[mediacare] Budaya Konsumtif Yang Merusak

2007-09-23 Terurut Topik Papuan Diary
 Budaya Konsumtif Yang
Merusakhttp://papuandiary.blogspot.com/2007/09/budaya-konsumtif-yang-merusak.html
Kita
sedang berada pada satu masa dimana konsumerisme menjadi budaya yang sedang
mengglobal sekaligus merusak manusia dan kemanusiaan itu sendiri!
[Hans Gebze]

Pada pertengahan Juni 2007 lalu bertempat di salah satu kota di Jerman,
negara-negara industri maju menggelar sebuah pertemuan penting yang membahas
masalah Perubahan Iklim dan fenomena ikutannya yang disebut Pemanasan
Bumi. Jelas bahwa semua dampak perubahan iklim dunia dan pemanasan bumi
dihasilkan oleh karena sikap serakah manusia yang konsumtif.


-- 
E-mail: [EMAIL PROTECTED]
Blogs : http://papuandiary.blogspot.com/
--
http://www.youtube.com/papuandiary
http://picasaweb.google.com/papuandiary/


[mediacare] Re: [PEMBEBASAN PAPUA] PEMAKSAAN PENGIBARAN BENDERA MERAH PUTIH DI ASRAMA MAHASISWA PAPUA-BALI

2007-08-27 Terurut Topik Papuan Diary
Dari dulu ini yang disebut:

MERDEKA = PANJAT PINANG DAN LOMBA MAKAN KERUPUK?

Indonesia Merdeka?
Merah Putih?
Pancasila?
UUD 45?

Apa jaminannye?
Lagu Sabang - Merauke
Lu buat setelah Papua dipaksa gabung NKRI
Integrasi, itu kata Murtopho, Ali, Jendral!

Apakah memberi rasa aman buat rakyat?
Apa ada kemakmuran?

Gak, kata lu gitu
Kagak ada ape-apenyee, itu kata si Pi Tung

Dulu gue hajar kumpeni, kata Pi Tung
Untuk pertahankan Tanah Moyang gue, engkong gue, babe gue..!

Kini Tanah moyang gue,
engkong gue,
babe gue
di serobot wajah2 serakah pengusaha + militer + birokrasi + urbanis

Jadilah betawi pinggiransadis amat..!
FBR?
FORKABI?

Gue kenal lu, gue ini anak Papua
Gue ngerokok bareng lu tiap saat
Gue biasa bareng ama lu di Roxy Mas
Gue biasa bareng ama lu di Selatan
Gue biasa bareng ama lu di Utara
Gue biasa bareng ama lu di Barat dan Timur
Gue di Rawa Bunga, lu pade kenal ame premanye pan?
Gue disitu ama lu
Gue di kemanggisan ada engkong betawi gue...
Gue ketiup angin ke empat penjuru angin!

Gue dah bilang ama lu pade
Jangan mau dikadalin SBY-JK lagi
Mega, Amien, dan kawan-kawan seperjuangan mereka

Lu punya Gubernur si Foke, lu bilang bokapnye Jawa Ibunye Betawi
Iyeee, gue tau maksud lu pan biar dia diterima ama kalangan lu pade kan?

Betawi fenome penggusuran
Papua Fenomena politik dan bernegara

Dua-dua punya nasib yang sama
Sama-sama pemilik Tanah yang tergusur dan dipinggirkan!!
Tapi Papua punya cerita lain
Papua juga BERHAK MERDEKA!

Merdeka, Merdeka, Merdeka!!


On 8/15/07, wens opm [EMAIL PROTECTED] wrote:

   SALAM PEMBEBASAN,

 Pada hari ini tanggal 14 agustus 2007 satu tiem berjumlah 10 orang yang
 terdiri dari polisi adat bali, POLRI, dan TNI mendatangi asrama papua 
 baliuntuk memaksa mahasiswa papua untuk mengibarkan bendera merah putih di
 lingkungan asrama. Dan hal tersebut di tanggapi dingin oleh penghuni asrama
 papua namun karena ancaman yang sangat luar biasa sehingga tepatnya jam
 10.00 wita dengan terpaksa penghuni asrama mengibarkan bendera merah putih
 di depan asrama papua. Namun pengibaran tersebut tidak berlangsung lama
 karena bendera tersebut di turunkan setelah tiem aparat indonesiameninggalkan 
 lingkungan asrama. Kami akan menanti tindakan apa yang akan di
 ambil oleh pihak aparat besok 15 agustus 2007. Laskar Papua di bali siap
 bertanggung jawab dan kami minta dukungan dari seluruh komponen masyarakat
 papua di mana pun kalian melangkahkan kaki.
 HANCUR YA HANCUR, BASAH YA BASAH SEKALIAN.

 SALAM PEMBEBASAN


 Wens OPM

 --
 Luggage? GPS? Comic books?
 Check out fitting gifts for 
 gradshttp://us.rd.yahoo.com/evt=48249/*http://search.yahoo.com/search?fr=oni_on_mailp=graduation+giftscs=bzat
  Yahoo! Search.

  




-- 
E-mail: [EMAIL PROTECTED]
Blogs : http://papuandiary.blogspot.com/
--
http://www.youtube.com/papuandiary
http://picasaweb.google.com/papuandiary/


[mediacare] Saya Berpuisi!

2007-08-27 Terurut Topik Papuan Diary
 Bait-bait Puisi Papuan
Diaryhttp://papuandiary.blogspot.com/2007/08/bait-bait-puisi-papuan-diary.html
Aku
menulis,
Aku penulis terus menulis
Sekalipun terror mengepung!

Syair milik Thukul. Saya meminjamnya karena tegas, jelas, lugas. Tukul
inspirasi saya. Banyak hal saya coba pelajari dari seseorang yang hanya saya
kenal namanya, mengenal muka tidak, memang kami anak se jaman tapi tak
senasib, tak seumur dan tak diijinkan sang energi mutlak, untuk bertemu.

Saya punya beberapa puisi yang dibuat sejak awal Agustus lalu, mungkin ada
yang mau baca? Saya tulis ulang dibawah.

Selengkapnya:

http://papuandiary.blogspot.com/2007/08/bait-bait-puisi-papuan-diary.html

-- 
E-mail: [EMAIL PROTECTED]
Blogs : http://papuandiary.blogspot.com/
--
http://www.youtube.com/papuandiary
http://picasaweb.google.com/papuandiary/


Re: [mediacare] Pilkada DKI Jakarta

2007-08-07 Terurut Topik Papuan Diary
Saya yakin Adang menang! Pertanyaannya adalah: apakah Foke siap kalah?
Didukung 24 Partai, ditambah fenomena ikutan yaitu pecahnya tentara dalam
dukungan mereka atas Foke menunjukkan kelemahan fundamental Foke untuk
menang.

Warga DKI mengenal Foke = Sutiyoso: setali tiga uang!

Kalau faktor kumis, Anda kok jadi klenik gini? Btw itu wajar, bolehlah
faktor2 klenik masuk kedalam analisis Anda, karena bagi saya, klenik adalah
budaya orang2 Indonesia.

Salam,
PD

On 8/7/07, Nanang Supriatna [EMAIL PROTECTED] wrote:

   Siapa yang jadi pemenang dalam pikadal gubernur DKI Jakarta, 8 Agustus
 2007? Sepanjang sejarah belum ada geburnur DKI yang berkumis. Maka jika
 Fauzi-Bowo yang menang, mereka berdua mendombrak sejarah yang selama ini
 berjalan, tapi jika Adang-Dani yang unggul, mereka meneruskan sejarah.
 Selain itu, jika Adang-Dani yang unggul menjadi petunjuk bahwa yang ingin
 menjadi gebernur DKI Jakarta janganlah berkumis.

 --
 Boardwalk for $500? In 2007? Ha!
 Play Monopoly Here and 
 Nowhttp://us.rd.yahoo.com/evt=48223/*http://get.games.yahoo.com/proddesc?gamekey=monopolyherenow(it's
  updated for today's economy) at Yahoo! Games.

  




-- 
E-mail: [EMAIL PROTECTED]
Blogs : http://papuandiary.blogspot.com/
--
http://www.youtube.com/papuandiary
http://picasaweb.google.com/papuandiary/


[mediacare] Fwd: [PEMBEBASAN PAPUA] Undangan Terbuka: Seminar Nasional ”6Th OTSUS DI PAPUA”

2007-08-06 Terurut Topik Papuan Diary
-- Forwarded message --
From: melanesia_ ignatio [EMAIL PROTECTED]
Date: Aug 5, 2007 9:56 PM
Subject: [PEMBEBASAN PAPUA] Undangan Terbuka: Seminar Nasional 6Th OTSUS DI
PAPUA
To: [EMAIL PROTECTED], kawan 20 [EMAIL PROTECTED],
[EMAIL PROTECTED]

   **
*Undangan Terbuka Seminar Nasional 6 TAHUN OTSUS DI PAPUA*
*untuk Pelajar, Mahasiswa dan Masyarakat Papua*
*Se Jawa dan Bali*

Mengapa kepada Provinsi Papua, harus diberikan status Otonomi Khusus,
berdasarkan Undang-Undang No. 21 Tahun 2001? Undang-undang ini tidak lahir
begitu saja dalam suatu kevakuman. Ia lahir sebagai suatu produk sejarah,
melewati suatu proses sejarah yang panjang dengan segala suka dan dukanya.
Ia lahir dalam konteks dinamika sosial-politik dan keamanan dari Negara
Kebangsaan (*Nation State*) Indonesia. Ia lahir dalam konteks penegakan
hukum, HAM dan demokrasi.

Undang-undang ini juga lahir sebagai upaya penyelesaian konflik. Sebagai
jalan keluar untuk menciptakan *Win-Win Situation* antara rakyat Papua yang
ingin merdeka dan melepaskan diri dari Negara Kesatuan RI (NKRI) dan
Pemerintah RI yang tetap kokoh-teguh mempertahankan integritas dan
kedaulatan atas NKRI. Di satu pihak, sangat jelas bahwa keinginan banyak
orang Papua adalah kemerdekaan penuh dari RI, sebagaimana disampaikan dalam
Kongres Papua II di Jayapura (29 Mei sampai 3 Juni 2000). Di lain pihak juga
sangat jelas bahwa para penguasa Indonesia telah bereaksi negatif atau
menolak tuntutan tersebut - suatu pandangan yang juga dianut oleh banyak
negara di Barat.

Undang-Undang tentang Otonomi Khusus juga sekaligus membuka ruang bagi
perbaikan untuk masa depan yang lebih baik, belajar dari kesalahan masa
lampau agar supaya kita tidak boleh lagi mengulangi kesalahan yang sama di
masa depan. Dengan demikian undang-undang ini membuka ruang untuk perbaikan
dalam rangka memperjuangkan perbaikan kesejahteraan, keadilan, perdamaian,
persamaan hak, dan untuk mengembangkan jati diri, harga diri serta harkat
dan martabat sebagai manusia.

Selain itu, Undang-Undang ini membuka ruang untuk membangun kembali
kepercayaan rakyat Papua yang sangat merosot, diakibatkan oleh kekecewaan
mereka yang sangat dalam kepada Pemerintah RI, dan sebaliknya membangun
kembali kepercayaan Pemerintah RI kepada rakyat Papua. Undang-undang ini
juga membuka kesempatan dan sekaligus sebagai tantangan untuk pengembangan
kapasitas dan kapabilitas kepemimpinan dan manajemen daerah/lokal dalam
rangka mengembangkan *Good Governance*, Demokrasi dan *Civil Society* di
Provinsi Papua.

Hakikatnya, istilah Otonomi Khusus terdiri dari dua kata yaitu kata
otonomi dan khusus. Istilah otonomi dalam Otonomi Khusus haruslah
diartikan sebagai kebebasan bagi rakyat Papua untuk mengatur dan mengurus
diri sendiri atau rumah tangganya sendiri. Hal itu berarti pula bahwa rakyat
Papua telah mendapatkan kekuasaan dan kewenangan yang lebih besar untuk
berpemerintahan sendiri, mengatur penegakan hukum dan ketertiban masyarakat,
mengatur dan mengelola segenap sumber daya yang dimilikinya, termasuk sumber
daya alam untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat Papua, tetapi dengan
tidak meninggalkan tanggung jawab untuk ikut serta memberikan kontribusinya
kepada kepentingan nasional.

Demikian juga kebebasan dan kearifan untuk menentukan kebijakan, strategi
dan program-program pembangunan daerah, antara lain pembangunan
infrastruktur, pembangunan sosial, budaya, ekonomi, politik, hukum dan
ketertiban, yang sesuai dengan keunikan dan karakteristik alam serta
masyarakat dan budaya Papua.

Hal lain yang tidak kalah penting adalah pengembangan jati diri serta harga
diri dan martabat orang Papua sebagai bagian dari bangsa Indonesia.
Istilah khusus hendaknya diartikan sebagai perlakuan berbeda yang
diberikan kepada Papua karena kekhususan-kekhususan yang dimilikinya,
kekhususan tersebut mencakup hal-hal seperti tingkat sosial ekonomi
masyarakat, budaya dan sejarah politik. Dalam pengertian praktisnya
kekhususan otonomi Papua berarti bahwa ada hal-hal mendasar yang hanya
berlaku di Papua dan tidak berlaku di daerah lain di Indonesia, dan ada
hal-hal yang berlaku di daerah lain di Indonesia yang tidak diterapkan di
Papua.

Otonomi Khusus Papua yang lahir pada tanggal 21 November 2001 melalui
Undang-Undang Republik Indonesia No 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus
bagi Provinsi Papua  itu tekah berumur 6 (enam) tahun.  Otonomi Khusus yang
telah berjalan 6 tahun itu menimbulkan persoalan, baik di pemerintah pusat,
daerah maupun terhadap rakyat Papua. Persoalan ini membutuhkan tingkat
rasionalitas dalam bentuk diskursus yang lebih evaluatif, ilmiah dan
kredibel dalam upaya mendudukan dan menemukan jalan keluar bagi segala
pihak.

Berhubung dengan itu, kami Panitia Penyelenggara Seminar Nasional 6 Tahun
Otonomi Khusus Papua, mengundang seluruh Pelajar, Mahasiswa dan Masyarakat
Papua yang berada di se Jawa dan Bali pada seminar nasional yang akan
dilaksanakan pada:

Hari : Kamis, 9 Agustus 2007
Tempat   : Aula 

[mediacare] Aksi-aksi pemuda dan mahasiswa Papua dalam dokumentasi Film

2007-08-05 Terurut Topik Papuan Diary
Sumber:
http://www.youtube.com/papuandiary

Berikut aksi-aksi Front PEPERA PB di Jakarta, Anda bisa membukanya melalui
alamat-alamat URL dibawah ini.

Aksi di Bundaran HI:
http://www.youtube.com/watch?v=qCQYkUQx01Q
---

Menuju Istana Negara:
http://www.youtube.com/watch?v=57org8IgkKY

-
E-mail: [EMAIL PROTECTED]
Blogs : http://papuandiary.blogspot.com/
--
http://picasaweb.google.com/papuandiary/


[mediacare] Get up, stand up, stand up for u'r rights!

2007-08-05 Terurut Topik Papuan Diary
Itu pesan Bob Marley, mari kita lihat videonya dibawah ini.

http://www.youtube.com/watch?v=vzxAwQHhccw


E-mail: [EMAIL PROTECTED]
Blogs : http://papuandiary.blogspot.com/
--
http://www.youtube.com/papuandiary
http://picasaweb.google.com/papuandiary/


[mediacare] Quo Vadis Rumpun Bahasa Melanesia?

2007-08-05 Terurut Topik Papuan Diary
Dari milis pembebasan papua, mudah-mudahan bermanfaat buat teman-teman lain.


-- Forwarded message --
From: melanesia_ ignatio [EMAIL PROTECTED]
Date: Aug 5, 2007 11:09 PM
Subject: [PEMBEBASAN PAPUA] Quo Vadis Rumpun Bahasa Melanesia?
To: [EMAIL PROTECTED], kawan 20 [EMAIL PROTECTED],
[EMAIL PROTECTED]

  Ini berarti bangsa Melanesia, tidak terlibat dalam beberapa proses sejarah
penting, terkait dengan penggunaan bahasa Indonesia. Pertama, saat bahasa
Indonesia dipermaklumkan sebagai bahasa persatuan pada Sumpah Pemuda 1928,
tidak ada yang mewakili bangsa Papua dalam peristiwa tersebut, kedua, saat
bahasa Indonesia dianjurkan semasa pendudukan Jepang untuk menggusur bahasa
Belanda, hal itu tidak terjadi di Papua, apalagi karena pertimbangan militer
dan kondisi sosial politik waktu itu, Jepang membagi Hindia Belanda menjadi
tiga wilayah koloni terpisah, dan Papua berada dibawah Angkatan Laut yang
berpusat di Makasar, ketiga, saat bahasa Indonesia dipergunakan sebagai
wahana perlawanan menyerang kolonialisme yang dipuncaki proklamasi
kemerdekaan RI 1945, justru bangsa Papua belum 'mengenal' NKRI. Dari tiga
fakta ini, bisa dibilang bahasa Indonesia adalah produk historis yang dalam
prosesnya tidak sepenuhnya melibatkan bangsa Melanesia. Barulah pada tahun
1963 ketika Orde Lama mencanangkan operasi Trikora, dan disusul pelaksanaan
Pepera semasa Orde Baru tahun 1969 bahasa Indonesia mulai dijadikan 'bahasa
resmi' di Papua.

Baca selengkapnya:
http://pendidikanpapua.blogspot.com/2007/08/quo-vadis-rumpun-bahasa-melanesia.html

--
Shape Yahoo! in your own image. Join our Network Research Panel
today!http://us.rd.yahoo.com/evt=48517/*http://surveylink.yahoo.com/gmrs/yahoo_panel_invite.asp?a=7

 


-- 
E-mail: [EMAIL PROTECTED]
Blogs : http://papuandiary.blogspot.com/
--
http://www.youtube.com/papuandiary
http://picasaweb.google.com/papuandiary/



[mediacare] Pilkada Jakarta: Antara Militerisasi Politik dan Oligarki Demokrasi

2007-08-01 Terurut Topik Papuan Diary
Pilkada Jakarta: Antara Militerisasi Politik dan Oligarki Demokrasi

Membaca fenomena Jakarta hari ini, bagi saya, adalah membaca kembali
ruang-ruang politik dan demokrasi, yang diupayakan melalui pergorbanan
berdarah-darah gerakan mahasiswa 1998. Hingga hari ini, reformasi telah
berjalan 9 tahun, tetapi hingga hari ini pula, reformasi seakan-akan mati
suri, dan berkuasanya kembali kekuatan orde baru pada masa-masa sekarang,
telah menunjukkan dengan pasti: Orde Baru masih eksis dan elemen-elemen
pendukung orde baru sekarang telah menemukkan kembali momentum politik
mereka untuk menipu rakyat.

Banyak benar agenda reformasi 1998 dikhianati oleh kelompok-kelompok politik
yang membondengi reformasi untuk kepentingan golongan. Akhirnya yang menjadi
korban dan yang selalu menjadi anak haram politik adalah mereka yang masih
bersikap kritis sesuai agenda reformasi 1998 dan tentu saja rakyat
kebanyakan. Penghianatan reformasi 1998 terjadi karena bebrapa hal, satu
diantaranya adalah: kasus korupsi BLBI yang penyelesaian makin kabur dan
banyak terjebak pada deal-deal politik tentatif yang semakin menyengsarakan
rakyat. Kasus kegagalan reformasi lain adalah: menguatnya peran-peran dari
lembaga bentukan orde baru yang sekarang sudah mampu menghegemoni rakyat.
Elemen-elemen orde baru inilah yang saat ini sedang menguasai panggung
politik Jakarta.

Militerisasi Politik
Dalam kasus Pilkada DKI, masuknya militer aktif kedalam bursa Pilkada DKI,
bagi saya, sudah sangat jelas menunjukkan pesan politik kepada rakyat bahwa:
militerisasi politik sedang terjadi. Saya tidak mampu membayangkan seorang
Fauzi Bowo berkencan dengan Jendral Priyono atau sebaliknya Jendral Adang
Dorodjatun yang Polisi bisa masuk kedalam bursa Pilkada DKI. Pesan yang
demikian jelas melalui fenomena Pilkada DKI mengingatkan kita hari ini bahwa
semangat reformasi 1998 sedang mengalami masa-masa paling suram. Bukan tidak
mungkin, Pilkada DKI akan memperkuat posisi politik kelompok militer
[TNI/Polri]. Dengan demikian, militer secara sadar masuk kedalam wilayah
politik. Harapan reformasi yang demikian luhur, dikhianati hanya karena
politik bagi-bagi kekuasaan yang masih mau dilakukan oleh TNI secara
institusi dengan pihak politisi sipil. Dwi Fungsi kembali bangkit?
Pertanyaan ini wajib dijawab oleh semua pihak yang bertanggung jawab atas
reformasi 1998 dan juga para pihak yang sudah terlanjur masuk kedalam jibaku
politik elit sehingga mengorbankan tuntutan-tuntutan utama reformasi 1998.

Oligarki Demokrasi
Kini hampir semua partai besar di Indonesia mengklaim diri sebagai yang
paling demokratis. Bahkan pemimpin-pemimpn politik Indonesia hari ini
mengatakan bahwa demokrasi telah berjalan sesuai amanat reformasi 1998,
buktinya adalah: Pilpres 2004 secara langsung, Pemilu Anggota Legislatif,
pembentukan perangkat-perangkat lembaga Yudikatif seperti MK, KY, KPK, dan
beberapa lain. Sayangnya, peran Yudikatif yang masih mengambang dalam
konteks Trias Politika di Indonesia, menyebabkan banyak kasus hukum besar
yang melibatkan sejumlah kader partai-partai besar lebih banyak
dikompromikan secara politis dan bukan diselesaikan melalui mekanisme hukum
positif yang berlaku universal atau bahkan seperti yang diatur oleh KUHP.
Pertanyaannya adalah: inikah bayangan demokrasi yang kita sama-sama
kehendaki? Pembagian peran yang tidak jelas antara Eksekutif [Presiden] dan
Legislatif [DPR] dengan Yudikatif [MA] menyebabkan logika penyelesaian hukum
lebih banyak diselesaikan menurut logika politik dan itu berarti, keadilan
hukum lebih banyak dikompromikan melalui keadilan politik. Jika sudah
begitu tentu yang terjadi adalah kemenangan ada dipihak partai dan
kader-kader partai tentu akan selamat jika mereka tersandung dugaan korupsi,
sebagai contoh saja. Bagai kasus Lapindo? Ichal masih tetap santai menjabat
sebagai Menko Kesra, sementara ribuan rakyat porong hidup tak tentu
nasibnya. Amien Rais bisa bebas jalan diamana saja, karena umpan baliknya
mengenai dugaan korupsi dana-dana non bujeter milik DKP yang dikorupsi
milyaran rupiah oleh sebagian besar elit politik Indonesia pada masa
kampanye Pilpres 2004 tidak diselesaikan secara tuntas. Kini elemen-elemen
orde baru yang sudah mereinkarnasi itu kembali menyedot perhatian politik
rakyat ke arah keinginan mereka dan kerja mereka selalu berhasil dalam hal
membohongi rakyat kecil.

Rakyat Jadi Korban
Dalam catatan BPS, 6 Juta KK di Indonesia hari ini tergolong tidak memiliki
rumah, itu berarti jika dalam satu keluarga, memiliki 5 anggota keluarga,
secara matematis dapat kita pastikan 30 juta rakyat miskin tidak memiliki
rumah yang layak untuk ditempati. Artinya 30 juta orang Indonesia saat ini
tidak punya rumah dan mereka itu adalah kelompok masyarakat yang hidup pasca
krisis moneter 1995-1998.

Puluhan ribu rakyat di Porong, Sidoarjo, nasibnya tidak tersentuh hari ini,
nasibnya dibuat mengambang, sama seperti aliran lumpur panas lapindo yang
kian menggila dikawasan Sidoarjo. Siapa yang mau secara elegan mengakui
kesalahannya 

[mediacare] Para Menlu ASEAN Desak Myanmar Bebaskan Suu Kyi

2007-07-31 Terurut Topik Papuan Diary
Sinar Harapan http://www.sinarharapan.co.id/
01/08/07



*Para Menlu ASEAN Desak Myanmar Bebaskan Suu Kyi
*http://sinarharapan.co.id/berita/0707/31/lua06.html

*

 *

Manila – Para menteri luar negeri negara-negara Asia Tenggara (ASEAN)
kembali mendesak pemerintah Myanmar untuk membebaskan Aung San Suu Kyi dan
mempercepat reformasi demokrasi. Para menlu ASEAN juga sepakat membentuk
Komisi Hak-hak Asasi Manusia (HAM), meski mendapat penolakan dari Myanmar.

Pada pertemuan tahunannya, Senin (30/7), para menlu ASEAN menyampaikan
keprihatinannya kepada Myanmar soal lambannya reformasi demokrasi di negeri
itu. Mereka mendesak agar negeri yang dipimpin junta militer tersebut
menunjukkan kemajuan transisi damai menuju demokrasi dalam waktu dekat.

Kami senantiasa menyampaikan keprihatinan soal penahanan seluruh tahanan
politik dan mengulangi imbauan kami agar mereka dibebaskan segera, demikian
pernyataan bersama para Menlu ASEAN, Senin.

Menlu Malaysia Syed Hamid Albar mengatakan ASEAN secara khusus menyebutkan
pemimpin oposisi Myanmar, Suu Kyi, yang status penahanan rumahnya
diperpanjang. Tapi Myanmar tidak menjanjikan untuk membebaskannya.

Kami memahami masalah mereka, menurut kami perlu resolusi dan langkah
menuju demokrasi, kata Hamid. Dia menambahkan ASEAN memberikan kerangka
waktu bagi Myanmar, namun tidak menjelaskannya lebih jauh.

Pada hari Minggu, Myanmar menolak dimasukkannya draf mengenai pembentukan
Komisi HAM dalam Piagam ASEAN. * (ap/nat)*




-- 
E-mail: [EMAIL PROTECTED]
Blogs : http://papuandiary.blogspot.com/
--
http://www.youtube.com/papuandiary
http://picasaweb.google.com/papuandiary/


[mediacare] Parlemen Timor Leste Pilih Ketua Baru

2007-07-31 Terurut Topik Papuan Diary
Sinar Harapan http://www.sinarharapan.co.id/
01/08/07

*Parlemen Timor Leste Pilih Ketua Baru
*http://sinarharapan.co.id/berita/0707/31/lua03.html



Dili – Parlemen baru Timor Leste dilantik dan melakukan sidang pertamanya,
Senin (30/7). Dalam sidang tersebut, dewan beranggotakan 65 orang itu
memilih Fernando Lasama de Araujo dari Partai Demokratik, kelompok kecil,
sebagai ketua parlemen.

Akibat tak ada partai politik yang mendapatkan lebih dari setengah jumlah
suara, faksi-faksi yang bersaing gagal mencapai kesepakatan soal pembentukan
pemerintahan baru di bekas provinsi ke-27 Indonesia itu.
Lasama mengalahkan calon Fretilin, Aniceto Guterres. Saya akan berusaha
menjamin parlemen berjalan, kata Lasama dalam pidatonya usai terpilih
sebagai Ketua Parlemen.

Presiden Timor Leste, Jose Ramos-Horta, menyatakan akan menggunakan hak
konstitusionalnya untuk memutuskan susunan pemerintah baru jika
partai-partai gagal melakukannya. Masalahnya ialah siapa akan menjadi
perdana menteri, apakah dari Fretilin atau persekutuan (CNRT), kata Horta
yang juga mantan PM Timor Leste itu.


Pembaruan

Terpilihnya Lasama menjadi Ketua Parlemen Timor Leste, Senin, mencerminkan
adanya pembaruan politik di wilayah bekas koloni Portugis tersebut.

Ini merupakan kemenangan generasi muda yang setidaknya sebagai jalan tengah
menuju pembaruan politik di negara baru itu, kata pemerhati masalah Timor
Leste, Florencio Mario Vieira di Kupang, Selasa (31/7).

Alumnus John Heinz III, School of Public Policy and Management, Carnegie
Mellon University, AS itu mengatakan, pilihan yang dijatuhkan kepada Lasama
merupakan jalan tengah yang diterima generasi tua yang hobi bertikai.
Generasi tua Timor Leste yang suka bertikai dalam politik di negara itu,
menurut Mario, adalah Mario Viegas Carrascalao, Xavier do Amaral, Xanana
Gusmao, Fransesco Lu Olo Guterres dan Mari Alkatiri.
*(ant/nat)*










-- 
E-mail: [EMAIL PROTECTED]
Blogs : http://papuandiary.blogspot.com/
--
http://www.youtube.com/papuandiary
http://picasaweb.google.com/papuandiary/


[mediacare] Indonesia-Timor Leste Didesak Tanggapi Dewan HAM

2007-07-31 Terurut Topik Papuan Diary
Sinar Harapan http://www.sinarharapan.co.id/
01/08/07


*Indonesia-Timor Leste Didesak Tanggapi Dewan
HAM*http://sinarharapan.co.id/berita/0707/31/nas07.html



Jakarta-Sejumlah Lembaga Swadaya Masyarakata (LSM) yang tergabung dalam
Koalisi Keadilan untuk Timor Leste meminta Komisi Kebenaran dan Persahabatan
(KKP) menanggapi sikap PBB terhadap KKP. Indonesia dan Republik Timor Leste
selaku pembentuk KKP juga diminta merespons pernyataan Dewan HAM PBB
tersebut.

Ini memperlihatkan respons PBB bukan sekadar tindakan individual terhadap
orang yang dianggap berkompeten, ujar Harris Ashar, wakil Kontras di
Koalisi tersebut kepada SH, Senin (30/7).

Hal lain yang juga disoroti adalah tentang workshop, di mana
elemen-elemenKontras-ICTJ-Solidamor-Elsam-Imparsial-HRWG-SHMI telah
memberikan masukan agar KKP yang diberi mandat bisa bekerja dengan langkah
yang diterobos, termasuk seimbang menghadirkan korban dan pelaku untuk usaha
komisi ini. Sayangnya, dengar pendapat KKP di Sanur (23-24/7) tidak
memperdengarkan suara korban.

Padahal, pada daftar acara yang diterima publik, tertera nama pemberi
kesaksian Domingos Alves sebagai korban, yang baru dijadwalkan secara
tentatif. Pada saat ia memberi kesaksian pada hari kedua, ia menceritakan
bahwa ia adalah Kepala Desa Raimean yang diculik pihak pro-kemerdekaan.

Tetapi, yang tidak terungkap dalam seluruh proses dengar pendapat ini,
Domingos Alves adalah Komandan Mahidi, kelompok milisi di Zumalai (Kabupaten
Covalima) yang namanya disebut sebagai terdakwa oleh Jaksa Penuntut Umum
PBB, Serious Crimes Unit, karena diduga terlibat dalam kejahatan terhadap
kemanusiaan.

Artinya, proses tanya jawab yang dijalankan para Komisioner pada public
hearing tidak mengacu pada dokumen dakwaan SCU. Uniknya, Domingos Alves
mendapat waktu untuk mengungkapkan bagaimana ia menjadi korban dari pihak
CNRT, tanpa mengakui bahwa ia adalah komandan milisi Mahidi.

Tanpa ada suara korban yang bisa membawa kebenaran pada proses dengar
pendapat ini, sekali lagi yang terdengar hanyalah suara dari mereka-mereka
yang paling mempunyai alasan untuk menutupi kebenaran, ujar Harris.

Koalisi juga menuding proses tanya-jawab yang dibuat Komisioner tidak dapat
mengungkapkan kebenaran. Para pemberi kesaksian bebas menyangkal dan untuk
tidak menjawab pertanyaan yang diberikan, karena tidak ada sanksi atas
penyangkalan. Komisioner pun dinilai tidak mampu melakukan pemeriksaan yang
sungguh-sungguh.

Mereka juga menolak asumsi bahwa para pelaku akan melakukan pengakuan
tentang kejahatan masa lalu untuk mendapatkan amnesti.

*(sihar ramses simatupang)*






*Copyright (c) Sinar Harapan 2003*


-- 
E-mail: [EMAIL PROTECTED]
Blogs : http://papuandiary.blogspot.com/
--
http://www.youtube.com/papuandiary
http://picasaweb.google.com/papuandiary/


Re: [mediacare] PDS JANGAN MAIN API!! Re: Klarifikasi tentang PDS

2007-07-24 Terurut Topik Papuan Diary

Mba Ida,

PDS ini kan pendeta-pendetanya keblinger politik. Biar diomongin gimana
cara, mereka pasti akan pakai jemaat-jemaat mereka untuk sesuatu yang
sifatnya politis. Sudahlah, biarkan  saja!

On 7/24/07, idakhouw [EMAIL PROTECTED] wrote:


  Sudahlah Bung Tionghoa PDS konsentrasi saja belajar disiplin
(ilmu) Gereja dan Masyarakat.
Jangan buat Gereja Bethel bermain api dalam politik pemerintahan DKI!!

Belajarlah dari sejarah! lihat apa dampaknya di Eropa ketika gereja
dicampur-adukkan dengan politik pemerintahan!

Lihat sekelilingmu! apa yang sedang terjadi dengan saudara2 Muslim
ketika agama dibikin kotor oleh politisi! bantu dan bahu-membahulah
dengan mereka menciptakan masyarakat yang lebih Damai Sejahtera,
jangan malah ikut2an mengotori diri sendiri!

Ajar jemaat mengerti politik! dorong mereka berpartisipasi dalam
politik, mejadi GARAM dan TERANG dalam politik! tapi JANGAN bawa
institusi gereja BERMAIN POLITIK!!

Ida Khouw

 





--
E-mail: [EMAIL PROTECTED]
Blogs : http://papuandiary.blogspot.com/
--
http://www.youtube.com/papuandiary
http://picasaweb.google.com/papuandiary/


Re: [mediacare] Mencuri kemenangan

2007-07-16 Terurut Topik Papuan Diary

Ngomong-ngomong,

Elly Aiboy itu orang Papua lohh...

ada komentar?

Hahahaha

On 7/15/07, erick enggano [EMAIL PROTECTED] wrote:


  Gak salah kok, lah wong kemenangan arab saudi jelas -
jelas mencuri dari indonesia.
liat gak sih... bagaimana wasit yang sudah tergadaikan
harga dirinya di uni emirat arab. keliatan jelas kalo
kalo wasit lebih PRO ke arab...
dan kemenangan memang seharusnya ada di Indonesia Tapi
sudah dicuri oleh TIMNAS ARAB.
BENER - BENER MENCURI..

--- Daniel H.T. [EMAIL PROTECTED] danielht%40rad.net.id wrote:

 Satu lagi kebiasaan media Indonesia, terutama cetak
 dalam menulis berita menggunakan kalimat yg tidak
 tepat adalah kalimat: mencuri kemenangan. Kalimat
 ini sering digunakan dalam menulis berita olah raga.
 Di mana ada satu tim/individu menang atas
 tim/individu lain ditulis: si A berhasil mencuri
 kemenangan dari B. Kata 'mencuri' mempunyai
 konotasi negatif walaupun bukan mempunyai arti
 harafiah. Dalam konteks ini seolah-olah A memang
 atas B dgn cara2 yg tidak terhormat.

 Contoh: Kompas, Minggu, 15 Juli 2007 menulis: Arab
 Saudi mencuri kemenangan dari Indonesia.
 Seolah-olah Aras Saudi berhasil menang dgn cara yg
 tidak fair. kemenangan seharusnya milik Indonesia,
 tetapi Arab Saudi mencuri-nya dari Indonesia dgn
 suatu trik tertentu.

 Ada yg punya pendapat lain?

 Terima kasih


__
Choose the right car based on your needs. Check out Yahoo! Autos new Car
Finder tool.
http://autos.yahoo.com/carfinder/
 



Re: [mediacare] Re: Mencuri kemenangan

2007-07-16 Terurut Topik Papuan Diary

Itulah yang disebut PATRIOTISME. Tapi sampai hari ini banyak kalangan di
Indonesia menuduh kami orang Papua sebagai yang tidak patriotis!

Dalam sumber daya ekonomi. SDA Papua dikuras dan memberikan sumbangan yang
tidak sedikit dalam APBN Indonesia. Tetapi ketika orang Papua protes tutup
Freeport, semua menuduh separatis, semua bilang separatis harus dibasmi
dampai ke akar-akarnya

Anda termasuk orang yang beranggapan seperti apa dalam melihat gejolak
politik di Tanah Papua?

Banyak sekali kebanggaan yang diberikan orang Papua untuk Bangsa ini, tetapi
banyak pula orang Indonesia lain masih mengganggap kami terbelakang,
berkoteka, primitif, dll

Apa komentar Anda?

On 7/16/07, ariel [EMAIL PROTECTED] wrote:


  ada bung. Saya bangga melihat timnas Indonesia yang terdiri dari
multietnis, bangga melihat mereka begitu padu dalam bermain, bangga
melihat antusiasme supporter yang mendukung mereka. Saya kira Elly
Aboy pun merasakan kebanggaan yang sama. Lalu bagaimana dengan anda?

salam,
-ariel-

--- In mediacare@yahoogroups.com mediacare%40yahoogroups.com, Papuan
Diary [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Ngomong-ngomong,

 Elly Aiboy itu orang Papua lohh...

 ada komentar?

 Hahahaha


 



[mediacare] Fwd: [PEMBEBASAN PAPUA] Tentang Pembebasan Papua

2007-07-16 Terurut Topik Papuan Diary

-- Forwarded message --
From: Pembebasan Papua [EMAIL PROTECTED]
Date: Jul 17, 2007 12:10 AM
Subject: [PEMBEBASAN PAPUA] Tentang Pembebasan Papua
To: Pembebasan Papua [EMAIL PROTECTED]
Cc: Front PEPERA [EMAIL PROTECTED], KP AMP [EMAIL PROTECTED], Sunny
[EMAIL PROTECTED], BISAI [EMAIL PROTECTED], Roysepta ABIMANYU 
[EMAIL PROTECTED], Phil [EMAIL PROTECTED], Web Master 
[EMAIL PROTECTED], rex rumakiek [EMAIL PROTECTED], Sitogog 
[EMAIL PROTECTED], Tabaos Nusa Ina [EMAIL PROTECTED], Timika AIBON
[EMAIL PROTECTED], tokobukumurah [EMAIL PROTECTED]

  Description
Perjuangan Pembebasan Nasional dan Revolusi Papua Barat tidak terlepas dari
materi sejarah perubahan. Hakikat Perjuangan Pembebasan Nasional dan
Revolusi Papua Barat adalah Perjuangan klas yang bermakna membebaskan diri
manusia atas eksploitasi kelas penindas terhadap kelas yang ditindas.

Tugas Perjuangan Pembebasan Nasional dan Revolusi Papua Barat merupakan
bagian tak terpisahkan dari perjuagan klas tertindas lainnya diseluruh dunia
dalam melawan segala bentuk penjajahan atas kemanusiaan.

Tugas sejarah ini merupakan cita-cita maju dari gerakan progresif
revolusioner di Papua Barat untuk menyatukan kekuatan perlawanan terhadap
globalisasi ekonomi (kapitalisme monopoli/imperialisme) dan merubah sistem
ekonomi-politik yang sesuai dengan kebutuhan klas tertindas.

Hanya dengan Persatuan Ideologi, Politik dan Organisasi maka Revolusi
pasti dimenangkan oleh gerakan radikal-revolusioner dimana saja sedang
bergerak dengan semangat ideologi yang sama, termasuk di Tanah Papua.

Tugas kita sekarang ini adalah memahami karakter dan watak daripada
Imperialisme dan membuat taktik yang tepat untuk menghancurkan klas-klas
yang menjadi kekuatan penyokong imperialisme sekaligus menghancurkan
imperialisme, dengan demikian, tugas kita adalah membangun solidaritas tanpa
batas dengan kaum tertindas lainnya untuk berjuang melepaskan diri dari
belenggu imperialisme.

Salam Pembebasan!
Revolusi sampai MENANG!
PERSATUAN TANPA BATAS, PERJUANGAN SAMPAI MENANG!
Bersama Kebenaran Sejarah Sang Bintang Kejora!

Moderator,
PEMBEBASAN PAPUA



 Persatuan Tanpa Batas, Perjuangan Sampai Menang!
 
 Bebaskan Papua Dari Neo-Kolonialisme!
 Bebaskan Papua Dari Imperialisme!
 Bebaskan Papua Dari Militerisme!


--
Be a better Globetrotter. Get better travel answers
http://us.rd.yahoo.com/evt=48254/*http://answers.yahoo.com/dir/_ylc=X3oDMTI5MGx2aThyBF9TAzIxMTU1MDAzNTIEX3MDMzk2NTQ1MTAzBHNlYwNCQUJwaWxsYXJfTklfMzYwBHNsawNQcm9kdWN0X3F1ZXN0aW9uX3BhZ2U-?link=listsid=396545469from
someone who knows.
Yahoo! Answers - Check it out.




[mediacare] Malpraktek Manajemen Pemerintahan Atas Papua

2007-07-16 Terurut Topik Papuan Diary

Malpraktek Manajemen Pemerintahan Atas
Papuahttp://papuandiary.blogspot.com/2007/06/malpraktek-manajemen-pemerintahan-atas.html
Ditulis
Oleh: Papuan Diary*

PAPUA dapat dilambangkan sebagai bara yang sedang membara dalam sekam, ia
menyimpan begitu banyak masalah yang harus diurai satu per satu dengan
bijaksana. Benang kusut masalah Papua yang demikian sukar telah menyebabkan
banyak tafsir berbeda yang dimunculkan dalam rangka mengurai kembali
kekusutan permasalahan Papua yang pelik itu. Sebab jika tidak, kekusutan
masalah itu justru menjadi bumerang bagi para pihak yang terkait dengan
masalah Papua.

Selengkapnya:
http://papuandiary.blogspot.com/2007/06/malpraktek-manajemen-pemerintahan-atas.html


[mediacare] Duka Untuk Sdr-Ku Didimus Tabuni [Surat untuk Nia]

2007-07-13 Terurut Topik Papuan Diary

Saudaraku,

Kau tidak sendirian. Kami yang lain turut berduka atas kepergian Almarhum.
Saya mendapat kiriman email Nia melalui kawan-kawan Front PEPERA PB.

H...banyak hal memang harus kita lawan untuk bangun tegaknya keadilan
dan kesejahteraan bagi masyarakat adat [pemilik hak ulayat dimana Freeport
beroperasi] maupun oleh para pekerja seperti Alm. D Tabuni yang berjuang
supaya hak-hak normatif buruh Freeport ditingkatkan.

Karena Freeport-lah, orang-orang seperti Bung Didimus menjadi martir. Karena
Freeportlah, sampai saat ini rakyat Papua terjajah, karena Freeportlah
banyak orang Papua harus mati seperti Alm. Didimus Tabuni. Freeport adalah
masalah, masalah dan masalah.

Sebagai kekasih, sebagai teman,  orang yg paling merasa kehilangan memang
adalah Sdri, tetapi jangan terus bersedih.

Mari kita berjuang sama-sama, meneruskan apa yang sudah dilakukan Alm.
Didimus Tabuni. Meneruskan cita-cita perubahan sejati bagi kemanusiaan, bagi
kemerdekaan sejati rakyat.

Salam dari saya yang juga masih berduka sampai hari ini untuk Sdr.
Tabuni

Salam Damai!
PD

P.S: Terlampir dibawah email asli dari Sdr. Nia waktu becerita dengan Bert
Tabuni.


--

- Pesan Asli 
Dari: Deniaty Nababan [EMAIL PROTECTED]
Kepada: [EMAIL PROTECTED]
Cc: [EMAIL PROTECTED]
Terkirim: Rabu, 27 Juni, 2007 5:20:21
Topik: helo papua

Hello Bent Tabuni, apa kabar?

Saya Nia, kekasih bang Didimus James Tabuni.

Saya sudah membaca semua informasi meninggalnya didimus james tabuni di
surabaya post dan kompas, ternyata didimus tidak diketahui apa penyebab
kematiannya.

Tapi ketika didimus datang kemedan pada tanggal 1 juni 2007 dia pernah
cerita pada saya kalau didimus sering dikirim sms teror dari orang-orang.

Setelah kembalinya dari Medan menuju Jakarta, seminggu kemudian Didimus
memberitahu kabar bahwa Didimus sakit hanya pada pergelangan kakinya, dan
saya suruh dia untuk cek kedokter dan hasil dokter mengatakan dia baik-baik
dan sehat-sehat saja.

Dan Didimus juga pernah beritahu saya, bahwa ada seseorang perempuan yang
bertelepon dengan dia dan mengajak untuk bertemu, dan Didimus menyetujuinya.

Menurut Didimus perempuan yang dijumpainya adalah seseorang mata-mata mereka
ingin tahu informasi mengenai Freeport.

Dan terakhir saya masih menerima sms dari Didimus yang terakhir kalinya pada
tanggal 16 juni 2007 pada sore hari,saya bertanya kabarnya dan dia menjawab
saya capek sekali ingin istirahat dan ternyata itulah sms terakhir Didimus
untuk saya dan Didimus telah istirahat untuk selamanya dan meninggalkan
saya.

Dan Didimus meninggal saya tidak tahu hpnya tidak aktif mulai tanggal 17-21
juni 2007,dan ketika hari jumat saya hubungi ternyata Didimus sudah
dikuburkan.

Dan setelah mendengar berita itu hancurlah perasaan saya,karena pria Papua
yang saya cintai sudah meninggal dunia dan tidak menemani saya lagi
menghadapi perjalanan hidup ini,dan dia meninggalkan kenangan yang tidak
pernah saya lupakan sampai saya juga menutup dipanggil Tuhan.


[mediacare] Fwd: [PEMBEBASAN PAPUA] Letter from Front PEPERA PB

2007-07-13 Terurut Topik Papuan Diary

-- Forwarded message --
From: David Chan [EMAIL PROTECTED]
Date: Jul 13, 2007 8:28 PM
Subject: [PEMBEBASAN PAPUA] Letter from Front PEPERA PB
To: [EMAIL PROTECTED]

  Dear All,

Since last week, my friends who are members of the United Front of West
Papua's Fight [Front PEPERA PB] have been repressed not only by legal
apparatus [TNI/ Polri] but also by civil powers which are militerised by
BIN/ TNI/Polri.

Front Pembela NKRI (Front of NKRI defenders), led by one MP member of DPRD
Yogyakarta, have declared open war against my friends of Front PEPERA PB and
AMP (Alliance of Papuan Students) and all the Papuans who are now living in
Yogyakarta. The same thing has also occured against our friends in Solo
city, Central Java.



(I) need support and solidarity from other friends. Since in the beginning
we have frequently stated to the Indonesian government that the settlement
of Papuan case through democratically logical dialogues is more effective
than the use of political violence.



The phenomenon in Jogjakarta today will spread to all directions, and I
believe that the horizontal conflicts may erupt between our members from
Front PEPERA PB and the mass of people which are organised by BIN and or
TNI/ POLRI.

We have read this signal clearly, and through the internal mechanism of the
Front, I have instructed my friends to keep calm, and not to be provoked. If
they (the enemies) start, then we will respond.



If one of our members die, or is abducted, or is repressed cruely, then
(our) Front will respond firmly, in any forms!



This is a historical believe! This is a political believe, this is the
believe for a change, which cannot be abandoned just because of the
intimidations from any groups of people and or organisations who claim to
represent Indonesian people or who call themselves Front of NKRI defenders.



NKRI donot give guarantees for living in freedom, living a healthy life;
receiving adequate educations, living free from military intimidations; and
guarantees that Papuan natural resources will not be robbed continuously.



NKRI only need Papua natural resources and pay no attention to whether their
people are prosperous or not.  They paid no attention to whether there are
human rights violations or not, they don't care what the people need. They
don't care about justice.



NKRI only exploit Papuan people. NKRI for us is a new product of
Neo-Colonialism or the servants of Neo-Colonialism.



If what happened in Jogjakarta is ignored and is out of the attention of
other mass organisations, especially the pro-democracy organisations in
Indonesia then Front PEPERA PB are going to release official instructions to
our members of the Front and to all Papuans in overseas to return to Papua
Land.



All the Papuan people living outside Papua, especially in Sumatra, Java,
Bali, NTT, Maluku and Sulawesi, will be instructed to return to Papua
immediately.



No choice. The whole Papua will become the field of slaughtering. Because it
seems that all people keep silent, it seems that all are dumb and deaf.



Greeting for Change

Infinite Unity, Fight Until (We) Win!



Hans Gebze

General Chairman of the National Executives of Front PEPERA PB (Ex Officio)

International Spokesperson of the Front






Re: [mediacare] Re: Artikel JATAM: Nasionalisasi atau Renegosiasi Kontrak-kontrak Pertambangan, Tindakan Bunuh Diri?

2007-07-12 Terurut Topik Papuan Diary

Sebagai tambahan saja.

Perlawanan rakyat Papua terhadap Freeport pada beberapa waktu lalu sudah
sampai pada tahapan yang maju.

Sayangnya, pikiran picik nasionalisme sempit yang melanda manusia2 yang
belum sadar bahwa kita sama-sama dihidap imperialisme ini dibelokkan menjadi
semangat anti-separatisme oleh BIN / TNI / Polri.

Hasilnya?

Puluhan anggota Front PEPERA PB ditahan di LP Abepura, akibat bentrok yang
memang disengaja oleh skenario intiligen supaya Freeport tetap bisa
beroperasi di Tanah Papua. Coba anda bayangkan. Luas lahan konsesi yang
dimiliki Freeport di Pegunungan Tengah Papua sini, jumlahnya 3 Juta Hektar,
itu sama dengan 5 Kali luas Kota Jakarta digabung Bogor, Bekasi, Tangerang
dan Depok. Itu mengapa rakyat Papua selalu lawan Freeport, selalu bilang
Freeport harus ditutup, karena alasan2 tadi.

Hasilnya jelas, setelah semua gerakan maju di Papua diberangus, Polri ambil
alih pengamanan Freeport, TNI tersisihkan dari arena ini, tapi TNI seperti
biasa, tetap provokasi kelompok2 tertentu disekitar Freeport untuk kasih
keruh suasana, tujuannya jelas, ambil kembali piring nasinya yang sudah
diambil oleh Polri.

Itu skenario besar, yang harus kalian dibagian lain paham, itu situasi
obyektif yang terjadi Papua umumnya dan Tembagapura / Timika khususnya.

Semua menuduh gerakan Papua sebagai gerakan yang harus dihabisi tanpa
melihat esensi dari apa yang diperjuangkan oleh orang2 yang tergabung dalam
Front PEPERA PB.

Payahnya, orang2 muda seperti Bung Akhmad ini, kadang2 terjebak dengan pola
pikir militeristik milik TNI/Polri.

Kenalilah musuh anda secara benar sebelum telunjuk anda menunjuk kearah yang
salah. Mengapa rakyat Papua nekat memperjuangkan pembebasan nasionalnya?

Jawaban yang pasti adalah karena Tanah Papua dijadikan obyektif politik
Imperialisme pada masa-masa memuncaknya krisis perebutan Papua oleh
Indonesia dan Belanda pada tahun 1960-an.

Sekedar catatan saja;

1. Liberalisasi Politik dan Liberalisasi Ekonomi terjadi di Indonesia
terjadi oleh karena adanya Kontrak Karya Generasi Pertama [KK I] Freeport
McMoran dan Indonesia [Orde Baru] pada Bulan April 1967. Hal ini melegalkan
pembentukan UU No. 1 Tahun 1967 mengenai Penanaman Modal Asing [UU PMA].

2. KK I terjadi 2 tahun sebelum Penentuan Pendapat Rakyat [PEPERA] 1969
dilakukan di Papua. Mengapa Pemerintah RI sudah berani bikin kontrak dengan
Freeport dan USA sementara rakyat Papua masih belum menentukan hak
politiknya?

3. Politik Otsus yang sekarang terjadi di Papua adalah merupakan politik
neo-liberal hasil pesanan IMF dan Bank Dunia untuk mempermudah pencurian
sumber2 ekonomi rakyat di  Tanah Papua.

===

Bacalah kembali tulisan saya:
Kepentingan Modal Asing Dalam Masalah
Papuahttp://papuandiary.blogspot.com/2007/06/kepentingan-modal-asing-dalam-masalah.html

Ditulis Oleh: Papuan Diary*

Papua masih merupakan wilayah rawan konflik yang belum dapat didamaikan atau
paling tidak belum ditemukan jalan terbaik penyelesaian masalahnya. Masalah
Papua bukan sekedar masalah politik melulu tetapi sudah merupakan konflik
multi dimensional yang merasuk segala aspek kehidupan social rakyat. Sebuah
konflik multi dimensional yang harus diurai dan dicari jalan penyelesaiannya
dengan adil.

Selengkapnya:
http://papuandiary.blogspot.com/2007/06/kepentingan-modal-asing-dalam-masalah.html

==

Semua pihak di Indonesia harus memahami mengapa rakyat Papua lakukan
perlawanan, mengapa perjuangan Pembebasan Nasional Papua terpatri dalam
ingatan dan tindakan kolektif rakyat Papua? Semuanya karena rakyat Papua
sadar sesadar-sadarnya bahwa kami sedang dihidap oleh Imperialisme yang
didukung sepenuhnya oleh Pemerintahan Indonesia, itulah mengapa kita katakan
bahwa pemerintah Indonesia adalah Neo-Kolonialis, karena hal ini.

Lain hal yang patut dipertimbangkan. Sejarah politik rakyat Papua, termasuk
sejarah intergrasinya, sama sekali direkayasa oleh kepentingan-kepentingan
imperialisme tadi.

Kalau anak-anak muda Indonesia dewasa ini memandang Imperialisme sebagai
musuh, maka teluntuk dan tindakan politik anda harus diarahkan kepada
Imperialisme dan bukan kepada rakyat Papua. Kami adalah korban ketamakan
modal asing, kami adalah korban kebiadaban TNI/Polri. Itu kenyataannya.

Terserah para pemuda Indonesia mau bilang apa, tapi sudah berulang kali saya
katakan, saya berjuang bagi Pembebasan Nasional Papua oleh karena alasan2
obyektif tadi.

Terima kasih!
Salam Dari Timur!

PD

On 7/12/07, Akhmad Asaad [EMAIL PROTECTED] wrote:


  Ibu, bpk, sdri atau sdr LULU yb.,
terimakasih banyak untuk email yang sangat berguna.
Singkatnya cara kontrak kerja yang dimulai Orba sejak awal yaitu bagi
hasil itu sangat merugikan bangsa dan negara kita karena tidak akuntabel
samasekali. Tentu disini ada kesengajaan dua pihak, untuk meraup laba
semaksimal mungkin, untuk MNC-MNC dan
para pejabat. Sampai kini semua KK dengan mereka tidak ada
akuntabilitasnya. Hanya kadang disiarkan berita bahwa yang disetor kepada RI
sekian dan sekian, ttp mana

[mediacare] Fwd: [::::: Papuan Diary :::::] Perlawanan Rakyat Papua Dalam Foto

2007-07-12 Terurut Topik Papuan Diary

-- Forwarded message --
From: Diary Papua [EMAIL PROTECTED]
Date: Jul 13, 2007 10:41 AM
Subject: [: Papuan Diary :] Perlawanan Rakyat Papua Dalam Foto
To: [EMAIL PROTECTED]

Banyak rakyat di Indonesia tidak memahami dengan benar apa yang
diperjuangkan rakyat Papua. Jauh sebelum perebutan Papua Barat antara
Indonesia Vs Belanda, rakyat Papua sudah melakukan upaya-upaya perjuangan
Pembebasan Nasional.

Berikut ini saya tampilkan foto-foto pengibaran bendera nasional Papua
Barat, yaitu Bendera Bintang Kejora, yang diabadikan oleh seorang kawan,
dalam peringatan Hari Kebangkitan Nasional Papua Barat pada tanggal 1 Juli
2007 lalu.

---
http://bp3.blogger.com/_5Mc6wFmVwZM/Rpbx9-i8kJI/AHY/0ox2e0TDsvs/s1600-h/Arthur+fotho695+copy.jpg

-
http://bp1.blogger.com/_5Mc6wFmVwZM/RpbzEei8kKI/AHg/VT5wXKf8q-U/s1600-h/Arthur+fotho698+copy.jpg

-
http://bp0.blogger.com/_5Mc6wFmVwZM/RpbzyOi8kLI/AHo/GbwqW0qUa50/s1600-h/100_0332+copy.jpg

--
Foto-foto lain akan saya tampilkan, hanya untuk memberikan gambaran bahwa
perjuangan Papua, tidak dilakukan oleh segelintir orang, ia merupakan
sejarah yang sudah menyatu ditengah kehidupan kolektif rakyat Papua.

--
Posted By Diary Papua to : Papuan Diary :
http://papuandiary.blogspot.com/2007/07/perlawanan-rakyat-papua-dalam-foto.htmlon
7/12/2007 08:24:00 PM


[mediacare] Front Pembela NKRI Akan Sweeping Separatisme di Yogya

2007-07-11 Terurut Topik Papuan Diary

*Front Pembela NKRI Akan Sweeping Separatisme di Yogya*
Dipublikasi pada Wednesday, 11 July 2007 oleh
makimeehttp://www.kabarpapua.com/
[image: Terrorisme
NKRI]http://kabarpapua.com/online/modules.php?name=Newsnew_topic=1
*Yogyakarta (kabarpapua. com)--*Front Pembela Negara Kesatuan Republik
Indonesia (FP-NKRI) akan melakukan *sweeping* terhadap orang-orang yang
mendukung gerakan separatisme di wilayah Yogyakarta. Hal itu dilakukan bila
TNI/Polri sudah tidak mampu mengatasi munculnya gerakan mendukung
separatisme di kota pelajar ini.

Hal itu dikatakan Ketua FP-NKRI Gandung Pardiman di Gedung DPRD DIY di Jl
Malioboro, Yogyakarta, Sabtu (7/7/2007).

Kalau TNI/Polri sudah tak mampu lagi mengatasi, kami bersama-sama anggota
FP-NKRI akan men-*sweeping* mereka yang nyata-nyata mau makar dan mendukung
separatisme, katanya.

Gandung mengatakan, insiden pembentangan bendera RMS di hadapan Presiden SBY
di saat acara peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) di Ambon, Maluku
sudah merupakan tamparan tersendiri bagi negara Indonesia. Belum lagi
ditambah dengan kasus pengibaran bendera Bintang Kejora di Papua.

Kami pendukung Front Pembela NKRI benar-benar terluka dengan kasus di Ambon
dan Papua. Kami tidak akan tinggal diam, ancam Gandung.

Menurut dia, pihaknya menyayangkan adanya penggunaan lambang-lambang Bintang
Kejora saat terjadi aksi demo mahasiswa Papua pada Rabu 4 Juli. Namun kalau
saat ini warga Yogyakarta masih belum bereaksi dalam kasus itu, bukan
berarti akan diam saja dan tidak bereaksi.

Kesabaran warga Yogyakarta ada batasnya. Kami tidak ingin Yogyakarta
dijadikan tempat bagi pendukung gerakan separatis, tegas Ketua DPD Partai
Golkar DIY itu.

Selama ini, kata dia, Kota Yogyakarta dikenal sebagai Indonesia mini dengan
penuh keragaman budaya. Dengan demikian apa artinya belajar di Yogyakarta
sebagai kota pendidikan, tapi tidak punya rasa cinta Tanah Air dan hendak
memisahkan diri dari NKRI.

Dia mengatakan, sebagai ketua partai, dirinya sudah banyak bergaul dan
berinteraksi dengan berbagai suku dan masyarakat dari berbagai wilayah
Indonesia yang sedang belajar di kota Yogyakarta. Dari pergaulan itu
diakuinya tidak semua warga Maluku maupun Papua yang mendukung gerakan
separatis.

Dalam pertemuan dengan anggota FP-NKRI pada Jumat malam yang dihadiri massa
dari ormas lain disepakati pihaknya tidak akan asal-asalan dalam melakukan *
sweeping*. Bila benar-benar terbukti nyata mendukung separatisme, FP-NKRI
yang mempunyai anggota ribuan di wilayah DIY itu akan menangkapnya.
Selanjutnya akan diserahkan kepada aparat untuk memproses secara hukum.

Kami juga akan melacak mahasiswa-mahasiswa pendukung separatis melalui
kampus perguruan tinggi, kata Gandung yang sudah menjabat Ketua FP-NKRI
sejak tahun 1999 itu. *(bgs/sss)


NKRI Defenders Front to conduct sweeps for
separatist supporters in **Yogyakarta*

*
**Yogyakarta --* The Unitary State of the Republic of Indonesia efenders
Front (FP-NKRI) will be conducting sweeps of people who support separatist
movements in the Central Java city of Yogyakarta and surrounding areas. This
will be done because the TNI (Indonesian military) and the police are no
longer capable of dealing with the movements supporting separatism in the
student city.

This was conveyed by FP-NKRI chairperson Gandung Pardiman at the Yogyakarta
Regional House of Representatives on Saturday July 7. If the TNI and
police are no longer capable of dealing with it, we together with members of
the FP-NKRI will conduct sweeps against those who clearly want rebellion and
support separatism, he said.

Pardiman said that the unfurling of the South Maluku Republic (RMS) flag in
front of President Susilo Bambang Yudhoyono during the commemoration of
National Family Day in Ambon, Maluku, was a slap in the face against the
Indonesian state. This was
compounded by the flag raising incident of the Morning Star in Papua. We as
supporters of the NKRI Defenders Front were truly hurt by the incidents in
Ambon and Papua. We cannot remain silent, threatened Pardiman.

Pardiman said that his group also regrets the use of the symbol of the
Morning Star during a demonstration by Papuan students in Yogyakarta on
Wednesday July 4. Although Yogyakarta residents did not react to the
incident, it does not mean that
they will just stay silent and take no action.

The tolerance of Yogyakarta residents has its limits. We don't want
Yogyakarta to be turned into a place for supporters of separatist
movements, asserted the chairperson of the Golkar Party's Yogyakarta
regional leadership board. Pardiman added
that as the chairperson of a political party, he associates closely with
various groups and
communities from different parts of Indonesia that are studying in
Yogyakarta and knows that not all Maluku and Papuan people support the
separatist
movements.

During a meeting of FP-NKRI members on Friday night attended by several
other mass 

[mediacare] Re: Hak Hidup dan Demokrasi Mahasiswa Papua Yogya Terancam

2007-07-11 Terurut Topik Papuan Diary

Persiapkan diri, semua kawan yang ada diluar Papua termasuk Yogyakarta,
bersiap diri untuk kembali ke Tanah Air kita Papua!

Inilah cara paling aman, untuk selamatkan diri kita dari mentalitas penjajah
yang sekarang mulai merusak moral rakyat kecil yang tidak mengerti apa yang
kita alami di Papua.

BERSIAPLAH KAWAN-KAWAN, BAGI KALIAN YANG ADA DILUAR PAPUA, BERSIAP-SIAPLAH,
SEMUA RAKYAT PAPUA DILUAR TANAH PAPUA HARUS PULANG KE TANAH AIR KITA PAPUA
BARAT!

TIDAK ADA PILIHAN DITENGAH KEBENCIAN ATAS NAMA NASIONALISME YANG SEDANG
DIBANGUN HARI INI DI JAKARTA.

MARI, KEMBALI KE IBU-MU, KEMBALI KE ASAL-MU, KEMBALI KE TANAH AIR KITA TANAH
PAPUA!

On 7/11/07, melanesia_ ignatio [EMAIL PROTECTED] wrote:


* **Ancaman atas hak hidup dan demokrasi mahasiswa Papua di Yogyakarta. *
* ** *
* **Baca berita di bawah ini: *
* ** *
* **Berita Pertama: *
* ** *  *Front Pembela NKRI Akan Sweeping Separatisme di Yogya*
* **[image: Terrorisme 
NKRI]http://kabarpapua.com/online/modules.php?name=Newsnew_topic=1
Yogyakarta (kabarpapua. com)--Front Pembela Negara Kesatuan Republik
Indonesia (FP-NKRI) akan melakukan sweeping terhadap orang-orang yang
mendukung gerakan separatisme di wilayah Yogyakarta. Hal itu dilakukan
bila TNI/Polri sudah tidak mampu mengatasi munculnya gerakan mendukung
separatisme di kota pelajar ini.

Hal itu dikatakan Ketua FP-NKRI Gandung Pardiman di Gedung DPRD DIY di Jl
Malioboro, Yogyakarta, Sabtu (7/7/2007). *
* ** *
* **Baca selengkapnya:
http://kabarpapua.com/online/modules.php?name=Newsfile=articlesid=468*
**
*Berita Kedua:*

  *DPRD DIY MINTA APARAT TNI/POLRI TINDAK TEGAS AKSI SEPARATISME DI
YOGYAKARTA*
Dipublikasi pada Sunday, 08 July 2007 oleh 
*Tribesman*http://www.kabarpapua.com/
*[image: Terrorisme 
NKRI]*http://kabarpapua.com/online/modules.php?name=Newsnew_topic=1
*Jogja (KR)* - Kalangan DPRD DIY meminta aparat keamanan, baik TNI maupun
Kepolisian bersikap tegas terhadap aksi-aksi yang dilakukan oleh pihak-pihak
yang menyuarakan separatisme dan memisahkan diri dari NKRI di Yogyakarta.

Jangan sampai terjadi, dengan sikap yang permisif dan tidak tegas, maka
Yogya akan dijadikan pusat gerakan separatis. Sebab dikhawatirkan, jika
aparat keamanan tidak bersikap tegas, maka rakyat Yogya yang cinta NKRI juga
akan melakukan reaksi yang lebih keras untuk mengusir kelompok masyarakat
yang anti NKRI itu.

*Baca* *selengkapnya: **
http://kabarpapua.com/online/modules.php?name=Newsfile=articlesid=455*http://kabarpapua.com/online/modules.php?name=Newsfile=articlesid=455
* dan 
**http://www.kr.co.id/article.php?sid=129577*http://www.kr.co.id/article.php?sid=129577

Lalu, harus bagaimana?

Wasalam!

--
It's here! Your new message!
Get new email 
alertshttp://us.rd.yahoo.com/evt=49938/*http://tools.search.yahoo.com/toolbar/features/mail/with
 the free Yahoo!
Toolbar.

--
Park yourself in front of a world of choices in alternative vehicles.
Visit the Yahoo! Auto Green 
Center.http://us.rd.yahoo.com/evt=48246/*http://autos.yahoo.com/green_center/;_ylc=X3oDMTE5cDF2bXZzBF9TAzk3MTA3MDc2BHNlYwNtYWlsdGFncwRzbGsDZ3JlZW4tY2VudGVy




Re: [nasional-list] Re: [mediacare] Separatisme dalam NKRI

2007-07-11 Terurut Topik Papuan Diary

Omong Kosong!

Bung Ahmad, coba anda datang kesini. Kemarilah ke Papua. Apakah sekelompok
orang yang memperjuangkan pembebasan nasional Papua?

Ngawur saja kalau bicara.

On 7/12/07, Akhmad Asaad [EMAIL PROTECTED] wrote:


  *Benar sekali Editorial ini.*
*Segala bibit separatisme yang ditebar oleh kelompok kecil di Maluku,
Papua, Aceh ataupun dimana saja diwilayah NKRI harus segera dibasmi oleh
pemerintah yang harus bekerja secara tegas, cepat dan tuntas. *
*Juga dibutuhkan kerja keras oleh negara, yang kini dimpimpin oleh SBY dan
para*
*pendukungnya, untuk memperbaiki upaya pembangunan menyeluruh sampai ke*
*semua daerah.*
*Sifat dan sikap ragu, bimbang, sedih, tebar pesona sangat melemahkan
negara ini*
*hingga mudah dilecehkan oleh kelompok-kelompok gurem yang vokal, dan
dibantu*
*oleh kepentingan ekonomi dari luar.*
*Andai merasa tidak bisa, sidangkan MPR, ganti dengan pemerintah nasional
gotong-royong yang aktif, tegas, patriotik dan pro-demokrasi serta rajin
membangun bangsa.*
**
*AAsaad*


*Sunny [EMAIL PROTECTED]* wrote:

  Refleksi: *Apakah orang mau memisahkan diri dari sesuatu persekutuan
yang baik atau yang buruk?*

http://www.suarapembaruan.com/News/2007/07/11/index.html

SUARA PEMBARUAN DAILY TAJUK RENCANA I Separatisme dalam NKRI Heterogenitas
yang dimiliki bangsa Indonesia ternyata masih saja mendapat cobaan.
Keanekaragaman suku, agama, kekayaan alam, serta latar belakang sejarah yang
seharusnya menjadi modal berharga membangun bangsa, tetapi ternyata oleh
sekelompok orang dijadikan alasan untuk memisahkan diri dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Selama dua pekan terakhir terjadi tiga
peristiwa yang menghebohkan. Peristiwa *pertama*, keberhasilan sekelompok
penari cakalele mempertontonkan bendera Benang Raja di hadapan Presiden
Yudhoyono saat memperingati Hari Keluarga Nasional di Ambon, Maluku.
Kejadian itu merupakan tamparan bagi pemerintah, terutama aparat keamanan,
karena tidak sanggup mencegah tindakan para simpatisan Republik Maluku
Selatan (RMS) menghina Presiden Republik Indonesia. Kasus itu sedang
ditangani Polri dan sejumlah orang telah ditetapkan sebagai tersangka karena
dinilai berbuat makar. Peristiwa *kedua* adalah pembentangan bendera
Bintang Kejora, yang menjadi simbol perjuangan Organisasi Papua Merdeka
(OPM) saat berlangsung Konferensi Besar Masyarakat Adat Papua, pekan lalu.
Kasus ini pun sedang ditangani aparat keamanan. Kemudian, peristiwa *
ketiga* adalah deklarasi partai lokal di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
(NAD). Partai itu diberi nama Partai GAM. Menurut para pendiri partai itu,
GAM hanyalah sebuah nama, bukan kependekan dari Gerakan Aceh Merdeka. Namun,
lambang partai tersebut sama persis dengan bendera kelompok separatis
Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Salah satu figur yang menonjol dari partai itu
adalah mantan Panglima GAM, Muzakkir Manaf. Meskipun partai lokal itu
belum dianggap sah karena sampai saat ini Kantor Wilayah Departemen Hukum
dan HAM Provinsi NAD belum melakukan verifikasi sesuai peraturan
perundangan, penggunaan simbol-simbol kelompok separatis tetap saja
meresahkan. Trauma atas lepasnya Provinsi Timor-Timur dari Indonesia masih
tetap ada dan semangat menjaga keutuhan NKRI kembali bergelora. Kita
berharap bibit-bibit separatisme yang ditebar sekelompok orang, seperti di
Maluku, Papua, Aceh, dan mungkin di wilayah lainnya, harus segera dibasmi.
Toleransi yang diberikan pemerintah dan aparat keamanan terhadap mereka,
justru bisa menjadi bumerang di kemudian hari. Sejarah panjang perjuangan
sebuah wilayah untuk merdeka, seperti halnya Aceh, tentu tidak akan hilang
begitu saja. Romantisme masa lalu selalu coba dibangkitkan dan hal itulah
yang harus diwaspadai. Bagi kita, NKRI bersifat final. Dengan demikian,
segala daya-upaya yang dilakukan sekelompok orang untuk memisahkan diri dari
Republik Indonesia merupakan tindakan makar dan otomatis harus diberantas.
Tak ada toleransi bagi pelaku makar! Reaksi Presiden yang disampaikan
melalui Menteri Sekretaris Negara, Wakil Presiden, sejumlah anggota DPR, dan
juga Gubernur Lemhannas, yang pada intinya menolak pembentukan Partai GAM,
merupakan bukti bahwa kita tidak ingin Aceh lepas dari Indonesia. Demikian
juga dengan Maluku dan Papua. Oleh karena itu, sudah sepantasnya Kantor
Wilayah Hukum dan HAM Provinsi NAD menyatakan Partai GAM tidak sah dan
apabila aktivis partai tersebut tetap nekat menggelar berbagai ke- giatan,
maka polisi tidak perlu ragu-ragu menangkap mereka, seperti yang dilakukan
terhadap pendukung RMS dan OPM. Sekali lagi, NKRI bersifat final dan
setiap bibit separatisme harus segera dimusnahkan, walau sekecil apa pun!
Tindakan tegas aparat pemerintah dan aparat keamanan sangat dibutuhkan untuk
menjaga keutuhan negeri ini. Kita tidak ingin sejengkal tanah pun lepas,
seperti yang pernah terjadi pada Timor-Timur. *Last modified: 10/7/07*


--
Yahoo! Answers - Get better answers from someone who knows. Try it 

[mediacare] Re: Megawati: TAK ADA JALAN PINTAS (Buku)

2007-07-10 Terurut Topik Papuan Diary
Ibu Mawar berduri,

Itu bukan tuduhan, itu fakta politik. Kok saya disebut separatis keji? Saya
menghargai Mega sebagai perempuan pertama di Indonesia yang jadi presiden,
tetapi saya tidak menghargai Mega dalam kebijakan politiknya yang selama
ini, terutama pada masa pemerintahannya, cenderung represif. Mau bukti?

Salah satu bukti nyata adalah pemberalkuan Darurat Militer di Acheh pada
masa pemerintahan Megawati Soekarno Putri. Apa kata Mega sewaktu dia
berkunjung ke Acheh?

Cut Nyak tak akan membiarkan darah menetes lagi di Bumi Serambi Makkah! Itu
ucapan yang cukup populis sampai2 kami di Papua pun merekamnya dalam-dalam
diingatan kami. Tetapi apa lacur? Tidak sampai berapa bulan, Mega
mempelopori Darurat Militer. Apakah ini sama dengan yang dijanjikan dia
sewaktu berkunjung ke Bumi Serambi Makkah? Terbalik 180%. Ucapan tidak sama
dengan perbuatan, itu yang kami kritisi, kalau jadi pimpinan politik, harap
konsisten dengan ucapan. Ada pameo, lidah tidak bertulang, dan itu memang
benar.

Mau bukti lagi?

Otsus Papua dicanangkan pada tanggal 10 Oktober 2001, sebulan kemudian,
tepatnya tanggal 11 November 2001, Theis Hiyo Eluay [Pimpinan PDP] diculik
dan dibunuh secara keji oleh Kopassus, itu dimasa pemerintahan Megawati
Soekarno Putri, dan SBY yang saat itu menjabat sebagai Menko Polkam. Ada apa
dibalik semua proses itu? Tanyakan saja pada Jendral Hendro Priyono, kepala
BIN saat itu, apa maksud mereka membunuh seorang tokoh yang memperjuangkan
kebebasan Papua secara demokratis dan damai. Sampai saat ini Papua masih
menjadi Zona Damai seperti yang terus disuarakan pimpinan-pimpinan agama
di Papua.

Berbagai kekerasan politik di Papua pasca Kongres II Rakyat Papua pada tahun
2000 adalah masa-masa dimana Megawati menjadi Wakil Presiden dan setelah Gus
Dur dilengserkan, ia menjadi Presidennya.

Otsus kini sudah bisa dipastikan GAGAL TOTAL, tanya kenapa? Karena dana-dana
Otsus itu tidak diturunkan ke Papua tetapi hanya berputar-putar di awan
Jakarta, siapa yang bertanggung jawab atas proses tersebut? SBY, kok ya
lucu, SBY hanya meneruskan apa yang sudah dilakukan Megawati. Gus Dur masih
mendigan, karena dia masih mau selesaikan soal Papua secara kultural dan
bukan represif.

Mengapa dana Otsus selama 6 tahun tidak pernah turun ke Papua? Tanyakan saja
pada Gubernur Papua, Bas Suebu, yang didukung PDI-P semasa pencalonan
Gubernur Papua. Atau baiknya, tanyakan saja orang-orang di kabinet Indonesia
bersatu daripada repot2 tanya orang dikampung sini.

SBY memiliki kans kuat dalam menjalankan Otsus dengan bijak, sayangnya dia
dikelilingi politisi jaman dulu alias jadul alias orde baru yang cepat
tanggap korupsinya dan cepat tanggap KKN-nya.

Kini Jusuf Kalla bilang, pembangunan di Papua tidak jalan bukan karena orang
Jakarta melainkan orang Papua sendiri.

Lho kok jadi mlintir gini? Siapa yang tahan2 dana Otsus? Kok orang2 disini
[Papua] yang disalahkan? Yang benar aja kalau bikin statement publik.

Benar-benar Republik Baru Bisa Mimpi!

Susahnya membangun perspektif yang lebih manusiawi nampaknya disini, di
Republik BBM ini. Kalau sudah begitu lalu anda mau bilang saya separatis
keji! Itu terserah anda, silahkan saja, sah-sah saja.

Gitu aja kok repot! Kata Gus Dur gitu sihh..


On 7/10/07, Mawar Liar Merah [EMAIL PROTECTED] wrote:

   Inilah rupanya contoh atau sample seoramg separatis Papua yang keji,
 seenaknya saja menuduh Presiden perempuan pertama Indonesia secara kotor.
 Nyata-nyata mereka menghalalkan semua cara dan fitnah dalam upaya memecah
 bangsa kita. Perempuan Indonesia dimana saja harus lebih aktif bersama pria
 untuk melestarikan Tanah Air kita yang indah dan luas ini.

 MLM

 *Papuan Diary [EMAIL PROTECTED]* wrote:

  Ibu Mega, seorang perempuan yang tangannya berlumuran darah! PDI-P
 katakan dana Otsus Papua sudah ditingkatkan menjadi 40 Trilyun rupiah,
 seperti dilansir antara news beberapa waktu lalu. Taufik Kiemas dan beberapa
 anggota PDI-P, maaf saya bilang saja: BANDIT-BANDIT POLITIK, mengaku didepan
 kongres amerika bahwa mereka telah berbuat banyak untuk KEADILAN dan
 KESEJAHTERAAN rakyat Papua, kenyataan menunjukkan lain. Ini terjadi
 seminggu sebelum kedatangan Eni Faleomavaega ke Indonesia.

 Bung Alex, bisa kami memperoleh pernyataan resmi dari PDI-P? Tolong
 katakan, bahwa kalian turut bertanggung jawab atas kegagalan pembangunan di
 Papua, juga tolong sampaikan kepada mitra koalisi anda: GOLKAR, karena hanya
 kalian berdualah, yang selama ini berkuasa di Tanah Papua dan selama 45
 Tahun INTEGRASI, Papua tidak maju-maju, jalan ditempat, seakan-akan
 berangkat dari nol menuju titik nol kembali, inilah kenyataan politik,
 kenyataan sosial, yg kita hadapi.

 Barnabas Suebu, Gubernur yang diusung PDI-P waktu itu, katakan bahwa
 selama 6 tahun pemberlakuan Otsus, dana otsus yang baru diterima hanya tahun
 2007 saja dan dananya hanya sebesar 1 Trilyun, bukan 20 trilyun atau 40
 trilyun spserti yang disampaikan bandit-bandit PDI-P di AS beberapa waktu
 lalu.

 Mengapa rekan-rekan Bung

[mediacare] Fwd: [PEMBEBASAN PAPUA] Pers Diminta Sampaikan Informasi yang Murni dan Sehat + Puluhan Wartawan Gelar Aksi Spontanitas

2007-07-10 Terurut Topik Papuan Diary

-- Forwarded message --
From: Pembebasan Papua [EMAIL PROTECTED]
Date: Jul 11, 2007 8:46 AM
Subject: [PEMBEBASAN PAPUA] Pers Diminta Sampaikan Informasi yang Murni dan
Sehat + Puluhan Wartawan Gelar Aksi Spontanitas
To: Pembebasan Papua [EMAIL PROTECTED]

 -
http://www.cenderawasihpos.com/detail.php?id=1555ses=


11 Juli 2007 02:32:53

Pers Diminta Sampaikan Informasi yang Murni dan Sehat

Semalam, Konkernas Dibuka PWI Dibuka

JAYAPURA- Sesuai rencana sebelumnya, Konferensi Kerja Nasional (Konkernas)
PWI 2007, tadi malam dibuka dengan resmi oleh Menteri Komunikasi dan
Informatika, Prof DR Muhamad Nuh. Acara pembukaan yang telat 1 jam dari
jadwal yang seharusnya itu dilangsungkan di Sasana Krida, dengan dihadiri
250 orang peserta dari seluruh provinsi di tanah air.

Pada kesempatan itu, Menteri Kominfo Muhamad Nuh mengingatkan Pers untuk
menyampaikan informasi yang murni dan sehat. Pers silahkan menyampaikan
informasi kepada publik, namun informasi yang disebarkan ke masyarakat
adalah informasi yang murni, sehat dan menyehatkan, katanya.

Sebab informasi diera global saat ini sudah seperti oksigen yang menjadi
kebutuhan vital. Dan di Papua peranan informasi dalam memiliki makna yang
sangat strategis.

Tak hanya itu, pada Konkernas yang ikut disponsori oleh PT Freeport
Indonesia dan Pemprov Papua dan Pemkab Tolikara itu, Muhamad Nuh juga
meminta agar informasi yang disebarkan itu mampu mengedukasi masyarakat.
Artinya data dan informasi yang disampaikan itu harus cerdas dan memiliki
kemampuan untuk melihat mana yang benar dan mana yang salah, serta mampu
mengartikulasikan tentang makna yang salah dan benar.

Dalam penyampaian informasi, orientasi kita harus pada pemanfaatan bagi
masyarakat. Media harus mampu dan mempunyai keinginan untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa. Jadi bukan sekedar memberikan informasi, tetapi juga harus
mampu mencerdaskan bangsa, katanya.

Sementara itu, Gubernur Barnabas Suebu, SH dalam sambutannya memaparkan
potensi sumber daya alam Papua yang nilainya mencapai miliaran Dolar, baik
potensi sektor tambang maupun potensi dari sektor lainnya yang sangat besar.

Gambaran kekayaan yang sangat besar dengan nilai yang mencapai miliaran
Dolar dengan jumlah penduduk yang hanya 1 persen dari penduduk Indonesai,
katanya.

Selain itu, Gubernur juga menggambarkan tentang kondisi rakyat Papua yang
hidup di kampung-kampung yang mana sekitar 82 persen rumah tangga di Papua
masih hidup dalam kemiskinan dan sebagian besarnya hidup miskin absolut.
Sehingga kalau dikatakan bahwa income perkapita Papua sangat tinggi itu
tidak benar. Karena itu, melalui berbagai program yang telah disusunnya,
termasuk program RESPEK untuk memberikan dana block grand dengan nilai yang
tidak kurang dari Rp 1 triliun ke kampung-kampung kemiskinan itu akan
dihapus. Otsus lahir di Papua karena rakyat dan untuk rakyat, katanya.

Panjang lebar Gubernur memaparkan tentang konsep pembangunan jaringan
infrastruktur yang terintegrasi dan terkoneksi di Papua dengan kualitas tol
yang membutuhkan dana seklutrar Rp 150 Triliun. Serta program perbaikan gizi
anak dan ibu hamil dalam rangka membangun generasi Papua di masa depan yang
lebih sehat dan cerdas yang akan di barengi dengan pembangunan pendidikan
yang juga mendapat perhatian serius dengan alokasi anggaran yang memadai
sehingga suatu saat akan terjadi perubahan pada masyarakat Papua
(transformasi ssoal, budaya dan ekonomi).

Kita kerja sungguh- sungguh untuk rakyat kecil yang menangis dan memberikan
mereka ruang untuk menikmati keadilan kebenaran keamanan, kedamaian dan
kesejahteraan. Ketika rakyat menentang ruang itu maka masalah politik di
negeri ini akan selesai secara mendasar dan menyeluruh serta bermartabat,
katanya.

Sedangkan Ketua Umim PWI Tarman Azzam mengatakan bahwa moment Konkernas kali
ini merupakan kepedulain pers yang luar biasa kepada Papua.

Karean itu sejak awal kami menetapkan bahwa tema sentral konfrensi kerja
PWI Papua adalah bagaimana pers mendorong percepatan pembangunan Papua,
katanya.

Ia melihat betapa lambat pembangunan di Papua, padahal dana yang
dialokasikan mencapai Triliunan Rupiah, sementara penduduknya hanya 2,6 Juta
jiwa. Harusnya dana itu mampu mensejahterahkan rakyat Papua melalui
pendidikan, kesehatan, dan sebagainya, namun kenyataannya belum.

Salah satu yang menjadi keprihatinan PWI adalah betapa lambannya
pembangunan di Papua. Padahal dari segi anggaran sebenarnya sudah luar
biasa, katanya.

Tatkala PWI mencanangkan keinginan dan tekad untuk mendorong percepatan
pembagunan di Papua, pusat melalui perjuangan keras Gubernur Suebu akhirnya
5 hari lalu dikeluarkan Inpres percepatan pembangunan Papua Nomor 5 tahun
2007 yang dibarengi dengan pengalokasian dana sebesar Rp 17 T untuk Papua.
Namun pada akhirnya seberapa besar dana yang ada semua kembali pada
kemampuan manajerial leader ship daerah dalam pengelolaan dana. Tidak ada
provinsi di Indonesia yang mendapat perhatian 

[mediacare] Mengapa Kau Bakar Kejora?

2007-07-09 Terurut Topik Papuan Diary

Air mataku lepas mengalir
Kutatap Bintang Kejora
Kutanyai bathin
Mengapa kau dibakar?

Aku tak rela
Aku tak mampu bicara
Aku hanya bisa menangis
Kain suci ini telah dinodai
Dinodai oleh mereka yang tidak paham
Dinodai oleh mereka yang menjai hamba modal

Air mataku lepas mengalir...
Bukan benci
Aku hanya katakan
Saudara kau salah
Kau tidak memahami aku
Kau tidak menghargai aku sebagai manusia

Bukankah kiat satu ibu?
Bukahkah kita satu ayah?
Ayah kitalah manusia itu
Ibu kitalah manusia itu

Air mataku lepas mengalir..
Kusesali kau masih gampang ditipu
Ditipu nasionalisme sempit
Dibohongi nasionalisme kekanak-kanakkan!

Air mataku mengalir lepas...
Aku katakan pesanku disini
Cukup!
Janganlah kau ditipu saudaraku
Pahamilah apa yang kami mau
Pahamilah arti perjuangan kami
Pahamilah jeritan rakyatku
Pahamilah senandung jiwa kami
Hai, Tanah-ku Papua


Re: [mediacare] RE: [INDONESIA-Geographic] What should we do about this .... ???

2007-07-09 Terurut Topik Papuan Diary

Kami menyebutnya: NDUGU-NDUGU! Bukan Jayawijaya, bukan Cartenz, bukan
Pegungungan Bintang. Sekali lagi, kami menyebutnya: NDUGU-NDUGU!

On 7/9/07, Sunny [EMAIL PROTECTED] wrote:


   *Pegunungan Cartensz? Kalau nama Cartensz agaknya sudah tidak lagi
dikenal dan diketahui dimana letaknya. Kalau tidak keliru namanya telah
dirubah oleh pemerintah Indonesia menjadi Jaya Wijaya. Orang Papua memakai
nama  Pegunungan Bintang.  Kurang lebih 5 tahun sesui observasi dikatakan
bahwa  gleiser yang terdapat disana sudah mengecil, mungkin sekarang sudah
hilang.*



- Original Message -
*From:* Unik F sultan [EMAIL PROTECTED]
*To:* mediacare@yahoogroups.com
*Cc:* 'zaliansyah' [EMAIL PROTECTED]
*Sent:* Monday, July 09, 2007 11:32 AM
*Subject:* [mediacare] RE: [INDONESIA-Geographic] What should we do about
this  ???

 Dear all,

FYI, Dari milis sebelah….
 --

*From:* [EMAIL PROTECTED] [mailto:Indonesia-
[EMAIL PROTECTED] *On Behalf Of *zaliansyah
*Sent:* Monday, July 09, 2007 3:52 PM
*To:* [EMAIL PROTECTED];
[EMAIL PROTECTED]
*Subject:* [INDONESIA-Geographic] What should we do about this  ???





*Urgent...!!! ! Carstensz diambang kehancuran, apa tindakan kita*

*
*
Mau bagi-bagi informasi nih mengenai alam lingkungan Indonesia. Kebetulan
kami dari teman2 penggiat alam bebas beberapa kali mempunyai data yang
mengerikan mengenai Cartenz termasuk yang berbahasa Inggris. Berikut salah
satu data terakhir dari kawan saya. Paling tidak teman2 disini bisa
mengetahuinya dan mempunyai pemikiran lain untuk renungkan. Tetapi saya
tidak ingin ini dipolitisir. ..saya hanya ingin ini menjadi bahan renungan
bagi semua komponen bangsa di negeri ini.

Kemaren seorang teman baru balik dari Carstensz, dan dia bercerita gimana
hancurnya lembah Zebra wall, sayang pas saya minta fotonya dia ngga mau
ngasih karena ngga enak sama Freeport, hubungan mereka dah mesra dengan
Freeport, mereka ngga mau merusaknya. (ok bagi saya itu ngga masalah) yang
mau saya ulas di postingan ini adalah, keadaan terkini dari Carstensz, kata
teman saya ini sekarang truk tambang sudah bisa sampe ke dekat camp zebra
wall dan kemaren mereka dianter sama truk Freeport hingga ke Zebra wall
dan menurut dia lagi sebuah danau di dekat Zebra wall sudah tetimbun
batu-batu buangan pertambangan Freeport, dan ada sebuah danau lagi yang
sudah dibolongin agar airnya kering dan tentunya akan ditimbun lagi dengan
batu-batu buangan pertambangan. Miris memang mendengarnya, kita semua tahu
dulu di lembah Zebra Wall itu ada daerah rawa rawa yang dikenal dengan
sebutan Carstensz Swamp dan rawa ini juga sudah tertutup habis oleh timbunan
batuan buangan pertambangan.

Freeport bukannya tidak tahu kalau merusak lingkungan, mereka tau kok, ini
terbukti dengan ketatnya ijin melewati Freeport jika mendaki carstensz dan
juga kalaupun dapat ijin akan sangat diawasi dan tidak boleh mengambil
dokumentasi apapun hingga sampai di daerah basecamp, bahkan ada kelompok PA
Dari Unila Lampung yang baru-baru ini kesana dan lewat Freeport, mereka
mendapat pengawasan yang super ekstra dan tidak boleh memotret apapun baru
setelah sampai basecamp mereka boleh memakai cameranya.
Jelas sekali terlihat dengan sikap seperti itu agaknya Freeport cemas
kalau sampai perusakan lingkungan yang mereka lakukan akan diketahui publik.

Lalu bagaimana? Jika ini dibiarkan terus pasti tidak lama lagi kita akan
kehilangan gunung yang kita banggakan itu, pasti tidak lama lagi pegungan
itu akan rusak parah. Keindahan lembah-danau- danau yang banyak danau itu
akan hilang. Susah membuktikan kalau penghancuran lingkungan pengunungan
Jayawijaya ini begitu parah tampa ditunjang bukti-bukti yang kongkrit
seperti foto-foto. Freeport tidak akan dengan begitu mudahnya mengijinkan
kita mengambil foto-foto kerusakan alam tersebut, semua yang bermain di
Carstensz tahu persis hal ini tapi mereka seperti tutup mulut karena
bisa-bisa akses mereka kesana
di banned oleh pihak Freeport.

Dan bagaimana tindakan kita? Saya berpikir dan tidak ada salahnya kita
mencoba, setidaknya kita ngga kalah sebelum bertempur. Mungkin teman-teman
ada yang mengenal atau tahu atau syukur-syukur dekat dengan LSM lingkungan
yang bisa membiayai seorang wartawan foto dan seorang saksi lainnya (yang
harus pendaki gunung juga dan punya perhatian dengan carstensz jangan yang
gampang di sogok) untuk terbang dengan helicopter dan mengabadikan kerusakan
pegunungan Jayawijaya dari udara, dan hasilnya kita ekspos baik dalam dan
luar negri kita sampaikan juga pada UIAA. Setidaknya dunia mountaineering
tahu bahwa salah satu puncak dari seven summits sekarang tengah sekarat
dan menunggu kehancuran. Kita tidak bisa mengharapkan pemerintah karena
mereka juga ikut andil dalam kehancuran ini.

Saya pribadi berharap postingan ini tidak menjadi wacana saja, karena
sekarang sudah ada FMI hendaknya masalah carstensz ini menjadi tujuan utama,
saya yakin jika topik ini terangkat hingga diketahui masyarakat
mountainerring dunia, akan melapangan 

[mediacare] Re: [nasional-list] Megawati: TAK ADA JALAN PINTAS (Buku)

2007-07-09 Terurut Topik Papuan Diary

Ibu Mega, seorang perempuan yang tangannya berlumuran darah! PDI-P katakan
dana Otsus Papua sudah ditingkatkan menjadi 40 Trilyun rupiah, seperti
dilansir antara news beberapa waktu lalu. Taufik Kiemas dan beberapa anggota
PDI-P, maaf saya bilang saja: BANDIT-BANDIT POLITIK, mengaku didepan kongres
amerika bahwa mereka telah berbuat banyak untuk KEADILAN dan KESEJAHTERAAN
rakyat Papua, kenyataan menunjukkan lain. Ini terjadi seminggu sebelum
kedatangan Eni Faleomavaega ke Indonesia.

Bung Alex, bisa kami memperoleh pernyataan resmi dari PDI-P? Tolong katakan,
bahwa kalian turut bertanggung jawab atas kegagalan pembangunan di Papua,
juga tolong sampaikan kepada mitra koalisi anda: GOLKAR, karena hanya kalian
berdualah, yang selama ini berkuasa di Tanah Papua dan selama 45 Tahun
INTEGRASI, Papua tidak maju-maju, jalan ditempat, seakan-akan berangkat
dari nol menuju titik nol kembali, inilah kenyataan politik, kenyataan
sosial, yg kita hadapi.

Barnabas Suebu, Gubernur yang diusung PDI-P waktu itu, katakan bahwa selama
6 tahun pemberlakuan Otsus, dana otsus yang baru diterima hanya tahun 2007
saja dan dananya hanya sebesar 1 Trilyun, bukan 20 trilyun atau 40 trilyun
spserti yang disampaikan bandit-bandit PDI-P di AS beberapa waktu lalu.

Mengapa rekan-rekan Bung mempromosikan sesuatu yang tidak benar? Emang enak
gitu kalau dikadalin? Payah.

On 7/9/07, Alex Simanjuntak [EMAIL PROTECTED] wrote:


   Tak Ada Jalan Pintas [image: Buat halaman ini dlm format 
PDF]http://www.pdi-perjuangan.or.id/index2.php?option=com_contentdo_pdf=1id=116
 [image:
Cetak halaman 
ini]http://www.pdi-perjuangan.or.id/index2.php?option=com_contenttask=viewid=116pop=1page=0Itemid=289
 [image:
Kirim halaman ini ke teman via 
E-mail]http://www.pdi-perjuangan.or.id/index.php?option=com_contenttask=emailformid=116itemid=289
 Monday,
26 February 2007
Perjuangan saya belum berhenti.

Walaupun kereta reot ini sarat dengan kaleng rombeng di belakangnya, akan
tetap berjalan seiring dalam perjalanan.

Perjuangan saya adalah cita-cita semua, rakyat Indonesia, karena saya
adalah bagian daripada rakyat.

Tujuan perjuangan kita adalah amanat leluhur pendiri Republik tercinta
ini,

KEADILAN DAN KEMAKMURAN SELURUH RAKYAT INDONESIA DALAM KEUTUHAN NEGARA
KESATUAN REPUBLIK INDONESIA.

Yang harus dicapai sekalipun melewati jalan panjang berkelikil dan penuh
dengan pengorbanan.

Kita harus bangit, kuat dan bersatu menepis semua bentuk disintegrasi yang
akan merambah masuk ke lubuk hati.

Kita harus jadikan negeri ini kokoh dan mandiri di tengah-tengah bangsa
lain yang juga berpacu ke arah yang sama.

Semoga buku yang berisikan tentang apa yang sudah saya kerjakan dan apa
yang akan saya lakukan dapat dijadikan bahan informasi untuk koreksi apa
yang belum saya laksanakan, sehingga kita dapat menyatukan gerak dan langkah
dalam perjuangan meraih cita-cita

Megawati Soekarnoputri

--
Ask a question on any topic and get answers from real people. *Go to
Yahoo! Answers.* http://ca.answers.yahoo.com

 



Re: [mediacare] Re: anti SEPARATIS ??? ... (sabar, Papuan Diary)

2007-07-08 Terurut Topik Papuan Diary

Model pemikiran seperti ini haruslah dipahami sebagai sesuatu yang
mencerahkan. Terima kasih Ny. Muslim Binti Muskitawati.

Sayangnya sdr-sdr saya dari Batak yang Kristen, justru dikenal sebagai
orang2 pembela NKRI nomor wahid, dengan alasan agama mereka datang, dengan
alasan agama mereka mencuri dan juga membunuhi sdr-sdrnya yang Kristen di
Papua sini.

Ini model dari sebuah politik nasional yang diadopsi kelompok Islam Radikal
dan Nasionalis Indonesia [PDI-P, Golkar, dll].

Mereka bilang punya ideologi kerakyatan. Apa buktinya? Rakyat justru
dijadikan korban, apalagi Papua? Dihargai pun tidak!

Selamat berhari minggu,
PD



On 7/8/07, Hafsah Salim [EMAIL PROTECTED] wrote:


  --- In mediacare@yahoogroups.com mediacare%40yahoogroups.com, yaswar
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Kaka Papuan Diary,
 Ini kenyataannya: susah sekali bicara soal Papua Merdeka. NKRI itu
 harga mati.

Betul, NKRI sedang dalam proses kematiannya. Dasar Pancasila dari
NKRI sudah menjadi Syariah Islam. Bungkus luarnya masih Pancasila
tapi isinya sudah Syariah Islam.

Bangsa Papua yang kehilangan Pancasila, terpaksa menjual dengan harga
mati untuk memisahkan diri dari negara Syariah yang tidak pernah
terpikir untuk tawar2an lagi.

 Artinya, untuk orang Papua apalagi terutamanya, kata
 mati ini terbiasa jadi harfiah: hilang nyawa. Sudah jadi kenyataan
 bagi kita arti harfia ini, dan setepat-tepatnya ini yang KITA MAU
 UBAH: NYAWA DAN MARTABAT ORANG PAPUA SELAMA INI DIANGGAP SAMA
 DENGAN NYAWA DAN HARGA SEMURAH MURAHNYA BINATANG.


Juga benar, hanya Syariah Islam yang menganggap orang Papua lebih
rendah daripada binatang sehingga orang Papua tidak mungkin ada
pilihan lain dari Merdeka memisahkan diri dari negara Syariah yang
memperlakukan mereka seperti lebih rendah dari binatang.

Ny. Muslim binti Muskitawati

 



Re: [mediacare] Re: Re: Re: Tidak Ada Toleransi bagi Gerakan Separatis

2007-07-06 Terurut Topik Papuan Diary
 kelapangan dada dan rasa kenegarawanan yang tinggi, orang2
 yang mayoritas berbahasa jawa sepakat untuk memilih bahasa melayu yang saat
 itu sangat sedikit pemakainya

 Yang pasti kalau Kesultanan dan kerajaan tidak mau melepaskan ego
 kedaerahannya. .tidak ada yang namanya persatuan..
 Seperti kita ketahui Aceh adalah sangat keras, soekarno datang ke aceh
 bertemu dengan(maaf saya lupa namanya) hanya berbincang saja, Aceh,
 dan dengan rasa kenegarawanan yang tinggi sepakat meyatukan diri bersama
 nusantara..

 Piagam jakarta, menyatakan syariat islam bagi pemeluknya, namun dengan
 segala rasa kenegarawanan yang tinggi, kalimat itu tidak muncul di
 PANCASILA.

 Hari ini, kita sebagai orang modern berbicara mengenai memisahkan
 diri..namun justru orang-orang kuno saat itu memikirkan bagaimana menyatukan
 diri dan menyampingkan perbedaan..

 Saya yakin Semua orang BALI akan sangat senang untuk merdeka. Mereka tahu
 bahwa akan lebih menguntungkan lepas dari REPUBLIK ini, namun mereka
 mengetahui bahwa keegoisan adalah bukan sikap negarawan..terutama pada saat
 bangsa ini sedang sakit dan merana...

 Salam
  - - - - -
 From: si_andi [EMAIL PROTECTED] com :


 Lah begitu kan jelas. Saya sih tidak merasa terganggu. Justru senang
 ada kalau posisi Anda jelas begini. Yang membuat saya merasa
 terganggu itu adalah situasi kemaren dimana Anda tidak mau disebut
 separatis sementara posting-posting Anda menunjukkan lain.

 Saya tetap tidak setuju dengan ideologi Anda; tapi saya tidak ada
 masalah berdiskusi dengan Anda; di dunia maya ini mau komunis,
 kapitalis, islamis, ateis, nasionalis, separatis sama-sama menambah
 wawasan, kok.

 Andi

 --- In Forum-Pembaca- [EMAIL PROTECTED] ps.com, Papuan Diary
 papuandiary@ ... wrote:
 
  Bung Andi,
 
  Saya berjuangan untuk Papua Merdeka. Tidak yang lain. Kalau itu
 yang ingin
  anda dan teman2 lain ingin ketahui.
 
  Terima kasih karena saya masih diperkenankan bergabung dimilis
 ini. Tetapi
  jika kehadiran saya mengganggu diskusi teman-teman, saya tidak
 keberatan
  untuk dihapus dari milis ini.
 
  Salam,
 
  PD
 
  On 7/3/07, si_andi [EMAIL PROTECTED]  wrote:
  
   Hehehe, kalem, Mas Ajud. Saya tidak sedang mendukung
 separatisme.
   Saya cuma ingin mendengar tanggapan dari Bung Papuan Diary agar
   jelas bagi kita semua dimana dia berdiri saat ini.
  
   Andi
 







 Take the Internet to Go: Yahoo!Go puts the Internet in your pocket: mail,
 news, photos more.




 Moody friends. Drama queens. Your life? Nope! - their life, your story.
 Play Sims Stories at Yahoo! Games.




 
 Pinpoint customers who are looking for what you sell.
 http://searchmarketing.yahoo.com/


Re: [mediacare] Kepentingan Modal Asing Dalam Masalah Papua

2007-07-06 Terurut Topik Papuan Diary
USA kok dipercaya! Perilaku mereka sama seperti Cowboy Texas, dan atau
Texas Ranger, anda pernah menonton film2 Holywoodkan? Itulah mental
pop Bangsa AS yang sekarang mengangkangi dunia.

Bukan di Papua saja, NKRI yang besar ini sedang digarap habis-habisan
oleh AS kok, gak usah yang lain lah, mau bukti mengenai itu? Lihatlah
tangisan rakyat di Buyat [Newmont], lihatlah apa yang dilakukan Exxon
di Block Cepu.

CAPE, saya cape menjelaskan hal-hal yang terjadi didepan mata anda
tanpa dan dan teman2 sadari bahwa bangsa ini sedang diobok-obok oleh
sesuatu yang bernama USA atau Uncle Sam ini.

Mengenai manipulasi sejarah Papua. Ada banyak referensi mengenai hal
tersebut, coba anda baca tulisan Yoris Th. Raweyai, judul bukunya 
Mengapa Papua Ingin Merdeka?

Atau banyak referensi lain, misalnya, coba anda baca buku George
Aditjondro, judulnya Cahaya Bintang Kejora

Masih banyak yang lain, pasti anda bisa temui, kalau terlalu sulit,
cobalah telusuri mesin pencari otomatis google.

On 7/6/07, [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Dear Papuan Diary,

 Apakah bisa disebutkan referensi yang bisa menjustifikasi kebenaran
 cerita ini?

 Amerika Serikat rasanya tidak mungkin berbuat sehina itu. Mereka
 adalah negara yang paling depan dalam membela HAM. Apalagi mereka juga
 tidak mendasarkan kebijakannya pada agama, tidak seperti negara2 yang
 banyak men-suplai teroris itu. Tidak mungkin Amerika membuat
 kesepakatan rahasia dengan negara2 lain. Semua kebijakan Pemerintah AS
 bersifat terbuka dan selalu didukung oleh masyarakatnya.

 Mohon pencerahannya.


 --
 13a. Kepentingan Modal Asing Dalam Masalah Papua
 Posted by: Papuan Diary [EMAIL PROTECTED]
 Date: Thu Jul 5, 2007 7:19 am ((PDT))

 Resources:
 http://papuandiary.blogspot.com/2007/06/kepentingan-modal-asing-dalam-
 masalah.html

 ---
 Kepentingan Modal Asing Dalam Masalah
 Papuahttp://papuandiary.blogspot.com/2007/06/kepentingan-modal-asing-
 dalam-masalah.html

 Ditulis Oleh: Papuan Diary*

 ..

 Perjanjian New York itu tidak dipraktekkan secara benar di Papua oleh
 karena
 kepentingan ekonomi politik yang lebih dominan dari imperialis global
 dalam
 penyelesaian masalah Papua. Untuk tetap menjaga kepentingan
 eksploitasi
 ekonominya, atas inisiatif AS, dilakukan sebuah pertemuan rahasia di
 Roma
 yang dihadiri wakil-wakil Indonesia dan Belanda dan berhasil dibuat
 Perjanjian Rahasia Roma (the Secret Rome Agreement) pada tanggal 30
 September 1962, tepat seminggu setelah ditetapkannya Perjanjian New
 York.

 Isi perjanjian rahasia roma adalah; Pertama, pelaksanaan penentuan
 nasib
 sendiri agar ditunda atau dibatalkan; Kedua, Indonesia memerintah
 Papua
 selama 25 Tahun terhitung mulai tanggal 1 Mei 1963; Ketiga, metode Act
 of
 Free Choice digunakan dengan metode Indonesia, yakni musyawarah;
 Keempat, AS
 berkewajiban melakukan penanaman modal melalui badan usaha di
 Indonesia bagi
 eksplorasi mineral dan sumber daya alam lainnya; Kelima, AS menjamin
 Bank
 Pembangunan Asia sebagai dana pembangunan PBB di Papua sebesar 30 Juta
 dollar AS untuk jangka waktu 25 tahun; Keenam, AS menjamin Indonesia
 melalui
 Bank Dunia dengan sejumlah dana bagi pelaksanaan Transmigrasi dalam
 rangka
 penempatan orang-orang Indonesia di Papua, terhitung sejak tahun 1977.

 Pasal empat perjanjian rahasia Roma, seperti tertulis diatas, menjadi
 giroh
 atau inti dari semua soal yang melatar belakangi kepentingan ekonomi
 politik
 AS mengenai Papua. Semangat ekspansionis modal imperialis yang
 demikian kuat
 menjadi dasar sengketa politik Papua yang kemudian menjadi semakin
 stabil
 dibawah pemerintahan orde baru Soeharto yang pro AS. Sebuah cerita
 panjang
 mengenai pencurian sumber daya alam Papua yang tanpa henti itu, rupa-
 rupanya
 berawal dari dan bermula dari sini.

 dst.



[mediacare] Kepentingan Modal Asing Dalam Masalah Papua

2007-07-05 Terurut Topik Papuan Diary

Resources:
http://papuandiary.blogspot.com/2007/06/kepentingan-modal-asing-dalam-masalah.html

---
Kepentingan Modal Asing Dalam Masalah
Papuahttp://papuandiary.blogspot.com/2007/06/kepentingan-modal-asing-dalam-masalah.html

Ditulis Oleh: Papuan Diary*

Papua masih merupakan wilayah rawan konflik yang belum dapat didamaikan atau
paling tidak belum ditemukan jalan terbaik penyelesaian masalahnya. Masalah
Papua bukan sekedar masalah politik melulu tetapi sudah merupakan konflik
multi dimensional yang merasuk segala aspek kehidupan social rakyat. Sebuah
konflik multi dimensional yang harus diurai dan dicari jalan penyelesaiannya
dengan adil.

Jika mulai bicara soal Papua pastilah terpampang disana masalah pelanggaran
HAM yang kronis, kemiskinan structural yang melilit kehidupan hampir 40
persen penduduk (peringkat pertama di Indonesia), pengembangan sumber daya
manusia yang stagnan, operasi dan represi militer yang tiada henti,
praktek-praktek penyelenggaraan pemerintahan yang korup disertai malpraktek
manajemen negara atas berbagai kebijakan yang dikeluarkan bagi Papua --
episode pertarungan Ostsus Papua versus Propinsi IJB dapat menjadi contoh
dalam hal ini --, pembalakkan liar, perusakan lingkungan yang parah hingga
pencurian sumber-sumber daya ekonomi rakyat yang tiada henti adalah
merupakan beberapa aspek konflik multi dimensional Papua yang dapat dilihat
jika hendak mencermati masalah Papua secara tuntas.

Konflik Papua juga bukan melulu konflik politik domestik Indonesia. Tanah
Papua, dengan sumber daya alam yang melimpah, sudah mengundang begitu banyak
pihak yang memiliki kepentingan eksploitasi ekonomi sejak awal permasalahan
politik Papua muncul dalam forum-forum internasional ketika menguatnya
perebutan hegemoni atas Tanah Papua oleh Indonesia dan Belanda pada tahun
1960-an. Bolehlah dikatakan negara-negara kapitalis seperti Amerika Serikat,
Belanda, Inggris dan Australia adalah pihak-pihak luar yang dalam lima
decade terakhir memiliki pengaruh langsung dan tidak langsung atas berbagai
soal yang muncul di Papua karena kepentingan eksplotasi sumber-sumber
ekonomi mereka di Tanah Papua. Karena sumber daya alam yang melimpah itu
maka dapatlah dikatakan Papua sejak awal telah menjadi masalah dalam peta
politik global yang harus diamati secara lugas jika hendak melakukan sebuah
perubahan yang kualitatif dan berarti dalam permasalahan Papua.

Konkalikong imperialis global dengan pemerintah Indonesia pada saat
negosiasi-negosiasi politik internasional soal Tanah Papua dibicarakan
tampak dengan jelas. Sandiwara politik mengenai Papua yang disutradarai
agen-agen imperialis seperti AS jelas menjadi sebuah kebijakan politik resmi
kekuatan imperialis (konspirasi modal asing) dalam mengintervensi masalah
politik Papua yang menghendaki Papua masuk kedalam NKRI dengan syarat-syarat
eksploitasi ekonomi yang akan menjadi hak ekslusive bagi imperialis dalam
mengeruk sumber daya alam Papua. Latar belakang deal-politik mengenai status
politik Papua yang demikian, jelas sekali menjadi latar sejarah yang dominan
dalam masalah Papua.

Untuk mengelabui masyarakat global, berbagai kebijakan diplomatic
internasional ditetapkan untuk dijalankan dalam penyelesaian masalah Papua.
Sebagai contoh, tarik ulur antara Indonesia dan Belanda soal Papua,
berdasarkan intervensi AS, berhasil diminimalisir menjadi bentrok terbuka
dengan dipaksakannya pelaksanaan proposal Bunker -- proposal ini dirancang
oleh Elsworth Bunker, seorang diplomat senior AS di PBB -- yang mengatur
mengenai aksi politik penyelesaian masalah Tanah Papua.

Berdasarkan tekanan yang kuat dari AS, Belanda dan Indonesia akhirnya
menyepakati usulan Bunker dan ditandatangani pada tanggal 31 Juli 1962.
Proposal Bunker inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya resolusi PBB Nomor
1752 dalam Sidang Umum PBB mengenai Perjanjian New York yang ditetapkan pada
tanggal 24 September 1962. Bagian terpenting dari New York Agreement adalah
ketetapan mengenai aksi bebas memilih (Act of Free Choice) bagi rakyat Papua
yang dalam beberapa hal dilakukan secara manipulatif saat itu di Papua.

Perjanjian New York itu tidak dipraktekkan secara benar di Papua oleh karena
kepentingan ekonomi politik yang lebih dominan dari imperialis global dalam
penyelesaian masalah Papua. Untuk tetap menjaga kepentingan eksploitasi
ekonominya, atas inisiatif AS, dilakukan sebuah pertemuan rahasia di Roma
yang dihadiri wakil-wakil Indonesia dan Belanda dan berhasil dibuat
Perjanjian Rahasia Roma (the Secret Rome Agreement) pada tanggal 30
September 1962, tepat seminggu setelah ditetapkannya Perjanjian New York.

Isi perjanjian rahasia roma adalah; Pertama, pelaksanaan penentuan nasib
sendiri agar ditunda atau dibatalkan; Kedua, Indonesia memerintah Papua
selama 25 Tahun terhitung mulai tanggal 1 Mei 1963; Ketiga, metode Act of
Free Choice digunakan dengan metode Indonesia, yakni musyawarah; Keempat, AS
berkewajiban melakukan penanaman modal melalui badan usaha di

[mediacare] Kontroversi Bintang Kejora Warnai Konferensi MAP II

2007-07-04 Terurut Topik Papuan Diary

---
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0707/04/daerah/3653406.htm
--

* Rabu, 04 Juli 2007 *

Separatisme


Kontroversi Bintang Kejora Warnai Konferensi MAP II


Jayapura, Kompas - Konferensi Masyarakat Adat Papua atau MAP ke-2 yang
dibuka di Jayapura, Selasa (3/7), diwarnai kontroversi tentang bendera
bintang kejora.


Aparat Polda Papua membubarkan Konferensi Besar MAP ke-2 yang berlangsung di
Gedung Olahraga Cenderawasih, Jayapura, itu setelah pada upacara pembukaan
sejumlah penari menggunakan bendera bintang kejora sebagai atribut tarian
mereka.


Sekitar 900 peserta konferensi sempat terkejut saat bendera itu dikeluarkan
para penari. Beberapa detik kemudian, mereka memberikan tepuk tangan yang
meriah.


Tarian itu sempat menimbulkan histeria para hadirin. Mereka meneriakkan
pekik merdeka, bersahut-sahutan. Bendera itu digunakan penari sekitar lima
menit. Penggunaan bendera itu tidak terpantau, karena sejak pagi panitia
melarang aparat keamanan memasuki GOR Cenderawasih.


Sekretaris Daerah Provinsi Papua Tedjo Suprapto dan Wakil Ketua Majelis
Rakyat Papua Hana Hikoyabi juga menyaksikan tarian itu. Tedjo yang hadir
dalam acara itu mewakili Gubernur Papua Barnabas Suebu menolak mengomentari
masalah itu. Saat ini saya tidak bisa berkomentar. Silakan dikomentari
sendiri, kata Tedjo.


Sekretaris Umum Dewan Adat Papua Leonard Imbiri menyatakan, tarian itu
menggambarkan realitas di masyarakat Papua. Ini budaya yang ada di
masyarakat, jadi jangan dipolitisir, ujarnya.


Sekretaris Dewan Adat Papua Wilayah Asia, Andy Manoby, juga menyatakan,
bintang kejora yang dijadikan sebagai atribut para penari Sampari itu tidak
memiliki kaitan dengan aspirasi Papua merdeka.


*Melanggar hukum*

*
*

Ditemui secara terpisah, Kepala Polda Papua Irjen Max Donald Aer menyatakan,
penggunaan bintang kejora melanggar hukum positif di Indonesia. Penggunaan
bendera itu melanggar hukum, karena para penggunanya selama ini menyimbolkan
pengibaran bendera itu sebagai wujud kedaulatan Negara Papua Barat. Dalam
derajat yang ringan, penggunaan bendera itu adalah tindakan mengganggu
keamanan. Dalam derajat yang paling berat, itu adalah tindakan makar, tutur
Aer.


Konferensi yang merupakan forum pengambilan keputusan tertinggi dalam
organisasi nonpemerintah Dewan Adat Papua itu akan berlangsung sampai 6 Juli
2007. (row)


Re: [mediacare] Koalisi Golkar-PDI-P Tangkal Partai Berlatar Keagamaan

2007-06-30 Terurut Topik Papuan Diary

Koalisi Kebangsaan? Sejak kapan Bangsa di Nusantara terbentuk menjadi Bangsa
Indonesia?

Pake jargon yang benar saja Bung! Ntar salah kaprah lagi anda dan teman2
anda. Yang baru benar adalah Negara Indonesia yang dibentuk pada tanggal 17
Agustus 1945.

Pikiran orang2 yang bikin Koalisi Kebangsaan kok mundur ratusan abad
kebelakang? Coba tunjukkan secara ilmiah, dan bukan politis, sejak kapan
Kebangsaan Indonesia terbentuk?

Salam Pencerahan!

PD

On 7/1/07, Akhmad Asaad [EMAIL PROTECTED] wrote:


  Jelas jemelas penyelenggaraan negara pada abd 21 ini sukar sekali untuk
sekedar dilandaskan pada agama, apalagi bila tafsirannya sangat ortodoks,
dogmatis, menafikan
konteks sejarah dan kemasyarakatan. Namun agama akan terus secara indah
dapat mewarnai kehidupan santun keberadaan bangsa. Contohnya cukup banyak.
Silaturakhmi di Medan antara dua pemain utama dalam perpolitikan kita ini
memang bersifat multi-dimensional, lihat saja semua ulasan dan juga
spekulasi para pakar maupun jurnalis.
Tak usah dirisaukan cacian dari yang dungu karena mindsetnya tertinggal
beberapa abad.

AAsaad


SUARA PEMBARUAN DAILY
--
 Koalisi Golkar-PDI-P Tangkal Partai Berlatar Keagamaan *Kami tetap
menganggap Golkar sebagai pesaing utama kami khususnya di legislatif,
sehingga koalisi ini tidak akan berlangsung lama.* (Pramono Anung) [BLITAR]
Koalisi antara Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dengan Partai
Golkar bukanlah untuk kepentingan Pemilu 2009, tetapi untuk menangkal
kebangkitan partai-partai berlatar belakang agama. Sebagai sesama partai
politik besar, kami ingin mempertahankan visi politik kebangsaan sehingga
koalisi ini nantinya bisa meng*counter* kebangkitan koalisi partai-partai
yang berlatar belakang keagamaan, kata Sekjen Dewan Pimpinan Pusat (DPP)
PDI-P, Pramono Anung di Blitar, Jatim, Jumat (29/6). Karena itu, dia
menegaskan, koalisi antara PDI-P dengan Partai Golkar tidak akan dibangun
secara permanen hingga menjelang Pemilu dan Pilpres 2009. Kami tetap
menganggap Golkar sebagai pesaing utama kami khususnya di legislatif,
sehingga koalisi ini tidak akan berlangsung lama, katanya saat mendampingi
Ketua Umum DPP PDI-P, Megawati Soekarnoputri berziarah ke Makam Bung Karno
di Bendogerit, Kota Blitar. Pramono seperti dikutip *Antara*, Jumat,
mengatakan, PDI-P sudah punya calon presiden yakni Megawati Soekarnoputri,
sehingga sangat tidak mungkin kalau akan berkoalisi dengan sesama partai
besar yang juga berambisi mengajukan calon presiden sendiri pula, seperti
Partai Golkar. Sementara itu, Wakil Sekjen DPP PDI P Mangara M Siahaan
mengatakan, saat ini, PDI-P masih melakukan konsolidasi guna memuluskan
pencalonan Megawati sebagai calon presiden 2009. Pada kongres dan rapat
kerja nasional (Rakernas) I di Bali, partai ini sudah memutuskan pencalonan
ketua umumnya sebagai satu-satunya calon presiden. Pencalonan ini sudah
sesuai dengan prosedur dan mekanisme partai. Tapi, kata Mangara Siahaan,
kemungkinan besar Megawati baru akan menyatakan kesediaannya sebagai calon
presiden dalam Rakernas II yang akan digelar di Makassar, Sulawesi Selatan,
Agustus nanti. Di forum Rakernas itu nanti ketua umum akan menjawab
dukungan terhadap dirinya, apakah bersedia dicalonkan sebagai presiden atau
tidak, kata Mangara di Senayan kemarin. *Prihatin* Mangara mengaku
prihatin dengan wacana yang dikembangkan akhir-akhir ini, yang mengaitkan
pertemuan Taufiq Kiemas dengan Surya Paloh sebagai upaya memasangkan Jusuf
Kalla dan Puan Maharani sebagai capres dan cawapres pada Pemilu 2009. Itu
kan dagelan konyol, jangan lah lambang-lambang negara dibuat jadi mainan,
katanya. Lambang negara yang dimaksud Mangara adalah jabatan presiden dan
wakil presiden. H Irmadi Lubis, politisi PDI-P lainnya menegaskan bahwa
pertemuan PDI-P dan Golkar di Medan sebagai pertemuan yang bermakna
strategis, tentang bagaimana mengatur permasalahan bangsa ke depan. Karena
itu, pertemuan itu jangan diartikan untuk kepentingan sekarang, apa lagi
hanya sekedar strategi maupun pengaturan dalam hubungannya dengan Pilkada,
kata Irmadi menanggapi beredarnya anggapan bahwa bertemunya dua petinggi
partai tersebut untuk mengatur pencalonan gubernur dalam Pilkada Sumatra
Utara. Di tempat terpisah, Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Damai
Sejahtera (PDS) Aldentua Siringo-ringo berpendapat, terlalu naif jika
koalisi yang dibangun Partai Golkar dan PDI-P hanya manuver politik. Tapi
jika koalisi itu dibangun hingga menjadi koalisi permanen, maka merupakan
ancaman bagi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Tetapi jika dibangun
sesaat, itu hanya sekedar peringatan, kata Aldentua Siringo-ringo. [L-8]
--
*Last modified: 30/6/07*

--
Yahoo! Answers - Get better answers from someone who knows. Try it 
nowhttp://uk.answers.yahoo.com/;_ylc=X3oDMTEydmViNG02BF9TAzIxMTQ3MTcxOTAEc2VjA21haWwEc2xrA3RhZ2xpbmU
.

 



[mediacare] Fwd: [PEMBEBASAN PAPUA] Sweping Atribut OPM Jelang 1 Juli dan Kedatangan Eni di Papua Barat

2007-06-30 Terurut Topik Papuan Diary

-- Forwarded message --
From: melanesia_ ignatio [EMAIL PROTECTED]
Date: Jul 1, 2007 12:01 AM
Subject: [PEMBEBASAN PAPUA] Sweping Atribut OPM Jelang 1 Juli dan Kedatangan
Eni di Papua Barat
To: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED],
[EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED],
[EMAIL PROTECTED]

 *Sweping Atribut OPM Jelang 1 Juli dan Kedatangan Eni di Papua
Barat*  Posted
by makimee http://www.kabarpapua.com/ on Saturday, 30 June 2007  [image:
Operasi Intelijen
RI]http://kabarpapua.com/online/modules.php?name=Newsnew_topic=17
*(**www.kabarpapua.com)---
*Hari-harihttp://www.kabarpapua.com%29---%20hari-hari/menjelang hari
besar bangsa Papua Barat, 1 Juli 2007 dan rencana kunjungan
Anggota Kongres AS dari Partai Demokrat, Eni Faleomavega ke Papua aparat
militer Indonesia melakukan berbagai bentuk sweping. Militer juga melakukan
pelarangan mendengarkan lagu-lagu daerah Papua.

Seorang mahasiswi yang baru saja pulang dari Papua Barat melaporkan, aparat
militer di Papua sedang melakukan pemeriksaan Kartu Tanda Penduduk (KTP) di
tiap daerah. Selain KTP, dia mengatakan setiap orang Papua yang menggunakan
simbol-simbol Organisasi Papua Medeka (OMP) Bintang Kejora dalam bentuk
kaos, gelang, tas di sita semua.

Di Wamena sekarang rakyat takut keluar, karena ada pemeriksaan atribut yang
berbauh Papua. Apalagi kalau kita pake gelang atau kaos yang ada bendera
Bintang Kejora. Yang aneh itu, lagu-lagu Papua saja tidak bisa kita dengar,
katanya.

Baca selengkapnya:
http://kabarpapua.com/online/modules.php?name=Newsfile=articlesid=389


--
Get the free Yahoo!
toolbarhttp://us.rd.yahoo.com/evt=48226/*http://new.toolbar.yahoo.com/toolbar/features/norton/index.phpand
rest assured with the added security of spyware protection.




[mediacare] Fwd: [PEMBEBASAN PAPUA] Anggota Kongres AS Akan Kunjungi Papua

2007-06-28 Terurut Topik Papuan Diary

-- Forwarded message --
From: Pembebasan Papua [EMAIL PROTECTED]
Date: Jun 28, 2007 11:17 AM
Subject: [PEMBEBASAN PAPUA] Anggota Kongres AS Akan Kunjungi Papua
To: Pembebasan Papua [EMAIL PROTECTED]
Cc: Front PEPERA [EMAIL PROTECTED]

 
http://www.cenderawasihpos.com/detail.php?id=827ses=


28 Juni 2007 04:48:43


Anggota Kongres AS Akan Kunjungi Papua

Terkenal Cukup Vokal Mengkritisi Soal Papua

JAKARTA- Anggota Kongres AS dari Partai Demokrat Eni Faleomavega bakal
berkunjung ke Indonesia. Dalam rangkaian kunjungannya, dia akan menyempatkan
diri pergi ke Papua untuk melihat situasi di provinsi yang berbatasan dengan
Papua New Guniea itu.

Eni Faleomavega adalah ketua sub komisi mengenai wilayah Asia Pasifik. Dia
juga anggota kaukus Papua di kongres AS yang terkenal cukup vokal
mengkritisi kebijakan Indonesia di provinsi tersebut. Tentang berita
kedatangannya ke Indonesia, Menlu Nur Hassan Wirajuda mengaku belum
mendapatkan kepastian. Mungkin dalam satu dua hari kita akan dapat
menyampaikan ke publik apakah rencana itu tetap jalan, ujarnya di Kantor
Deplu kemarin.

Namun, menurutnya, pada dasarnya Indonesia bersifat terbuka terhadap
kunjungan anggota kongres AS itu. Kalau agenda acara dan jadwal waktunya
cocok bisa jadi kunjungan ke Papua itu akan dilaksanakan, bebernya.
Indonesia, lanjutnya, selama ini telah melakukan kontak dengan Eni untuk
memberikan informasi mengenai hal-hal yang menjadi perhatiannya.

Bagaimana tentang isu Papua di Amerika Serikat? Menlu menegaskan pada
tataran pemerintah, isu Papua tidak menjadi masalah. Karena itu
berulang-ulang ada dukungan pemerintah AS bagi keutuhan wilayah dan
kedaulatan nasional Indonesia termasuk atas Papua, katanya berargumen.

Menurutnya, kunjungan yang bakal dilakukan oleh Eni sah-sah saja. Kalau ada
pihak-pihak yang punya pertanyaan tentang Papua itu soal yang biasa karena
itu juga sah-sah saja kalau kita menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut,
kata Hassan lebih jauh. Justru dengan kedatangan Eni ke Papua, tambahnya,
akan meminimalisasi komentar-komentar miring tentang kebijakan pemerintah
Indonesia.

Mereka tidak hanya bisa berkomentar, tapi juga bisa membuktikan diri
kondisi riil yang ada di Indonesia,kata alumnus fakultas hukum UI ini.
Paling tidak, sambungnya, pihak-pihak yang mengomentari Papua tidak lagi
mendapatkan informasi yang simpang siur tentang kebijakan pemerintah
terhadap provinsi ke-26 Indonesia itu.(nue)

--
Boardwalk for $500? In 2007? Ha!
Play Monopoly Here and
Nowhttp://us.rd.yahoo.com/evt=48223/*http://get.games.yahoo.com/proddesc?gamekey=monopolyherenow(it's
updated for today's economy) at Yahoo! Games.




[mediacare] Mungkinkah Krisis Ekonomi Kembali Melanda Indonesia?

2007-06-26 Terurut Topik Papuan Diary

Tuesday, 26 June 2007  Mungkinkah Krisis Ekonomi Kembali Melanda
Indonesia?http://diarypapua.blogspot.com/2007/06/mungkinkah-krisis-ekonomi-kembali.html

Ditulis oleh: Hans Gebze*

Prediksi krisis ekonomi yang kini telah menjadi head-line diberbagai media
massa Indonesia akhir pekan ini telah menjadi sesuatu yang sangat relevan
untuk dibahas. Paling tidak sebagai suatu diskursus yang pantas kita
bicarakan.

Seperti yang diungkapkan ekonom muda UGM, Dr. Sri Adiningsih -- dalam
wawancara dengan KBR 68 H Jakarta, 14/05/2007 --, kerapuhan fondasi ekonomi
Indonesia dan terjadinya capital in-flow (investasi modal) besar-besaran
beberapa waktu terakhir, bukan tidak mungkin akan memunculkan kembali krisis
ekonomi yang akhirnya akan menyebabkan capital out-flow (penarikan kembali
modal) oleh pemilik modal asing. Mengapa? Kekhawatiran itu wajar-wajar saja
sebab kini, dalam beberapa pekan terakhir, nilai tukar euro sedang menguat
terhadap nilai tukar dollar, barangkali saja krisis ekonomi seperti yang
terjadi pada tahun 1995 sebagai akibat menguatnya nilai tukar yen Jepang
terhadap dollar AS kembali terulang.

Selengkapnya:

http://diarypapua.blogspot.com/


Re: [mediacare] Re: Mereka Menyebut Saya Dingo?

2007-06-20 Terurut Topik Papuan Diary

Bung,

Baca baik2 tulisan saya, cermati kalimat per kalimat. Anda akan menemui
makna dibalik tulisan itu. Apakah saya Robin Hood atau King Richard? Anda
bisa menilai dari tulisan saya.

Sekali lagi, baca dengan teliti.

Salam Perubahan!
PD

On 6/20/07, serikat_indonesia [EMAIL PROTECTED] wrote:


  Hatta adalah seorang yang bijak. Bung Karno tidak. Mereka berbeda
padahal mereka sama2 orang Indonesia dan pejuang. Sama berbedanya
Budiman cs di tahun 1996 dengan Suryadi cs yg sama2 berkulit coklat.

Katanya Kolonial Belanda adalah jahat karena melakukan pengekangan,
lalu bagaimana dengan ORBA? Padahal mereka berbeda kulit tapi bisa
melakukan hal yg sama. Bagaimana dengan Majapahit yang jawa? Apakah
mereka penjajah, karena menduduki Sumatera, Kalimantan, dll?

Bagaimana hubungan anda sendiri dengan tokoh2 reformasi mahasiswa yg
berlainan suku?

Pada akhirnya bukan warna kulit, bukan letak geografis, bukan suku
atau agama yg membedakan manusia. Bahkan meskipun sama2 pake koteka,
tidak menjamin adanya ide yg sama.

Saya mendukung perjuangan anda dalam melawan ketidak adilan, melawan
kekejian atau melawan kebatilan. Pembebas dari kejahatan.

Tetapi ketika anda sendiri membuat kelompok gerakan pembebasan yang
sukuis dan kedaerahan, maka perjuangan anda menjadi anti klimaks.

Anda sama saja dengan Soekarno Hatta yg bersama2 memerdekakan RI,
tapi berbeda paham. Atau Ramos Horta-Xanana Gusmao. Mengusung jargon
keren merdeka, padahal cuma bungkus lain dari sebuah kudeta.

Kebaikan? Keadilan? mana ada dalam sebuah perjuangan politik.

Kita ini warga Global. Saya kasih sedikit gambaran, 200 tahun yang
lalu, Pulau Jawa luar biasa besarnya. Tidak semua orang mampu travel
dari ujung ke ujung pulau. Bisa dibilang Jawa adalah dunia,
Nusantara adalah alam semesta.

Sekarang? Dunia begitu kecilnya, sehingga lebih pantas manusia itu
menjadi warga negara dunia, dan negara2 itu kabupatennya. Propinsi
hanyalah kamar mandinya.

Jika masih ada manusia yg berjuang demi sebuah kamar mandi di jaman
sekarang ini, jelas udah ga mecing. Kecuali ada ambisi politik
dibaliknya.

Jadi sebaiknya anda renungkan dulu siapa anda? Seorang Robin Hood
atau King Richard? Seorang Robin yg berteman dengan segala kalangan
dan memiliki perjuangan yang jelas atau Richard yg hanya berteman
dengan orang Eropa Kresten dan perjuangan yg membuat frustasi?

PS: Dingo adalah rantai makanan teratas di seluruh Australia.

 



Re: [mediacare] Re: Hidup Batak!

2007-06-19 Terurut Topik Papuan Diary

Hehehehehe...Lucu juga ya? Maka Batak harus mempertahankan NKRI 100%!

Bukan begitu Bung Dipo Siahaan?

Salam Damai!
PD

On 6/20/07, Dipo Siahaan [EMAIL PROTECTED] wrote:


  Saya sih senang-senang aja kalau ada orang yang bilang 'Hidup Batak'.
Tapi kalau yang bicara Bu Mus, saya agak jijik. Setahu saya, anda selalu
mencela-cela orang Indonesia. Asal anda tahu, orang Batak itu juga bagian
dari Indonesia. Jadi, kalau anda bilang 'hidup batak!' saya curiga anda
ingin agar batak tidak lagi jadi bagian dari Indonesia. Pikiran yang konyol.
Sepanjang pengetahuan saya, orang Batak akan sangat sulit maju tanpa
Indonesia yang menaunginya.

Ah! tapi saya lulusan dari Indonesia. harusnya sih saya nggak tahu
apa-apa. harusnya sih, lulusan-lulusan amerika yang jauh lebih tahu tanah
batak daripada saya. paling nggak itukan 'teori hebat' ala mustikawati.
hehehehe...

salam jijik
Dipo Siahaan
 



[mediacare] Mereka Menyebut Saya Dingo?

2007-06-19 Terurut Topik Papuan Diary

Mereka Menyebut Saya
Dingo?http://diarypapua.blogspot.com/2007/06/mereka-menyebut-saya-dingo.html

Selamat pagi Ibu, saya sudah menulis kemarin, tidak banyak, hanya beberapa
hal saja yang saya tulis. Saya baru saja menulis tentang Mohammad Atthar
atau orang biasa menyebutnya Mohammad Hatta atau Bung Hatta. Ibu tahu
tentang dia kan? Ya, dia itu negarawan yang bijak, dia itu pendiri Republik
Indonesia, ingat Bu, bukan NKRI ya, hanya RI. Hatta itu orangnya luwes,
sederhana, tekun, displin, demokratis dan tentu saja orang yang bertakwa
didalam agamanya. Saya menulis tentang pandangannya mengenai masa depan
Papua yang bertolak belakang dengan Bung Karno. Saya harap Ibu bisa juga
membacanya.

Wah...banyak yang menyerang tulisan saya dengan tindakan-tindakan yang tidak
normal, irasional, dan bahkan sampai harus menyertakan propaganda salah satu
partai dari negara boneka Neo-Kolonial hasil kunjungan partai mereka
menghadap tuan besarnya, Uncle Sam! Mereka bilang saya harus minum susu
lagi, biar tambah pintar. Mereka juga menyebut saya Dingo. Ibu tau Dingo
tidak? Dingo itu sejenis anjing liar. Nasionalis Indonesia memanggil
Australia dengan julukan itu. Whatever lah, kita tidak boleh terjebak dengan
argumentasi dangkal mereka. Ibu tau kan? Saya ini Diary Papua, saya anak
Papua asli, saya bukan Dingo seperti yang mereka katakan dan saya bukan
budak Dingo atau budak Republik Baru Bisa Mimpi alias Republik BBM dan juga
bukan Budak Uncle Sam yang mereka sembah-sembah itu.

Saya tidak tahu kenapa mereka menyerang saya dengan argumentasi dangkal
semacam itu? Tapi biasalah, ini tindakan kelompok reaksioner, kawan-kawan
saya digerakkan prodemokrasi Indonesia menyebut mereka kelompok reaksioner
kanan! Ada juga yang menyebut mereka ini reformis gadungan, ya mereka itu
Ibu, mereka itu yang menyerang saya dan menyebut saya Dingo.

Hehehehe…..Forgot than, let we talking about our future Mom, this is better
than making a debate with crazy people like them! They are nothing! They are
empty people! Mereka manusia robot yang tak mampu berpikir rasional.

Ibu ingat tahun 1996? Waktu itu anak-anak muda idealis yang menginginkan
perubahan di Republik BBM, mendorong sebuah radikalisasi massa. Waktu itu
Jendral Soeharto, pemimpin Fasis Militeristik Republik BBM merepresi salah
satu partai yang disebut PDI, Harto takut jika Megawati menjadi pimpinan
partai ini. Ibu tau kan? Megawati itu anak Soekarno pendiri NKRI, banyak
rakyat kecil tidak sadar politik, mereka mudah diperdayai oleh
simbol-simbol, dan Megawati, dalam konteks ini, dapat dianggap sebagai Ratu
Adil yang nanti akan membebaskan rakyat dari segala malapetaka yang
diciptakan oleh Regime Fasis-Militeristik Orde Baru dibawah kepemimpinan
Jendral Besar Soeharto, ini budaya Jawa, rakyat di Jawa memaknai pesan
melalui simbol-simbol yang demikian, beda dengan kita Ibu, kita masih agak
rasional.

Soeharto mengerti benar falsafah Jawa yang demikian, karena dia orang Jawa.
Ibu, ingat ya, kita tidak sedang mendiskusikan prasangka ras disini, kita
hanya sedang mendiskusikan falsafah dibalik budaya yang menjadi iman para
pemimpin Republik BBM.

Kita kembali ke masalah semula. PDI bikin kongres di Medan [Sumut] sekitar
tahun 1994 [?], maaf Ibu, saya agak lupa. Pada saat itu Mega diangkat
menjadi pemimpin partai ini. Soeharto paham, kalau ini dibiarkan maka
pamornya sebagai raja lalim penguasa tunggal Republik BBM pasti akan pudar,
jalan satu-satunya adalah membuat kacau PDI. Caranya? Dia tidak merestui
kongres partai tersebut dan bahkan menunjuk orang lain untuk menjadi
pimpinan partai ini. Akibatnya? Rakyat yang sudah terlanjur berharap banyak
pada Megawati sebagai titisan Ratu Adil memberontak dimana-mana.

Ibu tau tidak tentang Budiman Sujatmiko? Dia itu mantan pimpinan Persatuan
Rakyat Demokratik [PRD], kemudian hari berganti nama menjadi Partai Rakyat
Demokratik. Dia dan kawan-kawan lain masuk dalam situasi politik yang
demikian dengan maksud meradikalisasi massa, mereka menyebutnya
insurrection? Ya, barangkali begitu. Tujuannya jelas untuk membentuk
kesadaran massa kearah yang lebih politis. Maklumlah di Republik BBM rakyat
sudah tidak peduli lagi dengan politik, mereka apatis, mereka takut karena
direpresi oleh penguasa Fasis. Mirip-mirip dengan kita di Papua sini Ibu,
sama, cuming [meminjam istilah Bung Togog] masalah kita waktu itu
terlewatkan dari pantauan rakyat lain di Republik BBM, karena kita jauh,
kita ini ada di ujung Bumi, maka masalah kita waktu itu tidak terlihat
dengan jelas oleh mereka yang lain.

Nah, pada waktu itu Budiman Sujatmiko, Dita Indah Sari, Andi Arief, Nezar
Patria, Agus Jabo [sekarang Ketua Papernas], Wiji Thukul, Yoko [dulu kuliah
di UII Jogja], Prabowo [bukan mantunya Harto loh, ini Bowo yang dulu kuliah
di UGM ituloh Bu], Pius Lustrilanang dan banyak pemuda-mahasiswa lain yang
bergerak secara clandestein maju ke depan public dan melakukan agitasi massa
dengan tujuan supaya terbangun kesadaran untuk menghajar penguasa tunggal
orde baru. Gerakan itu 

[mediacare] Nasionalisme Indonesia Yang Anti Demokrasi! [Bagian Kedua-Selesai]

2007-06-18 Terurut Topik Papuan Diary

Nasionalisme Indonesia Yang
Anti-Demokrasi!http://diarypapua.blogspot.com/2007/06/nasionalisme-indonesia-yang-anti_03.html

*Sebuah Catatan Mengenai Mohammad Hatta dan Pandangannya Tentang Masa Depan
Papua!*
[Bagian Kedua - Selesai]

*Masalah Papua Dalam Pandangan Hatta*

Dalam sidang-sidang Badan Persiapan Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia atau
BPUPKI yang berlangsung pada tanggal 10 - 11 Juli 1945 terdapat silang
pendapat antara tokoh-tokoh nasional Indonesia. Soekarno dan Moh. Yamin
berpendapat Papua adalah bagian integral Indonesia berdasarkan klaim sejarah
Majapahit dan Tidore, sehingga mutlak dimasukan sebagai bagian dari
Indonesia, sementara tokoh-tokoh politik seperti Moh. Hatta dan Sutan
Syahrir lebih menekankan sisi kemanusiaan dengan menggunakan nilai-nilai
demokrasi dalam penyelesaian masalah Papua.

Hatta berpendapat Papua merupakan sebuah entitas bangsa dengan kebudayaan
Melanesia yang dominan dan tidak seharusnya menjadikan Indonesia mengabaikan
begitu saja fakta sosiologis ini. Sebagai sebuah entitas bangsa, rakyat
Papua juga punya hak untuk menentukan masa depannya sendiri sama seperti
Indonesia.

Dalam perdebatan-perdebatan BPUPKI itu Hatta berkata: Saya sendiri ingin
menyatakan bahwa Papua sama sekali tidak usah dipusingkan, bisa diserahkan
kepada Bangsa Papua sendiri. Saya mengakui bahwa Bangsa Papua juga berhak
menjadi bangsa yang merdeka, akan tetapi Bangsa Indonesia untuk sementara
waktu, yaitu dalam beberapa puluh tahun, belum sanggup, belum mempunyai
tenaga yang cukup untuk mendidik bangsa Papua, sehingga menjadi bangsa yang
merdeka.

Silang pendapat mengenai Papua antara Hatta disatu pihak dan Soekarno-Yamin
dipihak lain tidak terkompromi, sehingga dalam sidang BPUPKI dimunculkan
beberapa opsi mengenai wilayah kedaulatan Indonesia, beberapa opsi yang
ditawarkan untuk divoting adalah sebagai berikut; Pertama, yang disebut
Indonesia adalah bekas jajahan Hindia Belanda dahulu; Kedua, yang disebut
Indonesia adalah Hindia Belanda, Malaka (Malaysia), Borneo Utara (Brunei dan
Sabah), Papua, Timor-Portugis (sekarang Republik Demokratik Timor) dan
kepulauan sekitarnya; Ketiga, yang disebut Indonesia adalah Hindia Belanda
Dahulu ditambah Malaka tanpa memasukkan Papua.

Dari ketiga opsi tersebut, dihasilkan voting dari 66 anggota BPUPKI sebagai
berikut; 16 suara mendukung opsi nomor satu, 39 suara mendukung opsi nomor
dua, dan 6 suara mendukung opsi nomor 3, dengan demikian, sejak awal, tidak
saja Papua tetapi juga Timor - Portugis, yang sekarang sudah merdeka,
Malaysia dan Brunai Darussalam juga dimasukan dalam imajinasi teritorial
nasional yang hendak dibangun oleh nasionalis Indonesia.

Tidak hanya disitu, sikap Hatta yang tegas ditunjukkannya saat terjadinya
pertemuan antara pemimpin Indonesia Merdeka, yaitu Soekarno dan Hatta,
dengan pimpinan militer Jepang di Saigon, Vietnam, pada tanggal 12 Agustus
1945.

Dalam kesempatan ini, Mohammad Hatta masih memegang teguh prinsipnya
mengenai masa depan bangsa Papua. Hatta menyatakan:

*...bangsa Papua merupakan ras Negroid, bangsa Melanesia, maka biarlah
bangsa Papua menentukan masa depannya sendiri! *

Pandangan Hatta mengenai Papua didepan pimpinan militer Jepang di Saigon
waktu itu bertolak belakang dengan pandangan Soekarno yang mengatakan bahwa
bangsa Papua masih primitif sehingga tidak perlu dikaitkan sama sekali
dengan usaha-usaha persiapan kemerdekaan yang sedang dilakukan tokoh-tokoh
nasional Indonesia.

Pada awal tahun 1960-an gagasan Soekarno untuk mengganyang Malaysia disambut
dengan mobilisasi militer Indonesia secara besar-besaran. Lahirlah gerakan
Dwikora yang membenarkan mobilisasi rakyat untuk kepentingan politik
Soekarno yang agresif itu. Hal sama terjadi dalam kasus Papua. Pada tanggal
19 Desember 1961 Soekarno menggelar rapat akbar di Alun-alun Utara
Yogyakarta yang melahirkan gerakan Trikora dalam rangka pendudukan Papua.
Dwikora tidak berhasil secara politik, tetapi gerakan Trikora yang
dilancarkan Soekarno pada akhirnya berhasil. Unjuk kekuatan milter dan
diplomasi politik dalam gerakan Trikora menjadi dua kunci sukses yang
berhasil dikombinasikan oleh Soekarno dalam rangka pendudukan dan penguasaan
Papua.

Barangkali dalam konteks ini Soekarno hendak menjabarkan dan mempraksiskan
hasil-hasil sidang BPUPKI pada tanggal 10 dan 11 Juli 1945, dimana dalam
sidang BPUPKI itu, mayoritas anggota menyetujui sebuah usulan mengenai blue
print imaginasi batas-batas teritori nasional Indonesia merdeka yang harus
meliputi daerah-daerah bekas jajahan Hindia Belanda termasuk Malaka
(sekarang Kerajaan Malaysia), Borneo Utara (sekarang Kesultanan Brunai
Darussalam), Papua, Timor Portugis (sekarang Republik Demokratik Timor) dan
pulau-palau sekitarnya.

Pada masa pemerintahan Soekarno, Indonesia berhasil menguasai Papua secara
de facto melalui proses integrasi yang terjadi pada tanggal 1 Mei 1963 dan
secara de jure dimasa pemerintahan Soeharto melalui proses Pepera 1969. Dua
peristiwa politik penting yang masih digugat oleh rakyat Papua 

Re: [mediacare] Nasionalisme Indonesia Yang Anti Demokrasi! [Bagian Kedua-Selesai]

2007-06-18 Terurut Topik Papuan Diary

Hehehe..saya tertawa, akhirnya anda bisa menertawai diri sendiri.

Baca baik2, tidak ada kesamaan pikiran mengenai ini antara Bung Karno dan
Bung Hatta, saya senang jika mau didebatkan secara ilmiah, sesuai
bukti-bukti sejarah yang ada. Kita mau meluruskan banyak hal di Republik BBM
ini.

Saya bukan Dingo, saya manusia Papua, yang paham apa arti penindasan dan apa
arti sejarah bagi saya dan rakyat Papua lainnya.

On 6/18/07, Tejo Sulaksono [EMAIL PROTECTED] wrote:


  Whuahahaha, pengin ngadu Soekarno sama Hatta neh? Sebelum, selama dan
sesudah Proklamasi kan Founding Fathers diskusi ilmiah terus, secara serius,
karena memang pada mumpuni. Selama perjuangan bangsa yang gagah berani untuk
masuk Irian barat ke
Indonesia dalam sejarah yang tercatat kita simak Hatta gak anti samasekali
kok. Diskusi teori tentu harus ada, tapi setelah ada persamaan pendapat, RI
terus bergulir maju.
Ini maunya mlintir sejarah gaya Dingo yah?

Dairy eeh diary (susu  buku harian) minum dong banyak protein sehat itu
supaya bisa mafhum bahwa RI dan juga putera-putera Papua akan tetap
pertahankan RI dalam batas-batas negara sesuai dengan Hindia Belanda, begitu
loh Mas Diaree (hihihi, sorry, joking aja).

TSL


*Papuan Diary [EMAIL PROTECTED]* wrote:

 Nasionalisme Indonesia Yang 
Anti-Demokrasi!http://diarypapua.blogspot.com/2007/06/nasionalisme-indonesia-yang-anti_03.html
*Sebuah Catatan Mengenai Mohammad Hatta dan Pandangannya Tentang Masa
Depan Papua!*
[Bagian Kedua - Selesai]

*Masalah Papua Dalam Pandangan Hatta *

Dalam sidang-sidang Badan Persiapan Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia atau
BPUPKI yang berlangsung pada tanggal 10 - 11 Juli 1945 terdapat silang
pendapat antara tokoh-tokoh nasional Indonesia. Soekarno dan Moh. Yamin
berpendapat Papua adalah bagian integral Indonesia berdasarkan klaim sejarah
Majapahit dan Tidore, sehingga mutlak dimasukan sebagai bagian dari
Indonesia, sementara tokoh-tokoh politik seperti Moh. Hatta dan Sutan
Syahrir lebih menekankan sisi kemanusiaan dengan menggunakan nilai-nilai
demokrasi dalam penyelesaian masalah Papua.

Hatta berpendapat Papua merupakan sebuah entitas bangsa dengan kebudayaan
Melanesia yang dominan dan tidak seharusnya menjadikan Indonesia mengabaikan
begitu saja fakta sosiologis ini. Sebagai sebuah entitas bangsa, rakyat
Papua juga punya hak untuk menentukan masa depannya sendiri sama seperti
Indonesia.

Dalam perdebatan-perdebatan BPUPKI itu Hatta berkata: Saya sendiri ingin
menyatakan bahwa Papua sama sekali tidak usah dipusingkan, bisa diserahkan
kepada Bangsa Papua sendiri. Saya mengakui bahwa Bangsa Papua juga berhak
menjadi bangsa yang merdeka, akan tetapi Bangsa Indonesia untuk sementara
waktu, yaitu dalam beberapa puluh tahun, belum sanggup, belum mempunyai
tenaga yang cukup untuk mendidik bangsa Papua, sehingga menjadi bangsa yang
merdeka.

Silang pendapat mengenai Papua antara Hatta disatu pihak dan
Soekarno-Yamin dipihak lain tidak terkompromi, sehingga dalam sidang BPUPKI
dimunculkan beberapa opsi mengenai wilayah kedaulatan Indonesia, beberapa
opsi yang ditawarkan untuk divoting adalah sebagai berikut; Pertama, yang
disebut Indonesia adalah bekas jajahan Hindia Belanda dahulu; Kedua, yang
disebut Indonesia adalah Hindia Belanda, Malaka (Malaysia), Borneo Utara
(Brunei dan Sabah), Papua, Timor-Portugis (sekarang Republik Demokratik
Timor) dan kepulauan sekitarnya; Ketiga, yang disebut Indonesia adalah
Hindia Belanda Dahulu ditambah Malaka tanpa memasukkan Papua.

Dari ketiga opsi tersebut, dihasilkan voting dari 66 anggota BPUPKI
sebagai berikut; 16 suara mendukung opsi nomor satu, 39 suara mendukung opsi
nomor dua, dan 6 suara mendukung opsi nomor 3, dengan demikian, sejak awal,
tidak saja Papua tetapi juga Timor - Portugis, yang sekarang sudah merdeka,
Malaysia dan Brunai Darussalam juga dimasukan dalam imajinasi teritorial
nasional yang hendak dibangun oleh nasionalis Indonesia.

Tidak hanya disitu, sikap Hatta yang tegas ditunjukkannya saat terjadinya
pertemuan antara pemimpin Indonesia Merdeka, yaitu Soekarno dan Hatta,
dengan pimpinan militer Jepang di Saigon, Vietnam, pada tanggal 12 Agustus
1945.

Dalam kesempatan ini, Mohammad Hatta masih memegang teguh prinsipnya
mengenai masa depan bangsa Papua. Hatta menyatakan:

*...bangsa Papua merupakan ras Negroid, bangsa Melanesia, maka biarlah
bangsa Papua menentukan masa depannya sendiri! *

Pandangan Hatta mengenai Papua didepan pimpinan militer Jepang di Saigon
waktu itu bertolak belakang dengan pandangan Soekarno yang mengatakan bahwa
bangsa Papua masih primitif sehingga tidak perlu dikaitkan sama sekali
dengan usaha-usaha persiapan kemerdekaan yang sedang dilakukan tokoh-tokoh
nasional Indonesia.

Pada awal tahun 1960-an gagasan Soekarno untuk mengganyang Malaysia
disambut dengan mobilisasi militer Indonesia secara besar-besaran. Lahirlah
gerakan Dwikora yang membenarkan mobilisasi rakyat untuk kepentingan politik
Soekarno yang agresif itu. Hal sama terjadi dalam kasus Papua. Pada tanggal
19 Desember 1961

[mediacare] Kumpulan Puisi

2007-06-17 Terurut Topik Papuan Diary
Kumpulan puisi ini saya ambil dari sejumlah puisi yang pernah saya buat,
sebenarnya untuk dokumentasi pribadi, tetapi dorongan beberapa kawan membuat
saya berani menampilkan puisi-puisi ini disini, semoga saja bisa
menggambarkan keluh kesah pikiran dan jiwa saya melihat berbagai
ketidakadilan yang terjadi di Tanah Papua. Juga puisi seorang kawan dekat
yang dia sumbangkan khusus buat saya, patut saya catat dan publikasi melalui
blog ini, terima kasih buatmu kawan, kau menjadi inspirator dalam meyakini
suatu pilihan hidup, dan saya sudah berada dalam pilihan itu. Selamat
membaca!

DOA IBU
[Krassnaya Kejora]

Anakku...
Anakku Kau kah itu
Apakah perjuanganmu melelahkan?
Mari..IBU peluk...
Mari..IBU peluk...

Tapi..
Kapan Kau bebaskan IBU dari tirani anak-anak tiri ini...
IBU lelah...
IBU ketih...
Dipermainkan..diperolok..diperbudak..diperdaya .

Tidak..Jangan Kau teteskan Air matamu
Perjuangan mu adalah Alasan IBU untuk hidup
Perjuangan mu adalah alasan IBU untuk tetap memanggil TUHAN dalam Doa
Tunjukkan pada anak-anak tiri itu
Bahwa mereka harus menghargai IBU dan Kamu
Tidak ada seorang pun dapat merendahkan Kita

Apakah perjuangan mu melelahkan?
Mari...IBU peluk...
Mari...IBU peluk...

Dalam pelukanku IBU senandungkan doa dan harapan...
TUHAN menyertai perjuangan mu...
Ayo Bangkit Nak...
Ayo Bangkit Nak...
Ikuti matahariikuti Matahari...
IBU menunggumu kembali anak ku

Salam IBU ...

Port Numbay,
8 Juni 2007 [03:54 PM]
--

PESAN
[Diary Papua]

Disini kutulis maksudku
Disini kukatakan pada kawan
Bersiaplah

Tuan boneka mulai menuai nestapa
Krisis ekonomi mulai berpendar
Barangkali aku salah
Tapi mereka katakan benar

Barangkali tuan besar imperialis bosan?
Sampaikan maksudku pada rakyat
Jangan terlena buaian imperialisme

Siap sedia
Bangun dirimu
Jadikan Papua kuat
Sekuat batu karang
Runtuhkan semua musuh rakyat
Dan Kita pasti menang!

Jalan Bebas,
Mon, 14 May 2007 20:59:07
-

REVOLUSI PAPUA
[Diary Papua]

Aku bergerak pagi ini
Kudapati kabar
Yahukimo lapar
55 telah kau ambil dariku

Aku bergerak pagi ini
Kudapati berita
Puncak Jaya masih berduka
97 dimakamkan tanpa nisan

Aku bergerak pagi ini
Kudengar cerita kawan
Digul memanggil Libo Oka

Lelah aku dengar Jeritan itu
Lelah kubaca kabar itu
Terpekik tapi tertahan
REVOLUSI!

Aku Bangkit Setiap 100 Tahun
Ketika Rakyat Bergerak!
Aku bangkit bersama Rakyat
Ketika Rakyat Bersatu
Senandungkan Nyanyian Jiwa
Hai, Tanah-ku Papua!

Port Numbay,
Fri, 9 Dec 2005 18:04:55
--

TRIBUTE UNTUK THEYS
[Diary Papua]

Engkau mulai dilupakan
Engkau yang menoreh begitu dalam sayatan sejarah
Engkau hari ini dipisahkan dari jalinan sejarah yang kau jalin

Jalinan yang telah menebar kabar revolusi dimedan kita
Sejarah t'lah memberimu tempat yang layak bapa
Jika memang engkau dilupakan anak bangsa

Aku tangisi kepergianmu hari ini
Bukan sedih
Bukan pula amarah dendam
Kepergianmu lahirkan anak jaman baru bapa

Bunda t'lah relakan darah juang kami
Bunda t'lah restui anak-anaknya
Teruskan cita-cita yang kau torehkan

Dengan syair kukenang engkau
Biji telah kau tebar
Buah akan dihasilkan
Ketika kemenangan itu dating

Port Numbay,
Fri, 11 Nov 2005 06:36:42



[mediacare] Nasionalisme Indonesia Yang Anti Demokrasi!

2007-06-17 Terurut Topik Papuan Diary

Nasionalisme Indonesia Yang
Anti-Demokrasi!http://diarypapua.blogspot.com/2007/06/nasionalisme-indonesia-yang-anti.html

Ditulis Oleh: Diary Papua*

*Sebuah Catatan Mengenai Mohammad Hatta dan Pandangannya Tentang Masa Depan
Papua!*
[Bagian Pertama]

Banyak kalangan di Indonesia dan juga Papua yang hanya mengenal Mohammad
Hatta sebagai tokoh nasional, wakil presiden dan sekaligus proklamator
kemerdekaan Indonesia. Bersama Soekarno, ia memproklamirkan kemerdekaan
Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Tetapi tidak banyak yang mengetahui
sikap Hatta mengenai masa depan Papua yang bertolak belakang dengan
pandangan Soekarno.

Tokoh nasional Indonesia yang lahir di Bukit Tinggi pada tanggal 12 Agustus
1902 dengan nama Muhammad Athar ini adalah seorang tokoh nasionalis
Indonesia jujur, tegas dan sederhana. Ia memang seorang nasionalis, tetapi
ia tidak memandang tema besar nasionalisme dalam pandangan sempit
nasionalisme yang bersifat chauvinis.

Sebagai founding fathers, ia bersama Soekarno dan Syahrir menjadi tiga
serangkai terkemuka yang memimpin jalannya pergerakan Indonesia sampai
kemerdekaan tercapai. Bahkan sejak usia 15 tahun, ia telah aktif sebagai
bendahara pada Sumatranen Bond Cabang Padang dan keterlibatannya dalam
perjuangan Indonesia diteruskan ketika ia melanjutkan studinya di Belanda.

Selama 11 tahun studi dan tinggal di Belanda, Hatta menjadi tokoh sentral
dalam Perhimpunan Indonesia, keterlibatan politiknya yang aktif dalam
kampanye pembebasan nasional Indonesia di Belanda, menyebabkan ia harus
banyak berurusan dengan pihak kolonial Belanda.

Pada tahun 1927, Hatta bergabung dengan sebuah organisasi yang disebut Liga
Menentang Imperialisme dan Kolonialisme di Belanda. Keterlibatan Hatta dalam
organisasi ini mempererat hubungannya dengan tokoh-tokoh gerakan pembebasan
nasional dari wilayah jajahan lain, sebagai contoh Jawaharlal Nehru, seorang
tokoh nasionalis India, yang dikemudian hari menjadi sahabat dekatnya.
Aktivitasnya dalam organisasi ini menyebabkan Hatta ditangkap pemerintah
Belanda namun akhirnya dibebaskan, setelah melakukan pidato pembelaannya
yang terkenal: Indonesia Free didepan sidang pengadilan kolonial Belanda.

*Nasionalisme Dalam Pandangan Hatta*

Tidak dapat dipungkiri bahwa Hatta adalah salah seorang tokoh yang dengan
gigih memperjuangkan Indonesia Merdeka, sejarah Indonesia membuktikan hal
ini. Tetapi dalam membangun semangat nasionalisme Indonesia, Hatta tetap
berprinsip pada sikap-sikap nasionalisme yang plural dan egaliter.

Penolakan Hatta yang tegas terhadap usaha dimasukannya Syariat Islam dalam
mukadimah dan batang tubuh UUD 45 yang didorong oleh golongan Islam,
menunjukkan sikap tegas Hatta akan pandangannya mengenai nasionalisme yang
egaliter dan plural. Hatta adalah seorang muslim yang taat, tetapi ia tidak
hendak mengorbankan nilai-nilai agama yang lebih berifat personal kedalam
bangunan kesadaran nasionalime Indonesia, yang tentunya akan memancing
perpecahan didalam kesadaran nasional baru akan dibangun. Oleh karenanya
kompromi yang, dalam pandangan Hatta, paling mungkin diterima oleh berbagai
berbagai golongan di Indonesia dalam membangun nasionalisme bersama adalah
nasionalisme yang egaliter dan plura tanpa prasangka agama didalamnya.

Sejak awal Hatta telah berpandangan bahwa basis dasar bagunan nasionalisme
Indonesia haruslah egaliter dan plural. Sikap egalitarian dan plural itu
pula yang ditunjukan Hatta mengenai pandangannya tentang Papua, yang
menurutnya, juga punya kesempatan yang sama dengan Indonesia dalam hal
membangun masa depannya sendiri.

Sejak awal Bung Karno sudah memiliki pandangan yang chauvinis dalam
membangun kesadaran nasional Indonesia, sifat chauvinis Soekarno semakin
mengental ketika diterapkannya sistem demokrasi terpimpin, setelah mundurnya
Hatta dalam jabatannya sebagai wakil presiden Indonesia pada tahun 1956.

Bolehlah dikatakan, dalam hal nasionalisme, Soekarno mampu mengatasi Hatta
dalam hal sifat-sifat chauvinistiknya, tetapi perlu dicatat bahwa dalam hal
demokrasi, Hatta mampu mengatasi Soekarno.

*Demokrasi Dalam Pandangan Hatta*

Pada sebuah artikel yang ditulis oleh seseorang dengan nama samaran Si
Rakyat dalam majalah Persatoean Indonesia mengenai demokrasi menghasilkan
sebuah polemik hangat dengan Hatta. Si Rakyat, dalam tulisannya, mengkritik
penggunaan nama Volkssouvereiniteit sebagai bahasa Belanda dan mengatakan
bahwa demokrasi Indonesia adalah barang impor. Sebagai balasannya, Hatta
kemudian menulis:

*...perkataan demokrasi yang dipakai oleh Si Rakyat tidak asli. Perkataan
itu juga import!Partai-partai Indonesia disuruh memakai semboyan
'Demokrasi Indonesia'... Sebagai contoh disebutnya pengertian demokrasi di
Minangkabau: Sepakat, ia mengutip suatu pepatah Minangkabau, yaitu:
‘Kemenakan beraja (tunduk seperti diperintah raja-Pen) ke mamak, mamak
beraja ke penghulu, penghulu beraja ke mufakat’. Mufakat siapa? Bukan
mufakat rakyat, melainkan mufakat penghulu saja. ... sudah banyak benar
sekarang jumlah 

[mediacare] Komnas HAM Papua Merasa Diteror

2007-06-16 Terurut Topik Papuan Diary

Komnas HAM Papua Merasa
Diterorhttp://www.kompas.com/kompas-cetak/0706/16/Politikhukum/3604655.htm
Albert Diancam Dibunuh

Jakarta, Kompas -

Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia atau Komnas HAM Perwakilan Papua
Albert Rumbekwan beberapa hari terakhir menerima berbagai teror. Ini terjadi
setelah dia bertemu dengan Wakil Khusus Sekretaris Jenderal Perserikatan
Bangsa-Bangsa urusan Pembela HAM Hina Jilani.

Jika melihat isi teror dan waktunya, saya yakin ini semua terkait pertemuan
saya dengan Hina, kata Albert saat dihubungi Kompas dari Jakarta, Jumat
(15/6).

Albert bertemu Hina di sebuah hotel di Jayapura, Papua, pada 8 Juni pukul
20.30. Dalam pertemuan yang dimulai sekitar pukul 20.30 itu, dia
menceritakan kondisi pembela HAM di Papua.

Setelah pertemuan itu, Albert tidak mengalami apa-apa. Namun, pada 11 Juni
tiba-tiba dia mendapat ancaman pembunuhan lewat pesan singkat (SMS). Dalam
SMS yang dikirim dari nomor 0813440343xx ini, si pengirim pesan juga
menuding Albert telah menggunakan isu HAM untuk menghancurkan Papua.

Saat Albert membalas dengan bertanya siapa pengirim pesan itu, dia justru
kembali diteror.   Hingga Kamis (14/6) Albert masih menerima teror serupa
dari nomor yang sama. Bahkan, hari itu sekitar pukul 08.00 ada tiga
mobildiparkir di dekat kantornya dan penumpangnya berteriak-teriak
meminta Albert
keluar. Karena tidak ditanggapi, penumpang mobil itu lalu diam dan pura-pura
baca koran. Namun, saat mobil Komnas HAM Papua keluar sekitar pukul 16.00,
mereka membuntutinya.

Pada Kamis lalu Albert juga menerima telepon dari nomor ponsel yang sama
untuk bertemu di sebuah hotel di Papua pada pukul 19.00. Namun, dia tidak
memenuhinya.

Setelah menerima teror pertama, Senin lalu, saya langsung menceritakan ke
Hina dan dia melaporkannya ke Kepala Polri Jenderal (Pol) Sutanto sehingga
saya dikawal, kata Albert yang sampai sekarang tetap beraktivitas normal.


Wakil Ketua Komnas HAM Zoemrotin K Susilo mengaku belum mengetahui pasti
tentang teror yang dialami Albert.   Sementara itu, Ori Rahman dari Komisi
untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) menyesalkan teror
tersebut karena telah mencoreng Indonesia.

Teror itu tidak produktif dari promosi penegakan HAM oleh pemerintah, yang
dalam hal ini dilakukan dengan mengundang Hina, ujarnya.
Teror serupa diduga tidak hanya dialami Albert. Mobil yang ditumpangi dua
anggota Sekretariat Keadilan dan Perdamaian Papua ditabrak orang tidak
dikenal di Sentani pada 8 Juni. Peristiwa ini terjadi saat Hina berada di
Papua, kata Ori. (nwo)




Copyright (c) 2002 Harian *KOMPAS*


[mediacare] Kepentingan Modal Asing Dalam Masalah Papua

2007-06-15 Terurut Topik Papuan Diary

Kepentingan Modal Asing Dalam Masalah
Papuahttp://diarypapua.blogspot.com/2007/06/kepentingan-modal-asing-dalam-masalah.html

Ditulis Oleh: Diary Papua*

Papua masih merupakan wilayah rawan konflik yang belum dapat didamaikan atau
paling tidak belum ditemukan jalan terbaik penyelesaian masalahnya. Masalah
Papua bukan sekedar masalah politik melulu tetapi sudah merupakan konflik
multi dimensional yang merasuk segala aspek kehidupan social rakyat. Sebuah
konflik multi dimensional yang harus diurai dan dicari jalan penyelesaiannya
dengan adil.

Jika mulai bicara soal Papua pastilah terpampang disana masalah pelanggaran
HAM yang kronis, kemiskinan structural yang melilit kehidupan hampir 40
persen penduduk (peringkat pertama di Indonesia), pengembangan sumber daya
manusia yang stagnan, operasi dan represi militer yang tiada henti,
praktek-praktek penyelenggaraan pemerintahan yang korup disertai malpraktek
manajemen negara atas berbagai kebijakan yang dikeluarkan bagi Papua --
episode pertarungan Ostsus Papua versus Propinsi IJB dapat menjadi contoh
dalam hal ini --, pembalakkan liar, perusakan lingkungan yang parah hingga
pencurian sumber-sumber daya ekonomi rakyat yang tiada henti adalah
merupakan beberapa aspek konflik multi dimensional Papua yang dapat dilihat
jika hendak mencermati masalah Papua secara tuntas.

Konflik Papua juga bukan melulu konflik politik domestik Indonesia. Tanah
Papua, dengan sumber daya alam yang melimpah, sudah mengundang begitu banyak
pihak yang memiliki kepentingan eksploitasi ekonomi sejak awal permasalahan
politik Papua muncul dalam forum-forum internasional ketika menguatnya
perebutan hegemoni atas Tanah Papua oleh Indonesia dan Belanda pada tahun
1960-an. Bolehlah dikatakan negara-negara kapitalis seperti Amerika Serikat,
Belanda, Inggris dan Australia adalah pihak-pihak luar yang dalam lima
decade terakhir memiliki pengaruh langsung dan tidak langsung atas berbagai
soal yang muncul di Papua karena kepentingan eksplotasi sumber-sumber
ekonomi mereka di Tanah Papua. Karena sumber daya alam yang melimpah itu
maka dapatlah dikatakan Papua sejak awal telah menjadi masalah dalam peta
politik global yang harus diamati secara lugas jika hendak melakukan sebuah
perubahan yang kualitatif dan berarti dalam permasalahan Papua.

Konkalikong imperialis global dengan pemerintah Indonesia pada saat
negosiasi-negosiasi politik internasional soal Tanah Papua dibicarakan
tampak dengan jelas. Sandiwara politik mengenai Papua yang disutradarai
agen-agen imperialis seperti AS jelas menjadi sebuah kebijakan politik resmi
kekuatan imperialis (konspirasi modal asing) dalam mengintervensi masalah
politik Papua yang menghendaki Papua masuk kedalam NKRI dengan syarat-syarat
eksploitasi ekonomi yang akan menjadi hak ekslusive bagi imperialis dalam
mengeruk sumber daya alam Papua. Latar belakang deal-politik mengenai status
politik Papua yang demikian, jelas sekali menjadi latar sejarah yang dominan
dalam masalah Papua.

Untuk mengelabui masyarakat global, berbagai kebijakan diplomatic
internasional ditetapkan untuk dijalankan dalam penyelesaian masalah Papua.
Sebagai contoh, tarik ulur antara Indonesia dan Belanda soal Papua,
berdasarkan intervensi AS, berhasil diminimalisir menjadi bentrok terbuka
dengan dipaksakannya pelaksanaan proposal Bunker -- proposal ini dirancang
oleh Elsworth Bunker, seorang diplomat senior AS di PBB -- yang mengatur
mengenai aksi politik penyelesaian masalah Tanah Papua.

Berdasarkan tekanan yang kuat dari AS, Belanda dan Indonesia akhirnya
menyepakati usulan Bunker dan ditandatangani pada tanggal 31 Juli 1962.
Proposal Bunker inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya resolusi PBB Nomor
1752 dalam Sidang Umum PBB mengenai Perjanjian New York yang ditetapkan pada
tanggal 24 September 1962. Bagian terpenting dari New York Agreement adalah
ketetapan mengenai aksi bebas memilih (Act of Free Choice) bagi rakyat Papua
yang dalam beberapa hal dilakukan secara manipulatif saat itu di Papua.

Perjanjian New York itu tidak dipraktekkan secara benar di Papua oleh karena
kepentingan ekonomi politik yang lebih dominan dari imperialis global dalam
penyelesaian masalah Papua. Untuk tetap menjaga kepentingan eksploitasi
ekonominya, atas inisiatif AS, dilakukan sebuah pertemuan rahasia di Roma
yang dihadiri wakil-wakil Indonesia dan Belanda dan berhasil dibuat
Perjanjian Rahasia Roma (the Secret Rome Agreement) pada tanggal 30
September 1962, tepat seminggu setelah ditetapkannya Perjanjian New York.

Isi perjanjian rahasia roma adalah; Pertama, pelaksanaan penentuan nasib
sendiri agar ditunda atau dibatalkan; Kedua, Indonesia memerintah Papua
selama 25 Tahun terhitung mulai tanggal 1 Mei 1963; Ketiga, metode Act of
Free Choice digunakan dengan metode Indonesia, yakni musyawarah; Keempat, AS
berkewajiban melakukan penanaman modal melalui badan usaha di Indonesia bagi
eksplorasi mineral dan sumber daya alam lainnya; Kelima, AS menjamin Bank
Pembangunan Asia sebagai dana pembangunan PBB di Papua 

[mediacare] Rapat Tertutup Atase Pertahanan Militer di Papua

2007-06-15 Terurut Topik Papuan Diary

http://www.kabarpapua.com/online

---
Kapolres Jayawijaya dan Komandan Batalyon 756 Stress
Friday, 15 June 2007 oleh *Tribesman http://www.kabarpapua.com/* (1 kali
dibaca)[image: Terrorisme
NKRI]http://www.kabarpapua.com/online/modules.php?name=Newsnew_topic=1
*Baliem KabarPapua-*
Lembah Baliem tepatnya pada hari Jumat 8 Juni 2007 telah berlangsung Apel
Gabungan atas perintah KAPOLRI. Apel gabungan keluarga besar aparat polisi
bersama isteri-isteri dan anak-anak, yang telah berlangsung selama 4 jam.
Dalam apel tersebut Kapolres Jayawijaya mengamanatkan bahwa issue Papua di
dunia Internasional sangat memanas, maka Kapolres mengajak seluruh keluarga
besar kepolisian untuk siaga satu (1) dan Apel ini merupakan latihan
Evakuasi dalam beberapa minggu lalu di Wamena.


(*selengkapnya...*http://www.kabarpapua.com/online/modules.php?name=Newsfile=articlesid=351|
2530 byte lagi |
komentar?http://www.kabarpapua.com/online/modules.php?name=Newsfile=articlesid=351|
Nilai: 0)
Rapat Tertutup Atase Pertahanan Militer di Papua
Friday, 15 June 2007 oleh *namek http://www.kabarpapua.com/* (11 kali
dibaca)[image: Terrorisme
NKRI]http://www.kabarpapua.com/online/modules.php?name=Newsnew_topic=1
*Port Numbay Kabarpapua-*
Akhir-akhir ini kesatuan TNI/POLRI telah menyebar ribuan personil ke seluruh
Papua Barat. Sebagai upaya untuk mempersiapkan operasi pembumihangusan
wilayah Papua dan merancang skenario konflik berdarah. Untuk maksud,
tersebut telah diadakan rapat tertutup (Senin 11/06/07) yang dihadiri oleh
para petinggi militer (Pangdam XVIII Trikora, Polda, Kapolres dan Dandim
sepapua) dari berbagai kesatuan. Rapat tertutup tersebut telah dilaksanakan
di Ifar Gunung – Sentani beberapa hari lalu.


(*selengkapnya...*http://www.kabarpapua.com/online/modules.php?name=Newsfile=articlesid=350|
3792 byte lagi | 1
komentarhttp://www.kabarpapua.com/online/modules.php?name=Newsfile=articlesid=350|
Nilai: 0)
Penilaian Uskup Papua: Membagi Rp 100 Juta bagi Orang Papua, Ibarat Beri
Manisan
Friday, 15 June 2007 oleh *Admin http://kabarpapua.com/online* (6 kali
dibaca)[image: Politik
Indonesia]http://www.kabarpapua.com/online/modules.php?name=Newsnew_topic=4TIMIKA
- Uskup Papua menilai, program pemberdayaan ekonomi rakyat di
kampung-kampung, dengan jatah Rp 100 juta bagi tiap kampung, bagaikan
memberikan manisan atau gula-gula. Karena setelah mereka menerima dana
sebesar itu, uang itu digunakan bukan untuk sesuatu yang produktif dan
berjangka panjang.


(*selengkapnya...*http://www.kabarpapua.com/online/modules.php?name=Newsfile=articlesid=349|
3830 byte lagi |
komentar?http://www.kabarpapua.com/online/modules.php?name=Newsfile=articlesid=349|
Nilai: 0)
Tak Menyelesaikah Persoalan HAM Secara Menyeluruh
Friday, 15 June 2007 oleh *namek http://www.kabarpapua.com/* (15 kali
dibaca)[image: Hukum dan
HAM]http://www.kabarpapua.com/online/modules.php?name=Newsnew_topic=3
**Klarifikasi LSM Soal Persepsi Kunjungan Wasekjen PBB ke Papua*

JAYAPURA-Kedatangan Wakil Khusus Sekjen PBB Urusan Pembela HAM, Ms Hina
Jilani ke Jayapura (8/6), yang seakan-akan dipersepsikan akan menyelesaikan
seluruh pelanggaran HAM di Papua, mendapat klarifikasi dari sejumlah LSM.


(*selengkapnya...*http://www.kabarpapua.com/online/modules.php?name=Newsfile=articlesid=348|
6470 byte lagi |
komentar?http://www.kabarpapua.com/online/modules.php?name=Newsfile=articlesid=348|
Nilai: 0)
Isu Kekerasan di LP Abe Sudah Ditangani
Friday, 15 June 2007 oleh *namek http://www.kabarpapua.com/* (8 kali
dibaca)[image: Hukum dan
HAM]http://www.kabarpapua.com/online/modules.php?name=Newsnew_topic=3
**Status PNS Filep Karma Ditelusuri*

JAYAPURA-Laporan adanya tindak kekerasan terhadap Narapidana (Napi) dan
penyuapan terhadap petugas Lembaga Pemasyarakatan (LP) Abepura, seperti yang
dilaporkan Napi Makar Pilep Karma kepada DPRP beberapa waktu lalu, mendapat
tanggapan serius dari Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Hukum Dan Hak Asasi
Manusia (HAM) Provinsi Papua Drs. H Subechi.


(*selengkapnya...*http://www.kabarpapua.com/online/modules.php?name=Newsfile=articlesid=347|
12228 byte lagi |
komentar?http://www.kabarpapua.com/online/modules.php?name=Newsfile=articlesid=347|
Nilai: 0)
Perempuan Papua Dalam Beberapa Perspektif Feminis
Friday, 15 June 2007 oleh *sophi_melanesia http://www.kabarpapua.com/* (9
kali dibaca)[image: Hak Perempuan
Papua]http://www.kabarpapua.com/online/modules.php?name=Newsnew_topic=14
*Oleh: Aprila R. A,
SEhttp://www.kabarpapua.com/online/index.php#sdfootnote1sym
*


Secara hukum tanpa dibedakan kelas sosialnya perempuan Papua telah banyak
memperoleh hak dan kesempatan yang sama seperti laki-laki, misalnya
kesempatan memperoleh pendidikan, berpartisipasi dalam pasaran tenaga kerja
disektor formal, kesempatan berpartisipasi dalam organisasi sosial, politik
dan sebagainya.



(*selengkapnya...*http://www.kabarpapua.com/online/modules.php?name=Newsfile=articlesid=346|
8814 byte lagi |

Re: [mediacare] Liberation Theology: Brazilian religious praises Castro and Al Qaeda mentor, acknowledged past guerrilla involvement

2007-06-14 Terurut Topik Papuan Diary

Bung Akhmad Asaad,

Menjadi kewajiban setiap kita untuk memperjuangkan pembebasan dari setiap
perspektif yang berbeda. Theologi pembebasan menjadi salah satu arus dari
sejumlah arus pemikiran yang membebaskan. Yang saya tidak sepakat adalah
ketika anda sudah memasuki wilayah holistik dan patriotisme.

Ukuran patriotisme model apa yang Bung maksud? 30 Trilyun rupiah
disumbangkan untuk APBN dari berbagai pencurian SDA yang terjadi di Papua.
Apakah ini kurang patriotis?

Bung. Rakyat paling miskin yang ada di republik Indonesia ini adalah rakyat
Papua. 40 Persen penduduk Papua hidup dibawah garis kemiskinan. Kurang apa
pengorbanan rakyat Papua untuk menyumbangkan kemakmuran bagi bangsa ini?
Sementara dirinya sendiri tetap miskin, tetap ditindas, tetap ditembaki sama
TNI dengan memakai uang yang disumbangkan rakyat Papua melalui pencurian
berbagai SDA yang dilakukan pemodal asing berkolborasi dengan aparat negara
[birokrasi sipil dan militer].

Maaf saja Bung, saya masih belum bisa menerima alasan anda mengajak rakyat
Papua berhenti memperjuangkan pembebasannya secara rasional.

Alasan anda dan teman-teman lain masih tetap ambigu. Masih mengambang.
Konsesus OTSUS Papua juga gagal, lalu apa yang mau kami harapkan?

Selama masih ada pemiskinan dan penindasan, selama itu pula masih akan ada
perlawanan rakyat, sampai kemenangan dicapai.

Terima kasih, selamat melakukan aktivitas!
PD

On 6/14/07, Akhmad Asaad [EMAIL PROTECTED] wrote:


  Untuk para pemeluk agama yang sama atau mirip dengan Friar Betto di
Indonesia sangat
diharapkan oleh semua yang mau negara kita menjadi moderen supaya
merenungkan aspek-aspek Teologi Pembebasan itu. Jangan kini angkat senjata,
namun bekerja dengan sangat giat dengan siapa saja, tentu terserah agamanya
apa, untuk memajukan rakyat, melawan dengan gigih para koruptor, para
pembantu perusahaan multinasional, demi kebebasan dan kesejahteraan bangsa
kita.

Tidak perlu ditulis disini bahwa pembebasan dalam alam demokrasi dapat
dijalankan dengan cara-cara politik maupun non-politik. Juga sangat penting
kiranya pembebasan pimpinan politik yang ada dan digantikan oleh jajaran
yang lain yang lebih baik, secara multi dimensi. Sodara-sodara di Papua bila
ada yang suka bermain mata dengan separatisme hendaknya membanting stir
menggapai mindset holistik dan juga patriotisme seIndonesia
untuk melalkukan pembebasan politik, sosial, ekonomi dan budaya diseluruh
Indonesia.

Wassalam, AAsaad

*Papuan Diary [EMAIL PROTECTED]* wrote:

 Liberation Theology
Brazilian religious praises Castro and Al Qaeda mentor,
acknowledged past guerrilla involvement

http://www.catholic newsagency. com/new.php? 
n=9612http://www.catholicnewsagency.com/new.php?n=9612

Sao Paulo, Jun 13, 2007 / 08:08 am (CNA).- One of the most influential
liberation theologians in Brazil has just granted a startling interview
to Claudia Korol of the Fray Tito News Agency for Latin America.

In the interview Brazilian Dominican friar Alberto Libanio Christo, known
as Friar Betto, expressed his admiration for Fidel Castro and for the
father of urban terrorism, Carlos Marighella. He also revealed his
enthusiasm for the time he spent with Marxist guerrillas during Brazil's
military government.

In the surprising interview, Friar Betto confessed that 22 years after the
publication of his book praising Castro, Fidel and Religion, as a young
boy I had great admiration for the Cuban revolution, because I am of the
generation of young people in their 20s during the first years of the
revolution. A generation that followed the Vietnam war, The Beatles.For me
Cuba was a model. After I became involved in the armed struggle against
the
military dictatorship in Brazil, when I was a prisoner, we listened to
Radio
Habana Cuba, in order to get news about Brazil.

Asked about his impressions of Fidel and his personality, the Dominican
friar said, Fidel is an example of the new man, the revolutionary, a
person
who has dedicated his life to liberating a nation and other nations as
well,
through his solidarity with the poor countries of the world.

My dream is that all Cubans and all of us, revolutionaries, leftist
militants, will one day be like Fidel, Friar Betto said, adding,
Fidel is ahead of his times. He will always be a person who will
be an example, like Che (Guevara), who gave his life for the poor.

Urban guerrilla

In the extensive interview, Friar Betto also referred to his book,
Baptism
of Blood, which was recently turned into a movie in Brazil. He said he
wrote the book to remember and visit all of the places of a group of
Dominican friars in Brazil that joined the National Liberation Action of
Carlos Marighella, a great revolutionary, and we participated as a support
group of the urban guerilla.

Baptism of Blood, Friar Betto explained, is a detailed narration of all
of the events in which the Dominicans were involved. Even of the death of
Marighella, the way in which he died, the drama of the torture of Friar
Tito, who ended up committing