...

>>Yw: Keputusan ngaco tidaknya itu bisa dilihat nanti,
>>     bukan sekarang. Sabar dulu, lah. Kontroversial, mungkin
>>     saja, tapi kalo dibilang ngaco... sepertinya anda
>>     menujum masa depan. ;-)
>
>JA: Untuk tahu sesuatu ngaco tidak perlu menunggu oom.

Yw: Not always. Kalo nggak percaya, silakan lihat di kantor
    pulisi. Para korban-korban yg tertipu dg berbagai cara,
    semuanya baru tahu setelah beberapa waktu, tidak instan.
    Jadi, mereka (yg pada ketipu) perlu waktu utk tahu
    bahwa sesuatu ngaco.

    Jadi validitas kalimat anda di atas sudah terbukti. ;-)

>> >Kemarin saya masih mengira para penasihat macam Hikam yang jadi menteri
>> >bermodal bapaknya yg santri itu yang mempengaruhi Gus Dur.
>>
>>Yw: Bermodal bapaknya yg santri? Jangan berprasangka, Bung.
>>     Gus Dur sudah kenal ybs. long ago. He knows a lot of thing
>>     (that you don't know)(about that particular guy).
>
>JA: O Yeah? Of course wong anaknya pimpinan pesantren.
>    Jelas kenal mas.

Yw: Ya, itulah yg namanya praduga.

...

>> >Kalau ada pejabat memasukkan perempuan ke kantor sih dari dulu pasti ada.
>> >Tetapi ini BUKAN alasan untuk membubarkannya.
>>
>>Yw: MEMANG BUKAN! Emangnya yg bilang itu alasan pembubaran siapa?
>
>JA: Ah, Gus Dur kan yang bilang tho mas.

Yw: Jadi dia bilang: Deppen dibubarkan karena dan hanya karena
    ada pejabat memasukkan perempuan ke kantor, gitu? Kapan bilangnya?
    Salah denger kali...

...

>>Yw: Ya, kalo gitu faktanya, ya udah bener dong dibabat aja. ;-)
>>     Tanya dikit: apakah bagi anda, itu semua oke-oke aja?
>
>JA: Kalau mau dibabat sih jelas Deparpostel yang sudah diobok-obok
>    gay dong ah. Justru itu mesti dibersihkan. Kalau mau model babat
>    babatan tidak ada yg slamet mas.

Yw: Tepat. Emang Deparpostel sekarang udah nggak ada.

>> >Kemarin saya sudah tulis kalau pejabat baru itu harus orientasi dulu.
>>
>>Yw: Siapa yg mengharuskan?
>
>JA: Pejabat baru di kantor anda nggak pernah orientasi dulu gitu?
>    Pantes nggak pernah untung. Buntunggggg terus.

Yw: Nggak bisa jawab, kan? Nyerah? Siapa yg mengharuskan?
    Kan nggak ada. Orientasi itu TIDAK HARUS (bagi pejabat baru).
    Umumnya memang orientasi, tapi TIDAK HARUS.

    Contohnya yg nggak perlu: sebelum diangkat jadi pejabat, ybs.
    sudah well informed ttg banyak hal... begitu diangkat jadi
    pejabat, ya nggak perlu orientasi lagi lah yau... wuuuu, wuuu,
    kukuruyuk.... ;-)

>> >Minta para bawahan menjelaskan programnya, setiap bawahan presentasi.
>>
>>Yw: Bawahan tahu apa? Siapa yg punya visi?
>>     Kalo terus bawahannya status quo-an semua gimana? Ancur, dong.
>>
>>     Yang presiden emangnya siapa?
>>     Tiap-tiap orang punya cara terbaiknya masing-masing.
>>     Kalo anda punya cara itu, okelah, silakan diterapkan nanti
>>     kalo anda sempat jadi presiden.
>
>JA: Lho, bawahan jelas tahu banyak.

Yw:  Tentang visinya Gus Dur? I don't think so.
     Siapa Gus Dur aja mereka pasti banyak yg belum kenal.

...

>    Yang jelas-jelas status quo semua adalah semua pegawai telkom tuh.

Yw: Asik, asik. Perlu direformasi kalo begitu. ;-)

...

>> >Setelah itu baru si pejabat baru bikin kebijakan baru. Ini adalah
>> >prosedur standar!
>>
>>Yw: Tidak ada yg standar dalam strategic leadership.
>>     Kalo leader yg levelnya mandor bangunan, ya pake standar-
>>     standaran; tapi kalo top level, everything is unstructured.
>
>JA: Nope, semua dimulai dengan koleksi data. Tidak hanya kelas mandor
>    ataupun kelas presiden. Semua harus dilengkapi data, baik data
>    mati atau data berjalan.

Yw: Lha, emangnya selama puluhan tahun ini Gus Dur
    nggak koleksi Informasi? Wiranto nggak koleksi Informasi?
    Mega, Amien Rais, Akbar tanjung nggak koleksi Informasi?
    Tiduurrrr kali ya....

>> >Kalau benar Gus Dur tidak butuh penasihat, berarti memang Gus Dur
>>orangnya
>> >bodo.
>>
>>Yw: Tapi nyatanya dia butuh. Jadi dia orangnya pinter, gitu maksudnya?
>
>JA: Dia bilang keputusan diambil oleh dia seorang berdasarkan
>    pengamatan 30 tahun.

Yw: Lha, itu ente baru bilang harus koleksi data, nyatanya
    dibantah sama ente sendiri... ternyata sudah dilakukan.
    Pegimana, nih, lenong?

...

>>Yw: Mau langsung diratakan dg tanah juga bisa aja (dan sering terjadi);
>>     apa salahnya, wong dia yg mimpin rumah itu... ;-)
>
>JA: Nah ini yang bikin kacau. Kepemimpinan model diktator kok mau
>    diteruskan. Yang sering terjadi adalah sistem diktator, lalu apa
>    gunanya arus reformasi?

Yw: Represif itu kadang-kadang perlu, Mas.
    Setuju nggak? Pasti setuju deh kalo anda berpikiran luas dan luwes.

>>     Pemimpin yg besar itu (menurut saya) justru jangan terlalu
>>     ngeliat detil (pake anak buah disuruh presentasi satu-satu
>>     segala).
>
>JA: Itu adalah pandangan "klasik konon kabarnya".
>    Pemimpin yang besar adalah pemimpin yang mampu menseleksi mana
>    yang harus dilihat secara detil dan mana yang cukup di-skimming.

Yw: Exactly. That's what I said. Kalo dia anggep dalam nyusun kabinet,
    nggak perlu presentasi satu-satu, tapi cukup kumpulin lima orang
    yg dipercaya sebagai kredibel... ya orang lain nggak perlu sampe
    mencret-mencret minta anak buahnya presentasi satu-satu, gitu, kan?

    Ngerti juga, akhirnya. ;-)

....

Kirim email ke