[mediacare] Lowongan Kerja di Jurnal Kebudayaan KALAM
Salam, Moderator Yth, Saya numpang iklan lowongan kerja ini, bagi kawan-kawan yang tertarik silakan mencoba, hanya dibutuhkan satu orang saja. Terima kasih -Guntur- == Jurnal Kebudayaan KALAM mencari tenaga gajian paruh-waktu untuk menulis kronik peristiwa dan berita buku. Syarat-syarat: 1. Bertempat tinggal di Jakarta dan sekitarnya (Jabodetabek); 2. Berusia tidak lebih dari 30 tahun; 3. Gemar membaca dan berdiskusi serta menyukai kesenian; 4. Bisa menggunakan komputer dan berselancar di internet; 5. Mampu menulis dalam bahasa Indonesia yang terang dan bagus; 6. Menguasai bahasa Inggris dengan baik (kemampuan dalam bahasa asing lain merupakan nilai tambah); 7. Sanggup menghasilkan 6 (enam) tulisan pendek berupa kronik peristiwa dan berita buku setiap minggu (panjang masing-masing tulisan kira-kira 200 kata atau 1.500 karakter dengan spasi). Jika anda berminat dan memenuhi syarat-syarat di atas, silakan kirim surat lamaran disertai daftar riwayat hidup (curriculum vitae) lengkap, pasfoto berwarna ukuran 4 x 6, dan sedikitnya 2 (dua) contoh tulisan nonfiksi asli karya anda ke [EMAIL PROTECTED] atau (via pos): Jurnal Kebudayaan KALAM Jl. Utan Kayu 68H Jakarta 13120 Surat lamaran harus sudah sampai di alamat kami selambat-lambatnya Jumat, 23 Maret 2007. Pelamar yang dianggap layak akan diundang untuk wawancara dalam waktu paling lambat 7 (tujuh) hari setelah penutupan lamaran. Salam, Redaksi Jurnal Kebudayaan KALAM Mohamad Guntur Romli Komunitas Utan Kayu Jl. Utan Kayu No. 68H Jakarta Telp: (021) 8573388 Fax: (021) 851 6868 - Don't get soaked. Take a quick peek at the forecast with theYahoo! Search weather shortcut.
[mediacare] Diskusi TUK: MENYOAL ESTETIKA FILM INDONESIA MUTAKHIR
Undangan Diskusi Rabu, 21 Maret 2007, 19:00 WIB di Teater Utan Kayu, Jln Utan Kayu No 68H MENYOAL ESTETIKA FILM INDONESIA MUTAKHIR Narasumber: Budi Irawanto dan Eric Sasono. Setidaknya dalam enam tahun terakhir telah terjadi gerak bangkit dunia perfilman Indonesia. Cukup banyak karya para sineas muda lahir dan beredar, tidak hanya di lingkungan dalam negeri, tetapi juga memasuki kancah pergaulan dunia. Beberapa di antara karya mutakhir itu bahkan mendapat penghargaan di sejumlah festival film mancanegara. Belakangan, di tengah maraknya kegiatan perfilman di pelbagai kota di Indonesia, perseteruan antara Masyarakat Film Indonesia (MFI) dan Dewan Juri FFI 2006 membuat segi politik perfilman kita kian menampakkan persoalan-persoalannya. Seraya mengingat pentingnya melakukan perombakan kebijakan demi perbaikan kehidupan film kita di masa kini dan mendatang, perlu pula kita pikirkan sebuah soal yang tak kalah penting: Apakah kebangkitan dunia film mutakhir kita sekaligus menyuguhkan suatu estetika sinematik yang berarti dan layak diperbincangkan? Pertanyaan semacam ini adalah sebentuk kegelisahan yang wajar dan bahkan penting bagi kelanjutan penciptaan karya-karya film yang kian berbobot. Bulan Maret ini TUK akan menghadirkan dua pengamat perfilman, Budi Irawanto (peneliti film Indonesia dan staf pengajar Universitas Gadjah Mada) dan Eric Sasono (kritikus film) untuk membahas persoalan estetika film Indonesia mutakhir. Mohamad Guntur Romli Komunitas Utan Kayu Jl. Utan Kayu No. 68H Jakarta Telp: (021) 8573388 Fax: (021) 851 6868 - Looking for earth-friendly autos? Browse Top Cars by Green Rating at Yahoo! Autos' Green Center.
[mediacare] Undangan Acara Ulang Tahun JIL ke-6
Undangan Moderator Milis Yth, Saya mohon bantuan untuk meloloskan surat undangan ini, untuk acara Ulang Tahun Jaringan Islam Liberal (JIL) ke-6 yang akan digelar mulai besok, Kamis 22 Maret hingga Sabtu 24 Maret 2007. Dan bagi anda yang berminat, silakan hadir dalam acara tersebut. Terima kasih atas bantuannya -Guntur- === Acara Ulang Tahun JIL ke-6 Agama dan Ruang Publik: Memperbincangkan Kembali Sekularisme Tempat: Teater Utan Kayu (TUK), Jl Utan Kayu 68H Jakarta Timur Saat ini, beberapa ilmuwan sosial politik di banyak belahan dunia sudah mulai bertanya-tanya tentang kelangsungan hidup sekularisme sebagai prinsip dasar negara modern dalam mengelola hubungan agama dan negara. Paras kasar agama kini makin sering menyeruak masuk ke dalam ruang-ruang publik bernegara, seakan hendak menegaskan bahwa sekularisme bukanlah satu-satunya jalan terbaik dalam bernegara. Di India, negara mayoritas Hindu yang secara tegas mengikrarkan sekularisme sebagai prinsip dasar bernegaranya, beberapa tahun terakhir mulai mendapat tantangan hebat dari para penyokong Hinduvta. Di Turki, negara Muslim satu-satunya yang mengibarkan panji-panji sekularisme, partai yang berbasiskan orang-orang taat beragama sedang memimpin negaranya untuk masuk Uni Eropa. Di banyak negara Arab, kegagalan rezim-rezim yang dianggap sekuler dalam mengelola negara dan menjamin kesejahteraan rakyat, ikut memberi ruang kepada lebih banyak lagi akomodasi terhadap aspirasi-aspirasi kelompok agama untuk menentukan corak negara. Dan, di Indonesia yang sudah memasuki era demokrasi dan sedang berusaha memantapkan sendi-sendi negara demokratis, aspirasi agama juga tampak semakin menguat. Beberapa aspirasi agama yang tak jarang berbentuk sektarian dan diskriminatif, sudah mulai ditampung dan diterapkan dalam bentuk perda-perda berbau agama yang dimungkinkan oleh semangat otonomi daerah. Yang mengherankan, tak jarang aspirasi-aspirasi tersebut justru diperjuangkan oleh aktor-aktor dari kalangan partai yang dianggap sekuler selama ini. Apa gerangan yang terjadi? Apakah konsep negara modern memang harus semakin akomodatif terhadap aspirasi-aspirasi agama? Akankah aspirasi tersebut mengalir jauh sampai dimungkinkannya tegaknya semacam negara-teokratis? Apakah kesejahteraan ekonomi dan kebebasan sipil akan makin baik dengan adanya perkembanganperkembangan tersebut, khususnya di Indonesia? Inilah bahan pemikiran dan pekerjaan rumah yang belum dituntaskan oleh kalangan civil society di Indonesia, tak terkecuali JIL. Menginjak usianya yang keenam tahun, JIL ingin memperingatinya dengan sebuah perhelatan intelektual berbentuk diskusi dengan topik yang oleh sebagian orang sudah dianggap basi itu, tapi terus mendapat gangguan di sana-sini, yaitu soal Agama dan Ruang Publik: Memperbincangkan Kembali Sekularisme. Selain diskusi, ultah ini juga akan disemarakkan oleh pemutaran film yang bertemakan agama dan kebebasan paling mutakhir. Jadwal Pemutaran Film dan Diskusi HARI PERTAMA, KAMIS, 22 MARET 2007 15.00 Pemutaran Film The War Within 17.00 Pembukaan Acara Ulang Tahun Ke-6 JIL dan Pemutaran Film Islam in Indonesia: The Progressives tentang Jaringan Islam Liberal di acara Compass Stasiun Televisi ABC, Australia. 19.00 Diskusi tema Sekularisme: Konsepsi dan Teori Narasumber: Franky Budi Hardiman, Ioanes Rakhmat, Ihsan Ali-Fauzi Moderator : Hamid Basyaib HARI KEDUA, JUM'AT, 23 MARET 2007 14.00 Pemutaran film Fatwa 16.00 Pemutaran film Soldier of God 19.00 Diskusi tema Sekularisme dalam Praktik: Pengalaman Beberapa Negara Narasumber: Dick van der Meij, Rizal Mallarangeng, Syamsurizal Panggabean Moderator : Novriantoni Kahar HARI KETIGA, SABTU, 24 MARET 2007 14.00 Pemutaran film Promised Paradise 16.00 Pemutaran film The Road to Guantanamo 19.00 Diskusi tema Sekularisme: Prospek dan Tantangannya Narasumber: Martin Lukito Sinaga, Gadis Arivia, Saiful Mujani Moderator : Mohamad Guntur Romli Kontak dan informasi: Ade (021-8573388 ext. 128) = Dua Abad Islam Liberal LUTHFI ASSYAUKANIE Sebagai gerakan lokal, Jaringan Islam Liberal Maret ini baru berusia enam tahun, tapi sebagai gerakan global, Islam Liberaldari mana istilah JIL berasalsesungguhnya telah berusia dua abad lebih. Mengambil patokan tahun 1798, usia Islam Liberal mencapai 209 tahun. http://www.kompas.com/kompas-cetak/0703/02/Bentara/3344564.htm Mohamad Guntur Romli Komunitas Utan Kayu Jl. Utan Kayu No. 68H Jakarta Telp: (021) 8573388 Fax: (021) 851 6868 - Sucker-punch spam with award-winning protection. Try the free Yahoo! Mail Beta.
[mediacare] Sayembara Pembuatan Logo Komunitas Salihara
Moderator Milis Yth, Saya mohon bantuan untuk meloloskan informasi tentang Sayembara Pembuatan Logo Komunitas Salihara. Terima kasih atas bantuannya. -Guntur- == www.utankayu.org Pada bulan April 2008, akan berdiri sebuah pusat kesenian yang bernama Komunitas Salihara. Pusat kesenian ini, yang bertempat di Jalan Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, akan terdiri dari gedung teater black box, ruang pameran, ruang serbaguna, toko buku, perpustakaan, dan kafe. Komunitas Salihara memberi tempat bagi karya seni dan intelektual yang bermutu, yang menghargai kemajemukan dan kebaruan. Dengan mengajak masyarakat menghargai karya-karya demikian, kami juga memperluas ranah kebebasan berpikir dan berekspresi. Komunitas Salihara didirikan oleh orang-orang yang bergiat di Komunitas/Teater Utan Kayu (www.utankayu.org). Demi kiprah di atas, kami undang anda mengikuti Sayembara Pembuatan Logo Komunitas Salihara. Kami akan memilih hanya 1 (satu) pemenang, dengan hadiah Rp 10 (sepuluh) juta. Persyaratan: Sayembara terbuka untuk siapa saja, kecuali mereka yang bekerja di lingkungan Komunitas Utan Kayu beserta keluarga mereka. Karya logo harus asli. Tiap peserta boleh mengirim sebanyak-banyaknya 3 buah karya logo. Logo mencantumkan nama SALIHARA, dan sesederhana mungkin dalam bentuk dan pewarnaan. Setiap logo dibuat dalam 2 ukuran, yakni 20 x 20 cm2 dan 1 x 1 cm2, masing-masing dalam bentuk cetakan di atas kertas putih maupun file elektronik beresolusi tinggi. Sayembara ditutup pada tanggal 30 Juni 2007. Kirimkan karya anda dalam bentuk cetakan maupun CD ke Panitia Sayembara Logo, Komunitas Utan Kayu,Jl.Utan Kayu 68-H,Jakarta Timur 13120.Cantumkan alamat lengkap, no telepon, dan alamat e-mail anda. Untuk keterangan lebih lanjut, hubungi Asty di Komunitas Utan Kayu pada no telepon 0218573388 ext. 144 atau 0811182057. Perlu kami beritakan bahwa: Pemenang akan diumumkan pada pertengahan Juli 2007.Dalam hal ini keputusan juri bersifat mutlak. Pajak hadiah ditanggung oleh pemenang. Penyelenggara memiliki karya pemenang, namun tidak wajib menggunakan logo tersebut. Komunitas Salihara berhak mengubah logo pemenang sesuai dengan kebutuhan. Mohamad Guntur Romli www.romli.net Komunitas Utan Kayu Jl. Utan Kayu No. 68H Jakarta Telp: (021) 8573388 Fax: (021) 851 6868 www.utankayu.org - Now that's room service! Choose from over 150,000 hotels in 45,000 destinations on Yahoo! Travel to find your fit.
[mediacare] Pewahyuan Al-Quran: Antara Budaya dan Sejarah
http://www.korantempo.com/korantempo/2007/05/04/Opini/krn,20070504,72.id.html Jumat, 04 Mei 2007 Opini Pewahyuan Al-Quran: Antara Budaya dan Sejarah Mohamad Guntur Romli, AKTIVIS JARINGAN ISLAM LIBERAL Pewahyuan adalah proses kolektif, baik sumber maupun proses kreatifnya. Ia bukanlah proses yang tunggal. Al-Quran sendiri menegaskan gagasan ini. Ketika Al-Quran berbicara tentang pewahyuan, baik dengan kata mewahyukan (awha) maupun menurunkan (anzala, nazzala) Al-Quran, digunakan kata nahnu: berarti kami--sebagai subyek--seperti dalam awhayna (kami telah mewahyukan) ataupun anzalna, nazzalna (kami telah menurunkan). Dalam Al-Mu'jam al-Mufahhras li Alfadzil Qur'an, kata awhaytu (aku mewahyukan) hanya dipakai delapan kali, sedangkan awhayna (kami mewahyukan) digunakan lebih dari 30 kali. Kata kami adalah bentuk plural. Pertanyaannya, siapakah yang disebut kami dalam ayat-ayat itu? Para mufasir klasik yang berkeras pada doktrin ketunggalan dalam pewahyuan menolak memahami kami sebagai pluralitas dalam pewahyuan. Menurut mereka, meskipun kami bentuknya plural, konotasinya pada Dia Yang Tunggal, kata kami bertujuan lit ta'dzîm (memuliakan) si pembicara. Namun, pendapat ini, menurut hemat saya, rancu. Kata kami, bila digunakan sebagai pengganti saya atau aku untuk memuliakan lawan bicara, bukan si pembicara. Misalnya, seorang menteri tidak akan menggunakan kata aku/saya telah melakukan di depan presidennya, tapi mengatakan kami telah melakukan. Sebab, selain menunjukkan penghormatan terhadap lawan bicara, menandakan pengakuan, karena apa yang telah ia lakukan bukanlah hasil kerjanya sendiri, melainkan kerja kolektif. Dalam tradisi tafsir klasik, menafsirkan istilah kami yang merujuk kepada Allah, Roh Kudus Jibril, dan Muhammad lazim kita temukan. Dalam pandangan ini, Al-Quran secara maknawi bersumber dari Tuhan, tapi secara lughawi (redaksi bahasa) disusun oleh Malaikat Jibril atau Nabi Muhammad: Al-Quran adalah karya bersama Allah, Jibril, dan Nabi Muhammad. Kelompok rasional Islam Muktazilah adalah pelopor pemahaman ini. Pendapat ini berdasarkan sambungan sebaris ayat yang berbicara tentang turunnya Al-Quran: wa inna lahu lahafidzûn, dan sesungguhnya kami pula yang akan menjaganya (Al-Quran). Di sini proses turunnya Al-Quran, sebagaimana proses penjagaannya, melibatkan kerja kolektif antara Tuhan dan manusia. Proses penjagaan (autentisitas) Al-Quran oleh manusia berbentuk hafalan dan tulisan. Pewahyuan yang plural itu bisa ditegaskan lebih lanjut dengan menggunakan kajian sejarah yang melibatkan konteks sejarah, masyarakat, tradisi, dan lingkungan. Pewahyuan dari konteks ini, menurut saya, bisa lebih menegaskan klaim Al-Quran sendiri, yang menggunakan kata kami yang plural, bukan aku yang tunggal. Kisah dalam Al-Quran Saya akan mengambil contoh kisah-kisah yang banyak dimuat Al-Quran. Dua pertiga isi Al-Quran adalah tentang kisah yang bersumber dari konteks tempat wahyu itu turun: kisah-kisah yang diperbincangkan di pasar-pasar, di sela-sela transaksi dan safari perniagaan, ataupun dongeng yang diwariskan secara turun-temurun. Dari kajian sejarah ini, Al-Quran tidak bisa melampaui konteksnya. Dalam ranah ini, pendapat Nashr Hamir Abu-Zayd bahwa al-nash muntaj tsaqafi (Al-Quran merupakan produk budaya) adalah sahih. Al-Quran adalah produk rangkaian proses kreatif-kolektif manusia yang disebut budaya. Wahyu tidak bisa lepas dari dua faktor yang membentuknya: sejarah (al-tarikh) dan konteks (al-waqi'). Kisah-kisah Al-Quran yang dipercaya sebagai mukjizat hakikatnya merupakan kisah-kisah yang sudah populer pada zaman itu. Al-Quran tidak pernah menghadirkan kisah-kisah yang benar-benar baru. Misalnya saja kita tidak menemukan kisah tentang masyarakat Cina atau India, yang waktu itu telah memiliki peradaban yang luar biasa. Hal itu terjadi karena kisah-kisah tersebut tidak pernah sampai atau kurang populer ataupun tidak memiliki dampak ideologis dan politis terhadap masyarakat Arab. Berbeda dengan kisah-kisah yang berasal dari kawasan yang disebut Bulan Sabit Subur. Kawasan ini menjadi mata air yang mengalirkan kisah-kisah yang termaktub dalam Al-Quran. Kisah Nabi Isa Bukti lain bahwa Al-Quran tidak bisa melampaui konteksnya adalah kisah tentang Nabi Isa (Yesus Kristus). Sekilas kita melihat bahwa kisah Nabi Isa dalam Al-Quran berbeda dengan versi Kristen. Dalam Al-Quran, Isa (Yesus) hanyalah seorang rasul, bukan anak Allah, dan akhir hayatnya tidak disalib. Sementara itu, dalam doktrin Kristen, akhir hidup Yesus itu disalib, yang diyakini untuk menebus dosa umatnya. Ternyata kisah tentang tidak disalibnya Nabi Isa juga dipengaruhi oleh keyakinan salah satu kelompok Kristen minoritas yang berkembang saat itu, yakni sekte Ebyon. Bagi kelompok Kristen mayoritas yang menyatakan Isa (Yesus) mati disalib, sekte Ebyon adalah sekte Kristen yang bidah. Saya menjumpai adanya sekte Ebyon ini dalam buku Dinasti Yesus (2007) karya James D. Tabor. Menurut
[mediacare] Undangan Pertunjukan Teater: PEREMPUAN DI TITIK NOL
Monolog Teater Satu Lampung PEREMPUAN DI TITIK NOL karya Nawal el-Saadawi Pemain: Hamidah Sutradara: Iswadi Pratama Teater Utan Kayu (TUK) Jl. Utan Kayu No 68H Jakarta Jumat dan Sabtu, 11 Mei 2007 - 12 Mei 2007 Mereka mengenakan borgol baja pada pergelangan tangannya, dan membawanya ke penjara. Dalam penjara, ia dimasukkan ke dalam sebuah kamar yang pintu dan jendelanya selalu tertutup. Ia tahu apa sebabnya mereka itu begitu takut padanya. Dialah satu-satunya perempuan yang telah membuka kedok mereka dan memperlihatkan muka kenyataan buruk mereka. Mereka menghukumnya sampai mati bukan karena ia telah membunuh seorang laki-laki, taetapi karena mereka takut untuk membiarkannya hidup. Mereka tahu bahwa selama Ia masih hidup, mereka tak akan aman, bahwa dia akan membunuh mereka.Hidupnya berarti kematian mereka, kematiannya berarti hidup mereka. Dan ia telah menang atas keduanya, kehidupan dan kematian, karena dia tidak lagi mempunyai hasrat untuk hidup, juga tidak lagi merasa takut untuk mati. Ia tidak mengharapkan apa-apa, Ia tidak takut apa-apa www.utankayu.org - Ahhh...imagining that irresistible new car smell? Check outnew cars at Yahoo! Autos.
[mediacare] Undangan Diskusi Syekh Siti Jenar di TUK
Moderator dan peserta milis yang terhormat, Berikut saya kirim undangan diskusi tentang Syekh Siti Jenar di Teater Utan Kayu (TUK) Selasa 15 Mei 2007, pukul 19.00 WIB. Terima kasih atas bantuannya. Mohamad Guntur Romli Kurator Diskusi di Komunitas Utan Kayu Diskusi SITI JENAR: PERTARUNGAN AJARAN DAN KEKUASAAN Selasa, 15 Mei 2007, 19:00 WIB Narasumber: Agus Sunyoto Achmad Chodjim. Siti Jenar selama ini dikenal lebih banyak sebagai legenda, bukan tokoh sejarah. Sekian babad, serat, kitab, dan buku tentang Siti Jenar memiliki versi sendiri-sendiri mengenai sosok, ajaran, hingga akhir hayatnya yang tragis. Konon, ia dihukum pancung, karena menyebarkan ajaran yang dianggap menyimpang, atau ia juga seorang pemimpin sebuah gerakan yang mengancam kekuasaan. Sebagai tokoh sufi, ia adalah Al-Hallaj-nya tanah Jawakarena kematiannya persis seperti tokoh sufi Al-Hallaj yang dieksekusi di Baghdad akibat tuduhan menebarkan ajaran sesat. Namun, ada yang memahami Siti Jenar sebagai tumbal dalam pertarungan Islam Jawa yang dibelanya, dengan Islam Arab yang dikehendaki Dewan Wali. Siti Jenar tetap mewariskan kontroversi hingga kini. Agus Sunyoto, penulis buku Syaikh Siti Jenar (LKiS) sebanyak tujuh jilid, melalui 300 naskah kuno, mencoba menelusuri perjalanan ruhani, perjuangan, ajaran, konflik dan penyimpangan ajaran Siti Jenar. Sedangkan Achmad Codjim, penulis buku laris Syekh Siti Jenar: Makna Kematian (Serambi), menyuguhkan sosok Siti Jenar yang lihai dalam meramu pandangan sufistik Islam dengan mistik Jawa. Tidak dipungut biaya. Untuk informasi lebih lengkap kunjungi www.utankayu.org - Looking for earth-friendly autos? Browse Top Cars by Green Rating at Yahoo! Autos' Green Center.
[mediacare] Undangan Diskusi dan Pemutaran Film
Diskusi Bulan Mei Penyelenggara: Jaringan Islam Liberal Tempat: Teater Utan Kayu, Jln Utan Kayu No 68H Jakarta Timur Waktu: Jumat, 25 Mei 2007, Pukul 18.30 Pemutaran Film The Lost Tomb of Jesus (Pukul 18.30) Diskusi dengan tema Yesus Historis Versus Yesus Iman (Pukul 19.00) Narasumber: Dr. Ioanes Rakhmat dan Mohamad Guntur Romli Moderator: Abdul Moqsith Ghazali Penelusuran kembali terhadap sosok Yesus, baik melalui kajian sejarah ataupun arkeologi menghadirkan pandangan-pandangan yang dianggap mengusik keimanan. James D. Tabor misalnya dalam The Jesus Dinastyditerjemahkan oleh Gramedia Dinasti Yesus (2007) menawarkan sebuah interpretasi yang segar dan berani tentang kehidupan Yesus serta usul-usul Kekristenan. Buku itu juga menyulut polemik, karena mengarah pada penemuan makam yang diasumsikan berasal dari trah Yesus, untuk selanjutnya, penemuan makam Yesus pun bukan hal yang mustahil dibuktikan oleh argumen arkeologis. Jika Yesus memiliki makam, bagaimana dengan mukjizat Kebangkitan? Apakah Kebangkitan itu hanya ruhani, bukan ragawi? Penelusuran kembali Yesus Sejarah ini, menurut Tabor, telah mendekatkan sosok Yesus seperti yang diyakini dalam doktrin Islam. Adakah pengaruh sebuah sekte Ebyon yang disebut Tabor sebagai perawat asli ajaran Yesus terhadap Islam? Diskusi ini akan menghadirkan Dr. Ioanes Rakhmat, pakar Perjanjian Baru dan kajian Yesus Sejarah, dan Mohamad Guntur Romli, aktivis Jaringan Islam Liberal, yang akan menghadirkan studi, Sejarah Kristen di Arab dan Pengaruhnya Terhadap Islam Perdana. - You snooze, you lose. Get messages ASAP with AutoCheck in the all-new Yahoo! Mail Beta.
[mediacare] Undangan: Orasi Goenawan Mohamad dan Peluncuran Situs Jurnal Kalam
Salam, Bagi Anda yang tertarik menghadiri acara ini: Peluncuran situs Jurnal Kalam, dan pembukaan Pameran Rupa Kalam, yang didahului penyampaian sebuah orasi dari Goenawan Mohamad tentang Mencari Estetika Jeda. Acara dilaksanakan di Teater Utan Kayu, Jl. Utan Kayu No 68H, Jakarta, Selasa 29 Mei 2007, pukul 19.30 WIB. Pameran akan digelar di Galeri Lontar di komplek Komunitas Utan Kayu. Terima kasih -Guntur-Selasa, 29 Mei 2007, 19:30 WIB Pembukaan Pameran RUPA KALAM Sejak mulai terbit pada tahun 1994, Jurnal Kebudayaan Kalam telah menjalankan peran sebagai salah satu tempat persemaian dan pertukaran gagasan di Indonesia. Selain memuat esai, cerita, dan puisi dari pelbagai penjuru, Kalam pun menampung karya rupa, baik sebagai gambar sampul maupun ilustrasi di halaman dalam. Setelah lebih dari satu dasawarsa, kini telah terkumpul cukup banyak karya rupa yang layak ditengok kembali: sesuatu yang mungkin dapat menawarkan kemungkinan lebih lanjut bagi penjelajahan rupa perwajahan jurnal di negeri kita. Sembari memamerkan sepilihan karya rupa yang pernah tampil di Kalam, peristiwa ini sekaligus merupakan peluncuran situs www.jurnalkalam.org yang berniat meneruskan kerja sebagai forum pemikiran dan penciptaan ke ruang maya. Dalam acara ini akan disampaikan sebuah orasi oleh Goenawan Mohamad bertajuk Mencari Estetika Jeda: sebuah upaya menemukan pengalaman estetik dalam ruang dan waktu yang terus menjadi tanpa menyelesaikan diri. www.utankayu.org - Get the free Yahoo! toolbar and rest assured with the added security of spyware protection.
[mediacare] Undangan: Pentas Tari PIDATO BUNGA-BUNGA (TUK)
Jumat, 08 Juni 2007, 20:00 WIB Pentas Tari PIDATO BUNGA-BUNGA Koreografer: Fitri Setyaningsih. Teater Utan Kayu (TUK) Jl. Utan Kayu No. 68H Jakarta 08 Juni 2007 - 09 Juni 2007Pentas Tari PIDATO BUNGA-BUNGA Pidato Bunga-Bunga adalah semacam laporan perjalanan menemukan tubuh tari (bukan tubuh penari). Ada tiga karya yang akan dipentaskan dalam pertunjukan ini. Karya pertama, Pidato Bunga-Bunga, membayangkan tubuh sebagai taman kecil yang ditanami bunga-bunga kecil: bunga gerak. Ketika akhirnya tubuh dibongkar dan dijadikan toko-toko kecil yang menjual barang kebutuhan sehari-hari, bunga-bunga pun berpidato tentang tubuh yang kehilangan taman. Dalam karya kedua, Flight No. 12, yang dibuat berdasarkan sebuah karya instalasi seniman Hanafi, tubuh pun menari dalam keadaan senantiasa membungkuk di ruang yang disediakan oleh instalasi itu. Sedangkan Beras Merah memperlihatkan proses menstruasi sebagai semacam pertandingan tinju dalam tubuh perempuan, proses rutin yang bisa berlangsung dalam sakit dan ketidakstabilan; tetapi juga sebuah jalan menemukan kembali inti kesuburan. Para penari yang akan memainkan koreografi Fitri Setyaningsih ini adalah Yoyo Wewe, Yustinus Popo, Media Anugrah Ayu, dan Ika Dewi Wulandari. Pengarah artistik: Afrizal Malna. Mohamad Guntur Romli http://romli.net Jl. Utan Kayu No. 68H Jakarta Telp: (021) 8573388 Fax: (021) 851 6868 - Fussy? Opinionated? Impossible to please? Perfect. Join Yahoo!'s user panel and lay it on us.
[mediacare] Undangan Diskusi JIL: Teori Kenabian (Narasumber Ulil Abshar-Abdalla)
Salam, Bagi Anda yang berminat silakan hadir di acara diskusi JIL ini. Terima kasih -Guntur- http://islamlib.com/id/ Teori Kenabian dalam Islam Narasumber: Ulil Abshar Abdalla Moderator: Novriantoni Kahar Tempat: Teater Utan Kayu, Jln Utan Kayu No 68H Jakarta Timur Waktu: Kamis, 5 Juli 2007, Pukul 19.00 Agama-agama semitik seperti Islam selalu meniscayakan adanya seorang Nabi. Agama hanya bisa tegak dengan seorang Nabi. Umat manusia akan rusak tanpa kehadirannya. Pendeknya, kedudukan dan peran Nabi dalam pandangan Islam mainstream demikian sentral. Namun, ada ulama Islam yang memiliki pandangan berbeda. Abu Ishaq al-Nasibi, sebagaimana dikutip al-Tawhidi dalam al-Imta`wa al-Mu`anasah , meragukan seluruh kenabian. Abu Bakar Muhammad bin Zakaria al-Razi (863 M-925 M) menolak eksistensi Nabi. Bagi al-Razi, akal jauh lebih penting ketimbang Nabi. Sebab, dengan akalnya manusia bisa membedakan antara yang baik dan yang buruk. Dengan akal, demikian al-Razi, kehadiran Nabi menjadi tak relevan. Bagaimana sesungguhnya kenabian itu? Untuk kepentingan siapa seorang nabi datang? Apa manfaat nabi buat kemaslahatan manusia? Tidak cukupkah dengan akalnya manusia bisa merumuskan kebaikan dan keburukan? Mohamad Guntur Romli http://romli.net Jl. Utan Kayu No. 68H Jakarta Telp: (021) 8573388 Fax: (021) 851 6868 - Finding fabulous fares is fun. Let Yahoo! FareChase search your favorite travel sites to find flight and hotel bargains.
[mediacare] Undangan Seminar Seni Pertunjukan Indonesia Kini di TUK
Salam, Kawan-kawan seniman, peneliti, dan pencinta seni Komunitas Utan kayu mengundang Anda dalam acara Seminar Seni Pertunjukan Indonesia Kini yang akan diadakan di Teater Utan Kayu Jl. Utan Kayu No. 68H Jakarta Selasa-Kamis, 17-19 Juli 2007 pukul 19.00 WIB. Untuk rincian acara saya sertakan dalam lampirkan berikut ini. Terima kasih Mohamad Guntur Romli SEMINAR SENI PERTUNJUKAN INDONESIA KINI Masalah Produksi dan Capaian Estetik HARI PERTAMA, Selasa 17 Juli 2007, Pukul 19.00 WIB TEATER KINI Triyanto Triwikromo (Redaktur Kebudayaan Suara Merdeka) Kusworo Bayu Aji (Manajer Teater Garasi Yogyakarta) Iswadi Pratama (Sutradara Teater Satu Lampung) Moderator: Arie F. Batubara HARI KEDUA, Rabu 18 Juli 2007, Pukul 19.00 WIB TARI KINI Eko Supriyanto (Koreografer dan Penari) Helly Minarti (Peneliti Tari) Moderator: Wicaksono Adi HARI KETIGA, Kamis 19 Juli 2007, Pukul 19.00 WIB MUSIK KINI Suka Hardjana (Pemusik dan Peneliti Musik) Otto Sidharta (Komposer dan Dosen Musik) Moderator: Jabatin Bangun Kehidupan seni pertunjukan (teater, tari, musik) modern di Indonesia kini sungguh memprihatinkan, bila dilihat dari minimnya jumlah produksi dan rendahnya mutu pertunjukan secara umum. Ironinya adalah bahwa itu terjadi bukan di tengah sedikitnya jumlah kelompok kesenian, melainkan sebaliknya. Apa saja masalah-masalah utama yang menyebabkan krisis pada seni pertunjukan itu? Mengapa hal itu bisa terjadi, dan adakah jalan keluarnya? Juga, bisakah kita harapkan akan lahir karya-karya seni pertunjukan yang gemilang di tahun-tahun mendatang? Inilah pertanyaan-pertanyaan mendasar yang coba dijawab melalui seminar iniyang digelar khusus untuk mengulas persoalan-persoalan dalam seni pertunjukan kita dewasa ini. Dalam dunia teater dan tari, jumlah grup jauh melampaui jumlah produksi. Kita berjumpa dengan nama-nama baru dari berbagai kelompok seni yang terus bermunculan namun tanpa disertai gencarnya produksi kesenian. Sementara dalam dunia musik kontemporer, dengan jumlah pelaku yang memang tak sebanyak dalam dunia teater dan tari, jumlah pergelaran musik itu benar-benar bisa dihitung dengan jari. Minimnya produksi seni pertunjukan tampaknya berkait dengan soal manajemen atau pengelolaaan sebuah kelompok yang berujung pada kemampuan menciptakan produksi. Di samping itu, persoalan dana yang berasal dari minimnya sponsor tentulah merupakan sebuah faktor penting. Masalah-masalah seputar manajemen atau pengelolaan inilah yang barangkali menjadi penghambat pertama suburnya kreativitas di dunia seni pertunjukan. Sementara itu, di antara karya-karya yang tak banyak itu, telah munculkah kecenderungan artistik baru? Di sini kita menemukan persoalan besar kedua, yakni soal capaian estetik dunia seni pertunjukan hari ini. Di manakah letak persoalannya, bagaimana pengamat seni mengapresiasi sejumlah karya seni yang ada? Apakah letaknya pada kritik seni yang semakin kendur? Mari kita bahas tuntas persoalan-persoalan tersebut dalam acara seminar tiga hari tentang seni pertunjukan di Indonesia kini. Seluruh acara diskusi dilaksakan di Teater Utan Kayu (TUK), Jl. Utan Kayu No. 68H Jakarta Mohamad Guntur Romli Kurarator Diskusi Mohamad Guntur Romli http://romli.net Jl. Utan Kayu No. 68H Jakarta Telp: (021) 8573388 Fax: (021) 851 6868 - It's here! Your new message! Get new email alerts with the free Yahoo! Toolbar.
[mediacare] Edisi Terbaru Jurnal Kalam (Fotografi dan Budaya Visual)
Salam, Kami mengajak anda untuk menikmati isi Jurnal Kalam edisi terbaru tentang Fotografi dan Budaya Visual. Silakah klik: http://www.jurnalkalam.org/edisi/edisi-23.html Peristiwa dan Buku adalah rubrik yang kami perbarui setiap pekan. Sedangkan Pusparagam adalah ruang yang kami sediakan untuk tulisan-tulisan yang berharga, namun tak bersangkut paut dengan tema utama. Sastra adalah ruang untuk cerita pendek, cerita panjang, petikan novel, puisi, dan esai sastra. Dua rubrik: Pusparagam dan Sastra akan kami perbarui bila ada tulisan-tulisan bermutu yang masuk. Bagi anda yang berminat ikut serta, silakan kirim karya anda ke email redaksi yang telah kami sediakan. Selamat membaca dan berkarya Mohamad Guntur Romli http://romli.net Jl. Utan Kayu No. 68H Jakarta Telp: (021) 8573388 Fax: (021) 851 6868 - Ready for the edge of your seat? Check out tonight's top picks on Yahoo! TV.
[mediacare] Diskusi Abdullah Ahmed An-Naim dan Ulil Abshar-Abdalla
Salam, Bagi anda yang tertarik, silakan datang http://www.freedom-institute.org/id/index.php?page=indexid=274 Islam dan Negara Sekuler: Menegosiasikan Masa Depan Syariah Freedom Institute bekerjasama dengan Center for the Study of Religion and Culture (CSRC) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengundang Anda menghadiri diskusi tentang Islam dan Negara Sekuler: Menegosiasikan Masa Depan Syariah bersama Prof. Abdullah Ahmed An-Naim, Professor Hukum di Emory University, Atlanta Amerika Serikat, dan Ulil Abshar-Abdalla yang baru saja menyelesaikan masternya di Boston University AS dan akan melanjutkan PhD di Harvard University AS, sebagai pembanding. An-Naim banyak menulis dan melakukan studi dan riset tentang tema Hukum Islam dan Hak Asasi Manusia (HAM). Tema di atas merupakan karya riset yang dilakukannya di beberapa negara, diantaranya Turki, Mesir, Sudan, Uzbekistan, India, Nigeria dan Indonesia antara Januari 2004 sampai September 2006. Riset ini telah diterbitkan dalam bahasa Indonesia dan juga beberapa bahasa lainnya. Diskusi akan diselenggarakan pada, Hari/Tanggal : Rabu, 1 Agustus 2007 Waktu : Pukul 18.00 21.00 (diawali makan malam) Tempat : Ruang Diskusi Freedom Institute Jalan Irian No. 8 Menteng Jakarta Telpon 319 09226 Kami tunggu kedatangan Anda dalam diskusi ini. Terima kasih. - Building a website is a piece of cake. Yahoo! Small Business gives you all the tools to get online.
[mediacare] Diskusi dengan Abdullah An-Naim (Besok)
Salam, Saudara-saudara, jangan lupa anda yang sudah tertarik hadir di diskusi ini bersama An-Naim dan Ulil Abshar Abdalla, besok: Rabu 1 Agustus akan dilaksanakan. Terima kasih http://www.freedom-institute.org/id/index.php?page=indexid=274 Islam dan Negara Sekuler: Menegosiasikan Masa Depan Syariah Freedom Institute bekerjasama dengan Center for the Study of Religion and Culture (CSRC) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengundang Anda menghadiri diskusi tentang Islam dan Negara Sekuler: Menegosiasikan Masa Depan Syariah bersama Prof. Abdullah Ahmed An-Naim, Professor Hukum di Emory University, Atlanta Amerika Serikat, dan Ulil Abshar-Abdalla yang baru saja menyelesaikan masternya di Boston University AS dan akan melanjutkan PhD di Harvard University AS, sebagai pembanding. An-Naim banyak menulis dan melakukan studi dan riset tentang tema Hukum Islam dan Hak Asasi Manusia (HAM). Tema di atas merupakan karya riset yang dilakukannya di beberapa negara, diantaranya Turki, Mesir, Sudan, Uzbekistan, India, Nigeria dan Indonesia antara Januari 2004 sampai September 2006. Riset ini telah diterbitkan dalam bahasa Indonesia dan juga beberapa bahasa lainnya. Diskusi akan diselenggarakan pada, Hari/Tanggal : Rabu, 1 Agustus 2007 Waktu : Pukul 18.00 21.00 (diawali makan malam) Tempat : Ruang Diskusi Freedom Institute Jalan Irian No. 8 Menteng Jakarta Telpon 319 09226 Kami tunggu kedatangan Anda dalam diskusi ini. Terima kasih - Looking for a deal? Find great prices on flights and hotels with Yahoo! FareChase.
[mediacare] Undangan: Peluncuran dan Diskusi Buku Ustadz, Saya Sudah di Surga
Salam, Saya ingin mengundang anda yang berminat dan memiliki waktu untuk hadir dalam acara peluncuran dan diskusi buku saya yang berjudul Ustadz Saya Sudah di Surga terbitan KataKita,Agustus 2007, pada hari Rabu 08 Agustus 2007 pukul 18.00 di Auditorium Nurcholish Madjid Universitas Paramadina Jl. Gatot Subroto Kav. 97-99 Jakarta. Terima kasih Mohamad Guntur Romli === UNDANGAN Peluncuran dan Diskusi Buku Ustadz, Saya Sudah di Surga Karya Mohamad Guntur Romli (Aktivis Jaringan Islam Liberal) Pembahas: KH. Abdurrahman Wahid (Mantan Presiden RI) Nasir Abbas (Mantan Ketua Mantiqi III Jamaah Islamiyah) Ulil Abshar-Abdalla (Mahasiswa Ph.D Harvard University) Ihsan Ali-Fauzi (Direktur Program Yayasan Wakaf Paramadina) Moderator: Nong Darol Mahmada (Manajer Program Jaringan Islam Liberal) Rabu, 8 Agustus 2007 Pukul 18.00 WIB (Didahului dengan makan malam bersama) Auditorium Nurcholish Madjid Universitas Paramadina Jl. Gatot Subroto Kav. 97-99 Jakarta Tak dapat dihindarkan, tulisan-tulisan ini umumnya polemis, tajam, dan sebab itu bukan untuk menyediakan konsensus, melainkan untuk mendorong pembaca atau lawan berdebat melihat argumen yang selama ini tak didengar, data yang tak terlihat, fakta yang dilupakan. Guntur punya kapasitas itu, dengan bahasa yang terang dan menyodok. Kelebihan lain: dia punya khasanah yang amat memadai dalam hal sejarah Islam dan teks klasik maupun modern dalam bahasa Arab yang jarang didapatkan di Indonesia. Tak dapat dilupakan: dia punya kecintaan besar kepada khasanah itu sesuatu yang layak dipuji pada diri seorang cendekiawan, yang dalam usia muda, telah terjun dalam bidang penelaahan Islam. Goenawan Mohamad, Budayawan Pandangan keislaman tentang isu perempuan dan relasi gender dalam buku ini sangat mencerminkan pandangan Islam sejati, yaitu Islam yang ramah terhadap perempuan dan rahmatan lil alamin. Musdah Mulia, Tokoh Pejuang Perempuan Indonesia Kumpulan tulisan Mohamad Guntur Romli ini berisi gelora kuat untuk membuktikan Islam sebagai agama pembawa damai yang bisa hidup fungsional di dalam zaman modern yang plural, toleran, dan demokratis Ioanes Rakhmat, Dosen Sekolah Tinggi Teologi Jakarta Penyelenggara: Yayasan Wakaf Paramadina-Jaringan Islam Liberal-Penerbit KataKita Kontak Person: 081803585733 (Rintis) dan 081586199143 (Saidiman) Mohamad Guntur Romli http://romli.net Jl. Utan Kayu No. 68H Jakarta Telp: (021) 8573388 Fax: (021) 851 6868 - Shape Yahoo! in your own image. Join our Network Research Panel today!
[mediacare] Komplementer Atau Alternatif (Kolom Gus Dur)
Komplementer Atau Alternatif Seputar Indonesia, Senin, 20-Agustus-2007KH Abdurrahman Wahid Dalam diskusi buku Ustad, Saya Sudah di Surga karya Guntur Romli di Auditorium Nurcholis Madjid Universitas Paramadina, Ulil Absar-Abdalla memberi komentar mengenai pendapat penulis dalam kolom Majalah Tempo tahun 1980-an. Waktu itu, penulis menyatakan bahwa Islam datang ke negeri kita sebagai komplemen atas hal-hal yang sudah berkembang dalam budaya kita sebelumnya. Dalam diskusi selanjutnya, tampak bahwa para pengikut garis keras/fundamentalistik berpendapat bahwa Islam adalah alternatif bagi manifestasi budaya non-Islam. Penulis akui bahwa apa yang diceritakan Ulil Absar-Abdalla tetap diyakini sampai sekarang. Masalah ini adalah masalah abadi yang tiap kali akan diperdebatkan di kalangan pemikir muslim, tidak terkecuali pada masa kini. Ketika penulis mengajukan masalah tersebut kepada publik, orang selalu menilai penulis berpikiran nyeleneh. Mengapa justru mereka yang berpikir Islam itu alternatif bagi lainnya tidak pernah dianggap menyimpang? Anggapan bahwa Islam adalah komplemen terhadap hal-hal lain sudah terlihat pada pergelaran wayang kulit dalam budaya Jawa. Bukankah dalam wayang kulit pihak Pandawa berhadapan dengan pihak Kurawa? Kurawa itu bukan penjahat dalam arti klasik, yaitu bandit yang melawan cowboy. Melainkan, pihak Kurawa itu pejuang kebenaran yang belum sampai pada kesempurnaan pandangan. Bukankah itu berarti Kurawa adalah calon komplemen bagi Pandawa? Di lingkungan pesantren,model komplementer ini tampak juga dalam penggunaan bermacam-macam hal di dalamnya. Kata pondok berasal dari kata funduq dalam bahasa Arab, yang berarti tempat menginapnya para pejalan sufi. Tetapi kata pesantren berasal dari istilah tempat santri tinggal. Siapakah santri? Dalam bahasa Pali yang digunakan oleh kaum Buddha, artinya orang yang memahami kitab suci.Terlihat dari istilah pondok pesantren itu, kata-kata diserap dari bahasa berbeda-beda. Ini menunjukkan pondok pesantren adalah sesuatu yang bersifat komplementer. Apalagi kalau dilihat lembagalembaga pendidikan yang berkembang di dalamnya.Ada pengajian klasik,yang dalam bahasa pesantren di sebut manhaj aam (sistem umum), di mana ada tambahan sekolah-sekolah agama seperti madrasah aliyah. Ada yang bersifat klasik tanpa menyediakan sekolah sama sekali, seperti pada pendidikan di pondok pesantren kuno seperti API Tegalrejo Magelang. Yang demikian itu,dinamai dalam bahasa Arab manhaj salafi. Masih ratusan pesantren yang memakai cara itu, toh keduanya dapat berjalan seiring, satu menjadi komplemen bagi yang lain. Mengapa? Karena prinsip- prinsip yang diajarkan itu sama saja. Ini belum kalau dihitung pondok pesantren yang berpegang pada moralitas yang sama. Bahwa pondok pesantren lama menggunakan simbol-simbol budaya yang telah ada, tampak jelas dalam Pondok Pesantren Denanyar, Jombang, tempat penulis dilahirkan. Jika orang masuk dari sebuah jalan kecil, dari timur ke barat, dia kemudian berhenti di sebuah tanah kosong di hadapan masjid. Di sebelah selatan masjid yang menghadap ke tanah kosong itu berdiri bangunan tempat para santri/murid-murid. Sementara di sebelah utara tanah kosong itu tinggal sang kiai dan keluarganya (tentu saja menghadap ke selatan). Ini berarti santri maupun kiai akan saling berhadap-hadapan di masjid yang bertempat di tengah. Para santri akan menggeluti ilmu-ilmu agama dan moralitas/akhlaknya di bawah bimbingan kiai. Bukankah ini artinya pesantren meminjam simbolisasi wayangan kulit? Yaitu di tengah-tengah Padang Kurusetra, tempat Kurawa dan Pandawa berperang? Karena Padang Kurusetra adalah tempat bertarungnya Pandawa dan Kurawa, maka dalam wayang, padang itu terbiarkan terbuka. Bukankah di alam terbuka terjadi peperangan saling membunuh di antara mereka? Di sini terletak perbedaan antara pondok pesantren dan wayang kulit walaupun kedua-duanya berpegang kepada prinsip-prinsip yang sama. Di sini pula terbukti bahwa Islam dalam pandangan pondok pesantren adalah sesuatu yang berwatak komplementer terhadap hal-hal lain di luar dirinya. Ini belum lagi kalau dihitung betapa banyaknya aspek-aspek kehidupan lain di kalangan kaum muslimin sehingga Islam dapat dikatakan komplementer terhadap hal-hal lain itu. Kalau sekarang globalisasi menghasilkan penguasaan negara adikuasa dalam hal ini ASterhadap nilai-nilai kehidupan di kalangan masyarakat negara berkembang, maka tidak usah heran jika muncul sikap menentang globalisasi itu. Kaum fundamentalis yang menyatakan Islam memiliki nilai-nilainya sendiri, sebagai alternatif nilai-nilai globalisasi itu, dengan sendirinya akan menganggap nilai Islam sebagai alternatif. Apa yang dinyatakan di atas adalah kenyataan bahwa Islam membawakan manifestasi komplementer dalam kehidupan.Tapi ia juga berarti adanya pandangan bahwa Islam itu alternatif terhadap nilai-nilai lain. Bukankah dua macam pandangan
[mediacare] Muhammad dan Kaum Cerdik Pandai Kristen
Muhammad dan Kaum Cerdik Pandai Kristen Oleh MOHAMAD GUNTUR ROMLI http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0709/01/Bentara/3800195.htm Kepribadian dan pengetahuan Muhammad dibentuk oleh lingkungannya. Leluhurnya dikenal menaati prosedur dan ajaran kenabian. Salah satu lingkungannya adalah kaum cerdik pandai Kristen. Jauh sebelum kenabian Muhammad telah ada anasir-anasir kenabian dan ketauhidan (monoteisme) yang merujuk pada peran dua komunitas teologis di Mekkah, yang warganya dikenal sebagai penyembah berhala. Yang pertama ialah pengikut al-hanîfiyah yang mendaku sebagai ahli waris ajaran Ibrahim. Abdul Muthalib yang adalah kakek Muhammad dan ketua Bani Hasyim merupakan tokoh terpenting dalam aliran ini. Tercatat pula nama Zaid bin Amru, paman Umar bin Khathab, yang memiliki syair-syair kepasrahan. Salah satu baitnya, aslamtu wajhi liman uslimat, lahu al-ardlu tahmilu shakhran tsiqâla, 'aku pasrahkan diriku pada Dia, seperti kepasrahan bumi yang membawa batu karang yang berat'. Yang kedua adalah komunitas Ahli Kitab. Ini sebutan bagi pemeluk agama Yahudi dan Kristen. Orang Kristen di kalangan Islam disebut sebagai Nasrani yang dinisbatkan pada al-Nâshirah atau Nazaret, asal Isa al-Masih. Namun, bagi orang Kristen mayoritas, Nasrani di Jazirah Arab adalah sebuah sekte. Berbeda dengan bangsa Arab yang mandul dari kenabian, bangsa Yahudi subur dengan kenabian. Dua komunitas itu punya satu misi. Sama-sama memusuhi kaum pagan. Pada masa itu mereka tersebar luas di Jazirah Arab. Orang Yahudi bermukim di Yastrib (Madinah), orang Kristen menunjukkan pengaruhnya di Mekkah. Menurut Al-Ya'qubî dalam Tarîkh: orang Quraisy yang memeluk Kristen dari Bani Asad antara lain adalah Utsman bin al-Huwairits dan Waraqah bin Naufal. Khadijah yang istri Muhammad berasal dari bani ini. Informasi yang lebih menarik datang dari Muhammad bin Abdillah al-Azraqi dalam Akhbâr Makkah (Kabar-kabar Mekkah), tentang gambar dan arca Isa (Yesus) bersama ibunya, Maryam (Maria), di Kabah. Ketika berhasil menaklukkan Mekkah dari pemeluk pagan, Muhammad membersihkan Kabah dari segala perupaan, kecuali Isa dan Maryam. Arca tersebut baru hancur bersama puing-puing Kabah akibat perang di era Yazid bin Muawiyah. Mengakui Alquran (al-Ma'idah: 82) menegaskan kedekatan orang Kristen dengan Muhammad yang berbeda dari orang Yahudi dan kaum pagan Mekkah yang bersikap memusuhi. Orang Kristen mencintai Muhammad dan pengikutnya karena di antara mereka ada pendeta-pendeta (qissîsîn) dan rahib-rahib (ruhbân) dan mereka tidak menyombongkan diri. Maksudnya, mereka mengakui kenabian Muhammad, tetapi tidak mengikutinya. Yang terkenal adalah Waraqah bin Naufal, kakak sepupu Khadijah. Dia memberi kesaksian terhadap wahyu pertama yang diterima Muhammad dan disebut dalam riwayat al-Bukhari hadis nomor tiga sebagai seorang yang memeluk Kristen pada zaman Jahiliah, menulis kitab dalam Ibrani, dan mampu menyalin dari Injil Ibrani. Kependetaan Waraqah ditegaskan Muhammad dalam Sîrah (biografi Muhammad) karya Ibn Ishaq (1999: 203): Sungguh aku telah melihat Pendeta (Waraqah) berada di surga dengan memakai pakaian dari sutra. Dalam versi riwayat lain hadis tadi adalah respons ketika nasib Waraqah di akhirat dipertanyakan karena tetap setia memeluk Kristen sampai akhir hayatnya meski ia menyaksikan kenabian Muhammad. Para penyair Kristen dan al-hanîfiyah melantunkan syair-syair keagamaan mereka di pasar-pasar Mekkah, khususnya di Ukadz. Alquran (al-Furqan: 7) menyebut kebiasaan Muhammad menjelajahi pasar-pasar bukan bertujuan berbelanja, melainkan menyimak dan mengamati seluruh kegiatan pasar yang berfungsi pula sebagai festival kebudayaan. Dua jilid karya Luis Syaikhu, Târîkh al-Nashrâniyah wa Adâbuhâ Bayna 'Arab al-Jâhiliyah (Sejarah dan Sastra Arab Kristen di Era Arab Jahiliah) terbitan Dar al-Masyriq, Lebanon, tahun 1989, menjelaskan peran nyata kaum cerdik pandai Kristen terhadap kebudayaan Arab. Syaikhu menyebut peran Umayyah bin Abdillah bin Abi Shalat, penyair Kristen era Jahiliah yang memiliki syair-syair keagamaan. Syair-syair Umayyah telah mengenalkan nama-nama lain Allah yang disebut al-asmâ' al-husnâ (nama-nama terbaik). Demikian juga nama malaikat Jibril, Izrail, dan Israfil; tingkatan surga dan neraka; tujuh lapis langit dan bumi; asal-usul penciptaan alam; kisah Adam-Hawa dan dua anaknya; air bah Nuh; Yunus (Yunan) yang ditelan dan bisa hidup di perut ikan; serta kisah-kisah para nabi lainnya hingga kisah Ashabul Kahfi yang masyhur di kalangan orang suci Kristen sebagai les Sept Dormants (Tujuh Orang yang Tertidur) yang merujuk pada masa pertengahan abad ke-3 Masehi. Demikian pula dua kawasan yang menjadi tujuan utama kafilah niaga Kabilah Quraisy: Yaman dan Syam. Keduanya merupakan pusat kekristenan. Yaman dikuasai oleh dinasti Kristen Habsyah (Etiopia) yang mengikuti aliran monofisit-koptik, sedangkan Syam diperintah oleh dinasti Ghassan yang mengikuti aliran monofisit-yakobis. Muhammad telah mengunjungi dua kawasan itu ketika masih
[mediacare] Undangan Diskusi: Teori Politik Pasca-Marxis
Salam, Kami mengundang anda untuk hadir pada diskusi ini. Terima kasih Mohamad Guntur Romli Kurator Diskusi di Komunitas Utan Kayu === Komunitas Utan Kayu Diskusi TEORI POLITIK PASCA-MARXIS Kamis, 6 September 2007 pukul 19.00 WIB Teater Utan Kayu (TUK) Jl. Utan Kayu No. 68H, Jakarta Pembicara: Robertus Robert dan Daniel Hutagalung Diskusi ini akan mengulas pemikiran dari tokoh-tokoh teori politik yang digolongkan pasca-Marxis. Sebutlah nama seperti Ernesto Laclau, Chantal Mauffe, Slavoj Zizek dan Alain Badiou. Dengan melampaui teori Marxis klasik yang sudah luruh dan Komunisme yang telah runtuh, mereka tetap beriktikad mengemukakan ide-ide kritis terhadap demokrasi liberal dan kapitalisme di dunia dewasa ini. Bagaimana mereka membangun basis argumentasi teori politik mereka, dan apa pandangan mereka terhadap teori politik modern saat ini, khususnya menyangkut demokrasi dan kapitalisme? Robertus Robert, dosen sosiologi di Universitas Negeri Jakarta yang tengah menyelesaikan program doktoralnya di STF Driyarkara, akan menyampaikan topik Proyek Emansipasi Post-Marxis: Laclau dan Zizek, sedangkan Daniel Hutagalung peneliti di Perhimpunan Pendidikan Demokrasi dan lulusan S-2 program studi Perilaku Politik dari Essex University akan berbicara tentang tokoh-tokoh teori politik pasca-Marxis yang lain, khususnya Mouffe. www.utankayu.org - Looking for a deal? Find great prices on flights and hotels with Yahoo! FareChase.
[mediacare] Diskusi bersama Goenawan Mohamad tentang Bergman dan Tuhan
Salam, Kami mengundang anda untuk hadir dalam diskusi bersama Goenawan Mohamad tentang Ingmar Bergman, Selasa 11 Setember 2007 pukul 19.30 di Teater Utan Kayu Jl. Utan Kayu no 68H Jakarta Timur. Diskusi ini diadakan setelah Komunitas Utan Kayu memutar film-film karya Bergman. Sekian terima kasih Mohamad Guntur Romli Kurator Diskusi di Komunitas Utan Kayu http://www.utankayu.org/in/index.cfm?action=detailcat=eventid=115 Sebuah tema yang kerap muncul dalam film-film karya Ingmar Bergman (yang wafat bulan Agustus lalu dalam usia 89 tahun) adalah soal kegelisahan eksistensial (angst) manusia dalam hubungannya dengan Tuhan. Tema itu terangkat dengan jelas misalnya dalam The Seventh Seal (1957). Juga dalam Trilogi Iman, yang terdiri dari Through a Glass Darkly (1961), pemenang Piala Oscar untuk Film Asing Terbaik; Winter Light (1962), yang oleh Bergman sendiri disebut sebagai film favorit; dan The Silence (1963). Dalam ketiga film itu, kekelaman hidup para tokohnya membuat mereka meradang mencari sumber cahaya untuk menerangi jalan mereka, atau suara yang akan menuntun langkah mereka. Tetapi seperti tak ada sahutan: itulah diamnya Tuhan. Sejumlah film berikutnya, misalnya Persona (1966) dan A Passion (1969)yang dalam peredarannya di AS mendapat judul baru The Passion of Annameski tak mengacu langsung pada persoalan teologis dan lebih banyak berpusar pada dunia kejiwaan para tokohnya, tetap menyiratkan ketegangan yang timbul dari diamnya Tuhan atas pelbagai haru biru yang terjadi di muka bumi. Di hari terakhir pemutaran, digelar diskusi bersama Goenawan Mohamad yang akan membicarakan masalah angst dan iman lewat pembahasan sejumlah film karya Bergman. - Be a better Heartthrob. Get better relationship answers from someone who knows. Yahoo! Answers - Check it out.
[mediacare] Diskusi Ramadan Perpustakaan Freedom
Salam Bagi anda yang tertarik silakan menghadirinya Diskusi Ramadan Perpustakaan Freedom Seperti tahun-tahun sebelumnya dalam setiap bulan Ramadan, Perpustakaan Freedom menyelenggarakan diskusi yang referensinya berasal dari koleksi terbaru Perpustakaan Freedom baik berupa buku maupun jurnal. Kali ini, Perpustakaan Freedom menyelenggarakan diskusi dengan tema Pergulatan dan Gugatan terhadap Tuhan dan Agama. Berikut jadwalnya: Kamis, 20 September 2007 jam 18.00 21.30 Diskusi 3 buku Atheis yang menggugat bahwa Tuhan itu delusi dan tidak Akbar serta agama hanyalah racun buat manusia: 1.God is not Great : How Religion Poisons Everything karya Christoper Hitchens 2.The God Delusion karya Richard Dawkins 3.Letter to a Christian Nation karya Sam Harris Pembicara : Goenawan Mohamad (Wartawan senior Majalah Tempo) Rizal Mallarangeng (Direktur Eksekutif Freedom Institute) Luthfi Assyaukanie (Koordinator Jaringan Islam Liberal) Rabu, 26 September 2007 jam 18.00 21.30 Diskusi buku novel Snow karya Orhan Pamuk. Novel ini menceritakan tentang benturan identitas, keyakinan antara Islam dan Barat. Dengan setting sosio politik negara Turki yang sekuler dengan mayoritas Islam, dialog, perdebatan dan gugatan tentang tema Islam yang ditulis novel ini sangat menantang. Pembicara: Ayu Utami (Sastrawan, penulis novel Saman) Ihsan Ali-Fauzi (Direktur Program Yayasan Paramadina) Kamis, 4 Oktober 2007 jam 18.00 21.30 Diskusi buku The Islamist karya Ed Husain. Buku ini merupakan pergulatan si penulis dalam keterlibatannya dengan organisasi Islam fundamentalis di Inggris. Ia kemudian bertobat dan keluar dari organisasi tersebut. Pembicara : Anies Baswedan (Rektor Universitas Paramadina) Hamid Basyaib (Direktur Program Freedom Institute) Diskusi akan diawali dengan buka puasa bersama. Terbuka untuk umum dan tanpa dipungut biaya. Artikel dan buku yang akan didiskusikan bisa diperoleh di Perpustakaan Freedom. Untuk artikel akan diberikan gratis. Konfirmasi kehadiran Anda sebelumnya dengan menghubungi Wahyu atau Imie di 021-31909226. Untuk bahan-bahan diskusi bisa download dan klik di sini: http://www.freedom-institute.org/id/index.php?page=indexid=296 - Be a better Heartthrob. Get better relationship answers from someone who knows. Yahoo! Answers - Check it out.
[mediacare] Laporan TEMPO: Utan Kayu International Literary Biennale (1)
Salam, Berikut saya kirim laporan TEMPO tentang Utan Kayu International Literary Biennale yang telah dilaksanakan di Jakarta dan Magelang 23-30 Agustus 2007. Saya bagi laporan TEMPO ini dalam tiga email. Pertama tentang tiga profil sastrawan peserta Utan Kayu International Literary Biennale: Edmundo dari Bolivia, Hassan Daoud dari Libanon dan Kimberly dari Amerika Serikat. Kedua laporan tentang pertemuan para sastrawan dengan siswa sekolah, seminari dan para santri. Ketiga, laporan pergelaran acara di Pelataran Candi Borobudur Selamat membaca Mohamad Guntur Romli = Edisi. 29/XXXVI/10 - 16 September 2007 Dari Tiga yang Gelisah Menulis adalah sebuah bentuk mengingat luka yang dialami masyarakat. Pergulatan tiga sastrawanHassan Daoud, Edmundo Paz Soldan, dan Kimberly Blaeseradalah contohnya. IA datang dari Libanon. Selama perang yang berlangsung 15 tahun, Hassan Daoud tinggal di wilayah Beirut barat. Beirut terbelah dua: permukiman Islam di bagian barat, Katolik di bagian timur. Ia menyaksikan kota yang tadinya kosmopolitan, sebuah permata di tengah Timur Te ngah yang konservatif itu, tercerai-berai. Itu semua bermula dari insiden yang terjadi pada April 1975. Di Ayn ar-Rummanah, seorang warga Libanon bentrok dengan seorang Palestina, lalu pertikaian berkembang ke seluruh wilayah Libanon dan Israel campur tangan. Pada 1976, pengungsi Palestina di daerah karantina dibantai. Sebaliknya, pada tahun yang sama, di Damor, kaum Kristen Maronit diserbu. Israel menyerang Libanon pada 1978 dan 1982. Hassan Daoud ingat, pada 1980-an itu, Beirut menjadi kota tertutuptak ada telepon, tak ada majalah dan koran asing, tak ada penerbangan. Hubung an dengan dunia luar terputus. Perang berhenti pada 1990. Persetujuan Taiff diteken. Tapi trauma perang saudara 15 tahun tak mudah hilang. Novel pertama Hassan berjudul Binayat Mathilde (The House of Mathilde) bercerita tentang kehangatan sebuah apartemen yang dihuni warga Katolik dan Islam. Cerita terpusat pada Mathilde, salah satu penyewa apartemen. Agaknya novel ini bertolak dari pengalaman masa kecil Hassan, yang tinggal dalam satu apartemen bersama orang Kristen, imigran Rusia dan Armenia. Baginya, pembagian Katolik dan Islam adalah semu. Yang berperang bukan orang Katolik dan Islam, melainkan para mi litan Katolik dan militan Islam. Masyarakat Islam-Kristen adalah korban. Kini Beirut memiliki sebuah downtown barude ngan restoran, kafe, dan bar-bar ala Eropa. Namun, bagi Hassan, wajah cantik Libanon itu sesuatu yang berusaha menutupi atau melupakan luka. Semua hal simbolis yang menyatukan semua orang lenyap, ka tanya kepada Tempo. Siang itu, ia mengenang bagaimana kehidupan kesenian di Libanon merosot. Produksi film lumpuh, teater lenyap selama dua dekade. Namun perang diakuinya membuat banyak orang mengekspresikan diri melalui tulisan. Karena peranglah kami me nulis, katanya. Di Jakarta dan Borobudur, ia membaca sajak berjudul Lorca in Beirut: Who Brought Him Here? Ia bertanya: siapa yang menulis sebait puisi Federico Garcia Lorca di dinding jalanan Beirut? Siapa yang tiba-tiba ingat akan kalimat penyair Spanyol itu? Di Libanon sekarang anak-anak muda sangat aktif menulis novel dan puisi, katanya. Tapi menjadi pe nulis selalu berisiko. Wartawan atau penulis di Libanon, menurut dia, harus menyadari apa yang mereka tulis dan mengerti peta kelompok-kelompok dominan di Libanon. Ia sendiri kini adalah pemimpin redaksi suplemen kebudayaan Nafawez di harian Al-Mustaqbal. Ia mengaku kerap mendapat tekanan politik dari pihak lain. Dua sahabat saya, penulis-jurnalis, meninggal tertembak tahun lalu, katanya. Setiap faksi di Libanon, menurut Hassan, memiliki surat kabar. Tak ada surat kabar untuk umum, tak ada surat kabar yang bebas, yang liberal. Media menjadi milik kelompok tertentu. Surat kabar ini pro-kelompok ini, surat kabar itu pro-kelompok itu , tuturnya berapi-api. Keadaan sekarang di matanya bertambah buruk. Masyarakat kian terkotak-kotak. Masyarakat tak mengambil pelajaran dari perang sipil. Para intelektual kini sedang mencoba membuat semacam common area untuk ditinggali semua orang Libanon, katanya. Suara Hassan yang terdengar perih dalam melihat masyarakatnya itu berbeda dengan Edmundo Paz Soldan, 40 tahun, sastrawan Bolivia yang menyikapi persoalan-persoalan sosial kontemporer dengan kacamata anak muda masa kini. Novelnya, Turings Delirium, bercerita tentang seorang hacker asal Amerika Latin yang melawan globalisasi. Oleh para kritikus, karyanya ini dianggap bersemangat techno-thriller, penuh dengan unsur kebudayaan pop yang melek dan fasih dengan perkembangan gadget canggih. Paz Soldan adalah motor dari gerakan baru sastra Amerika Latin yang terkenal dengan sebutan McOndo Movement. Gerakan ini lahir pada 1980-an. Pencetus gerakan ini adalah penulis Cile, Alberto Fuguet. Istilah McOndo muncul dari diri Fuguet setelah
[mediacare] Laporan TEMPO: Utan Kayu International Literary Biennale (2)
TEMPO Edisi. 29/XXXVI/10 - 16 September 2007 Suatu Siang di Seminari Aku duduk di pinggir ranjang, berpura-pura membaca majalah, padahal sebenarnya aku mengamati ibu sewaktu ia menutupi payudaranya yang melorot dengan kutang lepek warna kulit yang dibelinya di pasar buah. Celana dalamnya yang telah menguning dimakan usia menampakkan sebaris karet elastis di bagian pinggangnya yang kendor . KETUT Ayu Paramitha, siswi SMAN 4 Jakarta itu, serius membaca cerpen Telepon di Sore Hari karya Hao Yu-hsiang, pe nulis cerpen perempuan asal Taiwan. Di bagian itu tampak murid-murid laki-laki yang hadir tersenyum geli, malu malu kucing. Tanpa peduli dengan reaksi itu, Ayu Paramitha tetap dengan mimik tak berubah menuntaskan cerpen yang bercerita tentang telepon-telepon iseng yang selalu mengganggu rumah seorang nona. Telepon iseng yang mengungkap masa lalu ibu atau bapaknya. Murid dari berbagai SMA di Jakarta siang itu berkumpul di SMA Kolese Kanisius, Menteng. Salah satu agenda Bienale Sastra Utan Kayu ini adalah membawa sejumlah sastrawan asing bersama sastrawan kita berkunjung ke sekolah-sekolah menengah. Hao Yu-hsiang, pengajar di Universitas Dong Hwa, kebagian di SMA Kolese Kanisius. Sastrawan tamu lain di SMU Negeri 78 dan Lab School Kebayoran. Di sekolah-sekolah itu mereka membacakan karyanya, atau sebaliknya murid-murid itulah yang membaca terjemahan karya mereka. Lalu disediakan sesi tanya-jawab. Banyak yang bertanya tentang proses kreatif, tentang bagaimana menggali inspirasi. Saya kreatif kalau lagi bokek, kata F. Rahardi, menjawab pertanyaan yang langsung disambut ger oleh para siswa. Rahardi bercerita, pertama kali puisinya dimuat di majalah Basis pada 1970-an. Secara diam-diam seorang temannya mengirimkan sajak Rahardi ke majalah prestisius itu. Ternyata menulis juga ada ho nornya, sejak itu saya terus mengirim puisi ke media massa, katanya. Jerome Kugan, penyair Malaysia, bercerita bahwa kota adalah sumber inspirasi nya. Ia tinggal di sebuah kota kecil di Sabah, yang jumlah penduduknya tak banyak, bahkan jika ditelusuri semua penduduknya bersaudara. Di Jawa tengah, para sastrawan disebar ke tiga tempat, antara lain Seminari Menengah St. Petrus Kanisius Mertoyudan, Asrama Perguruan Islam, dan SMU Taruna Nusantara. Di seminari, pada saat rombongan menyusuri koridor kelas, sebagian siswa tiba-tiba menoleh ke luar. Para murid itu terlihat sudah tak tahan lagi untuk bertemu mereka. Para sastrawan itu berkumpul di aula pukul 11.00. Semua murid seminari dari kelas 1 sampai 3sebanyak 210 oranghadir lengkap, duduk lesehan. Joko Pinurbo didaulat untuk pertama membaca puisi. Ia adalah alumni seminari Mertoyudan yang kini jadi dosen. Dahulu di situ ia sering merenung di antara lapangan basket dan kandang babi. Puisinya berjudul Ce lana Ibu membuat tertawa murid yang kebanyakan akan jadi pastor itu. Celana Ibu Maria sangat sedih menyaksikan anaknya mati di kayu salib tanpa celana dan hanya berbalutkan sobekan jubah yang berlumuran darah. Ketika tiga hari kemudian Yesus bangkit dari mati, pagi-pagi sekali Maria datang ke kubur anaknya itu, membawakan celana yang dijahitnya sendiri. Paskah? tanya Maria. Pas sekali, Bu, jawab Yesus gembira. Mengenakan celana buatan ibunya, Yesus naik ke surga. Pada saat tanya-jawab, para murid seminari itu mengajukan perta nyaan dasar yang sulit dijawab. Misalnya bagaimanakah ukuran puisi yang berhasil itu. Para penulis berbeda-beda dalam hal ini. Mamang Dai me ngatakan puisi adalah kebenaran jati diri. Yang paling penting dalam puisi selalu ada kerelaan, kata novelis Togo Kangni Alem. Pertanyaan juga berkisar tentang apakah tempat suci penting sebagai sumber kreasi. Sharanya Manivannan menjawab memang tempat suci ba nyak memberikan inspirasi. Namun tempat suci sesungguhnya ada pada diri sendiri, katanya. Ia lalu berce rita, dia memiliki seorang teman yang ateis yang setiap muncul di panggung seolah ada kekuatan besar yang membuat penampilannya bagus. Suasana di Mertoyudan membuat Kangi Alem serasa bernostalgia, karena ternyata dahulu sekolah menengahnya juga di seminari. Ia lalu meminta anak-anak Mertoyudan itu menyanyikan lagu Latin. Langsung mereka serempak mengumandangkan lagu Gregorian: Tantum Ergo Sacramentoyang biasa dinyanyikan saat Paskah. Tantum ergo sacramentum, veneremur cernui: Et antiquum documentum . Seno Joko Suyono, Anton Septian (Jakarta), Lucia Idayani (Yogya) - Shape Yahoo! in your own image. Join our Network Research Panel today!
[mediacare] Program Penghijauan Komunitas Utan Kayu
Program Penghijauan Komunitas Utan Kayu Berangkat dari cita-cita mulai ingin menghijaukan Jakarta, Komunitas Utan Kayu memulai proyek penghijauan dari dua kelurahan Utan Kayu Utara dan Utan Kayu Selatan. Ide tersebut dimulai dari tiga pendiri Komunitas Utan Kayu, Goenawan Mohamad, Santoso dan Ayu Utami yang terinspirasi program penghijauan di Puri Kembangan di kawasan Palmerah Jakarta Barat. Hingga saat ini program tersebut sudah berjalan hampir setahun. Program tersebut dimulai dengan mengumpulkan dua lurah dan ketua-ketua RW dan ketua RT di Teater Utan Kayu bulan Pebruari 2007. Ayu Utami yang juga penulis novel Saman berbicara di depan warga tentang pentingnya penghijauan dengan memutar sebuah film dokumenter. Saifullah seorang inspirator penghijauan Puri Kembangan juga diundang dan berbicara berbagi pengalaman dengan warga Utan Kayu. Selepas pertemuan tersebut Komunitas Utan Kayu melalui Radio Utan Kayu FM menyediakan bibit pohon sejumlah 2000 bibit dan diserahkan kepada warga Utan Kayu. Radio Utan Kayu juga telah bekerjasama dengan beberapa perusahaan dan lembaga dengan cara menukar pemasangan iklan yang dipasang di Radio Utan Kayu dengan bibit-bibit pohon. Taman Mekarsari yang memasang iklan senilai tiga juta rupiah di Radio Utan Kayu membayar dengan bibit pohon senilai harga iklan tersebut, kata Eko penanggungjawab program penghijauan ini. Komunitas Utan Kayu juga bekerjasama dengan Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) melalui program Bank Pohon yang membagikan bibit pohon tidak hanya bagi warga Utan Kayu namun bagi warga Jakarta khususnya pendengar Radio Utan Kayu. Hingga saat ini lebih dari 5000 pohon sudah diserahkan pada warga. Dan bulan September ini akan disediakanlagi 3000 bibit pohon kerjasama Taman Mekarsari, Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) dan KBR68H. Menurut Syamsul Ketua RW 06 Utan Kayu program Komunitas Utan Kayu tersebut sangat membantu dan sesuai dengan harapan warga. Selama ini kita hanya bisa mengeluh Jakarta semakin kering dan tambah panas, tapi tidak ada yang peduli untuk menyumbang bibit, Komunitas Utan Kayu telah memulainya. Eko Sulistyanto Head of Promotion and Marketing Program KBR68H Email: [EMAIL PROTECTED] Mobile: 08161314906 Komunitas Utan Kayu Komunitas Utan Kayu (KUK) terdiri dari Teater Utan Kayu, Galeri Lontar, dan Jurnal Kebudayaan Kalam ketiganya bergerak di lapangan kesenian. Bila diperluas lagi, KUK juga meliputi lembaga-lembaga lain Institut Studi Arus Informasi, Kantor berita Radio 68-H, dan, kemudian, Jaringan Islam Liberal. Terbatasnya kebebasan di segala bidang, termasuk kebebasan pers, di masa Orde Baru menimbulkan ide di kalangan sejumlah wartawan, intelektual, dan penulis untuk mendirikan sebuah kantong di mana kesenian, pemikiran, dan jurnalisme alternatif saling mendukung dalam satu jaringan kemerdekaan bersuara. Pada tahun 1994, tiga media cetak ditutup Pemerintah: Tempo, Editor, dan Detik. Inilah yang merangsang insiatif untuk membangun Komunitas Utan Kayu. Maka berdirilah Institut Studi Arus Informasi (1995) dan Galeri Lontar (1996) di sebuah kompleks bekas rumah-toko di Jalan Utan Kayu 68-H Jakarta Timur. Menyusul kemudian, Teater Utan Kayu (1997). Kini, lembaga-lembaga di lingkungan Komunitas Utan Kayu mengembangkan diri di bidang masing-masing, seraya tetap saling mendukung untuk memelihara semangat dan prinsip kebebasan berpikir dan berekspresi. Pada dasarnya kami percaya bahwa eksperimen dan kepiawaian di pelbagai bidang adalah tanda dari masyarakat yang demokratis, terbuka, dan maju. http://www.utankayu.org/in/index.cfm?action=abouttick=34562109 - Fussy? Opinionated? Impossible to please? Perfect. Join Yahoo!'s user panel and lay it on us.
[mediacare] Diskusi Novel Snow Karya Orhan Pamuk
Salam Silahkan hadir dalam Diskusi Ramadan Perpustakaan Freedom II Tentang novel Snow karya Orhan Pamuk, Novelist asal Turki yang mendapat penghargaan Nobel Sastra tahun 2006. Novel ini menceritakan tentang benturan identitas, keyakinan antara Islam dan Barat. Dengan setting sosio politik negara Turki yang sekuler dengan mayoritas Islam, dialog, perdebatan dan gugatan tentang tema Islam yang ditulis novel ini sangat menantang. Karya ini akan diulas oleh Ayu Utami (sastrawan, penulis novel Saman) dan Ihsan Ali Fauzi (Direktur Program Yayasan Paramadina). Hari : Rabu, 26 September 2007 Jam : 18.00 (didahului buka puasa) Tempat: Freedom Institute Jalan Irian No. 8 Menteng Jakarta Telpon 31909226 Untuk bahan diskusi silakan download di http://www.freedom-institute.org/id/index.php?page=indexid=296 = http://caping.wordpress.com/?s=pamuksearchbutton=go%21 Pamuk Ketika Orhan belum berumur 10 tahun, ia membayangkan Tuhan sebagai seorang perempuan tua bertudung putih. Tiap kali bayangan itu muncul di depanku, aku rasakan kehadiran yang kuat, luhur dan sublim, tapi anehnya aku tak takut-takut amat, tutur Orhan Pamuk dalam Istanbul (versi Inggrisnya terbit pada tahun 2005). Seingatku, aku tak pernah meminta tolong Dia dan petunjuk-Nya. Aku sadar Ia tak pernah tertarik kepada orang macam diriku. Ia hanya peduli kepada mereka yang miskin. Hidup novelis Turki ini memang jauh dari mereka yang miskin. Sampai sekarang, dalam usia 54, ia tinggal di lantai ke-4 bangunan lima tingkat yang dulu seluruhnya ditempati keluarga besar Pamuk dan diatur seorang nenek gemuk dari tempat tidur. Dari jendela kamar itu akan tampak Masjid Hagia Sophia, Laut Marmara, Selat Bosphorus, Istana Topkapihiasan termasyhur tamasya Istanbul. Si kaya yang aman yang tak menganggap penting Tuhanitulah yang tergambar dari kenangan Pamuk tentang hidupnya di kota tua yang melankolis itu. Malah mungkin ada sikap yang lebih radikal, jika novel Beyaz Kale (versi Inggris: The White Castle) kita anggap mengandung anasir otobiografis si pengarang. Kakek si Faruk, sejarawan pemabuk dalam novel ini, tak percaya kepada Tuhan tapi kepada Pencerahan Eropa. Ia ingin membawa rasionalisme ke Turki dan menulis 48 jilid ensiklopedia. Kakek Si Orhan sendiri gemar menyanyikan lagu-lagu atheis. Orhan sadar, cinta Tuhan menjangkau siapa saja di rumah itu. Tapi ia juga tahu: orang macam kami cukup beruntung tak membutuhkannya. Bagi si kecil ini, Tuhan ada buat menolong mereka yang kesakitan, menawarkan rasa senang kepada mereka yang tak punya uang untuk mendidik anak, membantu para pengemis yang tak henti-hentinya menyebut nama-Nya. Kesalehan dan kemiskinan, kelas atas dan kemungkaranpola ini, yang dalam variasi berbeda juga pernah tampak di Indonesia, (dengan lapisan aristokrat yang dekat dengan Belanda dan orang kebanyakan yang mendapatkan kekuatan dari Islam)dihadirkan Pamuk dengan sedikit sayu, sedikit cemooh, tapi penuh empati. Dalam Istanbul ada Esma Hanim, misalnya, si batur yang tiap waktu senggang akan cepat-cepat ke biliknya untuk menggelar sajadah dan bersembahyang. Tiap kali ia merasa bahagia, sedih, takut, atau marah, ia akan teringat Tuhan, tulis Pamuk tentang pelayan pada masa kecilnya itu. Tiap kali ia membuka atau menutup pintu , ia akan menyebut nama-Nya dan kemudian membisikkan beberapa kata lain, lirih-lirih. Umumnya keluarga Pamukyang tak pernah berpuasa pada bulan Ramadan tapi menyiapkan berbuka dengan gairahmenerima sikap itu dengan nyaman. Bahkan bisa dikatakan, kami merasa lega orang-orang miskin itu bergantung pada kekuatan lain yang membantu mereka menanggungkan beban. Tentu saja ada rasa waswas, kalau-kalau orang miskin itu bisa menggunakan hubungan khusus mereka dengan Tuhan untuk menghadapi kami. Hubungan khusus itulah yang memang kemudian dipakai mereka yang melarat dalam Kar, (versi Inggrisnya, Snow, terbit pada tahun 2005), novel tentang seorang penyair yang datang ke sebuah kota miskin di perbatasan. Di kota itu mereka yang merasa terhina oleh dunia modern, oleh Eropa, memperkuat diri dalam Islam dan dengan amarah. Tapi bagaimana akhirnya tak jelas. Mereka tak hanya dituduh anti-Turki, tapi juga anti-masa depanmasa depan yang digariskan Kemal Attaturk: Turki yang modern dan sekuler. Dalam arti tertentu, karya Pamuk adalah gema Turki dan benturan sekuler-dan-Islam-nyamirip dengan yang di Indonesia berbentuk pergulatan Timur-Barat. Tapi novel-novel Pamuk jauh lebih dalam dan lebih tak terduga-duga ketimbang karya para penulis dari jenis yang di sini diwakili Siti Nurbaya, Salah Asuhan, Layar Terkembangyang sejak tahun 1920-an tak putus dirundung ketegangan orang Timur yang harus memilih, atau menampik, yang modern. Pamuk merasakan ketegangan macam itu, tapi ia sen-diri tak ikut tegang. Ia pernah mengatakan, di dunia tak ada orang yang menganggap diri sepenuhnya Timur.
[mediacare] Siaran Pers DKJ tentang Pembukaan Utan Kayu International Literary Biennale 2007
kesenian di wilayah Propinsi DKI Jakarta. Pada awalnya, anggota pengurus Dewan Kesenian Jakarta diangkat oleh Akademi Jakarta, yaitu para budayawan dan cendikiawan dari seluruh Indonesia. Kini dengan berjalannya waktu, pemilihan anggota DKJ dilakukan secara terbuka, melalui pembentukan tim pemilihan yang terdiri dari beberapa ahli dan pengamat seni, selain anggota Akademi Jakarta sendiri. Nama-nama calon diajukan dari berbagai kalangan masyarakat maupun kelompok seni. Masa kepengurusan DKJ adalah 3 tahun. Kebijakan pengembangan kesenian tercermin dalam bentuk program tahunan yang diajukan dengan menitikberatkan pada skala prioritas masing-masing komite. Anggota DKJ berjumlah 25 orang, terdiri dari para seniman, budayawan, dan pemikir seni, yang terbagi dalam 6 komite: Komite Film, Komite Musik, Komite Sastra, Komite Seni Rupa, Komite Tari dan Komite Teater. Informasi lebih lanjut, silahkan hubungi: Kiki Soewarso Bagian Hubungan Masyarakat Dewan Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki Jalan Cikini Raya 73 Jakarta 10330 Tel. 021-31937639, 021-3162780, Fax. 021-31924616 [EMAIL PROTECTED] Mohamad Guntur Romli http://romli.net Jl. Utan Kayu No. 68H Jakarta Telp: (021) 8573388 Fax: (021) 851 6868 - Yahoo! oneSearch: Finally, mobile search that gives answers, not web links.
[mediacare] Saksikan Kongkow Bareng Gus Dur di Televisi
Salam, Silakan saksikan Kongkow Bareng Gus Dur di 12 televisi di Indonesia: televisi-televisi kawasan yang menyiarkan acara Kongkow Bareng Gus Dur yang direkam dari Kedai Tempo, Komunitas Utan Kayu (KUK). Acara ini disiarkan untuk bulan Ramadan, untuk informasi tayangan silakan hubungi redaksi televisi di kawasan anda. Selama bulan Ramadan Kongkow Bareng Gus Dur terus mengudara di KBR68H berikut jaringan-jaringannya di Indonesia setiap hari Sabtu pukul 10.00 WIB yang disiarkan secara langsung dari Kedai Tempo. Anda bisa hadir langsung ke Kedai Tempo di Jl. Utan Kayu No 68H untuk berdialog langsung dengan Gus Dur. Mohamad Guntur Romli Host Kongkow Bareng Gus Dur di KBR68H Informasi Kongkow Bareng Gus Dur di Televisi: Ariani Djalal [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Telepon 0811864504 Daftar televisi: 1. MAKASSAR TV PT. MAKASSAR LINTASVISUAL CEMERLANG Jl. Pengayoman Blok F-8/13, Panakkukang-Makassar 90231 0411-447.652 0411-448.740 www.makassartv.co.id 2. BATAM TV PT. BATAM MEDIA TELEVISI Gedung Graha Pena Batam Lt. 9, Jl. Raya Batam Centre, BATAM 0778 465.666 0778 462.378 3. PUBLIK KHATULISTIWA TV - BONTANG PT. KHATULISTIWA MEDIA Jl. Alamanda GOR PKT, Lt.2, Komp.PC VI BONTANG 75313 - KAL TIM 0548-23444 / 0548-109391 0548-23444 Ext.85 4. JOGJA TV PT. YOGYAKARTA TUGU TELEVISI Jl. Wonosari KM 9, Sendang Tirto Berbah, Sleman - YOGYAKARTA 0274-451.800 www.jogjatv.com 5. BANDUNG TV PT. BANDUNG MEDIA TELEVISI INDONESIA Jl. Sumatra No. 19, Bandung 40011 - JAWA BARAT 022-7078.5618/19 www.bandungtv.biogspot.com 6. CAKRA TV - SEMARANG PT. MATARAM CAKRAWALA TELEVISI INDONESIA Jl. Batur No. 15, Gajah Mungkur - SEMARANG - Jawa Tengah 024 841.5221 024 - 850.4933 www.cakrasemarangtv.com 7. KENDARI TV - SULAWESI TENGGARA PT. SWARA ALAM KENDARI TELEVISI Jalan A. Yani No. 55 Wua-Wua, Kota Kendari Sulawesi Tenggara 93117 0401-300.8699 0401-391.485 www.kendari.tv 8. TARAKAN TV PT. TARAKAN TELEVISI MEDIA MANDIRI Gedung Gadis Lt. 6 Jl. Jend. Sudirman No. 76, Tarakan 77112 - Kalimantan Timur 0551-24578 / 35870 / 23684 0551-24578 www.tarakan-tv.com 9. RATIH TV - KEBUMEN KOPERASI DUTA WICARA Jl. Kutoarjo No. 6 Kebumen - Jawa Tengah 54312 0287-385.844 / 382.453 0287-385.844 / 381.102 www.ratihtvkebumen.go.id 10. AMBON TV PT. AMBON MEDIA ABADI Jl Kakiali No.5 Kadewatan, Kecamatan Sirimau, Ambon - Maluku 0911-342.242 0911-344.486 www.ambon.tv 11. BENGKULU TV Jl S Parman 66 PD Jati Kota Bengkulu 0736 21001 0736 345505 0736 344359 12. TV KU Jl. Nakula I No 5-11 Semarang 024 3568491 - Don't let your dream ride pass you by.Make it a reality with Yahoo! Autos.
[mediacare] Saksikan Ki Slamet Gundono di TUK
Salam, Kami mengundang anda dalam acara pertunjukan Wayang Lindur dengan lakon Uma, Nyai Sendon Kloloran dengan dalang Ki Slamet Gundono di Teater Utan Kayu (TUK), Jln. Utan Kayu No 68H Jakarta, Kamis dan Jumat, 4 dan 5 Oktober 2007, pukul 20:00 WIB. Menonton pertunjukan ini tidak dipungut biaya. Terima kasih Mohamad Guntur Romli [EMAIL PROTECTED] UMA, NYAI SENDON KLOLORAN Manikmaya, sang penguasa jagat itu, begitu gemar menguji kesetiaan istrinya: Dewi Uma. Di lantai dua sebuah mal yang megah dan penuh cantelah aneka busaha terkini, Uma berbicara dengan seorang pemuda yang sangat tampanyang tak lain adalah jelmaan Manikmaya sendiri. Manikamya pun sadar bahwa istrinya tak pernah memahami cinta sebagai sesuatu yang tunggal. Manikmaya murka dan hendak menjatuhkan kutukan. Saat itu Dewa Indra bersedia mengganti kutukan dengan sebuah bangunan mewah, Dewa Baruna menawarkan barter dengan laut dan isinya, dan Kamajaya akan memberi mantra-mantra cintanyasemuanya hanya membentur dinding hati Manikmaya. Kutukan tetap ia jatuhkan ke pundak Uma. Sesungguhnya Uma telah bertransformasi dari perempuan yang suka menangis menjadi sosok yang ulet, mantap, dan menatap ke depan. Sementara itu nun jauh di kota Berlin, Monha si pengamen dari Tibet berdendang dengan suara sengau dan sumbang seakan menyadarkan kegagalan perubahan dunia. Terusir dari negaranya menjadi nomaden di Eropa, nyanyian Monha yang sumbang terus bergema di alam bahkan muncul di dunia mimpi. Pertunjukan yang didalangi oleh Ki Slamet Gundono ini didukung oleh Indra Panca, Kiki, Miko (penari); Sri Waluyo, Dwi Priyo, Sutrisno, dan Kukuh Widi (pemusik); Ags Arya Dipayana (tata cahaya); dan Miftakhul Jannah. http://www.utankayu.org - Building a website is a piece of cake. Yahoo! Small Business gives you all the tools to get online.
[mediacare] Tadarus Ramadan tentang Al-Ghazali
http://www.utankayu.org/in/index.cfm?action=detailcat=newsid=18 Tadarus Ramadan tentang Al-Ghazali Senin 1 Oktober 2007, rangkaian Tadarus Ramadan Jaringan Islam Liberal (JIL) di Komunitas Utan Kayu telah usai. Tadarus pada tahun ini mengulas pemikiran Al-Ghazaliseorang pemikir Islam termasyhur pada abad ke-11 Masehi yang dijuluki sebagai hujjatul Islam (Argumentasi Islam). Diskusi kemaren ditutup presentasi dari Prof. Dr. KH Said Aqiel Siraj, ketua PBNU, Prof. Dr. Kautsar Azhari Noer dari guru besar UIN Syarif Hidayatullah dan Dr. Abd Moqsith Ghazali dari Jaringan Islam Liberal. Mereka bertiga membahas kitab Al-Ghazali yang paling terkenal Ihya Ulûmiddin. Bagi Aqiel Siraj, kitab Ihya adalah proyek harmonisasi antara ilmu fikih, teologi dan tasauf. Di sinilah letak kepiawaian Al-Ghazali, apabila sebelum era Al-Ghazali, tiga kelompok tersebut saling menyerang bahkan tak jarang mengafirkan, namun di tangan Al-Ghazali tiga aliran tersebut dipadukan sebagai pendorong manusia untuk bergegas menjawab panggilan Tuhan. Dan Al-Ghazali adalah sosok yang sangat rindu pada pertemuan dengan Tuhannya. Dalam diskusi tersebut, Goenawan Mohamad juga menyumbangkan salah satu esainya tentang Al-Ghazali yang berjudul Al-Ghazali dan Kepastian. Esai tersebut melacak bagaimana Al-Ghazali mencari kepastian dalam pengetahuan. Goenawan Mohamad mencatat pergulatan hidup Al-Ghazali. Di akhir abad ke-11 itu, Al-Ghazali meninggalkan Baghdad dan menjauhi tiga hal: kedekatangan dengan kekuasaan politik, pengangung-agungan hukum agama, dan kontroversi tentang kebenaran. Bagi Goenawan Mohamad, Al-Ghazali, sebagai seorang sufi, dapat mengklaim bahwa dalam yakin itulah terdapat kepastian yang dicarinya. Ia menunjukkan bahwa filsafat tak dapat membawanya ke sana. Seperti dikatakannya dalam prakata pertama Tahafut, tak ada yang tetap dan ajeg dalam posisi para filosof yang ditelaahnya. Seandainya teori metafisik mereka secara nalar dapat membawa kita yakin sebagaimana pengetahuan aritmatik mereka, kata al-Ghazali tentang lawan-lawannya itu, mereka tak akan berbeda di antara mereka sendiri dalam persoalan-persoalan metafisik. Tak perlu dikatakan lagi rasanya, bahwa al-Ghazali bukan pemikir dari zaman ini dan dengan kesadaran itulah ia kita ikuti. Jika dibaca sekarang, statemen di atas -- yang kita tahu tak semestinya ditujukan buat filsafat, karena filsafat tak lagi terkait dengan klaim kesahihan ilmu-ilmu pasti -- lebih merupakan kesalah-fahaman akhir abad ke-11 Imam Ghazali adalah pemikir Muslim yang disegani. Ia dikenal bukan hanya sebagai sufi, melainkan juga teolog, ushûli (ahli ushul fiqh), faqîh (ahli fiqh), pakar logika (manthiq) bahkan filosof. Ia menulis ratusan buku, di antaranya Ihya` Ulum al-Din, Minhaj al-`Abidin, al-Iqtishad fi al-Itiqad, tahafut al-Falasifah, Mihak al-Nazhar fi al-Manthiq, al-Mustashfa min `Ilm al-Ushul. Atas karya-karyanya ini, di samping mendapatkan pujian, al-Ghazali menuai kritik. Dalam Tadarus Ramadan Jaringan Islam Liberal (JIL) tahun ini, tiga buah karya Al-Ghazali telah dibedah, Tahafut al-Falasifah (Keruwetan Para Filosuf) Selasa, 18 September dengan narasumber: Zainun Kamal, Luthfi Assyaukanie, dan Mulyadikertanegara, Faysal al-Tafriqah Baynal Islam wal Zandaqah, Selasa 25 September dengan narasumber: KH Husein Muhammad, Nanang Tahqiq, dan Novriantoni dan terakhir Ihyâ Ulûmiddin. Bagi anda yang ingin membaca tulisan Goenawan Mohamad tentang Al-Ghazali dan Kepastian silakan kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] - Be a better Heartthrob. Get better relationship answers from someone who knows. Yahoo! Answers - Check it out.
[mediacare] Siaran Pers: Teror terhadap Kongkow Bareng Gus Dur di Jogja TV
Siaran Pers : KBR68H Sesalkan Tekanan Terhadap Yogya TV Sensor oleh kelompok yang tidak toleran pada perbedaan pendapat, rupanya masih saja terjadi. Kali ini menimpa Yogya TV, stasiun televisi lokal yang berbasis di Yogyakarta. Manajemen televisi itu, sejak 3 Oktober tidak dapat melanjutkan penayangan acara Kongkow Bareng Gus Dur dikarenakan situasi yang kurang kondusif. Demikian surat yang kami terima dari manajemen Yogya TV. Menurut laporan yang kami kumpulkan, Yogya TV dikomplain oleh FPI Yogyakarta karena acara itu dianggap menghina pimpinan mereka. Yogya TV diminta untuk menghentikan penayangan acara Gus Dur tersebut. Kami menghargai keputusan yang diambil Yogya TV. Tetapi kami menyesalkan adanya tekanan tekanan yang masih menghambat kebebasan bersiaran di negeri ini. Kongkow Bareng Gus Dur adalah acara rutin yang diadakan KBR68H setiap Sabtu pagi, dan disiarkan lebih dari 70 radio anggota jaringan di seluruh Indonesia. Selama ramadhan, program itu juga diputar untuk stasiun televisi, dan tersedia 15 episode yang siap tayang. Versi televisi ini diproduksi KBR68H bersama School for Broadcast Media, dan disebarluaskan dengan dukungan Ragam Production House dan Tifa Foundation. Sebanyak 12 televisi lokal, termasuk Yogya TV menyiarkan acara tersebut. Kami berharap Yogya TV, juga media-media lain di negeri ini, akan terbebas dari berbagai tekanan, dan dapat menyiarkan program yang dinilainya layak untuk pemirsanya tanpa rasa was-was. Jakarta 4 Oktober 2007 Santoso Direktur Utama KBR68H === Mohamad Guntur Romli Host Kongkow Bareng Gus Dur Jl. Utan Kayu No 68H Jakarta [EMAIL PROTECTED] Telp 0815-1319-1313 - Looking for a deal? Find great prices on flights and hotels with Yahoo! FareChase.
[mediacare] Aliansi Islam Damai Dukung Kongkow Gus Dur Ditayangkan Jogja TV
http://www.gusdur.net/indonesia/index.php?option=com_contenttask=viewid=2734Itemid=1 Aliansi Islam Damai Dukung Kongkow Gus Dur Ditayangkan Jogja TV Yogyakarta, gusdur.net Penghentian acara Kongkow Bareng Gus Dur (KBGD) di Jogja TV karena diteror FPI membuat prihatin banyak khalayak di Yogyakarta. Kamis malam (4/10/2007) pukul 23.00, sekitar 200 orang dari Aliansi Islam Damai Yogyakarta datang ke studio Jogja TV untuk memberi dukungan pihak Manajemen Jogja TV agar tayangan Kongkow Bareng Gus Dur dilanjutkan. Aliansi yang dimotori M. Ulin Nuha, M.Hum., ini kecewa sikap FPI lantaran penghentian acara itu didasarkan alasan yang tidak kuat. Kami merasa dirugikan atas dihentikannya siaran Kongkow Bareng Gus Dur. Sebab acara itu sangat membantu kami memahami Islam sesuai kebudayaan dan hukum masyarakat sehari-hari, tegas Ulin. Aliansi juga menyatakan kesiapannya jika ada permintaan untuk membantu keamanan Studio Jogja TV. Kami siap membantu mengamankan Jogja TV, ujar Ulin. Rombongan Aliansi Islam Damai Yogyakarta diterima oleh Kepala Bagian Produksi Jogja TV Wisnu Wicaksono. Pihak manajemen Jogja TV menjanjikan akan menggelar pertemuan segitiga antara manajemen Jogja TV, pihak Aliansi Islam Damai dan Kepolisian Yogyakarta untuk membahas tayangan-lanjut acara Kongkow Bareng Gus Dur. Pertemuan itu direncakan digelar, Jumat (5/10/2007) di kantor Jogja TV pukul 14.30. Selain dari Aliansi Islam Damai Yogyakarta, dukungan juga datang dari Generasi Muda Pencinta Demokrasi Yogyakarta yang menyatakan agar Jogja TV tidak takut dan gentar menyuarakan kebenaran dan kebebasan. KBR68H sebagai produser acara Kongkow Bareng Gus Dur juga telah mengeluarkan siaran pers, Kamis (4/10/2007) melalui Direktur Utama KBR68H Santoso yang menyesalkan penghentian tayangan itu. KBR68H juga berharap media-media lain di negeri ini, terbebas dari berbagai tekanan dan dapat menyiarkan program yang dinilai layak untuk pemirsanya tanpa rasa was-was.[] Kontak Aliansi Damai Yogyakarta M. Ulin Nuha, M.Hum 0274-6542215 --- In [EMAIL PROTECTED], Awang BinSaS [EMAIL PROTECTED] wrote: Selama ramadhan ini acara favorit saya adalah nonton acara Kongkow bareng Gus Dur di TV JOGJA. Acaranya segar, merakyat dan thema2 nya bagus/menarik. Sayang sekali kalau FPI tidak bisa menghargai perbedaan pendapat di era demokrasi Indonesia ini. Saya pikir tidak ada salahnya kok acara itu, kalau pun ada yang tidak setuju itu biasa dan bisa balik mengcounter lewat media massa manapun yang disukai. Saya pun ada beberapa hal yg tidak sependapat dengan jalan pikiran Gus Dur, tapi secara umum saya mendukung pemikiran2 Gus Dur yang sangat jauh lebih brilyan daripada pemikiran saya. Ini harus saya akui dan saya pun yakin beliau adalah orang baik. Selain itu bagaimanapun Gus Dur lebih banyak jasanya daripada saya bagi bangsa Indonesia. Selain itu, Gus Dur sendiri juga gak pernah menekan nekan orang2 yang tidak setuju dengan pendapatnya bahkan kepada orang2 yang menghujatnya beliau tidak pernah bereaksi yang berlebihan, paling2 beliau hanya membalas hujatan2 tsb dengan sindiran atau ledekan atau banyolan saja, sudah selesai. Ngapain hare gene pakai nglarang2 segala. Gak jamannya lagi. Mari kita belajar menjadi orang dewasa.. Hidup Indonesia --- In [EMAIL PROTECTED], Kartono Mohamad [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Adi, ketika orang tidak bisa atau berani berdiskusi, maka supaya menang yang digunakan adalah otot, ancaman dan kekerasan. Mereka itu mungkin kelompok yang menyatakan bahwa demokrasi tidak sesuai dengan agama. Maka otoritas demokratis yang mendasarkan kepada dialog, bersedia mendengar dan bersedia mengajukan argumentasi untuk mempertahakan pendapatnya tidak dipelajari. Yang mereka pelajari adalah bagaiman menggunakan kata Tuhan dan agama untuk membenarkan tindakan mereka melalui kekerasan. Mereka merasa sudah menjadi wakil Tuhan yang justru merendahkan Tuhan. Dianggapnya Tuhan tidak dapat membela diri, tidak mampu mengatur manusia, maka ia harus ambil alih. Sayangnya, entah sengaja atau tidak senagaja, penegak hukum dan kaum politisi juga takut terhadap mereka karena takut dianggap berhadapan dengan Tuhan. Maka makin mandul sikap para penguasa. Mereka telah disandera oleh ketakutan terhadap label agama yang digunakan kaum perusuh itu karena mereka sendiri mungkin juga tidak memahami ajaran agama atau tidak percaya diri sebagai penguasa. Teror semacam ini juga yang digunakan oleh penguasa Nazi Jerman dulu dan oleh Orde Baru (yang mengidentikkan Suharto dengan Pancasila, sehingga anti Suharto= anti Pancasila). Perlu kelompok yang tidak takut sepertiu halnya suku Dayak di Samarinda menghadapi FPI dan membuat FPI jadi jeri sendiri. Sayangnya penguasa TVRI tidak mempunyai keberanian seperti itu. Salam KM = --- In [EMAIL PROTECTED], Adhie Massardi [EMAIL PROTECTED] wrote: Bukan karena GD bos saya
[mediacare] Pementasan Ki Slamet Gundono Diperpanjang Satu Malam
Salam Teater Utan Kayu (TUK) menambah satu malam lagi pementasan Wayang Lindur dengan dalang Ki Slamet Gundono. Dua malam sebelumnya 4-5 Oktober penonton membanjiri TUK sementara kapasitas TUK tidak cukup. Atas permintaan penonton, maka besok Sabtu 6 Oktober 2007 pukul 20.00 WIB Ki Slamet Gundono mementaskan kembali lakon Uma, Nyai Sendon Kloloran. Bagi anda yang belum sempat menonton dua malam kemaren, silakan hadir ke TUK di Jl. Utan Kayu No 68H Jakarta. Tersedia album terbaru Ki Slamet Gundono Gambus Jawa. Pertujukan ini gratis. Tony Prabowo Kurator Tari dan Musik Komunitas Utan Kayu === http://www.utankayu.org/in/index.cfm?action=detailcat=eventid=117 04 Oktober 2007 - 06 Oktober 2007 Pentas Wayang Lindur Manikmaya, sang penguasa jagat itu, begitu gemar menguji kesetiaan istrinya: Dewi Uma. Di lantai dua sebuah mal yang megah dan penuh cantelan aneka busana terkini, Uma berbicara dengan seorang pemuda yang sangat tampanyang tak lain adalah jelmaan Manikmaya sendiri. Manikmaya pun sadar bahwa istrinya tak pernah memahami cinta sebagai sesuatu yang tunggal. Manikmaya murka dan hendak menjatuhkan kutukan. Saat itu Dewa Indra bersedia mengganti kutukan dengan sebuah bangunan mewah, Dewa Baruna menawarkan barter dengan laut beserta isinya, dan Kamajaya akan memberi mantra-mantra cintanyasemuanya hanya membentur dinding hati Manikmaya. Kutukan tetap ia jatuhkan ke pundak Uma. Sesungguhnya Uma telah bertransformasi dari perempuan yang suka menangis menjadi sosok yang ulet, mantap, dan menatap ke depan. Sementara itu nun jauh di kota Berlin, Monha si pengamen dari Tibet berdendang dengan suara sengau dan sumbang seakan menyadarkan kegagalan perubahan dunia. Terusir dari negaranya menjadi nomaden di Eropa, nyanyian Monha yang sumbang terus bergema di alam bahkan muncul di dunia mimpi. Pertunjukan yang didalangi oleh Ki Slamet Gundono ini didukung oleh Indah Panca, Kiki, dan Miko (penari); Sri Waluyo, Dwi Priyo, Sutrisno, dan Kukuh Widi (pemusik); Ags Arya Dipayana (tata cahaya); dan Miftakhul Jannah. - Yahoo! oneSearch: Finally, mobile search that gives answers, not web links.