Re: [RantauNet.Com] Renungan Minggu pagi/ bom bunuh diri/SBN
SBN manulih: bukan seperti menghalalkan membunuh manusia tak berdosa dengan bom bunuh diri. Karena penerapan hukum apapun sangat terkait dengan tingkat pendidikan (pendidikan yang benar "memuliakan manusia") dan tingkat ekonomi, lebih naik memulai dengan yang terakhir ini daripada sekedar menghujat perubahan jaman. === Sanak ambo SBN, Kalau mambunuah urang tak badoso, anak2, induak2 jo mariam tank, peluru kendali, jo bom dll apo buliah sanak? Sanak SBN samo jo pers Amrik, pejuang Palestina yang menyerang dengan bom dibadan disebut "bom bunuh diri". Sementara urang Palestina menyebut bom jihad. Karena itulah satu2nya senjata yang mereka miliki untuk melawan penjajah Israel dengan bersenjata mutakhir dan membunuh orang2 tak berdosa semaunya. Kalau kalimat diateh ditulih "bukan seperti menghalalkan membunuh manusia tak berdosa". Indak terkesan sanak memihak Israel dan mencela Palestina. Rasonyo sadonya awak setuju haram membunuh tanpa alasan, apalagi orang tak berdosa, dengan cara apa saja. Wassalam ajo-duta (56+) Please note: message attached RantauNet http://www.rantaunet.com Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php --- Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php ===
Re: [RantauNet.Com] Renungan Minggu pagi
"Ronald P. Putra" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Diambil sedikitdari "Mereka Merampas Wewenang Allah" Dr. Daud Rasyid, MA, ---Mengapa takut? Karena mereka mempunyai asumsi yang salah tentangsyariat. Menurut mereka, kalau syariat diterapkan,maka tidak akan ada kebebasan sama sekali. Manusia akan dikungkung dan dipenjara, sehingga tidak ada ruang untuk menggunakan akalnya. Mereka sudah jerat oleh sebuah ghazwul fikri (invasi pemikiran, red)dari Barat yang jelas-jelas memusuhi Islam. Seakan, kalangan yang memperjuangkan tegaknya syariat itu identik dengan fundamentalis. Sedangkan setiap fundamentalisme identik dengan terorisme. Mereka tidak bisa lagi berpikir jernih. Paradigma berpikirnya sudah menggunakan frame Barat. Bisa jadi, mereka adalah agen-agen Barat dengan menggunakan bahasa dan kultur lokal. Karena itu tak mustahil mereka mendapatkan dukungan finansial dari Barat. Memang betul JIL kan dapat suntikan dana dari ADB :-). Jadi kalau ADB enggak kasih uang lagi habis kali ya JILnya. Kebenaran ini tanya saja sama Ulil... Wassalam Indra JZ. Do you Yahoo!? Yahoo! SiteBuilder - Free, easy-to-use web site design software
Re: [RantauNet.Com] Renungan Minggu pagi
Assalamu'alaikum wr. wb. Nggak tahu nih, siapa takut siapa, yang saya lihat justru Dr. Daud Rasyid yang sangat takut sama IL. Satu hal yang perlu saya komentari, beliau menyebutkan "Kita tidak mungkin menggabungkan kata Islam dengan liberalisme. Sebab keduanya adalah ideologi." Saya hanya bisa geleng kepala kalau Islam direndah ke level ideologi oleh seorang doktor dari Cairo University, maaf kalau saya jadi kurang respek. Menyebutkan mereka merampas wewenang Allah adalah menunjukkan kekerdilan pemikiran, Allah SWT terlalu segalanya untuk bisa dirampas wewenangnya oleh manusia, kalau IL merampas wewenang manusia lain yang selama ini mengklaim wakil Tuhan yang berwenang mengkafirkan orang rasanya iya. Seperti MUI, sekumpulan orang dari berbagai organisasi berlabelkan Islam kumpul, lalu menamakan diri "majelis ulama", absurditas seperti ini yang mau dikokohkan oleh doktor kita? Saya justru lebih tertarik mendengar pandangan dari PKS sendiri. Salam SBN - Original Message - From: "Ronald P. Putra" <[EMAIL PROTECTED]> To: <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Wednesday, September 03, 2003 8:55 AM Subject: Re: [RantauNet.Com] Renungan Minggu pagi > -- Original Message -- > From: "SBN" <[EMAIL PROTECTED]> > Reply-To: [EMAIL PROTECTED] > Date: Tue, 2 Sep 2003 23:47:39 +0700 > > >Assalamu'alaikum wr. wb. > > > . Contoh konkrit pembahasan yang dimulai oleh Cak Nur, Ulil dll belum apa-apa langsung di-kafir-kan. Masalah mendasar memang membebaskan kembali ummat Islam dalam berfikir, dimulai dengan memanusiakan manusia seperti yang benarkan. > > > >Salam, > > > >SBN > > --- > > Mamanda SBN, iko ambo postingkan artikel ttg bahaya pemikiran Cak Nur, Ulil dll. Silahkan di kaji benar salahnyo... > > > > "Mereka Merampas Wewenang Allah" > Dr. Daud Rasyid, MA, > > > Gencarnya kampanye sekularisasi oleh para aktivis > Jaringan Islam Liberal (JIL) melalui berbagai media > mengundang keresahan sejumlah ulama dan cendekiawan > muslim. Apalagi, isu-isu yang dihasung gerakan ini > berhadapan secara diametral dengan derasnya tuntutan Islam untuk menerapkan syariat Islam di segala lini kehidupan. Menurut mereka, konsep negara sekuler lebih unggul daripada konsep negara Islam yang dianggapnya sekadar angan-angan. > > Melihat gejala itu, sebagai seorang da'i dan akademisi muslim, DR. Daud Rasyid tak tinggal diam. Apalagi pada awal 1990-an, lulusan Cairo University ini pernah tampil secara terbuka menantang gagasan sekularisasi Cak Nur yang dianggapnya sebagai mata rantai tak terpisahkan dengan arus pemikiran JIL. "Sasaran mereka adalah memandulkan umat Islam," tandas dosen Pascasarjana IAIN Sunan Gunung Djati Bandung itu kepada wartawan SABILI Yogi W Utomo, M. Nurkholis Ridwan dan Misbah yang mewawancarainya di lobi kampus Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab, Jakarta. > > Berikut petikannya: > > Pandangan Anda terhadap JIL? > > Sebetulnya, JIL hanyalah kelanjutan dari pemikiran-pemikiran kontroversial sebelumnya yaitu ide > sekularisasi yang dihasung Nurcholis Madjid pada tahun 1970-an. Hanya sekadar ganti kulit, tetapi isi dan muatan sama saja. Saya tidak melihat pengaruh mereka besar di masyarakat. Karena yang bisa menangkap arus pemikiran mereka hanya kalangan tertentu saja. Sementara kebanyakan masyarakat kita tidak mau disibukkan dengan pemikiran yang rumit dalam beragama. > > Istilah "Islam Liberal" sendiri sesungguhnya penuh > kerancuan. Kita tidak mungkin menggabungkan kata Islam dengan liberalisme. Sebab keduanya adalah ideologi. Tidak mungkin orang mengatakan "Saya seorang muslim yang baik tetapi juga seorang protestan yang taat." Ketika mereka sudah menyatakan liberal, maka secara tidak langsung sudah menolak Islam. Karena sejak mereka menyatakan Islam berarti telah mengikat diri dengan akidah dan syariat. Makanya, tak bisa lagi bersikap liberal. deleted- RantauNet http://www.rantaunet.com Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php --- Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php ===
RE: [RantauNet.Com] Renungan Minggu pagi
-Original Message-From: SBN [mailto:[EMAIL PROTECTED] Assalamu'alaikum wr. wb. Fiqih artinya hukum, saya berpendapat fiqih adalah hukum positif dan itu pernah terjadi ratusan tahun yang lalu dan tercatat juga dalam sejarah, pada waktu itu sangat efektif. Tapi tercatat juga Maksudnya... sekarang tidak berlaku lagi sebagai hukum positif dalam masalah ke-Islam-an.. Kalau anda maksud setelah ratusan tahun lalu sampai sekarang tidak efektif lagi maka saya sangat tidak yakin generasi kita sekarang masih menjumpai Islam seperti adanya sekarang. Sebagai bukti, di negara2 Balkan bekas jajahan Rusia dimana fiqih tidak boleh diberlakukan "hanya" orde puluhan tahun... lihat saja sekarang, mereka hanya tahu bahwa mereka Islam, tapi bagaimana Islam itu mereka tidak mengerti.. Padahal disana pernah lahir Imam Buchari yang terkenal dengan perawi hadits2 shahih... implementasinya kemudian hari tidak berkembang sesuai dengan peradaban manusia, sehingga menjadi tertinggal dengan kebutuhan peradaban. Kelihatannya karena sangat terkooptasi oleh Justeru dia ikut berkembang mengikuti perkembangan peradaban manusia, karena dia berfungsi sebagai rambu-rambu untuk mengarahkan perkembangan tersebut sesuai dengan sumber hukum Islam yaitu Al-Quran dan Hadits... Tapi jika pengertian anda perkembangan fiqih tersebut harus meng-amin-i atau harus seiring- sejalan dengan setiap perkembangan peradaban... saya nggak tau apa itu masih disebut dengan ilmu fiqih... kekuasaan (hampir semuanya monarki) karena konsep kekuasaan absolut itu sendiri dilanggengkan oleh fikih yang dibuat oleh manusia. Anda menilai perkembangan fikih terus mengikuti dinamika Jika kita baca bagaimana ketatnya pembukuan Al-Quran untuk menjaga kemurniannya, dan betapa rumitnya men-sortir hadits untuk mendapatkan tingkatan hadist shahih yang semuanya dikerjakan pada zaman2 kekhalifahan maka saya sangat tidak percaya hukum2 dalam fiqih bisa dipesan sesuai selera sang penguasa pada waktu itu... kompleksitas problematika kehidupan manusia sesuai fungsinya kenyataanya tidak, Bukankah ada yang namanya Ijma' dan Qiyas untuk memecahkan permasalahan yang mungkin tidak pernah terjadi pada masa kehidupan Nabi Muhammad SAW... tapi tantu penetapan hukumnya indak harus sasuai jo salero bagindo atau sari bundo doh seandainya itu terjadi pastilah ummat Islam tidak akan terpuruk seperti sekarang ini. Boleh saja fikih menjadi cabang ilmu dan itu telah menjadi kenyataan, sayangnya wacana bahasan yang dilakukan terlalu menyempit kearah pengontrolan tingkah laku orang per orang, sementara itu bahasan yang Contoh ringannyo eh.. ado nan namonyo fardhu kifayah, sunat muaqad.. dll nan hukumnyo bukan bersifat personil..., bagaimana mengelola zakat yang efeknya untuk kemaslahatan masyarakat... bahkan sampai baa baparang nan "islami".. sistemik justru tertinggal. Contohnya sampai sekarang para ahli fikih belum sampai pada kesimpulan bahwa pajak itu bagian dari zakat. Saya kira untuk Indonesia jika diberlakukan Piagam Jakarta... maka itu bisa diatur dan bereslah urusannya... Kalau nggak salah di Malaysia sudah seperti itu.. Apalagi dalam bahasan bio-molekuler, terpaksa mengikut saja dari masyarakat belahan utara bumi. Al-Azhar saja baru membuka jurusan kedokteran pada tahun enam puluhan, padahal dia adalah Jika saja Andalusia tidak dihancurkan.. sekarang kita hanya bisa ambil hikmahnya saja. universitas pertama di dunia. Saya juga mendengar beberapa kelompok di dalam maupun di negara lain sudah mulai nenperluas bahasan fikih, hanya agak disayangkan mereka justru banyak yang terjerembab mengulangi kesalah para fuqaha terdahulu mengunci diri dalam kamar ilmu. Saya kira kajian fiqih bukanlah pekerjaan yang terburu-buru melainkan harus sangat "njelimet" karena implikasinya menyangkut keabadian sorga dan neraka tidak hanya hidup di dunia saja... Contoh konkrit pembahasan yang dimulai oleh Cak Nur, Ulil dll belum apa-apa langsung di-kafir-kan. Masalah mendasar memang membebaskan kembali ummat Islam dalam berfikir, dimulai dengan memanusiakan manusia seperti yang benarkan. Saya tidak begitu mengikuti karena menurut saya banyak persoalan2 umat Islam yang lebih prioritas dan membutuhkan kekompakan antar umat sendiri... berpecah itu jauh lebih gampang dari pada bersatu... salam - tg Salam, SBN - Original Message - From: Irdam Syah To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, September 02, 2003 1:18 PM Subject: RE: [RantauNet.Com] Renungan Minggu pagi -Original Message-From: SBN [mailto:[EMAIL PRO
Re: [RantauNet.Com] Renungan Minggu pagi
-- Original Message -- From: "SBN" <[EMAIL PROTECTED]> Reply-To: [EMAIL PROTECTED] Date: Tue, 2 Sep 2003 23:47:39 +0700 >Assalamu'alaikum wr. wb. > . Contoh konkrit pembahasan yang dimulai oleh Cak Nur, Ulil dll belum apa-apa langsung di-kafir-kan. Masalah mendasar memang membebaskan kembali ummat Islam dalam berfikir, dimulai dengan memanusiakan manusia seperti yang benarkan. > >Salam, > >SBN --- Mamanda SBN, iko ambo postingkan artikel ttg bahaya pemikiran Cak Nur, Ulil dll. Silahkan di kaji benar salahnyo... "Mereka Merampas Wewenang Allah" Dr. Daud Rasyid, MA, Gencarnya kampanye sekularisasi oleh para aktivis Jaringan Islam Liberal (JIL) melalui berbagai media mengundang keresahan sejumlah ulama dan cendekiawan muslim. Apalagi, isu-isu yang dihasung gerakan ini berhadapan secara diametral dengan derasnya tuntutan Islam untuk menerapkan syariat Islam di segala lini kehidupan. Menurut mereka, konsep negara sekuler lebih unggul daripada konsep negara Islam yang dianggapnya sekadar angan-angan. Melihat gejala itu, sebagai seorang da'i dan akademisi muslim, DR. Daud Rasyid tak tinggal diam. Apalagi pada awal 1990-an, lulusan Cairo University ini pernah tampil secara terbuka menantang gagasan sekularisasi Cak Nur yang dianggapnya sebagai mata rantai tak terpisahkan dengan arus pemikiran JIL. "Sasaran mereka adalah memandulkan umat Islam," tandas dosen Pascasarjana IAIN Sunan Gunung Djati Bandung itu kepada wartawan SABILI Yogi W Utomo, M. Nurkholis Ridwan dan Misbah yang mewawancarainya di lobi kampus Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab, Jakarta. Berikut petikannya: Pandangan Anda terhadap JIL? Sebetulnya, JIL hanyalah kelanjutan dari pemikiran-pemikiran kontroversial sebelumnya yaitu ide sekularisasi yang dihasung Nurcholis Madjid pada tahun 1970-an. Hanya sekadar ganti kulit, tetapi isi dan muatan sama saja. Saya tidak melihat pengaruh mereka besar di masyarakat. Karena yang bisa menangkap arus pemikiran mereka hanya kalangan tertentu saja. Sementara kebanyakan masyarakat kita tidak mau disibukkan dengan pemikiran yang rumit dalam beragama. Istilah "Islam Liberal" sendiri sesungguhnya penuh kerancuan. Kita tidak mungkin menggabungkan kata Islam dengan liberalisme. Sebab keduanya adalah ideologi. Tidak mungkin orang mengatakan "Saya seorang muslim yang baik tetapi juga seorang protestan yang taat." Ketika mereka sudah menyatakan liberal, maka secara tidak langsung sudah menolak Islam. Karena sejak mereka menyatakan Islam berarti telah mengikat diri dengan akidah dan syariat. Makanya, tak bisa lagi bersikap liberal. Saya yakin di kalangan kiai dan pesantren sendiri ide mereka tidak akan laku, walau banyak aktivis JIL yang berasal dari generasi NU. Pemikiran di pesantren sudah punya frame tersendiri, yaitu Ahlussunnah wal Jamaah yang telah terbangun ratusan tahun. Kalau pun sekarang terkesan "Islam Liberal" itu laku, saya kira karena terlalu dibesar-besarkan oleh media. Terlalu di-blow up oleh media cetak, radio, TV, dan sebagainya. Perbedaannya dengan sekularisasi Cak Nur? Isu yang dihadapi mereka memang berbeda konteksnya. Dulu isu yang dihadapi Cak Nur adalah tentang negara Islam. Sekarang, yang dihadapi JIL adalah semangat dan gerakan umat untuk menerapkan syariat Islam. Padahal, di Mesir pola pemikiran seperti ini sudah muncul sepuluh atau lima belas tahun yang lalu. Ketika belajar di sana sekitar sepuluh tahun yang lalu, saya mengikuti polemik seperti ini di media massa. Saat itu, kelompok sekuler seperti Said Asnawi dan Faraj Faudah dengan gigih menolak penerapan syariat yang sudah menjadi tuntutan 80 persen masyarakat Mesir melalui referendum. Kenapa mereka begitu berambisi menghadang penerapan syariat Islam? Mereka memang membuat suatu jaringan ide yang skalanya internasional. Setiap wilayah mengembangkan idenya sendiri, sesuai dengan kasus-kasus yang mereka hadapi. Kini, di Indonesia, masyarakat sudah mulai memahami bahwa syariat Islam ini harus diterapkan dalam tatanan kehidupan yang lebih luas. Tidak hanya sekadar menyentuh persoalan-persoalan ibadah, tetapi meliputi transaksi bisnis, kodifikasi hukum perdata maupun pidana dan sebagainya. Apalagi dalam konteks otonomi daerah. Tuntutan penerapan syariat Islam di sejumlah daerah dan provinsi sudah sangat mengental. Karena itu, menurut saya, mereka ini sebetulnya orang-orang yang ketakutan. Mengapa takut? Karena mereka mempunyai asumsi yang salah tentang syariat. Menurut mereka, kalau syariat diterapkan, maka tidak akan ada kebebasan sama sekali. Manusia akan dikungkung dan dipenjara, sehingga tidak ada ruang untuk menggunakan akalnya. Mereka sudah jerat oleh sebuah ghazwul fikri (invasi pemikiran, red)dari Barat yang jelas-jelas memusuhi Islam. Seakan, kalangan yang memperjuangkan tegaknya syariat itu identik dengan fundamentalis. Sedangkan setiap fundamentalisme identik dengan ter
Re: [RantauNet.Com] Renungan Minggu pagi
Assalamu'alaikum wr. wb. Sependapat dengan anda, rasanya nggak ada kalimat saya yang memburukkan Islam agama saya sendiri. Frase kalimat saya hanya berkaitan dengan sebagian orang yang memuja skriptual dan berakhir dengan semangat martir berlebihan lalu bunuh diri sambil membunuh orang yang tak berkaitan, itukan fakta yang tak terbantah. Justru karena Islam yang benar harus dikatakan benar dan yang salah dikatakan salah. Salam SBN - Original Message - From: Irdam Syah To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, September 02, 2003 2:00 PM Subject: RE: [RantauNet.Com] Renungan Minggu pagi -Original Message-From: SBN [mailto:[EMAIL PROTECTED]] Walaikum salam wr. wb. Lihat saja bumi tempat kita berpijak, tanyolah mak Lembang kapan timbulnya minyak yang jadi rebutan sekarang, apa pada masa sekunder atau tersier. Begitu pula kebudayaan manusia, semuanya mengalami paling tidak tigo fase. Fase mitologi seperti aborigin dan animisme, fase ontologi seperti zaman raja-raja feodal eropa, fase fungsional, sejak revolusi industri sampai milenium ketiga sekarang ini. Pada suatu bangsa ketiga fase sering bercampur karena ada sebagian masyarakatnya berubah lebih cepat dibanding yang lain. Kalau melihat sejarah, maka fase mitologi ini sangat mendominasi peradaban manusia sejak dari masa Neanderthal (mungkin zaman Adam dan Nuh) sampai ke Ibrahim. Kelengkapan yang dibawa Muhammad SAW justru pengentasan total dari mitologi dan ontologi bahkan langsung ke fungsional, karena itu Islam menjadi wacana yang sangat kuat pada waktu itu, seharusnya juga sekarang. Sayangnya sekarang ditutupi oleh pemujaan skriptual dan semangat marti yang berlebihan. Semangat martir sebenarnya punya akar dalam kebudayaan fase mitologi yaitu kemauan untuk berkurban atau mempersembahkan kurban untuk penguasa transendental, sekarang mentranfomasi jadi bom bunuh diri. Semangat martir akan tetap ada selamanya. Bukankah ada semboyan "bersedia berkorban demi membela kebenaran"... atau lebih sempit lagi "... demi membela kehormatan bangsa, negara dan agama". Hanya yang perlu dipertanyakan adalah bentuk implementasinya, apakah seorang yang beragama Islam otomatis dia berkorban demi Islam... apa bukan karena kelompoknya, bangsanya, atau mungkin membalas sakit hati keluarganya. Siapa yang berhak memberi legalisasi bahwa dia dapat mengatasnamakan seluruh komunitas Islam... Jadi kalau pak SBN mau mendiskusikan ketidaksenangannya terhadap bom bunuh diri, tentukan dulu konteksnya apa berhubungan dengan komunitas Islam seluruhnya atau kelompok sempalan saja atau malah ambisi pribadi saja... Jangan langsung memburukkan Islam keseluruhan... salam - tg Kembali ke pertanyaan St Parpatiah, yang namanya alam termasuk dunia ini semuanya berubah, yang pasti tidak berubah ialah Tuhan (silahkan pelajari Asmaul Husna). Kalau mengingkari perubahan alam artinya mengikuti syirik, karena yang tidak berubah itu hanyalah Allah SWT. Kok Tan Parpatiah paralu bacaan, mungkin doens Evi Gamut bisa mambantu. Salm SBN - Original Message - From: Darul Makmur
Re: [RantauNet.Com] Renungan Minggu pagi
Assalamu'alaikum wr. wb. Fiqih artinya hukum, saya berpendapat fiqih adalah hukum positif dan itu pernah terjadi ratusan tahun yang lalu dan tercatat juga dalam sejarah, pada waktu itu sangat efektif. Tapi tercatat juga implementasinya kemudian hari tidak berkembang sesuai dengan peradaban manusia, sehingga menjadi tertinggal dengan kebutuhan peradaban. Kelihatannya karena sangat terkooptasi oleh kekuasaan (hampir semuanya monarki) karena konsep kekuasaan absolut itu sendiri dilanggengkan oleh fikih yang dibuat oleh manusia. Anda menilai perkembangan fikih terus mengikuti dinamika kompleksitas problematika kehidupan manusia sesuai fungsinya kenyataanya tidak, seandainya itu terjadi pastilah ummat Islam tidak akan terpuruk seperti sekarang ini. Boleh saja fikih menjadi cabang ilmu dan itu telah menjadi kenyataan, sayangnya wacana bahasan yang dilakukan terlalu menyempit kearah pengontrolan tingkah laku orang per orang, sementara itu bahasan yang sistemik justru tertinggal. Contohnya sampai sekarang para ahli fikih belum sampai pada kesimpulan bahwa pajak itu bagian dari zakat. Apalagi dalam bahasan bio-molekuler, terpaksa mengikut saja dari masyarakat belahan utara bumi. Al-Azhar saja baru membuka jurusan kedokteran pada tahun enam puluhan, padahal dia adalah universitas pertama di dunia. Saya juga mendengar beberapa kelompok di dalam maupun di negara lain sudah mulai nenperluas bahasan fikih, hanya agak disayangkan mereka justru banyak yang terjerembab mengulangi kesalah para fuqaha terdahulu mengunci diri dalam kamar ilmu. Contoh konkrit pembahasan yang dimulai oleh Cak Nur, Ulil dll belum apa-apa langsung di-kafir-kan. Masalah mendasar memang membebaskan kembali ummat Islam dalam berfikir, dimulai dengan memanusiakan manusia seperti yang benarkan. Salam, SBN - Original Message - From: Irdam Syah To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, September 02, 2003 1:18 PM Subject: RE: [RantauNet.Com] Renungan Minggu pagi -Original Message-From: SBN [mailto:[EMAIL PROTECTED]] Walaikum salam wr.wb., . langsung oleh Rasululah SAW. Setelah kejayaan negeri2 Islam yang penuh dengan fiqih yang ruwet dalam perkembangannya yang dipengaruhi oleh budaya lokal justru kembali menghilangkan keistimewaan Islam pada awalnya. Pasang surut itu masih berlangsung sampai sekarang, apalagi Menurut saya Fiqih itu justeru alat bantu dalam meng-aplikasi-kan Al-Quran dan Hadits untuk meluruskan keruwetan hidup yang memang kompleks ini. Jadi sangat tidak mungkin terjadi penyimpangan2 akibat pengaruh budaya lokal karena sumber hukumnya adalah Al-Quran dan Hadits. Dengan adanya Fiqih ini maka agama Islam menjadi aplikatif dan implementatif dibandingkan agama2 lain. Tapi saya nggak tau kalau pemahaman ilmu Fiqih pak SBN sudah sangat mendalam sehingga bisa men-judge seperti pernyataannya di atas.. Kalau ba itu agiah lah kami pencerahan dari ilmu Fiqih pak SBN tuh dengan semangat mau menegakkan syariat Islam persis pada zaman Rasullah SAW hidup, artinya mengingkari sunatullah alam yang patuh berubah sesuai kodratnya. Manusia sebagai bagian dari alam Apa bukan ilmu Fiqih ini berkembang terus mengikuti dinamika kompleksitas problematika kehidupan manusia sesuai fungsinya dalam tingkah lakunya juga mengalami perubahan, bagi yang tidak mau memahami perubahan jaman akan digilas oleh jaman itu sendiri (AL-Asr). Semua hukum alam adalah sunatullah, ada memang bagian hukum-hukum antar manusia yang diwahyukan pada mereka2 yang terpilih sebagai Rasul dan Nabi, namun penerapanya dalam keseharian tetap saja memerlukan kecerdasan yang kontekstual, Lha... kalau diserahkan interpretasinya ke orang per orang dan bukan dibakukan dalam satu cabang ilmu tertentu apa malah nggak bikin kacau... atau jangan-jangan agama Islam ini sudah nggak keruan lagi wujudnya... bukan seperti menghalalkan membunuh manusia tak berdosa dengan bom bunuh diri. Karena Itulah contohnya kalau interpretatif ke orang per orang atau kelompok efeknya orang tetap menganggap itulah Islam penerapan hukum apapun sangat terkait dengan tingkat pendidikan (pendidikan yang benar "memuliakan manusia") dan tingkat ekonomi, lebih naik memulai dengan yang terakhir ini daripada sekedar menghujat perubahan jaman. Itulah Islam yang benar salam - tg Salam SBN - Original Message - From: Muhammad Dafiq Saib
[RantauNet.Com] Renungan Minggu pagi lanjutan
Assalamu'alaikum wr. wb. Buat St. Parpatiah dan Dino: >Sebab menurut saya dua yang terakhir ini yang tidak berubah. Wass. Ww DM>CUTT,.,.,.,,., Sebab menurut saya dua yang terakhir ini yang tidak berubah../././.,.,.,.,.,.,.,.,.CU Allah SWT tidak berobah, sudah menjadi iman, adagium dan teorema kita bersama. Namun soal wahyu, diturunkan sejak dari Adam s/d Muhammad SWA, semuanya adalah manusia, yang memang pilihan Dia, dan tentu saja wahyu itu disampaikan dalam bahasa manusia pada waktu itu, jelas Dia itu maha kontestual. Lantas kenapa kita yang mengklaim bahwa wahyu itu tidak berubah. Setidaknya perubahan itu penyesuaian terhadap bahasa, dan daya pikir dari akal-budi manusia pada wahyu itu diturunkan. Dengan kata lain perkembangan kebudayaan (mitos, ontologi dan fungsional) pada saat wahyu itu diturunkan ikut mempengaruhi skriptual wahyu tersebut karena Dia memang maha bijaksana. Apalagi kalau menyangkut interpretasi atas wahyu tersebut, maka diperlukan "wisdom" atau penalaran yang "hanif" atas wahyu, bukan sekedar tekstual. Ninik moyang urang Minang proven mampu melakukannya contoh konkrit soal pusako randah dan pusako tinggi. Salam, SBN
Re: [RantauNet.Com] Renungan Minggu pagi
Walaikum salam wr. wb. Lihat saja bumi tempat kita berpijak, tanyolah mak Lembang kapan timbulnya minyak yang jadi rebutan sekarang, apa pada masa sekunder atau tersier. Begitu pula kebudayaan manusia, semuanya mengalami paling tidak tigo fase. Fase mitologi seperti aborigin dan animisme, fase ontologi seperti zaman raja-raja feodal eropa, fase fungsional, sejak revolusi industri sampai milenium ketiga sekarang ini. Pada suatu bangsa ketiga fase sering bercampur karena ada sebagian masyarakatnya berubah lebih cepat dibanding yang lain. Kalau melihat sejarah, maka fase mitologi ini sangat mendominasi peradaban manusia sejak dari masa Neanderthal (mungkin zaman Adam dan Nuh) sampai ke Ibrahim. Kelengkapan yang dibawa Muhammad SAW justru pengentasan total dari mitologi dan ontologi bahkan langsung ke fungsional, karena itu Islam menjadi wacana yang sangat kuat pada waktu itu, seharusnya juga sekarang. Sayangnya sekarang ditutupi oleh pemujaan skriptual dan semangat marti yang berlebihan. Semangat martir sebenarnya punya akar dalam kebudayaan fase mitologi yaitu kemauan untuk berkurban atau mempersembahkan kurban untuk penguasa transendental, sekarang mentranfomasi jadi bom bunuh diri. Kembali ke pertanyaan St Parpatiah, yang namanya alam termasuk dunia ini semuanya berubah, yang pasti tidak berubah ialah Tuhan (silahkan pelajari Asmaul Husna). Kalau mengingkari perubahan alam artinya mengikuti syirik, karena yang tidak berubah itu hanyalah Allah SWT. Kok Tan Parpatiah paralu bacaan, mungkin doens Evi Gamut bisa mambantu. Salm SBN - Original Message - From: Darul Makmur To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, September 02, 2003 10:47 AM Subject: [RantauNet.Com] Renungan Minggu pagi Assalamualaikum Ww Kalu boleh tanya: Berubahnya kemana dan apa saja yang boleh berubah? Menurut saya yang dha'if ini, tidak semua boleh berubah. Tapi mungkin interpretasi yang berbeda. Wass. Ww DMSBN <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Walaikum salam wr.wb., Hukum terjadi karena manusia bisa berfikir, pengalaman pergulatan manusia mencari dan menegakkan kebenaran dalam sejarah tidak pernah bisa lepas dari sejarah peradaban itu sendiri. Termasuk dalam sejarah peradaban itu hukum-hukum yang dklaim berasal dari Tuhan, penerapannya memerlukan perangkat yang bisa disebut adat, hukum positif, undang-undang dan sebagainya. Termasuk pada masa Rasulullah SAW penerapan hukum itu tetap mengambil adat istiadat bangsa Arab pada waktu itu, sehingga jadilah negeri2 Islam menjadi mercu-suar sampai 500 tahun kemudian, salah satu kelebihan sistim hukum Islam pada waktu itu ialah menghargai manusia sebagai manusia, dicontohkan langsung oleh Rasululah SAW. Setelah kejayaan negeri2 Islam yang penuh dengan fiqih yang ruwet dalam perkembangannya yang dipengaruhi oleh budaya lokal justru kembali menghilangkan keistimewaan Islam pada awalnya. Pasang surut itu masih berlangsung sampai sekarang, apalagi dengan se mangat mau menegakkan syariat Islam persis pada zaman Rasullah SAW hidup, artinya mengingkari sunatullah alam yang patuh berubah sesuai kodratnya. Manusia sebagai bagian dari alam dalam tingkah lakunya juga mengalami perubahan, bagi yang tidak mau memahami perubahan jaman akan digilas oleh jaman itu sendiri (AL-Asr). Semua hukum alam adalah sunatullah, ada memang bagian hukum-hukum antar manusia yang diwahyukan pada mereka2 yang terpilih sebagai Rasul dan Nabi, namun penerapanya dalam keseharian tetap saja memerlukan kecerdasan yang kontekstual, bukan seperti menghalalkan membunuh manusia tak berdosa dengan bom bunuh diri. Karena penerapan hukum apapun sangat terkait dengan tingkat pendidikan (pendidikan yang benar "memuliakan manusia") dan tingkat ekonomi, lebih naik memulai dengan yang terakhir ini daripada sekedar menghujat perubahan jaman. Salam SBN Do you Yahoo!?Yahoo! SiteBuilder - Free, easy-to-use web site design software
[RantauNet.Com] Renungan Minggu pagi
Assalamualaikum Ww Kalu boleh tanya: Berubahnya kemana dan apa saja yang boleh berubah? Menurut saya yang dha'if ini, tidak semua boleh berubah. Tapi mungkin interpretasi yang berbeda. Wass. Ww DMSBN <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Walaikum salam wr.wb., Hukum terjadi karena manusia bisa berfikir, pengalaman pergulatan manusia mencari dan menegakkan kebenaran dalam sejarah tidak pernah bisa lepas dari sejarah peradaban itu sendiri. Termasuk dalam sejarah peradaban itu hukum-hukum yang dklaim berasal dari Tuhan, penerapannya memerlukan perangkat yang bisa disebut adat, hukum positif, undang-undang dan sebagainya. Termasuk pada masa Rasulullah SAW penerapan hukum itu tetap mengambil adat istiadat bangsa Arab pada waktu itu, sehingga jadilah negeri2 Islam menjadi mercu-suar sampai 500 tahun kemudian, salah satu kelebihan sistim hukum Islam pada waktu itu ialah menghargai manusia sebagai manusia, dicontohkan langsung oleh Rasululah SAW. Setelah kejayaan negeri2 Islam yang penuh dengan fiqih yang ruwet dalam perkembangannya yang dipengaruhi oleh budaya lokal justru kembali menghilangkan keistimewaan Islam pada awalnya. Pasang surut itu masih berlangsung sampai sekarang, apalagi dengan semangat mau menegakkan syariat Islam persis pada zaman Rasullah SAW hidup, artinya mengingkari sunatullah alam yang patuh berubah sesuai kodratnya. Manusia sebagai bagian dari alam dalam tingkah lakunya juga mengalami perubahan, bagi yang tidak mau memahami perubahan jaman akan digilas oleh jaman itu sendiri (AL-Asr). Semua hukum alam adalah sunatullah, ada memang bagian hukum-hukum antar manusia yang diwahyukan pada mereka2 yang terpilih sebagai Rasul dan Nabi, namun penerapanya dalam keseharian tetap saja memerlukan kecerdasan yang kontekstual, bukan seperti menghalalkan membunuh manusia tak berdosa dengan bom bunuh diri. Karena penerapan hukum apapun sangat terkait dengan tingkat pendidikan (pendidikan yang benar "memuliakan manusia") dan tingkat ekonomi, lebih naik memulai dengan yang terakhir ini daripada sekedar menghujat perubahan jaman. Salam SBN Do you Yahoo!? Yahoo! SiteBuilder - Free, easy-to-use web site design software
Re: [RantauNet.Com] Renungan Minggu pagi
CUTT,.,.,.,,., Sebab menurut saya dua yang terakhir ini yang tidak berubah../././.,.,.,.,.,.,.,.,.CU CUTT...Kalau mengingkari perubahan alam artinya mengikuti syirik, karena yang tidak berubah itu hanyalah Allah SWTCUTTT ()()()()()^^^*(*(*(*(*(>CUSSS()()()()()()()^ Ass,wr,wb, sesuai judul, renungan minggu pagi, kiniko kan lah selasa sore, gimana ya ini baiknya wass, da.mdly.16:00 'SOAR AWAY TO SEDONA' Check out attractive value getaway packages at www.sedonahotels.com.sg = For more information on our Internet Specials, visit our website @ http://www.sedonahotels.com.sg =
Re: [RantauNet.Com] Renungan Minggu pagi
Assalmaulaikum Ww Terima kasih atas penjelasannya. Kalau alam yang berobah itu saya sangat setuju. Tapi yang disebut Tuhan disini tentu Allah swt dan firmanNya. Sebab menurut saya dua yang terakhir ini yang tidak berubah. Wass. Ww DMSBN <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Walaikum salam wr. wb. Lihat saja bumi tempat kita berpijak, tanyolah mak Lembang kapan timbulnya minyak yang jadi rebutan sekarang, apa pada masa sekunder atau tersier. Begitu pula kebudayaan manusia, semuanya mengalami paling tidak tigo fase. Fase mitologi seperti aborigin dan animisme, fase ontologi seperti zaman raja-raja feodal eropa, fase fungsional, sejak revolusi industri sampai milenium ketiga sekarang ini. Pada suatu bangsa ketiga fase sering bercampur karena ada sebagian masyarakatnya berubah lebih cepat dibanding yang lain. Kalau melihat sejarah, maka fase mitologi ini sangat mendominasi peradaban manusia sejak dari masa Neanderthal (mungkin zaman Adam dan Nuh) sampai ke Ibrahim. Kelengkapan yang dibawa Muhammad SAW justru pengentasan total dari mitologi dan ontologi bahkan langsung ke fungsional, karena itu Islam menjadi wacana yang sangat kuat pada waktu itu, seharusnya juga sekarang. Sayangnya sekarang ditutupi oleh pemujaan skriptual dan semangat marti yang berlebihan. Semangat martir sebenarnya punya akar dalam kebudayaan fase mitologi yaitu kemauan untuk berkurban atau mempersembahkan kurban untuk penguasa transendental, sekarang mentranfomasi jadi bom bunuh diri. Kembali ke pertanyaan St Parpatiah, yang namanya alam termasuk dunia ini semuanya berubah, yang pasti tidak berubah ialah Tuhan (silahkan pelajari Asmaul Husna). Kalau mengingkari perubahan alam artinya mengikuti syirik, karena yang tidak berubah itu hanyalah Allah SWT. Kok Tan Parpatiah paralu bacaan, mungkin doens Evi Gamut bisa mambantu. Salm SBN Do you Yahoo!? Yahoo! SiteBuilder - Free, easy-to-use web site design software
RE: [RantauNet.Com] Renungan Minggu pagi
-Original Message-From: SBN [mailto:[EMAIL PROTECTED] Walaikum salam wr. wb. Lihat saja bumi tempat kita berpijak, tanyolah mak Lembang kapan timbulnya minyak yang jadi rebutan sekarang, apa pada masa sekunder atau tersier. Begitu pula kebudayaan manusia, semuanya mengalami paling tidak tigo fase. Fase mitologi seperti aborigin dan animisme, fase ontologi seperti zaman raja-raja feodal eropa, fase fungsional, sejak revolusi industri sampai milenium ketiga sekarang ini. Pada suatu bangsa ketiga fase sering bercampur karena ada sebagian masyarakatnya berubah lebih cepat dibanding yang lain. Kalau melihat sejarah, maka fase mitologi ini sangat mendominasi peradaban manusia sejak dari masa Neanderthal (mungkin zaman Adam dan Nuh) sampai ke Ibrahim. Kelengkapan yang dibawa Muhammad SAW justru pengentasan total dari mitologi dan ontologi bahkan langsung ke fungsional, karena itu Islam menjadi wacana yang sangat kuat pada waktu itu, seharusnya juga sekarang. Sayangnya sekarang ditutupi oleh pemujaan skriptual dan semangat marti yang berlebihan. Semangat martir sebenarnya punya akar dalam kebudayaan fase mitologi yaitu kemauan untuk berkurban atau mempersembahkan kurban untuk penguasa transendental, sekarang mentranfomasi jadi bom bunuh diri. Semangat martir akan tetap ada selamanya. Bukankah ada semboyan "bersedia berkorban demi membela kebenaran"... atau lebih sempit lagi "... demi membela kehormatan bangsa, negara dan agama". Hanya yang perlu dipertanyakan adalah bentuk implementasinya, apakah seorang yang beragama Islam otomatis dia berkorban demi Islam... apa bukan karena kelompoknya, bangsanya, atau mungkin membalas sakit hati keluarganya. Siapa yang berhak memberi legalisasi bahwa dia dapat mengatasnamakan seluruh komunitas Islam... Jadi kalau pak SBN mau mendiskusikan ketidaksenangannya terhadap bom bunuh diri, tentukan dulu konteksnya apa berhubungan dengan komunitas Islam seluruhnya atau kelompok sempalan saja atau malah ambisi pribadi saja... Jangan langsung memburukkan Islam keseluruhan... salam - tg Kembali ke pertanyaan St Parpatiah, yang namanya alam termasuk dunia ini semuanya berubah, yang pasti tidak berubah ialah Tuhan (silahkan pelajari Asmaul Husna). Kalau mengingkari perubahan alam artinya mengikuti syirik, karena yang tidak berubah itu hanyalah Allah SWT. Kok Tan Parpatiah paralu bacaan, mungkin doens Evi Gamut bisa mambantu. Salm SBN - Original Message - From: Darul Makmur
Re: [RantauNet.Com] Renungan Minggu pagi
- Original Message - From: Darul Makmur To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, September 02, 2003 10:47 AM Subject: [RantauNet.Com] Renungan Minggu pagi Assalamualaikum Ww Kalu boleh tanya: Berubahnya kemana dan apa saja yang boleh berubah? Menurut saya yang dha'if ini, tidak semua boleh berubah. Tapi mungkin interpretasi yang berbeda. Wass. Ww DMSBN <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Walaikum salam wr.wb., Hukum terjadi karena manusia bisa berfikir, pengalaman pergulatan manusia mencari dan menegakkan kebenaran dalam sejarah tidak pernah bisa lepas dari sejarah peradaban itu sendiri. Termasuk dalam sejarah peradaban itu hukum-hukum yang dklaim berasal dari Tuhan, penerapannya memerlukan perangkat yang bisa disebut adat, hukum positif, undang-undang dan sebagainya. Termasuk pada masa Rasulullah SAW penerapan hukum itu tetap mengambil adat istiadat bangsa Arab pada waktu itu, sehingga jadilah negeri2 Islam menjadi mercu-suar sampai 500 tahun kemudian, salah satu kelebihan sistim hukum Islam pada waktu itu ialah menghargai manusia sebagai manusia, dicontohkan langsung oleh Rasululah SAW. Setelah kejayaan negeri2 Islam yang penuh dengan fiqih yang ruwet dalam perkembangannya yang dipengaruhi oleh budaya lokal justru kembali menghilangkan keistimewaan Islam pada awalnya. Pasang surut itu masih berlangsung sampai sekarang, apalagi dengan se mangat mau menegakkan syariat Islam persis pada zaman Rasullah SAW hidup, artinya mengingkari sunatullah alam yang patuh berubah sesuai kodratnya. Manusia sebagai bagian dari alam dalam tingkah lakunya juga mengalami perubahan, bagi yang tidak mau memahami perubahan jaman akan digilas oleh jaman itu sendiri (AL-Asr). Semua hukum alam adalah sunatullah, ada memang bagian hukum-hukum antar manusia yang diwahyukan pada mereka2 yang terpilih sebagai Rasul dan Nabi, namun penerapanya dalam keseharian tetap saja memerlukan kecerdasan yang kontekstual, bukan seperti menghalalkan membunuh manusia tak berdosa dengan bom bunuh diri. Karena penerapan hukum apapun sangat terkait dengan tingkat pendidikan (pendidikan yang benar "memuliakan manusia") dan tingkat ekonomi, lebih naik memulai dengan yang terakhir ini daripada sekedar menghujat perubahan jaman. Salam SBN Do you Yahoo!?Yahoo! SiteBuilder - Free, easy-to-use web site design software
RE: [RantauNet.Com] Renungan Minggu pagi
-Original Message-From: SBN [mailto:[EMAIL PROTECTED] Walaikum salam wr.wb., . langsung oleh Rasululah SAW. Setelah kejayaan negeri2 Islam yang penuh dengan fiqih yang ruwet dalam perkembangannya yang dipengaruhi oleh budaya lokal justru kembali menghilangkan keistimewaan Islam pada awalnya. Pasang surut itu masih berlangsung sampai sekarang, apalagi Menurut saya Fiqih itu justeru alat bantu dalam meng-aplikasi-kan Al-Quran dan Hadits untuk meluruskan keruwetan hidup yang memang kompleks ini. Jadi sangat tidak mungkin terjadi penyimpangan2 akibat pengaruh budaya lokal karena sumber hukumnya adalah Al-Quran dan Hadits. Dengan adanya Fiqih ini maka agama Islam menjadi aplikatif dan implementatif dibandingkan agama2 lain. Tapi saya nggak tau kalau pemahaman ilmu Fiqih pak SBN sudah sangat mendalam sehingga bisa men-judge seperti pernyataannya di atas.. Kalau ba itu agiah lah kami pencerahan dari ilmu Fiqih pak SBN tuh dengan semangat mau menegakkan syariat Islam persis pada zaman Rasullah SAW hidup, artinya mengingkari sunatullah alam yang patuh berubah sesuai kodratnya. Manusia sebagai bagian dari alam Apa bukan ilmu Fiqih ini berkembang terus mengikuti dinamika kompleksitas problematika kehidupan manusia sesuai fungsinya dalam tingkah lakunya juga mengalami perubahan, bagi yang tidak mau memahami perubahan jaman akan digilas oleh jaman itu sendiri (AL-Asr). Semua hukum alam adalah sunatullah, ada memang bagian hukum-hukum antar manusia yang diwahyukan pada mereka2 yang terpilih sebagai Rasul dan Nabi, namun penerapanya dalam keseharian tetap saja memerlukan kecerdasan yang kontekstual, Lha... kalau diserahkan interpretasinya ke orang per orang dan bukan dibakukan dalam satu cabang ilmu tertentu apa malah nggak bikin kacau... atau jangan-jangan agama Islam ini sudah nggak keruan lagi wujudnya... bukan seperti menghalalkan membunuh manusia tak berdosa dengan bom bunuh diri. Karena Itulah contohnya kalau interpretatif ke orang per orang atau kelompok efeknya orang tetap menganggap itulah Islam penerapan hukum apapun sangat terkait dengan tingkat pendidikan (pendidikan yang benar "memuliakan manusia") dan tingkat ekonomi, lebih naik memulai dengan yang terakhir ini daripada sekedar menghujat perubahan jaman. Itulah Islam yang benar salam - tg Salam SBN - Original Message - From: Muhammad Dafiq Saib
Re: [RantauNet.Com] Renungan Minggu pagi
Walaikum salam wr.wb., Hukum terjadi karena manusia bisa berfikir, pengalaman pergulatan manusia mencari dan menegakkan kebenaran dalam sejarah tidak pernah bisa lepas dari sejarah peradaban itu sendiri. Termasuk dalam sejarah peradaban itu hukum-hukum yang dklaim berasal dari Tuhan, penerapannya memerlukan perangkat yang bisa disebut adat, hukum positif, undang-undang dan sebagainya. Termasuk pada masa Rasulullah SAW penerapan hukum itu tetap mengambil adat istiadat bangsa Arab pada waktu itu, sehingga jadilah negeri2 Islam menjadi mercu-suar sampai 500 tahun kemudian, salah satu kelebihan sistim hukum Islam pada waktu itu ialah menghargai manusia sebagai manusia, dicontohkan langsung oleh Rasululah SAW. Setelah kejayaan negeri2 Islam yang penuh dengan fiqih yang ruwet dalam perkembangannya yang dipengaruhi oleh budaya lokal justru kembali menghilangkan keistimewaan Islam pada awalnya. Pasang surut itu masih berlangsung sampai sekarang, apalagi dengan semangat mau menegakkan syariat Islam persis pada zaman Rasullah SAW hidup, artinya mengingkari sunatullah alam yang patuh berubah sesuai kodratnya. Manusia sebagai bagian dari alam dalam tingkah lakunya juga mengalami perubahan, bagi yang tidak mau memahami perubahan jaman akan digilas oleh jaman itu sendiri (AL-Asr). Semua hukum alam adalah sunatullah, ada memang bagian hukum-hukum antar manusia yang diwahyukan pada mereka2 yang terpilih sebagai Rasul dan Nabi, namun penerapanya dalam keseharian tetap saja memerlukan kecerdasan yang kontekstual, bukan seperti menghalalkan membunuh manusia tak berdosa dengan bom bunuh diri. Karena penerapan hukum apapun sangat terkait dengan tingkat pendidikan (pendidikan yang benar "memuliakan manusia") dan tingkat ekonomi, lebih naik memulai dengan yang terakhir ini daripada sekedar menghujat perubahan jaman. Salam SBN - Original Message - From: Muhammad Dafiq Saib To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, September 01, 2003 3:14 PM Subject: Re: [RantauNet.Com] Renungan Minggu pagi Assalamu'alaikum wr.wb., Kalau hukum tidak dikawal (kata orang Malaysia), dianya tidak akan berkuat kuasa. Jadilah dia semacam macan ompong. Jadi harus dikawal. Harus dipaksakan. Harus ditegakkan. Bagaimana menegakkannya? Dengan teori siapa mau ditegakkan? Dengan pendapat siapa mau dijalankan? Itu yang jadi masalah. Kalau dengan cara 'hak azazi ala barat' ya seperti itu, seorang ibu yang melarang anaknya bersamen leven dengan laki-laki lain malahan jadi terpidana, jadi tertuduh, jadi yang dikenai sangsi. Kalau mau dipakai ala Jepang, jangan coba-coba mengganggu gugat orang yang tiap malam pulang mabuk sesudah menenggak sake, selama dia tidak menabrak orang dijalan kalau dia masih menyetir pulang. Kalau mau dipakai cara Indonesia ya itu lagi. Boleh ditawar-tawar. Semuanya konon serba praduga tak bersalah. Sudah jelas-jelas di hamboknya uang rakyat, tapi karena tidak 'terbukti' secara hukum, karena dia pandai, karena pengacaranya pandai membuktikan lain, ya jangan coba-coba. Maka dia aman tenteram karta raharja saja. Jadi terserahlah. Hanya kalau mau menoleh, agak sedikit, tanpa prasangka, tanpa ketakutan yang tidak beralasan, tanpa berniat ngeyel, coba balik-balik pula al Quran. Mau hukum yang mana yang akan dibahas. Al Quran, yang laa raiba fiihi (tidak ada keragu-raguan di dalamnya), ada juga sedikit sebanyak bercerita tentang hukum. Tapi sayangnya, orang kan alergi saja. Orang kan takut saja. Orang kan langsung tidak percaya saja. Orang nanti merasa macam-macam saja. Orang jadi mencap barbar saja. Saya mau memilih yang mana? Saya memilih takut akan hukum dan hukuman Allah. Wassalamu'alaikum wr.wb., Lembang AlamDarul Makmur <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Assl. Ww Mak Lembang, tapi masih ado diantaro awak nan mangecekkan bahaso kesadaran hukum atau agamo tu indak buliah dipasokan . ateh kesadaran sendiri. Kalau dituntuik kesadaran sendiri nak sadar-sadarnyo. Kalau suruah piliah, nan nama awak piliah mungkin 1. Keteraturan harus dipaksakan atau 2. Kesadaran keteraturan tidak bisa dipaksakan. Kalau saja di voting anda pilih yang mana/ Wass. Ww St. Lembang Alam Do you Yahoo!?Yahoo! SiteBuilder - Free, easy-to-use web site design software
[RantauNet.Com] Renungan Minggu pagi
Assalamulaikum Ww. Disini, dinegeriku ini, yang mayoritas Islam, tapi masih banyak yang alergi membicarakan apalagi menetrapkan syariat Islam. Dan termasuk yang katanya panutan golong Islam terbesar di negeri ini. Yang terkenal disini adalah orang yang pintar membalikkan kebenaran jadi senjata pembenaran kemauaannya. Sepahit apapun, kebenaran harus selalu diperjuangkan, sebagai orang Islam, kebenaran adalah kebenaran Allah swt. Pahit tapi mungkin karena kenyataan sampai saat ini, negara yang berdasarkan ketuhanan, amburadul dan negara yang berdasarkan kemanusiaan jaya, katanya, walhualam bissawab. Yang ikut berfikir, walau berkutik dalam kebodohan. Wass. Ww DMMuhammad Dafiq Saib <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Assalamu'alaikum wr.wb., Kalau hukum tidak dikawal (kata orang Malaysia), dianya tidak akan berkuat kuasa. Jadilah dia semacam macan ompong. Jadi harus dikawal. Harus dipaksakan. Harus ditegakkan. Bagaimana menegakkannya? Dengan teori siapa mau ditegakkan? Dengan pendapat siapa mau dijalankan? Itu yang jadi masalah. Kalau dengan cara 'hak azazi ala barat' ya seperti itu, seorang ibu yang melarang anaknya bersamen leven dengan laki-laki lain malahan jadi terpidana, jadi tertuduh, jadi yang dikenai sangsi. Kalau mau dipakai ala Jepang, jangan coba-coba mengganggu gugat orang yang tiap malam pulang mabuk sesudah menenggak sake, selama dia tidak menabrak orang dijalan kalau dia masih menyetir pulang. Kalau mau dipakai cara Indonesia ya itu lagi. Boleh ditawar-tawar. Semuanya konon serba praduga tak bersalah. Sudah jelas-jelas di hamboknya uang rakyat, tapi karena tidak 'terbukti' secara hukum, karena dia pandai, karena pengacaranya pandai membuktikan lain, ya jangan coba-coba. Maka dia aman tenteram karta raharja saja. Jadi terserahlah. Hanya kalau mau menoleh, agak sedikit, tanpa prasangka, tanpa ketakutan yang tidak beralasan, tanpa berniat ngeyel, coba balik-balik pula al Quran. Mau hukum yang mana yang akan dibahas. Al Quran, yang laa raiba fiihi (tidak ada keragu-raguan di dalamnya), ada juga sedikit sebanyak bercerita tentang hukum. Tapi sayangnya, orang kan alergi saja. Orang kan takut saja. Orang kan langsung tidak percaya saja. Orang nanti merasa macam-macam saja. Orang jadi mencap barbar saja. Saya mau memilih yang mana? Saya memilih takut akan hukum dan hukuman Allah. Wassalamu'alaikum wr.wb., Lembang Alam Do you Yahoo!? Yahoo! SiteBuilder - Free, easy-to-use web site design software
Re: [RantauNet.Com] Renungan Minggu pagi
Assalamu'alaikum wr.wb., Kalau hukum tidak dikawal (kata orang Malaysia), dianya tidak akan berkuat kuasa. Jadilah dia semacam macan ompong. Jadi harus dikawal. Harus dipaksakan. Harus ditegakkan. Bagaimana menegakkannya? Dengan teori siapa mau ditegakkan? Dengan pendapat siapa mau dijalankan? Itu yang jadi masalah. Kalau dengan cara 'hak azazi ala barat' ya seperti itu, seorang ibu yang melarang anaknya bersamen leven dengan laki-laki lain malahan jadi terpidana, jadi tertuduh, jadi yang dikenai sangsi. Kalau mau dipakai ala Jepang, jangan coba-coba mengganggu gugat orang yang tiap malam pulang mabuk sesudah menenggak sake, selama dia tidak menabrak orang dijalan kalau dia masih menyetir pulang. Kalau mau dipakai cara Indonesia ya itu lagi. Boleh ditawar-tawar. Semuanya konon serba praduga tak bersalah. Sudah jelas-jelas di hamboknya uang rakyat, tapi karena tidak 'terbukti' secara hukum, karena dia pandai, karena pengacaranya pandai membuktikan lain, ya jangan coba-coba. Maka dia aman tenteram karta raharja saja. Jadi terserahlah. Hanya kalau mau menoleh, agak sedikit, tanpa prasangka, tanpa ketakutan yang tidak beralasan, tanpa berniat ngeyel, coba balik-balik pula al Quran. Mau hukum yang mana yang akan dibahas. Al Quran, yang laa raiba fiihi (tidak ada keragu-raguan di dalamnya), ada juga sedikit sebanyak bercerita tentang hukum. Tapi sayangnya, orang kan alergi saja. Orang kan takut saja. Orang kan langsung tidak percaya saja. Orang nanti merasa macam-macam saja. Orang jadi mencap barbar saja. Saya mau memilih yang mana? Saya memilih takut akan hukum dan hukuman Allah. Wassalamu'alaikum wr.wb., Lembang AlamDarul Makmur <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Assl. Ww Mak Lembang, tapi masih ado diantaro awak nan mangecekkan bahaso kesadaran hukum atau agamo tu indak buliah dipasokan . ateh kesadaran sendiri. Kalau dituntuik kesadaran sendiri nak sadar-sadarnyo. Kalau suruah piliah, nan nama awak piliah mungkin 1. Keteraturan harus dipaksakan atau 2. Kesadaran keteraturan tidak bisa dipaksakan. Kalau saja di voting anda pilih yang mana/ Wass. Ww St. Lembang Alam Do you Yahoo!? Yahoo! SiteBuilder - Free, easy-to-use web site design software
Re: [RantauNet.Com] Renungan Minggu pagi
Assalamu'alaikum WW Satantang jo voting nan digagas Mak Darul, ...ambo jadi takana jo kato-kato kanti nan mangatokan "kalau urang ras melayu pado dasarnyo ndak akan patuah kalau ndak di karehi" jadi ma nan labiah rancak... a. Hiduik taratur tapi sia nan malangga aturan dihukum barek. b. Hiduik bebas tapi ndak taratur.. Wassalam Z Chaniago - Palai Rinuak -http://photos.yahoo.com/bada_masiak/ == Alam Takambang Jadi Guru == From: Darul Makmur <[EMAIL PROTECTED]> Assl. Ww Mak Lembang, tapi masih ado diantaro awak nan mangecekkan bahaso kesadaran hukum atau agamo tu indak buliah dipasokan . ateh kesadaran sendiri. Kalau dituntuik kesadaran sendiri nak sadar-sadarnyo. Kalau suruah piliah, nan nama awak piliah mungkin 1. Keteraturan harus dipaksakan atau 2. Kesadaran keteraturan tidak bisa dipaksakan. Kalau saja di voting anda pilih yang mana/ Wass. Ww _ Get MSN 8 and enjoy automatic e-mail virus protection. http://join.msn.com/?page=features/virus RantauNet http://www.rantaunet.com Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php --- Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php ===
[RantauNet.Com] Renungan Minggu pagi
Assl. Ww Mak Lembang, tapi masih ado diantaro awak nan mangecekkan bahaso kesadaran hukum atau agamo tu indak buliah dipasokan . ateh kesadaran sendiri. Kalau dituntuik kesadaran sendiri nak sadar-sadarnyo. Kalau suruah piliah, nan nama awak piliah mungkin 1. Keteraturan harus dipaksakan atau 2. Kesadaran keteraturan tidak bisa dipaksakan. Kalau saja di voting anda pilih yang mana/ Wass. WwMuhammad Dafiq Saib <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Assalamu'alaikum wr.wb., Diantara bahasan yang lain adalah masalah 'tidak tertibnya' hukum di negeri Indonesia Raya yang tercinta ini. Padahal masyarakatnya orang-orang Islam (mayoritas). Bandingkan dengan negeri lain yang bukan berpenduduk Islam, kok ya bisa mereka hidup lebih taat hukum, lebih 'islami'. Tapi apa iya demikian? Untuk hal-hal yang sifatnya kepentingan umum barangkali memang demikian. Karena di negeri-negeri maju itu, orang 'dipaksa' untuk menghargai dan tidak melanggar hak orang lain. Dan hal tersebut dikawal dengan perangkat hukum secara ketat. Jadi jangan coba-coba merugikan orang lain secara hukum. Seseorang bisa 'memaksa' tetangganya yang tinggal persis di atasnya pada sebuah apartemen untuk tidak menggunakan 'closet' sesudah jam sepuluh malam sebab hal itu mengganggu tidurnya. Dan si tetangga yang taat hukum 'terpaksa' harus menerima kenyataan itu. Jangan coba-coba menyerobot antrian, jangan coba-coba menyerobot di lampu merah, jangan coba-coba merokok di tempat yang sudah dinyatakan bebas rokok. Pelanggaran terhadap hal tersebut bisa dituntut secara hukum dan di denda atau di hukum secara hukum. Dan tentu saja dengan tegaknya hukum, hanya orang-orang yang benar-benar bebal yang masih mau melanggar hukum. Taat hukum agar tidak merugikan orang lain itu tidak urung kebablasan juga. Begitu ketatnya orang harus menghargai hak azazi orang lain (yang selalu mereka gembar-gemborkan) sehingga orang yang berbuat apa saja asal tidak merugikan orang lain, tidak bisa dijerat oleh hukum. Orang hidup bersama tanpa ikatan pernikahan bukan merupakan pelanggaran hukum. Orang 'kawin' sejenis bukan merupakan pelanggaran hukum. Jangan ditanya orang berpacaran di tempat umum dengan bebas, hal itu jelas bukan merupakan pelanggaran hukum. Justru yang usil mau memprotes mereka bisa terjerat oleh hukum. Begitu hukum di rantau ajo Duta, serta di rantau ajo Buyuang itu. Di negeri kita ya memang agak kebalikannyalah. Menyerobot, mengambil hak orang lain, melanggar hukum 'tidak apa-apa selama anda punya kekuatan diatas hukum'. Selama hukum bisa anda kendalikan. Orang malas berurusan dengan perangkat hukum karena perangkat itu seringkali tidak bersih. Seorang yang mengajukan proses cerai karena memang sudah merasa tidak ada kecocokan dalam rumah tangga, masih sempat-sempatnya 'dipangua' perangkat pengadilan, kalau ingin perkara itu diputus. Dan karena perangkat-perangkat penegak hukum itu banyak yang seperti tongkat membawa rebah, maka hukum jadi centang perenanglah di negeri ini. Banyak orang tidak takut melanggar hukum. Orang-orang yang benar-benar berbakat melanggar hukum akan melanggarnya berulang-ulang tanpa malu-malu. Para residivist menganggap bahwa penjara itu hanyalah tempat kost. Dan berbagai-bagai kasus pelanggaran hukum yang dilanggar mereka yang seharusnya menegakkan hukum itu menjadi berita basi yang dikonsumsi masyarakat setiap hari. Sampai kapan? Entahlah. Mungkin sampai Allah Yang Maha Adil mendatangkan hukuman yang berat di dunia ini kepada pendurhaka-pendurhaka hukum itu. Wallahu a'lam Wassalamu'alaikum wr.wb., Lembang Alam (52 + 10) St. Lembang Alam Do you Yahoo!?Yahoo! SiteBuilder - Free, easy-to-use web site design software Do you Yahoo!? Yahoo! SiteBuilder - Free, easy-to-use web site design software
Re: [RantauNet.Com] Renungan Minggu pagi (Namanya juga Indo...!!!)
" -- (*o*) --" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: - Original Message - From: "Rahima" <[EMAIL PROTECTED]>Assalamualaikum.Wr.Wb.Hehehe...Dek, orang2 dari negara yang dikau sebutkan itu sudah sejahtera tingkat ekonominya, jadi mereka tidak perlu mencuri untuk mendapatkan satu atau dua liter beras. Tapi satu atau dua orang, pasti masih adalah, emang nggak sebanyak di negara penduduknya yang Islamnya paling besar di dunia. Dinegara maju dan luar ini tidak ada pencuri ?, Korupsi ? KKN ?. He he...ketipu lah kita-kita ini... pekerjaan mereka tentang ini sangat halus... memang tidak untuk /di negara mereka... tetapi dengan negara seperti negara kita, yang merasa sangat banga dan senang merek produk luar. Lihat bagaimana mereka memberikan bantuan ke negara kita. Konsultan proyek harus dari mereka, alat-alat operasional dari mereka, tenaga kerja untuk level-level pengambil keputusan sebagian dari mereka dimana tenaga kerja yang dipakai adalah orang-orang yang di negaranya sebagai pengangur. Selanjutnya...?...komisi he..he..he.. mereka saja selalu bilang "time is money"..dan tidak ada sesuatu pemberian yang gratis.Dan mengapa mereka kelihatan islami oleh taat aturan tsb, menurut asumsiku begini: Mereka individualis. Karena individualis mereka punya waktu banyak untuk memikirkan kesejahteraan diri sendiri. Karena sejahtera mereka mempunyai segala sarana untuk membuat hidup semakin nyaman. Karena hidup mereka nyaman mereka punya peluang untuk lebih memperhalus peradaban melalui keindahan . Karena peradaban semakin halus, mereka semakin punya waktu untuk mengembangkan logika. Karena logika mereka berjalan lurus sesuai harkat logika itu sendiri, mereka bisa mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Singkatnya mereka tidak punya waktu ngurusin urusan orang. Memang betul seperti yang kita lihat dan pandang kehidupan mereka senang dan sejahterah... sama seperti seolah-olah mereka ini lembut penuh kasih sayang...bahkan sangat menyayangi hewan (anjing, kucing dan hewan-hewan rumah lainnya), lebih heboh lagi ada juga loh... mobil ambulan dan rumah sakit gawat darurat untuk hewan. Yang paling syahdu adalah prosesi pemakaman kematian hewan. Tapi apakah semua ini benar begitu ?. Entahlah... (ini pendapat pribadi dan juga pengakuan dari beberapa ibu-ibu serta bapak-bapak yang sudah oma-oma dan opa-opa di negara tempat saya menumpang hidup sekarang, yang sering ditemui sendirian di taman-taman kota lagi duduk mengaso)... ini merupakan kekeringan hati mereka karena tidak adanya kasih sayang di antara mereka sesama manusia. Karena anak sendiripun jika sudah mulai besar tidak ada lagi hak orang tua mereka untuk mengatur, memarahi dan mengasihi. Yah.. pelampiasannya ya..melalui hewan inilah.. Tidak jarang kita menemui seorang ibu atau bapak yang tua renta berjalan dengan kereta dorong sendirian pergi berbelanja untuk keperluan hidup mereka, yang bahkan kadang-kadang terguling di jalan "aduuuh... ingat emak di tanah air nih.".. Juga tidak mengherankan seorang ibu-ibu atau bapak-bapak yang meninggal ketahuannya setelah satu minggu. Itupun ketahuan kalau box-box surat mereka sudah penuh tidak diambil-ambil. Atau kecurigaan tukang koran, tukang pos, atau penjaga rumah yang melihat si beliau tidak pernah keluar lagi, atau lebih ..."oh my God"... melalui bau yang sudah menyengat. Kemana si anak atau saudara?.. yah ... semua sudah dibawa perutungan masing-masing. Kemudian bagaimana kalau si anak diberi tahu oleh pegawai pemerintahan bagian pengurusan kematian, si anak tinggal bilang tolong dikuburkan saja secara baik-baik dan nanti setelah itu tolong kirimkan billing pembayaranya serta nomor rekening anda. Sianak transfer uang... so beres semuaPada hal jarak kota dia dengan si ortu hanya 6 jam perjalanan mobil via tol, atau setengah jam perjalanan dengan kereta ICE (kereta tercepat mereka). Suatu pengalaman yang membuat hati ini teriris-iris.(ya AllahNauzubillah).. tatkala baru pulang dari kota Berlin menuju kota Kiel (Sabtu dua minggu kemaren), se kereta dengan seorang ibu (dari Indonesia) yang bersuamikan orang Jerman, sambil menangis tersedu-sedu beliau bercerita bahwa dia baru kalah gugatan di pengadilan, yang notabene digugat oleh anak perempuan sendiri. Si anak menggugat ibunya karena melarang dia ingin hidup (maaf) kumpul kebo dengan se orang teman lelakinya. Pihak pengadilan Jerman memenangkan si anak, karena si anak mempunyai HAM untuk menentukan hidupnya karena dia sudah dewasa, dan si ibu tidak berhak untuk melarang ini. Sungguh tragis si ibu malah disuruh bayar denda perkaraInikah yang dinamakan manusia ini mahkluk sosial ?. Kemudian fasilitas hidup dan kesejah teraan ?. Ada uang baru dapat sejah terah... kalau enggak ada uang jangan harap. Jadi kita juga tidak heran melihat adanya gepeng (gelandang dan pengemis) di negara maju ini. Banyak lagi sebernarnya persoalan-persoalan sosial di negara maju ini. Sangat panjang untuk diuraikan di sini. Jadi yah... sami mawon juga dengan negara kita...Tapi
RE: [RantauNet.Com] Renungan Minggu pagi
Renungan yang sangaik rancak dikirimkan dek Mak Lembang Alam, Memang banyak hal yang aneh di nagari awak ko, kayaknyo urang awak suko nyerempet hukum, nan patuah hukum malah yang kanai semprit, banyak contohnyo, jaan cubo-cubo stop di stop sign, kanai hariak atau dilantak oto dari balakang, marokok di kenderaan umum adolah hal biaso, jadi yang HAM di nagarai awak adolah managakkan banang basah, lah jaleh uang salah dan jaleh-jaleh salah, malah dipatagakakn juo, dan malah menang di pengadilan... Untuak memprotect kesalahan dan karajo yang bermuara dosa dan ke neraka, ado kunci dan password untuak itu yang paliang mangkuih : 1. Assalaamualaikum wr.wb., Setiap akan masuak rumah, kantua atau apo sajo, baco Assalaamualaikum wr.wb,, insya Allah tidak akan ado keinginan untuak berbuat dosa dan pertengkaran,, suasana akan sejuk., insya Allah tidak akan ada korupsi. 2. Basmalah, Setiap melaksanakan pekerjaan, mulailah dengan membaca Basmallah, Bismillahhirahmanirrahim, insya Allah kita terhindar dari maksiat., cubolah pai ka tampaik lokalisasi, baco assalamualaikum dan bismillah, dengan sendirinyo pengunjung tu akan baliak pulang dan indak jadi melakukan perbuatan dosa dan hina, maaf pak, kalau contoh ini kurang pantas dan patut ditulis di sini., juga tidak akan ado maliang, wakatu akan manarimo amplop, baco "bismillah, ambo tarimo amplop bapak, dan alhamdulillah", apo bisa kayak itu. Ciek lai, bagi yang udah haji, hajinyo harus benar-benar mabrur, kalau hajinyo mabrur, insya Allah. negara Indonesia Raya ko akan menjadi nagari yang baldatuntayyibatun warabbun ghaafur, karano dari 5 mantan dan presiden awak adolah haji dan bergelar haji, sebagian besar pejabat lembaga tinggi dan tertinggi negara, menteri, dirjen, gubernur, bupati / walikota sampai perangkat pemerintahan eselon paliang rendah sebagian besar haji dan bergelar haji. Coba bayangkan, apa nggak akan makmur negara kita diperintah oleh pak haji / buk hajah yang menjalankan dan menyandang haji dengan cara yang benar, semoga menjadi haji yang mabrur. Itu saketek ilustrasi sederahana ambo, manyambuang renungan suci dari Mak lembang. Mohon maaf kalau tulisan ko melebar dan nyerempet ka kida suok. Wassalam Elthaf, 43 Th. -Original Message-From: Muhammad Dafiq Saib [mailto:[EMAIL PROTECTED]Sent: Sunday, August 31, 2003 6:31 AMTo: [EMAIL PROTECTED]Subject: [RantauNet.Com] Renungan Minggu pagi Assalamu'alaikum wr.wb., Diantara bahasan yang lain adalah masalah 'tidak tertibnya' hukum di negeri Indonesia Raya yang tercinta ini. Padahal masyarakatnya orang-orang Islam (mayoritas). Bandingkan dengan negeri lain yang bukan berpenduduk Islam, kok ya bisa mereka hidup lebih taat hukum, lebih 'islami'. Tapi apa iya demikian? Untuk hal-hal yang sifatnya kepentingan umum barangkali memang demikian. Karena di negeri-negeri maju itu, orang 'dipaksa' untuk menghargai dan tidak melanggar hak orang lain. Dan hal tersebut dikawal dengan perangkat hukum secara ketat. Jadi jangan coba-coba merugikan orang lain secara hukum. Seseorang bisa 'memaksa' tetangganya yang tinggal persis di atasnya pada sebuah apartemen untuk tidak menggunakan 'closet' sesudah jam sepuluh malam sebab hal itu mengganggu tidurnya. Dan si tetangga yang taat hukum 'terpaksa' harus menerima kenyataan itu. Jangan coba-coba menyerobot antrian, jangan coba-coba menyerobot di lampu merah, jangan coba-coba merokok di tempat yang sudah dinyatakan bebas rokok. Pelanggaran terhadap hal tersebut bisa dituntut secara hukum dan di denda atau di hukum secara hukum. Dan tentu saja dengan tegaknya hukum, hanya orang-orang yang benar-benar bebal yang masih mau melanggar hukum. Taat hukum agar tidak merugikan orang lain itu tidak urung kebablasan juga. Begitu ketatnya orang harus menghargai hak azazi orang lain (yang selalu mereka gembar-gemborkan) sehingga orang yang berbuat apa saja asal tidak merugikan orang lain, tidak bisa dijerat oleh hukum. Orang hidup bersama tanpa ikatan pernikahan bukan merupakan pelanggaran hukum. Orang 'kawin' sejenis bukan merupakan pelanggaran hukum. Jangan ditanya orang berpacaran di tempat umum dengan bebas, hal itu jelas bukan merupakan pelanggaran hukum. Justru yang usil mau memprotes mereka bisa terjerat oleh hukum. Begitu hukum di rantau ajo Duta, serta di rantau ajo Buyuang itu. Di negeri kita ya memang agak kebalikannyalah. Menyerobot, mengambil hak orang lain, melanggar hukum 'tidak apa-apa selama anda punya kekuatan diatas hukum'. Selama hukum bisa anda kendalikan. Orang malas berurusan dengan perangkat hukum karena perangkat itu seringkali tidak bersih. Seorang yang mengajukan proses cerai karena memang sudah merasa tidak ada kecocokan dalam rumah tangga, masih s
[RantauNet.Com] Renungan Minggu pagi
Assalamu'alaikum wr.wb., Diantara bahasan yang lain adalah masalah 'tidak tertibnya' hukum di negeri Indonesia Raya yang tercinta ini. Padahal masyarakatnya orang-orang Islam (mayoritas). Bandingkan dengan negeri lain yang bukan berpenduduk Islam, kok ya bisa mereka hidup lebih taat hukum, lebih 'islami'. Tapi apa iya demikian? Untuk hal-hal yang sifatnya kepentingan umum barangkali memang demikian. Karena di negeri-negeri maju itu, orang 'dipaksa' untuk menghargai dan tidak melanggar hak orang lain. Dan hal tersebut dikawal dengan perangkat hukum secara ketat. Jadi jangan coba-coba merugikan orang lain secara hukum. Seseorang bisa 'memaksa' tetangganya yang tinggal persis di atasnya pada sebuah apartemen untuk tidak menggunakan 'closet' sesudah jam sepuluh malam sebab hal itu mengganggu tidurnya. Dan si tetangga yang taat hukum 'terpaksa' harus menerima kenyataan itu. Jangan coba-coba menyerobot antrian, jangan coba-coba menyerobot di lampu merah, jangan coba-coba merokok di tempat yang sudah dinyatakan bebas rokok. Pelanggaran terhadap hal tersebut bisa dituntut secara hukum dan di denda atau di hukum secara hukum. Dan tentu saja dengan tegaknya hukum, hanya orang-orang yang benar-benar bebal yang masih mau melanggar hukum. Taat hukum agar tidak merugikan orang lain itu tidak urung kebablasan juga. Begitu ketatnya orang harus menghargai hak azazi orang lain (yang selalu mereka gembar-gemborkan) sehingga orang yang berbuat apa saja asal tidak merugikan orang lain, tidak bisa dijerat oleh hukum. Orang hidup bersama tanpa ikatan pernikahan bukan merupakan pelanggaran hukum. Orang 'kawin' sejenis bukan merupakan pelanggaran hukum. Jangan ditanya orang berpacaran di tempat umum dengan bebas, hal itu jelas bukan merupakan pelanggaran hukum. Justru yang usil mau memprotes mereka bisa terjerat oleh hukum. Begitu hukum di rantau ajo Duta, serta di rantau ajo Buyuang itu. Di negeri kita ya memang agak kebalikannyalah. Menyerobot, mengambil hak orang lain, melanggar hukum 'tidak apa-apa selama anda punya kekuatan diatas hukum'. Selama hukum bisa anda kendalikan. Orang malas berurusan dengan perangkat hukum karena perangkat itu seringkali tidak bersih. Seorang yang mengajukan proses cerai karena memang sudah merasa tidak ada kecocokan dalam rumah tangga, masih sempat-sempatnya 'dipangua' perangkat pengadilan, kalau ingin perkara itu diputus. Dan karena perangkat-perangkat penegak hukum itu banyak yang seperti tongkat membawa rebah, maka hukum jadi centang perenanglah di negeri ini. Banyak orang tidak takut melanggar hukum. Orang-orang yang benar-benar berbakat melanggar hukum akan melanggarnya berulang-ulang tanpa malu-malu. Para residivist menganggap bahwa penjara itu hanyalah tempat kost. Dan berbagai-bagai kasus pelanggaran hukum yang dilanggar mereka yang seharusnya menegakkan hukum itu menjadi berita basi yang dikonsumsi masyarakat setiap hari. Sampai kapan? Entahlah. Mungkin sampai Allah Yang Maha Adil mendatangkan hukuman yang berat di dunia ini kepada pendurhaka-pendurhaka hukum itu. Wallahu a'lam Wassalamu'alaikum wr.wb., Lembang Alam (52 + 10) St. Lembang Alam Do you Yahoo!? Yahoo! SiteBuilder - Free, easy-to-use web site design software