[wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia??
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "L.Meilany" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Gak usah jauh2 DH, presenter indonesia bertubuh subur dulu berjilbab kayak topi perempuan Afrika. > Dalam acara keagamaan dia dapat penghargaan MUI karena bisa membawakan > acara agama Islam dengan bahasa yg populer. > Sekarang setelah menikah dengan orang bule ia melepas jilbabnya dan konon pindah agama. Penyakit perempuan nih, suka gosip :-). Kalo masih "konon katanya" yaaa tidak boleh diambil kesimpulan dong. Harus dicek kepada ybs, tabayyun. Ghibah aja enggak boleh, apalagi menjurus ke fitnah.
Re: [wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia??
Mei : Jangan salah pengertian Mia, buat saya berjilbab adalah memang hijrah untuk menjadi lebih baik. Baiknya versi saya. Mungkin tidak bagi orang lain, mereka punya versi baiknya sendiri. Intinya baik itu kan kita selalu berpikiran positif jangan penuh syak wasangka == Janoko : Jadi penisirin nich, meiboleh tahu engga ?, mia ini pro jilbab atau bagaimana ? Salam --oo0oo-- "L.Meilany" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Jangan salah pengertian Mia, buat saya berjilbab adalah memang hijrah untuk menjadi lebih baik. Baiknya versi saya. Mungkin tidak bagi orang lain, mereka punya versi baiknya sendiri. Intinya baik itu kan kita selalu berpikiran positif jangan penuh syak wasangka Ada kok yg berjilbab lantaran rambutnya ubanan cepat, tapi pelit untuk toning [ ini pikiran jelek] Kan menurut saya ini juga baik untuk dirinya, lebih ngirit, duit untuk toning di sedekahkan. [ ini pikiran baik] Hanya si pelakunya sajalah yg lebih tahu apa alasan ia berjilabab, membuka jilbabnya, atau ogah berjilbab. Jika ada yg mencopot jilbabnya, ya mungkin ia sadar bahwa pake jilbab ternyata bikin penyakit. Mia masih ingat ketika kita piknik ke Pesawahan Ciamis, ada seorang perempuan dari komunitas petani pasundan yg rambutnya sangat2 pendek, nyaris gundul, lebih pendek dari potongan crewcut nya tentara. Saya tanya, ia bilang rambutnya dipotong pendek, tidak ditutupi karena dalam proses penyembuhan. Karena memakai jilbab, kepalanya jadi borokan, lantas kata dokter kulit ia alergi, nggak bisa kepala dibekap gitu seharian. Nanti kalo sudah sembuh ia tidak pake jilbab mungkin pake selendang yg bisa sesekali di buka. Model Yenny Wahid. Ini kan juga perbaikan, ia tahu bahwa ternyata ia alergi, ia akan lebih baik memperlakukan kulit kepalanya :-) Salam penuh kebaikan :-) l.meilany - Original Message - From: Mia To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Wednesday, July 04, 2007 10:05 AM Subject: [wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia?? Maksut mba Mei, buat sebagian perempuan berjilbab itu adalah sebagai pengukuhan niat untuk menjadi lebih baik dalam beribadah, berkarya, berelasi, dsb. Peningkatan, gitu kan mba? Itu makes sense sekali. Buat sebagian perempuan, mencopot jilbabnya ternyata suatu permulaan baru juga, apapun itu..yang pasti pengukuhan niat untuk menjadi lebih baik juga dong.. EHtolong dong sharing di sini...:-) salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "L.Meilany" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Saya rasanya kok tersindir :-) > Bagi saya memandang perempuan berjilbab adalah penuh dengan hal yg positif. > Jadi kalo ada ungkapan dari Ida, bahwa jika ada yg berjilbab melakukan hal2 yg tidak sepatutnya bagi > jilbabers itu gak penting, kok naif sekali :-( > > Yg pertama dilihat dari seseorang adalah apa yg kelihatan [ yg ia pakai, yg ia ucapakan, yg ia lakukan] > Berjilbab lantas melakukan hal yg tidak sepantasnya dilakukan oleh orang berjilbab, kok dianggap gak penting? > Jadi jilbab itu cuma sekedar cara berpakaian, modekah? > > Menjalankan [ibadah] Islam selalu saya anggap sebagai 'hijrah' - berusaha menuju ke hal yg lebih baik. > Bukan cuma tempelan, sekedar atribut untuk memberi kesan. > Jangan pokoknya selesai, beres asal sudah solat, rajin ngaji, pake jilbab, yg lainnya jadi gak penting. > > Itulah mungkin makanya temen saya yg non islam dan lagi blajar2 tentang islam sering penuh > dengan tanya, melit, cerewet. > Apakah dengan berjilbab itu kita masih boleh melakukan semua hal? > Padahal saya dah ngajarin :-) bahwa namanya ibadah dalam agama apapun itu juga memerlukan pengorbanan. > Besar atau kecil. > Umpamanya saya bilang kalo sudah berjilbab usahakan jangan merokok di depan umum, di kafe. > Ini menyangkut etika bukan masalah iman. > > Lagian juga masa sih soal iman kok dipake ukuran, ada kadarnya, > Standarnya juga yg dipakai dari mana? > [iman itu kan nggak kelihatan, cuma DIA yg tau] > > Salam :-) > l.meilany > [katakanuntuktidakmerokoklagiselamanya] > > > - Original Message ----- > From: Ida Syafyan > To: wanita-muslimah@yahoogroups.com > Sent: Monday, June 25, 2007 2:31 PM > Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia?? > > > > Betul sekali pak, memang itulah maksud saya, kemarin > berhubung saya nge-net sambil nyuapin 2 balita di > rumah jadi gak bisa panjang2 nulisnya :). > > Semua berbalik ke diri masing-masing tentang pemahaman > hukum Islam, Seberapa jauh kita berusaha > menjalankannya, sedemikianlah kadar iman kita. Dan ini > hanya untuk menilai diri kita. > > (sempat baca juga emailnya salah satu ibu di milis > ini)==> soal orang berjilbab trus pacaran di taman2, > di kebon, di hutan sekalipun. Itu mah gak usah > dibahas, gak penting,
Re: [wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia??
Jangan salah pengertian Mia, buat saya berjilbab adalah memang hijrah untuk menjadi lebih baik. Baiknya versi saya. Mungkin tidak bagi orang lain, mereka punya versi baiknya sendiri. Intinya baik itu kan kita selalu berpikiran positif jangan penuh syak wasangka Ada kok yg berjilbab lantaran rambutnya ubanan cepat, tapi pelit untuk toning [ ini pikiran jelek] Kan menurut saya ini juga baik untuk dirinya, lebih ngirit, duit untuk toning di sedekahkan. [ ini pikiran baik] Hanya si pelakunya sajalah yg lebih tahu apa alasan ia berjilabab, membuka jilbabnya, atau ogah berjilbab. Jika ada yg mencopot jilbabnya, ya mungkin ia sadar bahwa pake jilbab ternyata bikin penyakit. Mia masih ingat ketika kita piknik ke Pesawahan Ciamis, ada seorang perempuan dari komunitas petani pasundan yg rambutnya sangat2 pendek, nyaris gundul, lebih pendek dari potongan crewcut nya tentara. Saya tanya, ia bilang rambutnya dipotong pendek, tidak ditutupi karena dalam proses penyembuhan. Karena memakai jilbab, kepalanya jadi borokan, lantas kata dokter kulit ia alergi, nggak bisa kepala dibekap gitu seharian. Nanti kalo sudah sembuh ia tidak pake jilbab mungkin pake selendang yg bisa sesekali di buka. Model Yenny Wahid. Ini kan juga perbaikan, ia tahu bahwa ternyata ia alergi, ia akan lebih baik memperlakukan kulit kepalanya :-) Salam penuh kebaikan :-) l.meilany - Original Message - From: Mia To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Wednesday, July 04, 2007 10:05 AM Subject: [wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia?? Maksut mba Mei, buat sebagian perempuan berjilbab itu adalah sebagai pengukuhan niat untuk menjadi lebih baik dalam beribadah, berkarya, berelasi, dsb. Peningkatan, gitu kan mba? Itu makes sense sekali. Buat sebagian perempuan, mencopot jilbabnya ternyata suatu permulaan baru juga, apapun itu..yang pasti pengukuhan niat untuk menjadi lebih baik juga dong.. EHtolong dong sharing di sini...:-) salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "L.Meilany" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Saya rasanya kok tersindir :-) > Bagi saya memandang perempuan berjilbab adalah penuh dengan hal yg positif. > Jadi kalo ada ungkapan dari Ida, bahwa jika ada yg berjilbab melakukan hal2 yg tidak sepatutnya bagi > jilbabers itu gak penting, kok naif sekali :-( > > Yg pertama dilihat dari seseorang adalah apa yg kelihatan [ yg ia pakai, yg ia ucapakan, yg ia lakukan] > Berjilbab lantas melakukan hal yg tidak sepantasnya dilakukan oleh orang berjilbab, kok dianggap gak penting? > Jadi jilbab itu cuma sekedar cara berpakaian, modekah? > > Menjalankan [ibadah] Islam selalu saya anggap sebagai 'hijrah' - berusaha menuju ke hal yg lebih baik. > Bukan cuma tempelan, sekedar atribut untuk memberi kesan. > Jangan pokoknya selesai, beres asal sudah solat, rajin ngaji, pake jilbab, yg lainnya jadi gak penting. > > Itulah mungkin makanya temen saya yg non islam dan lagi blajar2 tentang islam sering penuh > dengan tanya, melit, cerewet. > Apakah dengan berjilbab itu kita masih boleh melakukan semua hal? > Padahal saya dah ngajarin :-) bahwa namanya ibadah dalam agama apapun itu juga memerlukan pengorbanan. > Besar atau kecil. > Umpamanya saya bilang kalo sudah berjilbab usahakan jangan merokok di depan umum, di kafe. > Ini menyangkut etika bukan masalah iman. > > Lagian juga masa sih soal iman kok dipake ukuran, ada kadarnya, > Standarnya juga yg dipakai dari mana? > [iman itu kan nggak kelihatan, cuma DIA yg tau] > > Salam :-) > l.meilany > [katakanuntuktidakmerokoklagiselamanya] > > > - Original Message - > From: Ida Syafyan > To: wanita-muslimah@yahoogroups.com > Sent: Monday, June 25, 2007 2:31 PM > Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia?? > > > > Betul sekali pak, memang itulah maksud saya, kemarin > berhubung saya nge-net sambil nyuapin 2 balita di > rumah jadi gak bisa panjang2 nulisnya :). > > Semua berbalik ke diri masing-masing tentang pemahaman > hukum Islam, Seberapa jauh kita berusaha > menjalankannya, sedemikianlah kadar iman kita. Dan ini > hanya untuk menilai diri kita. > > (sempat baca juga emailnya salah satu ibu di milis > ini)==> soal orang berjilbab trus pacaran di taman2, > di kebon, di hutan sekalipun. Itu mah gak usah > dibahas, gak penting, dan jangan menyalahkan jilbabnya > karena memang kadar iman seseorang berbeda. > > Orang yang rajin sholat, ngaji, mondar mandir naik > haji tapi korupsi, ya jangan salahin sholat dan ibadah > yg dia lakukan, mungkin dia melakukan ibadah2 tersebut > dengan hati yang Riya/sombong, ujung2nya jadi gak > berkah. > > Mau
Re: [wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia??
Itu opini saya tentang komentar untuk mbak Herni, bukan komentar saya untuk mbak Herni itu sendiri.. Bingung deh.. gitu aja kok bingung.. jadi dua kali bingung.. Orang belanda di Aceh... kape deeehhh... :D Donnie Pada tanggal 04/07/07, jano ko <[EMAIL PROTECTED]> menulis: > > ADA BERITA = > "Karena belum pernah liat mbak Herni dengan atau tanpa jilbab jadi ya gak > perlu kasih komentar. Tapi kalaupun sudah pernah ya.. kayaknya gak perlu > juga kasih komentar. :D" > > - > > Janoko bingunnn : > > Ada yang bisa memberi informasi kepada janoko engga ya ?, berita diatas > tersebut termasuk komentar bukan ya ? > > Salim, salam, salaman. > > --oo0oo-- > > donnie ahmad <[EMAIL PROTECTED] > wrote: > Karena belum pernah liat mbak Herni dengan atau tanpa jilbab jadi ya gak > perlu kasih komentar. Tapi kalaupun sudah pernah ya.. kayaknya gak perlu > juga kasih komentar. :D > > Donnie > > == > > Pada tanggal 04/07/07, Herni Sri Nurbayanti <[EMAIL > PROTECTED]> > menulis: > > > > Emang harus pengumuman sana-sini ya? Kayanya gak deh :-) > > Tapi kalau ditanya, ya jawab :-) as simple as that. > > > > Sholat masih spt biasa, mbak. > > Coba liat pembahasan soal mukena ini dithread2 WM. > > Tapi apa iya, inti sholat di mukena? > > Kalau pembahasannya mau diarahkan ke menutup 'aurat', > > thread mengenai ini sudah banyak. Bisa diliat di arsip. > > > > Manusia kan sering gagap bahkan takut dng perubahan, meski yg berubah > > itu orang lain :-) Mungkin buat orang ini degradasi moral, tapi buat > > saya sih memperkaya pemahaman saya ttg banyak hal. Dari segi emosi > > juga jadi lebih tenang, pikiran jadi lebih jernih. Sayang, muka masih > > belum kinclong, hehehe. Gak cocok ma iklim jakarta kali ye, jerawatan > > lagi deh :-) Insya Allah sih positif ya. Sudah saya bilang, pengalaman > > tiap orang dari kita dalam berinteraksi dng Tuhan beda2. Motivasi kita > > mendekati-Nya pun beda-beda. > > > > Buat mas satriyo, emang pertanyaannya sangat personal. Kalau saya > > jelaskan pun, pasti anda gak mengerti :-) Menunggu momentum yg tepat > > utk buka maksudnya, dng pikiran yg matang... keputusan spt ini kan > > bukan tanpa proses berpikir dan merenung yg panjang, serta konsultasi > > dng "Yang Diatas". > > > > Kalau mas satriyo dan mbak lina belum mengerti dan menerima juga, ya > > tidak apa2. Emang gak semua orang bisa mengerti :-) Yg penting kita > > bisa hidup berdampingan secara harmonis. Gak tau kalau dari mas dan > > mbaknya, kalau saya nya sih insya Allah begitu niatnya. Tentram di > > hati, tentram di bumi. Hayah... > > > > salam, > > H > > > > --- In > > wanita-muslimah@yahoogroups.com, > > "Lina Dahlan" <[EMAIL PROTECTED]> > > wrote: > > > > Ya ampuun, kok pake nunggu disentil lewat japri dulu? Niat amat yang > > ngejapri...?? Kok sampe nunggu momentum yang tepat? > > > > Tapi kalo sholat sendiri di kamar masih milih pake tutup kepala gak, > > mbak? Kan momentnya sudah tepat? Pan orang katanya kudu konsisten... > > > > Tapi, betul lho segala perubahan baru membawa semangat baru, pada > > awalnya. > > > > wassalam, > > > > > > > > [Non-text portions of this message have been removed] > > > > > > Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com > > [Non-text portions of this message have been removed] > > > [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia??
Ah jadi mau.. eh malu... Sudah saya bela-belain susul ke Belanda malah mbak Herninya kabur ke Indonesia kayaknya memang belum berjodoh loh.. [untuk ketemu] Donnie = Pada tanggal 05/07/07, Mia <[EMAIL PROTECTED]> menulis: > > jadi kesimpulannnya pak Donnie pingin ketemu mba herni kn:-)) > loh dulu jadi kopdaran di Belanda nggak? > > salam > Mia > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com , > "donnie ahmad" > <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > Karena belum pernah liat mbak Herni dengan atau tanpa jilbab jadi ya > gak > > perlu kasih komentar. Tapi kalaupun sudah pernah ya.. kayaknya gak > perlu > > juga kasih komentar. :D > > > > Donnie > > > > == > > > [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia??
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Herni Sri Nurbayanti" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Mbak mia dan mbak2 lainnya, > >> Maaf sekali lagi kalau mengecewakan. Mbak Herni yang pemberani, Ini hidup Anda, jadi, menurut saya, Anda tak perlu minta maaf pada siapa pun atas keputusan yang Anda telah ambil. Saya dan siapa pun juga tidak punya hak secuil pun untuk mempertanyakan keislaman Anda (apalagi semata melalui cara busana Anda) karena yang berhak menilai hanya Allah semata. salam, rita
[wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia??
Sekedar meramaikan soal jilbab, berikut berita dari Antara, tgl 1 Juli 2007, tentang artis Arab yang ingin tanggalkan jilbabnya. SULIT DAPAT PERAN, AKTRIS ARAB INGIN TANGGALKAN JILBAB Sana'a, 1/7 (ANTARA) - Sejak memutuskan menggunakan jilbab sejak sekitar lima tahun lalu, seorang aktris muda Arab sulit mendapatkan peran, bahkan terkesan dijauhi kalangan sutradara dan produser. Abier Sobri, aktris berwajah manis itu, sejak menggunakan jilbab pada 2002, hanya mendapatkan satu peran lewat sinetron bertajuk "As`ab Al-qarar" (Keputusan Tersulit). Padahal sebelumnya, aktris muda asal Mesir itu termasuk dalam daftar papan atas yang laris diperebutkan sutradara terkemuka Arab. Sesuai dengan judul sinetron terakhir yang dimainkan sejak menggunakan busana Muslimah itu, Abier saat ini menghadapi "keputusan tersulit" untuk menanggalkan lagi jilbabnya. "Jilbab memang penghalang bagi saya di dunia peran. Saya dijauhi oleh kalangan seniman karena menganggap jilbab sebagai kendala saya bermain maksimal di dunia peran," ujarnya dalam wawancara khusus dengan majalah wanita "Laha" edisi minggu terakhir Juni 2007. Menurut aktris muda Arab itu, sebagian pendapat dari kalangan aktris yang tidak menggunakan jilbab ada benarnya bila busana muslimah itu menjadi kendala di dunia peran. "Terbukti saat ini saya menghadapi dilema. Sebab saya tidak bisa memaksanakan jilbab kepada orang lain, sehingga saya merasa kosong selama beberapa tahun belakangan ini," ujarnya. "Saya menghadapi krisis kejiwaan sehingga terbetik dalam hati untuk menanggalkan kembali hijab agar bisa bekerja kembali sesuai bakat sebab umur saya masih muda," katanya lagi. Abier bercerai dari suaminya setelah dua tahun menggunakan jilbab. Saat ini ia hidup sendirian menjanda di rumahnya, karena pernikahan belum menghasilkan anak. Meskipun saat ini ia terlibat dalam salah satu paket siaran di sebuah TV hiburan Arab, Rotana, namun ia merasakan bahwa sisa waktu yang lowong masih terlalu panjang dibandingkan saat sebelum menggunakan jilbab. "Saya belum bisa mengeluarkan keputusan tegas. Menanggalkan jilbab tidak mudah dan kekosongan dalam hidup ini saya anggap kerugian besar, " papar aktris muda Arab itu bingung. Sebagian publik Arab memberikan dorongan moril agar si bintang muda itu tetap pada pendirian untuk tidak menanggalkan jilbabnya. Sebab banyak juga aktris berjilbab lainnya yang tetap aktif di dunia peran tanpa kendala. (T.SNA001/MST/T010) (T.IR02/B/T010/T010) 01-07-2007 12:10:53 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Herni Sri Nurbayanti" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Mbak mia dan mbak2 lainnya, > > Emang gak jodoh ma mas donnie :-) Padahal udah aku iming2i sayur lodeh > dan ikan asin kalo dulu mampir ke Belanda lh :-). Ternyata gak > manjur. Mungkin maunya pepes ikan manado :P. > > Buat mbak Linda dan mbak Lina, kemarin cuma sekedar sharing aja. > WM selama ini memang selalu memberi different perspective. > - > Tiap pilihan, punya resiko dan konsekuensi masing2. Dan ini udah saya > pikirkan dan perhitungkan sejak lama. Momentum cuma masalah kesiapan > kita aja dlm menanggung semua resiko dan konsekuensi itu. Kayanya ini > berlaku dlm aspek hidup yg lain deh :-) Contoh sederhana aja, nikah > itu soal momentum... pas udah siap, pas udah ada calonnya, > pas..pas..pas.. pas ada momentumnya :-) > > Maaf sekali lagi kalau mengecewakan. > > > salam, > H > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Mia" wrote: > > jadi kesimpulannnya pak Donnie pingin ketemu mba herni kn:- )) > loh dulu jadi kopdaran di Belanda nggak? > > salam > Mia >
[wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia??
Mbak mia dan mbak2 lainnya, Emang gak jodoh ma mas donnie :-) Padahal udah aku iming2i sayur lodeh dan ikan asin kalo dulu mampir ke Belanda lh :-). Ternyata gak manjur. Mungkin maunya pepes ikan manado :P. Buat mbak Linda dan mbak Lina, kemarin cuma sekedar sharing aja. WM selama ini memang selalu memberi different perspective. Mungkin ada juga pengalaman lainnya, kali ada yg mau sharing jg. Dan kebetulan lagi pas aja waktu utk nulisnya, soalnya sabtu ini saya harus keliling2 sampe entah kapan. Kalau dibilang bangga or apa, gak tau juga ya, mungkin juga kali.. Entahlah, otak saya terlalu simple. Gak mikir sampe situ :P. Buat saya, hidup saya masih spt dulu cuma lebih tenang, jernih dan fokus. Mbak Mia mungkin jadi orang yg tepat utk mengkonfirmasi ini, hehe.. krn dia tau saya dari dulu. Gaya bahasa kayanya gak berubah. Dari dulu emang penuh semangat (kalo di tulisan :P). Lain sama gaya bahasanya mbak Ai yg lemah lembut (I wish I were adorable and sweet like her, but I can't :P) Masih gak demen ikutan pengajian 'biasa', soale selain gak setuju dng metode ngajinya, paling isinya ngegebet or ngegosip aje :P. But I do love books though am a slow reader :P. Kata temen saya, bahaya kalo 'ngaji' gak pake guru. Saya bilang, use your brain, man :P. Masih demen makan kadang2, demen olahraga, jerawatan, sok-sok diet tapi gak kurus2, hehehe.. yg beda cuma lebih ok-an dikit dilihat dari hasil kerjaan (kata bos gue :P) dan lebih gak 'autis' (karena dulu saya kalo kerja gak bisa diganggu dan gak peduli dng sekitar, hehe). Alhamdulillah. Dari pengalaman saya, jilbab itu memang menutup aurat. Tapi bukan lantas, tidak 'diganggu' oleh para laki2. Ini salah kaprah! Jilbab, ternyata juga menjadi daya tarik laki2. Beneran deh. Baik laki2 muslim maupun non-muslim. I said so, because I know so :) Jilbab, which supposed to be my 'comfort zone', my sanctuary, ternyata justru jadi penarik orang utk 'usil'. Padahal bener deh, jilbab saya dulu bukan jilbab dangdut or apalah. Konfirmasi aja sama member sini kalo gak percaya. Plus, gue boro2 cantik pake jilbab. Wong sering dibilang, I look like a mom with two kids kalo pake jilbab. Haaa... Tapi jilbab dng segala "cap" dan stereotype dibelakangnya, adalah penarik juga. Ironis bukan? Sesuatu yg seharusnya menutup aurat, dng argumentasi agar tidak menimbulkan nafsu lawan jenis, malah jadi penarik. Cobalah berjilbab, apalagi kalau anda lebih manis (ehem...) kalo berjilbab. Gak perlu deh pake jilbab gaul. Gak cakep aja, banyak juga lh, cowo2 yg matanya langsung nakal (meski agak ditahan dikt :P) hanya karena melihat cewe berjilbab. Banyak juga laki2 yg memilih perempuan karena 'kesholehannya'.. dari jilbab. Ada juga pendeta atau laki2 non-muslim (dan non-indonesia juga) yg tertarik dng cewe berjilbab. Jangan marah dulu, bisa aja mereka sekedar ingin tau.. Nge-jajal kali ya? :P. Untung gue gak centil. It takes two to do the tango, right? :P Apa karena gak centil itu kali ya? hehe gak tau deh. Satu masalah saya dng jilbab adalah ia begitu terlihat. Bentuk ibadah lain bisa disembunyikan, kecuali jilbab. Karena dia dng cueknya nangkring di kepala kita, dibawa terus 24 jam. Gimana coba menutupi jilbab? Jadi kalau dicap nakal or apalah, silakan aje. Buat saya itu lebih baik daripada disangka malaikat, orang suci atau apalah. Saya gak tahan dng cap sholeh yg dilekatkan pada jilbab, yg seringkali jadi menghilangkan identitas si individu pemakainya. Lagian, emang saya bandel, kali :). People can say whatever and insya Allah gak sakit hati :) Daripada sakit hati lebih baik sakit gigi, hihihi. Pikiran yg agak selfish, emang.. tapi orang bervariasi kok. Buat sebagian orang, saya ini bejat (kali aje berpikir gitu...), tapi ironisnya temen2 saya suka marahin, ni, stop being so nice and so naive! Lha, mana yg harus didenger coba? :P. At the end of the day, segalanya memang proses. Semuanya bagian dari kita. Saya gak bilang keputusan saya dulu pake jilbab adalah keputusan yg salah. Pemahaman orang berkembang. Dan tiap keputusan, tiap pengalaman, tiap pemikiran, berpengaruh terhadap perkembangan pemahaman ini. Bagian dari perkembangan kita sbg individu. People are growing and transforming.. everyday :) Buat saya, saya lebih nyaman begini. Lebih tenang. Buka jilbab = membuka aurat? Jadi bikin napsu orang? Ah, trust me, as a woman, am not attractive at all. Kemarin saya berseloroh, kayanya buka jilbab justru jadi "sepi pasaran" nih, hehehe. Jadi mbak, dari segi ini harusnya nih, saya lebih 'untung' kalo berjilbab. Karena setidaknya, ada yg bisa 'dijual' utk menarik perhatian. Jilbabnya. Kasarnya, kalo ga menarik, setidaknya kan "sholeh", hehehe. Kan ada 4 hal yg bikin perempuan menarik (katanya): kecantikan, kekayaan, keturunan dan kesholehan. Jadi, buka jilbab membuat saya terlempar dari daftar karena gak punya keempat2nya :). Tapi buat saya, itu justru lebih baik! :) Tiap pilihan, punya resiko dan konsekuensi masing2. Dan ini udah saya pikirkan dan perhitungkan sejak lama. Mome
[wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia??
Tks mba Linda, iya saya paham. Cuman secara halus ngingetin tentang 'persoalan wanita' itu seperti toning rambut, gitu loooh...:- ), kan masih relevan dengan topik WM..:-) Dan sambil sounding kopdaran bicycling:-), kalo mo kopdaran biasanya kita umumin ke WM kok.. Biking itu selain anti polusi, juga anti khalwat.. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "linda" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Mbak2 klo mo ngobrol japri dong (jalur pribadi)milis ini kan byk yg baca. > - Original Message - > From: Mia > To: wanita-muslimah@yahoogroups.com > Sent: Wednesday, July 04, 2007 2:50 PM > Subject: [wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia?? > > > lha iya dong, dari jilbab turun ke rambut masak ke lutt... > > iya, toningnya warna natural aja dong. ada kolega di kantor dulu, di > toning rambutnya warna pirang. bossnya merasa aneh ngliat dia, > besoknya disuruh ganti balik warna asli...rugi kan...:-( > > kangen kopdaran ke bandung lagi ni...Next time kopdaran enaknya di > kolam renang...asal jangan ada siapa tuh namanya dulu...Bisa juga > kita kopdaran sambil bikin grup biking, kan kita mo ikut bike for > love eh for work taun depann > > salam > Mia
[wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia??
jadi kesimpulannnya pak Donnie pingin ketemu mba herni kn:-)) loh dulu jadi kopdaran di Belanda nggak? salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "donnie ahmad" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Karena belum pernah liat mbak Herni dengan atau tanpa jilbab jadi ya gak > perlu kasih komentar. Tapi kalaupun sudah pernah ya.. kayaknya gak perlu > juga kasih komentar. :D > > Donnie > > ==
Re: [wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia??
Mbak2 klo mo ngobrol japri dong (jalur pribadi)milis ini kan byk yg baca. - Original Message - From: Mia To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Wednesday, July 04, 2007 2:50 PM Subject: [wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia?? lha iya dong, dari jilbab turun ke rambut masak ke lutt... iya, toningnya warna natural aja dong. ada kolega di kantor dulu, di toning rambutnya warna pirang. bossnya merasa aneh ngliat dia, besoknya disuruh ganti balik warna asli...rugi kan...:-( kangen kopdaran ke bandung lagi ni...Next time kopdaran enaknya di kolam renang...asal jangan ada siapa tuh namanya dulu...Bisa juga kita kopdaran sambil bikin grup biking, kan kita mo ikut bike for love eh for work taun depann salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Herni Sri Nurbayanti" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Heraaan.. dari buka jilbab kok ke toning :-) > > Iya nih, lagi eksperimen. Soalnya warna rambutku itu gak jelas. > Coklat bukan, item bukan. Sering disangka dicat. Sebel juga sih. > Tak toning item aje. Pake heina, katanya alami. Dan murah! :) > Diwanti2, mbak.. kalo pake heina nanti susah lho kalo mo ganti warna. > Saya bilang, saya mah simple.. gak mau ganti2 warna :-) > Item aja. Natural. Gak mau ikut2an trend warna coklat, blue black lah > atau apalah itu, hehehe. > > Alhamdulillah rambut gak ubanan. > Temen2ku masih muda kok ya ubanan. > Stress kebanyakan mikir kali ye. > > WM kapan mo kopdar lagi? Ato mo creambath bareng? hehehe... > Enak kan tuh, dipijit-pijit.. ah. > Olahraga bareng juga ok. Alhamdulillah berenangku dah cepet skrg. > Cuma kalo utk balapan, belum cukup cepat. Kapan2 pengen ditiming juga. > Skrg tiap wiken, kalo gak keluar kota, ngajarin temen2ku gaya katak. > > > salam, > H -- No virus found in this incoming message. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.5.476 / Virus Database: 269.9.14/885 - Release Date: 7/3/2007 10:02 AM [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia??
Astagfirullahgmn sih ini, buka jilbab koq bangga! Bu...tau gak sih, hijab itu memelihara kesucian diri dan hukumnya wajib bagi seorang muslimah! Kasihan yah orangtua sudah mendidik anaknya baik2 sedemikian rupa eh dah gedenya punya prinsip sendiri(urusan agama),memang sih itu urusan anda,tp saya ingatkan jangan bangga deh dengan lepas jilbabnya. - Original Message - From: Herni Sri Nurbayanti To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Wednesday, July 04, 2007 1:57 PM Subject: [wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia?? Mbak Mia dan Mbak Mei, Saya sampai 'disentil' oleh mbak Mia lewat japri, khusus utk merespon ini. Maaf lama gak muncul, biasalah... sok sibuk :P. Iya, sepulang dari Belanda saya buka jilbab. Belum semua teman tahu ini, termasuk sebagian teman2 di Belanda dulu dan di milis ini. Keluarga dan teman dekat saya tau. Alhamdulillah gak ada masalah. Ibu paling bertanya kenapa, pertanyaan standar aja.. beliau menghargai keputusan saya. Sebenarnya niatannya sudah lama, cuma menunggu momentum yg tepat. Personally, I think life is about momentum and turning points, untuk berubah. And this is one of them (for me). Ini memang keputusan pribadi. Tapi kita hidup dlm masyarakat yg suka, let's say, usil :P. Kalo kata temen, orang pasti mengiranya saya ini termakan "budaya barat". Kalo toh demikian, biar saja "Belanda" dan "budaya barat" dijadikan kambing hitam, jadi gak perlu memberikan penjelasan lagi, hehehe.. Soalnya, jujur aja, I avoid having a serious discussion about this :-) Ini karena disentil ma mpok Mia aje. Reaksi yg diterima sudah bisa diperkirakan. Sebagian menghujat, sebagian respect terhadap keputusan saya, sebagian malah mendukung. Sebagian bilang, you look better without it, sebagian bilang, anjriiittt! bener lo buka jilbab? Gue marah banget!. You look better with it, trust me!! (reaksi emosional, with lots of question marks and tanda pentungan). Saya jawab dng sederhana, to all of them, this is not about how I look :-) Dan benar kata mbak Mia, membuka jilbab, buat saya, justru membuat saya menjadi lebih baik dlm beribadah, berkarya, berelasi, peningkatan pribadi deh pokoknya, dll. Insya Allah. Saya jadi lebih jernih, lebih fokus, lebih tenang :-) Jadi orang (muslim) yg "biasa-biasa" saja, tanpa memakai "simbol2" (Islam) tertentu, ternyata membuat hidup ini menjadi lebih tenang. Kalau ada yg menghujat, saya cuma bilang, maaf bila keputusan saya ini mengecewakan anda. Tapi tolong hargai keputusan saya. Kalau ada yg menganggap saya ini 'cewe nakal tidak bermoral' (krn buat sebagian orang, membuka jilbab dipandang sbg degradasi moral), emang moral itu apa? Mari kita samakan persepsi dulu :-) Kalau gak mau terima juga, ya udah mo gimana lagi? Cara menangani kritik yg terbaik adlh, diliat aja, mana yg relevan, mana yg tidak. Buat saya, constructive comments are always welcomed, asal make sense :-) Dari pengalaman saya (belum tentu sama dng pengalaman orang lain), kondisi saya sekarang lebih menenangkan, terutama di tengah2 masyarakat modern sekarang yg berjamaah salah kaprah mereduksi Tuhan, nilai2 agama, dsb dalam simbolisme dan ritualisme semata. Sepakat sama mbak Mei, iman itu urusan Tuhan. Cuma Dia yg tahu. Manusia memang sebaiknya tidak "ikut campur" dlm mengontrol hubungan vertikal ini. Jangan salah tangkap, ceramah, siraman agama, konsultasi pribadi, dll dlm meningkatkan kualitas hubungan vertikal menurut saya masih perlu, cuma mungkin metodenya aja yg perlu dikritisi (menurut saya). Yg bisa dikontrol (oleh negara dan masyarakat) adalah hubungan horisontal, perilaku manusianya itu sendiri dlm hubungannya dng sesama manusia, hewan, tumbuhan, makhluk hidup lain dan lingkungan. Reaksi yg kedua, orang suka bertanya2 kalo liat saya sholat, dipikirnya saya udah gak sholat lagi :P. Kalo disangkain pengikutnya JIL sih udah biasa. Kayanya itu konsekuensi ikutan milis WM :) Keliru besar! Tanya aja sama yg anggota JIL beneran. Ah, namanya juga manusia. People are just people. Things are what things are. Lha, sholat kan buat diri sendiri... Do bad or good thing? What is a good or bad anyway? These are contested terms. I think we should be aware that we live in a post-post-post (sic!) modernism world, where everything are contested (and sometimes re-constructed) :P. Sebaiknya orang jangan diskriminatif. Kayanya semua orang harus berbuat baik deh, terlepas dari berjilbab apa gak, hehehe. Dan bukankah, mental merasa paling suci shg tanpa sadar kita jadi sombong karena amalan kita, lebih berbahaya dari mental mereka2 yg menyadari bahwa masih banyak dlm dirinya yg masih perlu diperbaiki? Reaksi yg ketiga, dipikirnya saya benci jilbab dan menghalangi orang utk berjilbab. Gak juga tuh :-) Wkt saya berjilbab dulu, saya bukan jenis mb
Re: [wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia??
Mia : Ayo temen2 WM, apalagi yang hobbi bike...ato yang blum beli sepeda...kita bikin grup sepeda, taun depan ikutan rally bike for work yah.. -- Janiki Tanya nich, yang muslimah wajib berjilbab engga ?, lalu yang muslim wajib bawa sarung engga ? Salam --oo0oo-- Mia <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Brastagi Medan? Lha, bukannya dinginnn... Ayo temen2 WM, apalagi yang hobbi bike...ato yang blum beli sepeda...kita bikin grup sepeda, taun depan ikutan rally bike for work yah.. yang murah berapa yahh..sepeda gunung diatas satu juta, mba herni. dua jutaan udah bagus banget. O,ya..mba Her, kalo ke Aceh kumpulin temen2 bikers yah..mo ngomongin acara nih. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Herni Sri Nurbayanti" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Atur aja, bos. Mo berenang, biking, rujakan, makan-makan2, ngupi2, I'm > in deh pokoknya :-) Maren ke berastagi, di daerah pegunungan berenang > pagi2 pas gak ada orang, hehehe... di atas kolamnya ada kabut gitu. > Seru juga. Herannya, kok gak kedinginan ya? Climate change? :-( > > Iya nih, beli sepeda lucu juga kayanya. > Sepeda yg murah meriah bagus dimana ya belinya? hehehe > Berapa kira2 harganya biar bisa nyiapin duitnya. > Biar kalo kemana2 yg deket gak usah naik bajaj or ojek. > > > salam, > H > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Mia" wrote: > > lha iya dong, dari jilbab turun ke rambut masak ke lutt... > > iya, toningnya warna natural aja dong. ada kolega di kantor dulu, di > toning rambutnya warna pirang. bossnya merasa aneh ngliat dia, > besoknya disuruh ganti balik warna asli...rugi kan...:-( > > kangen kopdaran ke bandung lagi ni...Next time kopdaran enaknya di > kolam renang...asal jangan ada siapa tuh namanya dulu...Bisa juga > kita kopdaran sambil bikin grup biking, kan kita mo ikut bike for > love eh for work taun depann > > salam > Mia > Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia??
ADA BERITA = "Karena belum pernah liat mbak Herni dengan atau tanpa jilbab jadi ya gak perlu kasih komentar. Tapi kalaupun sudah pernah ya.. kayaknya gak perlu juga kasih komentar. :D" - Janoko bingunnn : Ada yang bisa memberi informasi kepada janoko engga ya ?, berita diatas tersebut termasuk komentar bukan ya ? Salim, salam, salaman. --oo0oo-- donnie ahmad <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Karena belum pernah liat mbak Herni dengan atau tanpa jilbab jadi ya gak perlu kasih komentar. Tapi kalaupun sudah pernah ya.. kayaknya gak perlu juga kasih komentar. :D Donnie == Pada tanggal 04/07/07, Herni Sri Nurbayanti <[EMAIL PROTECTED]> menulis: > > Emang harus pengumuman sana-sini ya? Kayanya gak deh :-) > Tapi kalau ditanya, ya jawab :-) as simple as that. > > Sholat masih spt biasa, mbak. > Coba liat pembahasan soal mukena ini dithread2 WM. > Tapi apa iya, inti sholat di mukena? > Kalau pembahasannya mau diarahkan ke menutup 'aurat', > thread mengenai ini sudah banyak. Bisa diliat di arsip. > > Manusia kan sering gagap bahkan takut dng perubahan, meski yg berubah > itu orang lain :-) Mungkin buat orang ini degradasi moral, tapi buat > saya sih memperkaya pemahaman saya ttg banyak hal. Dari segi emosi > juga jadi lebih tenang, pikiran jadi lebih jernih. Sayang, muka masih > belum kinclong, hehehe. Gak cocok ma iklim jakarta kali ye, jerawatan > lagi deh :-) Insya Allah sih positif ya. Sudah saya bilang, pengalaman > tiap orang dari kita dalam berinteraksi dng Tuhan beda2. Motivasi kita > mendekati-Nya pun beda-beda. > > Buat mas satriyo, emang pertanyaannya sangat personal. Kalau saya > jelaskan pun, pasti anda gak mengerti :-) Menunggu momentum yg tepat > utk buka maksudnya, dng pikiran yg matang... keputusan spt ini kan > bukan tanpa proses berpikir dan merenung yg panjang, serta konsultasi > dng "Yang Diatas". > > Kalau mas satriyo dan mbak lina belum mengerti dan menerima juga, ya > tidak apa2. Emang gak semua orang bisa mengerti :-) Yg penting kita > bisa hidup berdampingan secara harmonis. Gak tau kalau dari mas dan > mbaknya, kalau saya nya sih insya Allah begitu niatnya. Tentram di > hati, tentram di bumi. Hayah... > > salam, > H > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com , > "Lina Dahlan" <[EMAIL PROTECTED]> > wrote: > > Ya ampuun, kok pake nunggu disentil lewat japri dulu? Niat amat yang > ngejapri...?? Kok sampe nunggu momentum yang tepat? > > Tapi kalo sholat sendiri di kamar masih milih pake tutup kepala gak, > mbak? Kan momentnya sudah tepat? Pan orang katanya kudu konsisten... > > Tapi, betul lho segala perubahan baru membawa semangat baru, pada > awalnya. > > wassalam, > > > [Non-text portions of this message have been removed] Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia??
Karena belum pernah liat mbak Herni dengan atau tanpa jilbab jadi ya gak perlu kasih komentar. Tapi kalaupun sudah pernah ya.. kayaknya gak perlu juga kasih komentar. :D Donnie == Pada tanggal 04/07/07, Herni Sri Nurbayanti <[EMAIL PROTECTED]> menulis: > > Emang harus pengumuman sana-sini ya? Kayanya gak deh :-) > Tapi kalau ditanya, ya jawab :-) as simple as that. > > Sholat masih spt biasa, mbak. > Coba liat pembahasan soal mukena ini dithread2 WM. > Tapi apa iya, inti sholat di mukena? > Kalau pembahasannya mau diarahkan ke menutup 'aurat', > thread mengenai ini sudah banyak. Bisa diliat di arsip. > > Manusia kan sering gagap bahkan takut dng perubahan, meski yg berubah > itu orang lain :-) Mungkin buat orang ini degradasi moral, tapi buat > saya sih memperkaya pemahaman saya ttg banyak hal. Dari segi emosi > juga jadi lebih tenang, pikiran jadi lebih jernih. Sayang, muka masih > belum kinclong, hehehe. Gak cocok ma iklim jakarta kali ye, jerawatan > lagi deh :-) Insya Allah sih positif ya. Sudah saya bilang, pengalaman > tiap orang dari kita dalam berinteraksi dng Tuhan beda2. Motivasi kita > mendekati-Nya pun beda-beda. > > Buat mas satriyo, emang pertanyaannya sangat personal. Kalau saya > jelaskan pun, pasti anda gak mengerti :-) Menunggu momentum yg tepat > utk buka maksudnya, dng pikiran yg matang... keputusan spt ini kan > bukan tanpa proses berpikir dan merenung yg panjang, serta konsultasi > dng "Yang Diatas". > > Kalau mas satriyo dan mbak lina belum mengerti dan menerima juga, ya > tidak apa2. Emang gak semua orang bisa mengerti :-) Yg penting kita > bisa hidup berdampingan secara harmonis. Gak tau kalau dari mas dan > mbaknya, kalau saya nya sih insya Allah begitu niatnya. Tentram di > hati, tentram di bumi. Hayah... > > salam, > H > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com , > "Lina Dahlan" <[EMAIL PROTECTED]> > wrote: > > Ya ampuun, kok pake nunggu disentil lewat japri dulu? Niat amat yang > ngejapri...?? Kok sampe nunggu momentum yang tepat? > > Tapi kalo sholat sendiri di kamar masih milih pake tutup kepala gak, > mbak? Kan momentnya sudah tepat? Pan orang katanya kudu konsisten... > > Tapi, betul lho segala perubahan baru membawa semangat baru, pada > awalnya. > > wassalam, > > > [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia??
Emang harus pengumuman sana-sini ya? Kayanya gak deh :-) Tapi kalau ditanya, ya jawab :-) as simple as that. Sholat masih spt biasa, mbak. Coba liat pembahasan soal mukena ini dithread2 WM. Tapi apa iya, inti sholat di mukena? Kalau pembahasannya mau diarahkan ke menutup 'aurat', thread mengenai ini sudah banyak. Bisa diliat di arsip. Manusia kan sering gagap bahkan takut dng perubahan, meski yg berubah itu orang lain :-) Mungkin buat orang ini degradasi moral, tapi buat saya sih memperkaya pemahaman saya ttg banyak hal. Dari segi emosi juga jadi lebih tenang, pikiran jadi lebih jernih. Sayang, muka masih belum kinclong, hehehe. Gak cocok ma iklim jakarta kali ye, jerawatan lagi deh :-) Insya Allah sih positif ya. Sudah saya bilang, pengalaman tiap orang dari kita dalam berinteraksi dng Tuhan beda2. Motivasi kita mendekati-Nya pun beda-beda. Buat mas satriyo, emang pertanyaannya sangat personal. Kalau saya jelaskan pun, pasti anda gak mengerti :-) Menunggu momentum yg tepat utk buka maksudnya, dng pikiran yg matang... keputusan spt ini kan bukan tanpa proses berpikir dan merenung yg panjang, serta konsultasi dng "Yang Diatas". Kalau mas satriyo dan mbak lina belum mengerti dan menerima juga, ya tidak apa2. Emang gak semua orang bisa mengerti :-) Yg penting kita bisa hidup berdampingan secara harmonis. Gak tau kalau dari mas dan mbaknya, kalau saya nya sih insya Allah begitu niatnya. Tentram di hati, tentram di bumi. Hayah... salam, H --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Lina Dahlan" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Ya ampuun, kok pake nunggu disentil lewat japri dulu? Niat amat yang ngejapri...?? Kok sampe nunggu momentum yang tepat? Tapi kalo sholat sendiri di kamar masih milih pake tutup kepala gak, mbak? Kan momentnya sudah tepat? Pan orang katanya kudu konsisten... Tapi, betul lho segala perubahan baru membawa semangat baru, pada awalnya. wassalam,
Re: [wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia??
Ada berita : Iya, sepulang dari Belanda saya buka jilbab. Belum semua teman tahu > ini, termasuk sebagian teman2 di Belanda dulu dan di milis ini. > Keluarga dan teman dekat saya tau. Alhamdulillah gak ada masalah. Ibu > paling bertanya kenapa, pertanyaan standar aja.. beliau menghargai > keputusan saya. -- Janoko, Terimakasih informasinya, saya ada rencana mau menyekolahkan anak saya keluar Negeri, lebih baik saya tidak menyekolahkan anak saya ke Belanda, lebih baik saya sekolahkan anak saya ke Jerman atau ke Amerika. Semoga anak-anak saya nanti berhasil dalam belajar ilmu dunia dan akherat. Sore aja --oo0oo-- Mia <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Thanks banget sharingnya mba Herni! It's just wonderful as it is. Buatku, bukan apa2, soale terakhir aku jemput kamu, hampir kelewatan...wong aku cariin orang yang berjilbab:-)) gimane siii... gimana toningnya? aku seumur hidup blum pernah di toning rambutku, eh..kemarin ditoning harganya kok lumayan mahal yah...aku nggak tanya dulu sii..tapi puas juga sih...tapi ubanku yang tersayang kok jadi ilang..:-( salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Herni Sri Nurbayanti" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Mbak Mia dan Mbak Mei, > > Saya sampai 'disentil' oleh mbak Mia lewat japri, khusus utk merespon > ini. Maaf lama gak muncul, biasalah... sok sibuk :P. > > Iya, sepulang dari Belanda saya buka jilbab. Belum semua teman tahu > ini, termasuk sebagian teman2 di Belanda dulu dan di milis ini. > Keluarga dan teman dekat saya tau. Alhamdulillah gak ada masalah. Ibu > paling bertanya kenapa, pertanyaan standar aja.. beliau menghargai > keputusan saya. Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia??
Mia : Suatu hari belum lama ini saya praktekin di pesawat, karena emang nggak bawa mukena ke kabin. - Janoko : Hanya penasirin aja, apakah mia bermaksud mengatakan bahwa kalau lagi keluar kota / bepergian / travelling tidak perlu membawa mukena ?, mukenanya disimpan dimana mia ? :) Salam --oo0oo-- Mia <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Iya yah, sejujurnya dulu saya nggak pernah ngebayangin solat nggak pake mukena. Tapi sudah beberapa kali mba Lina membicarakan ide ini, kalo nggak salah sudah didiskusikan dg mba Chae dan mba Lina dengan cukup cerdas, tapi waktu itu nggak sempet ngikutin diskusi. Suatu hari belum lama ini saya praktekin di pesawat, karena emang nggak bawa mukena ke kabin. Biasa saja rasanya, mungkin karena momentnya tepatlagian di pesawat jaman sekarang orang pada alm...:-) salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Lina Dahlan" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Ya ampuun, kok pake nunggu disentil lewat japri dulu? Niat amat yang > ngejapri...?? Kok sampe nunggu momentum yang tepat? > > Tapi kalo sholat sendiri di kamar masih milih pake tutup kepala gak, > mbak? Kan momentnya sudah tepat ? Pan orang katanya kudu konsisten... > > Tapi, betul lho segala perubahan baru membawa semangat baru, pada > awalnya. > > wassalam, Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia??
Iya yah, sejujurnya dulu saya nggak pernah ngebayangin solat nggak pake mukena. Tapi sudah beberapa kali mba Lina membicarakan ide ini, kalo nggak salah sudah didiskusikan dg mba Chae dan mba Lina dengan cukup cerdas, tapi waktu itu nggak sempet ngikutin diskusi. Suatu hari belum lama ini saya praktekin di pesawat, karena emang nggak bawa mukena ke kabin. Biasa saja rasanya, mungkin karena momentnya tepatlagian di pesawat jaman sekarang orang pada alm...:-) salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Lina Dahlan" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Ya ampuun, kok pake nunggu disentil lewat japri dulu? Niat amat yang > ngejapri...?? Kok sampe nunggu momentum yang tepat? > > Tapi kalo sholat sendiri di kamar masih milih pake tutup kepala gak, > mbak? Kan momentnya sudah tepat ? Pan orang katanya kudu konsisten... > > Tapi, betul lho segala perubahan baru membawa semangat baru, pada > awalnya. > > wassalam,
[wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia??
Ya ampuun, kok pake nunggu disentil lewat japri dulu? Niat amat yang ngejapri...?? Kok sampe nunggu momentum yang tepat? Tapi kalo sholat sendiri di kamar masih milih pake tutup kepala gak, mbak? Kan momentnya sudah tepat ? Pan orang katanya kudu konsisten... Tapi, betul lho segala perubahan baru membawa semangat baru, pada awalnya. wassalam, --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Herni Sri Nurbayanti" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Mbak Mia dan Mbak Mei, > > Saya sampai 'disentil' oleh mbak Mia lewat japri, khusus utk merespon> ini. Maaf lama gak muncul, biasalah... sok sibuk :P. > > Iya, sepulang dari Belanda saya buka jilbab. Belum semua teman tahu > ini, termasuk sebagian teman2 di Belanda dulu dan di milis ini. > Keluarga dan teman dekat saya tau. Alhamdulillah gak ada masalah. Ibu > paling bertanya kenapa, pertanyaan standar aja.. beliau menghargai > keputusan saya. > > Sebenarnya niatannya sudah lama, cuma menunggu momentum yg tepat. > Personally, I think life is about momentum and turning points, untuk > berubah. And this is one of them (for me). Ini memang keputusan > pribadi. Tapi kita hidup dlm masyarakat yg suka, let's say, usil :P. > Kalo kata temen, orang pasti mengiranya saya ini termakan "budaya > barat". Kalo toh demikian, biar saja "Belanda" dan "budaya barat" > dijadikan kambing hitam, jadi gak perlu memberikan penjelasan lagi, > hehehe.. Soalnya, jujur aja, I avoid having a serious discussion about > this :-) Ini karena disentil ma mpok Mia aje. > > Reaksi yg diterima sudah bisa diperkirakan. Sebagian menghujat, > sebagian respect terhadap keputusan saya, sebagian malah mendukung. > Sebagian bilang, you look better without it, sebagian bilang, > anjriiittt! bener lo buka jilbab? Gue marah banget!. You look > better with it, trust me!! (reaksi emosional, with lots of > question marks and tanda pentungan). Saya jawab dng sederhana, to all > of them, this is not about how I look :-) > > Dan benar kata mbak Mia, membuka jilbab, buat saya, justru membuat > saya menjadi lebih baik dlm beribadah, berkarya, berelasi, peningkatan > pribadi deh pokoknya, dll. Insya Allah. Saya jadi lebih jernih, lebih > fokus, lebih tenang :-) Jadi orang (muslim) yg "biasa-biasa" saja, > tanpa memakai "simbol2" (Islam) tertentu, ternyata membuat hidup ini > menjadi lebih tenang. Kalau ada yg menghujat, saya cuma bilang, maaf > bila keputusan saya ini mengecewakan anda. Tapi tolong hargai > keputusan saya. > > Kalau ada yg menganggap saya ini 'cewe nakal tidak bermoral' (krn buat > sebagian orang, membuka jilbab dipandang sbg degradasi moral), emang > moral itu apa? Mari kita samakan persepsi dulu :-) Kalau gak mau > terima juga, ya udah mo gimana lagi? Cara menangani kritik yg terbaik > adlh, diliat aja, mana yg relevan, mana yg tidak. Buat saya, > constructive comments are always welcomed, asal make sense :-) > > Dari pengalaman saya (belum tentu sama dng pengalaman orang lain), > kondisi saya sekarang lebih menenangkan, terutama di tengah2 > masyarakat modern sekarang yg berjamaah salah kaprah mereduksi Tuhan, > nilai2 agama, dsb dalam simbolisme dan ritualisme semata. Sepakat sama > mbak Mei, iman itu urusan Tuhan. Cuma Dia yg tahu. Manusia memang > sebaiknya tidak "ikut campur" dlm mengontrol hubungan vertikal ini. > Jangan salah tangkap, ceramah, siraman agama, konsultasi pribadi, dll > dlm meningkatkan kualitas hubungan vertikal menurut saya masih perlu, > cuma mungkin metodenya aja yg perlu dikritisi (menurut saya). Yg bisa > dikontrol (oleh negara dan masyarakat) adalah hubungan horisontal, > perilaku manusianya itu sendiri dlm hubungannya dng sesama manusia, > hewan, tumbuhan, makhluk hidup lain dan lingkungan. > > Reaksi yg kedua, orang suka bertanya2 kalo liat saya sholat, > dipikirnya saya udah gak sholat lagi :P. Kalo disangkain pengikutnya > JIL sih udah biasa. Kayanya itu konsekuensi ikutan milis WM :) Keliru > besar! Tanya aja sama yg anggota JIL beneran. Ah, namanya juga > manusia. People are just people. Things are what things are. Lha, > sholat kan buat diri sendiri... > > Do bad or good thing? What is a good or bad anyway? These are > contested terms. I think we should be aware that we live in a > post-post-post (sic!) modernism world, where everything are contested > (and sometimes re-constructed) :P. Sebaiknya orang jangan > diskriminatif. Kayanya semua orang harus berbuat baik deh, terlepas > dari berjilbab apa gak, hehehe. Dan bukankah, mental merasa paling > suci shg tanpa sadar kita jadi sombong karena amalan kita, lebih > berbahaya dari mental mereka2 yg menyadari bahwa masih banyak dlm > dirinya yg masih perlu diperbaiki? > > Reaksi yg ketiga, dipikirnya saya benci jilbab dan menghalangi orang > utk berjilbab. Gak juga tuh :-) Wkt saya berjilbab dulu, saya bukan > jenis mbak-mbak berjilbab yg hobi menyuruh cewe2 yg belum berjilbab > agar berjilbab :-) Buat saya, memakai jilbab itu pilihan pribadi. Ya > silakan aja kalau mau
[wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia??
Brastagi Medan? Lha, bukannya dinginnn... Ayo temen2 WM, apalagi yang hobbi bike...ato yang blum beli sepeda...kita bikin grup sepeda, taun depan ikutan rally bike for work yah.. yang murah berapa yahh..sepeda gunung diatas satu juta, mba herni. dua jutaan udah bagus banget. O,ya..mba Her, kalo ke Aceh kumpulin temen2 bikers yah..mo ngomongin acara nih. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Herni Sri Nurbayanti" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Atur aja, bos. Mo berenang, biking, rujakan, makan-makan2, ngupi2, I'm > in deh pokoknya :-) Maren ke berastagi, di daerah pegunungan berenang > pagi2 pas gak ada orang, hehehe... di atas kolamnya ada kabut gitu. > Seru juga. Herannya, kok gak kedinginan ya? Climate change? :-( > > Iya nih, beli sepeda lucu juga kayanya. > Sepeda yg murah meriah bagus dimana ya belinya? hehehe > Berapa kira2 harganya biar bisa nyiapin duitnya. > Biar kalo kemana2 yg deket gak usah naik bajaj or ojek. > > > salam, > H > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Mia" wrote: > > lha iya dong, dari jilbab turun ke rambut masak ke lutt... > > iya, toningnya warna natural aja dong. ada kolega di kantor dulu, di > toning rambutnya warna pirang. bossnya merasa aneh ngliat dia, > besoknya disuruh ganti balik warna asli...rugi kan...:-( > > kangen kopdaran ke bandung lagi ni...Next time kopdaran enaknya di > kolam renang...asal jangan ada siapa tuh namanya dulu...Bisa juga > kita kopdaran sambil bikin grup biking, kan kita mo ikut bike for > love eh for work taun depann > > salam > Mia >
[wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia??
Atur aja, bos. Mo berenang, biking, rujakan, makan-makan2, ngupi2, I'm in deh pokoknya :-) Maren ke berastagi, di daerah pegunungan berenang pagi2 pas gak ada orang, hehehe... di atas kolamnya ada kabut gitu. Seru juga. Herannya, kok gak kedinginan ya? Climate change? :-( Iya nih, beli sepeda lucu juga kayanya. Sepeda yg murah meriah bagus dimana ya belinya? hehehe Berapa kira2 harganya biar bisa nyiapin duitnya. Biar kalo kemana2 yg deket gak usah naik bajaj or ojek. salam, H --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Mia" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: lha iya dong, dari jilbab turun ke rambut masak ke lutt... iya, toningnya warna natural aja dong. ada kolega di kantor dulu, di toning rambutnya warna pirang. bossnya merasa aneh ngliat dia, besoknya disuruh ganti balik warna asli...rugi kan...:-( kangen kopdaran ke bandung lagi ni...Next time kopdaran enaknya di kolam renang...asal jangan ada siapa tuh namanya dulu...Bisa juga kita kopdaran sambil bikin grup biking, kan kita mo ikut bike for love eh for work taun depann salam Mia
[wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia??
lha iya dong, dari jilbab turun ke rambut masak ke lutt... iya, toningnya warna natural aja dong. ada kolega di kantor dulu, di toning rambutnya warna pirang. bossnya merasa aneh ngliat dia, besoknya disuruh ganti balik warna asli...rugi kan...:-( kangen kopdaran ke bandung lagi ni...Next time kopdaran enaknya di kolam renang...asal jangan ada siapa tuh namanya dulu...Bisa juga kita kopdaran sambil bikin grup biking, kan kita mo ikut bike for love eh for work taun depann salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Herni Sri Nurbayanti" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Heraaan.. dari buka jilbab kok ke toning :-) > > Iya nih, lagi eksperimen. Soalnya warna rambutku itu gak jelas. > Coklat bukan, item bukan. Sering disangka dicat. Sebel juga sih. > Tak toning item aje. Pake heina, katanya alami. Dan murah! :) > Diwanti2, mbak.. kalo pake heina nanti susah lho kalo mo ganti warna. > Saya bilang, saya mah simple.. gak mau ganti2 warna :-) > Item aja. Natural. Gak mau ikut2an trend warna coklat, blue black lah > atau apalah itu, hehehe. > > Alhamdulillah rambut gak ubanan. > Temen2ku masih muda kok ya ubanan. > Stress kebanyakan mikir kali ye. > > WM kapan mo kopdar lagi? Ato mo creambath bareng? hehehe... > Enak kan tuh, dipijit-pijit.. ah. > Olahraga bareng juga ok. Alhamdulillah berenangku dah cepet skrg. > Cuma kalo utk balapan, belum cukup cepat. Kapan2 pengen ditiming juga. > Skrg tiap wiken, kalo gak keluar kota, ngajarin temen2ku gaya katak. > > > salam, > H
[wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia??
Heraaan.. dari buka jilbab kok ke toning :-) Iya nih, lagi eksperimen. Soalnya warna rambutku itu gak jelas. Coklat bukan, item bukan. Sering disangka dicat. Sebel juga sih. Tak toning item aje. Pake heina, katanya alami. Dan murah! :) Diwanti2, mbak.. kalo pake heina nanti susah lho kalo mo ganti warna. Saya bilang, saya mah simple.. gak mau ganti2 warna :-) Item aja. Natural. Gak mau ikut2an trend warna coklat, blue black lah atau apalah itu, hehehe. Alhamdulillah rambut gak ubanan. Temen2ku masih muda kok ya ubanan. Stress kebanyakan mikir kali ye. WM kapan mo kopdar lagi? Ato mo creambath bareng? hehehe... Enak kan tuh, dipijit-pijit.. ah. Olahraga bareng juga ok. Alhamdulillah berenangku dah cepet skrg. Cuma kalo utk balapan, belum cukup cepat. Kapan2 pengen ditiming juga. Skrg tiap wiken, kalo gak keluar kota, ngajarin temen2ku gaya katak. salam, H --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Mia" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Thanks banget sharingnya mba Herni! It's just wonderful as it is. > Buatku, bukan apa2, soale terakhir aku jemput kamu, hampir > kelewatan...wong aku cariin orang yang berjilbab:-)) gimane > siii... > gimana toningnya? aku seumur hidup blum pernah di toning rambutku, > eh..kemarin ditoning harganya kok lumayan mahal yah...aku nggak > tanya dulu sii..tapi puas juga sih...tapi ubanku yang tersayang kok > jadi ilang..:-( > > salam > Mia
[wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia??
Thanks banget sharingnya mba Herni! It's just wonderful as it is. Buatku, bukan apa2, soale terakhir aku jemput kamu, hampir kelewatan...wong aku cariin orang yang berjilbab:-)) gimane siii... gimana toningnya? aku seumur hidup blum pernah di toning rambutku, eh..kemarin ditoning harganya kok lumayan mahal yah...aku nggak tanya dulu sii..tapi puas juga sih...tapi ubanku yang tersayang kok jadi ilang..:-( salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Herni Sri Nurbayanti" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Mbak Mia dan Mbak Mei, > > Saya sampai 'disentil' oleh mbak Mia lewat japri, khusus utk merespon > ini. Maaf lama gak muncul, biasalah... sok sibuk :P. > > Iya, sepulang dari Belanda saya buka jilbab. Belum semua teman tahu > ini, termasuk sebagian teman2 di Belanda dulu dan di milis ini. > Keluarga dan teman dekat saya tau. Alhamdulillah gak ada masalah. Ibu > paling bertanya kenapa, pertanyaan standar aja.. beliau menghargai > keputusan saya.
[wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia??
Numpang nimbrung di diskusi ... sharing para ibu. Salam hormat buat ibu Herni. Menarik apa yang ibu sharing di sini. Saya juga percaya, selama itu ibu lakukan dengan kesadaran dan ilmu yang bertanggung jawab, Allah tidak akan 'menutup mata' ... lagian itu memang masalah niat, yang bagian utamanya adalah dimulai dari hubungan ibu dan sang Kekasih. ;-] Perkenankan saya untuk bertanya, dan agak private mungkin buat ibu, yaitu sedikit flashback, apa yang dulu mendorong ibu untuk mengenakan jilbab? terima kasih. salam, satriyo === --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Herni Sri Nurbayanti" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Mbak Mia dan Mbak Mei, > > Saya sampai 'disentil' oleh mbak Mia lewat japri, khusus utk merespon > ini. Maaf lama gak muncul, biasalah... sok sibuk :P. > > Iya, sepulang dari Belanda saya buka jilbab. Belum semua teman tahu > ini, termasuk sebagian teman2 di Belanda dulu dan di milis ini. > Keluarga dan teman dekat saya tau. Alhamdulillah gak ada masalah. Ibu > paling bertanya kenapa, pertanyaan standar aja.. beliau menghargai > keputusan saya. > > Sebenarnya niatannya sudah lama, cuma menunggu momentum yg tepat. > Personally, I think life is about momentum and turning points, untuk > berubah. And this is one of them (for me). Ini memang keputusan > pribadi. Tapi kita hidup dlm masyarakat yg suka, let's say, usil :P. > Kalo kata temen, orang pasti mengiranya saya ini termakan "budaya > barat". Kalo toh demikian, biar saja "Belanda" dan "budaya barat" > dijadikan kambing hitam, jadi gak perlu memberikan penjelasan lagi, > hehehe.. Soalnya, jujur aja, I avoid having a serious discussion about > this :-) Ini karena disentil ma mpok Mia aje. > > Reaksi yg diterima sudah bisa diperkirakan. Sebagian menghujat, > sebagian respect terhadap keputusan saya, sebagian malah mendukung. > Sebagian bilang, you look better without it, sebagian bilang, > anjriiittt! bener lo buka jilbab? Gue marah banget!. You look > better with it, trust me!! (reaksi emosional, with lots of > question marks and tanda pentungan). Saya jawab dng sederhana, to all > of them, this is not about how I look :-) > > Dan benar kata mbak Mia, membuka jilbab, buat saya, justru membuat > saya menjadi lebih baik dlm beribadah, berkarya, berelasi, peningkatan > pribadi deh pokoknya, dll. Insya Allah. Saya jadi lebih jernih, lebih > fokus, lebih tenang :-) Jadi orang (muslim) yg "biasa-biasa" saja, > tanpa memakai "simbol2" (Islam) tertentu, ternyata membuat hidup ini > menjadi lebih tenang. Kalau ada yg menghujat, saya cuma bilang, maaf > bila keputusan saya ini mengecewakan anda. Tapi tolong hargai > keputusan saya. > > Kalau ada yg menganggap saya ini 'cewe nakal tidak bermoral' (krn buat > sebagian orang, membuka jilbab dipandang sbg degradasi moral), emang > moral itu apa? Mari kita samakan persepsi dulu :-) Kalau gak mau > terima juga, ya udah mo gimana lagi? Cara menangani kritik yg terbaik > adlh, diliat aja, mana yg relevan, mana yg tidak. Buat saya, > constructive comments are always welcomed, asal make sense :-) > > Dari pengalaman saya (belum tentu sama dng pengalaman orang lain), > kondisi saya sekarang lebih menenangkan, terutama di tengah2 > masyarakat modern sekarang yg berjamaah salah kaprah mereduksi Tuhan, > nilai2 agama, dsb dalam simbolisme dan ritualisme semata. Sepakat sama > mbak Mei, iman itu urusan Tuhan. Cuma Dia yg tahu. Manusia memang > sebaiknya tidak "ikut campur" dlm mengontrol hubungan vertikal ini. > Jangan salah tangkap, ceramah, siraman agama, konsultasi pribadi, dll > dlm meningkatkan kualitas hubungan vertikal menurut saya masih perlu, > cuma mungkin metodenya aja yg perlu dikritisi (menurut saya). Yg bisa > dikontrol (oleh negara dan masyarakat) adalah hubungan horisontal, > perilaku manusianya itu sendiri dlm hubungannya dng sesama manusia, > hewan, tumbuhan, makhluk hidup lain dan lingkungan. > > Reaksi yg kedua, orang suka bertanya2 kalo liat saya sholat, > dipikirnya saya udah gak sholat lagi :P. Kalo disangkain pengikutnya > JIL sih udah biasa. Kayanya itu konsekuensi ikutan milis WM :) Keliru > besar! Tanya aja sama yg anggota JIL beneran. Ah, namanya juga > manusia. People are just people. Things are what things are. Lha, > sholat kan buat diri sendiri... > > Do bad or good thing? What is a good or bad anyway? These are > contested terms. I think we should be aware that we live in a > post-post-post (sic!) modernism world, where everything are contested > (and sometimes re-constructed) :P. Sebaiknya orang jangan > diskriminatif. Kayanya semua orang harus berbuat baik deh, terlepas > dari berjilbab apa gak, hehehe. Dan bukankah, mental merasa paling > suci shg tanpa sadar kita jadi sombong karena amalan kita, lebih > berbahaya dari mental mereka2 yg menyadari bahwa masih banyak dlm > dirinya yg masih perlu diperbaiki? > > Reaksi yg ketiga, dipikirnya saya benci jilbab dan menghalangi orang > utk berjilbab. Gak juga tuh :-) Wkt saya berjil
[wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia??
Mbak Mia dan Mbak Mei, Saya sampai 'disentil' oleh mbak Mia lewat japri, khusus utk merespon ini. Maaf lama gak muncul, biasalah... sok sibuk :P. Iya, sepulang dari Belanda saya buka jilbab. Belum semua teman tahu ini, termasuk sebagian teman2 di Belanda dulu dan di milis ini. Keluarga dan teman dekat saya tau. Alhamdulillah gak ada masalah. Ibu paling bertanya kenapa, pertanyaan standar aja.. beliau menghargai keputusan saya. Sebenarnya niatannya sudah lama, cuma menunggu momentum yg tepat. Personally, I think life is about momentum and turning points, untuk berubah. And this is one of them (for me). Ini memang keputusan pribadi. Tapi kita hidup dlm masyarakat yg suka, let's say, usil :P. Kalo kata temen, orang pasti mengiranya saya ini termakan "budaya barat". Kalo toh demikian, biar saja "Belanda" dan "budaya barat" dijadikan kambing hitam, jadi gak perlu memberikan penjelasan lagi, hehehe.. Soalnya, jujur aja, I avoid having a serious discussion about this :-) Ini karena disentil ma mpok Mia aje. Reaksi yg diterima sudah bisa diperkirakan. Sebagian menghujat, sebagian respect terhadap keputusan saya, sebagian malah mendukung. Sebagian bilang, you look better without it, sebagian bilang, anjriiittt! bener lo buka jilbab? Gue marah banget!. You look better with it, trust me!! (reaksi emosional, with lots of question marks and tanda pentungan). Saya jawab dng sederhana, to all of them, this is not about how I look :-) Dan benar kata mbak Mia, membuka jilbab, buat saya, justru membuat saya menjadi lebih baik dlm beribadah, berkarya, berelasi, peningkatan pribadi deh pokoknya, dll. Insya Allah. Saya jadi lebih jernih, lebih fokus, lebih tenang :-) Jadi orang (muslim) yg "biasa-biasa" saja, tanpa memakai "simbol2" (Islam) tertentu, ternyata membuat hidup ini menjadi lebih tenang. Kalau ada yg menghujat, saya cuma bilang, maaf bila keputusan saya ini mengecewakan anda. Tapi tolong hargai keputusan saya. Kalau ada yg menganggap saya ini 'cewe nakal tidak bermoral' (krn buat sebagian orang, membuka jilbab dipandang sbg degradasi moral), emang moral itu apa? Mari kita samakan persepsi dulu :-) Kalau gak mau terima juga, ya udah mo gimana lagi? Cara menangani kritik yg terbaik adlh, diliat aja, mana yg relevan, mana yg tidak. Buat saya, constructive comments are always welcomed, asal make sense :-) Dari pengalaman saya (belum tentu sama dng pengalaman orang lain), kondisi saya sekarang lebih menenangkan, terutama di tengah2 masyarakat modern sekarang yg berjamaah salah kaprah mereduksi Tuhan, nilai2 agama, dsb dalam simbolisme dan ritualisme semata. Sepakat sama mbak Mei, iman itu urusan Tuhan. Cuma Dia yg tahu. Manusia memang sebaiknya tidak "ikut campur" dlm mengontrol hubungan vertikal ini. Jangan salah tangkap, ceramah, siraman agama, konsultasi pribadi, dll dlm meningkatkan kualitas hubungan vertikal menurut saya masih perlu, cuma mungkin metodenya aja yg perlu dikritisi (menurut saya). Yg bisa dikontrol (oleh negara dan masyarakat) adalah hubungan horisontal, perilaku manusianya itu sendiri dlm hubungannya dng sesama manusia, hewan, tumbuhan, makhluk hidup lain dan lingkungan. Reaksi yg kedua, orang suka bertanya2 kalo liat saya sholat, dipikirnya saya udah gak sholat lagi :P. Kalo disangkain pengikutnya JIL sih udah biasa. Kayanya itu konsekuensi ikutan milis WM :) Keliru besar! Tanya aja sama yg anggota JIL beneran. Ah, namanya juga manusia. People are just people. Things are what things are. Lha, sholat kan buat diri sendiri... Do bad or good thing? What is a good or bad anyway? These are contested terms. I think we should be aware that we live in a post-post-post (sic!) modernism world, where everything are contested (and sometimes re-constructed) :P. Sebaiknya orang jangan diskriminatif. Kayanya semua orang harus berbuat baik deh, terlepas dari berjilbab apa gak, hehehe. Dan bukankah, mental merasa paling suci shg tanpa sadar kita jadi sombong karena amalan kita, lebih berbahaya dari mental mereka2 yg menyadari bahwa masih banyak dlm dirinya yg masih perlu diperbaiki? Reaksi yg ketiga, dipikirnya saya benci jilbab dan menghalangi orang utk berjilbab. Gak juga tuh :-) Wkt saya berjilbab dulu, saya bukan jenis mbak-mbak berjilbab yg hobi menyuruh cewe2 yg belum berjilbab agar berjilbab :-) Buat saya, memakai jilbab itu pilihan pribadi. Ya silakan aja kalau mau pake. Gak pake juga gpp. Yg penting adalah gimana kita melihat, memposisikan dan memaksimalkan potensi diri kita sbg perempuan. Tapi kalau pemaksaan jilbab lewat instrumen hukum atau negara, ya, saya mengkritisi ini. Dan argumen saya lebih ke arah argumen teori hukum, legislasi dan perubahan sosial, hehehe. Ini bagian dari konsistensi saya. Pan orang katanya kudu konsisten... Gitu dulu sharingnya, ya mpok? salam, H --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Mia" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Maksut mba Mei, buat sebagian perempuan berjilbab itu adalah sebagai pengukuhan niat untuk menjadi lebih baik dalam beribadah, b
[wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia??
Numpang nimbrung ni, sambil nunggu jawaban ibu Ida buat ibu Meilany. Ibu Meilany tak perlu tersindir. Toh ibu tidak mengharamkan jilbab kan? Lain lho mengharamkan jilbab dan belum bisa mengenakan jilbab. Tepatnya, belum mampu menutup aurat dengan sempurna, mau pake jilbab atau apalah namanya ... ;-] Saya lihat yang ingin disampaikan oleh ibu Ida itu adalah bahwa sebagaimana kewajiban muslim lainnya, spt haji, shalat, ngaji dll, maka jilbab juga bukan tolok ukur bahwa pemakainya sudah pasti beriman. Jadi bedakan antara mengerjakan sebuah aturan Allah, dengan sikap ybs thd diri sendiri dan sesama. Untuk hal ini, ada riwayat yang mengabarkan betapa sia-sia ibadah shalat seorang perempuan krn mulutnya sering menyakiti hari tetangganya. Saya kira jelas konteksnya. Hal lain yang muncul di tanggapan ibu Meilany, soal rokok. Segabaimana pacaran itu HARAM, rokok juga HARAM. Jadi tanggung juga kalo ada yang berjilbab, nasihatnya malah, "kalo sudah berjilbab usahakan jangan merokok di depan umum, di kafe.". Wah ini mah bukan menasehati buat iman ybs tapi memang murni etika. Beda lah iman sama etika. Orang beriman pasti tahu etika. Orang yang tahu etika belum tentu beriman. Jadi jelas ini masalah iman, bukan etika. Tepatnya, bagaimana muslim menjalankan perintah Allah, baik pada outer maupun inner self. Penampilan plus perilaku sama-sama klop. Btw, di Madinah dan Makkah, buat kaum pria terutama, sulit juga ya membedakan penampilan muslim dan kafir sec first impression... ;-] salam, satriyo --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "L.Meilany" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Saya rasanya kok tersindir :-) > Bagi saya memandang perempuan berjilbab adalah penuh dengan hal yg positif. > Jadi kalo ada ungkapan dari Ida, bahwa jika ada yg berjilbab melakukan hal2 yg tidak sepatutnya bagi > jilbabers itu gak penting, kok naif sekali :-( > > Yg pertama dilihat dari seseorang adalah apa yg kelihatan [ yg ia pakai, yg ia ucapakan, yg ia lakukan] > Berjilbab lantas melakukan hal yg tidak sepantasnya dilakukan oleh orang berjilbab, kok dianggap gak penting? > Jadi jilbab itu cuma sekedar cara berpakaian, modekah? > > Menjalankan [ibadah] Islam selalu saya anggap sebagai 'hijrah' - berusaha menuju ke hal yg lebih baik. > Bukan cuma tempelan, sekedar atribut untuk memberi kesan. > Jangan pokoknya selesai, beres asal sudah solat, rajin ngaji, pake jilbab, yg lainnya jadi gak penting. > > Itulah mungkin makanya temen saya yg non islam dan lagi blajar2 tentang islam sering penuh > dengan tanya, melit, cerewet. > Apakah dengan berjilbab itu kita masih boleh melakukan semua hal? > Padahal saya dah ngajarin :-) bahwa namanya ibadah dalam agama apapun itu juga memerlukan pengorbanan. > Besar atau kecil. > Umpamanya saya bilang kalo sudah berjilbab usahakan jangan merokok di depan umum, di kafe. > Ini menyangkut etika bukan masalah iman. > > Lagian juga masa sih soal iman kok dipake ukuran, ada kadarnya, > Standarnya juga yg dipakai dari mana? > [iman itu kan nggak kelihatan, cuma DIA yg tau] > > Salam :-) > l.meilany > [katakanuntuktidakmerokoklagiselamanya] > > > - Original Message ----- > From: Ida Syafyan > To: wanita-muslimah@yahoogroups.com > Sent: Monday, June 25, 2007 2:31 PM > Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia?? > > > > Betul sekali pak, memang itulah maksud saya, kemarin > berhubung saya nge-net sambil nyuapin 2 balita di > rumah jadi gak bisa panjang2 nulisnya :). > > Semua berbalik ke diri masing-masing tentang pemahaman > hukum Islam, Seberapa jauh kita berusaha > menjalankannya, sedemikianlah kadar iman kita. Dan ini > hanya untuk menilai diri kita. > > (sempat baca juga emailnya salah satu ibu di milis > ini)==> soal orang berjilbab trus pacaran di taman2, > di kebon, di hutan sekalipun. Itu mah gak usah > dibahas, gak penting, dan jangan menyalahkan jilbabnya > karena memang kadar iman seseorang berbeda. > > Orang yang rajin sholat, ngaji, mondar mandir naik > haji tapi korupsi, ya jangan salahin sholat dan ibadah > yg dia lakukan, mungkin dia melakukan ibadah2 tersebut > dengan hati yang Riya/sombong, ujung2nya jadi gak > berkah. > > Mau complain panjang lebar selebar2nya, kalau hukum > Islam sudah bilang, harus di jalani. Yakini saja bahwa > segala peraturan yg di buat oleh Agama kita itu benar > dan tidak bermaksud merugikan, Insya Allah > menjalaninya lebih damai di hati dan tanpa dirasa > menjadi beban. > > Piii > Ida S > > --- rsa <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > Singkat dan padat ni tanggapan mba Ida. Point yang > > saya tangkap: > > [1] di manapun kita berada, kita tetap harus >
[wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia??
Maksut mba Mei, buat sebagian perempuan berjilbab itu adalah sebagai pengukuhan niat untuk menjadi lebih baik dalam beribadah, berkarya, berelasi, dsb. Peningkatan, gitu kan mba? Itu makes sense sekali. Buat sebagian perempuan, mencopot jilbabnya ternyata suatu permulaan baru juga, apapun itu..yang pasti pengukuhan niat untuk menjadi lebih baik juga dong.. EHtolong dong sharing di sini...:-) salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "L.Meilany" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Saya rasanya kok tersindir :-) > Bagi saya memandang perempuan berjilbab adalah penuh dengan hal yg positif. > Jadi kalo ada ungkapan dari Ida, bahwa jika ada yg berjilbab melakukan hal2 yg tidak sepatutnya bagi > jilbabers itu gak penting, kok naif sekali :-( > > Yg pertama dilihat dari seseorang adalah apa yg kelihatan [ yg ia pakai, yg ia ucapakan, yg ia lakukan] > Berjilbab lantas melakukan hal yg tidak sepantasnya dilakukan oleh orang berjilbab, kok dianggap gak penting? > Jadi jilbab itu cuma sekedar cara berpakaian, modekah? > > Menjalankan [ibadah] Islam selalu saya anggap sebagai 'hijrah' - berusaha menuju ke hal yg lebih baik. > Bukan cuma tempelan, sekedar atribut untuk memberi kesan. > Jangan pokoknya selesai, beres asal sudah solat, rajin ngaji, pake jilbab, yg lainnya jadi gak penting. > > Itulah mungkin makanya temen saya yg non islam dan lagi blajar2 tentang islam sering penuh > dengan tanya, melit, cerewet. > Apakah dengan berjilbab itu kita masih boleh melakukan semua hal? > Padahal saya dah ngajarin :-) bahwa namanya ibadah dalam agama apapun itu juga memerlukan pengorbanan. > Besar atau kecil. > Umpamanya saya bilang kalo sudah berjilbab usahakan jangan merokok di depan umum, di kafe. > Ini menyangkut etika bukan masalah iman. > > Lagian juga masa sih soal iman kok dipake ukuran, ada kadarnya, > Standarnya juga yg dipakai dari mana? > [iman itu kan nggak kelihatan, cuma DIA yg tau] > > Salam :-) > l.meilany > [katakanuntuktidakmerokoklagiselamanya] > > > - Original Message - > From: Ida Syafyan > To: wanita-muslimah@yahoogroups.com > Sent: Monday, June 25, 2007 2:31 PM > Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia?? > > > > Betul sekali pak, memang itulah maksud saya, kemarin > berhubung saya nge-net sambil nyuapin 2 balita di > rumah jadi gak bisa panjang2 nulisnya :). > > Semua berbalik ke diri masing-masing tentang pemahaman > hukum Islam, Seberapa jauh kita berusaha > menjalankannya, sedemikianlah kadar iman kita. Dan ini > hanya untuk menilai diri kita. > > (sempat baca juga emailnya salah satu ibu di milis > ini)==> soal orang berjilbab trus pacaran di taman2, > di kebon, di hutan sekalipun. Itu mah gak usah > dibahas, gak penting, dan jangan menyalahkan jilbabnya > karena memang kadar iman seseorang berbeda. > > Orang yang rajin sholat, ngaji, mondar mandir naik > haji tapi korupsi, ya jangan salahin sholat dan ibadah > yg dia lakukan, mungkin dia melakukan ibadah2 tersebut > dengan hati yang Riya/sombong, ujung2nya jadi gak > berkah. > > Mau complain panjang lebar selebar2nya, kalau hukum > Islam sudah bilang, harus di jalani. Yakini saja bahwa > segala peraturan yg di buat oleh Agama kita itu benar > dan tidak bermaksud merugikan, Insya Allah > menjalaninya lebih damai di hati dan tanpa dirasa > menjadi beban. > > Piii > Ida S >
Re: [wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia??
Saya rasanya kok tersindir :-) Bagi saya memandang perempuan berjilbab adalah penuh dengan hal yg positif. Jadi kalo ada ungkapan dari Ida, bahwa jika ada yg berjilbab melakukan hal2 yg tidak sepatutnya bagi jilbabers itu gak penting, kok naif sekali :-( Yg pertama dilihat dari seseorang adalah apa yg kelihatan [ yg ia pakai, yg ia ucapakan, yg ia lakukan] Berjilbab lantas melakukan hal yg tidak sepantasnya dilakukan oleh orang berjilbab, kok dianggap gak penting? Jadi jilbab itu cuma sekedar cara berpakaian, modekah? Menjalankan [ibadah] Islam selalu saya anggap sebagai 'hijrah' - berusaha menuju ke hal yg lebih baik. Bukan cuma tempelan, sekedar atribut untuk memberi kesan. Jangan pokoknya selesai, beres asal sudah solat, rajin ngaji, pake jilbab, yg lainnya jadi gak penting. Itulah mungkin makanya temen saya yg non islam dan lagi blajar2 tentang islam sering penuh dengan tanya, melit, cerewet. Apakah dengan berjilbab itu kita masih boleh melakukan semua hal? Padahal saya dah ngajarin :-) bahwa namanya ibadah dalam agama apapun itu juga memerlukan pengorbanan. Besar atau kecil. Umpamanya saya bilang kalo sudah berjilbab usahakan jangan merokok di depan umum, di kafe. Ini menyangkut etika bukan masalah iman. Lagian juga masa sih soal iman kok dipake ukuran, ada kadarnya, Standarnya juga yg dipakai dari mana? [iman itu kan nggak kelihatan, cuma DIA yg tau] Salam :-) l.meilany [katakanuntuktidakmerokoklagiselamanya] - Original Message - From: Ida Syafyan To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Monday, June 25, 2007 2:31 PM Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia?? Betul sekali pak, memang itulah maksud saya, kemarin berhubung saya nge-net sambil nyuapin 2 balita di rumah jadi gak bisa panjang2 nulisnya :). Semua berbalik ke diri masing-masing tentang pemahaman hukum Islam, Seberapa jauh kita berusaha menjalankannya, sedemikianlah kadar iman kita. Dan ini hanya untuk menilai diri kita. (sempat baca juga emailnya salah satu ibu di milis ini)==> soal orang berjilbab trus pacaran di taman2, di kebon, di hutan sekalipun. Itu mah gak usah dibahas, gak penting, dan jangan menyalahkan jilbabnya karena memang kadar iman seseorang berbeda. Orang yang rajin sholat, ngaji, mondar mandir naik haji tapi korupsi, ya jangan salahin sholat dan ibadah yg dia lakukan, mungkin dia melakukan ibadah2 tersebut dengan hati yang Riya/sombong, ujung2nya jadi gak berkah. Mau complain panjang lebar selebar2nya, kalau hukum Islam sudah bilang, harus di jalani. Yakini saja bahwa segala peraturan yg di buat oleh Agama kita itu benar dan tidak bermaksud merugikan, Insya Allah menjalaninya lebih damai di hati dan tanpa dirasa menjadi beban. Piii Ida S --- rsa <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Singkat dan padat ni tanggapan mba Ida. Point yang > saya tangkap: > [1] di manapun kita berada, kita tetap harus > mentaati hukum > Islam/Allah, tanpa kecuali. Seberapa jauh kita > berusaha > menjalankannya, sedemikianlah kadar iman kita. Dan > ini hanya untuk > menilai diri kita dan bukan orang lain. Tapi jika > orang lain yang > lalu seolah tampak tidak kukuh imannya ini lalu > mulai propaganda > kepada sesama untuk mengikuti sikapnya, dan > mengumumkan kepada selain > muslim bahwa apa yang ia lakukan itu adalah wajah > Islam yang > sebenarnya, wajib kita ingatkna ybs atau lebih dari > sekadar > mengingatkan sec lisan. > [2] jilbab ... atau lebih tepatnya menutup aurat, > sebagaimana > dicontohkan Rasulullah dan para shahabat, adalah > bagian dari mentaati > hukum Allah/Islam. Dan yang namanya hukum > Allah/Islam itu pasti > bermanfaat buat hamba2Nya. Salah satu manfaat itu > bisa berupa > perlindungan bagi ybs, atau hal positif lain. Tapi > yang perlu diingat > adalah, tidak berarti ketika sebuah hukum dijalankan > lalu tanpa > adanya hal positif yang dirasa itu berarti hukum itu > void atau > menjadi batal. Misalnya, makan daging babi (atau > apapun yang dari > babi) itu Haram. Salah satu hikmahnya adalah karena > dengan tidak > memakan daging babi maka terhindar dari cacing yang > ada dalam daging > babi. Lalu ketika ada proses yang membuat cacing itu > hilang dari > daging babi, tidak berarti daging itu menjadi haram. > Kembali ke jilbab, menutup aurat. Masalah kebaikan > perempuan, yang > juga bisa lebih luas dari rasa perlindungan, spt > masalah terhindarnya > diri dari berbuat maksiat. Ketika pemakai jilbab > masih berbuat > maksiat, tidak menjadikan hukum wajib berjilbab itu > jd batal. > Sebagaimana shalat, yang oleh Allah dinyatakan > sebagai mekanisme > untuk mencegah pelakunya dari berbuat keji dan > mun
Re: [wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia??
Lestarin : Perda Syariah yang "salah kaprah" jelas saya tidak setuju, tapi Perda Syariah yang berkaitan dengan soal acuan membayar zakat dan lain-lainnya, saya tidak ada keberatan. Soal detil perda Syariah, sila Bapak pelajari sendiri ya.;). Saya pernah mengutip beberapa hal di antara-nya di milis ini juga. -- Janoko : Tolong jelaskan maksud salah kaprah itu yang bagaimana ?, dasar mengatakan salah kaprah itu pakai parameter apa ? malem --oo0oo-- lestarin <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Yth. Pak Satriyo/Pak rsa, Sekali lagi, yang kesekian kalinya, saya maafkan Bapak atas ketidaksesuaian tanggapan Bapak. Sekali lagi menghakimi orang lain yang berbeda dengan alasan "Hukum Allah" bisa menebarkan saling permusuhan:) Awalnya, menyindir, kemudian menegur keras, kemudian menghakimi, dan memvonis, kan ini sudah terjadi soal isu Jilbab di Aceh. Tidak memakai jilbab, pertama di tegur, diperingatkan, lalu terakhir ya dihukum cambuk. Soal Depok dan Aceh, di tulisan pertama saya sudah saya sampaikan (silakan re check lagi, biar tidak membuat capek teman diskusi;)). Dan hubungannya lebih jelas juga sudah saya tulis pada diskusi berikutnya (sila di baca lagi Pak;)). Di bawah ini juga masih ada;) Perda Syariah yang "salah kaprah" jelas saya tidak setuju, tapi Perda Syariah yang berkaitan dengan soal acuan membayar zakat dan lain-lainnya, saya tidak ada keberatan. Soal detil perda Syariah, sila Bapak pelajari sendiri ya.;). Saya pernah mengutip beberapa hal di antara-nya di milis ini juga. Bapak, mohon juga jangan SARA-A ya SARA= Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan, A berikutnya = Anatomi. kok tiba-tiba bawa-bawa persoalan berat badan perempuan???:) Wassalam Lestari --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "rsa" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Yang berhormat Ibu Lestari(n), > > Dah ga cape... ? ;-] > > Saya minta maaf kalo gitu krn ternyata ada sedikit ketidaksesuaian > antara apa yang ibu sampaikan dan apa yang saya sampaikan sebagai > tanggapan. > > Soal tidak berjilbab yang asumsinya adalah tidak menutup aurat, itu > bukan hak prerogatif manusia untuk memvonis, sia-sia atau tidak. Al- > Qur'an sudah jelas menunjukkan siapa2 saja hamba Allah yang sia- sia > sholatnya. Tapi apakah memang orang yang sengaja tidak berjilbab > karena tidak mau tahu bahwa itu adalah perintah Allah dan pada saat > yang sama tidak mentaati sebuah aturan yang dibuat berdasarkan > perinta Allah itu bisa dianggap/dikhawatirkan sia-sia shalatnya itu > tetap suatu yang bukan urusan manusia. > > Hanya memang, tidak ada salahnya melihat celetukan pria yang > menanggapi si muslimah yang tidak berjilbab di daerah lingkungan > masjid yang diwajibkan berjilbab itu sebagai teguran saja, bukan > menghakimi atau memvonis. Ya kan? > > Soal Depok, ibu belum menjawab pertanyaan saya yang tertera: "Lalu > apa hubungannya dengan Depok? Memang Aceh ada hubungan dengan Depok?" > yang dari jwb anda sebenarnya bisa tidak Depok yang anda sebut. > Lalu "ngurusin" perempuan berjilbab apa memang "urusan" perda > syariah? Kalo 'ngurusin' perempuan 'gendut' mungkin saja bagian dari > perda lain ... ;-] > > Anda tidak setuju dengan perda Syariah? > > salam, > Satriyo > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "lestarin" > wrote: > > > > Yth. Pak Satriyo/Pak rsa, > > > > Saya malah tidak mengomentari "bunga-bunga" Anda soal Istilah > > Sermabi Mekkah dan lain-lainnya soal Aceh, justru sekali lagi, saya > > menanggapi kalimat Anda yang bilang, di mana bumi dipijak, di situ > > langit di junjung:). Yang seolah-olah menyalahkan perempuan di Aceh > > yang tidak berjilbab:D. Malah ada yang berkata-kata bahwa perempuan > > tidak berjilbab itu sholatnya sia-sia--> ini lho pak poin-nya:), > > bukan ngomongin Acehnya. > > > > Saya memang bukan orang Aceh, tapi saya belajar banyak sejarah > Aceh, > > di mana aslinya perempuan-perempuan Aceh memang tidak berjilbab. > > Dulu kan Anda pernah mempertanyakan bacaan sejarah Saya tentang > > deskripsi pakaian-pakaian perempuan Aceh, yang Anda bilang semuanya > > perempuan Aceh termasuk Cut Nyak Dien berjilbab, dan saya sudah > > panjang lebar sampaikan pula, Cut Nyak Dien bukan berjilbab, namun > > mengenakan kain panjang yang multi fungsi.Kalau Anda tidak mau > > berkomentar karena saya bukan orang asli Aceh, juga tidak apa- apa > > lha wong saya juga tidak minta komentar Anda secara spesifik kok:). > > > > Aceh memang bukan Depok, tapi Depok akan bisa menuju penerapan > Perda > > Syariat ala Aceh, kan sekarang lagi di "godok" di pemerintahan > > Depok. Termasuk "ngurusin" perempuan berjilbab atau tidak:) > > > > Wassalam > > > > Lestari > > Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia??
Katakan saja kita semua sudah mencapai 'masyarakat Islami' artinya yang sudah siap menerima SI, pemahaman kita sudah menyeluruh, ini visualisasinya. Visualisasi utuh penting di sini untuk mengukur niat kita. Lalu, apakah: - hudud/qishas diterapkan, rajam, potong tangan, dll - jilbab diwajibkan oleh Negara, kalo nggak kena sanksi/hukum - pemisahan ruang laki2 dan perempuan. - saya kutip: "memaksa perempuan didampingi ketika Haji, atau sekadar keluar rumah untuk suatu urusan yang jelas." - pantai/sungai ditutup untuk piknik untuk menghindarkan khalwat - waktu azan solat tiap toko harus tutup, kalo nggak digerebeg? - dll Mohon dijelaskan posisinya. Salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "rsa" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Terima kasih Ibu Mia, atas tanggapannya. > > Langsung saja ke pertanyaan ibu di akhir tanggapan ya, > yaitu "bagaimana pendapat bapak tentang bentuk syariah yang seperti > ini? Bukan soal Acehnya per se, tapi bentuk syariah yang seperti ini > kalau dibuat di daerah manapun? Apakah ini bukan bentuk pemaksaan?". > > Ibu sudah menjawabnya, dan saya setuju. Itu memang bentuk pemaksaan. > Dan 'Laa ikraaha fid-Dien' ... tidak ada paksaan dalam > memeluk/menjalankan Islam, karena Islam itu 'untuk orang-orang > berakal, memahami, berpikir, beriman'. > > Jadi pemaksaan yang tidak termasuk apa yang dicontohkan oleh > Rasulullah jelas tidak bisa diterima. Masalahnya tidak > semua 'pemaksaan' itu salah. Buat sementara kita, ancaman Allah agar > kita taat kepadaNYA adalah juga ancaman, tapi tentu beda konteksnya, > karena bersamaan dengan ancaman itu ada imbalan. Jadi balance. > > Dalam menegakkan hukum Allah, selain ritual/ibadah mahdhah juga ada > unsur pemaksaan. Misalnya, memaksa perempuan didampingi ketika Haji, > atau sekadara keluar rumah untuk suatu urusan yang jelas. > > Tapi yang ingin saya garis bawahi di sini adalah, bahwa 'pemaksaan' > itu sebenarnya relatif, baik dari penegak hukum, yang dalam sejarah > pemerintahan Islam dari masa Rasul itu diwujudkan dalam sosok Qadhi > atau Hakim, maupun dari subjek hukum yaitu masyarakat muslim di suatu > wilayah yang menjalankan syariat islam. Bukankah pelaku kejahatan, > atau pelanggar hukum itu dipaksa untuk mengakui kesalahannya? Sekali > lagi ini dalam taraf normal spt ini. > > Nah dalam kontek bahwa ada sebuah wilayah hukum, yang mayoritas > penghuninya adalah muslim, tapi pemahaman mereka atas Islam belum > menyeluruh, maka yang harus dilakukan adalah dakwah yang menyeluruh > dan bukan pemaksaan pelaksanaan hukum yang ibaratnya anak TK dipaksa > mengikuti aturan main level mahasiswa. Ekstremnya, jika baru shalat > yang bisa ditegakkan, ya itu yang dipastikan dilaksanakan. Tapi bukan > berarti menunggu hingga bisa maju ke tahap puasa, zakat, haji, aurat, > waris, nikah, qishash/hudud. Semua itu bisa dijalankan paralel tapi > tentu dalam level yang sesuai dengan kondisi masyarakat. > > Saya membayangkan bahwa ketika strategi para ULAMA termasuk para WALI > SANGA dengan mengislamkan Raja yang sec otomatis akan berefek domino > pada perangkat istana dan masyarakatnya, buat selain Raja tentu itu > bisa dianggap unsur paksaan, setidaknya dari kaca mata kita sekarang > ini. Tapi sec umum, iklim dan suasana feodal ketika itu memungkinkan > bentuk 'paksaan' itu sebagai suatu proses 'wajar' belaka. > > Jadi yang saya ingin tekankan adalah, > [1] proses penegakkan syariah itu tidak bisa dengan cara karbitan, > artifisial, dipaksakan; > [2] proses penegakkan syariah adalah sebuah konsekuensi logis dakwah > bil hal dan lisan yang ihsan dan mauidhah hasanah, tutur kata yang > santun dan teladan yang bijak, QS [16:125] "Serulah (manusia) kepada > jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah > mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih > mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang > lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. " > [cat kaki: Hikmah: ialah perkataan yang tegas dan benar yang dapat > membedakan antara yang hak dengan yang bathil.]; > Dan [3] ketika sudah jelas bahwa hanya segelintir saja elemen > masyarakat muslim yang mbalelo, padahal mayoritas sudah menjalankan > syariat tanpa paksaan (mungkin pada titik ini sudah ada bentuk > pemerintahan islami/muslim), maka buat yang segelintir ini ada > perlakuan khusus, dan ini akan masuk pembahasan lain yang mungkin > saya belum bisa jelaskan mengingat keterbatasan saya. > > salam, > Satriyo > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Mia" wrote: > > > > Terimakasih Pak Satriyo, atas klarifikasinya. > > > > Kebanyakan orang pastilah setuju bahwa sejarah pesisir Aceh sejak > > abad 13 (dari daerah Pasai, Tamiang, sampe pantai Barat Singkil- > > nyaris identik dengan Islam, atau syariat Islam. Tapi agar > > diperhatikan saja bahwa daerah pedalaman Aceh Tengah, Gayo, > Leuser, > > nggak terlalu Aceh-aceh amat, merek
Re: [wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia??
nggak dilarang nanya tho mas? lha wong Nabi aja suka nanya ke shahabat, shahabat gak protes, malah menjawab "Allah dan Rasul yang lebih tahu" ... kalau gak mau njawab juga gak papa kok ... maksud saya nanya supaya clear aja. karena banyak orang ngomongin syariat islam tapi makna dan pemahamannya beda. coba, misalkan saya tanya, apakah Saudi Arabia sudah pake syariat Islam? ada yang bilang udah, buktinya ada hukum qisas, dsb. tapi ada yang bilang, bukan, soale KSA itu Kerajaan yang diwariskan berdasar keturunan, bukan kekhalifahan ala Khalifah Rasyidah. nggih sampun wassalam, -- wikan http://wikan.multiply.com On 6/26/07, rsa <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > panjenengan udah tahu ko pake nanya2 lagi ... buat apa? mau kontes? > kan si sampeyan ini jelas bertanya pada yang lebih tahu ... aneh!
[wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia??
panjenengan udah tahu ko pake nanya2 lagi ... buat apa? mau kontes? kan si sampeyan ini jelas bertanya pada yang lebih tahu ... aneh! salam, satriyo --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Wikan Danar Sunindyo" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > oke, saya ambil dari > > http://en.wikipedia.org/wiki/Sharia > > Shariah (Arabic: شريعة transliteration: Šarī'ah) is the body of > Islamic law. The term means "way" or "path"; it is the legal framework > within which the public and some private aspects of life are regulated > for those living in a legal system based on Muslim principles of > jurisprudence. > > Shariah deals with all aspects of day-to-day life, including politics, > economics, banking, business law, contract law, family, sexuality, > hygiene, and social issues. > > There is not a strictly codified uniform set of laws pertaining to > sharia. It is more like a system of devising laws, based on the Qur'an > (holy book of Islam), hadith (saying of Mohammed), and centuries of > debate, interpretation and precedent. > > Before the 19th century, legal theory was considered the domain of the > traditional legal schools of thought. Most Sunni Muslims follow > Hanafi, Hanbali, Maliki or Shafii, while most Shia Muslims follow > Jaafari (Hallaq 1997, Brown 1996, Aslan 2006). > > Jadi pemahaman saya, syariat Islam itu sesuatu yang dinamis dan tidak monoton. > Dasarnya memang Al Quran dan hadits, tapi tetap tergantung pada tafsir > yang digunakan pula. Mazhab yang berbeda2 juga menunjukkan kedinamisan > syariat dan ketidakmonotonan syariat tersebut. > > sekarang menurut sampeyan sendiri apa sih syariat Islam itu? > > salam, > -- > wikan > http://wikan.multiply.com > > On 6/26/07, rsa <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > > > > > > > > > > > Hmm ... wikan yakin ada lebih dari satu syariat islam? referensinya > > ada? > > > > apa mungkin yang wikan maksud itu fiqh? atau mungkin yang lebih baku > > adalah aliran fiqh, yaitu madzhab? > > > > kangmas chodjim bisa bantu kami? > > > > yang saya tahu syariat kanjeng Rasul itu ya satu, Islam. >
[wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia??
Maksud Pak Ambon ini adalah bahwa SI diformalkan di Aceh semasa Gus Dur, karena waktu itu lagi nego dengan GAM, dimana lobbyist di Jakarta mengira bahwa dengan 'memformalkan SI' di Aceh, GAM akan melunak. Jauh panggang dari api, GAM kemudian hari menyatakan nggak menginginkan SI dan orang2 Aceh juga banyak yang nggak peduli dengan formalisasi SI. Jadi taunya keputusan Gus Dur itu adalah 'PSSS' dalam huruf besar. Sejarah Aceh menunjukkan Syariat Islam yang membudaya, bukan Islam yang diformalkan. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "rsa" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Pendapat anda ini ada dasarnya? Saya kira Ibu Mia yang nyambung > dengan komentar saya daripada anda. > > Gimana Irwan, gak kependekan kan reply saya? > > ;-] > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Sunny" wrote: > > > > Hukum syariah diberlakukan di Aceh bukan karena kehendak penduduk, > tetapi politik pemerintah di Jakarta guna menalukan GAM. > >
Re: [wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia??
oke, saya ambil dari http://en.wikipedia.org/wiki/Sharia Shariah (Arabic: شريعة transliteration: Šarī'ah) is the body of Islamic law. The term means "way" or "path"; it is the legal framework within which the public and some private aspects of life are regulated for those living in a legal system based on Muslim principles of jurisprudence. Shariah deals with all aspects of day-to-day life, including politics, economics, banking, business law, contract law, family, sexuality, hygiene, and social issues. There is not a strictly codified uniform set of laws pertaining to sharia. It is more like a system of devising laws, based on the Qur'an (holy book of Islam), hadith (saying of Mohammed), and centuries of debate, interpretation and precedent. Before the 19th century, legal theory was considered the domain of the traditional legal schools of thought. Most Sunni Muslims follow Hanafi, Hanbali, Maliki or Shafii, while most Shia Muslims follow Jaafari (Hallaq 1997, Brown 1996, Aslan 2006). Jadi pemahaman saya, syariat Islam itu sesuatu yang dinamis dan tidak monoton. Dasarnya memang Al Quran dan hadits, tapi tetap tergantung pada tafsir yang digunakan pula. Mazhab yang berbeda2 juga menunjukkan kedinamisan syariat dan ketidakmonotonan syariat tersebut. sekarang menurut sampeyan sendiri apa sih syariat Islam itu? salam, -- wikan http://wikan.multiply.com On 6/26/07, rsa <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > > > > Hmm ... wikan yakin ada lebih dari satu syariat islam? referensinya > ada? > > apa mungkin yang wikan maksud itu fiqh? atau mungkin yang lebih baku > adalah aliran fiqh, yaitu madzhab? > > kangmas chodjim bisa bantu kami? > > yang saya tahu syariat kanjeng Rasul itu ya satu, Islam.
[wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia??
Hmm ... wikan yakin ada lebih dari satu syariat islam? referensinya ada? apa mungkin yang wikan maksud itu fiqh? atau mungkin yang lebih baku adalah aliran fiqh, yaitu madzhab? kangmas chodjim bisa bantu kami? yang saya tahu syariat kanjeng Rasul itu ya satu, Islam. salam, satriyo --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Wikan Danar Sunindyo" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > mungkin kalau ditanyakan ke orang aceh mereka bakal setuju mengenai > pelaksanaan syariat islam di aceh. tapi pertanyaan berikutnya adalah > syariat islam yang mana atau bagaimana? buat sebagian orang merasa > bahwa syariat islam itu sudah jelas dan cuman satu. tapi kalau mau > memandang dari sejarah 14 abad islam, yang namanya syariat islam itu > dinamis dan tidak monoton, berkembang sesuai dengan jaman dan daerah. > dan ini yang kadang2 ditentang sama orang2 yang beranggapan bahwa > syariat islam itu ya cuman itu2 saja. > > salam, > -- > wikan > http://wikan.multiply.com > > On 6/26/07, Mia <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Terimakasih Pak Satriyo, atas klarifikasinya. > > > > Kebanyakan orang pastilah setuju bahwa sejarah pesisir Aceh sejak > > abad 13 (dari daerah Pasai, Tamiang, sampe pantai Barat Singkil- > > nyaris identik dengan Islam, atau syariat Islam. Tapi agar > > diperhatikan saja bahwa daerah pedalaman Aceh Tengah, Gayo, Leuser, > > nggak terlalu Aceh-aceh amat, mereka lebih mengidentifikasikan > > dirinya ke Sumatra Utara. > > > > Jadi syariat Islam bukan barang baru untuk paling sedikit pesisir > > Aceh. Sejarah Islam di pesisir Aceh kental dengan tarekat sufism, > > keliatan dari tarian2nya yang dinamis, kalo seni kebudayaan Aceh > > Tengah Gayo, lain lagi. > > > > Akhir2 ini saja keliatan 'bentuk syariah' yang baru, misalnya aturan > > berjilbab (inipun bisa2nya polisi syariah saja), menghalangi dan > > menutup akses orang piknik di pantai/sungai, suka ngegerebeg kamar > > hotel (biasanya beraninya sama cewek), pengurus mesjid suka nyusain > > cewek yang ke mesjid, ada-ada saja omelannya, jilbabnya kurang > > islamilah, bajunya kurang panjanglah, cewek duduk-duduk di mesjid > > saja sambil istirahat di interogasi, pernah kita solat di emperan > > mesjid karena diusir- di dalem bukan tempat perempuan katanya, > > dengerin ceramah atau diskusi aja bikin kapok kalo ustaz itu dah > > mulai ngomong ttg perempuan, masak cewek nggak berjilbab disamakan > > dengan anjing, dan qanun yang lagi dibuat untuk hukum potong > > tanganlah... >
[wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia??
Pendapat anda ini ada dasarnya? Saya kira Ibu Mia yang nyambung dengan komentar saya daripada anda. Gimana Irwan, gak kependekan kan reply saya? ;-] --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Sunny" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Hukum syariah diberlakukan di Aceh bukan karena kehendak penduduk, tetapi politik pemerintah di Jakarta guna menalukan GAM. > > - Original Message - > From: rsa > To: wanita-muslimah@yahoogroups.com > Sent: Tuesday, June 26, 2007 4:05 AM > Subject: [wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia?? > > > Saya tidak sepakat perda syariah di daerah yang memang tidak mengenal > dan dilaksanakannya syariat Islam. Buat Aceh yang jelas punya julukan > serambi Makkah, yang untuk merusaknya Kompeni Kaphe Belanda khusus > mendatangkan penasihat spiritual yg juga seorang Islamis (tahu Islam > tapi bukan otomatis muslim) karena kuatnya penegakkan hukum/syariat > Islam, Syariat Islam adalah bukan hal aneh. Jadi jelas kenapa bagi > saya "... Aceh itu, sudah jelas ada atura." > > Silakan kalo lebih percaya bahwa menurut data sekarang ini Aceh tidak > menjalankan syariah, sebagaimana juga di Padang yang makin luntur > saja dan jauh dari adagium 'adat bersanding syara' yang itu tidak > lain justru proses pelunturan syariah dan pelaksanaan ajaran Islam di > daerah2 semisal. Tapi di kedua daerah ini dari yang selama ini saya > tahu, Islam jelas merupakan bagian dari hidup sehari. Lihat pakaian > adat mereka. > > Selebihnya, adalah tanggapan buat Lestari. > > Terima kasih. Mohon maaf jika masih juga tidak jelas dan belum lihat > klarifikasi ini. Toh memang Bu Mi jauh lebih senior maqamnya jadi > sulitlah buat saya menjangkaunya. > > salam, > satriyo > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Mia" wrote: > > > > Terimakasih copy pastenya, Pak Sat. Lalu klarifikasi dari > pertanyaan > > saya dimana? > > > > "Intinya, saya itu setuju dengan perda syariah asal memang tidak > > artificial, dipaksakan. Itu sangat tidak sesuai dengan semangat > > dakwah Rasulullah. > > > > "Saya pribadi tidak setuju dengan cara penerapan syariat yang > > diperdakan... > > > > "...aceh itu, sudah jelas ada aturan, > > > tapi ybs spt nantangin. Kan di mana bumi dipijak, di sana langit > > dijunjung. Karena lain padang lain ilalang.." > > > > Test case: kalau Perda Aceh mewajibkan jilbab, dimana perempuan > akan > > dibawa ke kantor polisi, mungkin dikurung dan dicambuk > > nantiapakah ini syariat Islam yang dipaksakan, atau bukan > bentuk > > pemaksaan? > > > > Lalu minta klarifikasi lagi, dari tulisan Pak Sat sendiri: > > "Anda akan saya tanggapi sec mendalam seandainya anda memang orang > > aceh asli yang bukan model modal darah aceh doang atau mengaku tahu > > Aceh semata karena modal pernah tinggal > > atau sudah beberapa lama tinggal di Aceh! ;-]" > > > > Lalu Pak Sat bicara panjang lebar tentang Aceh, apakah ukuran yang > > di atas aplikabel dengan Bapak juga? > > > > salam > > Mia > > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "rsa" wrote: > > > > > > Ga usah Mia bingung. Bingung ya seolah ucapan saya tidak sinkron, > > > tidak congruent? Coba baca ladi deh. Ada ni yang bisa nangkep > > maksud > > > saya tapi dengan sejumlah catatan. > > > > > > Berikut saya copy paste tanggapan saya buat dia yang bisa Mia > > baca, > > > berikut ini: > > > > > > === quote === > > > Wah ya pantas anda cape, yang secara nanggepin komentar saya > > > semaunya. Santai sajalah. Anda akan saya tanggapi sec mendalam > > > seandainya anda memang orang aceh asli yang bukan model modal > > darah > > > aceh doang atau mengaku tahu Aceh semata karena modal pernah > > tinggal > > > atau sudah beberapa lama tinggal di Aceh! ;-] > > > > > > Saya lebih menghargai macam mas Eros yang bisa menggugah dengan > > karya > > > kolosal dan monumentalnya, Tjut Nja' Dhien itu. Lihat, apakah > > menurut > > > anda Tjut Nja' kejam langsung membunuh begitu saja inang yang 'ia > > > anggap' berkhiatan pada Kompeni, padahal sesaat sebelum ditikam > > > rencong, si inang 'confess' atas kesalahannya itu? Kan itu khas > > cara > > >
Re: [wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia??
mungkin kalau ditanyakan ke orang aceh mereka bakal setuju mengenai pelaksanaan syariat islam di aceh. tapi pertanyaan berikutnya adalah syariat islam yang mana atau bagaimana? buat sebagian orang merasa bahwa syariat islam itu sudah jelas dan cuman satu. tapi kalau mau memandang dari sejarah 14 abad islam, yang namanya syariat islam itu dinamis dan tidak monoton, berkembang sesuai dengan jaman dan daerah. dan ini yang kadang2 ditentang sama orang2 yang beranggapan bahwa syariat islam itu ya cuman itu2 saja. salam, -- wikan http://wikan.multiply.com On 6/26/07, Mia <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Terimakasih Pak Satriyo, atas klarifikasinya. > > Kebanyakan orang pastilah setuju bahwa sejarah pesisir Aceh sejak > abad 13 (dari daerah Pasai, Tamiang, sampe pantai Barat Singkil- > nyaris identik dengan Islam, atau syariat Islam. Tapi agar > diperhatikan saja bahwa daerah pedalaman Aceh Tengah, Gayo, Leuser, > nggak terlalu Aceh-aceh amat, mereka lebih mengidentifikasikan > dirinya ke Sumatra Utara. > > Jadi syariat Islam bukan barang baru untuk paling sedikit pesisir > Aceh. Sejarah Islam di pesisir Aceh kental dengan tarekat sufism, > keliatan dari tarian2nya yang dinamis, kalo seni kebudayaan Aceh > Tengah Gayo, lain lagi. > > Akhir2 ini saja keliatan 'bentuk syariah' yang baru, misalnya aturan > berjilbab (inipun bisa2nya polisi syariah saja), menghalangi dan > menutup akses orang piknik di pantai/sungai, suka ngegerebeg kamar > hotel (biasanya beraninya sama cewek), pengurus mesjid suka nyusain > cewek yang ke mesjid, ada-ada saja omelannya, jilbabnya kurang > islamilah, bajunya kurang panjanglah, cewek duduk-duduk di mesjid > saja sambil istirahat di interogasi, pernah kita solat di emperan > mesjid karena diusir- di dalem bukan tempat perempuan katanya, > dengerin ceramah atau diskusi aja bikin kapok kalo ustaz itu dah > mulai ngomong ttg perempuan, masak cewek nggak berjilbab disamakan > dengan anjing, dan qanun yang lagi dibuat untuk hukum potong > tanganlah...
Re: [wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia??
Hukum syariah diberlakukan di Aceh bukan karena kehendak penduduk, tetapi politik pemerintah di Jakarta guna menalukan GAM. - Original Message - From: rsa To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Tuesday, June 26, 2007 4:05 AM Subject: [wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia?? Saya tidak sepakat perda syariah di daerah yang memang tidak mengenal dan dilaksanakannya syariat Islam. Buat Aceh yang jelas punya julukan serambi Makkah, yang untuk merusaknya Kompeni Kaphe Belanda khusus mendatangkan penasihat spiritual yg juga seorang Islamis (tahu Islam tapi bukan otomatis muslim) karena kuatnya penegakkan hukum/syariat Islam, Syariat Islam adalah bukan hal aneh. Jadi jelas kenapa bagi saya "... Aceh itu, sudah jelas ada atura." Silakan kalo lebih percaya bahwa menurut data sekarang ini Aceh tidak menjalankan syariah, sebagaimana juga di Padang yang makin luntur saja dan jauh dari adagium 'adat bersanding syara' yang itu tidak lain justru proses pelunturan syariah dan pelaksanaan ajaran Islam di daerah2 semisal. Tapi di kedua daerah ini dari yang selama ini saya tahu, Islam jelas merupakan bagian dari hidup sehari. Lihat pakaian adat mereka. Selebihnya, adalah tanggapan buat Lestari. Terima kasih. Mohon maaf jika masih juga tidak jelas dan belum lihat klarifikasi ini. Toh memang Bu Mi jauh lebih senior maqamnya jadi sulitlah buat saya menjangkaunya. salam, satriyo --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Mia" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Terimakasih copy pastenya, Pak Sat. Lalu klarifikasi dari pertanyaan > saya dimana? > > "Intinya, saya itu setuju dengan perda syariah asal memang tidak > artificial, dipaksakan. Itu sangat tidak sesuai dengan semangat > dakwah Rasulullah. > > "Saya pribadi tidak setuju dengan cara penerapan syariat yang > diperdakan... > > "...aceh itu, sudah jelas ada aturan, > > tapi ybs spt nantangin. Kan di mana bumi dipijak, di sana langit > dijunjung. Karena lain padang lain ilalang.." > > Test case: kalau Perda Aceh mewajibkan jilbab, dimana perempuan akan > dibawa ke kantor polisi, mungkin dikurung dan dicambuk > nantiapakah ini syariat Islam yang dipaksakan, atau bukan bentuk > pemaksaan? > > Lalu minta klarifikasi lagi, dari tulisan Pak Sat sendiri: > "Anda akan saya tanggapi sec mendalam seandainya anda memang orang > aceh asli yang bukan model modal darah aceh doang atau mengaku tahu > Aceh semata karena modal pernah tinggal > atau sudah beberapa lama tinggal di Aceh! ;-]" > > Lalu Pak Sat bicara panjang lebar tentang Aceh, apakah ukuran yang > di atas aplikabel dengan Bapak juga? > > salam > Mia > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "rsa" wrote: > > > > Ga usah Mia bingung. Bingung ya seolah ucapan saya tidak sinkron, > > tidak congruent? Coba baca ladi deh. Ada ni yang bisa nangkep > maksud > > saya tapi dengan sejumlah catatan. > > > > Berikut saya copy paste tanggapan saya buat dia yang bisa Mia > baca, > > berikut ini: > > > > === quote === > > Wah ya pantas anda cape, yang secara nanggepin komentar saya > > semaunya. Santai sajalah. Anda akan saya tanggapi sec mendalam > > seandainya anda memang orang aceh asli yang bukan model modal > darah > > aceh doang atau mengaku tahu Aceh semata karena modal pernah > tinggal > > atau sudah beberapa lama tinggal di Aceh! ;-] > > > > Saya lebih menghargai macam mas Eros yang bisa menggugah dengan > karya > > kolosal dan monumentalnya, Tjut Nja' Dhien itu. Lihat, apakah > menurut > > anda Tjut Nja' kejam langsung membunuh begitu saja inang yang 'ia > > anggap' berkhiatan pada Kompeni, padahal sesaat sebelum ditikam > > rencong, si inang 'confess' atas kesalahannya itu? Kan itu khas > cara > > penanganan 'pengkhianat' di masa perang berdasar syariat Islam? > Apa > > tidak jelas bagaimana para perempuan pejuang Aceh menutupi Aurat > > mereka? Saya gak ngajak ribut soal Tjut Nja', tapi anda yang ajak. > > So, ... silakan saja. Tapi saya ingin membedakan antara jilbab dan > > aurat. Yang satu adalah pakaian, yang lain adalah bagian tubuh > yang > > perlu ditutup oleh muslim dan tidak boleh dilihat oleh orang lain, > > selain orang tertentu. > > > > Kembali ke pokok bahasan, mengikuti anjuran pak Chodjim, agar > fokus. > > > > Anda membaca tidak sih totalitas isi komen saya? Kenapa yang >
[wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia??
Terima kasih Ibu Mia, atas tanggapannya. Langsung saja ke pertanyaan ibu di akhir tanggapan ya, yaitu "bagaimana pendapat bapak tentang bentuk syariah yang seperti ini? Bukan soal Acehnya per se, tapi bentuk syariah yang seperti ini kalau dibuat di daerah manapun? Apakah ini bukan bentuk pemaksaan?". Ibu sudah menjawabnya, dan saya setuju. Itu memang bentuk pemaksaan. Dan 'Laa ikraaha fid-Dien' ... tidak ada paksaan dalam memeluk/menjalankan Islam, karena Islam itu 'untuk orang-orang berakal, memahami, berpikir, beriman'. Jadi pemaksaan yang tidak termasuk apa yang dicontohkan oleh Rasulullah jelas tidak bisa diterima. Masalahnya tidak semua 'pemaksaan' itu salah. Buat sementara kita, ancaman Allah agar kita taat kepadaNYA adalah juga ancaman, tapi tentu beda konteksnya, karena bersamaan dengan ancaman itu ada imbalan. Jadi balance. Dalam menegakkan hukum Allah, selain ritual/ibadah mahdhah juga ada unsur pemaksaan. Misalnya, memaksa perempuan didampingi ketika Haji, atau sekadara keluar rumah untuk suatu urusan yang jelas. Tapi yang ingin saya garis bawahi di sini adalah, bahwa 'pemaksaan' itu sebenarnya relatif, baik dari penegak hukum, yang dalam sejarah pemerintahan Islam dari masa Rasul itu diwujudkan dalam sosok Qadhi atau Hakim, maupun dari subjek hukum yaitu masyarakat muslim di suatu wilayah yang menjalankan syariat islam. Bukankah pelaku kejahatan, atau pelanggar hukum itu dipaksa untuk mengakui kesalahannya? Sekali lagi ini dalam taraf normal spt ini. Nah dalam kontek bahwa ada sebuah wilayah hukum, yang mayoritas penghuninya adalah muslim, tapi pemahaman mereka atas Islam belum menyeluruh, maka yang harus dilakukan adalah dakwah yang menyeluruh dan bukan pemaksaan pelaksanaan hukum yang ibaratnya anak TK dipaksa mengikuti aturan main level mahasiswa. Ekstremnya, jika baru shalat yang bisa ditegakkan, ya itu yang dipastikan dilaksanakan. Tapi bukan berarti menunggu hingga bisa maju ke tahap puasa, zakat, haji, aurat, waris, nikah, qishash/hudud. Semua itu bisa dijalankan paralel tapi tentu dalam level yang sesuai dengan kondisi masyarakat. Saya membayangkan bahwa ketika strategi para ULAMA termasuk para WALI SANGA dengan mengislamkan Raja yang sec otomatis akan berefek domino pada perangkat istana dan masyarakatnya, buat selain Raja tentu itu bisa dianggap unsur paksaan, setidaknya dari kaca mata kita sekarang ini. Tapi sec umum, iklim dan suasana feodal ketika itu memungkinkan bentuk 'paksaan' itu sebagai suatu proses 'wajar' belaka. Jadi yang saya ingin tekankan adalah, [1] proses penegakkan syariah itu tidak bisa dengan cara karbitan, artifisial, dipaksakan; [2] proses penegakkan syariah adalah sebuah konsekuensi logis dakwah bil hal dan lisan yang ihsan dan mauidhah hasanah, tutur kata yang santun dan teladan yang bijak, QS [16:125] "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. " [cat kaki: Hikmah: ialah perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.]; Dan [3] ketika sudah jelas bahwa hanya segelintir saja elemen masyarakat muslim yang mbalelo, padahal mayoritas sudah menjalankan syariat tanpa paksaan (mungkin pada titik ini sudah ada bentuk pemerintahan islami/muslim), maka buat yang segelintir ini ada perlakuan khusus, dan ini akan masuk pembahasan lain yang mungkin saya belum bisa jelaskan mengingat keterbatasan saya. salam, Satriyo --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Mia" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Terimakasih Pak Satriyo, atas klarifikasinya. > > Kebanyakan orang pastilah setuju bahwa sejarah pesisir Aceh sejak > abad 13 (dari daerah Pasai, Tamiang, sampe pantai Barat Singkil- > nyaris identik dengan Islam, atau syariat Islam. Tapi agar > diperhatikan saja bahwa daerah pedalaman Aceh Tengah, Gayo, Leuser, > nggak terlalu Aceh-aceh amat, mereka lebih mengidentifikasikan > dirinya ke Sumatra Utara. > > Jadi syariat Islam bukan barang baru untuk paling sedikit pesisir > Aceh. Sejarah Islam di pesisir Aceh kental dengan tarekat sufism, > keliatan dari tarian2nya yang dinamis, kalo seni kebudayaan Aceh > Tengah Gayo, lain lagi. > > Akhir2 ini saja keliatan 'bentuk syariah' yang baru, misalnya aturan > berjilbab (inipun bisa2nya polisi syariah saja), menghalangi dan > menutup akses orang piknik di pantai/sungai, suka ngegerebeg kamar > hotel (biasanya beraninya sama cewek), pengurus mesjid suka nyusain > cewek yang ke mesjid, ada-ada saja omelannya, jilbabnya kurang > islamilah, bajunya kurang panjanglah, cewek duduk-duduk di mesjid > saja sambil istirahat di interogasi, pernah kita solat di emperan > mesjid karena diusir- di dalem bukan tempat perempuan katanya, > dengerin ceramah atau diskusi aja bikin kapok kalo ustaz itu da
[wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia??
Terimakasih Pak Satriyo, atas klarifikasinya. Kebanyakan orang pastilah setuju bahwa sejarah pesisir Aceh sejak abad 13 (dari daerah Pasai, Tamiang, sampe pantai Barat Singkil- nyaris identik dengan Islam, atau syariat Islam. Tapi agar diperhatikan saja bahwa daerah pedalaman Aceh Tengah, Gayo, Leuser, nggak terlalu Aceh-aceh amat, mereka lebih mengidentifikasikan dirinya ke Sumatra Utara. Jadi syariat Islam bukan barang baru untuk paling sedikit pesisir Aceh. Sejarah Islam di pesisir Aceh kental dengan tarekat sufism, keliatan dari tarian2nya yang dinamis, kalo seni kebudayaan Aceh Tengah Gayo, lain lagi. Akhir2 ini saja keliatan 'bentuk syariah' yang baru, misalnya aturan berjilbab (inipun bisa2nya polisi syariah saja), menghalangi dan menutup akses orang piknik di pantai/sungai, suka ngegerebeg kamar hotel (biasanya beraninya sama cewek), pengurus mesjid suka nyusain cewek yang ke mesjid, ada-ada saja omelannya, jilbabnya kurang islamilah, bajunya kurang panjanglah, cewek duduk-duduk di mesjid saja sambil istirahat di interogasi, pernah kita solat di emperan mesjid karena diusir- di dalem bukan tempat perempuan katanya, dengerin ceramah atau diskusi aja bikin kapok kalo ustaz itu dah mulai ngomong ttg perempuan, masak cewek nggak berjilbab disamakan dengan anjing, dan qanun yang lagi dibuat untuk hukum potong tanganlah... Menghalangi orang piknik di pantai sungguh merepotkan, karena jangankan piknik, kebiasaan orang pesisir Banda Aceh adalah 'keramas' di pantai menjelang Ramadan, misalnya. (Walaupun demikian baru-baru ini sekelompok orang cukup sukses memperjuangkan kepemilikan rumah hibah bagi perempuan kepala keluarga. Program micro finance untuk kelompok perempuan dinilai cukup sukses, soale mereka rajin dan follow up). Kembali ke laptop ke diskusi semula thread ini, bagaimana pendapat bapak tentang bentuk syariah yang seperti ini? Bukan soal Acehnya per se, tapi bentuk syariah yang seperti ini kalau dibuat di daerah manapun? Apakah ini bukan bentuk pemaksaan? salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "rsa" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Saya tidak sepakat perda syariah di daerah yang memang tidak mengenal > dan dilaksanakannya syariat Islam. Buat Aceh yang jelas punya julukan > serambi Makkah, yang untuk merusaknya Kompeni Kaphe Belanda khusus > mendatangkan penasihat spiritual yg juga seorang Islamis (tahu Islam > tapi bukan otomatis muslim) karena kuatnya penegakkan hukum/syariat > Islam, Syariat Islam adalah bukan hal aneh. Jadi jelas kenapa bagi > saya "... Aceh itu, sudah jelas ada atura." > > Silakan kalo lebih percaya bahwa menurut data sekarang ini Aceh tidak > menjalankan syariah, sebagaimana juga di Padang yang makin luntur > saja dan jauh dari adagium 'adat bersanding syara' yang itu tidak > lain justru proses pelunturan syariah dan pelaksanaan ajaran Islam di > daerah2 semisal. Tapi di kedua daerah ini dari yang selama ini saya > tahu, Islam jelas merupakan bagian dari hidup sehari. Lihat pakaian > adat mereka. > > Selebihnya, adalah tanggapan buat Lestari. > > Terima kasih. Mohon maaf jika masih juga tidak jelas dan belum lihat > klarifikasi ini. Toh memang Bu Mi jauh lebih senior maqamnya jadi > sulitlah buat saya menjangkaunya. > > salam, > satriyo
[wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia??
Saya tidak sepakat perda syariah di daerah yang memang tidak mengenal dan dilaksanakannya syariat Islam. Buat Aceh yang jelas punya julukan serambi Makkah, yang untuk merusaknya Kompeni Kaphe Belanda khusus mendatangkan penasihat spiritual yg juga seorang Islamis (tahu Islam tapi bukan otomatis muslim) karena kuatnya penegakkan hukum/syariat Islam, Syariat Islam adalah bukan hal aneh. Jadi jelas kenapa bagi saya "... Aceh itu, sudah jelas ada atura." Silakan kalo lebih percaya bahwa menurut data sekarang ini Aceh tidak menjalankan syariah, sebagaimana juga di Padang yang makin luntur saja dan jauh dari adagium 'adat bersanding syara' yang itu tidak lain justru proses pelunturan syariah dan pelaksanaan ajaran Islam di daerah2 semisal. Tapi di kedua daerah ini dari yang selama ini saya tahu, Islam jelas merupakan bagian dari hidup sehari. Lihat pakaian adat mereka. Selebihnya, adalah tanggapan buat Lestari. Terima kasih. Mohon maaf jika masih juga tidak jelas dan belum lihat klarifikasi ini. Toh memang Bu Mi jauh lebih senior maqamnya jadi sulitlah buat saya menjangkaunya. salam, satriyo --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Mia" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Terimakasih copy pastenya, Pak Sat. Lalu klarifikasi dari pertanyaan > saya dimana? > > "Intinya, saya itu setuju dengan perda syariah asal memang tidak > artificial, dipaksakan. Itu sangat tidak sesuai dengan semangat > dakwah Rasulullah. > > "Saya pribadi tidak setuju dengan cara penerapan syariat yang > diperdakan... > > "...aceh itu, sudah jelas ada aturan, > > tapi ybs spt nantangin. Kan di mana bumi dipijak, di sana langit > dijunjung. Karena lain padang lain ilalang.." > > Test case: kalau Perda Aceh mewajibkan jilbab, dimana perempuan akan > dibawa ke kantor polisi, mungkin dikurung dan dicambuk > nantiapakah ini syariat Islam yang dipaksakan, atau bukan bentuk > pemaksaan? > > Lalu minta klarifikasi lagi, dari tulisan Pak Sat sendiri: > "Anda akan saya tanggapi sec mendalam seandainya anda memang orang > aceh asli yang bukan model modal darah aceh doang atau mengaku tahu > Aceh semata karena modal pernah tinggal > atau sudah beberapa lama tinggal di Aceh! ;-]" > > Lalu Pak Sat bicara panjang lebar tentang Aceh, apakah ukuran yang > di atas aplikabel dengan Bapak juga? > > salam > Mia > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "rsa" wrote: > > > > Ga usah Mia bingung. Bingung ya seolah ucapan saya tidak sinkron, > > tidak congruent? Coba baca ladi deh. Ada ni yang bisa nangkep > maksud > > saya tapi dengan sejumlah catatan. > > > > Berikut saya copy paste tanggapan saya buat dia yang bisa Mia > baca, > > berikut ini: > > > > === quote === > > Wah ya pantas anda cape, yang secara nanggepin komentar saya > > semaunya. Santai sajalah. Anda akan saya tanggapi sec mendalam > > seandainya anda memang orang aceh asli yang bukan model modal > darah > > aceh doang atau mengaku tahu Aceh semata karena modal pernah > tinggal > > atau sudah beberapa lama tinggal di Aceh! ;-] > > > > Saya lebih menghargai macam mas Eros yang bisa menggugah dengan > karya > > kolosal dan monumentalnya, Tjut Nja' Dhien itu. Lihat, apakah > menurut > > anda Tjut Nja' kejam langsung membunuh begitu saja inang yang 'ia > > anggap' berkhiatan pada Kompeni, padahal sesaat sebelum ditikam > > rencong, si inang 'confess' atas kesalahannya itu? Kan itu khas > cara > > penanganan 'pengkhianat' di masa perang berdasar syariat Islam? > Apa > > tidak jelas bagaimana para perempuan pejuang Aceh menutupi Aurat > > mereka? Saya gak ngajak ribut soal Tjut Nja', tapi anda yang ajak. > > So, ... silakan saja. Tapi saya ingin membedakan antara jilbab dan > > aurat. Yang satu adalah pakaian, yang lain adalah bagian tubuh > yang > > perlu ditutup oleh muslim dan tidak boleh dilihat oleh orang lain, > > selain orang tertentu. > > > > Kembali ke pokok bahasan, mengikuti anjuran pak Chodjim, agar > fokus. > > > > Anda membaca tidak sih totalitas isi komen saya? Kenapa yang > berupa > > sampiran malah anda blow up? > > > > Lihat tidak apa sebenarnya ingin saya sampaikan? > > > > Kalo ingin bersikukuh bahwa Aceh itu dari sononya bukan negeri > yang > > berhak bergelar 'serambi mekah' karena sejak Kerajaan di Aceh > > mengadopsi Syariat Islam, ya itu hak anda tapi jangan terpaku pada > > apa yang bisa anda amati yang tentu terbatas tempat dan waktu. > > > > Anda kemanakan sejarah Aceh itu? Kalo anda hanya melihat interior > dan > > kondisi sebuah pub di Jakarta yang isinya orang2 yang 'cari > > hiburan' ... ya pasti seperti itu yagn akan anda lihat tentang > > jakarta dan otomatis pronografi dan segala turunan dan target > > mengejar nafsu pantas diperjuangkan oleh mereka yang menikmatinya. > > Artinya Jakarta yang mayoritas muslim, penduduk aslinya orang > Betawi > > yang religius, hampir mirip dengan Aceh, atau Padang, atau Banten, > > atau Madura, atau Makassar (semua tempat yang Islam sanga
Re: [wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia??
Mia : Pertanyaannya kemudian untuk yang nggak berjilbab: 1. Apakah kalau nggak berjilbab menyalahi syariat? 2. Apakah ada sanksi atau hukum terhadap yang tidak memakai jilbab 3. Apakah Perda dapat dibenarkan untuk mewajibkan jilbab ini? 4. Apaka pernah ada di sejarah Nabi, perempuan yang dihukum karena nggak berjilbab? 3. Apakah solatnya sia2? --- Janiki : "Pertanyaannya kemudian juga", kalau boleh tahu Mia ini berjilbab tidak ya ? Silahkan dijawab dengan jujur . Morning. --oo0oo-- Mia <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Boleh saja mba ida atau muslimah siapapun berpendapat demikian di bawah ini. Pertanyaannya kemudian untuk yang nggak berjilbab: 1. Apakah kalau nggak berjilbab menyalahi syariat? 2. Apakah ada sanksi atau hukum terhadap yang tidak memakai jilbab 3. Apakah Perda dapat dibenarkan untuk mewajibkan jilbab ini? 4. Apaka pernah ada di sejarah Nabi, perempuan yang dihukum karena nggak berjilbab? 3. Apakah solatnya sia2? Bagaimana anda menjawab pertanyaan ini? salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ida Syafyan <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > Betul sekali pak, memang itulah maksud saya, kemarin > berhubung saya nge-net sambil nyuapin 2 balita di > rumah jadi gak bisa panjang2 nulisnya :). > > Semua berbalik ke diri masing-masing tentang pemahaman > hukum Islam, Seberapa jauh kita berusaha > menjalankannya, sedemikianlah kadar iman kita. Dan ini > hanya untuk menilai diri kita. > > (sempat baca juga emailnya salah satu ibu di milis > ini)==> soal orang berjilbab trus pacaran di taman2, > di kebon, di hutan sekalipun. Itu mah gak usah > dibahas, gak penting, dan jangan menyalahkan jilbabnya > karena memang kadar iman seseorang berbeda. > > Orang yang rajin sholat, ngaji, mondar mandir naik > haji tapi korupsi, ya jangan salahin sholat dan ibadah > yg dia lakukan, mungkin dia melakukan ibadah2 tersebut > dengan hati yang Riya/sombong, ujung2nya jadi gak > berkah. > > Mau complain panjang lebar selebar2nya, kalau hukum > Islam sudah bilang, harus di jalani. Yakini saja bahwa > segala peraturan yg di buat oleh Agama kita itu benar > dan tidak bermaksud merugikan, Insya Allah > menjalaninya lebih damai di hati dan tanpa dirasa > menjadi beban. > > > > Piii > Ida S > > > --- rsa <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > Singkat dan padat ni tanggapan mba Ida. Point yang > > saya tangkap: > > [1] di manapun kita berada, kita tetap harus > > mentaati hukum > > Islam/Allah, tanpa kecuali. Seberapa jauh kita > > berusaha > > menjalankannya, sedemikianlah kadar iman kita. Dan > > ini hanya untuk > > menilai diri kita dan bukan orang lain. Tapi jika > > orang lain yang > > lalu seolah tampak tidak kukuh imannya ini lalu > > mulai propaganda > > kepada sesama untuk mengikuti sikapnya, dan > > mengumumkan kepada selain > > muslim bahwa apa yang ia lakukan itu adalah wajah > > Islam yang > > sebenarnya, wajib kita ingatkna ybs atau lebih dari > > sekadar > > mengingatkan sec lisan. > > [2] jilbab ... atau lebih tepatnya menutup aurat, > > sebagaimana > > dicontohkan Rasulullah dan para shahabat, adalah > > bagian dari mentaati > > hukum Allah/Islam. Dan yang namanya hukum > > Allah/Islam itu pasti > > bermanfaat buat hamba2Nya. Salah satu manfaat itu > > bisa berupa > > perlindungan bagi ybs, atau hal positif lain. Tapi > > yang perlu diingat > > adalah, tidak berarti ketika sebuah hukum dijalankan > > lalu tanpa > > adanya hal positif yang dirasa itu berarti hukum itu > > void atau > > menjadi batal. Misalnya, makan daging babi (atau > > apapun yang dari > > babi) itu Haram. Salah satu hikmahnya adalah karena > > dengan tidak > > memakan daging babi maka terhindar dari cacing yang > > ada dalam daging > > babi. Lalu ketika ada proses yang membuat cacing itu > > hilang dari > > daging babi, tidak berarti daging itu menjadi haram. > > Kembali ke jilbab, menutup aurat. Masalah kebaikan > > perempuan, yang > > juga bisa lebih luas dari rasa perlindungan, spt > > masalah terhindarnya > > diri dari berbuat maksiat. Ketika pemakai jilbab > > masih berbuat > > maksiat, tidak menjadikan hukum wajib berjilbab itu > > jd batal. > > Sebagaimana shalat, yang oleh Allah dinyatakan > > sebagai mekanisme > > untuk mencegah pelakunya dari berbuat keji dan > > munkar, tidak > > menggugurkan kewajiban shalat saat si pelaku > > (musholi) itu berbuat > > keji dan munkar. > > > > Wah apa saya berlebihan mba 'menafsirkan' tanggapan > > mba ini? > > > > salam, > > Satriyo > > Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia??
Terimakasih copy pastenya, Pak Sat. Lalu klarifikasi dari pertanyaan saya dimana? "Intinya, saya itu setuju dengan perda syariah asal memang tidak artificial, dipaksakan. Itu sangat tidak sesuai dengan semangat dakwah Rasulullah. "Saya pribadi tidak setuju dengan cara penerapan syariat yang diperdakan... "...aceh itu, sudah jelas ada aturan, > tapi ybs spt nantangin. Kan di mana bumi dipijak, di sana langit dijunjung. Karena lain padang lain ilalang.." Test case: kalau Perda Aceh mewajibkan jilbab, dimana perempuan akan dibawa ke kantor polisi, mungkin dikurung dan dicambuk nantiapakah ini syariat Islam yang dipaksakan, atau bukan bentuk pemaksaan? Lalu minta klarifikasi lagi, dari tulisan Pak Sat sendiri: "Anda akan saya tanggapi sec mendalam seandainya anda memang orang aceh asli yang bukan model modal darah aceh doang atau mengaku tahu Aceh semata karena modal pernah tinggal atau sudah beberapa lama tinggal di Aceh! ;-]" Lalu Pak Sat bicara panjang lebar tentang Aceh, apakah ukuran yang di atas aplikabel dengan Bapak juga? salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "rsa" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Ga usah Mia bingung. Bingung ya seolah ucapan saya tidak sinkron, > tidak congruent? Coba baca ladi deh. Ada ni yang bisa nangkep maksud > saya tapi dengan sejumlah catatan. > > Berikut saya copy paste tanggapan saya buat dia yang bisa Mia baca, > berikut ini: > > === quote === > Wah ya pantas anda cape, yang secara nanggepin komentar saya > semaunya. Santai sajalah. Anda akan saya tanggapi sec mendalam > seandainya anda memang orang aceh asli yang bukan model modal darah > aceh doang atau mengaku tahu Aceh semata karena modal pernah tinggal > atau sudah beberapa lama tinggal di Aceh! ;-] > > Saya lebih menghargai macam mas Eros yang bisa menggugah dengan karya > kolosal dan monumentalnya, Tjut Nja' Dhien itu. Lihat, apakah menurut > anda Tjut Nja' kejam langsung membunuh begitu saja inang yang 'ia > anggap' berkhiatan pada Kompeni, padahal sesaat sebelum ditikam > rencong, si inang 'confess' atas kesalahannya itu? Kan itu khas cara > penanganan 'pengkhianat' di masa perang berdasar syariat Islam? Apa > tidak jelas bagaimana para perempuan pejuang Aceh menutupi Aurat > mereka? Saya gak ngajak ribut soal Tjut Nja', tapi anda yang ajak. > So, ... silakan saja. Tapi saya ingin membedakan antara jilbab dan > aurat. Yang satu adalah pakaian, yang lain adalah bagian tubuh yang > perlu ditutup oleh muslim dan tidak boleh dilihat oleh orang lain, > selain orang tertentu. > > Kembali ke pokok bahasan, mengikuti anjuran pak Chodjim, agar fokus. > > Anda membaca tidak sih totalitas isi komen saya? Kenapa yang berupa > sampiran malah anda blow up? > > Lihat tidak apa sebenarnya ingin saya sampaikan? > > Kalo ingin bersikukuh bahwa Aceh itu dari sononya bukan negeri yang > berhak bergelar 'serambi mekah' karena sejak Kerajaan di Aceh > mengadopsi Syariat Islam, ya itu hak anda tapi jangan terpaku pada > apa yang bisa anda amati yang tentu terbatas tempat dan waktu. > > Anda kemanakan sejarah Aceh itu? Kalo anda hanya melihat interior dan > kondisi sebuah pub di Jakarta yang isinya orang2 yang 'cari > hiburan' ... ya pasti seperti itu yagn akan anda lihat tentang > jakarta dan otomatis pronografi dan segala turunan dan target > mengejar nafsu pantas diperjuangkan oleh mereka yang menikmatinya. > Artinya Jakarta yang mayoritas muslim, penduduk aslinya orang Betawi > yang religius, hampir mirip dengan Aceh, atau Padang, atau Banten, > atau Madura, atau Makassar (semua tempat yang Islam sangat mewarnai > tradisi dan kehidupan penduduknya), adalah seperti situasi di pub > malam itu. Apakah hanya mengacu pada keterbatasan tempat dan waktu? > > ... > > Intinya, saya itu setuju dengan perda syariah asal memang tidak > artificial, dipaksakan. Itu sangat tidak sesuai dengan semangat > dakwah Rasulullah. > > Terserah anda mau setuju atau tidak dengan persepsi saya bahwa ada > daerah2 di negeri makmur ini yang memang ratusan tahun sudah akrab > dengan 'perda syariah'. Tapi faktanya sekarang sangat banyak pihak > yang ingin melakukan de-syariah-isasi pada daerah2 itu. Salah satunya > ya Aceh. Betapa Aceh sekarang dan dulu itu beda. Dan wajar Aceh bukan > lagi negeri yang patut menyandang gelar 'serambi Makah' spt dulu. > > Benar saja kata H Agus Salim, "Islam sangat mungkin hilang dari > negeri ini, tapi Islam tak akan pernah hilang dari dunia ini!" > > === end of quote === > > salam, > Satriyo > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Mia" wrote: > > > > Penjelasan Satriyo perlu diklarifikasikan karena mengandung > > kontradiksi: > > "...Saya pribadi tidak setuju dengan cara penerapan syariat yang > > diperdakan..." > > > > tapi di lain pihak bilang:"...aceh itu, sudah jelas ada aturan, > tapi > > ybs spt nantangin. Kan di mana bumi dipijak, di sana langit > > dijunjung. Karena lain padang lain ilalang.." > > > > Lha,
[wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia??
Boleh saja mba ida atau muslimah siapapun berpendapat demikian di bawah ini. Pertanyaannya kemudian untuk yang nggak berjilbab: 1. Apakah kalau nggak berjilbab menyalahi syariat? 2. Apakah ada sanksi atau hukum terhadap yang tidak memakai jilbab 3. Apakah Perda dapat dibenarkan untuk mewajibkan jilbab ini? 4. Apaka pernah ada di sejarah Nabi, perempuan yang dihukum karena nggak berjilbab? 3. Apakah solatnya sia2? Bagaimana anda menjawab pertanyaan ini? salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ida Syafyan <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > Betul sekali pak, memang itulah maksud saya, kemarin > berhubung saya nge-net sambil nyuapin 2 balita di > rumah jadi gak bisa panjang2 nulisnya :). > > Semua berbalik ke diri masing-masing tentang pemahaman > hukum Islam, Seberapa jauh kita berusaha > menjalankannya, sedemikianlah kadar iman kita. Dan ini > hanya untuk menilai diri kita. > > (sempat baca juga emailnya salah satu ibu di milis > ini)==> soal orang berjilbab trus pacaran di taman2, > di kebon, di hutan sekalipun. Itu mah gak usah > dibahas, gak penting, dan jangan menyalahkan jilbabnya > karena memang kadar iman seseorang berbeda. > > Orang yang rajin sholat, ngaji, mondar mandir naik > haji tapi korupsi, ya jangan salahin sholat dan ibadah > yg dia lakukan, mungkin dia melakukan ibadah2 tersebut > dengan hati yang Riya/sombong, ujung2nya jadi gak > berkah. > > Mau complain panjang lebar selebar2nya, kalau hukum > Islam sudah bilang, harus di jalani. Yakini saja bahwa > segala peraturan yg di buat oleh Agama kita itu benar > dan tidak bermaksud merugikan, Insya Allah > menjalaninya lebih damai di hati dan tanpa dirasa > menjadi beban. > > > > Piii > Ida S > > > --- rsa <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > Singkat dan padat ni tanggapan mba Ida. Point yang > > saya tangkap: > > [1] di manapun kita berada, kita tetap harus > > mentaati hukum > > Islam/Allah, tanpa kecuali. Seberapa jauh kita > > berusaha > > menjalankannya, sedemikianlah kadar iman kita. Dan > > ini hanya untuk > > menilai diri kita dan bukan orang lain. Tapi jika > > orang lain yang > > lalu seolah tampak tidak kukuh imannya ini lalu > > mulai propaganda > > kepada sesama untuk mengikuti sikapnya, dan > > mengumumkan kepada selain > > muslim bahwa apa yang ia lakukan itu adalah wajah > > Islam yang > > sebenarnya, wajib kita ingatkna ybs atau lebih dari > > sekadar > > mengingatkan sec lisan. > > [2] jilbab ... atau lebih tepatnya menutup aurat, > > sebagaimana > > dicontohkan Rasulullah dan para shahabat, adalah > > bagian dari mentaati > > hukum Allah/Islam. Dan yang namanya hukum > > Allah/Islam itu pasti > > bermanfaat buat hamba2Nya. Salah satu manfaat itu > > bisa berupa > > perlindungan bagi ybs, atau hal positif lain. Tapi > > yang perlu diingat > > adalah, tidak berarti ketika sebuah hukum dijalankan > > lalu tanpa > > adanya hal positif yang dirasa itu berarti hukum itu > > void atau > > menjadi batal. Misalnya, makan daging babi (atau > > apapun yang dari > > babi) itu Haram. Salah satu hikmahnya adalah karena > > dengan tidak > > memakan daging babi maka terhindar dari cacing yang > > ada dalam daging > > babi. Lalu ketika ada proses yang membuat cacing itu > > hilang dari > > daging babi, tidak berarti daging itu menjadi haram. > > Kembali ke jilbab, menutup aurat. Masalah kebaikan > > perempuan, yang > > juga bisa lebih luas dari rasa perlindungan, spt > > masalah terhindarnya > > diri dari berbuat maksiat. Ketika pemakai jilbab > > masih berbuat > > maksiat, tidak menjadikan hukum wajib berjilbab itu > > jd batal. > > Sebagaimana shalat, yang oleh Allah dinyatakan > > sebagai mekanisme > > untuk mencegah pelakunya dari berbuat keji dan > > munkar, tidak > > menggugurkan kewajiban shalat saat si pelaku > > (musholi) itu berbuat > > keji dan munkar. > > > > Wah apa saya berlebihan mba 'menafsirkan' tanggapan > > mba ini? > > > > salam, > > Satriyo > >
Re: [wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia??
Betul sekali pak, memang itulah maksud saya, kemarin berhubung saya nge-net sambil nyuapin 2 balita di rumah jadi gak bisa panjang2 nulisnya :). Semua berbalik ke diri masing-masing tentang pemahaman hukum Islam, Seberapa jauh kita berusaha menjalankannya, sedemikianlah kadar iman kita. Dan ini hanya untuk menilai diri kita. (sempat baca juga emailnya salah satu ibu di milis ini)==> soal orang berjilbab trus pacaran di taman2, di kebon, di hutan sekalipun. Itu mah gak usah dibahas, gak penting, dan jangan menyalahkan jilbabnya karena memang kadar iman seseorang berbeda. Orang yang rajin sholat, ngaji, mondar mandir naik haji tapi korupsi, ya jangan salahin sholat dan ibadah yg dia lakukan, mungkin dia melakukan ibadah2 tersebut dengan hati yang Riya/sombong, ujung2nya jadi gak berkah. Mau complain panjang lebar selebar2nya, kalau hukum Islam sudah bilang, harus di jalani. Yakini saja bahwa segala peraturan yg di buat oleh Agama kita itu benar dan tidak bermaksud merugikan, Insya Allah menjalaninya lebih damai di hati dan tanpa dirasa menjadi beban. Piii Ida S --- rsa <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Singkat dan padat ni tanggapan mba Ida. Point yang > saya tangkap: > [1] di manapun kita berada, kita tetap harus > mentaati hukum > Islam/Allah, tanpa kecuali. Seberapa jauh kita > berusaha > menjalankannya, sedemikianlah kadar iman kita. Dan > ini hanya untuk > menilai diri kita dan bukan orang lain. Tapi jika > orang lain yang > lalu seolah tampak tidak kukuh imannya ini lalu > mulai propaganda > kepada sesama untuk mengikuti sikapnya, dan > mengumumkan kepada selain > muslim bahwa apa yang ia lakukan itu adalah wajah > Islam yang > sebenarnya, wajib kita ingatkna ybs atau lebih dari > sekadar > mengingatkan sec lisan. > [2] jilbab ... atau lebih tepatnya menutup aurat, > sebagaimana > dicontohkan Rasulullah dan para shahabat, adalah > bagian dari mentaati > hukum Allah/Islam. Dan yang namanya hukum > Allah/Islam itu pasti > bermanfaat buat hamba2Nya. Salah satu manfaat itu > bisa berupa > perlindungan bagi ybs, atau hal positif lain. Tapi > yang perlu diingat > adalah, tidak berarti ketika sebuah hukum dijalankan > lalu tanpa > adanya hal positif yang dirasa itu berarti hukum itu > void atau > menjadi batal. Misalnya, makan daging babi (atau > apapun yang dari > babi) itu Haram. Salah satu hikmahnya adalah karena > dengan tidak > memakan daging babi maka terhindar dari cacing yang > ada dalam daging > babi. Lalu ketika ada proses yang membuat cacing itu > hilang dari > daging babi, tidak berarti daging itu menjadi haram. > Kembali ke jilbab, menutup aurat. Masalah kebaikan > perempuan, yang > juga bisa lebih luas dari rasa perlindungan, spt > masalah terhindarnya > diri dari berbuat maksiat. Ketika pemakai jilbab > masih berbuat > maksiat, tidak menjadikan hukum wajib berjilbab itu > jd batal. > Sebagaimana shalat, yang oleh Allah dinyatakan > sebagai mekanisme > untuk mencegah pelakunya dari berbuat keji dan > munkar, tidak > menggugurkan kewajiban shalat saat si pelaku > (musholi) itu berbuat > keji dan munkar. > > Wah apa saya berlebihan mba 'menafsirkan' tanggapan > mba ini? > > salam, > Satriyo > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ida Syafyan > <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > Di manapun tempat berpijaknya, kalau hukum Islam > > bilang menutup aurat itu wajib, ya harus di > > laksanakan. Yang harus di sadari adalah maksud > > berjilbab itu sendiri kan demi kebaikan perempuan, > > melindungi perempuan. > > > > Piiisss > > Ida > > > > > > --- Rani Kirana <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > > > > > Mbak Lestari ini bisa aja.. > > > saya terpingkal-pingkal sampai sakit perut..saat > > > membaca celetukan > > > mbak.." Singkong di ragiin.tap > > > deh:))"... > > > > > > memang kalau berdiskusi dengan beberapa orang di > > > forum ini..; kita > > > perlu relaks dan ndak terlalu dimasukin hati..; > > > kalau ndak bisa > > > ketularan s*g..:-) > > > > > > > > > Wassalam, > > > > > > Rani > > > > > > > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, > "lestarin" > > > > > > wrote: > > > > > > > > Yth. Pak Satriyo/Pak rsa, > > > > > > > > Di mana Bumi dipijak, di situ langit di di > > > junjungLha jelas > > > > masyarakat Aceh aslinya tidak berjilbab kok. > > > Sementara perda > > > > syariat, kan sekali lagi seperti yang > sudah-sudah > > > saya sampaikan, > > > > produk dari kebijakan politik, yang tentu saja > > > tidak selalu sesuai > > > > dengan kondisi masyarakat yang ada. Jadi > banyak > > > kok perempuan Aceh > > > > yang sesungguhnya memang tidak berjilbab. Mau > > > kembali diskusi > > > jaman > > > > Cut Nyak Dien dan lain-lain? Kan dulu sudah > pernah > > > kita panjang > > > > lebar diskusikan. > > > > > > > > Sama hal-nya nanti kalau saya sudah pulang ke > > > Sawangan, Depok, > > > Lalu > > > > tiba-tiba terjadi penerapan syariat Islam ala > > > Aceh, lalu apakah > > > ini > > > > namanya malah ti
[wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia??
Yth. Pak Satriyo/Pak rsa, Sekali lagi, yang kesekian kalinya, saya maafkan Bapak atas ketidaksesuaian tanggapan Bapak. Sekali lagi menghakimi orang lain yang berbeda dengan alasan "Hukum Allah" bisa menebarkan saling permusuhan:) Awalnya, menyindir, kemudian menegur keras, kemudian menghakimi, dan memvonis, kan ini sudah terjadi soal isu Jilbab di Aceh. Tidak memakai jilbab, pertama di tegur, diperingatkan, lalu terakhir ya dihukum cambuk. Soal Depok dan Aceh, di tulisan pertama saya sudah saya sampaikan (silakan re check lagi, biar tidak membuat capek teman diskusi;)). Dan hubungannya lebih jelas juga sudah saya tulis pada diskusi berikutnya (sila di baca lagi Pak;)). Di bawah ini juga masih ada;) Perda Syariah yang "salah kaprah" jelas saya tidak setuju, tapi Perda Syariah yang berkaitan dengan soal acuan membayar zakat dan lain-lainnya, saya tidak ada keberatan. Soal detil perda Syariah, sila Bapak pelajari sendiri ya.;). Saya pernah mengutip beberapa hal di antara-nya di milis ini juga. Bapak, mohon juga jangan SARA-A ya SARA= Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan, A berikutnya = Anatomi. kok tiba-tiba bawa-bawa persoalan berat badan perempuan???:) Wassalam Lestari --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "rsa" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Yang berhormat Ibu Lestari(n), > > Dah ga cape... ? ;-] > > Saya minta maaf kalo gitu krn ternyata ada sedikit ketidaksesuaian > antara apa yang ibu sampaikan dan apa yang saya sampaikan sebagai > tanggapan. > > Soal tidak berjilbab yang asumsinya adalah tidak menutup aurat, itu > bukan hak prerogatif manusia untuk memvonis, sia-sia atau tidak. Al- > Qur'an sudah jelas menunjukkan siapa2 saja hamba Allah yang sia- sia > sholatnya. Tapi apakah memang orang yang sengaja tidak berjilbab > karena tidak mau tahu bahwa itu adalah perintah Allah dan pada saat > yang sama tidak mentaati sebuah aturan yang dibuat berdasarkan > perinta Allah itu bisa dianggap/dikhawatirkan sia-sia shalatnya itu > tetap suatu yang bukan urusan manusia. > > Hanya memang, tidak ada salahnya melihat celetukan pria yang > menanggapi si muslimah yang tidak berjilbab di daerah lingkungan > masjid yang diwajibkan berjilbab itu sebagai teguran saja, bukan > menghakimi atau memvonis. Ya kan? > > Soal Depok, ibu belum menjawab pertanyaan saya yang tertera: "Lalu > apa hubungannya dengan Depok? Memang Aceh ada hubungan dengan Depok?" > yang dari jwb anda sebenarnya bisa tidak Depok yang anda sebut. > Lalu "ngurusin" perempuan berjilbab apa memang "urusan" perda > syariah? Kalo 'ngurusin' perempuan 'gendut' mungkin saja bagian dari > perda lain ... ;-] > > Anda tidak setuju dengan perda Syariah? > > salam, > Satriyo > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "lestarin" > wrote: > > > > Yth. Pak Satriyo/Pak rsa, > > > > Saya malah tidak mengomentari "bunga-bunga" Anda soal Istilah > > Sermabi Mekkah dan lain-lainnya soal Aceh, justru sekali lagi, saya > > menanggapi kalimat Anda yang bilang, di mana bumi dipijak, di situ > > langit di junjung:). Yang seolah-olah menyalahkan perempuan di Aceh > > yang tidak berjilbab:D. Malah ada yang berkata-kata bahwa perempuan > > tidak berjilbab itu sholatnya sia-sia--> ini lho pak poin-nya:), > > bukan ngomongin Acehnya. > > > > Saya memang bukan orang Aceh, tapi saya belajar banyak sejarah > Aceh, > > di mana aslinya perempuan-perempuan Aceh memang tidak berjilbab. > > Dulu kan Anda pernah mempertanyakan bacaan sejarah Saya tentang > > deskripsi pakaian-pakaian perempuan Aceh, yang Anda bilang semuanya > > perempuan Aceh termasuk Cut Nyak Dien berjilbab, dan saya sudah > > panjang lebar sampaikan pula, Cut Nyak Dien bukan berjilbab, namun > > mengenakan kain panjang yang multi fungsi.Kalau Anda tidak mau > > berkomentar karena saya bukan orang asli Aceh, juga tidak apa- apa > > lha wong saya juga tidak minta komentar Anda secara spesifik kok:). > > > > Aceh memang bukan Depok, tapi Depok akan bisa menuju penerapan > Perda > > Syariat ala Aceh, kan sekarang lagi di "godok" di pemerintahan > > Depok. Termasuk "ngurusin" perempuan berjilbab atau tidak:) > > > > Wassalam > > > > Lestari > >
[wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia??
Yth. Pak Satriyo/Pak rsa, Sekali lagi, yang kesekian kalinya, saya maafkan Bapak atas ketidaksesuaian tanggapan Bapak. Sekali lagi menghakimi orang lain yang berbeda dengan alasan "Hukum Allah" bisa menebarkan saling permusuhan:) Awalnya, menyindir, kemudian menegur keras, kemudian menghakimi, dan memvonis, kan ini sudah terjadi soal isu Jilbab di Aceh. Tidak memakai jilbab, pertama di tegur, diperingatkan, lalu terakhir ya dihukum cambuk. Soal Depok dan Aceh, di tulisan pertama saya sudah saya sampaikan (silakan re check lagi, biar tidak membuat capek teman diskusi;)). Dan hubungannya lebih jelas juga sudah saya tulis pada diskusi berikutnya (sila di baca lagi Pak;)). Di bawah ini juga masih ada;) Perda Syariah yang "salah kaprah" jelas saya tidak setuju, tapi Perda Syariah yang berkaitan dengan soal acuan membayar zakat dan lain-lainnya, saya tidak ada keberatan. Soal detil perda Syariah, sila Bapak pelajari sendiri ya.;). Saya pernah mengutip beberapa hal di antara-nya di milis ini juga. Bapak, mohon juga jangan SARA-A ya SARA= Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan, A berikutnya = Anatomi. kok tiba-tiba bawa-bawa persoalan berat badan perempuan???:) Wassalam Lestari --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "rsa" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Yang berhormat Ibu Lestari(n), > > Dah ga cape... ? ;-] > > Saya minta maaf kalo gitu krn ternyata ada sedikit ketidaksesuaian > antara apa yang ibu sampaikan dan apa yang saya sampaikan sebagai > tanggapan. > > Soal tidak berjilbab yang asumsinya adalah tidak menutup aurat, itu > bukan hak prerogatif manusia untuk memvonis, sia-sia atau tidak. Al- > Qur'an sudah jelas menunjukkan siapa2 saja hamba Allah yang sia- sia > sholatnya. Tapi apakah memang orang yang sengaja tidak berjilbab > karena tidak mau tahu bahwa itu adalah perintah Allah dan pada saat > yang sama tidak mentaati sebuah aturan yang dibuat berdasarkan > perinta Allah itu bisa dianggap/dikhawatirkan sia-sia shalatnya itu > tetap suatu yang bukan urusan manusia. > > Hanya memang, tidak ada salahnya melihat celetukan pria yang > menanggapi si muslimah yang tidak berjilbab di daerah lingkungan > masjid yang diwajibkan berjilbab itu sebagai teguran saja, bukan > menghakimi atau memvonis. Ya kan? > > Soal Depok, ibu belum menjawab pertanyaan saya yang tertera: "Lalu > apa hubungannya dengan Depok? Memang Aceh ada hubungan dengan Depok?" > yang dari jwb anda sebenarnya bisa tidak Depok yang anda sebut. > Lalu "ngurusin" perempuan berjilbab apa memang "urusan" perda > syariah? Kalo 'ngurusin' perempuan 'gendut' mungkin saja bagian dari > perda lain ... ;-] > > Anda tidak setuju dengan perda Syariah? > > salam, > Satriyo > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "lestarin" > wrote: > > > > Yth. Pak Satriyo/Pak rsa, > > > > Saya malah tidak mengomentari "bunga-bunga" Anda soal Istilah > > Sermabi Mekkah dan lain-lainnya soal Aceh, justru sekali lagi, saya > > menanggapi kalimat Anda yang bilang, di mana bumi dipijak, di situ > > langit di junjung:). Yang seolah-olah menyalahkan perempuan di Aceh > > yang tidak berjilbab:D. Malah ada yang berkata-kata bahwa perempuan > > tidak berjilbab itu sholatnya sia-sia--> ini lho pak poin-nya:), > > bukan ngomongin Acehnya. > > > > Saya memang bukan orang Aceh, tapi saya belajar banyak sejarah > Aceh, > > di mana aslinya perempuan-perempuan Aceh memang tidak berjilbab. > > Dulu kan Anda pernah mempertanyakan bacaan sejarah Saya tentang > > deskripsi pakaian-pakaian perempuan Aceh, yang Anda bilang semuanya > > perempuan Aceh termasuk Cut Nyak Dien berjilbab, dan saya sudah > > panjang lebar sampaikan pula, Cut Nyak Dien bukan berjilbab, namun > > mengenakan kain panjang yang multi fungsi.Kalau Anda tidak mau > > berkomentar karena saya bukan orang asli Aceh, juga tidak apa- apa > > lha wong saya juga tidak minta komentar Anda secara spesifik kok:). > > > > Aceh memang bukan Depok, tapi Depok akan bisa menuju penerapan > Perda > > Syariat ala Aceh, kan sekarang lagi di "godok" di pemerintahan > > Depok. Termasuk "ngurusin" perempuan berjilbab atau tidak:) > > > > Wassalam > > > > Lestari > >
Re: [wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia??
Mas Rsa : Benar saja kata H Agus Salim, "Islam sangat mungkin hilang dari negeri ini, tapi Islam tak akan pernah hilang dari dunia ini!" -- Janoko : Engga juga mas, soalnya kan ada mas RSA yang dengan tidak lelah terus memperjuangkan Islam. :) Wassalam --oo0oo-- rsa <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Wah ya pantas anda cape, yang secara nanggepin komentar saya semaunya. Santai sajalah. Anda akan saya tanggapi sec mendalam seandainya anda memang orang aceh asli yang bukan model modal darah aceh doang atau mengaku tahu Aceh semata karena modal pernah tinggal atau sudah beberapa lama tinggal di Aceh! ;-] Saya lebih menghargai macam mas Eros yang bisa menggugah dengan karya kolosal dan monumentalnya, Tjut Nja' Dhien itu. Lihat, apakah menurut anda Tjut Nja' kejam langsung membunuh begitu saja inang yang 'ia anggap' berkhiatan pada Kompeni, padahal sesaat sebelum ditikam rencong, si inang 'confess' atas kesalahannya itu? Kan itu khas cara penanganan 'pengkhianat' di masa perang berdasar syariat Islam? Apa tidak jelas bagaimana para perempuan pejuang Aceh menutupi Aurat mereka? Saya gak ngajak ribut soal Tjut Nja', tapi anda yang ajak. So, ... silakan saja. Tapi saya ingin membedakan antara jilbab dan aurat. Yang satu adalah pakaian, yang lain adalah bagian tubuh yang perlu ditutup oleh muslim dan tidak boleh dilihat oleh orang lain, selain orang tertentu. Kembali ke pokok bahasan, mengikuti anjuran pak Chodjim, agar fokus. Anda membaca tidak sih totalitas isi komen saya? Kenapa yang berupa sampiran malah anda blow up? Lihat tidak apa sebenarnya ingin saya sampaikan? Kalo ingin bersikukuh bahwa Aceh itu dari sononya bukan negeri yang berhak bergelar 'serambi mekah' karena sejak Kerajaan di Aceh mengadopsi Syariat Islam, ya itu hak anda tapi jangan terpaku pada apa yang bisa anda amati yang tentu terbatas tempat dan waktu. Anda kemanakan sejarah Aceh itu? Kalo anda hanya melihat interior dan kondisi sebuah pub di Jakarta yang isinya orang2 yang 'cari hiburan' ... ya pasti seperti itu yagn akan anda lihat tentang jakarta dan otomatis pronografi dan segala turunan dan target mengejar nafsu pantas diperjuangkan oleh mereka yang menikmatinya. Artinya Jakarta yang mayoritas muslim, penduduk aslinya orang Betawi yang religius, hampir mirip dengan Aceh, atau Padang, atau Banten, atau Madura, atau Makassar (semua tempat yang Islam sangat mewarnai tradisi dan kehidupan penduduknya), adalah seperti situasi di pub malam itu. Apakah hanya mengacu pada keterbatasan tempat dan waktu? Lalu apa hubungannya dengan Depok? Memang Aceh ada hubungan dengan Depok? Cappee deehhh ... Intinya, saya itu setuju dengan perda syariah asal memang tidak artificial, dipaksakan. Itu sangat tidak sesuai dengan semangat dakwah Rasulullah. Terserah anda mau setuju atau tidak dengan persepsi saya bahwa ada daerah2 di negeri makmur ini yang memang ratusan tahun sudah akrab dengan 'perda syariah'. Tapi faktanya sekarang sangat banyak pihak yang ingin melakukan de-syariah-isasi pada daerah2 itu. Salah satunya ya Aceh. Betapa Aceh sekarang dan dulu itu beda. Dan wajar Aceh bukan lagi negeri yang patut menyandang gelar 'serambi Makah' spt dulu. Benar saja kata H Agus Salim, "Islam sangat mungkin hilang dari negeri ini, tapi Islam tak akan pernah hilang dari dunia ini!" Allaahu akbar! salam, satriyo --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "lestarin" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Yth. Pak Satriyo/Pak rsa, > > Di mana Bumi dipijak, di situ langit di di junjungLha jelas > masyarakat Aceh aslinya tidak berjilbab kok. Sementara perda > syariat, kan sekali lagi seperti yang sudah-sudah saya sampaikan, > produk dari kebijakan politik, yang tentu saja tidak selalu sesuai > dengan kondisi masyarakat yang ada. Jadi banyak kok perempuan Aceh > yang sesungguhnya memang tidak berjilbab. Mau kembali diskusi jaman > Cut Nyak Dien dan lain-lain? Kan dulu sudah pernah kita panjang > lebar diskusikan. > > Sama hal-nya nanti kalau saya sudah pulang ke Sawangan, Depok, Lalu > tiba-tiba terjadi penerapan syariat Islam ala Aceh, lalu apakah ini > namanya malah tidak "menjungkir balikkan" keadaan. Aslinya bumi > Depok mah tidak ber syariat, masyarakatnya pun heterogen, tidak > semuanya muslim, dan tidak semua muslimahnya berjilbab. Jadi > bagaimana? Nyuruh yang beda keluar dari Depok?? Ini juga ga > menyelesaikan persoalan Pak:) > > Singkong di ragiin.tap deh:)) > > > Wassalam > > Lestari > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "rsa" wrote: > > > > Setuju mbak. Menghakimi semaunya itu tidak boleh. Tapi menghakimi > > sesuai Al-Qur'an spt diteladani Rasul dan para shahabat dan ulama > itu > > wajib. > > > > Perlu memang kita mengingatkan, menasehati, tapi mungkin kont
[wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia??
Yang berhormat Ibu Lestari(n), Dah ga cape... ? ;-] Saya minta maaf kalo gitu krn ternyata ada sedikit ketidaksesuaian antara apa yang ibu sampaikan dan apa yang saya sampaikan sebagai tanggapan. Soal tidak berjilbab yang asumsinya adalah tidak menutup aurat, itu bukan hak prerogatif manusia untuk memvonis, sia-sia atau tidak. Al- Qur'an sudah jelas menunjukkan siapa2 saja hamba Allah yang sia-sia sholatnya. Tapi apakah memang orang yang sengaja tidak berjilbab karena tidak mau tahu bahwa itu adalah perintah Allah dan pada saat yang sama tidak mentaati sebuah aturan yang dibuat berdasarkan perinta Allah itu bisa dianggap/dikhawatirkan sia-sia shalatnya itu tetap suatu yang bukan urusan manusia. Hanya memang, tidak ada salahnya melihat celetukan pria yang menanggapi si muslimah yang tidak berjilbab di daerah lingkungan masjid yang diwajibkan berjilbab itu sebagai teguran saja, bukan menghakimi atau memvonis. Ya kan? Soal Depok, ibu belum menjawab pertanyaan saya yang tertera: "Lalu apa hubungannya dengan Depok? Memang Aceh ada hubungan dengan Depok?" yang dari jwb anda sebenarnya bisa tidak Depok yang anda sebut. Lalu "ngurusin" perempuan berjilbab apa memang "urusan" perda syariah? Kalo 'ngurusin' perempuan 'gendut' mungkin saja bagian dari perda lain ... ;-] Anda tidak setuju dengan perda Syariah? salam, Satriyo --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "lestarin" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Yth. Pak Satriyo/Pak rsa, > > Saya malah tidak mengomentari "bunga-bunga" Anda soal Istilah > Sermabi Mekkah dan lain-lainnya soal Aceh, justru sekali lagi, saya > menanggapi kalimat Anda yang bilang, di mana bumi dipijak, di situ > langit di junjung:). Yang seolah-olah menyalahkan perempuan di Aceh > yang tidak berjilbab:D. Malah ada yang berkata-kata bahwa perempuan > tidak berjilbab itu sholatnya sia-sia--> ini lho pak poin-nya:), > bukan ngomongin Acehnya. > > Saya memang bukan orang Aceh, tapi saya belajar banyak sejarah Aceh, > di mana aslinya perempuan-perempuan Aceh memang tidak berjilbab. > Dulu kan Anda pernah mempertanyakan bacaan sejarah Saya tentang > deskripsi pakaian-pakaian perempuan Aceh, yang Anda bilang semuanya > perempuan Aceh termasuk Cut Nyak Dien berjilbab, dan saya sudah > panjang lebar sampaikan pula, Cut Nyak Dien bukan berjilbab, namun > mengenakan kain panjang yang multi fungsi.Kalau Anda tidak mau > berkomentar karena saya bukan orang asli Aceh, juga tidak apa-apa > lha wong saya juga tidak minta komentar Anda secara spesifik kok:). > > Aceh memang bukan Depok, tapi Depok akan bisa menuju penerapan Perda > Syariat ala Aceh, kan sekarang lagi di "godok" di pemerintahan > Depok. Termasuk "ngurusin" perempuan berjilbab atau tidak:) > > Wassalam > > Lestari > > > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "rsa" wrote: > > > > Wah ya pantas anda cape, yang secara nanggepin komentar saya > > semaunya. Santai sajalah. Anda akan saya tanggapi sec mendalam > > seandainya anda memang orang aceh asli yang bukan model modal > darah > > aceh doang atau mengaku tahu Aceh semata karena modal pernah > tinggal > > atau sudah beberapa lama tinggal di Aceh! ;-] > > > > Saya lebih menghargai macam mas Eros yang bisa menggugah dengan > karya > > kolosal dan monumentalnya, Tjut Nja' Dhien itu. Lihat, apakah > menurut > > anda Tjut Nja' kejam langsung membunuh begitu saja inang yang 'ia > > anggap' berkhiatan pada Kompeni, padahal sesaat sebelum ditikam > > rencong, si inang 'confess' atas kesalahannya itu? Kan itu khas > cara > > penanganan 'pengkhianat' di masa perang berdasar syariat Islam? > Apa > > tidak jelas bagaimana para perempuan pejuang Aceh menutupi Aurat > > mereka? Saya gak ngajak ribut soal Tjut Nja', tapi anda yang ajak. > > So, ... silakan saja. Tapi saya ingin membedakan antara jilbab dan > > aurat. Yang satu adalah pakaian, yang lain adalah bagian tubuh > yang > > perlu ditutup oleh muslim dan tidak boleh dilihat oleh orang lain, > > selain orang tertentu. > > > > Kembali ke pokok bahasan, mengikuti anjuran pak Chodjim, agar > fokus. > > > > Anda membaca tidak sih totalitas isi komen saya? Kenapa yang > berupa > > sampiran malah anda blow up? > > > > Lihat tidak apa sebenarnya ingin saya sampaikan? > > > > Kalo ingin bersikukuh bahwa Aceh itu dari sononya bukan negeri > yang > > berhak bergelar 'serambi mekah' karena sejak Kerajaan di Aceh > > mengadopsi Syariat Islam, ya itu hak anda tapi jangan terpaku pada > > apa yang bisa anda amati yang tentu terbatas tempat dan waktu. > > > > Anda kemanakan sejarah Aceh itu? Kalo anda hanya melihat interior > dan > > kondisi sebuah pub di Jakarta yang isinya orang2 yang 'cari > > hiburan' ... ya pasti seperti itu yagn akan anda lihat tentang > > jakarta dan otomatis pronografi dan segala turunan dan target > > mengejar nafsu pantas diperjuangkan oleh mereka yang menikmatinya. > > Artinya Jakarta yang mayoritas muslim, penduduk aslinya orang > Beta
[wanita-muslimah] Re: Sholatnya Sia-Sia??
Yth. Pak Satriyo/Pak rsa, Saya malah tidak mengomentari "bunga-bunga" Anda soal Istilah Sermabi Mekkah dan lain-lainnya soal Aceh, justru sekali lagi, saya menanggapi kalimat Anda yang bilang, di mana bumi dipijak, di situ langit di junjung:). Yang seolah-olah menyalahkan perempuan di Aceh yang tidak berjilbab:D. Malah ada yang berkata-kata bahwa perempuan tidak berjilbab itu sholatnya sia-sia--> ini lho pak poin-nya:), bukan ngomongin Acehnya. Saya memang bukan orang Aceh, tapi saya belajar banyak sejarah Aceh, di mana aslinya perempuan-perempuan Aceh memang tidak berjilbab. Dulu kan Anda pernah mempertanyakan bacaan sejarah Saya tentang deskripsi pakaian-pakaian perempuan Aceh, yang Anda bilang semuanya perempuan Aceh termasuk Cut Nyak Dien berjilbab, dan saya sudah panjang lebar sampaikan pula, Cut Nyak Dien bukan berjilbab, namun mengenakan kain panjang yang multi fungsi.Kalau Anda tidak mau berkomentar karena saya bukan orang asli Aceh, juga tidak apa-apa lha wong saya juga tidak minta komentar Anda secara spesifik kok:). Aceh memang bukan Depok, tapi Depok akan bisa menuju penerapan Perda Syariat ala Aceh, kan sekarang lagi di "godok" di pemerintahan Depok. Termasuk "ngurusin" perempuan berjilbab atau tidak:) Wassalam Lestari --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "rsa" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Wah ya pantas anda cape, yang secara nanggepin komentar saya > semaunya. Santai sajalah. Anda akan saya tanggapi sec mendalam > seandainya anda memang orang aceh asli yang bukan model modal darah > aceh doang atau mengaku tahu Aceh semata karena modal pernah tinggal > atau sudah beberapa lama tinggal di Aceh! ;-] > > Saya lebih menghargai macam mas Eros yang bisa menggugah dengan karya > kolosal dan monumentalnya, Tjut Nja' Dhien itu. Lihat, apakah menurut > anda Tjut Nja' kejam langsung membunuh begitu saja inang yang 'ia > anggap' berkhiatan pada Kompeni, padahal sesaat sebelum ditikam > rencong, si inang 'confess' atas kesalahannya itu? Kan itu khas cara > penanganan 'pengkhianat' di masa perang berdasar syariat Islam? Apa > tidak jelas bagaimana para perempuan pejuang Aceh menutupi Aurat > mereka? Saya gak ngajak ribut soal Tjut Nja', tapi anda yang ajak. > So, ... silakan saja. Tapi saya ingin membedakan antara jilbab dan > aurat. Yang satu adalah pakaian, yang lain adalah bagian tubuh yang > perlu ditutup oleh muslim dan tidak boleh dilihat oleh orang lain, > selain orang tertentu. > > Kembali ke pokok bahasan, mengikuti anjuran pak Chodjim, agar fokus. > > Anda membaca tidak sih totalitas isi komen saya? Kenapa yang berupa > sampiran malah anda blow up? > > Lihat tidak apa sebenarnya ingin saya sampaikan? > > Kalo ingin bersikukuh bahwa Aceh itu dari sononya bukan negeri yang > berhak bergelar 'serambi mekah' karena sejak Kerajaan di Aceh > mengadopsi Syariat Islam, ya itu hak anda tapi jangan terpaku pada > apa yang bisa anda amati yang tentu terbatas tempat dan waktu. > > Anda kemanakan sejarah Aceh itu? Kalo anda hanya melihat interior dan > kondisi sebuah pub di Jakarta yang isinya orang2 yang 'cari > hiburan' ... ya pasti seperti itu yagn akan anda lihat tentang > jakarta dan otomatis pronografi dan segala turunan dan target > mengejar nafsu pantas diperjuangkan oleh mereka yang menikmatinya. > Artinya Jakarta yang mayoritas muslim, penduduk aslinya orang Betawi > yang religius, hampir mirip dengan Aceh, atau Padang, atau Banten, > atau Madura, atau Makassar (semua tempat yang Islam sangat mewarnai > tradisi dan kehidupan penduduknya), adalah seperti situasi di pub > malam itu. Apakah hanya mengacu pada keterbatasan tempat dan waktu? > > Lalu apa hubungannya dengan Depok? Memang Aceh ada hubungan dengan > Depok? > > Cappee deehhh ... > > Intinya, saya itu setuju dengan perda syariah asal memang tidak > artificial, dipaksakan. Itu sangat tidak sesuai dengan semangat > dakwah Rasulullah. > > Terserah anda mau setuju atau tidak dengan persepsi saya bahwa ada > daerah2 di negeri makmur ini yang memang ratusan tahun sudah akrab > dengan 'perda syariah'. Tapi faktanya sekarang sangat banyak pihak > yang ingin melakukan de-syariah-isasi pada daerah2 itu. Salah satunya > ya Aceh. Betapa Aceh sekarang dan dulu itu beda. Dan wajar Aceh bukan > lagi negeri yang patut menyandang gelar 'serambi Makah' spt dulu. > > Benar saja kata H Agus Salim, "Islam sangat mungkin hilang dari > negeri ini, tapi Islam tak akan pernah hilang dari dunia ini!" > > Allaahu akbar! > > salam, > satriyo