Buat Mas Agus,
Semoga umur panjang, sejahtera, sehat dan tak pernah bosen ngurusin FPK.
Kalau merasa capek dan timbul keinginan pensiun, ingat berapa members yang
bakal kena PHK jika FPK gulung layar :))
manneke
-
All new Yahoo! Mail -
Ikutan nimbrung dikit. Marxisme, bagaimanapun juga, pada akhirnya adalah sebuah
ideologi, walaupun Marx hendak menampilkannya sebagai sebuah meta-ideologi,
yakni tanggapan atau kritik atas ideologi kapitalis. Sebuah ideologi letaknya
ada pada tataran ideal, walaupun juga banyak pemikir Marxis
] wrote:
Dear Pak'e Manneke,
Pha kabar...? sepertinya baru turun gunung ? kemana aja lama tak mengudara ?
atawa sayanya yang ketingalan kereta ?
Suhaimi
- Original Message -
From: manneke budiman
To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Sent: Tuesday, September 04, 2007 5:07
, terutama
ilmu-ilmu sosial, politik, ekonomi, dan juga
psikologi. tapi, anehnya di nusantara, kenapa pula
marxisme ini tidak banyak diajarkan di dalam kampus.
apa profesor-profesor itu takut sama marxisme?
salam,
halim hd.
--- manneke budiman [EMAIL PROTECTED] wrote:
Ikutan nimbrung dikit. Marxisme
Bagaimana sih caranya menyusun rangking yang akurat? Satu universitas mungkin
saja bagus dalam satu atau beberapa program, tapi bukan berarti dia bagus dalam
semua program. Satu universitas mungkin punya keunggulan dalam satu bidang,
tapi belum pernah saya dengar ada universitas yang unggul
Ada usul nggak bagaimana caranya membebaskan diri dari kapitalisme global ini?
Jika ada, kita mungkin bisa memprokalmasikan kemerdekaan untuk kedua kalinya.
Ada contoh kasus nggak suatu negara yang bisa sepenuhnya bebas dari
pengaruh/tekanan kapitalisme global? Tolong dong saya dicerahkan
Saya sendiri sangat tertarik dengan Marxisme, bukan karena saya percaya pada
mimpi-mimpinya, ataupun pada gagasan revolusinya. Saya terpikat pada Marxisme
utamanya karena kemampuannya untuk membuka mata kita tentang hadirnya suatu
penindasan yang sistemik, yang menyebabkan lahirnya kesenjangan
Memang banyak orang bilang bahwa semakin kita tak tahu, semakin bahagialah
hidup kita. Banyak juga yang setuju dengan ini. Namun, apakah banyak yang
betul-betul konsekuen memilih jadi blo'on ketimbang cerdas, nah ini yang perlu
diselidiki dulu. Gimana as as?
manneke
as as [EMAIL
Justru persoalannya terletak pada momen implementasi itu. Gagasan yang
terdengar indah di atas kertas bisa jadi mimpi buruk di lapangan. Ini takdirnya
semua ideologi. Sama nasibnya dengan ekonomi makro yang bisa memukau di atas
kertas, tapi tak mampu menyentuh persoalan-persoalan mikro.
Ini justru pertanyaan yang harus dijawab sendiri oleh pejabat diknas itu, dan
bukannya dikeluhkan ke orang lain. Lalu, dia sendiri ngapain aja sebagai
Direktur DP3 Depdiknas? Bukankah ini PR dia nomor satu? Mungkin Pak Satria
Dharma sebagai konsultan pendidikan perlu mengingatkan beliau tentang
Boleh tau nggak apakah dalam rangking di Australia itu University of
Technology, Sydney dan Curtin University of Technology (dua-duanya 'mantan'
polytechnic) dimasukkan dalam satu kategori dengan, katakanlah, University of
Sydney, Melbourne University, ANU, dan University of New South Wales?
hebat, Bung Veven. Tidak mudah melakukan studi atas homologi antara struktur
dalam karya sastra dengan struktur sosial dalam masyarakat tempat karya itu
dilahirkan. Apakah skripsinya sempat diterbitkan?
manneke
veven wardhana [EMAIL PROTECTED] wrote:
setahuku, di ugm dulu,
Ya syukurlah kalo memang tujuannya betul untuk peningkatan kualitas pendidikan
tinggi di Indonesia. Semoga bukan untuk adu jualan kursi alias marketing ya?
Sistem Australia yang diperkenalkan Pak Hardjo berbasis pada tingkat
keketatan saringan masuk pada tiap program. Kalo di Indonesia ini
Susah dicari karena banyak yang bodoh atau karena udah pada nyambi ke
mana-mana, termasuk diberbagai bimbel? Kalo di universitas, banyak dosen dari
program studi Inggris yang nggak kunjung naik pangkat karena kebanyakan nyambi.
Jadi, tak ada waktu buat riset.
manneke
Didik Muharam [EMAIL
Dalam banyak kurikulum di fakultas ilmu sosial dan humaniora, komponen Marxisme
nyaris mustahil untuk ditiadakan. Hanya betul kata Bung Veven, jika Anda
mencari kuliah dengan judul Marxisme, ya mungkin tak akan ketemu. Tapi, jika
Anda simak silabus-silabusnya lebih jauh, akan Anda jumpai
Wah, dalem banget nih jawabannya. He he he. Thanks, Pak Satria.
manneke
satriadharma2002 [EMAIL PROTECTED] wrote:
+ Apa tugas mereka Pak Manneke?
Seperti biasa, mereka mengerjakan tugas mereka sebagai birokrat. :-)
Saya banyak terlibat dalam proses kritik ke para birokrat ini, meski
saya
Makasih Dinda. Saya pasti akan cari sampe ketemu :)) LUmayan buat obat kangen.
manneke
Titiana Adinda [EMAIL PROTECTED] wrote:
Dear All,
Info dari milis tetangga.Buat Pak Manekke katanya dari Kanada juga
bisa Pak dan buat Sensei Deddy Mansyur dicoba aja Pak siapa tahu dari
Texas
Kalo saya berpendapat, dana 20% APBN itu biarlah dipakai untuk membenahi
pendidikan dasar dan menengah saja. PT biarkan cari duit sendiri. PT luar
negeri yang pada sukses itu juga kebanyakan cari duit sendiri kok. Tapi, kalo
PT cari duit, ya jangan diomelin macem-macem, disebut komersialisasi
Bisa disebut nggak, universitas mana di Indonesia yang menawarkan program
doktor 2 tahun itu? Jika ada, sekaligus program studinya apa? Saya pernah turut
membantu merancang norma pendidikan S3 untuk UI, yang kemudian diadopsi oleh
Senat Akademik Universitas dan dituangkan dalam SK Rektor,
Luar negerinya di mana? Di universitas AS seperti Univ. of Wisconsin, kuliahnya
juga empat semester. Pada akhirtahun ekdua ada qualifying exam untuk menentukan
orang bisa jadi kandidat doktoral atau tidak. Jika tak lulus, alternatifnya ia
bisa dapat gelar master (terminal, bukan in passing). Di
ujian, hanya riset dan riset, jadi ada yang dapat
lulus 3 tahun. Silahkan diskusi dilanjutkan untuk
menuju sistem S3 yang lebih baik.
Mahreni
--- manneke budiman [EMAIL PROTECTED] wrote:
Bisa disebut nggak, universitas mana di Indonesia
yang menawarkan program doktor 2 tahun itu? Jika
ada
/9/07, manneke budiman [EMAIL PROTECTED] wrote:
Kalo saya berpendapat, dana 20% APBN itu biarlah dipakai untuk membenahi
pendidikan dasar dan menengah saja. PT biarkan cari duit sendiri. PT luar
negeri yang pada sukses itu juga kebanyakan cari duit sendiri kok. Tapi,
kalo PT cari duit, ya jangan
Hi hi hi, Bu Yolanda, saya setuju soal mental ini. Tapi, yang sulit dalam
praktik adalah bagaimana caranya tetap berproyek sana-sini sambil bisa jaga
mutu lulusan. Kalo sungguhan, ini mustahil bisa diwujudkan. Buat saya sih tegas
aja: kalo jadi akademisi, ya akademisi saja. Jangan juga jadi
?
--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, manneke budiman
[EMAIL PROTECTED] wrote:
Secara garis besar, ada dua jalur yang bisa diadopsi dalam suatu
sistem pendidikan S3. Di Australia, misalnya (dan mungkin juga di
Malaysia, seperti kisah Bu Reni), yang diadopsi adalah studi S3 by
research
Woay! Aku keliru ngomong toh, Mase? Wa! Sori, sori, sungguh mati waktu
ngomong aku kepikirnya Pak Mulyana dan Pak Rohmin. Sama sekali gak kepikir Pak
KK. Ini akibatnya kalo kebablasan jadi Ki Joko Bodo :(
manneke
Suhaimi [EMAIL PROTECTED] wrote:
Dear Pak.Manneke,
Bapak
Setujuu. Tentu saja, dengan asumsi bahwa yang tak tamat S1 itu memang
betul-betul kualitasnya doktor. Bukan cuma menurut ilusi para fans-nya doang.
Demikian juga sebaliknya. Point nomor 2 baru valid, jika memang terbukti bahwa
yang doktor kualitasnya SMA (disertai permohonan maaf kepada
Menarik. Sayang tak ada detil tentang lembaga testing mandiri itu tujuannya
untuk ngetes apa dan siapa. Ini untuk ngetes mutu universitas-universitas, atau
program-program studi di dalam UI (sudah ada lho badan penjaminan mutu akademik
pada tingkat universitas dan fakultas). Ataukah ini jadi
Mas Anton,
Kalo sudah terbit triloginya, saya pasti beli. Semoga cepet selesai dan
sukses ya.
manneke
anton_djakarta [EMAIL PROTECTED] wrote:
Saya justru sedang menyelesaikan trilogi novel tentang ruang sejarah
Indonesia, semacam epos lima generasi keluarga Jawa...satu
Maksudnya, calon presiden pilihan kita berdua itu Bapak Prof. Dr. Golput, MA.,
M.Sc., gitu? Wah, jadi semangat ikut pemilu nih. Rupanya ada calon alternatif
yang seger dan menjanjikan.
manneke
Suhaimi [EMAIL PROTECTED] wrote:
Kalo yang anda maksud itu adalah SBY Mega ? maka
: S1, S2, S3). Tapi umumnya sih hanya 2
semeter. Jika sampai 4 semester dengan batas waktu program doktor
hanya 6 semester, terlalu singkat waktu untuk melakukan riset, menurut
saya.
Salam,
Viridi
manneke budiman [EMAIL PROTECTED] wrote:
Sun Sep 9, 2007 9:21 pm (PST)
Luar negerinya di mana? Di
Hi hi hi,
Aku guru yang BESAR mobilnya, sebab kemana-mana pakenya Busway. Aku guru yang
BESAR utangnya, sebab mesti bayar KPR-BTN 15 tahun, meski rumahnya cuma T-28.
Aku guru yang BESAR kampusnya, walau tak punya ruang kerja sendiri dan satu
meja kerja dipake belasan orang barengan. Aku
Wah, nanti saya (Kanada) dan Pak KK (Australia) sama-sama benjut, sedangkan
Sensei Deddy (USA) yang mesem-mesem di pinggir arena. Tak u'uk yeee..
manneke
Deddy Mansyur [EMAIL PROTECTED] wrote:
Biarkan saja Prof. Manneke Yang Budiman (mutu Canada) berkelahi
sama Prof.
KK
Pak Kancono,
Makanya persetujuan saya ada TAPI-nya, dan bukannya tanpa syarat. Saya
setuju presiden cukup SMA asal kualitasnya setara doktor, daripada presidennya
doktor tapi (kata Pak Bungaran) berkualitas SMA. Monggo saja. Yang penting
asumsi-asumsi dasar dari pernyataan-pernyataan soal
Saya rasa, klaim turut memajukan bangsa ini terlalu berlebihanlah.
Sehebat-hebatnya proyek risetnya, semestinya klaim-klaim macem itu tak perlu
digembor-gemborkan. Diem aja, kerja yang bener, dan kalo mau libatkan
mahasiswa, lakukan yang bener. Memajukan bangsa atau tidak, kan yang menilai
Tingkat pendidikan berkorelasi dengan Intelektualitas. Kalo keberanian
mengambil keputusan berkorelasi dengan Nyali. Sementara soal korup atau tidak,
ini berkorelasi dengan Moral. ketiganya sebaiknya tak dicampur-adukkan dalam
mengkritisi seorang pemimpin.
manneke
Didik Muharam [EMAIL
Wuahahaha, Bung Edi, untungnya untuk kategori yang satu ini, saya nggak (atau
belum) memenuhi syarat. Moga-moga jangan sampai kejadian ya :))
Tapi, ini serius ya, saya pribadi ngerasa, gaji dosen BHMN udah relatif
okelah. Apalagi jika dibandingkan dengan guru-guru sekolah dasar dan
He he he, Pak Zain, Ph.D. itu singkatan dari Doctor of Philosophy. Jadi, ya
sami mawon, Dr. juga. Nulisnya pake 'D' besar dan 'r' kecil lho. Kalo 'D' dan
'R'-nya dua-duanya besar, kayanya belum ada dalam sejarah pendidikan manapun.
Tapi kalo betul ada yang begini di universitas anak Anda di
TS ini memang provokator pinter, Bu Fau. Abis nimpuk langsung ngabur, sementara
massa tawuran sendiri. Hayo TS! Ngaku!
manneke
fauziah swasono [EMAIL PROTECTED] wrote:
Halo Pak Manneke dkk,
Baru sempet baca2 lagi milis nih.. kemaren2 banyak kerjaan keluar.
Thread yang ini hampir semua
Setahu saya, itu justru yang keliru, Pak. DR itu tak dikenal. Penggunaan DR itu
salah kaprah. Yang betul adalah Dr. untuk Doktor, dan dr. untuk dokter. Tapi,
baiknya ada orang lain yang punya info akurat soal ini. Adakah?
manneke
Hendra Kadarma [EMAIL PROTECTED] wrote:
Pak
Hehehe, Bung Bank Alman, kalo honoris causa sih gak pakai kurikulum. Wong gelar
doktornya dikasih sebagai hadiah tanpa perlu kuliah kok.
Untuk Bung Zain, sekali lagi, Ph.D dan Doctor itu panggilannya ya sama-sama
Doctor, karena huruf 'D' dalam singkatan 'Ph.D.' itu adalah 'Doctor.' Sekali
Pak Kancono,
Kedua singkatan itu tak ada bedanya. Rujukannya sama, yaitu Doktor. Point 1
s.d. 3, ditambah honoris causa, pun semuanya sama-sama dipanggil Doktor.
Sistem Prancis saya tak begitu kenal, karena di Eropa dia termasuk yang
paling unik sendiri. Namun, melihat paparan Anda,
Makasih Bung Bodo. Info dari Anda makin memberikan gambaran tentang kekhasan
tiap-tiap sistem. Bukan hanya antar negara yang mungkin bisa beda sistem,
tetapi juga antar disiplin ilmu pun ternyata bisa beda syarat dll. Bahkan
sistem titipan pun ternyata ikut memainkan peran ya :)
manneke
Wayauuu, jangan marah Pak. Konteksnya itu becanda lho, sebagai respons saya
terhadap posting Bu Fauziah Swasono, yang cari-cari TS-nya. Tapi, yang patut
mohon maaf bukan Anda, melainkan saya. Sori ya kalo menyinggung perasaan. No
hard feelings, Pak. Maklumlah, namanya juga komunikasi email.
Kalo gitu, boleh saya tanya kepada Anda, Bung Zain, huruf D pada gelar Ph.D
itu singkatan dari kata apa? Matur nuwun atas pencerahannya. Karena selama ini
saya kira huruf D itu singkatan dari Doctor. Ternyata,menurut penjelasan
Anda itu bukan Doctor, dan cuma Dr. yang Doctor.
Terus, boleh
Pendidikan dokter di Indonesia terdiri atas 3 jenjang: Lulusan Fakultas
kedokteran pada level S1 namanya Sarjana Kedokteran, dan gelarnya S.Ked.
Setelah PPT dan dapat izin praktik dari IDI, dia baru pakai gelar dokter. Lalu,
kalau dia ambil Spesialis, dia dapet gelar tambahan Spesialis I
Bu Wati,
Terima kasih ralatnya tentang PTT. Sekadar tambahan lagi dari saya agar
infonya makin utuh, yakni bahwa syarat-syarat PTT (dulu) dan STR serta SKP
(kini) adalah syarat-syarat yang ditetapkan oleh organisasi profesi kedokteran,
dan bukan syarat akademik yang ditetapkan universitas
Nah, yang ini saya suka. Bravo sir ajud. Kalo begini kan enak. Ditunggu
postingan berikutnya ya :)
Ternyata kalo posting-nya kalem, ditanggapinya cenderung kalem juga ya. Tapi,
begitu posting-nya tendensius, ya ternyata dimaki-maki orang. Jadi, kayanya
enakan yang kalem-kalem aja.
Ya, korupsinya juga korupsi Indonesia, suapnya suap Indonesia, malingnya maling
Indonesia, mafianya mafia Indonesia, KKN-nya KKN Indonesia. Hidup Indonesia!
Mungkin ada baiknya Indonesia pindah ke planet Mars aja ya? Indonesia terlalu
unik sehingga tak bisa kumpul dengan bangsa-bangsa
Tambahan lagi: Di UI ada aturan resmi juga yang memungkinkan lulusan S1
langsung ambil S3 asal lulus S1-nya cum laude (IP di atas 3 dan tak ada nilai
C). Walau jumlah sks yang mesti ditempuh lebih banyak dari peserta didik yang
sudah S2, secara keseluruhan siswa bisa lulus lebih cepat, karena
Oh, nggak gitu, Pak Paulus. Para penjahat itu akan direkrut jadi Satuan Tugas
Pengamanan Kawat Duri Nasional. Jadi, maling-maling itu akan diubah jadi
polisi. Maka, amanlah kawat duri itu. PLN juga tak akan mati-mati lagi, karena
kan Pak KK dan teman-teman Batan sudah akan bikin PLTN? Jadi,
Kebanyakan laki-laki sih santai saja ditulisi Rp 1 per detik. Kata si andi.
Apa betul ini, Bung Andi? Ada contoh iklan laki-laki seperti ini? Tolong dong
beri tahu saya. Lalu juga, kategori kebanyakan itu datanya dari mana?
Selamat menuntut!!
manneke
si_andi [EMAIL PROTECTED]
capres alternatip guna menghadapi pemilu 2009 nanti.
dari saya ada 3 pasang yang saya ajukan yaitu :
1. Pasangan : Budiman Sudjatmiko-S B Pamungkas.
2. Pasangan : Suhaimi-Manneke Budiman.
3. Pasangan : Sumanto-Sumanti.
Bagai mana dengan sampeyan ? he he he, ada yang lain ?
Suhaimi
Bravo! Pertanyaan yang sangat kritis dari Bung Yohanes: sejak kapan FBR jadi
fans-nya Munir? Siapa yang mengerahkan preman-preman ini untuk meneror Poli?
Adakah miliser kritis lain yang tahu jawabnya? Permainan apa ini yang sedang
dipertontonkan kepada kita? He he he...
manneke
yohanes
Rupanya terorisme juga ada di sastra, dan di sastra pun ada preman-preman
sastra, bukan cuma di jalanan :))
manneke
Mariana Amiruddin [EMAIL PROTECTED] wrote:
Aquino,
Jauh sebelumnya memang polemik ini beraksi akibat pidato Taufiq Ismail
tentang Gerakan Syahwat Merdeka dan
Bung Winasis,
Aturan Dikti yang resmi tidak mensyaratkan S3 untuk jadi guru besar.Hanya
saja, di beberapa universitas, ada kebijakan internal untuk menaikkan syarat
itu menjadi S3.
Mengenai asumsi Sdr. Soedarmoko yang kandidat PhD di Prancis itu, jangan lupa
bahwa di negara-negara
mendesak XL-lah. Vox feminae vox dei, Pak. Populii
nanti ngikut saja; kalau tidak bisa panas kuping nanti diketusin
Manneke di kanan dan Mariana di kiri.
Andi
--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, manneke budiman
[EMAIL PROTECTED] wrote:
Kebanyakan laki-laki sih santai saja ditulisi
Ha ha ha, Bung Irsal, jangan makan burger+cheese terus, kasian keluarga. Tapi
saya ngerti kok situasi Anda. Kita rada-rada senasib :)) Semoga segera selesai
risetnya, dan sukses!
manneke
Irsal Imran [EMAIL PROTECTED] wrote:
Kalao nggak salah S3 ITB nggak pakai kuliah lagi, langsung
Aquino,
Sambil tunggu jawaban Mas Radityo, saya beri sedikit info soal FLP. Yang saya
dengar dari Helvy Tiana Rosa sendiri, salah seorang pendiri FLP, FLP tidak ada
kaitan dengan PKS dan telah menolak untuk dilamar oleh PKS. Di FLP ada
macam-macam orang dengan latar belakang beda-beda.
Makanya,semakin perlu banyak orang baca Jurnal Perempuan, Bu Mariana. Semoga JP
dapat semakin meningkatkan kecerdasan orang dalam isu-isu perempuan, dan
membuka wawasan-wawasan yang masih sempit tentang perempuan dan feminisme.
Selamat bekerja, semoga sukses selalu!
manneke
Mariana
Wah,MA akan dapet proyek lagi nih. Ayo, kebut terus, kejar setoran! PBB dan
Bank Dunia ini lebih kakap lho dibandingkan Time. pasti ganti ruginya berlipat
ganda.
manneke
cbn [EMAIL PROTECTED] wrote:
Berita ini akan membuat Suharto dan pengacaranya senang karena
berdasarkan
Jadi apa intinya dong, Bung Andi? Jangan demen lari-lari aja ah. teknik
berdebat saya kaya gimana sih? Seolah miliser di FPK ini juga tak tahu teknik
berdebat Anda kaya apa. Stay focused, man. Kita bicara stereotipe perempuan
dalam iklan Pro XL, bukan? makanya, jangan maen petak umpet melulu.
Bu Mariana,
Gaya Saut memang khas: di mana-mana menantangi semua orang untuk membahas
tulisannya. Ha ha ha. Mungkin karena selama ini tak ada yang memperhatikannya,
sehingga lalu hobinya menantang-nantang orang untuk bicara karyanya. Mungkin
biar tambah ngetop dikit, karena ada yang sudi
Nah, Bung Soedarmoko, seandainya sejak di tulisan awal Anda ada batasan-batasan
dan kejelasan-kejelasan seperti yang kini Anda sampaikan atas bagian-bagian
tertentu dari tulisan Anda, tentu tanggapan saya akan berbeda. Soal data, bagi
saya, tulisan Anda pun adalah data. Dan data itu langsung
Di mediacare, Gola Gong sebagai penasihat Rumah Dunia sudah mengklarifikasi
posisi Rumah Dunia dalam kasus caci maki Saut terhadap TUK?GM. Intinya, Rumah
Dunia tidak sependapat dengan cara yang ditempuh Saut dkk dalam melancarkan
kritiknya, meski Rumah Dunia sepakat bahwa TUK memang patut
Sudah pernah cari di lembaga pemberi beasiswa non-pemerintah? Kalau tak salah,
Ford Foundation punya program beasiswa khusus untuk mereka yang studi
pasacasarjana di dalam negeri. Coba dicari infonya. Pelaksana program beasiswa
Ford itu adalah IIEF (Indonesian International Education
Semoga Saut dkk mau mendengar refleksi dari sonraity di bawah ini. Jadi,
energinya tak terkuras cuma buat caci-maki kanan kiri depan belakang dan
menimbun banyak musuh. Orang yang pada dasarnya simpati pada apa yang
diperjuangkan lama-lama bisa jadi berbalik sebel, dan gara-gara kelakuan
Untuk melihat adanya sikap pongah, tidak perlu senantiasa harus ketemu dulu
dengan oragnya dan mengamati tindak-tanduknya. Tulisan sebagai tuangan
pemikiran orang itu juga bisa dijadikan pijakan untuk melakukan penilaian.
Tapi, konteksnya tentu sebatas pemikiran yang tercurah dalam tulisan itu.
Gampang kok. Jangan bikin iklan yang menampilkan stereotipe yang tidak
menguntungkan perempuan. Jadi, bukan soal mau pakai model perempuan atau
laki-laki. Tapi, perlu diingat bahwa citra yang sampai ke kesadaran masyarakat
umum bukan hanya citra produk yang diiklankan, tapi juga citra perempuan
Eit, tapi kalo soal Anton lebih baik dari Manneke Budiman, itu betul 100% lho.
Anton tulisannya lebih banyak, lebih bernas, dan lebih kritis. Jadi, saya
sampaikan koreksi atas contoh yang satu ini.
manneke
anton_djakarta [EMAIL PROTECTED] wrote:
Menggali Makna Ucapan : Warga
Ndak usah heran, Mbak. Wong di milis ini juga ada kok yang gak percaya bahwa
Suharto itu korupsi. Ada yang gak percaya holocaust terjadi, dll dsb.
manneke
Widianis Indranata [EMAIL PROTECTED] wrote:
Dear All,
Rasanya terlalu naif bila kita kita berkomentar bahwa tidak ada
Kenaikan harga setahun sekali pra-Lebaran di Indonesia sebaiknya tak terlalu
dibesar-besarkan atau dibanding-bandingkan dengan luar negeri. Di Indonesia,
setahun sekali inilah kesempatan bagi para pedagang kecil dan menengah untuk
memperoleh profit ekstra. Di negeri-negeri Barat, setiap libur
Nambahin sedikit Sdr. Wielsma. Soal pernyataan si andi bahwa laki-laki selalu
dicitrakan sebagai tukang ngebut dan kriminal, tampaknya si andi ini lupa bahwa
perempuan juga selalu mengalami kriminalisasi. Misalnya, dalam fenomena
pelacuran, selalu yang dijadikan penjahat adalah pekerja seksnya,
Pak Godlip, jangan-jangan Pak Wal ini niatnya bicara dengan nada ironis.
Ujung-ujungnya ngejek juga, bukan memuja. Tapi, tentu saja saya bisa keliru
tafisr. Halo Pak Wal? Kopikah?
manneke
Godlip Pasaribu [EMAIL PROTECTED] wrote:
Dari sekian banyak rekan-rekan anggota milis yang
Ide bagus! Pake kucing saja! Niscaya pasti akan menarik banyak pelanggan karena
kucing pun ternyata bisa nelpon gara-gara pakai XL. Paling enggak, kucing XL
ini masih lebih bermutu mikirnya karena nggak ambil jalan pintas dengan
mengusulkan bikin tandingan-tandingan (he he he, kaya parpol aja;
.
KM
---Original Message---
From: manneke budiman
Date: 24/09/2007 14:08:36
To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Subject: [Forum Pembaca KOMPAS] Re: Lulusan Fak TEHNIK jaman dulu (Akbar
Tanjung) disamakan dengan S2?
Seperti pernah saya infokan beberapa waktu lalu, di UI setidaknya ada
CAR FREE DAY ini mesti lebih sering dilakukan. BIla perlu sebulan sekali ada
hari tanpa mobil seperti ini. Kalau yang gak mau berjejal-jejal di jalur
lambat, ya jangan bawa mobil pada hari itu. Jadi, orang diajak untuk mulai mau
mikir sarana transportasi alternatif, supaya nggak mikirnya cuma
spesialis (klinik) meneruskan studi untuk subspesialisasi (misalnya
dokter bedah lalu mendalami bedah digestif), apakah sama dengan S2,5?
Salam
KM
---Original Message---
From: manneke budiman
Date: 25/09/2007 20:51:55
To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Subject: [Forum Pembaca KOMPAS
Sekali lagi, ini yang jadi pokok pembicaraan adalah citraan yang dihasilkan
iklannya, bukan soal pribadi modelnya.
manneke
irwank [EMAIL PROTECTED] wrote:
Kalau yang (masih) pake kaos saja bisa dikatakan mengarah pada
pelecehan,
maka yang 'minim' (cuma pake daleman) apalagi
Untuk membuat menarik, mengapa tidak ditambahkan gambar pria ganteng aja? Atau
seikat bunga mawar? Atau seekor kucing lucu? Gak ada masalah juga kan mestinya?
Hidup Sosialisme, Hugo!
manneke
hugo chavez [EMAIL PROTECTED] wrote:
sebenarnya maksudnya begini,..
kalau dari
Atau jangan-jangan, sudah banyak orang Indonesia yang urat sensitifnya sudah
putus, sehingga ketika ada beberapa kaum perempuan berteriak bahwa mereka
merasa dilecehkan oleh stereotipe perempuan yang tak menguntungkan dalam iklan,
kita lalu menertawakan mereka dan memberi mereka label-label
Kalau Sdr. Wisnu sebagai laki-laki merasa tersinggung denganiklan L-Men itu,
lha kok diem aja? Diem itu bisa berarti mengamini lho. Masih mending Bu Mariana
sebagai perempuan yang tersinggung dengan iklan Pro XL melakukan protes. Jadi,
kapan nih kita baca protes Bung Wisnu atas iklan L-Men itu?
.
Andi
--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, manneke budiman
[EMAIL PROTECTED] wrote:
Atau jangan-jangan, sudah banyak orang Indonesia yang urat
sensitifnya sudah putus, sehingga ketika ada beberapa kaum perempuan
berteriak bahwa mereka merasa dilecehkan oleh stereotipe perempuan
yang
Oh, Pak Haniwar, saya sih justru maklum kalo istri Anda ngakunya nggak nolak
iklan Pro XL. Siapa sih yang mau ambil risiko kalo udah tau suaminya punya pola
pikir yang miring tentang perempuan kaya Pak Haniwar gini? Mungkin dia pikir,
daripada ribut ya udahlah di-iya-in aja. Biar aja ributnya
Gak usah, si Bapak ini udah bangkit kok kesensitifannya. Kan dibilangnya
sendiri bahwa sebelum ikutan thread Pro XL ini dia tak menyadari bahwa iklan
itu membawa citra miring ata sperempuan, dan sekarang dia sadara bahwa para
perempuan ternyata bisa tersinggung oleh iklan yang tampaknya
Lho? Masih juga ngulang argumen yang sama dan tak tepat sasaran? Berapa kali
sudah ditegaskan banyak miliser dan diulang-ulang di sini bahwa persoalannya
bukan pada ada atau tidaknya orang perempuan yang mau pakai XL atau mau
dihargai Rp. 1,- Persoalannya berkenaan dengan pencitraan perempuan
Kalo gitu, Pak Haniwar, usul saja ke Mas AH agar milis FPK ini diubah jadi
milis khusus untuk bicara soal kemiskinan saja, dan gak usah diskusi
persoalan-persoalan lain, seperti daging sosis, sertifikasi, suharto, dll. Kan
masalah utama kita KEMISKINAN, bukan lain-lain, seperti kata Anda
Wah, saya sangat tersanjung nih mau dicalonkan jadi profesor oleh Pak Haniwar,
padahal di UI aja gak ada rencana apa-apa soal prof-profan ini. Kesimpulan yang
diambil oleh calon prof ini, Pak Haniwar, datangnya tak jauh-jauh berasal
dari statement Anda (yang sayangnya, di bawah ini cuma Anda
Kalo orang kaya Anda tidak tersinggung alias urat sensi-nya udah putus total,
bukan berarti lalu kalo ada yang tersinggung bukan fakta. Bahwa ada yang
tersinggung, itu juga fakta, Pak. Mosok gini aja Anda gak ngerti sih? Katanya
pengusaha, yang prihatin mutu dan mau pake sertifikasi
Hi hi hi, Pak Haniwar, awas lho! Saya 'siratin' pakai air comberan (ini di
kampung saya artinya 'cipratin'). Nah, kayanya di sini korsletnya. Ternyata Pak
Haniwar gak peduli soal sirat-menyirat, dan gak mau tahu. Inilah yang disebut
dengan urat sensi putus, Pak. Kalo Anda bilang masalah utama
Nah, ini dia yang ditunggu-tunggu. Jadi, Pak Haniwar, kalo ada yang
tersinggung, dan jumlahnya pun jauh lebih banyak dari 1 Rupiah, eh maaf...1
orang, maka sekali lagi ya, saya eja pelan-pelan nih, b-e-r-a-r-t-i a-d-a
y-a-n-g s-a-l-a-h a-m-a i-k-l-a-n i-n-i. Jadi, Pak, tul kan bahwa
Mungkin Pak Haniwar berminat langganan? Liat daftar di bawah tentang pelbagai
topik yang pernah diangakt Jurnal Perempuan, termasuk topik favoritnya Pak
Haniwar, KEMISKINAN.
manneke
Joko Sulistyo [EMAIL PROTECTED] wrote:
Jurnal Perempuan Edisi 54
�Merayakan Keberagaman�
Posisi
Para aktivis gender itu, Pak, kalo ngucap kata gender di dalam benaknya bukan
cuma muncul gambar kelamin perempuan dan laki doang. Boleh tanya ke mereka yang
studi gender, bahwa setiap kali gender dibicarakan, kata ini selalu bersifat
multidimensional. Gender tak pernah terpisahkan dari
Saya setuju dengan Pak Bambang. Pasti juga banyak orang lain yang merasa
terbantu oleh tarif murah XL. Jadi, ayo kita serukan sekali lagi: HIDUP XL!!
Tapi, Pak Bambang, yang dipersoalkan di sini hingga saat ini bukan apakah XL
ini setan atau bajingan sehingga harus dibenci dan diganyang.
Good point, Bung Anton. Ketika anak-anak para mantan TNI dan PKI aja sudah
saling melakukan rekonsisilasi dan bisa duduk bareng dengan rileks untuk bicara
tentang masa lalu, kok masih banyak orang yang gak punya urusan langsung sama
persitiwa 30 september 1965 masih semangat mengobarkan
Wilayah yang selalu kelabu dalam poligami ini adalah bagian yang berbunyi
asalkan istri mengijinkan. Bagaimana perangkat hukum hendak menyentuh faktor
yang amat subjektif ini? Bagaimana cara menjamin bahwa izin ini diberikan tanpa
tekanan dan dengan penuh kesadaran oleh istri pertama? Perempuan
Ooooh, sekarang argumennya bergeser ke abis-abisin waktu buat meributkan isu
gender? Jadi, sudah bukan lagi soal apakah iklan Pro XL melecehkan perempuan?
Betul-betul trade-marknya si andi: lompat dari satu isu ke isu lain. Antara
abis waktu dan citraan iklan itu bedanya jah banget lho,
Lagi-lagi si andi ini menunjukkan betapa miskin kemampuannya memahami suatu
diskusi. Lha yang mau menyimpulkan isi kepala orang itu sopo lho? Isi kepalamu
milikmu sendiri, dan aku gak mau repot-repot mengudek-udeknya. Teratrik aja
nggak kok.
Semua responsi, kesimpulan, pernyataan yang
Juga namaku: manneke budiman -- UBC Kanada
Makasih.
[EMAIL PROTECTED] wrote:
Tolong masukin namaku: Rima Purnama Salim (Komnas HAM)
Tx
Tolong masukin namaku : Marwan Azis (Green Press),
Jln. D. No 11 Giya Wartawan Cipinang Muara Jakarta Timur
Salam
Marwan Azis
Luluk
Gimana kalo kita mulia dengan pantun Malaysia berjudul Rasa Sayange? He he he.
Bung Andi, pertanyaan Anda pada awal reply Anda ini lucuu. Ada yang
berguna atau enggak, ya tanyalah pada diri sendiri. Kalo soal berbalas pantun,
dan saya ditanya mau atau enggak, ya mau aja sih. Wong saya
Bu Yuli tak usah ragu. Begitu kami-kami ini didudukkan di Perlemen, tinggal
masalah waktu sebelum kami pun berpartisipasi dalam bisnis makelar politik,
premanisme politik, politik uang, dsb, yang jadi kankernya DPR.
Kalo saya yang nggak pernah ngerasain pegang atau punya uang semilyar,
1 - 100 dari 2715 matches
Mail list logo