. Dan sangat banyak masyarakat lain di permukaan bumi ini > > sudah ber-Tauwhid sebelum "agama" sampai pada mereka. > > > > Tidak sedikit gejala, masyarakat beragama MenuHankan agama itu sendiri > > sehingga "seakan-akan" Tuhan= Agama. CMIIW, kaum Krsitiani menyatakan : > > Tidak akan sampai pada "Bapa" tanpa melalui "Anak. Kaum Muslim juga memiliki > > Aroma ini, Tidak akan sampai pada Tujuan yang benar Tanpa "syahadat". Dalam > > Pikiran Nakal saya, sering terpikir, aroma ini menyempitkan "Kebesaran > > Tuhan". Gusti Allah jauh lebih besar dari sekedar Agama, Tuhan Lebih Agung > > dibanding segala jenis ritual. > > > > Dalam skala pemikiran manusia, tidak pantaskah seorang Mahatma Gandhi > > menikmati Surga (?) > > > > "..." ana al-Haq > > > > wassalam > > ./STS > > > > > > [Non-text portions of this message have been removed] > > [Non-text portions of this message have been removed] === Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejaht...@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelism...@yahoogroups.com Milis ini tidak menerima attachment.Yahoo! Groups Links
Re: [wanita-muslimah] Allah Tidak Tidur
Iya, saya sudah pusing dan enggan berdebat mengenai pemahaman manusia tentang Tuhan dan agama. Saya menikmati kedekatan dengan Allah dengan cara saya sendiri. Mau dishare ke org lain juga blum tentu mereka punya pengalaman hidup yg sama. Akhirnya bicara dari sudut pandang masing2 malah ndak ketemu. Kalo saya bilang Allah seperti ibu saya yg memarahi sy kalo salah, menghapus airmata sy saat menangis menyesali kesalahan sy, dan membujuk sy yg ngambeg dgn membelikan baju bagus yg saya impi2kan selama ini, belum tentu bisa keterima oleh orang lain, apalagi sama Pak Sabri :D *aduh maap kok ga bisa hapus sebagian ekor posting kalo ngemail dari strawberry ini ya? ekor posting jadi panjang sekali :( Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...! -Original Message- From: donnie damana Sender: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Tue, 20 Jul 2010 14:49:52 To: Reply-To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Allah Tidak Tidur Mbak Ferona, Dalam hal yang lebih extrim, religiusitas bahkan tidak dikaitkan dengan adanya atau percayanya seseorang terhadap existensi Tuhan. Dalam masyarakat modern seperti di Eropa, religiusitas dikaitkan dengan berdamainya hati dengan makro kosmosnya.. dengan semestanya. Religiusitas dituangkan dalam bentuk karya seni yang kasat mata/kasat indera seperti seni lukis, rupa ataupun suara, karena Tuhan tidaklah kasat mata dan susah dimengerti. Maka jangan heran, kalau masyarakat barat/Eropa banyak yang mengaku religius meskipun tidak percaya akan eksistensi Tuhan Salim, :D (..mencoba santun..) On Jul 20, 2010, at 2:29 PM, F e r o n a wrote: > Pak Sabri, > > Senang membaca uraian panjang lebarnya tentang agama. Soal teman saya itu, > saya yakin dia tidak beragama dan kalau ditanya soal tuhan, jawabnya tuhan > baginya antara ada dan tiada, sulit baginya memastikan .. itu jawab > terakhirnya. > > Dan saya tidak lagi bertanya lebih lanjut. Biarlah itu jadi urusannya > sendiri ... :) > > -- > Salam Manis, > F e r o n a > http://www.goldoven.com > > 2010/7/20 TEdJO stSabri > > > > > > > Dear Ferona, > > > > sejauh ini saya baik-baik saja, walaupun sering henk :D > > > > Kayaknya ada yang sedikit pandangan tentang kawan anda, dia sangat > > religius, kini tidak beragama. Kupikir sangat mungkin seseorang TIDAK > > BERAGAMA Tapi RELIGIUS. Diluar definisi umum Religi = Agama, Religius = > > Beragama. Bagiku sangat mungkin seseorang religius tanpa meyakini satu > > agama-pun, sebagaimana pernah disinyalir oleh ibnu Sinna dalam kitab "al > > Isyarah ..." Secara Pribadi saya sendiri pernah mengalami sebuah periode > > ini, dimana enggan melakukan ritual Agama, tapi sama sekali tidak kehilangan > > Keyakinan Terhadap Gusti Allah, diskusi dengan Gusti Allah (kelihatannya > > seperti Ngomel wong Gusti Allah gak menjawab secara verbal) dikala duduk > > diatas klothok (perahu tradisional khas banjarmasin, barang yang sama di > > samarinda namanya ketinting). dikala berdiri diatas Tumpukan batu bara di > > jaman bergaul dengan dunia hitam itu: (Quit dari dunia batu bara karena > > dilarang Istri). > > > > IMHO, tidak ada hubungan antara Religius dan beragama. Agama adalah sebuah > > Jalan, sebuah Petunjuk, sebuah Guidance. Dalam dunia Ibarat, banyak manusia > > bisa memahami arah tanpa kompas, mengerti jurusan tanpa peta. Masyarakat > > Jawa sebelum Islam masuk, sudah mengenal Sang Hyang Tunggal, Sang Hyang > > Widhi, artinya masyarakat Jawa sudah Tauwhid sebelum Islam masuk, sehingga > > tidak mengeharankan bila Islam sebagai Agama Tawhid dengan cepat diterima > > masyarakat Jawa. Dan sangat banyak masyarakat lain di permukaan bumi ini > > sudah ber-Tauwhid sebelum "agama" sampai pada mereka. > > > > Tidak sedikit gejala, masyarakat beragama MenuHankan agama itu sendiri > > sehingga "seakan-akan" Tuhan= Agama. CMIIW, kaum Krsitiani menyatakan : > > Tidak akan sampai pada "Bapa" tanpa melalui "Anak. Kaum Muslim juga memiliki > > Aroma ini, Tidak akan sampai pada Tujuan yang benar Tanpa "syahadat". Dalam > > Pikiran Nakal saya, sering terpikir, aroma ini menyempitkan "Kebesaran > > Tuhan". Gusti Allah jauh lebih besar dari sekedar Agama, Tuhan Lebih Agung > > dibanding segala jenis ritual. > > > > Dalam skala pemikiran manusia, tidak pantaskah seorang Mahatma Gandhi > > menikmati Surga (?) > > > > "..." ana al-Haq > > > > wassalam > > ./STS > > > > > > [Non-text portions of this message have been removed] > > [Non-text portions of this message have been removed] ---
Re: [wanita-muslimah] Allah Tidak Tidur
Mbak Ferona, Dalam hal yang lebih extrim, religiusitas bahkan tidak dikaitkan dengan adanya atau percayanya seseorang terhadap existensi Tuhan. Dalam masyarakat modern seperti di Eropa, religiusitas dikaitkan dengan berdamainya hati dengan makro kosmosnya.. dengan semestanya. Religiusitas dituangkan dalam bentuk karya seni yang kasat mata/kasat indera seperti seni lukis, rupa ataupun suara, karena Tuhan tidaklah kasat mata dan susah dimengerti. Maka jangan heran, kalau masyarakat barat/Eropa banyak yang mengaku religius meskipun tidak percaya akan eksistensi Tuhan Salim, :D (..mencoba santun..) On Jul 20, 2010, at 2:29 PM, F e r o n a wrote: > Pak Sabri, > > Senang membaca uraian panjang lebarnya tentang agama. Soal teman saya itu, > saya yakin dia tidak beragama dan kalau ditanya soal tuhan, jawabnya tuhan > baginya antara ada dan tiada, sulit baginya memastikan .. itu jawab > terakhirnya. > > Dan saya tidak lagi bertanya lebih lanjut. Biarlah itu jadi urusannya > sendiri ... :) > > -- > Salam Manis, > F e r o n a > http://www.goldoven.com > > 2010/7/20 TEdJO stSabri > > > > > > > Dear Ferona, > > > > sejauh ini saya baik-baik saja, walaupun sering henk :D > > > > Kayaknya ada yang sedikit pandangan tentang kawan anda, dia sangat > > religius, kini tidak beragama. Kupikir sangat mungkin seseorang TIDAK > > BERAGAMA Tapi RELIGIUS. Diluar definisi umum Religi = Agama, Religius = > > Beragama. Bagiku sangat mungkin seseorang religius tanpa meyakini satu > > agama-pun, sebagaimana pernah disinyalir oleh ibnu Sinna dalam kitab "al > > Isyarah ..." Secara Pribadi saya sendiri pernah mengalami sebuah periode > > ini, dimana enggan melakukan ritual Agama, tapi sama sekali tidak kehilangan > > Keyakinan Terhadap Gusti Allah, diskusi dengan Gusti Allah (kelihatannya > > seperti Ngomel wong Gusti Allah gak menjawab secara verbal) dikala duduk > > diatas klothok (perahu tradisional khas banjarmasin, barang yang sama di > > samarinda namanya ketinting). dikala berdiri diatas Tumpukan batu bara di > > jaman bergaul dengan dunia hitam itu: (Quit dari dunia batu bara karena > > dilarang Istri). > > > > IMHO, tidak ada hubungan antara Religius dan beragama. Agama adalah sebuah > > Jalan, sebuah Petunjuk, sebuah Guidance. Dalam dunia Ibarat, banyak manusia > > bisa memahami arah tanpa kompas, mengerti jurusan tanpa peta. Masyarakat > > Jawa sebelum Islam masuk, sudah mengenal Sang Hyang Tunggal, Sang Hyang > > Widhi, artinya masyarakat Jawa sudah Tauwhid sebelum Islam masuk, sehingga > > tidak mengeharankan bila Islam sebagai Agama Tawhid dengan cepat diterima > > masyarakat Jawa. Dan sangat banyak masyarakat lain di permukaan bumi ini > > sudah ber-Tauwhid sebelum "agama" sampai pada mereka. > > > > Tidak sedikit gejala, masyarakat beragama MenuHankan agama itu sendiri > > sehingga "seakan-akan" Tuhan= Agama. CMIIW, kaum Krsitiani menyatakan : > > Tidak akan sampai pada "Bapa" tanpa melalui "Anak. Kaum Muslim juga memiliki > > Aroma ini, Tidak akan sampai pada Tujuan yang benar Tanpa "syahadat". Dalam > > Pikiran Nakal saya, sering terpikir, aroma ini menyempitkan "Kebesaran > > Tuhan". Gusti Allah jauh lebih besar dari sekedar Agama, Tuhan Lebih Agung > > dibanding segala jenis ritual. > > > > Dalam skala pemikiran manusia, tidak pantaskah seorang Mahatma Gandhi > > menikmati Surga (?) > > > > "..." ana al-Haq > > > > wassalam > > ./STS > > > > > > [Non-text portions of this message have been removed] > > [Non-text portions of this message have been removed] === Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejaht...@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelism...@yahoogroups.com Milis ini tidak menerima attachment.Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: wanita-muslimah-dig...@yahoogroups.com wanita-muslimah-fullfeatu...@yahoogroups.com <*> To unsubscribe from this group, send an email to: wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [wanita-muslimah] Allah Tidak Tidur
Salam, Kang Sabri boleh saya koment atas tulisannya, menarik buat saya...Yah masalah ketuhanan memang menurut saya adalah masalah antara hati manusia dengan keyakinannya, dia yakin dia rasakan hasilnya, karena jika kita lakukan suatu 'ritual' tetapi kita sendiri tidak yakin dengan seluruh kemampuan 'Tuhan' kita, aneh kan? karena dihati manusia sudah ada chip' part of God' nya tinggal mau atau tidak sang manusia mengaktifkan chip dari sang khalik tersebut. Salam RYA Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: F e r o n a Sender: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Tue, 20 Jul 2010 19:29:33 To: Reply-To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Allah Tidak Tidur Pak Sabri, Senang membaca uraian panjang lebarnya tentang agama. Soal teman saya itu, saya yakin dia tidak beragama dan kalau ditanya soal tuhan, jawabnya tuhan baginya antara ada dan tiada, sulit baginya memastikan .. itu jawab terakhirnya. Dan saya tidak lagi bertanya lebih lanjut. Biarlah itu jadi urusannya sendiri ... :) -- Salam Manis, F e r o n a http://www.goldoven.com 2010/7/20 TEdJO stSabri > > > Dear Ferona, > > sejauh ini saya baik-baik saja, walaupun sering henk :D > > Kayaknya ada yang sedikit pandangan tentang kawan anda, dia sangat > religius, kini tidak beragama. Kupikir sangat mungkin seseorang TIDAK > BERAGAMA Tapi RELIGIUS. Diluar definisi umum Religi = Agama, Religius = > Beragama. Bagiku sangat mungkin seseorang religius tanpa meyakini satu > agama-pun, sebagaimana pernah disinyalir oleh ibnu Sinna dalam kitab "al > Isyarah ..." Secara Pribadi saya sendiri pernah mengalami sebuah periode > ini, dimana enggan melakukan ritual Agama, tapi sama sekali tidak kehilangan > Keyakinan Terhadap Gusti Allah, diskusi dengan Gusti Allah (kelihatannya > seperti Ngomel wong Gusti Allah gak menjawab secara verbal) dikala duduk > diatas klothok (perahu tradisional khas banjarmasin, barang yang sama di > samarinda namanya ketinting). dikala berdiri diatas Tumpukan batu bara di > jaman bergaul dengan dunia hitam itu: (Quit dari dunia batu bara karena > dilarang Istri). > > IMHO, tidak ada hubungan antara Religius dan beragama. Agama adalah sebuah > Jalan, sebuah Petunjuk, sebuah Guidance. Dalam dunia Ibarat, banyak manusia > bisa memahami arah tanpa kompas, mengerti jurusan tanpa peta. Masyarakat > Jawa sebelum Islam masuk, sudah mengenal Sang Hyang Tunggal, Sang Hyang > Widhi, artinya masyarakat Jawa sudah Tauwhid sebelum Islam masuk, sehingga > tidak mengeharankan bila Islam sebagai Agama Tawhid dengan cepat diterima > masyarakat Jawa. Dan sangat banyak masyarakat lain di permukaan bumi ini > sudah ber-Tauwhid sebelum "agama" sampai pada mereka. > > Tidak sedikit gejala, masyarakat beragama MenuHankan agama itu sendiri > sehingga "seakan-akan" Tuhan= Agama. CMIIW, kaum Krsitiani menyatakan : > Tidak akan sampai pada "Bapa" tanpa melalui "Anak. Kaum Muslim juga memiliki > Aroma ini, Tidak akan sampai pada Tujuan yang benar Tanpa "syahadat". Dalam > Pikiran Nakal saya, sering terpikir, aroma ini menyempitkan "Kebesaran > Tuhan". Gusti Allah jauh lebih besar dari sekedar Agama, Tuhan Lebih Agung > dibanding segala jenis ritual. > > Dalam skala pemikiran manusia, tidak pantaskah seorang Mahatma Gandhi > menikmati Surga (?) > > "..." ana al-Haq > > wassalam > ./STS > > [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed] === Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejaht...@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelism...@yahoogroups.com Milis ini tidak menerima attachment.Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: wanita-muslimah-dig...@yahoogroups.com wanita-muslimah-fullfeatu...@yahoogroups.com <*> To unsubscribe from this group, send an email to: wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [wanita-muslimah] Allah Tidak Tidur
Pak Sabri, Senang membaca uraian panjang lebarnya tentang agama. Soal teman saya itu, saya yakin dia tidak beragama dan kalau ditanya soal tuhan, jawabnya tuhan baginya antara ada dan tiada, sulit baginya memastikan .. itu jawab terakhirnya. Dan saya tidak lagi bertanya lebih lanjut. Biarlah itu jadi urusannya sendiri ... :) -- Salam Manis, F e r o n a http://www.goldoven.com 2010/7/20 TEdJO stSabri > > > Dear Ferona, > > sejauh ini saya baik-baik saja, walaupun sering henk :D > > Kayaknya ada yang sedikit pandangan tentang kawan anda, dia sangat > religius, kini tidak beragama. Kupikir sangat mungkin seseorang TIDAK > BERAGAMA Tapi RELIGIUS. Diluar definisi umum Religi = Agama, Religius = > Beragama. Bagiku sangat mungkin seseorang religius tanpa meyakini satu > agama-pun, sebagaimana pernah disinyalir oleh ibnu Sinna dalam kitab "al > Isyarah ..." Secara Pribadi saya sendiri pernah mengalami sebuah periode > ini, dimana enggan melakukan ritual Agama, tapi sama sekali tidak kehilangan > Keyakinan Terhadap Gusti Allah, diskusi dengan Gusti Allah (kelihatannya > seperti Ngomel wong Gusti Allah gak menjawab secara verbal) dikala duduk > diatas klothok (perahu tradisional khas banjarmasin, barang yang sama di > samarinda namanya ketinting). dikala berdiri diatas Tumpukan batu bara di > jaman bergaul dengan dunia hitam itu: (Quit dari dunia batu bara karena > dilarang Istri). > > IMHO, tidak ada hubungan antara Religius dan beragama. Agama adalah sebuah > Jalan, sebuah Petunjuk, sebuah Guidance. Dalam dunia Ibarat, banyak manusia > bisa memahami arah tanpa kompas, mengerti jurusan tanpa peta. Masyarakat > Jawa sebelum Islam masuk, sudah mengenal Sang Hyang Tunggal, Sang Hyang > Widhi, artinya masyarakat Jawa sudah Tauwhid sebelum Islam masuk, sehingga > tidak mengeharankan bila Islam sebagai Agama Tawhid dengan cepat diterima > masyarakat Jawa. Dan sangat banyak masyarakat lain di permukaan bumi ini > sudah ber-Tauwhid sebelum "agama" sampai pada mereka. > > Tidak sedikit gejala, masyarakat beragama MenuHankan agama itu sendiri > sehingga "seakan-akan" Tuhan= Agama. CMIIW, kaum Krsitiani menyatakan : > Tidak akan sampai pada "Bapa" tanpa melalui "Anak. Kaum Muslim juga memiliki > Aroma ini, Tidak akan sampai pada Tujuan yang benar Tanpa "syahadat". Dalam > Pikiran Nakal saya, sering terpikir, aroma ini menyempitkan "Kebesaran > Tuhan". Gusti Allah jauh lebih besar dari sekedar Agama, Tuhan Lebih Agung > dibanding segala jenis ritual. > > Dalam skala pemikiran manusia, tidak pantaskah seorang Mahatma Gandhi > menikmati Surga (?) > > "..." ana al-Haq > > wassalam > ./STS > > [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Allah Tidak Tidur
Maha Suci Allah dari Segala Macam aliran. Kang Donnie, sesungguhnya aliran yang sangat saya rindukan adalah aliran dana Bank Century salam ./STS --- email : x1...@gmx.com sent by Mobile Device on Gentoo Linux - Original Message - From: donnie damana Sent: 07/20/10 06:51 PM To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Allah Tidak Tidur Wah kang Sabri ikut aliran Perenialis.. Sangat liberal ;) :D
Re: [wanita-muslimah] Allah Tidak Tidur
Wah kang Sabri ikut aliran Perenialis.. Sangat liberal ;) :D On Jul 20, 2010, at 1:27 PM, TEdJO stSabri wrote: > Dear Ferona, > > sejauh ini saya baik-baik saja, walaupun sering henk :D > > Kayaknya ada yang sedikit pandangan tentang kawan anda, dia sangat religius, > kini tidak beragama. Kupikir sangat mungkin seseorang TIDAK BERAGAMA Tapi > RELIGIUS. Diluar definisi umum Religi = Agama, Religius = Beragama. Bagiku > sangat mungkin seseorang religius tanpa meyakini satu agama-pun, sebagaimana > pernah disinyalir oleh ibnu Sinna dalam kitab "al Isyarah ..." Secara Pribadi > saya sendiri pernah mengalami sebuah periode ini, dimana enggan melakukan > ritual Agama, tapi sama sekali tidak kehilangan Keyakinan Terhadap Gusti > Allah, diskusi dengan Gusti Allah (kelihatannya seperti Ngomel wong Gusti > Allah gak menjawab secara verbal) dikala duduk diatas klothok (perahu > tradisional khas banjarmasin, barang yang sama di samarinda namanya > ketinting). dikala berdiri diatas Tumpukan batu bara di jaman bergaul dengan > dunia hitam itu: (Quit dari dunia batu bara karena dilarang Istri). > > IMHO, tidak ada hubungan antara Religius dan beragama. Agama adalah sebuah > Jalan, sebuah Petunjuk, sebuah Guidance. Dalam dunia Ibarat, banyak manusia > bisa memahami arah tanpa kompas, mengerti jurusan tanpa peta. Masyarakat Jawa > sebelum Islam masuk, sudah mengenal Sang Hyang Tunggal, Sang Hyang Widhi, > artinya masyarakat Jawa sudah Tauwhid sebelum Islam masuk, sehingga tidak > mengeharankan bila Islam sebagai Agama Tawhid dengan cepat diterima > masyarakat Jawa. Dan sangat banyak masyarakat lain di permukaan bumi ini > sudah ber-Tauwhid sebelum "agama" sampai pada mereka. > > Tidak sedikit gejala, masyarakat beragama MenuHankan agama itu sendiri > sehingga "seakan-akan" Tuhan= Agama. CMIIW, kaum Krsitiani menyatakan : Tidak > akan sampai pada "Bapa" tanpa melalui "Anak. Kaum Muslim juga memiliki Aroma > ini, Tidak akan sampai pada Tujuan yang benar Tanpa "syahadat". Dalam Pikiran > Nakal saya, sering terpikir, aroma ini menyempitkan "Kebesaran Tuhan". Gusti > Allah jauh lebih besar dari sekedar Agama, Tuhan Lebih Agung dibanding segala > jenis ritual. > > Dalam skala pemikiran manusia, tidak pantaskah seorang Mahatma Gandhi > menikmati Surga (?) > > "..." ana al-Haq > > wassalam > ./STS > > - Original Message - > From: Ferona Y. Faizal > Sent: 07/20/10 05:35 PM > To: wanita-muslimah@yahoogroups.com > Subject: Re: [wanita-muslimah] Allah Tidak Tidur > > Dear Pak Sabri, > > Rasanya sudah lama sekali saya tidak menyapa pak Sabri di milis ya .. apa > kabar pak? > > Menyambung email pak Sabri di bawah ini. Memang pengalaman hidup manusia > berbeda-beda. Alhamdulillah saya seringkali diberi pengalaman "pembalasan > instan" oleh Allah. Mungkin itu caranya Allah mengajari saya yang memang > ndableg dari dulu sampai sekarang :) > > Karena seringkali pengalaman spritual manusia berbeda-beda, membuat saya > rasanya tak lagi sekedar mendefinisikan Allah Tidak Tidur. Allah ada di > sini, di dekat hati saya dan tak pernah meninggalkan saya. Seringkali apa > yang saya tangiskan, dalam lima menit ke depan "dibalas" Allah dengan > segera, sehingga ketika airmata belum sempat kering di pipi namun hati yang > tadi lara berubah seketika menjadi bahagia. Saya akhirnya selalu percaya, > kesedihan memang tiada artinya ketika hati telah pasrah kepadaNya. Hati yang > selalu berbaik-sangka pada Allah, ringan menjalani setiap cerita hidup yang > tak selalu berisi tawa, namun juga lara dan nestapa. > > Karena itu saya tertegun sekali mendengar pengakuan seorang kawan yang > dulunya sangat religius kini mengaku tak beragama dan tak lagi bisa > merasakan kehadiran Tuhan dalam kehidupannya. Betapa hati manusia memang > mudah terbolak-balik. Saya tidak mengatakan kawan saya salah -mungkin itu > adalah bagian dari perjalanan hidupnya, tetapi saya bersyukur saya tetap > merasakan cinta Allah pada saya dan di usia saya, saya bisa menemukan > ketenangan dan kehadiran Allah dalam hidup saya. > > Ketika umur semakin lanjut dan jiwa yang gelisah menemukan labuhannya, > apalagi yang dicari selain menikmati setiap zarrah nikmat Allah dengan > membaginya kepada mereka yang membutuhkan. > > Salam Manis, > F e r o n a > http://www.goldoven.com > [Non-text portions of this message have been removed] === Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://gr
Re: [wanita-muslimah] Allah Tidak Tidur
Dear Ferona, sejauh ini saya baik-baik saja, walaupun sering henk :D Kayaknya ada yang sedikit pandangan tentang kawan anda, dia sangat religius, kini tidak beragama. Kupikir sangat mungkin seseorang TIDAK BERAGAMA Tapi RELIGIUS. Diluar definisi umum Religi = Agama, Religius = Beragama. Bagiku sangat mungkin seseorang religius tanpa meyakini satu agama-pun, sebagaimana pernah disinyalir oleh ibnu Sinna dalam kitab "al Isyarah ..." Secara Pribadi saya sendiri pernah mengalami sebuah periode ini, dimana enggan melakukan ritual Agama, tapi sama sekali tidak kehilangan Keyakinan Terhadap Gusti Allah, diskusi dengan Gusti Allah (kelihatannya seperti Ngomel wong Gusti Allah gak menjawab secara verbal) dikala duduk diatas klothok (perahu tradisional khas banjarmasin, barang yang sama di samarinda namanya ketinting). dikala berdiri diatas Tumpukan batu bara di jaman bergaul dengan dunia hitam itu: (Quit dari dunia batu bara karena dilarang Istri). IMHO, tidak ada hubungan antara Religius dan beragama. Agama adalah sebuah Jalan, sebuah Petunjuk, sebuah Guidance. Dalam dunia Ibarat, banyak manusia bisa memahami arah tanpa kompas, mengerti jurusan tanpa peta. Masyarakat Jawa sebelum Islam masuk, sudah mengenal Sang Hyang Tunggal, Sang Hyang Widhi, artinya masyarakat Jawa sudah Tauwhid sebelum Islam masuk, sehingga tidak mengeharankan bila Islam sebagai Agama Tawhid dengan cepat diterima masyarakat Jawa. Dan sangat banyak masyarakat lain di permukaan bumi ini sudah ber-Tauwhid sebelum "agama" sampai pada mereka. Tidak sedikit gejala, masyarakat beragama MenuHankan agama itu sendiri sehingga "seakan-akan" Tuhan= Agama. CMIIW, kaum Krsitiani menyatakan : Tidak akan sampai pada "Bapa" tanpa melalui "Anak. Kaum Muslim juga memiliki Aroma ini, Tidak akan sampai pada Tujuan yang benar Tanpa "syahadat". Dalam Pikiran Nakal saya, sering terpikir, aroma ini menyempitkan "Kebesaran Tuhan". Gusti Allah jauh lebih besar dari sekedar Agama, Tuhan Lebih Agung dibanding segala jenis ritual. Dalam skala pemikiran manusia, tidak pantaskah seorang Mahatma Gandhi menikmati Surga (?) "..." ana al-Haq wassalam ./STS - Original Message - From: Ferona Y. Faizal Sent: 07/20/10 05:35 PM To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Allah Tidak Tidur Dear Pak Sabri, Rasanya sudah lama sekali saya tidak menyapa pak Sabri di milis ya .. apa kabar pak? Menyambung email pak Sabri di bawah ini. Memang pengalaman hidup manusia berbeda-beda. Alhamdulillah saya seringkali diberi pengalaman "pembalasan instan" oleh Allah. Mungkin itu caranya Allah mengajari saya yang memang ndableg dari dulu sampai sekarang :) Karena seringkali pengalaman spritual manusia berbeda-beda, membuat saya rasanya tak lagi sekedar mendefinisikan Allah Tidak Tidur. Allah ada di sini, di dekat hati saya dan tak pernah meninggalkan saya. Seringkali apa yang saya tangiskan, dalam lima menit ke depan "dibalas" Allah dengan segera, sehingga ketika airmata belum sempat kering di pipi namun hati yang tadi lara berubah seketika menjadi bahagia. Saya akhirnya selalu percaya, kesedihan memang tiada artinya ketika hati telah pasrah kepadaNya. Hati yang selalu berbaik-sangka pada Allah, ringan menjalani setiap cerita hidup yang tak selalu berisi tawa, namun juga lara dan nestapa. Karena itu saya tertegun sekali mendengar pengakuan seorang kawan yang dulunya sangat religius kini mengaku tak beragama dan tak lagi bisa merasakan kehadiran Tuhan dalam kehidupannya. Betapa hati manusia memang mudah terbolak-balik. Saya tidak mengatakan kawan saya salah -mungkin itu adalah bagian dari perjalanan hidupnya, tetapi saya bersyukur saya tetap merasakan cinta Allah pada saya dan di usia saya, saya bisa menemukan ketenangan dan kehadiran Allah dalam hidup saya. Ketika umur semakin lanjut dan jiwa yang gelisah menemukan labuhannya, apalagi yang dicari selain menikmati setiap zarrah nikmat Allah dengan membaginya kepada mereka yang membutuhkan. Salam Manis, F e r o n a http://www.goldoven.com
Re: [wanita-muslimah] Allah Tidak Tidur
Dear Pak Sabri, Rasanya sudah lama sekali saya tidak menyapa pak Sabri di milis ya .. apa kabar pak? Menyambung email pak Sabri di bawah ini. Memang pengalaman hidup manusia berbeda-beda. Alhamdulillah saya seringkali diberi pengalaman "pembalasan instan" oleh Allah. Mungkin itu caranya Allah mengajari saya yang memang ndableg dari dulu sampai sekarang :) Karena seringkali pengalaman spritual manusia berbeda-beda, membuat saya rasanya tak lagi sekedar mendefinisikan Allah Tidak Tidur. Allah ada di sini, di dekat hati saya dan tak pernah meninggalkan saya. Seringkali apa yang saya tangiskan, dalam lima menit ke depan "dibalas" Allah dengan segera, sehingga ketika airmata belum sempat kering di pipi namun hati yang tadi lara berubah seketika menjadi bahagia. Saya akhirnya selalu percaya, kesedihan memang tiada artinya ketika hati telah pasrah kepadaNya. Hati yang selalu berbaik-sangka pada Allah, ringan menjalani setiap cerita hidup yang tak selalu berisi tawa, namun juga lara dan nestapa. Karena itu saya tertegun sekali mendengar pengakuan seorang kawan yang dulunya sangat religius kini mengaku tak beragama dan tak lagi bisa merasakan kehadiran Tuhan dalam kehidupannya. Betapa hati manusia memang mudah terbolak-balik. Saya tidak mengatakan kawan saya salah -mungkin itu adalah bagian dari perjalanan hidupnya, tetapi saya bersyukur saya tetap merasakan cinta Allah pada saya dan di usia saya, saya bisa menemukan ketenangan dan kehadiran Allah dalam hidup saya. Ketika umur semakin lanjut dan jiwa yang gelisah menemukan labuhannya, apalagi yang dicari selain menikmati setiap zarrah nikmat Allah dengan membaginya kepada mereka yang membutuhkan. Salam Manis, F e r o n a http://www.goldoven.com 2010/7/20 TEdJO stSabri > > > Mas Agus dan Netter Sekalian, > > Saya bener-bener Takjub sekaligus menyesali diri membaca email ini. > Pengalaman Pribadi saya senantiasa berbeda. Saya Yakin Allah Tidak Tidur, > Yakin pada kebaikan, tapi seingat saya sangat jarang atau hampir tidak > pernah mengalami hal-hal instan seperti cerita dibawah ini. Setiap kesulitan > selalu hanya bisa saya atasi dengan perjuangan berat. Soal kebaikan, > sejujurnya saya jarang memikirkan hal ini, apabila ada orang minta tolong > dan saya mampu, pasti saya berikan pertolongan, setelah itu saya > melupakannya :D > > sejujurnya saya tidak bisa mengukur apakah saya ikhlas (tulus) apa tidak, > kadang memberikan bantuan dengan sedikit jengkel (karena keseringan). Saya > juga sangat sulit mengingat "bantuan" yang sudah saya berikan, juga lupa > pertolongan yang saya terima. Seringkali saya berpikir, Iman/Keyakinan, > Tuhan Maha Kuasa, Allah Tidak Tidur dll, tidak dibutuhkan "pembuktian". Saya > makin hari makin sering TIDAK memasukkan faktor Tuhan dalam kalkulasi > kehidupan, karena rumitnya memahami Tuhan. > [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Allah Tidak Tidur
Mas Agus dan Netter Sekalian, Saya bener-bener Takjub sekaligus menyesali diri membaca email ini. Pengalaman Pribadi saya senantiasa berbeda. Saya Yakin Allah Tidak Tidur, Yakin pada kebaikan, tapi seingat saya sangat jarang atau hampir tidak pernah mengalami hal-hal instan seperti cerita dibawah ini. Setiap kesulitan selalu hanya bisa saya atasi dengan perjuangan berat. Soal kebaikan, sejujurnya saya jarang memikirkan hal ini, apabila ada orang minta tolong dan saya mampu, pasti saya berikan pertolongan, setelah itu saya melupakannya :D sejujurnya saya tidak bisa mengukur apakah saya ikhlas (tulus) apa tidak, kadang memberikan bantuan dengan sedikit jengkel (karena keseringan). Saya juga sangat sulit mengingat "bantuan" yang sudah saya berikan, juga lupa pertolongan yang saya terima. Seringkali saya berpikir, Iman/Keyakinan, Tuhan Maha Kuasa, Allah Tidak Tidur dll, tidak dibutuhkan "pembuktian". Saya makin hari makin sering TIDAK memasukkan faktor Tuhan dalam kalkulasi kehidupan, karena rumitnya memahami Tuhan. Saya sering menjawab "Alhamdulillah saya sakit" ketika ditanya "Apa Khabar" :D dalam hal ini saya bersungguh-sungguh, karena apapun situasinya saya berusaha selalu bersyukur. Bisa jadi karena umur bertambah tua, tingkat acceptance saya bertambah tinggi. Dan kembali ke cerita dibawah ini, sungguh sepanjang ingatan sangat jarang mengalaminya, atau paling tidak saya tidak mengaitkan sebuah pertolongan yang saya terima dengan pertolongan yang saya berikan. Bahkan sangat sering menolong, tapi dapatnya kesulitan :=)) atau problema. Ketika menerima "bantuan/pertolongan" pikiran saya : ini sedang ada orang baik melaksanakan takdirnya, sebaliknya ketika menolong, berpikir ini kebaikan saya sedang melaksanakan takdirnya. Istilah yang saya pakai (terutama ketika berbincang dengan Istri), "inilah jalur kenabian saya". Selain itu, saya tidak menganggap kegagalan sebagai musibah dan tidak menganggap musibah sebagai Hukuman, dalam usaha. Tahun 2008 saya coba buka warnet di aceh dengan investasi sekitar 100 juta, setahun kemudian bangkrut (sisa aset th 2010 sekitar 20 juta). Usaha bidang IT tahun 2009 awal di Jakarta dan delapan bulan kemudian Tutup dan rugi sekitar 80 juta. Tahun 2007 buka Digital Printing (Topik Ubuntu on Small Business), juga akhirnya tutup kerugian sekitar 30-40 juta. Ikut Patungan buka kafe di Pekalongan (hasil belum tahu). Artinya dalam usaha dari periode ke periode saya mengalami banyak kegagalan dan keberhasilan secara bersamaan atau bergantian. Kawan saya memberikan pepatah ini dan saya setujui : success is contineous failure without loosing enthusiasm, secara sederhana sukses adalah tetap berjalan dalam kegagalan. Sebagai tambahan pagi tadi saya menerima gyro 300 juta yang kliringnya gagal dan siang tadi saya telpon orangnya dia sudah ditahan polisi karena kasus penipuan :=(( saya gak tahu harus sedih atau senang, tapi tadi tertawa juga. Tidak ada kesempatan untuk mengevaluasi, kenapa ini gagal itu berhasil, saya membiarkan hidup berjalan begitu saja. Gak nyambung ya ndlahom deh salam ./sts - Original Message - From: muhamad agus syafii Sent: 07/20/10 10:13 AM To: agussya...@yahoo.com Subject: [wanita-muslimah] Allah Tidak Tidur Allah Tidak Tidur By: agussyafii Kemaren siang saya mendapatkan email dari seorang Ibu yang bertutur tentang pengalaman beliau bahwa Allah tidak tidur, Allah selalu membalas apapun yang pernah kita lakukan dalam hidup ini, tanpa terasa air mata saya menetes membaca email yang menuturkan pengalaman beliau. Assalamualaikum Mas Agus, Boleh khan saya sedikit sharing mengenai pengalaman saya pribadi yang bisa diambil hikmahnya yang mungkin bisa Mas Agus sharing-kan keteman-teman yang lain. Yang pertama adalah : Pada suatu hari saya pulang dari tugas luar kota. Sambil menunggu supir menjemput di bandara saya melihat seorang gadis mahasiswi berdiri kebingungan dan bertanya kepada saya, apakah bis yang menuju Blok M sudah lewat. Saya jawab sudah kira2 5 menit yang lalu dan dia bertanya yang akan datang masih lama gak. Saya jawab biasanya lama. Saya juga menanyakan mau kemana yang dijawab mau ke daerah Cilandak. Karena saya kasian saya tawarkan untuk ikut saya. Walaupun rumah saya di Cibubur, saya tawarkan saya akan lewat Cilandak. Dan saya antarkan sampai Cilandak. Sampai sekarang saya juga tidak tau namanya. Beberapa minggu kemudian saya ditugaskan ke Palembang untuk yang pertama kali, saya belum pernah kesana dan Alm. suami saya pada waktu itu bilang harus berhati2 karena disana banyak penjahat yang biasa menghilang di lorong2 setelah melakukan kejahatan. Alhamdulillah di pesawat saya duduk bersebelahan dengan Ibu, yang saya juga lupa namanya, hanya yang pasti beliau mempunyai perkebunan kelapa sawit. Beliau menawarkan untuk mengantar saya ke hotel tanpa dikenakan biaya apapun dan keadaan saat itu hujan lebat. Saya bersyukur sekali karena dalam keadaan hujan lebat, tidak tau daerah