[teknologia] Re: Showcase demo 3d game buatan indonesia

2005-11-20 Terurut Topik Budi Rahardjo

On 11/19/05, Arief Bayu Purwanto [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Pada tanggal 10/31/05, Budi Rahardjo [EMAIL PROTECTED] menulis:
 
  Bagaimana kalau games ini di-show-case-kan di Bandung?
  Rencananya Juni (atau Juli 2006) ada tempat Cinema di
  Bandung yang mau saya push menjadi tempat Digital kawula muda.
 
  Nah, diusulkan adanya kegiatan untuk memperagakan games
  buatan orang Indonesia secara berkala.
  Siap didemo (dalam artian yang postif he he he)?
  Komunitas gamedevID tertarik nggak ya?
 
  Kebutuhan untuk mendemokan apa ya? Cukup komputer2
  dan mungkin layar lebar?
...
 Bolehkan email ini saya forward ke forum Horgame section Amateur Game Dev?
 Disana cukup banyak developer2 game amatir (walau beberapa masih menggunakan
 tools bantuan) yang sudah menghasilkan game yang lumayan keren.

Tentu saja boleh. Justru tujuan email saya adalah agar
untuk lebih mengenal dan menarik para game developer.

-- budi


[teknologia] Re: Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-20 Terurut Topik Muhamad Carlos Patriawan


 Berarti high-tech industry tidak identik dengan high cost,
 juga tidak identik dengan kota metropolitan spt. Jakarta,
 juga tidak identik dengan airport standard internasional,
 juga tidak identik dengan jalan2 layang.


Nah, points yang sangat bagus itulah Bang Ary.
Dulu saya juga mengira kalau hitech = bangunan mewah tapi tidak lagi.
Di Valley juga bangunan paling tinggi cuman tiga lantai.

It's 80% about Human Resources Quality.

 Berarti high-tech industry tidak identik dengan high cost,

High cost disini mungkin maksudnya adalah harga tanah per-meter-persegi
yang memang tinggi dimanapun industri hi-tech berkembang.Ini terjadi
karena buying power di lingkungan tanah tersebut tiba-tiba melonjak
sangat tinggi.

Harga land yang sangat tinggi di Silicon Valley juga terjadi di
Bangalore dalam waktu yang sangat cepat.Tapi ini terjadi karena daya
beli/buying power yang tiba-tiba naik sangat tinggi,karena
perusahaan-perushaan Amerika,Eropah,Jepang dan China itu bidding land
price in ANY prices.Yang penting Bangalore,kata mereka.

Menurut teman saya,harga tanah di Bangalore itu double dalam waktu 4
tahun.

Makanya,kalau industri IT di Bandung mulai dilirik investor
asing,Buruan dah beli tanah2 di Bandung/Cimahi ..hehehe. ;-)

 juga tidak identik dengan kota metropolitan spt. Jakarta,
 juga tidak identik dengan airport standard internasional,
 juga tidak identik dengan jalan2 layang.

Tahu tidak Kenapa Bangalore yang ternyata paling maju di bidang IT.
Ada Beberapa Hal berdasarkan diskusi saya selama ini dengan mereka.

1. Simply because InfoSys 
Infosys ini persh India yang paling maju dan pioneer dalam hal
outsourcing,jauh sebelum orang berbicara tentang outsourcing mereka
sudah ada dan established.
Waku pertama2 kali persh asing itu mencoba outsourcing model,ya
kebanyakan mereka lari ke InfoSys dan saingan2nya seperti HCL,Wipro yg
bermarkas di Bangalore.

2. Bangalore State(Karnataka),
memberikan banyak kemudahan bagi industri IT di luar yang ingin
membangun RD atau menanamkan modalnya di state Karnataka,dalam hal tax
dan import/export barang2 IT misalnya.

3. Bangalore berkembang bukan karena faktor pendidikan.
Ini sedikit mengagetkan tapi berdasarkan informasi yang saya
dapat,state Karnataka sebenarnya educationya gak bagus bagus amat.

Top university seperti IIT (yang diklaim Indians lebih susah maksudnya
dibandung ke Stanford) dan punya lokasi dimana2 itu lokasi paling
bagusnya justru berada di Kanpur dan Mumbay yang berada di
Central/North India.


Kesimpulan sedikit, **mungkin** untuk mengembangkan hi-tech sector
IT,kita harus punya satu perushaan lokal yang can get the job done in
any levels dan bisa menampung pekerja IT secara masive (bukan tipikal 1
s/d 100 pegawai) dan tentunya kemudahan2 bagi persh asing untuk buka
RD yang dibuat oleh pemerintah.


Mudah-mudahan waktu SBY datang ke Bangalore 1 bulan yang lalu,hal
seperti ini masuk kedalam pemikiran beliau.

Carlos



[teknologia] Re: Google (was: Re: Gosip IT :) )

2005-11-20 Terurut Topik Muhamad Carlos Patriawan

Oskar Syahbana wrote:
 On 11/19/05, Muhamad Carlos Patriawan [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
 
  Tapi iklannya sebentar lagi tidak hanya iklan di online websites,tapi
  juga offline seperti billboard di freeway yang bisa di kontrol dari
  web.


 Wow, that's cool! Nanti hacking engga bakalan hanya terjadi online, tapi
 juga offline (hey, it's possible kan kalau billboardnya udah connected?)

Hehehe..iyalah, makanya growthnya Google menurut kebanyakan analyst
masih bisa unlimited karena mereka mencoba bisnis model yang gak
terbayangkan sebelumnya.



 Terus mereka juga sedang bikin advertisement yang dibuat berdasarkan
  behavior/attitude user di Internet,misalnya web site-web site apa saja
  yang akan dikunjungi.


 Bukannya sekarang sudah ya? Apakah itu yang membuat mereka meluncurkan
 program - program yang intinya mining user's behaviour kayak Gmail dan
 Analytic?

Yuppe, start dari situ sepertinya.


 
 
  tidak ada setahu saya,yang lain kan persh yang mengasilkan produk dan
  service ala Old Economy 1.0 dan Old Economy 2.0 :-)


 Dan perusahaan - perusahaan tersebut lah yang (at least for now) memiliki
 sustainable growth selama ini ;-)


Kebanyakan leader di Internet kan baru muncul pada periode 1996-1998
dan sempat mengalami masa-masa sangat berat pada periode 2000-2003
sebelum rebounces sampai saat ini.

Sewaktu mereka mengalami the hard time ini,hal ini menyadarkan mereka
bahwa tujuan persh hanya satu- making profits (bukan revenue),akhirnya
toch persh2 seperti Amazon,Yahoo,Ebay,Cisco semuanya bisa recover dan
growthnya kembali ke jalan yg benar.Saya pikir semua Internet-related
company yang berhasil melewati the hard time kedepannya akan punya
growth dan sustainable bisnis yang bagus.

Kalau pernah ngikutin betapa susahnya masa2 hard-time,ada beberapa CEO
persh2 tersebut yang sampai menyewa BodyGuards,takut investor yang
kehilangan duit bakal berbuat something bad ke mereka.

Carlos



[teknologia] Re: Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-20 Terurut Topik Oskar Syahbana
On 11/20/05, Muhamad Carlos Patriawan [EMAIL PROTECTED] wrote:
Nah, points yang sangat bagus itulah Bang Ary.Dulu saya juga mengira kalau hitech = bangunan mewah tapi tidak lagi.
Di Valley juga bangunan paling tinggi cuman tiga lantai.It's 80% about Human Resources Quality.
Jangan lupa, Human Resource Quality tanpa koneksi internet yang baik
pun akan terbuang percuma. Contohnya India yang bisa men-sustain SDMnya
agar tetap berkarya di India (dan akhirnya jadi penyumbang devisa) dan
Indonesia yang walaupun SDMnya unggul, koneksi internetnya sucks (yang
berakibat orang - orangnya pada kabur keluar dan ga balik - balik lagi
hehehe). 
Harga land yang sangat tinggi di Silicon Valley juga terjadi diBangalore dalam waktu yang sangat 
cepat.Tapi ini terjadi karena dayabeli/buying power yang tiba-tiba naik sangat tinggi,karenaperusahaan-perushaan Amerika,Eropah,Jepang dan China itu bidding landprice in ANY prices.Yang penting Bangalore,kata mereka.

Bagaimana dengan Bombai? Di Fortune beberapa edisi lalu, Bombay (Mumbay) juga merupakan tujuan perusahaan - perusahaan asing.
Menurut teman saya,harga tanah di Bangalore itu double dalam waktu 4tahun.
Makanya,kalau industri IT di Bandung mulai dilirik investorasing,Buruan dah beli tanah2 di Bandung/Cimahi ..hehehe. ;-)
The question is when? BHTV itu kalau tidak salah sudah dicanangkan
sejak lama deh tapi realisasinya masih belum (karena you-know-what)
-Kesimpulan sedikit, **mungkin** untuk mengembangkan hi-tech sectorIT,kita harus punya satu perushaan lokal yang can get the job done in
any levels dan bisa menampung pekerja IT secara masive (bukan tipikal 1s/d 100 pegawai) dan tentunya kemudahan2 bagi persh asing untuk bukaRD yang dibuat oleh pemerintah.
Jadi curious... ada yang punya copy tax regulations Indonesia yang terbaru (yang masih jadi RUU kalo ga salah)? 
Mudah-mudahan waktu SBY datang ke Bangalore 1 bulan yang lalu,halseperti ini masuk kedalam pemikiran beliau.

Loh bukannya beliau masih tetap ngotot menjadikan Bill Gates dan
Microsoftnya sebagai IT partner Indonesia? Kalau memang punya pemikiran
seperti itu, seharusnya beliau (lebih tepatnya: penasihat -
penasihatnya) sadar kalau propietary software (setidaknya untuk kondisi
sekarang) bukanlah jawaban.
-- Oskar Syahbanahttp://www.permagnus.com/http://blog.permagnus.com/


[teknologia] Another Bold Move by Google

2005-11-20 Terurut Topik Oskar Syahbana
http://gigaom.com/2005/11/16/googles-riya-designs/

Apakah beneran bakal terjadi? Hm... jadi was - was juga nantinya kalau
Google terlalu lama menjadi pemimpin pasar (seperti Microsoft dulu)...-- Oskar Syahbanahttp://www.permagnus.com/
http://blog.permagnus.com/


[teknologia] Re: Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-20 Terurut Topik Muhamad Carlos Patriawan

  Nah, points yang sangat bagus itulah Bang Ary.
  Dulu saya juga mengira kalau hitech = bangunan mewah tapi tidak lagi.
  Di Valley juga bangunan paling tinggi cuman tiga lantai.
 
  It's 80% about Human Resources Quality.


 Jangan lupa, Human Resource Quality tanpa koneksi internet yang baik pun
 akan terbuang percuma. Contohnya India yang bisa men-sustain SDMnya agar

Kalau dari sisi end-user/retail,yang dibutuhkan sebenarnya Konektivitas
Broadband always-on yang murah.Harusnya bisa kayak di AS cuman cuman
Rp. 140.000 per-bulan untuk koneksi 384k.


 tetap berkarya di India (dan akhirnya jadi penyumbang devisa) dan Indonesia
 yang walaupun SDMnya unggul, koneksi internetnya sucks (yang berakibat orang
 - orangnya pada kabur keluar dan ga balik - balik lagi hehehe).

Percaya deh sama saya.
Kalaupun ada orang Indonesia yang keluar dan berkarya di IT,secara
statistik
jumlahnya masih sangat-sangat sedikit,jadi jangan terlalu banyak
expektasi dengan mereka,karena memang sedikit,ada sich yang super
sukses seperti Pak Pantas tapi itu masih bisa dhitung dengan jari.

Yang orang Indonesia IT **dimanapun* harus lakukan seharusnya adalah
menjadi *agent of change* di komunitinya masing2
daripada nunggu perubahan topdown (dari gov.).



  Harga land yang sangat tinggi di Silicon Valley juga terjadi di
  Bangalore dalam waktu yang sangat cepat.Tapi ini terjadi karena daya
  beli/buying power yang tiba-tiba naik sangat tinggi,karena
  perusahaan-perushaan Amerika,Eropah,Jepang dan China itu bidding land
  price in ANY prices.Yang penting Bangalore,kata mereka.


 Bagaimana dengan Bombai? Di Fortune beberapa edisi lalu, Bombay (Mumbay)
 juga merupakan tujuan perusahaan - perusahaan asing.

Bombay dan Hyderabad pelan2 kali ya.lagian kalau ada industri
IT di Mombay,mungkin industri untuk support Shahruk Khan(Bolywod)
seperti animasi grafis (persh2 seperti Pixar?)...hehehe


 Menurut teman saya,harga tanah di Bangalore itu double dalam waktu 4
  tahun.
 
  Makanya,kalau industri IT di Bandung mulai dilirik investor
  asing,Buruan dah beli tanah2 di Bandung/Cimahi ..hehehe. ;-)


 The question is when? BHTV itu kalau tidak salah sudah dicanangkan sejak
 lama deh tapi realisasinya masih belum (karena you-know-what)


Kalau anda lihat ceritanya India,memang benar ekonominya baru dibuka
pada 1991 oleh Manmohan Singh (PM yang sekarang), tapi jauh sebelum
itupun,sudah banyak orang India IT yang punya mega-success story dan
berkiprah di dunia global. Kalau saya gak salah,Vinod Khosla bikin Sun
di mid 80-kan. Persh Infosys juga berdiri pada 1980an.Sudah ada ribuan
Indians yang berkiprah di dunia IT jauh sebelum 1991 (Note: Di Silicon
Valley,banyak Indian developer yang umurnya dari 20 sampai 50an).

Jadi sewaktu Mammohan Singh membuka pintu ekonominya,itu hanya
membuka gerbang dari sisi regulasi menuju free-trade dan
enterpreneurship saja (yang sebelumnya lebih dikontrol government),tapi
sebelumnyapun SDM mereka (secara massive quantity dan quality) sudah
sangat siap.


Kenapa individu-individu India bisa maju ? Simple: Keinginan mereka
sangat keras untuk mengentaskan kemiskinan di keluarganya masing-masing
sehingga mereka Kerja Keras extra-hard dan mempunyai motivasi sangat
tinggi.Jadi memang dari individunya masing2 mereka mau maju.dan
yang namanya mau maju,gak perlu pen-canangan ... hehehe :)


 Loh bukannya beliau masih tetap ngotot menjadikan Bill Gates dan
 Microsoftnya sebagai IT partner Indonesia? Kalau memang punya pemikiran
 seperti itu, seharusnya beliau (lebih tepatnya: penasihat - penasihatnya)
 sadar kalau propietary software (setidaknya untuk kondisi sekarang) bukanlah
 jawaban.

Hahaha...sabar-sabar
(NOEE: by the way,thread ini sudah bagus jalannya jadi buat yang
belum tahu bisa tahu kenapa India maju,tapi tolong jangan kemudian
dibelokan ke flame open source vs microsoft yach)

Begini deh saya beri jawaban.
Kalau anda survey di programer2 di Bangalore dan Valley,mungkin
jawabanya kurang lebih seperti ini:

1. Apa anda bisa menggunakan open-source code (BSD/Linux) sehari2 ?
80 persen mengatakan Ya
2. Apakah anda mengerti source code di open-source?
50 persen mengatakan Ya
3. Apa anda ikut terlibat dalam open-source code (BSD/Linux) ?
mungkin 10-20 persen mengatakan Ya
4. Apakah anda hidup dan cari makan sehari-hari dari open-source code ?
Mungkin kurang dari 5% yang tunjuk tangan.

Jadi open-source bagus untuk digunakan sebagai tools sehari2
(dan hukumnya wajib untuk mempelajari itu) ,tapi jangan open-source
dijadikan sebagai tujuan dan ketergantungan untuk cari makan.

Kembali ke masalah SBY,hal-hal seperti Microsoft RD ndak masalah,toh
pada kenyataanya,developer2 yang bekerja diatas platform MS dan
aplikasi diatasnya masih majoritas,sangat-sangat banyak jumlahnya dan
mempunyai kontribusi besar dalam hal devisa untuk negara.


Carlos



[teknologia] Re: Akuisisi (was: Re: Gosip IT :) )

2005-11-20 Terurut Topik Muhamad Carlos Patriawan

 
  Mungkin nanti kalau perusahaannya sudah sukses seperti Apple,
  baru bisa diceritakan cerita2 di belakang layarnya.
  (Lihat http://www.folklore.org)

 Lho tapi saya baca di blog katanya nggak mau jadi perush yg besar,
 berarti nggak bakal cerita dong

 just kidding :)


Di persh2 inovatif yang sudah maju/established dan persh startup
juga,biasanya CEO-level dipimpin oleh orang-orang veteran yang 10-20+
tahun  berpengalaman di bidang management/marketing.Orang2 Foundernya
biasanya responsible sebagai VP Engineering atau CTO dan men-drive
Engineering team.

Buanyak banget contohnya,mulai dari Cisco's Chambers,Meg Whitman's Ebay
sampai Eric Schmid's Google.

Dan Cisco tidak bisa menjadi Cisco yang sekarang tanpa seorang John
Chambers.
Google gak menjadi Google sekarang tanpa Schmidt.

Saya termasuk fans berat leader legendaris seperti Chambers,anyhow.


Carlos



[teknologia] Re: Akuisisi (was: Re: Gosip IT :) )

2005-11-20 Terurut Topik Budi Rahardjo

On 11/21/05, Muhamad Carlos Patriawan [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Di persh2 inovatif yang sudah maju/established dan persh startup
 juga,biasanya CEO-level dipimpin oleh orang-orang veteran yang 10-20+
 tahun  berpengalaman di bidang management/marketing.Orang2 Foundernya
 biasanya responsible sebagai VP Engineering atau CTO dan men-drive
 Engineering team.

 Buanyak banget contohnya,mulai dari Cisco's Chambers,Meg Whitman's Ebay
 sampai Eric Schmid's Google.

Setuju. Tapi perlu diingat, bahwa saya membawa kacamata founder
dan engineers (yang berbeda dengan kacamata CEO).
Saya membawa kacamata:
- Len Bosack  Sandy Lerner
- Jim Clark
- Steve Jobs (waktu dulu, bukan sekarang...)
- ...

[Hayo, coba tebak perusahaan apa saja yang mereka dirikan.]
Mereka *DITENDANG* dari perusahaan yang mereka dirikan!

-- budi


[teknologia] Re: Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-20 Terurut Topik Budi Rahardjo

On 11/20/05, Oskar Syahbana [EMAIL PROTECTED] wrote:

  Jangan lupa, Human Resource Quality tanpa koneksi internet yang baik pun
 akan terbuang percuma. Contohnya India yang bisa men-sustain SDMnya agar
 tetap berkarya di India (dan akhirnya jadi penyumbang devisa) dan Indonesia
 yang walaupun SDMnya unggul, koneksi internetnya sucks (yang berakibat orang
 - orangnya pada kabur keluar dan ga balik - balik lagi hehehe).

Ah yang bener ... Sudah pernah nyoba infrastrukturnya India?
Saya sudah. Ternyata nggak hebat-hebat amat. Bahkan cenderung lebih
buruk daripada di Indonesia.
Sudah nyoba infrastrukturnya Silicon Valley? Sama saja.
Nggak hebat-hebat amat.
[Beberapa minggu lalu, juga nyoba internetnya Singapore. Biasa saja.]

Di Indonesia ini kita sering mengeluh dan menggunakan resources tidak
semestinya. Akses Internet di Indonesia ini juga kenceng2 kok.
Buktinya rekan-rekan kita hobbynya download film2. he he he.
[No need to name names. ha ha ha. Soalnya saya kecipratan hasilnya.]


  The question is when? BHTV itu kalau tidak salah sudah dicanangkan sejak
 lama deh tapi realisasinya masih belum (karena you-know-what)

No, I don't know you-know-what?
Kalau ada yang tahu jawabannya, tolong diberitahu.

[ps: diskusi semacam ini, dan membuat link dengan orang2 di LN
seperti Carlos ini, merupakan salah satu aktivitas yang bisa diklaim
sebagai aktivitas BHTV lho.]


  Mudah-mudahan waktu SBY datang ke Bangalore 1 bulan yang lalu,hal
  seperti ini masuk kedalam pemikiran beliau.

  Loh bukannya beliau masih tetap ngotot menjadikan Bill Gates dan
 Microsoftnya sebagai IT partner Indonesia? Kalau memang punya pemikiran
 seperti itu, seharusnya beliau (lebih tepatnya: penasihat - penasihatnya)
 sadar kalau propietary software (setidaknya untuk kondisi sekarang) bukanlah
 jawaban.

He he he ... lantas para software developer itu cari makan dimana ya? ;-)

Kalau saya, karena bukan software developer, build services on top
open source / free software. Jadi memang untuk jenis layanan / bisnis
seperti yang saya tekuni, free / open source software sangat mendukung.
Jadi jelas saya pro open source / free software movement.
Namun, saya kebayang kalau *semua* software itu dibuat non-proprietary,
para developer makan apa ya? he he he. Siapa yang menggaji mereka?
Google?
(Itulah sebabnya saya jadi mikir2 ingin melamar jadi country managernya
Google di Indonesia supaya bisa bayarin programmer/tukang utak atik
di Indonesia untuk ngoprek open source.)

Saya perhatikan (tidak punya data yang sahih), para software developer
di Indonesia kebanyakan buat aplikasi kecil2 (seperti accounting, dll.)
yang sifatnya *PROPRIETARY*. Kayaknya sih cukup untuk makan
mereka sehari-hari, tetapi tidak/belum menjadi industri.


-- budi


[teknologia] Re: Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-20 Terurut Topik didik achmadi
On 11/21/05, Budi Rahardjo [EMAIL PROTECTED] wrote:
He he he ... lantas para software developer itu cari makan dimana ya? ;-)Kalau saya, karena bukan software developer, build services on topopen source / free software. Jadi memang untuk jenis layanan / bisnis
seperti yang saya tekuni, free / open source software sangat mendukung.Jadi jelas saya pro open source / free software movement.Namun, saya kebayang kalau *semua* software itu dibuat non-proprietary,para developer makan apa ya? he he he. Siapa yang menggaji mereka?
Google?(Itulah sebabnya saya jadi mikir2 ingin melamar jadi country managernyaGoogle di Indonesia supaya bisa bayarin programmer/tukang utak atikdi Indonesia untuk ngoprek open source.)
ooo.. kenapa cuman mikir pak budi.. langsung apply aja deh. Tanggung lagi.
Saya perhatikan (tidak punya data yang sahih), para software developerdi Indonesia kebanyakan buat aplikasi kecil2 (seperti accounting, dll.)yang sifatnya *PROPRIETARY*. Kayaknya sih cukup untuk makanmereka sehari-hari, tetapi tidak/belum menjadi industri.
Opini ini mungkin terbentuk karena proses pengembangan industri perangkat lunak sungguh kurang mendapatkan iklim yang kondusif, terutama dalam hal pendanaan dan segala informasi yang sekiranya terkait. Saya pernah iseng2 menanyakan bagaimana support pihak banking untuk industri perangkat lunak yang masih muda. Mereka tidak menanyakan produk dan kemungkinan perkembangan perusahaan tersebut lebih lanjut, tapi langsung memberikan respon yang kurang positif. Mereka hanya mengatakan bahwa mereka belum memiliki produk yang mendukung usaha tersebut. Padahal bank tersebut terbilang salah satu bank dengan reputasi excellent di Indonesia, dan juga termasuk grup perbankan yang well established di dunia. 
Jadi waktu pertama kali denger oom carlos mengatakan bahwa dengan ide yang bagus yang didukung kemampuan dan kesungguhan untuk mewujudkan suatu sistem itu ternyata bisa dapat dukungan penuh di valley, saya jadi ngiri... 
-- Best RegardsDidik Achmadihttp://achmadi.blogsome.com


[teknologia] Re: Akuisisi (was: Re: Gosip IT :) )

2005-11-20 Terurut Topik Muhamad Carlos Patriawan

Budi Rahardjo wrote:
 On 11/21/05, Muhamad Carlos Patriawan [EMAIL PROTECTED] wrote:

  Di persh2 inovatif yang sudah maju/established dan persh startup
  juga,biasanya CEO-level dipimpin oleh orang-orang veteran yang 10-20+
  tahun  berpengalaman di bidang management/marketing.Orang2 Foundernya
  biasanya responsible sebagai VP Engineering atau CTO dan men-drive
  Engineering team.
 
  Buanyak banget contohnya,mulai dari Cisco's Chambers,Meg Whitman's Ebay
  sampai Eric Schmid's Google.

 Setuju. Tapi perlu diingat, bahwa saya membawa kacamata founder
 dan engineers (yang berbeda dengan kacamata CEO).
 Saya membawa kacamata:
 - Len Bosack  Sandy Lerner
 - Jim Clark
 - Steve Jobs (waktu dulu, bukan sekarang...)
 - ...

 [Hayo, coba tebak perusahaan apa saja yang mereka dirikan.]
 Mereka *DITENDANG* dari perusahaan yang mereka dirikan!

hihihihi...pak Budi takut ditendang ya Pak hehehe :-)

Akan tetapi masih banyak contoh interaksi positif antara next-CEO dan
founder,seperti Whitman's Ebay dan Pieter Ottaker (sory kalau ejaanya
salah),Larry Page Google yang bawa Eric Schmidt dan yang
lain-lain.Memang masa transisinya harus smooth sekali.

Ada juga sich,founder yang ditendang seperti distartup saya pertama
dulu, Engineer/Foundernya Russian yang menemukan grid-computing untuk
interchassis router,dia AAA+ engineer lah untuk hal teknis,tapi
kemudian ditendang VC karena progress/milestonenya gak tercapai.

Dan di list ini mungkin termasuk Bossack yg founding Cisco..i know
their story --masak gak tahu storynya..wong mantan founder  --- ...but
eventually,Cisco is great today because of Chambers  and not the
original founder.

For me company success is depends on teamwork, with the great
leadership from the CEO.

Carlos



[teknologia] Re: Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-20 Terurut Topik Muhamad Carlos Patriawan

   The question is when? BHTV itu kalau tidak salah sudah dicanangkan sejak
  lama deh tapi realisasinya masih belum (karena you-know-what)

 No, I don't know you-know-what?
 Kalau ada yang tahu jawabannya, tolong diberitahu.

 [ps: diskusi semacam ini, dan membuat link dengan orang2 di LN
 seperti Carlos ini, merupakan salah satu aktivitas yang bisa diklaim
 sebagai aktivitas BHTV lho.]


Yang maunya sebagian kawan-kawan disini,begitu lulus langsung Cisco
Indonesia,Juniper Indonesia,Google Indonesia,Microsoft Indonesia,Intel
Indonesia dan Red Hat Indonesia recruit mereka langsung didepan kampus
untuk langsung terlibat RD-nya kayak di India .. hehe :-)

Tapi ya balik ke hal pertama itu dulu kawan-kawan,kita harus buktikan
dulu kalau kita  can get the job done.Kalau kualitas dan kredibilitas
India,cs kan memang sudah tidak dipertanyakan lagi melalui evolusi
berpuluh-puluh tahun.


Carlos



[teknologia] Re: Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-20 Terurut Topik Muhamad Carlos Patriawan

 (Itulah sebabnya saya jadi mikir2 ingin melamar jadi country managernya
 Google di Indonesia supaya bisa bayarin programmer/tukang utak atik
 di Indonesia untuk ngoprek open source.)

 Saya perhatikan (tidak punya data yang sahih), para software developer
 di Indonesia kebanyakan buat aplikasi kecil2 (seperti accounting, dll.)
 yang sifatnya *PROPRIETARY*. Kayaknya sih cukup untuk makan
 mereka sehari-hari, tetapi tidak/belum menjadi industri.


Go Ahead Pak Budi !
I understand *exactly* what you're saying.

Kalau Pak Budi bisa memberikan impact yang jauh lebih besar kepada
society melalui korporasi besar yang inovatif seperti Google,mengapa
tidak.

Paling entar keluarga komplain karena sering jalan2 ke luar negeri ..
hehhe :)

Terus terang sebenarnya dari dulu saya nunggu2 nich kapan pak Budi
cs(pak Armin dkk) bisa jadi BOD member atau Advisory board di persh2
inovatif biar bisa lebih efektif lagi men-direct arah industri IT :)

Thanks,

Carlos



[teknologia] Re: Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-20 Terurut Topik Pakcik

2005/11/21, Budi Rahardjo [EMAIL PROTECTED]:
 Saya perhatikan (tidak punya data yang sahih), para software developer
 di Indonesia kebanyakan buat aplikasi kecil2 (seperti accounting, dll.)
 yang sifatnya *PROPRIETARY*. Kayaknya sih cukup untuk makan
 mereka sehari-hari, tetapi tidak/belum menjadi industri.

ada perkumpulan (tempat tukar2 informasi) dari yang bikin SOFTWARE2
KECIL ini nggak? menurut gue, ini yang REAL di depan mata. kenapa ini
gak DIRAME kan? biar jadi industri. Kebanyakan yang bikin software2
kecil ini, ada sekarang, besok2 udah bubar.  Karna biasanya anak2 muda
yang baru lulus atau belum lulus kuliah yang bikin. Belum ada
pengalaman. Perlu di arahkan biar jangan mati.

Gue orang yang percaya sama URUTAN.  Bahwa itu harus dimulai dari
pengembangan manusianya.  Di Silicon valley dulu gak ada Google,
Microsoft, dan lain2 itu. Manusianya yang bikin itu. Dulu gak ada
infrastruktur bagus disana, manusianya yang bikin.

Jadi ini kritik saya buat BHTV. Mendatangkan Google, Microsoft dan
lain2 itu bukanlah prioritas. Gak perlu diharap2kan. Membangun
infrastruktur seperti di Cimahi juga bukan.  Mulainya harus dari Task
no. 1 membangun manusianya. Karna yang ada, yang REAL adalah yang
bikin software2 kecil, ya ini di rame kan.

ada data berapa jumlah developer di Indonesia gak pak Budi? Kalau ITB,
paling bisa menghasilkan 200 developer tiap tahun kan?? Dari situ
berapa orang yang capable? Bagi yang bilang software development
adalah fancy typing, pasti akan menjawab, semua developer Indonesia
itu capable.

Dulu baca berita, katanya pemerintah menyiapkan 300 hektar di cikarang
untuk microsoft research center. 300 hektar? mau ngapain? nanam
singkong?

Jadi kita hentikan lah mimpi di siang bolong beginian. Kalau kita mau
maju IT nya, ayo kita  rame kan apa yang REAL di depan mata kita. Gue
lebih senang kalau kita ekspos perusahaan2 kecil itu. Tunjukkan bahwa
kita berkualitas lewat perusahaan2 kecil itu. Kalau kita udah rame di
Indonesia, perusahaan2 raksasa itu akan datang dengan sendirinya.


--
Pakcik
Under Construction


[teknologia] Re: Akuisisi (was: Re: Gosip IT :) )

2005-11-20 Terurut Topik Budi Rahardjo

On 11/21/05, Muhamad Carlos Patriawan [EMAIL PROTECTED] wrote:
...
 eventually,Cisco is great today because of Chambers  and not the
 original founder.
...

Nah, definisi great ini yang banyak orang berbeda.
Jika kita sebagai shareholder, maka great ini terkait dengan
nilai saham, market capitalization, dll.
Akan tetapi jika kita sebagai seorang pekerja (biasanya
founder termasuk pekerja di awal-awalnya), maka great
di sini bisa berarti suasana kerja yang nyaman (malah
berkesan tempat main) dengan co-workers yang enak.

Untuk sementara ini, saya mentargetkan perusahaan saya
*maksimum* 20 orang. Jika sudah (akan) lebih, saya berencana
membuat perusahaan baru saja :) he he he.
Don't tell my shareholders. whua ha ha ha...
(Of course, they will be invited to join the next company
if my current company is successful.)


-- budi


[teknologia] Re: Akuisisi (was: Re: Gosip IT :) )

2005-11-20 Terurut Topik Muhamad Carlos Patriawan

Budi Rahardjo wrote:
 On 11/21/05, Muhamad Carlos Patriawan [EMAIL PROTECTED] wrote:
 ...
  eventually,Cisco is great today because of Chambers  and not the
  original founder.
 ...

 Nah, definisi great ini yang banyak orang berbeda.
 Jika kita sebagai shareholder, maka great ini terkait dengan
 nilai saham, market capitalization, dll.
 Akan tetapi jika kita sebagai seorang pekerja (biasanya
 founder termasuk pekerja di awal-awalnya), maka great
 di sini bisa berarti suasana kerja yang nyaman (malah
 berkesan tempat main) dengan co-workers yang enak.


Hehehe yang pak Budi risaukan mungkin sebenarnya evil VC/financier
:-)

Kalau situasi kerja yang nyaman kayak tempat main-main seperti di
startup,masih banyak koq persh besar yang masih punya culture dan
environment seperti itu,termasuk di tempat saya sekarang ini
sebenarnyadi Cisco dulu juga begitu.. :)

Point penting yang bikin tempat kerja nyaman itu dua: TRUST dan
SHARING.
Punya founder yang jujur dan berkaliber,CEO yang jujur dan gak nyimpan
rahasia dan punya VC yang gak punya secret agenda memang idaman.


Carlos



[teknologia] Re: Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-20 Terurut Topik Budi Rahardjo

On 11/21/05, didik achmadi [EMAIL PROTECTED] wrote:

  (Itulah sebabnya saya jadi mikir2 ingin melamar jadi country managernya
  Google di Indonesia supaya bisa bayarin programmer/tukang utak atik
  di Indonesia untuk ngoprek open source.)

  ooo.. kenapa cuman mikir pak budi.. langsung apply aja deh.  Tanggung lagi.

Ada beberapa alasan mengapa saya tidak melamar ke Google
(or other big companies for that matter, eg: Microsoft,
IBM, Schlumberger, etc.)
Nanti akan saya tuliskan lengkapnya di blog.
Hal yang paling mengganjel: saya sudah punya komitmen di
perusahaan saya, ... kecuali perusahaan ini dibeli Google!
he he he. Then, I'll work for Google.


...
 Opini ini mungkin terbentuk karena proses pengembangan industri perangkat
 lunak sungguh kurang mendapatkan iklim yang kondusif, terutama dalam hal
 pendanaan dan segala informasi yang sekiranya terkait. Saya pernah iseng2
 menanyakan bagaimana support pihak banking untuk industri perangkat lunak
 yang masih muda.
...

Ini tidak betul.

1. Dahulu, saya sering (saya ulangi: SERING) kedatangan
   orang yang punya duit (baca: investor) yang mencari
   tempat untuk menanam modal.
   Hanya, mereka belum menemukan orang IT yang bisa diberi
   dana. Range dananya bervariasi antara Rp 500 juta sd
   Rp 10 milyar. (Waktu itu kebanyakan Rp 2 milyar, yang
   dalam pandangan saya *terlalu besar* untuk skala starup
   sehingga para founder yang kebanyakan mahasiswa malah
   tidak berani)

2. Dalam hal pendanaan untuk start-up, JAUHI BANK!
   Kalau saya lihat referensi, buku, sejarah, dan yang
   saya alami sendiri ... lebih baik pada tahap awal adalah
   dengan yang disebut angel investor, yaitu kawan, sodara,
   dll. dulu.
   Setalah itu masih banyak sumber finansial lain.
   Bank itu alternatif terakhir kalau sudah mentok dan
   benar2 mentok.
   Pendekatan dengan bank sangat beresiko untuk kita pribadi.
   Saya sangat tidak setuju kalau anda menggadaikan rumah
   (warisan) untuk start-up. Lebih baik share risk dengan
   orang lain, dengan imbalan kepemilikan di perusahaan.

Mudah2an manfaat.

-- budi


[teknologia] Re: Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-20 Terurut Topik Budi Rahardjo

On 11/21/05, Muhamad Carlos Patriawan [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Tapi ya balik ke hal pertama itu dulu kawan-kawan,kita harus buktikan
 dulu kalau kita  can get the job done.Kalau kualitas dan kredibilitas
 India,cs kan memang sudah tidak dipertanyakan lagi melalui evolusi
 berpuluh-puluh tahun.
...

Kelemahan dari kita (di Indonesia) adalah:
   project management
Saya kasih tanda kutip karena yang saya maksud bukan proyek
management yang academic dengan menggunakan software, atau
hal-hal yang textbook, akan tetapi ke sisi praktis.

Beberapa hari yang lalu saya membaca sebuah blog (lupa
URLnya, dapat link dari planet terasi), yang intinya
dia harus kejam kepada temannya karena dia harus
memastikan bahwa proyek harus selesai tepat waktu.

Itu dia! Memang dia harus *kejam* terhadap kawan.
Kalau kawan kita asyik main game, browsing internet,
baca milis (seperti ini, apalagi ikutan milis gajah,
he he he ... sorry for the cheap shot to all gajahers)
padahal pekerjaan belum selesai, maka dia harus bisa
mengatakan *stop doing whatever you're doing now,
and finish this job*.
Steve Jobs merupakan salah satu ikon yang terkenal dengan
kekasarannya. Kalau pekerjaan belum selesai, maaf ...
anda tidak bisa pulang berlebaran/natalan!

Techies di Indonesia banyak.
Orang yang bisa memanage project, ini yang tidak banyak!
India? Banyak!

Hal yang kedua yang kita lemah dibandingkan India adalah
proses. Mereka memiliki proses untuk memecah-mecah
pekerjaan menjadi beberapa bagian yang bisa dikerjakan
oleh unit2/individu yang terpisah.
This is not an easy task!
Itulah sebabnya mereka bisa mengerjakan proyek dalam
skala yang raksasa.


Tapi ... jangan kecil hati.
Saya baca cerita dari seorang entrepreneur yang membuka
usaha di China. Dia mengalami hal yang sama.
Mencari sumber finansial, mudah. Mencari pekerja, mudah.
Mencari manager yang bisa dipercaya ... SUSAH!
1. Bisa jadi managernya orang tua yang sudah terbiasa
   dengan budaya santai (kalau di kita, budaya PNS he he he)
2. Manager muda ... terlalu koboy, cavalier!
   Tiba-tiba malah pekerjaan kita disabotase dan diambil
   alih oleh dia sendiri. Terlalu beresiko.
Tapi ... katanya sekarang sudah mulai berubah dengan mulai
banyaknya anak muda China yang lulusan pendidikan barat.
Jadi, ada harapan di China dan ini terbukti.

Artinya buat kita ... ada harapan! China saja yang demikian
terpuruk bisa berubah, mosok kita nggak bisa.
Nah ... tinggal kita mau atau tidak?


-- budi


[teknologia] Re: Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-20 Terurut Topik didik achmadi
On 11/21/05, Budi Rahardjo [EMAIL PROTECTED] wrote:
On 11/21/05, didik achmadi [EMAIL PROTECTED] wrote:  (Itulah sebabnya saya jadi mikir2 ingin melamar jadi country managernya  Google di Indonesia supaya bisa bayarin programmer/tukang utak atik
  di Indonesia untuk ngoprek open source.)ooo.. kenapa cuman mikir pak budi.. langsung apply aja deh.Tanggung lagi.Ada beberapa alasan mengapa saya tidak melamar ke Google(or other big companies for that matter, eg: Microsoft,
IBM, Schlumberger, etc.)Nanti akan saya tuliskan lengkapnya di blog.Hal yang paling mengganjel: saya sudah punya komitmen diperusahaan saya, ... kecuali perusahaan ini dibeli Google!he he he. Then, I'll work for Google.
... Opini ini mungkin terbentuk karena proses pengembangan industri perangkat lunak sungguh kurang mendapatkan iklim yang kondusif, terutama dalam hal pendanaan dan segala informasi yang sekiranya terkait. Saya pernah iseng2
 menanyakan bagaimana support pihak banking untuk industri perangkat lunak yang masih mudaIni tidak betul.1. Dahulu, saya sering (saya ulangi: SERING) kedatangan orang yang punya duit (baca: investor) yang mencari
 tempat untuk menanam modal. Hanya, mereka belum menemukan orang IT yang bisa diberi dana. Range dananya bervariasi antara Rp 500 juta sd Rp 10 milyar. (Waktu itu kebanyakan Rp 2 milyar, yang dalam pandangan saya *terlalu besar* untuk skala starup
 sehingga para founder yang kebanyakan mahasiswa malah tidak berani)2. Dalam hal pendanaan untuk start-up, JAUHI BANK! Kalau saya lihat referensi, buku, sejarah, dan yang saya alami sendiri ... lebih baik pada tahap awal adalah
 dengan yang disebut angel investor, yaitu kawan, sodara, dll. dulu. Setalah itu masih banyak sumber finansial lain. Bank itu alternatif terakhir kalau sudah mentok dan benar2 mentok.
 Pendekatan dengan bank sangat beresiko untuk kita pribadi. Saya sangat tidak setuju kalau anda menggadaikan rumah (warisan) untuk start-up. Lebih baik share risk dengan orang lain, dengan imbalan kepemilikan di perusahaan.
Mudah2an manfaat.-- buditerima kasih banyak pak budi. ini sangat membantu dan menginspirasi.  :)sorry kalau posting ini dikategorikan dalam hal one liner
-- Best RegardsDidik Achmadihttp://achmadi.blogsome.com


[teknologia] Re: Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-20 Terurut Topik Muhamad Carlos Patriawan

 2. Dalam hal pendanaan untuk start-up, JAUHI BANK!
Kalau saya lihat referensi, buku, sejarah, dan yang
saya alami sendiri ... lebih baik pada tahap awal adalah
dengan yang disebut angel investor, yaitu kawan, sodara,
dll. dulu.
Setalah itu masih banyak sumber finansial lain.

Ini persis dengan diskusi yang kemaren2 ini saya hadiri dan ada VC dari
Foundation Capital (http://www.nusea.org/mixer).Kebetulan Foundation
Capital termasuk VC yang dulunya backup startup saya (sebelum dibeli).

Jadi memang menurutnya  untuk round 1 startup funding sebaiknya
menggunakan dana dari  Family  Friends connection.Ini targetnya
untuk bikin software/prototype awal.

Untuk kasus di Indonesia, Family  Friendsnya bisa temen2nya Pak Budi
tuch,udah di-sodorin VCnya siapa ... :)

Carlos



[teknologia] Infrastruktur e-commerce - was Re: Akuisisi

2005-11-20 Terurut Topik Harry Sufehmi

On 11/18/2005 at 10:47 PM Muhamad Carlos Patriawan wrote:
Oh ya, Yang saya lihat(karena sering pakai) dan kepikiran ,ini banyak
persh2 mini yang bikin  produk web-based untuk world market,contohnya
web-based equity analytics di equity market atau
Ebay-related-produk-something.Penjualanya dibikin subscribtion-based
(bukan one-time software package begitu) menggunakan Paypal.

Ini salah satu masalah infrastruktur Internet di Indonesia - belum ada cara 
pembayaran yang nyaman untuk digunakan untuk transaksi online.

Disini credit card masih banyak yang mengenakan iuran tahunan, tapi sudah mulai 
ada terobosan2. Spt kemarin ini account saya di BRI mendapat debit card yang 
sekaligus MasterCard.
Kalau ini sudah lebih menyebar, maka transaksi online di Indonesia bisa 
meningkat.


Salam,
Harry



[teknologia] Re: Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-20 Terurut Topik Budi Rahardjo
On 11/21/05, Pakcik [EMAIL PROTECTED] wrote:
...
 ada perkumpulan (tempat tukar2 informasi) dari yang bikin SOFTWARE2
 KECIL ini nggak? menurut gue, ini yang REAL di depan mata. kenapa ini
 gak DIRAME kan? biar jadi industri.
...

Ada, tapi saya amati beda bentuknya dengan di LN.

Kalau di LN, orang2 yang seide dan sependeritaan ini
kadang2 ngumpul2 di kampus (sewa ruangan) dan diskusi.

[Sejarah] Dulu Homebrew computer club yang sering ngumpul
di Stanford merupakan tempat untuk orang2 ngoprek.
Dari sini muncul eksperimen dengan Altair dan ...
munculnya Apple computer.
Aura yang ada dalam pertemuan tersebut adalah:
- apa yang bisa saya perbuat
- show off; nih saya bisa ini, kamu mau?
  Am I a great guy (helping you)? he he he.
- cerita tentang pengalaman (baik *DAN* buruk)
Jadi ... semua mendapatkan manfaat

Kalau di Indonesia, ketika kita kumpul2  ...
kebanyakan yang datang *MINTA DISUAPI*.
Mereka datang kemudian bertanya, saya dapat apa?
Dalam pertemuan BHTV pun saya mendeteksi aura ini.
Kalau nggak dapet apa-apa (dalam jangka dekat),
ngapain saya ikutan ini.
Padahal dalam pertemuan seperti inilah timbulnya
ide, bisnis, sparks, etc.



 Kebanyakan yang bikin software2
 kecil ini, ada sekarang, besok2 udah bubar.  Karna biasanya anak2 muda
 yang baru lulus atau belum lulus kuliah yang bikin. Belum ada
 pengalaman. Perlu di arahkan biar jangan mati.

Setuju. Tapi ... harus sabar.


 Gue orang yang percaya sama URUTAN.  Bahwa itu harus dimulai dari
 pengembangan manusianya.  Di Silicon valley dulu gak ada Google,
 Microsoft, dan lain2 itu. Manusianya yang bikin itu. Dulu gak ada
 infrastruktur bagus disana, manusianya yang bikin.

Are you sure? he he he.
Contohnya manusianya yang dibikin dulu itu gimana?

Memang bedanya antara Silicon Valley dan tempat2 lain di dunia
adalah mereka fluid (pindah sana sini).
TIDAK HARUS mereka menciptakan orangnya sendiri.
Yang penting, orangnya ada.
Contohnya, yang dekat2 ini ... ya si Carlos ini.
he he he.
Dia kan bukan buatan/didikan Silicon Valley, akan tetapi
perusahaan di sana ambil dia juga. They don't really care
if you graduated from Stanford or Nigeria.
As long as you can get the job done, we'll hire you.


Saya bukan berniat untuk mengecilkan peranan pengembangan
SDM lho. Justru sebaliknya, salah satu kunci keberhasilan
sebuah daerah dengan industri teknologinya adalah adanya
mekanisme untuk melakukan pengembangan SDM.
Ini bisa lewat perguruan tinggi, training, research, dan
ambil dari tempat lain. Yang penting, ada SDM-nya.
(Itulah sebabnya saya tidak yakin Balicamp sukses karena
sulit menghasilkan SDM di sana. Of course, this is a
hindsight evaluation.)
Jadi saya lebih yakin *BANDUNG* is the place.
The ingredient (yaitu SDM generator) sudah ada!
Yang kurang, justru ketidak adaanya MNC!


 Jadi ini kritik saya buat BHTV. Mendatangkan Google, Microsoft dan
 lain2 itu bukanlah prioritas. Gak perlu diharap2kan.

Maaf, Anda salah untuk hal ini.
Justru ini yang tidak ada di Bandung.

Wired magazine berkali-kali memebuat evaluasi mengenai
tempat2 yang mau nyontek Silicon Valley di seluruh dunia.
(Ada banyak yang mau seperti ini, bukan hanya Bandung.)
Mereka membuat 4 kriteria:

•   the ability of area universities and research facilities  to train
skilled workers or develop new technologies;
•   the presence of established companies and multinationals to provide
expertise and economic stability;
•   the population's entrepreneurial drive to start new ventures;
•   the availability of venture capital to ensure that  the ideas make
it to market.


Kalau diperhatikan, salah satunya adalah:
the presence of established companies ...
Ini yang tidak ada di Bandung, yang membuat saya ngotot.

Mengapa ini penting?

Well, start-up (di bidang apa pun, termasuk IT, biotech,...)
memiliki resiko yang tinggi. Siapa yang sanggup meng-
absorb resiko yang tinggi ini? Ada dua:
- perusahaan besar tersebut
- pemerintah (dengan research grants)

Ceritanya begini.
Kalau misalnya saya buka start-up kemudian gagal,
kemana orang2 saya harus pergi? Sayang kalau orang2 ini
dilepaskan. Mereka bagus, tapi saya gak punya dana untuk
keep mereka. Caranya ...
saya titipkan di perusahaan besar tersebut.
Mereka bisa bekerja ke Google tersebut, sampai saya punya
ide lagi dan punya dana untuk memulai start-up lagi.
Orang2 tsb. saya tarik lagi dari Google :D
Cara lain adalah, orang2 ini saya titipkan di research
center yang mendapat dana (grant) dari Pemerintah untuk
meneliti sebuah hal tertentu.

Nah, di Silicon Valley keduanya ada. Ada perusahaan besar
yang bisa menjadi bemper kalau start-up kita pingsan!
Ada juga research grant dari DoD, dst.

Lihat saja, si Carlos. Perusahaan start-up dimana dia kerja
tutup. Dia bisa pindah ke tempat lain. Gak perlu pulang
ke Indonesia. Bagi Silicon Valley ini sebuah keuntungan
karena mereka tidak perlu memulangkan Carlos dan jika ada
sebuah ide baru lagi, mereka tinggal tarik Carlos.
Kepentingan adalah kepentingan bersama, bukan kepentingan
sebuah 

[teknologia] Re: Infrastruktur e-commerce - was Re: Akuisisi

2005-11-20 Terurut Topik Muhamad Carlos Patriawan

Harry Sufehmi wrote:
 On 11/18/2005 at 10:47 PM Muhamad Carlos Patriawan wrote:
 Oh ya, Yang saya lihat(karena sering pakai) dan kepikiran ,ini banyak
 persh2 mini yang bikin  produk web-based untuk world market,contohnya
 web-based equity analytics di equity market atau
 Ebay-related-produk-something.Penjualanya dibikin subscribtion-based
 (bukan one-time software package begitu) menggunakan Paypal.

 Ini salah satu masalah infrastruktur Internet di Indonesia - belum ada cara 
 pembayaran yang nyaman untuk digunakan untuk transaksi online.

 Disini credit card masih banyak yang mengenakan iuran tahunan, tapi sudah 
 mulai ada terobosan2. Spt kemarin ini account saya di BRI mendapat debit card 
 yang sekaligus MasterCard.
 Kalau ini sudah lebih menyebar, maka transaksi online di Indonesia bisa 
 meningkat.

Bang Harry,

Mangkanye yang ane maksud diatas adalah produk web-based untuk world
market ,ane gak target-kan produk web-based untuk Indonesia market.
Kenapa ? simple,karena buying power masyrakat di luar sangat tinggi dan
kalo masuk ke kantong kita dollar,lumayan banget kan .

Setup online Paypal,etc kan masalah mudah saja.Kalau software web-based
yang subscribtion-based,tinggal masuk feenya ke paypal kita,dari situ
masuk ke account Citibank kita yang tiap bulanya ditransfer ke Citibank
Indonesia dengan biaya 10 USD saja...eh koq buka-buka rahasia ya  .
hehe...asli banyak peluang bisnis lho disini.. :) 

Carlos



[teknologia] Re: Infrastruktur e-commerce - was Re: Akuisisi

2005-11-20 Terurut Topik Oskar Syahbana
On 11/21/05, Muhamad Carlos Patriawan [EMAIL PROTECTED] wrote:
Bang Harry,Mangkanye yang ane maksud diatas adalah produk web-based untuk worldmarket ,ane gak target-kan produk web-based untuk Indonesia market.Kenapa ? simple,karena buying power masyrakat di luar sangat tinggi dan
kalo masuk ke kantong kita dollar,lumayan banget kan .
Hm... I can think of something... :P 
Setup online Paypal,etc kan masalah mudah saja.Kalau software web-basedyang subscribtion-based,tinggal masuk feenya ke paypal kita,dari situ
masuk ke account Citibank kita yang tiap bulanya ditransfer ke CitibankIndonesia dengan biaya 10 USD saja...eh koq buka-buka rahasia ya  .hehe...asli banyak peluang bisnis lho disini.. :)

Loh memangnya sudah bisa yah Paypal menerima pembukaan account dari
Indonesia? Sudah beberapa kali saya tanyakan dan jawaban mereka engga
bisa. Anehnya, saya banyak sekali melihat orang Indonesia yang tinggal
di Indonesia tetapi memiliki account paypal. Gimana caranya yah... ada
yang tau?
-- Oskar Syahbanahttp://www.permagnus.com/http://blog.permagnus.com/


[teknologia] Re: Infrastruktur e-commerce - was Re: Akuisisi

2005-11-20 Terurut Topik Muhamad Carlos Patriawan

 Loh memangnya sudah bisa yah Paypal menerima pembukaan account dari
 Indonesia? Sudah beberapa kali saya tanyakan dan jawaban mereka engga
 bisa. Anehnya, saya banyak sekali melihat orang Indonesia yang tinggal di
 Indonesia tetapi memiliki account paypal. Gimana caranya yah... ada yang
 tau?


Makanya gua bilang,bikinnya pake account gua saja yang sudah lama
established..feedback rating saya di Paypal sudah sangat tinggi
lho...kalau orang trading sama saya pasti percaya :)

Jadi gini aja,kita setup something, pakai acct saya yang diluar,nanti
tiap bulan di Indonesia terima bersih.

Kalu perlu alamat US,pakai alamat Pobox di US sudah cukup.
Kalau perlu telepon dengan nomor AS,pakai VoIP saja model outsourcing
(vonage,etc).

Lagi-lagi,target market kita world market yang buying powernya
tinggi,iye nggak...enak kan dapat income Dollar tapi kerja di
Indonesia... :)

Carlos



[teknologia] [Fwd: Solaris 10 University Challenge - USD 100,000 Grand Price]

2005-11-20 Terurut Topik Budi Rahardjo

Saya barusan dapat forwardan email ini.
Yang menarik bagi saya  adalah ... Indonesia masuk ke
dalam negara yang boleh ikutan!!!
At least, Indonesia sudah masuk ke dalam petanya Sun.
Nah, apakah ANDA tertantang untuk challenge ini???

(I am too old for this. Hik. hik. hik.)

-- budi


-- Forwarded message --
From: Andre Wenas [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Date: Sun, 20 Nov 2005 09:57:25 +0800
Subject: Solaris 10 University Challenge - USD 100,000 Grand Price
 Solaris 10 University Challenge Contest

 Be an Innovator! 
   » Cliquez ici pour la traduction francaise

 We know that innovation and creativity come from many sources. And
nowhere else is that more true than on the thousands of university
campuses around the world. Students are the future of software
development. Sun is fostering the opportunity for student developers
to harness that innovation and creativity by sponsoring an
international Solaris 10 University Challenge. This Challenge will run
from November 16, 2005 to June 10, 2006.

 To participate you must be a registered student or graduate student,
faculty or university IT staff at an accredited university or academic
institution. At the time of entry, you must be the age of majority in
your country, province or state and a resident of the fifty United
States and the District of Columbia, the United Kingdom, India, China,
Japan, Korea, Germany, Canada, Australia, Singapore, Mexico, France,
Russia, Switzerland, Czech Republic, and Indonesia.*

 Get Started!

 To enter, you must first register your intent to participate during
the Contest Period by completing the online registration form. Student
or Staff participants must also have their faculty advisor/professor
or supervisor, complete and submit online a participant acknowledgment
form. Your faculty advisor/professor or supervisor will automatically
receive the acknowledgment form once you register.

 REGISTER NOW!
 » Formulaire d'inscription

 Submit your projects by following the instructions on our Project
Submission Instructions page.

http://www.sun.com/software/solaris/contest/univ_challenge_instruction.jsp


 Check out our resources page to get started with Solaris 10 or
OpenSolaris technology and let your creativity run wild!

 Win Big!

 Create something new or port an existing utility or application.
Solve a customer problem using Solaris 10 or OpenSolaris. Use your own
design ideas or check out some of our project ideas . Either way, you
could win big.

 One individual or one team of up to four individuals from the same
university will be awarded the Grand Prize - US$5,000 prize purse per
individual, plus a Sun Ultra 20 Workstation. The winner's university
will receive a credit with a retail value of US$100,000 good towards
the purchase of Sun Microsystems products including Sun Fire x64
systems and UltraSPARC processor-based systems.


[teknologia] Re: Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-20 Terurut Topik Muhamad Carlos Patriawan

  Gue orang yang percaya sama URUTAN.  Bahwa itu harus dimulai dari
  pengembangan manusianya.  Di Silicon valley dulu gak ada Google,
  Microsoft, dan lain2 itu. Manusianya yang bikin itu. Dulu gak ada
  infrastruktur bagus disana, manusianya yang bikin.

 You're absolutely right pak cik,
 Saya juga sependapat dengan ide ini dan lebih percaya dengan membangun
 komunitas software developer adalah hal yg penting. Saya tidak begitu

Tapi kalau kelamaan nunggu URUTAN terutama dari faktor luar
mah sudah keburu tua dulu.BHTV ada atau tidak ada ; atau nunggu korupsi
yang baru bisa hilang 15 tahun seperti kata SBY mah kelamaan.Terus
selama itu mau ngapain ? typing wordstar ?

Untuk model situasi di Indonesia memang kita harus pakai metoda
inkonvensional dan needs to be little bit crazy.Kenapa ? Sederhana,
pemth kita secara finansial nyaris bangkrut akibat mismanajemen selama
30 tahun. Makanya langkah SBY untuk mengunjungi Redmond dan Bangalore
saja sudah sangat tepat.Plus ditambah orang-orang kayak Pak Budi/Armien
yang bisa drive dari belakang.

Kalau dari sisi praktisnya,persh inovasi kan Engineering groupnya
terdiri dari 40% software engineering,25% software QA,sisanya lagi
hardware engineer,TAC Engineer,Escalation Engineer,Technical
Writer,Project Manager. Nah untuk posisi2 mid-level SW
Engineering-level + QA dan TAC Engineer itu kita masih bisa bersaing
koq.Ini tiap hari kita mengalami kerugian karena posisi posisi itu
direbut sama India,Pakistan,China,Taiwan.padahal orang Indonesia
mampu (but don't know how).

Jadi gak perlu minder,kalau mau terjun langsung ke Valley setelah 2-3
tahun pengalaman kerja di persh lokal di Indonesia bukan hal yang
menakjubkan sebenarnya.

Kalau gua ceritain gimana ceritanya engineer2 India masukin istri-nya
ke persh di Silicon Valley,bakal kaget lhoemang pinter banget tuh
mereka memanfaatkan situasi.. :)

Carlos



[teknologia] Re: Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-20 Terurut Topik Pakcik

2005/11/21, Budi Rahardjo [EMAIL PROTECTED]:
 Kalau di Indonesia, ketika kita kumpul2  ...
 kebanyakan yang datang *MINTA DISUAPI*.
 Mereka datang kemudian bertanya, saya dapat apa?
 Dalam pertemuan BHTV pun saya mendeteksi aura ini.
 Kalau nggak dapet apa-apa (dalam jangka dekat),
 ngapain saya ikutan ini.
 Padahal dalam pertemuan seperti inilah timbulnya
 ide, bisnis, sparks, etc.

Jadi BHTV dibangun di atas orang2 ini?

  Gue orang yang percaya sama URUTAN.  Bahwa itu harus dimulai dari
  pengembangan manusianya.  Di Silicon valley dulu gak ada Google,
  Microsoft, dan lain2 itu. Manusianya yang bikin itu. Dulu gak ada
  infrastruktur bagus disana, manusianya yang bikin.

 Are you sure? he he he.
 Contohnya manusianya yang dibikin dulu itu gimana?

SDM yang gimana? bukannya pak Budi yang bilang bahwa Silicon Valley
itu culture? Dan Culture itu tentang manusia kan? Apa Silicon Valley
itu adalah tentang culture Big Company? So apa pentingnya mengharapkan
Big Company datang kalau Silicon valley itu bukan tentang Big Company.

Liat video lucu steve ballmer yang yang teriak2 developer ..
developer ..  ? Liat gimana steve jobs memuji developernya abis
setiap keynote? baca google gak, claim mereka punya the best human
resource? Heboh berita engineer dari sun banyak pindah ke Google.
Berapa orang Carlos (gue percaya Carlos good engineer :) ) bisa kita
dapet di Indonesia?  Kalau pak Budi bilang ada banyak, saya kira pak
Budi terlalu banyak bikin asumsi dibelakangnya. Atau berharap import
engineer dari luar negri?


  Kalau kita mau
  maju IT nya, ayo kita  rame kan apa yang REAL
  di depan mata kita.

 Kalau yang di depan mata adalah short term bikin
 accounting software semua, saya yakin bakalan tetap
 seperti itu seumur hidup. he he he.

why not? kalau kita punya the best accounting software on planet
kenapa tidak? Kalau itu yang kita bisa, kenapa bukan itu yang kita
lakukan? Itu yang realistis.

Pak Budi bikin product dong (atau jangan2 udah ada??), jangan
consulting aja. Biar kerasa susahnya cari SDM di Indonesia. Pengalaman
develope product bisa jadi masukan bagus untuk BHTV mungkin.

Anyway, saya tetap mendukung usaha pak Budi untuk bikin BHTV. Mimpi
itu bagus, tapi jangan mimpi terus, get real sekali2.

Keep fighting untuk BHTV nya.


--
Pakcik
Under Construction


[teknologia] Re: Infrastruktur e-commerce - was Re: Akuisisi

2005-11-20 Terurut Topik Widi Harsojo
Makanya gua bilang,bikinnya pake account gua saja yang sudah lamaestablished..feedback rating saya di Paypal sudah sangat tinggi
lho...kalau orang trading sama saya pasti percaya :)Jadi gini aja,kita setup something, pakai acct saya yang diluar,nantitiap bulan di Indonesia terima bersih.Lagi-lagi,target market kita world market yang buying powernya
tinggi,iye nggak...enak kan dapat income Dollar tapi kerja diIndonesia... :)Carlosiya
nih bang carlos, mo setup opensource donate nya pake paypal jadi
susah.. :-(, pake iKOBO transfer ratenya mahal, enak kan kalo bisa di
tariknya bulanan :-P


[teknologia] Re: Infrastruktur e-commerce - was Re: Akuisisi

2005-11-20 Terurut Topik Muhamad Carlos Patriawan

 
  iya nih bang carlos, mo setup opensource donate nya pake paypal jadi
 susah.. :-(, pake iKOBO transfer ratenya mahal, enak kan kalo bisa di
 tariknya bulanan :-P

Ndak apa-apa,bikin aja APInya terus redirect ke saya,atau kalau perlu
bikin acct baru.Japri saja.

FYI,dalam hal donation-pun,para online Charity sudah menggunakan Paypal
sebagai online payment method.

Ini contohnya,sebuah Charity yang dibuat rekan-rekan Muslim di San
Jose/Silicon Valley untuk Pembangunan Fasilitas Rumah Yatim Piatu para
Korban Tsunami di Aceh,kebetulan pernah terlibat awal-awalnya:
http://www.givelight.org/index_files/sponsorship.html

Cheers,

Carlos