Buat bung Hadeer:
Dari posting bung Hadeer sepertinya pada peristiwa demo mahasiswa FORKOT dan Famred tersebut, bung Hadeer berada di sekitar mereka ( nonton di trotoar jalan JAKARTA  mungkin...atau hanya menyambung lidah orang lain ... :-D) untuk memperhatikan situasi sebenanya. Kalau begitu...bung Hadeer sudah tau dong apa alasan Forkot dan Famred melakukan aksi tolak pemilu kan? Dan tujuan mereka melakukan aksi demo itu kan ? Kalau ngga tau ...bagaimana bung Hadeer dapat membenarkan pendapat anda dan menganjurkan bang Ariston supaya melihat langsung?
Jadi, supaya jelas ....1. apa alasan dan tujuan aksi mereka dan  2. ditujukan kepada siapa aksi tersebut yang sebenarnya ( bukan asumsi bung Hadeer ) serta 3. Legitimate yang bagaimana maksud bung Hadeer...:-))) karena Pemilu ini merupakan ide dari pemerintah dan wakil rakyat yang "lama" kan?artinya mereka sudah menghitung- hitung ini semua kan   ...coba jelaskan kepada saya yah....  :-)))
 
Karena di milis ini pasti ada yang tau jawaban untuk di atas yang sebenarnya ( sumber langsung dari TKP ). So...yang tidak tau, seperti saya ini, menjadi mengerti dari bung Hader ...
:-))))
Salam
KT
 

 

Hadeer wrote:
Coba dong tolong di list universitas apa aja.
Yang pasti bukan datang dari UI dan Trisaksi , because they are too smart for Forkot :-)

 

Ariston wrote:
Busyet dah.....kali ini menurut saya anda sudah keterlaluan,
bung Hadeer. Anda menilai seseorang pintar atau bodohnya
hanya dari latar belakang universitas saja. Tobat deh saya.
Untuk menjadi pintar, seseorang tidak harus duduk
dibangku kuliah. Kepintaran pun tak menjamin orang
otomatis menjadi  bijak. Semoga anda mau membuka
wawasan  berpikir dan cara memandang anda.

Tuhan menganugerahkan manusia dengan kelebihannya masing2
selain juga memiliki kekurangan tentunya. Jangan kita
cepat bersombong diri atas diri orang lain yg mungkin
dimata kita terlihat kurang mengingat orang tersebut bisa
saja punya kelebihan yg kita tidak ketahui dan miliki.
Semoga anda mau menyadari ini.

Saya pribadi masih terus belajar untuk tidak terjebak menjadi
orang sombong karena saya menyadari sepenuhnya
bahwa saya punya manusia biasa yg punya keterbatasan.
Mari kita sama2 belajar dan menjaga diri agar tidak
terjebak menjadi orang sombong.


 

Hadeer wrote:
He...he...he...Bang Ariston sampe tobat....

Makanya bang Ariston, kalau Forkot dan Famred lagi demo, coba lihat dech kelakukan mereka dari jarak 10 meter (saya sudah pernah melihat dalam jarak kurang dari 5 meter, demo mereka, dan saya juga pernah mahasiswa juga loh). Biar bisa dilihat langsung dengan mata kepala sendiri, mana mahasiswa pintar, mana mahasiswa kurang pintar, mana mahasiswa kurang ajar.....dalam menyampaikan aspirasi, ide, usulan, kritik dan lain-lain.

Masa iya yang namanya mahasiswa ngomong ANJING ke petugas ..... masih mending saya kan ngomong goublok.... :-)

Pasti bang Ariston setuju dengan apa yang pernah saya tulis.


Ariston wrote:

Bung Hadeer, anda melihat situasi hanya dari satu titik saja
dan langsung memberikan penilaian.
Apakah anda sudah mencari tahu lebih lanjut kenapa
mahasiswa tersebut sampai mengeluarkan kata cercaan "anjing"
kepada petugas?
Bagaimana kalau seandainya mahasiswa itu ternyata pernah
punya "masalah" pada waktu2 sebelumnya dengan petugas seperti
misalnya pernah ditendangi, dibukung pakai popor senjata.
Atau mungkin teman mahasiswa tersebut pernah menderita
disiksa tentara, cacat, hilang tak tentu rimbanya sampai kini,
atau mungkin bahkan sampai meninggal karena ditembak
pada peristiwa2 yg lalu. Apakah anda sudah mempertimbangkan
kemungkinan itu.
Saya pribadi mungkin bila dihadapkan pada situasi teman
saya luka, cacat, atau meninggal karena ulah petugas, mungkin
saya akan punya "mata merah" juga terhadap petugas.
Saya saja yg tidak melihat langsung peristiwa Trisakti dan Semanggi,
dapat merasakan kepedihan mahasiswa atas peristiwa itu.
Saya merinding dan emosi saya naik ketika mendengar
peristiwa itu melalui telpon dengan keluarga dan
rekan saya di Jakarta yg menceritakan apa yg dia lihat.
Saya yg tidak punya kaitan langsung apa2 dengan para korban
bisa memiliki perasaan seperti itu, karenanya saya bisa
memaklumi bila ada rekan2 mahasiswa yg terkait langsung
dengan para korban memiliki emosi yg lebih dari apa yg
saya rasakan.
Semoga bung Hadeer sekarang bisa lebih mengerti
dan melihat kemungkinan situasi yg ada.

Saya tidak sedang melakukan pembelaan terhadap
mahasiswa atau pun pihak keamanan. Yang saya permasalahkan
adalah terlalu cepatnya bung Hadeer memberikan penilaian
hanya dari satu titik peristiwa dengan mengeluarkan kata2
yg menurut saya kurang pas. Ditambah lagi bung Hadeer
melakukan penggolongan pintar atau tidaknya seseorang
hanya berdasarkan dari latar belakang universitasnya saja,
ini sangat keterlaluan menurut saya.

Bung Hadeer, anda langsung memberikan penilaian goblok
kepada mahasiswa yg melempar petugas ataupun
mengeluarkan kata2 kasar kepada petugas.
Apakah anda juga pernah mengeluarkan kata2 goblok juga
kepada petugas yg telah membunuh banyak mahasiswa,
menculiki para aktivis, membunuh rakyat di Aceh, Irian, Timor,
yg jelas2 jauh lebih parah dan sadis dari hanya sekedar
menimpuki atau mengeluarkan kata2 kotor seperti yg dilakukan
oleh mahasiswa tersebut?
Kalau anda tidak pernah, kenapa anda melakukan
standar ganda dalam hal memberikan penilaian atau pun memaki2?
Boleh saya tahu alasan anda melakukan pembedaan tersebut?
Semoga anda bisa menangkap poin yg ingin saya sampaikan.


Hadeer wrote:
Saya mengerti dengan jelas situasi yang ada.

Semua yang dilakukan ABRI di Aceh, di Tanjung Priok, di Lampung, dll yang membunuhi rakyat yang tidak bersalah adalah perbuatan BIADAB.

Peristiwa penembakan di Semanggi juga adalah BIADAB, ABRI kah pelakunya ???

Bagaimana dengan peristiwa Banyuwangi,  yang nggak ketahuan siapa pelakunya.

Ada sebuah kekuatan lain yang ingin sedang mencoba menghancurkan bangsa ini, baik berkedok ABRI, berkedok Provokator dll.
Satu - satunya jalan keluar adalah PEMILU yang berlangsung dengan aman, tenang, jujur dan adil.

Yang dilakukan oleh Forkot sejak diadakannya Sidang Istimewa MPR/DPR sampai dengan kemarin, peristiwa 1 tahun reformasi, cuma demo-demo yang tidak menggunakan pikiran. Yang ujung-ujung nya cuma mengacaukan suasana dan proses ke PEMILU yang tenang dan legitimate.

Kalau mahasiswa Forkot dan Famred itu menginginkan PEMILU, mereka seharusnya memperlihatkan sebuah dukungan ke arah tersebut. BUKAN malah membuat keributan-keributan yang malah akan mengundang Provokotor, mengundang massa merusak, dll.

Atau jangan-jangan memang itu tujuan Forkot dan Famred, supaya tidak pernah ada PEMILU. !!!!!

Buat saya PERCUMA teriak - teriak Adili Suharto, usut kekayaan Suharto, Bubarkan KKN, Hilangkan Dwi Fungsi ABRI, KALAU tidak ada PEMILU yang bersih, jujur dan adil, dan kita semua harus mendukung ke arah itu.
Jika sudah ada PEMILU dan pemerintahan yang legitimate, mau mengadili ABRI kek, mau mengadili Suharto kek, mau apa aja kek, gampang saja dilakukan !!!

Bang ariston sudah dapat memahami pandangan saya ? :-)

Ariston wrote:
Bung Hadeer, anda melihat situasi hanya dari satu titik saja
dan langsung memberikan penilaian.

Semoga bung Hadeer sekarang bisa lebih mengerti dan melihat kemungkinan situasi yg ada.

Saya tidak sedang melakukan pembelaan terhadap
mahasiswa atau pun pihak keamanan.

Saya sepenuhnya memahami pandangan saya. Yang tidak saya pahami adalah ketika ada pihak yg tidak sepaham dengan
anda lalu anda kategorikan sebagai orang yg tidak punya pikiran.

Bung Hadeer, kalau anda mengikuti perkembangan berita yg
ada, memang Forkot adalah salah satu kelompok yg menolak
pemilu yg diselenggarakan oleh pemerintahan Habibie dan juga
mereka menuntut dibentuknya pemerintahan transisi.
Kelompok yg menolak pemilu dan menuntut dibentuknya pemerintahan
transisi tidak hanya Forkot saja tapi juga 11 kesatuan aksi lainnya
yg tergabung dalam Komite Mahasiswa Bersatu (KMB). Sebelas
kesatuan aksi lainnya diantaranya adalah Forum Komunikasi Senat Mahasiswa
Jakarta (FKSMJ), Komite Mahasiswa dan Rakyat untuk Demokrasi (Komrad),
Keluarga Besar Universitas Indonesia (KB- UI), Front Jakarta, dan
Forum Bersama (Forbes).

Mereka mungkin tidak sepaham dengan anda soal pemilu,
tapi bukan berarti mereka adalah orang2 yg tidak punya pikiran.

Coba lihat lagi mengenai pemilu khususnya mengenai susunan
anggota MPR/DPR kelak.
Akan ada 700 anggota MPR/DPR.
38 jatah ABRI/TNI (pengangkatan)
200 jatah utusan golongan dan utusan daerah (pengangkatan).
Yang diperebutkan dalam pemilu berarti ada 462 kursi.
Asumsikan Golkar dengan segala cara hanya mampu
mendapatkan 10% saja dari 462, katakanlah 46 kursi.
Maka dengan modal 238 dari hasil pengangkatan maka
jumlah suara yg akan menggolkan calon Golkar menjadi
284. Asumsikan akan terjadi pemungutan suara dalam
pemilihan presiden dimana pengumpul suara terbanyak
akan terpilih. Dengan kata lain dibutuhkan 351 suara
untuk bisa menjadi presiden periode mendatang.
Dengan skenario di atas maka Golkar hanya membutuhkan
suara tambahan sekitar 67 suara saja.
Ke-67 suara ini bisa didapat Golkar dari:
1.Setiap tambahan hasil pemilu yg lebih dari 10% yg didapat Golkar.
2.Koalisi dengan partai2 lain, termasuk partai gurem, dengan
   iming2 uang atau pun jabatan.
3.Pembelian suara yg disinyalir oleh bung Efron sudah disiapkan
  dana sampai triliunan rupiah.

Melihat kelemahan dari pemilu sekarang ini, menurut saya
wajar2 saja kalau ada yg menganggap pemilu sekarang
tidak sah.
Sebagian lagi ada juga yg menganggap pemilu sekarang
ini sebagai satu2nya jalan menuju pemerintahan yg bersih
dan sesuai dengan aspirasi rakyat walau saya ragukan
kelompok ini tahu benar mengenai struktur pemilihan anggota
MPR/DPR. Mungkin saja kelompok ini tahu tapi mereka
"pasrah" saja karena mereka pikir inilah yg terbaik yg bisa
dilakukan dengan harapan mungkin mereka tetap mampu
mengalahkan suara Golkar cs.

Saya pribadi tetap mempertanyakan pengangkatan anggota2
MPR yg tanpa melalui pemilu.
Di dalam UUD 1945 pasal 2 ayat 1, tidak ada disebutkan
bahwa utusan2 daerah dan golongan diangkat langsung dan
bukan dipilih melalui pemilu. Dengan kata lain, tidak tertutup
kemungkinan mereka, utusan daerah dan golongan, bisa
dipilih melalui proses pemilu agar lebih menceriminkan aspirasi
rakyat, jadi bukan dengan pengangkatan.
Bunyi UUD 1945 pasal 2 ayat 1 selengkapnya demikian:
(1)Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota-anggota
Dewan Perwakilan Rakyat, ditambah dengan utusan-utusan dari
daerah-daerah dan golongan-golongan, menurut aturan yang
ditetapkan dengan undang-undang.

Saya bisa merasakan apa yg dicemaskan oleh Komite
Mahasiswa Bersatu (KMB). Bila kelak kemungkinan yg saya
perkirakan diatas benar2 terjadi, dimana akhirnya calon
Golkar bisa digolkan dan Golkar mampu mempertahankan
status quo, maka tampaknya Indonesia akan memasuki
masa penderitaan panjang kedua kalau tidak terjadi
pertumpahan darah akibat gerakan revolusi rakyat.
KMB dalam hal ini tampaknya lebih memperhitungkan
kemungkinan2 di depan ketimbang anda, bung Hadeer,
yg mengaku memiliki pikiran lebih dibanding mereka.

 

Hadeer wrote:

Standar ganda adalah titik referensi yang sangat relatif Bang ........

Anda bilang saya sombong ......
Anda bilang saya berstandar ganda ........

Dunia ....dunia........semua nya relatif ...... terhadap siapa yang melihat he...he....

Soal jumlah kursi di DPR yang anda ragukan, menurut saya juga masih sangat kuatnya yang namanya Golkar dan turunannya ...
Jadi mau bagaimana ??? Nggak pakai Pemilu ?? Mau ABRI yang berkuasa ??? Atau mau pakai Hukum Rimba ??? Mau perang sipil dulu cari siapa yang paling kuat ??? Udah siap perang sipil ??? .... ENTE enak ada di Amerika !!!!

Pemilu memang tidak memuaskan dan pahit, tapi itu jalan satu-satunya yang legitimate, tunggu dan bersabar hingga pemilu tahun 2004, pelan - pelan kita rubah semuanya ........tidak segampang membalik tangan, dibutuhkan orang - orang dan mahasiswa yang sabar, berpikir jernih dan tidak memaksakan kehendak.


Kirim email ke