[media-dakwah] Keturunan Rasulullah SAW masih akan terus ada hingga akhir Zaman

2006-01-09 Terurut Topik Ku HanyaOrangBiasa
Assalamu'alaikum,
   
  Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam adalah keturunan Nabi Ibrahim alaihi 
sallam, dan Imam Mahdi adalah keturunan Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam.
   
  Sementara Imam Mahdi akan datang pada akhir zaman.  Maka keturunan Ibrahim 
alayhi salam dan Muhammad Shalallahu alayhi wa sallam masih ada hingga hari 
ini.  Berikut Penjelasannya
   
Imam Mahdi
  Oleh : Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
   
  Diantara dalil dari sunnah Nabi SAW yang shahih tentang munculnya Al- Mahdi 
adalah sebagai berikut :
   

   Dari Abu Sa’id Al Khudry ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Yakhruju fii 
aakhiri ummatiil maHdiyyu yusqiHillahul ghaytsa watukhrijul ardhu nabaataHaa 
wayu’thil maala shihaahan wataktsurul maasyiyatu wata’zhumul ummatu ya’iisyu 
sab’an aw tsamaaniyan” yang artinya “Akan keluar di akhir kehidupan umatku Al 
Mahdi, Allah mengairi bumi dengan turunnya hujan, bumi menumbuhkan tumbuh – 
tumbuhannya, dilimpahkan harta melimpah, makin banyak binatang ternak, umat 
akan semakin mulia dan dia memerintah selama 7 atau 8 tahun” (HR. Al Hakim 
IV/557-558, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Kitab Silsilah Al Ahaadits 
Ash Shahiihah no. 711)
   

   Dari Ali bin Abi Thalib ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Al MaHdiyyu 
minnaa aHlal bayti yushlihHullah fii laylatin” yang artinya “Al Mahdi berasal 
dari ahlil bait, Allah mengishlahnya dalam satu malam” (HR. Ibnu Majah no. 4085 
dan Ahmad I/84, dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir dalam Kitab Tahqiq Musnad 
Imam Ahmad no. 645 dan oleh Syaikh Al Albani dalam Kitab Silsilah Al Ahaadits 
Ash Shahiihah no. 2371)
   

   Dari Ummu Salamah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Al MaHdiyyu min 
‘i’ratii min waladi faathimaH” yang artinya “Al Mahdi berasal dari keturunanku 
dari anak Fatimah” (HR. Abu Dawud no. 4284, Ibnu Majah no. 4086 dan Al Hakim 
IV/557, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Kitab Shahiih Jami’ush Shagir 
no. 6734)
   

   Dari Abdullah bin Mas’ud ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Laa tadzHabud 
dunyaa aw laa tanqadhiyaa hatta yamlikal ‘araba rajulun min aHli baytii 
yuwaathii-u ismuHusmii” yang artinya “Tidak akan lenyap atau tidak akan sirna 
dunia ini, hingga bangsa arab dipimpin oleh seorang dari keturunanku yang 
namanya sama seperti namaku” (HR. At Tirmidzi no. 2230, Abu Dawud no. 4282 dan 
Ahmad 1/377,430, hadits ini shahih menurut Syaikh Ahmad Syakir pada Kitab 
Tahqiq Musnad Imam Ahmad no. 3573)
   

   Dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Kayfa antum idzaa 
nazalabnu maryam fiikum waimaamukum minkum ?” yang artinya “Bagaimana dengan 
kalian, apabila turun Nabi Isa bin Maryam kepada kalian, sedangkan imam kalian 
dari kalangan kalian sendiri” (HR. Bukhari no. 3449 dan Muslim no. 155)
   
  Maka dari itu Ahlus Sunnah wal Jama’ah memahami Imam Mahdi sebagai berikut :
   

   Di akhir zaman akan muncul laki – laki dari keturunan Rasulullah SAW  
   Allah SWT memberikan kekuatan kepada agama Islam dengannya.  
   Memerintah selama 7 tahun, memenuhi dunia dengan keadilan setelah dipenuhi 
oleh kezhaliman dan kelaliman.  
   Umat di zamannya akan diberikan kenikmatan yang belum pernah diberikan 
kepada selainnya.  
   Bumi mengeluarkan tumbuh – tumbuhannya, langit menurunkan hujan, dan 
dilimpahkan harta yang banyak  
   Orang ini mempunyai nama seperti nama Rasulullah SAW dan nama ayahnya adalah 
seperti nama ayah Rasulullah SAW.  Jadi namanya Muhammad bin Abdullah atau 
Ahmad bin Abdullah (catatan : jika ada orang mengaku Imam Mahdi tetapi namanya 
tidak seperti nama Rasulullah SAW dan nama ayahnya tidak seperti nama ayah 
Rasulullah SAW maka orang itu adalah Imam Mahdi palsu !)  
   Dia dari keturunan Fathimah binti Muhammad ra. dari anaknya Hasan bin Ali 
ra.   
   Diantara ciri – cirinya adalah lebar dahinya dan mancung hidungnya.
   
  (Wahai kaum Syi’ah – semoga Allah SWT memberikan kalian petunjuk, 
perhatikanlah perkataan Imam Al Hafizh Ibnu Katsir berikut ini !)
   
  Al Hafizh Ibnu Katsir rhm. berkata, “Al Mahdi akan muncul dari arah Timur 
bukan dari Sirdab Samira’ sebagaimana yang disangka oleh kaum Syi’ah Rafidhah.  
Mereka menunggu sampai sekarang, padahal persangkaan mereka itu adalah ingauan 
semata, pemikiran yang sangat lemah dan gila yang dimasukkan oleh syaithan.  
Persangkaan mereka tidak mempunyai alasan baik dari Al Qur’an dan As Sunnah 
bahkan tidak sesuai dengan akal yang sehat” (Kitab An Nihayah fil Fitan wal 
Malahim hal. 249-273)
   
  Maraji’
  Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Pustaka 
At Takwa, Bogor, Cetakan Kedua, April 2005, hal. 157-158
   
  Semoga Bermanfaat



  KuHanyaOrangBiasa 
   
  MURNIKAN TAUHID, TEGAKAN SUNNAH
   
  Dari Abu Dzar ra., Rasulullah SAW bersabda, Jibril berkata kepadaku, 
'Barangsiapa diantara umatmu yang meninggal dunia dalam keadaan tidak 
menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, maka pasti dia masuk surga' (HR. 
Bukhari - Muslim) [Hadits ini terdapat pada Kitab 

[media-dakwah] Tata Cara Mandi Wajib

2006-01-08 Terurut Topik Ku HanyaOrangBiasa
   Tata Cara Mandi Wajib
  

  Hal – hal yang menyebabkan diwajibkannya mandi :
  


 Keluar air mani, baik saat terjaga ataupun tidur, berdasarkan sabda 
Rasulullah SAW,


  “Sesungguhnya air (mandi) itu disebabkan air (keluarnya mani)” (HR. Muslim 
no. 343 dan Abu Dawud no. 214)
  


 Jima’ (berhubungan badan), walaupun tidak keluar air mani. Dari Abu 
Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda,

  

  “Jika ia telah duduk diantara ke empat cabang istrinya … (kiasan untuk 
bersetubuh), maka ia wajib mandi meskipun tidak keluar air mani” (HR. Muslim 
no. 348)
  


 Masuk Islamnya orang kafir. Dari Qais bin ‘Ashim, ia menceritakan bahwa 
ketika ia masuk Islam, Nabi SAW menyuruhnya mandi dengan air dan bidara (HR. At 
Tirmidzi no. 602 dan Abu Dawud no. 351, dishahihkan oleh Syaikh Albani dalam 
Irwaa’ul Ghaliil no. 128)

  


 Terputusnya haidh dan nifas. Dari Aisyah ra., bahwa Rasulullah SAW berkata 
kepada Fathimah binti Abi Khubaisy,

  

  “Jika datang haidh, maka tinggalkanlah shalat. Dan jika telah lewat, maka 
mandi dan shalatlah” (HR. Al Bukhari no. 320, Muslim no. 333, Abu Dawud no. 
279, At Tirmidzi no. 125 dan An Nasa’i I/186)
  


 Hari Jum’at. Dari Abu Sa’id Al Khudri ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda,

  

  “Mandi Jum’at wajib bagi setiap orang yang telah baligh” (HR. Al Bukhari no. 
879, Muslim no. 346, Abu Dawud no. 337, An Nasa’i III/93 dan Ibnu Majah no. 
1089)
  

  Adapun tata caranya adalah berdasarkan hadits dari jalan Aisyah ra., ia 
berkata, “Dahulu, jika Rasulullah SAW hendak mandi janabah (junub), beliau 
membasuh kedua tangannya. Kemudian menuangkan air dari tangan kanan ke tangan 
kirinya lalu membasuh kemaluannya. Lantas berwudhu sebagaimana berwudhu untuk 
shalat. Lalu beliau mengambil air dan memasukan jari – jemarinya ke pangkal 
rambut. Hingga beliau menganggap telah cukup, beliau tuangkan ke atas kepalanya 
sebanyak 3 kali tuangan. Setelah itu beliau guyur seluruh badannya. Kemudian 
beliau basuh kedua kakinya” (HR. Al Bukhari dan Muslim)
  

  Pada riwayat lain dikatakan, “…dan dimasukannya jari – jari ke dalam urat 
rambut hingga bila dirasanya air telah membasahi kulit [kepala], disauknya dua 
telapak tangan lagi dan disapukannya ke kepalanya sebanyak 3 kali, kemudian 
dituangkan ke seluruh tubuh” (HR. Al Bukhari dan Muslim)
  

  Dari hadits yang mulia di atas maka urutan tata cara mandi wajib adalah :

 Membasuh kedua tangan
  
 Membasuh kemaluan
  
 Berwudhu sebagaimana berwudhu untuk shalat [Boleh menangguhkan 
menangguhkan membasuh kedua kaki sampai selesai mandi (Fikih Sunnah hal. 154)]
  
 Mencuci rambut dengan cara memasukan jari – jemari ke pangkal rambut
  
 Menuangkan air ke atas kepala sebanyak 3x atau mengambil air dengan kedua 
tangan kemudian menyapukannya ke kepalanya.
  
 Menguyur seluruh badan
  
 Membasuh kaki

  

  Sedangkan rukun dari mandi wajib ini menurut pandangan fiqh ada 2 yaitu :
  


 Berniat. Karena inilah yang memisahkan antara ibadah dengan kebiasaan dan 
adat.

  


 Membasuh seluruh anggota tubuh. Karena Allah Ta’ala berfirman, “Dan jika 
kamu junub hendaklah bersuci”, maksudnya adalah mandi.

  

  

  Maraji’:

 Fikih Sunnah Jilid 1, Sayyid Sabiq, PT. Al Ma’arif, Bandung, Cetakan 
Kedelapan belas, 1997 M.
  
 Panduan Fiqih Lengkap Jilid 1, Abdul Azhim bin Badawi Al Khalafi, Pustaka 
Ibnu Katsir, Bogor, Cetakan Pertama, Jumadil Akhir 1426 H/Juli 2005 M.

  

  Semoga Bermanfaat.



  KuHanyaOrangBiasa 
   
  MURNIKAN TAUHID, TEGAKAN SUNNAH
   
  Dari Abu Dzar ra., Rasulullah SAW bersabda, Jibril berkata kepadaku, 
'Barangsiapa diantara umatmu yang meninggal dunia dalam keadaan tidak 
menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, maka pasti dia masuk surga' (HR. 
Bukhari - Muslim) [Hadits ini terdapat pada Kitab Shahih Bukhari dan Kitab 
Riyadush Shalihin]





-
Yahoo! Photos
 Ring in the New Year with Photo Calendars. Add photos, events, holidays, 
whatever.

[Non-text portions of this message have been removed]






 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/TXWolB/TM
~- 

Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Re: [media-dakwah] Ahli Kitab hari ini masih ada !

2006-01-04 Terurut Topik Ku HanyaOrangBiasa
wanita itu.

Aku khawatir langkahmu akan diikuti oleh kaum Muslimin sehingga mereka
memilih kawin dengan ahli dzimmah karena cantiknya, hal itu cukup menjadi
fitnah bagi wanita Muslimah, tulis Umar. Hal yang sama dilakukannya
terhadap Thalhah bin Ubaidilllah. Padahal wanita yang dinikahi adalah anak
seorang pembesar Yahudi.

Larangan serupa pernah pula dilakukan oleh shahabat terkemuka Ibnu Umar
dengan mengatakan, Saya tidak mengetahui suatu kemusyrikan yang lebih
besar daripada orang yang mengatakan bahwa tuhannya adalah Isa.


Mengapa Allah Membolehkan?

Tidak ada yang bisa menjawab pertanyaan ini secara pasti. Wallahua'lam
bishawab. Tapi ada beberapa hikmah yang bisa dipetik.

Pertama, Allah ingin menunjukkan bahwa tauhid adalah sesuatu yang paling
utama. Sehingga agama yang masih memiliki hubungan tauhid walau cuma secara
historis, diberi tempat khusus. Sebaliknya yang tidak memiliki asal tauhid
tegas-tegas dilarang untuk menjalin ikatan perkawinan.

Kedua, ketentuan itu sebetulnya hanya bertujuan untuk sekedar menunjukkan
toleransi dalam rangka menarik kembali Ahlul Kitab kepada tauhid yang
murni. Buktinya pembolehan itu tidak berlaku bagi wanita Muslimah untuk
menikah dengan laki-laki mereka. Ini pemahaman yang paling otentik jika
dilihat dari sikap al-Qur'an secara keseluruhan terhadap Ahlul Kitab yang
mencap mereka sebagai kaum kafir.

Artinya ayat ini bukan untuk menjadikan nikah beda agama sebagai budaya
karena bertentangan dengan semangat Islam yang menjadikan perkawinan
sebagai sarana untuk iqomatisyari'atillah (menegakkan syari'at Allah) yang
salah satu maksudnya (maqashidusysyari'ah) adalah untuk menjaga agama Islam
(hifzuddin). Apalagi hal ini juga hampir jarang terjadi dan tidak populer
di kalangan ulama dan ummat Islam sejak dulu.

Ketiga, ayat ini justru menunjukkan bahwa menikah dengan Muslimah adalah
lebih prioritas karena kalimat sebelum pembolehan nikah campur adalah
menikah dengan wanita mu'min yang menjaga kehormatannya. Itu menunjukkan
bahwa masalah ini porsinya sangat kecil dan tidak terlalu penting dalam
Islam.

Keempat, masalah ini erat kaitannya dengan keimanan karena ayat ini ditutup
dengan ancaman bagi yang keluar dari rel iman. Artinya, dalam pernikahan,
yang pertama harus diperhatikan sebelum ikatan dengan manusia adalah ikatan
dengan Allah.

Wassalam




 
Ku HanyaOrangBiasa  
 
kuhanyaorangbiasa@To: Media Dakwah 
 
yahoo.com media-dakwah@yahoogroups.com   
 
Sent by:   cc:  
 
[EMAIL PROTECTED]Subject: Re: [media-dakwah] 
Ahli Kitab hari   
roups.com  ini masih ada !  
 

 

 
01/04/2006 02:44 PM 
 

 

 



  Assalamu'alikum,

  Saudaraku semua, semoga antum semua dirahmati Allah Ta'ala, biar adil
sebaiknya kita melihat penafsiran Abu Fida' Ibnu Katsir tentang QS Al
Maai-dah ayat 5 yang mana dijelaskan (pada Tafsir Ibnu Katsir tersebut)
bahwa ada sahabat - sahabat Nabi SAW yang menikah dengan Ahli Kitab.

  Monggo silahkan dibaca kitab tafsirnya, kalau tidak punya bisa dibaca di
toko buku agama, gratis kok. (saya juga ndak punya, tapi minjem sama temen)

  Semoga Bermanfaat
  Barakallahu fiikum

Abu Muhammad Taqy Abdul Jabbar [EMAIL PROTECTED] wrote:
Kemana aja akh Abu Muhammad baru nongol?
   nggak kemana2, cuma lagi agak sibuk aja...

  Begini akhi, biar tidak salah persepsi, ana nanya itu...bukan ngetest
koq?
  Sungguh...ana memang sedang mencari penjelasan tentang masalah ahli kitab
ini sampai tuntas.
  Dan yang ana pahami baru sebatas itu bahwa sudah tidak ada lagi ahli
kitab.
  Silahkan antum posting
   rujukan antum  memahami  bahwa  ahli kitab itu sudah tidak ada
darimana? Kan udah jelas... dari surat Nabi Shallallhu 'alaihi wa sallam
tersebut, dimana pada jaman itu kan Kitab-Kitab tersebut sudah ga murni
lagi. Kalo masih murni mah... tentunya para ahli kitab akan dengan sangat
mudah menerima ajakan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Ya nggak? :-)

  Setelah ana tahu dari akhi Ku Hanya Orang Biasa maka sudah sepantasnya
kita yang sedang tholabul 'ilmi termasuk ana yang mengaku merujuk kepada
salafush shalih selalu lebih mengedepankan perkataan atau

[media-dakwah] Ahli Kitab hari ini masih ada !

2006-01-03 Terurut Topik Ku HanyaOrangBiasa
   Masih Adakah Ahli Kitab ?
  

  Untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut mari kita lihat surat Rasulullah SAW 
kepada pembesar bangsa Romawi, Heraklius, sebagai berikut :
  

  Dari Muhammad hamba Allah dan Rasul-Nya
  Kepada Heraklius, pembesar Bangsa Romawi
  Keselamatan atas orang yang mengikuti hidayah (Islam), amma ba’du,
  

  “Maka sesungguhnya aku mengajakmu kepada seruan Islam, Islamlah pasti engkau 
akan selamat dan Allah akan memberikan kepadamu pahala dua kali lipat. Tetapi 
jika engkau berpaling, maka sesungguhnya engkau (berdosa) dan akan menanggung 
dosa rakyatmu dan (kemudian beliau SAW mengutip firman Allah surat Ali Imran 
ayat 64)
  

  ‘Katakanlah, ‘Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat yang 
tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali 
Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) 
sebagian kita menjadikan sebagian lain Ilah selain Allah’. Jika mereka 
berpaling maka katakanlah, ‘Saksikanlah, bahwa kami adalah orang – orang yang 
berserah diri (kepada Allah)’”
  

  (HR. Al Bukhari no. 7 dan Muslim no. 1773)
  

  Fiqh Hadits :
  

  Rasulullah SAW telah mengirim surat kepada pembesar Romawi, Heraklius yang 
beragama nasrani (Kristen) yang mana di dalam suratnya Rasulullah SAW mengutip 
firman Allah SWT, “Hai Ahli Kitab …”. Hal ini menunjukan bahwa pembesar Romawi 
yang bernama Heraklius adalah seorang ahli kitab.
  

  Jadi yang dimaksud ahli kitab adalah orang – orang yang beragama yahudi dan 
nasrani baik yang dahulu dan sekarang, yang belum merubah kitab mereka (Taurat 
dan Injil) ataupun yang telah merubah kitab mereka. Karena pada masa Rasulullah 
SAW atau masa Heraklius, isi kitab Taurat dan Injil telah banyak mengalami 
perubahan.
  

  

  Maraji’:
  Disarikan dari buku Al Masaa-il Jilid 5, Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat, 
Darus Sunnah Press, Jakarta, Cetakan Pertama, November 2005, Hal. 162-169 
  

  [Rasulullah SAW bersabda kepada sahabat Mu’adz bin Jabal ra. ketika beliau 
mengutusnya ke negeri Yaman,
  

  “Innaka sata’tii qauman aHla kitaab fa-idzaa ji’tuHum fad’uHum ilaa 
AnyasyHaduu an laa ilaaHa illallaHu wa anna muhammadan rasuulullaH” yang 
artinya “Sesungguhnya engkau akan menjumpai kaum ahli kitab, jika engkau 
bertemu dengan mereka maka dakwahkanlah bahwa tiada tuhan yang disembah kecuali 
Allah dan Muhammad adalah utusan Allah” (HR. Bukhari, Muslim dan lainnya, dari 
Abdullah bin Abbas ra.)]



  KuHanyaOrangBiasa 
   
  MURNIKAN TAUHID, TEGAKAN SUNNAH
   
  Dari Abu Dzar ra., Rasulullah SAW bersabda, Jibril berkata kepadaku, 
'Barangsiapa diantara umatmu yang meninggal dunia dalam keadaan tidak 
menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, maka pasti dia masuk surga' (HR. 
Bukhari - Muslim) [Hadits ini terdapat pada Kitab Shahih Bukhari dan Kitab 
Riyadush Shalihin]





-
Yahoo! Shopping
 Find Great Deals on Holiday Gifts at Yahoo! Shopping 

[Non-text portions of this message have been removed]





 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/TXWolB/TM
~- 

Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Re: [media-dakwah] Ahli Kitab hari ini masih ada !

2006-01-03 Terurut Topik Ku HanyaOrangBiasa
  Assalamu'alikum,
   
  Saudaraku semua, semoga antum semua dirahmati Allah Ta'ala, biar adil 
sebaiknya kita melihat penafsiran Abu Fida' Ibnu Katsir tentang QS Al Maai-dah 
ayat 5 yang mana dijelaskan (pada Tafsir Ibnu Katsir tersebut) bahwa ada 
sahabat - sahabat Nabi SAW yang menikah dengan Ahli Kitab.
   
  Monggo silahkan dibaca kitab tafsirnya, kalau tidak punya bisa dibaca di toko 
buku agama, gratis kok. (saya juga ndak punya, tapi minjem sama temen)
   
  Semoga Bermanfaat
  Barakallahu fiikum

Abu Muhammad Taqy Abdul Jabbar [EMAIL PROTECTED] wrote:
Kemana aja akh Abu Muhammad baru nongol?
   nggak kemana2, cuma lagi agak sibuk aja...

  Begini akhi, biar tidak salah persepsi, ana nanya itu...bukan ngetest koq?
  Sungguh...ana memang sedang mencari penjelasan tentang masalah ahli kitab ini 
sampai tuntas.
  Dan yang ana pahami baru sebatas itu bahwa sudah tidak ada lagi ahli kitab.
  Silahkan antum posting 
   rujukan antum  memahami  bahwa  ahli kitab itu sudah tidak ada darimana? 
Kan udah jelas... dari surat Nabi Shallallhu 'alaihi wa sallam tersebut, dimana 
pada jaman itu kan Kitab-Kitab tersebut sudah ga murni lagi. Kalo masih murni 
mah... tentunya para ahli kitab akan dengan sangat mudah menerima ajakan Nabi 
Shallallahu 'alaihi wa sallam. Ya nggak? :-) 

  Setelah ana tahu dari akhi Ku Hanya Orang Biasa maka sudah sepantasnya kita 
yang sedang tholabul 'ilmi termasuk ana yang mengaku merujuk kepada salafush 
shalih selalu lebih mengedepankan perkataan atau penafsiran mereka salafush 
shalih. Bukankah begitu manhaj salaf dalam memahami dienul Islam ini? CMIIW!!!
  Apakah kita termasuk orang yang sudah layak menafsirkan hadits secara 
langsung termasuk Ustadz Abdul Hakim Abdat?
  Apakah Ibnu Taimiyyah juga menafsirkan begitu, juga Ibnu Hajar al Asqolani 
(Ibnu Katsir), ibnul Mubarok dan ulama ahlussunnah lain telah menyepakati 
penafsirannya seperti ana sebagai tholabul 'ilm berhak bertanya bukan?
   betul juga ya..., ana juga belum ketemu penafsiran ulama tentang ini. 

  Ana lebih penasaran dari antum...afwan jangan su'udzon dulu ya...
   emangnya dari tulisan ana ada yang menunjukkan su'udzon...? afwan deh 
kalo ada.

  Tapi kalo sudah suudzon dulu yah tidak usah digubris pertanyaan 
ana...dicuekin aja tidak usah menjawab.
  Tapi ana jadi punya kesan lain lagi dengan jawaban antum itu?
   nah... yang su'udzon sepertinya antum deh...

  Afwan lebih baik konsentrasikan saja membahas masalah Ahli kitab ini dengan 
HAQ...saya akan bersyukur sekali jika kita semua bisa menutup sikap ta'ashub 
terhadap kelompok ustadz fulan...atau ustadz fulan yang lain.
  Lebih baik kita kedepankan etika ilmiyyahnya saja. Yang kita tekankan bukan 
ustadznya khan? tapi Allah dan Rosul-Nya dengan pemahaman salafush shalih.
   ana nggak ta'ashub kok... selama dalilnya sah... kenapa tidak diikuti... 
jangan cuma karena orang merujuk tulisan ustadz fulan dan fulan, lalu antum 
langsung meremehkan. Lha wong antum saja menafsirkan tidak ada lagi ahli kitab 
tanpa dalil... kok orang yang berdalil di cemoohkan. 

  Tetapi kalo ngotot mau berantem JAPRI aja deh ndak usah bawa yang lain, 
OK???!!! 
   wah... kesombongan mulai nampak arogan mulai terbit sedikit2 
ngajakin berantem, apa ga bisa dihilangkan kata2 berantem akhi... ana udah 
biasa secara fisik sih di jalanan... sekarang aja lagi latihan dengan 
tulisan...udah bosen... 

  Ana cuman nuntut asbabul wurudnya malah jadi begini tanggapannya...??  
ana juga cuma nanya ada masalah apa... kok jadi panjang... dan lebar :-P 
 :-)


  




  KuHanyaOrangBiasa 
   
  MURNIKAN TAUHID, TEGAKAN SUNNAH
   
  Dari Abu Dzar ra., Rasulullah SAW bersabda, Jibril berkata kepadaku, 
'Barangsiapa diantara umatmu yang meninggal dunia dalam keadaan tidak 
menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, maka pasti dia masuk surga' (HR. 
Bukhari - Muslim) [Hadits ini terdapat pada Kitab Shahih Bukhari dan Kitab 
Riyadush Shalihin]





-
 Yahoo! DSL Something to write home about. Just $16.99/mo. or less

[Non-text portions of this message have been removed]





 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/TXWolB/TM
~- 

Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[media-dakwah] Hadits Dha'if tidak Dapat dijadikan Hujah

2005-12-21 Terurut Topik Ku HanyaOrangBiasa
  Hadits Dha’if Tidak Dapat Dijadikan Hujjah
  Oleh : Abu Tauam
   
  Berdasarkan sanadnya atau orang yang merawikannya maka oleh Imam Abu Isa At 
Tirmidzi (209 H – 279 H) derajat hadits dibagi menjadi 3 macam yaitu shahih, 
hasan dan dha’if.  Sebelumnya pada era Imam Ahmad bin Hambal (164 H – 241 H) 
derajat hadits hanya dibagi 2 yaitu shahih dan dha’if, sedangkan hadits dha’if 
dibagi menjadi 2 lagi yaitu hasan dan dha’if.  Maka yang dimaksud oleh Imam 
Ahmad bin Hambal membolehkan menggunakan hadits dha’if dalam fadhaa-ilul a’mal 
ataupun targhib wat tarhib adalah hadits dha’if yang hasan bukan hadits dha’if 
yang dha’if walaupun tingkat kedha’ifannya ringan.  Demikianlah penjelasan 
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dan Ibnul Qayyim Al Jauziyah.
   
  Salah satu alasan yang kuat  sebuah hadits dikatakan dha’if adalah karena ada 
salah seorang perawi hadits atau lebih memiliki kelemahan, diantara adalah 
orang tersebut hapalannya kurang kuat,  memiliki sifat pendusta, majhul atau 
tidak diketahui identitasnya dan lain sebagainya.  Berikut contoh haditsnya :
   
  Dari Anas bin Malik, ia berkata, “Senantiasa Rasululullah SAW berqunut pada 
shalat shubuh sehingga beliau berpisah dari dunia” (HR. Ahmad, Baihaqi, 
Daruquthni, Hakim, Abdur Razzaq dan Abu Nu’aim)
   
  Pada sanad hadits tentang qunut terus menerus pada waktu shalat shubuh di 
atas terdapat rawi yang bernama Abu Ja’far Ar Razi yang dilemahkan oleh para 
ahli hadits :

   Imam Ahmad bin Hambal dan An Nasa’i berkata, “Ia (Ar Razi) bukan orang yang 
kuat riwayatnya”.  
   Imam Abu Zur’ah berkata, “(Ar Razi) banyak salahnya”  
   Imam Al Fallas berkata, “Ar Razi buruk hafalannya”  
   Imam Ibnul Madini berkata, “Ar Razi kepercayaan akan tetapi sering keliru 
dan suka salah” (Al Mizanul I’tidal 3 : 319)  
   Ibnu Hibban, Ibnu Taimiyyah dan Ibnul Qayyim telah melemahkan hadits Abu 
Ja’far Ar Razi ini.
   
  Hadits yang kedua,
   
  Dari Ibnu Abbas, ia berkata, “… Apabila engkau telah selesai berdoa, maka 
usapkanlah mukamu dengan kedua telapak tanganmu itu” (HR. Ibnu Majah no. 1181)
   
  Hadits tersebut diatas dha’if karena ada seorang rawi bernama Shalih bin 
Hassan Al Nadhary.  Tentang dia para ulama mengomentari :

   Imam Bukhari berkata, “Mungkarul hadits (Orang yang diingkari haditsnya)”  
   Imam Abu Hatim berkata, “Mungkarul hadits, dha’if”  
   Imam Ahmad bin Hambal berkata, “Tidak ada apa – apanya (maksudnya lemah)”  
   Imam An Nasa’i, “Matruk (orang yang ditinggalkan haditsnya)”  
   Imam Ibnu Ma’in, “Dia itu dha’if”  
   Imam Abu Dawud telah melemahkannya.
   
  Kemudian hadits yang berikutnya,
   
  Aisyah ra berkata, “Aku melihat Rasulullah SAW ketika beliau hampir wafat, 
disisinya ada sebuah wadah berisi air, kemudian beliau memasukan tangannya ke 
dalam wadah tersebut, kemudian mengusap mukanya dengan air sambil membaca, ‘Ya 
Allah berilah pertolongan kepadaku dalam beratnya kematian atau sakaratul 
maut’” (HR. At Tirmidzi)
   
  Hadits tersebut dha’if karena ada perawi yang bernama Musa bin Sarjis yang 
majhul atau yang tidak dikenal identitasnya.  Disamping ada rawi yang majhul, 
matan (isi/redaksi) berbeda dengan hadits yang lain yang lebih shahih, 
Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada Tuhan selain Allah, sesungguhnya bagi 
kematian itu adalah sakarat (rasa sakit yang sangat)” (HR. Bukhari) ( Kitab 
Dha’if Sunan At Tirmidzi no. 164 dan Takhrij Riyaadhus Shalihin no. 912)
   
  Demikian juga hadits yang isinya atau matannya bertentangan dengan Al Qur’an 
atau hadits yang lebih kuat periwayatannya maka hadits tersebut derajatnya 
dha’if, hadits ini juga sering disebut sebagai hadits syadz.  Berikut contoh 
hadits yang bertentangan dengan Al Qur’an yang terdapat Kitab Hayatush Shahabah,
   
  Ketika Rasulullah SAW kembali dari Thaif dan penduduknya yang telah beliau 
seru kepada Islam tapi mereka menolak dan menyakiti beliau.  Beliau SAW duduk 
dan berkata, “Ya Allah, aku mengadu kepada-Mu lemahnya kekuatanku, sedikitnya 
usahaku dan hinanya aku atas manusia.  Kepada siapa Engkau meninggalkanku ?, 
kepada musuh yang memandangku dengan muka masam ataukah …”.  
   
  Hadits tersebut di atas sangat bertentangan dengan Al Qur’an yaitu pada ayat, 
“Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tidak pula benci kepadamu” (QS Adh Dhuha 
ayat 3) maka dari itu hadits tersebut dikategorikan sebagai hadits dha’if.
   
  Termasuk dikategorikan hadits dha’if jika suatu hadits memiliki sifat mursal 
yaitu tabi’in meriwayatkan langsung dari Rasulullah SAW seperti hadits berikut 
ini,
   
  Dari Mu’adz bin Zuhrah, bahwasannya telah sampai kepadanya, sesungguhnya Nabi 
Shallallahu ‘alaihi was sallam apabila berbuka (puasa) beliau mengucapkan, 
“Allahumma laka shumtu …” (HR Abu Dawud no. 2358, Baihaqi 4/239 dan lainnya)
   
  Hadits tersebut di atas dikatakan mursal karena Mu’adz bin Zuhrah adalah 
seorang tabi’in bukan seorang sahabat, jadi ada sanadnya yang terputus antara 
sahabat dan tabi’in sehingga haditsnya dikategorikan dha’if.  
   
  Istilah 

[media-dakwah] Dha'ifnya Hadits Mengadzankan Bayi

2005-12-21 Terurut Topik Ku HanyaOrangBiasa
  Dha’ifnya Hadits Mengadzankan Bayi yang Baru Lahir
  Oleh : Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat
   
  Dari ‘Ubaidullah bin Abi Rafi’ dari bapaknya (yakni Abu Rafi’), ia berkata, 
“Aku pernah melihat Rasulullah adzan di telinga Hasan bin Ali ketika dilahirkan 
Fatimah” (HR. Abu Dawud no. 5105, Tirmidzi no. 1514 dan Baihaqi 9/305, semuanya 
dari jalan Sufyan Ats Tsauri dari ‘Ashim bin ‘Ubaidillah dari bapaknya)
   
  Sanad hadits ini dha’if karena ‘Ashim bin Ubaidillah bin ‘Ashim adalah 
seorang rawi yang lemah dari sisi hafalan.  Dia telah dilemahkan oleh jama’ah 
ahli hadits seperti : Ahmad bin Hambal, Sufyan bin Uyainah, Abu Hatim, An 
Nasa’i, Ibnu Ma’in dan lainnya sebagaimana diterangkan oleh Al Hafizh pada 
Kitab Tahdzib 5/46-49.
   
  Telah ada 2 syahid bagi hadits di atas, yaitu dari hadits Husain bin Ali ra. 
dan Abdullah bin Abbas ra.  Tetapi kedua hadits tersebut maudhu’ (palsu), yang 
sama sekali tidak dapat dipakai sebagai penguat bagi hadits mengadzankan bayi 
dari hadits ‘Ashim bin Ubaidillah.
   
  Karena pada hadits Husain bin Ali ra. terdapat rawi yang bernama Jubarah dan 
Yahya bin ‘Alaa’ Al Bajaliy.  Al Bukhari berkata tentang Jubarah, “Haditsnya 
mudhtharib” (Mizaanul I’tidal juz 2 hal. 387 oleh Imam Adz Dzahabi), sementara 
itu Imam Ahmad berkomentar terhadap Yahya bin ‘Alaa’ Al Bajaliy, ”Seorang 
pendusta, pemalsu hadits” (Mizaanul I’tidal juz 4 hal. 397)
   
  Saya persilahkan kepada para pembaca yang terhormat untuk merujuk ke Kitab 
Silsilah Dha’ifah no. 321 dan no. 6121 karya besar Amirul Mukminin fil Hadits 
pada abad ini yaitu Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani.
   
  Maraji’

   Disarikan dari Tulisan Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat pada Majalah As 
Sunnah, Yayasan Lajnah Al Istiqamah, Solo, Edisi 05/IX/1426 H/2005 M, hal. 19.  
   Al Masaa-il Jilid 5, Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat, Darus Sunnah, 
Jakarta, Cetakan Pertama, November 2005.



  KuHanyaOrangBiasa 
   
  MURNIKAN TAUHID, TEGAKAN SUNNAH
   
  Dari Abu Dzar ra., Rasulullah SAW bersabda, Jibril berkata kepadaku, 
'Barangsiapa diantara umatmu yang meninggal dunia dalam keadaan tidak 
menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, maka pasti dia masuk surga' (HR. 
Bukhari - Muslim) [Hadits ini terdapat pada Kitab Shahih Bukhari dan Kitab 
Riyadush Shalihin]




__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]






 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/TXWolB/TM
~- 

Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[media-dakwah] 8 Macam Najis dan Cara Menyucikannya

2005-12-21 Terurut Topik Ku HanyaOrangBiasa
  8 Macam Najis dan Cara Menyucikannya
   
  Hal – hal yang terdapat dalil tentang kenajisan serta cara menyucikannya 
adalah :
   

   Air seni.  
   
  Dari Anas ra., “Seorang Arab Badui buang air di Mesjid, lalu segolongan orang 
menghampirinya.  Rasulullah SAW lantas bersabda, ‘Biarkanlah ia jangan kalian 
hentikan kencingnya’”.  Lalu Anas ra. melanjutkan, “Tatkala ia sudah 
menyelesaikan kencingnya, beliau SAW memerintahkan agar dibawakan setimba air 
lalu diguyurkan di atasnya” (HR. Al Bukhari no. 6025 dan Muslim no. 284)
   
  [Secara umum, zat untuk membersihkan diri dari najis adalah dengan 
menggunakan air, kecuali syariat membolehkan membersihkannya dengan selain air, 
seperti menggunakan tanah]
   
  Adapun cara menyucikan pakaian yang terkena kencing bayi yang masih menyusu 
adalah sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Air kencing bayi perempuan dicuci, 
sedangkan air kencing bayi diperciki” (HR. An Nasa’i I/158 dan Abu Dawud no. 
372, dishahihkan oleh Syaikh Albani dalam Shahih Sunan an Nasa’i no. 293)
   

   Kotoran manusia.
   
  Dari Hudzaifah ra., Rasulullah SAW bersabda, “Jika salah seorang diantara 
kalian menginjak al adzaa dengan sandalnya, maka tanah adalah penyucinya” (HR. 
Abu Dawud no. 381, dishahihkan oleh Syaikh Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud 
no. 834)
   
  Al Adzaa adalah segala sesuatu yang engkau merasa tersakiti olehnya, seperti 
najis, kotoran dan sebagainya (‘Aunul Ma’buud II/44).
   

   Madzi.
   
  Madzi adalah cairan bening, encer dan lengket yang keluar ketika naiknya 
syahwat.  Dialami pria maupun wanita.
   
  Ali ra. berkata, “Aku adalah laki – laki yang sering keluar madzi.  Aku malu 
menanyakannya pada Nabi SAW karena kedudukan putri beliau.  Lalu kusuruh al 
Miqdad bin al Aswad untuk menanyakannya.  Beliau SAW bersabda, ‘Dia harus 
membasuh kemaluannya dan berwudhu’” (HR Al Bukhari no. 132 dan Muslim no. 303)
   

   Wadi
   
  Wadi adalah cairan bening dan kental yang keluar setelah buang air.  Dari 
Ibnu Abbas ra., ia berkata, “Mani, wadi dan madzi.  Adapun mani maka wajib 
mandi.  Sedangkan untuk wadi dan madzi beliau SAW bersabda,
   
  ‘Basulah dzakar atau kemaluanmu dan wudhulah sebagaimana engkau berwudhu 
untuk shalat’” (HR. Abu Dawud dan Al Baihaqi I/115, dishahihkan oleh Syaikh 
Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud no. 190)
   

   Kotoran hewan yang tidak halal dimakan dagingnya.
   
  Dari Abdullah ra., ia berkata, “Ketika Nabi SAW hendak buang hajat, beliau 
berkata, ‘Bawakan aku 3 batu’.  Aku menemukan dua batu dan sebuah kotoran 
keledai.  Lalu beliau mengambil kedua batu itu dan membuang kotoran tadi lalu 
berkata, ‘(Kotoran) itu najis’” (HR. Ibnu Majah, dishahihkan oleh Syaikh Albani 
dalam Shahih Sunan Ibnu Majah no. 2530)
   

   Darah haidh
   
  Dari Asma’ binti Abi Bakar ra. ra, ia berkata, “Seorang wanita datang kepada 
kepada Nabi SAW lalu berkata, ‘Baju seorang diantara kami terkena darah haidh, 
apa yang ia lakukan ?’
   
  Beliau SAW bersabda, “Keriklah, kucek dengan air, lalu guyurlah.  Kemudian 
shalatlah dengan (baju) itu’” (HR. Al Bukhari no. 307 dan Muslim no. 291)
   

   Air liur anjing.
   
  Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah SAW bersabda, “(Cara) menyucikan bejana 
salah seorang diantara kalian jika dijilat anjing adalah membasuhnya tujuh 
kali.  Yang pertama dengan tanah” (HR. Muslim no. 276)
   

   Bangkai
   
  Yaitu segala sesuatu yang mati tanpa disembelih secara syar’i.  Dasarnya 
adalah sabda Rasulullah SAW, “Kulit bangkai apa saja jika disamak, maka ia 
suci” (HR. Ibnu Majah, Ahmad dalam Al Fathur Rabbani no. 49, At Tirmidzi no. 
1782, Ibnu Majah no. 3609 dan An Nasa’iVII/173, dari Ibnu Abbas ra., 
dishahihkan oleh Syaikh Albani dalam Shahih Sunan Ibni Majah no. 2907)
   
  Maraji :
  Panduan Fiqh Lengkap Jilid 1, Abdul ‘Azhim bin Badawi Al Khalafi, Pustaka 
Ibnu Katsir, Bogor, Cetakan Pertama, Jumadil Akhir 1426 H/Juli 2005 M.
   
  Catatan :
  Jika suatu benda terkena najis dan dibiarkan kering serta bekas najisnya 
hilang maka benda itupun menjadi suci kembali sebagaimana hadits dari Ibnu Umar 
ra., ia berkata, “Pada zaman Rasulullah SAW, banyak anjing yang kencing dan 
berlalu lalang di dalam mesjid.  Mereka tidak mengguyurkan air sedikit pun di 
atasnya” (HR. Bukhari no. 174 secara mu’allaq dan Abu Dawud no. 378)



  KuHanyaOrangBiasa 
   
  MURNIKAN TAUHID, TEGAKAN SUNNAH
   
  Dari Abu Dzar ra., Rasulullah SAW bersabda, Jibril berkata kepadaku, 
'Barangsiapa diantara umatmu yang meninggal dunia dalam keadaan tidak 
menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, maka pasti dia masuk surga' (HR. 
Bukhari - Muslim) [Hadits ini terdapat pada Kitab Shahih Bukhari dan Kitab 
Riyadush Shalihin]




__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]






 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 

[media-dakwah] Dan akan dikeluarkan dari neraka itu ...

2005-12-08 Terurut Topik Ku HanyaOrangBiasa
  Dan Akan Keluar dari Neraka
   
  Allah SWT berfirman,
   
  “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik kepada-Nya dan Dia akan 
mengampuni yang selain itu bagi siapa yang Ia kehendaki …” (QS An Nisaa’ 116, 
lihat juga QS An Nisaa’ 48)
   
  Dari Anas ra., Rasulullah SAW bersabda,
   
  “Akan keluar dari neraka orang yang mengucapkan laa ilaaHa illallaH, padahal 
di hatinya hanya memiliki keimanan seberat sya’irah (biji gandum).  Dan akan 
keluar dari neraka orang yang mengucapkan laa ilaaHa illallaH padahal di 
hatinya hanya memiliki keimanan seberat burrah (sejenis biji gandum).  Dan akan 
keluar dari neraka orang yang mengucapkan laa ilaaHa illallaH padahal di 
hatinya hanya memiliki keimanan seberat dzarrah (debu, atom)” (HR. Bukhari no. 
44 dan Muslim 1/125)
   
  Maka dari itu ahlus sunnah wal jama’ah meyakini bahwa seorang mukmin, yang 
mana dia tidak menyekutukan Allah Ta’ala dengan sesuatu apapun, maka dia tidak 
akan pernah kekal di dalam api neraka dan akan dimasukan ke dalam surga karena 
ampunan dan rahmat-Nya walaupun keimanan yang dimilikinya hanya seberat sebuah 
debu. Dan inilah aqidah shahih para salafush shalih (orang – orang shalih 
terdahulu).
   
  Semoga bermanfaat
   
   



  KuHanyaOrangBiasa 
   
  MURNIKAN TAUHID, TEGAKAN SUNNAH
   
  Dari Abu Dzar ra., Rasulullah SAW bersabda, Jibril berkata kepadaku, 
'Barangsiapa diantara umatmu yang meninggal dunia dalam keadaan tidak 
menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, maka pasti dia masuk surga' (HR. 
Bukhari - Muslim) [Hadits ini terdapat pada Kitab Shahih Bukhari dan Kitab 
Riyadush Shalihin]





-
Yahoo! Shopping
 Find Great Deals on Holiday Gifts at Yahoo! Shopping 

[Non-text portions of this message have been removed]






 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/TXWolB/TM
~- 

Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[media-dakwah] Siapakah Ahlus Sunnah wal Jama'ah

2005-12-06 Terurut Topik Ku HanyaOrangBiasa
  Siapakah Ahlus Sunnah wal Jama’ah ?
  Oleh : Abu Tauam Al Khalafy
   
   Istilah ahlus sunnah wal jama’ah ada dalam Kitab Tafsir Al Qur’an Al Azhim 
yang disusun oleh Al Hafizh Ibnu Katsir yaitu ketika sahabat Abdullah bin Abbas 
ra. mengomentari ayat, 
   
  “Pada Hari Perhitungan ada orang – orang yang wajahnya putih berseri – seri 
dan yang berwajah hitam suram” (QS Ali Imran 106). 
   
  Lalu Abdullah bin Abbas ra. berkata, “Orang – orang yang wajahnya putih 
berseri – seri adalah ahlus sunnah wal jama’ah dan orang – orang yang berwajah 
hitam suram adalah ahlul bid’ah wal firqah”.  Jadi istilah ahlus sunnah wal 
jama’ah sudah ada semenjak zaman sahabat ridwanullahu ‘alaihim.
   
  Jika kita cermati perkataan Ibnu Abbas ra. tersebut maka lawan dari ahlus 
sunnah adalah ahlul bid’ah dan lawan dari al jama’ah adalah al firqah.
   
  Kita bahas yang pertama dulu.  Ahlus Sunnah adalah orang yang mengikuti 
sunnah Rasulullah SAW dan ahlul bid’ah adalah orang yang secara sengaja 
mengerjakan bid’ah, dan apakah bid’ah itu ? Mari kita lihat definisi bid’ah 
menurut Rasulullah SAW,
   
  “Dan seburuk – buruknya urusan adalah yang muhdats (yang baru) dan setiap 
yang muhdats adalah bid’ah” (HR. Ahmad 3/371, Muslim 3/11, An Nasa’i no. 1578, 
dan Ibnu Majah no.45, lafazh ini milik Ahmad, dari Jabir ra.)
   
  Jadi orang – orang yang secara sengaja mengamalkan sesuatu yang baru dalam 
Dinul Islam yang tidak disandarkan kepada Rasulullah SAW maka orang tersebut 
mengamalkan bid’ah.  
   
  Shalat shubuh adalah sunnah bukan bid’ah dan hukumnya wajib, shalat 
tahiyyatul mesjid adalah sunnah bukan bid’ah dan hukumnya sunnah mu’akkad, 
berbakti kepada kedua orang tua adalah sunnah bukan bid’ah dan hukumnya wajib  
Tapi shalat menggunakan dua bahasa bukanlah sunnah maka ia bid’ah dan setiap 
yang bid’ah hukumnya haram untuk dikerjakan.
   
  Maka di dalam Islam antara sunnah dan bid’ah tidak akan pernah bersatu 
selamanya.
   
  Lalu apakah definisi al jama’ah, dan mengapa sahabat Ibnu Abbas ra. menyebut 
al firqah sebagai lawan dari al jama’ah ?
   
  Saya mengangkat 2 definisi al jama’ah yang rajih berdasarkan pemahaman 
salafush shalih, kita lihat definisi yang pertama dahulu, bahwa Al Jama’ah 
adalah kelompok asal, yaitu jama’ahnya Rasulullah SAW beserta para sahabat yang 
semoga Allah SWT meridhai mereka semua.  
   
  Namun ketika sepeninggal Nabi SAW, maka ada sebagian kaum muslimin memisahkan 
diri dari al jama’ah dan melepas ikatan kesetiaannya terhadap Imam kaum 
muslimin.   Kelompok yang memisahkan diri itulah yang disebut al firqah.  
   
  Al Firqah yang pertama kali memisahkan diri dari jama’ah muslimin dan melepas 
ketaatan terhadap Imam kaum muslimin adalah Khawarij yang kemudian disusul 
firqah – firqah yang lain seperti Syi’ah Rafidhah, Qadariyyah, Jahmiyah dan 
lain sebagainya yang jumlahnya cukup banyak.
   
  Sepeninggal Rasulullah SAW tongkat estafet Al Jama’ah berikutnya dipegang 
oleh Khulafa’ur Rasyidin, lalu oleh raja – raja Bani Umayyah, kemudian oleh 
raja – raja Bani Abbasiyyah dan terakhir dipegang oleh dinasti Turki Utsmani, 
wallahu a’lam.  Dan diantara Imam kaum muslimin atau yang disebut Amirul 
Mukminin, ada yang baik dan ada yang tidak sebagaimana sabda Rasulullah SAW,
   
  ”Sesungguhnya akan diangkat untuk kalian beberapa penguasa dan kalian akan 
mengetahui kemunkarannya.  Maka siapa saja yang benci bebaslah ia, dan siapa 
saja yang mengingkarinya, maka selamatlah ia, tetapi orang yang senang dan 
mengikutinya maka tersesatlah ia” Para sahabat bertanya, “Apakah tidak 
sebaiknya kita memerangi mereka ?” Beliau bersabda, “Jangan ! Selama mereka 
masih mengerjakan shalat bersamamu” (HR. Muslim, dari Ummu Salamah ra.)
   
  Dan di hadits lain Rasulullah SAW bersabda,
   
  “Patuh dan taatilah pemimpinmu walaupun dia memukul punggungmu dan mengambil 
hartamu, patuhilah dan taatilah” (HR. Muslim 12/236-237)
   
  Artinya, walaupun amirul mukminin berlaku zhalim terhadap rakyatnya maka 
haram hukumnya untuk memberontak, memerangi ataupun memisahkan diri karena 
mereka itulah al jama’ah.  Dan barangsiapa memerangi, memberontak ataupun 
memisahkan diri amirul mukminin tanpa alasan yang dibenarkan oleh syariat 
(seperti amirul mukminin tidak lagi melakukan shalat yang wajib) maka mereka  
itulah yang disebut sebagai al firqah.
   
  Lalu saat ini apakah ada yang disebut al jama’ah semenjak keruntuhan Al 
Khilafah Al Islamiyyah Turki Utsmani tahun 1924.  Masya Allah, Rasulullah SAW 
telah menduga bahwa kaum muslimin pada suatu saat akan mengalami masa ketiadaan 
Al Jama’ah (definisi yang pertama), sebagaimana hadits dari Hudzaifah ra.,
   
  “…Saya (Hudzaifah ra.) bertanya lagi, ‘Wahai Rasulullah, apakah yang harus 
kulakukan jika aku mendapatkan situasi seperti itu?’, Beliau SAW menjawab, 
‘Kamu wajib melazimi jamaah umat Islam dan pemimpin mereka’.  Saya bertanya 
lagi, ‘Bagaimana jika tidak ada jama’ah umat Islam dan juga tidak ada 
pemimpinnya ?’, Beliau menjawab, ‘Menjauhlah kamu dari 

[media-dakwah] Ide Mentalmudkan Al Qur'an

2005-12-01 Terurut Topik Ku HanyaOrangBiasa
  Ide Men ’Talmud’ kan Al Qur’an
   
  Oleh : Budi Aribowo
   
  Tulisan ini dimaksudkan untuk menjelaskan konsep talmudisme yaitu konsep 
memperbaharui Kitab Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa a. s. agar sesuai 
dengan perkembangan zaman yang kemudian dihubungkan dengan apa yang terjadi 
pada saat ini di Indonesia, khususnya ide – ide untuk kembali meredefinisikan 
Al Qur’an dengan tujuan humanisme dan perkembangan ilmu pengetahuan (baca : JIL 
! atau Jaringan Islam Liberal).  Dan apa yang dilakukan oleh orang – orang ini  
menurut kaca mata penulis sudah pernah dilakukan oleh para pendeta – pendeta 
Yahudi terhadap Kitab Taurat sejak kurang lebih ratusan tahun bahkan ribuan 
tahun yang silam hingga sekarang.
   
  Sejarah Yahudi
   
  Untuk menyegarkan ingatan kita akan Bangsa Yahudi yang nantinya kepada bangsa 
ini diturunkan 3 kitab suci yang terkenal yaitu Taurat, Zabur dan Injil oleh 
Tuhan Yang Maha Esa maka penulis mencoba membawa kepada catatan sejarah kira – 
kira 2000 tahun sebelum Masehi.  Sejarah Bangsa Yahudi dimulai ketika Ibrahim, 
ayahandanya, Siti Sarah dan beberapa keluarga dekat  berimigrasi dari daerah Ur 
dengan menyeberang Sungai Eufrat (Asal mula ungkapan Hebrew atau Ibrani yang 
artinya menyeberang) lalu menuju ke arah Barat Laut yang menuju ke daerah 
Heran.  Daerah Ur saat ini berada jauh di Selatan kota Baghdad yang menjadi 
Ibukota Irak dan daerah Heran saat ini merupakan wilayah Selatan Negara Turki.  
Di daerah Heran inilah Ibrahim diangkat menjadi Nabi oleh Allah SWT yang oleh 
orang Yahudi disebut sebagai Jehovah.
   
  Selama 400 tahun (kurang lebih sampai dengan 1600 SM) Nabi Ibrahim as. dan 
keturunannya hidup secara nomaden tanpa memiliki negara atau daerah tersendiri 
di daerah Kanaan (masih di Selatan Turki) atau yang sekarang disebut Palestina. 
 Sampai kemudian keturunan Nabi Ibrahim as. yaitu Nabi Yusuf as menjadi 
pembantu raja dan membawa kesebelas saudara – saudaranya ke daerah Mesir.  
Sampai disinilah istilah Israel (yang artinya orang yang berjalan di malam 
hari) mulai diperkenalkan yang biasanya dianalogikan kepada Nabi Yusuf as dan 
kesebelas saudaranya dan kemudian kepada keturunannya.
   
  Sekitar tahun 1200 SM Nabi Musa membawa keluar Bani Israel dari Mesir melalui 
Laut Merah hingga sampai ke Gurun Sinai dimana Nabi Musa menerima wahyu dari 
Allah SWT.  Sejak exodus dari Mesir hingga saat ini secara resmi Yahudi 
menyebut diri mereka sendiri sebagai bangsa Israel (sebagai istilah lain dari 
ibrani atau Hebrew).  Selanjutnya di bawah kepemimpinan Nabi Musa, selama 40 
tahun Bani Israel melakukan pengembaraan dan mempelajari undang – undang yang 
didakwahkan oleh pemimpin mereka, Nabi Musa,  yaitu Taurat atau mereka 
menyebutnya dengan Torah.
   
  Kira – kira pada tahun 1000 SM, para pemuka – pemuka Bani Israel meminta 
kepada seorang Nabi Bani Israel untuk mengangkat seorang raja untuk memimpin 
perang melawan Jaluth (Goliath) seorang raja yang lalim, yang kemudian oleh 
Allah SWT ditunjuklah Thalut (Saul) menjadi Raja bani Israel yang pertama yang 
mana kemudian hal ini tidak disukai oleh para pemuka Bani Israel karena raja 
yang baru itu bukan dari golongan mereka (lihat QS 2 : 246 – 251).  Thalut 
(Saul) memimpin tentaranya menghadapi Jaluth (Goliath) yang kemudian dibunuh 
oleh Nabi Daud (David) yang masuk dalam rombongan tentara tersebut.
   
   
  Diaspora Bangsa Israel
   
  Setelah kematian Thaluth, Bani Israel dipimpin oleh Nabi Daud (David) dan 
kemudian dilanjutkan oleh Nabi Sulaiman (Solomon) dengan damai sampai kemudian 
anak daripada Sulaiman yang bernama Rehoboam memimpin Bani Israel pada tahun 
931 SM.  Namun disayangkan Rehoboam merupakan Raja yang sombong dan arogan, dan 
di dalam sejarah Bangsa Yahudi diceritakan pertemuan historis Rehoboam dengan 
tetua Bani Israel yang lain yang bernama Jeroboam yang berakibat terpecahnya 
Bani Israel menjadi 2 negara tidak sampai 1 tahun meninggalnya Nabi Sulaiman.  
Jeroboam memimpin 10 suku dari Bani Israel menuju Utara dan disebut sebagai 
Kerajaan Israel dengan ibukota Bethel (Samaria) sementara Rehoboam memimpin 2 
suku yang tersisa dan disebut sebagai Kerajaan Judah dengan ibukota Yerusalem.
   
  Untuk memagari rakyatnya agar tidak terpengaruh oleh Kerajaan Judah di 
Selatan.  Jeroboam membangun kuil peribadatan sendiri bagi rakyatnya.  Termasuk 
sebagai salah satu dendam relijius Jeroboam adalah membuat kitab sendiri dengan 
mengganti kata Jehovah (God) yang dikenal dengan nama dokumen “ J “ dengan kata 
Elohim (Lord) yang nantinya dikenal dengan nama dokumen “E”.
   
  Setelah mengalami berbagai tribulasi Kerajaan Israel (Utara) pada tahun 722 
SM dihancurkan oleh Sargon II dari Assyria dan ibukota Samaria berhasil 
ditundukan.  Peristiwa penghancuran Samaria oleh tentara Assyria dikenal dengan 
peristiwa 10 suku Bani Israel yang hilang.  Begitu pula dengan Kerajaan Judah 
(Selatan) yang pada tahun 586 SM berhasil dihancurkan oleh tentara Babylonia 
dibawah pimpinan Nebuchadnezzar. 

[media-dakwah] Masih Adakah hari ini yang disebut Ahli Kitab

2005-12-01 Terurut Topik Ku HanyaOrangBiasa
  Masih Adakah Ahli Kitab ?
   
  Untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut mari kita lihat surat Rasulullah SAW 
kepada pembesar bangsa Romawi, Heraklius, sebagai berikut :
   
  Dari Muhammad hamba Allah dan Rasul-Nya
  Kepada Heraklius, pembesar Bangsa Romawi
  Keselamatan atas orang yang mengikuti hidayah (Islam), amma ba’du,
   
  “Maka sesungguhnya aku mengajakmu kepada seruan Islam, Islamlah pasti engkau 
akan selamat dan Allah akan memberikan kepadamu pahala dua kali lipat.  Tetapi 
jika engkau berpaling, maka sesungguhnya engkau (berdosa) dan akan menanggung 
dosa rakyatmu dan (kemudian beliau SAW mengutip firman Allah surat Ali Imran 
ayat 64)
   
  ‘Katakanlah, ‘Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat yang 
tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali 
Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) 
sebagian kita menjadikan sebagian lain Ilah selain Allah’.  Jika mereka 
berpaling maka katakanlah, ‘Saksikanlah, bahwa kami adalah orang – orang yang 
berserah diri (kepada Allah)’”
   
  (HR. Al Bukhari no. 7 dan Muslim no. 1773)
   
  Fiqh Hadits :
   
  Rasulullah SAW telah mengirim surat kepada pembesar Romawi, Heraklius yang 
beragama nasrani (Kristen) yang mana di dalam suratnya Rasulullah SAW mengutip 
firman Allah SWT, “Hai Ahli Kitab …”.  Hal ini menunjukan bahwa pembesar Romawi 
yang bernama Heraklius adalah seorang ahli kitab.
   
  Jadi yang dimaksud ahli kitab adalah orang – orang yang beragama yahudi dan 
nasrani baik yang dahulu dan sekarang, yang belum merubah kitab mereka (Taurat 
dan Injil) ataupun yang telah merubah kitab mereka. Karena pada masa Rasulullah 
SAW atau masa Heraklius, isi kitab Taurat dan Injil telah banyak mengalami 
perubahan.
   
   
  Maraji’:
  Disarikan dari buku Al Masaa-il Jilid 5, Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat, 
Darus Sunnah Press, Jakarta, Cetakan Pertama, November 2005, Hal. 162-169 
   
  [Rasulullah SAW bersabda kepada sahabat Mu’adz bin Jabal ra. ketika beliau 
mengutusnya ke negeri Yaman,
   
  “Innaka sata’tii qauman aHla kitaab fa-idzaa ji’tuHum fad’uHum ilaa 
AnyasyHaduu an laa ilaaHa illallaHu wa anna muhammadan rasuulullaH” yang 
artinya “Sesungguhnya engkau akan menjumpai kaum ahli kitab, jika engkau 
bertemu dengan mereka maka dakwahkanlah bahwa tiada tuhan yang disembah kecuali 
Allah dan Muhammad adalah utusan Allah” (HR. Bukhari, Muslim dan lainnya, dari 
Abdullah bin Abbas ra.)]
   
   



  KuHanyaOrangBiasa 
   
  MURNIKAN TAUHID, TEGAKAN SUNNAH
   
  Dari Abu Dzar ra., Rasulullah SAW bersabda, Jibril berkata kepadaku, 
'Barangsiapa diantara umatmu yang meninggal dunia dalam keadaan tidak 
menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, maka pasti dia masuk surga' (HR. 
Bukhari - Muslim) [Hadits ini terdapat pada Kitab Shahih Bukhari dan Kitab 
Riyadush Shalihin]





-
 Yahoo! Personals
 Let fate take it's course directly to your email.
 See who's waiting for you Yahoo! Personals

[Non-text portions of this message have been removed]





 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page
http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/TXWolB/TM
~- 

Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[media-dakwah] Adakah Zakat Profesi !?

2005-11-23 Terurut Topik Ku HanyaOrangBiasa
  Adakah Zakat Profesi !? 
  Oleh : Abu Tauam
   
  Harta yang dimiliki oleh seorang muslim dalam bentuk emas, perak ataupun uang 
(termasuk perhiasan) yang dihasilkan baik itu dari jalan bekerja, perniagaan, 
warisan, hadiah ataupun yang lainnya jika sudah mencapai nishab dan haulnya 
maka wajiblah dikeluarkan zakatnya.
   
  Allah SWT dan Rasul-Nya memberikan ancaman yang keras bagi orang – orang yang 
tidak mengeluarkan zakat. 
   
  Allah SWT berfirman,
   
  “Dan orang – orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya 
pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka mendapat) 
siksa yang pedih, pada hari dipanaskan emas perak itu di dalam jahannam, lalu 
dibakarnya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada 
mereka, Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka 
rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan’” (QS. At Taubah 34 – 35)
   
  Dan Rasulullah SAW bersabda,
   
  “Siapa saja yang memiliki emas dan perak lalu tidak dikeluarkan zakatnya maka 
pada hari Kiamat nanti akan dibentangkan baginya lempengan dari api lalu 
dipanaskan dalam neraka kemudian dahi – dahi mereka, lambung dan punggung 
mereka dibakar dengannya.  Setiap kali lempengan itu menjadi dingin, kembali 
dipanaskan.  Demikianlahlah berlaku setiap hari yang panjangnya setara dengan 
50.000 tahun di dunia.  Hingga diputuskan ketentuan masing – masing hamba 
apakah ke surga ataukah ke neraka” (HR. Muslim, Kitab Az Zakah) 
   
  Adapun nishab dan haul (putaran 1 tahun) pada zakat mal berdasarkan nash dan 
dalil yang syar’i adalah sebagai berikut :
   

   Rasulullah SAW bersabda, “Kamu tidak mempunyai kewajiban zakat sehingga kamu 
memiliki 20 dinar dan harta itu telah menjalani satu putaran haul” (HR. Abu 
Dawud, hadits shahih).  20 dinar adalah 85 gram emas, zakatnya adalah 2,5 % 
setelah dimiliki selama 1 putaran haul.
   
  Hadits lengkapnya adalah sebagai berikut, dari Ali bin Abi Thalib ra., 
Rasulullah SAW bersabda,
   
  “Engkau tidak wajib mengeluarkan sesuatu (maksudnya zakat dari emas) sehingga 
engkau memiliki sebanyak 20 dinar.  Jika engkau telah memiliki sebanyak 20 
dinar dan sudah genap 1 tahun, maka (zakatnya) maka zakatnya setengah (1/2) 
dinar.  Adapun selebihnya, maka dihitung dengan perhitungan tersebut.  Tidak 
ada kewajiban zakat pada suatu harta sampai genap satu tahun” (HR. Abu Dawud 
no. 1573, Al Baihaqi no. 7273 dan Ahmad, hadits ini dishahihkan oleh Bukhari 
dan dihasankan oleh Al Hafizh)
   

   Sahabat Ibnu Umar ra. berkata pada suatu atsar, “Barangsiapa mendapatkan 
harta maka tidak wajib atasnya zakat sehingga menjalani putaran haul” (HR. 
Tirmidzi, hadits shahih)
   
  (Lihat Kitab Taudhihul Ahkam 3/33-36, Kitab Subulus Salam 2/256-259, Kitab 
Bulughul Maram yang  ditakhrij oleh Abu Qutaibah Nadhr Muhammad Al Faryabi 
1/276/279)
   
  Berdasarkan dalil shahih diatas maka tidak ada kewajiban zakat terhadap harta 
yang dimiliki oleh seorang muslim jika tidak memenuhi kedua syarat di atas 
yaitu nishabnya 85 gram emas dan haulnya 1 tahun.
   
  Contoh : Misalkan harga emas saat ini per gramnya adalah Rp 100.000,- per 
gramnya (sehingga nishabnya jika dikonversikan ke rupiah adalah Rp. 
8.500.000,-).  Jika seorang muslim suatu ketika memiliki gaji Rp. 10.000.000,- 
(sepuluh juta rupiah) per bulan maka secara nishab hartanya telah melampaui 
batasan tersebut namun ia belum wajib untuk berzakat karena hartanya tersebut 
belum disimpan selama 1 putaran haul (1 tahun).
   
  Begitu pula sebaliknya, jika seorang muslim mendapatkan harta warisan sebesar 
Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) dan kemudian sebelum tepat melewati 1 
putaran haul (1 tahun) hartanya tinggal Rp. 3.500.000,- (tiga juta lima ratus 
ribu rupiah) maka ia pun tidak terkena kewajiban membayar zakat karena hartanya 
tidak mencapai nishab.
   
  Dengan demikian jelaslah tidak ada kewajiban bagi seseorang yang mendapatkan 
gaji atau upah memberikan atau menyalurkan zakatnya jika belum sampai pada 
nishab dan haulnya atau seperti yang dikenal pada saat ini dengan nama zakat 
profesi.
   
  Penetapan zakat profesi yang marak akhir – akhir ini merupakan tindakan yang 
tidak ada dalil syar’inya  atau dengan kata lain perintah untuk melakukan zakat 
profesi tidak pernah ada di dalam Al Qur’an ataupun As Sunnah dan juga tidak 
pernah dilakukan oleh para sahabat radhiyallahu ‘anhum (silahkan dicari 
dalilnya jika ada !, pada Al Qur’an, kitab – kitab hadits shahih, ataupun kitab 
– kitab ulama’ ahlus sunnah)
   
  Adapun atsar tentang Khalifah Umar bin Abdul Azis mengambil gaji pegawainya 
sebesar 2,5% untuk keperluan zakat, adalah para pegawainya yang telah bekerja 
(paling tidak) lebih dari 1 tahun.  Jadi tetap mengacu kepada harta yang sudah 
melampaui nishab dan haul.  Dan apa yang dilakukan oleh Khalifah Umar bin Abdul 
Aziz ini tidak pernah dilakukan oleh khalifah – khalifah yang sebelumnya yaitu 
Khalifah Abu Bakar ra., Umar ra., Utsman ra. ataupun Ali 

[media-dakwah] Mencintai Sahabat Rasulullah SAW

2005-11-23 Terurut Topik Ku HanyaOrangBiasa
  Keutamaan dan Hak Sahabat Rasulullah SAW
   
  Berikut ini adalah hadits – hadits shahih yang menceritakan keutamaan Sahabat 
Rasulullah SAW,
   

   Dari Abdullah bin Mas’ud ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Khairun naasi 
qarnii tsummal ladziina yaluunaHum tsummal ladziina yaluunaHum” yang artinya 
“Sebaik – baik manusia adalah pada zamanku, kemudian zaman berikutnya, kemudian 
zaman berikutnya” (HR. Bukhari no. 3651 dan Muslim no. 2533)
   

   Abu Burdah meriwayatkan dari bapaknya, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Wa 
ahshaabii amanatun liummatii faidzaa dzahaba ashhaabii ataa ummatii maa 
yuu’aduun” yang artinya “Dan sahabatku adalah pengaman bagi umatku, jika 
sahabatku telah pergi maka akan datang apa yang telah dijanjikan atas umatku” 
(HR. Muslim no. 2531)
   

   Rasulullah SAW bersabda, “Inna amannan naasi ‘alayya fii maaliHi 
washuhbatiHi abuubakrin” yang artinya “Sesungguhnya yang paling besar jasanya 
padaku dalam persahabatan dan hartanya adalah Abu Bakar” (HR. Bukhari no. 3654 
dan Muslim no. 2382)
   

   Sa’ad bin Abi Waqqash ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “IiHan 
yabnal khaththaabi wal ladzii nafsii biyadiHi maa laqiyakasy syaithaanu 
saalikan fajjan qaththu illaa salaka fajjan ghaira fajjik” yang artinya 
“Bahagialah wahai Ibnul Khaththab, demi Allah, setiap kali setan berpas-pasan 
denganmu pada satu jalan ia pasti memilih jalan lain selain jalan yang engkau 
lalui” (HR. Bukhari no. 3683 dan Muslim no. 2396)
   

   Rasulullah SAW bersabda perihal Utsman bin Affan ra., “Alaa astahii min 
rajulin tastahii minHul malaa-ikatu” yang artinya “Tidakkah aku malu terhadap 
lelaki yang para malaikat malu terhadapnya !?” (HR. Muslim no. 1401)
   

   Dari Abu Sarihah ra. atau Zaid bin Arqam ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, 
“Man kuntu maulaaHu fa’aliyun maulaaHu” yang artinya “Barangsiapa yang 
mengangkat diriku sebagai walinya maka Ali adalah walinya juga” (HR. Ahmad 
dalam Kitab Al Fadhaail no. 959, At Tirmidzi, An Nasa’i dalam Kitab Khashaaish 
Ali no. 76 dan Ibnu Abi Syaibah, hadits ini shahih)
   

   Dari Irbad bin Sariyah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Wa man ya’isy 
minkum fasayarakh tilaafan katsiran fa’alaikum bimaa ‘araftum min sunnatii wa 
sunnatil khulafaair raasyidiin al maHdiyyiin” yang artinya “Barangsiapa yang 
hidup sepeninggalku ia pasti melihat perselisihan yang amat banyak.  Hendaklah 
kalian tetap memegang teguh sunnahku yang kalian ketahui dan sunnah Khulafaur 
Rasyidin yang berada diatas petunjuk” (HR.  Imam Ahmad dalam Kitab Musnad 
IV/126-127, Abu Dawud no. 4607, At Tirmidzi no. 2676, Ibnu Majah no. 42 dan Ad 
Darimi no. 95, hadits ini shahih)
   
  Dan masih banyak hadits – hadits shahih maupun atsar yang menceritakan 
tentang keutamaan para Sahabat Rasulullah SAW dan tentu saja keutamaan mereka 
banyak juga disebutkan di dalam Al Qur’an Al Karim, maka dari itu mereka 
radhiyallaHu ‘anHum memiliki hak – hak istimewa yang harus dipenuhi oleh 
seluruh kaum muslimin diantaranya :
   

   Mencintai mereka ra. Perlu diketahui mencitai mereka berarti kita telah 
mewujudkan konsekwensi cinta terhada Allah SWT, sebab Allah SWT telah 
mengabarkan bahwa Dia telah ridha terhadap para sahabat ra.
   
  “Rabb mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat daripada-Nya, 
keridhaan dan surga, mereka memperoleh di dalamnya kesenangan yang kekal” (QS 
At Taubah 21)
   

   Memohonkan rahmat dan ampunan untuk mereka ra.  Sebagai realisasi firman 
Allah SWT,
   
  “Dan orang – orang yang datang sesudah mereka (yaitu sesudah kaum Muhajirin 
dan Anshar), mereka berdoa, ‘Yaa Rabb kami, berilah ampun kepada kami dan 
saudara – saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah 
Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang – orang beriman, 
Yaa Rabb kami sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang ‘” (QS Al 
Hasyr 10)
   
  3.  Menahan lisan dari membicarakan kesalahan mereka ra. apalagi mencela 
mereka ra.  Hal ini karena kesalahan mereka ra. sangatlah sedikit dibandingkan 
dengan kebaikan mereka ra. yang begitu banyak, apalagi sumber kesalahan mereka 
bersumber dari ijtihad yang diampuni.  Dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah 
SAW bersabda,
   
  “Laa tasubbuu ashhaabii fawal ladzii nafsii biyadiHi lau anfaqa ahadukum 
mitsla uhudin dzaHaban maa balagha mudda ahadiHim walaa nashiifaHu” yang 
artinya “Janganlah kalian mencela sahabatku, demi Dzat yang jiwaku berada di 
tangan-Nya seandainya seorang diantara kalian berinfak emas seperti gunung 
Uhud, sungguh belum menyamai satu mud seorang diantara mereka, tidak pula 
separuhnya” (HR. Bukhari no. 3673 dan Muslim no. 2541)
   
  Nabi SAW juga bersabda,
   
  “Idzaa dzukira ashhaabii fa-amsikuu” yang artinya “Apabila disebut sahabatku 
maka diamlah” (Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Kitab Ash 
Shahihah no. 34)
   
  Maka dari itu Al Munawi berkata, “Yakni apa yang terjadi diantara mereka 
berupa 

[media-dakwah] Mu'awiyah bin Abi Sufyan ra adalah Sahabat Nabi SAW yang mulia

2005-11-23 Terurut Topik Ku HanyaOrangBiasa
  Mu’awiyah bin Abi Sufyan ra adalah Sahabat Nabi SAW yang Mulia
  Oleh : Ustadz Abu Ubaidah
   
  Imam Ibnul Mubarak rhm. berkata, “Mu’awiyyah dalam pandangan kami adalah 
ujian.  Apabila kami mendapati seorang yang memandang Mu’awiyah dengan sinis, 
maka kami pun mencurigai sikapnya terhadap para sahabat Nabi Muhammad SAW” 
(Tarikh Dimasyq 59/209 oleh Ibnu Asakir)
   
  Sungguh mengherankan, keharuman nama Mu’awiyah ra. dan sejarah perjalanan 
hidupnya yang begitu indah dalam kitab – kitab hadits dan sejarah yang 
terpercaya, kini telah dinodai oleh suara sumbang mulut – mulut dan goresan 
tangan manusia – manusia  yang memutarbalikan sejarah dan memendam fakta !
   
  Ironisnya pemikiran ini telah lama subur dalam buku – buku pendidikan sejarah 
di berbagai tingkatan madrasah negeri ini, mulai dari Ibtidaiyah, Tsanawiyah, 
Aliyah hingga Perguruan Tinggi.  Sehingga semenjak dini anak – anak telah 
dibina untuk membenci seorang sahabat Rasulullah SAW bernama Mu’awiyah ra.
   
  Dalam gambaran mereka Mu’awiyah ra. adalah musuh bebuyutan Khalifah Ali bin 
Abi Thalib ra. !  Mu’awiyah ra. adalah seorang yang menghalalkan darah 
saudaranya hanya karena ambisi terhadap kekuasaan ! Dan gambaran – gambaran 
mengerikan lainnya.
   
  Oleh karena itu perkenankanlah penulis memaparkan hadits – hadits dan atsar 
tentang Mu’awiyah ra. dan penjelasan terhadap keutamaannya :
   
  1.  Mu’awiyah ra. berkata, “Sesungguhnya kalian telah melakukan shalat !  
Sungguh kami telah menemani Rasulullah SAW, tidaklah kami melihat beliau SAW 
telah melakukan shalat tersebut, dan sungguh beliau telah melarangnya, yakni 2 
rakaat setelah ashar” (HR. Bukhari no. 3766, Ahmad 4/99 dan lainnya).  
   
  Imam Bukhari berdalil dengan hadits ini bahwa persabatan Mu’awiyah ra dan 
Nabi SAW sudah cukup menunjukan keutamaan beliau yang sangat besar.
   
  Al Hafizh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari 7/131 mengatakan, “… Dengan kejelian 
beliau (Bukhari) berdalil dengan hadits yang dapat menghantam pemikiran (Syiah) 
Rafidhah”.
   
  2.  Dia (Abu Sufyan) berkata, “Mu’awiyah engkau jadikan sekretarismu ?”, 
Nabi SAW menjawab, “Ya” (HR. Muslim no. 2501, Ibnu Hibban no. 7209, dan lainnya)
   
  Segi pendalilan hadits ini amat jelas, yaitu Mu’awiyah ra. termasuk para 
penulis wahyu untuk Rasulullah SAW (Al Bidayah 8/119 oleh Al Hafizh Ibnu Katsir)
   
  Demikian pula dikatakan oleh seluruh Ulama yang menulis biografinya (biografi 
Mu’awiyah ra.) seperti Abu Nu’aim, Ibnu Abdil Barr, Ibnu Katsir, Ibnu Hajar dan 
lainnya (Lihat pula Zadul Ma’ad 1/113 oleh Ibnul Qayyim)
   
  3.  Dari Irbad bin Sariyah ra., Rasulullah SAW bersabda, “Ya Allah, 
ajarkan Mu’awiyah ilmu tulis dan hitung dan lindungi dia dari siksa” (HR. Ibnu 
Khuzaimah no. 1938, Ibnu Hibban no. 2278, Ahmad 4/127 dan lainnya, hadits hasan 
lighairihi, Imam Adz Dzahabi berkata, “Hadits ini memiliki penguat yang kuat”)
   
  4.  Nabi SAW berdoa untuk Mu’awiyah, “Ya Allah, jadikanlah dia penunjuk 
dan yang diberi petunjuk, tunjukilah ia dan berilah manusia petunjuk karenanya” 
(HR Bukhari dalam Tarikh 4/1/327, At Tirmidzi 2/316, Ibnu Asakir 16/684-686 dan 
Adz Dzahabi dalam Siyar 8/38, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani 
dalam Ash Shahihah 4/615-618)
   
  5.  Umar bin Khaththab ra. berkata tatkala mengangkatnya sebagai gubernur 
Syam, “Janganlah kalian menyebut Mu’awiyah kecuali dengan kebaikan” (Kitab Al 
Bidayah 8/125 oleh Ibnu Katsir)
   
  6.  Ali bin Abi Thalib ra. berkata sepulangnya dari Perang Shiffin, 
“Wahai manusia, janganlah kalian membenci kepemimpinan Mu’awiyah, seandainya 
kalian kehilangan dia, niscaya kalian akan melihat kepala – kepala 
bergelantungan dari badannya (banyak pembunuhan)” (Kitab Al Bidayah 8/134 oleh 
Ibnu Katsir)
   
  7.  Abdullah bin Umar ra. berkata, “Ayahku Umar lebih baik daripada 
Mu’awiyah tetapi Mu’awiyah lebih pandai berpolitik darinya” (Kitab Al Bidayah 
8/138 oleh Ibnu Katsir)
   
  8.  Abdullah bin Abbas ra. berkata, “Saya tidak melihat seorang yang 
lebih arif tentang kenegaraan daripada Mu’awiyah” (Kitab Al Bidayah 8/138 oleh 
Ibnu Katsir)
   
  9.  Seorang tabi’in, Zuhri, berkata, “Mu’awiyah bekerja pada pemerintahan 
Umar bin Khaththab bertahun – tahun dan tiada cela sedikitpun darinya” (Kitab 
As Sunnah 1/444 oleh Al Khallal)
   
  10.  Abu Mas’ud Al Muafa bin Imran pernah ditanya, “Wahai Abu Mas’ud siapakah 
yang lebih utama, Umar bin Abdul Aziz ataukah Mu’awiyah ?”.  Dengan nada marah 
ia berkata, “Seorang sahabat nabi tidak bisa dibandingkan dengan seorang pun.  
Mu’awiyah adalah sahabat Nabi sekaligus iparnya dan penulis wahyunya” (Tarikh 
Dimasyq 59/208)
   
  11.  Imam Ahmad pernah ditanya tentang seorang yang mencela Mu’awiyah ra. dan 
Amr bin Ash ra, lalu ia menjawab, “Tak seorangpun berani mencela keduanya 
kecuali mempunyai tujuan jelek” (Tarikh Dimasyq 59/210)
   
  12.  Ibnu Taimiyyah berkata, “Ia (Mu’awiyah) adalah awal raja dan 
kepemimpinannya adalah rahmat” (Kitab Majmu’ Fatawa 4/478 dan 

[media-dakwah] Testing

2005-11-16 Terurut Topik Ku HanyaOrangBiasa
Assalamu'alaikum
  Tes udah bisa posting belum ya


KuHanyaOrangBiasa 
 
MURNIKAN TAUHID, TEGAKAN SUNNAH
 
Dari Abu Dzar ra., Rasulullah SAW bersabda, Jibril berkata kepadaku, 
'Barangsiapa meninggal dunia dalam keadaan tidak menyekutukan Allah dengan 
sesuatu apapun, maka pasti dia masuk surga' (HR. Bukhari) 




-
 Yahoo! FareChase - Search multiple travel sites in one click.  

[Non-text portions of this message have been removed]





 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page
http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/TXWolB/TM
~- 

Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[media-dakwah] Hukum Shalat Jama'ah yang Kedua di Satu Mesjid

2005-10-26 Terurut Topik Ku HanyaOrangBiasa

Hukum Shalat Jama’ah yang Kedua di Satu Mesjid

 

Sudah merupakan suatu fenomena yang sering terjadi di masyarakat yaitu 
pengulangan shalat secara berjama’ah di satu mesjid.  Karena seringnya fenomena 
itu terjadi maka kami akan mencoba membahas masalah ini melalui tinjauan syar’i.

 

Secara umum, titik awalnya permasalahan ini dibagi dua yaitu :

 

   Mesjid atau mushala yang tidak memiliki imam rawatib (imam tetap), seperti 
kebanyakan terdapat di perkantoran, kampus, mushala – mushala yang terdapat di 
pinggir jalan atau pusat perbelanjaan, dan lainnya.

 

Melakukan pengulangan shalat berjama’ah di mesjid atau mushala yang tidak 
memiliki imam rawatib, maka hal ini diperbolehkan, sebagaimana pendapat dari 
Imam An Nawawi,

 

“Apabila mesjid tidak memiliki imam tetap maka – menurut ijma’ – diperbolehkan 
mengadakan jama’ah kedua dan ketiga atau lebih” (Al Majmu’ Syarah Al Muhadzab 
4/222)

 

Imam Syafi’i juga berpendapat sama mengenai masalah ini, “Adapun mesjid yang 
dibangun di pinggir jalan atau pojokannya yang tidak ada mu’adzin tetap dan 
juga tidak ada imam tetapnya, … maka aku tidak melarangnya”  (Al Umm 1/180)

 

   Mesjid yang memiliki imam rawatib.  

 

Pendapat jumhur ulama’ seperti Abdullah bin Mubarak, Malik bin Anas, Asy 
Syafi’i, Al Auza’i, Az Zuhri, Abu Hanifah, Al Hasan Basri, Abdullah bin Mas’ud 
dan lainnya menyatakan bahwa orang yang tertinggal jama’ah yang pertama maka 
hendaklah shalat sendirian.

 

Mereka berdalil dengan sunnah Nabi SAW, dari Abu Bakrah ra. ia berkata,

 

“Sesungguhnya Rasulullah SAW datang dari pinggiran Madinah ingin menunaikan 
shalat.  Lalu mendapati orang – orang telah selesai shalat berjama’ah.  
Kemudian beliau SAW pulang ke rumahnya dan mengumpulkan keluarganya dan 
mengimami mereka shalat” (HR Ath Thabrani, hadits ini dihasankan oleh Syaikh 
Albani dalam Tamamul Minnah)

 

Ibnu Abidin menyatakan dalam Hasyiyah Radul Mukhtar (1/553), “Seandainya 
diperbolehkan jama’ah yang kedua, tentu Rasulullah SAW tidak memilih shalat di 
rumah dan berjama’ah kedua di mesjid” (Dinukil dari I’lamul ‘Abid hal. 36-37)

 

Al Hasan Basri juga mengatakan, “Para sahabat Rasulullah SAW jika masuk mesjid 
dan mendapatkan imam telah shalat, maka mereka shalat sendiri – sendiri” (HR. 
Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf 2/233, dinukil dari Tamamul minnah oleh Syaikh 
Albani hal, 157)

 

Sahabat Abdullah bin Mas’ud ra. ketika berangkat ke Mesjid bersama Alqamah dan 
Al Aswad, lalu orang – orang menyongsong mereka dalam keadaan telah shalat, 
maka Abdullah bin Mas’ud dan kedua temanya pulang ke rumah … kemudian Abdullah 
bin Mas’ud ra. mengimami mereka shalat (HR Abdirrazaq Ash Shan’ani, atsar ini 
dihasankan oleh Syaikh Albani dalam Tamamul Minnah)

 

Akhirnya pendapat ini dirajihkan oleh Syaikh Albani dalam Tamamul Minnah dengan 
menyatakan, “Kesimpulannya, jumhur ulama’ memandang tidak boleh mengulang 
jama’ah shalat pada satu mesjid dengan syarat terdahulu”

 

Demikianlah ringkasan pembahasan tentang hukum pengulangan shalat berjamaah, 
semoga risalah ini bermanfaat untuk kaum muslimin.

 

Maraji’

Disarikan dari Majalah As Sunnah, Yayasan Istiqamah Surakarta, Edisi 
04/VII/1424 H/2003 M., hal. 38-42.



KuHanyaOrangBiasa 
 
MURNIKAN TAUHID, TEGAKAN SUNNAH
 
Dari Abu Dzar ra., Rasulullah SAW bersabda, Jibril berkata kepadaku, 
'Barangsiapa meninggal dunia dalam keadaan tidak menyekutukan Allah dengan 
sesuatu apapun, maka pasti dia masuk surga' (HR. Bukhari) 




-
 Yahoo! FareChase - Search multiple travel sites in one click.  

[Non-text portions of this message have been removed]





 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Click here to rescue a little child from a life of poverty.
http://us.click.yahoo.com/rAWabB/gYnLAA/i1hLAA/TXWolB/TM
~- 

Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[media-dakwah] Siapakah 70000 Orang yang Masuk Surga Tanpa Hisab

2005-10-26 Terurut Topik Ku HanyaOrangBiasa

Siapakah 70.000 Orang yang Masuk Surga Tanpa Hisab ?

 

Hisab (perhitungan) merupakan sesuatu yang pasti akan ditemui oleh semua 
manusia di yaumil akhir nanti.  Secara istilah syar’i, hisab adalah Allah SWT 
memperlihatkan kepada hamba – hambaNya tentang amal – amal mereka (Syarah 
Lu’matul I’tiqad hal. 117 oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin)

 

Allah SWT berfirman,

 

“Sesungguhnya kepada Kami-lah kembali mereka, kemudian sesungguhnya kewajiban 
Kami-lah menghisab mereka” (QS Al Ghaasyiyah 25-26)

 

Dan Rasulullah SAW senantiasa berdoa kepada Allah SWT di dalam shalat agar 
dimudahkan hisabnya,

 

“AllaHumma haasibnii hisaaban yasiira” yang artinya “Ya Allah, hisablah diriku 
dengan hisab yang mudah” (HR. Ahmad VI/46, Al Hakim I/255 dan Ibnu Abi ‘Ashim 
no. 885, hadits ini dishahihkan oleh Al Hakim dan disetujui oleh Adz Dzahabi)

 

Namun ada diantara kaum mukminin yang masuk surga tanpa hisab, sebagaimana 
Sabda Rasulullah SAW,

 

“Tujuh puluh ribu orang akan masuk surga tanpa hisab.  Mereka adalah orang – 
orang yang tidak berobat dengan cara kay*, tidak meminta diruqyah, tidak 
bertathayyur** dan hanya bertawakal kepada Allah semata” (HR. Bukhari no.6472, 
Muslim no. 220, dan At Tirmidzi no. 2446, dari Abdullah bin Abbas ra.)

 

Maraji’

Disarikan dari Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, Ustadz Yazid bin Abdul 
Qadir Jawas, Pustaka Takwa, Bogor, Cetakan Kedua, April 2005 M, hal. 183-185.

 

*Kay adalah pengobatan dengan menggunakan sundutan besi panas

**Tidak bertathayyur adalah tidak menganggap sial sesuatu



KuHanyaOrangBiasa 
 
MURNIKAN TAUHID, TEGAKAN SUNNAH
 
Dari Abu Dzar ra., Rasulullah SAW bersabda, Jibril berkata kepadaku, 
'Barangsiapa meninggal dunia dalam keadaan tidak menyekutukan Allah dengan 
sesuatu apapun, maka pasti dia masuk surga' (HR. Bukhari) 




-
 Yahoo! FareChase - Search multiple travel sites in one click.  

[Non-text portions of this message have been removed]





 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Click here to rescue a little child from a life of poverty.
http://us.click.yahoo.com/rAWabB/gYnLAA/i1hLAA/TXWolB/TM
~- 

Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[media-dakwah] yang menyebabkan banyak kaum muslimin masuk surga adalah ...

2005-10-19 Terurut Topik Ku HanyaOrangBiasa

Akhlak yang Mulia

 

Akhlak secara bahasa (lughah/etimologi) adalah tabiat, pembawaan atau karakter 
(Kitab An Nihayah 2/70).  Sedangkan secara istilah atau terminologinya akhlak 
memiliki beberapa definisi sebagai berikut :

 

·Imam Ibnul Mubarak mendefinisikan, “Akhlak yang mulia adalah berwajah 
ceria, memberikan kebaikan dan menahan diri dari gangguan” (Kitab Jami’ul Ulum 
wal Hikam 1/457)

·Imam Ahmad bin Hambal mengatakan, “Akhlak mulia itu dengan bersabar 
atas gangguan manusia, tidak marah dan tidak berlaku kasar kepada mereka” 
(Kitab Adab Syar’iyah 2/191)

·Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Asas akhlak mulia terhadap 
sesama manusia adalah engkau menyambung persahabatan terhadap orang yang 
memutusmu dengan memberi salam, memuliakan, mendoakan kebaikannya, memuji dan 
mengunjunginya” (Kitab Majmu’ Fatawa 10/658)

·Syaikh Abdurrahman As Sa’di berkata, “Akhlak yang mulia asasnya adalah 
sabar dan lembut, sehingga menghasilkan sifat pemaaf, berlapang dada, 
bermanfaat bagi manusia, sabar atas gangguan serta membalas kejelekan dengan 
kebaikan” (Kitab Ar Riyadhun Nadhirah hal. 68)

 

Rasulullah SAW merupakan manusia yang paling mulia akhlaknya sebagaimana Allah 
SWT berfirman, 

 

“Dan sesungguhnya kamu benar – benar berbudi pekerti yang agung” (QS Al Qalam 4)

 

Suatu ketika dikisahkan seorang sahabat mulia Hakim bin Aflah ra. bertanya 
kepada Aisyah ra. tentang akhlak Rasulullah SAW, lalu Aisyah ra. menuturkan,

 

“Tidakkah engkau membaca Al Qur’an ? Ketahuilah akhlak beliau adalah Al Qur’an” 
(HR. Muslim no. 746, Abu Dawud no. 1342 dan Ahmad 6/54)

 

Dan salah satu agenda dakwah Rasulullah SAW di muka bumi ini adalah untuk 
menyempurnakan akhlak manusia sebagaimana sabdanya,

 

“Innamaa bu’itstu liutammimal shaalihal akhlaaq” yang artinya “Sesungguhnya aku 
diutus untuk menyempurnakan akhlak yang shalih” (HR. Ahmad 2/381 dan Hakim 
2/613, hadits ini dihasankan oleh Syaikh Albani dalam Kitab Ash Shahihah)

 

Sehingga dengan demikian akhlak yang mulia menempati kedudukan yang tinggi di 
dalam Islam dan  sangat berkorelasi dengan keimanan.  Rasulullah SAW bersabda,

 

“Akmalul mu’mini imaanan ahsanuHum akhlaaqan” yang artinya “Orang mukmin yang 
paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya” (HR. Abu Dawud no. 
4682, At Tirmidzi no. 1162 dan Ahmad 2/472, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh 
Albani dalam Kitab Ash Shahihah)

 

Berkaitan dengan masalah ini, Imam Ibnul Qayyim juga berkata, “Agama ini 
seluruhnya akhlak, barangsiapa memperbaiki akhlaknya maka baik pula agamanya” 
(Kitab Madarijus Salikin 2/320)

 

Pada akhirnya, akhlak mulia yang dimiliki seorang muslim akan membawanya menuju 
surga yang penuh dengan kebaikan dan kenikmatan.  Rasulullah SAW pernah ditanya 
tentang amalan apa yang paling banyak menyebabkan manusia masuk surga maka 
Rasullah SAW menjawab,

 

“TaqwallaHi wa husnul khuluq” yang artinya “Takwa kepada Allah dan akhlak yang 
mulia” (HR. At Tirmidzi no. 2004, Ibnu Majah no. 4246, Ahmad 2/291, Ibnu Hibban 
no. 476, dan Al Hakim 4/324, dari Abu Hurairah ra., hadits ini dihasankan oleh 
Syaikh Albani dalam Kitab Ash Shahihah)

 

Maraji’

Disarikan dari tulisan Ustadz Abu Abdillah Al Atsari, Majalah Al Furqan, Lajnah 
Da’wah Ma’had Al Furqan, Gresik, Jawa Timur, Edisi Pertama, Tahun Kelima, 
Sya’ban 1426 H.

 

Semoga Bermanfaat.



KuHanyaOrangBiasa 
 
MURNIKAN TAUHID, TEGAKAN SUNNAH



-
 Yahoo! Music Unlimited - Access over 1 million songs. Try it free.

[Non-text portions of this message have been removed]





 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Click here to rescue a little child from a life of poverty.
http://us.click.yahoo.com/rAWabB/gYnLAA/i1hLAA/TXWolB/TM
~- 

Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 






[media-dakwah] Meneladani Rasulullah SAW Berhari Raya

2005-10-13 Terurut Topik Ku HanyaOrangBiasa
 
Meneladani Rasulullah SAW Berhari Raya




Dari Anas ra., Rasulullah SAW pernah bersabda,




“Aku datang kepada kalian sedangkan kalian memiliki dua hari raya yang menjadi 
ajang permainan kalian pada masa Jahiliyyah. Dan sesungguhnya Allah telah 
menganti keduanya dengan yang lebih baik, yaitu hari raya ‘Iedul Adh-ha (An 
Nahri) dan ‘Iedul Fithri (Al Fithri)” (HR. Ahmad III/103, Abu Dawud no. 1134, 
An Nasa’i III/179 dan Al Baghawi no. 1098, hadits ini shahih)




‘Ied berarti suatu hari dimana terjadi perkumpulan. Imam Ibnu ‘Abidin 
menjelaskan bahwa disebut ‘Ied, karena pada hari itu Allah Ta’ala memiliki 
berbagai macam kebaikan yang diberikan kepada hamba – hambaNya diantaranya : 
berbuka (tidak berpuasa) setelah adanya larangan makan dan minum, zakat 
fithrah, penyempurnaan haji dengan thawaf, daging kurban dan lainnya. Dan 
karena kebiasaan yang berlaku pada hari tersebut adalah kegembiraan, 
kebahagiaan, keceriaan dan hubur (kenikmatan) (Kitab Haasyiyatu Ibni ‘Abidin 
II/165)




Beberapa sunnah Rasulullah SAW dalam berhari raya adalah sebagai berikut :




   
Makan terlebih dahulu ketika berangkat pada hari raya ‘Iedul Fithri dan tidak 
makan ketika berangkat pada hari raya ‘Iedul Adh-ha. Dari Buraidah ra., ia 
berkata,





“Nabi SAW tidak berangkat pada hari raya ‘Iedul Fithri sampai beliau makan 
terlebih dahulu dan pada hari raya ‘Iedul Adh-ha beliau tidak makan sampai 
pulang, kemudian beliau makan dari daging hewan – hewan kurbannya” (HR. At 
Tirmidzi no. 542, Ibnu Majah no. 1756, Ad Darimi I/375 dan Ahmad V/352, hadits 
ini hasan)




   
Berhias diri. Imam Ibnul Qayyim dalam kitab Zaadul Ma’aad (I/441) mengatakan, 
“Nabi biasa berangkat (ke tanah lapang) pada hari raya ‘Iedul Fithri dan ‘Iedul 
Adh-ha dengan pakaian yang paling bagus”





Di dalam kitab Al Mughni (II/228), Ibnu Qudamah mengatakan, “Dan itu menunjukan 
bahwa berhias diri bagi mereka pada kesempatan seperti ini (hari raya ‘Ied) 
sudah sangat populer”




   
Mengambil jalan lain ketika berangkat dan pulang dari shalat ‘Ied. Dari Jabir 
ra., dia berkata,





“Jika hari raya ‘Ied tiba, Nabi SAW biasa mengambil jalan lain (ketika 
berangkat dan pulang)” (HR. Bukhari no. 986) 




   
Bertakbir pada hari raya ‘Ied ketika berangkat ke tempat pelaksanaan shalat. 
Allah SWT berfirman,





“Dan hendaklah kalian mencukupkan bilangannya dan hendaklah kalian mengagungkan 
Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kalian bersyukur” (QS 
Al Baqarah 185)




Telah tetap suatu riwayat bahwa Nabi SAW biasanya berangkat menunaikan shalat 
pada hari raya ‘Ied, lalu beliau bertakbir hingga sampai di tempat pelaksanaan 
shalat, bahkan sampai shalat akan dilaksanakan. Dan jika shalat dilaksanakan, 
beliau menghentikan bacaan takbir (HR. Ibnu Abi Syaibah, hadits ini dishahihkan 
oleh Syaikh Al Albani dalam kitab Silsilah Al Ahaadiits Ash Shahiihah no. 170)




Salah satu ucapan takbir yang dilakukan oleh sahabat Rasulullah SAW yaitu 
Abdullah bin Mas’ud ra. adalah sebagai berikut,




“Allahu Akbar Allahu Akbar, Laa ilaHa illallaHu wallaHu Akbar, Allahu Akbar wa 
lillaHiil hamdu” (HR. Ibnu Abi Syaibah II/168, hadits ini shahih)




Dan ucapan takbir ini dilakukan dengan suara lantang seperti yang dilakukan 
oleh sahabat Abdullah bin Umar ra. ketika pergi untuk melaksanakan (HR. Ad 
Daruquthni, hadits ini shahih)




[Hendaknya takbir ini tidak dilakukan secara bersama – sama/berjama’ah, atau 
dibawah 1 komando karena hal tersebut menyelisihi sunnah]




   
Melaksanakan Shalat ‘Ied. Dari Ibnu Abbas ra., ia berkata,





“Bahwasannya Nabi SAW mengerjakan shalat dua raka’at pada hari raya, dan tidak 
mengerjakan shalat lainnya sebelum maupun sesudahnya” (HR. Bukhari no. 989, At 
Tirmidzi no. 537, An Nasa’i III/193 dan Ibnu Majah no. 1291)




Al Hafizh Ibnu Hajar dalam Kitabnya Fathul Baari II/476 mengatakan, “Bahwa 
shalat ‘Ied itu ditetapkan dengan tidak adanya shalat sebelum maupun sesudahnya”




   
Mendengarkan Khutbah setelah shalat ‘Ied. Dari Ibnu Abdullah bin As Sa’ib, dia 
berkata,





“Aku pernah menghadiri shalat ‘Ied bersama Nabi SAW dan ketika selesai shalat, 
beliau berkata,




‘Sesungguhnya kami akan berkhutbah, barangsiapa ingin duduk untuk mendengarkan 
khutbah maka dipersilahkan duduk. Dan barangsiapa yang ingin pergi , maka 
dipersilahkan untuk pergi’” (HR. Abu Dawud no. 1155, An Nasa’I III/185, Ibnu 
Majah no. 1290 dan Al Hakim I/295, hadits dishahihkan oleh Syaikh Al Albani 
dalam Al Irwaa III/96-98)




Ibnul Qayyim mengatakan dalam kitabnya Zaadul Ma’aad (I/448), “Nabi memberikan 
keringanan bagi orang yang menghadiri shalat ‘Ied untuk duduk mendengarkan 
khutbah atau pergi” 




   
Memberikan ucapan selamat. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan dalam 
kitabnya Majmuu’ Al Fataawaa (XXIV/253), “Adapun ucapan selamat pada hari raya 
‘Ied, sebagaimana ucapan mereka terhadap sebagian lainnya jika bertemu setelah 
shalat ‘Ied adalah ‘TaqabbalallHu minnaa wa minkum’ (Semoga Allah SWT menerima 
amal 

[media-dakwah] Lafazh Takbiran Para Sahabat Rasulullah SAW

2005-10-13 Terurut Topik Ku HanyaOrangBiasa
 
Lafazh Takbiran Sahabat Rasulullah SAW

Oleh : Syaikh Ali Hasan bin Ali Al Halabi Al Atsari




Sebatas pengetahuan kami (Syaikh Ali Hasan), tidak ada satu hadits Nabi pun 
yang shahih dalam menjelaskan sifat takbir (pada hari raya ‘Ied). Akan tetapi 
ada riwayat dari sebagian sahabat Nabi SAW, seperti Ibnu Mas’ud ra. pernah 
mengucapkan,




“AllaHu Akbar AllaHu Akbar, Laa ilaHa illallaHu wallaHu Akbar, Allahu Akbar wa 
lillaHiil hamdu” (HR. Ibnu Abi Syaibah II/168, hadits shahih)




Ibnu Abbas ra. juga pernah mengucapkan,




“AllaHu Akbar, AllaHu Akbar, AllaHu Akbar wa lillaHil hamd, AllaHu Akbar wa 
ajallu, AllaHu Akbar ‘alaa maa Haadaanaa” (HR. Al Baihaqi III/315, hadits 
shahih)




Dan diriwayatkan oleh Abdurrazzaq yang diantara jalannya terdapat pada Al 
Baihaqi dalam kitab As Sunan Al Kubra (III/316) dengan sanad shahih dari Salman 
al Khair ra., dia mengatakan,



“KabbirullaHu, AllaHu Akbar, AllaHu Akbar, AllaHu Akbar”



Cukup banyak manusia menyelisihi dzikir yang bersumber dari kaum salafush 
shalih, dengan membaca dzikir – dzikir lain, melakukan penambahan , serta 
membuat lafazh – lafazh baru yang tidak memiliki dasar sama sekali.




Sehingga Al Hafizh Ibnu Hajar dalam kitabnya Fathul Baari (II/536) mengatakan, 
“Dan zaman sekarang ini telah terjadi penambahan dalam hal takbir tersebut yang 
tidak memiliki dasar sama sekali”




Maraji’

Buku Meneladani Rasulullah SAW dalam Berhari Raya, Syaikh Ali Hasan bin Ali Al 
Halabi Al Atsari*, Pustaka Imam Asy Syafi’i, Bogor, Cetakan Pertama, September 
2005.

 




[Kepada rekan – rekan kaum muslimin yang memiliki lafazh takbiran pada hari 
raya berdasarkan nash yang shahih dapat menambahkannya. Terima kasih, semoga 
bermanfaat]



KuHanyaOrangBiasa 
 
MURNIKAN TAUHID, TEGAKAN SUNNAH



-
 Yahoo! Music Unlimited - Access over 1 million songs. Try it free.

[Non-text portions of this message have been removed]





 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Click here to rescue a little child from a life of poverty.
http://us.click.yahoo.com/rAWabB/gYnLAA/i1hLAA/TXWolB/TM
~- 

Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 






[media-dakwah] Terlindunginya Kehormatan, Darah dan Jiwa Orang Asing di Negeri Muslim

2005-10-03 Terurut Topik Ku HanyaOrangBiasa

Terlindunginya Kehormatan, Darah dan Jiwa Orang Asing (Kufar) di Negeri Muslim

Oleh : Abu Tauam Al Khalafy

 

Seorang muslim yang pergi ke negeri – negeri kufar semisal Amerika Serikat atau 
negeri – negeri di Eropa untuk belajar, berobat, tamasya dan lainnya maka 
kehormatannya, darahnya dan jiwanya dilindungi oleh pemerintahan kufar di 
negerinya masing – masing.  Begitu pula sebaliknya orang – orang asing/kufar 
yang datang ke negeri muslim seperti Indonesia, Malaysia dan lainnya maka 
kehormatannya, darahnya dan jiwanya pun harus dilindungi oleh pemerintah muslim 
!

 

Hal ini terjadi karena antara pemerintah di negeri muslim telah mengadakan 
perjanjian keamanan dengan pemerintah di negeri kufar untuk saling melindungi 
warga negaranya masing – masing.  Orang asing/kufar seperti ini di dalam agama 
disebut sebagai kafir mu’ahad atau orang kafir yang dalam perjanjian.

 

Imam Bukhari dalam Kitab Shahihnya memberikan bab khusus tentang kafir mu’ahad 
ini yaitu Bab Berdosa bagi Orang yang Membunuh Kafir Mu’ahad Tanpa Kesalahan, 
lalu Imam Bukhari meriwayatkan hadits berikut :

 

Dari Abdullah bin ‘Amr ra., Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa membunuh kafir 
mu’ahad (orang kafir yang dalam perjanjian) maka dia tidak akan mencium bau 
surga dan sesungguhnya bau surga itu didapatkan dari (jarak) perjalanan 40 
tahun”

 

Jika membunuh seorang kafir mu’ahad saja tidak dapat mencium bau surga lalu 
bagaimana jika yang terbunuh seorang muslim !



KuHanyaOrangBiasa 
 
MURNIKAN TAUHID, TEGAKAN SUNNAH



-
Yahoo! for Good
 Click here to donate to the Hurricane Katrina relief effort. 

[Non-text portions of this message have been removed]





 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page
http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/TXWolB/TM
~- 

Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[media-dakwah] Pendapat Syaikh bin Baz tentang Bom Bunuh Diri

2005-10-03 Terurut Topik Ku HanyaOrangBiasa

Pendapat Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz tentang Bom Bunuh Diri

Oleh : Ustadz Aunur Rafiq bin Ghufran

 

Syaikh Ibnu Baz ditanya, “Bagaimana hukumnya orang yang mengorbankan dirinya 
bertujuan membunuh sekian banyak kelompok orang Yahudi ?”

 

Beliau rahimahullah menjawab, “Sudah saya jelaskan berulang kali bahwa 
perbuatan ini dilarang, karena hal tersebut termasuk bunuh diri, yaitu dilarang 
oleh Allah SWT,

 

‘Dan janganlah kamu membunuh dirimu’ (QS An Nisa’ 29)

 

Dari Tsabit bin Ad Dhahak, Rasulullah SAW bersabda, 

 

‘Dan barangsiapa membunuh dirinya dengan sesuatu di dunia ini, maka dia akan 
disiksa besok pada hari kiamat’ (HR. Muslim no. 558)

 

Orang muslim hendaknya memberi petunjuk kepada mereka dan bila disyariatkan 
berjihad maka hendaknya berjihad dengan pemimpin muslim, jika terbunuh 
–Alhamdulillah –.

 

Adapun membunuh diri sendiri sehingga terbunuh sejumlah orang kafir ini adalah 
keliru dan hukumnya haram, atau orang yang menikam dirinya juga hukumnya 
dilarang” (Lihat Kitab Al Fatawa Ashriyah fii Qadhaya Ashriyah : 166)

 

Maraji’

Disarikan dari tulisan Ustadz Aunur Rafiq bin Ghufran di Majalah Al Furqan, 
Edisi IX, Tahun IV, halaman 17 – 18.

 

[Sahabat Abdullah bin Mas’ud ra. menyelisihi orang – orang yang berdzikir namun 
tidak sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW, lalu ia radhiyallahu ‘anhu berkata, 
“Berapa banyak manusia berniat baik tapi cara melaksanakannya tidak benar” 
(Lihat Kitab Tafsir Al Qurthubi 7/140).  Begitu pula dengan bom bunuh diri, hal 
ini tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan kadangkala korbannya pun 
adalah orang – orang yang tidak boleh dibunuh, sekalipun dalam jihad fii 
sabilillah seperti : anak – anak, orang tua dan wanita !, bahkan orang muslim 
pun menjadi korban dari bom bunuh diri ini !]

 

 



KuHanyaOrangBiasa 
 
MURNIKAN TAUHID, TEGAKAN SUNNAH



-
Yahoo! for Good
 Click here to donate to the Hurricane Katrina relief effort. 

[Non-text portions of this message have been removed]





 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page
http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/TXWolB/TM
~- 

Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[media-dakwah] Semua Umat Muhammad SAW Akan Masuk Surga Kecuali yang Melakukan Dosa Syirik (2)

2005-09-15 Terurut Topik Ku HanyaOrangBiasa

Semua Umat Muhammad SAW akan Masuk Surga 

Kecuali yang Melakukan Dosa Syirik (2)

Oleh : Abu Tauam Al Khalafy

 

Saudaraku betapa besar rahmat Allah SWT kepada manusia khususnya kepada umat 
Muhammad SAW dibandingkan dengan kemurkaan-Nya, sebagaimana Rasulullah SAW 
bersabda dari sahabat Abu Hurairah ra.,

 

“Ketika Allah selesai menciptakan makhluk, Dia menulis di dalam kitab-Nya, 
kitab itu disisi-Nya, di atas ‘arsy, ‘Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan 
kemurkaan-Ku’” (HR. Bukhari)

 

Maka dari itu hendaklah kita semua beribadah menyembah kepada-Nya tanpa 
menyekutukan apapun dengan-Nya, karena dengan kita hanya menyembah kepada-Nya 
maka surga adalah jaminannya, walaupun kita seorang pelaku maksiat yang paling 
berat sekalipun.  Dari Abu Dzar ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda,

 

“Jibril berkata kepadaku, ‘Barangsiapa meninggal dalam keadaan tidak 
mempersekutukan sesuatu kepada Allah maka dia pasti masuk surga atau tidak 
masuk neraka’”.  Abu Dzar ra., berkata, “Dan meskipun dia berzina dan meskipun 
dia mencuri ?”, Beliau SAW bersabda, “Dan meskipun” (HR. Bukhari)

 

Saudaraku seiman dan seaqidah, aku mendengar nasehat seorang Ustadz yang 
mengatakan bahwa seorang pelaku maksiat memiliki penghalang – penghalang untuk 
masuk ke dalam neraka jahannam selama ia tidak menyekutukan Allah SWT dengan 
apapun juga dan hal ini menunjukan betapa Maha Penyayangnya Allah SWT terhadap 
makhluk-Nya terutama terhadap manusia.

 

Diantara penghalang – penghalang itu adalah,

 

   Amal Shalih.  Karena dengan amal shalih maka akan dapat menghapuskan dosa – 
dosa yang kita perbuat.  Dari Abu Dzar ra. dan Mu’adz bin Jabal ra., bahwa 
Rasulullah SAW bersabda,

 

“Bertakwalah kepada Allah dimana saja kamu berada, dan ikutilah kejahatan (yang 
telah kamu lakukan) dengan kebaikan, niscaya (kebaikan itu) akan 
menghapuskannya (kejahatan itu).  Dan bergaulah kepada manusia dengan akhlak 
yang baik” (HR. At Tirmidzi, hadits hasan)

 

Dan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda,

 

“Diampunkanlah seorang wanita penzina yang melewati anjing (yang berada) di 
atas sumur yang menjulurkan lidahnya dan hampir mati karena kehausan, lalu 
wanita itu melepas sepatunya dan diikat dengan kerudungnya lalu ia membawa air 
kepada anjing itu maka (dia, wanita itu) diampuni karenanya” (HR. Bukhari)

 

   Syafa’at dari Rasulullah SAW di hari kiamat.  Dari Anas bin Malik ra., bahwa 
Rasulullah SAW bersabda,

 

“Syafa’atku akan diberikan bagi pelaku dosa besar dari umatku” (HR. Abu Dawud 
no. 4739, At Tirmidzi no. 2435, Ibnu Hibban no. 2596, Ibnu Abi Ashim no. 832, 
Ahmad III/213 dan Al Hakim I/69, At Tirmidzi mengatakan, “Hadits ini hasan 
shahih”)

 

   Shalat/Doa dari kaum muslimin yang bertauhid.  Dari Abdullah bin Abbas ra., 
bahwa Rasulullah SAW bersabda,

 

“Tidaklah seorang muslim pun yang meninggal lalu ia dishalatkan oleh sebanyak 
40 orang laki – laki yang tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu pun 
kecuali ia akan memperoleh syafa’at atau tertolong oleh mereka” (HR. Muslim, 
Ahmad dan Abu Dawud)

 

   Rahmat dari Allah SWT.  Inilah syafa’at yang terbesar dan yang dirindukan 
oleh seluruh kaum muslimin yang tidak menyekutukan  Allah SWT dengan sesuatu 
apapun juga.  Karena Dia dengan rahmat-Nya akan mengampuni seluruh dosa kecuali 
dosa syirik sebagaimana firman-Nya,

 

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni segala 
dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya” (QS An 
Nisaa’ 48)

 

Namun jika Dia menghendaki, maka pelaku maksiat akan diazab sebagai keadilan 
dari-Nya, kemudian Dia akan mengeluarkan mereka dari Neraka dengan rahmat-Nya 
kemudian Dia memasukannya ke dalam Surga.

 

Demikianlah saudaraku beberapa penghalang – penghalang seorang pelaku maksiat 
untuk dapat masuk neraka atau kekal di dalam neraka yaitu mereka bertauhid 
kepada Allah SWT.  Maka pelajarilah permasalahan tauhid ini dari ulama – ulama 
ahlus sunnah dan sembahlah Allah SWT sendirian saja tanpa sekalipun 
mempersekutukan dengan apapun jua, maka surgalah jaminan bagi kita semua yang 
beriman.

 

Namun perhatikanlah ayat Al Qur’an ini saudaraku,

 

“Adapun orang – orang yang kafir dan mendustakan ayat – ayat kami, mereka itu 
penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya” (QS Al Baqarah 39)

 

Dari ayat di atas jelaslah bahwa janganlah sekali – sekali kita mendustakan 
ayat – ayat Allah SWT.  Contoh : seorang wanita muslimah yang tidak menggunakan 
jilbab maka dia melakukan kemaksiatan namun hal tersebut tidak akan 
menghalanginya untuk masuk surga selama ia masih bertauhid kepada Allah SWT, 
entah apakah Allah SWT langsung memasukannya ke surga karena rahmat-Nya ataupun 
Allah SWT akan menyiksanya terlebih dahulu karena keadilan-Nya kemudian baru 
memasukannya ke dalam surga.

 

Tetapi janganlah sekali – kali mengatakan bahwa, “Jilbab itu tidak wajib !”, 
karena hal itu berarti mendustakan ayat – ayat Allah SWT; dan hal tersebut akan 
dapat menyebabkan kekalnya orang 

[media-dakwah] Taat Pada Pemimpin walaupun ia Pemimpin yan Zhalim

2005-09-10 Terurut Topik Ku HanyaOrangBiasa

Menaati Pemimpin/Pemerintah Muslim walaupun Mereka Pemimpin yang Zhalim;

Hikmah dari Keruntuhan Kekhalifahan Islam 1924 M

Oleh : Abu Tauam Al Khalafy

 

Allah SWT berfirman, 

 

“Hai orang – orang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul dan ulil amri 
diantara kamu” (QS An Nisaa’ 59)

 

Diriwayatkan dari Wa’il Al Hadhrami, Salamah bin Yazid Al Ju’fi pernah bertanya 
kepada Rasulullah SAW, 

 

“Wahai Nabi Allah, bagaimanakah pendapat engkau jika kami diperintah oleh 
penguasa yang hanya menuntut hak mereka, sedangkan hak kami tidak mereka 
berikan ? Perintah apakah yang akan engkau berikan kepada kami ?”.

 

Lalu beliau SAW berpaling dari Salamah, kemudian Salamah bertanya lagi, lalu 
beliau SAW berpaling lagi.  Setelah dia bertanya yang kedua kali atau ketiga 
kalinya, Asy’at bin Qais menariknya, lalu Rasulullah SAW bersabda,

 

“Patuhilah dan setialah (kepada mereka).  Sesungguhnya kewajiban mereka adalah 
apa yang dibebankan kepada mereka, dan kewajiban kamu adalah semata – mata apa 
yang dibebankan kepada kamu” (HR. Muslim, Kitab Al Imarah, Bab Thaa’atul 
umaraa-i wa-in mana’ul huquuq)

 

Demikianlah kita diwajibkan untuk taat kepada pemimpin walaupun mereka 
mengambil hak dan berbuat zhalim, Rasulullah SAW juga telah bersabda, 

 

“Patuh dan taatilah pemimpinmu walaupun dia memukul punggungmu dan mengambil 
hartamu, patuhilah dan taatilah” (HR. Muslim 12/236-237)

 

Namun kepatuhan disini bukanlah kepatuhan untuk bermaksiat kepada Allah 
sebagaimana sabda Rasulullah SAW berikut ini,

 

“Laa thaa’ata fii ma’shiyatillahi innamath thaa ‘atu fil ma’ruufi” yang artinya 
“Tidak ada ketaatan dalam bermaksiat kepada Allah, sesungguhnya ketaatan itu 
hanyalah dalam kebaikan” (HR. Bukhari) 

 

Kepatuhan yang dimaksud disini adalah kepatuhan dalam hal yang ma’ruf, seperti 
contoh pada hadits berikut ini,

 

Rasulullah SAW bersabda, “Wa idzaas tunfirtum, fanfiruu !” yang artinya “Dan 
jika kalian diperintahkan untuk pergi berperang (berjihad), maka berangkatlah 
!”  (HR. Bukhari no. 1834 dan Muslim no. 1353)

 

Ini merupakan perkara yang tidak diketahui kebanyakan dari kaum muslimin (baca 
: Mustafa Kemal At Tartuk – Bapak Nasionalisme Turki dan lain - lain) ketika 
mereka melihat kerusakan dan kezhaliman para khalifah terakhir dari 
Kekhalifahan Islam Dinasti Turki Utmani, mereka lalu berusaha bekerja sama 
dengan orang – orang kafir untuk meleyapkan Khilafah Al Islamiyyah Al Utsmani 
tahun 1924 (Cermati juga jatuhnya Darul Islam Irak ke tangan Al Kufar – lihat 
bagaimana sebagian rakyat Irak tidak membantu Saddam Husain, pemimpin mereka 
yang muslim, bahkan bersikap sebaliknya !).

 

Mereka lupa akan larangan memberontak dari para pemimpin selama belum melihat 
kekafiran dan kesyirikan pemimpin mereka yang secara jelas yang dapat 
dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT dan diputuskan oleh para ulama’ 
rabbani berdasarkan kaidah – kaidah fikih dakwah yang diambil dari Al Qur’an 
dan As Sunnah serta sikap – sikap salafush shalih (generasi shalih terdahulu).

 

Dari Ummul Mukminin Ummu Salamah Hindun binti Abu Umayyah ra dari Nabi SAW 
beliau bersabda, 

 

”Sesungguhnya akan diangkat untuk kalian beberapa penguasa dan kalian akan 
mengetahui kemunkarannya.  Maka siapa saja yang benci bebaslah ia, dan siapa 
saja yang mengingkarinya, maka selamatlah ia, tetapi orang yang senang dan 
mengikutinya maka tersesatlah ia” Para sahabat bertanya, “Apakah tidak 
sebaiknya kita memerangi mereka ?” Beliau bersabda, “Jangan ! Selama mereka 
masih mengerjakan shalat bersamamu” (HR. Muslim)

 

Dan kepada kaum muslimin yang ingin menasehati pemerintah muslim yang zhalim 
maka hendaknya dilakukan secara diam – diam atau berdua saja.  Janganlah 
menasehatinya secara terang – terangan atau dengan cara berdemonstrasi seperti 
yang marak dilakukan akhir – akhir ini karena Rasulullah SAW bersabda dari 
riwayat sahabat Iyadh bin Ghunaim ra.,

 

”Barang siapa hendak menasehati penguasa maka janganlah secara terang – 
terangan, melainkan ambil tangannya dan berdua dengannya.  Apabila ia 
menerimanya maka itu adalah untukmu, kecuali apabila ia enggan maka apa yang 
ada padanya adalah baginya sendiri” (HR Ahmad, hadits hasan) 

 

Maka dari itu Usamah bin Zaid ra. ketika menasehati Khalifah Islam Utsman bin 
Affan ra. dilakukannya dengan secara diam – diam sebagaimana atsar sahabat 
berikut ini :

 

Dari Ubaidilah bin Khiyar berkata, “Aku mendatangi Usamah bin Zaid ra. dan aku 
katakan kepadanya, ‘Mengapa engkau tidak menasehati Utsman bin Affan ra. untuk 
menegakan hukum had atas Al Walid ?’.  Maka Usamah bin Zaid ra. menjawab, 
‘Apakah kamu mengira aku tidak menasehatinya kecuali harus dihadapanmu ? demi 
Allah, sungguh aku telah menasehatinya secara sembunyi – sembunyi antara aku 
dan ia saja.  Dan aku tidak ingin membuka pintu kejelekan dan aku bukanlah 
orang yang pertama kali membukanya” (HR. Bukhari dan Muslim)

 

 

Menasehati Umara’ secara diam – diam memang merupakan suatu amal shalih yang 
berat 

[media-dakwah] Hadits Dha'if tidak dapat dijadikan Hujah/dalil

2005-09-06 Terurut Topik Ku HanyaOrangBiasa

Hadits Dha’if Tidak Dapat Dijadikan Hujjah

Oleh : Abu Tauam Al Khalafy

 

Berdasarkan sanadnya atau orang yang merawikannya maka oleh Imam Abu Isa At 
Tirmidzi (209 H – 279 H) derajat hadits dibagi menjadi 3 macam yaitu shahih, 
hasan dan dha’if.  Sebelumnya pada era Imam Ahmad bin Hambal (164 H – 241 H) 
derajat hadits hanya dibagi 2 yaitu shahih dan dha’if, sedangkan hadits dha’if 
dibagi menjadi 2 lagi yaitu hasan dan dha’if.  Maka yang dimaksud oleh Imam 
Ahmad bin Hambal membolehkan menggunakan hadits dha’if dalam fadhaa-ilul a’mal 
ataupun targhib wat tarhib adalah hadits dha’if yang hasan bukan hadits dha’if 
yang dha’if walaupun tingkat kedha’ifannya ringan.  Demikianlah penjelasan 
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dan Ibnul Qayyim Al Jauziyah.

 

Salah satu alasan yang kuat  sebuah hadits dikatakan dha’if adalah karena ada 
salah seorang perawi hadits atau lebih memiliki kelemahan, diantara adalah 
orang tersebut hapalannya kurang kuat,  memiliki sifat pendusta, majhul atau 
tidak diketahui identitasnya dan lain sebagainya.  Berikut contoh haditsnya :

 

Dari Anas bin Malik, ia berkata, “Senantiasa Rasululullah SAW berqunut pada 
shalat shubuh sehingga beliau berpisah dari dunia” (HR. Ahmad, Baihaqi, 
Daruquthni, Hakim, Abdur Razzaq dan Abu Nu’aim)

 

Pada sanad hadits tentang qunut terus menerus pada waktu shalat shubuh di atas 
terdapat rawi yang bernama Abu Ja’far Ar Razi yang dilemahkan oleh para ahli 
hadits :

   Imam Ahmad bin Hambal dan An Nasa’i berkata, “Ia (Ar Razi) bukan orang yang 
kuat riwayatnya”.
   Imam Abu Zur’ah berkata, “(Ar Razi) banyak salahnya”
   Imam Al Fallas berkata, “Ar Razi buruk hafalannya”
   Imam Ibnul Madini berkata, “Ar Razi kepercayaan akan tetapi sering keliru 
dan suka salah” (Al Mizanul I’tidal 3 : 319)
   Ibnu Hibban, Ibnu Taimiyyah dan Ibnul Qayyim telah melemahkan hadits Abu 
Ja’far Ar Razi ini.

 

Hadits yang kedua,

 

Dari Ibnu Abbas, ia berkata, “… Apabila engkau telah selesai berdoa, maka 
usapkanlah mukamu dengan kedua telapak tanganmu itu” (HR. Ibnu Majah no. 1181)

 

Hadits tersebut diatas dha’if karena ada seorang rawi bernama Shalih bin Hassan 
Al Nadhary.  Tentang dia para ulama mengomentari :

   Imam Bukhari berkata, “Mungkarul hadits (Orang yang diingkari haditsnya)”
   Imam Abu Hatim berkata, “Mungkarul hadits, dha’if”
   Imam Ahmad bin Hambal berkata, “Tidak ada apa – apanya (maksudnya lemah)”
   Imam An Nasa’i, “Matruk (orang yang ditinggalkan haditsnya)”
   Imam Ibnu Ma’in, “Dia itu dha’if”
   Imam Abu Dawud telah melemahkannya.

 

Kemudian hadits yang berikutnya,

 

Aisyah ra berkata, “Aku melihat Rasulullah SAW ketika beliau hampir wafat, 
disisinya ada sebuah wadah berisi air, kemudian beliau memasukan tangannya ke 
dalam wadah tersebut, kemudian mengusap mukanya dengan air sambil membaca, ‘Ya 
Allah berilah pertolongan kepadaku dalam beratnya kematian atau sakaratul 
maut’” (HR. At Tirmidzi)

 

Hadits tersebut dha’if karena ada perawi yang bernama Musa bin Sarjis yang 
majhul atau yang tidak dikenal identitasnya.  Disamping ada rawi yang majhul, 
matan (isi/redaksi) berbeda dengan hadits yang lain yang lebih shahih, 
Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada Tuhan selain Allah, sesungguhnya bagi 
kematian itu adalah sakarat (rasa sakit yang sangat)” (HR. Bukhari) ( Kitab 
Dha’if Sunan At Tirmidzi no. 164 dan Takhrij Riyaadhus Shalihin no. 912)

 

Demikian juga hadits yang isinya atau matannya bertentangan dengan Al Qur’an 
atau hadits yang lebih kuat periwayatannya maka hadits tersebut derajatnya 
dha’if, hadits ini juga sering disebut sebagai hadits syadz.  Berikut contoh 
hadits yang bertentangan dengan Al Qur’an yang terdapat Kitab Hayatush Shahabah,

 

Ketika Rasulullah SAW kembali dari Thaif dan penduduknya yang telah beliau seru 
kepada Islam tapi mereka menolak dan menyakiti beliau.  Beliau SAW duduk dan 
berkata, “Ya Allah, aku mengadu kepada-Mu lemahnya kekuatanku, sedikitnya 
usahaku dan hinanya aku atas manusia.  Kepada siapa Engkau meninggalkanku ?, 
kepada musuh yang memandangku dengan muka masam ataukah …”.  

 

Hadits tersebut di atas sangat bertentangan dengan Al Qur’an yaitu pada ayat, 
“Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tidak pula benci kepadamu” (QS Adh Dhuha 
ayat 3) maka dari itu hadits tersebut dikategorikan sebagai hadits dha’if.

 

Termasuk dikategorikan hadits dha’if jika suatu hadits memiliki sifat mursal 
yaitu tabi’in meriwayatkan langsung dari Rasulullah SAW seperti hadits berikut 
ini,

 

Dari Mu’adz bin Zuhrah, bahwasannya telah sampai kepadanya, sesungguhnya Nabi 
Shallallahu ‘alaihi was sallam apabila berbuka (puasa) beliau mengucapkan, 
“Allahumma laka shumtu …” (HR Abu Dawud no. 2358, Baihaqi 4/239 dan lainnya)

 

Hadits tersebut di atas dikatakan mursal karena Mu’adz bin Zuhrah adalah 
seorang tabi’in bukan seorang sahabat, jadi ada sanadnya yang terputus antara 
sahabat dan tabi’in sehingga haditsnya dikategorikan dha’if.  

 

Istilah hadits mursal hampir sama dengan hadits munqati’, 

[media-dakwah] Syair Aqidah Muslim

2005-08-29 Terurut Topik Ku HanyaOrangBiasa

 Syair Aqidah Muslim

 
 Jika pengikut Ahmad adalah wahabi
Maka aku akui bahwa diriku wahabi

 

Kutiadakan sekutu bagi Tuhan

Maka tak ada Tuhan bagiku

Selain Yang Maha Esa dan Maha Pemberi

 

Tak ada kubah yang bisa diharap

Tidak pula berhala

Dan kuburan tidaklah sebab diantara penyebab

Tidak, sama sekali tidak

Tidak pula batu, pohon, mata air ataupun patung – patung

 

Juga, aku tidak mengalungkan jimat, temali, rumah kerang

Atau taring

Untuk mengharap manfaat atau menolak bala

 

Allahlah  yang memberiku manfaat

Dan menolak bahaya dariku

 

Adapun bid’ah

Dan segala perkara yang diada – adakan dalam agama

Maka orang – orang berakal mengingkarinya

Aku berharap

Semoga ku tak kan mendekatinya

Tidak pula rela secara agama

Ia tidak benar

 

Dan aku berlindung dari orang – orang yang mengatakan Allah ada di setiap tempat

Aku mencela  perselisihan setiap ahli takwil dan peragu – ragu

Yang mengingkari Allah beristiwa di atas ‘arsy

 

Tentangnya,

Cukuplah bagiku teladan dari

Ucapan pemimpin yang mulia

Syafi’i, Malik, Abu Hanifah, Ibnu Hambal

Orang – orang yang bertakwa dan ahli bertaubat

 

Dan pada zaman kita sekarang ini ada orang yang mempercayainya

Seraya berteriak atasnya

Mujassim ! Wahabi !

  

Telah ada hadits tentang keterasingan Islam

Maka hendaknya para pencinta menangis

Karena terasing dari orang – orang yang dicintainya

 

Allah yang melindungi kita

Yang menjaga agama kita

Dari kejahatan setiap pembangkang dan pencela

 

Dia menguatkan agama-Nya yang lurus

Dengan sekelompok orang – orang yang berpegang teguh

Dengan sunnah dan kitab-Nya
 Dan tidaklah mereka mengambil hukum lewat pendapat dan kias
 

Sedang kepada ahli wahyu

Mereka sebaik – baik orang yang kembali
  Sang Nabi terpilih telah mengabarkan tentang mereka
Bahwa mereka adalah orang – orang asing

Di tengah keluarga

Dan kawan pergaulannya

 

Mereka menapaki jalan orang – orang yang menuju petunjuk

Dan berjalan di atas jalan mereka

Dengan benar
Karena itu, orang – orang yang suka berlebihan berlari
Dan menjauhi mereka

 

Tapi kita berkata, tidak aneh

Telah lari pula orang – orang yang diseru

Oleh sebaik – baik manusia

Bahkan menjulukinya 

Sebagai tukang sihir lagi pendusta

 

Padahal mereka mengetahui

Betapa beliau seorang yang teguh memegang amanah dan janji

Mulia dan jujur menepati

 

Semoga keberkahan atasnya

Selama angin masih berhembus

Juga atas keluarga

Dan semua sahabatnya.

 

Maraji’

Minhajul Firqah An Najiyah wath Thaifah, Muhammad bin Jamil Zainu, Darul Haq, 
Jakarta, Cetakan Ketujuh, Maret 2003, halaman 216-219



KuHanyaOrangBiasa 
 
MURNIKAN TAUHID, TEGAKAN SUNNAH



-
 Start your day with Yahoo! - make it your home page 

[Non-text portions of this message have been removed]





 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page
http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/TXWolB/TM
~- 

Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[media-dakwah] Larangan Membunuh Kodok dan Memakannya

2005-08-09 Terurut Topik Ku HanyaOrangBiasa

Larangan Membunuh Kodok (dan Memakannya)

Oleh : Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat

 

Dari Abdurrahman bin Utsman (ia berkata), “Sesungguhnya seorang tabib pernah 
bertanya kepada Nabi SAW tentang kodok yang ia akan jadikan obat ? Maka Nabi 
SAW telah melarang tabib tersebut membunuh kodok” (HR. Abu Dawud no. 3871, An 
Nasaa’i 7/210, Hakim 4/411, Baihaqi 9/258, hadits shahih)

 

Berkata Imam Hakim, “Hadits ini shahih isnadnya”.  Dan Imam Dzahabi telah 
menyetujuinya.

 

Hadits yang mulia ini merupakan hujjah yang kuat tentang haramnya memakan 
daging kodok karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang 
membunuhnya, baik untuk dimakan atau untuk disia – siakan.

 

Di dalam hadits di atas seorang tabib (dokter) meminta izin kepada Nabi SAW 
untuk menjadikan kodok sebagai obat.  Tentunya yang dimaksud oleh si dokter 
ialah dengan cara memakannya atau memberi makan kepada pasien yang dia yakini 
bahwa daging kodok itu sebagai obat.

 

Fatwa para Imam :

   Berkata Abdullah bin Ahmad, “Aku pernah bertanya kepada bapakku (yakni Imam 
Ahmad bin Hambal) tentang kodok, lalu beliau menjawab, ‘Tidak boleh dimakan dan 
tidak boleh dibunuh.  Karena Nabi SAW telah melarang membunuh kodok berdasarkan 
hadits Abdurrahman bin Utsman’” (Masaa-il Imam Ahmad hal. 271 – 272, ditahqiq 
oleh Zuhair Syaawisy)
   Imam Al Khaththaabiy mengatakan bahwa kodok itu haram dimakan. (‘Aunul 
Ma’bud Syarah Sunan Abi Dawud juz 10 hal. 252 – 253)
   Imam Ibnu Hazm di Kitabnya Al Muhalla juz 7 hal. 245, 398 dan 410) 
menyatakan bahwa kodok itu sama sekali tidak halal dimakan.

 

Maraji’

Disarikan dari Kitab Al Masaa-il jilid 4, Abdul Hakim bin Amir Abdat, Darul 
Qalam, Pasar Minggu – Jakarta, Cetakan Pertama, 2004 M, hal. 261 – 272

 

Semoga Bermanfaat



KuHanyaOrangBiasa 
 
MURNIKAN TAUHID, TEGAKAN SUNNAH


__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]






Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[media-dakwah] Darul Islam dan Darul Kufur

2005-08-09 Terurut Topik Ku HanyaOrangBiasa

Darul Islam dan Darul Kufur

 

Para ulama’ ahlus sunnah membagi suatu negeri menjadi 2 macam yaitu Darul Islam 
dan Darul Kufur, namun mereka berbeda pendapat tentang indikasi yang dijadikan 
patokan dalam menghukumi suatu negeri apakah Darul Islam atau Darul Kufur.

 

Salah satu pendapat yang kuat yang menjadi indikator bahwa suatu negeri 
merupakan Darul Islam adalah amalan – amalan dan syi’ar – syi’ar Islam yang 
tampak pada penduduk negeri tersebut seperti adzan, shalat 5 waktu, shalat 
Jum’at, Shalat ‘Ied dan lain sebagainya.

 

Pendapat tersebut diambil berdasarkan hadits berikut :

 

Dari Anas bin Malik ra., ia berkata, “Kaana Rasulullah yaghiiru idzaa thala’al 
fajru wa kaana yastami’ul adzaana fain sami’a adzaanan amsika wa ilaa aghaar” 
yang artinya “Adalah Rasulullah jika hendak menyerang daerah musuh ketika 
terbit fajar.  Beliau menunggu suara adzan, jika beliau mendengar adzan maka 
beliau menahan diri, dan jika tidak mendengar maka beliau menyerang” (HR. 
Bukhari no. 610 dan Muslim no. 1365)

 

Al Imam Nawawi rhm. Berkata, “Hadits ini menunjukan bahwa adzan menahan 
serangan kaum muslimin kepada penduduk negeri daerah tersebut, karena adzan 
tersebut merupakan dalil atas keislaman mereka” (Syarh Nawawi pada Shahih 
Muslim 4/84)

 

Al Imam Qurthuby berkata, “Adzan adalah tanda yang membedakan antara Darul 
Islam dan Darul Kufur” (Al Jami’ Liahkamil Qur’an 6/225)

 

Az Zaqarny berkata, “Adzan adalah syi’ar Islam dan termasuk tanda yang 
membedakan Darul Islam dan Darul Kufur” (Syarh Zarqany atas Muwatha’ 1/215)

 

Maraji’

Majalah Al Furqan, Gresik, Edisi 9, Tahun IV, 2005, halaman 33 – 34

 

Semoga Bermanfaat



KuHanyaOrangBiasa 
 
MURNIKAN TAUHID, TEGAKAN SUNNAH


__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]






Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[media-dakwah] Hadits Shahih dan Dha'if Tentang Doa mau makan dan setelah makan

2005-07-08 Terurut Topik Ku HanyaOrangBiasa

Hadits – hadits Dha’if  Shahih 

Tentang Do’a Mau Makan dan Selesai makan

 

A. Hadits – hadits dha’if 

 

1.  Do’a ketika akan makan : “Allahumma baariklanaa fimaa razaqtana wa 
qinaa adzaabannaar” (HR. Ibnu Suny) Hadits ini sangat dha’if.

 

2.  Do’a selesai makan : Dari Abu Sa’id ra. bahwasannya setiap kali 
Rasulullah SAW selesai makan beliau mengucapkan : “Alhamdulillahilladzii 
ath’amanaa wasaqaanaa wa ja’alanaa muslimiina” (HR. Abu Dawud  At Tirmidzi) 
Hadits ini sanadnya dha’if.

 

B. Hadits – hadits shahih

 

3.  Do’a ketika akan makan : Umar bin Abi Salamah ra. berkata : Rasulullah SAW 
berkata kepadaku : “Wahai anak, bacalah bismillah, makanlah dengan tangan kanan 
dan makanlah yang terdekat darimu” (HR Bukhari dan Muslim) Hadits ini shahih.

 

4.  Do’a selesai makan : Anas bin Malik berkata : Rasulullah SAW bersabda : 
“Sesungguhnya Allah SWT meridhai seorang hamba yang mengucapkan tahmid 
(Alhamdulillah)  setiap kali selesai makan dan minum” (HR. Muslim) Hadits ini 
shahih

 

Semoga bermanfaat

 

Maraji’ :

1.  Hadits no. 1 diambil dari Kitab Hadits – Hadits Dha’if dan Maudhu’ 
jilid I yang disusun oleh Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat

2.  Hadits no. 2, 3 dan 4 diambil dari Kitab Kumpulan Do’a dan Dzikir 
Nabawi tulisan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah yang ditahqiq oleh Syaikh Al Albani

 



KuHanyaOrangBiasa 
 
MURNIKAN TAUHID, TEGAKAN SUNNAH


__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]





 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[media-dakwah] Semua Umat Muhammad SAW akan Masuk Surga Kecuali yang Melakukan Dosa Syirik

2005-06-30 Terurut Topik Ku HanyaOrangBiasa

Semua Umat Muhammad SAW Akan Masuk Surga Kecuali yang Melakukan 

Dosa Syirik

 

Imam Ath Thahawi rhm berkata : “Pelaku dosa besar dikalangan umat Muhammad SAW 
tempatnya di Neraka namun tidak kekal di dalamnya apabila ia meninggal dalam 
keadaan bertauhid (tidak menyekutukanNya).

 

Jika ia meninggal dan belum sempat bertaubat (dari dosa tersebut) maka mereka 
dalam kehendak Allah SWT.  Jika Dia menghendaki, dia akan mengampuni sebagai 
karunia yang Ia berikan sebagaimana firmanNya, ‘Dan dia mengampuni segala dosa 
selain dari (syirik) bagi siapa yang dikehendakiNya’ (QS. An Nisaa’ 48)

 

Dan jika Dia menghendaki, maka akan diazab sebagai keadilan dariNya, kemudian 
Dia akan mengeluarkan mereka dari Neraka dengan rahmatNya atau syafaat yang 
diberikan oleh hambaNya yang taat lantas dimasukan ke dalam Surga.

 

Sebab Allah SWT melindungi orang – orang yang bertauhid di dunia dan di 
akhirat, tidak seperti orang kafir yang tidak mendapat hidayah dan tidak pula 
mendapatkan perlindungan.

 

Yaa Allah Pelindung Islam dan Umat Islam, teguhkanlah kami di dalam Islam 
hingga kami menemuiMu” (Silahkan lihat Kitab Al ‘Aqiidah Ath Thahawiyyah dengan 
Syarh Ibni Abil ‘Izzi hal 416 – 417)

 

Maraji’:

Catatan Kaki Kitab ‘Aqidah Shahih, Al Humaidi, Pustaka Imam Asy Syafi’i, 
cetakan pertama 2004, hal 82 – 83

 

Semoga bermanfaat

 

 



KuHanyaOrangBiasa 
 
MURNIKAN TAUHID, TEGAKAN SUNNAH



-
Yahoo! Sports
 Rekindle the Rivalries. Sign up for Fantasy Football

[Non-text portions of this message have been removed]





 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/