Points taken...! Thanks ...

Nah, justru krn saya sedikit banyak tahu bahasa, spt juga semua di 
sini -- krn ilmu saya ga terlalu nyambung ko kalo sudah di milis ini -
- maka saya lakukan apa yang saya lakukan. Aneh juga kalo dengan 
menyatakan apa yang obvious itu jatuhnya malah mengolok-olok. 
Jelaskan deh, yang maksud mengolok-olok itu apa? Lalu hubungkan 
dengan sikap saya hanya menegaskan bahwa saya sekadar memanggil 
Suryawan dengan Mas Ahmadi semata spt yang sudah saya jelaskan. Ko 
tendensius sekali jadi mencap saya mengolok-olok?

Saya terima ko keberatan Suryawan, tapi yang jadi masalah, dia 
menyatakan saya memanjangkan singkatan nama MA itu menjadi Mas 
Ahmadi. Wah tentu saya tidak terima. Begitu tanggapa saya ke dia di 
atas. Yang saya lakukan hanya memanggil, menyapa dia dengan 
honorifiks khas laki-laki jawa, 'mas' dan diikuti dengan 'aliran' 
yang ia yakini. Ko salah? Lain kalo memang terbukti saya 
mempermainkan nama dia. Dan memang itu memungkinkan tapi kan saya 
yang tahu. hehehe ...

Nah, sekarang kenapa anda tidak mengacu gaya saya ke mas Rizal, atau 
ke member lain yang memang mereka tidak mulai dan tidak pernah duluan 
mengolok-olok saya? Mengapa malah antara Suryawan dan Rizal? Kan yang 
anda vonis di sini sikap saya bukan Suryawan? Ga konsisten dan 
relevan hemat saya. Apa ini artinya saya ke mas Rizal atau ke member 
lain spt ke bu Lina atau bu Meilany tidak santun dan punya pretensi 
mengolok-olok? :-)

Siapa yang berpretensi dong? :-)

satriyo

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "donnie ahmad" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Pak Satriyo,
> Saya sudah membaca thread anda tentang alasan anda.  Tapi sebagai 
orang yang
> berlatar belakang bahasa, saya rasa anda juga sangat paham tentang
> penggunaan bahasa.  Bahasa mempunyai makna denotatif dan konotatif 
dan juga
> gaya bahasa.  ketika anda melabeli Ahmadi pada mas Suryawan, 
meskipun anda
> mempunyai alasan seperti yang anda sampaikan, orang melihat anda 
menggunakan
> gaya bahasa peyoratif (bener gak yah? soalnya terakhir dapat 
pelajaran
> bahasa pas SMA).  Anda melabeli Ahmadi dengan gaya bahasa yang 
stigmatis,
> apalagi dengan menyebutnya secara berlebihan dan berulang-ulang.
> 
> Boleh saja anda berkilah bahwa saya tidak mengerti apa yang dihati 
anda.
>  Tapi dalam berkomunikasi bukanya persepsi penerima pesan sama 
pentingnya
> dengan apa yang ingin pemberi pesan (anda) sampaikan.  Apabila 
banyak orang
> mempunyai persepsi yang menurut anda keliru dengan yang anda 
maksudkan dalam
> pikiran anda.  Berarti mungkin ada yang keliru dalam penyampaian 
pesan.
> 
> Bukankah seseorang menulis tidak semata-mata untuk 
maaf "bermasturbasi"
> untuk kepuasan sendiri, tetapi juga agar orang lain/banyak mempunyai
> pemahaman tentang yang anda tuliskan.  Jadi yah, kalau banyak  
orang (bisa
> juga anda mendebat siapa yang dimaksud banyak) merasa mempunyai 
persepsi
> yang keliru dengan apa yang anda maksudkan... whose to blame?
> 
> Terlepas mereka mempunyai keyakinan yang berbeda dengan anda.  Saya 
rasa
> bisa dibedakan antara isi pesan dan cara menyampaikan pesan.  Saya 
melihat
> gaya diskusi antara mas Moh rizal dan mas suryawan adalah contoh 
gaya
> diskusi yang santun tanpa ada pretensi untuk mengolok-olok.
> 
> 
> salim,
> Donnie
> 
> 


Kirim email ke