RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai -Wawancara Danhil
Wah masih kerja sampe jam 6:00 sore ...dan di kantor enggak ada tv... Mungkin ada yang bisa dititipin pertanyaan di bawah untuk Kang Danny? penasaran banget nih soalnya Regards Ferdinandus Kartiko Samodro TOTAL E&P Indonesie Balikpapan DKS/EXR/GLG 0542- 533852 Ariadi Subandrio <[EMAIL PROTECTED]> 04/04/2005 02:25 PM Please respond to iagi-net To: iagi-net@iagi.or.id cc: Subject: RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai -Wawancara Danhil Pak Ferdi, bisa anda tanyakan secara langsung nanti sore jam 4.30 saat wawancara langsung dan interaktif dengan Kang Danny Hilman di Metro TV. salam, ar- [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Danny kalau stasiun GPS di atas sudah bergerak cepat karena ada ganjel di bawahnyaapakah bisa dihitung berapa lama lagi terjadi gempa...? atau bukankah kalau sampai GPSnya bergerak dengan cepat maka sebenarnya sudah terjadi gempa...dan GPS tersebut bergerak karena memang gempa yang sedang terjadi...? yang saya masih belum mengerti apakah dengan GPS bisa digunakan untuk "memprediksi gempa yang akan terjadi" atau hanya mengukur dilatasi karena gempa yang sedang terjadi? Regards Ferdinandus Kartiko Samodro TOTAL E&P Indonesie Balikpapan DKS/EXR/GLG 0542- 533852 "D.H. Natawidjaja" 01/04/2005 07:37 PM Please respond to iagi-net To: , "'Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI)'" cc: Subject: RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) Untuk menginterpretasikan yang dibawah tentu bukan hanya dari gerakan statsiun GPS tapi dibantu oleh (elastic) modelling, tapi prinsipnya apabila ada bagian subduction interface yang terkunci (misalnya akibat kena ganjel seamount) maka sta.GPS yang di atasnya bergerak cepat. Kalo yang interfacenya licin maka gerak penunjaman lolos gitu aja sehingga sta.GPS yang di atasnya ga bergerak. Dengan prinsip ini kita memetakan "locking zones" atau zona yang efectif mengumpulkan elastic strain pada zona subduksi. Danny -Original Message- From: mohamad untung [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, April 01, 2005 3:49 PM To: iagi-net@iagi.or.id; Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI) Subject: Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) Merujuk kepada ungkapan Pak Danny dan Pak Kusuma, saya ingin sedikit menambahkan. GPS mengukur gerak-gerak ke arah datar, bukan mengetahui apa yang ada di bawah permukaan. Pengamatan GPS yang berkesinambung (continuous) dapat mengetahui kapan lempeng terganjel atau terbendung oleh kerikil. Kalau kerikilnya kecil ya gilas saja tapi kalau besar ya terganjel. Jadi harus benar-benar dipantau gerak-gerak mendatar dari ukuran GPS. Hasil pengamatan lapangan GPS harus benar-benar di tapis (filter) mana yang bisingan (noise) mana yang signal. Pada waktu terganjel gerak mendatar berhenti atau mengendor kecepatannya dan kegempaan naik artinya sismograf menunjukkan gejala ini. La berapa dalam dari permukaan tanah dan berapa besar kerikil itu. Tentu GPS tidak bisa tahu. Lempeng-lempeng itu sangat magnetik, tetapi kerikil yang menganjel diharapkan lebih magnetik. Pada peta magnet terbitan EOS vol.86, no. 10, 8 Maret 2005, AGU (tolong dilihat terbitan ini. Kalau tidak punya saya ada. Bisa saya copi ). Daerah-daerah di mana terdapat kedalaman magnet dangkal di situlah hiposenter berasal artinya terdapat banyak kerikil. Wassalam, M. Untung - Original Message - From: "D.H. Natawidjaja" To: Sent: Friday, April 01, 2005 9:40 AM Subject: RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) > Ya ganjel-ganjel atau asperities itu bisa dipetakan apabila ada jaringan > GPS dan/atau seismograph yang cukup. > > Danny > > -Original Message- > From: Leonard Lisapaly [mailto:[EMAIL PROTECTED] > Sent: Friday, April 01, 2005 7:43 AM > To: iagi-net@iagi.or.id > Subject: RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : > Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) > > > Jika kita memiliki jaringan GPS yang cukup banyak, apakah lokasi > ganjel-ganjel ini dapat kita tentukan ? Asumsinya, ganjel-ganjel > tersebut akan menyebabkan stagnasi dalam pergerakan lempeng yang > diperlihatkan dalam perubahan positioning yang lebih kecil dibandingkan > daerah yang tidak ada ganjelannya. Kapan terjadinya rupture dan level > pelepasan energi mungkin dapat dipelajari dari karakteristik perubahan > positioning dari waktu ke waktu dan kemiringan bidang subduksi. > > Selanjutnya, jika lokasi ini dapat kita prediksi, kita juga dapat > mungkin dapat memprediksi daerah yang mungkin terkena dampak gempa > berdasarkan pola radiasi dari gempa tektonik. > > > LL > > -----Original Message- > From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED] > Sent: Thursday, March 31, 2005 7:40 PM > To: iagi-net@i
RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai -Wawancara Danhil
Pak Ferdi, bisa anda tanyakan secara langsung nanti sore jam 4.30 saat wawancara langsung dan interaktif dengan Kang Danny Hilman di Metro TV. salam, ar- [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Danny kalau stasiun GPS di atas sudah bergerak cepat karena ada ganjel di bawahnyaapakah bisa dihitung berapa lama lagi terjadi gempa...? atau bukankah kalau sampai GPSnya bergerak dengan cepat maka sebenarnya sudah terjadi gempa...dan GPS tersebut bergerak karena memang gempa yang sedang terjadi...? yang saya masih belum mengerti apakah dengan GPS bisa digunakan untuk "memprediksi gempa yang akan terjadi" atau hanya mengukur dilatasi karena gempa yang sedang terjadi? Regards Ferdinandus Kartiko Samodro TOTAL E&P Indonesie Balikpapan DKS/EXR/GLG 0542- 533852 "D.H. Natawidjaja" 01/04/2005 07:37 PM Please respond to iagi-net To: , "'Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI)'" cc: Subject: RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) Untuk menginterpretasikan yang dibawah tentu bukan hanya dari gerakan statsiun GPS tapi dibantu oleh (elastic) modelling, tapi prinsipnya apabila ada bagian subduction interface yang terkunci (misalnya akibat kena ganjel seamount) maka sta.GPS yang di atasnya bergerak cepat. Kalo yang interfacenya licin maka gerak penunjaman lolos gitu aja sehingga sta.GPS yang di atasnya ga bergerak. Dengan prinsip ini kita memetakan "locking zones" atau zona yang efectif mengumpulkan elastic strain pada zona subduksi. Danny -Original Message- From: mohamad untung [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, April 01, 2005 3:49 PM To: iagi-net@iagi.or.id; Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI) Subject: Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) Merujuk kepada ungkapan Pak Danny dan Pak Kusuma, saya ingin sedikit menambahkan. GPS mengukur gerak-gerak ke arah datar, bukan mengetahui apa yang ada di bawah permukaan. Pengamatan GPS yang berkesinambung (continuous) dapat mengetahui kapan lempeng terganjel atau terbendung oleh kerikil. Kalau kerikilnya kecil ya gilas saja tapi kalau besar ya terganjel. Jadi harus benar-benar dipantau gerak-gerak mendatar dari ukuran GPS. Hasil pengamatan lapangan GPS harus benar-benar di tapis (filter) mana yang bisingan (noise) mana yang signal. Pada waktu terganjel gerak mendatar berhenti atau mengendor kecepatannya dan kegempaan naik artinya sismograf menunjukkan gejala ini. La berapa dalam dari permukaan tanah dan berapa besar kerikil itu. Tentu GPS tidak bisa tahu. Lempeng-lempeng itu sangat magnetik, tetapi kerikil yang menganjel diharapkan lebih magnetik. Pada peta magnet terbitan EOS vol.86, no. 10, 8 Maret 2005, AGU (tolong dilihat terbitan ini. Kalau tidak punya saya ada. Bisa saya copi ). Daerah-daerah di mana terdapat kedalaman magnet dangkal di situlah hiposenter berasal artinya terdapat banyak kerikil. Wassalam, M. Untung - Original Message - From: "D.H. Natawidjaja" To: Sent: Friday, April 01, 2005 9:40 AM Subject: RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) > Ya ganjel-ganjel atau asperities itu bisa dipetakan apabila ada jaringan > GPS dan/atau seismograph yang cukup. > > Danny > > -Original Message- > From: Leonard Lisapaly [mailto:[EMAIL PROTECTED] > Sent: Friday, April 01, 2005 7:43 AM > To: iagi-net@iagi.or.id > Subject: RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : > Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) > > > Jika kita memiliki jaringan GPS yang cukup banyak, apakah lokasi > ganjel-ganjel ini dapat kita tentukan ? Asumsinya, ganjel-ganjel > tersebut akan menyebabkan stagnasi dalam pergerakan lempeng yang > diperlihatkan dalam perubahan positioning yang lebih kecil dibandingkan > daerah yang tidak ada ganjelannya. Kapan terjadinya rupture dan level > pelepasan energi mungkin dapat dipelajari dari karakteristik perubahan > positioning dari waktu ke waktu dan kemiringan bidang subduksi. > > Selanjutnya, jika lokasi ini dapat kita prediksi, kita juga dapat > mungkin dapat memprediksi daerah yang mungkin terkena dampak gempa > berdasarkan pola radiasi dari gempa tektonik. > > > LL > > -Original Message----- > From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED] > Sent: Thursday, March 31, 2005 7:40 PM > To: iagi-net@iagi.or.id > Subject: Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : > Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) > > Untuk meramalkan di mana gempa akan terjadi lagi, maka kita harus > melokalisasi di mana saja terdapat ganjel-ganjel ini serta besar kecil > nya > ganjel, dan akumulasi stress yang terjadi pada ganjel-ganjel ini. > > - > To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] > To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] > Visit IAG
RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)
Pak Danny kalau stasiun GPS di atas sudah bergerak cepat karena ada ganjel di bawahnyaapakah bisa dihitung berapa lama lagi terjadi gempa...? atau bukankah kalau sampai GPSnya bergerak dengan cepat maka sebenarnya sudah terjadi gempa...dan GPS tersebut bergerak karena memang gempa yang sedang terjadi...? yang saya masih belum mengerti apakah dengan GPS bisa digunakan untuk "memprediksi gempa yang akan terjadi" atau hanya mengukur dilatasi karena gempa yang sedang terjadi? Regards Ferdinandus Kartiko Samodro TOTAL E&P Indonesie Balikpapan DKS/EXR/GLG 0542- 533852 "D.H. Natawidjaja" <[EMAIL PROTECTED]> 01/04/2005 07:37 PM Please respond to iagi-net To: , "'Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI)'" <[EMAIL PROTECTED]> cc: Subject: RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) Untuk menginterpretasikan yang dibawah tentu bukan hanya dari gerakan statsiun GPS tapi dibantu oleh (elastic) modelling, tapi prinsipnya apabila ada bagian subduction interface yang terkunci (misalnya akibat kena ganjel seamount) maka sta.GPS yang di atasnya bergerak cepat. Kalo yang interfacenya licin maka gerak penunjaman lolos gitu aja sehingga sta.GPS yang di atasnya ga bergerak. Dengan prinsip ini kita memetakan "locking zones" atau zona yang efectif mengumpulkan elastic strain pada zona subduksi. Danny -Original Message- From: mohamad untung [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, April 01, 2005 3:49 PM To: iagi-net@iagi.or.id; Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI) Subject: Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) Merujuk kepada ungkapan Pak Danny dan Pak Kusuma, saya ingin sedikit menambahkan. GPS mengukur gerak-gerak ke arah datar, bukan mengetahui apa yang ada di bawah permukaan. Pengamatan GPS yang berkesinambung (continuous) dapat mengetahui kapan lempeng terganjel atau terbendung oleh kerikil. Kalau kerikilnya kecil ya gilas saja tapi kalau besar ya terganjel. Jadi harus benar-benar dipantau gerak-gerak mendatar dari ukuran GPS. Hasil pengamatan lapangan GPS harus benar-benar di tapis (filter) mana yang bisingan (noise) mana yang signal. Pada waktu terganjel gerak mendatar berhenti atau mengendor kecepatannya dan kegempaan naik artinya sismograf menunjukkan gejala ini. La berapa dalam dari permukaan tanah dan berapa besar kerikil itu. Tentu GPS tidak bisa tahu. Lempeng-lempeng itu sangat magnetik, tetapi kerikil yang menganjel diharapkan lebih magnetik. Pada peta magnet terbitan EOS vol.86, no. 10, 8 Maret 2005, AGU (tolong dilihat terbitan ini. Kalau tidak punya saya ada. Bisa saya copi ). Daerah-daerah di mana terdapat kedalaman magnet dangkal di situlah hiposenter berasal artinya terdapat banyak kerikil. Wassalam, M. Untung - Original Message - From: "D.H. Natawidjaja" <[EMAIL PROTECTED]> To: Sent: Friday, April 01, 2005 9:40 AM Subject: RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) > Ya ganjel-ganjel atau asperities itu bisa dipetakan apabila ada jaringan > GPS dan/atau seismograph yang cukup. > > Danny > > -Original Message- > From: Leonard Lisapaly [mailto:[EMAIL PROTECTED] > Sent: Friday, April 01, 2005 7:43 AM > To: iagi-net@iagi.or.id > Subject: RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : > Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) > > > Jika kita memiliki jaringan GPS yang cukup banyak, apakah lokasi > ganjel-ganjel ini dapat kita tentukan ? Asumsinya, ganjel-ganjel > tersebut akan menyebabkan stagnasi dalam pergerakan lempeng yang > diperlihatkan dalam perubahan positioning yang lebih kecil dibandingkan > daerah yang tidak ada ganjelannya. Kapan terjadinya rupture dan level > pelepasan energi mungkin dapat dipelajari dari karakteristik perubahan > positioning dari waktu ke waktu dan kemiringan bidang subduksi. > > Selanjutnya, jika lokasi ini dapat kita prediksi, kita juga dapat > mungkin dapat memprediksi daerah yang mungkin terkena dampak gempa > berdasarkan pola radiasi dari gempa tektonik. > > > LL > > -----Original Message- > From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED] > Sent: Thursday, March 31, 2005 7:40 PM > To: iagi-net@iagi.or.id > Subject: Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : > Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) > > Untuk meramalkan di mana gempa akan terjadi lagi, maka kita harus > melokalisasi di mana saja terdapat ganjel-ganjel ini serta besar kecil > nya > ganjel, dan akumulasi stress yang terjadi pada ganjel-ganjel ini. > > - > To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] > To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] > Visit IAGI Website: http://iagi.or.id > IAGI-net Archive 1: http://www.mail-arc
RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)
Untuk menginterpretasikan yang dibawah tentu bukan hanya dari gerakan statsiun GPS tapi dibantu oleh (elastic) modelling, tapi prinsipnya apabila ada bagian subduction interface yang terkunci (misalnya akibat kena ganjel seamount) maka sta.GPS yang di atasnya bergerak cepat. Kalo yang interfacenya licin maka gerak penunjaman lolos gitu aja sehingga sta.GPS yang di atasnya ga bergerak. Dengan prinsip ini kita memetakan "locking zones" atau zona yang efectif mengumpulkan elastic strain pada zona subduksi. Danny -Original Message- From: mohamad untung [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, April 01, 2005 3:49 PM To: iagi-net@iagi.or.id; Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI) Subject: Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) Merujuk kepada ungkapan Pak Danny dan Pak Kusuma, saya ingin sedikit menambahkan. GPS mengukur gerak-gerak ke arah datar, bukan mengetahui apa yang ada di bawah permukaan. Pengamatan GPS yang berkesinambung (continuous) dapat mengetahui kapan lempeng terganjel atau terbendung oleh kerikil. Kalau kerikilnya kecil ya gilas saja tapi kalau besar ya terganjel. Jadi harus benar-benar dipantau gerak-gerak mendatar dari ukuran GPS. Hasil pengamatan lapangan GPS harus benar-benar di tapis (filter) mana yang bisingan (noise) mana yang signal. Pada waktu terganjel gerak mendatar berhenti atau mengendor kecepatannya dan kegempaan naik artinya sismograf menunjukkan gejala ini. La berapa dalam dari permukaan tanah dan berapa besar kerikil itu. Tentu GPS tidak bisa tahu. Lempeng-lempeng itu sangat magnetik, tetapi kerikil yang menganjel diharapkan lebih magnetik. Pada peta magnet terbitan EOS vol.86, no. 10, 8 Maret 2005, AGU (tolong dilihat terbitan ini. Kalau tidak punya saya ada. Bisa saya copi ). Daerah-daerah di mana terdapat kedalaman magnet dangkal di situlah hiposenter berasal artinya terdapat banyak kerikil. Wassalam, M. Untung - Original Message - From: "D.H. Natawidjaja" <[EMAIL PROTECTED]> To: Sent: Friday, April 01, 2005 9:40 AM Subject: RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) > Ya ganjel-ganjel atau asperities itu bisa dipetakan apabila ada jaringan > GPS dan/atau seismograph yang cukup. > > Danny > > -Original Message- > From: Leonard Lisapaly [mailto:[EMAIL PROTECTED] > Sent: Friday, April 01, 2005 7:43 AM > To: iagi-net@iagi.or.id > Subject: RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : > Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) > > > Jika kita memiliki jaringan GPS yang cukup banyak, apakah lokasi > ganjel-ganjel ini dapat kita tentukan ? Asumsinya, ganjel-ganjel > tersebut akan menyebabkan stagnasi dalam pergerakan lempeng yang > diperlihatkan dalam perubahan positioning yang lebih kecil dibandingkan > daerah yang tidak ada ganjelannya. Kapan terjadinya rupture dan level > pelepasan energi mungkin dapat dipelajari dari karakteristik perubahan > positioning dari waktu ke waktu dan kemiringan bidang subduksi. > > Selanjutnya, jika lokasi ini dapat kita prediksi, kita juga dapat > mungkin dapat memprediksi daerah yang mungkin terkena dampak gempa > berdasarkan pola radiasi dari gempa tektonik. > > > LL > > -Original Message- > From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED] > Sent: Thursday, March 31, 2005 7:40 PM > To: iagi-net@iagi.or.id > Subject: Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : > Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) > > Untuk meramalkan di mana gempa akan terjadi lagi, maka kita harus > melokalisasi di mana saja terdapat ganjel-ganjel ini serta besar kecil > nya > ganjel, dan akumulasi stress yang terjadi pada ganjel-ganjel ini. > > - > To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] > To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] > Visit IAGI Website: http://iagi.or.id > IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ > IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi > Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy > Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id > Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) > Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) > Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) > Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau > [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) > Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) > - > > > > - > To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] > To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] > Visit IAGI Website: http://iagi.or.id > IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net
Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)
Saya ingin tahu sebenarnya GPS itu mengukur apa ya...? kedudukan X,Y,Z dari suatu posisi atau juga mengukur hal yang lain...? Dan mungkin ada yang bisa menerangkan dengan bahasa yang sederhana bagaimana GPS - GPS tersebut bisa digunakan untuk memantau akan terjadi gempa? Seperti pertanyaan saya sebelumnnya, pergerakan yang ada di bawah permukaan bumi bergerak tidak sama dengan kecepatan di permukaan..sehingga problem konversi jarak terukur juga tidak begitu jelas..misal..kalau gps bergerak 2 cm/ year apakah lalu akan terjadi gempa? atau misalnya bergerak vertikal 5 cm/ year apakah lalu akan gempa? kalau memang kemungkinan magnetik dangkal lebih mungkin menunjukan kemungkinan kerikil...ya mungkin kita bisa mengukur besarnya perubahan magnetik berdasarkan waktu sehingga pada saat magnetik bertambah dari waktu ke waktu ..kita bisa mengatakan akan ada gempa... apakah ada alat yang mengukur perubahan magnetik tersebut...? Regards Ferdinandus Kartiko Samodro TOTAL E&P Indonesie Balikpapan DKS/EXR/GLG 0542- 533852 "mohamad untung" <[EMAIL PROTECTED]> 01/04/2005 04:49 PM Please respond to iagi-net To: , "Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI)" <[EMAIL PROTECTED]> cc: Subject: Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) Merujuk kepada ungkapan Pak Danny dan Pak Kusuma, saya ingin sedikit menambahkan. GPS mengukur gerak-gerak ke arah datar, bukan mengetahui apa yang ada di bawah permukaan. Pengamatan GPS yang berkesinambung (continuous) dapat mengetahui kapan lempeng terganjel atau terbendung oleh kerikil. Kalau kerikilnya kecil ya gilas saja tapi kalau besar ya terganjel. Jadi harus benar-benar dipantau gerak-gerak mendatar dari ukuran GPS. Hasil pengamatan lapangan GPS harus benar-benar di tapis (filter) mana yang bisingan (noise) mana yang signal. Pada waktu terganjel gerak mendatar berhenti atau mengendor kecepatannya dan kegempaan naik artinya sismograf menunjukkan gejala ini. La berapa dalam dari permukaan tanah dan berapa besar kerikil itu. Tentu GPS tidak bisa tahu. Lempeng-lempeng itu sangat magnetik, tetapi kerikil yang menganjel diharapkan lebih magnetik. Pada peta magnet terbitan EOS vol.86, no. 10, 8 Maret 2005, AGU (tolong dilihat terbitan ini. Kalau tidak punya saya ada. Bisa saya copi ). Daerah-daerah di mana terdapat kedalaman magnet dangkal di situlah hiposenter berasal artinya terdapat banyak kerikil. Wassalam, M. Untung - Original Message - From: "D.H. Natawidjaja" <[EMAIL PROTECTED]> To: Sent: Friday, April 01, 2005 9:40 AM Subject: RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) > Ya ganjel-ganjel atau asperities itu bisa dipetakan apabila ada jaringan > GPS dan/atau seismograph yang cukup. > > Danny > > -Original Message- > From: Leonard Lisapaly [mailto:[EMAIL PROTECTED] > Sent: Friday, April 01, 2005 7:43 AM > To: iagi-net@iagi.or.id > Subject: RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : > Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) > > > Jika kita memiliki jaringan GPS yang cukup banyak, apakah lokasi > ganjel-ganjel ini dapat kita tentukan ? Asumsinya, ganjel-ganjel > tersebut akan menyebabkan stagnasi dalam pergerakan lempeng yang > diperlihatkan dalam perubahan positioning yang lebih kecil dibandingkan > daerah yang tidak ada ganjelannya. Kapan terjadinya rupture dan level > pelepasan energi mungkin dapat dipelajari dari karakteristik perubahan > positioning dari waktu ke waktu dan kemiringan bidang subduksi. > > Selanjutnya, jika lokasi ini dapat kita prediksi, kita juga dapat > mungkin dapat memprediksi daerah yang mungkin terkena dampak gempa > berdasarkan pola radiasi dari gempa tektonik. > > > LL > > -Original Message----- > From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED] > Sent: Thursday, March 31, 2005 7:40 PM > To: iagi-net@iagi.or.id > Subject: Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : > Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) > > Untuk meramalkan di mana gempa akan terjadi lagi, maka kita harus > melokalisasi di mana saja terdapat ganjel-ganjel ini serta besar kecil > nya > ganjel, dan akumulasi stress yang terjadi pada ganjel-ganjel ini. > > - > To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] > To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] > Visit IAGI Website: http://iagi.or.id > IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ > IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi > Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy > Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id > Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) > Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) > Komisi Sertifikasi : M. Suryowib
Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)
Merujuk kepada ungkapan Pak Danny dan Pak Kusuma, saya ingin sedikit menambahkan. GPS mengukur gerak-gerak ke arah datar, bukan mengetahui apa yang ada di bawah permukaan. Pengamatan GPS yang berkesinambung (continuous) dapat mengetahui kapan lempeng terganjel atau terbendung oleh kerikil. Kalau kerikilnya kecil ya gilas saja tapi kalau besar ya terganjel. Jadi harus benar-benar dipantau gerak-gerak mendatar dari ukuran GPS. Hasil pengamatan lapangan GPS harus benar-benar di tapis (filter) mana yang bisingan (noise) mana yang signal. Pada waktu terganjel gerak mendatar berhenti atau mengendor kecepatannya dan kegempaan naik artinya sismograf menunjukkan gejala ini. La berapa dalam dari permukaan tanah dan berapa besar kerikil itu. Tentu GPS tidak bisa tahu. Lempeng-lempeng itu sangat magnetik, tetapi kerikil yang menganjel diharapkan lebih magnetik. Pada peta magnet terbitan EOS vol.86, no. 10, 8 Maret 2005, AGU (tolong dilihat terbitan ini. Kalau tidak punya saya ada. Bisa saya copi ). Daerah-daerah di mana terdapat kedalaman magnet dangkal di situlah hiposenter berasal artinya terdapat banyak kerikil. Wassalam, M. Untung - Original Message - From: "D.H. Natawidjaja" <[EMAIL PROTECTED]> To: Sent: Friday, April 01, 2005 9:40 AM Subject: RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) > Ya ganjel-ganjel atau asperities itu bisa dipetakan apabila ada jaringan > GPS dan/atau seismograph yang cukup. > > Danny > > -Original Message- > From: Leonard Lisapaly [mailto:[EMAIL PROTECTED] > Sent: Friday, April 01, 2005 7:43 AM > To: iagi-net@iagi.or.id > Subject: RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : > Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) > > > Jika kita memiliki jaringan GPS yang cukup banyak, apakah lokasi > ganjel-ganjel ini dapat kita tentukan ? Asumsinya, ganjel-ganjel > tersebut akan menyebabkan stagnasi dalam pergerakan lempeng yang > diperlihatkan dalam perubahan positioning yang lebih kecil dibandingkan > daerah yang tidak ada ganjelannya. Kapan terjadinya rupture dan level > pelepasan energi mungkin dapat dipelajari dari karakteristik perubahan > positioning dari waktu ke waktu dan kemiringan bidang subduksi. > > Selanjutnya, jika lokasi ini dapat kita prediksi, kita juga dapat > mungkin dapat memprediksi daerah yang mungkin terkena dampak gempa > berdasarkan pola radiasi dari gempa tektonik. > > > LL > > -Original Message- > From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED] > Sent: Thursday, March 31, 2005 7:40 PM > To: iagi-net@iagi.or.id > Subject: Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : > Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) > > Untuk meramalkan di mana gempa akan terjadi lagi, maka kita harus > melokalisasi di mana saja terdapat ganjel-ganjel ini serta besar kecil > nya > ganjel, dan akumulasi stress yang terjadi pada ganjel-ganjel ini. > > - > To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] > To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] > Visit IAGI Website: http://iagi.or.id > IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ > IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi > Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy > Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id > Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) > Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) > Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) > Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau > [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) > Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) > - > > > > - > To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] > To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] > Visit IAGI Website: http://iagi.or.id > IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ > IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi > Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id > Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) > Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) > Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) > Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) > Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) > - > - To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http:/
RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased Strain...)
Arah rambat sumber gempa tidak harus mengikuti pergerakan lateral movement. Kejadian letusan gunung api setelah gempabumi memang pernah terjadi. Tidak lama setelah gempabesar tahun 1833 di Mentawai terjadi letusan gunung api di Bukit Kaba, Bengkulu. Saya mendengar berita juga bahwa setelah gempa Aceh kegiatan volkanisme di P. Weh meningkat. Salam, Danny -Original Message- From: Fatrial Bahesti [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, March 31, 2005 3:45 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased Strain...) Jika 'oblique subduction zone' sepanjang pulau sumatra merupakan right lateral movement, maka pergerakan epicenter seharusnya mengikuti pergerakan kerak samudera ke utara (andaman), tetapi gempanya kok malah menjalar ke selatan (nias-mentawai...) ? Bagaimana dengan kegiatan vulkanisme setelah gempa hebat di sumatra? Kerak samudera yang menunjam lebih landai dan oblique di sumatra seharusnya menghasilkan 'heat flow' secara vertikal maupun lateral. Hipotesis bahwa adanya 'slab' yang terputus pada upper mantel di sumatra sebenarnya memberikan space bagi kerak samudera untuk bergerak 'Up-Thrust', tetapi apakah demikian mekansimenya... salam, Fatrial [EMAIL PROTECTED] wrote: Jadi gempa Aceh dan Nias kemarin sama2 gempa 'megathrust'. Sebelumnya saya sempat berpikir bahwa gempa Nias terjadi karena Sesar Mentawai. Mohon pencerahan sedikit lagi Pak.. Apakah yang Pak Danny maksud dengan bidang subduksi "aseismic" antara Nias dan Siberut itu adalah Investigator Fractured Zone (IFZ)? Kenapa segmen zona subduksi ini bisa memiliki karakteristik berbeda dengan segmen jalur subduksi yang lain ? salam, Ferry "D.H. Natawidjaja" To: ipi.go.id> Subject: RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased 03/31/2005 Strain...) 12:35 PM Please respond to iagi-net Mohon maaf, Halo rekan-rekan IAGI sekalian, Kemarin-kemarin entah kenapa saya emang terhapus dari daftar mailing-list IAGI-Net sehingga tidak pernah terima e-mail ini. Untung Mba Dyah menolong saya untuk mendaftarkan kembali di mailing list ini. Menurut saya begini, Gempa Nias kemarin itu adalah gempa "megathrust" (i.e. sama seperti gempa Aceh) pada subduction interface yang letak "rupture zone" (bidang patahan yang bergeser ketika terjadi gempabumi)-nya persis di sebelahnya rupture zone dari Gempa Aceh. Jadi memang Gempa Aceh ini ternyata betul-betul memicu sumber gempa di sebelah selatannya. Sekarang satu-satunya sumber gempa yang sudah matang yang sedang menunggu giliran adalah yang di bawah Kep. Mentawai itu. Kapan kira-kira waktunya? Tentu kita engga tahu. Tapi saya pikir dalam kurun waktu 10 tahun ke depan kemungkinan terjadi gempabesar di sini tinggi. Belajar dari zona subduksi di Pacifik (Kamtchaka - Chile), pernah terjadi 7 gempa besar hanya dalam kurun waktu 10 tahun, dari 1955 - 1965. Yang jadi harapan saya bahwa gempa di Mentawai mungkin tidak terjadi dalam waktu dekat adalah adanya segmen zona subduksi diantara Nias dan Siberut (di bawah Kep. Batu) yang kondisinya tidak matang dan karakteristiknya dominan "ASEISMIC" artinya banyak meloloskan strain energy. Mudah-mudahan Zona subduksi yang pas berada di khatulistiwa ini bisa menjadi "buffer zone" agar perambatan energi gempa dari utara itu bisa tertahan untuk sementara waktu sebelum dia menyebrang ke Siberut. Kontroversi tentang mekanisme gempa di Nias kelihatannya bersumber ke Focal Mechanism (CMT) USGS yang kurang tepat (mungkin sekarang sudah di ralat). CMT USGS ini memperlihatkan bahwa Gempa Nias sepertinya suatu "Up-Thrust" pada bidang patahan yang hampir tegak lurus. Waktu malam terjadinya gempa, saya agak heran-heran melihat solusi USGS ini. Apakah benar bukan megathrust earthquake melainkan gempa pada Sesar Mentawai? Mungkin CMT USGS ini yang dilihat oleh Pak Surono. Untung paginya Harvard juga mengeluarkan CMT yang lebih baik. Pada Harvard CMT terlihat jelas bahwa gempa Nias ini merupakan gempa megathrust - pure dip-slip. Sekarang masalahnya kalau ini megathrust earthquake dengan magnitudo 8.7, kenapa Tsunami-nya kecil? Saya kemarin berdiskusi dengan Wahyu Triyoso, terus Wahyu kebetulan mendapatkan analisa data seismik yang sudah dilakukan oleh ERI Univ. Tokyo, tempat sekolahnya dulu. Dari analisa seismogram ini terlihat bahwa "fault displacement" pada rupture zone-nya memang besar di bagian bawahnya, yaitu di kedalaman ~15 - 40 km, tapi displacement ini menjadi mengecil ke arah atas. Kata Wahyu pada subduction interface di sebelah baratnya Nias, displacementnya hanya 1 meteran! Artinya walaupun gempa ini besar, deformasi yang terjadi pada bawah permukaan laut di barat P. Nias sampai ke palung tidak besar. Menurut kami, itulah penye
RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased Strain...)
saya juga mau gambar bisa bicara seribu kata - kata... Regards Ferdinandus Kartiko Samodro TOTAL E&P Indonesie Balikpapan DKS/EXR/GLG 0542- 533852 "Santoso, Hendro (hendroh)" <[EMAIL PROTECTED]> 01/04/2005 10:57 AM Please respond to iagi-net To: iagi-net@iagi.or.id cc: Subject: RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased Strain...) Saya juga tertarik atasnya dan Japri siap menampung. Thx. -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, April 01, 2005 9:54 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased Strain...) > Rekan rekan Siapa ya yang dapat memberikan keterangan pak Danny dan Awang dengan suatu sketsa sehingga lebih mudah saya mengerti. Kalau tidak berkeberatan , kirim ke Japri saja. Si - Abah ...deleted... - To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) - - To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) -
RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased Strain...)
Saya juga tertarik atasnya dan Japri siap menampung. Thx. -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, April 01, 2005 9:54 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased Strain...) > Rekan rekan Siapa ya yang dapat memberikan keterangan pak Danny dan Awang dengan suatu sketsa sehingga lebih mudah saya mengerti. Kalau tidak berkeberatan , kirim ke Japri saja. Si - Abah ...deleted... - To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) -
RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased Strain...)
> Rekan rekan Siapa ya yang dapat memberikan keterangan pak Danny dan Awang dengan suatu sketsa sehingga lebih mudah saya mengerti. Kalau tidak berkeberatan , kirim ke Japri saja. Si - Abah Mohon maaf, > Halo rekan-rekan IAGI sekalian, > Kemarin-kemarin entah kenapa saya emang terhapus dari daftar > mailing-list IAGI-Net sehingga tidak pernah terima e-mail ini. Untung > Mba Dyah menolong saya untuk mendaftarkan kembali di mailing list ini. > > Menurut saya begini, > Gempa Nias kemarin itu adalah gempa "megathrust" (i.e. sama seperti > gempa Aceh) pada subduction interface yang letak "rupture zone" (bidang > patahan yang bergeser ketika terjadi gempabumi)-nya persis di sebelahnya > rupture zone dari Gempa Aceh. > > Jadi memang Gempa Aceh ini ternyata betul-betul memicu sumber gempa di > sebelah selatannya. Sekarang satu-satunya sumber gempa yang sudah > matang yang sedang menunggu giliran adalah yang di bawah Kep. Mentawai > itu. > Kapan kira-kira waktunya? Tentu kita engga tahu. Tapi saya pikir dalam > kurun waktu 10 tahun ke depan kemungkinan terjadi gempabesar di sini > tinggi. Belajar dari zona subduksi di Pacifik (Kamtchaka - Chile), > pernah terjadi 7 gempa besar hanya dalam kurun waktu 10 tahun, dari 1955 > - 1965. > > Yang jadi harapan saya bahwa gempa di Mentawai mungkin tidak terjadi > dalam waktu dekat adalah adanya segmen zona subduksi diantara Nias dan > Siberut (di bawah Kep. Batu) yang kondisinya tidak matang dan > karakteristiknya dominan "ASEISMIC" artinya banyak meloloskan strain > energy. Mudah-mudahan Zona subduksi yang pas berada di khatulistiwa ini > bisa menjadi "buffer zone" agar perambatan energi gempa dari utara itu > bisa tertahan untuk sementara waktu sebelum dia menyebrang ke Siberut. > > Kontroversi tentang mekanisme gempa di Nias kelihatannya bersumber ke > Focal Mechanism (CMT) USGS yang kurang tepat (mungkin sekarang sudah di > ralat). CMT USGS ini memperlihatkan bahwa Gempa Nias sepertinya suatu > "Up-Thrust" pada bidang patahan yang hampir tegak lurus. Waktu malam > terjadinya gempa, saya agak heran-heran melihat solusi USGS ini. Apakah > benar bukan megathrust earthquake melainkan gempa pada Sesar Mentawai? > Mungkin CMT USGS ini yang dilihat oleh Pak Surono. > Untung paginya Harvard juga mengeluarkan CMT yang lebih baik. Pada > Harvard CMT terlihat jelas bahwa gempa Nias ini merupakan gempa > megathrust - pure dip-slip. > > Sekarang masalahnya kalau ini megathrust earthquake dengan magnitudo > 8.7, kenapa Tsunami-nya kecil? > Saya kemarin berdiskusi dengan Wahyu Triyoso, terus Wahyu kebetulan > mendapatkan analisa data seismik yang sudah dilakukan oleh ERI Univ. > Tokyo, tempat sekolahnya dulu. Dari analisa seismogram ini terlihat > bahwa "fault displacement" pada rupture zone-nya memang besar di bagian > bawahnya, yaitu di kedalaman ~15 - 40 km, tapi displacement ini menjadi > mengecil ke arah atas. Kata Wahyu pada subduction interface di sebelah > baratnya Nias, displacementnya hanya 1 meteran! Artinya walaupun gempa > ini besar, deformasi yang terjadi pada bawah permukaan laut di barat P. > Nias sampai ke palung tidak besar. Menurut kami, itulah penyebab kenapa > tsunaminya kecil. Tentu perlu analisa dan data yang lebih lanjut untuk > memastikan hal ini. > > Sekian dulu. > > Wassalam, > > Danny > > > -Original Message- > From: [EMAIL PROTECTED] > [mailto:[EMAIL PROTECTED] > Sent: Thursday, March 31, 2005 4:19 PM > To: iagi-net@iagi.or.id > Subject: Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : > Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased > Strain...) > > > > Pak Awang, > Mungkinkah satu faktor lagi yang menyebabkan gempa Nias tidak terbentuk > terban yang berujung pada tdk terjadinya tsunami adalah kedalaman laut > dan > posisi dasar laut saat ini ? > Kalau kita lihat bahwa epicenter gempa Nias berada di kedalaman laut > kurang > dari 200 m dan masih di "shelf area" yang relatif stabil. Sedangkan > epicenter gempa Simelue berada di kedalaman laut 1200 m dan sudah > berada > di "Upper slope area" yang relatif rentan kestabilan lerengnya. > > salam, > Ferry > > > > > > Awang Satyana > > [EMAIL PROTECTED] > yahoo.com> cc: > > Subject: [iagi-net-l] > Coming Next : Gempa Mentawai : > 03/30/2005Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) > (was : Re. FW (iagi-net -Increased > 01:50 PM Strain...) > > Please respond > >
RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased Strain...)
> Rekan rekan Siapa ya yang dapat memberikan keterangan pak Danny dan Awang dengan suatu sketsa sehingga lebih mudah saya mengerti. Kalau tidak berkeberatan , kirim ke Japri saja. Si - Abah Mohon maaf, > Halo rekan-rekan IAGI sekalian, > Kemarin-kemarin entah kenapa saya emang terhapus dari daftar > mailing-list IAGI-Net sehingga tidak pernah terima e-mail ini. Untung > Mba Dyah menolong saya untuk mendaftarkan kembali di mailing list ini. > > Menurut saya begini, > Gempa Nias kemarin itu adalah gempa "megathrust" (i.e. sama seperti > gempa Aceh) pada subduction interface yang letak "rupture zone" (bidang > patahan yang bergeser ketika terjadi gempabumi)-nya persis di sebelahnya > rupture zone dari Gempa Aceh. > > Jadi memang Gempa Aceh ini ternyata betul-betul memicu sumber gempa di > sebelah selatannya. Sekarang satu-satunya sumber gempa yang sudah > matang yang sedang menunggu giliran adalah yang di bawah Kep. Mentawai > itu. > Kapan kira-kira waktunya? Tentu kita engga tahu. Tapi saya pikir dalam > kurun waktu 10 tahun ke depan kemungkinan terjadi gempabesar di sini > tinggi. Belajar dari zona subduksi di Pacifik (Kamtchaka - Chile), > pernah terjadi 7 gempa besar hanya dalam kurun waktu 10 tahun, dari 1955 > - 1965. > > Yang jadi harapan saya bahwa gempa di Mentawai mungkin tidak terjadi > dalam waktu dekat adalah adanya segmen zona subduksi diantara Nias dan > Siberut (di bawah Kep. Batu) yang kondisinya tidak matang dan > karakteristiknya dominan "ASEISMIC" artinya banyak meloloskan strain > energy. Mudah-mudahan Zona subduksi yang pas berada di khatulistiwa ini > bisa menjadi "buffer zone" agar perambatan energi gempa dari utara itu > bisa tertahan untuk sementara waktu sebelum dia menyebrang ke Siberut. > > Kontroversi tentang mekanisme gempa di Nias kelihatannya bersumber ke > Focal Mechanism (CMT) USGS yang kurang tepat (mungkin sekarang sudah di > ralat). CMT USGS ini memperlihatkan bahwa Gempa Nias sepertinya suatu > "Up-Thrust" pada bidang patahan yang hampir tegak lurus. Waktu malam > terjadinya gempa, saya agak heran-heran melihat solusi USGS ini. Apakah > benar bukan megathrust earthquake melainkan gempa pada Sesar Mentawai? > Mungkin CMT USGS ini yang dilihat oleh Pak Surono. > Untung paginya Harvard juga mengeluarkan CMT yang lebih baik. Pada > Harvard CMT terlihat jelas bahwa gempa Nias ini merupakan gempa > megathrust - pure dip-slip. > > Sekarang masalahnya kalau ini megathrust earthquake dengan magnitudo > 8.7, kenapa Tsunami-nya kecil? > Saya kemarin berdiskusi dengan Wahyu Triyoso, terus Wahyu kebetulan > mendapatkan analisa data seismik yang sudah dilakukan oleh ERI Univ. > Tokyo, tempat sekolahnya dulu. Dari analisa seismogram ini terlihat > bahwa "fault displacement" pada rupture zone-nya memang besar di bagian > bawahnya, yaitu di kedalaman ~15 - 40 km, tapi displacement ini menjadi > mengecil ke arah atas. Kata Wahyu pada subduction interface di sebelah > baratnya Nias, displacementnya hanya 1 meteran! Artinya walaupun gempa > ini besar, deformasi yang terjadi pada bawah permukaan laut di barat P. > Nias sampai ke palung tidak besar. Menurut kami, itulah penyebab kenapa > tsunaminya kecil. Tentu perlu analisa dan data yang lebih lanjut untuk > memastikan hal ini. > > Sekian dulu. > > Wassalam, > > Danny > > > -Original Message- > From: [EMAIL PROTECTED] > [mailto:[EMAIL PROTECTED] > Sent: Thursday, March 31, 2005 4:19 PM > To: iagi-net@iagi.or.id > Subject: Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : > Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased > Strain...) > > > > Pak Awang, > Mungkinkah satu faktor lagi yang menyebabkan gempa Nias tidak terbentuk > terban yang berujung pada tdk terjadinya tsunami adalah kedalaman laut > dan > posisi dasar laut saat ini ? > Kalau kita lihat bahwa epicenter gempa Nias berada di kedalaman laut > kurang > dari 200 m dan masih di "shelf area" yang relatif stabil. Sedangkan > epicenter gempa Simelue berada di kedalaman laut 1200 m dan sudah > berada > di "Upper slope area" yang relatif rentan kestabilan lerengnya. > > salam, > Ferry > > > > > > Awang Satyana > > [EMAIL PROTECTED] > yahoo.com> cc: > > Subject: [iagi-net-l] > Coming Next : Gempa Mentawai : > 03/30/2005Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) > (was : Re. FW (iagi-net -Increased > 01:50 PM Strain...) > > Please respond > >
RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)
Ya ganjel-ganjel atau asperities itu bisa dipetakan apabila ada jaringan GPS dan/atau seismograph yang cukup. Danny -Original Message- From: Leonard Lisapaly [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, April 01, 2005 7:43 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) Jika kita memiliki jaringan GPS yang cukup banyak, apakah lokasi ganjel-ganjel ini dapat kita tentukan ? Asumsinya, ganjel-ganjel tersebut akan menyebabkan stagnasi dalam pergerakan lempeng yang diperlihatkan dalam perubahan positioning yang lebih kecil dibandingkan daerah yang tidak ada ganjelannya. Kapan terjadinya rupture dan level pelepasan energi mungkin dapat dipelajari dari karakteristik perubahan positioning dari waktu ke waktu dan kemiringan bidang subduksi. Selanjutnya, jika lokasi ini dapat kita prediksi, kita juga dapat mungkin dapat memprediksi daerah yang mungkin terkena dampak gempa berdasarkan pola radiasi dari gempa tektonik. LL -Original Message- From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, March 31, 2005 7:40 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) Untuk meramalkan di mana gempa akan terjadi lagi, maka kita harus melokalisasi di mana saja terdapat ganjel-ganjel ini serta besar kecil nya ganjel, dan akumulasi stress yang terjadi pada ganjel-ganjel ini. - To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) - - To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) -
RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)
Belum tentu, tapi pengukuran di permukaan bisa jadi proyeksi dari dari bawah permukaan. Jadi efek kemiringan bidang subduksi turut bermain di sini. LL -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, April 01, 2005 8:39 AM To: iagi-net@iagi.or.id Cc: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) pertanyaan lagi apakah pengukuran ganjel di permukaan dapat menggambarkan kondisi ganjel sesungguhnya di bawah permukaan ? kalau di drilling ..kita putar pipa di rig floor belum tentu pipa di bit berputar sebanyak putaran di rig floor karena jarak pipa dari rigfloor ke bit... Regards Ferdinandus Kartiko Samodro TOTAL E&P Indonesie Balikpapan DKS/EXR/GLG 0542- 533852 "Leonard Lisapaly" <[EMAIL PROTECTED]> 01/04/2005 08:42 AM Please respond to iagi-net To: cc: Subject: RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) Jika kita memiliki jaringan GPS yang cukup banyak, apakah lokasi ganjel-ganjel ini dapat kita tentukan ? Asumsinya, ganjel-ganjel tersebut akan menyebabkan stagnasi dalam pergerakan lempeng yang diperlihatkan dalam perubahan positioning yang lebih kecil dibandingkan daerah yang tidak ada ganjelannya. Kapan terjadinya rupture dan level pelepasan energi mungkin dapat dipelajari dari karakteristik perubahan positioning dari waktu ke waktu dan kemiringan bidang subduksi. Selanjutnya, jika lokasi ini dapat kita prediksi, kita juga dapat mungkin dapat memprediksi daerah yang mungkin terkena dampak gempa berdasarkan pola radiasi dari gempa tektonik. LL -Original Message- From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, March 31, 2005 7:40 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) Untuk meramalkan di mana gempa akan terjadi lagi, maka kita harus melokalisasi di mana saja terdapat ganjel-ganjel ini serta besar kecil nya ganjel, dan akumulasi stress yang terjadi pada ganjel-ganjel ini. - To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) - - To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) - - To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) -
RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)
pertanyaan lagi apakah pengukuran ganjel di permukaan dapat menggambarkan kondisi ganjel sesungguhnya di bawah permukaan ? kalau di drilling ..kita putar pipa di rig floor belum tentu pipa di bit berputar sebanyak putaran di rig floor karena jarak pipa dari rigfloor ke bit... Regards Ferdinandus Kartiko Samodro TOTAL E&P Indonesie Balikpapan DKS/EXR/GLG 0542- 533852 "Leonard Lisapaly" <[EMAIL PROTECTED]> 01/04/2005 08:42 AM Please respond to iagi-net To: cc: Subject: RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) Jika kita memiliki jaringan GPS yang cukup banyak, apakah lokasi ganjel-ganjel ini dapat kita tentukan ? Asumsinya, ganjel-ganjel tersebut akan menyebabkan stagnasi dalam pergerakan lempeng yang diperlihatkan dalam perubahan positioning yang lebih kecil dibandingkan daerah yang tidak ada ganjelannya. Kapan terjadinya rupture dan level pelepasan energi mungkin dapat dipelajari dari karakteristik perubahan positioning dari waktu ke waktu dan kemiringan bidang subduksi. Selanjutnya, jika lokasi ini dapat kita prediksi, kita juga dapat mungkin dapat memprediksi daerah yang mungkin terkena dampak gempa berdasarkan pola radiasi dari gempa tektonik. LL -Original Message- From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, March 31, 2005 7:40 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) Untuk meramalkan di mana gempa akan terjadi lagi, maka kita harus melokalisasi di mana saja terdapat ganjel-ganjel ini serta besar kecil nya ganjel, dan akumulasi stress yang terjadi pada ganjel-ganjel ini. - To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) - - To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) -
RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)
Jika kita memiliki jaringan GPS yang cukup banyak, apakah lokasi ganjel-ganjel ini dapat kita tentukan ? Asumsinya, ganjel-ganjel tersebut akan menyebabkan stagnasi dalam pergerakan lempeng yang diperlihatkan dalam perubahan positioning yang lebih kecil dibandingkan daerah yang tidak ada ganjelannya. Kapan terjadinya rupture dan level pelepasan energi mungkin dapat dipelajari dari karakteristik perubahan positioning dari waktu ke waktu dan kemiringan bidang subduksi. Selanjutnya, jika lokasi ini dapat kita prediksi, kita juga dapat mungkin dapat memprediksi daerah yang mungkin terkena dampak gempa berdasarkan pola radiasi dari gempa tektonik. LL -Original Message- From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, March 31, 2005 7:40 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) Untuk meramalkan di mana gempa akan terjadi lagi, maka kita harus melokalisasi di mana saja terdapat ganjel-ganjel ini serta besar kecil nya ganjel, dan akumulasi stress yang terjadi pada ganjel-ganjel ini. - To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) -
RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)
The old soldier never dies -Original Message- From: Suhendar, Hendra (hasuhen) [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, April 01, 2005 7:11 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) Penjelasannya sangat mudah dipahami dengan bahasa yang ringan... Terima kasih Pak Koesoema Hendra -Original Message- From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, March 31, 2005 7:40 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) Hipotesis Tektonik Lempeng Ganjel Dari membaca di mass media maupun di milist ini saya dapat kesan banyak terjadi kesalah fahaman dalam menjelaskan mengenai bagaimana terjadinya gempa (earthquake) Banyak orang (termasuk geologist) yang tidak bisa membedakan antara "subduction" (penyusupan, penunjaman?) dengan "collision" (tumbukan? Menurut hemat saya hanya padi atau kopi yang dapat ditumbuk) atau tabrakan. Seolah-olah terjadinya gempa itu karena ada tumbukan antara lempeng samudra Hindia-Australia dengan lempeng benua Asia, sedangkan mungkin yang dimaksudnya adalah "convergence", di mana lempeng samudra Hindia Australia ditekuk dibawah lempeng benua Asia, tetapi berjalan terus seperti converyer belt atau escalator. Menurut hemat saya jika "converyor belt" yang sangat lebar ini terganjal disuatu titik, karena ketidak-rataan dari antar muka dari kedua lempeng tersebut (misalnya juga ada blok patahan dsb,), maka dititik itulah akan terjadi akumuasi stress, dan pada suatu ketika maka ganjelan ini jebol (ruptured) juga , dan terjadi "energy release" yang besar dalam bentuk gempa bumi. Makin kuat ganjelan ini maka makin besar juga magnitude gempanya dalam sekala Richter. Hypocentrum inilah sebenarnya adalah titik di mana terdapat ganjelan yang jebol ini. Saya duga ganjelan ini tidak terdapat di satu tempat saja, tetapi di banyak tempat, dan di titik2 inilah adanya potensi terjadinya strain accumulation. Jika sudah jebol satu ganjelan, maka ganjelan berikutnya dapat jebol juga dalam waktu yang singkat, karena boleh jadi pada titik ini juga stress accumulationnya sudah berlangsung lama. Ganjelan berikutnya yang akan jebol bisa dimana saja sepanjang antarmuka kedua lempeng tersebut yang lebar ini, apakah dekat ganjelan yang sebelumnya jebol ataupun di tempat lain yang lebih jauh. Bahkan jebolnya suatu ganjel yang kuat dapat menyebabkan jebolnya ganjel-ganjel berikutnya secara beruntun. Saya tidak bisa melihat mengapa untuk terjadinya gempa yang berkekuatan besar harus tunggu 100 tahun lagi. Untuk meramalkan di mana gempa akan terjadi lagi, maka kita harus melokalisasi di mana saja terdapat ganjel-ganjel ini serta besar kecil nya ganjel, dan akumulasi stress yang terjadi pada ganjel-ganjel ini. Untuk ini kita bisa beri nama "hipotesa tektonik lempeng ganjel" Ini mungkin bisa lebih dimengerti oleh khalayak ramai yang awam, dari pada teori tumbukan lempeng. Kalau terjadinya gempa karena tumbukan (tabrakan) lempeng, maka yang terjadi adalah epizone, bukan epicentrum. Wasslam PLEASE DO NOT ATTACH FILE LARGER THAN 500 KB R.P.Koesoemadinata Jl. Sangkuriang G-1 Bandung 40135 Telp: 022-250-3995 Fax: 022-250-3995 (Please call before sending) e-mail: [EMAIL PROTECTED] - To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) - - To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) K
RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)
Penjelasannya sangat mudah dipahami dengan bahasa yang ringan... Terima kasih Pak Koesoema Hendra -Original Message- From: R.P. Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, March 31, 2005 7:40 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) Hipotesis Tektonik Lempeng Ganjel Dari membaca di mass media maupun di milist ini saya dapat kesan banyak terjadi kesalah fahaman dalam menjelaskan mengenai bagaimana terjadinya gempa (earthquake) Banyak orang (termasuk geologist) yang tidak bisa membedakan antara "subduction" (penyusupan, penunjaman?) dengan "collision" (tumbukan? Menurut hemat saya hanya padi atau kopi yang dapat ditumbuk) atau tabrakan. Seolah-olah terjadinya gempa itu karena ada tumbukan antara lempeng samudra Hindia-Australia dengan lempeng benua Asia, sedangkan mungkin yang dimaksudnya adalah "convergence", di mana lempeng samudra Hindia Australia ditekuk dibawah lempeng benua Asia, tetapi berjalan terus seperti converyer belt atau escalator. Menurut hemat saya jika "converyor belt" yang sangat lebar ini terganjal disuatu titik, karena ketidak-rataan dari antar muka dari kedua lempeng tersebut (misalnya juga ada blok patahan dsb,), maka dititik itulah akan terjadi akumuasi stress, dan pada suatu ketika maka ganjelan ini jebol (ruptured) juga , dan terjadi "energy release" yang besar dalam bentuk gempa bumi. Makin kuat ganjelan ini maka makin besar juga magnitude gempanya dalam sekala Richter. Hypocentrum inilah sebenarnya adalah titik di mana terdapat ganjelan yang jebol ini. Saya duga ganjelan ini tidak terdapat di satu tempat saja, tetapi di banyak tempat, dan di titik2 inilah adanya potensi terjadinya strain accumulation. Jika sudah jebol satu ganjelan, maka ganjelan berikutnya dapat jebol juga dalam waktu yang singkat, karena boleh jadi pada titik ini juga stress accumulationnya sudah berlangsung lama. Ganjelan berikutnya yang akan jebol bisa dimana saja sepanjang antarmuka kedua lempeng tersebut yang lebar ini, apakah dekat ganjelan yang sebelumnya jebol ataupun di tempat lain yang lebih jauh. Bahkan jebolnya suatu ganjel yang kuat dapat menyebabkan jebolnya ganjel-ganjel berikutnya secara beruntun. Saya tidak bisa melihat mengapa untuk terjadinya gempa yang berkekuatan besar harus tunggu 100 tahun lagi. Untuk meramalkan di mana gempa akan terjadi lagi, maka kita harus melokalisasi di mana saja terdapat ganjel-ganjel ini serta besar kecil nya ganjel, dan akumulasi stress yang terjadi pada ganjel-ganjel ini. Untuk ini kita bisa beri nama "hipotesa tektonik lempeng ganjel" Ini mungkin bisa lebih dimengerti oleh khalayak ramai yang awam, dari pada teori tumbukan lempeng. Kalau terjadinya gempa karena tumbukan (tabrakan) lempeng, maka yang terjadi adalah epizone, bukan epicentrum. Wasslam PLEASE DO NOT ATTACH FILE LARGER THAN 500 KB R.P.Koesoemadinata Jl. Sangkuriang G-1 Bandung 40135 Telp: 022-250-3995 Fax: 022-250-3995 (Please call before sending) e-mail: [EMAIL PROTECTED] - To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) - - To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) -
Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)
Hipotesis Tektonik Lempeng Ganjel Dari membaca di mass media maupun di milist ini saya dapat kesan banyak terjadi kesalah fahaman dalam menjelaskan mengenai bagaimana terjadinya gempa (earthquake) Banyak orang (termasuk geologist) yang tidak bisa membedakan antara "subduction" (penyusupan, penunjaman?) dengan "collision" (tumbukan? Menurut hemat saya hanya padi atau kopi yang dapat ditumbuk) atau tabrakan. Seolah-olah terjadinya gempa itu karena ada tumbukan antara lempeng samudra Hindia-Australia dengan lempeng benua Asia, sedangkan mungkin yang dimaksudnya adalah "convergence", di mana lempeng samudra Hindia Australia ditekuk dibawah lempeng benua Asia, tetapi berjalan terus seperti converyer belt atau escalator. Menurut hemat saya jika "converyor belt" yang sangat lebar ini terganjal disuatu titik, karena ketidak-rataan dari antar muka dari kedua lempeng tersebut (misalnya juga ada blok patahan dsb,), maka dititik itulah akan terjadi akumuasi stress, dan pada suatu ketika maka ganjelan ini jebol (ruptured) juga , dan terjadi "energy release" yang besar dalam bentuk gempa bumi. Makin kuat ganjelan ini maka makin besar juga magnitude gempanya dalam sekala Richter. Hypocentrum inilah sebenarnya adalah titik di mana terdapat ganjelan yang jebol ini. Saya duga ganjelan ini tidak terdapat di satu tempat saja, tetapi di banyak tempat, dan di titik2 inilah adanya potensi terjadinya strain accumulation. Jika sudah jebol satu ganjelan, maka ganjelan berikutnya dapat jebol juga dalam waktu yang singkat, karena boleh jadi pada titik ini juga stress accumulationnya sudah berlangsung lama. Ganjelan berikutnya yang akan jebol bisa dimana saja sepanjang antarmuka kedua lempeng tersebut yang lebar ini, apakah dekat ganjelan yang sebelumnya jebol ataupun di tempat lain yang lebih jauh. Bahkan jebolnya suatu ganjel yang kuat dapat menyebabkan jebolnya ganjel-ganjel berikutnya secara beruntun. Saya tidak bisa melihat mengapa untuk terjadinya gempa yang berkekuatan besar harus tunggu 100 tahun lagi. Untuk meramalkan di mana gempa akan terjadi lagi, maka kita harus melokalisasi di mana saja terdapat ganjel-ganjel ini serta besar kecil nya ganjel, dan akumulasi stress yang terjadi pada ganjel-ganjel ini. Untuk ini kita bisa beri nama "hipotesa tektonik lempeng ganjel" Ini mungkin bisa lebih dimengerti oleh khalayak ramai yang awam, dari pada teori tumbukan lempeng. Kalau terjadinya gempa karena tumbukan (tabrakan) lempeng, maka yang terjadi adalah epizone, bukan epicentrum. Wasslam PLEASE DO NOT ATTACH FILE LARGER THAN 500 KB R.P.Koesoemadinata Jl. Sangkuriang G-1 Bandung 40135 Telp: 022-250-3995 Fax: 022-250-3995 (Please call before sending) e-mail: [EMAIL PROTECTED] - To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) -
RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased Strain...)
Jika 'oblique subduction zone' sepanjang pulau sumatra merupakan right lateral movement, maka pergerakan epicenter seharusnya mengikuti pergerakan kerak samudera ke utara (andaman), tetapi gempanya kok malah menjalar ke selatan (nias-mentawai...) ? Bagaimana dengan kegiatan vulkanisme setelah gempa hebat di sumatra? Kerak samudera yang menunjam lebih landai dan oblique di sumatra seharusnya menghasilkan 'heat flow' secara vertikal maupun lateral. Hipotesis bahwa adanya 'slab' yang terputus pada upper mantel di sumatra sebenarnya memberikan space bagi kerak samudera untuk bergerak 'Up-Thrust', tetapi apakah demikian mekansimenya... salam, Fatrial [EMAIL PROTECTED] wrote: Jadi gempa Aceh dan Nias kemarin sama2 gempa 'megathrust'. Sebelumnya saya sempat berpikir bahwa gempa Nias terjadi karena Sesar Mentawai. Mohon pencerahan sedikit lagi Pak.. Apakah yang Pak Danny maksud dengan bidang subduksi "aseismic" antara Nias dan Siberut itu adalah Investigator Fractured Zone (IFZ)? Kenapa segmen zona subduksi ini bisa memiliki karakteristik berbeda dengan segmen jalur subduksi yang lain ? salam, Ferry "D.H. Natawidjaja" To: ipi.go.id> Subject: RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased 03/31/2005 Strain...) 12:35 PM Please respond to iagi-net Mohon maaf, Halo rekan-rekan IAGI sekalian, Kemarin-kemarin entah kenapa saya emang terhapus dari daftar mailing-list IAGI-Net sehingga tidak pernah terima e-mail ini. Untung Mba Dyah menolong saya untuk mendaftarkan kembali di mailing list ini. Menurut saya begini, Gempa Nias kemarin itu adalah gempa "megathrust" (i.e. sama seperti gempa Aceh) pada subduction interface yang letak "rupture zone" (bidang patahan yang bergeser ketika terjadi gempabumi)-nya persis di sebelahnya rupture zone dari Gempa Aceh. Jadi memang Gempa Aceh ini ternyata betul-betul memicu sumber gempa di sebelah selatannya. Sekarang satu-satunya sumber gempa yang sudah matang yang sedang menunggu giliran adalah yang di bawah Kep. Mentawai itu. Kapan kira-kira waktunya? Tentu kita engga tahu. Tapi saya pikir dalam kurun waktu 10 tahun ke depan kemungkinan terjadi gempabesar di sini tinggi. Belajar dari zona subduksi di Pacifik (Kamtchaka - Chile), pernah terjadi 7 gempa besar hanya dalam kurun waktu 10 tahun, dari 1955 - 1965. Yang jadi harapan saya bahwa gempa di Mentawai mungkin tidak terjadi dalam waktu dekat adalah adanya segmen zona subduksi diantara Nias dan Siberut (di bawah Kep. Batu) yang kondisinya tidak matang dan karakteristiknya dominan "ASEISMIC" artinya banyak meloloskan strain energy. Mudah-mudahan Zona subduksi yang pas berada di khatulistiwa ini bisa menjadi "buffer zone" agar perambatan energi gempa dari utara itu bisa tertahan untuk sementara waktu sebelum dia menyebrang ke Siberut. Kontroversi tentang mekanisme gempa di Nias kelihatannya bersumber ke Focal Mechanism (CMT) USGS yang kurang tepat (mungkin sekarang sudah di ralat). CMT USGS ini memperlihatkan bahwa Gempa Nias sepertinya suatu "Up-Thrust" pada bidang patahan yang hampir tegak lurus. Waktu malam terjadinya gempa, saya agak heran-heran melihat solusi USGS ini. Apakah benar bukan megathrust earthquake melainkan gempa pada Sesar Mentawai? Mungkin CMT USGS ini yang dilihat oleh Pak Surono. Untung paginya Harvard juga mengeluarkan CMT yang lebih baik. Pada Harvard CMT terlihat jelas bahwa gempa Nias ini merupakan gempa megathrust - pure dip-slip. Sekarang masalahnya kalau ini megathrust earthquake dengan magnitudo 8.7, kenapa Tsunami-nya kecil? Saya kemarin berdiskusi dengan Wahyu Triyoso, terus Wahyu kebetulan mendapatkan analisa data seismik yang sudah dilakukan oleh ERI Univ. Tokyo, tempat sekolahnya dulu. Dari analisa seismogram ini terlihat bahwa "fault displacement" pada rupture zone-nya memang besar di bagian bawahnya, yaitu di kedalaman ~15 - 40 km, tapi displacement ini menjadi mengecil ke arah atas. Kata Wahyu pada subduction interface di sebelah baratnya Nias, displacementnya hanya 1 meteran! Artinya walaupun gempa ini besar, deformasi yang terjadi pada bawah permukaan laut di barat P. Nias sampai ke palung tidak besar. Menurut kami, itulah penyebab kenapa tsunaminya kecil. Tentu perlu analisa dan data yang lebih lanjut untuk memastikan hal ini. Sekian dulu. Wassalam, Danny - - To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang
RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased Strain...)
Ya benar. Kelihatannya ke aseismic-an zona subduksi antara Nias dan Siberut ini ada hubungannya dengan penunjaman IFZ. Danny -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, March 31, 2005 9:04 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased Strain...) Jadi gempa Aceh dan Nias kemarin sama2 gempa 'megathrust'. Sebelumnya saya sempat berpikir bahwa gempa Nias terjadi karena Sesar Mentawai. Mohon pencerahan sedikit lagi Pak.. Apakah yang Pak Danny maksud dengan bidang subduksi "aseismic" antara Nias dan Siberut itu adalah Investigator Fractured Zone (IFZ)? Kenapa segmen zona subduksi ini bisa memiliki karakteristik berbeda dengan segmen jalur subduksi yang lain ? salam, Ferry "D.H. Natawidjaja" To: <[EMAIL PROTECTED] cc: <[EMAIL PROTECTED]> ipi.go.id> Subject: RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased 03/31/2005 Strain...) 12:35 PM Please respond to iagi-net Mohon maaf, Halo rekan-rekan IAGI sekalian, Kemarin-kemarin entah kenapa saya emang terhapus dari daftar mailing-list IAGI-Net sehingga tidak pernah terima e-mail ini. Untung Mba Dyah menolong saya untuk mendaftarkan kembali di mailing list ini. Menurut saya begini, Gempa Nias kemarin itu adalah gempa "megathrust" (i.e. sama seperti gempa Aceh) pada subduction interface yang letak "rupture zone" (bidang patahan yang bergeser ketika terjadi gempabumi)-nya persis di sebelahnya rupture zone dari Gempa Aceh. Jadi memang Gempa Aceh ini ternyata betul-betul memicu sumber gempa di sebelah selatannya. Sekarang satu-satunya sumber gempa yang sudah matang yang sedang menunggu giliran adalah yang di bawah Kep. Mentawai itu. Kapan kira-kira waktunya? Tentu kita engga tahu. Tapi saya pikir dalam kurun waktu 10 tahun ke depan kemungkinan terjadi gempabesar di sini tinggi. Belajar dari zona subduksi di Pacifik (Kamtchaka - Chile), pernah terjadi 7 gempa besar hanya dalam kurun waktu 10 tahun, dari 1955 - 1965. Yang jadi harapan saya bahwa gempa di Mentawai mungkin tidak terjadi dalam waktu dekat adalah adanya segmen zona subduksi diantara Nias dan Siberut (di bawah Kep. Batu) yang kondisinya tidak matang dan karakteristiknya dominan "ASEISMIC" artinya banyak meloloskan strain energy. Mudah-mudahan Zona subduksi yang pas berada di khatulistiwa ini bisa menjadi "buffer zone" agar perambatan energi gempa dari utara itu bisa tertahan untuk sementara waktu sebelum dia menyebrang ke Siberut. Kontroversi tentang mekanisme gempa di Nias kelihatannya bersumber ke Focal Mechanism (CMT) USGS yang kurang tepat (mungkin sekarang sudah di ralat). CMT USGS ini memperlihatkan bahwa Gempa Nias sepertinya suatu "Up-Thrust" pada bidang patahan yang hampir tegak lurus. Waktu malam terjadinya gempa, saya agak heran-heran melihat solusi USGS ini. Apakah benar bukan megathrust earthquake melainkan gempa pada Sesar Mentawai? Mungkin CMT USGS ini yang dilihat oleh Pak Surono. Untung paginya Harvard juga mengeluarkan CMT yang lebih baik. Pada Harvard CMT terlihat jelas bahwa gempa Nias ini merupakan gempa megathrust - pure dip-slip. Sekarang masalahnya kalau ini megathrust earthquake dengan magnitudo 8.7, kenapa Tsunami-nya kecil? Saya kemarin berdiskusi dengan Wahyu Triyoso, terus Wahyu kebetulan mendapatkan analisa data seismik yang sudah dilakukan oleh ERI Univ. Tokyo, tempat sekolahnya dulu. Dari analisa seismogram ini terlihat bahwa "fault displacement" pada rupture zone-nya memang besar di bagian bawahnya, yaitu di kedalaman ~15 - 40 km, tapi displacement ini menjadi mengecil ke arah atas. Kata Wahyu pada subduction interface di sebelah baratnya Nias, displacementnya hanya 1 meteran! Artinya walaupun gempa ini besar, deformasi yang terjadi pada bawah permukaan laut di barat P. Nias sampai ke palung tidak besar. Menurut kami, itulah penyebab kenapa tsunaminya kecil. Tentu perlu analisa dan data yang lebih lanjut untuk memastikan hal ini. Sekian dulu. Wassalam, Danny - - To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan :
Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)
Terima kasih Kang Danny masukannya, dan selamat bergabung kembali di iagi-net, semoga tulisan2nya dapat mencerdaskan kita semua. Beberapa komentar untuk Kang Rovicky dan Kang Danny : Escarpment atau topografi bawahlaut lainnya yang dilihat UKNavy itu mungkin harus diklarifikasi dulu, itu sisa2 mega-slump (mega-submarine slides ?) ataukah jejak2 luka2 dasar laut saat massa air tsunami bergerak melewatinya, sebab gelombang tsunami memutar massa air di seluruh kolomnya bukan hanya di permukaan saja seperti wind wave. Saya yakin bahwa mega-submarine slides bisa terjadi oleh gempa bawahlaut yang kuat yang lalu menimbulkan tsunami akibat terjadi perubahan topografi dasarlaut secara tiba2. Apalagi kalau episentrum gempa terjadi di topografi lereng benua yang secara stabilitas lemah dibandingkan paparan benua. Goyangan 8.9 SR di gempa Aceh dan hiposentrum yang dangkal tentu sama2 menyebabkan mega-thrust yang menjadikan pergerakan block di dasarlaut dan juga menyebkan mega-submarine slides. Resultannya : sama-sama menimbulkan mega-tsunami. Gempa Mentawai (katakanlah benar2 terjadi) kelihatannya sektor topografi dasar lautnya sudah lumayan jauh dari gempa Aceh. Dan secara batimetri ia juga lereng benua. Dengan sektor gempa Aceh, ia dipisahkan oleh dua buah paparan benua yang menjorok jauh ke laut yaitu sektor paparan benua Kep. Banyak di utara Nias dan sektor paparan benua Kep. Batu (Pini, Tanahmasa, Tanahbala) di utara Siberut. Dua buffer zone batimetrik ini artinya menghalangi apapun yang telah terjadi di gempa Aceh di utara Simeulue. Gempa masih bisa disipasi ke tenggara sehingga gempa Nias bisa terhubung ke Aceh karena semuanya dihubungkan oleh Sesar Mentawai. Tetapi, stabilitas lereng di Aceh pasca tsunami kelihatannya tak akan punya peran apa2 ke sektor lereng di Mentawai. Maka kalau nanti gempa Mentawai besar dan dangkal, mega-thrust, lerengpun akan kembali digoyang dan kembali terjadi mega-submarine slides, walaupun lereng di Aceh sudah landai karena runtuh. Isolasi oleh dua buffer zone tadi yang menyeba bkan kemungkinan sub-marine slides masih bisa terjadi di sektor Mentawai. Aseismic Zone ? Bagaimana membedakannya dengan seismic-gap zone. Sebab justru seismic-gap zone seperti Kep Batu (?) katanya bisa menjadi lahan akumulasi gaya gempa untuk beberapa ratus tahun lalu akan tiba2 mengalami gempa hebat bila ductility batuan sudah terlewati. Jadi mungkin buffer zone Kep Batu sedikit menunda gempa disipasi ke Mentawai dalam waktu dekat ini, hanya, ini pun akan otomatis membuat buffer zone itu menjadi daerah yang stressed untuk sekian lama. Bagaimana halnya kalau ia sudah tak tahan, tentu akan terjadi rupture yang sangat hebat... Plotting episentrum waktu gempa Aceh itu ada di horsetail splay Sesar Mentawai di utara Simeulue. Plotting episentrum gempa Nias bahkan ada di main trace Sesar Mentawai di sekitar Kep. Banyak. Ini menjadi pertanyaan, benarkah kedua gempa besar itu bermekanisme mega-thrust dan tak ada hubungan sama sekali dengan reaktivasi Sesar Mentawai yang berumur Neogen ? Sebab kerusakan Nias kelihatannya karena telah terjadi disipasi energi gempa sepanjang Sesar Mentawai menuju ke tenggara dan merusak Nias sebab Sesar Mentawai itu membelah Pulau Nias. Sesar akibat gempa Nias kemarin itu mungkin dies-out ke atas sehingga tidak menimbulkan rupture yang signifikan di seabed, tetapi kelihatannya lebih memilih disipasi ke tenggara menuju Nias via Sesar Mentawai. Hal yang sama tak terjadi saat gempa Aceh, sehingga Simeulue tidak rusak, sebab mungkin gayanya sudah habis dilepas ke atas dan menyebabkan rupture hebat di seabed. Anyway, kita pasti belajar banyak dari dua kejadian gempa besar yang berturut2 selang 3 bulan ini. salam, awang Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Tsunami memang dapat diakibatkan oleh pergerakan vertikal masa batuan akibat tersesarkan pada saat gempa (bisa thrust ataupun dislokasi sesar normal), namun tsunami dibeberapa tempat termasuk yg di selat Makassar, serta di Pantai Utara Irian beberapa tahun lalu diikuti pula oleh longsoran bawah laut.. Spekulasi lain kenapa tidak muncul tsunami sebesar Aceh, menurut saya karena tidak adanya "mega slump" (longsoran bawah laut) yg terjadi atau terpicu oleh gempa Nias. Ini diasumsikan bahwa mega slump menjadi penyebab tsunami. Sedangkan mega slumpnya sendiri dipicu oleh gempa. Pada saat terjadi gempa Aceh kemarin dengan kekuatan 9 SR (kedalaman 30Km) hampir semua lereng yg sedang dalam kondisi kritis (bahkan yg hampir kritis) terlongsorkan bersama-sama. Ada pergerakan massa batuan yg cukup besar yg tentunya, juga ditambah dengan pergeseran akibat thrust, memperkuat terjadinya tsunami. Gambar serta pertanda adanya "new escarpment" yg terbentuk akibat longsoran ini dapat dilihat di websitenya UK Navy juga di blog saya, gambar sea floor ini sebagian juga ada di webnya IAGI. Nah karena getaran 9 SR ini sangat kuat maka lereng-lereng pinggir yg masih setengah matangpun bis
Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)
Terima kasih Kang Danny masukannya, dan selamat bergabung kembali di iagi-net, semoga tulisan2nya dapat mencerdaskan kita semua. Beberapa komentar untuk Kang Rovicky dan Kang Danny : Escarpment atau topografi bawahlaut lainnya yang dilihat UKNavy itu mungkin harus diklarifikasi dulu, itu sisa2 mega-slump (mega-submarine slides ?) ataukah jejak2 luka2 dasar laut saat massa air tsunami bergerak melewatinya, sebab gelombang tsunami memutar massa air di seluruh kolomnya bukan hanya di permukaan saja seperti wind wave. Saya yakin bahwa mega-submarine slides bisa terjadi oleh gempa bawahlaut yang kuat yang lalu menimbulkan tsunami akibat terjadi perubahan topografi dasarlaut secara tiba2. Apalagi kalau episentrum gempa terjadi di topografi lereng benua yang secara stabilitas lemah dibandingkan paparan benua. Goyangan 8.9 SR di gempa Aceh dan hiposentrum yang dangkal tentu sama2 menyebabkan mega-thrust yang menjadikan pergerakan block di dasarlaut dan juga menyebkan mega-submarine slides. Resultannya : sama-sama menimbulkan mega-tsunami. Gempa Mentawai (katakanlah benar2 terjadi) kelihatannya sektor topografi dasar lautnya sudah lumayan jauh dari gempa Aceh. Dan secara batimetri ia juga lereng benua. Dengan sektor gempa Aceh, ia dipisahkan oleh dua buah paparan benua yang menjorok jauh ke laut yaitu sektor paparan benua Kep. Banyak di utara Nias dan sektor paparan benua Kep. Batu (Pini, Tanahmasa, Tanahbala) di utara Siberut. Dua buffer zone batimetrik ini artinya menghalangi apapun yang telah terjadi di gempa Aceh di utara Simeulue. Gempa masih bisa disipasi ke tenggara sehingga gempa Nias bisa terhubung ke Aceh karena semuanya dihubungkan oleh Sesar Mentawai. Tetapi, stabilitas lereng di Aceh pasca tsunami kelihatannya tak akan punya peran apa2 ke sektor lereng di Mentawai. Maka kalau nanti gempa Mentawai besar dan dangkal, mega-thrust, lerengpun akan kembali digoyang dan kembali terjadi mega-submarine slides, walaupun lereng di Aceh sudah landai karena runtuh. Isolasi oleh dua buffer zone tadi yang menyeba bkan kemungkinan sub-marine slides masih bisa terjadi di sektor Mentawai. Aseismic Zone ? Bagaimana membedakannya dengan seismic-gap zone. Sebab justru seismic-gap zone seperti Kep Batu (?) katanya bisa menjadi lahan akumulasi gaya gempa untuk beberapa ratus tahun lalu akan tiba2 mengalami gempa hebat bila ductility batuan sudah terlewati. Jadi mungkin buffer zone Kep Batu sedikit menunda gempa disipasi ke Mentawai dalam waktu dekat ini, hanya, ini pun akan otomatis membuat buffer zone itu menjadi daerah yang stressed untuk sekian lama. Bagaimana halnya kalau ia sudah tak tahan, tentu akan terjadi rupture yang sangat hebat... Plotting episentrum waktu gempa Aceh itu ada di horsetail splay Sesar Mentawai di utara Simeulue. Plotting episentrum gempa Nias bahkan ada di main trace Sesar Mentawai di sekitar Kep. Banyak. Ini menjadi pertanyaan, benarkah kedua gempa besar itu bermekanisme mega-thrust dan tak ada hubungan sama sekali dengan reaktivasi Sesar Mentawai yang berumur Neogen ? Sebab kerusakan Nias kelihatannya karena telah terjadi disipasi energi gempa sepanjang Sesar Mentawai menuju ke tenggara dan merusak Nias sebab Sesar Mentawai itu membelah Pulau Nias. Sesar akibat gempa Nias kemarin itu mungkin dies-out ke atas sehingga tidak menimbulkan rupture yang signifikan di seabed, tetapi kelihatannya lebih memilih disipasi ke tenggara menuju Nias via Sesar Mentawai. Hal yang sama tak terjadi saat gempa Aceh, sehingga Simeulue tidak rusak, sebab mungkin gayanya sudah habis dilepas ke atas dan menyebabkan rupture hebat di seabed. Anyway, kita pasti belajar banyak dari dua kejadian gempa besar yang berturut2 selang 3 bulan ini. salam, awang Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Tsunami memang dapat diakibatkan oleh pergerakan vertikal masa batuan akibat tersesarkan pada saat gempa (bisa thrust ataupun dislokasi sesar normal), namun tsunami dibeberapa tempat termasuk yg di selat Makassar, serta di Pantai Utara Irian beberapa tahun lalu diikuti pula oleh longsoran bawah laut.. Spekulasi lain kenapa tidak muncul tsunami sebesar Aceh, menurut saya karena tidak adanya "mega slump" (longsoran bawah laut) yg terjadi atau terpicu oleh gempa Nias. Ini diasumsikan bahwa mega slump menjadi penyebab tsunami. Sedangkan mega slumpnya sendiri dipicu oleh gempa. Pada saat terjadi gempa Aceh kemarin dengan kekuatan 9 SR (kedalaman 30Km) hampir semua lereng yg sedang dalam kondisi kritis (bahkan yg hampir kritis) terlongsorkan bersama-sama. Ada pergerakan massa batuan yg cukup besar yg tentunya, juga ditambah dengan pergeseran akibat thrust, memperkuat terjadinya tsunami. Gambar serta pertanda adanya "new escarpment" yg terbentuk akibat longsoran ini dapat dilihat di websitenya UK Navy juga di blog saya, gambar sea floor ini sebagian juga ada di webnya IAGI. Nah karena getaran 9 SR ini sangat kuat maka lereng-lereng pinggir yg masih setengah matangpun bis
Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)
On Thu, 31 Mar 2005 13:56:58 +0700, Musakti, Oki <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Bagaimana kalau di dekat2 Mentawai ada lereng2 yang belum terstabilkan > saat gempa Simeleu dan Nias. Tidakkah getaran gempa yang relatif kecil > akan bisa memicu longsornya lereng2 tersebut, mengubah kesetimbangan > kolom air laut dan pada ahirnya menimbulkan tsunami? > > CMIIW, tsunami di Flores beberapa tahun lalu disebabkan oleh longsornya > tebing tanpa ada pemicu gempa sama sekali. > > Salam > Oki Justru itu Q. Pemetaan kondisi bawah permukaan serta lereng2 "paparan" ini menjadi sangat penting yang merupakan bagian dari mitigasi bencana tsunami. rdp - To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) -
RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased Strain...)
Jadi gempa Aceh dan Nias kemarin sama2 gempa 'megathrust'. Sebelumnya saya sempat berpikir bahwa gempa Nias terjadi karena Sesar Mentawai. Mohon pencerahan sedikit lagi Pak.. Apakah yang Pak Danny maksud dengan bidang subduksi "aseismic" antara Nias dan Siberut itu adalah Investigator Fractured Zone (IFZ)? Kenapa segmen zona subduksi ini bisa memiliki karakteristik berbeda dengan segmen jalur subduksi yang lain ? salam, Ferry "D.H. Natawidjaja" To: <[EMAIL PROTECTED] cc: <[EMAIL PROTECTED]> ipi.go.id> Subject: RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased 03/31/2005 Strain...) 12:35 PM Please respond to iagi-net Mohon maaf, Halo rekan-rekan IAGI sekalian, Kemarin-kemarin entah kenapa saya emang terhapus dari daftar mailing-list IAGI-Net sehingga tidak pernah terima e-mail ini. Untung Mba Dyah menolong saya untuk mendaftarkan kembali di mailing list ini. Menurut saya begini, Gempa Nias kemarin itu adalah gempa "megathrust" (i.e. sama seperti gempa Aceh) pada subduction interface yang letak "rupture zone" (bidang patahan yang bergeser ketika terjadi gempabumi)-nya persis di sebelahnya rupture zone dari Gempa Aceh. Jadi memang Gempa Aceh ini ternyata betul-betul memicu sumber gempa di sebelah selatannya. Sekarang satu-satunya sumber gempa yang sudah matang yang sedang menunggu giliran adalah yang di bawah Kep. Mentawai itu. Kapan kira-kira waktunya? Tentu kita engga tahu. Tapi saya pikir dalam kurun waktu 10 tahun ke depan kemungkinan terjadi gempabesar di sini tinggi. Belajar dari zona subduksi di Pacifik (Kamtchaka - Chile), pernah terjadi 7 gempa besar hanya dalam kurun waktu 10 tahun, dari 1955 - 1965. Yang jadi harapan saya bahwa gempa di Mentawai mungkin tidak terjadi dalam waktu dekat adalah adanya segmen zona subduksi diantara Nias dan Siberut (di bawah Kep. Batu) yang kondisinya tidak matang dan karakteristiknya dominan "ASEISMIC" artinya banyak meloloskan strain energy. Mudah-mudahan Zona subduksi yang pas berada di khatulistiwa ini bisa menjadi "buffer zone" agar perambatan energi gempa dari utara itu bisa tertahan untuk sementara waktu sebelum dia menyebrang ke Siberut. Kontroversi tentang mekanisme gempa di Nias kelihatannya bersumber ke Focal Mechanism (CMT) USGS yang kurang tepat (mungkin sekarang sudah di ralat). CMT USGS ini memperlihatkan bahwa Gempa Nias sepertinya suatu "Up-Thrust" pada bidang patahan yang hampir tegak lurus. Waktu malam terjadinya gempa, saya agak heran-heran melihat solusi USGS ini. Apakah benar bukan megathrust earthquake melainkan gempa pada Sesar Mentawai? Mungkin CMT USGS ini yang dilihat oleh Pak Surono. Untung paginya Harvard juga mengeluarkan CMT yang lebih baik. Pada Harvard CMT terlihat jelas bahwa gempa Nias ini merupakan gempa megathrust - pure dip-slip. Sekarang masalahnya kalau ini megathrust earthquake dengan magnitudo 8.7, kenapa Tsunami-nya kecil? Saya kemarin berdiskusi dengan Wahyu Triyoso, terus Wahyu kebetulan mendapatkan analisa data seismik yang sudah dilakukan oleh ERI Univ. Tokyo, tempat sekolahnya dulu. Dari analisa seismogram ini terlihat bahwa "fault displacement" pada rupture zone-nya memang besar di bagian bawahnya, yaitu di kedalaman ~15 - 40 km, tapi displacement ini menjadi mengecil ke arah atas. Kata Wahyu pada subduction interface di sebelah baratnya Nias, displacementnya hanya 1 meteran! Artinya walaupun gempa ini besar, deformasi yang terjadi pada bawah permukaan laut di barat P. Nias sampai ke palung tidak besar. Menurut kami, itulah penyebab kenapa tsunaminya kecil. Tentu perlu analisa dan data yang lebih lanjut untuk memastikan hal ini. Sekian dulu. Wassalam, Danny - -
RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)
Bagaimana kalau di dekat2 Mentawai ada lereng2 yang belum terstabilkan saat gempa Simeleu dan Nias. Tidakkah getaran gempa yang relatif kecil akan bisa memicu longsornya lereng2 tersebut, mengubah kesetimbangan kolom air laut dan pada ahirnya menimbulkan tsunami? CMIIW, tsunami di Flores beberapa tahun lalu disebabkan oleh longsornya tebing tanpa ada pemicu gempa sama sekali. Salam Oki -Original Message- From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, 31 March 2005 1:32 PM To: iagi-net@iagi.or.id; Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI); [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) Tsunami memang dapat diakibatkan oleh pergerakan vertikal masa batuan akibat tersesarkan pada saat gempa (bisa thrust ataupun dislokasi sesar normal), namun tsunami dibeberapa tempat termasuk yg di selat Makassar, serta di Pantai Utara Irian beberapa tahun lalu diikuti pula oleh longsoran bawah laut.. Spekulasi lain kenapa tidak muncul tsunami sebesar Aceh, menurut saya karena tidak adanya "mega slump" (longsoran bawah laut) yg terjadi atau terpicu oleh gempa Nias. Ini diasumsikan bahwa mega slump menjadi penyebab tsunami. Sedangkan mega slumpnya sendiri dipicu oleh gempa. Pada saat terjadi gempa Aceh kemarin dengan kekuatan 9 SR (kedalaman 30Km) hampir semua lereng yg sedang dalam kondisi kritis (bahkan yg hampir kritis) terlongsorkan bersama-sama. Ada pergerakan massa batuan yg cukup besar yg tentunya, juga ditambah dengan pergeseran akibat thrust, memperkuat terjadinya tsunami. Gambar serta pertanda adanya "new escarpment" yg terbentuk akibat longsoran ini dapat dilihat di websitenya UK Navy juga di blog saya, gambar sea floor ini sebagian juga ada di webnya IAGI. Nah karena getaran 9 SR ini sangat kuat maka lereng-lereng pinggir yg masih setengah matangpun bisa ikut-ikutan longsor pada tanggal 26 Desember 04 kemarin. Artinya pasca gempa Aceh, kondisi ekuilibrium di pinggiran ini menjadi "relatip" stabil, dibandingkan sebelum gempa Aceh. Kondisi yg "relatip" stabil inilah yg saat digetarkan dengan kekuatan 8 SR (30Km) kemarin oleh gempa Nias tidak mampu menyebabkan tsunami sebesar sebelumnya. Apakah yg nanti juga tidak akan longsor lagi ? Prediksi saya, seandainya getarannya lebih kecil dari getaran sebelumnya, maka tidak akan muncul tsunami pada saat Segmen Mentawai yg diramalkan Danny ini bergetar. Kecuali getaran gempanya memiliki kekuatan sama atau lebih dari 9 SR. Penjelasan atau simulasi mudahnya : Cobalam ambil beras dan buatlah gunung2-an dari beras diatas sebuah karton. Caranya dengan menabur kan beras dipuncaknya hingga ketinggiannya maksimum. Kondisi ini merupakan refleksi dari kondisi kritis. Getarkan atau goyangkan beras itu dengan kekuatan tertentu, katakanlah getarkan dengan amplitudo 2 cm, selama beberapa detik. Akan terlihat ketinggian gunung berkurang, beberapa butiran akan longsor kebawah. Kejadian ini mensimulasikan longsoran penyebab tsunami pana tanggal 26 Des 05. Nah kemudian getarkan dengan goyangan lebih kecil, misalnya amplitudo 1 cm saja. Maka tidak akan banyak longsoran butiran beras yg terlihat. Ini menunjukkan bahwa kondisi kekritisan lereng berubah akibat getaran besar. Simulasi mudah ini dapat dipakai untuk menjelaskan dengan mudah kenapa Gempa Nias tidak menyebabkan tsunami. Nah pertanyan selanjutnya, apakah nantinya sudah tidak akan ada tsunami lagi ? Seperti yg ditulis di atas, bahwa tsunami tidak akan terjadi seandainya lokasi getarannya sama dan juga kekuatan gempanya kurang dari getaran sebelumnya. Sehingga kalau getaran selanjutnya di Mentawai melebihi 9 SR atau kedalamannya lebih dangkal, maka tsunami masih sangat mungkin terbentuk. Perkiraan besarnya utk segmen mentawai yg diperkirakan Pak Danny ini menjadi sangat krusial dengan hipotesa ini. RDP "Rovicky Dukun Pergempaan" On Thu, 31 Mar 2005 12:35:37 +0700, D.H. Natawidjaja <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Mohon maaf, > Halo rekan-rekan IAGI sekalian, > Kemarin-kemarin entah kenapa saya emang terhapus dari daftar > mailing-list IAGI-Net sehingga tidak pernah terima e-mail ini. Untung > Mba Dyah menolong saya untuk mendaftarkan kembali di mailing list ini. > > Menurut saya begini, > Gempa Nias kemarin itu adalah gempa "megathrust" (i.e. sama seperti > gempa Aceh) pada subduction interface yang letak "rupture zone" (bidang > patahan yang bergeser ketika terjadi gempabumi)-nya persis di sebelahnya > rupture zone dari Gempa Aceh. > > Jadi memang Gempa Aceh ini ternyata betul-betul memicu sumber gempa di > sebelah selatannya. Sekarang satu-satunya sumber gempa yang sudah > matang yang sedang menunggu giliran adalah yang di bawah Kep. Mentawai > itu. > Kapan kira-kira waktunya? Tentu kita engga tahu. Tapi saya pikir dalam > kurun waktu 10 tahun ke depan kemungkinan terjadi gempabesar di sini > tinggi.
Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!)
e Siberut. > > Kontroversi tentang mekanisme gempa di Nias kelihatannya bersumber ke > Focal Mechanism (CMT) USGS yang kurang tepat (mungkin sekarang sudah di > ralat). CMT USGS ini memperlihatkan bahwa Gempa Nias sepertinya suatu > "Up-Thrust" pada bidang patahan yang hampir tegak lurus. Waktu malam > terjadinya gempa, saya agak heran-heran melihat solusi USGS ini. Apakah > benar bukan megathrust earthquake melainkan gempa pada Sesar Mentawai? > Mungkin CMT USGS ini yang dilihat oleh Pak Surono. > Untung paginya Harvard juga mengeluarkan CMT yang lebih baik. Pada > Harvard CMT terlihat jelas bahwa gempa Nias ini merupakan gempa > megathrust - pure dip-slip. > > Sekarang masalahnya kalau ini megathrust earthquake dengan magnitudo > 8.7, kenapa Tsunami-nya kecil? > Saya kemarin berdiskusi dengan Wahyu Triyoso, terus Wahyu kebetulan > mendapatkan analisa data seismik yang sudah dilakukan oleh ERI Univ. > Tokyo, tempat sekolahnya dulu. Dari analisa seismogram ini terlihat > bahwa "fault displacement" pada rupture zone-nya memang besar di bagian > bawahnya, yaitu di kedalaman ~15 - 40 km, tapi displacement ini menjadi > mengecil ke arah atas. Kata Wahyu pada subduction interface di sebelah > baratnya Nias, displacementnya hanya 1 meteran! Artinya walaupun gempa > ini besar, deformasi yang terjadi pada bawah permukaan laut di barat P. > Nias sampai ke palung tidak besar. Menurut kami, itulah penyebab kenapa > tsunaminya kecil. Tentu perlu analisa dan data yang lebih lanjut untuk > memastikan hal ini. > > Sekian dulu. > > Wassalam, > > Danny > > > -Original Message- > From: [EMAIL PROTECTED] > [mailto:[EMAIL PROTECTED] > Sent: Thursday, March 31, 2005 4:19 PM > To: iagi-net@iagi.or.id > Subject: Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : > Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased > Strain...) > > Pak Awang, > Mungkinkah satu faktor lagi yang menyebabkan gempa Nias tidak terbentuk > terban yang berujung pada tdk terjadinya tsunami adalah kedalaman laut > dan > posisi dasar laut saat ini ? > Kalau kita lihat bahwa epicenter gempa Nias berada di kedalaman laut > kurang > dari 200 m dan masih di "shelf area" yang relatif stabil. Sedangkan > epicenter gempa Simelue berada di kedalaman laut 1200 m dan sudah > berada > di "Upper slope area" yang relatif rentan kestabilan lerengnya. > > salam, > Ferry > >Awang Satyana > > [EMAIL PROTECTED] >yahoo.com> cc: > > Subject: [iagi-net-l] > Coming Next : Gempa Mentawai : >03/30/2005Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) > (was : Re. FW (iagi-net -Increased >01:50 PM Strain...) > >Please respond > >to iagi-net > > Ya Ar, rupanya itu penyebab Nias rusak sebab di tengah Pulau Nias itu > memanjang splay Sesar Mentawai yang cukup besar sejajar dengan poros > panjang pulau itu. Kalau episentrumnya di laut di sekitar Kep Banyak > memang > gampang saja buat energi gempa terdisipasi ke tenggara lewat fracture > sesar > Mentawai dan masuk ke Nias. Dampak di seabed (terbentuknya terban) > mungkin > tak ada atau sangat minimal mengingat fokus gempa 30 km sehingga relatif > tak ada gerak kejut massa air laut terjadi. Tapi siapa yang bisa > mencegah > kalau gaya gempa daripada merusak seabed malah merambat ke tenggara via > sesar Neogen Mentawai lalu merusak Nias... > > Memang kalau Danny Hilman masih anggota milis ini dan sempat menengok > inbox-nya di tengah kesibukan derang-dering tilpon meminta penjelasan > gempa, sebaiknya memberikan klarifikasi soal gempa Nias dan > pernyataannya > di media massa bahwa masih ada satu lagi gempa yang besar yang akan > datang > yaitu di sekitar Mentawai (!). Sebab Danny punya premis bahwa gempa Nias > dipicu oleh gempa Simeulue (gempa Aceh 26/12/05) dan katanya kedua gempa > besar ini akan melahirkan gempa Mentawai yang besar lengkap dengan > tsunami > tapi entah kapan (hitungannya menurut Danny bisa menit, minggu, bulan, > tahun). Nah... > > Kenapa klarifikasi butuh dikeluarkan ? Sebab, telah terjadi perbedaan > pendapat dengan Pak Surono (KaSubdit Mitigasi Bencana Geologi Direktorat > Geologi Bandung) bahwa gempa Nias benar2 baru dan tak punya urusan > dengan > gempa Simeulue. Pendapat yang sama dengan Pak Surono dikeluarkan juga > oleh > Hodo Suteshon Asahi TV di Jepang. > > Nah, kebenaran premis tentu akan sangat menentukan apakah benar akan ada > gempa Mentawai atau tidak. > > Di luar itu, semua masyarakat
RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased Strain...)
Mohon maaf, Halo rekan-rekan IAGI sekalian, Kemarin-kemarin entah kenapa saya emang terhapus dari daftar mailing-list IAGI-Net sehingga tidak pernah terima e-mail ini. Untung Mba Dyah menolong saya untuk mendaftarkan kembali di mailing list ini. Menurut saya begini, Gempa Nias kemarin itu adalah gempa "megathrust" (i.e. sama seperti gempa Aceh) pada subduction interface yang letak "rupture zone" (bidang patahan yang bergeser ketika terjadi gempabumi)-nya persis di sebelahnya rupture zone dari Gempa Aceh. Jadi memang Gempa Aceh ini ternyata betul-betul memicu sumber gempa di sebelah selatannya. Sekarang satu-satunya sumber gempa yang sudah matang yang sedang menunggu giliran adalah yang di bawah Kep. Mentawai itu. Kapan kira-kira waktunya? Tentu kita engga tahu. Tapi saya pikir dalam kurun waktu 10 tahun ke depan kemungkinan terjadi gempabesar di sini tinggi. Belajar dari zona subduksi di Pacifik (Kamtchaka - Chile), pernah terjadi 7 gempa besar hanya dalam kurun waktu 10 tahun, dari 1955 - 1965. Yang jadi harapan saya bahwa gempa di Mentawai mungkin tidak terjadi dalam waktu dekat adalah adanya segmen zona subduksi diantara Nias dan Siberut (di bawah Kep. Batu) yang kondisinya tidak matang dan karakteristiknya dominan "ASEISMIC" artinya banyak meloloskan strain energy. Mudah-mudahan Zona subduksi yang pas berada di khatulistiwa ini bisa menjadi "buffer zone" agar perambatan energi gempa dari utara itu bisa tertahan untuk sementara waktu sebelum dia menyebrang ke Siberut. Kontroversi tentang mekanisme gempa di Nias kelihatannya bersumber ke Focal Mechanism (CMT) USGS yang kurang tepat (mungkin sekarang sudah di ralat). CMT USGS ini memperlihatkan bahwa Gempa Nias sepertinya suatu "Up-Thrust" pada bidang patahan yang hampir tegak lurus. Waktu malam terjadinya gempa, saya agak heran-heran melihat solusi USGS ini. Apakah benar bukan megathrust earthquake melainkan gempa pada Sesar Mentawai? Mungkin CMT USGS ini yang dilihat oleh Pak Surono. Untung paginya Harvard juga mengeluarkan CMT yang lebih baik. Pada Harvard CMT terlihat jelas bahwa gempa Nias ini merupakan gempa megathrust - pure dip-slip. Sekarang masalahnya kalau ini megathrust earthquake dengan magnitudo 8.7, kenapa Tsunami-nya kecil? Saya kemarin berdiskusi dengan Wahyu Triyoso, terus Wahyu kebetulan mendapatkan analisa data seismik yang sudah dilakukan oleh ERI Univ. Tokyo, tempat sekolahnya dulu. Dari analisa seismogram ini terlihat bahwa "fault displacement" pada rupture zone-nya memang besar di bagian bawahnya, yaitu di kedalaman ~15 - 40 km, tapi displacement ini menjadi mengecil ke arah atas. Kata Wahyu pada subduction interface di sebelah baratnya Nias, displacementnya hanya 1 meteran! Artinya walaupun gempa ini besar, deformasi yang terjadi pada bawah permukaan laut di barat P. Nias sampai ke palung tidak besar. Menurut kami, itulah penyebab kenapa tsunaminya kecil. Tentu perlu analisa dan data yang lebih lanjut untuk memastikan hal ini. Sekian dulu. Wassalam, Danny -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, March 31, 2005 4:19 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased Strain...) Pak Awang, Mungkinkah satu faktor lagi yang menyebabkan gempa Nias tidak terbentuk terban yang berujung pada tdk terjadinya tsunami adalah kedalaman laut dan posisi dasar laut saat ini ? Kalau kita lihat bahwa epicenter gempa Nias berada di kedalaman laut kurang dari 200 m dan masih di "shelf area" yang relatif stabil. Sedangkan epicenter gempa Simelue berada di kedalaman laut 1200 m dan sudah berada di "Upper slope area" yang relatif rentan kestabilan lerengnya. salam, Ferry Awang Satyana cc: Subject: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : 03/30/2005Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased 01:50 PM Strain...) Please respond to iagi-net Ya Ar, rupanya itu penyebab Nias rusak sebab di tengah Pulau Nias itu memanjang splay Sesar Mentawai yang cukup besar sejajar dengan poros panjang pulau itu. Kalau episentrumnya di laut di sekitar Kep Banyak memang gampang saja buat energi gempa terdisipasi ke tenggara lewat fracture sesar Mentawai dan masuk ke Nias. Dampak di seabed (terbentuknya terban) mungkin tak ada atau sangat minimal mengingat fokus gempa 30 km sehingga relatif tak ada gerak kejut massa air laut terjadi. Tapi siapa yang bisa mencegah kalau gaya gempa daripada merusak seabed malah merambat ke tenggara via sesar Neogen Mentawai lalu merusak Nias... Memang kalau Danny Hilman masih anggota milis ini dan sempat menengok inbox-
Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased Strain...)
Ferry, Kalau dikumpul2 kelihatannya ada 5 syarat tsunamigenic earthquake : 1. episentrum gempa di laut, 2. magnitudo gempa besar (lebih banyak > 7.0 SR), 3. kedalaman hiposentrum dangkal (lebih banyak < 30 km), 4. mekanisme penyesaran thrust fault, 5. tergesernya blok dasar laut oleh penyesaran. Gempa Nias kemarin menurut analisis sampai sekarang memenuhi syarat 1-4, tetapi no. 5 tidak terpenuhi atau sangat minimal terpenuhi. Pendapat Ferry ada benarnya juga. Kalau hiposentrum masih di wilayah kerak benua (continental shelf) tentu lebih stabil daripada di upper slope yang keraknya intermediate atau transitional. Maka gempa sedalam 30 km seperti kemarin kelihatannya "dies out" ke atas, blind fault, tidak menimbulkan blok runtuh/naik di seabed. Atau, karena gempa sebenarnya berlokasi di trace utama Sesar Mentawai, disipasi gaya gempa lebih memilih bergerak ke fracture sesar yang ada, bergerak ke BL menghantam Simeulue bergerak ke tenggara menghantam Nias. Sudah ada sesar, tinggal di-re-aktivasi daripada membuat baru ke atas harus melewati kerak benua di sekitar Kep. Banyak yang stabil, kelihatannya lebih memilih bergerak ke samping-samping via Sesar Mentawai. Salam, awang [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Awang, Mungkinkah satu faktor lagi yang menyebabkan gempa Nias tidak terbentuk terban yang berujung pada tdk terjadinya tsunami adalah kedalaman laut dan posisi dasar laut saat ini ? Kalau kita lihat bahwa epicenter gempa Nias berada di kedalaman laut kurang dari 200 m dan masih di "shelf area" yang relatif stabil. Sedangkan epicenter gempa Simelue berada di kedalaman laut 1200 m dan sudah berada di "Upper slope area" yang relatif rentan kestabilan lerengnya. salam, Ferry - Do you Yahoo!? Make Yahoo! your home page
Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased Strain...)
Pak Awang, Mungkinkah satu faktor lagi yang menyebabkan gempa Nias tidak terbentuk terban yang berujung pada tdk terjadinya tsunami adalah kedalaman laut dan posisi dasar laut saat ini ? Kalau kita lihat bahwa epicenter gempa Nias berada di kedalaman laut kurang dari 200 m dan masih di "shelf area" yang relatif stabil. Sedangkan epicenter gempa Simelue berada di kedalaman laut 1200 m dan sudah berada di "Upper slope area" yang relatif rentan kestabilan lerengnya. salam, Ferry Awang Satyana cc: Subject: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : 03/30/2005Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased 01:50 PM Strain...) Please respond to iagi-net Ya Ar, rupanya itu penyebab Nias rusak sebab di tengah Pulau Nias itu memanjang splay Sesar Mentawai yang cukup besar sejajar dengan poros panjang pulau itu. Kalau episentrumnya di laut di sekitar Kep Banyak memang gampang saja buat energi gempa terdisipasi ke tenggara lewat fracture sesar Mentawai dan masuk ke Nias. Dampak di seabed (terbentuknya terban) mungkin tak ada atau sangat minimal mengingat fokus gempa 30 km sehingga relatif tak ada gerak kejut massa air laut terjadi. Tapi siapa yang bisa mencegah kalau gaya gempa daripada merusak seabed malah merambat ke tenggara via sesar Neogen Mentawai lalu merusak Nias... Memang kalau Danny Hilman masih anggota milis ini dan sempat menengok inbox-nya di tengah kesibukan derang-dering tilpon meminta penjelasan gempa, sebaiknya memberikan klarifikasi soal gempa Nias dan pernyataannya di media massa bahwa masih ada satu lagi gempa yang besar yang akan datang yaitu di sekitar Mentawai (!). Sebab Danny punya premis bahwa gempa Nias dipicu oleh gempa Simeulue (gempa Aceh 26/12/05) dan katanya kedua gempa besar ini akan melahirkan gempa Mentawai yang besar lengkap dengan tsunami tapi entah kapan (hitungannya menurut Danny bisa menit, minggu, bulan, tahun). Nah... Kenapa klarifikasi butuh dikeluarkan ? Sebab, telah terjadi perbedaan pendapat dengan Pak Surono (KaSubdit Mitigasi Bencana Geologi Direktorat Geologi Bandung) bahwa gempa Nias benar2 baru dan tak punya urusan dengan gempa Simeulue. Pendapat yang sama dengan Pak Surono dikeluarkan juga oleh Hodo Suteshon Asahi TV di Jepang. Nah, kebenaran premis tentu akan sangat menentukan apakah benar akan ada gempa Mentawai atau tidak. Di luar itu, semua masyarakat di pulau2 barat Sumatra dan kota2 di pesisir barat Sumatra memang sebaiknya latihan evakuasi terus menjauhi daerah bahaya gempa dan tsunami. Sebab, Padang bisa jadi sasaran utama tsunami kalau gempa Mentawai-Sipora benar terjadi. Letaknya begitu frontal ke wilayah ini. Uh.. Tapi masyarakat Mentawai katanya sudah siap menghadapi kemungkinan evakuasi itu sejak Danny Hilman, Prof. Kerry Sieh dkk membagikan poster gempa dan tsunami ke penduduk Mentawai. Sebuah catatan : tidak mudah buat kita para geologist menyampaikan info ke masyarakat atau Pemda tentang kemungkinan bahaya2 kebencanaan geologi. Satu yang tidak pernah bisa kita jawab : kapan gempanya akan datang Pak, tanggal berapa, jam berapa... (lebih gampang mengungsikan penduduk di puncak dan lereng gunungapi yang mau meletus dibandingkan dengan gempa yang selalu "ujug-ujug" datang...) Salam, awang Ariadi Subandrio <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Kang Awang, Dari kumpulan data yang dikolek oleh pak Wahyu Trijoso, seismologist yang intens melakukan penelitian di sepanjang pantai Barat Sumatera bersama Pak Danny Hilman, menggambarkan bahwa kontur dari distribution record seismograph yang diperoleh menunjukkan bahwa maksimum displacement berada di sepanjang pulau Nias, maka walau episentrumnya berada di laut namun seolah gempa kemaren adalah earthland quake dan hanya menimbulkan tsunami kecil saja. Namun cukup menghancurkan Nias. Ini yang membedakan dengan gempa pada segmen Aceh dimana praktis displacementnya pada open area. Kalau salah kata, salah kutip -walau sampeyan suibuk ditilpun kiri kanan- tolong kang Danny muncul sebentar ke warga milis untuk memberikan penjelasan. Kewaspadaan
Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased Strain...)
On Thu, 31 Mar 2005 08:00:58 +0800, [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Rekan Budi, > > Beberapa waktu yang lalu, saya ingat bahwa rekan-rekan IAGI di Jogya atau > Bandung pernah menerbitkan buku-buku untuk anak-anak sekolah tentang > perihal geologi. > Ada baiknya IAGI memprakarsai penerbitan buku untuk anak-anak sekolah > tentang Gempa bumi dan akibat-akibatnya. Tentu saja dengan bahasa sekolah > untuk SD atau SMP. > Dari mereka-mereka inilah yang masih belajar akan mulai ditanamkan bahaya > dan tanda tanda gempa. Untuk masa depan generasi selanjutnya. > Mungkin konsentrasi penyebarannya diutamakan di daerah rawan gempa. > Mudah-mudahan banyak penerbit yang mau jadi sponsor. > > wass, > edison sirodj > PeeR buat Geoscientist Hampir semua orang Indonesia itu terpaku dengan "main issue". Ketika Inul "megol", trus rakyat sak Indonesia Raya "megal-megol" mengikuti dengan pro-kontra yg menasional. KetikaIssue bom, semua media ngrembug bom, demikian juga issue-issue lain, termasuk kasus Ambalat. Selalu issue cuman satu dan meNasional. Kita semua memang shock dengan bencana gempa dan tsunami, namun jangan sampai kita terpaku hanya dengan gempa atau tsunami. Jogja (? terutama selatan dan barat) bukanlah daerah rawan gempa, tetapi rawan longsor atau mungkin bencana lain. Jadi perlu selalu diingatkan bahwa bencana alam itu "local specific".Artinya masing2 daerah itu tidak sama. Bahkan untuk gempa-pun tidak sama utk seluruh Indonesia, cara mitigasinya juga tidak sama. Nah kalau awal sebagai himbauan ke pemerintah yg selalu berpikir "general" (skala nasional) maka yg diperlukan adalah kesadaran akan bencana. Seperti rilis IAGI dulu ketika gempa Aceh, yg tidak hanya ternina-bobok oleh "sabuk emas" di katulistiwa, tetapi juga mesti waspada "sabuk api". Bahwa sekarang sudah banyak yg sadar bahwa gempa bukan karena dewo marah gedruk-gedruk tanah, aku rasa itu sumbangan science yg cukup signifikan. Dan ini merupakan satu step bagus dari sisi pendidikan yg tentu saja dapat dilakukan lewat buku seperti yg diusulkan diatas. "Pendidikan tidak akan menghentikan bencana, tetapi pasti mengurangi korban" RDP - To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) -
RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased Strain...)
Rekan Budi, Beberapa waktu yang lalu, saya ingat bahwa rekan-rekan IAGI di Jogya atau Bandung pernah menerbitkan buku-buku untuk anak-anak sekolah tentang perihal geologi. Ada baiknya IAGI memprakarsai penerbitan buku untuk anak-anak sekolah tentang Gempa bumi dan akibat-akibatnya. Tentu saja dengan bahasa sekolah untuk SD atau SMP. Dari mereka-mereka inilah yang masih belajar akan mulai ditanamkan bahaya dan tanda tanda gempa. Untuk masa depan generasi selanjutnya. Mungkin konsentrasi penyebarannya diutamakan di daerah rawan gempa. Mudah-mudahan banyak penerbit yang mau jadi sponsor. wass, edison sirodj |-+---> | | [EMAIL PROTECTED]| | | onas.com.my | | | | | | 03/30/2005 03:36| | | PM | | | Please respond | | | to iagi-net | | | | |-+---> >---| | | |To: | |cc: iagi-net@iagi.or.id | |Subject: RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW | |(iagi-net -Increased Strain...) | >---| Sebagai bagian dari tour-nya, IAGI telah melaksanakan program sosialisasi terhadap potensi bencana kepada masyarakat Padang dimana Danny Hilman, Hamzah, Andang dan juga Ariadi telah berusaha 'menyadarkan masyarakat akan potensi bencana tsb, Bahkan tim ini telah bertemu langsung dengan Gubernur Sumbar, sebagi top management' menyampaikan issue yang sama termasuk apa yang harus dilakukan bila terjadi bencana tsb. Sekarang tugas kita mengingatkan kembali kepada saudara-saudara kita yang minim informasi Salam Budi Satrio "Musakti, Oki" <[EMAIL PROTECTED] To: tos.com> cc: Subject: RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : 30/03/2005 03:08 Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net PM -Increased Strain...) Please respond to iagi-net Kelihatannya Padang dan Bengkulu sekarang 'live on borrowed time' alias mesti siap-siap kalau bencana gempa plus tsunami jadi datang menghampiri. Mungkin tugas para ahli gempa (mas Danny dkk) untuk 'menakut-nakuti' para penguasa lokal maupun pusat supaya masyarakat, infrastruktur, tata ruang dll di daerah tersebut disiapkan dari sekarang. Kalau perlu sekalian dijadikan isu politik, mumpung mereka sedang bersiap menjalankan pilkada. (Yang saya kuatir, setelah satu tahun berjalan akan kembali business as usual) salam Oki -Original Message- From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, 30 March 2005 1:50 PM To: iagi-net@iagi.or.id; [EMAIL PROTECTED] Subject: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased Strain...) Ya Ar, rupanya itu penyebab Nias rusak sebab di tengah Pulau Nias itu memanjang splay Sesar Mentawai yang cukup besar sejajar dengan poros panjang pulau itu. Kalau episentrumnya di laut di sekitar Kep Banyak memang gampang saja buat energi gempa terdisipasi ke tenggara lewat fracture sesar Mentawai dan masuk ke Nias. Dampak di seabed (terbentuknya terban) mungkin tak ada atau sangat minimal mengingat fokus gempa 30 km sehingga relatif tak ada gerak kejut massa air laut terjadi. Tapi siapa yang bisa mencegah kalau gaya gempa daripada merusak seabed malah merambat ke tenggara via sesar Neogen Mentawai lalu merusak Nias... Memang kalau Danny Hilman masih anggota milis ini dan sempat menengok inbox-nya di tengah kesibukan derang-dering tilpon meminta penjelasan gempa, sebaiknya memberikan klarifikasi soal gempa Nias dan pernyataannya di media massa bahwa masih ada satu lagi gempa yang besar yang akan datang yaitu di sekitar Mentawai (!). Sebab Danny punya premis bahwa gempa Nias dipicu oleh gempa Simeulue (gempa Aceh 26/12/05) dan katanya kedua gempa besar ini akan melahirkan gempa Mentawai yang besar lengkap dengan tsunami tapi entah kapan (hitungannya menurut Danny bisa menit, minggu, bulan, tah
Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased Strain...)
> Pak admin, tolong dimasukkan email pak Danny Hilman ini dalam milis > IAGI-net > sebab beliau bilang tidak pernah terima berita dari milis ini > lagi...mungkin kehapus kali ye... > > [EMAIL PROTECTED] > > salam, > Dy DONE ! Go head pak Danny Bagi anda yg tidak menerima imil IAGI-net tetapi ingin melihat arsip diskusi IAGI silahkan : ke IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ RDP "pembantu admin" - To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) -
RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased Strain...)
Sebagai bagian dari tour-nya, IAGI telah melaksanakan program sosialisasi terhadap potensi bencana kepada masyarakat Padang dimana Danny Hilman, Hamzah, Andang dan juga Ariadi telah berusaha 'menyadarkan masyarakat akan potensi bencana tsb, Bahkan tim ini telah bertemu langsung dengan Gubernur Sumbar, sebagi top management' menyampaikan issue yang sama termasuk apa yang harus dilakukan bila terjadi bencana tsb. Sekarang tugas kita mengingatkan kembali kepada saudara-saudara kita yang minim informasi Salam Budi Satrio "Musakti, Oki" <[EMAIL PROTECTED] To: tos.com> cc: Subject: RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : 30/03/2005 03:08 Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net PM -Increased Strain...) Please respond to iagi-net Kelihatannya Padang dan Bengkulu sekarang 'live on borrowed time' alias mesti siap-siap kalau bencana gempa plus tsunami jadi datang menghampiri. Mungkin tugas para ahli gempa (mas Danny dkk) untuk 'menakut-nakuti' para penguasa lokal maupun pusat supaya masyarakat, infrastruktur, tata ruang dll di daerah tersebut disiapkan dari sekarang. Kalau perlu sekalian dijadikan isu politik, mumpung mereka sedang bersiap menjalankan pilkada. (Yang saya kuatir, setelah satu tahun berjalan akan kembali business as usual) salam Oki -Original Message- From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, 30 March 2005 1:50 PM To: iagi-net@iagi.or.id; [EMAIL PROTECTED] Subject: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased Strain...) Ya Ar, rupanya itu penyebab Nias rusak sebab di tengah Pulau Nias itu memanjang splay Sesar Mentawai yang cukup besar sejajar dengan poros panjang pulau itu. Kalau episentrumnya di laut di sekitar Kep Banyak memang gampang saja buat energi gempa terdisipasi ke tenggara lewat fracture sesar Mentawai dan masuk ke Nias. Dampak di seabed (terbentuknya terban) mungkin tak ada atau sangat minimal mengingat fokus gempa 30 km sehingga relatif tak ada gerak kejut massa air laut terjadi. Tapi siapa yang bisa mencegah kalau gaya gempa daripada merusak seabed malah merambat ke tenggara via sesar Neogen Mentawai lalu merusak Nias... Memang kalau Danny Hilman masih anggota milis ini dan sempat menengok inbox-nya di tengah kesibukan derang-dering tilpon meminta penjelasan gempa, sebaiknya memberikan klarifikasi soal gempa Nias dan pernyataannya di media massa bahwa masih ada satu lagi gempa yang besar yang akan datang yaitu di sekitar Mentawai (!). Sebab Danny punya premis bahwa gempa Nias dipicu oleh gempa Simeulue (gempa Aceh 26/12/05) dan katanya kedua gempa besar ini akan melahirkan gempa Mentawai yang besar lengkap dengan tsunami tapi entah kapan (hitungannya menurut Danny bisa menit, minggu, bulan, tahun). Nah... Kenapa klarifikasi butuh dikeluarkan ? Sebab, telah terjadi perbedaan pendapat dengan Pak Surono (KaSubdit Mitigasi Bencana Geologi Direktorat Geologi Bandung) bahwa gempa Nias benar2 baru dan tak punya urusan dengan gempa Simeulue. Pendapat yang sama dengan Pak Surono dikeluarkan juga oleh Hodo Suteshon Asahi TV di Jepang. Nah, kebenaran premis tentu akan sangat menentukan apakah benar akan ada gempa Mentawai atau tidak. Di luar itu, semua masyarakat di pulau2 barat Sumatra dan kota2 di pesisir barat Sumatra memang sebaiknya latihan evakuasi terus menjauhi daerah bahaya gempa dan tsunami. Sebab, Padang bisa jadi sasaran utama tsunami kalau gempa Mentawai-Sipora benar terjadi. Letaknya begitu frontal ke wilayah ini. Uh.. Tapi masyarakat Mentawai katanya sudah siap menghadapi kemungkinan evakuasi itu sejak Danny Hilman, Prof. Kerry Sieh dkk membagikan poster gempa dan tsunami ke penduduk Mentawai. Sebuah catatan : tidak mudah buat kita para geologist menyampaikan info ke masyarakat atau Pemda tentang kemungkinan bahaya2 kebencanaan geologi. Satu yang tidak pernah bisa kita jawab : kapan gempanya akan datang Pak, tanggal berapa, jam berapa... (lebih gampang mengungsikan penduduk di puncak dan lereng gunungapi ya
RE: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased Strain...)
Kelihatannya Padang dan Bengkulu sekarang 'live on borrowed time' alias mesti siap-siap kalau bencana gempa plus tsunami jadi datang menghampiri. Mungkin tugas para ahli gempa (mas Danny dkk) untuk 'menakut-nakuti' para penguasa lokal maupun pusat supaya masyarakat, infrastruktur, tata ruang dll di daerah tersebut disiapkan dari sekarang. Kalau perlu sekalian dijadikan isu politik, mumpung mereka sedang bersiap menjalankan pilkada. (Yang saya kuatir, setelah satu tahun berjalan akan kembali business as usual) salam Oki -Original Message- From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, 30 March 2005 1:50 PM To: iagi-net@iagi.or.id; [EMAIL PROTECTED] Subject: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased Strain...) Ya Ar, rupanya itu penyebab Nias rusak sebab di tengah Pulau Nias itu memanjang splay Sesar Mentawai yang cukup besar sejajar dengan poros panjang pulau itu. Kalau episentrumnya di laut di sekitar Kep Banyak memang gampang saja buat energi gempa terdisipasi ke tenggara lewat fracture sesar Mentawai dan masuk ke Nias. Dampak di seabed (terbentuknya terban) mungkin tak ada atau sangat minimal mengingat fokus gempa 30 km sehingga relatif tak ada gerak kejut massa air laut terjadi. Tapi siapa yang bisa mencegah kalau gaya gempa daripada merusak seabed malah merambat ke tenggara via sesar Neogen Mentawai lalu merusak Nias... Memang kalau Danny Hilman masih anggota milis ini dan sempat menengok inbox-nya di tengah kesibukan derang-dering tilpon meminta penjelasan gempa, sebaiknya memberikan klarifikasi soal gempa Nias dan pernyataannya di media massa bahwa masih ada satu lagi gempa yang besar yang akan datang yaitu di sekitar Mentawai (!). Sebab Danny punya premis bahwa gempa Nias dipicu oleh gempa Simeulue (gempa Aceh 26/12/05) dan katanya kedua gempa besar ini akan melahirkan gempa Mentawai yang besar lengkap dengan tsunami tapi entah kapan (hitungannya menurut Danny bisa menit, minggu, bulan, tahun). Nah... Kenapa klarifikasi butuh dikeluarkan ? Sebab, telah terjadi perbedaan pendapat dengan Pak Surono (KaSubdit Mitigasi Bencana Geologi Direktorat Geologi Bandung) bahwa gempa Nias benar2 baru dan tak punya urusan dengan gempa Simeulue. Pendapat yang sama dengan Pak Surono dikeluarkan juga oleh Hodo Suteshon Asahi TV di Jepang. Nah, kebenaran premis tentu akan sangat menentukan apakah benar akan ada gempa Mentawai atau tidak. Di luar itu, semua masyarakat di pulau2 barat Sumatra dan kota2 di pesisir barat Sumatra memang sebaiknya latihan evakuasi terus menjauhi daerah bahaya gempa dan tsunami. Sebab, Padang bisa jadi sasaran utama tsunami kalau gempa Mentawai-Sipora benar terjadi. Letaknya begitu frontal ke wilayah ini. Uh.. Tapi masyarakat Mentawai katanya sudah siap menghadapi kemungkinan evakuasi itu sejak Danny Hilman, Prof. Kerry Sieh dkk membagikan poster gempa dan tsunami ke penduduk Mentawai. Sebuah catatan : tidak mudah buat kita para geologist menyampaikan info ke masyarakat atau Pemda tentang kemungkinan bahaya2 kebencanaan geologi. Satu yang tidak pernah bisa kita jawab : kapan gempanya akan datang Pak, tanggal berapa, jam berapa... (lebih gampang mengungsikan penduduk di puncak dan lereng gunungapi yang mau meletus dibandingkan dengan gempa yang selalu "ujug-ujug" datang...) Salam, awang Santos Ltd A.B.N. 80 007 550 923 Disclaimer: The information contained in this email is intended only for the use of the person(s) to whom it is addressed and may be confidential or contain privileged information. If you are not the intended recipient you are hereby notified that any perusal, use, distribution, copying or disclosure is strictly prohibited. If you have received this email in error please immediately advise us by return email and delete the email without making a copy. - To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) -
Re: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) (was : Re. FW (iagi-net -Increased Strain...)
Pak admin, tolong dimasukkan email pak Danny Hilman ini dalam milis IAGI-net sebab beliau bilang tidak pernah terima berita dari milis ini lagi...mungkin kehapus kali ye... [EMAIL PROTECTED] salam, Dy Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]To: iagi-net@iagi.or.id, [EMAIL PROTECTED] oo.com> cc: 03/30/2005 01:50 PM Subject: [iagi-net-l] Coming Next : Gempa Mentawai : Siberut-Sipora-Pagai (???!!!) Please respond to (was : Re. FW (iagi-net -Increased Strain...) iagi-net Ya Ar, rupanya itu penyebab Nias rusak sebab di tengah Pulau Nias itu memanjang splay Sesar Mentawai yang cukup besar sejajar dengan poros panjang pulau itu. Kalau episentrumnya di laut di sekitar Kep Banyak memang gampang saja buat energi gempa terdisipasi ke tenggara lewat fracture sesar Mentawai dan masuk ke Nias. Dampak di seabed (terbentuknya terban) mungkin tak ada atau sangat minimal mengingat fokus gempa 30 km sehingga relatif tak ada gerak kejut massa air laut terjadi. Tapi siapa yang bisa mencegah kalau gaya gempa daripada merusak seabed malah merambat ke tenggara via sesar Neogen Mentawai lalu merusak Nias... Memang kalau Danny Hilman masih anggota milis ini dan sempat menengok inbox-nya di tengah kesibukan derang-dering tilpon meminta penjelasan gempa, sebaiknya memberikan klarifikasi soal gempa Nias dan pernyataannya di media massa bahwa masih ada satu lagi gempa yang besar yang akan datang yaitu di sekitar Mentawai (!). Sebab Danny punya premis bahwa gempa Nias dipicu oleh gempa Simeulue (gempa Aceh 26/12/05) dan katanya kedua gempa besar ini akan melahirkan gempa Mentawai yang besar lengkap dengan tsunami tapi entah kapan (hitungannya menurut Danny bisa menit, minggu, bulan, tahun). Nah... Kenapa klarifikasi butuh dikeluarkan ? Sebab, telah terjadi perbedaan pendapat dengan Pak Surono (KaSubdit Mitigasi Bencana Geologi Direktorat Geologi Bandung) bahwa gempa Nias benar2 baru dan tak punya urusan dengan gempa Simeulue. Pendapat yang sama dengan Pak Surono dikeluarkan juga oleh Hodo Suteshon Asahi TV di Jepang. Nah, kebenaran premis tentu akan sangat menentukan apakah benar akan ada gempa Mentawai atau tidak. Di luar itu, semua masyarakat di pulau2 barat Sumatra dan kota2 di pesisir barat Sumatra memang sebaiknya latihan evakuasi terus menjauhi daerah bahaya gempa dan tsunami. Sebab, Padang bisa jadi sasaran utama tsunami kalau gempa Mentawai-Sipora benar terjadi. Letaknya begitu frontal ke wilayah ini. Uh.. Tapi masyarakat Mentawai katanya sudah siap menghadapi kemungkinan evakuasi itu sejak Danny Hilman, Prof. Kerry Sieh dkk membagikan poster gempa dan tsunami ke penduduk Mentawai. Sebuah catatan : tidak mudah buat kita para geologist menyampaikan info ke masyarakat atau Pemda tentang kemungkinan bahaya2 kebencanaan geologi. Satu yang tidak pernah bisa kita jawab : kapan gempanya akan datang Pak, tanggal berapa, jam berapa... (lebih gampang mengungsikan penduduk di puncak dan lereng gunungapi yang mau meletus dibandingkan dengan gempa yang selalu "ujug-ujug" datang...) Salam, awang Ariadi Subandrio <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Kang Awang, Dari kumpulan data yang dikolek oleh pak Wahyu Trijoso, seismologist yang intens melakukan penelitian di sepanjang pantai Barat Sumatera bersama Pak Danny Hilman, menggambarkan bahwa kontur dari distribution record seismograph yang diperoleh menunjukkan bahwa maksimum displacement berada di sepanjang pulau Nias, maka walau episentrumnya berada di laut namun seolah gempa kemaren adalah earthland quake dan hanya menimbulkan tsunami kecil saja. Namun cukup menghancurkan Nias. Ini yang membedakan dengan gempa pada segmen Aceh dimana praktis displacementnya pada open area. Kalau salah kata, salah kutip -walau sampeyan suibuk ditilpun kiri kanan- tolong kang Danny muncul sebenta