RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai -Wawancara Danhil

2005-04-03 Terurut Topik Ferdinandus . KARTIKO-SAMODRO
Wah masih kerja sampe jam 6:00 sore ...dan di kantor enggak ada tv...

Mungkin ada yang  bisa dititipin  pertanyaan di bawah untuk Kang 
Danny?

penasaran banget nih soalnya

Regards

Ferdinandus Kartiko Samodro
TOTAL E&P Indonesie Balikpapan
DKS/EXR/GLG
0542- 533852






Ariadi Subandrio <[EMAIL PROTECTED]>
04/04/2005 02:25 PM
Please respond to iagi-net

 
To: iagi-net@iagi.or.id
cc: 
Subject:    RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : 
Siberut-Sipora-Pagai 
-Wawancara Danhil


Pak Ferdi,
bisa anda tanyakan secara langsung nanti sore jam 4.30 saat wawancara 
langsung dan interaktif dengan Kang Danny Hilman di Metro TV.
 
salam,
ar-


[EMAIL PROTECTED] wrote:
Pak Danny

kalau stasiun GPS di atas sudah bergerak cepat karena ada ganjel di 
bawahnyaapakah bisa dihitung berapa lama lagi terjadi gempa...?
atau bukankah kalau sampai GPSnya bergerak dengan cepat maka sebenarnya 
sudah terjadi gempa...dan GPS tersebut bergerak karena memang gempa yang 
sedang terjadi...?
yang saya masih belum mengerti apakah dengan GPS bisa digunakan untuk 
"memprediksi gempa yang akan terjadi" atau hanya mengukur dilatasi karena 
gempa yang sedang terjadi?


Regards

Ferdinandus Kartiko Samodro
TOTAL E&P Indonesie Balikpapan
DKS/EXR/GLG
0542- 533852






"D.H. Natawidjaja" 
01/04/2005 07:37 PM
Please respond to iagi-net


To: , "'Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI)'" 

cc: 
Subject: RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : 
Siberut-Sipora-Pagai 
(???!!!)


Untuk menginterpretasikan yang dibawah tentu bukan hanya dari gerakan
statsiun GPS tapi dibantu oleh (elastic) modelling, tapi prinsipnya
apabila ada bagian subduction interface yang terkunci (misalnya akibat
kena ganjel seamount) maka sta.GPS yang di atasnya bergerak cepat. Kalo
yang interfacenya licin maka gerak penunjaman lolos gitu aja sehingga
sta.GPS yang di atasnya ga bergerak. Dengan prinsip ini kita memetakan
"locking zones" atau zona yang efectif mengumpulkan elastic strain pada
zona subduksi.

Danny

-Original Message-
From: mohamad untung [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Friday, April 01, 2005 3:49 PM
To: iagi-net@iagi.or.id; Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI)
Subject: Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai :
Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)

Merujuk kepada ungkapan Pak Danny dan Pak Kusuma, saya ingin sedikit
menambahkan. GPS mengukur gerak-gerak ke arah datar, bukan mengetahui
apa
yang ada di bawah permukaan. Pengamatan GPS yang berkesinambung
(continuous)
dapat mengetahui kapan lempeng terganjel atau terbendung oleh kerikil.
Kalau
kerikilnya kecil ya gilas saja tapi kalau besar ya terganjel.
Jadi harus benar-benar dipantau gerak-gerak mendatar dari ukuran GPS.
Hasil
pengamatan lapangan GPS harus benar-benar di tapis (filter) mana yang
bisingan (noise) mana yang signal. Pada waktu terganjel gerak mendatar
berhenti atau mengendor kecepatannya dan kegempaan naik artinya
sismograf
menunjukkan gejala ini. La berapa dalam dari permukaan tanah dan berapa
besar kerikil itu. Tentu GPS tidak bisa tahu. Lempeng-lempeng itu sangat
magnetik, tetapi kerikil yang menganjel diharapkan lebih magnetik. Pada
peta
magnet terbitan EOS vol.86, no. 10, 8 Maret 2005, AGU (tolong dilihat
terbitan ini. Kalau tidak punya saya ada. Bisa saya copi ).
Daerah-daerah di
mana terdapat kedalaman magnet dangkal di situlah hiposenter berasal
artinya terdapat banyak kerikil.
Wassalam,
M. Untung
- Original Message -
From: "D.H. Natawidjaja" 
To: 
Sent: Friday, April 01, 2005 9:40 AM
Subject: RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai :
Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)


> Ya ganjel-ganjel atau asperities itu bisa dipetakan apabila ada
jaringan
> GPS dan/atau seismograph yang cukup.
>
> Danny
>
> -Original Message-
> From: Leonard Lisapaly [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Sent: Friday, April 01, 2005 7:43 AM
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai :
> Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)
>
>
> Jika kita memiliki jaringan GPS yang cukup banyak, apakah lokasi
> ganjel-ganjel ini dapat kita tentukan ? Asumsinya, ganjel-ganjel
> tersebut akan menyebabkan stagnasi dalam pergerakan lempeng yang
> diperlihatkan dalam perubahan positioning yang lebih kecil
dibandingkan
> daerah yang tidak ada ganjelannya. Kapan terjadinya rupture dan level
> pelepasan energi mungkin dapat dipelajari dari karakteristik perubahan
> positioning dari waktu ke waktu dan kemiringan bidang subduksi.
>
> Selanjutnya, jika lokasi ini dapat kita prediksi, kita juga dapat
> mungkin dapat memprediksi daerah yang mungkin terkena dampak gempa
> berdasarkan pola radiasi dari gempa tektonik.
>
>
> LL
>
> -----Original Message-
> From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Sent: Thursday, March 31, 2005 7:40 PM
> To: iagi-net@i

RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai -Wawancara Danhil

2005-04-03 Terurut Topik Ariadi Subandrio
Pak Ferdi,
bisa anda tanyakan secara langsung nanti sore jam 4.30 saat wawancara langsung 
dan interaktif dengan Kang Danny Hilman di Metro TV.
 
salam,
ar-


[EMAIL PROTECTED] wrote:
Pak Danny

kalau stasiun GPS di atas sudah bergerak cepat karena ada ganjel di 
bawahnyaapakah bisa dihitung berapa lama lagi terjadi gempa...?
atau bukankah kalau sampai GPSnya bergerak dengan cepat maka sebenarnya 
sudah terjadi gempa...dan GPS tersebut bergerak karena memang gempa yang 
sedang terjadi...?
yang saya masih belum mengerti apakah dengan GPS bisa digunakan untuk 
"memprediksi gempa yang akan terjadi" atau hanya mengukur dilatasi karena 
gempa yang sedang terjadi?


Regards

Ferdinandus Kartiko Samodro
TOTAL E&P Indonesie Balikpapan
DKS/EXR/GLG
0542- 533852






"D.H. Natawidjaja" 
01/04/2005 07:37 PM
Please respond to iagi-net


To: , "'Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI)'" 

cc: 
Subject: RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai 
(???!!!)


Untuk menginterpretasikan yang dibawah tentu bukan hanya dari gerakan
statsiun GPS tapi dibantu oleh (elastic) modelling, tapi prinsipnya
apabila ada bagian subduction interface yang terkunci (misalnya akibat
kena ganjel seamount) maka sta.GPS yang di atasnya bergerak cepat. Kalo
yang interfacenya licin maka gerak penunjaman lolos gitu aja sehingga
sta.GPS yang di atasnya ga bergerak. Dengan prinsip ini kita memetakan
"locking zones" atau zona yang efectif mengumpulkan elastic strain pada
zona subduksi.

Danny

-Original Message-
From: mohamad untung [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Friday, April 01, 2005 3:49 PM
To: iagi-net@iagi.or.id; Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI)
Subject: Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai :
Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)

Merujuk kepada ungkapan Pak Danny dan Pak Kusuma, saya ingin sedikit
menambahkan. GPS mengukur gerak-gerak ke arah datar, bukan mengetahui
apa
yang ada di bawah permukaan. Pengamatan GPS yang berkesinambung
(continuous)
dapat mengetahui kapan lempeng terganjel atau terbendung oleh kerikil.
Kalau
kerikilnya kecil ya gilas saja tapi kalau besar ya terganjel.
Jadi harus benar-benar dipantau gerak-gerak mendatar dari ukuran GPS.
Hasil
pengamatan lapangan GPS harus benar-benar di tapis (filter) mana yang
bisingan (noise) mana yang signal. Pada waktu terganjel gerak mendatar
berhenti atau mengendor kecepatannya dan kegempaan naik artinya
sismograf
menunjukkan gejala ini. La berapa dalam dari permukaan tanah dan berapa
besar kerikil itu. Tentu GPS tidak bisa tahu. Lempeng-lempeng itu sangat
magnetik, tetapi kerikil yang menganjel diharapkan lebih magnetik. Pada
peta
magnet terbitan EOS vol.86, no. 10, 8 Maret 2005, AGU (tolong dilihat
terbitan ini. Kalau tidak punya saya ada. Bisa saya copi ).
Daerah-daerah di
mana terdapat kedalaman magnet dangkal di situlah hiposenter berasal
artinya terdapat banyak kerikil.
Wassalam,
M. Untung
- Original Message -
From: "D.H. Natawidjaja" 
To: 
Sent: Friday, April 01, 2005 9:40 AM
Subject: RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai :
Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)


> Ya ganjel-ganjel atau asperities itu bisa dipetakan apabila ada
jaringan
> GPS dan/atau seismograph yang cukup.
>
> Danny
>
> -Original Message-
> From: Leonard Lisapaly [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Sent: Friday, April 01, 2005 7:43 AM
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai :
> Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)
>
>
> Jika kita memiliki jaringan GPS yang cukup banyak, apakah lokasi
> ganjel-ganjel ini dapat kita tentukan ? Asumsinya, ganjel-ganjel
> tersebut akan menyebabkan stagnasi dalam pergerakan lempeng yang
> diperlihatkan dalam perubahan positioning yang lebih kecil
dibandingkan
> daerah yang tidak ada ganjelannya. Kapan terjadinya rupture dan level
> pelepasan energi mungkin dapat dipelajari dari karakteristik perubahan
> positioning dari waktu ke waktu dan kemiringan bidang subduksi.
>
> Selanjutnya, jika lokasi ini dapat kita prediksi, kita juga dapat
> mungkin dapat memprediksi daerah yang mungkin terkena dampak gempa
> berdasarkan pola radiasi dari gempa tektonik.
>
>
> LL
>
> -Original Message-----
> From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Sent: Thursday, March 31, 2005 7:40 PM
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai :
> Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)
>
> Untuk meramalkan di mana gempa akan terjadi lagi, maka kita harus
> melokalisasi di mana saja terdapat ganjel-ganjel ini serta besar kecil
> nya
> ganjel, dan akumulasi stress yang terjadi pada ganjel-ganjel ini.
>
> -
> To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
> To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
> Visit IAG

RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)

2005-04-03 Terurut Topik Ferdinandus . KARTIKO-SAMODRO
Pak Danny

kalau stasiun GPS di atas sudah bergerak cepat karena ada ganjel di 
bawahnyaapakah bisa dihitung berapa lama lagi terjadi gempa...?
atau bukankah kalau sampai GPSnya bergerak dengan cepat maka sebenarnya 
sudah terjadi gempa...dan GPS tersebut bergerak karena memang gempa yang 
sedang terjadi...?
yang saya masih belum mengerti apakah dengan GPS bisa digunakan untuk 
"memprediksi gempa yang akan terjadi" atau hanya mengukur dilatasi karena 
gempa yang sedang terjadi?


Regards

Ferdinandus Kartiko Samodro
TOTAL E&P Indonesie Balikpapan
DKS/EXR/GLG
0542- 533852






"D.H. Natawidjaja" <[EMAIL PROTECTED]>
01/04/2005 07:37 PM
Please respond to iagi-net

 
To: , "'Himpunan Ahli Geofisika Indonesia 
(HAGI)'" 
<[EMAIL PROTECTED]>
    cc: 
    Subject:    RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : 
Siberut-Sipora-Pagai 
(???!!!)


Untuk menginterpretasikan yang dibawah tentu bukan hanya dari gerakan
statsiun GPS tapi dibantu oleh (elastic) modelling, tapi prinsipnya
apabila ada bagian subduction interface yang terkunci (misalnya akibat
kena ganjel seamount) maka sta.GPS yang di atasnya bergerak cepat.  Kalo
yang interfacenya licin maka gerak penunjaman lolos gitu aja sehingga
sta.GPS yang di atasnya ga bergerak.  Dengan prinsip ini kita memetakan
"locking zones" atau zona yang efectif mengumpulkan elastic strain pada
zona subduksi.

Danny

-Original Message-
From: mohamad untung [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Friday, April 01, 2005 3:49 PM
To: iagi-net@iagi.or.id; Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI)
Subject: Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai :
Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)

Merujuk kepada ungkapan Pak Danny dan Pak Kusuma, saya ingin sedikit
menambahkan. GPS mengukur gerak-gerak ke arah datar, bukan mengetahui
apa
yang ada di bawah permukaan. Pengamatan GPS yang berkesinambung
(continuous)
dapat mengetahui kapan lempeng terganjel atau terbendung oleh kerikil.
Kalau
kerikilnya kecil ya gilas saja tapi kalau besar ya terganjel.
Jadi harus benar-benar dipantau gerak-gerak  mendatar dari ukuran GPS.
Hasil
pengamatan lapangan GPS harus benar-benar di tapis (filter) mana yang
bisingan (noise) mana yang signal. Pada waktu terganjel gerak mendatar
berhenti atau mengendor kecepatannya dan kegempaan naik artinya
sismograf
menunjukkan gejala ini. La berapa dalam dari permukaan tanah dan berapa
besar kerikil itu. Tentu GPS tidak bisa tahu. Lempeng-lempeng itu sangat
magnetik, tetapi kerikil yang menganjel diharapkan lebih magnetik. Pada
peta
magnet terbitan EOS vol.86, no. 10, 8 Maret 2005, AGU (tolong dilihat
terbitan ini. Kalau tidak punya saya ada. Bisa saya copi ).
Daerah-daerah di
mana terdapat kedalaman magnet dangkal di situlah  hiposenter berasal
artinya terdapat banyak kerikil.
Wassalam,
M. Untung
- Original Message -
From: "D.H. Natawidjaja" <[EMAIL PROTECTED]>
To: 
Sent: Friday, April 01, 2005 9:40 AM
Subject: RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai :
Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)


> Ya ganjel-ganjel atau asperities itu bisa dipetakan apabila ada
jaringan
> GPS dan/atau seismograph yang cukup.
>
> Danny
>
> -Original Message-
> From: Leonard Lisapaly [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Sent: Friday, April 01, 2005 7:43 AM
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai :
> Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)
>
>
> Jika kita memiliki jaringan GPS yang cukup banyak, apakah lokasi
> ganjel-ganjel ini dapat kita tentukan ? Asumsinya, ganjel-ganjel
> tersebut akan menyebabkan stagnasi dalam pergerakan lempeng yang
> diperlihatkan dalam perubahan positioning yang lebih kecil
dibandingkan
> daerah yang tidak ada ganjelannya. Kapan terjadinya rupture dan level
> pelepasan energi mungkin dapat dipelajari dari karakteristik perubahan
> positioning dari waktu ke waktu dan kemiringan bidang subduksi.
>
> Selanjutnya, jika lokasi ini dapat kita prediksi, kita juga dapat
> mungkin dapat memprediksi daerah yang mungkin terkena dampak gempa
> berdasarkan pola radiasi dari gempa tektonik.
>
>
> LL
>
> -----Original Message-
> From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Sent: Thursday, March 31, 2005 7:40 PM
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai :
> Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)
>
> Untuk meramalkan di mana gempa akan terjadi lagi, maka kita harus
> melokalisasi di mana saja terdapat ganjel-ganjel ini serta besar kecil
> nya
> ganjel, dan akumulasi stress yang terjadi pada ganjel-ganjel ini.
>
> -
> To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
> To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-arc

RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)

2005-04-01 Terurut Topik D.H. Natawidjaja
Untuk menginterpretasikan yang dibawah tentu bukan hanya dari gerakan
statsiun GPS tapi dibantu oleh (elastic) modelling, tapi prinsipnya
apabila ada bagian subduction interface yang terkunci (misalnya akibat
kena ganjel seamount) maka sta.GPS yang di atasnya bergerak cepat.  Kalo
yang interfacenya licin maka gerak penunjaman lolos gitu aja sehingga
sta.GPS yang di atasnya ga bergerak.  Dengan prinsip ini kita memetakan
"locking zones" atau zona yang efectif mengumpulkan elastic strain pada
zona subduksi.

Danny

-Original Message-
From: mohamad untung [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Friday, April 01, 2005 3:49 PM
To: iagi-net@iagi.or.id; Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI)
Subject: Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai :
Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)

Merujuk kepada ungkapan Pak Danny dan Pak Kusuma, saya ingin sedikit
menambahkan. GPS mengukur gerak-gerak ke arah datar, bukan mengetahui
apa
yang ada di bawah permukaan. Pengamatan GPS yang berkesinambung
(continuous)
dapat mengetahui kapan lempeng terganjel atau terbendung oleh kerikil.
Kalau
kerikilnya kecil ya gilas saja tapi kalau besar ya terganjel.
Jadi harus benar-benar dipantau gerak-gerak  mendatar dari ukuran GPS.
Hasil
pengamatan lapangan GPS harus benar-benar di tapis (filter) mana yang
bisingan (noise) mana yang signal. Pada waktu terganjel gerak mendatar
berhenti atau mengendor kecepatannya dan kegempaan naik artinya
sismograf
menunjukkan gejala ini. La berapa dalam dari permukaan tanah dan berapa
besar kerikil itu. Tentu GPS tidak bisa tahu. Lempeng-lempeng itu sangat
magnetik, tetapi kerikil yang menganjel diharapkan lebih magnetik. Pada
peta
magnet terbitan EOS vol.86, no. 10, 8 Maret 2005, AGU (tolong dilihat
terbitan ini. Kalau tidak punya saya ada. Bisa saya copi ).
Daerah-daerah di
mana terdapat kedalaman magnet dangkal di situlah  hiposenter berasal
artinya terdapat banyak kerikil.
Wassalam,
M. Untung
- Original Message -
From: "D.H. Natawidjaja" <[EMAIL PROTECTED]>
To: 
Sent: Friday, April 01, 2005 9:40 AM
Subject: RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai :
Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)


> Ya ganjel-ganjel atau asperities itu bisa dipetakan apabila ada
jaringan
> GPS dan/atau seismograph yang cukup.
>
> Danny
>
> -Original Message-
> From: Leonard Lisapaly [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Sent: Friday, April 01, 2005 7:43 AM
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai :
> Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)
>
>
> Jika kita memiliki jaringan GPS yang cukup banyak, apakah lokasi
> ganjel-ganjel ini dapat kita tentukan ? Asumsinya, ganjel-ganjel
> tersebut akan menyebabkan stagnasi dalam pergerakan lempeng yang
> diperlihatkan dalam perubahan positioning yang lebih kecil
dibandingkan
> daerah yang tidak ada ganjelannya. Kapan terjadinya rupture dan level
> pelepasan energi mungkin dapat dipelajari dari karakteristik perubahan
> positioning dari waktu ke waktu dan kemiringan bidang subduksi.
>
> Selanjutnya, jika lokasi ini dapat kita prediksi, kita juga dapat
> mungkin dapat memprediksi daerah yang mungkin terkena dampak gempa
> berdasarkan pola radiasi dari gempa tektonik.
>
>
> LL
>
> -Original Message-
> From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Sent: Thursday, March 31, 2005 7:40 PM
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai :
> Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)
>
> Untuk meramalkan di mana gempa akan terjadi lagi, maka kita harus
> melokalisasi di mana saja terdapat ganjel-ganjel ini serta besar kecil
> nya
> ganjel, dan akumulasi stress yang terjadi pada ganjel-ganjel ini.
>
> -
> To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
> To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
> Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy
> Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
> Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
> Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
> Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
> Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau
> [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
> Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
> -
>
>
>
> -
> To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
> To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net

Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)

2005-04-01 Terurut Topik Ferdinandus . KARTIKO-SAMODRO
Saya ingin tahu sebenarnya GPS itu mengukur apa ya...? kedudukan X,Y,Z 
dari suatu posisi atau juga mengukur hal yang lain...?
Dan mungkin ada yang bisa menerangkan dengan bahasa yang sederhana 
bagaimana GPS - GPS tersebut bisa digunakan untuk memantau akan terjadi 
gempa?
Seperti pertanyaan saya sebelumnnya, pergerakan yang ada di bawah 
permukaan bumi bergerak tidak sama dengan kecepatan di permukaan..sehingga 
problem konversi jarak terukur juga
tidak begitu jelas..misal..kalau gps bergerak 2 cm/ year apakah lalu akan 
terjadi gempa? atau misalnya bergerak vertikal 5 cm/ year  apakah lalu 
akan gempa?

kalau memang kemungkinan magnetik dangkal lebih mungkin menunjukan 
kemungkinan kerikil...ya mungkin kita bisa mengukur besarnya perubahan 
magnetik berdasarkan waktu sehingga pada saat magnetik bertambah dari 
waktu ke waktu ..kita bisa mengatakan akan ada gempa...

apakah ada alat yang mengukur perubahan magnetik tersebut...?


Regards

Ferdinandus Kartiko Samodro
TOTAL E&P Indonesie Balikpapan
DKS/EXR/GLG
0542- 533852






"mohamad untung" <[EMAIL PROTECTED]>
01/04/2005 04:49 PM
Please respond to iagi-net

 
To: , "Himpunan Ahli Geofisika Indonesia 
(HAGI)" 
<[EMAIL PROTECTED]>
        cc: 
        Subject:    Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : 
Siberut-Sipora-Pagai 
(???!!!)


Merujuk kepada ungkapan Pak Danny dan Pak Kusuma, saya ingin sedikit
menambahkan. GPS mengukur gerak-gerak ke arah datar, bukan mengetahui apa
yang ada di bawah permukaan. Pengamatan GPS yang berkesinambung 
(continuous)
dapat mengetahui kapan lempeng terganjel atau terbendung oleh kerikil. 
Kalau
kerikilnya kecil ya gilas saja tapi kalau besar ya terganjel.
Jadi harus benar-benar dipantau gerak-gerak  mendatar dari ukuran GPS. 
Hasil
pengamatan lapangan GPS harus benar-benar di tapis (filter) mana yang
bisingan (noise) mana yang signal. Pada waktu terganjel gerak mendatar
berhenti atau mengendor kecepatannya dan kegempaan naik artinya sismograf
menunjukkan gejala ini. La berapa dalam dari permukaan tanah dan berapa
besar kerikil itu. Tentu GPS tidak bisa tahu. Lempeng-lempeng itu sangat
magnetik, tetapi kerikil yang menganjel diharapkan lebih magnetik. Pada 
peta
magnet terbitan EOS vol.86, no. 10, 8 Maret 2005, AGU (tolong dilihat
terbitan ini. Kalau tidak punya saya ada. Bisa saya copi ). Daerah-daerah 
di
mana terdapat kedalaman magnet dangkal di situlah  hiposenter berasal
artinya terdapat banyak kerikil.
Wassalam,
M. Untung
- Original Message -
From: "D.H. Natawidjaja" <[EMAIL PROTECTED]>
To: 
Sent: Friday, April 01, 2005 9:40 AM
Subject: RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai :
Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)


> Ya ganjel-ganjel atau asperities itu bisa dipetakan apabila ada jaringan
> GPS dan/atau seismograph yang cukup.
>
> Danny
>
> -Original Message-
> From: Leonard Lisapaly [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Sent: Friday, April 01, 2005 7:43 AM
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai :
> Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)
>
>
> Jika kita memiliki jaringan GPS yang cukup banyak, apakah lokasi
> ganjel-ganjel ini dapat kita tentukan ? Asumsinya, ganjel-ganjel
> tersebut akan menyebabkan stagnasi dalam pergerakan lempeng yang
> diperlihatkan dalam perubahan positioning yang lebih kecil dibandingkan
> daerah yang tidak ada ganjelannya. Kapan terjadinya rupture dan level
> pelepasan energi mungkin dapat dipelajari dari karakteristik perubahan
> positioning dari waktu ke waktu dan kemiringan bidang subduksi.
>
> Selanjutnya, jika lokasi ini dapat kita prediksi, kita juga dapat
> mungkin dapat memprediksi daerah yang mungkin terkena dampak gempa
> berdasarkan pola radiasi dari gempa tektonik.
>
>
> LL
>
> -Original Message-----
> From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Sent: Thursday, March 31, 2005 7:40 PM
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai :
> Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)
>
> Untuk meramalkan di mana gempa akan terjadi lagi, maka kita harus
> melokalisasi di mana saja terdapat ganjel-ganjel ini serta besar kecil
> nya
> ganjel, dan akumulasi stress yang terjadi pada ganjel-ganjel ini.
>
> -
> To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
> To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
> Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy
> Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
> Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
> Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
> Komisi Sertifikasi : M. Suryowib

Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)

2005-03-31 Terurut Topik mohamad untung
Merujuk kepada ungkapan Pak Danny dan Pak Kusuma, saya ingin sedikit
menambahkan. GPS mengukur gerak-gerak ke arah datar, bukan mengetahui apa
yang ada di bawah permukaan. Pengamatan GPS yang berkesinambung (continuous)
dapat mengetahui kapan lempeng terganjel atau terbendung oleh kerikil. Kalau
kerikilnya kecil ya gilas saja tapi kalau besar ya terganjel.
Jadi harus benar-benar dipantau gerak-gerak  mendatar dari ukuran GPS. Hasil
pengamatan lapangan GPS harus benar-benar di tapis (filter) mana yang
bisingan (noise) mana yang signal. Pada waktu terganjel gerak mendatar
berhenti atau mengendor kecepatannya dan kegempaan naik artinya sismograf
menunjukkan gejala ini. La berapa dalam dari permukaan tanah dan berapa
besar kerikil itu. Tentu GPS tidak bisa tahu. Lempeng-lempeng itu sangat
magnetik, tetapi kerikil yang menganjel diharapkan lebih magnetik. Pada peta
magnet terbitan EOS vol.86, no. 10, 8 Maret 2005, AGU (tolong dilihat
terbitan ini. Kalau tidak punya saya ada. Bisa saya copi ). Daerah-daerah di
mana terdapat kedalaman magnet dangkal di situlah  hiposenter berasal
artinya terdapat banyak kerikil.
Wassalam,
M. Untung
- Original Message -
From: "D.H. Natawidjaja" <[EMAIL PROTECTED]>
To: 
Sent: Friday, April 01, 2005 9:40 AM
Subject: RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai :
Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)


> Ya ganjel-ganjel atau asperities itu bisa dipetakan apabila ada jaringan
> GPS dan/atau seismograph yang cukup.
>
> Danny
>
> -Original Message-
> From: Leonard Lisapaly [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Sent: Friday, April 01, 2005 7:43 AM
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai :
> Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)
>
>
> Jika kita memiliki jaringan GPS yang cukup banyak, apakah lokasi
> ganjel-ganjel ini dapat kita tentukan ? Asumsinya, ganjel-ganjel
> tersebut akan menyebabkan stagnasi dalam pergerakan lempeng yang
> diperlihatkan dalam perubahan positioning yang lebih kecil dibandingkan
> daerah yang tidak ada ganjelannya. Kapan terjadinya rupture dan level
> pelepasan energi mungkin dapat dipelajari dari karakteristik perubahan
> positioning dari waktu ke waktu dan kemiringan bidang subduksi.
>
> Selanjutnya, jika lokasi ini dapat kita prediksi, kita juga dapat
> mungkin dapat memprediksi daerah yang mungkin terkena dampak gempa
> berdasarkan pola radiasi dari gempa tektonik.
>
>
> LL
>
> -Original Message-
> From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Sent: Thursday, March 31, 2005 7:40 PM
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai :
> Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)
>
> Untuk meramalkan di mana gempa akan terjadi lagi, maka kita harus
> melokalisasi di mana saja terdapat ganjel-ganjel ini serta besar kecil
> nya
> ganjel, dan akumulasi stress yang terjadi pada ganjel-ganjel ini.
>
> -
> To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
> To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
> Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy
> Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
> Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
> Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
> Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
> Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau
> [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
> Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
> -
>
>
>
> -
> To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
> To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
> Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy
Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
> Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
> Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
> Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
> Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau
[EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
> Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
> -
>


-
To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http:/

RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased Strain...)

2005-03-31 Terurut Topik D.H. Natawidjaja
Arah rambat sumber gempa tidak harus mengikuti pergerakan lateral
movement.

Kejadian letusan gunung api setelah gempabumi memang pernah terjadi.
Tidak lama setelah gempabesar tahun 1833 di Mentawai terjadi letusan
gunung api di Bukit Kaba, Bengkulu.  Saya mendengar berita juga bahwa
setelah gempa Aceh kegiatan volkanisme di P. Weh meningkat.

Salam,

Danny



-Original Message-
From: Fatrial Bahesti [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Thursday, March 31, 2005 3:45 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai :
Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased
Strain...)

 
Jika 'oblique subduction zone' sepanjang pulau sumatra merupakan right
lateral movement, maka pergerakan epicenter seharusnya mengikuti
pergerakan kerak samudera ke utara (andaman), tetapi gempanya kok malah
menjalar ke selatan (nias-mentawai...) ?
 
Bagaimana dengan kegiatan vulkanisme setelah gempa hebat di sumatra? 
Kerak samudera yang menunjam lebih landai dan oblique di sumatra
seharusnya menghasilkan 'heat flow' secara vertikal maupun lateral.
Hipotesis bahwa adanya 'slab' yang terputus pada upper mantel di sumatra
sebenarnya memberikan space bagi kerak samudera untuk bergerak
'Up-Thrust', tetapi apakah demikian mekansimenya...
 
salam,
 
Fatrial
 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

Jadi gempa Aceh dan Nias kemarin sama2 gempa 'megathrust'. Sebelumnya
saya
sempat berpikir bahwa gempa Nias terjadi karena Sesar Mentawai.

Mohon pencerahan sedikit lagi Pak..

Apakah yang Pak Danny maksud dengan bidang subduksi "aseismic" antara
Nias
dan Siberut itu adalah Investigator Fractured Zone (IFZ)?
Kenapa segmen zona subduksi ini bisa memiliki karakteristik berbeda
dengan
segmen jalur subduksi yang lain ?

salam,
Ferry





"D.H. 
Natawidjaja" To: 

ipi.go.id> Subject: RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : 
Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased 
03/31/2005 Strain...) 
12:35 PM 
Please respond 
to iagi-net 






Mohon maaf,
Halo rekan-rekan IAGI sekalian,
Kemarin-kemarin entah kenapa saya emang terhapus dari daftar
mailing-list IAGI-Net sehingga tidak pernah terima e-mail ini. Untung
Mba Dyah menolong saya untuk mendaftarkan kembali di mailing list ini.

Menurut saya begini,
Gempa Nias kemarin itu adalah gempa "megathrust" (i.e. sama seperti
gempa Aceh) pada subduction interface yang letak "rupture zone" (bidang
patahan yang bergeser ketika terjadi gempabumi)-nya persis di sebelahnya
rupture zone dari Gempa Aceh.

Jadi memang Gempa Aceh ini ternyata betul-betul memicu sumber gempa di
sebelah selatannya. Sekarang satu-satunya sumber gempa yang sudah
matang yang sedang menunggu giliran adalah yang di bawah Kep. Mentawai
itu.
Kapan kira-kira waktunya? Tentu kita engga tahu. Tapi saya pikir dalam
kurun waktu 10 tahun ke depan kemungkinan terjadi gempabesar di sini
tinggi. Belajar dari zona subduksi di Pacifik (Kamtchaka - Chile),
pernah terjadi 7 gempa besar hanya dalam kurun waktu 10 tahun, dari 1955
- 1965.

Yang jadi harapan saya bahwa gempa di Mentawai mungkin tidak terjadi
dalam waktu dekat adalah adanya segmen zona subduksi diantara Nias dan
Siberut (di bawah Kep. Batu) yang kondisinya tidak matang dan
karakteristiknya dominan "ASEISMIC" artinya banyak meloloskan strain
energy. Mudah-mudahan Zona subduksi yang pas berada di khatulistiwa ini
bisa menjadi "buffer zone" agar perambatan energi gempa dari utara itu
bisa tertahan untuk sementara waktu sebelum dia menyebrang ke Siberut.

Kontroversi tentang mekanisme gempa di Nias kelihatannya bersumber ke
Focal Mechanism (CMT) USGS yang kurang tepat (mungkin sekarang sudah di
ralat). CMT USGS ini memperlihatkan bahwa Gempa Nias sepertinya suatu
"Up-Thrust" pada bidang patahan yang hampir tegak lurus. Waktu malam
terjadinya gempa, saya agak heran-heran melihat solusi USGS ini. Apakah
benar bukan megathrust earthquake melainkan gempa pada Sesar Mentawai?
Mungkin CMT USGS ini yang dilihat oleh Pak Surono.
Untung paginya Harvard juga mengeluarkan CMT yang lebih baik. Pada
Harvard CMT terlihat jelas bahwa gempa Nias ini merupakan gempa
megathrust - pure dip-slip.

Sekarang masalahnya kalau ini megathrust earthquake dengan magnitudo
8.7, kenapa Tsunami-nya kecil?
Saya kemarin berdiskusi dengan Wahyu Triyoso, terus Wahyu kebetulan
mendapatkan analisa data seismik yang sudah dilakukan oleh ERI Univ.
Tokyo, tempat sekolahnya dulu. Dari analisa seismogram ini terlihat
bahwa "fault displacement" pada rupture zone-nya memang besar di bagian
bawahnya, yaitu di kedalaman ~15 - 40 km, tapi displacement ini menjadi
mengecil ke arah atas. Kata Wahyu pada subduction interface di sebelah
baratnya Nias, displacementnya hanya 1 meteran! Artinya walaupun gempa
ini besar, deformasi yang terjadi pada bawah permukaan laut di barat P.
Nias sampai ke palung tidak besar. Menurut kami, itulah penye

RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased Strain...)

2005-03-31 Terurut Topik Ferdinandus . KARTIKO-SAMODRO
saya juga mau

gambar bisa bicara seribu kata - kata...

Regards

Ferdinandus Kartiko Samodro
TOTAL E&P Indonesie Balikpapan
DKS/EXR/GLG
0542- 533852






"Santoso, Hendro (hendroh)" <[EMAIL PROTECTED]>
01/04/2005 10:57 AM
Please respond to iagi-net

 
To: iagi-net@iagi.or.id
cc: 
    Subject:        RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : 
Siberut-Sipora-Pagai 
(???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased Strain...)



Saya juga tertarik atasnya dan Japri siap menampung. Thx.

-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Friday, April 01, 2005 9:54 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai :
Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased
Strain...)


>
  Rekan rekan

  Siapa ya yang dapat memberikan keterangan pak Danny dan Awang
  dengan suatu sketsa sehingga lebih mudah saya mengerti.
  Kalau tidak berkeberatan , kirim ke Japri saja.

  Si - Abah

 ...deleted...


-
To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy 
Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau 
[EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-





-
To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL 
PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), 
Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-



RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased Strain...)

2005-03-31 Terurut Topik Santoso, Hendro (hendroh)

Saya juga tertarik atasnya dan Japri siap menampung. Thx.

-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Friday, April 01, 2005 9:54 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai :
Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased
Strain...)


>
  Rekan rekan

  Siapa ya yang dapat memberikan keterangan pak Danny dan Awang
  dengan suatu sketsa sehingga lebih mudah saya mengerti.
  Kalau tidak berkeberatan , kirim ke Japri saja.

  Si - Abah

 ...deleted...


-
To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL 
PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), 
Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-



RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased Strain...)

2005-03-31 Terurut Topik yrsnki
>
  Rekan rekan

  Siapa ya yang dapat memberikan keterangan pak Danny dan Awang
  dengan suatu sketsa sehingga lebih mudah saya mengerti.
  Kalau tidak berkeberatan , kirim ke Japri saja.

  Si - Abah

  Mohon maaf,
> Halo rekan-rekan IAGI sekalian,
> Kemarin-kemarin entah kenapa saya emang terhapus dari daftar
> mailing-list IAGI-Net sehingga tidak pernah terima e-mail ini.  Untung
> Mba Dyah menolong saya untuk mendaftarkan kembali di mailing list ini.
>
> Menurut saya begini,
> Gempa Nias kemarin itu adalah gempa "megathrust" (i.e. sama seperti
> gempa Aceh) pada subduction interface yang letak "rupture zone" (bidang
> patahan yang bergeser ketika terjadi gempabumi)-nya persis di sebelahnya
> rupture zone dari Gempa Aceh.
>
> Jadi memang Gempa Aceh ini ternyata betul-betul memicu sumber gempa di
> sebelah selatannya.  Sekarang satu-satunya sumber gempa yang sudah
> matang yang sedang menunggu giliran adalah yang di bawah Kep. Mentawai
> itu.
> Kapan kira-kira waktunya?  Tentu kita engga tahu.  Tapi saya pikir dalam
> kurun waktu 10 tahun ke depan kemungkinan terjadi gempabesar di sini
> tinggi.  Belajar dari zona subduksi di Pacifik (Kamtchaka - Chile),
> pernah terjadi 7 gempa besar hanya dalam kurun waktu 10 tahun, dari 1955
> - 1965.
>
> Yang jadi harapan saya bahwa gempa di Mentawai mungkin tidak terjadi
> dalam waktu dekat adalah adanya segmen zona subduksi diantara Nias dan
> Siberut (di bawah Kep. Batu) yang kondisinya tidak matang dan
> karakteristiknya dominan "ASEISMIC" artinya banyak meloloskan strain
> energy. Mudah-mudahan Zona subduksi yang pas berada di khatulistiwa ini
> bisa menjadi "buffer zone" agar perambatan energi gempa dari utara itu
> bisa tertahan untuk sementara waktu sebelum dia menyebrang ke Siberut.
>
> Kontroversi tentang mekanisme gempa di Nias kelihatannya bersumber ke
> Focal Mechanism (CMT) USGS yang kurang tepat (mungkin sekarang sudah di
> ralat).  CMT USGS ini memperlihatkan bahwa Gempa Nias sepertinya suatu
> "Up-Thrust" pada bidang patahan yang hampir tegak lurus.  Waktu malam
> terjadinya gempa, saya agak heran-heran melihat solusi USGS ini.  Apakah
> benar bukan megathrust earthquake melainkan gempa pada Sesar Mentawai?
> Mungkin CMT USGS ini yang dilihat oleh Pak Surono.
> Untung paginya Harvard juga mengeluarkan CMT yang lebih baik.  Pada
> Harvard CMT terlihat jelas bahwa gempa Nias ini merupakan gempa
> megathrust - pure dip-slip.
>
> Sekarang masalahnya kalau ini megathrust earthquake dengan magnitudo
> 8.7, kenapa Tsunami-nya kecil?
> Saya kemarin berdiskusi dengan Wahyu Triyoso, terus Wahyu kebetulan
> mendapatkan analisa data seismik yang sudah dilakukan oleh ERI Univ.
> Tokyo, tempat sekolahnya dulu.  Dari analisa seismogram ini terlihat
> bahwa "fault displacement" pada rupture zone-nya memang besar di bagian
> bawahnya, yaitu di kedalaman ~15 - 40 km, tapi displacement ini menjadi
> mengecil ke arah atas.  Kata Wahyu pada subduction interface di sebelah
> baratnya Nias, displacementnya hanya 1 meteran!  Artinya walaupun gempa
> ini besar, deformasi yang terjadi pada bawah permukaan laut di barat P.
> Nias sampai ke palung tidak besar.  Menurut kami, itulah penyebab kenapa
> tsunaminya kecil.  Tentu perlu analisa dan data yang lebih lanjut untuk
> memastikan hal ini.
>
> Sekian dulu.
>
> Wassalam,
>
> Danny
>
>
> -Original Message-
> From: [EMAIL PROTECTED]
> [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Sent: Thursday, March 31, 2005 4:19 PM
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai :
> Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased
> Strain...)
>
>
>
> Pak Awang,
> Mungkinkah satu faktor lagi yang menyebabkan gempa Nias tidak terbentuk
> terban yang berujung pada tdk terjadinya tsunami adalah kedalaman laut
> dan
> posisi dasar laut saat ini ?
> Kalau kita lihat bahwa epicenter gempa Nias berada di kedalaman laut
> kurang
> dari 200 m dan masih di "shelf area" yang relatif stabil. Sedangkan
> epicenter gempa Simelue berada di kedalaman laut 1200 m  dan sudah
> berada
> di "Upper slope area" yang relatif rentan kestabilan lerengnya.
>
> salam,
> Ferry
>
>
>
>
>
> Awang Satyana
>
>  [EMAIL PROTECTED]
> yahoo.com>   cc:
>
>  Subject: [iagi-net-l]
> Coming Next : Gempa Mentawai :
> 03/30/2005Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)
> (was : Re. FW (iagi-net -Increased
> 01:50 PM  Strain...)
>
> Please respond
>
> 

RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased Strain...)

2005-03-31 Terurut Topik yrsnki
>
  Rekan rekan

  Siapa ya yang dapat memberikan keterangan pak Danny dan Awang
  dengan suatu sketsa sehingga lebih mudah saya mengerti.
  Kalau tidak berkeberatan , kirim ke Japri saja.

  Si - Abah

  Mohon maaf,
> Halo rekan-rekan IAGI sekalian,
> Kemarin-kemarin entah kenapa saya emang terhapus dari daftar
> mailing-list IAGI-Net sehingga tidak pernah terima e-mail ini.  Untung
> Mba Dyah menolong saya untuk mendaftarkan kembali di mailing list ini.
>
> Menurut saya begini,
> Gempa Nias kemarin itu adalah gempa "megathrust" (i.e. sama seperti
> gempa Aceh) pada subduction interface yang letak "rupture zone" (bidang
> patahan yang bergeser ketika terjadi gempabumi)-nya persis di sebelahnya
> rupture zone dari Gempa Aceh.
>
> Jadi memang Gempa Aceh ini ternyata betul-betul memicu sumber gempa di
> sebelah selatannya.  Sekarang satu-satunya sumber gempa yang sudah
> matang yang sedang menunggu giliran adalah yang di bawah Kep. Mentawai
> itu.
> Kapan kira-kira waktunya?  Tentu kita engga tahu.  Tapi saya pikir dalam
> kurun waktu 10 tahun ke depan kemungkinan terjadi gempabesar di sini
> tinggi.  Belajar dari zona subduksi di Pacifik (Kamtchaka - Chile),
> pernah terjadi 7 gempa besar hanya dalam kurun waktu 10 tahun, dari 1955
> - 1965.
>
> Yang jadi harapan saya bahwa gempa di Mentawai mungkin tidak terjadi
> dalam waktu dekat adalah adanya segmen zona subduksi diantara Nias dan
> Siberut (di bawah Kep. Batu) yang kondisinya tidak matang dan
> karakteristiknya dominan "ASEISMIC" artinya banyak meloloskan strain
> energy. Mudah-mudahan Zona subduksi yang pas berada di khatulistiwa ini
> bisa menjadi "buffer zone" agar perambatan energi gempa dari utara itu
> bisa tertahan untuk sementara waktu sebelum dia menyebrang ke Siberut.
>
> Kontroversi tentang mekanisme gempa di Nias kelihatannya bersumber ke
> Focal Mechanism (CMT) USGS yang kurang tepat (mungkin sekarang sudah di
> ralat).  CMT USGS ini memperlihatkan bahwa Gempa Nias sepertinya suatu
> "Up-Thrust" pada bidang patahan yang hampir tegak lurus.  Waktu malam
> terjadinya gempa, saya agak heran-heran melihat solusi USGS ini.  Apakah
> benar bukan megathrust earthquake melainkan gempa pada Sesar Mentawai?
> Mungkin CMT USGS ini yang dilihat oleh Pak Surono.
> Untung paginya Harvard juga mengeluarkan CMT yang lebih baik.  Pada
> Harvard CMT terlihat jelas bahwa gempa Nias ini merupakan gempa
> megathrust - pure dip-slip.
>
> Sekarang masalahnya kalau ini megathrust earthquake dengan magnitudo
> 8.7, kenapa Tsunami-nya kecil?
> Saya kemarin berdiskusi dengan Wahyu Triyoso, terus Wahyu kebetulan
> mendapatkan analisa data seismik yang sudah dilakukan oleh ERI Univ.
> Tokyo, tempat sekolahnya dulu.  Dari analisa seismogram ini terlihat
> bahwa "fault displacement" pada rupture zone-nya memang besar di bagian
> bawahnya, yaitu di kedalaman ~15 - 40 km, tapi displacement ini menjadi
> mengecil ke arah atas.  Kata Wahyu pada subduction interface di sebelah
> baratnya Nias, displacementnya hanya 1 meteran!  Artinya walaupun gempa
> ini besar, deformasi yang terjadi pada bawah permukaan laut di barat P.
> Nias sampai ke palung tidak besar.  Menurut kami, itulah penyebab kenapa
> tsunaminya kecil.  Tentu perlu analisa dan data yang lebih lanjut untuk
> memastikan hal ini.
>
> Sekian dulu.
>
> Wassalam,
>
> Danny
>
>
> -Original Message-
> From: [EMAIL PROTECTED]
> [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Sent: Thursday, March 31, 2005 4:19 PM
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai :
> Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased
> Strain...)
>
>
>
> Pak Awang,
> Mungkinkah satu faktor lagi yang menyebabkan gempa Nias tidak terbentuk
> terban yang berujung pada tdk terjadinya tsunami adalah kedalaman laut
> dan
> posisi dasar laut saat ini ?
> Kalau kita lihat bahwa epicenter gempa Nias berada di kedalaman laut
> kurang
> dari 200 m dan masih di "shelf area" yang relatif stabil. Sedangkan
> epicenter gempa Simelue berada di kedalaman laut 1200 m  dan sudah
> berada
> di "Upper slope area" yang relatif rentan kestabilan lerengnya.
>
> salam,
> Ferry
>
>
>
>
>
> Awang Satyana
>
>  [EMAIL PROTECTED]
> yahoo.com>   cc:
>
>  Subject: [iagi-net-l]
> Coming Next : Gempa Mentawai :
> 03/30/2005Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)
> (was : Re. FW (iagi-net -Increased
> 01:50 PM  Strain...)
>
> Please respond
>
> 

RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)

2005-03-31 Terurut Topik D.H. Natawidjaja
Ya ganjel-ganjel atau asperities itu bisa dipetakan apabila ada jaringan
GPS dan/atau seismograph yang cukup.

Danny

-Original Message-
From: Leonard Lisapaly [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Friday, April 01, 2005 7:43 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai :
Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)

 
Jika kita memiliki jaringan GPS yang cukup banyak, apakah lokasi
ganjel-ganjel ini dapat kita tentukan ? Asumsinya, ganjel-ganjel
tersebut akan menyebabkan stagnasi dalam pergerakan lempeng yang
diperlihatkan dalam perubahan positioning yang lebih kecil dibandingkan
daerah yang tidak ada ganjelannya. Kapan terjadinya rupture dan level
pelepasan energi mungkin dapat dipelajari dari karakteristik perubahan
positioning dari waktu ke waktu dan kemiringan bidang subduksi.

Selanjutnya, jika lokasi ini dapat kita prediksi, kita juga dapat
mungkin dapat memprediksi daerah yang mungkin terkena dampak gempa
berdasarkan pola radiasi dari gempa tektonik.


LL

-Original Message-
From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, March 31, 2005 7:40 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai :
Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)

Untuk meramalkan di mana gempa akan terjadi lagi, maka kita harus 
melokalisasi di mana saja terdapat ganjel-ganjel ini serta besar kecil
nya 
ganjel, dan akumulasi stress yang terjadi pada ganjel-ganjel ini. 

-
To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy
Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau
[EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-



-
To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL 
PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), 
Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-



RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)

2005-03-31 Terurut Topik Leonard Lisapaly

Belum tentu, tapi pengukuran di permukaan bisa jadi proyeksi dari dari bawah 
permukaan. Jadi efek kemiringan bidang subduksi turut bermain di sini. 

LL

-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Friday, April 01, 2005 8:39 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai 
(???!!!)

pertanyaan lagi apakah pengukuran ganjel di permukaan dapat menggambarkan 
kondisi ganjel sesungguhnya di bawah permukaan ?

kalau di drilling ..kita putar pipa di rig floor belum tentu pipa di bit 
berputar sebanyak putaran di rig floor karena jarak pipa dari rigfloor ke bit...

Regards

Ferdinandus Kartiko Samodro
TOTAL E&P Indonesie Balikpapan
DKS/EXR/GLG
0542- 533852






"Leonard Lisapaly" <[EMAIL PROTECTED]>
01/04/2005 08:42 AM
Please respond to iagi-net

 
To: 
cc: 
    Subject:        RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : 
Siberut-Sipora-Pagai 
(???!!!)


 
Jika kita memiliki jaringan GPS yang cukup banyak, apakah lokasi ganjel-ganjel 
ini dapat kita tentukan ? Asumsinya, ganjel-ganjel tersebut akan menyebabkan 
stagnasi dalam pergerakan lempeng yang diperlihatkan dalam perubahan 
positioning yang lebih kecil dibandingkan daerah yang tidak ada ganjelannya. 
Kapan terjadinya rupture dan level pelepasan energi mungkin dapat dipelajari 
dari karakteristik perubahan positioning dari waktu ke waktu dan kemiringan 
bidang subduksi.

Selanjutnya, jika lokasi ini dapat kita prediksi, kita juga dapat mungkin dapat 
memprediksi daerah yang mungkin terkena dampak gempa berdasarkan pola radiasi 
dari gempa tektonik.


LL

-Original Message-
From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, March 31, 2005 7:40 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai :
Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)

Untuk meramalkan di mana gempa akan terjadi lagi, maka kita harus melokalisasi 
di mana saja terdapat ganjel-ganjel ini serta besar kecil nya ganjel, dan 
akumulasi stress yang terjadi pada ganjel-ganjel ini. 

-
To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] To subscribe, send email to: 
[EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: 
http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy
Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang 
Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL 
PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL 
PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : 
Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-





-
To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] To subscribe, send email to: 
[EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: 
http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL 
PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang 
Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL 
PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL 
PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : 
Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-


-
To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL 
PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), 
Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-




RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)

2005-03-31 Terurut Topik Ferdinandus . KARTIKO-SAMODRO
pertanyaan lagi apakah pengukuran ganjel di permukaan dapat menggambarkan 
kondisi ganjel sesungguhnya di bawah permukaan ?

kalau di drilling ..kita putar pipa di rig floor belum tentu pipa di bit 
berputar sebanyak putaran di rig floor karena jarak pipa dari rigfloor ke 
bit...

Regards

Ferdinandus Kartiko Samodro
TOTAL E&P Indonesie Balikpapan
DKS/EXR/GLG
0542- 533852






"Leonard Lisapaly" <[EMAIL PROTECTED]>
01/04/2005 08:42 AM
Please respond to iagi-net

 
To: 
cc: 
    Subject:        RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : 
Siberut-Sipora-Pagai 
(???!!!)


 
Jika kita memiliki jaringan GPS yang cukup banyak, apakah lokasi 
ganjel-ganjel ini dapat kita tentukan ? Asumsinya, ganjel-ganjel tersebut 
akan menyebabkan stagnasi dalam pergerakan lempeng yang diperlihatkan 
dalam perubahan positioning yang lebih kecil dibandingkan daerah yang 
tidak ada ganjelannya. Kapan terjadinya rupture dan level pelepasan energi 
mungkin dapat dipelajari dari karakteristik perubahan positioning dari 
waktu ke waktu dan kemiringan bidang subduksi.

Selanjutnya, jika lokasi ini dapat kita prediksi, kita juga dapat mungkin 
dapat memprediksi daerah yang mungkin terkena dampak gempa berdasarkan 
pola radiasi dari gempa tektonik.


LL

-Original Message-
From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, March 31, 2005 7:40 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai :
Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)

Untuk meramalkan di mana gempa akan terjadi lagi, maka kita harus 
melokalisasi di mana saja terdapat ganjel-ganjel ini serta besar kecil
nya 
ganjel, dan akumulasi stress yang terjadi pada ganjel-ganjel ini. 

-
To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy 
Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau 
[EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-





-
To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL 
PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), 
Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-



RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)

2005-03-31 Terurut Topik Leonard Lisapaly
 
Jika kita memiliki jaringan GPS yang cukup banyak, apakah lokasi ganjel-ganjel 
ini dapat kita tentukan ? Asumsinya, ganjel-ganjel tersebut akan menyebabkan 
stagnasi dalam pergerakan lempeng yang diperlihatkan dalam perubahan 
positioning yang lebih kecil dibandingkan daerah yang tidak ada ganjelannya. 
Kapan terjadinya rupture dan level pelepasan energi mungkin dapat dipelajari 
dari karakteristik perubahan positioning dari waktu ke waktu dan kemiringan 
bidang subduksi.

Selanjutnya, jika lokasi ini dapat kita prediksi, kita juga dapat mungkin dapat 
memprediksi daerah yang mungkin terkena dampak gempa berdasarkan pola radiasi 
dari gempa tektonik.


LL

-Original Message-
From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, March 31, 2005 7:40 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai :
Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)

Untuk meramalkan di mana gempa akan terjadi lagi, maka kita harus 
melokalisasi di mana saja terdapat ganjel-ganjel ini serta besar kecil
nya 
ganjel, dan akumulasi stress yang terjadi pada ganjel-ganjel ini. 

-
To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL 
PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), 
Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-



RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)

2005-03-31 Terurut Topik O.K Taufik
The old soldier never dies

-Original Message-
From: Suhendar, Hendra (hasuhen) [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Friday, April 01, 2005 7:11 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai :
Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)

Penjelasannya sangat mudah dipahami dengan bahasa yang ringan...
Terima kasih Pak Koesoema

Hendra

-Original Message-
From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Thursday, March 31, 2005 7:40 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai :
Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)


Hipotesis Tektonik Lempeng Ganjel

Dari membaca di mass media maupun di milist ini saya dapat kesan banyak 
terjadi kesalah fahaman dalam menjelaskan mengenai bagaimana terjadinya 
gempa (earthquake)

Banyak orang (termasuk geologist) yang tidak bisa membedakan antara 
"subduction" (penyusupan, penunjaman?)  dengan "collision" (tumbukan? 
Menurut hemat saya hanya padi atau kopi yang dapat ditumbuk) atau
tabrakan. 
Seolah-olah terjadinya gempa itu karena ada tumbukan antara lempeng
samudra 
Hindia-Australia dengan lempeng benua Asia, sedangkan mungkin yang 
dimaksudnya adalah "convergence", di mana lempeng samudra Hindia
Australia 
ditekuk dibawah lempeng benua Asia, tetapi berjalan terus seperti
converyer 
belt atau escalator.

Menurut hemat saya jika "converyor belt"  yang sangat lebar ini
terganjal 
disuatu titik, karena ketidak-rataan dari antar muka dari kedua lempeng 
tersebut (misalnya juga ada blok patahan dsb,), maka dititik itulah akan

terjadi akumuasi stress, dan pada suatu ketika maka ganjelan ini jebol 
(ruptured) juga , dan terjadi "energy release" yang besar dalam bentuk
gempa 
bumi. Makin kuat ganjelan ini maka makin besar juga magnitude gempanya
dalam 
sekala Richter. Hypocentrum inilah sebenarnya adalah  titik di mana
terdapat 
ganjelan yang jebol ini. Saya duga ganjelan ini tidak terdapat di satu 
tempat saja, tetapi di banyak tempat, dan di titik2 inilah adanya
potensi 
terjadinya strain accumulation. Jika sudah jebol satu ganjelan, maka 
ganjelan berikutnya dapat jebol juga dalam waktu yang singkat, karena
boleh 
jadi pada titik ini juga stress accumulationnya sudah berlangsung lama. 
Ganjelan berikutnya yang akan jebol bisa dimana saja sepanjang antarmuka

kedua lempeng tersebut yang lebar ini, apakah dekat ganjelan yang
sebelumnya 
jebol ataupun di tempat lain yang lebih jauh. Bahkan jebolnya suatu
ganjel 
yang kuat dapat menyebabkan jebolnya ganjel-ganjel berikutnya secara 
beruntun. Saya tidak bisa melihat mengapa untuk terjadinya gempa yang 
berkekuatan besar harus tunggu 100 tahun lagi.

Untuk meramalkan di mana gempa akan terjadi lagi, maka kita harus 
melokalisasi di mana saja terdapat ganjel-ganjel ini serta besar kecil
nya 
ganjel, dan akumulasi stress yang terjadi pada ganjel-ganjel ini. Untuk
ini 
kita bisa beri nama "hipotesa tektonik lempeng ganjel"

Ini mungkin bisa lebih dimengerti oleh khalayak ramai yang awam, dari
pada 
teori tumbukan lempeng. Kalau terjadinya gempa karena tumbukan
(tabrakan) 
lempeng, maka yang terjadi adalah epizone, bukan epicentrum.

Wasslam



 PLEASE DO NOT ATTACH FILE LARGER THAN 500 KB R.P.Koesoemadinata Jl.
Sangkuriang G-1 Bandung 40135
Telp: 022-250-3995
Fax: 022-250-3995 (Please call before sending)
e-mail: [EMAIL PROTECTED]


-
To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] To
subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI
Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1:
http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy
Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst :
Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M.
Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan
Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi
Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A.
Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-




-
To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy
Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau
[EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
K

RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)

2005-03-31 Terurut Topik Suhendar, Hendra (hasuhen)
Penjelasannya sangat mudah dipahami dengan bahasa yang ringan...
Terima kasih Pak Koesoema

Hendra

-Original Message-
From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Thursday, March 31, 2005 7:40 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai :
Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)


Hipotesis Tektonik Lempeng Ganjel

Dari membaca di mass media maupun di milist ini saya dapat kesan banyak 
terjadi kesalah fahaman dalam menjelaskan mengenai bagaimana terjadinya 
gempa (earthquake)

Banyak orang (termasuk geologist) yang tidak bisa membedakan antara 
"subduction" (penyusupan, penunjaman?)  dengan "collision" (tumbukan? 
Menurut hemat saya hanya padi atau kopi yang dapat ditumbuk) atau
tabrakan. 
Seolah-olah terjadinya gempa itu karena ada tumbukan antara lempeng
samudra 
Hindia-Australia dengan lempeng benua Asia, sedangkan mungkin yang 
dimaksudnya adalah "convergence", di mana lempeng samudra Hindia
Australia 
ditekuk dibawah lempeng benua Asia, tetapi berjalan terus seperti
converyer 
belt atau escalator.

Menurut hemat saya jika "converyor belt"  yang sangat lebar ini
terganjal 
disuatu titik, karena ketidak-rataan dari antar muka dari kedua lempeng 
tersebut (misalnya juga ada blok patahan dsb,), maka dititik itulah akan

terjadi akumuasi stress, dan pada suatu ketika maka ganjelan ini jebol 
(ruptured) juga , dan terjadi "energy release" yang besar dalam bentuk
gempa 
bumi. Makin kuat ganjelan ini maka makin besar juga magnitude gempanya
dalam 
sekala Richter. Hypocentrum inilah sebenarnya adalah  titik di mana
terdapat 
ganjelan yang jebol ini. Saya duga ganjelan ini tidak terdapat di satu 
tempat saja, tetapi di banyak tempat, dan di titik2 inilah adanya
potensi 
terjadinya strain accumulation. Jika sudah jebol satu ganjelan, maka 
ganjelan berikutnya dapat jebol juga dalam waktu yang singkat, karena
boleh 
jadi pada titik ini juga stress accumulationnya sudah berlangsung lama. 
Ganjelan berikutnya yang akan jebol bisa dimana saja sepanjang antarmuka

kedua lempeng tersebut yang lebar ini, apakah dekat ganjelan yang
sebelumnya 
jebol ataupun di tempat lain yang lebih jauh. Bahkan jebolnya suatu
ganjel 
yang kuat dapat menyebabkan jebolnya ganjel-ganjel berikutnya secara 
beruntun. Saya tidak bisa melihat mengapa untuk terjadinya gempa yang 
berkekuatan besar harus tunggu 100 tahun lagi.

Untuk meramalkan di mana gempa akan terjadi lagi, maka kita harus 
melokalisasi di mana saja terdapat ganjel-ganjel ini serta besar kecil
nya 
ganjel, dan akumulasi stress yang terjadi pada ganjel-ganjel ini. Untuk
ini 
kita bisa beri nama "hipotesa tektonik lempeng ganjel"

Ini mungkin bisa lebih dimengerti oleh khalayak ramai yang awam, dari
pada 
teori tumbukan lempeng. Kalau terjadinya gempa karena tumbukan
(tabrakan) 
lempeng, maka yang terjadi adalah epizone, bukan epicentrum.

Wasslam



 PLEASE DO NOT ATTACH FILE LARGER THAN 500 KB R.P.Koesoemadinata Jl.
Sangkuriang G-1 Bandung 40135
Telp: 022-250-3995
Fax: 022-250-3995 (Please call before sending)
e-mail: [EMAIL PROTECTED]


-
To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] To
subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI
Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1:
http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy
Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst :
Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M.
Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan
Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi
Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A.
Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-




-
To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL 
PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), 
Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-



Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)

2005-03-31 Terurut Topik R.P. Koesoemadinata
Hipotesis Tektonik Lempeng Ganjel
Dari membaca di mass media maupun di milist ini saya dapat kesan banyak 
terjadi kesalah fahaman dalam menjelaskan mengenai bagaimana terjadinya 
gempa (earthquake)

Banyak orang (termasuk geologist) yang tidak bisa membedakan antara 
"subduction" (penyusupan, penunjaman?)  dengan "collision" (tumbukan? 
Menurut hemat saya hanya padi atau kopi yang dapat ditumbuk) atau tabrakan. 
Seolah-olah terjadinya gempa itu karena ada tumbukan antara lempeng samudra 
Hindia-Australia dengan lempeng benua Asia, sedangkan mungkin yang 
dimaksudnya adalah "convergence", di mana lempeng samudra Hindia Australia 
ditekuk dibawah lempeng benua Asia, tetapi berjalan terus seperti converyer 
belt atau escalator.

Menurut hemat saya jika "converyor belt"  yang sangat lebar ini terganjal 
disuatu titik, karena ketidak-rataan dari antar muka dari kedua lempeng 
tersebut (misalnya juga ada blok patahan dsb,), maka dititik itulah akan 
terjadi akumuasi stress, dan pada suatu ketika maka ganjelan ini jebol 
(ruptured) juga , dan terjadi "energy release" yang besar dalam bentuk gempa 
bumi. Makin kuat ganjelan ini maka makin besar juga magnitude gempanya dalam 
sekala Richter. Hypocentrum inilah sebenarnya adalah  titik di mana terdapat 
ganjelan yang jebol ini. Saya duga ganjelan ini tidak terdapat di satu 
tempat saja, tetapi di banyak tempat, dan di titik2 inilah adanya potensi 
terjadinya strain accumulation. Jika sudah jebol satu ganjelan, maka 
ganjelan berikutnya dapat jebol juga dalam waktu yang singkat, karena boleh 
jadi pada titik ini juga stress accumulationnya sudah berlangsung lama. 
Ganjelan berikutnya yang akan jebol bisa dimana saja sepanjang antarmuka 
kedua lempeng tersebut yang lebar ini, apakah dekat ganjelan yang sebelumnya 
jebol ataupun di tempat lain yang lebih jauh. Bahkan jebolnya suatu ganjel 
yang kuat dapat menyebabkan jebolnya ganjel-ganjel berikutnya secara 
beruntun. Saya tidak bisa melihat mengapa untuk terjadinya gempa yang 
berkekuatan besar harus tunggu 100 tahun lagi.

Untuk meramalkan di mana gempa akan terjadi lagi, maka kita harus 
melokalisasi di mana saja terdapat ganjel-ganjel ini serta besar kecil nya 
ganjel, dan akumulasi stress yang terjadi pada ganjel-ganjel ini. Untuk ini 
kita bisa beri nama "hipotesa tektonik lempeng ganjel"

Ini mungkin bisa lebih dimengerti oleh khalayak ramai yang awam, dari pada 
teori tumbukan lempeng. Kalau terjadinya gempa karena tumbukan (tabrakan) 
lempeng, maka yang terjadi adalah epizone, bukan epicentrum.

Wasslam

PLEASE DO NOT ATTACH FILE LARGER THAN 500 KB
R.P.Koesoemadinata
Jl. Sangkuriang G-1
Bandung 40135
Telp: 022-250-3995
Fax: 022-250-3995 (Please call before sending)
e-mail: [EMAIL PROTECTED]
-
To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL 
PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), 
Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-


RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased Strain...)

2005-03-31 Terurut Topik Fatrial Bahesti
 
Jika 'oblique subduction zone' sepanjang pulau sumatra merupakan right lateral 
movement, maka pergerakan epicenter seharusnya mengikuti pergerakan kerak 
samudera ke utara (andaman), tetapi gempanya kok malah menjalar ke selatan 
(nias-mentawai...) ?
 
Bagaimana dengan kegiatan vulkanisme setelah gempa hebat di sumatra? 
Kerak samudera yang menunjam lebih landai dan oblique di sumatra seharusnya 
menghasilkan 'heat flow' secara vertikal maupun lateral. Hipotesis bahwa adanya 
'slab' yang terputus pada upper mantel di sumatra sebenarnya memberikan space 
bagi kerak samudera untuk bergerak 'Up-Thrust', tetapi apakah demikian 
mekansimenya...
 
salam,
 
Fatrial
 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

Jadi gempa Aceh dan Nias kemarin sama2 gempa 'megathrust'. Sebelumnya saya
sempat berpikir bahwa gempa Nias terjadi karena Sesar Mentawai.

Mohon pencerahan sedikit lagi Pak..

Apakah yang Pak Danny maksud dengan bidang subduksi "aseismic" antara Nias
dan Siberut itu adalah Investigator Fractured Zone (IFZ)?
Kenapa segmen zona subduksi ini bisa memiliki karakteristik berbeda dengan
segmen jalur subduksi yang lain ?

salam,
Ferry





"D.H. 
Natawidjaja" To: 

ipi.go.id> Subject: RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : 
Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased 
03/31/2005 Strain...) 
12:35 PM 
Please respond 
to iagi-net 






Mohon maaf,
Halo rekan-rekan IAGI sekalian,
Kemarin-kemarin entah kenapa saya emang terhapus dari daftar
mailing-list IAGI-Net sehingga tidak pernah terima e-mail ini. Untung
Mba Dyah menolong saya untuk mendaftarkan kembali di mailing list ini.

Menurut saya begini,
Gempa Nias kemarin itu adalah gempa "megathrust" (i.e. sama seperti
gempa Aceh) pada subduction interface yang letak "rupture zone" (bidang
patahan yang bergeser ketika terjadi gempabumi)-nya persis di sebelahnya
rupture zone dari Gempa Aceh.

Jadi memang Gempa Aceh ini ternyata betul-betul memicu sumber gempa di
sebelah selatannya. Sekarang satu-satunya sumber gempa yang sudah
matang yang sedang menunggu giliran adalah yang di bawah Kep. Mentawai
itu.
Kapan kira-kira waktunya? Tentu kita engga tahu. Tapi saya pikir dalam
kurun waktu 10 tahun ke depan kemungkinan terjadi gempabesar di sini
tinggi. Belajar dari zona subduksi di Pacifik (Kamtchaka - Chile),
pernah terjadi 7 gempa besar hanya dalam kurun waktu 10 tahun, dari 1955
- 1965.

Yang jadi harapan saya bahwa gempa di Mentawai mungkin tidak terjadi
dalam waktu dekat adalah adanya segmen zona subduksi diantara Nias dan
Siberut (di bawah Kep. Batu) yang kondisinya tidak matang dan
karakteristiknya dominan "ASEISMIC" artinya banyak meloloskan strain
energy. Mudah-mudahan Zona subduksi yang pas berada di khatulistiwa ini
bisa menjadi "buffer zone" agar perambatan energi gempa dari utara itu
bisa tertahan untuk sementara waktu sebelum dia menyebrang ke Siberut.

Kontroversi tentang mekanisme gempa di Nias kelihatannya bersumber ke
Focal Mechanism (CMT) USGS yang kurang tepat (mungkin sekarang sudah di
ralat). CMT USGS ini memperlihatkan bahwa Gempa Nias sepertinya suatu
"Up-Thrust" pada bidang patahan yang hampir tegak lurus. Waktu malam
terjadinya gempa, saya agak heran-heran melihat solusi USGS ini. Apakah
benar bukan megathrust earthquake melainkan gempa pada Sesar Mentawai?
Mungkin CMT USGS ini yang dilihat oleh Pak Surono.
Untung paginya Harvard juga mengeluarkan CMT yang lebih baik. Pada
Harvard CMT terlihat jelas bahwa gempa Nias ini merupakan gempa
megathrust - pure dip-slip.

Sekarang masalahnya kalau ini megathrust earthquake dengan magnitudo
8.7, kenapa Tsunami-nya kecil?
Saya kemarin berdiskusi dengan Wahyu Triyoso, terus Wahyu kebetulan
mendapatkan analisa data seismik yang sudah dilakukan oleh ERI Univ.
Tokyo, tempat sekolahnya dulu. Dari analisa seismogram ini terlihat
bahwa "fault displacement" pada rupture zone-nya memang besar di bagian
bawahnya, yaitu di kedalaman ~15 - 40 km, tapi displacement ini menjadi
mengecil ke arah atas. Kata Wahyu pada subduction interface di sebelah
baratnya Nias, displacementnya hanya 1 meteran! Artinya walaupun gempa
ini besar, deformasi yang terjadi pada bawah permukaan laut di barat P.
Nias sampai ke palung tidak besar. Menurut kami, itulah penyebab kenapa
tsunaminya kecil. Tentu perlu analisa dan data yang lebih lanjut untuk
memastikan hal ini.

Sekian dulu.

Wassalam,

Danny


-






-
To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL 
PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang

RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased Strain...)

2005-03-31 Terurut Topik D.H. Natawidjaja
Ya benar.  Kelihatannya ke aseismic-an zona subduksi antara Nias dan
Siberut ini ada hubungannya dengan penunjaman IFZ.

Danny

-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED]
[mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Thursday, March 31, 2005 9:04 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai :
Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased
Strain...)


Jadi gempa Aceh dan Nias kemarin sama2 gempa 'megathrust'. Sebelumnya
saya
sempat berpikir bahwa gempa Nias terjadi karena Sesar Mentawai.

Mohon pencerahan sedikit lagi Pak..

Apakah yang Pak Danny maksud dengan bidang subduksi "aseismic" antara
Nias
dan Siberut itu adalah Investigator Fractured Zone (IFZ)?
Kenapa segmen zona subduksi ini bisa memiliki karakteristik berbeda
dengan
segmen jalur subduksi yang lain ?

salam,
Ferry




 

"D.H.

Natawidjaja"  To: 

<[EMAIL PROTECTED]   cc:
<[EMAIL PROTECTED]>   
    ipi.go.id>    Subject: RE: [iagi-net-l]
Coming Next : Gempa Mentawai :  
           Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)
(was : Re. FW (iagi-net -Increased 
03/31/2005 Strain...)

12:35 PM

Please respond

to iagi-net

 

 





Mohon maaf,
Halo rekan-rekan IAGI sekalian,
Kemarin-kemarin entah kenapa saya emang terhapus dari daftar
mailing-list IAGI-Net sehingga tidak pernah terima e-mail ini.  Untung
Mba Dyah menolong saya untuk mendaftarkan kembali di mailing list ini.

Menurut saya begini,
Gempa Nias kemarin itu adalah gempa "megathrust" (i.e. sama seperti
gempa Aceh) pada subduction interface yang letak "rupture zone" (bidang
patahan yang bergeser ketika terjadi gempabumi)-nya persis di sebelahnya
rupture zone dari Gempa Aceh.

Jadi memang Gempa Aceh ini ternyata betul-betul memicu sumber gempa di
sebelah selatannya.  Sekarang satu-satunya sumber gempa yang sudah
matang yang sedang menunggu giliran adalah yang di bawah Kep. Mentawai
itu.
Kapan kira-kira waktunya?  Tentu kita engga tahu.  Tapi saya pikir dalam
kurun waktu 10 tahun ke depan kemungkinan terjadi gempabesar di sini
tinggi.  Belajar dari zona subduksi di Pacifik (Kamtchaka - Chile),
pernah terjadi 7 gempa besar hanya dalam kurun waktu 10 tahun, dari 1955
- 1965.

Yang jadi harapan saya bahwa gempa di Mentawai mungkin tidak terjadi
dalam waktu dekat adalah adanya segmen zona subduksi diantara Nias dan
Siberut (di bawah Kep. Batu) yang kondisinya tidak matang dan
karakteristiknya dominan "ASEISMIC" artinya banyak meloloskan strain
energy. Mudah-mudahan Zona subduksi yang pas berada di khatulistiwa ini
bisa menjadi "buffer zone" agar perambatan energi gempa dari utara itu
bisa tertahan untuk sementara waktu sebelum dia menyebrang ke Siberut.

Kontroversi tentang mekanisme gempa di Nias kelihatannya bersumber ke
Focal Mechanism (CMT) USGS yang kurang tepat (mungkin sekarang sudah di
ralat).  CMT USGS ini memperlihatkan bahwa Gempa Nias sepertinya suatu
"Up-Thrust" pada bidang patahan yang hampir tegak lurus.  Waktu malam
terjadinya gempa, saya agak heran-heran melihat solusi USGS ini.  Apakah
benar bukan megathrust earthquake melainkan gempa pada Sesar Mentawai?
Mungkin CMT USGS ini yang dilihat oleh Pak Surono.
Untung paginya Harvard juga mengeluarkan CMT yang lebih baik.  Pada
Harvard CMT terlihat jelas bahwa gempa Nias ini merupakan gempa
megathrust - pure dip-slip.

Sekarang masalahnya kalau ini megathrust earthquake dengan magnitudo
8.7, kenapa Tsunami-nya kecil?
Saya kemarin berdiskusi dengan Wahyu Triyoso, terus Wahyu kebetulan
mendapatkan analisa data seismik yang sudah dilakukan oleh ERI Univ.
Tokyo, tempat sekolahnya dulu.  Dari analisa seismogram ini terlihat
bahwa "fault displacement" pada rupture zone-nya memang besar di bagian
bawahnya, yaitu di kedalaman ~15 - 40 km, tapi displacement ini menjadi
mengecil ke arah atas.  Kata Wahyu pada subduction interface di sebelah
baratnya Nias, displacementnya hanya 1 meteran!  Artinya walaupun gempa
ini besar, deformasi yang terjadi pada bawah permukaan laut di barat P.
Nias sampai ke palung tidak besar.  Menurut kami, itulah penyebab kenapa
tsunaminya kecil.  Tentu perlu analisa dan data yang lebih lanjut untuk
memastikan hal ini.

Sekian dulu.

Wassalam,

Danny


-






-
To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy
Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : 

Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)

2005-03-30 Terurut Topik Awang Satyana
Terima kasih Kang Danny masukannya, dan selamat bergabung kembali di iagi-net, 
semoga tulisan2nya dapat mencerdaskan kita semua.
 
Beberapa komentar untuk Kang Rovicky dan Kang Danny :
 
Escarpment atau topografi bawahlaut lainnya yang dilihat UKNavy itu mungkin 
harus diklarifikasi dulu, itu sisa2 mega-slump (mega-submarine slides ?) 
ataukah jejak2 luka2 dasar laut saat massa air tsunami bergerak melewatinya, 
sebab gelombang tsunami memutar massa air di seluruh kolomnya bukan hanya di 
permukaan saja seperti wind wave. Saya yakin bahwa mega-submarine slides bisa 
terjadi oleh gempa bawahlaut yang kuat yang lalu menimbulkan tsunami akibat 
terjadi perubahan topografi dasarlaut secara tiba2. Apalagi kalau episentrum 
gempa terjadi di topografi lereng benua yang secara stabilitas lemah 
dibandingkan paparan benua. Goyangan 8.9 SR di gempa Aceh dan hiposentrum yang 
dangkal tentu sama2 menyebabkan mega-thrust yang menjadikan pergerakan block di 
dasarlaut dan juga menyebkan mega-submarine slides. Resultannya : sama-sama 
menimbulkan mega-tsunami. 
 
Gempa Mentawai (katakanlah benar2 terjadi) kelihatannya sektor topografi dasar 
lautnya sudah lumayan jauh dari gempa Aceh. Dan secara batimetri ia juga lereng 
benua. Dengan sektor gempa Aceh, ia dipisahkan oleh dua buah paparan benua yang 
menjorok jauh ke laut yaitu sektor paparan benua Kep. Banyak di utara Nias dan 
sektor paparan benua Kep. Batu (Pini, Tanahmasa, Tanahbala) di utara Siberut. 
Dua buffer zone batimetrik ini artinya menghalangi apapun yang telah terjadi di 
gempa Aceh di utara Simeulue. Gempa masih bisa disipasi ke tenggara sehingga 
gempa Nias bisa terhubung ke Aceh karena semuanya dihubungkan oleh Sesar 
Mentawai. Tetapi, stabilitas lereng di Aceh pasca tsunami kelihatannya tak akan 
punya peran apa2 ke sektor lereng di Mentawai. Maka kalau nanti gempa Mentawai 
besar dan dangkal, mega-thrust, lerengpun akan kembali digoyang dan kembali 
terjadi mega-submarine slides, walaupun lereng di Aceh sudah landai karena 
runtuh. Isolasi oleh dua buffer zone tadi yang menyeba
 bkan
 kemungkinan sub-marine slides masih bisa terjadi di sektor Mentawai.
 
Aseismic Zone ? Bagaimana membedakannya dengan seismic-gap zone. Sebab justru 
seismic-gap zone seperti Kep Batu (?) katanya bisa menjadi lahan akumulasi gaya 
gempa untuk beberapa ratus tahun lalu akan tiba2 mengalami gempa hebat bila 
ductility batuan sudah terlewati. Jadi mungkin buffer zone Kep Batu sedikit 
menunda gempa disipasi ke Mentawai dalam waktu dekat ini, hanya, ini pun akan 
otomatis membuat buffer zone itu menjadi daerah yang stressed untuk sekian 
lama. Bagaimana halnya kalau ia sudah tak tahan, tentu akan terjadi rupture 
yang sangat hebat...
 
Plotting episentrum waktu gempa Aceh itu ada di horsetail splay Sesar Mentawai 
di utara Simeulue. Plotting episentrum gempa Nias bahkan ada di main trace 
Sesar Mentawai di sekitar Kep. Banyak. Ini menjadi pertanyaan, benarkah kedua 
gempa besar itu bermekanisme mega-thrust dan tak ada hubungan sama sekali 
dengan reaktivasi Sesar Mentawai yang berumur Neogen ? Sebab kerusakan Nias 
kelihatannya karena telah terjadi disipasi energi gempa sepanjang Sesar 
Mentawai menuju ke tenggara dan merusak Nias sebab Sesar Mentawai itu membelah 
Pulau Nias. Sesar akibat gempa Nias kemarin itu mungkin dies-out ke atas 
sehingga tidak menimbulkan rupture yang signifikan di seabed, tetapi 
kelihatannya lebih memilih disipasi ke tenggara menuju Nias via Sesar Mentawai. 
Hal yang sama tak terjadi saat gempa Aceh, sehingga Simeulue tidak rusak, sebab 
mungkin gayanya sudah habis dilepas ke atas dan menyebabkan rupture hebat di 
seabed.
 
Anyway, kita pasti belajar banyak dari dua kejadian gempa besar yang berturut2 
selang 3 bulan ini.
 
salam,
awang

Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Tsunami memang dapat diakibatkan oleh pergerakan vertikal masa batuan
akibat tersesarkan pada saat gempa (bisa thrust ataupun dislokasi
sesar normal), namun tsunami dibeberapa tempat termasuk yg di selat
Makassar, serta di Pantai Utara Irian beberapa tahun lalu diikuti pula
oleh longsoran bawah laut..

Spekulasi lain kenapa tidak muncul tsunami sebesar Aceh, menurut saya
karena tidak adanya "mega slump" (longsoran bawah laut) yg terjadi
atau terpicu oleh gempa Nias. Ini diasumsikan bahwa mega slump menjadi
penyebab tsunami. Sedangkan mega slumpnya sendiri dipicu oleh gempa.

Pada saat terjadi gempa Aceh kemarin dengan kekuatan 9 SR (kedalaman
30Km) hampir semua lereng yg sedang dalam kondisi kritis (bahkan yg
hampir kritis) terlongsorkan bersama-sama. Ada pergerakan massa batuan
yg cukup besar yg tentunya, juga ditambah dengan pergeseran akibat
thrust, memperkuat terjadinya tsunami. Gambar serta pertanda adanya
"new escarpment" yg terbentuk akibat longsoran ini dapat dilihat di
websitenya UK Navy juga di blog saya, gambar sea floor ini sebagian
juga ada di webnya IAGI. Nah karena getaran 9 SR ini sangat kuat maka
lereng-lereng pinggir yg masih setengah matangpun bis

Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)

2005-03-30 Terurut Topik Awang Satyana
Terima kasih Kang Danny masukannya, dan selamat bergabung kembali di iagi-net, 
semoga tulisan2nya dapat mencerdaskan kita semua.
 
Beberapa komentar untuk Kang Rovicky dan Kang Danny :
 
Escarpment atau topografi bawahlaut lainnya yang dilihat UKNavy itu mungkin 
harus diklarifikasi dulu, itu sisa2 mega-slump (mega-submarine slides ?) 
ataukah jejak2 luka2 dasar laut saat massa air tsunami bergerak melewatinya, 
sebab gelombang tsunami memutar massa air di seluruh kolomnya bukan hanya di 
permukaan saja seperti wind wave. Saya yakin bahwa mega-submarine slides bisa 
terjadi oleh gempa bawahlaut yang kuat yang lalu menimbulkan tsunami akibat 
terjadi perubahan topografi dasarlaut secara tiba2. Apalagi kalau episentrum 
gempa terjadi di topografi lereng benua yang secara stabilitas lemah 
dibandingkan paparan benua. Goyangan 8.9 SR di gempa Aceh dan hiposentrum yang 
dangkal tentu sama2 menyebabkan mega-thrust yang menjadikan pergerakan block di 
dasarlaut dan juga menyebkan mega-submarine slides. Resultannya : sama-sama 
menimbulkan mega-tsunami. 
 
Gempa Mentawai (katakanlah benar2 terjadi) kelihatannya sektor topografi dasar 
lautnya sudah lumayan jauh dari gempa Aceh. Dan secara batimetri ia juga lereng 
benua. Dengan sektor gempa Aceh, ia dipisahkan oleh dua buah paparan benua yang 
menjorok jauh ke laut yaitu sektor paparan benua Kep. Banyak di utara Nias dan 
sektor paparan benua Kep. Batu (Pini, Tanahmasa, Tanahbala) di utara Siberut. 
Dua buffer zone batimetrik ini artinya menghalangi apapun yang telah terjadi di 
gempa Aceh di utara Simeulue. Gempa masih bisa disipasi ke tenggara sehingga 
gempa Nias bisa terhubung ke Aceh karena semuanya dihubungkan oleh Sesar 
Mentawai. Tetapi, stabilitas lereng di Aceh pasca tsunami kelihatannya tak akan 
punya peran apa2 ke sektor lereng di Mentawai. Maka kalau nanti gempa Mentawai 
besar dan dangkal, mega-thrust, lerengpun akan kembali digoyang dan kembali 
terjadi mega-submarine slides, walaupun lereng di Aceh sudah landai karena 
runtuh. Isolasi oleh dua buffer zone tadi yang menyeba
 bkan
 kemungkinan sub-marine slides masih bisa terjadi di sektor Mentawai.
 
Aseismic Zone ? Bagaimana membedakannya dengan seismic-gap zone. Sebab justru 
seismic-gap zone seperti Kep Batu (?) katanya bisa menjadi lahan akumulasi gaya 
gempa untuk beberapa ratus tahun lalu akan tiba2 mengalami gempa hebat bila 
ductility batuan sudah terlewati. Jadi mungkin buffer zone Kep Batu sedikit 
menunda gempa disipasi ke Mentawai dalam waktu dekat ini, hanya, ini pun akan 
otomatis membuat buffer zone itu menjadi daerah yang stressed untuk sekian 
lama. Bagaimana halnya kalau ia sudah tak tahan, tentu akan terjadi rupture 
yang sangat hebat...
 
Plotting episentrum waktu gempa Aceh itu ada di horsetail splay Sesar Mentawai 
di utara Simeulue. Plotting episentrum gempa Nias bahkan ada di main trace 
Sesar Mentawai di sekitar Kep. Banyak. Ini menjadi pertanyaan, benarkah kedua 
gempa besar itu bermekanisme mega-thrust dan tak ada hubungan sama sekali 
dengan reaktivasi Sesar Mentawai yang berumur Neogen ? Sebab kerusakan Nias 
kelihatannya karena telah terjadi disipasi energi gempa sepanjang Sesar 
Mentawai menuju ke tenggara dan merusak Nias sebab Sesar Mentawai itu membelah 
Pulau Nias. Sesar akibat gempa Nias kemarin itu mungkin dies-out ke atas 
sehingga tidak menimbulkan rupture yang signifikan di seabed, tetapi 
kelihatannya lebih memilih disipasi ke tenggara menuju Nias via Sesar Mentawai. 
Hal yang sama tak terjadi saat gempa Aceh, sehingga Simeulue tidak rusak, sebab 
mungkin gayanya sudah habis dilepas ke atas dan menyebabkan rupture hebat di 
seabed.
 
Anyway, kita pasti belajar banyak dari dua kejadian gempa besar yang berturut2 
selang 3 bulan ini.
 
salam,
awang

Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Tsunami memang dapat diakibatkan oleh pergerakan vertikal masa batuan
akibat tersesarkan pada saat gempa (bisa thrust ataupun dislokasi
sesar normal), namun tsunami dibeberapa tempat termasuk yg di selat
Makassar, serta di Pantai Utara Irian beberapa tahun lalu diikuti pula
oleh longsoran bawah laut..

Spekulasi lain kenapa tidak muncul tsunami sebesar Aceh, menurut saya
karena tidak adanya "mega slump" (longsoran bawah laut) yg terjadi
atau terpicu oleh gempa Nias. Ini diasumsikan bahwa mega slump menjadi
penyebab tsunami. Sedangkan mega slumpnya sendiri dipicu oleh gempa.

Pada saat terjadi gempa Aceh kemarin dengan kekuatan 9 SR (kedalaman
30Km) hampir semua lereng yg sedang dalam kondisi kritis (bahkan yg
hampir kritis) terlongsorkan bersama-sama. Ada pergerakan massa batuan
yg cukup besar yg tentunya, juga ditambah dengan pergeseran akibat
thrust, memperkuat terjadinya tsunami. Gambar serta pertanda adanya
"new escarpment" yg terbentuk akibat longsoran ini dapat dilihat di
websitenya UK Navy juga di blog saya, gambar sea floor ini sebagian
juga ada di webnya IAGI. Nah karena getaran 9 SR ini sangat kuat maka
lereng-lereng pinggir yg masih setengah matangpun bis

Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)

2005-03-30 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
On Thu, 31 Mar 2005 13:56:58 +0700, Musakti, Oki <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> 
> Bagaimana kalau di dekat2 Mentawai ada lereng2 yang belum terstabilkan
> saat gempa Simeleu dan Nias. Tidakkah  getaran gempa yang relatif kecil
> akan bisa memicu longsornya lereng2 tersebut, mengubah kesetimbangan
> kolom air laut  dan pada ahirnya menimbulkan tsunami?
> 
> CMIIW, tsunami di Flores beberapa tahun lalu disebabkan oleh longsornya
> tebing tanpa ada pemicu gempa sama sekali.
> 
> Salam
> Oki

Justru itu Q.
Pemetaan kondisi bawah permukaan serta lereng2 "paparan" ini menjadi
sangat penting yang merupakan bagian dari mitigasi bencana tsunami.

rdp

-
To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL 
PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), 
Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-



RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased Strain...)

2005-03-30 Terurut Topik ferry . hakim

Jadi gempa Aceh dan Nias kemarin sama2 gempa 'megathrust'. Sebelumnya saya
sempat berpikir bahwa gempa Nias terjadi karena Sesar Mentawai.

Mohon pencerahan sedikit lagi Pak..

Apakah yang Pak Danny maksud dengan bidang subduksi "aseismic" antara Nias
dan Siberut itu adalah Investigator Fractured Zone (IFZ)?
Kenapa segmen zona subduksi ini bisa memiliki karakteristik berbeda dengan
segmen jalur subduksi yang lain ?

salam,
Ferry






"D.H.   

Natawidjaja"  To:  

<[EMAIL PROTECTED]   cc: <[EMAIL PROTECTED]>
   
    ipi.go.id>    Subject: RE: [iagi-net-l] Coming 
Next : Gempa Mentawai :  
           Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : 
Re. FW (iagi-net -Increased 
03/31/2005 Strain...)   

12:35 PM

Please respond  

to iagi-net 









Mohon maaf,
Halo rekan-rekan IAGI sekalian,
Kemarin-kemarin entah kenapa saya emang terhapus dari daftar
mailing-list IAGI-Net sehingga tidak pernah terima e-mail ini.  Untung
Mba Dyah menolong saya untuk mendaftarkan kembali di mailing list ini.

Menurut saya begini,
Gempa Nias kemarin itu adalah gempa "megathrust" (i.e. sama seperti
gempa Aceh) pada subduction interface yang letak "rupture zone" (bidang
patahan yang bergeser ketika terjadi gempabumi)-nya persis di sebelahnya
rupture zone dari Gempa Aceh.

Jadi memang Gempa Aceh ini ternyata betul-betul memicu sumber gempa di
sebelah selatannya.  Sekarang satu-satunya sumber gempa yang sudah
matang yang sedang menunggu giliran adalah yang di bawah Kep. Mentawai
itu.
Kapan kira-kira waktunya?  Tentu kita engga tahu.  Tapi saya pikir dalam
kurun waktu 10 tahun ke depan kemungkinan terjadi gempabesar di sini
tinggi.  Belajar dari zona subduksi di Pacifik (Kamtchaka - Chile),
pernah terjadi 7 gempa besar hanya dalam kurun waktu 10 tahun, dari 1955
- 1965.

Yang jadi harapan saya bahwa gempa di Mentawai mungkin tidak terjadi
dalam waktu dekat adalah adanya segmen zona subduksi diantara Nias dan
Siberut (di bawah Kep. Batu) yang kondisinya tidak matang dan
karakteristiknya dominan "ASEISMIC" artinya banyak meloloskan strain
energy. Mudah-mudahan Zona subduksi yang pas berada di khatulistiwa ini
bisa menjadi "buffer zone" agar perambatan energi gempa dari utara itu
bisa tertahan untuk sementara waktu sebelum dia menyebrang ke Siberut.

Kontroversi tentang mekanisme gempa di Nias kelihatannya bersumber ke
Focal Mechanism (CMT) USGS yang kurang tepat (mungkin sekarang sudah di
ralat).  CMT USGS ini memperlihatkan bahwa Gempa Nias sepertinya suatu
"Up-Thrust" pada bidang patahan yang hampir tegak lurus.  Waktu malam
terjadinya gempa, saya agak heran-heran melihat solusi USGS ini.  Apakah
benar bukan megathrust earthquake melainkan gempa pada Sesar Mentawai?
Mungkin CMT USGS ini yang dilihat oleh Pak Surono.
Untung paginya Harvard juga mengeluarkan CMT yang lebih baik.  Pada
Harvard CMT terlihat jelas bahwa gempa Nias ini merupakan gempa
megathrust - pure dip-slip.

Sekarang masalahnya kalau ini megathrust earthquake dengan magnitudo
8.7, kenapa Tsunami-nya kecil?
Saya kemarin berdiskusi dengan Wahyu Triyoso, terus Wahyu kebetulan
mendapatkan analisa data seismik yang sudah dilakukan oleh ERI Univ.
Tokyo, tempat sekolahnya dulu.  Dari analisa seismogram ini terlihat
bahwa "fault displacement" pada rupture zone-nya memang besar di bagian
bawahnya, yaitu di kedalaman ~15 - 40 km, tapi displacement ini menjadi
mengecil ke arah atas.  Kata Wahyu pada subduction interface di sebelah
baratnya Nias, displacementnya hanya 1 meteran!  Artinya walaupun gempa
ini besar, deformasi yang terjadi pada bawah permukaan laut di barat P.
Nias sampai ke palung tidak besar.  Menurut kami, itulah penyebab kenapa
tsunaminya kecil.  Tentu perlu analisa dan data yang lebih lanjut untuk
memastikan hal ini.

Sekian dulu.

Wassalam,

Danny


-






-

RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)

2005-03-30 Terurut Topik Musakti, Oki

Bagaimana kalau di dekat2 Mentawai ada lereng2 yang belum terstabilkan
saat gempa Simeleu dan Nias. Tidakkah  getaran gempa yang relatif kecil
akan bisa memicu longsornya lereng2 tersebut, mengubah kesetimbangan
kolom air laut  dan pada ahirnya menimbulkan tsunami?

CMIIW, tsunami di Flores beberapa tahun lalu disebabkan oleh longsornya
tebing tanpa ada pemicu gempa sama sekali.


Salam
Oki

-Original Message-
From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, 31 March 2005 1:32 PM
To: iagi-net@iagi.or.id; Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI);
[EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai :
Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)

Tsunami memang dapat diakibatkan oleh pergerakan vertikal masa batuan
akibat tersesarkan pada saat gempa (bisa thrust ataupun dislokasi
sesar normal), namun tsunami dibeberapa tempat termasuk yg di selat
Makassar, serta di Pantai Utara Irian beberapa tahun lalu diikuti pula
oleh longsoran bawah laut..

Spekulasi lain kenapa tidak muncul tsunami sebesar Aceh, menurut saya
karena tidak adanya "mega slump" (longsoran bawah laut) yg terjadi
atau terpicu oleh gempa Nias. Ini diasumsikan bahwa mega slump menjadi
penyebab tsunami. Sedangkan mega slumpnya sendiri dipicu oleh gempa.

Pada saat terjadi gempa Aceh kemarin dengan kekuatan 9 SR (kedalaman
30Km) hampir semua lereng yg sedang dalam kondisi kritis (bahkan yg
hampir kritis) terlongsorkan bersama-sama. Ada pergerakan massa batuan
yg cukup besar yg tentunya, juga ditambah dengan pergeseran akibat
thrust, memperkuat terjadinya tsunami. Gambar serta pertanda adanya
"new escarpment" yg terbentuk akibat longsoran ini dapat dilihat di
websitenya UK Navy juga di blog saya, gambar sea floor ini sebagian
juga ada di webnya IAGI. Nah karena getaran 9 SR ini sangat kuat maka
lereng-lereng pinggir yg masih setengah matangpun bisa ikut-ikutan
longsor pada tanggal 26 Desember 04 kemarin. Artinya pasca gempa Aceh,
kondisi ekuilibrium di pinggiran ini menjadi "relatip" stabil,
dibandingkan sebelum gempa Aceh. Kondisi yg "relatip" stabil inilah yg
saat digetarkan dengan kekuatan 8 SR (30Km) kemarin oleh gempa Nias
tidak mampu menyebabkan tsunami sebesar sebelumnya.

Apakah yg nanti juga tidak akan longsor lagi ?

Prediksi saya, seandainya getarannya lebih kecil dari getaran
sebelumnya, maka tidak akan muncul tsunami pada saat Segmen Mentawai
yg diramalkan Danny ini bergetar. Kecuali getaran gempanya memiliki
kekuatan sama atau lebih dari 9 SR.

Penjelasan atau simulasi mudahnya :
Cobalam ambil beras dan buatlah gunung2-an dari beras diatas sebuah
karton. Caranya dengan menabur kan beras dipuncaknya hingga
ketinggiannya maksimum. Kondisi ini merupakan refleksi dari kondisi
kritis.
Getarkan atau goyangkan beras itu dengan kekuatan tertentu, katakanlah
getarkan dengan amplitudo 2 cm, selama beberapa detik. Akan terlihat
ketinggian gunung berkurang, beberapa butiran akan longsor kebawah.
Kejadian ini mensimulasikan longsoran penyebab tsunami pana tanggal 26
Des 05.

Nah kemudian getarkan dengan goyangan lebih kecil, misalnya amplitudo
1 cm saja. Maka tidak akan banyak longsoran butiran beras yg terlihat.
Ini menunjukkan bahwa kondisi kekritisan lereng berubah akibat getaran
besar.

Simulasi mudah ini dapat dipakai untuk menjelaskan dengan mudah kenapa
Gempa Nias tidak menyebabkan tsunami.

Nah pertanyan selanjutnya, apakah nantinya sudah tidak akan ada tsunami
lagi ?
Seperti yg ditulis di atas, bahwa tsunami tidak akan terjadi
seandainya lokasi getarannya sama dan juga kekuatan gempanya kurang
dari getaran sebelumnya. Sehingga kalau getaran selanjutnya di
Mentawai melebihi 9 SR atau kedalamannya lebih dangkal, maka tsunami
masih sangat mungkin terbentuk. Perkiraan besarnya utk segmen mentawai
yg diperkirakan Pak Danny ini menjadi sangat krusial dengan hipotesa
ini.

RDP
"Rovicky Dukun Pergempaan"
On Thu, 31 Mar 2005 12:35:37 +0700, D.H. Natawidjaja
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Mohon maaf,
> Halo rekan-rekan IAGI sekalian,
> Kemarin-kemarin entah kenapa saya emang terhapus dari daftar
> mailing-list IAGI-Net sehingga tidak pernah terima e-mail ini.  Untung
> Mba Dyah menolong saya untuk mendaftarkan kembali di mailing list ini.
>
> Menurut saya begini,
> Gempa Nias kemarin itu adalah gempa "megathrust" (i.e. sama seperti
> gempa Aceh) pada subduction interface yang letak "rupture zone"
(bidang
> patahan yang bergeser ketika terjadi gempabumi)-nya persis di
sebelahnya
> rupture zone dari Gempa Aceh.
>
> Jadi memang Gempa Aceh ini ternyata betul-betul memicu sumber gempa di
> sebelah selatannya.  Sekarang satu-satunya sumber gempa yang sudah
> matang yang sedang menunggu giliran adalah yang di bawah Kep. Mentawai
> itu.
> Kapan kira-kira waktunya?  Tentu kita engga tahu.  Tapi saya pikir
dalam
> kurun waktu 10 tahun ke depan kemungkinan terjadi gempabesar di sini
> tinggi.  

Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)

2005-03-30 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
e Siberut.
> 
> Kontroversi tentang mekanisme gempa di Nias kelihatannya bersumber ke
> Focal Mechanism (CMT) USGS yang kurang tepat (mungkin sekarang sudah di
> ralat).  CMT USGS ini memperlihatkan bahwa Gempa Nias sepertinya suatu
> "Up-Thrust" pada bidang patahan yang hampir tegak lurus.  Waktu malam
> terjadinya gempa, saya agak heran-heran melihat solusi USGS ini.  Apakah
> benar bukan megathrust earthquake melainkan gempa pada Sesar Mentawai?
> Mungkin CMT USGS ini yang dilihat oleh Pak Surono.
> Untung paginya Harvard juga mengeluarkan CMT yang lebih baik.  Pada
> Harvard CMT terlihat jelas bahwa gempa Nias ini merupakan gempa
> megathrust - pure dip-slip.
> 
> Sekarang masalahnya kalau ini megathrust earthquake dengan magnitudo
> 8.7, kenapa Tsunami-nya kecil?
> Saya kemarin berdiskusi dengan Wahyu Triyoso, terus Wahyu kebetulan
> mendapatkan analisa data seismik yang sudah dilakukan oleh ERI Univ.
> Tokyo, tempat sekolahnya dulu.  Dari analisa seismogram ini terlihat
> bahwa "fault displacement" pada rupture zone-nya memang besar di bagian
> bawahnya, yaitu di kedalaman ~15 - 40 km, tapi displacement ini menjadi
> mengecil ke arah atas.  Kata Wahyu pada subduction interface di sebelah
> baratnya Nias, displacementnya hanya 1 meteran!  Artinya walaupun gempa
> ini besar, deformasi yang terjadi pada bawah permukaan laut di barat P.
> Nias sampai ke palung tidak besar.  Menurut kami, itulah penyebab kenapa
> tsunaminya kecil.  Tentu perlu analisa dan data yang lebih lanjut untuk
> memastikan hal ini.
> 
> Sekian dulu.
> 
> Wassalam,
> 
> Danny
> 
> 
> -Original Message-
> From: [EMAIL PROTECTED]
> [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Sent: Thursday, March 31, 2005 4:19 PM
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai :
> Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased
> Strain...)
> 
> Pak Awang,
> Mungkinkah satu faktor lagi yang menyebabkan gempa Nias tidak terbentuk
> terban yang berujung pada tdk terjadinya tsunami adalah kedalaman laut
> dan
> posisi dasar laut saat ini ?
> Kalau kita lihat bahwa epicenter gempa Nias berada di kedalaman laut
> kurang
> dari 200 m dan masih di "shelf area" yang relatif stabil. Sedangkan
> epicenter gempa Simelue berada di kedalaman laut 1200 m  dan sudah
> berada
> di "Upper slope area" yang relatif rentan kestabilan lerengnya.
> 
> salam,
> Ferry
> 
>Awang Satyana
> 
> [EMAIL PROTECTED]
>yahoo.com>   cc:
> 
> Subject: [iagi-net-l]
> Coming Next : Gempa Mentawai :
>03/30/2005Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)
> (was : Re. FW (iagi-net -Increased
>01:50 PM  Strain...)
> 
>Please respond
> 
>to iagi-net
> 
> Ya Ar, rupanya itu penyebab Nias rusak sebab di tengah Pulau Nias itu
> memanjang splay Sesar Mentawai yang cukup besar sejajar dengan poros
> panjang pulau itu. Kalau episentrumnya di laut di sekitar Kep Banyak
> memang
> gampang saja buat energi gempa terdisipasi ke tenggara lewat fracture
> sesar
> Mentawai dan masuk ke Nias. Dampak di seabed (terbentuknya terban)
> mungkin
> tak ada atau sangat minimal mengingat fokus gempa 30 km sehingga relatif
> tak ada gerak kejut massa air laut terjadi. Tapi siapa yang bisa
> mencegah
> kalau gaya gempa daripada merusak seabed malah merambat ke tenggara via
> sesar Neogen Mentawai lalu merusak Nias...
> 
> Memang kalau Danny Hilman masih anggota milis ini dan sempat menengok
> inbox-nya di tengah kesibukan derang-dering tilpon meminta penjelasan
> gempa, sebaiknya memberikan klarifikasi soal gempa Nias dan
> pernyataannya
> di media massa bahwa masih ada satu lagi gempa yang besar yang akan
> datang
> yaitu di sekitar Mentawai (!). Sebab Danny punya premis bahwa gempa Nias
> dipicu oleh gempa Simeulue (gempa Aceh 26/12/05) dan katanya kedua gempa
> besar ini akan melahirkan gempa Mentawai yang besar lengkap dengan
> tsunami
> tapi entah kapan (hitungannya menurut Danny bisa menit, minggu, bulan,
> tahun). Nah...
> 
> Kenapa klarifikasi butuh dikeluarkan ? Sebab, telah terjadi perbedaan
> pendapat dengan Pak Surono (KaSubdit Mitigasi Bencana Geologi Direktorat
> Geologi Bandung) bahwa gempa Nias benar2 baru dan tak punya urusan
> dengan
> gempa Simeulue. Pendapat yang sama dengan Pak Surono dikeluarkan juga
> oleh
> Hodo Suteshon Asahi TV di Jepang.
> 
> Nah, kebenaran premis tentu akan sangat menentukan apakah benar akan ada
> gempa Mentawai atau tidak.
> 
> Di luar itu, semua masyarakat 

RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased Strain...)

2005-03-30 Terurut Topik D.H. Natawidjaja
Mohon maaf,
Halo rekan-rekan IAGI sekalian,
Kemarin-kemarin entah kenapa saya emang terhapus dari daftar
mailing-list IAGI-Net sehingga tidak pernah terima e-mail ini.  Untung
Mba Dyah menolong saya untuk mendaftarkan kembali di mailing list ini.

Menurut saya begini,
Gempa Nias kemarin itu adalah gempa "megathrust" (i.e. sama seperti
gempa Aceh) pada subduction interface yang letak "rupture zone" (bidang
patahan yang bergeser ketika terjadi gempabumi)-nya persis di sebelahnya
rupture zone dari Gempa Aceh.

Jadi memang Gempa Aceh ini ternyata betul-betul memicu sumber gempa di
sebelah selatannya.  Sekarang satu-satunya sumber gempa yang sudah
matang yang sedang menunggu giliran adalah yang di bawah Kep. Mentawai
itu. 
Kapan kira-kira waktunya?  Tentu kita engga tahu.  Tapi saya pikir dalam
kurun waktu 10 tahun ke depan kemungkinan terjadi gempabesar di sini
tinggi.  Belajar dari zona subduksi di Pacifik (Kamtchaka - Chile),
pernah terjadi 7 gempa besar hanya dalam kurun waktu 10 tahun, dari 1955
- 1965. 

Yang jadi harapan saya bahwa gempa di Mentawai mungkin tidak terjadi
dalam waktu dekat adalah adanya segmen zona subduksi diantara Nias dan
Siberut (di bawah Kep. Batu) yang kondisinya tidak matang dan
karakteristiknya dominan "ASEISMIC" artinya banyak meloloskan strain
energy. Mudah-mudahan Zona subduksi yang pas berada di khatulistiwa ini
bisa menjadi "buffer zone" agar perambatan energi gempa dari utara itu
bisa tertahan untuk sementara waktu sebelum dia menyebrang ke Siberut.

Kontroversi tentang mekanisme gempa di Nias kelihatannya bersumber ke
Focal Mechanism (CMT) USGS yang kurang tepat (mungkin sekarang sudah di
ralat).  CMT USGS ini memperlihatkan bahwa Gempa Nias sepertinya suatu
"Up-Thrust" pada bidang patahan yang hampir tegak lurus.  Waktu malam
terjadinya gempa, saya agak heran-heran melihat solusi USGS ini.  Apakah
benar bukan megathrust earthquake melainkan gempa pada Sesar Mentawai?
Mungkin CMT USGS ini yang dilihat oleh Pak Surono.
Untung paginya Harvard juga mengeluarkan CMT yang lebih baik.  Pada
Harvard CMT terlihat jelas bahwa gempa Nias ini merupakan gempa
megathrust - pure dip-slip.

Sekarang masalahnya kalau ini megathrust earthquake dengan magnitudo
8.7, kenapa Tsunami-nya kecil?
Saya kemarin berdiskusi dengan Wahyu Triyoso, terus Wahyu kebetulan
mendapatkan analisa data seismik yang sudah dilakukan oleh ERI Univ.
Tokyo, tempat sekolahnya dulu.  Dari analisa seismogram ini terlihat
bahwa "fault displacement" pada rupture zone-nya memang besar di bagian
bawahnya, yaitu di kedalaman ~15 - 40 km, tapi displacement ini menjadi
mengecil ke arah atas.  Kata Wahyu pada subduction interface di sebelah
baratnya Nias, displacementnya hanya 1 meteran!  Artinya walaupun gempa
ini besar, deformasi yang terjadi pada bawah permukaan laut di barat P.
Nias sampai ke palung tidak besar.  Menurut kami, itulah penyebab kenapa
tsunaminya kecil.  Tentu perlu analisa dan data yang lebih lanjut untuk
memastikan hal ini.

Sekian dulu.

Wassalam,

Danny


-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED]
[mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Thursday, March 31, 2005 4:19 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai :
Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased
Strain...)



Pak Awang,
Mungkinkah satu faktor lagi yang menyebabkan gempa Nias tidak terbentuk
terban yang berujung pada tdk terjadinya tsunami adalah kedalaman laut
dan
posisi dasar laut saat ini ?
Kalau kita lihat bahwa epicenter gempa Nias berada di kedalaman laut
kurang
dari 200 m dan masih di "shelf area" yang relatif stabil. Sedangkan
epicenter gempa Simelue berada di kedalaman laut 1200 m  dan sudah
berada
di "Upper slope area" yang relatif rentan kestabilan lerengnya.

salam,
Ferry



 

Awang Satyana

   cc:

 Subject: [iagi-net-l]
Coming Next : Gempa Mentawai :  
03/30/2005Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)
(was : Re. FW (iagi-net -Increased 
01:50 PM  Strain...)

Please respond

to iagi-net

 

 





Ya Ar, rupanya itu penyebab Nias rusak sebab di tengah Pulau Nias itu
memanjang splay Sesar Mentawai yang cukup besar sejajar dengan poros
panjang pulau itu. Kalau episentrumnya di laut di sekitar Kep Banyak
memang
gampang saja buat energi gempa terdisipasi ke tenggara lewat fracture
sesar
Mentawai dan masuk ke Nias. Dampak di seabed (terbentuknya terban)
mungkin
tak ada atau sangat minimal mengingat fokus gempa 30 km sehingga relatif
tak ada gerak kejut massa air laut terjadi. Tapi siapa yang bisa
mencegah
kalau gaya gempa daripada merusak seabed malah merambat ke tenggara via
sesar Neogen Mentawai lalu merusak Nias...

Memang kalau Danny Hilman masih anggota milis ini dan sempat menengok
inbox-

Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased Strain...)

2005-03-30 Terurut Topik Awang Satyana
Ferry,
 
Kalau dikumpul2 kelihatannya ada 5 syarat tsunamigenic earthquake : 1. 
episentrum gempa di laut, 2. magnitudo gempa besar (lebih banyak > 7.0 SR), 3. 
kedalaman hiposentrum dangkal (lebih banyak < 30 km), 4. mekanisme penyesaran 
thrust fault, 5. tergesernya blok dasar laut oleh penyesaran. 
 
Gempa Nias kemarin menurut analisis sampai sekarang memenuhi syarat 1-4, tetapi 
no. 5 tidak terpenuhi atau sangat minimal terpenuhi. Pendapat Ferry ada 
benarnya juga. Kalau hiposentrum masih di wilayah kerak benua (continental 
shelf) tentu lebih stabil daripada di upper slope yang keraknya intermediate 
atau transitional. Maka gempa sedalam 30 km seperti kemarin kelihatannya "dies 
out" ke atas, blind fault, tidak menimbulkan blok runtuh/naik di seabed. 
 
Atau, karena gempa sebenarnya berlokasi di trace utama Sesar Mentawai, disipasi 
gaya gempa lebih memilih bergerak ke fracture sesar yang ada, bergerak ke BL 
menghantam Simeulue bergerak ke tenggara menghantam Nias. Sudah ada sesar, 
tinggal di-re-aktivasi daripada membuat baru ke atas harus melewati kerak benua 
di sekitar Kep. Banyak yang stabil, kelihatannya lebih memilih bergerak ke 
samping-samping via Sesar Mentawai. 
 
Salam,
awang

[EMAIL PROTECTED] wrote:


Pak Awang,
Mungkinkah satu faktor lagi yang menyebabkan gempa Nias tidak terbentuk
terban yang berujung pada tdk terjadinya tsunami adalah kedalaman laut dan
posisi dasar laut saat ini ?
Kalau kita lihat bahwa epicenter gempa Nias berada di kedalaman laut kurang
dari 200 m dan masih di "shelf area" yang relatif stabil. Sedangkan
epicenter gempa Simelue berada di kedalaman laut 1200 m dan sudah berada
di "Upper slope area" yang relatif rentan kestabilan lerengnya.

salam,
Ferry






-
Do you Yahoo!?
 Make Yahoo! your home page   

Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased Strain...)

2005-03-30 Terurut Topik ferry . hakim


Pak Awang,
Mungkinkah satu faktor lagi yang menyebabkan gempa Nias tidak terbentuk
terban yang berujung pada tdk terjadinya tsunami adalah kedalaman laut dan
posisi dasar laut saat ini ?
Kalau kita lihat bahwa epicenter gempa Nias berada di kedalaman laut kurang
dari 200 m dan masih di "shelf area" yang relatif stabil. Sedangkan
epicenter gempa Simelue berada di kedalaman laut 1200 m  dan sudah berada
di "Upper slope area" yang relatif rentan kestabilan lerengnya.

salam,
Ferry




   
Awang Satyana   
   
   cc:
   
 Subject: [iagi-net-l] Coming Next 
: Gempa Mentawai :  
03/30/2005Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : 
Re. FW (iagi-net -Increased 
01:50 PM  Strain...)
   
Please respond  
   
to iagi-net 
   

   

   




Ya Ar, rupanya itu penyebab Nias rusak sebab di tengah Pulau Nias itu
memanjang splay Sesar Mentawai yang cukup besar sejajar dengan poros
panjang pulau itu. Kalau episentrumnya di laut di sekitar Kep Banyak memang
gampang saja buat energi gempa terdisipasi ke tenggara lewat fracture sesar
Mentawai dan masuk ke Nias. Dampak di seabed (terbentuknya terban) mungkin
tak ada atau sangat minimal mengingat fokus gempa 30 km sehingga relatif
tak ada gerak kejut massa air laut terjadi. Tapi siapa yang bisa mencegah
kalau gaya gempa daripada merusak seabed malah merambat ke tenggara via
sesar Neogen Mentawai lalu merusak Nias...

Memang kalau Danny Hilman masih anggota milis ini dan sempat menengok
inbox-nya di tengah kesibukan derang-dering tilpon meminta penjelasan
gempa, sebaiknya memberikan klarifikasi soal gempa Nias dan pernyataannya
di media massa bahwa masih ada satu lagi gempa yang besar yang akan datang
yaitu di sekitar Mentawai (!). Sebab Danny punya premis bahwa gempa Nias
dipicu oleh gempa Simeulue (gempa Aceh 26/12/05) dan katanya kedua gempa
besar ini akan melahirkan gempa Mentawai yang besar lengkap dengan tsunami
tapi entah kapan (hitungannya menurut Danny bisa menit, minggu, bulan,
tahun). Nah...

Kenapa klarifikasi butuh dikeluarkan ? Sebab, telah terjadi perbedaan
pendapat dengan Pak Surono (KaSubdit Mitigasi Bencana Geologi Direktorat
Geologi Bandung) bahwa gempa Nias benar2 baru dan tak punya urusan dengan
gempa Simeulue. Pendapat yang sama dengan Pak Surono dikeluarkan juga oleh
Hodo Suteshon Asahi TV di Jepang.

Nah, kebenaran premis tentu akan sangat menentukan apakah benar akan ada
gempa Mentawai atau tidak.

Di luar itu, semua masyarakat di pulau2 barat Sumatra dan kota2 di pesisir
barat Sumatra memang sebaiknya latihan evakuasi terus menjauhi daerah
bahaya gempa dan tsunami. Sebab, Padang bisa jadi sasaran utama tsunami
kalau gempa Mentawai-Sipora benar terjadi. Letaknya begitu frontal ke
wilayah ini. Uh..

Tapi masyarakat Mentawai katanya sudah siap menghadapi kemungkinan evakuasi
itu sejak  Danny Hilman, Prof. Kerry Sieh dkk membagikan poster gempa dan
tsunami ke penduduk Mentawai.

Sebuah catatan : tidak mudah buat kita para geologist menyampaikan info ke
masyarakat atau Pemda tentang kemungkinan bahaya2 kebencanaan geologi. Satu
yang tidak pernah bisa kita jawab : kapan gempanya akan datang Pak, tanggal
berapa, jam berapa... (lebih gampang mengungsikan penduduk di puncak dan
lereng gunungapi yang mau meletus dibandingkan dengan gempa yang selalu
"ujug-ujug" datang...)

Salam,
awang

Ariadi Subandrio <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Kang Awang,
Dari kumpulan data yang dikolek oleh pak Wahyu
Trijoso, seismologist yang intens melakukan penelitian
di sepanjang pantai Barat Sumatera bersama Pak Danny
Hilman, menggambarkan bahwa kontur dari distribution
record seismograph yang diperoleh menunjukkan bahwa
maksimum displacement berada di sepanjang pulau Nias,
maka walau episentrumnya berada di laut namun seolah
gempa kemaren adalah earthland quake dan hanya
menimbulkan tsunami kecil saja. Namun cukup
menghancurkan Nias. Ini yang membedakan dengan gempa
pada segmen Aceh dimana praktis displacementnya pada
open area.

Kalau salah kata, salah kutip -walau sampeyan suibuk
ditilpun kiri kanan- tolong kang Danny muncul sebentar
ke warga milis untuk memberikan penjelasan.

Kewaspadaan

Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased Strain...)

2005-03-30 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
On Thu, 31 Mar 2005 08:00:58 +0800, [EMAIL PROTECTED]
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> 
> Rekan Budi,
> 
> Beberapa waktu yang lalu, saya ingat bahwa rekan-rekan IAGI di Jogya atau
> Bandung pernah menerbitkan buku-buku untuk anak-anak sekolah tentang
> perihal geologi.
> Ada baiknya IAGI memprakarsai penerbitan buku untuk anak-anak sekolah
> tentang Gempa bumi dan akibat-akibatnya. Tentu saja dengan bahasa sekolah
> untuk SD atau SMP.
> Dari mereka-mereka inilah yang masih belajar akan mulai ditanamkan bahaya
> dan tanda tanda gempa. Untuk masa depan generasi selanjutnya.
> Mungkin konsentrasi penyebarannya diutamakan di daerah rawan gempa.
> Mudah-mudahan banyak penerbit yang mau jadi sponsor.
> 
> wass,
> edison sirodj
> 

PeeR buat Geoscientist

Hampir semua orang Indonesia itu terpaku dengan "main issue". Ketika
Inul "megol", trus rakyat sak Indonesia Raya "megal-megol" mengikuti
dengan pro-kontra yg menasional. KetikaIssue bom, semua media ngrembug
bom, demikian juga issue-issue lain, termasuk kasus Ambalat. Selalu
issue cuman satu dan meNasional.

Kita semua memang shock dengan bencana gempa dan tsunami, namun jangan
sampai kita terpaku hanya dengan gempa atau tsunami. Jogja (? terutama
selatan dan barat) bukanlah daerah rawan gempa, tetapi rawan longsor
atau mungkin bencana lain.
Jadi perlu selalu diingatkan bahwa bencana alam itu "local
specific".Artinya masing2 daerah itu tidak sama. Bahkan untuk
gempa-pun tidak sama utk seluruh Indonesia, cara mitigasinya juga
tidak sama.
Nah kalau awal sebagai himbauan ke pemerintah yg selalu berpikir
"general" (skala nasional) maka yg diperlukan adalah kesadaran akan
bencana. Seperti rilis IAGI dulu ketika gempa Aceh, yg tidak hanya
ternina-bobok oleh "sabuk emas" di katulistiwa, tetapi juga mesti
waspada "sabuk api".

Bahwa sekarang sudah banyak yg sadar bahwa gempa bukan karena dewo
marah gedruk-gedruk tanah, aku rasa itu sumbangan science yg cukup
signifikan. Dan ini merupakan satu step bagus dari sisi pendidikan yg
tentu saja dapat dilakukan lewat buku seperti yg diusulkan diatas.

"Pendidikan tidak akan menghentikan bencana, tetapi pasti mengurangi korban"


RDP

-
To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL 
PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), 
Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-


RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased Strain...)

2005-03-30 Terurut Topik edisonsirodj

Rekan Budi,

Beberapa waktu yang lalu, saya ingat bahwa rekan-rekan IAGI di Jogya atau
Bandung pernah menerbitkan buku-buku untuk anak-anak sekolah tentang
perihal geologi.
Ada baiknya IAGI memprakarsai penerbitan buku untuk anak-anak sekolah
tentang Gempa bumi dan akibat-akibatnya. Tentu saja dengan bahasa sekolah
untuk SD atau SMP.
Dari mereka-mereka inilah yang masih belajar akan mulai ditanamkan bahaya
dan tanda tanda gempa. Untuk masa depan generasi selanjutnya.
Mungkin konsentrasi penyebarannya diutamakan di daerah rawan gempa.
Mudah-mudahan banyak penerbit yang mau jadi sponsor.


wass,
edison sirodj


|-+--->
| |   [EMAIL PROTECTED]|
| |   onas.com.my |
| |   |
| |   03/30/2005 03:36|
| |   PM  |
| |   Please respond  |
| |   to iagi-net |
| |   |
|-+--->
  
>---|
  | 
  |
  |To: 
  |
  |cc:  iagi-net@iagi.or.id 
  |
  |Subject: RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai :   
Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW |
  |(iagi-net -Increased Strain...)  
  |
  
>---|




Sebagai bagian dari tour-nya, IAGI telah melaksanakan program sosialisasi
terhadap potensi bencana kepada masyarakat Padang dimana Danny Hilman,
Hamzah, Andang dan juga Ariadi telah berusaha 'menyadarkan masyarakat akan
potensi bencana tsb, Bahkan tim ini telah bertemu langsung dengan Gubernur
Sumbar, sebagi top management' menyampaikan issue yang sama termasuk apa
yang harus dilakukan bila terjadi bencana tsb. Sekarang tugas kita
mengingatkan kembali kepada saudara-saudara kita yang minim informasi

Salam
Budi Satrio




  "Musakti, Oki"

  <[EMAIL PROTECTED] To:

  tos.com> cc:

   Subject: RE: [iagi-net-l]
Coming Next : Gempa Mentawai :
  30/03/2005 03:08 Siberut-Sipora-Pagai
(???!!!) (was : Re. FW (iagi-net
  PM   -Increased Strain...)

  Please respond

  to iagi-net







Kelihatannya Padang dan Bengkulu sekarang 'live on borrowed time' alias
mesti siap-siap kalau bencana gempa plus tsunami jadi datang
menghampiri.

Mungkin tugas para ahli gempa (mas Danny dkk) untuk 'menakut-nakuti'
para penguasa lokal maupun pusat supaya masyarakat, infrastruktur, tata
ruang dll di daerah tersebut disiapkan dari sekarang. Kalau perlu
sekalian dijadikan isu politik, mumpung mereka sedang bersiap
menjalankan pilkada.

(Yang saya kuatir, setelah satu tahun berjalan akan kembali business as
usual)
salam
Oki


-Original Message-
From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED]

Sent: Wednesday, 30 March 2005 1:50 PM
To: iagi-net@iagi.or.id; [EMAIL PROTECTED]
Subject: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai :
Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased
Strain...)

Ya Ar, rupanya itu penyebab Nias rusak sebab di tengah Pulau Nias itu
memanjang splay Sesar Mentawai yang cukup besar sejajar dengan poros
panjang pulau itu. Kalau episentrumnya di laut di sekitar Kep Banyak
memang gampang saja buat energi gempa terdisipasi ke tenggara lewat
fracture sesar Mentawai dan masuk ke Nias. Dampak di seabed
(terbentuknya terban) mungkin tak ada atau sangat minimal mengingat
fokus gempa 30 km sehingga relatif tak ada gerak kejut massa air laut
terjadi. Tapi siapa yang bisa mencegah kalau gaya gempa daripada merusak
seabed malah merambat ke tenggara via sesar Neogen Mentawai lalu merusak
Nias...


Memang kalau Danny Hilman masih anggota milis ini dan sempat menengok
inbox-nya di tengah kesibukan derang-dering tilpon meminta penjelasan
gempa, sebaiknya memberikan klarifikasi soal gempa Nias dan
pernyataannya di media massa bahwa masih ada satu lagi gempa yang besar
yang akan datang yaitu di sekitar Mentawai (!). Sebab Danny punya premis
bahwa gempa Nias dipicu oleh gempa Simeulue (gempa Aceh 26/12/05) dan
katanya kedua gempa besar ini akan melahirkan gempa Mentawai yang besar
lengkap dengan tsunami tapi entah kapan (hitungannya menurut Danny bisa
menit, minggu, bulan, tah

Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased Strain...)

2005-03-30 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
> Pak admin, tolong dimasukkan email pak Danny Hilman ini dalam milis
> IAGI-net
> sebab beliau bilang tidak pernah terima berita dari milis ini
> lagi...mungkin kehapus kali ye...
> 
> [EMAIL PROTECTED]
> 
> salam,
> Dy

DONE !

Go head pak Danny

Bagi anda yg tidak menerima imil IAGI-net tetapi ingin melihat arsip
diskusi IAGI silahkan :
ke IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/

RDP
"pembantu admin"

-
To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL 
PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), 
Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-



RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased Strain...)

2005-03-29 Terurut Topik budi_satrio

Sebagai bagian dari tour-nya, IAGI telah melaksanakan program sosialisasi
terhadap potensi bencana kepada masyarakat Padang dimana Danny Hilman,
Hamzah, Andang dan juga Ariadi telah berusaha 'menyadarkan masyarakat akan
potensi bencana tsb, Bahkan tim ini telah bertemu langsung dengan Gubernur
Sumbar, sebagi top management' menyampaikan issue yang sama termasuk apa
yang harus dilakukan bila terjadi bencana tsb. Sekarang tugas kita
mengingatkan kembali kepada saudara-saudara kita yang minim informasi

Salam
Budi Satrio




   
  "Musakti, Oki"
   
  <[EMAIL PROTECTED] To:   
 
  tos.com> cc:  
   
   Subject: RE: [iagi-net-l] Coming 
Next : Gempa Mentawai :
  30/03/2005 03:08 Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) 
(was : Re. FW (iagi-net   
  PM   -Increased Strain...)
   
  Please respond
   
  to iagi-net   
   

   

   




Kelihatannya Padang dan Bengkulu sekarang 'live on borrowed time' alias
mesti siap-siap kalau bencana gempa plus tsunami jadi datang
menghampiri.

Mungkin tugas para ahli gempa (mas Danny dkk) untuk 'menakut-nakuti'
para penguasa lokal maupun pusat supaya masyarakat, infrastruktur, tata
ruang dll di daerah tersebut disiapkan dari sekarang. Kalau perlu
sekalian dijadikan isu politik, mumpung mereka sedang bersiap
menjalankan pilkada.

(Yang saya kuatir, setelah satu tahun berjalan akan kembali business as
usual)
salam
Oki


-Original Message-
From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED]

Sent: Wednesday, 30 March 2005 1:50 PM
To: iagi-net@iagi.or.id; [EMAIL PROTECTED]
Subject: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai :
Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased
Strain...)

Ya Ar, rupanya itu penyebab Nias rusak sebab di tengah Pulau Nias itu
memanjang splay Sesar Mentawai yang cukup besar sejajar dengan poros
panjang pulau itu. Kalau episentrumnya di laut di sekitar Kep Banyak
memang gampang saja buat energi gempa terdisipasi ke tenggara lewat
fracture sesar Mentawai dan masuk ke Nias. Dampak di seabed
(terbentuknya terban) mungkin tak ada atau sangat minimal mengingat
fokus gempa 30 km sehingga relatif tak ada gerak kejut massa air laut
terjadi. Tapi siapa yang bisa mencegah kalau gaya gempa daripada merusak
seabed malah merambat ke tenggara via sesar Neogen Mentawai lalu merusak
Nias...


Memang kalau Danny Hilman masih anggota milis ini dan sempat menengok
inbox-nya di tengah kesibukan derang-dering tilpon meminta penjelasan
gempa, sebaiknya memberikan klarifikasi soal gempa Nias dan
pernyataannya di media massa bahwa masih ada satu lagi gempa yang besar
yang akan datang yaitu di sekitar Mentawai (!). Sebab Danny punya premis
bahwa gempa Nias dipicu oleh gempa Simeulue (gempa Aceh 26/12/05) dan
katanya kedua gempa besar ini akan melahirkan gempa Mentawai yang besar
lengkap dengan tsunami tapi entah kapan (hitungannya menurut Danny bisa
menit, minggu, bulan, tahun). Nah...


Kenapa klarifikasi butuh dikeluarkan ? Sebab, telah terjadi perbedaan
pendapat dengan Pak Surono (KaSubdit Mitigasi Bencana Geologi Direktorat
Geologi Bandung) bahwa gempa Nias benar2 baru dan tak punya urusan
dengan gempa Simeulue. Pendapat yang sama dengan Pak Surono dikeluarkan
juga oleh Hodo Suteshon Asahi TV di Jepang.



Nah, kebenaran premis tentu akan sangat menentukan apakah benar akan ada
gempa Mentawai atau tidak.


Di luar itu, semua masyarakat di pulau2 barat Sumatra dan kota2 di
pesisir barat Sumatra memang sebaiknya latihan evakuasi terus menjauhi
daerah bahaya gempa dan tsunami. Sebab, Padang bisa jadi sasaran utama
tsunami kalau gempa Mentawai-Sipora benar terjadi. Letaknya begitu
frontal ke wilayah ini. Uh..



Tapi masyarakat Mentawai katanya sudah siap menghadapi kemungkinan
evakuasi itu sejak  Danny Hilman, Prof. Kerry Sieh dkk membagikan poster
gempa dan tsunami ke penduduk Mentawai.


Sebuah catatan : tidak mudah buat kita para geologist menyampaikan info
ke masyarakat atau Pemda tentang kemungkinan bahaya2 kebencanaan
geologi. Satu yang tidak pernah bisa kita jawab : kapan gempanya akan
datang Pak, tanggal berapa, jam berapa... (lebih gampang mengungsikan
penduduk di puncak dan lereng gunungapi ya

RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased Strain...)

2005-03-29 Terurut Topik Musakti, Oki

Kelihatannya Padang dan Bengkulu sekarang 'live on borrowed time' alias
mesti siap-siap kalau bencana gempa plus tsunami jadi datang
menghampiri.

Mungkin tugas para ahli gempa (mas Danny dkk) untuk 'menakut-nakuti'
para penguasa lokal maupun pusat supaya masyarakat, infrastruktur, tata
ruang dll di daerah tersebut disiapkan dari sekarang. Kalau perlu
sekalian dijadikan isu politik, mumpung mereka sedang bersiap
menjalankan pilkada.

(Yang saya kuatir, setelah satu tahun berjalan akan kembali business as
usual)
salam
Oki


-Original Message-
From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, 30 March 2005 1:50 PM
To: iagi-net@iagi.or.id; [EMAIL PROTECTED]
Subject: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai :
Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased
Strain...)

Ya Ar, rupanya itu penyebab Nias rusak sebab di tengah Pulau Nias itu
memanjang splay Sesar Mentawai yang cukup besar sejajar dengan poros
panjang pulau itu. Kalau episentrumnya di laut di sekitar Kep Banyak
memang gampang saja buat energi gempa terdisipasi ke tenggara lewat
fracture sesar Mentawai dan masuk ke Nias. Dampak di seabed
(terbentuknya terban) mungkin tak ada atau sangat minimal mengingat
fokus gempa 30 km sehingga relatif tak ada gerak kejut massa air laut
terjadi. Tapi siapa yang bisa mencegah kalau gaya gempa daripada merusak
seabed malah merambat ke tenggara via sesar Neogen Mentawai lalu merusak
Nias...

Memang kalau Danny Hilman masih anggota milis ini dan sempat menengok
inbox-nya di tengah kesibukan derang-dering tilpon meminta penjelasan
gempa, sebaiknya memberikan klarifikasi soal gempa Nias dan
pernyataannya di media massa bahwa masih ada satu lagi gempa yang besar
yang akan datang yaitu di sekitar Mentawai (!). Sebab Danny punya premis
bahwa gempa Nias dipicu oleh gempa Simeulue (gempa Aceh 26/12/05) dan
katanya kedua gempa besar ini akan melahirkan gempa Mentawai yang besar
lengkap dengan tsunami tapi entah kapan (hitungannya menurut Danny bisa
menit, minggu, bulan, tahun). Nah...

Kenapa klarifikasi butuh dikeluarkan ? Sebab, telah terjadi perbedaan
pendapat dengan Pak Surono (KaSubdit Mitigasi Bencana Geologi Direktorat
Geologi Bandung) bahwa gempa Nias benar2 baru dan tak punya urusan
dengan gempa Simeulue. Pendapat yang sama dengan Pak Surono dikeluarkan
juga oleh Hodo Suteshon Asahi TV di Jepang.

Nah, kebenaran premis tentu akan sangat menentukan apakah benar akan ada
gempa Mentawai atau tidak.

Di luar itu, semua masyarakat di pulau2 barat Sumatra dan kota2 di
pesisir barat Sumatra memang sebaiknya latihan evakuasi terus menjauhi
daerah bahaya gempa dan tsunami. Sebab, Padang bisa jadi sasaran utama
tsunami kalau gempa Mentawai-Sipora benar terjadi. Letaknya begitu
frontal ke wilayah ini. Uh..

Tapi masyarakat Mentawai katanya sudah siap menghadapi kemungkinan
evakuasi itu sejak  Danny Hilman, Prof. Kerry Sieh dkk membagikan poster
gempa dan tsunami ke penduduk Mentawai.

Sebuah catatan : tidak mudah buat kita para geologist menyampaikan info
ke masyarakat atau Pemda tentang kemungkinan bahaya2 kebencanaan
geologi. Satu yang tidak pernah bisa kita jawab : kapan gempanya akan
datang Pak, tanggal berapa, jam berapa... (lebih gampang mengungsikan
penduduk di puncak dan lereng gunungapi yang mau meletus dibandingkan
dengan gempa yang selalu "ujug-ujug" datang...)

Salam,
awang


Santos Ltd A.B.N. 80 007 550 923
Disclaimer: The information contained in this email is intended only for the 
use of the
person(s) to whom it is addressed and may be confidential or contain
privileged information. If you are not the intended recipient you are hereby
notified that any perusal, use, distribution, copying or disclosure is strictly
prohibited.  If you have received this email in error please immediately
advise us by return email and delete the email without making a copy.

-
To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL 
PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), 
Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-



Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased Strain...)

2005-03-29 Terurut Topik Dyah_Wulandari

Pak admin, tolong dimasukkan email pak Danny Hilman ini dalam milis
IAGI-net
sebab beliau bilang tidak pernah terima berita dari milis ini
lagi...mungkin kehapus kali ye...

[EMAIL PROTECTED]

salam,
Dy



   
  Awang Satyana 
   
  <[EMAIL PROTECTED]To:   iagi-net@iagi.or.id, 
[EMAIL PROTECTED]
  oo.com>   
   
   cc:  
   
  03/30/2005 01:50  
   
  PM   Subject:  [iagi-net-l] Coming 
Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) 
  Please respond to (was : Re. FW (iagi-net 
-Increased Strain...)  
  iagi-net  
   

   

   




Ya Ar, rupanya itu penyebab Nias rusak sebab di tengah Pulau Nias itu
memanjang splay Sesar Mentawai yang cukup besar sejajar dengan poros
panjang pulau itu. Kalau episentrumnya di laut di sekitar Kep Banyak memang
gampang saja buat energi gempa terdisipasi ke tenggara lewat fracture sesar
Mentawai dan masuk ke Nias. Dampak di seabed (terbentuknya terban) mungkin
tak ada atau sangat minimal mengingat fokus gempa 30 km sehingga relatif
tak ada gerak kejut massa air laut terjadi. Tapi siapa yang bisa mencegah
kalau gaya gempa daripada merusak seabed malah merambat ke tenggara via
sesar Neogen Mentawai lalu merusak Nias...

Memang kalau Danny Hilman masih anggota milis ini dan sempat menengok
inbox-nya di tengah kesibukan derang-dering tilpon meminta penjelasan
gempa, sebaiknya memberikan klarifikasi soal gempa Nias dan pernyataannya
di media massa bahwa masih ada satu lagi gempa yang besar yang akan datang
yaitu di sekitar Mentawai (!). Sebab Danny punya premis bahwa gempa Nias
dipicu oleh gempa Simeulue (gempa Aceh 26/12/05) dan katanya kedua gempa
besar ini akan melahirkan gempa Mentawai yang besar lengkap dengan tsunami
tapi entah kapan (hitungannya menurut Danny bisa menit, minggu, bulan,
tahun). Nah...

Kenapa klarifikasi butuh dikeluarkan ? Sebab, telah terjadi perbedaan
pendapat dengan Pak Surono (KaSubdit Mitigasi Bencana Geologi Direktorat
Geologi Bandung) bahwa gempa Nias benar2 baru dan tak punya urusan dengan
gempa Simeulue. Pendapat yang sama dengan Pak Surono dikeluarkan juga oleh
Hodo Suteshon Asahi TV di Jepang.

Nah, kebenaran premis tentu akan sangat menentukan apakah benar akan ada
gempa Mentawai atau tidak.

Di luar itu, semua masyarakat di pulau2 barat Sumatra dan kota2 di pesisir
barat Sumatra memang sebaiknya latihan evakuasi terus menjauhi daerah
bahaya gempa dan tsunami. Sebab, Padang bisa jadi sasaran utama tsunami
kalau gempa Mentawai-Sipora benar terjadi. Letaknya begitu frontal ke
wilayah ini. Uh..

Tapi masyarakat Mentawai katanya sudah siap menghadapi kemungkinan evakuasi
itu sejak  Danny Hilman, Prof. Kerry Sieh dkk membagikan poster gempa dan
tsunami ke penduduk Mentawai.

Sebuah catatan : tidak mudah buat kita para geologist menyampaikan info ke
masyarakat atau Pemda tentang kemungkinan bahaya2 kebencanaan geologi. Satu
yang tidak pernah bisa kita jawab : kapan gempanya akan datang Pak, tanggal
berapa, jam berapa... (lebih gampang mengungsikan penduduk di puncak dan
lereng gunungapi yang mau meletus dibandingkan dengan gempa yang selalu
"ujug-ujug" datang...)

Salam,
awang

Ariadi Subandrio <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Kang Awang,
Dari kumpulan data yang dikolek oleh pak Wahyu
Trijoso, seismologist yang intens melakukan penelitian
di sepanjang pantai Barat Sumatera bersama Pak Danny
Hilman, menggambarkan bahwa kontur dari distribution
record seismograph yang diperoleh menunjukkan bahwa
maksimum displacement berada di sepanjang pulau Nias,
maka walau episentrumnya berada di laut namun seolah
gempa kemaren adalah earthland quake dan hanya
menimbulkan tsunami kecil saja. Namun cukup
menghancurkan Nias. Ini yang membedakan dengan gempa
pada segmen Aceh dimana praktis displacementnya pada
open area.

Kalau salah kata, salah kutip -walau sampeyan suibuk
ditilpun kiri kanan- tolong kang Danny muncul sebenta