Formulasikan pendapat anda (Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN)

1999-05-14 Terurut Topik FNU Brawijaya

Wah, sayang email anda ilang nih Bung Blucer.

Anda kok bisa menilai saya rasialis itu berdasarkan apa?
* Apakah karena masalah tauke?
* Ataukah karena saya menulis pendapat saya tentang perjuangan
  untuk mengurangi kesenjangan sosial dengan jalan memberi perlindungan
  kepada pengusaha bumiputra dan perluasan kesempatan pendidikan
  kepada bumiputra?

Anda terlihat mencampur-adukan hal-hal di atas, lalu mengolahnya dengan
asumsi anda sendiri. Sejak kapan perjuangan untuk bumiputra adalah salah
satu bentuk diskriminasi? Anda berusaha memaksakan pendapat anda kepada
saya bahwa pendapat saya tidak betul dan menggolongkannya sebagai bentuk
diskriminasi (yg negatif), atau meminjam istilah keren dari Bung Moko mempunyai
'racist's remark'.

Anda juga memaksakan kehendak anda agar saya introspeksi tanpa alasan yang
jelas. Silakan dong diserang bahwa usaha penghilangan kesenjangan sosial
dapat dilakukan tanpa prioritas kesempatan kepada bumiputra, bukan dengan
mencap si punya pendapat sebagai racist atau apapun juga. Silakan ulas posting
Bung Rasyad yang jelas-jelas ilmiah, dan jelas-jelas untuk point (1) eh, point (3)
berseberangan dengan pendapat saya itu. Bukannya ngotot nggak karuan lalu
hantam sana hantam sini. Bila anda tidak punya argumen yang tepat ya silakan
anda yang mawas diri dan belajar bagaimana mesti menjawab pendapat saya,
tanpa berusaha menjudge apakah si pemilik pendapat seorang racist atau bukan.
Itu kalau anda mau dan mampu. Bukan cuman berlindung di balik perlambang
anti-diskriminasi lalu menjadikannya sebagai senjata kepada setiap orang yang
tidak sependapat.

Tentang bagaimana Bung Moko yang tidak sabar, itu hak Bung Moko. Sejumlah
berapapun orang yang menilai saya sebagai racist berdasarkan pendapat saya,
berarti sejumlah itu pula yang belum memahami bagaimana menghargai pendapat
orang lain. Bila judgement yang dilakukan oleh sejumlah rekan berdasarkan
ucapan 'tauke' (point 1 di atas), silakan juga dilihat jumlah rekan yang memosting
pendapat yang sebaliknya.

Bung Blucer, saya sih sudah tidak pada level pemosting 'panasan' Perjalanan
waktu yg saya tempuh dalam berdiskusi di milis ini mengajari saya untuk sabar.
Tentu saja letupan-letupan masih ada, tetapi jelas sudah jauh di bawah jumlah
letupan anda tho Saya masih menganggap reply-reply anda sebagai bagian
dari adu argumentasi, dan ternyata anda sudah memakainya sebagai persoalan
ego. Ini yang repot

Nah, silakan kalau anda sanggup memberikan pandangan anda bagaimana
mengurangi kesenjangan sosial, atau apapun faktor-faktor yang paling penting
untuk memperbaiki perekonomian sekaligus kondisi sosial di Indonesia yang
compang-camping. Tentu saja tanpa perlu menjudge si empu pendapat. Bila
anda masih tidak mampu memilah hal ini, berarti anda juga belum mampu
hidup berdemokrasi dengan baik. Lalu bagaimana pula anda akan men-judge
sekelompok orang yang mempunyai pandangan untuk mengangkat
nasib buruh seperti aliran komunis? Juga pandangan sosialis, pandangan marhaen?
(belum saya sebutkan yg punya paham militerism). Mereka jelas mempunyai
pandangan yang jauh lebih ekstrim dari saya yang hanya ingin pemberian
prioritas temporer pada suatu kelompok tertentu karena kelemahan mereka.
Anda kan punya pendapat bahwa free competition perlu dilakukan tanpa melihat
apapun. Nurut saya, ini dapat diidentifikasikan sebagai pandangan yang condong
ke paham liberalism atau capitalism (sebetulnya saya ingin menuliskan sebagai
capitalism ekstrim). Nggak tahu juga kalau anda tidak bisa mengidentifikasikan
pandangan anda sendiri. (Sorry.).

Nah, dengan resmi saya tantang anda untuk menformulasikan pandangan anda.
Bila anda tidak mampu silakan anda yang mawas diri. Selama ini anda cuma
mutar-mutar di hal-hal yang bersifat sangat umum dan tidak terpola sama sekali.
Setelah ndak sabar lalu sibuk cari celah untuk memojokkan orangkepriben.

Buat Bung Rasyad. Saya juga mengikuti milis ekonomi-indonesia yang anda asuh.
Sayang buat saya terlalu terfokus, sehingga meminjam istilah AR, bajunya terlalu
sesak buat saya (ndak bisa diskusi panas..hehe). Makanya saya lebih senang
memonitor. Buat rekan-rekan yang lain yang tertarik dengan perekonomian, mungkin
milis yang diasuh Bung Rasyad dapat memenuhi harapan. Dulu sangat ramai, karena
alasan teknis, sempat ditutup, dan baru beberapa waktu yg lalu Bung Rasyad
membukanya kembali.

Nah, Bung Rasyad. Saya tidak yakin anda membaca pendapat saya yang memang
tidak terstruktur. Namun demikian, intinya saya berlawanan pendapat dengan anda
pada point 3 (?) yaitu free capitalism. Banyak negara-negara yang mengadopsi
paham ini malah jatuh tersungkur. Mungkin anda dapat menajamkan pendapat
anda tersebut? Oya, tolong posting anda diberi subjek baru / judul baru, jangan pakai
header ini Terus terang, kalaupun anda mereply, saya tidak akan mereply kembali
supaya tidak ada kisruh-kisruh hasil rembesan masalah sebelumnya. Mungkin rekan
yg lain saja yg mendiskusikan. Thanks

--
Salam,
Jaya


-- I 

Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN

1999-05-13 Terurut Topik FNU Brawijaya

Wahditinggal tidur kok banyak banget emailnya.
Yak, Helson sudah muncul. Seperti biasa kemunculannya ya seperti ini.
Sudah jadi ciri deh. Menunggu sampai beberapa lama untuk membuat
matang suasana lalu mulai deh gosok sana gosok sini. Ciri khasnya
langsung menohok ke orang langsung. Dan seperti biasa pula zero opinion.

Nah, mau diterusin nih urusan lamanya? Mumpung lagi libur nih.


'
Helson Siagian wrote:

 Kalau yang ini sih...antara kelompok yang TIDAK SOK pinter dengan yang ...
 nggak tau deh...

 Helson SIAGIAN
 ---
 http://gwu.edu/~siagian
 ---

 On Wed, 12 May 1999, Dodo D. wrote:

  ikutan   Ah...  juga
 
  Pada saat2 dinamika diskusi berada pada point seperti ini, saya jadi
  membayangkan, gimana seandainya hal ini terjadi pada diskusi secara
  langsung (face to face). Berantem kali ye..??
 
  Makanya...ya nggak terlalu surprising lah kalau antara pendatang madura
  dengan penduduk asli melayu tawuran di Sambas, lha wong latar
  pendidikanya sebagian besar masih ala kadarnya kok...
 
  --- Helson Siagian [EMAIL PROTECTED] wrote:
   Ah...
  
  
   Helson SIAGIAN
   ---
   http://gwu.edu/~siagian
   ---
  
  
   On Wed, 12 May 1999, Blucer Rajagukguk wrote:
  
he...he...he.., memang sedikit yang tahan banting kayak eyang troy
   :) Lagian istilah eyang
troy buatan siapa sich, kok bukannya cucu troy, gitu.
   
Andrew G Pattiwael wrote:
   
 ketidak tahuan? mungkin.
 tapi saya melihat perilaku anda, malah menunjukan kesok tahuan
   itu lho...
 Lantas apaan nih memakai-makai nama norwich segalasaya rasa
   nga ada
 hubungannya

 seperti yang sudah saya bilang, sepertinya memang susah diskusi
   antar
 tingkat yang lebih tinggi dan tingkatan yang agak rendah seperti
   saya ini.

 Andrew

 On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote:

  Saya tidak melihat bahwa tauke bukan istilah positif. Anda tahu
   artinya
  tidak sih? Malah lebih positif daripada engkong. Istilah
   engkong sering
  digunakan untuk meledek. Misal 'engkong lu'. Tidak demikian
   dengan
  istilah tauke. Artinya ya selalu positif.
 
  Saya tidak mau berpanjang lebar dengan urusan  tauke ini. Tapi
   terus terang
  saya prihatin, karena ini sekaligus mengindikasikan ketakutan
   yg berlebihan
  untuk menyinggung perasaan ras lain yg lebih didasari oleh
   ketidaktahuan. Ini
  sekaligus menunjukkan kurangnya interaksi (dan asimilasi)
   sehingga malah
  menimbulkan kebingungan dan kesalahtingkahan yang sebetulnya
   tidak perlu ada.
  Bila anda memahami dan menggunakan istilah ini dalam
   keseharian, terutama dalam
  berinteraksi dg kalangan WNI Keturunan, maka anda tidak akan
   menulis posting ini.
  Bagaimana kalo anda cari tahu dg teman anda di Norwich?
 
  Sudah terlalu buanyak posting saya hari ini, maaf kalo tidak
   direply lebih
  lanjut.
 
 
  '
  Andrew G Pattiwael wrote:
 
   Memang larangan untuk memakai bahasa mandarin sudah dihapus,
   namun
   penggunaanya tetap umum kan, termasuk yang menyinggung itu.
   Kan yang
   dilarang hanya penggunaan untuk digunakan sebagai Bahasa
   pengantar dalam
   dunia pendidikan. Istilah yang anda pakai itu bukan istilah
   yang positif,
   jadi harap dimengerti untuk tidak digunakan. Kalau misalnya
   anda mengunakan
   istilah 'engkong'  mungkin masih bisa diterima, karena memang
   orang tua
   dipanggil dengan sebutan itu, bahkan suku betawi pun kalau
   tidak salah
   juga memakai istilah yang sama.
   Ini bukan me-refer kearah masalah rasial, namun ini adalah
   semacam
   pelurusan kearah yang lebih berpendidikan dan hidup
   bertenggang rasa.
  
   Andrew Pattiwael
  
   On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote:
  
Okay deh, tidak akan dipake lagi. Sebagai info, Bung
   Patrick kan bukan orang
WNI keturunan cina. Jadi ya ndak ada urusan merefer ke
   masalah ras.
   
Kalo dulu sih dengan teman-teman baik yg chinese maupun yg
   bukan, dibilang tauke
adalah kehormatan. Kehormatan untuk mentraktirhehe...
   Tidak tahu bila sekarang
arti dari 'tauke' sudah bergeser. Lha wong larangan memakai
   bahasa mandarin
sudah dihapus kok kita malah nggak boleh pake
   istilah-istilahnya lho. Kalo gitu Bung
Blucer mulai sekarang nggak boleh panggil mas lagi deh...
   
   
   
'--
Andrew G Pattiwael wrote:
   
 Bung Brawi,

 tetap yang namanya panggilan seperti itu masih terasa
   'menyindir'  orang lain
 atau lebih tepatnya 'hinaan' yang diasosiasikan kepada
   kepada golongan
 keturunan. Tidak semuanya keturunan itu tauke kan? atau
   tidak semua
 

Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN (fwd)

1999-05-13 Terurut Topik Helson Siagian

On Wed, 12 May 1999, Blucer Rajagukguk wrote:

 Jaya ini hobinya ngeles, 'tauke' sama 'mas' kok disamain. Merasa pengalaman, tahu 
segala
 macam, tidak rasialis, paling demokrasi, eh...eh...faktanya ribut terus sama netters,
 walaupun tentu ada beberapa fansnya :).
 Ini pepatah lama untuk kita semua, terutama untuk.guehe..he..:
 Semut dipelupuk mata orang lain terlihat, sedangkan belek segede jempol dimata 
sendiri
 tidak terasa.

 FNU Brawijaya wrote:

  Okay deh, tidak akan dipake lagi. Sebagai info, Bung Patrick kan bukan orang
  WNI keturunan cina. Jadi ya ndak ada urusan merefer ke masalah ras.
 
  Kalo dulu sih dengan teman-teman baik yg chinese maupun yg bukan, dibilang tauke
  adalah kehormatan. Kehormatan untuk mentraktirhehe... Tidak tahu bila sekarang
  arti dari 'tauke' sudah bergeser. Lha wong larangan memakai bahasa mandarin
  sudah dihapus kok kita malah nggak boleh pake istilah-istilahnya lho. Kalo gitu 
Bung
  Blucer mulai sekarang nggak boleh panggil mas lagi deh...
 
  '--
  Andrew G Pattiwael wrote:
 
   Bung Brawi,
  
   tetap yang namanya panggilan seperti itu masih terasa 'menyindir'  orang lain
   atau lebih tepatnya 'hinaan' yang diasosiasikan kepada kepada golongan
   keturunan. Tidak semuanya keturunan itu tauke kan? atau tidak semua
   pedagang itu keturunan kan...Makanya tolong janganlah membawa-bawa
   istilah yang kadang kedengarannya tidak mengenakkan seperti itu.
   Anda sendiri saya panggil (walau tidak sengaja)  dengan panggilan 'cung'
   sudah tersinggung (saya maklum, karena anda kan graduate student,
   sedangkan saya ini apalah, undergrad aja masih separo). Saya rasa
   panggilan 'kacung'  dan 'tauke'  sama sama tidak mengenakkan.
   Don't take any offense bung, hanya mengingatkan kok.
  
   Andrew Pattiwael
  
 
  --
  Salam,
  Jaya
 
  -- I disapprove of what you say, but I will
  defend to death your right to say it. - Voltaire
 
 \\\|///
   \\  - -  //
(  @ @  )
  oOOo-(_)-oOOo---
  FNU Brawijaya
  Dept of Civil Engineering
  Rensselaer Polytechnic Institute
  mailto:[EMAIL PROTECTED]
  Oooo
 oooO (   )
(   )  ) /
 \ (  (_/
  \_)




Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN

1999-05-13 Terurut Topik FNU Brawijaya

Ya jelas mesti ngeles dong. Kalo punya argumen apa salahnya.

Lho yang begituan itu digolongkan sebagai ribut tho? Baru tahu.. Pengalaman ane
ada cuman sedikit, tapi kalau merasa paling pengalaman tentu tidak lah...
Jadi ente nggak perlu minder gitu dong. Kalau mau nerusin polemik kita ya monggo dong.
Tapi kalau mau ngikut dg gaya Helson ya kita terima saja. Susah amat Okay kalau
mau diulang lagi ribut beberapa bulan yg lalu juga boleh. Marimaritoh 
ingredient-nya
kan sama yaitu:
- Helson Siagian: pentolan tanpa opini sejak 1918 (saingannya Ny Meneer).
- Vincent Sitinjak: cuman komentar dikit-dikit biasanya, nggak tahu kalo lewat japri.
- Blucer Rajagukguk: kelihatannya bawa azas opini vs opini, tapi kalo Helson muncul
 baru kelihatan kalo belum lepas dari gaya versi Helson tadi...

Nah, Helson mengklaim ada 10 orang, muncul dong ke permukaan Kita pengen tahu
deh

Yak, babak baru kita mulai. Nah, gimana nih Helson, katanya ada yg punya usul dg
"cara"-nya itu?


'--
Blucer Rajagukguk wrote:

 Jaya ini hobinya ngeles, 'tauke' sama 'mas' kok disamain. Merasa pengalaman, tahu 
segala
 macam, tidak rasialis, paling demokrasi, eh...eh...faktanya ribut terus sama netters,
 walaupun tentu ada beberapa fansnya :).
 Ini pepatah lama untuk kita semua, terutama untuk.guehe..he..:
 Semut dipelupuk mata orang lain terlihat, sedangkan belek segede jempol dimata 
sendiri
 tidak terasa.

--
Salam,
Jaya


-- I disapprove of what you say, but I will
defend to death your right to say it. - Voltaire

   \\\|///
 \\  - -  //
  (  @ @  )
oOOo-(_)-oOOo---
FNU Brawijaya
Dept of Civil Engineering
Rensselaer Polytechnic Institute
mailto:[EMAIL PROTECTED]
Oooo
   oooO (   )
  (   )  ) /
   \ (  (_/
\_)



Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN

1999-05-13 Terurut Topik Alexander Lumbantobing

Cer:

Masa belek tidak terasa? Belek itu asin rasanya.

Rgds,

Alex



Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN

1999-05-13 Terurut Topik Moko Darjatmoko

At 4:41 PM 5/13/1999, FNU Brawijaya wrote:

|Okay mengenai pemakaian tauke dengan mas. Sebetulnya istilah apa saja
|kalo dipake secara nggak bener juga akan nggak bener. Sebaliknya kalo
|mau diplesetkan untuk diartikan salah juga akan salah, bagaimanapun
|kita mau bikin bener.
|
|Kayak 'tauke', ini istilah yg digunakan sehari-hari, ...

Betul sekali, seperti halnya kata apapun, "tauke" atau "cina", atau
kata apa saja itu memang netral. Baru setelah mendapatkan intonasi
(dalam bahasa ucap) atau dalam *konteks* tertentu (kalimat,
situasi, dsb.) maka kata yang sebetulnya "netral" tersebut bisa
menjadi derogatory (pelecehan), rasis, dsb.

Kalau kita simak awal mula thread ini ...

At 11:59 AM 5/11/1999, FNU Brawijaya wrote:

|Lha KAMU belum jadi tauke lagunya sudah kayak
|Donald Trump. Bisa bayar 3-20 juta mestinya kan
|bisa bayarin tiket buat keluarga untuk keluar dari
|Indonesia. Tauke kayak KAMU ini yang biasanya
|jadi sasaran pertama tiap ada kerusuhan.

Siapapun yang sedikit rasional dan mngerti situasi rasial di
Indonesia mengerti apa maksud kalimat diatas, siapa yang dituju.

The above phrase DOES send a clear message ... and the word is no
longer neutral! It is a racist's remark.


Moko/



Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN

1999-05-13 Terurut Topik Vincent Sitindjak

Mas Moko tulis:

 At 11:59 AM 5/11/1999, FNU Brawijaya wrote:

 |Lha KAMU belum jadi tauke lagunya sudah kayak
 |Donald Trump. Bisa bayar 3-20 juta mestinya kan
 |bisa bayarin tiket buat keluarga untuk keluar dari
 |Indonesia. Tauke kayak KAMU ini yang biasanya
 |jadi sasaran pertama tiap ada kerusuhan.

 Siapapun yang sedikit rasional dan mngerti situasi rasial di
 Indonesia mengerti apa maksud kalimat diatas, siapa yang dituju.

 The above phrase DOES send a clear message ... and the word is no
 longer neutral! It is a racist's remark.

he..he..koq saya jadi binun sekarang...

kalo "tauke" dikutipan diatas ditujukan ke orang cina, mungkin aja "it is a
racist's remark".
tapi "tauke" dikutipan diatas khan ditujukan ke orang batak (Patrick
Simanjuntak), apa ini juga masuk dalem kategori "a racist's remark"?

Tapi dari awal juga saya nangkepnya maksudnya Mas Jaya tuh si Patrick wong
belon jadi boss koq lagunya dah kayak Donald Trump.

"Tauke kayak KAMU" tuh khan maksudnya "orang-orang kaya kayak KAMU".
"Orang-orang kaya kayak KAMU" tuh khan maksudnya orang-orang kaya yang kerna
banyak duit terus cabut dari Indonesia. Orang-orang kaya yang seperti ini
khan tidak otomatis harus orang cina. Jadi "racist's remark"nya dimana?

Terus abis gitu, yang dikatain sama Mas Jaya khan orang batak, kalopun yang
dikatain orang cina, koq yang pusing Andrew? Andrew khan neither batak nor
cina. Emang di AKABRI diajarin supaya suka ngatur-ngatur orang laen,
mangkanya ABRI sukanya ngatur orang laen. Saya baru tau kalo ternyata di
Norwich juga diajarin yang sama dengan di AKABRI.


Salam,

Vincent Sitindjak
Norman, OK



Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN

1999-05-13 Terurut Topik FNU Brawijaya

Bung Moko yang ahli kata-kata aneh macam twisted truth dan sekarang
menunjukkan istilah baru yaitu derogatory, kalaupun anda menterjemahkan
sebagai racist's remark atau water mark juga terserah anda. Seperti saya
bisa menterjemahkan penggunaan istilah anda yang aneh-aneh sebagai
show off atau memang dirasa perlu digunakan (temtu saya nggak akan
melihatnya sbg show off - lah, malah bagus buat saya). Nah, monggo lah
Wong demokrasi lama-lama dituruti kok capek...

Dari pada ikutan mojok-mojokin orang mbok ya urun rembug gitu
soal pembangunan gitu. Mau pake istilah aneh juga boleh lah
Saya mau dipojokin juga ndak apa-apa. Ane tetap ada di sini. Anda nggak
akan dapat manfaat lain kecuali tambahan sliweran posting yang ndak jelas.

Lha wong saya juga udah bilang waktu mereply ke Bung Andrew kalau
nggak akan pakai lagi. Itu kan sudah menunjukkan kalau ane mengalah
walaupun agak masgul kok dibilang salah. Weleh...weleh tobat-tobat.
Gini ini yang bikin orang males bikin posting pada takut salah ucap.
Korban yg sudah dipojokin lalu diam sudah banyak Tapi kalau ane sih
kebal...hehe.


'
Moko Darjatmoko wrote:

 At 4:41 PM 5/13/1999, FNU Brawijaya wrote:

 |Okay mengenai pemakaian tauke dengan mas. Sebetulnya istilah apa saja
 |kalo dipake secara nggak bener juga akan nggak bener. Sebaliknya kalo
 |mau diplesetkan untuk diartikan salah juga akan salah, bagaimanapun
 |kita mau bikin bener.
 |
 |Kayak 'tauke', ini istilah yg digunakan sehari-hari, ...

 Betul sekali, seperti halnya kata apapun, "tauke" atau "cina", atau
 kata apa saja itu memang netral. Baru setelah mendapatkan intonasi
 (dalam bahasa ucap) atau dalam *konteks* tertentu (kalimat,
 situasi, dsb.) maka kata yang sebetulnya "netral" tersebut bisa
 menjadi derogatory (pelecehan), rasis, dsb.

 Kalau kita simak awal mula thread ini ...

 At 11:59 AM 5/11/1999, FNU Brawijaya wrote:

 |Lha KAMU belum jadi tauke lagunya sudah kayak
 |Donald Trump. Bisa bayar 3-20 juta mestinya kan
 |bisa bayarin tiket buat keluarga untuk keluar dari
 |Indonesia. Tauke kayak KAMU ini yang biasanya
 |jadi sasaran pertama tiap ada kerusuhan.

 Siapapun yang sedikit rasional dan mngerti situasi rasial di
 Indonesia mengerti apa maksud kalimat diatas, siapa yang dituju.

 The above phrase DOES send a clear message ... and the word is no
 longer neutral! It is a racist's remark.

 Moko/

--
Salam,
Jaya


-- I disapprove of what you say, but I will
defend to death your right to say it. - Voltaire

   \\\|///
 \\  - -  //
  (  @ @  )
oOOo-(_)-oOOo---
FNU Brawijaya
Dept of Civil Engineering
Rensselaer Polytechnic Institute
mailto:[EMAIL PROTECTED]
Oooo
   oooO (   )
  (   )  ) /
   \ (  (_/
\_)



Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN

1999-05-13 Terurut Topik Krisnadi Dayanto

Yang diomonmgin ini siapa sih... Patrick...?
Patrick is Patrick alias Bonniku alian CD Baloon -- sang penjual CD
bajakan -- kebetulan nenek moyangnya berasal dari sumut gitu...

kd.



--- Moko Darjatmoko [EMAIL PROTECTED] wrote:
 At 4:41 PM 5/13/1999, FNU Brawijaya wrote:

 |Okay mengenai pemakaian tauke dengan mas.
 Sebetulnya istilah apa saja
 |kalo dipake secara nggak bener juga akan nggak
 bener. Sebaliknya kalo
 |mau diplesetkan untuk diartikan salah juga akan
 salah, bagaimanapun
 |kita mau bikin bener.
 |
 |Kayak 'tauke', ini istilah yg digunakan
 sehari-hari, ...

 Betul sekali, seperti halnya kata apapun, "tauke"
 atau "cina", atau
 kata apa saja itu memang netral. Baru setelah
 mendapatkan intonasi
 (dalam bahasa ucap) atau dalam *konteks* tertentu
 (kalimat,
 situasi, dsb.) maka kata yang sebetulnya "netral"
 tersebut bisa
 menjadi derogatory (pelecehan), rasis, dsb.

 Kalau kita simak awal mula thread ini ...

 At 11:59 AM 5/11/1999, FNU Brawijaya wrote:

 |Lha KAMU belum jadi tauke lagunya sudah kayak
 |Donald Trump. Bisa bayar 3-20 juta mestinya kan
 |bisa bayarin tiket buat keluarga untuk keluar
 dari
 |Indonesia. Tauke kayak KAMU ini yang biasanya
 |jadi sasaran pertama tiap ada kerusuhan.

 Siapapun yang sedikit rasional dan mngerti situasi
 rasial di
 Indonesia mengerti apa maksud kalimat diatas, siapa
 yang dituju.

 The above phrase DOES send a clear message ... and
 the word is no
 longer neutral! It is a racist's remark.


 Moko/


_
Do You Yahoo!?
Free instant messaging and more at http://messenger.yahoo.com



Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN

1999-05-13 Terurut Topik Budi Haryanto

Sorry, topiknya tetep tapi isinya beda.

Mas Vincent, saya terima postingnya kok tertanggal 11/3/98.
Apa di OK memang masih tanggal itu sekarang?

Salam,
Budi

Vincent Sitindjak wrote:

 Mas Moko tulis:

  At 11:59 AM 5/11/1999, FNU Brawijaya wrote:
 
  |Lha KAMU belum jadi tauke lagunya sudah kayak
  |Donald Trump. Bisa bayar 3-20 juta mestinya kan
  |bisa bayarin tiket buat keluarga untuk keluar dari
  |Indonesia. Tauke kayak KAMU ini yang biasanya
  |jadi sasaran pertama tiap ada kerusuhan.
 
  Siapapun yang sedikit rasional dan mngerti situasi rasial di
  Indonesia mengerti apa maksud kalimat diatas, siapa yang dituju.
 
  The above phrase DOES send a clear message ... and the word is no
  longer neutral! It is a racist's remark.

 he..he..koq saya jadi binun sekarang...

 kalo "tauke" dikutipan diatas ditujukan ke orang cina, mungkin aja "it is a
 racist's remark".
 tapi "tauke" dikutipan diatas khan ditujukan ke orang batak (Patrick
 Simanjuntak), apa ini juga masuk dalem kategori "a racist's remark"?

 Tapi dari awal juga saya nangkepnya maksudnya Mas Jaya tuh si Patrick wong
 belon jadi boss koq lagunya dah kayak Donald Trump.

 "Tauke kayak KAMU" tuh khan maksudnya "orang-orang kaya kayak KAMU".
 "Orang-orang kaya kayak KAMU" tuh khan maksudnya orang-orang kaya yang kerna
 banyak duit terus cabut dari Indonesia. Orang-orang kaya yang seperti ini
 khan tidak otomatis harus orang cina. Jadi "racist's remark"nya dimana?

 Terus abis gitu, yang dikatain sama Mas Jaya khan orang batak, kalopun yang
 dikatain orang cina, koq yang pusing Andrew? Andrew khan neither batak nor
 cina. Emang di AKABRI diajarin supaya suka ngatur-ngatur orang laen,
 mangkanya ABRI sukanya ngatur orang laen. Saya baru tau kalo ternyata di
 Norwich juga diajarin yang sama dengan di AKABRI.

 Salam,

 Vincent Sitindjak
 Norman, OK



Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN

1999-05-13 Terurut Topik Vincent Sitindjak

he..he..he...

saya lagi ditengah nggambar menggunakan software trial version yang
tanggalnya dah lewat, jadinya tanggal di CMOS saya mundurin. Maklum dehh,
berhubung bukan tauke, engga mampu beli softwarenya yang $2500 itu.


Salam,

Vincent Sitindjak
Norman, OK


- Original Message -
From: Budi Haryanto [EMAIL PROTECTED]

 Sorry, topiknya tetep tapi isinya beda.

 Mas Vincent, saya terima postingnya kok tertanggal 11/3/98.
 Apa di OK memang masih tanggal itu sekarang?

 Salam,
 Budi



Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN

1999-05-13 Terurut Topik Frarev Sitorus

ha ...ha
hik...hik...
KT
On Thu, 13 May 1999, Alexander Lumbantobing wrote:

 Cer:

 Masa belek tidak terasa? Belek itu asin rasanya.

 Rgds,

 Alex




Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN

1999-05-13 Terurut Topik Notrida Mandica

There you go,
racist, racist, kulit putihnya ada nggak?
kan semuanya brown kekuning-kuningan...
apa bedanya kita orang Indonesia?

salam,
ida


At 4:41 PM 5/13/1999, FNU Brawijaya wrote:

|Okay mengenai pemakaian tauke dengan mas. Sebetulnya istilah apa saja
|kalo dipake secara nggak bener juga akan nggak bener. Sebaliknya kalo
|mau diplesetkan untuk diartikan salah juga akan salah, bagaimanapun
|kita mau bikin bener.
|
|Kayak 'tauke', ini istilah yg digunakan sehari-hari, ...

Betul sekali, seperti halnya kata apapun, "tauke" atau "cina", atau
kata apa saja itu memang netral. Baru setelah mendapatkan intonasi
(dalam bahasa ucap) atau dalam *konteks* tertentu (kalimat,
situasi, dsb.) maka kata yang sebetulnya "netral" tersebut bisa
menjadi derogatory (pelecehan), rasis, dsb.

Kalau kita simak awal mula thread ini ...

 At 11:59 AM 5/11/1999, FNU Brawijaya wrote:

 |Lha KAMU belum jadi tauke lagunya sudah kayak
 |Donald Trump. Bisa bayar 3-20 juta mestinya kan
 |bisa bayarin tiket buat keluarga untuk keluar dari
 |Indonesia. Tauke kayak KAMU ini yang biasanya
 |jadi sasaran pertama tiap ada kerusuhan.

Siapapun yang sedikit rasional dan mngerti situasi rasial di
Indonesia mengerti apa maksud kalimat diatas, siapa yang dituju.

The above phrase DOES send a clear message ... and the word is no
longer neutral! It is a racist's remark.


Moko/



__
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com



Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN

1999-05-13 Terurut Topik Helson Siagian

Salam kenal bung Moko. Saya setuju dengan pendapat anda.


Helson SIAGIAN
---
http://gwu.edu/~siagian
---


On Thu, 13 May 1999, Moko Darjatmoko wrote:

 At 4:41 PM 5/13/1999, FNU Brawijaya wrote:

 |Okay mengenai pemakaian tauke dengan mas. Sebetulnya istilah apa saja
 |kalo dipake secara nggak bener juga akan nggak bener. Sebaliknya kalo
 |mau diplesetkan untuk diartikan salah juga akan salah, bagaimanapun
 |kita mau bikin bener.
 |
 |Kayak 'tauke', ini istilah yg digunakan sehari-hari, ...

 Betul sekali, seperti halnya kata apapun, "tauke" atau "cina", atau
 kata apa saja itu memang netral. Baru setelah mendapatkan intonasi
 (dalam bahasa ucap) atau dalam *konteks* tertentu (kalimat,
 situasi, dsb.) maka kata yang sebetulnya "netral" tersebut bisa
 menjadi derogatory (pelecehan), rasis, dsb.

 Kalau kita simak awal mula thread ini ...

 At 11:59 AM 5/11/1999, FNU Brawijaya wrote:

 |Lha KAMU belum jadi tauke lagunya sudah kayak
 |Donald Trump. Bisa bayar 3-20 juta mestinya kan
 |bisa bayarin tiket buat keluarga untuk keluar dari
 |Indonesia. Tauke kayak KAMU ini yang biasanya
 |jadi sasaran pertama tiap ada kerusuhan.

 Siapapun yang sedikit rasional dan mngerti situasi rasial di
 Indonesia mengerti apa maksud kalimat diatas, siapa yang dituju.

 The above phrase DOES send a clear message ... and the word is no
 longer neutral! It is a racist's remark.


 Moko/




Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN

1999-05-12 Terurut Topik Blucer Rajagukguk

Kalau saya sich jelas memihak yang enggak rasialis :) Selama masih mencintai
negara ini, suku apapun, ras apapun, tidak berhak untuk dihina. Hanya yang
arogan saja, merasa suku ataupun kelompok lain lebih rendah dari suku atau
kelompoknya.

Hendro Susiyanto wrote:

 Saya tidak bermaksud memihak ke salah satu dari anda berdua tapi kan tidak
 selayaknya anda membawa-bawa RAS untuk memaki orang lain...yang tauke lah
 yang apa lah.

 Masalah Tionghoa adalah masalah kebangsaan. Tidak cukup mereka diberi label
 bahwa mereka adalah bagian dari warga negara indonesia dan beberapa kursi di
 DPR tapi yang lebih penting adalah pengakuan bahwa mereka adalah sama dengan
 saudara-saudaranya yang lain dari jawa, aceh, ambon yang juga turut
 menentukan arah perjalanan bangsa ini.

 Wassalam.

 On Tue, 11 May 1999 11:59:19 -0400, FNU Brawijaya wrote:

  Lha KAMU belum jadi tauke lagunya sudah kayak
  Donald Trump. Bisa bayar 3-20 juta mestinya kan
  bisa bayarin tiket buat keluarga untuk keluar dari
  Indonesia. Tauke kayak KAMU ini yang biasanya
  jadi sasaran pertama tiap ada kerusuhan.
 
 
  Patrick wrote:
 
   Computer Programmer lulusan Luar Negeri
   atau-kah lulusan Dalam Negeri Indonesia 
   tidak masalah.
  
   Kamu bisu atau-kah tuli ... no problem.
   Yang penting, kamu mahir dalam
   computer programming, dan bersedia
   menerima dan menyelesaikan semua
   tugas-tugas yang kami berikan ke anda.
  
   Tapi saya juga hanya mau bertemu dengan
   orang yang berwawasan luas.
   Singkat kata, saya benci orang-orang yang
   berhaluan sempit (contoh: orang-orang rasialis).
  
   Lain dari situ . tawaran saya
   adalah Rp 3 Juta s/d Rp 20 Juta per bulan
   sebagai gaji anda  bekerja di Jakarta, Indonesia.
  
   Dan sebagai pegawai saya kelak, anda harus
   bersedia kemungkinan sering dikirim ke Indonesia,
   USA, Malaysia, dan juga Pakistan.
   Semua biaya perjalanan akan kami tanggung.
  
   Sekarang ini, kami sudah punya cabang di
   Pakistan.  Dan baru-baru ini kami baru  buka
   cabang di New York City, NY  USA.
   Dan sekarang-pun kami sedang menjajaki
   opportunities membuka bisnis di
   Kuala Lumpur, Malaysia.
  
   Secara bersamaan, kami pun ingin
   membuka opportunities memdirikan bisnis
   di Jakarta, Indonesia.
  
   Thanks.
   -- Patrick   ([EMAIL PROTECTED])
   Blacksburg, Virginia  USA
   
  
   Luthfi Fauzie wrote:
  
Mana Japrinya koq , tidak disebutkan
nama doang "Patrick" Boo
Yang dicari lulusan Luar atau made in Lokal
   
-Original Message-
From: Patrick [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
Date: Tuesday, May 11, 1999 9:28 PM
Subject: LOWONGAN KERJA: Computer Programmer
   
Bagi yang masih dan/atau lagi cari kerja,
silahkan hubungi saya via email jalur-pribadi.

Saya adalah "contact person" anda bila menginginkan
informasi lebih lanjut mengenai lowongan kerja ini.

Thanks.
-- Patrick

-

LOWONGAN KERJA:  Computer Programmer

Jumlah yang diperlukan masih
belum ditentukan.  Namun bila anda
seorang Teknik Elektro (Electrical
Engineering), dan/atau Informatika
Nusantara (Computer Science),
dan/atau Statistics, saya tertarik
untuk berkomunikasi dengan anda.

Gaji yang akan saya tawarkan
tergantung dari kemampuan anda
(antara Rp 3 Juta s/d Rp 20Juta per bulan).
Atau dalam US Dollar = US$300 s/d US$2000/bulan

Lokasi kerja:
   Jakarta, Indonesia.
   dan kadang anda perlu kami kirim
   ke USA, Malaysia, dan/atau Pakistan.


Terima Kasih,
-- Patrick
Blacksburg, VA
Washington, DC
New York City, NY

 
  --
  Salam,
  Jaya
 
 
  -- I disapprove of what you say, but I will
  defend to death your right to say it. - Voltaire
 
 \\\|///
   \\  - -  //
(  @ @  )
  oOOo-(_)-oOOo---
  FNU Brawijaya
  Dept of Civil Engineering
  Rensselaer Polytechnic Institute
  mailto:[EMAIL PROTECTED]
  Oooo
 oooO (   )
(   )  ) /
 \ (  (_/
  \_)

 ___
 Get your free, private email at http://mail.excite.com/



Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN

1999-05-12 Terurut Topik FNU Brawijaya

Si Patrick ini kan yang jualan CD bajakan, muncul dengan berbagai account.
Ada yang pake nama Bonnyku@, ada CDBaloon@. dlsb. Malah kadang pake
account yang mengesankan dia berada di negara lain (sempet pake extension
untuk Austria deh). Padahal dianya berdomisili di Virginia Tech, itu juga kalo
bener. Tapi beliau ini saya denger sering berkeliaran ke DC dan NYC juga.
Dari satu sisi memang dia berasal dari keluarga kuaya lah, tapi paling sering
komplain mau ngeluarin keluarganya dari Indonesia. Email senada kan sering
diposting sama Patrick. Mungkin sudah punya jadwal kali, tiap 6 bulan kali

Kalo ada yang mau dipekerjakan sama Patrick yang jualan CD bajakan ya monggo
saja. Saya kok nggak yakin Patrick mau bayar anda Rp3-20 juta, wong dianya masih
menghalalkan jualan CD bajakan je Tidak tahu juga kalo beliaunya sudah berubah.
Silakan check aja dulu.

Istilah taukeh adalah istilah yang jamak dipake oleh masyarakat kita dan antar
mereka sendiri juga memakainya. Tidak ada yang istimewa untuk diartikan sebagai
bawa-bawa ras. Mungkin anda kurang sering bergaul dengan kalangan mereka
sehingga mengira bahwa istilah 'tauke' diidentikkan dg ras. Banyak dari kita yg
membuat diri sendiri tidak nyaman, misal dengan memberikan istilah tionghoa.
Padahal di kalangan WNI keturunanan cina pun lebih banyak yg tidak menyukai
penyebutan ini.

Kalo bung blucer ini kan lagi demen dengan jargon anti-diskriminasi. Jadi
saya ya maklum saja.


'---
Blucer Rajagukguk wrote:

 Kalau saya sich jelas memihak yang enggak rasialis :) Selama masih mencintai
 negara ini, suku apapun, ras apapun, tidak berhak untuk dihina. Hanya yang
 arogan saja, merasa suku ataupun kelompok lain lebih rendah dari suku atau
 kelompoknya.

 Hendro Susiyanto wrote:

  Saya tidak bermaksud memihak ke salah satu dari anda berdua tapi kan tidak
  selayaknya anda membawa-bawa RAS untuk memaki orang lain...yang tauke lah
  yang apa lah.
 
  Masalah Tionghoa adalah masalah kebangsaan. Tidak cukup mereka diberi label
  bahwa mereka adalah bagian dari warga negara indonesia dan beberapa kursi di
  DPR tapi yang lebih penting adalah pengakuan bahwa mereka adalah sama dengan
  saudara-saudaranya yang lain dari jawa, aceh, ambon yang juga turut
  menentukan arah perjalanan bangsa ini.
 
  Wassalam.
 
  On Tue, 11 May 1999 11:59:19 -0400, FNU Brawijaya wrote:
 
   Lha KAMU belum jadi tauke lagunya sudah kayak
   Donald Trump. Bisa bayar 3-20 juta mestinya kan
   bisa bayarin tiket buat keluarga untuk keluar dari
   Indonesia. Tauke kayak KAMU ini yang biasanya
   jadi sasaran pertama tiap ada kerusuhan.
  
  
   Patrick wrote:
  
Computer Programmer lulusan Luar Negeri
atau-kah lulusan Dalam Negeri Indonesia 
tidak masalah.
   
Kamu bisu atau-kah tuli ... no problem.
Yang penting, kamu mahir dalam
computer programming, dan bersedia
menerima dan menyelesaikan semua
tugas-tugas yang kami berikan ke anda.
   
Tapi saya juga hanya mau bertemu dengan
orang yang berwawasan luas.
Singkat kata, saya benci orang-orang yang
berhaluan sempit (contoh: orang-orang rasialis).
   
Lain dari situ . tawaran saya
adalah Rp 3 Juta s/d Rp 20 Juta per bulan
sebagai gaji anda  bekerja di Jakarta, Indonesia.
   
Dan sebagai pegawai saya kelak, anda harus
bersedia kemungkinan sering dikirim ke Indonesia,
USA, Malaysia, dan juga Pakistan.
Semua biaya perjalanan akan kami tanggung.
   
Sekarang ini, kami sudah punya cabang di
Pakistan.  Dan baru-baru ini kami baru  buka
cabang di New York City, NY  USA.
Dan sekarang-pun kami sedang menjajaki
opportunities membuka bisnis di
Kuala Lumpur, Malaysia.
   
Secara bersamaan, kami pun ingin
membuka opportunities memdirikan bisnis
di Jakarta, Indonesia.
   
Thanks.
-- Patrick   ([EMAIL PROTECTED])
Blacksburg, Virginia  USA

   
Luthfi Fauzie wrote:
   
 Mana Japrinya koq , tidak disebutkan
 nama doang "Patrick" Boo
 Yang dicari lulusan Luar atau made in Lokal

 -Original Message-
 From: Patrick [EMAIL PROTECTED]
 To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
 Date: Tuesday, May 11, 1999 9:28 PM
 Subject: LOWONGAN KERJA: Computer Programmer

 Bagi yang masih dan/atau lagi cari kerja,
 silahkan hubungi saya via email jalur-pribadi.
 
 Saya adalah "contact person" anda bila menginginkan
 informasi lebih lanjut mengenai lowongan kerja ini.
 
 Thanks.
 -- Patrick
 
 -
 
 LOWONGAN KERJA:  Computer Programmer
 
 Jumlah yang diperlukan masih
 belum ditentukan.  Namun bila anda
 seorang Teknik Elektro (Electrical
 Engineering), dan/atau Informatika
 Nusantara (Computer Science),
 dan/atau Statistics, saya tertarik
 untuk berkomunikasi dengan anda.
 
 

Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN

1999-05-12 Terurut Topik Blucer Rajagukguk

Anti-diskriminasi bukan jargon mas. Kalau mengolahragakan masyarakat, dan
memasyarakatkan olahraga boleh-lah disebut jargon. Diskriminasi ini salah satu penyakit
sosial. Di Indonesia benih penyakit ini sudah mewabah, sebentar lagi tinggal panenan.
Silahkan saja kalau belum sadar sama penyakit ini, tapi saya terimakasih sekali jika
ada kawan mau mengingat perkataan anak keroco seperti saya ini. Kalau kita tidak
bersama-sama melawan diskriminasi, maka diskriminasi inilah yang akan menindas bangsa
dan rakyat kita.

salam anti-diskriminasi (bukan salam anti-dikirimi-nasi :))
blucer

FNU Brawijaya wrote:

 Si Patrick ini kan yang jualan CD bajakan, muncul dengan berbagai account.
 Ada yang pake nama Bonnyku@, ada CDBaloon@. dlsb. Malah kadang pake
 account yang mengesankan dia berada di negara lain (sempet pake extension
 untuk Austria deh). Padahal dianya berdomisili di Virginia Tech, itu juga kalo
 bener. Tapi beliau ini saya denger sering berkeliaran ke DC dan NYC juga.
 Dari satu sisi memang dia berasal dari keluarga kuaya lah, tapi paling sering
 komplain mau ngeluarin keluarganya dari Indonesia. Email senada kan sering
 diposting sama Patrick. Mungkin sudah punya jadwal kali, tiap 6 bulan kali

 Kalo ada yang mau dipekerjakan sama Patrick yang jualan CD bajakan ya monggo
 saja. Saya kok nggak yakin Patrick mau bayar anda Rp3-20 juta, wong dianya masih
 menghalalkan jualan CD bajakan je Tidak tahu juga kalo beliaunya sudah berubah.
 Silakan check aja dulu.

 Istilah taukeh adalah istilah yang jamak dipake oleh masyarakat kita dan antar
 mereka sendiri juga memakainya. Tidak ada yang istimewa untuk diartikan sebagai
 bawa-bawa ras. Mungkin anda kurang sering bergaul dengan kalangan mereka
 sehingga mengira bahwa istilah 'tauke' diidentikkan dg ras. Banyak dari kita yg
 membuat diri sendiri tidak nyaman, misal dengan memberikan istilah tionghoa.
 Padahal di kalangan WNI keturunanan cina pun lebih banyak yg tidak menyukai
 penyebutan ini.

 Kalo bung blucer ini kan lagi demen dengan jargon anti-diskriminasi. Jadi
 saya ya maklum saja.

 '---
 Blucer Rajagukguk wrote:

  Kalau saya sich jelas memihak yang enggak rasialis :) Selama masih mencintai
  negara ini, suku apapun, ras apapun, tidak berhak untuk dihina. Hanya yang
  arogan saja, merasa suku ataupun kelompok lain lebih rendah dari suku atau
  kelompoknya.
 
  Hendro Susiyanto wrote:
 
   Saya tidak bermaksud memihak ke salah satu dari anda berdua tapi kan tidak
   selayaknya anda membawa-bawa RAS untuk memaki orang lain...yang tauke lah
   yang apa lah.
  
   Masalah Tionghoa adalah masalah kebangsaan. Tidak cukup mereka diberi label
   bahwa mereka adalah bagian dari warga negara indonesia dan beberapa kursi di
   DPR tapi yang lebih penting adalah pengakuan bahwa mereka adalah sama dengan
   saudara-saudaranya yang lain dari jawa, aceh, ambon yang juga turut
   menentukan arah perjalanan bangsa ini.
  
   Wassalam.
  
   On Tue, 11 May 1999 11:59:19 -0400, FNU Brawijaya wrote:
  
Lha KAMU belum jadi tauke lagunya sudah kayak
Donald Trump. Bisa bayar 3-20 juta mestinya kan
bisa bayarin tiket buat keluarga untuk keluar dari
Indonesia. Tauke kayak KAMU ini yang biasanya
jadi sasaran pertama tiap ada kerusuhan.
   
   
Patrick wrote:
   
 Computer Programmer lulusan Luar Negeri
 atau-kah lulusan Dalam Negeri Indonesia 
 tidak masalah.

 Kamu bisu atau-kah tuli ... no problem.
 Yang penting, kamu mahir dalam
 computer programming, dan bersedia
 menerima dan menyelesaikan semua
 tugas-tugas yang kami berikan ke anda.

 Tapi saya juga hanya mau bertemu dengan
 orang yang berwawasan luas.
 Singkat kata, saya benci orang-orang yang
 berhaluan sempit (contoh: orang-orang rasialis).

 Lain dari situ . tawaran saya
 adalah Rp 3 Juta s/d Rp 20 Juta per bulan
 sebagai gaji anda  bekerja di Jakarta, Indonesia.

 Dan sebagai pegawai saya kelak, anda harus
 bersedia kemungkinan sering dikirim ke Indonesia,
 USA, Malaysia, dan juga Pakistan.
 Semua biaya perjalanan akan kami tanggung.

 Sekarang ini, kami sudah punya cabang di
 Pakistan.  Dan baru-baru ini kami baru  buka
 cabang di New York City, NY  USA.
 Dan sekarang-pun kami sedang menjajaki
 opportunities membuka bisnis di
 Kuala Lumpur, Malaysia.

 Secara bersamaan, kami pun ingin
 membuka opportunities memdirikan bisnis
 di Jakarta, Indonesia.

 Thanks.
 -- Patrick   ([EMAIL PROTECTED])
 Blacksburg, Virginia  USA
 

 Luthfi Fauzie wrote:

  Mana Japrinya koq , tidak disebutkan
  nama doang "Patrick" Boo
  Yang dicari lulusan Luar atau made in Lokal
 
  -Original Message-
  From: Patrick [EMAIL PROTECTED]
  To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
  Date: Tuesday, May 11, 1999 9:28 PM
  

Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN

1999-05-12 Terurut Topik Andrew G Pattiwael

Bung Brawi,

tetap yang namanya panggilan seperti itu masih terasa 'menyindir'  orang lain
atau lebih tepatnya 'hinaan' yang diasosiasikan kepada kepada golongan
keturunan. Tidak semuanya keturunan itu tauke kan? atau tidak semua
pedagang itu keturunan kan...Makanya tolong janganlah membawa-bawa
istilah yang kadang kedengarannya tidak mengenakkan seperti itu.
Anda sendiri saya panggil (walau tidak sengaja)  dengan panggilan 'cung'
sudah tersinggung (saya maklum, karena anda kan graduate student,
sedangkan saya ini apalah, undergrad aja masih separo). Saya rasa
panggilan 'kacung'  dan 'tauke'  sama sama tidak mengenakkan.
Don't take any offense bung, hanya mengingatkan kok.

Andrew Pattiwael


On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote:

 Si Patrick ini kan yang jualan CD bajakan, muncul dengan berbagai account.
 Ada yang pake nama Bonnyku@, ada CDBaloon@. dlsb. Malah kadang pake
 account yang mengesankan dia berada di negara lain (sempet pake extension
 untuk Austria deh). Padahal dianya berdomisili di Virginia Tech, itu juga kalo
 bener. Tapi beliau ini saya denger sering berkeliaran ke DC dan NYC juga.
 Dari satu sisi memang dia berasal dari keluarga kuaya lah, tapi paling sering
 komplain mau ngeluarin keluarganya dari Indonesia. Email senada kan sering
 diposting sama Patrick. Mungkin sudah punya jadwal kali, tiap 6 bulan kali

 Kalo ada yang mau dipekerjakan sama Patrick yang jualan CD bajakan ya monggo
 saja. Saya kok nggak yakin Patrick mau bayar anda Rp3-20 juta, wong dianya masih
 menghalalkan jualan CD bajakan je Tidak tahu juga kalo beliaunya sudah berubah.
 Silakan check aja dulu.

 Istilah taukeh adalah istilah yang jamak dipake oleh masyarakat kita dan antar
 mereka sendiri juga memakainya. Tidak ada yang istimewa untuk diartikan sebagai
 bawa-bawa ras. Mungkin anda kurang sering bergaul dengan kalangan mereka
 sehingga mengira bahwa istilah 'tauke' diidentikkan dg ras. Banyak dari kita yg
 membuat diri sendiri tidak nyaman, misal dengan memberikan istilah tionghoa.
 Padahal di kalangan WNI keturunanan cina pun lebih banyak yg tidak menyukai
 penyebutan ini.

 Kalo bung blucer ini kan lagi demen dengan jargon anti-diskriminasi. Jadi
 saya ya maklum saja.


 '---
 Blucer Rajagukguk wrote:

  Kalau saya sich jelas memihak yang enggak rasialis :) Selama masih mencintai
  negara ini, suku apapun, ras apapun, tidak berhak untuk dihina. Hanya yang
  arogan saja, merasa suku ataupun kelompok lain lebih rendah dari suku atau
  kelompoknya.
 
  Hendro Susiyanto wrote:
 
   Saya tidak bermaksud memihak ke salah satu dari anda berdua tapi kan tidak
   selayaknya anda membawa-bawa RAS untuk memaki orang lain...yang tauke lah
   yang apa lah.
  
   Masalah Tionghoa adalah masalah kebangsaan. Tidak cukup mereka diberi label
   bahwa mereka adalah bagian dari warga negara indonesia dan beberapa kursi di
   DPR tapi yang lebih penting adalah pengakuan bahwa mereka adalah sama dengan
   saudara-saudaranya yang lain dari jawa, aceh, ambon yang juga turut
   menentukan arah perjalanan bangsa ini.
  
   Wassalam.
  
   On Tue, 11 May 1999 11:59:19 -0400, FNU Brawijaya wrote:
  
Lha KAMU belum jadi tauke lagunya sudah kayak
Donald Trump. Bisa bayar 3-20 juta mestinya kan
bisa bayarin tiket buat keluarga untuk keluar dari
Indonesia. Tauke kayak KAMU ini yang biasanya
jadi sasaran pertama tiap ada kerusuhan.
   
   
Patrick wrote:
   
 Computer Programmer lulusan Luar Negeri
 atau-kah lulusan Dalam Negeri Indonesia 
 tidak masalah.

 Kamu bisu atau-kah tuli ... no problem.
 Yang penting, kamu mahir dalam
 computer programming, dan bersedia
 menerima dan menyelesaikan semua
 tugas-tugas yang kami berikan ke anda.

 Tapi saya juga hanya mau bertemu dengan
 orang yang berwawasan luas.
 Singkat kata, saya benci orang-orang yang
 berhaluan sempit (contoh: orang-orang rasialis).

 Lain dari situ . tawaran saya
 adalah Rp 3 Juta s/d Rp 20 Juta per bulan
 sebagai gaji anda  bekerja di Jakarta, Indonesia.

 Dan sebagai pegawai saya kelak, anda harus
 bersedia kemungkinan sering dikirim ke Indonesia,
 USA, Malaysia, dan juga Pakistan.
 Semua biaya perjalanan akan kami tanggung.

 Sekarang ini, kami sudah punya cabang di
 Pakistan.  Dan baru-baru ini kami baru  buka
 cabang di New York City, NY  USA.
 Dan sekarang-pun kami sedang menjajaki
 opportunities membuka bisnis di
 Kuala Lumpur, Malaysia.

 Secara bersamaan, kami pun ingin
 membuka opportunities memdirikan bisnis
 di Jakarta, Indonesia.

 Thanks.
 -- Patrick   ([EMAIL PROTECTED])
 Blacksburg, Virginia  USA
 

 Luthfi Fauzie wrote:

  Mana Japrinya koq , tidak disebutkan
  nama doang "Patrick" Boo
  Yang dicari lulusan Luar atau made in Lokal
 
  -Original 

Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN

1999-05-12 Terurut Topik Blucer Rajagukguk

he...he...he.., memang sedikit yang tahan banting kayak eyang troy :) Lagian istilah 
eyang
troy buatan siapa sich, kok bukannya cucu troy, gitu.

Andrew G Pattiwael wrote:

 ketidak tahuan? mungkin.
 tapi saya melihat perilaku anda, malah menunjukan kesok tahuan itu lho...
 Lantas apaan nih memakai-makai nama norwich segalasaya rasa nga ada
 hubungannya

 seperti yang sudah saya bilang, sepertinya memang susah diskusi antar
 tingkat yang lebih tinggi dan tingkatan yang agak rendah seperti saya ini.

 Andrew

 On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote:

  Saya tidak melihat bahwa tauke bukan istilah positif. Anda tahu artinya
  tidak sih? Malah lebih positif daripada engkong. Istilah engkong sering
  digunakan untuk meledek. Misal 'engkong lu'. Tidak demikian dengan
  istilah tauke. Artinya ya selalu positif.
 
  Saya tidak mau berpanjang lebar dengan urusan  tauke ini. Tapi terus terang
  saya prihatin, karena ini sekaligus mengindikasikan ketakutan yg berlebihan
  untuk menyinggung perasaan ras lain yg lebih didasari oleh ketidaktahuan. Ini
  sekaligus menunjukkan kurangnya interaksi (dan asimilasi) sehingga malah
  menimbulkan kebingungan dan kesalahtingkahan yang sebetulnya tidak perlu ada.
  Bila anda memahami dan menggunakan istilah ini dalam keseharian, terutama dalam
  berinteraksi dg kalangan WNI Keturunan, maka anda tidak akan menulis posting ini.
  Bagaimana kalo anda cari tahu dg teman anda di Norwich?
 
  Sudah terlalu buanyak posting saya hari ini, maaf kalo tidak direply lebih
  lanjut.
 
 
  '
  Andrew G Pattiwael wrote:
 
   Memang larangan untuk memakai bahasa mandarin sudah dihapus, namun
   penggunaanya tetap umum kan, termasuk yang menyinggung itu. Kan yang
   dilarang hanya penggunaan untuk digunakan sebagai Bahasa pengantar dalam
   dunia pendidikan. Istilah yang anda pakai itu bukan istilah yang positif,
   jadi harap dimengerti untuk tidak digunakan. Kalau misalnya anda mengunakan
   istilah 'engkong'  mungkin masih bisa diterima, karena memang orang tua
   dipanggil dengan sebutan itu, bahkan suku betawi pun kalau tidak salah
   juga memakai istilah yang sama.
   Ini bukan me-refer kearah masalah rasial, namun ini adalah semacam
   pelurusan kearah yang lebih berpendidikan dan hidup bertenggang rasa.
  
   Andrew Pattiwael
  
   On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote:
  
Okay deh, tidak akan dipake lagi. Sebagai info, Bung Patrick kan bukan orang
WNI keturunan cina. Jadi ya ndak ada urusan merefer ke masalah ras.
   
Kalo dulu sih dengan teman-teman baik yg chinese maupun yg bukan, dibilang 
tauke
adalah kehormatan. Kehormatan untuk mentraktirhehe... Tidak tahu bila 
sekarang
arti dari 'tauke' sudah bergeser. Lha wong larangan memakai bahasa mandarin
sudah dihapus kok kita malah nggak boleh pake istilah-istilahnya lho. Kalo 
gitu Bung
Blucer mulai sekarang nggak boleh panggil mas lagi deh...
   
   
   
'--
Andrew G Pattiwael wrote:
   
 Bung Brawi,

 tetap yang namanya panggilan seperti itu masih terasa 'menyindir'  orang lain
 atau lebih tepatnya 'hinaan' yang diasosiasikan kepada kepada golongan
 keturunan. Tidak semuanya keturunan itu tauke kan? atau tidak semua
 pedagang itu keturunan kan...Makanya tolong janganlah membawa-bawa
 istilah yang kadang kedengarannya tidak mengenakkan seperti itu.
 Anda sendiri saya panggil (walau tidak sengaja)  dengan panggilan 'cung'
 sudah tersinggung (saya maklum, karena anda kan graduate student,
 sedangkan saya ini apalah, undergrad aja masih separo). Saya rasa
 panggilan 'kacung'  dan 'tauke'  sama sama tidak mengenakkan.
 Don't take any offense bung, hanya mengingatkan kok.

 Andrew Pattiwael
 
  --
  Salam,
  Jaya
 
 
  -- I disapprove of what you say, but I will
  defend to death your right to say it. - Voltaire
 
 \\\|///
   \\  - -  //
(  @ @  )
  oOOo-(_)-oOOo---
  FNU Brawijaya
  Dept of Civil Engineering
  Rensselaer Polytechnic Institute
  mailto:[EMAIL PROTECTED]
  Oooo
 oooO (   )
(   )  ) /
 \ (  (_/
  \_)
 



Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN

1999-05-12 Terurut Topik Vincent Sitindjak

- Original Message -
From: Andrew G Pattiwael
 seperti yang sudah saya bilang, sepertinya memang susah diskusi antar
 tingkat yang lebih tinggi dan tingkatan yang agak rendah seperti saya ini.

ya udah tau gitu koq terus aja bolak-balik, kaya ping-pong aja...



Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN

1999-05-12 Terurut Topik Blucer Rajagukguk

Jaya ini hobinya ngeles, 'tauke' sama 'mas' kok disamain. Merasa pengalaman, tahu 
segala
macam, tidak rasialis, paling demokrasi, eh...eh...faktanya ribut terus sama netters,
walaupun tentu ada beberapa fansnya :).
Ini pepatah lama untuk kita semua, terutama untuk.guehe..he..:
Semut dipelupuk mata orang lain terlihat, sedangkan belek segede jempol dimata sendiri
tidak terasa.

FNU Brawijaya wrote:

 Okay deh, tidak akan dipake lagi. Sebagai info, Bung Patrick kan bukan orang
 WNI keturunan cina. Jadi ya ndak ada urusan merefer ke masalah ras.

 Kalo dulu sih dengan teman-teman baik yg chinese maupun yg bukan, dibilang tauke
 adalah kehormatan. Kehormatan untuk mentraktirhehe... Tidak tahu bila sekarang
 arti dari 'tauke' sudah bergeser. Lha wong larangan memakai bahasa mandarin
 sudah dihapus kok kita malah nggak boleh pake istilah-istilahnya lho. Kalo gitu Bung
 Blucer mulai sekarang nggak boleh panggil mas lagi deh...

 '--
 Andrew G Pattiwael wrote:

  Bung Brawi,
 
  tetap yang namanya panggilan seperti itu masih terasa 'menyindir'  orang lain
  atau lebih tepatnya 'hinaan' yang diasosiasikan kepada kepada golongan
  keturunan. Tidak semuanya keturunan itu tauke kan? atau tidak semua
  pedagang itu keturunan kan...Makanya tolong janganlah membawa-bawa
  istilah yang kadang kedengarannya tidak mengenakkan seperti itu.
  Anda sendiri saya panggil (walau tidak sengaja)  dengan panggilan 'cung'
  sudah tersinggung (saya maklum, karena anda kan graduate student,
  sedangkan saya ini apalah, undergrad aja masih separo). Saya rasa
  panggilan 'kacung'  dan 'tauke'  sama sama tidak mengenakkan.
  Don't take any offense bung, hanya mengingatkan kok.
 
  Andrew Pattiwael
 

 --
 Salam,
 Jaya

 -- I disapprove of what you say, but I will
 defend to death your right to say it. - Voltaire

\\\|///
  \\  - -  //
   (  @ @  )
 oOOo-(_)-oOOo---
 FNU Brawijaya
 Dept of Civil Engineering
 Rensselaer Polytechnic Institute
 mailto:[EMAIL PROTECTED]
 Oooo
oooO (   )
   (   )  ) /
\ (  (_/
 \_)



Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN

1999-05-12 Terurut Topik Helson Siagian

Oh...


Helson SIAGIAN
---
http://gwu.edu/~siagian
---


On Wed, 12 May 1999, Andrew G Pattiwael wrote:

 ketidak tahuan? mungkin.
 tapi saya melihat perilaku anda, malah menunjukan kesok tahuan itu lho...
 Lantas apaan nih memakai-makai nama norwich segalasaya rasa nga ada
 hubungannya

 seperti yang sudah saya bilang, sepertinya memang susah diskusi antar
 tingkat yang lebih tinggi dan tingkatan yang agak rendah seperti saya ini.


 Andrew

 On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote:

  Saya tidak melihat bahwa tauke bukan istilah positif. Anda tahu artinya
  tidak sih? Malah lebih positif daripada engkong. Istilah engkong sering
  digunakan untuk meledek. Misal 'engkong lu'. Tidak demikian dengan
  istilah tauke. Artinya ya selalu positif.
 
  Saya tidak mau berpanjang lebar dengan urusan  tauke ini. Tapi terus terang
  saya prihatin, karena ini sekaligus mengindikasikan ketakutan yg berlebihan
  untuk menyinggung perasaan ras lain yg lebih didasari oleh ketidaktahuan. Ini
  sekaligus menunjukkan kurangnya interaksi (dan asimilasi) sehingga malah
  menimbulkan kebingungan dan kesalahtingkahan yang sebetulnya tidak perlu ada.
  Bila anda memahami dan menggunakan istilah ini dalam keseharian, terutama dalam
  berinteraksi dg kalangan WNI Keturunan, maka anda tidak akan menulis posting ini.
  Bagaimana kalo anda cari tahu dg teman anda di Norwich?
 
  Sudah terlalu buanyak posting saya hari ini, maaf kalo tidak direply lebih
  lanjut.
 
 
  '
  Andrew G Pattiwael wrote:
 
   Memang larangan untuk memakai bahasa mandarin sudah dihapus, namun
   penggunaanya tetap umum kan, termasuk yang menyinggung itu. Kan yang
   dilarang hanya penggunaan untuk digunakan sebagai Bahasa pengantar dalam
   dunia pendidikan. Istilah yang anda pakai itu bukan istilah yang positif,
   jadi harap dimengerti untuk tidak digunakan. Kalau misalnya anda mengunakan
   istilah 'engkong'  mungkin masih bisa diterima, karena memang orang tua
   dipanggil dengan sebutan itu, bahkan suku betawi pun kalau tidak salah
   juga memakai istilah yang sama.
   Ini bukan me-refer kearah masalah rasial, namun ini adalah semacam
   pelurusan kearah yang lebih berpendidikan dan hidup bertenggang rasa.
  
   Andrew Pattiwael
  
   On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote:
  
Okay deh, tidak akan dipake lagi. Sebagai info, Bung Patrick kan bukan orang
WNI keturunan cina. Jadi ya ndak ada urusan merefer ke masalah ras.
   
Kalo dulu sih dengan teman-teman baik yg chinese maupun yg bukan, dibilang 
tauke
adalah kehormatan. Kehormatan untuk mentraktirhehe... Tidak tahu bila 
sekarang
arti dari 'tauke' sudah bergeser. Lha wong larangan memakai bahasa mandarin
sudah dihapus kok kita malah nggak boleh pake istilah-istilahnya lho. Kalo 
gitu Bung
Blucer mulai sekarang nggak boleh panggil mas lagi deh...
   
   
   
'--
Andrew G Pattiwael wrote:
   
 Bung Brawi,

 tetap yang namanya panggilan seperti itu masih terasa 'menyindir'  orang lain
 atau lebih tepatnya 'hinaan' yang diasosiasikan kepada kepada golongan
 keturunan. Tidak semuanya keturunan itu tauke kan? atau tidak semua
 pedagang itu keturunan kan...Makanya tolong janganlah membawa-bawa
 istilah yang kadang kedengarannya tidak mengenakkan seperti itu.
 Anda sendiri saya panggil (walau tidak sengaja)  dengan panggilan 'cung'
 sudah tersinggung (saya maklum, karena anda kan graduate student,
 sedangkan saya ini apalah, undergrad aja masih separo). Saya rasa
 panggilan 'kacung'  dan 'tauke'  sama sama tidak mengenakkan.
 Don't take any offense bung, hanya mengingatkan kok.

 Andrew Pattiwael
 
  --
  Salam,
  Jaya
 
 
  -- I disapprove of what you say, but I will
  defend to death your right to say it. - Voltaire
 
 \\\|///
   \\  - -  //
(  @ @  )
  oOOo-(_)-oOOo---
  FNU Brawijaya
  Dept of Civil Engineering
  Rensselaer Polytechnic Institute
  mailto:[EMAIL PROTECTED]
  Oooo
 oooO (   )
(   )  ) /
 \ (  (_/
  \_)
 




Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN

1999-05-12 Terurut Topik Helson Siagian

Ah...


Helson SIAGIAN
---
http://gwu.edu/~siagian
---


On Wed, 12 May 1999, Blucer Rajagukguk wrote:

 he...he...he.., memang sedikit yang tahan banting kayak eyang troy :) Lagian istilah 
eyang
 troy buatan siapa sich, kok bukannya cucu troy, gitu.

 Andrew G Pattiwael wrote:

  ketidak tahuan? mungkin.
  tapi saya melihat perilaku anda, malah menunjukan kesok tahuan itu lho...
  Lantas apaan nih memakai-makai nama norwich segalasaya rasa nga ada
  hubungannya
 
  seperti yang sudah saya bilang, sepertinya memang susah diskusi antar
  tingkat yang lebih tinggi dan tingkatan yang agak rendah seperti saya ini.
 
  Andrew
 
  On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote:
 
   Saya tidak melihat bahwa tauke bukan istilah positif. Anda tahu artinya
   tidak sih? Malah lebih positif daripada engkong. Istilah engkong sering
   digunakan untuk meledek. Misal 'engkong lu'. Tidak demikian dengan
   istilah tauke. Artinya ya selalu positif.
  
   Saya tidak mau berpanjang lebar dengan urusan  tauke ini. Tapi terus terang
   saya prihatin, karena ini sekaligus mengindikasikan ketakutan yg berlebihan
   untuk menyinggung perasaan ras lain yg lebih didasari oleh ketidaktahuan. Ini
   sekaligus menunjukkan kurangnya interaksi (dan asimilasi) sehingga malah
   menimbulkan kebingungan dan kesalahtingkahan yang sebetulnya tidak perlu ada.
   Bila anda memahami dan menggunakan istilah ini dalam keseharian, terutama dalam
   berinteraksi dg kalangan WNI Keturunan, maka anda tidak akan menulis posting ini.
   Bagaimana kalo anda cari tahu dg teman anda di Norwich?
  
   Sudah terlalu buanyak posting saya hari ini, maaf kalo tidak direply lebih
   lanjut.
  
  
   '
   Andrew G Pattiwael wrote:
  
Memang larangan untuk memakai bahasa mandarin sudah dihapus, namun
penggunaanya tetap umum kan, termasuk yang menyinggung itu. Kan yang
dilarang hanya penggunaan untuk digunakan sebagai Bahasa pengantar dalam
dunia pendidikan. Istilah yang anda pakai itu bukan istilah yang positif,
jadi harap dimengerti untuk tidak digunakan. Kalau misalnya anda mengunakan
istilah 'engkong'  mungkin masih bisa diterima, karena memang orang tua
dipanggil dengan sebutan itu, bahkan suku betawi pun kalau tidak salah
juga memakai istilah yang sama.
Ini bukan me-refer kearah masalah rasial, namun ini adalah semacam
pelurusan kearah yang lebih berpendidikan dan hidup bertenggang rasa.
   
Andrew Pattiwael
   
On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote:
   
 Okay deh, tidak akan dipake lagi. Sebagai info, Bung Patrick kan bukan orang
 WNI keturunan cina. Jadi ya ndak ada urusan merefer ke masalah ras.

 Kalo dulu sih dengan teman-teman baik yg chinese maupun yg bukan, dibilang 
tauke
 adalah kehormatan. Kehormatan untuk mentraktirhehe... Tidak tahu bila 
sekarang
 arti dari 'tauke' sudah bergeser. Lha wong larangan memakai bahasa mandarin
 sudah dihapus kok kita malah nggak boleh pake istilah-istilahnya lho. Kalo 
gitu Bung
 Blucer mulai sekarang nggak boleh panggil mas lagi deh...



 '--
 Andrew G Pattiwael wrote:

  Bung Brawi,
 
  tetap yang namanya panggilan seperti itu masih terasa 'menyindir'  orang 
lain
  atau lebih tepatnya 'hinaan' yang diasosiasikan kepada kepada golongan
  keturunan. Tidak semuanya keturunan itu tauke kan? atau tidak semua
  pedagang itu keturunan kan...Makanya tolong janganlah membawa-bawa
  istilah yang kadang kedengarannya tidak mengenakkan seperti itu.
  Anda sendiri saya panggil (walau tidak sengaja)  dengan panggilan 'cung'
  sudah tersinggung (saya maklum, karena anda kan graduate student,
  sedangkan saya ini apalah, undergrad aja masih separo). Saya rasa
  panggilan 'kacung'  dan 'tauke'  sama sama tidak mengenakkan.
  Don't take any offense bung, hanya mengingatkan kok.
 
  Andrew Pattiwael
  
   --
   Salam,
   Jaya
  
  
   -- I disapprove of what you say, but I will
   defend to death your right to say it. - Voltaire
  
  \\\|///
\\  - -  //
 (  @ @  )
   oOOo-(_)-oOOo---
   FNU Brawijaya
   Dept of Civil Engineering
   Rensselaer Polytechnic Institute
   mailto:[EMAIL PROTECTED]
   Oooo
  oooO (   )
 (   )  ) /
  \ (  (_/
   \_)
  




Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN

1999-05-12 Terurut Topik Helson Siagian

"Hm..." yang saya berikan untuk menanggapi Daeng Ida ternyata memotivasi
9 (sembilan) orang teman untuk berkomunikasi ke saya lewat jalur
pribadi (10 orang kalau termasuk yang di jalur umum). Ada yang
bernostalgia membahas masa lalu, ada yang hanya bertanya, ada yang
bertanya sekaligus ngasih jawaban, ada yang hanya sekedar membahas
satu istilah, dan ada yang menjelaskan suatu "cara" yang baik. Yang pasti,
ada yang hanya satu atau dua kali kirim e-mail, tapi ada yang sampai
sekarang masih berbalas-balasan.

Terimakasih dan e-mail ini bukan untuk ditanggapi lebih lanjut.

Helson SIAGIAN
---
http://gwu.edu/~siagian
---


On Wed, 12 May 1999, Blucer Rajagukguk wrote:

 Jaya ini hobinya ngeles, 'tauke' sama 'mas' kok disamain. Merasa pengalaman, tahu 
segala
 macam, tidak rasialis, paling demokrasi, eh...eh...faktanya ribut terus sama netters,
 walaupun tentu ada beberapa fansnya :).
 Ini pepatah lama untuk kita semua, terutama untuk.guehe..he..:
 Semut dipelupuk mata orang lain terlihat, sedangkan belek segede jempol dimata 
sendiri
 tidak terasa.

 FNU Brawijaya wrote:

  Okay deh, tidak akan dipake lagi. Sebagai info, Bung Patrick kan bukan orang
  WNI keturunan cina. Jadi ya ndak ada urusan merefer ke masalah ras.
 
  Kalo dulu sih dengan teman-teman baik yg chinese maupun yg bukan, dibilang tauke
  adalah kehormatan. Kehormatan untuk mentraktirhehe... Tidak tahu bila sekarang
  arti dari 'tauke' sudah bergeser. Lha wong larangan memakai bahasa mandarin
  sudah dihapus kok kita malah nggak boleh pake istilah-istilahnya lho. Kalo gitu 
Bung
  Blucer mulai sekarang nggak boleh panggil mas lagi deh...
 
  '--
  Andrew G Pattiwael wrote:
 
   Bung Brawi,
  
   tetap yang namanya panggilan seperti itu masih terasa 'menyindir'  orang lain
   atau lebih tepatnya 'hinaan' yang diasosiasikan kepada kepada golongan
   keturunan. Tidak semuanya keturunan itu tauke kan? atau tidak semua
   pedagang itu keturunan kan...Makanya tolong janganlah membawa-bawa
   istilah yang kadang kedengarannya tidak mengenakkan seperti itu.
   Anda sendiri saya panggil (walau tidak sengaja)  dengan panggilan 'cung'
   sudah tersinggung (saya maklum, karena anda kan graduate student,
   sedangkan saya ini apalah, undergrad aja masih separo). Saya rasa
   panggilan 'kacung'  dan 'tauke'  sama sama tidak mengenakkan.
   Don't take any offense bung, hanya mengingatkan kok.
  
   Andrew Pattiwael
  
 
  --
  Salam,
  Jaya
 
  -- I disapprove of what you say, but I will
  defend to death your right to say it. - Voltaire
 
 \\\|///
   \\  - -  //
(  @ @  )
  oOOo-(_)-oOOo---
  FNU Brawijaya
  Dept of Civil Engineering
  Rensselaer Polytechnic Institute
  mailto:[EMAIL PROTECTED]
  Oooo
 oooO (   )
(   )  ) /
 \ (  (_/
  \_)




Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN

1999-05-12 Terurut Topik Dodo D.

ikutan   Ah...  juga

Pada saat2 dinamika diskusi berada pada point seperti ini, saya jadi
membayangkan, gimana seandainya hal ini terjadi pada diskusi secara
langsung (face to face). Berantem kali ye..??

Makanya...ya nggak terlalu surprising lah kalau antara pendatang madura
dengan penduduk asli melayu tawuran di Sambas, lha wong latar
pendidikanya sebagian besar masih ala kadarnya kok...

--- Helson Siagian [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Ah...


 Helson SIAGIAN
 ---
 http://gwu.edu/~siagian
 ---


 On Wed, 12 May 1999, Blucer Rajagukguk wrote:

  he...he...he.., memang sedikit yang tahan banting kayak eyang troy
 :) Lagian istilah eyang
  troy buatan siapa sich, kok bukannya cucu troy, gitu.
 
  Andrew G Pattiwael wrote:
 
   ketidak tahuan? mungkin.
   tapi saya melihat perilaku anda, malah menunjukan kesok tahuan
 itu lho...
   Lantas apaan nih memakai-makai nama norwich segalasaya rasa
 nga ada
   hubungannya
  
   seperti yang sudah saya bilang, sepertinya memang susah diskusi
 antar
   tingkat yang lebih tinggi dan tingkatan yang agak rendah seperti
 saya ini.
  
   Andrew
  
   On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote:
  
Saya tidak melihat bahwa tauke bukan istilah positif. Anda tahu
 artinya
tidak sih? Malah lebih positif daripada engkong. Istilah
 engkong sering
digunakan untuk meledek. Misal 'engkong lu'. Tidak demikian
 dengan
istilah tauke. Artinya ya selalu positif.
   
Saya tidak mau berpanjang lebar dengan urusan  tauke ini. Tapi
 terus terang
saya prihatin, karena ini sekaligus mengindikasikan ketakutan
 yg berlebihan
untuk menyinggung perasaan ras lain yg lebih didasari oleh
 ketidaktahuan. Ini
sekaligus menunjukkan kurangnya interaksi (dan asimilasi)
 sehingga malah
menimbulkan kebingungan dan kesalahtingkahan yang sebetulnya
 tidak perlu ada.
Bila anda memahami dan menggunakan istilah ini dalam
 keseharian, terutama dalam
berinteraksi dg kalangan WNI Keturunan, maka anda tidak akan
 menulis posting ini.
Bagaimana kalo anda cari tahu dg teman anda di Norwich?
   
Sudah terlalu buanyak posting saya hari ini, maaf kalo tidak
 direply lebih
lanjut.
   
   
'
Andrew G Pattiwael wrote:
   
 Memang larangan untuk memakai bahasa mandarin sudah dihapus,
 namun
 penggunaanya tetap umum kan, termasuk yang menyinggung itu.
 Kan yang
 dilarang hanya penggunaan untuk digunakan sebagai Bahasa
 pengantar dalam
 dunia pendidikan. Istilah yang anda pakai itu bukan istilah
 yang positif,
 jadi harap dimengerti untuk tidak digunakan. Kalau misalnya
 anda mengunakan
 istilah 'engkong'  mungkin masih bisa diterima, karena memang
 orang tua
 dipanggil dengan sebutan itu, bahkan suku betawi pun kalau
 tidak salah
 juga memakai istilah yang sama.
 Ini bukan me-refer kearah masalah rasial, namun ini adalah
 semacam
 pelurusan kearah yang lebih berpendidikan dan hidup
 bertenggang rasa.

 Andrew Pattiwael

 On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote:

  Okay deh, tidak akan dipake lagi. Sebagai info, Bung
 Patrick kan bukan orang
  WNI keturunan cina. Jadi ya ndak ada urusan merefer ke
 masalah ras.
 
  Kalo dulu sih dengan teman-teman baik yg chinese maupun yg
 bukan, dibilang tauke
  adalah kehormatan. Kehormatan untuk mentraktirhehe...
 Tidak tahu bila sekarang
  arti dari 'tauke' sudah bergeser. Lha wong larangan memakai
 bahasa mandarin
  sudah dihapus kok kita malah nggak boleh pake
 istilah-istilahnya lho. Kalo gitu Bung
  Blucer mulai sekarang nggak boleh panggil mas lagi deh...
 
 
 
  '--
  Andrew G Pattiwael wrote:
 
   Bung Brawi,
  
   tetap yang namanya panggilan seperti itu masih terasa
 'menyindir'  orang lain
   atau lebih tepatnya 'hinaan' yang diasosiasikan kepada
 kepada golongan
   keturunan. Tidak semuanya keturunan itu tauke kan? atau
 tidak semua
   pedagang itu keturunan kan...Makanya tolong janganlah
 membawa-bawa
   istilah yang kadang kedengarannya tidak mengenakkan
 seperti itu.
   Anda sendiri saya panggil (walau tidak sengaja)  dengan
 panggilan 'cung'
   sudah tersinggung (saya maklum, karena anda kan graduate
 student,
   sedangkan saya ini apalah, undergrad aja masih separo).
 Saya rasa
   panggilan 'kacung'  dan 'tauke'  sama sama tidak
 mengenakkan.
   Don't take any offense bung, hanya mengingatkan kok.
  
   Andrew Pattiwael
   
--
Salam,
Jaya
   
   
-- I disapprove of what you say, but I will
defend to death your right to say it. - Voltaire
   
   \\\|///
 \\  - -  //
  (  @ @  )
oOOo-(_)-oOOo---
FNU Brawijaya
Dept of Civil Engineering
Rensselaer Polytechnic Institute
mailto:[EMAIL PROTECTED]

Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN

1999-05-12 Terurut Topik Blucer Rajagukguk

hot discussion bukan berarti berantem khan :). Kayak di korsel sama taiwan,
sering juga tuch, anggota parlemennya tonjok-tonjokan.

Dodo D. wrote:

 ikutan   Ah...  juga

 Pada saat2 dinamika diskusi berada pada point seperti ini, saya jadi
 membayangkan, gimana seandainya hal ini terjadi pada diskusi secara
 langsung (face to face). Berantem kali ye..??

 Makanya...ya nggak terlalu surprising lah kalau antara pendatang madura
 dengan penduduk asli melayu tawuran di Sambas, lha wong latar
 pendidikanya sebagian besar masih ala kadarnya kok...

 --- Helson Siagian [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Ah...
 
 
  Helson SIAGIAN
  ---
  http://gwu.edu/~siagian
  ---
 
 
  On Wed, 12 May 1999, Blucer Rajagukguk wrote:
 
   he...he...he.., memang sedikit yang tahan banting kayak eyang troy
  :) Lagian istilah eyang
   troy buatan siapa sich, kok bukannya cucu troy, gitu.
  
   Andrew G Pattiwael wrote:
  
ketidak tahuan? mungkin.
tapi saya melihat perilaku anda, malah menunjukan kesok tahuan
  itu lho...
Lantas apaan nih memakai-makai nama norwich segalasaya rasa
  nga ada
hubungannya
   
seperti yang sudah saya bilang, sepertinya memang susah diskusi
  antar
tingkat yang lebih tinggi dan tingkatan yang agak rendah seperti
  saya ini.
   
Andrew
   
On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote:
   
 Saya tidak melihat bahwa tauke bukan istilah positif. Anda tahu
  artinya
 tidak sih? Malah lebih positif daripada engkong. Istilah
  engkong sering
 digunakan untuk meledek. Misal 'engkong lu'. Tidak demikian
  dengan
 istilah tauke. Artinya ya selalu positif.

 Saya tidak mau berpanjang lebar dengan urusan  tauke ini. Tapi
  terus terang
 saya prihatin, karena ini sekaligus mengindikasikan ketakutan
  yg berlebihan
 untuk menyinggung perasaan ras lain yg lebih didasari oleh
  ketidaktahuan. Ini
 sekaligus menunjukkan kurangnya interaksi (dan asimilasi)
  sehingga malah
 menimbulkan kebingungan dan kesalahtingkahan yang sebetulnya
  tidak perlu ada.
 Bila anda memahami dan menggunakan istilah ini dalam
  keseharian, terutama dalam
 berinteraksi dg kalangan WNI Keturunan, maka anda tidak akan
  menulis posting ini.
 Bagaimana kalo anda cari tahu dg teman anda di Norwich?

 Sudah terlalu buanyak posting saya hari ini, maaf kalo tidak
  direply lebih
 lanjut.


 '
 Andrew G Pattiwael wrote:

  Memang larangan untuk memakai bahasa mandarin sudah dihapus,
  namun
  penggunaanya tetap umum kan, termasuk yang menyinggung itu.
  Kan yang
  dilarang hanya penggunaan untuk digunakan sebagai Bahasa
  pengantar dalam
  dunia pendidikan. Istilah yang anda pakai itu bukan istilah
  yang positif,
  jadi harap dimengerti untuk tidak digunakan. Kalau misalnya
  anda mengunakan
  istilah 'engkong'  mungkin masih bisa diterima, karena memang
  orang tua
  dipanggil dengan sebutan itu, bahkan suku betawi pun kalau
  tidak salah
  juga memakai istilah yang sama.
  Ini bukan me-refer kearah masalah rasial, namun ini adalah
  semacam
  pelurusan kearah yang lebih berpendidikan dan hidup
  bertenggang rasa.
 
  Andrew Pattiwael
 
  On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote:
 
   Okay deh, tidak akan dipake lagi. Sebagai info, Bung
  Patrick kan bukan orang
   WNI keturunan cina. Jadi ya ndak ada urusan merefer ke
  masalah ras.
  
   Kalo dulu sih dengan teman-teman baik yg chinese maupun yg
  bukan, dibilang tauke
   adalah kehormatan. Kehormatan untuk mentraktirhehe...
  Tidak tahu bila sekarang
   arti dari 'tauke' sudah bergeser. Lha wong larangan memakai
  bahasa mandarin
   sudah dihapus kok kita malah nggak boleh pake
  istilah-istilahnya lho. Kalo gitu Bung
   Blucer mulai sekarang nggak boleh panggil mas lagi deh...
  
  
  
   '--
   Andrew G Pattiwael wrote:
  
Bung Brawi,
   
tetap yang namanya panggilan seperti itu masih terasa
  'menyindir'  orang lain
atau lebih tepatnya 'hinaan' yang diasosiasikan kepada
  kepada golongan
keturunan. Tidak semuanya keturunan itu tauke kan? atau
  tidak semua
pedagang itu keturunan kan...Makanya tolong janganlah
  membawa-bawa
istilah yang kadang kedengarannya tidak mengenakkan
  seperti itu.
Anda sendiri saya panggil (walau tidak sengaja)  dengan
  panggilan 'cung'
sudah tersinggung (saya maklum, karena anda kan graduate
  student,
sedangkan saya ini apalah, undergrad aja masih separo).
  Saya rasa
panggilan 'kacung'  dan 'tauke'  sama sama tidak
  mengenakkan.
Don't take any offense bung, hanya mengingatkan kok.
   
Andrew Pattiwael

 --
 Salam,
 Jaya


 -- I disapprove of what you say, but I will
 defend to death your right to 

(Voltaire) RASIALIS VS KEBANGSAAN

1999-05-12 Terurut Topik Andrew G Pattiwael

 -- I disapprove of what you say, but I will
 defend to death your right to say it. - Voltaire

Dipotong dari Signature-nya Bung Brawi

Saya memang berbeda pendapat dengan Bung Brawi, namun saya harus
menghargai Hak dan Kebebasan Bung Brawi untuk mengeluarkan pendapat

Kebebasan Mengeluarkan Pendapat Sesuai dengan Kehidupan Demokrasi yang Hakiki
dan tentunya Dijamin oleh UUD 1945

Andrew Pattiwael



(Face-to-face) RASIALIS VS KEBANGSAAN

1999-05-12 Terurut Topik Andrew G Pattiwael

Saya juga pengen tau ya...gimana kalau berdialog sambil bertatap muka,
saya bertatap muka dengan Bung Brawi, Kang Dodo, dan rekan2 lainnnya.
Apa saya bisa sevokal di milist, saat saling berpandang-pandangan,
melihat bagaimana raut muka masing-masing peserta dan tentunya ada
perasaan 'tidak enak' khas Indonesia, dimana sulit bagi saya untuk
'menentang' seniority.

Menepis apa yang pernah dikatakan oleh seorang 'tamu', saat berkunjung
di NU, bahwa pembicaraan di milist internet kebanyakan tidak berisi,
karena pembicara dikebanyakan milist cenderung hanya menggunakan emosi.
(Mungkin apa yang dikatakan oleh Beliau mempunyai kebenaran?)

Andrew Pattiwael



Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN

1999-05-12 Terurut Topik Helson Siagian

Kalau yang ini sih...antara kelompok yang TIDAK SOK pinter dengan yang ...
nggak tau deh...


Helson SIAGIAN
---
http://gwu.edu/~siagian
---


On Wed, 12 May 1999, Dodo D. wrote:

 ikutan   Ah...  juga

 Pada saat2 dinamika diskusi berada pada point seperti ini, saya jadi
 membayangkan, gimana seandainya hal ini terjadi pada diskusi secara
 langsung (face to face). Berantem kali ye..??

 Makanya...ya nggak terlalu surprising lah kalau antara pendatang madura
 dengan penduduk asli melayu tawuran di Sambas, lha wong latar
 pendidikanya sebagian besar masih ala kadarnya kok...

 --- Helson Siagian [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Ah...
 
 
  Helson SIAGIAN
  ---
  http://gwu.edu/~siagian
  ---
 
 
  On Wed, 12 May 1999, Blucer Rajagukguk wrote:
 
   he...he...he.., memang sedikit yang tahan banting kayak eyang troy
  :) Lagian istilah eyang
   troy buatan siapa sich, kok bukannya cucu troy, gitu.
  
   Andrew G Pattiwael wrote:
  
ketidak tahuan? mungkin.
tapi saya melihat perilaku anda, malah menunjukan kesok tahuan
  itu lho...
Lantas apaan nih memakai-makai nama norwich segalasaya rasa
  nga ada
hubungannya
   
seperti yang sudah saya bilang, sepertinya memang susah diskusi
  antar
tingkat yang lebih tinggi dan tingkatan yang agak rendah seperti
  saya ini.
   
Andrew
   
On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote:
   
 Saya tidak melihat bahwa tauke bukan istilah positif. Anda tahu
  artinya
 tidak sih? Malah lebih positif daripada engkong. Istilah
  engkong sering
 digunakan untuk meledek. Misal 'engkong lu'. Tidak demikian
  dengan
 istilah tauke. Artinya ya selalu positif.

 Saya tidak mau berpanjang lebar dengan urusan  tauke ini. Tapi
  terus terang
 saya prihatin, karena ini sekaligus mengindikasikan ketakutan
  yg berlebihan
 untuk menyinggung perasaan ras lain yg lebih didasari oleh
  ketidaktahuan. Ini
 sekaligus menunjukkan kurangnya interaksi (dan asimilasi)
  sehingga malah
 menimbulkan kebingungan dan kesalahtingkahan yang sebetulnya
  tidak perlu ada.
 Bila anda memahami dan menggunakan istilah ini dalam
  keseharian, terutama dalam
 berinteraksi dg kalangan WNI Keturunan, maka anda tidak akan
  menulis posting ini.
 Bagaimana kalo anda cari tahu dg teman anda di Norwich?

 Sudah terlalu buanyak posting saya hari ini, maaf kalo tidak
  direply lebih
 lanjut.


 '
 Andrew G Pattiwael wrote:

  Memang larangan untuk memakai bahasa mandarin sudah dihapus,
  namun
  penggunaanya tetap umum kan, termasuk yang menyinggung itu.
  Kan yang
  dilarang hanya penggunaan untuk digunakan sebagai Bahasa
  pengantar dalam
  dunia pendidikan. Istilah yang anda pakai itu bukan istilah
  yang positif,
  jadi harap dimengerti untuk tidak digunakan. Kalau misalnya
  anda mengunakan
  istilah 'engkong'  mungkin masih bisa diterima, karena memang
  orang tua
  dipanggil dengan sebutan itu, bahkan suku betawi pun kalau
  tidak salah
  juga memakai istilah yang sama.
  Ini bukan me-refer kearah masalah rasial, namun ini adalah
  semacam
  pelurusan kearah yang lebih berpendidikan dan hidup
  bertenggang rasa.
 
  Andrew Pattiwael
 
  On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote:
 
   Okay deh, tidak akan dipake lagi. Sebagai info, Bung
  Patrick kan bukan orang
   WNI keturunan cina. Jadi ya ndak ada urusan merefer ke
  masalah ras.
  
   Kalo dulu sih dengan teman-teman baik yg chinese maupun yg
  bukan, dibilang tauke
   adalah kehormatan. Kehormatan untuk mentraktirhehe...
  Tidak tahu bila sekarang
   arti dari 'tauke' sudah bergeser. Lha wong larangan memakai
  bahasa mandarin
   sudah dihapus kok kita malah nggak boleh pake
  istilah-istilahnya lho. Kalo gitu Bung
   Blucer mulai sekarang nggak boleh panggil mas lagi deh...
  
  
  
   '--
   Andrew G Pattiwael wrote:
  
Bung Brawi,
   
tetap yang namanya panggilan seperti itu masih terasa
  'menyindir'  orang lain
atau lebih tepatnya 'hinaan' yang diasosiasikan kepada
  kepada golongan
keturunan. Tidak semuanya keturunan itu tauke kan? atau
  tidak semua
pedagang itu keturunan kan...Makanya tolong janganlah
  membawa-bawa
istilah yang kadang kedengarannya tidak mengenakkan
  seperti itu.
Anda sendiri saya panggil (walau tidak sengaja)  dengan
  panggilan 'cung'
sudah tersinggung (saya maklum, karena anda kan graduate
  student,
sedangkan saya ini apalah, undergrad aja masih separo).
  Saya rasa
panggilan 'kacung'  dan 'tauke'  sama sama tidak
  mengenakkan.
Don't take any offense bung, hanya mengingatkan kok.
   
Andrew Pattiwael

 --
 Salam,
 Jaya


 -- I 

RASIALIS VS KEBANGSAAN

1999-05-11 Terurut Topik Hendro Susiyanto

Saya tidak bermaksud memihak ke salah satu dari anda berdua tapi kan tidak
selayaknya anda membawa-bawa RAS untuk memaki orang lain...yang tauke lah
yang apa lah.

Masalah Tionghoa adalah masalah kebangsaan. Tidak cukup mereka diberi label
bahwa mereka adalah bagian dari warga negara indonesia dan beberapa kursi di
DPR tapi yang lebih penting adalah pengakuan bahwa mereka adalah sama dengan
saudara-saudaranya yang lain dari jawa, aceh, ambon yang juga turut
menentukan arah perjalanan bangsa ini.

Wassalam.



On Tue, 11 May 1999 11:59:19 -0400, FNU Brawijaya wrote:

 Lha KAMU belum jadi tauke lagunya sudah kayak
 Donald Trump. Bisa bayar 3-20 juta mestinya kan
 bisa bayarin tiket buat keluarga untuk keluar dari
 Indonesia. Tauke kayak KAMU ini yang biasanya
 jadi sasaran pertama tiap ada kerusuhan.


 Patrick wrote:

  Computer Programmer lulusan Luar Negeri
  atau-kah lulusan Dalam Negeri Indonesia 
  tidak masalah.
 
  Kamu bisu atau-kah tuli ... no problem.
  Yang penting, kamu mahir dalam
  computer programming, dan bersedia
  menerima dan menyelesaikan semua
  tugas-tugas yang kami berikan ke anda.
 
  Tapi saya juga hanya mau bertemu dengan
  orang yang berwawasan luas.
  Singkat kata, saya benci orang-orang yang
  berhaluan sempit (contoh: orang-orang rasialis).
 
  Lain dari situ . tawaran saya
  adalah Rp 3 Juta s/d Rp 20 Juta per bulan
  sebagai gaji anda  bekerja di Jakarta, Indonesia.
 
  Dan sebagai pegawai saya kelak, anda harus
  bersedia kemungkinan sering dikirim ke Indonesia,
  USA, Malaysia, dan juga Pakistan.
  Semua biaya perjalanan akan kami tanggung.
 
  Sekarang ini, kami sudah punya cabang di
  Pakistan.  Dan baru-baru ini kami baru  buka
  cabang di New York City, NY  USA.
  Dan sekarang-pun kami sedang menjajaki
  opportunities membuka bisnis di
  Kuala Lumpur, Malaysia.
 
  Secara bersamaan, kami pun ingin
  membuka opportunities memdirikan bisnis
  di Jakarta, Indonesia.
 
  Thanks.
  -- Patrick   ([EMAIL PROTECTED])
  Blacksburg, Virginia  USA
  
 
  Luthfi Fauzie wrote:
 
   Mana Japrinya koq , tidak disebutkan
   nama doang "Patrick" Boo
   Yang dicari lulusan Luar atau made in Lokal
  
   -Original Message-
   From: Patrick [EMAIL PROTECTED]
   To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
   Date: Tuesday, May 11, 1999 9:28 PM
   Subject: LOWONGAN KERJA: Computer Programmer
  
   Bagi yang masih dan/atau lagi cari kerja,
   silahkan hubungi saya via email jalur-pribadi.
   
   Saya adalah "contact person" anda bila menginginkan
   informasi lebih lanjut mengenai lowongan kerja ini.
   
   Thanks.
   -- Patrick
   
   -
   
   LOWONGAN KERJA:  Computer Programmer
   
   Jumlah yang diperlukan masih
   belum ditentukan.  Namun bila anda
   seorang Teknik Elektro (Electrical
   Engineering), dan/atau Informatika
   Nusantara (Computer Science),
   dan/atau Statistics, saya tertarik
   untuk berkomunikasi dengan anda.
   
   Gaji yang akan saya tawarkan
   tergantung dari kemampuan anda
   (antara Rp 3 Juta s/d Rp 20Juta per bulan).
   Atau dalam US Dollar = US$300 s/d US$2000/bulan
   
   Lokasi kerja:
  Jakarta, Indonesia.
  dan kadang anda perlu kami kirim
  ke USA, Malaysia, dan/atau Pakistan.
   
   
   Terima Kasih,
   -- Patrick
   Blacksburg, VA
   Washington, DC
   New York City, NY
   

 --
 Salam,
 Jaya


 -- I disapprove of what you say, but I will
 defend to death your right to say it. - Voltaire

\\\|///
  \\  - -  //
   (  @ @  )
 oOOo-(_)-oOOo---
 FNU Brawijaya
 Dept of Civil Engineering
 Rensselaer Polytechnic Institute
 mailto:[EMAIL PROTECTED]
 Oooo
oooO (   )
   (   )  ) /
\ (  (_/
 \_)





___
Get your free, private email at http://mail.excite.com/