kemarin Yusuf-Wibisono nulis:

> Yw: Utk itu, menurut saya, kondisi monopolis seperti sekarang
>     perlu diubah dg hadirnya kompetitor yg riil (sebagaimana
>     saya tulis di email satu lagi). Dan menurut saya, yg
>     menjadi kompetitor riil itu adalah Indosat (plus sejumlah
>     kekuatan yg ditambahkan ke Indosat; yg selanjutnya saham
>     pemerintah di Indosat jangan dibikin mayoritas). Terus lagi:
>     siapapun boleh bebas menyelenggarakan sistem telekomunikasi.
>
> ...

Indi njawap:

Indosat belumlah menjadi saingan dalam palayanan saluran telepon rumah.
Mengenai monopoli oleh Telkom:
Memang monopoli ini ditujukan untuk mencapai "economies of scale", yaitu
dengan adanya pihak tunggal yang menangani pra-sarana komunikasi oleh
Telkom dan listrik oleh PLN (seperti halnya "public utlilities"
lainnya), biaya operasi dan transmisi bisa ditekan serendah mungkin.
Contohnya: biaya pemasangan dan pemeliharaan tiang listrik dan kabel
bawah tanah selalu lebih murah bila ditangani oleh satu pihak. namun ini
hanya berlaku untuk public utilities.

Monopoli yang kita alami betul2 unik karena Telkom tidak pernah mampu
untuk ber-admisnistrasi dan ber-operasi secara efisien karena mereka
selalu kurang berpikir "jangka panjang" (saya sudah ulas kemarin
mengenai pavement/trotoir PU yang sering kali dibongkar pasang oleh
Telkom dan PLN karena planning mereka tidak terpadu, tidak ada integrasi
dalam perencanaan sama sekali antar mereka sendiri!)

Disamping kurang berlakunya regulation dan price ceiling oleh DPR
(pemerintah) Telkom sendiri masih agak terbelakang dalam menciptakan
cross reference kepada instansi lainnya seperti PLN dan PU.

Sudah saatnya pihak eksekutif dari instansi2 tersebut disekolahkan
kembali agar mereka bisa bekerja dengan visi jauh ke depan.

INDI

Kirim email ke