Ya itu ditenderkanlah rewardnya (splitnya) itu, dan splitnya yg paling rendah 
perusahaan itu yg menang. Investorlah yg akan menanggung risiko, bukan 
pemerintah. High risk/ low risk suatu daerah itu ditentukan oleh banyak 
investor yg juga mempunyai penilaian yg lain2, serta mempunyai keberanian yg 
berbeda-beda. Investor yg paling rendah menilai risikonya atau yang paling 
berani mengambil risikonya, maka investor itu yg akan menang tendernya. 
Pemerintah hanya tinggal menerima saja, paling2 menetapkan split minimal bagi 
pemerintah. 
RPK 
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-----Original Message-----
From: "Andi AB Salahuddin - a_baiq...@yahoo.com"
 <SRS0-D7Ea=5T=yahoo.com=a_baiq...@iagi.or.id>
Sender: <iagi-net@iagi.or.id>
Date: Mon, 25 Aug 2014 09:52:41 
To: <iagi-net@iagi.or.id>
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net] Negosiasi status resiko suatu blok, mungkinkah? (was Re: 
Open
 geoscientific digital data- Australia)


"Karena risiko itu tidak sama diperbagai daerah, tentu mereka akan mau kalau 
rewardnya memadai. Mungkin untuk menarik investor itu adalah dengan 
mentenderkan oil production splitnya, tanpa ada cost recovery saja, (yang cuman 
bikin rumit, dan banyak izin2 dan approval saja)".


Prof.Koesoema dan Rekan IAGI sekalian,

Dari kepala seorang geosaintis saja bisa dihasilkan 1 atau lebih interpretasi & 
skenario. Dengan demikian maka akan sangat wajar jika diantara geosaintis di 
suatu perusahaan/investor dan geosaintis yang merupakan perpanjangan tangan 
pemerintah (?ESDM/SKKMigas/Universitas) terdapat perbedaan ide dan konsep 
eksplorasi dengan nilai peluang keberhasilan dan resiko yang juga berbeda.

Sangat mungkin terjadi dimana suatu calon investor berdasarkan studi teknis & 
keekonomiannya menyimpulkan suatu blok memiliki resiko eksplorasi yang tinggi 
dan oleh karenanya dibutuhkan reward memadai, intensif khusus, dsb dari 
pemerintah. Sedangkan di sisi lain hasil hitung-hitungan pemerintah menunjukkan 
bawah resiko eksplorasi serta keekonomian di blok tersebut low-moderate saja 
sehingga tidak diperlukan perlakuan istimewa dan insentif khusus.

Kira-kira bagaimana prosedur teknis/administratif yang harus diambil oleh kedua 
belah pihak jika terjadi kondisi seperti di atas. Akankah ada negosiasi antara 
calon investor dan pemerintah mengenai status blok yg sebelumnya moderate risk 
lalu dinaikkan menjadi high risk (plus pemberlakuan paket intensif) agar si 
calon investor mau mengelola blok tersebut? Atau akankah pemerintah tetap 
dengan pendiriannya bahwa daerah tersebut bukanlah suatu area yang butuh 
intensif dan special reward dengan konsekuensi blok tersebut akan tetap idle? 
Atau mungkin ada win-win solution? 

Terimakasih atas pencerahannya.

salam,
A. Baiquni.

---------------------------------------------------------------------------------------
From: "R.P.Koesoemadinata" <koeso...@melsa.net.id>
Sender: <iagi-net@iagi.or.id>
Date: Mon, 25 Aug 2014 15:40:08 +0700
To: <iagi-net@iagi.or.id>
ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] Re: [economicgeology] Open geoscientific digital data- 
Australia

Benar sekali investor yang benar2 oil company itu perlu hard data, raw data, 
bukan tulisan exposisi mengenai potensi  migas oleh expert pemerimtah yang 
cenderung diberi kosmetik tebal. Yang begituan sih hanya konsumsi untuk 
investor industri migas non real, untuk portfolio dan bursa saham. Makanya 
banyak block ditawarkan pemerintah yang tidak laku.
 
Perusahaan minyak yang real akan melakukan studi sendiri dan untuk itu perlu 
real hard raw data, dengan memunculkan idea-idea baru selain menggunakan 
teknologi mutahir, yang masih jadi rahasia perusahaannya. Bahkan mungkin saja 
daerah-daerah yang sudah dinyatakan tidak berpotensi adanya migas, dianggap 
berpotesi dengan adanya idea baru itu. Bahkan dry holes pun mungkin kalau 
dipelajari kemajuan technologi baru, seperti petrophysics, ternyata sebetulnya 
masih bisa diproduksikan dengan technologi baru, atau dulunya terlewat, 
khususnya potensi gasnya. Banyak postmortum studies dari dry holes telah 
membuktikan itu.

Perusahaan itu akan lebih percaya kalau studinya itu dilakukan oleh para 
ahlinya sendiri, dan mau mengambil risiko. Karena risiko itu tidak sama 
diperbagai daerah, tentu mereka akan mau kalau rewardnya memadai. Mungkin untuk 
menarik investor itu adalah dengan mentenderkan oil production splitnya, tanpa 
ada cost recovery saja, (yang cuman bikin rumit, dan banyak izin2 dan approval 
saja). Pemerintah pusat harus berkampanye besar-besaran ke 
daerah-daerah/bupati-bupati untuk tidak menghambat explorasi migas. Suruh 
Jokowi blusukan ke kabupaten-kabupaten.

Wassalam
RPK
 
----- Original Message -----
From: rakhmadi avianto
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Monday, August 25, 2014 12:43 PM
Subject: Re: [iagi-net] Re: [economicgeology] Open geoscientific digital data- 
Australia

Setuju pak Prof Kusuma, saya kira kerahasiaan itu hanya tinggal impian belaka, 
semua data yg jelas dilapangan bisa di dapat secara LEGAL dan ILLEGAL sedangkan 
analisa cekungan yg justru sangat diperlukan untuk suksesnya EXPLORASI ke depan 
malah sering tidak nyambung dg ketiadaan data tersebut. Padahal investor perlu 
diyakinkan bahwa potensial untuk Explorasi di Cekungan Indonesia ke depan masih 
ada.

SETUJU SEBAIKNYA Jokowi-JK membuka saja data2 itu agar Indonesia bisa lebih 
maju secara science dan penghasilan para sciencetisnya, wabil khusus 
Geoscientisnya.

Salam
KjA NPA 0666



On Mon, Aug 25, 2014 at 10:58 AM, <koeso...@melsa.net.id> wrote:
Boxbe  This message is eligible for Automatic Cleanup! (koeso...@melsa.net.id) 
Add cleanup rule | More info 

Saya kira dalam abad ke 21 dengan teknologi IT ini kerahasian data negara itu 
sdh tidk relevant lagi, Wikileaks membuktikannya. Percuma saja ada undang2 
kerahasian negara. Data sebesar apapun dapat lintas benua dalam sekejap. Yg 
masih ingin mempertahankan kerasiahan2 ini hanya yg mempunya kepentingan 
komersiel pribadi, atau nostalgia di abad ke 20.
RPK
Powered by Telkomsel BlackBerry®
From: MINARWAN <minarw...@gmail.com>
Sender: <iagi-net@iagi.or.id>
Date: Mon, 25 Aug 2014 10:23:58 +0700
To: <iagi-net@iagi.or.id>
ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] Re: [economicgeology] Open geoscientific digital data - 
Australia

Mas RDP,
 
Saya pikir Australia hendak menarik investasi dengan memudahkan dan memurahkan 
akses ke data geosains (seperti yang telah diulas Oom Noel Pranoto), bahkan 
dengan menyediakan interpretasi lewat Geosciences Australia, Department of 
Primary Industry (Victoria yang saya tahu) atau yang sejenisnya di negara 
bagian lain dan juga karena alasan publik yang telah membayar pajak di sana 
merasa berhak tahu apa hasil kerja orang-orang yang telah mereka bantu bayar 
lewat pajak (jadi ada transparansi di sini). Bahkan para pengamat public policy 
dapat menilai/mengeritik pengambilan kebijakan pemerintah dengan berangkat dari 
data yang sama (jadi ini soal transparansi pemerintah lagi).
 
Geosciences Australia juga merekrut "pendatang" untuk bekerja bagi mereka, 
terutama mereka yang telah melakukan riset di sana (lulusan Australia) atau 
orang-orang dari benua lain yang berniat menetap di sana. Cara mereka mengatasi 
kekurangan SDM terlatih yang saya ketahui adalah dengan membawa mereka ke 
Australia, salah satunya lewat program beasiswa.
 
Multiplier effect untuk open access data di Australia ini adalah bermunculannya 
bisnis-bisnis kecil/konsultan yang menjual re-interpretasi data dasar, mengolah 
data dasar menjadi data yang lebih terintegrasi/digitasi, mahasiswa bebas dan 
mudah mendapatkan data untuk proyek skripsi/disertasi mereka. Harapan atas data 
terbuka ini adalah lebih banyak mata yang melihat, lebih banyak kepala yang 
memikirkannya, ide baru bermunculan dan nanti aktivitas bisnis lebih hidup.
 
Tentang multiplier effect untuk laboratorium kita, menurut hemat saya, kalau 
hasil kerja bagus, tenaga terampil/profesional, mereka pasti akan dipakai. Wong 
sampel core dari Thailand pun dikirimkan ke Jakarta kok, tapi ini untuk migas 
yah. Lah kalau di tambang justru sampelnya diselundupkan keluar, jadi 
problemnya di lab sendiri kan Mas?
 
Salam
minarwan

2014-08-23 16:59 GMT+07:00 Rovicky Dwi Putrohari <rovi...@gmail.com>:
Yang saya tahu, Malaysia bisa melakukan "audit data" ke perusahaan besar 
disana, Exxon dan Shell. Saya lupa apakah ada yg datang ke Murphy dan lainnya. 
PMU memiliki "data auditor" yg rutin datang memeriksa. 
Mengontrol transaksi data dijital bisa secara fisik (hardisk, tape dll), atau 
juga melalui jaringan. Yang dikontrol dalam hal ini adalah penggunaannya dalam 
kegiatan bisnis dalam aspek legalitas. Artinya yg perlu dilakukan adalah 
mengadukan pelanggaran hukum atas pemanfaatan data. Perusahaannya di-"sue" 
lewat pengadilan kriminal. Seandainya ada badan atau institusi "data auditor", 
saya yakin perusahaan yg sudah go publik tidak akan sembarangan. 

Pencuri data tetap akan ada, tapi kita dapat juga menangkap saat 
memanfaatkannya. Tidak saat memegangnya. Saja. 

Yg perlu dikerahui juga, "core" dan sample lapangan juga merupakan DATA. Ketika 
ada aturan utk tidak mengirimkan data keluar, maka laboratoriumpun akan ada di 
Indonesia. Bayangkan "multipliernya". Dan berapa tenaga kerja yg diserap di 
dalam negeri. Ini jelas akan sesuai semangat "pro Job" dan "pro Growth", yg 
juga akan mengangkat "pro Poor". 

Geologi bekerja dimana data itu berADA. 
Ada, saya yakin, rekan-rekan geoscientist yg mengerjakan data Indonesia diluar 
negri. Mudah2an datanya legal memperolehnya dan ada ijin utk dibawa kesana. 
Artinya dg perginya data ini, multiplier effectnya berkurang. Investor silahkan 
masuk. Datanya bebas terbuka diperoleh dan murah-mudah diakses siapa saja. 
Termasuk ekspat dan peneliti-2 asing dari luar negeri. Tapi kerjakan DISINI. 
Multiplier knowledgenya juga akan kita peroleh disini. 

Tidak semua orang yg memanfaatkan data ini geologist, ada labs staff, ada 
sekretaris, ada finance officer dll. 
Rekan2 mgei barangkali masih ingat issue penyelundupan emas berton-ton ke LN yg 
ternyata sampel yg akan dianalisa disana. Informasi dasar saya yakin akan 
dicatat dengan baik. Tapi bisa saja, tidak seluruh informasi diperoleh. Itu 
tidak hanya knowledge saja yg ketinggalan disana, tapi informasi lain juga 
banyak yg mungkin tidak dicatat disini. Misal kandungan mineral jarangnya. 

Saatnya geologist memberikan kesempatan kerja kepada masyarakat. Bukan hanya 
memberikan komoditas SDA, yg juga sdh mulai dijaga utk tidak dieksport 
mentah-mentah. 

Salam DaTa. 

Rdp
Sent from my iPhone

On 23 Agt 2014, at 15.54, MINARWAN <minarw...@gmail.com> wrote:

Mas RDP,

Kalau proyek/studi dikerjakan di research centre atau corporate office oleh 
specialists masing-masing dan data diakses lewat internet, ini jadinya 
bagaimana?

Di jaman semua serba digital seperti sekarang dan semua bisa melihat data lewat 
internet/intranet, apakah masih mungkin berharap data tetap berada di wilayah 
Indonesia?

Salam
min

 

----------------------------------------------------
Siapkan waktu PIT IAGI ke-43
Mark your date 43rd IAGI Annual Convention & Exhibition
JAKARTA,15-18 September 2014
----------------------------------------------------
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact
----------------------------------------------------
Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
----------------------------------------------------
Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id
----------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information
posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others.
In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not 
limited
to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting
from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use 
of
any information posted on IAGI mailing list.
----------------------------------------------------

Kirim email ke