On 4/20/06, adi <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> kalau mau membahas soal indonesia, ya jangan melantur ke mana-mana.
> memangnya kalau negara X yang punya hobi memancung kepala orang,
> terus jadi super power, terus model negara X tsb. jadi baik dan
> cocok untuk Indonesia? Saya kurang bisa menangkap idenya kalau
> larinya ke situ.

Saya kira ide dasar yang dilemparkan bukan mengikuti plek
model yang diterapkan negara lain, akan tetapi belajar dari mereka
dan mudah-mudahan bisa menerapkan / mengadopsi yang sesuai
dengan kultur/kekhasan kita.

Jangan kita mencoba berinovasi tampa mau melihat pengalaman
orang lain. Di lingkungan saya (kampus), seringkali ada ide2
(aturan2) yang menurut saya yang punya ide itu tidak belajar
dari pengalaman orang-orang sebelumnya.
Saya belajar hal ini setelah terjerumus ke alur yang sama (merasa
hebat) kemudian setelah berguru ke yang lebih tua (pensiunan,
tapi orang2 yang wise) baru saya mengerti pentingnya belajar
dari pengalaman orang-orang terdahulu.

Alasan "kita harus buat sendiri" (atau kalau di industri disebut
"not invented here") sering digunakan ... secara kebablasan.
ha ha ha. there you ago, another "kebablasan statement".

Ke soal demokrasi, saya melihat yang paling demkorasi sebetulnya
adalah India! Tapi toh negaranya juga tetap miskin. hik hik hik.
Meskipun ada kantong-kantong lokasi yang sejahtera.
"Kepercayaan" yang saya anut saat ini (tentu bisa barubah) adalah
... ternyata bergantung kepada orang yang memimpin.
"Aliran" apa pun ternyata bergantung kepada integritas sang pemimpin.
Jadi untuk sementara, saya melihat "medium" juga bukan sekedar
"message" yang dibawanya. :(

ah ... sudah ngelanturnya.

-- budi

Kirim email ke