Re: Kliping Artikel Abdullah Gymnastiar
Bisa engga kami minta buat bacaan dan siraman rokhani di ruma? Wass., Singgih - Original Message - From: Uda Nasrul [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Saturday, October 18, 2003 11:35 PM Subject: Kliping Artikel Abdullah Gymnastiar Ass Wr. Wb. Saya mempunyai 76 file (75 file dalam format rtf dan 1 file dalam format htm). Jumlah kapasitas semuanya 1,46 MB. 74 file di antaranya berisi kliping artikel Abdullah Gymnastiar. . Layoutnya kami disain sedemikian rupa sehingga diharapkan bisa memberikan nilai tambah kenyamanan saat membacanya. Apakah anda bersedia menjadikannya sebagai salah satu materi bagi situs anda (bila memang punya)? Bila ya mohon menulis email kepada kami. Wassalam, Nasrullah Idris - [EMAIL PROTECTED]
Kliping Artikel Abdullah Gymnastiar
Ass Wr. Wb. Saya mempunyai 76 file (75 file dalam format rtf dan 1 file dalam format htm). Jumlah kapasitas semuanya 1,46 MB. 74 file di antaranya berisi kliping artikel Abdullah Gymnastiar. . Layoutnya kami disain sedemikian rupa sehingga diharapkan bisa memberikan nilai tambah kenyamanan saat membacanya. Apakah anda bersedia menjadikannya sebagai salah satu materi bagi situs anda (bila memang punya)? Bila ya mohon menulis email kepada kami. Wassalam, Nasrullah Idris - [EMAIL PROTECTED]
Artikel anemia+ Melahirkan di US
Teman, berikut artikel dari teman kita: erni setiadi (nutritionist lulusan UC berkeley) + artikel mengenai cara mengurus kehamilan yang mungkin berguna bagi teman-teman, especially para mahasiswa. Oh yach, bila ada yang bisa menambahkan mengenai proses pengurusan melahirkan di US, mungkin bisa dibagi pengalamannya terhadap kita semua. Selengkapnya silahkan baca di kolom kesehatan actual news. Edisi berikutnya akan memuat mengenai Kesehatan gigi + Pansistolik murmur (salah satu tanda adanya kelainan jantung). . salam, [EMAIL PROTECTED] Anemia* Dalam rangka menanggapi serangan teroris di New York dan Washington D.C., beberapa dari kita mungkin tergerak untuk membantu para korban dengan menyumbangkan darah melalui Palang Merah Amerika (the American Red Cross). Pada umumnya, para donor kehilangan sebanyak 450 ml darah (hampir 10% dari jumlah total darah dalam tubuh) setiap kali menyumbang. Dengan berkurangnya darah dalam waktu singkat, beberapa dari kita mungkin akan mengalami rasa pusing, lemas, sulit untuk konsentrasi, terlihat pucat dan merasa dingin pada tangan dan kaki setelah menyumbang darah. Gejala-gejala ini adalah gejala-gejala dari pernyakit anemia. Kala menyumbang darah hanya menimbulkan gejala-gejala anemia yang sementara karena sel darah merah (dan komponen darah yang lain) yang hilang segera digantikan oleh tubuh, tetapi gejala-gejala tersebut didapatkan menetap pada penderita anemia. Sebetulnya apakah anemia itu? Anemia adalah kondisi dimana jumlah (konsentrasi) sel darah merah lebih sedikit dari keadaan normal, sehingga menurunkan jumlah oksigen yang dapat dibawa. Hal ini dapat disebabkan oleh rendahnya produksi hemoglobin dan sel-sel darah merah atau tubuh kehilangan sel darah merah dalam jumlah lebih dari biasanya, misalnya karena pendarahan atau sel darah merah pecah/rusak sebelum waktunya. Karena oksigen sangat dibutuhkan dalam proses merubah makanan menjadi energi yang diperlukan tubuh, kekurangan oksigen dalam peredaran di dalam tubuh merupakan kondisi yang yang perlu diperhatikan, karena bisa menjadi berbahaya. Anemia dibagi menjadi 2 kategori utama: non-nutritional anemia dan nutritional anemia. Non-nutritional anemia umumnya menyangkut hilangnya sel-sel darah merah dan hemoglobin yang berlebihan melalui pendarahan atau genetic faktor. Pendarahan adalah penyebab umum dari non-nutritional anemia, contohnya seperti menstruasi yang berlebihan, pendarahan dalam atau luar dari luka-luka, atau infeksi karena parasit. Sumsum tulang, di mana sel-sel darah merah dibentuk, jika tidak berfungsi normal juga dapat menyebabkan anemia. Nutritional anemia menyangkut menurunnya produksi sel-sel darah merah atau hemoglobin yang disebabkan oleh kekurangan zat-zat gizi tertentu yang merupakan komponen pembentukan sel darah merah. Nutritional anemia bisa dicegah dengan mengkonsumsi zat-zat gizi seperti asam folat, vitamin B12, dan zat besi. Artikel ini akan membahas nutritional anemia, suatu kondisi yang bisa dicegah. Nutritional anemia dibagi kembali menjadi 2 jenis: macrocytic anemia dan microcytic anemia. Macrocytic anemia adalah nutritional anemia yang disebabkan oleh kekurangan vitamin B12 dan asam folat (folic acid atau folate). Vitamin B12 dan asam folat memegang peranan dalam proses pembentukan sel-sel darah merah. Dalam kondisi yang normal, pada saat level oksigen menjadi rendah, calon sel-sel darah merah (erythroblast) yang berukuran lebih besar dari sel-sel darah merah yang sudah mencapai maturasi akan membelah diri kira-kira tiga kali untuk mencapai target ukuran sel tertentu. Pembelahan sel akan selesai ketika hemoglobin (pengangkut oksigen di dalam sel-sel darah merah) mencapai 20% dari volume sel. Setelah itu, sintese (pembentukan) hemoglobin terus berlangsung dalam setiap sel sampai konsentrasi hemoglobin dalam tiap sel darah merah mencapai 34% dari volume sel. Pada saat inilah sel darah merah dinyatakan telah mencapai maturasi dan dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Kekurangan vitamin B12 dan asam folat menyebabkan menurunnya kecepatan pembelahan sel-sel, sedangkan sintese hemoglobin tetap berlangsung secara normal. Dengan kata lain, calon sel-sel darah merah tidak dapat membelah diri sebanyak semestinya, sedangkan konsentrasi hemoglobin terus meningkat sampai 20% dimana saat ini pembelahan sel telah selesai. Akibatnya, sel-sel darah tersebut tidak sempat untuk membelah diri dan tidak mencapai ukuran yang normal. Proses ini menghasilkan sel-sel darah merah yang berukuran besar dan berjumlah sedikit. Membran (pelapis) sel-sel darah merah ini sangat mudah pecah, sehingga sel-sel darah ini tidak berumur panjang. Di Amerika Serikat, setiap tahun banyak kasus anemia yang disebabkan oleh kekurangan asam folat, terutama pada wanita hamil dan alkoholik (pengkonsumsi minuman alkohol berlebihan). Microcytic anemia atau iron-deficiency anemia adalah jenis nutritional anemia yang lebih dikenal secara umum
Artikel Kesehatan: Pengaruh Bangunan terhadap Kesehatan, Pertanyaan Kesehatan Gigi
Untuk lebih lengkapnya, silahkan baca actual news terbaru. tino -- Kolom Kesehatan Actual News ++ Tips Kesehatan Pengaruh Bangunan Terhadap Kesehatan Apakah rumah, apartemen atau kantor anda 'sehat' untuk ditinggali? Apakah dampak 'kesehatan' bangunan terhadap kesehatan penghuninya? Bangunan mempunyai dampak yang tinggi sekali terhadap kesehatan, dikarenakan 80-90% dari waktu kita sehari-hari diluangkan di dalam bangunan. Berdasarkan sebuah riset yang dilakukan oleh World Health Organization tahun 1984, hampir 30% dari tempat tinggal di seluruh dunia berkualitas udara buruk. Jadi apabila tempat tinggal atau tempat bekerja kita tidak 'sehat' maka ada kemungkinan kesehatan kita juga terpengaruh karenanya. Sindrom Bangunan 'Sakit', dikenal sebagai Sick Building Syndrome di Amerika, disebabkan karena beberapa macam polusi seperti polusi biologi, pestisida, gas, metal, mineral, radiasi dan uap udara. Polusi-polusi tersebut sudah tersinyalir sebagai penyebab penyakit ringan dari alergi, pusing-pusing, iritasi hidung, sampai penyakit berat seperti penyakit hati dan kanker. Bahkan, menurut artikel Indoor Air Pollution in Massachusetts tahun 1989, polusi bangunan merupakan penyebab dari 50% penyakit di Amerika. Penyakit-penyakit tersebut dapat berjangkit dalam waktu yang singkat maupun tahunan. Polusi biologi disebabkan oleh kutu debu, jamur, bakteri, serbuk sari tanaman, dan organisme lain yang bisa mempengaruhi kesehatan anda. Beberapa gejala ketidaksehatan seperti alergi, hidung mampet, mata gatal, pusing kepala, dan asma bisa disebabkan karena polusi biologi dalam bangunan. Dari semua penyebab polusi biologi tersebut di atas, kutu debu merupakan salah satu yang sering menyebabkan alergi dan asma. Makhluk mikroskopik ini biasanya tinggal di antara selah-selah karpet, mengkonsumsi partikel-partikel kulit mati yang kita produksi setiap harinya. Penggunaan shampoo karpet untuk membersihkan karpet juga telah dihubungkan dengan Kawasaki Syndrome yang terjadi pada anak-anak usia lima tahun ke bawah dengan gejala panas yang tinggi dan gatal-gatal pada badan, yang menyebabkan kerusakan pada beberapa sistem organ tubuh, seperti hati, sistem sirkulasi darah, kulit dan ketahanan tubuh. Oleh karena itu, karpet merupakan salah satu bahan bangunan yang paling membahayakan bagi kesehatan, dan apabila memungkinkan, maka disarankan pencegahan penggunaannya. Pestisida dan fungisida banyak digunakan untuk melindungi kayu dari rayap dan jamur. Pestisida telah terbukti menyebabkan banyak penyakit seperti sakit kepala, mual-mual, kesensitifan terhadap zat kimia, problema pernafasan, kerusakan genetik, kecacatan lahiriah, polusi lingkungan, polusi air, dan kanker. Polusi gas, selain datang dari asap pembuangan kendaraan bermotor, juga terjadi di bangunan tempat tinggal kita seperti tungku api dan pemanas yang tidak disertai dengan sistem ventilasi yang baik, dan juga dari kompor gas yang mengeluarkan carbon monoxida, carbon dioxida, sulfur dioxida, dan nitrogen dioxida. Selain itu juga banyak sekali materi bangunan modern, seperti cat rumah yang masih baru diaplikasikan, papan partikel [particle board], papan fiber [fiberboard], dan berbagai macam perabotan plastik yang mengeluarkan gas organic dalam jangka tahunan. Salah satu polusi metal yang paling dikenal adalah penggunaan cat rumah yang mengandung timah [lead paint]. Cat timah apabila terkelupas akan menjadi partikel-partikel metal [biasanya ditemui di pojok-2 pintu atau jendela] yang sangat membahayakan kesehatan apabila terhirup oleh sistem pernafasan kita, apalagi bila termakan oleh anak-anak yang suka bermain di dekat jendela. Cat timah dapat menyebabkan kerusakan otak yang permanen. Walaupun penggunaan cat timah sudah dilarang di Amerika, namun banyak sekali bangunan-bangunan tua di Amerika yang masih menggunakan cat timah. Cat yang mengandung zat merkuri, begitu pula dengan kayu yang diproses secara kimia kebanyakan mengandung metal [biasanya berwarna kehijauan dan digunakan untuk membangun dek] juga bisa membahayakan bagi kesehatan. Penggunaan kayu yang diproses secara kimia juga sangat tidak dianjurkan dikarenakan kebanyakan dari produk tersebut mengandung lem yang mengeluarkan gas formaldehyde yang bisa menyebabkan asma dan bronkitis. Asbestos merupakan salah satu contoh polusi mineral yang sangat dikenal bahayanya. Asbestos biasa ditemui pada insulasi rumah, alas lantai vinyl, lapisan luar rumah [siding] dan juga lapisan dalam rumah [drywall] yang banyak digunakan dalam konstruksi bangunan di Amerika. Walaupun penggunaan asbestos sudah dilarang di Amerika, banyak sekali gedung-gedung tua yang masih mengandung zat mineral ini. Asbestos dan fiberglass, apabila terhirup pernafasan kita, dapat menyebabkan kanker paru-paru. Penyebab polusi radiasi yang paling ditakuti dalam bangunan adalah radon, yang bisa menyebabkan kanker paru-paru. Radon adalah sejenis gas radioaktif yang biasanya terkandung dalam tanah. Radon menjadi
Bedah Artikel Kedokteran Gigi
Tolong diteruskan ke rekan sejawat dokter gigi atau mahasiswa kedokteran gigi yang anda kenal Rekan-rekan sejawat para dokter gigi serta rekan mahasiswa yang saya hormati... Tujuan saya menulis email ke mailing list/email anda adalah untuk mengajak teman-teman bergabung dalam mailing list Kedokteran Gigi Indonesia, dimana mailing list ini merupakan wahana untuk berdikusi mengenai masalah kedokteran gigi dengan tujuan untuk meningkat citra kedokteran gigi indonesia baik dalam hal akademis maupun profesional. Mailing list ini telah didukung oleh beberapa dosen maupun profesor dari beberapa FKG di universitas terkemuka baik di Indonesia maupun di luar negeri namun sifatnya terbuka, bukan milik satu grup dan tidak berafiliasi kemanapun. Mailing list ini mempunyai beberapa aturan dasar seperti: a. Mailing list (ML) bersifat independent, tidak berafiliasi ke organisasi, institusi maupun company maupun. b. tujuan ML ini adalah untuk berdiskusi mengenai cara meningkatkan mutu dan kualitas Kedokteran gigi Indonesia baik dari segi profesi maupun akademis. c. Diskusi dapat berbentuk apa saja, mulai dari diskusi mengenai produk baru, diskusi kasus pasien, diskusi riset, diskusi akademis dll. d. bila terjadi perbedaan pendapat, maka silahkan berargumentasi secara ilmiah dengan mengajukan referensi-referensi berdasarkan dasar-dasar dan kaidah ilmiah. e. merupakan tempat/wacana untuk mensosialisasikan perkembangan the latest riset and technologi in Dentistry. f. keanggotaan bersifat terbuka, dapat dari mahasiswa, dokter gigi profesional maupun akademis, researcher bahkan sampai dengan representative dari suatu company. g. no chain mail dan diskusi hanya yang berhubungan dengan kedokteran gigi h. di mailing list ini tidak ada struktur organisasi (karena memang bukan organisasi), yang ada hanya aturan main dan moderator (yang berfungsi hanya memoderatori) Beberapa hal yang sudah kami lakukan adalah saling menukar informasi mengenai site-site dentaljournal maupun juga artikel-artikel yang menarik untuk dibaca oleh para anggota. Saat ini kami sedang akan mencoba program E-learning, dimana kami akan mencoba melakukan Bedah Artikel dan mendiskusikannya via mailing list. Untuk rekan-rekan yang tertarik menjadi anggota mailing list, silahkan kirimkan email kosong ke [EMAIL PROTECTED] Saya berikan contoh artikel yang akan didiskusikan, silahkan download dari http://groups.yahoo.com/group/KedokteranGigiIndonesia/message/28 http://groups.yahoo.com/group/KedokteranGigiIndonesia/message/29 dan untuk membukanya, anda harus mempunyai acrobat reader 4.0 atau 5.0 dan anda dapat mendownload gratis di http://www.adobe.com Selamat membaca dan terimakasih atas perhatiannya, Cortino Sukotjo, DDS The Jane and Jerry Weintraub Center for Reconstructive Biotechnology Section of Advanced Prosthodontics UCLA School of Dentistry, Room: B3-068, CHS 10833 Le Conte Avenue Los Angeles, CA 90095-1668 Tel: 310-825-5889 (administrator) Tel: 310-267-2786 (direct) Fax: 310-825-6345 Email:[EMAIL PROTECTED] http://www.weintraub.dent.ucla.edu/
Artikel/Dompet Sampit
Salam! Di bawah ini adalah artikel Priyo yang dimuat di Jawa Pos Sabtu. Menarik didiskusikan. Wacana Otda memang memerlukan diskusi, pemahaman dan pemikiran dialektis yang tanpa putus. Sebagai info bunga-bunga, honor tulisan ini 100% disumbangkan penulisnya buat Dompet Sampit. Ketika ihwal ini saya sampaikan ke editor dan bagian keuangan kami, sikap penulis artikel ini memang terasa memberikan satu sisi ketauladanan. Semoga Tuhan YME selalu memberikan kemudahan dan kemurahan yang setimpal bagi kita semua. Amin. tabek, rap ### http://www.jawapos.com/cetak/detail.php?u_cat=5210 Sabtu, 03/03/2001 - 21:41 WIB Otda; Belajarlah dari Federalisme Amerika Oleh: Priyo Pujiwasono Gonjang-ganjing di panggung politik, tampaknya, telah menelantarkan berbagai agenda penting yang seharusnya menjadi prioritas utama para elite politik kita. Salah satu agenda penting yang harus dicermati adalah pelaksanaan otonomi daerah yang dimulai pada awal tahun ini dengan diberlakukannya UU No. 25/1999. Sejak awal kemerdekan Indonesia, sebenarnya telah banyak terjadi pertentangan pendapat antara bentuk negara kesatuan terpusat (centrally planned) dan negara Indonesia Serikat (federal). Bahkan, UUD RIS (Republik Indonesia Serikat) pernah diberlakukan pada 1949-1950. Sementara itu, UUD 1945 yang kemudian disahkan lagi sebagai konstitusi NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) dengan Dekrit Presiden 1959 memberikan kewenangan yang begitu besar kepada presiden dan pemerintah pusat, sehingga kepentingan daerah hampir tidak mendapat tempat yang semestinya. Akibatnya, beberapa kali terjadi pemberontakan yang bernuansa kedaerahan, seperti dilakukan Kahar Muzakar dan PRRI/Permesta. Terbukti pula, sejak awal kemerdekaan hingga masa Orde Baru -dalam konteks hubungan pusat-daerah-, daerah selalu menjadi sapi perahan pemerintah pusat. Bahkan, setiap tuntutan/aspirasi daerah selalu dicap sebagai gerakan inkonstitusional yang membahayakan stabilitas nasional. Federalisme ala Amerika? Negara Federal Amerika yang diproklamirkan 4 Juli 1776 pada awalnya merupakan sebuah gabungan (united) dari 13 negara koloni (state) di wilayah timur dan selatan Amerika. Barangkali inilah salah satu perbedaan yang cukup signifikan dari konsep nation building antara Amerika dan Indonesia. Mengutip pendapat Salim Said, nasionalisme Indonesia sudah selesai terbentuk sebelum masa proklamasi kemerdekaan, dengan diikrarkannya Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Nasionalisme Amerika justru sebaliknya. Konsep united masih terus berproses panjang setelah Declaration of Independence, berkembang dari 13 states menjadi 50 states dewasa ini. Demikian pula, authority (kewenangan) pemerintah federal di Amerika justru dirumuskan oleh ke-13 states. Sedangkan yang terjadi di Indonesia, pemerintah pusat terlebih dahulu berdiri (established) daripada pemerintahan di daerah. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya konsep otonomi atau federalisme Amerika terlebih dahulu "matang" dibandingkan dengan keberadaan pemerintah pusat. Pada Articles of Confederation 1787 mengenai kesepakatan bersama 13 states, juga disebutkan bahwa dengan adanya penggabungan atau konfederasi ini yang dinamai United States of America, masing-masing state tetap memegang/mempertahankan kedaulatan, kebebasan, dan kemerdekaan, serta hak-haknya selama ini. Konsep konfederasi ini terus berkembang sehingga menghasilkan pemerintahan federal yang kuat. Namun, posisi state government tidak pernah terkooptasi oleh kepentingan pusat. Meski demikian, federalisme Amerika bukan berarti suatu proses yang instan karena dalam sejarah, Amerika Serikat juga pernah mengalami fase guncangan-guncangan politik terhadap keutuhan konfederasi. Puncaknya adalah meletusnya Civil War (Perang Saudara) antara kelompok Utara dan kelompok Selatan pada 1861-1865 yang hampir-hampir menghancurkan keutuhan Amerika. Wilayah utara Amerika (para industrialis) menuntut penghapusan perbudakan, sementara wilayah selatan (daerah perkebunan yang memerlukan banyak pekerja) menolaknya. Pertempuran yang berkecamuk pada masa pemerintahan Lincoln itu melibatkan 3 juta orang dan menewaskan korban tak kurang dari 600 ribu jiwa. Untungnya, pertempuran ini akhirnya dimenangkan kelompok Utara sehingga perbudakan dihapuskan dari bumi Amerika serta keinginan kelompok selatan untuk melepaskan diri dari Amerika tidak pernah terwujud. Abraham Lincoln yang terbunuh pada 1865 dikenang sebagai pahlawan pejuang antiperbudakan dan diabadikan dalam bangunan Lincoln Memorial di Washington, D.C. Pelajaran dari Federalisme Amerika Mengingat pluralisme penduduk dan budaya, tentu kita harus lebih berhati-hati dalam menerapkan konsep otonomi/federalisme di Indonesia. Kesenjangan antardaerah dan keragaman budaya masyarakat memang harus dicermati, namun tidak perlu pesimistis bahwa daerah yang terbelakang akan makin terpuruk dengan penerapan otonomi. Terbukti di Amerika, dengan adanya kewenangan state government untuk mengurus daerah sendiri, justru muncul k
Milis Baru Sebagai Tempat Promosi Artikel Anda
MILIS SEBAGAI TEMPAT PROMOSI ARTIKEL ANDA Terkadang penulis mengalami kesulitan mencari media massa yang bersedia memuat artikelnya. Terkadang redaktur mengalami kesulitan mencari artikel yang aktual serta sesuai dengan momentum. Karena itulah, kami mendirikan milis [EMAIL PROTECTED] Bila anda ingin masuk silakan kirim email kosong ke [EMAIL PROTECTED] Anda sebagai penulis silakan mengirimkan email ke milis ini yang isinya : * Nama Katagori Artikel Anda * Nama Judul Artikel Anda pastikan belum pernah dimuat di media massa mana pun, termasuk internet * Sinopsis Singkat dari Artikel Anda maksimal 10 baris * Nama Anda * Email Anda * Biodata Anda * Panjang Artikel Anda sebagai redaktur silakan menghubungi penulis secara langsung untuk merundingkan atau menindaklanjutinya. Ini mohon tidak dilakukan di milis ini. Sedangkan melalui milis ini, redaktur bisa memberitahukan seputar media-massa yang ditanganinya, seperti "prosedur pengiriman artikel", "maksimal panjang artikel", dan "besar honorarium artikel". Semoga milis ini bisa menjadi mediator bagi terciptanya kerjasama yang saling menguntungkan antara "Anda sebagai penulis" dan "Anda sebagai redaktur". Moderator -
Re: Artikel Reflektif Notrida
r tak akan berani melakukan aksi terornya. Konflik etnis tak akan terjadi karena tangan hukum segera menangkap kaum provokator dan menghukum mereka dengan tegas. Pemerintah yang berwibawa dengan dasar hukum akan ditakuti dan sekaligus dicintai rakyatnya. Namun, kerapuhan hukum di negara kita menyebabkan gerakan-gerakan terorisme tersebut tak bisa diatasi. Dan hasilnya, Indonesia semakin rapuh dihantam gelombang. Terakhir, tulisan Notrida memang tepat dalam menuliskan kesadaran-kesadaran yang diperlukan untuk membangun kastil yang indah. Memang Indonesia sekarang ini butuh pilar-pilar yang kuat dan kerangka bangunan yang kukuh untuk menuju ke era baru. Namun, jika fondasi kastil ini tak dalam, sekuat apa pun pilar kita, kastil kita akan tetap roboh jika melawan gelombang. *Yohanes Sulaiman, mahasiswa PhD International Relations Ohio State University, Columbus, Ohio http://www.jawapos.com/cetak/detail.php?u_kat=1989 ## From: Budi Haryanto [EMAIL PROTECTED] Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: Artikel Reflektif Date: Sun, 11 Feb 2001 07:29:20 +0700 Dear Cak Pohan, Terima kasih atas info tulisan teman kita Ida yang dimuat di Jawa Pos. Sayang, ketika address terlampir di-klik, Jawa Pos-nya nongol namun artikel-nya kok nggak ikutan, alias ruang artikel-nya kosong. Jadinya ya cuman bisa mbayangin aja lanjutan tulisan rekan Ida tsb. Menyoal perilaku politik di Indonesia belakangan ini, saya saat ini hampir-hampir nyerah karena bingung dan nggak habis pikir. Kecenderungan dan 'benang merah'nya susah untuk dirunut. Sedemikian banyaknya informasi dari berbagai jenis media yang setiap saat saya ikuti dengan tingkat reliabilitas masing-masing, hanya menambah kebingungan. Tentu saja saya menyadari bahwa saya tidak belajar formal soal ilmu perpolitikan, sehingga tidak bisa mengenali ilmu politik macam apa yang sedang terjadi di republik kita saat ini. Eh ngomong-omong, presiden kita betul-betul yakin lho tidak akan ada SI ke depan ini seperti yang diucapkannya dalam dialog mahasiswa beberapa hari ini (yang ternyata tidak dihadiri oleh para tokoh-tokoh mahasiswa pejuang reformasi yang turun ke DPR beberapa hari sebelumnya, karena mereka tidak mau datang dengan alasan undangannya ditulis tangan dan 'mencurigakan'). Saat ini adalah Minggu pagi di Indonesia, waktu saya untuk bergabung dengan teman-teman main tennis. H ., Indonesia masih indah kok Salam, Budi -Original Message- From: Indonesian Students in the US [mailto:[EMAIL PROTECTED]]On Behalf Of Ramadhan Pohan Sent: Saturday, February 10, 2001 9:58 AM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Artikel Reflektif Bacaan menarik untuk weekend ini. salam, rap ## Kastil Pasir Politik Indonesia Oleh Notrida Mandica Melihat kondisi politik Indonesia saat ini persis seperti melihat sebuah kastil pasir. Awalnya, dilihat sepintas, politik Indonesia tampak seperti sangat kukuh. Namun, begitu bersentuhan dengan gelombang kebebasan dan demokrasi, bangunan politik Indonesia itu ternyata amat rapuh.Ada sejumlah penyebab mengapa bangunan politik Indonesia sedemikian rapuh seperti kastil pasir. Selanjutnya: http://www.jawapos.com/cetak/detail.php?u_cat=1729 _ Get your FREE download of MSN Explorer at http://explorer.msn.com _ Get your FREE download of MSN Explorer at http://explorer.msn.com
Re: Artikel Reflektif
Dear Cak Pohan, Terima kasih atas info tulisan teman kita Ida yang dimuat di Jawa Pos. Sayang, ketika address terlampir di-klik, Jawa Pos-nya nongol namun artikel-nya kok nggak ikutan, alias ruang artikel-nya kosong. Jadinya ya cuman bisa mbayangin aja lanjutan tulisan rekan Ida tsb. Menyoal perilaku politik di Indonesia belakangan ini, saya saat ini hampir-hampir nyerah karena bingung dan nggak habis pikir. Kecenderungan dan 'benang merah'nya susah untuk dirunut. Sedemikian banyaknya informasi dari berbagai jenis media yang setiap saat saya ikuti dengan tingkat reliabilitas masing-masing, hanya menambah kebingungan. Tentu saja saya menyadari bahwa saya tidak belajar formal soal ilmu perpolitikan, sehingga tidak bisa mengenali ilmu politik macam apa yang sedang terjadi di republik kita saat ini. Eh ngomong-omong, presiden kita betul-betul yakin lho tidak akan ada SI ke depan ini seperti yang diucapkannya dalam dialog mahasiswa beberapa hari ini (yang ternyata tidak dihadiri oleh para tokoh-tokoh mahasiswa pejuang reformasi yang turun ke DPR beberapa hari sebelumnya, karena mereka tidak mau datang dengan alasan undangannya ditulis tangan dan 'mencurigakan'). Saat ini adalah Minggu pagi di Indonesia, waktu saya untuk bergabung dengan teman-teman main tennis. H ., Indonesia masih indah kok Salam, Budi -Original Message- From: Indonesian Students in the US [mailto:[EMAIL PROTECTED]]On Behalf Of Ramadhan Pohan Sent: Saturday, February 10, 2001 9:58 AM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Artikel Reflektif Bacaan menarik untuk weekend ini. salam, rap ## Kastil Pasir Politik Indonesia Oleh Notrida Mandica Melihat kondisi politik Indonesia saat ini persis seperti melihat sebuah kastil pasir. Awalnya, dilihat sepintas, politik Indonesia tampak seperti sangat kukuh. Namun, begitu bersentuhan dengan gelombang kebebasan dan demokrasi, bangunan politik Indonesia itu ternyata amat rapuh.Ada sejumlah penyebab mengapa bangunan politik Indonesia sedemikian rapuh seperti kastil pasir. Selanjutnya: http://www.jawapos.com/cetak/detail.php?u_cat=1729 _ Get your FREE download of MSN Explorer at http://explorer.msn.com
artikel
Halo Permias... Aku sekarang ini sedang berusaha mengumpulkan berbagai tulisan ilmiah mengenai Indonesia, dengan topik pembahasan apa saja. Mulai dari Politik sampai gaya hidup dan Lingkungan Hidup. Mulai dari tentang peristiwa Malari sampai dengan tokoh-tokoh. Bila ada yang memiliki tulisan-tulisan tersebut dan bersedia mengirimkannya, mohon dikirim ke [EMAIL PROTECTED] . Mohon agar diberi keterangan tentang tulisan tersebut, seperti topik pembahasannya, tanggal penerbitan, penerbit, dan penulis untuk keperluan bibliography. Penulis bisa siapa saja, bisa orang Indonesia bisa orang asing. Kalau bisa, aku lebih mengharapkan kalo documentnya itu dalam bentuk pdf. sehingga bisa dibaca dengan acrobat reader. Tapi kalo dikirim dengan word document juga enggak apa-apa. Terima kasih sebelumnya, atas kesediaannya membantu Aku mengumpulkan karya-karya tersebut. Boni ___ Send a cool gift with your E-Card http://www.bluemountain.com/giftcenter/
##### Agen Artikel bagi Penulis Lepas, Mengapa Tidak?
Anda ingin membuka lapangan kerja baru? Jadilah agen artikel bagi para penulis lepas. Kalau perlu jadikan rumah sebagai kantornya. Sehingga para penulis lepas tidak lagi mengurus tulisannya sendiri-sendiri, tetapi melalui agen, sebagaimana yang kita lihat sekarang. Agen diberi kebebasan untuk melakukan negosiasi honor yang akan diterima para penulis lepas dari tulisan yang dimuat. Sementara agen itu sendiri memperoleh komisi yang besar prosentasenya sudah ditentukan. Bila agen perjalanan dan pengurusan STNK sudah mentradisi di Indonesia, mengapa agen artikel hampir boleh dikatakan belum ada? Padahal tradisi penulisan artikel itu sendiri sudah mentradisi jauh sebelumnya. Siapa tahu dengan kehadiran agen-agen itu, gairah penulisan artikel di Indonesia akan semakin semarak, yang gilirannya meningkat kecerdasan bangsa. Yang penting jangan sampai yang satu merasa diperlakukan sebagai "sapi perahan" bagi yang lain. Salam, Nasrullah Idris -- P.O. Box 1380 - Bandung 40013 Bidang Studi : Reformasi Sains Matematika Teknologi http://bdg.centrin.net.id/~acu Ide : LJS Amerika Serikat
##### Situs Toko Artikel untuk Media Massa
Saya mengusulkan ada di antara anda, khususnya ahli pengelola situs, untuk membuat situs "Toko Artikel untuk Media Massa". Isinya ya artikel dari berbagai kalangan seperti ilmuwan, akademisi, sampai kolomnis. Namanya juga toko. Berarti semua artikelnya bersifat komersil, dalam artian, dijual kepada media cetak yang hendak memuatnya dan media elektrionika yang hendak menyiarkannya. Bagi "ilmuwan, akademisi, sampai kolumnis" yang hendak menjual artikelnya lewat situs tersebut harus melakukan registrasi dan pengisian password yang telah disediakan pengelolanya. Saat mengup-loadkan artikelnya, mereka cukup mengisi user dan password yang juga sudah disediakan pengelolanya. Tentu saja ketika sebuah artikel terpublikasikan tidak semua isinya ditampilkan. Paling juga tiga baris saja yang berisikan garis besar isinya. Nanti media massa yang hendak mendown-loadnya terlebih dahulu harus melakukan transaksi elektronika dengan "credit card" yang mekanismenya pun sudah diatur pihak pengelolanya. Untuk masalah komisi bagi sang pengelola yang diambil dari hasil jual artikel itu atur sajalah sesuai dengan pasaran dan kewajaran. Untuk masalah harga ya tergantung : Apakah mau dijual lepas? Apakah sifatnya eksklusif? Atau dijual dalam artian memberikan hak kepada media massa tersebut untuk mempublikasikannya. Masalah kekurangan, tantangan, peluang, atau kelebihan pemikiran ini silakan anda bahas. Ide ini saya peroleh dari seorang netter dari suatu mailing list yang namanya lupa tuh. Salam, Nasrullah Idris -- P.O. Box 1380 - Bandung 40013 Bidang Studi : Reformasi Sains Matematika Teknologi http://bdg.centrin.net.id/~acu
[Fwd: ada yang mau baca artikel karangan saya ??]
Artikel ini saya buat sewaktu Soeharto masih bertahta dan sebenarnya untuk PPI Jerman waktu itu. Tapi tampaknya masih relevan sampai saat ini. Mudah-mudahan artikel ini bisa menjadi bahan diskusi untuk kita semua. Karena takut filenya terlalu besar, saya bagi menjadi 2 bagian. -- Bagian satu Globalisasi : Peluang atau Perangkap Johnson Chandra -- Global Player Suka atau tidak suka, mau atau tidak mau, kita semua menuju zaman globalisasi. Runtuhnya tembok Berlin yang mengawali kejatuhan blok Timur, pembentukan WTO, pembebasan pengaliran kapital, revolusi teknologi informasi-komunikasi, internet, telefon selular, semua membentuk bumi ini semakin menjadi desa global, melewati batas negara dan bangsa. Deregulasi di berbagai bidang, di berbagai negara, baik disukai atau tidak, membuat suatu fenomena baru yang sebenarnya tidak bisa dikatakan baru, yaitu munculnya makhluk yang disebut Global Player. Makhluk ini tumbuh seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi. Apakah sebenarnya makhluk ini ? Global Player adalah istilah untuk perusahaan-perusahaan raksasa yang daerah operasinya hampir ada di seluruh dunia, dan anggaran rumah tangganya beberapa kali lipat melebihi anggaran rumah tangga negara-negara berkembang. Contohnya Daimler-Chrysler, Sony, Citicorp, dll. Perusahaan-perusahaan ini mempengaruhi kehidupan orang banyak, sehingga mempunyai kekuasaan tidak terlihat yang besar sekali. Coba bayangkan, bila Daimler-Chrysler memutuskan untuk membuka pabrik di Indonesia, berapa banyak tenaga kerja yang bisa terserap ? Atau sebaliknya, berapa banyak orang akan jadi pengangguran di Jerman ? Di Indonesia misalnya Salim Group, Putra-Putri Penguasa Group, dll. Itu jugalah yang menjadi dilema saat ini di Indonesia. Kita ribut-ribut soal korupsi, kolusi dan nepotisme, yang membuat perusahaan itu dulu bisa sampai sebesar sekarang ini. Lah, kalau perusahaan itu dinasionalisasikan, apakah tidak mungkin kalau sebelum itu dilakukan, oknum-oknumnya sudah melarikan modal terlebih dahulu ke luar negeri ? Kalau tidak, bagaimana dengan nasib orang banyak, yang praktis tidak mempunyai kesempatan untuk berkembang lagi ? Apakah mungkin oknum-oknum tersebut sukarela memberikan apa yang selama ini mereka punyai kepada negara ? -- Ramalan Marx menjadi kenyataan ? Marilah kita membuat beberapa anggapan yang bisa kita simpulkan dari kehidupan sehari-hari. Anggapan 1 : Manusia selalu ingin puas, tetapi tidak pernah mengenal puas. Anggapan 2 : Manusia bila sudah tidak mempunyai apa-apa lagi, akan berani berbuat apa saja. Anggapan 3 : Semua manusia mempunyai kesempatan yang sama. Anggapan 4 : Globalisasi akan menguntungkan semua pihak. Anggapan pertama jelas. Kita semua harus mengakui itu. Bila manusia sudah puas dengan keadaannya, maka tidak akan ada lagi perkembangan karena manusia berkembang didorong oleh rasa ketidak-puasannya. Uang di sini memegang peranan penting, sebab uang adalah pengukur keberhasilan seseorang, dan juga pendorong semangat yang kuat sekali. Bila diiming-imingi uang, seseorang akan langsung memeras otaknya untuk mendapatkannya. Anggapan kedua juga jelas. Bila seseorang tidak mempunyai apa-apa lagi, maka ia akan cenderung lebih nekad(ingat juga anggapan pertama). Perang, kekacauan, anarki bisa terjadi bila rakyat sudah mencapai keadaan itu. Toh sudah tidak punya apa-apa lagi. Ingatlah juga keadaan Indonesia saat ini, yang mungkin bisa lebih kacau lagi, bila pemerintah masih juga sama seperti yang dulu. Anggapan ketiga menurut saya adalah salah. Mengapa ? Kolusi, korupsi dan nepotisme yang gila-gilaan. Semua teori ekonomi apapun akan runtuh kalau sudah menghadapi sindrom tersebut. Pada zaman Orde Lama, Indonesia juga mengalami krisis, dengan sistem pemerintahan yang anti Imperialismus. Orde Baru dengan sistem yang sangat bertolak belakang, setelah 32 tahun, jatuh juga. Padahal sistemnya beda 100 persen. Tidak ada resep yang bisa mengatasi sindrom ini kecuali moral dari kita semua. Sindrom ini juga tidak bisa dihilangkan seratus persen, tetapi kita(baca: pemerintah) HARUS membuat mekanisme kontrol untuk mencegah sindrom ini untuk berkembang. Dilihat dari sudut psikologis, tentu kita akan berpikir berulang-kali, atau berusaha selicin mungkin, agar tidak ketahuan, bila hukumnya jelas. Kita lihat Indonesia, di mana KKN dipraktekan dari level teratas sampai terbawah, sehingga justru kalau tidak begitu, malah tidak normal. Runtuhlah ekonomi negara. Krisis yang melanda negara-negara Asia hanyalah pemicunya, sedangkan bom waktunya sudah dibuat kita semua selama 32 tahun. Dengan KKN, TIDAK semua orang mempunyai kesempatan yang sama. Yang penting bukan kemampuan, tetapi bapak/ibu/saudaranya siapa. Dan juga pemilikan modal yang tidak seimbang. Contoh kongkret, perang antara Netscape dan Microsoft. Netscape yang merupakan perintis di bidang Internet, pada mulanya berkembang dengan sangat pesat dan sampai sekarang sebagian besar pasar masih dikuasainya. Microsoft yang tampil belakangan, dengan kekuatan
artikel amazon.com
Hallo semuanya, Aku sedang nyari artikel tentang bagaimana Amazon.com menggunakan internet sebagai strategy marketingnya. Kira-kira kalau misalnya ada yang tahu dimana nyarinya, atau ada yang punya mohon dikirim kesini yaa... Dan artikelnya itu musti berbahasa inggris. Thanks Boni ___ Get 100% FREE Internet Access powered by Excite Visit http://freeworld.excite.com
Re: artikel amazon.com
kalo nggak salah sempet dibahas panjang lebar sama majalah TIME deh. edisi tahunan. tentang man of the year. si CEO nya itu. coba cek ke homepage nya aja. yang dibahas sebenernya sih CEO nya.. tapi kalo nggak salah dibahas juga teknik markettingnya.. good luck. faran Date: Wed, 1 Mar 2000 07:21:08 -0800 Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED] From: Boni Hendarin Pinardi Boni [EMAIL PROTECTED] Subject: artikel amazon.com To: [EMAIL PROTECTED] Hallo semuanya, Aku sedang nyari artikel tentang bagaimana Amazon.com menggunakan internet sebagai strategy marketingnya. Kira-kira kalau misalnya ada yang tahu dimana nyarinya, atau ada yang punya mohon dikirim kesini yaa... Dan artikelnya itu musti berbahasa inggris. Thanks Boni ___ Get 100% FREE Internet Access powered by Excite Visit http://freeworld.excite.com Happy New Millenium from the staff at DCEmail.com http://www.dcemail.com - FREE Email for the Community
Artikel Hasil Diskusi di IDS
Title: REFORMASI SAINS MATEMATIKA TEKNOLOGI INDONESIA BISA KALAHKAN TEKNOLOGI BARAT? A Oleh : Nasrullah Idris AHarus kita akui, krisis ekonomi yang menimpa Indonesia tidak terlepas dari ketergantungan kita pada bangsa Barat di bidang teknologi. Rentetan momentum sejarah bangsa kita telah membuat skrenario demikian. ADalam sebuah diskusi (Indonesia Studies Development) yang diikuti oleh para pakar Indonesia dari berbagai bidang ilmu, saya mengajukan konsep yang boleh dikatakan melambung, yang selanjutnya menimbulkan perdebatan, yaitu : AApakah Indonesia bisa mengalahkan reputasi teknologi Barat (Amerika/Eropa)? Langsung saya jawab saat itu juga : Bisa. Menurut saya kepada mereka, untuk mengwujudkannya diperlukan sejumlah syarat. A1. Hilangkan mitos, seolah-olah Indonesia tidak akan mampu melakukannya. Karena secara ilmiah, tidak ada tanda-tanda suatu negara harus selalu di bawah negara lain di bidang tersebut. A2. Mempelajari hal hal yang bertalian dengan teknologi dengan semangat merah-putih. Meskipun tampaknya sepele, tetapi justru bisa merupakan semangat besar untuk mengolah otak, yang selanjutnya mencari apa-apa dari teknologi yang belum pernah ditemukan oleh bangsa Barat. Sementara setiap mempelajari teknologi akan terdorong untuk memberikan kehormatan bangsa, yang gilirannya meningkatkan citra peradaban bangsa kita dalam perjalanan sejarah ummat manusia. A3. Adanya kesadaran bahwa produk monumental, sebagaimana yang pernah ditemukan Johann Guttenberg, Thomas Alva Edison, dan Graham Bell, tidak seberapa banyak ketimbang yang belum ditemukan. Singkatnya, buang jauh-jauh kesan, seakan-akan untuk mencapainya sudah tertentu, sehingga tidak perlu bersusah payah untuk mencarinya. A4. Memantau segala bentuk opini yang bisa mematahkan semangat bangsa Indonesia untuk hal tersebut, terutama yang dibentuk para mantan negara kolonialisme. PERINTIS KOMPETITIF Seterusnya saya presentasikan pula, untuk memberikan kehormatan bangsa melalui teknologi terdapat dua jalur, yaitu jalur reformasi dan jalur kompetitif. AContoh jalur kompetitif kita anggaplah IPTN, meskipun keberadaannya terus menimbulkan polemik dalam beberapa tahun terakhir ini. AUntuk jalur perintis saya belum tahu. Yang jelas ini bisa memberi peluang sangat banyak mengingat sifatnya yang eksternalisasi. AOkelah saya berikan sedikuit ilustrasinya : ATaroklah pelajar Indonesia di Barat belajar MARTABAK TELOR GORENG TAHU. Kalau bangsa kita ingin disebut sebagai perintis di bidang teknologi, maka ketika mereka kembali ke tanah air jangan hanya membuat industri MARTABAK TELOR maupun GORENG TAHU. Juga bagaimana mendirikan industri MARTABAK TAHU. Karena kalau hendak berkompetitif tentang kedua makanan pertama itu jelas kita akan kalah. Soalnya ketika mereka pulang ke tanah air, Barat sudah menemukan resep baru untuk memberi nilai tambah MARTABAK TELOR maupun TAHU GORENG. Jelas resep itu tidak akan diberikan kepada pelajar kita. Mungkin mereka akan berkata, Enaknya minta. Emangnya loe akan berbakti untuk negara gua? Ya begitulah kira-kira kalau dilarikan ke bahasa prokem. AJadi mau tidak mau ya membuat pebrik MARTABAK TAHU kemudian dieskpor. Termasuk ke negara di mana pelajar kita menimba ilmu. Sehingga selain terhindar dari persaingan untuk kurun waktu tertentu, identitas bangsa sedikit-banyak akan terangkat. AGambaran ini akan benar-benar terasa ketika perdagangan bebas mulai berlaku secara global. ASalah seorang peserta, DP (pakar komunikasi dari Jakarta) mempertanyakan, Siapa yang bermurah hati untuk bertindak memfasilitasinya A AYa ... itu tergantung, berapa besar gerakan pengembangan teknologi. Di sini pemerintah sangat berperan. Buktinya : GERAKAN MENANAM CABAI, sebagaimana yang diberlakukan pada tahun 1996. Hasilnya tampak sekali. Cabai menjadi jenuh Bisakah itu dijadikan cermin untuk kemudian membuat gerakan pengembangan teknologi? ASemua kita setuju, bahwa diantara 200 juta rakyat Indonesia, tentu banyak yang genius. Demikian potongan komentar MM(pakar Kimia dari Swis. AYa betul. Hanya di antaranya
Artikel Gus Dur ttg Orang Tionghoa
Judul: BERI JALAN ORANG CINA Penulis: Abdurrahman Wahid (Gus Dur) Sumber: Editor, 21 April 1990 Jadi orang Cina di negeri ini, di masa ini pula, memang serba salah. Walaupun sudah ganti nama, masih juga ditanyakan 'nama asli'nya kalau mendaftarkan anak ke sekolah atau jika membuat paspor. Mungkin, karena memang nama yang digunakan terasa tidak pas bagi orang lain, seperti nama Nagaria. Biasanya naga menggambarkan kemarahan dan keganasan. Apakah si naga yang riang gembira ini tertawa-tawa? Hartadinata, terasa lucu, karena tidak klop antara kekayaan dan keanggunan jabatan, antara harta dan nata. Ternyata bukan hanya karena nama baru orang-orang Cina terasa tidak sreg di telinga orang lain. Tetapi karena keputusan politik, untuk membedakan orang Cina dari pribumi. Memang tidak ada peraturan tertulis, melainkan dalam bentuk kesepakatan memperlakukan orang Cina tersendiri. Mengapa? Karena mereka kuat, punya kemampuan terlebih, sehingga dikhawatirkan akan meninggalkan suku-suku bangsa lainnya. Apalagi mereka terkenal dalam hal kewiraswastaan. Kombinasi kemampuan finansial yang kuat, dan kemampuan lain yang juga tinggi, dikhawatirkan akan membuat mereka jauh melebihi orang lain dalam waktu singkat. Secara terasa, 'kesepakatan' meluas itu akhirnya mengambil bentuk pembatasan bagi ruang gerak orang Cina. Mau jadi tentara? Boleh masuk AKABRI, lulus jadi perwira. Tetapi harus siap menerima kenyataan, tidak akan dapat naik pangkat lebih dari kolonel. Mau jadi dokter? Silakan, namun jangan mimpi dapat meniti karier hingga menjadi kepala rumah sakit umum. Mau masuk dunia politik? Bagus, tetapi jangan menduduki jabatan kunci. Di birokrasi? Jadi pejabat urusan teknis sajalah, jangan jadi eselon satu. Apalagi jadi menteri. Sialnya lagi, 'jalan buntu' itu ternyata tidak membawakan alternatif yang memuaskan. Jalan terbuka satu-satunya adalah mencari uang. Dan itu sesuai pula dengan kecenderungan sosiologis mereka sejak masa lampau, karena di masa kolonial pun mereka hanya boleh cari uang. Usaha berhasil, uang masuk berlimpah-limpah, kekayaan makin bertambah. Celakanya, justru karena itu mereka disalahkan pula: penyebab kesenjangan sosial. Akumulasi modal dan bertambahnya kekayaan ternyata tidak membawa keberuntungan. Cara mereka menggunakan uang dinilai sebagai penyebab kecenderungan hedonistik di kalangan generasi muda kita, padahal permasalahannya sangat kompleks. Kekayaan mereka dianggap diperoleh melalui pengisapan si kecil, padahal orang Cina hanyalah satu saja dari sekian banyak faktor kemiskinan. Dengan kata lain, orang Cina dipersalahkan bagi kebanyakan hal yang dirasakan tidak benar dalam kehidupan kita. Salah satu hukum kehidupan masyarakat adalah pentingnya kemampuan bertahan. Potensi untuk survive ini dimiliki orang Cina, di mana pun mereka berada. Dan potensi itu diwujudkan di negeri kita oleh mereka, dengan memanfaatkan satu-satunya 'jalur kolektif' yang masih terbuka: bidang ekonomi. Segala tenaga dan daya dicurahkan untuk mencari kekayaan. Perkecualiannya hanyalah sedikit orang Cina yang menjadi intelektual, akademisi, tenaga profesi, politisi dan sebagainya. Kemampuan bertahan demikian tinggi bila dimampatkan ke dalam sebuah "sasaran kolektif' mencari kekayaan, sudah tentu sangat besar hasilnya. Apa pula dibantu oleh kemudahan di segenap faktor produksi dan sektor usaha. Karenanya wajar-wajar saja bila mereka berhasil, tidak perlu dikembalikan kepada sifat serakah, atau direferensikan kepada rujukan akan licin dan sejenisnya. Bahwa banyak sekali orang Cina melakukan hal-hal seperti itu, tetapi tentunya tidak dapat dianggap sebagai watak rasial atau sifat etnis dari orang Cina. Orang lain juga berbuat sama. Dengan demikian, persoalannya bukanlah bagaimana orang Cina itu bisa dibuktikan bersalah, melainkan bagaimana mereka dapat ditarik ke dalam alur umum (mainstream) kehidupan bangsa. Bagaimana kepada mereka dapat diberikan perlakuan yang benar-benar sama di segala bidang kehidupan. Tanpa perlu ditakutkan bahwa sikap seperti itu akan memperkokoh 'posisi kolektif' mereka dalam kehidupan bangsa, karena hal-hal seperti itu dalam jangka panjang ternyata hanyalah sesuatu yang berupa mitos belaka. Keperkasaan orang putih ternyata dapat disaingi oleh keperkasaan orang hitam di Amerika Serikat. Orang Melayu di Singapura juga menyimpan kemampuan sama maju dengan orang Cina, seperti semakin banyak terbukti saat ini. Begitu pula bangsa-bangsa lain, baik yang menjadi minoritas maupun mayoritas. Tesis pokoknya di sini adalah: dapatkah kelebihan kekayaan orang Cina dimanfaatkan bagi usaha lebih memeratakan lagi tingkat pendapatan segala lapisan masyarakat bangsa kita di masa depan? Jawabnya, menurut penulis, adalah positif. Orang Cina, sebagaimana orang-orang lain juga, dapat di-appeal untuk berkorban bagi kepentingan masa depan bangsa dan negara. Tentu dengan tetap menghormati hal-hal mendasar yang mereka yakini, seperti kesucian hak-milik dari campur-tangan orang lain. Pemindahan kekayaan secara masif
artikel..
Salam Permias, Kiranya ada rekan2 permias ada yg bisa bantu saya utk 2 hal: 1.Beberapa waktu lalu ada berita ttg warga tim-tim yg dibakar oleh tentara australia... kira2 ada diantara rekan2 permias yg punya artikel/ceritanya dlm versi english yg legitimate... krn setau saya dikoran2 US / Canada local tidak ada. 2. Beberapa waktu lalu ada seorg teman saya yg berniat liburan ke negri belanda. Tapi sewaktu ingin meminta visa, langsung ditolak mentah2 stlh tahu temen saya itu warganegara Indonesia. walaupun semua persyaratan dan terlebih tiket return nya sdh ada ditangan temen saya. yg lebih tragis lagi, ada yg berniat akan menunaikan ibadah haji, tapi sudah di 'kasari' sewaktu ingin menanyakan segala persyaratan utk menjalan ibadah haji itu, (case nya sama dgn yg pertama, stlh di tanya kewarga negaraannya..) apa skrg ini org2 indonesia sdh di 'cekal' oleh beberapa negara. karna belakangan saya dengar, canada juga sdh mulai dgn aksi yg serupa. ada yg bisa membantu menjawab pertanyaan saya sblmnya terima kasih salam, Mirza __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com
Re: artikel..
Sebagai gambaran. Saat ini terjadi usaha penutupan Timtim dari pandangan RI. Semua wartawan harus mendapat rekomendasi, dan pergi ke Darwin. Jadi mereka (Interfet dan Aussie) dapat dikatakan 'mencekal' wartawan Indonesia. Hal inilah yang menyedihkan karena waktu TNI di sanapun semua wartawan dari manapun boleh masuk. Ini adalah upaya cuci otak. Mengenai kejadian pembakaran memang tidak pernah ada di berita luar negeri, kecuali di harian Sidney Morning Herald, yang sekaligus membantah tuduhan itu. Petinggi militer Aussie menyatakan bahwa hal ini fitnah. Saya sangat heran mengapa ABCNews dan CNN yang biasanya tidak pernah ketinggalan dengan SMH sama sekali tidak menyinggungnya. Makanya, tuduhan bahwa terjadi konspirasi barat menjadi relevan. Mungkin anda dapat membaca tanggapan Mahathir di New York (baca ABCNews, di bagian raw material. Ucapan senada pernah diucapkan oleh Mahathir lagi di harian "Bernama" (www.bernama.com) 2 hari lalu, eh, sekarang jadi 3 hari yg lalu. Penolakan-penolakan oleh negara-negara tertentu sangat keterlaluan. Inilah bukti dari kelakuan kekanak-kanakan bangsa barat yang mengaku menjunjung demokrasi, tetapi suka memaksakan kehendak. From: Mirza Raditya [EMAIL PROTECTED] Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Subject: artikel.. Date: Thu, 30 Sep 1999 01:04:18 GMT Salam Permias, Kiranya ada rekan2 permias ada yg bisa bantu saya utk 2 hal: 1.Beberapa waktu lalu ada berita ttg warga tim-tim yg dibakar oleh tentara australia... kira2 ada diantara rekan2 permias yg punya artikel/ceritanya dlm versi english yg legitimate... krn setau saya dikoran2 US / Canada local tidak ada. 2. Beberapa waktu lalu ada seorg teman saya yg berniat liburan ke negri belanda. Tapi sewaktu ingin meminta visa, langsung ditolak mentah2 stlh tahu temen saya itu warganegara Indonesia. walaupun semua persyaratan dan terlebih tiket return nya sdh ada ditangan temen saya. yg lebih tragis lagi, ada yg berniat akan menunaikan ibadah haji, tapi sudah di 'kasari' sewaktu ingin menanyakan segala persyaratan utk menjalan ibadah haji itu, (case nya sama dgn yg pertama, stlh di tanya kewarga negaraannya..) apa skrg ini org2 indonesia sdh di 'cekal' oleh beberapa negara. karna belakangan saya dengar, canada juga sdh mulai dgn aksi yg serupa. ada yg bisa membantu menjawab pertanyaan saya sblmnya terima kasih salam, Mirza __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com
Re: Fwd: Re: [bincang] Artikel Arief Budiman (Masih soal Pram)
Saya sependapat dengan Arief Budiman. Diperlukan kearifan untuk memilah-milah karya dan sikap politik seseorang. Menghentikan tindakan atas motif balas dendam dan memulai tradisi baru. Mendengarkan kebenaran pendapat seseorang ketimbang melihat siapa yang mengatakan-nya. Dalam kasus Pamoedya, saya rasa ia juga sudah menjalani hukumannya (walau saya tidak tahu pasti apakah melalui pengadilan yang bebas dan adil), karenanya tidaklah perlu terus memperpanjang hukuman atas tindakan-nya di masa lalu, walau tidak berarti menghapusnya dalam catatan sejarah. - Original Message - From: Mohammad Rosadi [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, April 13, 1999 8:51 AM Subject: Fwd: Re: [bincang] Artikel Arief Budiman (Masih soal Pram) Berikut saya postingkan beberapa email dari seorang rekan mengenai Pramoedya Ananta Toer yang akan menerima Doctor HC dari Univ. of Michigan dan pernah ditahan di P. Buru, serta pernah menerima hadiah Ramon Magsaysay dari pemerintah Filipina/Ford Foundation itu. Semoga bermanfaat bagi rekan-rekan dalam menilai tokoh yg satu ini. Salam Mohamad Rosadi == Postingan I: From: "Anies Baswedan" [EMAIL PROTECTED] Reply-To: "Anies Baswedan" [EMAIL PROTECTED] To: "Bincang Permias" [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [bincang] Artikel Arief Budiman (Masih soal Pram) Date: Sun, 11 Apr 1999 00:22:15 -0500 Pengantar: Dibawah ini saya lampirkan naskah artikelnya Arief Budiman dan Taufiq Ismail yang berkaitan dengan Pramoedya Ananta Toer. Naskah asli kedua artikel tsb ditulis dalam bahasa Indonesia dan dimuat di harian KOMPAS tgl 14 dan 21 Agustus 1995. Arief Budiman dan Taufiq Ismail memiliki pandangan yang berbeda mengenai sikap "kita" terhadap Pramoedya, karena itu kedua artikel ini -mungkin- akan bisa membantu kita dalam belajar membaca dan menilai sejarah secara jujur. Meskipun mereka berbeda pandangan ttg sikap thd Pramoedya, tapi kedua penulis ini sepaham dan menguatkan fakta sejarah, bahwa ketika "berkuasa", Pramoedya berperan besar dalam menindas kebebasan berkarya, suatu peran yang tidak pernah bisa dilakukan oleh seorang sastrawan, budayawan, ataupun demokrat yang sejati. Salam, AB Note: Nomor catatan kaki ditulis di dalam parenthesis ( ) -- PRAMOEDYA ANANTA TOER, THE MAGSAYSAY AWARD AND THE NEW CULTURE by Arief Budiman - This writer does not forget what Pram did in the early 1960's But Arief, one of Manifes Kebudayaan signatories, got the impression that his former fellow signatories were retaliating by signing the Magsaysay statement I promise to myself, he said, that whenever I get power, I am not going to suppress the freedom of others - Lately, a number of well-known writers made a statement protesting the Magsaysay Award extended to Pramoedya Ananta Toer. This statement, among others, was signed by Taufiq Ismail (originator), Mochtar Lubis, HB Jassin, Rosihan Anwar, Asrul Sani, Wiratmo Soekito, WS Rendra, and more. Several of them were signatories of the Manifes Kebudayaan, a cultural manifesto defending the rights of creative freedom, later on banned by President Soekarno in 1964. It was asserted in the statement that Pramoedya directed campaigns against non-communist artists in the early 1960's, by accusing them being anti Manipol-Usdek and therefore counter-revolutionaries. These campaigns in many ways contributed to the banning of the Manifes Kebudayaan or Manikebu. Until today Pram has never openly regretted at what he did at that time. By presenting the award to Pram, the Magsaysay Award Foundation implicitly approved his actions in suppressing creative life then. The statement also asserted that it would be quite an irony that Pram would be sitting on the same bench with Mochtar Lubis, a fighter for freedom of expression who is also a Magsaysay awardee some years ago. I was informed about the statement when I was visiting Pesantren Raudhatut Thalibien in Rembang. I had breakfast sitting on a mat on the floor with KH Cholil Bisri, KH Mustofa Bisri, and several other kiai, santri and other guests. Gus Mus (KH Mustofa Bisri) brought me a fresh fax letter from Taufiq Ismail addressed to me, asking whether I agree with the statement written in the fax.. After reading it, people around me (especially the journalists) immediately asked me on its content. Believing that it had a national significance, I informed them. I stated my assessment. I disagreed with the statement, and I asked for their comments on my opinion. I felt lucky the fax arrived at a time when I was in the middle of those enlightened people, so that I could discuss it together with them. S
Re: ARTIKEL PERMIAS/AMBON
In a message dated 3/3/99 10:03:14 AM !!!First Boot!!!, [EMAIL PROTECTED] writes: Saya akan mencoba menulis artikel kepada harian-harian yang terutama dapat dikirim lewat email. Mengingat keterbelakangan saya dan ketidakpahaman saya ttg penulisan artikel yang benar, saya mungkin hanya akan memakai HASIL DIALOG PERMIAS@ MENGENAI PENYELESAIAN KERUKUNAN DI AMBON. Saya lebih percaya hasil yang kita dapat secara bersama, daripada pemikiran pribadi saya sendiri, yang mungkin dapat mengandung unsur BIAS juga ## Saya sangat mendukung upaya yang tengah dilakukan bung Andrew dkk-- dan siap membantu sebisanya. Bagaimana jika ini bisa kita selesaikan sebelum Jumat ini (lusa)? Dan tentang NYT, saya berlangganan NYT juga nggak menemukan artikel yg kita kirimkan dulu. Tapi bung Andrew, dalam edisi terakhir mereka (2 hari lalu?), NYT sudah banyak berubah dan berkurang biasnya (walau belum sepenuhnya memuaskan kita semua). Saya pikir perubahan itu, tak lepas dari upaya kita dulu. Substansi khan terletak pada "perubahan", bukan "pemuatan" berita semata, ya nggak? Maju Permias! salam! ramadhan pohan