Tentu berbeda Pak Riri antara barang komersial yang kita dapatkan dengan
membeli, seperti laptop dengan barang bantuan yg kita bisa kita terima
dengan gratis. Kita mendapatkan barang swasta itu di sini setelah kita
membayarnya sesuai harga pasar, termasuk di dalamnya komponen biaya
pengangkutan. Barang-barang buatan Taiwan bukan saja sampai ke sini, tetapi
juga ke China daratan sendiri. Bahkan di Guang Zou, perusahaan-perusahaan
Taiwan memiliki kawasan industri sendiri. Semuanya itu karena mekanisme
pasar. Urusan produsen dan konsumen. Tetapi barang bantuan dari negara
manapun pasti dikirim dengan alat angkut yang dimiliki pemerintahnya.

Taiwan melihat ada jalan yang memungkinkan untuk pengiriman bantuan
kemanusiaan itu. Selain statusnya sbg bantuan kemanusiaan, mereka sudah
menjanjikan pesawat mereka tidak akan mampir di bandara manapun di
Indonesia, melainkan terbang langsung ke Padang dan juga langsung kembali
setelah membongkar muatan dan mengisi bahan bakar, Mereka juga siap datang
malam hari dan kembali dini hari.

2009/10/14 Riri Mairizal Chaidir <riri.chai...@rantaunet.org>

>  Maaf, baru baca, dan ini menarik juga.
>
>
>
> Kalau memang Taiwan mau bantu tapi nyngkut karena masalah politik, kenapa
> mereka ga ngirim pake jalur lain selain G to G?
>
>
>
> Toh barang2 dagangannya bisa sampai ke sini. Ini saya pake komputer buatan
> Taiwan.
>
>
>
> Kok ngirim dagangan bisa, ngirim bantuan harus G to G?
>
>
>
> riri
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> *From:* rantaunet@googlegroups.com [mailto:rantau...@googlegroups.com] *On
> Behalf Of *Andrinof A Chaniago
> *Sent:* Wednesday, October 14, 2009 2:54 PM
> *To:* rantaunet@googlegroups.com
> *Subject:* [...@ntau-net] Re: Peluang Bantuan Nyaris Hilang
>
>
>
> Semua negara ASEAN menganut prinsip One China Policy. Negara-negara yang
> mengakui Taiwan di dunia hanya sekitar 24 negara. Umumnya negara-negara
> kecil di Pasifik Selatan, sisanya di Karibia dan Afrika
> Selatan. Taiwan adalah negara dengan cadangan devisa no 5 terbesar di
> dunia. Rakyatnya sangat ramah dan bersahabat.
>
> AACh
>
> 2009/10/14 Datuk Endang <datuk_end...@yahoo.com>
>
> Waalaikumsalam w.w.
>
> Satu caro nan mungkin adolah manitipkan bantuan itu ka salah satu nagaro
> (Asean) nan mampunyoi hubungan.
>
>
>
> Wassalam.
>
>
>
> --- On *Wed, 10/14/09, Andrinof A Chaniago <andri...@gmail.com>* wrote:
>
>  Assalamualakum Wr. Wb.,
>
> Upaya mendapatkan bantuan barang-barang kebutuhan korban gempa Sumbar dari
> Taiwan tampaknya buntu. Padahal, nilai dan banyaknya bantuan yang bersedia
> diberikan cukup besar, yakni 10 (sepuluh) kali angkut pesawat Hercules C
> 130. Rencana ini dimulai hari Kamis minggu lalu, ketika Pejabat Kepala
> Perwakilan Ekonomi dan Perdagangan Taiwan (TETO), atau setingkat Dubes kalau
> mereka di negara yang mengakui kedaulatan Taiwan sebagai sebuah negara,
> mengundang saya ketemu sambil makan siang di sebuah restoran. Mereka
> besoknya ke Padang untuk bertemu Gubernur Sumbar dan Walikota Padang.
>
>
>
> Sebagai negara yang mengakui Satu China, kita tentu harus memperhatikan
> kendala pengiriman bantuan ini, walaupun ini adalah bantuan kemanusiaan.
> Karena itu, saya harus mendorong beberapa penjaga pintu kebijakan dan
> pengetuk pintu tersebut agar membantu terwujudnya rencana ini. Saya mencoba
> menindaklanjuti apa yang saya bisa. Pertama, menyampaikan maksud dan tujuan
> ke Menhan Juwono Sudarsono, dan kedua meyakinkan Gubernur dan Wagus Sumbar
> tentang pentingnya peluang ini. Pak Wagub, Prof Marlis membalas singkat via
> SMS, “Terima kasih.” Sementara, Gubernur Pak Gamawan menjawab, “Kalau
> Pemerintah Pusat mengijinkan, kita bersedia menerimanya, karena pengalaman
> Kepulauan Riau tentunya kita perlu hati-hati Pak Andrinof . Wassalam”. (08
> Oktober 2009).
>
>
>
> Menhan Pak Juwono membalas SMS saya, “Akan diusahakan melalui AsOps
> Panglima TNI yang bertugas di BNPB, penjuru semua saluran bantuan. Salam,
> JS”. SMS tersebut kemudian disusul dengan CC SMS Menhan yang ditujukan ke
> Sekjen Dephan berikut, “Yth. Sekjen Dephan, sejauh tidak mengganggu hubungan
> dengan RRC, mohon bantuan AsOps Pang TNI/BNPB…dst fwrd SMS dari saya” (08
> Oktober 2009).  Untuk mendorong dan meyakinkan Gubernur, SMS ini saya
> forward ke Pak Gubernur.
>
>
>
> Untuk lebih dapat kepastian saya kembali mengirim SMS ke Menhan, sekaligus
> memberi tahun nomor kontak Pejabat TETO yang siap menghadap Sekjen Dephan.
> Tetapi, sampai hari ini belum ada balasan lagi dari Menhan hingga sekarang.
> Saya hanya menduga-duga berbagai kemungkinan: karena masa jabatan menteri
> tinggal beberapa hari lagi, atau pihak TNI punya sikap lain sehingga tidak
> menindaklanjuti memo dari Menhan, atau kemungkinan lain.
>
>
>
> Kemarin saya check ke Staf Senior TETO yang biasa kontak dengan saya,
> apakah sudah ada pihak Dephan yang menghubungi. Ternyata, dia jawab, “Not
> yet.”. Sejak ini harpan saya makin tipis. Akhirnya, saya minta tolong ke
> Dino Pati Djalal, jubir Presiden untuk masalah luar negeri. Sampai saat ini
> saya juga belum mendapatkan kabar.
>
>
>
> Biasanya, saya juga meminta bantuan beberapa anggota DPR untuk usaha-usaha
> seperti ini. Tetapi, kali ini saya tidak melakukannya karena saya duga tidak
> akan efektif, meningat DPR yang baru belum efektif bekerja dan Ketua Komisi
> II belum dipilih. Juga, saya duga, Posisi DPR di mata Dephan tentu sedikit
> berbeda disbanding posisi DPR di mata Departemen-departemen lain.
>
>
>
> Peluang lain yang masih tersisa sebetulnya adalah surat dorongan dari
> Gubernur Sumbar ke Pemerintah Pusat, kalau bantuan 10 kali muat C 130 itu
> merasa dibutuhkan. Tetapi, dari balasan SMS Pak Gubernur saya melihat
> Gubernur tidak melihat ini punya nilai penting. Kalau jumlah dan nilai ini
> dianggap penting, ya tinggal berinisiatif menyampaikan permohonan kepada
> Pemerintah Pusat melalui BNPB yang saat ini sedang melakukan kontak intensif
> dengan Gubernur dan para pejabat Pemda Sumbar lainnya.
>
>
>
> Saya mohon maaf, bila usaha ini tidak berhasil. Sebagai warga negara RI
> yang tahu niat baik bangsa Taiwan, saya pribadi malu melihat rakyat Taiwan
> yang mau membantu malah harus memohon-mohon untuk diberi kesempatan
> membantu.  Negara ini salahs atu negara paling berpengalaman dengan gempa
> besar dan memiliki sistem penanganan paska gempa yang canggih yang tidak
> kalah dengan Jepang.
>
>
>
> Salam,
>
>
>
> Andrinof A. Chaniago
>
>
>
> PENTING. Pesan: Mohon kiranya email ini tidak disebarkan keluar dari milis
> ini.
>
>
>
>
>
>
> >
>

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke