[yonsatu] Nggak nyambung (Re: Re: Iran (Re: Re: Sekularisme) Korupsi)
- Original Message - From: Abdullah Sodik To: '[EMAIL PROTECTED]' Sent: 13 Nopember 2003 11:48 Subject: [yonsatu] Re: Iran (Re: Re: Sekularisme) Korupsi Ketika SD kita belajar pribahasa, salah satunya Gajah di pelupuk mata tak tampak, kuman di seberang lautan tampak. Memang, dengan mudah kita mengatakan bahwa terjadi korupsi besar-besaran baik di Arab Saudi bahkan Iran, seolah kita melupakan bahwa di negeri kita tercinta Indonesia bebas dari korupsi. Wah rada nggak nyambung thread Anda nih, Sodik! Kita sedang membahas apakah suatu negara yang korupsinya meruyak seperti Iran bisa dipakai sebagai contoh negara yang Islami atau tidak. Bukan sedang menghindar dari membahas bahwa di Indonesia korupsi sudah parah sekali, malahan menurut saya bisa-bisa lebih parah dari Iran. Wasalam. --[YONSATU - ITB]-- Online archive : http://yonsatu.mahawarman.net Moderators : mailto:[EMAIL PROTECTED] Unsubscribe: mailto:[EMAIL PROTECTED] Vacation : mailto:[EMAIL PROTECTED]
[yonsatu] Re: Nggak nyambung (Re: Re: Iran (Re: Re: Sekularis me) Korupsi)
Pak Joni Menurut saya Iran bisa dipakai sebagai contoh negara yang Islami seperti yang dimaksudkan, karena Iran Arab Saudi (yang sedang kita diskusikan), Syria dan Malaysia mempunyai angka korupsi jauh dibawah Indonesia seperti Email saya sebelumnya pak dihapus- . Lebih parah lagi, diperlihatkan International Country Risk Guide Index (ICRGI)sejak tahun 1992-2000, indeks korupsi di Indonesia terus meningkat dari 7 menjadi mendekati 9(tahun 2000). Kecenderungan yang sama terjadi di Rusia, yang mayoritas penduduknya Kristen, dengan indeks hampir 9 (tahun 2000). Sementara itu negara-negara mayoritas berpenduduk Muslim lain seperti Pakistan, Banglades, dan Nigeria juga memiliki indeks korupsi amat tinggi, rata-rata di atas 7. Begitu juga negara-negara berpenduduk mayoritas Kristiani, seperti Argentina, Meksiko, Filipina, atau Kolombia yang indeks korupsinya juga di atas 7. Bahkan, Thailand yang mayoritas penduduknya Buddha, indeks korupsinya juga hampir mencapai 8. Kumaha eui Sebaliknya Negara-negara lain yang juga mayoritas beragama Islam seperti Iran Arab Saudi (yang sedang kita diskusikan), Syria, atau Malaysia dengan angka korupsi justru jauh lebih rendah dibanding Indonesia atau Pakistan...dihapus.. Salam Asodik -Original Message- From: Akhmad Bukhari Saleh [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, November 13, 2003 3:25 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [yonsatu] Nggak nyambung (Re: Re: Iran (Re: Re: Sekularisme) Korupsi) - Original Message - From: Abdullah Sodik To: '[EMAIL PROTECTED]' Sent: 13 Nopember 2003 11:48 Subject: [yonsatu] Re: Iran (Re: Re: Sekularisme) Korupsi Ketika SD kita belajar pribahasa, salah satunya Gajah di pelupuk mata tak tampak, kuman di seberang lautan tampak. Memang, dengan mudah kita mengatakan bahwa terjadi korupsi besar-besaran baik di Arab Saudi bahkan Iran, seolah kita melupakan bahwa di negeri kita tercinta Indonesia bebas dari korupsi. Wah rada nggak nyambung thread Anda nih, Sodik! Kita sedang membahas apakah suatu negara yang korupsinya meruyak seperti Iran bisa dipakai sebagai contoh negara yang Islami atau tidak. Bukan sedang menghindar dari membahas bahwa di Indonesia korupsi sudah parah sekali, malahan menurut saya bisa-bisa lebih parah dari Iran. Wasalam. --[YONSATU - ITB]-- Online archive : http://yonsatu.mahawarman.net Moderators : mailto:[EMAIL PROTECTED] Unsubscribe: mailto:[EMAIL PROTECTED] Vacation : mailto:[EMAIL PROTECTED] --[YONSATU - ITB]-- Online archive : http://yonsatu.mahawarman.net Moderators : mailto:[EMAIL PROTECTED] Unsubscribe: mailto:[EMAIL PROTECTED] Vacation : mailto:[EMAIL PROTECTED]
[yonsatu] Re: Barat - Timur (Re: Re: Iran (Re: Re: Sekularisme))
kalau saya perhatikan berita di media masa (koran atau tabloid) , kayaknya ada semacam kata-kata sandi yang digunakan (maaf kalau salah), tapi istilah Barat-Timur memang kerapkali digunakan untuk mengasosiasikan Barat=Kristen, Timur=Dunia Ketiga, yang mayoritas muslim. dan ada juga kata-kata sandi lain yang sering digunakan,misalnya kalau ada kriminal yang sedang diadili atau baru ditangkap, kalau tertulis, si anu, pria berkulit kuning langsat, atau pria berinisial THA (3huruf), asosiasinya ke suku tionghoa, mungkin ga general, mungkin cuma beberapa media, dan merupakan kebijakan penulisnya pribadi, bukan saya berburuk sangka lho. - Original Message - From: Akhmad Bukhari Saleh [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, November 12, 2003 11:33 PM Subject: [yonsatu] Barat - Timur (Re: Re: Iran (Re: Re: Sekularisme)) Wah, koq malah ditanyain ke saya soal arah mata angin ini, kan yang memunculkan kata pemerintahan Barat mulanya Doedoeng. Kalau soal negara maju dan terbelakang, kan arah mata angin yang lazim dipakai Utara dan Selatan. Jadi saya betul-betul bingung mengikuti penjelasan Doedoeng ini. Apalagi mendadak Jepang jadi Barat, bagaimana ngaturnya tuh? Kemudian kalau yang dibilang negara terbelakang itu Timur dan mayoritasnya kaum muslimin, apa milyaran orang di India dan Afrika sudah bukan negara terbelakang. Jangan-jangan maksud Doedoeng, Barat itu Kristen dan Timur itu Islam!? Ha ha ha... Lantas India yang Hindu, Cina yang Konghucu dan Jepang yang Shinto, arah mata anginnya apa yaa? Wasalam. PS: Saya baca ASWJ juga waktu nginap di Sheraton Yogya, ketika konferensi PII se-ASEAN bulan lalu. Jadi sama-sama hobby baca majalah tanpa beli juga 'Doeng, he he he. Pengungkapannya cukup detail, nama-nama keluarga Khameini yang jadi kaya raya lengkap disebut disertai profile-nya, metode KKN-nya juga dijelaskan. Juga dijelaskan bahwa KKN itu bisa meruyak, karena sistem theokrasi yang berlaku di Iran sekarang ini tidak mengenal check and balances. Jadi mungkin ini satu-satunya korupsi yang dilakukan orang terang-terangan atas nama Islam. Kalau lihat nama reporter penulisnya, walau saya lupa persisnya, tetapi nama Timur Tengah. === - Original Message - From: [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Sent: 12 Nopember 2003 11:53 Subject: [yonsatu] Re: Iran (Re: Re: Sekularisme) AWW. Sempat baca kalau kebetulan ada di rumah atau kantor senior yang berlangganan, atau di beberapa hotel tertentu. Kalau langganan jelas belum kuat, gaji PNS tahu sendiri lah, kecuali kalau korup (nau'dzubillahimindzalik). Barat?, secara umum mereka yang memiliki world view westernisasi dan memandang bahwa timur sebagai negara terbelakang atau dunia ketiga. Kebetulan negara dunia ketiga tersebut, mayoritas berpenduduk muslim. Dalam konteks ini, Jepang pun menjadi Barat. Mohon maaf kalau saya salah mengidentifikasi. BTW, Pak Djoni Saleh mohon share ke kita mengenai Barat dan Timur. Ditunggu dech. Wassalam. DZArifin. --[YONSATU - ITB]-- Online archive : http://yonsatu.mahawarman.net Moderators : mailto:[EMAIL PROTECTED] Unsubscribe: mailto:[EMAIL PROTECTED] Vacation : mailto:[EMAIL PROTECTED] --[YONSATU - ITB]-- Online archive : http://yonsatu.mahawarman.net Moderators : mailto:[EMAIL PROTECTED] Unsubscribe: mailto:[EMAIL PROTECTED] Vacation : mailto:[EMAIL PROTECTED]
[yonsatu] Re: Ekslusif dan Inklusif
Hello rekans semua, Sharif Dayan wrote: Bangsa kita memang masih membutuhkan didikan mengenai bagaimana caranya hidup saling menghargai. Paling tidak Korps bisa diharapkan untuk berjalan paling depan dalam hal ini. Dengan demikian, tugas para penerus kita akan menjadi lebih mudah karena kita sudah memulainya. Okeeh ? Saya setuju sekali ini. Saya jadi ingat, di RT saya tinggal dulu di Bandung, ada satu keluarga Katholik. Pada waktu Natal, kami berkunjung kerumah mereka untuk mengucapkan selamat natal. Warga yang lain tidak ada satupun yang datang mengucapkan selamat, karena menurut mereka itu haram. Sebaliknya pada saat Lebaran, warga katholik ini justru datang berkunjung kepada seluruh warga muslim untuk mengucapkan selamat. Dalam hati saya berkata, betapa asosialnya warga muslim di RT saya ini. Tapi, ya mau bagaimana lagi, diajarinnya ya begitu itu sih sama orang2 yang diaku/mengaku paling paham soal Islam. Waktu adik kami berkunjung ke Belanda dan pulang ke Indonesia dengan membawa oleh2 dari kami yang berupa air suci Lourdes buat warga Katholik itu, matanya basah dilinangi air mata ketika menerimanya. Dengan tersedu2 dia lalu mengatakan bahwa sejak kami meninggalkan Indonesia hampir 4 tahun yll, sama sekali tidak ada seorangpun warga RT yang mau mengucapkan selamat kepadanya di hari Natal. Sambil berlinang air mata dia bilang ke adik kami, bhw dia tidak akan melupakan kami sampai akhir hayatnya. Aduuh, hati saya amat sangat tersentuh mendengar pesannya itu. Betapa indahnya hubungan antar manusia kalau kita mampu menembus barrier kepicikan pikiran dan kekakuan hati kita, untuk kemudian memberikan cinta kasih yang tulus kepada sesama, tanpa melihat embel2 agama. Saya amat sangat setuju dengan rekan Sharif bahwa Korps seyogyanya berjalan di barisan terdepan dalam memberi contoh kerukunan hidup umat beragama di Republik ini. Salam hangat, Hermansyah XIV. Sharif Dayan [EMAIL PROTECTED] 11/12/2003 20:48 Please respond to yonsatu To: Yon 1 Mahawarman [EMAIL PROTECTED] cc: Subject:[yonsatu] Re: Ekslusif dan Inklusif Widya Çastrena Dharmasiddha ! At 22:52 12-11-2003 +0700, Edy Christiono wrote: saya muslim, istri dan anak2 saya kristen...sejauh ini aman-aman saja... Ayah saya Muslim, Ibu saya Protestan. Saya dan adik dipersilakan memilih apa yang akan dianut. Sampai dengan SMA, saya suka mengikuti Mata Pelajaran Agama Islam, walau pada usia SD sudah dibaptis di gereja. Bagi saya, mempelajari apa pun ada manfaatnya. Lagi pula, kami dibesarkan dalam komplek sebuah BUMN, yang heterogen dalam hal agama. Sepengetahuan saya -entah pada surah apa dinyatakan dalam Al Qur'an- memang pria Muslim tidak boleh menikah dengan wanita ahli kitab. Kalau boleh tahu, bagaimana tahapannya, sehingga Anda menikah dengan wanita Kristen ? saya yakin jika memang Tuhan ada tentunya di kehidupan kekal nanti nggak bagi-bagi kapling seperti real estate Sampai saat ini, masih merupakan misteri bagi saya, bagaimana tiap-tiap orang bisa meyakini mengenai sesuatu yang berada di luar dirinya. Termasuk dalam hal ini adalah yang atheis. Bagi saya, komunis atau sosialis tidak berarti tidak beragama atau tidak memiliki keyakinan mengenai kekuatan lain di luar dirinya. Sebaliknya, yang menyatakan diri beragama -dst...- belum tentu mengikuti syariat yang seharusnya mereka patuhi. Masih dalam nada yang sama, saya pernah bertanyatanya, bagaimana mungkin ada tentara -yang salah satu kewenangan yang diberikan padanya adalah boleh membunuh dalam menjalankan tugasnya- yang menjalankan kehidupan sesuai keyakinannya. kalau sudah kemaleman dan masih nyanyi keras-keras ngganggu tetangga.jumpmasternya sukris keluar..turun ke bawah dan berkata maaf saudara-saudara sekalian sudah malam jangan keras-keras nyanyinya , cukup sudah, sekarang waktunya saudara-saudara pulang !! pulang... Dalam mengikuti ibadah-ibadah keluarga -mingguan, dibagi dalam sektor sesuai pengelompokan tempat tinggal, merupakan rangkaian ibadah umum pada hari Minggu- saya sering merasa kurang sreg ketika seusai ibadah -sekitar 20:30- diikuti dengan berlatih paduan suara. Tidak begitu menjadi masalah -menurut saya- kalau para tetangga juga Kristen. Tapi kalau bukan, maka saya menganggap hal itu sudah mengganggu. Pada kesempatan Hari Raya Idul Fitri, saya menyadari bahwa warga sektor yang saya kenali ternyata tidak mengunjungi warga Muslim yang tinggal bertetangga dengan gereja. Saya kira hal itu kurang baik, sehingga pada tahun berikutnya saya berprakarsa mengunjungi keluarga Ketua RT. Bangsa kita memang masih membutuhkan didikan mengenai bagaimana caranya hidup saling menghargai. Paling tidak Korps bisa diharapkan untuk berjalan paling depan dalam hal ini. Dengan demikian, tugas para penerus kita akan menjadi lebih mudah karena kita sudah memulainya. Okeeh ? :-) Sharif Dayan --[YONSATU -
[yonsatu] Re: Iran (Re: Re: Sekularisme) Korupsi
On Thu, 13 Nov 2003 11:48:57 +0700 Abdullah Sodik [EMAIL PROTECTED] wrote: [ ... ] Jadi menurut hemat saya, gambaran kasar tersebut memberi indikasi bahwa tinggi-rendahnya korupsi tidak banyak berkait dengan agama, tetapi lebih terkait dengan tatanan hukum yang jelas dan tegas yang diiringi penegakan hukum berat terhadap para koruptor. Mungkin benar begitu ...tp adakah yg tahu kriteria korupsi yg digunakan oleh Global Corruption Index atau Transparency International Index seperti apa ? Tolok ukur kita terhadap sesuatu sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Misalkan saja orang-2x yg lama bekerja di rumah sakit, maka kriteria (dan tolok ukur) dia dalam menentukan seseorang sakitnya parah atau tidak parah akan berbeda dg orang biasa; shg sering kita jadi gemes melihat perawat yg lamban beresponse padahal pasiennya sudah parah. Kita sering mendengar akhir-2x ini mengenai betapa malangnya negeri ini krn departemen yg mendidik kita (depdiknas), yg mengurusi soal moral (dep. agama), yg mengurusi kesehatan (DepKes) dan mengadili benar/tidaknya (DepKeh dan Kejaksaan) mrpkan departemen terkorup di negeri ini. Tentu saja mereka tidak berpendapat seperti itu, dan ini akibat perbedaan kriteria (tolok ukur). Saya dulu sempat berpendapat bahwa kalau kita bisa berantas korupsi (KKN) maka produktifitas anak negeri ini akan meningkat, tp setelah saya pikir ulang pendapat itu tidak bagus. Dg pola berpikir seperti itu maka kita jadi terperangkap kepada hal-2x negatif yg justru merusak produktifitas. Mestinya semua orang berpikir soal pencapaian target, dan membuat tolok ukur pencapaiannya; shg semua orang berlomba-lomba mencapai tolok ukur tsb dan tidak lagi punya waktu untuk melakukan korupsi. Transparansi juga akan mencegah niatan berkorupsi, plus meningkatkan semangat kompetisi dalam pencapaian target. Siapa yg tidak bisa memenuhi kriteria produktifitas dalam kurun waktu tertentu, ya langsung mundur jabatan ... terlihat jelas ukurannya, terlihat jelas maslahatnya bagi orang banyak. -- syafril --- Syafril Hermansyah --[YONSATU - ITB]-- Online archive : http://yonsatu.mahawarman.net Moderators : mailto:[EMAIL PROTECTED] Unsubscribe: mailto:[EMAIL PROTECTED] Vacation : mailto:[EMAIL PROTECTED]
[yonsatu] Fw: Re: Iran (Re: Re: Sekularisme) Korupsi
Sorry dikoreksi krn ada kata-2x yg kurang. Begin forwarded message: Date: Thu, 13 Nov 2003 16:30:25 +0700 From: Syafril Hermansyah [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [yonsatu] Re: Iran (Re: Re: Sekularisme) Korupsi On Thu, 13 Nov 2003 11:48:57 +0700 Abdullah Sodik [EMAIL PROTECTED] wrote: [ ... ] Jadi menurut hemat saya, gambaran kasar tersebut memberi indikasi bahwa tinggi-rendahnya korupsi tidak banyak berkait dengan agama, tetapi lebih terkait dengan tatanan hukum yang jelas dan tegas yang diiringi penegakan hukum berat terhadap para koruptor. Mungkin benar begitu ...tp adakah yg tahu kriteria korupsi yg digunakan oleh Global Corruption Index atau Transparency International Index seperti apa ? Tolok ukur kita terhadap sesuatu sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Misalkan saja orang-2x yg lama bekerja di rumah sakit, maka kriteria (dan tolok ukur) dia dalam menentukan seseorang sakitnya parah atau tidak parah akan berbeda dg orang biasa; shg sering kita jadi gemes melihat perawat yg lamban beresponse padahal pasiennya sudah parah. Kita sering mendengar akhir-2x ini mengenai betapa malangnya negeri ini krn departemen yg mendidik kita (depdiknas), yg mengurusi soal moral (dep. agama), yg mengurusi kesehatan (DepKes) dan mengadili benar/tidaknya (DepKeh dan Kejaksaan) mrpkan departemen terkorup di negeri ini. Tentu saja mereka tidak berpendapat seperti itu, dan ini akibat perbedaan kriteria (tolok ukur). Bagaimana kita bisa mengambil manfaat dari perbedaan tolok ukur ini ? Saya dulu sempat berpendapat bahwa kalau kita bisa berantas korupsi (KKN) maka produktifitas anak negeri ini akan meningkat, tp setelah saya pikir ulang pendapat itu tidak bagus. Dg pola berpikir seperti itu maka kita jadi terperangkap kepada hal-2x negatif yg justru merusak produktifitas. Mestinya semua orang berpikir soal pencapaian target, dan membuat tolok ukur pencapaiannya; shg semua orang berlomba-lomba mencapai tolok ukur tsb dan tidak lagi punya waktu untuk melakukan korupsi. Transparansi juga akan mencegah niatan berkorupsi, plus meningkatkan semangat kompetisi dalam pencapaian target. Siapa yg tidak bisa memenuhi kriteria produktifitas dalam kurun waktu tertentu, ya langsung mundur jabatan ... terlihat jelas ukurannya, terlihat jelas maslahatnya bagi orang banyak. -- syafril --- Syafril Hermansyah --[YONSATU - ITB]-- Online archive : http://yonsatu.mahawarman.net Moderators : mailto:[EMAIL PROTECTED] Unsubscribe: mailto:[EMAIL PROTECTED] Vacation : mailto:[EMAIL PROTECTED]
[yonsatu] Re: Nggak nyambung (Re: Re: Iran (Re: Re: Sekularis me) Korupsi)
Hello bung Sodik, Kalau acuannya bebas korupsi, kenapa kok yang dicontoh bukan negara yang dianggap paling clean didunia yaitu: Finlandia (lihat website Transparency International di: http://www.transparency.org/cpi/2002/cpi2002.en.html)?. Didalam tabel ini kita lihat Indonesia berada pada posisi ke 96 dari 102 negara, sementara Saudi Arabia dan Iran malah nggak masuk tabel sama sekali. Taruhlah International Country Risk Guide Index (ICRGI)kedua negara itu lebih baik dari Indonesia yang dari 7 terus naik jadi 9 di tahun 2000 (barangkali di tahun 2003 ini naik lagi jadi 11, ha ha ha), toch saya kira ICRGI nya Finland, Swedia dan Singapore masih jauh lebih lebih baik dari Saudi Arabia dan Iran. Jadi, kalau tolok ukurnya adalah korupsi, menurut saya negara Islami yang anda contohkan melalui Saudi Arabia dan Iran itu bukanlah contoh yang baik. Tapi, kalau anda bilang: Jadi menurut hemat saya, gambaran kasar tersebut memberi indikasi bahwa tinggi-rendahnya korupsi tidak banyak berkait dengan agama, tetapi lebih terkait dengan tatanan hukum yang jelas dan tegas yang diiringi penegakan hukum berat terhadap para koruptor. Harus diakui, agama lebih merupakan imbauan moral; meski agama juga memberi ancaman bagi pelaku yang melakukan tindak jinayah (kriminal) seperti korupsi, hukuman itu umumnya hanya berlaku di akhirat kelak. Ini saya setuju sekali. Hanya dengan hukum yang konsisten dan yang tidak pandang bululah korupsi bisa diberantas, sementara agama lebih bersifat sebagai pagar moral kita. Hukum yang konsisten dan tidak pandang bulu itu, menurut saya nggak perlu harus hukum Islami, karena contoh negara Islami yang anda sebutkan, disamping ICRGInya masih kalah dibandingkan Finlandia, Swedia dan Singapore, ternyata merekapun nggak masuk dalam tabel Transparency International, ha ha ha. Kalau mereka lebih clean dari Finlandia nggak mungkin dong! Salam hangat, HermanSyah XIV. Abdullah Sodik [EMAIL PROTECTED] 11/13/2003 09:58 Please respond to yonsatu To: '[EMAIL PROTECTED]' [EMAIL PROTECTED] cc: Subject:[yonsatu] Re: Nggak nyambung (Re: Re: Iran (Re: Re: Sekularis me) Korupsi) Pak Joni Menurut saya Iran bisa dipakai sebagai contoh negara yang Islami seperti yang dimaksudkan, karena Iran Arab Saudi (yang sedang kita diskusikan), Syria dan Malaysia mempunyai angka korupsi jauh dibawah Indonesia seperti Email saya sebelumnya pak dihapus- . Lebih parah lagi, diperlihatkan International Country Risk Guide Index (ICRGI)sejak tahun 1992-2000, indeks korupsi di Indonesia terus meningkat dari 7 menjadi mendekati 9(tahun 2000). Kecenderungan yang sama terjadi di Rusia, yang mayoritas penduduknya Kristen, dengan indeks hampir 9 (tahun 2000). Sementara itu negara-negara mayoritas berpenduduk Muslim lain seperti Pakistan, Banglades, dan Nigeria juga memiliki indeks korupsi amat tinggi, rata-rata di atas 7. Begitu juga negara-negara berpenduduk mayoritas Kristiani, seperti Argentina, Meksiko, Filipina, atau Kolombia yang indeks korupsinya juga di atas 7. Bahkan, Thailand yang mayoritas penduduknya Buddha, indeks korupsinya juga hampir mencapai 8. Kumaha eui Sebaliknya Negara-negara lain yang juga mayoritas beragama Islam seperti Iran Arab Saudi (yang sedang kita diskusikan), Syria, atau Malaysia dengan angka korupsi justru jauh lebih rendah dibanding Indonesia atau Pakistan...dihapus.. Salam Asodik -Original Message- From: Akhmad Bukhari Saleh [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, November 13, 2003 3:25 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [yonsatu] Nggak nyambung (Re: Re: Iran (Re: Re: Sekularisme) Korupsi) - Original Message - From: Abdullah Sodik To: '[EMAIL PROTECTED]' Sent: 13 Nopember 2003 11:48 Subject: [yonsatu] Re: Iran (Re: Re: Sekularisme) Korupsi Ketika SD kita belajar pribahasa, salah satunya Gajah di pelupuk mata tak tampak, kuman di seberang lautan tampak. Memang, dengan mudah kita mengatakan bahwa terjadi korupsi besar-besaran baik di Arab Saudi bahkan Iran, seolah kita melupakan bahwa di negeri kita tercinta Indonesia bebas dari korupsi. Wah rada nggak nyambung thread Anda nih, Sodik! Kita sedang membahas apakah suatu negara yang korupsinya meruyak seperti Iran bisa dipakai sebagai contoh negara yang Islami atau tidak. Bukan sedang menghindar dari membahas bahwa di Indonesia korupsi sudah parah sekali, malahan menurut saya bisa-bisa lebih parah dari Iran. Wasalam. --[YONSATU - ITB]-- Online archive : http://yonsatu.mahawarman.net Moderators : mailto:[EMAIL PROTECTED] Unsubscribe: mailto:[EMAIL PROTECTED] Vacation : mailto:[EMAIL PROTECTED] --[YONSATU - ITB]-- Online archive : http://yonsatu.mahawarman.net Moderators : mailto:[EMAIL PROTECTED] Unsubscribe: mailto:[EMAIL PROTECTED] Vacation : mailto:[EMAIL
[yonsatu] Re: Komentar wanita pakai jilbab dari Utami!
Hello rekan Rizal, Nah, disini saya bingung, jadi apa yang membedakan negara yang menganut demokrasi dengan negara totalitarian/fascist/communist, kalau mereka menekan kelompok minoritas hanya karena mereka mayoritas atau karena mereka berkuasa? Karena setau saya hanya negara-negara tersebut yang selalu hantam-kromo terhadap hak-hak asasi orang lain. Ah sepengetahuan saya mereka nggak hantam kromo kok. Sebelum suatu UU dibuat, parlemen dan pemerintah mereka berdebat berminggu-minggu, dan perdebatan ini bisa diikuti oleh setiap warga negara. Bahkan kalau ada UU yang ternyata nggak diterima oleh kalangan minoritas, mereka boleh demonstrasi kok, nggak dilarang, nggak ditangkepin. Yang ditangkepin itu kalau berdemonstrasi dengan mengganggu ketertiban umum, apalagi pake lempar bom, he he he. Kalau demonstrasi itu berlarut2 sehingga bisa mengganggu kestabilan ekonomi dan keamanan negara, maka Pengadilan turun tangan. Pengadilanlah yang memutuskan masalahnya musti diapakan. Kalau Pengadilan sudah mengeluarkan putusannya maka semua orang nurut, walaupun pasti ada pihak2 yang nurutnya terpaksa. Ya kalau aturan mainnya bilang bahwa putusan pengadilan harus dipatuhi, ya kan musti dipatuhi dong. Kalau nggak bukan negara hukum lagi namanya. Sekalipun demikian, yang namanya orang hidup, pasti aja ada segelintir orang yang sama sekali nggak mau nurut sama putusan pengadilan itu. Alasannya pengadilannya fascist lah, totaliterlah, kafirlah, dsb. Nah, orang2 inilah yang akhirnya jadi pengacau masyarakat bahkan jadi teroris, jadi musti ditangkep dan dihukum. So simple is that! Kalau negara totalitarian/fascist/communist, kan proses nangkepin orangnya nggak lewat mekanisme diatas? Jadi beda banget dong sama negara demokrasi. Mengkaitkan dengan hal pelarangan jilbab, membuat saya termenung, kok bisa2nya mereka nunjuk hidung kita dan bilang: kowe orang tidak melindungi kaum minoritas punya hak2, tetapi secara simultan mereka juga melakukan hal yg sama. Sampai detik ini setahu saya belum ada UU yang melarang kaum muslim berjilbab di negara2 Eropa Barat dan US, khususnya Belanda (Saya baru cek ulang, ternyata UU larangan memakai jilbab di Belanda memang nggak ada. Bahwasanya disuatu sekolah non muslim yang pernah saya sebut diemail saya terdahulu ada larangan berjilbab, itu karena sekolah tsb. kebetulan punya aturan main begitu. Ini sempat jadi perdebatan publik yang cukup lama, sampai pengadilan memutuskan bahwa sekolah itu berhak melaksanakan peraturannya dan si siswa musti nurut kalau mau tetap bersekolah disana, atau cari sekolah lain). Bahwasanya pemerintah Perancis ingin membuat UU melarang berjilbab (lihat posting pertama kali yang dilempar oleh rekan Doedoeng, kalau nggak salah), kita lihat saja, pasti prosesnya akan lama sekali dan belum tentu berhasil. Silakan anda ikuti dan nikmati sendiri proses demokrasi mereka. Saya sih tidak mempermasalahkan wajib atau tidak memakai jilbab/kerudung, hanya menitikberatkan jika orang memakainya karena keyakinannya, sudah seharusnya tidak boleh ada yg melarang karena itu berhubungan dengan hak-hak asasi manusia yang diakui oleh Piagam PBB dan mungkin UUD negara mereka. Setuju sekali. Yang penting kan berjilbab itu karena memang keinginan sendiri, nggak pake jilbab juga karena kemauan sendiri, bukan karena dipaksa-paksa apalagi di intimidasi! Salam hangat, HermanSyah XIV. Rizal Ahmad [EMAIL PROTECTED] 11/12/2003 19:48 Please respond to yonsatu To: [EMAIL PROTECTED] cc: Subject:[yonsatu] Re: Komentar wanita pakai jilbab dari Utami! Hallo rekan Rizal, Hi, Mas Hermansyah, met kenal Sepegetahuan saya, di negara2 Eropa barat dan US, kalau ada peraturan yang diskriminatif, maka biasanya langsung timbul reaksi dari masyarakat, bahkan demonstrasi. Sdh pasti mas, namanya negara demokrasi. Tetapi karena memang minoritas, demonstrasinya tidak banyak. Tapi, kalaupun ada UU atau peraturan yang terkesan diskriminatif dan kaum minoritas tidak bisa menggagalkannya, yah inilah risiko demokrasi, terpaksa suara mayoritas harus diterima dengan sportif. Untuk kaum muslim yang sudah kelompok minoritas kemudian terlalu kaku pula pada pendiriannya, bisa masuk akal kalau larangan berjilbab misalnya, mereka lihat sbg. menginjak-injak hak azasi mereka. Nah, disini saya bingung, jadi apa yang membedakan negara yang menganut demokrasi dengan negara totalitarian/fascist/communist, kalau mereka menekan kelompok minoritas hanya karena mereka mayoritas atau karena mereka berkuasa? Karena setau saya hanya negara-negara tersebut yang selalu hantam-kromo terhadap hak-hak asasi orang lain. Dan yg lebih menggelikan lagi, kalau tidak mau dibilang memiriskan/memilukan, USA melalui Department of State dan European Union, selalu mengeluarkan Laporan Tahuan mengenai Hak-hak asasi manusia dan pelanggarannya. Dan kalau tidak salah memasukan Indonesia dan sudah tentu Cina daratan sebagai
[yonsatu] Re: Nggak nyambung (Re: Re: Iran (Re: Re: Sekularis me) Korupsi)
On Thu, 13 Nov 2003 11:11:22 +0100 [EMAIL PROTECTED] wrote: Jadi menurut hemat saya, gambaran kasar tersebut memberi indikasi bahwa tinggi-rendahnya korupsi tidak banyak berkait dengan agama, tetapi lebih terkait dengan tatanan hukum yang jelas dan tegas yang diiringi penegakan hukum berat terhadap para koruptor. Harus diakui, agama lebih merupakan imbauan moral; meski agama juga memberi ancaman bagi pelaku yang melakukan tindak jinayah (kriminal) seperti korupsi, hukuman itu umumnya hanya berlaku di akhirat kelak. Ini saya setuju sekali. Hanya dengan hukum yang konsisten dan yang tidak pandang bululah korupsi bisa diberantas, sementara agama lebih bersifat sebagai pagar moral kita. Ah Anda berdua jangan mencampurkan antara negara yg menerapkan hukum agama sbg hukum negara (baca hukum syariah) dg negara yg mayoritas memeluk agama tertentu. Kalau negara yg menerapkan hukum agama sbg hukum negara maka agama merupakan tolok ukurnya (spt Saudi, Vatikan dll), tp kalau sebaliknya maka agama hanya sebagai pagar moral. Berikut, soal hukum dan pelaksanaannya adalah 2 hal yg berbeda. Hukum (tertulis) bisa bagus, akan tetapi kalau tidak dilaksanakan ya percuma saja. Hukum tidak dilaksanakan bisa karena banyak hal : - hukumnya susah, rumit utk diimplementasikan - masyarakatnya tidak cukup sadar hukum (sosialisasi kurang). - hukumnya bukan pengejawantahan dari norma yg berlaku di masyarakat. - pemimpin masyarakan kurang akal dalam menerapkan hukum dilingkungannya. Kita sudah pernah mendiskusikan bahwa orang Indonesia yg berada di luar negeri malah lebih tertib hukum, lebih fight dalam menghadapi hidup; sebaliknya orang bule yg berada di Indonesia malah jadi cenderung tidak tertib hukum. Jadi ini Hukum yang konsisten dan tidak pandang bulu itu, menurut saya nggak perlu harus hukum Islami, karena contoh negara Islami yang anda sebutkan, disamping ICRGInya masih kalah dibandingkan Finlandia, Swedia dan Singapore, ternyata merekapun nggak masuk dalam tabel Transparency International, ha ha ha. Kalau mereka lebih clean dari Finlandia nggak mungkin dong! Selama ini banyak orang yg mengatakan soal Hukum yg perlu ditegakkan di negara ini lbh dahulu barulah bisa korupsi dan KKN diberantas, apakah ini berarti kita harus memulai dulu dari pembenahan di bidang hukum ? (ingat soal aparat hukum yg tidak beres di negara kita ini, soal mafia pengadilan misalnya). -- syafril --- Syafril Hermansyah --[YONSATU - ITB]-- Online archive : http://yonsatu.mahawarman.net Moderators : mailto:[EMAIL PROTECTED] Unsubscribe: mailto:[EMAIL PROTECTED] Vacation : mailto:[EMAIL PROTECTED]
[yonsatu] Re: Nggak nyambung (Re: Re: Iran (Re: Re: Sekularis me) Korupsi)
Hello pak Syafril, Ah Anda berdua jangan mencampurkan antara negara yg menerapkan hukum agama sbg hukum negara (baca hukum syariah) dg negara yg mayoritas memeluk agama tertentu. Kalau negara yg menerapkan hukum agama sbg hukum negara maka agama merupakan tolok ukurnya (spt Saudi, Vatikan dll), tp kalau sebaliknya maka agama hanya sebagai pagar moral. Oops, sorry kalau ternyata kurang jelas. Kalau dalam benak saya, hukum yang diterapkan itu adalah hukum sekular, bukan hukum agama, makanya saya bilang agama hanya pagar moral. Kita sudah pernah mendiskusikan bahwa orang Indonesia yg berada di luar negeri malah lebih tertib hukum, lebih fight dalam menghadapi hidup; sebaliknya orang bule yg berada di Indonesia malah jadi cenderung tidak tertib hukum. Jadi ini Nah, kenapa orang Indonesia di negerinya sendiri berperilaku 'barbar' begitu?. Wah, kita bisa diskusi 7 maleman barangkali untuk membahasnya. Barangkali kitapun perlu pendapat rekan2 yang backgroundnya Anthropologi, Psikologi, Sosial, Sejarah dan Ilmu2 Agama. Sebab, rusak beratnya moral bangsa kita itu kan akibat proses yang telah berjalan puluhan, bahkan mungkin ratusan tahun (kita mengklaimnya ini karena kesalahan Orba, tapi, apakah selama 350 tahun di jajah belanda, dan 1000 tahun sebelumnya dijaman raja2 Nusantara pengaruhnya nggak ada sama sekali?). Tapi, kalau kita nggak mau cari sebab, karena mbulet, maka yang perlu kita segera lakukan sekarang sebagai solusi, menurut saya adalah: 1- Terapkan negara sekular dengan konsisten. Pemimpin negara dan politikus ya ngurusin negara saja, jangan sok jadi orang suci dengan meng'quote' ayat2 kitab suci dalam pidato2nya dan/atau dalam tindak tanduk sehari-harinya, sementara pemimpin umat ya ngurusin agama saja, jangan mencampuri urusan negara, apalagi mengklaim bahwa agamanya tidak bisa dipisahkan dari urusan negara. 2- Hidup sederhana dan hemat. Jangan menilai orang dari atributnya. Beli barang2 konsumtif sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan, bukan buat show. 3- Bekerja dengan keras dan fair. Jangan melakukan jalan pintas, karena fondasi yang rapuh pada suatu saat akan meruntuhkan bangunan yang berdiri diatasnya. 4- Buat UU yang membatasi kekayaan seseorang (yang berlaku sampai misalnya GNP Indonesia telah mencapai 10.000 USD/kapita). Batasan kekayaan ini misalnya: rumah hanya boleh 1 (isi rumahnya sih bebas), mobil maksimal 2, tanah/kebun hanya 1 ha. Orang2 yang memiliki kekayaan melampaui batasan itu, kelebihan kekayaannya diambil negara untuk program pengentasan kemiskinan, pendidikan, dan untuk kepentingan rakyat banyak lainnya. 5- Tunduk pada hukum dan peraturan yang berlaku. Dimulai dengan al: berhenti kalau traffic light berwarna merah, tidak menyogok kalau kena Tilang atau minta disogok, dsb. (Ah,ini sih klise ya...,semua orang sudah tahu ini, tapi tetap aja melakukannya). 6- Point 2 s/d 5 itu harus segera dicontohkan oleh para pemimpin negara, pemimpin masyarakat dan pemimpin umat. 7- Bentuk lembaga yang berjudul misalnya 'Badan Pengawasan Progam Perbaikan Mentalitas Bangsa'. Lembaga ini kerjanya memonitor kemajuan perbaikan mentalitas bangsa, dan memberikan laporan kepada pemimpin negara dan masyarakat luas atas kemajuan2 yang dicapai dan kendala2 yang dihadapi, dan bertugas mempermalukan (melalui karikatur dan anekdot) para pemimpin negara dan pemimpin umat yang kedapatan mentalnya rusak. Lembaga macam ini barangkali bisa jadi bahan tertawaan dunia, tapi saya nggak melihat ada solusi yang lebih elegant lagi buat negeri kita tercinta ini dalam upaya memperbaiki mentalitas yang sudah rusak berat itu. 8- Terapkan hukuman mati untuk koruptor. 9- Terapkan hukuman penjara seberat-beratnya untuk orang2 yang dengan dalih agama memaksa atau mengintimidasi orang lain untuk mengikuti kemauannya. 10- Boleh ditambahin oleh rekan2 yang lain, he he he. Selama ini banyak orang yg mengatakan soal Hukum yg perlu ditegakkan di negara ini lbh dahulu barulah bisa korupsi dan KKN diberantas, apakah ini berarti kita harus memulai dulu dari pembenahan di bidang hukum ? Menurut saya pembenahan hukum itu musti jadi satu paket dengan butir 1 s/d 10 atau s/d 100 (kalau ada yang nambahin) diatas. Salam hangat, HermanSyah XIV. --[YONSATU - ITB]-- Online archive : http://yonsatu.mahawarman.net Moderators : mailto:[EMAIL PROTECTED] Unsubscribe: mailto:[EMAIL PROTECTED] Vacation : mailto:[EMAIL PROTECTED]
[yonsatu] Re: Ekslusif dan Inklusif
Naah , ini sudah mulai positif , Kita memerlukan sikap toleran dan persaudaraan semacam ini ,.. Inilah yang membuat Indonesia mampu memerdekakan bangsanya setelah dijajah 350 tahun dan terpecah-pecah dalam berbagai suku , ras , agama dan berbagai perbedaan lainnya . Salam hangat buat Mansyah , Sharif dan Dimas Sukris ,.. Wassalam, Priyo PS Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Date: Thu, 13 Nov 2003 10:19:05 +0100 Subject: [yonsatu] Re: Ekslusif dan Inklusif Hello rekans semua, Sharif Dayan wrote: Bangsa kita memang masih membutuhkan didikan mengenai bagaimana caranya hidup saling menghargai. Paling tidak Korps bisa diharapkan untuk berjalan paling depan dalam hal ini. Dengan demikian, tugas para penerus kita akan menjadi lebih mudah karena kita sudah memulainya. Okeeh ? Saya setuju sekali ini. Saya jadi ingat, di RT saya tinggal dulu di Bandung, ada satu keluarga Katholik. Pada waktu Natal, kami berkunjung kerumah mereka untuk mengucapkan selamat natal. Warga yang lain tidak ada satupun yang datang mengucapkan selamat, karena menurut mereka itu haram. Sebaliknya pada saat Lebaran, warga katholik ini justru datang berkunjung kepada seluruh warga muslim untuk mengucapkan selamat. Dalam hati saya berkata, betapa asosialnya warga muslim di RT saya ini. Tapi, ya mau bagaimana lagi, diajarinnya ya begitu itu sih sama orang2 yang diaku/mengaku paling paham soal Islam. Waktu adik kami berkunjung ke Belanda dan pulang ke Indonesia dengan membawa oleh2 dari kami yang berupa air suci Lourdes buat warga Katholik itu, matanya basah dilinangi air mata ketika menerimanya. Dengan tersedu2 dia lalu mengatakan bahwa sejak kami meninggalkan Indonesia hampir 4 tahun yll, sama sekali tidak ada seorangpun warga RT yang mau mengucapkan selamat kepadanya di hari Natal. Sambil berlinang air mata dia bilang ke adik kami, bhw dia tidak akan melupakan kami sampai akhir hayatnya. Aduuh, hati saya amat sangat tersentuh mendengar pesannya itu. Betapa indahnya hubungan antar manusia kalau kita mampu menembus barrier kepicikan pikiran dan kekakuan hati kita, untuk kemudian memberikan cinta kasih yang tulus kepada sesama, tanpa melihat embel2 agama. Saya amat sangat setuju dengan rekan Sharif bahwa Korps seyogyanya berjalan di barisan terdepan dalam memberi contoh kerukunan hidup umat beragama di Republik ini. Salam hangat, Hermansyah XIV. Sharif Dayan [EMAIL PROTECTED] 11/12/2003 20:48 Please respond to yonsatu To: Yon 1 Mahawarman [EMAIL PROTECTED] cc: Subject:[yonsatu] Re: Ekslusif dan Inklusif Widya Çastrena Dharmasiddha ! At 22:52 12-11-2003 +0700, Edy Christiono wrote: saya muslim, istri dan anak2 saya kristen...sejauh ini aman-aman saja... Ayah saya Muslim, Ibu saya Protestan. Saya dan adik dipersilakan memilih apa yang akan dianut. Sampai dengan SMA, saya suka mengikuti Mata Pelajaran Agama Islam, walau pada usia SD sudah dibaptis di gereja. Bagi saya, mempelajari apa pun ada manfaatnya. Lagi pula, kami dibesarkan dalam komplek sebuah BUMN, yang heterogen dalam hal agama. Sepengetahuan saya -entah pada surah apa dinyatakan dalam Al Qur'an- memang pria Muslim tidak boleh menikah dengan wanita ahli kitab. Kalau boleh tahu, bagaimana tahapannya, sehingga Anda menikah dengan wanita Kristen ? saya yakin jika memang Tuhan ada tentunya di kehidupan kekal nanti nggak bagi-bagi kapling seperti real estate Sampai saat ini, masih merupakan misteri bagi saya, bagaimana tiap-tiap orang bisa meyakini mengenai sesuatu yang berada di luar dirinya. Termasuk dalam hal ini adalah yang atheis. Bagi saya, komunis atau sosialis tidak berarti tidak beragama atau tidak memiliki keyakinan mengenai kekuatan lain di luar dirinya. Sebaliknya, yang menyatakan diri beragama -dst...- belum tentu mengikuti syariat yang seharusnya mereka patuhi. Masih dalam nada yang sama, saya pernah bertanyatanya, bagaimana mungkin ada tentara -yang salah satu kewenangan yang diberikan padanya adalah boleh membunuh dalam menjalankan tugasnya- yang menjalankan kehidupan sesuai keyakinannya. kalau sudah kemaleman dan masih nyanyi keras-keras ngganggu tetangga.jumpmasternya sukris keluar..turun ke bawah dan berkata maaf saudara-saudara sekalian sudah malam jangan keras-keras nyanyinya , cukup sudah, sekarang waktunya saudara-saudara pulang !! pulang... Dalam mengikuti ibadah-ibadah keluarga -mingguan, dibagi dalam sektor sesuai pengelompokan tempat tinggal, merupakan rangkaian ibadah umum pada hari Minggu- saya sering merasa kurang sreg ketika seusai ibadah -sekitar 20:30- diikuti dengan berlatih paduan suara. Tidak begitu menjadi masalah -menurut saya- kalau para tetangga juga Kristen. Tapi kalau bukan, maka saya menganggap hal itu sudah mengganggu.
[yonsatu] Re: Ekslusif dan Inklusif
. Kalau boleh tahu, bagaimana tahapannya, sehingga Anda menikah dengan wanita Kristen ? waduh ceritanya panjang bangetorang istri saya temen sekelas dari klas I SMA, yang jelas istri saya dri kecil sampai SMA masih Islam (KTP ikut pelajaran agama Islam di kelas)..waktu kuliah dia pindah ke kristen, saya tetep saja moslem.kisah selanjutnya kok agak sensitif kalau diceritain di forum ini lebih baik pakai japri saja, takut ada yang kurang berkenan... salam, sukris --[YONSATU - ITB]-- Online archive : http://yonsatu.mahawarman.net Moderators : mailto:[EMAIL PROTECTED] Unsubscribe: mailto:[EMAIL PROTECTED] Vacation : mailto:[EMAIL PROTECTED]
[yonsatu] Re: Ekslusif dan Inklusif (dh: Kiamat 'gagal')
Kita mah ketemunya cuma sama bidadari2 nan cantik jelita ,.. Kapan survai lagi ,... Wassalam , Priyo PS Terimakasih Ndan, nanti kita sama-sama menemui para bidadari nan cantik jelitatapi mesti ati2 takutnya sudah keduluan (disalip) senior cikal bakal yon-1 ... kami yunior mah selalu di urutan terakhir di tiap kesempatan (contohnya antre makan di kondangan) tahu diri he he he.. Sabtu minggu ini kami survey lagimudah-mudahan cuaca cerah di seputaran Subang Kota Kenangan..ada yang pingin ikut ? jalan-jalan sore ngabuburit di kota Subang bersama anak asuh sungguh sangat indah untuk dinikmati..Senayan Plaza mah lewat... terlampir (saya forward via milis anggota) salah satu siswa kami yang bernama Vitri (baca PITRI) asli penduduk Kalijati sedang belajar arching dilatih oleh instruktur Rusli dari Wingdik III Paskhas, Rusli adalah salah satu peterjun terbaik di negara ini .; foto kedua anak asuh sedang persiapan untuk boarding. kalah kan senayan plaza he he he. sukris -- Binary/unsupported file stripped by Listar -- -- Type: image/jpeg -- File: siswa-2.jpg -- Binary/unsupported file stripped by Listar -- -- Type: image/jpeg -- File: anak-asuh-x.jpg --[YONSATU - ITB]-- Online archive : http://yonsatu.mahawarman.net Moderators : mailto:[EMAIL PROTECTED] Unsubscribe: mailto:[EMAIL PROTECTED] Vacation : mailto:[EMAIL PROTECTED]
[yonsatu] Re: Keindahan ,...Re: Ekslusif dan Inklusif (dh: Kiamat 'gagal')
On Thu, 13 Nov 2003 23:21:23 +0700 Dimas Sukris wrote : Subject: [yonsatu] Re: Ekslusif dan Inklusif (dh: Kiamat 'gagal') nanti kita sama-sama menemui para bidadari nan cantik jelitatapi mesti ati2 takutnya sudah keduluan (disalip) senior cikal bakal yon-1 ... kami yunior mah selalu di urutan terakhir di tiap kesempatan (contohnya antre makan di kondangan) tahu diri he he he.. (PPS) Dimas , kalau disalip senior , itu mah karena jam terbang mereka yang jaah diatas kita ,.. Tapi , saya pernah juga disuatu peristiwa mendapat kesempatan sbb : ..OK , you yang yunior , aku kasih kesempetan ,..you are the first , but ,.after me ,..?? Sabtu minggu ini kami survey lagimudah-mudahan cuaca cerah di seputaran Subang Kota Kenangan..ada yang pingin ikut ? jalan-jalan sore ngabuburit di kota Subang bersama anak asuh sungguh sangat indah untuk dinikmati..Senayan Plaza mah lewat... (PPS) Dimas , saya masih terkenang2 kubah mesjid di Ciater yang tersembul diantara pebukitan dengan warna2 meriah ,..Ini aliran arsitektur mesjid yang baru , karena biasanya kubah yang dari logam (aluminium) cuma dibiarkan putih mengkilat begitu saja ,.. Ini mengingatkan saya terhadap bangunan berkubah di Lapangan Merah Moscow , yang dibangun sejak beberapa abad yang lalu , .. sampai sekarang masih berdiri dengan megah dan indah sekali ,.. Saya percaya , jika kita membuat atau menciptakan sesuatu dilandasi dengan sikap loyal , cinta dan kasih , maka akan dilahirkan karya2 besar ,.. terlampir (saya forward via milis anggota) salah satu siswa kami yang bernama Vitri (baca PITRI) asli penduduk Kalijati sedang belajar arching dilatih oleh instruktur Rusli dari Wingdik III Paskhas, Rusli adalah salah satu peterjun terbaik di negara ini .; foto kedua anak asuh sedang persiapan untuk boarding. kalah kan senayan plaza he he (PPS) Walaaah , Dimas kena setrip sama si Listar ,... Gambarnya nggak kelihatan atau diumpetin ,...he,he,he,.. Salam hangat , Wassalam , Priyo PS --- --[YONSATU - ITB]-- Online archive : http://yonsatu.mahawarman.net Moderators : mailto:[EMAIL PROTECTED] Unsubscribe: mailto:[EMAIL PROTECTED] Vacation : mailto:[EMAIL PROTECTED]
[yonsatu] Re: Iran (Re: Re: Sekularisme) Korupsi
Saya ingin kembali pada kepercayaan saya dan pernah saya kemukakan dalam milis ini, bahwa sumber ketidak beresan di Tanah Air tercinta ini adalah KEMISKINAN. Coba jejerkan ( disepadankan ) ranking korupsi dari negara2 didunia dengan masing2 pendapatannya per kapita. Saya pernah melakukannya, tapi sayang datanya sudah hilang. Yang saya ingat kalau 10 angka tertinggi korupsinya, maka rangking dari negara2 dengan angka ranking pada batas angka 5 kebawah, maka itu terdiri dari negara2 dengan pendapatan perkapita dibawah USD.3500. USD.3500 perkapita juga merupakan Benchmark dimana Demokrasi dinegara2 tersebut sudah mulai dijalankan dengan benar dan mencapai tujuannya. Statistik ini secara empiris bisa disimpulkan, makin miskin negaranya, makin tinggi tingkat korupsinya/KKN nya Sebenarnya setelah Perang Dunia II, negara2 di Asia, khususnya Timur Jauh yakni Cina, Korea, Taiwan, Negara2 Asia Tenggara,ditahun 1945 masing2 negara berangkat dari titik nol yang sama yaitu sebagai negara bekas Jajahan Jepang. Tapi kenapa, saat ini kesejahteraannya berbeda-beda ? Menurut pendapat saya, kuncinya adalah KEPEMIMPINAN NASIONAL dengan SIKAP KERAS, TEGAS, BERANI DAN MEMILIKI KEKUASAAN YANG PENUH DITANGANNYA ( Cenderung otoriter ) Negara2 itu Korea Selatan, Taiwan, Singapura, Malaysia dan sekarang Cina sebagai buah hasil Kepemimpinan Mao, yang direformasi oleh Deng Tsao Ping. Korea Selatan oleh Kim Dae Yung, Taiwan oleh Chang Kai Sek, Singapura oleh Lie Kwan Yu, Malaysia oleh Mahatir. Mereka adalah PEMIMPIN2 YANG CINTA TANAH AIR DAN BANGSANYA, berhati teguh atas keyakinannya untuk membawa bangsanya menjadi bangsa yang sejahtera dan dihormati oleh bangsa2 lain didunia. Sekarang negara2 itu berpendapatan perkapita diatas USD.3500, bandingkan dengan Indonesia yang saat ini adalah USD.660 perkapita dan sebelum krisis hanya USD.1100 per kapita. Menghidupkan Demokrasi di negara miskin hanya usaha menegakkan benang basah, yang tercipta adalah kekacauan politik, sehingga pembangunan menjadi tersendat2, Lihat contohnya India.Mungkin India adalah negara yang paling dahulu memilih demokrasi di Asia, tapi hasilnya hanya menjadi negara yang kumuh karena tidak mampu menahan laju pertambahan penduduk, yang sebetulnya merupakan masalah utama di India.Pendapatan perkapitanya saat ini sekitar USD.600. Menurut pendapat saya , KKN tidak ada hubungannya dengan agama, tapi berhubungan erat dengan Nation Character melalui Kepemimpinan Nasional. Wass, -Original Message- From: Syafril Hermansyah [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, November 13, 2003 4:30 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [yonsatu] Re: Iran (Re: Re: Sekularisme) Korupsi On Thu, 13 Nov 2003 11:48:57 +0700 Abdullah Sodik [EMAIL PROTECTED] wrote: [ ... ] Jadi menurut hemat saya, gambaran kasar tersebut memberi indikasi bahwa tinggi-rendahnya korupsi tidak banyak berkait dengan agama, tetapi lebih terkait dengan tatanan hukum yang jelas dan tegas yang diiringi penegakan hukum berat terhadap para koruptor. Mungkin benar begitu ...tp adakah yg tahu kriteria korupsi yg digunakan oleh Global Corruption Index atau Transparency International Index seperti apa ? Tolok ukur kita terhadap sesuatu sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Misalkan saja orang-2x yg lama bekerja di rumah sakit, maka kriteria (dan tolok ukur) dia dalam menentukan seseorang sakitnya parah atau tidak parah akan berbeda dg orang biasa; shg sering kita jadi gemes melihat perawat yg lamban beresponse padahal pasiennya sudah parah. Kita sering mendengar akhir-2x ini mengenai betapa malangnya negeri ini krn departemen yg mendidik kita (depdiknas), yg mengurusi soal moral (dep. agama), yg mengurusi kesehatan (DepKes) dan mengadili benar/tidaknya (DepKeh dan Kejaksaan) mrpkan departemen terkorup di negeri ini. Tentu saja mereka tidak berpendapat seperti itu, dan ini akibat perbedaan kriteria (tolok ukur). Saya dulu sempat berpendapat bahwa kalau kita bisa berantas korupsi (KKN) maka produktifitas anak negeri ini akan meningkat, tp setelah saya pikir ulang pendapat itu tidak bagus. Dg pola berpikir seperti itu maka kita jadi terperangkap kepada hal-2x negatif yg justru merusak produktifitas. Mestinya semua orang berpikir soal pencapaian target, dan membuat tolok ukur pencapaiannya; shg semua orang berlomba-lomba mencapai tolok ukur tsb dan tidak lagi punya waktu untuk melakukan korupsi. Transparansi juga akan mencegah niatan berkorupsi, plus meningkatkan semangat kompetisi dalam pencapaian target. Siapa yg tidak bisa memenuhi kriteria produktifitas dalam kurun waktu tertentu, ya langsung mundur jabatan ... terlihat jelas ukurannya, terlihat jelas maslahatnya bagi orang banyak. -- syafril --- Syafril Hermansyah --[YONSATU - ITB]-- Online archive : http://yonsatu.mahawarman.net Moderators : mailto:[EMAIL PROTECTED] Unsubscribe: mailto:[EMAIL PROTECTED] Vacation : mailto:[EMAIL PROTECTED] --[YONSATU -
[yonsatu] Re: yonsatu Digest V3 #220
Date: Thu, 13 Nov 2003 08:46:29 +0700 From: Koni Nusetyo Ekantono [EMAIL PROTECTED] Subject: [yonsatu] Diskusi dalam milis Yon1 Mahawarman Saudara-saudaraku yang tercinta. Makin dekat dengan acara Hanata 2004, dalam situasi Ramadhan diskusi masalah agama adalah baik. Tetapi usulan bagaimana menyelamatkan Yon 1, makin jauh panggang dari api, apakah cukup diserahkan kepada panitya aja, tanpa prolog diskusi di milis ini langkah-langkah riil untuk Yon 1 tercinta! Salam dari KNE ** Mas Koni, Diskusi agama baik dan tulisannya bagus2, hal itu banyak membuka wawasan saya. Saya berterimakasih sekali. Tetapi usulan Mas Koni juga bagus, dan untuk itu ada beberapa usulan saya untuk dipikirkan (kalau boleh) yaitu: Pak Syafril, mungkin bagus kalau di setiap akhir listar ini, disisipkan no. account Yon-1, jadi orang yang mau nyumbang, nggak usah nyari2 lagi nomor accountnya, tinggal liat aja no. account yang ada di setiap akhir listar. Soal mau nyumbang atau nggak, dan berapa2 nya, itu sih terserah .. he he he Dulu kan ada usulan untuk ngumpulin Rp. 25,000 perbulan peranggota, (kalau mau dan mampu), dengan adanya nomor account yang jelas ini, lewat bank bisa dimintakan untuk secara otomatis ditransferkan sejumlah tsb. dari account kita ke no. account tsb. setiap bulan. Saya pikir yang berat itu adalah being consistent, dan dengan cara ini, hal berat tsb sudah teratasi. Kita nggak usahsetiap bulan pergi ke bank dan ngisi formulir transfer ... betul nggak? Untuk mudahnya di organisasi, pengeluaran2 rutin sebaiknya serahkan saja ke bank, seperti misalnya bea-siswa dsb. Nanti bank tinggal melaporkan pemasukan dan pengeluarannya saja dan ini bisa di attach-kan di email sehingga setiap anggota milist bisa tau. Mudah ... kan? Acara Hanata ini diharapkan tidak hanya untuk kumpul2 terus nanti udahan dan habis begitu saja, tetapi harus ada kelanjutannya dan rencana2 kelanjutan ini mungkin ini bisa di tarik dari floor dalam acara Hanata. Apa sih yang terpikir dan dinginkan oleh khalayak Yon-1 yang kiranya bisa ditindak lanjuti sesudah HANATA ini Jadi nanti kalau datang ke acara, mohon hal ini juga bisa diakomodir oleh penyelenggara dan dipikirkan oleh peserta. Salah satunya, dari ratusan alumni Yon 1 ini pasti tidak semuanya kaya, dan rekan2 di PTDI (dan mungkin juga di tempat lain) baru saja kehilangan pekerjaannya. Dengan data yang baik, kita akan bisa mengiventarisir kekuatan kita, menggalang keuangan yang kuat, dan kemudian turut mermbantu rekan2 yang membutuhkan. Saya yakin panitia sudah memasukkan hal ini dalam RENSTRA-nya ke depan, tapi ini sekedar memohonkannya kembali Ini saja dulu ah From: edy christiono [EMAIL PROTECTED] Subject: [yonsatu] Re: Iran (Re: Re: Sekularisme) Date: Wed, 12 Nov 2003 22:37:47 +0700 ..kalau pakai email address kantor untuk berkomunikasi di forum seperti ini bisa disebut korupsi apa tidak ? atau yang sangat sederhana, saat jam kerja kita masih sempat baca koran..korupsi apa bukan ? bingung euy.. sukris *** Pak Sukris, Betul juga sih yang terpikirkan oleh Pak Sukris. Kalau di kami, memang ada etika-nya (Standards of business conduct) seperti misalnya penggunaan telepon, email dan fasilitas kantor lainnya. Kami tidak dilarang untuk menggunakan telepon untuk kepentingan pribadi sepanjang untuk hal2 yang reasonable. (ini juga bias, tetapi secara ekstreem, nggak masuk akal kalau kita sepanjang hari terus2an nelepon ke rumah ber-lama2 misalnya). Untuk email juga demikian. Tetapi sepanjang kita bisa mempertanggung-jawabkannya, di kami hal ini tidak menjadi masalah. Itu sebanya saya minta kepada Pak Syafril untuk hanya mengirim listar-nya saja he he he :-) === To: [EMAIL PROTECTED] cc: Subject:[yonsatu] Re: Sekularisme AWW. From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] dgn imbalan dikelilingi bidadari yang cantik2 dengan sungai2 yang dialiri susu (Dalam hati saya bertanya2,kenapa kok imbalannya musti bidadari yang cantik2?, lalu kenapa nggak adabidadara yang tampan2?) .. *** Kalau nggak salah, surga memang di gambarkan secara demikian di AQ, tetapi pengertiannya mungkin tidak secara harfiah bagitu, tetapi perlu penafsiran kembali. Sulitnya, penafsiran akan bergantung kepada orang yang menafsirkan yang kemampuan penafsirannya juga bergantung bagaimana latar belakang pendidikan dia, keluarga/lingkungan dia dibesarkan, pengalaman dsb. Kalau kita mengacu kepada pengertian bahwa surga itu merupakan suatu tempat tujuan kita semua untuk mencapai kebahagiaan, maka terlebih dahulu kita harus mendefinisikan apa yang dimaksud dengan kebahagiaan. Di dunia katanya juga ada kebahagiaan, tetapi sifatnya tidak kekal. Kalau kita amati mungkin memang demikian, seperti misalnya sewaktu mhsw, kita ujian
[yonsatu] Siapa ynag akan menjadi Pengganti Dan Yon I?
Waktu rapat Panitia Hanata baru baru ini, Mas Onang menginformasikan bahwa awal tahun depan ada tiga orang anggota yon I aktif (dari 4-5 orang) yang akan selesai kuliahnya dan akan diwisuda, termasuk barangkali Dan Yon Agung serta putranya pak Onang. Jadi tantangan kita kita ini sekarang adalah mencari calon pengganti Dan Yon. Dan itu sudah didepan mata. Pak Iftikar any plan? Regards Susilo Siswoutomo EMOI - Wisma GKBI 31st Floor Phone: 62 21 571 5126 Fax : 62 21 571 5057 Mobile: 0811 84 25 43 E-mail : [EMAIL PROTECTED] --[YONSATU - ITB]-- Online archive : http://yonsatu.mahawarman.net Moderators : mailto:[EMAIL PROTECTED] Unsubscribe: mailto:[EMAIL PROTECTED] Vacation : mailto:[EMAIL PROTECTED]
[yonsatu] Re: Re Re: Iran (Re: Re: Sekularisme) Korupsi
Saya ingin kembali pada kepercayaan saya dan pernah saya kemukakan dalam milis ini, bahwa sumber ketidak beresan di Tanah Air tercinta ini adalah KEMISKINAN. Tidak semuanya, mas. Yang paling membikin Tanah Air tercinta ini _berantakan_ adalah hampir semua (sorry)yang menjadi: pejabat, pemimpin, wakil rakyat _bermental buruk_ , yang penting aing mah dapat teruskan sendiri, perioda berikut masih/harus dipilih lagi oleh ...gang gue. sorry yaa mas-mas, akang-akang pemimpin, komamdan, dan pejabat. please... pikirkan dan tengoklah hati nurani anda. -Original Message- From: Syafril Hermansyah [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, November 13, 2003 4:30 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [yonsatu] Re: Iran (Re: Re: Sekularisme) Korupsi On Thu, 13 Nov 2003 11:48:57 +0700 Abdullah Sodik [EMAIL PROTECTED] wrote: [ ... ] Jadi menurut hemat saya, gambaran kasar tersebut memberi indikasi bahwa tinggi-rendahnya korupsi tidak banyak berkait dengan agama, tetapi lebih terkait dengan tatanan hukum yang jelas dan tegas yang diiringi penegakan hukum berat terhadap para koruptor. Mungkin benar begitu ...tp adakah yg tahu kriteria korupsi yg digunakan oleh Global Corruption Index atau Transparency International Index seperti apa ? Tolok ukur kita terhadap sesuatu sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Misalkan saja orang-2x yg lama bekerja di rumah sakit, maka kriteria (dan tolok ukur) dia dalam menentukan seseorang sakitnya parah atau tidak parah akan berbeda dg orang biasa; shg sering kita jadi gemes melihat perawat yg lamban beresponse padahal pasiennya sudah parah. Kita sering mendengar akhir-2x ini mengenai betapa malangnya negeri ini krn departemen yg mendidik kita (depdiknas), yg mengurusi soal moral (dep. agama), yg mengurusi kesehatan (DepKes) dan mengadili benar/tidaknya (DepKeh dan Kejaksaan) mrpkan departemen terkorup di negeri ini. Tentu saja mereka tidak berpendapat seperti itu, dan ini akibat perbedaan kriteria (tolok ukur). Saya dulu sempat berpendapat bahwa kalau kita bisa berantas korupsi (KKN) maka produktifitas anak negeri ini akan meningkat, tp setelah saya pikir ulang pendapat itu tidak bagus. Dg pola berpikir seperti itu maka kita jadi terperangkap kepada hal-2x negatif yg justru merusak produktifitas. Mestinya semua orang berpikir soal pencapaian target, dan membuat tolok ukur pencapaiannya; shg semua orang berlomba-lomba mencapai tolok ukur tsb dan tidak lagi punya waktu untuk melakukan korupsi. Transparansi juga akan mencegah niatan berkorupsi, plus meningkatkan semangat kompetisi dalam pencapaian target. Siapa yg tidak bisa memenuhi kriteria produktifitas dalam kurun waktu tertentu, ya langsung mundur jabatan ... terlihat jelas ukurannya, terlihat jelas maslahatnya bagi orang banyak. -- syafril --- Syafril Hermansyah --[YONSATU - ITB]-- Online archive : http://yonsatu.mahawarman.net Moderators : mailto:[EMAIL PROTECTED] Unsubscribe: mailto:[EMAIL PROTECTED] Vacation : mailto:[EMAIL PROTECTED] --[YONSATU - ITB]-- Online archive : http://yonsatu.mahawarman.net Moderators : mailto:[EMAIL PROTECTED] Unsubscribe: mailto:[EMAIL PROTECTED] Vacation : mailto:[EMAIL PROTECTED] --[YONSATU - ITB]-- Online archive : http://yonsatu.mahawarman.net Moderators : mailto:[EMAIL PROTECTED] Unsubscribe: mailto:[EMAIL PROTECTED] Vacation : mailto:[EMAIL PROTECTED]
[yonsatu] Re: Nggak nyambung (Re: Re: Iran (Re: Re: Sekularis me) Korupsi)
AWW. Saya setuju bahwa apabila hukum (bersumber pada agama ataupun tidak) ditegakkan secara konsisten akan dicapai suatu kemajuan dan kesejahteraan. Ini karena manusia mewarisi ruh Tuhan dan sifat-sifatnya yang memungkinkan mencapai kebaikan-kebaikan. Namun bila Tuhan dianggap (misal) sebagai pencipta kehidupan, dan untuk itu Tuhan membuat manual dalam bentuk wahyu, maka tentu manual wahyu itu lebih pas daripada manual yang dibuat oleh bukan penciptanya. Tentu saja berdasarkan manual tersebut manusia bisa melakukan modifikasi selama tidak mengubah kerangka dasar penciptaannya. Wassalam. DZArifin. Jadi menurut hemat saya, gambaran kasar tersebut memberi indikasi bahwa tinggi-rendahnya korupsi tidak banyak berkait dengan agama, tetapi lebih terkait dengan tatanan hukum yang jelas dan tegas yang diiringi penegakan hukum berat terhadap para koruptor. Harus diakui, agama lebih merupakan imbauan moral; meski agama juga memberi ancaman bagi pelaku yang melakukan tindak jinayah (kriminal) seperti korupsi, hukuman itu umumnya hanya berlaku di akhirat kelak. Ini saya setuju sekali. Hanya dengan hukum yang konsisten dan yang tidak pandang bululah korupsi bisa diberantas, sementara agama lebih bersifat sebagai pagar moral kita. Hukum yang konsisten dan tidak pandang bulu itu, menurut saya nggak perlu harus hukum Islami, karena contoh negara Islami yang anda sebutkan, disamping ICRGInya masih kalah dibandingkan Finlandia, Swedia dan Singapore, ternyata merekapun nggak masuk dalam tabel Transparency International, ha ha ha. Kalau mereka lebih clean dari Finlandia nggak mungkin dong! Salam hangat, HermanSyah XIV. Abdullah Sodik [EMAIL PROTECTED] 11/13/2003 09:58 Please respond to yonsatu To: '[EMAIL PROTECTED]' [EMAIL PROTECTED] cc: Subject:[yonsatu] Re: Nggak nyambung (Re: Re: Iran (Re: Re: Sekularis me) Korupsi) Pak Joni Menurut saya Iran bisa dipakai sebagai contoh negara yang Islami seperti yang dimaksudkan, karena Iran Arab Saudi (yang sedang kita diskusikan), Syria dan Malaysia mempunyai angka korupsi jauh dibawah Indonesia seperti Email saya sebelumnya pak dihapus- . Lebih parah lagi, diperlihatkan International Country Risk Guide Index (ICRGI)sejak tahun 1992-2000, indeks korupsi di Indonesia terus meningkat dari 7 menjadi mendekati 9(tahun 2000). Kecenderungan yang sama terjadi di Rusia, yang mayoritas penduduknya Kristen, dengan indeks hampir 9 (tahun 2000). Sementara itu negara-negara mayoritas berpenduduk Muslim lain seperti Pakistan, Banglades, dan Nigeria juga memiliki indeks korupsi amat tinggi, rata-rata di atas 7. Begitu juga negara-negara berpenduduk mayoritas Kristiani, seperti Argentina, Meksiko, Filipina, atau Kolombia yang indeks korupsinya juga di atas 7. Bahkan, Thailand yang mayoritas penduduknya Buddha, indeks korupsinya juga hampir mencapai 8. Kumaha eui Sebaliknya Negara-negara lain yang juga mayoritas beragama Islam seperti Iran Arab Saudi (yang sedang kita diskusikan), Syria, atau Malaysia dengan angka korupsi justru jauh lebih rendah dibanding Indonesia atau Pakistan...dihapus.. Salam Asodik -Original Message- From: Akhmad Bukhari Saleh [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, November 13, 2003 3:25 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [yonsatu] Nggak nyambung (Re: Re: Iran (Re: Re: Sekularisme) Korupsi) - Original Message - From: Abdullah Sodik To: '[EMAIL PROTECTED]' Sent: 13 Nopember 2003 11:48 Subject: [yonsatu] Re: Iran (Re: Re: Sekularisme) Korupsi Ketika SD kita belajar pribahasa, salah satunya Gajah di pelupuk mata tak tampak, kuman di seberang lautan tampak. Memang, dengan mudah kita mengatakan bahwa terjadi korupsi besar-besaran baik di Arab Saudi bahkan Iran, seolah kita melupakan bahwa di negeri kita tercinta Indonesia bebas dari korupsi. Wah rada nggak nyambung thread Anda nih, Sodik! Kita sedang membahas apakah suatu negara yang korupsinya meruyak seperti Iran bisa dipakai sebagai contoh negara yang Islami atau tidak. Bukan sedang menghindar dari membahas bahwa di Indonesia korupsi sudah parah sekali, malahan menurut saya bisa-bisa lebih parah dari Iran. Wasalam. --[YONSATU - ITB]-- Online archive : http://yonsatu.mahawarman.net Moderators : mailto:[EMAIL PROTECTED] Unsubscribe: mailto:[EMAIL PROTECTED] Vacation : mailto:[EMAIL PROTECTED] --[YONSATU - ITB]-- Online archive : http://yonsatu.mahawarman.net Moderators : mailto:[EMAIL PROTECTED] Unsubscribe: mailto:[EMAIL PROTECTED] Vacation : mailto:[EMAIL PROTECTED] --[YONSATU - ITB]-- Online archive : http://yonsatu.mahawarman.net Moderators : mailto:[EMAIL PROTECTED] Unsubscribe:
[yonsatu] Re: Diskusi dalam milis Yon1 Mahawarman
Mas koni dan mas Chatif, mohon diskusi ini dilanjutkan, tapi dilakukan melalui milis reposisi Terima kasih Krishna - Original Message - From: Chatief Kunjaya [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, November 13, 2003 11:38 AM Subject: [yonsatu] Re: Diskusi dalam milis Yon1 Mahawarman Baiklah pak, usul saya : kita negosiasi dengan 1. Pimpinan ITB 2. TNI untuk membuka jalan bagi seorang mahasiswa anggota (atau calon) untuk bisa KKN (bukan Korupsi Kolusi Nepotisme tapi Kuliah Kerja Nyata) di lingkungan TNI dan kegiatannya bisa diakui sebagai kegiatan KKN ITB. Mungkin nggak ya pak ? Kalau hal ini bisa terjadi, saya rasa bisa menjadi daya tarik bagi mahasiswa untuk menjadi anggota. Selanjutnya, bisa dikembangkan kegiatan lebih lanjut yang memungkinkan penugasan anggota menwa di situasi nyata di bawah komando satuan TNI. Contoh kegiatan seperti ini adalah seperti yang dulu itu, ikut kontingen Garuda bertugas di bawah naungan PBB. Contoh lain, pada saat terjadi bencana alam, ikut di dalam satuan TNI yang ditugaskan membantu masyarakat yang tertimpa bencana. Salam, Kunjaya Koni Nusetyo Ekantono writes: Saudara-saudaraku yang tercinta. Makin dekat dengan acara Hanata 2004, dalam situasi Ramadhan diskusi masalah agama adalah baik. Tetapi usulan bagaimana menyelamatkan Yon 1, makin jauh panggang dari api, apakah cukup diserahkan kepada panitya aja, tanpa prolog diskusi di milis ini langkah-langkah riil untuk Yon 1 tercinta! Salam dari KNE --[YONSATU - ITB]-- Online archive : http://yonsatu.mahawarman.net Moderators : mailto:[EMAIL PROTECTED] Unsubscribe: mailto:[EMAIL PROTECTED] Vacation : mailto:[EMAIL PROTECTED] --- Outgoing mail is certified Virus Free. Checked by AVG anti-virus system (http://www.grisoft.com). Version: 6.0.491 / Virus Database: 290 - Release Date: 6/18/03 --[YONSATU - ITB]-- Online archive : http://yonsatu.mahawarman.net Moderators : mailto:[EMAIL PROTECTED] Unsubscribe: mailto:[EMAIL PROTECTED] Vacation : mailto:[EMAIL PROTECTED]
[yonsatu] Re: Re Re: Iran (Re: Re: Sekularisme) Korupsi
Bang Aden dkk Maaf numpang lewat, kalau diskusi tentang korupsi aku ikut gatal untuik nulis. Biang kerok dari semua permasalahan dinegara kita ini ada pada pembinaan SDM yang amburadul. Coba lihat institusi yang bertanggung jawab dalam pembinaan intelektualitas dan moral bangsa adalah yang paling korup di republik ini. Juara dari tahun ke tahun selalu Depdiknas atau Departemen Agama. Untuk Depdiknas sendiri, Media Indonesia kemarin(rabu atau kamis?)mengungkapkan korupsi terbanyak ada di Direktorat Pendidikan Tinggi. Jadi biang kerok semua ini ternyata didominasi oleh golongan terpelajar,yang banyak bergelar Prof.Dr.KH .. Kasihan bangsa ini sudah membiayai PT lulusannya ternyata banyak jadi...maling, he..he Salam Suryadi Aden Ottoloewa writes: Saya ingin kembali pada kepercayaan saya dan pernah saya kemukakan dalam milis ini, bahwa sumber ketidak beresan di Tanah Air tercinta ini adalah KEMISKINAN. Tidak semuanya, mas. Yang paling membikin Tanah Air tercinta ini _berantakan_ adalah hampir semua (sorry)yang menjadi: pejabat, pemimpin, wakil rakyat _bermental buruk_ , yang penting aing mah dapat teruskan sendiri, perioda berikut masih/harus dipilih lagi oleh ...gang gue. sorry yaa mas-mas, akang-akang pemimpin, komamdan, dan pejabat. please... pikirkan dan tengoklah hati nurani anda. -Original Message- From: Syafril Hermansyah [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, November 13, 2003 4:30 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [yonsatu] Re: Iran (Re: Re: Sekularisme) Korupsi On Thu, 13 Nov 2003 11:48:57 +0700 Abdullah Sodik [EMAIL PROTECTED] wrote: [ ... ] Jadi menurut hemat saya, gambaran kasar tersebut memberi indikasi bahwa tinggi-rendahnya korupsi tidak banyak berkait dengan agama, tetapi lebih terkait dengan tatanan hukum yang jelas dan tegas yang diiringi penegakan hukum berat terhadap para koruptor. Mungkin benar begitu ...tp adakah yg tahu kriteria korupsi yg digunakan oleh Global Corruption Index atau Transparency International Index seperti apa ? Tolok ukur kita terhadap sesuatu sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Misalkan saja orang-2x yg lama bekerja di rumah sakit, maka kriteria (dan tolok ukur) dia dalam menentukan seseorang sakitnya parah atau tidak parah akan berbeda dg orang biasa; shg sering kita jadi gemes melihat perawat yg lamban beresponse padahal pasiennya sudah parah. Kita sering mendengar akhir-2x ini mengenai betapa malangnya negeri ini krn departemen yg mendidik kita (depdiknas), yg mengurusi soal moral (dep. agama), yg mengurusi kesehatan (DepKes) dan mengadili benar/tidaknya (DepKeh dan Kejaksaan) mrpkan departemen terkorup di negeri ini. Tentu saja mereka tidak berpendapat seperti itu, dan ini akibat perbedaan kriteria (tolok ukur). Saya dulu sempat berpendapat bahwa kalau kita bisa berantas korupsi (KKN) maka produktifitas anak negeri ini akan meningkat, tp setelah saya pikir ulang pendapat itu tidak bagus. Dg pola berpikir seperti itu maka kita jadi terperangkap kepada hal-2x negatif yg justru merusak produktifitas. Mestinya semua orang berpikir soal pencapaian target, dan membuat tolok ukur pencapaiannya; shg semua orang berlomba-lomba mencapai tolok ukur tsb dan tidak lagi punya waktu untuk melakukan korupsi. Transparansi juga akan mencegah niatan berkorupsi, plus meningkatkan semangat kompetisi dalam pencapaian target. Siapa yg tidak bisa memenuhi kriteria produktifitas dalam kurun waktu tertentu, ya langsung mundur jabatan ... terlihat jelas ukurannya, terlihat jelas maslahatnya bagi orang banyak. -- syafril --- Syafril Hermansyah --[YONSATU - ITB]-- Online archive : http://yonsatu.mahawarman.net Moderators : mailto:[EMAIL PROTECTED] Unsubscribe: mailto:[EMAIL PROTECTED] Vacation : mailto:[EMAIL PROTECTED] --[YONSATU - ITB]-- Online archive : http://yonsatu.mahawarman.net Moderators : mailto:[EMAIL PROTECTED] Unsubscribe: mailto:[EMAIL PROTECTED] Vacation : mailto:[EMAIL PROTECTED] --[YONSATU - ITB]-- Online archive : http://yonsatu.mahawarman.net Moderators : mailto:[EMAIL PROTECTED] Unsubscribe: mailto:[EMAIL PROTECTED] Vacation : mailto:[EMAIL PROTECTED] Dr. Suryadi Siregar DEA Department of Astronomy Bandung Institute of Technology Jl. Ganesha 10 Bandung 40132 tel:+62-22-2511576; fax : +62-22-2509170 mp: +62-818-212178 ; e-mail:[EMAIL PROTECTED] - --[YONSATU - ITB]-- Online archive : http://yonsatu.mahawarman.net Moderators : mailto:[EMAIL PROTECTED] Unsubscribe: mailto:[EMAIL PROTECTED] Vacation : mailto:[EMAIL PROTECTED]
[yonsatu] Re: Iran (Re: Re: Sekularisme) Korupsi
On Fri, 14 Nov 2003 00:39:31 +0700 Abas F Soeriawidjaja [EMAIL PROTECTED] wrote: Saya ingin kembali pada kepercayaan saya dan pernah saya kemukakan dalam milis ini, bahwa sumber ketidak beresan di Tanah Air tercinta ini adalah KEMISKINAN. Saya sepakat. Sebenarnya setelah Perang Dunia II, negara2 di Asia, khususnya Timur Jauh yakni Cina, Korea, Taiwan, Negara2 Asia Tenggara,ditahun 1945 masing2 negara berangkat dari titik nol yang sama yaitu sebagai negara bekas Jajahan Jepang. Tapi kenapa, saat ini kesejahteraannya berbeda-beda ? Menurut pendapat saya, kuncinya adalah KEPEMIMPINAN NASIONAL dengan SIKAP KERAS, TEGAS, BERANI DAN MEMILIKI KEKUASAAN YANG PENUH DITANGANNYA( Cenderung otoriter ) Negara2 itu Korea Selatan, Taiwan, Singapura, Malaysia dan sekarang Cina sebagai buah hasil Kepemimpinan Mao, yang direformasi oleh Deng Tsao Ping. Korea Selatan oleh Kim Dae Yung, Taiwan oleh Chang Kai Sek, Singapura oleh Lie Kwan Yu, Malaysia oleh Mahatir. Mereka adalah PEMIMPIN2 YANG CINTA TANAH AIR DAN BANGSANYA, berhati teguh atas keyakinannya untuk membawa bangsanya menjadi bangsa yang sejahtera dan dihormati oleh bangsa2 lain didunia. Sekarang negara2 itu berpendapatan perkapita diatas USD.3500, bandingkan dengan Indonesia yang saat ini adalah USD.660 perkapita dan sebelum krisis hanya USD.1100 per kapita. Lagi saya sepakat dg Mang Abas, soal perlunya pemimpin yg otoriterpun saya setuju, walau ada batasnya ... ada masanya pola itu diubah. Di dunia usaha kata-2x dari Konosuke Matsushita sangat pas dg kata hati saya (saya kutipkan dari ingatan, mungkin tidak persis-2x amat) Saat perusahaan baru berdiri, pemimpin harus berada di paling depan untuk merintis jalan ... saat perusahaan sudah stabil, pemimpin berada di tengah untuk mengkoordinasikan semua sumber daya...dan saat perusahaan sudah maju, pemimpin berada disamping untuk mengawasi dan memberikan nasehat Menghidupkan Demokrasi di negara miskin hanya usaha menegakkan benang basah, yang tercipta adalah kekacauan politik, sehingga pembangunan menjadi tersendat2, Menurut pendapat saya , KKN tidak ada hubungannya dengan agama, tapi berhubungan erat dengan Nation Character melalui Kepemimpinan Nasional. Dan karena resouces kita terbatas, maka lebih baik pusatkan resources itu untuk meningkatkan produktivitas nasional daripada membuat undang-undang atau komite-2x an utk ngurusin korupsi, cukup 1 kata utk koruptor sikat !. -- syafril --- Syafril Hermansyah --[YONSATU - ITB]-- Online archive : http://yonsatu.mahawarman.net Moderators : mailto:[EMAIL PROTECTED] Unsubscribe: mailto:[EMAIL PROTECTED] Vacation : mailto:[EMAIL PROTECTED]
[yonsatu] Re: Re Re: Iran (Re: Re: Sekularisme) Korupsi
On Fri, 14 Nov 2003 10:52:25 +0700 Suryadi Siregar [EMAIL PROTECTED] wrote: Juara dari tahun ke tahun selalu Depdiknas atau Departemen Agama. Untuk Depdiknas sendiri, Media Indonesia kemarin(rabu atau kamis?)mengungkapkan korupsi terbanyak ada di Direktorat Pendidikan Tinggi. Jadi biang kerok semua ini ternyata didominasi oleh golongan terpelajar,yang banyak bergelar Prof.Dr.KH .. Kasihan bangsa ini sudah membiayai PT lulusannya ternyata banyak jadi...maling, he..he Mereka ahli matematika kelihatannya, yg bisa menghitung sampai rinci berapa besar dosa dan pahala untuk setiap tindakan, shg buku besarnya selalu balance. -- syafril --- Syafril Hermansyah --[YONSATU - ITB]-- Online archive : http://yonsatu.mahawarman.net Moderators : mailto:[EMAIL PROTECTED] Unsubscribe: mailto:[EMAIL PROTECTED] Vacation : mailto:[EMAIL PROTECTED]
[yonsatu] Fw: [Keuangan] FW: Bagi nasabah Tahapan BCA
Ini korupsi juga bukan ya ? Begin forwarded message: Date: Thu, 13 Nov 2003 18:22:07 +0800 From: Daswa A. RAUF [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [Keuangan] FW: Bagi nasabah Tahapan BCA Dear all, Dari sebuah milis, apakah benar bahwa ada main pada pejabat BCA pada artikel dibawah ini? Silahkan yg bekerja di BCA menjawabnya. Terima kasih atas pencerahannya. Wassalam, Daswa -Original Message- From: Ardiansyah Suryaputra [mailto:[EMAIL PROTECTED] Purwadi/ipunxk CSR Indovision 5828000 ext 7756 - Original Message - From: Luqm4N - Original Message - From: Andika Nugroho (Ipang) [EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, November 12, 2003 7:48 PM Subject: Bagi nasabah Tahapan BCA Kepada pemegang rekening Tahapan BCA Seperti tersiar kabar bahwa BCA akan mengundi hadiah utamanya sabtu ini dan sabtu depan,seperti kita ketahui undian berhadiah dimanapun (apalagi bank) jarang sekali yang sungguh diundi secara fair karena 99% nya adalah rekayasa para pejabatnya, seperti kita ketahui peluang pemegang rekening bca hanya 1% dari sekian puluh juta nasabah untuk memenangkan hadiah2 tersebut. Seperti kita ketahui satu dua nomor (dari ratusan hadiah) yang diundi sungguhan di depan publik layar kaca sabtu nanti adalah nomor undiannya (bukan nomor rekening kita langsung) dan yang tahu nomor undian kita hanya pihak BCA, sehingga ketika nomor dari bola ping pong itu keluar hanya bisa di ketahui pemiliknya oleh BCA juga... Oleh karena itu untuk memanfaatkan 1% secara fair, dihimbau para nasabah kecil dan menengah tahapan BCA untuk meminta nomor undian yang dimilikinya di cabang BCA tempat asal membuka rekening nya, sehingga kita bisa langsung tahu nomor undian yang dikeluarkan itu milik kita atau bukan... Cara ini sedikit mengurangi peluang BCA melakukan undian dengan kewenangannya 100%.Kebiasaan meminta nomor undian ini memang sangat baru bagi BCA karena tak satu pun yg pernah meminta nya, hingga pada saat saya melakukan ini di salah satu cabang BCA di daerah kota Jakarta, CSO nya terbengong-bengong dan hanya bisa menerangkan sedikit prosedure nya lalu berkilah hendak menanyakan dulu pada KSO nya dan akhirnya menerbitkannya dengan seijin atasannya. Sebagai tambahan informasi (mengapa saya sebut untuk nasabah kecil dan menengah diatas), sekitar satu bulan yang lalu kantor kami secara kebetulan menerima fax nyasar dari BCA Pluit yang hendak menyetorkan daftar 10 besar debitur dan krediturnya. Terdaftar para pemegang saldo terbesar mereka (antar 1M s/d 5M) juga para pemilik hutang terbesar kepada BCA. Rumor yang terdengar daftar itu disetor kepada satu team di salah satu kantor pusat untuk di 'olah' dan dihubungi dalam rangka 'bagi2' hadiah dengan rekayasa dalam rangka mencari tambahan sampingan bagi team itu dan sekaligus dalam rangka 'maintain' para nasabah kakap BCA dengan hadiah2 besarnya. Maka nasabah kecil akan tinggal didalam mimpi untuk meraih hadiah puncak BCA, walaupun ada sekitar 1% yang diundi sungguhan (dan yang keluar buat iklan). Selamat mencoba, Salah satu nasabah Tahapan BCA Andika Nugroho Email: [EMAIL PROTECTED] -- syafril --- Syafril Hermansyah --[YONSATU - ITB]-- Online archive : http://yonsatu.mahawarman.net Moderators : mailto:[EMAIL PROTECTED] Unsubscribe: mailto:[EMAIL PROTECTED] Vacation : mailto:[EMAIL PROTECTED]