[daarut-tauhiid] Takdir
Takdir Apa sih yang namanya takdir itu ? He.. he... ini sih omonganku sebagai orang awam saja yang jauh dari kebenaran yang hakiki. Yang pasti iman kepada takdir Allah merupakan salah satu rukun iman. Pemahaman tentang takdir bagi setiap orang tentu saja berbeda-beda tergantung sudut pandang yang dipakai dalam memahami takdir. Pemahaman tentang takdir, bagiku mengalami perubahan antara pemahamanku yang dulu dan yang sekarang. Dulu aku memahami takdir dengan cara yang sederhana, dengan contoh sederhana untuk keyakinanku sendiri. Anggapanku waktu itu, Allah sudah menetapkan masing-masing takdir untuk berbagai pilihan yang ada, tergantung kita sendiri mau menjalani takdir yang mana. Jadi aku menganggap bahwa variabel takdirku dan kombinasi antara variabel takdirku ada dalam jumlah yang tak terhingga, tinggal akunya yang menentukan variabel takdir yang mana. Misalnya besok akan ada ulangan/ujian/test yang terdiri dari 10 soal dan masing-masing soal nilainya 10, sehingga kalau umpama benar semua takdirnya ya nilai 100, kalau benarnya cuma 6 soal ya takdirnya dapat nilai 60. Jadi tinggal bagaimana usaha belajarku mempersiapkan diri menempuh ujian. Sehingga misalnya aku ogah-ogahan belajar sehingga soal yang kukerjakan hanya benar 5 soal ya takdirnya aku dapat nilai 50 bukan karena sejak semula aku ditakdirkan dapat nilai 50. Begicu... Setelah itu muncul lagi pemahaman akibat dari kebingungan dari dua hal yang seakan-akan bertentangan yaitu : [Q.S. 13:11] Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Wah berarti menurut ayat tersebut perubahan takdir manusia itu ya tergantung manusianya sendiri, mau atau tidak untuk berubah. Lha sedangkan dalam salah satu hadits kita diajarkan untuk mengucapkan : Laa haula walaa quwwata illaa illaahil'aliyyil'adzhim. (Tiada daya dan tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung). Yang satu faktor dominannya adalah manusia itu sendiri tetapi yang satu lagi faktor dominannya adalah Allah, tiada kan berarti kebalikannya yaitu hanya Allah. Lha bagaimana itu ? Setelah mengalami fase perenungan, pencarian dan pengalaman akhirnya muncul suatu pemahaman yang lebih baru lagi yaitu bahwa di antara keduanya sama sekali tidak ada yang bertentangan. Misalnya saat ini takdir Allah yang sedang berlaku untuk diriku adalah AKU SEDANG SAKIT (Titik A). Aku ingin sembuh, maka aku harus mengubah keadaanku agar terjadi kesembuhan yaitu dengan jalan berobat baik ke dokter atau minum obat yang sesuai atau dengan memperbaiki asupan gizi yang masuk ke dalam tubuhku. Setelah berbagai upaya itu aku jalani maka terjadilah kesembuhan atas penyakitku (Titik B). Secara nalar kesembuhan atas sakitku adalah karena upayaku sendiri mendapatkan kesembuhan itu sendiri dengan jalan berobat. Tetapi bila ditelusuri lagi dari mana sih timbulnya keinginan untuk sembuh itu, dari mana juga timbulnya niat untuk berobat, lalu siapa yang mengatur pertemuanku dengan dokter atau dengan obat yang pas ? Ternyata tidak lepas dari Allah juga. Jadi kesimpulannya dari posisi takdir pada Titik A menuju posisi takdir pada Titik B memang harus ada ikhtiar, tetapi ternyata ikhtiar itu sendiri juga merupakan takdir Allah. Sehingga Allah kalau berkehendak mengubah takdir seorang hamba pada titik yang lain, maka Allah juga yang mempersiapkan ikhtiar perubahan itu sehingga si hamba berada pada titik yang dikehendaki-Nya. Seiring berjalannya waktu, ditambah pemahaman-pemahaman baru yang aku dapatkan di sepanjang perjalananku terutama juga dari bimbingan Syekh Luqman, aku jadi mengerti bahwa semula ada dua golongan pemikiran tentang takdir, yaitu serba Tuhan (Jabariyah) dimana dalam paham golongan ini manusia sama sekali tidak bisa berkehendak – mutlak kehendak Allah. Jadi bagi yang menyalahpahami sering hal itu dijadikan alasan, misalnya mengatakan kalau saya berbuat maksiat itu ya karena Allah mentakdirkan seperti itu. Ada juga golongan yang kedua dengan pahamnya yang serba manusia, dalam pengertian manusia bebas tanpa campur tangan tuhan, jadi setelah Allah menciptakan semesta ini ya sudah dibiarkan berjalan dengan sendirinya. Masing-masing golongan ada benarnya dan juga ada salahnya menurutku. Lha terus bagaimana dong ? Dari dua golongan tersebut menurut Syekh Luqman, ada tempatnya masing-masing, ada wilayahnya sendiri-sendiri, yaitu dimensi hakikat/wilayah hati dan dimensi syariat/wilayah akal-pikiran. Bahwa segala hal yang terjadi baik yang sudah, sedang maupun yang belum secara hakiki adalah sepenuhnya takdir Allah dan hal tersebut adalah wilayah hati untuk meyakininya. Tetapi dalam dimensi syariat atau menurut wilayah akal, segala hal haruslah direncanakan, distrategikan, dihitung, ditata dan diusahakan untuk hasil yang terbaik. Dua hal tersebut harus dapat berjalan seiring tanpa boleh terbolak-balik atau pun campur aduk. Misalnya dalam suatu
[daarut-tauhiid] Hubungan Makhluk dengan Tuhan
Hubungan Makhluk dengan Tuhan Pada suatu hari ikan-ikan di samudra berkumpul di hadapan pemimpin mereka. Mereka berkata, Ya Fulan, kami bermaksud menghadap lautan. Bukanlah karena ia kami berada dan tanpa ia kami tiada. Tunjukan kepada kami arahnya dan ajari kami jalan untuk menuju dan mencapainya. Sudah lama kami tidak tahu di mana tempatnya dan di mana arahnya. Pemimpinnya berkata, Kawan-kawan, saudara-saudara, ucapan ini tidak layak bagi kalian dan orang-orang seperti kalian. Lautan terlalu luas untuk kalian capai. Ini bukan urusanmu. Ini juga bukan posisimu. Diamlah. Janganlah berbicara dengan pembicaraan seperti ini. Cukuplah kalian yakini bahwa kalian berada karena adanya dan tidak akan ada tanpa keberadaannya. Mereka berkata, Jawaban ini tidak akan ada gunanya bagi kami. Larangan tidak akan menahan kami. Kami harus menujunya. Anda harus menunjuki kami untuk mengenalnya dan membimbing kami ke dalam wujudnya. Ketika sang pemimpin melihat gelagat ini dan larangannya tidak digubris, ia mulai menjelaskan, Saudara-saudara, lautan yang kalian cari, yang kalian ingin temui, ada bersamamu dan kalian bersamanya. Ia meliputi kamu dan kalian meliputinya. Yang meliputi tidak terpisah dari yang diliputi. Lautan itu adalah yang di situ kalian berada. Kemanapun kamu menghadap, di situ ada Lautan. Lautan bersama kamu dan kamu barsama lautan. Kamu pada lautan dan lautan pada kamu. Ia tidak gaib darimu, kalian juga tidak gaib darinya. Ia lebih dekat darimu dari pada urat lehermu. Ketika mendengar ucapan itu, mereka semua bangkit untuk membunuh sang pemimpin. Sang pemimpin lalu berkata kepada mereka, Apa salahku sehingga kalian mau membunuhku. Mereka berkata, Karena, menurutmu, lautan yang kami cari adalah lautan yang di situ kami berada. Bukankah kami berada di dalam air. Apa hubungannya air dengan lautan? Kamu hanya ingin menyesatkan kami dari jalan-nya. Kamu hanya memperdayakan kami. Sang pemimpin berkata, Demi Allah, bukan begitu. Aku hanya mengatakan yang sebenarnya. Sebetulnya lautan dan air itu satu dalam hakikat. Di antara keduanya tidak ada perbedaan. Air adalah nama lautan dari segi hakikat dan wujud. Lautan adalah nama baginya dari segi kesempurnaan, kekhususan, keluasan, dan kebesaran di atas semua fenomena. Cerita di atas untuk menggambarkan hubungan makhluk dengan Tuhan seolah-olah hubungan antara penghuni lautan dengan lautan. Perbandingan ini tentu saja tidak tepat. Ia hanyalah upaya untuk menyederhanakan hakikat yang sangat jauh dari ruang lingkup pengalaman kita. Walaupun begitu, kebanyakan orang tidak juga memahaminya. Alih-alih berterima kasih, dalam sejarah, seperti ikan-ikan itu, kita menolak penjelasan itu, mengafirkan mufasirnya, dan tidak jarang membunuhnya. Yang jarang adalah sikap merendah menghadapi sesuatu yang tidak kita pahami. Lebih jarang lagi adalah kesediaan untuk memahami dan menerima penjelasan, seperti yang dilakukan oleh para pendeta Nasrani di zaman khalifah Abu bakar: Sekelompok pendeta datang ke Madinah. Mereka bertanya kepada Abu Bakar tentang Nabi dan Kitab yang dibawanya. Abu bakar berkata, Betul, telah datang kepada kami Nabi kami dan ia membawa kitab suci. Mereka bertanya lagi, Adakah di dalam kitab suci itu disebut wajah Allah? Kata Abu Bakar, Betul.Apa tafsirnya? Tanya mereka. Abu Bakar berkata, ini pertanyaan yang terlarang dalam agama kami. Nabi Saw. tidak menjelaskan kepada kami. Pendeta itu tertawa seraya berkata, Demi Allah, Nabi kamu itu hanya pendusta belaka. Kitab suci kamu itu hanyalah kepalsuan dan kebohongan saja. Ketika mereka keluar dari situ, Salman mengajak mereka menemui Ali bin Abi Thalib. Kepadanya, mereka mengajukan pertanyaan yang sama, Ali berkata, Aku akan menjawabnya dengan demonstrasi, tidak dengan ucapan. Ali kemudian memerintahkan kepada seseorang agar mengumpulkan kayu bakar, dan ia pun membakarnya. Ketika kayu itu terbakar dan menjadi api, Ali bertanya kepada para pendeta, Wahai pendeta, mana muka api? Semua pendeta itu menjawab, Ini semua muka api. Mendengar itu, Ali berkata, Semua wujud ini adalah wajah Allah. (Kemudian 'Ali membaca ayat Al-Quran). Kemana pun kamu menghadap di situ wajah Allah, (QS Al-Baqarah [2]: 115). Semuanya binasa kecuali wajah-Nya. Kepunyaan-Nya segala hukum. Dan kepadanya kamu semua kembali (QS Al-Qashash [28]: 88). Mendengar penjelasan itu, semua pendeta itu masuk Islam dan menjadi pengikut tauhid yang arif. Dalam peristiwa tersebut, para pendeta berhasil memahami makna ayat-ayat itu. Tapi Ali, yang bergelar Taj Al-Arifin, pernah mengalami peristiwa yang mengenaskan. Ia menyampaikan sesuatu yang berada di luar kemampuan orang yang mendengarnya. Hamam, seorang yang taat beribadah, memohon kepada Ali untuk menjelaskan tanda-tanda orang-orang takwa. Ali berkhotbah tentang hubungan seorang yang bertakwa dengan Tuhan. Begitu 'Ali selesai berkhotbah, Hamam jatuh pingsan dan akhirnya meninggal dunia.Tadi aku sebelumnya mencemaskan dia. Para Nabi dan kekasih-kekasih Tuhan adalah orang-orang yang
[daarut-tauhiid] Bebas-Bebas Tidak
Bebas-Bebas Tidak Aku jadi ingat kejadian sekitar 2 bulan yang lalu. Waktu itu habis nganter si Tara, trus ditawari mamanya Tara sarapan, kalo pagi di sepanjang Mulyosari itu yang ada biasanya nasi pecel, soto ayam, soto daging Madura, sate kelapa, nasi campur, nasi serpang, rawon, nasi Padang dan lain-lain [ternyata onok kabeh, tinggal milih]. Biasanya sih, kalo ditawari gitu aku jarang mau. Dari arah ujung Utara Mulyosari, ketika ditawari soto Madura, aku masih nolak, terus melaju ke arah Selatan, soto ayam – engga, pecel – engga, sate – engga, nasi – engga, ditawari terus akhirnya yen tak piker-pikir yo wislah yuk.. cari sarapan. Dah, soto Madura aja yag di depannya Bhaskara, eh… kok ndilalah gak jualan. Ya udah soto dekatnya Giant aja soto Gubeng. Jadilah pesan satu soalnya yang makan cuman aku aja, soalnya ada sesuatu yang harus dibeli di Giant, jadinya aku ditinggal sendirian. Sambil nunggu pesanan jadi, terpikir olehku sejak awal tadi bahwa kenapa aku gak segera mengambil keputusan menerima pilihan untuk beli sarapan sejak di ujung Utara Mulyosari tadi. Siapa sih yang menggerakkan diriku untuk menolak membeli sarapan ? Pedagangnya banyak tetapi aku gak mau, jadinya pedagangnya gak dapat satu pembeli yaitu aku. Tetapi begitu aku mau, pedagangnya yang gak jualan, akhirnya aku membeli dari pedagang yang terakhir kudatangi. Oh… berarti sejak awal aku punya pilihan dan bebas untuk menentukan pilihanku, tetapi setelah terjadi aku menentukan pilihan yang terakhir ini, kelihatan dan memang kurasakan bahwa kebebasanku untuk memilih itu sebenarnya tidak bebas juga, karena ternyata di balik itu ada suatu skenario yang menggerakkan bahwa aku akhirnya menentukan keputusan pilihan terakhirku. Ada skenario yang mengharuskan aku untuk menjadi perantara dari sampainya rejeki dari sang pemilik rejeki kepada mereka yang memang telah ditetapkan oleh-Nya. Baru saja renungan itu tuntas, terlihat sebuah mobil menepi dan keluarlah dari dalamnya sosok yang kukenal. Teman adikku yang kebetulan juga tinggal di Negara yang sama denganku yaitu Indonesia, di pulau yang sama denganku yaitu Pulau Jawa, di propinsi yang sama… ah kesel terusno dewe…. Dia pun pesan untuk dibawa pulang, bungkus gitu loch. Selesai makan dan tentu saja minum juga, tentu saja waktunya membayar. “Berapa Pak ?” “O.. gak usah, sudah dibayar sama mas yang tadi !” Masya Allah, coba kalo aku gak makan di situ… kan lain ceritanya. Jadi ada yang menggerakkan aku untuk makan di situ yang awalnya aku berpikir akulah yang berperan sebagai sosok perantara penyampai rejeki dari sang pemilik rejeki untuk penjual soto Gubeng itu, tetapi ternyata kehadiranku di situ pun sudah diatur oleh-Nya untuk mendapatkan bagian dari rejeki-Nya. Jadi teman adikku itulah yang diskenariokan sebagai perantara penyampai rejeki untuk penjual soto itu dan tentu saja juga untuk diriku. Alhamdulillah…. Bukan dari segi nilai rupiahnya tetapi inilah hikmah pengaturan dari-Nya di balik segala sesuatu. Apa yang belum terjadi, kita tidak mungkin mengetahuinya. Kita bebas dan memang harus menentukan pilihan yang terbaik untuk diri kita masing-masing (wilayah syariat; tugasnya akal-pikiran-fisik). Tetapi apa yang sudah berlalu apa pun itu, ternyata merupakan skenario pilihan-Nya untuk kita yang harus kita terima (wilayah hakikat; tugasnya hati). Pandangan ke depan, kita bebas. Pandangan ke belakang, kita tidak bebas, pilihan kita sebenarnya adalah pilihan-Nya. Tiada satu detik kehidupan pun yang terlepas dari skenario agung-NYA. Rela atau pun tidak takdir-NYA pasti terjadi. Mulane ojo sok ngresulo, ojo sok sambat, kuwat yo disonggo ora kuwat yo diselehke. Bungahing ati kuwi kelakone kanti lelaku lilo legowo. Q.S. Al Qashash [28:68] : warabbuka yakhluqu maa yasyaau wayakhtaaru maa kaana lahumu lkhiyaratu subhaanallaahi wata'aalaa 'ammaa yusyrikuun [Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (dengan Dia)] New Email names for you! Get the Email name you#39;ve always wanted on the new @ymail and @rocketmail. Hurry before someone else does! http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/ [Non-text portions of this message have been removed]
[daarut-tauhiid] Kepasrahan yang Mencerdaskan Jiwa
Kepasrahan yang Mencerdaskan JiwaSyekh Ibn Athaillah mengajak pembaca untuk menghayati posisi kita selaku hamba Allah. Kita ini hamba. Dan Allahlah Sang Majikan. Sebagai hamba-Nya, kita tertuntut untuk memusatkan perhatian pada upaya mengabdi kepada-Nya. Amatlah tidak sopan bila kita justru mengerahkan segenap daya untuk me¬merhatikan dan memuaskan kepentingan diri sendiri. Karena inilah Ibn Athaillah mengingatkan kita akan betapa pentingnya isqdth al-tadbir—tema utama buku ini—yakni mengistirahatkan diri dari turut mengatur dan menginginkan sesuatu untuk keperluan hidup yang kita lakoni. Buku ini—isqdth al-tadbir—menawarkan cara tepat untuk memandang hidup. Karenanya, buku ini bak kacamata, yang dengannya matahati kita yang rabun bisa melihat lebih sempurna. Dengan penglihatan yang sempurna, tentulah hidup ini menjadi semakin jelas. Dan dengan jelasnya hidup, tentunya perjalanan kita menempuhnya men¬jadi lebih lurus dan lancar—tidak nabrak-nabrak dan tidak nyasar-nyasar. Dalam pandangan Ibn Athaillah, pengabdian kita kepada Allah seharusnya tidak hanya ditunaikan dengan menjalankan kewajiban, yakni segala yang diperintahkan Allah, namun pula dengan menjalani ketetapan, yakni segala yang ditentukan Allah. Kematangan iman hanya bisa dirasakan bila kedua hal ini secara sem¬purna dilaksanakan. Dengan demikian, sebenarnya ada dua hukum yang patut dipatuhi oleh orang beriman, yaitu hukum taklif yang sudah lazim kita kenal se¬bagai berbagai perintah dan larangan Allah yang mesti dijalankan selama hidup, dan hukum takdir yang mencakup ketentuan dan keputusan Allah yang mesti dijalani dalam hidup. Keperluan atau kebutuhan hidup makhluk sebetulnya adalah sesuatu yang sudah dan terus dijamin oleh Allah. Dengan ilmu-Nya, Allah sudah mengatur diri kita bahkan sebelum kita ada. Setelah kita terlahir di dunia, Allah pun terus mengatur urusan kita. Akan tetapi, setelah berakal, kebanyakan manusia seolah lupa bahwa selama ini urusan hidupnya ada dalam pengaturan Allah. Setelah berakal, mereka seakan ingin mengambil alih 'hak pengaturan' itu; mereka ingin mereka sendiri yang mengatur segenap urusan hidup mereka. Dalam pikiran Ibn Athaillah, ini hal yang tidak betul; ini justru sebentuk ketidak bersyukuran atas nikmat akal. Allah tidak berhenti mengurus kita sekalipun kita sudah berakal. Ketentuan-Nya terus berlaku. Akal kita semestinya kita gunakan untuk memahami dan melaksanakan secara baik perintah Allah, dan bukan untuk melanggarnya; untuk memahami dan melakoni secara baik ketentuan Allah, dan bukan untuk menolaknya. Yang lebih penting untuk kita perhatikan adalah apa yang dituntut dari kita, bukan yang dijamin untuk kita. Dalam Al-Hikam, Syekh Ibn Athaillah bertutur, Kesungguhanmu mengejar apa yang sudah dijamin untukmu dan kelalaianmu melaksanakan apa yang dituntut darimu, adalah bukti dari rabunnya mata batinmu. Karena itu, Istirahatkan dirimu dari mengatur urusanmu, karena segala yang telah diurus oleh 'Selainmu' (yakni Allah), tak perlu engkau turut mengurusnya. Lagi pula, Menggebunya semangat tak akan mampu menerobos benteng takdir. Maksudnya, seberapa banyak pun energi yang kita curahkan untuk memenuhi suatu keinginan, tetap saja itu tak akan tergapai jika tak sesuai dengan keputusan Tuhan. Kita tak dapat memenangkan kehendak kita di atas kehendak-Nya. Kita bahkan kerap menemukan bahwa takdir dan ketentuan yang berlaku pada diri manusia bukanlah yang sesuai dengan pengaturan olehnya. Peng¬aturan manusia ibarat rumah pasir di tepi laut, yang bisa demikian mudah runtuh tatkala ombak takdir Tuhan berlabuh. Dalam hidup, kita juga acap menemukan bahwa apa yang menurut kita baik ternyata bisa membawa keburukan, dan sebaliknya, apa yang kita sangka buruk ternyata malah mendatangkan kebaikan. Boleh jadi ada keuntungan di balik kesulitan, dan ada kesulitan di balik keuntungan. Boleh jadi pula kerugian muncul dari kemudahan, dan kemudahan muncul dari kerugian. Mana yang berguna dan mana yang berbahaya pada akhirnya adalah sesuatu di luar pengetahuan kita. Oleh sebab itu, dalam pandangan Ibn Athaillah, 'sibuk mengatur nasib sendiri' sejatinya adalah tindakan yang kurang lebih sia-sia, apalagi bila kesibukan ini melalaikan kita dari tugas-tugas sebagai hamba. Lucu sekali bila manusia tetap berhasrat akan pengaturan diri. Pertama, karena ia pada dasarnya tak mengetahui apa yang terbaik bagi dirinya. Dan kedua, karena Allah Yang Maha Mengetahui apa yang terbaik buat para makhluk-Nya senantiasa dekat dan meng¬atur secara baik. Allah itu dekat dan karenanya senan¬tiasa memberi perhatian kepada kita sekalipun tanpa sepengetahuan kita. Tidak percaya kalau Dia tak akan mengabaikan kita adalah bukti lemahnya iman kita. Allah juga sayang dan karenanya selalu mengatur urusan kita secara baik. Pengaturan kita terhadap diri kita sebenarnya adalah bukti ketidaktahuan kita akan pengaturan Allah yang baik terhadap diri kita—dan karenanya adalah juga bukti minimnya cahaya
[daarut-tauhiid] The power of subconscious mind, adakah ?
The power of subconscious mind, adakah ? Begitu banyak pembahasan mengenai kekuatan alam bawah sadar atau pikiran bawah sadar selama ini. Begitu banyak juga motivator dan trainer yang mengajarkan bagaimana cara untuk membangkitkan kekuatan tersebut yang pada umumnya dilakukan melalui dua metode yaitu autosuggestion dan visualization. Subconscious mind ini kemudian menjadi sebuah mantra sakti untuk mewujudkan mimpi-mimpi kita. Dreams come true !!! Bahkan dalam sebuah pelatihan motivasi yang pernah saya ikuti, sang trainer mengilustrasikan bahwa kesuksesan beliau salah satunya disebabkan oleh keajaiban pikiran bawah sadar. Beliau pernah sangat menginginkan untuk melanjutkan pendidikan pasca sarjananya ke Oxford . Sebagai stimulusnya setiap hari beliau berimajinasi membayangkan seolah-olah beliau bersama keluarganya sedang bermain-main di salah satu taman kota di lingkungan Oxford . Sedemikian kuatnya imajinasi tersebut, beliau sudah bisa merasakan benar-benar berada di sana. Menghirup udaranya yang dingin, belajar di salah satu ruangannya, dan juga belajar di perpustakaannya. Salah satu trainer yang saya kenal juga menggunakan metode visualization untuk membuktikan kekuatan pikiran bawah sadar tersebut. Pada akhir proses visualization, beliau menggunakan anchoring untuk mengikat mimpi tersebut sehingga menjadi lebih definitif dan lebih mudah untuk mewujud. Memang benar, kemampuan manusia sesungguhnya diluar yang bisa kita bayangkan dalam batasan rasionalitas manusia sendiri. Banyak kemampuan manusia yang belum digali dan dimanfaatkan untuk mengejar masa depan yang lebih cerah. Akan tetapi benarkah subconscious mind power an sich ini memang menjadi mantra sakti untuk mewujudkan mimpi-mimpi kita? Bukankah setiap kejadian di alam semesta ini harus memperoleh ijin terlebih dulu dari kekuatan Maha Besar yang meliputi segala sesuatu? Karena meskipun proses visualizationnya berhasil dan sangat kuat, apabila Allah tidak mengijinkan hal itu terjadi, apakah masih bisa mewujud? Saya akan menceritakan pengalaman salah satu sahabat yang (secara tidak sengaja) menggunakan kekuatan pikiran bawah sadar dalam rangka mewujudkan salah satu mimpinya. Sebut saja namanya Eko. Dia bercita-cita untuk bisa melanjutkan sekolah S2-nya ke salah satu negara di Eropa dengan beasiswa dari salah satu lembaga beasiswa internasional. Semua persyaratan sudah dia penuhi, tidak ada satu item-pun yang berada di bawah standar. Eko sendiri percaya sepenuhnya bahwa apabila kemudahan-kemudahan akan selalu disediakan oleh Allah apabila kita percaya kepada kekuasaan-Nya. Eko bercerita bahwa kemudahan itu bahkan sudah dia rasakan sejak melakukan tes Internet-based TOEFL di Surabaya. Di saat lembaga kursus lain seperti EF dan IALF menmberikan harga private course rata-rata di atas 15 juta untuk kursus TOEFL selama 3 bulan (semakin singkat waktu kursus semakin tinggi biayanya), maka Eko menemukan sebuah lembaga kursus TOEFL preparation yang cukup murah yaitu hanya 5 juta selama 2 minggu. Instrukturnya juga ternyata adalah anggota majelis pengajian yang selama ini diikuti oleh Eko, sehingga proses kursus tersebut menjadi sangat cair dan lancar. Saat tes pun juga dia merasa dimudahkan karena biasanya penyelenggaran Internet-based TOEFL dilakukan di satu ruangan dengan peserta 5 – 10 orang. Saat tahapan speaking (setelah reading dan listening namun sebelum writing skills), meskipun memakai head set, tentunya setiap peserta akan mendengar percakapan rekan disebelahnya. Bahkan mungkin saja ruangan tersebut akan menjadi sangat crowded. Kemungkinan besar situasi tersebut akan mengganggu konsentrasi peserta lainnya sehingga tidak akan bisa mencapai nilai maksimal. Banyaknya peserta tes juga berpengaruh terhadap lambat atau cepatnya koneksi internet dengan ETS. Nah saat itu ternyata jadwal tes Eko hanya diikuti oleh dia sendiri, sehingga dia bisa konsentrasi penuh pada setiap tahapan tes Internet-based TOEFL tanpa terganggu oleh speaking peserta lainnya. Koneksi internet dengan dengan ETS-pun juga sangat lancar. Benar-benar anugerah dari Allah menurut Eko. Saat hasil tes diumumkan, score yang diperoleh Eko juga jauh diluar dugaan. Score TOEFL yang dipersyaratkan oleh universitas adalah 80 (setara dengan TOEFL 213 Computer-Based atau 554 Pencil Paper-based) . Namun score internet-based TOEFL yang diperoleh Eko adalah 92. Menurut pengakuan Eko, dia sampai menangis sendiri melihat score yang diperolehnya itu. Benar-benar membuktikan bahwa Allah sangat bermurah hati kepada dia, kata Eko. Selama proses pengiriman aplikasi beasiswa, Eko merasa sangat dekat dengan negara yang dia tuju. Seperti trainer yang saya ceritakan di atas, Eko juga bisa merasakan bahwa dia sudah tidak lagi berada di Indonesia. Dia merasa sudah berada di sana, sudah mulai menuntut ilmu di universitas yang dia inginkan. Tubuh dan hatinya sudah terasa sangat ringan, sehingga dia bisa merasakan proses perpindahan dirinya
[daarut-tauhiid] Lukman Hakim dan Islam Kebelet
Lukman Hakim dan Islam Kebelet Dikutip dari http://www.gusmus.net Orangnya kalem dan sederhana. Tapi, justru kekalemannya itu bikin orang penasaran. Ya, begitulah keseharian Lukman Hakim yang kesohor sebagai sufiolog (ahli tentang tasawuf), dosen dan juga penulis banyak buku. Dalam sebuah acara pengajian di bilangan Matraman, alumnus Pesantren Tebuireng, Jombang ini hadir menjadi pembicara. Kali ini, ia mengudar persoalan tasawuf dalam kaitannya dengan pencapaian dunia yang damai. “Kalangan pluralis sering menghubungkan perdamaian dengan ayat,” Wahai manusia sesungguhnya kalian diciptakan terdiri dari laki-laki dan perempuan dan kami jadikan kalian berkelompok-kelompok dan bersuku-suku supaya kalian saling mengenal (lita’arafu)”. Dalam perspektif sufi, tafsir terhadap kata-kata “lita’arafu” bukan sekedar saling kenal-mengenal dan saling mencerdaskan, tetapi saling mengenalkan ma’rifatullah kepada sesama,” urainya didepan sekitar 50-an peserta. Pemimpin Majalah Sufi ini, melihat Islam sekarang dalam tiga model. Pertama, Islam yang lagi kebelet mau ke kamar kecil dengan segala ketidaksabarannya. Biasanya, Islam model ini dengan modal sedikit pengetahuan tentang Islamnya pengen segalanya harus selesai dengan atas nama Islam. Kedua, setelah sampai di dalam WC, ada model Islam ngeden. Islam model ini, biasanya sering memaksakan sesuatu atas nama Islam yang sesungguhnya itu bukan Islam, tetapi nafsu Islam. Biasanya Islam model ini pengen cepat selesai segala urusanya dengan instan. Seperti kita lihat sekarang, ada gerakan-gerakan ritual dzikir instan. Dengan dzikir massal, lalu Tuhan disuruh bekerja. Ketiga, model Islam keluar dari WC, lalu melupakan WC dan penjaganya. Penjaga WC ternyata para kyai. “Kayak sekarang, para kyai diajak rembugan untuk ikut menyelesaikan persoalan bangsa. Tapi, setelah selesai, para kyai selalu ditinggalkan. Pahahal, kalau kebelet kembali lagi ke WC,” ujarnya dengan memakai metafora. Yah, begitulah, pak sufi.
[daarut-tauhiid] Apa yang kita sombongkan??
Apa yang kita sombongkan?? Seorang pria yang bertamu ke rumah Sang Guru tertegun keheranan. Dia melihat Sang Guru sedang sibuk bekerja; ia mengangkuti air dengan ember dan menyikat lantai rumahnya keras-keras. Keringatnya bercucuran deras. Menyaksikan keganjilan ini orang itu bertanya, Apa yang sedang Anda lakukan? Sang Guru menjawab, Tadi saya kedatangan serombongan tamu yang meminta nasihat. Saya memberikan banyak nasihat yang bermanfaat bagi mereka. Mereka pun tampak puas sekali. Namun, setelah mereka pulang tiba-tiba saya merasa menjadi orang yang hebat. Kesombongan saya mulai bermunculan. Karena itu, saya melakukan ini untuk membunuh perasaan sombong saya. Sombong adalah penyakit yang sering menghinggapi kita semua, yang benih- benihnya terlalu kerap muncul tanpa kita sadari. Di tingkat terbawah, sombong disebabkan oleh faktor materi. Kita merasa lebih kaya, lebih rupawan, dan lebih terhormat daripada orang lain. Di tingkat kedua, sombong disebabkan oleh faktor kecerdasan. Kita merasa lebih pintar, lebih kompeten, dan lebih berwawasan dibandingkan orang lain. Di tingkat ketiga, sombong disebabkan oleh faktor kebaikan. Kita sering menganggap diri kita lebih bermoral, lebih pemurah, dan lebih tulus dibandingkan dengan orang lain. Yang menarik, semakin tinggi tingkat kesombongan, semakin sulit pula kita mendeteksinya. Sombong karena materi sangat mudah terlihat, namun sombong karena pengetahuan, apalagi sombong karena kebaikan, sulit terdeteksi karena seringkali hanya berbentuk benih-benih halus di dalam batin kita. Akar dari kesombongan ini adalah ego yang berlebihan. Pada tataran yang lumrah, ego menampilkan dirinya dalam bentuk harga diri (self-esteem) dan kepercayaan diri (self-confidence) . Akan tetapi, begitu kedua hal ini berubah menjadi kebanggaan (pride), Anda sudah berada sangat dekat dengan kesombongan. Batas antara bangga dan sombong tidaklah terlalu jelas. Kita sebenarnya terdiri dari dua kutub, yaitu ego di satu kutub dan kesadaran sejati di lain kutub. Pada saat terlahir ke dunia, kita dalam keadaan telanjang dan tak punya apa-apa. Akan tetapi, seiring dengan waktu, kita mulai memupuk berbagai keinginan, lebih dari sekadar yang kita butuhkan dalam hidup. Keenam indra kita selalu mengatakan bahwa kita memerlukan lebih banyak lagi. Perjalanan hidup cenderung menggiring kita menuju kutub ego. Ilusi ego inilah yang memperkenalkan kita kepada dualisme ketamakan (ekstrem suka) dan kebencian (ekstrem tidak suka). Inilah akar dari segala permasalahan. Perjuangan melawan kesombongan merupakan perjuangan menuju kesadaran sejati. Untuk bisa melawan kesombongan dengan segala bentuknya, ada dua perubahan paradigma yang perlu kita lakukan. Pertama, kita perlu menyadari bahwa pada hakikatnya kita bukanlah makhluk fisik, tetapi makhluk spiritual. Kesejatian kita adalah spiritualitas, sementara tubuh fisik hanyalah sarana untuk hidup di dunia. Kita lahir dengan tangan kosong, dan (ingat!) kita pun akan mati dengan tangan kosong. Pandangan seperti ini akan membuat kita melihat semua makhluk dalam kesetaraan universal. Kita tidak akan lagi terkelabui oleh penampilan, label, dan segala tampak luar lainnya. Yang kini kita lihat adalah tampak dalam. Pandangan seperti ini akan membantu menjauhkan kita dari berbagai kesombongan atau ilusi ego. Kedua, kita perlu menyadari bahwa apa pun perbuatan baik yang kita lakukan, semuanya itu semata-mata adalah juga demi diri kita sendiri. Kita memberikan sesuatu kepada orang lain adalah juga demi kita sendiri. Dalam hidup ini berlaku hukum kekekalan energi. Energi yang kita berikan kepada dunia tak akan pernah musnah. Energi itu akan kembali kepada kita dalam bentuk yang lain. Kebaikan yang kita lakukan pasti akan kembali kepada kita dalam bentuk persahabatan, cinta kasih, makna hidup, maupun kepuasan batin yang mendalam. Jadi, setiap berbuat baik kepada pihak lain, kita sebenarnya sedang berbuat baik kepada diri kita sendiri. Kalau begitu, apa yang kita sombongkan?
[daarut-tauhiid] Rahasia Kecerdasan Orang Yahudi
Rahasia Kecerdasan Orang Yahudi Artikel Dr Stephen Carr Leon patut menjadi renungan bersama. Stephen menulis dari pengamatan langsung. Setelah berada 3 tahun di Israel karena menjalani housemanship dibeberapa rumah sakit di sana. Dirinya melihat ada beberapa hal yang menarik yang dapat ditarik sebagai bahan tesisnya, yaitu, Mengapa Yahudi Pintar? Ketika tahun kedua, akhir bulan Desember 1980, Stephen sedang menghitung hari untuk pulang ke California, terlintas di benaknya, apa sebabnya Yahudi begitu pintar? Kenapa tuhan memberi kelebihan kepada mereka? Apakah ini suatu kebetulan? Atau hasil usaha sendiri? Maka Stephen tergerak membuat tesis untuk Phd-nya. Sekadar untuk Anda ketahui, tesis ini memakan waktu hampir delapan tahun. Karena harus mengumpulkan data-data yang setepat mungkin. Marilah kita mulai dengan persiapan awal melahirkan. Di Israel, setelah mengetahui sang ibu sedang mengandung, sang ibu akan sering menyanyi dan bermain piano. Si ibu dan bapak akan membeli buku matematika dan menyelesaikan soal bersama suami. Stephen sungguh heran karena temannya yang mengandung sering membawa buku matematika dan bertanya beberapa soal yang tak dapat diselesaikan. Kebetulan Stephen suka matematika. Stephen bertanya, Apakah ini untuk anak kamu? Dia menjawab, Iya, ini untuk anak saya yang masih di kandungan, saya sedang melatih otaknya, semoga ia menjadi jenius. Hal ini membuat Stephen tertarik untuk mengikut terus perkembangannya. Kembali ke matematika tadi, tanpa merasa jenuh si calon ibu mengerjakan latihan matematika sampai genap melahirkan. Hal lain yang Stephen perhatikan adalah cara makan. Sejak awal mengandung dia suka sekali memakan kacang badam dan korma bersama susu. Tengah hari makanan utamanya roti dan ikan tanpa kepala bersama salad yang dicampur dengan badam dan berbagai jenis kacang-kacangan. Menurut wanita Yahudi itu, daging ikan sungguh baik untuk perkembangan otak dan kepala ikan mengandungi kimia yang tidak baik yang dapat merusak perkembangan dan penumbuhan otak anak didalam kandungan. Ini adalah adat orang orang Yahudi ketika mengandung. menjadi semacam kewajiban untuk ibu yang sedang mengandung mengonsumsi pil minyak ikan. Ketika diundang untuk makan malam bersama orang orang Yahudi. Begitu Stephen menceritakan, Perhatian utama saya adalah menu mereka. Pada setiap undangan yang sama saya perhatikan, mereka gemar sekali memakan ikan (hanya isi atau fillet), ungkapnya. Biasanya kalau sudah ada ikan, tidak ada daging. Ikan dan daging tidak ada bersama di satu meja. Menurut keluarga Yahudi, campuran daging dan ikan tak bagus dimakan bersama. Salad dan kacang, harus, terutama kacang badam. Uniknya, mereka akan makan buah buahan dahulu sebelum hidangan utama. Jangan terperanjat jika Anda diundang ke rumah Yahudi Anda akan dihidangkan buah buahan dahulu. Menurut mereka, dengan memakan hidangan kabohidrat (nasi atau roti) dahulu kemudian buah buahan, ini akan menyebabkan kita merasa ngantuk. Akibatnya lemah dan payah untuk memahami pelajaran di sekolah. Di Israel, merokok adalah tabu, apabila Anda diundang makan dirumah Yahudi, jangan sekali kali merokok. Tanpa sungkan mereka akan menyuruh Anda keluar dari rumah mereka. Menyuruh Anda merokok di luar rumah mereka. Menurut ilmuwan di Universitas Israel, penelitian menunjukkan nikotin dapat merusakkan sel utama pada otak manusia dan akan melekat pada gen. Artinya, keturunan perokok bakal membawa generasi yang cacat otak ( bodoh). Suatu penemuan yang dari saintis gen dan DNA Israel. Perhatian Stephen selanjutnya adalah mengunjungi anak-anak Yahudi. Mereka sangat memperhatikan makanan, makanan awal adalah buah buahan bersama kacang badam, diikuti dengan menelan pil minyak ikan (code oil lever). Dalam pengamatan Stephen, anak-anak Yahudi sungguh cerdas. Rata rata mereka memahami tiga bahasa, Hebrew, Arab dan Inggris. Sejak kecil mereka telah dilatih bermain piano dan biola. Ini adalah suatu kewajiban. Menurut mereka bermain musik dan memahami not dapat meningkatkan IQ. Sudah tentu bakal menjadikan anak pintar. Ini menurut saintis Yahudi, hentakan musik dapat merangsang otak. Tak heran banyak pakar musik dari kaum Yahudi. Seterusnya di kelas 1 hingga 6, anak anak Yahudi akan diajar matematika berbasis perniagaan. Pelajaran IPA sangat diutamakan. Di dalam pengamatan Stephen, Perbandingan dengan anak anak di California, dalam tingkat IQ-nya bisa saya katakan 6 tahun kebelakang!! ! katanya. Segala pelajaran akan dengan mudah di tangkap oleh anak Yahudi. Selain dari pelajaran tadi olahraga juga menjadi kewajiban bagi mereka. Olahraga yang diutamakan adalah memanah, menembak dan berlari. Menurut teman Yahudi-nya Stephen, memanah dan menembak dapat melatih otak fokus. Disamping itu menembak bagian dari persiapan untuk membela negara. Selanjutnya perhatian Stephen ke sekolah tinggi (menengah). Di sini murid-murid digojlok dengan pelajaran sains. Mereka didorong untuk
[daarut-tauhiid] Sisi Lain Ponari Jombang
Sisi Lain Ponari Jombang Jombang itulah nama daerahnya, konon sejarahnya daerah ini dinamai dengan sebutan Jombang dikarenakan adanya dua dimensi yang ada dalam masyarakatnya, setidaknya bisa disebut ijo abang (hijau dan merah). Sebuah warna yang memang dipilih sebagai simbol untuk sebuah strata seseorang, hijau mewakili orang yang melek huruf, atau santri kata yang berasal dari bahasa kuno sastri (melek huruf) dan berkaitan juga dengan cantrik anda bisa membacanya secara lengkap dalam catatan sejarah yang ada. Untuk memberi gambaran secara lebih dekat anggap saja Ryan (si jagal jombang) mewakili kelompok merah alias masyarakat yang membuat nilai daerahnya tertulis dengan nilai merah, dan Ponari sebagai wakil dari kelompok hijau (penyembuh) hal demikian adalah sebagai bentuk penyeimbang, dan mungkin hebohnya berlipat ganda dibanding hebohnya Ryan. Itu adalah contoh terkini, dan hampir seluruh Indonesia tahu, meski pada sejarahnya banyak juga kisah rakyat dan mungkin realita pada zamannya, bahwa disanalah gudang dua hal itu, toh dimanapun hal demikian juga akan selalu ada, dimana ada baik disitu ada buruk, sebab tidak akan mungkin sebuah kebaikan itu hadir tanpa diimbangi dengan keburukan, surga pun tak akan laku jika neraka tidak ada. Sebuah fenomena yang unik bagi saya melihat puluhan ribu orang mengantri untuk minta obat, yang secara rasional tertolak mentah-mentah, namun toh sehebat apapun rasio tak bisa mengalahkan realita yang ada. Banyak dari kalangan kesehatan terweleh-welehkan (dalam bahasa gaulnya, ilmu yang dipelajarinya dicampakkan dengan kejadian ponari), bocah umur 9 tahun yang habis tersambar petir dan mendapat batu, dan ketika batu itu dibuang ternyata kembali ketempat ponari lagi, pembaca boleh percaya boleh tidak, namun penulis yakin ponari bukan pembohong layaknya dukun-dukun itu. Orang mengatakan Ponari adalah dukun cilik, namun menurut penulis dia bukan dukun, namun hanya kebetulan diberi kelebihan oleh Allah, itu pun karena batu yang datang min haitsu la yahtasib, namun setidaknya efeknya positif, kalau memang itu bisa membuat orang jadi sembuh lantaran hal itu, toh juga yang menyembukan Allah. Jika ada orang yang kurang berilmu berkata itu syirik, saya kira perlu hati-hati, berobat ke dokter dan ke ponari adalah sama, menyakini jika minum obat dari dokter membuat dia sembuh adalah keliru, sebagaimana menyakini minum air yang dicelupi batunya ponari. Kecuali jika mereka tetap yakin yang menyembuhkan adalah Allah, lewat air itu, atau obat dari dokter. Anda bisa simak sejarah nabi Musa ketika sakit gigi, ketika dia memohon kesembuhan pada Allah dia disuruh mengambil sebuah rerumputan, disaat yang lain dia sakit lagi, dan langsung mengambil rerumputan dan melupakan Allah, akhirnya sakitnya malah parah, setelah itu baru sadar dan mendapat teguran dari Allah. Kisah ponari ini menurut penulis adalah sebuah peringatan kepada pemerintah Indonesia, dimana pelayanan kesehatan begitu minim dan mahal, baru daftar menjadi pasien saja sudah mahal apalagi resmi menjadi pasien dan harus menebus obat-obat yang mahal, maka tak heran jika puluhan ribu orang rela antri berhari-hari hanya karena pengobatan yang murah. Hal demikian juga mengulang sejarah nabi Isa, juru pengobatan yang tak masuk akal pada saat kekuatan akal diagung-agungkan oleh kaum yahudi yang memang rasionalis, bahkan nabi Isa pun dilahirkan tanpa ayah, sebagai bukti bahwa Allah mampu melakukan apa yang akal manusia tak mampu menjangkau. Penulis pun terkadang terbentur dengan hal demikian, ketika mencoba menjadikan sesuatu sesuai akal dalam sejarah-sejarah para nabi, para wali, dan orang sholeh lainya. Satu contoh adalah Hajar aswad, batu hitam yang diciumi jutaan orang, yang sekarang terletak disebuah sudut ka’bah, batu itu dalam tafsir yang penulis pelajari, adalah batu dari surga, buah-buahan yang diberikan untuk maryam ketika i’tikaf dalam tempat khalwatnya adalah dari surga, Istri salah seorang wali di Indonesia .juga bidadari dari surga. Disitulah manusia diuji antara percaya dan tidak percaya, dan disitu pula manusia diajari bahwa yang gaib itu ada, dan yang ada itu gaib. Yang atas itu bawah dan yang bawah itu atas, up is down kata orang inggris, dan penulis yakin ketika pembaca berpikir sejenak dari contoh yang akan penulis berikan, pembaca akan sadar. Contoh atas adalah bawah. Kita semua tahu bahwa bumi adalah bulat, langit yang kita anggap diatas kita sebenarnya adalah dibawah bumi, dan langit yang dibawah bumi sebenarnya diatas kita. Anggap saja apa yang dianggap tertinggi dibagian bumi amerika, adalah apa yang dianggap rendah oleh bagian bumi Indonesia, dan semakin tinggi orang menumpuk harta, semakin dalam pula ia terkubur dengan harta. Kalau saja umur kita diakhirat nanti sama dengan umur kita didunia, anda bisa bayangkan jika satu hari penuh kita berdosa, sebagai balasan kejelekan adalah 1:1 maka kita akan terhukum selama 1000 tahun dunia, karena satu
[daarut-tauhiid] Bersambung dengan Nama Allah
Bersambung dengan Nama Allah Rasulullah saw, bersabda, Segala sesuatu yang baik, yang tidak dimulai dengan Bismillah...maka pasti sia-sia. Kenapa sia-sia? Karena Allah swt, memulai segalanya ini bersamaan dengan bunyi BasmalahNya. Dan karena itu, segalanya ini sesungguhnya menyembunyikan Asma-asmaNya. Tidak satu pun ciptaanNya yang tidak ada Asma' di sana. Sehingga Nabi Adam diajari oleh Allah tentang nama-nama makhluk dan sekaligus hakikat nama yang ada dibalik nama itu semua, yaitu Asma-asmaNya. Bismillah berarti, juga terbukanya kesadaran bahwa apa yang berbunyi dan berdenyut hakikatnya adalah Nama-namaNya, lalu dalam Nama-nama itu ada Sifat-sifatNya. Menyebut NamaNya (Basmalah) berarti telah menyambungkan jiwa kita dengan AsmaNya, dalam alur gerak dan gerik kita. Gerak-gerik yang selalu ada awal dan akhir. Agar gerak-gerik, aktifitas kita mengabadi bersamaNya, menuju kepadaNya, karena segalanya dariNya, maka Basmalah adalah awal segalanya, sebagaimana awal turunnya wahyu Al-Qur'an di Gua Hira', adalah perintah membaca dengan AsmaNya. Dengan asmaNya berarti kita berdzikir, karena AsmaNya Yang Agung adalah Allah. Gemuruh Allah Allah Allah, sampai gemuruhnya sirna dalam AbadiNya, berurai dalam KalamNya, dan Fainnama Tuwallu FaTsamma Wajhulloh (kemana pun engkau menghadap, disanalah Wajah Allah). Dengan Basmalah, tahun 2009 kita mulai.
[daarut-tauhiid] Bapak Tua Pekerja Keras
Bapak Tua Pekerja Keras Sore itu kulihat seorang bapak tua sedang melintas di keramaian jalan raya yang penuh sesak dan pengap asap kendaraan. Ia melenggang dengan langkah tegap, menyandang sebuah buntalan tas di pundaknya. Tampak garis keras di wajahnya dan tampak pula gurat kelelahan yang menghiasinya. Mungkin, ia sedang menempuh perjalanan pulang ke rumahnya setelah lelah bekerja seharian. Kepulangan yang selalu ditunggu anak dan istrinya. Kepulangan seorang pahlawan keluarga yang telah dan akan terus berjuang demikian kerasnya untuk bahtera keluarganya. Entah berapa jauh jarak yang harus ditempuh olehnya dari rumah ke tempatnya membanting tulang dan memeras keringat. Tak banyak hasil yang didapatnya, namun kerasnya kehidupan tak cukup dilalui dengan hanya bertopang dagu dan berpangku tangan. Tak cukup pula dilalui dengan hanya berangan panjang, tetapi harus dihadapi dengan kepala tengadah, dada tegap dan tangan terkepal serta tak lupa tetap dengan kelembutan hati. Bapak tua pekerja keras itu telah melalui hidupnya dengan ketegaran hati, rasa nrimo ing pandum dan keyakinan bahwa rejeki selalu ada dan harus dijemput. Namun entah bagaimana dengan anak istri di rumah, apakah mereka juga memiliki kebesaran jiwa yang sama ? Ah bagaimana rasanya perasaan bapak tua pekerja keras itu jika anak-anaknya meminta sesuatu yang belum mungkin dipenuhinya ? Pasti teriris hatinya, trenyuh dan mungkin nelangsa. Sesuatu yang sangat dibutuhkan memang wajar untuk diminta, tetapi bagaimana jika yang di luar itu ? Bukankan jaman ini gempuran sihir yang mempesona sangat luar biasa melingkupi diri kita ? Sihir iklan bertubi-tubi merampas perhatian kita, menawarkan gaya hidup yang mempesona. Di pinggir jalan, di mal-mal, di surat kabar, di tabloid, di majalah, di radio apalagi di televisi yang setiap saat hadir di hadapan kita menawarkan gaya hidup yang penuh gemerlap. Oh... sungguh begitu banyak orang yang telah terbius pesonanya, melamunkannya, menginginkannya dan terobsesi karenanya. Betapa menderitanya, betapa kasihan dan memprihatinkan hati yang kalah oleh pesona sihir itu. Semoga keluarga bapak tua pekerja keras itu tidak seperti itu, tetap tegar, kuat dan nriman. Satu prinsip ketegaran hidup dari seorang tokoh luar biasa yang kutahu : walau melarat tapi bermartabat. Luar biasa prinsip itu, walau secara materi jatah kita melarat, tetapi hati kita harus konglomerat. Sikap itu pula yang juga ingin kuwariskan pada anak-anakku. Karena hidup tidak pernah mundur ke belakang. Hidup selalu maju ke depan, selalu baru dan berbeda. Tantangan hidup semakin berat, persaingan hidup semakin tinggi dan perubahan jaman semakin cepat. Semoga mereka selalu siap menghadapi tantangan jamannya masing-masing dan tugaskulah mempersiapkan mereka. Bapak tua, hormatku untukmu. Get your preferred Email name! Now you can @ymail.com and @rocketmail.com. http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/ [Non-text portions of this message have been removed]
[daarut-tauhiid] Api
Api Hari Kamis kemarin ada kejadian heboh yaitu salah seorang teman rumahnya kebakaran, tetapi alhamdulillah apinya berhasil dikendalikan dengan bantuan tetangga sekitar dan dua buah mobil pemadam kebakaran. Apinya “hanya” memakan sebagian dapur dan kamar tidur belakang, juga mencicipi kamar tidur tetangga sebelah. Ketika ada teman yang simpati dan sms menanyakan penyebab kebakaran, ya kujawab saja bahwa penyebabnya adalah api. Bukankah kalau kebakaran itu penyebabnya memang api ? Lain kalau pertanyaannya dari mana asalnya api kok bisa membesar ? Nah, itu perlu penyelidikan lebih lanjut, biar petugas kepolisian saja yang menjelaskan hasil forensiknya. Jadi ingat nafsu, ya seperti api itu. Api ketika kecil dan terkendali, banyak manfaatnya bagi kita, tetapi ketika api itu mulai membesar dan tidak dikendalikan maka ia akan membakar satu obyek benda. Bila belum dikendalikan juga akan membesar lagi membakar satu ruangan, terus satu rumah, satu RT, satu RW, satu kelurahan, satu kecamatan, satu kota, terus-terus dan terus. Nafsu begitu juga kan ? Begitu dituruti dan tidak segera dikendalikan, ia akan menuntut lebih, lebih, lebih dan lebih lagi. Coba saja amati sendiri nafsu dalam diri kita masing-masing, pasti seperti itu tabiatnya apapun ekspresinya. Kaya itu harus kalau bisa, karena dengan kaya kita lebih bisa berbuat banyak, tetapi yang terpenting dan harus adalah kaya hati, bukan nafsu kaya. Kalau seseorang sudah diberi kemudahan dalam usahanya sehingga bisa dikategorikan kaya dalam ukuran sosial-ekonomi masyarakat, maka ikhtiarnya untuk mengembangkan usahanya, melebarkan sayap dan ekspansi bukannya tidak boleh, bahkan harus, tetapi di sini ada perbedaan antara yang kaya hati dan yang bernafsu kaya. Orang yang kaya hati, begitu ada peluang bagus akan segera diambilnya, bukan karena dia masih merasa kekurangan dengan kekayaan yang dimiliki tetapi dengan ekspansi bisnisnya itu dia berkeinginan agar dapat lebih banyak lagi berbagi pada sesama, mendistribusikan kembali karunia yang diterima kepada sesama dengan lebih banyak membuka peluang kerja bagi orang lain. Dia akan memberi ketika ingin memberi tanpa menghitung untung rugi karena pemberian itu bukan dalam wilayah bisnis. Sedangkan untuk bisnis, memang tetap harus berhitung untung ruginya. Bandingkan dengan orang yang bernafsu kaya, walaupun dalam struktur sosial-ekonomi masyarkat dia sudah digolongkan orang kaya, tetapi dia akan berusaha menambah kekayaannya, dia merasa tidak tenteram, tidak aman dan masih merasa kurang. Semakin kaya biasanya semakin pelit dan bakhil. Mau bersedekah saja, dihitung dulu, kadang malah ditahan dengan alasan tidak mendidiklah, inilah dan itulah. Memberikan hak pada orang yang telah bekerja padanya saja dengan muka masam, dicari dulu kesalahannya. Semakin kaya materi, semakin miskin hati. Bagi kaum laki-laki biasanya juga mempunyai kecenderungan nafsu yang berlebihan kepada kaum perempuan. Begitu nafsu ini dipenuhi maka akan menuntut lebih, lebih, lebih dan lebih lagi tanpa kesudahan. Ada yang mudah jatuh cinta, thukmis kata orang jawa (bathuk lamis), begitu ketemu yang sesuai seleranya akan dikejar bagaimanapun caranya. Sudah punya istri dan anak, ditinggal begitu saja tanpa ada tanggung jawabnya, ganti yang lain yang nantinya seperti itu lagi kasusnya, anaknya banyak kececeran tanpa ada tanggung jawabnya. Ada lagi yang cuma mengumbar syahwatnya, asal cocok, jadilah, di mana pun dan kapan pun bukan masalah. Politisi juga begitu, begitu tahu enaknya jadi politisi yang gampang cari uang [urusan kemaslahatan rakyat, bangsa dan negara cukuplah untuk diretorikakan saja, yang penting fulus berjalan mulus tanpa terendus KPK yang gencar memberangus para tikus] maka nafsu politiknya menggelegak, bagaimana caranya bisa bertahan lama pada posisi yang dipegangnya malah kalau bisa ada peningkatan. Yang ada adalah musuh bersama, apapun ideologinya pasti bisa bersatu untuk menghadapi musuh secara bersama-sama. Musuh itu orang atau pihak yang bisa menggoncang kemapanan yang telah dipegangnya, yang telah dikuasai dan dikendalikannya. Musuh bisa baik bisa juga tidak baik. Musuh yang baik adalah yang mendobrak kemapanan itu untuk mengembalikan ke jalan yang semestinya sesuai rel kemaslahatan rakyat, bangsa dan negara. Sedangkan musuh yang tidak baik adalah yang mendobrak kemapanan untuk mengambil alih guna kepentingannya sendiri. Banyaklah contohnya, amati saja diri kita sendiri pasti akan kita temukan banyak nafsu di dalam diri ini yang ingin dipenuhi. Semoga kita semua diberi kemudahan mengendalikan dan mendidik nafsu kita untuk taat pada tuhan kita, ALLAH. Get your preferred Email name! Now you can @ymail.com and @rocketmail.com. http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/ [Non-text portions of this message have been removed]
[daarut-tauhiid] Shalat Taubat
Shalat Taubat Bagi mereka yang membiasakan shalat taubat mungkin ada yang masih terselip sebersit tanya di hati tentang dosa apa yang dilakukan sehingga harus melaksanakan shalat taubat [biasa, sabotase nafsu, tidak terima diberi beban]. Seakan shalat taubat hanya bagi mereka yang melakukan dosa besar saja, padahal setiap saat kita ini senantiasa melakukan dosa yang merupakan awal dari dosa-dosa yang lain, yaitu lalai dari mengingat Allah. Ingat Allah bukan hanya dalam pengertian misalnya ketika kita ditanya, “Namamu siapa ?”, kemudian kita menjawabnya, “Fulan.”. Kita menjawab dengan menyebutkan nama kita karena kita memang ingat tentang nama kita. Itu namanya mengingat [recall memory] karena ada suatu sebab, bukan berkekalan dalam kesadaran setiap saat bahwa nama kita Fulan. Nah, lalai dari mengingat Allah ya seperti itu, kita ingat kalau Allah itu Tuhan kita, tetapi kesadaran kita tidak bersama-NYA, hati kita tidak untuk-NYA dan ketika nafsu kita menguat terjadilah perselingkuhan itu. Perselingkuhan antara diri kita dan nafsu kita yang akhirnya melahirkan setan, begitu yang saya pahami dari apa yang pernah diajarkan Syaikh Luqman. Berarti tanpa disadari setiap saat ketika kita lalai dari Allah, setiap saat itu pula kita memproduksi setan, lebih parah lagi kita juga sering menggoda setan untuk menggoda diri kita sendiri, “Setan godain kita dong !”. Adakah maksiat yang terjadi ketika hati seseorang hadir kesadaran bersama Allah ? Adakah kerelaan terhadap nafsu manakala hati hanya untuk Allah ? Bila hati dalam kesadaran Allah, tidak ada celaan tidak ada pujian, semua kembali kepada-NYA. Bila hati dalam kesadaran Allah, tidak ada kesedihan tidak ada kegembiraan, semua pemberian-NYA. Bila hati dalam kesadaran Allah, tidak ada cobaan tidak ada peringatan tidak pula anugerah, semua Rahmat-NYA. Bila hati dalam kesadaran Allah, tidak ada kekhawatiran tidak ada ketakutan, semua jaminan-NYA. Bila hati dalam kesadaran Allah, tidak ada kekuatan tidak ada keunggulan, semua pemberian-NYA. Bila hati dalam kesadaran Allah, tidak ada siksa tidak ada pahala, semua ketentuan-NYA. Bila hati dalam kesadaran Allah, tidak ada yang lain, yang ada hanya ALLAH. Bila hati dalam kesadaran Allah, tidak ada yang tidak ALLAH. Bila hati lalai dari Allah, itulah awal dosa kita dan itulah yang harus selalu kita mohonkan ampunan setiap harinya, itulah awal taubat kita. Dadi ojo rumongso ora nate tumindak dosa. Get your new Email address! Grab the Email name you#39;ve always wanted before someone else does! http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/ [Non-text portions of this message have been removed]
[daarut-tauhiid] Kyu-Kyu
Kyu-Kyu Beberapa tahun terakhir ini di mana-mana begitu marak diselenggarakan training-training pengembangan diri dengan berbagai peralatan/metode yang terdapat di dalamnya (hypnosis, emotional freedom technique, neuro linguistic programming, de-el-el) yang obyeknya tidak lagi hanya intelligence quotient (IQ) tetapi juga berkembang menjadi emotional quotient (EQ), spiritual quotient (SQ), financial quotient (FQ) dan sebagainya, pokoknya yang pakai “qiu-qiu” gitu. Ditunjang dengan penemuan di bidang neuro-science yang sudah mulai membuka sebagian tabir misteri dan kedahsyatan otak manusia. Apalagi sejak booming “The Secret” atau pun “The Law of Attraction” di mana semua jadi latah ikut-ikutan dan akhirnya banyak ditulis buku-buku semacam “Quranic Law of Attraction”, “Al Qur’an The Ultimate Secret”, “The Spiritual Law of Attraction” dan sebagainya yang rasanya bahasannya mentah dan tidak membumi hanya mengikuti selera pasar. Kenapa sih kok selalu mengekor bukannya menjadi pionir, apakah memang niatnya cuma mengeruk rupiah dari buku yang ditulis itu. Bukan hanya training yang marak tetapi juga berlanjut menjadi mentoring, psychotherapy, counseling dan coaching. Harga pelatihan-pelatihan semacam itu memang relatif murah jika dibandingkan dengan manfaat (secara akal) yang diperoleh pesertanya, tetapi sayangnya harga tersebut relatif mahal atau tidak terjangkau bagi mereka yang berpenghasilan pas-pasan atau sedang. Tetapi jangan khawatir, kalau kita ingin mendapatkan semua manfaat dari pelatihan-pelatihan seperti yang tersebut diatas sebenarnya di dalam dunia sufi semuanya ada bahkan lebih dahsyat, serta lebih selamat dari itu semua, tentu saja bila kita menjalani laku lampah sufi dengan menyeluruh dan istiqomah, yang pertama karena dunia sufi selalu memfokuskan tujuan pada Allah – lillahi ta’ala bukan yang lain, sehingga kalau Allah di depan kita maka insya Allah dunia pun akan mengikuti di belakang kita dan bukankah masa depan kita yang sejati adalah Allah itu sendiri, coba mau kemana kita setelah mati walaupun prestasi keduniaan kita selangit jika tidak kembali kepada Allah; kemudian yang kedua adalah bahwa yang menjadi fokus perhatian adalah hati yaitu bagaimana caranya agar hati ini benar-benar full Allah, sehinga dengan demikian seluruh sifat yang tercela akan tereliminasi dan akan digantikan dengan sifat-sifat yang terpuji yang dilandasi dengan keyakinan kepada Allah bukan kepada diri sendiri, keyakinan yang benar-benar yakin tidak hanya dalam level akal saja melainkan keyakinan yang menghunjam kuat di hati (nantinya menuju ke haqqul yaqin) yang pada akhirnya di mana pun kita berada dan pada posisi apa pun juga akan membuahkan hasil yang optimal. Dari hati yang yakin, ilmu yang diperoleh lebih jernih karena tidak saja dalam tataran akal rasional tetapi sudah menyentuh hakikat dibalik ilmu itu sendiri yaitu Allah itu sendiri. Tentu saja hal itu semua tidak terlepas dari bimbingan seorang mursyid yang kamil mukammil yang memandu kita hingga sampai di hadapan Allah dengan selamat. MEMANDU, bukan hanya sekedar memberikan peta. Kalau sekedar diberikan peta, maka belum tentu yang diberi peta bisa sampai di tujuan karena harus sering berhenti, menanyakan, mencocokkan dengan peta yang dibawa, apalagi kalau jalan yang dilalui berliku-liku penuh rintangan, walapun toh sekarang juga sudah ada peta digital via GPS. Bisa-bisa pemegang peta hanya muter-muter terus, gak sampai-sampai ke tujuan, yang parah bisa jadi karena tujuannya pun tidak jelas. Beda dengan dipandu, kalau dipandu, sambil merem aja ya pasti sampai dengan selamat di tujuan, yaitu Allah, asalkan memang yang memandu berkualifikasi kamil mukammil, itu saja. Seorang mursyid kamil mukammil adalah sebenar-benarnya pewaris para nabi dan rasul. Apa pun yang Beliau ucapkan, apa pun yang Beliau lakukan dan apa pun yang beliau ajarkan atau perintahkan, hakikatnya tidak akan pernah lepas atau bertentangan dengan Qur’an dan Hadits, serta tidak mungkin juga hal tersebut produk dari hawa nafsunya walaupun mungkin kita sebagai murid suatu saat belum bisa menerima secara akal karena hijab yang kita buat sendiri masih berlapis-lapis. Bukankah sudah banyak contoh yang terjadi tentang hal itu ? Seorang mursyid kamil dan mukammil pastilah seorang wali. Dalam salah satunya hadis qudsi yang diriwayatkan Imam al-Bukhari dalam sahihnya dari Abu Hurairah r.a., bahwa Nabi saw. bersabda, bahwa Allah Swt. berfirman, Kunyatakan perang kepada siapa pun yang memerangi wali-Ku. Tidaklah hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Kucintai dari pada kewajiban-kewajiban yang Kubebankan atas dirinya; tidaklah hamba-Ku mendekat kepadaku dengan amal-amal sunat melainkan Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya, Aku menjadi pendengarannya yang dengannya ia mendengar, penglihatannya yang dengannya ia melihat, tangannya yang dengannya ia memegang dan kakinya yang dengannya ia berjalan. Apabila ia meminta pasti
[daarut-tauhiid] Kearifan Penjual Roti
Kearifan Penjual Roti Baru ingat, tadi pagi aku mampir beli nasi campur di tetangga seRT, kebetulan juga temanku lewat di depan rumah itu. Temanku itu berprofesi sebagai penjual roti keliling. Dia lulusan MAN Lamongan. Dulu teman-temannya banyak yang dari almamaternya dan juga berprofesi sama, tetapi kemudian banyak yang baralih profesi, ada yang jadi operator foto copy, ada yang berdagang dan ada juga yang sekarang menjadi pimpinan cabang salah satu pesantren di Jawa Timur Juga setelah nyantri di salah satu pesantren di timur kota Surabaya. Nah temanku ini yang biasa aku panggil Mas Mudjib yang masih setia pada profesinya. Tadi keluar pernyataan dari lisannya yang bagiku sederhana tapi sarat makna. Kebetulan tadi juga ada penjual minyak tanah keliling yang juga lagi berhenti, mas Mudjib dan juga aku. Karena tadi pagi mendung mau hujan sedangkan mereka harus keliling menjajakan dagangannya, terlontarlah ucapannya : “Gelem panase yo kudu gelem udanne.” [mau panasnya ya harus mau hujannya] Terlihat rombong rotinya sudah banyak yang kosong dalam arti lumayan laku, keluar lagi ucapannya : “Gelem ramene yo kudu gelem sepine, yo disyukuri ae, wong urip iku mesti gandengan.” [Mau ramainya ya harus mau saat sepi, disyukuri saja, karena hidup itu selalu bergandengan] Sangat terasa kata-katanya, dalam maknanya dan luas penjabarannya, mari seneng susah, mari nangis ngguyu, selalu bergandengan. Makanya dalam segala hal harus disikapi dengan biasa saja tidak perlu berlebihan apalagi ekstrem. Direnungkan sendiri aja lagi, semoga bermanfaat. Get your new Email address! Grab the Email name you#39;ve always wanted before someone else does! http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/ [Non-text portions of this message have been removed]
[daarut-tauhiid] Salah satu kekhususan Syadziliyah
Salah satu kekhususan Syadziliyah Salah satu ciri dari mursyid kamil dan mukammil yang saya ketahui adalah sama sekali tidak memberatkan murid-muridnya, amalan yang diberikan pun pasti pas sesuai dengan volume ruhani masing-masing murid. Para murid bebas untuk menjadi apa saja, bebas memiliki apa saja dalam masing-masing kondisi yang Allah takdirkan untuk mereka, tetapi dalam kondisi tersebut mereka pun pasti juga bisa menemukan jalan menuju Allah. Hal itulah yang menurut saya merupakan salah satu kekhususan dari Tarekat Syadziliyah. Syaikh Abdul Djalil Mustaqim pernah dawuh bahwa mengamalkan tarekat sebagai seorang sufi bukan hanya memegang tasbih, berdzikir di masjid, atau melakukan zawiyah/uzlah tanpa mempedulikan kehidupan duniawi dan kepentingan masyarakat. Menurut Beliau, sholat 5 waktu dengan disiplin, mencari nafkah dengan jujur, menuntut ilmu dengan bersungguh-sungguh, merupakan kehidupan bertarekat. Tetapi itu semua jangan sampai menyebabkan kita melupakan Allah SWT. Tidak ada larangan berbisnis bagi pengikut tarekat. Bisnis tidak menghalangi seseorang untuk masuk surga, sebab ada berjuta jalan menuju Allah. Syaikh Abu al-Abbas al-Mursi juga pernah dawuh kepada Syaikh Ibnu Athaillah : Jika kau berteman dengan seorang pedagang, jangan berkata kepadanya : ‘Tinggalkan daganganmu dan kemarilah !' Juga jangan berkata kepada seorang pekerja : 'Tinggalkan pekerjaanmu dan kemarilah !' Dan jangan berkata kepada pelajar : 'Tinggalkan pelajaranmu dan kemarilah !' Posisikan setiap orang sesuai dengan posisi yang Allah berikan untuknya. Bagian seseorang yang Allah berikan lewat diri kita pasti akan sampai kepadanya. Para sahabat menyertai Rasulullah saw dengan setia. Namun, Rasul tidak pernah berkata kepada [sahabat yang] pedagang : `Tinggalkan daganganmu !’ tidak juga kepada pekerja : `Tinggalkan pekerjaanmu !' Rasulullah membiarkan mereka dengan usahanya masing-masing seraya memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah. Selanjutnya Beliau juga dawuh : “Tetaplah dalam posisi yang Allah berikan kepadamu. Bagian untukmu yang Allah berikan lewat diriku pasti akan sampai kepadamu. Itulah ahwal kaum shiddiqin. Mereka keluar dari sesuatu ketika Allah SWT sendiri yang mengeluarkan mereka.” Karena itu dalam al-Hikam Syaikh Ibnu Athaillah mengingatkan : Keinginanmu untuk memasuki alam tajrid (meninggalkan urusan dunia, tidak terikat sebab-akibat) padahal Allah masih menempatkanmu pada alam asbab (masih terikat sebab-akibat), adalah termasuk syahwat yang tersembunyi. Sebaliknya, keinginanmu untuk masuk ke alam asbab padahal Allah telah menempatkanmu pada alam tajrid, adalah suatu kemerosotan dari himmah (tekad spiritual) yang luhur. Get your preferred Email name! Now you can @ymail.com and @rocketmail.com. http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/ [Non-text portions of this message have been removed]
[daarut-tauhiid] Hidup itu penuh kejutan
Hidup itu penuh kejutan Hidup itu penuh kejutan karena kita sama sekali tidak tahu apa yang akan terjadi di depan kita walau hanya dalam jarak satu detik ke depan. Kejutan yang saya maksudkan adalah dalam arti sempit yaitu hanya sebatas yang pada umumnya semua kalangan menganggapnya sesuatu yang negatif dalam kehidupan kita. Pengalaman selama ini dari orang-orang di sekitar kita juga mengajarkan seperti itu. Seseorang yang sudah mapan dalam pekerjaan tiba-tiba saja terkena PHK, seseorang yang mempunyai track record baik bahkan tampak sholeh baik secara ritual maupun sosial tiba-tiba saja terkuak segala kenakalannya, seseorang yang selama ini bisnisnya lancar tiba-tiba saja dalam sekejap mengalami kerugian yang luar biasa, seseorang yang kelihatan segar bugar tiba-tiba saja ambruk sakit parah, seseorang yang keluarganya tampak adem ayem tiba-tiba saja berantakan, seseorang yang di masa muda jaya tiba-tiba saja di masa tua semua kejayaannya sirna, tiba-tiba saja peternakan uangnya kolaps dihantam krisis ekonomi dengan biang keroknya si amerika, tiba-tiba saja anaknya sakit, tiba-tiba saja keluarganya ada yang mengalami kecelakaan, tiba-tiba saja hartanya dirampok orang, tiba-tiba saja tempat usahanya terbakar, tiba-tiba saja bumi kita digoyang gempa, tiba-tiba saja bumi kita disembur lahar, tiba-tiba saja bumi kita disemprot lumpur, tiba-tiba saja bumi kita direndam banjir, tiba-tiba yang lain tiba-tiba saja datang dan tiba-tiba saja berbagai tiba-tiba itu datang beruntun. Semua itu bisa terjadi dan sangat mungkin untuk terjadi pada diri kita, pada diri suami atau istri kita, pada diri anak-anak kita, pada diri orang tua kita, pada diri saudara-saudara kita dan pada diri-diri yang lain di sekitar kita. Bahkan yang pasti dan tidak bisa kita tolak, tiba-tiba saja kita mati dan mungkin kematian itu menjemput selagi kita belum benar-benar mengenal tuhan kita yaitu Allah. Sudahkah kita siap menyongsong berbagai kejutan yang tiba-tiba dalam kehidupan kita ? Siap atau pun tidak, ya harus siap-siap jangan sampai kita mengalami kejutan yang berlebihan, ojo kagetan kata orang-orang tua dulu dan yang utama harus siap adalah hati kita. Hati kita harus kita siapkan untuk menghadapi berbagai kejutan yang tiba-tiba itu dengan sikap sabar, syukur dan ridho, hati kita harus kita siapkan untuk tawakal di setiap awal ikhtiar kita dan agar bisa seperti itu, minimal hati kita harus kita latih untuk terus menerus berdzikir Allah, Allah, Allah terus menerus tanpa jeda, karena dzikir itulah yang akan menjaga hati kita tetap bercahaya dengan hidayah Allah. Dengan hati yang bercahaya, insya Allah akal-pikiran kita tetap terang sehingga apa pun yang tiba-tiba datang menghadang tidak terlalu membuat kita terkejut, dapat dengan tenang segera kita carikan solusinya. Di sela-sela aktivitas, kita berdzikir atau bahkan sambil beraktivitas kita berdzikir, terus menerus menjaga rasa butuh kita kepada Allah, terus menerus menjaga rasa kehambaan kita kepada Allah, sehingga kalau Allah ridho, kejutan yang diberikannya kepada kita tidak disertai adzab sehingga kita bisa menghadapinya dengan tenang, hati bisa sabar, syukur dan ridho, serta akal-pikiran tetap menjalankan tugasnya untuk ikhtiar. Berbagai kemudahan pun insya Allah akan datang mengganti berbagai kesulitan yang telah kita lalui. Aamiin. Get your new Email address! Grab the Email name you#39;ve always wanted before someone else does! http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/ [Non-text portions of this message have been removed]
[daarut-tauhiid] Sudut Pandang
Sudut Pandang Ini menyangkut hubungan kita dengan orang lain, entah itu suami, istri, anak, orang tua, saudara, tetangga, rekan kerja, relasi, teman atau apa pun juga namanya. Terkadang memang tidak bisa lepas dari suatu konflik apapun penyebab konflik itu. Satu hal yang biasa terjadi dalam suatu konflik adalah masing-masing pihak yang berkonflik selalu memandang konflik tersebut dari sudut pandang dirinya sendiri, jarang atau bahkan tidak pernah konflik itu dipandang dari sudut pandang pihak lain di dalam konflik yang terjadi atau bahkan dilihat dari sudut pandang pihak yang berada di luar konflik. Tentu saja dari sudut pandang diri sendiri, semua pihak di luar diri kita adalah salah, hanya kita yang benar. Menurut pengalaman pribadi satu hal yang pasti dirasakan dalam suatu konflik adalah munculnya rasa mangkel atau jengkel yang intensitas kejengkelan itu bervariasi sesuai konfliknya. Nah kalau kita tidak bisa mengeliminasi kejengkelan itu, pada akhirnya kita juga yang rugi. Pertama, karena kita memelihara rasa jengkel maka mood kita biasanya jelek sehingga energi kita cepat terkuras alias stamina cepat turun. Kedua, dalam kejengkelan maka hubungan kita dengan pihak yang berkonflik dengan kita tidak akan enak sehingga timbul berbagai persaan lain yang menghambat produktivitas keseharian kita seperti rasa rikuh, gengsi bahkan mungkin mengharapkan sesuatu yang negatif terjadi padanya. Ketiga, apabila kejengkelan itu tidak kunjung lenyap bahkan terpendam maka kemungkinan besar akan timbul suatu gejala psikosomatis. Nah, kalau tidak ingin seperti itu caranya gampang sekali, dalam wilayah akal yaitu dengan mengubah sudut pandang kita dan ini memerlukan sedikit visualisasi : Pertama lihatlah konflik itu dari sudut pandang kita sendiri. Kedua lihatlah konflik itu dari sudut pandang pihak lain yang berkonflik dengan kita. Ketiga lihatlah konflik itu dari sudut pandang pihak lain di luar konflik kita. Cari sendiri bagaimana aplikasi nyatanya, berikut ini hanya sebuah contoh sederhana yang biasa saya lakukan. Dalam dunia kerja misalnya, biasanya ada saja rekan kerja yang agak aneh (mungkin itu diri kita sendiri ?) yang sukanya cuci tangan dengan arti dalam melaksanakan tanggung jawabnya hanya cari amannya sehingga selalu bersih dan rekan kerja lain yang dipersalahkan oleh pimpinan. Atau bisa juga orang aneh ini sukanya menjilat atasan dan menjegal sesama rekan. Bisa juga orang aneh ini memnfaatkan tanggung jawab yang dipegangnya untuk mengeruk keuntungan pribadi, atau juga dalam bentuk yang lain. Kalau ada yang seperti itu pasti jengkel banget kan ? Terus bagaimana langkahnya menghilangkan kejengkelan itu ? Pertama, lihat dari sudut pandang kita sendiri, apa yang kita pikirkan tentang kejelekan orang itu lepaskan saja, prasangka apa pun tidak usah ditutupi, pikiran apa pun keluarkan saja. Kalau sudah puas baru melangkah ke yang kedua, lihat dari sudut pandang orang yang membuat kita jengkel seakan-akan kita menjadi orang tersebut. Coba rasakan dengan alasan apa dia bersikap seperti itu. Mungkin saja kita bisa merasakan kalau dia bersikap seperti itu karena keinginannya yang berlebihan untuk bisa menyenangkan anak istri, atau karena dia dalam kondisi sulit ada keluarganya yang sakit, atau juga alasan-alasan lain yang mungkin bisa kita temukan. Ketiga, keluarlah dari dirimu dan dari orang lain itu untuk melihat dari sudut pandang di luar yang berkonflik dalam menilai konflik yang terjadi dan coba dirasakan bagaimana sebaiknya diri kita bersikap dan bagaimana dia bersikap menurut sudut pandang di luar dia dan kita. Misalnya setelah kita coba dari sudut pandang pihak ketiga, rasanya kita disarankan untuk cuek saja yang penting laksanakan tugas dan tanggung jawab kita dengan sebaik-baiknya dengan data-data yang kuat sebagai argumen, kalau dia mau ini itu ya biarkan saja tidak usah dihiraukan, bersikap biasa saja. Nah, pasti kalau itu kita lakukan kita akan menemukan suatu kesadaran baru dan begitu kita mau mengubah sikap dan cara pandang kita, maka biasanya dia yang berkonflik dengan kita pun rasanya juga akan berubah tidak senegatif sebelumnya sebagaimana kita rasakan. Silahkan dicoba. Dalam wilayah hati, semestinya yang sudah terlatih hatinya tidak memerlukan tiga langkah seperti yang tertulis di bagian sebelumnya karena semakin lama hati terlatih maka kemarahan dan kejengkelan itu akan semakin cepat sirna bahkan malah berganti dengan rasa kasihan. Kok bisa ? Ya bisa saja, kalau memang Allah menolong kita untuk bisa seperti itu. Minimal ada tiga langkah juga yang bisa saya serap dari apa yang diajarkan Syekh Luqman dan insya Allah juga selalu saya latih untuk mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu : Pertama, ISTIGHFAR/TAUBAT, karena boleh jadi masalah yang kita hadapi apa pun itu mungkin merupakan peringatan dari Allah karena hubungan kita dengan ALLAH masih jauh, banyak errornya, banyak lupanya, kurang bersyukur de el el. Jadi
[daarut-tauhiid] Sowan Mursyid
Sowan Mursyid Alhamdulillah, hari Sabtu tanggal Delapan Belas Oktober kemarin bisa langsung bertemu Guru Mursyid tercinta. Kalo aku orang awam, niscaya aku tidak akan tahu bahwa Beliau seorang kiai bahkan bukan hanya kiai biasa melainkan seorang Mursyid Thoreqoh dengan jumlah murid yang luar biasa banyak dari segala golongan juga dari seluruh pelosok tanah air. Sungguh, penampilannya sangat jauh dari stereotip seorang kiai, apalagi kiai atau wali yang ditampilkan dalam layar sinetron. Layaknya anak muda biasa, layaknya orang biasa dan layaknya manusia biasa itulah yang kasat mata. [Syaikh Abu al-Abbas al-Mursi pernah mengatakan, “Mengetahui wali lebih sulit dari pada mengetahui Allah. Sebab, Allah sudah dikenal lewat kesempurnaan dan keindahan-Nya. Sementara, bagaimana mengenal wali yang juga makhluk sepertimu ? Ia makan sepertimu dan minum sepertimu.”] Di balik itu, aku yakin keluarbiasaan ruhani Beliau di hadapan Allah yang aku sendiri tidak mudeng. Wis pokok’e aku yuakin puol sak yakin-yakine kalo Beliau quthub. Beberapa hal yang meninggalkan jejaknya di hatiku dari apa yang didawuhkan kemarin : Orang hidup itu banyak masalah dan selalu timbul masalah. Nanti kalo ada masalah tanya ke kiainya waktu pengajian, baru bisa tenang. Tapi setelah itu bingung lagi, nunggu pengajian berikutnya untuk tenang. Nah kalo ini yang terjadi maka lama-lama kita biasa dibohongi pikiran kita sendiri. [Berarti kuncinya memang di hati ya ?] Pokoknya bagaimana mencukupi iman itu saja. Yang sulit itu masalah keyakinan, bagaimana bisa teguh. Meskipun kyainya mendoakan terus tapi kalo santrinya engga teguh keyakinannya ya percuma. [Nah yang ini kan berarti frekuensi doa seorang Mursyid sudah dan selalu terpancar untuk seluruh muridnya, tinggal kita muridnya yang harus menyiapkan antena parabola untuk menangkap frekuensi doa itu yaitu dengan terus menggosok hati kita hingga mengkilap sehingga bisa menerima pantulan doa tersebut.] Kiai sekarang itu tidak ada yang mandi [ampuh, keramat] karena sekarang ini semua serba ada. Kiai yang mandi itu tandanya bisa menyentuh hati. [Mungkin karena sekarang ini ngetren yang instan, kiai juga banyak yang instan apalagi kalo cita-citanya jadi kiai selebritis atau kiai legislatif.] Tujuan berthoreqoh itu apa ? [Wah, ini PR buat kita semua untuk merekonstruksi kembali niat kita dalam berthoreqoh.] Apa karena punya masalah ? Soalnya ada contoh yang baru terjadi, ada seorang yang suluk, semestinya cuman disuruh 41 hari tapi malah bablas 51 hari. Ternyata orang ini juga punya masalah. Padahal orang berthoreqoh itu tidak malah enak tapi malah banyak cobaannya. [Rasanya yang ini memang kemyataan, menurutku sih kan memang lagi dilatih terus oleh gusti Allah agar bisa menata hati, naik kelas terus, tidak stagnan.] Dapat apa berthoreqoh itu ? Ketemu kyainya juga sulit. Orang thoreqoh itu ora oleh opo-opo, tapi gampang oleh opo-opo. [Yang terakhir ini mudeng opo ora sampeyan ? Direnungkan sendiri aja.] Mbah Yai itu kalo buat kopi, kopinya dulu baru gulanya, trus diaduk. Kalo ngaduknya berhenti ya sudah tidak diaduk lagi, jadi kalo pas berhenti mengaduk gulanya sudah larut semua ya pas manisnya, kalo berhenti mengaduk gulanya masih ya sudah rasanya kurang manis. [Yang ini pelajaran tentang istiqomah dalam urutan membuat wedang kopi, tentang menuruti hati dalam hal kapan berhenti mengaduk dan tentang ridho dalam hal rasa wedang kopi.] Hidup itu harus seimbang, kalo anak kecil itu ya harus seimbang antara belajar dan bermain. Kalo disuruh belajar terus ya stress, demikian juga orang besar ya harus seimbang. Wiridan itu ibarat orang nggoreng, harus teratur, sering dibolak-balik biar matangnya merata. Jangan dibiarkan saja, nanti yang bawah malah gosong. Ada juga yang menggoreng irama membolak-baliknya cepat malah api kompornya dibesarkan biar cepat selesai. [Ini mungkin tentang keistiqomahan dalam wiridan ibarat menggoreng dengan irama yang teratur, seimbang dengan kegiatan lain di luar wiridan. Bukan hanya wiridan terus dengan mengacuhkan hal yang lain seperti menggoreng tanpa membolak-balik sehingga gosong atau pun wiridan instan dalam arti wiridan yang di balik itu ada maksud tertentu mungkin penyelesaian masalah atau yang lainnya ibarat orang menggoreng dengan ritme cepat dan api yang besar biar cepat matang.] Dasar murid ndablek, tapi untungnya sadar kalo masih banyak kerak tebal di hati, maka kesempatan bertemu langsung dengan Mursyid tidak kusia-siakan, bertabaruk kepada Beliau dengan mencium tangannya bolak-balik. Alhamdulillah, semoga barakah. Get your preferred Email name! Now you can @ymail.com and @rocketmail.com. http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/ [Non-text portions of this message have been removed]
[daarut-tauhiid] Merasa butuh Allah
Merasa butuh Allah Pada tulisan terdahulu yaitu Tentang DOA, Syekh Abu al-Abbas al-Mursi menyampaikan bahwa sebenarnya manusia itu selalu membutuhkan Allah baik di dunia maupun di akhirat sebagai hakikat kehambaannya tanpa melalui sebab-sebab tertentu. Hanya saja kebanyakan manusia baru merasa butuh Allah jika sudah ada sebab-sebab tertentu dan ketika sebab itu hilang maka akan hilang juga rasa butuhnya kepada Allah. Padahal salah satu kunci dikabulkannya suatu doa adalah selalu merasa butuh. Masalahnya adalah bagaimana kita bisa mengondisikan hati kita untuk terus merasa butuh kepada Allah. Kemarin pun saya juga masih belum paham bagaimana caranya melatih hal itu, tapi alhamdulillah tiba-tiba saja ada pemahaman baru yang sementara ini bagi saya yang awam bisa menerimanya secara sederhana dan semoga kesadaran ini bisa terpatri dalam hati. Tiba-tiba saja terlintas kalimat yang sering kita baca yaitu : Laa haula walaa quwwata illaa illaahil'aliyyil'adzhim. (Tiada daya dan tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung). Dalam pemahaman saya, berarti kita itu NOL, tidak punya daya dan kekuatan bagai sesosok jazad tak bernyawa. Siapa bisa menjamin besok pagi ketika bangun tidur, kita masih bisa menggerakkan tubuh kita ? Siapa bisa menjamin satu jam ke depan kita masih segar bugar ? Siapa bisa menjamin nanti masih tergerak hati kita untuk sholat ? Kalau toh kita bisa beraktivitas dalam keseharian karena kondisi tubuh kita yang sehat, dari mana sebenarnya kesehatan itu berasal ? Kalau toh kita berargumen bahwa tubuh kita sehat karena kita menerapkan pola hidup sehat dengan pola konsumsi makanan yang sehat, istirahat dan olah raga yang teratur, maka dari mana niatan atau kesadaran untuk berpola hidup sehat itu muncul. Beranikah kita mengklaim bahwa niatan atau kesadaran itu muncul karena kehendak atau kekuatan kita sendiri ? Atau ketika kita ringan dalam menjalankan ibadah kita, beranikah kita untuk juga mengklaim itu atas kekuatan kita sendiri atau lebih jauh beranikah kita memastikan di akhir hidup kita nanti dalam keadaan khusnul khotimah ? Sungguh, dalam setiap detik kehidupan kita tidak pernah lepas dari pengaturan Allah, karena sebenarnya kita itu faqir di hadapan Allah, sehingga kita semua sangat-sangat tergantung pada Allah, sangat-sangat butuh kepada Allah. Di dalam setiap gerak dan langkah kita, di dalam setiap tarikan dan hembusan napas kita, di dalam setiap detak jantung kita, di dalam setiap dzikir dan pikir kita, Allah-lah yang sejatinya menggerakkan dan memberi kita kekuatan. Untuk itu dalam setiap kegiatan, kita awali dengan bacaan bismillah dan bersamaan dengan itu mari kita sama-sama belajar menggerakkan kesadaran hati kita untuk meng-NOL-kan diri kita agar bersamaan dengan itu pula kita selalu mengharapkan pertolongan Allah. Dalam setiap apa pun juga saya biasakan mohon kemudahan dari Allah : Mudahkan Yaa Allah – Mudahkan Yaa Allah. Insya Allah kita akan selalu diberikan kemudahan, sesulit apa pun situasi yang harus kita hadapi. Semoga Allah mengangkat kita semua pada derajad hamba-hambanya yang selalau merasa membutuhkan-Nya. Aamiin. Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[daarut-tauhiid] Dulu satu padepokan
Dulu satu padepokan Selepas jamaah tarawih Cak ZhudhrunH asyik menikmati kopi hangatnya di beranda depan rumah, melepas lelah setelah seharian sibuk dalam kegiatan kerjanya. Tiba-tiba terlintas di ingatannya kenangan akan masa lalu, terlihat di roman mukanya sebuah senyum yang panjang, sebuah senyum geli, sebuah senyum getir karena teringat masa lalunya. Ya dia dulu seorang petualang spiritual yang selalu mencoba memuaskan dahaga jiwanya dengan melakoni berbagai metode oleh rasa yang berujung pada terungkapnya suatu kekuatan lebih pada dirinya sampai akhirnya dia terdampar di sebuah padepokan sekaligus majelis dzikir yang konon menurut pemangku padepokan itu seluruh ilmu dan dzikir yang diajarkan merupakan warisan dari para sufi terutama bersumber dari salah satu wali songo di Jawa Timur sehingga bersifat khas dan tidak ada yang menyamai dan memang menurut Cak ZhudhrunH, di padepokan itulah semua menu tersedia secara lengkap dengan nafas religius Islam. Tapi saat ini baginya semua tinggal kenangan sebagai bagian perjalanan hidup yang telah dilaluinya. Saat ini semua telah ditinggalkannya sejak dia menempuh jalan tarekat melalui baiat dari seorang mursyid di sebuah kota di Jawa Timur. “Assalamu’alaikum. Cak”, sejenak kelebatan pikirannya ke masa lalu buyar mendengar ucapan salam itu. Dengan segera Cak ZhudhrunH menjawabnya, “Wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh, eeh... awakmu tah Di, ayo-ayo masuk”. Segera keduanya pun berjabat tangan. “Yok opo kabare Di ?” “Alhamdulillah Cak, baik”. Segera saja setelah itu mereka berdua terlibat perbincangan seru tentang kabar mereka masing-masing, maklum sudah lama mereka jarang berjumpa, diselingi seruputan wedang kopi buatan istri Cak ZhudhrunH dan nyamil jajanan seadanya. “Oh iya Cak, sekalian saya menyampaikan salam dari sedulur-sedulur padepokan. Mereka nanyain kapan Sampeyan mau latihan lagi sama dzikiran bareng-bareng ?” “Oalah Di... Di..., awakmu kan sudah tahu to kalo aku ini sudah pensiun, Sudah enggak gitu-gituan lagi. Lha sekarang kan sudah jelas pakaianku, aku pake baju tarekat yang tentunya aku yakin seyakin-yakinnya thoriqohku lebih agung dari semua keilmuan padepokan walaupun atas nama dakwah dan syiar Islam. Lha awakmu sendiri gimana Di, kok masih terus ngelmu, apa karena sekarang kamu sudah lolos ujian kepewarisan ilmu padepokan sehingga berhak menurunkan ilmu padepokan ke khalayak ramai, bisa dakwah dan syiar Islam ? Atau kamu merasa eman atas tirakatmu selama ini yang sudah banyak kelihatan khasiatnya, apalagi sekarang muridmu sudah banyak.” “Wah ya ndak gitu to Cak, kan guru kita dahulu pernah bilang bahwa tidak masalah kalo murid padepokan menjadi jamaah atau murid tarekat, bukankah tujuannya sama-sama baik mencapai kejayaan dunia akhirat, sepanjang tarekat tersebut jelas runtutan sejarahnya, masih meng'esa'kan Allah swt, menegakkan sholat dengan benar, dan menegakkan syariat Islam dengan benar, maka apapun alirannya dan siapapun mursyidnya Insya Allah baik.” Mendadak dada Cak ZhudhrunH terasa sesak, tetapi alhamdulillah dia segera sadar dan beristighfar, ya... mungkin memang baru sebatas itu pemahaman si Aldi walau pun sebenarnya dia juga sudah mengambil baiat dari Yai Mursyid yang sama dengan Cak ZhudhrunH. Cak ZhudhrunH tersenyum tetapi tidak menanggapi pernyataan Aldi lebih dahulu melainkan malah balik bertanya, “Di, kamu punya cita-cita endak ? Apa cita-citamu ?” “Kalo dulu sih saya pengennya jadi tentara Cak, kelihatannya kok gagah, tapi kalo sekarang sih saya sendiri bingung, apa ya cita-cita saya. Yang penting pengennya hidup saya enak Cak, gampang cari rejekinya gusti Allah, sehat dan kecukupan.” “Opo awakmu ndak punya cita-cita mati ?” “Hush sampeyan itu Cak-Cak, cita-cita kok mati, mati itu kan kewajiban meski banyak orang merasa terpaksa mati karena endak bisa ngelawan kematian itu. Pengennya sih hidup terus gitu loch...” “Di... ini rahasia lho he... he... he jangan bilang siapa-siapa, siapapun orangnya, apapun prestasi keduniaannya ibarat sudah mencapai puncak kesuksesan hidup sebagaimana yang sering diperbincangkan orang, seperti misalnya dari kalangan militer dia itu jendral, panglima lagi, umpama dari kalangan pengusaha, dia itu top bangetlah pokoknya, omsetnya per bulan triliunan rupiah, umpama dari kalangan trainer, dia itu trainer kelas atas yang alumni pelatihannya sudah mencapai puluhan ribu orang, umpama dari kalangan artis sinetron, dia itu tarif per episodenya mencapai puluhan juta rupiah, umpama pendekar gitu ilmunya paling tinggi dan tidak ada yang bisa menandingi, atau juga dari kalangan lain yang dianggap sukses dan menjadi standar kemewahan hidup bagi banyak orang, ternyata akhirnya mati juga. Jatah ruang dan waktu baginya habis di dunia ini. Ternyata hidup itu menunggu mati, mati itu berarti kembali, kembali kepada yang memiliki, yang memiliki itu Allah. Masa depan kita dan masa depan hidup ini adalah Allah, cita-cita kita salah
[daarut-tauhiid] Kenapa kau tuntut Tuhanmu?
Syeikh Ibnu'Athaillah As-Sakandary Kenapa kau tuntut Tuhanmu? Janganlah kau tuntut Tuhanmu karena tertundanya keinginanmu, tetapi tuntutlah dirimu sendiri karena engkau telah menunda adabmu kepada Allah. Betapa banyak orang menuntut Allah, karena selama ini ia merasa telah berbuat banyak, telah melakukan ibadah, telah berdoa dan berjuang habis-habisan. Tuntutan demikian karena seseorang merasa telah berbuat, dan merasa perlu ganti rugi dari Allah Ta'ala. Padahal meminta ganti rugi atas amal perbuatan kita, adalah wujud ketidak ikhlasan kita dalam melakukan perbuatan itu. Manusia yang ikhlas pasti tidak ingin ganti rugi, upah, pahala dan sebagainya. Manusia yang ikhlas hanya menginginkan Allah yang dicinta. Pada saat yang sama jika masih menuntut keinginan agar disegerakan, itu pertanda seseorang tidak memiliki adab dengan Allah Ta'ala. Sudah sewajarnya jika kita menuntut diri kita sendiri, karena Allah tidak pernah mengkhianati janjiNya, tidak pernah mendzalimi hambaNya, dan semua janjinya tidak pernah meleset. Kita sendiri yang tidak tahu diri sehingga, kita mulai intervensi soal waktu, tempat dan wujud yang kita inginkan. Padahal itu semua adalah Pekerjaan Allah dan urusanNya. Orang yang terus menerus menuntut dirinya sendiri untuk Tuhannya, apalagi menuntut adab dirinya agar serasi dengan Allah Ta'ala, adalah kelaziman dan keniscayaan. Disamping seseorang telah menjalankan ubudiyah atau kehambaan, maka si hamba menuruti perilaku adab di hadapanNya, bahwa salah satu adab prinsipalnya adalah dirinya semata untuk Allah Ta'ala. Karena itu Ibnu Athaillah melanjutkan: Ketika Allah menjadikanmu sangat sibuk dengan upaya menjalankan perintah-perintahNya dan Dia memberikan rezeki, rasa pasrah total atas Karsa-paksaNya, maka sesungguhnya saat itulah betapa agung anugerahNya kepadamu. Anugerah paling agung adalah rezeki rasa pasrah total atas takdirNya yang pedih, sementara anda terus menerus menjalankan perintah-perintahNya dengan konsisten, tanpa tergoyahkan. Wahb ra, mengatakan, Aku pernah membaca di sebagian Kitab-kitab Allah terdahulu, dimana Allah Ta'ala berfirman: Hai hambaKu, taatlah kepadaKu atas apa yang Aku perintahkan kepadamu, dan jangan ajari Aku bagaimana Aku berbuat baik kepadamu. Aku senantiasa memuliakan orang yang memuliakan Aku, dan menghina orang yang menghina perintahKu. Aku tak pernah memandang hak hamba, sehingga hamba memandang (memperhatikan) hakKu. Syeikh Abu Muhammad bin Abdul Aziz al-Mahdawi ra, mengatakan, Siapa pun yang dalam doanya tidak menyerahkan dan merelakan pilihannya kepada Allah Ta'ala, maka si hamba tadi terkena Istidroj dan tertipu. Berarti ia tergolong orang yang disebut dengan kata-kata, Laksanakan hajatnya, karena Aku sangat tidak suka mendengarkan suaranya.. Namun jika ia menyerahkan pilihannya pada Allah Ta'ala, hakikatnya ia telah diijabahi walau pun belum diberi. Amal kebaikan itu dinilai di akhirnya... Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[daarut-tauhiid] Ojo nggumunan, ojo kagetan, ojo kepinginan
Ojo nggumunan, ojo kagetan, ojo kepinginan Ojo nggumunan, ojo kagetan, ojo kepinginan, begitu kata orang tua-tua dulu. Nggumun itu artinya heran dan kaget itu artinya terkejut, sedangkan kepingin artinya ingin. Sebenarnya antara nggumun dan kaget itu hampir bersamaan prosesnya, bisa juga sendiri-sendiri. Seseorang yang tidak pernah tahu suatu fenomena kemudian secara tiba-tiba saja tahu biasanya akan merasa heran dan jika herannya tersebut kadarnya melebihi batas kewajaran maka rasa heran itu akan berlanjut dengan rasa terkejut. Pada sisi yang lain, tidak jarang rasa heran itu akan berlanjut menjadi rasa ingin terhadap apa yang diherankan. Kenapa kok dipesankan seperti itu ? Ternyata implikasi dari rasa heran, terkejut dan ingin itu cukup gawat. Dalam segala hal, dalam segala bidang kalau rasa heran, terkejut dan ingin itu terjadi tanpa terkendali bisa gendeng/gila akibatnya. Jadi semestinya dalam segala hal, dalam segala sesuatu dan dalam segala kejadian haruslah disikapi dengan biasa-biasa saja, cool gitu loch. Aku jadi ingat dawuhnya Syaikh Sholahuddin tanggal dua puluh empat april dua ribu lima yang lalu sebagaimana yang pernah kuposting, “Ojo ngelokno wong liyo. Ngelem iku yo termasuk ngelokno” [Tidak boleh mencela, tetapi memuji pun termasuk mencela]. Menurutku, mencela atau pun memuji itu ternyata juga akibat dari rasa heran. Coba kalau sudah sering tahu suatu fenomena secara berulang mestinya tanggapan yang keluar adalah biasa-biasa saja, tanpa celaan dan juga tanpa pujian. Di mana pun di muka bumi ini, baik di masa yang lalu, sekarang atau pun nanti, sebenarnya kisah hidup yang terjadi adalah sama saja, yang berbeda hanyalah seting tempat, tokoh utama, tokoh figuran dan variasi karakter para tokohnya. Karena itu ojo nggumunan, ojo kagetan, ojo kepinginan. Beberapa kasus di bawah ini mungkin sering kita temui dalam keseharian. Beberapa tahun ini rasanya kasus perselingkuhan begitu banyak yang diekspose di media masa di mana terjadi di seluruh strata sosial masyarakat. Itu sebuah fenomena yang seharusnya disikapi secara proporsional sebagai bahan pelajaran agar kita tidak seperti itu tetapi jangan sampai hati kita ikut-ikut. Nah kebetulan aku punya teman yang benci banget tentang hal itu. Kalau ada berita tentang itu atau dia tahu si X melakukan hal itu, pasti dengan segenap perasaannya akan diudal-udal atau apa ya bahasa Indonesianya, mungkin diungkapkan atau disebarluaskan dengan sinis. Eeeh... ndilalah kersaning Allah lha kok sekarang dia sendiri yang seperti itu. Ini mungkin karena heran itu tadi, dia tidak bisa menerima fenomena tersebut dan disikapi dengan kebencian dalam hatinya sehingga dalam pikirannya yang terprogram malah apa yang dibencinya dan apa yang selalu diudal-udal olehnya. Pada akhirnya apa yang terprogram dalam pikirannya itulah yang terwujudkan dalam hidupnya. Makanya orang tua-tua kita dulu juga berpesan : ojo moyok mengko mundak nemplok [jangan mencela nanti malah terjadi pada dirimu]. Gendeng kan ? Ada juga seorang yang kukenal yang bercerai dengan pasangannya dengan alasan tidak ada kecocokan karena pasangannya itu begini begitu, pokoknya negatif banget dan dia benci yang seperti itu. Aku jadi heran, lha dulu bagaimana lho kok sekarang seperti itu. Dia heran pasangannya seperti itu, belum bisa menerima, belum bisa sabar dan syukur, jadinya benci. Eeeh... ndilalah kersaning Allah setelah menikah lagi kok ternyata karakter pasangan barunya tidak jauh beda dengan yang sebelumnya. Benci dari hati, terprogram di pikiran dan itulah yang akan terwujud, mungkin memang seperti itu mekanisme alamiahnya. Nah ! Gendeng juga kan ? Beberapa bulan lalu di harian Jawa Pos ada berita tentang ayam abu-abu, yang sebenarnya fenomena ini sudah sejak lama ada. Mereka yang menekuni “profesi” sebagai ayam abu-abu tidak seluruhnya karena terdesak faktor ekonomi atau pun dengan alasan sudah terlanjur rusak, tetapi ada juga yang karena gaya hidup hedonisme dimana kesenangan dan kenikmatan hidup adalah tujuan utama. Nah yang seperti itu biasanya juga karena diawali oleh rasa nggumun/heran terus kepingin/ingin. Melihat teman-teman mereka yang dari keluarga kaya, bajunya bagus-bagus, hp-nya mesti seri terbaru, hangoutnya di tempat-tempat gaul dan sebagainya. Karena heran dengan gaya hidup yang seperti itu, jadinya ingin seperti itu, jalan pintas. Tambah gendeng kan ? Tidak bisa bersabar, tidak bisa mensyukuri kondisinya, tidak ada kerelaan akhirnya kalah oleh hawa nafsunya. Yang ini, akhirnya juga gendeng tapi jauh sekali dari gendeng sebagaimana kasus di atas, karena masuk dalam ranah spiritual. Pernah dikisahkan oleh Syaikh Luqman, ada seoarng putra kiai yang dipesankan oleh kiai itu (abahnya) bahwa dia boleh mempelajari semua kitab yang dimiliki oleh sang kiai tetapi tidak untuk satu kitab khusus karena berisi ilmu hakikat tingkat tinggi yang jika dipelajari tanpa bimbingan dari mursyid bisa gendeng akibatnya, gendeng sama
[daarut-tauhiid] Jangan Ragukan Jaminan-Nya
Jangan Ragukan Jaminan-Nya Di suatu hari yang lalu, di bawah teriknya sengatan mentari, ketika itu aku keluar beli pangsit mie Jakarta di jalan Mulyosari. Sambil menunggu pesanan jadi tuk dibawa pulang, aku berdiri menghadap ke jalanan dan terlihat olehku sosok seorang lelaki membawa dagangan berupa rotan yang dibentuk melingkar (biasanya dipakai hulahop) dengan berbagai diameter ukuran yang dipikul di sisi kiri dan kanan tubuhnya. Sempat terbersit di hatiku sebuah kalimat penyangkalan terhadap yang kulihat, “Ya Allah... kasihan bener itu orang, panas-panas begini bawa dagangan itu, siap yang mau beli ?��#65533;. Astaghfirullah, begitu bersitan hati ini muncul saat itu juga rasanya aku ditegur gusti Allah, tiba-tiba saja sebuah mobil sedan yang melintas langsung minggir dan menghentikan orang tersebut kemudian terjadilah transaksi. Ya Allah, begini caraMu mengingatkanku akan jaminan rejekiMu. Malam Minggu kemarin, beli burger kebetulan di Mulyosari ada outletnya Klenger Burger, sambil nunggu pesanan Super Klenger Burger-nya selesai, tiba-tiba saja kujumpai lagi sosok yang selama tiga tahunan ini selalu berkeliling di sepanjang jalan Mulyosari. Sosok laki-laki kecil, bersepeda kecil dengan keranjang kecil di bagian belakang sepedanya, diisi aneka kue : kue pisang, nanas dan lainnya juga kue dorayaki dengan bermacam rasa. Kupanggil dia dan kubeli beberapa. Kue-kue itu dijual dengan harga Rp. 2.500,00. Saat ini dia sudah naik ke kelas enam SD. Kadang dia juga keliling bersama papanya yang memboncengkan adiknya yang lebih kecil lagi, sedangkan ibunya juga berjualan bakpao keliling dengan berjalan kaki di daerah sekitar rumahnya sana di daerah Tambak Arum. Bayangkan saja anak sekecil itu sudah harus berjuang keras dalam mepertahankan hidupnya dengan berjualan kue yang ditawarkan di setiap orang yang ditemuinya, di apotik-apotik dan kafe jalanan di sepanjang jalan Mulyosari dan entah di mana lagi dia menjajakan dagangannya. Dari Tambak Arum ke Mulyosari jaraknya sekitar 8 kilometeran dan itu setiap hari ditempuhnya pulang pergi, betapa beratnya, belum lagi kalau hujan sedang diguyurkan dari langit yang pekat dengan mendungnya. Sebuah perjuangan yang teramat keras bagi tubuh kecilnya dan sebuah beban kehidupan bagi belia usianya. Tetapi yang kusalut, tiada tergambar rona beban di wajahnya, suaranya lantang penuh percaya diri tanpa minder sedikit pun dan yakin usahanya pasti membuahkan hasil. Kalau hidup enak, siapa yang tidak mau ? Kalau seperti itu beranikah kita menjalaninya ? Masihkah kita tidak bersyukur kepada-Nya dan masihkah kita meragukan jaminan-Nya ? Semoga bermanfaat.
[daarut-tauhiid] Sebuah Pelajaran
Sebuah Pelajaran Ada seorang mandor yang ikut mengerjakan salah satu proyek kantor yang sebenarnya proyek ini proyek rugi. Proyek ini dapatnya nge-sub dari salah satu BUMN dan sebenarnya juga BUMN ini juga tahu kalau proyek ini proyek rugi sehingga dia juga bagi-bagi kerugian pada sub kontraktor yang digandengnya. Tapi intinya bukan itu. Aku dua kali mendengar kata-kata dari seorang teman yang kebetulan mengepalai bidang teknik kepada si bapak mandor yang sudah dikenalnya sejak lama itu. “Kok gak onok kemajuan se Pak, ket biyen nggowo sepeda ae gak ganti montor !��#65533;, begitu katanya. Oh ternyata ukuran sukses menurut temanku yang satu ini adalah pencapaian materi, yang kebetulan alhamdulillah temanku yang satu ini memang diberi kelimpahan sehingga kadang juga somsek. Nah berhubung proyek yang satu ini proyek rugi bahkan minusnya sudah mencapai 1 milyar lebih, maka si bapak mandor ini pun terkena juga imbasnya. Tagihannya ke kantor yang masih tersisa puluhan juta setelah opname lapangan menurut versi kantor hanya tersisa sekitar 14 jutaan. Hari Jum’at kemarin si bapak mandor itu ke kantor untuk menanyakan tagihannya dan yang luar biasa bagiku adalah kesan yang kutangkap pada dirinya setelah mengetahui tagihannya hanya bersisa sekitar 14 jutaan saja. Dia tertawa sambil mengatakan, “Wis nggarap nang kono gak malah oleh duit tapi malah mbuwak duwit, tapi yo gak popo neng kene oleh akeh, mari ngono sitik, wis biasa wong urip iku. Sing penting isok noto ati��#65533; (ngerjakan di sana tidak malah dapat uang tapi malah membuang uang, tetapi ya tidak masalah, di sni dapat banyak, disana dapat sedikit, sudah biasa orang hidup itu. Yang penting bisa menata hati). Suatu kalimat sederhana tapi sungguh luar biasa bagiku. Inilah sebenarnya menurutku suatu prestasi kehidupan, di mana si bapak mandor tersebut bisa menguasai hatinya untuk rela/ridho atas apa yang dialaminya, sehingga tidak ada kesedihan, tidak ada penyesalan dan tidak ada kemarahan. Inilah yang dinamakan kaya yang sebenarnya, kaya hati. Walau pun secara fisik / secara materi tidak memiliki apa-apa yang bagi banyak orang merupakan standar pencapaian kesuksesan, tetapi kalau seseorang memang merasa tidak memerlukannya atau tidak terobsesi olehnya bukankah itu sebenarnya yang disebut kaya ? Kaya Hati. Coba bandingkan seseorang yang sudah memiliki sesuatu tentu dia tidak akan pernah puas dan ingin mencapai yang lebih baik lagi. Hatinya belum merasa memiliki dan masih menginginkan dan berusaha bagaimana caranya untuk memuaskan dahaga materinya. Bukankah hakikinya dia ini masih miskin ? Miskin Hati, meski secara materi apa pun sudah dia miliki. Contoh sederhana saja misalnya sudah punya Avansa pasti pengen ganti Inova atau bahkan kalau perlu tidak ganti tetapi menambah. Ada juga teman yang beli laptop dengan spesifikasi yang mutakhir, tetapi ternyata cuman dibuat main solitaire soalnya dia engga bisa komputer. Sayang bukan ? Demi sebuah gengsi, kesia-siaan dilakoni. Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[daarut-tauhiid] Masalah
Masalah Maaf, bukannya sombong, bukannya promosi atau mau menyaingi paranormal yang pasang iklan di media masa, tetapi kalau anda punya masalah apa pun itu : jodoh, bisnis, penyakit, relasi, karir, keturunan, rumah tangga atau yang lainnya apalagi sekarang situasi yang ruwet dengan kenaikan BBM, tenang saja silakan jangan datang ke alamat saya atau jangan hubungi nomor HP saya, he... he... datang saja ke gusti Allah. Lha iya to ... wong memang hanya Allah tempat kita menghambakan diri, tempat kita memohon pertolongan dan tempat kita berkeluh kesah. Apalagi, bukankah dunia itu memang tempatnya masalah dan saya yakin di bawah setiap atap rumah, pasti ada masalah, apa pun itu. Saya sendiri pun banyak masalah, hutang – masih banyak, pekerjaan – tidak menjanjikan, saudara – banyak yang belum berjodoh, saudara juga – ada yang sakit psikis, orang tua – konflik sama saudara, teman - wah tambah akeh sing sambatan (malah banyak yang berkeluh kesah). Masalahnya adalah, apakah masalah tersebut menjadi masalah bagi diri kita ? Pernah di suatu hari yang lalu, tiba-tiba saja tanpa saya kehendaki dalam waktu sekian detik terlintas suatu gambaran tentang permasalahan yang sedang saya hadapi, tetapi anehnya begitu rasa sedih mulai muncul ketika itu juga saya melihat diri saya sendiri sedang tertawa terbahak-bahak tanpa bisa ditahan, tidak jadi sedih karena ingat kalau masalah itu datangnya dari Allah, berarti yang memberi masalah itu juga Allah. Kalau diberi harusnya berterima kasih, berarti harus bersyukur kepada Allah. Oh... makanya saya malah tertawa tidak jadi sedih karena memandang masalah itu merupakan anugerah sehingga dengan adanya masalah itu potensi diri kita bisa lebih tereksplorasi yang nantinya akan semakin menguatkan keyakinan kita bahwa masalah yang dibebankan kepada kita pasti tidak akan melebihi takaran kekuatan kita dalam menanggungnya. Alhamdulillah, rasanya saya sedang diingatkan. Setelah direnungkan lagi sesuai referensi pengalaman yang telah lalu, ternyata masalah itu ada tiga kategori penyelesaian. Ada masalah yang penyelesaiannya cepat, lama dan yang entah kapan selesainya. Yang penting bagaimana saya harus bisa menata hati sebagaimana selama ini. Tetap sabar dalam menjalani proses ikhtiar penyelesaiannya, tidak ngresulo/mengeluh dan yakin pertolongan Allah pasti akan datang dan semuanya berakhir bahagia/penuh hikmah. Pokoknya berjuang terus, berlatih terus untuk selalu sabar-syukur-ridho. SEMANGAT !!! Jadi ingat kisah Syaikh Athaillah yang mengadukan permasalahan yang mengganjal hati Beliau kepada guru mursyidnya, Syaikh Abdul Abbas Al Mursy, yang kemudian menasihatkan bahwa hak hamba kepada Allah itu ada empat, yaitu : jika kita bisa berlaku tha-at maka hak kita adalah meyakini bahwa tha-at itu adalah merupakan anugerah Allah semata dan bukan karena usaha kita sendiri, jika kita berbuat dosa atau maksiat maka hak kita adalah segera bertobat, jika kita mendapat nikmat maka hak kita adalah bersyukur dan jika kita mendapat cobaan hak kita adalah bersabar. Tha-at, maksiat, nikmat dan cobaan, itu saja kan lingkar persoalan kehidupan kita. Jadi, kenapa bingung ? Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[daarut-tauhiid] Seberapa Jauh Kita Kenal Allah ?
Seberapa jauh kita kenal Allah ? Q.S. 7:143. Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau. Tuhan berfirman: Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku. Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: Maha Suci Engkau, aku bertobat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman. Pada ayat tersebut di atas Nabi Musa diperingatkan Allah - Kamu sekali-kali tidak sanggup melihatKu. Karena Nabi Musa dengan ke-aku-annya, dengan kehendaknya sendiri meminta melihat Allah, maka sekali-kali tidak akan pernah dan tidak akan sanggup melihat Allah, kecuali bila Allah sendiri yang berkehendak. Melihat Allah dengan Allah, bukan dengan diri kita sendiri, bukan dengan ego kita sendiri, apalagi dengan ketamakan, kesombongan, kedengkian, kezhaliman, kefasikan, kemunafikan dan kekufuran kita. Hakikat penciptaan semesta ini adalah CINTA. Dalam Hadits Qudsi, Allah berfirman : AKU adalah perbendaharaan tersembunyi dan AKU sangat cinta untuk dikenal. Q.S. 51:56. Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepadaKu. Allah sangat mencintai hamba yang mencintaiNya, mengenalNya, yang beribadah kepadaNya. Bagaimana bisa mencintaiNya jika tidak mengenalNya. Bagaimana bisa mengenalNya jika tidak pernah beribadah sesuai aturanNya. Apakah ibadah hanya untuk menghindari neraka dan menggapai surga ? Bagaimana jika surga dan neraka tidak diciptakanNya. Apakah Allah tidak layak disembah ? Allah sedemikan adanya, tidak akan berkurang atau bertambah oleh ibadah yang kita lakukan atau yang kita tinggalkan. Q.S. 15:99. dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu keyakinan. Ibadah yang kita lakukan seharusnya dengan motivasi karena Allah mencintai orang yang beribadah kepadaNya (memenuhi hak Allah) dan harus kita lakukan sampai kita memperoleh keyakinan akan Allah (haqqul yaqin). Dengan yakin berarti kita mengenal Allah. Dengan mengenal Allah berarti kita bisa mencintaiNya. Puncak pengenalan kita adalah ketika kita haqqul yaqin dan bisa ridho kalau Allah adalah tuhan dan kita adalah hamba. Sebagai konsekuensinya kita pun akan ridho melaksanakan apapun perintah Allah sesuai yang disyariatkan, bukan sebagai beban tapi sebagai kebutuhan. Kontrak hidup kita terbatas, mulai lahir sampai detik kematian kita, PR kita adalah mengenalNya dan mencintaiNya. Bukankah kita pernah bersaksi di alam arwah bahwa Allah adalah tuhan kita. Kehidupan kita di dunia harus merupakan pengejawantahan dari persaksian kita. Bagaimana rasanya perasaan kita bila saat menghadapNya kembali, PR kita belum selesai atau bahkan belum kita kerjakan sama sekali ? Tersiksa bukan ? Rasa tersiksa itulah yang hakikatnya lebih berat dari siksaan itu sendiri (azab kubur). Semakin banyak PR yang tidak terselesaikan semakin besar pula rasa bersalah kita yang akan menjelma semakin berat rasa tersiksa kita dan akhirnya semakin tidak siap kita untuk menatap wajah Allah. Bukankah puncak kenikmatan surga adalah menatap wajah Allah. Tetapi karena Allah juga sangat mencintai kita, maka Allah pun menghendaki agar kita siap menatapNya yaitu dengan menciptakan makhluk yang namanya Neraka untuk membersihkan limbah-limbah diri kita yang menghalangi kita menatapNya. CintaNya mendahului marahNya. Masihkah kita enggan menghadapNya ? Masihkah kita menghadapNya dengan takut ? Bukankah Allah lebih layak untuk dicintai daripada ditakuti ? I LOVE YOU ALLAH !!! Wallahu'alam Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[daarut-tauhiid] Secercah Kado Maulid Nabi SAW
Cinta Kepada Allah Cinta Kepala Rasulullah SAW (Secercah Kado Maulid Nabi SAW) Di sini tak ada penyesalan Yang ada hanyalah cinta Kepada Allah dan Kepada Rasulullah SAW Disamping mengetahui haknya Sebagai hamba Dan haknya Terhadap sesama. Kalimat hikmat tersebut tertulis dalam sebuah sudut tembok tua di Pesantren Pesulukan Thariqat Agung Tulung Agung. Para santri, para tamu dan mereka yang sedang melakukan suluk Thoriqoh senantiasa membaca kalimat ini. Kalimat yang sepintas aneh namun memiliki sentakan hati yang menusuk kegelapan dunia, sekaligus membangunkan kelelapan hamba. Kalimat sederhana, tetapi merupakan simpul dari seluruh perjalanan Mi'raj Kaum Sufi di seluruh dunia, pengetahuan sekaligus hikmah terdalam, dan akhir sebuah perjalanan. Mencintai Allah dan mencintai Rasul SAW-Nya, mengetahui haknya sebagai hamba dan haknya terhadap sesama hamba. Menemui Allah itu tidak akan pernah tergapai manakala sang hamba tidak pernah mencintai Rasul SAW-Nya. Mencintai Rasul SAW kelak secara otomatis mengikuti jejak-jejak sang Rasul SAW. Ketika seorang hamba menempuh perjalanan amal dan menggapai derajat luhur: bahwa semua itu merupakan penjejakan dalam Islam, suatu orientasi semata menuju kepada Allah SWT. Dalam suatu ayat Al-Qur'an dijelaskan: Katakanlah, apabila orangtuamu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu dan keluargamu, dan harta-harta yang kamu berusaha meraih keuntungannya, serta perdagangan yang kamu takutkan akan kebangkrutannya dan tempat-tempat tinggal yang kamu senangi, ternyata lebih kamu cintai dibandingkan mencintai Allah dan Rasul SAW-Nya serta jihad di jalan-Nya, maka tunggulah, sampai Allah mendatangkan Keputusan-Nya. Dan Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.(at-Taubah : 25) Cinta atau mahabbah ternyata menempati posisi luhur dalam kehidupan beragama. Banyak orang menyangka, apa yang dilakukan selama ini sudah menempati posisi cinta itu, padahal ia sekedar menjalankan suatu perintah belaka, tanpa penghayatan rasa cinta sampai ke dalam batin, rasa cinta yang menyentuh ruh dan lubuk kalbunya. Betapa dahsyatnya cinta kepada Allah dan Rasul SAW-Nya ini, sampai Allah memperingatkan dengan berbagai versi dalam ayat Al Qur'an maupun Hadits Rasul SAW dalam riwayat Al Bukhari dan Abdullah bin Hisyam dijelaskan. Kami bersama Rasulullah SAW. Ketika itu Rasulullah SAW sedang memegang tangan Umar bin Al Khatab, lalu Umar berkata, Wahai Rasulullah SAW engkau adalah orang yang paling kucintai dibanding segalanya selain diriku. Lalu Rasulullah SAW balik menjawab, Tak seorang pun beriman secara sempurna sampai aku lebih dicintai dibanding dirinya sendiri. Umar kembali menegaskan, Engkau sekarang, lebih kucintai dibanding diriku sendiri. Lalu Rasulullah SAW bersabda, Sekarang begitu wahai Umar. Dalam hadits lain yang dikeluarkan oleh Imam Muslim disebutkan, Nabi SAW bersabda, Apabila Allah Azza wa Jalla mencintai seorang hamba, Dia berfirman kepada Jibril. Wahai Jibril Aku mencintai seseorang, maka cintailah dia. Lantas Jibril mengumumkan kepada seluruh penghuni langit, Sesungguhnya Allah Ta'ala benar-benar mencintai seorang hamba maka hendaknya kalian mencintainya. Lalu penghuni langitpun mencintai hamba itu, dan hamba itu pun diterima oleh manusia di muka bumidst. Dalam konsep Sufi, mahabbah atau cinta menempati posisi ruhani yang luhur dan mulia. Menurut Abul Qasim al-Qusyairy dalam kitabnya Ar Risalah al-Qusyairiyah, Allah menyaksikan sang hamba melalui cinta itu dan Allah mempermaklumkan cinta-Nya itu kepada hamba tersebut. Maka Allah SWT disifati sebagai sang Pecinta kepada hamba dan begitu pula si hamba disifati sebagai pencinta kepada Allah SWT. Itu berarti bahwa cinta Allah kepada hambaNya itu adalah semata Kehendak-Nya agar ada pelimpahan Kasih Sayang kepada sang hamba sebagaimana dengan rahmat-Nya ketika melimpahkan nikmat-Nya kepada hamba. Jadi Mahabbah atau cintai memiliki nuansa khusus dibanding Rahmat. Sementara Rahmat tersebut lebih sebagai merupakan pelimpahan-pelimpahan nikmat secara umum. Secara khusus Allah melimpahkan nikmat kepada hamba-Nya dalam gairah ruhani sang hamba, yang kemudian disebut cinta atau mahabbah. Pengalaman Sufi Para sufi seringkali menyebutkan mahabbah atau cinta. Hampir seluruh puja dan puji para Sufi mendendangkan keharuan cinta dan kedahsyatan rindunya. Pecinta agung sepanjang zaman Rabi'ah Adawiyah misalnya, telah mampu mencapai tingkat cinta tertinggi dan dengan cinta itu pula Rabi'ah mendapatkan tempat mulia di sisi Allah SWT. Seluruh istana sufi, hampir-hampir dipenuhi ornamen-oprnamen kecintaan kepada Sang Kekasih hingga pada tahap tertentu sang hamba seakan-akan menyatu dengan Kekasih-Nya. Sejumlah pengalaman cinta para sufi begitu kuat terdefinisi dalam simpul-simpul berikut: Cinta berarti kecenderungan pesona sang kekasih dengan penuh kebimbangan hati. Cinta adalah mengutamakan kekasihnya di atas
[daarut-tauhiid] Ternyata...
Ternyata ... Coba Anda amati, dalam pergaulan sehari-hari di manapun kita berada, sering tanpa sadar ada satu topik pembicaraan (baik yang menyangkut diri masing-masing pembicara maupun orang yang berada di luar pembicara yaitu sebagai obyek pembicaraan) mengenai kesuksesan hidup yang telah dicapai. Kesuksesan hidup yang saya maksudkan dalam pembicaraan-pembicaraan yang terjadi biasanya berkisar pada : seberapa tinggi karir/jabatan/kedudukan yang dikuasai saat ini, seberapa banyak dan mahal merek dan tipe mobil yang dimiliki, seberapa bagus dan megah rumah yang dimiliki, seberapa mahal dan beken tempat bersekolah anak-anaknya serta seberapa-seberapa yang lain. Itulah yang biasanya diasosiasikan sebagai kesuksesan. #8220;Wah... hebat ya si Fulan sekarang mobilnya dah ganti Alphard#8221;, #8220;Si Fulanah sekarang karir suaminya moncer lho, diangkat jadi kepala cabang#8221;, #8220;Enak ya Dia, bonus tahunannya belasan juta#8221; dan sebagainya. Apakah hal tersebut salah ? Saya tidak dalam kapasitas menghakimi salah dan benar, tetapi hanya ingin berbagi perasaan dan sikap hati kita dalam menghadapi situasi pembicaraan yang seperti itu dalam pergaulan kita sehari-hari. Keinginan Kalau mendengar sesuatu yang sepertinya nyaman, enak dan mudah yang belum pernah kita rasakan dan miliki, biasanya kita pasti ingin juga merasakan yang seperti itu. Menurut saya keinginan itu boleh-boleh saja, asalkan : a. Keinginan tersebut harus segera dipotong agar tidak menjadi khayalan yang menyebabkan kita panjang angan-angan, sebab situasi yang kita inginkan tersebut juga tentu ada cobaan di dalamnya yang kita tidak tahu. Kata orang-orang tua jaman dulu : Urip kuwi sawang-sinawang, orang lain yang kelihatannya enak belum tentu demikian, ada masalahnya juga. b. Keinginan tersebut jangan sampai menyebabkan kita berkeluh kesah / ngresulo / tidak ridho atas situasi dan kondisi yang saat ini kita jalani. Karena bagaimanapun apa yang kita terima dan jalani saat ini adalah yang terbaik bagi kita yang Allah berikan. Bukankah setiap detik kehidupan kita adalah pemberianNya yang harusnya kita syukuri ? Bukankah rasa syukur kita merupakan wadah untuk menerima nikmat yang lebih besar dariNya ? Jangan melihat ke atas, tapi lihatlah ke bawah. Masih banyak saudara-saudara kita yang hidup jauh di bawah kelayakan. c. Keinginan tersebut bisa kita jadikan cita-cita yang harus diiringi juga dengan ikhtiar dalam arti harus kita siapkan strategi dan tahapan pencapiannya dengan tidak lupa hati kita berserah kepadaNya. Boleh jadi keinginan yang menjadi cita-cita tersebut merupakan pertanda bahwa Allah memang akan menganugerahi kita sesuai yang kita cita-citakan. Ternyata Ini rahasia lho jangan bilang siapa-siapa, orang-orang yang mencapai kesuksesan hidup sebagaimana yang sering diperbincangkan orang, umpama dari kalangan militer dia itu jendral, panglima lagi, umpama dari kalangan pengusaha, dia itu top bangetlah pokoknya, omsetnya per bulan triliunan rupiah, umpama dari kalangan trainer, dia itu trainer kelas atas yang alumni pelatihannya sudah mencapai puluhan ribu orang, umpama dari kalangan artis sinetron, dia itu tarif per episodenya mencapai puluhan juta rupiah atau juga dari kalangan lain yang dianggap sukses dan menjadi standar kemewahan hidup bagi banyak orang, ternyata akhirnya mati juga. Jatah ruang dan waktu baginya habis di dunia ini. Ternyata... hidup itu menunggu mati. Ternyata... mati itu berarti kembali, kembali kepada yang memiliki. Ternyata... yang memiliki itu Allah. Ternyata... masa depan kita dan masa depan hidup ini adalah Allah Ternyata... cita-cita kita salah jika bukan Allah. Ternyata... semuanya sia-sia jika tidak dengan Allah. Ternyata... semuanya sia-sia jika tidak bersama Allah. Ternyata... semuanya sia-sia jika tidak untuk Allah. Ternyata... Allah itu sangat sayang pada kita. Ternyata... Allah sudah siapkan segalanya bagi kita. Ternyata... Allah saja yang ada yang lain tidak ada #8211; subhanallah. Ternyata... Allah juga di balik semua yang ada #8211; alhamdulillah. Ternyata... habis sudah kita dihadapanNya. Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com
[daarut-tauhiid] Dawuh
Dawuh Syekh Sholahuddin Saat itu hari Minggu Legi, tanggal 24 April 2005, bertepatan dengan tanggal 15 Rabiul Awal 1426 H, Syekh Sholahuddin memberikan wejangan dalam bahasa. Dua hal utama yang aku ingat dalam wejangan Beliau adalah : 1. Dzikir yang diajarkan agar dilakukan secara kontinyu sampai nanti yang diingat adalah Allah terus. Sehingga ketika menyadari adanya matahari, maka itu sesungguhnya dari Allah juga. Demikian juga dengan hal yang lain. 2. Beliau mengatakan, Ojo ngelokno wong liyo. Ngelem iku yo termasuk ngelokno. Kalau pada poin pertama di atas, aku bisa mencernanya, tetapi untuk yang kedua ini aku perlu waktu agak lama untuk memahaminya. Tidak boleh mencela, tetapi memuji pun termasuk mencela. Wah bagaimana ya penjelasannya. Ternyata setelah aku renungkan, dengan pemahamanku yang sempit ini, kira-kira penjelasannya seperti ini : a. Tidak boleh mencela karena diri kita pun masih jauh dari sempurna, berarti mencela orang lain mengandung potensi kesombongan diri, merasa diri kita lebih baik dari yang kita cela. Padahal apa yang kita anggap baik pada diri kita dan apa yang kita anggap buruk pada diri orang lain pada hakikatnya Allah juga yang menggerakkan, berarti mencela suatu keburukan sama dengan mencela Allah juga. Nah !!! b. Kalau alhamdulillah berarti segala puji bagi Allah, segalanya kembali kepada Allah, berarti celaan juga kembali kepada Allah. Mencela Allah lagi !!! c. Lalu kenapa memuji juga berarti mencela ? Karena hakikinya di saat kita memuji seseorang atau sesuatu berarti saat itu juga ada yang kita rendahkan kita cela secara berkebalikan dari pujian yang kita lontarkan. Kembali ke poin a dan b lagi ternyata. d. Dzikir yang diajarkan bertalian kuat dalam upaya latihan menata hati agar hati bisa mandiri, bebas merdeka dari tarikan hawa nafsu sehingga harus dilatih juga untuk tidak mencela atau memuji. Contoh sederhana : sebagai seorang laki-laki, siapa sih yang tidak suka kalau melihat perempuan yang cantik ? Tapi sesungguhnya cantik atau tidak hanyalah mata yang menikmati, sehingga adanya perbedaan cantik dan tidak hanyalah ekspresi dari hawa nafsunya mata. Hati mestinya tidak memerlukan cantik atau tidak cantik. Hati harusnya memandang yang ada dibalik kecantikan atau ketidakcantikan itu, yaitu Allah. Kesimpulannya, menurutku Beliau sedang mengajarkan bagaiman hati harus bersikap, yaitu yang ada di hati harusnya hanya Allah. Sehingga apa pun yang kita lihat, apa pun yang kita rasakan harus haqqul yaqin dari Allah semua. Jadi hati tetap biasa, diam dan tenang. Hati yang ridho menerima apapun juga. Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[daarut-tauhiid] Takkan Teraih Surga
Takkan Teraih Surga Dua hari lalu ada salah satu teman yang membaca buletin bulanan yang diterbitkan salah satu yayasan di Surabaya dimana dia menyalurkan salah satu infaq bulanannya. Pada salah satu rubrik dalam buletin itu dinukilkan sebuah hadits : Dari Aisyiyah ra, Rasulullah saw bersabda, Tingkatkanlah amalmu dengan baik, atau lebih dekatlah kepada kebaikan dan bergembiralah, karena amal seseorang tiada dapat memasukkannya ke surga. Tanya para sahabat, Amal Anda juga begitu, ya Rasulullah ?, jawab Rasulullah, Amalku juga begitu. Tetapi Allah melimpahiku dengan rahmat-Nya. Dan ketahuilah, bahwa amal yang paling disukai Allah ialah amal yang dikerjakan secara terus menerus walaupun sedikit. (HR. Bukhari, Muslim dan Nasa'i). Temanku itu mempertanyakan tentang : amal seseorang tiada dapat memasukkannya ke surga, dianggapnya hal tersebut salah ketik. Mungkin dalam benaknya muncul pertanyaan kenapa harus beramal kalau amal tersebut tidak dapat memasukkan kita ke dalam surga ? Alhamdulillah dari pengajian-pengajian yang kuikuti terutama bimbingan dari Syekh Luqman aku memahami hadits tersebut yang tentu saja pemahamanku masih sangat-sangat terbatas, kira-kira demikian : 1. Tingkatkanlah amalmu dengan baik, atau lebih dekatlah kepada kebaikan dan bergembiralah Derajad tertinggi dalam kehidupan ini adalah menjadi hambanya Allah bukan hambanya dari selain Allah. Sebagai hamba, wajibnya kita melaksanakan seluruh kehendakNya. PerintahNya dalam hadits tersebut di atas adalah meningkatkan amal, mendekat kepada kebaikan dan bergembira. Meningkatkan amal dengan baik, menurut pemahamanku pokoknya hidup yang kita jalani ini harus kita niatkan sebagai amal sholih dan kita tingkatkan terus kualitas keikhlasannya. Allah memerintahkan kita beramal sholih, ya sudah, jalankan saja lillahi taala. Masalah ganjaran-fadillah-manfaat-pahala yang dijanjikan Allah, engga usah direken, tidak usah dihiraukan. Bukankah sudah dijanjikan ? Sedangkan Allah Maha Menepati Janji, ya sudah, tidak usah dihitung-hitung pasti diberi. Pokoknya jalankan saja perintahNya titik. Kesungguhanmu mengejar apa yang sudah dijamin oleh Allah dan kelalaianmu melaksanakan apa yang dituntut darimu, adalah bukti rabunnya mata batinmu. (al-Hikam, Ibnu Athâillâh As-Sakandarî). [Syekh Luqman pernah memberikan contoh di antaranya : shalat sunnah dua rakaat lebih afdhol dari surga, karena yang dituntut oleh Allah adalah shalatnya, sedangkan surga adalah yang dijamin oleh Allah; ikhtiar itu lebih afdhol dari hasil ikhtiar; berdoa lebih afdhol dari ijabah doa itu sendiri] Lebih dekat kepada kebaikan, awal kebaikan itu adalah mengingat Allah, merasakan kehadiranNya atau merasakan Allah selalu hadir dalam kehidupan kita yang akan membawa kita selalu menjaga adab atau sopan santun kita dihadapanNya sehingga yang keluar dari diri kita ini yang baik-baik saja, sehingga misalnya kalau mau berbuat tidak baik pasti tidak jadi karena malu sama Allah, kan Allah selalu hadir dalam setiap gerak-gerik hati kita. Jadi, lebih dekat kepada kebaikan mungkin maksudnya adalah bahwa kita harus mengupayakan, mengkondisikan agar kita selalu ingat Allah. Harus kita jaga apa yang menjadi konsumsi indera kita dan harus kita jaga lingkungan pergaulan kita agar semuanya kondusif dalam mendukung pertumbuhan spiritual kita, lebih yaqin, semakin yaqin, wis poko-e yuakin puo, haqqul yaqin. Kita pasti tahu takaran iman kita masing-masing, karena itu jangan menantang, kalau iman kita cuman biasa-biasa saja seperti daku, ya jangan coba-coba masuk di lingkungan yang dekat dengan kemaksiatan, biasanya pasti kejebur. Jangan berkawan dengan orang yang keadaannya tidak membangkitkan semangatmu dan pembicaraannya tidak membimbingmu ke jalan Allah. Boleh jadi engkau berbuat buruk tetapi tampak olehmu sebagai kebaikan, lantaran engkau berkawan dengan orang yang tingkah lakunya lebih buruk darimu. (al-Hikam, Ibnu Athâillâh As-Sakandarî). Bergembiralah, kenapa kok harus bergembira ? Ya karena siapa saja yang sudah bisa melaksanakan dua perintah sebelumnya, yaitu meningkatkan amal sholih dengan baik dan lebih mendekat kepada kebaikan, berarti itu merupakan tanda-tanda bahwa Allah ridho kepadanya. Janganlah ketaatanmu membuatmu gembira lantaran engkau mampu melaksanakannya, tetapi bergembiralah lantaran ketaatan itu merupakan karunia Allah kepadamu. (al-Hikam, Ibnu Athâillâh As-Sakandarî). Q.S. Yunus [10]:58 : Katakanlah, dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan. Karena itu dalam hadits tersebut diatas, selanjutnya dikatakan oleh Rasulullah saw : 2. Amal seseorang tiada dapat memasukkannya ke surga Dalam proses apa pun pasti ada yang tersisa menjadi sampah, menjadi polutan. Inilah sunatullah bahwa dalam suatu proses, takdirnya ada yang menjadi inti dan ada yang menjadi sampah. Contoh sederhana adalah
[daarut-tauhiid] Kumohon kelembutan-Mu Yaa Allah
Kumohon kelembutan-Mu Yaa Allah Pagi tadi sekitar jam 08.30, aku melihat peristiwa yang memilukan hati. Aku merasakan betul apa yang sedang dialami oleh seorang Bapak penjual kue-kue basah. Dia yang sejak pagi berangkat dari rumah dengan niat berusaha menafkahi keluarga harus mengalami insiden yang mungkin berat baginya. Dengan sepeda jengki tuanya, diikatkannya dua lapis tenong (tempat kue) persegi empat di bagian belakang sepedanya. Diisinya tenong itu dengan bermacam kue basah seperti lumpia, risoles, lapis, lumpur dan sejenisnya. Dijajakannya kue-kue itu di sepanjang jalan yang dilalui, keluar masuk di berbagai perkantoran dengan mengharap keuntungan yang bisa dibawa pulang untuk keluarga tercinta di mana dia sebagai tulang punggungnya. Ah... tetapi entah kenapa, pagi ini dia harus mengalami suatu kecelakaan. Mungkin karena keteledorannya atau mungkin juga karena keangkuhan para pemakai jalan yang semena-mena. Ketika dia menyeberang dari arah Timur ke Barat dengan menuntun sepedanya di jalan Basuki Rahmat, ada satu kendaraan yang melanggarnya sehinga sepedanya terguling, velg rodanya bengkok dan tenong tempat kue terbuka menyebarkan isinya tak tentu arah. Hari masih pagi, pelanggan pun mungkin masih menanti, tapi apa daya diri jika memang telah terjadi. Dari jauh terlihat wajah cemasnya, terdengar degup jantungnya dan tergambar ruwet pikirnya. Semoga Engkau mudahkan baginya Yaa Allah. Itulah cermin kehidupan. Pada segala sesuatu semestinya aku bisa bercermin. Kejadian itu juga merupakan cermin yang memantulkan bayangang diri, tentang diriku yang masih jauh dari syukur, jauh dari sabar dan jauh dari ridho. Dalam skala dunia, sungguh masih sangat beruntung diriku yang tidak harus mengayuh pedal sepeda dalam bekerja, yang tidak usah berharap-harap cemas berapa jumlah uang yang bisa kubawa pulang dan yang tidak usah seharian berada di jalanan yang panas, berdebu dan penuh asap. Tetapi dalam skala akhirat mungkin dia jauh lebih mulia dari diriku. Bisa jadi keyakinannya tentang Allah telah menancap demikian kuat dalam hatinya hingga tak pernah diresahkannya tentang rejekinya, tak pernah diturutinya lelahnya badan dalam bekerja sebagai penggugur dosa dan tak pernah dikeluhkannya berbagai kesulitan yang dihadapinya. Sungguh banyak di sana, para tulang punggung keluarga terutama kaum laki-laki yang menghadapi situasi sulit dalam pekerjaannya telah kehilangan kelembutan kepada keluarga. Kondisi pekerjaan yang penuh tekanan, kelelahan fisik dalam menuntaskan pekerjaan dan beratnya tanggung jawab yang dipikul dalam pekerjaan, sering menjadi alasan pembenar hilangnya kelembutan bagi keluarga, sering menjadikan mereka menuntut lebih dari keluarga dan lebih mudah dalam mengumbar amarah. Papa ini capek pulang kerja !!!, Papa ini kerja buat kalian !!! dan sebagainya. Kalau memang tidak mau capek karena bekerja untuk menafkahi keluarga, kenapa harus berkeluarga ? Kenapa anak di rumah menjadi sasaran kemarahan dan kenapa pula istri di rumah jadi sasaran cercaan ? Karenanya Yaa Allah anugerahkanlah kelembutanMu kepada kami semua, kepada para Ayah yang bertanggung jawab menafkahi keluarga, kepada para Ibu yang jihadnya mengurus keluarga, kepada para Guru yang mendidik muridnya, kepada para BOS yang memperkerjakan karyawannya, kepada para Pimpinan yang menggembalakan anak buahnya, agar situasi sesulit apa pun yang harus kami hadapi tetap dapat kami sikapi dengan kelembutan hati, agar kami selalu sabar, syukur dan ridho. Aamiin. Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[daarut-tauhiid] Mulut dan Perut
Mulut dan Perut ... Mulut dan perut merupakan bagian tubuh berongga yang di antara sekian banyak organ tubuh yang terdapat di dalamnya di antaranya adalah terorganisir dalam suatu sistem pencernaan. Tetapi dalam hal ini yang ingin saya bahas adalah dalam bahasa umum yaitu mulut dan perut. Di mana di dalam mulut terdapat satu indra pengecap rasa yaitu lidah, start pertama makanan yang masuk ke dalam sistem pencernaan. Dari perenungan saya menemukan ada ilmu sejati di antara mulut dan perut, yaitu ilmu tentang memilih agar tidak terjebak memilih yang ilusi dengan mengesampingkan yang sejati. Dalam proses makan atau minum, mulut merupakan gerbang pertama yang menerima makanan atau minuman. Di dalam mulut, makanan atau minuman tersebut yang utama pasti akan dirasakan oleh lidah dalam hal rasa (manis, pahit, asin, masam), tekstur (keras, lunak, serat) dan suhu (biasa, panas, dingin). Sedangkan perut yang terdiri dari sekian banyak organ tubuh yang mendukung sistem pencernaan, langsung mencerna begitu saja makanan atau minuman yang masuk melalui mulut, diproses hingga keluar produk inti yang didistribusikan ke seluruh organ sesuai alokasi kebutuhannya dan sisanya dikeluarkan dari tubuh berupa ampas baik padat maupun cair. Misalkan kita makan bakso, setelah itu minum es kelapa muda atau es campur, kira-kira pas ya ? Tentu enak kan ? Mak nyus gitu lho ! Apalagi kalau ditraktir, wuih... tuambah suiiip ! Perut menerima bakso terus ditambah es kelapa muda atau es campur, diproses langsung secara bersama-sama. Di dalam perut bakso bercampur dengan es degan. Perutnya protes atau tidak ? Pasti tidak kan ? Nah sekarang kira-kira bagaimana kalau percampuran antara bakso dan es degan kita awali sebelum masuk perut, kita campur dalam satu mangkok terus kita masukkan mulut, bukankah di dalam perut kondisinya juga seperti itu ? Mulutnya protes atau tidak ? Ya iyalah protes, gak enak yo rasane ! Oo kalau begitu berarti mulut merupakan representasi dari hawa nafsu, sedangkan perut merupakan representasi dari qalbu kita, karena mulut masih membedakan terutama dalam hal rasa (terbukti kalau kita makan terasa enak, bisa habis banyak, walau kenyang tetapi masih ingin menambah, sebaliknya kalau merasa tidak enak, kita makan hanya sedikit malah terkadang tidak habis) sedangkan perut tidak membedakan apa yang masuk di dalamnya (yang penting bagi perut sebenarnya yang masuk haruslah bermanfaat dan dalam kadar yang secukupnya, sehingga sisa/residu dari proses pencernaan tidak terlalu banyak). Qalbu tidak pernah membedakan makanan itu enak atau tidak berlawanan dengan hawa nafsunya lidah, qalbu tidak pernah membedakan seseorang itu cantik atau ganteng seperti hawa nafsunya mata yang membedakan, qalbu tidak pernah membedakan suatu nada harmoni atau tidak sebagaimana hawa nafsunya telinga yang membedakan harmonisasi nada dan seterusnya. [Q.S. Al Araaf (07) : 31] : ... makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. Memang salah satu karakter hawa nafsu adalah kecenderungan untuk berlebih-lebihan. Lihat saja saat ini, melalui berbagai media, gaya hidup selalu dipertontonkan setiap harinya, dijual dan dijadikan impian. Gaya hidup sudah menjadi komoditas yang laris manis di pasar dunia. Maka tak pelak siapa saja yang terhipnotis olehnya pasti menjadikannya sebagai sebuah obsesi dalam hidupnya yang berusaha untuk dipenuhi walau pun sebenarnya tidak perlu. Hanya mengejar bayang-bayang semu yang menipu, hanya untuk membentuk citra diri yang sebenarnya merugi, hanya untuk memenuhi ambisi yang pasti akan menjadi tragedi [Q.S. Muhammad (47) : 36] : Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Dan jika kamu beriman dan bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu. Satu contoh sederhana tentang gaya hidup adalah fenomena handphone yang saat ini bukan barang mewah lagi karena produsen sudah memasok untuk berbagai segmentasi pasar. Teknologi dan model handphone dalam hitungan bulan selalu ada perputaran, selalu keluar yang baru. Apalagi saat ini sudah menginjak teknologi komunikasi 3G [teknologi komunikasi yang memiliki kemampuan : memiliki kecepatan transfer data cepat (144kbps-2Mbps) sehingga dapat melayani layanan data broadband seperti internet, video on demand, music on demand, games on demand, dan on demand lain yang memungkinkan kita dapat memilih program musik, video, atau game semudah memilih channel di TV. Kecepatan setinggi itu juga mampu melayani video conference dan video streaming lainnya], handphone berbasis 3G pun sudah banyak tersedia di pasar, hanya sayangnya bagi mereka yang hanya latah mengejar gaya hidup, pasti langsung beli tanpa tahu apa itu 3G, bagaimana aplikasi pemakaiannya dan seberapa mahal pulsanya. Beli handphone 3G tapi ternyata cuma dipakai ngomong sama sms saja, sungguh kasihan ! Anak sekolahan
[daarut-tauhiid] Mursyid Kamil Mukammil
Mursyid Kamil Mukammil Mursyid kamil mukammil adalah seorang mursyid yang sudah sempurna dalam wushulnya kepada Allah dan dapat menyempurnakan muridnya untuk juga wushul kepada Allah. Mursyid kamil mukammil pastilah seorang waliyullah, tetapi sebaliknya, seorang waliyullah belum tentu seorang mursyid. Karena seoarang mursyid mempunyai otoritas mematrikan/menghunjamkan dzikir ke dalam qolbu seorang murid untuk mensucikan qolbunya dan sebagai biji iman yang siap dicangkul, dipupuk, dirawat, disirami sampai tumbuh dan berkembang yang akhirnya akan berbuah manisnya iman. Dengan biji iman yang ditanamkan ke dalam qolbu yang telah disucikan oleh mursyid kamil mukammil dan diiringi dengan ketekunan, keistiqomahan seorang murid dalam menjalankan petunjuk mursyid, insya Allah akan terjadi perubahan secara simultan dalam diri seorang murid menuju kemerdekaan yang hakiki yaitu bebas dari segala belenggu penghambaan/perbudakan kepada dan terhadap apapun kecuali hanya kepada ALLAH. Mursyid akan senantiasa mendoakan, membimbing, mengingatkan, mengarahkan, menata perjalan murid menuju Allah yang sungguh sangat banyak tipu dayanya. Wali Mursyid Itu Perlu Seorang saudaraku bertanya: APAKAH ADA PERADABAN YG LEBIH BAIK DARI ISLAM? TIDAK!! Hmm..kadang aku berpikir, apa kunci Rasulullah hingga mampu membangun satu peradaban baru hanya dalam waktu 23 tahun...? Barangkali kuncinya seperti tergambar dalam surat al-Jum'ah / 67:2. Beliau menjalankan tiga tugas utama: 1. Tilawah, membacakan ayat-ayat Allah. Memperkenalkan kepada orang-orang tentang adanya petunjuk 'langit', dan meyakinkan mereka tentang kebanaran ayat-ayat 'langit' itu. 2. Tazkiyah, mensucikan jiwa pengikutnya. Tanpa kesucian jiwa maka makna ayat-ayat yang dibacakan tak akan terpahami dengan baik, tak juga ayat-ayat itu terasakan sebagai penggerak yang memotivasi orang untuk mengamalkannya. 3. Taklim, mengajarkan ketentuan-ketentuan Allah (hukum, kitab) juga tujuan dan manfaat dari ketentuan-ketentuan tersebut (hikmah). Sekarang ini fungsi tilawah telah banyak tergantikan oleh berbagai media. Kalau dulu hanya dibacakan oleh orang, sekarang ayat-ayat telah dibukukan, dikasetkan, di-CD/ VCD-kan, didigitalkan. Orang dapat mengaksesnya secara langsung. Untuk membacanya pun sudah banyak tersedia kursus-kursus yang dapat melatihkannya dengan berbagai metode yang sangat cepat. Fungsi taklim masih berjalan terus, bahkan makin banyak ustadz yang memimpin majlis-majlis taklim, baik langsung maupun menggunakan fasilitas distance learning melalui radio/tv dan internet. Yang jadi masalah adalah fungsi tazkiyah. Rasulullah s.a.w. mentazkiyah jiwa para sahabat sebelum mentaklim mereka. Jiwa para sahabat sudah tersucikan lebih dulu sebelum mendapatkan taklim. Tapi siapa yang mentazkiyah diri kita saat ini? Untuk tilawah kita dapat menggunakan berbagai multi media ayat yang banyak tersebar dengan harga murah. Untuk taklim kita dapat mendatangi majlis taklim, halaqah, liqa', dan mabit; menjumpai para ustadz dan murabbi. Tapi semua itu kita lakukan dengan qalbu yang kotor karena tidak mengalami tazkiyah lebih dulu. Adakah para ustadz/kyai itu dapat mentazkiyah jiwa kita. Apakah para murabbi kita juga sudah tersucikan jiwanya sehingga mampu mentazkiyah kita? Kadang kita katakan, tak perlu tazkiyah secara formal, lakukan saja ibadah-ibadah yang ada dengan ikhlas dan tekun, nanti jiwa akan tertazkiyah sendiri. Betulkah? Bagaimana kita dapat ikhlas kalau belum tazkiyah. Bagaimana akan termotivasi dan tekun beribadah kalau masih banyak kototan jiwa? Jadi berputar-putar dong, untuk tazkiyah perlu ibadah, tapi untuk ikhlas dan tekun ibadah diperlukan tazkiyah lebih dulu... Kita katakan tak perlu ada tazkiyah secara formal, juga tak perlu ada orang yang mentazkiyah kita, karena kita memang belum mengetahui pentingnya dua hal itu. Rasulullah s.a.w. mendapatkan tilawah, tazkiyah, dan taklim dari malaikat Jibril. Para sahabat mendapatkannya dari Rasul s.a.w. Para tabi'in dari para sahabat... begitu seterusnya. Tapi lagi-lagi, siapa yang mentazkiyah kita saat ini? Kadang kita terlalu arogan dengan mengatakan tak perlu tazkiyah dan orang yang mentazkiyah, karena hubungan kita dengan Allh SWT bersifat langsung dan individual, tak memerlukan perantara. Tapi betulkah kita, dengan segala kekotoran kita dapat terhubung langsung dengan Allah? Bukankah Rasulullah s.a.w. sebelum mikraj pun ditazkiyah dulu qalbunya oleh Jibril? Masukilah rumah lewat pintunya. Pelajarilah agama melalui sumbernya. Seraplah cahaya ilahiah melalui salurannya. Mursyid itu perlu... Kita gak kan pandai tanpa guru (bukankah dikatakan, siapa yang belajar tanpa guru maka gurunya adalah setan...). Jiwa tak kan terbersihkan tanpa ada yang men-tazkiyah-nya. Tentu jangan sembarang orang kita jadikan mursyid. Bagaimana ia akan men-tazkiyah diri kita kalau dia pun belum tersucikan jiwanya. Carilah mursyid yang berkualifikasi
[daarut-tauhiid] Tuhan Tidak Murka
Tuhan Tidak Murka Kondisi yang akhir-akhir ini menyelimuti negeri kita tercinta Indonesia yang bagaimana pun keadaannya tidak bisa kita ingkari bahwa kita lahir di bumi ini, makan minum dari hasil bumi ini dan mungkin nanti meninggal juga dikubur di bumi ini. Semoga ke depan, dari bumi Indonesia inilah terjadinya kebangkitan dan kejayaan Islam yang sebenar-benarnya Islam. Aamiin. Seandainya skala waktu kehidupan ini hanya dunia, seandainya hidup kita ini sekadar sepanjang jatah usia kita, maka yang rumahnya kena banjir dan longsor adalah para koruptor, pengkhianat-pengkhianat amanat rakyat, para pendusta masyarakat, serta orang-orang yang keshy;lakuannya menyakiti hati Tuhan. Tapi, tidak demikian yang terjadi. Banyak orang kecil, yang selama ini hidupnya sengsara, sekarang disiksa banjir dan diusir longsor. Sebaliknya, lebih banyak lagi pencoleng dan penjahat politik ekonomi kenegaraan yang tidak tersentuh musibah. Untung ada ilmu hikmah dari Allah. Seorang anak fakir dengan susah payah bekerja sejak kecil untuk membiayai sekolahnya sendiri, sampai akhirnya bukan hanya menjadi sarjana, bahkan sukses jadi doktor. Menjelang hari wisuda kedoktorannya sekaligus menshy;jelang hari pernikahannya, Tuhan mengambil nyawanya. Keluarganya nangis nggero-nggero, tetapi tangis mereka mungkin segera mereda jika telinga rohani mereka mendengar kata-kata Tuhan : Anakmu itu hamba teladan di pandangan mata-KU. Ia lulus cumlaude, jadi Indonesia yang kotor tidak berhak mengotorinya sedikitpun. Maka, KUshy;ambil ia untuk menjadi salah satu kekasih-KU Kaya tidak berarti jaya di mata Tuhan atau di skala dunia akhirat. Miskin tidak berarti kehinaan. Selamat dari longsor dan banjir tidak sama dengan diselamatkan Tuhan. Yang menderita karena banjir justru mungkin sedang ditagih utangnya oleh Allah, supaya halal bihalal dengan Tuhan, sehingga kalau mereka mengikhlaskan keadaan karena banjir itu, maka karamah dan surga Allah menantinya. Sementara, yang seakan-akan selamat, oleh Allah justru dibiarkan menumpuk utang-utang kepada-Nya. Allah melakukan istidraj, mbombong, nglulu. Maka, manusia jengkel; orang yang diharapkan njlungup nang sumur karena pekerjaannya nglarani atine wong cilik malah leha-leha dengan jas dan dasinya. Yang diharapkan selamat di dunia malah oleh Tuhan diberi ujian untuk membuka derajat tinggi di surgashy;Nya kelak. Kesimpulannya sederhana. Yang tidak terkena banjir dan langsor jangan GR dan takabur. Yang terkena jangan merasa menderita. Jangan sakiti hati Tuhan dengan ngersulo atas kehendak-Nya. Tuhan tidak sedang murka kepada kita. Tuhan terlalu besar dan agung untuk terganggu oleh pengkhianatan kita. Kalau Tuhan murka, alangkah sepelenya kadar kemurkaannya: sekadar banjir, longsor, api membakar di sejumlah tempat. Ukuran kesalahan kita semua ini, dari sudut akidah dan akhlak di wilayah-wilayah politik ekonomi kebudayaan, sama sekali tidak lebih rendah dibanding kedurhakaan kaum Nuh AS yang kemudian ditelan oleh air bah raksasa. Jadi, kalau Tuhan murka, Jakarta seluruhnya ditelan bumi supaya kaum intelektual berpikir tentang ibu kota baru Indonesia. Jawa Timur dilindas air bah merata dan sisanya dihanguskan oleh api supaya penduduknya mulai belajar berpikir adil dan rendah hati. Penderitaan yang kita alami seminggu terakhir ini sama sekali belum sepadan sebagai imbalan bagi kebusukan hati, kepincangan akal, dan kebobrokan moral yang kita selenggarakan beramai-ramai beberapa tahun terakhir ini. Itu pun siapa yang sungguh-sungguh menderita ? Lihatlah ke jalanan, mal-mal, plaza, siaran TV, berita koran... hampir semuanya masih senang-senang saja, masih cengengesan dan pencilakan. Maka, silakan meneliti sendiri apa sebenarnya yang engkau alami hari-hari ini. Baik engkau sebagai individu,engkau sebagai anggota masyarakat, engkau sebagai warganegara, engkau sekeluarga, engkau sebagai hamba Allah. Apakah Tuhan sedang memberimu peringatan, ujian, ataukah hukuman, atau semua unsur itu ada sekaligus dalam pengalaman kita. Syukur kalau engkau diperingatkan, berarti masih dishy;sayang dan dibukakan kemungkinan untuk selamat. Silakan teliti mana reformasimu ? Sudan empat tahun, ternyata bohong ya. Mana demokrasimu. Mana kinerja amanah wakil-wakilmu. Ulangi lagi kutukan-kutukanmu dan sesekali ucapkan kepada dirimu sendiri : jangan-jangan kau kandung Suharto di sel-sel. darahmu. Jangan-jangan kau bekerja di perusahaan hasil money laundering-nya Cendana. Siang hari kau teriak-teriak demo, sambil bawa handphone dan fasilitas uang cipratan hasil penjualan senjata internasional yang memerlukan pasar konflik di Timur Tengah dan Indonesia Raya dengan kamuflase demokratisasi, HAM, dan otonomi daerah. Kalau engkau dan para aktivis pahlawan-pahlawanmu itu berteriak : Adili Suharto!, Berantas KKN! dan seterusnya, apakah karena engkau berpikir hukum, ataukah karena diam-diam engkau menyimpan ucapan, Mestinya aku dong yang
[daarut-tauhiid] Pegang Kuncinya
Pegang kuncinya, buka pintunya! Mau meningkatkan kualitas diri secara lengkap (lahiriyah-batiniyah, material-spiritual, dunia-akhirat) - gampang sekali, pegang kuncinya, buka pintunya. Sebagaimana tulisan yang lalu. KUNCINYA ADALAH DZIKIR. Dzikir yang bagaimana ? Dzikir yang diajarkan secara khusus yang mempunyai mata rantai - silsilah - otoritas pengajaran dzikir dari Rasulullah SAW. Agama ISLAM secara lengkap terdiri dari 3 pondasi dasar yaitu IMAN, ISLAM dan IHSAN, sebagaiman hadits yang mengisahkan ketika Rasulullah Muhammad SAW ditest oleh Malaikat Jibril a.s. Dari Umar Al Khattab r.a. berkata: Pada suatu hari ketika kami duduk di samping Rasulullah SAW, tiba-tiba muncul seorang lelaki di hadapan kami yang pakaiannya terlalu putih dan rambutnya terlalu hitam, tidak terdapat padanya tanda-tanda orang yang bermusafir tetapi tidak seorang pun daripada kami mengenalinya. Dia mendekati Nabi SAW, dengan duduk menyandarkan lututnya bertemu dengan lutut Rasulullah dan kedua tapak tangannya diletakkan ke atas kedua paha Rasulullah saw. Dan dia terus bertanya: Wahai Muhammad, terangkan padaku mengenai ISLAM. Maka Rasulullah SAW bersabda, Islam ialah kamu mengucapkan pengakuan (syahadah): dan kamu dirikan sembahyang, dan kamu keluarkan zakat dan kamu berpuasa (dalam bulan) Ramadhan dan menunaikan haji di Baitullah jika berkemampuan ke sana.Benarlah kamu,. Kata-katanya itu mengherankan kami karena dia yang bertanya dan dia juga yang membenarkannya. Dan seterusnya dia bertanya lagi, Terangkan padaku mengenai IMAN. Rasulullah bersabda, Bahwa kamu beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, Hari Akhirat dan ketentuan baik dan buruknya (qadha dan qadar) dari Allah. Benar, dia mengakuinya dan bertanya lagi: Terangkan padaku apa itu IHSAN? Rasulullah berkata, Ihsan ialah kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, jika tidak sesungguhnya Dia sentiasa memperhatikan kamu. Benar, jawab lelaki itu. IMAN nantinya berkembang menjadi displin ilmu Tauhid - ilmu ketuhanan. ISLAM nantinya berkembang menjadi displin ilmu Fiqh - tata cara ibadah dan muamalah. IHSAN nantinya berkembang menjadi disiplin ilmu Tasawuf - manajemen qolbu dengan amaliahnya yaitu Thoreqoh. Namun yang terus diajarkan secara terus menerus pada masyarkat umum kebanyakan hanya IMAN dan ISLAM, sedangkan IHSAN sering tidak mendapat perhatian secara khusus, padahal sesungguhnya IHSAN itulah yang merupakan intisari dalam beragama, yaitu bagaimana kita mengenal ALLAH. Karena dengan mengenal ALLAH bukan hanya secara teori bahwa Allah itu ada melainkan Haqqul Yaqin akan ALLAH - benar-benar merasakan Allah - maka kita akan ridho kalau ALLAH tuhan kita dan kitalah hamba. Bila kesadaran itu sudah menyatu dalam diri kita maka kita akan dengan ringan menjalankan seluruh yang disyariatkan (ISLAM) bukan karena terpaksa atau karena adanya surga ataupun neraka, tetapi karena kita IMAN kepada ALLAH. Di situlan manisnya iman dan islam baru dapat kita rasakan. Kembali ke masalah dzikir, karena dzikir sebagi kunci pembuka pintu tersebut haruslah yang mempunyai silsilah otoritas pengajaran, maka tidak sembarang orang yang bisa mengajarkan dzikir tersebut. Dzikir tersebut harus berfungsi sebagai biji iman yang ditanamkan ke dalam tanah qolbu kita dan dapat mensucikan qolbu kita sehingga nanti dapat membuahkan akhlaqul karimah. Selama ini sering kita melaksanakan ritual peribadahan, menghadiri pengajian, mendengarkan ceramah, mengikuti berbagai pelatihan EQ, SQ, QQ dan sebagainya. Tetapi mengapa kita belum berubah juga, semua itu rasanya sebatas teori, jiwa kita kering, qolbu kita gersang, mengapa kita belum bisa merasakan ALLAH selalu hadir dalam tiap detik kehidupan kita. Masalah utamanya ya itu tadi. Hati kita belum tersucikan, biji iman belum benar-benar tertanam. Lalu siapa yang meneruskan Rasulullah melakukan pengajaran tersebut ? Yaitu seorang Mursyid Kamil Mukammil - Guru Ruhani yang Sempurna dan dapat Menyempurnakan.
[daarut-tauhiid] Ridho
RIDHO = SABAR + SYUKUR Ridho dan ikhlas sering diasosiasikan semakna, tetapi menurut pemahaman saya ada nuansa yang berbeda di antara keduanya, yaitu arah pergerakan hati kita. Ridho arah pergerakan hati adalah dari atas ke bawah, yaitu sikap hati kita dalam merespon pemberian/ketentuan Allah yang sedang kita alami. Sedangkan Ikhlas merupakan pergerakan hati dari bawah ke atas, yaitu sikap hati kita dalam mempersembahkan sesuatu kepada Allah. Ikhlas merupakan nuansa hati dalam persembahan hidup kita, persembahan amaliyah kita baik secara vertikal maupun horisontal hanya kepada ALLAH - hanya kepada ALLAH tidak terbersit sesuatu pun selain ALLAH. Sulit memang. Bahkan Allah dalam hadis Qudsi berfirman : Ikhlas adalah rahasia dari rahasiaKu. Orang yang bisa IKHLAS (bukan cuma merasa ikhlas atau sok ikhlas, ex. : Aku gini ini ikhlas kok!) sungguh luar biasa, karena ikhlasnya tidak ada yang tahu amaliyah yang dilakukannya kecuali Allah, sampai malaikat pun tidak bisa mencatatnya, syaithon pun tidak bisa mencampurinya. Sesuatu yang sulit, tetapi harus senantiasa kita latih. Syaikh Abdul Jalil Mustaqim dari Pondok Pesulukan Thoriqot Agung (PETA) Tulungagung memberikan tips praktis untuk melatih ikhlas, dalam dawuhnya mengatakan : Biyasakno, kulinakno, pangucapmu podo karo karepe atimu (biasakan ucapanmu sama seperti kehendak hatimu). Penjabarannya sebatas pemahaman saya yang sempit adalah bahwa kalau hati sudah ada kehendak langsung itu juga yang terucap, langsung itu juga yang kita tindakkan. Contohnya kalau kita di traffic light, ada anak jalanan yang meminta-minta, kemudian dalam hati terbersit keinginan untuk memberi maka langsung saja keluarkan, insya Allah itu amal yang ikhlas. Jangan samapi ketika ada niatan memberi ada jeda waktu berpikir dengan menimbang-nimbang - ah... itu ibunya enak-enakan berteduh, anaknya disuruh ngemis - kalau terjadi seperti itu berarti niat hati disabotase oleh pikiran kita sendiri - oleh hawa nafsu kita sendiri, yang akhirnya walaupun nantinya kita juga memberi anak jalanan itu, tetapi kualitas keikhlasannya tentu jauh berbeda. Wallahu 'alam, semoga Allah menggerakkan hati kita untuk selalu ikhlas mempersembahkan hidup kita untuk-NYA. Ridho/rela adalah nuansa hati kita dalam merespon semua pemberian-NYA yang setiap saat selalu kita rasakan. Kalau kita bisa ridho, hidup kita jauh dari stres-depresi-penyakit psikosomatis. Coba kita hitung-hitung sendiri, dalam 24 jam berapa kali kita mengeluh, berapa kali kita marah, berapa kali kita kecewa, berapa kali kita bad mood, berapa kali pula kita bahagia, berapa kali kita gembira, berapa kali kita merasakan syukur. Kenapa suasana hati selalu berubah-ubah? Karena kita belum bisa ridho menerima kenyataan hidup yang diberikan Allah kepada kita, yang sebenarnya merupakan hasil gerak-gerik kita sendiri. Bagaimana bisa ridho ? Harus dengan sabar dan syukur. Enak atau tidak enak kenyataan hidup sebenarnya adalah konsumsi hawa nafsu kita, sehingga ada nuansa yang berbeda. Sedangkan bagi hati seharusnya netral tidak ada yang enak dan tidak ada pula yang tidak enak. kalau kenyataan hidup yang kita alami enak biasanya kita respon dengan syukur, sedangkan bila tidak enak kita respon dengan sabar. Padahal semestinya sabar dan syukur sama seperti kedua sisi koin yang tidak terpisahkan. Seperti itu pula yang harus kita terapkan dalam setiap detik kehidupan kita. Sabar Kalau kenyataan hidup yang sedang kita alami tidak enak bagi diri kita, ya kita memang harus bersabar tidak usah mengeluh - karena keluhan tidak akan mengubah keadaan - harus terus bergerak mencari solusinya. Bukankah secara hakiki dengan permasalahan yang kita hadapi tersebut, berarti kita sedang diuji oleh Allah, sedang dididik oleh-NYA untuk tahan banting, untuk menggerakkan potensi kehidupan yang sudah diakruniakan-NYA dalam mencari solusinya. Namanya ujian ya harus sabar. Tetapi harus kita ingat bahwa ujian itu datangnya dari Allah juga kan ? Berarti kita sedang dianugerahi Allah sesuatu yang pasti ada hikmahnya, berarti harus bersyukur juga kan ? Analoginya sama seperti misalnya kita ketemu sama Pak Presiden, terus diberi ballpen beliau yang sudah usang, pasti pemberian beliau kita respon dengan terima kasih dan kebanggaan, walau usang yang memberi presiden kok, pasti kita ceritakan ke orang lain. Syukur Kenyataan hidup yang mengenakkan diri kita memang harus kita syukuri, tetapi di balik itu pasti juga ada ujiannya, jadi selain syukur harus sabar juga agar tidak terlena. Contoh sederhana misalnya kita dianugerahi Allah keluasan finansial, ya harus syukur, tetapi juga harus bersabar dalam membelanjakannya, jangan sampi tergelincir untuk hal-hal di luar keridhoan Allah. Bila Sabar dan Syukur sudah menjadi kebiasaan kita dalam merespon segala sesuatu, pada posisi itulah keridhoan atau kerelaan bisa kita rasakan. Hati kita akan selalu tenang, lapang dan bahagia. Senyum akan
[daarut-tauhiid] Insan Kamil
TERNYATA ADAM DILAHIRKAN Dari pembahasan yang sudah kita lakukan, saya kira anda sudah bisa menebak kesimpulan akhirnya. Bahwa Adam adalah manusia yang dilahirkan. Kenapa? Karena, memang ia bukan manusia pertama yang diciptakan di muka Bumi. Adam adalah al insaan. Ia bukan al basyar. Manusia pertama yang diciptakan oleh Allah ternyata bukan Adam. Ia tidak pernah disebut secara eksplisit oleh Al Quran. Allah selalu menyebut manusia pertama itu secara kolektif sebagai al basyar. Karena itu, tidak ada penjelasan rinci tentang siapa dia dan bagaimana rupanya. Data-data ilmu pengetahuan pun sampai sekarang masih diliputi oleh kabut tebal yang penuh misteri. Data-data fosil maupun perhitungan umur genetika hanya menyebut angka jutaan tahun yang lalu sebagai awal munculnya spesies manusia. Menurut pemetaan genetika manusia, kita adalah generasi ke 300.000 dari manusia pertama. Kalau pergantian generasi dihitung rata-rata setiap 30 tahun, maka itu berarti sekitar 9 juta tahun yang lalu. Ini pun belum disepakati oleh para ahli. Kebanyakan ilmuwan palaentologi dan genetika menyebut angka 5-10 juta tahun yang lalu sebagai awal kemunculan spesies manusia. Tetapi, manusia yang dimaksud itu, dipercaya sebagai manusia purba. Otak dan peradabannya masih sangat rendah. Meskipun, secara fisik mereka telah menunjukkan bentuk tubuh yang menyerupai manusia. Munculnya manusia modern diperkirakan baru sekitar puluhan ribu tahun yang lalu. Salah satu tandanya, adalah munculnya peradaban yang lebih maju. Mereka sudah bertani dan berternak. Bukan berpindah-pindah ladang, dan berburu. Dugaan ini diperkuat oleh ayat Qur'an bahwa anak-anak Adam -Qabil Habil - sudah mengenal pertanian dan peternakan. QS. Al Maaidah (5): 27 Ceriterakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): Aku pasti membunuhmu! Berkata Habil: Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa. Dikisahkan bahwa Habil adalah seorang petani, sedangkan Qabil adalah peternak. Mereka membuat persembahan kurban dalam bentuk hasil pertanian dan peternakan mereka. Habil mempersembahkan hasil pertanian terbaiknya. Sedangkan Qabil justru memilih hewan-hewan yang tidak baik kualitasnya. Maka persembahan yang penuh keikhlasanlah yang diterima Allah. Yaitu dari Habil. Qabil pun iri dan marah. Akhirnya, ia membunuh saudaranya sendiri - Habil. Kisah klasik ini menyiratkan bahwa keluarga Adam sudah mengenal peradaban yang lebih maju dibandingkan pendahulunya. Jadi, zaman mereka adalah jaman peradaban manusia modern. Dan itulah memang yang diajarkan Allah kepada Adam. Itu pula yang membedakan Adam dengan manusia generasi sebelumnya. Banyak ayat di dalam Al Quran yang mengarahkan kita pada kepahaman, bahwa Adam bukanlah manusia purba. Ia adalah manusia modern yang dilahirkan. Ia bukan diciptakan secara langsung dari tanah, melainkan terlahir dari sebuah proses kehamilan orang tuanya. QS. Ali Imran (3): 59 Sesungguhnya masalah (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: Jadilah, maka jadilah dia. Ada dua hal yang perlu dicermati dari ayat di atas. Yang pertama adalah analogi Isa dan Adam. Allah menyamakan proses antara penciptaan Isa dan Adam. Sudah saya uraikan di bagian depan, bahwa penciptaan Isa disebut Allah seperti Adam,diciptakan dari tanah (turab) kemudian diucapkan kepadanya kun, maka jadilah ia. Dari sini kita tahu bahwa ketika Allah mengatakan kun, penciptaan itu ternyata berproses. Sebagaimana Isa yang dilahirkan oleh ibunya. Karena keduanya dibuat analogi, maka kita memperoleh kesimpulan sementara bahwa Adam pun dilahirkan sebagaimana Isa. Hal kedua yang perlu kita cermati adalah kata turab. Di ayat itu Allah mengatakan bahwa keduanya diciptakan dari tanah (turab). Di bagian depan sudah kita bahas, bahwa tanah turab adalah tanah gembur yang mengandung unsur hara sangat baik. Menariknya, penciptaan dengan tanah turab ini diceritakan lebih lanjut oleh Allah dalam berbagai ayat lainnya. Bahwa tanah turab itu ternyata berproses secara bertingkat untuk menjadi sesosok manusia. Pada kesempatan ini, saya ingin sekali lagi mengajak pembaca untuk mencermati keterkaitan anatara 7 ayat yang sudah kita bahas di bagian depan itu. Ini penting agar pembaca memperoleh kepahaman secara lebih holistik. Agar memperoleh kepahaman yang utuh. Karena saya lihat, di keterkaitan itulah letak kunci pemahamannya. 1. QS. Al Baqarah (2): 264 Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan sipenerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan
[daarut-tauhiid] Manusia Pertama
MANUSIA PERTAMA BUKAN ADAM Kini kita telah tiba di bab terakhir diskusi ini. Benarkah Adam dilahirkan? Jika ya, siapakah orang tuanya? Berarti, Adam bukan manusia pertama? Apa bukti-buktinya? Dan, banyak lagi pertanyaan yang belum terjawab seputar keberadaan Adam. Dari berbagai penelusuran yang saya lakukan, saya berkesimpulan bahwa Adam memang bukan manusia pertama yang hadir di muka Bumi. Ia adalah generasi ke sekian, setelah jutaan tahun munculnya spesies manusia di planet biru. Untuk itu, terlebih dahulu kita akan membahas kembali rujukan utama kita, yaitu ayat-ayat Al Quran. Sepanjang yang saya ketahui, Al Quran tidak pernah menyebut Adam sebagai manusia pertama. Demikian pula istrinya, bukanlah manusia kedua yang diciptakan setelah Adam. Banyak ayat Al Quran yang jusru memberikan indikasi kuat bahwa Adam dan hawa adalah salah satu saja dari sekian banyak umat manusia yang sudah ada pada waktu itu. Salah satu indikasi kuat terdapat pada ayat berikut. QS. Al A'raaf (7): 11 Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu sekalian, lalu Kami bentuk tubuh kalian, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: Bersujudlah kamu kepada Adam; maka mereka pun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud. Ayat di atas dimulai dengan kalimat menciptakan kamu sekalian, lalu kami bentuk tubuh kalian. Artinya, waktu itu Allah sudah menciptakan banyak manusia di muka Bumi. Baru kemudian memerintah para malaikat untuk bersujud kepada Adam. Sayangnya, dalam kitab terjemahan bahasa Indonesia kata kum itu ditafsiri sebagai Adam. di sebelah kata kamu diberi penjelasan dengan kata dalam kurung - (Adam). Padahal kita tahu bahwa kum adalah bermakna jamak - kalian semua. Ini semakin jelas kalau kita baca ayat sebelumnya, berikut ini. Bahwa yang dimaksud dengan kum itu adalah bangsa manusia secara keseluruhan. Spesies manusia. QS. Al A'raaf (7): 10 Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi itu (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur. Dari 2 ayat yang berurutan di atas, kita bisa memperoleh kesimpulan bahwa Allah terlebih dahulu menciptakan bangsa manusia di muka Bumi, dengan segala sumber penghidupannya. Dan, kemudian memilih salah satu di antaranya sebagai khalifah di muka Bumi. Dialah Adam. Ditandai dengan perintah kepada malaikat untuk bersujud kepadanya. Kalau Adam memang manusia pertama, ayatnya tidak akan berbunyi demikian. Diawalnya pastilah Allah mengatakan kepada Adam dalam bentuk tunggal: Walaqad khalaqnaka - Dan sungguh telah Kami ciptakan kamu (Adam)... Tapi, tenyata menggunakan kum. Bukti lain tentang Adam bukan manusia pertama adalah ketika Allah berkata kepada malaikat mau menjadikan Adam sebagai khalifah. Informasi itu ada pada ayat berikut. QS. Al Baqarah (2): 30 Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Mereka berkata: Mengapa Engkau hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau? Tuhan berfirman: Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. Ayat ini sering dipakai oleh sebagian besar kita untuk menjelaskan bahwa Adam adalah manusia pertama. Karena di sana digambarkan dialog antara Allah dengan malaikat, untuk menjadikan Adam sebagai khalifah di muka Bumi. Padahal justru ayat ini menegaskan bahwa Adam bukanlah manusia pertama. Melainkan adalah salah satu manusia yang terpilih dari sekian banyak manusia yang sudah ada di jaman itu. Ada dua hal yang menunjukkan itu. Yang pertama, adalah kata inni ja'ilun fil ardhi khalifah Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Kalimat tersebut tidak menggunakan kata menciptakan (khalq) melainkan menggunakan kata menjadikan (ja'ala). Jadi bukan mengadakan dari tidak ada menjadi ada, melainkan memilih dari yang sudah ada menjadi khalifah alias pemimpin bagi umat manusia di jaman itu. Kata memilih itu lebih jelas lagi pada ayat lain, berikut ini. QS. Ali Imran (3): 33 Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing) Allah menggunakan kata isthofaa yang secara eksplisit berarti memilih dari yang sudah ada. Dan lebih jelas lagi, dalam ayat itu Allah membandingkan dengan nabi-nabi lainnya seperti Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran. Mereka semua adalah orang-orang yang terpilih pada zamannya. Dan masih banyak lagi ayat yang memberikan kepahaman bahwa Adam bukanlah manusia pertama di muka Bumi. Meskipun pada beberapa ayat, seringkali agak membingungkan jika dipahami secara sebagian. Ayat-ayat itu memiliki penjelasan di ayat lainnya. Sebagai contoh adalah ayat berikut ini. Allah mengatakan bahwa Dia telah menciptakan manusia (al
[daarut-tauhiid] Partikel Universal
PARTIKEL UNIVERSAL Di bagian terakhir bab ini saya ingin mengajak pembaca untuk memahami asal usul makhluk hidup dari sudut pandang yang lebih universal. Allah mencontohkan banyak hal dalam ciptaanNya bahwa sesuatu yang ada ini adalah bagian dari keberadaan yang lebih besar. Memahami keberadaan manusia dari sudut pandang ini ternyata bisa mengantarkan kita kepada pemahaman yang holistik tentang nenek moyang kita sendiri. Ini memang teori yang dikembangkan bukan berdasar penelitian khusus, melainkan sekadar memahami ayat-ayat Allah secara universal. Qauliyah Kauniyah. Saya menyebutnya sebagai Teori BenihE Bahwa alam semesta ini mulai dari alam besar yang kita kenal sebagai makrokosmos, sampai alam kecil alias mikrokosmos, berfungsi dan bertingkah laku seperti benih. Apakah sifat benih yang paling menonjol? Setiap benih ternyata sudah memiliki rencanaEdi dalam dirinya. Sebutir benih tinggal menerima perlakuan tertentu saja, maka ia akan berkembang biak dengan sendirinya mengikuti tahap-tahapan yang sudah direncanakan. Ibarat sebutir benih pohon mangga misalnya. Benih itu cukup ditempatkan di tanah dan disirami dengan cukup, maka benih itu bakal tumbuh dengan sendirinya. Tahapan-tahapan tumbuhnya pun sudah diatur dari dalam sesuai kondisi yang menyertainya. Ia sudah tahu, kapan harus mengeluarkan akar. Kapan keluar batang. Kapan tumbuh daun. Kapan menghasilkan buah. Dan seterusnya. Di dalam dirinya sudah ada rencana, perintah, dan mekanisme untuk menumbuhkan benih menjadi pohon mangga yang berbuah. Pohon mangga itu tentu saja diciptakan oleh Allah. Dengan kalimat kun fayakun. Tetapi kita melihat pohon mangga itu tetap saja berproses secara alamiah mengikuti sunnatullah yang telah ditetapkan. Proses dan tahapannya telah dimasukkan Allah ke dalam benihnya. QS. Ar Ra'd (13): 4 Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. Begitulah kata Allah, meskipun disirami dengan air yang sama, dan tempat tumbuhnya pun berdampingan, ternyata rasa buah anggur, dan kurma tidaklah sama. Semua itu bukan dikarenakan tanah dan air yang berbeda, melainkan oleh benihnya. Perintah genetika yang berada di dalam inti benih itu. Hal ini, bukan hanya terjadi pada tumbuhan melainkan juga pada hewan. Ada yang benihnya dimasukkan ke dalam telurnya. Ada pula yang benihnya berupa sperma dan ovum di dalam organ reproduksi dalam. Tapi, semuanya memiliki benih itu. Kalau anda melihat sebutir telur ayam yang dalam proses menetas, mekanismenya kurang lebih sama. Telur ayam itu hanya butuh suhu tertentu untuk menetas dan melahirkanEanak ayam. Ketika suhu itu diberikan secara kontinu dalam waktu tertentu, maka telur itu pun menetas. Meskipun, ia tidak dierami oleh induknya. Menggunakan mesin penetas. Asal syaratnya terpenuhi, maka benih itu pun tumbuh menjadi makhluk yang telah diprogramkan di dalam benih tersebut. Hal itu, juga terjadi pada kura-kura, penyu, dan buaya, yang mengeramkan telur-telurnya di hangatnya pasir pantai, misalnya. Pada makhluk yang tidak bertelur, mereka pun punya benih di dalam sperma dan ovumnya. Mereka membutuhkan keberadaan rahim untuk menggantikan cangkang telur. Tapi, sesungguhnya tidak ada perbedaan prinsip dari sudut pandang benih. Di dalam sperma dan ovum itu terdapat pesan-pesan genetika untuk melakukan proses pembiakan secara terencana. Saya ingin mengajak anda mencermati makhluk yang lebih besar yang bernama: manusia. Manusia juga tumbuh mengikuti perencanaan yang dibuat di dalam benihnya. Selama sembilan bulan ia berada di dalam rahim, benih tersebut membelah dan bertumbuh mengikuti perintah genetikanya. Ia sudah tahu kapan harus membelah dan dengan cara bagaimana. Kita tidak perlu mengajarinya. Ia juga sudah tahu kapan harus membentuk kepala, tangan, kaki dan organ-organ lainnya. Ia pun sudah tahu, tentang jenis kelamin janin, dan kapan mulai membentuknya. Bahkan ia sebenarnya juga sudah tahu kapan bayi itu harus lahir, dan bagaimana mekanismenya. Ya, benih manusia yang berada di dalam rahim itu sudah tahu semua apa yang harus diperbuatnya. Ia hanya membutuhkan suasana yang kondusif saja untuk mengamankan proses pertumbuhan yang sedang berlangsung. Jika sudah tiba waktunya, maka terlahirlah bayi manusia seperti program yang telah direncanakan di dalam genetika benih manusia. Begitu pula makhluk lebih besar, yang bernama planet Bumi. Ia sebenarnya tumbuh dari sebuah benihE Karena itu ia sudah tahu kapan ia harus melakukan sesuatu, dan bagaimana caranya agar Bumi ini mencapai tujuan yang telah direncanakan. Kalau kita melihat perkembangan Bumi sejak miliaran tahun yang lalu sampai kini, kita bakal
[daarut-tauhiid] Rekaman Sejarah Manusia
REKAMAN SEJARAH MANUSIA Segala aktivitas manusia ternyata direkam oleh alam sekitar kita. Ada tiga rekaman yang berlangsung selama hidup kita. Yang pertama adalah rekaman oleh struktur alam. Yang ke dua rekaman oleh struktur otak. Dan yang ke tiga adalah rekaman oleh struktur genetika. Setiap perbuatan, kata-kata, dan sikap hati kita setiap hari direkam oleh otak dan struktur genetika. Rekaman oleh otak bisa kita buktikan dengan cara sederhana. Bahwa otak kita ternyata memiliki daya ingat alias memori. Ini seperti pita kaset saja layaknya. Atau, lebih cocok, adalah rekaman digital yang dewasa ini semakin lumrah kita gunakan. Setiap kita berbuat, maka kita menjadi ingat bahwa kita pernah berbuat itu. Setiap kata yang kita ucapkan juga kita ingat, dan suatu ketika akan muncul kembali di lain waktu. Kalau pun kita tidak mengingatnya - entah karena lupa - maka orang lainlah yang bakal mememorikan di dalam otak mereka. Misalnya, ketika kita berbuat jahat kepada orang lain. Mungkin kita sudah lupa kalau kita berbuat jahat kepadanya, akan tetapi ia selalu ingat bahwa kita pernah berbuat jahat kepadanya. Dan, kalau pun kita semua sudah lupa, maka memori bawah sadar kitalah yang bakal merekam semua yang kita lakukan itu. Kalau anda pernah melihat orang yang dihipnotis, maka anda akan menyaksikan hal ini, yaitu rekaman alam bawah sadar. Ketika seseorang itu sedang dihipnotis, kemudian kepadanya ditunjukkan barang tertentu, maka orang itu masih akan tetap mengingatnya meskipun ia sudah tersadar dari hipnotisnya. Otak merekam segala peristiwa yang kita alami dan kemudian akan kita ingat selama kita masih hidup. Atau sampai suatu ketika nanti, saat kita dibangkitkan kembali di hari pengadilan. Tapi struktur genetika kita ternyata bisa merekam segala kejadian yang menimpa kita secara lintas generasi. Kenapa demikian? Karena sifat-sifat yang terkandung dalam struktur genetika kita itu ternyata diwariskan kepada anak keturunan kita. Jadi struktur genetika kita yang sekarang ada di dalam tubuh ini adalah warisan orang tua kita. Separo berasal dari bapak, dan separonya dari ibu. Demikian pula yang dimiliki oleh orang tua kita, berasal dari orang tua mereka, separo dari bapak, separo dari ibu. Demikian selanjutnya. Struktur genetika kita itu mengandung gen-gen nenek moyang kita. Entah berapa persen dari yang ada pada diri kita itu, adalah gennya manusia pertama. Dengan kata lain, struktur gen di dalam tubuh kita ini merekam sejarah manusia secara beruntun ke masa lalu. Ia mewariskan sifat-sifat dan pengalaman orang-orang tua kita di jamannya. Lho, benarkah gen ini merekam pengalaman mereka? Bukankah gen hanya mewariskan sifat-sifat dasar saja? Dulu dikira begitu. Dikira gen-gen di dalam tubuh kita ini hanya mewariskan sifat-sifat dasar - bahkan hanya sifat fisik - saja. Ternyata penelitian mutakhir menunjukkan semua itu tidak benar. Struktur gen kita ternyata bisa merekam berbagai kebiasaan dan tingkah laku yang kita miliki. Ia merekam karakter dan watak. Ia merekam pola pikir. Ia merekam berbagai sifat yang secara berulang-ulang kita lakukan dalam hidup kita. Bahkan ilmuwan Jepang Kazuo Murakami menghasilkan penelitian yang sangat mencengangkan, yang mengantarkan dia memenangkan penghargaan Max Planck Award di tahun 1990, dan penghargaan Japan Academy Prize di tahun 1996. Bahwa kebiasaan tertawa pun berpengaruh dan terekam di dalam struktur gen kita. Dan kemudian diwariskan kepada anak cucu kita. Ini benar-benar mengubah cara pandang kita terhadap gen. Bahwa kualitas gen sangat dipengaruhi oleh bukan hanya kualitas fisik, melainkan juga sikap mental yang kita jalani semasa hidup...! Dia memperkenalkan teori nyala-padam yang telah saya singgung di depan. Kebiasaan bersikap baik ternyata menghasilkan suatu mekanisme yang mempengaruhi gen-gen kita agar berkualitas baik pula. Sebaliknya kebiasaan bersikap buruk, juga bakal mempengaruhi kualitas gen kita menjadi buruk. Mungkin, sekarang anda jadi mengerti kenapa orang yang suka marah-marah dan tidak sabaran misalnya, akan memiliki penyakit yang berkait dengan liver dan diabetes. Perilaku emosional lainnya bisa berdampak pada tekanan darah dan jantung, misalnya? Ternyata, itu bukan hanya akibat mekanisme organik di dalam tubuhnya, melainkan juga disebabkan oleh mekanisme yang bersifat genetik di inti-inti sel. Sebab, penyempitan pembuluh darah dan gangguan mekanisme jantung itu ternyata disebabkan oleh menyelewengnya reaksi-reaksi biokimiawi di dalam sel pembuluh darah. Padahal reaksi biokimiawi itu terjadi atas perintah gen-gen di dalam inti sel. Setiap saat di dalam sel yang jumlahnya puluhan triliun ini terjadi reaksi biokimiawi tiada henti. Ya, badan kita adalah sebuah pabrik biokimia raksasa. Setiap saat kita makan dan minum memasukkan bahan-bahan biokimia yang kemudian dicerna oleh sistem pencernaan kita, lantas diedarkan ke seluruh tubuh, dan diubah menjadi energi
[daarut-tauhiid] Training Akbar
Training Akbar . ??? Ya PUASA !!! Siapa pun juga orangnya selama masih hidup di dunia pasti akan terus menerus, silih berganti mengalami berbagai persoalan / masalah. Masalahnya adalah apakan masalah itu menjadi masalah dalam hidup kita atau tidak ? Bingung ya...? Podho !!! Kadar ringan atau beratnya masalah dalam hal apa pun bagi setiap orang sebenarnya tergantung derajat ketaqwaan orang tersebut. Dalam bahasa umum, ketaqwaan dapat diartikan sebagai kesadaran atau awareness. Ketaqwaan inilah yang merupakan kunci pengendalian diri. Pengendalian diri dalam menjaga hubungan baik kita secara vertikal dalam arti menjaga kehambaan kita dihadapan Allah, menyadari bahwa sebagi hamba berarti harus ikhlas dalam melakukan apa pun yang dikehendaki Tuhan kita baik dalam aspek syariat maupun hakikatnya yang pada akhirnya akan membuahkan sesuatu yang manis dalam hubungan horisontal yaitu hubungan dengan sesama makhluk secara keseluruhan. Semakin baik pengendalian diri seseorang, berarti semakin baik pula kualitas jati diri seseorang, berarti juga semakin baik ketaqwaan seseorang itu. Dapat juga dibalik bahwa semakin bertaqwa berarti semakin berkualitas jati diri seseorang yang berarti juga semakin baik pengendalian dirinya. Nah, untuk menuju ke arah ketaqwaan itu hambatan terbesar adalah dari hawa nafsu yaitu dorongan-dorongan/hasrat dari dalam diri untuk kepentingan diri yang secara ekstrem bisa dikatakan segala sesuatu apa pun itu yang tidak ditujukan untuk Allah. Q.S. Al Muminuun (23:71) : Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan (Al Quran) mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu. Dari pengajian yang saya ikuti, asuhan KH. M. Luqman Hakim, MA. (www.sufinews.com), hawa nafsu sifatnya liar dan tidak mau dibebani, dia mempunyai tiga perangkat, yaitu : hayawaniyah, sabuiyah dan syahwiyah. Secara singkat dalam bahasa saya yang awam dapat dijelaskan : Hayawaniyah, dorongan yang bersifat kehewanan yaitu maunya hanya makan-minum, tidur dan ngeseks. Sabuiyah, dorongan yang bersifat buas, contoh sederhananya adalah misal kita mendengar berita bahwa orang yang kurang kita sukai mendapat kesusahan dan dalam hati kita berkata, Rasain !!!, maka hal itu sudah termasuk kategori sabuiyah. Syahwiyah, dorongan pemanjaan diri apa pun bentuknya. Contoh sederhana adalah makan terasa enak di lidah trus kita tambah lagi itu sudah termasuh syahwiyah. Makanya industri pemanjaan diri sangat laris manis di dunia ini. Salah satu metode pelatihan untuk peningkatan ketaqwaan ini yang bisa kita terapkan adalah melalui PUASA. Puasa ini saya sebut sebagai training akbar, sebab metodenya langsung dari ALLAH, trainernya juga ALLAH, gratis lagi tinggal kitanya yang mau melaksanakan atau tidak. Q.S. Al Baqarah (2:183) : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. Nah... jelas kan, puasa itu targetnya taqwa, tetapi puasa yang bagaimana agar bisa meningkatkan derajat taqwa ? Begini ni.. menurut pengalaman saya yang faqir ini, setelah mengalami kesekian kali puasa baik yang wajib (romadhon) maupun yang tidak wajib, puasa harus benar-benar sebagai proses riyadoh / tirakat / disiplin ruhani yang ketat, baru efek peningkatan ketaqwaan bisa kita rasakan. Tentunya sebagai sebuah proses, mestinya semakin sering kita berpuasa, semakin signifikan pula peningkatan ketaqwaan yang terjadi. Bagi santri-santri PETA - Tulungagung, bila ada dawuh untuk berpuasa, biasanya : 1. Niatnya, ya... Lillahi taala, 2. Selama puasa, secara fisik makannya yang tidak bernyawa / vegetarian, 3. Selama puasa, secara batin amalan dzikir rutinnya diperbanyak. Yang pertama ya... harus Lillahitaala, lha kita ini kan hamba, maka segalanya ya harus untuk tuhan kita yaitu ALLAH. Terlebih ibadah puasa kan memang untuk Allah sebagaimana dalam Hadis Qudsi. Dari segi makanan yang masuk ke tubuh, dengan menghindari makanan bernyawa ternyata efeknya yang pertama adalah lemas karena belum terbiasa. Yang kedua tentu saja setelah sekian hari melaksanakan akan terjadi proses pembersihan secara fisik, badan terasa lebih ringan dan sehat. Qolbu juga terasa lebih hening, lebih diam karena tarikan hawa nafsu pada qolbu sangat jauh berkurang. Dengan mengurangi makan bernyawa maka tarikan hasrat hayawaniyah, sabuiyah dan syahwiyah sungguh sangat jauh berkurang yang menyebabkan panca indra tidak aneh-aneh tuntutannya dan pikiran pun lebih terkendali. Kondisi khusyuk lebih cepat tercapai, lebih mudah melakukan ketaatan dan amal sholih. Dari segi dzikir rutin yang diperbanyak, fungsinya melatih ingatan kepada Allah, menyibukkan diri dengan berdzikir berarti mengurangi keliaran pikiran, menerangi qolbu agar lebih siap menerima limpahan cahaya
[daarut-tauhiid] Maksiat Lebih Baik Ketimbang Taat, Kalau...
MAKSIAT LEBIH BAIK KETIMBANG TAAT, KALAU... Maksiat yang melahirkan sikap hina dina di hadapan Allah itu lebih baik ketimbang ketaatan kepada Allah yang melahirkan sikap merasa mulia dan sombong. Sebesar apapun kemaksiatan dan dosa seseorang, jika memasuki pintu taubat, Allah tetap menyambutnya dengan Pintu Ampunan yang agung, bahkan dengan kegembiraanNya yang Maha dahsyat kepadamu. Karena sebesar langit dan bumi ini, jika anda penuhi dengan dosa-dosa anda, dikalikan lagi dengan lipatan jumlah penghuni planet ini, kelipatan dosa itu, sesungguhnya ampunan Allah masih lebih besar dan lebih agung lagi. Oleh sebab itu Ibnu Athaillah membesarkan hati orang yang telah berbuat dosa agar tidak putus asa terhadap ampunan Allah, bahkan orang yang berbuat dosa namun bertobat dengan penuh rasa hina dina di hadapan Allah itu dinilai lebih baik dibanding orang yang ahli ibadah yang merasa hebat, merasa suci, merasa paling mulia dan merasa sombong dengan ibadahnya. Mengapa? Karena ada dosa yang lebih tinggi lagi dibanding maksiat, yaitu dosanya orang takjub atau kagum pada diri sendiri. Bahkan Rasul saw bersabda: Jikalau kalian tak pernah berbuat dosa, niscaya yang paling saya takutkan pada kalian adalah yang lebih dahsyat lagi, yaitu ujub (kagum pada diri sendiri). Bahkan betapa banyak orang yang dulunya ahli maksiat lalu diangkat derajatnya menjadi manusia mulia di hadapan Allah swt. Begitu juga banyak ahli ibadah tetapi berakhir hina di hadapanNya gara-gara ia sombong dan merasa lebih dibanding yang lainnya. Orang yang beramar maruf nahi mungkar, apakah ia aktivis muslim, dai, ustad, kiayi, ulama, mubaligh. Ketika mereka menyerukan amar maruf nahi mungkar, lantas dirinya merasa lebih baik dari yang lain, adalah wujud kesombongan yang hina pada dirinya. Dibanding seorang preman yang bertobat, pelacur yang bertobat, maling yang bertobat dengan kerendahan jiwa di hadapan Allah, mereka yang merasa paling Islami itu justru menjadi paling hina, jika ia tidak segera bertobat. Nabi Adam as, mendapatkan kemuliaan yang luar biasa sebagai Nabi, Rasul, Khalifah, Abul Basyar, justru ketika sudah turun di muka bumi, karena tindak dosanya di surga. Namun Nabi Adam bertobat dalam remuk redam jiwanya dan hina dina hatinya di depan Allah, justru Allah mengangkat dan menyempurnakan marifatnya ketika di dunia, bukan ketika di surga dulu. Nabi Adam as menjadi Insan Kamil ketika di dunia, bukan ketika di surga. Oleh sebab itu terkadang Allah mentakdirkan maksiat pada seorang hamba dalam rangka agar si hamba lebih luhur dan dekat kepada Allah. Wacana ini dilontarkan agar manusia tidak putus asa atas masa lalu dan nodanya di masa lampau, siapa tahu malah membuat dirinya naik derajat. Wacana ini pula tidak bisa dipandang dengan nafsu dan hasrat. Misalnya, Kalau begitu maksiat saja, siapa tahu kita malah naik derajat... kalimat ini adalah kalimat yang muncul dari hawa nafsu! Wacana mengenai naiknya derajat paska maksiat, hanya untuk orang yang sudah terlanjur maksiat agar tidak putus asa dan tetap menjaga rasa baik sangka kepada Allah swt (husnudzon). Apalagi di akhir zaman ini, jika disurvei membuktikan bahwa orang yang kembali kepada Allah dengan taubatnya, biasanya didahului oleh kehidupan yang hancur-hancuran, maksiat yang ternoda. Akhir zaman ini juga banyak dibuktikan, khususnya di wilayah kota, betapa banyak orang yang merasa bangga diri dengan ahli ibadahnya, ketekunan dan taatnya, diam-diam ia ujub dan sombong, merasa lebih dibanding lainnya. Sifat hina dina adalah wujud kehambaan kita. Manusia akan sulit mengakui kehambaannya manakala ia merasa mulia, merasa sombong, ujub, apalagi merasa hebat dibanding yang lainnya. Karena itu rasa hina dina, apakah karena diakibatkan oleh kemaksiatan atau seseorang mampu menjaga rasa hina dina di hadapan Allah, adalah kunci terbukanya Pintu-pintu Allah swt, karena kesadaran seperti itu, membuat seseorang lebih mudah fana di hadapanNya. Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[daarut-tauhiid] Diciptakan Bertahap
DICIPTAKAN BERTAHAP Maka, sampailah kita pada bagian akhir bab ini. Sepanjang bab, kita telah berusaha memahami bagaimana Al Quran bercerita tentang penciptaan manusia. Sosok makhluk paling kontroversial dalam drama kehidupan yang digelar di muka Bumi. Sudah cukup banyak ayat yang kita kumpulkan dan kita bahas. Kita berusaha mengungkap, dimanakah Allah menciptakan manusia, bagaimana proses penciptaannya berlangsung, dari bahan apa ia diciptakan, kapan itu terjadi, siapakah al Basyar dan al lnsaan itu. Dan sebagainya. Di bagian akhir bab ini kita ingin merangkai ayat-ayat tersebut, untuk memperoleh kesimpulan secara lebih utuh. Meskipun untuk sementara. Karena kita masih akan merangkai dengan berbagai informasi lainnya agar kesimpulan yang kita dapatkan semakin baik. Semakin valid. Berikut ini gambarannya. 1. Bumi adalah panggung drama kehidupan manusia yang sengaja diciptakan Allah sejak awal penciptaan alam semesta. Untuk itu Allah sudah menyiapkan planet Bumi ini dengan segala fasilitas untuk menyongsong datangnya kehidupan yang lebih tinggi, yaitu bangsa manusia. 2. Manusia sejak awal diciptakan di planet ini. Karena itu, bahan baku untuk membuat tubuhnya diambilkan dari tanah Bumi. Bukan berasal dari planet lain, karena unsur-unsur penyusun tubuhnya adalah khas tanah Bumi. 3. Tanah Bumi tersebut oleh Allah diproses selama bermiliar-miliar tahun usia planet ini untuk memperoleh bahan dasar yang paling baik yaitu turab alias top-soil. Namun, Allah bisa menyebut jenis tanah apa saja sebagai bahan dasarnya, karena proses penyempurnaan tanah itu melewati fase-fase tersebut. Sebagai contoh Allah bisa menyebut, manusia diciptakan dari thiin (tanah keras), atau sulaalatin min thiin (saripati tanah keras itu) atau shalshaal (tanah liat) hamaa-in (tanah lumpur hitam), Shalshaalin kalfakhkhar (tanah tembikar), thiini llazib (tanah lempung), atau pun turab (tanah gembur). Bukan berarti Allah memproses masing-masing jenis tanah langsung menjadi manusia. 4. Karenanya, tempat penciptaan manusia pertama itu berada di permukaan planet Bumi. Kalau pun kemudian ada informasi bahwa proses penciptaan itu berada di surga, surga itu terdapat di Bumi. Karena makna kata jannah adalah taman yang indah. Yaitu sebuah taman yang subur, indah dan makmur yang disediakan Allah bagi manusia pertama itu. Sebab jika tidak berada di kebun yang indah dengan berbagai fasilitas yang serba ada, manusia pertama itu bakal musnah sebelum sempat berkembang. 5. Namun demikian, secara ekplisit tidak ada ayat yang bercerita bahwa proses penciptaan itu terjadi di surga. Yang ada ialah, manusia generasi pertama itu disuruh tinggal di surga setelah proses penciptaan mereka selesai. 6. Al Quran memilki dua istilah untuk menyebut manusia terkait dengan proses penciptaan. Yaitu al basyar dan al insaan. Al basyar digambarkan sebagai manusia yang diciptakan langsung dari tanah. Sedangkan al insaan diciptakan dari bertemunya sperma dan ovum. Meskipun sperma dan ovum itu ternyata juga berasal dari saripati tanah. Jadi kalau dilacak jauh ke belakang, al basyar maupun al insaan, dua-duanya berasal dari tanah (thiin) yang disarikan (sulaalah) lewat proses sangat panjang. Maka, kita sering menjumpai ayat yang menyebut bahwa manusia ini berasal dari sulaalatin min thiin, dari saripati tanah. 7. Tapi siapakah al basyar itu? Dan siapa pula al insaan itu? Apa kaitannya dengan Adam dan Hawa? Hal ini akan kita bahas lebih lanjut pada bagian-bagian berikutnya. 8. Akan tetapi proses penciptaan yang terjadi pada kedua makhluk itu memiliki kemiripan. Terutama pada tahapan prosesnya. Bahwa mereka diciptakan secara bertingkat dan bertahap. Bedanya, al basyar diciptakan lewat mekanisme bertingkat dari tanah keras menjadi tanah yang kaya unsur hara, dan kemudian 'ditumbuhkan' dari Bumi secara langsung. Ia menjadi manusia dengan proses di luar rahim manusia. Lewat rahim Bumi. Sedangkan al insaan diciptakan secara bertingkat dan bertahap lewat rahim al basyar. 9. Proses penciptaan di dalam rahim itu pun kadang disebut Allah secara parsial. Misalnya, kadang Allah menyebut manusia diciptakan dari air yang hina, kadang disebut dari nuthfah, kadang disebut berasa dari percampuran setetes air mani, kadang disebut berasal dari segumpal darah. Tidak masalah. Tidak berarti, bahan dasarnya langsung dari segumpal darah. Atau, lantas ada yang membantahnya, dan menyebut sperma sebagai asal-usulnya. Semuanya itu adalah fase-fase dalam penciptaan manusia di dalam rahim. Sama dengan tidak perlunya kita mempertentangkan antara tanah keras, tanah lempung, dan tanah gembur. Semua itu adalah fase-fase dan saling melengkapi. QS. Al Hajj (22): 5 Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang bangkitan, maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah (turab), kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak
[daarut-tauhiid] Semua Untuk Manusia
SEMUA UNTUK MANUSIA Puncak dari segala proses yang terjadi di muka Bumi ini ternyata mengarah ke suatu tujuan utama: menyongsong kehadiran Manusia..! Ini sungguh penghargaan yang luar biasa kepada makhluk yang berjalan di atas dua kaki ini. Makhluk yang secara fisik tidak terlalu kuat jika dibandingkan dengan makhluk penghuni Bumi lainnya. Makhluk yang diperkirakan baru muncul tak sampai 10 juta tahun yang lalu. Yang kini telah menjadi penguasa Bumi, dengan segala fasilitas yang tersedia untuknya. Dalam ayat berikut ini Allah menjelaskan bahwa memang semua yang ada di Bumi ini diperuntukkan manusia. QS. Al Baqarah (2): 29 Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. Luar biasa. Sang Pencipta sendiri yang mengumumkan bahwa semua yang ada di muka Bumi ternyata diciptakan untuk manusia secara kolektif. Dengan kata lain, seluruh proses yang mendahului lahirnya spesies manusia di muka Bumi ini sebenarnya dipersiapkan Allah untuk menyongsong hadirnya makhluk mulia bernama manusia. Padahal tahukah Anda, berapa lama waktu yang diperlukan untuk masa persiapan itu? Hampir 5 miliar tahun. Sedangkan spesies manusia diperkirakan baru muncul tidak sampai 10 juta tahun yang lalu. Bahkan manusia modern diperkirakan baru puluhan ribu tahun...! Ada beberapa tahapan yang dipersiapkan oleh Allah. Awalnya adalah menyiapkan terlebih dahulu tempat hidup kita, berupa daratan. Setelah itu disusul dengan kebutuhan utama untuk berlangsungnya kehidupan berupa air dan udara. Dan, selanjutnya Allah menyiapkan makanan dengan segala macam jenisnya. Kemudian akhirnya, dijadikanlah kebutuhan sekunder dan tersier berupa peralatan transportasi, akomodasi, pakaian, dan segala gemerlap perhiasan untuk kenyamanan hidup kita. QS. Fushshilat (41): 9-10 Katakanlah: Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat) demikian itulah Tuhan semesta alam. Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (bagi penghuni)-nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. Selama masa persiapan itu, Bumi memang mengalami perkembangan secara bertahap. Kalau dalam istilah Al Quran diciptakan dalam dua masa, khusus untuk menyiapkan tempatnya. Sedangkan untuk menyiapkan makanan Allah melakukannya dalam empat masa. Para ahli ilmu Geologi juga memperoleh tahapan yang kurang lebih sama dengan yang diterangkan oleh Al Quran. Awalnya, planet ini demikian panas karena merupakan bagian dari matahari yang memisahkan diri. Ketika sedang dalam proses mendingin, Bumi sering memperoleh tambahan material dari luar angkasa. Di antaranya adalah berbagai jenis batuan, logam, dan jumlah air yang sangat besar. Inilah yang menyebabkan planet Bumi menjadi planet yang berbeda dengan planet lainnya di keluarga tata surya ini. Apalagi posisinya terhadap matahari dengan jarak yang sangat ideal. Menyebabkan Bumi menjadi panggung drama Kehidupan manusia paling menyenangkan. Besi misalnya, adalah jenis logam yang tidak diketemukan di planet lain dalam tata surya ini. Logam ini agaknya datang dari luar angkasa dan kemudian menetap di Bumi. Lantas kita tahu bahwa Besi menjadi logam yang sangat penting dan dibutuhkan manusia untuk berbagai kegiatan hidupnya. Cerita tentang besi ini bisa kita temui di sebuah surat yang diberi nama Al Hadiid yang bermakna besi. Dan dikirimkan ke Bumi ketika Allah sedang memproses penciptaannya. QS. Al Hadiid (57): 4 Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa; Kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. Di ayat berikut ini, Allah menjelaskan dengan lebih eksplisit bahwa Dia menurunkan dan mengirim besi ke planet Bumi, agar bisa dimanfaatkan manusia untuk berbagai tujuan. QS. Al Hadid (57): 25 Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami turunkan (kirim) besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama) Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa. Ayat-ayat Qur'an sangat banyak bercerita tentang berbagai fasilitas yang diciptakan Allah khusus untuk menunjang kehidupan manusia. Diantaranya Allah menceritakan bahwa Bumi ini sengaja dibuat sebagai hamparan agar
[daarut-tauhiid] Menghidupkan Planet Bumi
MENGHIDUPKAN PLANET BUMI Dulunya Bumi ini mati. Kemudian Allah menghidupkannya. Yaitu, ketika Allah mengirim bongkahan-bongkahan es dari angkasa luar ke planet Bumi, sehingga planet ini memiliki sumber air di mana-mana. Sejak itulah Bumi yang mati berproses menjadi hidup. Drama kehidupan pun mulai berjalan di sebuah debu angkasa yang bernama Bumi. Di dalamnya kita dihidupkan, di dalamnya kita dimatikan, dan akhirnya suatu ketika nanti dibangkitkan kembali... QS. Al Hadiid (57): 17 Ketahuilah olehmu bahwa sesungguhnya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan kepada-mu tanda-tanda kebesaran (Kami) supaya kamu memikirkannya. Di ayat lain, Allah menyebut bahwa hidupnya Bumi itu disebabkan oleh turunnya air ke permukaannya. QS. Ar Ruum (30): 24 Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan kepadamu kilat untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan air dari langit, lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akalnya. Sedangkan di ayat berikut ini Allah mengatakan lebih jauh, bahwa ketika air itu disiramkan ke bumi, maka tanahnya bakal bergerak, dan kemudian menjadi subur. QS. Fushshilat (41): 39 Dan sebagian dari tanda-tandaNya bahwa kamu melihat bumi itu kering tandus, maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan Yang menghidupkannya tentu dapat menghidupkan yang mati: sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Air menjadi kunci dari munculnya kehidupan. Tanpa air, tidak ada kehidupan. Baik pada tanaman, binatang maupun manusia. Karena itu tidak heran, dalam berbagai firmanNya Allah menjelaskan bahwa kehidupan ini memang sangat berkait dengan air. Bahkan Allah memulai segala kehidupan ini berasal dari air. Allah menumbuhkan berbagai tanaman dari air. Allah menciptakan binatang juga dari air. Bahkan Allah menciptakan manusia pun dari air. Air adalah kunci seluruh kehidupan di muka palent Bumi ini. QS. Thaahaa (20): 53 Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan Yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-jalan, dan menurunkan air dari langit. Maka Kami tumbuhkan dengan air itu berjenis-jenis tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam. QS. An Nuur (24): 45 Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki, sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. QS. Al Furqaan (25): 54 Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air, lalu Dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa. Begitulah Allah menghidupkan Bumi, dan menghidupkan berbagai jenis makhluk di dalamnya dari air yang sengaja dikirimkan ke planet ini. Planet yang hidup ini, lantas berproses secara otomatis untuk menjaga kelangsungan hidupnya selama bermiliar tahun. Sampai sekitar jutaan tahun yang lalu, muncullah spesies terbaik yang bernama manusia. Dan terus mengalami penyempurnaan hingga abad modern ini... QS. Al Baqarah (2): 164 Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah matinya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tanda-tanda bagi kaum yang memikirkan. Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[daarut-tauhiid] Planet Paling Ideal
PLANET PALING IDEAL Allah memilih Bumi sebagai panggung drama kehidupan manusia. Padahal, di alam semesta ini ada bertriliun-triliun benda langit. Dan jutaan di antaranya, diduga mirip dengan Bumi. Akan tetapi, anehnya, sampai sekarang tidak ditemukan sinyal-sinyal kehidupan dari angkasa luar. Langit alam semesta sepi! Hiruk pikuk kehidupan ternyata hanya terjadi di sebuah planet kecil benama Bumi. Di sebuah tata surya, di pinggir sebuah galaksi berbentuk cakram, bernama Bima Sakti. Allah memilih planet Bumi yang tak ubahnya seperti debu angkasa ini, sebagai panggung drama kehidupan manusia... QS. Al A'raaf (7): 25 Allah berfirman: Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan. Ayat di atas dengan sempurnanya menjelaskan bahwa sejak awal kehidupannya manusia memang diciptakan di planet ini, selama hidup juga di sini, dan akhirnya mati serta kebangkitannya juga bakal terjadi di Bumi. Ya, Bumi adalah planet istimewa yang dipilih oleh Allah sebagai panggung drama kehidupan manusia. Tidak ada planet sesempurna ini yang bisa digunakan sebagai tempat hidup makhluk seperti manusia, selama jutaan tahun. Bahkan sampai rusaknya atau kiamatnya Bumi ini. Kemudian masih diteruskan sampai datangnya hari berbangkit. Di dalam Al Quran Allah bercerita, bahwa Bumi yang sudah rusak pun diperbaiki kembali olehNya agar masih bisa digunakan kembali untuk kehidupan manusia di fase Akhirat. Bahwa, kiamat bumi bakal mengalami kerusakan fatal disebabkan oleh serbuan batu angkasa. QS. Al Mulk : 16-17 Apakah kamu merasa aman terhadap yang di langit bahwa Dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang?, atau apakah kamu merasa aman terhadap yang di langit bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu. Maka kelak kamu akan mengetahui bagaimana peringatan-Ku? Begitulah Allah bakal menghancurkan Bumi ini dengan cara mengirimkan badai berbatu dari luar angkasa yang akan menyebabkan musnahnya kehidupan di atasnya. Termasuk manusia. Inilah kerusakan terparah yang bakal dialami oleh Bumi sepanjang sejarahnya yang sudah sekitar 5 miliar tahun. Namun, Bumi tidak hancur total. Ia masih berbentuk. Bahkan bertambah dengan material dari angkasa luar, yang berasal dari bebatuan angkasa tersebut. Cuma, penghuninya binasa. Bersama lingkungan hidup yang rusak fatal. Sekian juta tahun kemudian, Allah mengembalikan fungsi Bumi. Bahkan lebih baik dari sebelumnya. Dan, manusia dibangkitkan kembali untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatannya selama hidup di dunia. QS. Ibrahim (14): 48 (Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan mereka semuanya berkumpul menghadap ke hadirat Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa. Keanehan terbesar planet Bumi adalah kondisinya yang sangat ideal untuk bisa memunculkan kehidupan. Padahal, agar bisa terjadi kehidupan, planet ini harus memiliki fasilitas-fasilitas yang bukan main rumitnya. Dan harus terjaga selama miliaran tahun secara otomatis (self controlled). Di antaranya, Bumi ini harus memiliki daratan. Sebab tanpa daratan, makhluk hidup terutama manusia, tidak akan bisa bertempat tinggal. Tapi, adakah planet yang tidak memiliki daratan? Banyak. Di antaranya adalah planet Yupiter, Saturnus dan Uranus. Ketiga planet itu tidak memiliki daratan. Semuanya gas! Tentu saja tidak mungkin dihuni oleh manusia. Karena tidak ada tempat berpijak. Akan tetapi, meskipun ada daratan, sebuah planet belum tentu juga bisa dihuni. Daratan di planet Pluto (sekarang bukan termasuk planet lagi) misalnya, adalah air dan gas yang membeku disebabkan oleh suhu yang sangat rendah, sekitar minus 328 derajat Celsius. Dijamin tidak ada makhluk hidup yang bisa tinggal di planet dengan daratan seperti itu. Atau sebaliknya, daratan di planet Mercurius. Planet ini sangat dekat dengan matahari, sehingga suhunya sangat tinggi, bisa melelehkan logam Timbal. Tentu saja, anda tak akan tahan tinggal di planet ini. Di bagian yang berlawanan dengan daratan yang mendidih itu, daratan Mercurius justru membeku. Kenapa bisa begitu? Karena bagian yang ada di baliknya itu terus menerus membelakangi matahari. Berbeda dengan bagian sebaliknya, yang justru terus menerus menghadap matahari. Karena itu suhu planet ini menjadi sangat ekstrim. Selain daratan, sebuah planet yang layak huni harus memiliki air. Bumi sangat berkelimpahan dengan air. Sekitar 2/3 permukaannya ditutupi oleh air. Sebuah kondisi yang tidak terjadi pada 'saudara-saudara' Bumi di tata surya ini. Planet yang jauh dari matahari membeku, sedangkan yang dekat matahari mendidih dan menguap. Tentang keberadaan air itu sendiri sangatlah misterius. Banyak yang memprediksi air yang ada di muka Bumi ini sebenarnya bukan terbentuk di permukaan Bumi, melainkan datang dari luar angkasa. Kenapa ada pemikiran demikian? Sebab, air
[daarut-tauhiid] Islam Mencerahkan
ISLAM MENCERAHKAN Islam adalah agama yang mencerahkan kehidupan manusia. Kitab sucinya - Al Quran -adalah sebuah mukjizat yang menjadi petunjuk sepanjang masa. Tentang apa saja. Di dalamnya ada guidance ajaib, yang jika dipraktekkan bakal mengantarkan kita kepada hasil yang menakjubkan. Di segala bidang. Di bidang ekonomi, bidang politik, sosial budaya, keluarga, sampai ilmu pengetahuan dan teknologi yang menjadi ciri khan manusia abad ini dan mendatang. Karena itu, Islam menjamin umatnya bakal menjadi umat teladan jika mengikutinya. Sayang, beberapa ratus tahun terakhir ini, umat Islam tidak menjalankan ajaran Al Quran secara utuh dan konsisten. Maka umat yang seharusnya menjadi teladan di muka Bumi ini pun menjadi terperosok dalam jurang kemunduran yang sangat dalam. Dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi, Al Quran adalah kitab suci yang paling mengagumkan. Prediksi-prediksinya tentang banyak hal ke masa depan luar biasa akurat dan mencengangkan. Mulai dari bidang kosmologi, astronomi, biologi, kedokteran, kimia, metalurgi, sampai perkembangan biomolekuler mutakhir, sangatlah mengagumkan. Tidak berlebihan jika Al Quran disebut sebagai buku induk ilmu pengetahuan. Hal ini, sebenarnya telah dibuktikan oleh ilmuwan-ilmuwan Islam di jaman keemasan khalifah Islamiyah. Pada jaman itu ilmu-ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat. Dan kemudian diadopsi oleh peradaban Barat, sehingga berkembang seperti dewasa ini. Ironisnya, kini dunia Islam malah meredup. Bukan hanya di masa lalu, di masa depan peradaban manusia pun, Al Quran bakal tetap bersinar sebagaimana diklaim dalam ayat-ayat yang terkandung di dalamnya. QS. An Nisaa' (4): 174 Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu, dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Quran). Prediksi-prediksi dalam bidang kosmologi misalnya, sungguh mengagumkan. Di antaranya adalah, munculnya teori Big Bang ternyata seiring dengan penjelasan dalam Al Quran surat al Anbiyaa': 30. Ayat itu menjelaskan bahwa langit dan Bumi dulunya memang satu kesatuan kemudian dipisahkan dengan kekuatan besar. Sebaliknya keruntuhan alam semesta - Big Crunch - kelak, juga sudah diprediksi oleh Al Quran dalam surat yang sama ayat 104. Bahwa Allah bakal menggulung langit seperti menggulung lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana permulaan penciptaan, maka demikian pula Allah bakal mengakhirinya. Dua skenario besar yang sampai kini masih menjadi bahan diskusi para pakar kosmologi modern. Dalam bidang Fisika modern, Al Quran juga memberikan gambaran-gambaran menakjubkan tentang relativitas waktu, perjalanan teleportasi, alam semesta berdimensi 9, rekaman alam semesta, dan dunia hologram. Semua itu adalah puncak-puncak perkembangan mutakhir dalam bidang sains modern yang belum sepenuhnya dipahami oleh para pakar. Akan tetapi Al Quran telah memberikan sinyal-sinyal keberadaannya. Saya hanya ingin memberikan gambaran lebih jelas kepada anda bahwa Al Quran adalah kitab induk ilmu pengetahuan yang luar biasa hebatnya. Sayangnya, selama ini kita memperlakukannya hanya sebagai buku doktrin yang tidak boleh dipahami secara ilmiah. Pokoknya telan saja mentah-mentah. Dan tidak boleh membantah guru yang mengajarinya. Nah dalam diskusi ini, sekali lagi saya akan mengajak pembaca untuk memahami betapa indah dan canggihnya informasi dari dalam Al Quran ketika bercerita tentang penciptaan manusia. Baik manusia pertama, maupun kita semua yang menjadi anak cucunya. Al Quran menyodorkan sebuah cerita ilmiah mempesona yang menggabungkan ilmu-ilmu kedokteran mutakhir, ilmu biologi, biokimia, fisika modern, dan ilmu biomolekuler yang kini berkembang sangat pesat. Proses penciptaan Adam dan Hawa beserta anak cucunya tidak lagi harus kita persepsi sebagai sebuah cerita legenda yang membosankan, melainkan sebagai sebuah pertunjukan drama kolosal sains fiction yang sangat mencengangkan. Allah memberikan sinyal-sinyal itu dalam berbagai firmanNya. QS. As Sajdah (32): 7-9 Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (sperma ovum). Kemudian Dia menyempumakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya ruh-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. Ayat-ayat di atas, di bagian-bagian berikut yang lebih khusus, akan kita bahas lewat pendekatan sains mutakhir, bersama ayat-ayat lain dari dalam Al Quran. Semakin banyak ilmu mutakhir yang kita libatkan, semakin baik pula kesimpulan yang kita peroleh. Semakin canggih alat yang kita gunakan, maka semakin mendalam pula kepahaman yang kita peroleh. QS. Al Jaatsiyah (45): 2-5 Kitab (ini) diturunkan dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Sesungguhnya pada langit dan
[daarut-tauhiid] Mengumbar Syahwat
MENGUMBAR SYAHWAT Syahwat adalah fitrah manusia. Tidak bersifat buruk. Juga tidak bersifat baik. Netral. Bergantung kepada orang yang memiliki dan melakukannya. Karena itu, syahwat tidak boleh dimatikan. Karena, ini adalah salah satu sifat bawaan yang menjadikan manusia menjadi bersifat manusiawi. Bukan malaikat, yang tanpa syahwat. Syahwat adalah dorongan nafsu biologis di dalam diri manusia yang menyebabkan ia tertarik kepada lawan jenisnya. Seorang lelaki tertarik kepada wanita. Dan seorang wanita tertarik kepada lelaki. Itu normal. Tetapi, ada juga yang tertarik kepada sesama jenis. Lelaki tertarik kepada lelaki, dan wanita tertarik kepada wanita. Yang ini tidak normal. Meskipun dorongan itu juga disebut sebagai syahwat. Hal ini pernah terjadi pada umat nabi Luth. Mereka banyak yang mempraktekkan hubungan homoseks, antara sesama laki-laki. Praktek semacam ini adalah perbuatan yang melampaui batas. Karena telah menyimpang dari fitrah yang seharusnya. Bahwa syahwat itu mesti disalurkan dengan lawan jenisnya. QS. Al A' raaf (7): 81 Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan syahwatmu (kepada mereka), bukan kepada wanita, sungguh kamu adalah kaum yang melampaui batas. Larangan Allah itu bukan untuk kepentingan siapa-siapa. Semua itu adalah untuk kepentingan orang yang bersangkutan. Segala perbuatan yang melawan fitrah pastilah akan menimbulkan masalah. Cepat atau lambat. Demikian pula dengan perbuatan homoseks. Praktek semacam ini sangat berpotensi untuk menimbulkan berbagai macam penyakit, sosial maupun individual. Fisik maupun psikis. Sehingga dalam ayat berikut ini, Allah mengaitkan perbuatan homoseks itu dengan akibat negatif, yang kebanyakan belum kita ketahui sebelumnya. Atau boleh jadi akan terus terkuak dampak-dampak negatifnya di masa depan. QS. An Naml (27): 55 Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) syahwat, bukan wanita? Sebenarnya kamu adalah kaum yang tidak mengetahui (akibat perbuatanmu). Di era modern ini, kita telah mengetahui sebagian akibat negatif dari praktek homoseksual tersebut. Di antaranya adalah tersebarnya penyakit HIV-AIDS yang sangat mematikan dan sulit disembuhkan, hingga kini. Korban-korban terus berjatuhan, dan meluas ke segala lapisan masyarakat. Jika dulunya banyak diketemukan di kalangan homoseks dan pemakai narkoba, maka kini sudah menyebar ke orang-orang yang tidak ikut menjalaninya. Di antaranya kepada wanita-wanita nakal di lokalisasi. Dan kemudian menular kepada lelaki hidung belang. Akhirnya menular kepada istri dan anak-anak mereka yang tidak berdosa. Selain penyakit yang bersifat fisik, tentu saja hal ini memunculkan berbagai penyakit sosial dan masalah pada penurunan generasi-generasi sesudahnya. Begitulah akibat perbuatan-perbuatan maksiat yang dilarang oleh Allah. Sehingga Allah lantas memperingatkan kita terhadap azab yang bakal menimpa kita, meskipun kita tidak melakukannya. Karena kita tidak berusaha mencegahnya. QS. Al Anfaal (8): 25 Dan peliharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya. Syahwat tidak perlu dimatikan, karena ini adalah dorongan yang bermanfaat untuk meneruskan generasi manusia. Jika syahwat ini disalurkan sebagaimana mestinya, justru akan menghasilkan energi positif yang bermanfaat buat kita. Baik secara fisik, psikis, maupun sosial. Secara fisik, banyak penelitian yang menyebutkan bahwa penyaluran syahwat yang baik dan benar justru akan menyehatkan. Memberikan energi dan kekuatan kepada kita. Baik bagi kerja jantung, sistem hormonal, maupun kerja otak. Secara psikis, penyaluran syahwat yang terkendali dengan baik akan memberikan rasa tenang dan bahagia. Apalagi jika menghasilkan keturunan. Dan secara sosial, penyaluran syahwat yang baik dan benar akan menekan angka penyakit-penyakit sosial yang cenderung meruyak di jaman modern ini. Seperti pelacuran, perselingkuhan, aborsi, pelecehan seksual, bahkan pembunuhan yang disebabkan oleh kombinasi perbagai dampak di atas. Sayangnya, kehidupan modern justru cenderung untuk mengajak mengumbar syahwat. Bukan mengendalikannya. Mulai dari berita-berita koran, majalah, tabloid, televisi, cara berpakaian, tempat-tempat hiburan, sampai pada pelacuran yang terorganisasi dan dilegalkan. Kehidupan modern telah dikepung budaya mengumbar syahwat. Saking seringnya kita melihat adegan seperti itu, sampai-sampai kita menganggapnya sudah biasa. Dan wajar-wajar saja. Kalau pun kita tidak setuju, paling-paling kita hanya menyimpannya dalam hati. Tidak berusaha untuk mengatasinya. Tapi apa akibatnya? Ternyata, kita juga harus menanggung dampak negatifnya. Ya, orang-orang yang tak ikut berbuat dosa, ikut terkena getahnya. Karena itu Allah mengingatkan kita agar mencegah perbuatan dosa, dan mengajak pada kebaikan. Kemanfaatan bagi semua. Perselingkuhan -
[daarut-tauhiid] Keluarga Sakinah
KELUARGA SAKINAH Perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah. Keluarga yang tenteram, penuh cinta, dan kasih sayang. Itulah yang dikemukakan Allah dalam firmanNya di QS. 30:21. Maka, kita harus mencermati lebih jauh, apakah yang dimaksudkan dengan keluarga yang tenteram, penuh cinta, dan kasih sayang itu. 1. Sakinah alias Tenteram. Saya kira kita sudah tahu dan paham makna kata tenteram. Yaitu, tidak terjadi percekcokan, pertengkaran, atau apalagi perkelahian. Ada kedamaian tersirat di dalamnya. Boleh jadi masalah datang silih berganti, tetapi bisa diatasi dengan hati dan kepala dingin. Ketenteraman hanya bisa muncul jika anggota keluarga itu memiliki persepsi yang sama tentang tujuan berkeluarga. Jika tidak, yang terjadi adalah perselisihan dan pertengkaran. Si suami ingin ke barat, sang istri ingin ke timur. Si suami mengira itu baik. Sang istri sebaliknya. Dan seterusnya. Bagaimana mungkin rumah tangga yang demikian bisa tenteram. Maka ketenteraman hanya akan muncul jika suami, istri, dan anak memiliki persepsi yang sama tentang segala hal yang berkait dengan aktivitas keluarga. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Setidak-tidaknya lakukanlah hal-hal berikut ini. a. Melakukan komunikasi b. Menjaga kejujuran c. Membangun toleransi d. Berusaha saling memberi Keempat hal di atas adalah kunci dari terjadinya ketenteraman. Pertengkaran seringkali dimulai dari buntunya komunikasi. Karena masing-masing pihak tidak mengerti yang dimaksudkan oleh pasangannya. Sebaliknya, komunikasi yang lancar seringkali menjadi media efektif untuk menyelesaikan berbagai permasalahan. Boleh jadi kita berbeda pendapat tentang sesuatu hal, tetapi jika itu dikomunikasikan dengan baik, tidak akan terjadi salah persepsi. Kita jadi tahu persoalannya dengan segala alasan yang melatar belakangi. Bahkan hal-hal yang sangat privat sekalipun sebaiknya dibangun lewat komunikasi yang baik. Barangkali ada suami atau istri yang malu-malu menyampaikan suatu hal yang dianggapnya tabu. Padahal kalau itu diterus-teruskan, bisa menyebabkan pertengkaran. Bahkan kadang sampai menjurus ke perceraian. Ketentraman muncul karena rasa aman atas berbagai keperluan yang bisa terpenuhi. Atau setidak-tidaknya ada kesepahaman untuk memenuhi masing-masing kebutuhan suami dan istri. Ambil contoh urusan di kamar tidur. Jika karena sesuatu hal, salah satu pasangan merasa tidak terpenuhi hasratnya, maka jangan sungkan-sungkan atau memendam perasaan. Sebab, tidak jarang pertengkaran hebat terjadi dikarenakan persoalan-persoalan yang tadinya dianggap sepele. Tetapi tidak terkomunikasikan dengan baik. Ini hanyalah soal seni berkomunikasi. Bagaimana kita bisa menyampaikan keinginan secara indah dan elegan kepada pasangan, tanpa harus mengorbankan hal-hal yang bersifat mendasar. Justru di situlah letak seni berumah tangga, antara suami dan istri. Antara anggota-anggota keluarga. Tetapi pada dasarnya, tetap saja komunikasi yang lancar adalah salah satu sendi terjadinya keharmonisan dalam berkeluarga. Tidak masalah apakah komunikasi itu dilakukan secara terbuka ataukah lewat cara yang lebih tersamar. Yang penting komunikasi antar suami istri harus berjalan lancar. Akan tetapi, memang tidak semua pasangan suami istri bisa berlaku seperti itu. Terserah saja. Yang penting ada semacam kesepakatan dan kesepahaman antara keduanya. Insya Allah dengan komunikasi yang baik itu, suami dan istri akan merasakan ketenteraman, karena tidak ada yang tersembunyikan. Yang ke dua, selain komunikasi yang lancar, kejujuran memainkan peranan yang sangat vital dalam membangun ketenteraman berumah tangga. Rumah tangga mana pun dan siapapun, ketika dijalani dengan penuh kebohongan dan khianat, tidak akan menghasilkan ketenteraman. Selalu ada perasaan was-was, gelisah dan khawatir terhadap pasangannya. Bagaimana mungkin kita merasa tenteram jika setiap cerita dan pengalaman pasangan kita selalu berbau kecurigaan? Kejujuran mutlak diperlukan dalam membina ketenteraman berumah tangga. Bahkan Rasulullah saw pernah mengatakan kepada seseorang yang baru masuk Islam, bahwa kejujuran adalah syarat untuk masuk Islam. Dan karena kejujurannya itulah orang tersebut lantas bisa beragama dengan baik. Bahkan tidak berani berbuat yang tidak-tidak, karena ia merasa tidak pernah bisa menyembunyikan perbuatan buruknya. Karena itu, sejak awal berumah tangga kita harus sudah menanamkan komitmen dan kesepakatan untuk selalu jujur kepada pasangan kita. Itulah awal yang baik dari ketenteraman rumah tangga kita. Rumah tangga yang sakinah. Yang ke tiga, syarat untuk mencapai keluarga sakinah adalah toleransi. Kenapa ini perlu? Sebab suami dan istri sebenarnya adalah dua individu yang berbeda, yang kini berusaha untuk bersatu dalam rumah tangga. Karena adanya perbedaan itulah maka kita butuh beradaptasi satu sama lain. Di sinilah peranan toleransi.
[daarut-tauhiid] Perkawinan Ibadah
PERKAWINAN IBADAH Suatu ketika Rasulullah saw bertanya kepada para sahabat, siapakah orang yang paling taat dan takwa kepada Allah? Maka, satu per satu mereka memberikan jawaban. Ada yang berkata bahwa orang yang paling taat dan takwa kepada Allah adalah orang yang selalu berpuasa setiap hari. Rasulullah menggelengkan kepala. Aku adalah Rasul Allah, tetapi aku tidak berpuasa setiap hari, begitu tepis beliau. Sahabat yang lain memberikan jawaban berbeda. Menurutnya, orang yang paling taat dan takwa kepada Allah adalah orang yang melakukan shalat terus sampai tak sempat tidur. Rasulullah mengelengkan kepala, sambil berkata: Aku adalah Rasul Allah. Aku menjalankan shalat, tapi juga menyempatkan untuk tidur. Orang yang ke tiga menjawab berbeda lagi, menurutnya, orang yang taat dan takwa kepada Allah itu adalah orang yang tidak kawin, agar ibadahnya kepada Allah tidak terganggu. Tapi lagi-lagi Rasulullah menggelengkan kepala. Aku Rasul Allah. Aku beribadah, tapi aku juga tetap melakukan perkawinan Ah, pembaca, begitu banyak orang yang berlebihan dalam beribadah. Sehingga ada yang sampai tidak kawin atas nama ibadah. Maka Rasulullah mengkritik secara halus orang-orang yang berlaku demikian. Ibadah adalah bentuk ketaatan kepada Allah. Upaya untuk mendekatkan diri kepadaNya. Tetapi jangan sampai keliru sehingga terjebak kepada perilaku melampaui batas. Sebagaimana yang Allah tujukan kepada para rahib Nasrani yang tidak melakukan perkawinan dengan alasan ibadah. Padahal perkawinan itu sendiri adalah bentuk ibadah seorang manusia kepada Allah. QS. Al Maidah (5): 77 Katakanlah: Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus. Bahkan Rasulullah saw pernah bersabda, barangsiapa tidak kawin, padahal ia mampu, maka ia bukanlah termasuk umat beliau. Begitulah, perkawinan bukan hanya bersifat lahiriah dan sesaat, serta bertujuan jangka pendek, melainkan lebih jauh dari itu. Untuk memberikan berbagai macam kemudahan dan kebahagiaan kepada kita. Allah tidak menghendaki kesulitan atas hamba-hambaNya. Justru sebaliknya, Allah menghendaki kemudahan dan kebahagiaan buat kita semua. Dan perkawinan adalah salah satu jalan untuk mencapai kebahagiaan. Ketentraman dan kasih sayang. QS. Ar Ruum (30): 21 Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. Kalau kita cermati ayat di atas, kita memperoleh kesimpulan bahwa tujuan perkawinan itu setidak-tidaknya ada 3 hal. Yang pertama, untuk menunjukkan kekuasaan Allah. Ke dua, agar tercipta ketentraman. Dan yang ke tiga, untuk membangun kasih sayang. Inilah salah satu cara Allah membahagiakan hamba-hambaNya. Lewat perkawinan. Karena itu Rasulullah pernah menyampaikan bahwa rumah tangga beliau itu bagaikan surga bagi beliau. Baiti jannati - rumahku adalah surgaku. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Sementara kita melihat demikian banyaknya rumah tangga yang justru menjadi neraka bagi penghuninya. Pertengkaran terjadi setiap hari. Suami jarang pulang. Istri pun membalas menginap di rumah teman. Anak-anak telantar, entah siapa yang mengurusi keperluannya. Ketika perkawinan tidak dilandasi niat ibadah, biasanya yang muncul adalah keretakan rumah tangga. Bermunculannya segala masalah. Begitulah keterkaitannya. Ketika kita meniatkan ibadah kepada Allah lewat perkawinan, maka DIA pun menjadikan rumah tangga kita sebagai surga. Di situlah bakal muncul ketentraman. Disitu pula bakal muncul kasih sayang. Dan di situ bakal tercipta surga dunia. Bagaimana bisa? Karena Allah sendiri yang bakal menjaga rumah tangga kita dengan kekuasaanNya. Di ayat lain Allah juga memberikan gambaran bahwa perkawinan bertujuan untuk menghasilkan keturunan yang salih dan salihah sehingga melengkapi kebahagiaan. Bukan hanya kebahagiaan bersama istri dan suami tercinta, tetapi bersama anak-anak sang buah hati. Sang buah cinta. QS. Al Furqaan (25): 74 Dan orang-orang yang berkata: Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. Jadi, kunci kebahagiaan rumah tangga sebenarnya berada pada niatan kita untuk melakukan pernikahan tersebut. Jika kita hanya berniat untuk bersenang-senang secara biologis, maka kita pun hanya akan memperoleh kesenangan sesaat. Karena yang namanya kesenangan biologis itu hanya sementara dan dangkal sifatnya. Sangat terkait dengan waktu. Boleh jadi, satu-dua tahun kemudian
[daarut-tauhiid] Meneruskan Generasi
MENERUSKAN GENERASI Salah satu kebahagiaan dalam berumah tangga adalah ketika punya keturunan. Sebaliknya akan membuat sedih dan menderita ketika tidak memiliki keturunan. Fitrah manusia adalah ingin hidup langgeng. Tapi karena umur terbatas, maka kita ingin melanggengkan eksistensi kita lewat keturunan. Bukan hanya meneruskan keturunan, melainkan juga memunculkan kebahagiaan. Rasanya, kita seperti melihat diri kita terlahir kembali ke dunia dalam bentuk yang lebih kecil. Dan, lantas takjub dibuatnya. Maka, ayah dan ibunya seringkali berebut menyebut persamaan si anak dengan dirinya. Wah, hidungnya kayak hidungku, kata si ayah. Ya, tapi matanya kayak mataku, kata ibunya tidak mau kalah. Keduanya lantas tertawa lebar. Bahagia menyambut kehadiran sang buah hati. Memperoleh keturunan adalah kebahagiaan yang tiada terkira dalam rumah tangga. Allah membalas susah payah orang tua dalam membuat anak tersebut dengan rasa bahagia yang luar biasa. Anda yang belum punya anak, pasti tak akan bisa memahami betapa bahagianya memiliki anak. QS. Ali lmran (3): 39 Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab (katanya): Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang saleh. QS. Huud (11): 71 Dan isterinya berdiri (dibalik tirai) lalu dia tersenyum. Maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishaq, dan dari Ishaq (akan lahir puteranya) Ya'qub. Begitulah, ayat-ayat Qur'an pun bercerita tentang kegembiraan dan kebahagiaan mereka yang memperoleh anak setelah sekian lama belum memperolehnya. Anak-anak itulah yang bakal meneruskan kehidupan orang tuanya. Karena itu Allah memerintahkan kepada setiap orang tua agar menjaga, merawat dan mendidik anak-anaknya dengan sebaik-baiknya, supaya menjadi generasi yang salih dan salihah. Anak-anak yang pandai, berakhlak mulia, sejahtera, dan memberi manfaat sebesar-besarnya. QS. An Nisaa' (4): 9 Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. Nah, untuk menghasilkan generasi kuat semacam itu kuncinya ada pada kualitas lembaga rumah tangga yang dibangun oleh orang tuanya. Jika rumah tangga itu Islami, tenteram, bahagia, dan tertata dengan baik, Insya Allah akan menghasilkan anak-anak yang baik di masa depan. Sebaliknya, jika rumah tangga tersebut amburadul, maka ia pun akan menghasilkan anak-anak yang amburadul. Rasulullah pernah mengatakan, bahwa seorang anak dilahirkan dalam keadaan suci dan bersih. Orang tuanyalah yang menjadikannya seorang muslim, nasrani, yahudi atau majusi. Hal ini menunjukkan betapa sentralnya peranan orang tua bagi kualitas anak-anaknya di masa depan. Jika orang tuanya suka bertengkar, maka anak-anaknya pun akan memiliki sifat-sifat suka bertengkar. Jika orang tuanya suka berlaku kasar, maka anak-anaknya pun bakal senang berlaku kasar. Namun, jika orang tuanya memberikan contoh kasih sayang dan kelembutan dalam keluarga, maka anak-anak mereka pun bakal menyukai budaya kasih sayang dan kelembutan dalam hidupnya. Pendidikan di sekolah dan luar sekolah masih kalah oleh pendidikan dalam keluarga. Sejak kecil anak melihat contoh yang paling dekat dengannya. Dan itu ada pada orang tua mereka. Memang ada masa-masa si anak mencoba meniru contoh-contoh yang ada di luar keluarganya, akan tetapi terbukti kemudian, mereka akan kembali pada apa yang telah terbiasa dan dibiasakan oleh orang tuanya sejak kecil kepadanya. Karena itu, sering kita dengar pepatah mengatakan bahwa buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Artinya, seorang anak tidak akan jauh dari akhlak dan didikan orang tuanya. Selain karena faktor genetik yang diturunkan, hal itu juga bersumber dari kebiasaan yang ditanamkan selama bertahun-tahun. Maka, betapa idealnya kalau anak-anak kita itu, selain memiliki kualitas orang tuanya, juga berkembang dengan kualitas dirinya sendiri yang sesuai dengan jamannya. Janganlah berharap untuk menjadikan anak-anak itu sama persis seperti kita. Karena jaman mereka akan sangat berbeda dengan jaman orang tuanya. Kesuksesan orang tua adalah ketika anak-anaknya tumbuh berkembang melebihi dirinya...
[daarut-tauhiid] Bahagiakan Pasangan
BAHAGIAKAN PASANGAN Salah satu kebahagiaan adalah ketika melihat orang yang kita cintai bahagia. Kebahagiaan jenis ini levelnya lebih tinggi dari kebahagiaan yang bersifat individual. Boleh jadi, ini masuk dalam kategori kebahagiaan sosial. Tidak gampang untuk memperoleh kebahagiaan jenis ini. Apalagi bagi mereka yang bersifat egois. Semua kebahagiaannya diukur dari kebahagiaan diri sendiri. Orang yang demikian adalah tipikal 'pemburu kebahagiaan', yang justru tidak pernah menemukan kebahagiaan... Berumah tangga adalah sebuah cara untuk memperoleh kebahagiaan, dengan cara membahagiakan pasangan kita. Partner kita. Istri atau suami. Bisakah itu terjadi? Bisa, ketika berumah tangga dengan berbekal cinta. Bukan sekadar berburu cinta. Lho, memang apa bedanya? Berbekal cinta, berarti kita mencintai pasangan kita. Ingin memberikan sesuatu kepada pasangan agar ia merasa bahagia. Sedangkan berburu cinta, berarti kita menginginkan untuk dicintai. Menginginkan sesuatu dari pasangan kita, sehingga kita merasa bahagia. Menurut anda, manakah yang lebih baik? Mengejar cinta atau memberikan cinta? Mengejar kebahagiaan ataukah memberikan kebahagiaan? Mengejar kepuasan ataukah justru memberikan kepuasan? Mana yang bakal membahagiakan, yang pertama ataukah yang ke dua? Ternyata, yang ke dua. Mengejar cinta hanya akan mendorong anda untuk berburu sesuatu yang semu belaka. Yang tidak pernah anda raih. Karena, keinginan adalah sesuatu yang tidak pernah ada habisnya. Apalagi keserakahan. Hari ini Anda merasa memperoleh cinta dari pasangan Anda, maka berikutnya anda akan merasa tidak puas. Dan ingin memperoleh yang lebih dari itu. Sudah memperoleh lagi, berikutnya anda akan ingin lebih lagi. Ini hampir tak ada bedanya dengan ingin mengejar kesenangan dengan cara memiliki mobil atau rumah. Ketika kita masih miskin, kita mengira akan senang memiliki mobil berharga puluhan juta rupiah. Kita berusaha mengejarnya. Lantas memperolehnya. Dan kita memang senang. Tapi, tak berapa lama kemudian, kita menginginkan untuk memiliki mobil yang berharga ratusan juta rupiah. Mobil yang telah kita miliki itu tidak lagi menyenangkan, atau apalagi membahagiakan. Benak kita terus menerus terisi oleh bayangan betapa senangnya memiliki mobil berharga ratusan juta rupiah. Jika kemudian kita bisa memenuhi keinginan itu, kita pun merasa senang. Tetapi, ternyata itu tidak lama. Benak kita bakal segera terisi oleh bayangan-bayangan, betapa senangnya memiliki mobil yang berharga miliaran rupiah. Begitulah seterusnya. Coba rasakan hal ini dalam kehidupan anda, maka anda akan merasakan dan membenarkannya. Kesenangan dan kebahagiaan itu bukan anda peroleh dengan cara mengejarnya, melainkan dengan cara merasakan apa yang sudah anda miliki. Dan jika anda mensyukurinya, maka kebahagiaan itu akan datang dengan sendirinya pada perubahan yang datang berikutnya. Anda tak perlu mengejar kebahagiaan, karena anda sudah menggenggamnya. Yang perlu anda lakukan sebenarnya adalah memberikan perhatian kepada apa yang sudah anda miliki. Bukan melihat dan mengejar sesuatu yang belum anda punyai. Semakin anda memberikan perhatian kepada apa yang telah anda miliki, maka semakin terasa nikmatnya memiliki. Jadi, kuncinya bukan mengejar, melainkan memberi. Demikian pula dalam berumah tangga. Jika kita ingin memperoleh kebahagiaan, caranya bukan dengan mengejar kebahagiaan itu. Melainkan dengan memberikan kebahagiaan kepada pasangan kita. Bukan mengejar cinta, melainkan memberikan cinta. Bukan mengejar kepuasan, melainkan memberikan kepuasan. Maka anda bakal memperoleh kebahagiaan itu dari dua arah. Yang pertama, anda akan memperolehnya dari pasangan anda. Karena merasa dibahagiakan, ia akan membalas memberikan kebahagiaan. Yang ke dua, kebahagiaan itu bakal muncul dari dalam diri anda sendiri. Ketika kita berhasil memberikan kepuasan kepada pasangan kita, maka kita bakal merasa puas. Ketika berhasil memberikan kesenangan kepada partner kita, maka kita pun merasa senang. Dan ketika kita berhasil memberikan kebahagiaan kepada istri atau suami kita, maka kita pun merasa bahagia. Ini, nikmatnya bukan main. Jumlah dan kualitasnya terserah anda. Ingin lebih bahagia, maka bahagiakanlah pasangan anda. Ingin lebih senang, maka senangkanlah pasangan anda lebih banyak lagi. Dan, anda ingin lebih puas? Maka puaskanlah pasangan anda dengan kepuasan yang lebih banyak. Anda pun bakal merasa semakin puas. Terserah anda, minta kesenangan, kepuasan, atau pun kebahagiaan sebesar apa. Karena kuncinya ada di tangan anda sendiri. Semakin banyak memberi semakin nikmat rasanya. Anda yang terbiasa egois dan mengukur kebahagiaan dari kesenangan pribadi, akan perlu waktu untuk menyelami dan merenungkan kalimat-kalimat di atas. Contoh yang lebih konkret adalah perkawinan dengan cinta yang bertepuk sebelah tangan. Perkawinan semacam ini sungguh membuat menderita pihak yang tidak
[daarut-tauhiid] Kedudukan Wanita Dalam Islam
KEDUDUKAN WANITA DI DALAM ISLAM Islam sangat menghormati wanita. Baik sebagai seorang ibu, seorang istri, atau pun seorang anak. Bahkan juga sebagai seorang kawan dan anggota masyarakat pada umumnya. Perintah untuk menghormati para wanita tersebar di mana-mana. Di dalam Al-Quran dalam bentuk firman-firman Allah, di hadits-hadits Rasulullah saw, atau pun di berbagai perilaku yang dicontohkan oleh para sahabat nabi. Islam adalah agama yang sangat menghormati wanita. Suatu ketika, seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah: wahai rasul, siapakah orang yang harus saya hormati di dunia Maka Rasulullah menjawab: ibumu. Setelah itu siapa lagi ya Rasul? Rasulullah menjawab lagi: ibumu. Setelah itu siapa? Dijawab lagi: ibumu. Dan setelah itu siapa? Barulah Rasulullah menjawab: bapakmu. Hadits ini sungguh luar biasa. Di tengah-tengah periakuan biadab masyarakat lelaki terhadap perempuan seperti yang kita bahas sebelum ini, Rasulullah justru memberikan jawaban di atas. Bahwa orang yang harus paling kita muliakan dan kita hormati adalah seorang wanita: ibu kita. Kalau pertanyaan seperti itu ditujukan kepada masyarakat Arab pada waktu itu, pasti jawabnya terbalik 180 derajat. Bahwa orang yang harus dimuliakan dan dihormati adalah ayah. Sama sekali bukan ibu. Karena seorang lelaki adalah kebanggaan keluarga. Pelindung keluarga. Penafkah keluarga. Dan pahlawan keluarga. Tetapi Islam menyebut ibu. Yang karena dialah kita ada. Tidak mungkin seorang diri, lelaki bisa memiliki anak. Akan tetapi, bagi seorang wanita, ia bisa memiliki anak meskipun tanpa ayah. Ini dibuktikan dan diabadikan oleh Allah dengan lahirnya Isa ibn Maryam. Yang dalam ilmu kedokteran disebut sebagai kelahiran parthenogenesis. Kelahiran bayi dari seorang ibu tanpa lewat proses perkawinan dengan seorang ayah. Ayat-ayat Al-Quran sendiri banyak yang memberikan dorongan kepada kita untuk menghormati orang tua, khususnya ibu. Ketika bercerita tentang ibu Allah memberikan stressing bahwa beliau telah bersusah payah mengandung, melahirkan, menyusui dan mendidik kita sampai dewasa. Karena itu, sungguh tidak tahu diri jika kita mengabaikannya begitu saja. QS. Al Ahqaaf (46): 15 Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri. Agar kita bisa menghargai orang tua, maka Allah mengingatkan kepada kita bahwa suatu saat kita pun akan menjadi orang tua seperti mereka. Kalau kita tidak bisa menghargai dan menghormati orang tua, maka anak-anak kita pun tidak akan menghargai kita, saat kita sudah tua renta kelak. Sungguh menyakitkan...! Ya, anak-anak kita bakal memperlakukan kita seperti mereka melihat kita memperlakukan orang tua kita. QS. Al Israa' (17): 23 Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ah dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Mana ada ajaran sedetil ini tentang perlakuan anak kepada orang tua yang dimuat di kitab-kitab selain Qur'an. Begitu jelas dan gamblang Allah membela kaum wanita, dalam hal ini ibu kita. Jangan hanya melihatnya sekarang, ketika penghargaan kepada wanita sudah jauh berbeda dengan jaman itu. Cobalah lihat perjuangan Islam ini dalam rentang waktu yang panjang dalam sejarah peradaban manusia. Dan peradaban ketika Islam terlahir ke muka Bumi. Maka, kita akan memperoleh kesimpulan yang sangat mengesankan tentang peranan Islam dalam mengangkat martabat kaum ibu. Bukan hanya kepada ibu, Islam juga memberikan contoh kepada kita agar memperlakukan anak-anak perempuan kita dengan baik dan penuh kasih sayang. Jangan seperti jaman Jahiliyah dimana seorang ayah tega mengubur anak perempuannya hidup-hidup. Rasulullah saw adalah contoh konkret bagaimana seorang ayah bersikap kepada anak perempuannya. Suatu ketika, Fatimah datang ke rumah nabi. Ketika itu Fatimah sudah berkeluarga dengan Ali bin Abi Thalib. Waktu itu, Rasul saw sedang berbincang-bincang dengan para sahabat di rumah beliau. Mendengar anaknya datang, Rasulullah minta ijin kepada para tamunya untuk menyongsong puterinya ke luar pintu.
[daarut-tauhiid] Islam Mengangkat Martabat Wanita
ISLAM MENGANGKAT MARTABAT WANITA Agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad saw lahir dalam situasi dominasi laki-laki yang sangat berlebihan. Di sekitar abad ke 5-6 itulah wanita mengalami penghinaan yang luar biasa di seluruh dunia. Di Afrika dan Amerika perbudakan sedang gencar-gencarnya berlangsung. Kalau kita melihat catatan sejarah, hal itu juga merembet sampai ke Eropa, Timur Tengah, dan sebagian Asia. Manusia, khususnya wanita, menjadi barang yang diperjual-belikan secara bebas. Dari satu tangan penguasa ke penguasa lainnya. Dari satu saudagar ke saudagar lainnya. Para penguasa dan raja di berbagai belahan dunia pun memperlakukan wanita secara semena-mena. Banyak di antaranya memiliki istri atau selir puluhan, atau bahkan ratusan orang. Yang kadang-kadang juga dihadiah-hadiahkan, seperti barang saja layaknya. Martabat wanita benar-benar runtuh. Saat itulah Islam diturunkan kepada nabi Muhammad saw di Jazirah Arab, di Timur Tengah, dalam situasi peradaban yang tidak jauh berbeda. Bahkan disebut-sebut sebagai kondisi kegelapan yang mewakili suramnya peradaban dunia pada waktu itu. Jaman jahiliah. Jaman kegelapan. Kondisi masyarakat Arab waktu itu sangat memprihatinkan. Khususnya perlakuan terhadap wanita. Karena itu, tidak heran, banyak orang tua yang tidak ingin punya anak perempuan. Memiliki anak perempuan adalah aib besar pada waktu itu. Apalagi mereka yang bangsawan, hartawan, atau tokoh masyarakat lainnya. Begitu mendengar istrinya melahirkan anak perempuan, merah padamlahlah muka sang ayah. Pasti berita itu bakal disimpan rapat-rapat agar tidak terdengar oleh orang lain. Atau, mereka tidak akan segan-segan membunuh anak yang baru lahir itu, karena malu. Hal yang mengerikan ini sampai diabadikan dalam Al-Quran. QS. An Nahl (16): 58-59 Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu. Dikabarkan, Umar bin Khatab sebelum masuk Islam juga pernah membunuh anak perempuannya dengan cara mengubur hidup-hidup. Betapa kejinya peradaban saat itu. Dan betapa rendahnya martabat seorang wanita pada saat itu. Kondisi Arab hanya salah satu contoh saja dari buruknya posisi wanita dalam peradaban dunia di jaman itu. Sampai-sampai seorang ayah tega membunuh anaknya sendiri. Bukan main...! Bukan hanya itu. Contoh lain adalah perilaku laki-laki terhadap wanita dalam hal perkawinan. Di arab jaman itu, kawin dengan banyak wanita adalah hal biasa. Hal yang lumrah. Bahkan yang menyedihkan, istri-istri bakal diwariskan kepada anak-anak lelakinya jika sang ayah meninggal dunia. Bayangkan, si anak laki-laki menerima warisan istri-istri ayahnya. Bukan main biadabnya...! Wanita benar-benar diperlakukan sebagai barang dan harta benda saja layaknya. Dan ini pun diabadikan dalam cerita Qur'an, sekaligus dikecam seperti ketika Allah mengecam pembunuhan terhadap anak-anak perempuan. QS. An Nisaa' (4): 23 Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, Allah mengecam praktek perkawinan yang amburadul secara moral, pada waktu itu. Tak peduli ibu tiri, anak, mertua, menantu dan sebagainya, saat itu sudah tidak ada artinya lagi. Wanita adalah barang tak berharga di kalangan lelaki. Maka Islam datang untuk meluruskan kembali tatakrama dengan berbasis pada akhlak mulia. Mendudukkan manusia sebagai makhluk yang beradab. Dan mengangkat wanita ke tempat yang terhormat. Sebagai seorang ibu, isteri dan anak yang harus dilindungi, dihargai dan dicintai. Islam datang untuk mengubah peradaban manusia yang sudah demikian rusak dan amburadul dengan cara yang bijak. Sehingga dalam ayat-ayat di atas, selain mengecam perilaku lama, Allah juga memberikan jalan keluarnya. Menciptakan aturan-aturan baru. Sekaligus mengampuni dosa-dosa yang telah lalu, asalkan tidak dilakukan lagi di masa-masa mendatang.
[daarut-tauhiid] Keserakahan Pria Wanita
KESERAKAHAN PRIA WANITA Keserakahan menjadi sejarah tertua umat manusia. Sejak zaman nabi Adam sampai nanti hari kiamat. Keserakahan adalah menifestasi dari ego yang terlalu besar, sehingga tidak mempedulikan orang lain. Hasilnya, adalah masalah. Ketika nabi Adam dan ibu Hawa masih digambarkan berada di surga, mereka digelincirkan oleh setan dengan senjata keserakahan. Rayuan setan baru membuahkan hasil ketika setan mengiming-imingi Adam dan Hawa dengan kehidupan kekal abadi. Ya, mereka bakal bisa hidup kekal kalau memakan buah Khuldi... Padahal itu adalah 'buah larangan'. Dilarang oleh Allah. Akan tetapi karena iming-iming memperoleh kehidupan kekal abadi, Adam dan Hawa pun nekat melanggar perintah itu. Maka terbukalah aurat mereka berdua. Mereka, kemudian menutupinya dengan daun-daun surga. Allah menggolongkan mereka sebagai orang-orang yang mendurhakai perintah Allah. Dan tersesatlah mereka karenanya. Menuai masalah. QS. Al Baqarah (2): 35 Dan Kami berfirman: Hai Adam diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim. QS. Thaahaa (20): 115 Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat. QS. Thaahaa (20): 120-121 Kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa? Maka keduanya memakan buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia. Untungnya, Allah adalah Dzat Yang Maha Mengampuni dan Maha Menyayangi. Allah mengampuni kesalahan itu. Dan kemudian memasukkan mereka ke dalam golongan hamba-hambaNya yang bertaubat dan golongan hamba-hamba yang saleh. QS. Al A'raaf (7): 23 Keduanya berkata: Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi. Coba cermati, betapa dahsyatnya kekuatan keserakahan yang ada di dalam diri manusia. Dan ini telah bersemayam di dalam jiwa kita sejak awal. Maka, kalau kita tidak waspada, setan akan dengan mudah menggelincirkan kita sebagaimana telah menggelincirkan Adam dan Hawa. Kisah keserakahan ini terulang kembali pada anak keturunan Adam. Pada generasi kedua manusia, yaitu antara Qabil dan Habil. Keduanya adalah anak-anak Adam Hawa. Qabil membunuh saudaranya, Habil, karena iri dan serakah terhadap apa yang dianugerahkan Allah kepada Habil. Ia tak bisa melawan nafsu serakahnya, maka ia pun tergelincir oleh tipu daya setan. Cerita ini diabadikan oleh Allah di dalam Al-Quran, agar kita bisa mengambil pelajaran darinya. Bahwa keserakahan selalu menghasilkan masalah, penyesalan dan penderitaan. QS. Al Maaidah (5): 27 Ceriterakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembah-kan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): Aku pasti membunuhmu! Berkata Habil: Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa. QS. Al Maaidah (5): 30 Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang di antara orang-orang yang merugi. Cerita keserakahan yang lain terjadi pada jaman nabi Musa, yaitu Qarun. Ia adalah tokoh legendaris yang sangat kaya raya, sekaligus mewakili watak keserakahan dan kesombongan. Maka Allah membenamkan Qarun beserta harta bendanya ke dalam bumi lewat kejadian gempa. Permukaan Bumi retak-retak dan merekah, menelan seluruh harta bendanya. Sekaligus dirinya. Sehingga, kini, kalau ada orang menemukan harta benda yang terpendam di dalam tanah, mereka menyebutnya sebagai harta Karun. QS. Qashash (28): 76 Sesungguhnya Karun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri. QS. Qashash (28): 81 Maka Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. Ddan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya). Dalam sejarah modern, bukan hanya lelaki yang menunjukkan keserakahan, melainkan juga para wanita. Barangkali ini terkait dengan gerakan emansipasi yang semakin menguat di jaman modern.
[daarut-tauhiid] Kebahagiaan Spiritual
KEBAHAGIAAN SPIRITUAL Kebahagiaan spiritual adalah kebahagiaan tertinggi dalam kehidupan seseorang. Inilah kebahagiaan yang menyentuh jiwa paling dalam pada diri seseorang. Sumbernya berlimpah, dan lebih tahan lama. Bahkan ada yang menyebutnya sebagai kebahagiaan yang abadi. Sebagaimana jenis kebahagiaan individual dan sosial, kebahagiaan spiritual ini pun fitrah seorang manusia. Bahkan fitrah yang paling substansial. Paling mendasar. Inilah fitrah yang jika tidak tercapai bakal menyebabkan seseorang menjadi gelisah dan merasa hampa. Dalam istilah agama, interaksi spiritual ini disebut sebagai ibadah. Kata Allah di dalam Al-Quran, manusia memang diciptakan sebagai makhluk ibadah. Dengan kata lain, fitrah manusia sebenarnya adalah makhluk ibadah. Siapa saja yang tidak beribadah bakal gelisah dan tak bermakna. Ibadah bukan hanya bermakna shalat, puasa, zakat atau haji. Akan tetapi lebih luas dari itu. Segala perbuatan dan aktivitas kita sehari-hari bisa bermakna ibadah ketika kita mengaitkannya dengan Allah. Makan, tidur, bekerja, beristirahat, bahkan aktivitas seksual pun bisa bermakna ibadah. QS. Adz Dzaariyaat (51): 56-58 Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepadaKu. Aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh. Rentetan ayat di atas adalah penegas dari Allah, bahwa seluruh manusia ini diciptakan sebagai makhluk ibadah. Bahkan juga termasuk jin. Mereka yang tidak beribadah, berarti menyalahi fitrahnya. Namun harus diingat, bahwa semua itu bukan untuk kepentingan Allah. Melainkan untuk kepentingan kita sendiri. Allah tidak butuh apa-apa dari kita. Karena itu Dia menegaskan pada ayat berikutnya, bahwa Allah tidak butuh diberi makan atau rezeki apa pun. Justru sebaliknya, Allah-lah yang memberi rezeki kepada seluruh makhlukNya. Ia tidak bergantung kepada makhluk, sebaliknya makhluklah yang bergantung kepadaNya... Inilah substansi kebahagiaan spiritual itu. Dengan berinteraksi dan beribadah kepadaNya, maka manusia berhubungan dengan sumber segala kebutuhannya. Mulai dari yang paling mendasar sampai kepada yang paling artifisial. Mulai dari yang paling fisikal, sampai kepada yang paling bersifat kejiwaan alias psikikal. Bahkan makna interaksi itu jauh lebih mendalam dari sekadar jiwa-raga karena ia telah menyentuh dimensi ruh ilahiah yang bersemayam di dalam diri kita. Dzat yang berasal dari Allah itu bertemu kembali dengan Allah di dalam interaksi peribadatan kita. Itulah kebahagiaan yang sejati... Ibarat makhluk telah kembali ke habitatnya. Atau orang bepergian yang telah kembali ke rumahnya. Yang muncul adalah kententraman dan kebahagiaan. Atau, bagai sepasang kekasih yang lama berpisah, dicengkeram kerinduan, lantas bertemu kembali. Sebuah kerinduan yang terobati. Kebahagiaan spiritual adalah kebahagiaan hakiki di bagian terdalam jiwa dan ruh kita. Ini bisa kita peroleh dimana saja, kapan saja, dan dari sumber apa saja. Aktivitas makan-minum misalnya, bisa memiliki makna individual, sosial, ataupun spiritual. Bergantung kepada bagaimana kita memaknainya. Ketika kita mengaitkan makan-minum dengan keberadaan dan peranan Allah dalam hidup kita, maka kegiatan itu pun menjadi bermakna spiritual. Kebahagiaan yang kita peroleh adalah kebahagiaan spiritual. Sebaliknya, kalau makan-minum itu hanya kita anggap sebagai kegiatan memasukkan zat-zat gizi ke dalam tubuh, atau sekadar menghalau rasa lapar dan haus, atau malah cuma bersenang-senang belaka, maka kegiatan itu pun menjadi bermakna sangat individual. Kalau pemahaman ini kita perluas, kita akan merasakan bahwa kegiatan rumah tangga atau hubungan-hubungan seksual kita juga bisa bermakna ibadah, dan memperoleh kebahagiaan yang sangat mendalam... Apa yang kita bahas dalam bab ini akan menjadi landasan bagi kita untuk membahas lebih jauh dan mendalam berbagai persoalan rumah tangga yang menjadi sorotan diskusi kita kali ini. Karena ternyata banyak di antara kita yang tidak memahami konsep dasar kehidupan yang Islami itu sehingga terjebak kepada pemahaman yang keliru. Termasuk dalam melakukan praktek poligami...
[daarut-tauhiid] Akhir Yang Berbeda
AKHIR YANG BERBEDA Dari Seorang Sahabat semoga kita termasuk dalam orang2 yang khusnul khotimahamien Tatkala masih dibangku sekolah, aku hidup bersama kedua orangtuaku dalam ling kungan yang baik. Aku selalu mendengar doa ibuku saat pulang dari keluyuran dan begadang malam. Demikian pula ayahku, ia selalu dalam shalatnya yang panjang. Aku heran, mengapa ayah shalat begitu lama, apalagi jika saat musim dingin yang menyengat tulang. Aku sungguh heran, bahkan hingga aku berkata kepada diri sendiri : Alangkah sabarnya mereka...setiap hari begitu...benar-benar mengherankan! Aku belum tahu bahwa disitulah kebahagiaan orang mukmin dan itulah shalat orang orang pilihan. Mereka bangkit dari tempat tidurnya untuk munajat kepada Allah. Setelah menjalani pendidikan militer, aku tumbuh sebagai pemuda yang matang. Tetapi diriku semakin jauh dari Allah padahal berbagai nasehat selalu kuterima dan kudengar dari waktu ke waktu. Setelah tamat dari pendidikan, aku ditugaskan di kota yang jauh dari kotaku. Perkenalanku dengan teman-teman sekerja membuatku agak ringan menanggung beban sebagai orang terasing. Disana, aku tak mendengar lagi suara bacaan Al-Qur'an. Tak ada lagi suara ibu yang membangunkan dan menyuruhku shalat. Aku benar-benar hidup sendirian, jauh dari lingkungan keluarga yang dulu kami nikmati. Aku ditugaskan mengatur lalu lintas di sebuah jalan tol. Di samping menjaga keamanan jalan,tugasku membantu orang-orang yang membutuhkan bantuan. Pekerjaan baruku sungguh menyenangkan. Aku lakukan tugas-tugasku dengan semangat dan dedikasi tinggi. Tetapi, hidupku bagai selalu diombang-ambingkan ombak. Aku bingung dan sering melamun sendirian ... banyak waktu luang ... pengetahuanku terbatas. Aku mulai jenuh ... tak ada yang menuntunku di bidang agama. Aku sebatang kara. Hampir tiap hari yang kusaksikan hanya kecelakaan dan orang-orang yang mengadu kecopetan atau bentuk-bentuk penganiayaan lain. Aku bosan dengan rutinitas. Sampai suatu hari terjadilah sebuah peristiwa yang hingga kini tak pernah aku lupakan. Ketika itu, kami dengan seorang kawan sedang bertugas disebuah pos jalan. Kami asyik ngobrol ... tiba-tiba kami dikagetkan oleh suara benturan yang amat keras. Kami mengedarkan pandangan. Ternyata, sebuah mobil bertabrakan dengan mobil lain yang meluncur dari arah yang berlawanan. Kami segera berlari menuju tempat kejadian untuk menolong korban. Kejadian yang sungguh tragis. Kami lihat dua awak salah satu mobil dalam kondisi kritis. Keduanya segera kami keluarkan dari mobil lalu kami bujurkan di tanah. Kami cepat-cepat menuju mobil satunya. Ternyata pengemudinya telah tewas dengan amat mengerikan. Kami kembali lagi kepada dua orang yang berada dalam kondisi koma. Temanku menuntun mereka mengucapkan kalimat syahadat. Ucapkanlah Laailaaha Illallaah ... Laailaaha Illallaah .. perintah temanku. Tetapi sungguh mengerikan, dari mulutnya malah meluncur lagu-lagu. Keadaan itu membuatku merinding. Temanku tampaknya sudah biasa menghadapi orang-orang yang sekarat ... Kembali ia menuntun korban itu membaca syahadat. Aku diam membisu. Aku tak berkutik dengan pandangan nanar. Seumur hidupku, aku belum pernah menyaksikan orang yang sedang sekarat, apalagi dengan kondisi seperti ini. Temanku terus menuntun keduanya mengulang-ulang bacaan syahadat. Tetapi ... keduanya tetap terus saja melantunkan lagu. Tak ada gunanya ... Suara lagunya terdengar semakin melemah ... lemah dan lemah sekali. Orang pertama diam, tak bersuara lagi, disusul orang kedua. Tak ada gerak ... keduanya telah meninggal dunia. Kami segera membawa mereka ke dalam mobil. Temanku menunduk, ia tak berbicara sepatahpun. Selama perjalanan hanya ada kebisuan. Hening... Kesunyian pecah ketika temanku mulai bicara.Ia berbicara tentang hakikat kematian dan su'ul khatimah (kesudahan yang buruk). Ia berkata Manusia akan mengakhiri hidupnya dengan baik atau buruk.. Kesudahan hidup itu biasanya pertanda dari apa yang dilakukan olehnya selama di dunia. Ia bercerita panjang lebar padaku tentang berbagai kisah yang diriwayatkan dalam buku-buku islam. Ia juga berbicara bagaiman seseorang akan mengakhiri hidupnya sesuai dengan masa lalunya secara lahir batin. Perjalanan kerumah sakit terasa singkat oleh pembicaraan kami tentang kematian. Pembicaraan itu makin sempurna gambarannya tatkala ingat bahwa kami sedang membawa mayat. Tiba-tiba aku menjadi takut mati. Peristiwa ini benar-benar memberi pelajaran berharga bagiku. Hari itu, aku shalat khusyu' sekali. Tetapi perlahan-lahan aku mulai melupakan peristiwa itu. Aku kembali pada kebiasaanku semula ... Aku seperti tak pernah menyaksikan apa yang menimpa dua orang yang tak kukenal beberapa waktu yang lalu. Tetapi sejak saat itu, aku memang benar-benar menjadi benci kepada yang namanya lagu-lagu. Aku tak mau tenggelam
[daarut-tauhiid] Mereguk Kenikmatan Individu
MEREGUK KENIKMATAN INDIVIDU Bukan hanya bertugas menjadi wakil Allah di muka Bumi, manusia juga didesain Allah untuk memperoleh kebahagiaan dan mereguk berbagai kenikmatan yang dihamparkan di sekitarnya. Allah menciptakan segala sumber kenikmatan yang bisa diperoleh manusia kapan saja, dan dimana saja di muka Bumi ini. Hal ini, dideklarasikan olehNya dalam Al-Quran. QS. Al Baqarah (2): 29 Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. QS. Ali Imran (3): 14 Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allahlah ternpat kembali yang baik. Allah katakan, bahwa segala yang diciptakan di muka Bumi adalah untuk kesenangan dan kebahagiaan manusia. Seluruhnya. Dan di ayat berikutnya, di atas, Allah kemudian merinci berbagai kenikmatan itu. Bahwa Allah menjadikan keindahan dan ketertarikan pada wanita-wanita, anak-anak, berbagai jenis perhiasan, kendaraan, bisnis, dan berbagai kekayaan harta benda. Itulah kesenangan duniawi. Ya, Allah yang Maha Pemurah menciptakan segalanya ini untuk kebahagiaan manusia. Kita merasakan kesenangan dan kenikmatan ketika memiliki semua itu. Semakin banyak semakin senang dan nikmat. Akan tetapi Allah mengingatkan bahwa yang lebih baik dan lebih nikmat adalah ketika kita mengaitkannya dengan Allah. Dikembalikan kepada Allah. Dimengerti bahwa semua itu berasal dari Allah, milik Allah, dan bakal kembali kepada Allah. Jika suatu ketika, semua dimintaNya kembali, maka kita pun mengikhlaskannya. QS. Ar Ra'd (13): 26 Allah meluaskan rezki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit). Ya, Allahlah yang memiliki semuanya. Dia pula yang meluaskan atau menyempitkan rezeki seseorang. Karena itu jangan sampai kita lalai dan terpedaya. Kenikmatan duniawi, meskipun itu disediakan Allah untuk kebahagiaan kita, seringkali bisa menyebabkan penderitaan. Hanya orang-orang yang bijak saja yang tahu dan bisa mengendalikan diri untuk tidak terjebak pada kehidupan duniawi secara berlebihan. Hal ini pun pernah menimpa nabi Sulaiman. Kesenangannya pada kuda, telah menyebabkannya lalai mengingat Allah. Maka, beliau pun mengorbankan kuda-kuda itu sebagai bukti ketaatan dan keikhlasannya kepada Allah yang bakal mengantarkannya kepada kenikmatan dan kebahagiaan yang lebih besar. QS. Shaad (38): 32 Maka ia berkata: Sesungguhnya aku menyukai kesenangan terhadap barang yang baik (kuda-kuda pilihan) sehingga aku lalai mengingat Tuhanku sampai kuda itu hilang dari pandangan. Pada dasarnya manusia memang memiliki rasa kenikmatan duniawi sebagai anugerah dan fitrah dari Allah. Ini sangat manusiawi. Artinya, adalah manusiawi dan fitri jika kita suka kepada harta benda, rumah, kendaraan, istri, suami, anak-anak, dan berbagai perhiasan duniawi. Itu adalah salah satu bentuk kenikmatan yang diberikan Allah kepada kita. Allah menjadikan semua itu indah dan menyenangkan bagi manusia. Bahkan, sampai di surga nanti pun, ukuran dan parameter kebahagiaan yang digambarkan Allah adalah itu-itu juga. Di antaranya adalah harta benda dunia seperti emas, perak, sutera. Atau makanan minuman lezat seperti buah-buahan, susu, madu dan sebagainya. Atau, kepuasan hubungan antar manusia, seperti istri, suami, orang tua, anak-anak, dan para sahabat serta handai taulan. Begitulah memang fitrah kita. Sebagian dari nikmat itu bisa kita dapatkan di dunia. Dan di akhirat nanti, kita akan memperoleh dengan kualitas yang jauh lebih membahagiakan. Maka kehidupan dunia pun adalah kehidupan yang berisi kebahagiaan dan kenikmatan. Karena itu, janganlah kita abaikan atau lupakan. Malahan, kita diperintahkan Allah untuk mencarinya. Agar kita bahagia di dunia. Hanya saja, kita harus ingat bahwa dunia hanyalah kehidupan sementara. Kehidupan yang sesungguhnya adalah nanti di fase akhirat. Karena itu Allah selalu mengingatkan agar kita lebih proporsional dalam menyikapi dunia. QS. Al Hadiid (57): 20 Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.
[daarut-tauhiid] Dan Kita Mengembara Menuju Rumah-NYA
Dan Kita Mengembara Menuju Rumah-NYA Dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuh. Sungguh Tuhanku benar-benar Maha Pengampun dan lagi Maha Penyayang (QS. Huud 11:41) Dan luka selalu menyimpan sesuatu yang menyesakkan jiwa. Raida, ibu muda beranak satu, mengeluhkan ihwal itu di suatu sore. Wah, saya jadi ngeri naik kapal dan pesawat. Bahkan naik bus sekalipun. Saya jadi trauma. Apalagi melihat kecelakaan pesawat dan kapal laut yang banyak memakan korban, saya tambah malas untuk bepergian. Kalau bisa saya tidak ingin kemana-mana. Saya sudah pusing, saya mau di rumah saja. Kenapa bisa begitu bu? Saya pernah mengalami kecelakaan bis yang cukup serius. Alhamdulillah, hampir semua penumpang selamat. Hanya dua orang yang meninggal. Tapi saya dan penumpang lainnya rata-rata terluka. Waktu itu, saya sendiri mengalami cedera dan patah tulang agak serius. Yang membuat saya trauma; teriakan histeris para penumpang, detik-detik menakutkan sebelum terjadi tabrakan ihh mengerikan. Kisah Bu Raida pun berhenti di kata mengerikan itu. Sejenak saya terhenyak. Tercenung, merenung: Bagaimana dengan mereka yang selamat dari Adam Air? Bagaimana dengan mereka yang lolos dari KM Levina? Adakah kata mengerikan terasa cukup mewakili luka itu, rasa maut di ujung tanduk itu? Inilah sebuah kondisi ketika luka meninggalkan ceruk-ceruk gulita di benak mereka yang lolos dari pelbagai musibah itu; luka yang belum sembuh selepas tragedi tragis itu, luka yang terus menyesakkan jiwa. Dan kita biasa menyebutnya itulah trauma! Dan Bu Raida, hanyalah secuil kisah pedih mengenainya. Namun, bagaimanakah bila di setiap orang yang trauma memiliki kesimpulan yang serupa Bu Raida; menjadi malas untuk bergerak, bepergian dan melakukan perjalanan? Nah, bila maut yang menjadi sumber kecemasan. Bu Raida dan orang yang senasib dengannya, maka bukankah maut tidak pernah memilih ruang dan waktu? Kapanpun, dimanapun ia bebas memilih. Tapi, jika maut bukan pangkal soalnya, melainkan perkara bagaimana maut menjemput Bu Raida, atau ihwal ketakutan-ketakutan yang membayangi Bu Raida selama berada dalam perjalanan, saya jadi teringat peribahasa Cina yang berbunyi, Perjalanan ribuan mil dimulai dari satu langkah pertama. Kenapa? Sebab, langkah pertamalah yang menentukan keberlanjutan kisah perjalanan kita. Ia, pada hakikatnya, serupaniat. Bisa juga kita sebut visi. Atau apalah namanya yang membuat kita untuk memutuskan untuk mengadakan perjalanan entah kemana. Yang jelas, di titik inilah, sebetulnya, kita menghimpun tujuan dan harapan. Bolehlah ia kita sebut sebagai starting point penentu keberhasilan perjalanan kita. Lalu, bagaimanakah langkah pertama perjalanan kita seharusnya dimulai? Di sinilah, saya teringat doa yang pernah dibaca Nabi Nuh as. Di atas. Semoga saja anda, terutama mereka yang pernah mengenyam dunia pesantren, masih mengingat kisah terbitnya doa tersebut. Kendati demikia, bila memori anda telah berkarat, seperti saya, mari kita ingat kembali potongan kisah itu: Syahdan, ketika mayoritas penduduk negeri Armenia membantah seruan kebajikan Nuh as., sebuah titah Allah melalui malaikat jibril- turun menyapanya: wahai Nuh, tanamlah benih pohon dari surga ini. Nuh yang selama ini telah 950 tahun berdakwah di hadapan mereka- bersegera menanamnya. Dalam beberapa tahun, pohon itupun tumbuh dan berkembang menjulang begitu tinggi. Ajaibnya, sejak pohon itu dibenamkan ke bumi hingga tumbuh besar; tak ada satupun bayi yang lahir. Setelah itu, jibril kembali menghampiri Nuh untuk menyampaikan wahyu Allah bahwa pohon itu harus segera ditebang dan dibuat bahtera. Kontan saja, perintah Allah yang satu ini menjadi bahan cemoohan penduduk Armenia yang kafir. Pasalnya negeri dimana mereka tinggal adalah dataran tandus. Musim penghujan pun belum datang. Untuk apa bahtera besar yang tengah digarap Nuh dan pengikutnya itu? Dan Allah memang punya rencana. Dia, Pemilik Sang Maha, tiba-tiba mengirim risalah wahyu untuk sang nabi, Wahai Nuh, segeralah berkemas! Himpunlah orang-orang yang beriman yang menjadi pengikutmu! Jangan lupa hewan-hewan jantan dan betina! Wahyu itu menyebar begitu cepat. Semua yang beriman sibuk. Semua berkemas. Semua bergegas. Dan, ketika bahtera itu memuat Nuh dan pengikutnya dan hewan-hewannya, dan barang-barangnya, tiba-tiba langit berubah kelam. Awan tebal memanyungi bumi. Dan hujan dahsyat pun turun menggenangi tempat mereka berpijak. Bukan hanya hujan, segenap mata air pun memancar. Tak ayal air bah pun melanda negeri, menyapu desa, melahap kota. Saat itulah, perahu yang dibuat Nuh dan pengikutnya mulai bergerak. Pada momen inilah, Nuh berkata: Bismillahi majraahaa wa mursahaa inna rabbi laghafuur rahiim. Di mata alim Thabathabai, lafal Basmallah yang dibaca Nuh adalah sebuah asa agar senarai kebajikan dan keberkahan senantiasa menyertai perjalanan bahtera mereka, terhitung sejak mereka bertolak dan
[daarut-tauhiid] Sang Lelaki Sang Wanita
SANG LELAKI SANG WANITA Dalam praktek kehidupan sehari-hari, laki-laki dan perempuan lantas memiliki ruang-ruang aktivitas sendiri-sendiri. Keduanya memiliki pasang surut dan dinamikanya sendiri-sendiri. Mayoritas laki-laki ingin tampil sebagai lelaki. Mereka ingin menguatkan fitrah lelakinya itu dengan berbagai atribut yang semakin menegaskan kelaki-lakiannya. Mulai dari pakaian, pekerjaan, rumah tangga, sampai berbagai aksesoris dalam kehidupannya. Demikian pula perempuan. Sebagian besar mereka juga ingin menampilkan kewanitaannya. Karena itu segala aktivitas mereka bertujuan untuk menonjolkan perbedaan itu. Semakin berbeda semakin menarik. Semakin sama, semakin membosankan. Begitulah kira-kira semangatnya. Dan itu memang terbukti kebenarannya. Dan memang begitulah seharusnya. Maka segala upaya dan energi pun dikerahkan untuk memberikan kepuasaan terhadap ekspresi gender itu. Secara individual, mayoritas lelaki ingin menampilkan diri sebagai sosok yang kekar dan kokoh. Pelindung wanita. Karena itu ingin diunggul-unggulkan dan dihormati. Sedangkan mayoritas wanita merasa senang jika dilindungi, disayangi dan dihargai. Karena itu kebanyakan justru mereka menempatkan diri dalam posisi itu. Lelaki cenderung agresif, sedangkan wanita cenderung defensif. Lelaki cenderung aktif, wanita cenderung pasif. Ini menjadi semacam insting gender. Memang ada beberapa perkecualian, pada sebagian lelaki dan wanita. Akan tetapi, kalau kita bicara secara statistik, maka sifat mayoritasnya adalah seperti itu. Sebagai contoh, kalau ada seorang laki-laki yang kerempeng, tak berotot, berkulit lembut, pasif, tak bisa melindungi, tak mampu menafkahi, dan sebagainya, maka lelaki seperti ini kurang diminati oleh wanita untuk menjadi pasangannya. Kebanyakan wanita ingin punya pasangan lelaki yang bisa melindunginya. Baik dalam artian fisik, finansial, maupun psikis alias kejiwaan. Lelaki yang lebih kokoh secara fisik lebih disukai oleh kebanyakan wanita, meskipun tidak harus seperti seorang binaragawan. Seorang lelaki yang kaya, juga lebih disukai wanita daripada lelaki yang miskin. Demikian pula lelaki yang memiliki kedewasaan sikap lebih disukai oleh kebanyakan wanita. Meskipun, ada beberapa perkecualian pada orang-orang tertentu. Tetapi sekali lagi kita bicara dalam skala mayoritas. Sebaliknya, kalau anda bertanya pada seorang lelaki, wanita macam apakah yang dia rindukan untuk menjadi pasangannya, maka anda akan memperoleh kondisi sebaliknya. Kebanyakan lelaki menyukai wanita yang berkulit lembut dan tidak terlalu berotot. Mereka juga lebih suka wanita yang tidak lebih kaya darinya. Kecuali lelaki itu memang ingin berlindung kepada sang wanita. Banyak kasus perceraian terjadi disebabkan oleh kalah tingginya penghasilan lelaki dibandingkan dengan wanita. Dan ini menjadi sumber pertengkaran terus menerus di dalam keluarga tersebut. Sekali lagi jika ditanyakan kepada lelaki - dengan kondisi normal - mereka akan lebih suka jika merekalah yang menafkahi keluarganya. Para lelaki juga lebih suka kepada wanita yang bermanja-manja kepadanya, butuh perlindungannya, butuh bimbingannya. Ini menjadi salah satu alasan, kenapa banyak pasangan lelaki dan perempuan selalu lebih tua si lelaki. Meskipun ada juga yang sebaliknya. Akan tetapi itu minoritas. Namun demikian, lelaki juga suka kepada wanita yang mandiri dalam kewanitaannya. Termasuk dalam sikap keibuannya. Itu bisa berarti keibuan bagi anak-anaknya, tapi sekaligus keibuan bagi pasangannya. Menariknya, sang wanita juga menyukai dirinya sebagai seorang ibu bagi anak-anaknya, sekaligus juga sebagai ibu bagi pasangannya. Tentu saja selama hubungan pasangan itu berjalan normal dan saling menghargai. Intinya, jika kita melihat kepada fitrah masing-masing, lelaki dan perempuan itu akan memperoleh kepuasan dan kebahagiaannya jika mereka bisa memenuhi fitrahnya. Lelaki sebagai lelaki dan perempuan sebagai perempuan... Sebagian pendapat menduga, ini adalah produk budaya. Artinya, kebiasaannya sejak dulu memang demikian, sehingga membentuk patron yang demikian pula. Akan tetapi, penelitian lebih lanjut tentang otak lelaki dan perempuan, ternyata menunjukkan bahwa mereka memang berbeda secara biologis. Bukan hanya fisik, melainkan sampai ke psikis dan perilakunya, dikarenakan fungsi otak dan hormon yang berbeda. Bisa saja kondisi ini dibentuk dan direkayasa untuk berubah, akan tetapi ketika lelaki dan perempuan itu berinteraksi lebih dekat, akan muncul kecenderungan untuk kembali ke fitrah semula. Jika dipaksakan berubah, yang terjadi adalah pertengkaran dan kemudian mereka bakal berpisah atau bercerai. Konsep pasangan akan runtuh. Dan kemudian mereka akan memilih hidup sendiri-sendiri. Lantas, bermunculanlah penyakit-penyakit sosial dikarenakan kegagalan tersebut. Ini adalah fitrah alam. Seperti halnya siang dan malam. Bisa saja dipaksakan seseorang mengalami siang terus menerus, atau
[daarut-tauhiid] Kenapa Berbeda
KENAPA BERBEDA Perbedaan laki-laki dan perempuan, ternyata sudah terjadi sejak saat-saat awal penciptaan manusia di dalam rahim. Penyebab utamanya adalah terbentuknya hormon yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki dikendalikan oleh hormon androgen. Sedangkan perempuan dipengaruhi oleh hormon estrogen. Hormon-hormon inilah yang bertanggungjawab terhadap terbentuknya fisik lelaki dan perempuan. Lelaki lebih berotot, sedangkan perempuan lebih lemah lembut. Lelaki berkumis dan bercambang, sedangkan perempuan tidak. Lelaki memiliki alat genital kelaki-lakian, sementara perempuan dengan genital kewanitaannya. Dan seterusnya. Tapi, darimanakah munculnya hormon-hormon itu? Dan kenapa bisa berbeda antara hormon lelaki dan hormon perempuan? Ternyata, ini disebabkan oleh perintah dari dalam genetika cikal bakal bayi. Rangkaian genetika adalah seperangkat perintah yang terdapat di dalam inti sel-sel manusia. Pada setiap inti selnya, manusia menyimpan sekitar 5 miliar perintah. Seperti program komputer saja layaknya. Pada saat pembentukan janin di dalam rahim, sperma sang ayah dengan ovum sang ibu menyumbangkan separo sifat-sifat mereka. Lantas, bergabung menjadi sebuah sel baru yang disebut sebagai Stem sel. Cikal bakal bayi. Di dalam sel tunggal itulah perintah penciptaan mulai berjalan. Ada perintah untuk membentuk kepala, membentuk tangan, kaki, dan berbagai organ-organ tubuh manusia, secara sempurna. Maka sel tunggal itu pun membelah menjadi bertriliun-triliun sel hanya dalam waktu sekitar 9 bulan. Dan kemudian membentuk struktur dan fungsi yang sangat canggih. Proses pembedaan antara lelaki dan perempuan dimulai hari ke-13 setelah sperma dan sel telur bergabung menjadi Stem sel. Dan baru berhenti sekitar 10 hari sesudah kelahiran bayi. Apakah yang terjadi saat itu? Ternyata ada jenis gen dalam sperma lelaki yang menyebabkan si bayi terbentuk menjadi bayi laki-laki atau bayi perempuan. Namanya Gen SRY alias Sexual Determining Region. Gen ini menghasilkan substansi yang disebut TDF, dan menyebabkan tumbuhnya alat kelamin lelaki atau alat kelamin perempuan. Adalah sangat menarik, jenis kelamin bayi yang akan lahir itu ternyata ditentukan oleh sang ayah lewat kromosom Y yang terdapat pada spermanya. Sedangkan sel telur ibu bersifat pasif dalam hal ini. Kromosom ayah memiliki kode XY. Sedangkan kromosom ibu berkode XX. Jika kromosom Y dari ayah bertemu dengan kromosom X dari ibu, maka janin tersebut akan berkembang menjadi bayi lelaki. Jika kromosom X dari ayah yang bertemu dengan X dari ibu, maka janin berkembang menjadi bayi perempuan. Ini persis seperti yang diceritakan oleh Al-Quran, bahwa penentu jenis kelamin lelaki dan perempuan adalah sperma ayah, bukan sel telur ibu. QS. An Najm (53): 45-46 dan sesungguhnya Dialah yang menciptakan pasangan laki-laki dan perempuan, dari sperma yang dipancarkan. Ini sungguh luar biasa. Sejak belasan abad yang lalu Al-Quran telah menunjukkan bahwa penentu jenis kelamin pada seorang bayi ternyata adalah sperma yang dipancarkan oleh sang ayah. Dan kini hal tersebut telah dibuktikan oleh ilmu pengetahuan. Hal ini sekaligus membuktikan bahwa antara laki-laki dan perempuan memang memiliki fungsi yang berbeda tapi saling melengkapi. Tidak bisa disamakan. Jika anda ingin memiliki bayi dengan jenis kelamin tertentu, maka yang harus direkayasa adalah sperma sang ayah. Nah, sejak penentuan jenis kelamin itu terjadi, maka janin bakal menghasilkan hormon yang berbeda. Pada janin laki-laki, ia akan menghasilkan hormon androgen alias hormon lelaki. Sedangkan pada wanita akan menghasilkan hormon estrogen. Sejak sekitar hari ke 13 itu janin laki-laki menghasilkan hormon-hormon lelaki yaitu testosteron dan MIS (Mullerian duct Inhibiting Substance). Kedua jenis hormon ini akan menyebabkan otak si janin bertumbuh menjadi otak laki-laki. Testosteron berfungsi untuk membentuk alat kelamin lelaki dengan segala perlengkapannya, serta menekan terbentuknya kelenjar susu. Sedangkan MIS bertugas untuk mencegah terbentuknya alat kelamin wanita, termasuk rahim dan saluran telur. Dengan demikian, secara berangsur-angsur janin itu akan mengarah kepada bentuk lelaki dengan segala kekhasannya. Sebaliknya, janin akan menjadi perempuan jika hormon yang bekerja adalah hormon-hormon estrogen. Secara bertahap si janin akan membentuk semua kelengkapan organ tubuh wanita. Perkembangan tersebut - baik pada lelaki maupun wanita - terjadi selama pembentukan bayi di dalam rahim, sampai usia sekitar 10 hari setelah kelahiran. Jika, dalam kurun 10 hari itu terjadi pengaruh-pengaruh pada sistem organ seks mereka, atau fungsi otaknya, maka boleh jadi hal itu akan mengganggu perilaku seksualnya di kemudian hari. Sebagai contoh, jika hewan percobaan yang berkelamin jantan dikebiri sesaat setelah kelahirannya, maka di waktu-waktu selanjutnya hewan tersebut akan bertingkah laku sebagai betina. Demikian
[daarut-tauhiid] Keseimbangan Adalah Kebahagiaan
KESEIMBANGAN ADALAH KEBAHAGIAAN KUNCI keberhasilan dan kebahagiaan dalam berpasangan adalah terjadinya keseimbangan. Jika berpasang-pasangan itu dilakukan dengan cara menabrak keseimbangan maka hasilnya pun adalah masalah. Jadi, tidaklah cukup kita hanya menciptakan mekanisme berpasang-pasangan. Karena banyak sekali proses berpasangan itu yang dilakukan dengan mengabaikan persyaratan mendasarnya yaitu keseimbangan. Secara alamiah, sebenarnya alam ini sudah diciptakan Allah dalam keseimbangan sempurna. Karena itu, jika kita mengikuti mekanisme alamiah saja, sebenarnya kita pasti akan berada dalam keseimbangan sempurna. Ketidak-seimbangan itu justru muncul karena campur tangan manusia yang serakah. Mementingkan diri sendiri. Berpasang-pasangan dalam keseimbangan, itulah kunci keberhasilan dan kebahagiaan. Di sana akan muncul mekanisme saling memberi dan saling menerima. Tidak ada yang ingin menjatuhkan pasangannya. Karena, menjatuhkan pasangan sama saja dengan menjatuhkan dirinya sendiri. Kehilangan pasangan berarti memunculkan ketidakseimbangan. Dampaknya akan kembali kepada dirinya sendiri. Jika kita semua memahami mekanisme sederhana ini, sebenarnya kita bakal dengan mudah mencapai keberhasilan dan kebahagiaan... Ambillah contoh: manusia berpasangan dengan alam. Jika kita menyadari bahwa kita sedang berpasangan dengan alam, maka kita harus siap untuk saling memberi dan menerima. Kalau kita berpasangan dengan alam tetapi serakah: hanya siap menerima, tidak mau memberi, maka yang muncul bukan kesuksesan dan kebahagiaan. Melainkan ketidakseimbangan yang berujung pada penderitaan dan bencana. Inilah yang sekarang sedang dialami oleh manusia di seluruh muka Bumi. Ya, kita semua sedang menuai hasil perbuatan kita sendiri. Kerusakan hutan, penambangan liar, industrialiasi yang kebablasan, dan berbagai perusakan lingkungan, maupun ekplorasi sumber daya laut yang tidak terkontrol, adalah cermin betapa kita tidak bisa berbuat seimbang dalam berpasangan dengan alam. Hasilnya bisa dipastikan, bukan kesuksesan dan kebahagiaan, melainkan bencana. Bukan pada generasi perusaknya, melainkan pada generasi berikutnya. Kita telah mewariskan masalah besar bagi kehidupan anak cucu kita. Bukan hanya alam. Jika kita berpasangan dengan orang lain dalam berbisnis, kita pun harus bisa menjaga keseimbangan. Jangan berpikir serakah, dan mengekploitasi mitra bisnis kita. Sebab, jika mitra bisnis kita ambruk, kita pun bakal ambruk. Kita harus menjaga mereka supaya bisa memberikan kelangsungan bisnis jangka panjang. Selain menerima, kita harus berupaya untuk memberi kepadanya. Pasangan kita sukses, kita juga bakal sukses. Dalam hal laki-laki dan wanita sama saja. Jika kita berpasangan dengan lawan jenis kita, maka jangan berpikir untuk mengeksploitasinya. Yang harus kita lakukan adalah menjaganya supaya ia tetap bisa eksis dan bahagia. Sungguh, jika pasangan kita bahagia, ia pun akan memberikan kebahagiaan kepada kita. Memberi kebahagiaan adalah kata kunci untuk memperoleh kebahagiaan pada giliran berikutnya. Memberikan kesuksesan kepada pasangan kita, adalah kata kunci untuk meraih kesuksesan kita sendiri pada giliran berikutnya. Sayangnya seringkali kita berpikir sebaliknya. Kita menuntut pasangan kita untuk memenuhi keinginan kita agar kita bahagia. Lantas, sebaliknya, pasangan kita juga menuntut untuk dipenuhi keinginannya agar ia bahagia. Yang terjadi kemudian adalah saling menuntut untuk diberi kebahagiaan. Tanpa pernah memperoleh kebahagiaan itu sendiri. Kata kuncinya adalah keseimbangan. Dan keseimbangan itu bukan diperoleh dengan cara menuntut, melainkan dengan cara memberikan kontribusi agar tercapai keseimbangan yang dimaksud. Kembali kepada fitrah, alam semesta sebenarnya sudah didesain oleh Allah dalam keseimbangan sempurna. QS. Al Mulk (67): 3 Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? QS. Al Infithaar (82): 7 Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikanmu seimbang, Jadi, agar tercapai keseimbangan yang harus dilakukan adalah merendahkan ego kita masing-masing. Sebaliknya, meninggikan kepentingan orang lain, atau pasangan kita. Kita harus bersabar dalam hal ini. Sebagaimana bercocok tanam. Seorang petani tidak bisa langsung menuntut sawah atau kebunnya untuk memberikan hasil panen seperti yang diinginkannya. Dia harus mengolah tanah itu terlebih dahulu, memupuknya, menyiraminya, dan merawatnya dengan baik. Karena ia memberikan perhatian dan usaha kepada sawah atau kebunnya itu, maka ia lantas memperoleh balasan atas perhatian dan usaha yang dilakukan kepada pasangannya tersebut, berupa panen. Semakin besar ia memberikan, maka semakin besar pula ia akan menerima hasilnya. Tidak ada yang
[daarut-tauhiid] Semua Diciptakan Berpasangan
SEMUA DICIPTAKAN BERPASANGAN ALLAH menciptakan segala yang ada di alam semesta ini berpasang-pasangan. Saling melengkapi. Sekaligus saling mengisi. Saling bekerjasama. Saling mengimbangi. Saling mempengaruhi satu sama lain. Dan saling menyempurnakan. Karena berpasang-pasangan itu, jika salah satunya tidak ada, yang lain bakal merasa kehilangan. Bakal timpang. Bakal memunculkan masalah. Dan berbagai persoalan lainnya. Bagaikan malam dengan siang. Atau, tangan kanan dan tangan kiri. Kaya dan miskin. Penguasa dan rakyat jelata. Orang pintar dan orang bodoh. Ulama dan awam. Dan seterusnya. Pernahkah Anda membayangkan adanya siang tanpa ada malam? Lantas apa gunanya, dan apa maknanya? Atau sebaliknya ada malam tanpa ada siang? Yang ada, bakal muncul masalah. Sehingga Allah mempertanyakan hal itu kepada kita di dalam Al-Quran, agar kita berpikir. QS. Al Qashash (28): 71-72 Katakanlah: Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu malam itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan sinar terang kepadamu? Maka apakah kamu tidak mendengar? Katakanlah: Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu siang itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan malam kepadamu yang kamu beristirahat padanya? Maka apakah kamu tidak memperhatikan? Siang dan malam adalah pasangan serasi yang memungkinkan terjadinya kehidupan di muka bumi. Jika Bumi hanya memiliki siang saja, maka kehidupan di muka bumi ini bakal musnah, karena terlalu panas. Permukaan Bumi bakal mendidih hanya dalam hitungan beberapa ratus jam saja. Sebaliknya, jika Bumi hanya memiliki malam, di Bumi pun tidak bakal muncul kehidupan. Sebab permukaan bumi bakal membeku. Juga hanya dalam hitungan ratusan jam saja. Pergantian siang dan malam itulah yang menyebabkan munculnya mekanisme kehidupan secara sempurna di muka bumi. Allah memperpasangkan siang dan malam demi terciptanya kehidupan manusia di dalamnya. Itulah yang digambarkan Allah dalam berbagai ayatNya. QS. Al Jaatsiyah (45): 5 dan pada pergantian malam dan siang, dan hujan yang diturunkan Allah dari langit lalu dihidupkanNya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya; dan pada perkisaran angin terdapat pula tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berakal. Bukan hanya soal siang dan malam saja, Allah menciptakan pasangan. Kaya-miskin pun adalah sebuah pasangan yang serasi. Bisakah Anda bayangkan jika manusia di muka Bumi ini kaya semua? Siapakah yang mau melayani yang lain? Demikian juga bila miskin semua, siapa yang bakal membiayai kehidupan sosial? Maka, kehidupan sosial kita bakal berhenti karenanya. Penguasa dan rakyat, juga pasangan yang serasi. Tak mungkin ada penguasa jika tidak ada rakyat. Sebaliknya rakyat juga butuh penguasa untuk mengatur kehidupan kolektifnya. Keduanya berpasangan saling membutuhkan, dan saling melengkapi. Ulama dan awam pun saling membutuhkan. Keduanya adalah pasangan. Ulama hanya bisa disebut ulama - dan kemudian menjadi bermanfaat - karena ada orang awam. Dan orang awam pun disebut orang awam karena ada pembandingnya, sang ulama. Dan seterusnya. Dan sebagainya. Seluruh alam semesta diciptakan Allah secara berpasang-pasangan. Persis seperti dikemukakan olehNya dalam ayat berikut ini. QS. Adz Dzaariyaat (51): 49 Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah. Dalam kasus yang lebih khusus Allah menyebut tumbuh-tumbuhan, binatang dan manusia pun diciptakan secara berpasang-pasangan. Termasuk segala sesuatu, yang tidak kita ketahui. QS. Yasin (36): 36 Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan berpasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui. QS. Asy Syuura (42): 11 (Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Ya, manusia diciptakan Allah berpasang-pasangan. Secara fisik maupun fungsinya. Secara fisikal, manusia diciptakan sebagai pasangan laki-laki dan perempuan. Dan secara fungsi, manusia juga membutuhkan pasangan-pasangan dalam skala yang lebih luas di bidang sosial, politik, ekonomi, budaya, dan sebagainya seperti telah kita ungkap di depan. Laki-laki adalah pasangan wanita. Demikian pula sebaliknya. Jika mereka tidak berpasangan, atau memilih pasangan yang lain, maka hasilnya adalah masalah. Baik secara individual, ataupun sosial. Kenapa demikian? Sebab, keduanya memang diciptakan bersifat komplementer. Saling melengkapi dan membutuhkan. Secara fisik maupun secara fungsi. Begitulah memang fitrahnya. Begitulah desain penciptaannya. QS. An Najm (53): 45 dan bahwasanya Dialah
[daarut-tauhiid] Bersama Allah Kembali Ke Rumah
BERSAMA ALLAH KEMBALI KE RUMAH SALAM PERPISAHAN Ternyata pergi ibadah haji, Hakekatnya adalah untuk pulang kembali Ada pertemuan tentu ada pula perpisahan. Itulah ungkapan bijak yang sering kita dengar di dalam kehidupan kita. Demikian pula dengan ibadah haji. Kurang lebih empat puluh hari para jama'ah melakukan perjalanannya mulai dari rumahnya sampai kembali untuk menjumpai keluarganya. Saat baru datang menjumpai ka'bah, setiap jamaah terperangah dan terkesan dengan baitullah itu. Setelah setiap hari melakukan thawaf mengelilingi ka'bah, dan akhirnya harus berpisah karena masa haji sudah usai, maka tiada terkira sedihnya perasaan. Tidak jarang para jama'ah haji yang berlinang air mata, ketika harus meninggalkan ka'bah. Kerinduannya nampak jelas pada raut wajahnya, meskipun mereka belum berpisah. Maka dengan rasa terpaksa mereka pun kembali pulang ke hotelnya untuk mengemas barang-barang bawaannya. Kembali ke tanah air. Bahkan jamaah haji yang sudah menerima pelajaran banyak tentang makna kehidupan dari rangkaian ibadah haji, ia harus mampu mengambil pelajaran bagaimana seorang hamba harus kembali kepada Sang Penciptanya. Untuk bertemu dengan harapan akan mendapatkan ridhaNya. Hanya orang-orang yang yakinlah, yang bertemu Allah dengan rasa bahagia. QS. Al Baqarah (2) : 46 (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. QS. Al-Maidaah (S) : 105 Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk. Hanya kepada Allah kamu kembali semuanya, maka Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. QS. Al-A'raaf (7) : 29 Katakanlah: Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan. Dan (katakanlah): Luruskanlah muka (diri) mu di setiap shalat dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. Sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian pulalah) kamu akan kembali kepadaNya. QS. Yunus (10) : 4 Hanya kepadaNyalah kamu semuanya akan kembali; sebagai janji yang benar daripada Allah, sesungguhnya Allah menciptakan makhluk pada permulaannya kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali (sesudah berbangkit), agar Dia memberi pembalasan kepada orang-orang yang beriman dan yang mengerjakan amal saleh dengan adil. Dan untuk orang-orang kafir disediakan minuman air yang panas dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka. QS. Al-Mukmin (40) : 3 Yang Mengampuni dosa dan Menerima taubat lagi keras hukuman-Nya; Yang mempunyai karunia. Tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Hanya kepada-Nyalah kembali (semua makhluk). Hidup ini adalah sebuah perjalanan. Semoga dengan peristiwa haji ini kita semua akan semakin sadar bahwa kita akan kembali kepadaNya. Kita berharap bahwa perjalanan ini bisa menjadi pelajaran istimewa, bagi yang sudah pernah pergi ke baitullah, ataupun yang belum mendapatkan kesempatan untuk pergi kesana. Semua manusia, (bagi yang mampu) diwajibkan untuk pergi ke tanah suci, agar menyadari bahwa kelak kita semua ini akan kembali kepada Dzat Yang Maha Memiliki. Ternyata hakekat dari itu semua adalah 'Pergi untuk Kembali'.. PERJALANAN AIR MATA Sejak berangkat sampai pulang kembali, Tiada hentinya air mata menghiasi perjalanan ini Ketika tanganku, aku gerakkan untuk menulis bagian ini, anganku melayang pada bagian depan dari perjalanan ini. Dan setelah kutuangkan seluruh perjalanan para jamaah itu..., akh, ternyata hanya ada satu kesimpulan bagiku. Bahwa perjalanan haji adalah perjalanan air mata Betapa pertama kali, seorang jama'ah ketika meninggalkan rumah dan keluarganya, ia menangis karena akan meninggalkan sanak saudaranya. Ketika pesawat mulai bergerak menuju tanah Haram, para jama'ah pun banyak yang melelehkan air mata, karena terharu bisa berangkat untuk 'bertemu' dengan Allah di Baitullah. Ketika para jamaah berdo'a di Raudhah, di dekat makam Rasulullah saw, tiada tertahankan lagi air mata jatuh berderai, membasahi sajadah. Ketika para jama'ah, pertama kali menatap ka'bah baitullah, sungguh hati bergetar, dan tanpa terasa airmata pun jatuh membasahi pipinya. Ketika para jama'ah berdo'a di Multazam, tiada hentinya air mata berderai membasahi dinding ka'bah. Ketika suara adzan terdengar, air mata pun berderai bagi yang menghayatinya. Ketika para jama'ah melakukan wukuf di Arafah, justru di sinilah intinya. Seolah mata menjadi kering karena terlalu banyak air mata yang tertumpahkan. Mengapa? Sebab ketika matahari mulai tergelincir ke arah barat, do'a demi do'a, pengharapan akan diampuni dosanya, semua tertumpah saat-saat itu.. inilah wukuf yang luar biasa. Tak ada yang tahan hati manusia. Karena masing-masing telah mengakui dosa dan kesalahannya. Semua menangis, semua tundukkan kepala, mohon ampunanNya. Bersama saudara seakidah umat muslim se dunia. Ketika para jama'ah
[daarut-tauhiid] Air Mata di Bukit Cinta
Bersama Allah di Arafah dan Mina Inilah sebait puisi yang tertulis di padang arafah... Ketika aku merenung sendiri mencoba memahami arti semua perjalanan haji. Ternyata aku tak bisa menemukan jawabnya! Kecuali hanya bisa menghapus air mata yang terus. Semoga tulisan ini bisa sedikit mewakili bagaimana suasana hati para jama'ah yang sedang menunggu saat-saat wukuf yang mendebarkan hati di padang Arafah saat itu. Arafah,... Sebuah padang yang lengang dan sepi Bukit berbukit tanpa penghuni Saat delapan dzulhijjah, ketika tergelincirnya matahari Datang manusia dari berbagai pelosok negeri Talbiyahpun mulai bergema, Takbir membahana, langit dunia pun belah sudah... dan istighfarku mulai merintih... ya Allah, ya Rabbi, tiada terhiraukan lelahnya badan lelahnya kaki semua kini telah datang.. sungguh gemetar badan ini ya Allah, lebih gemetar lagi hati kami... takutku, rinduku, menyatu dalam dada kecil ini. Tuhan, Kini tangan-tangan kami yang kotor ini Telah terangkat di depan dada kami 'tuk mohonkan ampun atas dosa yang tiada pernah terhitung lagi. Ya Allah, Malam ini...berjuta orang tertidur lelap dibuai mimpi Sementara, air mata kami habis Mengiringi dzikir dan istighfar kami. Ya Allah, Kami datang menyaksikan keagunganMu Kami datang karena panggilanMu, Kami datang... Kami datang ya Allah... ...Astaghfirullaahal adziim... AIR MATA DI BUKIT CINTA Mengapa seseorang yang berdiri di Bukit itu, bisa meneteskan air mata...? . Pak Didik, yang kebetulan pergi haji seorang diri, ia bebas saja pergi ke mana-mana. Pulang dari masjid langsung ke hotel atau seterusnya bermalam di masjid, tak ada yang melarangnya. Pergi belanja ke mana saja ia pun seorang diri. Kebetulan memang ia adalah orang yang suka pergi menyendiri. Tak ada yang mengetahui mengapa saat itu ia tidak mengajak istrinya. Apakah karena biayanya yang belum mencukupi untuk dua orang, ataukah karena alasan lain. Pada saat itu hari masih pagi. Para jama'ah yang sudah datang di Arafah, setelah melakukan shalat subuh mereka memanfaatkan waktunya untuk berjalan-jalan di sekitar Arafah. Ada yang naik bukit, ada yang berjalan-jalan saja. Ada yang menikmati pemandangan bukit Arafah, ada yang hanya diam duduk menyendiri merenungi hakekat perjalanan haji. Begitu pula dengan pak Didik. Ia berjalan-jalan di sekitar Arafah. Ketika banyak orang menuju ke suatu tempat, ia pun mengikuti mereka untuk berjalan kaki menuju ke titik tertentu. Ternyata mereka berjalan menuju sebuah bukit kecil yang berbatu. Semua orang dengan perlahan dan hati-hati menaiki tanah bebatuan yang sedikit terjal. Dan akhirnya mereka berhenti pada sebuah tugu yang di sekitarnya banyak batu-batu yang mengelilinginya. Ada sedikit tanah datar di sekat tugu tersebut. Orang-orang berhenti di depan tugu, dan ternyata bukit kecil itu adalah Jabal Rahmah. Sebuah bukit cinta, yang konon kabarnya di sinilah Adam as dan Siti Hawa bertemu setelah mereka berpisah sekian tahun lamanya. Orang-orang ramai berdo'a di depan tugu tersebut. Meskipun suasana secara fisik cukup ramai, tetapi karena masing-masing orang berdo'a, maka suasananya menjadi teduh, dan damai. Bahkan sedikit bernuansa romantis, karena banyak suami dan istri yang menitikkan air mata sambil menengadahkan kedua tangannya. Mohon ampun, mohon bahagia, mohon keluarga sakinah,...dsb. Demikian juga dengan pak Didik. Ketika ia berdiri di depan tugu Jabal Rahmah, ia tak tahu harus berbuat apa. Berdo'a yang bagaimana. Maka ia diam saja sambil merenung dan menerawang jauh...ke alam fikirannya. Tiba-tiba saja, fikiran pak Didik melayang jauh. Dan tiba-tiba ia ingat akan anak-anaknya. Setelah itu ia ingat istrinya yang ia tinggalkan di rumah sendiri, yang boleh jadi saat itu lagi memasak di dapur untuk anak-anaknya. Tiba-tiba pak Didik teringat akan seluruh kebaikan istrinya. Siang dan malam bekerja begitu rajinnya. Meskipun hanya bekerja untuk rumah tangganya saja. Saat itu bagi pak Didik, istrinya nampak begitu baik. Segala kekurangannya tertutupi oleh kelebihannya. Tetapi kebaikan sang istri tersebut tidak pernah ia sadari. Maka tanpa ada yang menyuruh, mata pak Didik mulai berkaca-kaca menahan jatuhnya setetes air mata. Barulah pak Didik menyadari, apa yang telah dilakukan oleh istrinya setiap hari itu, adalah untuk membahagiakan dan menyenangkan anak dan suaminya... akh, betapa salahnya aku.. kata pak Didik terhadap dirinya sendiri Apalagi, pak Didik mengetahui bahwa sekarang ia sedang berdiri di bukit cinta. Yaitu tempat Adam dan Hawa bertemu setelah mereka berpisah sekian lama, maka bertambah bercucuranlah air matanya. Maka dengan mantap pak Didik pun berdo'a kepada Allah, agar ia diberi kesempatan, diberi kesehatan, diberi kemampuan, untuk bisa datang kembali ke tanah suci ini bersama istrinya... Sampai sesenggukan pak Didik menangis menyesali kesalahannya. Betapa ia sering kali marah kepada istri yang begitu baik.
[daarut-tauhiid] ATM Langit
ATM LANGIT Apa itu ATM langit...? Suasana haji memang sangat istimewa. Paling tidak, bagiku. Sebab setiap kegiatan apa saja, selalu saja aku hubungkan dengan kebesaran Allah Swt, sebagai Dzat Yang Maha Pengatur segala urusan makhlukNya. Tidak terkecuali ketika aku sedang istirahat setelah melakukan shalat dhuhur. Tiba-tiba saja aku teringat akan semua persoalan dalam hidup, khususnya tentang keuangan atau rezeki yang oleh setiap orang dalam kehidupan rumah tangganya selalu menjadi fokus perhatian utama. Saat itu aku bisa melihat suatu keanehan pada perjalanan hidupku. Khususnya berkaitan dengan rezeki. Tetapi hal itu tentu berlaku secara umum, artinya bagi siapa saja. Hanya saja mungkin tidak banyak orang-orang yang sempat bertafakur tentang keanehan ini. Aku merasa bahwa dalam persoalan rezeki, Allah Swt telah mengemudikan perputaran rezeki setiap orang dengan luar biasa. Begitu cermat, dan tepat waktu. Maka anganku melayang pada berbagai peristiwa yang terjadi beberapa waktu yang lalu... Suatu saat, temanku, pak Riduwan bercerita. Baru saja kami memberi pisang satu sisir kepada famili yang mau pulang dari rumah kami setelah ia bermalam satu hari, ternyata tanpa kami sangka-sangka pada sore harinya ada seorang kenalan yang datang ke rumah membawa pisang satu tandan (berisi sekitar 7 sisir pisang) MasyaAllah... pisang satu sisir yang kami berikan tanpa tendensi apa-apa tersebut, di ganti oleh Allah dengan tujuh sisir... Lain lagi pengalaman pak Mansyur. Suatu saat pak Mansyur kehilangan sepeda motor kesayangannya. Sepeda motor tersebut dicuri orang di hadapan pak Mansyur sendiri, saat ia mau berangkat sholat jumat. Sepeda motor yang sudah dikunci itu ia letakkan di teras rumahnya. Ketika orang di kampungnya sudah hampir berangkat ke masjid, saat itu pula pak Mansyur keluar untuk pergi ke masjid. Tak disangka ada seorang yang tak dikenal masuk lewat pintu pagar. Kebetulan tidak terkunci. Langsung saja sepeda motor itu dilarikan oleh orang tak dikenal tersebut... Pak Mansyur berusaha mengejar. Tapi tak mampu berlari mengejar sepeda motor yang dilarikan dengan kencang itu. Apalagi saat itu pak Mansyur sedang memakai sarung mau berangkat ke masjid. Maka ia hanya bisa berteriak minta tolong. Namun apa dikata, semua orang laki-laki sudah sepi karena semua sedang berada di masjid. Maka sepeda motor satu-satunya yang dimiliki pak Mansyur itu pun hilang. Padahal ia sangat memerlukannya untuk antar jemput sekolah anak-anaknya! Raib bersama sang pencuri yang kabur dengan begitu cepatnya... Tinggallah pak Mansyur yang merana, merenung, bersedih, bahkan bingung... Apa yang harus dibuatnya ia tidak tahu. Hari-hari setelah kehilangan sepeda motor itu, pak Mansyur bersama istrinya hanya bisa berdo'a dan berdo'a. Bahkan sering ia melelehkan air mata sendirian ketika anak-anaknya bertanya, dengan apakah mereka berangkat sekolah? Padahal sepeda motor itu dipakai bergantian untuk mengantar dan menjemput dua anaknya yang sekolah di Sekolah Dasar, dan seorang anaknya yang di Sekolah Menengah Pertama. Ah, sudahlah! Semua yang sudah terjadi merupakan ketetapan yang tidak bisa diubah lagi Demikian pak Mansyur menghibur dirinya. Akhirnya ia berusaha untuk merupakan kejadian itu. Satu hari, dua hari, seminggu, dua mingu..! Hari itu tepat dua minggu atau empat belas hari, dari kejadian hilangnya sepeda motor pak Mansyur. Pada hari itu kebetulan istri pak Mansyur membuat kue sederhana untuk dimakan sekeluarga. Seperti kebiasaan keluarga itu, mereka sering memberi kue kepada para tetangganya kalau kebetulan sedang membuat kue. Memang bu Mansyur dikenal cukup supel dan sangat ringan tangan kepada para tetangganya. Ia selalu membagi-bagi kue hasil tangannya untuk siapa saja. Ketika itu pak Mansyur dan istrinya memberi kue kepada seorang kenalan yang sudah cukup lama, mereka tidak silaturahim ke rumahnya. Sore itu, sambil bercanda ala kadarnya pak Mansyur dan istrinya terlibat dalam percakapan akrab dengan kenalannya yang sudah cukup lama tidak mereka temui itu. Tiba-tiba pak Sofyan, dan istrinya bertanya: Saya dengar anda barusan kehilangan sepeda motor...?, pak Mansyur pun menjawab ala kadarnya. ..iya, pak, iya bu... koq bapak-ibu tahu... dari mana? Jawab pak Sofyan dan bu Sofyan hampir bersamaan : ... iya, ada orang yang kira-kira seminggu yang lalu bercerita kepada kami... ..Terus bagaimana pak Mansyur mengantarkan anak-anak ke sekolah ? Pak Mansyur pun seperti diingatkan akan sesuatu yang sudah terlupakan... Maka kembali pak Mansyur tanpa sengaja menunjukkan ekspresi sedihnya. Karena ia teringat kepada anak-anaknya. Pak Mansyur tidak menjawab, ia hanya bisa menerawang ke langit berusaha menyembunyikan rasa sedihnya. Pak Sofyan dan bu Sofyan, rupanya mengetahui perasaan itu, maka mereka juga berdiam diri. Akhirnya setelah mereka sama-sama terdiam beberapa saat, Bu Sofyan membuka pembicaraan, yang sangat
[daarut-tauhiid] Ilmu Pedang Nabi Ibrahim
ILMU PEDANG NABI IBRAHIM Baca..., ilmu pedang nabi Ibrahim... Ketika menulis cerita singkat tentang mobil mogok tersebut, aku jadi teringat pada sebuah peristiwa sejarah yang sangat indah dan sangat dramatis. Yang terjadi pada diri nabi Ibrahim as dan putranya Ismail as. Sebuah babak drama kehidupan yang indah mempesona, yang akan menguras air mata bagi saja yang menghayati ceritanya. Betapa tidak, Nabi Ibrahim sebagai seorang yang lembut hatinya, yang mendambakan seorang putra idaman dalam kurun waktu yang lama, ketika harapan itu dipenuhi oleh Sang Pencipta, justru diperintahkan untuk mengorbankannya. Ya, ketika sang anak beranjak dewasa dalam usia yang masih belia, Allah Swt justru menyuruh Ibrahim untuk menyembelih putra kesayangan dengan tangannya sendiri... QS. Ash-Shaafaat (37) : 102 Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu! Ia menjawab: Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar. Buah hati yang diidamkan sepanjang hari sejak ia mempersunting istri pertamanya. Kini oleh Allah disuruhnya menyembelih dengan tangannya sendiri...Allaahu akbar! Kalaulah ini sekedar sebuah dongeng yang bukan nyata, tentu tidak akan berbekas pada hati manusia. Tetapi ini sebuah sejarah. Sebuah fakta. Sebuah ujian yang teramat berat bagi dua orang anak manusia yang telah membuktikan pada dunia, bahwa cinta mereka kepada tuhannya melebihi cintanya kepada dirinya sendiri. Dengan kemantapan iman yang tiada tara, dilaksanakan juga perintah Allah Swt itu dengan terlebih dahulu ia rundingkan dengan sang buah hatinya. Maka dengan izin' sang putra, Nabiyullah Ibrahim melakukan perintah Tuhan Yang Maha Kuasa di tempat yang jauh dari jangkauan manusia. Sejarah berkata, ketika pedang Ibrahim berkelebat hampir menyentuh leher halus nan mulus sang putra, maka pada saat yang tepat dan kritis itu turunlah para malaikat yang dengan kecepatan laksana cahaya mengganti sang putra tercinta Ismail dengan seekor gibas Maka selamatlah Ismail dari maut di tangan ayahandanya sendiri... Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha illallahu Allahu akbar, Allahu akbar walillahil haimd Subhaanallah, Cerita indah ini memberi pesan kepada kita semua, barang siapa yang bertaqwa, istiqomah dan mengutamakan kecintaan kepada Allah dalam Menjalankan perintahNya, maka pada saat yang tepat dan kritis, InsyaAllah, Allah Swt akan menolongnya dari berbagai macam kesulitan... Inilah ilmu 'pedang Ibrahim' yang akan dikenang sepanjang masa oleh jutaan umat manusia... Inilah ilmu 'pedang Ibrahim' yang akan menguras air mata bagi siapa saja yang menghayati kisah cintanya. Dan inilah ilmu 'pedang Ibrahim' yang harus kita jadikan sebagai suri tauladan cinta dalam kehidupan kita sepanjang masa. Sebenarnya, janji Allah kepada orang-orang yang bertaqwa sudah tertera dengan begitu jelas di dalam kitabNya. Yaitu kitab suci Al-Qur'an Al Kariim. Bahkan Allah Swt telah memberikan janjiNya kepada orang yang taqwa dengan begitu banyak dan begitu terinci 1. Orang taqwa menempati tempat yang mulia pada hari kiamat QS. Al-Baqarah (2) : 212 Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. Dan Allah memberi rezki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas. 2. Orang taqwa mendapat balasan Surga QS. Ali Imran (3) : 15 Katakanlah: Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu? Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah: Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. 3. Orang taqwa mendapat keberuntungan QS. Al-Maidah (5) : 100 Katakanlah: Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan. 4. Orang taqwa tidak merasa khawatir QS. Al-A'raaf (7) : 35 Hai anak-anak Adam, jika datang kepadamu rasul-rasul daripada kamu yang menceritakan kepadamu ayat-ayat-Ku, maka barangsiapa yang bertakwa dan mengadakan perbaikan, tidaklah ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. 5. Orang taqwa mendapatkan barokah dari langit dan bumi QS. Al-A'raaf (7) : 96 Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa
[daarut-tauhiid] Perjuangan Sang Ibunda
PERJUANGAN SANG IBUNDA Andaikata, sang Ibu tidak berjuang dengan gigih... sungguh tidak pernah ada air zam-zam seperti sekarang ini Setelah para jama'ah melakukan thawaf dengan cara mengelilingi ka'bah sebanyak 7 kali, maka mereka menuju bukit shafa, untuk melakukan sa'i. Yaitu berjalan dan berlari-lari kecil dari shafa ke marwa dan sebaliknya. Juga sebanyak tujuh kali. Dalam melakukan perjalanan ini, seorang jamaah haji sebaiknya memahami terlebih dahulu apa makna di balik kegiatan ini. Sesungguhnya semua kegiatan dalam perjalanan haji tidaklah pernah lepas dari sejarah anak manusia yang imannya tiada tara. Yaitu nabi Ibrahim as dan keluarganya. Demikian juga dengan sa'i ini. Ketika nabi Ibrahim harus meninggalkan istrinya Siti Hajar bersama anak kesayangannya Ismail, sungguh sangat berat hati Ibrahim. Tetapi Karena hal itu merupakan bagian dari ujian hidupnya, ia pun melakukan dengan hati tawakal. Dengan menitikkan air mata Nabi Ibrahim berdo'a kepada Allah : Ya Rabbi, telah aku tinggalkan anak dan istriku di lembah yang tandus tiada berpenghuni ini, jauh dari keramaian manusia, jauh dari tanaman berbuah. Berilah mereka rezekiMu ya Allah, dan jadikanlah hati manusia tertarik kepada mereka... Maka di sinilah awal dari sejarah sa'i dimulai. Sang Ibunda begitu gelisah, tanpa Ibrahim di sampingnya. Ia mencari pertolongan kesana-kemari, berlari-lari kecil kebingungan untuk menolong buah hatinya yang lagi kehausan. Yang bibirnya sudah kering karena sudah lama tidak tersentuh air. Maka dengan perjuangan yang tulus dari seorang ibunda, Allah Swt Yang Maha Mengetahui hati manusia, Dia memberikan pertolonganNya kepada dua anak manusia itu, ibu dan anak yang lagi ditimpa kesulitan yang tiada tara. Maka dengan perantaraan malaikat Jibril, ditolongNya Hajar dan Ismail dengan cara dibuatkan sebuah sumber air di dekat bukit Shafa dan Marwah tempat mereka kebingungan itu. Maka dengan izin Tuhan terkuaklah tanah tandus itu. Dan memancarlah sebuah mata air yang jernih dan segar. Bukan main gembiranya hati Hajar, maka dengan serta merta ditampungnya air tersebut untuk diminumkannya kepada Ismail yang lagi kehausan. ...terima kasih ya Allah, Engkau telah menyelamatkan kami... Itulah sumber air zam-zam. Dan itulah awal dari sejarah zam-zam, yang airnya terus melimpah berkat perjuangan sang Ibunda yang tiada tara. Yang pantang menyerah dan pantang putus asa. Betapa sedihnya hati seorang ibu melihat putra kesayangannya menderita kehausan, tanpa ia tahu harus di mana mencari air di padang yang gersang dan tandus itu. Tetapi Allah Swt telah mengetahui bahwa Hajar dengan keyakinannya, telah lulus dalam ujiannya. Maka ditolongnya mereka pada saat kondisi Ismail sudah dalam keadaan kritis. Dan hasil dari perjuangan yang sangat berat itu adalah berupa AIR. Yang berguna bagi kehidupan manusia selamanya. Maka pelajaran mahal yang kita dapatkan dari sejarah ini adalah Suatu keberhasilan, insyaAllah akan dapat kita capai, setelah melalui proses yang cukup panjang, tahan uji, pantang menyerah, dan sabar menunggu hasilnya. Hidup adalah sebuah perjuangan, tanpa berjuang maka hasil yang diinginkan tak akan kita dapatkan. Tawakal kepada Allah, adalah poin penting dalam sebuah proses mencari suatu hasil. Karena semua persoalan hidup telah diatur oleh Sang Penguasa Jagad Raya ini. Dialah Allah swt. Mengapa yang didapat dari perjuangan yang sangat berat itu 'sekedar' air? Bukan yang lainnya? Sebab air adalah lambang kehidupan. Semua makhluk hidup dicipta oleh Allah dari (unsur) air. Bahkan bumi ini pun Dia hidupkan dari air. Maka tahulah kita betapa pentingnya keberadaan air bagi kehidupan manusia. QS. Al-Anbiya (21) : 30 Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman? QS. Al-Furqan (25) : 54 Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air, lalu Dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa. QS. An-Nuur (24) : 45 Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki, sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Kalaulah, para jama'ah haji ketika sa'i begitu hausnya, karena harus berlari-lari kecil, maka renungkanlah bagaimana perjuangan sang ibunda Siti Hajar waktu itu. Tiada orang lain, tiada tanaman, tiada air, tiada makanan Maka berkat perjuangan yang tak kenal lelah itu, kini muncullah sumur zam-zam sebagai penebus dahaga, bagi yang sedang kehausan. Bahkan berguna bagi seluruh umat sedunia. Sumber air yang tak akan pernah kering, dan insya Allah
[daarut-tauhiid] Doa Sapu Jagad
DOA SAPU JAGAD Mengapa ada istilah do'a sapu jagad...? Apa dan bagaimana perannya...? Begitu populernya do'a ini. Sebuah do'a yang tertera dalam kitab suci Al-Qur'an, surat Al-Baqarah ayat 201. Di dalam kegiatan manasik haji, do'a ini menjadi idola para calon jamaah haji. Maklum dengan hafal do'a ini, konon akan mempermudah para jama'ah dalam melakukan aktivitas perjalanan hajinya. Do'a ini mampu mengganti do'a-do'a lain, yang begitu banyak tersebar dalam setiap aktivitas di tanah haram. Begitu populernya do'a ini, sehingga setiap orang ketika melakukan do'a untuk memohon sesuatu kepada Allah, baik secara pribadi maupun secara kolektif, selalu ditutup dengan do'a ini. QS. Al-Baqarah (2) : 200 - 202 Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berzikirlah kepada Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut nenek moyangmu, atau berzikir lebih banyak dari itu. Maka di antara manusia ada orang yang berdo'a: Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia, dan tiadalah baginya bahagian di akhirat. Dan di antara mereka ada orang yang berdo'a: Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat bahagian dari apa yang mereka usahakan; dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya. Sungguh sangat layak do'a ini disebut sebagai doa 'sapu jagad' atau doa universal, sebab : 1. Jangkauannya kini nanti (dunia akhirat) Apa yang diinginkan oleh do'a ini memiliki jangkauan yang sangat luas. Isi dalam do'a ini tidak menginginkan suatu yang bersifat materi, tetapi lebih kepada sesuatu yang memiliki makna lebih penting, lebih luas, lebih menyeluruh, dengan masa yang sangat panjang. Tidak terbatas pada kehidupan dunia saja tetapi, menjangkau pada kehidupan akhir yang lebih abadi, lebih kekal, dan lebih indah dibanding dengan kehidupan kini. QS. Al-Alaa (87) : 16-17 Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. QS. Qashash (28) : 77 Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan, janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. Meskipun urusan duniawi begitu kecilnya dibandingkan dengan urusan akhirat, tetapi tetap urusan duniawi jangan dilupakan. Karena melalui dunia inilah keberhasilan akhirat akan kita dapatkan. 2. Mengapa formulasinya dunia lebih dahulu? Apakah lebih penting dunia dibanding akhirat? Seseorang bertanya dalam suatu diskusi agama. Apabila akhirat lebih penting, mengapa di dalam kita berdo'a, yang diucapkan lebih dahulu, atau yang diminta lebih dahulu adalah kebahagiaan dunia? Bukan kebahagiaan akhirat? Apa maksudnya? Maka dengan bijaksana, sang ustadz-pun menjawab: Benar, bahwa akhirat itu memang lebih penting. Dengan didahulukannya sebutan dunia, bukan 'berarti dunia yang lebih penting, tetapi justru akhirat-lah yang jauh lebih penting. Lanjut pak Ustadz : Rasul pernah mengatakan bahwa hidup ini bagaikan garis lurus. Jika anda yakin seperti apa yang disampaikan Rasulullah, maka sebenarnya dunia dan akhirat berada pada satu garis lurus. Artinya kita akan bertemu dengan akhirat setelah kita melalui dunia ini. Dengan kata lain, jika yang kita tuju hanya dunia saja, kita tidak akan bertemu dengan akhirat. Karena letaknya akhirat di ujung perjalanan. Sebaliknya jika yang kita tuju adalah kehidupan akhirat, kita pasti akan bertemu dan melewati dunia. Hal itu dikarenakan posisi dunia berada pada jarak yang lebih dekat, sementara akhirat berada pada penghujung perjalanan manusia ...alhamdulillaah, saya mengerti ustadz, terima kasih... jawab sang penanya. 3. Perbandingan dunia dan akhirat? Selain masalah sebutan yang mendulukan dunia daripada akhirat, perbandingan dunia dan akhirat selalu saja menjadi bahan pembicaraan dalam setiap diskusi. Kata seseorang peserta diskusi : Dunia ini begitu luasnya, bumi tak ada artinya dibanding dengan besarnya alam semesta raya yang sulit diukur batasnya. Lalu bagaimana dengan kehidupan akhirat nanti? Seberapa luas kehidupan akhirat nanti? Pak Ahmad, sebagai salah satu peserta diskusi mencoba menjawabnya :...tentu kita tidak bisa mengukur secara pasti luasnya negeri akhirat, tetapi saya teringat kata rasulullah saw, bahwa perbandingan dunia dengan akhirat seperti setetes air yang jatuh dari ujung jari kita ke dalam samudera. Sementara air yang ada di samudera itulah akhirat nanti...! Berarti benar-benar kehidupan dunia yang nampaknya luas dan besar ini, tidak ada artinya sama sekali, dibanding dengan kehidupan akhirat. Yang jauh lebih luas, jauh lebih kekal, jauh lebih abadi, dan jauh lebih indah...
[daarut-tauhiid] Memutar Video Kehidupan
MEMUTAR VIDEO KEHIDUPAN Bisakah di Masjidil Haram memutar video...? Pak Imran, seorang jamaah dari Makassar, pernah bercerita tentang pengalaman ruhaninya ketika berada di dekat ka'bah. Sejak berangkat dari tanah air pak Imran sudah mempunyai pendirian, bahwa nanti sesampai di Mekah, khususnya ketika di masjidil Haram, ia tidak akan mencium hajar aswad seperti keinginan para jamaah haji pada umumnya. Entah apa yang menyebabkan pendiriannya semacam itu. Tetapi satu hal yang pak Imran inginkan yaitu bahwa ia ingin berdo'a senikmat mungkin di dinding Ka'bah. Yang disebut multazam! Keinginan tersebut rupanya sudah terpatri kuat-kuat dalam hatinya sejak pak Imran mengikuti manasik haji. Sesampai di Masjidil Haram, begitu pak Imran melihat setiap jamaah ternyata ingin mencium hajar aswad, hati pak Imran tetap tidak tergerak sedikit pun untuk menciumnya. Bahkan ketika ada seorang jamaah perempuan yang ingin mencium hajar aswad, pak Imran dengan gigihnya mengawal orang sebut dari kerumunan jama'ah lainnya. Dan akhirnya orang tersebut berhasil menciumnya. Maka dengan wajah sangat puas, orang tersebut mengucapkan terima kasih yang tiada terhingga kepada pak Imran. Ternyata sudah ada beberapa orang yang tertolong oleh pak Imran berkaitan dengan masalah pencium hajar aswad. Keesokan harinya, pak Imran ternyata tergoda juga untuk ikut merasakan bagaimana rasanya bisa mencium batu hitam itu. Maka dengan teknik dan pengalaman yang ia miliki, ketika ia beberapa kali berhasil menolong orang lain, pak Imran mulai beraksi mendekati hajar aswad. Berdesak-desakan di antara kerumunan orang banyak, dan dengan teknik 'canggih' yang dimilikinya, pak Imran yang posisinya berada jauh dari ka'bah bisa berangsur-angsur bergerak mendekati hajar aswad. Akh, betapa gembiranya hati pak Imran. Dalam hati pak Imran cukup berbangga dengan caranya ia bisa mendekati hajar aswad di tengah keramaian yang luar biasa itu. Ketika dirinya tinggal meraih batu itu untuk diciumnya, ternyata pak Imran merasa kesulitan. Beberapa kali ia mental keluar lagi. Begitu sudah dekat mukanya ke batu tersebut, tinggal menciumnya saja, kembali ada semacam gelombang manusia yang menghantamnya, dan kembali ia terpental dan tidak berhasil untuk menciumnya. Sampai akhirnya pak Imran putus asa. Maka ia membiarkan saja ketika dirinya mengikuti putaran thawaf sampai akhirnya ia keluar dan menjauh dari hajar aswad yang ditujunya. Dan pak Imran pun hanya bisa mengeluh seorang diri: ...Kenapa ya, kemarin begitu mudahnya aku menolong orang lain, bahkan beberapa orang bisa aku lindungi untuk membantu mereka bisa mencium hajar aswad. Tetapi sekarang ketika giliranku untuk menciumnya, begitu sulitnya aku mencapainya. Padahal tinggal sejengkal saja Tapi tetap saja aku gagal untuk menciumnya... Akhirnya pak Imran merasa betul-betul gagal dalam upayanya mencium batu hitam yang terkenal dengan nama hajar aswad itu. Pada keesokan harinya, pak Imran sudah melupakan kejadian itu. Ia dan keluarganya menuju masjid untuk melakukan aktivitas rutin yang berupa thawaf maupun shalat di masjidil Haram. Ketika hari menjelang dhuhur, pak Imran mendapat tempat duduk di shaf yang agak dekat dengan ka'bah. Di tengah kerumunan jama'ah yang luar biasa banyaknya itu, pak Imran berusaha mendekati ka'bah. Ia tidak ambil peduli tentang kegagalannya mencium hajar aswad kemarin. Kini pak Imran terfokus ingin sekali mohon ampun atas segala kesalahannya, baik selama ia melakukan perjalanan musim haji ini, atau juga kesalahan masa lalunya. Pak Imran begitu gagal mencium hajar aswad kemarin, sudah merasa bahwa ada kesalahan yang besar yang ia lakukan. Yaitu ia telah merasa berbangga diri dapat menolong beberapa jamaah perempuan ketika ia di dekat hajar aswad. Ia merasa bahwa yang membuat beberapa orang tersebut bisa mencium hajar aswad karena berkat pertolongannya. Pak Imran kini merasa sadar. Bahwa semua peristiwa adalah karena Allah semata. Ia sungguh merasa salah. Maka ingin sekali pak Imran saat itu bertaubat, dan mohon ampun kepada Allah atas segala kekeliruannya. Tanpa disadarinya, pak Imran berjalan menuju ke arah ka'bah. Yaitu pada suatu area sempit, tetapi begitu banyaknya kerumunan para jama'ah di tempat itu. Pak Imran terus saja maju ke arah kerumunan para jamaah. Hatinya begitu ingin masuk ke dalam kerumunan itu. Ketika pak Imran sudah dekat dengan ka'bah, tiba-tiba kerumunan itu 'membuka' memberi jalan pada pak Imran. Maka dengan begitu mudahnya pak Imran masuk ke dalam berjubelnya para jamaah, dan iapun langsung menempelkan muka dan tangannya, dan juga seluruh tubuhnya di dinding ka'bah. Sambil tiada hentinya air matanya meleleh membasahi pipinya. Tak tahu apa yang diucapkannya. Yang jelas seluruh perasaannya tumpah bersama air matanya membasahi dinding ka'bah. Begitu nikmatnya pak Imran, seluruh persoalan hidupnya seolah tak ada lagi. Semua ia
[daarut-tauhiid] Sholat Subuh Dengan Wudlu Isya
TAFSIR DALAM REALITA Kehidupan di tanah haram adalah kehidupan yang sesungguhnya, Mengapa...? Ada sesuatu yang menarik dalam kehidupan para jama'ah haji. Yaitu bahwa aktivitas mereka, semuanya untuk keperluan ibadah semata. Ketika aku bertanya pada seorang teman, yang lagi makan dengan lahapnya, untuk apa makan sebegitu banyak, ia menjawab : Yaakh, pertama memang saya sedang lapar, sehingga bisa makan dengan lahap. Ke dua, saya menjaga kesehatan sesuai anjuran dokter. Sehingga kalau badan terasa sehat, maka saya dapat melakukan aktivitas ibadah haji ini dengan baik. Ketika teman lainnya kutanya mengapa ia minum sebegitu banyaknya, tidak seperti ketika di tanah air, ia-pun menjawab: wah, alasan saya yang pertama adalah, agar badan saya ini menjadi sehat. Kalau sudah sehat, kan jadi enak untuk beribadah...?! iya kan? Ada lagi seorang teman. Setelah ia pulang dari shalat subuh, ia masuk ke hotel terus istirahat sampai tertidur pulas. Ketika ku tanyakan mengapa ia pagi-pagi sudah mengistirahatkan badannya, ia juga menjawab dengan jawaban yang hampir sama dengan teman lainnya. Katanya : Iya.., saya khawatir terlalu capek, maka saya istirahat aja dulu, setelah itu kan badan lebih segar sehingga akan lebih enak untuk thawaf maupun shalat. Bahkan seorang teman yang sedang batuk, begitu takutnya ia, sehingga ia sering menemui dokter untuk minta obat. Ketika kutanya mengapa ia begitu khawatir dengan sakitnya, ia pun menjawab: Wah, kalau di sini kita sakit.., bisa runyam nikh! Sebab kan kita datang ke sini bertujuan untuk ibadah, kalau badan sakit kan rugi...?! Karena itu meskipun hanya sekedar batuk, saya betul-betul menjaganya, jangan sampai mengganggu ibadah saya! Jawaban dari orang-orang tersebut mirip semua, dan substansinya sama. Yaitu aktivitas mereka hanya diperuntukkan buat ibadah semata. Minumnya untuk ibadah. Makannya untuk ibadah. Istirahatnya pun untuk ibadah. Bahkan minum obat juga untuk keperluan ibadah. Sungguh hebat, orang-orang tersebut! Seluruh aktivitasnya bernilai ibadah. Terlepas itu karena merasa rugi jauh-jauh dari tanah air, ataukah karena alasan lainnya. Tetapi jawaban yang mereka berikan mencerminkan bahwa ibadah adalah sesuatu yang sangat penting, dan harus mereka perjuangkan... Aku pun teringat pada sebuah ayat Al-Qur'an yang sangat popular. Bahwa menurut ayat tersebut memang tujuan Allah menciptakan jin dan juga manusia tidak lain adalah untuk mengabdi kepadaNya. Atau untuk beribadah menyembah kepadaNya. Maka sungguh benar adanya, bahwa kehidupan di tanah haram tersebut tidak lain semuanya hanya untuk menyembah kepada Allah saja, atau untuk kepentingan ibadah saja. Aktivitas apa pun! QS. Adz-Dzariyaat (51) : 56 Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Inilah sebuah kehidupan nyata, yang merupakan tafsir dalam realita, dari ayat Al-Qur'an surat Adz-Dzariyaat : 56 Andaikata kehidupan setiap manusia di tanah airnya juga semacam itu... Akh, betapa hebatnya! Betapa indahnya dunia ini! Dalam setiap aktivitas apapun mereka selalu ingat akan Allah. Dalam kehidupan keluarga ingat Allah, bekerja di luar rumahpun ingat akan Allah. Mencari ilmu ingat Allah, ketika memimpin rapat pun ingat akan Allah. Di tempat yang luas ingat Allah, di jalanan macet pun ingat akan Allah. Di keramaian umum ingat Allah, Di kamar mandi-pun ingat akan Allah. Ketika lapar ingat Allah, ketika kenyangpun ingat akan Allah. Ketika sedih ingat Allah, ketika senangpun ingat akan Allah. Jika hati sudah terlatih semacam itu, maka insyaAllah selama dua puluh empat jam pun seorang hamba akan terus berhubungan dengan Allah sebagai Tuhan yang menciptakannya. Ia selalu merasa diawasi oleh Allah kemanapun ia pergi, dan merasa bersama Allah di mana pun ia berada. Karena ia selalu merasakan kehadiran Allah di setiap jengkal nafas kehidupannya. Dan Allah begitu dekatnya dengan dirinya... QS. Al-Baqarah (2) : 115 Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka ke manapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui. QS. Qaaf (50) : 16 Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya, QS. Al-Baqarah (2) : 186 Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. SHALAT SUBUH DENGAN WUDHU ISYA Mengapa seseorang mampu melakukan shalat subuh, dengan menggunakan wudhu' Isya'nya...? Pak Imam adalah salah satu jama'ah haji yang aku kunjungi ketika ia pulang dari ibadah haji. Ada sesuatu yang nampak aneh dalam pandanganku terhadap diri pak Imam ini.
[daarut-tauhiid] Misteri Sandal Jepit
MISTERI SANDAL JAPIT Sandal japit selalu menjadi cerita primadona, ada apa...? Sebagaian besar para jama'ah yang pulang dari haji, sering bercerita tentang sandal japit mereka. Hal ini sudah sejak puluhan tahun yang lalu. Apakah hal ini terpengaruh oleh cerita jama'ah haji sebelumnya, ataukah tidak. Tetapi yang jelas setiap kita mengunjungi jama'ah haji yang baru pulang dari ibadahnya, selalu ada cerita tentang sandal japit. Pak Adi misalnya, ia sejak berangkat dari tanah air membawa sandal japit sebanyak lima pasang. Ketika seorang temannya bertanya mengapa membawa sebanyak itu, ia hanya tertawa saja, sambil ganti bertanya setengah mengolok temannya: Apa kamu tidak pernah tahu cerita orang-orang haji sebelumnya? Kalau kamu tahu pasti kamu akan membeli dan mempersiapkan sandal lebih banyak dari saya! katanya. Sang teman pun hanya geleng kepala saja sambil pergi. Ketika pak Adi pulang dari ibadah haji, Ia kembali bercerita tentang sandal japitnya. Ternyata benar firasatnya! Lima pasang sandal yang ia persiapkan dari rumah, di kota Mekah hanya bisa 'bertahan' lima hari saja. Setiap hari ia kehilangan sandal japitnya. Selalu lupa di mana menaruh sandalnya tersebut. Sehingga pada hari yang ke enam ia membeli lagi sandal di kota mekah untuk kesehariannya. Dan anehnya sandal yang ia beli tersebut bertahan sampai ia selesai melakukan ibadah di kota Mekah. Pak Santo, adalah teman pak Adi. Mereka bekerja pada kantor yang sama. Tetapi karena pak Santo mengikuti rombongan yang berbeda, mereka tidak berada pada kloter yang sama. Meskipun mereka berbeda hotel dan berbeda kloter, ternyata pada hari yang ke enam, mereka bertemu di masjidil Haram. Betapa senangnya mereka. Maka sambil bercerita pengalamannya, mereka pulang ke hotel masing-masing sambil jalan bersama-bersama. Pak Adi membuka pembicaraan : Wah, sandal yang kupersiapkan lima pasang dari rumah itu, ternyata sekarang sudah 'habis'. Setiap hari aku selalu lupa di mana aku menaruhnya. Padahal pintu mana ketika aku memasuki masjid sudah aku ingat-ingat. Tetapi tetap saja sandal yang aku letakkan di tempat yang cukup aman itu ternyata hilang. Oh, kalau masalah itu saya tahu betul. Pak Adi kan memang orang yang pelupa, iya toh? Kata pak Santo. ...nggak heran saya, kalau sandal pak Adi selalu hilang. Kadang kunci mobil yang jelas-jelas baru ditaruh di atas meja kantor beberapa saat saja, pak Adi sudah lupa...! sambung Pak Santo. ...untung saja, saya ditakdirkan menjadi orang yang gampang ingat. Tidak pelupa...ha ha ha... Sejak saya datang di kota Mekah ini, sandal yang saya pakai, ya ini pak! lumayan-lah agak ngirit he he kata Pak Santo. Baiklah pak, kita berpisah di sini ya. Kan hotel kita berbeda. Besok subuh kita ketemu di dekat sumur zam-zam ya... kata pak Adi Ok. pak, assalamu'alaikum... sahut pak Santo sambil menyeberang jalan menuju hotelnya. Keesokan paginya, ketika mereka di dalam masjid, ternyata mereka berdua tidak bisa bertemu seperti maksud mereka sebelumnya, karena jama'ah begitu penuh. Maka pak Adi pun tidak berusaha mencari pak Santo lagi. Sekitar jam delapan pagi pak Adi pulang menuju hotelnya, bersama-sama dengan jama'ah rombongannya. Ketika pak Adi berjalan, sudah sekitar lima puluh meter dari pintu masjid, ia melihat pak Santo berdiri di dekat salah satu pintu masjid. Ia berdiri saja di dekat pintu tersebut. Maka pak Adi pun mendekati pak Santo, yang saat itu kelihatan agak bingung. Ada apa pak? Tanya pak Adi Ini pak, sandal saya tadi kan saya taruh di dekat pintu ini, saya ingat betul koq, tidak mungkin-lah saya lupa! Bahkan yang kiri saya pisahkan tempatnya dengan yang sebelah kanan. Supaya tidak terambil orang lain. Tapi dimana ya..? Saya sudah hampir lima belas menit berdiri disini, tapi belum ketemu juga Pak Adi hanya tersenyum saja menyaksikan kebingungan pak Santo. Katanya dalam hati: tahu rasa kamu sekarang...! Dan pak Adi-pun pergi meninggalkan pak Santo yang masih kebingungan di dekat pintu masjid. Ketika pak Adi sambil berjalan melayangkan pandangannya ke arah pak Santo, ia melihat pak Santo-pun meninggalkan pintu masjid berjalan pulang tanpa mengenakan alas kaki... Lain lagi halnya dengan bu Toni. Ketika ia berjalan pulang dengan beberapa temannya, bu Toni bercerita bahwa ia merasa kasihan melihat bu Fajar, yang baru satu hari di Mekah bu Fajar sudah kehilangan sandalnya. Padahal sandal itu sudah diletakkan di tempat yang aman, di dekat tempat ia shalat katanya. Tapi tetap saja ketika shalat sudah selesai, bu Fajar tidak menemukan sandalnya. Kata bu Toni: ..Ya maklumlah, karena pergeseran-pergeseran shaf ketika akan shalat, maka tempat berubah dari posisi semula. Sehingga tentu bu Fajar kesulitan mencari-nya kembali. Tiba-tiba bu Sodiq yang berada di sebelah bu Toni berkomentar: Kalau saya bu, sejak dari rumah sudah diberi tahu oleh kakak saya yang tahun kemarin berangkat haji. Pokoknya kalau ke masjid kita bawa aja
[daarut-tauhiid] Ternyata Orang Cacatlah Obatnya
TERNYATA ORANG CACAT-LAH OBATNYA Obat dokter tidak bisa menyembuhkannya, mengapa justru orang cacat itu yang bisa menyembuhkan penyakitnya...? Pak Hasan, adalah jama'ah dari embarkasi Surabaya. Ia dan istrinya berangkat ke Mekkah kebetulan pada tahap gelombang ke dua. Artinya mereka datang dari Indonesia langsung ke Mekah terlebih dahulu, baru kemudian ke Madinah. Kondisi pak Hasan ketika berangkat memang agak sakit. Batuk pilek setiap hari. Sampai dipakai berbicara saja tenggorokannya sudah terasa sakit. Batuk pilek yang semacam itu memang membuat badan begitu capek lunglai. Semua persendian terasa sakit. Sehingga menjadikan tubuh menjadi malas untuk diajak beraktivitas. Beberapa kali pak Hasan diobati oleh dokter kloternya. Tetapi tetap saja sakitnya tidak bisa sembuh. Rasanya semua macam obat yang berhubungan dengan penyakitnya sudah ia minum. Tetapi tetap saja badan lunglai, kepala pusing bahkan batuknya tidak pernah berhenti. Badan dengan kondisi semacam itu, mengakibatkan pak Hasan sehari-harinya berdiam diri saja di hotel. Beberapa kali istrinya mengajaknya ke masjidil Haram, tetapi rupanya tubuh pak Hasan tidak bisa diajak kompromi, ia malas untuk pergi ke masjid. Aku belum bisa bu, dan belum kuat untuk pergi ke masjid. Ibu dulu aja-lah. Nanti setelah badanku sembuh aku akan ke masjid dan akan melakukan ibadah dengan sebaik-baiknya... demikian kata pak Hasan kepada istrinya. Karena sudah beberapa kali, jawaban pak Hasan selalu seperti itu, maka pada hari itu istri pak hasan memohon dengan agak setengah memaksa kepada pak Hasan agar siang itu mereka bisa bersama ke masjid untuk melakukan ibadah. Baik itu thawaf, maupun shalat-shalat wajibnya. Maka dengan agak terpaksa, berangkat juga mereka ke masjid. Pak Hasan di sepanjang perjalanan menuju masjid tiada henti-hentinya batuk. Bahkan kakinya begitu capek dipakai untuk berjalan. Tetapi toh, akhirnya sampai juga mereka di masjidil Haram. Meskipun jarak dari maktab mereka menuju masjid cukup jauh. Sesampai di masjid, mereka mencari tempat yang cukup nyaman. Pak Hasan dan istrinya melakukan thawaf sunah sebagai penghormatan masuk masjidil Haram, sebelum mereka melakukan ibadah lainnya. Ketika pak Hasan dan istrinya melakukan thawaf inilah bagian dari cerita ini dimulai... Dengan terbata-bata, dan masih digandeng oleh istrinya pak Hasan mulai melakukan thawaf. Diayunkannya kaki kanannya untuk memulai thawaf. Bismillaahi allaahu akbar...!Demikian kalimat pertama yang dilontarkan pak Hasan sebagai pertanda ia memulai thawafnya. Maka dengan hati-hati sekali, karena khawatir badannya bertambah lunglai, pak Hasan melangkahkan kakinya berjalan memutari Kabah. Pada saat pak Hasan beberapa langkah memulai thawafnya itu, tiba-tiba di sebelah kanannya, yang hampir berhimpitan dengan pak Masan, ada seorang bertubuh kecil yang juga bergerak melakukan thawaf, beriringan dengan pak Hasan. Entah apa yang menyebabkan pak Hasan tertarik dengan orang 'kecil' itu, sambil berjalan lambat pak Hasan memperhatikan orang itu lebih seksama . Mengapa orang itu tubuhnya pendek, bahkan cenderung seperti anak kecil? pikirnya. Setelah beberapa lama pak Hasan memperhatikan orang tersebut, di tengah riuhnya para jamaah yang juga sedang melakukan thawaf itu, tiba-tiba pak Hasan menjerit lirih! akh... ! katanya. Begitu terkejutnya pak Hasan, sampai-sampai pak Hasan agak terhenti langkahnya. Anehnya, orang itu pun ikut berhenti sejenak, kemudian menoleh kepada pak Hasan sambil tersenyum. Ketika pak Hasan berjalan lagi, dia pun berjalan lagi, dan terus mengikuti di samping pak Hasan. Ketika pak Hasan mempercepat langkah kakinya, orang itu pun ikut mepercepat gerakannya, sehingga tetap mereka berjalan beriringan. Muka pak Hasan kelihatan pucat pasi. Bibirnya agak gemetar menahan tangis. Ia betul-betul terpukul oleh perilaku orang tersebut. Seperti dengan sengaja, orang itu terus mengikuti gerakan pak Hasan dari samping kanan. Bahkan yang membuat pak Hasan mukanya pucat adalah orang tersebut selalu tersenyum, setelah menoleh ke arah pak Hasan. Siapakah orang tersebut ? Ternyata dia adalah seorang yang berjalan dan bergerak thawaf mengelilingi ka'bah dengan hanya menggunakan kedua tangannya saja. Dia orang yang tidak memiliki kaki! Kedua kakinya buntung sebatas paha. Sehingga ia berjalan hanya dengan menggunakan kedua tangannya. Bulu kuduk pak Hasan merinding, jantungnya seolah berhenti berdegub. Keringat dingin membasahi seluruh pori-pori tubuhnya... Pak Hasan merintih dalam hatinya : ...ya Allaah ampuni aku ya Allaah..., ampuni aku... Air mata pak Hasan tidak bisa dibendung lagi. Sambil tetap berjalan pak Hasan terus mohon ampun kepada Allah. Tanpa terasa, pak Hasan sudah memutari ka'bah untuk yang ke dua kalinya. Dan pak Hasan pun masih terus menangis. Ingin rasanya ia berlari memutari ka'bah itu. Ingin rasanya ia menjerit keras-keras untuk melampiaskan emosinyapak Hasan
[daarut-tauhiid] Bersama Allah di Mekkah
BERSAMA ALLAH DI KOTA MEKKAH Baca..., Bersama Allah di kota Mekkah Mengapa tidak boleh berbicara...? Ada apa...? Mekah adalah kota yang begitu istimewa dalam pandangan Allah dan juga dalam pandangan manusia. Kota ini merupakan kota sejarah, yang penuh dengan berbagai hal yang berkaitan dengan ibadah manusia sejak nabi Adam as diciptakan oleh Allah Swt. Inilah Kota yang di dalamnya pertama-tama didirikan rumah tempat ibadah kepada Allah. Dan inilah kota yang selalu mendapat berkahNya. QS.Ali-Imran (3) : 96 Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. JANGAN BICARA Sore itu, aku lebih awal dari biasanya sampai di depan ka'bah. Setelah melakukan thawaf, aku mengambil shaf yang tidak jauh dari ka'bah. Aku kebetulan dapat tempat duduk di dekat maqam Ibrahim. Tidak berapa lama kemudian datang seorang jama'ah dari Indonesia. Assalaamu'alaikum, bapak dari embarkasi mana? tanyaku. Ia pun menjawab, bahwa ia dari Jakarta. Barusan datang kemarin pagi. Maka kami pun berbincang-bincang tentang keberadaan kami para jama'ah dari Indonesia. Tidak terasa kami begitu asyik berbincang kesana-kemari. Tiba-tiba pandangan kami tertuju pada benda-benda hitam yang bergerak di sekeliling ka'bah. Setelah kami perhatikan dengan seksama ternyata itu adalah gerakan burung-burung yang berterbangan di sekitar ka'bah. Seolah-olah burung-burung kecil itu sedang melakukan thawaf dengan caranya sendiri. Ketika itu kami melihat ada sedikit keanehan. Burung-burung itu tidak ada yang berterbangan di atas ka'bah. Mereka sekedar berterbangan mengitari ka'bah. Menyaksikan keanehan burung-burung yang sedang terbang mengitari ka'bah itu, kami berdua pun membicarakannya. Ketika kami terlibat dalam pembicaraan itulah, tiba-tiba terdengar suara adzan maghrib. Tetapi karena asyiknya materi pembicaraan kami itu, sampai-sampai suara adzan itu tidak kami hiraukan. Bahkan terus saja kami berbincang dengan agak berbisik-bisik tentang keanehan burung-burung yang ikut thawaf di sore itu. Bilal Masjidil Haram mengumandangkan kalimat syahadat yang kedua dalam adzannya ...asyhaduan laa ilaaha illallaah..., saat itulah kami yang masih berbisik-bisik itu ditegur dan diingatkan oleh seorang jama'ah yang sudah tua, yang duduk di sebelah kanan kami. Dengan memberikan isyarat dengan tangan kanannya, Jama'ah tua itu melarang kami untuk berbicara sendiri meskipun dilakukan hanya dengan berbisik-bisik. Wajah tua itu begitu berwibawa. Dengan spontan kami langsung terdiam. Dan kami memperhatikan suara adzan bilal yang masih terus berkumandang dengan merdunya. Tiba-tiba saja, entah dari mana datangnya mataku berkaca-kaca. Tiba-tiba aku merasa malu, merasa salah, merasa tidak menghargai kalimat Allah, bahkan saat itu aku merasa telah berbuat dosa yang besar. Aku merasa betapa kalimat tauhid yang diperjuangkan Rasulullah itu aku abaikan begitu saja. Padahal Rasulullah menegakkan kalimat itu di kota Mekah saja tidak kurang dari dua belas tahun. Yaitu pada saat periode Mekah. Bertambah aku merasa bersalah, bertambah deras air mataku membasahi kelopak mataku. Tujuan aku datang ke tanah Haram adalah selain ingin bertamu di rumah Allah, aku pun ingin mendekat kepada Rasulullah sebagai ungkapan rasa rindu kepadanya. Tetapi kenapa aku tidak menghargai kalimat tauhid yang dikumandangkan oleh Bilal tadi? Kenapa aku terus saja berbincang-bincang? Ah, betapa tak tahu dirinya aku ini. Bertambah aku menyesali diri, bertambah pula deras air mata jatuh ke pipi. Dan hal itu terus berlanjut. Bahkan sampai shalat maghrib dimulai pun aku tetap tak kuasa menahan rasa penyesalanku. Ketika imam membaca surat Al-Fatihah (1) : 6-7 dalam raka'at pertama. Semakin menjadi-jadi penyesalanku atas kelalaianku tadi. Sebab arti dari ayat tersebut adalah kita mohon jalan yang lurus kepada Allah. Yaitu jalannya orang-orang yang mendapat nikmat, bukan jalan orang-orang yang sesat... Sementara saat itu aku sedang berada dalam kelalaian. Begitu sangat terasa kesalahanku saat itu. Sungguh aku terus dibayangi oleh kesalahanku sendiri. Ditambah lagi imam shalat ketika melagukan bacaannya begitu merdu, dan mempesona kalbu. Sehingga derasnya air mata tak kuasa kubendung lagi. Bahkan air mata itu terus mengalir sepanjang shalat maghrib. Akh, Begitu cengengkah aku? Sampai-sampai suara adzan saja' menjadikan aku menangis sepanjang shalat maghrib? Setelah aku keluar dari suasana itu, lebih-lebih setelah aku berada di tanah air kembali, aku bertambah heran. Mengapa hanya perkara tidak menghiraukan adzan beberapa saat saja aku sudah seperti itu? apa yang menyebabkan hal itu bisa terjadi? Sementara ketika kita semua berada di lingkungan kita masing-masing, apakah di rumah, apakah di tempat perkerjaan, apakah di pasar, atau di tempat umum lainnya, hal semacam itu tidak
[daarut-tauhiid] Menyesal Tidak Menangis
DIKEJAR SEORANG PENGEMIS Ada apa seorang pengemis sampai mengejar seorang jama'ah haji...? Seorang kawan ketika melakukan shalat di Masjid Nabawi, suatu saat pernah dikejar oleh seorang pengemis yang terus membuntutinya. Bahkan agar sang 'target' mengeluarkan uangnya, si pengemis sampai 'berganti rupa'... Pak Musa, hari itu bernasib agak sial rupanya. Ketika ia mulai masuk Masjid Nabawi, ada seorang pengemis yang terus mengincarnya. Pak Musa tidak tahu bahwa ia menjadi sasaran 'tembak' seorang pengemis muda. Ketika pak Musa shalat sunah sambil menunggu waktu shalat dhuhur, selalu saja pengemis tersebut membuntuti dan mendekatinya sambil menengadahkan tangannya sebagai tanda untuk minta uang. Pengemis muda itu memberi tanda dengan telunjuknya bahwa ia minta uang satu real saja. Rupanya takut shalatnya tidak khusyu' pak Musa menghindar dari tempat duduk pengemis berbaju kotor tersebut. Dan pak Musa pun berpindah tempat ke shaf lebih depan sambil melakukan shalat lagi. Harapannya semoga sang pengemis tidak mendekatinya lagi. Rupanya pak Musa tidak membawa uang satu real-an, sehingga permintaan pengemis itu ia abaikan begitu saja. Pikir pak Musa : ..ah biarlah, toh nanti ketika pada saatnya saya bawa uang satu real-an, akan saya berikan pada para pengemis yang cukup banyak jumlahnya itu... Tetapi seolah pengemis tersebut mengetahui pikiran pak Musa. Ia terus mengejarnya. Dan terus minta uang satu real. Dan kembali pak Musa menghindar dengan cara ia berpindah ke tempat lain, dan masuk ke shaf yang lebih depan lagi. Demi menghindari sang pengemis muda itu, sampai-sampai pak Musa berpindah tempat duduk sebanyak empat kali. Akhirnya ia merasa aman pada suatu shaf yang padat yang tidak mungkin diisi oleh pengemis yang terus mengejarnya itu. Ia lakukan hal itu agar tidak bertemu dengan pengemis yang mengejar terus dan minta uang satu real tersebut... Maka sekarang amanlah pak Musa dari uang satu real yang diinginkan oleh sang pengemis muda itu. Pak Musa mendapat tempat duduk di suatu shaf yang betul-betul aman. Maka berdzikirlah pak Musa dengan khusyu'nya sambil menunggu waktu shalat dhuhur tiba. Karena jama'ah di shafnya cukup padat dan rapat, maka ketika shalat dhuhur telah tiba dan semua berdiri untuk melakukan shalat, pada shafnya pak Musa tidak ada perubahan jamaah. Artinya tidak ada orang baru dalam shaf tersebut. Maka shalat-lah pak Musa dengan khusyuknya. Tetapi sesekali hatinya masih ada rasa khawatir, akan orangnya pengemis muda yang misterius itu. Yang selalu minta uang satu real. Setelah shalat dhuhur selesai, semua mengucap salam sebagai penutup shalat dhuhur. Demikian pula dengan pak Musa. Ia mengucap salam dengan mantapnya. Tanda shalat telah usai. Tetapi begitu pak Musa mengucap salam kedua, sambil menoleh ke sebelah kiri, tiba-tiba jama'ah yang ada di sebelah kirinya, berkata kepada pak Musa dengan menggunakan bahasa inggris, yang maksudnya ia minta uang dan sedang membutuhkan uang sebesar sepuluh real Ekspresinya menunjukkan bahwa ia benar-benar sedang membutuhkan uang sebesar sepuluh real untuk suatu keperluan yang tidak bisa ditunda lagi. ukh! tanpa terasa pak Musa mengeluarkan suara tersendat tanda terkejut setengah mati akan kejadian yang sangat tiba-tiba tersebut. Tanpa banyak bicara pak Musa pun mengeluarkan uang sepuluh real yang memang ada di sakunya. Ia merasa iba juga menyaksikan ekspresi wajah memelas dari orang tersebut. Menghindar satu real, 'terperangkap' menjadi sepuluh real! Pak Musa hanya tersenyum memikirkan pengalamannya yang sangat unik tersebut. Pulang dari masjid, pak Musa terus berpikir. Sungguh aneh pengalamannya hari itu. Ia menjadi semakin sadar bahwa dalam hidup ini ada suatu wilayah yang sangat misterius, yang manusia tidak sanggup menganalisisnya. Tetapi yang penting kita harus bisa mengambil hikmah dari setiap kejadian yang menimpa. Sebuah pelajaran yang berharga adalah kadang tanpa sengaja kita telah berpaling dari orang-orang miskin, yang mungkin saat itu mereka sedang membutuhkan uluran tangan kita. Dan hari itu, pak Musa mendapatkan pelajaran baru. Bahwa siapa pun ternyata perlu untuk diperhatikan, walaupun sekedar seorang miskin, orang kecil yang bukan orang penting... Al-Qur'an begitu banyak memberikan peringatan kepada kita tentang kelengahan kita terhadap orang-orang miskin. QS. Al-Baqarah (2) : 83 Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling. Bahkan Allah memperjelas dalam suatu ayat, bahwa tidak menghiraukan anak yatim dan orang miskin, termasuk mendustakan agama. QS. Al-Mauun (107) : 1-7
[daarut-tauhiid] Sholat Bersama Rasulullah
BERPAYUNG DZIKIR Seberapa besar energi dzikir di bawah sengatan matahari ...? Hari itu, cuaca begitu panas. Sehingga sekitar jam sepuluh saja matahari sudah menyengat kulit tubuh. Kami yang berada di maktab sangat merasakan hal itu. Tetapi saat itu, aku tak tahu mengapa ada semacam keinginan yang kuat dalam hatiku untuk datang ke masjid. Aku menyadari, bahwa jarak dari maktab ke masjid cukup jauh. Sekitar satu setengah kilometer. Tetapi aku tetap saja ingin pergi ke masjid. Beberapa teman yang ada di maktab menyarankan untuk tidak pergi ke masjid karena hari sedang panas-panasnya. Tetapi dengan berbagai alasan, akhirnya aku berangkat juga ke masjid? Ada seorang teman yang juga ikut pergi ke masjid untuk shalat dhuhur. Meskipun nampaknya ia agak ragu-ragu. Tetapi entah apa alasannya, akhirnya temanku ikut juga bersamaku, pergi ke masjid Nabawi. Kami berdua masing-masing membawa sebuah payung untuk melindungi diri dari sengatan sinar matahari. Dalam perjalanan menuju masjid itulah bagian dari cerita ini aku tuliskan. Alhamdulillah, sebenarnya sudah sejak dahulu, bahkan jauh sebelum aku berangkat menunaikan ibadah haji, dalam hati aku sudah berniat. Aku akan memanfaatkan kesempatan yang telah diberikan oleh Allah ke tanah haram ini dengan sebaik-baiknya. Mungkin itulah salah satu energi besar yang kumiliki. Sehingga dalam kesempatan apa pun, dan dalam kondisi bagaima pun aku tetap ingin melakukan ibadah dengan seoptimal mungkin. Demikian juga dengan kondisiku ketika berangkat ke masjid di hari yang sangat panas itu. Saat itu sedang panas-panasnya matahari menyinari bumi Madinah. Apabila kami sedang berjalan, dan saat itu ada angin yang berhembus menerpa tubuh, wah, angin itu rasanya seperti berasal dari cerobong knalpot mobil. Begitu panas dan begitu kering. Hal itulah yang membuat orang-orang banyak yang tidak berani keluar dari rumah atau hotel. Kondisi alam yang cukup membuat banyak orang menjadi khawatir bahkan cenderung timbul rasa takut. Namun entah kenapa, tidak demikian denganku. Dalam hatiku tak terlintas sedikit pun rasa khawatir. Justru dengan adanya cuaca yang tidak bersahabat itu, membuat hatiku bertambah ingin pergi ke masjid untuk mendekatkan diri kepada Ilahi. Bersama-sama dengan orang-orang yang rindu untuk selalu bertemu dengan Tuhannya. Dalam kondisi apapun, termasuk juga kondisi saat itu. Aku sendiri menjadi heran. Apa yang membuatku bisa menikmati dan mempunyai ketetapan hati seperti itu. Setelah kupikir-pikir mungkin karena niat yang sudah tertanam di hati sejak mulai berangkat dari tanah air menuju tanah haram. Inilah yang mungkin saja membuatku -insya Allah- tetap punya komitmen untuk terus beribadah di sepanjang waktu. Dan aku pun teringat akan ayat Al-qur'an tentang niat dan keikhlasan hati QS. Ali-Imran (3) : 29 Katakanlah: Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu melahirkannya, pasti Allah mengetahui. Allah mengetahui apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. QS. Al-Bayyinah (98) : 5 Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. Bahkan begitu jelasnya hadits yang disampaikan rasulullah saw. Umar bin Khatab ra. Berkata: saya mendengar Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya sah atau tidaknya suatu amal, bergantung pada niatnya. Dan yang teranggap bagi tiap orang adalah apa yang diniatkan ( HR. Bukhari, Muslim ) Menyembah kepada Allah dengan ikhlas. Itulah kunci dari semua aktivitas hidup ini. Hidup adalah mengabdi kepada Allah. Hidup adalah beribadah, kepada Allah. Hidup adalah menghamba kepada Allah dengan memanfaatkan karunia yang telah diberikan olehNya kepada kita semua. Rupanya apa yang terjadi pada saat itu membuktikan kebenaran ayat Allah Swt. Paling tidak, telah menambah keyakinanku akan hal tersebut. Pak Hadi yang saat itu ikut pergi ke masjid, ketika akan berangkat sudah didahului perasaan ragu-ragu. Antara pergi dan tidak. Mungkin keragu-raguan inilah yang menjadikan pak Hadi mengalami perjalanan yang cukup menyulitkan dan menyusahkan dirinya. Sepanjang perjalanan dari maktab menuju masjid tiada hentinya ia mengeluh. Katanya hari begitu panas. Nafasnya sesak. Kakinya capek. Badannya berkeringat dingin... Dan sebagainya. Payung yang digunakan seolah tidak berfungsi lagi. Lain pak Hadi, lain pula yang kurasakan. Meski pun, tentu saja aku tidak menyampaikan kondisiku kepadanya. Waktu itu aku benar-benar mengalami kenikmatan dalam perjalanan menuju masjid. Setiap langkah kakiku kubuat dzikir kepada Allah yang menciptakan kaki ini. Setiap gerak dan lambaian tanganku aku buat dzikir kepada yang telah menciptakan tangan ini. Setiap fikiranku aku buat dzikir kepada Allah, karena Dialah yang menjadikan
[daarut-tauhiid] Arti Alif Laam Mim
BERSAMA ALAH DI KOTA MADINAH PELAJARAN PERTAMA Pelajaran apa yang didapat pertama kali di tanah Haram... Sesungguhnyalah, 'sabar' adalah sebuah kata yang gampang sekali diucapkan. Ia hanya terdiri dari lima huruf. Dalam kehidupan kita sehari-hari, kata ini begitu akrabnya dengan setiap persoalan. Seorang guru memberi nasehat kepada muridnya. Seorang ibu atau ayah memberi nasehat kepada anak-anaknya. Seorang teman memberi nasehat kepada teman lainnya. Seorang pemimpin memberi nasehat kepada anak buahnya. Bahkan seorang da'i memberi nasehat kepada khalayak atau para audiens yang mendengarkan petuahnya. Dan mungkin masih banyak lagi! Tetapi begitu seseorang terkena permasalahan sendiri, maka 'nglakoni' sabar itu begitu beratnya. Tidak semudah seperti ucapan yang sering muncul dari seseorang untuk orang lain. Begitu ringannya, begitu enaknya, begitu gampangnya seseorang meluncurkan kalimat sabar. Tetapi memang perilaku sabar itu sesuatu yang sangat manusiawi. Setiap orang akan diuji dengan 'kata-kata' itu. Setiap orang akan pernah merasakan suatu persoalan yang akan melibatkan perilaku sabar. Allah memberlakukan semua orang terkena permasalahan. Yang dengan permasalahan itu, Dia justru akan menguji siapa orang-orang yang menjadi hamba yang tulus dan akan lulus. Atau, siapa pula yang gagal dalam drama kehidupan di panggung dunia ini. Tak ada satu pun manusia yang tidak bertemu dengan persoalan, yang akan mengakibatkan seseorang harus berperilaku sabar. Terpaksa atau tidak.! Seorang yang kaya, akan terkena persoalan yang tidak bisa diselesaikan dengan kekayaannya. Seorang yang tinggi ilmunya akan terkena persoalan yang tidak bisa diselesaikan dengan ketinggian ilmunya. Seorang yang sehat dan kuat akan terkena persoalan yang tidak bisa diselesaikan dengan kekuatan tubuhnya. Seorang pejabat yang mempunyai pengaruh yang besar sekali pun, ia akan terkena persoalan pada titik kelemahannya. Kekuatan dan kemampuan yang dimilikinya tidak akan bisa dipakai untuk menyelesaikan persoalannya. Semua orang akan mengalami suatu kondisi dimana pada saat itu ia harus menggunakan kesabarannya untuk bisa keluar dari permasalahan. Apakah dia seorang pemimpin, rakyat biasa, orang pandai atau orang miskin. Bahkan nabi dan rasul pun telah 'diberi' oleh Allah dengan suatu persoalan hidup yang sangat berat dan rumit, justru untuk menunjukkan kepada manusia, bahwa ujian dan cobaan berlaku bagi siapa saja... Begitu juga dengan para jamaah haji. Di kota Madinah, setelah semua jamaah turun dari bus yang mengangkut dari Bandara King Abdul Azis, dan berhenti di maktab yang telah disediakan bagi rombongan, maka 'keakuan' para ketua rombongan muncul. Mereka berebut tempat di Maktab demi rombongannya masing-masing. Ketua rombongan saling bertengkar memperebutkan kamar demi anak buahnya. Akh, aku betul-betul terkejut sampai aku tertegun. Tak habis mengerti. Ketika kami sesama 'kelompok terbang' berangkat dari tanah air, kami begitu akrabnya. Begitu mesranya. Saling tolong-menolong menomor duakan diri sendiri demi untuk kepentingan orang lain. Bayanganku, harapanku, tentu sesampai di tanah haram nanti kita semua bertambah saling setia. Saling menolong bagi yang susah. Tetapi saat itu sungguh aku agak kecewa. Untung hal itu tidak berlangsung lama. Ada seseorang yang melerai. Ada salah satu ketua rombongan yang lebih memilih untuk mengalah dari pada harus bertengkar dengan sesama. Subhaanallah..., rupanya inilah pelajaran pertama di tanah haram.! Tentang sabar. Begitu banyak Al-Qur'an memberi pelajaran tentang sabar. Tidak kurang dari tujuh puluh kali, Allah memerintahkan agar manusia selalu bersabar atas ujian dan cobaan yang menimpa. Bahkan Allah Swt memberi motivasi kepada setiap orang yang bisa bersabar dengan balasan yang tiada terkira. Dengan perilaku sabar Allah akan memberi berbagai keutamaan. Sebab memang perilaku sabar adalah sangat istimewa. Sabar menunjukkan bahwa orang tersebut bisa memanage hatinya. Padahal memanage hati bukanlah perkerjaan yang mudah. Sabar adalah pekerjaan hati. Sebuah peribahasa menunjukkan bahwa betapa sulitnya memanage dan mengetahui keberadaan sebuah hati. Dalam laut dapat diduga, dalam hati siapa tahu. Luasnya laut selalu ada pantainya, luasnya hati tiada bertepi. Karena itu, orang yang bisa bersabar apabila ditimpa dengan persoalan, maka sungguh Allah akan mengganti dengan berbagai reward yang kadang-kadang kita tidak pernah menyangkanya. Sungguh Allah selalu bersama dengan orang yang sabar. 1. Orang yang sabar akan mendapatkan pahala yang lebih baik. QS. An-Nahl (16) : 96 Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. Termasuk orang-orang yang bila dianiaya, ia membalas dengan kebaikan. Maka itulah orang yang sabar.
[daarut-tauhiid] Bekal Paling Utama
BEKAL PALING UTAMA Apa bekal utama kita dalam hidup ini...? Ibadah haji adalah salah satu ibadah yang berbeda dengan ibadah lainnya. Misalnya shalat, puasa atau zakat. Perbedaan yang nampak jelas adalah bahwa ibadah haji harus dikerjakan di tanah haram. Sehingga jama'ah yang tempatnya di luar tanah haram harus pergi ke sana untuk melakukan ibadah tersebut. Sehingga sudah barang tentu siapa saja yang pergi berhaji haruslah mempertimbangkan perbekalan. Pertanyaannya, sudahkah setiap jamaah mengurusi dan mempersiapkan perbekalannya? Ketika hal tersebut kutanyakan pada para jamaah yang akan berangkat ke tanah suci, mereka rata-rata menjawab bahwa perbekalan yang dimaksud adalah perbekalan material dan latihan-latihan secara fisikal. Antara lain: uang, makanan, pakaian, obat-obatan, dan juga persiapan fisik. Bahkan ada di antara teman yang melatih fisiknya setiap hari berjalan di bawah terik matahari. Apa alasannya? agar nanti di sana bisa kuat melakukan ibadah. A. Bekal uang. Bekal ini secara umum adalah sangat penting. Pertimbangannya, dengan adanya uang apalagi pergi ke lain negara, tentu banyak hal yang akan dapat diselesaikan dengan mudah. Ketika aku bertanya kepada seorang temanku : Apakah sudah siap?, Pak Djoko menjawab : ...saya sih sudah slap. Tapi saya tidak bawa uang secara pribadi kecuali yang telah diberikan oleh pemerintah... untuk biaya hidup di sana. Teman saya yang lain nyeletuk : ...untung saja saya sudah menabung sejak dulu, sehingga saat berangkat ini saya sudah siap dengan perbekalan uang yang cukup...! Ya maklumlah saudara banyak, teman banyak dan tetangga pun cukup banyak. Sehingga saya nanti bisa bawa oleh-oleh yang banyak pula untuk mereka... Tiba-tiba Pak Joni mendekati kami yang sedang berbincang-bincang. Katanya : ...Wah, alhamdulillah, saya masih memiliki simpanan uang dollar cukup banyak, sehingga nanti bisa saya tukarkan di sana untuk keperluan membeli barang-barang berharga... Aku tepekur sendiri mendengar berbagai macam kata hati mereka tentang perbekalan uang. Dalam hati aku hanya bisa bertanya, apakah sampai seperti itu persiapan ibadah haji ini? Perjalanan haji adalah perjalanan menuju Allah. Sementara harta adalah sekedar perhiasan belaka. Tentu bekal uang bukanlah sesuatu yang utama Pikirku. QS. Al-Kahfi (18) : 46 Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia. Tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh, adalah lebih baik pahalanya, di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan. B. Bekal makanan. Dalam kondisi tertentu, ketika lidah sulit nnenyesuaikan diri dengan makanan asing, maka bekal makanan seolah-olah menjadi sesuatu yang sangat penting artinya. Apalagi saat-saat tahun sembilan puluhan atau bahkan sebelum itu. Keberadaan makanan yang tersedia di Mekah atau pun di Madinah belum seperti sekarang ini. Sekarang, hampir semua jenis makanan di tanah air sudah tersedia dijual di sana. Sambil menunggu pemberangkatan, aku memperhatikan beberapa jamaah ibu-ibu yang bercanda sambil sesekali terdengar ketawa lirihnya. Mereka saling menujukkan makanan yang dibawanya. Bahkan makanan itu mereka sembunyikan di dalam tas pakaian mereka. Ada yang membawa bumbu masakan tertentu, ada yang membawa sambal kering, ada yang membawa ikan asin kesukaannya Wah rame sekali pembicaraan mereka. Terdengar salah satu dari mereka berkata : ...saya kalau makan tidak ada sambalnya, wah, rasanya kok kurang lengkap ya.. Yang lainnya nyeletuk : ...iya bu, saya pun demikian. Kalau tidak ada ikan asin, wah, bisa-bisa makan saya hanya sedikit. Padahal kan katanya kalau makan haruslah yang banyak, agar badan kita selalu sehat...hi hi hi.. Mereka terus melanjutkan canda-tawanya berbincang tentang makanan kesukaannya masing-masing. Akupun semakin tepekur dibuatnya... C. Bekal Pakaian Bekal lain yang sering diperbincangkan untuk disiapkan oleh jamaah haji adalah pakaian. Berikut ini Allah berfirman. QS. Al-A'raaf (7) : 26 Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat. Menurut ayat tersebut, ada tiga macam pakaian : 1. Pakaian penutup aurat Adalah pakaian untuk menutupi tubuh. Karena pada tubuh manusia ada aurat yang harus ditutupi agar tidak terlihat oleh manusia lain yang tidak ada hak baginya. Pakaian penutup aurat ini sudah berlangsung secara kodrati sejak manusia pertama dicipta oleh Allah Swt. Maka dengan pakaian penutup aurat ini manusia pertama itu terjaga dari dosa. Tetapi setelah terjadinya proses godaan setan kepada manusia, terbukalah penutup ini. Sehingga Allah menyuruh manusia pertama itu 'turun' mendiami bumi. QS.Al-A'raaf (7) : 27 Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah
[daarut-tauhiid] Haji Bukan Rekreasi
HAJI BUKAN REKREASI Apakah bedanya pergi haji dan pergi rekreasi...? Pengalaman Pak Taufik Djafri Hari itu, rumahku tiba-tiba menjadi begitu sunyi dari canda dan tawa. Seharian aku hilir mudik di dalam rumah. Tak karuan rasanya. Antara senang, sedih, haru dan juga gembira. Antara rasa syukur, dan cemas, menjadi satu dalam dada. Demikian pula kiranya yang dirasakan oleh istriku. Bahkan mungkin lebih dari yang kurasa. Hal itu terjadi karena besok pagi aku harus berangkat ke tanah suci untuk melakukan ibadah haji. Anakku yang masih kecil, yang ketika itu berumur sekitar tiga setengah tahun, mungkin secara rasional tidak mengerti kalau besok pagi sudah harus kutinggalkan sendirian di rumah. Tetapi secara naluriah, rupanya ia merasakan. Seolah-olah ia mengerti kalau akan kutinggal dalam waktu yang cukup lama. Terbukti, sejak pagi ia selalu 'menempel'ku, seakan-akan tidak mau kutinggalkan. Kemana-mana minta digendong, dipangku, dipeluk dan sebagainya. Sungguh, kemanjaannya melampaui hari-hari biasanya! Malam itu udara di luar cukup dingin. Musim kemarau sudah mulai datang. Itulah saat yang membuat hatiku berdegup kencang. Seolah-olah hari itu adalah malam terakhirku berada di lingkungan keluarga. Sebab esok hari adalah hari dan tanggal yang telah ditetapkan oleh panitia pemberangkatan jama'ah haji, kloter dua embarkasi Surabaya. Begitu suara adzan isya' dari masjid di kampungku usai, aku sekeluarga melakukan shalat berjamaah di rumah dengan begitu khusyu'. Itulah shalat berjama'ah isya' untuk terakhir kalinya bersama istri dan anakku, sebelum aku berangkat menunaikan ibadah haji di tahun itu. Sungguh, tak terkatakan indahnya, shalat yang seolah-olah merupakan shalat terakhir itu. Nikmat sekali rasanya...! Setiap do'a dapat kuhayati dengan begitu nikmat. Dan, Tuhan benar-benar terasa begitu dekat. Cukup lama kami tenggelam dalam khusyu'nya shalat. Panjatan do'a begitu menggetarkan hati. Rintihan qalbu yang amat elok. Seolah bertemu dengan Dzat Yang Maha Indah. Kami pun enggan melepaskan saat-saat seperti itu. Aku merasakan pertemuan dengan Allah Azza wa Jalla dalam dzikir asmaul husna yang luar biasa indahnya. Selesai shalat, kami berdo'a bersama. Kupandangi terus wajah si kecil mungil yang duduk di sebelahku. Kami bertiga melaksanakan shalat isya' berjama'ah di kamar. Sebuah kamar yang tidak terlalu luas. Anakku yang masih berusia tiga tahun lima bulan itu, ikut mengamini setiap panjatan do'aku dengan penuh khusyu. Ia mengikuti ritme do'a-do'aku dengan seksama. Layaknya seorang dewasa yang sudah mengerti akan arti benar dan salah. Ah.., tak terasa ada setitik air mata yang mau jatuh di sudut mataku. Yang aku tahan supaya tidak ketahuan. Dalam keheningan bisikan do'a itulah terdengar beberapa derap langkah kaki di luar pintu rumah. Oh.., rupanya beberapa teman, handai taulan, dan keluarga jauh, telah berdatangan. Mereka berkunjung ke rumah sekadar mengucapkan selamat jalan, memberikan do'a restu, semangat, agar aku lebih tenang, dan bisa beribadah dengan sebaik-baiknya. Menjalankan perintah Allah ke tanah suci. ...Mari silahkan masuk, ayo masuk,...ayo masuk... kataku. Wah, ternyata banyak juga tetangga dan teman-teman yang datang. Sebuah keramaian, yang sakral dan khidmat. Suasana riuh, namun bernuansa ibadah terasa sekali malam itu. Teman-teman bercanda, sambil menghibur keluargaku yang akan kutinggalkan esok pagi. Di antara riuh canda kami itu, ada sebuah pesan dari seorang tetangga yang tergolong 'sepuh'. Kata-kata itu masih melekat dalam ingatan. ...janganlah khawatir akan segala sesuatunya, baik kekhawatiran dalam perjalanan maupun kekhawatiran terhadap keluarga yang ditinggalkan, sebab engkau bertamu di rumah Allah. Tentu Allah akan menjaga semuanya... ...Bertamu di rumah Allah...! inilah kata-kata pak Ahmad yang terus kuingat. Kata-kata bersahaja, tanpa dibuat-buat. Bahkan disampaikan dengan intonasi yang datar-datar saja...Tetapi kata itu, istilah itu, begitu menghunjam tajam di dalam hatiku. Bersamaan dengan 'petuah' pak Ahmad itu, aku jadi teringat akan peristiwa bersejarah dalam suatu riwayat yang oleh Allah diabadikan di dalam Al-Qur'an al-Karim. Yaitu tentang ketinggian akhlak dan budi mulia seorang sahabat anshar, yang menghormati tamunya, seorang muhajirin. Suatu ketika, Rasulullah saw menawarkan, siapakah di antara para sahabat yang bersedia menjamu seorang tamu dari kalangan muhajirin. Maka salah satu sahabat anshar menyediakan diri. Dan ia pun menyediakan tempat untuk keperluan bermalam di rumahnya bagi sahabat muhajirin yang dimaksud oleh Rasulullah tersebut. Ketika telah sampai waktu makan malam, sang empunya rumah menjadi bingung karena ternyata di rumahnya tidak ada makanan sama sekali, kecuali sedikit makanan untuk anaknya saja. Selanjutnya setelah dilakukan musyawarah dengan sang istri, tamupun diajak makan bersama, dalam keadaan gelap gulita. Suasana rumah itupun kemudian
[daarut-tauhiid] Negeri Bencana
NEGERI BENCANA Maka masing-masing Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. QS. Al Ankabuut (29) : 40 Indonesia telah menjelma menjadi negeri bencana. Betapa tidak. Dalam kurun waktu yang relatif singkat, negeri ini dihajar oleh bencana bertubi-tubi dengan korban ratusan ribu jiwa dan harta benda yang tiada terkira. Mulai dari gempa dan tsunami Aceh di akhir tahun 2004, disusul ancaman gunung Merapi, disusul lagi gempa dan tsunami di Yogyakarta, diteruskan dengan banjir bandang di berbagai wilayah Indonesia, meluapnya Lumpur di Sidoarjo, dan sejumlah gempa lainnya di berbagai kawasan. Ada apa dengan Indonesia? Sebagian kawan berpendapat bahwa Indonesia sedang diperingatkan oleh Allah agar segera menyadari berbagai kesalahan yang telah kita perbuat. Mulai dari korupsi, mafia peradilan, penyalahgunaan kekuasaan, pornografi, perjudian, narkoba, pelacuran dan berbagai penyimpangan seksualitas, serta segala jenis kemaksiatan lainnya. Allah masih menyayangi kita, katanya. Karena itu DIA mengingatkan agar kita segera kembali. Perbaiki diri dan kehidupan kita secara keseluruhan agar menjadi masyarakat yang adil dan makmur dalam Ridha Allah. Sebagaimana dicantumkan oleh pendiri negara ini dalam pembukaan Undang Undang Dasar kita... Sementara itu, sebagian kawan yang lain berpendapat bahwa bencana-bencana yang kita alami ini tak ada kaitannya dengan murka Allah. Ini semata-mata adalah konsekuensi logis dari wilayah Indonesia yang berada di pertemuan lempeng-lempeng Bumi, Eurasia, Australia, dan Pasific. Karena berada di pertemuan tiga lempeng besar itu, maka wilayah Indonesia menjadi tidak stabil. Sehingga gampang terkena gempa tektonik. Dan juga banyak memiliki gunung-gunung berapi aktif. Namun, kawan yang lain bertanya lagi, meski pun Indonesia berada di dalam kawasan aktif, kenapa bencana itu datang bertubi-tubi akhir-akhir ini. Kenapa dulu tidak segencar ini? Jangan-jangan ini ada kaitannya dengan segala macam perbuatan kita yang semakin tidak tahu diri. Yang manakah yang harus kita ikuti sebagai kepahaman atas segala yang terjadi? Sebenarnyalah Indonesia adalah negeri bencana. Setiap tahun Indonesia selalu ditimpa bencana sebanyak ratusan kali di seluruh wilayahnya. Hanya saja, karena tidak diinventarisasi, menjadi tidak ketahuan dan tidak kelihatan. Menurut laporan WALHI, antara tahun 1998 sampai dengan 2003 saja, Indonesia diterpa bencana sebanyak 647 kali. Sebagian besarnya adalah banjir dan tanah longsor. Masing-masing sebanyak 302 kejadian banjir dan 245 tanah longsor. Tersebar di dalam wilayah yang sangat luas, mulai dari kota-kota di pulau Jawa, kalimantan, Sumatera, Nusa tenggara sampai Maluku. Bencana pada urutan berikutnya adalah angin topan sebanyak 46 kali, gempa bumi 38 kali, dan gunung berapi 16 kali. Seluruh bencana itu memakan korban jiwa sebanyak lebih dari 2.000 orang. Dan kerugian material ratusan miliar rupiah. Belum lagi sepanjang tahun 2003 dan 2004, ratusan bencana lagi yang menimpa negeri ini. Dan puncaknya terjadi di akhir tahun 2004 sampai 2006. Indonesia dihantam oleh berbagai bencana beruntun dengan skala yang jauh lebih besar dari sebelumnya berupa tsunami, gempa bumi, gunung berapi, banjir bandang, luapan Lumpur, dan tanah longsor. Korbannya melonjak menjadi ratusan ribu orang, dengan kerugian material triliunan rupiah. Sebenarnya, kita paham bahwa bencana alam adalah bagian dari kehidupan manusia di muka bumi. Sebagaimana telah kita bahas di bagian sebelumnya, bahwa bumi kita ini setiap harinya diincar oleh bencana dari segenap penjuru. Dari angkasa, dari perut Bumi, dari lingkungan sekitar, dan lain sebagainya. Akan tetapi, kita menjadi bertanya-tanya kepada diri sendiri, kenapa ini tidak henti-hentinya menghantam kita. Dan, semakin lama semakin besar skalanya. Apakah tidak ada yang salah dengan kita? Bukankah Allah memotivasi kita untuk selalu mengambil pelajaran dari berbagai kejadian yang menimpa kita? QS. Az Zukhruf (43) : 55-56 Maka tatkala mereka membuat Kami marah, Kami menghukum mereka lalu Kami tenggelamkan mereka semuanya, dan Kami jadikan mereka sebagai pelajaran dan contoh bagi orang-orang yang kemudian. Sebagian kita mengatakan bahwa bencana itu ada yang bisa di-manage dan dikendalikan. Sedangkan sebagian yang lain lagi tidak bisa kita kontrol. Di antara yang bisa kita kontrol itu adalah banjir, tanah longsor, kebakaran hutan, kekeringan, dan kekacauan musim. Sedangkan yang tidak bisa kita kontrol adalah gunung meletus, gempa bumi, tsunami, dan angin
[daarut-tauhiid] Bencana Penyakit
BENCANA PENYAKIT Katakanlah: Siapakah yang dapat melindungi kamu dari Allah jika Dia menghendaki bencana atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu? QS. Al Ahzab (33) : 17 Penyakit menjadi salah satu bentuk bencana yang mengancam kehidupan manusia di muka Bumi. Dari tahun ke tahun kita melihat betapa penyakit mengalami perkembangan yang semakin menakutkan. Begitu banyak penyakit mematikan dalam skala massal yang terjadi akhir-akhir ini. Mulai dari SARS, Flu Burung, AIDS, serangan hama tanaman, maupun pada hewan piaraan. Semua itu muncul seiring rusaknya tatanan keseimbangan mekanisme alamiah Bumi. Dari semua jenis penyakit itu yang paling menakutkan adalah munculnya berbagai macam virus. Gejala penyebarannya sangat cepat, massal, dan sulit ditanggulangi. Karena virus sulit dimatikan, dan bisa bermutasi menjadi bentuk lain yang tak terduga. Karenanya, kita selalu kecolongan. Penyakitnya sudah menyebar duluan. Sudah memakan korban banyak. Barulah kita kelabakan untuk mencari obat penawarnya. Dan ketika obat penawarnya sudah ditemukan, ternyata virus sudah merubah bentuk dan fungsinya. Munculnya berbagai macam virus mematikan itu tidak lepas dari kondisi Bumi dan perilaku manusia yang semakin kacau. Sebagaimana yang terjadi pada flu, virus memang terbukti tidak pernah bisa dimatikan. Ia selalu muncul ketika daya tahan tubuh kita sedang menurun. Jadi kunci utamanya adalah pada daya tahan tubuh alias imunitas kita sendiri. Padahan imunitas kita mengalami penurunan yang signifikan di abad modern ini. Penyebabnya adalah pola makan dan gaya hidup. Pola makan yang jelek dan gaya hidup yang penuh tekanan bakal menyebabkan turunnya imunitas seseorang. Pada saat itulah virus-virus menyerang kita, dan kemudian sakit. Penyakit yang menyerang kita secara massal itu menunjukkan bahwa terjadi sebuah kesalahan atau kelemahan yang bersifat sistemik. Bukan orang per orang. Banyak orang mengalami kondisi yang sama, disebabkan oleh menurunnya 'daya tahan' sistem dalam masyarakat kita, sehingga bencana penyakit itu menyerang secara massal. Jika pada orang per orang yang mengalami sakit penyebabnya adalah buruknya pola makan dan pola hidup secara individual, maka penyakit massal ini pun sangat dipengaruhi oleh buruknya perilaku sosial dan pola makan sosial kita. Ya, bencana penyakit yang mengincar masyarakat kita itu juga hanya bisa ditanggulangi oleh upaya membangun imunitas sosial yang tangguh. Lewat berbagai ibadah-ibadah sosial, di antaranya puasa dan zakat. Jika tidak, maka bencana penyakit massal itu akan semakin meluas dan mengancam kehidupan masyarakat secara massal pula. Yang terjadi bukan hanya penyakit-penyakit fisik, tetapi lebih kompleks dari itu, berkombinasi dengan penyakit-penyakit sosial. Sebagai contoh HIV-AIDS. Ini sebenarnya adalah penyakit kompleks kombinasi antara penyakit fisik dan perilaku. Jika kita hanya mengobati gejala fisiknya, tanpa mengobati perilaku masyarakat seperti narkoba dan seks bebas, maka penyakit ini akan terus menjadi bencana yang mengganas dalam kehidupan kita. Jangan heran, setiap hari jumlah penderita HIV-AIDS ini semakin besar saja. Kita tangani satu, muncul puluhan penderita penderita lainnya. Bagaikan gunung es di lautan. Yang tampak hanya puncaknya yang kecil, padahal di bawah permukaan junnlahnya jauh lebih besar. Bencana terus mengintai kehidupan kita. Kunci penanganannya kembali kepada perilaku kita sendiri. Karena semakin terbukti bahwa berbagai macam penyakit yang muncul itu sangat erat kaitannya dengan kualitas kepribadian seseorang. Penelitian mutakhir yang dilakukan oleh Dr Masaru Emoto dari Jepang membuktikan bahwa energi negatif dari pikiran kita sendirilah yang meresonansi organ-organ tubuh kita sehingga menjadi sakit. Faktor luar seperti bakteri, virus dan kuman-kuman, hanyalah pelengkap saja. Semua itu tidak akan berdaya jika tubuh kita memiliki imunitas alias daya tahan yang tangguh. Masaru Emoto sampai membuat tabel, hubungan erat antara sifat-sifat jelek dengan munculnya penyakit dalam diri kita. Di antaranya, dia menyimpulkan bahwa orang yang sakit liver itu ternyata disebabkan oleh sifat-sifat pemarah dan sulit memaafkan. Hati yang 'keras', ternyata menjadi penyebab liver kita sakit, dalam berbagai bentuk. Mulai dari hepatitis sampai pada kanker hati... BENCANA SOSIAL POLITIK Katakanlah: Siapakah yang dapat melindungi kamu dari Allah jika Dia menghendaki bencana atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu? QS. Al Ahzab (33) : 17 Akhirnya, dari berbagai macam bencana yang mengancam manusia di muka Bumi ini, yang paling besar adalah yang datang dari sistem sosial politik. Inilah bencana abadi yang telah hadir di muka Bumi sejak manusia pertama diciptakan. Sejak Adam dan Hawa meninggalkan surga, dan kemudian terbentuk masyarakat kecil dalam bentuk keluarga, keturunan Adam - Qabil dan Habil
[daarut-tauhiid] Bencana Dari Perut Bumi
BENCANA DARI PERUT BUMI Katakanlah: Siapakah yang dapat melindungi kamu dari Allah jika Dia menghendaki bencana atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu? QS. Al Ahzab (33): 17 Bumi menyimpan potensi bencana di dalam perutnya sendiri. Inti Bumi adalah bola pijar yang bersuhu ribuan derajat. Bola pijar itu tersusun dari besi membara, dengan jari-jari 1.200 km. Di luarnya ada lelehan logam campuran Besi dan Nikel, dengan ketebalan 2.200 km, yang berpusar mengelilingi intinya, sehingga menimbulkan medan magnet yang meliputi planet Bumi. Jadi, kita sebenarnya hidup di atas sebuah bola api raksasa. Bola itu diselimuti berbagai lapisan bebatuan. Yang paling tebal di sekitar inti Bumi disebut Mantel. Tersusun dari bebatuan berat, campuran antara besi, magnesium dan silika. Tebalnya sekitar 3.000 km. Menempati komposisi lebih dari 60% massa Bumi. Sedangkan Inti Bumi menempati komposisi 35%. Sebagaimana inti, Mantel terdiri dari 2 lapisan, yaitu Mantel bagian atas dan bawah, yang dipisahkan oleh daerah transisi, pada kedalaman sekitar 1000 km dari permukaan Bumi. Di daerah peralihan inilah terbentuk panas sangat tinggi akibat gesekan yang meleburkan bebatuan. Sehingga terbentuklah magma. Leburan batu pijar itu ketika keluar melalui letusan gunung berapi disebut sebagai lava. Bagian-bagian yang lebih ringan terdorong ke permukaan Bumi. Seperti bebatuan Ferosilika di Mantel, dan aluminium silika di bagian Kerak. Termasuk juga air, yang kemudian menutupi sekitar 60 % permukaan Bumi. Mekanisme letusan gunung berapi menjadi salah satu cara munculnya berbagai zat yang kini ada di permukaan Bumi. Pada sebuah letusan gunung berapi, lava mengandung komposisi 77% air, 12% CO2, 7% Sulfat, 3% Nitrogen, dan sejumlah kecil kandungan hidrogen, Karbon Monoksida, belerang, Chlorin dan Argon. Lebih ke atas lagi dari Mantel, bagian yang paling luar dari lapisan-lapisan Bumi disebut sebagai Kerak Bumi. Tebalnya bervariasi antara 30-100 km. Menempati tidak sampai 1 % dari massa Bumi. Kandungannya adalah campuran antara air, Aluminium Silika, Kalsium, dan sebagainya. inilah daerah yang paling brittle alias gampang retak-retak dan patah. Misalnya, ketika terjadi gempa. Struktur Bumi bisa dianalogikan dengan sebutir telur. Bagian paling luar adalah cangkang alias kulit telur, itulah Kerak Bumi. Bagian lebih dalam adalah putih telur, alias Mantel Bumi. Dan bagian paling dalam adalah kuning telur, alias inti Bumi. Bedanya, pada Bumi, semakin ke dalam suhunya semakin tinggi. Sehingga tidak mungkin ada kehidupan di kedalaman ribuan kilometer. Jari-jari Bumi sendiri diperkirakan sekitar 6.350 km. Dari permukaan sampai ke pusat inti Bumi. Kehidupan ditemukan hanya di bagian atas lapisan Bumi. Yaitu bagian yang disebut sebagai Biosfer. Di sinilah kita menemukan habitat makhluk hidup, di daratan maupun di perairan. Keberadaan air di Bumi sempat menjadi kontroversi, dari mana ia berasal. Sebagaimana besi yang menjadi inti Bumi. Keduanya tidak diketemukan di planet-planet anggota tata surya lainnya. Teori terbaru menduga, bahwa logam-logam berat seperti Besi dan Nikel, serta air bukan terbentuk di Bumi, melainkan 'dikirim' dari angkasa luar, lewat batu-batu meteor dan komet yang jatuh ke Bumi. Karena berat, maka logam tersebut menjadi inti Bumi. Berkaitan dengan teori ini, ada yang menghubungkan ayat berikut ini dengan datangnya besi dari angkasa luar. Ayat ini difirmankan Allah datam surat Al Hadiid yang bermakna 'Besi'. QS. Al Hadiid (57) : 4 Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa; Kemudian Dia bersemayam di atas Arsy Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. Ayat yang dimulai dengan cerita penciptaan langit dan Bumi itu menyebut-nyebut sesuatu yang masuk ke dalam Bumi, dan turun dari langit. Karena ayat ini berada di dalam Surat Al Hadiid (Besi), maka ia diinterpretasikan sebagai datangnya besi ke Bumi dari angkasa luar. Tidak seperti cangkang telur yang utuh, ternyata lapisan kerak Bumi terdiri dari lembaran-lembaran, yang disebut sebagai Lempeng Tektonik. Lempeng tektonik itu ternyata mengambang di sebuah lapisan lunak-panas yang disebut Asthenosphere. Maka, lempeng-lempeng kerak Bumi itu selalu bergerak-gerak disebabkan oleh beberapa faktor. Di antaranya adalah akibat perputaran Bumi secara rotasi. Penyebab lainnya adalah gaya-gaya dari dalam Bumi sendiri, disebabkan oleh panas tinggi di bawahnya. Atau, bisa pula disebabkan oteh ketidakseimbangan struktur pendukungnya. Runtuhnya struktur lempeng-lempeng itu bisa menyebabkan getaran dahsyat yang disebut sebagai gempa tektonik. Karena kerak Bumi bersifat brittle maka getaran itu seringkali menyebabkan retakan-retakan dan patahan yang sangat membahayakan kehidupan di atasnya. Gedung dan
[daarut-tauhiid] Bencana Iklim dan Musim
BENCANA IKLIM DAN MUSIM Katakanlah: Siapakah yang dapat melindungi kamu dari Allah jika Dia menghendaki bencana atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu? QS. Al Ahzab (33) : 17 Ya, musim dan iklim telah mengalami kekacauan. Ini tidak bisa tidak, disebabkan oleh terjadinya pergeseran mekanisme keseimbangan di permukaan Bumi. Penyebabnya adalah aktifitas manusia sendiri. Kerusakan lapisan ozon, meningkatnya gas-gas rumah kaca, kerusakan hutan dan menipisnya jumlah pepohonan, telah mengacaukan mekanisme sempurna itu. QS. Ar Ruum (30) : 41 Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Padahal, dengan mekanisme musim itulah Allah memberikan berbagai rahmat kepada manusia. Di antaranya adalah munculnya berbagai jenis buah-buahan, sayuran, perkembangbiakan segala macam jenis binatang di darat maupun di lautan. Dengan iklim dan musim itu juga Allah memberikan suasana yang indah dan nikmat dalam kehidupan manusia. Musim hujan yang sejuk, musim kemarau yang panas, musim semi yang indah berwarna-warni, musim panas yang bertaburan cahaya matahari, musim rontok yang meranggas, dan musim dingin yang eksotik. Semuanya itu memberikan nuansa kehidupan yang dinamis penuh keindahan. Enak dipandang mata. QS. Qaaf (50) : 7 Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata Bagi kalangan petani, nelayan, dan pekerja yang dekat dengan alam, pergerakan musim telah memberikan gerak kehidupan yang penuh dengan harapan. Mereka bercocok tanam dan melaut di waktu-waktu tertentu. Dan menikmati hasilnya di waktu-waktu yang lain. Semuanya berjalan secara alami dan teratur seiring dengan perputaran Bumi sepanjang tahun. Seorang petani mengatakan: Dulu iklim dan musim berjalan secara teratur. Sehingga memudahkan kami untuk bercocok tanam dan berkebun. Kini semuanya jadi serba sulit dan tidak bisa diduga, paparnya. Ia menjelaskan, di kalangan petani Jawa ada yang disebut sebagai Pranoto Mongso. lni adalah patokan para petani ketika menjalankan pekerjaannya. Mereka tahu persis, kapan harus memulai menanam bibit padi. Kapan menuai. Kapan menggantinya dengan tanaman palawija. Kapan dan bagaimana memberantas hama secara alamiah. Dan seterusnya. Tapi semua itu kini telah kacau. Manusia lebih mengandalkan teknologi, zat-zat kimiawi, dan pemaksaan-pemaksaan atas kondisi alam. Yang terjadi bukan produktifitas yang meningkat. Melainkan semakin kacaunya proses produksi pertanian. Hama lebih sulit dikendalikan. Unsur-unsur hara di dalam tanah mengalami kerusakan. Dan yang paling merepotkan, iklim dan musim kini semakin sulit diprediksi. Hujan salah musim. Volume air yang turun jauh melebihi biasanya. Banyak lahan-lahan gundul yang memicu terjadinya tanah longsor. Lapisan subur permukaan tanah pun mengelupas, sehingga semakin banyak daerah kritis dan tandus. Maka, Indonesia yang demikian subur dan luas ini pun terpaksa harus mengimpor beras, gula, sayuran dan berbagai macam buah-buahan dari negara-negara tetangga yang lebih kecil ... !!? Sebenarnya, Bumi kita ini telah memiliki mekanisme sempurna untuk mengendalikan musim dan iklim. Rezeki yang disediakan Allah di muka Bumi untuk kehidupan manusia ini tidak akan habis sampai tujuh turunan. Asal saja manusia tidak serakah. Mementingkan diri sendiri. QS. Al Baqoroh (2) : 22 Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui QS. An Nahl (16) : 11 Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan. QS. An Nahl (16) : 14 Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karuniaNya, dan supaya kamu bersyukur. QS. Al An'aam (6) : 142 Dan di antara binatang ternak itu ada yang dijadikan untuk pengangkutan dan ada yang untuk disembelih. Makanlah dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. Jadi, mekanisme alam sudahlah sangat jelas. Ada sebuah keseimbangan yang mengatur iklim, cuaca, dan musim agar bermanfaat dan mengenakkan kehidupan manusia. Tapi akibat perbuatan kita sendiri mekanisme yang memberi nikmat itu kini
[daarut-tauhiid] Tiap Saat Diincar Bencana
TIAP SAAT DIINCAR BENCANA Katakanlah: Siapakah yang dapat melindungi kamu dari Allah jika Dia menghendaki bencana atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu? QS. Al Ahzab (33) : 17 Sebenarnya Bumi adalah planet yang rawan bencana. Tapi memang begitulah, setiap benda langit memiliki kondisi yang kurang lebih sama. Selalu diincar oleh bencana. Hanya, khusus Bumi, Allah memberikan perlindungan ekstra, sehingga bisa dihuni oleh makhluk hidup. Termasuk manusia. Bumi memang planet istimewa yang paling aneh di antara sembilan planet lainnya di tatasurya ini. Tidak ada satu pun benda langit anggota tatasurya yang bisa ditempati oleh makhluk hidup, karena tidak memenuhi prasyarat untuk itu. Dan teristimewa karena selalu diancam bencana yang menghancurkan kehidupan. Merkurius, planet yang paling dekat matahari, jelas-jelas tidak bisa dihuni disebabkan oleh ekstrimnya suhu permukaan planetnya. Perputaran rotasi Merkurius demikian lambatnya, sehingga ada bagian yang membara karena terlalu lama menghadap matahari, sedangkan bagian lainnya membeku karena terlalu lama membelakangi matahari. Dengan suhu seekstrim itu, tidak ada makhluk hidup yang tahan berada di permukaannya. Venus sebagai planet ke dua, memiliki suhu yang 'lumayan'. Namun, tetap saja tidak bisa dihuni oleh makhluk hidup. Suhunya mencapai 450 derajat celsius. Cukup untuk melelehkan logam timbal. Inilah 'planet pemanggang' raksasa. Atmosfernya memiliki tekanan sangat besar dan berat. Kurang lebih sama dengan kalau kita berada di kedalaman 1.000 meter di bawah permukaan laut. Yang lebih mengerikan, atmosfernya memiliki kandungan asam sulfat - H2SO4 - yang sangat besar dengan ketebalan ribuan meter. Sehingga permukaan planet ini selalu diguyur oleh hujan asam. Tak mungkin ada kehidupan di planet seperti ini. Planet yang lebih jauh adalah Mars. Inilah planet ke 4 setelah Bumi. Dulu, banyak ilmuwan berharap akan menemui kehidupan di planet ini. Namun setelah AS mendaratkan pesawat tanpa awaknya ke Mars, terbukti tidak ada kehidupan di sana. Bagaimana mungkin bisa ada kehidupan, karena ternyata Mars tidak memiliki prasyarat untuk munculnya kehidupan. Tak ada air. Tak ada kandungan oksigen yang cukup. Atmosfernya dipenuhi oleh gas beracun CO2 dalam kadar yang sangat tinggi. Angin badai pasir terjadi selama berbulan-bulan tanpa henti. Permukaannya penuh dengan kawah-kawah selebar ratusan meter, yang sangat dalam dan membahayakan. Planet ke 5 adalah Jupiter. Inilah planet terbesar di tatasurya kita. Sebuah planet gas tanpa daratan. Ya, tak ada daratan di sana. Semuanya berbentuk gas dengan suhu yang sangat dingin. Dan angin badai yang berlangsung selama ratusan tahun. Planet ini besarnya sekitar 318 kali Bumi. Planet ke 6 adalah Saturnus. Bentuknya sangat khas dengan adanya cincin berisi gas, batu dan es, yang berputar di sekeliling planetnya. Planet ini juga terdiri dari gas dengan komposisi 75% Hidrogen dan 25% Helium. Kerapatannya lebih rendah dibandingkan air. Tentu saja tak mungkin ada kehidupan di planet ke 5 6 ini. Planet ke 7 adalah Uranus. lnilah planet yang terdiri dari bongkahan batu dan es. Atmosfernya terdiri dari gas beracun metana yang mematikan, bercampur dengan Hidrogen dan Helium. Planet ini memiliki waktu mengelilingi matahari yang sangat panjang. Jika Bumi butuh waktu setahun untuk mengelilingi matahari, maka Uranus butuh waktu 84 tahun untuk sekali keliling matahari. Planet ke 8 dan 9 adalah Neptunus dan Pluto. Keduanya adalah bongkahan es yang mati. Suhu di Neptunus berkisar minus 218 derajat celsius. Sedangkan Pluto sekitar minus 328 derajat celsius. Di atas permukaan Neptunus sering terjadi badai dengan kecepatan tinggi sampai 2000 km per jam. Atmosfernya juga dipenuhi Hidrogen, Helium dan Metana sangat tinggi. Sedangkan planet ke 10, juga sebuah bongkahan es mati di balik Pluto. Planet ini masih terus diteliti keberadaannya oleh para ahli astronomi. Bumi, sebagai planet ke 3 di tatasurya, sungguh memiliki keistimewaan luar biasa. Sehingga memenuhi syarat untuk dihuni makhluk hidup. Seluruh kondisinya sangat unik dan 'aneh', karena memiliki mekanisme yang saling mengontrol dalam keseimbangan sempurna. Atmosfernya tersusun sempurna dengan ketebalan 1000 km, bersaf-saf melindungi penghuninya dari berbagai ancaman dari luar angkasa. Komposisinya juga sempurna, mengandung gas Nitrogen yang tak gampang bereaksi, sebesar 78%. Sementara, oksigennya stabil pada kisaran 21%. Sedangkan gas-gas beracun semisal CO2, CO, dan lainnya, total hanya berjumlah 1%. Yang lebih menakjubkan adalah sirkulasi air. Planet ini memiliki keseimbangan sirkulasi air yang mengagumkan. Tak kurang dari 400 miliar ton air mengalami sirkulasi dan penjernihan otomatis sepanjang tahun. Hujan air, benar-benar hanya terjadi di planet bumi. Mekanisme hujan akibat pemanasan air di permukaan Bumi oleh sinar matahari
[daarut-tauhiid] Konsep Dasar
KONSEP DASAR Di rumah, pagi ini saya menguraikan konsep-konsep dasar ilmu pengetahuan paling modern dengan cara sederhana. Konsep itu antara lain Quarks yang mewakili dunia kuantum dengan 6 citarasa dasarnya yang ditemukan sejak tahun 1964 yaitu UDSCBT, teori atom yang sudah dikenal idenya sejak zaman Demokritus Yunani dengan proton, elektron dan netronnya (PEN), unsur-unsur dasar penunjang kehidupan yaitu carbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen (CHON) yang merupakan unsur-unsur dasar yang bisa ditemui di meteorit, dan komposisi genetika manusia yang telah diuraikan menjadi suatu untaian rumus dengan komposisi senyawa kimiawi yang disebut ACGT. Selain tatanan materialistik diatas, saya kemudian menggabungkannya dengan konsep Energi dan Gaya Fundamental yaitu Gravitasi (G), Elektromagnetik( E), dan Energi Nuklir (GEN), dan satu sumber azali sebagai ALLh atau A. Pemilihan ke-5 konsep tatanan materialistik itu kemudian saya uraikan dengan teori dasar bilangan dan huruf yang tercakup dalam pengertian Geometry Matrix atau Gematrix atau al-Jumal. Pilihannya adalah huruf Arab yang mempunyai 28 huruf dan sistem desimal 0-9. Hanya dengan mengkomposisikan huruf-huruf awalnya saja, saya kemudian menggunakan Geometri Matrix hurufnya dan menguraikannya dengan cara jumlah, tambah, kurang , bagi, kali dan unifikasi. Hasilnya ternyata mencitrakan Makna dan Rasa yang tersembunyi dalam komposisi bilangan dengan artikulasi yang menarik seperti bilangan 66 (Lafaz Allah), bilangan 69 (Thaasin, QS 27:1), bilangan 76 (Abd, QS 76), bilangan 195 (Kaf ha Ya Ain Shaad, QS 19:1), dan komposisi sebelah tangan kita (tangan kanan) dimana Ibu Jari dan Telunjuk kita yang setiap akhir rakaat ke-2 selalu kita acungkan ke depan (untuk rinciannya, saya serahkan pembaca menguraikannya sendiri hehehe..). Kesimpulan awalnya adalah, setiap rasa dan gerak yang kita nyatakan sejatinya muncul dari keinginan dan kehendak ALLh sebagai suatu kenyataan alamiah yang muncul dari rasa dan gerak yang penuh Kemahaindahan dan Kemahaagungan ALLh, yang akhirnya menguraikan Pesan Tuhan menjadi sistem simbolik, bilangan dan huruf atau abjad, desimal, dan biner yang dinyatakan sebagai 12 huruf Laa Ilaaha illaa Allah (numeriknya 165). Melalui suatu proses yang selama ini kita sebut sebagai rasa, gerak dan tindakan dan kemudian kita nyatakan dengan simbol, geometri, bilangan dan huruf, menjadi nama-nama, kata-kata, kalimat-kalimat, wacana-wacana, dan kitab-kitab, semuanya itu adalah keinginan ALLh untuk dikenal oleh makhluk yang berbeda dengan Realitas DiriNya. Baik dari dongeng, legenda, mitos, tulisan, maupun muncul sebagai karya ilmiah dan gosip murahan, baik dari teori kuantum maupun Kitab Wahyu, semuanya merupakan simbologi gerak dan keinginan yang direspon manusia sesuai dengan pemahamannya sampai akhirnya muncul sebagai tindakan. Makhluk adalah diskontinuitas yang dihadirkan dari sifat-sifat dasar ALLh untuk dikenal. Sifat dasar itu dikenali dari ketidaksempurnaan makhluk yang tidak bisa secara utuh mengenali bentuk-bentuk kesempurnaan atau bentuk ideal. Bentuk ideal tersebut yang masih dikenali adalah bentuk titik atau zarah menjadi suatu lingkaran wujud yang ideal dengan nilai irrasional karena tak pernah habis bagi yaitu rasio lingkaran 1:2:4 yang merupakan komposisi Golden Ratio. Setelah bentuk-bentuk ideal melakukan transformasi dalam keadaan yang mematuhi hukum asal yaitu keseimbangan dan dinamika perubahan (QS 67:3-4), muncul bentuk ideal lain yaitu bentuk 69 (Thaasin) atau bentuk yang terpetakan dalam konstruksi kerang Nautilius dan proporsi ideal lainnya yang berkaitan dengan simbologi 6 sebagai bilangan sempurna. Makhluk baru bisa mengenaliNya dengan apa yang kemudian disebut PengetahuanNya yang dinyatakan yaitu Rasa dan Gerak yang kemudian diikat, dilukiskan dan dibunyikan menjadi simbol, bilangan dan huruf. Jadi setiap simbol dasar sebenarnya muncul karena KETIDAKSEMPURNAAN MAKHLUK yang tidak bisa mengenali dan membangun BENTUK SEMPURNANYA meskipun bentuk itu sudah dihadirkan didalam IDEA dasarnya yaitu AKAL dan HATI sebagai wadah manifestasi keinginan dan kehendak ALLh yang disebut secara generik sebagai TUHAN YANG MAHA ESA. Ketika Gerak dan Rasa dinyatakan, maka gerak dan rasa itu dilukiskan dengan simbol yang muncul dari rasa dan gerak si makhluk. Karena itu, jejak kaki binatang, kerang, bentuk bunga, perubahan gerak si Geulis kaki 1000, polah, tingkah gerakannya dan semua penampilannya sebenarnya Pesan-Pesan Tuhan yang tersembunyi yang dapat mengilhami makhluk yang mampu menyimpan, mengolah, dan menjelaskan Pengetahuan Tuhan dengan bantuan geometri, desimal maupun abjad dan sistem huruf lainnya. Dalam hal ini makhluk itu adalah Makhluk Yang Mengemban Amanat Penciptaan yaitu Amanat Untuk mengenal Tuhan dan menjadi HambaNya yang patuh dengan Perintah dan LaranganNya. Anugerah Tuhan kepada makhluk tersebut adalah anugerah untuk bisa
[daarut-tauhiid] Rahasia Wudlu
1. Penyebab Penyakit Kalau kita mau berpikir dan belajar dari pengalaman tentang penyebab sakit di tubuh kita, mungkin dapat dirinci sebagai berikut. 1. Ada urat saraf yang putus, kaku, kering, kedinginan, infeksi, membusuk, terjepit pengapuran. Pengapuran terjadi akibat reaksi kimia antara kolesterol dan asam urat/purin, zat tanduk yang berlebihan dalam tubuh kita karena sistem keringat tidak normal. Kaku, diakibatkan kurangnya pelenturan pada interval waktu tertentu. Kedinginan, karena tersalut lemak jenuh dan sistem keringat terganggu, aliran darah tersumbat karena terjepit gelang, jam tangan, cincin, kaos kaki, sepatu, tali BH, ikat pinggang, tali ransel, atau pakaian. Putus, karena tabrakan keras, tergunting pisau operasi karena banyak saraf yang tidak terlihat dan sangat halus. Dari pengamatan, yang banyak terjepit sarafnya, ternyata, banyak dialami oleh saudara kita yang berprofesi tentara. Hal ini mungkin terjadi karena pakaian yang sempit, kaos kaki yang diikat karet, dan latihan beban yang sangat berat. Banyak keluhan, diantaranya sakit pinggang, punggung, sulit ereksi, emosi tinggi, depresi, cepat pikun, tremor, mati rasa, badan loyo/kurang semangat, atau sering pusing kepala. 2. Ada pipa darah yang aliran darahnya tidak lancar, mandek, kecil, putus, tidak lentur, karena terjepit pengapuran atau lemak jenuh. Di tubuh kita ada 2 jenis pembuluh darah. Pertama, pembuluh nadi yang bertugas menyalurkan darah baru yang telah dicampur dengan oksigen murni yang dipompakan keluar dari dan oleh Jantung. Kedua, pembuluh darah balik yang berfungsi mengalirkan kembali darah kita ke jantung. Sebelum diserap oleh jantung, darah tersebut di cuci dahulu oleh hati kita, ditambah darah baru yang diproduksi oleh limpa, dicampur kembali dengan oksigen murni dari paru-paru. Gambaran global ini dimaksudkan untuk menjelaskan mengapa orang terkena tekanan darah yang tidak stabil. Karakteristik pipa darah kita adalah sangat lentur, yang tujuannya untuk mengatur tekanan jantung/klep jantung supaya irama jantungnya stabil. Bisa dibayangkan, apabila pembuluh nadi sekunder yang terjepit sepanjang misalnya 100 cm cubic, pasti tekanan darah di jantung akan naik. Begitu juga sebaliknya, jika pembuluh darah balik yang terjepit, berarti darah yang ada di pipa darah tersebut tidak kembali lagi ke jantung dan tidak dicuci oleh liver, tidak ditambah oksigen dan otomatis HB nya menjadi sangat rendah bahkan membeku dan mati, bisa pula membusuk jika infeksi bagian tubuh kita akan kedinginan sehingga dapat mengganggu sistem saraf. 3. Ada saluran lendir, cairan tubuh yang tersumbat. Saluran lendir ini terdapat di antara permukaan tulang dengan daging, di antara lipatan otot atau serat daging, antara daging dengan kulit. Jika saluran lendir, cairan yang tersumbat akan menyebabkan terjadi benjolan berupa kista. Cairan tersebut lama-lama bisa membusuk jika infeksi dan tentu virus atau bakteri akan mudah berkembangbiak dan dapat menyebar lewat sistem saraf dan aliran darah, hingga bisa sampai ke otak. Bisa dibayang-kan, pasti akan ada organ tubuh lainnya yang terganggu fungsi-nya. Otak kita ini berfungsi sebagai saraf sentral ibaratkan Central Processing Unit pada komputer dan tentu sangat canggih sekali. 4. Pikiran, Qalbu, dan Nafsu yang tidak seimbang. Pikiran yang tersimpan di otak kita jika terganggu karena overload, akan mengacaukan sistem di tubuh kita. Bisa sistem perut yang terganggu sehingga terkadang sering mual, muntah, buang-buang air, susah buang angin. Qalbu yang terganggu misalnya dendam yang membara, rasa iri dan dengki akan mengganggu pikiran yang selanjutnya menggangu sistem saraf terutama saraf liver. Kalau saraf liver sudah terganggu bisa menyebabkan sakit perut atau mengganggu sistem pencernaan, bahkan menyebabkan liver tersebut bengkak atau mengerut. Pengertian Qalbu kebanyakan menuju kepada hati/liver. Padahal, dalam bahasa Inggris disebut Heart atau Jantung. Mungkin yang tepat adalah jantung hati, yang merupakan satu kesatuan yang disebut qalbu. Nafsu yang tidak terkendali juga menyebabkan penyakit yang mengacaukan sistem saraf karena dapat mengalah-kan pertimbangan rasional. Menyalurkan nafsu syahwat sembarangan dapat mendatangkan penyakit. Perasaan berdosa pun akan mengacaukan sistem saraf. Makin besar dosa, diyakini akan menyebabkan kerusakan saraf yang makin hebat. Jadi, dosa akan menyebabkan kerusakan organ tubuh kita walau secara tidak langsung. Dosa yang tidak terampuni mengakibatkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki. Oleh Allah dikategorikan khalidiina fiihaa abada (kekal selamanya). Mungkin, itulah sebabnya dosa musyrik (menyekutukan Allah) sulit/tidak diampuni jika telah merusak saraf di tubuh kita, dan celakanya akan menurun ke keturunan/anak kita, yang berarti kita telah menyebabkan kerusakan pada generasi penerus kita. Pantas, anak yang shaleh diminta untuk berdoa supaya orangtuanya diampuni, dan pantaslah jika pengaruh
[daarut-tauhiid] Kenapa Ada Perintah Rukuk dan Sujud
1. Kenapa Ada Perintah Rukuk dan Sujud? Menurut penelitian, sel darah merah (HB) mengalami penurunan rata-rata setiap 5 jam. Pantas saja Allah menyuruh kita Rukuk dan Sujud (maksudnya Shalat) minimal 24 jam : 5 jam = Minimal 5 kali shalat sehari. Untuk menerima wahyu shalat, Nabi Muhammad di IsraEmiraj kan karena sangat pentingnya shalat tersebut. Jadi, Allah menciptakan manusia beserta cara pemeliharaannya karena Allah Maha Tahu akan fundamental setiap manusia. Di sini kita harus menyadari bahwa Allah itu maha pemurah, maha penyayang kepada setiap manusia. Dan kita harus sadar bahwa Rukuk dan Sujud itu atau Shalat itu merupakan kebutuhan yang mendasar bagi setiap manusia. Rahasia gerakan shalat dan hubungannya dengan sistem saraf, akan dijelaskan secara rinci dan logis pada bab selanjutnya. 2. Kiat Hidup Sehat Dari hasil penelitian (pemikiran, pengamatan, dan penerapan) dikatakan bahwa jika kita ingin hidup sehat tanpa obat ingatlah beberapa hal berikut ini. 1. Jaga pikiran. Pikiran yang keluar dari kening kita yang merupakan titik/ area sujud harus dijaga dengan baik. Pikiran yang ruwet akan mengacaukan sistem yang ada di tubuh kita, baik itu sistem pencernaan, emosional, jantung, atau sistem panas/elektrik tubuh kita. Satu saja elemen sistem yang kacau di tubuh kita akan menyebabkan organ tubuh ada yang kurang berfungsi, lama-lama malah tidak berfungsi. Hal ini dapat dimengerti karena Allah menciptakan manusia sebagai mahluk yang sangat sempurna. Bagaimana cara terbaik menjaga pikiran? Saya rasa, Bapak/Ibu pasti tahu, dan bisa dipelajari dari orang yang ahli di bidang ini. Yang penting, berusaha meminimalisir bahkan meniadakan sesuatu yang memicu kita berpikir ruwet/kusut/complicated, di antaranya: jangan mengerjakan pekerjaan di luar batas kemampuan, mengerjakan tugas dengan serius dan sistematis serta harus sabar, dan jangan berbohong. 2. Jaga makanan. Jangan membiasakan diri dengan makanan yang walaupun halal tetapi akan menyebabkan tumpukan lemak jenuh dan asam urat/ purin dalam tubuh kita. Makanan seperti jeroan, lalapan tertentu, atau nasi yang berlebihan akan menyebabkan terjadi pengapuran yang akan melapisi sistem saraf di tubuh kita, sehingga sinyal elektrik dari otak/pikiran kita tidak dapat disampaikan dengan sempurna ke titik ujung saraf. Akibatnya, pasti ada organ tubuh kita yang kurang berfungsi. Dalam kitab suci Al-Quran sebenarnya sudah ada jenis makanan, minuman, buah-buahan, sayuran yang terbaik seperti madu, daging burung/ unggas, ikan laut, minyak zaitun (tanpa kolesterol), kurma, apel, anggur, dan sawi. Di samping itu, sebaiknya kita menjaga sumber dana yang akan dibelikan untuk makan. Artinya, untuk mendapatkan keberkahan yang sempurna, sumber dan penggunaan dananya harus halal dan baik kualitasnya. 3. Jaga kelakuan. Kelakuan sangat berpengaruh terhadap kesehatan. Kelakuan yang buruk, terutama tidak bisa menjaga kemaluan, dapat mendatangkan penyakit. Alat vital (kemaluan), terkadang lebih berpengaruh daripada alat yang sangat vital, yaitu OTAK. Untuk itu, kita harus menyadari cara mengendalikan kelakuan kita. Kalau Aa Gym, mengembangkan aplikasi Manajemen Qolbu; Steven Covey mengembangkan 7 kebiasaan yang sangat efektif dalam meningkatkan kualitas hidup kita, bagaimana kalau kita mengembangkan manajemen nafsu? Steven Covey menyebutkan bahwa salah satu kunci sukses adalah kita diharuskan membiasakan untuk build the relationship. Bukankah ini sama dengan Hablum minan-nas, hubungan baik sesama manusia, melampaui batas/sekat golongan, suku bangsa. Kemudian kebiasaan yang ke 7 adalah sharpen the saw, yang maknanya, konsisten dan sabar dalam kebiasaan yang baik 4. Jaga kelenturan. Daud adalah model manusia perkasa, senang puasa, berburu/ mengembara. Sudah pasti tubuhnya tidak tersalut oleh lemak jenuh, asam urat, dan sangat lentur. Sistem elektrik di tubuhnya sangat sempurna, sehingga bisa menyalurkan atau menghasilkan panas yang sangat tinggi di telapak tangannya, bahkan, dalam suatu riwayat, besi pun bisa lunak di tangannya. Kelenturan tubuh, sebenarnya, dapat dijaga dengan beberapa cara. Misalnya, yoga, balet, dan olah raga lainnya. Namun, menurut penelitian nara sumber, cara yang terbaik adalah shalat. Tetapi shalat yang bagaimana? Nanti akan dijelaskan secara rinci pada hubungan shalat dengan penjagaan kelenturan urat saraf. 5. Jaga pakaian. Dalam Al-Qur'an, sebenarnya, sudah ada perintah untuk orang yang kualitas imannya tinggi, terutama wanita, untuk menjaga auratnya dengan cara berpakaian yang longgar, menutupi tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangannya (kerudung). Kenapa wanita? Kalau kita mau berpikir dan meneliti secara seksama, wanita itu adalah mahkluk yang sangat sensitif, sangat indah, sangat lentur. Apabila ingin menjaga keindahan, kelenturan, dan sensitivitasnya, coba perhatikan dan aplikasikan cara berpakaian yang terbaik. Sengatan matahari secara langsung akan menyebabkan
[daarut-tauhiid] Ghost In The Machine (Part 2)
Ghost In The Machine Part 2: Fenomena Dajjal Wa Nafsi Cahaya yang sampai di hexel-hexel (hexagonal pixel) retina mata kita sebenarnya cahaya yang dipantulkan oleh benda lainnya yang memenuhi hukum Black Body Radiation. Setiap foton cahaya adalah suatu zarah yang memuat informasi sebagai kadar yang ditanggungnya yang sesuai dengan komposisi rapat masa tertentu sehingga ia bisa ditarik oleh mata kita yang mengandung kekuatan Wa Nafsi yang muncul dari Qalb. Ketika foton yang dipantulkan suatu benda jatuh di retina, secara langsung foton-foton ini membangkitkan energi panas yang muncul karena gesekan antara materi di jasad kita dan karena adanya energi yang muncul dari hasrat Tuhan yang dinyatakan dari Qalb. Energi itulah yang disebut sebagai Wa Nafsi yang mempunyai potensi baik atau buruk (QS 91:7-10) tergantung bagaimana kita mengolahnya dan bagaimana kita mengatur asupan energi lainnya ke dalam tubuh kita berupa makanan dan minuman, serta energi yang digunakan untuk memperoleh makanan dan minuman itu (cara kita mendapatkan makanan dan minuman tersebut). Komplemen atau pasangan Wa Nafsi adalah Athmaan yang mensinkronkan Wa Nafsi dengan sumber asal cahayanya baik dari sumber eksternal (matahari) maupun internal (bisikan hati, mintalah fatwa dari hatimu adalah hadis yang menjelaskan hal ini). Athmaan inilah yang dimaksudkan sebagai graviton oleh Einstein. Athmaan dan Wa nafsi berinteraksi sedemikian rupa sehingga muncul Chemical God yang mengaktualkan energi menjadi gambaran realitas yang berubah yaitu Waktu yang menyimpan kesejarahan kita sebagai makhluk berpikir dan mampu memaknai. Bayang-baynag realitas maya pun kemudian tampil bagaikan film di korteks selebral kita. Lalu kitapun merasa ada. Waktu Dengan lahirnya Sang Waktu dan Realitas Materialistik yang bisa dipikirkan dan dirasakan ada, maka setiap makhluk dibatasi oleh siklus yang mengikuti keseimbangan dinamis dalam sistem kehidupannya yaitu siklus kelahiran, kehidupan, kematian dan kehidupan setelah alam dunia fisikal (akhirat). Waktu yang nyata kita lihat dan kita ukur dengan satuan 24 jam sehari semalam, satu jam 60 menit, satu menit 60 detik, satu detik 1000 mikro detik sebagai proses terkecil, sebenarnya tidak real karena dilogikakan dari kekurangan kita yang tak bisa melihat dan membuat bentuk sempurna (misalnya lingkaran). Waktu yang kita kenal sekarang ini dan disebut sebagai waktu nyata meskipun relatif menyimpan akumulasi dari masa lalu dan masa depan yang akhirnya muncul sebagai masa kini dari superposisinya di dalam celupan ilahiyah yang kita sebut ilmu pengetahuan tauhid dalam koridor jumlahan sejarah atas semua ketentuan, lokasi, pelaku dan masa kejadian atau peristiwanya. Dasar-dasar yang menyatakan peristiwa karena itu bergantung pada penentuan lokasi, tempat, nama dan waktu kejadiannya dalam lingkungan yang bebas tapi terbatas (sebatas 0-9,a-z,alif- ya, dan sistem huruf lainnya). Dan karena itu pula, kita bisa belajar dari masa lalu, memproyeksikan masa depan sebagai idea imajinal atau cita-cita yang diinginkan, kemudian di tarik ke masa kini sebagai titik tolak pelaksanaan. Dengan kata lain, kitab-kitab yang meramalkan masa depan sebenarnya BUKAN MERAMAL tetapi ACTION PLAN dengan Idea Imajinal yang hendak dinyatakan oleh kita. Manusia nampak bisa meramal sebenarnya belajar dari kebiasan-kebiasaan yang muncul dari dunia nyata dengan simbologi-simbologi yang ditentukannya menjadi suatu siklus, kebiasaan dan kemudian dirumuskan menjadi hukum-hukum alam atau penafsiran-penafsiran lainnya misalnya horoskop dengan tanggal kelahiran, horoskop dengan nama Anda dll. Contoh demikian sebenarnya tersirat dalam kisah Nabi Yusuf a.s yang menafsirkan mimpi Raja Mesir. Kisah Yusuf a.s sebenarnya ungkapan yang menyatakan siklus kejadian yang sering muncul dalam suatu lokasi misalnya banjir Sungai Nil dengan periode tertentu, jadi ia berkaitan dengan kebiasaan-kebiasaan alam. Akan tetapi kapan kejadiannya sebenarnya tidak diketahui dengan persis karena pengetahuan kita muncul dari ketidaksempurnaan kita. Namun apa yang akan terjadi, peristiwa apa yang akan terjadi selama siklus tertentu sebenarnya bisa diperkirakan termasuk dampak-dampaknya dan cara menanggulanginya seperti solusi yang diajukan Nabi Yusuf a.s untuk menafsirkan mimpi sang raja (mimpi sang raja sebenarnya kiasan untuk mimpi dengan hawa nafsu yang menyampaikan ilham dari Allah, Cuma karena dominasi nafsu manusia sangat kuat seringkali gambaran mimpi menjadi begitu aneh). Dalam masa modern, kebiasaan yang muncul sebagai siklus akhirnya muncul sebagai hukum-hukum alam dengan penisbahan pada penemunya atau mereka yang menelitinya misalnya teori gelombang harmonis dll. Bisa kebayangkan kalau orang tidak sadar lingkungan? Yang Tersurat Tersirat Ketika seseorang mulai memicu kesadarannya dengan Idea Imajinal, maka ia sebenarnya sedang menafsirkan gerak-gerik Wa Nafsi-nya yang menjadi gangguan dari ilham Tuhan yang abadi
[daarut-tauhiid] Terangkum Dalam Kitab Yang Nyata
TERANGKUM DALAM KITAB YANG NYATA Yang 'nampak' termaktub di dalam 'Kitab Yang Nyata' Yang 'ghaib' juga terkandung di dalam Kitab Yang Nyata. Segala kontradiksi itu terdapat di dalam sebuah kitab yang dinamakan LAUH MAHFUZH. Inilah sebuah KITAB INDUK yang merangkum segala kejadian dalam dinamika alam semesta, sejak miliaran tahun yang lalu, sampai berakhirnya alam semesta. Struktur kitab ini sempat kita bahas pada diskusi tentang jiwa dan Ruh. Ia bagaikan komputer raksasa 'The Super Giant Main Frame' yang memuat data-data dalam skala tak berhingga. Seluruh angka yang dikenal manusia tidak mampu menggambarkan besarnya kapasitas 'memori dan Hardisk' nya. QS. Al A'aam (6) : 59 Dan pada sisi Allah lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). Dengan kata lain, Kitab yang Nyata itu adalah kitab yang memuat Ilmu Allah yang terhampar di alam semesta. Kitab yang memuat segala kenyataan dan peristiwa. Padahal, kita tahu bahwa ilmu Allah itu tidak habis dituliskan dengan menggunakan 7 samudera tinta sekalipun. QS. Luqman (31): 27 Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering) nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Jadi, betapa besarnya 'Kitab' yang bisa memuat ilmu-ilmu Allah itu. Ia adalah kitab induk yang bisa memuat seluruh kejadian dalam skala miliaran tahun. Dulu, sekarang maupun nanti. Sangat banyak ayat yang menggambarkan 'kedahsyatan' Kitab tersebut. Di antaranya, beberapa di bawah ini. QS. Al Hajj (22) : 70 Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi? bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh) Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah. QS. An Naml (27) : 75 Tiada sesuatupun yang ghaib di langit dan di bumi, melainkan (terdapat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). Bahkan ilmu-ilmu Allah yang terkandung di dalam Al QurÃÂn pun merupakan sebagian saja dari kandungan Lauh Mahfuzh. Sebagiannya terdapat pada kitab-kitab suci terdahulu seperti Zabur, Taurat dan Injil. Sebagiannya lagi terdapat dalam ayat-ayat kauniyah yang terhampar di alam semesta. Dalam kesempatan ini saya hanya ingin mengatakan bahwa segala yang tampak dan tidak tampak, segala yang gaib dan tidak gaib, yang besar yang kecil, yang dulu dan yang nanti, semuanya terkandung di dalam sebuah 'Kitab Nyata'. di sisi Allah. Maka, kalau kita bisa 'meleburkan diri' ke dalam Keberadaan Allah, kita bakal mengetahui banyak rahasia yang terhampar di langit dan bumi. QS. Zukhruf (43) : 4 Dan sesungguhnya Al QurÃÂn itu dalam Induk Al Kitab (Lauh Mahfuzh) di sisi Kami, adalah benar-benar tinggi (nilainya) dan amat banyak mengandung hikmah. QS. Al Baqarah (2) : 269 Allah menganugrahkan al hikmah (kefahaman yang mendalam) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugrahi al hikmah itu, ia benar-benar telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah), QS. An Nisaa' (4) :54 ataukah mereka dengki kepada manusia lantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya? sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar. Dua point yang mendasar terkandung dalam ayat-ayat di atas. Yang pertama, Lauh Mahfuzh adalah kitab yang mengandung banyak hikmah, yang sebagiannya diturunkan lewat Al QurÃÂn dan kitab-kitabNya terdahulu. Yang kedua, hikmah itu diberikan kepada orang-orang berakal yang berserah diri hanya kepada Allah. Di antaranya adalah nabi Ibrahim. Kita melihat korelasi dan benang merahnya, bahwa orang-orang seperti nabi Ibrahim dan nabi Muhammad adalah orang-orang yang sudah mencapai derajat muslimuun berserah diri hanya kepada Allah saja. Ego mereka sudah demikian rendahnya di hadapan Allah. Sudah melebur ke dalam Sifat-SifatNya. Sehingga terbukalah segala rahasia. Hal-hal yang bagi orang lain ghaib, bagi beliau-beliau bisa menjadi tidak ghaib. QS. Ali Imran (3) : 179 Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari yang baik (mukmin). Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang ghaib, akan tetapi Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya di antara rasul-rasul-Nya. Karena itu berimanlah kepada Allah dan
[daarut-tauhiid] Antara Ada dan Tiada
ANTARA ADA DAN TIADA Kita dan semua benda di sekitar kita ini, sebenarnya ADA ataukah TIADA? Sebuah, pertanyaan mendasar, yang selama ini dijawab secara filsafat belaka. Hasilnya, adalah sebuah perdebatan panjang yang tiada habisnya. Memang, kalau kita mengambil kesimpulan apa adanya dari segala yang bisa kita observasi dari sekitar, kita pasti akan mengatakan bahwa segala sesuatu ini benar-benar ada. Buktinya, kita bisa melihat, bisa mendengar, bisa membaui aromanya, bisa merasakan, meraba dan memegangnya. Tapi, kalau kita mau berpikir lebih jauh dan substansial, kita akan berpikir: kita dulu pernah TIDAK ADA, sekarang 'ADA', dan nanti kembali TIDAK ADA. Jadi, yang lebih substansial itu 'TIDAK ADA' ataukah 'ADA' ya..? Lebih mendalam lagi, kalau kita melakukan analisa, mungkin kita akan mempertanyakan ke 'ADA' an kita sekarang. Benarkah kita sekarang ini benar-benar 'ADA'? Ataukah, yang terjadi sebenarnya adalah: kadang 'ADA¡¦kadang 'TIDAK ADA'. Kapankah kita merasa ADA? Dan kapan kita merasa TIDAK ADA? Kita merasa 'ADA' pada saat kita 'berpikir' dan 'sadar' akan keber ADA-an kita. Ketika kita tertidur dan hilang kesadaran, kita pun TIDAK ADA. Termasuk segala eksistensi yang ada di sekitar kita. Semua itu ADA ketika kita menyadari bahwa sesuatu itu ADA. Dan TIDAK ADA, ketika kita melupakannya, atau tidak menyadari dia ADA. Tapi, bukankah itu hanya sekadar persepsi kesadaran orang perorang? Pada kenyataannya, kan orang lain menganggap dan melihat semua itu ada. Jadi itu bukan tidak ada, cuma tidak disadari bahwa itu ada. Dan seterusnya, dan seterusnya, kita bisa berdebat sangat panjang tentang ADA dan TIADA. Namun, bagi orang-orang yang bergelut di dunia filsafat, banyak yang meyakini bahwa keber-ADA-an segala sesuatu ini sebenarnya semu. Ada yang mengatakan begini: kita dan segala sesuatu ini ADA, karena kita BERPIKIR. Kalau kita tidak berpikir, kita dan segala sesuatu ini pun TIDAK ADA. Dalam filsafat Jawa, dikatakan begini: 'ananing ana kuwi diana anaake' Artinya, kita ada karena diadakan. Kalau kita tidak mengadakannya, maka sesuatu itu pun tidak ada. Kedua pendapat itu memiliki kemiripannya. Pada intinya segala keberadaan ini tidak mutlak. Dulu pernah tidak ada, dan kemudian menjadi ada karena diadakan. Baik oleh sang Pencipta, oleh pikiran kita, maupun oleh proses produksi manusia. Dan suatu ketika nanti bakal rusak atau musnah. Begitulah memang kenyataan yang terpampang di sekitar kita. Ada nuansa yang sangat kental bahwa segala sesuatu tidak abadi. Terutama ketika dilihat dalam suatu 'Skala Waktu' yang panjang. Semua ini lebih banyak TIDAK ADA nya ketimbang ADA. Kalau pun ADA hanyalah sesaat. Setelah itu berubah menjadi sesuatu yang lain. Cobalah kita cermati diri kita sendiri. Badan kita sekarang ini, sebenarnya berbeda dengan badan kita semenit yang lalu! Kenapa begitu? Karena seluruh sel-sel tubuh kita yang berjumlah triliunan ini sedang berubah terus semakin menua. Tambah tua seiring waktu yang bergerak. Setiap saat terjadi metabolisme massal yang mengubah keadaan tubuh kita. Rambut yang tadinya hitam, kini mulai bertambah putih. Kulit yang tadinya kenyal, kini mulai mengendor dan keriput. Otot yang tadinya kuat dan kencang, kini mulai melemah. Mata yang tadinya bening dan tajam, kini mulai merabun. Telinga yang tadinya peka, kini mulai menuli. Kualitas jantung, paru-paru, ginjal, liver, pencemaan, otak dan seluruh bagian badan kita terus berubah menua. Bermiliar dan bertriliun keadaan tubuh kita sebenarnya terus berubah dari menit ke menit. Tubuh kita semenit yang lalu telah 'hilang' ditelan waktu, dan kini memiliki 'tubuh baru' yang sama sekali berbeda dengan tubuh kita sebelumnya. Jangankan semenit, 1 detik yang lalu pun badan kita ini tidak sama dengan badan kita yang sekarang. Semuanya sedang terus 'lenyap berganti' dari waktu ke waktu. Dan itu, bukan hanya terjadi pada tubuh, tapi juga jiwa kita. Jiwa kita terus berubah seiring dengan pengalaman kejiwaan yang mendera. Dan bukan hanya diri kita. Tapi seluruh manusia di muka bumi sedang mengalami proses 'lenyap-berganti' secara dramatis terhadap kondisi dirinya. Pada seluruh manusia di manapun dia berada. Komposisi lingkungan hidup di sekitar kita pun sedang 'lenyap berganti' dari waktu ke waktu., Tidak pernah tetap. Mulai dari kondisi air, atmosfer, tumbuh-tumbuhan, binatang, cuaca dan iklim, sinar matahari, sampai benda-benda pengisi langit seperti planet, bulan, bintang, galaksi dan superkluster. Seluruh materi dan energi pengisi Jagad Raya ini semuanya 'lenyap berganti' dari detik ke detik, menit ke menit, waktu ke waktu. Tidak ada yang tetap. Semuanya sedang berubah secara dramatis! Kalau kita kaitkan kembali dengan ADA dan TIADA, maka seluruh kondisi di alam semesta ini sebenarnya sedang bergerak dinamis antara ADA dan TIADA. Sebentar ADA, kemudian TIADA lagi. Sebentar lagi
[daarut-tauhiid] Berasal Dari Allah, Kembali Kepada Allah
BERASAL DARI ALLAH, KEMBALI KEPADA ALLAH Inna lillaahi wa inna ilaihi rajiÃÖn. Á´esungguhnya kita semua berasal dari Allah, dan akan kembali kepadaAllah¡¦Begitulah Al QurÃÂn mengajarkan asal usul keberadaan segala sesuatu kepada kita. Dalam bahasa yang sedikit berbeda, kita bisa mengatakan bahwa semua yang ada ini 'bersumber' dariNya, dan suatu ketika akan lenyap kembali 'ke dalam DiriNya. Dalam bahasa yang lebih lugas lagi, kita boleh mengatakan bahwa semua yang ada ini 'berasal' dari Dzat Allah, kini 'berada di dalam' Dzat Allah, dan suatu ketika bakal lenyap 'kembali' ke dalam Dzat Allah. Coba cermati kata-kata di atas. Agak membingungkan juga, ya? Bahwa kita dikatakan berasal dari Allah, sekarang berada di dalam Allah, dan nanti bakal kembali kepada Allah. Bagaimana pemahamannya? Kalau kita sekarang berada di dalam Allah, kenapa mesti dikatakan kita berasal dariNya, dan akan kembali kepadaNya? Sejak dulu, hingga sekarang, dan nanti, kita sudah berada di dalamNya! Berarti kita kan tidak pernah berpisah dari Allah? Sesuatu dikatakan 'berasal dari', kalau sesuatu itu sekarang sudah tidak berada di dalamNya. Sehingga, menjadi cocok kalau dikatakan suatu ketika nanti akan kembali kepadaNya. Tapi, kalau sesuatu itu sudah berada di dalamNya terus, tidak pernah terpisah dariNya, bagaimana memahaminya? Tapi, begitulah Allah berfirman di dalam ayat-ayatNya. Terkesan kontradiktif, namun sebenarnya tidak. justru saling melengkapi pemahamannya. Yang begini, bukan hanya sekali dua kali, tapi berpuluh kali. 'Kontradiksi' bahasa itu muncul secara bersamaan di dalam berbagai penjelasan Nya. Apakah berarti terdapat pertentangan di dalam Al QurÃÂn? Jawabnya: tidak! Allah sudah menjamin, tidak ada pertentangan di dalam Al QurÃÂn. Semua penjelasan di dalam Al QurÃÂn bersifat saling melengkapi. Saling menjelaskan. Tidak bertentangan. Maka, untuk bisa memahami secara baik, kita tidak boleh mengambil pemahaman hanya dari 1-2 ayat saja. Harus keseluruhan ayat yang membahas tentang obyek yang sedang dibicarakan. Selain itu, Allah juga memberikan penegasan bahwa informasi di dalam Al QurÃÂn adalah akurat. Tidak ada keraguan sedikitpun. Sebab, informasinya datang dari Allah, Tuhan yang mengetahui rahasia langit dan bumi. Yang Maha Berilmu. QS. An Nisaa' (4) : 82 Maka apakah mereka tidak. memperhatikan Al Qur'an? Kalau kiranya Al QurÃÂn itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya QS. Yunus (10) : 37 Tidaklah mungkin Al QurÃÂn ini dibuaat oleh selain Allah; akan tetapi (Al QurÃÂn itu) membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Tuhan semesta alam. QS. Al Furqaan (25) : 6 Katakanlah: Al QurÃÂn itu diturunkan oleh Yang Mengetahui rahasia di langit dan di bumi. Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Jadi, kita tidak boleh mempertentangkan ayat dengan ayat lainnya. Yang benar adalah melengkapi pemahaman terhadap suatu ayat dengan ayat lainnya. Hal hal yang terlihat kontradiktif, justru harus dipahami sebagai sebuah kepahaman tunggal yang holistik. Yang sering membingungkan kita dalam memahami eksistensi Allah, memang adalah penyatuan sifat-sifat kontradiktifnya. Ini telah kita bahas di bagian depan. Dzat Allah yang Tunggal sangatlah unik, karena meliputi segala hal yang kontradiktif. Termasuk tentang 'Waktu'. Dalam pembahasan kita kali ini, kebingungan kita adalah terkait urutan waktu. 'Dulu' kita berasal dari Allah, 'kini' kita berada di dalam Allah, dan 'nanti' kembali kepada Allah. Semuanya, menyodorkan kesimpulan kepada kita bahwa sejak 'dulu' ' 'sekarang' dan 'nanti', sebenarnya kita terus berada di dalam Allah. Tidak pernah keluar dan terpisah dariNya. Kepahaman yang selama ini terjadi adalah: kita berasal dari Allah, kemudian terpisah dariNya, dan nanti akan bergabung kembali kepadaNya. Sehingga, digambarkan bahwa kita sekarang ini tidak berada di dalam Allah. Berada di luar Allah. Pemahaman ini tidak menemukan pijakan dalam ayat-ayat Qur'an. Karena ayat-ayat Qur'an tidak ada yang mengatakan bahwa makhluk berada di luar Allah. Yang ada, makhluk diliputi oleh Allah. Kalau makhluk diliputi oleh DzatNya, maka tidak ada pilihan lain, kita semua mesti berada di dalamNya. Justru ketika kita berkesimpulan bahwa makhluk terpisah dari Allah, kita menyalahi salah satu sifat Allah, Yang Maha Besar. Berarti Allah tidak Maha Besar, karena ada makhluk yang berada di luar DiriNya. Tidak kelirukah pemahaman seperti itu? Lantas, bagaimana memahami kalimat: kita berasal dari Allah dan bakal kembali kepada Allah, tapi tanpa pernah terpisah sama sekali. 'Dulu', 'sekarang', dan 'nanti' selalu berada di dalamNya? Hal ini harus kita pahami sebagai kualitas bukan kuantitas. Secara kuantitas, kita tidak pernah
[daarut-tauhiid] Jauh, Dekat, Atau Tak Berjarak?
JAUH, DEKAT, ATAU TAK BERJARAK? Saya Ingin mendekatkan diri kepada Allah. Demikian kata kawan saya. Kawan yang lain lantas bertanya: lho, apakah memang Allah itu jauh, sehingga masih perlu mendekatkan diri kepadaNya? Kawan yang pertama, bingung juga menjawabnya. Kalau dijawab: Allah itu dekat, menjadi kontradiksi dengan statementnya sendiri, bahwa ia ingin mendekatkan diri kepada Allah. Tapi kalau dijawab: Allah itu jauh, salah juga karena Allah dengan jelas telah mengatakan bahwa Dia dekat kepada kita, lebih dekat daripada urat leher kita sendiri. Maka, saya bilang kepadanya: coba rasakan saja dalam kehidupan Anda. Apakah Allah itu jauh atau dekat. Dia berdiam sejenak. Lantas menjawab dengan sejujurnya, bahwa kadang ia 'merasa' dekat dengan Allah, tapi di kali lain 'merasa' jauh. 'Ya, kadang Allah terasa dekat, kadang terasa jauh / tegasnya. Ia tertawa kecil, dalam ketidakpastian. Ia belum memperoleh jawaban yang tuntas atas pertanyaan kawannya... Maka, mungkin Anda pun ikut bertanya-tanya dalam hati. Kalau gitu, Allah itu jauh apa dekat ya? Kenapa kita juga merasakan kadang jauh kadang dekat dengan Nya. Ketika sedang merasa jauh, hati kita rasanya kosong dan gelisah. Tapi, sewaktu dekat, kita merasakan ketenangan, kententraman dan kedamaian yang sulit digambarkan. Ketika merasa jauh, persoalan silih berganti datang dalam kehidupan. Ketika dekat, semua persoalan seolah lenyap ditelan terang benderangnya cahaya kehidupan. Ketika merasa jauh, pikiran kita bete dan sumpek, tidak jernih dalam memandang berbagai persoalan. Tapi ketika merasa dekat, segalanya menjadi demikian gamblang dan mudah untuk membuat keputusan keputusan. Ketika jauh, kita merasa serba sulit dan jadi pemarah. Namun ketika merasa dekat, kita jadi sabar dan penuh keikhlasan. Kenapa ada perasaan dan kondisi demikian? Dan kenapa ini terkait dengan ÁÓasa dekat¡¦dan 'rasa jauh' terhadap Allah? Ini ada kaitannya dengan fungsi Jiwa dan Ruh, sebagaimana telah kita bahas dalam diskusi sebelumnya. Bahwa diri manusia terdiri dari 3 lapisan: yaitu badan wadag, Jiwa dan Ruh. Perasaan dekat dan jauh terhadap Allah itu dialami oleh Jiwa kita. Bukan oleh badan wadag atau Ruh. Sebab badan wadag adalah benda mati, yang tidak memiliki 'rasa'. Ia hanya merupakan 'media' bagi jiwa untuk memperoleh berbagai rasa itu. Ketika badan wadag harus berdiri sendiri terpisah dari jiwa maka ia tidak bisa merasakan apa pun. Mati, koma, pingsan ataupun tidur. Sementara itu, Ruh adalah potensi Sifat-Sifat Ketuhanan yang ditularkan Allah kepada badan wadag. Karena kemasukan Ruh itulah maka badan wadag menjadi hidup dengan segala derivative Sifat-Sifat Allah. Dan, dengan kemasukan Ruh, badan wadag itu memiliki sisi batiniah yang bersifat energial yang disebut jiwa, yang bisa merasakan kedekatan atau kejauhannya dengan Allah Tuhannya. Jiwa adalah sosok yang ditulari Sifat-Sifat Allah lewat keberadaan Ruh di dalam wadag. Termasuk di dalamnya adalah ÁÔifat¡¦Berkehendak. Jiwa memiliki kehendak yang bebas, dalam pengaruh potensi Ruh. Dia bisa memilih 'keburukan' yang berorientasi hanya pada kebutuhan badaniah duniawiyah, atau 'kebaikan' yang berorientasi pada nilai-nilai luhur Ruhiyah ukhrawiyah. Seluruhnya dibebaskan sebagai pilihan jiwa. Jadi, jauh dekatnya seseorang dengan Tuhannya lebih bermakna batiniah. Bukan wadag, tapi jiwa. Bukan kuantitaif, melainkan kualitatif. Secara kuantitatif, manusia tidak bisa jauh dari Allah. Karena, Dia memang lebih dekat daripada urat leher. Dia meliputi kita. Karena itu, penggambaran dekat itu lebih disimbolkan secara fisikal: urat leher. Karena memang Allah hadir di dalam setiap sel-sel tubuh kita. Termasuk, sel-sel urat leher itu sendiri. Bahkan lebih halus lagi, karena Allah juga hadir di dalam molekul-molekul, atom-atom, dan partikel-partikel penyusunnya. Tidak ada penggambaran yang lebih dekat daripada itu. Tapi secara kualitatif, kedekatan dengan Allah itu bisa agak 'renggang' atau sebaliknya. Kedekatan itu lebih menggambarkan betapa kualitas kita sebagai manusia mengalami pasang surut. Itu adalah gambaran Jiwa: semakin bersih atau semakin kotor. Jiwa yang bersih bakal memancarkan Sifat-Sifat Ketuhanan dalam diri kita, menjadi semakin benderang. Sedangkan Jiwa yang kotor bakal meredupkan pancarannya. Kuncinya hanyalah membersihkan jiwa atau mengotorinya. Sebenarnya, dalam diri kita ada sifat-sifat Ketuhanan. Sifat-sifat itu akan memancar dengan kualitas yang semakin tinggi, ketika jiwa kita bersih. Sebaliknya akan meredup, kalau jiwa kita kotor. Orang-orang yang membersihkan jiwanya pasti akan memancarkan sifat-sifat penyayang, pemurah, adil, jujur, pemaaf, sabar, ikhlas, dan seterusnya, yang menggambarkan sifat-sifat Asmaa'ul husna. Semakin bersih jiwanya, semakin terpancarlah sifat-sifat itu dari dalam dirinya. Nah, orang yang demikian itu yang dikatakan 'dekat' kepada Allah.
[daarut-tauhiid] Selalu BersamaNya
HATI YANG BERTAUT Langkah selanjutnya adalah 'mempertautkan hati'. Menyatukan ego yang terpisah. Karena kebersatuan bukanlah sekadar berkumpulnya dua ego yang berbeda dalam satu ÁÓumah¡¦ Melainkan meleburkannya. Bagaikan dua insan yang sedang dimabuk asmara, dan kemudian memutuskan untuk menikah membangun sebuah mahligai cinta. Di dalam mahligai itulah dua ego berada, untuk mempertautkan hati yang berbeda. Apa yang harus dilakukan? Apakah sang istri yang harus mengikuti ego suami ataukah sang suami yang harus mengikuti ego istri? Ketika suami mengharapkan sang istri mengikuti egonya sendiri, yang terjadi adalah 'penjajahan cinta'. Ia sebenarnya tidak mencintai istri, tetapi 'menjajah' agar mau tunduk kepadanya. Ia tidak mengakui bahwa sang istri adalah ego yang berbeda. Begitu pula sebaliknya, ketika istri menghendaki sang suami memenuhi segala kemauan egonya, ia juga sedang memaksa ego suami ke dalam penguasaan egonya sendiri. Ini bukan mekanisme cinta dan kasih sayang. Melainkan mekanisme 'penjajahan'. Hasilnya, bukan kebahagiaan. Tapi pertengkaran, perkelahian, dan penderitaan. Masing-masing ingin menguasai yang lain. Cinta tidak menawarkan pertengkaran, perkelahian, perebutan kekuasaan, dan penderitaan. Cinta menawarkan ketentraman, kedamaian dan kebahagiaan. Cinta menawarkan jalan keseimbangan: tanpa kemenangan, tanpa kekalahan. Tanpa kesombongan, tanpa keserakahan. Cuma kebahagiaan. Bagaimana mungkin bisa demikian? Kuncinya, cuma satu: jangan menonjolkan 'aku'. Jangan larut dalam ego masing-masing. Mesti mempertautkan hati. Meleburkan dua pribadi yang berbeda, menjadi satu. Hanya dalam cinta. Atas nama kasih sayang. Mencintai adalah memberi, bukan menuntut. Kasih sayang adalah 'mengasih' dan 'menyayang'. Pemberian bakal melimpahkan kesenangan dan kebahagiaan. Tuntutan menghasilkan rasa tertekan dengan segala persoalannya. Kalau kedua ego selalu memberikan sesuatu atas nama cinta kepada pasangannya, maka yang ada cuma rasa senang dan bahagia. Tapi ketika masing-masing menonjolkan tuntutan, maka yang muncul adalah ketidakpuasan. Karena tidak ada orang yang bisa memuaskan ego kita. Hati bukan lagi bertaut, melainkan berhadap-hadapan untuk saling menghakimi, dengan tuduhan-tuduhan yang melukai. Pertautkanlah hati dengan cara 'menyerahkan hati' kita kepadanya. Maka, ia akan membalas dengan menyerahkan hatinya kepada kita. Itulah makna cinta yang sejati: berserah diri, untuk kebahagiaan orang yang dicintai. Maka yang berbahagia bukan hanya yang dicintai, melainkan justru orang yang mencintai. Ia yang lebih banyak merasakan kebahagiaan. Jika orang yang dicintai tidak membalasnya dengan rasa cinta, no problem, justru dia yang akan kehilangan kebahagiaan. Tidak akan merasakan kebahagiaan. Ia hanya akan berkutat dengan ketidakpuasan-ketidakpuasan egonya. Sekali lagi, kebahagiaan hanya milik orang-orang yang bisa mencintai. Bagaimanakah mempertautkan 'hati' dengan Allah? Apakah sama dengan mempertautkan hati dua insan yang sedang dimabuk cinta? Tentu saja tidak sama persis, tapi memiliki kemiripan. Pada intinya, mempertautkan hati seorang hamba dengan Tuhannya, adalah sebuah proses 'berserah diri'. Bukan sederet tuntutan dalam do'a yang panjang untuk dicintai. Karena, sebenarnya Allah sudah selalu mencintai kita. Dan akan seterusnya mencintai kita. Tapi, kenapa kita seringkali tidak merasakannya? Karena, kita belum mencintaiNya. Ingatlah, bahwa rasa bahagia hanya muncul pada orang-orang yang sedang jatuh cinta. Yang mencintai. Bukan yang dicintai. Semakin menuntut, semakin tidak puas. Semakin berserah diri, semakin puas. Jadi, ketika kita mencintai Allah, tiba-tiba kita bisa merasakan betapa besar CintaNya kepada kita. Betapa banyaknya yang telah Dia berikan kepada kita. Dan kemudian kita merasakan nikmat yang luar biasa terhadap segala yang Dia berikan kepada kita itu. Hal demikian, tidak akan pernah bisa dirasakan oleh orang yang tidak mencintai. Apalagi yang selalu menuntut untuk dicintai. Karena, orang yang menuntut, selalu berpikir tentang apa yang akan datang. Bukan apa yang sedang dia terima. Dia tidak pernah bisa merasakan apa yang telah dia miliki. Tapi apa yang dia angan-angankan. Ya, dia hanya hidup dalam angan-angan egonya belaka. Di sinilah kuncinya, kenapa kita selalu merasakan ketidakpuasan. Bahkan, kadang merasa gagal, dan bahkan menderita karenanya. Sepertinya, hidup kita jauh dari rasa tentram dan damai. Jawabnya: karena tuntutan kita kepada Allah demikian besarnya. Karena kita tidak belajar menyerahkan hasil atas keputusan-keputusan dan keinginan kita kepadaNya saja. Kita serakah. Padahal semua itu hanyalah fatamorgana. Semu belaka. QS. Al Baqarah (2) : 96 Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling serakah kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih serakah) dari orang-orang musyrik. Masing-masing
[daarut-tauhiid] Kenapa Mesti Allah?
BERTUHAN KEPADA SIAPA? Kepada siapakah manusia mesti bertuhan? Semuanya sangat bergantung pada kecerdasan akalnya. Apakah dia bisa menemukan Tuhan yang paling Perkasa atau tidak. Apakah dia bisa menemukan Tuhan yang Paling Baik ataukah tidak. Apakah dia bisa bertemu Tuhan yang Paling Besar di antara segala eksistensi alam semesta ataukah tidak. Banyak orang memilih Tuhan yang begitu sepele dan lemah. Misalnya, berupa kalung azimat. Atau, patung sesembahan. Atau, Dewi Keberuntungan. Atau, bahkan dirinya sendiri yang dijadikan Tuhan. Kita bisa berdiskusi panjang untuk menunjukkan betapa lemah dan sepelenya Tuhan-Tuhan yang mereka pilih itu. Dan sungguh tidak pantas menjadi Tuhan bagi orang-orang yang memiliki akal dan kecerdasan cukup baik. Apalagi kecerdasan tinggi. Seseorang yang memiliki kecerdasan cukup baik, pasti akan memilih Tuhan yang layak dijadikan tempat bergantung. Bukan Tuhan yang 'tidak layak', yang justru bergantung kepada kita. Tuhan yang 'memberikan manfaat' ketika disembah. Bukan Tuhan yang justru 'memanfaatkan' kita, atau kita yang memberikan manfaat kepada dia. Tuhan yang jauh lebih Perkasa dari kita, Bukan Tuhan yang kalah perkasa oleh kita. Tuhan yang mampu memberikan pertolongan ketika kita butuhkan, bukan Tuhan yang justru membutuhkan pertolongan kita. Sayangnya banyak manusia tidak melakukan pemikiran seperti itu di dalam mencari Tuhan yang pantas dia 'sembah' dan agung-agungkan. Entahlah, kenapa banyak manusia lebih suka bertuhan secara untung-untungan, ikut-ikutan, menduga-duga, dan bahkan asal-asalan. Jarang yang sengaja melakukan pencarian dengan melewati pemikiran panjang yang terstruktur dengan baik. Sehingga dia memperoleh kesimpulan meyakinkan, yang bisa dipertanggung jawabkan. Saya lebih suka melakukan pendekatan yang terakhir ini, dalam mencari Tuhan. Saya juga tidak mau sekadar ikut-ikutan dalam bertuhan. Sebab, semua akibatnya adalah saya sendiri yang menanggungnya. Bahagia maupun derita. Dunia maupun akhirat. Kepada siapakah kita sebaiknya bertuhan? Tentu pertanyaan ini sangat relevan untuk diajukan kepada siapa pun. Termasuk kepada saya dan Anda. Ya, cobalah Anda pikirkan jawabannya. Menurut Anda, kepada siapakah Anda ingin bertuhan? Kepada 'sesuatu' yang lemah ataukah yang kuat dan perkasa? Pasti Anda akan menjawabnya: ya, pastilah kepada yang kuat dan perkasa. Masa iya ,kita mau bertuhan kepada yang lemah?! Kepada siapakah Anda ingin bertuhan, kepada yang pintar ataukah yang bodoh? Pastilah juga Anda akan menjawab: tentu saja kepada yang pintar bahkan sangat pintar!! Tahu segala macam sehingga bisa menjadi tempat bertanya dan berkonsultasi! Kepada siapakah juga Anda ingin bertuhan, kepada yang besar ataukah yang kecil? Tentu pula Anda akan menjawab: saya kira kita semua ingin bertuhan kepada sesuatu yang besar Jauh lebih besar dari kita. Bahkan sangat besar, sehingga lebih besar dari apa pun yang pernah kita pahami! Kepada siapakah Anda ingin bertuhan, kepada yang suka ngasih rezeki atau yang malah moroti rezeki kita? Sudah juga bisa dipastikan, bahwa Anda akan bertuhan kepada yang suka ngasih rezeki. Dan seterusnya. Dan seterusnya. Anda bisa menginventarisasi spesifikasi Tuhan yang Anda inginkan, beratus-ratus spesifikasi lagi. Tapi intinya, pasti Anda ingin memiliki Tuhan yang bisa dibanggakan. Tuhan yang bisa dijadikan tempat bergantung ketika butuh pertolongan. Tuhan yang bisa ngajari ilmu pengetahuan dan kepahaman tentang segala sesuatu. Tuhan yang selalu menjaga kesehatan kita dan selalu mencukupi kebutuhan hidup kita. Ya, Tuhan yang menyayangi dan sekaligus 'menarik' untuk kita cintai dan kita sayangi. Pokoknya Tuhan yang banyak memberikan manfaat dan kebahagiaan kepada kita! Bukan Tuhan yang menyusahkan kita. Anda setuju??! Sudah pasti setuju. Karena, saya juga ingin bertuhan kepada Tuhan yang demikian itu. Bahkan saya juga ingin Tuhan itu begitu dekatnya dengan saya, sehingga dimana pun dan kapan pun saya memerlukan pertolonganNya, saya bisa langsung bertemu denganNya. Dan pasti, DIA mengabulkan permintaan-permintaan kita dengan penuh kasih sayang. Bukan Tuhan yang begitu jauh dan tak jelas 'keberadaannya sehingga sulit dihubungi. Apalagi, Tuhan yang cuek terhadap kita. Tentu tidak masuk dalam kriteria Tuhan yang kita inginkan. Dan, sulit untuk menjadi klangenan kita, alias menjadi yang selalu kita rindukan. Ya, ringkas kata, tuhan yang pantas dijadikan Tuhan adalah DIA yang penuh perhatian kepada kita, sebagai hambaNya. Tuhan yang tidak membutuhkan kita untuk membangun kepentinganNya, tapi justru DIA menjadi kebutuhan kita, dan selalu memenuhi kepentingan kita. Tuhan yang 'menguntungkan' untuk disembah dan dijadikan pusat dari segala orientasi kehidupan kita! Wah, adakah eksistensi yang bisa memenuhi spesifikasi yang berat itu? Benarkah ada 'Sosok Sempurna' yang demikian hebat? Itulah yang mesti
[daarut-tauhiid] Makhluk Dan Sang Pencipta
MAKHLUK DAN SANG PENCIPTA Ketika kita berbicara tentang wihdatul wujud, atau Tauhidul wujud - manunggaling kawula Ian gusti - kita tidak bisa melepaskan diri dari keberadaan dua tokoh terkenal: Husain bin Mansyur al Hallaj dan Syech Siti Jenar. Mereka adalah tokoh-tokoh yang dikenal sebagai penganut faham bersatunya makhluk dengan Tuhannya. Al Hallaj hidup pada abad ke 10 di Bagdad, sedangkan Syech Siti Jenar abad ke 16 di Pulau Jawa. Sampai akhir hayatnya dihukum oleh 'penguasa' pada zaman itu kedua tokoh tersebut tetap Istiqamah berpendapat bahwa Allah dan makhluk adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Lepas dari berbagai penyimpangan pemahaman dan kontroversi yang terjadi baik oleh para muridnya maupun periwayat konsep 'Bersatunya Tuhan Makhluk' ini sangat menarik untuk dikaji. Benarkah Al Qur'an mengajarkan tentang 'bersatunya Tuhan dengan makhluk 'ataukah tidak. Sebagai konsep Tauhid, tidak bisa tidak, kita harus mendiskusikannya agar memperoleh kefahaman yang holistik alias menyeluruh. Kefahaman Tauhid yang baik akan memberikan dasar yang kuat bagi seluruh proses beragama kita. Saya mengenal untuk pertama kalinya tentang Tauhidul wujud dari ayah saya. Waktu itu, saya masih sekolah SD, entah usia berapa. Ayah bertanya kepada saya, saat kami masih di meja makan usai makan malam: tahu nggak kamu, Tuhan ada dimana? Ayah memang biasa mengajak diskusi anak-anaknya. Atau kadang sekadar bercerita agama. Tidak ada waktu khusus. Beliau bisa bercerita atau mengajak diskusi kapan saja beliau mau. Kebanyakan, beliau mengajarkan ilmu tauhid kepada kami. Namun, diskusi di meja makan itu, agaknya telah menjadi 'provokasi' yang sangat mengesankan dalam pemahaman saya terhadap agama, yang kemudian teringat sampai kini. Provokasi itu telah menjelma menjadi inspirasi tiada henti dalam kehidupan saya.Yang kemudian, mengalir di tulisan-tulisan saya: Terus 'mencari' Allah lewat pendekatan empirik. Waktu itu, saya menjawab pertanyaan ayah sekenanya sebagai anak kecil. Saya katakan, Tuhan ada di Surga! Ayah saya bukan membenarkan atau menyalahkan, tapi malah bertanya lagi. Kalau Tuhan di Surga, apakah di luar Surga tidak ada Tuhan? Wah, sulit juga bagi anak kecil untuk menjawab pertanyaan itu! Secara spontan saya menjawab pertanyaan tersebut dengan mencari jawaban lain. Saya katakan, 'kalau begitu, Tuhan pasti ada di langit' Bayangan saya, langit begitu besarnya. Mungkin lebih besar dari surga. Dan saya sering melihat orang-orang berdoa menengadah ke langit. Pasti inilah jawaban yang benar, pikir saya. Tapi, lagi-lagi, ayah saya tidak membenarkan atau menyalahkan, melainkan menyodori pertanyaan berikutnya. Kalau Tuhan berada di langit, apakah DIA tidak berada di Bumi bersama kita? Jauh sekall Tuhan dari kita? Saya tidak mau menyerah begitu saja, meskipun saya menangkap nuansa bahwa jawaban saya tersebut dianggap ayah tidak tepat. Maka, saya lantas 'menebak' sekali lagi. Kalau gitu, Tuhan bersama kita semua sahut saya! Ayah saya tersenyum, tapi sambil bertanya terus: 'Kalau Tuhan bersama setiap manusia, apakah DIA itu banyak? Bukankah DIA cuma SATU? Sampai di sini, buntulah akal saya. Menyerah. Jadi, Tuhan ada di mana?ESergah saya setengah putus asa. Ayah lantas mengambil gelas yang berisi air teh di meja makan. Bukan menjawab, tapi masih terus bertanya. Kamu lihat air teh yang berwarna kecoklatan ini. Dari mana warna tersebut? Tentu saja saya jawab: dari daun teh yang dicelupkan ke dalam air Beliau lantas bertanya lagi:apakah kamu bisa membedakan antara warna air dengan warna teh di dalam air teh ini? Saya menggelengkan kepala. Karena, tentu saja, saya tidak bisa membedakan warna air dengan warna tehnya. Keduanya telah menyatu dalam 'air teh' yang berwarna kecoklat-coklatan. Begitulah keberadaan Tuhan terhadap makhluk-Nya. Tuhan ibarat air putih, sedangkan makhluk ibarat daun teh yang dicelupkan. Keduanya kini menjadi satu. Warna teh sudah larut ke dalam air putih, menjadi air teh yang berwarna kecoklat-coklatan. Saya manggut-manggut. Meskipun, sebenarnya tidak cukup mengerti dengan perumpamaan tersebut. Saya hanya menangkap kesan, bahwa ayah saya sedang ingin mengajarkan: Tuhan itu bersatu dengan makhlukNya tanpa dapat dipisahkan, bagaikan warna air putih dengan warna teh, yang telah menyatu ke dalam segelas air teh... Ketidakpahaman saya itu terus memprovokasi pikiran saya sampai dewasa. Dan baru menemukan bentuknya setelah saya cukup dewasa dalam berpikir, bertahun-tahun kemudian. Apalagi setelah saya membaca beberapa diskusi tentang konsep wihdatul wujud dan Tauhidul wujud yang diturunkan dari Al Hallaj dan Siti Jenar. Ketiganya memiliki kemiripan dalam mempersepsi kebersatuan antara Tuhan dengan makhlukNya. Konsep ini memang tidak mudah untuk dipahami. bahkan boleh dikata cukup rumit. Karena itu, tidak semua orang bisa memahami dengan
[daarut-tauhiid] Namaku Izrail
Namaku Izrail Wahai anakku! Jika ada sesuatu yang tak bisa kau pastikan bila dia datang, maka persiapkan dirimu untuk menghadapinya sebelum dia men-datangimu sedang engkau dalam keadaan lengah (Nasihat Luqman kepada anaknya) Tiba-tiba saja ia berdiri dihadapanku. Memperkenalkan diri entah dari mana. Terus terang, aku melongo ketika orang atau lebih tepatnya mahluk itu ada dihadapanku. Entah kenapa, aku tidak terlalu kaget. Hanya saja, memang muncul rasa heran dan takut. Tubuhku yang sedang berbaring setengah terangkat. Aku menatap bengong melihatnya berdiri di hadapanku. Meski rasa takut menyergapku, aku seakan-akan tidak merasa asing dengan sosok ini. Kayanya pernah kenal, tapi dimana gitu. Dalam beberapa saat aku seperti pikun. Lupa. Tepatnya nggak tau apakah pernah bertemu dengannya atau tidak. Sepertinya aku mengalami dejavu, pikirku. Cukup lama ia memandangku dengan diam, setelah dia menyebutkan namanya begitu saja. Padahal aku nggak minta diperkenalkan. Boro-boro perkenalan, dia begitu saja mengada, makanya siapa diapun aku nggak ngeh. Izrail katanya. Siapa ya? Rasanya nama itu pernah kudengar dengan baik. Tapi aku lagi-lagi tidak mampu menggali memori dari otakku yang tiba-tiba menjadi beku. Ia nampaknya termasuk mahluk yang tak mau tau. Tepatnya super cuek. Apakah aku mau atau tidak, nampaknya ia memang tak peduli. Bilamana ia mau, ia akan memperkenalkan diri. Bila tidak, ya sudah lewat begitu saja. Tak peduli orang yang disapanya mau atau tidak. Apakah yang di datanginya jantungan atau tidak. Baginya itu nampaknya tidak menjadi soal benar. Apalagi kemunculannya yang tiba-tiba begitu. Seperti menyergap dari ketiadaan, muncul begitu saja. Bagi yang penakut, mungkin kemunculannya bisa membuat semaput. Dia seperti hantu. Untungnya aku termasuk bukan manusia yang kagetan. Sehingga kemunculannya yang tiba-tiba itu tidak terlalu membuatku semaput. Tapi yang jelas memang otakku jadi beku. Seperti sekarang ini. Memandang dengan bodoh kesosok yang luar biasa ganteng ini. Kupikir-pikir, memang aku belum pernah melihat wajah seperti dia ini. Wajahnya lebih mirip manekin yang dipajang ditoko-toko ketimbang manusia. Halus, berkulit bersih, bahkan seperti menimbulkan pendar sinar. Meskipun, kebersihan kulitnya agak sedikit tidak lazim dengan warna bersih yang memerah dadu seperti pipi bayi itu. Dia senyam-senyum dikulum, seperti seorang teman lama yang sedang menggoda. Wah, pikirku, ni orang kalau ikut kontes Indonesian Idol atau AFI barangkali langsung menang, yang lainnya langsung bertumbangan. Sudah tau siapa aku?, lanjutnya memecahkan kebingunganku. Eh..e yyyaa...siapa ya, dengan sedikit gemetaran dan tergagap-gagap aku menjadi grogi, tapi lagi-lagi aku masih belum ngeh siapa dia, padahal dia sudah menyebutkan namanya. Nama itu memang terdengar tidak asing. Cuma, aku lagi-lagi lupa dimana pernah mendengar nama itu. Dia tersenyum simpul. Swear, senyumnya termasuk kategori senyum manis bagi makhluk berjenis kelamin laki-laki (terus terang saja gender ini perlu saya buat dengan font italyc karena saya sendiri bingung ini orang laki-laki atau perempuan). Kemudian dengan perlahan ia berkata Aku diminta menjemputmu Siapa?, tanyaku masih setengah bingung. Dia..., katanya pendek. Dia siapa ya?, tanyaku lagi, otakku masih beku, tak bisa menduga dan tak tahu dengan yang ia maksud. Kkkamu sendiri siapa?, tanyaku dengan sedikit gagap tetapi lebih mantap. Keberanianku muncul begitu saja. Nampaknya, ia tidak kaget dengan reaksiku yang nampaknya masih belum begitu jelas. Aku sendiri masih mencoba mengingat-ingat. Tapi, rasanya memang sel-sel kelabu otakku jadi tumpul tak bisa berpikir. Entah kenapa, kemampuan berpikirku jadi mandeg. Daya ingatku seperti berputar-putar tak menentu, tak bisa mengatur alur logis yang benar. Melompat-lompat dan terputus-putus begitu saja seperti komputer yang perangkat lunaknya error karena kerusakan prosesornya. Kira-kira pernah kenal dimana dengan sosok aneh ini. Tanpa ba-bi-bu lagi nongol dan langsung memperkenalkan diri. Kucoba mengingat-ingat sekiranya aku pernah bertemu dengannya. Disuatu tempat, di suatu waktu. Disela-sela kepikunannku, aku mencoba mengingat-ingat. Apakah teman sekolahku dulu pikirku. Ah, kelihatannya bukan. Tapi tetap tak bisa kuingat, siapakah pemilik sosok ganjil dihadapanku ini. Lagi pula kami masih sering kumpul-kumpul satu sama lain, meskipun sudah hampir 10 tahun angkatan kami habis alias pada lulus dari bangku kuliah. Ah, nampaknya bukan. Pelan-pelan kuhimpun daya ingatku, sedikit demi sedikit aku merasakan otakku melumer. Tak ada dari temanku yang penampilannya mirip dia ini. Meskipun dari lain jurusan, aku masih ingat satu persatu beberapa temanku semasa kuliah dulu. Frame demi frame aku mencoba memutar kembali wajah-wajah temanku. Si Bambang yang pernah dipenjara dulu karena aksi bakar ban di kampus. Atau si Nirwan yang jadi budayawan. Walaupun aku
[daarut-tauhiid] Setiap Yang Berjiwa Pasti Mati
1. SETIAP YANG BERJIWA PASTI MATI Allah menegaskan dalam banyak ayatNya, bahwa yang berjiwa pasti akan mengalami kematian. Bukan hanya manusia, melainkan juga tumbuhan, dan binatang. Hal itu di antaranya dikemukakan Allah pada ayat-ayat berikut ini. QS. Al Anbiyaa (21) : 35 Tiap-tiap yang berJiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. QS. Al Ankabuut (29) 57 Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan. Allah menciptakan kehidupan ini memang silih berganti antar satu kejadian dengan kejadian yang lain. Dulu mati kemudian dihidupkan. Yang sebelumnya hidup kemudian dimatikan. Dia juga mengeluarkan yang hidup dari yang mati, dan sebaliknya mengeluarkan yang mati dari yang hidup. Begitulah Allah menunjukkan KekuasaanNya. Dan, akhirnya, semua itu kembali kepadaNya belaka. QS. Ali Imran (3) : 27 Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas). QS Adz Dzaariyat (51) : 49 Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah. Pada kenyataannya, kita memang melihat di sekitar bahwa segala yang hidup mengalami kematiannya. Pada sisi yang berbeda, kita juga memperoleh pemahaman bahwa binatang dan tumbuhan ternyata juga memiliki Jiwa. Tapi, dalam skala yang lebih rendah. Dalam diskusi tentang otak secara struktural, diketahui bahwa otak manusia memiliki struktur otak binatang, khususnya jenis reptil. Inilah yang disebut sebagai otak tua : palaeoenchepalon. Bagian otak ini memiliki mekanisme kerja yang tidak melibatkan fungsi rasional. Ia lebih banyak melibatkan amygdala (otak emosional) dan tidak punya hippocampus (otak rasional). Ia juga cenderung bereaksi secara fisik untuk merespon kejadian di luar dirinya. Pada seorang laki-laki 'otak reptilianya' lebih berkembang dibandingkan dengan perempuan. Karena itu, seorang laki-laki cenderung menggunakan reaksi fisik (memukul, merusak dan semacamnya) ketika sedang mengamuk atau marah. Berbeda dengan perempuan yang justru menjadi rasional, dan menahan diri ketika sedang marah. Jadi, binatang juga memiliki Jiwa. Tapi dalam skala yang lebih rendah, karena tidak memiliki otak rasional yang disebut sebagai kulit otak alias cortex cerebri. Apalagi pada tumbuhan, ia tidak memiliki otak. Kualitas Jiwanya adalah paling rendah. Namun, semua itu bakal mengalami kematian, sebagaimana difirmankan oleh Allah. Tidak pandang bulu, apakah kualitas jiwanya tinggi atau rendah. Asalkan ia makhluk hidup, maka dia bakal mati. Bahkan, meskipun tidak ada informasi yang cukup transparan, ada yang berpendapat bahwa jin dan malaikat juga mengalami kematian. Hanya, umumya jauh lebih panjang dari manusia, karena faktor bahan dasar penyusun tubuhnya yang berkualitas lebih tinggi. Itu didasarkan pada pemikiran bahwa setiap yang hidup bakal mengalami kematian, kecuali Allah SWT. Jin dan malaikat adalah termasuk makhluk hidup. Karena itu juga bakal mengalami kematian. Sebagian jin khususnya iblis diberi tenggat waktu untuk tidak mati sampai hari 'kiamat pertama' (kiamat sughra) oleh Allah. Sedangkan malaikat, tidak mengalami kematiannya sampai 'kiamat yang kedua' (kiamat kubra). QS. Al A'raaf (7) : 14 - 15 Iblis menjawab: Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan Allah berfirman: Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh. QS. Al Kahfi (18) : 50 Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang zalim. Ayat di atas menginformasikan kepada kita bahwa khusus Iblis, diberi waktu oleh Allah untuk menggoda manusia sampai Kiamat. Dan adalah Iblis itu dari golongan jin. Namun demikian, tidak semua Jin memiliki usia sepanjang itu. Selebihnya jin juga mengalami proses menua, sakit, dan mati. Secara umum, dari pengalaman orang-orang yang berinteraksi dengan dunia jin, mengatakan bahwa usia jin berkisar 10 kali lipat usia di dunia manusia. Jadi kalau manusia berumur 60 tahun, maka jin bisa berumur 600 tahun, dalam ukuran dunia manusia. Itu dimungkinkan, karena badan jin terbuat dari bahan gelombang panas, sebagaimana difirmankan Allah berikut ini. QS. Al A'raaf (7) : 12 Allah berfirman: Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu? Menjawab iblis: Saya lebih
[daarut-tauhiid] Kekuatan Otak, Kekuatan Jiwa
KEKUATAN OTAK, KEKUATAN JIWA MEMANCARKAN KEKUATAN Jiwa adalah sumber kekuatan seseorang. Orang yang Jiwanya lemah, akan tampil sebagai sosok yang lemah. Sedangkan orang yang berjiwa kuat akan tampil sebagai sosok yang 'kuat' pula. Tentu saja, bukan sekadar dalam arti fisik. Melainkan 'kekuatan' pribadinya dalam menghadapi gelombang kehidupan. Orang yang memiliki Jiwa kuat, bukan hanya berpengaruh pada keteguhan pribadinya, melainkan bisa digunakan untuk mempengaruhi orang lain, bahkan benda-benda di sekitarnya. Anda melihat betapa besarnya kekuatan yang ditebarkan oleh Bung Karno sebagai ahli pidato. Ia bisa mempengaruhi ribuan orang hanya dengan kata-katanya. Ribuan orang terpesona dan rela berpanas-panas, berdesak-desakan, atau berjuang dan berkorban, mengikuti apa yang dia pidatokan. Anda juga bisa merasakan, betapa hebatnya kekuatan yang digetarkan oleh Mozart dan Beethoven lewat karya-karya musiknya. Berpuluh tahun karya mereka dimainkan dan mempesona banyak musikus atau penikmat musik di seluruh dunia. Atau, lebih dahsyat lagi, adalah kekuatan yang terpancar dari Jiwa rasulullah saw. Keteladanan dan risalah yang beliau bawa telah mampu menggetarkan satu setengah miliar umat Islam di seluruh penjuru planet bumi ini untuk mengikutinya. Bahkan terus berkembang, selama hampir 1500 tahun terakhir. Bagaimana semua itu bisa terjadi? Dan darimana serta dengan cara apa kekuatan yang demikian dahsyat itu terpancar? Semua itu ada kaitannya dengan kekuatan Jiwa yang terpancar dari seseorang. Dengan mekanisme otak sebagai pintu keluar masuknya. 1. PANCARAN GELOMBANG OTAK Mempelajari aktivitas otak, berarti juga mempelajari aktivitas Jiwa. Kenapa demikian? Karena seperti telah kita bahas di depan, Jiwa adalah program-program istimewa yang dimasukkan ke dalam sel-sel otak oleh Allah. Dan program-program itu lantas berkolaborasi membentuk suatu sistem di dalam organ otak. Karena itu, setiap apa yang dihasilkan otak adalah pancaran dari aktivitas Jiwa kita. Bagaimana memahaminya? Banyak cara. Di antaranya dengan memahami produk-produk otak sebagai organ pemikir. Kalau kita membaca karya seseorang, baik berupa karya tulis, musik, pidato, atau karya-karya seni dan ilmu pengetahuan lainnya, kita sedang memahami pancaran jiwa seseorang. Di dalam karya itu terkandung energi, yang tersimpan di dalam maknanya. Untuk bisa merasakan energi tersebut tentu kita harus menggunakan Jiwa untuk memahaminya. Jika kita sekadar menggunakan panca indera terhadap suatu karya, tapi hati atau Jiwa kita tidak ikut dalam proses pemahaman itu, tentu kita tidak bisa merasakan besarnya energi yang terpancar. Karya itu tidak lebih hanya sebagai seonggok benda mati. Tapi, begitu kita melibatkan hati dan Jiwa, tiba-tiba karya itu menjadi hidup dan bermakna. Yang demikian itu bisa terjadi pada pemahaman apa saja. Setiap kali kita ingin menangkap makna, maka kita harus melibatkan hati dan Jiwa. Hati adalah sensor penerima getaran universal di dalam diri seseorang. Ada yang menyebutnya sebagai indera ke enam. Kombinasi antara panca indera dan hati akan menyebabkan kita bisa melakukan pemahaman. Tapi semua sinyalnya tetap dikirim ke otak sebagai pusat pemahaman atas informasi panca indera dan hati tersebut. Di situlah Jiwa bekerja sebagai mekanisme kompleks dari seluruh rangkaian software yang ada di sel-sel otak. Itulah yang difirmankan Allah dalam berbagai ayatnya, bahwa pemahaman mesti melibatkan hati, sebagai sensornya. QS. A'raaf (7) : 179 Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat, dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar. Mereka itu bagaikan binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. QS. Ar Ruum (30) 59 Demikianlah Allah mengunci mati hati orang-orang yang tidak (mau) memahami. QS. Al Hajj (22) : 46 maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada. Jadi, otak memancarkan gelombang energi yang tersimpan di dalam maknanya. Makna itu sendiri sebenarnya bukanlah energi, meskipun ia mengandung energi. Makna juga bukan materi. Makna adalah makna alias informasi. Selama ini, kita memahami eksistensi alam semesta hanya tersusun dari 4 variable, yaitu Ruang, Waktu, Materi dan Energi. Sebenarnya, 'Informasi' adalah variable ke 5 yang turut menyusun alam semesta. Para pakar Fisika tidak memasukkan 'Informasi' sebagai salah satu variable penyusun alam, karena pengukuran 'Informasi' itu tidak
[daarut-tauhiid] Misteri Tiada Akhir
MISTERI OTAK JIWA Misteri Tiada Akhir Misteri tentang Jiwa dan Ruh adalah misteri sepanjang sejarah kemanusiaan. Berbagai sudut pandang telah dikembangakan untuk memahami jiwa dan Ruh. Namun tidak pernah memuaskan. jiwa dan Ruh selalu menyisakan sesuatu yang di luar kefahaman kita. Kini, kita mencoba membahas rahasia itu dari sudut pandang yang lebih holistik, mudah-mudahan bisa melengkapi wacana selama ini. Dan, kemudian menjadikan persepsi kita terhadap Ruh dan jiwa lebih baik. Meskipun, tentu saja, butuh penyempurnaan lebih lanjut. Dalam diskusi ini, kita mencoba membahas jiwa dan Ruh dalam tiga sudut pandang secara komprehensif, yaitu informasi Al-Quran, sains, dan filsafat. Saya ingin mengajak pembaca untuk lebih mencermati informasi dan analisa-analisa yang berasal dari sains tentang keberadaan Jiwa. Untuk itu, kita akan banyak berbicara tentang Otak yang memang dicurigai banyak berperan dalam berfungsinya Jiwa dan Ruh. 1. STRUKTUR FUNGSI OTAK Ada kecurigaan yang masih perlu dikaji lebih mendalam, bahwa jiwa berada di balik struktur otak manusia. Kenapa ada kecurigaan seperti itu? Karena dalam berbagai data klinis yang dicermati oleh para dokter jiwa maupun saraf, menunjukkan kaitan sangat erat antara kualitas Jiwa dengan kualitas otaknya. Jika otak seseorang mengalami gangguan secara medis, atau mengalami kerusakan, maka diperoleh kenyataan bahwa orang tersebut juga mengalami gangguan Jiwa seiring dengan bagian yang mengalami kerusakan. Sebagai contoh, saya punya seorang kawan yang mengalami gangguan pada sel otaknya. Karena kecelakaan sepeda motor, ia mengalami kerusakan sel penciumannya. Sejak saat itu, dia tidak pernah bisa membau aroma apa pun lewat hidungnya. Baginya aroma nasi soto tidak berbeda dengan aroma nasi rawon atau nasi timlo. Dia sempat mengeluhkan kepada saya, betapa tidak enaknya mengalami gangguan semacam itu. Secara sepintas, anda mungkin bertanya-tanya apa kaitannya dengan jiwa. Sebenarnya fungsi penciuman (kefahaman terhadap aroma) adalah sebagian dari fungsi Jiwa. Sebagaimana mata, telinga dan indera lainnya. Karena panca indera adalah alat untuk berkomunikasi dengan dunia di luar tubuh seseorang. Jika ia rusak, maka kualitas Jiwanya juga menjadi terganggu. Contoh yang lebih jelas terlihat dari kasus kedua yang dialami oleh seorang famili saya. Suatu ketika, famili saya ini terkena serangan stroke di suatu acara syukuran. Karena makan sate dan makanan berkolesterol tinggi lainnya, besok paginya ia terkena serangan 'penyakit stroke' yang berbahaya itu. Apa yang terjadi? Dia mengalami kerusakan pada bagian otak yang terkait dengan sel-sel memori bahasanya. Maka sejak saat itu, dia tidak ingat pada perbendaharaan kata-kata yang telah dipunyainya sejak kecil. Baik bahasa Indonesia, Jawa, Madura, Inggris, mau pun bahasa lain yang dia pernah bisa. Dia tahu, faham dan mengenal suatu benda, tapi tidak pernah bisa menyebut namanya. Ia selalu salah dalam menyebut nama benda apa saja. Bahkan juga tidak bisa menyebut nama saya. Padahal saya tahu pasti, dia masih mengenal saya. Bahkan, untuk menyebut nama istri dan anaknya pun dia lupa! Kalau pun dia berusaha berbicara, kata-kata yang dia ucapkan itu tidak bisa dimengerti sama sekali. Dia sangat menderita secara kejiwaan, karena apa yang dia maksudkan tidak bisa tersampaikan lewat bahasa. Saya kira, kini anda mulai bisa merasakan apa yang saya maksudkan. Bahwa kerusakan struktur otak ternyata memberikan gangguan pada kualitas Jiwa seseorang secara nyata. Dia tidak gila, tetapi mengalami gangguan kualitas Jiwa. Untuk mengatasi kesehatannya, famili saya itu ditangani oleh beberapa dokter, di antaranya adalah dokter saraf dan dokter Jiwa. Pada kasus kasus yang lebih berat, Schizophrenia alias gila, para dokter saraf ternyata juga menemukan kerusakan pada sel-sel otak si penderita. Ada bagian-bagian otak yang bertanggung jawab pada emosi, rasa malu, sadistis, perilaku tidak terkontrol, dan lain sebagainya mengalami kerusakan serius. Dan kemudian ditandai dengan dilepaskannya zat-zat kimiawi tertentu di dalam tubuhnya. Pengobatannya, ternyata bisa dilakukan secara fisik dengan memberikan obat-obat tertentu yang mengendalikan munculnya zat-zat pencetus 'kegilaan' tersebut. Dengan demikian, terbukti bahwa gangguan Jiwa sangat erat kaitannya dengan kerusakan struktur otak seseorang. Dulu, bidang kesehatan yang menangani penyakit Jiwa ditangani oleh seorang dokter penyakit Jiwa. Tapi kini, ditangani oleh dua bidang kesehatan yang berbeda yaitu dokter saraf dan dokter Jiwa (psikiater). Dokter saraf menangani gejala-gejala fisiknya, sedangkan psikiater lebih kepada fungsi Jiwa alias psikis yang bersifat abstrak. Dalam ilmu kedokteran disebut sebagai Struktural (fisik) dan Fungsional (psikis). Agar kita memiliki gambaran yang lebih konkret tentang struktur otak dalam kaitannya dengan