Assalaamuâalaykum wa Rahmatullaahi wa Barakatuhu

Sanak Ahmad Ridha, berikut sedikit komentar saya terhadap pertanyaan sanak.

> Tauhid mulkiyyah bukankah sudah termasuk ke dalam tauhid uluhiyah? Kenapa
> harus dipisahkan?
>
> Bagaimana dengan tauhid asma' wasshifat? Bukankah itu termasuk tauhid yang
> ditolak orang-orang kafir seperti dahulu kafir Quraisy menolak nama
> Ar-Rahman? Bukankah tauhid ini yang membedakan ahlussunnah wal jamaah
dengan
> golongan-golongan yang meniadakan, menakwilkan, menyerupakan atau tidak
> menetapkan sifat-sifat Allah seperti mu'tazilah atau jahmiyyah?

Sebetulnya saya tidak ingin membahas ini karena bukan topik yang sanak
tanyakan sebelumnya, karena sanak menanyakan penanaman nilai aqidah dalam
PKS. Tetapi tak apalah kita sedikit diskusi tentang hal ini. Berikut saya
kutipkan penjelasan dari Pusat Konsultasi Syari'ah mengenai tauhid mulkiyyah
dan tauhid asma' wa sifat. Karena para ustadz di sana kebanyakan juga aktif
di PKS dalam Dewan Syari'ahnya saya kira kita bisa mengambil pendapat mereka
sebagai pendapat PKS mengenai tauhid.

---------------------- mulai di sini
Ilmu tauhid di dalam sejarah Islam mengalami kodifikasi sesuai dengan
kebutuhan waktunya. Para ulama ilmu tauhid telah membuat kajian yang
mendalam dan membuat pembahasan untuk bisa dengan mudah dicerna orang.

Memang di masa Rasulullah SAW belum lagi dikenal pengistilahan seperti itu.
Karena saat itu ilmu tauhid belum lagi menjadi suatu cabang ilmu tersendiri.
Pembagian tauhid rububiyah dan uluhiyah baru dilakukan kemudian setelah
terjadinya klasifikasi cabang-cabang ilmu dalam Islam. Para ulama telah
menyusun cabang ilmu tauhid atau yang juga sering dikenal dengan ilmu kalam.

Esensinya tetap, hanya saja sistematika dan pengistilahannya berkembang
sesuai dengan kebutuhan zaman. Tauhid asma wa sifat berkembang pesat saat
terjadinya debat panjang tentang masalah konsep ketuhanan. Umat islam harus
berhadapan dengan konsep filsafat ketuhanan barat yang cenderung materialis
dan smeata-mata menggunakan logika. Lalu para ulama mencoba memformulasikan
bagaimana konsep ketuhahanan dalam Islam. Konsep tauhid ini harus berhadapan
dengan teori emanasi dan beragam teori theologi lainnya.

Di masa sekarang ini, nampaknya perdebatan dibidang itu sudah tidak terlalu
intensif lagi. Yang justru sekarang bergolak adalah konsep Hakimiyatullah.
Dimana sebagai tuhan, Allah itu bukan hanya sekedar disembah, tetapi juga
menjadi pembuat hukum sekaligus sumber hukum itu sendiri. Sehingga tauhid
itu belum lengkap kalau orang hanya sekedar bicara tentang konsep Allah dari
sudut bahwa Dia adalah Pencipta dan Pemelihara (Rububiyah), atau sekedar
bahwa Dia adalah Yang Wajib Disembah (uluhiyah), tetapi harus sampai pada i
âtiqad bahwa Dia adalah Malik (raja) dan Hakim (pembuat hukum). Sehingga
tauhid seseroang belum sempurna sebelum mengakui bahwa Allah adalah sumber
hukum satu-satunya dalam hidup. Dan bahwa seseorang tidak dikatakan beriman
sebelum dia bertahkim dengan hukum Allah itu.

Pengertian dan esensi tauhid mulkiyah telah berjalan di masa Rasulullah SAW
hidup. Hanya saja secara sistematika dan pengistilahan, belum lagi digunakan
istilah muliyatullah. Tapi esensinya benar dan jelas, bahwa Rasulullah SAW
hidup menjadi nabi selama 23 tahun adalah untuk mendemonstrasikan bagaimana
menjalankan hukum Allah itu dalam praktek sehari-hari. Dan pengingkaran atas
hukum Allah itu pada hakikatnya adalah kekufuran. Kufur bukan hanya karena
tidak mengakui Allah sebagai Pencipta dan Tuhan Yang Disembah, teapi kufur
bisa terjadi karena mengingkari sifat Allah sebagai Malik (Raja) yang paling
berhak mengatur kehidupan manusia dan sebagai Hakim (sumber hukum) dan
pembuat undang-undang.

Jadi kesimpulannya, bertauhid itu harus mencakup tauhid rububiyah, uluhiyah,
asmaâ wa sifat dan tentu saja tauhid mulkiyah. Kesemuanya merupakan
sistematika yang esensinya diakui oleh seluruh umatIslam dan telah berjalan
di zaman Rasulullah SAW hingga hari ini dan sampai hari kiamat. Dari segi
esensi, semuanya bukan sesuatu yang baru, kecuali sekedar pengistilahan.

--------sampai di sini

Jadi bagi saya sebetulnya kita tidak perlu mempermasalahkan perbedaan konsep
yang dipakai karena itu hanyalah sekedar istilah dan mestinya kita lebih
memperhatikan pada esensi contentsnya. Di PKS sendiri tidak ada yang
mengatakan bahwa kita tidak bertauhid asma' wasshifat, dan melakukan diskusi
dalam masalah ini hanyalah membuang-buang waktu saja. Saya sendiri
menyayangkan karena pernah mendengar ada seseorang yang mengatakan bahwa
orang yang memisahkan tauhid mulkiyyah dari tauhid uluhiyah adalah tidak
sesuai dengan salafusshalih, tetapi berharap itu hanya dikatakan orang yang
kurang pengetahuannya mengenai sejarah kodifikasi konsep tauhid ini.

> Selain itu, saya pribadi kok kurang melihat isu aqidah dalam
> kampanye-kampanye PKS. Kenapa sepertinya memprioritaskan bersih dan
peduli?
> Bukankah isu tersebut sama saja dengan promosi partai lainnya bahkan
> katakanlah - maaf - PDS?

Bagi saya, itu adalah penggunaan kata-kata saja. Da'wah Islam perlu
disampaikan dalam bahasa yang mudah dimengerti oleh obyek da'wah. Penggunaan
kata bersih dan peduli saya kira dikarenakan bangsa Indonesia lebih memahami
pesan yang ingin disampaikan oleh PKS dalam waktu kampanye yang pendek.
Bersih sendiri adalah sebuah kata yang cukup merepresentasikan Islam secara
komprehensif, seorang muslim aqidahnya harus bersih dari syirik, hartanya
pun bersih dari yang haram dan syubhat dsbnya.

Dan ingat itu adalah kata-kata yang disampaikan dalam kampanye, dan terlalu
naif saya rasa kalau kita menganggap segala hal yang disampaikan sebuah
partai dalam kampanye mewakili seluruh sikapnya. Apakah sanak pernah
bersilahturrahim dengan pengurus atau ustadz PKS di daerah dekat sanak
tinggal? Cobalah sanak bersilahturrahim dengan mereka, mengikuti
pengajian-pengajian oleh ustadz mereka agar lebih mengenal orang-orang PKS
itu seperti apa. Jangan hanya berdialog dengan simpatisan, tetapi
berdialoglah juga dengan kader-kadernya secara langsung, tidak hanya lewat
e-mail, insya Allaah sanak akan mendapatkan pemahaman lebih lanjut mengenai
PKS dan apa yang diperjuangkannya. Kalau cuma baca dan melihat saja, saya
rasa tidak akan cukup untuk mengetahui seseorang atau suatu hal.

> > Materi-materi ini dilanjutkan dengan materi-materi mahabbatullaah (cinta
> > Allaah), al-wala' wa al-bara' (loyalitas kepada Allaah SWT dan berlepas
> diri
> > dari kemungkaran)
>
> Bagaimana sikap PKS terhadap orang-orang yang berpaham 'nyeleneh' dan
> menyebarkannya (ahlul bid'ah bukan pelaku bid'ah karena tidak tahu)?
> Bagaimanakah bentuk bara' ke mereka?

Sebagai partai da'wah, PKS mestinya berlepas diri dari apa yang mereka
kerjakan, tetapi tidak berlepas diri dari menda'wahi mereka dengan cara-cara
yang ihsan. Apakah maksud sanak bara' itu artinya menjauhkan diri dari
mereka, tidak mau berkomunikasi dan membiarkan mereka begitu saja dengan
dalam keadaannya?

> Siapakah yang akan selamat, muslim yang aqidahnya lurus namun berpemimpin
> zhalim ataukah muslim yang aqidahnya sesat namun berpemimpin adil?

Kenapa harus ada dikotomi seperti ini? Tidakkah kita mengharapkan muslim
yang aqidahnya lurus dan berpemimpin adil?

> > PKS bukanlah kelompok orang-orang seperti yang sanak sebutkan dalam
> > pertanyaan kedua itu.
>
> Seperti saya tanyakan di atas, bagaimanakah sikap PKS terhadap orang-orang
> tersebut?

Sikapnya tentu saja tidak menyetujui apa yang mereka lakukan, tetapi terus
berusaha menda'wahi mereka seperti yang saya katakan di atas agar mereka
meninggalkan kelakuannya yang salah itu. Dan menda'wahi seseorang tidak akan
bisa dilakukan kalau kita tidak mau berkomunikasi dengan mereka

> > Secara formal, PKS mengusulkan pelaksanaan Piagam Madinah, yang
> > dipraktekkaan Rasulullaah SAW ketika beliau datang ke Madinah dengan
para
> > penganut agama lain. Prinsipnya agar para penganut agama menjalankan
> > agamanya masing-masing dengan benar, walaupun kemudian kita mengetahui
> > hanya syari'at Islam yang benar-benar bisa dijadikan pedoman hukum
> > bermasyarakat karena komprehensifnya ajaran Islam.
>
> Apakah masyarakat kita dapat menjalankan Piagam Madinah tersebut jika
belum
> bersih dari kesyirikan?

Apakah sanak merasa bahwa Rasulullaah SAW menjalankan Piagam Madinah dalam
keadaan seluruh masyarakat Madinah telah lepas dari kesyirikan? Padahal kita
tahu di Madinah saat itu ada kaum Yahudi, Nasrani, Munafiq dan juga
penyembah berhala pada saat Rasulullaah SAW datang ke Madinah.

> Berikut ini kutipan dari link-link yang saya sebutkan dalam e-mail
> sebelumnya:
>
> "Tampil pula di panggung kampanye PKS itu, antara lain, Rhoma Irama,
> Setiawan Djodi, Komisaris Jenderal (Purn) Noegroho Djajoesman, Astri Ivo,
> Neno Warisman, Habib Idrus, Nurcholish Madjid, pengusaha Ricky Susanto,
dan
> pengamat ekonomi, Faisal Basri."

> Apakah tokoh-tokoh tersebut merupakan figur-figur beraqidah lurus? Memang
> tidak membenarkan ucapannya namun bukankah itu menjadi suatu publisitas
bagi
> dirinya?

Saya bukan orang yang bisa memberi pendapat apakah mereka yang datang
beraqidah lurus atau tidak. Pemberian pendapat seperti itu haruslah melalui
mekanisme yang benar, karena sama halnya dengan mengatakan seseorang itu
kafir, dan karenanya harus melalui proses pengadilan syari'ah yang jelas.
Selama belum ada keputusan mengenai itu dari pengadilan syari'ah, kita
tidaklah bisa memvonis seseorang aqidahnya lurus atau bengkok.

> Inklusif (atau Pluralis) di sini maksudnya terbuka terhadap berbagai
> golongan atau kelompok atau jargonnya lintas golongan atau lintas agama.
>
> Berikut ini kutipan dari link-link yang saya sebutkan dalam e-mail
> sebelumnya:
>
> "Koalisi bersih tidak sama dengan poros tengah. Koalisi bersih adalah
> membangun kembali komitmen yang luas, lintas agama, lintas suku, lintas
> golongan untuk mengatasi krisis, memberantas korupsi, mengurangi
> pengangguran, meningkatkan kesejahteraan TNI, polisi, buruh, tani,
nelayan,
> dan seluruh rakyat Indonesia," ujarnya."
>
> http://pk-sejahtera.org/modules/news/article.php?mn=1&storyid=2492
>
> "Sabtu sore, 27 Maret 2004 yang lalu, perwakilan partai yang dikenal
sangat
> kental dengan warna keislamannya itu, dengan berani mengundang seorang
tokoh
> Katolik, Romo Eko Prasetyo, C.M., dalam dialog yang mengusung tema
> 'Keberagaman dan Toleransi Bangsa'."
>
> "Karena itulah, agenda yang ditawarkan PKS disebut dengan Agenda Bersama,
> bukan agenda PKS sendirian. Rudi juga memaparkan contoh-contoh nyata PKS
> dalam kiprahnya yang melibatkan orang-orang non muslim."
>
> http://pk-sejahtera.org/modules/news/article.php?mn=1&storyid=2489
>
> Saya ingin mengklarifikasi, apakah dengan demikian menurut PKS posisi
dalam
> pemerintahan perlu diberikan kepada orang-orang yang bersih terlepas dari
> agamanya atau aqidahnya?

Saya kembalikan lagi kepada Piagam Madinah, Rasulullaah SAW dalam masyarakat
Madinah tetap menghormati para pemimpin kaum non-muslim sepanjang mereka
menghormati perjanjian yang dibuat di antara mereka. Bahkan tokoh munafik
Abdullah bin Ubay tetap dihormati sebagai bekas pemimpin orang Madinah.
Bersama orang-orang non-muslim dilakukan usaha bersama dengan pimpinan tetap
di tangan kaum muslimin. Tentunya kita tidak menafikan sirah nabawiyah yang
ini kan?

Dalam Perjanjian Hudaibiyah, Rasulullaah SAW melakukan perjanjian dengan
orang-orang Quraisy, apakah itu berarti Rasulullaah tidak berbara' dari
mereka? Tolong sampaikan konsep sanak bagaimana melakukan perubahan menuju
kepada yang lebih baik dan diridhai Allaah dalam masyarakat yang majemuk,
dan meliputi orang-orang non-muslim yang walaupun sebagian ada yang
bersahabat dengan kaum muslimin, lebih banyak lagi yang memusuhi Islam.
Mohon rujukannya dari sirah Nabawiyah yang sanak ketahui.

> > Mengenai pergaulan tokoh-tokoh PKS, saya kira Amien Rais maupun Gus Dur
> > adalah orang-orang Islam juga, dan tidak ada larangan bagi kita untuk
> > bermuamalah dengan orang-orang yang mungkin berbeda pemahaman Islamnya
> > dengan kita, bahkan dengan orang yang lain agamapun. Saya jadi ingin
tahu
> > bagaimanakah 'pergaulan' yang sanak inginkan dari para tokoh PKS, agar
> > jelas bagi kita nasihat yang ingin sanak berikan.
>
> Memang mereka Islam namun bukankah Islam sekarang sering dipasangkan
sebagai
> label untuk hal-hal yang bukan dari Islam. Misalnya; Islam Liberal,
> Ahmadiyyah, Bahaiyah, dll.
>
> Bukankah Gus Dur sudah jelas pendapatnya yang acap kali 'nyeleneh'? Yang
> bahkan terkadang ia bantah sendiri dengan mengatakan bahwa itu plintiran
> media. Salah satunya yang ada di situs resmi beliau:

Sanak belum menjawab saya mengenai bagaimana 'bergaul' dengan orang-orang
yang sanak anggap nyeleneh itu? Tolong dijawab dengan jelas pertanyaan saya
sebelumnya, bagaimana cara bermuamalah yang baik dengan mereka, termasuk
bermuamalah dengan orang kafir dan non-muslim. Saya sendiri berhusnuzzhon
bahwa Ustadz HNW berkomunikasi dengan mereka sambil menda'wahkan nilai-nilai
Islam kepada partner-partner kerjanya itu.

Mengenai Gus Dur, kalau sanak menganggap Gus Dur aqidahnya tidak lurus itu
hak sanak mengatakannya, saya sendiri merasa tidak mempunyai hak untuk
mengatakan seperti itu.

> Saya pun berhusnushzhon niat dan tujuan perjuangan PKS baik namun
pemilihan
> sarana juga harus berhati-hati karena baiknya tujuan tidaklah menghalalkan
> sarana. Saya percaya PKS memiliki orang-orang yang berilmu dan saya yang
> faqir ini mohon maaf jika ada yang kurang berkenan dengan yang saya
> sampaikan. Mohon maaf juga karena saya banyak menggunakan sumber sekunder
> untuk kutipan, mohon dikoreksi jika salah.

Saya menyarankan agar sanak juga berusaha mendapatkan dari sumber primer
(saya sendiri bukan sumber primer), dengan berdialog secara langsung dengan
orang-orang PKS di sekitar sanak, dan saya kira di Bandung banyak orang PKS.
Komunikasi secara langsung akan mengurangi kesalahpahaman mengenai apa yang
sanak pikirkan, tetapi kalau kita menjauh dan tidak ingin berkomunikasi,
kesalahpahaman itu akan lebih dalam lagi jadinya.

Wassalaamu'alaykum wa Rahmatullahi wa Barakatuhu
Muhammad Arfian
[EMAIL PROTECTED]
[EMAIL PROTECTED]
090-6149-4886
"Isy Kariman Aw Mut Syahidan"

____________________________________________________
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
____________________________________________________

Kirim email ke