[wanita-muslimah] Darfur vs Gaza: African muslims are worth less than Arab muslims
http://blog.beliefnet.com/cityofbrass/2009/02/darfur-vs-gaza-african-muslims.html Darfur vs Gaza: African muslims are worth less than Arab muslims Monday February 2, 2009 Categories: Hirabah Watch Ali A. Rizvi, a muslim blogger, asks the hard questions (http://alirizvisblog.blogspot.com/2009/01/where-is-muslim-outrage-over-darfur.html): Where are the large-scale protests and outrage from the Muslim community over the senseless deaths and rape of hundreds of thousands of poverty-ridden African Muslims? Why is there such a glaring discrepancy between the Muslim world's response to the atrocities in Gaza and the atrocities in Darfur? If the Darfur genocide was being carried out by Jews or Christians instead of Arab Muslims, would we see a different response? Note that the point of this is not to suggest that there should be no outrage over Gaza. But in terms of the scale of human life - 300,000 people dead according to estimates from 2005, equivalent to 300 Gazas - Darfur should at least merit comparable energy and action and blog posts and outrage. Rizvi's post documents just how little outrage there is to spare. When the International Criminal Court finally indicted Omar al-Bashir, President of Sudan for his role in arming and supporting the janjaweed militias who are carrying out the literal genocide of non-Arab muslims in Darfur, what was the response of the Ummah? Accusations of bias and injustice, but not for the victims of Darfur, but rather their murderers. Muslim murderers. It should be noted that two and a half years ago, there were large-scale demonstrations in the US to draw attention to Darfur. Those demonstrations were largely organized by American Jews (http://www.jpost.com/servlet/Satellite?pagename=JPost%2FJPArticle%2FShowFullcid=1145961241838). The muslim-American community's response? A press release (http://www.mpac.org/article.php?id=146). Again, I reiterate - I do not suggest that we should be blind to the suffering of the innocents in Gaza. But just as muslims point out the calculus whereby one Jewish life is worth 100 Palestinian lives, so too it seems that one Palestinian life is worth 300 African lives. Related: discussion at Talk Islam on this issue (http://talkislam.info/2009/02/01/ali-a-rizvi-ponders-the-muslim-response/).
[wanita-muslimah] African Union names Gaddafi as head
http://english.aljazeera.net/news/africa/2009/02/200922113838580502.html Monday, February 02, 2009 15:39 Mecca time, 12:39 GMT African Union names Gaddafi as head Gaddafi has in the past proclaimed himself the king of kings among the traditional kings of Africa [AFP] Muammar Gaddafi, the Libyan leader, has been namedd as chairman of the 53-nation African Union. Gaddafi was elected by the heads of state in a closed-door session, for a one-year period, Habiba Mejri-Sheikh, the AU spokeswoman, said. Gaddafi was handed the chairman's gavel by Jakaya Kikwete, the Tanzanian president and outgoing AU leader, to applause from other leaders on Monday. Some members of the union were, however, said to be uneasy about his nomination. Gaddafi has long promoted stronger union within the organisation and previously outlined his vision for a continent wide government. He has also previously said he want a single African military force, a single currency and a single passport for Africans to move within the continent. In a closed door debate earlier on Monday, he Gaddafi failed to receive backing for the idea of a so-called United States Of Africa. Leaders decided instead to consider ways of expanding the mandate of the existing AU Commission, which will be renamed the AU Authority. Last August, a meeting of more than 200 African kings and traditional rulers bestowed the title king of kings on the Libyan leader. In its earlier sessions, AU delegates called for a lifting of sanctions against Zimbabwe. The call followed the announcement on Friday that the opposition would be joining a unity government. [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Cinta Itu Memberi
Cinta Itu Memberi By: agussyafii Perjalanan Untukmu Ananda ternyata mengundang banyak orang. Salah satunya Pak Haji pengurus masjid yang bertandang ke rumah kami. Pak Haji nampak keheranan melihat semangat anak-anak ananda yang datang belajar bahasa inggris siang itu. Kami berdiskusi banyak Ananda. Saya katakan pada pak haji bahwa kami ananda bukanlah mengajarkan mereka menjadi peminta-minta dengan memberikan uang atau voucher belanja yang konsumtif namun kami membangun diri (self of development) mereka agar mereka mandiri dan memiliki tujuan hidup yang mulia kelak mereka yang berkontribusi ditengah masyarakat. Konsep kami adalah berkontribusi bersama yaitu membantu sekolah dan membina dalam bentuk pelatihan, kegiatan untuk ketrampilan melibatkan anak-anak ananda, orang tua ananda, teman2 pengurus dan relawan semuanya terlibat dengan berkontribusi pada kemampuan dan bidangnya masing2. Seperti Ibunya hasbi, seorang guru matematika memberikan bimbingan untuk anak-anak setiap dua minggu sekali pelajaran matematika. Mbak Nani juga memberikan bimbingan belajar bahasa inggris tiap hari minggu. Ibunya Rio yang juga menyumbangkan kue cincin pada acara silaturahmi bersama ananda. Juga Mbak Nisa yang membantu memberikan hadiah untuk anak-anak ananda. Sementara anak-anak ananda berkontribusi pada setiap kegiatan turut serta menjaga kebersihan rumah ananda, seperti mantika menyapu halaman teras, Icha membantu mengepel, Hendrik sebagai kepala tugas kebersihan setiap hari minggu bagian membuang sampah. Rumah Ananda adalah rumah cinta. dimana setiap orang yang berada di dalamnya senantiasa saling memberi. bahkan banyak orang yang terlibat dalam rumah ananda sekalipun secara fisik mereka tidak hadir namun cinta dan kasih sayangnya kami rasakan dalam kontribusi mereka. sebab cinta adalah memberi, cinta adalah berkontribusi. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat pembalasan yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa. (QS 16:30). Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat pembalasan yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa. (QS 16:30). Wassalam, agussyafii Tulisan ini dibuat dalam rangka kampanye kegiatan Untukmu Ananda. kegiatan Untukmu Ananda. Kegiatan memuliakan anak-anak yatim. Pada tanggal 14 Februari 2009. selanjutnya silahkan kirimkan dukungan dan kepedulian anda kepada Untukmu Ananda di 087 8777 12 431 atau di http://agussyafii.blogspot.com [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Pemberdayaan Perempuan Harus Sinkron dengan Realitas
http://202.169.46.231/spnews/News/2009/02/01/index.html SUARA PEMBARUAN DAILY Puan Maharani: Pemberdayaan Perempuan Harus Sinkron dengan Realitas SP/Aditya L Djono Puan Maharani bersama kedua orangtuanya, Taufiq Kiemas dan Megawati Soekarnoputri, berfoto di depan piramida Mesir, di sela-sela kunjungan Presiden Megawati ke Mesir pada September 2002. Masalah besar yang dihadapi bangsa ini adalah rendahnya kualitas sumber daya manusia. Kentalnya budaya patriarki berimbas pada rendahnya kualitas perempuan Indonesia. Tersubordinasinya perempuan di seluruh lini kehidupan menciptakan disharmonisasi, termasuk dua persoalan serius, yakni masih besarnya jumlah perempuan usia 15 tahun ke atas yang buta huruf dan rendahnya partisipasi perempuan dalam pendidikan. Perkawinan usia dini dan rendahnya mutu kesehatan ibu dan anak. Dari sisi ini, politisi muda PDI-P, Puan Maharani ingin merangkak dan merajut kebangsaannya dengan semangat gender. Namun, sejauh mana perempuan kelahiran Jakarta, 6 September 1973, ingin mengejawantahkan pemikiran moderatnya kepada kaumnya, wartawan SP, berusaha mengorek keterangan dari ibu dua anak ini di sela-sela Rapat Kerja Nasional PDI-P yang berlangsung di Solo, Jateng, Selasa hingga Rabu (27-28/1). Pemberdayaan perempuan sampai saat ini masih menjadi daya jual yang seksi bagi para calon legislatif khsususnya para caleg laki-laki. Bagaimana menurut Anda? Memang benar, pemilih perempuan lebih banyak dari laki-laki, sesuai jumlah penduduknya yang satu banding dua (1:2). Tetapi, saya tidak mau berspekulatif dan tidak mau sesumbar. Bahwa saya membidangi hal itu di DPP PDI-P benar, tetapi itu baru berjalan tiga tahun ini. Namun yang jelas, saya setuju kalau semua caleg membawanya ke dalam program kampanyenya, tetapi jangan hanya propaganda, sebab faktanya, di lapangan perempuan tidak punya daya saing dengan laki-laki secara maksimal. Ternyata, mereka terstruktur dalam kultur yang beragam, dan kultur itulah yang menghambat pemberdayaan perempuan. Dengan demikian, meski punya kemampuan, tetap tidak bisa sejajar dengan lelaki, karena memang begitu. Mengapa kultur? Pada sisi lain, berbicara soal kultur, pasti akan membiaskan soal kearifan lokal yang notabene menjadi modal dasar pembentukan moral bangsa. Tetapi, ada kalanya budaya itu dijadikan alat sebagai legalitas penindasan perempuan dengan memberikan stigma yang steriotipe, kepada behavior masyarakat. Tetapi, jangan salah mengartikan, budaya bukan kultur. Dalam bahasa Inggris, culture memang berarti budaya, tetapi frasanya dengan kondisi sosial tidak sama. Bisa dikatakan, kultur ini adalah produk dari sebuah masyarakat yang berkembang setelah terjadinya kontak sosial. Sedangkan budaya, ada jauh sebelum terjadi kontak itu, dan terpatri sebagai sebuah pola kehidupan. Nah pada tataran ini, pemaksaan peran perempuan dengan dalil-dalil keberadaban itulah yang menimbulkan penyeragaman normatif. Awal kesetaraan gender? Tidak lain berasal dari keluarga. Saya merasa sangat beruntung, lahir dan tumbuh di tengah keluarga moderat yang tidak membedakan peran anak perempuan dan laki-laki. Saya tiga bersaudara, kedua kakak saya laki-laki. Tetapi, soal pilihan kehidupan termasuk pendidikan, hak kami sama. Dari kerangka inilah, saya ingin menerapkan kepada masyarakat yang lebih luas, bahwasan kesempatan dalam berperan dan mengambil peran itu harus sama, karena perempuan sesungguhnya memiliki power yang setara dengan laki-laki. Tetapi, persoalannya kemudian, ketika si anak perempuan ini lepas dari keluarganya dan membentuk keluarga baru, faktor pasangan hidup juga sangat mempengaruhinya. Perempuan dengan titel kesarjanaannya, tetap akan mendapat hambatan ketika suami tidak berkenan berbagi peran. Itulah masalahnya. Ya itulah, mau menuntut pemberdayaan perempuan secara umum, paling tidak kita harus berawal dari keluarga dulu. Perempuan sampai saat ini masih terkungkung dalam posisi subordinasi? Ya, saya akui itu, tetapi kita perlu waktu. Saya tidak bisa membalik keadaan secara frontal, butuh waktu dan butuh perjuangan yang panjang. Memang, sebagai caleg, saya jelas juga akan membawa-bawa program ini sampai ke tingkat pemangku keputusan. Tetapi, kalau ada teman aktivis perempuan yang mengharuskan, itu tidak justu akan menghancurkan perjuangan dan hanya akan sia-sia. Seperti kuota 30 persen perempuan di legislatif. Ternyata setelah MK (Mahkamah Konstitusi, Red) mengeluarkan keputusan suara terbanyak, kelompok perempuan terhenyak dan memastikan bahwa kuota 30 persen itu menjadi sia-sia. Tetapi, UU sudah final dan kita tidak bisa lagi mengubahnya. Akhirnya, perjuangan caleg perempuan menjadi berat, karena bersaing dengan caleg laki-laki yang jelas-jelas lebih diuntungkan. Apakah ada solusinya? Ya, tidak ada kata lain, selain berjuang sampai darah penghabisan. Memang penetapan nomor zig-zag atau satu di antara tiga caleg nomor jadi harus perempuan, itu juga tidak
[wanita-muslimah] Malaysia Terus Memburu Naskah Melayu Kuno Indonesia
http://www.sinarharapan.co.id/berita/0902/02/nus02.html Malaysia Terus Memburu Naskah Melayu Kuno Indonesia Oleh Denny Winson Pekanbaru - Pemerintah Malaysia terus memburu naskah-naskah kebudayaan Melayu kuno Indonesia ke berbagai tempat, dari mulai Riau, Kepulauan Riau (Kepri), Sumatera Barat, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan hingga ke Sumbawa. Naskah-naskah kuno tersebut nantinya dipatenkan dan diklaim sebagai warisan budaya Malaysia. Hingga kini sudah ratusan naskah kuno Melayu Indonesia yang berpindah tangan ke negara jiran itu. Ini sangat memprihatinkan. Karena nanti, jika generasi kita ingin mempelajari jati diri mereka, ya, terpaksa mereka ke Malaysia dulu, ujar Al Azhar, budayawan Riau dalam obrolannya dengan SH, Senin (2/2). Menurut lulusan doktor dari Universitas Leiden, Belanda ini, Malaysia tidak sepenuhnya bisa disalahkan. Mereka kini adalah orang kaya baru yang agresif. Semua ingin terdepan. Mereka terus memburu naskah-naskah kebudayaan dan seni Melayu Indonesia melalui universitas dan lembaga penelitian. Malaysia tidak sepenuhnya disalahkan. Mereka punya uang untuk membeli naskah-naskah Melayu kuno itu dari tangan kolektor. Sementara itu, pemerintah kita cenderung bersikap tidak peduli. Kasus serupa bisa dilihat ketika mengklaim seni reog itu adalah kebudayaan mereka. Pemerintah kita maunya gratis, sedangkan Malaysia mau membayar mahal untuk koleksi naskah Melayu kuno itu, tuturnya. Al Azhar lalu mencontohkan apa yang terjadi dengan naskah-naskah kebudayaan budayawan Riau, Tenas Effendy. Naskah kebudayaan buah karya Tenas ini dibawa ke University Kebangsaan Malaysia (UKM) dan dibuat portalnya. Kalau ingin mengakses portal UKM ini, kita mesti membayar. Ini kan menunjukkan suatu hal yang ironis. Karya dari budayawan Indonesia, tetapi Malaysia yang mendapat untung, tuturnya. Kurang Perhatian Pemprov Al Azhar juga menyayangkan pemerintah terutama Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau yang kurang memerhatikan seniman/ budayawan dan hasil karyanya. Contoh nyata yang dialami Tenas Effendy, setelah lama berkarya dan menjadi acuan bagi kebudayaan Melayu, tetapi tidak satu pun pihak universitas di Riau yang memberikan apresiasi. Malah Malaysia yang menghargai karya-karya Tenas Effendy dengan memberikan beliau penghargaan gelar doktor honoris causa dari UKM, tambahnya Sikap tidak peduli ini juga diperlihatkan Pemprov Riau melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata yang membiarkan naskah-naskah yang tersimpan di Museum Sang Nila Utama Pekanbaru tidak terawat dengan baik. Al Azhar pernah meminta Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Riau untuk membantu menyelamatkan naskah tersebut dengan melakukan pemotretan, namun diabaikan. Parahnya lagi, ketika pemerintah Belanda menawarkan membantu secara gratis juga ditolak mentah-mentah oleh dinas ini. Al Azhar juga merasa prihatin dengan maraknya perdagangan naskah-naskah Melayu di Kepri. Pihak Malaysia terus bergerilya ke daerah-daerah di Kepri yang menyimpan naskah Melayu kuno. Di Pulau Penyengat, pemburu naskah kuno itu tidak bisa berkutik karena dijaga oleh sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM). Tetapi, tidak di daerah lain di Kepri seperti Dabo Singkep, Natuna, Tanjung Balai Karimun dan tempat lainnya. Biasanya para pemburu naskah kuno itu membelinya dari kolektor, bukan seniman. Bagi pemilik atau kolektor, mungkin naskah-naskah kuno itu tidak begitu penting. Padahal, naskah itu memiliki nilai yang cukup tinggi sehingga pembeli berani memasang harga tinggi, tutur Al Azhar lagi. Namun, Ketua Dewan Kesenian Riau (DKR) Eddy Ahmad RM berpendapat lain. Dia tidak begitu mengkhawatirkan adanya upaya pemerintah Malaysia memburu naskah-naskah Melayu kuno itu. Toh, itu menunjukkan budaya Melayu Riau (Indonesia) itu besar. Tidak perlu dirisaukan. Biarkan saja. Karena itu menunjukkan budaya Melayu itu besar. Soal klaim-mengklaim hak cipta itu wajar saja. Melayu Riau juga pernah melakukannya. Misalnya pada karya tari Zapin yang nyata-nyata berasal dari Timur Tengah. Tetapi ketika itu dimainkan oleh seniman Melayu dan di Indonesia, lalu kita berani menyebutkan tarian tersebut seni Melayu, tukasnya. [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Anggota TNI Wajib Ikut KB
http://www.sinarharapan.co.id/berita/0902/02/kesra01.html Anggota TNI Wajib Ikut KB Oleh Stevani Elisabeth Bogor-Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang sudah berkeluarga diwajibkan mengikuti program Keluarga Berencana (KB). Bahkan saat mengajukan izin menikah, mereka juga harus menandatangani surat pernyataan yang di dalamnya disyaratkan hanya akan memiliki dua anak. Asisten Teritorial Panglima TNI Mayor Jenderal TNI Suprapto mengemukakan hal itu kepada wartawan pada acara Bakti Sosial Pelayanan KB-Kesehatan Kerja Sama BKKBN dengan TNI, di Bogor, Sabtu (31/1). Anggota TNI yang sudah berumah tangga wajib jalani KB. Anggota wajib punya anak dua. Kalau tidak, kami beri peringatan, tegasnya. Salah satu peringatan yang diberikan bila ada anggota TNI yang melanggar ketentuan itu adalah sulitnya melanjutkan pendidikan untuk naik pangkat. Misalnya, seorang Kowad (Komando Wanita Angkatan Darat) yang berpangkat Bintara, bila dia memiliki anak lebih dari dua, maka dia tidak bisa ikut Secama. Dia menambahkan, kerja sama TNI dengan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) memang sudah terjalin sejak tahun 1970. Namun kerja sama tersebut hanya melibatkan Pusat Kesehatan TNI dengan Deputi KB dan Kesehatan Reproduksi BKKBN, sehingga pelayanan yang diberikan hanya pelayanan alat kontrasepsi di rumah sakit milik TNI. Tetapi setelah ada instruksi dari presiden untuk melakukan revitalisasi program KB, maka kerja sama antara TNI dengan BKKBN lebih diperluas lagi. Nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) antara BKKBN dengan TNI akan ditandatangani pada 12 Februari mendatang. Suprapto mengatakan, lewat kerja sama dengan BKKBN ini, nantinya di setiap zona TNI didirikan Pos Pembina KB Desa/Kelurahan. Selain KB juga akan dikembangkan Bina Keluarga Balita (BKB), Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS), Bina Keluarga Remaja (BKR), Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIKKRR) dan Bina Keluarga Lansia (BKL). Sementara itu Kepala BKKBN Sugiri Syarif mengemukakan dengan revitalisasi program KB, pihaknya mencoba mendorong masyarakat bukan hanya untuk ber-KB, melainkan juga meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Kerja sama antara BKKBN dengan TNI dapat menjaring sekitar 40 persen atau sekitar 30 juta anggota KB baru. Tiap tahun memang kita coba dorong untuk memperoleh 14-15 persen akseptor KB baru. Jika tiap tahun kita bisa mencapai target tersebut, maka pada 2015, laju pertumbuhan penduduk di Indonesia bisa mencapai 0,8 persen, ujar Sugiri. BKKBN juga telah menyediakan alat kontrasepsi gratis bagi masyarakat miskin. Saat ini sudah ada 54 persen keluarga miskin yang ikut KB. Kalau ada yang menarik bayaran dari masyarakat miskin yang ingin menggunakan alat kontrasepsi, harus dilaporkan. Sebab mereka tidak dikenakan biaya dan jasa pelayanan untuk mereka sudah ditanggung lewat Jamkesmas, lanjutnya. Meski demikian, dia mengakui masih ada pula masyarakat miskin yang belum dapat terlayani oleh program KB. Salah satu penyebabnya, mereka tidak memiliki biaya transportasi untuk mencapai pusat pelayanan kesehatan masyarakat tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut, BKKBN melakukan dua cara, yakni pertama, menggunakan mobil pelayanan KB ke daerah-daerah yang banyak keluarga miskinnya. Kedua, memberikan uang bagi masyarakat miskin untuk menuju pos pelayanan kesehatan masyarakat. [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Broke and squatting in factory, workers wait for labor justice
Refleksi: Berapa banyak di antara TKI/TkW yang bekerja di tanah suci mengalami nasib seperti para buruh Pakistan ini? http://www.arabnews.com/?page=1section=0article=118782d=2m=2y=2009pix=kingdom.jpgcategory=Kingdom Monday 2 February 2009 (06 Safar 1430) Broke and squatting in factory, workers wait for labor justice Hassna'a Mokhtar | Arab News IN DISTRESS: Pakistani workers speaking about their problems at the Arab News office. From right: Waris Hussain, Muhammad Aslam, Abdul Aziz Shakir and Khaled Parwez. (AN photo) JEDDAH: In debt with no money, no family and no help, four Pakistani mechanics continue to live penniless in a defunct factory in south Jeddah awaiting a miracle to happen. Solve our problems please, begged Muhammad Aslam in his broken English, weeping. We're waiting for a miracle. We want our six years of wages, end of service benefits, tickets to Pakistan and finances for medical treatment. Muhammad Aslam, Waris Hussain, Abdul Aziz Shakir and Khaled Parwez worked in the Saudi Textile Company - located in Jeddah's Gholail district. Their problem started when the factory's original owner died around 11 years ago and the ownership was handed to his son, Walid Ezzi, who currently lives in the Eastern Province. There is nothing to be done to solve the workers' problem, said Ezzi in a phone conversation with Arab News last week. Why are you writing about this again? The answer is simple: Since Arab News last spoke to Ezzi (Closed factory leaves five Pakistanis at dead end, published on May 18, 2008), the situation of the workers has barely changed, a situation that has lingered since before the workers filed their complaints of nonpayment to labor authorities nearly four years ago. For the past five years, we haven't received our money, wrote the men in a letter to the Labor Office last year. We're old people and we can no longer support our families in Pakistan. There's great tension and worry. Our children were kicked out of school. Our daughters can't get married because they need money. We just want you to do your best to give us our financial rights so we can go back home. In December 2006 the Preliminary Commission for Settlement of Labor Disputes in Makkah province issued a decision in favor of the employees. However, until today the workers have not received their rights, as the owner does not have the money to pay. Ezzi says that the company is in heavy debt and that he doesn't have the money to pay the labor claims. He also said that the Saudi Industrial Development Fund is going to auction the factory within 60 days, but he mentioned that the SR19,883,336 factory debt scares people interested in buying it. Ezzi said he and his sister send a monthly SR200 to support the workers. The mechanics confirmed that they have been receiving the money over the last year, but those payments stopped in the past couple of months. In October 2008, the workers said that Ezzi visited the company and told them to take care of the factory. In the conversation last week, Ezzi was clearly irritated at being asked about the issue. The Saudi Industrial Development Fund will handle selling the factory, he said. They also asked for documents that state the workers' unpaid salaries to include their financial rights among the list of debts. Ibrahim Al-Mowash, office manager of the director general at the Saudi Industrial Development Fund, could not disclose information about the status of the factory due to client confidentiality policies. However, the procedures the fund applies in similar situations he said is that when the factory owner is late in paying his debts the factory is sold. A committee is formed and the factory is seized. Advertisements are placed in newspapers to announce that the factory is for sale. Interested buyers visit the factory and offer their prices, explained Al-Mowash. Why does the Saudi Textile Company remain unsold? Al-Mowash said he could not share the reasons with the public. The four Pakistanis said that many representatives from the fund have visited the factory several times during the past year. They told us that within a month things would get resolved. Their last visit was in November 2008. We never heard from them again, said one of the workers. Aysha, 25-year-old daughter of Waris Hussain in Pakistan, contacted several organizations in Saudi Arabia when her father's problem started to worsen. She has sent e-mails to the National Society for Human Rights, Ministry of Labor, Ministry of Foreign Affairs, the Makkah provincial government, Human Rights Watch, the Pakistani Consulate in Jeddah and others. Some responded, but nothing significant was done, said Aysha in her e-mail to Arab News. My family and I are in so much
[wanita-muslimah] Mesir Blokade Gaza
Riau Pos Senin, 02 Pebruari 2009 Mesir Blokade Gaza Beli Roti Gandum Harus Jalan Empat Kilometer KAIRO (RP) - Pemerintah Mesir mengambil langkah kontroversial. Kementerian Luar Negeri Mesir mengumumkan bakal menutup makbar Rafah (gerbang perbatasan Rafah Mesir) Palestina terhitung mulai Kamis (5/2) mendatang. Penutupan makbar Rafah tersebut berlaku untuk semua arus manusia dan lalu-lintas barang. ''Semua bantuan kemanusiaan atau pun relawan juga di-stop,'' ujar Second Secretary Bidang Penerangan Sosial Budaya KBRI Mesir, Danang Waskito. ''Namun, belum ada penjelasan resmi dari Pemerintah Mesir soal kenapa mereka tiba-tiba menutup pintu makbar,'' tambahnya. Yang membuat bingung, semua arus bantuan kemanusiaan, infrastruktur dan manusia, semuanya harus melalui Kareem Abu Shalom dan El Auga (dua-duanya dari Israel). Langkah Mesir ini jelas sulit dipahami. Karena satu-satunya pintu perbatasan non-Israel ke Jalur Gaza adalah Rafah. Bila ditutup, maka satu-satunya jalan mencapai Jalur Gaza adalah melalui Israel. Tentu saja, ini menyulitkan arus bantuan. Karena mayoritas donasi berasal dari negara-negara muslim -yang rata-rata tak mempunyai hubungan dengan Israel. Ini juga tentunya menyulitkan sejumlah warga Indonesia yang hendak mengirim bantuan. Salah satunya adalah ACT (Aksi Cepat Tanggap). Tiga orang relawan ATC hingga kemarin masih tertahan di Mesir. Tentu saja, mengurus visa Israel selain tidak mudah (karena Israel curiga terhadap pemohon visa yang muslim), juga ada hambatan psikologis tertentu. Apakah KBRI Mesir tidak akan melayangkan protes atas penutupan tersebut? Danang menggeleng. ''Untuk saat ini, tidak. Kami masih menunggu briefing dulu. Baru setelah jelas apa alasannya, kami akan mengevaluasinya,'' ujarnya. Sebuah sumber di KBRI menyebutkan, bahwa penutupan pintu makbar ini hanya berujung pada dua kemungkinan. Pertama, Israel bakal kembali melakukan agresinya. ''Namun, agak kecil kemungkinannya. Israel masih wait and see, dan menyerang lagi bakal menjadi blunder,'' tuturnya. Kemungkinan kedua adalah Israel ingin memperketat blokade sekaligus mengawasi arus barang dan manusia yang masuk ke Jalur Gaza. ''Kalau lewat Mesir, Israel agak repot mengawasinya. Buktinya, setelah mengizinkan 160 wartawan masuk ke Gaza, Mesir langsung diprotes Israel,'' ucapnya. Selain itu, yang dikhawatirkan Israel adalah soal Hamas kembali mendapatkan pasokan senjata dan logistik dari lalu lalangnya arus barang. Setelah nekat mengebom selama 22 hari untuk menghancurkan terowongan-terowongan yang dibuat Brigade Izzudin Al Qassam, sayap militer Hamas, Israel tak ingin Hamas tetap mendapat pasokan. ''Singkat kata, Israel ingin Hamas betul-betul sekarat kehabisan logistik dan senjata. Meski harus mengorbankan rakyat Palestina sekalipun,'' tambahnya. Di bagian lain, Mesir juga meminta semua relawan dan wartawan yang masuk ke Jalur Gaza via Mesir untuk kembali selambat-lambatnya pada 5 Februari mendatang. Lagi-lagi, KBRI tak mengetahui alasannya. ''Itu merupakan taklimat (pengumuman) dari Kemlu. Dalam waktu dekat, kabarnya Kemlu Mesir mengundang semua perwakilan negara asing untuk mem-briefing terkait hal ini. Mungkin di sana akan dijelaskan,'' tuturnya. Danang mengatakan, pihaknya sudah menginformasikan ke sejumlah LSM yang masuk, antara lain Mer-C (Medical Emergency Rescue Committee) dan BSMI (Bulan Sabit Merah Indonesia), untuk segera menarik relawannya keluar. ''Sepertinya, setelah tanggal 5 Februari, tidak ada yang bisa keluar masuk dari Rafah. Khawatirnya, relawan-relawan itu terjebak di Gaza dan terjadi hal-hal yang tak diinginkan,'' tuturnya. Sepanjang krisis Gaza ini, tercatat ada 48 WNI yang masuk. Yakni, dari unsur relawan dan wartawan. Sebagian besar sudah keluar. Tapi, masih ada yang di dalam Gaza. Farid Abdul Mutholib, salah satu anggota presidium Mer-C mengatakan sudah mendengar kabar terkait hal tersebut. ''Namun, kami kesulitan koordinasi dengan yang di dalam. SMS maupun telepon tak bisa menjangkau. Bagaimana kami bisa berkoordinasi?'' urainya. Tapi, Farid mengatakan pihaknya akan terus berusaha menghubungi koleganya. Hingga kemarin, masih ada 6 relawan Mer-C yang masih ada di Gaza, yakni empat orang dokter dan dua orang logistik. Selain itu, masih ada sejumlah relawan lainnya dari BSMI. Pihak KBRI memperkirakan jumlah WNI yang masih ada di dalam sekitar 15 orang. ''Secepatnya kami akan melakukan pendataan dan mencari cara berkoordinasi dengan yang di dalam,'' ucapnya. Pasang Sensor di Perbatasan Selain itu, desakan negeri zionis itu agar Mesir menjaga ketat perbatasan dilaksanakan dengan sepenuh hati. Sumber di departemen pertahanan mengatakan Negeri Piramida telah memasang kamera pengintai dan alat sensor di seluruh perbatasan dengan Gaza untuk mencegah Hamas menyelundupkan senjata. ''Kabel-kabel telah dipasang di sepanjang perbatasan Gaza-Mesir untuk mendeteksi bangunan di terowongan-terowongan,'' ujar sumber seperti
[wanita-muslimah] China Sets Out to Build a CNN
http://asiasentinel.com/index.php?option=com_contenttask=viewid=1699Itemid=171 Monday, 02 February 2009 China Sets Out to Build a CNN Written by Mark O'Neill But there are questions whether Beijing gets it when it comes to professional journalism In a 45 billion yuan (US$6.57 billion) burst designed to challenge the American, European and Al Jazeera networks for television programming primacy and seeking to change the country's image, China has set out to establish a 24-hour English language channel. But its rigid and unreformed system of news censorship threatens to torpedo its ambitious plans. The news operation is to be run by the Xinhua news agency in co-operation with China Central Television (CCTV), the People's Daily and the Shanghai Culture Broadcasting and News Group. Its target audience will be the world's 1 billion English-speakers. In addition, Global Times, an affiliate of the People's Daily, will launch an English-language national paper in China in May: it is aggressively hiring Chinese and foreign reporters and editors, with salaries of up to 300,000 yuan a year, plus living quarters. Driving this is the belief of China's leaders that its voice is not being heard in the world and that western media dictate the way the rest of the world sees their country. 2008 should have been the year of triumph, the first time China hosted the Olympics and the occasion to show the world the achievements of its last three decades of astonishing growth. But many foreigners remember 2008 in China as a year of Tibetan protests, tainted milk scandals and an earthquake in which shoddily-built schools collapsed but government offices and apartments nearby remained standing. China's leaders and many of its people were bitterly disappointed. The strength of your broadcasting determines your influence, Ministry of Propaganda Liu Yunshan told a meeting last Christmas Day. Whoever's broadcasting methods are advanced and broadcasting ability strong will spread his cultural ideas and value system. Whoever has that strength will influence the world. China has already invested heavily in sending its message overseas. The government-owned and increasingly sophisticated CCTV has global channels in English, French and Spanish, as well as Chinese, and claims a total audience of 84 million. It plans to open two more, in Arabic and Russian. Xinhua has bureaus in 100 cities around the world and sells its news, in seven languages, to 1,450 clients abroad. There are 2 million Chinese-language websites, of which about 200 specialize in news, with nearly 300 million Internet users in China. But Hu Jintao and his colleagues decided that China's message was not getting through. The clearest example was the Tibetan unrest last year. While the Chinese saw it as the work of hooligans and criminals among a people they have delivered from backwardness and serfdom, the western media presented it as the legitimate revolt of an oppressed people, like the Burmese or the Palestinians. Chinese saw this version of events as ill-informed and malevolent, written by journalists who had never been to Tibet and who had written the story even before they did their interviews. Adding urgency to the task of setting up a Chinese CNN is the knowledge that 2009 will be a year of many trials, including the 50th anniversary of the Tibetan rebellion that drove the Dalai Lama into exile and the 20th anniversary of the democracy protests in 1989. In addition, rising unemployment due to the world financial crisis will test the government's ability to keep social order. Beijing is inspired by the example of Al-Jazeera's English language channel, the first of its kind in the Middle East, which aims 'to give voice to untold stories, promote debate and challenge established perceptions'. Al-Jazeera says it is available to 130 million homes in more than 100 countries via cable and satellite and is one of the three largest global English news channels, with BBC World and CNN International. It has achieved this in less than two and a half years, since its launch in November 2006. Beijing has chosen Xinhua to lead the nascent channel, because it has 78 years of experience, the biggest network of foreign bureaus and the most journalists with foreign-language ability and experience of working abroad among the Chinese media. It has also chosen a good moment to enter the battle. The global financial crisis has badly hit the media in the western world, sharply reducing their advertising revenue and income of their owners and making millions of people around the world skeptical of the liberal, free-market economic model. China has the highest foreign-exchange reserves in the world. CCTV has an annual income of 1.13 billion yuan and is moving into a space-age headquarters in central
[wanita-muslimah] Afghans Rally Against U.S. After Strike Kills Two
http://www.washingtonpost.com/wp-dyn/content/article/2009/02/01/AR2009020102283.html?wpisrc=newsletter Afghans Rally Against U.S. After Strike Kills Two Associated Press Monday, February 2, 2009; Page A08 KABUL, Feb. 1 -- Hundreds of Afghans demonstrated Sunday against an overnight U.S. military raid that one villager said killed several civilians, the latest incident to stir up Afghan ire against foreign forces accused of killing bystanders. The American military said its forces killed two insurgents. Also Sunday, a suicide bomber in a car attacked a convoy of foreign troops in Kabul, the capital, wounding two Afghans, police said. Taliban fighters asserted responsibility for the attack. It was not clear whether the bomber hit the convoy. Representatives for NATO and U.S. troops said they were checking the report. The U.S. military said the overnight raid in southeastern Ghazni province targeted an insurgent who coordinates attacks using roadside bombs and other weapons. It said coalition forces conducting the operation called out for all inhabitants to leave the targeted home, but several people barricaded themselves inside one building. Coalition troops forced their way in and killed two insurgents, the U.S. military said in a statement. Sayed Ismail Jahangir, a spokesman for Ghazni's governor, said officials also reported that two people were killed. Protesters gathered near the site of the raid on the main highway linking Kabul and the southern city of Kandahar. [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Indonesia's silent voters being heard
http://www.atimes.com/atimes/Southeast_Asia/KB03Ae01.html Feb 3, 2009 Indonesia's silent voters being heard By Megawati Wijaya JAKARTA - When President Susilo Bambang Yudhoyono became Indonesia's first directly elected democratic leader in 2004, the former soldier was catapulted to power despite the fact his Democratic Party had won a mere 7.5% of the vote in previous legislative elections. Now with new legislative and presidential elections scheduled for this year, political analysts are focusing on the potentially pivotal role of the so-called golput, registered voters who choose for various reasons to either stay away from the polls or cast blank ballots, which accounted for around 25% of the electorate at the 2004 legislative polls. With relatively peaceful and orderly elections in both 1999 and 2004, Indonesia's decade-old transition from authoritarian to democratic rule has been widely lauded as a regional success story. Former strongman Suharto, who throughout his 32-year tenure was officially returned to power in six different elections, tightly controlled the country's electoral process, which he famously referred to as festivals of democracy. At that time only three political parties were allowed to participate in the polls, which were consistently won by the military-linked Golkar party; in the first elections of the post-Suharto era, 145 parties registered and 48 parties finally took part in the 1999 polls. In 2004, the legislative polls were contested by 24 political parties in a sprawling democratic process that spanned 14,000 islands, three time zones, and entailed more than 500,000 polling stations. Less critical attention, however, has been paid to the role of the golput, the huge number of registered voters who choose to not take part in the 2004 legislative polls after nearly 95% of the electorate took part in the 1999 elections. Accounting for over 25% of eligible voters, the golput was the real percentage winner of the 2004 elections, outpacing the top vote-getting Golkar party, which received just 21.6% of the popular vote. The term golput, an antithetical spin on the word Golkar, harks to the Suharto-era when voters rebelled against the oppressive, military-backed New Order regime by casting empty ballots or purposefully spoiling their votes. Then the golput figure was smaller, estimated on average at around 10%, as Indonesians feared the consequences of their acts of defiance. In the democratic era, the golput is much larger and defined loosely as anyone who fails to vote during the election. The reasons for non-participation vary: some can't be bothered to vote; some are overwhelmed by the electoral choices; and, perhaps most crucially, many feel the democratic process has - like its authoritarian forerunner - failed to adequately address the crucial issues of inequality, injustice and corruption that successive elected leaders have promised to tackle. Analysts say it also demonstrates a rising political maturity among voters who are not willing to simply settle and choose among parties and candidates they feel are out of touch with average voters' needs and aspirations. While more democracy has brought positive changes, including a freer press and greater scrutiny of public affairs, elected leaders have failed to tackle the many systemic and economic problems that directly impact on voters' livelihoods. Silent protests With new legislative elections scheduled for this April 9, the golput phenomenon is expected to make its popular absence felt again. Judging by the dismal turnout at recent regional elections, research company Indo Barometer, among others, predict that the golput figure could reach as high as 40%. For instance, the golput rate at the 2008 Cilacap in Central Java province and neighboring Banyumas regency elections stood respectively at 43% and 45%. Meanwhile, the golput rate at the Central Java gubernatorial election also held last year was estimated at nearly 70%. Those embarrassingly high rates of non-participation are raising hackles among politicians. Cilacap Regent Probo Yulastoro reportedly promised 23 district chiefs in his regency that each village administration would receive a free motorcycle if they could keep the golput rate at or lower than 5% in their villages during the election. The Indonesian Ulama Council (MUI), an umbrella organization of major Islamic groups, even issued a fatwa stating that it is a moral sin if one does not cast his vote in this year's elections. The MUI is known to support certain Islamic political parties which in past polls have performed poorly. In a public opinion survey of over 5,000 workers from both the government and private sectors spanning 33 Indonesian provinces, only 17.8% respondents said that they would choose not to vote. But the actual golput tally at upcoming elections could be much higher as 76.2% of the respondents in the same
[wanita-muslimah] How the plot to assassinate Golda Meir was foiled
http://www.haaretz.com/hasen/spages/1061038.html Last update - 00:14 01/01/2009 How the plot to assassinate Golda Meir was foiled By The Associated Press Tags: Israel news, Golda Meir It was the National Security Agency that uncovered a 1973 plot to bomb New York City, a scheme since linked to a terrorist who is nearing release from prison, according to government documents and interviews. Khalid Al-Jawary, a Black September terrorist, placed two car bombs along Fifth Avenue and one near Kennedy Airport. The attack was meant to coincide with Israeli Prime Minister Golda Meir's arrival in the city. The bombs failed to detonate, and Al-Jawary quickly fled the country before being arrested nearly 20 years later. The case has gained increased attention since an Associated Press investigation provided new details about Al-Jawary's shadowy background. He's scheduled to be released February 19 after serving only about half his 30-year prison sentence. But until now, it has been unclear how the authorities knew where to look for the cars. Shortly after Al-Jawary planted the bombs around March 4, the NSA intercepted a message revealing the location of them. When we picked that one up, it was a shocker, said Jim Welsh, who served as an NSA analyst from 1969 to 1974. Declassified CIA records indicate the FBI and NYPD began looking for Al-Jawary's bombs at 7:15 p.m. on March 6, 1973 - not long after the NSA intercepted the message about the plot. The two bomb-rigged cars on Fifth Avenue were towed March 5 and were later found at impound yards. The third bomb at Kennedy Airport's El-Al cargo terminal was discovered early March 7 and disabled by Terence McTigue of the NYPD bomb squad. McTigue said the FBI never told him how they knew the car was at JFK, but he assumed they had obtained the information through an intercepted communication of some kind. The super-secretive NSA declined to comment. Welsh said someone transmitted the message using official Iraqi diplomatic communications in the U.S. He believed it originated at the U.N. Iraqi mission in New York. Welsh said the message stated the bombs had been placed and gave their whereabouts. Welsh said the encrypted message was sent to the Iraqi foreign ministry in Baghdad, where it was relayed to the Palestine Liberation Organization's office. Iraq's specific involvement in the plot is not known, but the PLO routinely relied on friendly governments to facilitate communications during that era, said Matthew Aid, an intelligence historian who specializes in the NSA. Al-Jawary was known to use multiple passports, including an Iraqi one. One of his aliases was Abu Walid al-Iraqi. The FBI captured him in early 1991 after he left Baghdad to attend the funeral of a terrorist in Tunis. Declassified State Department documents say Iraq supported Black September, which intelligence officials believe was controlled by PLO leader Yasser Arafat. The NSA discovery of the plot is considered one of the early bright spots in the history of counterterrorism. This story was well-known in the hallways of the NSA, said retired agency historian Robert J. Hanyok, who wrote an in-house article that included a reference to the joint NSA-CIA-FBI effort. It was definitely an early example of interagency cooperation, Hanyok said. The article was declassified in 2007. The NSA claimed it thwarted the plot, according to the Hanyok article. But it's still unclear to this day why the bombs did not explode. Welsh, now a businessman living in Oregon, said the success was especially important considering it came less than a week after an intelligence failure during an attack on the Saudi Embassy in Khartoum. The attack was also orchestrated by Black September and left three diplomats dead, including the U.S. ambassador to Sudan and the departing U.S. deputy chief of mission to Sudan. Welsh said the NSA had intercepted a call prior to the attack and alerted the State Department. But the warning failed to reach the American diplomats in time. Welsh said he believed the attacks in Khartoum and the attempted one in New York City were meant to be a one-two punch against the American government and show Black September could operate anywhere. [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] OTT: Optimalisasi Microsoft Word untuk Bekerja dan Ngeblog
anggota milis yang baik, Pernah posting blog melalui Microsoft Word 2007 ? Bila belum, sayang bila layanan posting blog terlewatkan. Microsoft Word 2007 memang mendukung posting blog ke Blogger, Typepad, Wordpress, dan lainnya. Anda bisa mempublis secara otomatis, tanpa harus membuka akun blog. Caranya tekan tombol control + N, pilih new blog post. Selanjutkan Anda akan berjumpa beberapa kotak dialog yang terkait cara registrasi. Bila sudah mendaftar, siapan tulisan yang akan diposting dan tekan tombol publish dibagian pojok kiri atas. Tunggu beberapa saat untuk upload teks. Lalu buka halaman blog Anda mengecek hasil posting Anda. Untuk melakukan proses ini tentu komputer Anda harus terkoneksi ke internet. selengkapnya : http://mediakita.com/Optimalisasi-Microsoft-Word-untuk-Bekerja-dan-Ngeblog.html
[wanita-muslimah] Sensasi Politik? Prabowo Tolak Mega
http://hariansib.com/2009/02/02/sensasi-politik-prabowo-tolak-mega/ Sensasi Politik? Prabowo Tolak Mega Posted in Berita Utama by Redaksi on Februari 2nd, 2009 Jakarta (SIB) Prabowo menolak tawaran Megawati yang memasukkan namanya dalam daftar cawapres PDIP. Sebaliknya, Prabowo balik menawar putri Megawati, Puan Maharani untuk dijadikan sebagai cawapres Gerindra.Bagi Prabowo Subianto, target menjadi Presiden tampaknya tak bisa diganggu gugat lagi. Sebab itu, pendiri Partai Gerindra ini tak bergeming sedikit pun, meski ada tawaran dari partai besar untuk menjadikannya sebagai cawapres. Simak bagaimana mantan anggota Dewan Penasihat Partai Golkar ini menolak 'pinangan' capres PDIP Megawati Soekarnoputri yang memasukkan namanya dalam nominasi bakal cawapres partai Moncong Putih tersebut dalam Pilpres 2009 mendatang. Meski bukan langsung dari mulut Prabowo, pernyataan Sekjen Gerindra Ahmad Muzani cukup mewakili keengganan mantan Danjen Kopassus itu untuk menjadi calon orang kedua di Republik ini. Pencalonan Pak Prabowo sebagai capres adalah sesuatu yang final, kata Muzani di kantor DPP Gerindra Jl Brawijaya IX, Jakarta Selatan, Jumat (30/1). Namun demikian, kata dia, Gerindra merasa bangga dan berterimakasih pada PDIP yang memercayakan Prabowo masuk nominasi cawapres Megawati. Muzani juga menyebutkan, hubungan Prabowo dengan Megawati tak terpengaruh dengan penolakan tersebut.Sekarang kami sedang fokus melakukan kampanye dan sosialisasi Prabowo sebagai presiden, kata dia. Dalam kesempatan itu, Muzani mengungkapkan, pihaknya juga tengah menggodok figur-figur yang bakal disandingkan dengan prabowo sebagai cawapres. Dari sejumlah tokoh yang muncul, Gerindra kini tengah menimang-nimang 17 nama sebagai kandidat. Lucunya, partai yang didirikan Februari 2008 ini malah memasukkan nama putri sulung Megawati, Puan Maharani di urutan pertama tokoh yang bakal digodok sebagai cawapres. Selain itu, terdapat nama tokoh yang tak asing di kancah politik seperti Jimly Asshiddiqie, Din Syamsuddin, Soetrisno Bachir, Tifatul Sembiring, Hidayat Nurwahid, Surya Paloh, Fadel Mohamad, dan Sultan HB X Gerindra akan menentukan siapa kandidat yang terpilih sebelum Pemilihan Legislatif April 2009. Kita sudah menominasikan 17 calon yang berasal dari suara-suara dari DPD dari DPC dan juga dari internal partai. Yang jelas, harapannya cuma bisa mengantarkan Prabowo menjadi presiden, imbuh Muzani. Menanggapi masuknya nama Puan tersebut, politisi muda PDIP Budiman Sujatmiko menyebutkan hal itu sekadar langkah uji coba dari Partai Gerindra untuk mencoba menjajaki kerjasama politik, antara kedua partai tersebut. Hanya saja, PDIP baru bisa menentukan sikap untuk bekerjasama dengan partai lain, termasuk Gerindra setelah Pemilu 2009. Wacana Puan masuk nominator cawapres Gerindra belum akan direspon oleh PDIP karena fokus partai saat ini bagaimana menggalang suara sebanyak-banyaknya pada pemilu legislatif, ujarnya. Sementara itu dalam kacamata pengamat politik LIPI Lili Romli, langkah Partai Gerindra itu hanya bagian dari sensasi politik belaka. Bahkan, dosen Universitas Indonesia ini menilai Gerindra (baca-Prabowo) seolah ingin mengejek PDIP lantaran melamar Prabowo sebagai cawapres bagi Megawati. Padahal, Prabowo jauh-jauh hari sangat jelas targetnya ingin menjadi capres pada Pilpres 2009 mendatang. Langkah Partai Gerindra itu, tidak jelas target maupun strategi yang ingin dicapai dengan pencantuman Puan sebagai cawapres. Lebih jauh penunjukan itu tidak memberikan pendidikan politik bagi rakyat, kata Lili. Jalin koalisi Achmad Muzani juga tidak menampik kemungkinan Partai Gerindra berkoalisi dengan partai-partai lain untuk menyukseskan pencalonan Prabowo menjadi presiden. Namun kemungkinan koalisi itu akan ditentukan kemudian, termasuk dengan partai-partai mana saja yang akan dirangkulnya. Yang pasti, dengan atau tanpa dukungan dari partai lain, kami akan mencalonkan Prabowo dengan segenap kekuatan yang ada, lanjut Muzani. Karena itu, katanya, partainya bertekad untuk mengumpulkan suara dan kursi sebanyak-banyaknya dalam Pemilu legislatif yang akan berlangsung pada 9 April 2009 mendatang. DPP Partai Gerindra juga menyambut baik dukungan yang sudah diberikan oleh sejumlah elemen masyarakat untuk kemenangan Partai Gerindra dan pencalonan Prabowo. Dukungan dari banyak kalangan kita sambut baik. Selama ini dukungan terbesar yang diterima Gerindra justru dari masyarakat bawah, khususnya para petani, nelayan, buruh dan pedagang kecil, katanya. (BK/Ant/f/ [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] 20 million migrant workers in China can't find jobs
http://www.iht.com/articles/2009/02/02/business/china.4-421450.php Migrant workers, whose cheap labor underpins the Chinese manufacturing sector, looking for jobs in Chengdu. The government fears unrest as unemployment spreads. (Reuters) 20 million migrant workers in China can't find jobs By Sharon LaFraniere Monday, February 2, 2009 BEIJING: The Chinese government offered a telling indicator Monday of the slowdown in its once galloping economy, announcing that more than one in seven rural migrant workers had been laid off or were unable to find work, twice as many as estimated just five weeks ago. About 20 million of China's total estimated 130 million migrant workers - whose low-cost labor underpins the manufacturing sector - have had to return to rural areas because of lack of work, according to a survey conducted by the Agriculture Ministry that was cited at a briefing. In late December, employment officials estimated that at least 10 million migrant workers had lost their jobs in the third quarter of 2008 as waves of factories and businesses shut their doors. Prime Minister Wen Jiabao, speaking at a business conference in London, said Monday that there was light at the end of the tunnel, but he called for strong and effective stimulus plans to help economies hit by the global financial crisis. In some places people are disappointed, people are frustrated and people are pessimistic, Wen said, Reuters reported. They are quickly unsettled by the current situation. I am calling for confidence, cooperation and responsibility, Wen said. I've been calling for that all along because if we do that we can save the world. Later, at a speech at Cambridge University, witnesses said a protester sitting in the audience threw a shoe at Wen, shouting, How can you listen to this unchallenged? according to The Associated Press. The shoe missed Wen by a large margin. The incident was similar to one involving former President George W. Bush during his final visit to Iraq. Wen shrugged off the interruption and continued with his speech, saying, This despicable behavior cannot stand in the way of friendship between China and the U.K. The specter of millions more unemployed clearly has the Chinese government worried. The government has not released annual figures on social unrest - what it terms mass incidents - for several years, but foreign media reports suggest that protests are growing as unemployment spreads. An article last month in Outlook Weekly, a magazine published by the government news agency Xinhua, predicted a record year for mass protests. It is fair to say that the Chinese government takes very seriously the issue of employment of migrant workers, said Chen Xiwen, a senior rural planning official who released the joblessness estimate at Monday's briefing. Guaranteeing employment and livelihood is to guarantee social stability, he said. Chen advised government officials to actively intervene to head off protests, rather than shy away from coming out and let public security departments and police go to the front lines. The military called on its forces Sunday to exercise strict obedience to command in the face of challenges to social stability. In a joint report issued Sunday, the Chinese cabinet and the Communist Party's Central Committee warned that 2009 would be possibly the toughest year since the Asian economic bubble burst in the late 1990s for economic growth and rural development, according to Xinhua. The report promised increased government aid to rural areas, including expanded subsidies, greater access to loans and more funding from Beijing for development projects. Wen told The Financial Times on Sunday that China might enhance its 4 trillion yuan, or $584 billion, stimulus plan, announced only three months ago and aimed at achieving 8 percent economic growth this year. We may take further new, timely and decisive measures. All these measures have to be taken pre-emptively before an economic retreat, Wen said during the interview. Statistics suggest the retreat is already well under way. China's economic growth slumped to 6.8 percent in the last quarter of 2008. Its growth rate of 9 percent for 2008, while stunning compared with that of the United States and other Western countries, was the slowest pace in seven years. Chinese officials often say an 8 percent growth rate is crucial in preventing serious social unrest. In his remarks in London, Wen did not comment on whether China was planning additional measures to help its economy. We need to have very strong and effective stimulus plans, mainly fiscal stimulus plans, he said. He promised that his country would send purchasing missions to Europe soon to combat protectionist efforts among countries and to help global trade. The missions will purchase commodities and technologies that we need. Confidence is the most important thing, more important than gold or currency,
RE: [wanita-muslimah] Anggota TNI Wajib Ikut KB
Wah, berlebihan sekali ya ? Sampai diberi sangsi segala APa hal seperti ini tidak melanggar HAM ? From: wanita-muslimah@yahoogroups.com [mailto:wanita-musli...@yahoogroups.com] On Behalf Of Sunny Sent: Monday, February 02, 2009 9:23 PM To: Undisclosed-Recipient:; Subject: [wanita-muslimah] Anggota TNI Wajib Ikut KB http://www.sinarharapan.co.id/berita/0902/02/kesra01.html http://www.sinarharapan.co.id/berita/0902/02/kesra01.html Anggota TNI Wajib Ikut KB Oleh Stevani Elisabeth Bogor-Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang sudah berkeluarga diwajibkan mengikuti program Keluarga Berencana (KB). Bahkan saat mengajukan izin menikah, mereka juga harus menandatangani surat pernyataan yang di dalamnya disyaratkan hanya akan memiliki dua anak. Asisten Teritorial Panglima TNI Mayor Jenderal TNI Suprapto mengemukakan hal itu kepada wartawan pada acara Bakti Sosial Pelayanan KB-Kesehatan Kerja Sama BKKBN dengan TNI, di Bogor, Sabtu (31/1). Anggota TNI yang sudah berumah tangga wajib jalani KB. Anggota wajib punya anak dua. Kalau tidak, kami beri peringatan, tegasnya. Salah satu peringatan yang diberikan bila ada anggota TNI yang melanggar ketentuan itu adalah sulitnya melanjutkan pendidikan untuk naik pangkat. Misalnya, seorang Kowad (Komando Wanita Angkatan Darat) yang berpangkat Bintara, bila dia memiliki anak lebih dari dua, maka dia tidak bisa ikut Secama. Dia menambahkan, kerja sama TNI dengan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) memang sudah terjalin sejak tahun 1970. Namun kerja sama tersebut hanya melibatkan Pusat Kesehatan TNI dengan Deputi KB dan Kesehatan Reproduksi BKKBN, sehingga pelayanan yang diberikan hanya pelayanan alat kontrasepsi di rumah sakit milik TNI. Tetapi setelah ada instruksi dari presiden untuk melakukan revitalisasi program KB, maka kerja sama antara TNI dengan BKKBN lebih diperluas lagi. Nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) antara BKKBN dengan TNI akan ditandatangani pada 12 Februari mendatang. Suprapto mengatakan, lewat kerja sama dengan BKKBN ini, nantinya di setiap zona TNI didirikan Pos Pembina KB Desa/Kelurahan. Selain KB juga akan dikembangkan Bina Keluarga Balita (BKB), Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS), Bina Keluarga Remaja (BKR), Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIKKRR) dan Bina Keluarga Lansia (BKL). Sementara itu Kepala BKKBN Sugiri Syarif mengemukakan dengan revitalisasi program KB, pihaknya mencoba mendorong masyarakat bukan hanya untuk ber-KB, melainkan juga meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Kerja sama antara BKKBN dengan TNI dapat menjaring sekitar 40 persen atau sekitar 30 juta anggota KB baru. Tiap tahun memang kita coba dorong untuk memperoleh 14-15 persen akseptor KB baru. Jika tiap tahun kita bisa mencapai target tersebut, maka pada 2015, laju pertumbuhan penduduk di Indonesia bisa mencapai 0,8 persen, ujar Sugiri. BKKBN juga telah menyediakan alat kontrasepsi gratis bagi masyarakat miskin. Saat ini sudah ada 54 persen keluarga miskin yang ikut KB. Kalau ada yang menarik bayaran dari masyarakat miskin yang ingin menggunakan alat kontrasepsi, harus dilaporkan. Sebab mereka tidak dikenakan biaya dan jasa pelayanan untuk mereka sudah ditanggung lewat Jamkesmas, lanjutnya. Meski demikian, dia mengakui masih ada pula masyarakat miskin yang belum dapat terlayani oleh program KB. Salah satu penyebabnya, mereka tidak memiliki biaya transportasi untuk mencapai pusat pelayanan kesehatan masyarakat tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut, BKKBN melakukan dua cara, yakni pertama, menggunakan mobil pelayanan KB ke daerah-daerah yang banyak keluarga miskinnya. Kedua, memberikan uang bagi masyarakat miskin untuk menuju pos pelayanan kesehatan masyarakat. [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Iraqi voters turn to secular parties
http://www.theaustralian.news.com.au/story/0,25197,24998189-2703,00.html Iraqi voters turn to secular parties Correspondents in Baghdad | February 03, 2009 Article from: The Australian IRAQI voters have punished religious-leaning parties blamed for stoking sectarian violence, and rewarded secular parties seen as capable of holding the nation together, important shifts that will be welcomed in Washington and scorned in Tehran. The biggest Shia party in Iraq once appeared to hold all the political sway: control of the heartland, the backing of influential clerics and a foot in the Government with ambitions to take full control. But the days of wide-open horizons could be ending for the Supreme Islamic Iraqi Council, as the signs began to take shape yesterday with hints of the voter mood from provincial elections. The broad message - built on Iraqi media projections and post-election interviews - was that the eventual results would punish religious-leaning factions such as the Supreme Council that are blamed for stoking sectarian violence, and reward Prime Minister Nouri al-Maliki and several secular parties. The early returns show Mr Maliki could be strengthened in his dealings with parliament before national elections to be held by next year. His Dawa Party drew strong support in Basra and Baghdad, two of Iraq's largest and most politically important provinces, according to political parties and election officials. The outcome of the provincial polls will not directly affect Iraq's national policies or its balance between Washington's global power and Iran's regional muscle. But Shia political trends are critically important in Iraq, where the majority Shi'ites hold sway after the fall of Saddam Hussein's Sunni-dominated regime. There is a backlash from Iraqis against sectarian and religious politics, said Mustafa al-Ani, an Iraqi political analyst based in Dubai. The voting gave us an indication of what will happen in the general election. Although official results from the weekend's provincial elections are still days away, the early outlines are humbling for the Supreme Council. The group had been considered a linchpin in Iraqi politics as a junior partner in the government that had political control in the Shia south. But forecasts point to widespread losses for the party across the main Shia provinces. The setbacks could include embarrassing stumbles in the key city of Basra and the spiritual centre of Najaf, hailed as the future capital in the Supreme Council's dreams for an autonomous Shia enclave. The big election winners appear to be allies of Mr Maliki - a vivid lesson in Iraq's fluid politics. A year ago, Mr Maliki looked to be sinking. Shia militiamen ruled cities such as Basra and parts of Baghdad, and rockets were hitting the protected Green Zone, which includes the US embassy and Iraq's parliament. Mr Maliki - with apparent little advance co-ordination with the US - struck back. An offensive broke the militia control in Basra and elsewhere in the south, enhancing his reputation. And many voters appeared happy to reward his political backers with seats on provincial councils, which carry significant clout with authority over local business contracts, jobs and local security forces. Al-Maliki ended the militiamen's reign of terror, said Faisal Hamadi, 58, after voting in Basra. For this he deserves our vote. The Supreme Council appeared to stagger under the weight of negative baggage. It was accused of failing to deliver improvements to public services in the south. And its strong ties to Iran began to offend Iraqis' nationalist sentiments. Its leader, Abdul Aziz al-Hakim, spent decades in Iran during Saddam's rule, and was allowed an office-villa in Tehran. After Saddam's fall, the Supreme Council was Iran's main political conduit into Iraq, although it also developed ties with the US. Iran now could face limits on its influence in the south, with the Supreme Council forced into a coalition or second-tier status - and confront resistance from a stronger Maliki Government seeking to curb Tehran's inroads. AP [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Democratic dawn in Iraq
http://www.guardian.co.uk/commentisfree/2009/feb/03/comment-iraq-elections Democratic dawn in Iraq Polling was peaceful, the results encouraging. We could yet be looking at a model for Arab states a.. William Shawcross b.. The Guardian, Tuesday 3 February 2009 c.. Article history The weekend's elections in Iraq were a huge success for the Iraqi people. The remarkably peaceful day of voting on Saturday - and the interim results - give good reason to hope Iraq really is on the way to building a decent society. These provincial elections were held in 14 of the country's 18 provinces (Kurdistan will hold separate elections, and the disputed oil-rich city of Kirkuk was deemed too hard at present). This was the first post-Saddam election that the Iraqis handled themselves. Iraqi soldiers protected the polling stations. It was also the first election to have international observers in all 712 constituencies. In 2005 terrorist attacks made that too dangerous. Then, more than 200 candidates were killed - this time, eight died. There were 14,412 candidates standing for office, an impressive number. This was also the first election in which there was no boycott on ethnic or sectarian grounds. There was an enormous spread of views represented on the ballot papers - Iraq is the only Arab country which offers almost everyone, including Trotskyites and monarchists, the freedom to stand for election. The turnout, 51%, was less than some predicted but importantly it included many Sunnis who had boycotted the last elections in 2005. Turnout in some of the Sunni areas was as high as 60%. The hope is that these Sunnis have turned from the methods of al-Qaida, which dominated the early post-Saddam years, to the political process. The peaceful polling was remarkable and so were the results. All the Islamic parties lost ground, especially that associated with the so-called Shia firebrand, Moqtada al-Sadr, whose share of the vote went down from 11% to 3%. The principal Sunni Islamic party, the Islamic Party of Iraq, was wiped out. The only Islamic party to gain ground was the Dawa party of the Shia prime minister Nouri al-Maliki - and even that party dropped the word Islamic from its name. The power of Maliki, who has emerged a stronger leader than expected, is further enhanced by these elections. Now no Islamic parties will be able to control any provinces on their own. The election is thus a big defeat for Iran which had hoped that Shia religious parties would control the south and enable Iran to turn them into a mini Shia republic. Instead, a new generation of Iraqi politicians is coming forward. Many of them are young and secular. They have lived always in Iraq, not in exile; they are Iraqis with local roots first and foremost - they are not pan-Arabs or pan-Islamists. Nor do they have connections to the US. Iraq's polity is still fragile. Parliamentary elections later this year will be another test of whether the horrific inter-Islamic violence of recent years is over. The country is still far from united and its infrastructure still needs massive investment. But there are now real grounds to hope that Iraqis are finally on track to creating a far more decent society than they have ever had. This would never have been possible without the US-led overthrow of the psychotic Saddam family. There were lamentable failures in the subsequent US occupation, which allowed the rise of the hideous sectarian violence that threatened to tear the country to pieces. But in the last two years the surge of US troops under General David Petraeus appears to have destroyed much of the terrorists' infrastructure and support. Now, as US troops begin their phased withdrawal, the new American-trained Iraqi army is defending the country against Islamist violence. There will be further setbacks. But who knows, Iraq may yet even become a model for democratic change in other Arab countries. If so, who deserves some credit? The much maligned President Bush. And Tony Blair. . William Shawcross's most recent book is Allies: the United States, Britain, Europe and the War in Iraq williamshawcross.com [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Poligami Meningkat, Perceraian Pun Meningkat
http://www.ranesi.nl:80/arsipaktua/indonesia060905/poligami_meningkat20090202 Poligami Meningkat, Perceraian Pun Meningkat Radio Nederland Wereldomroep 02-02-2009 Poligami Meningkat, Perceraian Pun Meningkat Perempuan Muslim Indonesia lebih memilih cerai, ketimbang melanjutkan pernikahan ketika suaminya berpoligami karena mengawini perempuan lain. Inilah data yang diungkapkah oleh pengadilan agama. Ada beberapa faktor yang berperan. Di antaranya meningkatnya kesadaran perempuan Indonesia tentang hak mereka. Perempuan mulai berani memperjuangkan hak mereka dan menolak dominasi pria. Kalau perceraian meningkat, ternyata jumlah kasus poligami juga meningkat. Bagaimana ini bisa dijelaskan? Berikut Nursyahbani Katjasungkana anggota DPR fraksi PKB. Nursyahbani Katjasungkana[NK]: Ya, kalau dari data yang disampaikan oleh wartawan Jakarta Post kemarin waktu mewawancarai saya, memang faktor itu yang meningkat ya. Nah, tapi itu ditolak oleh kaum perempuan. Sementara ada semacam gerakan budaya untuk menguatkan itu semua. Seperti misalnya yang saya sebutkan itu, film-film baik di tv, maupun film layar lebar yang seperti menyebarkan bahwa poligami itu sesuatu yang memang merupakan ajaran agama. Ini juga dilakukan perlawanan oleh kaum perempuan. Radio Nederland Wereldomroep[RNW]: Tapi untuk bisa berpoligami si suami kan harus minta ijin si istri. Mengapa si istri toh ingin ceraikan suami? Melecehkan NK: Itu salah. Bukan ijin istri. Menurut undang-undang perkawinan itu, suami harus meminta ijin pengadilan. Nah permohonan ijin pengadilan itu harus dilampiri dengan alasan. Nah, alasannya itu juga sangat melecehkan istri ya, diskriminatif dan menempatkan istri hanya sebagai sexual provider, pelayan seksual. Karena pertama, alasan yang bisa dipakai adalah apabila istri tidak bisa melahirkan keturunan. Nah, itu jelas menempatkan istri hanya sebagai mesin pembuat anak, tanpa dilihat apakah dia tidak melahirkan keturunan itu karena suaminya mandul atau nggak gitu. Pokoknya nggak punya anak pasti dianggap kesalahan si istri dan itu bisa menjadi alasan untuk berpoligami. Kedua, kalau istri tidak perform sebagai istri. Nah, ukuran performance sebagai istri itu sangat subyektif, ditentukan oleh suaminya, dan/atau oleh pengadilan. Ketiga, kalau istri terus-menerus atau cacat secara fisik. Nah, ini alasan-alasan yang bagi kaum perempuan adalah alasan yang sangat diskriminatif dan menetapkan perempuan hanya sebagai pelayan seksual suami. Persyaratan hukum Ketika peran-peran tidak bisa dijalankan maka dia seperti akan ditinggalkan sebagai istri, ditinggalkan untuk kawin lagi. Nah, cara lainnya adalah persetujuan istri dan atau istri-istri yang sudah ada. Jadi bukan ijin istri. Nah, tapi di dalam pasal 5 undang-undang perkawinan dikatakan bahwa apabila istri tidak memberikan persetujuan maka pengadilan yang akan menilai apakah tidak setujuinya istri itu dalam pertimbangan pengadilan itu dianggap masuk akal atau tidak. Jadi sebetulnya persetujuan istri itu sangat relatif. Karena itu bisa diambil alih oleh pengadilan. Artinya meskipun misalnya istri tidak setujui, kalau pengadilan mengatakan tidak ada alasan untuk tidak menyetujui, maka ijin itu bisa diberikan kepada suami untuk kawin lagi. RNW: Secara hukum agama, poligami itu sah ya, tapi kalau memang benar poligami penyebab perceraian apakah menurut Anda poligami harus dibatasi? NK: Memang poligami di Indonesia sudah dibatasi. Artinya tidak bisa lagi seperti dulu ya, laki-laki bebas untuk kawin dengan siapa saja, di mana saja dan kapan saja, tapi dibatasi dengan alasan-alasan tadi. Yaitu memenuhi persyaratan-persyaratan hukum dan bahkan harus dengan ijin pengadilan. Kalau dibandingkan dengan negara-negara Islam yang lain, undang-undang perkawinan ini cukup maju ya, dengan ada pembatasan seperti itu. Yang kedua adalah ada counter interpretasi yang mengatakan bahwa sebetulnya poligami bukan menjadi ajaran Islam. Ajaran Islam itu monogami dan menempatkan poligami hanya pada pintu darurat sekali. Jadi ada peperangan juga antara mereka yang menafsirkan ayat 3 dari Anisa itu yang mengatakan poligami adalah hak laki-laki. Tapi ada juga penafsiran kontekstual dan historis yang mengatakan bahwa itu bukan hak laki-laki. Apalagi persyaratannya sedemikian berat, harus sedemikian adil. Kata Kunci: hak, pengadilan, perempuan, poligami [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Kasad: Purnawirawan Jangan Bawa TNI Berpolitik
http://www.analisadaily.com/index.php?option=com_contentview=articleid=5718:kasad-purnawirawan-jangan-bawa-tni-berpolitikcatid=3:nasionalItemid=128 Kasad: Purnawirawan Jangan Bawa TNI Berpolitik Jakarta, (Analisa) Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Agustadi Sasongko Purnomo mengimbau kepada para purnawirawan yang mencalonkan diri sebagai calon legislatif atau bahkan calon presiden dan calon wakil presiden, agar jangan menarik TNI kembali ke ranah politik. Dalam silaturahminya dengan para purnawirawan TNI-AD di Jakarta, Senin, ia mengatakan, TNI telah memutuskan untuk bersikap netral dalam Pemilu 2009 dan semua pihak diminta untuk menghormati komitmen tersebut. Karenanya, tambah KSAD, akan menindak tegas personel TNI-AD yang masih aktif, jika terlibat dalam kampanye pemilu dan mengimbau para purnawirawan yang hendak ikut dalam Pemilu 2009, tidak melibatkan anggota TNI aktif. Agustadi juga meminta anggota TNI tidak terpengaruh dengan isu-isu yang dapat menjatuhkan nama baik institusi. Sementara itu, mantan KSAD Ryamizard Ryacudu mengimbau agar tidak muncul saling curiga di antara sesama komponen bangsa akibat isu yang diungkapkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tentang adanya keterlibatan anggota TNI dalam kegiatan politik praktis. Jangan saling lempar dan jangan saling curiga. Saya tahu SBY itu dari dulu, saya ikut dia dua periode, katanya. Ryamizard juga mengingatkan kembali purnawirawan TNI tidak diperbolehkan membawa-bawa TNI ke ranah politik. TNI itu adalah pucuk negara jadi harus netral. Bila ada purnawirawan yang ketahuan menarik personel aktif ke ranah politik, sanksinya pun hanya sebatas sanksi moral saja. Tapi itu urusan ketua purnawirawan, saya tidak mau melampaui, ujarnya [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Darfur vs Gaza: African muslims are worth less than Arab muslims
mas DWS, sesama muslim kan seperti satu tubuh... kalau yang satu sakit, biasanya yang lain ikut-ikutan sakit... tapi biar satu tubuh, kan ada yang jadi kepala, jantung, paru-paru yang esensial ada yang jadi tangan, kaki yang urusannya ya kerja doang...dipotong boleh saja kalo perlu, apalagi kalo bisa regenerasi kayak kadal. ada juga yang jadi usus buntu yang nggak berguna, kuku, rambut yang cuman asesoris, dll. israel-palestina itu kan ibaratnya lawan tubuh lain...ya pasti dilawan, semuanya bergerak. tapi darfur itu kan seakan-akan seperti kepala makan tangan atau bahkan rambut atau mungkin bisa diibaratkan usus buntu... lha wong tubuh kadal, tangan dipotong ya nggak pa-pa, kan nanti tumbuh lagi, apalagi cuman rambut, kuku atau bahkan usus buntu... yang penting jangan kepala kan? kalo kepala yang dipotong ya koit... memang agak meriang-meriang...tapi nanti juga sembuh... memang Islam itu universal, untuk seluruh umat manusia, Islam memang menganggap semua manusia itu sama, walaupun memang ada yang lebih sama dibanding yang lain... Muslim memang bersaudara...tapi ada yang lebih saudara dibanding muslim yang lain. Mungkin begitu ya penjelasannya - Original Message - From: Dwi Soegardi To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Monday, February 02, 2009 11:16 PM Subject: [wanita-muslimah] Darfur vs Gaza: African muslims are worth less than Arab muslims http://blog.beliefnet.com/cityofbrass/2009/02/darfur-vs-gaza-african-muslims.html Darfur vs Gaza: African muslims are worth less than Arab muslims Monday February 2, 2009 Categories: Hirabah Watch Ali A. Rizvi, a muslim blogger, asks the hard questions (http://alirizvisblog.blogspot.com/2009/01/where-is-muslim-outrage-over-darfur.html): Where are the large-scale protests and outrage from the Muslim community over the senseless deaths and rape of hundreds of thousands of poverty-ridden African Muslims? Why is there such a glaring discrepancy between the Muslim world's response to the atrocities in Gaza and the atrocities in Darfur? If the Darfur genocide was being carried out by Jews or Christians instead of Arab Muslims, would we see a different response? Note that the point of this is not to suggest that there should be no outrage over Gaza. But in terms of the scale of human life - 300,000 people dead according to estimates from 2005, equivalent to 300 Gazas - Darfur should at least merit comparable energy and action and blog posts and outrage. Rizvi's post documents just how little outrage there is to spare. When the International Criminal Court finally indicted Omar al-Bashir, President of Sudan for his role in arming and supporting the janjaweed militias who are carrying out the literal genocide of non-Arab muslims in Darfur, what was the response of the Ummah? Accusations of bias and injustice, but not for the victims of Darfur, but rather their murderers. Muslim murderers. It should be noted that two and a half years ago, there were large-scale demonstrations in the US to draw attention to Darfur. Those demonstrations were largely organized by American Jews (http://www.jpost.com/servlet/Satellite?pagename=JPost%2FJPArticle%2FShowFullcid=1145961241838). The muslim-American community's response? A press release (http://www.mpac.org/article.php?id=146). Again, I reiterate - I do not suggest that we should be blind to the suffering of the innocents in Gaza. But just as muslims point out the calculus whereby one Jewish life is worth 100 Palestinian lives, so too it seems that one Palestinian life is worth 300 African lives. Related: discussion at Talk Islam on this issue (http://talkislam.info/2009/02/01/ali-a-rizvi-ponders-the-muslim-response/). -- No virus found in this incoming message. Checked by AVG. Version: 7.5.552 / Virus Database: 270.10.16/1929 - Release Date: 01/02/2009 18:02 [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] 7 Malam Pertama Dialam kubur
Ass, wr,Wb Mereka berkata, Aduhai celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)? Inilah yang dijanjikan (Tuhan) Yang Maha Pemurah dan benarlah Rasul-rasul(Nya).(QS. Yaasin [36]: 52).Dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur. (QS. Al-Hajj [22]: 7).Terbayangkah di hati kita, bagaimanakah rasanya menghuni alam kubur? Tujuh malam pertama saja? Masya Allah, sungguh itulah kehidupan maha menakutkan dan maha mengerikan!Sebuah potret rumah masa depan yang amat sempit, gelap, dingin, lembab, sunyi, berteman cacing, ulat, belatung, juga ular, kalajengking, dan segala makhluk melata yang menjijikkan. Tapi, sadarlah, memang itulah masa depan hidup yang akan dilalui oleh setiap kita. Tak peduli kaya atau miskin, pejabat atau rakyat, konglomerat atau melarat, kita semua akan mengenyam gelapnya kehidupan alam kubur.Jika kita lalai pada potret mengerikan alam kubur itu, niscaya hati kita akan selalu jauh dari Allah. Sebaliknya, jika kita selalu ingat bahwa di dunia ini kita tidaklah kekal, bahkan di atas kemolekan, kecantikan, kekayaan, dan ketenaran status kita, niscaya kita akan berlinang air mata membayangkan betapa kerdilnya diri ini dan bergegas menyiapkan diri menyongsong alam kubur dengan penuh ketakziman dan keshalihan ibadah.Buku ini mengingatkan dengan penuh perih kehidupan macam apakah yang akan kita jalani kelak kala kita mulai dimasukkan ke liang lahat oleh orang-orang yang sangat menghormati dan mencintai kita selama ini, hingga 7 malam ke depan. Subhanallah... Ya Allah, beginikah rasanya 7 malam pertama menjalani kehidupan sepi di alam kubur? Tolonglah hamba-Mu ini. Info Selengkapnya klik www.senyumuslim.com [Non-text portions of this message have been removed] === Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejaht...@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelism...@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:wanita-muslimah-dig...@yahoogroups.com mailto:wanita-muslimah-fullfeatu...@yahoogroups.com * To unsubscribe from this group, send an email to: wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[wanita-muslimah] Re: Darfur vs Gaza: African muslims are worth less than Arab muslims
iya, animal farm karya george orwell itu mengatakan: kita semua setara, tapi beberapa lebih setara daripada yang lain. artinya? pembelaan-pembelaan kita ini (kepada sesama muslim) cuma sekedar retorika. bahasa mbah saya, 'mbelgedes'. ndak sungguh-sungguh. dasarnya cuma 'rasa benci terhadap yahudi'. kenapa? --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ary Setijadi Prihatmanto ary.setij...@... wrote: mas DWS, sesama muslim kan seperti satu tubuh... kalau yang satu sakit, biasanya yang lain ikut-ikutan sakit... tapi biar satu tubuh, kan ada yang jadi kepala, jantung, paru-paru yang esensial ada yang jadi tangan, kaki yang urusannya ya kerja doang...dipotong boleh saja kalo perlu, apalagi kalo bisa regenerasi kayak kadal. ada juga yang jadi usus buntu yang nggak berguna, kuku, rambut yang cuman asesoris, dll. israel-palestina itu kan ibaratnya lawan tubuh lain...ya pasti dilawan, semuanya bergerak. tapi darfur itu kan seakan-akan seperti kepala makan tangan atau bahkan rambut atau mungkin bisa diibaratkan usus buntu... lha wong tubuh kadal, tangan dipotong ya nggak pa-pa, kan nanti tumbuh lagi, apalagi cuman rambut, kuku atau bahkan usus buntu... yang penting jangan kepala kan? kalo kepala yang dipotong ya koit... memang agak meriang-meriang...tapi nanti juga sembuh... memang Islam itu universal, untuk seluruh umat manusia, Islam memang menganggap semua manusia itu sama, walaupun memang ada yang lebih sama dibanding yang lain... Muslim memang bersaudara...tapi ada yang lebih saudara dibanding muslim yang lain. Mungkin begitu ya penjelasannya - Original Message - From: Dwi Soegardi To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Monday, February 02, 2009 11:16 PM Subject: [wanita-muslimah] Darfur vs Gaza: African muslims are worth less than Arab muslims http://blog.beliefnet.com/cityofbrass/2009/02/darfur-vs-gaza- african-muslims.html Darfur vs Gaza: African muslims are worth less than Arab muslims Monday February 2, 2009 Categories: Hirabah Watch Ali A. Rizvi, a muslim blogger, asks the hard questions (http://alirizvisblog.blogspot.com/2009/01/where-is-muslim- outrage-over-darfur.html): Where are the large-scale protests and outrage from the Muslim community over the senseless deaths and rape of hundreds of thousands of poverty-ridden African Muslims? Why is there such a glaring discrepancy between the Muslim world's response to the atrocities in Gaza and the atrocities in Darfur? If the Darfur genocide was being carried out by Jews or Christians instead of Arab Muslims, would we see a different response? Note that the point of this is not to suggest that there should be no outrage over Gaza. But in terms of the scale of human life - 300,000 people dead according to estimates from 2005, equivalent to 300 Gazas - Darfur should at least merit comparable energy and action and blog posts and outrage. Rizvi's post documents just how little outrage there is to spare. When the International Criminal Court finally indicted Omar al- Bashir, President of Sudan for his role in arming and supporting the janjaweed militias who are carrying out the literal genocide of non-Arab muslims in Darfur, what was the response of the Ummah? Accusations of bias and injustice, but not for the victims of Darfur, but rather their murderers. Muslim murderers. It should be noted that two and a half years ago, there were large-scale demonstrations in the US to draw attention to Darfur. Those demonstrations were largely organized by American Jews (http://www.jpost.com/servlet/Satellite?pagename=JPost% 2FJPArticle%2FShowFullcid=1145961241838). The muslim-American community's response? A press release (http://www.mpac.org/article.php?id=146). Again, I reiterate - I do not suggest that we should be blind to the suffering of the innocents in Gaza. But just as muslims point out the calculus whereby one Jewish life is worth 100 Palestinian lives, so too it seems that one Palestinian life is worth 300 African lives. Related: discussion at Talk Islam on this issue (http://talkislam.info/2009/02/01/ali-a-rizvi-ponders-the-muslim- response/). --- --- No virus found in this incoming message. Checked by AVG. Version: 7.5.552 / Virus Database: 270.10.16/1929 - Release Date: 01/02/2009 18:02 [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Rahasia Suara Tanpa Rupa di Jalur Gaza
klik: www.hidayatullah.com //Rahasia Suara Tanpa Rupa di Jalur Gaza// Mengira ranjau yang ditanam tak berfungsi, sang mujahid kembali ke medan. Tiba-tiba ia diperingatkan suara tanpa rupa. Blarr! Meledak! Hidayatullah.com--Kisah karamah mujahidin pertempuran Al-Furqan di Gaza terus bergulir. Kali ini disebutkan oleh khatib masjid Izzuddin Al-Qassam di wilayah Nashirat Gaza, yang telah ditayangkan oleh chanel Al-Quds. Sang khatib bercerita, bahwa seorang pejuang telah menanam sebuah ranjau yang telah disiapkan untuk menyambut pasukan Zionis yang melalui jalan tersebut. Saya telah menanam sebuah ranjau, namun setelah itu saya melihat sebuah helikopter menurunkan sejumlah pasukan dengan jumlah besar dan banyak pula tank yang beriringan menuju jalan tampat saya menanam ranjau. Akhirnya saya putuskan untuk kembali, karena saya perkirakan ranjau itu tidak bisa bekerja optimal, karena jumlah musuh amat banyak, ucap sang khatib, menirukan si pelaku. Akan tetapi, sebelum beranjak meninggalkan lokasi, pejuang itu mendengar suara aneh. Utsbut, tsabatkallah! , yang maknanya kurang lebih, tetaplah di tempat, maka Allah menguatkanmu. Ucapan itu, ia terdengar sangat keras dan berulang-ulang sebanyak tiga kali. Tak jelas siapa yang mengatakan dan dari mana asalnya. Saya mencari sekeliling untuk mengetahui siapa yang mengatakan hal itu kapada saya. Akan tetapi saya malah terkejut, karena tidak ada seorangpun yang bersama saya, ucap sang mujahid yang tak disebut namanya itu. Tak disangka tak diduga, selang beberapa saat setelah peringatan itu, ranjau itu meledak dasyat. Blarrr!. Dan menghancurkan tank yang di dalamnya banyak pasukan Zionis-Israel. Akhirnya, saya memutuskan untuk tetap berada di lokasi. Dan ketika sebuah tank melewati ranjau yang bersangkutan, terjadi sebuah ledakan yang menyebabkan tank hancur, dan banyak pasukan infantri Israel yang tewas, dan sebagian dari mereka telah diangkut oleh helikopter. Sedangkan saya sendiri dalam keadaan selamat, ujar sang Mujahid, ditirukan sang khatib di salah satu masjid Izzuddin Al-Qassam. Hingga ranjau meledak dan menewaskan puluhan serdadu Zionis-Israel, sosok yang berteriak itu tak ditemukan hingga kini. Sungguh, itulah tanda-tanda rahasia Allah. [tho/katlah islamiyah/www.hidayatullah.com] Ikuti terus Rahasia Keajaiban Gaza yang lain di www.hidayatullah.com Zionis belum berhenti membantai, kok kita berhenti membantu? Sisihkan sebagian harta Anda untuk membantu rakyat Gaza di Hidayatullah.com Peduli Palestina. No Rek BCA: 822 0279422 CP Redaksi www.hidayatullah.com 081-357342242 Foto AP Photo [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Hendrik Jualan Kantong Plastik
Hendrik Jualan Kantong Plastik By: agussyafii Pagi sebelum berangkat saya bertemu teman. Teman bertutur dirinya sering melihat Hendrik jualan kantong plastik di pasar Ciledug. Hendrik adalah salah satu anak ananda. Ibunya jika pagi hari mengojek di pasar. Saya katakan padanya ayah Hendrik sudah tiada. Sebelum masuk sekolah siang hari, pagi hari hendrik jualan kantong plastik untuk ongkos sekolah. Buat saya adalah kebanggaan karena hendrik bekerja untuk dirinya, jawab saya pada teman. kegigihan Hendrik untuk bekerja akan menumbuhkan hidup bermakna pada dirinya tanpa harus mengetengadahkan tangan pada orang lain. Pada Malam hari hendrik belajar mengaji pada saya. Sejak ayahnya meninggal hampir tidak pernah ada orang yang membimbing Hendrik, ibunya sibuk mencari nafkah. Jadi membimbing Hendrik merupakan tugas kita dan kami, Ananda membantu biaya sekolahnya. Oo..luar biasa ya Hendrik, jadi ayahnya sudah tidak ada ya mas? jualan kantong plastik itu untuk membiayai hidupnya ya kata teman tersebut, matanya nampak berkaca-kaca. Tidak semua anak bisa beruntung dengan bermain di rumah bersama ayah dan ibunya, sarapan pagi, minum susu sambil menonton tv namun ada anak yang mesti jualan kantong di pasar untuk membiayai hidupnya. -- Barang siapa yang dikaruniakan harta oleh Alloh SWT maka hendaknya menyambung silaturahmi, menghormati tamu, memuliakan anak yatim dan hendaknya bersabar dalam menghadapi ujian karena dengan semua ini kemuliaan dunia dan kebahagiaan akherat didapatkannya. (ali bin abi thalib). Wassalam, agussyafii Tulisan ini dibuat dalam rangka kampanye kegiatan Untukmu Ananda. kegiatan Untukmu Ananda. Kegiatan memuliakan anak-anak yatim. Pada tanggal 14 Februari 2009. selanjutnya silahkan kirimkan dukungan dan kepedulian anda kepada Untukmu Ananda di 087 8777 12 431 atau di http://agussyafii.blogspot.com [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Hidayah karena Sodaqoh
Hidayah karena Sodaqoh By: agussyafii Pada satu hari ada orang menghubungi saya. bapak itu bertanya apakah saya boleh bergabung dengan orang2 yang sholeh? ya boleh dong pak. jawab saya. Saya chineese lo mas.katanya. dimata Alloh semua hambaNya sama yang membedakan ketaqwaannya. jawab saya kembali. Bapak itu bercerita bahwa dirinya terheran kenapa banyak orang beranggapan sodaqoh itu keajaiban. Bahkan ada seorang temannya pedagang rajin bersodaqoh tiap hari jumat. Sampai dia menanyakan pada temannya, apa sih keajaibannya shodaqoh? Shodaqoh itu membuat dihidup saya menjadi sehat. jawab temannya. Kok bisa? Iya, sebab shodaqoh membuat tidur saya menjadi nyenyak dan makan enak. Coba deh. Awalnya dia ragu untuk bersedaqoh namun sampai akhirnya dirinya mendapatkan hidayah Alloh SWT disaat usianya menjelang senja. sekarang malah memilih hidupnya untuk membantu fakir miskin dengan membantu ketrampilan orang-orang sekitarnya. --- ¡Obatilah orang yang sakit dengan shodaqoh, Bentengilah harta yang anda miliki dengan zakat dan tolaklah marabahaya dengan doa (HR Baihaqi). Wassalam, agussyafii -- Tulisan ini dibuat dalam rangka kampanye kegiatan Untukmu Ananda. kegiatan Untukmu Ananda. Kegiatan memuliakan anak-anak yatim. Pada tanggal 14 Februari 2009. selanjutnya silahkan kirimkan dukungan dan kepedulian anda kepada Untukmu Ananda di 087 8777 12 431 atau di http://agussyafii.blogspot.com [Non-text portions of this message have been removed] === Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejaht...@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelism...@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:wanita-muslimah-dig...@yahoogroups.com mailto:wanita-muslimah-fullfeatu...@yahoogroups.com * To unsubscribe from this group, send an email to: wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[wanita-muslimah] Keikhlasan Putriku..
keikhlasan Putriku.. By: Ikhlas Nori Sesaat sebelum bus yang aku tumpangi bergerak dari terminal bus Stui Banda Aceh, Jumat malam kemarin (aku memang berusaha setiap week end pulang ke rumah di Binjai), hp berdering..di ujung sana terdengar suara bidadari kecilku: Farrah: Assalamualaikum Pa.. Aku: Waalaikum salam wr wb., anak cantikku...dah makan belon...ada PR yaa? Farrah: Gak ada PR pa...adek mau nanya... Aku: napa anak cantik papa...mau nanya apa ? Farrah: Papa udah gajian...? Aku: Aduuuhh...dari kantor udah ditransfer...cuma papa belon check dah masuk tau belon...napa nak... Farrah: Gak pp pa...dah yaa paa...assalamualaikum...klik hp ditutupwaalaikum salam wr wb Selama perjalanan (biasanya memakan waktu hampir 9 jam)...aku berpikir dan sampai tertidur...(emang ngantuk...). Sampai di rumah aku ceritakan pada istri perihal telepon dari Farrah..dan menanyakan kenapa kok tiba2 dia nanya apakah papanya dah gajian atau belonIstriku menceritakan kalo Farrah berniat untuk mensedekahkan isi celengannya ke anak2 Panti Asuhan...cuma uangnya kurang Rp. 24.000(yaa...dua puluh lima ribu rupiah kurangnya) dia pengen sedekah sebesar Rp. xxx.xxx,- Subhanallah...Alhamdulillah yaa Allah...tak terasa menetes air mata ini...aku bersyukur padaMu yaa Allah atas karuniaMU yaa Allah... Aku: Yaa udah ..nanti sepulang Mas Adit sekolah kita ke Panti Asuhan dan Alhamdulillah papa ada rezeki untuk nambahin sedekah adek... ...kupeluk anakku ...dan kulihat matanya berkaca2...(gak tau apa yang dipikirkan olehnya...anak seusia 9 tahun)... Pukul 5 sore aku sekeluarga berangkat ke Panti Asuhan...sesampai di sana sengaja aku 'agak membiarkan' bidadariku berjalan di depan dan menjumpai langsung Pimpinan Panti Asuhannya. Setelah mengucapkan salam aku mendorong Farrah untuk menjelaskan niatnya memberi sedekah kepada Pak Purba (Pimpinan Panti). Terharu hati ini melihat Farrah duduk di depan meja menghadap Pak Purba...Kulihat rasa puas dan 'kebanggaan' dari dirinya sesaat sebelum dia menandatangi kwitansi...Farrah memandangku seolah minta persetujuanku ...dan kuanggukan kepala sebagai tanda setuju agar Farrah menandatanginya langsung...(dia memang sudah sering menandatangani kwitansi bila bermain dengan teman2 sebayanya...layaknya seorang dokter anak katanya). Dalam perjalanan pulang..tak henti2nya Farrah memandangi kwitansi sedekahnya..dan dia tidak ingin kwitansi itu terlipat. Farrah: Pa...ini tadi khan penghuni Panti Asuhannya anak perempuan...bulan depan kita sedekah lagi yaa Pa ke Panti Asuhan di Jl. Imam Bonjol..yang anak Pantinya laki-laki...biar Mas Adit nanti yang nyerahin... Aku: Insya Allah yaa nak...doain yaa...Amin Yaa Robbal Alamin. Tanpa terduga...kemarin Senin 2 Ferbruary 2009 foto kami sekeluarga 'terpampang' di Headline news Harian Medan Bisnis. Apakah ini merupakan keajaiban sedekah...? Wallahu a'lam bish-shawabiLaa haulaa walaa quwwataa illaa billaah. Wassalam, agussyafii --- Tulisan ini dibuat dalam rangka kampanye kegiatan Untukmu Ananda. Kegiatan memuliakan anak-anak yatim. Pada tanggal 14 Februari 2009. selanjutnya silahkan kirimkan dukungan dan kepedulian anda kepada Untukmu Ananda di 087 8777 12 431 atau di http://agussyafii.blogspot.com [Non-text portions of this message have been removed]