Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Lha kalau cicing bae rasane tak enak, meureun data yang disampaikan pada R3, termasuk beli/harga alat produksi, tidak akan terbayar dengan minyak yang dihasilkan. Waah teuing; Abah anu bertahun tahun berenang di dunia minyak, pasti lebih arief tibatan/dibanding saya. Aku cuma kasihan pada orang PT yang tadinya jujur dan bersih; jadi berubah setelah kenal sistem eksekutif di NKRI. (Budiono, dll) Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: "Yanto R. Sumantri" Date: Thu, 13 Sep 2012 22:48:47 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Don Walaupun tidak bebas , kalau dia tidak sependapat dengan yang " harus" dikatakan , ya mendig meneng bae . Biarin yang bersangkutan yang ngomong ap atasan atau bawhan dia. Begitu cara yang baik di borokrasi . Katanya. si Abah From: Bandono Salim To: Iagi Sent: Thursday, September 13, 2012 6:56 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 ADB, menurut aku, RR itu tidak dapat bicara sebebas ADB. Contoh duli Kwik Kian Gie yang segitu menggelegar, begitu menjabat, yaa tak bisa bicra banyak. Karena keterikatan kita pada negara2 yang ADB tau, meneyebabkan negeri ini terjajah secara ekonomi dan politik. Sesunguhnya kalau sering baca koran saja, kemana petinggi negara sowan, dll, ADB pasti lebih tau, drpd aku. Sesungguhnya kasihan RR, biasa di bicara secara bebas di dunia akademis, sekarang faham siapa pemilik negara ini, dan ketidak berdayaan NKRI dihadapan mereka. Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: abacht...@cbn.net.id Date: Thu, 13 Sep 2012 08:14:29 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Hampir-hampir saya tidak percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan detikcom ini berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan konsultan pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan sangat percaya dg kekuatan intelektualitas dan professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk BPMigas kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM. Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg berbagai pernyataan untuk mendelegitimasi usaha-usaha Pertamina mendapatkan blok-blok migas produksi yang dikuasai MNC yg memang sudah akan habis masa kontraknya yg memang Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk mendapatkan dan mengelolanya dari pemerintah, spt halnya Blok Mahakam ini. Pernyataan2 yg meragukan apakah Pertamina mampu mengoperasikan lapangan migas sebesar lapangan2 di blok Mahakam sambil melemparkan kenyataan bhw Pertamina belum memaksimalkan operasi di 47% penguasaan-nya atas lapangan migas Indonesia benar-benar terasa sebagai pernyataan politis meskipun kelihatan agak teknis krn dibungkus angka-angka. Karena pada dasarnya hanya statistik pilihan yg cocok dg keinginan saja yg dimunculkan. Sementara itu statistik ttg bgmn Pertamina berhasil meningkatkan efisiensi operasi dan produksi di ONWJ dan di WMO stlah mrk ambil alih dari MNC bbrp tahun lalu, dan juga di blok2 yg bersebelahan dg blok Cepu yg dioperasikan MNC, kesemuanya ditutupi dan tdk dihighlight. Benar-benar tidak fair dan sangat politis. Juga pentungan2 klasik u/menakut-nakut-i spt teknologi dan biaya tinggi lagi2 diungkapkan di media untuk menjustifikasi bhw pemerintah lebih suka Total yg mengoperasikan Blok Mahakam. Benar-benar menggelikan dan sangat mencolok keberpihakan yg sdh diatur dr atasnya sana ini. Kita semua di industri migas tahu: teknologi bisa dibeli, biaya tinggi bisa dipinjam dan dinegosiasi, selama kita punya asset yg bisa dijaminkan dan manajemen professional yg bisa diandalkan, itu semua tidak akan pernah jadi masalah dlm operasi migas segede apapun dia punya dimensi. Sedih. Bener2 sedih. Yang lebih parah adlh pernyataan ttg: "... apakah Total mau beri data-data teknis di blok tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu tidak. Artinya akan mulai dari awal lagi". Seolah-olah yg bicara tdk mengerti sistim PSC di Indonesia dan tdk memahami UU Migas (baik yg lama maupun yg baru) yg menyatakan bhw semua data migas milik negara Bukan milik Total! Parah. Bener2 parah. Mau dikemanakan migas, mineral, dan energi Indonesia kita ini kalau pejabat2 kita sdh bicara aneh2 kayak begini. Atau malah kita perlu bersikap sebaliknya: kasihan ya, Rudi!!!? Salam ADB Geologist Merdeka (Suka dan bangga krn Total telah lebih dr 40th ikut membangun Indonesia, tapi lebih suka lagi kalau asset yg sdh mrk kuasai sekian lamanya dikuasai dan dioperasikan oleh entitas bangsa sendiri) Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Date: Thu, 13 Sep 2012 13:11:26 To: Reply-To: Subject: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Rista Rama
Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Don Walaupun tidak bebas , kalau dia tidak sependapat dengan yang " harus" dikatakan , ya mendig meneng bae . Biarin yang bersangkutan yang ngomong ap atasan atau bawhan dia. Begitu cara yang baik di borokrasi . Katanya. si Abah From: Bandono Salim To: Iagi Sent: Thursday, September 13, 2012 6:56 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 ADB, menurut aku, RR itu tidak dapat bicara sebebas ADB. Contoh duli Kwik Kian Gie yang segitu menggelegar, begitu menjabat, yaa tak bisa bicra banyak. Karena keterikatan kita pada negara2 yang ADB tau, meneyebabkan negeri ini terjajah secara ekonomi dan politik. Sesunguhnya kalau sering baca koran saja, kemana petinggi negara sowan, dll, ADB pasti lebih tau, drpd aku. Sesungguhnya kasihan RR, biasa di bicara secara bebas di dunia akademis, sekarang faham siapa pemilik negara ini, dan ketidak berdayaan NKRI dihadapan mereka. Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: abacht...@cbn.net.id Date: Thu, 13 Sep 2012 08:14:29 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Hampir-hampir saya tidak percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan detikcom ini berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan konsultan pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan sangat percaya dg kekuatan intelektualitas dan professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk BPMigas kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM. Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg berbagai pernyataan untuk mendelegitimasi usaha-usaha Pertamina mendapatkan blok-blok migas produksi yang dikuasai MNC yg memang sudah akan habis masa kontraknya yg memang Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk mendapatkan dan mengelolanya dari pemerintah, spt halnya Blok Mahakam ini. Pernyataan2 yg meragukan apakah Pertamina mampu mengoperasikan lapangan migas sebesar lapangan2 di blok Mahakam sambil melemparkan kenyataan bhw Pertamina belum memaksimalkan operasi di 47% penguasaan-nya atas lapangan migas Indonesia benar-benar terasa sebagai pernyataan politis meskipun kelihatan agak teknis krn dibungkus angka-angka. Karena pada dasarnya hanya statistik pilihan yg cocok dg keinginan saja yg dimunculkan. Sementara itu statistik ttg bgmn Pertamina berhasil meningkatkan efisiensi operasi dan produksi di ONWJ dan di WMO stlah mrk ambil alih dari MNC bbrp tahun lalu, dan juga di blok2 yg bersebelahan dg blok Cepu yg dioperasikan MNC, kesemuanya ditutupi dan tdk dihighlight. Benar-benar tidak fair dan sangat politis. Juga pentungan2 klasik u/menakut-nakut-i spt teknologi dan biaya tinggi lagi2 diungkapkan di media untuk menjustifikasi bhw pemerintah lebih suka Total yg mengoperasikan Blok Mahakam. Benar-benar menggelikan dan sangat mencolok keberpihakan yg sdh diatur dr atasnya sana ini. Kita semua di industri migas tahu: teknologi bisa dibeli, biaya tinggi bisa dipinjam dan dinegosiasi, selama kita punya asset yg bisa dijaminkan dan manajemen professional yg bisa diandalkan, itu semua tidak akan pernah jadi masalah dlm operasi migas segede apapun dia punya dimensi. Sedih. Bener2 sedih. Yang lebih parah adlh pernyataan ttg: "... apakah Total mau beri data-data teknis di blok tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu tidak. Artinya akan mulai dari awal lagi". Seolah-olah yg bicara tdk mengerti sistim PSC di Indonesia dan tdk memahami UU Migas (baik yg lama maupun yg baru) yg menyatakan bhw semua data migas milik negara Bukan milik Total! Parah. Bener2 parah. Mau dikemanakan migas, mineral, dan energi Indonesia kita ini kalau pejabat2 kita sdh bicara aneh2 kayak begini. Atau malah kita perlu bersikap sebaliknya: kasihan ya, Rudi!!!? Salam ADB Geologist Merdeka (Suka dan bangga krn Total telah lebih dr 40th ikut membangun Indonesia, tapi lebih suka lagi kalau asset yg sdh mrk kuasai sekian lamanya dikuasai dan dioperasikan oleh entitas bangsa sendiri) Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Date: Thu, 13 Sep 2012 13:11:26 To: Reply-To: Subject: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Rista Rama Dhany - detikfinance Kamis, 13/09/2012 12:52 WIB Jakarta - Pemerintah mengharapkan PT Pertamina (Persero) bisa lebih memaksimalkan ladang minyak yang dimilikinya saat ini. Karena, 47% ladang minyak dan gas di Indonesia dikuasai Pertamina, namun produksi migasnya hanya menduduki posisi nomor 3. "Pertamina itu menguasai 47% ladang minyak di wilayah kerja migas seluruh Indonesia. Tetapi produksinya malah masih nomor 3 dibanding perusahaan minyak yang lain di Indonesia," kata Rudi di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (13/9/2012). Menurut Rudi, Pertamina tidak perlu terlalu bernafsu untuk menguasai lapangan-lapangan minyak dan gas milik perusahaan asin
Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Ndang Anda kena; spt iu oh RRR , wah berubah ya Apa yang bikin dia berubah Saya sangat suudon , kalau menuduh ada "apa apa" nya ya si Abah From: "abacht...@cbn.net.id" To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Thursday, September 13, 2012 3:14 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Hampir-hampir saya tidak percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan detikcom ini berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan konsultan pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan sangat percaya dg kekuatan intelektualitas dan professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk BPMigas kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM. Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg berbagai pernyataan untuk mendelegitimasi usaha-usaha Pertamina mendapatkan blok-blok migas produksi yang dikuasai MNC yg memang sudah akan habis masa kontraknya yg memang Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk mendapatkan dan mengelolanya dari pemerintah, spt halnya Blok Mahakam ini. Pernyataan2 yg meragukan apakah Pertamina mampu mengoperasikan lapangan migas sebesar lapangan2 di blok Mahakam sambil melemparkan kenyataan bhw Pertamina belum memaksimalkan operasi di 47% penguasaan-nya atas lapangan migas Indonesia benar-benar terasa sebagai pernyataan politis meskipun kelihatan agak teknis krn dibungkus angka-angka. Karena pada dasarnya hanya statistik pilihan yg cocok dg keinginan saja yg dimunculkan. Sementara itu statistik ttg bgmn Pertamina berhasil meningkatkan efisiensi operasi dan produksi di ONWJ dan di WMO stlah mrk ambil alih dari MNC bbrp tahun lalu, dan juga di blok2 yg bersebelahan dg blok Cepu yg dioperasikan MNC, kesemuanya ditutupi dan tdk dihighlight. Benar-benar tidak fair dan sangat politis. Juga pentungan2 klasik u/menakut-nakut-i spt teknologi dan biaya tinggi lagi2 diungkapkan di media untuk menjustifikasi bhw pemerintah lebih suka Total yg mengoperasikan Blok Mahakam. Benar-benar menggelikan dan sangat mencolok keberpihakan yg sdh diatur dr atasnya sana ini. Kita semua di industri migas tahu: teknologi bisa dibeli, biaya tinggi bisa dipinjam dan dinegosiasi, selama kita punya asset yg bisa dijaminkan dan manajemen professional yg bisa diandalkan, itu semua tidak akan pernah jadi masalah dlm operasi migas segede apapun dia punya dimensi. Sedih. Bener2 sedih. Yang lebih parah adlh pernyataan ttg: "... apakah Total mau beri data-data teknis di blok tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu tidak. Artinya akan mulai dari awal lagi". Seolah-olah yg bicara tdk mengerti sistim PSC di Indonesia dan tdk memahami UU Migas (baik yg lama maupun yg baru) yg menyatakan bhw semua data migas milik negara Bukan milik Total! Parah. Bener2 parah. Mau dikemanakan migas, mineral, dan energi Indonesia kita ini kalau pejabat2 kita sdh bicara aneh2 kayak begini. Atau malah kita perlu bersikap sebaliknya: kasihan ya, Rudi!!!? Salam ADB Geologist Merdeka (Suka dan bangga krn Total telah lebih dr 40th ikut membangun Indonesia, tapi lebih suka lagi kalau asset yg sdh mrk kuasai sekian lamanya dikuasai dan dioperasikan oleh entitas bangsa sendiri) Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Date: Thu, 13 Sep 2012 13:11:26 To: Reply-To: Subject: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Rista Rama Dhany - detikfinance Kamis, 13/09/2012 12:52 WIB Jakarta - Pemerintah mengharapkan PT Pertamina (Persero) bisa lebih memaksimalkan ladang minyak yang dimilikinya saat ini. Karena, 47% ladang minyak dan gas di Indonesia dikuasai Pertamina, namun produksi migasnya hanya menduduki posisi nomor 3. "Pertamina itu menguasai 47% ladang minyak di wilayah kerja migas seluruh Indonesia. Tetapi produksinya malah masih nomor 3 dibanding perusahaan minyak yang lain di Indonesia," kata Rudi di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (13/9/2012). Menurut Rudi, Pertamina tidak perlu terlalu bernafsu untuk menguasai lapangan-lapangan minyak dan gas milik perusahaan asing yang kontraknya segera habis, seperti Blok Mahakam. Dikatakan Rudi, Blok Mahakam saat ini dikuasai oleh perusahaan asal Prancis Total Indonesie yang kontraknya akan habis 2018. Pertamina memang mengincar lapangan migas ini. "Maksimalkan ada yang dimiliki saat ini, tingkatkan produksinya, tingkatkan SDM dan teknologinya," kata Rudi. Memang, kata Rudi, secara nasionalisme, Pertamina perlu didukung untuk menjadi perusahaan minyak milik negara. Namun apabila Pertamina menguasai seluruh ladang minyak di Indonesia dan menyuruh perusahaan asing pergi, Rudi menyangsikan Pertamina mampu menggarap semuanya. "Kita tetap perlu asing untuk memproduksi minyak di Indonesia. Contoh misal mau menguasasi Blok Mahakam, apakah Pertamina mampu memproduksi minyak dan gas sebesar yang dilakukan Total? Sulit, karena memerlukan teknologi dan bia
Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Rekan Saya pernah posting di iagi millis pada saat Pak Rudi ini diangkat , mengenai kemampuan WaMen yang satu ini yang kurang lebih berbunyi " rasanya beliau kurang mampu dibandingkan dengan Alm Mr W , al karena background ilmunya , semoga perkiraan saya salah" , begitu komentar saya waktu itu. Ternyata berdasarkan tulisan dibawah ini kesangsian saya tidak salah , Semoga Allah SWT memaafkan saya. Bukannya menyetujui dan meng - "amin" -i niat PTM supaya produksinya jadi nomor satu sebagai satu National Oil Enterprise , malahan "menentang" . Dan.salah satu alasannya adalah ."memerlukan biaya yang tinggi" .dan "teknologi ". Heem rasa rendah diri salah satu ciri mantan warga negeri TERJAJAH. Semoga ak Dahlan Iskan berpendapat lain . Semoga pak Wamen membaca e-mail saya ini. si Abah From: Bandono Salim e To: Iagi Sent: Thursday, September 13, 2012 1:30 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Asal minyak laku, kan bisa beli alat produksi. Apakah hasil minyak dibanding alat produksi lebih mahal alatnya? Semua kan dpt dihitung. Nyatanya prshaan asing dpt produksi besar kan? Aku tidak faham bagaimana menghitungnya. Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Date: Thu, 13 Sep 2012 13:11:26 To: Reply-To: Subject: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Rista Rama Dhany - detikfinance Kamis, 13/09/2012 12:52 WIB Jakarta - Pemerintah mengharapkan PT Pertamina (Persero) bisa lebih memaksimalkan ladang minyak yang dimilikinya saat ini. Karena, 47% ladang minyak dan gas di Indonesia dikuasai Pertamina, namun produksi migasnya hanya menduduki posisi nomor 3. "Pertamina itu menguasai 47% ladang minyak di wilayah kerja migas seluruh Indonesia. Tetapi produksinya malah masih nomor 3 dibanding perusahaan minyak yang lain di Indonesia," kata Rudi di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (13/9/2012). Menurut Rudi, Pertamina tidak perlu terlalu bernafsu untuk menguasai lapangan-lapangan minyak dan gas milik perusahaan asing yang kontraknya segera habis, seperti Blok Mahakam. Dikatakan Rudi, Blok Mahakam saat ini dikuasai oleh perusahaan asal Prancis Total Indonesie yang kontraknya akan habis 2018. Pertamina memang mengincar lapangan migas ini. "Maksimalkan ada yang dimiliki saat ini, tingkatkan produksinya, tingkatkan SDM dan teknologinya," kata Rudi. Memang, kata Rudi, secara nasionalisme, Pertamina perlu didukung untuk menjadi perusahaan minyak milik negara. Namun apabila Pertamina menguasai seluruh ladang minyak di Indonesia dan menyuruh perusahaan asing pergi, Rudi menyangsikan Pertamina mampu menggarap semuanya. "Kita tetap perlu asing untuk memproduksi minyak di Indonesia. Contoh misal mau menguasasi Blok Mahakam, apakah Pertamina mampu memproduksi minyak dan gas sebesar yang dilakukan Total? Sulit, karena memerlukan teknologi dan biaya yang tidak sedikit, dan apakah Total mau beri data-data teknis di blok tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu tidak. Artinya akan mulai dari awal lagi," ujar Rudi. Untuk itu, Rudi meminta kepada Pertamina untuk memaksimalkan produksi yang ada tersebar di seluruh Indonesia. "Maksimalkan apa yang ada dulu. Karena untuk produksi minyak saja saat ini Pertamina EP hanya ada di urutan ketiga, di mana produksi migas pada 2013 ditarget hanya sekitar 132,3 ribu barel setara minyak per hari, kalah dibandingkan Total dan Chevron yang hanya memiliki 2 wilayah kerja saja," tegas Rudi. Seperti diketahui, untuk estimasi lifting migas di 2013, Total E&P Indonesie dengan wilayah kerja Mahakam dan Tengah menjadi produsen terbesar dengan produksi 382,2 ribu barel setara minyak per hari. Lalu Chevron Pacific Indonesia di wilayah kerja Rokan dan Siak dengan estimasi produksi migas 335 ribu barel setara minyak per hari, dan Pertamina EP dengan wilayah kerja seluruh Indonesia estimasi produksi migas sebesar 290,3 ribu barel setara minyak per hari. ___ indomail - Your everyday mail - http://indomail.indo.net.id PP-IAGI 2011-2014: Ketua Umum: Rovicky Dwi Putrohari, rovicky[at]gmail.com Sekjen: Senoaji, ajiseno[at]ymail.com Jangan lupa PIT IAGI 2012 di Jogjakarta tanggal 17-20 September 2012. REGISTER NOW ! Contact Person: Email : pit.iagi.2...@gmail.com Phone : +62 82223 222341 (lisa) To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id For topics not directly related to Geology, users are advised to post the email to: o...@iagi.or.id Visit IAGI
Re: [iagi-net-l] SISTEM SUNGAI MOLENGRAAFF, PAPARAN SUNDA
Mohon penjelasan, manusia sejak kapan kenal besi pak? Peradaban maju pasti didukung dengan tulisan dan alat bantu yang mampu untuk paling tidak membuat alat potong yang kuat. Ini kaitan dengan peradaban maju yang dikisahkan oleh peminat benua atlantis di Indonesia. Salam pak prof YZ. Kapan2 buka kisah geologi kwarter dan temuan peradaban di Indonesia sejak Kwarter sampai jaman sejarah kuno. Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: "yahdi zaim" Date: Thu, 13 Sep 2012 20:12:42 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] SISTEM SUNGAI MOLENGRAAFF, PAPARAN SUNDA Benar Pak Awang,sungai2 purba tersebut sudah dikenal sejak zaman Belanda. Disamping dinyatakan oleh Molengraaff dan Weber,sungai2 tenggelam tsb juga dinyatakan oleh Ph.Kuenen thn 1950 dlm bukunya "Marine Geology". Dalam berbagai paper Alm.Prof.Sartono thn '70an ttg migrasi hominid dan vertebrata pada zaman Kuarter juga menggambarkan sungai2 purba tsb. Dalam materi kuliah Geologi Kuarter yg saya berikan sejak thn '80an juga saya ungkapkan adanya sungai2 tenggelam tsb. Jadi adanya sungai2 tenggelam tsb.bukan hal baru,juga bukan ditemukan oleh Tim Bencana Katastrofi Purba, juga bukan ditemukan oleh Dr. Wahyu Triyoso. Plintiran wartawan memang menyesatkan,tapi lebih menyesatkan jika hal tsb sekiranya memang merupakan klaim dari Tim Bencana Katastrofi Purba. Wslm, Y.Zaim Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Awang Satyana Date: Fri, 14 Sep 2012 00:20:50 To: IAGI; Forum HAGI; Geo Unpad; Eksplorasi BPMIGAS Reply-To: Subject: [iagi-net-l] SISTEM SUNGAI MOLENGRAAFF, PAPARAN SUNDA Sebuah berita bertajuk: Ditemukan, Jejak Sungai Purba di Utara Laut Jawa Sabtu, 18 Februari 2012 , di-posting seorang rekan di FB sebuah Group malam ini. Dilaporkan bahwa sungai2 purba ini ditemukan Tim Bencana Katastrofi Purba. Mungkin wartawannya ngawur ya... Perlu klarifikasi serius atas berita ini, meskipun ditulis Februari 2012. Sungai2 purba atau lebih tepatnya sungai2 tenggelam di Laut Jawa sampai Selat Malaka adalah isu lama, tentu saja penemunya bukan Tim Bencana Katastrofi Purba dan jejaknya juga bukan ditemukan oleh Dr. Wahyu Triyoso. Sungai-sungai purba di Laut Jawa dan Selat Malaka itu sudah ditemukan hampir 100 tahun lalu dan sudah dipublikasikan oleh GAF Molengraaff dan M Weber pada tahun 1919 dalam makalah berjudul "Het verband tusschen den plistoceenen ijstijd en het ontstaan der Soenda-Zee en de invloed daarvan op de verspreiding der koraalriffen en on de land- en zoetwater fauna" (Wis- en Nat. Afd. Kon. Akad. v. Wetensch., Amsterdam, 29 Nov 1919, 28, 497-544). Molengraaff adalah seorang ahli geologi dan Weber adalah seorang ahli biologi pada zaman Belanda di Indonesia. Garis Weber, garis kesetimbangan fauna Asiatik dan Australia di Indonesia bagian tengah adalah berasal dari namanya. Di Laut Jawa itu dan Selat Malaka itu, Molengraaff dari tahun 1919 telah memetakan alur-alur sungai yang tenggelam (drowning river system) yang terbagi menjadi dua alur sungai utama, yang dinamainya Sungai Sunda Utara di bawah Selat Malaka dan Sungai Sunda Selatan di bawah Laut Jawa. Nama lain kedua alur utama sungai itu juga sering disebut sebagai Sistem Sungai Molengraaff, mengikuti nama penemunya. Sungai Sunda Utara mempunyai daerah hulu di Sumatra dan Kalimantan Barat, dan bermuara ke Laut Cina Selatan, sedangkan Sungai Sunda Selatan mempunyai hulu di Jawa dan Kalimantan Selatan dengan muara di Selat Makassar. Lembah-lembah sungai yang terbenam ini sebagian sudah tertimbun lumpur. Tetapi penelitian geologi kelautan sejak akhir 1950-an oleh beberapa ekspedisi kelautan bekerja sama dengan pihak asing telah dapat mengenal keberadaan sungai2 besar ini. Dua lembah sungai besar di selatan Kalimantan Selatan, sebelah selatan Sampit, misalnya ditunjukkan di buku bagus tentang oseanografi Indonesia tulisan Anugerah Nontji (Djambatan, 1987): "Laut Nusantara". Lebar lembah2 sungai ini antara 400-500 meter, dasar sungai purba ini 17-24 meter lebih dalam daripada dasar laut sekitarnya, dan terisi oleh endapan setebal 8-15 meter. Weber juga menunjukkan bahwa adanya sistem sungai-sungai Sunda ini dibuktikan oleh banyaknya persamaan jenis ikan tawar di sungai2 pesisir timur Sumatra dengan ikan2 di pesisir barat Kalimantan, padahal antara Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur tidak ada persamaan. Karena glasiasi-deglasiasi yang terus terjadi secara siklus di wilayah Paparan Sunda, sehingga saat glasiasi air laut menyurut dan turun lalu menyingkapkan paparan menjadi daratan (Sundaland) sebab air laut tertarik ke kutub2 Bumi menjadi es; dan saat deglasiasi terjadi pencairan es di kutub2 Bumi lalu air laut di mana2 naik, maka Sundaland kembali tenggelam menjadi Paparan Sunda (Sunda Shelf). Hasil penelitian geologi dapat menunjukkan jejak sejarah Paparan Sunda dan Sundaland. Kira2 170.000 tahun lampau muka laut berada kira-kira 200 meter lebih rendah dari sekarang, tersingkapl
Re: [iagi-net-l] SISTEM SUNGAI MOLENGRAAFF, PAPARAN SUNDA
Appreciate kang Dany, namanya juga penelitian berdasarkan penafsiran data, bisa salah, bisa benar, kalau Moleengraff dengan data yg minim saja berani berpendapat keberadaan sungai purba di laut jaw-selat malaka ..semestinya dengn data yang lebih lengkap, ahli sekarang bisa lebih luas visinya dan juga bisa kemana-mana penafsirannya. 2012/9/14 Danny Hilman Natawidjaja > Sungai Purba di Laut Jawa-Selat Malaka memang sudah diketahui sejak > Moleengraff tahun 1917. Saya salut dengan beliau itu yang hanya dengan > modal peta-data yan masih sangat terbatas waktu itu dan juga pengetahuan > tentang sea-level changes masih sedikit pula tapi dapat terinspirasi bahkan > sudah mencoba memetakan sungai di bawah laut tersebut. Saya belum pernah > melihat peta-nya Moleengraf, tapi tentunya masih sangat kasar atau hanya > berskala kecil atau hanya berdasarkan data di-pinggiran/daratan saja. > Tidak ada orang yang meneruskan inisiatif ini padahal akan sangat menarik > dan penting kalau bisa memetakan paleogeografi (termasuk sungainya) dan > paleo-environment Laut Jawa sejak Jaman Es terakhir. Singkatnya, sungai di > bawah Laut Jawa memang sudah diduga/diketahui keberadaannya sejak > Moleengraff tapi belum pernah di-peta-kan dengan baik (sampai sekarang). > Rekan Wahyu Triyoso iseng-iseng mengotak-atik data 3-D seismik yang dia > punya dan ‘menemukan’ image sungai purba yang terlihat jelas dalam > penampang horisontal 3-D seismik tersebut. Jadi tidak terlalu salah ocehan > wartawan atau rekan di FB itu. > > ** ** > > Daratan Sunda terpapar terakhir pada waktu Jaman Es 20.000 tahun lalu. > Sebelumnya jaman es terjadi pada sekitar 140.000 tahun lalu terus mencair > dan menjadi Jaman interglasial pada sekitar 130.000 tahun lalu (=airlaut > sama dengan sekarang). Setelah itu iklim bergeser lagi ke Jaman es (dan > air laut turun) sampai mencapai puncak jaman es sekitar 20.000 tahun lalu > itu (=air laut sekitar 130 meter dari sekarang). Dari 20.000 tahun sampai > 7000-an air laut naik tapi tidak linier, ada tiga “pulse” besar pada > sekitar 15.000, 11.600, dan 8000 tahun lalu (data world-wide). Ada data > “pulse” kenaikan muka air pada fasa 8000-an dari data bor di Singapore. > Kenaikkannya cukup tajam tapi kelihatannya memang tidak tiba-tiba. Dari > Indonesia setahu saya tidak ada data kenaikkan muka airlaut yang beresolusi > tinggi sejak 20.000 tahun. Jadi perihal seberapa bertahap atau seberapa > mendadak kenaikkan muka air laut di tiga pulse besar di Laut Jawa bagi saya > belum “proven” benar karena datanya masih sangat sedikit. Perlu diingat > juga andaikan ada banjir besar (dan surut lagi) yang temponya hanya bulanan > saja diantara tiga pulse itu apakah kita dapat mengetahuinya? Sangat > sulit, karena perlu data kenaikkan muka airlaut dengan resolusi bulanan , > bukankah demikian? Rasanya sangat sukar kalau berdasarkan analisa > stratigrafi – sedimen biasa. > > ** ** > > Menghubungkan sungai purba-daratan sunda dengan peradaban(tinggi) masa > lalu adalah “jump to conclusion”. Bagi saya, dengan data yang ada saat ini > keyakinan ‘tidak ada’ versus ‘ada’ peradaban (tinggi) di “Lembah Laut Jawa” > sama lemahnya atau “equivocal’ kalau dilihat dari sudut “hardfacts”. > Paling kita hanya bisa berhipotesis “If-Then”: IF antara 20.000 – 8000 > tahun lalu ada peradaban cukup maju di Nusantara (seperti konklusinya > penelitian Oppenheimer), THEN peradaban itu besar kemungkinan akan > menjadikan Lembah Laut Jawa yang (“once upon a time”) sangat indah, kaya > dan strategis sebagai pusat pemerintahannya. Jadi memang harus diteliti > dulu IF-nya baru THEN-nya di-eksplorasi. Tidak perlu Atlantis kok, Lemuria > juga boleh ...atau “whatever civilization” lah J > > ** ** > > Salam > > DHN > > ** ** > > ** ** > > *From:* Ruskamto [mailto:rsoeri...@yahoo.com] > *Sent:* 14 September 2012 7:22 > > *To:* iagi-net@iagi.or.id > *Subject:* Re: [iagi-net-l] SISTEM SUNGAI MOLENGRAAFF, PAPARAN SUNDA > > ** ** > > Betul Pak, dalam mendiskripsi proses geologi mestinya dalam konteks time > and space. Lah kalau pada space yang sama tapi jauh berbeda timingnya jadi > gak konek ya Pak.. Kita bicara bencana purba dalam konteks time scale > peradaban manusia, tapi bicara siklus geologi jaman es terakhir, konteks > geologic timingnya gak pas.. Bisa dianalogikan, di pantai utara banyak > struktur sesar, antiklin/sesar besar mestinya terbentuk dg magnitude gempa > skala SR 10. Menjadi tidak konek kalau kita sebut pantura berbahaya karena > dulu jaman plio-pliestosin terjadi banyak terjadi gempa bersekala SR 10. > Ini thought proses saya lho Pak. > RUS > -- > > *From: *"Bandono Salim" > > *Date: *Thu, 13 Sep 2012 23:49:53 + > > *To: *Iagi > > *ReplyTo: * > > *Subject: *Re: [iagi-net-l] SISTEM SUNGAI MOLENGRAAFF, PAPARAN SUNDA > > ** ** > > Wah tegas dan jelas menolak Atlantis di paparan Sunda, sejalan dengan > penuturan Proff. RPK dan Proff.Adjad S. >
RE: [iagi-net-l] SISTEM SUNGAI MOLENGRAAFF, PAPARAN SUNDA
Sungai Purba di Laut Jawa-Selat Malaka memang sudah diketahui sejak Moleengraff tahun 1917. Saya salut dengan beliau itu yang hanya dengan modal peta-data yan masih sangat terbatas waktu itu dan juga pengetahuan tentang sea-level changes masih sedikit pula tapi dapat terinspirasi bahkan sudah mencoba memetakan sungai di bawah laut tersebut. Saya belum pernah melihat peta-nya Moleengraf, tapi tentunya masih sangat kasar atau hanya berskala kecil atau hanya berdasarkan data di-pinggiran/daratan saja. Tidak ada orang yang meneruskan inisiatif ini padahal akan sangat menarik dan penting kalau bisa memetakan paleogeografi (termasuk sungainya) dan paleo-environment Laut Jawa sejak Jaman Es terakhir. Singkatnya, sungai di bawah Laut Jawa memang sudah diduga/diketahui keberadaannya sejak Moleengraff tapi belum pernah di-peta-kan dengan baik (sampai sekarang). Rekan Wahyu Triyoso iseng-iseng mengotak-atik data 3-D seismik yang dia punya dan 'menemukan' image sungai purba yang terlihat jelas dalam penampang horisontal 3-D seismik tersebut. Jadi tidak terlalu salah ocehan wartawan atau rekan di FB itu. Daratan Sunda terpapar terakhir pada waktu Jaman Es 20.000 tahun lalu. Sebelumnya jaman es terjadi pada sekitar 140.000 tahun lalu terus mencair dan menjadi Jaman interglasial pada sekitar 130.000 tahun lalu (=airlaut sama dengan sekarang). Setelah itu iklim bergeser lagi ke Jaman es (dan air laut turun) sampai mencapai puncak jaman es sekitar 20.000 tahun lalu itu (=air laut sekitar 130 meter dari sekarang). Dari 20.000 tahun sampai 7000-an air laut naik tapi tidak linier, ada tiga "pulse" besar pada sekitar 15.000, 11.600, dan 8000 tahun lalu (data world-wide). Ada data "pulse" kenaikan muka air pada fasa 8000-an dari data bor di Singapore. Kenaikkannya cukup tajam tapi kelihatannya memang tidak tiba-tiba. Dari Indonesia setahu saya tidak ada data kenaikkan muka airlaut yang beresolusi tinggi sejak 20.000 tahun. Jadi perihal seberapa bertahap atau seberapa mendadak kenaikkan muka air laut di tiga pulse besar di Laut Jawa bagi saya belum "proven" benar karena datanya masih sangat sedikit. Perlu diingat juga andaikan ada banjir besar (dan surut lagi) yang temponya hanya bulanan saja diantara tiga pulse itu apakah kita dapat mengetahuinya? Sangat sulit, karena perlu data kenaikkan muka airlaut dengan resolusi bulanan , bukankah demikian? Rasanya sangat sukar kalau berdasarkan analisa stratigrafi - sedimen biasa. Menghubungkan sungai purba-daratan sunda dengan peradaban(tinggi) masa lalu adalah "jump to conclusion". Bagi saya, dengan data yang ada saat ini keyakinan 'tidak ada' versus 'ada' peradaban (tinggi) di "Lembah Laut Jawa" sama lemahnya atau "equivocal' kalau dilihat dari sudut "hardfacts". Paling kita hanya bisa berhipotesis "If-Then": IF antara 20.000 - 8000 tahun lalu ada peradaban cukup maju di Nusantara (seperti konklusinya penelitian Oppenheimer), THEN peradaban itu besar kemungkinan akan menjadikan Lembah Laut Jawa yang ("once upon a time") sangat indah, kaya dan strategis sebagai pusat pemerintahannya. Jadi memang harus diteliti dulu IF-nya baru THEN-nya di-eksplorasi. Tidak perlu Atlantis kok, Lemuria juga boleh ...atau "whatever civilization" lah J Salam DHN From: Ruskamto [mailto:rsoeri...@yahoo.com] Sent: 14 September 2012 7:22 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] SISTEM SUNGAI MOLENGRAAFF, PAPARAN SUNDA Betul Pak, dalam mendiskripsi proses geologi mestinya dalam konteks time and space. Lah kalau pada space yang sama tapi jauh berbeda timingnya jadi gak konek ya Pak.. Kita bicara bencana purba dalam konteks time scale peradaban manusia, tapi bicara siklus geologi jaman es terakhir, konteks geologic timingnya gak pas.. Bisa dianalogikan, di pantai utara banyak struktur sesar, antiklin/sesar besar mestinya terbentuk dg magnitude gempa skala SR 10. Menjadi tidak konek kalau kita sebut pantura berbahaya karena dulu jaman plio-pliestosin terjadi banyak terjadi gempa bersekala SR 10. Ini thought proses saya lho Pak. RUS _ From: "Bandono Salim" Date: Thu, 13 Sep 2012 23:49:53 + To: Iagi ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] SISTEM SUNGAI MOLENGRAAFF, PAPARAN SUNDA Wah tegas dan jelas menolak Atlantis di paparan Sunda, sejalan dengan penuturan Proff. RPK dan Proff.Adjad S. Waktu main ke Melak Kaltim bag barat, sungai di sana ada yang punya kedalaman sampai 50mtr pada musim kemarau. Jadi wajar saja lha muka airlaut pernah mencapai kedalam -200 mtr dari sekarang. Dapat dimengerti kenapa dataran aluvial sangat luas di kalimantan timur maupun selatan sebagai akibat perubahan base level sejak 170.000 tahun lalu. Salam. Powered by Telkomsel BlackBerryR _ From: "yahdi zaim" Date: Thu, 13 Sep 2012 20:12:42 + To: ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] SISTEM SUNGAI MOLENGRAAFF, PAPARAN SUNDA Benar Pak Awang,sungai2 purba tersebut sudah dikenal sejak zaman Belanda. Disamping dinyatakan oleh Molengraaff dan Webe
Bls: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
just curious, angka 47% itu dari total existing field yang ada di Indonesia, atau WK Pertamina 47% dari total wilayah kerja yang ada di Indonesia. Saya agak ragu kalau itu angka dari existing field. Salam, Andri Dari: "abacht...@cbn.net.id" Kepada: iagi-net@iagi.or.id Dikirim: Kamis, 13 September 2012 15:14 Judul: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Hampir-hampir saya tidak percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan detikcom ini berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan konsultan pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan sangat percaya dg kekuatan intelektualitas dan professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk BPMigas kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM. Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg berbagai pernyataan untuk mendelegitimasi usaha-usaha Pertamina mendapatkan blok-blok migas produksi yang dikuasai MNC yg memang sudah akan habis masa kontraknya yg memang Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk mendapatkan dan mengelolanya dari pemerintah, spt halnya Blok Mahakam ini. Pernyataan2 yg meragukan apakah Pertamina mampu mengoperasikan lapangan migas sebesar lapangan2 di blok Mahakam sambil melemparkan kenyataan bhw Pertamina belum memaksimalkan operasi di 47% penguasaan-nya atas lapangan migas Indonesia benar-benar terasa sebagai pernyataan politis meskipun kelihatan agak teknis krn dibungkus angka-angka. Karena pada dasarnya hanya statistik pilihan yg cocok dg keinginan saja yg dimunculkan. Sementara itu statistik ttg bgmn Pertamina berhasil meningkatkan efisiensi operasi dan produksi di ONWJ dan di WMO stlah mrk ambil alih dari MNC bbrp tahun lalu, dan juga di blok2 yg bersebelahan dg blok Cepu yg dioperasikan MNC, kesemuanya ditutupi dan tdk dihighlight. Benar-benar tidak fair dan sangat politis. Juga pentungan2 klasik u/menakut-nakut-i spt teknologi dan biaya tinggi lagi2 diungkapkan di media untuk menjustifikasi bhw pemerintah lebih suka Total yg mengoperasikan Blok Mahakam. Benar-benar menggelikan dan sangat mencolok keberpihakan yg sdh diatur dr atasnya sana ini. Kita semua di industri migas tahu: teknologi bisa dibeli, biaya tinggi bisa dipinjam dan dinegosiasi, selama kita punya asset yg bisa dijaminkan dan manajemen professional yg bisa diandalkan, itu semua tidak akan pernah jadi masalah dlm operasi migas segede apapun dia punya dimensi. Sedih. Bener2 sedih. Yang lebih parah adlh pernyataan ttg: "... apakah Total mau beri data-data teknis di blok tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu tidak. Artinya akan mulai dari awal lagi". Seolah-olah yg bicara tdk mengerti sistim PSC di Indonesia dan tdk memahami UU Migas (baik yg lama maupun yg baru) yg menyatakan bhw semua data migas milik negara Bukan milik Total! Parah. Bener2 parah. Mau dikemanakan migas, mineral, dan energi Indonesia kita ini kalau pejabat2 kita sdh bicara aneh2 kayak begini. Atau malah kita perlu bersikap sebaliknya: kasihan ya, Rudi!!!? Salam ADB Geologist Merdeka (Suka dan bangga krn Total telah lebih dr 40th ikut membangun Indonesia, tapi lebih suka lagi kalau asset yg sdh mrk kuasai sekian lamanya dikuasai dan dioperasikan oleh entitas bangsa sendiri) Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Date: Thu, 13 Sep 2012 13:11:26 To: Reply-To: Subject: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Rista Rama Dhany - detikfinance Kamis, 13/09/2012 12:52 WIB Jakarta - Pemerintah mengharapkan PT Pertamina (Persero) bisa lebih memaksimalkan ladang minyak yang dimilikinya saat ini. Karena, 47% ladang minyak dan gas di Indonesia dikuasai Pertamina, namun produksi migasnya hanya menduduki posisi nomor 3. "Pertamina itu menguasai 47% ladang minyak di wilayah kerja migas seluruh Indonesia. Tetapi produksinya malah masih nomor 3 dibanding perusahaan minyak yang lain di Indonesia," kata Rudi di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (13/9/2012). Menurut Rudi, Pertamina tidak perlu terlalu bernafsu untuk menguasai lapangan-lapangan minyak dan gas milik perusahaan asing yang kontraknya segera habis, seperti Blok Mahakam. Dikatakan Rudi, Blok Mahakam saat ini dikuasai oleh perusahaan asal Prancis Total Indonesie yang kontraknya akan habis 2018. Pertamina memang mengincar lapangan migas ini. "Maksimalkan ada yang dimiliki saat ini, tingkatkan produksinya, tingkatkan SDM dan teknologinya," kata Rudi. Memang, kata Rudi, secara nasionalisme, Pertamina perlu didukung untuk menjadi perusahaan minyak milik negara. Namun apabila Pertamina menguasai seluruh ladang minyak di Indonesia dan menyuruh perusahaan asing pergi, Rudi menyangsikan Pertamina mampu menggarap semuanya. "Kita tetap perlu asing untuk memproduksi minyak di Indonesia. Contoh misal mau menguasasi Blok Mahakam, apakah Pertamina mampu memproduksi minyak dan gas sebesar
Re: Bls: [iagi-net-l] SISTEM SUNGAI MOLENGRAAFF, PAPARAN SUNDA
Untuk reservoir pasti ada, ingat kuliah pak RPK ttg reservoir tali sepatu. Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: argo wuryanto Date: Thu, 13 Sep 2012 18:15:33 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: Subject: Bls: [iagi-net-l] SISTEM SUNGAI MOLENGRAAFF, PAPARAN SUNDA Mas Ferdy, Lagi nyari biogenik gas kah? he..he... Utk waktu yang relatif singkat (untuk ukuran Geologi) , apakah lapisan tudung (seal)-nya sudah cukup tebal yo, mas? salam, Argo-3711 Dari: kartiko samodro Kepada: iagi-net@iagi.or.id Dikirim: Jumat, 14 September 2012 8:36 Judul: Re: [iagi-net-l] SISTEM SUNGAI MOLENGRAAFF, PAPARAN SUNDA kira kira apa ada kemungkinan petroleum system karena ada sungai purba yang bawa material organik ? On 9/13/12, Awang Satyana wrote: > Sebuah berita bertajuk: Ditemukan, Jejak Sungai Purba di Utara Laut Jawa > Sabtu, 18 Februari 2012 , di-posting seorang rekan di FB sebuah Group malam > ini. Dilaporkan bahwa sungai2 purba ini ditemukan Tim Bencana Katastrofi > Purba. Mungkin wartawannya ngawur ya... > > Perlu klarifikasi serius atas berita ini, meskipun ditulis Februari 2012. > Sungai2 purba atau lebih tepatnya sungai2 tenggelam di Laut Jawa sampai > Selat Malaka adalah isu lama, tentu saja penemunya bukan Tim Bencana > Katastrofi Purba dan jejaknya juga bukan ditemukan oleh Dr. Wahyu Triyoso. > Sungai-sungai purba di Laut Jawa dan Selat Malaka itu sudah ditemukan hampir > 100 tahun lalu dan sudah dipublikasikan oleh GAF Molengraaff dan M Weber > pada tahun 1919 dalam makalah berjudul "Het verband tusschen den > plistoceenen ijstijd en het ontstaan der Soenda-Zee en de invloed daarvan op > de verspreiding der koraalriffen en on de land- en zoetwater fauna" (Wis- en > Nat. Afd. Kon. Akad. v. Wetensch., Amsterdam, 29 Nov 1919, 28, 497-544). > Molengraaff adalah seorang ahli geologi dan Weber adalah seorang ahli > biologi pada zaman Belanda di Indonesia. Garis Weber, garis kesetimbangan > fauna Asiatik dan Australia di Indonesia bagian tengah adalah berasal dari > namanya. > > Di Laut Jawa itu dan Selat Malaka itu, Molengraaff dari tahun 1919 telah > memetakan alur-alur sungai yang tenggelam (drowning river system) yang > terbagi menjadi dua alur sungai utama, yang dinamainya Sungai Sunda Utara di > bawah Selat Malaka dan Sungai Sunda Selatan di bawah Laut Jawa. Nama lain > kedua alur utama sungai itu juga sering disebut sebagai Sistem Sungai > Molengraaff, mengikuti nama penemunya. > > Sungai Sunda Utara mempunyai daerah hulu di Sumatra dan Kalimantan Barat, > dan bermuara ke Laut Cina Selatan, sedangkan Sungai Sunda Selatan mempunyai > hulu di Jawa dan Kalimantan Selatan dengan muara di Selat Makassar. > Lembah-lembah sungai yang terbenam ini sebagian sudah tertimbun lumpur. > Tetapi penelitian geologi kelautan sejak akhir 1950-an oleh beberapa > ekspedisi kelautan bekerja sama dengan pihak asing telah dapat mengenal > keberadaan sungai2 besar ini. Dua lembah sungai besar di selatan Kalimantan > Selatan, sebelah selatan Sampit, misalnya ditunjukkan di buku bagus tentang > oseanografi Indonesia tulisan Anugerah Nontji (Djambatan, 1987): "Laut > Nusantara". Lebar lembah2 sungai ini antara 400-500 meter, dasar sungai > purba ini 17-24 meter lebih dalam daripada dasar laut sekitarnya, dan terisi > oleh endapan setebal 8-15 meter. > > Weber juga menunjukkan bahwa adanya sistem sungai-sungai Sunda ini > dibuktikan oleh banyaknya persamaan jenis ikan tawar di sungai2 pesisir > timur Sumatra dengan ikan2 di pesisir barat Kalimantan, padahal antara > Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur tidak ada persamaan. > > Karena glasiasi-deglasiasi yang terus terjadi secara siklus di wilayah > Paparan Sunda, sehingga saat glasiasi air laut menyurut dan turun lalu > menyingkapkan paparan menjadi daratan (Sundaland) sebab air laut tertarik ke > kutub2 Bumi menjadi es; dan saat deglasiasi terjadi pencairan es di kutub2 > Bumi lalu air laut di mana2 naik, maka Sundaland kembali tenggelam menjadi > Paparan Sunda (Sunda Shelf). > > Hasil penelitian geologi dapat menunjukkan jejak sejarah Paparan Sunda dan > Sundaland. Kira2 170.000 tahun lampau muka laut berada kira-kira 200 meter > lebih rendah dari sekarang, tersingkaplah Sundaland. Lalu dalam 125.000 > tahun terakhir, air laut ini secara bertahap naik, tetapi belum mencapai > posisi seperti sekarang. Pada sekitar 7000 tahun yang lalu, posisinya > seperti sekarang, 4000 tahun yang lampau 5 m melampaui posisi sekarang, lalu > turun lagi dan sejak 1000 tahun yang lalu posisinya sudah seperti sekarang. > > Yang namanya siklus glasiasi dan deglasiasi tak pernah terjadi mendadak > turun atau naik, apalagi terjadi dalam semalam seperti banjir dalam dongeng > Atlantis yang dituturkan Plato. Dan yang namanya sistem sungai2 Sunda tak > berhubungan dengan peradaban tinggi ala dongeng Atlantis. Kecuali kalau > submarine archaeology kelak menemukan banyak bukti2 kebudayaan tinggi > terkubur di lembah2 sungai2 Sunda
Re: [iagi-net-l] SISTEM SUNGAI MOLENGRAAFF, PAPARAN SUNDA
Itu pernyataan 2 Profesor, di lontarkan pada "innternational Confetence on Sundanese Culture" di Bogort, 25 - 27 Oktober 2010. Jangan lupa sekarang ini dunia mitos dijadikan film, dijadikan latar belakang peneliyian ilmiah, dan lain2 pak RDP. Sangat kebeyulan saya datang waktu konperensi itu, sebagai orang InDonesia yang tinggal di Tatar Sunda. Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Rovicky Dwi Putrohari Date: Fri, 14 Sep 2012 07:16:11 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] SISTEM SUNGAI MOLENGRAAFF, PAPARAN SUNDA 2012/9/14 Bandono Salim > ** > Wah tegas dan jelas menolak Atlantis di paparan Sunda, sejalan dengan > penuturan Proff. RPK dan Proff.Adjad S. > Atlantis = Benua Mitos, Paparan Sunda = Benua Sains (real) Lah bagaimana mungkin keduanya di"gathuk"kan ? Seingat saya Pak RPK menolak bukan karena sains-nya tetapi seingat saya Pak RPK mengajak mempromosikan sisi wisata dari mitos-mitos ini untuk menambah devisa negara. Scotland punya Nessie (Lochness), America Punya Rosewell (Kota yang sering didatangi UFO), nah Indonesia mestinya juga bisa menjual tempat-tempat mitos ini yang dikemas dengan *pseudo science*, saya yakin akan menarik devisa negara yang meningkatkan kesejahteraan. Teori Nessie (Loch Ness) menghasilkan filem (movie), menghasilkan lokasi wisata ... bahkan ada lagu dsb. Janganlah segalanya mesti dijelaskan secara science 'ansich'. Menurut saya science memang mampu menjelaskan buanyak hal ... tetapi kalau ada yang bisa "dijual" menhasilkan devisa demi kesejahteraan, kenapa tegas ditolak ? Gunung Padang memang mengundang perdebatan sengit, saya termasuk yang tidak percaya adanya piramida dibawah situs megalitik ini. Tetapi dengan media akhirnya situs ini dibangun sebagai lokasi wisata yang menarik. Yang terpenting jangan sampai ada yang merusak demi menjelaskan ego-saintifiknya. RDP
RE: [iagi-net-l] NON SHARABLE OIL --> Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Pak Fatchur. Kalau Pertamina sudah memperkenalkan, yo harus ikut nyodok supya segera di-INTRODUCE-kan di level Nasional Pak ! Supaya masuk dalam business sense dan tidak dianggap hanya basi-basi untuk tidak memperpanjang kontrak produksi NSO harus ada upahnya (fee). Cuman TAC/KSO jauh lebih sadis to, mosok mroduksi minyak NSO tanpa cost tanpa fee tanpa losses, ya gak memenuhi kriteria bisnis international to. RUS NPA-1061 From: fatchurza...@yahoo.co.id [mailto:fatchurza...@yahoo.co.id] Sent: 14 September 2012 8:17 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] NON SHARABLE OIL --> Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Lha kalau udah pakai sharable2an oil gini kayak yg udah ditrapkan pd kontrak TAC/KSOnya. Pertamina EP. Apa sdh ada K3S yg pakai sistem ginian ya? Memang hrsnya begitu kalau kontrak (kontrak baru) dg lapangan produksi, fz Powered by Telkomsel BlackBerryR _ From: Rus Soeripto Date: Thu, 13 Sep 2012 17:55:54 -0700 (PDT) To: iagi-net@iagi.or.id ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] NON SHARABLE OIL --> Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Yak tul RDP.. Kalau terpaksa harus memperpanjang kontrak, termnya adalah untuk sharable oil Kontraktor mendapatkan cost and fee, sedangkan Incremental oil atas hasil usaha EOR dan Usaha Explorasi baru diberlakukan split PSC normal. Kalau perlu bentuk PT Baru untuk mengelola incremental reserves sehingga costingnya bisa di alokasikan dengan benar. Dengan demikian kontraktor akan lebih fokus untuk add values dengan menambah reserves. Semoga usulan IAGI didengar oleh pemerintah. Hidup IAGI RUS NPA 1061 _ From: Rovicky Dwi Putrohari To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Thursday, September 13, 2012 5:43 PM Subject: [iagi-net-l] NON SHARABLE OIL --> Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Salah satu usulan IAGI adalah produksi migas setelah perpanjangan adalah NON SHARABLE OIL ! Ketika kontrak berakhir seluruh asset sudah sewajarnya dikembalikan ke negara tuan rumah. Karena itulah yang tertulis dalam KKKS. Detail penjelasan dan usulan IAGI sudah mulai diformulasikan Selanjutnya tunggu edisi BERITA IAGI yang membabar soal ini RDP 2012/9/13 Hampir-hampir saya tidak percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan detikcom ini berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan konsultan pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan sangat percaya dg kekuatan intelektualitas dan professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk BPMigas kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM. Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg berbagai pernyataan untuk mendelegitimasi usaha-usaha Pertamina mendapatkan blok-blok migas produksi yang dikuasai MNC yg memang sudah akan habis masa kontraknya yg memang Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk mendapatkan dan mengelolanya dari pemerintah, spt halnya Blok Mahakam ini. Pernyataan2 yg meragukan apakah Pertamina mampu mengoperasikan lapangan migas sebesar lapangan2 di blok Mahakam sambil melemparkan kenyataan bhw Pertamina belum memaksimalkan operasi di 47% penguasaan-nya atas lapangan migas Indonesia benar-benar terasa sebagai pernyataan politis meskipun kelihatan agak teknis krn dibungkus angka-angka. Karena pada dasarnya hanya statistik pilihan yg cocok dg keinginan saja yg dimunculkan. Sementara itu statistik ttg bgmn Pertamina berhasil meningkatkan efisiensi operasi dan produksi di ONWJ dan di WMO stlah mrk ambil alih dari MNC bbrp tahun lalu, dan juga di blok2 yg bersebelahan dg blok Cepu yg dioperasikan MNC, kesemuanya ditutupi dan tdk dihighlight. Benar-benar tidak fair dan sangat politis. Juga pentungan2 klasik u/menakut-nakut-i spt teknologi dan biaya tinggi lagi2 diungkapkan di media untuk menjustifikasi bhw pemerintah lebih suka Total yg mengoperasikan Blok Mahakam. Benar-benar menggelikan dan sangat mencolok keberpihakan yg sdh diatur dr atasnya sana ini. Kita semua di industri migas tahu: teknologi bisa dibeli, biaya tinggi bisa dipinjam dan dinegosiasi, selama kita punya asset yg bisa dijaminkan dan manajemen professional yg bisa diandalkan, itu semua tidak akan pernah jadi masalah dlm operasi migas segede apapun dia punya dimensi. Sedih. Bener2 sedih. Yang lebih parah adlh pernyataan ttg: "... apakah Total mau beri data-data teknis di blok tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu tidak. Artinya akan mulai dari awal lagi". Seolah-olah yg bicara tdk mengerti sistim PSC di Indonesia dan tdk memahami UU Migas (baik yg lama maupun yg baru) yg menyatakan bhw semua data migas milik negara Bukan milik Total! Parah. Bener2 parah. Mau dikemanakan migas, mineral, dan energi Indonesia kita ini kalau pejabat2 kita sdh bicara aneh2 kayak begini. Atau malah kita perlu bersikap sebaliknya: kasihan ya, Rudi!!!? Salam ADB Geologist Merdeka (Suka dan bangga krn Total telah lebih dr 40th ikut membangun Indonesia, tapi lebih suka lagi kalau asset yg sdh mrk kuasai
Re: [iagi-net-l] NON SHARABLE OIL --> Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Lha kalau udah pakai sharable2an oil gini kayak yg udah ditrapkan pd kontrak TAC/KSOnya. Pertamina EP. Apa sdh ada K3S yg pakai sistem ginian ya? Memang hrsnya begitu kalau kontrak (kontrak baru) dg lapangan produksi, fz Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Rus Soeripto Date: Thu, 13 Sep 2012 17:55:54 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] NON SHARABLE OIL --> Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Yak tul RDP.. Kalau terpaksa harus memperpanjang kontrak, termnya adalah untuk sharable oil Kontraktor mendapatkan cost and fee, sedangkan Incremental oil atas hasil usaha EOR dan Usaha Explorasi baru diberlakukan split PSC normal. Kalau perlu bentuk PT Baru untuk mengelola incremental reserves sehingga costingnya bisa di alokasikan dengan benar. Dengan demikian kontraktor akan lebih fokus untuk add values dengan menambah reserves. Semoga usulan IAGI didengar oleh pemerintah. Hidup IAGI RUS NPA 1061 From: Rovicky Dwi Putrohari To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Thursday, September 13, 2012 5:43 PM Subject: [iagi-net-l] NON SHARABLE OIL --> Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Salah satu usulan IAGI adalah produksi migas setelah perpanjangan adalah NON SHARABLE OIL ! Ketika kontrak berakhir seluruh asset sudah sewajarnya dikembalikan ke negara tuan rumah. Karena itulah yang tertulis dalam KKKS. Detail penjelasan dan usulan IAGI sudah mulai diformulasikan Selanjutnya tunggu edisi BERITA IAGI yang membabar soal ini RDP 2012/9/13 Hampir-hampir saya tidak percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan detikcom ini berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan konsultan pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan sangat percaya dg kekuatan intelektualitas dan professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk BPMigas kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM. > >Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg berbagai pernyataan >untuk mendelegitimasi usaha-usaha Pertamina mendapatkan blok-blok migas >produksi yang dikuasai MNC yg memang sudah akan habis masa kontraknya yg >memang Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk mendapatkan dan >mengelolanya dari pemerintah, spt halnya Blok Mahakam ini. > >Pernyataan2 yg meragukan apakah Pertamina mampu mengoperasikan lapangan migas >sebesar lapangan2 di blok Mahakam sambil melemparkan kenyataan bhw Pertamina >belum memaksimalkan operasi di 47% penguasaan-nya atas lapangan migas >Indonesia benar-benar terasa sebagai pernyataan politis meskipun kelihatan >agak teknis krn dibungkus angka-angka. Karena pada dasarnya hanya statistik >pilihan yg cocok dg keinginan saja yg dimunculkan. Sementara itu statistik ttg >bgmn Pertamina berhasil meningkatkan efisiensi operasi dan produksi di ONWJ >dan di WMO stlah mrk ambil alih dari MNC bbrp tahun lalu, dan juga di blok2 yg >bersebelahan dg blok Cepu yg dioperasikan MNC, kesemuanya ditutupi dan tdk >dihighlight. Benar-benar tidak fair dan sangat politis. > >Juga pentungan2 klasik u/menakut-nakut-i spt teknologi dan biaya tinggi lagi2 >diungkapkan di media untuk menjustifikasi bhw pemerintah lebih suka Total yg >mengoperasikan Blok Mahakam. Benar-benar menggelikan dan sangat mencolok >keberpihakan yg sdh diatur dr atasnya sana ini. Kita semua di industri migas >tahu: teknologi bisa dibeli, biaya tinggi bisa dipinjam dan dinegosiasi, >selama kita punya asset yg bisa dijaminkan dan manajemen professional yg bisa >diandalkan, itu semua tidak akan pernah jadi masalah dlm operasi migas segede >apapun dia punya dimensi. Sedih. Bener2 sedih. > >Yang lebih parah adlh pernyataan ttg: "... apakah Total mau beri data-data >teknis di blok tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu tidak. Artinya >akan mulai dari awal lagi". Seolah-olah yg bicara tdk mengerti sistim PSC di >Indonesia dan tdk memahami UU Migas (baik yg lama maupun yg baru) yg >menyatakan bhw semua data migas milik negara Bukan milik Total! Parah. >Bener2 parah. > >Mau dikemanakan migas, mineral, dan energi Indonesia kita ini kalau pejabat2 >kita sdh bicara aneh2 kayak begini. > >Atau malah kita perlu bersikap sebaliknya: kasihan ya, Rudi!!!? > >Salam >ADB >Geologist Merdeka >(Suka dan bangga krn Total telah lebih dr 40th ikut membangun Indonesia, tapi >lebih suka lagi kalau asset yg sdh mrk kuasai sekian lamanya dikuasai dan >dioperasikan oleh entitas bangsa sendiri) > >Powered by Telkomsel BlackBerry® > >-Original Message- >From: >Date: Thu, 13 Sep 2012 13:11:26 >To: >Reply-To: > >Subject: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina >Cuma Nomor 3 >Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 >Rista Rama Dhany - detikfinance >Kamis, 13/09/2012 12:52 WIB >Jakarta - Pemerintah mengharapkan PT Pertamina (Persero) bisa >lebih memaksimalkan ladang minyak yang dimilikinya saat ini. >Karena, 47% ladang minyak dan
Bls: [iagi-net-l] SISTEM SUNGAI MOLENGRAAFF, PAPARAN SUNDA
Mas Ferdy, Lagi nyari biogenik gas kah? he..he... Utk waktu yang relatif singkat (untuk ukuran Geologi) , apakah lapisan tudung (seal)-nya sudah cukup tebal yo, mas? salam, Argo-3711 Dari: kartiko samodro Kepada: iagi-net@iagi.or.id Dikirim: Jumat, 14 September 2012 8:36 Judul: Re: [iagi-net-l] SISTEM SUNGAI MOLENGRAAFF, PAPARAN SUNDA kira kira apa ada kemungkinan petroleum system karena ada sungai purba yang bawa material organik ? On 9/13/12, Awang Satyana wrote: > Sebuah berita bertajuk: Ditemukan, Jejak Sungai Purba di Utara Laut Jawa > Sabtu, 18 Februari 2012 , di-posting seorang rekan di FB sebuah Group malam > ini. Dilaporkan bahwa sungai2 purba ini ditemukan Tim Bencana Katastrofi > Purba. Mungkin wartawannya ngawur ya... > > Perlu klarifikasi serius atas berita ini, meskipun ditulis Februari 2012. > Sungai2 purba atau lebih tepatnya sungai2 tenggelam di Laut Jawa sampai > Selat Malaka adalah isu lama, tentu saja penemunya bukan Tim Bencana > Katastrofi Purba dan jejaknya juga bukan ditemukan oleh Dr. Wahyu Triyoso. > Sungai-sungai purba di Laut Jawa dan Selat Malaka itu sudah ditemukan hampir > 100 tahun lalu dan sudah dipublikasikan oleh GAF Molengraaff dan M Weber > pada tahun 1919 dalam makalah berjudul "Het verband tusschen den > plistoceenen ijstijd en het ontstaan der Soenda-Zee en de invloed daarvan op > de verspreiding der koraalriffen en on de land- en zoetwater fauna" (Wis- en > Nat. Afd. Kon. Akad. v. Wetensch., Amsterdam, 29 Nov 1919, 28, 497-544). > Molengraaff adalah seorang ahli geologi dan Weber adalah seorang ahli > biologi pada zaman Belanda di Indonesia. Garis Weber, garis kesetimbangan > fauna Asiatik dan Australia di Indonesia bagian tengah adalah berasal dari > namanya. > > Di Laut Jawa itu dan Selat Malaka itu, Molengraaff dari tahun 1919 telah > memetakan alur-alur sungai yang tenggelam (drowning river system) yang > terbagi menjadi dua alur sungai utama, yang dinamainya Sungai Sunda Utara di > bawah Selat Malaka dan Sungai Sunda Selatan di bawah Laut Jawa. Nama lain > kedua alur utama sungai itu juga sering disebut sebagai Sistem Sungai > Molengraaff, mengikuti nama penemunya. > > Sungai Sunda Utara mempunyai daerah hulu di Sumatra dan Kalimantan Barat, > dan bermuara ke Laut Cina Selatan, sedangkan Sungai Sunda Selatan mempunyai > hulu di Jawa dan Kalimantan Selatan dengan muara di Selat Makassar. > Lembah-lembah sungai yang terbenam ini sebagian sudah tertimbun lumpur. > Tetapi penelitian geologi kelautan sejak akhir 1950-an oleh beberapa > ekspedisi kelautan bekerja sama dengan pihak asing telah dapat mengenal > keberadaan sungai2 besar ini. Dua lembah sungai besar di selatan Kalimantan > Selatan, sebelah selatan Sampit, misalnya ditunjukkan di buku bagus tentang > oseanografi Indonesia tulisan Anugerah Nontji (Djambatan, 1987): "Laut > Nusantara". Lebar lembah2 sungai ini antara 400-500 meter, dasar sungai > purba ini 17-24 meter lebih dalam daripada dasar laut sekitarnya, dan terisi > oleh endapan setebal 8-15 meter. > > Weber juga menunjukkan bahwa adanya sistem sungai-sungai Sunda ini > dibuktikan oleh banyaknya persamaan jenis ikan tawar di sungai2 pesisir > timur Sumatra dengan ikan2 di pesisir barat Kalimantan, padahal antara > Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur tidak ada persamaan. > > Karena glasiasi-deglasiasi yang terus terjadi secara siklus di wilayah > Paparan Sunda, sehingga saat glasiasi air laut menyurut dan turun lalu > menyingkapkan paparan menjadi daratan (Sundaland) sebab air laut tertarik ke > kutub2 Bumi menjadi es; dan saat deglasiasi terjadi pencairan es di kutub2 > Bumi lalu air laut di mana2 naik, maka Sundaland kembali tenggelam menjadi > Paparan Sunda (Sunda Shelf). > > Hasil penelitian geologi dapat menunjukkan jejak sejarah Paparan Sunda dan > Sundaland. Kira2 170.000 tahun lampau muka laut berada kira-kira 200 meter > lebih rendah dari sekarang, tersingkaplah Sundaland. Lalu dalam 125.000 > tahun terakhir, air laut ini secara bertahap naik, tetapi belum mencapai > posisi seperti sekarang. Pada sekitar 7000 tahun yang lalu, posisinya > seperti sekarang, 4000 tahun yang lampau 5 m melampaui posisi sekarang, lalu > turun lagi dan sejak 1000 tahun yang lalu posisinya sudah seperti sekarang. > > Yang namanya siklus glasiasi dan deglasiasi tak pernah terjadi mendadak > turun atau naik, apalagi terjadi dalam semalam seperti banjir dalam dongeng > Atlantis yang dituturkan Plato. Dan yang namanya sistem sungai2 Sunda tak > berhubungan dengan peradaban tinggi ala dongeng Atlantis. Kecuali kalau > submarine archaeology kelak menemukan banyak bukti2 kebudayaan tinggi > terkubur di lembah2 sungai2 Sunda itu tetapi bukan berasal dari kapal karam > modern, bolehlah kita mendiskusikannya lagi soal kaitan lembah sungai > tenggelam ini dengan peradaban tinggi itu. > > Salam, > Awang PP-IAGI 2011-2014: Ketua Umum: Rovicky D
Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Total explorasi 24 block di Indonesia ? Mangkanya kok rasanya sibuk terus, kerja enggak berhenti henti dan gonta ganti subjek cepet cepet ya... On 9/13/12, lia...@indo.net.id wrote: > Isu perpanjangan kontrak ini memang sering menjadi isu hangat , > masalah ini sebetulnya masalaha B to B tapi karena menyangkit B > yg besar bukan Hil yg mustahal juga membawa G to G juga, dalam > kontrak memang tdk diatur , tapi karena ada "pintunya" di UU yg > membolehkan K3S memperpanjang Kontraknya , makanya dicarilah > berbagai alasan alasan ( subyektif maupun subyektifnya )kalau > memang daerah tsb msh menguntungkan untuk diperpanjang. > Pertanyaannya apakah dihilangkan saja "pintunya" tsb sekalian ( > Kontrak ditegaskan kalau tidak bisa diperpanjang ) > Dalam berita dari ESDM beberapa waktu dibawah ini apa juga > dibahas ttg Perpanjangan Kontrak ya , .wallahualam. > > > KUNJUNGAN KERJA MENTERI ESDM KE PERANCIS DAN INGGRIS > 23-27 JULI 2012 > > Menteri ESDM Jero Wacik didampingi Dirjen Migas Kementerian > ESDM Evita H. Legowo, Deputi Operasi BP Migas, dan beberapa > Staf Khusus Menteri ESDM melakukan kunjungan kerja ke Perancis > dan Inggris dalam rangka pertemuan bilateral peningkatan > kerjasama bidang energi dan sumber daya mineral dengan > Pemerintah Perancis dan Inggris, tanggal 23 s.d. 27 Juli 2012.Menteri ESDM > dan rombongan bertolak dari Jakarta 22 Juli 2012 > dan telah bertemu dengan Menteri Perdagangan Luar Negeri > Perancis Mrs. Nicole Bricq di Paris hari Senin (23/7/2012). > Dalam pertemuan tersebut dibahas usaha peningkatan kerjasama > bilateral dalam bidang energi dan mineral, termasuk peran > perusahaan yang berasal dari Perancis; diantaranya TOTAL yang > mengoperasikan Blok Mahakam Kalimantan Timur, serta ERAMET > perusahaan nickel yang akan membangun smelter nickel di > Halmahera dengan rencana investasi lebih dari 5 Milyar EURO.Selanjutnya, > Menteri ESDM Jero Wacik bertemu dengan President > TOTAL Upstream, Yves-Louis Darricarrere di Paris, Selasa > (24/7/2012) untuk membahas kegiatan investasi TOTAL di masa > mendatang, dan mengadakan pertemuan bilateral dengan Minister > of Ecology, Sustainable Development and Energy, Mrs. Delphine > Batho pada Rabu (25/7/2012).Dalam pertemuannya dengan ERAMET, Presiden > ERAMET menyampaikan > apresiasi dan salut dengan pertumbuhan ekonomi dan > memperkirakan dalam waktu dekat Indonesia akan tumbuh menjadi > salah satu Negara terkuat di dunia. Hal ini memberikan > keyakinan kepada mereka untuk berinvestasi di Indonesia. Hal > senada juga diungkapkan Presiden TOTAL Upstream mengenai > keyakinan mereka dalam berinvestasi di Indonesia. Keyakinan ini > yang mendorong TOTAL juga terus berinvestasi di blok-blok baru > di Indonesia. Sebagaimana diketahui TOTAL saat ini melakukan > eksplorasi di 24 blok lain di Indonesia, di luar blok Mahakam. > Menteri ESDM dan rombongan meninggalkan Perancis pada Rabu > siang. Dijadwalkan pada hari Kamis dan Jumat Menteri ESDM dan > rombongan akan bertemu dengan Minister of State at the Foreign > and Commonwealth Office, Rt. Hon. Lord David Howell dan > beberapa investor migas asal Inggris. Berturut-turut Menteri > ESDM akan bertemu CEO British Petroleum (BP) membicarakan > rencana pengembangan Train-3 Lapangan Tangguh di Papua, serta > bertemu pihak Premiere Oil dan Shell untuk membahas rencana > investasi ke depan di Indonesia. > ism > > > >> Coba baca di Pikiran Rakyat hari ini, tentang analisis di >> halama 2 Politik tulisan dari YHerman Ibrahim, dgn judul >> "Intensitas Perang 'neocortex' di Indonesia semakin tinggi". >> > Perang kemerdekaan kita dikalahkan melalui KMB, yang >> mengubah penjajahan fisik memjadi penjajahan politik >> ekonomi dan psikologis. Termasuk jebakan utang, >> ketyergantungan sistem keuangan dan moneter IMF dan Bank >> Dunia. > Lah buka sajalah sendiri di PR. >> Lihat perang aceh bermuara di Helsinki, dll termasuk teror >> anak2. pupuk bawang yang tiba2 punya bahan bom, senjata >> dll, yAng tidak jelas asalnya dan dgn mudah dijelaskan oleh >> pemerintah. > Silakan buka saja PR di media elektronik. >> Salam. >> Powered by Telkomsel BlackBerryŽ >> >> -Original Message- >> From: abacht...@cbn.net.id >> Date: Thu, 13 Sep 2012 08:14:29 >> To: >> Reply-To: >> Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi >> Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 > Hampir-hampir saya tidak >> percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan detikcom ini >> berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan >> konsultan pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan >> sangat percaya dg kekuatan intelektualitas dan >> professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk BPMigas >> kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM. >> >> Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg >> berbagai pernyataan untuk mendelegitimasi usaha-usaha >> Pertamina mendapatkan blok-blok migas produksi yang dikuasai >> MNC yg memang sudah akan habis masa kontraknya yg memang >> Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untu
Re: [iagi-net-l] NON SHARABLE OIL --> Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Yak tul RDP.. Kalau terpaksa harus memperpanjang kontrak, termnya adalah untuk sharable oil Kontraktor mendapatkan cost and fee, sedangkan Incremental oil atas hasil usaha EOR dan Usaha Explorasi baru diberlakukan split PSC normal. Kalau perlu bentuk PT Baru untuk mengelola incremental reserves sehingga costingnya bisa di alokasikan dengan benar. Dengan demikian kontraktor akan lebih fokus untuk add values dengan menambah reserves. Semoga usulan IAGI didengar oleh pemerintah. Hidup IAGI RUS NPA 1061 From: Rovicky Dwi Putrohari To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Thursday, September 13, 2012 5:43 PM Subject: [iagi-net-l] NON SHARABLE OIL --> Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Salah satu usulan IAGI adalah produksi migas setelah perpanjangan adalah NON SHARABLE OIL ! Ketika kontrak berakhir seluruh asset sudah sewajarnya dikembalikan ke negara tuan rumah. Karena itulah yang tertulis dalam KKKS. Detail penjelasan dan usulan IAGI sudah mulai diformulasikan Selanjutnya tunggu edisi BERITA IAGI yang membabar soal ini RDP 2012/9/13 Hampir-hampir saya tidak percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan detikcom ini berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan konsultan pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan sangat percaya dg kekuatan intelektualitas dan professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk BPMigas kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM. > >Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg berbagai pernyataan >untuk mendelegitimasi usaha-usaha Pertamina mendapatkan blok-blok migas >produksi yang dikuasai MNC yg memang sudah akan habis masa kontraknya yg >memang Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk mendapatkan dan >mengelolanya dari pemerintah, spt halnya Blok Mahakam ini. > >Pernyataan2 yg meragukan apakah Pertamina mampu mengoperasikan lapangan migas >sebesar lapangan2 di blok Mahakam sambil melemparkan kenyataan bhw Pertamina >belum memaksimalkan operasi di 47% penguasaan-nya atas lapangan migas >Indonesia benar-benar terasa sebagai pernyataan politis meskipun kelihatan >agak teknis krn dibungkus angka-angka. Karena pada dasarnya hanya statistik >pilihan yg cocok dg keinginan saja yg dimunculkan. Sementara itu statistik ttg >bgmn Pertamina berhasil meningkatkan efisiensi operasi dan produksi di ONWJ >dan di WMO stlah mrk ambil alih dari MNC bbrp tahun lalu, dan juga di blok2 yg >bersebelahan dg blok Cepu yg dioperasikan MNC, kesemuanya ditutupi dan tdk >dihighlight. Benar-benar tidak fair dan sangat politis. > >Juga pentungan2 klasik u/menakut-nakut-i spt teknologi dan biaya tinggi lagi2 >diungkapkan di media untuk menjustifikasi bhw pemerintah lebih suka Total yg >mengoperasikan Blok Mahakam. Benar-benar menggelikan dan sangat mencolok >keberpihakan yg sdh diatur dr atasnya sana ini. Kita semua di industri migas >tahu: teknologi bisa dibeli, biaya tinggi bisa dipinjam dan dinegosiasi, >selama kita punya asset yg bisa dijaminkan dan manajemen professional yg bisa >diandalkan, itu semua tidak akan pernah jadi masalah dlm operasi migas segede >apapun dia punya dimensi. Sedih. Bener2 sedih. > >Yang lebih parah adlh pernyataan ttg: "... apakah Total mau beri data-data >teknis di blok tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu tidak. Artinya >akan mulai dari awal lagi". Seolah-olah yg bicara tdk mengerti sistim PSC di >Indonesia dan tdk memahami UU Migas (baik yg lama maupun yg baru) yg >menyatakan bhw semua data migas milik negara Bukan milik Total! Parah. >Bener2 parah. > >Mau dikemanakan migas, mineral, dan energi Indonesia kita ini kalau pejabat2 >kita sdh bicara aneh2 kayak begini. > >Atau malah kita perlu bersikap sebaliknya: kasihan ya, Rudi!!!? > >Salam >ADB >Geologist Merdeka >(Suka dan bangga krn Total telah lebih dr 40th ikut membangun Indonesia, tapi >lebih suka lagi kalau asset yg sdh mrk kuasai sekian lamanya dikuasai dan >dioperasikan oleh entitas bangsa sendiri) > >Powered by Telkomsel BlackBerry® > >-Original Message- >From: >Date: Thu, 13 Sep 2012 13:11:26 >To: >Reply-To: > >Subject: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina >Cuma Nomor 3 >Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 >Rista Rama Dhany - detikfinance >Kamis, 13/09/2012 12:52 WIB >Jakarta - Pemerintah mengharapkan PT Pertamina (Persero) bisa >lebih memaksimalkan ladang minyak yang dimilikinya saat ini. >Karena, 47% ladang minyak dan gas di Indonesia dikuasai >Pertamina, namun produksi migasnya hanya menduduki posisi nomor >3. >"Pertamina itu menguasai 47% ladang minyak di wilayah kerja >migas seluruh Indonesia. Tetapi produksinya malah masih nomor 3 >dibanding perusahaan minyak yang lain di Indonesia," kata Rudi >di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (13/9/2012). >Menurut Rudi, Pertamina tidak perlu terlalu bernafsu untuk >menguasai lapangan-lapangan minyak dan gas milik perusahaan >asing yang kontraknya seger
Re: [iagi-net-l] SISTEM SUNGAI MOLENGRAAFF, PAPARAN SUNDA
kira kira apa ada kemungkinan petroleum system karena ada sungai purba yang bawa material organik ? On 9/13/12, Awang Satyana wrote: > Sebuah berita bertajuk: Ditemukan, Jejak Sungai Purba di Utara Laut Jawa > Sabtu, 18 Februari 2012 , di-posting seorang rekan di FB sebuah Group malam > ini. Dilaporkan bahwa sungai2 purba ini ditemukan Tim Bencana Katastrofi > Purba. Mungkin wartawannya ngawur ya... > > Perlu klarifikasi serius atas berita ini, meskipun ditulis Februari 2012. > Sungai2 purba atau lebih tepatnya sungai2 tenggelam di Laut Jawa sampai > Selat Malaka adalah isu lama, tentu saja penemunya bukan Tim Bencana > Katastrofi Purba dan jejaknya juga bukan ditemukan oleh Dr. Wahyu Triyoso. > Sungai-sungai purba di Laut Jawa dan Selat Malaka itu sudah ditemukan hampir > 100 tahun lalu dan sudah dipublikasikan oleh GAF Molengraaff dan M Weber > pada tahun 1919 dalam makalah berjudul "Het verband tusschen den > plistoceenen ijstijd en het ontstaan der Soenda-Zee en de invloed daarvan op > de verspreiding der koraalriffen en on de land- en zoetwater fauna" (Wis- en > Nat. Afd. Kon. Akad. v. Wetensch., Amsterdam, 29 Nov 1919, 28, 497-544). > Molengraaff adalah seorang ahli geologi dan Weber adalah seorang ahli > biologi pada zaman Belanda di Indonesia. Garis Weber, garis kesetimbangan > fauna Asiatik dan Australia di Indonesia bagian tengah adalah berasal dari > namanya. > > Di Laut Jawa itu dan Selat Malaka itu, Molengraaff dari tahun 1919 telah > memetakan alur-alur sungai yang tenggelam (drowning river system) yang > terbagi menjadi dua alur sungai utama, yang dinamainya Sungai Sunda Utara di > bawah Selat Malaka dan Sungai Sunda Selatan di bawah Laut Jawa. Nama lain > kedua alur utama sungai itu juga sering disebut sebagai Sistem Sungai > Molengraaff, mengikuti nama penemunya. > > Sungai Sunda Utara mempunyai daerah hulu di Sumatra dan Kalimantan Barat, > dan bermuara ke Laut Cina Selatan, sedangkan Sungai Sunda Selatan mempunyai > hulu di Jawa dan Kalimantan Selatan dengan muara di Selat Makassar. > Lembah-lembah sungai yang terbenam ini sebagian sudah tertimbun lumpur. > Tetapi penelitian geologi kelautan sejak akhir 1950-an oleh beberapa > ekspedisi kelautan bekerja sama dengan pihak asing telah dapat mengenal > keberadaan sungai2 besar ini. Dua lembah sungai besar di selatan Kalimantan > Selatan, sebelah selatan Sampit, misalnya ditunjukkan di buku bagus tentang > oseanografi Indonesia tulisan Anugerah Nontji (Djambatan, 1987): "Laut > Nusantara". Lebar lembah2 sungai ini antara 400-500 meter, dasar sungai > purba ini 17-24 meter lebih dalam daripada dasar laut sekitarnya, dan terisi > oleh endapan setebal 8-15 meter. > > Weber juga menunjukkan bahwa adanya sistem sungai-sungai Sunda ini > dibuktikan oleh banyaknya persamaan jenis ikan tawar di sungai2 pesisir > timur Sumatra dengan ikan2 di pesisir barat Kalimantan, padahal antara > Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur tidak ada persamaan. > > Karena glasiasi-deglasiasi yang terus terjadi secara siklus di wilayah > Paparan Sunda, sehingga saat glasiasi air laut menyurut dan turun lalu > menyingkapkan paparan menjadi daratan (Sundaland) sebab air laut tertarik ke > kutub2 Bumi menjadi es; dan saat deglasiasi terjadi pencairan es di kutub2 > Bumi lalu air laut di mana2 naik, maka Sundaland kembali tenggelam menjadi > Paparan Sunda (Sunda Shelf). > > Hasil penelitian geologi dapat menunjukkan jejak sejarah Paparan Sunda dan > Sundaland. Kira2 170.000 tahun lampau muka laut berada kira-kira 200 meter > lebih rendah dari sekarang, tersingkaplah Sundaland. Lalu dalam 125.000 > tahun terakhir, air laut ini secara bertahap naik, tetapi belum mencapai > posisi seperti sekarang. Pada sekitar 7000 tahun yang lalu, posisinya > seperti sekarang, 4000 tahun yang lampau 5 m melampaui posisi sekarang, lalu > turun lagi dan sejak 1000 tahun yang lalu posisinya sudah seperti sekarang. > > Yang namanya siklus glasiasi dan deglasiasi tak pernah terjadi mendadak > turun atau naik, apalagi terjadi dalam semalam seperti banjir dalam dongeng > Atlantis yang dituturkan Plato. Dan yang namanya sistem sungai2 Sunda tak > berhubungan dengan peradaban tinggi ala dongeng Atlantis. Kecuali kalau > submarine archaeology kelak menemukan banyak bukti2 kebudayaan tinggi > terkubur di lembah2 sungai2 Sunda itu tetapi bukan berasal dari kapal karam > modern, bolehlah kita mendiskusikannya lagi soal kaitan lembah sungai > tenggelam ini dengan peradaban tinggi itu. > > Salam, > Awang PP-IAGI 2011-2014: Ketua Umum: Rovicky Dwi Putrohari, rovicky[at]gmail.com Sekjen: Senoaji, ajiseno[at]ymail.com Jangan lupa PIT IAGI 2012 di Jogjakarta tanggal 17-20 September 2012. REGISTER NOW ! Contact Person: Email : pit.iagi.2...@gmail.com Phone : +62 82223 222341 (lisa) ---
Re: [iagi-net-l] SISTEM SUNGAI MOLENGRAAFF, PAPARAN SUNDA
Betul Pak, dalam mendiskripsi proses geologi mestinya dalam konteks time and space. Lah kalau pada space yang sama tapi jauh berbeda timingnya jadi gak konek ya Pak.. Kita bicara bencana purba dalam konteks time scale peradaban manusia, tapi bicara siklus geologi jaman es terakhir, konteks geologic timingnya gak pas.. Bisa dianalogikan, di pantai utara banyak struktur sesar, antiklin/sesar besar mestinya terbentuk dg magnitude gempa skala SR 10. Menjadi tidak konek kalau kita sebut pantura berbahaya karena dulu jaman plio-pliestosin terjadi banyak terjadi gempa bersekala SR 10. Ini thought proses saya lho Pak. RUS -Original Message- From: "Bandono Salim" Date: Thu, 13 Sep 2012 23:49:53 To: Iagi Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] SISTEM SUNGAI MOLENGRAAFF, PAPARAN SUNDA Wah tegas dan jelas menolak Atlantis di paparan Sunda, sejalan dengan penuturan Proff. RPK dan Proff.Adjad S. Waktu main ke Melak Kaltim bag barat, sungai di sana ada yang punya kedalaman sampai 50mtr pada musim kemarau. Jadi wajar saja lha muka airlaut pernah mencapai kedalam -200 mtr dari sekarang. Dapat dimengerti kenapa dataran aluvial sangat luas di kalimantan timur maupun selatan sebagai akibat perubahan base level sejak 170.000 tahun lalu. Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: "yahdi zaim" Date: Thu, 13 Sep 2012 20:12:42 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] SISTEM SUNGAI MOLENGRAAFF, PAPARAN SUNDA Benar Pak Awang,sungai2 purba tersebut sudah dikenal sejak zaman Belanda. Disamping dinyatakan oleh Molengraaff dan Weber,sungai2 tenggelam tsb juga dinyatakan oleh Ph.Kuenen thn 1950 dlm bukunya "Marine Geology". Dalam berbagai paper Alm.Prof.Sartono thn '70an ttg migrasi hominid dan vertebrata pada zaman Kuarter juga menggambarkan sungai2 purba tsb. Dalam materi kuliah Geologi Kuarter yg saya berikan sejak thn '80an juga saya ungkapkan adanya sungai2 tenggelam tsb. Jadi adanya sungai2 tenggelam tsb.bukan hal baru,juga bukan ditemukan oleh Tim Bencana Katastrofi Purba, juga bukan ditemukan oleh Dr. Wahyu Triyoso. Plintiran wartawan memang menyesatkan,tapi lebih menyesatkan jika hal tsb sekiranya memang merupakan klaim dari Tim Bencana Katastrofi Purba. Wslm, Y.Zaim Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Awang Satyana Date: Fri, 14 Sep 2012 00:20:50 To: IAGI; Forum HAGI; Geo Unpad; Eksplorasi BPMIGAS Reply-To: Subject: [iagi-net-l] SISTEM SUNGAI MOLENGRAAFF, PAPARAN SUNDA Sebuah berita bertajuk: Ditemukan, Jejak Sungai Purba di Utara Laut Jawa Sabtu, 18 Februari 2012 , di-posting seorang rekan di FB sebuah Group malam ini. Dilaporkan bahwa sungai2 purba ini ditemukan Tim Bencana Katastrofi Purba. Mungkin wartawannya ngawur ya... Perlu klarifikasi serius atas berita ini, meskipun ditulis Februari 2012. Sungai2 purba atau lebih tepatnya sungai2 tenggelam di Laut Jawa sampai Selat Malaka adalah isu lama, tentu saja penemunya bukan Tim Bencana Katastrofi Purba dan jejaknya juga bukan ditemukan oleh Dr. Wahyu Triyoso. Sungai-sungai purba di Laut Jawa dan Selat Malaka itu sudah ditemukan hampir 100 tahun lalu dan sudah dipublikasikan oleh GAF Molengraaff dan M Weber pada tahun 1919 dalam makalah berjudul "Het verband tusschen den plistoceenen ijstijd en het ontstaan der Soenda-Zee en de invloed daarvan op de verspreiding der koraalriffen en on de land- en zoetwater fauna" (Wis- en Nat. Afd. Kon. Akad. v. Wetensch., Amsterdam, 29 Nov 1919, 28, 497-544). Molengraaff adalah seorang ahli geologi dan Weber adalah seorang ahli biologi pada zaman Belanda di Indonesia. Garis Weber, garis kesetimbangan fauna Asiatik dan Australia di Indonesia bagian tengah adalah berasal dari namanya. Di Laut Jawa itu dan Selat Malaka itu, Molengraaff dari tahun 1919 telah memetakan alur-alur sungai yang tenggelam (drowning river system) yang terbagi menjadi dua alur sungai utama, yang dinamainya Sungai Sunda Utara di bawah Selat Malaka dan Sungai Sunda Selatan di bawah Laut Jawa. Nama lain kedua alur utama sungai itu juga sering disebut sebagai Sistem Sungai Molengraaff, mengikuti nama penemunya. Sungai Sunda Utara mempunyai daerah hulu di Sumatra dan Kalimantan Barat, dan bermuara ke Laut Cina Selatan, sedangkan Sungai Sunda Selatan mempunyai hulu di Jawa dan Kalimantan Selatan dengan muara di Selat Makassar. Lembah-lembah sungai yang terbenam ini sebagian sudah tertimbun lumpur. Tetapi penelitian geologi kelautan sejak akhir 1950-an oleh beberapa ekspedisi kelautan bekerja sama dengan pihak asing telah dapat mengenal keberadaan sungai2 besar ini. Dua lembah sungai besar di selatan Kalimantan Selatan, sebelah selatan Sampit, misalnya ditunjukkan di buku bagus tentang oseanografi Indonesia tulisan Anugerah Nontji (Djambatan, 1987): "Laut Nusantara". Lebar lembah2 sungai ini antara 400-500 meter, dasar sungai purba ini 17-24 meter lebih dalam daripada dasar laut sekitarnya, dan terisi oleh endapan setebal 8-15 meter. Weber
Re: [iagi-net-l] SISTEM SUNGAI MOLENGRAAFF, PAPARAN SUNDA
2012/9/14 Bandono Salim > ** > Wah tegas dan jelas menolak Atlantis di paparan Sunda, sejalan dengan > penuturan Proff. RPK dan Proff.Adjad S. > Atlantis = Benua Mitos, Paparan Sunda = Benua Sains (real) Lah bagaimana mungkin keduanya di"gathuk"kan ? Seingat saya Pak RPK menolak bukan karena sains-nya tetapi seingat saya Pak RPK mengajak mempromosikan sisi wisata dari mitos-mitos ini untuk menambah devisa negara. Scotland punya Nessie (Lochness), America Punya Rosewell (Kota yang sering didatangi UFO), nah Indonesia mestinya juga bisa menjual tempat-tempat mitos ini yang dikemas dengan *pseudo science*, saya yakin akan menarik devisa negara yang meningkatkan kesejahteraan. Teori Nessie (Loch Ness) menghasilkan filem (movie), menghasilkan lokasi wisata ... bahkan ada lagu dsb. Janganlah segalanya mesti dijelaskan secara science 'ansich'. Menurut saya science memang mampu menjelaskan buanyak hal ... tetapi kalau ada yang bisa "dijual" menhasilkan devisa demi kesejahteraan, kenapa tegas ditolak ? Gunung Padang memang mengundang perdebatan sengit, saya termasuk yang tidak percaya adanya piramida dibawah situs megalitik ini. Tetapi dengan media akhirnya situs ini dibangun sebagai lokasi wisata yang menarik. Yang terpenting jangan sampai ada yang merusak demi menjelaskan ego-saintifiknya. RDP
Re: [iagi-net-l] SISTEM SUNGAI MOLENGRAAFF, PAPARAN SUNDA
Wah tegas dan jelas menolak Atlantis di paparan Sunda, sejalan dengan penuturan Proff. RPK dan Proff.Adjad S. Waktu main ke Melak Kaltim bag barat, sungai di sana ada yang punya kedalaman sampai 50mtr pada musim kemarau. Jadi wajar saja lha muka airlaut pernah mencapai kedalam -200 mtr dari sekarang. Dapat dimengerti kenapa dataran aluvial sangat luas di kalimantan timur maupun selatan sebagai akibat perubahan base level sejak 170.000 tahun lalu. Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: "yahdi zaim" Date: Thu, 13 Sep 2012 20:12:42 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] SISTEM SUNGAI MOLENGRAAFF, PAPARAN SUNDA Benar Pak Awang,sungai2 purba tersebut sudah dikenal sejak zaman Belanda. Disamping dinyatakan oleh Molengraaff dan Weber,sungai2 tenggelam tsb juga dinyatakan oleh Ph.Kuenen thn 1950 dlm bukunya "Marine Geology". Dalam berbagai paper Alm.Prof.Sartono thn '70an ttg migrasi hominid dan vertebrata pada zaman Kuarter juga menggambarkan sungai2 purba tsb. Dalam materi kuliah Geologi Kuarter yg saya berikan sejak thn '80an juga saya ungkapkan adanya sungai2 tenggelam tsb. Jadi adanya sungai2 tenggelam tsb.bukan hal baru,juga bukan ditemukan oleh Tim Bencana Katastrofi Purba, juga bukan ditemukan oleh Dr. Wahyu Triyoso. Plintiran wartawan memang menyesatkan,tapi lebih menyesatkan jika hal tsb sekiranya memang merupakan klaim dari Tim Bencana Katastrofi Purba. Wslm, Y.Zaim Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Awang Satyana Date: Fri, 14 Sep 2012 00:20:50 To: IAGI; Forum HAGI; Geo Unpad; Eksplorasi BPMIGAS Reply-To: Subject: [iagi-net-l] SISTEM SUNGAI MOLENGRAAFF, PAPARAN SUNDA Sebuah berita bertajuk: Ditemukan, Jejak Sungai Purba di Utara Laut Jawa Sabtu, 18 Februari 2012 , di-posting seorang rekan di FB sebuah Group malam ini. Dilaporkan bahwa sungai2 purba ini ditemukan Tim Bencana Katastrofi Purba. Mungkin wartawannya ngawur ya... Perlu klarifikasi serius atas berita ini, meskipun ditulis Februari 2012. Sungai2 purba atau lebih tepatnya sungai2 tenggelam di Laut Jawa sampai Selat Malaka adalah isu lama, tentu saja penemunya bukan Tim Bencana Katastrofi Purba dan jejaknya juga bukan ditemukan oleh Dr. Wahyu Triyoso. Sungai-sungai purba di Laut Jawa dan Selat Malaka itu sudah ditemukan hampir 100 tahun lalu dan sudah dipublikasikan oleh GAF Molengraaff dan M Weber pada tahun 1919 dalam makalah berjudul "Het verband tusschen den plistoceenen ijstijd en het ontstaan der Soenda-Zee en de invloed daarvan op de verspreiding der koraalriffen en on de land- en zoetwater fauna" (Wis- en Nat. Afd. Kon. Akad. v. Wetensch., Amsterdam, 29 Nov 1919, 28, 497-544). Molengraaff adalah seorang ahli geologi dan Weber adalah seorang ahli biologi pada zaman Belanda di Indonesia. Garis Weber, garis kesetimbangan fauna Asiatik dan Australia di Indonesia bagian tengah adalah berasal dari namanya. Di Laut Jawa itu dan Selat Malaka itu, Molengraaff dari tahun 1919 telah memetakan alur-alur sungai yang tenggelam (drowning river system) yang terbagi menjadi dua alur sungai utama, yang dinamainya Sungai Sunda Utara di bawah Selat Malaka dan Sungai Sunda Selatan di bawah Laut Jawa. Nama lain kedua alur utama sungai itu juga sering disebut sebagai Sistem Sungai Molengraaff, mengikuti nama penemunya. Sungai Sunda Utara mempunyai daerah hulu di Sumatra dan Kalimantan Barat, dan bermuara ke Laut Cina Selatan, sedangkan Sungai Sunda Selatan mempunyai hulu di Jawa dan Kalimantan Selatan dengan muara di Selat Makassar. Lembah-lembah sungai yang terbenam ini sebagian sudah tertimbun lumpur. Tetapi penelitian geologi kelautan sejak akhir 1950-an oleh beberapa ekspedisi kelautan bekerja sama dengan pihak asing telah dapat mengenal keberadaan sungai2 besar ini. Dua lembah sungai besar di selatan Kalimantan Selatan, sebelah selatan Sampit, misalnya ditunjukkan di buku bagus tentang oseanografi Indonesia tulisan Anugerah Nontji (Djambatan, 1987): "Laut Nusantara". Lebar lembah2 sungai ini antara 400-500 meter, dasar sungai purba ini 17-24 meter lebih dalam daripada dasar laut sekitarnya, dan terisi oleh endapan setebal 8-15 meter. Weber juga menunjukkan bahwa adanya sistem sungai-sungai Sunda ini dibuktikan oleh banyaknya persamaan jenis ikan tawar di sungai2 pesisir timur Sumatra dengan ikan2 di pesisir barat Kalimantan, padahal antara Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur tidak ada persamaan. Karena glasiasi-deglasiasi yang terus terjadi secara siklus di wilayah Paparan Sunda, sehingga saat glasiasi air laut menyurut dan turun lalu menyingkapkan paparan menjadi daratan (Sundaland) sebab air laut tertarik ke kutub2 Bumi menjadi es; dan saat deglasiasi terjadi pencairan es di kutub2 Bumi lalu air laut di mana2 naik, maka Sundaland kembali tenggelam menjadi Paparan Sunda (Sunda Shelf). Hasil penelitian geologi dapat menunjukkan jejak sejarah Paparan Sunda dan Sundaland. Kira2 170.000 tahun lampau muka laut berada kir
Re: [iagi-net-l] SISTEM SUNGAI MOLENGRAAFF, PAPARAN SUNDA
Benar Pak Awang,sungai2 purba tersebut sudah dikenal sejak zaman Belanda. Disamping dinyatakan oleh Molengraaff dan Weber,sungai2 tenggelam tsb juga dinyatakan oleh Ph.Kuenen thn 1950 dlm bukunya "Marine Geology". Dalam berbagai paper Alm.Prof.Sartono thn '70an ttg migrasi hominid dan vertebrata pada zaman Kuarter juga menggambarkan sungai2 purba tsb. Dalam materi kuliah Geologi Kuarter yg saya berikan sejak thn '80an juga saya ungkapkan adanya sungai2 tenggelam tsb. Jadi adanya sungai2 tenggelam tsb.bukan hal baru,juga bukan ditemukan oleh Tim Bencana Katastrofi Purba, juga bukan ditemukan oleh Dr. Wahyu Triyoso. Plintiran wartawan memang menyesatkan,tapi lebih menyesatkan jika hal tsb sekiranya memang merupakan klaim dari Tim Bencana Katastrofi Purba. Wslm, Y.Zaim Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Awang Satyana Date: Fri, 14 Sep 2012 00:20:50 To: IAGI; Forum HAGI; Geo Unpad; Eksplorasi BPMIGAS Reply-To: Subject: [iagi-net-l] SISTEM SUNGAI MOLENGRAAFF, PAPARAN SUNDA Sebuah berita bertajuk: Ditemukan, Jejak Sungai Purba di Utara Laut Jawa Sabtu, 18 Februari 2012 , di-posting seorang rekan di FB sebuah Group malam ini. Dilaporkan bahwa sungai2 purba ini ditemukan Tim Bencana Katastrofi Purba. Mungkin wartawannya ngawur ya... Perlu klarifikasi serius atas berita ini, meskipun ditulis Februari 2012. Sungai2 purba atau lebih tepatnya sungai2 tenggelam di Laut Jawa sampai Selat Malaka adalah isu lama, tentu saja penemunya bukan Tim Bencana Katastrofi Purba dan jejaknya juga bukan ditemukan oleh Dr. Wahyu Triyoso. Sungai-sungai purba di Laut Jawa dan Selat Malaka itu sudah ditemukan hampir 100 tahun lalu dan sudah dipublikasikan oleh GAF Molengraaff dan M Weber pada tahun 1919 dalam makalah berjudul "Het verband tusschen den plistoceenen ijstijd en het ontstaan der Soenda-Zee en de invloed daarvan op de verspreiding der koraalriffen en on de land- en zoetwater fauna" (Wis- en Nat. Afd. Kon. Akad. v. Wetensch., Amsterdam, 29 Nov 1919, 28, 497-544). Molengraaff adalah seorang ahli geologi dan Weber adalah seorang ahli biologi pada zaman Belanda di Indonesia. Garis Weber, garis kesetimbangan fauna Asiatik dan Australia di Indonesia bagian tengah adalah berasal dari namanya. Di Laut Jawa itu dan Selat Malaka itu, Molengraaff dari tahun 1919 telah memetakan alur-alur sungai yang tenggelam (drowning river system) yang terbagi menjadi dua alur sungai utama, yang dinamainya Sungai Sunda Utara di bawah Selat Malaka dan Sungai Sunda Selatan di bawah Laut Jawa. Nama lain kedua alur utama sungai itu juga sering disebut sebagai Sistem Sungai Molengraaff, mengikuti nama penemunya. Sungai Sunda Utara mempunyai daerah hulu di Sumatra dan Kalimantan Barat, dan bermuara ke Laut Cina Selatan, sedangkan Sungai Sunda Selatan mempunyai hulu di Jawa dan Kalimantan Selatan dengan muara di Selat Makassar. Lembah-lembah sungai yang terbenam ini sebagian sudah tertimbun lumpur. Tetapi penelitian geologi kelautan sejak akhir 1950-an oleh beberapa ekspedisi kelautan bekerja sama dengan pihak asing telah dapat mengenal keberadaan sungai2 besar ini. Dua lembah sungai besar di selatan Kalimantan Selatan, sebelah selatan Sampit, misalnya ditunjukkan di buku bagus tentang oseanografi Indonesia tulisan Anugerah Nontji (Djambatan, 1987): "Laut Nusantara". Lebar lembah2 sungai ini antara 400-500 meter, dasar sungai purba ini 17-24 meter lebih dalam daripada dasar laut sekitarnya, dan terisi oleh endapan setebal 8-15 meter. Weber juga menunjukkan bahwa adanya sistem sungai-sungai Sunda ini dibuktikan oleh banyaknya persamaan jenis ikan tawar di sungai2 pesisir timur Sumatra dengan ikan2 di pesisir barat Kalimantan, padahal antara Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur tidak ada persamaan. Karena glasiasi-deglasiasi yang terus terjadi secara siklus di wilayah Paparan Sunda, sehingga saat glasiasi air laut menyurut dan turun lalu menyingkapkan paparan menjadi daratan (Sundaland) sebab air laut tertarik ke kutub2 Bumi menjadi es; dan saat deglasiasi terjadi pencairan es di kutub2 Bumi lalu air laut di mana2 naik, maka Sundaland kembali tenggelam menjadi Paparan Sunda (Sunda Shelf). Hasil penelitian geologi dapat menunjukkan jejak sejarah Paparan Sunda dan Sundaland. Kira2 170.000 tahun lampau muka laut berada kira-kira 200 meter lebih rendah dari sekarang, tersingkaplah Sundaland. Lalu dalam 125.000 tahun terakhir, air laut ini secara bertahap naik, tetapi belum mencapai posisi seperti sekarang. Pada sekitar 7000 tahun yang lalu, posisinya seperti sekarang, 4000 tahun yang lampau 5 m melampaui posisi sekarang, lalu turun lagi dan sejak 1000 tahun yang lalu posisinya sudah seperti sekarang. Yang namanya siklus glasiasi dan deglasiasi tak pernah terjadi mendadak turun atau naik, apalagi terjadi dalam semalam seperti banjir dalam dongeng Atlantis yang dituturkan Plato. Dan yang namanya sistem sungai2 Sunda tak berhubungan dengan peradaban tinggi ala dong
[iagi-net-l] SISTEM SUNGAI MOLENGRAAFF, PAPARAN SUNDA
Sebuah berita bertajuk: Ditemukan, Jejak Sungai Purba di Utara Laut Jawa Sabtu, 18 Februari 2012 , di-posting seorang rekan di FB sebuah Group malam ini. Dilaporkan bahwa sungai2 purba ini ditemukan Tim Bencana Katastrofi Purba. Mungkin wartawannya ngawur ya... Perlu klarifikasi serius atas berita ini, meskipun ditulis Februari 2012. Sungai2 purba atau lebih tepatnya sungai2 tenggelam di Laut Jawa sampai Selat Malaka adalah isu lama, tentu saja penemunya bukan Tim Bencana Katastrofi Purba dan jejaknya juga bukan ditemukan oleh Dr. Wahyu Triyoso. Sungai-sungai purba di Laut Jawa dan Selat Malaka itu sudah ditemukan hampir 100 tahun lalu dan sudah dipublikasikan oleh GAF Molengraaff dan M Weber pada tahun 1919 dalam makalah berjudul "Het verband tusschen den plistoceenen ijstijd en het ontstaan der Soenda-Zee en de invloed daarvan op de verspreiding der koraalriffen en on de land- en zoetwater fauna" (Wis- en Nat. Afd. Kon. Akad. v. Wetensch., Amsterdam, 29 Nov 1919, 28, 497-544). Molengraaff adalah seorang ahli geologi dan Weber adalah seorang ahli biologi pada zaman Belanda di Indonesia. Garis Weber, garis kesetimbangan fauna Asiatik dan Australia di Indonesia bagian tengah adalah berasal dari namanya. Di Laut Jawa itu dan Selat Malaka itu, Molengraaff dari tahun 1919 telah memetakan alur-alur sungai yang tenggelam (drowning river system) yang terbagi menjadi dua alur sungai utama, yang dinamainya Sungai Sunda Utara di bawah Selat Malaka dan Sungai Sunda Selatan di bawah Laut Jawa. Nama lain kedua alur utama sungai itu juga sering disebut sebagai Sistem Sungai Molengraaff, mengikuti nama penemunya. Sungai Sunda Utara mempunyai daerah hulu di Sumatra dan Kalimantan Barat, dan bermuara ke Laut Cina Selatan, sedangkan Sungai Sunda Selatan mempunyai hulu di Jawa dan Kalimantan Selatan dengan muara di Selat Makassar. Lembah-lembah sungai yang terbenam ini sebagian sudah tertimbun lumpur. Tetapi penelitian geologi kelautan sejak akhir 1950-an oleh beberapa ekspedisi kelautan bekerja sama dengan pihak asing telah dapat mengenal keberadaan sungai2 besar ini. Dua lembah sungai besar di selatan Kalimantan Selatan, sebelah selatan Sampit, misalnya ditunjukkan di buku bagus tentang oseanografi Indonesia tulisan Anugerah Nontji (Djambatan, 1987): "Laut Nusantara". Lebar lembah2 sungai ini antara 400-500 meter, dasar sungai purba ini 17-24 meter lebih dalam daripada dasar laut sekitarnya, dan terisi oleh endapan setebal 8-15 meter. Weber juga menunjukkan bahwa adanya sistem sungai-sungai Sunda ini dibuktikan oleh banyaknya persamaan jenis ikan tawar di sungai2 pesisir timur Sumatra dengan ikan2 di pesisir barat Kalimantan, padahal antara Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur tidak ada persamaan. Karena glasiasi-deglasiasi yang terus terjadi secara siklus di wilayah Paparan Sunda, sehingga saat glasiasi air laut menyurut dan turun lalu menyingkapkan paparan menjadi daratan (Sundaland) sebab air laut tertarik ke kutub2 Bumi menjadi es; dan saat deglasiasi terjadi pencairan es di kutub2 Bumi lalu air laut di mana2 naik, maka Sundaland kembali tenggelam menjadi Paparan Sunda (Sunda Shelf). Hasil penelitian geologi dapat menunjukkan jejak sejarah Paparan Sunda dan Sundaland. Kira2 170.000 tahun lampau muka laut berada kira-kira 200 meter lebih rendah dari sekarang, tersingkaplah Sundaland. Lalu dalam 125.000 tahun terakhir, air laut ini secara bertahap naik, tetapi belum mencapai posisi seperti sekarang. Pada sekitar 7000 tahun yang lalu, posisinya seperti sekarang, 4000 tahun yang lampau 5 m melampaui posisi sekarang, lalu turun lagi dan sejak 1000 tahun yang lalu posisinya sudah seperti sekarang. Yang namanya siklus glasiasi dan deglasiasi tak pernah terjadi mendadak turun atau naik, apalagi terjadi dalam semalam seperti banjir dalam dongeng Atlantis yang dituturkan Plato. Dan yang namanya sistem sungai2 Sunda tak berhubungan dengan peradaban tinggi ala dongeng Atlantis. Kecuali kalau submarine archaeology kelak menemukan banyak bukti2 kebudayaan tinggi terkubur di lembah2 sungai2 Sunda itu tetapi bukan berasal dari kapal karam modern, bolehlah kita mendiskusikannya lagi soal kaitan lembah sungai tenggelam ini dengan peradaban tinggi itu. Salam, Awang
Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Pasti apa yang mereka minta diberi oleh NKRI. Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Date: Thu, 13 Sep 2012 20:49:28 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Isu perpanjangan kontrak ini memang sering menjadi isu hangat , masalah ini sebetulnya masalaha B to B tapi karena menyangkit B yg besar bukan Hil yg mustahal juga membawa G to G juga, dalam kontrak memang tdk diatur , tapi karena ada "pintunya" di UU yg membolehkan K3S memperpanjang Kontraknya , makanya dicarilah berbagai alasan alasan ( subyektif maupun subyektifnya )kalau memang daerah tsb msh menguntungkan untuk diperpanjang. Pertanyaannya apakah dihilangkan saja "pintunya" tsb sekalian ( Kontrak ditegaskan kalau tidak bisa diperpanjang ) Dalam berita dari ESDM beberapa waktu dibawah ini apa juga dibahas ttg Perpanjangan Kontrak ya , .wallahualam. KUNJUNGAN KERJA MENTERI ESDM KE PERANCIS DAN INGGRIS 23-27 JULI 2012 Menteri ESDM Jero Wacik didampingi Dirjen Migas Kementerian ESDM Evita H. Legowo, Deputi Operasi BP Migas, dan beberapa Staf Khusus Menteri ESDM melakukan kunjungan kerja ke Perancis dan Inggris dalam rangka pertemuan bilateral peningkatan kerjasama bidang energi dan sumber daya mineral dengan Pemerintah Perancis dan Inggris, tanggal 23 s.d. 27 Juli 2012.Menteri ESDM dan rombongan bertolak dari Jakarta 22 Juli 2012 dan telah bertemu dengan Menteri Perdagangan Luar Negeri Perancis Mrs. Nicole Bricq di Paris hari Senin (23/7/2012). Dalam pertemuan tersebut dibahas usaha peningkatan kerjasama bilateral dalam bidang energi dan mineral, termasuk peran perusahaan yang berasal dari Perancis; diantaranya TOTAL yang mengoperasikan Blok Mahakam Kalimantan Timur, serta ERAMET perusahaan nickel yang akan membangun smelter nickel di Halmahera dengan rencana investasi lebih dari 5 Milyar EURO.Selanjutnya, Menteri ESDM Jero Wacik bertemu dengan President TOTAL Upstream, Yves-Louis Darricarrere di Paris, Selasa (24/7/2012) untuk membahas kegiatan investasi TOTAL di masa mendatang, dan mengadakan pertemuan bilateral dengan Minister of Ecology, Sustainable Development and Energy, Mrs. Delphine Batho pada Rabu (25/7/2012).Dalam pertemuannya dengan ERAMET, Presiden ERAMET menyampaikan apresiasi dan salut dengan pertumbuhan ekonomi dan memperkirakan dalam waktu dekat Indonesia akan tumbuh menjadi salah satu Negara terkuat di dunia. Hal ini memberikan keyakinan kepada mereka untuk berinvestasi di Indonesia. Hal senada juga diungkapkan Presiden TOTAL Upstream mengenai keyakinan mereka dalam berinvestasi di Indonesia. Keyakinan ini yang mendorong TOTAL juga terus berinvestasi di blok-blok baru di Indonesia. Sebagaimana diketahui TOTAL saat ini melakukan eksplorasi di 24 blok lain di Indonesia, di luar blok Mahakam. Menteri ESDM dan rombongan meninggalkan Perancis pada Rabu siang. Dijadwalkan pada hari Kamis dan Jumat Menteri ESDM dan rombongan akan bertemu dengan Minister of State at the Foreign and Commonwealth Office, Rt. Hon. Lord David Howell dan beberapa investor migas asal Inggris. Berturut-turut Menteri ESDM akan bertemu CEO British Petroleum (BP) membicarakan rencana pengembangan Train-3 Lapangan Tangguh di Papua, serta bertemu pihak Premiere Oil dan Shell untuk membahas rencana investasi ke depan di Indonesia. ism > Coba baca di Pikiran Rakyat hari ini, tentang analisis di > halama 2 Politik tulisan dari YHerman Ibrahim, dgn judul > "Intensitas Perang 'neocortex' di Indonesia semakin tinggi". > Perang kemerdekaan kita dikalahkan melalui KMB, yang > mengubah penjajahan fisik memjadi penjajahan politik > ekonomi dan psikologis. Termasuk jebakan utang, > ketyergantungan sistem keuangan dan moneter IMF dan Bank > Dunia. Lah buka sajalah sendiri di PR. > Lihat perang aceh bermuara di Helsinki, dll termasuk teror > anak2. pupuk bawang yang tiba2 punya bahan bom, senjata > dll, yAng tidak jelas asalnya dan dgn mudah dijelaskan oleh > pemerintah. Silakan buka saja PR di media elektronik. > Salam. > Powered by Telkomsel BlackBerry® > > -Original Message- > From: abacht...@cbn.net.id > Date: Thu, 13 Sep 2012 08:14:29 > To: > Reply-To: > Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi > Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Hampir-hampir saya tidak > percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan detikcom ini > berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan > konsultan pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan > sangat percaya dg kekuatan intelektualitas dan > professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk BPMigas > kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM. > > Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg > berbagai pernyataan untuk mendelegitimasi usaha-usaha > Pertamina mendapatkan blok-blok migas produksi yang dikuasai > MNC yg memang sudah akan habis masa kontraknya yg memang > Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk > mendapatkan dan mengelolanya dari pemerintah, spt halnya > Blok Mahak
Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Isu perpanjangan kontrak ini memang sering menjadi isu hangat , masalah ini sebetulnya masalaha B to B tapi karena menyangkit B yg besar bukan Hil yg mustahal juga membawa G to G juga, dalam kontrak memang tdk diatur , tapi karena ada "pintunya" di UU yg membolehkan K3S memperpanjang Kontraknya , makanya dicarilah berbagai alasan alasan ( subyektif maupun subyektifnya )kalau memang daerah tsb msh menguntungkan untuk diperpanjang. Pertanyaannya apakah dihilangkan saja "pintunya" tsb sekalian ( Kontrak ditegaskan kalau tidak bisa diperpanjang ) Dalam berita dari ESDM beberapa waktu dibawah ini apa juga dibahas ttg Perpanjangan Kontrak ya , .wallahualam. KUNJUNGAN KERJA MENTERI ESDM KE PERANCIS DAN INGGRIS 23-27 JULI 2012 Menteri ESDM Jero Wacik didampingi Dirjen Migas Kementerian ESDM Evita H. Legowo, Deputi Operasi BP Migas, dan beberapa Staf Khusus Menteri ESDM melakukan kunjungan kerja ke Perancis dan Inggris dalam rangka pertemuan bilateral peningkatan kerjasama bidang energi dan sumber daya mineral dengan Pemerintah Perancis dan Inggris, tanggal 23 s.d. 27 Juli 2012.Menteri ESDM dan rombongan bertolak dari Jakarta 22 Juli 2012 dan telah bertemu dengan Menteri Perdagangan Luar Negeri Perancis Mrs. Nicole Bricq di Paris hari Senin (23/7/2012). Dalam pertemuan tersebut dibahas usaha peningkatan kerjasama bilateral dalam bidang energi dan mineral, termasuk peran perusahaan yang berasal dari Perancis; diantaranya TOTAL yang mengoperasikan Blok Mahakam Kalimantan Timur, serta ERAMET perusahaan nickel yang akan membangun smelter nickel di Halmahera dengan rencana investasi lebih dari 5 Milyar EURO.Selanjutnya, Menteri ESDM Jero Wacik bertemu dengan President TOTAL Upstream, Yves-Louis Darricarrere di Paris, Selasa (24/7/2012) untuk membahas kegiatan investasi TOTAL di masa mendatang, dan mengadakan pertemuan bilateral dengan Minister of Ecology, Sustainable Development and Energy, Mrs. Delphine Batho pada Rabu (25/7/2012).Dalam pertemuannya dengan ERAMET, Presiden ERAMET menyampaikan apresiasi dan salut dengan pertumbuhan ekonomi dan memperkirakan dalam waktu dekat Indonesia akan tumbuh menjadi salah satu Negara terkuat di dunia. Hal ini memberikan keyakinan kepada mereka untuk berinvestasi di Indonesia. Hal senada juga diungkapkan Presiden TOTAL Upstream mengenai keyakinan mereka dalam berinvestasi di Indonesia. Keyakinan ini yang mendorong TOTAL juga terus berinvestasi di blok-blok baru di Indonesia. Sebagaimana diketahui TOTAL saat ini melakukan eksplorasi di 24 blok lain di Indonesia, di luar blok Mahakam. Menteri ESDM dan rombongan meninggalkan Perancis pada Rabu siang. Dijadwalkan pada hari Kamis dan Jumat Menteri ESDM dan rombongan akan bertemu dengan Minister of State at the Foreign and Commonwealth Office, Rt. Hon. Lord David Howell dan beberapa investor migas asal Inggris. Berturut-turut Menteri ESDM akan bertemu CEO British Petroleum (BP) membicarakan rencana pengembangan Train-3 Lapangan Tangguh di Papua, serta bertemu pihak Premiere Oil dan Shell untuk membahas rencana investasi ke depan di Indonesia. ism > Coba baca di Pikiran Rakyat hari ini, tentang analisis di > halama 2 Politik tulisan dari YHerman Ibrahim, dgn judul > "Intensitas Perang 'neocortex' di Indonesia semakin tinggi". > Perang kemerdekaan kita dikalahkan melalui KMB, yang > mengubah penjajahan fisik memjadi penjajahan politik > ekonomi dan psikologis. Termasuk jebakan utang, > ketyergantungan sistem keuangan dan moneter IMF dan Bank > Dunia. Lah buka sajalah sendiri di PR. > Lihat perang aceh bermuara di Helsinki, dll termasuk teror > anak2. pupuk bawang yang tiba2 punya bahan bom, senjata > dll, yAng tidak jelas asalnya dan dgn mudah dijelaskan oleh > pemerintah. Silakan buka saja PR di media elektronik. > Salam. > Powered by Telkomsel BlackBerry® > > -Original Message- > From: abacht...@cbn.net.id > Date: Thu, 13 Sep 2012 08:14:29 > To: > Reply-To: > Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi > Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Hampir-hampir saya tidak > percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan detikcom ini > berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan > konsultan pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan > sangat percaya dg kekuatan intelektualitas dan > professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk BPMigas > kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM. > > Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg > berbagai pernyataan untuk mendelegitimasi usaha-usaha > Pertamina mendapatkan blok-blok migas produksi yang dikuasai > MNC yg memang sudah akan habis masa kontraknya yg memang > Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk > mendapatkan dan mengelolanya dari pemerintah, spt halnya > Blok Mahakam ini. > > Pernyataan2 yg meragukan apakah Pertamina mampu > mengoperasikan lapangan migas sebesar lapangan2 di blok > Mahakam sambil melemparkan kenyataan bhw Pertamina belum > memaksimalkan operasi di 47% penguasaan-nya atas lapangan > migas Indonesia benar-ben
Re: Bls: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Zardi® -Original Message- From: Brahmantyo Gunawan Date: Thu, 13 Sep 2012 20:49:32 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: Subject: Bls: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 'Tahu" itu relatif Pak, bisa tahu sedikit , bisa tahu banyak, tahu kulitnya atau tahu dalamnya ? tahu historinya ? apalagi kalau belum pernah berada di dalamnya Ptm...he..he.. dan kalau baru 2-3 tahun menjabat, juga tidak berarti faham semuanya, misalnya soal 'data' tadi (jika statement-nya mmg seperti itu :-) Mengenai kekhawatiran data, tinggal lihat saja yang terjadi dengan Blok WMO dan Blok ONWJ. Apakah terjadi yang dikhawatirkan? ternyata tidak. Menurut Saya, yang paling penting dalaface dan surface-nya. m keberhasilan pengalihan WK Eksploitasi yang akan terminasi masa kontraknya ke NOC adalah mempertahankan seluruh SDM Nasional existing di WK tersebut untuk melanjutkan mengoperasikan, karena sudah tahu persis data dan karakter subsurfacenya. Bahkan, jika, katakanlah semua data hilang (digondol, dibakar dsb), selama SDM yang menangani selama ini masih ada, bisa mulai lagi, hanya masalah waktu saja. Kalau melihat kekurangan PTM, tidak lepas dari pengaruh masa silam, ketika usaha E&P Ptm begitu minimalis karena seret dalam anggaran. Tapi setelah reformasi dan menjadi PT dan lebih leluasa anggarannya maka Ptm jauh lebih meningkat keberhasilannya. Beberapa tahun terakhir telah dilakukan tambahan data seismik secara signifikandi WK Pertamina EP. Hasilnya sudah mulai terasa, banyak penemuan baru eksplorasi maupun eksploitasi zona baru dan upside potential lapangan existing. Mengenai kapabilitas SDMnya, di generasi SDM Ptm sekarang, menurut Saya sama sekali tidak kalah dengan SDM di MNC tu.. Mungkin rekan2 di Ptm juga sudah saatnya unjuk kemampuan dan laju keberhasilan saat ini. Biar ga disepelekan terus, dan punya argumen reasonable untuk mendapat kesempatan/peluang. Salam. BKG (Dukung NOC ? tentu saja. Kalau bukan bangsa sendiri, siapa lagi?) - Pesan Asli - Dari: "fatchurza...@yahoo.co.id" Kepada: "iagi-net@iagi.or.id" Cc: Dikirim: Kamis, 13 September 2012 18:39 Judul: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 R3 ini dulu kan Pjbt BPMigas toh, seharusnya tahu apa yg terjadi di Pertamina skg ini karena dibawah kontrolnya. Fz Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Nugrahani Date: Thu, 13 Sep 2012 10:31:23 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Terima kasih mas Andang. Sembari saya heran juga dengan pernyataan RRR tersebut. Mungkin maksud beliau adalah agar Pertamina yang WKP-nya paling besar perlu melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan produksinya. Mestinya diingat juga bahwa (ini pernyataan yg udah sering banget dinyatakan sih) lapangan2nya Pertamina sebagian besar sudah tua, beberapa sudah mengair (ada yg mencapai 99% airnya) dan memerlukan biaya yang tidak sedikit utk maintenance dan meningkatkan produksi. Selain itu juga harus dilihat upaya Pertamina untuk meningkatkan produksi, meningkatkan cadangan, dan mengembangkan lapangan baru, yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Salam, Nuning Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Date: Thu, 13 Sep 2012 08:14:29 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Hampir-hampir saya tidak percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan detikcom ini berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan konsultan pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan sangat percaya dg kekuatan intelektualitas dan professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk BPMigas kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM. Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg berbagai pernyataan untuk mendelegitimasi usaha-usaha Pertamina mendapatkan blok-blok migas produksi yang dikuasai MNC yg memang sudah akan habis masa kontraknya yg memang Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk mendapatkan dan mengelolanya dari pemerintah, spt halnya Blok Mahakam ini. Pernyataan2 yg meragukan apakah Pertamina mampu mengoperasikan lapangan migas sebesar lapangan2 di blok Mahakam sambil melemparkan kenyataan bhw Pertamina belum memaksimalkan operasi di 47% penguasaan-nya atas lapangan migas Indonesia benar-benar terasa sebagai pernyataan politis meskipun kelihatan agak teknis krn dibungkus angka-angka. Karena pada dasarnya hanya statistik pilihan yg cocok dg keinginan saja yg dimunculkan. Sementara itu statistik ttg bgmn Pertamina berhasil meningkatkan efisiensi operasi dan produksi di ONWJ dan di WMO stlah mrk ambil alih dari MNC bbrp tahun lalu, dan juga di blok2 yg bersebelahan dg blok Cepu yg dioperasikan MNC, kesemuanya ditutupi dan tdk dihighlight. Benar-benar tidak fair dan sangat politis. Juga pentungan2 klasik u/menakut-nakut-i s
Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Coba baca di Pikiran Rakyat hari ini, tentang analisis di halama 2 Politik tulisan dari YHerman Ibrahim, dgn judul "Intensitas Perang 'neocortex' di Indonesia semakin tinggi". Perang kemerdekaan kita dikalahkan melalui KMB, yang mengubah penjajahan fisik memjadi penjajahan politik ekonomi dan psikologis. Termasuk jebakan utang, ketyergantungan sistem keuangan dan moneter IMF dan Bank Dunia. Lah buka sajalah sendiri di PR. Lihat perang aceh bermuara di Helsinki, dll termasuk teror anak2. pupuk bawang yang tiba2 punya bahan bom, senjata dll, yAng tidak jelas asalnya dan dgn mudah dijelaskan oleh pemerintah. Silakan buka saja PR di media elektronik. Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: abacht...@cbn.net.id Date: Thu, 13 Sep 2012 08:14:29 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Hampir-hampir saya tidak percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan detikcom ini berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan konsultan pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan sangat percaya dg kekuatan intelektualitas dan professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk BPMigas kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM. Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg berbagai pernyataan untuk mendelegitimasi usaha-usaha Pertamina mendapatkan blok-blok migas produksi yang dikuasai MNC yg memang sudah akan habis masa kontraknya yg memang Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk mendapatkan dan mengelolanya dari pemerintah, spt halnya Blok Mahakam ini. Pernyataan2 yg meragukan apakah Pertamina mampu mengoperasikan lapangan migas sebesar lapangan2 di blok Mahakam sambil melemparkan kenyataan bhw Pertamina belum memaksimalkan operasi di 47% penguasaan-nya atas lapangan migas Indonesia benar-benar terasa sebagai pernyataan politis meskipun kelihatan agak teknis krn dibungkus angka-angka. Karena pada dasarnya hanya statistik pilihan yg cocok dg keinginan saja yg dimunculkan. Sementara itu statistik ttg bgmn Pertamina berhasil meningkatkan efisiensi operasi dan produksi di ONWJ dan di WMO stlah mrk ambil alih dari MNC bbrp tahun lalu, dan juga di blok2 yg bersebelahan dg blok Cepu yg dioperasikan MNC, kesemuanya ditutupi dan tdk dihighlight. Benar-benar tidak fair dan sangat politis. Juga pentungan2 klasik u/menakut-nakut-i spt teknologi dan biaya tinggi lagi2 diungkapkan di media untuk menjustifikasi bhw pemerintah lebih suka Total yg mengoperasikan Blok Mahakam. Benar-benar menggelikan dan sangat mencolok keberpihakan yg sdh diatur dr atasnya sana ini. Kita semua di industri migas tahu: teknologi bisa dibeli, biaya tinggi bisa dipinjam dan dinegosiasi, selama kita punya asset yg bisa dijaminkan dan manajemen professional yg bisa diandalkan, itu semua tidak akan pernah jadi masalah dlm operasi migas segede apapun dia punya dimensi. Sedih. Bener2 sedih. Yang lebih parah adlh pernyataan ttg: "... apakah Total mau beri data-data teknis di blok tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu tidak. Artinya akan mulai dari awal lagi". Seolah-olah yg bicara tdk mengerti sistim PSC di Indonesia dan tdk memahami UU Migas (baik yg lama maupun yg baru) yg menyatakan bhw semua data migas milik negara Bukan milik Total! Parah. Bener2 parah. Mau dikemanakan migas, mineral, dan energi Indonesia kita ini kalau pejabat2 kita sdh bicara aneh2 kayak begini. Atau malah kita perlu bersikap sebaliknya: kasihan ya, Rudi!!!? Salam ADB Geologist Merdeka (Suka dan bangga krn Total telah lebih dr 40th ikut membangun Indonesia, tapi lebih suka lagi kalau asset yg sdh mrk kuasai sekian lamanya dikuasai dan dioperasikan oleh entitas bangsa sendiri) Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Date: Thu, 13 Sep 2012 13:11:26 To: Reply-To: Subject: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Rista Rama Dhany - detikfinance Kamis, 13/09/2012 12:52 WIB Jakarta - Pemerintah mengharapkan PT Pertamina (Persero) bisa lebih memaksimalkan ladang minyak yang dimilikinya saat ini. Karena, 47% ladang minyak dan gas di Indonesia dikuasai Pertamina, namun produksi migasnya hanya menduduki posisi nomor 3. "Pertamina itu menguasai 47% ladang minyak di wilayah kerja migas seluruh Indonesia. Tetapi produksinya malah masih nomor 3 dibanding perusahaan minyak yang lain di Indonesia," kata Rudi di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (13/9/2012). Menurut Rudi, Pertamina tidak perlu terlalu bernafsu untuk menguasai lapangan-lapangan minyak dan gas milik perusahaan asing yang kontraknya segera habis, seperti Blok Mahakam. Dikatakan Rudi, Blok Mahakam saat ini dikuasai oleh perusahaan asal Prancis Total Indonesie yang kontraknya akan habis 2018. Pertamina memang mengincar lapangan migas ini. "Maksimalkan ada yang dimiliki saat ini, tingkatkan produksinya, tingkatkan SDM dan
Bls: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
'Tahu" itu relatif Pak, bisa tahu sedikit , bisa tahu banyak, tahu kulitnya atau tahu dalamnya ? tahu historinya ? apalagi kalau belum pernah berada di dalamnya Ptm...he..he.. dan kalau baru 2-3 tahun menjabat, juga tidak berarti faham semuanya, misalnya soal 'data' tadi (jika statement-nya mmg seperti itu :-) Mengenai kekhawatiran data, tinggal lihat saja yang terjadi dengan Blok WMO dan Blok ONWJ. Apakah terjadi yang dikhawatirkan? ternyata tidak. Menurut Saya, yang paling penting dalaface dan surface-nya. m keberhasilan pengalihan WK Eksploitasi yang akan terminasi masa kontraknya ke NOC adalah mempertahankan seluruh SDM Nasional existing di WK tersebut untuk melanjutkan mengoperasikan, karena sudah tahu persis data dan karakter subsurfacenya. Bahkan, jika, katakanlah semua data hilang (digondol, dibakar dsb), selama SDM yang menangani selama ini masih ada, bisa mulai lagi, hanya masalah waktu saja. Kalau melihat kekurangan PTM, tidak lepas dari pengaruh masa silam, ketika usaha E&P Ptm begitu minimalis karena seret dalam anggaran. Tapi setelah reformasi dan menjadi PT dan lebih leluasa anggarannya maka Ptm jauh lebih meningkat keberhasilannya. Beberapa tahun terakhir telah dilakukan tambahan data seismik secara signifikandi WK Pertamina EP. Hasilnya sudah mulai terasa, banyak penemuan baru eksplorasi maupun eksploitasi zona baru dan upside potential lapangan existing. Mengenai kapabilitas SDMnya, di generasi SDM Ptm sekarang, menurut Saya sama sekali tidak kalah dengan SDM di MNC tu.. Mungkin rekan2 di Ptm juga sudah saatnya unjuk kemampuan dan laju keberhasilan saat ini. Biar ga disepelekan terus, dan punya argumen reasonable untuk mendapat kesempatan/peluang. Salam. BKG (Dukung NOC ? tentu saja. Kalau bukan bangsa sendiri, siapa lagi?) - Pesan Asli - Dari: "fatchurza...@yahoo.co.id" Kepada: "iagi-net@iagi.or.id" Cc: Dikirim: Kamis, 13 September 2012 18:39 Judul: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 R3 ini dulu kan Pjbt BPMigas toh, seharusnya tahu apa yg terjadi di Pertamina skg ini karena dibawah kontrolnya. Fz Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Nugrahani Date: Thu, 13 Sep 2012 10:31:23 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Terima kasih mas Andang. Sembari saya heran juga dengan pernyataan RRR tersebut. Mungkin maksud beliau adalah agar Pertamina yang WKP-nya paling besar perlu melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan produksinya. Mestinya diingat juga bahwa (ini pernyataan yg udah sering banget dinyatakan sih) lapangan2nya Pertamina sebagian besar sudah tua, beberapa sudah mengair (ada yg mencapai 99% airnya) dan memerlukan biaya yang tidak sedikit utk maintenance dan meningkatkan produksi. Selain itu juga harus dilihat upaya Pertamina untuk meningkatkan produksi, meningkatkan cadangan, dan mengembangkan lapangan baru, yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Salam, Nuning Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Date: Thu, 13 Sep 2012 08:14:29 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Hampir-hampir saya tidak percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan detikcom ini berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan konsultan pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan sangat percaya dg kekuatan intelektualitas dan professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk BPMigas kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM. Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg berbagai pernyataan untuk mendelegitimasi usaha-usaha Pertamina mendapatkan blok-blok migas produksi yang dikuasai MNC yg memang sudah akan habis masa kontraknya yg memang Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk mendapatkan dan mengelolanya dari pemerintah, spt halnya Blok Mahakam ini. Pernyataan2 yg meragukan apakah Pertamina mampu mengoperasikan lapangan migas sebesar lapangan2 di blok Mahakam sambil melemparkan kenyataan bhw Pertamina belum memaksimalkan operasi di 47% penguasaan-nya atas lapangan migas Indonesia benar-benar terasa sebagai pernyataan politis meskipun kelihatan agak teknis krn dibungkus angka-angka. Karena pada dasarnya hanya statistik pilihan yg cocok dg keinginan saja yg dimunculkan. Sementara itu statistik ttg bgmn Pertamina berhasil meningkatkan efisiensi operasi dan produksi di ONWJ dan di WMO stlah mrk ambil alih dari MNC bbrp tahun lalu, dan juga di blok2 yg bersebelahan dg blok Cepu yg dioperasikan MNC, kesemuanya ditutupi dan tdk dihighlight. Benar-benar tidak fair dan sangat politis. Juga pentungan2 klasik u/menakut-nakut-i spt teknologi dan biaya tinggi lagi2 diungkapkan di media untuk menjustifikasi bhw pemerintah lebih suka Total yg mengoperasikan Blok Mahakam. Benar-benar menggelikan dan sangat mencolok keberpihakan yg sdh diatur dr atasny
Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
ADB, menurut aku, RR itu tidak dapat bicara sebebas ADB. Contoh duli Kwik Kian Gie yang segitu menggelegar, begitu menjabat, yaa tak bisa bicra banyak. Karena keterikatan kita pada negara2 yang ADB tau, meneyebabkan negeri ini terjajah secara ekonomi dan politik. Sesunguhnya kalau sering baca koran saja, kemana petinggi negara sowan, dll, ADB pasti lebih tau, drpd aku. Sesungguhnya kasihan RR, biasa di bicara secara bebas di dunia akademis, sekarang faham siapa pemilik negara ini, dan ketidak berdayaan NKRI dihadapan mereka. Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: abacht...@cbn.net.id Date: Thu, 13 Sep 2012 08:14:29 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Hampir-hampir saya tidak percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan detikcom ini berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan konsultan pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan sangat percaya dg kekuatan intelektualitas dan professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk BPMigas kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM. Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg berbagai pernyataan untuk mendelegitimasi usaha-usaha Pertamina mendapatkan blok-blok migas produksi yang dikuasai MNC yg memang sudah akan habis masa kontraknya yg memang Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk mendapatkan dan mengelolanya dari pemerintah, spt halnya Blok Mahakam ini. Pernyataan2 yg meragukan apakah Pertamina mampu mengoperasikan lapangan migas sebesar lapangan2 di blok Mahakam sambil melemparkan kenyataan bhw Pertamina belum memaksimalkan operasi di 47% penguasaan-nya atas lapangan migas Indonesia benar-benar terasa sebagai pernyataan politis meskipun kelihatan agak teknis krn dibungkus angka-angka. Karena pada dasarnya hanya statistik pilihan yg cocok dg keinginan saja yg dimunculkan. Sementara itu statistik ttg bgmn Pertamina berhasil meningkatkan efisiensi operasi dan produksi di ONWJ dan di WMO stlah mrk ambil alih dari MNC bbrp tahun lalu, dan juga di blok2 yg bersebelahan dg blok Cepu yg dioperasikan MNC, kesemuanya ditutupi dan tdk dihighlight. Benar-benar tidak fair dan sangat politis. Juga pentungan2 klasik u/menakut-nakut-i spt teknologi dan biaya tinggi lagi2 diungkapkan di media untuk menjustifikasi bhw pemerintah lebih suka Total yg mengoperasikan Blok Mahakam. Benar-benar menggelikan dan sangat mencolok keberpihakan yg sdh diatur dr atasnya sana ini. Kita semua di industri migas tahu: teknologi bisa dibeli, biaya tinggi bisa dipinjam dan dinegosiasi, selama kita punya asset yg bisa dijaminkan dan manajemen professional yg bisa diandalkan, itu semua tidak akan pernah jadi masalah dlm operasi migas segede apapun dia punya dimensi. Sedih. Bener2 sedih. Yang lebih parah adlh pernyataan ttg: "... apakah Total mau beri data-data teknis di blok tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu tidak. Artinya akan mulai dari awal lagi". Seolah-olah yg bicara tdk mengerti sistim PSC di Indonesia dan tdk memahami UU Migas (baik yg lama maupun yg baru) yg menyatakan bhw semua data migas milik negara Bukan milik Total! Parah. Bener2 parah. Mau dikemanakan migas, mineral, dan energi Indonesia kita ini kalau pejabat2 kita sdh bicara aneh2 kayak begini. Atau malah kita perlu bersikap sebaliknya: kasihan ya, Rudi!!!? Salam ADB Geologist Merdeka (Suka dan bangga krn Total telah lebih dr 40th ikut membangun Indonesia, tapi lebih suka lagi kalau asset yg sdh mrk kuasai sekian lamanya dikuasai dan dioperasikan oleh entitas bangsa sendiri) Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Date: Thu, 13 Sep 2012 13:11:26 To: Reply-To: Subject: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Rista Rama Dhany - detikfinance Kamis, 13/09/2012 12:52 WIB Jakarta - Pemerintah mengharapkan PT Pertamina (Persero) bisa lebih memaksimalkan ladang minyak yang dimilikinya saat ini. Karena, 47% ladang minyak dan gas di Indonesia dikuasai Pertamina, namun produksi migasnya hanya menduduki posisi nomor 3. "Pertamina itu menguasai 47% ladang minyak di wilayah kerja migas seluruh Indonesia. Tetapi produksinya malah masih nomor 3 dibanding perusahaan minyak yang lain di Indonesia," kata Rudi di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (13/9/2012). Menurut Rudi, Pertamina tidak perlu terlalu bernafsu untuk menguasai lapangan-lapangan minyak dan gas milik perusahaan asing yang kontraknya segera habis, seperti Blok Mahakam. Dikatakan Rudi, Blok Mahakam saat ini dikuasai oleh perusahaan asal Prancis Total Indonesie yang kontraknya akan habis 2018. Pertamina memang mengincar lapangan migas ini. "Maksimalkan ada yang dimiliki saat ini, tingkatkan produksinya, tingkatkan SDM dan teknologinya," kata Rudi. Memang, kata Rudi, secara nasionalisme, Pertamina perlu didukung untuk menjadi perusahaan minyak milik n
Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
R3 ini dulu kan Pjbt BPMigas toh, seharusnya tahu apa yg terjadi di Pertamina skg ini karena dibawah kontrolnya. Fz Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Nugrahani Date: Thu, 13 Sep 2012 10:31:23 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Terima kasih mas Andang. Sembari saya heran juga dengan pernyataan RRR tersebut. Mungkin maksud beliau adalah agar Pertamina yang WKP-nya paling besar perlu melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan produksinya. Mestinya diingat juga bahwa (ini pernyataan yg udah sering banget dinyatakan sih) lapangan2nya Pertamina sebagian besar sudah tua, beberapa sudah mengair (ada yg mencapai 99% airnya) dan memerlukan biaya yang tidak sedikit utk maintenance dan meningkatkan produksi. Selain itu juga harus dilihat upaya Pertamina untuk meningkatkan produksi, meningkatkan cadangan, dan mengembangkan lapangan baru, yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Salam, Nuning Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Date: Thu, 13 Sep 2012 08:14:29 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Hampir-hampir saya tidak percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan detikcom ini berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan konsultan pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan sangat percaya dg kekuatan intelektualitas dan professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk BPMigas kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM. Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg berbagai pernyataan untuk mendelegitimasi usaha-usaha Pertamina mendapatkan blok-blok migas produksi yang dikuasai MNC yg memang sudah akan habis masa kontraknya yg memang Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk mendapatkan dan mengelolanya dari pemerintah, spt halnya Blok Mahakam ini. Pernyataan2 yg meragukan apakah Pertamina mampu mengoperasikan lapangan migas sebesar lapangan2 di blok Mahakam sambil melemparkan kenyataan bhw Pertamina belum memaksimalkan operasi di 47% penguasaan-nya atas lapangan migas Indonesia benar-benar terasa sebagai pernyataan politis meskipun kelihatan agak teknis krn dibungkus angka-angka. Karena pada dasarnya hanya statistik pilihan yg cocok dg keinginan saja yg dimunculkan. Sementara itu statistik ttg bgmn Pertamina berhasil meningkatkan efisiensi operasi dan produksi di ONWJ dan di WMO stlah mrk ambil alih dari MNC bbrp tahun lalu, dan juga di blok2 yg bersebelahan dg blok Cepu yg dioperasikan MNC, kesemuanya ditutupi dan tdk dihighlight. Benar-benar tidak fair dan sangat politis. Juga pentungan2 klasik u/menakut-nakut-i spt teknologi dan biaya tinggi lagi2 diungkapkan di media untuk menjustifikasi bhw pemerintah lebih suka Total yg mengoperasikan Blok Mahakam. Benar-benar menggelikan dan sangat mencolok keberpihakan yg sdh diatur dr atasnya sana ini. Kita semua di industri migas tahu: teknologi bisa dibeli, biaya tinggi bisa dipinjam dan dinegosiasi, selama kita punya asset yg bisa dijaminkan dan manajemen professional yg bisa diandalkan, itu semua tidak akan pernah jadi masalah dlm operasi migas segede apapun dia punya dimensi. Sedih. Bener2 sedih. Yang lebih parah adlh pernyataan ttg: "... apakah Total mau beri data-data teknis di blok tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu tidak. Artinya akan mulai dari awal lagi". Seolah-olah yg bicara tdk mengerti sistim PSC di Indonesia dan tdk memahami UU Migas (baik yg lama maupun yg baru) yg menyatakan bhw semua data migas milik negara Bukan milik Total! Parah. Bener2 parah. Mau dikemanakan migas, mineral, dan energi Indonesia kita ini kalau pejabat2 kita sdh bicara aneh2 kayak begini. Atau malah kita perlu bersikap sebaliknya: kasihan ya, Rudi!!!? Salam ADB Geologist Merdeka (Suka dan bangga krn Total telah lebih dr 40th ikut membangun Indonesia, tapi lebih suka lagi kalau asset yg sdh mrk kuasai sekian lamanya dikuasai dan dioperasikan oleh entitas bangsa sendiri) Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Date: Thu, 13 Sep 2012 13:11:26 To: Reply-To: Subject: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Rista Rama Dhany - detikfinance Kamis, 13/09/2012 12:52 WIB Jakarta - Pemerintah mengharapkan PT Pertamina (Persero) bisa lebih memaksimalkan ladang minyak yang dimilikinya saat ini. Karena, 47% ladang minyak dan gas di Indonesia dikuasai Pertamina, namun produksi migasnya hanya menduduki posisi nomor 3. "Pertamina itu menguasai 47% ladang minyak di wilayah kerja migas seluruh Indonesia. Tetapi produksinya malah masih nomor 3 dibanding perusahaan minyak yang lain di Indonesia," kata Rudi di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (13/9/2012). Menurut Rudi, Pertamina tidak perlu terlalu bernafsu untuk menguasai lapangan-lapangan
Bls: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
IAGI netters yang berbahagia, Ikut sedekah pendapat :). Sebagai pegawai Pertamina di era 'transformasi' saya sampaikan apresiasi atas kritik (baca: alarm) dari pak Rudi (Wamen ESDM?) tersebut, kalau itu benar pendapatnya.Mungkin pendapat saya kesannya subjektif. Tapi tidak masalah setidaknya sebagai penyeimbang pendapat beliau yang dimuat wartawan detikfinance (azas cover both side?). Sejujurnya dari dulu pak Rudi adalah salah satu dosen dan ilmuwan yang saya kagumi karena dedikasi, idealisme dan keberaniannya untuk melawan mainstream dan hegemoni asing. Semoga kekaguman saya tidak akan berkurang walaupun beliau sekarang berada di pusaran kekuasaan. Sebelumnya perlu diperjelas lagi angka 47%, apakah itu luas area blok atau luas lapangan? Mungkin di antara IAGI netters ada yang punya info A1 (rahasia negara?). Baiklah untuk sementara saya anggap luas area blok dan produksinya karena itu yang paling sederhana menghitung dan membandingkannya. Saran saya agar lebih adil/fair (jeruk to jeruk) untuk membandingkan antara K3S satu dengan K3S yang lainnya adalah dengan melihat petroleum systemnya, play-nya, sumberdayanya, cadangannya, RtoP-nya, RF-nya atau CR-nya. Baru terakhir dengan melihat produksinya. Operasi dan HSE-nya jangan lupa. Kalau dibandingkan seperti itu maka saya kira akan terjadi kompetisi yang baik dan sehat, sehingga target penambahan cadangan dan produksi pemerintah akan diperoleh dengan maksimal. Saya coba melihat hubungan wilayah kerja Pertamina dan produksinya dari sudut pandang yang lain. Kita lihat sejarah eksplorasi & produksi migasnya. Sebagai yang masih awam, mohon dikoreksi. Kembali sejenak ketika Pertamina berperan sangat power full sebagai regulator, supervisor dan operator (sehingga cenderung korup?). Seperti kita ketahui bahwa blok Pertamina saat ini secara umum berasal dari 5 kategori. Pertama, blok Pertamina EP saat ini yang dulunya adalah blok yang operatornya murni Pertamina. Mungkin ini angka yang 47% itu yang dimaksud. Blok ini sebagian besar berada di onshore, playnya relatif dangkal. Umumnya lapangan minyak dan kebanyakan ditemukan oleh Belanda. Pendek kata lapangan yang sudah tua, tapi dekat dengan peradaban dan fasilitas peninggalan kolonial. Yang jadi pertanyaan, Pertamina sebagai regulator kenapa memilih blok dengan kondisi lapangannya seperti itu. Kenapa tidak yang di offshore. Mungkin karena terlalu beresiko tinggi. Kenapa tidak memilih blok yang ada lapangan besar cadangan dan produksinya, misalnya Lapangan Minas. Toh di onshore juga. Jawabannya saya pikir lebih cenderung psikologis dan politis daripada teknis. Kedua, blok PHE sekarang yang dulunya adalah eks JOB/BOB yang operatornya Pertamina tapi berpartner. Umumnya masih lapangan minyak dan masih dekat fasilitas produksi. Ketiga adalah blok yang operatornya K3S lain tapi PHE masih memilik share. Umumnya lapangan gas besar seperti Lapangan Suban. Keempat adalah blok eks TAC. Blok ini umumnya kembali ke Pertamina EP setelah kontraknya habis. Namun blok TAC yang menarik adalah blok Cepu. Ditemukan oleh Pertamina dan operatornya diberikan kepada 'asisten'nya. Jelas kalah secara politis dan psikologis. Mungkin juga teknis dengan paradigma pada saat itu? Kelima adalah blok yang diperoleh dengan 'jalan pintas' (baca: breakthrough) yaitu dengan cara akuisisi blok K3S lain. Yaitu seperti blok ONWJ & WMO. Dan sebentar lagi blok Mahakam, walaupun masih mendapat 'tantangan', sehingga strategu ubu . Inilah mungkin salah dua program Dirut Pertamina untuk mengamankan kebutuhan energi nasional yang membuat beliau dulu terpilih. Kesimpulannya, pembagian blok dulu diperkirakan berkorelasi dengan kondisi politik & psikologi para pengambil kebijakannya. Blok Pertamina EP (47%?) adalah blok bagus dengan play concept dulu. Dengan play concept baru (go deeper) atau target gas, blok ini bisa jadi bukan blok yang terlalu bagus, kecuali dengan menggunakan play yang keluar kotak (out of the box). Jadi luasnya blok Pertamina sekarang tidak otomatis berkorelasi dengan produksinya. Namun bagaimanapun kritikan tersebut bisa diambil pelajarannya terutam untuk transformasi SDMnya (baca: energi terbarukannya). waabs. rgds, aminb 3323 Dari: Bandono Salim Kepada: Iagi Dikirim: Kamis, 13 September 2012 13:30 Judul: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Asal minyak laku, kan bisa beli alat produksi. Apakah hasil minyak dibanding alat produksi lebih mahal alatnya? Semua kan dpt dihitung. Nyatanya prshaan asing dpt produksi besar kan? Aku tidak faham bagaimana menghitungnya. Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Date: Thu, 13 Sep 2012 13:11:26 To: Reply-To: Subject: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Rista Rama Dhany - detikfinance Kamis, 13/09/2012 12
Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Terima kasih mas Andang. Sembari saya heran juga dengan pernyataan RRR tersebut. Mungkin maksud beliau adalah agar Pertamina yang WKP-nya paling besar perlu melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan produksinya. Mestinya diingat juga bahwa (ini pernyataan yg udah sering banget dinyatakan sih) lapangan2nya Pertamina sebagian besar sudah tua, beberapa sudah mengair (ada yg mencapai 99% airnya) dan memerlukan biaya yang tidak sedikit utk maintenance dan meningkatkan produksi. Selain itu juga harus dilihat upaya Pertamina untuk meningkatkan produksi, meningkatkan cadangan, dan mengembangkan lapangan baru, yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Salam, Nuning Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Date: Thu, 13 Sep 2012 08:14:29 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Hampir-hampir saya tidak percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan detikcom ini berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan konsultan pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan sangat percaya dg kekuatan intelektualitas dan professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk BPMigas kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM. Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg berbagai pernyataan untuk mendelegitimasi usaha-usaha Pertamina mendapatkan blok-blok migas produksi yang dikuasai MNC yg memang sudah akan habis masa kontraknya yg memang Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk mendapatkan dan mengelolanya dari pemerintah, spt halnya Blok Mahakam ini. Pernyataan2 yg meragukan apakah Pertamina mampu mengoperasikan lapangan migas sebesar lapangan2 di blok Mahakam sambil melemparkan kenyataan bhw Pertamina belum memaksimalkan operasi di 47% penguasaan-nya atas lapangan migas Indonesia benar-benar terasa sebagai pernyataan politis meskipun kelihatan agak teknis krn dibungkus angka-angka. Karena pada dasarnya hanya statistik pilihan yg cocok dg keinginan saja yg dimunculkan. Sementara itu statistik ttg bgmn Pertamina berhasil meningkatkan efisiensi operasi dan produksi di ONWJ dan di WMO stlah mrk ambil alih dari MNC bbrp tahun lalu, dan juga di blok2 yg bersebelahan dg blok Cepu yg dioperasikan MNC, kesemuanya ditutupi dan tdk dihighlight. Benar-benar tidak fair dan sangat politis. Juga pentungan2 klasik u/menakut-nakut-i spt teknologi dan biaya tinggi lagi2 diungkapkan di media untuk menjustifikasi bhw pemerintah lebih suka Total yg mengoperasikan Blok Mahakam. Benar-benar menggelikan dan sangat mencolok keberpihakan yg sdh diatur dr atasnya sana ini. Kita semua di industri migas tahu: teknologi bisa dibeli, biaya tinggi bisa dipinjam dan dinegosiasi, selama kita punya asset yg bisa dijaminkan dan manajemen professional yg bisa diandalkan, itu semua tidak akan pernah jadi masalah dlm operasi migas segede apapun dia punya dimensi. Sedih. Bener2 sedih. Yang lebih parah adlh pernyataan ttg: "... apakah Total mau beri data-data teknis di blok tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu tidak. Artinya akan mulai dari awal lagi". Seolah-olah yg bicara tdk mengerti sistim PSC di Indonesia dan tdk memahami UU Migas (baik yg lama maupun yg baru) yg menyatakan bhw semua data migas milik negara Bukan milik Total! Parah. Bener2 parah. Mau dikemanakan migas, mineral, dan energi Indonesia kita ini kalau pejabat2 kita sdh bicara aneh2 kayak begini. Atau malah kita perlu bersikap sebaliknya: kasihan ya, Rudi!!!? Salam ADB Geologist Merdeka (Suka dan bangga krn Total telah lebih dr 40th ikut membangun Indonesia, tapi lebih suka lagi kalau asset yg sdh mrk kuasai sekian lamanya dikuasai dan dioperasikan oleh entitas bangsa sendiri) Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Date: Thu, 13 Sep 2012 13:11:26 To: Reply-To: Subject: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Rista Rama Dhany - detikfinance Kamis, 13/09/2012 12:52 WIB Jakarta - Pemerintah mengharapkan PT Pertamina (Persero) bisa lebih memaksimalkan ladang minyak yang dimilikinya saat ini. Karena, 47% ladang minyak dan gas di Indonesia dikuasai Pertamina, namun produksi migasnya hanya menduduki posisi nomor 3. "Pertamina itu menguasai 47% ladang minyak di wilayah kerja migas seluruh Indonesia. Tetapi produksinya malah masih nomor 3 dibanding perusahaan minyak yang lain di Indonesia," kata Rudi di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (13/9/2012). Menurut Rudi, Pertamina tidak perlu terlalu bernafsu untuk menguasai lapangan-lapangan minyak dan gas milik perusahaan asing yang kontraknya segera habis, seperti Blok Mahakam. Dikatakan Rudi, Blok Mahakam saat ini dikuasai oleh perusahaan asal Prancis Total Indonesie yang kontraknya akan habis 2018. Pertamina memang mengincar lapangan migas ini. "Maksimalkan ada yang dimiliki saat ini, tingkatkan produksinya, tingkatkan SDM dan teknologinya,
Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Ooops bener juga yah, sapa tahu wartawannya plintir jadi perlu di konfirmasi Thanks mas Kartiko Yusak From: kartiko samodro To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Thursday, September 13, 2012 4:17 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 pertanyaannya apa bener RRR bicara seperti itu, jangan jangan jurus pelintiran wartawan lagi...apalagi bacanya di detik.. Kecuali kalau di rekaman tv, mungkin kita bisa lihat langsung apakah RRR memang bicara seperti itu.. On 9/13/12, batu gamping wrote: > Ha haha pernyataan yang tidak fair buat PERTAMINA: > Nah coba kalau blok cepu yang Nota bene punya PERTAMINA dulunya kagak di > kasih Humpuss untuk TAC terus dikasih ke Exxon? > Blok ONWJ pun sudah 30 lebih di eksploitasi baru di beli sama PERTAMINA. > > Setuju Mas Andang: Teknologi bisa di beli, biaya tinggi bisa diatasi > > Data: Semua itu milik NKRI koq bisa yah WaMen Kagak tahu > > Politis Sekali, pemanasan sebelum blok itu bener bener expire dan di > teruskan Total. ( Hmmm, kalau kagak salah PM Perancis pernah kemari yahtahun > lalu?) Biasanya kalau ada petinggi negara asing yang datang pasti ada deal > deal politik > > salam > Yusak > (Tidak Anti Total tapi kurang sreg dengan pernyataan WaMen yang tidak fair > buat PERTAMINA) > - > > > > From: "abacht...@cbn.net.id" > To: iagi-net@iagi.or.id > Sent: Thursday, September 13, 2012 3:14 PM > Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi > Pertamina Cuma Nomor 3 > > Hampir-hampir saya tidak percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan > detikcom ini berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan > konsultan pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan sangat percaya dg > kekuatan intelektualitas dan professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk > BPMigas kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM. > > Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg berbagai pernyataan > untuk mendelegitimasi usaha-usaha Pertamina mendapatkan blok-blok migas > produksi yang dikuasai MNC yg memang sudah akan habis masa kontraknya yg > memang Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk mendapatkan dan > mengelolanya dari pemerintah, spt halnya Blok Mahakam ini. > > Pernyataan2 yg meragukan apakah Pertamina mampu mengoperasikan lapangan > migas sebesar lapangan2 di blok Mahakam sambil melemparkan kenyataan bhw > Pertamina belum memaksimalkan operasi di 47% penguasaan-nya atas lapangan > migas Indonesia benar-benar terasa sebagai pernyataan politis meskipun > kelihatan agak teknis krn dibungkus angka-angka. Karena pada dasarnya hanya > statistik pilihan yg cocok dg keinginan saja yg dimunculkan. Sementara itu > statistik ttg bgmn Pertamina berhasil meningkatkan efisiensi operasi dan > produksi di ONWJ dan di WMO stlah mrk ambil alih dari MNC bbrp tahun lalu, > dan juga di blok2 yg bersebelahan dg blok Cepu yg dioperasikan MNC, > kesemuanya ditutupi dan tdk dihighlight. Benar-benar tidak fair dan sangat > politis. > > Juga pentungan2 klasik u/menakut-nakut-i spt teknologi dan biaya tinggi > lagi2 diungkapkan di media untuk menjustifikasi bhw pemerintah lebih suka > Total yg mengoperasikan Blok Mahakam. Benar-benar menggelikan dan sangat > mencolok keberpihakan yg sdh diatur dr atasnya sana ini. Kita semua di > industri migas tahu: teknologi bisa dibeli, biaya tinggi bisa dipinjam dan > dinegosiasi, selama kita punya asset yg bisa dijaminkan dan manajemen > professional yg bisa diandalkan, itu semua tidak akan pernah jadi masalah > dlm operasi migas segede apapun dia punya dimensi. Sedih. Bener2 sedih. > > Yang lebih parah adlh pernyataan ttg: "... apakah Total mau beri data-data > teknis di blok tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu tidak. > Artinya akan mulai dari awal lagi". Seolah-olah yg bicara tdk mengerti > sistim PSC di Indonesia dan tdk memahami UU Migas (baik yg lama maupun yg > baru) yg menyatakan bhw semua data migas milik negara Bukan milik Total! > Parah. Bener2 parah. > > Mau dikemanakan migas, mineral, dan energi Indonesia kita ini kalau pejabat2 > kita sdh bicara aneh2 kayak begini. > > Atau malah kita perlu bersikap sebaliknya: kasihan ya, Rudi!!!? > > Salam > ADB > Geologist Merdeka > (Suka dan bangga krn Total telah lebih dr 40th ikut membangun Indonesia, > tapi lebih suka lagi kalau asset yg sdh mrk kuasai sekian lamanya dikuasai > dan dioperasikan oleh entitas bangsa sendiri) > Powered by Telkomsel BlackBerry® > > -Original Message- > From: > Date: Thu, 13 Sep 2012 13:11:26 > To: > Reply-To: > Subject: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina > Cuma Nomor 3 > Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 > Rista Rama Dhany - detikfinance > Kamis, 13/09/2012 12:52 WIB > Jakarta - Pemerintah mengharapkan PT Pertamina (Persero) bisa > lebih memaksimalkan ladang minyak yang dimilikinya saat ini. > Karena, 47% ladang minyak dan gas di Indones
Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
pertanyaannya apa bener RRR bicara seperti itu, jangan jangan jurus pelintiran wartawan lagi...apalagi bacanya di detik.. Kecuali kalau di rekaman tv, mungkin kita bisa lihat langsung apakah RRR memang bicara seperti itu.. On 9/13/12, batu gamping wrote: > Ha haha pernyataan yang tidak fair buat PERTAMINA: > Nah coba kalau blok cepu yang Nota bene punya PERTAMINA dulunya kagak di > kasih Humpuss untuk TAC terus dikasih ke Exxon? > Blok ONWJ pun sudah 30 lebih di eksploitasi baru di beli sama PERTAMINA. > > Setuju Mas Andang: Teknologi bisa di beli, biaya tinggi bisa diatasi > > Data: Semua itu milik NKRI koq bisa yah WaMen Kagak tahu > > Politis Sekali, pemanasan sebelum blok itu bener bener expire dan di > teruskan Total. ( Hmmm, kalau kagak salah PM Perancis pernah kemari yahtahun > lalu?) Biasanya kalau ada petinggi negara asing yang datang pasti ada deal > deal politik > > salam > Yusak > (Tidak Anti Total tapi kurang sreg dengan pernyataan WaMen yang tidak fair > buat PERTAMINA) > - > > > > From: "abacht...@cbn.net.id" > To: iagi-net@iagi.or.id > Sent: Thursday, September 13, 2012 3:14 PM > Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi > Pertamina Cuma Nomor 3 > > Hampir-hampir saya tidak percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan > detikcom ini berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan > konsultan pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan sangat percaya dg > kekuatan intelektualitas dan professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk > BPMigas kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM. > > Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg berbagai pernyataan > untuk mendelegitimasi usaha-usaha Pertamina mendapatkan blok-blok migas > produksi yang dikuasai MNC yg memang sudah akan habis masa kontraknya yg > memang Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk mendapatkan dan > mengelolanya dari pemerintah, spt halnya Blok Mahakam ini. > > Pernyataan2 yg meragukan apakah Pertamina mampu mengoperasikan lapangan > migas sebesar lapangan2 di blok Mahakam sambil melemparkan kenyataan bhw > Pertamina belum memaksimalkan operasi di 47% penguasaan-nya atas lapangan > migas Indonesia benar-benar terasa sebagai pernyataan politis meskipun > kelihatan agak teknis krn dibungkus angka-angka. Karena pada dasarnya hanya > statistik pilihan yg cocok dg keinginan saja yg dimunculkan. Sementara itu > statistik ttg bgmn Pertamina berhasil meningkatkan efisiensi operasi dan > produksi di ONWJ dan di WMO stlah mrk ambil alih dari MNC bbrp tahun lalu, > dan juga di blok2 yg bersebelahan dg blok Cepu yg dioperasikan MNC, > kesemuanya ditutupi dan tdk dihighlight. Benar-benar tidak fair dan sangat > politis. > > Juga pentungan2 klasik u/menakut-nakut-i spt teknologi dan biaya tinggi > lagi2 diungkapkan di media untuk menjustifikasi bhw pemerintah lebih suka > Total yg mengoperasikan Blok Mahakam. Benar-benar menggelikan dan sangat > mencolok keberpihakan yg sdh diatur dr atasnya sana ini. Kita semua di > industri migas tahu: teknologi bisa dibeli, biaya tinggi bisa dipinjam dan > dinegosiasi, selama kita punya asset yg bisa dijaminkan dan manajemen > professional yg bisa diandalkan, itu semua tidak akan pernah jadi masalah > dlm operasi migas segede apapun dia punya dimensi. Sedih. Bener2 sedih. > > Yang lebih parah adlh pernyataan ttg: "... apakah Total mau beri data-data > teknis di blok tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu tidak. > Artinya akan mulai dari awal lagi". Seolah-olah yg bicara tdk mengerti > sistim PSC di Indonesia dan tdk memahami UU Migas (baik yg lama maupun yg > baru) yg menyatakan bhw semua data migas milik negara Bukan milik Total! > Parah. Bener2 parah. > > Mau dikemanakan migas, mineral, dan energi Indonesia kita ini kalau pejabat2 > kita sdh bicara aneh2 kayak begini. > > Atau malah kita perlu bersikap sebaliknya: kasihan ya, Rudi!!!? > > Salam > ADB > Geologist Merdeka > (Suka dan bangga krn Total telah lebih dr 40th ikut membangun Indonesia, > tapi lebih suka lagi kalau asset yg sdh mrk kuasai sekian lamanya dikuasai > dan dioperasikan oleh entitas bangsa sendiri) > Powered by Telkomsel BlackBerry® > > -Original Message- > From: > Date: Thu, 13 Sep 2012 13:11:26 > To: > Reply-To: > Subject: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina > Cuma Nomor 3 > Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 > Rista Rama Dhany - detikfinance > Kamis, 13/09/2012 12:52 WIB > Jakarta - Pemerintah mengharapkan PT Pertamina (Persero) bisa > lebih memaksimalkan ladang minyak yang dimilikinya saat ini. > Karena, 47% ladang minyak dan gas di Indonesia dikuasai > Pertamina, namun produksi migasnya hanya menduduki posisi nomor > 3. > "Pertamina itu menguasai 47% ladang minyak di wilayah kerja > migas seluruh Indonesia. Tetapi produksinya malah masih nomor 3 > dibanding perusahaan minyak yang lain di Indonesia," kata Rudi > di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (1
Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Ha haha pernyataan yang tidak fair buat PERTAMINA: Nah coba kalau blok cepu yang Nota bene punya PERTAMINA dulunya kagak di kasih Humpuss untuk TAC terus dikasih ke Exxon? Blok ONWJ pun sudah 30 lebih di eksploitasi baru di beli sama PERTAMINA. Setuju Mas Andang: Teknologi bisa di beli, biaya tinggi bisa diatasi Data: Semua itu milik NKRI koq bisa yah WaMen Kagak tahu Politis Sekali, pemanasan sebelum blok itu bener bener expire dan di teruskan Total. ( Hmmm, kalau kagak salah PM Perancis pernah kemari yahtahun lalu?) Biasanya kalau ada petinggi negara asing yang datang pasti ada deal deal politik salam Yusak (Tidak Anti Total tapi kurang sreg dengan pernyataan WaMen yang tidak fair buat PERTAMINA) - From: "abacht...@cbn.net.id" To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Thursday, September 13, 2012 3:14 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Hampir-hampir saya tidak percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan detikcom ini berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan konsultan pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan sangat percaya dg kekuatan intelektualitas dan professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk BPMigas kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM. Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg berbagai pernyataan untuk mendelegitimasi usaha-usaha Pertamina mendapatkan blok-blok migas produksi yang dikuasai MNC yg memang sudah akan habis masa kontraknya yg memang Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk mendapatkan dan mengelolanya dari pemerintah, spt halnya Blok Mahakam ini. Pernyataan2 yg meragukan apakah Pertamina mampu mengoperasikan lapangan migas sebesar lapangan2 di blok Mahakam sambil melemparkan kenyataan bhw Pertamina belum memaksimalkan operasi di 47% penguasaan-nya atas lapangan migas Indonesia benar-benar terasa sebagai pernyataan politis meskipun kelihatan agak teknis krn dibungkus angka-angka. Karena pada dasarnya hanya statistik pilihan yg cocok dg keinginan saja yg dimunculkan. Sementara itu statistik ttg bgmn Pertamina berhasil meningkatkan efisiensi operasi dan produksi di ONWJ dan di WMO stlah mrk ambil alih dari MNC bbrp tahun lalu, dan juga di blok2 yg bersebelahan dg blok Cepu yg dioperasikan MNC, kesemuanya ditutupi dan tdk dihighlight. Benar-benar tidak fair dan sangat politis. Juga pentungan2 klasik u/menakut-nakut-i spt teknologi dan biaya tinggi lagi2 diungkapkan di media untuk menjustifikasi bhw pemerintah lebih suka Total yg mengoperasikan Blok Mahakam. Benar-benar menggelikan dan sangat mencolok keberpihakan yg sdh diatur dr atasnya sana ini. Kita semua di industri migas tahu: teknologi bisa dibeli, biaya tinggi bisa dipinjam dan dinegosiasi, selama kita punya asset yg bisa dijaminkan dan manajemen professional yg bisa diandalkan, itu semua tidak akan pernah jadi masalah dlm operasi migas segede apapun dia punya dimensi. Sedih. Bener2 sedih. Yang lebih parah adlh pernyataan ttg: "... apakah Total mau beri data-data teknis di blok tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu tidak. Artinya akan mulai dari awal lagi". Seolah-olah yg bicara tdk mengerti sistim PSC di Indonesia dan tdk memahami UU Migas (baik yg lama maupun yg baru) yg menyatakan bhw semua data migas milik negara Bukan milik Total! Parah. Bener2 parah. Mau dikemanakan migas, mineral, dan energi Indonesia kita ini kalau pejabat2 kita sdh bicara aneh2 kayak begini. Atau malah kita perlu bersikap sebaliknya: kasihan ya, Rudi!!!? Salam ADB Geologist Merdeka (Suka dan bangga krn Total telah lebih dr 40th ikut membangun Indonesia, tapi lebih suka lagi kalau asset yg sdh mrk kuasai sekian lamanya dikuasai dan dioperasikan oleh entitas bangsa sendiri) Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Date: Thu, 13 Sep 2012 13:11:26 To: Reply-To: Subject: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Rista Rama Dhany - detikfinance Kamis, 13/09/2012 12:52 WIB Jakarta - Pemerintah mengharapkan PT Pertamina (Persero) bisa lebih memaksimalkan ladang minyak yang dimilikinya saat ini. Karena, 47% ladang minyak dan gas di Indonesia dikuasai Pertamina, namun produksi migasnya hanya menduduki posisi nomor 3. "Pertamina itu menguasai 47% ladang minyak di wilayah kerja migas seluruh Indonesia. Tetapi produksinya malah masih nomor 3 dibanding perusahaan minyak yang lain di Indonesia," kata Rudi di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (13/9/2012). Menurut Rudi, Pertamina tidak perlu terlalu bernafsu untuk menguasai lapangan-lapangan minyak dan gas milik perusahaan asing yang kontraknya segera habis, seperti Blok Mahakam. Dikatakan Rudi, Blok Mahakam saat ini dikuasai oleh perusahaan asal Prancis Total Indonesie yang kontraknya akan habis 2018. Pertamina memang mengincar lapangan migas ini. "Maksimalkan ada yang dimiliki saat
Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Saya kenal baik dan dekat dengan pak RRR sebelum beliau bergabung dg Bpmigas, sangat jelas sekali bahwa beliau sangat merah putih, rasa2nya saya gak percaya bahwa pernyataan tersebut keluar dari hati pak RRR, apalagi pernyataan tentang data yg jelas mrpkn milik negara. SO Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Date: Thu, 13 Sep 2012 13:11:26 To: Reply-To: Subject: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Rista Rama Dhany - detikfinance Kamis, 13/09/2012 12:52 WIB Jakarta - Pemerintah mengharapkan PT Pertamina (Persero) bisa lebih memaksimalkan ladang minyak yang dimilikinya saat ini. Karena, 47% ladang minyak dan gas di Indonesia dikuasai Pertamina, namun produksi migasnya hanya menduduki posisi nomor 3. "Pertamina itu menguasai 47% ladang minyak di wilayah kerja migas seluruh Indonesia. Tetapi produksinya malah masih nomor 3 dibanding perusahaan minyak yang lain di Indonesia," kata Rudi di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (13/9/2012). Menurut Rudi, Pertamina tidak perlu terlalu bernafsu untuk menguasai lapangan-lapangan minyak dan gas milik perusahaan asing yang kontraknya segera habis, seperti Blok Mahakam. Dikatakan Rudi, Blok Mahakam saat ini dikuasai oleh perusahaan asal Prancis Total Indonesie yang kontraknya akan habis 2018. Pertamina memang mengincar lapangan migas ini. "Maksimalkan ada yang dimiliki saat ini, tingkatkan produksinya, tingkatkan SDM dan teknologinya," kata Rudi. Memang, kata Rudi, secara nasionalisme, Pertamina perlu didukung untuk menjadi perusahaan minyak milik negara. Namun apabila Pertamina menguasai seluruh ladang minyak di Indonesia dan menyuruh perusahaan asing pergi, Rudi menyangsikan Pertamina mampu menggarap semuanya. "Kita tetap perlu asing untuk memproduksi minyak di Indonesia. Contoh misal mau menguasasi Blok Mahakam, apakah Pertamina mampu memproduksi minyak dan gas sebesar yang dilakukan Total? Sulit, karena memerlukan teknologi dan biaya yang tidak sedikit, dan apakah Total mau beri data-data teknis di blok tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu tidak. Artinya akan mulai dari awal lagi," ujar Rudi. Untuk itu, Rudi meminta kepada Pertamina untuk memaksimalkan produksi yang ada tersebar di seluruh Indonesia. "Maksimalkan apa yang ada dulu. Karena untuk produksi minyak saja saat ini Pertamina EP hanya ada di urutan ketiga, di mana produksi migas pada 2013 ditarget hanya sekitar 132,3 ribu barel setara minyak per hari, kalah dibandingkan Total dan Chevron yang hanya memiliki 2 wilayah kerja saja," tegas Rudi. Seperti diketahui, untuk estimasi lifting migas di 2013, Total E&P Indonesie dengan wilayah kerja Mahakam dan Tengah menjadi produsen terbesar dengan produksi 382,2 ribu barel setara minyak per hari. Lalu Chevron Pacific Indonesia di wilayah kerja Rokan dan Siak dengan estimasi produksi migas 335 ribu barel setara minyak per hari, dan Pertamina EP dengan wilayah kerja seluruh Indonesia estimasi produksi migas sebesar 290,3 ribu barel setara minyak per hari. ___ indomail - Your everyday mail - http://indomail.indo.net.id PP-IAGI 2011-2014: Ketua Umum: Rovicky Dwi Putrohari, rovicky[at]gmail.com Sekjen: Senoaji, ajiseno[at]ymail.com Jangan lupa PIT IAGI 2012 di Jogjakarta tanggal 17-20 September 2012. REGISTER NOW ! Contact Person: Email : pit.iagi.2...@gmail.com Phone : +62 82223 222341 (lisa) To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id For topics not directly related to Geology, users are advised to post the email to: o...@iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
Re: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Hampir-hampir saya tidak percaya kalau kalimat-kalimat yg diberitakan detikcom ini berasal dari RRR yg pernah saya kenal baik sbg dosen dan konsultan pemboran/migas yg nasionalis, merah putih dan sangat percaya dg kekuatan intelektualitas dan professionalisme bgs sendiri sebelum dia masuk BPMigas kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM. Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dg berbagai pernyataan untuk mendelegitimasi usaha-usaha Pertamina mendapatkan blok-blok migas produksi yang dikuasai MNC yg memang sudah akan habis masa kontraknya yg memang Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk mendapatkan dan mengelolanya dari pemerintah, spt halnya Blok Mahakam ini. Pernyataan2 yg meragukan apakah Pertamina mampu mengoperasikan lapangan migas sebesar lapangan2 di blok Mahakam sambil melemparkan kenyataan bhw Pertamina belum memaksimalkan operasi di 47% penguasaan-nya atas lapangan migas Indonesia benar-benar terasa sebagai pernyataan politis meskipun kelihatan agak teknis krn dibungkus angka-angka. Karena pada dasarnya hanya statistik pilihan yg cocok dg keinginan saja yg dimunculkan. Sementara itu statistik ttg bgmn Pertamina berhasil meningkatkan efisiensi operasi dan produksi di ONWJ dan di WMO stlah mrk ambil alih dari MNC bbrp tahun lalu, dan juga di blok2 yg bersebelahan dg blok Cepu yg dioperasikan MNC, kesemuanya ditutupi dan tdk dihighlight. Benar-benar tidak fair dan sangat politis. Juga pentungan2 klasik u/menakut-nakut-i spt teknologi dan biaya tinggi lagi2 diungkapkan di media untuk menjustifikasi bhw pemerintah lebih suka Total yg mengoperasikan Blok Mahakam. Benar-benar menggelikan dan sangat mencolok keberpihakan yg sdh diatur dr atasnya sana ini. Kita semua di industri migas tahu: teknologi bisa dibeli, biaya tinggi bisa dipinjam dan dinegosiasi, selama kita punya asset yg bisa dijaminkan dan manajemen professional yg bisa diandalkan, itu semua tidak akan pernah jadi masalah dlm operasi migas segede apapun dia punya dimensi. Sedih. Bener2 sedih. Yang lebih parah adlh pernyataan ttg: "... apakah Total mau beri data-data teknis di blok tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu tidak. Artinya akan mulai dari awal lagi". Seolah-olah yg bicara tdk mengerti sistim PSC di Indonesia dan tdk memahami UU Migas (baik yg lama maupun yg baru) yg menyatakan bhw semua data migas milik negara Bukan milik Total! Parah. Bener2 parah. Mau dikemanakan migas, mineral, dan energi Indonesia kita ini kalau pejabat2 kita sdh bicara aneh2 kayak begini. Atau malah kita perlu bersikap sebaliknya: kasihan ya, Rudi!!!? Salam ADB Geologist Merdeka (Suka dan bangga krn Total telah lebih dr 40th ikut membangun Indonesia, tapi lebih suka lagi kalau asset yg sdh mrk kuasai sekian lamanya dikuasai dan dioperasikan oleh entitas bangsa sendiri) Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Date: Thu, 13 Sep 2012 13:11:26 To: Reply-To: Subject: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Rista Rama Dhany - detikfinance Kamis, 13/09/2012 12:52 WIB Jakarta - Pemerintah mengharapkan PT Pertamina (Persero) bisa lebih memaksimalkan ladang minyak yang dimilikinya saat ini. Karena, 47% ladang minyak dan gas di Indonesia dikuasai Pertamina, namun produksi migasnya hanya menduduki posisi nomor 3. "Pertamina itu menguasai 47% ladang minyak di wilayah kerja migas seluruh Indonesia. Tetapi produksinya malah masih nomor 3 dibanding perusahaan minyak yang lain di Indonesia," kata Rudi di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (13/9/2012). Menurut Rudi, Pertamina tidak perlu terlalu bernafsu untuk menguasai lapangan-lapangan minyak dan gas milik perusahaan asing yang kontraknya segera habis, seperti Blok Mahakam. Dikatakan Rudi, Blok Mahakam saat ini dikuasai oleh perusahaan asal Prancis Total Indonesie yang kontraknya akan habis 2018. Pertamina memang mengincar lapangan migas ini. "Maksimalkan ada yang dimiliki saat ini, tingkatkan produksinya, tingkatkan SDM dan teknologinya," kata Rudi. Memang, kata Rudi, secara nasionalisme, Pertamina perlu didukung untuk menjadi perusahaan minyak milik negara. Namun apabila Pertamina menguasai seluruh ladang minyak di Indonesia dan menyuruh perusahaan asing pergi, Rudi menyangsikan Pertamina mampu menggarap semuanya. "Kita tetap perlu asing untuk memproduksi minyak di Indonesia. Contoh misal mau menguasasi Blok Mahakam, apakah Pertamina mampu memproduksi minyak dan gas sebesar yang dilakukan Total? Sulit, karena memerlukan teknologi dan biaya yang tidak sedikit, dan apakah Total mau beri data-data teknis di blok tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu tidak. Artinya akan mulai dari awal lagi," ujar Rudi. Untuk itu, Rudi meminta kepada Pertamina untuk memaksimalkan produksi yang ada tersebar di seluruh Indonesia. "Maksimalkan apa yang ada dulu. Karena untuk produksi minyak saja saat ini Pertamina EP hanya
Bls: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3
Data teknis kan kita (RI) yang punya ... gimana pak WAmen???.. PSC , hasil tohk, kan udah di CR kan tuh data... Mungkin maksudnya data non teknis?... gak PD kalee. HF 1393 Dari: "lia...@indo.net.id" Kepada: iagi-net@iagi.or.id Dikirim: Kamis, 13 September 2012 13:11 Judul: [iagi-net-l] Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3 Rista Rama Dhany - detikfinance Kamis, 13/09/2012 12:52 WIB Jakarta - Pemerintah mengharapkan PT Pertamina (Persero) bisa lebih memaksimalkan ladang minyak yang dimilikinya saat ini. Karena, 47% ladang minyak dan gas di Indonesia dikuasai Pertamina, namun produksi migasnya hanya menduduki posisi nomor 3. "Pertamina itu menguasai 47% ladang minyak di wilayah kerja migas seluruh Indonesia. Tetapi produksinya malah masih nomor 3 dibanding perusahaan minyak yang lain di Indonesia," kata Rudi di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (13/9/2012). Menurut Rudi, Pertamina tidak perlu terlalu bernafsu untuk menguasai lapangan-lapangan minyak dan gas milik perusahaan asing yang kontraknya segera habis, seperti Blok Mahakam. Dikatakan Rudi, Blok Mahakam saat ini dikuasai oleh perusahaan asal Prancis Total Indonesie yang kontraknya akan habis 2018. Pertamina memang mengincar lapangan migas ini. "Maksimalkan ada yang dimiliki saat ini, tingkatkan produksinya, tingkatkan SDM dan teknologinya," kata Rudi. Memang, kata Rudi, secara nasionalisme, Pertamina perlu didukung untuk menjadi perusahaan minyak milik negara. Namun apabila Pertamina menguasai seluruh ladang minyak di Indonesia dan menyuruh perusahaan asing pergi, Rudi menyangsikan Pertamina mampu menggarap semuanya. "Kita tetap perlu asing untuk memproduksi minyak di Indonesia. Contoh misal mau menguasasi Blok Mahakam, apakah Pertamina mampu memproduksi minyak dan gas sebesar yang dilakukan Total? Sulit, karena memerlukan teknologi dan biaya yang tidak sedikit, dan apakah Total mau beri data-data teknis di blok tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu tidak. Artinya akan mulai dari awal lagi," ujar Rudi. Untuk itu, Rudi meminta kepada Pertamina untuk memaksimalkan produksi yang ada tersebar di seluruh Indonesia. "Maksimalkan apa yang ada dulu. Karena untuk produksi minyak saja saat ini Pertamina EP hanya ada di urutan ketiga, di mana produksi migas pada 2013 ditarget hanya sekitar 132,3 ribu barel setara minyak per hari, kalah dibandingkan Total dan Chevron yang hanya memiliki 2 wilayah kerja saja," tegas Rudi. Seperti diketahui, untuk estimasi lifting migas di 2013, Total E&P Indonesie dengan wilayah kerja Mahakam dan Tengah menjadi produsen terbesar dengan produksi 382,2 ribu barel setara minyak per hari. Lalu Chevron Pacific Indonesia di wilayah kerja Rokan dan Siak dengan estimasi produksi migas 335 ribu barel setara minyak per hari, dan Pertamina EP dengan wilayah kerja seluruh Indonesia estimasi produksi migas sebesar 290,3 ribu barel setara minyak per hari. ___ indomail - Your everyday mail - http://indomail.indo.net.id PP-IAGI 2011-2014: Ketua Umum: Rovicky Dwi Putrohari, rovicky[at]gmail.com Sekjen: Senoaji, ajiseno[at]ymail.com Jangan lupa PIT IAGI 2012 di Jogjakarta tanggal 17-20 September 2012. REGISTER NOW ! Contact Person: Email : pit.iagi.2...@gmail.com Phone : +62 82223 222341 (lisa) To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id For topics not directly related to Geology, users are advised to post the email to: o...@iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -