Semangat Pagi...

IMHO, secara tidak langsung risk-profil setiap blok eksplorasi ini
sudah termasuk dalam proses tender... untuk blok dengan resiko tinggi
investor tentunya akan berusaha menawarkan komitmen eksplroasi sekecil
mungkin untuk mengurangi resiko... sebaliknya untuk blok dengan resiko
rendah, maka komitmen yang ditawarkan akan lebih berani...dan variasi
penawaran program kerja inilah yang menjadi kriteria proses tender
dari satu blok eksplorasi...

Masalah yang mendesak saat ini adalah minimnya investor yang melakukan
penawaran pada proses tender blok eksplorasi... sudah 2-3 tahun
terakhir ini blok-blok yang ditawarkan tidak diminati oleh investor.
Selain mungkin potensi yang sudah terbatas bisa juga karena
issue-issue lain seperti soal PBB blok eksplorasi yang sampai saat ini
belum jelas juga implementasinya..



salam,


On 8/26/14, koeso...@melsa.net.id <koeso...@melsa.net.id> wrote:
> Ya itu ditenderkanlah rewardnya (splitnya) itu, dan splitnya yg paling
> rendah perusahaan itu yg menang. Investorlah yg akan menanggung risiko,
> bukan pemerintah. High risk/ low risk suatu daerah itu ditentukan oleh
> banyak investor yg juga mempunyai penilaian yg lain2, serta mempunyai
> keberanian yg berbeda-beda. Investor yg paling rendah menilai risikonya atau
> yang paling berani mengambil risikonya, maka investor itu yg akan menang
> tendernya. Pemerintah hanya tinggal menerima saja, paling2 menetapkan split
> minimal bagi pemerintah.
> RPK
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>
> -----Original Message-----
> From: "Andi AB Salahuddin - a_baiq...@yahoo.com"
>  <SRS0-D7Ea=5T=yahoo.com=a_baiq...@iagi.or.id>
> Sender: <iagi-net@iagi.or.id>
> Date: Mon, 25 Aug 2014 09:52:41
> To: <iagi-net@iagi.or.id>
> Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: [iagi-net] Negosiasi status resiko suatu blok, mungkinkah? (was Re:
> Open
>  geoscientific digital data- Australia)
>
>
> "Karena risiko itu tidak sama diperbagai daerah, tentu mereka akan mau kalau
> rewardnya memadai. Mungkin untuk menarik investor itu adalah dengan
> mentenderkan oil production splitnya, tanpa ada cost recovery saja, (yang
> cuman bikin rumit, dan banyak izin2 dan approval saja)".
>
>
> Prof.Koesoema dan Rekan IAGI sekalian,
>
> Dari kepala seorang geosaintis saja bisa dihasilkan 1 atau lebih
> interpretasi & skenario. Dengan demikian maka akan sangat wajar jika
> diantara geosaintis di suatu perusahaan/investor dan geosaintis yang
> merupakan perpanjangan tangan pemerintah (?ESDM/SKKMigas/Universitas)
> terdapat perbedaan ide dan konsep eksplorasi dengan nilai peluang
> keberhasilan dan resiko yang juga berbeda.
>
> Sangat mungkin terjadi dimana suatu calon investor berdasarkan studi teknis
> & keekonomiannya menyimpulkan suatu blok memiliki resiko eksplorasi yang
> tinggi dan oleh karenanya dibutuhkan reward memadai, intensif khusus, dsb
> dari pemerintah. Sedangkan di sisi lain hasil hitung-hitungan pemerintah
> menunjukkan bawah resiko eksplorasi serta keekonomian di blok tersebut
> low-moderate saja sehingga tidak diperlukan perlakuan istimewa dan insentif
> khusus.
>
> Kira-kira bagaimana prosedur teknis/administratif yang harus diambil oleh
> kedua belah pihak jika terjadi kondisi seperti di atas. Akankah ada
> negosiasi antara calon investor dan pemerintah mengenai status blok yg
> sebelumnya moderate risk lalu dinaikkan menjadi high risk (plus pemberlakuan
> paket intensif) agar si calon investor mau mengelola blok tersebut? Atau
> akankah pemerintah tetap dengan pendiriannya bahwa daerah tersebut bukanlah
> suatu area yang butuh intensif dan special reward dengan konsekuensi blok
> tersebut akan tetap idle? Atau mungkin ada win-win solution?
>
> Terimakasih atas pencerahannya.
>
> salam,
> A. Baiquni.
>
> ---------------------------------------------------------------------------------------
> From: "R.P.Koesoemadinata" <koeso...@melsa.net.id>
> Sender: <iagi-net@iagi.or.id>
> Date: Mon, 25 Aug 2014 15:40:08 +0700
> To: <iagi-net@iagi.or.id>
> ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: Re: [iagi-net] Re: [economicgeology] Open geoscientific digital
> data- Australia
>
> Benar sekali investor yang benar2 oil company itu perlu hard data, raw data,
> bukan tulisan exposisi mengenai potensi  migas oleh expert pemerimtah yang
> cenderung diberi kosmetik tebal. Yang begituan sih hanya konsumsi untuk
> investor industri migas non real, untuk portfolio dan bursa saham. Makanya
> banyak block ditawarkan pemerintah yang tidak laku.
>
> Perusahaan minyak yang real akan melakukan studi sendiri dan untuk itu perlu
> real hard raw data, dengan memunculkan idea-idea baru selain menggunakan
> teknologi mutahir, yang masih jadi rahasia perusahaannya. Bahkan mungkin
> saja daerah-daerah yang sudah dinyatakan tidak berpotensi adanya migas,
> dianggap berpotesi dengan adanya idea baru itu. Bahkan dry holes pun mungkin
> kalau dipelajari kemajuan technologi baru, seperti petrophysics, ternyata
> sebetulnya masih bisa diproduksikan dengan technologi baru, atau dulunya
> terlewat, khususnya potensi gasnya. Banyak postmortum studies dari dry holes
> telah membuktikan itu.
>
> Perusahaan itu akan lebih percaya kalau studinya itu dilakukan oleh para
> ahlinya sendiri, dan mau mengambil risiko. Karena risiko itu tidak sama
> diperbagai daerah, tentu mereka akan mau kalau rewardnya memadai. Mungkin
> untuk menarik investor itu adalah dengan mentenderkan oil production
> splitnya, tanpa ada cost recovery saja, (yang cuman bikin rumit, dan banyak
> izin2 dan approval saja). Pemerintah pusat harus berkampanye besar-besaran
> ke daerah-daerah/bupati-bupati untuk tidak menghambat explorasi migas. Suruh
> Jokowi blusukan ke kabupaten-kabupaten.
>
> Wassalam
> RPK
>
> ----- Original Message -----
> From: rakhmadi avianto
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Sent: Monday, August 25, 2014 12:43 PM
> Subject: Re: [iagi-net] Re: [economicgeology] Open geoscientific digital
> data- Australia
>
> Setuju pak Prof Kusuma, saya kira kerahasiaan itu hanya tinggal impian
> belaka, semua data yg jelas dilapangan bisa di dapat secara LEGAL dan
> ILLEGAL sedangkan analisa cekungan yg justru sangat diperlukan untuk
> suksesnya EXPLORASI ke depan malah sering tidak nyambung dg ketiadaan data
> tersebut. Padahal investor perlu diyakinkan bahwa potensial untuk Explorasi
> di Cekungan Indonesia ke depan masih ada.
>
> SETUJU SEBAIKNYA Jokowi-JK membuka saja data2 itu agar Indonesia bisa lebih
> maju secara science dan penghasilan para sciencetisnya, wabil khusus
> Geoscientisnya.
>
> Salam
> KjA NPA 0666
>
>
>
> On Mon, Aug 25, 2014 at 10:58 AM, <koeso...@melsa.net.id> wrote:
> Boxbe  This message is eligible for Automatic Cleanup!
> (koeso...@melsa.net.id) Add cleanup rule | More info
>
> Saya kira dalam abad ke 21 dengan teknologi IT ini kerahasian data negara
> itu sdh tidk relevant lagi, Wikileaks membuktikannya. Percuma saja ada
> undang2 kerahasian negara. Data sebesar apapun dapat lintas benua dalam
> sekejap. Yg masih ingin mempertahankan kerasiahan2 ini hanya yg mempunya
> kepentingan komersiel pribadi, atau nostalgia di abad ke 20.
> RPK
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
> From: MINARWAN <minarw...@gmail.com>
> Sender: <iagi-net@iagi.or.id>
> Date: Mon, 25 Aug 2014 10:23:58 +0700
> To: <iagi-net@iagi.or.id>
> ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: Re: [iagi-net] Re: [economicgeology] Open geoscientific digital
> data - Australia
>
> Mas RDP,
>
> Saya pikir Australia hendak menarik investasi dengan memudahkan dan
> memurahkan akses ke data geosains (seperti yang telah diulas Oom Noel
> Pranoto), bahkan dengan menyediakan interpretasi lewat Geosciences
> Australia, Department of Primary Industry (Victoria yang saya tahu) atau
> yang sejenisnya di negara bagian lain dan juga karena alasan publik yang
> telah membayar pajak di sana merasa berhak tahu apa hasil kerja orang-orang
> yang telah mereka bantu bayar lewat pajak (jadi ada transparansi di sini).
> Bahkan para pengamat public policy dapat menilai/mengeritik pengambilan
> kebijakan pemerintah dengan berangkat dari data yang sama (jadi ini soal
> transparansi pemerintah lagi).
>
> Geosciences Australia juga merekrut "pendatang" untuk bekerja bagi mereka,
> terutama mereka yang telah melakukan riset di sana (lulusan Australia) atau
> orang-orang dari benua lain yang berniat menetap di sana. Cara mereka
> mengatasi kekurangan SDM terlatih yang saya ketahui adalah dengan membawa
> mereka ke Australia, salah satunya lewat program beasiswa.
>
> Multiplier effect untuk open access data di Australia ini adalah
> bermunculannya bisnis-bisnis kecil/konsultan yang menjual re-interpretasi
> data dasar, mengolah data dasar menjadi data yang lebih
> terintegrasi/digitasi, mahasiswa bebas dan mudah mendapatkan data untuk
> proyek skripsi/disertasi mereka. Harapan atas data terbuka ini adalah lebih
> banyak mata yang melihat, lebih banyak kepala yang memikirkannya, ide baru
> bermunculan dan nanti aktivitas bisnis lebih hidup.
>
> Tentang multiplier effect untuk laboratorium kita, menurut hemat saya, kalau
> hasil kerja bagus, tenaga terampil/profesional, mereka pasti akan dipakai.
> Wong sampel core dari Thailand pun dikirimkan ke Jakarta kok, tapi ini untuk
> migas yah. Lah kalau di tambang justru sampelnya diselundupkan keluar, jadi
> problemnya di lab sendiri kan Mas?
>
> Salam
> minarwan
>
> 2014-08-23 16:59 GMT+07:00 Rovicky Dwi Putrohari <rovi...@gmail.com>:
> Yang saya tahu, Malaysia bisa melakukan "audit data" ke perusahaan besar
> disana, Exxon dan Shell. Saya lupa apakah ada yg datang ke Murphy dan
> lainnya. PMU memiliki "data auditor" yg rutin datang memeriksa.
> Mengontrol transaksi data dijital bisa secara fisik (hardisk, tape dll),
> atau juga melalui jaringan. Yang dikontrol dalam hal ini adalah
> penggunaannya dalam kegiatan bisnis dalam aspek legalitas. Artinya yg perlu
> dilakukan adalah mengadukan pelanggaran hukum atas pemanfaatan data.
> Perusahaannya di-"sue" lewat pengadilan kriminal. Seandainya ada badan atau
> institusi "data auditor", saya yakin perusahaan yg sudah go publik tidak
> akan sembarangan.
>
> Pencuri data tetap akan ada, tapi kita dapat juga menangkap saat
> memanfaatkannya. Tidak saat memegangnya. Saja.
>
> Yg perlu dikerahui juga, "core" dan sample lapangan juga merupakan DATA.
> Ketika ada aturan utk tidak mengirimkan data keluar, maka laboratoriumpun
> akan ada di Indonesia. Bayangkan "multipliernya". Dan berapa tenaga kerja yg
> diserap di dalam negeri. Ini jelas akan sesuai semangat "pro Job" dan "pro
> Growth", yg juga akan mengangkat "pro Poor".
>
> Geologi bekerja dimana data itu berADA.
> Ada, saya yakin, rekan-rekan geoscientist yg mengerjakan data Indonesia
> diluar negri. Mudah2an datanya legal memperolehnya dan ada ijin utk dibawa
> kesana. Artinya dg perginya data ini, multiplier effectnya berkurang.
> Investor silahkan masuk. Datanya bebas terbuka diperoleh dan murah-mudah
> diakses siapa saja. Termasuk ekspat dan peneliti-2 asing dari luar negeri.
> Tapi kerjakan DISINI. Multiplier knowledgenya juga akan kita peroleh disini.
>
>
> Tidak semua orang yg memanfaatkan data ini geologist, ada labs staff, ada
> sekretaris, ada finance officer dll.
> Rekan2 mgei barangkali masih ingat issue penyelundupan emas berton-ton ke LN
> yg ternyata sampel yg akan dianalisa disana. Informasi dasar saya yakin akan
> dicatat dengan baik. Tapi bisa saja, tidak seluruh informasi diperoleh. Itu
> tidak hanya knowledge saja yg ketinggalan disana, tapi informasi lain juga
> banyak yg mungkin tidak dicatat disini. Misal kandungan mineral jarangnya.
>
> Saatnya geologist memberikan kesempatan kerja kepada masyarakat. Bukan hanya
> memberikan komoditas SDA, yg juga sdh mulai dijaga utk tidak dieksport
> mentah-mentah.
>
> Salam DaTa.
>
> Rdp
> Sent from my iPhone
>
> On 23 Agt 2014, at 15.54, MINARWAN <minarw...@gmail.com> wrote:
>
> Mas RDP,
>
> Kalau proyek/studi dikerjakan di research centre atau corporate office oleh
> specialists masing-masing dan data diakses lewat internet, ini jadinya
> bagaimana?
>
> Di jaman semua serba digital seperti sekarang dan semua bisa melihat data
> lewat internet/intranet, apakah masih mungkin berharap data tetap berada di
> wilayah Indonesia?
>
> Salam
> min
>
>
>
> ----------------------------------------------------
> Siapkan waktu PIT IAGI ke-43
> Mark your date 43rd IAGI Annual Convention & Exhibition
> JAKARTA,15-18 September 2014
> ----------------------------------------------------
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact
> ----------------------------------------------------
> Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> ----------------------------------------------------
> Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
> Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id
> ----------------------------------------------------
> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information
> posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others.
> In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not
> limited
> to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting
> from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the
> use of
> any information posted on IAGI mailing list.
> ----------------------------------------------------
>
----------------------------------------------------
Siapkan waktu PIT IAGI ke-43
Mark your date 43rd IAGI Annual Convention & Exhibition
JAKARTA,15-18 September 2014
----------------------------------------------------
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact
----------------------------------------------------
Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
----------------------------------------------------
Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id
----------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information
posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others.
In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not 
limited
to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting
from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use 
of
any information posted on IAGI mailing list.
----------------------------------------------------

Kirim email ke