Dear Berthy... Nampaknya anda salah memahami.saya tidak pernah menyalah tukul. coba cek postingan saya. saya melihat yang salah ya para tim produksi yang di bawah oleh tiga orang utama yaitu produser, eksekutif produser dan pimpinan produksi.
trus memang benar kalau tidak suka tinggal ganti channel, namun yang ingin saya kemukakan adalah TV sebagai media yang mampu menjangkau penonton sangat luas seharus dapat diperlakukan dengan benar. untuk hal tertentu penayangan program harus di "treatment secara khusus". ini bukan hanya mengganti channel. kalu cuma pake argumentasi channel ya akan sialhakn aja tayangain adegan kekerasan, adegan merokok, adegan dewasa...kan kalau ngga suka tinggal ganti channel...hahahaha salam Rian ________________________________ From: Berthy B Rahawarin <brahawa...@yahoo.com> To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Sent: Friday, February 6, 2009 9:17:46 PM Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: 'Bukan Empat Mata' Rasis?: B U K A N (Koruptor) � Dear All, in partikular Rian dan KPI, � Koq main menghambat rejeki "wong cilik" yang bekerja keras untuk hidup mereka? JANGAN gitu donk. Tukul, Inul, "Olga" (yg 'feminin') atau sejumlah entertainer lain�adalah orang-orang yang bekerja keras untuk menghidupi dirinya dan keluarganya yang tidak punya akses kehidupan lebih baik, seperti para birokrat (PNS dll), yang mendapat gaji negara. Mereka juga tidak mendapat akses untuk kerja swasta, karena keterbatasan biaya hidup dari keluarganya untuk menyekolahkan mereka ke jenjang pendidikan lebih baik (tuntutan profesionalisme) . � Ke-feminin-an Olga boleh didebatkan, meski�di akhirnya saya�membela dan memberi garis-bawahi perjuangan mereka meraup sesuap�nasi untuk dirinya�dan keluarganya. Ini�haruslah menjadi dasar pertama, dan ini tidak berarti pembenaran segala cara. Mbak Inul yang juga kontroversial, teristimewa di tengah (sebagian) kompetitior seniman penyanyi, tetap berakhir di pembelaan seorang figur (moral) seperti Gus Dur, (mungkin saja) dengan alasan dasar kemanusiaan "wong cilik" yang berjuang untuk rejekinya dan rejeki keluarga. � Komentar Rian sebenarnyalah usaha strategis dan justifikasi, suka tidak suka - entah sadar atau tidak, sengaja�meminggirkan orang kecil seperti sdr Tukul, mbak Inul, atau si "femini" Olga dan pekerja keras lainnya, yang atas cara kerja nan sulit (sering amat lama penuh tantangan),�rejeki dapat�diperoleh dengan�jalan yang diridhoi�nuraninya. Kalau terpaksa ditarik pembanding sebaliknya, mereka tentu�jelas berbeda dengan si Ryan, maaf - 'Sang Penjagal', yang ingin menjadi "konsumerisme murni" dengan menghalalkan semua cara, termasuk merenggut nyawa manusia untuk memelihara ego�konsumerisme dan hedonismenya. � Kepada Rian�(di milis ini) saya ulangi kata orang ini,�"No body is perfect" (tidak ada seorang manusia pun yang sempurna). Ada�yang mencari rejeki dengan terhormat, hanya mungkin tampak dari luarnya. Tapi tidak sedikit yang bekerja keras, dengan nurani yang teruji�untuk memilih segala sesuatu yang�diterima masyarakat, dan mungkin satu dua orang�bisa tidak setuju. Saya tidak sedang menggunakan "argumentum ad populum" (banyaknya pengagum�acara Tukul) daripada mereka�yang tidak sepakat, untuk membenarkan acara mas Tukul dan harus dibela tanpa alasan dasariah yang lain. � Justeru saya�ingin mengatakan bahwa, karena "Banyak orang�kagum pada hal-hal yang sederhana tapi mulia dalam diri mas Tukul",�sebagian mendapat�nilai dari kesederhanaannya, tidak lupa pada "masa dan sahabatnya kita masa kelamnya" Tukul menjadi "stempel dan guru" kesederhanaan, dengan segala keluguannya, karena itu, bagi yang belum setuju atau menolak dengan alasan yang kurang jelas, silahkan mencari alasan orang kagum pada Tukul. Kita tidak dapat menolak (ataupun bahkan kagum) dengan dasar yang kurang jelas. Misalnya, pengagum acara Tukul, karena banyak artis seksi, wah itu sih kasihan bangetssss, kata anak gaul. Kalau mereka yang tidak setuju acara "bukan Empat Mata", termasuk KPI, kita semua perlu jujur pada diri sendiri. Ada hak-hak dasar dari Tukul dan TIM sebagai manusia kerja keras. Anda punya remote TV untuk memutuskannya. Biarkan orang yang mau menonton dan mengambil hikmah dari acara itu.� Dari Tukul, Inul dan Olga, banyak orang masih mendapat rejeki dari kerja keras dan�bakat (alami)�mereka. Jangan padamkan kreativitas mereka. Usulan perbaikan silahkan. � Akhirnya, jangan membalik "bakul nasi" mereka, keluarga dan orang-orang yang bekerja bersama dan di seputar mereka.�Mereka (Tukul, Inul, Olga dan entertainer lain-lain) BUKAN KORUPTOR.�� � wassalam, ex�toto corde, Berthy B Rahawarin brahawa...@yahoo. com � Quo res cumque cadunt, semper stat linea recta. (Apa pun yang terjadi, senantiasa berdiri di garis lurus.)