[wanita-muslimah] Darfur vs Gaza: African muslims are worth less than Arab muslims

2009-02-02 Terurut Topik Dwi Soegardi
http://blog.beliefnet.com/cityofbrass/2009/02/darfur-vs-gaza-african-muslims.html

Darfur vs Gaza: African muslims are worth less than Arab muslims
Monday February 2, 2009
Categories: Hirabah Watch

Ali A. Rizvi, a muslim blogger, asks the hard questions
(http://alirizvisblog.blogspot.com/2009/01/where-is-muslim-outrage-over-darfur.html):

Where are the large-scale protests and outrage from the Muslim
community over the senseless deaths and rape of hundreds of thousands
of poverty-ridden African Muslims?

Why is there such a glaring discrepancy between the Muslim world's
response to the atrocities in Gaza and the atrocities in Darfur?

If the Darfur genocide was being carried out by Jews or Christians
instead of Arab Muslims, would we see a different response?

Note that the point of this is not to suggest that there should be no
outrage over Gaza. But in terms of the scale of human life - 300,000
people dead according to estimates from 2005, equivalent to 300 Gazas
- Darfur should at least merit comparable energy and action and blog
posts and outrage. Rizvi's post documents just how little outrage
there is to spare.

When the International Criminal Court finally indicted Omar al-Bashir,
President of Sudan for his role in arming and supporting the janjaweed
militias who are carrying out the literal genocide of non-Arab muslims
in Darfur, what was the response of the Ummah? Accusations of bias and
injustice, but not for the victims of Darfur, but rather their
murderers. Muslim murderers.

It should be noted that two and a half years ago, there were
large-scale demonstrations in the US to draw attention to Darfur.
Those demonstrations were largely organized by American Jews
(http://www.jpost.com/servlet/Satellite?pagename=JPost%2FJPArticle%2FShowFullcid=1145961241838).
The muslim-American community's response? A press release
(http://www.mpac.org/article.php?id=146).

Again, I reiterate - I do not suggest that we should be blind to the
suffering of the innocents in Gaza. But just as muslims point out the
calculus whereby one Jewish life is worth 100 Palestinian lives, so
too it seems that one Palestinian life is worth 300 African lives.

Related: discussion at Talk Islam on this issue
(http://talkislam.info/2009/02/01/ali-a-rizvi-ponders-the-muslim-response/).


[wanita-muslimah] African Union names Gaddafi as head

2009-02-02 Terurut Topik Sunny
http://english.aljazeera.net/news/africa/2009/02/200922113838580502.html

Monday, February 02, 2009 
15:39 Mecca time, 12:39 GMT 


  African Union names Gaddafi as head 
 
 
 
  Gaddafi has in the past proclaimed himself the king of 
kings among the traditional kings of Africa [AFP]
 
   
  Muammar Gaddafi, the Libyan leader, has been namedd as chairman of the 
53-nation African Union.

  Gaddafi was elected by the heads of state in a closed-door session, for 
a one-year period, Habiba Mejri-Sheikh, the AU spokeswoman, said.

  Gaddafi was handed the chairman's gavel by Jakaya Kikwete, the Tanzanian 
president and outgoing AU leader, to applause from other leaders on Monday.

  Some members of the union were, however, said to be uneasy about his 
nomination.

  Gaddafi has long promoted stronger union within the organisation and 
previously outlined his vision for a continent wide government.

  He has also previously said he want a single African military force, a 
single currency and a single passport for Africans to move within the 
continent. 

  In a closed door debate earlier on Monday, he Gaddafi failed to receive 
backing for the idea of a so-called United States Of Africa.

  Leaders decided instead to consider ways of expanding the mandate of the 
existing AU Commission, which will be renamed the AU Authority.

  Last August, a meeting of more than 200 African kings and traditional 
rulers bestowed the title king of kings on the Libyan leader.

  In its earlier sessions, AU delegates called for a lifting of sanctions 
against Zimbabwe. 

  The call followed the announcement on Friday that the opposition would be 
joining a unity government.
 


[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Cinta Itu Memberi

2009-02-02 Terurut Topik muhamad agus syafii
Cinta Itu Memberi

By: agussyafii

Perjalanan Untukmu Ananda ternyata mengundang banyak orang. Salah satunya Pak 
Haji pengurus masjid yang bertandang ke rumah kami. Pak Haji nampak keheranan 
melihat semangat anak-anak ananda yang datang belajar bahasa inggris siang itu.

Kami berdiskusi banyak Ananda. Saya katakan pada pak haji bahwa kami ananda 
bukanlah mengajarkan mereka menjadi peminta-minta dengan memberikan uang atau 
voucher belanja yang konsumtif namun kami membangun diri (self of development) 
mereka agar mereka mandiri dan memiliki tujuan hidup yang mulia kelak mereka 
yang berkontribusi ditengah masyarakat. Konsep kami adalah berkontribusi 
bersama yaitu membantu sekolah dan membina dalam bentuk pelatihan, kegiatan 
untuk ketrampilan melibatkan anak-anak ananda, orang tua ananda, teman2 
pengurus dan relawan semuanya terlibat dengan berkontribusi pada kemampuan dan 
bidangnya masing2.

Seperti Ibunya hasbi, seorang guru matematika memberikan bimbingan untuk 
anak-anak setiap dua minggu sekali pelajaran matematika. Mbak Nani juga 
memberikan bimbingan belajar bahasa inggris tiap hari minggu. Ibunya Rio yang 
juga menyumbangkan kue cincin pada acara silaturahmi bersama ananda. Juga 
Mbak Nisa yang membantu memberikan hadiah untuk anak-anak ananda. Sementara 
anak-anak ananda  berkontribusi pada setiap kegiatan turut serta menjaga 
kebersihan rumah ananda, seperti mantika menyapu halaman teras, Icha membantu 
mengepel, Hendrik sebagai kepala tugas kebersihan setiap hari minggu bagian 
membuang sampah.

Rumah Ananda adalah rumah cinta. dimana setiap orang yang berada di dalamnya 
senantiasa saling memberi. bahkan banyak orang yang terlibat dalam rumah ananda 
sekalipun secara fisik mereka tidak hadir namun cinta dan kasih sayangnya kami 
rasakan dalam kontribusi mereka. sebab cinta adalah memberi, cinta adalah 
berkontribusi. 

Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat pembalasan yang baik. Dan 
sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat 
bagi orang yang bertakwa. (QS 16:30). 
Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat pembalasan yang baik. Dan 
sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat 
bagi orang yang bertakwa. (QS 16:30). 

Wassalam,
agussyafii


Tulisan ini dibuat dalam rangka kampanye kegiatan Untukmu Ananda. kegiatan 
Untukmu Ananda. Kegiatan memuliakan anak-anak yatim. Pada tanggal 14 Februari 
2009. selanjutnya silahkan kirimkan dukungan dan kepedulian anda kepada 
Untukmu Ananda di 087 8777 12 431 atau di http://agussyafii.blogspot.com




  

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Pemberdayaan Perempuan Harus Sinkron dengan Realitas

2009-02-02 Terurut Topik Sunny
http://202.169.46.231/spnews/News/2009/02/01/index.html

SUARA PEMBARUAN DAILY 

Puan Maharani: 

Pemberdayaan Perempuan Harus Sinkron dengan Realitas

 

SP/Aditya L Djono 

Puan Maharani bersama kedua orangtuanya, Taufiq Kiemas dan Megawati 
Soekarnoputri, berfoto di depan piramida Mesir, di sela-sela kunjungan Presiden 
Megawati ke Mesir pada September 2002. 

Masalah besar yang dihadapi bangsa ini adalah rendahnya kualitas sumber daya 
manusia. Kentalnya budaya patriarki berimbas pada rendahnya kualitas perempuan 
Indonesia. Tersubordinasinya perempuan di seluruh lini kehidupan menciptakan 
disharmonisasi, termasuk dua persoalan serius, yakni masih besarnya jumlah 
perempuan usia 15 tahun ke atas yang buta huruf dan rendahnya partisipasi 
perempuan dalam pendidikan. Perkawinan usia dini dan rendahnya mutu kesehatan 
ibu dan anak. 

Dari sisi ini, politisi muda PDI-P, Puan Maharani ingin merangkak dan merajut 
kebangsaannya dengan semangat gender. Namun, sejauh mana perempuan kelahiran 
Jakarta, 6 September 1973, ingin mengejawantahkan pemikiran moderatnya kepada 
kaumnya, wartawan SP, berusaha mengorek keterangan dari ibu dua anak ini di 
sela-sela Rapat Kerja Nasional PDI-P yang berlangsung di Solo, Jateng, Selasa 
hingga Rabu (27-28/1). 


Pemberdayaan perempuan sampai saat ini masih menjadi daya jual yang seksi bagi 
para calon legislatif khsususnya para caleg laki-laki. Bagaimana menurut Anda? 

Memang benar, pemilih perempuan lebih banyak dari laki-laki, sesuai jumlah 
penduduknya yang satu banding dua (1:2). Tetapi, saya tidak mau berspekulatif 
dan tidak mau sesumbar. Bahwa saya membidangi hal itu di DPP PDI-P benar, 
tetapi itu baru berjalan tiga tahun ini. Namun yang jelas, saya setuju kalau 
semua caleg membawanya ke dalam program kampanyenya, tetapi jangan hanya 
propaganda, sebab faktanya, di lapangan perempuan tidak punya daya saing dengan 
laki-laki secara maksimal. 

Ternyata, mereka terstruktur dalam kultur yang beragam, dan kultur itulah yang 
menghambat pemberdayaan perempuan. Dengan demikian, meski punya kemampuan, 
tetap tidak bisa sejajar dengan lelaki, karena memang begitu. 


Mengapa kultur? 

Pada sisi lain, berbicara soal kultur, pasti akan membiaskan soal kearifan 
lokal yang notabene menjadi modal dasar pembentukan moral bangsa. Tetapi, ada 
kalanya budaya itu dijadikan alat sebagai legalitas penindasan perempuan dengan 
memberikan stigma yang steriotipe, kepada behavior masyarakat. Tetapi, jangan 
salah mengartikan, budaya bukan kultur. Dalam bahasa Inggris, culture memang 
berarti budaya, tetapi frasanya dengan kondisi sosial tidak sama. 

Bisa dikatakan, kultur ini adalah produk dari sebuah masyarakat yang berkembang 
setelah terjadinya kontak sosial. Sedangkan budaya, ada jauh sebelum terjadi 
kontak itu, dan terpatri sebagai sebuah pola kehidupan. Nah pada tataran ini, 
pemaksaan peran perempuan dengan dalil-dalil keberadaban itulah yang 
menimbulkan penyeragaman normatif. 


Awal kesetaraan gender? 

Tidak lain berasal dari keluarga. Saya merasa sangat beruntung, lahir dan 
tumbuh di tengah keluarga moderat yang tidak membedakan peran anak perempuan 
dan laki-laki. Saya tiga bersaudara, kedua kakak saya laki-laki. Tetapi, soal 
pilihan kehidupan termasuk pendidikan, hak kami sama. 

Dari kerangka inilah, saya ingin menerapkan kepada masyarakat yang lebih luas, 
bahwasan kesempatan dalam berperan dan mengambil peran itu harus sama, karena 
perempuan sesungguhnya memiliki power yang setara dengan laki-laki. Tetapi, 
persoalannya kemudian, ketika si anak perempuan ini lepas dari keluarganya dan 
membentuk keluarga baru, faktor pasangan hidup juga sangat mempengaruhinya. 
Perempuan dengan titel kesarjanaannya, tetap akan mendapat hambatan ketika 
suami tidak berkenan berbagi peran. Itulah masalahnya. 

Ya itulah, mau menuntut pemberdayaan perempuan secara umum, paling tidak kita 
harus berawal dari keluarga dulu. 


Perempuan sampai saat ini masih terkungkung dalam posisi subordinasi? 

Ya, saya akui itu, tetapi kita perlu waktu. Saya tidak bisa membalik keadaan 
secara frontal, butuh waktu dan butuh perjuangan yang panjang. Memang, sebagai 
caleg, saya jelas juga akan membawa-bawa program ini sampai ke tingkat pemangku 
keputusan. Tetapi, kalau ada teman aktivis perempuan yang mengharuskan, itu 
tidak justu akan menghancurkan perjuangan dan hanya akan sia-sia. Seperti kuota 
30 persen perempuan di legislatif. Ternyata setelah MK (Mahkamah Konstitusi, 
Red) mengeluarkan keputusan suara terbanyak, kelompok perempuan terhenyak dan 
memastikan bahwa kuota 30 persen itu menjadi sia-sia. 

Tetapi, UU sudah final dan kita tidak bisa lagi mengubahnya. Akhirnya, 
perjuangan caleg perempuan menjadi berat, karena bersaing dengan caleg 
laki-laki yang jelas-jelas lebih diuntungkan. 



 

Apakah ada solusinya? 

Ya, tidak ada kata lain, selain berjuang sampai darah penghabisan. Memang 
penetapan nomor zig-zag atau satu di antara tiga caleg nomor jadi harus 
perempuan, itu juga tidak 

[wanita-muslimah] Malaysia Terus Memburu Naskah Melayu Kuno Indonesia

2009-02-02 Terurut Topik Sunny
http://www.sinarharapan.co.id/berita/0902/02/nus02.html

Malaysia Terus Memburu Naskah Melayu Kuno Indonesia

Oleh
Denny Winson



Pekanbaru - Pemerintah Malaysia terus memburu naskah-naskah kebudayaan Melayu 
kuno Indonesia ke berbagai tempat, dari mulai Riau, Kepulauan Riau (Kepri), 
Sumatera Barat, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan hingga ke Sumbawa. 
Naskah-naskah kuno tersebut nantinya dipatenkan dan diklaim sebagai warisan 
budaya Malaysia.

Hingga kini sudah ratusan naskah kuno Melayu Indonesia yang berpindah tangan 
ke negara jiran itu. Ini sangat memprihatinkan. Karena nanti, jika generasi 
kita ingin mempelajari jati diri mereka, ya, terpaksa mereka ke Malaysia dulu, 
ujar Al Azhar, budayawan Riau dalam obrolannya dengan SH, Senin (2/2).
Menurut lulusan doktor dari Universitas Leiden, Belanda ini, Malaysia tidak 
sepenuhnya bisa disalahkan. Mereka kini adalah orang kaya baru yang agresif. 
Semua ingin terdepan. Mereka terus memburu naskah-naskah kebudayaan dan seni 
Melayu Indonesia melalui universitas dan lembaga penelitian.


Malaysia tidak sepenuhnya disalahkan. Mereka punya uang untuk membeli 
naskah-naskah Melayu kuno itu dari tangan kolektor. Sementara itu, pemerintah 
kita cenderung bersikap tidak peduli. Kasus serupa bisa dilihat ketika 
mengklaim seni reog itu adalah kebudayaan mereka. Pemerintah kita maunya 
gratis, sedangkan Malaysia mau membayar mahal untuk koleksi naskah Melayu kuno 
itu, tuturnya.


Al Azhar lalu mencontohkan apa yang terjadi dengan naskah-naskah kebudayaan 
budayawan Riau, Tenas Effendy. Naskah kebudayaan buah karya Tenas ini dibawa ke 
University Kebangsaan Malaysia (UKM) dan dibuat portalnya. Kalau ingin 
mengakses portal UKM ini, kita mesti membayar. Ini kan menunjukkan suatu hal 
yang ironis. Karya dari budayawan Indonesia, tetapi Malaysia yang mendapat 
untung, tuturnya. 

Kurang Perhatian Pemprov
Al Azhar juga menyayangkan pemerintah terutama Pemerintah Provinsi (Pemprov) 
Riau yang kurang memerhatikan seniman/ budayawan dan hasil karyanya. Contoh 
nyata yang dialami Tenas Effendy, setelah lama berkarya dan menjadi acuan bagi 
kebudayaan Melayu, tetapi tidak satu pun pihak universitas di Riau yang 
memberikan apresiasi. Malah Malaysia yang menghargai karya-karya Tenas Effendy 
dengan memberikan beliau penghargaan gelar doktor honoris causa dari UKM, 
tambahnya 


Sikap tidak peduli ini juga diperlihatkan Pemprov Riau melalui Dinas Kebudayaan 
dan Pariwisata yang membiarkan naskah-naskah yang tersimpan di Museum Sang Nila 
Utama Pekanbaru tidak terawat dengan baik. Al Azhar pernah meminta Dinas 
Kebudayaan dan Pariwisata Riau untuk membantu menyelamatkan naskah tersebut 
dengan melakukan pemotretan, namun diabaikan. Parahnya lagi, ketika pemerintah 
Belanda menawarkan membantu secara gratis juga ditolak mentah-mentah oleh dinas 
ini.


Al Azhar juga merasa prihatin dengan maraknya perdagangan naskah-naskah Melayu 
di Kepri. Pihak Malaysia terus bergerilya ke daerah-daerah di Kepri yang 
menyimpan naskah Melayu kuno. Di Pulau Penyengat, pemburu naskah kuno itu tidak 
bisa berkutik karena dijaga oleh sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM). 
Tetapi, tidak di daerah lain di Kepri seperti Dabo Singkep, Natuna, Tanjung 
Balai Karimun dan tempat lainnya.


Biasanya para pemburu naskah kuno itu membelinya dari kolektor, bukan seniman. 
Bagi pemilik atau kolektor, mungkin naskah-naskah kuno itu tidak begitu 
penting. Padahal, naskah itu memiliki nilai yang cukup tinggi sehingga pembeli 
berani memasang harga tinggi, tutur Al Azhar lagi.


Namun, Ketua Dewan Kesenian Riau (DKR) Eddy Ahmad RM berpendapat lain. Dia 
tidak begitu mengkhawatirkan adanya upaya pemerintah Malaysia memburu 
naskah-naskah Melayu kuno itu. Toh, itu menunjukkan budaya Melayu Riau 
(Indonesia) itu besar. Tidak perlu dirisaukan. Biarkan saja. Karena itu 
menunjukkan budaya Melayu itu besar. 
Soal klaim-mengklaim hak cipta itu wajar saja. Melayu Riau juga pernah 
melakukannya. Misalnya pada karya tari Zapin yang nyata-nyata berasal dari 
Timur Tengah. Tetapi ketika itu dimainkan oleh seniman Melayu dan di Indonesia, 
lalu kita berani menyebutkan tarian tersebut seni Melayu, tukasnya.


[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Anggota TNI Wajib Ikut KB

2009-02-02 Terurut Topik Sunny
http://www.sinarharapan.co.id/berita/0902/02/kesra01.html

Anggota TNI Wajib Ikut KB

Oleh
Stevani Elisabeth



Bogor-Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang sudah berkeluarga 
diwajibkan mengikuti program Keluarga Berencana (KB). 

Bahkan saat mengajukan izin menikah, mereka juga harus menandatangani surat 
pernyataan yang di dalamnya disyaratkan hanya akan memiliki dua anak. 


Asisten Teritorial Panglima TNI Mayor Jenderal TNI Suprapto mengemukakan hal 
itu kepada wartawan pada acara Bakti Sosial Pelayanan KB-Kesehatan Kerja Sama 
BKKBN dengan TNI, di Bogor, Sabtu (31/1). Anggota TNI yang sudah berumah 
tangga wajib jalani KB. Anggota wajib punya anak dua. Kalau tidak, kami beri 
peringatan, tegasnya. 


Salah satu peringatan yang diberikan bila ada anggota TNI yang melanggar 
ketentuan itu adalah sulitnya melanjutkan pendidikan untuk naik pangkat. 
Misalnya, seorang Kowad (Komando Wanita Angkatan Darat) yang berpangkat 
Bintara, bila dia memiliki anak lebih dari dua, maka dia tidak bisa ikut 
Secama. 


Dia menambahkan, kerja sama TNI dengan Badan Koordinasi Keluarga Berencana 
Nasional (BKKBN) memang sudah terjalin sejak tahun 1970. Namun kerja sama 
tersebut hanya melibatkan Pusat Kesehatan TNI dengan Deputi KB dan Kesehatan 
Reproduksi BKKBN, sehingga pelayanan yang diberikan hanya pelayanan alat 
kontrasepsi di rumah sakit milik TNI. Tetapi setelah ada instruksi dari 
presiden untuk melakukan revitalisasi program KB, maka kerja sama antara TNI 
dengan BKKBN lebih diperluas lagi. Nota kesepahaman (Memorandum of 
Understanding/MoU) antara BKKBN dengan TNI akan ditandatangani pada 12 Februari 
mendatang. 


Suprapto mengatakan, lewat kerja sama dengan BKKBN ini, nantinya di setiap zona 
TNI didirikan Pos Pembina KB Desa/Kelurahan. Selain KB juga akan dikembangkan 
Bina Keluarga Balita (BKB), Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera 
(UPPKS), Bina Keluarga Remaja (BKR), Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan 
Reproduksi Remaja (PIKKRR) dan Bina Keluarga Lansia (BKL). Sementara itu Kepala 
BKKBN Sugiri Syarif mengemukakan dengan revitalisasi program KB, pihaknya 
mencoba mendorong masyarakat bukan hanya untuk ber-KB, melainkan juga 
meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Kerja sama antara BKKBN dengan TNI 
dapat menjaring sekitar 40 persen atau sekitar 30 juta anggota KB baru. 


Tiap tahun memang kita coba dorong untuk memperoleh 14-15 persen akseptor KB 
baru. Jika tiap tahun kita bisa mencapai target tersebut, maka pada 2015, laju 
pertumbuhan penduduk di Indonesia bisa mencapai 0,8 persen, ujar Sugiri. BKKBN 
juga telah menyediakan alat kontrasepsi gratis bagi masyarakat miskin. Saat ini 
sudah ada 54 persen keluarga miskin yang ikut KB. Kalau ada yang menarik 
bayaran dari masyarakat miskin yang ingin menggunakan alat kontrasepsi, harus 
dilaporkan. Sebab mereka tidak dikenakan biaya dan jasa pelayanan untuk mereka 
sudah ditanggung lewat Jamkesmas, lanjutnya. 


Meski demikian, dia mengakui masih ada pula masyarakat miskin yang belum dapat 
terlayani oleh program KB. Salah satu penyebabnya, mereka tidak memiliki biaya 
transportasi untuk mencapai pusat pelayanan kesehatan masyarakat tersebut. 
Untuk mengatasi hal tersebut, BKKBN melakukan dua cara, yakni pertama, 
menggunakan mobil pelayanan KB ke daerah-daerah yang banyak keluarga miskinnya. 
Kedua, memberikan uang bagi masyarakat miskin untuk menuju pos pelayanan 
kesehatan masyarakat. 


[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Broke and squatting in factory, workers wait for labor justice

2009-02-02 Terurut Topik Sunny
Refleksi:  Berapa banyak  di antara TKI/TkW yang bekerja di tanah suci 
mengalami nasib seperti para buruh Pakistan ini? 


http://www.arabnews.com/?page=1section=0article=118782d=2m=2y=2009pix=kingdom.jpgcategory=Kingdom

Monday 2 February 2009 (06 Safar 1430)

  Broke and squatting in factory, workers wait for labor justice
  Hassna'a Mokhtar | Arab News
 



IN DISTRESS: Pakistani workers speaking about their problems at the 
Arab News office. From right: Waris Hussain, Muhammad Aslam, Abdul Aziz Shakir 
and Khaled Parwez. (AN photo)

  JEDDAH: In debt with no money, no family and no help, four Pakistani 
mechanics continue to live penniless in a defunct factory in south Jeddah 
awaiting a miracle to happen. 

  Solve our problems please, begged Muhammad Aslam in his broken English, 
weeping. We're waiting for a miracle. We want our six years of wages, end of 
service benefits, tickets to Pakistan and finances for medical treatment. 

  Muhammad Aslam, Waris Hussain, Abdul Aziz Shakir and Khaled Parwez worked 
in the Saudi Textile Company - located in Jeddah's Gholail district. Their 
problem started when the factory's original owner died around 11 years ago and 
the ownership was handed to his son, Walid Ezzi, who currently lives in the 
Eastern Province. 

  There is nothing to be done to solve the workers' problem, said Ezzi in 
a phone conversation with Arab News last week. Why are you writing about this 
again?

  The answer is simple: Since Arab News last spoke to Ezzi (Closed factory 
leaves five Pakistanis at dead end, published on May 18, 2008), the situation 
of the workers has barely changed, a situation that has lingered since before 
the workers filed their complaints of nonpayment to labor authorities nearly 
four years ago. 

  For the past five years, we haven't received our money, wrote the men 
in a letter to the Labor Office last year. We're old people and we can no 
longer support our families in Pakistan. There's great tension and worry. Our 
children were kicked out of school. Our daughters can't get married because 
they need money. We just want you to do your best to give us our financial 
rights so we can go back home.

  In December 2006 the Preliminary Commission for Settlement of Labor 
Disputes in Makkah province issued a decision in favor of the employees. 
However, until today the workers have not received their rights, as the owner 
does not have the money to pay. 

  Ezzi says that the company is in heavy debt and that he doesn't have the 
money to pay the labor claims. He also said that the Saudi Industrial 
Development Fund is going to auction the factory within 60 days, but he 
mentioned that the SR19,883,336 factory debt scares people interested in buying 
it. Ezzi said he and his sister send a monthly SR200 to support the workers. 
The mechanics confirmed that they have been receiving the money over the last 
year, but those payments stopped in the past couple of months. 

  In October 2008, the workers said that Ezzi visited the company and told 
them to take care of the factory. 

  In the conversation last week, Ezzi was clearly irritated at being asked 
about the issue. The Saudi Industrial Development Fund will handle selling the 
factory, he said. They also asked for documents that state the workers' 
unpaid salaries to include their financial rights among the list of debts.

  Ibrahim Al-Mowash, office manager of the director general at the Saudi 
Industrial Development Fund, could not disclose information about the status of 
the factory due to client confidentiality policies. 

  However, the procedures the fund applies in similar situations he said is 
that when the factory owner is late in paying his debts the factory is sold. 

  A committee is formed and the factory is seized. Advertisements are 
placed in newspapers to announce that the factory is for sale. Interested 
buyers visit the factory and offer their prices, explained Al-Mowash. 

  Why does the Saudi Textile Company remain unsold? Al-Mowash said he could 
not share the reasons with the public. 

  The four Pakistanis said that many representatives from the fund have 
visited the factory several times during the past year.

  They told us that within a month things would get resolved. Their last 
visit was in November 2008. We never heard from them again, said one of the 
workers. 

  Aysha, 25-year-old daughter of Waris Hussain in Pakistan, contacted 
several organizations in Saudi Arabia when her father's problem started to 
worsen. She has sent e-mails to the National Society for Human Rights, Ministry 
of Labor, Ministry of Foreign Affairs, the Makkah provincial government, Human 
Rights Watch, the Pakistani Consulate in Jeddah and others. Some responded, 
but nothing significant was done, said Aysha in her e-mail to Arab News. My 
family and I are in so much 

[wanita-muslimah] Mesir Blokade Gaza

2009-02-02 Terurut Topik Sunny
Riau Pos
Senin, 02 Pebruari 2009 


Mesir Blokade Gaza 
Beli Roti Gandum Harus Jalan Empat Kilometer 


KAIRO (RP) - Pemerintah Mesir mengambil langkah kontroversial. Kementerian Luar 
Negeri Mesir  mengumumkan bakal menutup makbar Rafah (gerbang perbatasan Rafah 
Mesir) Palestina  terhitung mulai Kamis (5/2) mendatang.

Penutupan makbar Rafah tersebut berlaku untuk semua arus manusia dan 
lalu-lintas barang.  ''Semua bantuan kemanusiaan atau pun relawan juga 
di-stop,'' ujar Second Secretary Bidang  Penerangan Sosial Budaya KBRI Mesir, 
Danang Waskito.  ''Namun, belum ada penjelasan resmi  dari Pemerintah Mesir 
soal kenapa mereka tiba-tiba menutup pintu makbar,'' tambahnya.

Yang membuat bingung, semua arus bantuan kemanusiaan, infrastruktur dan 
manusia, semuanya  harus melalui Kareem Abu Shalom dan El Auga (dua-duanya dari 
Israel). 

Langkah Mesir ini jelas sulit dipahami. Karena satu-satunya pintu perbatasan 
non-Israel ke  Jalur Gaza adalah Rafah. Bila ditutup, maka satu-satunya jalan 
mencapai Jalur Gaza adalah  melalui Israel. Tentu saja, ini menyulitkan arus 
bantuan. Karena mayoritas donasi berasal  dari negara-negara muslim -yang 
rata-rata tak mempunyai hubungan dengan Israel.

Ini juga tentunya menyulitkan sejumlah warga Indonesia yang hendak mengirim 
bantuan. Salah satunya adalah ACT (Aksi Cepat Tanggap). Tiga orang relawan ATC 
hingga kemarin masih tertahan di Mesir. Tentu saja, mengurus visa Israel selain 
tidak mudah (karena Israel curiga terhadap pemohon visa yang muslim), juga ada 
hambatan psikologis tertentu. 

Apakah KBRI Mesir tidak akan melayangkan protes atas penutupan tersebut? Danang 
menggeleng. ''Untuk saat ini, tidak. Kami masih menunggu briefing dulu. Baru 
setelah jelas apa alasannya, kami akan mengevaluasinya,'' ujarnya.  

Sebuah sumber di KBRI menyebutkan, bahwa penutupan pintu makbar ini hanya 
berujung pada dua kemungkinan. Pertama, Israel bakal kembali melakukan 
agresinya. ''Namun, agak kecil kemungkinannya. Israel masih wait and see, dan 
menyerang lagi bakal menjadi blunder,'' tuturnya.

Kemungkinan kedua adalah Israel ingin memperketat blokade sekaligus mengawasi 
arus barang dan manusia yang masuk ke Jalur Gaza. ''Kalau lewat Mesir, Israel 
agak repot mengawasinya. Buktinya, setelah mengizinkan 160 wartawan masuk ke 
Gaza, Mesir langsung diprotes Israel,'' ucapnya. 

Selain itu, yang dikhawatirkan Israel adalah soal Hamas kembali mendapatkan 
pasokan senjata dan logistik dari lalu lalangnya arus barang. Setelah nekat 
mengebom selama 22 hari untuk menghancurkan terowongan-terowongan yang dibuat 
Brigade Izzudin Al Qassam, sayap militer Hamas, Israel tak ingin Hamas tetap 
mendapat pasokan. ''Singkat kata, Israel ingin Hamas betul-betul sekarat 
kehabisan logistik dan senjata. Meski harus mengorbankan rakyat Palestina 
sekalipun,'' tambahnya. 

Di bagian lain, Mesir juga meminta semua relawan dan wartawan yang masuk ke 
Jalur Gaza via Mesir untuk kembali selambat-lambatnya pada 5 Februari 
mendatang. Lagi-lagi, KBRI tak mengetahui alasannya. ''Itu merupakan taklimat 
(pengumuman) dari Kemlu. Dalam waktu dekat, kabarnya Kemlu Mesir mengundang 
semua perwakilan negara asing untuk mem-briefing terkait hal ini. Mungkin di 
sana akan dijelaskan,'' tuturnya.

Danang mengatakan, pihaknya sudah menginformasikan ke sejumlah LSM yang masuk, 
antara lain Mer-C (Medical Emergency Rescue Committee) dan BSMI (Bulan Sabit 
Merah Indonesia), untuk segera menarik relawannya keluar. ''Sepertinya, setelah 
tanggal 5 Februari, tidak ada yang bisa keluar masuk dari Rafah. Khawatirnya, 
relawan-relawan itu terjebak di Gaza dan terjadi hal-hal yang tak diinginkan,'' 
tuturnya. 

Sepanjang krisis Gaza ini, tercatat ada 48 WNI yang masuk. Yakni, dari unsur 
relawan dan wartawan. Sebagian besar sudah keluar. Tapi, masih ada yang di 
dalam Gaza. Farid Abdul Mutholib, salah satu anggota presidium Mer-C mengatakan 
sudah mendengar kabar terkait hal tersebut. ''Namun, kami kesulitan koordinasi 
dengan yang di dalam. SMS maupun telepon tak bisa menjangkau. Bagaimana kami 
bisa berkoordinasi?'' urainya. Tapi, Farid mengatakan pihaknya akan terus 
berusaha menghubungi koleganya. 

Hingga kemarin, masih ada 6 relawan Mer-C yang masih ada di Gaza, yakni empat 
orang dokter dan dua orang logistik. Selain itu, masih ada sejumlah relawan 
lainnya dari BSMI. Pihak KBRI memperkirakan jumlah WNI yang masih ada di dalam 
sekitar 15 orang. ''Secepatnya kami akan melakukan pendataan dan mencari cara 
berkoordinasi dengan yang di dalam,'' ucapnya.

Pasang Sensor di Perbatasan
Selain itu, desakan negeri zionis itu agar Mesir menjaga ketat perbatasan 
dilaksanakan dengan sepenuh hati. Sumber di departemen pertahanan mengatakan 
Negeri Piramida telah memasang kamera pengintai dan alat sensor di seluruh 
perbatasan dengan Gaza untuk mencegah Hamas menyelundupkan senjata.

''Kabel-kabel telah dipasang di sepanjang perbatasan Gaza-Mesir untuk 
mendeteksi bangunan di terowongan-terowongan,'' ujar sumber seperti 

[wanita-muslimah] China Sets Out to Build a CNN

2009-02-02 Terurut Topik Sunny
http://asiasentinel.com/index.php?option=com_contenttask=viewid=1699Itemid=171
Monday, 02 February 2009 

  China Sets Out to Build a CNN  
  Written by Mark O'Neill 
 

  But there are questions whether Beijing gets it when it comes to 
professional journalism 




  In a 45 billion yuan (US$6.57 billion) burst designed to challenge the 
American, European and Al Jazeera networks for television programming primacy 
and seeking to change the country's image, China has set out to establish a 
24-hour English language channel. But its rigid and unreformed system of news 
censorship threatens to torpedo its ambitious plans. 

  The news operation is to be run by the Xinhua news agency in co-operation 
with China Central Television (CCTV), the People's Daily and the Shanghai 
Culture Broadcasting and News Group. Its target audience will be the world's 1 
billion English-speakers. 

  In addition, Global Times, an affiliate of the People's Daily, will 
launch an English-language national paper in China in May: it is aggressively 
hiring Chinese and foreign reporters and editors, with salaries of up to 
300,000 yuan a year, plus living quarters. 

  Driving this is the belief of China's leaders that its voice is not being 
heard in the world and that western media dictate the way the rest of the world 
sees their country. 2008 should have been the year of triumph, the first time 
China hosted the Olympics and the occasion to show the world the achievements 
of its last three decades of astonishing growth. But many foreigners remember 
2008 in China as a year of Tibetan protests, tainted milk scandals and an 
earthquake in which shoddily-built schools collapsed but government offices and 
apartments nearby remained standing. China's leaders and many of its people 
were bitterly disappointed. 

  The strength of your broadcasting determines your influence, Ministry 
of Propaganda Liu Yunshan told a meeting last Christmas Day. Whoever's 
broadcasting methods are advanced and broadcasting ability strong will spread 
his cultural ideas and value system. Whoever has that strength will influence 
the world. 

  China has already invested heavily in sending its message overseas. The 
government-owned and increasingly sophisticated CCTV has global channels in 
English, French and Spanish, as well as Chinese, and claims a total audience of 
84 million. It plans to open two more, in Arabic and Russian. 

  Xinhua has bureaus in 100 cities around the world and sells its news, in 
seven languages, to 1,450 clients abroad. There are 2 million Chinese-language 
websites, of which about 200 specialize in news, with nearly 300 million 
Internet users in China. But Hu Jintao and his colleagues decided that China's 
message was not getting through. The clearest example was the Tibetan unrest 
last year. While the Chinese saw it as the work of hooligans and criminals 
among a people they have delivered from backwardness and serfdom, the western 
media presented it as the legitimate revolt of an oppressed people, like the 
Burmese or the Palestinians. Chinese saw this version of events as ill-informed 
and malevolent, written by journalists who had never been to Tibet and who had 
written the story even before they did their interviews. 

  Adding urgency to the task of setting up a Chinese CNN is the knowledge 
that 2009 will be a year of many trials, including the 50th anniversary of the 
Tibetan rebellion that drove the Dalai Lama into exile and the 20th anniversary 
of the democracy protests in 1989. In addition, rising unemployment due to the 
world financial crisis will test the government's ability to keep social order. 

  Beijing is inspired by the example of Al-Jazeera's English language 
channel, the first of its kind in the Middle East, which aims 'to give voice to 
untold stories, promote debate and challenge established perceptions'. 
Al-Jazeera says it is available to 130 million homes in more than 100 countries 
via cable and satellite and is one of the three largest global English news 
channels, with BBC World and CNN International. It has achieved this in less 
than two and a half years, since its launch in November 2006. 

  Beijing has chosen Xinhua to lead the nascent channel, because it has 78 
years of experience, the biggest network of foreign bureaus and the most 
journalists with foreign-language ability and experience of working abroad 
among the Chinese media.



  It has also chosen a good moment to enter the battle. The global 
financial crisis has badly hit the media in the western world, sharply reducing 
their advertising revenue and income of their owners and making millions of 
people around the world skeptical of the liberal, free-market economic model. 
China has the highest foreign-exchange reserves in the world. 

  CCTV has an annual income of 1.13 billion yuan and is moving into a 
space-age headquarters in central 

[wanita-muslimah] Afghans Rally Against U.S. After Strike Kills Two

2009-02-02 Terurut Topik Sunny
http://www.washingtonpost.com/wp-dyn/content/article/2009/02/01/AR2009020102283.html?wpisrc=newsletter

Afghans Rally Against U.S. After Strike Kills Two
Associated Press 
Monday, February 2, 2009; Page A08 

KABUL, Feb. 1 -- Hundreds of Afghans demonstrated Sunday against an overnight 
U.S. military raid that one villager said killed several civilians, the latest 
incident to stir up Afghan ire against foreign forces accused of killing 
bystanders. The American military said its forces killed two insurgents. 

Also Sunday, a suicide bomber in a car attacked a convoy of foreign troops in 
Kabul, the capital, wounding two Afghans, police said. Taliban fighters 
asserted responsibility for the attack. It was not clear whether the bomber hit 
the convoy. Representatives for NATO and U.S. troops said they were checking 
the report. 

The U.S. military said the overnight raid in southeastern Ghazni province 
targeted an insurgent who coordinates attacks using roadside bombs and other 
weapons. It said coalition forces conducting the operation called out for all 
inhabitants to leave the targeted home, but several people barricaded 
themselves inside one building. 

Coalition troops forced their way in and killed two insurgents, the U.S. 
military said in a statement. 

Sayed Ismail Jahangir, a spokesman for Ghazni's governor, said officials also 
reported that two people were killed. 

Protesters gathered near the site of the raid on the main highway linking Kabul 
and the southern city of Kandahar.


[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Indonesia's silent voters being heard

2009-02-02 Terurut Topik Sunny
http://www.atimes.com/atimes/Southeast_Asia/KB03Ae01.html

Feb 3, 2009 

Indonesia's silent voters being heard
By Megawati Wijaya 


JAKARTA - When President Susilo Bambang Yudhoyono became Indonesia's first 
directly elected democratic leader in 2004, the former soldier was catapulted 
to power despite the fact his Democratic Party had won a mere 7.5% of the vote 
in previous legislative elections. 

Now with new legislative and presidential elections scheduled for this year, 
political analysts are focusing on the potentially pivotal role of the 
so-called golput, registered voters who choose for various reasons to either 
stay away from the polls or cast blank ballots, which accounted for around 25% 
of the electorate at the 2004 legislative polls. 

With relatively peaceful and orderly elections in both 1999 and 2004, 
Indonesia's decade-old transition from authoritarian to democratic rule has 
been widely lauded as a regional success story. Former strongman Suharto, who 
throughout his 32-year tenure was officially returned to power in six different 
elections, tightly controlled the country's electoral process, which he 
famously referred to as festivals of democracy. 

At that time only three political parties were allowed to participate in the 
polls, which were consistently won by the military-linked Golkar party; in the 
first elections of the post-Suharto era, 145 parties registered and 48 parties 
finally took part in the 1999 polls. In 2004, the legislative polls were 
contested by 24 political parties in a sprawling democratic process that 
spanned 14,000 islands, three time zones, and entailed more than 500,000 
polling stations. 
Less critical attention, however, has been paid to the role of the golput, the 
huge number of registered voters who choose to not take part in the 2004 
legislative polls after nearly 95% of the electorate took part in the 1999 
elections. Accounting for over 25% of eligible voters, the golput was the real 
percentage winner of the 2004 elections, outpacing the top vote-getting Golkar 
party, which received just 21.6% of the popular vote. 

The term golput, an antithetical spin on the word Golkar, harks to the 
Suharto-era when voters rebelled against the oppressive, military-backed New 
Order regime by casting empty ballots or purposefully spoiling their votes. 
Then the golput figure was smaller, estimated on average at around 10%, as 
Indonesians feared the consequences of their acts of defiance. 

In the democratic era, the golput is much larger and defined loosely as anyone 
who fails to vote during the election. The reasons for non-participation vary: 
some can't be bothered to vote; some are overwhelmed by the electoral choices; 
and, perhaps most crucially, many feel the democratic process has - like its 
authoritarian forerunner - failed to adequately address the crucial issues of 
inequality, injustice and corruption that successive elected leaders have 
promised to tackle. 

Analysts say it also demonstrates a rising political maturity among voters who 
are not willing to simply settle and choose among parties and candidates they 
feel are out of touch with average voters' needs and aspirations. While more 
democracy has brought positive changes, including a freer press and greater 
scrutiny of public affairs, elected leaders have failed to tackle the many 
systemic and economic problems that directly impact on voters' livelihoods. 

Silent protests
With new legislative elections scheduled for this April 9, the golput 
phenomenon is expected to make its popular absence felt again. Judging by the 
dismal turnout at recent regional elections, research company Indo Barometer, 
among others, predict that the golput figure could reach as high as 40%. 

For instance, the golput rate at the 2008 Cilacap in Central Java province and 
neighboring Banyumas regency elections stood respectively at 43% and 45%. 
Meanwhile, the golput rate at the Central Java gubernatorial election also held 
last year was estimated at nearly 70%. 

Those embarrassingly high rates of non-participation are raising hackles among 
politicians. Cilacap Regent Probo Yulastoro reportedly promised 23 district 
chiefs in his regency that each village administration would receive a free 
motorcycle if they could keep the golput rate at or lower than 5% in their 
villages during the election. 

The Indonesian Ulama Council (MUI), an umbrella organization of major Islamic 
groups, even issued a fatwa stating that it is a moral sin if one does not 
cast his vote in this year's elections. The MUI is known to support certain 
Islamic political parties which in past polls have performed poorly. 

In a public opinion survey of over 5,000 workers from both the government and 
private sectors spanning 33 Indonesian provinces, only 17.8% respondents said 
that they would choose not to vote. But the actual golput tally at upcoming 
elections could be much higher as 76.2% of the respondents in the same 

[wanita-muslimah] How the plot to assassinate Golda Meir was foiled

2009-02-02 Terurut Topik Sunny
http://www.haaretz.com/hasen/spages/1061038.html

Last update - 00:14 01/01/2009 
 
 
  How the plot to assassinate Golda Meir was foiled  
 
  By The Associated Press  
 
  Tags: Israel news, Golda Meir  
 

  It was the National Security Agency that uncovered a 1973 plot to bomb 
New York City, a scheme since linked to a terrorist who is nearing release from 
prison, according to government documents and interviews. 

  Khalid Al-Jawary, a Black September terrorist, placed two car bombs along 
Fifth Avenue and one near Kennedy Airport. The attack was meant to coincide 
with Israeli Prime Minister Golda Meir's arrival in the city. The bombs failed 
to detonate, and Al-Jawary quickly fled the country before being arrested 
nearly 20 years later. 

  The case has gained increased attention since an Associated Press 
investigation provided new details about Al-Jawary's shadowy background. He's 
scheduled to be released February 19 after serving only about half his 30-year 
prison sentence. 
  But until now, it has been unclear how the authorities knew where to look 
for the cars. Shortly after Al-Jawary planted the bombs around March 4, the NSA 
intercepted a message revealing the location of them. 

  When we picked that one up, it was a shocker, said Jim Welsh, who 
served as an NSA analyst from 1969 to 1974. 

  Declassified CIA records indicate the FBI and NYPD began looking for 
Al-Jawary's bombs at 7:15 p.m. on March 6, 1973 - not long after the NSA 
intercepted the message about the plot. 

  The two bomb-rigged cars on Fifth Avenue were towed March 5 and were 
later found at impound yards. The third bomb at Kennedy Airport's El-Al cargo 
terminal was discovered early March 7 and disabled by Terence McTigue of the 
NYPD bomb squad. 

  McTigue said the FBI never told him how they knew the car was at JFK, but 
he assumed they had obtained the information through an intercepted 
communication of some kind. 

  The super-secretive NSA declined to comment. 

  Welsh said someone transmitted the message using official Iraqi 
diplomatic communications in the U.S. He believed it originated at the U.N. 
Iraqi mission in New York. 

  Welsh said the message stated the bombs had been placed and gave their 
whereabouts. Welsh said the encrypted message was sent to the Iraqi foreign 
ministry in Baghdad, where it was relayed to the Palestine Liberation 
Organization's office. 

  Iraq's specific involvement in the plot is not known, but the PLO 
routinely relied on friendly governments to facilitate communications during 
that era, said Matthew Aid, an intelligence historian who specializes in the 
NSA. 

  Al-Jawary was known to use multiple passports, including an Iraqi one. 
One of his aliases was Abu Walid al-Iraqi. The FBI captured him in early 1991 
after he left Baghdad to attend the funeral of a terrorist in Tunis. 

  Declassified State Department documents say Iraq supported Black 
September, which intelligence officials believe was controlled by PLO leader 
Yasser Arafat. 

  The NSA discovery of the plot is considered one of the early bright spots 
in the history of counterterrorism. 

  This story was well-known in the hallways of the NSA, said retired 
agency historian Robert J. Hanyok, who wrote an in-house article that included 
a reference to the joint NSA-CIA-FBI effort. 

  It was definitely an early example of interagency cooperation, Hanyok 
said. 

  The article was declassified in 2007. The NSA claimed it thwarted the 
plot, according to the Hanyok article. But it's still unclear to this day why 
the bombs did not explode. 

  Welsh, now a businessman living in Oregon, said the success was 
especially important considering it came less than a week after an intelligence 
failure during an attack on the Saudi Embassy in Khartoum. 

  The attack was also orchestrated by Black September and left three 
diplomats dead, including the U.S. ambassador to Sudan and the departing U.S. 
deputy chief of mission to Sudan. 

  Welsh said the NSA had intercepted a call prior to the attack and alerted 
the State Department. But the warning failed to reach the American diplomats in 
time. 

  Welsh said he believed the attacks in Khartoum and the attempted one in 
New York City were meant to be a one-two punch against the American 
government and show Black September could operate anywhere. 


[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] OTT: Optimalisasi Microsoft Word untuk Bekerja dan Ngeblog

2009-02-02 Terurut Topik Ruang Info
anggota milis yang baik,

Pernah posting blog melalui Microsoft Word 2007 ? Bila belum, sayang bila 
layanan posting blog terlewatkan. Microsoft Word 2007 memang mendukung posting 
blog ke Blogger, Typepad, Wordpress, dan lainnya. Anda bisa mempublis secara 
otomatis, tanpa harus membuka akun blog.

Caranya tekan tombol control + N, pilih new blog post. Selanjutkan Anda akan 
berjumpa beberapa kotak dialog yang terkait cara registrasi. Bila sudah 
mendaftar, siapan tulisan yang akan diposting dan tekan tombol publish dibagian 
pojok kiri atas. Tunggu beberapa saat untuk upload teks. Lalu buka halaman blog 
Anda mengecek hasil posting Anda. Untuk melakukan proses ini tentu komputer 
Anda harus terkoneksi ke internet. 

selengkapnya : 
http://mediakita.com/Optimalisasi-Microsoft-Word-untuk-Bekerja-dan-Ngeblog.html


[wanita-muslimah] Sensasi Politik? Prabowo Tolak Mega

2009-02-02 Terurut Topik Sunny
http://hariansib.com/2009/02/02/sensasi-politik-prabowo-tolak-mega/

Sensasi Politik? Prabowo Tolak Mega
Posted in Berita Utama by Redaksi on Februari 2nd, 2009 
Jakarta (SIB)
Prabowo menolak tawaran Megawati yang memasukkan namanya dalam daftar cawapres 
PDIP. Sebaliknya, Prabowo balik menawar putri Megawati, Puan Maharani untuk 
dijadikan sebagai cawapres Gerindra.Bagi Prabowo Subianto, target menjadi 
Presiden tampaknya tak bisa diganggu gugat lagi. Sebab itu, pendiri Partai 
Gerindra ini tak bergeming sedikit pun, meski ada tawaran dari partai besar 
untuk menjadikannya sebagai cawapres.


Simak bagaimana mantan anggota Dewan Penasihat Partai Golkar ini menolak 
'pinangan' capres PDIP Megawati Soekarnoputri yang memasukkan namanya dalam 
nominasi bakal cawapres partai Moncong Putih tersebut dalam Pilpres 2009 
mendatang. Meski bukan langsung dari mulut Prabowo, pernyataan Sekjen Gerindra 
Ahmad Muzani cukup mewakili keengganan mantan Danjen Kopassus itu untuk menjadi 
calon orang kedua di Republik ini.
Pencalonan Pak Prabowo sebagai capres adalah sesuatu yang final, kata Muzani 
di kantor DPP Gerindra Jl Brawijaya IX, Jakarta Selatan, Jumat (30/1).
Namun demikian, kata dia, Gerindra merasa bangga dan berterimakasih pada PDIP 
yang memercayakan Prabowo masuk nominasi cawapres Megawati. Muzani juga 
menyebutkan, hubungan Prabowo dengan Megawati tak terpengaruh dengan penolakan 
tersebut.Sekarang kami sedang fokus melakukan kampanye dan sosialisasi Prabowo 
sebagai presiden, kata dia.


Dalam kesempatan itu, Muzani mengungkapkan, pihaknya juga tengah menggodok 
figur-figur yang bakal disandingkan dengan prabowo sebagai cawapres. Dari 
sejumlah tokoh yang muncul, Gerindra kini tengah menimang-nimang 17 nama 
sebagai kandidat. Lucunya, partai yang didirikan Februari 2008 ini malah 
memasukkan nama putri sulung Megawati, Puan Maharani di urutan pertama tokoh 
yang bakal digodok sebagai cawapres. Selain itu, terdapat nama tokoh yang tak 
asing di kancah politik seperti Jimly Asshiddiqie, Din Syamsuddin, Soetrisno 
Bachir, Tifatul Sembiring, Hidayat Nurwahid, Surya Paloh, Fadel Mohamad, dan 
Sultan HB X Gerindra akan menentukan siapa kandidat yang terpilih sebelum 
Pemilihan Legislatif April 2009.
Kita sudah menominasikan 17 calon yang berasal dari suara-suara dari DPD dari 
DPC dan juga dari internal partai. Yang jelas, harapannya cuma bisa 
mengantarkan Prabowo menjadi presiden, imbuh Muzani.


Menanggapi masuknya nama Puan tersebut, politisi muda PDIP Budiman Sujatmiko 
menyebutkan hal itu sekadar langkah uji coba dari Partai Gerindra untuk mencoba 
menjajaki kerjasama politik, antara kedua partai tersebut. Hanya saja, PDIP 
baru bisa menentukan sikap untuk bekerjasama dengan partai lain, termasuk 
Gerindra setelah Pemilu 2009. Wacana Puan masuk nominator cawapres Gerindra 
belum akan direspon oleh PDIP karena fokus partai saat ini bagaimana menggalang 
suara sebanyak-banyaknya pada pemilu legislatif, ujarnya.


Sementara itu dalam kacamata pengamat politik LIPI Lili Romli, langkah Partai 
Gerindra itu hanya bagian dari sensasi politik belaka. Bahkan, dosen 
Universitas Indonesia ini menilai Gerindra (baca-Prabowo) seolah ingin mengejek 
PDIP lantaran melamar Prabowo sebagai cawapres bagi Megawati. Padahal, Prabowo 
jauh-jauh hari sangat jelas targetnya ingin menjadi capres pada Pilpres 2009 
mendatang.
Langkah Partai Gerindra itu, tidak jelas target maupun strategi yang ingin 
dicapai dengan pencantuman Puan sebagai cawapres. Lebih jauh penunjukan itu 
tidak memberikan pendidikan politik bagi rakyat, kata Lili.


Jalin koalisi
Achmad Muzani juga tidak menampik kemungkinan Partai Gerindra berkoalisi dengan 
partai-partai lain untuk menyukseskan pencalonan Prabowo menjadi presiden. 
Namun kemungkinan koalisi itu akan ditentukan kemudian, termasuk dengan 
partai-partai mana saja yang akan dirangkulnya.
Yang pasti, dengan atau tanpa dukungan dari partai lain, kami akan mencalonkan 
Prabowo dengan segenap kekuatan yang ada, lanjut Muzani.
Karena itu, katanya, partainya bertekad untuk mengumpulkan suara dan kursi 
sebanyak-banyaknya dalam Pemilu legislatif yang akan berlangsung pada 9 April 
2009 mendatang.


DPP Partai Gerindra juga menyambut baik dukungan yang sudah diberikan oleh 
sejumlah elemen masyarakat untuk kemenangan Partai Gerindra dan pencalonan 
Prabowo. Dukungan dari banyak kalangan kita sambut baik. Selama ini dukungan 
terbesar yang diterima Gerindra justru dari masyarakat bawah, khususnya para 
petani, nelayan, buruh dan pedagang kecil, katanya. (BK/Ant/f/


[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] 20 million migrant workers in China can't find jobs

2009-02-02 Terurut Topik Sunny
http://www.iht.com/articles/2009/02/02/business/china.4-421450.php

 
Migrant workers, whose cheap labor underpins the Chinese manufacturing sector, 
looking for jobs in Chengdu. The government fears unrest as unemployment 
spreads. (Reuters) 


20 million migrant workers in China can't find jobs 
By Sharon LaFraniere

Monday, February 2, 2009 
BEIJING: The Chinese government offered a telling indicator Monday of the 
slowdown in its once galloping economy, announcing that more than one in seven 
rural migrant workers had been laid off or were unable to find work, twice as 
many as estimated just five weeks ago.

About 20 million of China's total estimated 130 million migrant workers - whose 
low-cost labor underpins the manufacturing sector - have had to return to rural 
areas because of lack of work, according to a survey conducted by the 
Agriculture Ministry that was cited at a briefing.

In late December, employment officials estimated that at least 10 million 
migrant workers had lost their jobs in the third quarter of 2008 as waves of 
factories and businesses shut their doors.

Prime Minister Wen Jiabao, speaking at a business conference in London, said 
Monday that there was light at the end of the tunnel, but he called for 
strong and effective stimulus plans to help economies hit by the global 
financial crisis.

In some places people are disappointed, people are frustrated and people are 
pessimistic, Wen said, Reuters reported. They are quickly unsettled by the 
current situation.

I am calling for confidence, cooperation and responsibility, Wen said. I've 
been calling for that all along because if we do that we can save the world.

Later, at a speech at Cambridge University, witnesses said a protester sitting 
in the audience threw a shoe at Wen, shouting, How can you listen to this 
unchallenged? according to The Associated Press.

The shoe missed Wen by a large margin. The incident was similar to one 
involving former President George W. Bush during his final visit to Iraq.

Wen shrugged off the interruption and continued with his speech, saying, This 
despicable behavior cannot stand in the way of friendship between China and the 
U.K.

The specter of millions more unemployed clearly has the Chinese government 
worried. The government has not released annual figures on social unrest - what 
it terms mass incidents - for several years, but foreign media reports 
suggest that protests are growing as unemployment spreads.

An article last month in Outlook Weekly, a magazine published by the government 
news agency Xinhua, predicted a record year for mass protests.

It is fair to say that the Chinese government takes very seriously the issue 
of employment of migrant workers, said Chen Xiwen, a senior rural planning 
official who released the joblessness estimate at Monday's briefing. 
Guaranteeing employment and livelihood is to guarantee social stability, he 
said.

Chen advised government officials to actively intervene to head off protests, 
rather than shy away from coming out and let public security departments and 
police go to the front lines.

The military called on its forces Sunday to exercise strict obedience to 
command in the face of challenges to social stability.

In a joint report issued Sunday, the Chinese cabinet and the Communist Party's 
Central Committee warned that 2009 would be possibly the toughest year since 
the Asian economic bubble burst in the late 1990s for economic growth and rural 
development, according to Xinhua.

The report promised increased government aid to rural areas, including expanded 
subsidies, greater access to loans and more funding from Beijing for 
development projects.

Wen told The Financial Times on Sunday that China might enhance its 4 trillion 
yuan, or $584 billion, stimulus plan, announced only three months ago and aimed 
at achieving 8 percent economic growth this year.

We may take further new, timely and decisive measures. All these measures have 
to be taken pre-emptively before an economic retreat, Wen said during the 
interview.

Statistics suggest the retreat is already well under way. China's economic 
growth slumped to 6.8 percent in the last quarter of 2008.

Its growth rate of 9 percent for 2008, while stunning compared with that of the 
United States and other Western countries, was the slowest pace in seven years. 
Chinese officials often say an 8 percent growth rate is crucial in preventing 
serious social unrest.

In his remarks in London, Wen did not comment on whether China was planning 
additional measures to help its economy.

We need to have very strong and effective stimulus plans, mainly fiscal 
stimulus plans, he said.

He promised that his country would send purchasing missions to Europe soon to 
combat protectionist efforts among countries and to help global trade. The 
missions will purchase commodities and technologies that we need.

Confidence is the most important thing, more important than gold or currency, 

RE: [wanita-muslimah] Anggota TNI Wajib Ikut KB

2009-02-02 Terurut Topik Tri Budi Lestyaningsih (Ning)
Wah, berlebihan sekali ya ? Sampai diberi sangsi segala
APa hal seperti ini tidak melanggar HAM ?



From: wanita-muslimah@yahoogroups.com
[mailto:wanita-musli...@yahoogroups.com] On Behalf Of Sunny
Sent: Monday, February 02, 2009 9:23 PM
To: Undisclosed-Recipient:;
Subject: [wanita-muslimah] Anggota TNI Wajib Ikut KB



http://www.sinarharapan.co.id/berita/0902/02/kesra01.html
http://www.sinarharapan.co.id/berita/0902/02/kesra01.html 

Anggota TNI Wajib Ikut KB

Oleh
Stevani Elisabeth

Bogor-Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang sudah berkeluarga
diwajibkan mengikuti program Keluarga Berencana (KB). 

Bahkan saat mengajukan izin menikah, mereka juga harus menandatangani
surat pernyataan yang di dalamnya disyaratkan hanya akan memiliki dua
anak. 

Asisten Teritorial Panglima TNI Mayor Jenderal TNI Suprapto mengemukakan
hal itu kepada wartawan pada acara Bakti Sosial Pelayanan KB-Kesehatan
Kerja Sama BKKBN dengan TNI, di Bogor, Sabtu (31/1). Anggota TNI yang
sudah berumah tangga wajib jalani KB. Anggota wajib punya anak dua.
Kalau tidak, kami beri peringatan, tegasnya. 

Salah satu peringatan yang diberikan bila ada anggota TNI yang melanggar
ketentuan itu adalah sulitnya melanjutkan pendidikan untuk naik pangkat.
Misalnya, seorang Kowad (Komando Wanita Angkatan Darat) yang berpangkat
Bintara, bila dia memiliki anak lebih dari dua, maka dia tidak bisa ikut
Secama. 

Dia menambahkan, kerja sama TNI dengan Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) memang sudah terjalin sejak tahun 1970. Namun
kerja sama tersebut hanya melibatkan Pusat Kesehatan TNI dengan Deputi
KB dan Kesehatan Reproduksi BKKBN, sehingga pelayanan yang diberikan
hanya pelayanan alat kontrasepsi di rumah sakit milik TNI. Tetapi
setelah ada instruksi dari presiden untuk melakukan revitalisasi program
KB, maka kerja sama antara TNI dengan BKKBN lebih diperluas lagi. Nota
kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) antara BKKBN dengan TNI
akan ditandatangani pada 12 Februari mendatang. 

Suprapto mengatakan, lewat kerja sama dengan BKKBN ini, nantinya di
setiap zona TNI didirikan Pos Pembina KB Desa/Kelurahan. Selain KB juga
akan dikembangkan Bina Keluarga Balita (BKB), Usaha Peningkatan
Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS), Bina Keluarga Remaja (BKR), Pusat
Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIKKRR) dan Bina
Keluarga Lansia (BKL). Sementara itu Kepala BKKBN Sugiri Syarif
mengemukakan dengan revitalisasi program KB, pihaknya mencoba mendorong
masyarakat bukan hanya untuk ber-KB, melainkan juga meningkatkan
kualitas hidup masyarakat. Kerja sama antara BKKBN dengan TNI dapat
menjaring sekitar 40 persen atau sekitar 30 juta anggota KB baru. 

Tiap tahun memang kita coba dorong untuk memperoleh 14-15 persen
akseptor KB baru. Jika tiap tahun kita bisa mencapai target tersebut,
maka pada 2015, laju pertumbuhan penduduk di Indonesia bisa mencapai 0,8
persen, ujar Sugiri. BKKBN juga telah menyediakan alat kontrasepsi
gratis bagi masyarakat miskin. Saat ini sudah ada 54 persen keluarga
miskin yang ikut KB. Kalau ada yang menarik bayaran dari masyarakat
miskin yang ingin menggunakan alat kontrasepsi, harus dilaporkan. Sebab
mereka tidak dikenakan biaya dan jasa pelayanan untuk mereka sudah
ditanggung lewat Jamkesmas, lanjutnya. 

Meski demikian, dia mengakui masih ada pula masyarakat miskin yang belum
dapat terlayani oleh program KB. Salah satu penyebabnya, mereka tidak
memiliki biaya transportasi untuk mencapai pusat pelayanan kesehatan
masyarakat tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut, BKKBN melakukan dua
cara, yakni pertama, menggunakan mobil pelayanan KB ke daerah-daerah
yang banyak keluarga miskinnya. Kedua, memberikan uang bagi masyarakat
miskin untuk menuju pos pelayanan kesehatan masyarakat. 

[Non-text portions of this message have been removed]



 


[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Iraqi voters turn to secular parties

2009-02-02 Terurut Topik Sunny
http://www.theaustralian.news.com.au/story/0,25197,24998189-2703,00.html

Iraqi voters turn to secular parties
Correspondents in Baghdad | February 03, 2009 

Article from:  The Australian 

IRAQI voters have punished religious-leaning parties blamed for stoking 
sectarian violence, and rewarded secular parties seen as capable of holding the 
nation together, important shifts that will be welcomed in Washington and 
scorned in Tehran.

The biggest Shia party in Iraq once appeared to hold all the political sway: 
control of the heartland, the backing of influential clerics and a foot in the 
Government with ambitions to take full control. 

But the days of wide-open horizons could be ending for the Supreme Islamic 
Iraqi Council, as the signs began to take shape yesterday with hints of the 
voter mood from provincial elections. 

The broad message - built on Iraqi media projections and post-election 
interviews - was that the eventual results would punish religious-leaning 
factions such as the Supreme Council that are blamed for stoking sectarian 
violence, and reward Prime Minister Nouri al-Maliki and several secular 
parties. 

The early returns show Mr Maliki could be strengthened in his dealings with 
parliament before national elections to be held by next year. His Dawa Party 
drew strong support in Basra and Baghdad, two of Iraq's largest and most 
politically important provinces, according to political parties and election 
officials. 

The outcome of the provincial polls will not directly affect Iraq's national 
policies or its balance between Washington's global power and Iran's regional 
muscle. But Shia political trends are critically important in Iraq, where the 
majority Shi'ites hold sway after the fall of Saddam Hussein's Sunni-dominated 
regime. 

There is a backlash from Iraqis against sectarian and religious politics, 
said Mustafa al-Ani, an Iraqi political analyst based in Dubai. The voting 
gave us an indication of what will happen in the general election. 

Although official results from the weekend's provincial elections are still 
days away, the early outlines are humbling for the Supreme Council. The group 
had been considered a linchpin in Iraqi politics as a junior partner in the 
government that had political control in the Shia south. 

But forecasts point to widespread losses for the party across the main Shia 
provinces. The setbacks could include embarrassing stumbles in the key city of 
Basra and the spiritual centre of Najaf, hailed as the future capital in the 
Supreme Council's dreams for an autonomous Shia enclave. 

The big election winners appear to be allies of Mr Maliki - a vivid lesson in 
Iraq's fluid politics. 

A year ago, Mr Maliki looked to be sinking. Shia militiamen ruled cities such 
as Basra and parts of Baghdad, and rockets were hitting the protected Green 
Zone, which includes the US embassy and Iraq's parliament. 

Mr Maliki - with apparent little advance co-ordination with the US - struck 
back. An offensive broke the militia control in Basra and elsewhere in the 
south, enhancing his reputation. 

And many voters appeared happy to reward his political backers with seats on 
provincial councils, which carry significant clout with authority over local 
business contracts, jobs and local security forces. 

Al-Maliki ended the militiamen's reign of terror, said Faisal Hamadi, 58, 
after voting in Basra. For this he deserves our vote. 

The Supreme Council appeared to stagger under the weight of negative baggage. 

It was accused of failing to deliver improvements to public services in the 
south. And its strong ties to Iran began to offend Iraqis' nationalist 
sentiments. 

Its leader, Abdul Aziz al-Hakim, spent decades in Iran during Saddam's rule, 
and was allowed an office-villa in Tehran. After Saddam's fall, the Supreme 
Council was Iran's main political conduit into Iraq, although it also developed 
ties with the US. 

Iran now could face limits on its influence in the south, with the Supreme 
Council forced into a coalition or second-tier status - and confront resistance 
from a stronger Maliki Government seeking to curb Tehran's inroads. 

AP


[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Democratic dawn in Iraq

2009-02-02 Terurut Topik Sunny
http://www.guardian.co.uk/commentisfree/2009/feb/03/comment-iraq-elections

Democratic dawn in Iraq
Polling was peaceful, the results encouraging. We could yet be looking at a 
model for Arab states
  a.. William Shawcross 
  b.. The Guardian, Tuesday 3 February 2009 
  c.. Article history
The weekend's elections in Iraq were a huge success for the Iraqi people. The 
remarkably peaceful day of voting on Saturday - and the interim results - give 
good reason to hope Iraq really is on the way to building a decent society.

These provincial elections were held in 14 of the country's 18 provinces 
(Kurdistan will hold separate elections, and the disputed oil-rich city of 
Kirkuk was deemed too hard at present). This was the first post-Saddam 
election that the Iraqis handled themselves. Iraqi soldiers protected the 
polling stations. It was also the first election to have international 
observers in all 712 constituencies. In 2005 terrorist attacks made that too 
dangerous. Then, more than 200 candidates were killed - this time, eight died. 
There were 14,412 candidates standing for office, an impressive number.

This was also the first election in which there was no boycott on ethnic or 
sectarian grounds. There was an enormous spread of views represented on the 
ballot papers - Iraq is the only Arab country which offers almost everyone, 
including Trotskyites and monarchists, the freedom to stand for election.

The turnout, 51%, was less than some predicted but importantly it included many 
Sunnis who had boycotted the last elections in 2005. Turnout in some of the 
Sunni areas was as high as 60%. The hope is that these Sunnis have turned from 
the methods of al-Qaida, which dominated the early post-Saddam years, to the 
political process.

The peaceful polling was remarkable and so were the results. All the Islamic 
parties lost ground, especially that associated with the so-called Shia 
firebrand, Moqtada al-Sadr, whose share of the vote went down from 11% to 3%. 
The principal Sunni Islamic party, the Islamic Party of Iraq, was wiped out.

The only Islamic party to gain ground was the Dawa party of the Shia prime 
minister Nouri al-Maliki - and even that party dropped the word Islamic from 
its name. The power of Maliki, who has emerged a stronger leader than expected, 
is further enhanced by these elections. Now no Islamic parties will be able to 
control any provinces on their own. The election is thus a big defeat for Iran 
which had hoped that Shia religious parties would control the south and enable 
Iran to turn them into a mini Shia republic.

Instead, a new generation of Iraqi politicians is coming forward. Many of them 
are young and secular. They have lived always in Iraq, not in exile; they are 
Iraqis with local roots first and foremost - they are not pan-Arabs or 
pan-Islamists. Nor do they have connections to the US.

Iraq's polity is still fragile. Parliamentary elections later this year will be 
another test of whether the horrific inter-Islamic violence of recent years is 
over. The country is still far from united and its infrastructure still needs 
massive investment. But there are now real grounds to hope that Iraqis are 
finally on track to creating a far more decent society than they have ever had. 
This would never have been possible without the US-led overthrow of the 
psychotic Saddam family.

There were lamentable failures in the subsequent US occupation, which allowed 
the rise of the hideous sectarian violence that threatened to tear the country 
to pieces. But in the last two years the surge of US troops under General 
David Petraeus appears to have destroyed much of the terrorists' infrastructure 
and support. Now, as US troops begin their phased withdrawal, the new 
American-trained Iraqi army is defending the country against Islamist violence.

There will be further setbacks. But who knows, Iraq may yet even become a model 
for democratic change in other Arab countries. If so, who deserves some credit? 
The much maligned President Bush. And Tony Blair.

. William Shawcross's most recent book is Allies: the United States, Britain, 
Europe and the War in Iraq
williamshawcross.com


[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Poligami Meningkat, Perceraian Pun Meningkat

2009-02-02 Terurut Topik Sunny
http://www.ranesi.nl:80/arsipaktua/indonesia060905/poligami_meningkat20090202

Poligami Meningkat, Perceraian Pun Meningkat
Radio Nederland Wereldomroep

02-02-2009

 Poligami Meningkat, Perceraian Pun Meningkat 


Perempuan Muslim Indonesia lebih memilih cerai, ketimbang melanjutkan 
pernikahan ketika suaminya berpoligami karena mengawini perempuan lain. Inilah 
data yang diungkapkah oleh pengadilan agama. Ada beberapa faktor yang berperan. 
Di antaranya meningkatnya kesadaran perempuan Indonesia tentang hak mereka. 
Perempuan mulai berani memperjuangkan hak mereka dan menolak dominasi pria. 
Kalau perceraian meningkat, ternyata jumlah kasus poligami juga meningkat. 
Bagaimana ini bisa dijelaskan? Berikut Nursyahbani Katjasungkana anggota DPR 
fraksi PKB. 

 

Nursyahbani Katjasungkana[NK]: Ya, kalau dari data yang disampaikan oleh 
wartawan Jakarta Post kemarin waktu mewawancarai saya, memang faktor itu yang 
meningkat ya. Nah, tapi itu ditolak oleh kaum perempuan. 

Sementara ada semacam gerakan budaya untuk menguatkan itu semua. Seperti 
misalnya yang saya sebutkan itu, film-film baik di tv, maupun film layar lebar 
yang seperti menyebarkan bahwa poligami itu sesuatu yang memang merupakan 
ajaran agama. Ini juga dilakukan perlawanan oleh kaum perempuan. 

Radio Nederland Wereldomroep[RNW]: Tapi untuk bisa berpoligami si suami kan 
harus minta ijin si istri. Mengapa si istri toh ingin ceraikan suami? 

Melecehkan 
NK: Itu salah. Bukan ijin istri. Menurut undang-undang perkawinan itu, suami 
harus meminta ijin pengadilan. 

Nah permohonan ijin pengadilan itu harus dilampiri dengan alasan. Nah, 
alasannya itu juga sangat melecehkan istri ya, diskriminatif dan menempatkan 
istri hanya sebagai sexual provider, pelayan seksual. 

Karena pertama, alasan yang bisa dipakai adalah apabila istri tidak bisa 
melahirkan keturunan. Nah, itu jelas menempatkan istri hanya sebagai mesin 
pembuat anak, tanpa dilihat apakah dia tidak melahirkan keturunan itu karena 
suaminya mandul atau nggak gitu. 

Pokoknya nggak punya anak pasti dianggap kesalahan si istri dan itu bisa 
menjadi alasan untuk berpoligami. 

Kedua, kalau istri tidak perform sebagai istri. Nah, ukuran performance sebagai 
istri itu sangat subyektif, ditentukan oleh suaminya, dan/atau oleh pengadilan. 

Ketiga, kalau istri terus-menerus atau cacat secara fisik. Nah, ini 
alasan-alasan yang bagi kaum perempuan adalah alasan yang sangat diskriminatif 
dan menetapkan perempuan hanya sebagai pelayan seksual suami. 

Persyaratan hukum 
Ketika peran-peran tidak bisa dijalankan maka dia seperti akan ditinggalkan 
sebagai istri, ditinggalkan untuk kawin lagi. 

Nah, cara lainnya adalah persetujuan istri dan atau istri-istri yang sudah ada. 
Jadi bukan ijin istri. 

Nah, tapi di dalam pasal 5 undang-undang perkawinan dikatakan bahwa apabila 
istri tidak memberikan persetujuan maka pengadilan yang akan menilai apakah 
tidak setujuinya istri itu dalam pertimbangan pengadilan itu dianggap masuk 
akal atau tidak. 

Jadi sebetulnya persetujuan istri itu sangat relatif. Karena itu bisa diambil 
alih oleh pengadilan. Artinya meskipun misalnya istri tidak setujui, kalau 
pengadilan mengatakan tidak ada alasan untuk tidak menyetujui, maka ijin itu 
bisa diberikan kepada suami untuk kawin lagi. 

RNW: Secara hukum agama, poligami itu sah ya, tapi kalau memang benar poligami 
penyebab perceraian apakah menurut Anda poligami harus dibatasi? 

NK: Memang poligami di Indonesia sudah dibatasi. Artinya tidak bisa lagi 
seperti dulu ya, laki-laki bebas untuk kawin dengan siapa saja, di mana saja 
dan kapan saja, tapi dibatasi dengan alasan-alasan tadi. Yaitu memenuhi 
persyaratan-persyaratan hukum dan bahkan harus dengan ijin pengadilan. 

Kalau dibandingkan dengan negara-negara Islam yang lain, undang-undang 
perkawinan ini cukup maju ya, dengan ada pembatasan seperti itu. 

Yang kedua adalah ada counter interpretasi yang mengatakan bahwa sebetulnya 
poligami bukan menjadi ajaran Islam. Ajaran Islam itu monogami dan menempatkan 
poligami hanya pada pintu darurat sekali. 

Jadi ada peperangan juga antara mereka yang menafsirkan ayat 3 dari Anisa itu 
yang mengatakan poligami adalah hak laki-laki. Tapi ada juga penafsiran 
kontekstual dan historis yang mengatakan bahwa itu bukan hak laki-laki. Apalagi 
persyaratannya sedemikian berat, harus sedemikian adil. 


Kata Kunci: hak, pengadilan, perempuan, poligami


[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Kasad: Purnawirawan Jangan Bawa TNI Berpolitik

2009-02-02 Terurut Topik Sunny
http://www.analisadaily.com/index.php?option=com_contentview=articleid=5718:kasad-purnawirawan-jangan-bawa-tni-berpolitikcatid=3:nasionalItemid=128


  Kasad: Purnawirawan Jangan Bawa TNI Berpolitik  
  Jakarta, (Analisa)


  Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Agustadi Sasongko Purnomo 
mengimbau kepada para purnawirawan yang mencalonkan diri sebagai calon 
legislatif atau bahkan calon presiden dan calon wakil presiden, agar jangan 
menarik TNI kembali ke ranah politik.

  Dalam silaturahminya dengan para purnawirawan TNI-AD di Jakarta, Senin, 
ia mengatakan, TNI telah memutuskan untuk bersikap netral dalam Pemilu 2009 dan 
semua pihak diminta untuk menghormati komitmen tersebut.

  Karenanya, tambah KSAD, akan menindak tegas personel TNI-AD yang masih 
aktif, jika terlibat dalam kampanye pemilu dan mengimbau para purnawirawan yang 
hendak ikut dalam Pemilu 2009, tidak melibatkan anggota TNI aktif.  Agustadi 
juga meminta anggota TNI tidak terpengaruh dengan isu-isu yang dapat 
menjatuhkan nama baik institusi.

  Sementara itu, mantan KSAD Ryamizard Ryacudu mengimbau agar tidak muncul 
saling curiga di antara sesama komponen bangsa akibat isu yang diungkapkan 
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tentang adanya keterlibatan anggota TNI 
dalam kegiatan politik praktis. Jangan saling lempar dan jangan saling curiga. 
Saya tahu SBY itu dari dulu, saya ikut dia dua periode, katanya.

  Ryamizard juga mengingatkan kembali purnawirawan TNI tidak diperbolehkan 
membawa-bawa TNI ke ranah politik. TNI itu adalah pucuk negara jadi harus 
netral.  Bila ada purnawirawan yang ketahuan menarik personel aktif ke ranah 
politik, sanksinya pun hanya sebatas sanksi moral saja. Tapi itu urusan ketua 
purnawirawan, saya tidak mau melampaui, ujarnya 


[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Darfur vs Gaza: African muslims are worth less than Arab muslims

2009-02-02 Terurut Topik Ary Setijadi Prihatmanto
mas DWS,

sesama muslim kan seperti satu tubuh... 
kalau yang satu sakit, biasanya yang lain ikut-ikutan sakit...

tapi biar satu tubuh, 
kan ada yang jadi kepala, jantung, paru-paru yang esensial
ada yang jadi tangan, kaki yang urusannya ya kerja doang...dipotong boleh saja 
kalo perlu, apalagi kalo bisa regenerasi kayak kadal.
ada juga yang jadi usus buntu yang nggak berguna, kuku, rambut yang cuman 
asesoris, dll.

israel-palestina itu kan ibaratnya lawan tubuh lain...ya pasti dilawan, 
semuanya bergerak.
tapi darfur itu kan seakan-akan seperti kepala makan tangan atau bahkan rambut 
atau mungkin bisa diibaratkan usus buntu...
lha wong tubuh kadal, 
tangan dipotong ya nggak pa-pa, kan nanti tumbuh lagi, 
apalagi cuman rambut, kuku atau bahkan usus buntu...

yang penting jangan kepala kan? kalo kepala yang dipotong ya koit...

memang agak meriang-meriang...tapi nanti juga sembuh...

memang Islam itu universal, untuk seluruh umat manusia, 
Islam memang menganggap semua manusia itu sama,
walaupun memang ada yang lebih sama dibanding yang lain...
Muslim memang bersaudara...tapi ada yang lebih saudara dibanding muslim yang 
lain.

Mungkin begitu ya penjelasannya




  - Original Message - 
  From: Dwi Soegardi 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Monday, February 02, 2009 11:16 PM
  Subject: [wanita-muslimah] Darfur vs Gaza: African muslims are worth less 
than Arab muslims


  
http://blog.beliefnet.com/cityofbrass/2009/02/darfur-vs-gaza-african-muslims.html

  Darfur vs Gaza: African muslims are worth less than Arab muslims
  Monday February 2, 2009
  Categories: Hirabah Watch

  Ali A. Rizvi, a muslim blogger, asks the hard questions
  
(http://alirizvisblog.blogspot.com/2009/01/where-is-muslim-outrage-over-darfur.html):

  Where are the large-scale protests and outrage from the Muslim
  community over the senseless deaths and rape of hundreds of thousands
  of poverty-ridden African Muslims?

  Why is there such a glaring discrepancy between the Muslim world's
  response to the atrocities in Gaza and the atrocities in Darfur?

  If the Darfur genocide was being carried out by Jews or Christians
  instead of Arab Muslims, would we see a different response?

  Note that the point of this is not to suggest that there should be no
  outrage over Gaza. But in terms of the scale of human life - 300,000
  people dead according to estimates from 2005, equivalent to 300 Gazas
  - Darfur should at least merit comparable energy and action and blog
  posts and outrage. Rizvi's post documents just how little outrage
  there is to spare.

  When the International Criminal Court finally indicted Omar al-Bashir,
  President of Sudan for his role in arming and supporting the janjaweed
  militias who are carrying out the literal genocide of non-Arab muslims
  in Darfur, what was the response of the Ummah? Accusations of bias and
  injustice, but not for the victims of Darfur, but rather their
  murderers. Muslim murderers.

  It should be noted that two and a half years ago, there were
  large-scale demonstrations in the US to draw attention to Darfur.
  Those demonstrations were largely organized by American Jews
  
(http://www.jpost.com/servlet/Satellite?pagename=JPost%2FJPArticle%2FShowFullcid=1145961241838).
  The muslim-American community's response? A press release
  (http://www.mpac.org/article.php?id=146).

  Again, I reiterate - I do not suggest that we should be blind to the
  suffering of the innocents in Gaza. But just as muslims point out the
  calculus whereby one Jewish life is worth 100 Palestinian lives, so
  too it seems that one Palestinian life is worth 300 African lives.

  Related: discussion at Talk Islam on this issue
  (http://talkislam.info/2009/02/01/ali-a-rizvi-ponders-the-muslim-response/).


   


--


  No virus found in this incoming message.
  Checked by AVG. 
  Version: 7.5.552 / Virus Database: 270.10.16/1929 - Release Date: 01/02/2009 
18:02


[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] 7 Malam Pertama Dialam kubur

2009-02-02 Terurut Topik hupri 80
Ass, wr,Wb
Mereka berkata, “Aduhai celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari 
tempat tidur kami (kubur)?” Inilah yang dijanjikan (Tuhan) Yang Maha Pemurah 
dan benarlah Rasul-rasul(Nya).(QS. Yaasin [36]: 52).Dan sesungguhnya hari 
kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya; dan bahwasanya Allah 
membangkitkan semua orang di dalam kubur. (QS. Al-Hajj [22]: 7).Terbayangkah di 
hati kita, bagaimanakah rasanya menghuni alam kubur? Tujuh malam pertama saja? 
Masya Allah, sungguh itulah kehidupan maha menakutkan dan maha 
mengerikan!Sebuah potret rumah masa depan yang amat sempit, gelap, dingin, 
lembab, sunyi, berteman cacing, ulat, belatung, juga ular, kalajengking, dan 
segala makhluk melata yang menjijikkan. Tapi, sadarlah, memang itulah masa 
depan hidup yang akan dilalui oleh setiap kita. Tak peduli kaya atau miskin, 
pejabat atau rakyat, konglomerat atau melarat, kita semua akan mengenyam 
gelapnya kehidupan alam kubur.Jika kita lalai pada potret
 mengerikan alam kubur itu, niscaya hati kita akan selalu jauh dari Allah. 
Sebaliknya, jika kita selalu ingat bahwa di dunia ini kita tidaklah kekal, 
bahkan di atas kemolekan, kecantikan, kekayaan, dan ketenaran status kita, 
niscaya kita akan berlinang air mata membayangkan betapa kerdilnya diri ini dan 
bergegas menyiapkan diri menyongsong alam kubur dengan penuh ketakziman dan 
keshalihan ibadah.Buku ini mengingatkan dengan penuh perih kehidupan macam 
apakah yang akan kita jalani kelak kala kita mulai dimasukkan ke liang lahat 
oleh orang-orang yang sangat menghormati dan mencintai kita selama ini, hingga 
7 malam ke depan. Subhanallah... Ya Allah, beginikah rasanya 7 malam pertama 
menjalani kehidupan sepi di alam kubur? Tolonglah hamba-Mu ini.… 

Info Selengkapnya klik www.senyumuslim.com


  

[Non-text portions of this message have been removed]




===
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejaht...@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelism...@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:wanita-muslimah-dig...@yahoogroups.com 
mailto:wanita-muslimah-fullfeatu...@yahoogroups.com

* To unsubscribe from this group, send an email to:
wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



[wanita-muslimah] Re: Darfur vs Gaza: African muslims are worth less than Arab muslims

2009-02-02 Terurut Topik werkuwer
iya, animal farm karya george orwell itu mengatakan: kita semua 
setara, tapi beberapa lebih setara daripada yang lain. 

artinya? 

pembelaan-pembelaan kita ini (kepada sesama muslim) cuma sekedar 
retorika. bahasa mbah saya, 'mbelgedes'. ndak sungguh-sungguh. 
dasarnya cuma 'rasa benci terhadap yahudi'. 

kenapa?

 

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ary Setijadi Prihatmanto 
ary.setij...@... wrote:

 mas DWS,
 
 sesama muslim kan seperti satu tubuh... 
 kalau yang satu sakit, biasanya yang lain ikut-ikutan sakit...
 
 tapi biar satu tubuh, 
 kan ada yang jadi kepala, jantung, paru-paru yang esensial
 ada yang jadi tangan, kaki yang urusannya ya kerja 
doang...dipotong boleh saja kalo perlu, apalagi kalo bisa regenerasi 
kayak kadal.
 ada juga yang jadi usus buntu yang nggak berguna, kuku, rambut 
yang cuman asesoris, dll.
 
 israel-palestina itu kan ibaratnya lawan tubuh lain...ya pasti 
dilawan, semuanya bergerak.
 tapi darfur itu kan seakan-akan seperti kepala makan tangan atau 
bahkan rambut atau mungkin bisa diibaratkan usus buntu...
 lha wong tubuh kadal, 
 tangan dipotong ya nggak pa-pa, kan nanti tumbuh lagi, 
 apalagi cuman rambut, kuku atau bahkan usus buntu...
 
 yang penting jangan kepala kan? kalo kepala yang dipotong ya 
koit...
 
 memang agak meriang-meriang...tapi nanti juga sembuh...
 
 memang Islam itu universal, untuk seluruh umat manusia, 
 Islam memang menganggap semua manusia itu sama,
 walaupun memang ada yang lebih sama dibanding yang lain...
 Muslim memang bersaudara...tapi ada yang lebih saudara dibanding 
muslim yang lain.
 
 Mungkin begitu ya penjelasannya
 
 
 
 
   - Original Message - 
   From: Dwi Soegardi 
   To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
   Sent: Monday, February 02, 2009 11:16 PM
   Subject: [wanita-muslimah] Darfur vs Gaza: African muslims are 
worth less than Arab muslims
 
 
   http://blog.beliefnet.com/cityofbrass/2009/02/darfur-vs-gaza-
african-muslims.html
 
   Darfur vs Gaza: African muslims are worth less than Arab muslims
   Monday February 2, 2009
   Categories: Hirabah Watch
 
   Ali A. Rizvi, a muslim blogger, asks the hard questions
   (http://alirizvisblog.blogspot.com/2009/01/where-is-muslim-
outrage-over-darfur.html):
 
   Where are the large-scale protests and outrage from the Muslim
   community over the senseless deaths and rape of hundreds of 
thousands
   of poverty-ridden African Muslims?
 
   Why is there such a glaring discrepancy between the Muslim 
world's
   response to the atrocities in Gaza and the atrocities in Darfur?
 
   If the Darfur genocide was being carried out by Jews or 
Christians
   instead of Arab Muslims, would we see a different response?
 
   Note that the point of this is not to suggest that there should 
be no
   outrage over Gaza. But in terms of the scale of human life - 
300,000
   people dead according to estimates from 2005, equivalent to 300 
Gazas
   - Darfur should at least merit comparable energy and action and 
blog
   posts and outrage. Rizvi's post documents just how little outrage
   there is to spare.
 
   When the International Criminal Court finally indicted Omar al-
Bashir,
   President of Sudan for his role in arming and supporting the 
janjaweed
   militias who are carrying out the literal genocide of non-Arab 
muslims
   in Darfur, what was the response of the Ummah? Accusations of 
bias and
   injustice, but not for the victims of Darfur, but rather their
   murderers. Muslim murderers.
 
   It should be noted that two and a half years ago, there were
   large-scale demonstrations in the US to draw attention to Darfur.
   Those demonstrations were largely organized by American Jews
   (http://www.jpost.com/servlet/Satellite?pagename=JPost%
2FJPArticle%2FShowFullcid=1145961241838).
   The muslim-American community's response? A press release
   (http://www.mpac.org/article.php?id=146).
 
   Again, I reiterate - I do not suggest that we should be blind to 
the
   suffering of the innocents in Gaza. But just as muslims point 
out the
   calculus whereby one Jewish life is worth 100 Palestinian lives, 
so
   too it seems that one Palestinian life is worth 300 African 
lives.
 
   Related: discussion at Talk Islam on this issue
   (http://talkislam.info/2009/02/01/ali-a-rizvi-ponders-the-muslim-
response/).
 
 

 
 
 ---
---
 
 
   No virus found in this incoming message.
   Checked by AVG. 
   Version: 7.5.552 / Virus Database: 270.10.16/1929 - Release 
Date: 01/02/2009 18:02
 
 
 [Non-text portions of this message have been removed]





[wanita-muslimah] Rahasia Suara Tanpa Rupa di Jalur Gaza

2009-02-02 Terurut Topik cak lis




klik: www.hidayatullah.com


//Rahasia Suara Tanpa Rupa di Jalur Gaza//

Mengira ranjau
yang ditanam tak berfungsi, sang mujahid kembali ke medan. Tiba-tiba ia
diperingatkan suara tanpa rupa. Blarr! Meledak!
Hidayatullah.com--Kisah karamah mujahidin pertempuran Al-Furqan di Gaza terus 
bergulir. Kali ini disebutkan oleh khatib masjid Izzuddin Al-Qassam di wilayah 
Nashirat Gaza, yang telah ditayangkan oleh chanel Al-Quds.  Sang
khatib bercerita, bahwa seorang pejuang telah menanam sebuah ranjau
yang telah disiapkan untuk menyambut pasukan Zionis yang melalui jalan
tersebut.   Saya
telah menanam sebuah ranjau, namun setelah itu saya melihat sebuah
helikopter menurunkan sejumlah pasukan dengan jumlah besar dan banyak
pula tank yang beriringan menuju jalan tampat saya menanam ranjau.
Akhirnya saya putuskan untuk kembali, karena saya perkirakan ranjau itu tidak 
bisa bekerja optimal, karena jumlah musuh amat banyak, ucap sang khatib, 
menirukan si pelaku.  Akan tetapi, sebelum beranjak meninggalkan lokasi, 
pejuang itu mendengar suara aneh. Utsbut, tsabatkallah!
, yang maknanya kurang lebih, tetaplah di tempat, maka Allah
menguatkanmu. Ucapan itu, ia terdengar sangat keras dan berulang-ulang
sebanyak tiga kali. Tak jelas siapa yang mengatakan dan dari mana
asalnya.  Saya
mencari sekeliling untuk mengetahui siapa yang mengatakan hal itu
kapada saya. Akan tetapi saya malah terkejut, karena tidak ada
seorangpun yang bersama saya, ucap sang mujahid yang tak disebut
namanya itu.   Tak
disangka tak diduga, selang beberapa saat setelah peringatan itu,
ranjau itu meledak dasyat. Blarrr!. Dan menghancurkan tank yang di
dalamnya banyak pasukan Zionis-Israel.  Akhirnya,
saya memutuskan untuk tetap berada di lokasi. Dan ketika sebuah tank
melewati ranjau yang bersangkutan, terjadi sebuah ledakan yang
menyebabkan tank hancur, dan banyak pasukan infantri Israel yang tewas,
dan sebagian dari mereka telah diangkut oleh helikopter. Sedangkan saya
sendiri dalam keadaan selamat, ujar sang Mujahid, ditirukan sang
khatib di salah satu masjid Izzuddin Al-Qassam.   Hingga ranjau meledak dan 
menewaskan puluhan serdadu Zionis-Israel, sosok yang berteriak itu tak 
ditemukan hingga kini. Sungguh, itulah tanda-tanda rahasia Allah. [tho/katlah 
islamiyah/www.hidayatullah.com]
  Ikuti terus Rahasia Keajaiban Gaza yang lain di www.hidayatullah.com
  Zionis belum berhenti membantai, kok kita berhenti membantu? Sisihkan 
sebagian harta Anda untuk membantu rakyat Gaza di Hidayatullah.com Peduli 
Palestina. No Rek BCA: 822 0279422 CP Redaksi www.hidayatullah.com 
081-357342242
Foto AP Photo 


  

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Hendrik Jualan Kantong Plastik

2009-02-02 Terurut Topik muhamad agus syafii
Hendrik Jualan Kantong Plastik

By: agussyafii

Pagi sebelum berangkat saya bertemu teman. Teman bertutur dirinya sering 
melihat Hendrik jualan kantong plastik di pasar Ciledug. Hendrik adalah salah 
satu anak ananda. Ibunya jika pagi hari mengojek di pasar. Saya katakan padanya 
ayah Hendrik sudah tiada. Sebelum masuk sekolah siang hari, pagi hari hendrik 
jualan kantong plastik untuk ongkos sekolah.

Buat saya adalah kebanggaan karena hendrik bekerja untuk dirinya, jawab saya 
pada teman. kegigihan Hendrik untuk bekerja akan menumbuhkan hidup bermakna 
pada dirinya tanpa harus mengetengadahkan tangan pada orang lain. Pada Malam 
hari hendrik belajar mengaji pada saya. Sejak ayahnya meninggal hampir tidak 
pernah ada orang yang membimbing Hendrik, ibunya sibuk mencari nafkah. Jadi 
membimbing Hendrik merupakan tugas kita dan kami, Ananda membantu biaya 
sekolahnya.

Oo..luar biasa ya Hendrik, jadi ayahnya sudah tidak ada ya mas? jualan kantong 
plastik itu untuk membiayai hidupnya ya kata teman tersebut, matanya nampak 
berkaca-kaca. 

Tidak semua anak bisa beruntung dengan bermain di rumah bersama ayah dan 
ibunya, sarapan pagi, minum susu sambil menonton tv namun ada anak yang mesti 
jualan kantong di pasar untuk membiayai hidupnya. 

--
Barang siapa yang dikaruniakan harta oleh Alloh SWT maka hendaknya menyambung 
silaturahmi, menghormati tamu, memuliakan anak yatim dan hendaknya bersabar 
dalam menghadapi ujian karena dengan semua ini kemuliaan dunia dan kebahagiaan 
akherat didapatkannya. (ali bin abi thalib).



Wassalam,
agussyafii



Tulisan ini dibuat dalam rangka kampanye kegiatan Untukmu Ananda. kegiatan 
Untukmu Ananda. Kegiatan memuliakan anak-anak yatim. Pada tanggal 14 Februari 
2009. selanjutnya silahkan kirimkan dukungan dan kepedulian anda kepada 
Untukmu Ananda di 087 8777 12 431 atau di http://agussyafii.blogspot.com





  

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Hidayah karena Sodaqoh

2009-02-02 Terurut Topik muhamad agus syafii
Hidayah karena Sodaqoh

By: agussyafii

Pada satu hari ada orang menghubungi saya. bapak itu bertanya apakah saya 
boleh bergabung dengan orang2 yang sholeh? ya boleh dong pak. jawab saya. 
Saya chineese lo mas.katanya. dimata Alloh semua hambaNya sama yang 
membedakan ketaqwaannya. jawab saya kembali.

Bapak itu bercerita bahwa dirinya terheran kenapa banyak orang beranggapan 
sodaqoh itu keajaiban. Bahkan ada seorang temannya pedagang rajin bersodaqoh 
tiap hari jumat. Sampai dia menanyakan pada temannya, apa sih keajaibannya 
shodaqoh? Shodaqoh itu membuat dihidup saya menjadi sehat. jawab temannya. 
Kok bisa? Iya, sebab shodaqoh membuat tidur saya menjadi nyenyak dan makan 
enak. Coba deh.

Awalnya dia ragu untuk bersedaqoh namun sampai akhirnya dirinya mendapatkan 
hidayah Alloh SWT disaat usianya menjelang senja. sekarang malah memilih 
hidupnya untuk membantu fakir miskin dengan membantu ketrampilan orang-orang 
sekitarnya.

---
¡Obatilah orang yang sakit dengan shodaqoh, Bentengilah harta yang anda miliki  
dengan zakat dan tolaklah marabahaya dengan doa (HR Baihaqi).


Wassalam,
agussyafii

--
Tulisan ini dibuat dalam rangka kampanye kegiatan Untukmu Ananda. kegiatan 
Untukmu Ananda. Kegiatan memuliakan anak-anak yatim. Pada tanggal 14 Februari 
2009. selanjutnya silahkan kirimkan dukungan dan kepedulian anda kepada 
Untukmu Ananda di 087 8777 12 431 atau di http://agussyafii.blogspot.com





  

[Non-text portions of this message have been removed]




===
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejaht...@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelism...@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:wanita-muslimah-dig...@yahoogroups.com 
mailto:wanita-muslimah-fullfeatu...@yahoogroups.com

* To unsubscribe from this group, send an email to:
wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



[wanita-muslimah] Keikhlasan Putriku..

2009-02-02 Terurut Topik muhamad agus syafii
keikhlasan Putriku..

By: Ikhlas Nori

Sesaat sebelum bus yang aku tumpangi bergerak dari terminal bus Stui Banda 
Aceh, Jumat malam kemarin (aku memang berusaha setiap week end pulang ke rumah 
di Binjai), hp berdering..di ujung sana terdengar suara bidadari kecilku:
 
Farrah: Assalamualaikum Pa..
Aku:  Waalaikum salam wr wb., anak cantikku...dah makan belon...ada PR yaa?
Farrah: Gak ada PR pa...adek mau nanya...
Aku: napa anak cantik papa...mau nanya apa ?
Farrah: Papa udah gajian...?
Aku:  Aduuuhh...dari kantor udah ditransfer...cuma papa belon check dah masuk 
tau belon...napa nak...
Farrah: Gak pp pa...dah yaa paa...assalamualaikum...klik hp 
ditutupwaalaikum salam wr wb
 
Selama perjalanan (biasanya memakan waktu hampir 9 jam)...aku berpikir dan 
sampai tertidur...(emang ngantuk...).
Sampai di rumah aku ceritakan pada istri perihal telepon dari Farrah..dan 
menanyakan kenapa kok tiba2 dia nanya apakah papanya dah gajian atau 
belonIstriku menceritakan kalo Farrah berniat untuk mensedekahkan isi 
celengannya ke anak2 Panti Asuhan...cuma uangnya kurang Rp. 
24.000(yaa...dua puluh lima ribu rupiah kurangnya) dia pengen sedekah 
sebesar Rp. xxx.xxx,-
 
Subhanallah...Alhamdulillah yaa Allah...tak terasa menetes air mata ini...aku 
bersyukur
padaMu yaa Allah atas karuniaMU yaa Allah...
 
Aku: Yaa udah ..nanti sepulang Mas Adit sekolah kita ke Panti Asuhan dan 
Alhamdulillah papa ada rezeki untuk nambahin sedekah adek... ...kupeluk anakku 
...dan kulihat matanya berkaca2...(gak tau apa yang dipikirkan olehnya...anak 
seusia 9 tahun)...
 
Pukul 5 sore aku sekeluarga berangkat ke Panti Asuhan...sesampai di sana 
sengaja aku 'agak membiarkan' bidadariku berjalan di depan dan menjumpai 
langsung Pimpinan Panti Asuhannya. Setelah mengucapkan salam aku mendorong 
Farrah untuk menjelaskan niatnya memberi sedekah kepada Pak Purba (Pimpinan 
Panti). Terharu hati ini melihat Farrah duduk di depan meja menghadap Pak 
Purba...Kulihat rasa puas dan 'kebanggaan' dari dirinya sesaat sebelum dia 
menandatangi kwitansi...Farrah memandangku seolah minta persetujuanku ...dan 
kuanggukan kepala sebagai tanda setuju agar Farrah menandatanginya 
langsung...(dia memang sudah sering menandatangani kwitansi bila bermain dengan 
teman2 sebayanya...layaknya seorang dokter anak katanya). Dalam perjalanan 
pulang..tak henti2nya Farrah memandangi kwitansi sedekahnya..dan dia tidak 
ingin kwitansi itu terlipat.
 
Farrah: Pa...ini tadi khan penghuni Panti Asuhannya anak perempuan...bulan 
depan kita sedekah lagi yaa Pa ke Panti Asuhan di Jl. Imam Bonjol..yang anak 
Pantinya laki-laki...biar Mas Adit nanti yang nyerahin...
Aku: Insya Allah yaa nak...doain yaa...Amin Yaa Robbal Alamin.
 
Tanpa terduga...kemarin Senin 2 Ferbruary 2009 foto kami sekeluarga 
'terpampang' di Headline news Harian Medan Bisnis. Apakah ini merupakan 
keajaiban sedekah...? Wallahu a'lam bish-shawabiLaa haulaa walaa quwwataa 
illaa billaah.

Wassalam,
agussyafii

---

Tulisan ini dibuat dalam rangka kampanye kegiatan Untukmu Ananda. Kegiatan 
memuliakan anak-anak yatim. Pada tanggal 14 Februari 2009. selanjutnya silahkan 
kirimkan dukungan dan kepedulian anda kepada Untukmu Ananda di 087 8777 12 
431 atau di http://agussyafii.blogspot.com



  

[Non-text portions of this message have been removed]