[teknologia] Re: Why I should work for Google

2006-01-16 Terurut Topik Budi Rahardjo

  Di IT juga seperti itu. Ada bedanya mengelola warnet 10 komputer
  dengan mengelola infrastruktur Google dengan 100 ribu komputer.

 wah  siapa bilang goog* cuman punya 100.000 komputer  ???
 eh udah ah gara2 ada angka 100,000 nya itu saya gatel.. :))

mikirin power supply-nya aja udah ngeri!
powerbarnya berapa banyak ya? he he he.
(tentu saja ini kalau mikirnya dalam bentuk komputer biasa,
atau bahkan blade. kalau bentuknya mainframe, lain cerita.)

ngeliat data centernya perusahaan game di indonesia saja sudah
mual. apalagi ngurusin yang banyak gitu.



 Btw, ini agak serius: VC itu datang untuk peluang bisnis apa ?

ada deh :p

dia juga datang diumpan oleh kawan-kawan lain (yang perusahaannya
juga dibackup oleh VC). kalau ke tempat saya dia hanya mau
ngobrol2 saja. santai di bandung :)
tapi prinsipnya sih dia masih tertarik ke IT yang memberdayakan
masyarakat di asia.



  Kelihatannya tren yang ada saat ini adalah pilih Vietnam!
  Mengapa tidak Indonesia?

 Yuppe, pasti karena di vietnam orang-orangnya sudah bosen bikin panci !

he he he.
some people just don't get it, right? :p


-- budi


[teknologia] Re: Why I should work for Google

2006-01-16 Terurut Topik Ariya Hidayat

 Syahdan,Akhirnya 10 org software dari kampung tukang bikin panci ini
 mikir,gimana sich supaya bisa jadi seperti kampung tukang bikin
 software yg hidupnya enak.

Saya paham betul uraiannya.

Antitesis yang saya ajukan sebelumnya (dan dicurigai dapat saja
terjadi) adalah kalau tidak ada 10 orang software di kampung tukang
bikin panci itu. Atau, memang ada 10 orang tersebut, tapi tidak pernah
menginginkan kehidupan di kampungnya enak (banyak alasan, mungkin
karena sudah merasa cukup enak). Atau, ada 10 orang tersebut dan
berkeinginan memakmurkan kampungnya tapi tidak punya kuasa cukup dan
dipatahkan si kepala kampungnya.


--
Ariya Hidayat, http://ariya.blogspot.com
http://www.google.com/search?q=ariya+hidayatbtnI


[teknologia] Re: Why I should work for Google

2006-01-16 Terurut Topik Muhamad Carlos Patriawan

Budi Rahardjo wrote:
   Di IT juga seperti itu. Ada bedanya mengelola warnet 10 komputer
   dengan mengelola infrastruktur Google dengan 100 ribu komputer.
 
  wah  siapa bilang goog* cuman punya 100.000 komputer  ???
  eh udah ah gara2 ada angka 100,000 nya itu saya gatel.. :))

 mikirin power supply-nya aja udah ngeri!
 powerbarnya berapa banyak ya? he he he.
 (tentu saja ini kalau mikirnya dalam bentuk komputer biasa,
 atau bahkan blade. kalau bentuknya mainframe, lain cerita.)

 ngeliat data centernya perusahaan game di indonesia saja sudah
 mual. apalagi ngurusin yang banyak gitu.


Hints dengan kata sandi: pz dengan topi bukan biru 4 ...

dan jumlah 100,000 itu sangat *underestimate*




  Btw, ini agak serius: VC itu datang untuk peluang bisnis apa ?

 ada deh :p

 dia juga datang diumpan oleh kawan-kawan lain (yang perusahaannya
 juga dibackup oleh VC). kalau ke tempat saya dia hanya mau
 ngobrol2 saja. santai di bandung :)
 tapi prinsipnya sih dia masih tertarik ke IT yang memberdayakan
 masyarakat di asia.



   Kelihatannya tren yang ada saat ini adalah pilih Vietnam!
   Mengapa tidak Indonesia?
 
  Yuppe, pasti karena di vietnam orang-orangnya sudah bosen bikin panci !

 he he he.
 some people just don't get it, right? :p


right.

buat yang dont get it memang sebaiknya melihat sendiri ke bangalore
dan vietnam.

saya yakin bergumam koq bisa ya ...tapi begitu pesawat garudanya
mendarat di sukarno hatta bergumam ah itu kan di vietnam :)

Carlos



[teknologia] Re: Why I should work for Google

2006-01-15 Terurut Topik Ariya Hidayat

 anyway jangan salahkan DNA ,itu namanya emang udah gagal sebelum
 mencoba.

Tentu saja maksudnya bukan menyalahkan, tapi mempertanyakan. Kalau
memang ada orang-orang (*)  yang perlunya dan mahirnya adalah
membangun pabrik panci, bukan software company, barangkali yang harus
digalakkan adalah kerjaan outsourcing membuat panci.

Sudah pasti juga yang (*) itu tidak beririsan dengan kelompok yang
mencintai pekerjaan coding, yang bisa jadi hanya minoritas.

 it is all about leadership , dude.

Couldn't agree more.



--
http://www.google.com/search?q=ariya+hidayatbtnI


[teknologia] Re: Why I should work for Google

2006-01-15 Terurut Topik Muhamad Carlos Patriawan

Ariya Hidayat wrote:
  anyway jangan salahkan DNA ,itu namanya emang udah gagal sebelum
  mencoba.

 Tentu saja maksudnya bukan menyalahkan, tapi mempertanyakan. Kalau
 memang ada orang-orang (*)  yang perlunya dan mahirnya adalah

kalau kita lihat dari 'sejarah' inovasi,ada dua cara dimana inovasi
pertama kali berkembang

1. kaum 'elite' techie di societynya menemukan dan invent sesuatu (yang
kemudian bisa menjadi industri/income) TANPA bantuan atau injeksi dari
pemimpin.

 Ini contohnya sejarah silicon valley,microsoft/apple/hewlett
packard,sejarah bagaimana wright brothers menemukan pesawat terbang dan
bagaimana infosys mulai.Tapi satu pre-kondisi yang harus ada adalah
environmen dimana invention dan development mendapat dukungan(referensi
dari wright brothers).

2. INJEKSI atau Kebijakan dari pemimpin,contohnya: cyberjaya di
malaysia,IPTN di Indonesia dan kebijakan 'peniruan silicon valley' di
negara2 seperti india,irlandia,singapura dan china.

Model #1,itu development bottom up.
jadi 'you do something' dan masyrakat disekitar akan menerima
manfaatnya setelah beberapa tahun.

Model #2,development top down,jadi 'we wait til gov. do
something',nanti kalau pemthnya sadar dan memberi injeksi,baru nanti
dibawah itu yang bergerak dan berinovasi (makanya perhatikan industri
hitek di malaysia kebanyakan contract manufacturer).

Indonesia mau pilih mana ? Pak Budi bisa bantu ... tapi jelas #2 is on
the way.

 membangun pabrik panci, bukan software company, barangkali yang harus
 digalakkan adalah kerjaan outsourcing membuat panci.

Dalam inovasi, yang diinginkan adalah merubah untuk perubahan.

Kalau 'sang perubah'nya saja berpikir konservatif,mana bisa
berubah,alias tetap jadi tukang panci terus seumur hidup :-)

Emangnya waktu bil gates dan steve jobs dulu bikin microsoft atau apple
 tidak ditertawakan :)) he he he (bisa ditimpali pak budi nich).

Saya jawab lagi diatas,coba kita analogikan lagi,ada dua
kampung,masing2 kampung punya penduduk 100 orang.Tarohlah penduduk A
dan B sama sama pintar,penduduk kampung A ada 90 orang yang bikin
panci(dan 10 org bikin software) dan kampung B ada 50 orang yang bikin
software(sisanya bikin panci).Jelas kampung yang mayoritasnya bikin
software yang 'living standard'nya jauh lebih tinggi dibanding kampung
yang cuman bisa bikin panci.

Syahdan,Akhirnya 10 org software dari kampung tukang bikin panci ini
mikir,gimana sich supaya bisa jadi seperti kampung tukang bikin
software yg hidupnya enak.Nah akhirnya mereka memutuskan  10 orang itu
untuk datang ke kampung tukang software,mencuri ilmunya, dan kemudian
setelah beberapa tahun kembali ke kampungnya untuk kemudian merubah
masyrakat tukang bikin panci menjadi tukang bikin software.Akhirnya
berhasil,setelah 10-20 tahun apa yang mereka cita citakan
terjadi.Masyrakat tukang bikin panci menjadi masyrakat tukang bikin IC
dan software.

Singkatnya,contoh diatas itu adalah apa yang dilakukan orang
India,China,Taiwan dan Irlandia.

Anyway untuk anak2 muda,yang penting sebetulnya gak usah terlalu sering
komplen 'kenapa gak begitu,kenapa gak begini'...tapi langsung saja JOIN
dimana ada perkampungan dan tempat dimana inovasi dan invention bisa
dilakukan.Nanti jika mahir,pulang dan kembangkan di
Indonesiajoin/bikin google,microsoft,infosys,apple :)

***And Join (or start) startup company if you're 'tough guy' and very
serious about developing country :-)


 Sudah pasti juga yang (*) itu tidak beririsan dengan kelompok yang
 mencintai pekerjaan coding, yang bisa jadi hanya minoritas.

kaum perubah itu dimanapun juga (termasuk AS) adalah kaum minoritas.

jadi ndak perlu resah :-) jangan dikira banyak orang amerika yang suka
jadi software engineer atau innovator, di amerika ini problemnya sama
dengan di indonesia,orangnya sebagian besar maunya bikin atau jualan
panci doang tapi tetap hidup enak :))


Carlos



[teknologia] Re: Google vs Netscape (was Re: [teknologia] Re: Why I should work for Google)

2006-01-15 Terurut Topik Ikhlasul Amal

On 1/15/06, Muhamad Carlos Patriawan [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Saya yakin dari test matematiknya mas ariya menang 100% dibanding si
 puntesh. Cuman karena si Puntesh ini bekerja di apple,jadi potensi si
 puntesh ini tergali, bisa sukses besar dan kelihatannya dia lebih
 berhasil :-)


Ini dapat menjadi dua sisi mata pisau:

1. menjadikan kita beranggapan kurang kompetitif: ah, kan saya/kita
sebenarnya sudah selevel dengan perusahaan ternama X, hanya nasib saja
yang menjadikan lain;
2. dengan bekerja di perusahaan kecil sekarang, justru lebih bersih
dari sisi niat dan lebih semangat untuk memperjuangkan kondisi
sekitar.

Potensi Putesh memang benar-benar tergali di perusahaan X atau karena
perusahaan itu sudah ternama sehingga publik menjadi silau oleh nama
besar? ;)

--
amal


[teknologia] Re: Google vs Netscape (was Re: [teknologia] Re: Why I should work for Google)

2006-01-15 Terurut Topik Muhamad Carlos Patriawan

Ikhlasul Amal wrote:
 On 1/15/06, Muhamad Carlos Patriawan [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Saya yakin dari test matematiknya mas ariya menang 100% dibanding si
  puntesh. Cuman karena si Puntesh ini bekerja di apple,jadi potensi si
  puntesh ini tergali, bisa sukses besar dan kelihatannya dia lebih
  berhasil :-)
 

 Ini dapat menjadi dua sisi mata pisau:

 1. menjadikan kita beranggapan kurang kompetitif: ah, kan saya/kita
 sebenarnya sudah selevel dengan perusahaan ternama X, hanya nasib saja
 yang menjadikan lain;

 Potensi Putesh memang benar-benar tergali di perusahaan X atau karena
 perusahaan itu sudah ternama sehingga publik menjadi silau oleh nama
 besar? ;)

Analisa yang bagus Om Amal :)

Tapi lupakan silaunya..itu teh gak penting.

Potensi Puntesh secara teknis jelas bisa bener2 tergali jika dia gabung
pada pasukan yang sudah memiliki segalanya.

Tapi ingat,ada syarat lanjutan,si Puntesh ini HARUS bekerja di tempat
strategis. Jadi kalau bekerja di Apple,jangan jualan apple,tapi kerja
dengan senior developer apple yang mengerjakan Mac OS X.

Kalau mau bener2 100% tergali potensi teknisnya,join persh startup yang
belum punya nama, (contohnya join google waktu masih startup )

 2. dengan bekerja di perusahaan kecil sekarang, justru lebih bersih
 dari sisi niat dan lebih semangat untuk memperjuangkan kondisi
 sekitar.

Relatif dari mana melihatnya.

Berjuang itu banyak cara,ada cara yang kelihatanya bagus secara short
term ada yang bagus secara long term,tapi dua duanya sebenarnya
memperjuangkan kondisi sekitar.

Kalau kita hanya berkutat di persh kecil,input dan output kita jelas
sangat terbatas.
Enaknya. berada di tempat kita sendiri,daerah comfort zone.

Kalau kita berada di persh besar dan bekerja di sektor strategisnya
(Engineering,dan bukan sales) kita bisa curi ilmunya,begitu kita
menguasai,kita bikin perusahaan kita sendiri.

Yang menyebabkan India saat ini berhasil adalah karena engineer2nya
yang menguasai ilmu dari perusaan besar dan kemudian mereka menciptakan
dependensi terhadap kemampuan mereka,yang akhirnya bukan saja
memperjuangkan masyrakat sekitar tapi mengangkat seluruh India :)  Di
India sendiri buanyaak banget juga persh2 kecil,tapi ya itu,efeknya
kecil dan tidak bisa mengembangkan semua kemampuan.

Saya sendiri sering banget melihat dengan mata kepala
sendiri,engineers2 India dan China yang datang kesini,mengerti unix pun
tidak,tapi karena semua ilmu pembelajaran diberikan kepada mereka (ilmu
teknis,projek management,bisnis,software project management) tidak
dalam tempo terlalu lama mereka menjadi 'orang' atau expert.


Carlos



[teknologia] Re: Why I should work for Google

2006-01-15 Terurut Topik Muhamad Carlos Patriawan

Ikhlasul Amal wrote:
 On 1/16/06, Muhamad Carlos Patriawan [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Dalam inovasi, yang diinginkan adalah merubah untuk perubahan.
 
  Kalau 'sang perubah'nya saja berpikir konservatif,mana bisa
  berubah,alias tetap jadi tukang panci terus seumur hidup :-)
 
  Emangnya waktu bil gates dan steve jobs dulu bikin microsoft atau apple
   tidak ditertawakan :)) he he he (bisa ditimpali pak budi nich).

 Kalau untuk diri sendiri, ya terserah mau jadi tukang apapun: yang
 penting pekerjaan itu halal. Ungkapan seperti yang disebut IMW atau
 Ariya tetap perlu dijadikan pertimbangan untuk para pengambil
 keputusan publik (pemerintah, ya?).

halal itu sudah harus dijadikan kondisi mutlak :-)

Sebetulnya mau ada 1 atau 1 juta sdm indonesia yang pintar software
engineering gak jadi masalah,selama semua kebutuhan negeri bisa didalam
negeri.

Kalau besok ditemukan ladang emas baru di Kalimantan,ya stop aja
semuanya belajar IT, kejer aja ladang emas baru.

Tapi kalau tidak ada dan kita cuman bisa bikin panci dan kemeja, lalu
kalah persaingan dengan china yang bisa bikin panci dan kemeja yang
lebih murah,lalu bagaimana ?

Dan itu sudah terjadi :-)

 Tukang panci juga sangat mungkin ditertawakan dulu seperti halnya
 Steve atau Bill. ;)

beda lah,tukang panci mungkin gak perlu sekolah S2 sampe ke jerman dan
finlan segala. daya saing nya juga rendah.

kalau mau terus2an jadi tukang panci juga gak papa,tapi jangan komplen
kalo tiap hari hidup makin susyaah karena kebutuhan (negeri) tidak bisa
dipenuhi lagi dari dalam.

Carlos



[teknologia] Re: Why I should work for Google

2006-01-15 Terurut Topik Arie Reynaldi Z

 beda lah,tukang panci mungkin gak perlu sekolah S2 sampe ke jerman dan
 finlan segala. daya saing nya juga rendah.

 kalau mau terus2an jadi tukang panci juga gak papa,tapi jangan komplen
 kalo tiap hari hidup makin susyaah karena kebutuhan (negeri) tidak bisa
 dipenuhi lagi dari dalam.

Kenapa masalah dengan jadi 'tukang panci' ?  Bukankah itu industri
yang lebih 'real' ? Kenapa gak dibalik, karena disini lebih pas jadi
tukang panci, dibuat jadi industri yang modern ? Disini pabrik buat
bikin ember udah modern. Yang bikin kacang (garudafood) malah buka
bisa buka pabrik di china. Kelebihan mereka, padat karya. Mungkin itu
yang dibutuhin, bukan software developer yang cuma isinya 10-50 orang,
bisa pada kaya, tapi penduduk lain miskin. :)


--
Arie Reynaldi Zanahar
reymanx at gmail.com
http://www.reynaldi.or.id


[teknologia] Re: Why I should work for Google

2006-01-15 Terurut Topik Arie Reynaldi Z

 Sedangkan untuk anda yang pinter2 ini,mau ngerjain manual work bikin
 tukang panci ?
 pada kenyataanya saat ini memang intelektual di negeri ini cuman bisa
 bikin industri tukang panci saja,tapi bagaimana mendayagunakan
 anda,orang muda yang penuh semangat dan ber-intelek.Lulus ITB dan UI
 lagi :)
Makanya... daripada lulusan ITB, UI atau PTN / PTS lain pada ngehayal,
mending bikin yang real dan bisa di implemetasi dengan baik dan benar.
Yang anak sipil belajar bikin highrise building supaya bisa kerja di
china / taiwan, yang dokter bisa kompetisi sama dokter2 asia yang mau
masuk ke indonesia, dan banyak lagi lah. Daripada ngehayal nungguin VC
dari sillicon valley ngelirik indonesia. Boro2 mereka mikir indonesia
banyak orang pinter.. paling mikir disini sarang teroris..

 Lihat sajalah di malaysia,encik mahatirnya dari 90an juga kalo melihat
 kondisi masyrakatnya saat itu,paling cuman bisa bikin panci dan termos
 :) tapi lihat sekarang,dimana smart people dan industri hiteknya
 ternyata menghasilkan devisi yang besar.

Mm.. mungkin.. kalo gitu, pindah lah ke malaysia... :-)

--
Arie Reynaldi Zanahar
reymanx at gmail.com
http://www.reynaldi.or.id


[teknologia] Re: Why I should work for Google

2006-01-15 Terurut Topik Muhamad Carlos Patriawan

Arie Reynaldi Z wrote:
  Sedangkan untuk anda yang pinter2 ini,mau ngerjain manual work bikin
  tukang panci ?
  pada kenyataanya saat ini memang intelektual di negeri ini cuman bisa
  bikin industri tukang panci saja,tapi bagaimana mendayagunakan
  anda,orang muda yang penuh semangat dan ber-intelek.Lulus ITB dan UI
  lagi :)
 Makanya... daripada lulusan ITB, UI atau PTN / PTS lain pada ngehayal,
 mending bikin yang real dan bisa di implemetasi dengan baik dan benar.
 Yang anak sipil belajar bikin highrise building supaya bisa kerja di
 china / taiwan, yang dokter bisa kompetisi sama dokter2 asia yang mau
 masuk ke indonesia, dan banyak lagi lah.

sepakat,itu untuk anak2 sipil dan kedokteran. kalau ada industri hitek
memang yang mengisi bukan anak sipil sebagai motornya ,tapi orang2
EE,computer sciense :)

 Daripada ngehayal nungguin VC
 dari sillicon valley ngelirik indonesia. Boro2 mereka mikir indonesia
 banyak orang pinter.. paling mikir disini sarang teroris..

hahahaa :-) salahnya disini, nunggu :-)

orang luar/vc itu gak ada interest jika tidak berbuat sesuatu yang
menguntungkan mereka jadi harus kita yang mengejar dan memperlihatkan
apa yang kita bisa bikin dan produksi.

  Lihat sajalah di malaysia,encik mahatirnya dari 90an juga kalo melihat
  kondisi masyrakatnya saat itu,paling cuman bisa bikin panci dan termos
  :) tapi lihat sekarang,dimana smart people dan industri hiteknya
  ternyata menghasilkan devisi yang besar.

 Mm.. mungkin.. kalo gitu, pindah lah ke malaysia... :-)

sudah banyak yang ke malaysia om, termasuk om adjie.

kalau mau ke tetangga sebelah: singapura...disitupun juga sudah banyak
anak muda indonesia pintar yg pindah kesana,terutama anak2 lulusan UI
computer science.

Btw, om samik saja s3nya di singapur :) sempet mau ketemuan waktu itu


Carlos



[teknologia] Re: Why I should work for Google

2006-01-15 Terurut Topik Budi Rahardjo

On 1/16/06, Arie Reynaldi Z [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Makanya... daripada lulusan ITB, UI atau PTN / PTS lain pada ngehayal,
 mending bikin yang real dan bisa di implemetasi dengan baik dan benar.
 Yang anak sipil belajar bikin highrise building supaya bisa kerja di
 china / taiwan,

Nah bagaimana caranya belajar yang real?
Harus mau magang/kerja ke luar negeri, yang saya sebut belajar
bekerja. Ada bedanya membuat rumah 2 lantai dengan gedung
150 lantai :)

Di IT juga seperti itu. Ada bedanya mengelola warnet 10 komputer
dengan mengelola infrastruktur Google dengan 100 ribu komputer.
Heck, gak usah Google, perusahaan dengan 5000 komputer aja sudah
bikin pusing. (Kebayang kalau harus install OS ke 5000 komputer,
selesai berapa tahun ya? Kalau sehari bisa install 10 komputer,
maka dibutuhkan waktu 2 tahun baru selesai install. he he he.)

Itu sebabnya belajar bekerja di research center sangat penting.


 Daripada ngehayal nungguin VC
 dari sillicon valley ngelirik indonesia. Boro2 mereka mikir indonesia
 banyak orang pinter.. paling mikir disini sarang teroris..

Sudah *BANYAK* VC dari Silicon Valley yang datang ke Indonesia.
(Saya sendiri sudah ketemu 2 orang. Yang terakhir adalah seorang
VC yang perusahaannya dibeli oleh Amazon. Ada fotonya di scrapbook
saya di http://budi.insan.co.id)

Mereka mencari investasi di Asia karena selain mencari untung,
juga ada rasa kepuasan diri karena telah membantu orang/bangsa
lain. (Maslow's law?)

Kelihatannya tren yang ada saat ini adalah pilih Vietnam!
Mengapa tidak Indonesia?


-- budi


[teknologia] Re: Why I should work for Google

2006-01-14 Terurut Topik ron4ld

Budi Rahardjo wrote:
 Google secara resmi didirikan di tahun 1998.
 Sebelumnya dia masih menjadi proyek 2-orang mahasiswa di
 Stanford. (Masih ingat domain google.stanford.edu?)
 Menariknya, Yahoo juga bermula dari proyek 2-orang  mahasiswa
 di Stanford juga. ;-)

Saya sampai sekarang terus terkagum-kagum dengan Stanford, entah udah
berapa kali mereka nelorin enterpreneur-enterpreneur Silicon Valley.
Kapan ya gilirannnya Indonesia?



[teknologia] Google vs Netscape (was Re: [teknologia] Re: Why I should work for Google)

2006-01-14 Terurut Topik Ariya Hidayat

 Habis baca url ini saya teringat sistem development di google yang
 mempunyai banyak proyek dengan small team member.Mungkin itu salah satu
 alasan mereka bisa beradaptasi dan proyek masih 'controllable', ( in
 respect to what Netscape did of course ).
 Comments ?

Tapi kan produk Google itu tidak/masih belum ada yang head-to-head
melawan Microsoft seperti browsernya Netscape. Tambahan pula, IMHO
problem yang dihadapi oleh Netscape adalah bukan karena engineernya
tidak sanggup bersaing secara teknologi, tetapi persoalan manajemen.

Ini ada lagi cerita sedih perusahaan software yang potential meraksasa
tapi akhirnya salah urus:
http://dreamsongs.com/NewFiles/PatternsOfSoftware.pdf
http://www.wordplace.com/ap/


[teknologia] Re: Why I should work for Google

2006-01-14 Terurut Topik Muhamad Carlos Patriawan

ron4ld wrote:
 Budi Rahardjo wrote:
  Google secara resmi didirikan di tahun 1998.
  Sebelumnya dia masih menjadi proyek 2-orang mahasiswa di
  Stanford. (Masih ingat domain google.stanford.edu?)
  Menariknya, Yahoo juga bermula dari proyek 2-orang  mahasiswa
  di Stanford juga. ;-)

 Saya sampai sekarang terus terkagum-kagum dengan Stanford, entah udah
 berapa kali mereka nelorin enterpreneur-enterpreneur Silicon Valley.


stanford yang sekarang punya VC/inkubator di dalam kampus dan sangat
dekat dengan semua vc sand hill road.stanford sendiri secara lokasi
sebenarnya terletak di dalan lingkaran silicon valley :)

sand hill road itu tempat berkumpulnya para vc2 di valley(baca:
dunia) yang sudah menelorkan ratusan persh sukses di dunia.

Saya gak ngerti begitu banyak internal di stanfordnya bagaimana,tapi
kalo melihat gimana founder startup saya ex stanford research yang
sekarang berkembang pertama kali,sewaktu mereka ada ide (dan code)
mereka langsung menghubungi kontak yang tersebar di sand hill road dan
technopreneur yang mereka kenal.

Coba kita ambil lebih jauh deh,ternyata sukses startup china baidu.com
gak terlepas dari entererpreneur dan vc di valley.jadi ada hubungan
sangat erat antara kemajuan teknologi dengan vc (valley khususnya)...
kudu mengerti background ini.

 Kapan ya gilirannnya Indonesia?

kalau dilihat cara sino-amerika dan indo-amerika (india amerika), link
antar mantan alumni negara tersebut yang bekerja di valley sangat
erat,pada kenyataanya,alumni tersebut yang membangun 'silicon valley
silicon valley baru' di negaranya.

Nah, di valley sini,orang indonesia gak banyak alias sedikit banget
men,tapi kita seharusnya sangat beruntung punya manusia indonesia
seperti sutarja brothers yang bisa bikin world-class semiconductor
company dalam tempo 10 tahun.

Seharusnya,lebih banyak lagi effort2 untuk mengajak beliau dst untuk
investasi ke Indonesia.

Kalau ngajak orang lain ya boleh juga,tapi harus prioritaskan
'anak-bangsa' yang sudah berkompeten di luar khususnya valley,karena
walaubagaimanapun kita semua masih punya 'root' ke Indonesia kan.

Masalahnya,effort seperti ini harus dari orang nomor satu di negeri ini
dan dibackup 100% oleh beliau.


Carlos



[teknologia] Re: Google vs Netscape (was Re: [teknologia] Re: Why I should work for Google)

2006-01-14 Terurut Topik Muhamad Carlos Patriawan

Ariya Hidayat wrote:
  Habis baca url ini saya teringat sistem development di google yang
  mempunyai banyak proyek dengan small team member.Mungkin itu salah satu
  alasan mereka bisa beradaptasi dan proyek masih 'controllable', ( in
  respect to what Netscape did of course ).
  Comments ?

 Tapi kan produk Google itu tidak/masih belum ada yang head-to-head
 melawan Microsoft seperti browsernya Netscape.

yang search engine itu sudah head-to-head sekarang.

entar lagi google O/S..


 Tambahan pula, IMHO
 problem yang dihadapi oleh Netscape adalah bukan karena engineernya
 tidak sanggup bersaing secara teknologi, tetapi persoalan manajemen.

Na ntu die.

Poin bagus.

Persoalan engineernya tidak sanggup bersaing itu sama seperti
membandingkan mas Ariya di test matematika dengan mas Puntesh (engineer
yang baru datang dari india) dan kerja untuk apple di valley sementara
mas ariya kerja di perusahaan kecil di Indonesia.

Saya yakin dari test matematiknya mas ariya menang 100% dibanding si
puntesh. Cuman karena si Puntesh ini bekerja di apple,jadi potensi si
puntesh ini tergali, bisa sukses besar dan kelihatannya dia lebih
berhasil :-)

Kalau boleh saya katakan,the smartest people di persh hitek di valley
justru biasanya berada di persh startup.Dengan kata lain,kekuatan
engineers di tiap perusahaan publik sebenarnya boleh dibilang sama.
Jadi SDM microsoft dan netscape dalam hal ini sama sama unggul.


Kalau masalah manajemen,
bagus ada yang ambil point itu.

Sebenarnya contohnya agak drastis untuk ambil contoh netscape atau word
perfect, gak usah jauh jauhlah, (wah gara2 gue org vendor jadi susah
beri contoh nich) di valley 8 tahun lalu persh di networking juga
bejibun kan,tapi sekarang yang leading cuman 2-3 company saja,yang lain
megap megap saja karena gagal di persaingan.

Apakah salah manajemen ? Yup saya setuju,jangan pernah salahkan kopral
paidjo jika sebuah pasukan kalah perang,tapi salahkan sang jenderal
paimin !!

Evolusi persh di valley itu menarik.Sewaktu startup,mereka biasanya
sangat fokus,bisa deliver dengan kualias tinggi dan timing yang tepat,
tapi begitu mereka lead,nah banyak POISON disini,banyak yang
tiba tiba terlena untuk tidak mengawasi kompetisi, tidak fokus, membuat
manuver bisnis yang salah ( too many acquisition for example), stop
untuk terus berinovasi dan  nyantai  bahkan korupsi/manipulasi
publik.

Ini namanya: BIG COMPANY SYNDROME* yang tidak bisa dilakukan di
perusahaan hitek karena persh hitek product cycle life timenya sangat
cepat,maksudnya barang yg kejual skrg,cuman kepake 2 atau 3 tahun
lagi,habis itu PASTI ada kompetitor lain yang mencoba bikin produk
saingan yang lebih bagus.Jadi persh hitek,untuk survive harus tetap
ber-inovasi-ria dan menelorkan produk produk baru.


Btw,nah hebatnya si google,saya lihat dari komentar bang eric shcmidt
dan bang brin,mereka telah menganalisa kegagalan big company
tersebut,dengan harapan google bisa tumbuh terus dan bisa jadi persh
hitek yang sukses terus seperti microsoft sebagai perbandingan.

Carlos






 Ini ada lagi cerita sedih perusahaan software yang potential meraksasa
 tapi akhirnya salah urus:
 http://dreamsongs.com/NewFiles/PatternsOfSoftware.pdf
 http://www.wordplace.com/ap/



[teknologia] Re: Why I should work for Google

2006-01-14 Terurut Topik Muhamad Carlos Patriawan

Ariya Hidayat wrote:
  anyway tetap aja 10 tahun dan 25 tahun yang lalu gak ada atau jarang
  banget orang indonesia yang ikutan bikin google dan bikin infosys,ya
  gak usah bikinlah,jadi senior software engineer saja paling tidak.

 Ini memang sebetulnya menggemaskan karena kerja membuat software ini
 modalnya bisa dibilang (tetapi tidak selalu) tidak seribet mengerjakan
 riset lain. Contohnya, komunikasi serat optik yang menjadi day job
 saya ini sangat sangat menghabiskan uang karena harga alatnya mahal
 selangit (spectrum analyzer dalam order puluhan ribuan dollar) dan
 materialnya juga minta ampun ongkosnya (dan - ironinya - gampang
 rusak). Uang yang sama bisa dipakai membangun lab lengkap dengan grid
 and compile farm, plus internet kecepatan tinggi dan perpustakaan yang
 lebih dari memadai.

setuju, makanya heran kan jarang ada company yg bergerak di
outsourcing.


 Atau mungkin (meminjam gaya IMW), memang membuat software itu bukan
 ragam pekerjaan yang cocok dan tepat guna untuk orang Indonesia. Jadi
 biarpun dipaksakan setengah mati, hasilnya tidak akan optimal. Perlu
 diteliti secara ilmiah, jangan-jangan memang dari DNA-nya, takdirnya
 Homo Sapiens yang tinggal di Indonesia adalah tingkat memakai
 (keterusan berimprovisasi ke tingkatan tidak resmi membajak), bukan
 membuat.

Pak IMW itu suka main2 dan nyindir keras :)

anyway jangan salahkan DNA ,itu namanya emang udah gagal sebelum
mencoba.

kalau mau main salah2an,itu semua salah pemerintah dan iklim bisnis dan
pendidikan jack.salahkan jenderalnya,jenderal suharto misalnya.saya
sudah katakan,ini salah arah pembangunan 40 tahun :) di malaysia saja
bisa koq IT berjalan.

buktinya ada beberapa orang indo yg sukses di luar/valley seperti
sutarja brother.

Kalau mau lebih extrim gini saja: semua engineer indonesia pindah ke
bangalore
, bagaimana ? :)
( di bangalore,kucing aja dihire jadi software engineer karena demand
terlalu tinggi ).

saya yakin 1000 persen bakal berubah.

it is all about leadership , dude.

Carlos



[teknologia] Re: Why I should work for Google

2006-01-14 Terurut Topik Zaki Akhmad

Ariya Hidayat wrote:
 Ini memang sebetulnya menggemaskan karena kerja membuat software ini
 modalnya bisa dibilang (tetapi tidak selalu) tidak seribet mengerjakan
 riset lain. Contohnya, komunikasi serat optik yang menjadi day job
 saya ini sangat sangat menghabiskan uang karena harga alatnya mahal
 selangit (spectrum analyzer dalam order puluhan ribuan dollar) dan
 materialnya juga minta ampun ongkosnya (dan - ironinya - gampang
 rusak). Uang yang sama bisa dipakai membangun lab lengkap dengan grid
 and compile farm, plus internet kecepatan tinggi dan perpustakaan yang
 lebih dari memadai.

 Atau mungkin (meminjam gaya IMW), memang membuat software itu bukan
 ragam pekerjaan yang cocok dan tepat guna untuk orang Indonesia. Jadi
 biarpun dipaksakan setengah mati, hasilnya tidak akan optimal. Perlu
 diteliti secara ilmiah, jangan-jangan memang dari DNA-nya, takdirnya
 Homo Sapiens yang tinggal di Indonesia adalah tingkat memakai
 (keterusan berimprovisasi ke tingkatan tidak resmi membajak), bukan
 membuat.

 --
 Ariya Hidayat

Menggemaskan ya Mas Ariya? Yup benar sekali. Bahkan saking gemasnya,
saya pun juga gemas dengan saya sendiri. Di komputer saya, saya install
Linux dan Windows. Gara-gara saya masih script-kiddies, saya cuma bisa
jadi end user di Linux. Pakai Gaim, terminal, Konqueror, Mozilla, PDF
Viewer, dan LaTex. Hiks..hiks...

Sayangnya saya mengaku, saya tidak bisa lari dari Windows. Saya perlu
Matlab (walaupun di Linux sudah ada sci-lab). Dan saya suka sekali
mencari informasi dengan  Encarta. Tampilan visualnya begitu bagus.

Lebih menggemaskannya lagi, komputer saya jarang dipakai teman-teman
saya. Gara-gara akses Windows-nya saya tutup. Jadi kalau teman saya mau
pakai komputer saya, yang saya buka akses untuk Linux-nya.
Hi...hi...hi Karena mereka akan mencari komputer lain yang dibuka
akses Windowsnya.

Katakanlah saya yang masih script-kiddies ini sudah tahu filosofi-nya
open source. Namun keahlian teknis saya masih nol besar. Yah jadinya,
saya gemes pada diri saya sendiri. Coba dari dulu sudah baca buku
Internet For Beginners yang diterjemahkan oleh Mas Ariya. Dan gak perlu
muter-muter baca buku-buku sosial dulu.

BTW, saya sekarang malah lagi suka fiksi. Narnia? Gak bakal nyesel deh
kalau nonton film ini. :D

Zaki Akhmad
http://www.zakiakhmad.info



[teknologia] Mengenai Stanford University (was: Re: [teknologia] Re: Why I should work for Google)

2006-01-14 Terurut Topik Budi Rahardjo

Mengenai Stanford University, ini yang saya ketahui
(dari membaca buku sejarah Silicon Valley, ketemu dengan alumninya,
dan mengunjunginya.)


Visi dari Stanford University memang sudah jelas seperti itu,
dekat dengan industri dan applicable. Itu tercermin jelas.
Lihat saja lulusannya (atau drop outnya, ha ha ha).


Siapa bapak/pendiri dari Silicon Valley?
Prof. Fred Terman, yaitu Dean (dekan) dari Stanford University :)
Mahasiswanya? Hewlett  Packard ;-)

Orang Indonesia yang lulusan Stanford University?
Ada banyak, salah satunya: Prof Samaun Samadikun,
yang notabene adalah guru saya dan pencetus BHTV.
(Kawan-kawan pak Samaun banyak yang menjadi entrepreneur.
Beliau share paten dengan pendiri Cypres; TJ.
Pernah ambil kuliah ke Shockley, penemu transistor, dll.)

Muridnya pak Samaun?
Pak Armein Langi, saya, dsb. ;-)

BTW, pak Armein Langi sempat sabatical di Stanford University
beberapa bulan. Pada waktu itulah saya main-main ke Stanford
untuk beberapa hari (dan juga mengunjungi berbagai perusahaan
di berbagai suburb di daerah itu, he he he).
(Seperti halnya pak Iskandar Alisyahbana yang sering main
ke tempat pak Samaun waktu pak Samaun masih sekolah di sana.
Pak Iskandar Alisyahbana ini entrepreneur tulen!
Waktu itu beliau sekolahnya di Jerman(?).)


Kalau dilihat dari cerita ini banyak yang mirip ya?
conincidence? Kebetulan? ;-)


Memang ada hawa yang beda dengan Stanford University.
Begitu masuk ke kampusnya, suasananya sudah lain: kreatif!
Orang yang pernah mampir Stanford pun (kayak saya)
kena virus Stanford ini. :)
Nah, sekarang anda tahu mengapa saya seperti ini :)
[EMAIL PROTECTED] you Stanford :)


Pengamatan saya yang lain mengenai Stanford University:

- link antar alumni *sangat erat*
   (lihat saja di presentasi Larry Page - founder Google -
   kemarin di CES, dimana dia menampilkan Stanley,
   mobil pemenang kontes DARPA karena ...
   mereka dari Stanford.)
   Saya lihat pak Samaun pun masih kirim2an email dengan
   kawan-kawannya/alumni stanford.

- sebetulnya dari segi techie-nya, Stanford ini masih kalah
  dengan Berkeley. Tapi mungkin karena Berkeley lebih banyak
  hippiesnya, jadi lebih banyak Stanford yang muncul.
  Dengan kata lain, Stanford itu lebih bagus orang bisnis
  (termasuk techie yang bernuansa bisnis), sementara
  Berkeley lebih banyak techie (akademik).
  Mengenai soal hippies ini, masih ada sisa-sisanya di sina.
  Lihat saja masih ada VW combi (yang mungkin dulu
  dipakai untuk ngeganja. ha ha ha.)
  No! I am not joking! Silahkan pelajari sejarah Silicon Valley.
  Aspek hippies ini sangat kental: SHARING!

- Mereka (baik mahasiswa / lulusan Stanford / Berkeley)
  manusia biasa. Banyak juga yang geblek/dodol.
  Ada seorang sobat saya yang kerja di Intel (cukup tinggi
  jabatannya) yang berkali-kali membujuk saya untuk kerja
  di sana (waktu dia masih di sana). Dia sebel dengan bawahannya
  (lulusan Stanford dan Berkeley) yang kerjanya ngawur.
  Tentu saja hidung saya kembang kempis (bangga) dianggap
  begitu oleh kawan saya yang notabene ada di industri sono.
  (Saya katakan ke dia, saya mau coba di Indonesia saja.
  Kalau gagal, baru ke SV. Akhirnya ... tinggal di Indonesia.
  Artinya? ;-)))
  Jadi, mestinya ... kita bisa.


-- budi


[teknologia] Re: Mengenai Stanford University (was: Re: [teknologia] Re: Why I should work for Google)

2006-01-14 Terurut Topik Muhamad Carlos Patriawan

Budi Rahardjo wrote:
 Mengenai Stanford University, ini yang saya ketahui
 (dari membaca buku sejarah Silicon Valley, ketemu dengan alumninya,
 dan mengunjunginya.)


 Visi dari Stanford University memang sudah jelas seperti itu,
 dekat dengan industri dan applicable. Itu tercermin jelas.
 Lihat saja lulusannya (atau drop outnya, ha ha ha).

Pak Budi mau nanya,ada gak sich universitas lain di luar AS yang
berhasil meniru model stanford university ?

kalo silicon valley kan sudah bisa ditiru.


 Siapa bapak/pendiri dari Silicon Valley?
 Prof. Fred Terman, yaitu Dean (dekan) dari Stanford University :)
 Mahasiswanya? Hewlett  Packard ;-)

 Orang Indonesia yang lulusan Stanford University?
 Ada banyak, salah satunya: Prof Samaun Samadikun,
 yang notabene adalah guru saya dan pencetus BHTV.
 (Kawan-kawan pak Samaun banyak yang menjadi entrepreneur.
 Beliau share paten dengan pendiri Cypres; TJ.
 Pernah ambil kuliah ke Shockley, penemu transistor, dll.)

Benar sekali.Btw,Pak Samaun angkatan tahun berapa Pak Budi ?

Terus apakah ada orang indonesia ex-stanford yang pernah dan sukses
bikin persh hitek di AS atau indonesia sendiri ?

 Muridnya pak Samaun?
 Pak Armein Langi, saya, dsb. ;-)

Skrg di stanford univ. orang indonesianya juga gak banyak lagi,mungkin
hanya belasan,seperti biasa diisi oleh india,china dan pakistan.

 BTW, pak Armein Langi sempat sabatical di Stanford University
 beberapa bulan. Pada waktu itulah saya main-main ke Stanford

Kesempatan itu saya ketemu Pak Armien... he he ..koq kebetulan ya...

 untuk beberapa hari (dan juga mengunjungi berbagai perusahaan
 di berbagai suburb di daerah itu, he he he).
 (Seperti halnya pak Iskandar Alisyahbana yang sering main
 ke tempat pak Samaun waktu pak Samaun masih sekolah di sana.
 Pak Iskandar Alisyahbana ini entrepreneur tulen!
 Waktu itu beliau sekolahnya di Jerman(?).)


 Kalau dilihat dari cerita ini banyak yang mirip ya?
 conincidence? Kebetulan? ;-)


 Memang ada hawa yang beda dengan Stanford University.
 Begitu masuk ke kampusnya, suasananya sudah lain: kreatif!
 Orang yang pernah mampir Stanford pun (kayak saya)
 kena virus Stanford ini. :)
 Nah, sekarang anda tahu mengapa saya seperti ini :)
 [EMAIL PROTECTED] you Stanford :)

Lebih tepatnya silicon valley dengan stanford sebagai tempat dimana
enterpreneur pertama kali dikembangkan ;-)

Tapi saya masih penasaran dengan isinya stanford pak,apa sich bedanya
kalau dari kurikulum,tugas,etc ?




 Pengamatan saya yang lain mengenai Stanford University:

 - link antar alumni *sangat erat*
(lihat saja di presentasi Larry Page - founder Google -
kemarin di CES, dimana dia menampilkan Stanley,
mobil pemenang kontes DARPA karena ...
mereka dari Stanford.)
Saya lihat pak Samaun pun masih kirim2an email dengan
kawan-kawannya/alumni stanford.

Hihihi ... alumni stanford ini ada milisnya dan  sering forwarding jobs
opportunity,
dulu saya sering dapat dan forward ke milis tapi no respond :)


 - sebetulnya dari segi techie-nya, Stanford ini masih kalah
   dengan Berkeley. Tapi mungkin karena Berkeley lebih banyak
   hippiesnya, jadi lebih banyak Stanford yang muncul.
   Dengan kata lain, Stanford itu lebih bagus orang bisnis
   (termasuk techie yang bernuansa bisnis), sementara
   Berkeley lebih banyak techie (akademik).
   Mengenai soal hippies ini, masih ada sisa-sisanya di sina.
   Lihat saja masih ada VW combi (yang mungkin dulu
   dipakai untuk ngeganja. ha ha ha.)
   No! I am not joking! Silahkan pelajari sejarah Silicon Valley.
   Aspek hippies ini sangat kental: SHARING!

Sebenarnya,sharing ini turunan dari sifat : OPENNESS atau sifat
keterbukaan.

Yaitu keterbukaan menerima Ide,Bisnis,opportunity,pengalaman,dst.

Saya lihat kenapa bangalore di India juga yang maju,ternyata sama: OPEN
(termasuk open di society,dimana marriage antar kasta  yg berbeda is
generally accepted di state karnataka),tapi bukan berarti open yang
negatif ya.

Jadi sharing dan open ini memang luas maknanya.



 - Mereka (baik mahasiswa / lulusan Stanford / Berkeley)
   manusia biasa. Banyak juga yang geblek/dodol.
   Ada seorang sobat saya yang kerja di Intel (cukup tinggi
   jabatannya) yang berkali-kali membujuk saya untuk kerja
   di sana (waktu dia masih di sana). Dia sebel dengan bawahannya
   (lulusan Stanford dan Berkeley) yang kerjanya ngawur.
   Tentu saja hidung saya kembang kempis (bangga) dianggap
   begitu oleh kawan saya yang notabene ada di industri sono.

Saya gak heran kalo ngeliat ex stanford atau ex berkely bego,itu bukan
jaminan...he he  dulu saya (sebelum ke valley) mungkin impressed
melihat steve jobs,lulusan stanford,rfc writer,etc. Tapi skrg gak lagi,
skrg cuman impressed dengan sebagain developer India lulusan IIT dan
. SBY :)   SBY Rocks !

Carlos



[teknologia] Re: Why I should work for Google

2006-01-13 Terurut Topik Adjie

ini bedanya dengan company di Indo atau mungkin orang indo,

Never want to move from comfort Zone selalu cari aman ndak ada tantangan...


Adjie

 ~ Yang bikin saya kagum dengan Google:
 Kemampuan adaptasi mereka untuk terus evolving dan berubah menjadi
 sesuatu yang lebih besar dan baik(and controllable) ,saya gak tahu
 sampai kapan ini bisa bertahan.Biasanya company di Valley,stop
 growthnya begitu mereka stop untuk terus 'berubah'.


 Carlos




[teknologia] Re: Why I should work for Google

2006-01-13 Terurut Topik Ariya Hidayat

 Never want to move from comfort Zone selalu cari aman ndak ada 
 tantangan...

Jamie Zawinski (http://www.jwz.org/gruntle/nomo.html) :

...you can divide our industry into two kinds of people: those who
want to go work for a company to make it successful, and those who
want to go work for a successful company.


[teknologia] Re: Why I should work for Google

2006-01-13 Terurut Topik Muhamad Carlos Patriawan

makanya,untuk anak anak muda inovatif seperti Ariya dkk,paling bagus
sebenarnya join startup company atau company yang sudah settled tapi
masih berjiwa startup seperti google ;-)


Ariya Hidayat wrote:
  Never want to move from comfort Zone selalu cari aman ndak ada 
  tantangan...

 Jamie Zawinski (http://www.jwz.org/gruntle/nomo.html) :

 ...you can divide our industry into two kinds of people: those who
 want to go work for a company to make it successful, and those who
 want to go work for a successful company.



[teknologia] Re: Why I should work for Google

2006-01-13 Terurut Topik Muhamad Carlos Patriawan

Ariya Hidayat wrote:
  Never want to move from comfort Zone selalu cari aman ndak ada 
  tantangan...

 Jamie Zawinski (http://www.jwz.org/gruntle/nomo.html) :


Habis baca url ini saya teringat sistem development di google yang
mempunyai banyak proyek dengan small team member.Mungkin itu salah satu
alasan mereka bisa beradaptasi dan proyek masih 'controllable', ( in
respect to what Netscape did of course ).

Comments ?

Carlos



[teknologia] Re: Why I should work for Google

2006-01-13 Terurut Topik ron4ld

Budi Rahardjo wrote:
 Nah ... gara-gara anda-anda sekalian (lagi). Muncul tulisan ini:

 Why I should work for Google
 http://budi.insan.co.id/articles/google

Ha, working for Google? My ultimate wet dream man ;-)

In fact, I've been thinking about it since I was finishing my PhD in Canada. 
That was  before 1997!
Masa sih? Bukannya Google itu baru popular setelah taon 2000?

In terms of current technology, it can be implemented with public SLQ server.
Typo? Siapa tau beneran dibaca orang Google, mendingan dibetulin dulu
:-)

Btw apa ada orang Indonesia yang kerja di Google/Apple ya ? Hayo
ngaku

Ronald



[teknologia] Re: Why I should work for Google

2006-01-13 Terurut Topik ron4ld

Ariya Hidayat wrote:
  Never want to move from comfort Zone selalu cari aman ndak ada 
  tantangan...

 Jamie Zawinski (http://www.jwz.org/gruntle/nomo.html) :

 ...you can divide our industry into two kinds of people: those who
 want to go work for a company to make it successful, and those who
 want to go work for a successful company.

Imho, biasanya yg tipe pertama ini twenty-something youngsters yang
tahan nggak tidur
berhari2, eg. Marc Andreessen, Bill Gates, pas masa2 startup company
mereka.



[teknologia] Re: Why I should work for Google

2006-01-13 Terurut Topik Muhamad Carlos Patriawan


ron4ld wrote:
 Budi Rahardjo wrote:
  Nah ... gara-gara anda-anda sekalian (lagi). Muncul tulisan ini:
 
  Why I should work for Google
  http://budi.insan.co.id/articles/google

 Ha, working for Google? My ultimate wet dream man ;-)

 In fact, I've been thinking about it since I was finishing my PhD in Canada. 
 That was  before 1997!
 Masa sih? Bukannya Google itu baru popular setelah taon 2000?

 In terms of current technology, it can be implemented with public SLQ server.
 Typo? Siapa tau beneran dibaca orang Google, mendingan dibetulin dulu
 :-)

 Btw apa ada orang Indonesia yang kerja di Google/Apple ya ? Hayo
 ngaku


Ada 4 orang indonesia di google,satu temen saya.
Di Apple endak tahu ada berapa,tapi satu orang (female) kerja di
Apple.Temen main istri saya.

Mau kenalan ? ada tuh di friendster dan linkedin.com saya :)

Carlos



[teknologia] Re: Why I should work for Google

2006-01-13 Terurut Topik Budi Rahardjo

On 1/14/06, ron4ld [EMAIL PROTECTED] wrote:

 In fact, I've been thinking about it since I was finishing my PhD in Canada. 
 That was  before 1997!
 Masa sih? Bukannya Google itu baru popular setelah taon 2000?

Populernya baru tahun-tahun ini, tapi dibentuknya sudah lama.
Dan memang saya sudah lama ngiler dengan Google, bukan karena
kesuksesannya yang sekarang ini. Saya tidak peduli dengan hal ini.
Jadi memang beneran ngilernya sebelum tahun 1997 :)

Google secara resmi didirikan di tahun 1998.
Sebelumnya dia masih menjadi proyek 2-orang mahasiswa di
Stanford. (Masih ingat domain google.stanford.edu?)
Menariknya, Yahoo juga bermula dari proyek 2-orang  mahasiswa
di Stanford juga. ;-)

Saya tertarik untuk mengembangan ide yang baru-baru di Google
karena mereka memiliki resources dan culture yang cocok untuk itu.


-- budi


[teknologia] Re: Why I should work for Google

2006-01-13 Terurut Topik Ikhlasul Amal

On 1/14/06, Zaki Akhmad [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Benar sekali Pak Budi! Tapi saya boleh bilang Pak Budi curang? Pada
 tahun 1997-1998 Pak Budi kan mainnya sudah kemana-mana. Sementara saya
 kala itu masih pakai putih abu-abu, lagi ABG-ABG-nya, dan bahkan baru
 seneng-senengnya punya account email pertama di yahoo.

 Stanford? Makhluk apa itu? ITB? Wah kayaknya seru deh kalau bisa kuliah
 disitu. Begitu masuk, bingung gimana keluar dari ITB hidup-hidup.
 Somebody save me. SOSSOS...SOS


Pandanglah 5-10 mendatang, bukan 20 tahun lalu.
SMA sudah punya alamat email? Seharusnya Pak BR yang berteriak
curang kepadamu... ;)

--
amal


[teknologia] Re: Why I should work for Google

2006-01-13 Terurut Topik Muhamad Carlos Patriawan

Ikhlasul Amal wrote:
 On 1/14/06, Zaki Akhmad [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Benar sekali Pak Budi! Tapi saya boleh bilang Pak Budi curang? Pada
  tahun 1997-1998 Pak Budi kan mainnya sudah kemana-mana. Sementara saya
  kala itu masih pakai putih abu-abu, lagi ABG-ABG-nya, dan bahkan baru
  seneng-senengnya punya account email pertama di yahoo.
 
  Stanford? Makhluk apa itu? ITB? Wah kayaknya seru deh kalau bisa kuliah
  disitu. Begitu masuk, bingung gimana keluar dari ITB hidup-hidup.
  Somebody save me. SOSSOS...SOS
 

 Pandanglah 5-10 mendatang, bukan 20 tahun lalu.
 SMA sudah punya alamat email? Seharusnya Pak BR yang berteriak
 curang kepadamu... ;)

10 tahun yang lalu orang bisa  bikin google,
25 tahun yang lalu orang bisa bikin infosys di india di saat bil gates
bikin microsoft di redmond.

anyway tetap aja 10 tahun dan 25 tahun yang lalu gak ada atau jarang
banget orang indonesia yang ikutan bikin google dan bikin infosys,ya
gak usah bikinlah,jadi senior software engineer saja paling tidak.

jadi sangat wajar kalo si zaki komplen.

mari diperbaiki di masa depan melalui generasinya zaki ahmad.


Carlos