Formulasikan pendapat anda (Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN)
Wah, sayang email anda ilang nih Bung Blucer. Anda kok bisa menilai saya rasialis itu berdasarkan apa? * Apakah karena masalah tauke? * Ataukah karena saya menulis pendapat saya tentang perjuangan untuk mengurangi kesenjangan sosial dengan jalan memberi perlindungan kepada pengusaha bumiputra dan perluasan kesempatan pendidikan kepada bumiputra? Anda terlihat mencampur-adukan hal-hal di atas, lalu mengolahnya dengan asumsi anda sendiri. Sejak kapan perjuangan untuk bumiputra adalah salah satu bentuk diskriminasi? Anda berusaha memaksakan pendapat anda kepada saya bahwa pendapat saya tidak betul dan menggolongkannya sebagai bentuk diskriminasi (yg negatif), atau meminjam istilah keren dari Bung Moko mempunyai 'racist's remark'. Anda juga memaksakan kehendak anda agar saya introspeksi tanpa alasan yang jelas. Silakan dong diserang bahwa usaha penghilangan kesenjangan sosial dapat dilakukan tanpa prioritas kesempatan kepada bumiputra, bukan dengan mencap si punya pendapat sebagai racist atau apapun juga. Silakan ulas posting Bung Rasyad yang jelas-jelas ilmiah, dan jelas-jelas untuk point (1) eh, point (3) berseberangan dengan pendapat saya itu. Bukannya ngotot nggak karuan lalu hantam sana hantam sini. Bila anda tidak punya argumen yang tepat ya silakan anda yang mawas diri dan belajar bagaimana mesti menjawab pendapat saya, tanpa berusaha menjudge apakah si pemilik pendapat seorang racist atau bukan. Itu kalau anda mau dan mampu. Bukan cuman berlindung di balik perlambang anti-diskriminasi lalu menjadikannya sebagai senjata kepada setiap orang yang tidak sependapat. Tentang bagaimana Bung Moko yang tidak sabar, itu hak Bung Moko. Sejumlah berapapun orang yang menilai saya sebagai racist berdasarkan pendapat saya, berarti sejumlah itu pula yang belum memahami bagaimana menghargai pendapat orang lain. Bila judgement yang dilakukan oleh sejumlah rekan berdasarkan ucapan 'tauke' (point 1 di atas), silakan juga dilihat jumlah rekan yang memosting pendapat yang sebaliknya. Bung Blucer, saya sih sudah tidak pada level pemosting 'panasan' Perjalanan waktu yg saya tempuh dalam berdiskusi di milis ini mengajari saya untuk sabar. Tentu saja letupan-letupan masih ada, tetapi jelas sudah jauh di bawah jumlah letupan anda tho Saya masih menganggap reply-reply anda sebagai bagian dari adu argumentasi, dan ternyata anda sudah memakainya sebagai persoalan ego. Ini yang repot Nah, silakan kalau anda sanggup memberikan pandangan anda bagaimana mengurangi kesenjangan sosial, atau apapun faktor-faktor yang paling penting untuk memperbaiki perekonomian sekaligus kondisi sosial di Indonesia yang compang-camping. Tentu saja tanpa perlu menjudge si empu pendapat. Bila anda masih tidak mampu memilah hal ini, berarti anda juga belum mampu hidup berdemokrasi dengan baik. Lalu bagaimana pula anda akan men-judge sekelompok orang yang mempunyai pandangan untuk mengangkat nasib buruh seperti aliran komunis? Juga pandangan sosialis, pandangan marhaen? (belum saya sebutkan yg punya paham militerism). Mereka jelas mempunyai pandangan yang jauh lebih ekstrim dari saya yang hanya ingin pemberian prioritas temporer pada suatu kelompok tertentu karena kelemahan mereka. Anda kan punya pendapat bahwa free competition perlu dilakukan tanpa melihat apapun. Nurut saya, ini dapat diidentifikasikan sebagai pandangan yang condong ke paham liberalism atau capitalism (sebetulnya saya ingin menuliskan sebagai capitalism ekstrim). Nggak tahu juga kalau anda tidak bisa mengidentifikasikan pandangan anda sendiri. (Sorry.). Nah, dengan resmi saya tantang anda untuk menformulasikan pandangan anda. Bila anda tidak mampu silakan anda yang mawas diri. Selama ini anda cuma mutar-mutar di hal-hal yang bersifat sangat umum dan tidak terpola sama sekali. Setelah ndak sabar lalu sibuk cari celah untuk memojokkan orangkepriben. Buat Bung Rasyad. Saya juga mengikuti milis ekonomi-indonesia yang anda asuh. Sayang buat saya terlalu terfokus, sehingga meminjam istilah AR, bajunya terlalu sesak buat saya (ndak bisa diskusi panas..hehe). Makanya saya lebih senang memonitor. Buat rekan-rekan yang lain yang tertarik dengan perekonomian, mungkin milis yang diasuh Bung Rasyad dapat memenuhi harapan. Dulu sangat ramai, karena alasan teknis, sempat ditutup, dan baru beberapa waktu yg lalu Bung Rasyad membukanya kembali. Nah, Bung Rasyad. Saya tidak yakin anda membaca pendapat saya yang memang tidak terstruktur. Namun demikian, intinya saya berlawanan pendapat dengan anda pada point 3 (?) yaitu free capitalism. Banyak negara-negara yang mengadopsi paham ini malah jatuh tersungkur. Mungkin anda dapat menajamkan pendapat anda tersebut? Oya, tolong posting anda diberi subjek baru / judul baru, jangan pakai header ini Terus terang, kalaupun anda mereply, saya tidak akan mereply kembali supaya tidak ada kisruh-kisruh hasil rembesan masalah sebelumnya. Mungkin rekan yg lain saja yg mendiskusikan. Thanks -- Salam, Jaya -- I
Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN
Wahditinggal tidur kok banyak banget emailnya. Yak, Helson sudah muncul. Seperti biasa kemunculannya ya seperti ini. Sudah jadi ciri deh. Menunggu sampai beberapa lama untuk membuat matang suasana lalu mulai deh gosok sana gosok sini. Ciri khasnya langsung menohok ke orang langsung. Dan seperti biasa pula zero opinion. Nah, mau diterusin nih urusan lamanya? Mumpung lagi libur nih. ' Helson Siagian wrote: Kalau yang ini sih...antara kelompok yang TIDAK SOK pinter dengan yang ... nggak tau deh... Helson SIAGIAN --- http://gwu.edu/~siagian --- On Wed, 12 May 1999, Dodo D. wrote: ikutan Ah... juga Pada saat2 dinamika diskusi berada pada point seperti ini, saya jadi membayangkan, gimana seandainya hal ini terjadi pada diskusi secara langsung (face to face). Berantem kali ye..?? Makanya...ya nggak terlalu surprising lah kalau antara pendatang madura dengan penduduk asli melayu tawuran di Sambas, lha wong latar pendidikanya sebagian besar masih ala kadarnya kok... --- Helson Siagian [EMAIL PROTECTED] wrote: Ah... Helson SIAGIAN --- http://gwu.edu/~siagian --- On Wed, 12 May 1999, Blucer Rajagukguk wrote: he...he...he.., memang sedikit yang tahan banting kayak eyang troy :) Lagian istilah eyang troy buatan siapa sich, kok bukannya cucu troy, gitu. Andrew G Pattiwael wrote: ketidak tahuan? mungkin. tapi saya melihat perilaku anda, malah menunjukan kesok tahuan itu lho... Lantas apaan nih memakai-makai nama norwich segalasaya rasa nga ada hubungannya seperti yang sudah saya bilang, sepertinya memang susah diskusi antar tingkat yang lebih tinggi dan tingkatan yang agak rendah seperti saya ini. Andrew On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote: Saya tidak melihat bahwa tauke bukan istilah positif. Anda tahu artinya tidak sih? Malah lebih positif daripada engkong. Istilah engkong sering digunakan untuk meledek. Misal 'engkong lu'. Tidak demikian dengan istilah tauke. Artinya ya selalu positif. Saya tidak mau berpanjang lebar dengan urusan tauke ini. Tapi terus terang saya prihatin, karena ini sekaligus mengindikasikan ketakutan yg berlebihan untuk menyinggung perasaan ras lain yg lebih didasari oleh ketidaktahuan. Ini sekaligus menunjukkan kurangnya interaksi (dan asimilasi) sehingga malah menimbulkan kebingungan dan kesalahtingkahan yang sebetulnya tidak perlu ada. Bila anda memahami dan menggunakan istilah ini dalam keseharian, terutama dalam berinteraksi dg kalangan WNI Keturunan, maka anda tidak akan menulis posting ini. Bagaimana kalo anda cari tahu dg teman anda di Norwich? Sudah terlalu buanyak posting saya hari ini, maaf kalo tidak direply lebih lanjut. ' Andrew G Pattiwael wrote: Memang larangan untuk memakai bahasa mandarin sudah dihapus, namun penggunaanya tetap umum kan, termasuk yang menyinggung itu. Kan yang dilarang hanya penggunaan untuk digunakan sebagai Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan. Istilah yang anda pakai itu bukan istilah yang positif, jadi harap dimengerti untuk tidak digunakan. Kalau misalnya anda mengunakan istilah 'engkong' mungkin masih bisa diterima, karena memang orang tua dipanggil dengan sebutan itu, bahkan suku betawi pun kalau tidak salah juga memakai istilah yang sama. Ini bukan me-refer kearah masalah rasial, namun ini adalah semacam pelurusan kearah yang lebih berpendidikan dan hidup bertenggang rasa. Andrew Pattiwael On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote: Okay deh, tidak akan dipake lagi. Sebagai info, Bung Patrick kan bukan orang WNI keturunan cina. Jadi ya ndak ada urusan merefer ke masalah ras. Kalo dulu sih dengan teman-teman baik yg chinese maupun yg bukan, dibilang tauke adalah kehormatan. Kehormatan untuk mentraktirhehe... Tidak tahu bila sekarang arti dari 'tauke' sudah bergeser. Lha wong larangan memakai bahasa mandarin sudah dihapus kok kita malah nggak boleh pake istilah-istilahnya lho. Kalo gitu Bung Blucer mulai sekarang nggak boleh panggil mas lagi deh... '-- Andrew G Pattiwael wrote: Bung Brawi, tetap yang namanya panggilan seperti itu masih terasa 'menyindir' orang lain atau lebih tepatnya 'hinaan' yang diasosiasikan kepada kepada golongan keturunan. Tidak semuanya keturunan itu tauke kan? atau tidak semua
Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN (fwd)
On Wed, 12 May 1999, Blucer Rajagukguk wrote: Jaya ini hobinya ngeles, 'tauke' sama 'mas' kok disamain. Merasa pengalaman, tahu segala macam, tidak rasialis, paling demokrasi, eh...eh...faktanya ribut terus sama netters, walaupun tentu ada beberapa fansnya :). Ini pepatah lama untuk kita semua, terutama untuk.guehe..he..: Semut dipelupuk mata orang lain terlihat, sedangkan belek segede jempol dimata sendiri tidak terasa. FNU Brawijaya wrote: Okay deh, tidak akan dipake lagi. Sebagai info, Bung Patrick kan bukan orang WNI keturunan cina. Jadi ya ndak ada urusan merefer ke masalah ras. Kalo dulu sih dengan teman-teman baik yg chinese maupun yg bukan, dibilang tauke adalah kehormatan. Kehormatan untuk mentraktirhehe... Tidak tahu bila sekarang arti dari 'tauke' sudah bergeser. Lha wong larangan memakai bahasa mandarin sudah dihapus kok kita malah nggak boleh pake istilah-istilahnya lho. Kalo gitu Bung Blucer mulai sekarang nggak boleh panggil mas lagi deh... '-- Andrew G Pattiwael wrote: Bung Brawi, tetap yang namanya panggilan seperti itu masih terasa 'menyindir' orang lain atau lebih tepatnya 'hinaan' yang diasosiasikan kepada kepada golongan keturunan. Tidak semuanya keturunan itu tauke kan? atau tidak semua pedagang itu keturunan kan...Makanya tolong janganlah membawa-bawa istilah yang kadang kedengarannya tidak mengenakkan seperti itu. Anda sendiri saya panggil (walau tidak sengaja) dengan panggilan 'cung' sudah tersinggung (saya maklum, karena anda kan graduate student, sedangkan saya ini apalah, undergrad aja masih separo). Saya rasa panggilan 'kacung' dan 'tauke' sama sama tidak mengenakkan. Don't take any offense bung, hanya mengingatkan kok. Andrew Pattiwael -- Salam, Jaya -- I disapprove of what you say, but I will defend to death your right to say it. - Voltaire \\\|/// \\ - - // ( @ @ ) oOOo-(_)-oOOo--- FNU Brawijaya Dept of Civil Engineering Rensselaer Polytechnic Institute mailto:[EMAIL PROTECTED] Oooo oooO ( ) ( ) ) / \ ( (_/ \_)
Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN
Ya jelas mesti ngeles dong. Kalo punya argumen apa salahnya. Lho yang begituan itu digolongkan sebagai ribut tho? Baru tahu.. Pengalaman ane ada cuman sedikit, tapi kalau merasa paling pengalaman tentu tidak lah... Jadi ente nggak perlu minder gitu dong. Kalau mau nerusin polemik kita ya monggo dong. Tapi kalau mau ngikut dg gaya Helson ya kita terima saja. Susah amat Okay kalau mau diulang lagi ribut beberapa bulan yg lalu juga boleh. Marimaritoh ingredient-nya kan sama yaitu: - Helson Siagian: pentolan tanpa opini sejak 1918 (saingannya Ny Meneer). - Vincent Sitinjak: cuman komentar dikit-dikit biasanya, nggak tahu kalo lewat japri. - Blucer Rajagukguk: kelihatannya bawa azas opini vs opini, tapi kalo Helson muncul baru kelihatan kalo belum lepas dari gaya versi Helson tadi... Nah, Helson mengklaim ada 10 orang, muncul dong ke permukaan Kita pengen tahu deh Yak, babak baru kita mulai. Nah, gimana nih Helson, katanya ada yg punya usul dg "cara"-nya itu? '-- Blucer Rajagukguk wrote: Jaya ini hobinya ngeles, 'tauke' sama 'mas' kok disamain. Merasa pengalaman, tahu segala macam, tidak rasialis, paling demokrasi, eh...eh...faktanya ribut terus sama netters, walaupun tentu ada beberapa fansnya :). Ini pepatah lama untuk kita semua, terutama untuk.guehe..he..: Semut dipelupuk mata orang lain terlihat, sedangkan belek segede jempol dimata sendiri tidak terasa. -- Salam, Jaya -- I disapprove of what you say, but I will defend to death your right to say it. - Voltaire \\\|/// \\ - - // ( @ @ ) oOOo-(_)-oOOo--- FNU Brawijaya Dept of Civil Engineering Rensselaer Polytechnic Institute mailto:[EMAIL PROTECTED] Oooo oooO ( ) ( ) ) / \ ( (_/ \_)
Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN
Cer: Masa belek tidak terasa? Belek itu asin rasanya. Rgds, Alex
Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN
At 4:41 PM 5/13/1999, FNU Brawijaya wrote: |Okay mengenai pemakaian tauke dengan mas. Sebetulnya istilah apa saja |kalo dipake secara nggak bener juga akan nggak bener. Sebaliknya kalo |mau diplesetkan untuk diartikan salah juga akan salah, bagaimanapun |kita mau bikin bener. | |Kayak 'tauke', ini istilah yg digunakan sehari-hari, ... Betul sekali, seperti halnya kata apapun, "tauke" atau "cina", atau kata apa saja itu memang netral. Baru setelah mendapatkan intonasi (dalam bahasa ucap) atau dalam *konteks* tertentu (kalimat, situasi, dsb.) maka kata yang sebetulnya "netral" tersebut bisa menjadi derogatory (pelecehan), rasis, dsb. Kalau kita simak awal mula thread ini ... At 11:59 AM 5/11/1999, FNU Brawijaya wrote: |Lha KAMU belum jadi tauke lagunya sudah kayak |Donald Trump. Bisa bayar 3-20 juta mestinya kan |bisa bayarin tiket buat keluarga untuk keluar dari |Indonesia. Tauke kayak KAMU ini yang biasanya |jadi sasaran pertama tiap ada kerusuhan. Siapapun yang sedikit rasional dan mngerti situasi rasial di Indonesia mengerti apa maksud kalimat diatas, siapa yang dituju. The above phrase DOES send a clear message ... and the word is no longer neutral! It is a racist's remark. Moko/
Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN
Mas Moko tulis: At 11:59 AM 5/11/1999, FNU Brawijaya wrote: |Lha KAMU belum jadi tauke lagunya sudah kayak |Donald Trump. Bisa bayar 3-20 juta mestinya kan |bisa bayarin tiket buat keluarga untuk keluar dari |Indonesia. Tauke kayak KAMU ini yang biasanya |jadi sasaran pertama tiap ada kerusuhan. Siapapun yang sedikit rasional dan mngerti situasi rasial di Indonesia mengerti apa maksud kalimat diatas, siapa yang dituju. The above phrase DOES send a clear message ... and the word is no longer neutral! It is a racist's remark. he..he..koq saya jadi binun sekarang... kalo "tauke" dikutipan diatas ditujukan ke orang cina, mungkin aja "it is a racist's remark". tapi "tauke" dikutipan diatas khan ditujukan ke orang batak (Patrick Simanjuntak), apa ini juga masuk dalem kategori "a racist's remark"? Tapi dari awal juga saya nangkepnya maksudnya Mas Jaya tuh si Patrick wong belon jadi boss koq lagunya dah kayak Donald Trump. "Tauke kayak KAMU" tuh khan maksudnya "orang-orang kaya kayak KAMU". "Orang-orang kaya kayak KAMU" tuh khan maksudnya orang-orang kaya yang kerna banyak duit terus cabut dari Indonesia. Orang-orang kaya yang seperti ini khan tidak otomatis harus orang cina. Jadi "racist's remark"nya dimana? Terus abis gitu, yang dikatain sama Mas Jaya khan orang batak, kalopun yang dikatain orang cina, koq yang pusing Andrew? Andrew khan neither batak nor cina. Emang di AKABRI diajarin supaya suka ngatur-ngatur orang laen, mangkanya ABRI sukanya ngatur orang laen. Saya baru tau kalo ternyata di Norwich juga diajarin yang sama dengan di AKABRI. Salam, Vincent Sitindjak Norman, OK
Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN
Bung Moko yang ahli kata-kata aneh macam twisted truth dan sekarang menunjukkan istilah baru yaitu derogatory, kalaupun anda menterjemahkan sebagai racist's remark atau water mark juga terserah anda. Seperti saya bisa menterjemahkan penggunaan istilah anda yang aneh-aneh sebagai show off atau memang dirasa perlu digunakan (temtu saya nggak akan melihatnya sbg show off - lah, malah bagus buat saya). Nah, monggo lah Wong demokrasi lama-lama dituruti kok capek... Dari pada ikutan mojok-mojokin orang mbok ya urun rembug gitu soal pembangunan gitu. Mau pake istilah aneh juga boleh lah Saya mau dipojokin juga ndak apa-apa. Ane tetap ada di sini. Anda nggak akan dapat manfaat lain kecuali tambahan sliweran posting yang ndak jelas. Lha wong saya juga udah bilang waktu mereply ke Bung Andrew kalau nggak akan pakai lagi. Itu kan sudah menunjukkan kalau ane mengalah walaupun agak masgul kok dibilang salah. Weleh...weleh tobat-tobat. Gini ini yang bikin orang males bikin posting pada takut salah ucap. Korban yg sudah dipojokin lalu diam sudah banyak Tapi kalau ane sih kebal...hehe. ' Moko Darjatmoko wrote: At 4:41 PM 5/13/1999, FNU Brawijaya wrote: |Okay mengenai pemakaian tauke dengan mas. Sebetulnya istilah apa saja |kalo dipake secara nggak bener juga akan nggak bener. Sebaliknya kalo |mau diplesetkan untuk diartikan salah juga akan salah, bagaimanapun |kita mau bikin bener. | |Kayak 'tauke', ini istilah yg digunakan sehari-hari, ... Betul sekali, seperti halnya kata apapun, "tauke" atau "cina", atau kata apa saja itu memang netral. Baru setelah mendapatkan intonasi (dalam bahasa ucap) atau dalam *konteks* tertentu (kalimat, situasi, dsb.) maka kata yang sebetulnya "netral" tersebut bisa menjadi derogatory (pelecehan), rasis, dsb. Kalau kita simak awal mula thread ini ... At 11:59 AM 5/11/1999, FNU Brawijaya wrote: |Lha KAMU belum jadi tauke lagunya sudah kayak |Donald Trump. Bisa bayar 3-20 juta mestinya kan |bisa bayarin tiket buat keluarga untuk keluar dari |Indonesia. Tauke kayak KAMU ini yang biasanya |jadi sasaran pertama tiap ada kerusuhan. Siapapun yang sedikit rasional dan mngerti situasi rasial di Indonesia mengerti apa maksud kalimat diatas, siapa yang dituju. The above phrase DOES send a clear message ... and the word is no longer neutral! It is a racist's remark. Moko/ -- Salam, Jaya -- I disapprove of what you say, but I will defend to death your right to say it. - Voltaire \\\|/// \\ - - // ( @ @ ) oOOo-(_)-oOOo--- FNU Brawijaya Dept of Civil Engineering Rensselaer Polytechnic Institute mailto:[EMAIL PROTECTED] Oooo oooO ( ) ( ) ) / \ ( (_/ \_)
Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN
Yang diomonmgin ini siapa sih... Patrick...? Patrick is Patrick alias Bonniku alian CD Baloon -- sang penjual CD bajakan -- kebetulan nenek moyangnya berasal dari sumut gitu... kd. --- Moko Darjatmoko [EMAIL PROTECTED] wrote: At 4:41 PM 5/13/1999, FNU Brawijaya wrote: |Okay mengenai pemakaian tauke dengan mas. Sebetulnya istilah apa saja |kalo dipake secara nggak bener juga akan nggak bener. Sebaliknya kalo |mau diplesetkan untuk diartikan salah juga akan salah, bagaimanapun |kita mau bikin bener. | |Kayak 'tauke', ini istilah yg digunakan sehari-hari, ... Betul sekali, seperti halnya kata apapun, "tauke" atau "cina", atau kata apa saja itu memang netral. Baru setelah mendapatkan intonasi (dalam bahasa ucap) atau dalam *konteks* tertentu (kalimat, situasi, dsb.) maka kata yang sebetulnya "netral" tersebut bisa menjadi derogatory (pelecehan), rasis, dsb. Kalau kita simak awal mula thread ini ... At 11:59 AM 5/11/1999, FNU Brawijaya wrote: |Lha KAMU belum jadi tauke lagunya sudah kayak |Donald Trump. Bisa bayar 3-20 juta mestinya kan |bisa bayarin tiket buat keluarga untuk keluar dari |Indonesia. Tauke kayak KAMU ini yang biasanya |jadi sasaran pertama tiap ada kerusuhan. Siapapun yang sedikit rasional dan mngerti situasi rasial di Indonesia mengerti apa maksud kalimat diatas, siapa yang dituju. The above phrase DOES send a clear message ... and the word is no longer neutral! It is a racist's remark. Moko/ _ Do You Yahoo!? Free instant messaging and more at http://messenger.yahoo.com
Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN
Sorry, topiknya tetep tapi isinya beda. Mas Vincent, saya terima postingnya kok tertanggal 11/3/98. Apa di OK memang masih tanggal itu sekarang? Salam, Budi Vincent Sitindjak wrote: Mas Moko tulis: At 11:59 AM 5/11/1999, FNU Brawijaya wrote: |Lha KAMU belum jadi tauke lagunya sudah kayak |Donald Trump. Bisa bayar 3-20 juta mestinya kan |bisa bayarin tiket buat keluarga untuk keluar dari |Indonesia. Tauke kayak KAMU ini yang biasanya |jadi sasaran pertama tiap ada kerusuhan. Siapapun yang sedikit rasional dan mngerti situasi rasial di Indonesia mengerti apa maksud kalimat diatas, siapa yang dituju. The above phrase DOES send a clear message ... and the word is no longer neutral! It is a racist's remark. he..he..koq saya jadi binun sekarang... kalo "tauke" dikutipan diatas ditujukan ke orang cina, mungkin aja "it is a racist's remark". tapi "tauke" dikutipan diatas khan ditujukan ke orang batak (Patrick Simanjuntak), apa ini juga masuk dalem kategori "a racist's remark"? Tapi dari awal juga saya nangkepnya maksudnya Mas Jaya tuh si Patrick wong belon jadi boss koq lagunya dah kayak Donald Trump. "Tauke kayak KAMU" tuh khan maksudnya "orang-orang kaya kayak KAMU". "Orang-orang kaya kayak KAMU" tuh khan maksudnya orang-orang kaya yang kerna banyak duit terus cabut dari Indonesia. Orang-orang kaya yang seperti ini khan tidak otomatis harus orang cina. Jadi "racist's remark"nya dimana? Terus abis gitu, yang dikatain sama Mas Jaya khan orang batak, kalopun yang dikatain orang cina, koq yang pusing Andrew? Andrew khan neither batak nor cina. Emang di AKABRI diajarin supaya suka ngatur-ngatur orang laen, mangkanya ABRI sukanya ngatur orang laen. Saya baru tau kalo ternyata di Norwich juga diajarin yang sama dengan di AKABRI. Salam, Vincent Sitindjak Norman, OK
Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN
he..he..he... saya lagi ditengah nggambar menggunakan software trial version yang tanggalnya dah lewat, jadinya tanggal di CMOS saya mundurin. Maklum dehh, berhubung bukan tauke, engga mampu beli softwarenya yang $2500 itu. Salam, Vincent Sitindjak Norman, OK - Original Message - From: Budi Haryanto [EMAIL PROTECTED] Sorry, topiknya tetep tapi isinya beda. Mas Vincent, saya terima postingnya kok tertanggal 11/3/98. Apa di OK memang masih tanggal itu sekarang? Salam, Budi
Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN
ha ...ha hik...hik... KT On Thu, 13 May 1999, Alexander Lumbantobing wrote: Cer: Masa belek tidak terasa? Belek itu asin rasanya. Rgds, Alex
Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN
There you go, racist, racist, kulit putihnya ada nggak? kan semuanya brown kekuning-kuningan... apa bedanya kita orang Indonesia? salam, ida At 4:41 PM 5/13/1999, FNU Brawijaya wrote: |Okay mengenai pemakaian tauke dengan mas. Sebetulnya istilah apa saja |kalo dipake secara nggak bener juga akan nggak bener. Sebaliknya kalo |mau diplesetkan untuk diartikan salah juga akan salah, bagaimanapun |kita mau bikin bener. | |Kayak 'tauke', ini istilah yg digunakan sehari-hari, ... Betul sekali, seperti halnya kata apapun, "tauke" atau "cina", atau kata apa saja itu memang netral. Baru setelah mendapatkan intonasi (dalam bahasa ucap) atau dalam *konteks* tertentu (kalimat, situasi, dsb.) maka kata yang sebetulnya "netral" tersebut bisa menjadi derogatory (pelecehan), rasis, dsb. Kalau kita simak awal mula thread ini ... At 11:59 AM 5/11/1999, FNU Brawijaya wrote: |Lha KAMU belum jadi tauke lagunya sudah kayak |Donald Trump. Bisa bayar 3-20 juta mestinya kan |bisa bayarin tiket buat keluarga untuk keluar dari |Indonesia. Tauke kayak KAMU ini yang biasanya |jadi sasaran pertama tiap ada kerusuhan. Siapapun yang sedikit rasional dan mngerti situasi rasial di Indonesia mengerti apa maksud kalimat diatas, siapa yang dituju. The above phrase DOES send a clear message ... and the word is no longer neutral! It is a racist's remark. Moko/ __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com
Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN
Salam kenal bung Moko. Saya setuju dengan pendapat anda. Helson SIAGIAN --- http://gwu.edu/~siagian --- On Thu, 13 May 1999, Moko Darjatmoko wrote: At 4:41 PM 5/13/1999, FNU Brawijaya wrote: |Okay mengenai pemakaian tauke dengan mas. Sebetulnya istilah apa saja |kalo dipake secara nggak bener juga akan nggak bener. Sebaliknya kalo |mau diplesetkan untuk diartikan salah juga akan salah, bagaimanapun |kita mau bikin bener. | |Kayak 'tauke', ini istilah yg digunakan sehari-hari, ... Betul sekali, seperti halnya kata apapun, "tauke" atau "cina", atau kata apa saja itu memang netral. Baru setelah mendapatkan intonasi (dalam bahasa ucap) atau dalam *konteks* tertentu (kalimat, situasi, dsb.) maka kata yang sebetulnya "netral" tersebut bisa menjadi derogatory (pelecehan), rasis, dsb. Kalau kita simak awal mula thread ini ... At 11:59 AM 5/11/1999, FNU Brawijaya wrote: |Lha KAMU belum jadi tauke lagunya sudah kayak |Donald Trump. Bisa bayar 3-20 juta mestinya kan |bisa bayarin tiket buat keluarga untuk keluar dari |Indonesia. Tauke kayak KAMU ini yang biasanya |jadi sasaran pertama tiap ada kerusuhan. Siapapun yang sedikit rasional dan mngerti situasi rasial di Indonesia mengerti apa maksud kalimat diatas, siapa yang dituju. The above phrase DOES send a clear message ... and the word is no longer neutral! It is a racist's remark. Moko/
Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN
Kalau saya sich jelas memihak yang enggak rasialis :) Selama masih mencintai negara ini, suku apapun, ras apapun, tidak berhak untuk dihina. Hanya yang arogan saja, merasa suku ataupun kelompok lain lebih rendah dari suku atau kelompoknya. Hendro Susiyanto wrote: Saya tidak bermaksud memihak ke salah satu dari anda berdua tapi kan tidak selayaknya anda membawa-bawa RAS untuk memaki orang lain...yang tauke lah yang apa lah. Masalah Tionghoa adalah masalah kebangsaan. Tidak cukup mereka diberi label bahwa mereka adalah bagian dari warga negara indonesia dan beberapa kursi di DPR tapi yang lebih penting adalah pengakuan bahwa mereka adalah sama dengan saudara-saudaranya yang lain dari jawa, aceh, ambon yang juga turut menentukan arah perjalanan bangsa ini. Wassalam. On Tue, 11 May 1999 11:59:19 -0400, FNU Brawijaya wrote: Lha KAMU belum jadi tauke lagunya sudah kayak Donald Trump. Bisa bayar 3-20 juta mestinya kan bisa bayarin tiket buat keluarga untuk keluar dari Indonesia. Tauke kayak KAMU ini yang biasanya jadi sasaran pertama tiap ada kerusuhan. Patrick wrote: Computer Programmer lulusan Luar Negeri atau-kah lulusan Dalam Negeri Indonesia tidak masalah. Kamu bisu atau-kah tuli ... no problem. Yang penting, kamu mahir dalam computer programming, dan bersedia menerima dan menyelesaikan semua tugas-tugas yang kami berikan ke anda. Tapi saya juga hanya mau bertemu dengan orang yang berwawasan luas. Singkat kata, saya benci orang-orang yang berhaluan sempit (contoh: orang-orang rasialis). Lain dari situ . tawaran saya adalah Rp 3 Juta s/d Rp 20 Juta per bulan sebagai gaji anda bekerja di Jakarta, Indonesia. Dan sebagai pegawai saya kelak, anda harus bersedia kemungkinan sering dikirim ke Indonesia, USA, Malaysia, dan juga Pakistan. Semua biaya perjalanan akan kami tanggung. Sekarang ini, kami sudah punya cabang di Pakistan. Dan baru-baru ini kami baru buka cabang di New York City, NY USA. Dan sekarang-pun kami sedang menjajaki opportunities membuka bisnis di Kuala Lumpur, Malaysia. Secara bersamaan, kami pun ingin membuka opportunities memdirikan bisnis di Jakarta, Indonesia. Thanks. -- Patrick ([EMAIL PROTECTED]) Blacksburg, Virginia USA Luthfi Fauzie wrote: Mana Japrinya koq , tidak disebutkan nama doang "Patrick" Boo Yang dicari lulusan Luar atau made in Lokal -Original Message- From: Patrick [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Date: Tuesday, May 11, 1999 9:28 PM Subject: LOWONGAN KERJA: Computer Programmer Bagi yang masih dan/atau lagi cari kerja, silahkan hubungi saya via email jalur-pribadi. Saya adalah "contact person" anda bila menginginkan informasi lebih lanjut mengenai lowongan kerja ini. Thanks. -- Patrick - LOWONGAN KERJA: Computer Programmer Jumlah yang diperlukan masih belum ditentukan. Namun bila anda seorang Teknik Elektro (Electrical Engineering), dan/atau Informatika Nusantara (Computer Science), dan/atau Statistics, saya tertarik untuk berkomunikasi dengan anda. Gaji yang akan saya tawarkan tergantung dari kemampuan anda (antara Rp 3 Juta s/d Rp 20Juta per bulan). Atau dalam US Dollar = US$300 s/d US$2000/bulan Lokasi kerja: Jakarta, Indonesia. dan kadang anda perlu kami kirim ke USA, Malaysia, dan/atau Pakistan. Terima Kasih, -- Patrick Blacksburg, VA Washington, DC New York City, NY -- Salam, Jaya -- I disapprove of what you say, but I will defend to death your right to say it. - Voltaire \\\|/// \\ - - // ( @ @ ) oOOo-(_)-oOOo--- FNU Brawijaya Dept of Civil Engineering Rensselaer Polytechnic Institute mailto:[EMAIL PROTECTED] Oooo oooO ( ) ( ) ) / \ ( (_/ \_) ___ Get your free, private email at http://mail.excite.com/
Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN
Si Patrick ini kan yang jualan CD bajakan, muncul dengan berbagai account. Ada yang pake nama Bonnyku@, ada CDBaloon@. dlsb. Malah kadang pake account yang mengesankan dia berada di negara lain (sempet pake extension untuk Austria deh). Padahal dianya berdomisili di Virginia Tech, itu juga kalo bener. Tapi beliau ini saya denger sering berkeliaran ke DC dan NYC juga. Dari satu sisi memang dia berasal dari keluarga kuaya lah, tapi paling sering komplain mau ngeluarin keluarganya dari Indonesia. Email senada kan sering diposting sama Patrick. Mungkin sudah punya jadwal kali, tiap 6 bulan kali Kalo ada yang mau dipekerjakan sama Patrick yang jualan CD bajakan ya monggo saja. Saya kok nggak yakin Patrick mau bayar anda Rp3-20 juta, wong dianya masih menghalalkan jualan CD bajakan je Tidak tahu juga kalo beliaunya sudah berubah. Silakan check aja dulu. Istilah taukeh adalah istilah yang jamak dipake oleh masyarakat kita dan antar mereka sendiri juga memakainya. Tidak ada yang istimewa untuk diartikan sebagai bawa-bawa ras. Mungkin anda kurang sering bergaul dengan kalangan mereka sehingga mengira bahwa istilah 'tauke' diidentikkan dg ras. Banyak dari kita yg membuat diri sendiri tidak nyaman, misal dengan memberikan istilah tionghoa. Padahal di kalangan WNI keturunanan cina pun lebih banyak yg tidak menyukai penyebutan ini. Kalo bung blucer ini kan lagi demen dengan jargon anti-diskriminasi. Jadi saya ya maklum saja. '--- Blucer Rajagukguk wrote: Kalau saya sich jelas memihak yang enggak rasialis :) Selama masih mencintai negara ini, suku apapun, ras apapun, tidak berhak untuk dihina. Hanya yang arogan saja, merasa suku ataupun kelompok lain lebih rendah dari suku atau kelompoknya. Hendro Susiyanto wrote: Saya tidak bermaksud memihak ke salah satu dari anda berdua tapi kan tidak selayaknya anda membawa-bawa RAS untuk memaki orang lain...yang tauke lah yang apa lah. Masalah Tionghoa adalah masalah kebangsaan. Tidak cukup mereka diberi label bahwa mereka adalah bagian dari warga negara indonesia dan beberapa kursi di DPR tapi yang lebih penting adalah pengakuan bahwa mereka adalah sama dengan saudara-saudaranya yang lain dari jawa, aceh, ambon yang juga turut menentukan arah perjalanan bangsa ini. Wassalam. On Tue, 11 May 1999 11:59:19 -0400, FNU Brawijaya wrote: Lha KAMU belum jadi tauke lagunya sudah kayak Donald Trump. Bisa bayar 3-20 juta mestinya kan bisa bayarin tiket buat keluarga untuk keluar dari Indonesia. Tauke kayak KAMU ini yang biasanya jadi sasaran pertama tiap ada kerusuhan. Patrick wrote: Computer Programmer lulusan Luar Negeri atau-kah lulusan Dalam Negeri Indonesia tidak masalah. Kamu bisu atau-kah tuli ... no problem. Yang penting, kamu mahir dalam computer programming, dan bersedia menerima dan menyelesaikan semua tugas-tugas yang kami berikan ke anda. Tapi saya juga hanya mau bertemu dengan orang yang berwawasan luas. Singkat kata, saya benci orang-orang yang berhaluan sempit (contoh: orang-orang rasialis). Lain dari situ . tawaran saya adalah Rp 3 Juta s/d Rp 20 Juta per bulan sebagai gaji anda bekerja di Jakarta, Indonesia. Dan sebagai pegawai saya kelak, anda harus bersedia kemungkinan sering dikirim ke Indonesia, USA, Malaysia, dan juga Pakistan. Semua biaya perjalanan akan kami tanggung. Sekarang ini, kami sudah punya cabang di Pakistan. Dan baru-baru ini kami baru buka cabang di New York City, NY USA. Dan sekarang-pun kami sedang menjajaki opportunities membuka bisnis di Kuala Lumpur, Malaysia. Secara bersamaan, kami pun ingin membuka opportunities memdirikan bisnis di Jakarta, Indonesia. Thanks. -- Patrick ([EMAIL PROTECTED]) Blacksburg, Virginia USA Luthfi Fauzie wrote: Mana Japrinya koq , tidak disebutkan nama doang "Patrick" Boo Yang dicari lulusan Luar atau made in Lokal -Original Message- From: Patrick [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Date: Tuesday, May 11, 1999 9:28 PM Subject: LOWONGAN KERJA: Computer Programmer Bagi yang masih dan/atau lagi cari kerja, silahkan hubungi saya via email jalur-pribadi. Saya adalah "contact person" anda bila menginginkan informasi lebih lanjut mengenai lowongan kerja ini. Thanks. -- Patrick - LOWONGAN KERJA: Computer Programmer Jumlah yang diperlukan masih belum ditentukan. Namun bila anda seorang Teknik Elektro (Electrical Engineering), dan/atau Informatika Nusantara (Computer Science), dan/atau Statistics, saya tertarik untuk berkomunikasi dengan anda.
Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN
Anti-diskriminasi bukan jargon mas. Kalau mengolahragakan masyarakat, dan memasyarakatkan olahraga boleh-lah disebut jargon. Diskriminasi ini salah satu penyakit sosial. Di Indonesia benih penyakit ini sudah mewabah, sebentar lagi tinggal panenan. Silahkan saja kalau belum sadar sama penyakit ini, tapi saya terimakasih sekali jika ada kawan mau mengingat perkataan anak keroco seperti saya ini. Kalau kita tidak bersama-sama melawan diskriminasi, maka diskriminasi inilah yang akan menindas bangsa dan rakyat kita. salam anti-diskriminasi (bukan salam anti-dikirimi-nasi :)) blucer FNU Brawijaya wrote: Si Patrick ini kan yang jualan CD bajakan, muncul dengan berbagai account. Ada yang pake nama Bonnyku@, ada CDBaloon@. dlsb. Malah kadang pake account yang mengesankan dia berada di negara lain (sempet pake extension untuk Austria deh). Padahal dianya berdomisili di Virginia Tech, itu juga kalo bener. Tapi beliau ini saya denger sering berkeliaran ke DC dan NYC juga. Dari satu sisi memang dia berasal dari keluarga kuaya lah, tapi paling sering komplain mau ngeluarin keluarganya dari Indonesia. Email senada kan sering diposting sama Patrick. Mungkin sudah punya jadwal kali, tiap 6 bulan kali Kalo ada yang mau dipekerjakan sama Patrick yang jualan CD bajakan ya monggo saja. Saya kok nggak yakin Patrick mau bayar anda Rp3-20 juta, wong dianya masih menghalalkan jualan CD bajakan je Tidak tahu juga kalo beliaunya sudah berubah. Silakan check aja dulu. Istilah taukeh adalah istilah yang jamak dipake oleh masyarakat kita dan antar mereka sendiri juga memakainya. Tidak ada yang istimewa untuk diartikan sebagai bawa-bawa ras. Mungkin anda kurang sering bergaul dengan kalangan mereka sehingga mengira bahwa istilah 'tauke' diidentikkan dg ras. Banyak dari kita yg membuat diri sendiri tidak nyaman, misal dengan memberikan istilah tionghoa. Padahal di kalangan WNI keturunanan cina pun lebih banyak yg tidak menyukai penyebutan ini. Kalo bung blucer ini kan lagi demen dengan jargon anti-diskriminasi. Jadi saya ya maklum saja. '--- Blucer Rajagukguk wrote: Kalau saya sich jelas memihak yang enggak rasialis :) Selama masih mencintai negara ini, suku apapun, ras apapun, tidak berhak untuk dihina. Hanya yang arogan saja, merasa suku ataupun kelompok lain lebih rendah dari suku atau kelompoknya. Hendro Susiyanto wrote: Saya tidak bermaksud memihak ke salah satu dari anda berdua tapi kan tidak selayaknya anda membawa-bawa RAS untuk memaki orang lain...yang tauke lah yang apa lah. Masalah Tionghoa adalah masalah kebangsaan. Tidak cukup mereka diberi label bahwa mereka adalah bagian dari warga negara indonesia dan beberapa kursi di DPR tapi yang lebih penting adalah pengakuan bahwa mereka adalah sama dengan saudara-saudaranya yang lain dari jawa, aceh, ambon yang juga turut menentukan arah perjalanan bangsa ini. Wassalam. On Tue, 11 May 1999 11:59:19 -0400, FNU Brawijaya wrote: Lha KAMU belum jadi tauke lagunya sudah kayak Donald Trump. Bisa bayar 3-20 juta mestinya kan bisa bayarin tiket buat keluarga untuk keluar dari Indonesia. Tauke kayak KAMU ini yang biasanya jadi sasaran pertama tiap ada kerusuhan. Patrick wrote: Computer Programmer lulusan Luar Negeri atau-kah lulusan Dalam Negeri Indonesia tidak masalah. Kamu bisu atau-kah tuli ... no problem. Yang penting, kamu mahir dalam computer programming, dan bersedia menerima dan menyelesaikan semua tugas-tugas yang kami berikan ke anda. Tapi saya juga hanya mau bertemu dengan orang yang berwawasan luas. Singkat kata, saya benci orang-orang yang berhaluan sempit (contoh: orang-orang rasialis). Lain dari situ . tawaran saya adalah Rp 3 Juta s/d Rp 20 Juta per bulan sebagai gaji anda bekerja di Jakarta, Indonesia. Dan sebagai pegawai saya kelak, anda harus bersedia kemungkinan sering dikirim ke Indonesia, USA, Malaysia, dan juga Pakistan. Semua biaya perjalanan akan kami tanggung. Sekarang ini, kami sudah punya cabang di Pakistan. Dan baru-baru ini kami baru buka cabang di New York City, NY USA. Dan sekarang-pun kami sedang menjajaki opportunities membuka bisnis di Kuala Lumpur, Malaysia. Secara bersamaan, kami pun ingin membuka opportunities memdirikan bisnis di Jakarta, Indonesia. Thanks. -- Patrick ([EMAIL PROTECTED]) Blacksburg, Virginia USA Luthfi Fauzie wrote: Mana Japrinya koq , tidak disebutkan nama doang "Patrick" Boo Yang dicari lulusan Luar atau made in Lokal -Original Message- From: Patrick [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Date: Tuesday, May 11, 1999 9:28 PM
Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN
Bung Brawi, tetap yang namanya panggilan seperti itu masih terasa 'menyindir' orang lain atau lebih tepatnya 'hinaan' yang diasosiasikan kepada kepada golongan keturunan. Tidak semuanya keturunan itu tauke kan? atau tidak semua pedagang itu keturunan kan...Makanya tolong janganlah membawa-bawa istilah yang kadang kedengarannya tidak mengenakkan seperti itu. Anda sendiri saya panggil (walau tidak sengaja) dengan panggilan 'cung' sudah tersinggung (saya maklum, karena anda kan graduate student, sedangkan saya ini apalah, undergrad aja masih separo). Saya rasa panggilan 'kacung' dan 'tauke' sama sama tidak mengenakkan. Don't take any offense bung, hanya mengingatkan kok. Andrew Pattiwael On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote: Si Patrick ini kan yang jualan CD bajakan, muncul dengan berbagai account. Ada yang pake nama Bonnyku@, ada CDBaloon@. dlsb. Malah kadang pake account yang mengesankan dia berada di negara lain (sempet pake extension untuk Austria deh). Padahal dianya berdomisili di Virginia Tech, itu juga kalo bener. Tapi beliau ini saya denger sering berkeliaran ke DC dan NYC juga. Dari satu sisi memang dia berasal dari keluarga kuaya lah, tapi paling sering komplain mau ngeluarin keluarganya dari Indonesia. Email senada kan sering diposting sama Patrick. Mungkin sudah punya jadwal kali, tiap 6 bulan kali Kalo ada yang mau dipekerjakan sama Patrick yang jualan CD bajakan ya monggo saja. Saya kok nggak yakin Patrick mau bayar anda Rp3-20 juta, wong dianya masih menghalalkan jualan CD bajakan je Tidak tahu juga kalo beliaunya sudah berubah. Silakan check aja dulu. Istilah taukeh adalah istilah yang jamak dipake oleh masyarakat kita dan antar mereka sendiri juga memakainya. Tidak ada yang istimewa untuk diartikan sebagai bawa-bawa ras. Mungkin anda kurang sering bergaul dengan kalangan mereka sehingga mengira bahwa istilah 'tauke' diidentikkan dg ras. Banyak dari kita yg membuat diri sendiri tidak nyaman, misal dengan memberikan istilah tionghoa. Padahal di kalangan WNI keturunanan cina pun lebih banyak yg tidak menyukai penyebutan ini. Kalo bung blucer ini kan lagi demen dengan jargon anti-diskriminasi. Jadi saya ya maklum saja. '--- Blucer Rajagukguk wrote: Kalau saya sich jelas memihak yang enggak rasialis :) Selama masih mencintai negara ini, suku apapun, ras apapun, tidak berhak untuk dihina. Hanya yang arogan saja, merasa suku ataupun kelompok lain lebih rendah dari suku atau kelompoknya. Hendro Susiyanto wrote: Saya tidak bermaksud memihak ke salah satu dari anda berdua tapi kan tidak selayaknya anda membawa-bawa RAS untuk memaki orang lain...yang tauke lah yang apa lah. Masalah Tionghoa adalah masalah kebangsaan. Tidak cukup mereka diberi label bahwa mereka adalah bagian dari warga negara indonesia dan beberapa kursi di DPR tapi yang lebih penting adalah pengakuan bahwa mereka adalah sama dengan saudara-saudaranya yang lain dari jawa, aceh, ambon yang juga turut menentukan arah perjalanan bangsa ini. Wassalam. On Tue, 11 May 1999 11:59:19 -0400, FNU Brawijaya wrote: Lha KAMU belum jadi tauke lagunya sudah kayak Donald Trump. Bisa bayar 3-20 juta mestinya kan bisa bayarin tiket buat keluarga untuk keluar dari Indonesia. Tauke kayak KAMU ini yang biasanya jadi sasaran pertama tiap ada kerusuhan. Patrick wrote: Computer Programmer lulusan Luar Negeri atau-kah lulusan Dalam Negeri Indonesia tidak masalah. Kamu bisu atau-kah tuli ... no problem. Yang penting, kamu mahir dalam computer programming, dan bersedia menerima dan menyelesaikan semua tugas-tugas yang kami berikan ke anda. Tapi saya juga hanya mau bertemu dengan orang yang berwawasan luas. Singkat kata, saya benci orang-orang yang berhaluan sempit (contoh: orang-orang rasialis). Lain dari situ . tawaran saya adalah Rp 3 Juta s/d Rp 20 Juta per bulan sebagai gaji anda bekerja di Jakarta, Indonesia. Dan sebagai pegawai saya kelak, anda harus bersedia kemungkinan sering dikirim ke Indonesia, USA, Malaysia, dan juga Pakistan. Semua biaya perjalanan akan kami tanggung. Sekarang ini, kami sudah punya cabang di Pakistan. Dan baru-baru ini kami baru buka cabang di New York City, NY USA. Dan sekarang-pun kami sedang menjajaki opportunities membuka bisnis di Kuala Lumpur, Malaysia. Secara bersamaan, kami pun ingin membuka opportunities memdirikan bisnis di Jakarta, Indonesia. Thanks. -- Patrick ([EMAIL PROTECTED]) Blacksburg, Virginia USA Luthfi Fauzie wrote: Mana Japrinya koq , tidak disebutkan nama doang "Patrick" Boo Yang dicari lulusan Luar atau made in Lokal -Original
Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN
he...he...he.., memang sedikit yang tahan banting kayak eyang troy :) Lagian istilah eyang troy buatan siapa sich, kok bukannya cucu troy, gitu. Andrew G Pattiwael wrote: ketidak tahuan? mungkin. tapi saya melihat perilaku anda, malah menunjukan kesok tahuan itu lho... Lantas apaan nih memakai-makai nama norwich segalasaya rasa nga ada hubungannya seperti yang sudah saya bilang, sepertinya memang susah diskusi antar tingkat yang lebih tinggi dan tingkatan yang agak rendah seperti saya ini. Andrew On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote: Saya tidak melihat bahwa tauke bukan istilah positif. Anda tahu artinya tidak sih? Malah lebih positif daripada engkong. Istilah engkong sering digunakan untuk meledek. Misal 'engkong lu'. Tidak demikian dengan istilah tauke. Artinya ya selalu positif. Saya tidak mau berpanjang lebar dengan urusan tauke ini. Tapi terus terang saya prihatin, karena ini sekaligus mengindikasikan ketakutan yg berlebihan untuk menyinggung perasaan ras lain yg lebih didasari oleh ketidaktahuan. Ini sekaligus menunjukkan kurangnya interaksi (dan asimilasi) sehingga malah menimbulkan kebingungan dan kesalahtingkahan yang sebetulnya tidak perlu ada. Bila anda memahami dan menggunakan istilah ini dalam keseharian, terutama dalam berinteraksi dg kalangan WNI Keturunan, maka anda tidak akan menulis posting ini. Bagaimana kalo anda cari tahu dg teman anda di Norwich? Sudah terlalu buanyak posting saya hari ini, maaf kalo tidak direply lebih lanjut. ' Andrew G Pattiwael wrote: Memang larangan untuk memakai bahasa mandarin sudah dihapus, namun penggunaanya tetap umum kan, termasuk yang menyinggung itu. Kan yang dilarang hanya penggunaan untuk digunakan sebagai Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan. Istilah yang anda pakai itu bukan istilah yang positif, jadi harap dimengerti untuk tidak digunakan. Kalau misalnya anda mengunakan istilah 'engkong' mungkin masih bisa diterima, karena memang orang tua dipanggil dengan sebutan itu, bahkan suku betawi pun kalau tidak salah juga memakai istilah yang sama. Ini bukan me-refer kearah masalah rasial, namun ini adalah semacam pelurusan kearah yang lebih berpendidikan dan hidup bertenggang rasa. Andrew Pattiwael On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote: Okay deh, tidak akan dipake lagi. Sebagai info, Bung Patrick kan bukan orang WNI keturunan cina. Jadi ya ndak ada urusan merefer ke masalah ras. Kalo dulu sih dengan teman-teman baik yg chinese maupun yg bukan, dibilang tauke adalah kehormatan. Kehormatan untuk mentraktirhehe... Tidak tahu bila sekarang arti dari 'tauke' sudah bergeser. Lha wong larangan memakai bahasa mandarin sudah dihapus kok kita malah nggak boleh pake istilah-istilahnya lho. Kalo gitu Bung Blucer mulai sekarang nggak boleh panggil mas lagi deh... '-- Andrew G Pattiwael wrote: Bung Brawi, tetap yang namanya panggilan seperti itu masih terasa 'menyindir' orang lain atau lebih tepatnya 'hinaan' yang diasosiasikan kepada kepada golongan keturunan. Tidak semuanya keturunan itu tauke kan? atau tidak semua pedagang itu keturunan kan...Makanya tolong janganlah membawa-bawa istilah yang kadang kedengarannya tidak mengenakkan seperti itu. Anda sendiri saya panggil (walau tidak sengaja) dengan panggilan 'cung' sudah tersinggung (saya maklum, karena anda kan graduate student, sedangkan saya ini apalah, undergrad aja masih separo). Saya rasa panggilan 'kacung' dan 'tauke' sama sama tidak mengenakkan. Don't take any offense bung, hanya mengingatkan kok. Andrew Pattiwael -- Salam, Jaya -- I disapprove of what you say, but I will defend to death your right to say it. - Voltaire \\\|/// \\ - - // ( @ @ ) oOOo-(_)-oOOo--- FNU Brawijaya Dept of Civil Engineering Rensselaer Polytechnic Institute mailto:[EMAIL PROTECTED] Oooo oooO ( ) ( ) ) / \ ( (_/ \_)
Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN
- Original Message - From: Andrew G Pattiwael seperti yang sudah saya bilang, sepertinya memang susah diskusi antar tingkat yang lebih tinggi dan tingkatan yang agak rendah seperti saya ini. ya udah tau gitu koq terus aja bolak-balik, kaya ping-pong aja...
Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN
Jaya ini hobinya ngeles, 'tauke' sama 'mas' kok disamain. Merasa pengalaman, tahu segala macam, tidak rasialis, paling demokrasi, eh...eh...faktanya ribut terus sama netters, walaupun tentu ada beberapa fansnya :). Ini pepatah lama untuk kita semua, terutama untuk.guehe..he..: Semut dipelupuk mata orang lain terlihat, sedangkan belek segede jempol dimata sendiri tidak terasa. FNU Brawijaya wrote: Okay deh, tidak akan dipake lagi. Sebagai info, Bung Patrick kan bukan orang WNI keturunan cina. Jadi ya ndak ada urusan merefer ke masalah ras. Kalo dulu sih dengan teman-teman baik yg chinese maupun yg bukan, dibilang tauke adalah kehormatan. Kehormatan untuk mentraktirhehe... Tidak tahu bila sekarang arti dari 'tauke' sudah bergeser. Lha wong larangan memakai bahasa mandarin sudah dihapus kok kita malah nggak boleh pake istilah-istilahnya lho. Kalo gitu Bung Blucer mulai sekarang nggak boleh panggil mas lagi deh... '-- Andrew G Pattiwael wrote: Bung Brawi, tetap yang namanya panggilan seperti itu masih terasa 'menyindir' orang lain atau lebih tepatnya 'hinaan' yang diasosiasikan kepada kepada golongan keturunan. Tidak semuanya keturunan itu tauke kan? atau tidak semua pedagang itu keturunan kan...Makanya tolong janganlah membawa-bawa istilah yang kadang kedengarannya tidak mengenakkan seperti itu. Anda sendiri saya panggil (walau tidak sengaja) dengan panggilan 'cung' sudah tersinggung (saya maklum, karena anda kan graduate student, sedangkan saya ini apalah, undergrad aja masih separo). Saya rasa panggilan 'kacung' dan 'tauke' sama sama tidak mengenakkan. Don't take any offense bung, hanya mengingatkan kok. Andrew Pattiwael -- Salam, Jaya -- I disapprove of what you say, but I will defend to death your right to say it. - Voltaire \\\|/// \\ - - // ( @ @ ) oOOo-(_)-oOOo--- FNU Brawijaya Dept of Civil Engineering Rensselaer Polytechnic Institute mailto:[EMAIL PROTECTED] Oooo oooO ( ) ( ) ) / \ ( (_/ \_)
Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN
Oh... Helson SIAGIAN --- http://gwu.edu/~siagian --- On Wed, 12 May 1999, Andrew G Pattiwael wrote: ketidak tahuan? mungkin. tapi saya melihat perilaku anda, malah menunjukan kesok tahuan itu lho... Lantas apaan nih memakai-makai nama norwich segalasaya rasa nga ada hubungannya seperti yang sudah saya bilang, sepertinya memang susah diskusi antar tingkat yang lebih tinggi dan tingkatan yang agak rendah seperti saya ini. Andrew On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote: Saya tidak melihat bahwa tauke bukan istilah positif. Anda tahu artinya tidak sih? Malah lebih positif daripada engkong. Istilah engkong sering digunakan untuk meledek. Misal 'engkong lu'. Tidak demikian dengan istilah tauke. Artinya ya selalu positif. Saya tidak mau berpanjang lebar dengan urusan tauke ini. Tapi terus terang saya prihatin, karena ini sekaligus mengindikasikan ketakutan yg berlebihan untuk menyinggung perasaan ras lain yg lebih didasari oleh ketidaktahuan. Ini sekaligus menunjukkan kurangnya interaksi (dan asimilasi) sehingga malah menimbulkan kebingungan dan kesalahtingkahan yang sebetulnya tidak perlu ada. Bila anda memahami dan menggunakan istilah ini dalam keseharian, terutama dalam berinteraksi dg kalangan WNI Keturunan, maka anda tidak akan menulis posting ini. Bagaimana kalo anda cari tahu dg teman anda di Norwich? Sudah terlalu buanyak posting saya hari ini, maaf kalo tidak direply lebih lanjut. ' Andrew G Pattiwael wrote: Memang larangan untuk memakai bahasa mandarin sudah dihapus, namun penggunaanya tetap umum kan, termasuk yang menyinggung itu. Kan yang dilarang hanya penggunaan untuk digunakan sebagai Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan. Istilah yang anda pakai itu bukan istilah yang positif, jadi harap dimengerti untuk tidak digunakan. Kalau misalnya anda mengunakan istilah 'engkong' mungkin masih bisa diterima, karena memang orang tua dipanggil dengan sebutan itu, bahkan suku betawi pun kalau tidak salah juga memakai istilah yang sama. Ini bukan me-refer kearah masalah rasial, namun ini adalah semacam pelurusan kearah yang lebih berpendidikan dan hidup bertenggang rasa. Andrew Pattiwael On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote: Okay deh, tidak akan dipake lagi. Sebagai info, Bung Patrick kan bukan orang WNI keturunan cina. Jadi ya ndak ada urusan merefer ke masalah ras. Kalo dulu sih dengan teman-teman baik yg chinese maupun yg bukan, dibilang tauke adalah kehormatan. Kehormatan untuk mentraktirhehe... Tidak tahu bila sekarang arti dari 'tauke' sudah bergeser. Lha wong larangan memakai bahasa mandarin sudah dihapus kok kita malah nggak boleh pake istilah-istilahnya lho. Kalo gitu Bung Blucer mulai sekarang nggak boleh panggil mas lagi deh... '-- Andrew G Pattiwael wrote: Bung Brawi, tetap yang namanya panggilan seperti itu masih terasa 'menyindir' orang lain atau lebih tepatnya 'hinaan' yang diasosiasikan kepada kepada golongan keturunan. Tidak semuanya keturunan itu tauke kan? atau tidak semua pedagang itu keturunan kan...Makanya tolong janganlah membawa-bawa istilah yang kadang kedengarannya tidak mengenakkan seperti itu. Anda sendiri saya panggil (walau tidak sengaja) dengan panggilan 'cung' sudah tersinggung (saya maklum, karena anda kan graduate student, sedangkan saya ini apalah, undergrad aja masih separo). Saya rasa panggilan 'kacung' dan 'tauke' sama sama tidak mengenakkan. Don't take any offense bung, hanya mengingatkan kok. Andrew Pattiwael -- Salam, Jaya -- I disapprove of what you say, but I will defend to death your right to say it. - Voltaire \\\|/// \\ - - // ( @ @ ) oOOo-(_)-oOOo--- FNU Brawijaya Dept of Civil Engineering Rensselaer Polytechnic Institute mailto:[EMAIL PROTECTED] Oooo oooO ( ) ( ) ) / \ ( (_/ \_)
Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN
Ah... Helson SIAGIAN --- http://gwu.edu/~siagian --- On Wed, 12 May 1999, Blucer Rajagukguk wrote: he...he...he.., memang sedikit yang tahan banting kayak eyang troy :) Lagian istilah eyang troy buatan siapa sich, kok bukannya cucu troy, gitu. Andrew G Pattiwael wrote: ketidak tahuan? mungkin. tapi saya melihat perilaku anda, malah menunjukan kesok tahuan itu lho... Lantas apaan nih memakai-makai nama norwich segalasaya rasa nga ada hubungannya seperti yang sudah saya bilang, sepertinya memang susah diskusi antar tingkat yang lebih tinggi dan tingkatan yang agak rendah seperti saya ini. Andrew On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote: Saya tidak melihat bahwa tauke bukan istilah positif. Anda tahu artinya tidak sih? Malah lebih positif daripada engkong. Istilah engkong sering digunakan untuk meledek. Misal 'engkong lu'. Tidak demikian dengan istilah tauke. Artinya ya selalu positif. Saya tidak mau berpanjang lebar dengan urusan tauke ini. Tapi terus terang saya prihatin, karena ini sekaligus mengindikasikan ketakutan yg berlebihan untuk menyinggung perasaan ras lain yg lebih didasari oleh ketidaktahuan. Ini sekaligus menunjukkan kurangnya interaksi (dan asimilasi) sehingga malah menimbulkan kebingungan dan kesalahtingkahan yang sebetulnya tidak perlu ada. Bila anda memahami dan menggunakan istilah ini dalam keseharian, terutama dalam berinteraksi dg kalangan WNI Keturunan, maka anda tidak akan menulis posting ini. Bagaimana kalo anda cari tahu dg teman anda di Norwich? Sudah terlalu buanyak posting saya hari ini, maaf kalo tidak direply lebih lanjut. ' Andrew G Pattiwael wrote: Memang larangan untuk memakai bahasa mandarin sudah dihapus, namun penggunaanya tetap umum kan, termasuk yang menyinggung itu. Kan yang dilarang hanya penggunaan untuk digunakan sebagai Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan. Istilah yang anda pakai itu bukan istilah yang positif, jadi harap dimengerti untuk tidak digunakan. Kalau misalnya anda mengunakan istilah 'engkong' mungkin masih bisa diterima, karena memang orang tua dipanggil dengan sebutan itu, bahkan suku betawi pun kalau tidak salah juga memakai istilah yang sama. Ini bukan me-refer kearah masalah rasial, namun ini adalah semacam pelurusan kearah yang lebih berpendidikan dan hidup bertenggang rasa. Andrew Pattiwael On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote: Okay deh, tidak akan dipake lagi. Sebagai info, Bung Patrick kan bukan orang WNI keturunan cina. Jadi ya ndak ada urusan merefer ke masalah ras. Kalo dulu sih dengan teman-teman baik yg chinese maupun yg bukan, dibilang tauke adalah kehormatan. Kehormatan untuk mentraktirhehe... Tidak tahu bila sekarang arti dari 'tauke' sudah bergeser. Lha wong larangan memakai bahasa mandarin sudah dihapus kok kita malah nggak boleh pake istilah-istilahnya lho. Kalo gitu Bung Blucer mulai sekarang nggak boleh panggil mas lagi deh... '-- Andrew G Pattiwael wrote: Bung Brawi, tetap yang namanya panggilan seperti itu masih terasa 'menyindir' orang lain atau lebih tepatnya 'hinaan' yang diasosiasikan kepada kepada golongan keturunan. Tidak semuanya keturunan itu tauke kan? atau tidak semua pedagang itu keturunan kan...Makanya tolong janganlah membawa-bawa istilah yang kadang kedengarannya tidak mengenakkan seperti itu. Anda sendiri saya panggil (walau tidak sengaja) dengan panggilan 'cung' sudah tersinggung (saya maklum, karena anda kan graduate student, sedangkan saya ini apalah, undergrad aja masih separo). Saya rasa panggilan 'kacung' dan 'tauke' sama sama tidak mengenakkan. Don't take any offense bung, hanya mengingatkan kok. Andrew Pattiwael -- Salam, Jaya -- I disapprove of what you say, but I will defend to death your right to say it. - Voltaire \\\|/// \\ - - // ( @ @ ) oOOo-(_)-oOOo--- FNU Brawijaya Dept of Civil Engineering Rensselaer Polytechnic Institute mailto:[EMAIL PROTECTED] Oooo oooO ( ) ( ) ) / \ ( (_/ \_)
Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN
"Hm..." yang saya berikan untuk menanggapi Daeng Ida ternyata memotivasi 9 (sembilan) orang teman untuk berkomunikasi ke saya lewat jalur pribadi (10 orang kalau termasuk yang di jalur umum). Ada yang bernostalgia membahas masa lalu, ada yang hanya bertanya, ada yang bertanya sekaligus ngasih jawaban, ada yang hanya sekedar membahas satu istilah, dan ada yang menjelaskan suatu "cara" yang baik. Yang pasti, ada yang hanya satu atau dua kali kirim e-mail, tapi ada yang sampai sekarang masih berbalas-balasan. Terimakasih dan e-mail ini bukan untuk ditanggapi lebih lanjut. Helson SIAGIAN --- http://gwu.edu/~siagian --- On Wed, 12 May 1999, Blucer Rajagukguk wrote: Jaya ini hobinya ngeles, 'tauke' sama 'mas' kok disamain. Merasa pengalaman, tahu segala macam, tidak rasialis, paling demokrasi, eh...eh...faktanya ribut terus sama netters, walaupun tentu ada beberapa fansnya :). Ini pepatah lama untuk kita semua, terutama untuk.guehe..he..: Semut dipelupuk mata orang lain terlihat, sedangkan belek segede jempol dimata sendiri tidak terasa. FNU Brawijaya wrote: Okay deh, tidak akan dipake lagi. Sebagai info, Bung Patrick kan bukan orang WNI keturunan cina. Jadi ya ndak ada urusan merefer ke masalah ras. Kalo dulu sih dengan teman-teman baik yg chinese maupun yg bukan, dibilang tauke adalah kehormatan. Kehormatan untuk mentraktirhehe... Tidak tahu bila sekarang arti dari 'tauke' sudah bergeser. Lha wong larangan memakai bahasa mandarin sudah dihapus kok kita malah nggak boleh pake istilah-istilahnya lho. Kalo gitu Bung Blucer mulai sekarang nggak boleh panggil mas lagi deh... '-- Andrew G Pattiwael wrote: Bung Brawi, tetap yang namanya panggilan seperti itu masih terasa 'menyindir' orang lain atau lebih tepatnya 'hinaan' yang diasosiasikan kepada kepada golongan keturunan. Tidak semuanya keturunan itu tauke kan? atau tidak semua pedagang itu keturunan kan...Makanya tolong janganlah membawa-bawa istilah yang kadang kedengarannya tidak mengenakkan seperti itu. Anda sendiri saya panggil (walau tidak sengaja) dengan panggilan 'cung' sudah tersinggung (saya maklum, karena anda kan graduate student, sedangkan saya ini apalah, undergrad aja masih separo). Saya rasa panggilan 'kacung' dan 'tauke' sama sama tidak mengenakkan. Don't take any offense bung, hanya mengingatkan kok. Andrew Pattiwael -- Salam, Jaya -- I disapprove of what you say, but I will defend to death your right to say it. - Voltaire \\\|/// \\ - - // ( @ @ ) oOOo-(_)-oOOo--- FNU Brawijaya Dept of Civil Engineering Rensselaer Polytechnic Institute mailto:[EMAIL PROTECTED] Oooo oooO ( ) ( ) ) / \ ( (_/ \_)
Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN
ikutan Ah... juga Pada saat2 dinamika diskusi berada pada point seperti ini, saya jadi membayangkan, gimana seandainya hal ini terjadi pada diskusi secara langsung (face to face). Berantem kali ye..?? Makanya...ya nggak terlalu surprising lah kalau antara pendatang madura dengan penduduk asli melayu tawuran di Sambas, lha wong latar pendidikanya sebagian besar masih ala kadarnya kok... --- Helson Siagian [EMAIL PROTECTED] wrote: Ah... Helson SIAGIAN --- http://gwu.edu/~siagian --- On Wed, 12 May 1999, Blucer Rajagukguk wrote: he...he...he.., memang sedikit yang tahan banting kayak eyang troy :) Lagian istilah eyang troy buatan siapa sich, kok bukannya cucu troy, gitu. Andrew G Pattiwael wrote: ketidak tahuan? mungkin. tapi saya melihat perilaku anda, malah menunjukan kesok tahuan itu lho... Lantas apaan nih memakai-makai nama norwich segalasaya rasa nga ada hubungannya seperti yang sudah saya bilang, sepertinya memang susah diskusi antar tingkat yang lebih tinggi dan tingkatan yang agak rendah seperti saya ini. Andrew On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote: Saya tidak melihat bahwa tauke bukan istilah positif. Anda tahu artinya tidak sih? Malah lebih positif daripada engkong. Istilah engkong sering digunakan untuk meledek. Misal 'engkong lu'. Tidak demikian dengan istilah tauke. Artinya ya selalu positif. Saya tidak mau berpanjang lebar dengan urusan tauke ini. Tapi terus terang saya prihatin, karena ini sekaligus mengindikasikan ketakutan yg berlebihan untuk menyinggung perasaan ras lain yg lebih didasari oleh ketidaktahuan. Ini sekaligus menunjukkan kurangnya interaksi (dan asimilasi) sehingga malah menimbulkan kebingungan dan kesalahtingkahan yang sebetulnya tidak perlu ada. Bila anda memahami dan menggunakan istilah ini dalam keseharian, terutama dalam berinteraksi dg kalangan WNI Keturunan, maka anda tidak akan menulis posting ini. Bagaimana kalo anda cari tahu dg teman anda di Norwich? Sudah terlalu buanyak posting saya hari ini, maaf kalo tidak direply lebih lanjut. ' Andrew G Pattiwael wrote: Memang larangan untuk memakai bahasa mandarin sudah dihapus, namun penggunaanya tetap umum kan, termasuk yang menyinggung itu. Kan yang dilarang hanya penggunaan untuk digunakan sebagai Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan. Istilah yang anda pakai itu bukan istilah yang positif, jadi harap dimengerti untuk tidak digunakan. Kalau misalnya anda mengunakan istilah 'engkong' mungkin masih bisa diterima, karena memang orang tua dipanggil dengan sebutan itu, bahkan suku betawi pun kalau tidak salah juga memakai istilah yang sama. Ini bukan me-refer kearah masalah rasial, namun ini adalah semacam pelurusan kearah yang lebih berpendidikan dan hidup bertenggang rasa. Andrew Pattiwael On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote: Okay deh, tidak akan dipake lagi. Sebagai info, Bung Patrick kan bukan orang WNI keturunan cina. Jadi ya ndak ada urusan merefer ke masalah ras. Kalo dulu sih dengan teman-teman baik yg chinese maupun yg bukan, dibilang tauke adalah kehormatan. Kehormatan untuk mentraktirhehe... Tidak tahu bila sekarang arti dari 'tauke' sudah bergeser. Lha wong larangan memakai bahasa mandarin sudah dihapus kok kita malah nggak boleh pake istilah-istilahnya lho. Kalo gitu Bung Blucer mulai sekarang nggak boleh panggil mas lagi deh... '-- Andrew G Pattiwael wrote: Bung Brawi, tetap yang namanya panggilan seperti itu masih terasa 'menyindir' orang lain atau lebih tepatnya 'hinaan' yang diasosiasikan kepada kepada golongan keturunan. Tidak semuanya keturunan itu tauke kan? atau tidak semua pedagang itu keturunan kan...Makanya tolong janganlah membawa-bawa istilah yang kadang kedengarannya tidak mengenakkan seperti itu. Anda sendiri saya panggil (walau tidak sengaja) dengan panggilan 'cung' sudah tersinggung (saya maklum, karena anda kan graduate student, sedangkan saya ini apalah, undergrad aja masih separo). Saya rasa panggilan 'kacung' dan 'tauke' sama sama tidak mengenakkan. Don't take any offense bung, hanya mengingatkan kok. Andrew Pattiwael -- Salam, Jaya -- I disapprove of what you say, but I will defend to death your right to say it. - Voltaire \\\|/// \\ - - // ( @ @ ) oOOo-(_)-oOOo--- FNU Brawijaya Dept of Civil Engineering Rensselaer Polytechnic Institute mailto:[EMAIL PROTECTED]
Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN
hot discussion bukan berarti berantem khan :). Kayak di korsel sama taiwan, sering juga tuch, anggota parlemennya tonjok-tonjokan. Dodo D. wrote: ikutan Ah... juga Pada saat2 dinamika diskusi berada pada point seperti ini, saya jadi membayangkan, gimana seandainya hal ini terjadi pada diskusi secara langsung (face to face). Berantem kali ye..?? Makanya...ya nggak terlalu surprising lah kalau antara pendatang madura dengan penduduk asli melayu tawuran di Sambas, lha wong latar pendidikanya sebagian besar masih ala kadarnya kok... --- Helson Siagian [EMAIL PROTECTED] wrote: Ah... Helson SIAGIAN --- http://gwu.edu/~siagian --- On Wed, 12 May 1999, Blucer Rajagukguk wrote: he...he...he.., memang sedikit yang tahan banting kayak eyang troy :) Lagian istilah eyang troy buatan siapa sich, kok bukannya cucu troy, gitu. Andrew G Pattiwael wrote: ketidak tahuan? mungkin. tapi saya melihat perilaku anda, malah menunjukan kesok tahuan itu lho... Lantas apaan nih memakai-makai nama norwich segalasaya rasa nga ada hubungannya seperti yang sudah saya bilang, sepertinya memang susah diskusi antar tingkat yang lebih tinggi dan tingkatan yang agak rendah seperti saya ini. Andrew On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote: Saya tidak melihat bahwa tauke bukan istilah positif. Anda tahu artinya tidak sih? Malah lebih positif daripada engkong. Istilah engkong sering digunakan untuk meledek. Misal 'engkong lu'. Tidak demikian dengan istilah tauke. Artinya ya selalu positif. Saya tidak mau berpanjang lebar dengan urusan tauke ini. Tapi terus terang saya prihatin, karena ini sekaligus mengindikasikan ketakutan yg berlebihan untuk menyinggung perasaan ras lain yg lebih didasari oleh ketidaktahuan. Ini sekaligus menunjukkan kurangnya interaksi (dan asimilasi) sehingga malah menimbulkan kebingungan dan kesalahtingkahan yang sebetulnya tidak perlu ada. Bila anda memahami dan menggunakan istilah ini dalam keseharian, terutama dalam berinteraksi dg kalangan WNI Keturunan, maka anda tidak akan menulis posting ini. Bagaimana kalo anda cari tahu dg teman anda di Norwich? Sudah terlalu buanyak posting saya hari ini, maaf kalo tidak direply lebih lanjut. ' Andrew G Pattiwael wrote: Memang larangan untuk memakai bahasa mandarin sudah dihapus, namun penggunaanya tetap umum kan, termasuk yang menyinggung itu. Kan yang dilarang hanya penggunaan untuk digunakan sebagai Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan. Istilah yang anda pakai itu bukan istilah yang positif, jadi harap dimengerti untuk tidak digunakan. Kalau misalnya anda mengunakan istilah 'engkong' mungkin masih bisa diterima, karena memang orang tua dipanggil dengan sebutan itu, bahkan suku betawi pun kalau tidak salah juga memakai istilah yang sama. Ini bukan me-refer kearah masalah rasial, namun ini adalah semacam pelurusan kearah yang lebih berpendidikan dan hidup bertenggang rasa. Andrew Pattiwael On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote: Okay deh, tidak akan dipake lagi. Sebagai info, Bung Patrick kan bukan orang WNI keturunan cina. Jadi ya ndak ada urusan merefer ke masalah ras. Kalo dulu sih dengan teman-teman baik yg chinese maupun yg bukan, dibilang tauke adalah kehormatan. Kehormatan untuk mentraktirhehe... Tidak tahu bila sekarang arti dari 'tauke' sudah bergeser. Lha wong larangan memakai bahasa mandarin sudah dihapus kok kita malah nggak boleh pake istilah-istilahnya lho. Kalo gitu Bung Blucer mulai sekarang nggak boleh panggil mas lagi deh... '-- Andrew G Pattiwael wrote: Bung Brawi, tetap yang namanya panggilan seperti itu masih terasa 'menyindir' orang lain atau lebih tepatnya 'hinaan' yang diasosiasikan kepada kepada golongan keturunan. Tidak semuanya keturunan itu tauke kan? atau tidak semua pedagang itu keturunan kan...Makanya tolong janganlah membawa-bawa istilah yang kadang kedengarannya tidak mengenakkan seperti itu. Anda sendiri saya panggil (walau tidak sengaja) dengan panggilan 'cung' sudah tersinggung (saya maklum, karena anda kan graduate student, sedangkan saya ini apalah, undergrad aja masih separo). Saya rasa panggilan 'kacung' dan 'tauke' sama sama tidak mengenakkan. Don't take any offense bung, hanya mengingatkan kok. Andrew Pattiwael -- Salam, Jaya -- I disapprove of what you say, but I will defend to death your right to
(Voltaire) RASIALIS VS KEBANGSAAN
-- I disapprove of what you say, but I will defend to death your right to say it. - Voltaire Dipotong dari Signature-nya Bung Brawi Saya memang berbeda pendapat dengan Bung Brawi, namun saya harus menghargai Hak dan Kebebasan Bung Brawi untuk mengeluarkan pendapat Kebebasan Mengeluarkan Pendapat Sesuai dengan Kehidupan Demokrasi yang Hakiki dan tentunya Dijamin oleh UUD 1945 Andrew Pattiwael
(Face-to-face) RASIALIS VS KEBANGSAAN
Saya juga pengen tau ya...gimana kalau berdialog sambil bertatap muka, saya bertatap muka dengan Bung Brawi, Kang Dodo, dan rekan2 lainnnya. Apa saya bisa sevokal di milist, saat saling berpandang-pandangan, melihat bagaimana raut muka masing-masing peserta dan tentunya ada perasaan 'tidak enak' khas Indonesia, dimana sulit bagi saya untuk 'menentang' seniority. Menepis apa yang pernah dikatakan oleh seorang 'tamu', saat berkunjung di NU, bahwa pembicaraan di milist internet kebanyakan tidak berisi, karena pembicara dikebanyakan milist cenderung hanya menggunakan emosi. (Mungkin apa yang dikatakan oleh Beliau mempunyai kebenaran?) Andrew Pattiwael
Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN
Kalau yang ini sih...antara kelompok yang TIDAK SOK pinter dengan yang ... nggak tau deh... Helson SIAGIAN --- http://gwu.edu/~siagian --- On Wed, 12 May 1999, Dodo D. wrote: ikutan Ah... juga Pada saat2 dinamika diskusi berada pada point seperti ini, saya jadi membayangkan, gimana seandainya hal ini terjadi pada diskusi secara langsung (face to face). Berantem kali ye..?? Makanya...ya nggak terlalu surprising lah kalau antara pendatang madura dengan penduduk asli melayu tawuran di Sambas, lha wong latar pendidikanya sebagian besar masih ala kadarnya kok... --- Helson Siagian [EMAIL PROTECTED] wrote: Ah... Helson SIAGIAN --- http://gwu.edu/~siagian --- On Wed, 12 May 1999, Blucer Rajagukguk wrote: he...he...he.., memang sedikit yang tahan banting kayak eyang troy :) Lagian istilah eyang troy buatan siapa sich, kok bukannya cucu troy, gitu. Andrew G Pattiwael wrote: ketidak tahuan? mungkin. tapi saya melihat perilaku anda, malah menunjukan kesok tahuan itu lho... Lantas apaan nih memakai-makai nama norwich segalasaya rasa nga ada hubungannya seperti yang sudah saya bilang, sepertinya memang susah diskusi antar tingkat yang lebih tinggi dan tingkatan yang agak rendah seperti saya ini. Andrew On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote: Saya tidak melihat bahwa tauke bukan istilah positif. Anda tahu artinya tidak sih? Malah lebih positif daripada engkong. Istilah engkong sering digunakan untuk meledek. Misal 'engkong lu'. Tidak demikian dengan istilah tauke. Artinya ya selalu positif. Saya tidak mau berpanjang lebar dengan urusan tauke ini. Tapi terus terang saya prihatin, karena ini sekaligus mengindikasikan ketakutan yg berlebihan untuk menyinggung perasaan ras lain yg lebih didasari oleh ketidaktahuan. Ini sekaligus menunjukkan kurangnya interaksi (dan asimilasi) sehingga malah menimbulkan kebingungan dan kesalahtingkahan yang sebetulnya tidak perlu ada. Bila anda memahami dan menggunakan istilah ini dalam keseharian, terutama dalam berinteraksi dg kalangan WNI Keturunan, maka anda tidak akan menulis posting ini. Bagaimana kalo anda cari tahu dg teman anda di Norwich? Sudah terlalu buanyak posting saya hari ini, maaf kalo tidak direply lebih lanjut. ' Andrew G Pattiwael wrote: Memang larangan untuk memakai bahasa mandarin sudah dihapus, namun penggunaanya tetap umum kan, termasuk yang menyinggung itu. Kan yang dilarang hanya penggunaan untuk digunakan sebagai Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan. Istilah yang anda pakai itu bukan istilah yang positif, jadi harap dimengerti untuk tidak digunakan. Kalau misalnya anda mengunakan istilah 'engkong' mungkin masih bisa diterima, karena memang orang tua dipanggil dengan sebutan itu, bahkan suku betawi pun kalau tidak salah juga memakai istilah yang sama. Ini bukan me-refer kearah masalah rasial, namun ini adalah semacam pelurusan kearah yang lebih berpendidikan dan hidup bertenggang rasa. Andrew Pattiwael On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote: Okay deh, tidak akan dipake lagi. Sebagai info, Bung Patrick kan bukan orang WNI keturunan cina. Jadi ya ndak ada urusan merefer ke masalah ras. Kalo dulu sih dengan teman-teman baik yg chinese maupun yg bukan, dibilang tauke adalah kehormatan. Kehormatan untuk mentraktirhehe... Tidak tahu bila sekarang arti dari 'tauke' sudah bergeser. Lha wong larangan memakai bahasa mandarin sudah dihapus kok kita malah nggak boleh pake istilah-istilahnya lho. Kalo gitu Bung Blucer mulai sekarang nggak boleh panggil mas lagi deh... '-- Andrew G Pattiwael wrote: Bung Brawi, tetap yang namanya panggilan seperti itu masih terasa 'menyindir' orang lain atau lebih tepatnya 'hinaan' yang diasosiasikan kepada kepada golongan keturunan. Tidak semuanya keturunan itu tauke kan? atau tidak semua pedagang itu keturunan kan...Makanya tolong janganlah membawa-bawa istilah yang kadang kedengarannya tidak mengenakkan seperti itu. Anda sendiri saya panggil (walau tidak sengaja) dengan panggilan 'cung' sudah tersinggung (saya maklum, karena anda kan graduate student, sedangkan saya ini apalah, undergrad aja masih separo). Saya rasa panggilan 'kacung' dan 'tauke' sama sama tidak mengenakkan. Don't take any offense bung, hanya mengingatkan kok. Andrew Pattiwael -- Salam, Jaya -- I
RASIALIS VS KEBANGSAAN
Saya tidak bermaksud memihak ke salah satu dari anda berdua tapi kan tidak selayaknya anda membawa-bawa RAS untuk memaki orang lain...yang tauke lah yang apa lah. Masalah Tionghoa adalah masalah kebangsaan. Tidak cukup mereka diberi label bahwa mereka adalah bagian dari warga negara indonesia dan beberapa kursi di DPR tapi yang lebih penting adalah pengakuan bahwa mereka adalah sama dengan saudara-saudaranya yang lain dari jawa, aceh, ambon yang juga turut menentukan arah perjalanan bangsa ini. Wassalam. On Tue, 11 May 1999 11:59:19 -0400, FNU Brawijaya wrote: Lha KAMU belum jadi tauke lagunya sudah kayak Donald Trump. Bisa bayar 3-20 juta mestinya kan bisa bayarin tiket buat keluarga untuk keluar dari Indonesia. Tauke kayak KAMU ini yang biasanya jadi sasaran pertama tiap ada kerusuhan. Patrick wrote: Computer Programmer lulusan Luar Negeri atau-kah lulusan Dalam Negeri Indonesia tidak masalah. Kamu bisu atau-kah tuli ... no problem. Yang penting, kamu mahir dalam computer programming, dan bersedia menerima dan menyelesaikan semua tugas-tugas yang kami berikan ke anda. Tapi saya juga hanya mau bertemu dengan orang yang berwawasan luas. Singkat kata, saya benci orang-orang yang berhaluan sempit (contoh: orang-orang rasialis). Lain dari situ . tawaran saya adalah Rp 3 Juta s/d Rp 20 Juta per bulan sebagai gaji anda bekerja di Jakarta, Indonesia. Dan sebagai pegawai saya kelak, anda harus bersedia kemungkinan sering dikirim ke Indonesia, USA, Malaysia, dan juga Pakistan. Semua biaya perjalanan akan kami tanggung. Sekarang ini, kami sudah punya cabang di Pakistan. Dan baru-baru ini kami baru buka cabang di New York City, NY USA. Dan sekarang-pun kami sedang menjajaki opportunities membuka bisnis di Kuala Lumpur, Malaysia. Secara bersamaan, kami pun ingin membuka opportunities memdirikan bisnis di Jakarta, Indonesia. Thanks. -- Patrick ([EMAIL PROTECTED]) Blacksburg, Virginia USA Luthfi Fauzie wrote: Mana Japrinya koq , tidak disebutkan nama doang "Patrick" Boo Yang dicari lulusan Luar atau made in Lokal -Original Message- From: Patrick [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Date: Tuesday, May 11, 1999 9:28 PM Subject: LOWONGAN KERJA: Computer Programmer Bagi yang masih dan/atau lagi cari kerja, silahkan hubungi saya via email jalur-pribadi. Saya adalah "contact person" anda bila menginginkan informasi lebih lanjut mengenai lowongan kerja ini. Thanks. -- Patrick - LOWONGAN KERJA: Computer Programmer Jumlah yang diperlukan masih belum ditentukan. Namun bila anda seorang Teknik Elektro (Electrical Engineering), dan/atau Informatika Nusantara (Computer Science), dan/atau Statistics, saya tertarik untuk berkomunikasi dengan anda. Gaji yang akan saya tawarkan tergantung dari kemampuan anda (antara Rp 3 Juta s/d Rp 20Juta per bulan). Atau dalam US Dollar = US$300 s/d US$2000/bulan Lokasi kerja: Jakarta, Indonesia. dan kadang anda perlu kami kirim ke USA, Malaysia, dan/atau Pakistan. Terima Kasih, -- Patrick Blacksburg, VA Washington, DC New York City, NY -- Salam, Jaya -- I disapprove of what you say, but I will defend to death your right to say it. - Voltaire \\\|/// \\ - - // ( @ @ ) oOOo-(_)-oOOo--- FNU Brawijaya Dept of Civil Engineering Rensselaer Polytechnic Institute mailto:[EMAIL PROTECTED] Oooo oooO ( ) ( ) ) / \ ( (_/ \_) ___ Get your free, private email at http://mail.excite.com/