[daarut-tauhiid] Takdir

2010-08-18 Terurut Topik firliana putri
Takdir

Apa sih yang namanya takdir itu ? He.. he... ini sih omonganku sebagai orang 
awam saja yang jauh dari kebenaran yang hakiki. Yang pasti iman kepada takdir 
Allah merupakan salah satu rukun iman. 

Pemahaman tentang takdir bagi setiap orang tentu saja berbeda-beda tergantung 
sudut pandang yang dipakai dalam memahami takdir. Pemahaman tentang takdir, 
bagiku mengalami perubahan antara pemahamanku yang dulu dan yang sekarang. 

Dulu aku memahami takdir dengan cara yang sederhana, dengan contoh sederhana 
untuk keyakinanku sendiri. Anggapanku waktu itu, Allah sudah menetapkan 
masing-masing takdir untuk berbagai pilihan yang ada, tergantung kita sendiri 
mau menjalani takdir yang mana. Jadi aku menganggap bahwa variabel takdirku dan 
kombinasi antara variabel takdirku ada dalam jumlah yang tak terhingga, tinggal 
akunya yang menentukan variabel takdir yang mana. Misalnya besok akan ada 
ulangan/ujian/test yang terdiri dari 10 soal dan masing-masing soal nilainya 
10, 
sehingga kalau umpama benar semua takdirnya ya nilai 100, kalau benarnya cuma 6 
soal ya takdirnya dapat nilai 60. Jadi tinggal bagaimana usaha belajarku 
mempersiapkan diri menempuh ujian. Sehingga misalnya aku ogah-ogahan belajar 
sehingga soal yang kukerjakan hanya benar 5 soal ya takdirnya aku dapat nilai 
50 
bukan karena sejak semula aku ditakdirkan dapat nilai 50. Begicu... 

Setelah itu muncul lagi pemahaman akibat dari kebingungan dari dua hal yang 
seakan-akan bertentangan yaitu : 
[Q.S. 13:11] Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga 
mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.


Wah berarti menurut ayat tersebut perubahan takdir manusia itu ya tergantung 
manusianya sendiri, mau atau tidak untuk berubah. Lha sedangkan dalam salah 
satu 
hadits kita diajarkan untuk mengucapkan : 
Laa haula walaa quwwata illaa illaahil'aliyyil'adzhim. (Tiada daya dan tiada 
kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung).


Yang satu faktor dominannya adalah manusia itu sendiri tetapi yang satu lagi 
faktor dominannya adalah Allah, tiada kan berarti kebalikannya yaitu hanya 
Allah. Lha bagaimana itu ?

Setelah mengalami fase perenungan, pencarian dan pengalaman akhirnya muncul 
suatu pemahaman yang lebih baru lagi yaitu bahwa di antara keduanya sama sekali 
tidak ada yang bertentangan. Misalnya saat ini takdir Allah yang sedang berlaku 
untuk diriku adalah AKU SEDANG SAKIT (Titik A). Aku ingin sembuh, maka aku 
harus 
mengubah keadaanku agar terjadi kesembuhan yaitu dengan jalan berobat baik ke 
dokter atau minum obat yang sesuai atau dengan memperbaiki asupan gizi yang 
masuk ke dalam tubuhku. Setelah berbagai upaya itu aku jalani maka terjadilah 
kesembuhan atas penyakitku (Titik B). Secara nalar kesembuhan atas sakitku 
adalah karena upayaku sendiri mendapatkan kesembuhan itu sendiri dengan jalan 
berobat. Tetapi bila ditelusuri lagi dari mana sih timbulnya keinginan untuk 
sembuh itu, dari mana juga timbulnya niat untuk berobat, lalu siapa yang 
mengatur pertemuanku dengan dokter atau dengan obat yang pas ? Ternyata tidak 
lepas dari Allah juga. 

Jadi kesimpulannya dari posisi takdir pada Titik A menuju posisi takdir pada 
Titik B memang harus ada ikhtiar, tetapi ternyata ikhtiar itu sendiri juga 
merupakan takdir Allah. Sehingga Allah kalau berkehendak mengubah takdir 
seorang 
hamba pada titik yang lain, maka Allah juga yang mempersiapkan ikhtiar 
perubahan 
itu sehingga si hamba berada pada titik yang dikehendaki-Nya. 

Seiring berjalannya waktu, ditambah pemahaman-pemahaman baru yang aku dapatkan 
di sepanjang perjalananku terutama juga dari bimbingan Syekh Luqman, aku jadi 
mengerti bahwa semula ada dua golongan pemikiran tentang takdir, yaitu serba 
Tuhan (Jabariyah) dimana dalam paham golongan ini manusia sama sekali tidak 
bisa 
berkehendak – mutlak kehendak Allah. Jadi bagi yang menyalahpahami sering hal 
itu dijadikan alasan, misalnya mengatakan kalau saya berbuat maksiat itu ya 
karena Allah mentakdirkan seperti itu. Ada juga golongan yang kedua dengan 
pahamnya yang serba manusia, dalam pengertian manusia bebas tanpa campur tangan 
tuhan, jadi setelah Allah menciptakan semesta ini ya sudah dibiarkan berjalan 
dengan sendirinya. Masing-masing golongan ada benarnya dan juga ada salahnya 
menurutku. Lha terus bagaimana dong ? 

Dari dua golongan tersebut menurut Syekh Luqman, ada tempatnya masing-masing, 
ada wilayahnya sendiri-sendiri, yaitu dimensi hakikat/wilayah hati dan dimensi 
syariat/wilayah akal-pikiran. 

Bahwa segala hal yang terjadi baik yang sudah, sedang maupun yang belum secara 
hakiki adalah sepenuhnya takdir Allah dan hal tersebut adalah wilayah hati 
untuk 
meyakininya. Tetapi dalam dimensi syariat atau menurut wilayah akal, segala hal 
haruslah direncanakan, distrategikan, dihitung, ditata dan diusahakan untuk 
hasil yang terbaik. Dua hal tersebut harus dapat berjalan seiring tanpa boleh 
terbolak-balik atau pun campur aduk. Misalnya dalam suatu 

[daarut-tauhiid] Hubungan Makhluk dengan Tuhan

2010-06-29 Terurut Topik firliana putri
Hubungan Makhluk dengan Tuhan
 
Pada suatu hari ikan-ikan di
samudra berkumpul di hadapan pemimpin mereka. Mereka berkata, Ya Fulan,
kami bermaksud menghadap lautan. Bukanlah karena ia kami berada dan tanpa ia
kami tiada. Tunjukan kepada kami arahnya dan ajari kami jalan untuk menuju dan
mencapainya. Sudah lama kami tidak tahu di mana tempatnya dan di mana arahnya.
 
Pemimpinnya berkata,
Kawan-kawan, saudara-saudara, ucapan ini tidak layak bagi kalian dan
orang-orang seperti kalian. Lautan terlalu luas untuk kalian capai. Ini bukan
urusanmu. Ini juga bukan posisimu. Diamlah. Janganlah berbicara dengan
pembicaraan seperti ini. Cukuplah kalian yakini bahwa kalian berada karena
adanya dan tidak akan ada tanpa keberadaannya.
 
Mereka berkata, Jawaban ini
tidak akan ada gunanya bagi kami. Larangan tidak akan menahan kami. Kami harus
menujunya. Anda harus menunjuki kami untuk mengenalnya dan membimbing kami ke
dalam wujudnya. 
 
Ketika sang pemimpin melihat
gelagat ini dan larangannya tidak digubris, ia mulai menjelaskan,
Saudara-saudara, lautan yang kalian cari, yang kalian ingin temui, ada
bersamamu dan kalian bersamanya. Ia meliputi kamu dan kalian meliputinya. Yang
meliputi tidak terpisah dari yang diliputi. Lautan itu adalah yang di situ
kalian berada. Kemanapun kamu menghadap, di situ ada Lautan. Lautan bersama
kamu dan kamu barsama lautan. Kamu pada lautan dan lautan pada kamu. Ia tidak 
gaib
darimu, kalian juga tidak gaib darinya. Ia lebih dekat darimu dari pada urat
lehermu.
 
Ketika mendengar ucapan itu, mereka
semua bangkit untuk membunuh sang pemimpin. Sang pemimpin lalu berkata kepada
mereka, Apa salahku sehingga kalian mau membunuhku.
 
Mereka berkata, Karena,
menurutmu, lautan yang kami cari adalah lautan yang di situ kami berada.
Bukankah kami berada di dalam air. Apa hubungannya air dengan lautan? Kamu
hanya ingin menyesatkan kami dari jalan-nya. Kamu hanya memperdayakan kami.

 
Sang pemimpin berkata, Demi
Allah, bukan begitu. Aku hanya mengatakan yang sebenarnya. Sebetulnya lautan
dan air itu satu dalam hakikat. Di antara keduanya tidak ada perbedaan. Air
adalah nama lautan dari segi hakikat dan wujud. Lautan adalah nama baginya dari
segi kesempurnaan, kekhususan, keluasan, dan kebesaran di atas semua
fenomena.
 
Cerita di atas untuk
menggambarkan hubungan makhluk dengan Tuhan seolah-olah hubungan antara
penghuni lautan dengan lautan. Perbandingan ini tentu saja tidak tepat. Ia
hanyalah upaya untuk menyederhanakan hakikat yang sangat jauh dari ruang
lingkup pengalaman kita. Walaupun begitu, kebanyakan orang tidak juga
memahaminya. Alih-alih berterima kasih, dalam sejarah, seperti ikan-ikan itu,
kita menolak penjelasan itu, mengafirkan mufasirnya, dan tidak jarang
membunuhnya. Yang jarang adalah sikap merendah menghadapi sesuatu yang tidak
kita pahami. Lebih jarang lagi adalah kesediaan untuk memahami dan menerima
penjelasan, seperti yang dilakukan oleh para pendeta Nasrani di zaman khalifah
Abu bakar:
 
Sekelompok pendeta datang ke
Madinah. Mereka bertanya kepada Abu Bakar tentang Nabi dan Kitab yang dibawanya.
Abu bakar berkata, Betul, telah datang kepada kami Nabi kami dan ia
membawa kitab suci. Mereka bertanya lagi, Adakah di dalam kitab
suci itu disebut wajah Allah? Kata Abu Bakar, Betul.Apa
tafsirnya? Tanya mereka. Abu Bakar berkata, ini pertanyaan yang
terlarang dalam agama kami. Nabi Saw. tidak menjelaskan kepada kami.
Pendeta itu tertawa seraya berkata, Demi Allah, Nabi kamu itu hanya
pendusta belaka. Kitab suci kamu itu hanyalah kepalsuan dan kebohongan saja.
Ketika mereka keluar dari situ, Salman mengajak mereka menemui Ali bin Abi
Thalib. Kepadanya, mereka mengajukan pertanyaan yang sama, Ali berkata,
Aku akan menjawabnya dengan demonstrasi, tidak dengan ucapan. Ali
kemudian memerintahkan kepada seseorang agar mengumpulkan kayu bakar, dan ia
pun membakarnya. Ketika kayu itu terbakar dan menjadi api, Ali bertanya
kepada para pendeta, Wahai pendeta, mana muka api? Semua pendeta
itu menjawab, Ini semua muka api. Mendengar itu, Ali berkata,
Semua wujud ini adalah wajah Allah. (Kemudian 'Ali membaca ayat
Al-Quran). Kemana pun kamu menghadap di situ wajah Allah, (QS Al-Baqarah [2]:
115). Semuanya binasa kecuali wajah-Nya. Kepunyaan-Nya segala hukum. Dan
kepadanya kamu semua kembali (QS Al-Qashash [28]: 88). Mendengar penjelasan
itu, semua pendeta itu masuk Islam dan menjadi pengikut tauhid yang arif.
 
Dalam peristiwa tersebut, para
pendeta berhasil memahami makna ayat-ayat itu. Tapi Ali, yang bergelar Taj 
Al-Arifin,
pernah mengalami peristiwa yang mengenaskan. Ia menyampaikan sesuatu yang
berada di luar kemampuan orang yang mendengarnya. Hamam, seorang yang taat
beribadah, memohon kepada Ali untuk menjelaskan tanda-tanda orang-orang takwa.
Ali berkhotbah tentang hubungan seorang yang bertakwa dengan Tuhan. Begitu 'Ali
selesai berkhotbah, Hamam jatuh pingsan dan akhirnya meninggal dunia.Tadi
aku sebelumnya mencemaskan dia.
 
Para Nabi dan kekasih-kekasih
Tuhan adalah orang-orang yang 

[daarut-tauhiid] Bebas-Bebas Tidak

2009-08-13 Terurut Topik firliana putri
Bebas-Bebas Tidak
 
Aku jadi ingat kejadian sekitar 2 bulan yang lalu. Waktu itu habis nganter si 
Tara, trus ditawari mamanya Tara sarapan, kalo pagi di sepanjang Mulyosari itu 
yang ada biasanya nasi pecel, soto ayam, soto daging Madura, sate kelapa, nasi 
campur, nasi serpang, rawon, nasi Padang dan lain-lain [ternyata onok kabeh, 
tinggal milih]. Biasanya sih, kalo ditawari gitu aku jarang mau. Dari arah 
ujung Utara Mulyosari, ketika ditawari soto Madura, aku masih nolak, terus 
melaju ke arah Selatan, soto ayam – engga, pecel – engga, sate – engga, nasi – 
engga, ditawari terus akhirnya yen tak piker-pikir yo wislah yuk.. cari 
sarapan. Dah, soto Madura aja yag di depannya Bhaskara, eh… kok ndilalah gak 
jualan. Ya udah soto dekatnya Giant aja soto Gubeng. Jadilah pesan satu soalnya 
yang makan cuman aku aja, soalnya ada sesuatu yang harus dibeli di Giant, 
jadinya aku ditinggal sendirian.
 
Sambil nunggu pesanan jadi, terpikir olehku sejak awal tadi bahwa kenapa aku 
gak segera mengambil keputusan menerima pilihan untuk beli sarapan sejak di 
ujung Utara Mulyosari tadi. Siapa sih yang menggerakkan diriku untuk menolak 
membeli sarapan ? Pedagangnya banyak tetapi aku gak mau, jadinya pedagangnya 
gak dapat satu pembeli yaitu aku. Tetapi begitu aku mau, pedagangnya yang gak 
jualan, akhirnya aku membeli dari pedagang yang terakhir kudatangi. Oh… berarti 
sejak awal aku punya pilihan dan bebas untuk menentukan pilihanku, tetapi 
setelah terjadi aku menentukan pilihan yang terakhir ini, kelihatan dan memang 
kurasakan bahwa kebebasanku untuk memilih itu sebenarnya tidak bebas juga, 
karena ternyata di balik itu ada suatu skenario yang menggerakkan bahwa aku 
akhirnya menentukan keputusan pilihan terakhirku. Ada skenario yang 
mengharuskan aku untuk menjadi perantara dari sampainya rejeki dari sang 
pemilik rejeki kepada mereka yang memang telah
 ditetapkan oleh-Nya.
 
Baru saja renungan itu tuntas, terlihat sebuah mobil menepi dan keluarlah dari 
dalamnya sosok yang kukenal. Teman adikku yang kebetulan juga tinggal di Negara 
yang sama denganku yaitu Indonesia, di pulau yang sama denganku yaitu Pulau 
Jawa, di propinsi yang sama… ah kesel terusno dewe…. Dia pun pesan untuk dibawa 
pulang, bungkus gitu loch.
 
Selesai makan dan tentu saja minum juga, tentu saja waktunya membayar. “Berapa 
Pak ?” “O.. gak usah, sudah dibayar sama mas yang tadi !”
 
Masya Allah, coba kalo aku gak makan di situ… kan lain ceritanya. Jadi ada yang 
menggerakkan aku untuk makan di situ yang awalnya aku berpikir akulah yang 
berperan sebagai sosok perantara penyampai rejeki dari sang pemilik rejeki 
untuk penjual soto Gubeng itu, tetapi ternyata kehadiranku di situ pun sudah 
diatur oleh-Nya untuk mendapatkan bagian dari rejeki-Nya. Jadi teman adikku 
itulah yang diskenariokan sebagai perantara penyampai rejeki untuk penjual soto 
itu dan tentu saja juga untuk diriku. Alhamdulillah…. Bukan dari segi nilai 
rupiahnya tetapi inilah hikmah pengaturan dari-Nya di balik segala sesuatu.
 
Apa yang belum terjadi, kita tidak mungkin mengetahuinya. Kita bebas dan memang 
harus menentukan pilihan yang terbaik untuk diri kita masing-masing (wilayah 
syariat; tugasnya akal-pikiran-fisik). Tetapi apa yang sudah berlalu apa pun 
itu, ternyata merupakan skenario pilihan-Nya untuk kita yang harus kita terima 
(wilayah hakikat; tugasnya hati).
 
Pandangan ke depan, kita bebas. Pandangan ke belakang, kita tidak bebas, 
pilihan kita sebenarnya adalah pilihan-Nya.
 
Tiada satu detik kehidupan pun yang terlepas dari skenario agung-NYA. Rela atau 
pun tidak takdir-NYA pasti terjadi. Mulane ojo sok ngresulo, ojo sok sambat, 
kuwat yo disonggo ora kuwat yo diselehke. Bungahing ati kuwi kelakone kanti 
lelaku lilo legowo.
 
Q.S. Al Qashash [28:68] : warabbuka yakhluqu maa yasyaau wayakhtaaru maa kaana 
lahumu lkhiyaratu subhaanallaahi wata'aalaa 'ammaa yusyrikuun [Dan Tuhanmu 
menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali tidak ada 
pilihan bagi mereka. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka 
persekutukan (dengan Dia)]
 
 


  New Email names for you!
Get the Email name you#39;ve always wanted on the new @ymail and @rocketmail.
Hurry before someone else does!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/

[Non-text portions of this message have been removed]



[daarut-tauhiid] Kepasrahan yang Mencerdaskan Jiwa

2009-06-16 Terurut Topik firliana putri
Kepasrahan yang Mencerdaskan JiwaSyekh Ibn Athaillah mengajak pembaca untuk 
menghayati posisi kita selaku hamba Allah. Kita ini hamba. Dan Allahlah Sang 
Majikan. Sebagai hamba-Nya, kita tertuntut untuk memusatkan perhatian pada 
upaya mengabdi kepada-Nya. Amatlah tidak sopan bila kita justru mengerahkan 
segenap daya untuk me¬merhatikan dan memuaskan kepentingan diri sendiri. Karena 
inilah Ibn Athaillah mengingatkan kita akan betapa pentingnya isqdth 
al-tadbir—tema utama buku ini—yakni mengistirahatkan diri dari turut mengatur 
dan menginginkan sesuatu untuk keperluan hidup yang kita lakoni.

Buku ini—isqdth al-tadbir—menawarkan cara tepat untuk memandang hidup. 
Karenanya, buku ini bak kacamata, yang dengannya matahati kita yang rabun bisa 
melihat lebih sempurna. Dengan penglihatan yang sempurna, tentulah hidup ini 
menjadi semakin jelas. Dan dengan jelasnya hidup, tentunya perjalanan kita 
menempuhnya men¬jadi lebih lurus dan lancar—tidak nabrak-nabrak dan tidak 
nyasar-nyasar.

Dalam pandangan Ibn Athaillah, pengabdian kita kepada Allah seharusnya tidak 
hanya ditunaikan dengan menjalankan kewajiban, yakni segala yang diperintahkan 
Allah, namun pula dengan menjalani ketetapan, yakni segala yang ditentukan 
Allah. Kematangan iman hanya bisa dirasakan bila kedua hal ini secara sem¬purna 
dilaksanakan. Dengan demikian, sebenarnya ada dua hukum yang patut dipatuhi 
oleh orang beriman, yaitu hukum taklif yang sudah lazim kita kenal se¬bagai 
berbagai perintah dan larangan Allah yang mesti dijalankan selama hidup, dan 
hukum takdir yang mencakup ketentuan dan keputusan Allah yang mesti dijalani 
dalam hidup.

Keperluan atau kebutuhan hidup makhluk sebetulnya adalah sesuatu yang sudah dan 
terus dijamin oleh Allah. Dengan ilmu-Nya, Allah sudah mengatur diri kita 
bahkan sebelum kita ada. Setelah kita terlahir di dunia, Allah pun terus 
mengatur urusan kita. Akan tetapi, setelah berakal, kebanyakan manusia seolah 
lupa bahwa selama ini urusan hidupnya ada dalam pengaturan Allah. Setelah 
berakal, mereka seakan ingin mengambil alih 'hak pengaturan' itu; mereka ingin 
mereka sendiri yang mengatur segenap urusan hidup mereka. Dalam pikiran Ibn 
Athaillah, ini hal yang tidak betul; ini justru sebentuk ketidak bersyukuran 
atas nikmat akal.

Allah tidak berhenti mengurus kita sekalipun kita sudah berakal. Ketentuan-Nya 
terus berlaku. Akal kita semestinya kita gunakan untuk memahami dan 
melaksanakan secara baik perintah Allah, dan bukan untuk melanggarnya; untuk 
memahami dan melakoni secara baik ketentuan Allah, dan bukan untuk menolaknya.

Yang lebih penting untuk kita perhatikan adalah apa yang dituntut dari kita, 
bukan yang dijamin untuk kita. Dalam Al-Hikam, Syekh Ibn Athaillah bertutur, 
Kesungguhanmu mengejar apa yang sudah dijamin untukmu dan kelalaianmu 
melaksanakan apa yang dituntut darimu, adalah bukti dari rabunnya mata 
batinmu. Karena itu, Istirahatkan dirimu dari mengatur urusanmu, karena 
segala yang telah diurus oleh 'Selainmu' (yakni Allah), tak perlu engkau turut 
mengurusnya.

Lagi pula, Menggebunya semangat tak akan mampu menerobos benteng takdir. 
Maksudnya, seberapa banyak pun energi yang kita curahkan untuk memenuhi suatu 
keinginan, tetap saja itu tak akan tergapai jika tak sesuai dengan keputusan 
Tuhan. Kita tak dapat memenangkan kehendak kita di atas kehendak-Nya. Kita 
bahkan kerap menemukan bahwa takdir dan ketentuan yang berlaku pada diri 
manusia bukanlah yang sesuai dengan pengaturan olehnya. Peng¬aturan manusia 
ibarat rumah pasir di tepi laut, yang bisa demikian mudah runtuh tatkala ombak 
takdir Tuhan berlabuh.

Dalam hidup, kita juga acap menemukan bahwa apa yang menurut kita baik ternyata 
bisa membawa keburukan, dan sebaliknya, apa yang kita sangka buruk ternyata 
malah mendatangkan kebaikan. Boleh jadi ada keuntungan di balik kesulitan, dan 
ada kesulitan di balik keuntungan. Boleh jadi pula kerugian muncul dari 
kemudahan, dan kemudahan muncul dari kerugian. Mana yang berguna dan mana yang 
berbahaya pada akhirnya adalah sesuatu di luar pengetahuan kita.

Oleh sebab itu, dalam pandangan Ibn Athaillah, 'sibuk mengatur nasib sendiri' 
sejatinya adalah tindakan yang kurang lebih sia-sia, apalagi bila kesibukan ini 
melalaikan kita dari tugas-tugas sebagai hamba. Lucu sekali bila manusia tetap 
berhasrat akan pengaturan diri. Pertama, karena ia pada dasarnya tak mengetahui 
apa yang terbaik bagi dirinya. Dan kedua, karena Allah Yang Maha Mengetahui apa 
yang terbaik buat para makhluk-Nya senantiasa dekat dan meng¬atur secara baik. 
Allah itu dekat dan karenanya senan¬tiasa memberi perhatian kepada kita 
sekalipun tanpa sepengetahuan kita. Tidak percaya kalau Dia tak akan 
mengabaikan kita adalah bukti lemahnya iman kita. Allah juga sayang dan 
karenanya selalu mengatur urusan kita secara baik. Pengaturan kita terhadap 
diri kita sebenarnya adalah bukti ketidaktahuan kita akan pengaturan Allah yang 
baik terhadap diri kita—dan karenanya adalah juga bukti minimnya cahaya 

[daarut-tauhiid] The power of subconscious mind, adakah ?

2009-06-08 Terurut Topik firliana putri
The power of subconscious mind, adakah ?

Begitu banyak pembahasan mengenai kekuatan alam bawah sadar atau pikiran bawah 
sadar selama ini. Begitu banyak juga motivator dan trainer yang mengajarkan 
bagaimana cara untuk membangkitkan kekuatan tersebut yang pada umumnya 
dilakukan melalui dua metode yaitu autosuggestion dan visualization. 
Subconscious mind ini kemudian menjadi sebuah mantra sakti untuk mewujudkan 
mimpi-mimpi kita. Dreams come true !!! 

Bahkan dalam sebuah pelatihan motivasi yang pernah saya ikuti, sang trainer 
mengilustrasikan bahwa kesuksesan beliau salah satunya disebabkan oleh 
keajaiban pikiran bawah sadar. Beliau pernah sangat menginginkan untuk 
melanjutkan pendidikan pasca sarjananya ke Oxford . Sebagai stimulusnya setiap 
hari beliau berimajinasi membayangkan seolah-olah beliau bersama keluarganya 
sedang bermain-main di salah satu taman kota di lingkungan Oxford . Sedemikian 
kuatnya imajinasi tersebut, beliau sudah bisa merasakan benar-benar berada di 
sana. Menghirup udaranya yang dingin, belajar di salah satu ruangannya, dan 
juga belajar di perpustakaannya. 

Salah satu trainer yang saya kenal juga menggunakan metode visualization untuk 
membuktikan kekuatan pikiran bawah sadar tersebut. Pada akhir proses 
visualization, beliau menggunakan anchoring untuk mengikat mimpi tersebut 
sehingga menjadi lebih definitif dan lebih mudah untuk mewujud. 

Memang benar, kemampuan manusia sesungguhnya diluar yang bisa kita bayangkan 
dalam batasan rasionalitas manusia sendiri. Banyak kemampuan manusia yang belum 
digali dan dimanfaatkan untuk mengejar masa depan yang lebih cerah. Akan tetapi 
benarkah subconscious mind power an sich ini memang menjadi mantra sakti untuk 
mewujudkan mimpi-mimpi kita? Bukankah setiap kejadian di alam semesta ini harus 
memperoleh ijin terlebih dulu dari kekuatan Maha Besar yang meliputi segala 
sesuatu? Karena meskipun proses visualizationnya berhasil dan sangat kuat, 
apabila Allah tidak mengijinkan hal itu terjadi, apakah masih bisa mewujud? 

Saya akan menceritakan pengalaman salah satu sahabat yang (secara tidak 
sengaja) menggunakan kekuatan pikiran bawah sadar dalam rangka mewujudkan salah 
satu mimpinya. 

Sebut saja namanya Eko. Dia bercita-cita untuk bisa melanjutkan sekolah S2-nya 
ke salah satu negara di Eropa dengan beasiswa dari salah satu lembaga beasiswa 
internasional. Semua persyaratan sudah dia penuhi, tidak ada satu item-pun yang 
berada di bawah standar. Eko sendiri percaya sepenuhnya bahwa apabila 
kemudahan-kemudahan akan selalu disediakan oleh Allah apabila kita percaya 
kepada kekuasaan-Nya. 

Eko bercerita bahwa kemudahan itu bahkan sudah dia rasakan sejak melakukan tes 
Internet-based TOEFL di Surabaya. Di saat lembaga kursus lain seperti EF dan 
IALF menmberikan harga private course rata-rata di atas 15 juta untuk kursus 
TOEFL selama 3 bulan (semakin singkat waktu kursus semakin tinggi biayanya), 
maka Eko menemukan sebuah lembaga kursus TOEFL preparation yang cukup murah 
yaitu hanya 5 juta selama 2 minggu. Instrukturnya juga ternyata adalah anggota 
majelis pengajian yang selama ini diikuti oleh Eko, sehingga proses kursus 
tersebut menjadi sangat cair dan lancar. 

Saat tes pun juga dia merasa dimudahkan karena biasanya penyelenggaran 
Internet-based TOEFL dilakukan di satu ruangan dengan peserta 5 – 10 orang. 
Saat tahapan speaking (setelah reading dan listening namun sebelum writing 
skills), meskipun memakai head set, tentunya setiap peserta akan mendengar 
percakapan rekan disebelahnya. Bahkan mungkin saja ruangan tersebut akan 
menjadi sangat crowded. Kemungkinan besar situasi tersebut akan mengganggu 
konsentrasi peserta lainnya sehingga tidak akan bisa mencapai nilai maksimal. 
Banyaknya peserta tes juga berpengaruh terhadap lambat atau cepatnya koneksi 
internet dengan ETS. Nah saat itu ternyata jadwal tes Eko hanya diikuti oleh 
dia sendiri, sehingga dia bisa konsentrasi penuh pada setiap tahapan tes 
Internet-based TOEFL tanpa terganggu oleh speaking peserta lainnya. Koneksi 
internet dengan dengan ETS-pun juga sangat lancar. Benar-benar anugerah dari 
Allah menurut Eko. 

Saat hasil tes diumumkan, score yang diperoleh Eko juga jauh diluar dugaan. 
Score TOEFL yang dipersyaratkan oleh universitas adalah 80 (setara dengan TOEFL 
213 Computer-Based atau 554 Pencil  Paper-based) . Namun score internet-based 
TOEFL yang diperoleh Eko adalah 92. Menurut pengakuan Eko, dia sampai menangis 
sendiri melihat score yang diperolehnya itu. Benar-benar membuktikan bahwa 
Allah sangat bermurah hati kepada dia, kata Eko. 

Selama proses pengiriman aplikasi beasiswa, Eko merasa sangat dekat dengan 
negara yang dia tuju. Seperti trainer yang saya ceritakan di atas, Eko juga 
bisa merasakan bahwa dia sudah tidak lagi berada di Indonesia. Dia merasa sudah 
berada di sana, sudah mulai menuntut ilmu di universitas yang dia inginkan. 
Tubuh dan hatinya sudah terasa sangat ringan, sehingga dia bisa merasakan 
proses perpindahan dirinya 

[daarut-tauhiid] Lukman Hakim dan Islam Kebelet

2009-04-06 Terurut Topik firliana putri
Lukman Hakim dan Islam Kebelet
 
Dikutip dari http://www.gusmus.net
 
Orangnya kalem dan sederhana. Tapi, justru kekalemannya itu bikin orang 
penasaran. Ya, begitulah keseharian Lukman Hakim yang kesohor sebagai sufiolog 
(ahli tentang tasawuf), dosen dan juga penulis banyak buku. Dalam sebuah acara 
pengajian di bilangan Matraman, alumnus Pesantren Tebuireng, Jombang ini hadir 
menjadi pembicara. Kali ini, ia mengudar persoalan tasawuf dalam kaitannya 
dengan pencapaian dunia yang damai. “Kalangan pluralis sering menghubungkan 
perdamaian dengan ayat,” Wahai manusia sesungguhnya kalian diciptakan terdiri 
dari laki-laki dan perempuan dan kami jadikan kalian berkelompok-kelompok dan 
bersuku-suku supaya kalian saling mengenal (lita’arafu)”. Dalam perspektif 
sufi, tafsir terhadap kata-kata “lita’arafu” bukan sekedar saling 
kenal-mengenal dan saling mencerdaskan, tetapi saling mengenalkan ma’rifatullah 
kepada sesama,” urainya didepan sekitar 50-an peserta.


Pemimpin Majalah Sufi ini, melihat Islam sekarang dalam tiga model.
Pertama, Islam yang lagi kebelet mau ke kamar kecil dengan segala 
ketidaksabarannya. Biasanya, Islam model ini dengan modal sedikit pengetahuan 
tentang Islamnya pengen segalanya harus selesai dengan atas nama Islam.
Kedua, setelah sampai di dalam WC, ada model Islam ngeden. Islam model ini, 
biasanya sering memaksakan sesuatu atas nama Islam yang sesungguhnya itu bukan 
Islam, tetapi nafsu Islam. Biasanya Islam model ini pengen cepat selesai segala 
urusanya dengan instan. Seperti kita lihat sekarang, ada gerakan-gerakan ritual 
dzikir instan. Dengan dzikir massal, lalu Tuhan disuruh bekerja.
Ketiga, model Islam keluar dari WC, lalu melupakan WC dan penjaganya. Penjaga 
WC ternyata para kyai. “Kayak sekarang, para kyai diajak rembugan untuk ikut 
menyelesaikan persoalan bangsa. Tapi, setelah selesai, para kyai selalu 
ditinggalkan. Pahahal, kalau kebelet kembali lagi ke WC,” ujarnya dengan 
memakai metafora. Yah, begitulah, pak sufi.
 


[daarut-tauhiid] Apa yang kita sombongkan??

2009-03-11 Terurut Topik firliana putri
Apa yang kita sombongkan??

Seorang pria yang bertamu ke rumah Sang Guru tertegun keheranan. Dia melihat 
Sang Guru sedang sibuk bekerja; ia mengangkuti air dengan ember dan menyikat 
lantai rumahnya keras-keras. Keringatnya bercucuran deras. Menyaksikan 
keganjilan ini orang itu bertanya, Apa yang sedang Anda lakukan?

Sang Guru menjawab, Tadi saya kedatangan serombongan tamu yang meminta 
nasihat. Saya memberikan banyak nasihat yang bermanfaat bagi mereka. Mereka pun 
tampak puas sekali. Namun, setelah mereka pulang tiba-tiba saya merasa menjadi 
orang yang hebat. Kesombongan saya mulai bermunculan. Karena itu, saya 
melakukan ini untuk membunuh perasaan sombong saya.

Sombong adalah penyakit yang sering menghinggapi kita semua, yang benih- 
benihnya terlalu kerap muncul tanpa kita sadari. Di tingkat terbawah, sombong 
disebabkan oleh faktor materi. Kita merasa lebih kaya, lebih rupawan, dan lebih 
terhormat daripada orang lain.

Di tingkat kedua, sombong disebabkan oleh faktor kecerdasan. Kita merasa lebih 
pintar, lebih kompeten, dan lebih berwawasan dibandingkan orang lain.

Di tingkat ketiga, sombong disebabkan oleh faktor kebaikan. Kita sering 
menganggap diri kita lebih bermoral, lebih pemurah, dan lebih tulus 
dibandingkan dengan orang lain.

Yang menarik, semakin tinggi tingkat kesombongan, semakin sulit pula kita 
mendeteksinya. Sombong karena materi sangat mudah terlihat, namun sombong 
karena pengetahuan, apalagi sombong karena kebaikan, sulit terdeteksi karena 
seringkali hanya berbentuk benih-benih halus di dalam batin kita.

Akar dari kesombongan ini adalah ego yang berlebihan. Pada tataran yang lumrah, 
ego menampilkan dirinya dalam bentuk harga diri (self-esteem) dan kepercayaan 
diri (self-confidence) . Akan tetapi, begitu kedua hal ini berubah menjadi 
kebanggaan (pride), Anda sudah berada sangat dekat dengan kesombongan. Batas 
antara bangga dan sombong tidaklah terlalu
jelas.

Kita sebenarnya terdiri dari dua kutub, yaitu ego di satu kutub dan kesadaran 
sejati di lain kutub. Pada saat terlahir ke dunia, kita dalam keadaan telanjang 
dan tak punya apa-apa. Akan tetapi, seiring dengan waktu, kita mulai memupuk 
berbagai keinginan, lebih dari sekadar yang
kita butuhkan dalam hidup. Keenam indra kita selalu mengatakan bahwa kita 
memerlukan lebih banyak lagi.

Perjalanan hidup cenderung menggiring kita menuju kutub ego. Ilusi ego inilah 
yang memperkenalkan kita kepada dualisme ketamakan (ekstrem suka) dan kebencian 
(ekstrem tidak suka). Inilah akar dari segala permasalahan.

Perjuangan melawan kesombongan merupakan perjuangan menuju kesadaran sejati. 
Untuk bisa melawan kesombongan dengan segala bentuknya, ada dua perubahan 
paradigma yang perlu kita lakukan. Pertama, kita perlu menyadari bahwa pada 
hakikatnya kita bukanlah makhluk fisik, tetapi makhluk spiritual. Kesejatian 
kita adalah spiritualitas, sementara tubuh fisik hanyalah sarana untuk hidup di 
dunia. Kita lahir dengan tangan kosong, dan (ingat!) kita pun akan mati dengan 
tangan kosong.

Pandangan seperti ini akan membuat kita melihat semua makhluk dalam kesetaraan 
universal. Kita tidak akan lagi terkelabui oleh penampilan, label, dan segala 
tampak luar lainnya. Yang kini kita lihat adalah tampak dalam. Pandangan 
seperti ini akan membantu menjauhkan kita dari berbagai kesombongan atau ilusi 
ego.

Kedua, kita perlu menyadari bahwa apa pun perbuatan baik yang kita lakukan, 
semuanya itu semata-mata adalah juga demi diri kita sendiri.
Kita memberikan sesuatu kepada orang lain adalah juga demi kita sendiri.

Dalam hidup ini berlaku hukum kekekalan energi. Energi yang kita berikan kepada 
dunia tak akan pernah musnah. Energi itu akan kembali kepada kita dalam bentuk 
yang lain. Kebaikan yang kita lakukan pasti akan kembali kepada kita dalam 
bentuk persahabatan, cinta kasih, makna hidup, maupun kepuasan batin yang 
mendalam.

Jadi, setiap berbuat baik kepada pihak lain, kita sebenarnya sedang berbuat 
baik kepada diri kita sendiri. 
Kalau begitu, apa yang kita sombongkan? 





[daarut-tauhiid] Rahasia Kecerdasan Orang Yahudi

2009-02-25 Terurut Topik firliana putri
Rahasia Kecerdasan Orang Yahudi

Artikel Dr Stephen Carr Leon patut menjadi renungan bersama. Stephen menulis 
dari pengamatan langsung. Setelah berada 3 tahun di Israel karena menjalani 
housemanship dibeberapa rumah sakit di sana. Dirinya melihat ada beberapa hal 
yang menarik yang dapat ditarik sebagai bahan tesisnya, yaitu, Mengapa Yahudi 
Pintar?

Ketika tahun kedua, akhir bulan Desember 1980, Stephen sedang menghitung hari 
untuk pulang ke California, terlintas di benaknya, apa sebabnya Yahudi begitu 
pintar? Kenapa tuhan memberi kelebihan kepada mereka? Apakah ini suatu 
kebetulan? Atau hasil usaha sendiri? 

Maka Stephen tergerak membuat tesis untuk Phd-nya. Sekadar untuk Anda ketahui, 
tesis ini memakan waktu hampir delapan tahun. Karena harus mengumpulkan 
data-data yang setepat mungkin.

Marilah kita mulai dengan persiapan awal melahirkan. Di Israel, setelah 
mengetahui sang ibu sedang mengandung, sang ibu akan sering menyanyi dan 
bermain piano. Si ibu dan bapak akan membeli buku matematika dan menyelesaikan 
soal bersama suami. 

Stephen sungguh heran karena temannya yang mengandung sering membawa buku 
matematika dan bertanya beberapa soal yang tak dapat diselesaikan. Kebetulan 
Stephen suka matematika. 

Stephen bertanya, Apakah ini untuk anak kamu? 

Dia menjawab, Iya, ini untuk anak saya yang masih di kandungan, saya sedang 
melatih otaknya, semoga ia menjadi jenius. 

Hal ini membuat Stephen tertarik untuk mengikut terus perkembangannya. 

Kembali ke matematika tadi, tanpa merasa jenuh si calon ibu mengerjakan latihan 
matematika sampai genap melahirkan.

Hal lain yang Stephen perhatikan adalah cara makan. Sejak awal mengandung dia 
suka sekali memakan kacang badam dan korma bersama susu. Tengah hari makanan 
utamanya roti dan ikan tanpa kepala bersama salad yang dicampur dengan badam 
dan berbagai jenis kacang-kacangan. 

Menurut wanita Yahudi itu, daging ikan sungguh baik untuk perkembangan otak dan 
kepala ikan mengandungi kimia yang tidak baik yang dapat merusak perkembangan 
dan penumbuhan otak anak didalam kandungan. Ini adalah adat orang orang Yahudi 
ketika mengandung. menjadi semacam kewajiban untuk ibu yang sedang mengandung 
mengonsumsi pil minyak ikan.

Ketika diundang untuk makan malam bersama orang orang Yahudi. Begitu Stephen 
menceritakan, Perhatian utama saya adalah menu mereka. Pada setiap undangan 
yang sama saya perhatikan, mereka gemar sekali memakan ikan (hanya isi atau 
fillet),
ungkapnya.

Biasanya kalau sudah ada ikan, tidak ada daging. Ikan dan daging tidak ada 
bersama di satu meja. Menurut keluarga Yahudi, campuran daging dan ikan tak 
bagus dimakan bersama. Salad dan kacang, harus, terutama kacang badam.

Uniknya, mereka akan makan buah buahan dahulu sebelum hidangan utama. Jangan 
terperanjat jika Anda diundang ke rumah Yahudi Anda akan dihidangkan buah 
buahan dahulu. Menurut mereka, dengan memakan hidangan kabohidrat (nasi atau 
roti) dahulu kemudian buah buahan, ini akan menyebabkan kita merasa ngantuk. 
Akibatnya lemah dan payah untuk memahami pelajaran di sekolah.

Di Israel, merokok adalah tabu, apabila Anda diundang makan dirumah Yahudi, 
jangan sekali kali merokok. Tanpa sungkan mereka akan menyuruh Anda keluar dari 
rumah mereka. Menyuruh Anda merokok di luar rumah mereka. 

Menurut ilmuwan di Universitas Israel, penelitian menunjukkan nikotin dapat 
merusakkan sel utama pada otak manusia dan akan melekat pada gen. Artinya, 
keturunan perokok bakal membawa generasi yang cacat otak ( bodoh). Suatu 
penemuan yang dari saintis gen dan DNA Israel. 

Perhatian Stephen selanjutnya adalah mengunjungi anak-anak Yahudi. Mereka 
sangat memperhatikan makanan, makanan awal adalah buah buahan bersama kacang 
badam, diikuti dengan menelan pil minyak ikan (code oil lever). 

Dalam pengamatan Stephen, anak-anak Yahudi sungguh cerdas. Rata rata mereka 
memahami tiga bahasa, Hebrew, Arab dan Inggris. Sejak kecil mereka telah 
dilatih bermain piano dan biola. Ini adalah suatu kewajiban. 
Menurut mereka bermain musik dan memahami not dapat meningkatkan IQ. Sudah 
tentu bakal menjadikan anak pintar.

Ini menurut saintis Yahudi, hentakan musik dapat merangsang otak. 

Tak heran banyak pakar musik dari kaum Yahudi.

Seterusnya di kelas 1 hingga 6, anak anak Yahudi akan diajar matematika 
berbasis perniagaan. Pelajaran IPA sangat diutamakan. Di dalam pengamatan 
Stephen, Perbandingan dengan anak anak di California, dalam tingkat IQ-nya 
bisa saya katakan 6 tahun kebelakang!! ! katanya. 

Segala pelajaran akan dengan mudah di tangkap oleh anak Yahudi. Selain dari 
pelajaran tadi olahraga juga menjadi kewajiban bagi mereka. Olahraga yang 
diutamakan adalah memanah, menembak dan berlari. 
Menurut teman Yahudi-nya Stephen, memanah dan menembak dapat melatih otak 
fokus. Disamping itu menembak bagian dari persiapan untuk membela negara.

Selanjutnya perhatian Stephen ke sekolah tinggi (menengah). Di sini murid-murid 
digojlok dengan pelajaran sains. Mereka didorong untuk 

[daarut-tauhiid] Sisi Lain Ponari Jombang

2009-02-19 Terurut Topik firliana putri
Sisi Lain Ponari Jombang

Jombang itulah nama daerahnya, konon sejarahnya daerah ini dinamai dengan 
sebutan Jombang dikarenakan adanya dua dimensi yang ada dalam masyarakatnya, 
setidaknya bisa disebut ijo abang (hijau dan merah). Sebuah warna yang memang 
dipilih sebagai simbol untuk sebuah strata seseorang, hijau mewakili orang yang 
melek huruf, atau santri kata yang berasal dari bahasa kuno sastri (melek 
huruf) dan berkaitan juga dengan cantrik anda bisa membacanya secara lengkap 
dalam catatan sejarah yang ada.

Untuk memberi gambaran secara lebih dekat anggap saja Ryan (si jagal jombang) 
mewakili kelompok merah alias masyarakat yang membuat nilai daerahnya tertulis 
dengan nilai merah, dan Ponari sebagai wakil dari kelompok hijau (penyembuh) 
hal demikian adalah sebagai bentuk penyeimbang, dan mungkin hebohnya berlipat 
ganda dibanding hebohnya Ryan.

Itu adalah contoh terkini, dan hampir seluruh Indonesia tahu, meski pada 
sejarahnya banyak juga kisah rakyat dan mungkin realita pada zamannya, bahwa 
disanalah gudang dua hal itu, toh dimanapun hal demikian juga akan selalu ada, 
dimana ada baik disitu ada buruk, sebab tidak akan mungkin sebuah kebaikan itu 
hadir tanpa diimbangi dengan keburukan, surga pun tak akan laku jika neraka 
tidak ada.

Sebuah fenomena yang unik bagi saya melihat puluhan ribu orang mengantri untuk 
minta obat, yang secara rasional tertolak mentah-mentah, namun toh sehebat 
apapun rasio tak bisa mengalahkan realita yang ada. Banyak dari kalangan 
kesehatan terweleh-welehkan (dalam bahasa gaulnya, ilmu yang dipelajarinya 
dicampakkan dengan kejadian ponari), bocah umur 9 tahun yang habis tersambar 
petir dan mendapat batu, dan ketika batu itu dibuang ternyata kembali ketempat 
ponari lagi, pembaca boleh percaya boleh tidak, namun penulis yakin ponari 
bukan pembohong layaknya dukun-dukun itu.

Orang mengatakan Ponari adalah dukun cilik, namun menurut penulis dia bukan 
dukun, namun hanya kebetulan diberi kelebihan oleh Allah, itu pun karena batu 
yang datang min haitsu la yahtasib, namun setidaknya efeknya positif, kalau 
memang itu bisa membuat orang jadi sembuh lantaran hal itu, toh juga yang 
menyembukan Allah. Jika ada orang yang kurang berilmu berkata itu syirik, saya 
kira perlu hati-hati, berobat ke dokter dan ke ponari adalah sama, menyakini 
jika minum obat dari dokter membuat dia sembuh adalah keliru, sebagaimana 
menyakini minum air yang dicelupi batunya ponari. Kecuali jika mereka tetap 
yakin yang menyembuhkan adalah Allah, lewat air itu, atau obat dari dokter.

Anda bisa simak sejarah nabi Musa ketika sakit gigi, ketika dia memohon 
kesembuhan pada Allah dia disuruh mengambil sebuah rerumputan, disaat yang lain 
dia sakit lagi, dan langsung mengambil rerumputan dan melupakan Allah, akhirnya 
sakitnya malah parah, setelah itu baru sadar dan mendapat teguran dari Allah.

Kisah ponari ini menurut penulis adalah sebuah peringatan kepada pemerintah 
Indonesia, dimana pelayanan kesehatan begitu minim dan mahal, baru daftar 
menjadi pasien saja sudah mahal apalagi resmi menjadi pasien dan harus menebus 
obat-obat yang mahal, maka tak heran jika puluhan ribu orang rela antri 
berhari-hari hanya karena pengobatan yang murah. 

Hal demikian juga mengulang sejarah nabi Isa, juru pengobatan yang tak masuk 
akal pada saat kekuatan akal diagung-agungkan oleh kaum yahudi yang memang 
rasionalis, bahkan nabi Isa pun dilahirkan tanpa ayah, sebagai bukti bahwa 
Allah mampu melakukan apa yang akal manusia tak mampu menjangkau.

Penulis pun terkadang terbentur dengan hal demikian, ketika mencoba menjadikan 
sesuatu sesuai akal dalam sejarah-sejarah para nabi, para wali, dan orang 
sholeh lainya. Satu contoh adalah Hajar aswad, batu hitam yang diciumi jutaan 
orang, yang sekarang terletak disebuah sudut ka’bah, batu itu dalam tafsir yang 
penulis pelajari, adalah batu dari surga, buah-buahan yang diberikan untuk 
maryam ketika i’tikaf dalam tempat khalwatnya adalah dari surga, Istri salah 
seorang wali di Indonesia .juga bidadari dari surga.

Disitulah manusia diuji antara percaya dan tidak percaya, dan disitu pula 
manusia diajari bahwa yang gaib itu ada, dan yang ada itu gaib. Yang atas itu 
bawah dan yang bawah itu atas, up is down kata orang inggris, dan penulis yakin 
ketika pembaca berpikir sejenak dari contoh yang akan penulis berikan, pembaca 
akan sadar.

Contoh atas adalah bawah.

Kita semua tahu bahwa bumi adalah bulat, langit yang kita anggap diatas kita 
sebenarnya adalah dibawah bumi, dan langit yang dibawah bumi sebenarnya diatas 
kita. Anggap saja apa yang dianggap tertinggi dibagian bumi amerika, adalah apa 
yang dianggap rendah oleh bagian bumi Indonesia, dan semakin tinggi orang 
menumpuk harta, semakin dalam pula ia terkubur dengan harta.

Kalau saja umur kita diakhirat nanti sama dengan umur kita didunia, anda bisa 
bayangkan jika satu hari penuh kita berdosa, sebagai balasan kejelekan adalah 
1:1 maka kita akan terhukum selama 1000 tahun dunia, karena satu 

[daarut-tauhiid] Bersambung dengan Nama Allah

2009-02-09 Terurut Topik firliana putri
Bersambung dengan Nama Allah

Rasulullah saw, bersabda, Segala sesuatu yang baik, yang tidak dimulai dengan 
Bismillah...maka pasti sia-sia.
Kenapa sia-sia? Karena Allah swt, memulai segalanya ini bersamaan dengan bunyi 
BasmalahNya. Dan karena itu, segalanya ini sesungguhnya menyembunyikan 
Asma-asmaNya. Tidak satu pun ciptaanNya yang tidak ada Asma' di sana. Sehingga 
Nabi Adam diajari oleh Allah tentang nama-nama makhluk dan sekaligus hakikat 
nama yang ada dibalik nama itu semua, yaitu Asma-asmaNya.
Bismillah berarti, juga terbukanya kesadaran bahwa apa yang berbunyi dan 
berdenyut hakikatnya adalah Nama-namaNya, lalu dalam Nama-nama itu ada 
Sifat-sifatNya. Menyebut NamaNya (Basmalah) berarti telah menyambungkan jiwa 
kita dengan AsmaNya, dalam alur gerak dan gerik kita. Gerak-gerik yang selalu 
ada awal dan akhir.
Agar gerak-gerik, aktifitas kita mengabadi bersamaNya, menuju kepadaNya, karena 
segalanya dariNya, maka Basmalah adalah awal segalanya, sebagaimana awal 
turunnya wahyu Al-Qur'an di Gua Hira', adalah perintah membaca dengan AsmaNya. 
Dengan asmaNya berarti kita berdzikir, karena AsmaNya Yang Agung adalah Allah.
Gemuruh Allah Allah Allah, sampai gemuruhnya sirna dalam AbadiNya, berurai 
dalam KalamNya, dan Fainnama Tuwallu FaTsamma Wajhulloh (kemana pun engkau 
menghadap, disanalah Wajah Allah). Dengan Basmalah, tahun 2009 kita mulai.




[daarut-tauhiid] Bapak Tua Pekerja Keras

2008-12-20 Terurut Topik firliana putri
Bapak Tua Pekerja Keras
 
Sore itu kulihat seorang bapak tua sedang melintas di keramaian jalan raya yang 
penuh sesak dan pengap asap kendaraan. Ia melenggang dengan langkah tegap, 
menyandang sebuah buntalan tas di pundaknya. Tampak garis keras di wajahnya dan 
tampak pula gurat kelelahan yang menghiasinya.
 
Mungkin, ia sedang menempuh perjalanan pulang ke rumahnya setelah lelah bekerja 
seharian. Kepulangan yang selalu ditunggu anak dan istrinya. Kepulangan seorang 
pahlawan keluarga yang telah dan akan terus berjuang demikian kerasnya untuk 
bahtera keluarganya.
Entah berapa jauh jarak yang harus ditempuh olehnya dari rumah ke tempatnya 
membanting tulang dan memeras keringat. Tak banyak hasil yang didapatnya, namun 
kerasnya kehidupan tak cukup dilalui dengan hanya bertopang dagu dan berpangku 
tangan. Tak cukup pula dilalui dengan hanya berangan panjang, tetapi harus 
dihadapi dengan kepala tengadah, dada tegap dan tangan terkepal serta tak lupa 
tetap dengan kelembutan hati.
 
Bapak tua pekerja keras itu telah melalui hidupnya dengan ketegaran hati, rasa 
nrimo ing pandum dan keyakinan bahwa rejeki selalu ada dan harus dijemput. 
Namun entah bagaimana dengan anak istri di rumah, apakah mereka juga memiliki 
kebesaran jiwa yang sama ?
 
Ah bagaimana rasanya perasaan bapak tua pekerja keras itu jika anak-anaknya 
meminta sesuatu yang belum mungkin dipenuhinya ? Pasti teriris hatinya, trenyuh 
dan mungkin nelangsa. Sesuatu yang sangat dibutuhkan memang wajar untuk 
diminta, tetapi bagaimana jika yang di luar itu ? Bukankan jaman ini gempuran 
sihir yang mempesona sangat luar biasa melingkupi diri kita ? Sihir iklan 
bertubi-tubi merampas perhatian kita, menawarkan gaya hidup yang mempesona. Di 
pinggir jalan, di mal-mal, di surat kabar, di tabloid, di majalah, di radio 
apalagi di televisi yang setiap saat hadir di hadapan kita menawarkan gaya 
hidup yang penuh gemerlap. Oh... sungguh begitu banyak orang yang telah terbius 
pesonanya, melamunkannya, menginginkannya dan terobsesi karenanya. Betapa 
menderitanya, betapa kasihan dan memprihatinkan hati yang kalah oleh pesona 
sihir itu.
 
Semoga keluarga bapak tua pekerja keras itu tidak seperti itu, tetap tegar, 
kuat dan nriman. Satu prinsip ketegaran hidup dari seorang tokoh luar biasa 
yang kutahu : walau melarat tapi bermartabat. Luar biasa prinsip itu, walau 
secara materi jatah kita melarat, tetapi hati kita harus konglomerat. Sikap itu 
pula yang juga ingin kuwariskan pada anak-anakku. Karena hidup tidak pernah 
mundur ke belakang. Hidup selalu maju ke depan, selalu baru dan berbeda. 
Tantangan hidup semakin berat, persaingan hidup semakin tinggi dan perubahan 
jaman semakin cepat. Semoga mereka selalu siap menghadapi tantangan jamannya 
masing-masing dan tugaskulah mempersiapkan mereka. Bapak tua, hormatku untukmu.
 


  Get your preferred Email name!
Now you can @ymail.com and @rocketmail.com.
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/

[Non-text portions of this message have been removed]



[daarut-tauhiid] Api

2008-12-10 Terurut Topik firliana putri
Api
 
Hari Kamis kemarin ada kejadian heboh yaitu salah seorang teman rumahnya 
kebakaran, tetapi alhamdulillah apinya berhasil dikendalikan dengan bantuan 
tetangga sekitar dan dua buah mobil pemadam kebakaran. Apinya “hanya” memakan 
sebagian dapur dan kamar tidur belakang, juga mencicipi kamar tidur tetangga 
sebelah.
Ketika ada teman yang simpati dan sms menanyakan penyebab kebakaran, ya kujawab 
saja bahwa penyebabnya adalah api. Bukankah kalau kebakaran itu penyebabnya 
memang api ? Lain kalau pertanyaannya dari mana asalnya api kok bisa membesar ? 
Nah, itu perlu penyelidikan lebih lanjut, biar petugas kepolisian saja yang 
menjelaskan hasil forensiknya.
Jadi ingat nafsu, ya seperti api itu. Api ketika kecil dan terkendali, banyak 
manfaatnya bagi kita, tetapi ketika api itu mulai membesar dan tidak 
dikendalikan maka ia akan membakar satu obyek benda. Bila belum dikendalikan 
juga akan membesar lagi membakar satu ruangan, terus satu rumah, satu RT, satu 
RW, satu kelurahan, satu kecamatan, satu kota, terus-terus dan terus. Nafsu 
begitu juga kan ? Begitu dituruti dan tidak segera dikendalikan, ia akan 
menuntut lebih, lebih, lebih dan lebih lagi.
Coba saja amati sendiri nafsu dalam diri kita masing-masing, pasti seperti itu 
tabiatnya apapun ekspresinya.
Kaya itu harus kalau bisa, karena dengan kaya kita lebih bisa berbuat banyak, 
tetapi yang terpenting dan harus adalah kaya hati, bukan nafsu kaya.
Kalau seseorang sudah diberi kemudahan dalam usahanya sehingga bisa 
dikategorikan kaya dalam ukuran sosial-ekonomi masyarakat, maka ikhtiarnya 
untuk mengembangkan usahanya, melebarkan sayap dan ekspansi bukannya tidak 
boleh, bahkan harus, tetapi di sini ada perbedaan antara yang kaya hati dan 
yang bernafsu kaya. Orang yang kaya hati, begitu ada peluang bagus akan segera 
diambilnya, bukan karena dia masih merasa kekurangan dengan kekayaan yang 
dimiliki tetapi dengan ekspansi bisnisnya itu dia berkeinginan agar dapat lebih 
banyak lagi berbagi pada sesama, mendistribusikan kembali karunia yang diterima 
kepada sesama dengan lebih banyak membuka peluang kerja bagi orang lain. Dia 
akan memberi ketika ingin memberi tanpa menghitung untung rugi karena pemberian 
itu bukan dalam wilayah bisnis. Sedangkan untuk bisnis, memang tetap harus 
berhitung untung ruginya.
Bandingkan dengan orang yang bernafsu kaya, walaupun dalam struktur 
sosial-ekonomi masyarkat dia sudah digolongkan orang kaya, tetapi dia akan 
berusaha menambah kekayaannya, dia merasa tidak tenteram, tidak aman dan masih 
merasa kurang. Semakin kaya biasanya semakin pelit dan bakhil. Mau bersedekah 
saja, dihitung dulu, kadang malah ditahan dengan alasan tidak mendidiklah, 
inilah dan itulah. Memberikan hak pada orang yang telah bekerja padanya saja 
dengan muka masam, dicari dulu kesalahannya. Semakin kaya materi, semakin 
miskin hati.
Bagi kaum laki-laki biasanya juga mempunyai kecenderungan nafsu yang berlebihan 
kepada kaum perempuan. Begitu nafsu ini dipenuhi maka akan menuntut lebih, 
lebih, lebih dan lebih lagi tanpa kesudahan. Ada yang mudah jatuh cinta, 
thukmis kata orang jawa (bathuk lamis), begitu ketemu yang sesuai seleranya 
akan dikejar bagaimanapun caranya. Sudah punya istri dan anak, ditinggal begitu 
saja tanpa ada tanggung jawabnya, ganti yang lain yang nantinya seperti itu 
lagi kasusnya, anaknya banyak kececeran tanpa ada tanggung jawabnya. Ada lagi 
yang cuma mengumbar syahwatnya, asal cocok, jadilah, di mana pun dan kapan pun 
bukan masalah.
Politisi juga begitu, begitu tahu enaknya jadi politisi yang gampang cari uang 
[urusan kemaslahatan rakyat, bangsa dan negara cukuplah untuk diretorikakan 
saja, yang penting fulus berjalan mulus tanpa terendus KPK yang gencar 
memberangus para tikus] maka nafsu politiknya menggelegak, bagaimana caranya 
bisa bertahan lama pada posisi yang dipegangnya malah kalau bisa ada 
peningkatan. Yang ada adalah musuh bersama, apapun ideologinya pasti bisa 
bersatu untuk menghadapi musuh secara bersama-sama. Musuh itu orang atau pihak 
yang bisa menggoncang kemapanan yang telah dipegangnya, yang telah dikuasai dan 
dikendalikannya. Musuh bisa baik bisa juga tidak baik. Musuh yang baik adalah 
yang mendobrak kemapanan itu untuk mengembalikan ke jalan yang semestinya 
sesuai rel kemaslahatan rakyat, bangsa dan negara. Sedangkan musuh yang tidak 
baik adalah yang mendobrak kemapanan untuk mengambil alih guna kepentingannya 
sendiri.
Banyaklah contohnya, amati saja diri kita sendiri pasti akan kita temukan 
banyak nafsu di dalam diri ini yang ingin dipenuhi.
Semoga kita semua diberi kemudahan mengendalikan dan mendidik nafsu kita untuk 
taat pada tuhan kita, ALLAH.
 


  Get your preferred Email name!
Now you can @ymail.com and @rocketmail.com.
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/

[Non-text portions of this message have been removed]



[daarut-tauhiid] Shalat Taubat

2008-12-04 Terurut Topik firliana putri
Shalat Taubat
 
Bagi mereka yang membiasakan shalat taubat mungkin ada yang masih terselip 
sebersit tanya di hati tentang dosa apa yang dilakukan sehingga harus 
melaksanakan shalat taubat [biasa, sabotase nafsu, tidak terima diberi beban]. 
Seakan shalat taubat hanya bagi mereka yang melakukan dosa besar saja, padahal 
setiap saat kita ini senantiasa melakukan dosa yang merupakan awal dari 
dosa-dosa yang lain, yaitu lalai dari mengingat Allah.
 
Ingat Allah bukan hanya dalam pengertian misalnya ketika kita ditanya, “Namamu 
siapa ?”, kemudian kita menjawabnya, “Fulan.”. Kita menjawab dengan menyebutkan 
nama kita karena kita memang ingat tentang nama kita. Itu namanya mengingat 
[recall memory] karena ada suatu sebab, bukan berkekalan dalam kesadaran setiap 
saat bahwa nama kita Fulan. Nah, lalai dari mengingat Allah ya seperti itu, 
kita ingat kalau Allah itu Tuhan kita, tetapi kesadaran kita tidak bersama-NYA, 
hati kita tidak untuk-NYA dan ketika nafsu kita menguat terjadilah 
perselingkuhan itu. Perselingkuhan antara diri kita dan nafsu kita yang 
akhirnya melahirkan setan, begitu yang saya pahami dari apa yang pernah 
diajarkan Syaikh Luqman. Berarti tanpa disadari setiap saat ketika kita lalai 
dari Allah, setiap saat itu pula kita memproduksi setan, lebih parah lagi kita 
juga sering menggoda setan untuk menggoda diri kita sendiri, “Setan godain kita 
dong !”.
 
Adakah maksiat yang terjadi ketika hati seseorang hadir kesadaran bersama Allah 
?
 
Adakah kerelaan terhadap nafsu manakala hati hanya untuk Allah ?
 
Bila hati dalam kesadaran Allah, tidak ada celaan tidak ada pujian, semua 
kembali kepada-NYA.
 
Bila hati dalam kesadaran Allah, tidak ada kesedihan tidak ada kegembiraan, 
semua pemberian-NYA.
 
Bila hati dalam kesadaran Allah, tidak ada cobaan tidak ada peringatan tidak 
pula anugerah, semua Rahmat-NYA.
 
Bila hati dalam kesadaran Allah, tidak ada kekhawatiran tidak ada ketakutan, 
semua jaminan-NYA.
 
Bila hati dalam kesadaran Allah, tidak ada kekuatan tidak ada keunggulan, semua 
pemberian-NYA.
 
Bila hati dalam kesadaran Allah, tidak ada siksa tidak ada pahala, semua 
ketentuan-NYA.
 
Bila hati dalam kesadaran Allah, tidak ada yang lain, yang ada hanya ALLAH.
 
Bila hati dalam kesadaran Allah, tidak ada yang tidak ALLAH.
 
Bila hati lalai dari Allah, itulah awal dosa kita dan itulah yang harus selalu 
kita mohonkan ampunan setiap harinya, itulah awal taubat kita. Dadi ojo 
rumongso ora nate tumindak dosa.
 


  Get your new Email address!
Grab the Email name you#39;ve always wanted before someone else does!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/

[Non-text portions of this message have been removed]



[daarut-tauhiid] Kyu-Kyu

2008-11-26 Terurut Topik firliana putri
Kyu-Kyu
 
Beberapa tahun terakhir ini di mana-mana begitu marak diselenggarakan 
training-training pengembangan diri dengan berbagai peralatan/metode yang 
terdapat di dalamnya (hypnosis, emotional freedom technique, neuro linguistic 
programming, de-el-el) yang obyeknya tidak lagi hanya intelligence quotient 
(IQ) tetapi juga berkembang menjadi emotional quotient (EQ), spiritual quotient 
(SQ), financial quotient (FQ) dan sebagainya, pokoknya yang pakai “qiu-qiu” 
gitu. Ditunjang dengan penemuan di bidang neuro-science yang sudah mulai 
membuka sebagian tabir misteri dan kedahsyatan otak manusia. Apalagi sejak 
booming “The Secret” atau pun “The Law of Attraction” di mana semua jadi latah 
ikut-ikutan dan akhirnya banyak ditulis buku-buku semacam “Quranic Law of 
Attraction”, “Al Qur’an The Ultimate Secret”, “The Spiritual Law of Attraction” 
dan sebagainya yang rasanya bahasannya mentah dan tidak membumi hanya mengikuti 
selera pasar. Kenapa sih
 kok selalu mengekor bukannya menjadi pionir, apakah memang niatnya cuma 
mengeruk rupiah dari buku yang ditulis itu. Bukan hanya training yang marak 
tetapi juga berlanjut menjadi mentoring, psychotherapy, counseling dan 
coaching. Harga pelatihan-pelatihan semacam itu memang relatif murah jika 
dibandingkan dengan manfaat (secara akal) yang diperoleh pesertanya, tetapi 
sayangnya harga tersebut relatif mahal atau tidak terjangkau bagi mereka yang 
berpenghasilan pas-pasan atau sedang.
 
Tetapi jangan khawatir, kalau kita ingin mendapatkan semua manfaat dari 
pelatihan-pelatihan seperti yang tersebut diatas sebenarnya di dalam dunia sufi 
semuanya ada bahkan lebih dahsyat, serta lebih selamat dari itu semua, tentu 
saja bila kita menjalani laku lampah sufi dengan menyeluruh dan istiqomah, yang 
pertama karena dunia sufi selalu memfokuskan tujuan pada Allah – lillahi ta’ala 
bukan yang lain, sehingga kalau Allah di depan kita maka insya Allah dunia pun 
akan mengikuti di belakang kita dan bukankah masa depan kita yang sejati adalah 
Allah itu sendiri, coba mau kemana kita setelah mati walaupun prestasi 
keduniaan kita selangit jika tidak kembali kepada Allah; kemudian yang kedua 
adalah bahwa yang menjadi fokus perhatian adalah hati yaitu bagaimana caranya 
agar hati ini benar-benar full Allah, sehinga dengan demikian seluruh sifat 
yang tercela akan tereliminasi dan akan digantikan dengan sifat-sifat yang 
terpuji yang dilandasi dengan keyakinan
 kepada Allah bukan kepada diri sendiri, keyakinan yang benar-benar yakin tidak 
hanya dalam level akal saja melainkan keyakinan yang menghunjam kuat di hati 
(nantinya menuju ke haqqul yaqin) yang pada akhirnya di mana pun kita berada 
dan pada posisi apa pun juga akan membuahkan hasil yang optimal. Dari hati yang 
yakin, ilmu yang diperoleh lebih jernih karena tidak saja dalam tataran akal 
rasional tetapi sudah menyentuh hakikat dibalik ilmu itu sendiri yaitu Allah 
itu sendiri. Tentu saja hal itu semua tidak terlepas dari bimbingan seorang 
mursyid yang kamil mukammil yang memandu kita hingga sampai di hadapan Allah 
dengan selamat. MEMANDU, bukan hanya sekedar memberikan peta. Kalau sekedar 
diberikan peta, maka belum tentu yang diberi peta bisa sampai di tujuan karena 
harus sering berhenti, menanyakan, mencocokkan dengan peta yang dibawa, apalagi 
kalau jalan yang dilalui berliku-liku penuh rintangan, walapun toh sekarang 
juga sudah ada peta digital via GPS.
 Bisa-bisa pemegang peta hanya muter-muter terus, gak sampai-sampai ke tujuan, 
yang parah bisa jadi karena tujuannya pun tidak jelas. Beda dengan dipandu, 
kalau dipandu, sambil merem aja ya pasti sampai dengan selamat di tujuan, yaitu 
Allah, asalkan memang yang memandu berkualifikasi kamil mukammil, itu saja.
 
Seorang mursyid kamil mukammil adalah sebenar-benarnya pewaris para nabi dan 
rasul. Apa pun yang Beliau ucapkan, apa pun yang Beliau lakukan dan apa pun 
yang beliau ajarkan atau perintahkan, hakikatnya tidak akan pernah lepas atau 
bertentangan dengan Qur’an dan Hadits, serta tidak mungkin juga hal tersebut 
produk dari hawa nafsunya walaupun mungkin kita sebagai murid suatu saat belum 
bisa menerima secara akal karena hijab yang kita buat sendiri masih 
berlapis-lapis. Bukankah sudah banyak contoh yang terjadi tentang hal itu ?
 
Seorang mursyid kamil dan mukammil pastilah seorang wali. Dalam salah satunya 
hadis qudsi yang diriwayatkan Imam al-Bukhari dalam sahihnya dari Abu Hurairah 
r.a., bahwa Nabi saw. bersabda, bahwa Allah Swt. berfirman, Kunyatakan perang 
kepada siapa pun yang memerangi wali-Ku. Tidaklah hamba-Ku mendekat kepada-Ku 
dengan sesuatu yang lebih Kucintai dari pada kewajiban-kewajiban yang 
Kubebankan atas dirinya; tidaklah hamba-Ku mendekat kepadaku dengan amal-amal 
sunat melainkan Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya, Aku menjadi 
pendengarannya yang dengannya ia mendengar, penglihatannya yang dengannya ia 
melihat, tangannya yang dengannya ia memegang dan kakinya yang dengannya ia 
berjalan. Apabila ia meminta pasti 

[daarut-tauhiid] Kearifan Penjual Roti

2008-11-22 Terurut Topik firliana putri
Kearifan Penjual Roti
 
Baru ingat, tadi pagi aku mampir beli nasi campur di tetangga seRT, kebetulan 
juga temanku lewat di depan rumah itu. Temanku itu berprofesi sebagai penjual 
roti keliling. Dia lulusan MAN Lamongan. Dulu teman-temannya banyak yang dari 
almamaternya dan juga berprofesi sama, tetapi kemudian banyak yang baralih 
profesi, ada yang jadi operator foto copy, ada yang berdagang dan ada juga yang 
sekarang menjadi pimpinan cabang salah satu pesantren di Jawa Timur Juga 
setelah nyantri di salah satu pesantren di timur kota Surabaya. Nah temanku ini 
yang biasa aku panggil Mas Mudjib yang masih setia pada profesinya. Tadi keluar 
pernyataan dari lisannya yang bagiku sederhana tapi sarat makna. Kebetulan tadi 
juga ada penjual minyak tanah keliling yang juga lagi berhenti, mas Mudjib dan 
juga aku.
Karena tadi pagi mendung mau hujan sedangkan mereka harus keliling menjajakan 
dagangannya, terlontarlah ucapannya : “Gelem panase yo kudu gelem udanne.” [mau 
panasnya ya harus mau hujannya]
Terlihat rombong rotinya sudah banyak yang kosong dalam arti lumayan laku, 
keluar lagi ucapannya : “Gelem ramene yo kudu gelem sepine, yo disyukuri ae, 
wong urip iku mesti gandengan.” [Mau ramainya ya harus mau saat sepi, disyukuri 
saja, karena hidup itu selalu bergandengan]
Sangat terasa kata-katanya, dalam maknanya dan luas penjabarannya, mari seneng 
susah, mari nangis ngguyu, selalu bergandengan. Makanya dalam segala hal harus 
disikapi dengan biasa saja tidak perlu berlebihan apalagi ekstrem. Direnungkan 
sendiri aja lagi, semoga bermanfaat.


  Get your new Email address!
Grab the Email name you#39;ve always wanted before someone else does!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/

[Non-text portions of this message have been removed]



[daarut-tauhiid] Salah satu kekhususan Syadziliyah

2008-11-13 Terurut Topik firliana putri
 
Salah satu kekhususan Syadziliyah


Salah satu ciri dari mursyid kamil dan mukammil yang saya ketahui adalah sama 
sekali tidak memberatkan murid-muridnya, amalan yang diberikan pun pasti pas 
sesuai dengan volume ruhani masing-masing murid. Para murid bebas untuk menjadi 
apa saja, bebas memiliki apa saja dalam masing-masing kondisi yang Allah 
takdirkan untuk mereka, tetapi dalam kondisi tersebut mereka pun pasti juga 
bisa menemukan jalan menuju Allah. Hal itulah yang menurut saya merupakan salah 
satu kekhususan dari Tarekat Syadziliyah.


Syaikh Abdul Djalil Mustaqim pernah dawuh bahwa mengamalkan tarekat sebagai 
seorang sufi bukan hanya memegang tasbih, berdzikir di masjid, atau melakukan 
zawiyah/uzlah tanpa mempedulikan kehidupan duniawi dan kepentingan masyarakat. 
Menurut Beliau, sholat 5 waktu dengan disiplin, mencari nafkah dengan jujur, 
menuntut ilmu dengan bersungguh-sungguh, merupakan kehidupan bertarekat. Tetapi 
itu semua jangan sampai menyebabkan kita melupakan Allah SWT. Tidak ada 
larangan berbisnis bagi pengikut tarekat. Bisnis tidak menghalangi seseorang 
untuk masuk surga, sebab ada berjuta jalan menuju Allah.


Syaikh Abu al-Abbas al-Mursi juga pernah dawuh kepada Syaikh Ibnu Athaillah : 
Jika kau berteman dengan seorang pedagang, jangan berkata kepadanya : 
‘Tinggalkan daganganmu dan kemarilah !' Juga jangan berkata kepada seorang 
pekerja : 'Tinggalkan pekerjaanmu dan kemarilah !' Dan jangan berkata kepada 
pelajar : 'Tinggalkan pelajaranmu dan kemarilah !' Posisikan setiap orang 
sesuai dengan posisi yang Allah berikan untuknya. Bagian seseorang yang Allah 
berikan lewat diri kita pasti akan sampai kepadanya. Para sahabat menyertai 
Rasulullah saw dengan setia. Namun, Rasul tidak pernah berkata kepada [sahabat 
yang] pedagang : `Tinggalkan daganganmu !’ tidak juga kepada pekerja : 
`Tinggalkan pekerjaanmu !' Rasulullah membiarkan mereka dengan usahanya 
masing-masing seraya memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allah. 
Selanjutnya Beliau juga dawuh : “Tetaplah dalam posisi yang Allah berikan 
kepadamu. Bagian untukmu yang Allah berikan lewat diriku pasti
 akan sampai kepadamu. Itulah ahwal kaum shiddiqin. Mereka keluar dari sesuatu 
ketika Allah SWT sendiri yang mengeluarkan mereka.”


Karena itu dalam al-Hikam Syaikh Ibnu Athaillah mengingatkan : Keinginanmu 
untuk memasuki alam tajrid (meninggalkan urusan dunia, tidak terikat 
sebab-akibat) padahal Allah masih menempatkanmu pada alam asbab (masih terikat 
sebab-akibat), adalah termasuk syahwat yang tersembunyi. Sebaliknya, 
keinginanmu untuk masuk ke alam asbab padahal Allah telah menempatkanmu pada 
alam tajrid, adalah suatu kemerosotan dari himmah (tekad spiritual) yang luhur.


  Get your preferred Email name!
Now you can @ymail.com and @rocketmail.com.
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/

[Non-text portions of this message have been removed]



[daarut-tauhiid] Hidup itu penuh kejutan

2008-11-10 Terurut Topik firliana putri
Hidup itu penuh kejutan
 
Hidup itu penuh kejutan karena kita sama sekali tidak tahu apa yang akan 
terjadi di depan kita walau hanya dalam jarak satu detik ke depan. Kejutan yang 
saya maksudkan adalah dalam arti sempit yaitu hanya sebatas yang pada umumnya 
semua kalangan menganggapnya sesuatu yang negatif dalam kehidupan kita.
 
Pengalaman selama ini dari orang-orang di sekitar kita juga mengajarkan seperti 
itu. Seseorang yang sudah mapan dalam pekerjaan tiba-tiba saja terkena PHK, 
seseorang yang mempunyai track record baik bahkan tampak sholeh baik secara 
ritual maupun sosial tiba-tiba saja terkuak segala kenakalannya, seseorang yang 
selama ini bisnisnya lancar tiba-tiba saja dalam sekejap mengalami kerugian 
yang luar biasa, seseorang yang kelihatan segar bugar tiba-tiba saja ambruk 
sakit parah, seseorang yang keluarganya tampak adem ayem tiba-tiba saja 
berantakan, seseorang yang di masa muda jaya tiba-tiba saja di masa tua semua 
kejayaannya sirna, tiba-tiba saja peternakan uangnya kolaps dihantam krisis 
ekonomi dengan biang keroknya si amerika, tiba-tiba saja anaknya sakit, 
tiba-tiba saja keluarganya ada yang mengalami kecelakaan, tiba-tiba saja 
hartanya dirampok orang, tiba-tiba saja tempat usahanya terbakar, tiba-tiba 
saja bumi kita digoyang gempa, tiba-tiba saja bumi kita
 disembur lahar, tiba-tiba saja bumi kita disemprot lumpur, tiba-tiba saja bumi 
kita direndam banjir, tiba-tiba yang lain tiba-tiba saja datang dan tiba-tiba 
saja berbagai tiba-tiba itu datang beruntun. Semua itu bisa terjadi dan sangat 
mungkin untuk terjadi pada diri kita, pada diri suami atau istri kita, pada 
diri anak-anak kita, pada diri orang tua kita, pada diri saudara-saudara kita 
dan pada diri-diri yang lain di sekitar kita. Bahkan yang pasti dan tidak bisa 
kita tolak, tiba-tiba saja kita mati dan mungkin kematian itu menjemput selagi 
kita belum benar-benar mengenal tuhan kita yaitu Allah.
 
Sudahkah kita siap menyongsong berbagai kejutan yang tiba-tiba dalam kehidupan 
kita ? Siap atau pun tidak, ya harus siap-siap jangan sampai kita mengalami 
kejutan yang berlebihan, ojo kagetan kata orang-orang tua dulu dan yang utama 
harus siap adalah hati kita. Hati kita harus kita siapkan untuk menghadapi 
berbagai kejutan yang tiba-tiba itu dengan sikap sabar, syukur dan ridho, hati 
kita harus kita siapkan untuk tawakal di setiap awal ikhtiar kita dan agar bisa 
seperti itu, minimal hati kita harus kita latih untuk terus menerus berdzikir 
Allah, Allah, Allah terus menerus tanpa jeda, karena dzikir itulah yang 
akan menjaga hati kita tetap bercahaya dengan hidayah Allah. Dengan hati yang 
bercahaya, insya Allah akal-pikiran kita tetap terang sehingga apa pun yang 
tiba-tiba datang menghadang tidak terlalu membuat kita terkejut, dapat dengan 
tenang segera kita carikan solusinya.
 
Di sela-sela aktivitas, kita berdzikir atau bahkan sambil beraktivitas kita 
berdzikir, terus menerus menjaga rasa butuh kita kepada Allah, terus menerus 
menjaga rasa kehambaan kita kepada Allah, sehingga kalau Allah ridho, kejutan 
yang diberikannya kepada kita tidak disertai adzab sehingga kita bisa 
menghadapinya dengan tenang, hati bisa sabar, syukur dan ridho, serta 
akal-pikiran tetap menjalankan tugasnya untuk ikhtiar. Berbagai kemudahan pun 
insya Allah akan datang mengganti berbagai kesulitan yang telah kita lalui. 
Aamiin.
 
 


  Get your new Email address!
Grab the Email name you#39;ve always wanted before someone else does!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/

[Non-text portions of this message have been removed]



[daarut-tauhiid] Sudut Pandang

2008-11-09 Terurut Topik firliana putri
Sudut Pandang
 
Ini menyangkut hubungan kita dengan orang lain, entah itu suami, istri, anak, 
orang tua, saudara, tetangga, rekan kerja, relasi, teman atau apa pun juga 
namanya. Terkadang memang tidak bisa lepas dari suatu konflik apapun penyebab 
konflik itu. Satu hal yang biasa terjadi dalam suatu konflik adalah 
masing-masing pihak yang berkonflik selalu memandang konflik tersebut dari 
sudut pandang dirinya sendiri, jarang atau bahkan tidak pernah konflik itu 
dipandang dari sudut pandang pihak lain di dalam konflik yang terjadi atau 
bahkan dilihat dari sudut pandang pihak yang berada di luar konflik. Tentu saja 
dari sudut pandang diri sendiri, semua pihak di luar diri kita adalah salah, 
hanya kita yang benar.
 
Menurut pengalaman pribadi satu hal yang pasti dirasakan dalam suatu konflik 
adalah munculnya rasa mangkel atau jengkel yang intensitas kejengkelan itu 
bervariasi sesuai konfliknya. Nah kalau kita tidak bisa mengeliminasi 
kejengkelan itu, pada akhirnya kita juga yang rugi. Pertama, karena kita 
memelihara rasa jengkel maka mood kita biasanya jelek sehingga energi kita 
cepat terkuras alias stamina cepat turun. Kedua, dalam kejengkelan maka 
hubungan kita dengan pihak yang berkonflik dengan kita tidak akan enak sehingga 
timbul berbagai persaan lain yang menghambat produktivitas keseharian kita 
seperti rasa rikuh, gengsi bahkan mungkin mengharapkan sesuatu yang negatif 
terjadi padanya. Ketiga, apabila kejengkelan itu tidak kunjung lenyap bahkan 
terpendam maka kemungkinan besar akan timbul suatu gejala psikosomatis.
 
Nah, kalau tidak ingin seperti itu caranya gampang sekali, dalam wilayah akal 
yaitu dengan mengubah sudut pandang kita dan ini memerlukan sedikit visualisasi 
:
Pertama lihatlah konflik itu dari sudut pandang kita sendiri.
Kedua lihatlah konflik itu dari sudut pandang pihak lain yang berkonflik dengan 
kita.
Ketiga lihatlah konflik itu dari sudut pandang pihak lain di luar konflik kita.
 
Cari sendiri bagaimana aplikasi nyatanya, berikut ini hanya sebuah contoh 
sederhana yang biasa saya lakukan. Dalam dunia kerja misalnya, biasanya ada 
saja rekan kerja yang agak aneh (mungkin itu diri kita sendiri ?) yang sukanya 
cuci tangan dengan arti dalam melaksanakan tanggung jawabnya hanya cari amannya 
sehingga selalu bersih dan rekan kerja lain yang dipersalahkan oleh pimpinan. 
Atau bisa juga orang aneh ini sukanya menjilat atasan dan menjegal sesama 
rekan. Bisa juga orang aneh ini memnfaatkan tanggung jawab yang dipegangnya 
untuk mengeruk keuntungan pribadi, atau juga dalam bentuk yang lain. Kalau ada 
yang seperti itu pasti jengkel banget kan ? Terus bagaimana langkahnya 
menghilangkan kejengkelan itu ?
 
Pertama, lihat dari sudut pandang kita sendiri, apa yang kita pikirkan tentang 
kejelekan orang itu lepaskan saja, prasangka apa pun tidak usah ditutupi, 
pikiran apa pun keluarkan saja. Kalau sudah puas baru melangkah ke yang kedua, 
lihat dari sudut pandang orang yang membuat kita jengkel seakan-akan kita 
menjadi orang tersebut. Coba rasakan dengan alasan apa dia bersikap seperti 
itu. Mungkin saja kita bisa merasakan kalau dia bersikap seperti itu karena 
keinginannya yang berlebihan untuk bisa menyenangkan anak istri, atau karena 
dia dalam kondisi sulit ada keluarganya yang sakit, atau juga alasan-alasan 
lain yang mungkin bisa kita temukan. Ketiga, keluarlah dari dirimu dan dari 
orang lain itu untuk melihat dari sudut pandang di luar yang berkonflik dalam 
menilai konflik yang terjadi dan coba dirasakan bagaimana sebaiknya diri kita 
bersikap dan bagaimana dia bersikap menurut sudut pandang di luar dia dan kita. 
Misalnya setelah kita coba dari sudut pandang
 pihak ketiga, rasanya kita disarankan untuk cuek saja yang penting laksanakan 
tugas dan tanggung jawab kita dengan sebaik-baiknya dengan data-data yang kuat 
sebagai argumen, kalau dia mau ini itu ya biarkan saja tidak usah dihiraukan, 
bersikap biasa saja. Nah, pasti kalau itu kita lakukan kita akan menemukan 
suatu kesadaran baru dan begitu kita mau mengubah sikap dan cara pandang kita, 
maka biasanya dia yang berkonflik dengan kita pun rasanya juga akan berubah 
tidak senegatif sebelumnya sebagaimana kita rasakan. Silahkan dicoba.
 
Dalam wilayah hati, semestinya yang sudah terlatih hatinya tidak memerlukan 
tiga langkah seperti yang tertulis di bagian sebelumnya karena semakin lama 
hati terlatih maka kemarahan dan kejengkelan itu akan semakin cepat sirna 
bahkan malah berganti dengan rasa kasihan. Kok bisa ? Ya bisa saja, kalau 
memang Allah menolong kita untuk bisa seperti itu. Minimal ada tiga langkah 
juga yang bisa saya serap dari apa yang diajarkan Syekh Luqman dan insya Allah 
juga selalu saya latih untuk mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu 
:
Pertama, ISTIGHFAR/TAUBAT, karena boleh jadi masalah yang kita hadapi apa pun 
itu mungkin merupakan peringatan dari Allah karena hubungan kita dengan ALLAH 
masih jauh, banyak errornya, banyak lupanya, kurang bersyukur de el el. Jadi 

[daarut-tauhiid] Sowan Mursyid

2008-11-06 Terurut Topik firliana putri
Sowan Mursyid
 
Alhamdulillah, hari Sabtu tanggal Delapan Belas Oktober kemarin bisa langsung 
bertemu Guru Mursyid tercinta.
 
Kalo aku orang awam, niscaya aku tidak akan tahu bahwa Beliau seorang kiai 
bahkan bukan hanya kiai biasa melainkan seorang Mursyid Thoreqoh dengan jumlah 
murid yang luar biasa banyak dari segala golongan juga dari seluruh pelosok 
tanah air. Sungguh, penampilannya sangat jauh dari stereotip seorang kiai, 
apalagi kiai atau wali yang ditampilkan dalam layar sinetron. Layaknya anak 
muda biasa, layaknya orang biasa dan layaknya manusia biasa itulah yang kasat 
mata. [Syaikh Abu al-Abbas al-Mursi pernah mengatakan, “Mengetahui wali lebih 
sulit dari pada mengetahui Allah. Sebab, Allah sudah dikenal lewat kesempurnaan 
dan keindahan-Nya. Sementara, bagaimana mengenal wali yang juga makhluk 
sepertimu ? Ia makan sepertimu dan minum sepertimu.”] Di balik itu, aku yakin 
keluarbiasaan ruhani Beliau di hadapan Allah yang aku sendiri tidak mudeng. Wis 
pokok’e aku yuakin puol sak yakin-yakine kalo Beliau quthub.
 
Beberapa hal yang meninggalkan jejaknya di hatiku dari apa yang didawuhkan 
kemarin :
Orang hidup itu banyak masalah dan selalu timbul masalah. Nanti kalo ada 
masalah tanya ke kiainya waktu pengajian, baru bisa tenang. Tapi setelah itu 
bingung lagi, nunggu pengajian berikutnya untuk tenang. Nah kalo ini yang 
terjadi maka lama-lama kita biasa dibohongi pikiran kita sendiri. [Berarti 
kuncinya memang di hati ya ?] Pokoknya bagaimana mencukupi iman itu saja. Yang 
sulit itu masalah keyakinan, bagaimana bisa teguh. Meskipun kyainya mendoakan 
terus tapi kalo santrinya engga teguh keyakinannya ya percuma. [Nah yang ini 
kan berarti frekuensi doa seorang Mursyid sudah dan selalu terpancar untuk 
seluruh muridnya, tinggal kita muridnya yang harus menyiapkan antena parabola 
untuk menangkap frekuensi doa itu yaitu dengan terus menggosok hati kita hingga 
mengkilap sehingga bisa menerima pantulan doa tersebut.]
 
Kiai sekarang itu tidak ada yang mandi [ampuh, keramat] karena sekarang ini 
semua serba ada. Kiai yang mandi itu tandanya bisa menyentuh hati. [Mungkin 
karena sekarang ini ngetren yang instan, kiai juga banyak yang instan apalagi 
kalo cita-citanya jadi kiai selebritis atau kiai legislatif.]
 
Tujuan berthoreqoh itu apa ? [Wah, ini PR buat kita semua untuk merekonstruksi 
kembali niat kita dalam berthoreqoh.] Apa karena punya masalah ? Soalnya ada 
contoh yang baru terjadi, ada seorang yang suluk, semestinya cuman disuruh 41 
hari tapi malah bablas 51 hari. Ternyata orang ini juga punya masalah. Padahal 
orang berthoreqoh itu tidak malah enak tapi malah banyak cobaannya. [Rasanya 
yang ini memang kemyataan, menurutku sih kan memang lagi dilatih terus oleh 
gusti Allah agar bisa menata hati, naik kelas terus, tidak stagnan.] Dapat apa 
berthoreqoh itu ? Ketemu kyainya juga sulit. Orang thoreqoh itu ora oleh 
opo-opo, tapi gampang oleh opo-opo. [Yang terakhir ini mudeng opo ora sampeyan 
? Direnungkan sendiri aja.]
 
Mbah Yai itu kalo buat kopi, kopinya dulu baru gulanya, trus diaduk. Kalo 
ngaduknya berhenti ya sudah tidak diaduk lagi, jadi kalo pas berhenti mengaduk 
gulanya sudah larut semua ya pas manisnya, kalo berhenti mengaduk gulanya masih 
ya sudah rasanya kurang manis. [Yang ini pelajaran tentang istiqomah dalam 
urutan membuat wedang kopi, tentang menuruti hati dalam hal kapan berhenti 
mengaduk dan tentang ridho dalam hal rasa wedang kopi.]
 
Hidup itu harus seimbang, kalo anak kecil itu ya harus seimbang antara belajar 
dan bermain. Kalo disuruh belajar terus ya stress, demikian juga orang besar ya 
harus seimbang. Wiridan itu ibarat orang nggoreng, harus teratur, sering 
dibolak-balik biar matangnya merata. Jangan dibiarkan saja, nanti yang bawah 
malah gosong. Ada juga yang menggoreng irama membolak-baliknya cepat malah api 
kompornya dibesarkan biar cepat selesai. [Ini mungkin tentang keistiqomahan 
dalam wiridan ibarat menggoreng dengan irama yang teratur, seimbang dengan 
kegiatan lain di luar wiridan. Bukan hanya wiridan terus dengan mengacuhkan hal 
yang lain seperti menggoreng tanpa membolak-balik sehingga gosong atau pun 
wiridan instan dalam arti wiridan yang di balik itu ada maksud tertentu mungkin 
penyelesaian masalah atau yang lainnya ibarat orang menggoreng dengan ritme 
cepat dan api yang besar biar cepat matang.]
 
Dasar murid ndablek, tapi untungnya sadar kalo masih banyak kerak tebal di 
hati, maka kesempatan bertemu langsung dengan Mursyid tidak kusia-siakan, 
bertabaruk kepada Beliau dengan mencium tangannya bolak-balik. Alhamdulillah, 
semoga barakah.
 


  Get your preferred Email name!
Now you can @ymail.com and @rocketmail.com.
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/

[Non-text portions of this message have been removed]



[daarut-tauhiid] Merasa butuh Allah

2008-10-20 Terurut Topik firliana putri
Merasa butuh Allah
 
Pada tulisan terdahulu yaitu Tentang DOA, Syekh Abu al-Abbas al-Mursi 
menyampaikan bahwa sebenarnya manusia itu selalu membutuhkan Allah baik di 
dunia maupun di akhirat sebagai hakikat kehambaannya tanpa melalui sebab-sebab 
tertentu. Hanya saja kebanyakan manusia baru merasa butuh Allah jika sudah ada 
sebab-sebab tertentu dan ketika sebab itu hilang maka akan hilang juga rasa 
butuhnya kepada Allah. Padahal salah satu kunci dikabulkannya suatu doa adalah 
selalu merasa butuh.
 
Masalahnya adalah bagaimana kita bisa mengondisikan hati kita untuk terus 
merasa butuh kepada Allah. Kemarin pun saya juga masih belum paham bagaimana 
caranya melatih hal itu, tapi alhamdulillah tiba-tiba saja ada pemahaman baru 
yang sementara ini bagi saya yang awam bisa menerimanya secara sederhana dan 
semoga kesadaran ini bisa terpatri dalam hati. Tiba-tiba saja terlintas kalimat 
yang sering kita baca yaitu : Laa haula walaa quwwata illaa 
illaahil'aliyyil'adzhim. (Tiada daya dan tiada kekuatan kecuali dengan 
pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung). Dalam pemahaman saya, 
berarti kita itu NOL, tidak punya daya dan kekuatan bagai sesosok jazad tak 
bernyawa. Siapa bisa menjamin besok pagi ketika bangun tidur, kita masih bisa 
menggerakkan tubuh kita ? Siapa bisa menjamin satu jam ke depan kita masih 
segar bugar ? Siapa bisa menjamin nanti masih tergerak hati kita untuk sholat ? 
Kalau toh kita bisa beraktivitas dalam keseharian karena kondisi
 tubuh kita yang sehat, dari mana sebenarnya kesehatan itu berasal ? Kalau toh 
kita berargumen bahwa tubuh kita sehat karena kita menerapkan pola hidup sehat 
dengan pola konsumsi makanan yang sehat, istirahat dan olah raga yang teratur, 
maka dari mana niatan atau kesadaran untuk berpola hidup sehat itu muncul. 
Beranikah kita mengklaim bahwa niatan atau kesadaran itu muncul karena kehendak 
atau kekuatan kita sendiri ? Atau ketika kita ringan dalam menjalankan ibadah 
kita, beranikah kita untuk juga mengklaim itu atas kekuatan kita sendiri atau 
lebih jauh beranikah kita memastikan di akhir hidup kita nanti dalam keadaan 
khusnul khotimah ?
 
Sungguh, dalam setiap detik kehidupan kita tidak pernah lepas dari pengaturan 
Allah, karena sebenarnya kita itu faqir di hadapan Allah, sehingga kita semua 
sangat-sangat tergantung pada Allah, sangat-sangat butuh kepada Allah. Di dalam 
setiap gerak dan langkah kita, di dalam setiap tarikan dan hembusan napas kita, 
di dalam setiap detak jantung kita, di dalam setiap dzikir dan pikir kita, 
Allah-lah yang sejatinya menggerakkan dan memberi kita kekuatan.
 
Untuk itu dalam setiap kegiatan, kita awali dengan bacaan bismillah dan 
bersamaan dengan itu mari kita sama-sama belajar menggerakkan kesadaran hati 
kita untuk meng-NOL-kan diri kita agar bersamaan dengan itu pula kita selalu 
mengharapkan pertolongan Allah. Dalam setiap apa pun juga saya biasakan mohon 
kemudahan dari Allah : Mudahkan Yaa Allah – Mudahkan Yaa Allah. Insya Allah 
kita akan selalu diberikan kemudahan, sesulit apa pun situasi yang harus kita 
hadapi.
 
Semoga Allah mengangkat kita semua pada derajad hamba-hambanya yang selalau 
merasa membutuhkan-Nya. Aamiin.
 
 

Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com

[Non-text portions of this message have been removed]



[daarut-tauhiid] Dulu satu padepokan

2008-10-09 Terurut Topik firliana putri
Dulu satu padepokan
Selepas jamaah tarawih Cak ZhudhrunH asyik menikmati kopi hangatnya di beranda 
depan rumah, melepas lelah setelah seharian sibuk dalam kegiatan kerjanya. 
Tiba-tiba terlintas di ingatannya kenangan akan masa lalu, terlihat di roman 
mukanya sebuah senyum yang panjang, sebuah senyum geli, sebuah senyum getir 
karena teringat masa lalunya. Ya dia dulu seorang petualang spiritual yang 
selalu mencoba memuaskan dahaga jiwanya dengan melakoni berbagai metode oleh 
rasa yang berujung pada terungkapnya suatu kekuatan lebih pada dirinya sampai 
akhirnya dia terdampar di sebuah padepokan sekaligus majelis dzikir yang konon 
menurut pemangku padepokan itu seluruh ilmu dan dzikir yang diajarkan merupakan 
warisan dari para sufi terutama bersumber dari salah satu wali songo di Jawa 
Timur sehingga bersifat khas dan tidak ada yang menyamai dan memang menurut Cak 
ZhudhrunH, di padepokan itulah semua menu tersedia secara lengkap dengan nafas 
religius Islam. Tapi saat ini
 baginya semua tinggal kenangan sebagai bagian perjalanan hidup yang telah 
dilaluinya. Saat ini semua telah ditinggalkannya sejak dia menempuh jalan 
tarekat melalui baiat dari seorang mursyid di sebuah kota di Jawa Timur.
“Assalamu’alaikum. Cak”, sejenak kelebatan pikirannya ke masa lalu buyar 
mendengar ucapan salam itu. Dengan segera Cak ZhudhrunH menjawabnya, 
“Wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh, eeh... awakmu tah Di, ayo-ayo 
masuk”. Segera keduanya pun berjabat tangan. “Yok opo kabare Di ?” 
“Alhamdulillah Cak, baik”. Segera saja setelah itu mereka berdua terlibat 
perbincangan seru tentang kabar mereka masing-masing, maklum sudah lama mereka 
jarang berjumpa, diselingi seruputan wedang kopi buatan istri Cak ZhudhrunH dan 
nyamil jajanan seadanya.
“Oh iya Cak, sekalian saya menyampaikan salam dari sedulur-sedulur padepokan. 
Mereka nanyain kapan Sampeyan mau latihan lagi sama dzikiran bareng-bareng ?” 
“Oalah Di... Di..., awakmu kan sudah tahu to kalo aku ini sudah pensiun, Sudah 
enggak gitu-gituan lagi. Lha sekarang kan sudah jelas pakaianku, aku pake baju 
tarekat yang tentunya aku yakin seyakin-yakinnya thoriqohku lebih agung dari 
semua keilmuan padepokan walaupun atas nama dakwah dan syiar Islam. Lha awakmu 
sendiri gimana Di, kok masih terus ngelmu, apa karena sekarang kamu sudah lolos 
ujian kepewarisan ilmu padepokan sehingga berhak menurunkan ilmu padepokan ke 
khalayak ramai, bisa dakwah dan syiar Islam ? Atau kamu merasa eman atas 
tirakatmu selama ini yang sudah banyak kelihatan khasiatnya, apalagi sekarang 
muridmu sudah banyak.” “Wah ya ndak gitu to Cak, kan guru kita dahulu pernah 
bilang bahwa tidak masalah kalo murid padepokan menjadi jamaah atau murid 
tarekat, bukankah tujuannya
 sama-sama baik mencapai kejayaan dunia akhirat, sepanjang tarekat tersebut 
jelas runtutan sejarahnya, masih meng'esa'kan Allah swt, menegakkan sholat 
dengan benar, dan menegakkan syariat Islam dengan benar, maka apapun alirannya 
dan siapapun mursyidnya Insya Allah baik.”
Mendadak dada Cak ZhudhrunH terasa sesak, tetapi alhamdulillah dia segera sadar 
dan beristighfar, ya... mungkin memang baru sebatas itu pemahaman si Aldi walau 
pun sebenarnya dia juga sudah mengambil baiat dari Yai Mursyid yang sama dengan 
Cak ZhudhrunH. Cak ZhudhrunH tersenyum tetapi tidak menanggapi pernyataan Aldi 
lebih dahulu melainkan malah balik bertanya, “Di, kamu punya cita-cita endak ? 
Apa cita-citamu ?” “Kalo dulu sih saya pengennya jadi tentara Cak, kelihatannya 
kok gagah, tapi kalo sekarang sih saya sendiri bingung, apa ya cita-cita saya. 
Yang penting pengennya hidup saya enak Cak, gampang cari rejekinya gusti Allah, 
sehat dan kecukupan.” “Opo awakmu ndak punya cita-cita mati ?” “Hush 
sampeyan itu Cak-Cak, cita-cita kok mati, mati itu kan kewajiban meski banyak 
orang merasa terpaksa mati karena endak bisa ngelawan kematian itu. Pengennya 
sih hidup terus gitu loch...”
“Di... ini rahasia lho he... he... he jangan bilang siapa-siapa, 
siapapun orangnya, apapun prestasi keduniaannya ibarat sudah mencapai puncak 
kesuksesan hidup sebagaimana yang sering diperbincangkan orang, seperti 
misalnya dari kalangan militer dia itu jendral, panglima lagi, umpama dari 
kalangan pengusaha, dia itu top bangetlah pokoknya, omsetnya per bulan 
triliunan rupiah, umpama dari kalangan trainer, dia itu trainer kelas atas yang 
alumni pelatihannya sudah mencapai puluhan ribu orang, umpama dari kalangan 
artis sinetron, dia itu tarif per episodenya mencapai puluhan juta rupiah, 
umpama pendekar gitu ilmunya paling tinggi dan tidak ada yang bisa menandingi, 
atau juga dari kalangan lain yang dianggap sukses dan menjadi standar kemewahan 
hidup bagi banyak orang, ternyata akhirnya mati juga. Jatah ruang dan waktu 
baginya habis di dunia ini. Ternyata hidup itu menunggu mati, mati itu berarti 
kembali, kembali kepada yang memiliki, yang memiliki
 itu Allah. Masa depan kita dan masa depan hidup ini adalah Allah, cita-cita 
kita salah 

[daarut-tauhiid] Kenapa kau tuntut Tuhanmu?

2008-08-01 Terurut Topik firliana putri
Syeikh Ibnu'Athaillah As-Sakandary
Kenapa kau tuntut Tuhanmu?
   
Janganlah kau tuntut Tuhanmu karena tertundanya keinginanmu, tetapi tuntutlah 
dirimu sendiri karena engkau telah menunda adabmu kepada Allah.
 
Betapa banyak orang menuntut Allah, karena selama ini ia merasa telah berbuat 
banyak, telah melakukan ibadah, telah berdoa dan berjuang habis-habisan.
Tuntutan demikian karena seseorang merasa telah berbuat, dan merasa perlu ganti 
rugi dari Allah Ta'ala. Padahal meminta ganti rugi atas amal perbuatan kita, 
adalah wujud ketidak ikhlasan kita dalam melakukan perbuatan itu. Manusia yang 
ikhlas pasti tidak ingin ganti rugi, upah, pahala dan sebagainya. Manusia yang 
ikhlas hanya menginginkan Allah yang dicinta. Pada saat yang sama jika masih 
menuntut keinginan agar disegerakan, itu pertanda seseorang tidak memiliki adab 
dengan Allah Ta'ala.
Sudah sewajarnya jika kita menuntut diri kita sendiri, karena Allah tidak 
pernah mengkhianati janjiNya, tidak pernah mendzalimi hambaNya, dan semua 
janjinya tidak pernah meleset. Kita sendiri yang tidak tahu diri sehingga, kita 
mulai intervensi soal waktu, tempat dan wujud yang kita inginkan. Padahal itu 
semua adalah Pekerjaan Allah dan urusanNya.
Orang yang terus menerus menuntut dirinya sendiri untuk Tuhannya, apalagi 
menuntut adab dirinya agar serasi dengan Allah Ta'ala, adalah kelaziman dan 
keniscayaan. Disamping seseorang telah menjalankan ubudiyah atau kehambaan, 
maka si hamba menuruti perilaku adab di hadapanNya, bahwa salah satu adab 
prinsipalnya adalah dirinya semata untuk Allah Ta'ala.
Karena itu Ibnu Athaillah melanjutkan:
Ketika Allah menjadikanmu sangat sibuk dengan upaya menjalankan 
perintah-perintahNya dan Dia memberikan rezeki, rasa pasrah total atas 
Karsa-paksaNya, maka sesungguhnya saat itulah betapa agung anugerahNya 
kepadamu.
Anugerah paling agung adalah rezeki rasa pasrah total atas takdirNya yang 
pedih, sementara anda terus menerus menjalankan perintah-perintahNya dengan 
konsisten, tanpa tergoyahkan.
Wahb ra, mengatakan, Aku pernah membaca di sebagian Kitab-kitab Allah 
terdahulu, dimana Allah Ta'ala berfirman:
Hai hambaKu, taatlah kepadaKu atas apa yang Aku perintahkan kepadamu, dan 
jangan ajari Aku bagaimana Aku berbuat baik kepadamu.
Aku senantiasa memuliakan orang yang memuliakan Aku, dan menghina orang yang 
menghina perintahKu. Aku tak pernah memandang hak hamba, sehingga hamba 
memandang (memperhatikan) hakKu.
Syeikh Abu Muhammad bin Abdul Aziz al-Mahdawi ra, mengatakan, Siapa pun yang 
dalam doanya tidak menyerahkan dan merelakan pilihannya kepada Allah Ta'ala, 
maka si hamba tadi terkena Istidroj dan tertipu. Berarti ia tergolong orang 
yang disebut dengan kata-kata, Laksanakan hajatnya, karena Aku sangat tidak 
suka mendengarkan suaranya.. Namun jika ia menyerahkan pilihannya pada Allah 
Ta'ala, hakikatnya ia telah diijabahi walau pun belum diberi. Amal kebaikan itu 
dinilai di akhirnya...
 

Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com

[Non-text portions of this message have been removed]



[daarut-tauhiid] Ojo nggumunan, ojo kagetan, ojo kepinginan

2008-07-25 Terurut Topik firliana putri
Ojo nggumunan, ojo kagetan, ojo kepinginan
 
Ojo nggumunan, ojo kagetan, ojo kepinginan, begitu kata orang tua-tua dulu. 
Nggumun itu artinya heran dan kaget itu artinya terkejut, sedangkan kepingin 
artinya ingin. Sebenarnya antara nggumun dan kaget itu hampir bersamaan 
prosesnya, bisa juga sendiri-sendiri. Seseorang yang tidak pernah tahu suatu 
fenomena kemudian secara tiba-tiba saja tahu biasanya akan merasa heran dan 
jika herannya tersebut kadarnya melebihi batas kewajaran maka rasa heran itu 
akan berlanjut dengan rasa terkejut. Pada sisi yang lain, tidak jarang rasa 
heran itu akan berlanjut menjadi rasa ingin terhadap apa yang diherankan. 
Kenapa kok dipesankan seperti itu ? Ternyata implikasi dari rasa heran, 
terkejut dan ingin itu cukup gawat. Dalam segala hal, dalam segala bidang kalau 
rasa heran, terkejut dan ingin itu terjadi tanpa terkendali bisa gendeng/gila 
akibatnya. Jadi semestinya dalam segala hal, dalam segala sesuatu dan dalam 
segala kejadian haruslah disikapi dengan biasa-biasa
 saja, cool gitu loch.
 
Aku jadi ingat dawuhnya Syaikh Sholahuddin tanggal dua puluh empat april dua 
ribu lima yang lalu sebagaimana yang pernah kuposting, “Ojo ngelokno wong liyo. 
Ngelem iku yo termasuk ngelokno” [Tidak boleh mencela, tetapi memuji pun 
termasuk mencela]. Menurutku, mencela atau pun memuji itu ternyata juga akibat 
dari rasa heran. Coba kalau sudah sering tahu suatu fenomena secara berulang 
mestinya tanggapan yang keluar adalah biasa-biasa saja, tanpa celaan dan juga 
tanpa pujian.
 
Di mana pun di muka bumi ini, baik di masa yang lalu, sekarang atau pun nanti, 
sebenarnya kisah hidup yang terjadi adalah sama saja, yang berbeda hanyalah 
seting tempat, tokoh utama, tokoh figuran dan variasi karakter para tokohnya. 
Karena itu ojo nggumunan, ojo kagetan, ojo kepinginan. Beberapa kasus di bawah 
ini mungkin sering kita temui dalam keseharian.
 
Beberapa tahun ini rasanya kasus perselingkuhan begitu banyak yang diekspose di 
media masa di mana terjadi di seluruh strata sosial masyarakat. Itu sebuah 
fenomena yang seharusnya disikapi secara proporsional sebagai bahan pelajaran 
agar kita tidak seperti itu tetapi jangan sampai hati kita ikut-ikut. Nah 
kebetulan aku punya teman yang benci banget tentang hal itu. Kalau ada berita 
tentang itu atau dia tahu si X melakukan hal itu, pasti dengan segenap 
perasaannya akan diudal-udal atau apa ya bahasa Indonesianya, mungkin 
diungkapkan atau disebarluaskan dengan sinis. Eeeh... ndilalah kersaning Allah 
lha kok sekarang dia sendiri yang seperti itu. Ini mungkin karena heran itu 
tadi, dia tidak bisa menerima fenomena tersebut dan disikapi dengan kebencian 
dalam hatinya sehingga dalam pikirannya yang terprogram malah apa yang 
dibencinya dan apa yang selalu diudal-udal olehnya. Pada akhirnya apa yang 
terprogram dalam pikirannya itulah yang terwujudkan dalam
 hidupnya. Makanya orang tua-tua kita dulu juga berpesan : ojo moyok mengko 
mundak nemplok [jangan mencela nanti malah terjadi pada dirimu]. Gendeng kan ?
 
Ada juga seorang yang kukenal yang bercerai dengan pasangannya dengan alasan 
tidak ada kecocokan karena pasangannya itu begini begitu, pokoknya negatif 
banget dan dia benci yang seperti itu. Aku jadi heran, lha dulu bagaimana lho 
kok sekarang seperti itu. Dia heran pasangannya seperti itu, belum bisa 
menerima, belum bisa sabar dan syukur, jadinya benci. Eeeh... ndilalah 
kersaning Allah setelah menikah lagi kok ternyata karakter pasangan barunya 
tidak jauh beda dengan yang sebelumnya. Benci dari hati, terprogram di pikiran 
dan itulah yang akan terwujud, mungkin memang seperti itu mekanisme alamiahnya. 
Nah ! Gendeng juga kan ?
 
Beberapa bulan lalu di harian Jawa Pos ada berita tentang ayam abu-abu, yang 
sebenarnya fenomena ini sudah sejak lama ada. Mereka yang menekuni “profesi” 
sebagai ayam abu-abu tidak seluruhnya karena terdesak faktor ekonomi atau pun 
dengan alasan sudah terlanjur rusak, tetapi ada juga yang karena gaya hidup 
hedonisme dimana kesenangan dan kenikmatan hidup adalah tujuan utama. Nah yang 
seperti itu biasanya juga karena diawali oleh rasa nggumun/heran terus 
kepingin/ingin. Melihat teman-teman mereka yang dari keluarga kaya, bajunya 
bagus-bagus, hp-nya mesti seri terbaru, hangoutnya di tempat-tempat gaul dan 
sebagainya. Karena heran dengan gaya hidup yang seperti itu, jadinya ingin 
seperti itu, jalan pintas. Tambah gendeng kan ? Tidak bisa bersabar, tidak bisa 
mensyukuri kondisinya, tidak ada kerelaan akhirnya kalah oleh hawa nafsunya.
 
Yang ini, akhirnya juga gendeng tapi jauh sekali dari gendeng sebagaimana kasus 
di atas, karena masuk dalam ranah spiritual. Pernah dikisahkan oleh Syaikh 
Luqman, ada seoarng putra kiai yang dipesankan oleh kiai itu (abahnya) bahwa 
dia boleh mempelajari semua kitab yang dimiliki oleh sang kiai tetapi tidak 
untuk satu kitab khusus karena berisi ilmu hakikat tingkat tinggi yang jika 
dipelajari tanpa bimbingan dari mursyid bisa gendeng akibatnya, gendeng sama 

[daarut-tauhiid] Jangan Ragukan Jaminan-Nya

2008-07-21 Terurut Topik firliana putri
 
Jangan Ragukan Jaminan-Nya


Di suatu hari yang lalu, di bawah teriknya sengatan mentari, ketika itu aku 
keluar beli pangsit mie Jakarta di jalan Mulyosari. Sambil menunggu pesanan 
jadi tuk dibawa pulang, aku berdiri menghadap ke jalanan dan terlihat olehku 
sosok seorang lelaki membawa dagangan berupa rotan yang dibentuk melingkar 
(biasanya dipakai hulahop) dengan berbagai diameter ukuran yang dipikul di sisi 
kiri dan kanan tubuhnya. Sempat terbersit di hatiku sebuah kalimat penyangkalan 
terhadap yang kulihat, “Ya Allah... kasihan bener itu orang, panas-panas begini 
bawa dagangan itu, siap yang mau beli ?��#65533;. Astaghfirullah, begitu 
bersitan hati ini muncul saat itu juga rasanya aku ditegur gusti Allah, 
tiba-tiba saja sebuah mobil sedan yang melintas langsung minggir dan 
menghentikan orang tersebut kemudian terjadilah transaksi. Ya Allah, begini 
caraMu mengingatkanku akan jaminan rejekiMu.

Malam Minggu kemarin, beli burger kebetulan di Mulyosari ada outletnya Klenger 
Burger, sambil nunggu pesanan Super Klenger Burger-nya selesai, tiba-tiba saja 
kujumpai lagi sosok yang selama tiga tahunan ini selalu berkeliling di 
sepanjang jalan Mulyosari. Sosok laki-laki kecil, bersepeda kecil dengan 
keranjang kecil di bagian belakang sepedanya, diisi aneka kue : kue pisang, 
nanas dan lainnya juga kue dorayaki dengan bermacam rasa. Kupanggil dia dan 
kubeli beberapa. Kue-kue itu dijual dengan harga Rp. 2.500,00. Saat ini dia 
sudah naik ke kelas enam SD. Kadang dia juga keliling bersama papanya yang 
memboncengkan adiknya yang lebih kecil lagi, sedangkan ibunya juga berjualan 
bakpao keliling dengan berjalan kaki di daerah sekitar rumahnya sana di daerah 
Tambak Arum. Bayangkan saja anak sekecil itu sudah harus berjuang keras dalam 
mepertahankan hidupnya dengan berjualan kue yang ditawarkan di setiap orang 
yang ditemuinya, di apotik-apotik dan kafe jalanan di
 sepanjang jalan Mulyosari dan entah di mana lagi dia menjajakan dagangannya. 
Dari Tambak Arum ke Mulyosari jaraknya sekitar 8 kilometeran dan itu setiap 
hari ditempuhnya pulang pergi, betapa beratnya, belum lagi kalau hujan sedang 
diguyurkan dari langit yang pekat dengan mendungnya. Sebuah perjuangan yang 
teramat keras bagi tubuh kecilnya dan sebuah beban kehidupan bagi belia 
usianya. Tetapi yang kusalut, tiada tergambar rona beban di wajahnya, suaranya 
lantang penuh percaya diri tanpa minder sedikit pun dan yakin usahanya pasti 
membuahkan hasil. Kalau hidup enak, siapa yang tidak mau ? Kalau seperti itu 
beranikah kita menjalaninya ?

Masihkah kita tidak bersyukur kepada-Nya dan masihkah kita meragukan 
jaminan-Nya ?

Semoga bermanfaat.




[daarut-tauhiid] Sebuah Pelajaran

2008-07-07 Terurut Topik firliana putri
 
Sebuah Pelajaran



Ada seorang mandor yang ikut mengerjakan salah satu proyek kantor yang 
sebenarnya proyek ini proyek rugi. Proyek ini dapatnya nge-sub dari salah satu 
BUMN dan sebenarnya juga BUMN ini juga tahu kalau proyek ini proyek rugi 
sehingga dia juga bagi-bagi kerugian pada sub kontraktor yang digandengnya. 
Tapi intinya bukan itu. Aku dua kali mendengar kata-kata dari seorang teman 
yang kebetulan mengepalai bidang teknik kepada si bapak mandor yang sudah 
dikenalnya sejak lama itu. “Kok gak onok kemajuan se Pak, ket biyen nggowo 
sepeda ae gak ganti montor !��#65533;, begitu katanya. Oh ternyata ukuran 
sukses menurut temanku yang satu ini adalah pencapaian materi, yang kebetulan 
alhamdulillah temanku yang satu ini memang diberi kelimpahan sehingga kadang 
juga somsek. Nah berhubung proyek yang satu ini proyek rugi bahkan minusnya 
sudah mencapai 1 milyar lebih, maka si bapak mandor ini pun terkena juga 
imbasnya. Tagihannya ke kantor yang masih tersisa puluhan juta
 setelah opname lapangan menurut versi kantor hanya tersisa sekitar 14 jutaan. 
Hari Jum’at kemarin si bapak mandor itu ke kantor untuk menanyakan tagihannya 
dan yang luar biasa bagiku adalah kesan yang kutangkap pada dirinya setelah 
mengetahui tagihannya hanya bersisa sekitar 14 jutaan saja. Dia tertawa sambil 
mengatakan, “Wis nggarap nang kono gak malah oleh duit tapi malah mbuwak duwit, 
tapi yo gak popo neng kene oleh akeh, mari ngono sitik, wis biasa wong urip 
iku. Sing penting isok noto ati��#65533; (ngerjakan di sana tidak malah dapat 
uang tapi malah membuang uang, tetapi ya tidak masalah, di sni dapat banyak, 
disana dapat sedikit, sudah biasa orang hidup itu. Yang penting bisa menata 
hati). Suatu kalimat sederhana tapi sungguh luar biasa bagiku. Inilah 
sebenarnya menurutku suatu prestasi kehidupan, di mana si bapak mandor tersebut 
bisa menguasai hatinya untuk rela/ridho atas apa yang dialaminya, sehingga 
tidak ada kesedihan, tidak ada penyesalan dan
 tidak ada kemarahan. Inilah yang dinamakan kaya yang sebenarnya, kaya hati. 
Walau pun secara fisik / secara materi tidak memiliki apa-apa yang bagi banyak 
orang merupakan standar pencapaian kesuksesan, tetapi kalau seseorang memang 
merasa tidak memerlukannya atau tidak terobsesi olehnya bukankah itu sebenarnya 
yang disebut kaya ? Kaya Hati. Coba bandingkan seseorang yang sudah memiliki 
sesuatu tentu dia tidak akan pernah puas dan ingin mencapai yang lebih baik 
lagi. Hatinya belum merasa memiliki dan masih menginginkan dan berusaha 
bagaimana caranya untuk memuaskan dahaga materinya. Bukankah hakikinya dia ini 
masih miskin ? Miskin Hati, meski secara materi apa pun sudah dia miliki. 
Contoh sederhana saja misalnya sudah punya Avansa pasti pengen ganti Inova atau 
bahkan kalau perlu tidak ganti tetapi menambah. Ada juga teman yang beli laptop 
dengan spesifikasi yang mutakhir, tetapi ternyata cuman dibuat main solitaire 
soalnya dia engga bisa komputer. Sayang
 bukan ? Demi sebuah gengsi, kesia-siaan dilakoni.

Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com

[Non-text portions of this message have been removed]



[daarut-tauhiid] Masalah

2008-07-05 Terurut Topik firliana putri
Masalah
 
Maaf, bukannya sombong, bukannya promosi atau mau menyaingi paranormal yang 
pasang iklan di media masa, tetapi kalau anda punya masalah apa pun itu : 
jodoh, bisnis, penyakit, relasi, karir, keturunan, rumah tangga atau yang 
lainnya apalagi sekarang situasi yang ruwet dengan kenaikan BBM, tenang saja 
silakan jangan datang ke alamat saya atau jangan hubungi nomor HP saya, he... 
he... datang saja ke gusti Allah. Lha iya to ... wong memang hanya Allah tempat 
kita menghambakan diri, tempat kita memohon pertolongan dan tempat kita 
berkeluh kesah. Apalagi, bukankah dunia itu memang tempatnya masalah dan saya 
yakin di bawah setiap atap rumah, pasti ada masalah, apa pun itu. Saya sendiri 
pun banyak masalah, hutang – masih banyak, pekerjaan – tidak menjanjikan, 
saudara – banyak yang belum berjodoh, saudara juga – ada yang sakit psikis, 
orang tua – konflik sama saudara, teman - wah tambah akeh sing sambatan (malah 
banyak yang berkeluh kesah).
 
Masalahnya adalah, apakah masalah tersebut menjadi masalah bagi diri kita ?
Pernah di suatu hari yang lalu, tiba-tiba saja tanpa saya kehendaki dalam waktu 
sekian detik terlintas suatu gambaran tentang permasalahan yang sedang saya 
hadapi, tetapi anehnya begitu rasa sedih mulai muncul ketika itu juga saya 
melihat diri saya sendiri sedang tertawa terbahak-bahak tanpa bisa ditahan, 
tidak jadi sedih karena ingat kalau masalah itu datangnya dari Allah, berarti 
yang memberi masalah itu juga Allah. Kalau diberi harusnya berterima kasih, 
berarti harus bersyukur kepada Allah. Oh... makanya saya malah tertawa tidak 
jadi sedih karena memandang masalah itu merupakan anugerah sehingga dengan 
adanya masalah itu potensi diri kita bisa lebih tereksplorasi yang nantinya 
akan semakin menguatkan keyakinan kita bahwa masalah yang dibebankan kepada 
kita pasti tidak akan melebihi takaran kekuatan kita dalam menanggungnya. 
Alhamdulillah, rasanya saya sedang diingatkan.
 
Setelah direnungkan lagi sesuai referensi pengalaman yang telah lalu, ternyata 
masalah itu ada tiga kategori penyelesaian. Ada masalah yang penyelesaiannya 
cepat, lama dan yang entah kapan selesainya. Yang penting bagaimana saya harus 
bisa menata hati sebagaimana selama ini. Tetap sabar dalam menjalani proses 
ikhtiar penyelesaiannya, tidak ngresulo/mengeluh dan yakin pertolongan Allah 
pasti akan datang dan semuanya berakhir bahagia/penuh hikmah. Pokoknya berjuang 
terus, berlatih terus untuk selalu sabar-syukur-ridho. SEMANGAT !!!
 
Jadi ingat kisah Syaikh Athaillah yang mengadukan permasalahan yang mengganjal 
hati Beliau kepada guru mursyidnya, Syaikh Abdul Abbas Al Mursy, yang kemudian 
menasihatkan bahwa hak hamba kepada Allah itu ada empat, yaitu : jika kita bisa 
berlaku tha-at maka hak kita adalah meyakini bahwa tha-at itu adalah merupakan 
anugerah Allah semata dan bukan karena usaha kita sendiri, jika kita berbuat 
dosa atau maksiat maka hak kita adalah segera bertobat, jika kita mendapat 
nikmat maka hak kita adalah bersyukur dan jika kita mendapat cobaan hak kita 
adalah bersabar. Tha-at, maksiat, nikmat dan cobaan, itu saja kan lingkar 
persoalan kehidupan kita. Jadi, kenapa bingung ?
 

Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com

[Non-text portions of this message have been removed]



[daarut-tauhiid] Seberapa Jauh Kita Kenal Allah ?

2008-04-15 Terurut Topik firliana putri
 Seberapa jauh kita kenal Allah ?
 
 
 Q.S. 7:143.  
 Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami 
tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: Ya 
Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada 
Engkau. Tuhan berfirman: Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi 
lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) 
niscaya kamu dapat melihat-Ku. Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung 
itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka 
setelah Musa sadar kembali, dia berkata: Maha Suci Engkau, aku bertobat kepada 
Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman.
 
 
 Pada ayat tersebut di atas Nabi Musa diperingatkan Allah - Kamu sekali-kali 
tidak sanggup melihatKu.
 
 
 Karena Nabi Musa dengan ke-aku-annya, dengan kehendaknya sendiri meminta 
melihat Allah, maka sekali-kali tidak akan pernah dan tidak akan sanggup 
melihat Allah, kecuali bila Allah sendiri yang berkehendak. Melihat Allah 
dengan Allah, bukan dengan diri kita sendiri, bukan dengan ego kita sendiri, 
apalagi dengan ketamakan, kesombongan, kedengkian, kezhaliman, kefasikan, 
kemunafikan dan kekufuran kita.
 
 
 Hakikat penciptaan semesta ini adalah CINTA. Dalam Hadits Qudsi, Allah 
berfirman : AKU adalah perbendaharaan tersembunyi dan AKU sangat cinta untuk 
dikenal.
 
 
 Q.S. 51:56.  
 Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah 
kepadaKu.
 
 
 Allah sangat mencintai hamba yang mencintaiNya, mengenalNya, yang beribadah 
kepadaNya. Bagaimana bisa mencintaiNya jika tidak mengenalNya. Bagaimana bisa 
mengenalNya jika tidak pernah beribadah sesuai aturanNya.
 
 
 Apakah ibadah hanya untuk menghindari neraka dan menggapai surga ? Bagaimana 
jika surga dan neraka tidak diciptakanNya. Apakah Allah tidak layak disembah ? 
Allah sedemikan adanya, tidak akan berkurang atau bertambah oleh ibadah yang 
kita lakukan atau yang kita tinggalkan.
 
 
 Q.S. 15:99.  
 dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu keyakinan.
 
 
 Ibadah yang kita lakukan seharusnya dengan motivasi karena Allah mencintai 
orang yang beribadah kepadaNya (memenuhi hak Allah) dan harus kita lakukan 
sampai kita memperoleh keyakinan akan Allah (haqqul yaqin). Dengan yakin 
berarti kita mengenal Allah. Dengan mengenal Allah berarti kita bisa 
mencintaiNya. Puncak pengenalan kita adalah ketika kita haqqul yaqin dan bisa 
ridho kalau Allah adalah tuhan dan kita adalah hamba. Sebagai konsekuensinya 
kita pun akan ridho melaksanakan apapun perintah Allah sesuai yang 
disyariatkan, bukan sebagai beban tapi sebagai kebutuhan.
 
 
 Kontrak hidup kita terbatas, mulai lahir sampai detik kematian kita, PR kita 
adalah mengenalNya dan mencintaiNya. Bukankah kita pernah bersaksi di alam 
arwah bahwa Allah adalah tuhan kita. Kehidupan kita di dunia harus merupakan 
pengejawantahan dari persaksian kita. Bagaimana rasanya perasaan kita bila saat 
menghadapNya kembali, PR kita belum selesai atau bahkan belum kita kerjakan 
sama sekali ? Tersiksa bukan ? Rasa tersiksa itulah yang hakikatnya lebih berat 
dari siksaan itu sendiri (azab kubur). Semakin banyak PR yang tidak 
terselesaikan semakin besar pula rasa bersalah kita yang akan menjelma semakin 
berat rasa tersiksa kita dan akhirnya semakin tidak siap kita untuk menatap 
wajah Allah. Bukankah puncak kenikmatan surga adalah menatap wajah Allah.  
 
 
 Tetapi karena Allah juga sangat mencintai kita, maka Allah pun menghendaki 
agar kita siap menatapNya yaitu dengan menciptakan makhluk yang namanya Neraka 
untuk membersihkan limbah-limbah diri kita yang menghalangi kita menatapNya. 
CintaNya mendahului marahNya.
 
 
 Masihkah kita enggan menghadapNya ? Masihkah kita menghadapNya dengan takut ? 
Bukankah Allah lebih layak untuk dicintai daripada ditakuti ?
 
 
 I LOVE YOU ALLAH !!!
 
 
 Wallahu'alam
 
 
 
 Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]



[daarut-tauhiid] Secercah Kado Maulid Nabi SAW

2008-04-02 Terurut Topik firliana putri
 Cinta Kepada Allah
 Cinta Kepala Rasulullah SAW
 (Secercah Kado Maulid Nabi SAW)


 Di sini tak ada penyesalan
 Yang ada hanyalah cinta
 Kepada Allah dan
 Kepada Rasulullah SAW
 Disamping mengetahui haknya
 Sebagai hamba
 Dan haknya
 Terhadap sesama.


 Kalimat hikmat tersebut tertulis dalam sebuah sudut tembok tua di Pesantren 
Pesulukan Thariqat Agung Tulung Agung. Para santri, para tamu dan mereka yang 
sedang melakukan suluk Thoriqoh senantiasa membaca kalimat ini. Kalimat yang 
sepintas aneh namun memiliki sentakan hati yang menusuk kegelapan dunia, 
sekaligus membangunkan kelelapan hamba. Kalimat sederhana, tetapi merupakan 
simpul dari seluruh perjalanan Mi'raj Kaum Sufi di seluruh dunia, pengetahuan 
sekaligus hikmah terdalam, dan akhir sebuah perjalanan. Mencintai Allah dan 
mencintai Rasul SAW-Nya, mengetahui haknya sebagai hamba dan haknya terhadap 
sesama hamba.


 Menemui Allah itu tidak akan pernah tergapai manakala sang hamba tidak pernah 
mencintai Rasul SAW-Nya. Mencintai Rasul SAW kelak secara otomatis mengikuti 
jejak-jejak sang Rasul SAW. Ketika seorang hamba menempuh perjalanan amal dan 
menggapai derajat luhur: bahwa semua itu merupakan penjejakan dalam Islam, 
suatu orientasi semata menuju kepada Allah SWT.


 Dalam suatu ayat Al-Qur'an dijelaskan:
 Katakanlah, apabila orangtuamu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu 
dan keluargamu, dan harta-harta yang kamu berusaha meraih keuntungannya, serta 
perdagangan yang kamu takutkan akan kebangkrutannya dan tempat-tempat tinggal 
yang kamu senangi, ternyata lebih kamu cintai dibandingkan mencintai Allah dan 
Rasul SAW-Nya serta jihad di jalan-Nya, maka tunggulah, sampai Allah 
mendatangkan Keputusan-Nya. Dan Allah tidak akan memberi petunjuk kepada 
orang-orang yang fasik.(at-Taubah : 25)


 Cinta atau mahabbah ternyata menempati posisi luhur dalam kehidupan beragama. 
Banyak orang menyangka, apa yang dilakukan selama ini sudah menempati posisi 
cinta itu, padahal ia sekedar menjalankan suatu perintah belaka, tanpa 
penghayatan rasa cinta sampai ke dalam batin, rasa cinta yang menyentuh ruh dan 
lubuk kalbunya.
  Betapa dahsyatnya cinta kepada Allah dan Rasul SAW-Nya ini, sampai Allah 
memperingatkan dengan berbagai versi dalam ayat Al Qur'an maupun Hadits Rasul 
SAW dalam riwayat Al Bukhari dan Abdullah bin Hisyam dijelaskan.
 Kami bersama Rasulullah SAW. Ketika itu Rasulullah SAW sedang memegang tangan 
Umar bin Al Khatab, lalu Umar berkata, Wahai Rasulullah SAW engkau adalah 
orang yang paling kucintai dibanding segalanya selain diriku. Lalu Rasulullah 
SAW balik  menjawab, Tak seorang pun beriman secara sempurna sampai aku lebih 
dicintai dibanding dirinya sendiri. Umar kembali menegaskan, Engkau sekarang, 
lebih kucintai dibanding diriku sendiri. Lalu Rasulullah SAW bersabda, 
Sekarang begitu wahai Umar.


  Dalam hadits lain yang dikeluarkan oleh Imam Muslim disebutkan, Nabi SAW 
bersabda, Apabila Allah Azza wa Jalla mencintai seorang hamba, Dia berfirman 
kepada Jibril. Wahai Jibril Aku mencintai seseorang, maka cintailah dia. 
Lantas Jibril mengumumkan kepada seluruh penghuni langit, Sesungguhnya Allah 
Ta'ala benar-benar mencintai seorang hamba maka hendaknya kalian mencintainya. 
Lalu penghuni langitpun mencintai hamba itu, dan hamba itu pun diterima oleh 
manusia di muka bumidst.


 Dalam konsep Sufi, mahabbah atau cinta menempati posisi ruhani yang luhur dan 
mulia. Menurut Abul Qasim al-Qusyairy dalam kitabnya Ar Risalah al-Qusyairiyah, 
Allah menyaksikan sang hamba melalui cinta itu dan Allah mempermaklumkan 
cinta-Nya itu kepada hamba tersebut. Maka Allah SWT disifati sebagai sang 
Pecinta kepada hamba dan begitu pula si hamba disifati sebagai pencinta kepada 
Allah SWT.


  Itu berarti bahwa cinta Allah kepada hambaNya itu adalah semata Kehendak-Nya 
agar ada pelimpahan Kasih Sayang kepada sang hamba sebagaimana dengan 
rahmat-Nya ketika melimpahkan nikmat-Nya kepada hamba.


  Jadi Mahabbah atau cintai memiliki nuansa khusus dibanding Rahmat. Sementara 
Rahmat tersebut lebih sebagai merupakan pelimpahan-pelimpahan nikmat secara 
umum. Secara khusus Allah melimpahkan nikmat kepada hamba-Nya dalam gairah 
ruhani sang hamba, yang kemudian disebut cinta atau mahabbah.


 Pengalaman Sufi


 Para sufi seringkali menyebutkan mahabbah atau cinta. Hampir seluruh puja dan 
puji para Sufi mendendangkan keharuan cinta dan kedahsyatan rindunya. Pecinta 
agung sepanjang zaman Rabi'ah Adawiyah misalnya, telah mampu mencapai tingkat 
cinta tertinggi dan dengan cinta itu pula Rabi'ah mendapatkan tempat mulia di 
sisi Allah SWT. Seluruh istana sufi, hampir-hampir dipenuhi ornamen-oprnamen 
kecintaan kepada Sang Kekasih hingga pada tahap tertentu sang hamba seakan-akan 
menyatu dengan Kekasih-Nya.


 Sejumlah pengalaman cinta para sufi begitu kuat terdefinisi dalam 
simpul-simpul berikut:

   Cinta  berarti kecenderungan pesona sang kekasih dengan penuh kebimbangan  
hati.

   Cinta  adalah mengutamakan kekasihnya di atas 

[daarut-tauhiid] Ternyata...

2008-03-05 Terurut Topik firliana putri
Ternyata ...

Coba Anda amati, dalam pergaulan sehari-hari di
manapun kita berada, sering tanpa sadar ada satu topik
pembicaraan (baik yang menyangkut diri masing-masing
pembicara maupun orang yang berada di luar pembicara
yaitu sebagai obyek pembicaraan) mengenai kesuksesan
hidup yang telah dicapai.

Kesuksesan hidup yang saya maksudkan dalam
pembicaraan-pembicaraan yang terjadi biasanya berkisar
pada : seberapa tinggi karir/jabatan/kedudukan yang
dikuasai saat ini, seberapa banyak dan mahal merek dan
tipe mobil yang dimiliki, seberapa bagus dan megah
rumah yang dimiliki, seberapa mahal dan beken tempat
bersekolah anak-anaknya serta seberapa-seberapa yang
lain. Itulah yang biasanya diasosiasikan sebagai
kesuksesan. #8220;Wah... hebat ya si Fulan sekarang
mobilnya dah ganti Alphard#8221;, #8220;Si Fulanah
sekarang karir suaminya moncer lho, diangkat jadi
kepala cabang#8221;, #8220;Enak ya Dia, bonus
tahunannya belasan juta#8221; dan sebagainya. 

Apakah hal tersebut salah ? Saya tidak dalam kapasitas
menghakimi salah dan benar, tetapi hanya ingin berbagi
perasaan dan sikap hati kita dalam menghadapi situasi
pembicaraan yang seperti itu dalam pergaulan kita
sehari-hari.

Keinginan 

Kalau mendengar sesuatu yang sepertinya nyaman, enak
dan mudah yang belum pernah kita rasakan dan miliki,
biasanya kita pasti ingin juga merasakan yang seperti
itu. Menurut saya keinginan itu boleh-boleh saja,
asalkan :

a. Keinginan tersebut harus segera dipotong agar tidak
menjadi khayalan yang menyebabkan kita panjang
angan-angan, sebab situasi yang kita inginkan tersebut
juga tentu ada cobaan di dalamnya yang kita tidak
tahu. Kata orang-orang tua jaman dulu : Urip kuwi
sawang-sinawang, orang lain yang kelihatannya enak
belum tentu demikian, ada masalahnya juga.

b. Keinginan tersebut jangan sampai menyebabkan kita
berkeluh kesah / ngresulo / tidak ridho atas situasi
dan kondisi yang saat ini kita jalani. Karena
bagaimanapun apa yang kita terima dan jalani saat ini
adalah yang terbaik bagi kita yang Allah berikan.
Bukankah setiap detik kehidupan kita adalah
pemberianNya yang harusnya kita syukuri ? Bukankah
rasa syukur kita merupakan wadah untuk menerima nikmat
yang lebih besar dariNya ? Jangan melihat ke atas,
tapi lihatlah ke bawah. Masih banyak saudara-saudara
kita yang hidup jauh di bawah kelayakan.

c. Keinginan tersebut bisa kita jadikan cita-cita yang
harus diiringi juga dengan ikhtiar dalam arti harus
kita siapkan strategi dan tahapan pencapiannya dengan
tidak lupa hati kita berserah kepadaNya. Boleh jadi
keinginan yang menjadi cita-cita tersebut merupakan
pertanda bahwa Allah memang akan menganugerahi kita
sesuai yang kita cita-citakan.

Ternyata

Ini rahasia lho jangan bilang siapa-siapa,
orang-orang yang mencapai kesuksesan hidup sebagaimana
yang sering diperbincangkan orang, umpama dari
kalangan militer dia itu jendral, panglima lagi,
umpama dari kalangan pengusaha, dia itu top bangetlah
pokoknya, omsetnya per bulan triliunan rupiah, umpama
dari kalangan trainer, dia itu trainer kelas atas yang
alumni pelatihannya sudah mencapai puluhan ribu orang,
umpama dari kalangan artis sinetron, dia itu tarif per
episodenya mencapai puluhan juta rupiah atau juga dari
kalangan lain yang dianggap sukses dan menjadi standar
kemewahan hidup bagi banyak orang, ternyata akhirnya
mati juga. Jatah ruang dan waktu baginya habis di
dunia ini.

Ternyata... hidup itu menunggu mati.

Ternyata... mati itu berarti kembali, kembali kepada
yang memiliki.

Ternyata... yang memiliki itu Allah.

Ternyata... masa depan kita dan masa depan hidup ini
adalah Allah

Ternyata... cita-cita kita salah jika bukan Allah.

Ternyata... semuanya sia-sia jika tidak dengan Allah.

Ternyata... semuanya sia-sia jika tidak bersama Allah.

Ternyata... semuanya sia-sia jika tidak untuk Allah.

Ternyata... Allah itu sangat sayang pada kita.

Ternyata... Allah sudah siapkan segalanya bagi kita.

Ternyata... Allah saja yang ada yang lain tidak ada
#8211; subhanallah.

Ternyata... Allah juga di balik semua yang ada #8211;
alhamdulillah.

Ternyata... habis sudah kita dihadapanNya.



Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com 


[daarut-tauhiid] Dawuh

2008-02-26 Terurut Topik firliana putri
 Dawuh Syekh Sholahuddin


 Saat itu hari Minggu Legi, tanggal 24 April 2005, bertepatan dengan tanggal 15 
Rabiul Awal 1426 H, Syekh Sholahuddin memberikan wejangan dalam bahasa. Dua hal 
utama yang aku ingat dalam wejangan Beliau adalah :


  1. Dzikir yang diajarkan agar dilakukan secara kontinyu sampai nanti yang 
diingat adalah Allah terus. Sehingga ketika menyadari adanya matahari, maka itu 
sesungguhnya dari Allah juga. Demikian juga dengan hal yang lain.


  2. Beliau mengatakan, “Ojo ngelokno wong liyo. Ngelem iku yo termasuk 
ngelokno”. Kalau pada poin pertama di atas, aku bisa mencernanya, tetapi untuk 
yang kedua ini aku perlu waktu agak lama untuk memahaminya. Tidak boleh 
mencela, tetapi memuji pun termasuk mencela. Wah bagaimana ya penjelasannya. 
Ternyata setelah aku renungkan, dengan pemahamanku yang sempit ini, kira-kira 
penjelasannya seperti ini :


  a. Tidak boleh mencela karena diri kita pun masih jauh dari sempurna, berarti 
mencela orang lain mengandung potensi kesombongan diri, merasa diri kita lebih 
baik dari yang kita cela. Padahal apa yang kita anggap baik pada diri kita dan 
apa yang kita anggap buruk pada diri orang lain pada hakikatnya Allah juga yang 
menggerakkan, berarti mencela suatu keburukan sama dengan mencela Allah juga. 
Nah !!!


  b. Kalau alhamdulillah berarti segala puji bagi Allah, segalanya kembali 
kepada Allah, berarti celaan juga kembali kepada Allah. Mencela Allah lagi !!!


  c. Lalu kenapa memuji juga berarti mencela ? Karena hakikinya di saat kita 
memuji seseorang atau sesuatu berarti saat itu juga ada yang kita rendahkan 
kita cela secara berkebalikan dari pujian yang kita lontarkan. Kembali ke poin 
a dan b lagi ternyata.


  d. Dzikir yang diajarkan bertalian kuat dalam upaya latihan menata hati agar 
hati bisa mandiri, bebas merdeka dari tarikan hawa nafsu sehingga harus dilatih 
juga untuk tidak mencela atau memuji. Contoh sederhana : sebagai seorang 
laki-laki, siapa sih yang tidak suka kalau melihat perempuan yang cantik ? Tapi 
sesungguhnya cantik atau tidak hanyalah mata yang menikmati, sehingga adanya 
perbedaan cantik dan tidak hanyalah ekspresi dari hawa nafsunya mata. Hati 
mestinya tidak memerlukan cantik atau tidak cantik. Hati harusnya memandang 
yang ada dibalik kecantikan atau ketidakcantikan itu, yaitu Allah.


 Kesimpulannya, menurutku Beliau sedang mengajarkan bagaiman hati harus 
bersikap, yaitu yang ada di hati harusnya hanya Allah. Sehingga apa pun yang 
kita lihat, apa pun yang kita rasakan harus haqqul yaqin dari Allah semua. Jadi 
hati tetap biasa, diam dan tenang. Hati yang ridho menerima apapun juga.



 Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com

[Non-text portions of this message have been removed]



[daarut-tauhiid] Takkan Teraih Surga

2008-02-20 Terurut Topik firliana putri
  Takkan Teraih Surga

 Dua hari lalu ada salah satu teman yang membaca buletin bulanan yang 
diterbitkan salah satu yayasan di Surabaya dimana dia menyalurkan salah satu 
infaq bulanannya. Pada salah satu rubrik dalam buletin itu dinukilkan sebuah 
hadits :
 Dari Aisyiyah ra, Rasulullah saw bersabda, Tingkatkanlah amalmu dengan baik, 
atau lebih dekatlah kepada kebaikan dan bergembiralah, karena amal seseorang 
tiada dapat memasukkannya ke surga. Tanya para sahabat, Amal Anda juga 
begitu, ya Rasulullah ?”, jawab Rasulullah, Amalku juga begitu. Tetapi Allah 
melimpahiku dengan rahmat-Nya. Dan ketahuilah, bahwa amal yang paling disukai 
Allah ialah amal yang dikerjakan secara terus ­menerus walaupun sedikit. (HR. 
Bukhari, Muslim dan Nasa'i).
 Temanku itu mempertanyakan tentang : amal seseorang tiada dapat memasukkannya 
ke surga, dianggapnya hal tersebut salah ketik. Mungkin dalam benaknya muncul 
pertanyaan kenapa harus beramal kalau amal tersebut tidak dapat memasukkan kita 
ke dalam surga ?
  Alhamdulillah dari pengajian-pengajian yang kuikuti terutama bimbingan dari 
Syekh Luqman aku memahami hadits tersebut yang tentu saja pemahamanku masih 
sangat-sangat terbatas, kira-kira demikian :


  1. Tingkatkanlah amalmu dengan baik, atau lebih dekatlah kepada kebaikan dan 
bergembiralah
 Derajad tertinggi dalam kehidupan ini adalah menjadi hambanya Allah bukan 
hambanya dari selain Allah. Sebagai hamba, wajibnya kita melaksanakan seluruh 
kehendakNya. PerintahNya dalam hadits tersebut di atas adalah meningkatkan 
amal, mendekat kepada kebaikan dan bergembira. Meningkatkan amal dengan baik, 
menurut pemahamanku pokoknya hidup yang kita jalani ini harus kita niatkan 
sebagai amal sholih dan kita tingkatkan terus kualitas keikhlasannya. Allah 
memerintahkan kita beramal sholih, ya sudah, jalankan saja lillahi ta’ala. 
Masalah ganjaran-fadillah-manfaat-pahala yang dijanjikan Allah, engga usah 
direken, tidak usah dihiraukan. Bukankah sudah dijanjikan ? Sedangkan Allah 
Maha Menepati Janji, ya sudah, tidak usah dihitung-hitung pasti diberi. 
Pokoknya jalankan saja perintahNya titik. “Kesungguhanmu mengejar apa yang 
sudah dijamin oleh Allah dan kelalaianmu melaksanakan apa yang dituntut darimu, 
adalah bukti rabunnya mata batinmu”. (al-Hikam, Ibnu ‘Athâillâh As-Sakandarî).
 [Syekh Luqman pernah memberikan contoh di antaranya : shalat sunnah dua rakaat 
lebih afdhol dari surga, karena yang dituntut oleh Allah adalah shalatnya, 
sedangkan surga adalah yang dijamin oleh Allah; ikhtiar itu lebih afdhol dari 
hasil ikhtiar; berdoa lebih afdhol dari ijabah doa itu sendiri] Lebih dekat 
kepada kebaikan, awal kebaikan itu adalah mengingat Allah, merasakan 
kehadiranNya atau merasakan Allah selalu hadir dalam kehidupan kita yang akan 
membawa kita selalu menjaga adab atau sopan santun kita dihadapanNya sehingga 
yang keluar dari diri kita ini yang baik-baik saja, sehingga misalnya kalau mau 
berbuat tidak baik pasti tidak jadi karena malu sama Allah, kan Allah selalu 
hadir dalam setiap gerak-gerik hati kita. Jadi, lebih dekat kepada kebaikan 
mungkin maksudnya adalah bahwa kita harus mengupayakan, mengkondisikan agar 
kita selalu ingat Allah. Harus kita jaga apa yang menjadi konsumsi indera kita 
dan harus kita jaga lingkungan pergaulan kita agar semuanya
 kondusif dalam mendukung pertumbuhan spiritual kita, lebih yaqin, semakin 
yaqin, wis poko-e yuakin puo, haqqul yaqin. Kita pasti tahu takaran iman 
kita masing-masing, karena itu jangan menantang, kalau iman kita cuman 
biasa-biasa saja seperti daku, ya jangan coba-coba masuk di lingkungan yang 
dekat dengan kemaksiatan, biasanya pasti kejebur. “Jangan berkawan dengan orang 
yang keadaannya tidak membangkitkan semangatmu dan pembicaraannya tidak 
membimbingmu ke jalan Allah. Boleh jadi engkau berbuat buruk tetapi tampak 
olehmu sebagai kebaikan, lantaran engkau berkawan dengan orang yang tingkah 
lakunya lebih buruk darimu”. (al-Hikam, Ibnu ‘Athâillâh As-Sakandarî). 
Bergembiralah, kenapa kok harus bergembira ? Ya karena siapa saja yang sudah 
bisa melaksanakan dua perintah sebelumnya, yaitu meningkatkan amal sholih 
dengan baik dan lebih mendekat kepada kebaikan, berarti itu merupakan 
tanda-tanda bahwa Allah ridho kepadanya. “Janganlah ketaatanmu membuatmu 
gembira lantaran
 engkau mampu melaksanakannya, tetapi bergembiralah lantaran ketaatan itu 
merupakan karunia Allah kepadamu”. (al-Hikam, Ibnu ‘Athâillâh As-Sakandarî). 
Q.S. Yunus [10]:58 : “Katakanlah, dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah 
dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik 
dari apa yang mereka kumpulkan. Karena itu dalam hadits tersebut diatas, 
selanjutnya dikatakan oleh Rasulullah saw :


  2. Amal seseorang tiada dapat memasukkannya ke surga
 Dalam proses apa pun pasti ada yang tersisa menjadi sampah, menjadi polutan. 
Inilah sunatullah bahwa dalam suatu proses, takdirnya ada yang menjadi inti dan 
ada yang menjadi sampah. Contoh sederhana adalah 

[daarut-tauhiid] Kumohon kelembutan-Mu Yaa Allah

2008-02-19 Terurut Topik firliana putri
 Kumohon kelembutan-Mu Yaa Allah


 Pagi tadi sekitar jam 08.30, aku melihat peristiwa yang memilukan hati. Aku 
merasakan betul apa yang sedang dialami oleh seorang Bapak penjual kue-kue 
basah. Dia yang sejak pagi berangkat dari rumah dengan niat berusaha menafkahi 
keluarga harus mengalami insiden yang mungkin berat baginya. Dengan sepeda 
jengki tuanya, diikatkannya dua lapis tenong (tempat kue) persegi empat di 
bagian belakang sepedanya. Diisinya tenong itu dengan bermacam kue basah 
seperti lumpia, risoles, lapis, lumpur dan sejenisnya. Dijajakannya kue-kue itu 
di sepanjang jalan yang dilalui, keluar masuk di berbagai perkantoran dengan 
mengharap keuntungan yang bisa dibawa pulang untuk keluarga tercinta di mana 
dia sebagai tulang punggungnya.


 Ah... tetapi entah kenapa, pagi ini dia harus mengalami suatu kecelakaan. 
Mungkin karena keteledorannya atau mungkin juga karena keangkuhan para pemakai 
jalan yang semena-mena. Ketika dia menyeberang dari arah Timur ke Barat dengan 
menuntun sepedanya di jalan Basuki Rahmat, ada satu kendaraan yang melanggarnya 
sehinga sepedanya terguling, velg rodanya bengkok dan tenong tempat kue terbuka 
menyebarkan isinya tak tentu arah.


 Hari masih pagi, pelanggan pun mungkin masih menanti, tapi apa daya diri jika 
memang telah terjadi. Dari jauh terlihat wajah cemasnya, terdengar degup 
jantungnya dan tergambar ruwet pikirnya. Semoga Engkau mudahkan baginya Yaa 
Allah.


 Itulah cermin kehidupan. Pada segala sesuatu semestinya aku bisa bercermin. 
Kejadian itu juga merupakan cermin yang memantulkan bayangang diri, tentang 
diriku yang masih jauh dari syukur, jauh dari sabar dan jauh dari ridho. Dalam 
skala dunia, sungguh masih sangat beruntung diriku yang tidak harus mengayuh 
pedal sepeda dalam bekerja, yang tidak usah berharap-harap cemas berapa jumlah 
uang yang bisa kubawa pulang dan yang tidak usah seharian berada di jalanan 
yang panas, berdebu dan penuh asap. Tetapi dalam skala akhirat mungkin dia jauh 
lebih mulia dari diriku. Bisa jadi keyakinannya tentang Allah telah menancap 
demikian kuat dalam hatinya hingga tak pernah diresahkannya tentang rejekinya, 
tak pernah diturutinya lelahnya badan dalam bekerja sebagai penggugur dosa dan 
tak pernah dikeluhkannya berbagai kesulitan yang dihadapinya.


 Sungguh banyak di sana, para tulang punggung keluarga terutama kaum laki-laki 
yang menghadapi situasi sulit dalam pekerjaannya telah kehilangan kelembutan 
kepada keluarga. Kondisi pekerjaan yang penuh tekanan, kelelahan fisik dalam 
menuntaskan pekerjaan dan beratnya tanggung jawab yang dipikul dalam pekerjaan, 
sering menjadi alasan pembenar hilangnya kelembutan bagi keluarga, sering 
menjadikan mereka menuntut lebih dari keluarga dan lebih mudah dalam mengumbar 
amarah. “Papa ini capek pulang kerja !!!”, “Papa ini kerja buat kalian !!!” dan 
sebagainya. Kalau memang tidak mau capek karena bekerja untuk menafkahi 
keluarga, kenapa harus berkeluarga ? Kenapa anak di rumah menjadi sasaran 
kemarahan dan kenapa pula istri di rumah jadi sasaran cercaan ?


 Karenanya Yaa Allah anugerahkanlah kelembutanMu kepada kami semua, kepada para 
Ayah yang bertanggung jawab menafkahi keluarga, kepada para Ibu yang jihadnya 
mengurus keluarga, kepada para Guru yang mendidik muridnya, kepada para BOS 
yang memperkerjakan karyawannya, kepada para Pimpinan yang menggembalakan anak 
buahnya, agar situasi sesulit apa pun yang harus kami hadapi tetap dapat kami 
sikapi dengan kelembutan hati, agar kami selalu sabar, syukur dan ridho. Aamiin.



 Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com

[Non-text portions of this message have been removed]



[daarut-tauhiid] Mulut dan Perut

2008-01-18 Terurut Topik firliana putri
 Mulut dan Perut ...
  Mulut dan perut merupakan bagian tubuh berongga yang di antara sekian banyak 
organ tubuh yang terdapat di dalamnya di antaranya adalah terorganisir dalam 
suatu sistem pencernaan. Tetapi dalam hal ini yang ingin saya bahas adalah 
dalam bahasa umum yaitu mulut dan perut. Di mana di dalam mulut terdapat satu 
indra pengecap rasa yaitu lidah, start pertama makanan yang masuk ke dalam 
sistem pencernaan.
  Dari perenungan saya menemukan ada ilmu sejati di antara mulut dan perut, 
yaitu ilmu tentang memilih agar tidak terjebak memilih yang ilusi dengan 
mengesampingkan yang sejati.
 Dalam proses makan atau minum, mulut merupakan gerbang pertama yang menerima 
makanan atau minuman. Di dalam mulut, makanan atau minuman tersebut yang utama 
pasti akan dirasakan oleh lidah dalam hal rasa (manis, pahit, asin, masam), 
tekstur (keras, lunak, serat) dan suhu (biasa, panas, dingin). Sedangkan perut 
yang terdiri dari sekian banyak organ tubuh yang mendukung sistem pencernaan, 
langsung mencerna begitu saja makanan atau minuman yang masuk melalui mulut, 
diproses hingga keluar produk inti yang didistribusikan ke seluruh organ sesuai 
alokasi kebutuhannya dan sisanya dikeluarkan dari tubuh berupa ampas baik padat 
maupun cair.
 Misalkan kita makan bakso, setelah itu minum es kelapa muda atau es campur, 
kira-kira pas ya ? Tentu enak kan ? Mak nyus gitu lho ! Apalagi kalau 
ditraktir, wuih... tuambah suiiip ! Perut menerima bakso terus ditambah es 
kelapa muda atau es campur, diproses langsung secara bersama-sama. Di dalam 
perut bakso bercampur dengan es degan. Perutnya protes atau tidak ? Pasti tidak 
kan ? Nah sekarang kira-kira bagaimana kalau percampuran antara bakso dan es 
degan kita awali sebelum masuk perut, kita campur dalam satu mangkok terus kita 
masukkan mulut, bukankah di dalam perut kondisinya juga seperti itu ? Mulutnya 
protes atau tidak ? Ya iyalah protes, gak enak yo rasane !
 Oo kalau begitu berarti mulut merupakan representasi dari hawa nafsu, 
sedangkan perut merupakan representasi dari qalbu kita, karena mulut masih 
membedakan terutama dalam hal rasa (terbukti kalau kita makan terasa enak, bisa 
habis banyak, walau kenyang tetapi masih ingin menambah, sebaliknya kalau 
merasa tidak enak, kita makan hanya sedikit malah terkadang tidak habis) 
sedangkan perut tidak membedakan apa yang masuk di dalamnya (yang penting bagi 
perut sebenarnya yang masuk haruslah bermanfaat dan dalam kadar yang 
secukupnya, sehingga sisa/residu dari proses pencernaan tidak terlalu banyak). 
Qalbu tidak pernah membedakan makanan itu enak atau tidak berlawanan dengan 
hawa nafsunya lidah, qalbu tidak pernah membedakan seseorang itu cantik atau 
ganteng seperti hawa nafsunya mata yang membedakan, qalbu tidak pernah 
membedakan suatu nada harmoni atau tidak sebagaimana hawa nafsunya telinga yang 
membedakan harmonisasi nada dan seterusnya.
 [Q.S. Al A’raaf (07) : 31] : ... makan dan minumlah, dan janganlah 
berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang 
berlebih-lebihan.
  Memang salah satu karakter hawa nafsu adalah kecenderungan untuk 
berlebih-lebihan. Lihat saja saat ini, melalui berbagai media, gaya hidup 
selalu dipertontonkan setiap harinya, dijual dan dijadikan impian. Gaya hidup 
sudah menjadi komoditas yang laris manis di pasar dunia. Maka tak pelak siapa 
saja yang terhipnotis olehnya pasti menjadikannya sebagai sebuah obsesi dalam 
hidupnya yang berusaha untuk dipenuhi walau pun sebenarnya tidak perlu. Hanya 
mengejar bayang-bayang semu yang menipu, hanya untuk membentuk citra diri yang 
sebenarnya merugi, hanya untuk memenuhi ambisi yang pasti akan menjadi tragedi
 [Q.S. Muhammad (47) : 36] : Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan 
dan senda gurau. Dan jika kamu beriman dan bertakwa, Allah akan memberikan 
pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu.
 Satu contoh sederhana tentang gaya hidup adalah fenomena handphone yang saat 
ini bukan barang mewah lagi karena produsen sudah memasok untuk berbagai 
segmentasi pasar. Teknologi dan model handphone dalam hitungan bulan selalu ada 
perputaran, selalu keluar yang baru. Apalagi saat ini sudah menginjak teknologi 
komunikasi 3G [teknologi komunikasi yang memiliki kemampuan : memiliki 
kecepatan transfer data cepat (144kbps-2Mbps) sehingga dapat melayani layanan 
data broadband seperti internet, video on demand, music on demand, games on 
demand, dan on demand lain yang memungkinkan kita dapat memilih program musik, 
video, atau game semudah memilih channel di TV. Kecepatan setinggi itu juga 
mampu melayani video conference dan video streaming lainnya], handphone 
berbasis 3G pun sudah banyak tersedia di pasar, hanya sayangnya bagi mereka 
yang hanya latah mengejar gaya hidup, pasti langsung beli tanpa tahu apa itu 
3G, bagaimana aplikasi pemakaiannya dan seberapa mahal pulsanya. Beli
 handphone 3G tapi ternyata cuma dipakai ngomong sama sms saja, sungguh kasihan 
! Anak sekolahan 

[daarut-tauhiid] Mursyid Kamil Mukammil

2008-01-14 Terurut Topik firliana putri
 Mursyid Kamil Mukammil


 Mursyid kamil mukammil adalah seorang mursyid yang sudah sempurna dalam 
wushulnya kepada Allah dan dapat menyempurnakan muridnya untuk juga wushul 
kepada Allah. Mursyid kamil mukammil pastilah seorang waliyullah, tetapi 
sebaliknya, seorang waliyullah belum tentu seorang mursyid. Karena seoarang 
mursyid mempunyai otoritas mematrikan/menghunjamkan dzikir ke dalam qolbu 
seorang murid untuk mensucikan qolbunya dan sebagai biji iman yang siap 
dicangkul, dipupuk, dirawat, disirami sampai tumbuh dan berkembang yang 
akhirnya akan berbuah manisnya iman.


 Dengan biji iman yang ditanamkan ke dalam qolbu yang telah disucikan oleh 
mursyid kamil mukammil dan diiringi dengan ketekunan, keistiqomahan seorang 
murid dalam menjalankan petunjuk mursyid, insya Allah akan terjadi perubahan 
secara simultan dalam diri seorang murid menuju kemerdekaan yang hakiki yaitu 
bebas dari segala belenggu penghambaan/perbudakan kepada dan terhadap apapun 
kecuali hanya kepada ALLAH.


 Mursyid akan senantiasa mendoakan, membimbing, mengingatkan, mengarahkan, 
menata perjalan murid menuju Allah yang sungguh sangat banyak tipu dayanya.






 Wali Mursyid Itu Perlu


 Seorang saudaraku bertanya:


 APAKAH ADA PERADABAN YG LEBIH BAIK DARI ISLAM? TIDAK!!


 Hmm..kadang aku berpikir, apa kunci Rasulullah hingga mampu membangun satu 
peradaban baru hanya dalam waktu 23 tahun...?


 Barangkali kuncinya seperti tergambar dalam surat al-Jum'ah / 67:2. Beliau 
menjalankan tiga tugas utama:


  1. Tilawah, membacakan ayat-ayat Allah. Memperkenalkan kepada orang-orang 
tentang adanya petunjuk 'langit', dan meyakinkan mereka tentang kebanaran 
ayat-ayat 'langit' itu.
  2. Tazkiyah, mensucikan jiwa pengikutnya. Tanpa kesucian jiwa maka makna 
ayat-ayat yang dibacakan tak akan terpahami dengan baik, tak juga ayat-ayat itu 
terasakan sebagai penggerak yang memotivasi orang untuk mengamalkannya.
  3. Taklim, mengajarkan ketentuan-ketentuan Allah (hukum, kitab) juga tujuan 
dan manfaat dari ketentuan-ketentuan tersebut (hikmah).


 Sekarang ini fungsi tilawah telah banyak tergantikan oleh berbagai media. 
Kalau dulu hanya dibacakan oleh orang, sekarang ayat-ayat telah dibukukan, 
dikasetkan, di-CD/ VCD-kan, didigitalkan. Orang dapat mengaksesnya secara 
langsung. Untuk membacanya pun sudah banyak tersedia kursus-kursus yang dapat 
melatihkannya dengan berbagai metode yang sangat cepat.


 Fungsi taklim masih berjalan terus, bahkan makin banyak ustadz yang memimpin 
majlis-majlis taklim, baik langsung maupun menggunakan fasilitas distance 
learning melalui radio/tv dan internet.


 Yang jadi masalah adalah fungsi tazkiyah. Rasulullah s.a.w. mentazkiyah jiwa 
para sahabat sebelum mentaklim mereka. Jiwa para sahabat sudah tersucikan lebih 
dulu sebelum mendapatkan taklim. Tapi siapa yang mentazkiyah diri kita saat 
ini? Untuk tilawah kita dapat menggunakan berbagai multi media ayat yang banyak 
tersebar dengan harga murah. Untuk taklim kita dapat mendatangi majlis taklim, 
halaqah, liqa', dan mabit; menjumpai para ustadz dan murabbi. Tapi semua itu 
kita lakukan dengan qalbu yang kotor karena tidak mengalami tazkiyah lebih dulu.


 Adakah para ustadz/kyai itu dapat mentazkiyah jiwa kita. Apakah para murabbi 
kita juga sudah tersucikan jiwanya sehingga mampu mentazkiyah kita? Kadang kita 
katakan, tak perlu tazkiyah secara formal, lakukan saja ibadah-ibadah yang ada 
dengan ikhlas dan tekun, nanti jiwa akan tertazkiyah sendiri. Betulkah? 
Bagaimana kita dapat ikhlas kalau belum tazkiyah. Bagaimana akan termotivasi 
dan tekun beribadah kalau masih banyak kototan jiwa? Jadi berputar-putar dong, 
untuk tazkiyah perlu ibadah, tapi untuk ikhlas dan tekun ibadah diperlukan 
tazkiyah lebih dulu...


 Kita katakan tak perlu ada tazkiyah secara formal, juga tak perlu ada orang 
yang mentazkiyah kita, karena kita memang belum mengetahui pentingnya dua hal 
itu. Rasulullah s.a.w. mendapatkan tilawah, tazkiyah, dan taklim dari malaikat 
Jibril. Para sahabat mendapatkannya dari Rasul s.a.w. Para tabi'in dari para 
sahabat... begitu seterusnya. Tapi lagi-lagi, siapa yang mentazkiyah kita saat 
ini? Kadang kita terlalu arogan dengan mengatakan tak perlu tazkiyah dan orang 
yang mentazkiyah, karena hubungan kita dengan Allh SWT bersifat langsung dan 
individual, tak memerlukan perantara. Tapi betulkah kita, dengan segala 
kekotoran kita dapat terhubung langsung dengan Allah? Bukankah Rasulullah 
s.a.w. sebelum mikraj pun ditazkiyah dulu qalbunya oleh Jibril?


 Masukilah rumah lewat pintunya. Pelajarilah agama melalui sumbernya. Seraplah 
cahaya ilahiah melalui salurannya. Mursyid itu perlu... Kita gak kan pandai 
tanpa guru (bukankah dikatakan, siapa yang belajar tanpa guru maka gurunya 
adalah setan...).
 Jiwa tak kan terbersihkan tanpa ada yang men-tazkiyah-nya.


 Tentu jangan sembarang orang kita jadikan mursyid. Bagaimana ia akan 
men-tazkiyah diri kita kalau dia pun belum tersucikan jiwanya. Carilah mursyid 
yang berkualifikasi 

[daarut-tauhiid] Tuhan Tidak Murka

2008-01-13 Terurut Topik firliana putri
   Tuhan Tidak Murka


  Kondisi yang akhir-akhir ini menyelimuti negeri kita tercinta Indonesia yang 
bagaimana pun keadaannya tidak bisa kita ingkari bahwa kita lahir di bumi ini, 
makan minum dari hasil bumi ini dan mungkin nanti meninggal juga dikubur di 
bumi ini. Semoga ke depan, dari bumi Indonesia inilah terjadinya kebangkitan 
dan kejayaan Islam yang sebenar-benarnya Islam. Aamiin.


  Seandainya skala waktu kehidupan ini hanya dunia, seandainya hidup kita ini 
sekadar sepanjang jatah usia kita, maka yang rumahnya kena banjir dan longsor 
adalah para koruptor, pengkhianat-pengkhianat amanat rakyat, para pendusta 
masyarakat, serta orang-orang yang keshy;lakuannya menyakiti ’hati’ Tuhan.


  Tapi, tidak demikian yang terjadi. Banyak orang kecil, yang selama ini 
hidupnya sengsara, sekarang disiksa banjir dan diusir longsor. Sebaliknya, 
lebih banyak lagi pencoleng dan penjahat politik ekonomi kenegaraan yang tidak 
tersentuh musibah.


  Untung ada ilmu hikmah dari Allah. Seorang anak fakir dengan susah payah 
bekerja sejak kecil untuk membiayai sekolahnya sendiri, sampai akhirnya bukan 
hanya menjadi sarjana, bahkan sukses jadi doktor. Menjelang hari wisuda 
kedoktorannya sekaligus menshy;jelang hari pernikahannya, Tuhan mengambil 
nyawanya. Keluarganya nangis nggero-nggero, tetapi tangis mereka mungkin segera 
mereda jika telinga rohani mereka mendengar kata-kata Tuhan : Anakmu itu hamba 
teladan di pandangan mata-KU. Ia lulus cumlaude, jadi Indonesia yang kotor 
tidak berhak mengotorinya sedikitpun. Maka, KUshy;ambil ia untuk menjadi salah 
satu kekasih-KU


  Kaya tidak berarti jaya di mata Tuhan atau di skala dunia akhirat. Miskin 
tidak berarti kehinaan. Selamat dari longsor dan banjir tidak sama dengan 
diselamatkan Tuhan. Yang menderita karena banjir justru mungkin sedang ditagih 
utangnya oleh Allah, supaya halal bihalal dengan Tuhan, sehingga kalau mereka 
mengikhlaskan keadaan karena banjir itu, maka karamah dan surga Allah 
menantinya.


  Sementara, yang seakan-akan selamat, oleh Allah justru dibiarkan menumpuk 
utang-utang kepada-Nya. Allah melakukan istidraj, mbombong, nglulu. Maka, 
manusia jengkel; orang yang diharapkan njlungup nang sumur karena pekerjaannya 
nglarani atine wong cilik malah leha-leha dengan jas dan dasinya. Yang 
diharapkan selamat di dunia malah oleh Tuhan diberi ujian untuk membuka derajat 
tinggi di surgashy;Nya kelak.


  Kesimpulannya sederhana. Yang tidak terkena banjir dan langsor jangan GR dan 
takabur. Yang terkena jangan merasa menderita. Jangan sakiti ’hati’ Tuhan 
dengan ngersulo atas kehendak-Nya.


  Tuhan tidak sedang murka kepada kita. Tuhan terlalu besar dan agung untuk 
terganggu oleh pengkhianatan kita.


  Kalau Tuhan murka, alangkah sepelenya kadar kemurkaannya: sekadar banjir, 
longsor, api membakar di sejumlah tempat. Ukuran kesalahan kita semua ini, dari 
sudut akidah dan akhlak di wilayah-wilayah politik ekonomi kebudayaan, sama 
sekali tidak lebih rendah dibanding kedurhakaan kaum Nuh AS yang kemudian 
ditelan oleh air bah raksasa. Jadi, kalau Tuhan murka, Jakarta seluruhnya 
ditelan bumi supaya kaum intelektual berpikir tentang ibu kota baru Indonesia. 
Jawa Timur dilindas air bah merata dan sisanya dihanguskan oleh api supaya 
penduduknya mulai belajar berpikir adil dan rendah hati.


  Penderitaan yang kita alami seminggu terakhir ini sama sekali belum sepadan 
sebagai imbalan bagi kebusukan hati, kepincangan akal, dan kebobrokan moral 
yang kita selenggarakan beramai-ramai beberapa tahun terakhir ini. Itu pun 
siapa yang sungguh-sungguh menderita ?


  Lihatlah ke jalanan, mal-mal, plaza, siaran TV, berita koran... hampir 
semuanya masih senang-senang saja, masih cengengesan dan pencilakan. Maka, 
silakan meneliti sendiri apa sebenarnya yang engkau alami hari-hari ini. Baik 
engkau sebagai individu,engkau sebagai anggota masyarakat, engkau sebagai 
warganegara, engkau sekeluarga, engkau sebagai hamba Allah. Apakah Tuhan sedang 
memberimu peringatan, ujian, ataukah hukuman, atau semua unsur itu ada 
sekaligus dalam pengalaman kita. Syukur kalau engkau diperingatkan, berarti 
masih dishy;sayang dan dibukakan kemungkinan untuk selamat. Silakan teliti 
mana reformasimu ? Sudan empat tahun, ternyata bohong ya. Mana demokrasimu. 
Mana kinerja amanah wakil-wakilmu. Ulangi lagi kutukan-kutukanmu dan sesekali 
ucapkan kepada dirimu sendiri : jangan-jangan kau kandung Suharto di sel-sel. 
darahmu. Jangan-jangan kau bekerja di perusahaan hasil money laundering-nya 
Cendana. Siang hari kau teriak-teriak demo, sambil bawa handphone dan
 fasilitas uang cipratan hasil penjualan senjata internasional yang memerlukan 
pasar konflik di Timur Tengah dan Indonesia Raya dengan kamuflase 
demokratisasi, HAM, dan otonomi daerah.


  Kalau engkau dan para aktivis pahlawan-pahlawanmu itu berteriak : Adili 
Suharto!, Berantas KKN! dan seterusnya, apakah karena engkau berpikir hukum, 
ataukah karena diam-diam engkau menyimpan ucapan, Mestinya aku dong yang 

[daarut-tauhiid] Pegang Kuncinya

2007-12-28 Terurut Topik firliana putri
 Pegang kuncinya, buka pintunya!
  
 
 Mau meningkatkan kualitas diri secara lengkap (lahiriyah-batiniyah, 
material-spiritual, dunia-akhirat) - gampang sekali, pegang kuncinya, buka 
pintunya. Sebagaimana tulisan yang lalu. KUNCINYA ADALAH DZIKIR.
 
 
 Dzikir yang bagaimana ?
 
 
  Dzikir yang diajarkan secara khusus yang mempunyai mata rantai - silsilah - 
otoritas pengajaran dzikir dari Rasulullah SAW.
 
 
  Agama ISLAM secara lengkap terdiri dari 3 pondasi dasar yaitu IMAN, ISLAM dan 
IHSAN, sebagaiman hadits yang mengisahkan ketika Rasulullah Muhammad SAW 
ditest oleh Malaikat Jibril a.s.
 
 
 Dari Umar Al Khattab r.a. berkata: Pada suatu hari ketika kami duduk di 
samping Rasulullah SAW, tiba-tiba muncul seorang lelaki di hadapan kami yang 
pakaiannya terlalu putih dan rambutnya terlalu hitam, tidak terdapat padanya 
tanda-tanda orang yang bermusafir tetapi tidak seorang pun daripada kami 
mengenalinya. Dia mendekati Nabi SAW, dengan duduk menyandarkan lututnya 
bertemu dengan lutut Rasulullah dan kedua tapak tangannya diletakkan ke atas 
kedua paha Rasulullah saw.
 Dan dia terus bertanya: Wahai Muhammad, terangkan padaku mengenai ISLAM.
 Maka Rasulullah SAW bersabda, Islam ialah kamu mengucapkan pengakuan 
(syahadah): dan kamu dirikan sembahyang, dan kamu keluarkan zakat dan kamu 
berpuasa (dalam bulan) Ramadhan dan menunaikan haji di Baitullah jika 
berkemampuan ke sana.Benarlah kamu,. Kata-katanya itu mengherankan kami 
karena dia yang bertanya dan dia juga yang membenarkannya. Dan seterusnya dia 
bertanya lagi, Terangkan padaku mengenai IMAN. Rasulullah bersabda, Bahwa 
kamu beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, Hari 
Akhirat dan ketentuan baik dan buruknya (qadha dan qadar) dari Allah. Benar, 
dia mengakuinya dan bertanya lagi: Terangkan padaku apa itu IHSAN? Rasulullah 
berkata, Ihsan ialah kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, jika 
tidak sesungguhnya Dia sentiasa memperhatikan kamu. Benar, jawab lelaki itu.
 
 
 IMAN nantinya berkembang menjadi displin ilmu Tauhid - ilmu ketuhanan.
 ISLAM nantinya berkembang menjadi displin ilmu Fiqh - tata cara ibadah dan 
muamalah.
 IHSAN nantinya berkembang menjadi disiplin ilmu Tasawuf - manajemen qolbu 
dengan amaliahnya yaitu Thoreqoh.
 
 
 Namun yang terus diajarkan secara terus menerus pada masyarkat umum kebanyakan 
hanya IMAN dan ISLAM, sedangkan IHSAN sering tidak mendapat perhatian secara 
khusus, padahal sesungguhnya IHSAN itulah yang merupakan intisari dalam 
beragama, yaitu bagaimana kita mengenal ALLAH. Karena dengan mengenal ALLAH 
bukan hanya secara teori bahwa Allah itu ada melainkan Haqqul Yaqin akan ALLAH 
- benar-benar merasakan Allah - maka kita akan ridho kalau ALLAH tuhan kita dan 
kitalah hamba. Bila kesadaran itu sudah menyatu dalam diri kita maka kita akan 
dengan ringan menjalankan seluruh yang disyariatkan (ISLAM) bukan karena 
terpaksa atau karena adanya surga ataupun neraka, tetapi karena kita IMAN 
kepada ALLAH. Di situlan manisnya iman dan islam baru dapat kita rasakan.
 
 
 Kembali ke masalah dzikir, karena dzikir sebagi kunci pembuka pintu tersebut 
haruslah yang mempunyai silsilah otoritas pengajaran, maka tidak sembarang 
orang yang bisa mengajarkan dzikir tersebut. Dzikir tersebut harus berfungsi 
sebagai biji iman yang ditanamkan ke dalam tanah qolbu kita dan dapat 
mensucikan qolbu kita sehingga nanti dapat membuahkan akhlaqul karimah.
 
 
  Selama ini sering kita melaksanakan ritual peribadahan, menghadiri pengajian, 
mendengarkan ceramah, mengikuti berbagai pelatihan EQ, SQ, QQ dan sebagainya. 
Tetapi mengapa kita belum berubah juga, semua itu rasanya sebatas teori, jiwa 
kita kering, qolbu kita gersang, mengapa kita belum bisa merasakan ALLAH selalu 
hadir dalam tiap detik kehidupan kita.
 
 
 Masalah utamanya ya itu tadi. Hati kita belum tersucikan, biji iman belum 
benar-benar tertanam.
 
 
 Lalu siapa yang meneruskan Rasulullah melakukan pengajaran tersebut ?
 
 
 Yaitu seorang Mursyid Kamil Mukammil - Guru Ruhani yang Sempurna dan dapat 
Menyempurnakan.
 
 
 
  


[daarut-tauhiid] Ridho

2007-12-19 Terurut Topik firliana putri
 RIDHO = SABAR + SYUKUR
 
 
 
 
 Ridho dan ikhlas sering diasosiasikan semakna, tetapi menurut pemahaman saya 
ada nuansa yang berbeda di antara keduanya, yaitu arah pergerakan hati kita. 
Ridho arah pergerakan hati adalah dari atas ke bawah, yaitu sikap hati kita 
dalam merespon pemberian/ketentuan Allah yang sedang kita alami. Sedangkan 
Ikhlas merupakan pergerakan hati dari bawah ke atas, yaitu sikap hati kita 
dalam mempersembahkan sesuatu kepada Allah.
 
 
 Ikhlas merupakan nuansa hati dalam persembahan hidup kita, persembahan 
amaliyah kita baik secara vertikal maupun horisontal hanya kepada ALLAH - hanya 
kepada ALLAH tidak terbersit sesuatu pun selain ALLAH. Sulit memang. Bahkan 
Allah dalam hadis Qudsi berfirman : Ikhlas adalah rahasia dari rahasiaKu. 
Orang yang bisa IKHLAS (bukan cuma merasa ikhlas atau sok ikhlas, ex. : Aku 
gini ini ikhlas kok!) sungguh luar biasa, karena ikhlasnya tidak ada yang tahu 
amaliyah yang dilakukannya kecuali Allah, sampai malaikat pun tidak bisa 
mencatatnya, syaithon pun tidak bisa mencampurinya. Sesuatu yang sulit, tetapi 
harus senantiasa kita latih. Syaikh Abdul Jalil Mustaqim dari Pondok Pesulukan 
Thoriqot Agung (PETA) Tulungagung memberikan tips praktis untuk melatih ikhlas, 
dalam dawuhnya mengatakan : Biyasakno, kulinakno, pangucapmu podo karo karepe 
atimu (biasakan ucapanmu sama seperti kehendak hatimu). Penjabarannya sebatas 
pemahaman saya yang sempit adalah bahwa kalau hati sudah
 ada kehendak langsung itu juga yang terucap, langsung itu juga yang kita 
tindakkan. Contohnya kalau kita di traffic light, ada anak jalanan yang 
meminta-minta, kemudian dalam hati terbersit keinginan untuk memberi maka 
langsung saja keluarkan, insya Allah itu amal yang ikhlas. Jangan samapi ketika 
ada niatan memberi ada jeda waktu berpikir dengan menimbang-nimbang - ah... itu 
ibunya enak-enakan berteduh, anaknya disuruh ngemis - kalau terjadi seperti itu 
berarti niat hati disabotase oleh pikiran kita sendiri - oleh hawa nafsu kita 
sendiri, yang akhirnya walaupun nantinya kita juga memberi anak jalanan itu, 
tetapi kualitas keikhlasannya tentu jauh berbeda. Wallahu 'alam, semoga Allah 
menggerakkan hati kita untuk selalu ikhlas mempersembahkan hidup kita untuk-NYA.
 
 
 Ridho/rela adalah nuansa hati kita dalam merespon semua pemberian-NYA yang 
setiap saat selalu kita rasakan. Kalau kita bisa ridho, hidup kita jauh dari 
stres-depresi-penyakit psikosomatis. Coba kita hitung-hitung sendiri, dalam 24 
jam berapa kali kita mengeluh, berapa kali kita marah, berapa kali kita kecewa, 
berapa kali kita bad mood, berapa kali pula kita bahagia, berapa kali kita 
gembira, berapa kali kita merasakan syukur. Kenapa suasana hati selalu 
berubah-ubah? Karena kita belum bisa ridho menerima kenyataan hidup yang 
diberikan Allah kepada kita, yang sebenarnya merupakan hasil gerak-gerik kita 
sendiri.
 
 
 Bagaimana bisa ridho ? Harus dengan sabar dan syukur.
 
 
  Enak atau tidak enak kenyataan hidup sebenarnya adalah konsumsi hawa nafsu 
kita, sehingga ada nuansa yang berbeda. Sedangkan bagi hati seharusnya netral 
tidak ada yang enak dan tidak ada pula yang tidak enak. kalau kenyataan hidup 
yang kita alami enak biasanya kita respon dengan syukur, sedangkan bila tidak 
enak kita respon dengan sabar. Padahal semestinya sabar dan syukur sama seperti 
kedua sisi koin yang tidak terpisahkan. Seperti itu pula yang harus kita 
terapkan dalam setiap detik kehidupan kita.
 
 
 Sabar
 Kalau kenyataan hidup yang sedang kita alami tidak enak bagi diri kita, ya 
kita memang harus bersabar tidak usah mengeluh - karena keluhan tidak akan 
mengubah keadaan - harus terus bergerak mencari solusinya. Bukankah secara 
hakiki dengan permasalahan yang kita hadapi tersebut, berarti kita sedang diuji 
oleh Allah, sedang dididik oleh-NYA untuk tahan banting, untuk menggerakkan 
potensi kehidupan yang sudah diakruniakan-NYA dalam mencari solusinya. Namanya 
ujian ya harus sabar. Tetapi harus kita ingat bahwa ujian itu datangnya dari 
Allah juga kan ? Berarti kita sedang dianugerahi Allah sesuatu yang pasti ada 
hikmahnya, berarti harus bersyukur juga kan ? Analoginya sama seperti misalnya 
kita ketemu sama Pak Presiden, terus diberi ballpen beliau yang sudah usang, 
pasti pemberian beliau kita respon dengan terima kasih dan kebanggaan, walau 
usang yang memberi presiden kok, pasti kita ceritakan ke orang lain.
 
 
 Syukur
  Kenyataan hidup yang mengenakkan diri kita memang harus kita syukuri, tetapi 
di balik itu pasti juga ada ujiannya, jadi selain syukur harus sabar juga agar 
tidak terlena. Contoh sederhana misalnya kita dianugerahi Allah keluasan 
finansial, ya harus syukur, tetapi juga harus bersabar dalam membelanjakannya, 
jangan sampi tergelincir untuk hal-hal di luar keridhoan Allah.
 
 
  Bila Sabar dan Syukur sudah menjadi kebiasaan kita dalam merespon segala 
sesuatu, pada posisi itulah keridhoan atau kerelaan bisa kita rasakan. Hati 
kita akan selalu tenang, lapang dan bahagia. Senyum akan 

[daarut-tauhiid] Insan Kamil

2007-12-18 Terurut Topik firliana putri
 TERNYATA ADAM DILAHIRKAN


  Dari pembahasan yang sudah kita lakukan, saya kira anda sudah bisa menebak 
kesimpulan akhirnya. Bahwa Adam adalah manusia yang dilahirkan. Kenapa? Karena, 
memang ia bukan manusia pertama yang diciptakan di muka Bumi.


 Adam adalah al insaan. Ia bukan al basyar. Manusia pertama yang diciptakan 
oleh Allah ternyata bukan Adam. Ia tidak pernah disebut secara eksplisit oleh 
Al Qur’an. Allah selalu menyebut manusia pertama itu secara kolektif sebagai al 
basyar. Karena itu, tidak ada penjelasan rinci tentang siapa dia dan bagaimana 
rupanya.


  Data-data ilmu pengetahuan pun sampai sekarang masih diliputi oleh kabut 
tebal yang penuh misteri. Data-data fosil maupun perhitungan umur genetika 
hanya menyebut angka jutaan tahun yang lalu sebagai awal munculnya spesies 
manusia.


  Menurut pemetaan genetika manusia, kita adalah generasi ke 300.000 dari 
manusia pertama. Kalau pergantian generasi dihitung rata-rata setiap 30 tahun, 
maka itu berarti sekitar 9 juta tahun yang lalu. Ini pun belum disepakati oleh 
para ahli. Kebanyakan ilmuwan palaentologi dan genetika menyebut angka 5-10 
juta tahun yang lalu sebagai awal kemunculan spesies manusia.


 Tetapi, manusia yang dimaksud itu, dipercaya sebagai manusia purba. Otak dan 
peradabannya masih sangat rendah. Meskipun, secara fisik mereka telah 
menunjukkan bentuk tubuh yang menyerupai manusia. Munculnya manusia modern 
diperkirakan baru sekitar puluhan ribu tahun yang lalu.


  Salah satu tandanya, adalah munculnya peradaban yang lebih maju. Mereka sudah 
bertani dan berternak. Bukan berpindah-pindah ladang, dan berburu. Dugaan ini 
diperkuat oleh ayat Qur'an bahwa anak-anak Adam -Qabil  Habil - sudah mengenal 
pertanian dan peternakan.




 QS. Al Maaidah (5): 27
 Ceriterakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut 
yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari 
salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain 
(Qabil). Ia berkata (Qabil): Aku pasti membunuhmu! Berkata Habil: 
Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa.


  Dikisahkan bahwa Habil adalah seorang petani, sedangkan Qabil adalah 
peternak. Mereka membuat persembahan kurban dalam bentuk hasil pertanian dan 
peternakan mereka. Habil mempersembahkan hasil pertanian terbaiknya. Sedangkan 
Qabil justru memilih hewan-hewan yang tidak baik kualitasnya. Maka persembahan 
yang penuh keikhlasanlah yang diterima Allah. Yaitu dari Habil. Qabil pun iri 
dan marah. Akhirnya, ia membunuh saudaranya sendiri - Habil. Kisah klasik ini 
menyiratkan bahwa keluarga Adam sudah mengenal peradaban yang lebih maju 
dibandingkan pendahulunya.


  Jadi, zaman mereka adalah jaman peradaban manusia modern. Dan itulah memang 
yang diajarkan Allah kepada Adam. Itu pula yang membedakan Adam dengan manusia 
generasi sebelumnya.
 Banyak ayat di dalam Al Qur’an yang mengarahkan kita pada kepahaman, bahwa 
Adam bukanlah manusia purba. Ia adalah manusia modern yang dilahirkan. Ia bukan 
diciptakan secara langsung dari tanah, melainkan terlahir dari sebuah proses 
kehamilan orang tuanya.


 QS. Ali Imran (3): 59
 Sesungguhnya masalah (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti Adam. 
Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: 
Jadilah, maka jadilah dia.


 Ada dua hal yang perlu dicermati dari ayat di atas. Yang pertama adalah 
analogi Isa dan Adam. Allah menyamakan proses antara penciptaan Isa dan Adam. 
Sudah saya uraikan di bagian depan, bahwa penciptaan Isa disebut Allah seperti 
Adam,diciptakan dari tanah (turab) kemudian diucapkan kepadanya kun, maka 
jadilah ia. Dari sini kita tahu bahwa ketika Allah mengatakan kun, penciptaan 
itu ternyata berproses. Sebagaimana Isa yang dilahirkan oleh ibunya. Karena 
keduanya dibuat analogi, maka kita memperoleh kesimpulan sementara bahwa Adam 
pun dilahirkan sebagaimana Isa.


 Hal kedua yang perlu kita cermati adalah kata turab. Di ayat itu Allah 
mengatakan bahwa keduanya diciptakan dari tanah (turab). Di bagian depan sudah 
kita bahas, bahwa tanah turab adalah tanah gembur yang mengandung unsur hara 
sangat baik.


  Menariknya, penciptaan dengan tanah turab ini diceritakan lebih lanjut oleh 
Allah dalam berbagai ayat lainnya. Bahwa tanah turab itu ternyata berproses 
secara bertingkat untuk menjadi sesosok manusia.


  Pada kesempatan ini, saya ingin sekali lagi mengajak pembaca untuk mencermati 
keterkaitan anatara 7 ayat yang sudah kita bahas di bagian depan itu. Ini 
penting agar pembaca memperoleh kepahaman secara lebih holistik. Agar 
memperoleh kepahaman yang utuh. Karena saya lihat, di keterkaitan itulah letak 
kunci pemahamannya.

 1. QS. Al Baqarah (2): 264
 Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu 
dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan sipenerima), seperti orang 
yang menafkahkan hartanya karena riya’ kepada manusia dan dia tidak beriman 
kepada Allah dan 

[daarut-tauhiid] Manusia Pertama

2007-12-18 Terurut Topik firliana putri
 MANUSIA PERTAMA BUKAN ADAM


  Kini kita telah tiba di bab terakhir diskusi ini. Benarkah Adam dilahirkan? 
Jika ya, siapakah orang tuanya? Berarti, Adam bukan manusia pertama? Apa 
bukti-buktinya? Dan, banyak lagi pertanyaan yang belum terjawab seputar 
keberadaan Adam.


  Dari berbagai penelusuran yang saya lakukan, saya berkesimpulan bahwa Adam 
memang bukan manusia pertama yang hadir di muka Bumi. Ia adalah generasi ke 
sekian, setelah jutaan tahun munculnya spesies manusia di planet biru. Untuk 
itu, terlebih dahulu kita akan membahas kembali rujukan utama kita, yaitu 
ayat-ayat Al Qur’an.


  Sepanjang yang saya ketahui, Al Qur’an tidak pernah menyebut Adam sebagai 
manusia pertama. Demikian pula istrinya, bukanlah manusia kedua yang diciptakan 
setelah Adam.


  Banyak ayat Al Qur’an yang jusru memberikan indikasi kuat bahwa Adam dan hawa 
adalah salah satu saja dari sekian banyak umat manusia yang sudah ada pada 
waktu itu. Salah satu indikasi kuat terdapat pada ayat berikut.


 QS. Al A'raaf (7): 11
 Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu sekalian, lalu Kami bentuk tubuh 
kalian, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: Bersujudlah kamu kepada 
Adam; maka mereka pun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang 
bersujud.


 Ayat di atas dimulai dengan kalimat ‘menciptakan kamu sekalian, lalu kami 
bentuk tubuh kalian’. Artinya, waktu itu Allah sudah menciptakan banyak manusia 
di muka Bumi. Baru kemudian memerintah para malaikat untuk bersujud kepada Adam.


 Sayangnya, dalam kitab terjemahan bahasa Indonesia kata kum itu ditafsiri 
sebagai Adam. di sebelah kata ‘kamu’ diberi penjelasan dengan kata dalam kurung 
- (Adam). Padahal kita tahu bahwa kum adalah bermakna jamak - kalian semua.


 Ini semakin jelas kalau kita baca ayat sebelumnya, berikut ini. Bahwa yang 
dimaksud dengan ‘kum’ itu adalah bangsa manusia secara keseluruhan. Spesies 
manusia.


 QS. Al A'raaf (7): 10
 Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan 
bagimu di muka bumi itu (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur.


  Dari 2 ayat yang berurutan di atas, kita bisa memperoleh kesimpulan bahwa 
Allah terlebih dahulu menciptakan bangsa manusia di muka Bumi, dengan segala 
sumber penghidupannya. Dan, kemudian memilih salah satu di antaranya sebagai 
khalifah di muka Bumi. Dialah Adam. Ditandai dengan perintah kepada malaikat 
untuk bersujud kepadanya.


 Kalau Adam memang manusia pertama, ayatnya tidak akan berbunyi demikian. 
Diawalnya pastilah Allah mengatakan kepada Adam dalam bentuk tunggal: “Walaqad 
khalaqnaka - Dan sungguh telah Kami ciptakan kamu (Adam)...” Tapi, tenyata 
menggunakan kum.


  Bukti lain tentang Adam bukan manusia pertama adalah ketika Allah berkata 
kepada malaikat mau menjadikan Adam sebagai khalifah. Informasi itu ada pada 
ayat berikut.


 QS. Al Baqarah (2): 30
 Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku 
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Mereka berkata: Mengapa 
Engkau hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya 
dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau 
dan mensucikan Engkau? Tuhan berfirman: Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang 
tidak kamu ketahui.

  Ayat ini sering dipakai oleh sebagian besar kita untuk menjelaskan bahwa Adam 
adalah manusia pertama. Karena di sana digambarkan dialog antara Allah dengan 
malaikat, untuk menjadikan Adam sebagai khalifah di muka Bumi. Padahal justru 
ayat ini menegaskan bahwa Adam bukanlah manusia pertama. Melainkan adalah salah 
satu manusia yang terpilih dari sekian banyak manusia yang sudah ada di jaman 
itu.


 Ada dua hal yang menunjukkan itu. Yang pertama, adalah kata inni ja'ilun fil 
ardhi khalifah – “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka 
bumi”.


 Kalimat tersebut tidak menggunakan kata ‘menciptakan’ (khalq) melainkan 
menggunakan kata ‘menjadikan’ (ja'ala). Jadi bukan mengadakan dari ‘tidak ada’ 
menjadi ‘ada’, melainkan ‘memilih’ dari yang sudah ada menjadi khalifah alias 
pemimpin bagi umat manusia di jaman itu. Kata ‘memilih’ itu lebih jelas lagi 
pada ayat lain, berikut ini.


 QS. Ali Imran (3): 33
 Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga 
Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing)


 Allah menggunakan kata isthofaa yang secara eksplisit berarti ‘memilih dari 
yang sudah ada’. Dan lebih jelas lagi, dalam ayat itu Allah membandingkan 
dengan nabi-nabi lainnya seperti Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran. 
Mereka semua adalah orang-orang yang terpilih pada zamannya.


 Dan masih banyak lagi ayat yang memberikan kepahaman bahwa Adam bukanlah 
manusia pertama di muka Bumi. Meskipun pada beberapa ayat, seringkali agak 
membingungkan jika dipahami secara sebagian. Ayat-ayat itu memiliki penjelasan 
di ayat lainnya.


 Sebagai contoh adalah ayat berikut ini. Allah mengatakan bahwa Dia telah 
menciptakan manusia (al 

[daarut-tauhiid] Partikel Universal

2007-12-11 Terurut Topik firliana putri
 PARTIKEL UNIVERSAL


 Di bagian terakhir bab ini saya ingin mengajak pembaca untuk memahami asal 
usul makhluk hidup dari sudut pandang yang lebih universal. Allah mencontohkan 
banyak hal dalam ciptaanNya bahwa sesuatu yang ada ini adalah bagian dari 
keberadaan yang lebih besar.


 Memahami keberadaan manusia dari sudut pandang ini ternyata bisa mengantarkan 
kita kepada pemahaman yang holistik tentang nenek moyang kita sendiri. Ini 
memang teori yang dikembangkan bukan berdasar penelitian khusus, melainkan 
sekadar memahami ayat-ayat Allah secara universal. Qauliyah  Kauniyah.


 Saya menyebutnya sebagai ‘Teori BenihE Bahwa alam semesta ini mulai dari alam 
besar yang kita kenal sebagai makrokosmos, sampai alam kecil alias mikrokosmos, 
berfungsi dan bertingkah laku seperti benih.


 Apakah sifat benih yang paling menonjol? Setiap benih ternyata sudah memiliki 
‘rencanaEdi dalam dirinya. Sebutir benih tinggal menerima perlakuan tertentu 
saja, maka ia akan berkembang biak dengan sendirinya mengikuti tahap-tahapan 
yang sudah direncanakan.
 Ibarat sebutir benih pohon mangga misalnya. Benih itu cukup ditempatkan di 
tanah dan disirami dengan cukup, maka benih itu bakal tumbuh dengan sendirinya. 
Tahapan-tahapan tumbuhnya pun sudah diatur dari dalam sesuai kondisi yang 
menyertainya.


 Ia sudah tahu, kapan harus mengeluarkan akar. Kapan keluar batang. Kapan 
tumbuh daun. Kapan menghasilkan buah. Dan seterusnya. Di dalam dirinya sudah 
ada rencana, perintah, dan mekanisme untuk menumbuhkan benih menjadi pohon 
mangga yang berbuah.


 Pohon mangga itu tentu saja diciptakan oleh Allah. Dengan kalimat kun fayakun. 
Tetapi kita melihat pohon mangga itu tetap saja berproses secara alamiah 
mengikuti sunnatullah yang telah ditetapkan. Proses dan tahapannya telah 
dimasukkan Allah ke dalam benihnya.


 QS. Ar Ra'd (13): 4
 Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun 
anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak 
bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian 
tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada 
yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.


 Begitulah kata Allah, meskipun disirami dengan air yang sama, dan tempat 
tumbuhnya pun berdampingan, ternyata rasa buah anggur, dan kurma tidaklah sama. 
Semua itu bukan dikarenakan tanah dan air yang berbeda, melainkan oleh 
benihnya. Perintah genetika yang berada di dalam inti benih itu.


 Hal ini, bukan hanya terjadi pada tumbuhan melainkan juga pada hewan. Ada yang 
benihnya dimasukkan ke dalam telurnya. Ada pula yang benihnya berupa sperma dan 
ovum di dalam organ reproduksi dalam. Tapi, semuanya memiliki benih itu.


 Kalau anda melihat sebutir telur ayam yang dalam proses menetas, mekanismenya 
kurang lebih sama. Telur ayam itu hanya butuh suhu tertentu untuk menetas dan 
‘melahirkanEanak ayam. Ketika suhu itu diberikan secara kontinu dalam waktu 
tertentu, maka telur itu pun menetas. Meskipun, ia tidak dierami oleh induknya. 
Menggunakan mesin penetas. Asal syaratnya terpenuhi, maka benih itu pun tumbuh 
menjadi makhluk yang telah diprogramkan di dalam benih tersebut. Hal itu, juga 
terjadi pada kura-kura, penyu, dan buaya, yang mengeramkan telur-telurnya di 
hangatnya pasir pantai, misalnya.


 Pada makhluk yang tidak bertelur, mereka pun punya benih di dalam sperma dan 
ovumnya. Mereka membutuhkan keberadaan rahim untuk menggantikan cangkang telur. 
Tapi, sesungguhnya tidak ada perbedaan prinsip dari sudut pandang benih. Di 
dalam sperma dan ovum itu terdapat pesan-pesan genetika untuk melakukan proses 
pembiakan secara terencana.


 Saya ingin mengajak anda mencermati makhluk yang lebih besar yang bernama: 
manusia. Manusia juga tumbuh mengikuti perencanaan yang dibuat di dalam 
benihnya. Selama sembilan bulan ia berada di dalam rahim, benih tersebut 
membelah dan bertumbuh mengikuti perintah genetikanya. Ia sudah tahu kapan 
harus membelah dan dengan cara bagaimana. Kita tidak perlu mengajarinya. Ia 
juga sudah tahu kapan harus membentuk kepala, tangan, kaki dan organ-organ 
lainnya. Ia pun sudah tahu, tentang jenis kelamin janin, dan kapan mulai 
membentuknya. Bahkan ia sebenarnya juga sudah tahu kapan bayi itu harus lahir, 
dan bagaimana mekanismenya.


 Ya, benih manusia yang berada di dalam rahim itu sudah tahu semua apa yang 
harus diperbuatnya. Ia hanya membutuhkan suasana yang kondusif saja untuk 
mengamankan proses pertumbuhan yang sedang berlangsung. Jika sudah tiba 
waktunya, maka terlahirlah bayi manusia seperti program yang telah direncanakan 
di dalam genetika benih manusia.


 Begitu pula makhluk lebih besar, yang bernama planet Bumi. Ia sebenarnya 
tumbuh dari sebuah ‘benihE Karena itu ia sudah tahu kapan ia harus melakukan 
sesuatu, dan bagaimana caranya agar Bumi ini mencapai tujuan yang telah 
direncanakan.


 Kalau kita melihat perkembangan Bumi sejak miliaran tahun yang lalu sampai 
kini, kita bakal 

[daarut-tauhiid] Rekaman Sejarah Manusia

2007-12-05 Terurut Topik firliana putri
 REKAMAN SEJARAH MANUSIA


 Segala aktivitas manusia ternyata direkam oleh alam sekitar kita. Ada tiga 
rekaman yang berlangsung selama hidup kita. Yang pertama adalah rekaman oleh 
struktur alam. Yang ke dua rekaman oleh struktur otak. Dan yang ke tiga adalah 
rekaman oleh struktur genetika.


 Setiap perbuatan, kata-kata, dan sikap hati kita setiap hari direkam oleh otak 
dan struktur genetika. Rekaman oleh otak bisa kita buktikan dengan cara 
sederhana. Bahwa otak kita ternyata memiliki daya ingat alias memori. Ini 
seperti pita kaset saja layaknya. Atau, lebih cocok, adalah rekaman digital 
yang dewasa ini semakin lumrah kita gunakan.


 Setiap kita berbuat, maka kita menjadi ingat bahwa kita pernah berbuat itu. 
Setiap kata yang kita ucapkan juga kita ingat, dan suatu ketika akan muncul 
kembali di lain waktu. Kalau pun kita tidak mengingatnya - entah karena lupa - 
maka orang lainlah yang bakal mememorikan di dalam otak mereka.


 Misalnya, ketika kita berbuat jahat kepada orang lain. Mungkin kita sudah lupa 
kalau kita berbuat jahat kepadanya, akan tetapi ia selalu ingat bahwa kita 
pernah berbuat jahat kepadanya. Dan, kalau pun kita semua sudah lupa, maka 
memori bawah sadar kitalah yang bakal merekam semua yang kita lakukan itu.


 Kalau anda pernah melihat orang yang dihipnotis, maka anda akan menyaksikan 
hal ini, yaitu rekaman alam bawah sadar. Ketika seseorang itu sedang 
dihipnotis, kemudian kepadanya ditunjukkan barang tertentu, maka orang itu 
masih akan tetap mengingatnya meskipun ia sudah tersadar dari hipnotisnya.


 Otak merekam segala peristiwa yang kita alami dan kemudian akan kita ingat 
selama kita masih hidup. Atau sampai suatu ketika nanti, saat kita dibangkitkan 
kembali di hari pengadilan. Tapi struktur genetika kita ternyata bisa merekam 
segala kejadian yang menimpa kita secara lintas generasi. Kenapa demikian? 
Karena sifat-sifat yang terkandung dalam struktur genetika kita itu ternyata 
diwariskan kepada anak keturunan kita.


 Jadi struktur genetika kita yang sekarang ada di dalam tubuh ini adalah 
warisan orang tua kita. Separo berasal dari bapak, dan separonya dari ibu. 
Demikian pula yang dimiliki oleh orang tua kita, berasal dari orang tua mereka, 
separo dari bapak, separo dari ibu. Demikian selanjutnya. Struktur genetika 
kita itu mengandung gen-gen nenek moyang kita. Entah berapa persen dari yang 
ada pada diri kita itu, adalah gennya manusia pertama.


 Dengan kata lain, struktur gen di dalam tubuh kita ini merekam sejarah manusia 
secara beruntun ke masa lalu. Ia mewariskan sifat-sifat dan ‘pengalaman’ 
orang-orang tua kita di jamannya. Lho, benarkah gen ini merekam ‘pengalaman’ 
mereka? Bukankah gen hanya mewariskan sifat-sifat dasar saja?


 Dulu dikira begitu. Dikira gen-gen di dalam tubuh kita ini hanya mewariskan 
sifat-sifat dasar - bahkan hanya sifat fisik - saja. Ternyata penelitian 
mutakhir menunjukkan semua itu tidak benar. Struktur gen kita ternyata bisa 
merekam berbagai kebiasaan dan tingkah laku yang kita miliki. Ia merekam 
karakter dan watak. Ia merekam pola pikir. Ia merekam berbagai sifat yang 
secara berulang-ulang kita lakukan dalam hidup kita.


 Bahkan ilmuwan Jepang Kazuo Murakami menghasilkan penelitian yang sangat 
mencengangkan, yang mengantarkan dia memenangkan penghargaan Max Planck Award 
di tahun 1990, dan penghargaan Japan Academy Prize di tahun 1996. Bahwa 
kebiasaan tertawa pun berpengaruh dan terekam di dalam struktur gen kita. Dan 
kemudian diwariskan kepada anak cucu kita.


 Ini benar-benar mengubah cara pandang kita terhadap gen. Bahwa kualitas gen 
sangat dipengaruhi oleh bukan hanya kualitas fisik, melainkan juga sikap mental 
yang kita jalani semasa hidup...! Dia memperkenalkan teori ‘nyala-padam’ yang 
telah saya singgung di depan.


 Kebiasaan bersikap baik ternyata menghasilkan suatu mekanisme yang 
mempengaruhi gen-gen kita agar berkualitas baik pula. Sebaliknya kebiasaan 
bersikap buruk, juga bakal mempengaruhi kualitas gen kita menjadi buruk.


 Mungkin, sekarang anda jadi mengerti kenapa orang yang suka marah-marah dan 
tidak sabaran misalnya, akan memiliki penyakit yang berkait dengan liver dan 
diabetes. Perilaku emosional lainnya bisa berdampak pada tekanan darah dan 
jantung, misalnya? Ternyata, itu bukan hanya akibat mekanisme organik di dalam 
tubuhnya, melainkan juga disebabkan oleh mekanisme yang bersifat genetik di 
inti-inti sel.


 Sebab, penyempitan pembuluh darah dan gangguan mekanisme jantung itu ternyata 
disebabkan oleh menyelewengnya reaksi-reaksi biokimiawi di dalam sel pembuluh 
darah. Padahal reaksi biokimiawi itu terjadi atas perintah gen-gen di dalam 
inti sel.


 Setiap saat di dalam sel yang jumlahnya puluhan triliun ini terjadi reaksi 
biokimiawi tiada henti. Ya, badan kita adalah sebuah pabrik biokimia raksasa. 
Setiap saat kita makan dan minum memasukkan bahan-bahan biokimia yang kemudian 
dicerna oleh sistem pencernaan kita, lantas diedarkan ke seluruh tubuh, dan 
diubah menjadi energi 

[daarut-tauhiid] Training Akbar

2007-12-05 Terurut Topik firliana putri
 Training Akbar . ??? Ya PUASA !!!


 Siapa pun juga orangnya selama masih hidup di dunia pasti akan terus menerus, 
silih berganti mengalami berbagai persoalan / masalah.


 Masalahnya adalah apakan masalah itu menjadi masalah dalam hidup kita atau 
tidak ? Bingung ya...? Podho !!!


 Kadar ringan atau beratnya masalah dalam hal apa pun bagi setiap orang 
sebenarnya tergantung derajat ketaqwaan orang tersebut. Dalam bahasa umum, 
ketaqwaan dapat diartikan sebagai kesadaran atau awareness. Ketaqwaan inilah 
yang merupakan kunci pengendalian diri. Pengendalian diri dalam menjaga 
hubungan baik kita secara vertikal dalam arti menjaga kehambaan kita dihadapan 
Allah, menyadari bahwa sebagi hamba berarti harus ikhlas dalam melakukan apa 
pun yang dikehendaki Tuhan kita baik dalam aspek syariat maupun hakikatnya yang 
pada akhirnya akan membuahkan sesuatu yang “manis” dalam hubungan horisontal 
yaitu hubungan dengan sesama makhluk secara keseluruhan.


 Semakin baik pengendalian diri seseorang, berarti semakin baik pula kualitas 
jati diri seseorang, berarti juga semakin baik ketaqwaan seseorang itu. Dapat 
juga dibalik bahwa semakin bertaqwa berarti semakin berkualitas jati diri 
seseorang yang berarti juga semakin baik pengendalian dirinya.


 Nah, untuk menuju ke arah ketaqwaan itu hambatan terbesar adalah dari hawa 
nafsu yaitu dorongan-dorongan/hasrat dari dalam diri untuk kepentingan diri 
yang secara ekstrem bisa dikatakan segala sesuatu apa pun itu yang tidak 
ditujukan untuk Allah.


 Q.S. Al Mu’minuun (23:71) :
 Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan 
bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan 
kepada mereka kebanggaan (Al Quran) mereka tetapi mereka berpaling dari 
kebanggaan itu.


 Dari pengajian yang saya ikuti, asuhan KH. M. Luqman Hakim, MA. 
(www.sufinews.com), hawa nafsu sifatnya liar dan tidak mau dibebani, dia 
mempunyai tiga perangkat, yaitu : hayawaniyah, sabuiyah dan syahwiyah. Secara 
singkat dalam bahasa saya yang awam dapat dijelaskan :


 Hayawaniyah, dorongan yang bersifat kehewanan yaitu maunya hanya makan-minum, 
tidur dan ngeseks.


 Sabuiyah, dorongan yang bersifat buas, contoh sederhananya adalah misal kita 
mendengar berita bahwa orang yang kurang kita sukai mendapat kesusahan dan 
dalam hati kita berkata, “Rasain !!!”, maka hal itu sudah termasuk kategori 
sabuiyah.


 Syahwiyah, dorongan pemanjaan diri apa pun bentuknya. Contoh sederhana adalah 
makan terasa enak di lidah trus kita tambah lagi itu sudah termasuh syahwiyah. 
Makanya industri pemanjaan diri sangat laris manis di dunia ini.


 Salah satu metode pelatihan untuk peningkatan ketaqwaan ini yang bisa kita 
terapkan adalah melalui PUASA. Puasa ini saya sebut sebagai training akbar, 
sebab metodenya langsung dari ALLAH, trainernya juga ALLAH, gratis lagi 
tinggal kitanya yang mau melaksanakan atau tidak.


 Q.S. Al Baqarah (2:183) :
 Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana 
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.


 Nah... jelas kan, puasa itu targetnya taqwa, tetapi puasa yang bagaimana agar 
bisa meningkatkan derajat taqwa ?


 Begini ni.. menurut pengalaman saya yang faqir ini, setelah mengalami 
kesekian kali puasa baik yang wajib (romadhon) maupun yang tidak wajib, puasa 
harus benar-benar sebagai proses riyadoh / tirakat / disiplin ruhani yang 
ketat, baru efek peningkatan ketaqwaan bisa kita rasakan. Tentunya sebagai 
sebuah proses, mestinya semakin sering kita berpuasa, semakin signifikan pula 
peningkatan ketaqwaan yang terjadi.


 Bagi santri-santri PETA - Tulungagung, bila ada dawuh untuk berpuasa, biasanya 
:
 1. Niatnya, ya... Lillahi ta’ala,
 2. Selama puasa, secara fisik makannya yang tidak bernyawa / vegetarian,
 3. Selama puasa, secara batin amalan dzikir rutinnya diperbanyak.


 Yang pertama ya... harus Lillahita’ala, lha kita ini kan hamba, maka segalanya 
ya harus untuk tuhan kita yaitu ALLAH. Terlebih ibadah puasa kan memang untuk 
Allah sebagaimana dalam Hadis Qudsi.


 Dari segi makanan yang masuk ke tubuh, dengan menghindari makanan bernyawa 
ternyata efeknya yang pertama adalah lemas karena belum terbiasa. Yang kedua 
tentu saja setelah sekian hari melaksanakan akan terjadi proses pembersihan 
secara fisik, badan terasa lebih ringan dan sehat. Qolbu juga terasa lebih 
hening, lebih diam karena tarikan hawa nafsu pada qolbu sangat jauh berkurang. 
Dengan mengurangi makan bernyawa maka tarikan hasrat hayawaniyah, sabuiyah dan 
syahwiyah sungguh sangat jauh berkurang yang menyebabkan panca indra tidak 
aneh-aneh tuntutannya dan pikiran pun lebih terkendali. Kondisi khusyuk lebih 
cepat tercapai, lebih mudah melakukan ketaatan dan amal sholih.


 Dari segi dzikir rutin yang diperbanyak, fungsinya melatih ingatan kepada 
Allah, menyibukkan diri dengan berdzikir berarti mengurangi keliaran pikiran, 
menerangi qolbu agar lebih siap menerima limpahan cahaya 

[daarut-tauhiid] Maksiat Lebih Baik Ketimbang Taat, Kalau...

2007-11-29 Terurut Topik firliana putri
 MAKSIAT LEBIH BAIK KETIMBANG TAAT, KALAU...


 “Maksiat yang melahirkan sikap hina dina di hadapan Allah
 itu lebih baik ketimbang ketaatan kepada Allah
 yang melahirkan sikap merasa mulia dan sombong.”


  Sebesar apapun kemaksiatan dan dosa seseorang, jika memasuki pintu taubat, 
Allah tetap menyambutnya dengan Pintu Ampunan yang agung, bahkan dengan 
kegembiraanNya yang Maha dahsyat kepadamu.


  Karena sebesar langit dan bumi ini, jika anda penuhi dengan dosa-dosa anda, 
dikalikan lagi dengan lipatan jumlah penghuni planet ini, kelipatan dosa itu, 
sesungguhnya ampunan Allah masih lebih besar dan lebih agung lagi.


  Oleh sebab itu Ibnu Athaillah membesarkan hati orang yang telah berbuat dosa 
agar tidak putus asa terhadap ampunan Allah, bahkan orang yang berbuat dosa 
namun bertobat dengan penuh rasa hina dina di hadapan Allah itu dinilai lebih 
baik dibanding orang yang ahli ibadah yang merasa hebat, merasa suci, merasa 
paling mulia dan merasa sombong dengan ibadahnya.


  Mengapa? Karena ada dosa yang lebih tinggi lagi dibanding maksiat, yaitu 
dosanya orang takjub atau kagum pada diri sendiri. Bahkan Rasul saw bersabda:
 “Jikalau kalian tak pernah berbuat dosa, niscaya yang paling saya takutkan 
pada kalian adalah yang lebih dahsyat lagi, yaitu ujub (kagum pada diri 
sendiri).”


  Bahkan betapa banyak orang yang dulunya ahli maksiat lalu diangkat derajatnya 
menjadi manusia mulia di hadapan Allah swt. Begitu juga banyak ahli ibadah 
tetapi berakhir hina di hadapanNya gara-gara ia sombong dan merasa lebih 
dibanding yang lainnya.


  Orang yang beramar ma’ruf nahi mungkar, apakah ia aktivis muslim, da’i, 
ustad, kiayi, ulama, mubaligh. Ketika mereka menyerukan amar ma’ruf nahi 
mungkar, lantas dirinya merasa lebih baik dari yang lain, adalah wujud 
kesombongan yang hina pada dirinya.


  Dibanding seorang preman yang bertobat, pelacur yang bertobat, maling yang 
bertobat dengan kerendahan jiwa di hadapan Allah, mereka yang merasa paling 
Islami itu justru menjadi paling hina, jika ia tidak segera bertobat.


  Nabi Adam as, mendapatkan kemuliaan yang luar biasa sebagai Nabi, Rasul, 
Khalifah, Abul Basyar, justru ketika sudah turun di muka bumi, karena tindak 
dosanya di surga. Namun Nabi Adam bertobat dalam remuk redam jiwanya dan hina 
dina hatinya di depan Allah, justru Allah mengangkat dan menyempurnakan 
ma’rifatnya ketika di dunia, bukan ketika di surga dulu.


  Nabi Adam as menjadi Insan Kamil ketika di dunia, bukan ketika di surga. Oleh 
sebab itu terkadang Allah mentakdirkan maksiat pada seorang hamba dalam rangka 
agar si hamba lebih luhur dan dekat kepada Allah. Wacana ini dilontarkan agar 
manusia tidak putus asa atas masa lalu dan nodanya di masa lampau, siapa tahu 
malah membuat dirinya naik derajat.


 Wacana ini pula tidak bisa dipandang dengan nafsu dan hasrat. Misalnya, “Kalau 
begitu maksiat saja, siapa tahu kita malah naik derajat...” kalimat ini adalah 
kalimat yang muncul dari hawa nafsu!


  Wacana mengenai naiknya derajat paska maksiat, hanya untuk orang yang sudah 
terlanjur maksiat agar tidak putus asa dan tetap menjaga rasa baik sangka 
kepada Allah swt (husnudzon).


  Apalagi di akhir zaman ini, jika disurvei membuktikan bahwa orang yang 
kembali kepada Allah dengan taubatnya, biasanya didahului oleh kehidupan yang 
hancur-hancuran, maksiat yang ternoda.


  Akhir zaman ini juga banyak dibuktikan, khususnya di wilayah kota, betapa 
banyak orang yang merasa bangga diri dengan ahli ibadahnya, ketekunan dan 
taatnya, diam-diam ia ujub dan sombong, merasa lebih dibanding lainnya.


  Sifat hina dina adalah wujud kehambaan kita. Manusia akan sulit mengakui 
kehambaannya manakala ia merasa mulia, merasa sombong, ujub, apalagi merasa 
hebat dibanding yang lainnya.


  Karena itu rasa hina dina, apakah karena diakibatkan oleh kemaksiatan atau 
seseorang mampu menjaga rasa hina dina di hadapan Allah, adalah kunci 
terbukanya Pintu-pintu Allah swt, karena kesadaran seperti itu, membuat 
seseorang lebih mudah fana di hadapanNya.



 Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com

[Non-text portions of this message have been removed]



[daarut-tauhiid] Diciptakan Bertahap

2007-11-15 Terurut Topik firliana putri
 DICIPTAKAN BERTAHAP


 Maka, sampailah kita pada bagian akhir bab ini. Sepanjang bab, kita telah 
berusaha memahami bagaimana Al Qur’an bercerita tentang penciptaan manusia. 
Sosok makhluk paling kontroversial dalam drama kehidupan yang digelar di muka 
Bumi.
  Sudah cukup banyak ayat yang kita kumpulkan dan kita bahas. Kita berusaha 
mengungkap, dimanakah Allah menciptakan manusia, bagaimana proses penciptaannya 
berlangsung, dari bahan apa ia diciptakan, kapan itu terjadi, siapakah al 
Basyar dan al lnsaan itu. Dan sebagainya.


 Di bagian akhir bab ini kita ingin merangkai ayat-ayat tersebut, untuk 
memperoleh kesimpulan secara lebih utuh. Meskipun untuk sementara. Karena kita 
masih akan merangkai dengan berbagai informasi lainnya agar kesimpulan yang 
kita dapatkan semakin baik. Semakin valid. Berikut ini gambarannya.


  1. Bumi adalah panggung drama kehidupan manusia yang sengaja diciptakan Allah 
sejak awal penciptaan alam semesta. Untuk itu Allah sudah menyiapkan planet 
Bumi ini dengan segala fasilitas untuk menyongsong datangnya kehidupan yang 
lebih tinggi, yaitu bangsa manusia.
  2. Manusia sejak awal diciptakan di planet ini. Karena itu, bahan baku untuk 
membuat tubuhnya diambilkan dari tanah Bumi. Bukan berasal dari planet lain, 
karena unsur-unsur penyusun tubuhnya adalah khas tanah Bumi.
  3. Tanah Bumi tersebut oleh Allah diproses selama bermiliar-miliar tahun usia 
planet ini untuk memperoleh bahan dasar yang paling baik yaitu turab alias 
top-soil. Namun, Allah bisa menyebut jenis tanah apa saja sebagai bahan 
dasarnya, karena proses penyempurnaan tanah itu melewati fase-fase tersebut. 
Sebagai contoh Allah bisa menyebut, manusia diciptakan dari thiin (tanah 
keras), atau sulaalatin min thiin (saripati tanah keras itu) atau shalshaal 
(tanah liat) hamaa-in (tanah lumpur hitam), Shalshaalin kalfakhkhar (tanah 
tembikar), thiini llazib (tanah lempung), atau pun turab (tanah gembur). Bukan 
berarti Allah memproses masing-masing jenis tanah langsung menjadi manusia.
  4. Karenanya, tempat penciptaan manusia pertama itu berada di permukaan 
planet Bumi. Kalau pun kemudian ada informasi bahwa proses penciptaan itu 
berada di surga, surga itu terdapat di Bumi. Karena makna kata jannah adalah 
taman yang indah. Yaitu sebuah taman yang subur, indah dan makmur yang 
disediakan Allah bagi manusia pertama itu. Sebab jika tidak berada di kebun 
yang indah dengan berbagai fasilitas yang serba ada, manusia pertama itu bakal 
musnah sebelum sempat berkembang.
  5. Namun demikian, secara ekplisit tidak ada ayat yang bercerita bahwa proses 
penciptaan itu terjadi di surga. Yang ada ialah, manusia generasi pertama itu 
disuruh tinggal di surga setelah proses penciptaan mereka selesai.
  6. Al Qur’an memilki dua istilah untuk menyebut manusia terkait dengan proses 
penciptaan. Yaitu al basyar dan al insaan. Al basyar digambarkan sebagai 
manusia yang diciptakan langsung dari tanah. Sedangkan al insaan diciptakan 
dari bertemunya sperma dan ovum. Meskipun sperma dan ovum itu ternyata juga 
berasal dari saripati tanah. Jadi kalau dilacak jauh ke belakang, al basyar 
maupun al insaan, dua-duanya berasal dari tanah (thiin) yang disarikan 
(sulaalah) lewat proses sangat panjang. Maka, kita sering menjumpai ayat yang 
menyebut bahwa manusia ini berasal dari sulaalatin min thiin, dari saripati 
tanah.
  7. Tapi siapakah al basyar itu? Dan siapa pula al insaan itu? Apa kaitannya 
dengan Adam dan Hawa? Hal ini akan kita bahas lebih lanjut pada bagian-bagian 
berikutnya.
  8. Akan tetapi proses penciptaan yang terjadi pada kedua makhluk itu memiliki 
kemiripan. Terutama pada tahapan prosesnya. Bahwa mereka diciptakan secara 
bertingkat dan bertahap. Bedanya, al basyar diciptakan lewat mekanisme 
bertingkat dari tanah keras menjadi tanah yang kaya unsur hara, dan kemudian 
'ditumbuhkan' dari Bumi secara langsung. Ia menjadi manusia dengan proses di 
luar rahim manusia. Lewat ‘rahim’ Bumi. Sedangkan al insaan diciptakan secara 
bertingkat dan bertahap lewat rahim al basyar.
  9. Proses penciptaan di dalam rahim itu pun kadang disebut Allah secara 
parsial. Misalnya, kadang Allah menyebut manusia diciptakan dari air yang hina, 
kadang disebut dari nuthfah, kadang disebut berasa dari percampuran setetes air 
mani, kadang disebut berasal dari segumpal darah. Tidak masalah. Tidak berarti, 
bahan dasarnya langsung dari segumpal darah. Atau, lantas ada yang 
membantahnya, dan menyebut sperma sebagai asal-usulnya. Semuanya itu adalah 
fase-fase dalam penciptaan manusia di dalam rahim. Sama dengan tidak perlunya 
kita mempertentangkan antara tanah keras, tanah lempung, dan tanah gembur. 
Semua itu adalah fase-fase dan saling melengkapi.


 QS. Al Hajj (22): 5
 Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang bangkitan, maka (ketahuilah) 
sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah (turab), kemudian dari 
setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang 
sempurna kejadiannya dan yang tidak 

[daarut-tauhiid] Semua Untuk Manusia

2007-09-11 Terurut Topik firliana putri
   SEMUA UNTUK MANUSIA


  Puncak dari segala proses yang terjadi di muka Bumi ini ternyata mengarah ke 
suatu tujuan utama: menyongsong kehadiran Manusia..!


  Ini sungguh penghargaan yang luar biasa kepada makhluk yang berjalan di atas 
dua kaki ini. Makhluk yang secara fisik tidak terlalu kuat jika dibandingkan 
dengan makhluk penghuni Bumi lainnya. Makhluk yang diperkirakan baru muncul tak 
sampai 10 juta tahun yang lalu. Yang kini telah menjadi penguasa Bumi, dengan 
segala fasilitas yang tersedia untuknya.


  Dalam ayat berikut ini Allah menjelaskan bahwa memang semua yang ada di Bumi 
ini diperuntukkan manusia.


  QS. Al Baqarah (2): 29
  Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia 
berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha 
Mengetahui segala sesuatu.


  Luar biasa. Sang Pencipta sendiri yang mengumumkan bahwa semua yang ada di 
muka Bumi ternyata diciptakan untuk manusia secara kolektif. Dengan kata lain, 
seluruh proses yang mendahului lahirnya spesies manusia di muka Bumi ini 
sebenarnya dipersiapkan Allah untuk menyongsong hadirnya makhluk mulia bernama 
manusia.


  Padahal tahukah Anda, berapa lama waktu yang diperlukan untuk masa persiapan 
itu? Hampir 5 miliar tahun. Sedangkan spesies manusia diperkirakan baru muncul 
tidak sampai 10 juta tahun yang lalu. Bahkan manusia modern diperkirakan baru 
puluhan ribu tahun...!


  Ada beberapa tahapan yang dipersiapkan oleh Allah. Awalnya adalah menyiapkan 
terlebih dahulu tempat hidup kita, berupa daratan. Setelah itu disusul dengan 
kebutuhan utama untuk berlangsungnya kehidupan berupa air dan udara.


  Dan, selanjutnya Allah menyiapkan makanan dengan segala macam jenisnya. 
Kemudian akhirnya, dijadikanlah kebutuhan sekunder dan tersier berupa peralatan 
transportasi, akomodasi, pakaian, dan segala gemerlap perhiasan untuk 
kenyamanan hidup kita.


  QS. Fushshilat (41): 9-10
  Katakanlah: Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi 
dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat) demikian 
itulah Tuhan semesta alam.
  Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia 
memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (bagi 
penghuni)-nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi 
orang-orang yang bertanya.


  Selama masa persiapan itu, Bumi memang mengalami perkembangan secara 
bertahap. Kalau dalam istilah Al Qur’an diciptakan dalam dua masa, khusus untuk 
menyiapkan tempatnya. Sedangkan untuk menyiapkan makanan Allah melakukannya 
dalam empat masa.


  Para ahli ilmu Geologi juga memperoleh tahapan yang kurang lebih sama dengan 
yang diterangkan oleh Al Qur’an. Awalnya, planet ini demikian panas karena 
merupakan bagian dari matahari yang memisahkan diri.


  Ketika sedang dalam proses mendingin, Bumi sering memperoleh tambahan 
material dari luar angkasa. Di antaranya adalah berbagai jenis batuan, logam, 
dan jumlah air yang sangat besar. Inilah yang menyebabkan planet Bumi menjadi 
planet yang berbeda dengan planet lainnya di keluarga tata surya ini. Apalagi 
posisinya terhadap matahari dengan jarak yang sangat ideal. Menyebabkan Bumi 
menjadi panggung drama Kehidupan manusia paling menyenangkan.


  Besi misalnya, adalah jenis logam yang tidak diketemukan di planet lain dalam 
tata surya ini. Logam ini agaknya datang dari luar angkasa dan kemudian menetap 
di Bumi. Lantas kita tahu bahwa Besi menjadi logam yang sangat penting dan 
dibutuhkan manusia untuk berbagai kegiatan hidupnya.


  Cerita tentang besi ini bisa kita temui di sebuah surat yang diberi nama Al 
Hadiid yang bermakna besi. Dan dikirimkan ke Bumi ketika Allah sedang memproses 
penciptaannya.


  QS. Al Hadiid (57): 4
  Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa; Kemudian Dia 
bersemayam di atas 'Arsy Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa 
yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik 
kepadanya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha 
Melihat apa yang kamu kerjakan.


  Di ayat berikut ini, Allah menjelaskan dengan lebih eksplisit bahwa Dia 
menurunkan dan mengirim besi ke planet Bumi, agar bisa dimanfaatkan manusia 
untuk berbagai tujuan.


  QS. Al Hadid (57): 25
  Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti 
yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca supaya 
manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami turunkan (kirim) besi yang 
padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, dan 
supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama) Nya dan rasul-rasul-Nya 
padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.


  Ayat-ayat Qur'an sangat banyak bercerita tentang berbagai fasilitas yang 
diciptakan Allah khusus untuk menunjang kehidupan manusia. Diantaranya Allah 
menceritakan bahwa Bumi ini sengaja dibuat sebagai hamparan agar 

[daarut-tauhiid] Menghidupkan Planet Bumi

2007-09-06 Terurut Topik firliana putri
   MENGHIDUPKAN PLANET BUMI


  Dulunya Bumi ini mati. Kemudian Allah menghidupkannya. Yaitu, ketika Allah 
mengirim bongkahan-bongkahan es dari angkasa luar ke planet Bumi, sehingga 
planet ini memiliki sumber air di mana-mana. Sejak itulah Bumi yang mati 
berproses menjadi hidup.


  Drama kehidupan pun mulai berjalan di sebuah ‘debu angkasa’ yang bernama 
Bumi. Di dalamnya kita dihidupkan, di dalamnya kita dimatikan, dan akhirnya 
suatu ketika nanti dibangkitkan kembali...


  QS. Al Hadiid (57): 17
  Ketahuilah olehmu bahwa sesungguhnya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya. 
Sesungguhnya Kami telah menjelaskan kepada-mu tanda-tanda kebesaran (Kami) 
supaya kamu memikirkannya.


  Di ayat lain, Allah menyebut bahwa hidupnya Bumi itu disebabkan oleh turunnya 
air ke permukaannya.


  QS. Ar Ruum (30): 24
  Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan kepadamu kilat 
untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan air dari langit, 
lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang 
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan 
akalnya.


  Sedangkan di ayat berikut ini Allah mengatakan lebih jauh, bahwa ketika air 
itu disiramkan ke bumi, maka tanahnya bakal bergerak, dan kemudian menjadi 
subur.


  QS. Fushshilat (41): 39
  Dan sebagian dari tanda-tandaNya bahwa kamu melihat bumi itu kering tandus, 
maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. 
Sesungguhnya Tuhan Yang menghidupkannya tentu dapat menghidupkan yang mati: 
sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.


  Air menjadi kunci dari munculnya kehidupan. Tanpa air, tidak ada kehidupan. 
Baik pada tanaman, binatang maupun manusia. Karena itu tidak heran, dalam 
berbagai firmanNya Allah menjelaskan bahwa kehidupan ini memang sangat berkait 
dengan air. Bahkan Allah memulai segala kehidupan ini berasal dari air.


  Allah menumbuhkan berbagai tanaman dari air. Allah menciptakan binatang juga 
dari air. Bahkan Allah menciptakan manusia pun dari air. Air adalah kunci 
seluruh kehidupan di muka palent Bumi ini.


  QS. Thaahaa (20): 53
  Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan Yang telah menjadikan 
bagimu di bumi itu jalan-jalan, dan menurunkan air dari langit. Maka Kami 
tumbuhkan dengan air itu berjenis-jenis tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam.


  QS. An Nuur (24): 45
  Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari 
hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua 
kaki, sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan 
apa yang dikehendaki Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.


  QS. Al Furqaan (25): 54
  Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air, lalu Dia jadikan manusia 
itu (punya) keturunan dan mushaharah dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa.


  Begitulah Allah menghidupkan Bumi, dan menghidupkan berbagai jenis makhluk di 
dalamnya dari air yang sengaja dikirimkan ke planet ini. Planet yang hidup ini, 
lantas berproses secara otomatis untuk menjaga kelangsungan hidupnya selama 
bermiliar tahun. Sampai sekitar jutaan tahun yang lalu, muncullah spesies 
terbaik yang bernama manusia. Dan terus mengalami penyempurnaan hingga abad 
modern ini...


  QS. Al Baqarah (2): 164
  Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan 
siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan 
apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia 
hidupkan bumi sesudah matinya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, 
dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh 
(terdapat) tanda-tanda bagi kaum yang memikirkan.



 Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com

[Non-text portions of this message have been removed]



[daarut-tauhiid] Planet Paling Ideal

2007-09-03 Terurut Topik firliana putri
   PLANET PALING IDEAL


  Allah memilih Bumi sebagai panggung drama kehidupan manusia. Padahal, di alam 
semesta ini ada bertriliun-triliun benda langit. Dan jutaan di antaranya, 
diduga mirip dengan Bumi. Akan tetapi, anehnya, sampai sekarang tidak ditemukan 
sinyal-sinyal kehidupan dari angkasa luar. Langit alam semesta sepi!


  Hiruk pikuk kehidupan ternyata hanya terjadi di sebuah planet kecil benama 
Bumi. Di sebuah tata surya, di pinggir sebuah galaksi berbentuk cakram, bernama 
Bima Sakti. Allah memilih planet Bumi yang tak ubahnya seperti ‘debu angkasa’ 
ini, sebagai panggung drama kehidupan manusia...


  QS. Al A'raaf (7): 25
  Allah berfirman: Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari 
bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan.


  Ayat di atas dengan sempurnanya menjelaskan bahwa sejak awal kehidupannya 
manusia memang diciptakan di planet ini, selama hidup juga di sini, dan 
akhirnya mati serta kebangkitannya juga bakal terjadi di Bumi.


  Ya, Bumi adalah planet istimewa yang dipilih oleh Allah sebagai panggung 
drama kehidupan manusia. Tidak ada planet sesempurna ini yang bisa digunakan 
sebagai tempat hidup makhluk seperti manusia, selama jutaan tahun. Bahkan 
sampai rusaknya atau kiamatnya Bumi ini. Kemudian masih diteruskan sampai 
datangnya hari berbangkit.


  Di dalam Al Qur’an Allah bercerita, bahwa Bumi yang sudah rusak pun 
diperbaiki kembali olehNya agar masih bisa digunakan kembali untuk kehidupan 
manusia di fase Akhirat. Bahwa, kiamat bumi bakal mengalami kerusakan fatal 
disebabkan oleh serbuan batu angkasa.


  QS. Al Mulk : 16-17
  Apakah kamu merasa aman terhadap yang di langit bahwa Dia akan menjungkir 
balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang?,


  atau apakah kamu merasa aman terhadap yang di langit bahwa Dia akan 
mengirimkan badai yang berbatu. Maka kelak kamu akan mengetahui bagaimana 
peringatan-Ku?


  Begitulah Allah bakal menghancurkan Bumi ini dengan cara mengirimkan badai 
berbatu dari luar angkasa yang akan menyebabkan musnahnya kehidupan di atasnya. 
Termasuk manusia. Inilah kerusakan terparah yang bakal dialami oleh Bumi 
sepanjang sejarahnya yang sudah sekitar 5 miliar tahun.


  Namun, Bumi tidak hancur total. Ia masih berbentuk. Bahkan bertambah dengan 
material dari angkasa luar, yang berasal dari bebatuan angkasa tersebut. Cuma, 
penghuninya binasa. Bersama lingkungan hidup yang rusak fatal.


  Sekian juta tahun kemudian, Allah mengembalikan fungsi Bumi. Bahkan lebih 
baik dari sebelumnya. Dan, manusia dibangkitkan kembali untuk 
mempertanggungjawabkan segala perbuatannya selama hidup di dunia.


  QS. Ibrahim (14): 48
  (Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian 
pula) langit, dan mereka semuanya berkumpul menghadap ke hadirat Allah yang 
Maha Esa lagi Maha Perkasa.


  Keanehan terbesar planet Bumi adalah kondisinya yang sangat ideal untuk bisa 
memunculkan kehidupan. Padahal, agar bisa terjadi kehidupan, planet ini harus 
memiliki fasilitas-fasilitas yang bukan main rumitnya. Dan harus terjaga selama 
miliaran tahun secara otomatis (self controlled).


  Di antaranya, Bumi ini harus memiliki daratan. Sebab tanpa daratan, makhluk 
hidup terutama manusia, tidak akan bisa bertempat tinggal. Tapi, adakah planet 
yang tidak memiliki daratan? Banyak. Di antaranya adalah planet Yupiter, 
Saturnus dan Uranus. Ketiga planet itu tidak memiliki daratan. Semuanya gas!


  Tentu saja tidak mungkin dihuni oleh manusia. Karena tidak ada tempat 
berpijak. Akan tetapi, meskipun ada daratan, sebuah planet belum tentu juga 
bisa dihuni. Daratan di planet Pluto (sekarang bukan termasuk planet lagi) 
misalnya, adalah air dan gas yang membeku disebabkan oleh suhu yang sangat 
rendah, sekitar minus 328 derajat Celsius. Dijamin tidak ada makhluk hidup yang 
bisa tinggal di planet dengan daratan seperti itu.


  Atau sebaliknya, daratan di planet Mercurius. Planet ini sangat dekat dengan 
matahari, sehingga suhunya sangat tinggi, bisa melelehkan logam Timbal. Tentu 
saja, anda tak akan tahan tinggal di planet ini. Di bagian yang berlawanan 
dengan daratan yang mendidih itu, daratan Mercurius justru membeku. Kenapa bisa 
begitu? Karena bagian yang ada di baliknya itu terus menerus membelakangi 
matahari. Berbeda dengan bagian sebaliknya, yang justru terus menerus menghadap 
matahari. Karena itu suhu planet ini menjadi sangat ekstrim.


  Selain daratan, sebuah planet yang layak huni harus memiliki air. Bumi sangat 
berkelimpahan dengan air. Sekitar 2/3 permukaannya ditutupi oleh air. Sebuah 
kondisi yang tidak terjadi pada 'saudara-saudara' Bumi di tata surya ini. 
Planet yang jauh dari matahari membeku, sedangkan yang dekat matahari mendidih 
dan menguap.
  Tentang keberadaan air itu sendiri sangatlah misterius. Banyak yang 
memprediksi air yang ada di muka Bumi ini sebenarnya bukan terbentuk di 
permukaan Bumi, melainkan datang dari luar angkasa.


  Kenapa ada pemikiran demikian? Sebab, air 

[daarut-tauhiid] Islam Mencerahkan

2007-08-28 Terurut Topik firliana putri
   ISLAM MENCERAHKAN


  Islam adalah agama yang mencerahkan kehidupan manusia. Kitab sucinya - Al 
Qur’an -adalah sebuah mukjizat yang menjadi petunjuk sepanjang masa. Tentang 
apa saja. Di dalamnya ada guidance ajaib, yang jika dipraktekkan bakal 
mengantarkan kita kepada hasil yang menakjubkan. Di segala bidang. Di bidang 
ekonomi, bidang politik, sosial budaya, keluarga, sampai ilmu pengetahuan dan 
teknologi yang menjadi ciri khan manusia abad ini dan mendatang.


  Karena itu, Islam menjamin umatnya bakal menjadi umat teladan jika 
mengikutinya. Sayang, beberapa ratus tahun terakhir ini, umat Islam tidak 
menjalankan ajaran Al Qur’an secara utuh dan konsisten. Maka umat yang 
seharusnya menjadi teladan di muka Bumi ini pun menjadi terperosok dalam jurang 
kemunduran yang sangat dalam.


  Dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi, Al Qur’an adalah kitab suci yang 
paling mengagumkan. Prediksi-prediksinya tentang banyak hal ke masa depan luar 
biasa akurat dan mencengangkan. Mulai dari bidang kosmologi, astronomi, 
biologi, kedokteran, kimia, metalurgi, sampai perkembangan biomolekuler 
mutakhir, sangatlah mengagumkan. Tidak berlebihan jika Al Qur’an disebut 
sebagai buku induk ilmu pengetahuan.


  Hal ini, sebenarnya telah dibuktikan oleh ilmuwan-ilmuwan Islam di jaman 
keemasan khalifah Islamiyah. Pada jaman itu ilmu-ilmu pengetahuan dan teknologi 
berkembang sangat pesat. Dan kemudian diadopsi oleh peradaban Barat, sehingga 
berkembang seperti dewasa ini. Ironisnya, kini dunia Islam malah meredup.


  Bukan hanya di masa lalu, di masa depan peradaban manusia pun, Al Qur’an 
bakal tetap bersinar sebagaimana diklaim dalam ayat-ayat yang terkandung di 
dalamnya.






  QS. An Nisaa' (4): 174
  Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu, 
dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Qur’an).


  Prediksi-prediksi dalam bidang kosmologi misalnya, sungguh mengagumkan. Di 
antaranya adalah, munculnya teori Big Bang ternyata seiring dengan penjelasan 
dalam Al Qur’an surat al Anbiyaa': 30. Ayat itu menjelaskan bahwa langit dan 
Bumi dulunya memang satu kesatuan kemudian dipisahkan dengan kekuatan besar.


  Sebaliknya keruntuhan alam semesta - Big Crunch - kelak, juga sudah 
diprediksi oleh Al Qur’an dalam surat yang sama ayat 104. Bahwa Allah bakal 
menggulung langit seperti menggulung lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana 
permulaan penciptaan, maka demikian pula Allah bakal mengakhirinya. Dua 
skenario besar yang sampai kini masih menjadi bahan diskusi para pakar 
kosmologi modern.


  Dalam bidang Fisika modern, Al Qur’an juga memberikan gambaran-gambaran 
menakjubkan tentang relativitas waktu, perjalanan teleportasi, alam semesta 
berdimensi 9, rekaman alam semesta, dan dunia hologram. Semua itu adalah 
puncak-puncak perkembangan mutakhir dalam bidang sains modern yang belum 
sepenuhnya dipahami oleh para pakar. Akan tetapi Al Qur’an telah memberikan 
sinyal-sinyal keberadaannya.


  Saya hanya ingin memberikan gambaran lebih jelas kepada anda bahwa Al Qur’an 
adalah kitab induk ilmu pengetahuan yang luar biasa hebatnya. Sayangnya, selama 
ini kita memperlakukannya hanya sebagai buku doktrin yang tidak boleh dipahami 
secara ilmiah. Pokoknya telan saja mentah-mentah. Dan tidak boleh membantah 
guru yang mengajarinya.


  Nah dalam diskusi ini, sekali lagi saya akan mengajak pembaca untuk memahami 
betapa indah dan canggihnya informasi dari dalam Al Qur’an ketika bercerita 
tentang penciptaan manusia. Baik manusia pertama, maupun kita semua yang 
menjadi anak cucunya.


  Al Qur’an menyodorkan sebuah cerita ilmiah mempesona yang menggabungkan 
ilmu-ilmu kedokteran mutakhir, ilmu biologi, biokimia, fisika modern, dan ilmu 
biomolekuler yang kini berkembang sangat pesat.


  Proses penciptaan Adam dan Hawa beserta anak cucunya tidak lagi harus kita 
persepsi sebagai sebuah cerita legenda yang membosankan, melainkan sebagai 
sebuah pertunjukan drama kolosal sains fiction yang sangat mencengangkan. Allah 
memberikan sinyal-sinyal itu dalam berbagai firmanNya.


  QS. As Sajdah (32): 7-9
  Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai 
penciptaan manusia dari tanah.


  Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (sperma  
ovum).

  Kemudian Dia menyempumakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya ruh-Nya dan Dia 
menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit 
sekali bersyukur.


  Ayat-ayat di atas, di bagian-bagian berikut yang lebih khusus, akan kita 
bahas lewat pendekatan sains mutakhir, bersama ayat-ayat lain dari dalam Al 
Qur’an.


  Semakin banyak ilmu mutakhir yang kita libatkan, semakin baik pula kesimpulan 
yang kita peroleh. Semakin canggih alat yang kita gunakan, maka semakin 
mendalam pula kepahaman yang kita peroleh.


  QS. Al Jaatsiyah (45): 2-5
  Kitab (ini) diturunkan dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.


  Sesungguhnya pada langit dan 

[daarut-tauhiid] Mengumbar Syahwat

2007-07-16 Terurut Topik firliana putri
   MENGUMBAR SYAHWAT


  Syahwat adalah fitrah manusia. Tidak bersifat buruk. Juga tidak bersifat 
baik. Netral. Bergantung kepada orang yang memiliki dan melakukannya. Karena 
itu, syahwat tidak boleh dimatikan. Karena, ini adalah salah satu sifat bawaan 
yang menjadikan manusia menjadi bersifat manusiawi. Bukan malaikat, yang tanpa 
syahwat.


  Syahwat adalah dorongan nafsu biologis di dalam diri manusia yang menyebabkan 
ia tertarik kepada lawan jenisnya. Seorang lelaki tertarik kepada wanita. Dan 
seorang wanita tertarik kepada lelaki. Itu normal.


  Tetapi, ada juga yang tertarik kepada sesama jenis. Lelaki tertarik kepada 
lelaki, dan wanita tertarik kepada wanita. Yang ini tidak normal. Meskipun 
dorongan itu juga disebut sebagai syahwat. Hal ini pernah terjadi pada umat 
nabi Luth. Mereka banyak yang mempraktekkan hubungan homoseks, antara sesama 
laki-laki. Praktek semacam ini adalah perbuatan yang melampaui batas. Karena 
telah menyimpang dari fitrah yang seharusnya. Bahwa syahwat itu mesti 
disalurkan dengan lawan jenisnya.


  QS. Al A' raaf (7): 81
  Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan syahwatmu (kepada 
mereka), bukan kepada wanita, sungguh kamu adalah kaum yang melampaui batas.


  Larangan Allah itu bukan untuk kepentingan siapa-siapa. Semua itu adalah 
untuk kepentingan orang yang bersangkutan. Segala perbuatan yang melawan fitrah 
pastilah akan menimbulkan masalah. Cepat atau lambat.


  Demikian pula dengan perbuatan homoseks. Praktek semacam ini sangat 
berpotensi untuk menimbulkan berbagai macam penyakit, sosial maupun individual. 
Fisik maupun psikis.
  Sehingga dalam ayat berikut ini, Allah mengaitkan perbuatan homoseks itu 
dengan akibat negatif, yang kebanyakan belum kita ketahui sebelumnya. Atau 
boleh jadi akan terus terkuak dampak-dampak negatifnya di masa depan.


  QS. An Naml (27): 55
  Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) syahwat, bukan wanita? 
Sebenarnya kamu adalah kaum yang tidak mengetahui (akibat perbuatanmu).


  Di era modern ini, kita telah mengetahui sebagian akibat negatif dari praktek 
homoseksual tersebut. Di antaranya adalah tersebarnya penyakit HIV-AIDS yang 
sangat mematikan dan sulit disembuhkan, hingga kini.


  Korban-korban terus berjatuhan, dan meluas ke segala lapisan masyarakat. Jika 
dulunya banyak diketemukan di kalangan homoseks dan pemakai narkoba, maka kini 
sudah menyebar ke orang-orang yang tidak ikut menjalaninya.


  Di antaranya kepada wanita-wanita nakal di lokalisasi. Dan kemudian menular 
kepada lelaki hidung belang. Akhirnya menular kepada istri dan anak-anak mereka 
yang tidak berdosa.


  Selain penyakit yang bersifat fisik, tentu saja hal ini memunculkan berbagai 
penyakit sosial dan masalah pada penurunan generasi-generasi sesudahnya. 
Begitulah akibat perbuatan-perbuatan maksiat yang dilarang oleh Allah. Sehingga 
Allah lantas memperingatkan kita terhadap azab yang bakal menimpa kita, 
meskipun kita tidak melakukannya. Karena kita tidak berusaha mencegahnya.


  QS. Al Anfaal (8): 25
  Dan peliharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang 
yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras 
siksaan-Nya.


  Syahwat tidak perlu dimatikan, karena ini adalah dorongan yang bermanfaat 
untuk meneruskan generasi manusia. Jika syahwat ini disalurkan sebagaimana 
mestinya, justru akan menghasilkan energi positif yang bermanfaat buat kita. 
Baik secara fisik, psikis, maupun sosial.


  Secara fisik, banyak penelitian yang menyebutkan bahwa penyaluran syahwat 
yang baik dan benar justru akan menyehatkan. Memberikan energi dan kekuatan 
kepada kita. Baik bagi kerja jantung, sistem hormonal, maupun kerja otak.


  Secara psikis, penyaluran syahwat yang terkendali dengan baik akan memberikan 
rasa tenang dan bahagia. Apalagi jika menghasilkan keturunan.


  Dan secara sosial, penyaluran syahwat yang baik dan benar akan menekan angka 
penyakit-penyakit sosial yang cenderung meruyak di jaman modern ini. Seperti 
pelacuran, perselingkuhan, aborsi, pelecehan seksual, bahkan pembunuhan yang 
disebabkan oleh kombinasi perbagai dampak di atas.


  Sayangnya, kehidupan modern justru cenderung untuk mengajak mengumbar 
syahwat. Bukan mengendalikannya. Mulai dari berita-berita koran, majalah, 
tabloid, televisi, cara berpakaian, tempat-tempat hiburan, sampai pada 
pelacuran yang terorganisasi dan dilegalkan.


  Kehidupan modern telah dikepung budaya mengumbar syahwat. Saking seringnya 
kita melihat adegan seperti itu, sampai-sampai kita menganggapnya sudah biasa. 
Dan wajar-wajar saja. Kalau pun kita tidak setuju, paling-paling kita hanya 
menyimpannya dalam hati. Tidak berusaha untuk mengatasinya.


  Tapi apa akibatnya? Ternyata, kita juga harus menanggung dampak negatifnya. 
Ya, orang-orang yang tak ikut berbuat dosa, ikut terkena getahnya. Karena itu 
Allah mengingatkan kita agar mencegah perbuatan dosa, dan mengajak pada 
kebaikan. Kemanfaatan bagi semua.
  Perselingkuhan - 

[daarut-tauhiid] Keluarga Sakinah

2007-06-26 Terurut Topik firliana putri
   KELUARGA SAKINAH


  Perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah, 
warahmah. Keluarga yang tenteram, penuh cinta, dan kasih sayang. Itulah yang 
dikemukakan Allah dalam firmanNya di QS. 30:21.


  Maka, kita harus mencermati lebih jauh, apakah yang dimaksudkan dengan 
keluarga yang tenteram, penuh cinta, dan kasih sayang itu.


  1. Sakinah alias Tenteram.


  Saya kira kita sudah tahu dan paham makna kata ‘tenteram’. Yaitu, tidak 
terjadi percekcokan, pertengkaran, atau apalagi perkelahian. Ada kedamaian 
tersirat di dalamnya. Boleh jadi masalah datang silih berganti, tetapi bisa 
diatasi dengan hati dan kepala dingin.


  Ketenteraman hanya bisa muncul jika anggota keluarga itu memiliki persepsi 
yang sama tentang tujuan berkeluarga. Jika tidak, yang terjadi adalah 
perselisihan dan pertengkaran. Si suami ingin ke barat, sang istri ingin ke 
timur. Si suami mengira itu baik. Sang istri sebaliknya. Dan seterusnya. 
Bagaimana mungkin rumah tangga yang demikian bisa tenteram.


  Maka ketenteraman hanya akan muncul jika suami, istri, dan anak memiliki 
persepsi yang sama tentang segala hal yang berkait dengan aktivitas keluarga. 
Bagaimana hal itu bisa terjadi? Setidak-tidaknya lakukanlah hal-hal berikut ini.


  a. Melakukan komunikasi
  b. Menjaga kejujuran
  c. Membangun toleransi
  d. Berusaha saling memberi


  Keempat hal di atas adalah kunci dari terjadinya ketenteraman. Pertengkaran 
seringkali dimulai dari buntunya komunikasi. Karena masing-masing pihak tidak 
mengerti yang dimaksudkan oleh pasangannya.


  Sebaliknya, komunikasi yang lancar seringkali menjadi media efektif untuk 
menyelesaikan berbagai permasalahan. Boleh jadi kita berbeda pendapat tentang 
sesuatu hal, tetapi jika itu dikomunikasikan dengan baik, tidak akan terjadi 
salah persepsi. Kita jadi tahu persoalannya dengan segala alasan yang melatar 
belakangi.


  Bahkan hal-hal yang sangat privat sekalipun sebaiknya dibangun lewat 
komunikasi yang baik. Barangkali ada suami atau istri yang malu-malu 
menyampaikan suatu hal yang dianggapnya tabu. Padahal kalau itu 
diterus-teruskan, bisa menyebabkan pertengkaran. Bahkan kadang sampai menjurus 
ke perceraian.


  Ketentraman muncul karena rasa aman atas berbagai keperluan yang bisa 
terpenuhi. Atau setidak-tidaknya ada kesepahaman untuk memenuhi masing-masing 
kebutuhan suami dan istri. Ambil contoh urusan di kamar tidur.


  Jika karena sesuatu hal, salah satu pasangan merasa tidak terpenuhi 
hasratnya, maka jangan sungkan-sungkan atau memendam perasaan. Sebab, tidak 
jarang pertengkaran hebat terjadi dikarenakan persoalan-persoalan yang tadinya 
dianggap sepele. Tetapi tidak terkomunikasikan dengan baik.


  Ini hanyalah soal seni berkomunikasi. Bagaimana kita bisa menyampaikan 
keinginan secara indah dan elegan kepada pasangan, tanpa harus mengorbankan 
hal-hal yang bersifat mendasar. Justru di situlah letak seni berumah tangga, 
antara suami dan istri. Antara anggota-anggota keluarga.


  Tetapi pada dasarnya, tetap saja komunikasi yang lancar adalah salah satu 
sendi terjadinya keharmonisan dalam berkeluarga. Tidak masalah apakah 
komunikasi itu dilakukan secara terbuka ataukah lewat cara yang lebih tersamar. 
Yang penting komunikasi antar suami istri harus berjalan lancar.
  Akan tetapi, memang tidak semua pasangan suami istri bisa berlaku seperti 
itu. Terserah saja. Yang penting ada semacam kesepakatan dan kesepahaman antara 
keduanya. Insya Allah dengan komunikasi yang baik itu, suami dan istri akan 
merasakan ketenteraman, karena tidak ada yang tersembunyikan.


  Yang ke dua, selain komunikasi yang lancar, kejujuran memainkan peranan yang 
sangat vital dalam membangun ketenteraman berumah tangga. Rumah tangga mana pun 
dan siapapun, ketika dijalani dengan penuh kebohongan dan khianat, tidak akan 
menghasilkan ketenteraman.


  Selalu ada perasaan was-was, gelisah dan khawatir terhadap pasangannya. 
Bagaimana mungkin kita merasa tenteram jika setiap cerita dan pengalaman 
pasangan kita selalu berbau kecurigaan?


  Kejujuran mutlak diperlukan dalam membina ketenteraman berumah tangga. Bahkan 
Rasulullah saw pernah mengatakan kepada seseorang yang baru masuk Islam, bahwa 
kejujuran adalah syarat untuk masuk Islam. Dan karena kejujurannya itulah orang 
tersebut lantas bisa beragama dengan baik. Bahkan tidak berani berbuat yang 
tidak-tidak, karena ia merasa tidak pernah bisa menyembunyikan perbuatan 
buruknya.


  Karena itu, sejak awal berumah tangga kita harus sudah menanamkan komitmen 
dan kesepakatan untuk selalu jujur kepada pasangan kita. Itulah awal yang baik 
dari ketenteraman rumah tangga kita. Rumah tangga yang sakinah.


  Yang ke tiga, syarat untuk mencapai keluarga sakinah adalah toleransi. Kenapa 
ini perlu? Sebab suami dan istri sebenarnya adalah dua individu yang berbeda, 
yang kini berusaha untuk bersatu dalam rumah tangga.


  Karena adanya perbedaan itulah maka kita butuh beradaptasi satu sama lain. Di 
sinilah peranan toleransi. 

[daarut-tauhiid] Perkawinan Ibadah

2007-06-25 Terurut Topik firliana putri
   PERKAWINAN IBADAH


  Suatu ketika Rasulullah saw bertanya kepada para sahabat, siapakah orang yang 
paling taat dan takwa kepada Allah? Maka, satu per satu mereka memberikan 
jawaban.


  Ada yang berkata bahwa orang yang paling taat dan takwa kepada Allah adalah 
orang yang selalu berpuasa setiap hari. Rasulullah menggelengkan kepala. Aku 
adalah Rasul Allah, tetapi aku tidak berpuasa setiap hari, begitu tepis beliau.


  Sahabat yang lain memberikan jawaban berbeda. Menurutnya, orang yang paling 
taat dan takwa kepada Allah adalah orang yang melakukan shalat terus sampai tak 
sempat tidur. Rasulullah mengelengkan kepala, sambil berkata: Aku adalah Rasul 
Allah. Aku menjalankan shalat, tapi juga menyempatkan untuk tidur.


  Orang yang ke tiga menjawab berbeda lagi, menurutnya, orang yang taat dan 
takwa kepada Allah itu adalah orang yang tidak kawin, agar ibadahnya kepada 
Allah tidak terganggu. Tapi lagi-lagi Rasulullah menggelengkan kepala. Aku 
Rasul Allah. Aku beribadah, tapi aku juga tetap melakukan perkawinan


  Ah, pembaca, begitu banyak orang yang berlebihan dalam beribadah. Sehingga 
ada yang sampai tidak kawin atas nama ibadah. Maka Rasulullah mengkritik secara 
halus orang-orang yang berlaku demikian.


  Ibadah adalah bentuk ketaatan kepada Allah. Upaya untuk mendekatkan diri 
kepadaNya. Tetapi jangan sampai keliru sehingga terjebak kepada perilaku 
melampaui batas. Sebagaimana yang Allah tujukan kepada para rahib Nasrani yang 
tidak melakukan perkawinan dengan alasan ibadah. Padahal perkawinan itu sendiri 
adalah bentuk ibadah seorang manusia kepada Allah.


  QS. Al Maidah (5): 77
  Katakanlah: Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan dengan cara 
tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang 
yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah 
menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus.


  Bahkan Rasulullah saw pernah bersabda, barangsiapa tidak kawin, padahal ia 
mampu, maka ia bukanlah termasuk umat beliau. Begitulah, perkawinan bukan hanya 
bersifat lahiriah dan sesaat, serta bertujuan jangka pendek, melainkan lebih 
jauh dari itu. Untuk memberikan berbagai macam kemudahan dan kebahagiaan kepada 
kita.


  Allah tidak menghendaki kesulitan atas hamba-hambaNya. Justru sebaliknya, 
Allah menghendaki kemudahan dan kebahagiaan buat kita semua. Dan perkawinan 
adalah salah satu jalan untuk mencapai kebahagiaan. Ketentraman dan kasih 
sayang.


  QS. Ar Ruum (30): 21
  Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu 
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram 
kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya 
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.


  Kalau kita cermati ayat di atas, kita memperoleh kesimpulan bahwa tujuan 
perkawinan itu setidak-tidaknya ada 3 hal. Yang pertama, untuk menunjukkan 
kekuasaan Allah. Ke dua, agar tercipta ketentraman. Dan yang ke tiga, untuk 
membangun kasih sayang.


  Inilah salah satu cara Allah membahagiakan hamba-hambaNya. Lewat perkawinan. 
Karena itu Rasulullah pernah menyampaikan bahwa rumah tangga beliau itu 
bagaikan surga bagi beliau. Baiti jannati - rumahku adalah surgaku.


  Bagaimana hal itu bisa terjadi? Sementara kita melihat demikian banyaknya 
rumah tangga yang justru menjadi neraka bagi penghuninya. Pertengkaran terjadi 
setiap hari. Suami jarang pulang. Istri pun membalas menginap di rumah teman. 
Anak-anak telantar, entah siapa yang mengurusi keperluannya.


  Ketika perkawinan tidak dilandasi niat ibadah, biasanya yang muncul adalah 
keretakan rumah tangga. Bermunculannya segala masalah.


  Begitulah keterkaitannya. Ketika kita meniatkan ibadah kepada Allah lewat 
perkawinan, maka DIA pun menjadikan rumah tangga kita sebagai surga. Di situlah 
bakal muncul ketentraman. Disitu pula bakal muncul kasih sayang. Dan di situ 
bakal tercipta surga dunia. Bagaimana bisa? Karena Allah sendiri yang bakal 
menjaga rumah tangga kita dengan kekuasaanNya.


  Di ayat lain Allah juga memberikan gambaran bahwa perkawinan bertujuan untuk 
menghasilkan keturunan yang salih dan salihah sehingga melengkapi kebahagiaan. 
Bukan hanya kebahagiaan bersama istri dan suami tercinta, tetapi bersama 
anak-anak sang buah hati. Sang buah cinta.


  QS. Al Furqaan (25): 74
  Dan orang-orang yang berkata: Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami 
isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati, dan jadikanlah 
kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.


  Jadi, kunci kebahagiaan rumah tangga sebenarnya berada pada niatan kita untuk 
melakukan pernikahan tersebut. Jika kita hanya berniat untuk bersenang-senang 
secara biologis, maka kita pun hanya akan memperoleh kesenangan sesaat. Karena 
yang namanya kesenangan biologis itu hanya sementara dan dangkal sifatnya.


  Sangat terkait dengan waktu. Boleh jadi, satu-dua tahun kemudian 

[daarut-tauhiid] Meneruskan Generasi

2007-06-20 Terurut Topik firliana putri
   MENERUSKAN GENERASI


  Salah satu kebahagiaan dalam berumah tangga adalah ketika punya keturunan. 
Sebaliknya akan membuat sedih dan menderita ketika tidak memiliki keturunan.


  Fitrah manusia adalah ingin hidup langgeng. Tapi karena umur terbatas, maka 
kita ingin melanggengkan eksistensi kita lewat keturunan. Bukan hanya 
meneruskan keturunan, melainkan juga memunculkan kebahagiaan. Rasanya, kita 
seperti melihat diri kita terlahir kembali ke dunia dalam bentuk yang lebih 
kecil. Dan, lantas takjub dibuatnya.


  Maka, ayah dan ibunya seringkali berebut menyebut persamaan si anak dengan 
dirinya. Wah, hidungnya kayak hidungku, kata si ayah. Ya, tapi matanya kayak 
mataku, kata ibunya tidak mau kalah. Keduanya lantas tertawa lebar. Bahagia 
menyambut kehadiran sang buah hati.


  Memperoleh keturunan adalah kebahagiaan yang tiada terkira dalam rumah 
tangga. Allah membalas susah payah orang tua dalam ‘membuat anak’ tersebut 
dengan rasa bahagia yang luar biasa. Anda yang belum punya anak, pasti tak akan 
bisa memahami betapa bahagianya memiliki anak.


  QS. Ali lmran (3): 39
  Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri 
melakukan shalat di mihrab (katanya): Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu 
dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang 
datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang 
Nabi termasuk keturunan orang-orang saleh.


  QS. Huud (11): 71
  Dan isterinya berdiri (dibalik tirai) lalu dia tersenyum. Maka Kami sampaikan 
kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishaq, dan dari Ishaq (akan lahir 
puteranya) Ya'qub.


  Begitulah, ayat-ayat Qur'an pun bercerita tentang kegembiraan dan kebahagiaan 
mereka yang memperoleh anak setelah sekian lama belum memperolehnya.


  Anak-anak itulah yang bakal meneruskan kehidupan orang tuanya. Karena itu 
Allah memerintahkan kepada setiap orang tua agar menjaga, merawat dan mendidik 
anak-anaknya dengan sebaik-baiknya, supaya menjadi generasi yang salih dan 
salihah. Anak-anak yang pandai, berakhlak mulia, sejahtera, dan memberi manfaat 
sebesar-besarnya.
  QS. An Nisaa' (4): 9
  Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di 
belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap 
(kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah 
dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.


  Nah, untuk menghasilkan generasi kuat semacam itu kuncinya ada pada kualitas 
lembaga rumah tangga yang dibangun oleh orang tuanya. Jika rumah tangga itu 
Islami, tenteram, bahagia, dan tertata dengan baik, Insya Allah akan 
menghasilkan anak-anak yang baik di masa depan. Sebaliknya, jika rumah tangga 
tersebut amburadul, maka ia pun akan menghasilkan anak-anak yang ‘amburadul’.


  Rasulullah pernah mengatakan, bahwa seorang anak dilahirkan dalam keadaan 
suci dan bersih. Orang tuanyalah yang menjadikannya seorang muslim, nasrani, 
yahudi atau majusi.


  Hal ini menunjukkan betapa sentralnya peranan orang tua bagi kualitas 
anak-anaknya di masa depan. Jika orang tuanya suka bertengkar, maka 
anak-anaknya pun akan memiliki sifat-sifat suka bertengkar. Jika orang tuanya 
suka berlaku kasar, maka anak-anaknya pun bakal senang berlaku kasar. Namun, 
jika orang tuanya memberikan contoh kasih sayang dan kelembutan dalam keluarga, 
maka anak-anak mereka pun bakal menyukai budaya kasih sayang dan kelembutan 
dalam hidupnya.


  Pendidikan di sekolah dan luar sekolah masih kalah oleh pendidikan dalam 
keluarga. Sejak kecil anak melihat contoh yang paling dekat dengannya. Dan itu 
ada pada orang tua mereka.


  Memang ada masa-masa si anak mencoba meniru contoh-contoh yang ada di luar 
keluarganya, akan tetapi terbukti kemudian, mereka akan kembali pada apa yang 
telah terbiasa dan dibiasakan oleh orang tuanya sejak kecil kepadanya.


  Karena itu, sering kita dengar pepatah mengatakan bahwa buah jatuh tidak jauh 
dari pohonnya. Artinya, seorang anak tidak akan jauh dari akhlak dan didikan 
orang tuanya. Selain karena faktor genetik yang diturunkan, hal itu juga 
bersumber dari kebiasaan yang ditanamkan selama bertahun-tahun.


  Maka, betapa idealnya kalau anak-anak kita itu, selain memiliki kualitas 
orang tuanya, juga berkembang dengan kualitas dirinya sendiri yang sesuai 
dengan jamannya.


  Janganlah berharap untuk menjadikan anak-anak itu sama persis seperti kita. 
Karena jaman mereka akan sangat berbeda dengan jaman orang tuanya. Kesuksesan 
orang tua adalah ketika anak-anaknya tumbuh berkembang melebihi dirinya...



[daarut-tauhiid] Bahagiakan Pasangan

2007-06-20 Terurut Topik firliana putri
   BAHAGIAKAN PASANGAN


  Salah satu kebahagiaan adalah ketika melihat orang yang kita cintai bahagia. 
Kebahagiaan jenis ini levelnya lebih tinggi dari kebahagiaan yang bersifat 
individual. Boleh jadi, ini masuk dalam kategori kebahagiaan sosial.


  Tidak gampang untuk memperoleh kebahagiaan jenis ini. Apalagi bagi mereka 
yang bersifat egois. Semua kebahagiaannya diukur dari kebahagiaan diri sendiri. 
Orang yang demikian adalah tipikal 'pemburu kebahagiaan', yang justru tidak 
pernah menemukan kebahagiaan...


  Berumah tangga adalah sebuah cara untuk memperoleh kebahagiaan, dengan cara 
membahagiakan pasangan kita. Partner kita. Istri atau suami. Bisakah itu 
terjadi? Bisa, ketika berumah tangga dengan berbekal cinta. Bukan sekadar 
berburu cinta. Lho, memang apa bedanya?


  Berbekal cinta, berarti kita mencintai pasangan kita. Ingin memberikan 
sesuatu kepada pasangan agar ia merasa bahagia. Sedangkan berburu cinta, 
berarti kita menginginkan untuk dicintai. Menginginkan sesuatu dari pasangan 
kita, sehingga kita merasa bahagia.


  Menurut anda, manakah yang lebih baik? Mengejar cinta atau memberikan cinta? 
Mengejar kebahagiaan ataukah memberikan kebahagiaan? Mengejar kepuasan ataukah 
justru memberikan kepuasan? Mana yang bakal membahagiakan, yang pertama ataukah 
yang ke dua?
  Ternyata, yang ke dua. Mengejar cinta hanya akan mendorong anda untuk berburu 
sesuatu yang semu belaka. Yang tidak pernah anda raih. Karena, keinginan adalah 
sesuatu yang tidak pernah ada habisnya. Apalagi keserakahan.


  Hari ini Anda merasa memperoleh cinta dari pasangan Anda, maka berikutnya 
anda akan merasa tidak puas. Dan ingin memperoleh yang lebih dari itu. Sudah 
memperoleh lagi, berikutnya anda akan ingin lebih lagi.


  Ini hampir tak ada bedanya dengan ingin mengejar kesenangan dengan cara 
memiliki mobil atau rumah. Ketika kita masih miskin, kita mengira akan senang 
memiliki mobil berharga puluhan juta rupiah. Kita berusaha mengejarnya. Lantas 
memperolehnya. Dan kita memang senang.


  Tapi, tak berapa lama kemudian, kita menginginkan untuk memiliki mobil yang 
berharga ratusan juta rupiah. Mobil yang telah kita miliki itu tidak lagi 
menyenangkan, atau apalagi membahagiakan.


  Benak kita terus menerus terisi oleh bayangan betapa senangnya memiliki mobil 
berharga ratusan juta rupiah. Jika kemudian kita bisa memenuhi keinginan itu, 
kita pun merasa senang. Tetapi, ternyata itu tidak lama. Benak kita bakal 
segera terisi oleh bayangan-bayangan, betapa senangnya memiliki mobil yang 
berharga miliaran rupiah. Begitulah seterusnya. Coba rasakan hal ini dalam 
kehidupan anda, maka anda akan merasakan dan membenarkannya.


  Kesenangan dan kebahagiaan itu bukan anda peroleh dengan cara mengejarnya, 
melainkan dengan cara merasakan apa yang sudah anda miliki. Dan jika anda 
mensyukurinya, maka kebahagiaan itu akan datang dengan sendirinya pada 
perubahan yang datang berikutnya.


  Anda tak perlu mengejar kebahagiaan, karena anda sudah menggenggamnya. Yang 
perlu anda lakukan sebenarnya adalah memberikan perhatian kepada apa yang sudah 
anda miliki. Bukan melihat dan mengejar sesuatu yang belum anda punyai. Semakin 
anda memberikan perhatian kepada apa yang telah anda miliki, maka semakin 
terasa nikmatnya memiliki. Jadi, kuncinya bukan mengejar, melainkan memberi.


  Demikian pula dalam berumah tangga. Jika kita ingin memperoleh kebahagiaan, 
caranya bukan dengan mengejar kebahagiaan itu. Melainkan dengan memberikan 
kebahagiaan kepada pasangan kita. Bukan mengejar cinta, melainkan memberikan 
cinta. Bukan mengejar kepuasan, melainkan memberikan kepuasan.


  Maka anda bakal memperoleh kebahagiaan itu dari dua arah. Yang pertama, anda 
akan memperolehnya dari pasangan anda. Karena merasa dibahagiakan, ia akan 
membalas memberikan kebahagiaan.


  Yang ke dua, kebahagiaan itu bakal muncul dari dalam diri anda sendiri. 
Ketika kita berhasil memberikan kepuasan kepada pasangan kita, maka kita bakal 
merasa puas. Ketika berhasil memberikan kesenangan kepada partner kita, maka 
kita pun merasa senang. Dan ketika kita berhasil memberikan kebahagiaan kepada 
istri atau suami kita, maka kita pun merasa bahagia.


  Ini, nikmatnya bukan main. Jumlah dan kualitasnya terserah anda. Ingin lebih 
bahagia, maka bahagiakanlah pasangan anda. Ingin lebih senang, maka 
senangkanlah pasangan anda lebih banyak lagi. Dan, anda ingin lebih puas? Maka 
puaskanlah pasangan anda dengan kepuasan yang lebih banyak. Anda pun bakal 
merasa semakin puas. Terserah anda, minta kesenangan, kepuasan, atau pun 
kebahagiaan sebesar apa. Karena kuncinya ada di tangan anda sendiri. Semakin 
banyak memberi semakin nikmat rasanya.


  Anda yang terbiasa egois dan mengukur kebahagiaan dari kesenangan pribadi, 
akan perlu waktu untuk menyelami dan merenungkan kalimat-kalimat di atas.


  Contoh yang lebih konkret adalah perkawinan dengan cinta yang bertepuk 
sebelah tangan. Perkawinan semacam ini sungguh membuat menderita pihak yang 
tidak 

[daarut-tauhiid] Kedudukan Wanita Dalam Islam

2007-06-06 Terurut Topik firliana putri
   KEDUDUKAN WANITA DI DALAM ISLAM


  Islam sangat menghormati wanita. Baik sebagai seorang ibu, seorang istri, 
atau pun seorang anak. Bahkan juga sebagai seorang kawan dan anggota masyarakat 
pada umumnya.


  Perintah untuk menghormati para wanita tersebar di mana-mana. Di dalam 
Al-Qur’an dalam bentuk firman-firman Allah, di hadits-hadits Rasulullah saw, 
atau pun di berbagai perilaku yang dicontohkan oleh para sahabat nabi. Islam 
adalah agama yang sangat menghormati wanita.


  Suatu ketika, seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah: wahai rasul, 
siapakah orang yang harus saya hormati di dunia Maka Rasulullah menjawab: 
ibumu. Setelah itu siapa lagi ya Rasul? Rasulullah menjawab lagi: ibumu. 
Setelah itu siapa? Dijawab lagi: ibumu. Dan setelah itu siapa? Barulah 
Rasulullah menjawab: bapakmu.


  Hadits ini sungguh luar biasa. Di tengah-tengah periakuan biadab masyarakat 
lelaki terhadap perempuan seperti yang kita bahas sebelum ini, Rasulullah 
justru memberikan jawaban di atas. Bahwa orang yang harus paling kita muliakan 
dan kita hormati adalah seorang wanita: ibu kita.


  Kalau pertanyaan seperti itu ditujukan kepada masyarakat Arab pada waktu itu, 
pasti jawabnya terbalik 180 derajat. Bahwa orang yang harus dimuliakan dan 
dihormati adalah ayah. Sama sekali bukan ibu. Karena seorang lelaki adalah 
kebanggaan keluarga. Pelindung keluarga. Penafkah keluarga. Dan pahlawan 
keluarga.


  Tetapi Islam menyebut ibu. Yang karena dialah kita ada. Tidak mungkin seorang 
diri, lelaki bisa memiliki anak. Akan tetapi, bagi seorang wanita, ia bisa 
memiliki anak meskipun tanpa ayah. Ini dibuktikan dan diabadikan oleh Allah 
dengan lahirnya Isa ibn Maryam. Yang dalam ilmu kedokteran disebut sebagai 
kelahiran parthenogenesis. Kelahiran bayi dari seorang ibu tanpa lewat proses 
perkawinan dengan seorang ayah.


  Ayat-ayat Al-Qur’an sendiri banyak yang memberikan dorongan kepada kita untuk 
menghormati orang tua, khususnya ibu. Ketika bercerita tentang ibu Allah 
memberikan stressing bahwa beliau telah bersusah payah mengandung, melahirkan, 
menyusui dan mendidik kita sampai dewasa. Karena itu, sungguh tidak tahu diri 
jika kita mengabaikannya begitu saja.


  QS. Al Ahqaaf (46): 15
  Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu 
bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan 
susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, 
sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia 
berdoa Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah 
Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat 
amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi 
kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan 
sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.


  Agar kita bisa menghargai orang tua, maka Allah mengingatkan kepada kita 
bahwa suatu saat kita pun akan menjadi orang tua seperti mereka. Kalau kita 
tidak bisa menghargai dan menghormati orang tua, maka anak-anak kita pun tidak 
akan menghargai kita, saat kita sudah tua renta kelak. Sungguh menyakitkan...! 
Ya, anak-anak kita bakal memperlakukan kita seperti mereka melihat kita 
memperlakukan orang tua kita.


  QS. Al Israa' (17): 23
  Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan 
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah 
seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam 
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya 
perkataan ah dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka 
perkataan yang mulia.


  Mana ada ajaran sedetil ini tentang perlakuan anak kepada orang tua yang 
dimuat di kitab-kitab selain Qur'an. Begitu jelas dan gamblang Allah membela 
kaum wanita, dalam hal ini ibu kita. Jangan hanya melihatnya sekarang, ketika 
penghargaan kepada wanita sudah jauh berbeda dengan jaman itu.


  Cobalah lihat perjuangan Islam ini dalam rentang waktu yang panjang dalam 
sejarah peradaban manusia. Dan peradaban ketika Islam ‘terlahir’ ke muka Bumi. 
Maka, kita akan memperoleh kesimpulan yang sangat mengesankan tentang peranan 
Islam dalam mengangkat martabat kaum ibu.


  Bukan hanya kepada ibu, Islam juga memberikan contoh kepada kita agar 
memperlakukan anak-anak perempuan kita dengan baik dan penuh kasih sayang. 
Jangan seperti jaman Jahiliyah dimana seorang ayah tega mengubur anak 
perempuannya hidup-hidup.


  Rasulullah saw adalah contoh konkret bagaimana seorang ayah bersikap kepada 
anak perempuannya. Suatu ketika, Fatimah datang ke rumah nabi. Ketika itu 
Fatimah sudah berkeluarga dengan Ali bin Abi Thalib.
  Waktu itu, Rasul saw sedang berbincang-bincang dengan para sahabat di rumah 
beliau. Mendengar anaknya datang, Rasulullah minta ijin kepada para tamunya 
untuk menyongsong puterinya ke luar pintu.


  

[daarut-tauhiid] Islam Mengangkat Martabat Wanita

2007-06-05 Terurut Topik firliana putri

  ISLAM MENGANGKAT MARTABAT WANITA


  Agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad saw lahir dalam situasi 
dominasi laki-laki yang sangat berlebihan. Di sekitar abad ke 5-6 itulah wanita 
mengalami penghinaan yang luar biasa di seluruh dunia.


  Di Afrika dan Amerika perbudakan sedang gencar-gencarnya berlangsung. Kalau 
kita melihat catatan sejarah, hal itu juga merembet sampai ke Eropa, Timur 
Tengah, dan sebagian Asia. Manusia, khususnya wanita, menjadi ‘barang’ yang 
diperjual-belikan secara bebas. Dari satu tangan penguasa ke penguasa lainnya. 
Dari satu saudagar ke saudagar lainnya.


  Para penguasa dan raja di berbagai belahan dunia pun memperlakukan wanita 
secara semena-mena. Banyak di antaranya memiliki istri atau selir puluhan, atau 
bahkan ratusan orang. Yang kadang-kadang juga dihadiah-hadiahkan, seperti 
barang saja layaknya. Martabat wanita benar-benar runtuh.


  Saat itulah Islam diturunkan kepada nabi Muhammad saw di Jazirah Arab, di 
Timur Tengah, dalam situasi peradaban yang tidak jauh berbeda. Bahkan 
disebut-sebut sebagai kondisi kegelapan yang mewakili suramnya peradaban dunia 
pada waktu itu. Jaman jahiliah. Jaman kegelapan.


  Kondisi masyarakat Arab waktu itu sangat memprihatinkan. Khususnya perlakuan 
terhadap wanita. Karena itu, tidak heran, banyak orang tua yang tidak ingin 
punya anak perempuan. Memiliki anak perempuan adalah aib besar pada waktu itu. 
Apalagi mereka yang bangsawan, hartawan, atau tokoh masyarakat lainnya.


  Begitu mendengar istrinya melahirkan anak perempuan, merah padamlahlah muka 
sang ayah. Pasti berita itu bakal disimpan rapat-rapat agar tidak terdengar 
oleh orang lain. Atau, mereka tidak akan segan-segan membunuh anak yang baru 
lahir itu, karena malu. Hal yang mengerikan ini sampai diabadikan dalam 
Al-Qur’an.

  QS. An Nahl (16): 58-59
  Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak 
perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah.


  Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang 
disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan 
ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah, alangkah 
buruknya apa yang mereka tetapkan itu.


  Dikabarkan, Umar bin Khatab sebelum masuk Islam juga pernah membunuh anak 
perempuannya dengan cara mengubur hidup-hidup. Betapa kejinya peradaban saat 
itu. Dan betapa rendahnya martabat seorang wanita pada saat itu. Kondisi Arab 
hanya salah satu contoh saja dari buruknya posisi wanita dalam peradaban dunia 
di jaman itu. Sampai-sampai seorang ayah tega membunuh anaknya sendiri. Bukan 
main...!


  Bukan hanya itu. Contoh lain adalah perilaku laki-laki terhadap wanita dalam 
hal perkawinan. Di arab jaman itu, kawin dengan banyak wanita adalah hal biasa. 
Hal yang lumrah.


  Bahkan yang menyedihkan, istri-istri bakal diwariskan kepada anak-anak 
lelakinya jika sang ayah meninggal dunia. Bayangkan, si anak laki-laki menerima 
warisan istri-istri ayahnya. Bukan main biadabnya...! Wanita benar-benar 
diperlakukan sebagai barang dan harta benda saja layaknya. Dan ini pun 
diabadikan dalam cerita Qur'an, sekaligus dikecam seperti ketika Allah mengecam 
pembunuhan terhadap anak-anak perempuan.




  QS. An Nisaa' (4): 23
  Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; 
saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; 
saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari 
saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu 
yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; 
ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari 
isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu 
itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan 
diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan 
(dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi 
pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,


  Allah mengecam praktek perkawinan yang amburadul secara moral, pada waktu 
itu. Tak peduli ibu tiri, anak, mertua, menantu dan sebagainya, saat itu sudah 
tidak ada artinya lagi. Wanita adalah barang tak berharga di kalangan lelaki. 
Maka Islam datang untuk meluruskan kembali tatakrama dengan berbasis pada 
akhlak mulia. Mendudukkan manusia sebagai makhluk yang beradab. Dan mengangkat 
wanita ke tempat yang terhormat. Sebagai seorang ibu, isteri dan anak yang 
harus dilindungi, dihargai dan dicintai.


  Islam datang untuk mengubah peradaban manusia yang sudah demikian rusak dan 
amburadul dengan cara yang bijak. Sehingga dalam ayat-ayat di atas, selain 
mengecam perilaku lama, Allah juga memberikan jalan keluarnya. Menciptakan 
aturan-aturan baru. Sekaligus mengampuni dosa-dosa yang telah lalu, asalkan 
tidak dilakukan lagi di masa-masa mendatang.


  

[daarut-tauhiid] Keserakahan Pria Wanita

2007-05-31 Terurut Topik firliana putri
   KESERAKAHAN PRIA  WANITA


  Keserakahan menjadi sejarah tertua umat manusia. Sejak zaman nabi Adam sampai 
nanti hari kiamat. Keserakahan adalah menifestasi dari ego yang terlalu besar, 
sehingga tidak mempedulikan orang lain. Hasilnya, adalah masalah.


  Ketika nabi Adam dan ibu Hawa masih digambarkan berada di surga, mereka 
digelincirkan oleh setan dengan senjata keserakahan. Rayuan setan baru 
membuahkan hasil ketika setan mengiming-imingi Adam dan Hawa dengan kehidupan 
kekal abadi. Ya, mereka bakal bisa hidup kekal kalau memakan buah Khuldi...


  Padahal itu adalah 'buah larangan'. Dilarang oleh Allah. Akan tetapi karena 
iming-iming memperoleh kehidupan kekal abadi, Adam dan Hawa pun ‘nekat’ 
melanggar perintah itu. Maka terbukalah aurat mereka berdua. Mereka, kemudian 
menutupinya dengan daun-daun surga. Allah menggolongkan mereka sebagai 
orang-orang yang mendurhakai perintah Allah. Dan tersesatlah mereka karenanya. 
Menuai masalah.


  QS. Al Baqarah (2): 35
  Dan Kami berfirman: Hai Adam diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan 
makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, 
dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang 
yang zalim.


  QS. Thaahaa (20): 115
  Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa dan 
tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat.


  QS. Thaahaa (20): 120-121
  Kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: Hai 
Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak 
akan binasa?
  Maka keduanya memakan buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya 
aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) 
surga, dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia.


  Untungnya, Allah adalah Dzat Yang Maha Mengampuni dan Maha Menyayangi. Allah 
mengampuni kesalahan itu. Dan kemudian memasukkan mereka ke dalam golongan 
hamba-hambaNya yang bertaubat dan golongan hamba-hamba yang saleh.


  QS. Al A'raaf (7): 23
  Keduanya berkata: Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, 
dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya 
pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.


  Coba cermati, betapa dahsyatnya kekuatan keserakahan yang ada di dalam diri 
manusia. Dan ini telah bersemayam di dalam jiwa kita sejak awal. Maka, kalau 
kita tidak waspada, setan akan dengan mudah menggelincirkan kita sebagaimana 
telah menggelincirkan Adam dan Hawa.


  Kisah keserakahan ini terulang kembali pada anak keturunan Adam. Pada 
generasi kedua manusia, yaitu antara Qabil dan Habil. Keduanya adalah anak-anak 
Adam  Hawa. Qabil membunuh saudaranya, Habil, karena iri dan serakah terhadap 
apa yang dianugerahkan Allah kepada Habil. Ia tak bisa melawan nafsu 
serakahnya, maka ia pun tergelincir oleh tipu daya setan.


  Cerita ini diabadikan oleh Allah di dalam Al-Qur’an, agar kita bisa mengambil 
pelajaran darinya. Bahwa keserakahan selalu menghasilkan masalah, penyesalan 
dan penderitaan.


  QS. Al Maa’idah (5): 27
  Ceriterakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) 
menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembah-kan kurban, maka diterima 
dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain 
(Qabil). Ia berkata (Qabil): Aku pasti membunuhmu! Berkata Habil: 
Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa.


  QS. Al Maa’idah (5): 30
  Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, 
sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang di antara orang-orang yang 
merugi.


  Cerita keserakahan yang lain terjadi pada jaman nabi Musa, yaitu Qarun. Ia 
adalah tokoh legendaris yang sangat kaya raya, sekaligus mewakili watak 
keserakahan dan kesombongan. Maka Allah membenamkan Qarun beserta harta 
bendanya ke dalam bumi lewat kejadian gempa.


  Permukaan Bumi retak-retak dan merekah, menelan seluruh harta bendanya. 
Sekaligus dirinya. Sehingga, kini, kalau ada orang menemukan harta benda yang 
terpendam di dalam tanah, mereka menyebutnya sebagai harta Karun.


  QS. Qashash (28): 76
  Sesungguhnya Karun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap 
mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang 
kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. 
(Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: Janganlah kamu terlalu bangga; 
sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri.


  QS. Qashash (28): 81
  Maka Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada 
baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. Ddan tiadalah 
ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).


  Dalam sejarah modern, bukan hanya lelaki yang menunjukkan keserakahan, 
melainkan juga para wanita. Barangkali ini terkait dengan gerakan emansipasi 
yang semakin menguat di jaman modern.

[daarut-tauhiid] Kebahagiaan Spiritual

2007-05-31 Terurut Topik firliana putri
   KEBAHAGIAAN SPIRITUAL


  Kebahagiaan spiritual adalah kebahagiaan tertinggi dalam kehidupan seseorang. 
Inilah kebahagiaan yang menyentuh jiwa paling dalam pada diri seseorang. 
Sumbernya berlimpah, dan lebih tahan lama. Bahkan ada yang menyebutnya sebagai 
kebahagiaan yang abadi.


  Sebagaimana jenis kebahagiaan individual dan sosial, kebahagiaan spiritual 
ini pun fitrah seorang manusia. Bahkan fitrah yang paling substansial. Paling 
mendasar. Inilah fitrah yang jika tidak tercapai bakal menyebabkan seseorang 
menjadi gelisah dan merasa hampa.


  Dalam istilah agama, interaksi spiritual ini disebut sebagai ibadah. Kata 
Allah di dalam Al-Qur’an, manusia memang diciptakan sebagai makhluk ibadah. 
Dengan kata lain, fitrah manusia sebenarnya adalah makhluk ibadah. Siapa saja 
yang tidak beribadah bakal gelisah dan tak bermakna.


  Ibadah bukan hanya bermakna shalat, puasa, zakat atau haji. Akan tetapi lebih 
luas dari itu. Segala perbuatan dan aktivitas kita sehari-hari bisa bermakna 
ibadah ketika kita mengaitkannya dengan Allah. Makan, tidur, bekerja, 
beristirahat, bahkan aktivitas seksual pun bisa bermakna ibadah.


  QS. Adz Dzaariyaat (51): 56-58
  Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah 
kepadaKu.


  Aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak 
menghendaki supaya mereka memberi Aku makan.


  Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang Mempunyai Kekuatan lagi 
Sangat Kokoh.


  Rentetan ayat di atas adalah penegas dari Allah, bahwa seluruh manusia ini 
diciptakan sebagai makhluk ibadah. Bahkan juga termasuk jin. Mereka yang tidak 
beribadah, berarti menyalahi fitrahnya.


  Namun harus diingat, bahwa semua itu bukan untuk kepentingan Allah. Melainkan 
untuk kepentingan kita sendiri. Allah tidak butuh apa-apa dari kita. Karena itu 
Dia menegaskan pada ayat berikutnya, bahwa Allah tidak butuh diberi makan atau 
rezeki apa pun. Justru sebaliknya, Allah-lah yang memberi rezeki kepada seluruh 
makhlukNya. Ia tidak bergantung kepada makhluk, sebaliknya makhluklah yang 
bergantung kepadaNya...


  Inilah substansi kebahagiaan spiritual itu. Dengan berinteraksi dan beribadah 
kepadaNya, maka manusia berhubungan dengan sumber segala kebutuhannya. Mulai 
dari yang paling mendasar sampai kepada yang paling artifisial. Mulai dari yang 
paling fisikal, sampai kepada yang paling bersifat kejiwaan alias psikikal.


  Bahkan makna interaksi itu jauh lebih mendalam dari sekadar jiwa-raga karena 
ia telah menyentuh dimensi ruh ilahiah yang bersemayam di dalam diri kita. Dzat 
yang berasal dari Allah itu ‘bertemu kembali’ dengan Allah di dalam interaksi 
peribadatan kita. Itulah kebahagiaan yang sejati...


  Ibarat makhluk telah kembali ke habitatnya. Atau orang bepergian yang telah 
kembali ke rumahnya. Yang muncul adalah kententraman dan kebahagiaan. Atau, 
bagai sepasang kekasih yang lama berpisah, dicengkeram kerinduan, lantas 
bertemu kembali. Sebuah kerinduan yang terobati.


  Kebahagiaan spiritual adalah kebahagiaan hakiki di bagian terdalam jiwa dan 
ruh kita. Ini bisa kita peroleh dimana saja, kapan saja, dan dari sumber apa 
saja.


  Aktivitas makan-minum misalnya, bisa memiliki makna individual, sosial, 
ataupun spiritual. Bergantung kepada bagaimana kita memaknainya. Ketika kita 
mengaitkan makan-minum dengan keberadaan dan peranan Allah dalam hidup kita, 
maka kegiatan itu pun menjadi bermakna spiritual. Kebahagiaan yang kita peroleh 
adalah kebahagiaan spiritual.


  Sebaliknya, kalau makan-minum itu hanya kita anggap sebagai kegiatan 
memasukkan zat-zat gizi ke dalam tubuh, atau sekadar menghalau rasa lapar dan 
haus, atau malah cuma bersenang-senang belaka, maka kegiatan itu pun menjadi 
bermakna sangat individual.


  Kalau pemahaman ini kita perluas, kita akan merasakan bahwa kegiatan rumah 
tangga atau hubungan-hubungan seksual kita juga bisa bermakna ibadah, dan 
memperoleh kebahagiaan yang sangat mendalam...


  Apa yang kita bahas dalam bab ini akan menjadi landasan bagi kita untuk 
membahas lebih jauh dan mendalam berbagai persoalan rumah tangga yang menjadi 
sorotan diskusi kita kali ini. Karena ternyata banyak di antara kita yang tidak 
memahami konsep dasar kehidupan yang Islami itu sehingga terjebak kepada 
pemahaman yang keliru. Termasuk dalam melakukan praktek poligami...




[daarut-tauhiid] Akhir Yang Berbeda

2007-05-24 Terurut Topik firliana putri
AKHIR YANG BERBEDA
   
  Dari Seorang Sahabat
   
   
  semoga kita termasuk dalam orang2 yang khusnul khotimahamien
   
  Tatkala masih dibangku sekolah, aku hidup bersama kedua orangtuaku dalam
  ling kungan yang baik. Aku selalu mendengar doa ibuku saat pulang dari
  keluyuran dan begadang malam. Demikian pula ayahku, ia selalu dalam
  shalatnya yang panjang. Aku heran, mengapa ayah shalat begitu lama, apalagi
  jika saat musim dingin yang menyengat tulang.
   
  Aku sungguh heran, bahkan hingga aku berkata kepada diri sendiri :
  Alangkah sabarnya mereka...setiap hari begitu...benar-benar mengherankan!
   Aku belum tahu bahwa disitulah kebahagiaan orang mukmin dan itulah shalat
  orang orang pilihan. Mereka bangkit dari tempat tidurnya untuk munajat
  kepada Allah.
   
  Setelah menjalani pendidikan militer, aku tumbuh sebagai pemuda yang
  matang. Tetapi diriku semakin jauh dari Allah padahal berbagai nasehat selalu
  kuterima dan kudengar dari waktu ke waktu. Setelah tamat dari pendidikan,
  aku ditugaskan di kota yang jauh dari kotaku. Perkenalanku dengan
  teman-teman sekerja membuatku agak ringan menanggung beban sebagai orang
  terasing.
   
  Disana, aku tak mendengar lagi suara bacaan Al-Qur'an.  Tak ada lagi suara
  ibu yang membangunkan dan menyuruhku shalat. Aku benar-benar hidup
  sendirian, jauh dari lingkungan keluarga yang dulu kami nikmati. Aku
  ditugaskan mengatur lalu lintas di sebuah jalan tol. Di samping menjaga
  keamanan jalan,tugasku membantu orang-orang yang membutuhkan bantuan.
  Pekerjaan baruku sungguh menyenangkan. Aku lakukan tugas-tugasku dengan
  semangat dan dedikasi tinggi.
   
  Tetapi, hidupku bagai selalu diombang-ambingkan ombak. Aku bingung dan
  sering melamun sendirian ... banyak waktu luang ... pengetahuanku terbatas.
  Aku mulai jenuh ... tak ada yang menuntunku di bidang agama. Aku sebatang
  kara. Hampir tiap hari yang kusaksikan hanya kecelakaan dan orang-orang
  yang mengadu kecopetan atau bentuk-bentuk penganiayaan lain.
   
  Aku bosan dengan rutinitas. Sampai suatu hari terjadilah sebuah peristiwa
  yang hingga kini tak pernah aku lupakan.
  Ketika itu, kami dengan seorang kawan sedang bertugas disebuah pos jalan.
  Kami asyik ngobrol ... tiba-tiba kami dikagetkan oleh suara benturan yang
  amat keras. Kami mengedarkan pandangan. Ternyata, sebuah mobil bertabrakan
  dengan mobil lain yang meluncur dari arah yang berlawanan. Kami segera
  berlari menuju tempat kejadian untuk menolong korban. Kejadian yang sungguh
  tragis.
   
  Kami lihat dua awak salah satu mobil dalam kondisi kritis. Keduanya segera
  kami keluarkan dari mobil lalu kami bujurkan di tanah. Kami cepat-cepat
  menuju mobil satunya. Ternyata pengemudinya telah tewas dengan amat
  mengerikan.
  Kami kembali lagi kepada dua orang yang berada dalam kondisi koma. Temanku
  menuntun mereka mengucapkan kalimat syahadat. Ucapkanlah Laailaaha
  Illallaah ... Laailaaha Illallaah .. perintah temanku. Tetapi sungguh
  mengerikan,
  dari mulutnya malah meluncur lagu-lagu. Keadaan itu membuatku merinding.
  Temanku tampaknya sudah biasa menghadapi orang-orang yang sekarat ...
  Kembali ia menuntun korban itu membaca syahadat. Aku diam membisu. Aku tak
  berkutik dengan pandangan nanar. Seumur hidupku, aku belum pernah
  menyaksikan orang yang sedang sekarat, apalagi dengan kondisi seperti ini.
  Temanku terus menuntun keduanya mengulang-ulang bacaan syahadat.
  Tetapi ... keduanya tetap terus saja melantunkan lagu.
   
  Tak ada gunanya ... Suara lagunya terdengar semakin melemah ... lemah dan
  lemah sekali. Orang pertama diam, tak bersuara lagi, disusul orang kedua.
  Tak ada gerak ... keduanya telah meninggal dunia. Kami segera membawa
  mereka ke dalam mobil. Temanku menunduk, ia tak berbicara sepatahpun.
  Selama perjalanan hanya ada kebisuan. Hening...
  Kesunyian pecah ketika temanku mulai bicara.Ia berbicara tentang hakikat
  kematian dan su'ul khatimah (kesudahan yang buruk).
   
  Ia berkata Manusia akan mengakhiri hidupnya dengan baik atau buruk..
  Kesudahan hidup itu biasanya pertanda dari apa yang dilakukan olehnya
  selama di dunia.
  Ia bercerita panjang lebar padaku tentang berbagai kisah yang diriwayatkan
  dalam buku-buku islam. Ia juga berbicara bagaiman seseorang akan mengakhiri
  hidupnya sesuai dengan masa lalunya secara lahir batin.
  Perjalanan kerumah sakit terasa singkat oleh pembicaraan kami tentang
  kematian. Pembicaraan itu makin sempurna gambarannya tatkala ingat bahwa
  kami sedang membawa mayat. Tiba-tiba aku menjadi takut mati. Peristiwa ini
  benar-benar memberi pelajaran berharga bagiku. Hari itu, aku shalat khusyu'
  sekali.
   
  Tetapi perlahan-lahan aku mulai melupakan peristiwa itu. Aku kembali pada
  kebiasaanku semula ... Aku seperti tak pernah menyaksikan apa yang menimpa
  dua orang yang tak kukenal beberapa waktu yang lalu. Tetapi sejak saat itu,
  aku memang benar-benar menjadi benci kepada yang namanya lagu-lagu. Aku tak
  mau tenggelam 

[daarut-tauhiid] Mereguk Kenikmatan Individu

2007-05-24 Terurut Topik firliana putri
MEREGUK KENIKMATAN INDIVIDU

  Bukan hanya ‘bertugas’ menjadi wakil Allah di muka Bumi, manusia juga 
didesain Allah untuk memperoleh kebahagiaan dan mereguk berbagai kenikmatan 
yang dihamparkan di sekitarnya. Allah menciptakan segala sumber kenikmatan yang 
bisa diperoleh manusia kapan saja, dan dimana saja di muka Bumi ini. Hal ini, 
dideklarasikan olehNya dalam Al-Qur’an.

  QS. Al Baqarah (2): 29
  Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia 
berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha 
Mengetahui segala sesuatu.

  QS. Ali Imran (3): 14
  Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang 
diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, 
perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah 
kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allahlah ternpat kembali yang baik.

  Allah katakan, bahwa segala yang diciptakan di muka Bumi adalah untuk 
kesenangan dan kebahagiaan manusia. Seluruhnya. Dan di ayat berikutnya, di 
atas, Allah kemudian merinci berbagai kenikmatan itu. Bahwa Allah menjadikan 
keindahan dan ketertarikan pada wanita-wanita, anak-anak, berbagai jenis 
perhiasan, kendaraan, bisnis, dan berbagai kekayaan harta benda. Itulah 
kesenangan duniawi.

  Ya, Allah yang Maha Pemurah menciptakan segalanya ini untuk kebahagiaan 
manusia. Kita merasakan kesenangan dan kenikmatan ketika memiliki semua itu. 
Semakin banyak semakin senang dan nikmat.

  Akan tetapi Allah mengingatkan bahwa yang lebih baik dan lebih nikmat adalah 
ketika kita mengaitkannya dengan Allah. Dikembalikan kepada Allah. Dimengerti 
bahwa semua itu berasal dari Allah, milik Allah, dan bakal kembali kepada 
Allah. Jika suatu ketika, semua dimintaNya kembali, maka kita pun 
mengikhlaskannya.

  QS. Ar Ra'd (13): 26
  Allah meluaskan rezki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. 
Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu 
(dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit).

  Ya, Allahlah yang memiliki semuanya. Dia pula yang meluaskan atau 
menyempitkan rezeki seseorang. Karena itu jangan sampai kita lalai dan 
terpedaya.

  Kenikmatan duniawi, meskipun itu disediakan Allah untuk kebahagiaan kita, 
seringkali bisa menyebabkan penderitaan. Hanya orang-orang yang bijak saja yang 
tahu dan bisa mengendalikan diri untuk tidak terjebak pada kehidupan duniawi 
secara berlebihan.

  Hal ini pun pernah menimpa nabi Sulaiman. Kesenangannya pada kuda, telah 
menyebabkannya lalai mengingat Allah. Maka, beliau pun mengorbankan kuda-kuda 
itu sebagai bukti ketaatan dan keikhlasannya kepada Allah yang bakal 
mengantarkannya kepada kenikmatan dan kebahagiaan yang lebih besar.

  QS. Shaad (38): 32
  Maka ia berkata: Sesungguhnya aku menyukai kesenangan terhadap barang yang 
baik (kuda-kuda pilihan) sehingga aku lalai mengingat Tuhanku sampai kuda itu 
hilang dari pandangan.

  Pada dasarnya manusia memang memiliki rasa kenikmatan duniawi sebagai 
anugerah dan fitrah dari Allah. Ini sangat manusiawi. Artinya, adalah manusiawi 
dan fitri jika kita suka kepada harta benda, rumah, kendaraan, istri, suami, 
anak-anak, dan berbagai perhiasan duniawi. Itu adalah salah satu bentuk 
kenikmatan yang diberikan Allah kepada kita. Allah menjadikan semua itu indah 
dan menyenangkan bagi manusia.

  Bahkan, sampai di surga nanti pun, ukuran dan parameter kebahagiaan yang 
digambarkan Allah adalah itu-itu juga. Di antaranya adalah harta benda dunia 
seperti emas, perak, sutera. Atau makanan minuman lezat seperti buah-buahan, 
susu, madu dan sebagainya. Atau, kepuasan hubungan antar manusia, seperti 
istri, suami, orang tua, anak-anak, dan para sahabat serta handai taulan. 
Begitulah memang fitrah kita.

  Sebagian dari nikmat itu bisa kita dapatkan di dunia. Dan di akhirat nanti, 
kita akan memperoleh dengan kualitas yang jauh lebih membahagiakan.

  Maka kehidupan dunia pun adalah kehidupan yang berisi kebahagiaan dan 
kenikmatan. Karena itu, janganlah kita abaikan atau lupakan. Malahan, kita 
diperintahkan Allah untuk mencarinya. Agar kita bahagia di dunia. Hanya saja, 
kita harus ingat bahwa dunia hanyalah kehidupan sementara. Kehidupan yang 
sesungguhnya adalah nanti di fase akhirat. Karena itu Allah selalu mengingatkan 
agar kita lebih proporsional dalam menyikapi dunia.

  QS. Al Hadiid (57): 20
  Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan 
suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta 
berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang 
tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering 
dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) 
ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan 
dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.



[daarut-tauhiid] Dan Kita Mengembara Menuju Rumah-NYA

2007-05-16 Terurut Topik firliana putri
Dan Kita Mengembara Menuju Rumah-NYA

  Dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuh.
  Sungguh Tuhanku benar-benar Maha Pengampun dan lagi Maha Penyayang (QS. Huud 
11:41)

  Dan luka selalu menyimpan sesuatu yang menyesakkan jiwa. Raida, ibu muda 
beranak satu, mengeluhkan ihwal itu di suatu sore.

  “Wah, saya jadi ngeri naik kapal dan pesawat. Bahkan naik bus sekalipun. Saya 
jadi trauma. Apalagi melihat kecelakaan pesawat dan kapal laut yang banyak 
memakan korban, saya tambah malas untuk bepergian. Kalau bisa saya tidak ingin 
kemana-mana. Saya sudah pusing, saya mau di rumah saja.”

  “Kenapa bisa begitu bu?”

  “Saya pernah mengalami kecelakaan bis yang cukup serius. Alhamdulillah, 
hampir semua penumpang selamat. Hanya dua orang yang meninggal. Tapi saya dan 
penumpang lainnya rata-rata terluka. Waktu itu, saya sendiri mengalami cedera 
dan patah tulang agak serius. Yang membuat saya trauma; teriakan histeris para 
penumpang, detik-detik menakutkan sebelum terjadi tabrakan…ihh… mengerikan.”

  Kisah Bu Raida pun berhenti di kata ‘mengerikan’ itu. Sejenak saya terhenyak. 
Tercenung, merenung: Bagaimana dengan mereka yang selamat dari Adam Air? 
Bagaimana dengan mereka yang lolos dari KM Levina? Adakah kata ‘mengerikan’ 
terasa cukup mewakili luka itu, rasa maut di ujung tanduk itu?

  Inilah sebuah kondisi ketika luka meninggalkan ceruk-ceruk gulita di benak 
mereka yang lolos dari pelbagai musibah itu; luka yang belum sembuh selepas 
tragedi tragis itu, luka yang terus menyesakkan jiwa. Dan kita biasa 
menyebutnya itulah trauma! Dan Bu Raida, hanyalah secuil kisah pedih 
mengenainya. Namun, bagaimanakah bila di setiap orang yang trauma memiliki 
kesimpulan yang serupa Bu Raida; menjadi malas untuk bergerak, bepergian dan 
melakukan perjalanan?

  Nah, bila maut yang menjadi sumber kecemasan. Bu Raida dan orang yang senasib 
dengannya, maka bukankah maut tidak pernah memilih ruang dan waktu? Kapanpun, 
dimanapun ia bebas memilih. Tapi, jika maut bukan pangkal soalnya, melainkan 
perkara bagaimana maut menjemput Bu Raida, atau ihwal ketakutan-ketakutan yang 
membayangi Bu Raida selama berada dalam perjalanan, saya jadi teringat 
peribahasa Cina yang berbunyi, “Perjalanan ribuan mil dimulai dari satu langkah 
pertama.”

  Kenapa? Sebab, langkah pertamalah yang menentukan keberlanjutan kisah 
perjalanan kita. Ia, pada hakikatnya, serupaniat. Bisa juga kita sebut visi. 
Atau apalah namanya yang membuat kita untuk memutuskan untuk mengadakan 
perjalanan entah kemana. Yang jelas, di titik inilah, sebetulnya, kita 
menghimpun tujuan dan harapan. Bolehlah ia kita sebut sebagai starting point 
penentu keberhasilan perjalanan kita.

  Lalu, bagaimanakah langkah pertama perjalanan kita seharusnya dimulai?

  Di sinilah, saya teringat doa yang pernah dibaca Nabi Nuh as. Di atas. Semoga 
saja anda, terutama mereka yang pernah mengenyam dunia pesantren, masih 
mengingat kisah terbitnya doa tersebut. Kendati demikia, bila memori anda telah 
berkarat, seperti saya, mari kita ingat kembali potongan kisah itu:

  Syahdan, ketika mayoritas penduduk negeri Armenia membantah seruan kebajikan 
Nuh as., sebuah titah Allah –melalui malaikat jibril- turun menyapanya: “wahai 
Nuh, tanamlah benih pohon dari surga ini.” Nuh –yang selama ini telah 950 tahun 
berdakwah di hadapan mereka- bersegera menanamnya. Dalam beberapa tahun, pohon 
itupun tumbuh dan berkembang menjulang begitu tinggi. Ajaibnya, sejak pohon itu 
dibenamkan ke bumi hingga tumbuh besar; tak ada satupun bayi yang lahir. 
Setelah itu, jibril kembali menghampiri Nuh untuk menyampaikan wahyu Allah 
bahwa pohon itu harus segera ditebang dan dibuat bahtera.

  Kontan saja, perintah Allah yang satu ini menjadi bahan cemoohan penduduk 
Armenia yang kafir. Pasalnya negeri dimana mereka tinggal adalah dataran 
tandus. Musim penghujan pun belum datang. Untuk apa bahtera besar yang tengah 
digarap Nuh dan pengikutnya itu? Dan Allah memang punya rencana. Dia, Pemilik 
Sang Maha, tiba-tiba mengirim risalah wahyu untuk sang nabi, “Wahai Nuh, 
segeralah berkemas! Himpunlah orang-orang yang beriman yang menjadi pengikutmu! 
Jangan lupa hewan-hewan jantan dan betina!”

  Wahyu itu menyebar begitu cepat. Semua yang beriman sibuk. Semua berkemas. 
Semua bergegas. Dan, ketika bahtera itu memuat Nuh dan pengikutnya dan 
hewan-hewannya, dan barang-barangnya, tiba-tiba langit berubah kelam. Awan 
tebal memanyungi bumi. Dan hujan dahsyat pun turun menggenangi tempat mereka 
berpijak. Bukan hanya hujan, segenap mata air pun memancar. Tak ayal air bah 
pun melanda negeri, menyapu desa, melahap kota. Saat itulah, perahu yang dibuat 
Nuh dan pengikutnya mulai bergerak. Pada momen inilah, Nuh berkata: “Bismillahi 
majraahaa wa mursahaa inna rabbi laghafuur rahiim.”

  Di mata alim Thabathaba’i, lafal Basmallah yang dibaca Nuh adalah sebuah asa 
agar senarai kebajikan dan keberkahan senantiasa menyertai perjalanan bahtera 
mereka, terhitung sejak mereka bertolak dan 

[daarut-tauhiid] Sang Lelaki Sang Wanita

2007-05-15 Terurut Topik firliana putri
SANG LELAKI  SANG WANITA

  Dalam praktek kehidupan sehari-hari, laki-laki dan perempuan lantas memiliki 
ruang-ruang aktivitas sendiri-sendiri. Keduanya memiliki pasang surut dan 
dinamikanya sendiri-sendiri.

  Mayoritas laki-laki ingin tampil sebagai lelaki. Mereka ingin menguatkan 
fitrah lelakinya itu dengan berbagai atribut yang semakin menegaskan 
kelaki-lakiannya. Mulai dari pakaian, pekerjaan, rumah tangga, sampai berbagai 
aksesoris dalam kehidupannya.

  Demikian pula perempuan. Sebagian besar mereka juga ingin menampilkan 
kewanitaannya. Karena itu segala aktivitas mereka bertujuan untuk menonjolkan 
perbedaan itu. Semakin berbeda semakin menarik. Semakin sama, semakin 
membosankan. Begitulah kira-kira semangatnya. Dan itu memang terbukti 
kebenarannya. Dan memang begitulah seharusnya.

  Maka segala upaya dan energi pun dikerahkan untuk memberikan kepuasaan 
terhadap ekspresi gender itu. Secara individual, mayoritas lelaki ingin 
menampilkan diri sebagai sosok yang kekar dan kokoh. Pelindung wanita. Karena 
itu ingin diunggul-unggulkan dan dihormati.

  Sedangkan mayoritas wanita merasa senang jika dilindungi, disayangi dan 
dihargai. Karena itu kebanyakan justru mereka menempatkan diri dalam posisi itu.

  Lelaki cenderung agresif, sedangkan wanita cenderung defensif. Lelaki 
cenderung aktif, wanita cenderung pasif. Ini menjadi semacam insting gender. 
Memang ada beberapa perkecualian, pada sebagian lelaki dan wanita. Akan tetapi, 
kalau kita bicara secara statistik, maka sifat mayoritasnya adalah seperti itu.

  Sebagai contoh, kalau ada seorang laki-laki yang kerempeng, tak berotot, 
berkulit lembut, pasif, tak bisa melindungi, tak mampu menafkahi, dan 
sebagainya, maka lelaki seperti ini kurang diminati oleh wanita untuk menjadi 
pasangannya. Kebanyakan wanita ingin punya pasangan lelaki yang bisa 
melindunginya. Baik dalam artian fisik, finansial, maupun psikis alias kejiwaan.

  Lelaki yang lebih kokoh secara fisik lebih disukai oleh kebanyakan wanita, 
meskipun tidak harus seperti seorang binaragawan. Seorang lelaki yang kaya, 
juga lebih disukai wanita daripada lelaki yang miskin. Demikian pula lelaki 
yang memiliki kedewasaan sikap lebih disukai oleh kebanyakan wanita. Meskipun, 
ada beberapa perkecualian pada orang-orang tertentu. Tetapi sekali lagi kita 
bicara dalam skala mayoritas.

  Sebaliknya, kalau anda bertanya pada seorang lelaki, wanita macam apakah yang 
dia rindukan untuk menjadi pasangannya, maka anda akan memperoleh kondisi 
sebaliknya. Kebanyakan lelaki menyukai wanita yang berkulit lembut dan tidak 
terlalu berotot.

  Mereka juga lebih suka wanita yang tidak lebih kaya darinya. Kecuali lelaki 
itu memang ingin ‘berlindung’ kepada sang wanita. Banyak kasus perceraian 
terjadi disebabkan oleh kalah tingginya penghasilan lelaki dibandingkan dengan 
wanita. Dan ini menjadi sumber pertengkaran terus menerus di dalam keluarga 
tersebut. Sekali lagi jika ditanyakan kepada lelaki - dengan kondisi normal - 
mereka akan lebih suka jika merekalah yang menafkahi keluarganya.

  Para lelaki juga lebih suka kepada wanita yang bermanja-manja kepadanya, 
butuh perlindungannya, butuh bimbingannya. Ini menjadi salah satu alasan, 
kenapa banyak pasangan lelaki dan perempuan selalu lebih tua si lelaki. 
Meskipun ada juga yang sebaliknya. Akan tetapi itu minoritas.

  Namun demikian, lelaki juga suka kepada wanita yang mandiri dalam 
kewanitaannya. Termasuk dalam sikap keibuannya. Itu bisa berarti keibuan bagi 
anak-anaknya, tapi sekaligus ‘keibuan’ bagi pasangannya.

  Menariknya, sang wanita juga menyukai dirinya sebagai seorang ibu bagi 
anak-anaknya, sekaligus juga sebagai ‘ibu’ bagi pasangannya. Tentu saja selama 
hubungan pasangan itu berjalan normal dan saling menghargai.

  Intinya, jika kita melihat kepada fitrah masing-masing, lelaki dan perempuan 
itu akan memperoleh kepuasan dan kebahagiaannya jika mereka bisa memenuhi 
fitrahnya. Lelaki sebagai lelaki dan perempuan sebagai perempuan...

  Sebagian pendapat menduga, ini adalah produk budaya. Artinya, kebiasaannya 
sejak dulu memang demikian, sehingga membentuk patron yang demikian pula.

  Akan tetapi, penelitian lebih lanjut tentang otak lelaki dan perempuan, 
ternyata menunjukkan bahwa mereka memang berbeda secara biologis. Bukan hanya 
fisik, melainkan sampai ke psikis dan perilakunya, dikarenakan fungsi otak dan 
hormon yang berbeda.

  Bisa saja kondisi ini dibentuk dan direkayasa untuk berubah, akan tetapi 
ketika lelaki dan perempuan itu berinteraksi lebih dekat, akan muncul 
kecenderungan untuk kembali ke fitrah semula. Jika dipaksakan berubah, yang 
terjadi adalah pertengkaran dan kemudian mereka bakal berpisah atau bercerai. 
Konsep pasangan akan runtuh. Dan kemudian mereka akan memilih hidup 
sendiri-sendiri. Lantas, bermunculanlah penyakit-penyakit sosial dikarenakan 
kegagalan tersebut.

  Ini adalah fitrah alam. Seperti halnya siang dan malam. Bisa saja dipaksakan 
seseorang mengalami siang terus menerus, atau 

[daarut-tauhiid] Kenapa Berbeda

2007-05-01 Terurut Topik firliana putri
KENAPA BERBEDA

  Perbedaan laki-laki dan perempuan, ternyata sudah terjadi sejak saat-saat 
awal penciptaan manusia di dalam rahim. Penyebab utamanya adalah terbentuknya 
hormon yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki dikendalikan oleh 
hormon androgen. Sedangkan perempuan dipengaruhi oleh hormon estrogen.

  Hormon-hormon inilah yang bertanggungjawab terhadap terbentuknya fisik lelaki 
dan perempuan. Lelaki lebih berotot, sedangkan perempuan lebih lemah lembut. 
Lelaki berkumis dan bercambang, sedangkan perempuan tidak. Lelaki memiliki alat 
genital kelaki-lakian, sementara perempuan dengan genital kewanitaannya. Dan 
seterusnya.

  Tapi, darimanakah munculnya hormon-hormon itu? Dan kenapa bisa berbeda antara 
hormon lelaki dan hormon perempuan? Ternyata, ini disebabkan oleh perintah dari 
dalam genetika cikal bakal bayi.

  Rangkaian genetika adalah seperangkat ‘perintah’ yang terdapat di dalam inti 
sel-sel manusia. Pada setiap inti selnya, manusia menyimpan sekitar 5 miliar 
perintah. Seperti program komputer saja layaknya.

  Pada saat pembentukan janin di dalam rahim, sperma sang ayah dengan ovum sang 
ibu menyumbangkan separo sifat-sifat mereka. Lantas, bergabung menjadi sebuah 
sel baru yang disebut sebagai Stem sel. Cikal bakal bayi.

  Di dalam sel tunggal itulah perintah penciptaan mulai berjalan. Ada perintah 
untuk membentuk kepala, membentuk tangan, kaki, dan berbagai organ-organ tubuh 
manusia, secara sempurna. Maka sel tunggal itu pun membelah menjadi 
bertriliun-triliun sel hanya dalam waktu sekitar 9 bulan. Dan kemudian 
membentuk struktur dan fungsi yang sangat canggih.

  Proses pembedaan antara lelaki dan perempuan dimulai hari ke-13 setelah 
sperma dan sel telur bergabung menjadi Stem sel. Dan baru berhenti sekitar 10 
hari sesudah kelahiran bayi.

  Apakah yang terjadi saat itu? Ternyata ada jenis gen dalam sperma lelaki yang 
menyebabkan si bayi terbentuk menjadi bayi laki-laki atau bayi perempuan. 
Namanya Gen SRY alias Sexual Determining Region. Gen ini menghasilkan substansi 
yang disebut TDF, dan menyebabkan tumbuhnya alat kelamin lelaki atau alat 
kelamin perempuan.

  Adalah sangat menarik, jenis kelamin bayi yang akan lahir itu ternyata 
ditentukan oleh sang ayah lewat kromosom Y yang terdapat pada spermanya. 
Sedangkan sel telur ibu bersifat pasif dalam hal ini. Kromosom ayah memiliki 
kode XY. Sedangkan kromosom ibu berkode XX.

  Jika kromosom Y dari ayah bertemu dengan kromosom X dari ibu, maka janin 
tersebut akan berkembang menjadi bayi lelaki. Jika kromosom X dari ayah yang 
bertemu dengan X dari ibu, maka janin berkembang menjadi bayi perempuan. Ini 
persis seperti yang diceritakan oleh Al-Qur’an, bahwa penentu jenis kelamin 
lelaki dan perempuan adalah sperma ayah, bukan sel telur ibu.

  QS. An Najm (53): 45-46
  dan sesungguhnya Dialah yang menciptakan pasangan laki-laki dan perempuan, 
dari sperma yang dipancarkan.

  Ini sungguh luar biasa. Sejak belasan abad yang lalu Al-Qur’an telah 
menunjukkan bahwa penentu jenis kelamin pada seorang bayi ternyata adalah 
sperma yang dipancarkan oleh sang ayah. Dan kini hal tersebut telah dibuktikan 
oleh ilmu pengetahuan. Hal ini sekaligus membuktikan bahwa antara laki-laki dan 
perempuan memang memiliki fungsi yang berbeda tapi saling melengkapi. Tidak 
bisa disamakan. Jika anda ingin memiliki bayi dengan jenis kelamin tertentu, 
maka yang harus direkayasa adalah sperma sang ayah.

  Nah, sejak penentuan jenis kelamin itu terjadi, maka janin bakal menghasilkan 
hormon yang berbeda. Pada janin laki-laki, ia akan menghasilkan hormon androgen 
alias hormon lelaki. Sedangkan pada wanita akan menghasilkan hormon estrogen.

  Sejak sekitar hari ke 13 itu janin laki-laki menghasilkan hormon-hormon 
lelaki yaitu testosteron dan MIS (Mullerian duct Inhibiting Substance). Kedua 
jenis hormon ini akan menyebabkan otak si janin bertumbuh menjadi otak 
laki-laki.

  Testosteron berfungsi untuk membentuk alat kelamin lelaki dengan segala 
perlengkapannya, serta menekan terbentuknya kelenjar susu. Sedangkan MIS 
bertugas untuk mencegah terbentuknya alat kelamin wanita, termasuk rahim dan 
saluran telur. Dengan demikian, secara berangsur-angsur janin itu akan mengarah 
kepada bentuk lelaki dengan segala kekhasannya.

  Sebaliknya, janin akan menjadi perempuan jika hormon yang bekerja adalah 
hormon-hormon estrogen. Secara bertahap si janin akan membentuk semua 
kelengkapan organ tubuh wanita.

  Perkembangan tersebut - baik pada lelaki maupun wanita - terjadi selama 
pembentukan bayi di dalam rahim, sampai usia sekitar 10 hari setelah kelahiran. 
Jika, dalam kurun 10 hari itu terjadi pengaruh-pengaruh pada sistem organ seks 
mereka, atau fungsi otaknya, maka boleh jadi hal itu akan mengganggu perilaku 
seksualnya di kemudian hari.

  Sebagai contoh, jika hewan percobaan yang berkelamin jantan dikebiri sesaat 
setelah kelahirannya, maka di waktu-waktu selanjutnya hewan tersebut akan 
bertingkah laku sebagai betina. Demikian 

[daarut-tauhiid] Keseimbangan Adalah Kebahagiaan

2007-04-24 Terurut Topik firliana putri
KESEIMBANGAN ADALAH KEBAHAGIAAN

  KUNCI keberhasilan dan kebahagiaan dalam berpasangan adalah terjadinya 
keseimbangan. Jika berpasang-pasangan itu dilakukan dengan cara menabrak 
keseimbangan maka hasilnya pun adalah masalah.

  Jadi, tidaklah cukup kita hanya menciptakan mekanisme berpasang-pasangan. 
Karena banyak sekali proses berpasangan itu yang dilakukan dengan mengabaikan 
persyaratan mendasarnya yaitu keseimbangan.

  Secara alamiah, sebenarnya alam ini sudah diciptakan Allah dalam keseimbangan 
sempurna. Karena itu, jika kita mengikuti mekanisme alamiah saja, sebenarnya 
kita pasti akan berada dalam keseimbangan sempurna. Ketidak-seimbangan itu 
justru muncul karena campur tangan manusia yang serakah. Mementingkan diri 
sendiri.

  Berpasang-pasangan dalam keseimbangan, itulah kunci keberhasilan dan 
kebahagiaan. Di sana akan muncul mekanisme saling memberi dan saling menerima. 
Tidak ada yang ingin menjatuhkan pasangannya. Karena, menjatuhkan pasangan sama 
saja dengan menjatuhkan dirinya sendiri. Kehilangan pasangan berarti 
memunculkan ketidakseimbangan. Dampaknya akan kembali kepada dirinya sendiri.

  Jika kita semua memahami mekanisme sederhana ini, sebenarnya kita bakal 
dengan mudah mencapai keberhasilan dan kebahagiaan...

  Ambillah contoh: manusia berpasangan dengan alam. Jika kita menyadari bahwa 
kita sedang berpasangan dengan alam, maka kita harus siap untuk saling memberi 
dan menerima.

  Kalau kita berpasangan dengan alam tetapi serakah: hanya siap menerima, tidak 
mau memberi, maka yang muncul bukan kesuksesan dan kebahagiaan. Melainkan 
ketidakseimbangan yang berujung pada penderitaan dan bencana.

  Inilah yang sekarang sedang dialami oleh manusia di seluruh muka Bumi. Ya, 
kita semua sedang menuai hasil perbuatan kita sendiri. Kerusakan hutan, 
penambangan liar, industrialiasi yang kebablasan, dan berbagai perusakan 
lingkungan, maupun ekplorasi sumber daya laut yang tidak terkontrol, adalah 
cermin betapa kita tidak bisa berbuat seimbang dalam berpasangan dengan alam.

  Hasilnya bisa dipastikan, bukan kesuksesan dan kebahagiaan, melainkan 
bencana. Bukan pada generasi perusaknya, melainkan pada generasi berikutnya. 
Kita telah mewariskan masalah besar bagi kehidupan anak cucu kita.

  Bukan hanya alam. Jika kita berpasangan dengan orang lain dalam berbisnis, 
kita pun harus bisa menjaga keseimbangan. Jangan berpikir serakah, dan 
mengekploitasi mitra bisnis kita. Sebab, jika mitra bisnis kita ambruk, kita 
pun bakal ambruk. Kita harus menjaga mereka supaya bisa memberikan kelangsungan 
bisnis jangka panjang. Selain menerima, kita harus berupaya untuk memberi 
kepadanya. Pasangan kita sukses, kita juga bakal sukses.

  Dalam hal laki-laki dan wanita sama saja. Jika kita berpasangan dengan lawan 
jenis kita, maka jangan berpikir untuk mengeksploitasinya. Yang harus kita 
lakukan adalah menjaganya supaya ia tetap bisa eksis dan bahagia. Sungguh, jika 
pasangan kita bahagia, ia pun akan memberikan kebahagiaan kepada kita.

  ‘Memberi’ kebahagiaan adalah kata kunci untuk ‘memperoleh’ kebahagiaan pada 
giliran berikutnya. Memberikan kesuksesan kepada pasangan kita, adalah kata 
kunci untuk meraih kesuksesan kita sendiri pada giliran berikutnya.

  Sayangnya seringkali kita berpikir sebaliknya. Kita menuntut pasangan kita 
untuk memenuhi keinginan kita agar kita bahagia. Lantas, sebaliknya, pasangan 
kita juga menuntut untuk dipenuhi keinginannya agar ia bahagia. Yang terjadi 
kemudian adalah saling menuntut untuk diberi kebahagiaan. Tanpa pernah 
memperoleh kebahagiaan itu sendiri.

  Kata kuncinya adalah keseimbangan. Dan keseimbangan itu bukan diperoleh 
dengan cara menuntut, melainkan dengan cara memberikan kontribusi agar tercapai 
keseimbangan yang dimaksud.

  Kembali kepada fitrah, alam semesta sebenarnya sudah didesain oleh Allah 
dalam keseimbangan sempurna.

  QS. Al Mulk (67): 3
  Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak 
melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka 
lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?

  QS. Al Infithaar (82): 7
  Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikanmu 
seimbang,

  Jadi, agar tercapai keseimbangan yang harus dilakukan adalah merendahkan ego 
kita masing-masing. Sebaliknya, meninggikan kepentingan orang lain, atau 
pasangan kita.

  Kita harus bersabar dalam hal ini. Sebagaimana bercocok tanam. Seorang petani 
tidak bisa langsung menuntut sawah atau kebunnya untuk memberikan hasil panen 
seperti yang diinginkannya. Dia harus mengolah tanah itu terlebih dahulu, 
memupuknya, menyiraminya, dan merawatnya dengan baik. Karena ia memberikan 
perhatian dan usaha kepada sawah atau kebunnya itu, maka ia lantas memperoleh 
‘balasan’ atas perhatian dan usaha yang dilakukan kepada pasangannya tersebut, 
berupa panen. Semakin besar ia ‘memberikan’, maka semakin besar pula ia akan 
‘menerima’ hasilnya.

  Tidak ada yang 

[daarut-tauhiid] Semua Diciptakan Berpasangan

2007-04-23 Terurut Topik firliana putri
SEMUA DICIPTAKAN BERPASANGAN

  ALLAH menciptakan segala yang ada di alam semesta ini berpasang-pasangan. 
Saling melengkapi. Sekaligus saling mengisi. Saling bekerjasama. Saling 
mengimbangi. Saling mempengaruhi satu sama lain. Dan saling menyempurnakan.

  Karena berpasang-pasangan itu, jika salah satunya tidak ada, yang lain bakal 
merasa kehilangan. Bakal timpang. Bakal memunculkan masalah. Dan berbagai 
persoalan lainnya.

  Bagaikan malam dengan siang. Atau, tangan kanan dan tangan kiri. Kaya dan 
miskin. Penguasa dan rakyat jelata. Orang pintar dan orang bodoh. Ulama dan 
awam. Dan seterusnya.

  Pernahkah Anda membayangkan adanya siang tanpa ada malam? Lantas apa gunanya, 
dan apa maknanya? Atau sebaliknya ada malam tanpa ada siang? Yang ada, bakal 
muncul masalah. Sehingga Allah mempertanyakan hal itu kepada kita di dalam 
Al-Qur’an, agar kita berpikir.

  QS. Al Qashash (28): 71-72
  Katakanlah: Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu malam itu 
terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan 
mendatangkan sinar terang kepadamu? Maka apakah kamu tidak mendengar?

  Katakanlah: Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu siang itu 
terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan 
mendatangkan malam kepadamu yang kamu beristirahat padanya? Maka apakah kamu 
tidak memperhatikan?

  Siang dan malam adalah pasangan serasi yang memungkinkan terjadinya kehidupan 
di muka bumi. Jika Bumi hanya memiliki siang saja, maka kehidupan di muka bumi 
ini bakal musnah, karena terlalu panas. Permukaan Bumi bakal mendidih hanya 
dalam hitungan beberapa ratus jam saja.

  Sebaliknya, jika Bumi hanya memiliki malam, di Bumi pun tidak bakal muncul 
kehidupan. Sebab permukaan bumi bakal membeku. Juga hanya dalam hitungan 
ratusan jam saja.

  Pergantian siang dan malam itulah yang menyebabkan munculnya mekanisme 
kehidupan secara sempurna di muka bumi. Allah memperpasangkan siang dan malam 
demi terciptanya kehidupan manusia di dalamnya. Itulah yang digambarkan Allah 
dalam berbagai ayatNya.

  QS. Al Jaatsiyah (45): 5
  dan pada pergantian malam dan siang, dan hujan yang diturunkan Allah dari 
langit lalu dihidupkanNya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya; dan pada 
perkisaran angin terdapat pula tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang 
berakal.

  Bukan hanya soal siang dan malam saja, Allah menciptakan pasangan. 
Kaya-miskin pun adalah sebuah pasangan yang serasi. Bisakah Anda bayangkan jika 
manusia di muka Bumi ini kaya semua? Siapakah yang mau melayani yang lain? 
Demikian juga bila miskin semua, siapa yang bakal membiayai kehidupan sosial? 
Maka, kehidupan sosial kita bakal berhenti karenanya.

  Penguasa dan rakyat, juga pasangan yang serasi. Tak mungkin ada penguasa jika 
tidak ada rakyat. Sebaliknya rakyat juga butuh penguasa untuk mengatur 
kehidupan kolektifnya. Keduanya berpasangan saling membutuhkan, dan saling 
melengkapi.

  Ulama dan awam pun saling membutuhkan. Keduanya adalah pasangan. Ulama hanya 
bisa disebut ulama - dan kemudian menjadi bermanfaat - karena ada orang awam. 
Dan orang awam pun disebut orang awam karena ada pembandingnya, sang ulama. Dan 
seterusnya. Dan sebagainya.

  Seluruh alam semesta diciptakan Allah secara berpasang-pasangan. Persis 
seperti dikemukakan olehNya dalam ayat berikut ini.

  QS. Adz Dzaariyaat (51): 49
  Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat 
akan kebesaran Allah.

  Dalam kasus yang lebih khusus Allah menyebut tumbuh-tumbuhan, binatang dan 
manusia pun diciptakan secara berpasang-pasangan. Termasuk segala sesuatu, yang 
tidak kita ketahui.

  QS. Yasin (36): 36
  Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan berpasangan semuanya, baik dari apa 
yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak 
mereka ketahui.

  QS. Asy Syuura (42): 11
  (Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu 
sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan 
(pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada 
sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha 
Melihat.

  Ya, manusia diciptakan Allah berpasang-pasangan. Secara fisik maupun 
fungsinya. Secara fisikal, manusia diciptakan sebagai pasangan laki-laki dan 
perempuan. Dan secara fungsi, manusia juga membutuhkan pasangan-pasangan dalam 
skala yang lebih luas di bidang sosial, politik, ekonomi, budaya, dan 
sebagainya seperti telah kita ungkap di depan.

  Laki-laki adalah pasangan wanita. Demikian pula sebaliknya. Jika mereka tidak 
berpasangan, atau memilih pasangan yang lain, maka hasilnya adalah masalah. 
Baik secara individual, ataupun sosial. Kenapa demikian? Sebab, keduanya memang 
diciptakan bersifat komplementer. Saling melengkapi dan membutuhkan. Secara 
fisik maupun secara fungsi. Begitulah memang fitrahnya. Begitulah desain 
penciptaannya.

  QS. An Najm (53): 45
  dan bahwasanya Dialah 

[daarut-tauhiid] Bersama Allah Kembali Ke Rumah

2007-04-03 Terurut Topik firliana putri
BERSAMA ALLAH KEMBALI KE RUMAH

  SALAM PERPISAHAN

  Ternyata pergi ibadah haji,
  Hakekatnya adalah untuk pulang kembali…

  Ada pertemuan tentu ada pula perpisahan. Itulah ungkapan bijak yang sering 
kita dengar di dalam kehidupan kita. Demikian pula dengan ibadah haji. Kurang 
lebih empat puluh hari para jama'ah melakukan perjalanannya mulai dari rumahnya 
sampai kembali untuk menjumpai keluarganya.

  Saat baru datang menjumpai ka'bah, setiap jamaah terperangah dan terkesan 
dengan baitullah itu. Setelah setiap hari melakukan thawaf mengelilingi ka'bah, 
dan akhirnya harus berpisah karena masa haji sudah usai, maka tiada terkira 
sedihnya perasaan.

  Tidak jarang para jama'ah haji yang berlinang air mata, ketika harus 
meninggalkan ka'bah. Kerinduannya nampak jelas pada raut wajahnya, meskipun 
mereka belum berpisah. Maka dengan rasa terpaksa mereka pun kembali pulang ke 
hotelnya untuk mengemas barang-barang bawaannya. Kembali ke tanah air.

  Bahkan jamaah haji yang sudah menerima pelajaran banyak tentang makna 
kehidupan dari rangkaian ibadah haji, ia harus mampu mengambil pelajaran 
bagaimana seorang hamba harus kembali kepada Sang Penciptanya. Untuk bertemu 
dengan harapan akan mendapatkan ridhaNya. Hanya orang-orang yang yakinlah, yang 
bertemu Allah dengan rasa bahagia.

  QS. Al Baqarah (2) : 46
  (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan 
bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.

  QS. Al-Maidaah (S) : 105
  Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat itu 
akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk. Hanya 
kepada Allah kamu kembali semuanya, maka Dia akan menerangkan kepadamu apa yang 
telah kamu kerjakan.

  QS. Al-A'raaf (7) : 29
  Katakanlah: “Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan”. Dan (katakanlah): 
Luruskanlah muka (diri) mu di setiap shalat dan sembahlah Allah dengan 
mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. Sebagaimana Dia telah menciptakan kamu 
pada permulaan (demikian pulalah) kamu akan kembali kepadaNya.

  QS. Yunus (10) : 4
  Hanya kepadaNyalah kamu semuanya akan kembali; sebagai janji yang benar 
daripada Allah, sesungguhnya Allah menciptakan makhluk pada permulaannya 
kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali (sesudah berbangkit), agar Dia 
memberi pembalasan kepada orang-orang yang beriman dan yang mengerjakan amal 
saleh dengan adil. Dan untuk orang-orang kafir disediakan minuman air yang 
panas dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka.

  QS. Al-Mukmin (40) : 3
  Yang Mengampuni dosa dan Menerima taubat lagi keras hukuman-Nya; Yang 
mempunyai karunia. Tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Hanya 
kepada-Nyalah kembali (semua makhluk).

  Hidup ini adalah sebuah perjalanan. Semoga dengan peristiwa haji ini kita 
semua akan semakin sadar bahwa kita akan kembali kepadaNya.

  Kita berharap bahwa perjalanan ini bisa menjadi pelajaran istimewa, bagi yang 
sudah pernah pergi ke baitullah, ataupun yang belum mendapatkan kesempatan 
untuk pergi kesana.

  Semua manusia, (bagi yang mampu) diwajibkan untuk pergi ke tanah suci, agar 
menyadari bahwa kelak kita semua ini akan kembali kepada Dzat Yang Maha 
Memiliki. Ternyata hakekat dari itu semua adalah 'Pergi untuk Kembali'..



  PERJALANAN AIR MATA

  Sejak berangkat sampai pulang kembali,
  Tiada hentinya air mata menghiasi perjalanan ini…

  Ketika tanganku, aku gerakkan untuk menulis bagian ini, anganku melayang pada 
bagian depan dari perjalanan ini. Dan setelah kutuangkan seluruh perjalanan 
para jamaah itu..., akh, ternyata hanya ada satu kesimpulan bagiku.
  Bahwa perjalanan haji adalah perjalanan air mata

  Betapa pertama kali, seorang jama'ah ketika meninggalkan rumah dan 
keluarganya, ia menangis karena akan meninggalkan sanak saudaranya.

  Ketika pesawat mulai bergerak menuju tanah Haram, para jama'ah pun banyak 
yang melelehkan air mata, karena terharu bisa berangkat untuk 'bertemu' dengan 
Allah di Baitullah.

  Ketika para jamaah berdo'a di Raudhah, di dekat makam Rasulullah saw, tiada 
tertahankan lagi air mata jatuh berderai, membasahi sajadah.

  Ketika para jama'ah, pertama kali menatap ka'bah baitullah, sungguh hati 
bergetar, dan tanpa terasa airmata pun jatuh membasahi pipinya.

  Ketika para jama'ah berdo'a di Multazam, tiada hentinya air mata berderai 
membasahi dinding ka'bah.

  Ketika suara adzan terdengar, air mata pun berderai bagi yang menghayatinya.

  Ketika para jama'ah melakukan wukuf di Arafah, justru di sinilah intinya. 
Seolah mata menjadi kering karena terlalu banyak air mata yang tertumpahkan. 
Mengapa? Sebab ketika matahari mulai tergelincir ke arah barat, do'a demi do'a, 
pengharapan akan diampuni dosanya, semua tertumpah saat-saat itu.. inilah wukuf 
yang luar biasa. Tak ada yang tahan hati manusia. Karena masing-masing telah 
mengakui dosa dan kesalahannya. Semua menangis, semua tundukkan kepala, mohon 
ampunanNya. Bersama saudara seakidah umat muslim se dunia.

  Ketika para jama'ah 

[daarut-tauhiid] Air Mata di Bukit Cinta

2007-03-29 Terurut Topik firliana putri
Bersama Allah di Arafah dan Mina

  Inilah sebait puisi yang tertulis di padang arafah... Ketika aku merenung 
sendiri mencoba memahami arti semua perjalanan haji. Ternyata aku tak bisa 
menemukan jawabnya! Kecuali hanya bisa menghapus air mata yang terus. Semoga 
tulisan ini bisa sedikit mewakili bagaimana suasana hati para jama'ah yang 
sedang menunggu saat-saat wukuf yang mendebarkan hati di padang Arafah saat itu.

  Arafah,...
  Sebuah padang yang lengang dan sepi
  Bukit berbukit tanpa penghuni
  Saat delapan dzulhijjah, ketika tergelincirnya matahari
  Datang manusia dari berbagai pelosok negeri Talbiyahpun mulai bergema,
  Takbir membahana, langit dunia pun belah sudah... dan istighfarku mulai 
merintih...
  ya Allah, ya Rabbi,
  tiada terhiraukan lelahnya badan lelahnya kaki semua kini telah datang..
  sungguh gemetar badan ini ya Allah,
  lebih gemetar lagi hati kami...
  takutku, rinduku, menyatu dalam dada kecil ini. Tuhan,
  Kini tangan-tangan kami yang kotor ini
  Telah terangkat di depan dada kami
  'tuk mohonkan ampun atas dosa yang tiada pernah terhitung lagi.
  Ya Allah,
  Malam ini...berjuta orang tertidur lelap dibuai mimpi
  Sementara,
  air mata kami habis
  Mengiringi dzikir dan istighfar kami.
  Ya Allah, Kami datang menyaksikan keagunganMu Kami datang karena panggilanMu,
  Kami datang...
  Kami datang ya Allah...
  ...Astaghfirullaahal adziim...




  AIR MATA DI BUKIT CINTA

  Mengapa seseorang yang berdiri di Bukit itu,
  bisa meneteskan air mata...?
  .
  Pak Didik, yang kebetulan pergi haji seorang diri, ia bebas saja pergi ke 
mana-mana. Pulang dari masjid langsung ke hotel atau seterusnya bermalam di 
masjid, tak ada yang melarangnya. Pergi belanja ke mana saja ia pun seorang 
diri.

  Kebetulan memang ia adalah orang yang suka pergi menyendiri. Tak ada yang 
mengetahui mengapa saat itu ia tidak mengajak istrinya. Apakah karena biayanya 
yang belum mencukupi untuk dua orang, ataukah karena alasan lain.

  Pada saat itu hari masih pagi. Para jama'ah yang sudah datang di Arafah, 
setelah melakukan shalat subuh mereka memanfaatkan waktunya untuk 
berjalan-jalan di sekitar Arafah. Ada yang naik bukit, ada yang berjalan-jalan 
saja. Ada yang menikmati pemandangan bukit Arafah, ada yang hanya diam duduk 
menyendiri merenungi hakekat perjalanan haji.

  Begitu pula dengan pak Didik. Ia berjalan-jalan di sekitar Arafah. Ketika 
banyak orang menuju ke suatu tempat, ia pun mengikuti mereka untuk berjalan 
kaki menuju ke titik tertentu. Ternyata mereka berjalan menuju sebuah bukit 
kecil yang berbatu.

  Semua orang dengan perlahan dan hati-hati menaiki tanah bebatuan yang sedikit 
terjal. Dan akhirnya mereka berhenti pada sebuah tugu yang di sekitarnya banyak 
batu-batu yang mengelilinginya. Ada sedikit tanah datar di sekat tugu tersebut.

  Orang-orang berhenti di depan tugu, dan ternyata bukit kecil itu adalah Jabal 
Rahmah. Sebuah bukit cinta, yang konon kabarnya di sinilah Adam as dan Siti 
Hawa bertemu setelah mereka berpisah sekian tahun lamanya.

  Orang-orang ramai berdo'a di depan tugu tersebut. Meskipun suasana secara 
fisik cukup ramai, tetapi karena masing-masing orang berdo'a, maka suasananya 
menjadi teduh, dan damai. Bahkan sedikit bernuansa romantis, karena banyak 
suami dan istri yang menitikkan air mata sambil menengadahkan kedua tangannya. 
Mohon ampun, mohon bahagia, mohon keluarga sakinah,...dsb.

  Demikian juga dengan pak Didik. Ketika ia berdiri di depan tugu Jabal Rahmah, 
ia tak tahu harus berbuat apa. Berdo'a yang bagaimana. Maka ia diam saja sambil 
merenung dan menerawang jauh...ke alam fikirannya.

  Tiba-tiba saja, fikiran pak Didik melayang jauh. Dan tiba-tiba ia ingat akan 
anak-anaknya. Setelah itu ia ingat istrinya yang ia tinggalkan di rumah 
sendiri, yang boleh jadi saat itu lagi memasak di dapur untuk anak-anaknya. 
Tiba-tiba pak Didik teringat akan seluruh kebaikan istrinya. Siang dan malam 
bekerja begitu rajinnya. Meskipun hanya bekerja untuk rumah tangganya saja.

  Saat itu bagi pak Didik, istrinya nampak begitu baik. Segala kekurangannya 
tertutupi oleh kelebihannya. Tetapi kebaikan sang istri tersebut tidak pernah 
ia sadari. Maka tanpa ada yang menyuruh, mata pak Didik mulai berkaca-kaca 
menahan jatuhnya setetes air mata. Barulah pak Didik menyadari, apa yang telah 
dilakukan oleh istrinya setiap hari itu, adalah untuk membahagiakan dan 
menyenangkan anak dan suaminya...
  akh, betapa salahnya aku.. kata pak Didik terhadap dirinya sendiri

  Apalagi, pak Didik mengetahui bahwa sekarang ia sedang berdiri di bukit 
cinta. Yaitu tempat Adam dan Hawa bertemu setelah mereka berpisah sekian lama, 
maka bertambah bercucuranlah air matanya.

  Maka dengan mantap pak Didik pun berdo'a kepada Allah, agar ia diberi 
kesempatan, diberi kesehatan, diberi kemampuan, untuk bisa datang kembali ke 
tanah suci ini bersama istrinya...

  Sampai sesenggukan pak Didik menangis menyesali kesalahannya. Betapa ia 
sering kali marah kepada istri yang begitu baik. 

[daarut-tauhiid] ATM Langit

2007-03-13 Terurut Topik firliana putri
ATM LANGIT

  Apa itu ATM langit...?

  Suasana haji memang sangat istimewa. Paling tidak, bagiku. Sebab setiap 
kegiatan apa saja, selalu saja aku hubungkan dengan kebesaran Allah Swt, 
sebagai Dzat Yang Maha Pengatur segala urusan makhlukNya.

  Tidak terkecuali ketika aku sedang istirahat setelah melakukan shalat dhuhur. 
Tiba-tiba saja aku teringat akan semua persoalan dalam hidup, khususnya tentang 
keuangan atau rezeki yang oleh setiap orang dalam kehidupan rumah tangganya 
selalu menjadi fokus perhatian utama.

  Saat itu aku bisa melihat suatu keanehan pada perjalanan hidupku. Khususnya 
berkaitan dengan rezeki. Tetapi hal itu tentu berlaku secara umum, artinya bagi 
siapa saja. Hanya saja mungkin tidak banyak orang-orang yang sempat bertafakur 
tentang keanehan ini. Aku merasa bahwa dalam persoalan rezeki, Allah Swt telah 
‘mengemudikan’ perputaran rezeki setiap orang dengan luar biasa. Begitu cermat, 
dan tepat waktu.

  Maka anganku melayang pada berbagai peristiwa yang terjadi beberapa waktu 
yang lalu...

  Suatu saat, temanku, pak Riduwan bercerita. Baru saja kami memberi pisang 
satu sisir kepada famili yang mau pulang dari rumah kami setelah ia bermalam 
satu hari, ternyata tanpa kami sangka-sangka pada sore harinya ada seorang 
kenalan yang datang ke rumah membawa pisang satu tandan (berisi sekitar 7 sisir 
pisang) MasyaAllah... pisang satu sisir yang kami berikan tanpa tendensi 
apa-apa tersebut, di ganti oleh Allah dengan tujuh sisir... 

  Lain lagi pengalaman pak Mansyur. Suatu saat pak Mansyur kehilangan sepeda 
motor kesayangannya. Sepeda motor tersebut dicuri orang di hadapan pak Mansyur 
sendiri, saat ia mau berangkat sholat jum’at.

  Sepeda motor yang sudah dikunci itu ia letakkan di teras rumahnya. Ketika 
orang di kampungnya sudah hampir berangkat ke masjid, saat itu pula pak Mansyur 
keluar untuk pergi ke masjid. Tak disangka ada seorang yang tak dikenal masuk 
lewat pintu pagar. Kebetulan tidak terkunci. Langsung saja sepeda motor itu 
dilarikan oleh orang tak dikenal tersebut...

  Pak Mansyur berusaha mengejar. Tapi tak mampu berlari mengejar sepeda motor 
yang dilarikan dengan kencang itu. Apalagi saat itu pak Mansyur sedang memakai 
sarung mau berangkat ke masjid. Maka ia hanya bisa berteriak minta tolong.

  Namun apa dikata, semua orang laki-laki sudah sepi karena semua sedang berada 
di masjid. Maka sepeda motor satu-satunya yang dimiliki pak Mansyur itu pun 
hilang. Padahal ia sangat memerlukannya untuk antar jemput sekolah 
anak-anaknya! Raib bersama sang pencuri yang kabur dengan begitu cepatnya...

  Tinggallah pak Mansyur yang merana, merenung, bersedih, bahkan bingung... Apa 
yang harus dibuatnya ia tidak tahu.

  Hari-hari setelah kehilangan sepeda motor itu, pak Mansyur bersama istrinya 
hanya bisa berdo'a dan berdo'a. Bahkan sering ia melelehkan air mata sendirian 
ketika anak-anaknya bertanya, dengan apakah mereka berangkat sekolah? Padahal 
sepeda motor itu dipakai bergantian untuk mengantar dan menjemput dua anaknya 
yang sekolah di Sekolah Dasar, dan seorang anaknya yang di Sekolah Menengah 
Pertama.

  Ah, sudahlah! Semua yang sudah terjadi merupakan ketetapan yang tidak bisa 
diubah lagi Demikian pak Mansyur menghibur dirinya. Akhirnya ia berusaha 
untuk merupakan kejadian itu.
  Satu hari, dua hari, seminggu, dua mingu..!

  Hari itu tepat dua minggu atau empat belas hari, dari kejadian hilangnya 
sepeda motor pak Mansyur. Pada hari itu kebetulan istri pak Mansyur membuat kue 
sederhana untuk dimakan sekeluarga. Seperti kebiasaan keluarga itu, mereka 
sering memberi kue kepada para tetangganya kalau kebetulan sedang membuat kue. 
Memang bu Mansyur dikenal cukup supel dan sangat ringan tangan kepada para 
tetangganya. Ia selalu membagi-bagi kue hasil tangannya untuk siapa saja. 
Ketika itu pak Mansyur dan istrinya memberi kue kepada seorang kenalan yang 
sudah cukup lama, mereka tidak silaturahim ke rumahnya.

  Sore itu, sambil bercanda ala kadarnya pak Mansyur dan istrinya terlibat 
dalam percakapan akrab dengan kenalannya yang sudah cukup lama tidak mereka 
temui itu.

  Tiba-tiba pak Sofyan, dan istrinya bertanya: Saya dengar anda barusan 
kehilangan sepeda motor...?, pak Mansyur pun menjawab ala kadarnya. ..iya, 
pak, iya bu... koq bapak-ibu tahu... dari mana? Jawab pak Sofyan dan bu Sofyan 
hampir bersamaan : ... iya, ada orang yang kira-kira seminggu yang lalu 
bercerita kepada kami...
  ..Terus bagaimana pak Mansyur mengantarkan anak-anak ke sekolah ?

  Pak Mansyur pun seperti diingatkan akan sesuatu yang sudah terlupakan... Maka 
kembali pak Mansyur tanpa sengaja menunjukkan ekspresi sedihnya. Karena ia 
teringat kepada anak-anaknya.

  Pak Mansyur tidak menjawab, ia hanya bisa menerawang ke langit berusaha 
menyembunyikan rasa sedihnya.

  Pak Sofyan dan bu Sofyan, rupanya mengetahui perasaan itu, maka mereka juga 
berdiam diri.

  Akhirnya setelah mereka sama-sama terdiam beberapa saat, Bu Sofyan membuka 
pembicaraan, yang sangat 

[daarut-tauhiid] Ilmu Pedang Nabi Ibrahim

2007-03-13 Terurut Topik firliana putri
ILMU PEDANG NABI IBRAHIM
   
  Baca..., ilmu pedang nabi Ibrahim...
   
  Ketika menulis cerita singkat tentang mobil mogok tersebut, aku jadi teringat 
pada sebuah peristiwa sejarah yang sangat indah dan sangat dramatis. Yang 
terjadi pada diri nabi Ibrahim as dan putranya Ismail as.
   
  Sebuah babak drama kehidupan yang indah mempesona, yang akan menguras air 
mata bagi saja yang menghayati ceritanya. Betapa tidak, Nabi Ibrahim sebagai 
seorang yang lembut hatinya, yang mendambakan seorang putra idaman dalam kurun 
waktu yang lama, ketika harapan itu dipenuhi oleh Sang Pencipta, justru 
diperintahkan untuk mengorbankannya.
   
  Ya, ketika sang anak beranjak dewasa dalam usia yang masih belia, Allah Swt 
justru menyuruh Ibrahim untuk menyembelih putra kesayangan dengan tangannya 
sendiri...
   
  QS. Ash-Shaafaat (37) : 102
  Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama 
Ibrahim, Ibrahim berkata: Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi 
bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu! Ia menjawab: Hai 
bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan 
mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.
   
  Buah hati yang diidamkan sepanjang hari sejak ia mempersunting istri 
pertamanya. Kini oleh Allah disuruhnya menyembelih dengan tangannya 
sendiri...Allaahu akbar!
   
  Kalaulah ini sekedar sebuah dongeng yang bukan nyata, tentu tidak akan 
berbekas pada hati manusia. Tetapi ini sebuah sejarah. Sebuah fakta. Sebuah 
ujian yang teramat berat bagi dua orang anak manusia yang telah membuktikan 
pada dunia, bahwa cinta mereka kepada tuhannya melebihi cintanya kepada dirinya 
sendiri.
   
  Dengan kemantapan iman yang tiada tara, dilaksanakan juga perintah Allah Swt 
itu dengan terlebih dahulu ia rundingkan dengan sang buah hatinya. Maka dengan 
izin' sang putra, Nabiyullah Ibrahim melakukan perintah Tuhan Yang Maha Kuasa 
di tempat yang jauh dari jangkauan manusia.
   
  Sejarah berkata, ketika pedang Ibrahim berkelebat hampir menyentuh leher 
halus nan mulus sang putra, maka pada saat yang tepat dan kritis itu turunlah 
para malaikat yang dengan kecepatan laksana cahaya mengganti sang putra 
tercinta Ismail dengan seekor gibas Maka selamatlah Ismail dari maut di 
tangan ayahandanya sendiri...
  Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha illallahu Allahu akbar, 
Allahu akbar walillahil haimd
   
  Subhaanallah,
  Cerita indah ini memberi pesan kepada kita semua, barang siapa yang bertaqwa, 
istiqomah dan mengutamakan kecintaan kepada Allah dalam Menjalankan 
perintahNya, maka pada saat yang tepat dan kritis, InsyaAllah, Allah Swt akan 
menolongnya dari berbagai macam kesulitan...
   
  Inilah ilmu 'pedang Ibrahim' yang akan dikenang sepanjang masa oleh jutaan 
umat manusia...
   
  Inilah ilmu 'pedang Ibrahim' yang akan menguras air mata bagi siapa saja yang 
menghayati kisah cintanya.
   
  Dan inilah ilmu 'pedang Ibrahim' yang harus kita jadikan sebagai suri 
tauladan cinta dalam kehidupan kita sepanjang masa.
   
  Sebenarnya, janji Allah kepada orang-orang yang bertaqwa sudah tertera dengan 
begitu jelas di dalam kitabNya. Yaitu kitab suci Al-Qur'an Al Kariim. Bahkan 
Allah Swt telah memberikan janjiNya kepada orang yang taqwa dengan begitu 
banyak dan begitu terinci
   
  1. Orang taqwa menempati tempat yang mulia pada hari kiamat
  QS. Al-Baqarah (2) : 212
  Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka 
memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu 
lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. Dan Allah memberi rezki kepada 
orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas.
   
  2. Orang taqwa mendapat balasan Surga 
  QS. Ali Imran (3) : 15
  Katakanlah: Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang 
demikian itu? Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan 
mereka ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di 
dalamnya. Dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan 
Allah: Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.
   
  3. Orang taqwa mendapat keberuntungan
  QS. Al-Maidah (5) : 100
  Katakanlah: Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang 
buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang 
berakal, agar kamu mendapat keberuntungan.
   
  4. Orang taqwa tidak merasa khawatir
  QS. Al-A'raaf (7) : 35
  Hai anak-anak Adam, jika datang kepadamu rasul-rasul daripada kamu yang 
menceritakan kepadamu ayat-ayat-Ku, maka barangsiapa yang bertakwa dan 
mengadakan perbaikan, tidaklah ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak 
(pula) mereka bersedih hati.
   
  5. Orang taqwa mendapatkan barokah dari langit dan bumi
  QS. Al-A'raaf (7) : 96
  Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami 
akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka 
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa 

[daarut-tauhiid] Perjuangan Sang Ibunda

2007-03-06 Terurut Topik firliana putri
   PERJUANGAN SANG IBUNDA


  Andaikata, sang Ibu tidak berjuang dengan gigih...
  sungguh tidak pernah ada air zam-zam seperti sekarang ini…


  Setelah para jama'ah melakukan thawaf dengan cara mengelilingi ka'bah 
sebanyak 7 kali, maka mereka menuju bukit shafa, untuk melakukan sa'i. Yaitu 
berjalan dan berlari-lari kecil dari shafa ke marwa dan sebaliknya. Juga 
sebanyak tujuh kali.


  Dalam melakukan perjalanan ini, seorang jamaah haji sebaiknya memahami 
terlebih dahulu apa makna di balik kegiatan ini. Sesungguhnya semua kegiatan 
dalam perjalanan haji tidaklah pernah lepas dari sejarah anak manusia yang 
imannya tiada tara. Yaitu nabi Ibrahim as dan keluarganya. Demikian juga dengan 
sa'i ini.


  Ketika nabi Ibrahim harus meninggalkan istrinya Siti Hajar bersama anak 
kesayangannya Ismail, sungguh sangat berat hati Ibrahim. Tetapi Karena hal itu 
merupakan bagian dari ujian hidupnya, ia pun melakukan dengan hati tawakal. 
Dengan menitikkan air mata Nabi Ibrahim berdo'a kepada Allah :


  Ya Rabbi, telah aku tinggalkan anak dan istriku di lembah yang tandus tiada 
berpenghuni ini, jauh dari keramaian manusia, jauh dari tanaman berbuah. 
Berilah mereka rezekiMu ya Allah, dan jadikanlah hati manusia tertarik kepada 
mereka...


  Maka di sinilah awal dari sejarah sa'i dimulai. Sang Ibunda begitu gelisah, 
tanpa Ibrahim di sampingnya. Ia mencari pertolongan kesana-kemari, berlari-lari 
kecil kebingungan untuk menolong buah hatinya yang lagi kehausan. Yang bibirnya 
sudah kering karena sudah lama tidak tersentuh air. Maka dengan perjuangan yang 
tulus dari seorang ibunda, Allah Swt Yang Maha Mengetahui hati manusia, Dia 
memberikan pertolonganNya kepada dua anak manusia itu, ibu dan anak yang lagi 
ditimpa kesulitan yang tiada tara.


  Maka dengan perantaraan malaikat Jibril, ditolongNya Hajar dan Ismail dengan 
cara dibuatkan sebuah sumber air di dekat bukit Shafa dan Marwah tempat mereka 
kebingungan itu. Maka dengan izin Tuhan terkuaklah tanah tandus itu. Dan 
memancarlah sebuah mata air yang jernih dan segar.


  Bukan main gembiranya hati Hajar, maka dengan serta merta ditampungnya air 
tersebut untuk diminumkannya kepada Ismail yang lagi kehausan.
  ...terima kasih ya Allah, Engkau telah menyelamatkan kami...


  Itulah sumber air zam-zam. Dan itulah awal dari sejarah zam-zam, yang airnya 
terus melimpah berkat perjuangan sang Ibunda yang tiada tara. Yang pantang 
menyerah dan pantang putus asa. Betapa sedihnya hati seorang ibu melihat putra 
kesayangannya menderita kehausan, tanpa ia tahu harus di mana mencari air di 
padang yang gersang dan tandus itu.


  Tetapi Allah Swt telah mengetahui bahwa Hajar dengan keyakinannya, telah 
lulus dalam ujiannya. Maka ditolongnya mereka pada saat kondisi Ismail sudah 
dalam keadaan kritis. Dan hasil dari perjuangan yang sangat berat itu adalah 
berupa AIR. Yang berguna bagi kehidupan manusia selamanya.


  Maka pelajaran mahal yang kita dapatkan dari sejarah ini adalah Suatu 
keberhasilan, insyaAllah akan dapat kita capai, setelah melalui proses yang 
cukup panjang, tahan uji, pantang menyerah, dan sabar menunggu hasilnya.


  Hidup adalah sebuah perjuangan, tanpa berjuang maka hasil yang diinginkan tak 
akan kita dapatkan.


  Tawakal kepada Allah, adalah poin penting dalam sebuah proses mencari suatu 
hasil. Karena semua persoalan hidup telah diatur oleh Sang Penguasa Jagad Raya 
ini. Dialah Allah swt.


  Mengapa yang didapat dari perjuangan yang sangat berat itu 'sekedar' air? 
Bukan yang lainnya? Sebab air adalah lambang kehidupan. Semua makhluk hidup 
dicipta oleh Allah dari (unsur) air. Bahkan bumi ini pun Dia hidupkan dari air. 
Maka tahulah kita betapa pentingnya keberadaan air bagi kehidupan manusia.


  QS. Al-Anbiya (21) : 30
  Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi 
itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara 
keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah 
mereka tiada juga beriman?


  QS. Al-Furqan (25) : 54
  Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air, lalu Dia jadikan manusia 
itu (punya) keturunan dan mushaharah dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa.


  QS. An-Nuur (24) : 45
  Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari 
hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua 
kaki, sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan 
apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.


  Kalaulah, para jama'ah haji ketika sa'i begitu hausnya, karena harus 
berlari-lari kecil, maka renungkanlah bagaimana perjuangan sang ibunda Siti 
Hajar waktu itu. Tiada orang lain, tiada tanaman, tiada air, tiada makanan


  Maka berkat perjuangan yang tak kenal lelah itu, kini muncullah sumur zam-zam 
sebagai penebus dahaga, bagi yang sedang kehausan. Bahkan berguna bagi seluruh 
umat sedunia. Sumber air yang tak akan pernah kering, dan insya Allah 

[daarut-tauhiid] Doa Sapu Jagad

2007-03-01 Terurut Topik firliana putri
   DOA SAPU JAGAD


  Mengapa ada istilah do'a sapu jagad...?
  Apa dan bagaimana perannya...?


  Begitu populernya do'a ini. Sebuah do'a yang tertera dalam kitab suci 
Al-Qur'an, surat Al-Baqarah ayat 201. Di dalam kegiatan manasik haji, do'a ini 
menjadi idola para calon jamaah haji. Maklum dengan hafal do'a ini, konon akan 
mempermudah para jama'ah dalam melakukan aktivitas perjalanan hajinya.


  Do'a ini mampu mengganti do'a-do'a lain, yang begitu banyak tersebar dalam 
setiap aktivitas di tanah haram. Begitu populernya do'a ini, sehingga setiap 
orang ketika melakukan do'a untuk memohon sesuatu kepada Allah, baik secara 
pribadi maupun secara kolektif, selalu ditutup dengan do'a ini.


  QS. Al-Baqarah (2) : 200 - 202
  Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berzikirlah kepada 
Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut nenek moyangmu, atau berzikir lebih 
banyak dari itu. Maka di antara manusia ada orang yang berdo'a: Ya Tuhan kami, 
berilah kami (kebaikan) di dunia, dan tiadalah baginya bahagian di akhirat.
  Dan di antara mereka ada orang yang berdo'a: Ya Tuhan kami, berilah kami 
kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa 
neraka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat bahagian dari apa yang mereka 
usahakan; dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya.


  Sungguh sangat layak do'a ini disebut sebagai doa 'sapu jagad' atau doa 
universal, sebab :


  1. Jangkauannya kini  nanti (dunia  akhirat)
  Apa yang diinginkan oleh do'a ini memiliki jangkauan yang sangat luas. Isi 
dalam do'a ini tidak menginginkan suatu yang bersifat materi, tetapi lebih 
kepada sesuatu yang memiliki makna lebih penting, lebih luas, lebih menyeluruh, 
dengan masa yang sangat panjang. Tidak terbatas pada kehidupan dunia saja 
tetapi, menjangkau pada kehidupan akhir yang lebih abadi, lebih kekal, dan 
lebih indah dibanding dengan kehidupan kini.


  QS. Al-A’laa (87) : 16-17
  Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan 
akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.


  QS. Qashash (28) : 77
  Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) 
negeri akhirat, dan, janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) 
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat 
baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. 
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.


  Meskipun urusan duniawi begitu kecilnya dibandingkan dengan urusan akhirat, 
tetapi tetap urusan duniawi jangan dilupakan. Karena melalui dunia inilah 
keberhasilan akhirat akan kita dapatkan.


  2. Mengapa formulasinya dunia lebih dahulu?
  Apakah lebih penting dunia dibanding akhirat?
  Seseorang bertanya dalam suatu diskusi agama.
  “Apabila akhirat lebih penting, mengapa di dalam kita berdo'a, yang diucapkan 
lebih dahulu, atau yang diminta lebih dahulu adalah kebahagiaan dunia? Bukan 
kebahagiaan akhirat? Apa maksudnya?”


  Maka dengan bijaksana, sang ustadz-pun menjawab:
  “Benar, bahwa akhirat itu memang lebih penting. Dengan didahulukannya sebutan 
dunia, bukan 'berarti dunia yang lebih penting, tetapi justru akhirat-lah yang 
jauh lebih penting.”


  Lanjut pak Ustadz :
  “Rasul pernah mengatakan bahwa hidup ini bagaikan garis lurus. Jika anda 
yakin seperti apa yang disampaikan Rasulullah, maka sebenarnya dunia dan 
akhirat berada pada satu garis lurus. Artinya kita akan bertemu dengan akhirat 
setelah kita melalui dunia ini.”


  Dengan kata lain, jika yang kita tuju hanya dunia saja, kita tidak akan 
bertemu dengan akhirat. Karena letaknya akhirat di ujung perjalanan. Sebaliknya 
jika yang kita tuju adalah kehidupan akhirat, kita pasti akan bertemu dan 
melewati dunia. Hal itu dikarenakan posisi dunia berada pada jarak yang lebih 
dekat, sementara akhirat berada pada penghujung perjalanan manusia
  ...alhamdulillaah, saya mengerti ustadz, terima kasih... jawab sang penanya.


  3. Perbandingan dunia dan akhirat?
  Selain masalah sebutan yang mendulukan dunia daripada akhirat, perbandingan 
dunia dan akhirat selalu saja menjadi bahan pembicaraan dalam setiap diskusi.


  Kata seseorang peserta diskusi :
  Dunia ini begitu luasnya, bumi tak ada artinya dibanding dengan besarnya 
alam semesta raya yang sulit diukur batasnya. Lalu bagaimana dengan kehidupan 
akhirat nanti? Seberapa luas kehidupan akhirat nanti?


  Pak Ahmad, sebagai salah satu peserta diskusi mencoba menjawabnya :...tentu 
kita tidak bisa mengukur secara pasti luasnya negeri akhirat, tetapi saya 
teringat kata rasulullah saw, bahwa perbandingan dunia dengan akhirat seperti 
setetes air yang jatuh dari ujung jari kita ke dalam samudera. Sementara air 
yang ada di samudera itulah akhirat nanti...!


  Berarti benar-benar kehidupan dunia yang nampaknya luas dan besar ini, tidak 
ada artinya sama sekali, dibanding dengan kehidupan akhirat. Yang jauh lebih 
luas, jauh lebih kekal, jauh lebih abadi, dan jauh lebih indah... 

[daarut-tauhiid] Memutar Video Kehidupan

2007-03-01 Terurut Topik firliana putri
MEMUTAR VIDEO KEHIDUPAN
   
  Bisakah di Masjidil Haram memutar video...?
   
  Pak Imran, seorang jamaah dari Makassar, pernah bercerita tentang pengalaman 
ruhaninya ketika berada di dekat ka'bah. Sejak berangkat dari tanah air pak 
Imran sudah mempunyai pendirian, bahwa nanti sesampai di Mekah, khususnya 
ketika di masjidil Haram, ia tidak akan mencium hajar aswad seperti keinginan 
para jamaah haji pada umumnya.
   
  Entah apa yang menyebabkan pendiriannya semacam itu. Tetapi satu hal yang pak 
Imran inginkan yaitu bahwa ia ingin berdo'a senikmat mungkin di dinding Ka'bah. 
Yang disebut multazam! Keinginan tersebut rupanya sudah terpatri kuat-kuat 
dalam hatinya sejak pak Imran mengikuti manasik haji.
   
  Sesampai di Masjidil Haram, begitu pak Imran melihat setiap jamaah ternyata 
ingin mencium hajar aswad, hati pak Imran tetap tidak tergerak sedikit pun 
untuk menciumnya. Bahkan ketika ada seorang jamaah perempuan yang ingin mencium 
hajar aswad, pak Imran dengan gigihnya mengawal orang sebut dari kerumunan 
jama'ah lainnya. Dan akhirnya orang tersebut berhasil menciumnya. Maka dengan 
wajah sangat puas, orang tersebut mengucapkan terima kasih yang tiada terhingga 
kepada pak Imran.
   
  Ternyata sudah ada beberapa orang yang tertolong oleh pak Imran berkaitan 
dengan masalah pencium hajar aswad. Keesokan harinya, pak Imran ternyata 
tergoda juga untuk ikut merasakan bagaimana rasanya bisa mencium batu hitam 
itu. Maka dengan teknik dan pengalaman yang ia miliki, ketika ia beberapa kali 
berhasil menolong orang lain, pak Imran mulai beraksi mendekati hajar aswad.
   
  Berdesak-desakan di antara kerumunan orang banyak, dan dengan teknik 
'canggih' yang dimilikinya, pak Imran yang posisinya berada jauh dari ka'bah 
bisa berangsur-angsur bergerak mendekati hajar aswad. Akh, betapa gembiranya 
hati pak Imran.
   
  Dalam hati pak Imran cukup berbangga dengan caranya ia bisa mendekati hajar 
aswad di tengah keramaian yang luar biasa itu. Ketika dirinya tinggal meraih 
batu itu untuk diciumnya, ternyata pak Imran merasa kesulitan. Beberapa kali ia 
mental keluar lagi. Begitu sudah dekat mukanya ke batu tersebut, tinggal 
menciumnya saja, kembali ada semacam gelombang manusia yang menghantamnya, dan 
kembali ia terpental dan tidak berhasil untuk menciumnya. Sampai akhirnya pak 
Imran putus asa.
   
  Maka ia membiarkan saja ketika dirinya mengikuti putaran thawaf sampai 
akhirnya ia keluar dan menjauh dari hajar aswad yang ditujunya. Dan pak Imran 
pun hanya bisa mengeluh seorang diri:
   ...Kenapa ya, kemarin begitu mudahnya aku menolong orang lain, bahkan 
beberapa orang bisa aku lindungi untuk membantu mereka bisa mencium hajar 
aswad. Tetapi sekarang ketika giliranku untuk menciumnya, begitu sulitnya aku 
mencapainya. Padahal tinggal sejengkal saja Tapi tetap saja aku gagal untuk 
menciumnya...
   
  Akhirnya pak Imran merasa betul-betul gagal dalam upayanya mencium batu hitam 
yang terkenal dengan nama hajar aswad itu.
   
  Pada keesokan harinya, pak Imran sudah melupakan kejadian itu. Ia dan 
keluarganya menuju masjid untuk melakukan aktivitas rutin yang berupa thawaf 
maupun shalat di masjidil Haram.
   
  Ketika hari menjelang dhuhur, pak Imran mendapat tempat duduk di shaf yang 
agak dekat dengan ka'bah. Di tengah kerumunan jama'ah yang luar biasa banyaknya 
itu, pak Imran berusaha mendekati ka'bah. Ia tidak ambil peduli tentang 
kegagalannya mencium hajar aswad kemarin. Kini pak Imran terfokus ingin sekali 
mohon ampun atas segala kesalahannya, baik selama ia melakukan perjalanan musim 
haji ini, atau juga kesalahan masa lalunya.
   
  Pak Imran begitu gagal mencium hajar aswad kemarin, sudah merasa bahwa ada 
kesalahan yang besar yang ia lakukan. Yaitu ia telah merasa berbangga diri 
dapat menolong beberapa jamaah perempuan ketika ia di dekat hajar aswad. Ia 
merasa bahwa yang membuat beberapa orang tersebut bisa mencium hajar aswad 
karena berkat pertolongannya. Pak Imran kini merasa sadar. Bahwa semua 
peristiwa adalah karena Allah semata. Ia sungguh merasa salah. Maka ingin 
sekali pak Imran saat itu bertaubat, dan mohon ampun kepada Allah atas segala 
kekeliruannya.
   
  Tanpa disadarinya, pak Imran berjalan menuju ke arah ka'bah. Yaitu pada suatu 
area sempit, tetapi begitu banyaknya kerumunan para jama'ah di tempat itu. Pak 
Imran terus saja maju ke arah kerumunan para jamaah. Hatinya begitu ingin masuk 
ke dalam kerumunan itu.
   
  Ketika pak Imran sudah dekat dengan ka'bah, tiba-tiba kerumunan itu 'membuka' 
memberi jalan pada pak Imran. Maka dengan begitu mudahnya pak Imran masuk ke 
dalam berjubelnya para jamaah, dan iapun langsung menempelkan muka dan 
tangannya, dan juga seluruh tubuhnya di dinding ka'bah. Sambil tiada hentinya 
air matanya meleleh membasahi pipinya. Tak tahu apa yang diucapkannya.
   
  Yang jelas seluruh perasaannya tumpah bersama air matanya membasahi dinding 
ka'bah. Begitu nikmatnya pak Imran, seluruh persoalan hidupnya seolah tak ada 
lagi. Semua ia 

[daarut-tauhiid] Sholat Subuh Dengan Wudlu Isya

2007-02-21 Terurut Topik firliana putri
TAFSIR DALAM REALITA

  Kehidupan di tanah haram
  adalah kehidupan yang sesungguhnya,
  Mengapa...?

  Ada sesuatu yang menarik dalam kehidupan para jama'ah haji. Yaitu bahwa 
aktivitas mereka, semuanya untuk keperluan ibadah semata. Ketika aku bertanya 
pada seorang teman, yang lagi makan dengan lahapnya, untuk apa makan sebegitu 
banyak, ia menjawab :

  “Yaakh, pertama memang saya sedang lapar, sehingga bisa makan dengan lahap. 
Ke dua, saya menjaga kesehatan sesuai anjuran dokter. Sehingga kalau badan 
terasa sehat, maka saya dapat melakukan aktivitas ibadah haji ini dengan baik.

  Ketika teman lainnya kutanya mengapa ia minum sebegitu banyaknya, tidak 
seperti ketika di tanah air, ia-pun menjawab:
  wah, alasan saya yang pertama adalah, agar badan saya ini menjadi sehat. 
Kalau sudah sehat, kan jadi enak untuk beribadah...?! iya kan?

  Ada lagi seorang teman. Setelah ia pulang dari shalat subuh, ia masuk ke 
hotel terus istirahat sampai tertidur pulas. Ketika ku tanyakan mengapa ia 
pagi-pagi sudah mengistirahatkan badannya, ia juga menjawab dengan jawaban yang 
hampir sama dengan teman lainnya. Katanya :
  Iya.., saya khawatir terlalu capek, maka saya istirahat aja dulu, setelah 
itu kan badan lebih segar sehingga akan lebih enak untuk thawaf maupun shalat.

  Bahkan seorang teman yang sedang batuk, begitu takutnya ia, sehingga ia 
sering menemui dokter untuk minta obat. Ketika kutanya mengapa ia begitu 
khawatir dengan sakitnya, ia pun menjawab:
  Wah, kalau di sini kita sakit.., bisa runyam nikh! Sebab kan kita datang ke 
sini bertujuan untuk ibadah, kalau badan sakit kan rugi...?! Karena itu 
meskipun hanya sekedar batuk, saya betul-betul menjaganya, jangan sampai 
mengganggu ibadah saya!

  Jawaban dari orang-orang tersebut mirip semua, dan substansinya sama. Yaitu 
aktivitas mereka hanya diperuntukkan buat ibadah semata. Minumnya untuk ibadah. 
Makannya untuk ibadah. Istirahatnya pun untuk ibadah. Bahkan minum obat juga 
untuk keperluan ibadah.

  Sungguh hebat, orang-orang tersebut! Seluruh aktivitasnya bernilai ibadah. 
Terlepas itu karena merasa rugi jauh-jauh dari tanah air, ataukah karena alasan 
lainnya. Tetapi jawaban yang mereka berikan mencerminkan bahwa ibadah adalah 
sesuatu yang sangat penting, dan harus mereka perjuangkan...

  Aku pun teringat pada sebuah ayat Al-Qur'an yang sangat popular. Bahwa 
menurut ayat tersebut memang tujuan Allah menciptakan jin dan juga manusia 
tidak lain adalah untuk mengabdi kepadaNya. Atau untuk beribadah menyembah 
kepadaNya. Maka sungguh benar adanya, bahwa kehidupan di tanah haram tersebut 
tidak lain semuanya hanya untuk menyembah kepada Allah saja, atau untuk 
kepentingan ibadah saja. Aktivitas apa pun!

  QS. Adz-Dzariyaat (51) : 56
  Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka 
menyembah-Ku.

  Inilah sebuah kehidupan nyata, yang merupakan tafsir dalam realita, dari ayat 
Al-Qur'an surat Adz-Dzariyaat : 56

  Andaikata kehidupan setiap manusia di tanah airnya juga semacam itu...
  Akh, betapa hebatnya!
  Betapa indahnya dunia ini!

  Dalam setiap aktivitas apapun mereka selalu ingat akan Allah. Dalam kehidupan 
keluarga ingat Allah, bekerja di luar rumahpun ingat akan Allah.
  Mencari ilmu ingat Allah, ketika memimpin rapat pun ingat akan Allah.
  Di tempat yang luas ingat Allah, di jalanan macet pun ingat akan Allah.
  Di keramaian umum ingat Allah, Di kamar mandi-pun ingat akan Allah.
  Ketika lapar ingat Allah, ketika kenyangpun ingat akan Allah.
  Ketika sedih ingat Allah, ketika senangpun ingat akan Allah.

  Jika hati sudah terlatih semacam itu, maka insyaAllah selama dua puluh empat 
jam pun seorang hamba akan terus berhubungan dengan Allah sebagai Tuhan yang 
menciptakannya. Ia selalu merasa diawasi oleh Allah kemanapun ia pergi, dan 
merasa bersama Allah di mana pun ia berada. Karena ia selalu merasakan 
kehadiran Allah di setiap jengkal nafas kehidupannya. Dan Allah begitu dekatnya 
dengan dirinya...

  QS. Al-Baqarah (2) : 115
  Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka ke manapun kamu menghadap di 
situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha 
Mengetahui.

  QS. Qaaf (50) : 16
  Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang 
dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya,

  QS. Al-Baqarah (2) : 186
  Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), 
bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a 
apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala 
perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada 
dalam kebenaran.



  SHALAT SUBUH DENGAN WUDHU ISYA

  Mengapa seseorang mampu melakukan shalat subuh,
  dengan menggunakan wudhu' Isya'nya...?

  Pak Imam adalah salah satu jama'ah haji yang aku kunjungi ketika ia pulang 
dari ibadah haji. Ada sesuatu yang nampak aneh dalam pandanganku terhadap diri 
pak Imam ini. 

[daarut-tauhiid] Misteri Sandal Jepit

2007-02-20 Terurut Topik firliana putri
MISTERI SANDAL JAPIT

  Sandal japit selalu menjadi cerita primadona, ada apa...?

  Sebagaian besar para jama'ah yang pulang dari haji, sering bercerita tentang 
sandal japit mereka. Hal ini sudah sejak puluhan tahun yang lalu. Apakah hal 
ini terpengaruh oleh cerita jama'ah haji sebelumnya, ataukah tidak. Tetapi yang 
jelas setiap kita mengunjungi jama'ah haji yang baru pulang dari ibadahnya, 
selalu ada cerita tentang sandal japit.

  Pak Adi misalnya, ia sejak berangkat dari tanah air membawa sandal japit 
sebanyak lima pasang. Ketika seorang temannya bertanya mengapa membawa sebanyak 
itu, ia hanya tertawa saja, sambil ganti bertanya setengah mengolok temannya:
  Apa kamu tidak pernah tahu cerita orang-orang haji sebelumnya? Kalau kamu 
tahu pasti kamu akan membeli dan mempersiapkan sandal lebih banyak dari saya! 
katanya. Sang teman pun hanya geleng kepala saja sambil pergi.

  Ketika pak Adi pulang dari ibadah haji, Ia kembali bercerita tentang sandal 
japitnya. Ternyata benar ‘firasat’nya! Lima pasang sandal yang ia persiapkan 
dari rumah, di kota Mekah hanya bisa 'bertahan' lima hari saja. Setiap hari ia 
kehilangan sandal japitnya. Selalu lupa di mana menaruh sandalnya tersebut. 
Sehingga pada hari yang ke enam ia membeli lagi sandal di kota mekah untuk 
kesehariannya. Dan anehnya sandal yang ia beli tersebut bertahan sampai ia 
selesai melakukan ibadah di kota Mekah.

  Pak Santo, adalah teman pak Adi. Mereka bekerja pada kantor yang sama. Tetapi 
karena pak Santo mengikuti rombongan yang berbeda, mereka tidak berada pada 
kloter yang sama. Meskipun mereka berbeda hotel dan berbeda kloter, ternyata 
pada hari yang ke enam, mereka bertemu di masjidil Haram. Betapa senangnya 
mereka. Maka sambil bercerita pengalamannya, mereka pulang ke hotel 
masing-masing sambil jalan bersama-bersama.

  Pak Adi membuka pembicaraan :
  Wah, sandal yang kupersiapkan lima pasang dari rumah itu, ternyata sekarang 
sudah 'habis'. Setiap hari aku selalu lupa di mana aku menaruhnya. Padahal 
pintu mana ketika aku memasuki masjid sudah aku ingat-ingat. Tetapi tetap saja 
sandal yang aku letakkan di tempat yang cukup aman itu ternyata hilang.
   Oh, kalau masalah itu saya tahu betul. Pak Adi kan memang orang yang 
pelupa, iya toh? Kata pak Santo.
   ...nggak heran saya, kalau sandal pak Adi selalu hilang. Kadang kunci mobil 
yang jelas-jelas baru ditaruh di atas meja kantor beberapa saat saja, pak Adi 
sudah lupa...! sambung Pak Santo.
  ...untung saja, saya ditakdirkan menjadi orang yang gampang ingat. Tidak 
pelupa...ha ha ha... Sejak saya datang di kota Mekah ini, sandal yang saya 
pakai, ya ini pak! lumayan-lah agak ngirit he he kata Pak Santo.
  Baiklah pak, kita berpisah di sini ya. Kan hotel kita berbeda. Besok subuh 
kita ketemu di dekat sumur zam-zam ya... kata pak Adi
  Ok. pak, assalamu'alaikum... sahut pak Santo sambil menyeberang jalan 
menuju hotelnya.

  Keesokan paginya, ketika mereka di dalam masjid, ternyata mereka berdua tidak 
bisa bertemu seperti maksud mereka sebelumnya, karena jama'ah begitu penuh. 
Maka pak Adi pun tidak berusaha mencari pak Santo lagi. Sekitar jam delapan 
pagi pak Adi pulang menuju hotelnya, bersama-sama dengan jama'ah rombongannya.

  Ketika pak Adi berjalan, sudah sekitar lima puluh meter dari pintu masjid, ia 
melihat pak Santo berdiri di dekat salah satu pintu masjid. Ia berdiri saja di 
dekat pintu tersebut. Maka pak Adi pun mendekati pak Santo, yang saat itu 
kelihatan agak bingung.
  Ada apa pak? Tanya pak Adi
  Ini pak, sandal saya tadi kan saya taruh di dekat pintu ini, saya ingat 
betul koq, tidak mungkin-lah saya lupa! Bahkan yang kiri saya pisahkan 
tempatnya dengan yang sebelah kanan. Supaya tidak terambil orang lain. Tapi 
dimana ya..? Saya sudah hampir lima belas menit berdiri disini, tapi belum 
ketemu juga

  Pak Adi hanya tersenyum saja menyaksikan kebingungan pak Santo. Katanya dalam 
hati: “tahu rasa kamu sekarang...!”
  Dan pak Adi-pun pergi meninggalkan pak Santo yang masih kebingungan di dekat 
pintu masjid. Ketika pak Adi sambil berjalan melayangkan pandangannya ke arah 
pak Santo, ia melihat pak Santo-pun meninggalkan pintu masjid berjalan pulang 
tanpa mengenakan alas kaki...

  Lain lagi halnya dengan bu Toni. Ketika ia berjalan pulang dengan beberapa 
temannya, bu Toni bercerita bahwa ia merasa kasihan melihat bu Fajar, yang baru 
satu hari di Mekah bu Fajar sudah kehilangan sandalnya. Padahal sandal itu 
sudah diletakkan di tempat yang aman, di dekat tempat ia shalat katanya. Tapi 
tetap saja ketika shalat sudah selesai, bu Fajar tidak menemukan sandalnya.
  Kata bu Toni: ..Ya maklumlah, karena pergeseran-pergeseran shaf ketika akan 
shalat, maka tempat berubah dari posisi semula. Sehingga tentu bu Fajar 
kesulitan mencari-nya kembali.

  Tiba-tiba bu Sodiq yang berada di sebelah bu Toni berkomentar: Kalau saya 
bu, sejak dari rumah sudah diberi tahu oleh kakak saya yang tahun kemarin 
berangkat haji. Pokoknya kalau ke masjid kita bawa aja 

[daarut-tauhiid] Ternyata Orang Cacatlah Obatnya

2007-02-13 Terurut Topik firliana putri
TERNYATA ORANG CACAT-LAH OBATNYA

  Obat dokter tidak bisa menyembuhkannya,
  mengapa justru orang cacat itu yang bisa
  menyembuhkan penyakitnya...?

  Pak Hasan, adalah jama'ah dari embarkasi Surabaya. Ia dan istrinya berangkat 
ke Mekkah kebetulan pada tahap gelombang ke dua. Artinya mereka datang dari 
Indonesia langsung ke Mekah terlebih dahulu, baru kemudian ke Madinah.

  Kondisi pak Hasan ketika berangkat memang agak sakit. Batuk pilek setiap 
hari. Sampai dipakai berbicara saja tenggorokannya sudah terasa sakit. Batuk 
pilek yang semacam itu memang membuat badan begitu capek lunglai. Semua 
persendian terasa sakit. Sehingga menjadikan tubuh menjadi malas untuk diajak 
beraktivitas.

  Beberapa kali pak Hasan diobati oleh dokter kloternya. Tetapi tetap saja 
sakitnya tidak bisa sembuh. Rasanya semua macam obat yang berhubungan dengan 
penyakitnya sudah ia minum. Tetapi tetap saja badan lunglai, kepala pusing 
bahkan batuknya tidak pernah berhenti. Badan dengan kondisi semacam itu, 
mengakibatkan pak Hasan sehari-harinya berdiam diri saja di hotel. Beberapa 
kali istrinya mengajaknya ke masjidil Haram, tetapi rupanya tubuh pak Hasan 
tidak bisa diajak kompromi, ia malas untuk pergi ke masjid.

  Aku belum bisa bu, dan belum kuat untuk pergi ke masjid. Ibu dulu aja-lah. 
Nanti setelah badanku sembuh aku akan ke masjid dan akan melakukan ibadah 
dengan sebaik-baiknya... demikian kata pak Hasan kepada istrinya.

  Karena sudah beberapa kali, jawaban pak Hasan selalu seperti itu, maka pada 
hari itu istri pak hasan memohon dengan agak setengah memaksa kepada pak Hasan 
agar siang itu mereka bisa bersama ke masjid untuk melakukan ibadah. Baik itu 
thawaf, maupun shalat-shalat wajibnya.

  Maka dengan agak terpaksa, berangkat juga mereka ke masjid. Pak Hasan di 
sepanjang perjalanan menuju masjid tiada henti-hentinya batuk. Bahkan kakinya 
begitu capek dipakai untuk berjalan. Tetapi toh, akhirnya sampai juga mereka di 
masjidil Haram. Meskipun jarak dari maktab mereka menuju masjid cukup jauh.

  Sesampai di masjid, mereka mencari tempat yang cukup nyaman. Pak Hasan dan 
istrinya melakukan thawaf sunah sebagai penghormatan masuk masjidil Haram, 
sebelum mereka melakukan ibadah lainnya.

  Ketika pak Hasan dan istrinya melakukan thawaf inilah bagian dari cerita ini 
dimulai... Dengan terbata-bata, dan masih digandeng oleh istrinya pak Hasan 
mulai melakukan thawaf. Diayunkannya kaki kanannya untuk memulai thawaf.

  Bismillaahi allaahu akbar...!Demikian kalimat pertama yang dilontarkan pak 
Hasan sebagai pertanda ia memulai thawafnya. Maka dengan hati-hati sekali, 
karena khawatir badannya bertambah lunglai, pak Hasan melangkahkan kakinya 
berjalan memutari Ka’bah. Pada saat pak Hasan beberapa langkah memulai 
thawafnya itu, tiba-tiba di sebelah kanannya, yang hampir berhimpitan dengan 
pak Masan, ada seorang bertubuh kecil yang juga bergerak melakukan thawaf, 
beriringan dengan pak Hasan. Entah apa yang menyebabkan pak Hasan tertarik 
dengan orang 'kecil' itu, sambil berjalan lambat pak Hasan memperhatikan orang 
itu lebih seksama . Mengapa orang itu tubuhnya pendek, bahkan cenderung 
seperti anak kecil? pikirnya.

  Setelah beberapa lama pak Hasan memperhatikan orang tersebut, di tengah 
riuhnya para jamaah yang juga sedang melakukan thawaf itu, tiba-tiba pak Hasan 
menjerit lirih!  akh... ! katanya.

  Begitu terkejutnya pak Hasan, sampai-sampai pak Hasan agak terhenti 
langkahnya. Anehnya, orang itu pun ikut berhenti sejenak, kemudian menoleh 
kepada pak Hasan sambil tersenyum. Ketika pak Hasan berjalan lagi, dia pun 
berjalan lagi, dan terus mengikuti di samping pak Hasan. Ketika pak Hasan 
mempercepat langkah kakinya, orang itu pun ikut mepercepat gerakannya, sehingga 
tetap mereka berjalan beriringan.

  Muka pak Hasan kelihatan pucat pasi. Bibirnya agak gemetar menahan tangis. Ia 
betul-betul terpukul oleh perilaku orang tersebut. Seperti dengan sengaja, 
orang itu terus mengikuti gerakan pak Hasan dari samping kanan. Bahkan yang 
membuat pak Hasan mukanya pucat adalah orang tersebut selalu tersenyum, setelah 
menoleh ke arah pak Hasan. Siapakah orang tersebut ?

  Ternyata dia adalah seorang yang berjalan dan bergerak thawaf mengelilingi 
ka'bah dengan hanya menggunakan kedua tangannya saja. Dia orang yang tidak 
memiliki kaki! Kedua kakinya buntung sebatas paha. Sehingga ia berjalan 
hanya dengan menggunakan kedua tangannya.

  Bulu kuduk pak Hasan merinding, jantungnya seolah berhenti berdegub. Keringat 
dingin membasahi seluruh pori-pori tubuhnya...
  Pak Hasan merintih dalam hatinya :
  ...ya Allaah ampuni aku ya Allaah..., ampuni aku... Air mata pak Hasan 
tidak bisa dibendung lagi. Sambil tetap berjalan pak Hasan terus mohon ampun 
kepada Allah.

  Tanpa terasa, pak Hasan sudah memutari ka'bah untuk yang ke dua kalinya. Dan 
pak Hasan pun masih terus menangis. Ingin rasanya ia berlari memutari ka'bah 
itu. Ingin rasanya ia menjerit keras-keras untuk melampiaskan emosinyapak 
Hasan 

[daarut-tauhiid] Bersama Allah di Mekkah

2007-02-13 Terurut Topik firliana putri
BERSAMA ALLAH DI KOTA MEKKAH

  Baca..., Bersama Allah di kota Mekkah
  Mengapa tidak boleh berbicara...?
  Ada apa...?

  Mekah adalah kota yang begitu istimewa dalam pandangan Allah dan juga dalam 
pandangan manusia. Kota ini merupakan kota sejarah, yang penuh dengan berbagai 
hal yang berkaitan dengan ibadah manusia sejak nabi Adam as diciptakan oleh 
Allah Swt.

  Inilah Kota yang di dalamnya pertama-tama didirikan rumah tempat ibadah 
kepada Allah. Dan inilah kota yang selalu mendapat berkahNya.

  QS.Ali-Imran (3) : 96
  Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia, 
ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi 
semua manusia.


  JANGAN BICARA

  Sore itu, aku lebih awal dari biasanya sampai di depan ka'bah. Setelah 
melakukan thawaf, aku mengambil shaf yang tidak jauh dari ka'bah. Aku kebetulan 
dapat tempat duduk di dekat maqam Ibrahim.

  Tidak berapa lama kemudian datang seorang jama'ah dari Indonesia. 
Assalaamu'alaikum, bapak dari embarkasi mana? tanyaku. Ia pun menjawab, bahwa 
ia dari Jakarta. Barusan datang kemarin pagi. Maka kami pun berbincang-bincang 
tentang keberadaan kami para jama'ah dari Indonesia.

  Tidak terasa kami begitu asyik berbincang kesana-kemari. Tiba-tiba pandangan 
kami tertuju pada benda-benda hitam yang bergerak di sekeliling ka'bah. Setelah 
kami perhatikan dengan seksama ternyata itu adalah gerakan burung-burung yang 
berterbangan di sekitar ka'bah. Seolah-olah burung-burung kecil itu sedang 
melakukan thawaf dengan caranya sendiri.

  Ketika itu kami melihat ada sedikit keanehan. Burung-burung itu tidak ada 
yang berterbangan di atas ka'bah. Mereka sekedar berterbangan mengitari ka'bah. 
Menyaksikan keanehan burung-burung yang sedang terbang mengitari ka'bah itu, 
kami berdua pun membicarakannya.

  Ketika kami terlibat dalam pembicaraan itulah, tiba-tiba terdengar suara 
adzan maghrib. Tetapi karena asyiknya materi pembicaraan kami itu, 
sampai-sampai suara adzan itu tidak kami hiraukan. Bahkan terus saja kami 
berbincang dengan agak berbisik-bisik tentang keanehan burung-burung yang ikut 
thawaf di sore itu.

  Bilal Masjidil Haram mengumandangkan kalimat syahadat yang kedua dalam 
adzannya ...asyhaduan laa ilaaha illallaah..., saat itulah kami yang masih 
berbisik-bisik itu ditegur dan diingatkan oleh seorang jama'ah yang sudah tua, 
yang duduk di sebelah kanan kami.

  Dengan memberikan isyarat dengan tangan kanannya, Jama'ah tua itu melarang 
kami untuk berbicara sendiri meskipun dilakukan hanya dengan berbisik-bisik. 
Wajah tua itu begitu berwibawa. Dengan spontan kami langsung terdiam. Dan kami 
memperhatikan suara adzan bilal yang masih terus berkumandang dengan merdunya.

  Tiba-tiba saja, entah dari mana datangnya mataku berkaca-kaca. Tiba-tiba aku 
merasa malu, merasa salah, merasa tidak menghargai kalimat Allah, bahkan saat 
itu aku merasa telah berbuat dosa yang besar. Aku merasa betapa kalimat tauhid 
yang diperjuangkan Rasulullah itu aku abaikan begitu saja.

  Padahal Rasulullah menegakkan kalimat itu di kota Mekah saja tidak kurang 
dari dua belas tahun. Yaitu pada saat periode Mekah.

  Bertambah aku merasa bersalah, bertambah deras air mataku membasahi kelopak 
mataku. Tujuan aku datang ke tanah Haram adalah selain ingin bertamu di rumah 
Allah, aku pun ingin mendekat kepada Rasulullah sebagai ungkapan rasa rindu 
kepadanya. Tetapi kenapa aku tidak menghargai kalimat tauhid yang 
dikumandangkan oleh Bilal tadi? Kenapa aku terus saja berbincang-bincang?

  Ah, betapa tak tahu dirinya aku ini. Bertambah aku menyesali diri, bertambah 
pula deras air mata jatuh ke pipi. Dan hal itu terus berlanjut. Bahkan sampai 
shalat maghrib dimulai pun aku tetap tak kuasa menahan rasa penyesalanku. 
Ketika imam membaca surat Al-Fatihah (1) : 6-7 dalam raka'at pertama.

  Semakin menjadi-jadi penyesalanku atas kelalaianku tadi. Sebab arti dari ayat 
tersebut adalah kita mohon jalan yang lurus kepada Allah. Yaitu jalannya 
orang-orang yang mendapat nikmat, bukan jalan orang-orang yang sesat...

  Sementara saat itu aku sedang berada dalam kelalaian. Begitu sangat terasa 
kesalahanku saat itu. Sungguh aku terus dibayangi oleh kesalahanku sendiri. 
Ditambah lagi imam shalat ketika melagukan bacaannya begitu merdu, dan 
mempesona kalbu. Sehingga derasnya air mata tak kuasa kubendung lagi. Bahkan 
air mata itu terus mengalir sepanjang shalat maghrib.

  Akh, Begitu cengengkah aku?
  Sampai-sampai suara adzan ‘saja' menjadikan aku menangis sepanjang shalat 
maghrib?

  Setelah aku keluar dari suasana itu, lebih-lebih setelah aku berada di tanah 
air kembali, aku bertambah heran. Mengapa hanya perkara tidak menghiraukan 
adzan beberapa saat saja aku sudah seperti itu? apa yang menyebabkan hal itu 
bisa terjadi?

  Sementara ketika kita semua berada di lingkungan kita masing-masing, apakah 
di rumah, apakah di tempat perkerjaan, apakah di pasar, atau di tempat umum 
lainnya, hal semacam itu tidak 

[daarut-tauhiid] Menyesal Tidak Menangis

2007-02-12 Terurut Topik firliana putri
DIKEJAR SEORANG PENGEMIS

  Ada apa seorang pengemis sampai mengejar seorang jama'ah haji...?

  Seorang kawan ketika melakukan shalat di Masjid Nabawi, suatu saat pernah 
dikejar oleh seorang pengemis yang terus membuntutinya. Bahkan agar sang 
'target' mengeluarkan uangnya, si pengemis sampai 'berganti rupa'...

  Pak Musa, hari itu bernasib agak sial rupanya. Ketika ia mulai masuk Masjid 
Nabawi, ada seorang pengemis yang terus mengincarnya. Pak Musa tidak tahu bahwa 
ia menjadi sasaran 'tembak' seorang pengemis muda.

  Ketika pak Musa shalat sunah sambil menunggu waktu shalat dhuhur, selalu saja 
pengemis tersebut membuntuti dan mendekatinya sambil menengadahkan tangannya 
sebagai tanda untuk minta uang.

  Pengemis muda itu memberi tanda dengan telunjuknya bahwa ia minta uang satu 
real saja. Rupanya takut shalatnya tidak khusyu' pak Musa menghindar dari 
tempat duduk pengemis berbaju kotor tersebut. Dan pak Musa pun berpindah tempat 
ke shaf lebih depan sambil melakukan shalat lagi. Harapannya semoga sang 
pengemis tidak mendekatinya lagi. Rupanya pak Musa tidak membawa uang satu 
real-an, sehingga permintaan pengemis itu ia abaikan begitu saja. Pikir pak 
Musa :
  ..ah biarlah, toh nanti ketika pada saatnya saya bawa uang satu real-an, 
akan saya berikan pada para pengemis yang cukup banyak jumlahnya itu...

  Tetapi seolah pengemis tersebut mengetahui pikiran pak Musa. Ia terus 
mengejarnya. Dan terus minta uang satu real. Dan kembali pak Musa menghindar 
dengan cara ia berpindah ke tempat lain, dan masuk ke shaf yang lebih depan 
lagi.

  Demi menghindari sang pengemis muda itu, sampai-sampai pak Musa berpindah 
tempat duduk sebanyak empat kali. Akhirnya ia merasa aman pada suatu shaf yang 
padat yang tidak mungkin diisi oleh pengemis yang terus mengejarnya itu. Ia 
lakukan hal itu agar tidak bertemu dengan pengemis yang mengejar terus dan 
minta uang satu real tersebut... Maka sekarang amanlah pak Musa dari uang satu 
real yang diinginkan oleh sang pengemis muda itu.

  Pak Musa mendapat tempat duduk di suatu shaf yang betul-betul ‘aman’. Maka 
berdzikirlah pak Musa dengan khusyu'nya sambil menunggu waktu shalat dhuhur 
tiba.

  Karena jama'ah di shafnya cukup padat dan rapat, maka ketika shalat dhuhur 
telah tiba dan semua berdiri untuk melakukan shalat, pada shafnya pak Musa 
tidak ada perubahan jamaah. Artinya tidak ada orang baru dalam shaf tersebut.

  Maka shalat-lah pak Musa dengan khusyuknya. Tetapi sesekali hatinya masih ada 
rasa khawatir, akan orangnya pengemis muda yang misterius itu. Yang selalu 
minta uang satu real.

  Setelah shalat dhuhur selesai, semua mengucap salam sebagai penutup shalat 
dhuhur. Demikian pula dengan pak Musa. Ia mengucap salam dengan mantapnya. 
Tanda shalat telah usai.

  Tetapi begitu pak Musa mengucap salam kedua, sambil menoleh ke sebelah kiri, 
tiba-tiba jama'ah yang ada di sebelah kirinya, berkata kepada pak Musa dengan 
menggunakan bahasa inggris, yang maksudnya ia minta uang dan sedang membutuhkan 
uang sebesar sepuluh real

  Ekspresinya menunjukkan bahwa ia benar-benar sedang membutuhkan uang sebesar 
sepuluh real untuk suatu keperluan yang tidak bisa ditunda lagi. “…ukh!” tanpa 
terasa pak Musa mengeluarkan suara tersendat tanda terkejut setengah mati akan 
kejadian yang sangat tiba-tiba tersebut.
  Tanpa banyak bicara pak Musa pun mengeluarkan uang sepuluh real yang memang 
ada di sakunya. Ia merasa iba juga menyaksikan ekspresi wajah memelas dari 
orang tersebut.

  Menghindar satu real, 'terperangkap' menjadi sepuluh real! Pak Musa hanya 
tersenyum memikirkan pengalamannya yang sangat unik tersebut.

  Pulang dari masjid, pak Musa terus berpikir. Sungguh aneh pengalamannya hari 
itu. Ia menjadi semakin sadar bahwa dalam hidup ini ada suatu wilayah yang 
sangat misterius, yang manusia tidak sanggup menganalisisnya. Tetapi yang 
penting kita harus bisa mengambil hikmah dari setiap kejadian yang menimpa.

  Sebuah pelajaran yang berharga adalah kadang tanpa sengaja kita telah 
berpaling dari orang-orang miskin, yang mungkin saat itu mereka sedang 
membutuhkan uluran tangan kita. Dan hari itu, pak Musa mendapatkan pelajaran 
baru. Bahwa siapa pun ternyata perlu untuk diperhatikan, walaupun sekedar 
seorang miskin, orang kecil yang bukan orang penting...

  Al-Qur'an begitu banyak memberikan peringatan kepada kita tentang kelengahan 
kita terhadap orang-orang miskin.

  QS. Al-Baqarah (2) : 83
  Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): 
Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak, 
kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah 
kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. 
Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebagian kecil daripada kamu, 
dan kamu selalu berpaling.

  Bahkan Allah memperjelas dalam suatu ayat, bahwa tidak menghiraukan anak 
yatim dan orang miskin, termasuk mendustakan agama.

  QS. Al-Mauun  (107) : 1-7

[daarut-tauhiid] Sholat Bersama Rasulullah

2007-01-31 Terurut Topik firliana putri
BERPAYUNG DZIKIR

  Seberapa besar energi dzikir di bawah sengatan matahari ...?

  Hari itu, cuaca begitu panas. Sehingga sekitar jam sepuluh saja matahari 
sudah menyengat kulit tubuh. Kami yang berada di maktab sangat merasakan hal 
itu. Tetapi saat itu, aku tak tahu mengapa ada semacam keinginan yang kuat 
dalam hatiku untuk datang ke masjid.

  Aku menyadari, bahwa jarak dari maktab ke masjid cukup jauh. Sekitar satu 
setengah kilometer. Tetapi aku tetap saja ingin pergi ke masjid. Beberapa teman 
yang ada di maktab menyarankan untuk tidak pergi ke masjid karena hari sedang 
panas-panasnya. Tetapi dengan berbagai alasan, akhirnya aku berangkat juga ke 
masjid?

  Ada seorang teman yang juga ikut pergi ke masjid untuk shalat dhuhur. 
Meskipun nampaknya ia agak ragu-ragu. Tetapi entah apa alasannya, akhirnya 
temanku ikut juga bersamaku, pergi ke masjid Nabawi. Kami berdua masing-masing 
membawa sebuah payung untuk melindungi diri dari sengatan sinar matahari. Dalam 
perjalanan menuju masjid itulah bagian dari cerita ini aku tuliskan.

  Alhamdulillah, sebenarnya sudah sejak dahulu, bahkan jauh sebelum aku 
berangkat menunaikan ibadah haji, dalam hati aku sudah berniat. Aku akan 
memanfaatkan kesempatan yang telah diberikan oleh Allah ke tanah haram ini 
dengan sebaik-baiknya. Mungkin itulah salah satu energi besar yang kumiliki. 
Sehingga dalam kesempatan apa pun, dan dalam kondisi bagaima pun aku tetap 
ingin melakukan ibadah dengan seoptimal mungkin. Demikian juga dengan kondisiku 
ketika berangkat ke masjid di hari yang sangat panas itu.

  Saat itu sedang panas-panasnya matahari menyinari bumi Madinah. Apabila kami 
sedang berjalan, dan saat itu ada angin yang berhembus menerpa tubuh, wah, 
angin itu rasanya seperti berasal dari cerobong knalpot mobil. Begitu panas dan 
begitu kering.

  Hal itulah yang membuat orang-orang banyak yang tidak berani keluar dari 
rumah atau hotel. Kondisi alam yang cukup membuat banyak orang menjadi khawatir 
bahkan cenderung timbul rasa takut. Namun entah kenapa, tidak demikian 
denganku. Dalam hatiku tak terlintas sedikit pun rasa khawatir. Justru dengan 
adanya cuaca yang tidak bersahabat itu, membuat hatiku bertambah ingin pergi ke 
masjid untuk mendekatkan diri kepada Ilahi. Bersama-sama dengan orang-orang 
yang rindu untuk selalu bertemu dengan Tuhannya. Dalam kondisi apapun, termasuk 
juga kondisi saat itu.

  Aku sendiri menjadi heran. Apa yang membuatku bisa menikmati dan mempunyai 
ketetapan hati seperti itu. Setelah kupikir-pikir mungkin karena niat yang 
sudah tertanam di hati sejak mulai berangkat dari tanah air menuju tanah haram. 
Inilah yang mungkin saja membuatku -insya Allah- tetap punya komitmen untuk 
terus beribadah di sepanjang waktu. Dan aku pun teringat akan ayat Al-qur'an 
tentang niat dan keikhlasan hati

  QS. Ali-Imran (3) : 29
  Katakanlah: Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu 
melahirkannya, pasti Allah mengetahui. Allah mengetahui apa-apa yang ada di 
langit dan apa-apa yang ada di bumi. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

  QS. Al-Bayyinah (98) : 5
  Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan 
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka 
mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang 
lurus.

  Bahkan begitu jelasnya hadits yang disampaikan rasulullah saw.
  Umar bin Khatab ra. Berkata: saya mendengar Rasulullah saw bersabda: 
Sesungguhnya sah atau tidaknya suatu amal, bergantung pada niatnya. Dan yang 
teranggap bagi tiap orang adalah apa yang diniatkan”
  ( HR. Bukhari, Muslim )

  Menyembah kepada Allah dengan ikhlas. Itulah kunci dari semua aktivitas hidup 
ini. Hidup adalah mengabdi kepada Allah. Hidup adalah beribadah, kepada Allah. 
Hidup adalah menghamba kepada Allah dengan memanfaatkan karunia yang telah 
diberikan olehNya kepada kita semua. Rupanya apa yang terjadi pada saat itu 
membuktikan kebenaran ayat Allah Swt. Paling tidak, telah menambah keyakinanku 
akan hal tersebut.

  Pak Hadi yang saat itu ikut pergi ke masjid, ketika akan berangkat sudah 
didahului perasaan ragu-ragu. Antara pergi dan tidak. Mungkin keragu-raguan 
inilah yang menjadikan pak Hadi mengalami perjalanan yang cukup menyulitkan dan 
menyusahkan dirinya. Sepanjang perjalanan dari maktab menuju masjid tiada 
hentinya ia mengeluh.

  Katanya hari begitu panas. Nafasnya sesak. Kakinya capek. Badannya 
berkeringat dingin... Dan sebagainya. Payung yang digunakan seolah tidak 
berfungsi lagi.

  Lain pak Hadi, lain pula yang kurasakan. Meski pun, tentu saja aku tidak 
menyampaikan kondisiku kepadanya. Waktu itu aku benar-benar mengalami 
kenikmatan dalam perjalanan menuju masjid. Setiap langkah kakiku kubuat dzikir 
kepada Allah yang menciptakan kaki ini. Setiap gerak dan lambaian tanganku aku 
buat dzikir kepada yang telah menciptakan tangan ini. Setiap fikiranku aku buat 
dzikir kepada Allah, karena Dialah yang menjadikan 

[daarut-tauhiid] Arti Alif Laam Mim

2007-01-31 Terurut Topik firliana putri
BERSAMA ALAH DI KOTA MADINAH

  PELAJARAN PERTAMA

  Pelajaran apa yang didapat pertama kali di tanah Haram...

  Sesungguhnyalah, 'sabar' adalah sebuah kata yang gampang sekali diucapkan. Ia 
hanya terdiri dari lima huruf. Dalam kehidupan kita sehari-hari, kata ini 
begitu akrabnya dengan setiap persoalan.

  Seorang guru memberi nasehat kepada muridnya. Seorang ibu atau ayah memberi 
nasehat kepada anak-anaknya. Seorang teman memberi nasehat kepada teman 
lainnya. Seorang pemimpin memberi nasehat kepada anak buahnya. Bahkan seorang 
da'i memberi nasehat kepada khalayak atau para audiens yang mendengarkan 
petuahnya. Dan mungkin masih banyak lagi!

  Tetapi begitu seseorang terkena permasalahan sendiri, maka 'nglakoni' sabar 
itu begitu beratnya. Tidak semudah seperti ucapan yang sering muncul dari 
seseorang untuk orang lain. Begitu ringannya, begitu enaknya, begitu gampangnya 
seseorang meluncurkan kalimat sabar. Tetapi memang perilaku sabar itu sesuatu 
yang sangat manusiawi.

  Setiap orang akan diuji dengan 'kata-kata' itu. Setiap orang akan pernah 
merasakan suatu persoalan yang akan melibatkan perilaku sabar. Allah 
memberlakukan semua orang terkena permasalahan. Yang dengan permasalahan itu, 
Dia justru akan menguji siapa orang-orang yang menjadi hamba yang tulus dan 
akan lulus. Atau, siapa pula yang gagal dalam drama kehidupan di panggung dunia 
ini. Tak ada satu pun manusia yang tidak bertemu dengan persoalan, yang akan 
mengakibatkan seseorang harus berperilaku sabar. Terpaksa atau tidak.!

  Seorang yang kaya, akan terkena persoalan yang tidak bisa diselesaikan dengan 
kekayaannya.
  Seorang yang tinggi ilmunya akan terkena persoalan yang tidak bisa 
diselesaikan dengan ketinggian ilmunya.
  Seorang yang sehat dan kuat akan terkena persoalan yang tidak bisa 
diselesaikan dengan kekuatan tubuhnya.
  Seorang pejabat yang mempunyai pengaruh yang besar sekali pun, ia akan 
terkena persoalan pada titik kelemahannya. Kekuatan dan kemampuan yang 
dimilikinya tidak akan bisa dipakai untuk menyelesaikan persoalannya.

  Semua orang akan mengalami suatu kondisi dimana pada saat itu ia harus 
menggunakan kesabarannya untuk bisa keluar dari permasalahan.

  Apakah dia seorang pemimpin, rakyat biasa, orang pandai atau orang miskin. 
Bahkan nabi dan rasul pun telah 'diberi' oleh Allah dengan suatu persoalan 
hidup yang sangat berat dan rumit, justru untuk menunjukkan kepada manusia, 
bahwa ujian dan cobaan berlaku bagi siapa saja...

  Begitu juga dengan para jamaah haji. Di kota Madinah, setelah semua jamaah 
turun dari bus yang mengangkut dari Bandara King Abdul Azis, dan berhenti di 
maktab yang telah disediakan bagi rombongan, maka 'keakuan' para ketua 
rombongan muncul.

  Mereka berebut tempat di Maktab demi rombongannya masing-masing. Ketua 
rombongan saling bertengkar memperebutkan kamar demi anak buahnya. Akh, aku 
betul-betul terkejut sampai aku tertegun. Tak habis mengerti.

  Ketika kami sesama 'kelompok terbang' berangkat dari tanah air, kami begitu 
akrabnya. Begitu mesranya. Saling tolong-menolong menomor duakan diri sendiri 
demi untuk kepentingan orang lain. Bayanganku, harapanku, tentu sesampai di 
tanah haram nanti kita semua bertambah saling setia. Saling menolong bagi yang 
susah.

  Tetapi saat itu sungguh aku agak kecewa. Untung hal itu tidak berlangsung 
lama. Ada seseorang yang melerai. Ada salah satu ketua rombongan yang lebih 
memilih untuk mengalah dari pada harus bertengkar dengan sesama.

  Subhaanallah..., rupanya inilah pelajaran pertama di tanah haram.! Tentang 
sabar.

  Begitu banyak Al-Qur'an memberi pelajaran tentang sabar. Tidak kurang dari 
tujuh puluh kali, Allah memerintahkan agar manusia selalu bersabar atas ujian 
dan cobaan yang menimpa. Bahkan Allah Swt memberi motivasi kepada setiap orang 
yang bisa bersabar dengan balasan yang tiada terkira.

  Dengan perilaku sabar Allah akan memberi berbagai keutamaan. Sebab memang 
perilaku sabar adalah sangat istimewa. Sabar menunjukkan bahwa orang tersebut 
bisa memanage hatinya. Padahal memanage hati bukanlah perkerjaan yang mudah. 
Sabar adalah pekerjaan hati.

  Sebuah peribahasa menunjukkan bahwa betapa sulitnya memanage dan mengetahui 
keberadaan sebuah hati.
   Dalam laut dapat diduga, dalam hati siapa tahu. Luasnya laut selalu ada 
pantainya, luasnya hati tiada bertepi.

  Karena itu, orang yang bisa bersabar apabila ditimpa dengan persoalan, maka 
sungguh Allah akan mengganti dengan berbagai reward yang kadang-kadang kita 
tidak pernah menyangkanya. Sungguh Allah selalu bersama dengan orang yang sabar.

  1. Orang yang sabar akan mendapatkan pahala yang lebih baik.
  QS. An-Nahl (16) : 96
  Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. 
Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan 
pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.

  Termasuk orang-orang yang bila dianiaya, ia membalas dengan kebaikan. Maka 
itulah orang yang sabar. 

[daarut-tauhiid] Bekal Paling Utama

2007-01-25 Terurut Topik firliana putri
BEKAL PALING UTAMA

  Apa bekal utama kita dalam hidup ini...?

  Ibadah haji adalah salah satu ibadah yang berbeda dengan ibadah lainnya. 
Misalnya shalat, puasa atau zakat. Perbedaan yang nampak jelas adalah bahwa 
ibadah haji harus dikerjakan di tanah haram. Sehingga jama'ah yang tempatnya di 
luar tanah haram harus pergi ke sana untuk melakukan ibadah tersebut. Sehingga 
sudah barang tentu siapa saja yang pergi berhaji haruslah mempertimbangkan 
perbekalan.

  Pertanyaannya, sudahkah setiap jamaah mengurusi dan mempersiapkan 
perbekalannya? Ketika hal tersebut kutanyakan pada para jamaah yang akan 
berangkat ke tanah suci, mereka rata-rata menjawab bahwa perbekalan yang 
dimaksud adalah perbekalan material dan latihan-latihan secara fisikal. Antara 
lain: uang, makanan, pakaian, obat-obatan, dan juga persiapan fisik.

  Bahkan ada di antara teman yang melatih fisiknya setiap hari berjalan di 
bawah terik matahari.
  Apa alasannya? agar nanti di sana bisa kuat melakukan ibadah.

  A. Bekal uang.

  Bekal ini secara umum adalah sangat penting. Pertimbangannya, dengan adanya 
uang apalagi pergi ke lain negara, tentu banyak hal yang akan dapat 
diselesaikan dengan mudah. Ketika aku bertanya kepada seorang temanku :
   Apakah sudah siap?,
  Pak Djoko menjawab :
  ...saya sih sudah slap. Tapi saya tidak bawa uang secara pribadi kecuali 
yang telah diberikan oleh pemerintah... untuk biaya hidup di sana. Teman saya 
yang lain nyeletuk :
  ...untung saja saya sudah menabung sejak dulu, sehingga saat berangkat ini 
saya sudah siap dengan perbekalan uang yang cukup...! Ya maklumlah saudara 
banyak, teman banyak dan tetangga pun cukup banyak. Sehingga saya nanti bisa 
bawa oleh-oleh yang banyak pula untuk mereka... Tiba-tiba Pak Joni mendekati 
kami yang sedang berbincang-bincang.
  Katanya :
  ...Wah, alhamdulillah, saya masih memiliki simpanan uang dollar cukup 
banyak, sehingga nanti bisa saya tukarkan di sana untuk keperluan membeli 
barang-barang berharga...

  Aku tepekur sendiri mendengar berbagai macam kata hati mereka tentang 
perbekalan uang. Dalam hati aku hanya bisa bertanya, apakah sampai seperti itu 
persiapan ibadah haji ini? Perjalanan haji adalah perjalanan menuju Allah. 
Sementara harta adalah sekedar perhiasan belaka. Tentu bekal uang bukanlah 
sesuatu yang utama Pikirku.

  QS. Al-Kahfi (18) : 46
  Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia. Tetapi amalan-amalan 
yang kekal lagi saleh, adalah lebih baik pahalanya, di sisi Tuhanmu serta lebih 
baik untuk menjadi harapan.

  B. Bekal makanan.

  Dalam kondisi tertentu, ketika lidah sulit nnenyesuaikan diri dengan makanan 
asing, maka bekal makanan seolah-olah menjadi sesuatu yang sangat penting 
artinya. Apalagi saat-saat tahun sembilan puluhan atau bahkan sebelum itu. 
Keberadaan makanan yang tersedia di Mekah atau pun di Madinah belum seperti 
sekarang ini. Sekarang, hampir semua jenis makanan di tanah air sudah tersedia 
dijual di sana.

  Sambil menunggu pemberangkatan, aku memperhatikan beberapa jamaah ibu-ibu 
yang bercanda sambil sesekali terdengar ketawa lirihnya.

  Mereka saling menujukkan makanan yang dibawanya. Bahkan makanan itu mereka 
sembunyikan di dalam tas pakaian mereka. Ada yang membawa bumbu masakan 
tertentu, ada yang membawa sambal kering, ada yang membawa ikan asin 
kesukaannya Wah rame sekali pembicaraan mereka. Terdengar salah satu dari 
mereka berkata : ...saya kalau makan tidak ada sambalnya, wah, rasanya kok 
kurang lengkap ya..
  Yang lainnya nyeletuk :
  ...iya bu, saya pun demikian. Kalau tidak ada ikan asin, wah, bisa-bisa 
makan saya hanya sedikit. Padahal kan katanya kalau makan haruslah yang banyak, 
agar badan kita selalu sehat...hi hi hi..

  Mereka terus melanjutkan canda-tawanya berbincang tentang makanan kesukaannya 
masing-masing. Akupun semakin tepekur dibuatnya...

  C. Bekal Pakaian

  Bekal lain yang sering diperbincangkan untuk disiapkan oleh jamaah haji 
adalah pakaian. Berikut ini Allah berfirman.

  QS. Al-A'raaf (7) : 26
  Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk 
menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah 
yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda 
kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.

  Menurut ayat tersebut, ada tiga macam pakaian :

  1. Pakaian penutup aurat
  Adalah pakaian untuk menutupi tubuh. Karena pada tubuh manusia ada aurat yang 
harus ditutupi agar tidak terlihat oleh manusia lain yang tidak ada hak 
baginya. Pakaian penutup aurat ini sudah berlangsung secara kodrati sejak 
manusia pertama dicipta oleh Allah Swt. Maka dengan pakaian penutup aurat ini 
manusia pertama itu terjaga dari dosa. Tetapi setelah terjadinya proses godaan 
setan kepada manusia, terbukalah penutup ini. Sehingga Allah menyuruh manusia 
pertama itu 'turun' mendiami bumi.

  QS.Al-A'raaf (7) : 27
  Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan 
sebagaimana ia telah 

[daarut-tauhiid] Haji Bukan Rekreasi

2007-01-16 Terurut Topik firliana putri
HAJI BUKAN REKREASI

  Apakah bedanya pergi haji dan pergi rekreasi...?

  Pengalaman Pak Taufik Djafri

  Hari itu, rumahku tiba-tiba menjadi begitu sunyi dari canda dan tawa. 
Seharian aku hilir mudik di dalam rumah. Tak karuan rasanya. Antara senang, 
sedih, haru dan juga gembira. Antara rasa syukur, dan cemas, menjadi satu dalam 
dada. Demikian pula kiranya yang dirasakan oleh istriku. Bahkan mungkin lebih 
dari yang kurasa. Hal itu terjadi karena besok pagi aku harus berangkat ke 
tanah suci untuk melakukan ibadah haji.

  Anakku yang masih kecil, yang ketika itu berumur sekitar tiga setengah tahun, 
mungkin secara rasional tidak mengerti kalau besok pagi sudah harus 
kutinggalkan sendirian di rumah. Tetapi secara naluriah, rupanya ia merasakan. 
Seolah-olah ia mengerti kalau akan kutinggal dalam waktu yang cukup lama. 
Terbukti, sejak pagi ia selalu 'menempel'ku, seakan-akan tidak mau 
kutinggalkan. Kemana-mana minta digendong, dipangku, dipeluk dan sebagainya. 
Sungguh, kemanjaannya melampaui hari-hari biasanya!

  Malam itu udara di luar cukup dingin. Musim kemarau sudah mulai datang. 
Itulah saat yang membuat hatiku berdegup kencang. Seolah-olah hari itu adalah 
malam terakhirku berada di lingkungan keluarga. Sebab esok hari adalah hari dan 
tanggal yang telah ditetapkan oleh panitia pemberangkatan jama'ah haji, kloter 
dua embarkasi Surabaya.

  Begitu suara adzan isya' dari masjid di kampungku usai, aku sekeluarga 
melakukan shalat berjamaah di rumah dengan begitu khusyu'. Itulah shalat 
berjama'ah isya' untuk terakhir kalinya bersama istri dan anakku, sebelum aku 
berangkat menunaikan ibadah haji di tahun itu. Sungguh, tak terkatakan 
indahnya, shalat yang seolah-olah merupakan shalat terakhir itu. Nikmat sekali 
rasanya...!

  Setiap do'a dapat kuhayati dengan begitu nikmat. Dan, Tuhan benar-benar 
terasa begitu dekat. Cukup lama kami tenggelam dalam khusyu'nya shalat. 
Panjatan do'a begitu menggetarkan hati. Rintihan qalbu yang amat elok. Seolah 
bertemu dengan Dzat Yang Maha Indah. Kami pun enggan melepaskan saat-saat 
seperti itu. Aku merasakan pertemuan dengan Allah Azza wa Jalla dalam dzikir 
asmaul husna yang luar biasa indahnya.

  Selesai shalat, kami berdo'a bersama. Kupandangi terus wajah si kecil mungil 
yang duduk di sebelahku. Kami bertiga melaksanakan shalat isya' berjama'ah di 
kamar. Sebuah kamar yang tidak terlalu luas. Anakku yang masih berusia tiga 
tahun lima bulan itu, ikut mengamini setiap panjatan do'aku dengan penuh 
khusyu’. Ia mengikuti ritme do'a-do'aku dengan seksama. Layaknya seorang dewasa 
yang sudah mengerti akan arti benar dan salah.

  Ah.., tak terasa ada setitik air mata yang mau jatuh di sudut mataku. Yang 
aku tahan supaya tidak ketahuan. Dalam keheningan bisikan do'a itulah terdengar 
beberapa derap langkah kaki di luar pintu rumah.

  Oh.., rupanya beberapa teman, handai taulan, dan keluarga jauh, telah 
berdatangan. Mereka berkunjung ke rumah sekadar mengucapkan selamat jalan, 
memberikan do'a restu, semangat, agar aku lebih tenang, dan bisa beribadah 
dengan sebaik-baiknya. Menjalankan perintah Allah ke tanah suci.

  ...Mari silahkan masuk, ayo masuk,...ayo masuk... kataku.

  Wah, ternyata banyak juga tetangga dan teman-teman yang datang. Sebuah 
keramaian, yang sakral dan khidmat. Suasana riuh, namun bernuansa ibadah terasa 
sekali malam itu. Teman-teman bercanda, sambil menghibur keluargaku yang akan 
kutinggalkan esok pagi. Di antara riuh canda kami itu, ada sebuah pesan dari 
seorang tetangga yang tergolong 'sepuh'. Kata-kata itu masih melekat dalam 
ingatan.

  ...janganlah khawatir akan segala sesuatunya, baik kekhawatiran dalam 
perjalanan maupun kekhawatiran terhadap keluarga yang ditinggalkan, sebab 
engkau bertamu di rumah Allah. Tentu Allah akan menjaga semuanya...

  ...Bertamu di rumah Allah...! inilah kata-kata pak Ahmad yang terus 
kuingat. Kata-kata bersahaja, tanpa dibuat-buat. Bahkan disampaikan dengan 
intonasi yang datar-datar saja...Tetapi kata itu, istilah itu, begitu 
menghunjam tajam di dalam hatiku.

  Bersamaan dengan 'petuah' pak Ahmad itu, aku jadi teringat akan peristiwa 
bersejarah dalam suatu riwayat yang oleh Allah diabadikan di dalam Al-Qur'an 
al-Karim. Yaitu tentang ketinggian akhlak dan budi mulia seorang sahabat 
anshar, yang menghormati tamunya, seorang muhajirin.

  Suatu ketika, Rasulullah saw menawarkan, siapakah di antara para sahabat yang 
bersedia menjamu seorang tamu dari kalangan muhajirin. Maka salah satu sahabat 
anshar menyediakan diri. Dan ia pun menyediakan tempat untuk keperluan bermalam 
di rumahnya bagi sahabat muhajirin yang dimaksud oleh Rasulullah tersebut.

  Ketika telah sampai waktu makan malam, sang empunya rumah menjadi bingung 
karena ternyata di rumahnya tidak ada makanan sama sekali, kecuali sedikit 
makanan untuk anaknya saja. Selanjutnya setelah dilakukan musyawarah dengan 
sang istri, tamupun diajak makan bersama, dalam keadaan gelap gulita.

  Suasana rumah itupun kemudian 

[daarut-tauhiid] Negeri Bencana

2007-01-06 Terurut Topik firliana putri
NEGERI BENCANA
   
  Maka masing-masing Kami siksa
  disebabkan dosanya, maka di antara mereka
  ada yang Kami timpakan kepadanya hujan
  batu kerikil dan di antara mereka ada yang
  ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di
  antara mereka ada yang Kami benamkan ke
  dalam bumi, dan di antara mereka ada yang
  Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali
  tidak hendak menganiaya mereka, akan
  tetapi merekalah yang menganiaya
  diri mereka sendiri.
  QS. Al Ankabuut (29) : 40
   
  Indonesia telah menjelma menjadi negeri bencana. Betapa tidak. Dalam kurun 
waktu yang relatif singkat, negeri ini dihajar oleh bencana bertubi-tubi dengan 
korban ratusan ribu jiwa dan harta benda yang tiada terkira. Mulai dari gempa 
dan tsunami Aceh di akhir tahun 2004, disusul ancaman gunung Merapi, disusul 
lagi gempa dan tsunami di Yogyakarta, diteruskan dengan banjir bandang di 
berbagai wilayah Indonesia, meluapnya Lumpur di Sidoarjo, dan sejumlah gempa 
lainnya di berbagai kawasan. Ada apa dengan Indonesia?
   
  Sebagian kawan berpendapat bahwa Indonesia sedang diperingatkan oleh Allah 
agar segera menyadari berbagai kesalahan yang telah kita perbuat. Mulai dari 
korupsi, mafia peradilan, penyalahgunaan kekuasaan, pornografi, perjudian, 
narkoba, pelacuran dan berbagai penyimpangan seksualitas, serta segala jenis 
kemaksiatan lainnya.
   
  Allah masih menyayangi kita, katanya. Karena itu DIA mengingatkan agar kita 
segera kembali. Perbaiki diri dan kehidupan kita secara keseluruhan agar 
menjadi masyarakat yang adil dan makmur dalam Ridha Allah. Sebagaimana 
dicantumkan oleh pendiri negara ini dalam pembukaan Undang Undang Dasar kita...
   
  Sementara itu, sebagian kawan yang lain berpendapat bahwa bencana-bencana 
yang kita alami ini tak ada kaitannya dengan murka Allah. Ini semata-mata 
adalah konsekuensi logis dari wilayah Indonesia yang berada di pertemuan 
lempeng-lempeng Bumi, Eurasia, Australia, dan Pasific.
   
  Karena berada di pertemuan tiga lempeng besar itu, maka wilayah Indonesia 
menjadi tidak stabil. Sehingga gampang terkena gempa tektonik. Dan juga banyak 
memiliki gunung-gunung berapi aktif.
   
  Namun, kawan yang lain bertanya lagi, meski pun Indonesia berada di dalam 
kawasan aktif, kenapa bencana itu datang bertubi-tubi akhir-akhir ini. Kenapa 
dulu tidak segencar ini?
   
  Jangan-jangan ini ada kaitannya dengan segala macam perbuatan kita yang 
semakin tidak tahu diri. Yang manakah yang harus kita ikuti sebagai kepahaman 
atas segala yang terjadi?
   
  Sebenarnyalah Indonesia adalah negeri bencana. Setiap tahun Indonesia selalu 
ditimpa bencana sebanyak ratusan kali di seluruh wilayahnya. Hanya saja, karena 
tidak diinventarisasi, menjadi tidak ketahuan dan tidak kelihatan.
   
  Menurut laporan WALHI, antara tahun 1998 sampai dengan 2003 saja, Indonesia 
diterpa bencana sebanyak 647 kali. Sebagian besarnya adalah banjir dan tanah 
longsor. Masing-masing sebanyak 302 kejadian banjir dan 245 tanah longsor. 
Tersebar di dalam wilayah yang sangat luas, mulai dari kota-kota di pulau Jawa, 
kalimantan, Sumatera, Nusa tenggara sampai Maluku.
   
  Bencana pada urutan berikutnya adalah angin topan sebanyak 46 kali, gempa 
bumi 38 kali, dan gunung berapi 16 kali. Seluruh bencana itu memakan korban 
jiwa sebanyak lebih dari 2.000 orang. Dan kerugian material ratusan miliar 
rupiah. Belum lagi sepanjang tahun 2003 dan 2004, ratusan bencana lagi yang 
menimpa negeri ini.
   
  Dan puncaknya terjadi di akhir tahun 2004 sampai 2006. Indonesia dihantam 
oleh berbagai bencana beruntun dengan skala yang jauh lebih besar dari 
sebelumnya berupa tsunami, gempa bumi, gunung berapi, banjir bandang, luapan 
Lumpur, dan tanah longsor. Korbannya melonjak menjadi ratusan ribu orang, 
dengan kerugian material triliunan rupiah.
   
  Sebenarnya, kita paham bahwa bencana alam adalah bagian dari kehidupan 
manusia di muka bumi. Sebagaimana telah kita bahas di bagian sebelumnya, bahwa 
bumi kita ini setiap harinya diincar oleh bencana dari segenap penjuru. Dari 
angkasa, dari perut Bumi, dari lingkungan sekitar, dan lain sebagainya.
   
  Akan tetapi, kita menjadi bertanya-tanya kepada diri sendiri, kenapa ini 
tidak henti-hentinya menghantam kita. Dan, semakin lama semakin besar skalanya. 
Apakah tidak ada yang salah dengan kita? Bukankah Allah memotivasi kita untuk 
selalu mengambil pelajaran dari berbagai kejadian yang menimpa kita?
   
  QS. Az Zukhruf (43) : 55-56
  Maka tatkala mereka membuat Kami marah, Kami menghukum mereka lalu Kami 
tenggelamkan mereka semuanya,
   
  dan Kami jadikan mereka sebagai pelajaran dan contoh bagi orang-orang yang 
kemudian.
   
  Sebagian kita mengatakan bahwa bencana itu ada yang bisa di-manage dan 
dikendalikan. Sedangkan sebagian yang lain lagi tidak bisa kita kontrol. Di 
antara yang bisa kita kontrol itu adalah banjir, tanah longsor, kebakaran 
hutan, kekeringan, dan kekacauan musim. Sedangkan yang tidak bisa kita kontrol 
adalah gunung meletus, gempa bumi, tsunami, dan angin 

[daarut-tauhiid] Bencana Penyakit

2007-01-03 Terurut Topik firliana putri
BENCANA PENYAKIT
   
  Katakanlah: Siapakah yang dapat melindungi
  kamu dari Allah jika Dia menghendaki bencana
  atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu?
  QS. Al Ahzab (33) : 17
   
  Penyakit menjadi salah satu bentuk bencana yang mengancam kehidupan manusia 
di muka Bumi. Dari tahun ke tahun kita melihat betapa penyakit mengalami 
perkembangan yang semakin menakutkan. Begitu banyak penyakit mematikan dalam 
skala massal yang terjadi akhir-akhir ini. Mulai dari SARS, Flu Burung, AIDS, 
serangan hama tanaman, maupun pada hewan piaraan. Semua itu muncul seiring 
rusaknya tatanan keseimbangan mekanisme alamiah Bumi.
   
  Dari semua jenis penyakit itu yang paling menakutkan adalah munculnya 
berbagai macam virus. Gejala penyebarannya sangat cepat, massal, dan sulit 
ditanggulangi. Karena virus sulit dimatikan, dan bisa bermutasi menjadi bentuk 
lain yang tak terduga.
   
  Karenanya, kita selalu kecolongan. Penyakitnya sudah menyebar duluan. Sudah 
memakan korban banyak. Barulah kita kelabakan untuk mencari obat penawarnya. 
Dan ketika obat penawarnya sudah ditemukan, ternyata virus sudah merubah bentuk 
dan fungsinya.
   
  Munculnya berbagai macam virus mematikan itu tidak lepas dari kondisi Bumi 
dan perilaku manusia yang semakin kacau. Sebagaimana yang terjadi pada flu, 
virus memang terbukti tidak pernah bisa dimatikan. Ia selalu muncul ketika daya 
tahan tubuh kita sedang menurun.
   
  Jadi kunci utamanya adalah pada daya tahan tubuh alias imunitas kita sendiri. 
Padahan imunitas kita mengalami penurunan yang signifikan di abad modern ini. 
Penyebabnya adalah pola makan dan gaya hidup.
   
  Pola makan yang jelek dan gaya hidup yang penuh tekanan bakal menyebabkan 
turunnya imunitas seseorang. Pada saat itulah virus-virus menyerang kita, dan 
kemudian sakit.
   
  Penyakit yang menyerang kita secara massal itu menunjukkan bahwa terjadi 
sebuah kesalahan atau kelemahan yang bersifat sistemik. Bukan orang per orang. 
Banyak orang mengalami kondisi yang sama, disebabkan oleh menurunnya 'daya 
tahan' sistem dalam masyarakat kita, sehingga bencana penyakit itu menyerang 
secara massal.
   
  Jika pada orang per orang yang mengalami sakit penyebabnya adalah buruknya 
pola makan dan pola hidup secara individual, maka penyakit massal ini pun 
sangat dipengaruhi oleh buruknya perilaku sosial dan pola makan sosial kita.
   
  Ya, bencana penyakit yang mengincar masyarakat kita itu juga hanya bisa 
ditanggulangi oleh upaya membangun imunitas sosial yang tangguh. Lewat berbagai 
ibadah-ibadah sosial, di antaranya puasa dan zakat.
   
  Jika tidak, maka bencana penyakit massal itu akan semakin meluas dan 
mengancam kehidupan masyarakat secara massal pula. Yang terjadi bukan hanya 
penyakit-penyakit fisik, tetapi lebih kompleks dari itu, berkombinasi dengan 
penyakit-penyakit sosial.
   
  Sebagai contoh HIV-AIDS. Ini sebenarnya adalah penyakit kompleks kombinasi 
antara penyakit fisik dan perilaku. Jika kita hanya mengobati gejala fisiknya, 
tanpa mengobati perilaku masyarakat seperti narkoba dan seks bebas, maka 
penyakit ini akan terus menjadi bencana yang mengganas dalam kehidupan kita.
   
  Jangan heran, setiap hari jumlah penderita HIV-AIDS ini semakin besar saja. 
Kita tangani satu, muncul puluhan penderita penderita lainnya. Bagaikan gunung 
es di lautan. Yang tampak hanya puncaknya yang kecil, padahal di bawah 
permukaan junnlahnya jauh lebih besar.
   
  Bencana terus mengintai kehidupan kita. Kunci penanganannya kembali kepada 
perilaku kita sendiri. Karena semakin terbukti bahwa berbagai macam penyakit 
yang muncul itu sangat erat kaitannya dengan kualitas kepribadian seseorang.
   
  Penelitian mutakhir yang dilakukan oleh Dr Masaru Emoto dari Jepang 
membuktikan bahwa energi negatif dari pikiran kita sendirilah yang meresonansi 
organ-organ tubuh kita sehingga menjadi sakit. Faktor luar seperti bakteri, 
virus dan kuman-kuman, hanyalah pelengkap saja. Semua itu tidak akan berdaya 
jika tubuh kita memiliki imunitas alias daya tahan yang tangguh.
   
  Masaru Emoto sampai membuat tabel, hubungan erat antara sifat-sifat jelek 
dengan munculnya penyakit dalam diri kita. Di antaranya, dia menyimpulkan bahwa 
orang yang sakit liver itu ternyata disebabkan oleh sifat-sifat pemarah dan 
sulit memaafkan. Hati yang 'keras', ternyata menjadi penyebab liver kita sakit, 
dalam berbagai bentuk. Mulai dari hepatitis sampai pada kanker hati...
   
   
  BENCANA SOSIAL POLITIK
   
  Katakanlah: Siapakah yang dapat melindungi
  kamu dari Allah jika Dia menghendaki bencana
  atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu?
  QS. Al Ahzab (33) : 17
   
  Akhirnya, dari berbagai macam bencana yang mengancam manusia di muka Bumi 
ini, yang paling besar adalah yang datang dari sistem sosial politik. Inilah 
bencana abadi yang telah hadir di muka Bumi sejak manusia pertama diciptakan. 
Sejak Adam dan Hawa meninggalkan surga, dan kemudian terbentuk masyarakat kecil 
dalam bentuk keluarga, keturunan Adam - Qabil dan Habil 

[daarut-tauhiid] Bencana Dari Perut Bumi

2006-12-29 Terurut Topik firliana putri
BENCANA DARI PERUT BUMI

  Katakanlah: Siapakah yang dapat melindungi kamu dari Allah jika Dia 
menghendaki bencana atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu?
  QS. Al Ahzab (33): 17

  Bumi menyimpan potensi bencana di dalam perutnya sendiri. Inti Bumi adalah 
bola pijar yang bersuhu ribuan derajat. Bola pijar itu tersusun dari besi 
membara, dengan jari-jari 1.200 km. Di luarnya ada lelehan logam campuran Besi 
dan Nikel, dengan ketebalan 2.200 km, yang berpusar mengelilingi intinya, 
sehingga menimbulkan medan magnet yang meliputi planet Bumi.

  Jadi, kita sebenarnya hidup di atas sebuah bola api raksasa. Bola itu 
diselimuti berbagai lapisan bebatuan. Yang paling tebal di sekitar inti Bumi 
disebut Mantel. Tersusun dari bebatuan berat, campuran antara besi, magnesium 
dan silika. Tebalnya sekitar 3.000 km. Menempati komposisi lebih dari 60% massa 
Bumi. Sedangkan Inti Bumi menempati komposisi 35%.

  Sebagaimana inti, Mantel terdiri dari 2 lapisan, yaitu Mantel bagian atas dan 
bawah, yang dipisahkan oleh daerah transisi, pada kedalaman sekitar 1000 km 
dari permukaan Bumi. Di daerah peralihan inilah terbentuk panas sangat tinggi 
akibat gesekan yang meleburkan bebatuan. Sehingga terbentuklah magma. Leburan 
batu pijar itu ketika keluar melalui letusan gunung berapi disebut sebagai lava.

  Bagian-bagian yang lebih ringan terdorong ke permukaan Bumi. Seperti bebatuan 
Ferosilika di Mantel, dan aluminium silika di bagian Kerak. Termasuk juga air, 
yang kemudian menutupi sekitar 60 % permukaan Bumi.

  Mekanisme letusan gunung berapi menjadi salah satu cara munculnya berbagai 
zat yang kini ada di permukaan Bumi. Pada sebuah letusan gunung berapi, lava 
mengandung komposisi 77% air, 12% CO2, 7% Sulfat, 3% Nitrogen, dan sejumlah 
kecil kandungan hidrogen, Karbon Monoksida, belerang, Chlorin dan Argon.

  Lebih ke atas lagi dari Mantel, bagian yang paling luar dari lapisan-lapisan 
Bumi disebut sebagai Kerak Bumi. Tebalnya bervariasi antara 30-100 km.

  Menempati tidak sampai 1 % dari massa Bumi. Kandungannya adalah campuran 
antara air, Aluminium Silika, Kalsium, dan sebagainya. inilah daerah yang 
paling brittle alias gampang retak-retak dan patah. Misalnya, ketika terjadi 
gempa.

  Struktur Bumi bisa dianalogikan dengan sebutir telur. Bagian paling luar 
adalah cangkang alias kulit telur, itulah Kerak Bumi. Bagian lebih dalam adalah 
putih telur, alias Mantel Bumi. Dan bagian paling dalam adalah kuning telur, 
alias inti Bumi.

  Bedanya, pada Bumi, semakin ke dalam suhunya semakin tinggi. Sehingga tidak 
mungkin ada kehidupan di kedalaman ribuan kilometer. Jari-jari Bumi sendiri 
diperkirakan sekitar 6.350 km. Dari permukaan sampai ke pusat inti Bumi. 
Kehidupan ditemukan hanya di bagian atas lapisan Bumi. Yaitu bagian yang 
disebut sebagai Biosfer. Di sinilah kita menemukan habitat makhluk hidup, di 
daratan maupun di perairan.

  Keberadaan air di Bumi sempat menjadi kontroversi, dari mana ia berasal. 
Sebagaimana besi yang menjadi inti Bumi. Keduanya tidak diketemukan di 
planet-planet anggota tata surya lainnya. Teori terbaru menduga, bahwa 
logam-logam berat seperti Besi dan Nikel, serta air bukan terbentuk di Bumi, 
melainkan 'dikirim' dari angkasa luar, lewat batu-batu meteor dan komet yang 
jatuh ke Bumi. Karena berat, maka logam tersebut menjadi inti Bumi. Berkaitan 
dengan teori ini, ada yang menghubungkan ayat berikut ini dengan datangnya besi 
dari angkasa luar. Ayat ini difirmankan Allah datam surat Al Hadiid yang 
bermakna 'Besi'.

  QS. Al Hadiid (57) : 4
  Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa; Kemudian Dia 
bersemayam di atas Arsy Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa 
yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik 
kepadanya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha 
Melihat apa yang kamu kerjakan.

  Ayat yang dimulai dengan cerita penciptaan langit dan Bumi itu 
menyebut-nyebut sesuatu yang masuk ke dalam Bumi, dan turun dari langit. Karena 
ayat ini berada di dalam Surat Al Hadiid (Besi), maka ia diinterpretasikan 
sebagai datangnya besi ke Bumi dari angkasa luar.

  Tidak seperti cangkang telur yang utuh, ternyata lapisan kerak Bumi terdiri 
dari lembaran-lembaran, yang disebut sebagai Lempeng Tektonik. Lempeng tektonik 
itu ternyata mengambang di sebuah lapisan lunak-panas yang disebut 
Asthenosphere.

  Maka, lempeng-lempeng kerak Bumi itu selalu bergerak-gerak disebabkan oleh 
beberapa faktor. Di antaranya adalah akibat perputaran Bumi secara rotasi. 
Penyebab lainnya adalah gaya-gaya dari dalam Bumi sendiri, disebabkan oleh 
panas tinggi di bawahnya. Atau, bisa pula disebabkan oteh ketidakseimbangan 
struktur pendukungnya.

  Runtuhnya struktur lempeng-lempeng itu bisa menyebabkan getaran dahsyat yang 
disebut sebagai gempa tektonik. Karena kerak Bumi bersifat brittle maka getaran 
itu seringkali menyebabkan retakan-retakan dan patahan yang sangat membahayakan 
kehidupan di atasnya. Gedung dan 

[daarut-tauhiid] Bencana Iklim dan Musim

2006-12-29 Terurut Topik firliana putri
BENCANA IKLIM DAN MUSIM

  Katakanlah: Siapakah yang dapat melindungi
  kamu dari Allah jika Dia menghendaki bencana
  atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu?
  QS. Al Ahzab (33) : 17

  Ya, musim dan iklim telah mengalami kekacauan. Ini tidak bisa tidak, 
disebabkan oleh terjadinya pergeseran mekanisme keseimbangan di permukaan Bumi. 
Penyebabnya adalah aktifitas manusia sendiri. Kerusakan lapisan ozon, 
meningkatnya gas-gas rumah kaca, kerusakan hutan dan menipisnya jumlah 
pepohonan, telah mengacaukan mekanisme sempurna itu.

  QS. Ar Ruum (30) : 41
  Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan 
tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) 
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).

  Padahal, dengan mekanisme musim itulah Allah memberikan berbagai rahmat 
kepada manusia. Di antaranya adalah munculnya berbagai jenis buah-buahan, 
sayuran, perkembangbiakan segala macam jenis binatang di darat maupun di 
lautan. Dengan iklim dan musim itu juga Allah memberikan suasana yang indah dan 
nikmat dalam kehidupan manusia.

  Musim hujan yang sejuk, musim kemarau yang panas, musim semi yang indah 
berwarna-warni, musim panas yang bertaburan cahaya matahari, musim rontok yang 
meranggas, dan musim dingin yang eksotik. Semuanya itu memberikan nuansa 
kehidupan yang dinamis penuh keindahan. Enak dipandang mata.

  QS. Qaaf (50) : 7
  Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang 
kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata

  Bagi kalangan petani, nelayan, dan pekerja yang dekat dengan alam, pergerakan 
musim telah memberikan gerak kehidupan yang penuh dengan harapan. Mereka 
bercocok tanam dan melaut di waktu-waktu tertentu. Dan menikmati hasilnya di 
waktu-waktu yang lain.

  Semuanya berjalan secara alami dan teratur seiring dengan perputaran Bumi 
sepanjang tahun. Seorang petani mengatakan: Dulu iklim dan musim berjalan 
secara teratur. Sehingga memudahkan kami untuk bercocok tanam dan berkebun. 
Kini semuanya jadi serba sulit dan tidak bisa diduga, paparnya.

  Ia menjelaskan, di kalangan petani Jawa ada yang disebut sebagai Pranoto 
Mongso. lni adalah patokan para petani ketika menjalankan pekerjaannya. Mereka 
tahu persis, kapan harus memulai menanam bibit padi. Kapan menuai. Kapan 
menggantinya dengan tanaman palawija. Kapan dan bagaimana memberantas hama 
secara alamiah. Dan seterusnya.

  Tapi semua itu kini telah kacau. Manusia lebih mengandalkan teknologi, 
zat-zat kimiawi, dan pemaksaan-pemaksaan atas kondisi alam. Yang terjadi bukan 
produktifitas yang meningkat. Melainkan semakin kacaunya proses produksi 
pertanian. Hama lebih sulit dikendalikan. Unsur-unsur hara di dalam tanah 
mengalami kerusakan. Dan yang paling merepotkan, iklim dan musim kini semakin 
sulit diprediksi.

  Hujan salah musim. Volume air yang turun jauh melebihi biasanya. Banyak 
lahan-lahan gundul yang memicu terjadinya tanah longsor. Lapisan subur 
permukaan tanah pun mengelupas, sehingga semakin banyak daerah kritis dan 
tandus. Maka, Indonesia yang demikian subur dan luas ini pun terpaksa harus 
mengimpor beras, gula, sayuran dan berbagai macam buah-buahan dari 
negara-negara tetangga yang lebih kecil ... !!?

  Sebenarnya, Bumi kita ini telah memiliki mekanisme sempurna untuk 
mengendalikan musim dan iklim. Rezeki yang disediakan Allah di muka Bumi untuk 
kehidupan manusia ini tidak akan habis sampai tujuh turunan. Asal saja manusia 
tidak serakah. Mementingkan diri sendiri.

  QS. Al Baqoroh (2) : 22
  Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, 
dan Dia menurunkan air dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu 
segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan 
sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui

  QS. An Nahl (16) : 11
  Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, 
anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu 
benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan.

  QS. An Nahl (16) : 14
  Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan 
daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu 
perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan 
supaya kamu mencari (keuntungan) dari karuniaNya, dan supaya kamu bersyukur.

  QS. Al An'aam (6) : 142
  Dan di antara binatang ternak itu ada yang dijadikan untuk pengangkutan dan 
ada yang untuk disembelih. Makanlah dari rezki yang telah diberikan Allah 
kepadamu, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya 
syaitan itu musuh yang nyata bagimu.

  Jadi, mekanisme alam sudahlah sangat jelas. Ada sebuah keseimbangan yang 
mengatur iklim, cuaca, dan musim agar bermanfaat dan mengenakkan kehidupan 
manusia.

  Tapi akibat perbuatan kita sendiri mekanisme yang memberi nikmat itu kini 

[daarut-tauhiid] Tiap Saat Diincar Bencana

2006-12-21 Terurut Topik firliana putri
TIAP SAAT DIINCAR BENCANA
   
  Katakanlah: Siapakah yang dapat melindungi
  kamu dari Allah jika Dia menghendaki bencana
  atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu?
  QS. Al Ahzab (33) : 17
   
  Sebenarnya Bumi adalah planet yang rawan bencana. Tapi memang begitulah, 
setiap benda langit memiliki kondisi yang kurang lebih sama. Selalu diincar 
oleh bencana. Hanya, khusus Bumi, Allah memberikan perlindungan ekstra, 
sehingga bisa dihuni oleh makhluk hidup. Termasuk manusia.
   
  Bumi memang planet istimewa yang paling aneh di antara sembilan planet 
lainnya di tatasurya ini. Tidak ada satu pun benda langit anggota tatasurya 
yang bisa ditempati oleh makhluk hidup, karena tidak memenuhi prasyarat untuk 
itu. Dan teristimewa karena selalu diancam bencana yang menghancurkan kehidupan.
   
  Merkurius, planet yang paling dekat matahari, jelas-jelas tidak bisa dihuni 
disebabkan oleh ekstrimnya suhu permukaan planetnya. Perputaran rotasi 
Merkurius demikian lambatnya, sehingga ada bagian yang membara karena terlalu 
lama menghadap matahari, sedangkan bagian lainnya membeku karena terlalu lama 
membelakangi matahari. Dengan suhu seekstrim itu, tidak ada makhluk hidup yang 
tahan berada di permukaannya.
   
  Venus sebagai planet ke dua, memiliki suhu yang 'lumayan'. Namun, tetap saja 
tidak bisa dihuni oleh makhluk hidup. Suhunya mencapai 450 derajat celsius. 
Cukup untuk melelehkan logam timbal. Inilah 'planet pemanggang' raksasa. 
Atmosfernya memiliki tekanan sangat besar dan berat. Kurang lebih sama dengan 
kalau kita berada di kedalaman 1.000 meter di bawah permukaan laut.
   
  Yang lebih mengerikan, atmosfernya memiliki kandungan asam sulfat - H2SO4 - 
yang sangat besar dengan ketebalan ribuan meter. Sehingga permukaan planet ini 
selalu diguyur oleh hujan asam. Tak mungkin ada kehidupan di planet seperti ini.
   
  Planet yang lebih jauh adalah Mars. Inilah planet ke 4 setelah Bumi. Dulu, 
banyak ilmuwan berharap akan menemui kehidupan di planet ini. Namun setelah AS 
mendaratkan pesawat tanpa awaknya ke Mars, terbukti tidak ada kehidupan di sana.
   
  Bagaimana mungkin bisa ada kehidupan, karena ternyata Mars tidak memiliki 
prasyarat untuk munculnya kehidupan. Tak ada air. Tak ada kandungan oksigen 
yang cukup. Atmosfernya dipenuhi oleh gas beracun CO2 dalam kadar yang sangat 
tinggi.
   
  Angin badai pasir terjadi selama berbulan-bulan tanpa henti. Permukaannya 
penuh dengan kawah-kawah selebar ratusan meter, yang sangat dalam dan 
membahayakan.
   
  Planet ke 5 adalah Jupiter. Inilah planet terbesar di tatasurya kita. Sebuah 
planet gas tanpa daratan. Ya, tak ada daratan di sana. Semuanya berbentuk gas 
dengan suhu yang sangat dingin. Dan angin badai yang berlangsung selama ratusan 
tahun. Planet ini besarnya sekitar 318 kali Bumi.
   
  Planet ke 6 adalah Saturnus. Bentuknya sangat khas dengan adanya cincin 
berisi gas, batu dan es, yang berputar di sekeliling planetnya. Planet ini juga 
terdiri dari gas dengan komposisi 75% Hidrogen dan 25% Helium. Kerapatannya 
lebih rendah dibandingkan air. Tentu saja tak mungkin ada kehidupan di planet 
ke 5  6 ini.
   
  Planet ke 7 adalah Uranus. lnilah planet yang terdiri dari bongkahan batu dan 
es. Atmosfernya terdiri dari gas beracun metana yang mematikan, bercampur 
dengan Hidrogen dan Helium. Planet ini memiliki waktu mengelilingi matahari 
yang sangat panjang. Jika Bumi butuh waktu setahun untuk mengelilingi matahari, 
maka Uranus butuh waktu 84 tahun untuk sekali keliling matahari.
   
  Planet ke 8 dan 9 adalah Neptunus dan Pluto. Keduanya adalah bongkahan es 
yang mati. Suhu di Neptunus berkisar minus 218 derajat celsius. Sedangkan Pluto 
sekitar minus 328 derajat celsius. Di atas permukaan Neptunus sering terjadi 
badai dengan kecepatan tinggi sampai 2000 km per jam. Atmosfernya juga dipenuhi 
Hidrogen, Helium dan Metana sangat tinggi.
   
  Sedangkan planet ke 10, juga sebuah bongkahan es mati di balik Pluto. Planet 
ini masih terus diteliti keberadaannya oleh para ahli astronomi.
   
  Bumi, sebagai planet ke 3 di tatasurya, sungguh memiliki keistimewaan luar 
biasa. Sehingga memenuhi syarat untuk dihuni makhluk hidup. Seluruh kondisinya 
sangat unik dan 'aneh', karena memiliki mekanisme yang saling mengontrol dalam 
keseimbangan sempurna.
  
  Atmosfernya tersusun sempurna dengan ketebalan 1000 km, bersaf-saf melindungi 
penghuninya dari berbagai ancaman dari luar angkasa. Komposisinya juga 
sempurna, mengandung gas Nitrogen yang tak gampang bereaksi, sebesar 78%. 
Sementara, oksigennya stabil pada kisaran 21%. Sedangkan gas-gas beracun 
semisal CO2, CO, dan lainnya, total hanya berjumlah 1%.
   
  Yang lebih menakjubkan adalah sirkulasi air. Planet ini memiliki keseimbangan 
sirkulasi air yang mengagumkan. Tak kurang dari 400 miliar ton air mengalami 
sirkulasi dan penjernihan otomatis sepanjang tahun.
   
  Hujan air, benar-benar hanya terjadi di planet bumi. Mekanisme hujan akibat 
pemanasan air di permukaan Bumi oleh sinar matahari 

[daarut-tauhiid] Konsep Dasar

2006-12-14 Terurut Topik firliana putri
KONSEP DASAR

  Di rumah, pagi ini saya menguraikan konsep-konsep dasar ilmu pengetahuan 
paling modern dengan cara sederhana. Konsep itu antara lain Quarks yang 
mewakili dunia kuantum dengan 6 citarasa dasarnya yang ditemukan sejak tahun 
1964 yaitu UDSCBT, teori atom yang sudah dikenal idenya sejak zaman Demokritus 
Yunani dengan proton, elektron dan netronnya (PEN), unsur-unsur dasar penunjang 
kehidupan yaitu carbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen (CHON) yang merupakan 
unsur-unsur dasar yang bisa ditemui di meteorit, dan komposisi genetika manusia 
yang telah diuraikan menjadi suatu untaian rumus dengan komposisi senyawa 
kimiawi yang disebut ACGT. Selain tatanan materialistik diatas, saya kemudian 
menggabungkannya dengan konsep Energi dan Gaya Fundamental yaitu Gravitasi (G), 
Elektromagnetik( E), dan Energi Nuklir (GEN), dan satu sumber azali sebagai 
ALLh atau A.

  Pemilihan ke-5 konsep tatanan materialistik itu kemudian saya uraikan dengan 
teori dasar bilangan dan huruf yang tercakup dalam pengertian Geometry Matrix 
atau Gematrix atau al-Jumal. Pilihannya adalah huruf Arab yang mempunyai 28 
huruf dan sistem desimal 0-9.



  Hanya dengan mengkomposisikan huruf-huruf awalnya saja, saya kemudian 
menggunakan Geometri Matrix hurufnya dan menguraikannya dengan cara jumlah, 
tambah, kurang , bagi, kali dan unifikasi.

  Hasilnya ternyata mencitrakan Makna dan Rasa yang tersembunyi dalam komposisi 
bilangan dengan artikulasi yang menarik seperti bilangan 66 (Lafaz Allah), 
bilangan 69 (Thaasin, QS 27:1), bilangan 76 (‘Abd, QS 76), bilangan 195 (Kaf ha 
Ya Ain Shaad, QS 19:1), dan komposisi   sebelah tangan kita (tangan kanan) 
dimana Ibu Jari dan Telunjuk kita yang setiap akhir rakaat ke-2 selalu kita 
acungkan ke depan (untuk rinciannya, saya serahkan pembaca menguraikannya 
sendiri hehehe..).

  Kesimpulan awalnya adalah, setiap rasa dan gerak yang kita nyatakan sejatinya 
muncul dari keinginan dan kehendak ALLh sebagai suatu kenyataan alamiah yang 
muncul dari rasa dan gerak yang penuh Kemahaindahan dan Kemahaagungan  ALLh, 
yang akhirnya menguraikan Pesan Tuhan menjadi sistem simbolik, bilangan dan 
huruf atau abjad, desimal, dan biner yang dinyatakan sebagai 12 huruf  Laa 
Ilaaha illaa Allah (numeriknya 165).

  Melalui suatu proses yang selama ini kita sebut sebagai rasa, gerak dan 
tindakan dan kemudian kita nyatakan dengan simbol, geometri, bilangan dan 
huruf, menjadi nama-nama, kata-kata, kalimat-kalimat, wacana-wacana, dan 
kitab-kitab, semuanya itu adalah keinginan ALLh untuk dikenal oleh makhluk yang 
berbeda dengan Realitas DiriNya. Baik dari dongeng, legenda, mitos, tulisan, 
maupun muncul sebagai karya ilmiah dan gosip murahan, baik dari teori kuantum 
maupun Kitab Wahyu, semuanya merupakan simbologi gerak dan keinginan yang 
direspon manusia sesuai dengan pemahamannya sampai akhirnya muncul sebagai 
tindakan.

  Makhluk adalah diskontinuitas yang dihadirkan dari sifat-sifat dasar ALLh 
untuk dikenal. Sifat dasar itu dikenali dari ketidaksempurnaan makhluk yang 
tidak bisa secara utuh mengenali bentuk-bentuk kesempurnaan atau bentuk ideal. 
Bentuk ideal tersebut yang masih dikenali adalah bentuk titik atau zarah 
menjadi suatu lingkaran wujud yang ideal dengan nilai irrasional karena tak 
pernah habis bagi yaitu rasio lingkaran 1:2:4 yang merupakan komposisi Golden 
Ratio.



  Setelah bentuk-bentuk ideal melakukan transformasi dalam keadaan yang 
mematuhi hukum asal yaitu keseimbangan dan dinamika perubahan (QS 67:3-4), 
muncul bentuk ideal lain yaitu bentuk 69 (Thaasin) atau bentuk yang terpetakan 
dalam konstruksi kerang Nautilius dan proporsi ideal lainnya yang berkaitan 
dengan simbologi 6 sebagai bilangan sempurna.





  Makhluk baru bisa mengenaliNya dengan apa yang kemudian disebut 
PengetahuanNya yang dinyatakan yaitu Rasa dan Gerak yang kemudian diikat, 
dilukiskan dan dibunyikan menjadi simbol, bilangan dan huruf.

  Jadi setiap simbol dasar sebenarnya muncul karena KETIDAKSEMPURNAAN MAKHLUK 
yang tidak bisa mengenali dan membangun BENTUK SEMPURNANYA meskipun bentuk itu 
sudah dihadirkan didalam IDEA dasarnya yaitu AKAL dan HATI sebagai wadah 
manifestasi keinginan dan kehendak ALLh yang disebut secara generik sebagai 
TUHAN YANG MAHA ESA.

  Ketika Gerak dan Rasa dinyatakan, maka gerak dan rasa itu dilukiskan dengan 
simbol yang muncul dari rasa dan gerak si makhluk. Karena itu, jejak kaki 
binatang, kerang, bentuk bunga, perubahan gerak si Geulis kaki 1000, polah, 
tingkah gerakannya dan semua penampilannya sebenarnya Pesan-Pesan Tuhan yang 
tersembunyi yang dapat mengilhami makhluk yang mampu menyimpan, mengolah, dan 
menjelaskan Pengetahuan Tuhan dengan bantuan geometri, desimal maupun abjad dan 
sistem huruf lainnya.

  Dalam hal ini makhluk itu adalah Makhluk Yang Mengemban Amanat Penciptaan 
yaitu Amanat Untuk mengenal Tuhan dan menjadi HambaNya yang patuh dengan 
Perintah dan LaranganNya. Anugerah Tuhan kepada makhluk tersebut adalah 
anugerah untuk bisa 

[daarut-tauhiid] Rahasia Wudlu

2006-11-29 Terurut Topik firliana putri
1. Penyebab Penyakit
  Kalau kita mau berpikir dan belajar dari pengalaman tentang penyebab sakit di 
tubuh kita, mungkin dapat dirinci sebagai berikut.

  1. Ada urat saraf yang putus, kaku, kering, kedinginan, infeksi, membusuk, 
terjepit pengapuran.
  Pengapuran terjadi akibat reaksi kimia antara kolesterol dan asam urat/purin, 
zat tanduk yang berlebihan dalam tubuh kita karena sistem keringat tidak 
normal. Kaku, diakibatkan kurangnya pelenturan pada interval waktu tertentu. 
Kedinginan, karena tersalut lemak jenuh dan sistem keringat terganggu, aliran 
darah tersumbat karena terjepit gelang, jam tangan, cincin, kaos kaki, sepatu, 
tali BH, ikat pinggang, tali ransel, atau pakaian. Putus, karena tabrakan 
keras, tergunting pisau operasi karena banyak saraf yang tidak terlihat dan 
sangat halus. Dari pengamatan, yang banyak terjepit sarafnya, ternyata, banyak 
dialami oleh saudara kita yang berprofesi tentara. Hal ini mungkin terjadi 
karena pakaian yang sempit, kaos kaki yang diikat karet, dan latihan beban yang 
sangat berat. Banyak keluhan, diantaranya sakit pinggang, punggung, sulit 
ereksi, emosi tinggi, depresi, cepat pikun, tremor, mati rasa, badan 
loyo/kurang semangat, atau sering pusing kepala.

  2. Ada pipa darah yang aliran darahnya tidak lancar, mandek, kecil, putus, 
tidak lentur, karena terjepit pengapuran atau lemak jenuh.
  Di tubuh kita ada 2 jenis pembuluh darah. Pertama, pembuluh nadi yang 
bertugas menyalurkan darah baru yang telah dicampur dengan oksigen murni yang 
dipompakan keluar dari dan oleh Jantung. Kedua, pembuluh darah balik yang 
berfungsi mengalirkan kembali darah kita ke jantung. Sebelum diserap oleh 
jantung, darah tersebut di cuci dahulu oleh hati kita, ditambah darah baru yang 
diproduksi oleh limpa, dicampur kembali dengan oksigen murni dari paru-paru. 
Gambaran global ini dimaksudkan untuk menjelaskan mengapa orang terkena tekanan 
darah yang tidak stabil. Karakteristik pipa darah kita adalah sangat lentur, 
yang tujuannya untuk mengatur tekanan jantung/klep jantung supaya irama 
jantungnya stabil. Bisa dibayangkan, apabila pembuluh nadi sekunder yang 
terjepit sepanjang misalnya 100 cm cubic, pasti tekanan darah di jantung akan 
naik. Begitu juga sebaliknya, jika pembuluh darah balik yang terjepit, berarti 
darah yang ada di pipa darah tersebut tidak kembali lagi ke jantung dan
 tidak dicuci oleh liver, tidak ditambah oksigen dan otomatis HB nya menjadi 
sangat rendah bahkan membeku dan mati, bisa pula membusuk jika infeksi bagian 
tubuh kita akan kedinginan sehingga dapat mengganggu sistem saraf.

  3. Ada saluran lendir, cairan tubuh yang tersumbat.
  Saluran lendir ini terdapat di antara permukaan tulang dengan daging, di 
antara lipatan otot atau serat daging, antara daging dengan kulit. Jika saluran 
lendir, cairan yang tersumbat akan menyebabkan terjadi benjolan berupa kista. 
Cairan tersebut lama-lama bisa membusuk jika infeksi dan tentu virus atau 
bakteri akan mudah berkembangbiak dan dapat menyebar lewat sistem saraf dan 
aliran darah, hingga bisa sampai ke otak. Bisa dibayang-kan, pasti akan ada 
organ tubuh lainnya yang terganggu fungsi-nya. Otak kita ini berfungsi sebagai 
saraf sentral ibaratkan Central Processing Unit pada komputer dan tentu sangat 
canggih sekali.

  4. Pikiran, Qalbu, dan Nafsu yang tidak seimbang.
  Pikiran yang tersimpan di otak kita jika terganggu karena overload, akan 
mengacaukan sistem di tubuh kita. Bisa sistem perut yang terganggu sehingga 
terkadang sering mual, muntah, buang-buang air, susah buang angin. Qalbu yang 
terganggu misalnya dendam yang membara, rasa iri dan dengki akan mengganggu 
pikiran yang selanjutnya menggangu sistem saraf terutama saraf liver. Kalau 
saraf liver sudah terganggu bisa menyebabkan sakit perut atau mengganggu sistem 
pencernaan, bahkan menyebabkan liver tersebut bengkak atau mengerut. Pengertian 
Qalbu kebanyakan menuju kepada hati/liver. Padahal, dalam bahasa Inggris 
disebut Heart atau Jantung. Mungkin yang tepat adalah jantung hati, yang 
merupakan satu kesatuan yang disebut qalbu. Nafsu yang tidak terkendali juga 
menyebabkan penyakit yang mengacaukan sistem saraf karena dapat mengalah-kan 
pertimbangan rasional. Menyalurkan nafsu syahwat sembarangan dapat mendatangkan 
penyakit. Perasaan berdosa pun akan mengacaukan sistem saraf. Makin
 besar dosa, diyakini akan menyebabkan kerusakan saraf yang makin hebat. Jadi, 
dosa akan menyebabkan kerusakan organ tubuh kita walau secara tidak langsung. 
Dosa yang tidak terampuni mengakibatkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki. 
Oleh Allah dikategorikan khalidiina fiihaa abada (kekal selamanya). Mungkin, 
itulah sebabnya dosa musyrik (menyekutukan Allah) sulit/tidak diampuni jika 
telah merusak saraf di tubuh kita, dan celakanya akan menurun ke keturunan/anak 
kita, yang berarti kita telah menyebabkan kerusakan pada generasi penerus kita. 
Pantas, anak yang shaleh diminta untuk berdoa supaya orangtuanya diampuni, dan 
pantaslah jika pengaruh 

[daarut-tauhiid] Kenapa Ada Perintah Rukuk dan Sujud

2006-11-24 Terurut Topik firliana putri
1. Kenapa Ada Perintah Rukuk dan Sujud?

  Menurut penelitian, sel darah merah (HB) mengalami penurunan rata-rata setiap 
5 jam. Pantas saja Allah menyuruh kita Rukuk dan Sujud (maksudnya Shalat) 
minimal 24 jam : 5 jam = Minimal 5 kali shalat sehari. Untuk menerima wahyu 
shalat, Nabi Muhammad di IsraEmi’raj kan karena sangat pentingnya shalat 
tersebut. Jadi, Allah menciptakan manusia beserta cara pemeliharaannya karena 
Allah Maha Tahu akan fundamental setiap manusia. Di sini kita harus menyadari 
bahwa Allah itu maha pemurah, maha penyayang kepada setiap manusia. Dan kita 
harus sadar bahwa Rukuk dan Sujud itu atau Shalat itu merupakan kebutuhan yang 
mendasar bagi setiap manusia. Rahasia gerakan shalat dan hubungannya dengan 
sistem saraf, akan dijelaskan secara rinci dan logis pada bab selanjutnya.

  2. Kiat Hidup Sehat
  Dari hasil penelitian (pemikiran, pengamatan, dan penerapan) dikatakan bahwa 
jika kita ingin hidup sehat tanpa obat ingatlah beberapa hal berikut ini.

  1. Jaga pikiran.
  Pikiran yang keluar dari kening kita yang merupakan titik/ area sujud harus 
dijaga dengan baik. Pikiran yang ruwet akan mengacaukan sistem yang ada di 
tubuh kita, baik itu sistem pencernaan, emosional, jantung, atau sistem 
panas/elektrik tubuh kita. Satu saja elemen sistem yang kacau di tubuh kita 
akan menyebabkan organ tubuh ada yang kurang berfungsi, lama-lama malah tidak 
berfungsi. Hal ini dapat dimengerti karena Allah menciptakan manusia sebagai 
mahluk yang sangat sempurna. Bagaimana cara terbaik menjaga pikiran? Saya rasa, 
Bapak/Ibu pasti tahu, dan bisa dipelajari dari orang yang ahli di bidang ini. 
Yang penting, berusaha meminimalisir bahkan meniadakan sesuatu yang memicu kita 
berpikir ruwet/kusut/complicated, di antaranya: jangan mengerjakan pekerjaan di 
luar batas kemampuan, mengerjakan tugas dengan serius dan sistematis serta 
harus sabar, dan jangan berbohong.
  2. Jaga makanan.
  Jangan membiasakan diri dengan makanan yang walaupun halal tetapi akan 
menyebabkan tumpukan lemak jenuh dan asam urat/ purin dalam tubuh kita. Makanan 
seperti jeroan, lalapan tertentu, atau nasi yang berlebihan akan menyebabkan 
terjadi pengapuran yang akan melapisi sistem saraf di tubuh kita, sehingga 
sinyal elektrik dari otak/pikiran kita tidak dapat disampaikan dengan sempurna 
ke titik ujung saraf. Akibatnya, pasti ada organ tubuh kita yang kurang 
berfungsi. Dalam kitab suci Al-Qur’an sebenarnya sudah ada jenis makanan, 
minuman, buah-buahan, sayuran yang terbaik seperti madu, daging burung/ unggas, 
ikan laut, minyak zaitun (tanpa kolesterol), kurma, apel, anggur, dan sawi. Di 
samping itu, sebaiknya kita menjaga sumber dana yang akan dibelikan untuk 
makan. Artinya, untuk mendapatkan keberkahan yang sempurna, sumber dan 
penggunaan dananya harus halal dan baik kualitasnya.

  3. Jaga kelakuan.
  Kelakuan sangat berpengaruh terhadap kesehatan. Kelakuan yang buruk, terutama 
tidak bisa menjaga kemaluan, dapat mendatangkan penyakit. Alat vital 
(kemaluan), terkadang lebih berpengaruh daripada alat yang sangat vital, yaitu 
OTAK. Untuk itu, kita harus menyadari cara mengendalikan kelakuan kita. Kalau 
Aa Gym, mengembangkan aplikasi Manajemen Qolbu; Steven Covey mengembangkan 7 
kebiasaan yang sangat efektif dalam meningkatkan kualitas hidup kita, bagaimana 
kalau kita mengembangkan manajemen nafsu? Steven Covey menyebutkan bahwa salah 
satu kunci sukses adalah kita diharuskan membiasakan untuk build the 
relationship. Bukankah ini sama dengan Hablum minan-nas, hubungan baik sesama 
manusia, melampaui batas/sekat golongan, suku bangsa. Kemudian kebiasaan yang 
ke 7 adalah sharpen the saw, yang maknanya, konsisten dan sabar dalam kebiasaan 
yang baik

  4. Jaga kelenturan.
  Daud adalah model manusia perkasa, senang puasa, berburu/ mengembara. Sudah 
pasti tubuhnya tidak tersalut oleh lemak jenuh, asam urat, dan sangat lentur. 
Sistem elektrik di tubuhnya sangat sempurna, sehingga bisa menyalurkan atau 
menghasilkan panas yang sangat tinggi di telapak tangannya, bahkan, dalam suatu 
riwayat, besi pun bisa lunak di tangannya. Kelenturan tubuh, sebenarnya, dapat 
dijaga dengan beberapa cara. Misalnya, yoga, balet, dan olah raga lainnya. 
Namun, menurut penelitian nara sumber, cara yang terbaik adalah shalat. Tetapi 
shalat yang bagaimana? Nanti akan dijelaskan secara rinci pada hubungan shalat 
dengan penjagaan kelenturan urat saraf.

  5. Jaga pakaian.
  Dalam Al-Qur'an, sebenarnya, sudah ada perintah untuk orang yang kualitas 
imannya tinggi, terutama wanita, untuk menjaga auratnya dengan cara berpakaian 
yang longgar, menutupi tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangannya (kerudung). 
Kenapa wanita? Kalau kita mau berpikir dan meneliti secara seksama, wanita itu 
adalah mahkluk yang sangat sensitif, sangat indah, sangat lentur. Apabila ingin 
menjaga keindahan, kelenturan, dan sensitivitasnya, coba perhatikan dan 
aplikasikan cara berpakaian yang terbaik. Sengatan matahari secara langsung 
akan menyebabkan 

[daarut-tauhiid] Ghost In The Machine (Part 2)

2006-11-18 Terurut Topik firliana putri
Ghost In The Machine Part 2: Fenomena Dajjal

  Wa Nafsi

Cahaya yang sampai di hexel-hexel (hexagonal pixel) retina mata kita sebenarnya 
cahaya yang dipantulkan oleh benda lainnya yang memenuhi hukum Black Body 
Radiation. Setiap foton cahaya adalah suatu zarah yang memuat informasi sebagai 
kadar yang ditanggungnya yang sesuai dengan komposisi rapat masa tertentu 
sehingga ia bisa ditarik oleh mata kita yang mengandung kekuatan Wa Nafsi yang 
muncul dari Qalb. Ketika foton yang dipantulkan suatu benda jatuh di retina, 
secara langsung foton-foton ini membangkitkan energi panas yang muncul karena 
gesekan antara materi di jasad kita dan karena adanya energi yang muncul dari 
hasrat Tuhan yang dinyatakan dari Qalb.

Energi itulah yang disebut sebagai Wa Nafsi yang mempunyai potensi baik atau 
buruk (QS 91:7-10) tergantung bagaimana kita mengolahnya dan bagaimana kita 
mengatur asupan energi lainnya ke dalam tubuh kita berupa makanan dan minuman, 
serta energi yang digunakan untuk memperoleh makanan dan minuman itu (cara kita 
mendapatkan makanan dan minuman tersebut).

Komplemen atau pasangan Wa Nafsi adalah Athmaan yang mensinkronkan Wa Nafsi 
dengan sumber asal cahayanya baik dari sumber eksternal (matahari) maupun 
internal (bisikan hati, mintalah fatwa dari hatimu adalah hadis yang 
menjelaskan hal ini). Athmaan inilah yang dimaksudkan sebagai graviton oleh 
Einstein. Athmaan dan Wa nafsi berinteraksi  sedemikian rupa sehingga muncul 
Chemical God yang mengaktualkan energi menjadi gambaran realitas yang berubah 
yaitu Waktu yang menyimpan kesejarahan kita sebagai makhluk berpikir dan mampu 
memaknai. Bayang-baynag realitas maya pun kemudian tampil bagaikan film di 
korteks selebral kita. Lalu kitapun merasa ada.

Waktu

Dengan lahirnya Sang Waktu dan Realitas Materialistik yang bisa dipikirkan dan 
dirasakan ada, maka setiap makhluk dibatasi oleh siklus yang mengikuti 
keseimbangan dinamis dalam sistem kehidupannya yaitu siklus kelahiran, 
kehidupan, kematian dan kehidupan setelah alam dunia fisikal (akhirat). Waktu 
yang nyata kita lihat dan kita ukur dengan satuan 24 jam sehari semalam, satu 
jam 60 menit, satu menit 60 detik, satu detik 1000 mikro detik sebagai proses 
terkecil, sebenarnya tidak real karena dilogikakan dari kekurangan kita yang 
tak bisa melihat dan membuat bentuk sempurna (misalnya lingkaran).

Waktu yang kita kenal sekarang ini dan disebut sebagai waktu nyata meskipun 
relatif menyimpan akumulasi dari masa lalu dan masa depan yang akhirnya muncul 
sebagai masa kini dari superposisinya di dalam celupan ilahiyah yang kita sebut 
ilmu pengetahuan tauhid dalam koridor jumlahan sejarah atas semua ketentuan, 
lokasi, pelaku dan masa kejadian atau peristiwanya.

Dasar-dasar yang menyatakan peristiwa karena itu bergantung pada penentuan 
lokasi, tempat, nama dan waktu kejadiannya dalam lingkungan yang bebas tapi 
terbatas (sebatas 0-9,a-z,alif- ya, dan sistem huruf lainnya). Dan karena itu 
pula, kita bisa belajar dari masa lalu, memproyeksikan masa depan sebagai idea 
imajinal atau cita-cita yang diinginkan, kemudian di tarik ke masa kini sebagai 
titik tolak pelaksanaan. Dengan kata lain, kitab-kitab yang meramalkan masa 
depan sebenarnya BUKAN MERAMAL tetapi ACTION PLAN dengan Idea Imajinal yang 
hendak  dinyatakan oleh kita. Manusia nampak bisa meramal sebenarnya belajar 
dari kebiasan-kebiasaan yang muncul dari dunia nyata dengan simbologi-simbologi 
yang ditentukannya menjadi suatu siklus, kebiasaan dan kemudian dirumuskan 
menjadi hukum-hukum alam atau penafsiran-penafsiran lainnya misalnya horoskop 
dengan tanggal kelahiran, horoskop dengan nama Anda dll.

Contoh demikian sebenarnya tersirat dalam kisah Nabi Yusuf a.s yang menafsirkan 
mimpi Raja Mesir. Kisah Yusuf a.s sebenarnya ungkapan yang menyatakan siklus 
kejadian yang sering muncul dalam suatu lokasi misalnya banjir Sungai Nil 
dengan periode tertentu, jadi ia berkaitan dengan kebiasaan-kebiasaan alam. 
Akan tetapi kapan kejadiannya sebenarnya tidak diketahui dengan persis karena 
pengetahuan kita muncul dari ketidaksempurnaan kita. Namun apa yang akan 
terjadi, peristiwa apa yang akan terjadi selama siklus tertentu sebenarnya bisa 
diperkirakan termasuk dampak-dampaknya dan cara menanggulanginya seperti solusi 
yang diajukan Nabi Yusuf a.s untuk menafsirkan mimpi sang raja (mimpi sang raja 
sebenarnya kiasan untuk mimpi dengan hawa nafsu yang menyampaikan ilham dari 
Allah, Cuma karena dominasi nafsu manusia sangat kuat seringkali gambaran mimpi 
menjadi begitu aneh). Dalam masa modern, kebiasaan yang muncul sebagai siklus 
akhirnya muncul sebagai hukum-hukum alam dengan
 penisbahan pada penemunya atau mereka yang menelitinya misalnya teori 
gelombang harmonis dll. Bisa kebayangkan kalau orang tidak sadar lingkungan?

Yang Tersurat  Tersirat

Ketika seseorang mulai memicu kesadarannya dengan Idea Imajinal, maka ia 
sebenarnya sedang menafsirkan gerak-gerik Wa Nafsi-nya yang menjadi gangguan 
dari ilham Tuhan yang abadi 

[daarut-tauhiid] Terangkum Dalam Kitab Yang Nyata

2006-09-26 Terurut Topik firliana putri
TERANGKUM DALAM KITAB YANG NYATA
   
  Yang 'nampak' termaktub di dalam 'Kitab Yang Nyata'  Yang 'ghaib' juga 
terkandung di dalam Kitab Yang Nyata. Segala kontradiksi itu terdapat di dalam 
sebuah kitab yang dinamakan LAUH MAHFUZH.
   
  Inilah sebuah KITAB INDUK yang merangkum segala kejadian dalam dinamika alam 
semesta, sejak miliaran tahun yang lalu, sampai berakhirnya alam semesta.
   
  Struktur kitab ini sempat kita bahas pada diskusi tentang jiwa dan Ruh. Ia 
bagaikan komputer raksasa 'The Super Giant Main Frame' yang memuat data-data 
dalam skala tak berhingga. Seluruh angka yang dikenal manusia tidak mampu 
menggambarkan besarnya kapasitas 'memori dan Hardisk' nya.
   
  QS. Al A'aam (6) : 59
  Dan pada sisi Allah lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang 
mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan 
di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya 
(pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu 
yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh 
Mahfuzh).
   
  Dengan kata lain, Kitab yang Nyata itu adalah kitab yang memuat Ilmu Allah 
yang terhampar di alam semesta. Kitab yang memuat segala kenyataan dan 
peristiwa. Padahal, kita tahu bahwa ilmu Allah itu tidak habis dituliskan 
dengan menggunakan 7 samudera tinta sekalipun.
   
  QS. Luqman (31): 27
  Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), 
ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering) nya, niscaya tidak 
akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa 
lagi Maha Bijaksana.
   
  Jadi, betapa besarnya 'Kitab' yang bisa memuat ilmu-ilmu Allah itu. Ia adalah 
kitab induk yang bisa memuat seluruh kejadian dalam skala miliaran tahun. Dulu, 
sekarang maupun nanti. Sangat banyak ayat yang menggambarkan 'kedahsyatan' 
Kitab tersebut. Di antaranya, beberapa di bawah ini.
   
  QS. Al Hajj (22) : 70
  Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja 
yang ada di langit dan di bumi?  bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam 
sebuah kitab (Lauh Mahfuzh) Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi 
Allah.
   
  QS. An Naml (27) : 75
  Tiada sesuatupun yang ghaib di langit dan di bumi, melainkan (terdapat) dalam 
kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).
   
  Bahkan ilmu-ilmu Allah yang terkandung di dalam Al QurÃÂn pun merupakan 
sebagian saja dari kandungan Lauh Mahfuzh. Sebagiannya terdapat pada 
kitab-kitab suci terdahulu seperti Zabur, Taurat dan Injil. Sebagiannya lagi 
terdapat dalam ayat-ayat kauniyah yang terhampar di alam semesta. 
   
  Dalam kesempatan ini saya hanya ingin mengatakan bahwa segala yang tampak dan 
tidak tampak, segala yang gaib dan tidak gaib, yang besar yang kecil, yang dulu 
dan yang nanti, semuanya terkandung di dalam sebuah 'Kitab Nyata'. di sisi 
Allah.
   
  Maka, kalau kita bisa 'meleburkan diri' ke dalam Keberadaan Allah, kita bakal 
mengetahui banyak rahasia yang terhampar di langit dan bumi.
   
  QS. Zukhruf  (43) : 4
  Dan sesungguhnya Al QurÃÂn itu dalam Induk Al Kitab (Lauh Mahfuzh) di sisi 
Kami, adalah benar-benar tinggi (nilainya) dan amat banyak mengandung hikmah.
   
  QS. Al Baqarah (2) : 269
  Allah menganugrahkan al hikmah (kefahaman yang mendalam) kepada siapa yang 
Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugrahi al hikmah itu, ia benar-benar 
telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah 
yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah),
   
  QS. An Nisaa' (4) :54
  ataukah mereka dengki kepada manusia lantaran karunia yang Allah telah 
berikan kepadanya? sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada 
keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar.
   
  Dua point yang mendasar terkandung dalam ayat-ayat di atas. Yang pertama, 
Lauh Mahfuzh adalah kitab yang mengandung banyak hikmah, yang sebagiannya 
diturunkan lewat Al QurÃÂn dan kitab-kitabNya terdahulu. Yang kedua, hikmah itu 
diberikan kepada orang-orang berakal yang berserah diri hanya kepada Allah. Di 
antaranya adalah nabi Ibrahim.
   
  Kita melihat korelasi dan benang merahnya, bahwa orang-orang seperti nabi 
Ibrahim dan nabi Muhammad adalah orang-orang yang sudah mencapai derajat 
muslimuun berserah diri hanya kepada Allah saja.
   
  Ego mereka sudah demikian rendahnya di hadapan Allah. Sudah melebur ke dalam 
Sifat-SifatNya. Sehingga terbukalah segala rahasia. Hal-hal yang bagi orang 
lain ghaib, bagi beliau-beliau bisa menjadi tidak ghaib.
   
  QS. Ali Imran (3) : 179
  Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam 
keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari 
yang baik (mukmin). Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu 
hal-hal yang ghaib, akan tetapi Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya di 
antara rasul-rasul-Nya. Karena itu berimanlah kepada Allah dan 

[daarut-tauhiid] Antara Ada dan Tiada

2006-09-25 Terurut Topik firliana putri
ANTARA ADA DAN TIADA
   
  Kita dan semua benda di sekitar kita ini, sebenarnya ADA ataukah TIADA? 
Sebuah, pertanyaan mendasar, yang selama ini dijawab secara filsafat belaka. 
Hasilnya, adalah sebuah perdebatan panjang yang tiada habisnya.
   
  Memang, kalau kita mengambil kesimpulan apa adanya dari segala yang bisa kita 
observasi dari sekitar, kita pasti akan mengatakan bahwa segala sesuatu ini 
benar-benar ada. Buktinya, kita bisa melihat, bisa mendengar, bisa membaui 
aromanya, bisa merasakan, meraba dan memegangnya.
   
  Tapi, kalau kita mau berpikir lebih jauh dan substansial, kita akan berpikir: 
kita dulu pernah TIDAK ADA, sekarang 'ADA', dan nanti kembali TIDAK ADA. Jadi, 
yang lebih substansial itu 'TIDAK ADA' ataukah 'ADA' ya..?
   
  Lebih mendalam lagi, kalau kita melakukan analisa, mungkin kita akan 
mempertanyakan ke 'ADA' an kita sekarang. Benarkah kita sekarang ini 
benar-benar 'ADA'? Ataukah, yang terjadi sebenarnya adalah: kadang 'ADA¡¦kadang 
'TIDAK ADA'. Kapankah kita merasa ADA? Dan kapan kita merasa TIDAK ADA?
   
  Kita merasa 'ADA' pada saat kita 'berpikir' dan 'sadar' akan keber ADA-an 
kita. Ketika kita tertidur dan hilang kesadaran, kita pun TIDAK ADA. Termasuk 
segala eksistensi yang ada di sekitar kita. Semua itu ADA ketika kita menyadari 
bahwa sesuatu itu ADA. Dan TIDAK ADA, ketika kita melupakannya, atau tidak 
menyadari dia ADA.
   
  Tapi, bukankah itu hanya sekadar persepsi kesadaran orang perorang? Pada 
kenyataannya, kan orang lain menganggap dan melihat semua itu ada.
   
  Jadi itu bukan tidak ada, cuma tidak disadari bahwa itu ada. Dan seterusnya, 
dan seterusnya, kita bisa berdebat sangat panjang tentang ADA dan TIADA.
   
  Namun, bagi orang-orang yang bergelut di dunia filsafat, banyak yang meyakini 
bahwa keber-ADA-an segala sesuatu ini sebenarnya semu. Ada yang mengatakan 
begini: kita dan segala sesuatu ini ADA, karena kita BERPIKIR. Kalau kita tidak 
berpikir, kita dan segala sesuatu ini pun TIDAK ADA.
   
  Dalam filsafat Jawa, dikatakan begini: 'ananing ana kuwi diana anaake' 
Artinya, kita ada karena diadakan. Kalau kita tidak mengadakannya, maka sesuatu 
itu pun tidak ada.
   
  Kedua pendapat itu memiliki kemiripannya. Pada intinya segala keberadaan ini 
tidak mutlak. Dulu pernah tidak ada, dan kemudian menjadi ada karena diadakan. 
Baik oleh sang Pencipta, oleh pikiran kita, maupun oleh proses produksi 
manusia. Dan suatu ketika nanti bakal rusak atau musnah.
   
  Begitulah memang kenyataan yang terpampang di sekitar kita. Ada nuansa yang 
sangat kental bahwa segala sesuatu tidak abadi. Terutama ketika dilihat dalam 
suatu 'Skala Waktu' yang panjang. Semua ini lebih banyak TIDAK ADA nya 
ketimbang ADA. Kalau pun ADA hanyalah sesaat. Setelah itu berubah menjadi 
sesuatu yang lain.
   
  Cobalah kita cermati diri kita sendiri. Badan kita sekarang ini, sebenarnya 
berbeda dengan badan kita semenit yang lalu! Kenapa begitu? Karena seluruh 
sel-sel tubuh kita yang berjumlah triliunan ini sedang berubah terus semakin 
menua. Tambah tua seiring waktu yang bergerak.
   
  Setiap saat terjadi metabolisme massal yang mengubah keadaan tubuh kita. 
Rambut yang tadinya hitam, kini mulai bertambah putih. Kulit yang tadinya 
kenyal, kini mulai mengendor dan keriput. Otot yang tadinya kuat dan kencang, 
kini mulai melemah. Mata yang tadinya bening dan tajam, kini mulai merabun. 
Telinga yang tadinya peka, kini mulai menuli. Kualitas jantung, paru-paru, 
ginjal, liver, pencemaan, otak dan seluruh bagian badan kita terus berubah 
menua.
   
  Bermiliar dan bertriliun keadaan tubuh kita sebenarnya terus berubah dari 
menit ke menit. Tubuh kita semenit yang lalu telah 'hilang' ditelan waktu, dan 
kini memiliki 'tubuh baru' yang sama sekali berbeda dengan tubuh kita 
sebelumnya.
   
  Jangankan semenit, 1 detik yang lalu pun badan kita ini tidak sama dengan 
badan kita yang sekarang. Semuanya sedang terus 'lenyap berganti' dari waktu ke 
waktu. Dan itu, bukan hanya terjadi pada tubuh, tapi juga jiwa kita. Jiwa kita 
terus berubah seiring dengan pengalaman kejiwaan yang mendera.
   
  Dan bukan hanya diri kita. Tapi seluruh manusia di muka bumi sedang mengalami 
proses 'lenyap-berganti' secara dramatis terhadap kondisi dirinya. Pada seluruh 
manusia di manapun dia berada.
   
  Komposisi lingkungan hidup di sekitar kita pun sedang 'lenyap berganti' dari 
waktu ke waktu., Tidak pernah tetap. Mulai dari kondisi air, atmosfer, 
tumbuh-tumbuhan, binatang, cuaca dan iklim, sinar matahari, sampai benda-benda 
pengisi langit seperti planet, bulan, bintang, galaksi dan superkluster. 
Seluruh materi dan energi pengisi Jagad Raya ini semuanya 'lenyap berganti' 
dari detik ke detik, menit ke menit, waktu ke waktu. Tidak ada yang tetap. 
Semuanya sedang berubah secara dramatis!
   
  Kalau kita kaitkan kembali dengan ADA dan TIADA, maka seluruh kondisi di alam 
semesta ini sebenarnya sedang bergerak dinamis antara ADA dan TIADA. Sebentar 
ADA, kemudian TIADA lagi. Sebentar lagi 

[daarut-tauhiid] Berasal Dari Allah, Kembali Kepada Allah

2006-09-24 Terurut Topik firliana putri
BERASAL DARI ALLAH, KEMBALI KEPADA ALLAH
   
  Inna lillaahi wa inna ilaihi rajiÃÖn. Á´esungguhnya kita semua berasal dari 
Allah, dan akan kembali kepadaAllah¡¦Begitulah Al QurÃÂn mengajarkan asal usul 
keberadaan segala sesuatu kepada kita.
   
  Dalam bahasa yang sedikit berbeda, kita bisa mengatakan bahwa semua yang ada 
ini 'bersumber' dariNya, dan suatu ketika akan lenyap kembali 'ke dalam DiriNya.
   
  Dalam bahasa yang lebih lugas lagi, kita boleh mengatakan bahwa semua yang 
ada ini 'berasal' dari Dzat Allah, kini 'berada di dalam' Dzat Allah, dan suatu 
ketika bakal lenyap 'kembali' ke dalam Dzat Allah.
   
  Coba cermati kata-kata di atas. Agak membingungkan juga, ya? Bahwa kita 
dikatakan berasal dari Allah, sekarang berada di dalam Allah, dan nanti bakal 
kembali kepada Allah. Bagaimana pemahamannya?
   
  Kalau kita sekarang berada di dalam Allah, kenapa mesti dikatakan kita 
berasal dariNya, dan akan kembali kepadaNya? Sejak dulu, hingga sekarang, dan 
nanti, kita sudah berada di dalamNya! Berarti kita kan tidak pernah berpisah 
dari Allah?
   
  Sesuatu dikatakan 'berasal dari', kalau sesuatu itu sekarang sudah tidak 
berada di dalamNya. Sehingga, menjadi cocok kalau dikatakan suatu ketika nanti 
akan kembali kepadaNya. Tapi, kalau sesuatu itu sudah berada di dalamNya terus, 
tidak pernah terpisah dariNya, bagaimana memahaminya?
   
  Tapi, begitulah Allah berfirman di dalam ayat-ayatNya. Terkesan kontradiktif, 
namun sebenarnya tidak. justru saling melengkapi pemahamannya. Yang begini, 
bukan hanya sekali dua kali, tapi berpuluh kali. 'Kontradiksi' bahasa itu 
muncul secara bersamaan di dalam berbagai penjelasan Nya.
   
  Apakah berarti terdapat pertentangan di dalam Al QurÃÂn? Jawabnya: tidak! 
Allah sudah menjamin, tidak ada pertentangan di dalam Al QurÃÂn. Semua 
penjelasan di dalam Al QurÃÂn bersifat saling melengkapi. Saling menjelaskan. 
Tidak bertentangan.
   
  Maka, untuk bisa memahami secara baik, kita tidak boleh mengambil pemahaman 
hanya dari 1-2 ayat saja. Harus keseluruhan ayat yang membahas tentang obyek 
yang sedang dibicarakan.
   
  Selain itu, Allah juga memberikan penegasan bahwa informasi di dalam Al 
QurÃÂn adalah akurat. Tidak ada keraguan sedikitpun. Sebab, informasinya datang 
dari Allah, Tuhan yang mengetahui rahasia langit dan bumi. Yang Maha Berilmu.
   
  QS. An Nisaa' (4) : 82
  Maka apakah mereka tidak. memperhatikan Al Qur'an? Kalau kiranya Al QurÃÂn 
itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di 
dalamnya
   
  QS. Yunus (10) : 37
  Tidaklah mungkin Al QurÃÂn ini dibuaat oleh selain Allah; akan tetapi (Al 
QurÃÂn itu) membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum 
yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari 
Tuhan semesta alam.
   
  QS. Al Furqaan (25) : 6
  Katakanlah: Al QurÃÂn itu diturunkan oleh Yang Mengetahui rahasia di langit 
dan di bumi. Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
   
  Jadi, kita tidak boleh mempertentangkan ayat dengan ayat lainnya. Yang benar 
adalah melengkapi pemahaman terhadap suatu ayat dengan ayat lainnya. Hal hal 
yang terlihat kontradiktif, justru harus dipahami sebagai sebuah kepahaman 
tunggal yang holistik.
   
  Yang sering membingungkan kita dalam memahami eksistensi Allah, memang adalah 
penyatuan sifat-sifat kontradiktifnya. Ini telah kita bahas di bagian depan. 
Dzat Allah yang Tunggal sangatlah unik, karena meliputi segala hal yang 
kontradiktif. Termasuk tentang 'Waktu'.
   
  Dalam pembahasan kita kali ini, kebingungan kita adalah terkait urutan waktu. 
'Dulu' kita berasal dari Allah, 'kini' kita berada di dalam Allah, dan 'nanti' 
kembali kepada Allah. Semuanya, menyodorkan kesimpulan kepada kita bahwa sejak 
'dulu' ' 'sekarang' dan 'nanti', sebenarnya kita terus berada di dalam Allah. 
Tidak pernah keluar dan terpisah dariNya.
   
  Kepahaman yang selama ini terjadi adalah: kita berasal dari Allah, kemudian 
terpisah dariNya, dan nanti akan bergabung kembali kepadaNya. Sehingga, 
digambarkan bahwa kita sekarang ini tidak berada di dalam Allah. Berada di luar 
Allah.
   
  Pemahaman ini tidak menemukan pijakan dalam ayat-ayat Qur'an. Karena 
ayat-ayat Qur'an tidak ada yang mengatakan bahwa makhluk berada di luar Allah. 
Yang ada, makhluk diliputi oleh Allah. Kalau makhluk diliputi oleh DzatNya, 
maka tidak ada pilihan lain, kita semua mesti berada di dalamNya.
   
  Justru ketika kita berkesimpulan bahwa makhluk terpisah dari Allah, kita 
menyalahi salah satu sifat Allah, Yang Maha Besar. Berarti Allah tidak Maha 
Besar, karena ada makhluk yang berada di luar DiriNya. Tidak kelirukah 
pemahaman seperti itu?
   
  Lantas, bagaimana memahami kalimat: kita berasal dari Allah dan bakal kembali 
kepada Allah, tapi tanpa pernah terpisah sama sekali. 'Dulu', 'sekarang', dan 
'nanti' selalu berada di dalamNya?
   
  Hal ini harus kita pahami sebagai kualitas bukan kuantitas. Secara kuantitas, 
kita tidak pernah 

[daarut-tauhiid] Jauh, Dekat, Atau Tak Berjarak?

2006-09-21 Terurut Topik firliana putri
JAUH, DEKAT, ATAU TAK BERJARAK?
   
  Saya Ingin mendekatkan diri kepada Allah. Demikian kata kawan saya. Kawan 
yang lain lantas bertanya: lho, apakah memang Allah itu jauh, sehingga masih 
perlu mendekatkan diri kepadaNya?
   
  Kawan yang pertama, bingung juga menjawabnya. Kalau dijawab: Allah itu dekat, 
menjadi kontradiksi dengan statementnya sendiri, bahwa ia ingin mendekatkan 
diri kepada Allah. Tapi kalau dijawab: Allah itu jauh, salah juga karena Allah 
dengan jelas telah mengatakan bahwa Dia dekat kepada kita, lebih dekat daripada 
urat leher kita sendiri.
   
  Maka, saya bilang kepadanya: coba rasakan saja dalam kehidupan Anda. Apakah 
Allah itu jauh atau dekat.
   
  Dia berdiam sejenak. Lantas menjawab dengan sejujurnya, bahwa kadang ia 
'merasa' dekat dengan Allah, tapi di kali lain 'merasa' jauh. 'Ya, kadang Allah 
terasa dekat, kadang terasa jauh / tegasnya. Ia tertawa kecil, dalam 
ketidakpastian. Ia belum memperoleh jawaban yang tuntas atas pertanyaan 
kawannya...
   
  Maka, mungkin Anda pun ikut bertanya-tanya dalam hati. Kalau gitu, Allah itu 
jauh apa dekat ya? Kenapa kita juga merasakan kadang jauh kadang dekat dengan 
Nya. Ketika sedang merasa jauh, hati kita rasanya kosong dan gelisah. Tapi, 
sewaktu dekat, kita merasakan ketenangan, kententraman dan kedamaian yang sulit 
digambarkan.
   
  Ketika merasa jauh, persoalan silih berganti datang dalam kehidupan. Ketika 
dekat, semua persoalan seolah lenyap ditelan terang benderangnya cahaya 
kehidupan. Ketika merasa jauh, pikiran kita bete dan sumpek, tidak jernih dalam 
memandang berbagai persoalan. Tapi ketika merasa dekat, segalanya menjadi 
demikian gamblang dan mudah untuk membuat keputusan keputusan.
   
  Ketika jauh, kita merasa serba sulit dan jadi pemarah. Namun ketika merasa 
dekat, kita jadi sabar dan penuh keikhlasan. Kenapa ada perasaan dan kondisi 
demikian? Dan kenapa ini terkait dengan ÁÓasa dekat¡¦dan 'rasa jauh' terhadap 
Allah?
  Ini ada kaitannya dengan fungsi Jiwa dan Ruh, sebagaimana telah kita bahas 
dalam diskusi sebelumnya. Bahwa diri manusia terdiri dari 3 lapisan: yaitu 
badan wadag, Jiwa dan Ruh.
   
  Perasaan dekat dan jauh terhadap Allah itu dialami oleh Jiwa kita. Bukan oleh 
badan wadag atau Ruh. Sebab badan wadag adalah benda mati, yang tidak memiliki 
'rasa'. Ia hanya merupakan 'media' bagi jiwa untuk memperoleh berbagai rasa 
itu. Ketika badan wadag harus berdiri sendiri terpisah dari jiwa maka ia tidak 
bisa merasakan apa pun. Mati, koma, pingsan ataupun tidur.
   
  Sementara itu, Ruh adalah potensi Sifat-Sifat Ketuhanan yang ditularkan Allah 
kepada badan wadag. Karena kemasukan Ruh itulah maka badan wadag menjadi hidup 
dengan segala derivative Sifat-Sifat Allah. Dan, dengan kemasukan Ruh, badan 
wadag itu memiliki sisi batiniah yang bersifat energial yang disebut jiwa, yang 
bisa merasakan kedekatan atau kejauhannya dengan Allah Tuhannya.
   
  Jiwa adalah sosok yang ditulari Sifat-Sifat Allah lewat keberadaan Ruh di 
dalam wadag. Termasuk di dalamnya adalah ÁÔifat¡¦Berkehendak. Jiwa memiliki 
kehendak yang bebas, dalam pengaruh potensi Ruh. Dia bisa memilih 'keburukan' 
yang berorientasi hanya pada kebutuhan badaniah duniawiyah, atau 'kebaikan' 
yang berorientasi pada nilai-nilai luhur Ruhiyah ukhrawiyah. Seluruhnya 
dibebaskan sebagai pilihan jiwa.
   
  Jadi, jauh dekatnya seseorang dengan Tuhannya lebih bermakna batiniah. Bukan 
wadag, tapi jiwa. Bukan kuantitaif, melainkan kualitatif.
   
  Secara kuantitatif, manusia tidak bisa jauh dari Allah. Karena, Dia memang 
lebih dekat daripada urat leher. Dia meliputi kita. Karena itu, penggambaran 
dekat itu lebih disimbolkan secara fisikal: urat leher. Karena memang Allah 
hadir di dalam setiap sel-sel tubuh kita. Termasuk, sel-sel urat leher itu 
sendiri. Bahkan lebih halus lagi, karena Allah juga hadir di dalam 
molekul-molekul, atom-atom, dan partikel-partikel penyusunnya. Tidak ada 
penggambaran yang lebih dekat daripada itu.
  Tapi secara kualitatif, kedekatan dengan Allah itu bisa agak 'renggang' atau 
sebaliknya. Kedekatan itu lebih menggambarkan betapa kualitas kita sebagai 
manusia mengalami pasang surut. Itu adalah gambaran Jiwa: semakin bersih atau 
semakin kotor.
   
  Jiwa yang bersih bakal memancarkan Sifat-Sifat Ketuhanan dalam diri kita, 
menjadi semakin benderang. Sedangkan Jiwa yang kotor bakal meredupkan 
pancarannya. Kuncinya hanyalah membersihkan jiwa atau mengotorinya.
   
  Sebenarnya, dalam diri kita ada sifat-sifat Ketuhanan. Sifat-sifat itu akan 
memancar dengan kualitas yang semakin tinggi, ketika jiwa kita bersih. 
Sebaliknya akan meredup, kalau jiwa kita kotor.
   
  Orang-orang yang membersihkan jiwanya pasti akan memancarkan sifat-sifat 
penyayang, pemurah, adil, jujur, pemaaf, sabar, ikhlas, dan seterusnya, yang 
menggambarkan sifat-sifat Asmaa'ul husna.
   
  Semakin bersih jiwanya, semakin terpancarlah sifat-sifat itu dari dalam 
dirinya. Nah, orang yang demikian itu yang dikatakan 'dekat' kepada Allah. 

[daarut-tauhiid] Selalu BersamaNya

2006-09-21 Terurut Topik firliana putri
HATI YANG BERTAUT
   
  Langkah selanjutnya adalah 'mempertautkan hati'. Menyatukan ego yang 
terpisah. Karena kebersatuan bukanlah sekadar berkumpulnya dua ego yang berbeda 
dalam satu ÁÓumah¡¦ Melainkan meleburkannya.
   
  Bagaikan dua insan yang sedang dimabuk asmara, dan kemudian memutuskan untuk 
menikah membangun sebuah mahligai cinta. Di dalam mahligai itulah dua ego 
berada, untuk mempertautkan hati yang berbeda.
   
  Apa yang harus dilakukan? Apakah sang istri yang harus mengikuti ego suami 
ataukah sang suami yang harus mengikuti ego istri?
  Ketika suami mengharapkan sang istri mengikuti egonya sendiri, yang terjadi 
adalah 'penjajahan cinta'. Ia sebenarnya tidak mencintai istri, tetapi 
'menjajah' agar mau tunduk kepadanya. Ia tidak mengakui bahwa sang istri adalah 
ego yang berbeda.
   
  Begitu pula sebaliknya, ketika istri menghendaki sang suami memenuhi segala 
kemauan egonya, ia juga sedang memaksa ego suami ke dalam penguasaan egonya 
sendiri.
   
  Ini bukan mekanisme cinta dan kasih sayang. Melainkan mekanisme 'penjajahan'. 
Hasilnya, bukan kebahagiaan. Tapi pertengkaran, perkelahian, dan penderitaan. 
Masing-masing ingin menguasai yang lain.
   
  Cinta tidak menawarkan pertengkaran, perkelahian, perebutan kekuasaan, dan 
penderitaan. Cinta menawarkan ketentraman, kedamaian dan kebahagiaan. Cinta 
menawarkan jalan keseimbangan: tanpa kemenangan, tanpa kekalahan. Tanpa 
kesombongan, tanpa keserakahan. Cuma kebahagiaan.
   
  Bagaimana mungkin bisa demikian? Kuncinya, cuma satu: jangan menonjolkan 
'aku'. Jangan larut dalam ego masing-masing. Mesti mempertautkan hati. 
Meleburkan dua pribadi yang berbeda, menjadi satu. Hanya dalam cinta. Atas nama 
kasih sayang.
   
  Mencintai adalah memberi, bukan menuntut. Kasih sayang adalah 'mengasih' dan 
'menyayang'. Pemberian bakal melimpahkan kesenangan dan kebahagiaan. Tuntutan 
menghasilkan rasa tertekan dengan segala persoalannya.
   
  Kalau kedua ego selalu memberikan sesuatu atas nama cinta kepada pasangannya, 
maka yang ada cuma rasa senang dan bahagia. Tapi ketika masing-masing 
menonjolkan tuntutan, maka yang muncul adalah ketidakpuasan. Karena tidak ada 
orang yang bisa memuaskan ego kita.
   
  Hati bukan lagi bertaut, melainkan berhadap-hadapan untuk saling menghakimi, 
dengan tuduhan-tuduhan yang melukai.
   
  Pertautkanlah hati dengan cara 'menyerahkan hati' kita kepadanya. Maka, ia 
akan membalas dengan menyerahkan hatinya kepada kita. Itulah makna cinta yang 
sejati: berserah diri, untuk kebahagiaan orang yang dicintai.
   
  Maka yang berbahagia bukan hanya yang dicintai, melainkan justru orang yang 
mencintai. Ia yang lebih banyak merasakan kebahagiaan. Jika orang yang dicintai 
tidak membalasnya dengan rasa cinta, no problem, justru dia yang akan 
kehilangan kebahagiaan. Tidak akan merasakan kebahagiaan. Ia hanya akan 
berkutat dengan ketidakpuasan-ketidakpuasan egonya. Sekali lagi, kebahagiaan 
hanya milik orang-orang yang bisa mencintai.
   
  Bagaimanakah mempertautkan 'hati' dengan Allah? Apakah sama dengan 
mempertautkan hati dua insan yang sedang dimabuk cinta?
   
  Tentu saja tidak sama persis, tapi memiliki kemiripan. Pada intinya, 
mempertautkan hati seorang hamba dengan Tuhannya, adalah sebuah proses 
'berserah diri'. Bukan sederet tuntutan dalam do'a yang panjang untuk dicintai. 
Karena, sebenarnya Allah sudah selalu mencintai kita. Dan akan seterusnya 
mencintai kita.
   
  Tapi, kenapa kita seringkali tidak merasakannya? Karena, kita belum 
mencintaiNya. Ingatlah, bahwa rasa bahagia hanya muncul pada orang-orang yang 
sedang jatuh cinta. Yang mencintai. Bukan yang dicintai. Semakin menuntut, 
semakin tidak puas. Semakin berserah diri, semakin puas.
   
  Jadi, ketika kita mencintai Allah, tiba-tiba kita bisa merasakan betapa besar 
CintaNya kepada kita. Betapa banyaknya yang telah Dia berikan kepada kita. Dan 
kemudian kita merasakan nikmat yang luar biasa terhadap segala yang Dia berikan 
kepada kita itu.
   
  Hal demikian, tidak akan pernah bisa dirasakan oleh orang yang tidak 
mencintai. Apalagi yang selalu menuntut untuk dicintai. Karena, orang yang 
menuntut, selalu berpikir tentang apa yang akan datang. Bukan apa yang sedang 
dia terima. Dia tidak pernah bisa merasakan apa yang telah dia miliki.
   
  Tapi apa yang dia angan-angankan. Ya, dia hanya hidup dalam angan-angan 
egonya belaka.
   
  Di sinilah kuncinya, kenapa kita selalu merasakan ketidakpuasan. Bahkan, 
kadang merasa gagal, dan bahkan menderita karenanya. Sepertinya, hidup kita 
jauh dari rasa tentram dan damai. Jawabnya: karena tuntutan kita kepada Allah 
demikian besarnya. Karena kita tidak belajar menyerahkan hasil atas 
keputusan-keputusan dan keinginan kita kepadaNya saja. Kita serakah. Padahal 
semua itu hanyalah fatamorgana. Semu belaka.
   
  QS. Al Baqarah (2) : 96
  Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling serakah kepada 
kehidupan (di dunia), bahkan (lebih serakah) dari orang-orang musyrik. 
Masing-masing 

[daarut-tauhiid] Kenapa Mesti Allah?

2006-09-14 Terurut Topik firliana putri
BERTUHAN KEPADA SIAPA?
   
  Kepada siapakah manusia mesti bertuhan? Semuanya sangat bergantung pada 
kecerdasan akalnya. Apakah dia bisa menemukan Tuhan yang paling Perkasa atau 
tidak. Apakah dia bisa menemukan Tuhan yang Paling Baik ataukah tidak. Apakah 
dia bisa bertemu Tuhan yang Paling Besar di antara segala eksistensi alam 
semesta ataukah tidak.
   
  Banyak orang memilih Tuhan yang begitu sepele dan lemah. Misalnya, berupa 
kalung azimat. Atau, patung sesembahan. Atau, Dewi Keberuntungan. Atau, bahkan 
dirinya sendiri yang dijadikan Tuhan. Kita bisa berdiskusi panjang untuk 
menunjukkan betapa lemah dan sepelenya Tuhan-Tuhan yang mereka pilih itu. Dan 
sungguh tidak pantas menjadi Tuhan bagi orang-orang yang memiliki akal dan 
kecerdasan cukup baik. Apalagi kecerdasan tinggi.
   
  Seseorang yang memiliki kecerdasan cukup baik, pasti akan memilih Tuhan yang 
layak dijadikan tempat bergantung. Bukan Tuhan yang 'tidak layak', yang justru 
bergantung kepada kita. Tuhan yang 'memberikan manfaat' ketika disembah. Bukan 
Tuhan yang justru 'memanfaatkan' kita, atau kita yang memberikan manfaat kepada 
dia. Tuhan yang jauh lebih Perkasa dari kita, Bukan Tuhan yang kalah perkasa 
oleh kita. Tuhan yang mampu memberikan pertolongan ketika kita butuhkan, bukan 
Tuhan yang justru membutuhkan pertolongan kita.
   
  Sayangnya banyak manusia tidak melakukan pemikiran seperti itu di dalam 
mencari Tuhan yang pantas dia 'sembah' dan agung-agungkan. Entahlah, kenapa 
banyak manusia lebih suka bertuhan secara untung-untungan, ikut-ikutan, 
menduga-duga, dan bahkan asal-asalan.
   
  Jarang yang sengaja melakukan pencarian dengan melewati pemikiran panjang 
yang terstruktur dengan baik. Sehingga dia memperoleh kesimpulan meyakinkan, 
yang bisa dipertanggung jawabkan.
   
  Saya lebih suka melakukan pendekatan yang terakhir ini, dalam mencari Tuhan. 
Saya juga tidak mau sekadar ikut-ikutan dalam bertuhan. Sebab, semua akibatnya 
adalah saya sendiri yang menanggungnya. Bahagia maupun derita. Dunia maupun 
akhirat.
   
  Kepada siapakah kita sebaiknya bertuhan? Tentu pertanyaan ini sangat relevan 
untuk diajukan kepada siapa pun. Termasuk kepada saya dan Anda. Ya, cobalah 
Anda pikirkan jawabannya. Menurut Anda, kepada siapakah Anda ingin bertuhan?
   
  Kepada 'sesuatu' yang lemah ataukah yang kuat dan perkasa? Pasti Anda akan 
menjawabnya: ya, pastilah kepada yang kuat dan perkasa. Masa iya ,kita mau 
bertuhan kepada yang lemah?!
   
  Kepada siapakah Anda ingin bertuhan, kepada yang pintar ataukah yang bodoh? 
Pastilah juga Anda akan menjawab: tentu saja kepada yang pintar bahkan sangat 
pintar!! Tahu segala macam sehingga bisa menjadi tempat bertanya dan 
berkonsultasi!
   
  Kepada siapakah juga Anda ingin bertuhan, kepada yang besar ataukah yang 
kecil? Tentu pula Anda akan menjawab: saya kira kita semua ingin bertuhan 
kepada sesuatu yang besar Jauh lebih besar dari kita. Bahkan sangat besar, 
sehingga lebih besar dari apa pun yang pernah kita pahami!
   
  Kepada siapakah Anda ingin bertuhan, kepada yang suka ngasih rezeki atau yang 
malah moroti rezeki kita? Sudah juga bisa dipastikan, bahwa Anda akan bertuhan 
kepada yang suka ngasih rezeki.
   
  Dan seterusnya. Dan seterusnya. Anda bisa menginventarisasi spesifikasi Tuhan 
yang Anda inginkan, beratus-ratus spesifikasi lagi.
   
  Tapi intinya, pasti Anda ingin memiliki Tuhan yang bisa dibanggakan. Tuhan 
yang bisa dijadikan tempat bergantung ketika butuh pertolongan. Tuhan yang bisa 
ngajari ilmu pengetahuan dan kepahaman tentang segala sesuatu. Tuhan yang 
selalu menjaga kesehatan kita dan selalu mencukupi kebutuhan hidup kita. Ya, 
Tuhan yang menyayangi dan sekaligus 'menarik' untuk kita cintai dan kita 
sayangi.
   
  Pokoknya Tuhan yang banyak memberikan manfaat dan kebahagiaan kepada kita! 
Bukan Tuhan yang menyusahkan kita. Anda setuju??! Sudah pasti setuju. Karena, 
saya juga ingin bertuhan kepada Tuhan yang demikian itu.
   
  Bahkan saya juga ingin Tuhan itu begitu dekatnya dengan saya, sehingga dimana 
pun dan kapan pun saya memerlukan pertolonganNya, saya bisa langsung bertemu 
denganNya. Dan pasti, DIA mengabulkan permintaan-permintaan kita dengan penuh 
kasih sayang.
   
  Bukan Tuhan yang begitu jauh dan tak jelas 'keberadaannya sehingga sulit 
dihubungi. Apalagi, Tuhan yang cuek terhadap kita. Tentu tidak masuk dalam 
kriteria Tuhan yang kita inginkan. Dan, sulit untuk menjadi klangenan kita, 
alias menjadi yang selalu kita rindukan.
   
  Ya, ringkas kata, tuhan yang pantas dijadikan Tuhan adalah DIA yang penuh 
perhatian kepada kita, sebagai hambaNya. Tuhan yang tidak membutuhkan kita 
untuk membangun kepentinganNya, tapi justru DIA menjadi kebutuhan kita, dan 
selalu memenuhi kepentingan kita. Tuhan yang 'menguntungkan' untuk disembah dan 
dijadikan pusat dari segala orientasi kehidupan kita!
   
  Wah, adakah eksistensi yang bisa memenuhi spesifikasi yang berat itu? 
Benarkah ada 'Sosok Sempurna' yang demikian hebat? Itulah yang mesti 

[daarut-tauhiid] Makhluk Dan Sang Pencipta

2006-09-13 Terurut Topik firliana putri
MAKHLUK DAN SANG PENCIPTA
   
  Ketika kita berbicara tentang wihdatul wujud, atau Tauhidul wujud -  
manunggaling kawula Ian gusti - kita tidak bisa melepaskan diri dari keberadaan 
dua tokoh terkenal: Husain bin Mansyur al Hallaj dan Syech Siti Jenar. Mereka 
adalah tokoh-tokoh yang dikenal sebagai penganut faham bersatunya makhluk 
dengan Tuhannya. Al Hallaj hidup pada abad ke 10 di Bagdad, sedangkan Syech 
Siti Jenar abad ke 16 di Pulau Jawa.
   
  Sampai akhir hayatnya dihukum oleh 'penguasa' pada zaman itu kedua tokoh 
tersebut tetap Istiqamah berpendapat bahwa Allah dan makhluk adalah satu 
kesatuan yang tidak terpisahkan.
   
  Lepas dari berbagai penyimpangan pemahaman dan kontroversi yang terjadi baik 
oleh para muridnya maupun periwayat konsep 'Bersatunya Tuhan  Makhluk' ini 
sangat menarik untuk dikaji.
   
  Benarkah Al Qur'an mengajarkan tentang 'bersatunya Tuhan dengan makhluk 
'ataukah tidak. Sebagai konsep Tauhid, tidak bisa tidak, kita harus 
mendiskusikannya agar memperoleh kefahaman yang holistik alias menyeluruh. 
Kefahaman Tauhid yang baik akan memberikan dasar yang kuat bagi seluruh proses 
beragama kita.
   
  Saya mengenal untuk pertama kalinya tentang Tauhidul wujud dari ayah saya. 
Waktu itu, saya masih sekolah SD, entah usia berapa. Ayah bertanya kepada saya, 
saat kami masih di meja makan usai makan malam: tahu nggak kamu, Tuhan ada 
dimana?
   
  Ayah memang biasa mengajak diskusi anak-anaknya. Atau kadang sekadar 
bercerita agama. Tidak ada waktu khusus. Beliau bisa bercerita atau mengajak 
diskusi kapan saja beliau mau. Kebanyakan, beliau mengajarkan ilmu tauhid 
kepada kami.
   
  Namun, diskusi di meja makan itu, agaknya telah menjadi 'provokasi' yang 
sangat mengesankan dalam pemahaman saya terhadap agama, yang kemudian teringat 
sampai kini. Provokasi itu telah menjelma menjadi inspirasi tiada henti dalam 
kehidupan saya.Yang kemudian, mengalir di tulisan-tulisan saya: Terus 'mencari' 
Allah lewat pendekatan empirik.
   
  Waktu itu, saya menjawab pertanyaan ayah sekenanya sebagai anak kecil. Saya 
katakan, Tuhan ada di Surga! Ayah saya bukan membenarkan atau menyalahkan, tapi 
malah bertanya lagi. ‘Kalau Tuhan di Surga, apakah di luar Surga tidak ada 
Tuhan?
   
  Wah, sulit juga bagi anak kecil untuk menjawab pertanyaan itu! Secara spontan 
saya menjawab pertanyaan tersebut dengan mencari jawaban lain. Saya katakan, 
'kalau begitu, Tuhan pasti ada di langit' 
   
  Bayangan saya, langit begitu besarnya. Mungkin lebih besar dari surga. Dan 
saya sering melihat orang-orang berdoa menengadah ke langit. Pasti inilah 
jawaban yang benar, pikir saya.
   
  Tapi, lagi-lagi, ayah saya tidak membenarkan atau menyalahkan, melainkan 
menyodori pertanyaan berikutnya. Kalau Tuhan berada di langit, apakah DIA 
tidak berada di Bumi bersama kita? Jauh sekall Tuhan dari kita?
   
  Saya tidak mau menyerah begitu saja, meskipun saya menangkap nuansa bahwa 
jawaban saya tersebut dianggap ayah tidak tepat. Maka, saya lantas 'menebak' 
sekali lagi. Kalau gitu, Tuhan bersama kita semua sahut saya! Ayah saya 
tersenyum, tapi sambil bertanya terus: 'Kalau Tuhan bersama setiap manusia, 
apakah DIA itu banyak? Bukankah DIA cuma SATU? Sampai di sini, buntulah akal 
saya. Menyerah. “Jadi, Tuhan ada di mana?ESergah saya setengah putus asa.
   
  Ayah lantas mengambil gelas yang berisi air teh di meja makan. Bukan 
menjawab, tapi masih terus bertanya. Kamu lihat air teh yang berwarna 
kecoklatan ini. Dari mana warna tersebut? Tentu saja saya jawab: dari daun 
teh yang dicelupkan ke dalam air
  
  Beliau lantas bertanya lagi:apakah kamu bisa membedakan antara warna air 
dengan warna teh di dalam air teh ini? Saya menggelengkan kepala. Karena, 
tentu saja, saya tidak bisa membedakan warna air dengan warna tehnya. Keduanya 
telah menyatu dalam 'air teh' yang berwarna kecoklat-coklatan.
   
  Begitulah keberadaan Tuhan terhadap makhluk-Nya. Tuhan ibarat air putih, 
sedangkan makhluk ibarat daun teh yang dicelupkan. Keduanya kini menjadi satu. 
Warna teh sudah larut ke dalam air putih, menjadi air teh yang berwarna 
kecoklat-coklatan.
   
  Saya manggut-manggut. Meskipun, sebenarnya tidak cukup mengerti dengan 
perumpamaan tersebut. Saya hanya menangkap kesan, bahwa ayah saya sedang ingin 
mengajarkan: Tuhan itu bersatu dengan makhlukNya tanpa dapat dipisahkan, 
bagaikan warna air putih dengan warna teh, yang telah menyatu ke dalam segelas 
air teh...
   
  Ketidakpahaman saya itu terus memprovokasi pikiran saya sampai dewasa. Dan 
baru menemukan bentuknya setelah saya cukup dewasa dalam berpikir, 
bertahun-tahun kemudian. Apalagi setelah saya membaca beberapa diskusi tentang 
konsep wihdatul wujud dan Tauhidul wujud yang diturunkan dari Al Hallaj dan 
Siti Jenar. Ketiganya memiliki kemiripan dalam mempersepsi kebersatuan antara 
Tuhan dengan makhlukNya.
   
  Konsep ini memang tidak mudah untuk dipahami. bahkan boleh dikata cukup 
rumit. Karena itu, tidak semua orang bisa memahami dengan 

[daarut-tauhiid] Namaku Izrail

2006-09-06 Terurut Topik firliana putri
Namaku Izrail
   
  Wahai anakku! Jika ada sesuatu yang tak bisa kau pastikan bila dia datang, 
maka persiapkan dirimu untuk menghadapinya sebelum dia men-datangimu sedang 
engkau dalam keadaan lengah
  (Nasihat Luqman kepada anaknya)
   
  Tiba-tiba saja ia berdiri dihadapanku. Memperkenalkan diri entah dari mana. 
Terus terang, aku melongo ketika orang atau lebih tepatnya mahluk itu ada 
dihadapanku. Entah kenapa, aku tidak terlalu kaget. Hanya saja, memang muncul 
rasa heran dan takut. Tubuhku yang sedang berbaring setengah terangkat. Aku 
menatap bengong melihatnya berdiri di hadapanku. Meski rasa takut menyergapku, 
aku seakan-akan tidak merasa asing dengan sosok ini.
  
Kayanya pernah kenal, tapi dimana gitu. Dalam beberapa saat aku seperti pikun. 
Lupa. Tepatnya nggak tau apakah pernah bertemu dengannya atau tidak. Sepertinya 
aku mengalami dejavu, pikirku. 
Cukup lama ia memandangku dengan diam, setelah dia menyebutkan namanya begitu 
saja. Padahal aku nggak minta diperkenalkan. Boro-boro perkenalan, dia begitu 
saja mengada, makanya siapa diapun aku nggak ngeh. Izrail katanya. Siapa ya? 
Rasanya nama itu pernah kudengar dengan baik. Tapi aku lagi-lagi tidak mampu 
menggali memori dari otakku yang tiba-tiba menjadi beku. 

Ia nampaknya termasuk mahluk yang tak mau tau. Tepatnya super cuek. Apakah aku 
mau atau tidak, nampaknya ia memang tak peduli. Bilamana ia mau, ia akan 
memperkenalkan diri. Bila tidak, ya sudah lewat begitu saja. Tak peduli orang 
yang disapanya mau atau tidak. Apakah yang di datanginya jantungan atau tidak. 
Baginya itu nampaknya tidak menjadi soal benar.
  
Apalagi kemunculannya yang tiba-tiba begitu. Seperti menyergap dari ketiadaan, 
muncul begitu saja. Bagi yang penakut, mungkin kemunculannya bisa membuat 
semaput. Dia seperti hantu. Untungnya aku termasuk bukan manusia yang kagetan. 
Sehingga kemunculannya yang tiba-tiba itu tidak terlalu membuatku semaput. Tapi 
yang jelas memang otakku jadi beku. Seperti sekarang ini. Memandang dengan 
bodoh kesosok yang luar biasa ganteng ini.
  
Kupikir-pikir, memang aku belum pernah melihat wajah seperti dia ini. Wajahnya 
lebih mirip manekin yang dipajang ditoko-toko ketimbang manusia. Halus, 
berkulit bersih, bahkan seperti menimbulkan pendar sinar. Meskipun, kebersihan 
kulitnya agak sedikit tidak lazim dengan warna bersih yang memerah dadu seperti 
pipi bayi itu. Dia senyam-senyum dikulum, seperti seorang teman lama yang 
sedang menggoda. Wah, pikirku, ni orang kalau ikut kontes Indonesian Idol atau 
AFI barangkali langsung menang, yang lainnya langsung bertumbangan.
  
Sudah tau siapa aku?, lanjutnya memecahkan kebingunganku.
Eh..e yyyaa...siapa ya, dengan sedikit gemetaran dan tergagap-gagap aku 
menjadi grogi, tapi lagi-lagi aku masih belum ngeh siapa dia, padahal dia sudah 
menyebutkan namanya. Nama itu memang terdengar tidak asing. Cuma, aku lagi-lagi 
lupa dimana pernah mendengar nama itu.
  
Dia tersenyum simpul. Swear, senyumnya termasuk kategori senyum manis bagi 
makhluk berjenis kelamin laki-laki (terus terang saja gender ini perlu saya 
buat dengan font italyc karena saya sendiri bingung ini orang laki-laki atau 
perempuan).
  
Kemudian dengan perlahan ia berkata Aku diminta menjemputmu
Siapa?, tanyaku masih setengah bingung.
  Dia..., katanya pendek.
  Dia siapa ya?, tanyaku lagi, otakku masih beku, tak bisa menduga dan tak 
tahu dengan yang ia maksud.
  Kkkamu sendiri siapa?, tanyaku dengan sedikit gagap tetapi lebih mantap.
  
Keberanianku muncul begitu saja. Nampaknya, ia tidak kaget dengan reaksiku yang 
nampaknya masih belum begitu jelas. Aku sendiri masih mencoba mengingat-ingat. 
Tapi, rasanya memang sel-sel kelabu otakku jadi tumpul tak bisa berpikir. Entah 
kenapa, kemampuan berpikirku jadi mandeg. Daya ingatku seperti berputar-putar 
tak menentu, tak bisa mengatur alur logis yang benar. Melompat-lompat dan 
terputus-putus begitu saja seperti komputer yang perangkat lunaknya error 
karena kerusakan prosesornya. Kira-kira pernah kenal dimana dengan sosok aneh 
ini. Tanpa ba-bi-bu lagi nongol dan langsung memperkenalkan diri. Kucoba 
mengingat-ingat sekiranya aku pernah bertemu dengannya. Disuatu tempat, di 
suatu waktu.
  
Disela-sela kepikunannku, aku mencoba mengingat-ingat. Apakah teman sekolahku 
dulu pikirku. Ah, kelihatannya bukan. Tapi tetap tak bisa kuingat, siapakah 
pemilik sosok ganjil dihadapanku ini. Lagi pula kami masih sering kumpul-kumpul 
satu sama lain, meskipun sudah hampir 10 tahun angkatan kami habis alias pada 
lulus dari bangku kuliah. Ah, nampaknya bukan. Pelan-pelan kuhimpun daya 
ingatku, sedikit demi sedikit aku merasakan otakku melumer. 

Tak ada dari temanku yang penampilannya mirip dia ini. Meskipun dari lain 
jurusan, aku masih ingat satu persatu beberapa temanku semasa kuliah dulu. 
Frame demi frame aku mencoba memutar kembali wajah-wajah temanku. Si Bambang 
yang pernah dipenjara dulu karena aksi bakar ban di kampus. Atau si Nirwan yang 
jadi budayawan. Walaupun aku 

[daarut-tauhiid] Setiap Yang Berjiwa Pasti Mati

2006-08-23 Terurut Topik firliana putri
1. SETIAP YANG BERJIWA PASTI MATI
   
  Allah menegaskan dalam banyak ayatNya, bahwa yang berjiwa pasti akan 
mengalami kematian. Bukan hanya manusia, melainkan juga tumbuhan, dan binatang. 
Hal itu di antaranya dikemukakan Allah pada ayat-ayat berikut ini.
   
  QS. Al Anbiyaa (21) : 35
  Tiap-tiap yang berJiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan 
keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada 
Kamilah kamu dikembalikan.
   
  QS. Al Ankabuut (29) 57
  Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami 
kamu dikembalikan.
   
  Allah menciptakan kehidupan ini memang silih berganti antar satu kejadian 
dengan kejadian yang lain. Dulu mati kemudian dihidupkan. Yang sebelumnya hidup 
kemudian dimatikan.
   
  Dia juga mengeluarkan yang hidup dari yang mati, dan sebaliknya mengeluarkan 
yang mati dari yang hidup. Begitulah Allah menunjukkan KekuasaanNya. Dan, 
akhirnya, semua itu kembali kepadaNya belaka.
   
  QS. Ali Imran (3) : 27
  Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam 
malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang 
mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezki siapa yang Engkau kehendaki tanpa 
hisab (batas).
   
  QS  Adz Dzaariyat (51) : 49
  Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat 
akan kebesaran Allah.
   
  Pada kenyataannya, kita memang melihat di sekitar bahwa segala yang hidup 
mengalami kematiannya. Pada sisi yang berbeda, kita juga memperoleh pemahaman 
bahwa binatang dan tumbuhan ternyata juga memiliki Jiwa. Tapi, dalam skala yang 
lebih rendah.
   
  Dalam diskusi tentang otak secara struktural, diketahui bahwa otak manusia 
memiliki struktur otak binatang, khususnya jenis reptil. Inilah yang disebut 
sebagai otak tua : palaeoenchepalon. Bagian otak ini memiliki mekanisme kerja 
yang tidak melibatkan fungsi rasional. Ia lebih banyak melibatkan amygdala 
(otak emosional) dan tidak punya hippocampus (otak rasional). Ia juga cenderung 
bereaksi secara fisik untuk merespon kejadian di luar dirinya.
   
  Pada seorang laki-laki 'otak reptilianya' lebih berkembang dibandingkan 
dengan perempuan. Karena itu, seorang laki-laki cenderung menggunakan reaksi 
fisik (memukul, merusak dan semacamnya) ketika sedang mengamuk atau marah. 
Berbeda dengan perempuan yang justru menjadi rasional, dan menahan diri ketika 
sedang marah.
   
  Jadi, binatang juga memiliki Jiwa. Tapi dalam skala yang lebih rendah, karena 
tidak memiliki otak rasional yang disebut sebagai kulit otak alias cortex 
cerebri. Apalagi pada tumbuhan, ia tidak memiliki otak. Kualitas Jiwanya adalah 
paling rendah.
   
  Namun, semua itu bakal mengalami kematian, sebagaimana difirmankan oleh 
Allah. Tidak pandang bulu, apakah kualitas jiwanya tinggi atau rendah. Asalkan 
ia makhluk hidup, maka dia bakal mati.
   
  Bahkan, meskipun tidak ada informasi yang cukup transparan, ada yang 
berpendapat bahwa jin dan malaikat juga mengalami kematian. Hanya, umumya jauh 
lebih panjang dari manusia, karena faktor bahan dasar penyusun tubuhnya yang 
berkualitas lebih tinggi.
   
  Itu didasarkan pada pemikiran bahwa setiap yang hidup bakal mengalami 
kematian, kecuali Allah SWT. Jin dan malaikat adalah termasuk makhluk hidup. 
Karena itu juga bakal mengalami kematian.
   
  Sebagian jin khususnya iblis diberi tenggat waktu untuk tidak mati sampai 
hari 'kiamat pertama' (kiamat sughra) oleh Allah. Sedangkan malaikat, tidak 
mengalami kematiannya sampai 'kiamat yang kedua' (kiamat kubra).
   
  QS. Al A'raaf (7) : 14 - 15
  Iblis menjawab: Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan Allah 
berfirman: Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh.
   
  QS. Al Kahfi (18) : 50
  Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: Sujudlah kamu 
kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, 
maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan 
turunan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada Ku, sedang mereka adalah 
musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang 
yang zalim.
   
  Ayat di atas menginformasikan kepada kita bahwa khusus Iblis,  diberi waktu 
oleh Allah untuk menggoda manusia sampai Kiamat. Dan adalah Iblis itu dari 
golongan jin. Namun demikian, tidak semua Jin memiliki usia sepanjang itu. 
Selebihnya jin juga mengalami proses menua, sakit, dan mati.
   
  Secara umum, dari pengalaman orang-orang yang berinteraksi dengan dunia jin, 
mengatakan bahwa usia jin berkisar 10 kali lipat usia di dunia manusia. Jadi 
kalau manusia berumur 60 tahun, maka jin bisa berumur 600 tahun, dalam ukuran 
dunia manusia. Itu dimungkinkan, karena badan jin terbuat dari bahan gelombang 
panas, sebagaimana difirmankan Allah berikut ini.
   
  QS. Al A'raaf (7) : 12
  Allah berfirman: Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di 
waktu Aku menyuruhmu? Menjawab iblis: Saya lebih 

[daarut-tauhiid] Kekuatan Otak, Kekuatan Jiwa

2006-07-24 Terurut Topik firliana putri
KEKUATAN OTAK, KEKUATAN JIWA
   
  MEMANCARKAN KEKUATAN
   
  Jiwa adalah sumber kekuatan seseorang. Orang yang Jiwanya lemah, akan tampil 
sebagai sosok yang lemah. Sedangkan orang yang berjiwa kuat akan tampil sebagai 
sosok yang 'kuat' pula. Tentu saja, bukan sekadar dalam arti fisik. Melainkan 
'kekuatan' pribadinya dalam menghadapi gelombang kehidupan.
   
  Orang yang memiliki Jiwa kuat, bukan hanya berpengaruh pada keteguhan 
pribadinya, melainkan bisa digunakan untuk mempengaruhi orang lain, bahkan 
benda-benda di sekitarnya.
   
  Anda melihat betapa besarnya kekuatan yang ditebarkan oleh Bung Karno sebagai 
ahli pidato. Ia bisa mempengaruhi ribuan orang hanya dengan kata-katanya. 
Ribuan orang terpesona dan rela berpanas-panas, berdesak-desakan, atau berjuang 
dan berkorban, mengikuti apa yang dia pidatokan.
   
  Anda juga bisa merasakan, betapa hebatnya kekuatan yang digetarkan oleh 
Mozart dan Beethoven lewat karya-karya musiknya. Berpuluh tahun karya mereka 
dimainkan dan mempesona banyak musikus atau penikmat musik di seluruh dunia.
   
  Atau, lebih dahsyat lagi, adalah kekuatan yang terpancar dari Jiwa rasulullah 
saw. Keteladanan dan risalah yang beliau bawa telah mampu menggetarkan satu 
setengah miliar umat Islam di seluruh penjuru planet bumi ini untuk 
mengikutinya. Bahkan terus berkembang, selama hampir 1500 tahun terakhir.
   
  Bagaimana semua itu bisa terjadi? Dan darimana serta dengan cara apa kekuatan 
yang demikian dahsyat itu terpancar? Semua itu ada kaitannya dengan kekuatan 
Jiwa yang terpancar dari seseorang. Dengan mekanisme otak sebagai pintu keluar 
masuknya.
   
   
  1. PANCARAN GELOMBANG OTAK
   
  Mempelajari aktivitas otak, berarti juga mempelajari aktivitas Jiwa. Kenapa 
demikian? Karena seperti telah kita bahas di depan, Jiwa adalah program-program 
istimewa yang dimasukkan ke dalam sel-sel otak oleh Allah. Dan program-program 
itu lantas berkolaborasi membentuk suatu sistem di dalam organ otak. Karena 
itu, setiap apa yang dihasilkan otak adalah pancaran dari aktivitas Jiwa kita.
   
  Bagaimana memahaminya? Banyak cara. Di antaranya dengan memahami 
produk-produk otak sebagai organ pemikir. Kalau kita membaca karya seseorang, 
baik berupa karya tulis, musik, pidato, atau karya-karya seni dan ilmu 
pengetahuan lainnya, kita sedang memahami pancaran jiwa seseorang.
   
  Di dalam karya itu terkandung energi, yang tersimpan di dalam maknanya. Untuk 
bisa merasakan energi tersebut tentu kita harus menggunakan Jiwa untuk 
memahaminya.
   
  Jika kita sekadar menggunakan panca indera terhadap suatu karya, tapi hati 
atau Jiwa kita tidak ikut dalam proses pemahaman itu, tentu kita tidak bisa 
merasakan besarnya energi yang terpancar. Karya itu tidak lebih hanya sebagai 
seonggok benda mati. Tapi, begitu kita melibatkan hati dan Jiwa, tiba-tiba 
karya itu menjadi hidup dan bermakna.
   
  Yang demikian itu bisa terjadi pada pemahaman apa saja. Setiap kali kita 
ingin menangkap makna, maka kita harus melibatkan hati dan Jiwa. Hati adalah 
sensor penerima getaran universal di dalam diri seseorang. Ada yang menyebutnya 
sebagai indera ke enam.
   
  Kombinasi antara panca indera dan hati akan menyebabkan kita bisa melakukan 
pemahaman. Tapi semua sinyalnya tetap dikirim ke otak sebagai pusat pemahaman 
atas informasi panca indera dan hati tersebut. Di situlah Jiwa bekerja sebagai 
mekanisme kompleks dari seluruh rangkaian software yang ada di sel-sel otak. 
Itulah yang difirmankan Allah dalam berbagai ayatnya, bahwa pemahaman mesti 
melibatkan hati, sebagai sensornya.
   
  QS. A'raaf (7) : 179
   
   Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin 
dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami 
dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat, dan 
mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar. Mereka 
itu bagaikan binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah 
orang-orang yang lalai.
   
  QS. Ar Ruum (30) 59
  Demikianlah Allah mengunci mati hati orang-orang yang tidak (mau) memahami.
   
  QS. Al Hajj (22) : 46
  maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati 
yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu 
mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi 
yang buta, ialah hati yang di dalam dada.
   
  Jadi, otak memancarkan gelombang energi yang tersimpan di dalam maknanya. 
Makna itu sendiri sebenarnya bukanlah energi, meskipun ia mengandung energi. 
Makna juga bukan materi. Makna adalah makna alias ‘informasi’.
   
  Selama ini, kita memahami eksistensi alam semesta hanya tersusun dari 4 
variable, yaitu Ruang, Waktu, Materi dan Energi. Sebenarnya, 'Informasi' adalah 
variable ke 5 yang turut menyusun alam semesta. 
   
  Para pakar Fisika tidak memasukkan 'Informasi' sebagai salah satu variable 
penyusun alam, karena pengukuran 'Informasi' itu tidak 

[daarut-tauhiid] Misteri Tiada Akhir

2006-06-28 Terurut Topik firliana putri
MISTERI OTAK  JIWA
   
   
  Misteri Tiada Akhir
   
  Misteri tentang Jiwa dan Ruh adalah misteri sepanjang sejarah kemanusiaan. 
Berbagai sudut pandang telah dikembangakan untuk memahami jiwa dan Ruh. Namun 
tidak pernah memuaskan. jiwa dan Ruh selalu menyisakan sesuatu yang di luar 
kefahaman kita.
   
  Kini, kita mencoba membahas rahasia itu dari sudut pandang yang lebih 
holistik, mudah-mudahan bisa melengkapi wacana selama ini. Dan, kemudian 
menjadikan persepsi kita terhadap Ruh dan jiwa lebih baik. Meskipun, tentu 
saja, butuh penyempurnaan lebih lanjut.
   
  Dalam diskusi ini, kita mencoba membahas jiwa dan Ruh dalam tiga sudut 
pandang secara komprehensif, yaitu informasi Al-Qur’an, sains, dan filsafat. 
Saya ingin mengajak pembaca untuk lebih mencermati informasi dan 
analisa-analisa yang berasal dari sains tentang keberadaan Jiwa. Untuk itu, 
kita akan banyak berbicara tentang Otak yang memang dicurigai banyak berperan 
dalam berfungsinya Jiwa dan Ruh.
   
   
  1. STRUKTUR  FUNGSI OTAK
   
  Ada kecurigaan yang masih perlu dikaji lebih mendalam, bahwa jiwa berada di 
balik struktur otak manusia. Kenapa ada kecurigaan seperti itu? Karena dalam 
berbagai data klinis yang dicermati oleh para dokter jiwa maupun saraf, 
menunjukkan kaitan sangat erat antara kualitas Jiwa dengan kualitas otaknya.
   
  Jika otak seseorang mengalami gangguan secara medis, atau mengalami 
kerusakan, maka diperoleh kenyataan bahwa orang tersebut juga mengalami 
gangguan Jiwa seiring dengan bagian yang mengalami kerusakan.
   
  Sebagai contoh, saya punya seorang kawan yang mengalami gangguan pada sel 
otaknya. Karena kecelakaan sepeda motor, ia mengalami kerusakan sel 
penciumannya. Sejak saat itu, dia tidak pernah bisa membau aroma apa pun lewat 
hidungnya. Baginya aroma nasi soto tidak berbeda dengan aroma nasi rawon atau 
nasi timlo. Dia sempat mengeluhkan kepada saya, betapa tidak enaknya mengalami 
gangguan semacam itu.
   
  Secara sepintas, anda mungkin bertanya-tanya apa kaitannya dengan jiwa. 
Sebenarnya fungsi penciuman (kefahaman terhadap aroma) adalah sebagian dari 
fungsi Jiwa. Sebagaimana mata, telinga dan indera lainnya. Karena panca indera 
adalah alat untuk berkomunikasi dengan dunia di luar tubuh seseorang. Jika ia 
rusak, maka kualitas Jiwanya juga menjadi terganggu.
   
  Contoh yang lebih jelas terlihat dari kasus kedua yang dialami oleh seorang 
famili saya. Suatu ketika, famili saya ini terkena serangan stroke di suatu 
acara syukuran. Karena makan sate dan makanan berkolesterol tinggi lainnya, 
besok paginya ia terkena serangan 'penyakit stroke' yang berbahaya itu.
   
  Apa yang terjadi? Dia mengalami kerusakan pada bagian otak yang terkait 
dengan sel-sel memori bahasanya. Maka sejak saat itu, dia tidak ingat pada 
perbendaharaan kata-kata yang telah dipunyainya sejak kecil. Baik bahasa 
Indonesia, Jawa, Madura, Inggris, mau pun bahasa lain yang dia pernah bisa.
   
  Dia tahu, faham dan mengenal suatu benda, tapi tidak pernah bisa menyebut 
namanya. Ia selalu salah dalam menyebut nama benda apa saja. Bahkan juga tidak 
bisa menyebut nama saya. Padahal saya tahu pasti, dia masih mengenal saya. 
Bahkan, untuk menyebut nama istri dan anaknya pun dia lupa! Kalau pun dia 
berusaha berbicara, kata-kata yang dia ucapkan itu tidak bisa dimengerti sama 
sekali. Dia sangat menderita secara kejiwaan, karena apa yang dia maksudkan 
tidak bisa tersampaikan lewat bahasa.
   
  Saya kira, kini anda mulai bisa merasakan apa yang saya maksudkan. Bahwa 
kerusakan struktur otak ternyata memberikan gangguan pada kualitas Jiwa 
seseorang secara nyata. Dia tidak gila, tetapi mengalami gangguan kualitas 
Jiwa. Untuk mengatasi kesehatannya, famili saya itu ditangani oleh beberapa 
dokter, di antaranya adalah dokter saraf dan dokter Jiwa.
   
  Pada kasus kasus yang lebih berat, Schizophrenia alias gila, para dokter 
saraf ternyata juga menemukan kerusakan pada sel-sel otak si penderita. Ada 
bagian-bagian otak yang bertanggung jawab pada emosi, rasa malu, sadistis, 
perilaku tidak terkontrol, dan lain sebagainya mengalami kerusakan serius. Dan 
kemudian ditandai dengan dilepaskannya zat-zat kimiawi tertentu di dalam 
tubuhnya.
   
  Pengobatannya, ternyata bisa dilakukan secara fisik dengan memberikan 
obat-obat tertentu yang mengendalikan munculnya zat-zat pencetus 'kegilaan' 
tersebut. Dengan demikian, terbukti bahwa gangguan Jiwa sangat erat kaitannya 
dengan kerusakan struktur otak seseorang.
   
  Dulu, bidang kesehatan yang menangani penyakit Jiwa ditangani oleh seorang 
dokter penyakit Jiwa. Tapi kini, ditangani oleh dua bidang kesehatan yang 
berbeda yaitu dokter saraf dan dokter Jiwa (psikiater). Dokter saraf menangani 
gejala-gejala fisiknya, sedangkan psikiater lebih kepada fungsi Jiwa alias 
psikis yang bersifat abstrak. Dalam ilmu kedokteran disebut sebagai Struktural 
(fisik) dan Fungsional (psikis). 
   
  Agar kita memiliki gambaran yang lebih konkret tentang struktur otak dalam 
kaitannya dengan 

  1   2   >