Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
dari pengamatan visual dan monitoring visual..., semburan lumpur di porong mulai berkurang. material nya berkurang atau tekanannya berkurang atau dua-duanya mulai berkurang salam, gus hend.89 From: Nyoto ssoena...@gmail.com To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Sent: Sat, March 20, 2010 9:37:41 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Adalah terlalu meng-ada2 kalau Lusi ditriger oleh gempa Yogya. Sent from my iPhone 3GS Powered by Maxis On Mar 20, 2010, at 21:36, Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com wrote: Pak Bambang, Menurut saya ada keteledoran dalam menginterpretasi analogi saya. Analogi saya adalah untuk menyanggah 'tertutupnya' kemungkinan bahwa Kujung telah ditembus..tertutup karena berdasarkan hitung2an: exposure thickness, Well depth, Well radius, Radius of investigationtic value, Viscosity, Formation Volume Factor, Rock property, Permeability, Reservoir static pressure, Bottom hole flowing pressure. Saya tidak membahas stuck, well, fish ataupun flow behind casing. Analogi tersebut sebatas membuka kemungkinan bahwa Karbonat bisa saja sudah ditembus di TD well BJP-1. Untuk masalah 'bensin' ikut terbakar, jawabannya jelas iya Pak. Analoginya dalam kasus LUSI ini adalah, hasil erupsi pada tahap awal (atau mungkin sampai sekarang)..masih ada sedikit campuran dari fluid in place dari formasi Karbonat di TD well BJP-1. Mengenai saran bikin paper, itu bukan target dan tujuan saya mengeluarkan 'Uneg-Uneg LUSI'. Target saya simple sekali, yaitu hanya mempertanyakan apakah ada niatan dari IAGI sekarang untuk mereview ulang pendapat IAGI kemarin. Kalau IAGI merasa sudah ok dengan pendapat kemarin, yah tidak masalah. Ini bukan membawa keinginan/orientasi pribadi dengan paper dlsb, tetapi semua ahli geologi di Indonesia apakah sebagian besar sudah bisa menerima bahwa Lusi adalah murni bencana alam. Disitu saja poinnya. Kalau saya pribadi, sampai detik ini 100% yakin Lusi bukan bencana alam. Cheers, Natan On 3/17/10, Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com wrote: Maaf, kepencet,.. saya sambung lagi dibawah Pak Natan, Perbedaan pendapat adalah biasa, malah saya harus berterima kasih karena terus men-challenge pendapat saya dan teman2 drilling ex-Lapindo. Analogi yang pak Natan paparkan menarik. Dalam hal ini, apakah korek api dan bensinnya sebagai pemicu ikut terbakar? Kalam kasus BJP-1 saat semburan semakin besar, diperkirakan sumur ikut terbakar yaitu lubang menjadi sangat besar dan fish yang ditinggal akan jatuh, bahkan lokasi pemboran akan tenggelam seperti kasus2 blowout lainnya. Namun kenyataannya tidak begitu,.. bahkan korek dan bensin nya tidak ikut terbakar, fishnya pun tidak bergeming dan tidak jatuh, tidak ada flow behind casing dll. Kalau saya boleh saran, pak Natan kan sudah baca paper kami, nah sekarang tinggal buat paper sanggahan saja. Kalau perlu data2, termasuk masterlog yang pak Natan masalahkan, silahkan datang ke Lapindo, soal perizinan akan dibantu. Terima kasih atas peer review-nya pak. Salam, Bambang -Original Message- From: Santoso, Hendro [mailto:hend...@chevron.com] Sent: Wednesday, March 17, 2010 1:54 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Perumpamaan yg menarik. Seandainya disekitar korek gas tsb tidak terdapat faktor-faktor pendukung (tumpukan kertas, bbm, tata kota yg ndak beres, dll) untuk case satu kampung akhirnya terbakar, maka kebakaran satu kampung tsb tentunya tidak akan terjadi. Seperti halnya kick and loss, korek gas yg meledak adalah suatu resiko operasi tapi tidak semua kasus korek gas meledak menyebabkan kebarakan satu kampung atau kecelakaan/bencana fatal lain. Setuju untuk perlu dipahami trigger, sub-trigger dan faktor2x pendukung tetapi tidak berarti satu dengan lainnya dapat dipisahkan dalam melakukan root cause analysis. -HendroHS -Original Message- From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com] Sent: Tuesday, March 16, 2010 2:23 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak Bambang, Mohon maaf jika saya berpendapat beda dengan keterangan dan hitung2an bapak di bawah ini. Menurut saya, kemungkinan tidak ada yang salah dengan hitungan tersebut dan juga paper yang mengatakan bahwa volume Lusi 150x Kujung properties (page 15 Lusi controversy..). Mungkin logikanya saja yang menurut saya kurang tepat. Akar kunci dari perdebatan Lusi ada di faktor apa yang mentrigger? Jadi kata kuncinya adalah TRIGGER. Kita pasti sangat familiar dengan kasus di kehidupan sehari-hari dimana di Indonesia ini sangat rentan terhadap kebakaran. Ada suatu deretan perumahan yang terkadang habis terbakar api dalam waktu lebih dari 6jam. Yang terbakar pun tidak tanggung2, kadang deretan rumah, kadang juga 1 pasar. Setelah polisi melakukan olah TKP, disimpulkan bahwa kebakaran tersebut ternyata
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
2010/3/22 Hendratno Agus agushendra...@yahoo.com: dari pengamatan visual dan monitoring visual..., semburan lumpur di porong mulai berkurang. material nya berkurang atau tekanannya berkurang atau dua-duanya mulai berkurang salam, gus hend.89 Mas Gus Hend, smoga bukan karena anda terbiasa jadinya serasa berkurang. Btw, kalau belajar dari pengalaman masa lalu, pengurangan debit atau bahkan terhenti sering diikuti dengan amblesan. Saya pernah menguraikan tentang pengamatan berkurangnya volume semburan ini disini : http://rovicky.wordpress.com/2007/08/18/semburan-lumpur-berkurang-drastis-be-alert/ Nah mari kita amati selanjutnya, sebagai pembelajaran bersama RDP PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... Ayo siapkan diri! Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Butterfly effect : kepak sayap kupu-kupu di Brazil telah menyebabkan badai di Texas (Edward Lorenz, Chaos Theory, 1961) Whadduh ... jangan-jangan pengeboran itu yang menyebabkan gempa jogja ? RDP PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... Ayo siapkan diri! Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
kalau tidak ada gempa Yogya, hanya ada sumur BJP-1,Lusi akan tetap meletus seperti sekarang ? Kedua pertanyaan ini adalah pertanyaan “kalau” , yang menurut hemat saya tidak cukup ilmiah dalam konteks ini untuk ditanyakan maupun dijawab sebab kita tidak berkalau-kalau, melainkan sedang berusaha tiga kejadian yang terjadi secara bersamaan : gempa Yogya, pengeboran BJP-1 dan erupsi Lusi. 12. Mori dan Kano (2009) membedakan antara cause dan trigger Lusi, ini tepat sebab cause Lusi sudah tertanam sejak lama di subsurface-nya (elisional critical venting system), sementara trigger –nya hanyalah perturbation on cause tersebut. Dan, semua data baik data pengeboran sumur BJP-1 yang dianalisis dan diargumentasi Pak Bambang Istadi, Pak Sawolo dkk. maupun data regional sekeliling Lusi seperti yang telah saya sebutkan di atas tidak menunjukkan suatu UGBO di sumur BJP-1 yang dapat memicu Lusi mud volcano eruption. Paper Mori dan Kano (2009) yang saya tambahi dengan analisis-analisis saya di atas makin meyakinkan saya bahwa reaktivasi Sesar Watukosek yang dipicu gempa Yogya adalah trigger utama Lusi eruption. Trigger utama ? Berarti, ada trigger lainnya ? Itu mungkin saja, saya tak pernah menutup kemungkinan trigger lain, tetapi kalau pun ada, tak akan merupakan trigger yang penting. 13. Saya tak pernah menyebutkan bahwa gempa Yogya adalah penyebab Lusi, beberapa teman telah salah duga tentang hal ini; penyebab Lusi adalah sistemnya yang merupakan elisional critical venting system, sementara reaktivasi Sesar Watukosek yang dipicu gempa Yogya adalah trigger utama yang membuat naturally prepared system tersebut bererupsi karena telah terjadi dynamic fluid stress change yang signifikan atasnya. 14. UGBO yang diduga terjadi di BJP-1 lalu menimbulkan Lusi mud volcano eruption seperti dianut oleh beberapa penulis (Davies et al., 2006, Davies et al., 2008; Tingay et al., 2008) dan beberapa teman di milis ini sangat patut dipertanyakan baik dari (1) segi keabsahan analisis drilling (seperti diargumentasi oleh Sawolo et al, 2009, 2010; Nawangsidi, 2007 dan beberapa teman yang aktif di milis ini -lihat argumentasi2 Pak Bambang Istadi) dan (2) data geologi regional sekeliling Lusi (lihat butir-butir diskusi saya di atas). Analisis drilling dan data geologi regional tidak menunjukkan UGBO (bila ada) signifikan memicu erupsi Lusi. Bila UGBO di BJP-1 tidak ada, maka tak perlu lagi melibatkan BJP-1 sebagai pemicu Lusi. . 15. Secara umum, diketahui bahwa kejadian mud volcanoes berhubungan dengan sesar-sesar di active tectonic setting (Brown, 1980; Kopf, 2002, 2008; Bonini, 2007). Lusi memenuhi kondisi ini, ia terletak di Sesar Watukosek di wilayah tektonik yang aktif (beberapa jalur antiklin di wilayah Sidoarjo bahkan bergerak dalam satu malam sampai ke permukaan yang menyebabkan sebuah aliran sungai berubah alurnya –lihat bencana Banyu Pindah di Serat Pararaton yang terjadi pada zaman Airlangga memerintah Kahuripan –Satyana dan Asnidar, 2008). 16. Natural process fracture propagation dan fluidisasi dapat diakselerasi oleh aktivitas seismic. Goncangan gempa dapat membentuk fracture yang akan menjadi free pathways untuk deeper fluids naik ke permukaan. Banyak sekali publikasi yang mendokumentasikan bahwa aktivitas seismic menggiatkan atau memicu aktivitas geyser, methane emission, magmatic volcanoes dan mud volcanoes (Chigira dan Tanaka, 1997; Guliev dan Feizullayev, 1997; Linde dan Sacks, 1998; Delisle et al, 2002; Hieke, 2004; Nakamukae et al, 2004; Manga dan Brodsky, 2006; Ellouz-Zimmermann et al, 2007; Lemarchand dan Grasso, 2007; Mau et al, 2007; Mellors et al, 2007; Walter dan Amelung, 2007; Judd dan Hovland, 2007; Mazzini et al., 2008; Eggert dan Walter, 2009; Manga, 2009; Mazzini et al, 2009). Demikian, semoga membantu memberikan penjelasan. Salam, Awang --- Pada Ming, 14/3/10, MINARWAN minarw...@gmail.com menulis: Dari: MINARWAN minarw...@gmail.com Judul: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Kepada: iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Minggu, 14 Maret, 2010, 11:11 PM Saat sedang memikirkan rel kereta api yang bengkok (salah satu bukti reaktivasi Sesar Watukosek), secara iseng-iseng, saya mencari berita mengenai kejadian ini dan mendapatkan tautan berikut: http://www.suaramerdeka.com/harian/0609/28/nas01.htm Foto yang terpampang di situs di atas menurut hemat saya adalah foto yang hampir sama dengan foto yang dipasang di Mazzini et al (2007) - EPSL 261, 375-388. Saya lihat tanggalnya, tanggal 27. Gempa Jogja yang konon telah mereaktivasi sesar Watukosek juga terjadi pada tanggal yang sama. Tapi lho, beritanya itu dimuat pada bulan September, sedangkan gempanya kan bulan Mei? Jadi, ada selang waktu 4 bulan, di mana tidak ada yang sadar bahwa rel kereta itu telah bengkok, tidak ada laporan gangguan dan
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Sekedar penambah wawasan buat yang masih tertarik tentang LUSI.. Salam, Natan On 3/20/10, Susila Lusiaga lusia...@gmail.com wrote: Pak Natan, Kebetulan saya di cc pak Harry. Sedikit ingin melepas unek2 ini. Saya sependapat dengan ahli2 yang menyatakan bahwa *TRIGGER bencana LUSI adalah UGBO sumur BJP-1*, Ini domain drilling engineering. Banyak makalah/tulisan/paper dan forum/seminar yang diikuti oleh peserta yang mempercayai tidak terjadi UGBO di sumur BJP-1 dan menggunakan segala teori canggih2 dan ahli dari dalam maupun luar negri utk menyokong pendapat tersebut. Tetapi ada satu pertanyaan yang sangat mendasar dan simple yang tidak pernah bisa dijelaskan dengan rasional, kelihatannya ahli2 yang sangat canggih tersebut tidak mau tahu soal yang satu ini. Semua yg menolak terjadinya UGBO telah menghitung pressure at bit saat kick di 4241 ft memakai Shut In Casing Pressure (SICP). Kondisi sumur seperti BJP-1 saat itu jelas tidak akan memberikan nilai pressure at bit yang benar!!! Mengapa Shut In Drill Pipe Pressure (SIDP) yang akurat/pasti malah tidak dipakai dan dinyatakan tidak akurat? Alasannya karena ada Float Valve, apakah tidak terbalik? justru float valve meberikan kepastian kolom lumpur dalam DP itu 14.7 ppg sehingga pressure at bit dari hitungan SIDP akurat adanya? Inti dari penjelasan saat saya ikut pak Rudi ke Cape Town dan ditunjuk mewakili beliau utk menjelaskan di pertemuan tersebut adalah bahwa SIDP akan memberikan bacaan tekanan di bit yang lebih akurat dan harus jadi dasar hitungan drilling engineer. Hasil hitungan dengan SIDP, dengan nilai LOT dari siapapun, memberikan 1 kesimpulan:* Terjadi UGBO di BJP-1.* salam, susila --Original Message-- From: Nataniel Mangiwa To: iagi-net@iagi.or.id Cc: Geo Unpad Cc: Eksplorasi BPMIGAS Cc: Forum HAGI Cc: Harry Eddyarso Cc: m...@bdg.centrin.net.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Sent: Mar 16, 2010 3:35 PM Bang Natan yg baik, buat kami DEC team, masalah lumpur Lapindo ini udah closed semenjak Konperensi AAPG di Cape Town South Africa. Bisa dibilang semua hadirin sepakat bhw lumpur Lapindo adalah human error yg berujung bencana blow out. Data2 baru (misalnya electric logs) bila dikeluarkan oleh pihak Lapindo hanya akan memperkuat argumentasi kami bahwa Lumpur Lapindo BUKAN bencana alam. Itu aja komentar singkat dari saya. Jabat erat, Harry Eddyarso (DEC)
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Pak Bambang, Menurut saya ada keteledoran dalam menginterpretasi analogi saya. Analogi saya adalah untuk menyanggah 'tertutupnya' kemungkinan bahwa Kujung telah ditembus..tertutup karena berdasarkan hitung2an: exposure thickness, Well depth, Well radius, Radius of investigationtic value, Viscosity, Formation Volume Factor, Rock property, Permeability, Reservoir static pressure, Bottom hole flowing pressure. Saya tidak membahas stuck, well, fish ataupun flow behind casing. Analogi tersebut sebatas membuka kemungkinan bahwa Karbonat bisa saja sudah ditembus di TD well BJP-1. Untuk masalah 'bensin' ikut terbakar, jawabannya jelas iya Pak. Analoginya dalam kasus LUSI ini adalah, hasil erupsi pada tahap awal (atau mungkin sampai sekarang)..masih ada sedikit campuran dari fluid in place dari formasi Karbonat di TD well BJP-1. Mengenai saran bikin paper, itu bukan target dan tujuan saya mengeluarkan 'Uneg-Uneg LUSI'. Target saya simple sekali, yaitu hanya mempertanyakan apakah ada niatan dari IAGI sekarang untuk mereview ulang pendapat IAGI kemarin. Kalau IAGI merasa sudah ok dengan pendapat kemarin, yah tidak masalah. Ini bukan membawa keinginan/orientasi pribadi dengan paper dlsb, tetapi semua ahli geologi di Indonesia apakah sebagian besar sudah bisa menerima bahwa Lusi adalah murni bencana alam. Disitu saja poinnya. Kalau saya pribadi, sampai detik ini 100% yakin Lusi bukan bencana alam. Cheers, Natan On 3/17/10, Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com wrote: Maaf, kepencet,.. saya sambung lagi dibawah Pak Natan, Perbedaan pendapat adalah biasa, malah saya harus berterima kasih karena terus men-challenge pendapat saya dan teman2 drilling ex-Lapindo. Analogi yang pak Natan paparkan menarik. Dalam hal ini, apakah korek api dan bensinnya sebagai pemicu ikut terbakar? Kalam kasus BJP-1 saat semburan semakin besar, diperkirakan sumur ikut terbakar yaitu lubang menjadi sangat besar dan fish yang ditinggal akan jatuh, bahkan lokasi pemboran akan tenggelam seperti kasus2 blowout lainnya. Namun kenyataannya tidak begitu,.. bahkan korek dan bensin nya tidak ikut terbakar, fishnya pun tidak bergeming dan tidak jatuh, tidak ada flow behind casing dll. Kalau saya boleh saran, pak Natan kan sudah baca paper kami, nah sekarang tinggal buat paper sanggahan saja. Kalau perlu data2, termasuk masterlog yang pak Natan masalahkan, silahkan datang ke Lapindo, soal perizinan akan dibantu. Terima kasih atas peer review-nya pak. Salam, Bambang -Original Message- From: Santoso, Hendro [mailto:hend...@chevron.com] Sent: Wednesday, March 17, 2010 1:54 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Perumpamaan yg menarik. Seandainya disekitar korek gas tsb tidak terdapat faktor-faktor pendukung (tumpukan kertas, bbm, tata kota yg ndak beres, dll) untuk case satu kampung akhirnya terbakar, maka kebakaran satu kampung tsb tentunya tidak akan terjadi. Seperti halnya kick and loss, korek gas yg meledak adalah suatu resiko operasi tapi tidak semua kasus korek gas meledak menyebabkan kebarakan satu kampung atau kecelakaan/bencana fatal lain. Setuju untuk perlu dipahami trigger, sub-trigger dan faktor2x pendukung tetapi tidak berarti satu dengan lainnya dapat dipisahkan dalam melakukan root cause analysis. -HendroHS -Original Message- From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com] Sent: Tuesday, March 16, 2010 2:23 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak Bambang, Mohon maaf jika saya berpendapat beda dengan keterangan dan hitung2an bapak di bawah ini. Menurut saya, kemungkinan tidak ada yang salah dengan hitungan tersebut dan juga paper yang mengatakan bahwa volume Lusi 150x Kujung properties (page 15 Lusi controversy..). Mungkin logikanya saja yang menurut saya kurang tepat. Akar kunci dari perdebatan Lusi ada di faktor apa yang mentrigger? Jadi kata kuncinya adalah TRIGGER. Kita pasti sangat familiar dengan kasus di kehidupan sehari-hari dimana di Indonesia ini sangat rentan terhadap kebakaran. Ada suatu deretan perumahan yang terkadang habis terbakar api dalam waktu lebih dari 6jam. Yang terbakar pun tidak tanggung2, kadang deretan rumah, kadang juga 1 pasar. Setelah polisi melakukan olah TKP, disimpulkan bahwa kebakaran tersebut ternyata 'hanya' dipicu (di TRIGGER) oleh meledaknya 1 buah korek gas saja (bahasa Sunda disebut bensin). 'Bensin' meledak lalu menimbulkan sedikit percikan api, lalu disekitarnya banyak tumpukan kertas dan juga BBM. Ditambah beberapa rumah sangat banyak menggunakan material dari kayu. Tidak ada yang aneh dan semua bisa dijelaskan/diterima oleh logika semua orang. Kalau dipikir, berapa volume bahan bakar yang di 'bensin' tersebut, kenapa mampu membakar beberapa rumah dan dalam waktu yang sangat lama (jika dibandingkan dengan volume bahan bakarnya). Logika inilah yang menurut saya berlaku di kasus Lusi ini, jadi 14ft tersebut
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Sama persis dg pendapat saya pak Natan, saya tetap berpendapat bahwa Lusi ditriger oleh pemboran sumur BJP-1, yg kemudian berkembang menjadi bencana alam. Wass, nyoto Sent from my iPhone 3GS Powered by Maxis On Mar 20, 2010, at 21:36, Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com wrote: Pak Bambang, Menurut saya ada keteledoran dalam menginterpretasi analogi saya. Analogi saya adalah untuk menyanggah 'tertutupnya' kemungkinan bahwa Kujung telah ditembus..tertutup karena berdasarkan hitung2an: exposure thickness, Well depth, Well radius, Radius of investigationtic value, Viscosity, Formation Volume Factor, Rock property, Permeability, Reservoir static pressure, Bottom hole flowing pressure. Saya tidak membahas stuck, well, fish ataupun flow behind casing. Analogi tersebut sebatas membuka kemungkinan bahwa Karbonat bisa saja sudah ditembus di TD well BJP-1. Untuk masalah 'bensin' ikut terbakar, jawabannya jelas iya Pak. Analoginya dalam kasus LUSI ini adalah, hasil erupsi pada tahap awal (atau mungkin sampai sekarang)..masih ada sedikit campuran dari fluid in place dari formasi Karbonat di TD well BJP-1. Mengenai saran bikin paper, itu bukan target dan tujuan saya mengeluarkan 'Uneg-Uneg LUSI'. Target saya simple sekali, yaitu hanya mempertanyakan apakah ada niatan dari IAGI sekarang untuk mereview ulang pendapat IAGI kemarin. Kalau IAGI merasa sudah ok dengan pendapat kemarin, yah tidak masalah. Ini bukan membawa keinginan/orientasi pribadi dengan paper dlsb, tetapi semua ahli geologi di Indonesia apakah sebagian besar sudah bisa menerima bahwa Lusi adalah murni bencana alam. Disitu saja poinnya. Kalau saya pribadi, sampai detik ini 100% yakin Lusi bukan bencana alam. Cheers, Natan On 3/17/10, Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com wrote: Maaf, kepencet,.. saya sambung lagi dibawah Pak Natan, Perbedaan pendapat adalah biasa, malah saya harus berterima kasih karena terus men-challenge pendapat saya dan teman2 drilling ex-Lapindo. Analogi yang pak Natan paparkan menarik. Dalam hal ini, apakah korek api dan bensinnya sebagai pemicu ikut terbakar? Kalam kasus BJP-1 saat semburan semakin besar, diperkirakan sumur ikut terbakar yaitu lubang menjadi sangat besar dan fish yang ditinggal akan jatuh, bahkan lokasi pemboran akan tenggelam seperti kasus2 blowout lainnya. Namun kenyataannya tidak begitu,.. bahkan korek dan bensin nya tidak ikut terbakar, fishnya pun tidak bergeming dan tidak jatuh, tidak ada flow behind casing dll. Kalau saya boleh saran, pak Natan kan sudah baca paper kami, nah sekarang tinggal buat paper sanggahan saja. Kalau perlu data2, termasuk masterlog yang pak Natan masalahkan, silahkan datang ke Lapindo, soal perizinan akan dibantu. Terima kasih atas peer review-nya pak. Salam, Bambang -Original Message- From: Santoso, Hendro [mailto:hend...@chevron.com] Sent: Wednesday, March 17, 2010 1:54 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Perumpamaan yg menarik. Seandainya disekitar korek gas tsb tidak terdapat faktor-faktor pendukung (tumpukan kertas, bbm, tata kota yg ndak beres, dll) untuk case satu kampung akhirnya terbakar, maka kebakaran satu kampung tsb tentunya tidak akan terjadi. Seperti halnya kick and loss, korek gas yg meledak adalah suatu resiko operasi tapi tidak semua kasus korek gas meledak menyebabkan kebarakan satu kampung atau kecelakaan/bencana fatal lain. Setuju untuk perlu dipahami trigger, sub-trigger dan faktor2x pendukung tetapi tidak berarti satu dengan lainnya dapat dipisahkan dalam melakukan root cause analysis. -HendroHS -Original Message- From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com] Sent: Tuesday, March 16, 2010 2:23 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak Bambang, Mohon maaf jika saya berpendapat beda dengan keterangan dan hitung2an bapak di bawah ini. Menurut saya, kemungkinan tidak ada yang salah dengan hitungan tersebut dan juga paper yang mengatakan bahwa volume Lusi 150x Kujung properties (page 15 Lusi controversy..). Mungkin logikanya saja yang menurut saya kurang tepat. Akar kunci dari perdebatan Lusi ada di faktor apa yang mentrigger? Jadi kata kuncinya adalah TRIGGER. Kita pasti sangat familiar dengan kasus di kehidupan sehari-hari dimana di Indonesia ini sangat rentan terhadap kebakaran. Ada suatu deretan perumahan yang terkadang habis terbakar api dalam waktu lebih dari 6jam. Yang terbakar pun tidak tanggung2, kadang deretan rumah, kadang juga 1 pasar. Setelah polisi melakukan olah TKP, disimpulkan bahwa kebakaran tersebut ternyata 'hanya' dipicu (di TRIGGER) oleh meledaknya 1 buah korek gas saja (bahasa Sunda disebut bensin). 'Bensin' meledak lalu menimbulkan sedikit percikan api, lalu disekitarnya banyak tumpukan kertas dan juga BBM. Ditambah beberapa rumah sangat banyak menggunakan material dari kayu. Tidak ada yang aneh dan semua bisa dijelaskan
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Adalah terlalu meng-ada2 kalau Lusi ditriger oleh gempa Yogya. Sent from my iPhone 3GS Powered by Maxis On Mar 20, 2010, at 21:36, Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com wrote: Pak Bambang, Menurut saya ada keteledoran dalam menginterpretasi analogi saya. Analogi saya adalah untuk menyanggah 'tertutupnya' kemungkinan bahwa Kujung telah ditembus..tertutup karena berdasarkan hitung2an: exposure thickness, Well depth, Well radius, Radius of investigationtic value, Viscosity, Formation Volume Factor, Rock property, Permeability, Reservoir static pressure, Bottom hole flowing pressure. Saya tidak membahas stuck, well, fish ataupun flow behind casing. Analogi tersebut sebatas membuka kemungkinan bahwa Karbonat bisa saja sudah ditembus di TD well BJP-1. Untuk masalah 'bensin' ikut terbakar, jawabannya jelas iya Pak. Analoginya dalam kasus LUSI ini adalah, hasil erupsi pada tahap awal (atau mungkin sampai sekarang)..masih ada sedikit campuran dari fluid in place dari formasi Karbonat di TD well BJP-1. Mengenai saran bikin paper, itu bukan target dan tujuan saya mengeluarkan 'Uneg-Uneg LUSI'. Target saya simple sekali, yaitu hanya mempertanyakan apakah ada niatan dari IAGI sekarang untuk mereview ulang pendapat IAGI kemarin. Kalau IAGI merasa sudah ok dengan pendapat kemarin, yah tidak masalah. Ini bukan membawa keinginan/orientasi pribadi dengan paper dlsb, tetapi semua ahli geologi di Indonesia apakah sebagian besar sudah bisa menerima bahwa Lusi adalah murni bencana alam. Disitu saja poinnya. Kalau saya pribadi, sampai detik ini 100% yakin Lusi bukan bencana alam. Cheers, Natan On 3/17/10, Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com wrote: Maaf, kepencet,.. saya sambung lagi dibawah Pak Natan, Perbedaan pendapat adalah biasa, malah saya harus berterima kasih karena terus men-challenge pendapat saya dan teman2 drilling ex-Lapindo. Analogi yang pak Natan paparkan menarik. Dalam hal ini, apakah korek api dan bensinnya sebagai pemicu ikut terbakar? Kalam kasus BJP-1 saat semburan semakin besar, diperkirakan sumur ikut terbakar yaitu lubang menjadi sangat besar dan fish yang ditinggal akan jatuh, bahkan lokasi pemboran akan tenggelam seperti kasus2 blowout lainnya. Namun kenyataannya tidak begitu,.. bahkan korek dan bensin nya tidak ikut terbakar, fishnya pun tidak bergeming dan tidak jatuh, tidak ada flow behind casing dll. Kalau saya boleh saran, pak Natan kan sudah baca paper kami, nah sekarang tinggal buat paper sanggahan saja. Kalau perlu data2, termasuk masterlog yang pak Natan masalahkan, silahkan datang ke Lapindo, soal perizinan akan dibantu. Terima kasih atas peer review-nya pak. Salam, Bambang -Original Message- From: Santoso, Hendro [mailto:hend...@chevron.com] Sent: Wednesday, March 17, 2010 1:54 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Perumpamaan yg menarik. Seandainya disekitar korek gas tsb tidak terdapat faktor-faktor pendukung (tumpukan kertas, bbm, tata kota yg ndak beres, dll) untuk case satu kampung akhirnya terbakar, maka kebakaran satu kampung tsb tentunya tidak akan terjadi. Seperti halnya kick and loss, korek gas yg meledak adalah suatu resiko operasi tapi tidak semua kasus korek gas meledak menyebabkan kebarakan satu kampung atau kecelakaan/bencana fatal lain. Setuju untuk perlu dipahami trigger, sub-trigger dan faktor2x pendukung tetapi tidak berarti satu dengan lainnya dapat dipisahkan dalam melakukan root cause analysis. -HendroHS -Original Message- From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com] Sent: Tuesday, March 16, 2010 2:23 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak Bambang, Mohon maaf jika saya berpendapat beda dengan keterangan dan hitung2an bapak di bawah ini. Menurut saya, kemungkinan tidak ada yang salah dengan hitungan tersebut dan juga paper yang mengatakan bahwa volume Lusi 150x Kujung properties (page 15 Lusi controversy..). Mungkin logikanya saja yang menurut saya kurang tepat. Akar kunci dari perdebatan Lusi ada di faktor apa yang mentrigger? Jadi kata kuncinya adalah TRIGGER. Kita pasti sangat familiar dengan kasus di kehidupan sehari-hari dimana di Indonesia ini sangat rentan terhadap kebakaran. Ada suatu deretan perumahan yang terkadang habis terbakar api dalam waktu lebih dari 6jam. Yang terbakar pun tidak tanggung2, kadang deretan rumah, kadang juga 1 pasar. Setelah polisi melakukan olah TKP, disimpulkan bahwa kebakaran tersebut ternyata 'hanya' dipicu (di TRIGGER) oleh meledaknya 1 buah korek gas saja (bahasa Sunda disebut bensin). 'Bensin' meledak lalu menimbulkan sedikit percikan api, lalu disekitarnya banyak tumpukan kertas dan juga BBM. Ditambah beberapa rumah sangat banyak menggunakan material dari kayu. Tidak ada yang aneh dan semua bisa dijelaskan/diterima oleh logika semua orang. Kalau dipikir, berapa volume bahan bakar yang di 'bensin' tersebut
RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Pak Bambang, selamat pagi. Ada beberapa pertanyaan yg saya ajukan hari kamis minggu yll berkenaan dengan respon Pak Bambang terhadap e-mail Pak ADB. Mungkin karena rentetan kesibukan maka e-mail saya terlewat atau belum sempat direspon. Untuk itu mohon tanggapan atas pertanyaan2 tsb (di bawah ini) karena di beberapa poin saya masih belum memiliki skema aktual tentang kronologi hal yg bersangkutan tersebut. Dan ada satu pertanyaan tambahan yang sebenarnya perluasan atas pertanyaan saya yang nomor 6: setelah pemotongan drillpipe akibat stuck apakah dilakukan tindakan keep in touch dengan sumur yaitu dengan memasukkan drill pipe baru dan sirkulasi? Bagaimana kondisi / kelakuan sumur setelah drillpipe dipotong? Apakah kick ataukah loss? Kapankah terjadinya semburan lumpur pertama yg berjarak 150 m dari BJP-1? Apakah sebelum pemotongan drillpipe ataukah setelah pemotongan drillpipe? Setelah itu seingat saya rig di-release dari sumur. Kapankah rig tersebut di-release dan pertimbangan apa yang menyebabkan diambil keputusan untuk me-release rig dari sumur? Demikian tambahan pertanyaannya segitu dulu Pak. Saya yakin bila pertanyaan2 ini terjawab maka akan lebih menguatkan argumentasi tentang kemungkinan gempa adalah penyebab semburan LUSI (atau mungkin sebaliknya?) Trims sebelumnya Pak Bambang. Salam hangat, FF --- On Thu, 11/3/10, Firman Fauzi geafi...@yahoo.co.uk wrote: From: Firman Fauzi geafi...@yahoo.co.uk Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI To: iagi-net@iagi.or.id Date: Thursday, 11 March, 2010, 8:07 Pak Bambang, selamat pagi. Saya suka sekali mengikuti diskusi ini. Dan saya masih sangat concern untuk melihat real data yg ada, mudah2an ada inisiasi dari IAGI untuk mengupayakan perizinan, karena bagaimanapun badan tertentu akan lebih mudah mendapatkan akses daripada orang per orang. Jika pun IAGI kesulitan orang untuk mengurus hal ini saya siap jadi volunteer atas nama IAGI untuk mengurusnya. Trims. Mengenai posting Pak Bambang di bawah ini, ada beberapa pertanyaan yg ingin saya ajukan: 1. Dikatakan sebelumnya bahwa kick terjadi sehari setelah loss (loss terjadi saat posisi bit di 9297). Berarti loss sudah dapat diatasi lebih dulu sebelum kick. Pertanyaannya berapa lama tepatnya loss dapat diatasi dan apakah sumur dapat kembali melakukan sirkulasi normal? 2. Kick yg terjadi keesokan harinya itu menurut Pak Bambang disebabkan oleh apa? Pada saat kick apa yg sedang dilakukan? Dan posisi mata bor di kedalaman berapa Pak? Apakah kick terjadi pada saat dilakukan penarikan mata bor ke permukaan? 3. Kick dapat terkontrol 40 menit kemudian apakah dengan menaikkan berat lumpur Pak? 4. Setelah kick dapat teratasi kemudian operasi apa yg dilakukan sebelum mata bor mengalami stuck? Menurut Pak Bambang stuck yg terjadi apakah karena differential sticking ataukah karena runtuhan? 5. Seingat saya setelah terjadi stuck dilakukan pemotongan drill pipe (saya lupa istilahnya, back off ya Pak). Bagaimana kondisi sumur setelah pemotongan dilakukan? Apakah masih bisa dilakukan komunikasi antara rig floor dengan sumur waktu itu dengan memasukkan mata bor dan drill pipe baru waktu itu? Apa yang terjadi setelah pemotongan dilakukan? 6. Kapan tepatnya rekahan di dekat drillpipe rack terjadi? (saya pernah lihat fotonya). Sementara itu dulu Pak Bambang. Mohon maaf jika pertanyaannya terlalu banyak. Saya hanya ingin mendapatkan skema yg sahih, kronologi yg tepat mengenai kejadian LUSI, agar saya bisa nyambung dengan diskusi ini. Salam hangat, FF --- On Wed, 10/3/10, Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com wrote: From: Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI To: iagi-net@iagi.or.id Date: Wednesday, 10 March, 2010, 13:14 Cak Yayang, mein brur,.. Sangat menarik statementnya dimana LUSI adalah mud volcano dari mud diapirsm yang pada awalnya dipicu oleh underground blowout-UGBO . kita perlu mendefinisikan apa yang dimaksud dengan UGBO yang disebabkan oleh pemboran; dan, bagaimana tekanan dalam sumur, lalu, proses terjadi fractures dan breach sampai kepermukaan. 1. Pertama, harus adanya 'uncontrolled kick', suatu kick besar yang tidak bisa diatasi. 2. Adanya tekanan tinggi yang melebihi fracture pressure dilapisan yang terlemah, lazimnya di casing shoe terdalam, sehingga tercipta fracture didalam sumur. 3. Adanya 'drive mechanism' yang besar sehingga fluida mengalir kedalam sumur dari lapisan yang bertekanan tinggi dan berlanjut pada proses pemecahan batuan disumur tersebut. Jadi sumur menjadi bagian dari proses. Jadi jika terjadi UGBO yang mengakibatkan liquefaction seperti yang cak Yayang usulkan, seharusnya juga melibatkan sumur itu sendiri dan harus bisa dan mudah terdeteksi disumur. 4. Adanya 'sustained propagation pressure', tekanan tinggi yang bisa meneruskan fractures kepermukaan 'breach' dan tetap menahan fracture agar tetap terbuka. Eg. Kalau melakukan frac job musti ada propantnya supaya tetap terbuka
RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Pak Natan, Perbedaan pendapat adalah biasa, malah saya harus berterima kasih karena terus men-challenge pendapat saya dan teman2 drilling ex-Lapindo. Analogi yang pak Natan paparkan menarik. Dalam hal ini, apakah korek api dan bensinnya sebagai pemicu ikut terbakar? Kalam kasus BJP-1 saat semburan semakin besar, diperkirakan sumur ikut terbakar yaitu lubang menjadi sangat besar dan fish yang ditinggal akan jatuh, bahkan lokasi pemboran akan tenggelam seperti kasus2 blowout lainnya -Original Message- From: Santoso, Hendro [mailto:hend...@chevron.com] Sent: Wednesday, March 17, 2010 1:54 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Perumpamaan yg menarik. Seandainya disekitar korek gas tsb tidak terdapat faktor-faktor pendukung (tumpukan kertas, bbm, tata kota yg ndak beres, dll) untuk case satu kampung akhirnya terbakar, maka kebakaran satu kampung tsb tentunya tidak akan terjadi. Seperti halnya kick and loss, korek gas yg meledak adalah suatu resiko operasi tapi tidak semua kasus korek gas meledak menyebabkan kebarakan satu kampung atau kecelakaan/bencana fatal lain. Setuju untuk perlu dipahami trigger, sub-trigger dan faktor2x pendukung tetapi tidak berarti satu dengan lainnya dapat dipisahkan dalam melakukan root cause analysis. -HendroHS -Original Message- From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com] Sent: Tuesday, March 16, 2010 2:23 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak Bambang, Mohon maaf jika saya berpendapat beda dengan keterangan dan hitung2an bapak di bawah ini. Menurut saya, kemungkinan tidak ada yang salah dengan hitungan tersebut dan juga paper yang mengatakan bahwa volume Lusi 150x Kujung properties (page 15 Lusi controversy..). Mungkin logikanya saja yang menurut saya kurang tepat. Akar kunci dari perdebatan Lusi ada di faktor apa yang mentrigger? Jadi kata kuncinya adalah TRIGGER. Kita pasti sangat familiar dengan kasus di kehidupan sehari-hari dimana di Indonesia ini sangat rentan terhadap kebakaran. Ada suatu deretan perumahan yang terkadang habis terbakar api dalam waktu lebih dari 6jam. Yang terbakar pun tidak tanggung2, kadang deretan rumah, kadang juga 1 pasar. Setelah polisi melakukan olah TKP, disimpulkan bahwa kebakaran tersebut ternyata 'hanya' dipicu (di TRIGGER) oleh meledaknya 1 buah korek gas saja (bahasa Sunda disebut bensin). 'Bensin' meledak lalu menimbulkan sedikit percikan api, lalu disekitarnya banyak tumpukan kertas dan juga BBM. Ditambah beberapa rumah sangat banyak menggunakan material dari kayu. Tidak ada yang aneh dan semua bisa dijelaskan/diterima oleh logika semua orang. Kalau dipikir, berapa volume bahan bakar yang di 'bensin' tersebut, kenapa mampu membakar beberapa rumah dan dalam waktu yang sangat lama (jika dibandingkan dengan volume bahan bakarnya). Logika inilah yang menurut saya berlaku di kasus Lusi ini, jadi 14ft tersebut jangan dianggap remeh dan jangan coba diabaikan. Bisa saja (kalau saya malah yakin), bahwa logika inilah yang terjadi dikasus Lusi. 14ft tersebut adalah 'bensin'nya lalu kertas, BBM, dan rumah yang terbuat dari kayu beranalog dengan Watukosek fault, Mud Volcano, dan Kalibeng shale. Maka terjadilah Lusi yang ditrigger oleh adanya kesalahan pemboran di well BJP-1 (menembus 14ft unidentified lithology). Salam, Natan On 3/9/10, Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com wrote: Pak Natan, pak RDP,... Anggaplah 14ft yang samplenya belum sampai permukaan dan tidak bisa didiskripsi tersebut adalah porous carbonate, dan kita asumsikan sebagai exposure thickness,.. lalu kita masukkan beberapa parameter lainnya,.. Flow dimension : Well depth = 9297 ft Well radius = 0.51 ft (1/2 x 12-1/4) Radius of investigation = +50 ft (optimistic value) Fluid properties : Viscosity = 0.5 cp (water @ high temperature) Formation Volume Factor = 1 (water) Rock property : Permeability = 22.5 mDarcy (perkiraan dari sumur2 existing yang dianggap sebagai high producer well yang bisa memproduksikan 7000 barrel fluida per hari dari karbonat) System pressures : Reservoir static pressure = 7130 psi (equivalent 14.7 ppg). Bottom hole flowing pressure = 4026 psi (minimum value @ zero friction loss) Lalu coba hitung berapa banyak fluida yang bisa dihasilkan perhari? Anggap saja ini sumber airnya, sedangkan lumpurnya berasal dari Upper Kalibeng Formation diatasnya, karena nanno dan foram nya berkorelasi dengan yang yang keluar dari pusat semburan LUSI. Anggap saja komposisi air 70% pada awal2 semburan. Berapa rate air yang didapat dari formasi karbonat ini? Matching ngga dengan debit lumpur yang keluar selama hampir 4 tahun ini? Dulu debit lumpur hampir 1 juta barel per hari, sama dengan produksi minyak Indonesia. Perlu diingat saat re-entry BJP-1 mau melewati/mendorong/menarik fish disumur yang dianggap berproduksi 1 juta barel saja tidak bisa,... seharusnya diameter lubang sumur sudah sangat besar. Soal loss dan asumsi adanya
RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Maaf, kepencet,.. saya sambung lagi dibawah Pak Natan, Perbedaan pendapat adalah biasa, malah saya harus berterima kasih karena terus men-challenge pendapat saya dan teman2 drilling ex-Lapindo. Analogi yang pak Natan paparkan menarik. Dalam hal ini, apakah korek api dan bensinnya sebagai pemicu ikut terbakar? Kalam kasus BJP-1 saat semburan semakin besar, diperkirakan sumur ikut terbakar yaitu lubang menjadi sangat besar dan fish yang ditinggal akan jatuh, bahkan lokasi pemboran akan tenggelam seperti kasus2 blowout lainnya. Namun kenyataannya tidak begitu,.. bahkan korek dan bensin nya tidak ikut terbakar, fishnya pun tidak bergeming dan tidak jatuh, tidak ada flow behind casing dll. Kalau saya boleh saran, pak Natan kan sudah baca paper kami, nah sekarang tinggal buat paper sanggahan saja. Kalau perlu data2, termasuk masterlog yang pak Natan masalahkan, silahkan datang ke Lapindo, soal perizinan akan dibantu. Terima kasih atas peer review-nya pak. Salam, Bambang -Original Message- From: Santoso, Hendro [mailto:hend...@chevron.com] Sent: Wednesday, March 17, 2010 1:54 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Perumpamaan yg menarik. Seandainya disekitar korek gas tsb tidak terdapat faktor-faktor pendukung (tumpukan kertas, bbm, tata kota yg ndak beres, dll) untuk case satu kampung akhirnya terbakar, maka kebakaran satu kampung tsb tentunya tidak akan terjadi. Seperti halnya kick and loss, korek gas yg meledak adalah suatu resiko operasi tapi tidak semua kasus korek gas meledak menyebabkan kebarakan satu kampung atau kecelakaan/bencana fatal lain. Setuju untuk perlu dipahami trigger, sub-trigger dan faktor2x pendukung tetapi tidak berarti satu dengan lainnya dapat dipisahkan dalam melakukan root cause analysis. -HendroHS -Original Message- From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com] Sent: Tuesday, March 16, 2010 2:23 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak Bambang, Mohon maaf jika saya berpendapat beda dengan keterangan dan hitung2an bapak di bawah ini. Menurut saya, kemungkinan tidak ada yang salah dengan hitungan tersebut dan juga paper yang mengatakan bahwa volume Lusi 150x Kujung properties (page 15 Lusi controversy..). Mungkin logikanya saja yang menurut saya kurang tepat. Akar kunci dari perdebatan Lusi ada di faktor apa yang mentrigger? Jadi kata kuncinya adalah TRIGGER. Kita pasti sangat familiar dengan kasus di kehidupan sehari-hari dimana di Indonesia ini sangat rentan terhadap kebakaran. Ada suatu deretan perumahan yang terkadang habis terbakar api dalam waktu lebih dari 6jam. Yang terbakar pun tidak tanggung2, kadang deretan rumah, kadang juga 1 pasar. Setelah polisi melakukan olah TKP, disimpulkan bahwa kebakaran tersebut ternyata 'hanya' dipicu (di TRIGGER) oleh meledaknya 1 buah korek gas saja (bahasa Sunda disebut bensin). 'Bensin' meledak lalu menimbulkan sedikit percikan api, lalu disekitarnya banyak tumpukan kertas dan juga BBM. Ditambah beberapa rumah sangat banyak menggunakan material dari kayu. Tidak ada yang aneh dan semua bisa dijelaskan/diterima oleh logika semua orang. Kalau dipikir, berapa volume bahan bakar yang di 'bensin' tersebut, kenapa mampu membakar beberapa rumah dan dalam waktu yang sangat lama (jika dibandingkan dengan volume bahan bakarnya). Logika inilah yang menurut saya berlaku di kasus Lusi ini, jadi 14ft tersebut jangan dianggap remeh dan jangan coba diabaikan. Bisa saja (kalau saya malah yakin), bahwa logika inilah yang terjadi dikasus Lusi. 14ft tersebut adalah 'bensin'nya lalu kertas, BBM, dan rumah yang terbuat dari kayu beranalog dengan Watukosek fault, Mud Volcano, dan Kalibeng shale. Maka terjadilah Lusi yang ditrigger oleh adanya kesalahan pemboran di well BJP-1 (menembus 14ft unidentified lithology). Salam, Natan On 3/9/10, Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com wrote: Pak Natan, pak RDP,... Anggaplah 14ft yang samplenya belum sampai permukaan dan tidak bisa didiskripsi tersebut adalah porous carbonate, dan kita asumsikan sebagai exposure thickness,.. lalu kita masukkan beberapa parameter lainnya,.. Flow dimension : Well depth = 9297 ft Well radius = 0.51 ft (1/2 x 12-1/4) Radius of investigation = +50 ft (optimistic value) Fluid properties : Viscosity = 0.5 cp (water @ high temperature) Formation Volume Factor = 1 (water) Rock property : Permeability = 22.5 mDarcy (perkiraan dari sumur2 existing yang dianggap sebagai high producer well yang bisa memproduksikan 7000 barrel fluida per hari dari karbonat) System pressures : Reservoir static pressure = 7130 psi (equivalent 14.7 ppg). Bottom hole flowing pressure = 4026 psi (minimum value @ zero friction loss) Lalu coba hitung berapa banyak fluida yang bisa dihasilkan perhari? Anggap saja ini sumber airnya, sedangkan lumpurnya berasal dari Upper Kalibeng Formation diatasnya, karena nanno dan foram nya berkorelasi dengan yang yang keluar dari pusat semburan
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Atau kalau mau membalikkan kembali kepada contoh yang ada juga di paper tersebut adalah, didaerah sekitar Lusi banyak Mud Volcano, tetapi kenapa hanya MV Lusi saja yang erupted. Kejadiaan yang lokal dan spesifik, dalam kasus ini yaitu di well BJP-1 tidak harus sama dengan kejadian2 di sekitarnya. Natan, Sepanjang Watukosek Fault dari Penanggungan sampai 50 km ke arah TL banyak mudvolcano : yang lahir 2006 - Lusi, mudvolcano tua yang saat ini ada di stage 4 atau 5 (collapsed structures) - Porong, Kalanganyar, Pulungan, Gununganyar. Sesar Watukosek juga mungkin menyebrang sampai Bangkalan Madura, di situ di kelurusannya dengan Gununganyar ada beberapa mud volcano : Socah, Gunungsening, Gunungbugag. Semua mudvolcano tua tersebut telah mengerupsikan lumpurnya. Kapan ? Bisa dicek di dokumen2 sejarah (kadang2 tertulis sebagai kronik sejarah, misalnya di Pararaton yang mencatat letusan Gununganyar pada sekitar abad ke-12, yang juga mencatat letusan Denanyar dan Redianyar di wilayah Canggu, Jombang ex Majapahit; timing letusan dan collapse-nya juga bisa dicek di penampang seismik. Saat Watukosek Fault tereaktivasi, yang critical di bawah permukaan hanyalah subsurface Lusi. Dynamic stress change sebesar 0,005 - 0,01 MPa energi gempa yang dipropagasi dari gempa Yogya ke wilayah ini cukup untuk membuat pressure release critical mass di bawah Lusi melalui fracturing. Ingat bahwa kedalaman fokus gempa di Yogya 10 km, begitu juga propagasinya secara lateral memenuhi kolom dari permukaan (yang terukur skala MMI 2-3) sampai kedalaman 10 km di bawah Lusi. Fracturing ini berasal dari bawah yang naik ke atas dan sangat mungkin sebuah fissure masuk ke BJP-1 yang lalu diindikasi partial lalu total loss. Saya justru menggunakan analogi Natan tentang sebatang korek gas yang menyebabkan kebakaran kampung untuk hal yang sama yang sering dikritik orang bahwa gempa Yogya terlalu jauh dan terlalu kecil untuk melahirkan Lusi di Sidoarjo (kritik ini mestinya telah gugur oleh paper Mori dan Kano, 2009). Apa yang kecil di bawah telah menyebabkan yang besar di atas -persis seperti adagium Chaos theory (butterfly effect). Mengapa gunung2lumpur tua tak meletus lagi - jawaban sederhana saja : pressure-nya telah release ratusan, ribuan atau sekitar 1 juta tahun yang lalu. Susah sekali membangkitkan pressure yang telah released, tak ada materi lagi buat diletuskannya. Meskipun demikian, saat Lusi awal menyembur, gununglumpur tua Kalanganyar, Pulungan dan Gununganyar meleleh lagi mengeluarkan seeps lumpur dan gas bubble, mudah dipahami sebab Watukosek Fault di bawahnya bergoyang. Barangkali suatu waktu kita perlu melakukan fieldtrip mudvolcanoes Kendeng Deep dan fokuskan di Watukosek Fault, bahwa memahami Lusi harus holistik, tak bisa hanya mengarahkan mata ke BJP-1. Kita tak bisa menafikan data geologi regional di sini. Tentu saja pengeboran BJP-1 pada saat yang bersamaan wajar sekali dicurigai; tetapi mari kita melakukan analisis secara holistik, lihat ke sekelilingnya, lihat ke waktu2 peristiwa geologi (cq gempa Yogya) yang secara temporal berhubungan sangat erat dengan semua fenomena dinamika fluida baik di BJP-1, Lusi, Carat, sumur2 penduduk, gunung2lumpur tua, dsb. Butterfly effect : kepak sayap kupu-kupu di Brazil telah menyebabkan badai di Texas (Edward Lorenz, Chaos Theory, 1961) salam, Awang --- Pada Sel, 16/3/10, Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com menulis: Dari: Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com Judul: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Kepada: iagi-net@iagi.or.id Cc: Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com, Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com, Forum HAGI fo...@hagi.or.id, Harry Eddyarso harr...@cbn.net.id, m...@bdg.centrin.net.id Tanggal: Selasa, 16 Maret, 2010, 3:35 PM Dear IAGI netters.. Setelah saya membaca paper yang Pak Bambang P. Istadi sarankan (paper dikirimkan langsung japri oleh Pak Sawolo), ada beberapa hal yang cukup menarik untuk dikritisi. 1. Dalam kedua paper tersebut sama sekali tidak ada 1 ft pun lay out/cropping dari Masterlog sumur tersebut. Menurut saya ini sangat2 patut untuk dikritisi. Karena Masterlog adalah dasar dan hasil dari pemboran suatu sumur. Kalaupun memang dilarang oleh aturan, mungkin bisa dimintakan ijin minimal untuk 'hanya' menampilkan 50ft atau sejelek-jeleknya 20ft interval sebelum TD. Lebih baik lagi jika ada lay out Masterlog di daerah2 yang penting, yaitu sekitar casing shoe, lalu stuck interval, dan yang paling penting tentu saja di interval dekat2 TD. 2. LOT result, menurut saya yang paling reliable adalah dari DDR. Karena coman pasti sangat concern dengan hal ini, dan kemungkinannya sangat kecil akan terjadi kesalahan reporting dari nilai LOT ini di DDR. Seumur saya melihat DDR, belum pernah saya dapati ada kesalahan reporting dari LOT value di DDR. Jadi seharusnya, ditampilkan juga scan dari DDR yang menstate nilai LOT. 3. Stuck yang terjadi disimpulkan sebagai Differentialy Stuck
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
yang penting. 13. Saya tak pernah menyebutkan bahwa gempa Yogya adalah penyebab Lusi, beberapa teman telah salah duga tentang hal ini; penyebab Lusi adalah sistemnya yang merupakan elisional critical venting system, sementara reaktivasi Sesar Watukosek yang dipicu gempa Yogya adalah trigger utama yang membuat naturally prepared system tersebut bererupsi karena telah terjadi dynamic fluid stress change yang signifikan atasnya. 14. UGBO yang diduga terjadi di BJP-1 lalu menimbulkan Lusi mud volcano eruption seperti dianut oleh beberapa penulis (Davies et al., 2006, Davies et al., 2008; Tingay et al., 2008) dan beberapa teman di milis ini sangat patut dipertanyakan baik dari (1) segi keabsahan analisis drilling (seperti diargumentasi oleh Sawolo et al, 2009, 2010; Nawangsidi, 2007 dan beberapa teman yang aktif di milis ini -lihat argumentasi2 Pak Bambang Istadi) dan (2) data geologi regional sekeliling Lusi (lihat butir-butir diskusi saya di atas). Analisis drilling dan data geologi regional tidak menunjukkan UGBO (bila ada) signifikan memicu erupsi Lusi. Bila UGBO di BJP-1 tidak ada, maka tak perlu lagi melibatkan BJP-1 sebagai pemicu Lusi. . 15. Secara umum, diketahui bahwa kejadian mud volcanoes berhubungan dengan sesar-sesar di active tectonic setting (Brown, 1980; Kopf, 2002, 2008; Bonini, 2007). Lusi memenuhi kondisi ini, ia terletak di Sesar Watukosek di wilayah tektonik yang aktif (beberapa jalur antiklin di wilayah Sidoarjo bahkan bergerak dalam satu malam sampai ke permukaan yang menyebabkan sebuah aliran sungai berubah alurnya –lihat bencana Banyu Pindah di Serat Pararaton yang terjadi pada zaman Airlangga memerintah Kahuripan –Satyana dan Asnidar, 2008). 16. Natural process fracture propagation dan fluidisasi dapat diakselerasi oleh aktivitas seismic. Goncangan gempa dapat membentuk fracture yang akan menjadi free pathways untuk deeper fluids naik ke permukaan. Banyak sekali publikasi yang mendokumentasikan bahwa aktivitas seismic menggiatkan atau memicu aktivitas geyser, methane emission, magmatic volcanoes dan mud volcanoes (Chigira dan Tanaka, 1997; Guliev dan Feizullayev, 1997; Linde dan Sacks, 1998; Delisle et al, 2002; Hieke, 2004; Nakamukae et al, 2004; Manga dan Brodsky, 2006; Ellouz-Zimmermann et al, 2007; Lemarchand dan Grasso, 2007; Mau et al, 2007; Mellors et al, 2007; Walter dan Amelung, 2007; Judd dan Hovland, 2007; Mazzini et al., 2008; Eggert dan Walter, 2009; Manga, 2009; Mazzini et al, 2009). Demikian, semoga membantu memberikan penjelasan. Salam, Awang --- Pada Ming, 14/3/10, MINARWAN minarw...@gmail.com menulis: Dari: MINARWAN minarw...@gmail.com Judul: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Kepada: iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Minggu, 14 Maret, 2010, 11:11 PM Saat sedang memikirkan rel kereta api yang bengkok (salah satu bukti reaktivasi Sesar Watukosek), secara iseng-iseng, saya mencari berita mengenai kejadian ini dan mendapatkan tautan berikut: http://www.suaramerdeka.com/harian/0609/28/nas01.htm Foto yang terpampang di situs di atas menurut hemat saya adalah foto yang hampir sama dengan foto yang dipasang di Mazzini et al (2007) - EPSL 261, 375-388. Saya lihat tanggalnya, tanggal 27. Gempa Jogja yang konon telah mereaktivasi sesar Watukosek juga terjadi pada tanggal yang sama. Tapi lho, beritanya itu dimuat pada bulan September, sedangkan gempanya kan bulan Mei? Jadi, ada selang waktu 4 bulan, di mana tidak ada yang sadar bahwa rel kereta itu telah bengkok, tidak ada laporan gangguan dan kereta api jurusan Surabaya-Malang-Blitar lewat seperti biasa setiap hari mungkin beberapa kali, sampai akhirnya lengkungan rel menjadi parah karena pergerakan tanah yang membuat rel bengkok. Bagaimana ini Pak Masinis selama 4 bulan kok tidak melihat posisi relnya sudah berubah? Berlanjut ke komposisi magma Merapi dan Semeru, yang membuat kedua gunung api ini merespon gempa Jogja secara bersamaan walaupun jaraknya berbeda dari pusat gempa, saya sudah memberikan 3 referensi, di mana mereka menggunakan XRF untuk menganalisis kandungan SiO2, yang menyimpulkan Semeru dan Merapi adalah sama-sama gunung api andesit basaltik. Komentar saya mengenai topik ini saya rasa sudah cukup, selebihnya saya serahkan kepada para volcanologist yang lebih tahu daripada saya untuk berkomentar. Sampai sejauh ini, saat kita mendiskusikan kaitan gempa dan aktivitas gunung api, kita selalu tidak mengikutsertakan faktor tambahan magma baru ke dapur magma (Sparks et al, 1977 di dalam Manga dan Brodsky, 2006). Padahal, Merapi dan Semeru telah aktif sebelum gempa Jogja terjadi, dengan kata lain, tekanan di dapur magma sudah meningkat sehingga ada yang harus dikeluarkan lewat lubang kepundan. Dengan menggunakan analogi proses yang sama antara gunung api dan gunung lumpur (walaupun yang satu adalah magma sedangkan yang lain adalah lumpur), kita bisa mempertanyakan, ada tambahan tekanan apa dan dari mana di sekitar sumur BPJ/BJP-1
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Pak Bambang, Mohon maaf jika saya berpendapat beda dengan keterangan dan hitung2an bapak di bawah ini. Menurut saya, kemungkinan tidak ada yang salah dengan hitungan tersebut dan juga paper yang mengatakan bahwa volume Lusi 150x Kujung properties (page 15 Lusi controversy..). Mungkin logikanya saja yang menurut saya kurang tepat. Akar kunci dari perdebatan Lusi ada di faktor apa yang mentrigger? Jadi kata kuncinya adalah TRIGGER. Kita pasti sangat familiar dengan kasus di kehidupan sehari-hari dimana di Indonesia ini sangat rentan terhadap kebakaran. Ada suatu deretan perumahan yang terkadang habis terbakar api dalam waktu lebih dari 6jam. Yang terbakar pun tidak tanggung2, kadang deretan rumah, kadang juga 1 pasar. Setelah polisi melakukan olah TKP, disimpulkan bahwa kebakaran tersebut ternyata 'hanya' dipicu (di TRIGGER) oleh meledaknya 1 buah korek gas saja (bahasa Sunda disebut bensin). 'Bensin' meledak lalu menimbulkan sedikit percikan api, lalu disekitarnya banyak tumpukan kertas dan juga BBM. Ditambah beberapa rumah sangat banyak menggunakan material dari kayu. Tidak ada yang aneh dan semua bisa dijelaskan/diterima oleh logika semua orang. Kalau dipikir, berapa volume bahan bakar yang di 'bensin' tersebut, kenapa mampu membakar beberapa rumah dan dalam waktu yang sangat lama (jika dibandingkan dengan volume bahan bakarnya). Logika inilah yang menurut saya berlaku di kasus Lusi ini, jadi 14ft tersebut jangan dianggap remeh dan jangan coba diabaikan. Bisa saja (kalau saya malah yakin), bahwa logika inilah yang terjadi dikasus Lusi. 14ft tersebut adalah 'bensin'nya lalu kertas, BBM, dan rumah yang terbuat dari kayu beranalog dengan Watukosek fault, Mud Volcano, dan Kalibeng shale. Maka terjadilah Lusi yang ditrigger oleh adanya kesalahan pemboran di well BJP-1 (menembus 14ft unidentified lithology). Salam, Natan On 3/9/10, Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com wrote: Pak Natan, pak RDP,... Anggaplah 14ft yang samplenya belum sampai permukaan dan tidak bisa didiskripsi tersebut adalah porous carbonate, dan kita asumsikan sebagai exposure thickness,.. lalu kita masukkan beberapa parameter lainnya,.. Flow dimension : Well depth = 9297 ft Well radius = 0.51 ft (1/2 x 12-1/4) Radius of investigation = +50 ft (optimistic value) Fluid properties : Viscosity = 0.5 cp (water @ high temperature) Formation Volume Factor = 1 (water) Rock property : Permeability = 22.5 mDarcy (perkiraan dari sumur2 existing yang dianggap sebagai high producer well yang bisa memproduksikan 7000 barrel fluida per hari dari karbonat) System pressures : Reservoir static pressure = 7130 psi (equivalent 14.7 ppg). Bottom hole flowing pressure = 4026 psi (minimum value @ zero friction loss) Lalu coba hitung berapa banyak fluida yang bisa dihasilkan perhari? Anggap saja ini sumber airnya, sedangkan lumpurnya berasal dari Upper Kalibeng Formation diatasnya, karena nanno dan foram nya berkorelasi dengan yang yang keluar dari pusat semburan LUSI. Anggap saja komposisi air 70% pada awal2 semburan. Berapa rate air yang didapat dari formasi karbonat ini? Matching ngga dengan debit lumpur yang keluar selama hampir 4 tahun ini? Dulu debit lumpur hampir 1 juta barel per hari, sama dengan produksi minyak Indonesia. Perlu diingat saat re-entry BJP-1 mau melewati/mendorong/menarik fish disumur yang dianggap berproduksi 1 juta barel saja tidak bisa,... seharusnya diameter lubang sumur sudah sangat besar. Soal loss dan asumsi adanya kick,.. silahkan datang ke Lapindo dan periksa data2 drilling dan real time chart,.. soal perizinan BPMIGAS dan MIGAS, nanti saya bantu urus deh,.. gimana?? Makin asik niih diskusinya,.. Wass. Bambang -Original Message- From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com] Sent: Tuesday, March 09, 2010 3:30 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI 2010/3/9 Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com: Pak Nyoto..terimakasih untuk pencerahannya. Ternyata 14ft interval mulai dari 9284, 9285, 9286, 9287, 9288, 9289, 9290, 9291, 9292, 9293, 9294, 9295, 9296 dan 9297ft itu batuannya hanya 'imajinatif' toh. Ngapain ngeributin itu Kujung atau bukan Kujung..lalu yakin itu masih VS..ternyata semua keyakinan tsb hanya bermodalkan imajinasi..bukan data yah. Atau mungkin kalau sudah 'senior/experienced banget' boleh yah yakin terhadap imajinasi? Menurut saya, tidak ada 1 manusia pun yang tahu formasi di TD apa jika tidak ada cutting/logging. Gimana dapet cutting ? kalau ada cuttingnya saya malah curiga itu cutting palsu ! Lah sesuai cerita Pak Bambang Istadi yang mendapati adanya gejala loss pada saat drilling. Jadi cutting terakhir ya bablas wes-ewes masuk ke formasi ikut-ikutan dengan lumpur pemborannya. Kalau toh ada sisanya pasti sudah ga akurat lagi sumbernya. Davies mengatakan Kick sedangnya Pak BI mengatakan loss. Konon menurut drilling engineer, setiap loss sering diikuti gain. Dan kalau
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
? Berarti, ada trigger lainnya ? Itu mungkin saja, saya tak pernah menutup kemungkinan trigger lain, tetapi kalau pun ada, tak akan merupakan trigger yang penting. 13. Saya tak pernah menyebutkan bahwa gempa Yogya adalah penyebab Lusi, beberapa teman telah salah duga tentang hal ini; penyebab Lusi adalah sistemnya yang merupakan elisional critical venting system, sementara reaktivasi Sesar Watukosek yang dipicu gempa Yogya adalah trigger utama yang membuat naturally prepared system tersebut bererupsi karena telah terjadi dynamic fluid stress change yang signifikan atasnya. 14. UGBO yang diduga terjadi di BJP-1 lalu menimbulkan Lusi mud volcano eruption seperti dianut oleh beberapa penulis (Davies et al., 2006, Davies et al., 2008; Tingay et al., 2008) dan beberapa teman di milis ini sangat patut dipertanyakan baik dari (1) segi keabsahan analisis drilling (seperti diargumentasi oleh Sawolo et al, 2009, 2010; Nawangsidi, 2007 dan beberapa teman yang aktif di milis ini -lihat argumentasi2 Pak Bambang Istadi) dan (2) data geologi regional sekeliling Lusi (lihat butir-butir diskusi saya di atas). Analisis drilling dan data geologi regional tidak menunjukkan UGBO (bila ada) signifikan memicu erupsi Lusi. Bila UGBO di BJP-1 tidak ada, maka tak perlu lagi melibatkan BJP-1 sebagai pemicu Lusi. . 15. Secara umum, diketahui bahwa kejadian mud volcanoes berhubungan dengan sesar-sesar di active tectonic setting (Brown, 1980; Kopf, 2002, 2008; Bonini, 2007). Lusi memenuhi kondisi ini, ia terletak di Sesar Watukosek di wilayah tektonik yang aktif (beberapa jalur antiklin di wilayah Sidoarjo bahkan bergerak dalam satu malam sampai ke permukaan yang menyebabkan sebuah aliran sungai berubah alurnya –lihat bencana Banyu Pindah di Serat Pararaton yang terjadi pada zaman Airlangga memerintah Kahuripan –Satyana dan Asnidar, 2008). 16. Natural process fracture propagation dan fluidisasi dapat diakselerasi oleh aktivitas seismic. Goncangan gempa dapat membentuk fracture yang akan menjadi free pathways untuk deeper fluids naik ke permukaan. Banyak sekali publikasi yang mendokumentasikan bahwa aktivitas seismic menggiatkan atau memicu aktivitas geyser, methane emission, magmatic volcanoes dan mud volcanoes (Chigira dan Tanaka, 1997; Guliev dan Feizullayev, 1997; Linde dan Sacks, 1998; Delisle et al, 2002; Hieke, 2004; Nakamukae et al, 2004; Manga dan Brodsky, 2006; Ellouz-Zimmermann et al, 2007; Lemarchand dan Grasso, 2007; Mau et al, 2007; Mellors et al, 2007; Walter dan Amelung, 2007; Judd dan Hovland, 2007; Mazzini et al., 2008; Eggert dan Walter, 2009; Manga, 2009; Mazzini et al, 2009). Demikian, semoga membantu memberikan penjelasan. Salam, Awang --- Pada Ming, 14/3/10, MINARWAN minarw...@gmail.com menulis: Dari: MINARWAN minarw...@gmail.com Judul: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Kepada: iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Minggu, 14 Maret, 2010, 11:11 PM Saat sedang memikirkan rel kereta api yang bengkok (salah satu bukti reaktivasi Sesar Watukosek), secara iseng-iseng, saya mencari berita mengenai kejadian ini dan mendapatkan tautan berikut: http://www.suaramerdeka.com/harian/0609/28/nas01.htm Foto yang terpampang di situs di atas menurut hemat saya adalah foto yang hampir sama dengan foto yang dipasang di Mazzini et al (2007) - EPSL 261, 375-388. Saya lihat tanggalnya, tanggal 27. Gempa Jogja yang konon telah mereaktivasi sesar Watukosek juga terjadi pada tanggal yang sama. Tapi lho, beritanya itu dimuat pada bulan September, sedangkan gempanya kan bulan Mei? Jadi, ada selang waktu 4 bulan, di mana tidak ada yang sadar bahwa rel kereta itu telah bengkok, tidak ada laporan gangguan dan kereta api jurusan Surabaya-Malang-Blitar lewat seperti biasa setiap hari mungkin beberapa kali, sampai akhirnya lengkungan rel menjadi parah karena pergerakan tanah yang membuat rel bengkok. Bagaimana ini Pak Masinis selama 4 bulan kok tidak melihat posisi relnya sudah berubah? Berlanjut ke komposisi magma Merapi dan Semeru, yang membuat kedua gunung api ini merespon gempa Jogja secara bersamaan walaupun jaraknya berbeda dari pusat gempa, saya sudah memberikan 3 referensi, di mana mereka menggunakan XRF untuk menganalisis kandungan SiO2, yang menyimpulkan Semeru dan Merapi adalah sama-sama gunung api andesit basaltik. Komentar saya mengenai topik ini saya rasa sudah cukup, selebihnya saya serahkan kepada para volcanologist yang lebih tahu daripada saya untuk berkomentar. Sampai sejauh ini, saat kita mendiskusikan kaitan gempa dan aktivitas gunung api, kita selalu tidak mengikutsertakan faktor tambahan magma baru ke dapur magma (Sparks et al, 1977 di dalam Manga dan Brodsky, 2006). Padahal, Merapi dan Semeru telah aktif sebelum gempa Jogja terjadi, dengan kata lain, tekanan di dapur magma sudah meningkat sehingga ada yang harus dikeluarkan lewat lubang kepundan. Dengan menggunakan analogi proses yang sama antara gunung api dan gunung lumpur (walaupun yang
RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Perumpamaan yg menarik. Seandainya disekitar korek gas tsb tidak terdapat faktor-faktor pendukung (tumpukan kertas, bbm, tata kota yg ndak beres, dll) untuk case satu kampung akhirnya terbakar, maka kebakaran satu kampung tsb tentunya tidak akan terjadi. Seperti halnya kick and loss, korek gas yg meledak adalah suatu resiko operasi tapi tidak semua kasus korek gas meledak menyebabkan kebarakan satu kampung atau kecelakaan/bencana fatal lain. Setuju untuk perlu dipahami trigger, sub-trigger dan faktor2x pendukung tetapi tidak berarti satu dengan lainnya dapat dipisahkan dalam melakukan root cause analysis. -HendroHS -Original Message- From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com] Sent: Tuesday, March 16, 2010 2:23 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak Bambang, Mohon maaf jika saya berpendapat beda dengan keterangan dan hitung2an bapak di bawah ini. Menurut saya, kemungkinan tidak ada yang salah dengan hitungan tersebut dan juga paper yang mengatakan bahwa volume Lusi 150x Kujung properties (page 15 Lusi controversy..). Mungkin logikanya saja yang menurut saya kurang tepat. Akar kunci dari perdebatan Lusi ada di faktor apa yang mentrigger? Jadi kata kuncinya adalah TRIGGER. Kita pasti sangat familiar dengan kasus di kehidupan sehari-hari dimana di Indonesia ini sangat rentan terhadap kebakaran. Ada suatu deretan perumahan yang terkadang habis terbakar api dalam waktu lebih dari 6jam. Yang terbakar pun tidak tanggung2, kadang deretan rumah, kadang juga 1 pasar. Setelah polisi melakukan olah TKP, disimpulkan bahwa kebakaran tersebut ternyata 'hanya' dipicu (di TRIGGER) oleh meledaknya 1 buah korek gas saja (bahasa Sunda disebut bensin). 'Bensin' meledak lalu menimbulkan sedikit percikan api, lalu disekitarnya banyak tumpukan kertas dan juga BBM. Ditambah beberapa rumah sangat banyak menggunakan material dari kayu. Tidak ada yang aneh dan semua bisa dijelaskan/diterima oleh logika semua orang. Kalau dipikir, berapa volume bahan bakar yang di 'bensin' tersebut, kenapa mampu membakar beberapa rumah dan dalam waktu yang sangat lama (jika dibandingkan dengan volume bahan bakarnya). Logika inilah yang menurut saya berlaku di kasus Lusi ini, jadi 14ft tersebut jangan dianggap remeh dan jangan coba diabaikan. Bisa saja (kalau saya malah yakin), bahwa logika inilah yang terjadi dikasus Lusi. 14ft tersebut adalah 'bensin'nya lalu kertas, BBM, dan rumah yang terbuat dari kayu beranalog dengan Watukosek fault, Mud Volcano, dan Kalibeng shale. Maka terjadilah Lusi yang ditrigger oleh adanya kesalahan pemboran di well BJP-1 (menembus 14ft unidentified lithology). Salam, Natan On 3/9/10, Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com wrote: Pak Natan, pak RDP,... Anggaplah 14ft yang samplenya belum sampai permukaan dan tidak bisa didiskripsi tersebut adalah porous carbonate, dan kita asumsikan sebagai exposure thickness,.. lalu kita masukkan beberapa parameter lainnya,.. Flow dimension : Well depth = 9297 ft Well radius = 0.51 ft (1/2 x 12-1/4) Radius of investigation = +50 ft (optimistic value) Fluid properties : Viscosity = 0.5 cp (water @ high temperature) Formation Volume Factor = 1 (water) Rock property : Permeability = 22.5 mDarcy (perkiraan dari sumur2 existing yang dianggap sebagai high producer well yang bisa memproduksikan 7000 barrel fluida per hari dari karbonat) System pressures : Reservoir static pressure = 7130 psi (equivalent 14.7 ppg). Bottom hole flowing pressure = 4026 psi (minimum value @ zero friction loss) Lalu coba hitung berapa banyak fluida yang bisa dihasilkan perhari? Anggap saja ini sumber airnya, sedangkan lumpurnya berasal dari Upper Kalibeng Formation diatasnya, karena nanno dan foram nya berkorelasi dengan yang yang keluar dari pusat semburan LUSI. Anggap saja komposisi air 70% pada awal2 semburan. Berapa rate air yang didapat dari formasi karbonat ini? Matching ngga dengan debit lumpur yang keluar selama hampir 4 tahun ini? Dulu debit lumpur hampir 1 juta barel per hari, sama dengan produksi minyak Indonesia. Perlu diingat saat re-entry BJP-1 mau melewati/mendorong/menarik fish disumur yang dianggap berproduksi 1 juta barel saja tidak bisa,... seharusnya diameter lubang sumur sudah sangat besar. Soal loss dan asumsi adanya kick,.. silahkan datang ke Lapindo dan periksa data2 drilling dan real time chart,.. soal perizinan BPMIGAS dan MIGAS, nanti saya bantu urus deh,.. gimana?? Makin asik niih diskusinya,.. Wass. Bambang -Original Message- From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com] Sent: Tuesday, March 09, 2010 3:30 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI 2010/3/9 Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com: Pak Nyoto..terimakasih untuk pencerahannya. Ternyata 14ft interval mulai dari 9284, 9285, 9286, 9287, 9288, 9289, 9290, 9291, 9292, 9293, 9294, 9295, 9296 dan 9297ft itu batuannya hanya 'imajinatif' toh
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Pak Sunu, Nomor 1-2 telah diatur dalam Petunjuk Umum Operasi Migas yang dikeluarkan oleh Divisi Operasi Lapangan BPMIGAS mengacu kepada petunjuk2 dan regulasi2 dari Migas. Penyusunan materi ini juga sudah melibatkan kasus Lusi untuk bahan pertimbangan. Nomor 3 wewenang Ditjen Migas, beberapa WK baru post-Lusi di onshore Jawa Timur saya lihat masih cukup diminati, artinya kasus Lusi tak terlalu berdampak kepada para investor itu. Nomor 4, apa yang dimaksud Pak Sunu dengan kompensasi regional itu (ini regional geology atau regional autonomy alias autonomi daerah). Kalau autonomi daerah, setahu saya tak ada aturannya bahwa daerah kena imbas menanggung bencana bila di daerahnya ada bencana seperti Lusi. Bila yang dimaksud adalah analisis regional geology, jelas ada. Setiap prospek yang terlihat di jalur elisional, di area banyak diapirism, di area yang banyak fault-nya; kita harus punya analisis tambahan geohazard, apakah reaktivasi tektonik akan terjadi atau tidak. salam, Awang --- Pada Sen, 15/3/10, Sunu Praptono sunu.prapt...@gmail.com menulis: Dari: Sunu Praptono sunu.prapt...@gmail.com Judul: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Kepada: iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Senin, 15 Maret, 2010, 12:45 PM Bro Awang, Uneg-uneg mengenai Lusi tidak hanya berkutat di penyebab lusi dan siapa yang tanggungjawab. Tapi juga masa depan eksplorasi migas di area Jawa Timur Seperti Anda tahu, sekarang mungkin Exxon Gunting lagi spend duit sekian juta dollar untuk seismik dan akan disusul pemboran sumur komitmen. PSC lain juga rame-rame masuk mengeksplorasi wilayah ini. Dari uraian Anda, nampaknya eksposure ke risiko drilling dikarenakan geologi yang tectonically aktif bisa dibilang nambah satu faktor lagi. Selain kita harus hati-hati dengan watak litologi dan fluida setempat, nampaknya kita harus berhadapan dengan kemungkinan pergerakan tektonik saat kita ngebor, yang mana barangkali kita hanya bisa pasrah saja. Bayangkan: lagi enak-enak ngebor atau testing atau POOH, tau-tau batuan di sepanjang kolom lubang bor bergerak akibat tektonik, yang menyebabkan macam-macam kemungkinan: mulai dari loss, blowout, atau pipa kejepit. 1. Bagaimana dengan arahan dari BPMIGAS sendiri untuk masa depan eksplorasi di daerah semacam Lusi ? 2. Samakah prosedur pemasangan casing dengan sumur-sumur di daerah normal ? Soalnya ada yang mengatakan bahwa di area seperti itu, pemasangan casing justru akan memperparah situasi bila terjadi shear failure, dibanding dengan tanpa casing. 3. Apa masih tetap akan ditawar-tawarkan ke peminat blok ? 4. Adakah kemungkinan diterapkannya kompensasi regional bagi kegiatan eksplorasi di wilayah sejenis Lusi? Salam, Sunu. 2010/3/15 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com Minarwan : 1. Bengkoknya rel KA tersebut pernah kita diskusikan di milis ini hampir empat tahun lalu pada tahun kejadian LUSI (2006). Saat itu ada dua pendapat bahwa pembengkokan itu disebabkan reaktivasi Sesar Watukosek atau collapse struktur tanah (amblesan) di sekitar Lusi. Untuk ini harus ada uji kronologi kapan foto dibuat dan kapan berita diturunkan. Bisa saja ada kemungkinan bahwa berita terlambat diturunkan di koran, meskipun kejadiannya sudah lama. Satu kemungkinan yang lain lagi adalah bisa saja rel KA tersebut baru terbengkokan pada September 2006 oleh reaktivasi kemudian Sesar Watukosek. Apa yang dimaksud dengan reaktivasi kemudian adalah sesar ini beberapa kali direaktivasi. Apa dasar dugaan ini, yaitu flow rate semburan Lusi mengalami pulsasi mengikuti regional earthquakes dengan epicentrums yang terjadi dalam radius 300 km dari Lusi. Untuk mengeceknya, silakan plot semua episentrum gempa M 3.7 dari tangga; 27 Mei 2006-21 Nov 2006 dan kontraskan dengan flow rate Lusi dalam m3/hari, maka akan terjadi linearity di antara mereka. Besar flow rate Lusi mengikuti earthquakes swarm yang terjadi di sekeliling Jawa Timur dengan episentrum dalam jarak 300 km dari titik lokasi Lusi. Flow rate yang pusating itu juga mencerminkan dynamic fluid stress change di bawahnya yang lalu terhubung ke reaktivasi Sesar Watukosek; jadi pembengkokan rel KA itu tak mesti terjadi pada 27 Mei 2006 atau September, bisa saja di antara Mei dan September; sebab sesar yang sudah sekali tereaktivasi pada awalnya dan mengalami dynamic fluid stress change dengan manifestasi semburan fluida Lusi, akan mudah tereaktivasi lagi. Sekarang pun arah amblesan Lusi membuat bentuk lonjong dengan arah sumbu panjang BD-TL, mengindikasikan bahwa Sesar Watukosek di bawahnya masih rentan tereaktivasi oleh perubahan fluida yang melaluinya. Fluida ini mempunyai tekanan yang bisa menggerakkan bidang yang lemah seperti sesar. 2. Bagaimana kita mengetahui bahwa saat itu sudah ada penambahan magma di Semeru ? Kalau di Merapi ya, sebab gempa-gempa volkanik pada badan gunungapi telah dirasakan sebelum gempa Yogya yang mengindikasi bahwa terjadi penambahan tekanan dari dapur magmanya. Referensi Sparks et al. (1977
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Saat sedang memikirkan rel kereta api yang bengkok (salah satu bukti reaktivasi Sesar Watukosek), secara iseng-iseng, saya mencari berita mengenai kejadian ini dan mendapatkan tautan berikut: http://www.suaramerdeka.com/harian/0609/28/nas01.htm Foto yang terpampang di situs di atas menurut hemat saya adalah foto yang hampir sama dengan foto yang dipasang di Mazzini et al (2007) - EPSL 261, 375-388. Saya lihat tanggalnya, tanggal 27. Gempa Jogja yang konon telah mereaktivasi sesar Watukosek juga terjadi pada tanggal yang sama. Tapi lho, beritanya itu dimuat pada bulan September, sedangkan gempanya kan bulan Mei? Jadi, ada selang waktu 4 bulan, di mana tidak ada yang sadar bahwa rel kereta itu telah bengkok, tidak ada laporan gangguan dan kereta api jurusan Surabaya-Malang-Blitar lewat seperti biasa setiap hari mungkin beberapa kali, sampai akhirnya lengkungan rel menjadi parah karena pergerakan tanah yang membuat rel bengkok. Bagaimana ini Pak Masinis selama 4 bulan kok tidak melihat posisi relnya sudah berubah? Berlanjut ke komposisi magma Merapi dan Semeru, yang membuat kedua gunung api ini merespon gempa Jogja secara bersamaan walaupun jaraknya berbeda dari pusat gempa, saya sudah memberikan 3 referensi, di mana mereka menggunakan XRF untuk menganalisis kandungan SiO2, yang menyimpulkan Semeru dan Merapi adalah sama-sama gunung api andesit basaltik. Komentar saya mengenai topik ini saya rasa sudah cukup, selebihnya saya serahkan kepada para volcanologist yang lebih tahu daripada saya untuk berkomentar. Sampai sejauh ini, saat kita mendiskusikan kaitan gempa dan aktivitas gunung api, kita selalu tidak mengikutsertakan faktor tambahan magma baru ke dapur magma (Sparks et al, 1977 di dalam Manga dan Brodsky, 2006). Padahal, Merapi dan Semeru telah aktif sebelum gempa Jogja terjadi, dengan kata lain, tekanan di dapur magma sudah meningkat sehingga ada yang harus dikeluarkan lewat lubang kepundan. Dengan menggunakan analogi proses yang sama antara gunung api dan gunung lumpur (walaupun yang satu adalah magma sedangkan yang lain adalah lumpur), kita bisa mempertanyakan, ada tambahan tekanan apa dan dari mana di sekitar sumur BPJ/BJP-1 yang membuat LULA/LUSI meledak? Hanya passing seismic wave sajakah? Mori dan Kano (2009) menunjukkan bahwa passing seismic wave dari gempa Jogja yang sampai ke Sidoarjo paling-paling cuma sekitar 7 kPa, lebih kecil daripada critical threshold 10 kPA yang digunakan oleh Walter et al (2007) - mengikuti Stein (1999) - untuk menunjukkan transient pressure minimum yang dapat mentrigger letusan gunung berapi. Semua fakta mengenai naik turunnya muka air tanah, rekaman passing seismic wave di Ujung Pangkah dan seterusnya adalah fakta yang baik. Bahwa kondisi fluida lokal di Sidoarjo terpengaruh oleh passing seismic wave menurut Mori dan Kano (2009) adalah fakta yang sahih. Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana goncangan gempa ini sampai membuat ledakan yang begitu hebat? Mari kita analogikan dengan menggoyang air dalam panci yang sedang mendidih di atas kompor. Dalam kondisi tidak ada tambahan panas dari kompor, goyangan yang pelan tentu tidak akan membuat air menggelegak dan tumpah, tapi jika kemudian panas dari kompor kita tambahkan secara signifikan, gelembung air yang mendidih menjadi lebih besar, air panasnya akan tumpah dari panci. Jika memang ada faktor kondisi kritis yang bermain, sebenarnya apa sebenarnya faktor kondisi kritis ini? Untuk kasus Merapi dan Semeru, mungkin faktor kondisi kritisnya sudah jelas, mereka sedang aktif pada saat gempa terjadi, kemudian setelah gempa aktivitasnya meningkat (walaupun responnya masih terlihat aneh padahal jaraknya berbeda dari pusat gempa, biarlah kita lupakan saja). Saya bisa mengajukan faktor kondisi kritis ini berupa tambahan magma baru yang menekan dapur magma kedua gunung api itu. Tapi untuk LULA/LUSI? Apakah mereka? Saya sudah membaca makalah tentang 4 tahapan pembentukan gunung lumpur yang dipublikasikan di IPA 2008 (Satyana dan Asnidar, 2008). Awalnya, saya berharap dapat menjawab pertanyaan yang saya ajukan di atas (tentang observasi untuk mengenali sebuah gunung lumpur siap meledak/berada dalam kondisi kritis) setelah membaca makalah Pak Awang. Namun rasanya saya tidak menemukan jawaban itu (mohon Pak Awang berkenan menunjukkan kepada saya pembahasan mengenai topik ini di makalah tersebut, siapa tahu saya membaca terlalu cepat dan justru melewatkan bagian ini). Atau mungkin pembahasan ini ada di makalah Pak Awang di PIT IAGI 2007 yah (saya tidak punya akses ke prosiding PIT IAGI, ada yang berkenan membantu?). Kembali ke Satyana dan Asnidar (2008) yang mengutip Waluyo (2007), saya lihat tidak ada perbedaan antara Stage 2 dan Stage 3 evolusi mud diapir menjadi mud volcano, selain di Stage 3, erupsi telah terjadi (erupting mud volcano phase). Kalau saya tidak salah menangkap tulisan Pak Awang, justru yang ingin kita observasi adalah sesaat sebelum syn-eruption, apa tanda mud diapir yang siap meledak dan menjadi mud
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
tidak menunjukkan UGBO (bila ada) signifikan memicu erupsi Lusi. Bila UGBO di BJP-1 tidak ada, maka tak perlu lagi melibatkan BJP-1 sebagai pemicu Lusi. . 15. Secara umum, diketahui bahwa kejadian mud volcanoes berhubungan dengan sesar-sesar di active tectonic setting (Brown, 1980; Kopf, 2002, 2008; Bonini, 2007). Lusi memenuhi kondisi ini, ia terletak di Sesar Watukosek di wilayah tektonik yang aktif (beberapa jalur antiklin di wilayah Sidoarjo bahkan bergerak dalam satu malam sampai ke permukaan yang menyebabkan sebuah aliran sungai berubah alurnya –lihat bencana Banyu Pindah di Serat Pararaton yang terjadi pada zaman Airlangga memerintah Kahuripan –Satyana dan Asnidar, 2008). 16. Natural process fracture propagation dan fluidisasi dapat diakselerasi oleh aktivitas seismic. Goncangan gempa dapat membentuk fracture yang akan menjadi free pathways untuk deeper fluids naik ke permukaan. Banyak sekali publikasi yang mendokumentasikan bahwa aktivitas seismic menggiatkan atau memicu aktivitas geyser, methane emission, magmatic volcanoes dan mud volcanoes (Chigira dan Tanaka, 1997; Guliev dan Feizullayev, 1997; Linde dan Sacks, 1998; Delisle et al, 2002; Hieke, 2004; Nakamukae et al, 2004; Manga dan Brodsky, 2006; Ellouz-Zimmermann et al, 2007; Lemarchand dan Grasso, 2007; Mau et al, 2007; Mellors et al, 2007; Walter dan Amelung, 2007; Judd dan Hovland, 2007; Mazzini et al., 2008; Eggert dan Walter, 2009; Manga, 2009; Mazzini et al, 2009). Demikian, semoga membantu memberikan penjelasan. Salam, Awang --- Pada Ming, 14/3/10, MINARWAN minarw...@gmail.com menulis: Dari: MINARWAN minarw...@gmail.com Judul: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Kepada: iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Minggu, 14 Maret, 2010, 11:11 PM Saat sedang memikirkan rel kereta api yang bengkok (salah satu bukti reaktivasi Sesar Watukosek), secara iseng-iseng, saya mencari berita mengenai kejadian ini dan mendapatkan tautan berikut: http://www.suaramerdeka.com/harian/0609/28/nas01.htm Foto yang terpampang di situs di atas menurut hemat saya adalah foto yang hampir sama dengan foto yang dipasang di Mazzini et al (2007) - EPSL 261, 375-388. Saya lihat tanggalnya, tanggal 27. Gempa Jogja yang konon telah mereaktivasi sesar Watukosek juga terjadi pada tanggal yang sama. Tapi lho, beritanya itu dimuat pada bulan September, sedangkan gempanya kan bulan Mei? Jadi, ada selang waktu 4 bulan, di mana tidak ada yang sadar bahwa rel kereta itu telah bengkok, tidak ada laporan gangguan dan kereta api jurusan Surabaya-Malang-Blitar lewat seperti biasa setiap hari mungkin beberapa kali, sampai akhirnya lengkungan rel menjadi parah karena pergerakan tanah yang membuat rel bengkok. Bagaimana ini Pak Masinis selama 4 bulan kok tidak melihat posisi relnya sudah berubah? Berlanjut ke komposisi magma Merapi dan Semeru, yang membuat kedua gunung api ini merespon gempa Jogja secara bersamaan walaupun jaraknya berbeda dari pusat gempa, saya sudah memberikan 3 referensi, di mana mereka menggunakan XRF untuk menganalisis kandungan SiO2, yang menyimpulkan Semeru dan Merapi adalah sama-sama gunung api andesit basaltik. Komentar saya mengenai topik ini saya rasa sudah cukup, selebihnya saya serahkan kepada para volcanologist yang lebih tahu daripada saya untuk berkomentar. Sampai sejauh ini, saat kita mendiskusikan kaitan gempa dan aktivitas gunung api, kita selalu tidak mengikutsertakan faktor tambahan magma baru ke dapur magma (Sparks et al, 1977 di dalam Manga dan Brodsky, 2006). Padahal, Merapi dan Semeru telah aktif sebelum gempa Jogja terjadi, dengan kata lain, tekanan di dapur magma sudah meningkat sehingga ada yang harus dikeluarkan lewat lubang kepundan. Dengan menggunakan analogi proses yang sama antara gunung api dan gunung lumpur (walaupun yang satu adalah magma sedangkan yang lain adalah lumpur), kita bisa mempertanyakan, ada tambahan tekanan apa dan dari mana di sekitar sumur BPJ/BJP-1 yang membuat LULA/LUSI meledak? Hanya passing seismic wave sajakah? Mori dan Kano (2009) menunjukkan bahwa passing seismic wave dari gempa Jogja yang sampai ke Sidoarjo paling-paling cuma sekitar 7 kPa, lebih kecil daripada critical threshold 10 kPA yang digunakan oleh Walter et al (2007) - mengikuti Stein (1999) - untuk menunjukkan transient pressure minimum yang dapat mentrigger letusan gunung berapi. Semua fakta mengenai naik turunnya muka air tanah, rekaman passing seismic wave di Ujung Pangkah dan seterusnya adalah fakta yang baik. Bahwa kondisi fluida lokal di Sidoarjo terpengaruh oleh passing seismic wave menurut Mori dan Kano (2009) adalah fakta yang sahih. Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana goncangan gempa ini sampai membuat ledakan yang begitu hebat? Mari kita analogikan dengan menggoyang air dalam panci yang sedang mendidih di atas kompor. Dalam kondisi tidak ada tambahan panas dari kompor, goyangan yang pelan tentu tidak akan membuat air menggelegak dan tumpah, tapi jika kemudian panas dari kompor kita tambahkan secara signifikan
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
seperti yang telah saya sebutkan di atas tidak menunjukkan suatu UGBO di sumur BJP-1 yang dapat memicu Lusi mud volcano eruption. Paper Mori dan Kano (2009) yang saya tambahi dengan analisis-analisis saya di atas makin meyakinkan saya bahwa reaktivasi Sesar Watukosek yang dipicu gempa Yogya adalah trigger utama Lusi eruption. Trigger utama ? Berarti, ada trigger lainnya ? Itu mungkin saja, saya tak pernah menutup kemungkinan trigger lain, tetapi kalau pun ada, tak akan merupakan trigger yang penting. 13. Saya tak pernah menyebutkan bahwa gempa Yogya adalah penyebab Lusi, beberapa teman telah salah duga tentang hal ini; penyebab Lusi adalah sistemnya yang merupakan elisional critical venting system, sementara reaktivasi Sesar Watukosek yang dipicu gempa Yogya adalah trigger utama yang membuat naturally prepared system tersebut bererupsi karena telah terjadi dynamic fluid stress change yang signifikan atasnya. 14. UGBO yang diduga terjadi di BJP-1 lalu menimbulkan Lusi mud volcano eruption seperti dianut oleh beberapa penulis (Davies et al., 2006, Davies et al., 2008; Tingay et al., 2008) dan beberapa teman di milis ini sangat patut dipertanyakan baik dari (1) segi keabsahan analisis drilling (seperti diargumentasi oleh Sawolo et al, 2009, 2010; Nawangsidi, 2007 dan beberapa teman yang aktif di milis ini -lihat argumentasi2 Pak Bambang Istadi) dan (2) data geologi regional sekeliling Lusi (lihat butir-butir diskusi saya di atas). Analisis drilling dan data geologi regional tidak menunjukkan UGBO (bila ada) signifikan memicu erupsi Lusi. Bila UGBO di BJP-1 tidak ada, maka tak perlu lagi melibatkan BJP-1 sebagai pemicu Lusi. . 15. Secara umum, diketahui bahwa kejadian mud volcanoes berhubungan dengan sesar-sesar di active tectonic setting (Brown, 1980; Kopf, 2002, 2008; Bonini, 2007). Lusi memenuhi kondisi ini, ia terletak di Sesar Watukosek di wilayah tektonik yang aktif (beberapa jalur antiklin di wilayah Sidoarjo bahkan bergerak dalam satu malam sampai ke permukaan yang menyebabkan sebuah aliran sungai berubah alurnya –lihat bencana Banyu Pindah di Serat Pararaton yang terjadi pada zaman Airlangga memerintah Kahuripan –Satyana dan Asnidar, 2008). 16. Natural process fracture propagation dan fluidisasi dapat diakselerasi oleh aktivitas seismic. Goncangan gempa dapat membentuk fracture yang akan menjadi free pathways untuk deeper fluids naik ke permukaan. Banyak sekali publikasi yang mendokumentasikan bahwa aktivitas seismic menggiatkan atau memicu aktivitas geyser, methane emission, magmatic volcanoes dan mud volcanoes (Chigira dan Tanaka, 1997; Guliev dan Feizullayev, 1997; Linde dan Sacks, 1998; Delisle et al, 2002; Hieke, 2004; Nakamukae et al, 2004; Manga dan Brodsky, 2006; Ellouz-Zimmermann et al, 2007; Lemarchand dan Grasso, 2007; Mau et al, 2007; Mellors et al, 2007; Walter dan Amelung, 2007; Judd dan Hovland, 2007; Mazzini et al., 2008; Eggert dan Walter, 2009; Manga, 2009; Mazzini et al, 2009). Demikian, semoga membantu memberikan penjelasan. Salam, Awang --- Pada Ming, 14/3/10, MINARWAN minarw...@gmail.com menulis: Dari: MINARWAN minarw...@gmail.com Judul: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Kepada: iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Minggu, 14 Maret, 2010, 11:11 PM Saat sedang memikirkan rel kereta api yang bengkok (salah satu bukti reaktivasi Sesar Watukosek), secara iseng-iseng, saya mencari berita mengenai kejadian ini dan mendapatkan tautan berikut: http://www.suaramerdeka.com/harian/0609/28/nas01.htm Foto yang terpampang di situs di atas menurut hemat saya adalah foto yang hampir sama dengan foto yang dipasang di Mazzini et al (2007) - EPSL 261, 375-388. Saya lihat tanggalnya, tanggal 27. Gempa Jogja yang konon telah mereaktivasi sesar Watukosek juga terjadi pada tanggal yang sama. Tapi lho, beritanya itu dimuat pada bulan September, sedangkan gempanya kan bulan Mei? Jadi, ada selang waktu 4 bulan, di mana tidak ada yang sadar bahwa rel kereta itu telah bengkok, tidak ada laporan gangguan dan kereta api jurusan Surabaya-Malang-Blitar lewat seperti biasa setiap hari mungkin beberapa kali, sampai akhirnya lengkungan rel menjadi parah karena pergerakan tanah yang membuat rel bengkok. Bagaimana ini Pak Masinis selama 4 bulan kok tidak melihat posisi relnya sudah berubah? Berlanjut ke komposisi magma Merapi dan Semeru, yang membuat kedua gunung api ini merespon gempa Jogja secara bersamaan walaupun jaraknya berbeda dari pusat gempa, saya sudah memberikan 3 referensi, di mana mereka menggunakan XRF untuk menganalisis kandungan SiO2, yang menyimpulkan Semeru dan Merapi adalah sama-sama gunung api andesit basaltik. Komentar saya mengenai topik ini saya rasa sudah cukup, selebihnya saya serahkan kepada para volcanologist yang lebih tahu daripada saya untuk berkomentar. Sampai sejauh ini, saat kita mendiskusikan kaitan gempa dan aktivitas gunung api, kita selalu tidak mengikutsertakan faktor tambahan magma baru ke dapur
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Minarwan, Pendapat saya bahwa Semeru relatif lebih basa dibandingkan dengan Merapi didasarkan kepada Kusumadinata (1979) : Data Dasar Gunungapi Indonesia. Untuk Merapi, komposisi yang dilaporkan itu didasarkan kepada penelitian dari tahun 1940-1973 yang menyimpulkan bahwa komposisi SiO2 lava Merapi sebesar 54,50 - 57,71 % dan secara petrografi menggolongkannya sebagai andesit piroksen dengan apatit prism. Sementara Semeru, komposisi SiO2-nya 55,90 % relatif lebih basa daripada Merapi, memang bedanya sedikit saja; tetapi penelitian geologi di Gunung Semeru bisa lebih meyakinkan bahwa lava Semeru memang relatif lebih basa. Kusumadinata (1979) melaporkan bahwa lava tua di kaki gunungapi tertinggi di Jawa ini berkomposisi basal olivin augit berdasarkan penelitian geologi di Besuk Kobokan dan Besuk Sat di kaki Semeru pada ketinggian 900 mdpl. Bahan letusan yang lebih muda tersingkap di kerucut sentral dan parasitiknya dan dilaporkan bahwa semua lava ini mengandung basal olivin augit. salam, Awang --- Pada Rab, 10/3/10, MINARWAN minarw...@gmail.com menulis: Dari: MINARWAN minarw...@gmail.com Judul: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Kepada: iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Rabu, 10 Maret, 2010, 4:15 AM Pak Awang, Kok tanggapannya selalu lebih banyak daripada punya saya jadinya pe er saya tambah banyak dong Pak. Saya belum selesai memikirkan email lain eh muncul lagi email baru dari Pak Awang dan lebih panjang lagi hehehe Pak, akhirnya saya mendapatkan makalah mengenai komposisi Merapi dan Semeru. Kebetulan sekali, Journal of Petrology bisa diakses dengan gratis di situs mereka (http://petrology.oxfordjournals.org/). Makalah dari Carn and Pyle (2001) - Vol. 42 (9), 1643-1683 - memuat hasil pengamatan SiO2 dari sample Semeru, yang berkisar antara 56 - 58 wt% lebih sedikit. Jika diklasifikasikan, tipe magma ini cenderung ke basaltic andesit dan mengarah ke andesit (medium-K Basaltic Andesit dan Medium-K Andesite). Di makalah lain, yaitu Gertisser dan Keller (2003) - Vol. 44 (3), 457-489 - hasil pengamatan mereka justru menunjukkan tipe magma Merapi adalah sedikit basaltik hingga andesit basaltik. Kisaran SiO2-nya mulai dari 48-57 wt% dan ternyata ada yang tipe Medium-K dan High-K. Sekilas saya lihat justu komposisi magma Merapi dan Semeru ini justru terbalik dengan apa yang dituliskan Pak Awang yah? Jadi Merapi sedikit lebih basa daripada Semeru, atau katakanlah sebenarnya sama saja. Sementara demikian dulu yah Pak, sambil cari referensi lain pelan-pelan. Salam, mnw 2010/3/8 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com: Minarwan, Tanggapan kedua saya atas ulasan kedua Minarwan : 1. Merapi memang telah aktif sejak beberapa bulan sebelum terjadi gempa Yogya pada 27 Mei 2010. Saat terjadi gempa Yogya, aktivitasnya meningkat beberapa hari kemudian. Saat itu ramai pula diskusi di milis bahwa keduanya saling berpengaruh, ada yang bilang gempa dipicu Merapi, ada yang bilang sebaliknya. Saya berpendapat aktivitas Merapi sebelum gempa tak ada hubungannya dengan gempa; tetapi setelah gempa aktivitas Merapi sedikit/banyak dipengaruhinya. Wikipedia memang tidak peer-reviewed, tetapi ulasan2-nya menurut hemat saya bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah. 2. Lubang kepundan Merapi dan sumbat Merapi ada beberapa, di area yang tak tersumbat magma bisa menembus dan turun sebagai lava. Lava pun bisa menembus beberapa bagian sumbat yang mengakibatkan deformasi sumbat lava. Justru mekanisme inilah yang memudahkan gugurnya sumbat lava. Jadi, turunnya lava tidak bisa diartikan bahwa semua sumbatnya telah tidak ada.Tiga hari setelah gempa Yogya, aktivitas awan panas meningkat. Awan panas ini (nuee ardente) kebanyakan berasal dari guguran sumbat lava lama. Terobosan lava telah memudahkan gugurnya sumbat lava, saat pada waktunya sumbat itu digoncang gempa dan beberapa hari kemudian runtuh. Barangkali Minarwan ingat bahwa saat itu rakyat Yogya hendak naik ke arah Kaliurang menghindari isu tsunami dari gempa Yogya, tetapi dari atas Kaliurang awan panas mulai meningkat. 3. Lava basalto-andesitik pada dasarnya berkomposisi lebih basa dibandingkan andesit-basaltik yang intermediat atau riolitik yang asam. Semakin basa lava semakin mudah dibangkitkan oleh suatu aktivitas. Magma Merapi meskipun dikatakan basalto-andesitik, berbeda dalam komposisi SiO2-nya dibandingkan dengan Merapi, relatif lebih asam; semakin banyak SiO2 semakin kental dan kecenderungan membentuk sumbat lava semakin besar. Goncangan gempa adalah energi yang akan mengaktivitas fluida, fluida apa pun itu yang ada di bawah permukaan; bisa migas, air, maupun magma. Saat dikocok begini, lava basal akan lebih merespon dibandingkan lava asam; maka meskipun Semeru terletak lebih jauh dari episentrum gempa Yogya, peningkatan aktivitasnya bersamaan dengan Merapi yang lokasinya lebih dekat. Jadi, respon Semeru cepat; respon Merapi relatif lebih lambat karena komposisi kedua gunungapi ini relatif
RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Pak Bambang, selamat pagi. Saya suka sekali mengikuti diskusi ini. Dan saya masih sangat concern untuk melihat real data yg ada, mudah2an ada inisiasi dari IAGI untuk mengupayakan perizinan, karena bagaimanapun badan tertentu akan lebih mudah mendapatkan akses daripada orang per orang. Jika pun IAGI kesulitan orang untuk mengurus hal ini saya siap jadi volunteer atas nama IAGI untuk mengurusnya. Trims. Mengenai posting Pak Bambang di bawah ini, ada beberapa pertanyaan yg ingin saya ajukan: 1. Dikatakan sebelumnya bahwa kick terjadi sehari setelah loss (loss terjadi saat posisi bit di 9297). Berarti loss sudah dapat diatasi lebih dulu sebelum kick. Pertanyaannya berapa lama tepatnya loss dapat diatasi dan apakah sumur dapat kembali melakukan sirkulasi normal? 2. Kick yg terjadi keesokan harinya itu menurut Pak Bambang disebabkan oleh apa? Pada saat kick apa yg sedang dilakukan? Dan posisi mata bor di kedalaman berapa Pak? Apakah kick terjadi pada saat dilakukan penarikan mata bor ke permukaan? 3. Kick dapat terkontrol 40 menit kemudian apakah dengan menaikkan berat lumpur Pak? 4. Setelah kick dapat teratasi kemudian operasi apa yg dilakukan sebelum mata bor mengalami stuck? Menurut Pak Bambang stuck yg terjadi apakah karena differential sticking ataukah karena runtuhan? 5. Seingat saya setelah terjadi stuck dilakukan pemotongan drill pipe (saya lupa istilahnya, back off ya Pak). Bagaimana kondisi sumur setelah pemotongan dilakukan? Apakah masih bisa dilakukan komunikasi antara rig floor dengan sumur waktu itu dengan memasukkan mata bor dan drill pipe baru waktu itu? Apa yang terjadi setelah pemotongan dilakukan? 6. Kapan tepatnya rekahan di dekat drillpipe rack terjadi? (saya pernah lihat fotonya). Sementara itu dulu Pak Bambang. Mohon maaf jika pertanyaannya terlalu banyak. Saya hanya ingin mendapatkan skema yg sahih, kronologi yg tepat mengenai kejadian LUSI, agar saya bisa nyambung dengan diskusi ini. Salam hangat, FF --- On Wed, 10/3/10, Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com wrote: From: Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI To: iagi-net@iagi.or.id Date: Wednesday, 10 March, 2010, 13:14 Cak Yayang, mein brur,.. Sangat menarik statementnya dimana LUSI adalah mud volcano dari mud diapirsm yang pada awalnya dipicu oleh underground blowout-UGBO . kita perlu mendefinisikan apa yang dimaksud dengan UGBO yang disebabkan oleh pemboran; dan, bagaimana tekanan dalam sumur, lalu, proses terjadi fractures dan breach sampai kepermukaan. 1. Pertama, harus adanya 'uncontrolled kick', suatu kick besar yang tidak bisa diatasi. 2. Adanya tekanan tinggi yang melebihi fracture pressure dilapisan yang terlemah, lazimnya di casing shoe terdalam, sehingga tercipta fracture didalam sumur. 3. Adanya 'drive mechanism' yang besar sehingga fluida mengalir kedalam sumur dari lapisan yang bertekanan tinggi dan berlanjut pada proses pemecahan batuan disumur tersebut. Jadi sumur menjadi bagian dari proses. Jadi jika terjadi UGBO yang mengakibatkan liquefaction seperti yang cak Yayang usulkan, seharusnya juga melibatkan sumur itu sendiri dan harus bisa dan mudah terdeteksi disumur. 4. Adanya 'sustained propagation pressure', tekanan tinggi yang bisa meneruskan fractures kepermukaan 'breach' dan tetap menahan fracture agar tetap terbuka. Eg. Kalau melakukan frac job musti ada propantnya supaya tetap terbuka. Jika dipicu dan berhubungan dengan sumur, maka saat terjadi mudflow harusnya sumur ikut terpengaruh. Self propulsion yang berasal dari UGBO disumur yang diusulkan cak Yayang seharusnya juga berdampak pada sumur tersebut. Bukti yang kita kumpulkan tidak menunjang kriteria diatas, sehingga kami simpulkan tidak terjadi UGBO disumur, meskipun diawal-awal kita semua langsung menuding sumur tanpa bukti yang cukup. Sebagai contoh, kick yang terjadi sehari sesudah adanya loss bersamaan dengan gempa, sudah terkontrol dan mati dalam waktu 40 menit, lalu BOP sudah dibuka dalam waktu ~3 jam. Sumur benar2 telah mati dan bisa melakukan sirkulasi, artinya tidak ada lagi high pressure didalam sumur maupun sumbatan didalam sumur. Analisa tekanan dalam sumur menujukkan bahwa tekanan pada casing shoe adalah sebesar 2710 psi yang mana masih dibawah kekuatan batuan (3053 psi LOT). Sebaliknya sumur dituding terjadi UGBO dan fracturing karena drill pipe pressure turun dan berakhir drastis dengan terjadinya breach ke permukaan. Rupanya claim tersebut hanya didasari oleh satu data yaitu drill pipe pressure data saja (Davies/Lusiaga di Cape Town). Namun kalau kita bandingkan turunnya drillpipe pressure tersebut dengan enam data2 yang lain, ceritanya akan beda. Turunnya drillpipe pressure secara drastis tersebut disebabkan oleh dilakukannya bleed-off pressure pada drill pipe sebelum dipompakan soaking fluid. Drill string merupakan closed-loop system, jika ada penurunan pressure tidak berarti sumurnya bocor. Kalau bocor tidak mungkin ada pressure sewaktu
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Pertanyaan2nya pak Firman ini karena sangat detail, maka mungkin bisa dijawab oleh wellsite geologist nya saat itu yg pas bertugas memonitor pemboran. Biarpun pak Bambang Is sebagai boss mungkin mempunyai data lengkap sumur tsb, tetapi kalau wellsite geologistnya sendiri yg saat kejadian2 yg ditanyakan oleh pak Firman yg berada di sitenya, mungkin bisa lebih tahu ingat persisnya apa yg terjadi karena yg melihat mengalaminya sendiri. Soalnya report kadang2 bisa mislead sedikit. wass, nyoto 2010/3/11 Firman Fauzi geafi...@yahoo.co.uk Pak Bambang, selamat pagi. Saya suka sekali mengikuti diskusi ini. Dan saya masih sangat concern untuk melihat real data yg ada, mudah2an ada inisiasi dari IAGI untuk mengupayakan perizinan, karena bagaimanapun badan tertentu akan lebih mudah mendapatkan akses daripada orang per orang. Jika pun IAGI kesulitan orang untuk mengurus hal ini saya siap jadi volunteer atas nama IAGI untuk mengurusnya. Trims. Mengenai posting Pak Bambang di bawah ini, ada beberapa pertanyaan yg ingin saya ajukan: 1. Dikatakan sebelumnya bahwa kick terjadi sehari setelah loss (loss terjadi saat posisi bit di 9297). Berarti loss sudah dapat diatasi lebih dulu sebelum kick. Pertanyaannya berapa lama tepatnya loss dapat diatasi dan apakah sumur dapat kembali melakukan sirkulasi normal? 2. Kick yg terjadi keesokan harinya itu menurut Pak Bambang disebabkan oleh apa? Pada saat kick apa yg sedang dilakukan? Dan posisi mata bor di kedalaman berapa Pak? Apakah kick terjadi pada saat dilakukan penarikan mata bor ke permukaan? 3. Kick dapat terkontrol 40 menit kemudian apakah dengan menaikkan berat lumpur Pak? 4. Setelah kick dapat teratasi kemudian operasi apa yg dilakukan sebelum mata bor mengalami stuck? Menurut Pak Bambang stuck yg terjadi apakah karena differential sticking ataukah karena runtuhan? 5. Seingat saya setelah terjadi stuck dilakukan pemotongan drill pipe (saya lupa istilahnya, back off ya Pak). Bagaimana kondisi sumur setelah pemotongan dilakukan? Apakah masih bisa dilakukan komunikasi antara rig floor dengan sumur waktu itu dengan memasukkan mata bor dan drill pipe baru waktu itu? Apa yang terjadi setelah pemotongan dilakukan? 6. Kapan tepatnya rekahan di dekat drillpipe rack terjadi? (saya pernah lihat fotonya). Sementara itu dulu Pak Bambang. Mohon maaf jika pertanyaannya terlalu banyak. Saya hanya ingin mendapatkan skema yg sahih, kronologi yg tepat mengenai kejadian LUSI, agar saya bisa nyambung dengan diskusi ini. Salam hangat, FF --- On Wed, 10/3/10, Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com wrote: From: Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI To: iagi-net@iagi.or.id Date: Wednesday, 10 March, 2010, 13:14 Cak Yayang, mein brur,.. Sangat menarik statementnya dimana LUSI adalah mud volcano dari mud diapirsm yang pada awalnya dipicu oleh underground blowout-UGBO . kita perlu mendefinisikan apa yang dimaksud dengan UGBO yang disebabkan oleh pemboran; dan, bagaimana tekanan dalam sumur, lalu, proses terjadi fractures dan breach sampai kepermukaan. 1. Pertama, harus adanya 'uncontrolled kick', suatu kick besar yang tidak bisa diatasi. 2. Adanya tekanan tinggi yang melebihi fracture pressure dilapisan yang terlemah, lazimnya di casing shoe terdalam, sehingga tercipta fracture didalam sumur. 3. Adanya 'drive mechanism' yang besar sehingga fluida mengalir kedalam sumur dari lapisan yang bertekanan tinggi dan berlanjut pada proses pemecahan batuan disumur tersebut. Jadi sumur menjadi bagian dari proses. Jadi jika terjadi UGBO yang mengakibatkan liquefaction seperti yang cak Yayang usulkan, seharusnya juga melibatkan sumur itu sendiri dan harus bisa dan mudah terdeteksi disumur. 4. Adanya 'sustained propagation pressure', tekanan tinggi yang bisa meneruskan fractures kepermukaan 'breach' dan tetap menahan fracture agar tetap terbuka. Eg. Kalau melakukan frac job musti ada propantnya supaya tetap terbuka. Jika dipicu dan berhubungan dengan sumur, maka saat terjadi mudflow harusnya sumur ikut terpengaruh. Self propulsion yang berasal dari UGBO disumur yang diusulkan cak Yayang seharusnya juga berdampak pada sumur tersebut. Bukti yang kita kumpulkan tidak menunjang kriteria diatas, sehingga kami simpulkan tidak terjadi UGBO disumur, meskipun diawal-awal kita semua langsung menuding sumur tanpa bukti yang cukup. Sebagai contoh, kick yang terjadi sehari sesudah adanya loss bersamaan dengan gempa, sudah terkontrol dan mati dalam waktu 40 menit, lalu BOP sudah dibuka dalam waktu ~3 jam. Sumur benar2 telah mati dan bisa melakukan sirkulasi, artinya tidak ada lagi high pressure didalam sumur maupun sumbatan didalam sumur. Analisa tekanan dalam sumur menujukkan bahwa tekanan pada casing shoe adalah sebesar 2710 psi yang mana masih dibawah kekuatan batuan (3053 psi LOT). Sebaliknya sumur dituding terjadi UGBO dan fracturing karena drill pipe pressure turun
[iagi-net-l] Usul Untuk IAGI (was Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI)
Pak Awang, Terima kasih atas penjelasannya Pak. Terima kasih dan salam, FF --- On Tue, 9/3/10, Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com wrote: From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI To: iagi-net@iagi.or.id Cc: Forum HAGI fo...@hagi.or.id, Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com, Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com Date: Tuesday, 9 March, 2010, 7:59 Firman, Semua publikasi tentang Lusi dari teman2 Lapindo dan para peneliti terkait sudah meminta izin terkait. Publikasi dari luar Lapindo seperti dari Davies, Tingay pertamanya tak mengurus izin ke Migas karena mereka menggunakan data di luar Lapindo (bukan data, sebagian dari media). Publikasi berikutnya dari Davies dan Tingay yang telah menggunakan raw data Lapindo, saya tak tahu apakah sudah seizin Migas atau tidak sebab tak ada catatan permintaan izin. Davies dan Tingay membawa bendera institusinya (perguruan tinggi dan research center mereka di Inggris dan Australia), Mazzini dkk membawa bendera perguruan tinggi dan research center-nya di Norwegia, juga mereka berkolaborasi dengan teman2 Lapindo. Di Indonesia, institusi yang pernah mengakses data tersebut adalah IAGI dan Badan Geologi. Dua hari lalu Badan Geologi juga meminta data tersebut, tetapi sekarang mereka langsung ke Pusdatin (prosedur yang benar juga) dengan tembusan ke BPMIGAS dan Ditjen Migas. Karena saya di BPMIGAS, saya tentu saja pernah menganalisis semua data BJP-1 (GG, drilling dan yang berkaitan), baik sebelum usulannya, saat pengeborannya dalam bentuk laporan harian, maupun sesudahnya. Publikasi saya tentang Lusi tidak secara khusus, tetapi menggabungkannya dengan semua gununglumpur yang lain di seluruh Jawa (Proceedings IPA 2008 - Satyana and Asnidar, 2008). Tidak ada data BJP-1 yang saya cantumkan di situ. Bila saya mencantumkan data BJP-1 di dalam paper, tentu saja saya pun akan melakukan prosedur perizinan yang sama. Pendapat saya bukan mewakili pendapat BPMIGAS. Dispensasi khusus untuk data BJP-1 bisa dilakukan bila Pemerintah memandang perlu, barangkali dasar hukumnya sebagai KepMen (Keputusan Menteri). Selama ini, itu belum ada, yang ada hanyalah PerMen 027/2006 yang saya ceritakan di bawah. Pembukaan data BJP-1 secara umum tanpa memberlakukan regulasi/keputusan yang baru adalah suatu pelanggaran terhadap regulasi yang ada. Para peneliti luar pun telah dapat mengakses data setelah melakukan prosedur yang baku. Jangan merasa ribet dengan regulasi ini, bila serius ingin melihat datanya, ikuti saja prosedurnya. salam, Awang --- Pada Sen, 8/3/10, Firman Fauzi geafi...@yahoo.co.uk menulis: Dari: Firman Fauzi geafi...@yahoo.co.uk Judul: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Kepada: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Senin, 8 Maret, 2010, 9:37 PM Dear Pak Awang, Membaca penjelasan Pak Awang tentang pemberian izin utk melihat data mau tidak mau sedikit menyurutkan saya yg tadinya bersemangat melihat data2 aktual operasi pemboran BJP-1. Hal tentang peneliti yg menulis paper tentang BJP-1 spt Tingay, Davies, Mazzini, seharusnya mereka tentu melewati prosedur standar spt yg Pak Awang jelaskan bukan? Saya juga jadi ingin bertanya sampai saat ini siapa saja badan hukum dan organisasi selain IAGI yg mendapatkan izin dan pernah menganalisa data tsb. Dan mengenai Tingay, Davies, dan Manzini, bendera organisasi apa yg mereka pakai untuk mereka mendapatkan akses ke data tsb? Dan apakah Pak Awang pernah menganalisa data2 BJP-1 baik geologi maupun drillingnya? Jika pernah berarti Pak Awang mewakili BP Migas kah? Dan melewati prosedur perizinan spt yg Pak Awang tulis kah? Menurut saya akses ke data BJP-1 tsb hrs terbuka untuk berbagai kalangan, shg kronologi yg putus2 dan data yg diperdebatkan di milis mrpk data yg kontinyu dan sahih. Di satu sisi saya sangat menghormati peraturan tentang pembatasan akses data migas, untuk kepentingan negeri ini. Namun di sisi lain, data BJP-1 adlh special case, di mana utk data ini seharusnya instansi berwenang (dirjen migas kah? atau bp migas?) memberikan dispensasi khusus untuk data tsb. Mengingat ini adalah data spesial yg di alur sejarahnya mengundang polemik yg kontroversial. Dispensasi khusus bukan berarti akses dibuka selebarnya tanpa izin, namun lebih ke kemudahan dan birokrasi sederhana saja. Data BJP-1 adalah data yg sarat makna untuk pembelajaran, data berharga yg dapat menguak tabir apa gerangan penyebab sejati semburan lumpur sidoarjo. Saya mendaftarkan diri, apabila IAGI atau badan apapun berkenan menginisiasi lagi pembukaan data BJP-1. Dan saya yakin akan banyak yg akan mendaftar. Salam dr Bogor Darussalam, FF
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
, 2010 6:51 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak Suhu Sugeng Yth, Sangat sangat benar sekali semua yang bapak uraian untuk mengecek keberadaan Kujung di sumur Banjarpanji. Ada fakta yang menyebutkan pengecekan bottom up sample di kedalaman 9283ft (14 ft diatas TD) dan ternyata masih batu pasir volkanik. Sampe akhirnya bor menembus 9297ft dan terjadi total loss sehingga sample belum pernah diperoleh apakah pada kedalaman ini benar2 top Kujung. Data terakhir VSP juga tidak konklusif dimana top Kujung bisa berada pd kedalaman 8800-9600ft. Jadi top Kujung juga masih tanda tanya dgn data-data yang ada (ini tanpa melihat datanya langsung ya). Kalo masalah batu pasir yang tebal di sumur Banjarpanji, sebenarnya di sumur Porong juga ditemukan batu pasir di kedalaman sekitar 700-an ft tapi tidak setebal di sumur Banjarpanji-1. Hilangnya batugamping seperti diproposal sebenarnya juga mungkin tidak begitu mengagetkan karena di atas Kujung jarang dijumpai lapisan batugamping yang sangat tebal (cmiiw). Yang cukup mengangetkan adalah adanya laporan yang harusnya confidential dari TriTech Petroleum Consultant Limited yang menyebutkan adanya Memorandum Summary of Meeting for banjarpanji tanggal 1 mei 2006. Salah satu catatan menyebutkan: -As informed by Lapindo Brantas' geologist, there is no weak zone or reactive shale that creates loss circulation or caving problem in the interval 3500'-8500'. -... -In case encounter caving indication the drilling will be stopped and set 11-3/4 prior continues to drilling deeper... Padahal di kedalaman 3500 dan 3595 sudah mulai mendapatkan gain. Bahkan waktu mengebor 17 ½ section sudah banyak mendapatkan caving sehingga casing 16 perlu dipasang lebih dangkal seperti yang dibilang pak Bambang. Hasil LOT 16casing juga tidak terlalu bagus sehingga perlu di-squeeze. Sebenarnya sudah banyak masalah di upper section dimana ini bisa dianalogikan dengan adanya high pressure seperti yang ada di sumurnya Santos (Anggur-1) waktu menembus pucangan. Asumsi saya..ini cuma asumsi sajadrilling mau meneruskan mengebor sampe top kujung karena secara kalkulasi, kekuatan shoe di 13-3/8 cukup besar dan adanya lampu hijau dari GG yang berpendapat bahwa tidak ada zona yang membahayakan di kedalaman 3500ft ke bawah. Walaupun kenyataannya justru di kedalaman ini pressure mulai bertambah karena sumur harus melewati section yang build up pressure. Selain itu, design sumur Banjarpanji kok sepertinya menantang menembus Kujung tepat ditengah2 conjugate fault yang secara teori merupakan zona lemah dan rawan loss. Bukankah formasi yang ditembus juga tanda tanya waktu sumur Banjarpanji-1 dipropose. Berbeda dengan design sumur Porong yang menembus di samping collapse structure (di papernya Kusumastuti, 1999). Ini cuma uneg2 saya seputar LUSI ditinjau dari sudut pandang yang lain yang tidak begitu menekankan factor drilling tetapi lebih menekankan factor GG dimana umumnya drilling akan berdiskusi dgn kita saat ketidakpastian bawah permukaan akan dilewati... Salam, -DS- -Original Message- From: Sugeng Hartono [mailto:sugeng.hart...@petrochina.co.id] Sent: Saturday, 06 March, 2010 10:27 PM To: iagi-net@iagi.or.id; iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak Doddy Yth, Untuk mengetahui apakah bit sudah mencium formasi Kujung (gamping)tentunya kita perlu melihat Mudlog atau Masterlog (dibuat oleh crew mudloggers) dan progress sample log (oleh wellsite geologist). Ini bukan pekerjaan yang sulit, ibarat sudah menjadi makanan wsg. Dan, kedua log ini pun sangat bergantung kepada pengalaman mudloggers dan wsg (crew yg kurang pengalaman biasanya kurang konfiden untuk menentukan ini). Sebenarnya perubahan litologi dari bukan gamping ke gamping juga akan ditengarai adanya perubahan ROP (rate of penetration)yg cukup mencolok. Rekaman ROP (juga RPM, hookload,pump pressure, dll)dapat dilihat dengan jelas di Chart Geolograph yang berada di ruang driller. Sayang sekali, lebih dari 15 th terakhir ini yg namanya Geolograph sudah pada rusak...:( Biasanya rig mechanic mengatakan tidak ada spare-part (atau memang tidak mampu memperbaikinya?). Tentang batu pasir (very porous volcanic sand?)yang begitu tebal (sampai 3000'?)pernah dipertanyakan seorang kawan yg geologist-mudlogger: bagaimana menjelaskannya, aktivitas volkanik sampai dapat menghasilkan batu pasir begitu tebal; mungkin ada letusan yg hebat dan berlangsung cukup lama. Mungkin ada kawan-2 lain yg dapat menerangkannya. Jadi, diskusi ini akan lebih bermakna kalau kita dapat melihat Mudlog-nya
RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Pak Doddy,... saya mau tambahkan keterangan sedikit yaa,.. Drilling plan dari Banjarpanji direncanakan berdasarkan asumsi pore pressure, mud weight dan leak off tests dari offset wells. Dalam proses planning, ketiga partners lama berdiskusi berdasarkan pengalaman masing masing untuk pengeboran karbonat yang dijadikan target, yang pada akhirnya well plan disetujui seperti dalam drilling program tersebut. Pada actual drilling nya, ketiga factor pore pressure, mud weight dan leak off test nya berbeda secara signifikan sehingga casing setting depth nya pun disesuaikan dengan kick tolerance yang berdasarkan dari pressure aktual dan tidak lagi mengacu kepada original drilling plan, seperti yang saya kemukakan pada e-mail sebelumnya. Pada sumur Banjarpanji ini apabila dilihat pore pressurenya, jelas kenaikan pore pressurenya ada di upper hole section (bisa dibaca pada paper kami di Elsevier). Sedangkan kenaikan pressure diparuh bawah dari sumur tidak terlalu signifikan dan sangat berlainan dengan rencana sumur semula. Dilihat dari formasi (volkaniklastik s/s) yang ditembus, drilling problem yang hampir tidak ada (sandstone dan pemakaian synthetic based mud), belum dicapainya formasi Kujung dan leak off test yang kuat dari casing shoe sebelumnya maka open hole sampai ~9400 ft diperhitungkan masih aman dari segi drilling. Jadi benar asumsi pak Doddy bahwa keputusan bersama adalah untuk menempatkan 9-5/8 casing shoe didalam formasi Kujung seperti pengalaman Santos di Jeruk dan rencana sumur semula. Jangan dilupakan pula bahwa Banjarpanji ini adalah sumur exploration, semi wild cat dimana data yang ada sangat minim. Sehingga meskipun memakai Dc-exponent untuk memperkirakan pore pressure nya, dilakukan juga Static Influx Tests (SIT) dan teknik lain untuk menemukan pore pressure yang sebenarnya secara akurat. SIT adalah simulated drill pipe connection dimana yang dibaca adalah besaran dari connection gas sehingga kita mengetahui approximate actual pore pressure dari formasi. Jadi yang sepertinya 'hole instability' seperti losses dan cavings di casing depth pada kedalaman 2300 ft dan 3600 ft tersebut adalah bagian untuk mengetahui pore pressure secara aman. Pak Doddy pasti masih ingat teknik ini waktu di Kaltim dimana banyak sumur explorasi dan wildcat dibor secara aman waktu dilakukan SX saturation exploration drilling campaign yang menghasilkan banyak cadangan baru di deep water. Kalau mengenai TriTech Petroleum Consultant, ini bukan konsultan Lapindo. 'Finding' merekapun terkesan mengabaikan data2 primer sumur tanpa technical analysis yang matang. Contohnya mengenai tidak diperlukannya casing 11-3/4 mereka terkesan kaget, sedangkan dari mulai well planning sudah jelas dirancang bersama dimana dan mengapa casing seat di design begitu. Waktu ditemukan tekanan didalam sumur yang berbeda dengan rencana dan harus dilakukan revisi penempatan casing semua partner juga ikut menghitung dan memutuskannya. Hal ini tertuang dalam minutes of meeting bersama. Juga wakil dari Medco sebagai partner pun ada di drilling rig tanpa melakukan protes, sewaktu pemboran lobang 12-1/4 didalamkan. Jadi pertanyaan fungsi analisa TriTech dan mengapa suatu report yang 'Privileged and Confidential' dibocorkan adalah jelas bukan untuk porsi teknikal tetapi untuk aspek lain dari LUSI. Sedangkan untuk milis IAGI lebih baik kita konsentrasi dalam aspek teknis tanpa terlibat dalama aspek politik, aspek bisnis atau yang sejenis. Wass. Bambang -Original Message- From: Bambang P. Istadi [mailto:bambang.ist...@energi-mp.com] Sent: Tuesday, March 09, 2010 10:11 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak Doddy, mas Sugeng, Saya jawab satu2 dulu yaa, sambil cari waktu senggang. Soal karbonat dulu,.. Adanya interpretasi bahwa lapisan karbonat sudah ditembus seperti yang di-claim oleh Davies bahwa lapisan Kujung sudah ditembus dan terjadi 'kick' (Davies et al., 2007. Birth of a mud volcano: East Java, 29 May 2006). Ini bertolak belakang dengan data yang menunjukan bahwa yang terjadi waktu pengeboran pada 9297 ft adalah 'loss circulation' bukan 'kick' yang seperti ia claim. interpretasi bahwa sudah mencium Kujung - ya boleh2 saja. Namun experienced well site geologist kita yang ada di rig pada waktu itu tidak setuju dengan interpretasi tersebut. Beberapa data yang dilihatnya tidak mendukung dengan klaim tersebut; Nilai analisa Calcimetry yang dilakukan menunjukkan bahwa tidak ada kenaikan angka calcimetry secara signifikan yang menandakan bahwa lapisan karbonat belum tertembus. Besaran calcimetry tetap sekitar 5-10% dan tidak meningkat dengan kedalaman. Angka ini konstan karena calcimetry analisis dilakukan setiap 10 ft dari cutting sample sejak pemboran memasuki kedalaman 7000 ft. Kalau pemboran menembus atau menyentuh lapisan carbonate akan menunjukkan nilai perubahan dari analisis calcimetry akan meningkat secara signifikan. Analisa onsite
RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Mas Natan, Sepertinya di e-mail terdahulu diterangkan kalo mereka pake look ahead VSP. Kemungkinan besar dari data inilah si wellsite menentukan / menginterpretasikan litologinya (bahkan lithologi dibawah bit yg belum dib or). Salam, suryo -Original Message- From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com] Sent: Tuesday, March 09, 2010 3:02 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Bambang P Is: ..interpretasi bahwa sudah mencium Kujung - ya boleh2 saja. Namun experienced well site geologist kita yang ada di rig pada waktu itu tidak setuju dengan interpretasi tersebut. Awang Satyana: Cuttings terakhir dari BJP-1 menunjukkan calcimetry 4 %, itu bukan representasi batugamping. Pak Nyoto..terimakasih untuk pencerahannya. Ternyata 14ft interval mulai dari 9284, 9285, 9286, 9287, 9288, 9289, 9290, 9291, 9292, 9293, 9294, 9295, 9296 dan 9297ft itu batuannya hanya 'imajinatif' toh. Ngapain ngeributin itu Kujung atau bukan Kujung..lalu yakin itu masih VS..ternyata semua keyakinan tsb hanya bermodalkan imajinasi..bukan data yah. Atau mungkin kalau sudah 'senior/experienced banget' boleh yah yakin terhadap imajinasi? Menurut saya, tidak ada 1 manusia pun yang tahu formasi di TD apa jika tidak ada cutting/logging. Bicara data..tapi tanpa data yang lengkap dan hanya yakin pada imajinasi..lalu sudah bisa bicara Lusi karena Gempa. Great lesson.. Salam, Natan On 3/9/10, nyoto - ke-el ssoena...@gmail.com wrote: Menurut keterangan pak Bambang, sample cutting terakhir dari kedalaman 9283 ft dan calcimetrynya tidak menunjukkan adanya kenaikan kandungan calcite (jadi belum masuk Kujung Ls), tapi kemudian total lost nya pada TD 9297 ft, mungkin justru top Kujung Ls nya baru tertembus pada TD nya. Makanya sampai cutting di 9283 ft t calcimetrynya tidak/belum naik. 2010/3/9 Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com Kata Pak Bambang di imil seblumnya ada Total Loss? bener ada atau ga nih Pak? (lihat imil yang menyertakan PPT dari Pak Bambang via moderator) Kalau ada, terus cuttingnya dapat darimana? Total Loss kan tidak ada Return, return saja tidak ada, kok bisa ngomongin cutting?? TD depth 9297ftMD, last cutting apakah 9297ftMD juga? Kalau sample / 10ft, kemungkinan last sample yang diambil 9290ftMD. Benar atau salah? On 3/9/10, Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com wrote: Pak Doddy, mas Sugeng, Saya jawab satu2 dulu yaa, sambil cari waktu senggang. Soal karbonat dulu,.. Adanya interpretasi bahwa lapisan karbonat sudah ditembus seperti yang di-claim oleh Davies bahwa lapisan Kujung sudah ditembus dan terjadi 'kick' (Davies et al., 2007. Birth of a mud volcano: East Java, 29 May 2006). Ini bertolak belakang dengan data yang menunjukan bahwa yang terjadi waktu pengeboran pada 9297 ft adalah 'loss circulation' bukan 'kick' yang seperti ia claim. interpretasi bahwa sudah mencium Kujung - ya boleh2 saja. Namun experienced well site geologist kita yang ada di rig pada waktu itu tidak setuju dengan interpretasi tersebut. Beberapa data yang dilihatnya tidak mendukung dengan klaim tersebut; Nilai analisa Calcimetry yang dilakukan menunjukkan bahwa tidak ada kenaikan angka calcimetry secara signifikan yang menandakan bahwa lapisan karbonat belum tertembus. Besaran calcimetry tetap sekitar 5-10% dan tidak meningkat dengan kedalaman. Angka ini konstan karena calcimetry analisis dilakukan setiap 10 ft dari cutting sample sejak pemboran memasuki kedalaman 7000 ft. Kalau pemboran menembus atau menyentuh lapisan carbonate akan menunjukkan nilai perubahan dari analisis calcimetry akan meningkat secara signifikan. Analisa onsite paleontology tidak terdapat planktonic foram atau benthic foram yg signifikan jumlahnya. Lazimnya sebelum menembus carbonate rock akan dijumpai planktonic lalu benthic yg melimpah. Berdasarkan study yang dilakukan sebelum pengeboran dimulai, terutama offset well menunjukkan bahwa pada sekitar 50 ft dari top of limestone terdapat hardpan atau lapisan karbonat yg keras sebelum masuk porous zone. Ciri2 perubahan pada ROP yang diharapkan akan pelan sewaktu menemukan hardpan tidak dijumpai. Dilakukan bottoms up circulation dan run carbide apabila ada hal2 yang mencurigakan. Kedalaman dimana bottom-up sample dilakukan adalah pada 9007 (termasuk SIT test), 9277 dan 9283 ft. Ini adalah test yang sangat positif untuk mementukan sudah atau belumnya lapisan karbonat tertembus. Checkshot (velocity survey) mengindikasikan bahwa Kujung akan ditembus pada kedalaman 9400 ft atau 9600 ft. Oleh karenanya selalu dilakukan pengecekan sample dan ternyata sampai pada sample terakhir 9283 ft. tidak terdapat adanya karbonat cuttings. Loss circulation yang dialami pada kedalaman 9297 ft. berbeda karakter dengan loss di lapisan karbonat, termasuk yang dialami di Porong
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
2010/3/9 Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com: Pak Nyoto..terimakasih untuk pencerahannya. Ternyata 14ft interval mulai dari 9284, 9285, 9286, 9287, 9288, 9289, 9290, 9291, 9292, 9293, 9294, 9295, 9296 dan 9297ft itu batuannya hanya 'imajinatif' toh. Ngapain ngeributin itu Kujung atau bukan Kujung..lalu yakin itu masih VS..ternyata semua keyakinan tsb hanya bermodalkan imajinasi..bukan data yah. Atau mungkin kalau sudah 'senior/experienced banget' boleh yah yakin terhadap imajinasi? Menurut saya, tidak ada 1 manusia pun yang tahu formasi di TD apa jika tidak ada cutting/logging. Gimana dapet cutting ? kalau ada cuttingnya saya malah curiga itu cutting palsu ! Lah sesuai cerita Pak Bambang Istadi yang mendapati adanya gejala loss pada saat drilling. Jadi cutting terakhir ya bablas wes-ewes masuk ke formasi ikut-ikutan dengan lumpur pemborannya. Kalau toh ada sisanya pasti sudah ga akurat lagi sumbernya. Davies mengatakan Kick sedangnya Pak BI mengatakan loss. Konon menurut drilling engineer, setiap loss sering diikuti gain. Dan kalau gain ini tidak terkontrol menyebabkan kick (semburan balik). Nah perlu diselidiki apakah sumur mengalami kick atau tidak. Btw, apa sih definisi well kick ? rdp PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... Ayo siapkan diri! Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Pak Rovicky, Ga perlu orang drilling kalau cuma masalah Loss diikuti kick. Pak Rovicky juga kalau mau ngulik sebentar pasti akan paham. Loss..mud di hole hilang. Tidak ada mud tidak ada Hydrostatic Pressure yang melawan Formation Pressure. Tidak ada yang melawan FP, yah kontan lah semua isi di lubang (well) keluar semua..(ini diawali dgn Gain, lalu Kick, dan ditutup oleh Blow out). Definisi kick dan istilah2 drilling yg lain itu bisa di browse di SLB.com. ( http://www.glossary.oilfield.slb.com/Display.cfm?Term=kick) kick 1. *n.* [Drilling] ID: 1454 A flow of reservoirhttp://www.glossary.oilfield.slb.com/Display.cfm?Term=reservoirfluids into the wellbore during drilling operations. The kick is physically caused by the pressurehttp://www.glossary.oilfield.slb.com/Display.cfm?Term=pressurein the wellbore being less than that of the formation http://www.glossary.oilfield.slb.com/Display.cfm?Term=formationfluids, thus causing flow. This condition of lower wellbore pressure than the formation is caused in two ways. First, if the mud weight is too low, then the hydrostatic pressure exerted on the formation by the fluid column may be insufficient to hold the formation fluidhttp://www.glossary.oilfield.slb.com/Display.cfm?Term=formation%20fluidin the formation. This can happen if the mud density is suddenly lightened or is not to specification to begin with, or if a drilled formation has a higher pressure than anticipated. This type of kick might be called an underbalancedhttp://www.glossary.oilfield.slb.com/Display.cfm?Term=underbalancedkick. The second way a kick can occur is if dynamic and transient fluid pressure effects, usually due to motion of the drillstringhttp://www.glossary.oilfield.slb.com/Display.cfm?Term=drillstringor casing http://www.glossary.oilfield.slb.com/Display.cfm?Term=casing, effectively lower the pressure in the wellbore below that of the formation. This second kick type could be called an induced kick. On 3/9/10, Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com wrote: 2010/3/9 Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com: Pak Nyoto..terimakasih untuk pencerahannya. Ternyata 14ft interval mulai dari 9284, 9285, 9286, 9287, 9288, 9289, 9290, 9291, 9292, 9293, 9294, 9295, 9296 dan 9297ft itu batuannya hanya 'imajinatif' toh. Ngapain ngeributin itu Kujung atau bukan Kujung..lalu yakin itu masih VS..ternyata semua keyakinan tsb hanya bermodalkan imajinasi..bukan data yah. Atau mungkin kalau sudah 'senior/experienced banget' boleh yah yakin terhadap imajinasi? Menurut saya, tidak ada 1 manusia pun yang tahu formasi di TD apa jika tidak ada cutting/logging. Gimana dapet cutting ? kalau ada cuttingnya saya malah curiga itu cutting palsu ! Lah sesuai cerita Pak Bambang Istadi yang mendapati adanya gejala loss pada saat drilling. Jadi cutting terakhir ya bablas wes-ewes masuk ke formasi ikut-ikutan dengan lumpur pemborannya. Kalau toh ada sisanya pasti sudah ga akurat lagi sumbernya. Davies mengatakan Kick sedangnya Pak BI mengatakan loss. Konon menurut drilling engineer, setiap loss sering diikuti gain. Dan kalau gain ini tidak terkontrol menyebabkan kick (semburan balik). Nah perlu diselidiki apakah sumur mengalami kick atau tidak. Btw, apa sih definisi well kick ? rdp PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... Ayo siapkan diri! Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
aktifnya diskusi mengenai LUSI sepertinya membuat email anjuran sebelumnya dari moderator mulai dilupakan. kembali saya ingatkan kepada rekan-rekan yang ikut terlibat dalam diskusi ini, harap menghindari kata-kata yang bertujuan untuk menyindir atau mendiskreditkan seseorang ataupun badan hukum tertentu. kalau anda tidak memiliki sesuatu yang berguna untuk disampaikan secara ilmiah, sebagai moderator, saya sarankan anda untuk duduk diam dan menonton dari pinggir lapangan. silahkan diskusi-nya dilanjutkan, utarakan pendapat anda dengan bukti-bukti atau penjelasan ilmiah dan gunakanlah kata-kata yang santun. salam, moderator PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... Ayo siapkan diri! Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Bos Paulus, Tolong dikasih tau bagian yang mana yang tidak diperbolehkan di milis ini? Tinggal di copy paste saja kok dari imil ybs. Biar jelas dan akan dipatuhi.. Trims, Natan On 3/9/10, Paulus Tangke Allo paulu...@gmail.com wrote: aktifnya diskusi mengenai LUSI sepertinya membuat email anjuran sebelumnya dari moderator mulai dilupakan. kembali saya ingatkan kepada rekan-rekan yang ikut terlibat dalam diskusi ini, harap menghindari kata-kata yang bertujuan untuk menyindir atau mendiskreditkan seseorang ataupun badan hukum tertentu. kalau anda tidak memiliki sesuatu yang berguna untuk disampaikan secara ilmiah, sebagai moderator, saya sarankan anda untuk duduk diam dan menonton dari pinggir lapangan. silahkan diskusi-nya dilanjutkan, utarakan pendapat anda dengan bukti-bukti atau penjelasan ilmiah dan gunakanlah kata-kata yang santun. salam, moderator PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... Ayo siapkan diri! Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Pak Natan, pak RDP,... Anggaplah 14ft yang samplenya belum sampai permukaan dan tidak bisa didiskripsi tersebut adalah porous carbonate, dan kita asumsikan sebagai exposure thickness,.. lalu kita masukkan beberapa parameter lainnya,.. Flow dimension : Well depth = 9297 ft Well radius = 0.51 ft (1/2 x 12-1/4) Radius of investigation = +50 ft (optimistic value) Fluid properties : Viscosity = 0.5 cp (water @ high temperature) Formation Volume Factor = 1 (water) Rock property : Permeability = 22.5 mDarcy (perkiraan dari sumur2 existing yang dianggap sebagai high producer well yang bisa memproduksikan 7000 barrel fluida per hari dari karbonat) System pressures : Reservoir static pressure = 7130 psi (equivalent 14.7 ppg). Bottom hole flowing pressure = 4026 psi (minimum value @ zero friction loss) Lalu coba hitung berapa banyak fluida yang bisa dihasilkan perhari? Anggap saja ini sumber airnya, sedangkan lumpurnya berasal dari Upper Kalibeng Formation diatasnya, karena nanno dan foram nya berkorelasi dengan yang yang keluar dari pusat semburan LUSI. Anggap saja komposisi air 70% pada awal2 semburan. Berapa rate air yang didapat dari formasi karbonat ini? Matching ngga dengan debit lumpur yang keluar selama hampir 4 tahun ini? Dulu debit lumpur hampir 1 juta barel per hari, sama dengan produksi minyak Indonesia. Perlu diingat saat re-entry BJP-1 mau melewati/mendorong/menarik fish disumur yang dianggap berproduksi 1 juta barel saja tidak bisa,... seharusnya diameter lubang sumur sudah sangat besar. Soal loss dan asumsi adanya kick,.. silahkan datang ke Lapindo dan periksa data2 drilling dan real time chart,.. soal perizinan BPMIGAS dan MIGAS, nanti saya bantu urus deh,.. gimana?? Makin asik niih diskusinya,.. Wass. Bambang -Original Message- From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com] Sent: Tuesday, March 09, 2010 3:30 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI 2010/3/9 Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com: Pak Nyoto..terimakasih untuk pencerahannya. Ternyata 14ft interval mulai dari 9284, 9285, 9286, 9287, 9288, 9289, 9290, 9291, 9292, 9293, 9294, 9295, 9296 dan 9297ft itu batuannya hanya 'imajinatif' toh. Ngapain ngeributin itu Kujung atau bukan Kujung..lalu yakin itu masih VS..ternyata semua keyakinan tsb hanya bermodalkan imajinasi..bukan data yah. Atau mungkin kalau sudah 'senior/experienced banget' boleh yah yakin terhadap imajinasi? Menurut saya, tidak ada 1 manusia pun yang tahu formasi di TD apa jika tidak ada cutting/logging. Gimana dapet cutting ? kalau ada cuttingnya saya malah curiga itu cutting palsu ! Lah sesuai cerita Pak Bambang Istadi yang mendapati adanya gejala loss pada saat drilling. Jadi cutting terakhir ya bablas wes-ewes masuk ke formasi ikut-ikutan dengan lumpur pemborannya. Kalau toh ada sisanya pasti sudah ga akurat lagi sumbernya. Davies mengatakan Kick sedangnya Pak BI mengatakan loss. Konon menurut drilling engineer, setiap loss sering diikuti gain. Dan kalau gain ini tidak terkontrol menyebabkan kick (semburan balik). Nah perlu diselidiki apakah sumur mengalami kick atau tidak. Btw, apa sih definisi well kick ? rdp PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... Ayo siapkan diri! Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. - PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
moderator ini, ingin mengingatkan etika..bahasanya juga tak beretika. kalau anda tidak memiliki sesuatu yang berguna untuk disampaikan secara ilmiah, sebagai moderator, saya sarankan anda untuk duduk diam dan menonton dari pinggir lapangan. John Terry : kalau anda berdiam didalam rumah kaca, jangan melempar batu 2010/3/9 Paulus Tangke Allo paulu...@gmail.com aktifnya diskusi mengenai LUSI sepertinya membuat email anjuran sebelumnya dari moderator mulai dilupakan. kembali saya ingatkan kepada rekan-rekan yang ikut terlibat dalam diskusi ini, harap menghindari kata-kata yang bertujuan untuk menyindir atau mendiskreditkan seseorang ataupun badan hukum tertentu. kalau anda tidak memiliki sesuatu yang berguna untuk disampaikan secara ilmiah, sebagai moderator, saya sarankan anda untuk duduk diam dan menonton dari pinggir lapangan. silahkan diskusi-nya dilanjutkan, utarakan pendapat anda dengan bukti-bukti atau penjelasan ilmiah dan gunakanlah kata-kata yang santun. salam, moderator PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... Ayo siapkan diri! Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/%0AIAGI-netArchive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
om taufik dkk lainnya, memang berbahasa sangat relatif penilaiannya antara satu individu dengan yg lainnya. dengan beragam latar-belakang, memang sebaiknya kita masing2 berusaha utk tidak terjebak emosi dan mengeluarkan kata2 yg relatif dapat dianggap menghina pihak lainnya. jadi, tidak usahlah 'peringatan' dari moderator tsb justru 'diperuncing' lagi dan menambah diskusi yg sebenarnya sangat bagus ini, dinodai oleh hal2 yg tidak perlu. kalau kata2 moderator yg sampiyan kutip dianggap kurang beretika, singkat saja, kami sampaikan mohon maaf (para moderator adalah koordinator biro dunia maya daripada pp-iagi). semoga juga komentarku ini tidak dianggap memperkeruh suasana. salam, syaiful 2010/3/9 OK Taufik ok.tau...@gmail.com: moderator ini, ingin mengingatkan etika..bahasanya juga tak beretika. kalau anda tidak memiliki sesuatu yang berguna untuk disampaikan secara ilmiah, sebagai moderator, saya sarankan anda untuk duduk diam dan menonton dari pinggir lapangan. John Terry : kalau anda berdiam didalam rumah kaca, jangan melempar batu 2010/3/9 Paulus Tangke Allo paulu...@gmail.com aktifnya diskusi mengenai LUSI sepertinya membuat email anjuran sebelumnya dari moderator mulai dilupakan. kembali saya ingatkan kepada rekan-rekan yang ikut terlibat dalam diskusi ini, harap menghindari kata-kata yang bertujuan untuk menyindir atau mendiskreditkan seseorang ataupun badan hukum tertentu. kalau anda tidak memiliki sesuatu yang berguna untuk disampaikan secara ilmiah, sebagai moderator, saya sarankan anda untuk duduk diam dan menonton dari pinggir lapangan. silahkan diskusi-nya dilanjutkan, utarakan pendapat anda dengan bukti-bukti atau penjelasan ilmiah dan gunakanlah kata-kata yang santun. salam, moderator PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... Ayo siapkan diri! Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/%0AIAGI-netArchive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. - -- Mohammad Syaiful - Explorationist, Consultant Geologist Mobile: 62-812-9372808 Emails: msyai...@etti.co.id (business) mohammadsyai...@gmail.com Technical Manager of Exploration Think Tank Indonesia (ETTI) PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... Ayo siapkan diri! Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Pak Taufik dan rekan-rekan lainnya, mohon maaf apabila ada kata-kata dalam email saya terdahulu yang menyinggung perasaan rekan-rekan sekalian. tujuan dari email saya terdahulu adalah, setiap anggota milis diharapkan untuk menjaga diri dan tidak memperkeruh diskusi ilmiah ini dengan ungkapan-ungkapan atau interpretasi pribadi yang cenderung bernada menyindir terhadap seseorang atau badan hukum tertentu. sekali lagi saya mohon maaf bila ada kata-kata yang kurang berkenan. salam, moderator 2010/3/9 OK Taufik ok.tau...@gmail.com: moderator ini, ingin mengingatkan etika..bahasanya juga tak beretika. kalau anda tidak memiliki sesuatu yang berguna untuk disampaikan secara ilmiah, sebagai moderator, saya sarankan anda untuk duduk diam dan menonton dari pinggir lapangan. John Terry : kalau anda berdiam didalam rumah kaca, jangan melempar batu PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... Ayo siapkan diri! Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Paulus, maaf, aku juga mau ikutan nimbrung dalam diskusi, tetapi seperti umumnya kawan2 lain yang belum mendapatkan izin dari Lapindo, BPMigas, dan Ditjen Migas untuk melihat, memilih sendiri dan menggunakan data dr BJP-1, maka yang bisa kita lakukan hanya mendaur ulang data dan men-challenge interpretasi dr kawan2 yg punya kemewahan untuk memamerkan data dan perhitungan itu terlebih dulu di paper2 maupun di milis ini. Yang akan aku soroti adalah counter argumen dr broer BPI maupun mungkin dr 1 atau 2 kawan sebelumnya (mas Sunu kalau nggak salah), yang mempertentangkan secara ekstrim bahwa UGBO terus terjadi SAMPAI SEKARANG, dan itu tdk masuk akal karena itung2an rate, volume dan asal-usul fluidanya selalu gak match dg kondisi lobang dan petrofisika formasi yg bisa dihitung dr data2 mereka yg ada. Dari dulu saya selalu menawarkan analisis penyebab yg bukan menganggap in adalah UGBO abadi. UGBO terjadi pada waktu awal2 akibat loss dan kick, kemudian UGBO itu memicu ketidak stabilan lapisan MUD-DIAPIR di sekitar lobang bor yang tadinya waktu ditembus pada pemboran turun kondisinya aman-aman saja. Adalah liquifaction dari mud-diapir itulah yang terus menerus terjadi sampai sekarang membentuk MUD VOLCANO di permukaan. Jadi, sekarang sudah tdk ada UGBO itu. Yang ada adalah proses pembentukan mud-volcano yg dipicu oleh UGBO. Loss, kick, dan gain itu jelas2 ada dan terlaporkan dalam DDR yg pernah saya lihat (waduh, ... mudah2an gak ada yg iseng melaporkan aku ke migas krn ngliat data2 tsb, tapi aku juga punya dalih: waktu itu polisi yang nyuruh ngliat koq..). Dan yang saya tangkap dari keseluruhan argumen dalam paper2 yang berevolusi makin ke sini makin menunjukkan reluctancy kawan2 penulis itu untuk mengatakan adanya UGBO pada waktu mengatasi kick tsb. Adanya foto crack di rig-site yang memotong panjang sampai ke casing(pipe?) rack setelah penanganan kick, kemungkinan besar juga bisa dikaitkan dengan UGBO ini. Selain itu di DDR juga disebutkan adanya komunikasi antara lubang bor dengan lubang semburan pertama. Nah, jadi, point saya yang tanpa data otentik yg bisa dituliskan krn tdk ada ijin ini ingin menyodorkan sedikit pencerahan baik ke kawan2 penonton maupun terutama ke broer BPI, mas Sunu, maupun pihak2 terkait lainnya bahwa ada alternatif mekanisme penyebab lain yang lebih masuk akal dibandingkan dengan sekedar UGBO forever. LuSi adalah kelahiran mud-volcano dr mud diapirism yg dipicu oleh UGBO. Salam Yayang - Original Message - From: Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Tuesday, March 09, 2010 4:45 PM Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak Natan, pak RDP,... Anggaplah 14ft yang samplenya belum sampai permukaan dan tidak bisa didiskripsi tersebut adalah porous carbonate, dan kita asumsikan sebagai exposure thickness,.. lalu kita masukkan beberapa parameter lainnya,.. Flow dimension : Well depth = 9297 ft Well radius = 0.51 ft (1/2 x 12-1/4) Radius of investigation = +50 ft (optimistic value) Fluid properties : Viscosity = 0.5 cp (water @ high temperature) Formation Volume Factor = 1 (water) Rock property : Permeability = 22.5 mDarcy (perkiraan dari sumur2 existing yang dianggap sebagai high producer well yang bisa memproduksikan 7000 barrel fluida per hari dari karbonat) System pressures : Reservoir static pressure = 7130 psi (equivalent 14.7 ppg). Bottom hole flowing pressure = 4026 psi (minimum value @ zero friction loss) Lalu coba hitung berapa banyak fluida yang bisa dihasilkan perhari? Anggap saja ini sumber airnya, sedangkan lumpurnya berasal dari Upper Kalibeng Formation diatasnya, karena nanno dan foram nya berkorelasi dengan yang yang keluar dari pusat semburan LUSI. Anggap saja komposisi air 70% pada awal2 semburan. Berapa rate air yang didapat dari formasi karbonat ini? Matching ngga dengan debit lumpur yang keluar selama hampir 4 tahun ini? Dulu debit lumpur hampir 1 juta barel per hari, sama dengan produksi minyak Indonesia. Perlu diingat saat re-entry BJP-1 mau melewati/mendorong/menarik fish disumur yang dianggap berproduksi 1 juta barel saja tidak bisa,... seharusnya diameter lubang sumur sudah sangat besar. Soal loss dan asumsi adanya kick,.. silahkan datang ke Lapindo dan periksa data2 drilling dan real time chart,.. soal perizinan BPMIGAS dan MIGAS, nanti saya bantu urus deh,.. gimana?? Makin asik niih diskusinya,.. Wass. Bambang -Original Message- From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com] Sent: Tuesday, March 09, 2010 3:30 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI 2010/3/9 Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com: Pak Nyoto..terimakasih untuk pencerahannya. Ternyata 14ft interval mulai dari 9284, 9285, 9286, 9287, 9288, 9289, 9290, 9291, 9292, 9293, 9294, 9295, 9296 dan 9297ft itu batuannya hanya 'imajinatif' toh. Ngapain ngeributin itu Kujung atau bukan Kujung..lalu yakin itu masih VS..ternyata semua keyakinan tsb hanya
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
maaf juga kalau ada perkataan yang tak berkenan, mari menikmati diskusi yang menarik ini. 2010/3/9 Paulus Tangke Allo paulu...@gmail.com Pak Taufik dan rekan-rekan lainnya, mohon maaf apabila ada kata-kata dalam email saya terdahulu yang menyinggung perasaan rekan-rekan sekalian. tujuan dari email saya terdahulu adalah, setiap anggota milis diharapkan untuk menjaga diri dan tidak memperkeruh diskusi ilmiah ini dengan ungkapan-ungkapan atau interpretasi pribadi yang cenderung bernada menyindir terhadap seseorang atau badan hukum tertentu. sekali lagi saya mohon maaf bila ada kata-kata yang kurang berkenan. salam, moderator 2010/3/9 OK Taufik ok.tau...@gmail.com: moderator ini, ingin mengingatkan etika..bahasanya juga tak beretika. kalau anda tidak memiliki sesuatu yang berguna untuk disampaikan secara ilmiah, sebagai moderator, saya sarankan anda untuk duduk diam dan menonton dari pinggir lapangan. John Terry : kalau anda berdiam didalam rumah kaca, jangan melempar batu PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... Ayo siapkan diri! Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/%0AIAGI-netArchive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Natan, kutipan email dibawah ini merupakan pengingat bagi siapa saja yang ingin ikut terlibat dalam diskusi LUSI ini. saya tidak akan melakukan copy-paste dari email seseorang terkait dengan kutipan email dibawah ini karena saya mengharapkan kesadaran dari masing-masing pihak untuk menjaga diri sebelum mengirimkan sebuah posting. salam, moderator 2010/3/9 Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com: Bos Paulus, Tolong dikasih tau bagian yang mana yang tidak diperbolehkan di milis ini? Tinggal di copy paste saja kok dari imil ybs. Biar jelas dan akan dipatuhi.. Trims, Natan On 3/9/10, Paulus Tangke Allo paulu...@gmail.com wrote: aktifnya diskusi mengenai LUSI sepertinya membuat email anjuran sebelumnya dari moderator mulai dilupakan. kembali saya ingatkan kepada rekan-rekan yang ikut terlibat dalam diskusi ini, harap menghindari kata-kata yang bertujuan untuk menyindir atau mendiskreditkan seseorang ataupun badan hukum tertentu. kalau anda tidak memiliki sesuatu yang berguna untuk disampaikan secara ilmiah, sebagai moderator, saya sarankan anda untuk duduk diam dan menonton dari pinggir lapangan. silahkan diskusi-nya dilanjutkan, utarakan pendapat anda dengan bukti-bukti atau penjelasan ilmiah dan gunakanlah kata-kata yang santun. salam, moderator PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... Ayo siapkan diri! Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Mas Andang, menurut saya, sah-sah saja jika ingin meng-konfirmasi-kan beberapa hal kepada pihak-pihak yang memiliki akses lebih luas terhadap data sebenarnya. yang ingin saya tekankan adalah counter-argument selayaknya ditujukan terhadap interpretasi atau hasil analisa dan bukan terhadap seseorang atau badan hukum tertentu. salam, moderator 2010/3/9 abachtiar_CBN abacht...@cbn.net.id: Paulus, maaf, aku juga mau ikutan nimbrung dalam diskusi, tetapi seperti umumnya kawan2 lain yang belum mendapatkan izin dari Lapindo, BPMigas, dan Ditjen Migas untuk melihat, memilih sendiri dan menggunakan data dr BJP-1, maka yang bisa kita lakukan hanya mendaur ulang data dan men-challenge interpretasi dr kawan2 yg punya kemewahan untuk memamerkan data dan perhitungan itu terlebih dulu di paper2 maupun di milis ini. Yang akan aku soroti adalah counter argumen dr broer BPI maupun mungkin dr 1 atau 2 kawan sebelumnya (mas Sunu kalau nggak salah), yang mempertentangkan secara ekstrim bahwa UGBO terus terjadi SAMPAI SEKARANG, dan itu tdk masuk akal karena itung2an rate, volume dan asal-usul fluidanya selalu gak match dg kondisi lobang dan petrofisika formasi yg bisa dihitung dr data2 mereka yg ada. Dari dulu saya selalu menawarkan analisis penyebab yg bukan menganggap in adalah UGBO abadi. UGBO terjadi pada waktu awal2 akibat loss dan kick, kemudian UGBO itu memicu ketidak stabilan lapisan MUD-DIAPIR di sekitar lobang bor yang tadinya waktu ditembus pada pemboran turun kondisinya aman-aman saja. Adalah liquifaction dari mud-diapir itulah yang terus menerus terjadi sampai sekarang membentuk MUD VOLCANO di permukaan. Jadi, sekarang sudah tdk ada UGBO itu. Yang ada adalah proses pembentukan mud-volcano yg dipicu oleh UGBO. Loss, kick, dan gain itu jelas2 ada dan terlaporkan dalam DDR yg pernah saya lihat (waduh, ... mudah2an gak ada yg iseng melaporkan aku ke migas krn ngliat data2 tsb, tapi aku juga punya dalih: waktu itu polisi yang nyuruh ngliat koq..). Dan yang saya tangkap dari keseluruhan argumen dalam paper2 yang berevolusi makin ke sini makin menunjukkan reluctancy kawan2 penulis itu untuk mengatakan adanya UGBO pada waktu mengatasi kick tsb. Adanya foto crack di rig-site yang memotong panjang sampai ke casing(pipe?) rack setelah penanganan kick, kemungkinan besar juga bisa dikaitkan dengan UGBO ini. Selain itu di DDR juga disebutkan adanya komunikasi antara lubang bor dengan lubang semburan pertama. Nah, jadi, point saya yang tanpa data otentik yg bisa dituliskan krn tdk ada ijin ini ingin menyodorkan sedikit pencerahan baik ke kawan2 penonton maupun terutama ke broer BPI, mas Sunu, maupun pihak2 terkait lainnya bahwa ada alternatif mekanisme penyebab lain yang lebih masuk akal dibandingkan dengan sekedar UGBO forever. LuSi adalah kelahiran mud-volcano dr mud diapirism yg dipicu oleh UGBO. Salam Yayang PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... Ayo siapkan diri! Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Terima kasih Pak Bambang atas segala keterangannya. Soal interpretasi ditembusnya karbonat yang menjadi target di BP-1 ya boleh-boleh saja karena sample tidak pernah sampai di permukaan akibat total loss. Hilangnya lapisan karbonat yang keras diatas Kujung(?) juga mungkin saja terjadi karena tidak banyak sumur kontrol yang ada di sekitar BP-1. Sama halnya batupasir volkanik yang tiba2 menebal di sumur BP-1. Saya kira soal drilling plan dari sumur BP-1 juga sudah cukup jelas dimana semua partner telah menyetujuinya. Tetapi waktu saya baca laporan dari TriTech petroleum Consultanti internet saya sedikit kaget soalnya sangat tidak mungkin keputusan memperdalam sumur dilakukan tanpa persetujuan partner apalagi John Bates waktu itu masih di santos. Dia paling sering meminta GG di santos untuk update operation dgn partner2nya. Soal SIT memang disinggung di DDR jadi ya memang sudah benar penerapannya di sumur2 eksplorasi dimana ketidakpastian nya sangat tinggi. Kalo soal penempatan sumur BP-1 yang tepat melintas di tengah2 conjugate fault terutama di lapisan shale dan banyak patahan yang harus ditembus, kira-kira apa alasannya? Bukankah lebih baik menembus dari sisi luar conjugate fault untuk menghindari hal-hal negatif yang bisa terjadi (loss yang disebabkan banyaknya patahan yang terbentuk, susahnya mengontrol bit aapabila melewati banyak patahan, dan kemungkinan terjepitnya bit kalo sampai formasinya runtuh akibat hilangnya kestabilan batuan waktu bor menembus zona patahan, dsb). Waktu Dukuhnya Santos dibor dulu saya juga tidak setuju penempatan sumur harus dekat dengan zona yang banyak patahan, bahkan saya juga tidak setuju untuk mengebor sumur Dukuh ini karena kemungkinan besar hidrokarbon telah bermigrasi keluar dari perangkap akibat hilangnya kekuatan top seal. Penilaian hilangnya kekuatan top seal ini juga saya dekati memakai pore pressure dan leak off test dari sumur terdekat. Gara-gara sumur ini juga saya harus berbeda pendapat dgn team mate yang dari aussie sampai akhirnya saya memutuskan keluar dari santos. Wah maaf jadi curhat akan tetapi saya berterima kasih atas semua keterangan Pak Bambang. Selamat sore -doddy- -Original Message- From: Bambang P. Istadi [mailto:bambang.ist...@energi-mp.com] Sent: Tuesday, 09 March, 2010 3:21 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak Doddy,... saya mau tambahkan keterangan sedikit yaa,.. Drilling plan dari Banjarpanji direncanakan berdasarkan asumsi pore pressure, mud weight dan leak off tests dari offset wells. Dalam proses planning, ketiga partners lama berdiskusi berdasarkan pengalaman masing masing untuk pengeboran karbonat yang dijadikan target, yang pada akhirnya well plan disetujui seperti dalam drilling program tersebut. Pada actual drilling nya, ketiga factor pore pressure, mud weight dan leak off test nya berbeda secara signifikan sehingga casing setting depth nya pun disesuaikan dengan kick tolerance yang berdasarkan dari pressure aktual dan tidak lagi mengacu kepada original drilling plan, seperti yang saya kemukakan pada e-mail sebelumnya. Pada sumur Banjarpanji ini apabila dilihat pore pressurenya, jelas kenaikan pore pressurenya ada di upper hole section (bisa dibaca pada paper kami di Elsevier). Sedangkan kenaikan pressure diparuh bawah dari sumur tidak terlalu signifikan dan sangat berlainan dengan rencana sumur semula. Dilihat dari formasi (volkaniklastik s/s) yang ditembus, drilling problem yang hampir tidak ada (sandstone dan pemakaian synthetic based mud), belum dicapainya formasi Kujung dan leak off test yang kuat dari casing shoe sebelumnya maka open hole sampai ~9400 ft diperhitungkan masih aman dari segi drilling. Jadi benar asumsi pak Doddy bahwa keputusan bersama adalah untuk menempatkan 9-5/8 casing shoe didalam formasi Kujung seperti pengalaman Santos di Jeruk dan rencana sumur semula. Jangan dilupakan pula bahwa Banjarpanji ini adalah sumur exploration, semi wild cat dimana data yang ada sangat minim. Sehingga meskipun memakai Dc-exponent untuk memperkirakan pore pressure nya, dilakukan juga Static Influx Tests (SIT) dan teknik lain untuk menemukan pore pressure yang sebenarnya secara akurat. SIT adalah simulated drill pipe connection dimana yang dibaca adalah besaran dari connection gas sehingga kita mengetahui approximate actual pore pressure dari formasi. Jadi yang sepertinya 'hole instability' seperti losses dan cavings di casing depth pada kedalaman 2300 ft dan 3600 ft tersebut adalah bagian untuk mengetahui pore pressure secara aman. Pak Doddy pasti masih ingat teknik ini waktu di Kaltim dimana banyak sumur explorasi dan wildcat dibor secara aman waktu dilakukan SX saturation exploration drilling campaign yang menghasilkan banyak cadangan baru di deep water. Kalau mengenai TriTech Petroleum Consultant, ini bukan konsultan Lapindo. 'Finding' merekapun terkesan mengabaikan data2 primer
RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Maaf sebelumnya kalo karbonat ini telah didiskusikan 3 thn yg lalu. Dan terima kasih atas pencerahannya Pak Awang. Soal batupasir volkanik yang ada di BP-1, saya salah menulis kedalaman batupasir ini di Porong-1. Seharusnya kedalamannya sekitar 7000-an ft dan tidak begitu tebal sedangkan di BP-1 sangat tebal sekali (~3000'). Karena batupasir ini termasuk dalam Formasi Kalibeng dan diendapkan di daerah Kendeng Trough yang terkenal berlipat-lipat dan banyak patahan-patahan, mungkinkah batupasir di BP-1 diendapkan di suatu depresi yang kemungkinan dikontrol oleh patahan-patahan yang ada? Ini juga bisa didukung dengan ketebalan yang berkurang ke arah selatan dan utara dalam lintasan seismic. Hubungannya dengan formasi Mundu di Sampangnya Santos, apakah batupasir volkanik di BP-1 ini menunjukkan adanya perubahan facies dgn Mundu di Oyong karena keduanya diendapkan sekitar Pliocene? Kalo terjadi perubahan facies dimana kira-kira perubahan facies ini terjadi? Terima kasih sebelumnya atas pencerahan yang diberikan. -doddy- -Original Message- From: Awang Satyana [mailto:awangsaty...@yahoo.com] Sent: Tuesday, 09 March, 2010 9:42 AM To: iagi-net@iagi.or.id Cc: Forum HAGI; Eksplorasi BPMIGAS; Geo Unpad Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak Doddy, Hampir tiga tahun yang lalu (lihat di bawah) saya dan beberapa rekan milis pernah membahas masalah karbonat yang mungkin muncul di bawah TD Banjar Panji-1, juga tentang lapisan tebal batupasir volkanik yang ditembus di bagian bawah sumur ini. Perlu ditekankan lagi bahwa karbonat yang ditembus di TD Porong-1 bukanlah karbonat Kujung-1/Upper Kujung/ Prupuh; karbonat Porong-1 itu telah diukur umur absolutnya melalui isotop strontium-86/87 dan menghasilkan umur 16 Ma (Kusumastuti et al., 2002, AAPG Bull 86/2, p. 220) itu sama dengan umur bagian bawah karbonat Wonosari. Batas paling muda Kujung-1/Upper Kujung/Prupuh adalah 20 Ma (BPM, 1950; Cities Service, 1968, Pringgoprawiro, 1983). Saran saya, jangan pernah lagi menyebut-nyebut Kujung di dalam diskusi-diskusi Porong, BJP-1, Lusi. Cuttings terakhir dari BJP-1 menunjukkan calcimetry 4 %, itu bukan representasi batugamping. Batupasir volkanik yang ditembus di bagian bawah BJP-1 berasal dari volcanic arc Jawa yang berumur Mio-Pliosen. Umur batupasir ini adalah paling tua Early Pliocene, atau menurut hemat saya bila mengacu ke absolute dating sample di atas karbonat Porong, maka umur batupasir volkanik ini Middle-Late Pliocene. Dalam stratigrafi Jawa Timur onshore batupasir volkanik ini milik Formasi Kalibeng, yang ekivalen dengan batupasir volcanik Damar di Jawa Tengah, Kumbang di batas Jawa Barat-Jawa Tengah dan Subang di Jawa Barat. Batupasir ini diendapkan tidak jauh dari volcanic arc-nya, ke Selat Madura, area Santos, batupasir volkanik ini tak sampai; di Porong-1 masih ditemukan beberapa lidah batupasir ini; tetapi ke Selat Madura sudah terlalu dalam dan terlalu jauh. Pada saat yang bersamaan, di Selat Madura bahkan berkembang dalaman yang telah menjadi tempat yang baik untuk berkembangnya selut (ooze) globigerina yang menjadi grainstones atau globigerinid sands Mundu dalam lingkungan yang baik untuk upwelling. Upwelling terjadi ke kedua sisi utara dan selatan dalaman Selat Madura; yang utara lebih bersih karena jauh dari impurities volkanik dan jadilah reservoir di Oyong, Maleo, Molah, Terang Sirasun. Yang ke selatan kurang baik karena mendekati pengotor volkanik. Salam, Awang From: Awang Harun Satyana Sent: Thursday, June 28, 2007 4:28 C++ To: 'iagi-net@iagi.or.id' Subject: RE: [iagi-net-l] Porong Limestone Pak Rovicky, Walaupun banyak kisah sedih, air mata, geram, amarah, perdebatan, perpecahan, dll. soal bencana LUSI yang mungkin berkaitan dengan BJP-1 ini (atau BPJ-1 ? - pokoknya Banjar Panji-1 lah..), BJP-1 membuka banyak hal baru tentang pemahaman geologi Jawa Timur. Nanti kalau ada waktu kita urai satu-satu apa implikasi geologinya. Model karbonat Kujung yang pernah saya buat untuk Jawa Timur tidak berubah, hanya sedikit ada modifikasi. BD trend tetap memanjang ke Porong bahkan ke BJP. Sebab, itu adalah trend basement ridge atau offshore isolated platform (vs land-attached platform di wilayah Petronas-NEM 4, Anadarko-NEM 3, COPI Ketapang-Kodeco West Madura). Hanya, reefs yang tumbuh di ridge ini bisa macam-macam, bisa reef Kujung, bisa reef Ngimbang (gak banyak sebab koral tak dominan di Eosen), bisa reef Wonosari. Jadi, bukan hanya Kujung I saja (seperti yang saya modelkan - ini pengetahuan dari BJP). Seismic interpretation Porong to BJP baik yang diajukan oleh Lapindo saat pengusulan sumur dulu, maupun yang muncul di paper Arse Kusumastuti dan para pembimbingnya di AAPG Bull 2002, atau di blog-nya Pak Rovicky dulu masih berekspektasi bahwa sekuen Porong dan BJP bersamaan, hanya Porong tumbuh stage lebih tinggi daripada BJP. Ini wajar sebab pengetahuan regional kita untuk semua reefs
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Pak Awang, Kok tanggapannya selalu lebih banyak daripada punya saya jadinya pe er saya tambah banyak dong Pak. Saya belum selesai memikirkan email lain eh muncul lagi email baru dari Pak Awang dan lebih panjang lagi hehehe Pak, akhirnya saya mendapatkan makalah mengenai komposisi Merapi dan Semeru. Kebetulan sekali, Journal of Petrology bisa diakses dengan gratis di situs mereka (http://petrology.oxfordjournals.org/). Makalah dari Carn and Pyle (2001) - Vol. 42 (9), 1643-1683 - memuat hasil pengamatan SiO2 dari sample Semeru, yang berkisar antara 56 - 58 wt% lebih sedikit. Jika diklasifikasikan, tipe magma ini cenderung ke basaltic andesit dan mengarah ke andesit (medium-K Basaltic Andesit dan Medium-K Andesite). Di makalah lain, yaitu Gertisser dan Keller (2003) - Vol. 44 (3), 457-489 - hasil pengamatan mereka justru menunjukkan tipe magma Merapi adalah sedikit basaltik hingga andesit basaltik. Kisaran SiO2-nya mulai dari 48-57 wt% dan ternyata ada yang tipe Medium-K dan High-K. Sekilas saya lihat justu komposisi magma Merapi dan Semeru ini justru terbalik dengan apa yang dituliskan Pak Awang yah? Jadi Merapi sedikit lebih basa daripada Semeru, atau katakanlah sebenarnya sama saja. Sementara demikian dulu yah Pak, sambil cari referensi lain pelan-pelan. Salam, mnw 2010/3/8 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com: Minarwan, Tanggapan kedua saya atas ulasan kedua Minarwan : 1. Merapi memang telah aktif sejak beberapa bulan sebelum terjadi gempa Yogya pada 27 Mei 2010. Saat terjadi gempa Yogya, aktivitasnya meningkat beberapa hari kemudian. Saat itu ramai pula diskusi di milis bahwa keduanya saling berpengaruh, ada yang bilang gempa dipicu Merapi, ada yang bilang sebaliknya. Saya berpendapat aktivitas Merapi sebelum gempa tak ada hubungannya dengan gempa; tetapi setelah gempa aktivitas Merapi sedikit/banyak dipengaruhinya. Wikipedia memang tidak peer-reviewed, tetapi ulasan2-nya menurut hemat saya bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah. 2. Lubang kepundan Merapi dan sumbat Merapi ada beberapa, di area yang tak tersumbat magma bisa menembus dan turun sebagai lava. Lava pun bisa menembus beberapa bagian sumbat yang mengakibatkan deformasi sumbat lava. Justru mekanisme inilah yang memudahkan gugurnya sumbat lava. Jadi, turunnya lava tidak bisa diartikan bahwa semua sumbatnya telah tidak ada.Tiga hari setelah gempa Yogya, aktivitas awan panas meningkat. Awan panas ini (nuee ardente) kebanyakan berasal dari guguran sumbat lava lama. Terobosan lava telah memudahkan gugurnya sumbat lava, saat pada waktunya sumbat itu digoncang gempa dan beberapa hari kemudian runtuh. Barangkali Minarwan ingat bahwa saat itu rakyat Yogya hendak naik ke arah Kaliurang menghindari isu tsunami dari gempa Yogya, tetapi dari atas Kaliurang awan panas mulai meningkat. 3. Lava basalto-andesitik pada dasarnya berkomposisi lebih basa dibandingkan andesit-basaltik yang intermediat atau riolitik yang asam. Semakin basa lava semakin mudah dibangkitkan oleh suatu aktivitas. Magma Merapi meskipun dikatakan basalto-andesitik, berbeda dalam komposisi SiO2-nya dibandingkan dengan Merapi, relatif lebih asam; semakin banyak SiO2 semakin kental dan kecenderungan membentuk sumbat lava semakin besar. Goncangan gempa adalah energi yang akan mengaktivitas fluida, fluida apa pun itu yang ada di bawah permukaan; bisa migas, air, maupun magma. Saat dikocok begini, lava basal akan lebih merespon dibandingkan lava asam; maka meskipun Semeru terletak lebih jauh dari episentrum gempa Yogya, peningkatan aktivitasnya bersamaan dengan Merapi yang lokasinya lebih dekat. Jadi, respon Semeru cepat; respon Merapi relatif lebih lambat karena komposisi kedua gunungapi ini relatif berbeda dan tambahan pula di puncak Merapi terdapat beberapa sumbat lava lama. 4. Saya pernah menulis di majalah Tempo soal hubungan getaran gempa dan aktivitas gunungapi di sekitarnya, saat mengulas betapa seringnya gempa di area Minahasa-Halmahera dan gunungapi2 di sekitarnya yang dipengaruhinya (Soputan, Gamalama, Gamkonora). Semakin asam semakin susah dipengaruhi sebab semakin kental. Tetapi semakin asam aktivitasnya akan semakin eksplosif. Krakatau 1883 meletus saat kadar SiO2-nya 72 %. Saat ini terjadi diferensiasi magma di Anak Krakatau, tetapi ia masih di sekitar 50-an % SiO2-nya. 5. Semua gunungapi aktif mengalami siklus diferensiasi magmatik yang kemudian akan tercermin kepada aktivitasnya. Gunungapi yang mudah teraktifkan adalah yang saat itu tengah di puncak siklus, dalam kondisi yang saya sebut critical venting system. Apa pun gangguan (perturbation) terhadapnya akan mempengaruhi aktivitasnya. Lebih-lebih lagi saat itu Merapi sudah memulai aktivitasnya terlebih dahulu dibandingkan dengan gempa Yogya. Ia tengah aktif. Saat gempa besar Aceh Desember 2004, Nias Mei 2005 Merapi tengah tak aktif, saat gempa Pangandaran Juli 2006, Merapi sudah menuju ke siklus bawahnya lagi. Itu
RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Pak Doddy, BJP-1 berlokasi di lereng selatan Kendeng Deep. Di sebelah selatannya lagi pada umur Mio-Pliosen adalah volcanic arc yang mendahului volcanic arc yang sekarang. Dari arc ini ke depresi Kendeng ada sesar-sesar yang terjadi sebagai compensating faults sebagai perubahan dari tinggian ke dalaman. Pasir volkanik yang ditemukan di bagian bawah BJP-1 diendapkan sebagai fan deposits dan itu kiranya menerus sampai volkanik Plistosen saat volkanik Pucangan yang menjadi reservoir migas di Wunut, Carat, Tanggulangin diendapkan. Pasir volkanik di area Brantas jelas tidak berubah facies menjadi grainstone Mundu di Selat Madura. Grainstone di Selat Madura di area Santos dan Husky juga Kangean Energy di sebelah timurnya berasal dari globigerina yang dulu hidup di area depresi sangat dalam dari Kendeng Deep - utara Lombok, depresi barat-timur, yang kemudian oleh upwelling current terbawa ke atas dan terserak sebagi sedimen di tepi utara dan selatan depresi tersebut, lalu kita mengenalnya sebagai Paciran di Kangean, Mundu di Selat Madura, dan Selorejo di Cepu dengan umur2 yang berbeda2 sedikit tetapi di sekitar Pliosen. Sementara Mundu diendapkan di Selat Madura, terjadilah pengendapan pasir volkanik di sebelah baratdayanya di area Brantas. Jadi kedua paket sedimen ini tak saling berubah facies, tetapi diendapkan di waktu yang bersamaan. Perubahan fasies dalam hal litostratigrafi mestinya ada, yaitu di area antara Porong dan sumur Kodeco di sebelah selatan. Publikasi dari Willumsen dan Schiller (1994-IPA) tentang volkaniklastik Plio-Pleistosen dan Schiller et al (1994-IPA) tentang globigerinid sandstones/grainstones serta unpublished Santos workshop on Mundu carbonates (2003) baik diacu untuk memahami hal ini. salam, Awang --- Pada Sel, 9/3/10, Doddy Suryanto dod...@pttep.com menulis: Dari: Doddy Suryanto dod...@pttep.com Judul: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Kepada: iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Selasa, 9 Maret, 2010, 5:52 PM Maaf sebelumnya kalo karbonat ini telah didiskusikan 3 thn yg lalu. Dan terima kasih atas pencerahannya Pak Awang. Soal batupasir volkanik yang ada di BP-1, saya salah menulis kedalaman batupasir ini di Porong-1. Seharusnya kedalamannya sekitar 7000-an ft dan tidak begitu tebal sedangkan di BP-1 sangat tebal sekali (~3000'). Karena batupasir ini termasuk dalam Formasi Kalibeng dan diendapkan di daerah Kendeng Trough yang terkenal berlipat-lipat dan banyak patahan-patahan, mungkinkah batupasir di BP-1 diendapkan di suatu depresi yang kemungkinan dikontrol oleh patahan-patahan yang ada? Ini juga bisa didukung dengan ketebalan yang berkurang ke arah selatan dan utara dalam lintasan seismic. Hubungannya dengan formasi Mundu di Sampangnya Santos, apakah batupasir volkanik di BP-1 ini menunjukkan adanya perubahan facies dgn Mundu di Oyong karena keduanya diendapkan sekitar Pliocene? Kalo terjadi perubahan facies dimana kira-kira perubahan facies ini terjadi? Terima kasih sebelumnya atas pencerahan yang diberikan. -doddy- -Original Message- From: Awang Satyana [mailto:awangsaty...@yahoo.com] Sent: Tuesday, 09 March, 2010 9:42 AM To: iagi-net@iagi.or.id Cc: Forum HAGI; Eksplorasi BPMIGAS; Geo Unpad Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak Doddy, Hampir tiga tahun yang lalu (lihat di bawah) saya dan beberapa rekan milis pernah membahas masalah karbonat yang mungkin muncul di bawah TD Banjar Panji-1, juga tentang lapisan tebal batupasir volkanik yang ditembus di bagian bawah sumur ini. Perlu ditekankan lagi bahwa karbonat yang ditembus di TD Porong-1 bukanlah karbonat Kujung-1/Upper Kujung/ Prupuh; karbonat Porong-1 itu telah diukur umur absolutnya melalui isotop strontium-86/87 dan menghasilkan umur 16 Ma (Kusumastuti et al., 2002, AAPG Bull 86/2, p. 220) itu sama dengan umur bagian bawah karbonat Wonosari. Batas paling muda Kujung-1/Upper Kujung/Prupuh adalah 20 Ma (BPM, 1950; Cities Service, 1968, Pringgoprawiro, 1983). Saran saya, jangan pernah lagi menyebut-nyebut Kujung di dalam diskusi-diskusi Porong, BJP-1, Lusi. Cuttings terakhir dari BJP-1 menunjukkan calcimetry 4 %, itu bukan representasi batugamping. Batupasir volkanik yang ditembus di bagian bawah BJP-1 berasal dari volcanic arc Jawa yang berumur Mio-Pliosen. Umur batupasir ini adalah paling tua Early Pliocene, atau menurut hemat saya bila mengacu ke absolute dating sample di atas karbonat Porong, maka umur batupasir volkanik ini Middle-Late Pliocene. Dalam stratigrafi Jawa Timur onshore batupasir volkanik ini milik Formasi Kalibeng, yang ekivalen dengan batupasir volcanik Damar di Jawa Tengah, Kumbang di batas Jawa Barat-Jawa Tengah dan Subang di Jawa Barat. Batupasir ini diendapkan tidak jauh dari volcanic arc-nya, ke Selat Madura, area Santos, batupasir volkanik ini tak sampai; di Porong-1 masih ditemukan beberapa lidah batupasir ini; tetapi ke Selat Madura sudah terlalu dalam dan terlalu jauh. Pada saat yang bersamaan, di Selat
RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Cak Yayang, mein brur,.. Sangat menarik statementnya dimana LUSI adalah mud volcano dari mud diapirsm yang pada awalnya dipicu oleh underground blowout-UGBO . kita perlu mendefinisikan apa yang dimaksud dengan UGBO yang disebabkan oleh pemboran; dan, bagaimana tekanan dalam sumur, lalu, proses terjadi fractures dan breach sampai kepermukaan. 1. Pertama, harus adanya 'uncontrolled kick', suatu kick besar yang tidak bisa diatasi. 2. Adanya tekanan tinggi yang melebihi fracture pressure dilapisan yang terlemah, lazimnya di casing shoe terdalam, sehingga tercipta fracture didalam sumur. 3. Adanya 'drive mechanism' yang besar sehingga fluida mengalir kedalam sumur dari lapisan yang bertekanan tinggi dan berlanjut pada proses pemecahan batuan disumur tersebut. Jadi sumur menjadi bagian dari proses. Jadi jika terjadi UGBO yang mengakibatkan liquefaction seperti yang cak Yayang usulkan, seharusnya juga melibatkan sumur itu sendiri dan harus bisa dan mudah terdeteksi disumur. 4. Adanya 'sustained propagation pressure', tekanan tinggi yang bisa meneruskan fractures kepermukaan 'breach' dan tetap menahan fracture agar tetap terbuka. Eg. Kalau melakukan frac job musti ada propantnya supaya tetap terbuka. Jika dipicu dan berhubungan dengan sumur, maka saat terjadi mudflow harusnya sumur ikut terpengaruh. Self propulsion yang berasal dari UGBO disumur yang diusulkan cak Yayang seharusnya juga berdampak pada sumur tersebut. Bukti yang kita kumpulkan tidak menunjang kriteria diatas, sehingga kami simpulkan tidak terjadi UGBO disumur, meskipun diawal-awal kita semua langsung menuding sumur tanpa bukti yang cukup. Sebagai contoh, kick yang terjadi sehari sesudah adanya loss bersamaan dengan gempa, sudah terkontrol dan mati dalam waktu 40 menit, lalu BOP sudah dibuka dalam waktu ~3 jam. Sumur benar2 telah mati dan bisa melakukan sirkulasi, artinya tidak ada lagi high pressure didalam sumur maupun sumbatan didalam sumur. Analisa tekanan dalam sumur menujukkan bahwa tekanan pada casing shoe adalah sebesar 2710 psi yang mana masih dibawah kekuatan batuan (3053 psi LOT). Sebaliknya sumur dituding terjadi UGBO dan fracturing karena drill pipe pressure turun dan berakhir drastis dengan terjadinya breach ke permukaan. Rupanya claim tersebut hanya didasari oleh satu data yaitu drill pipe pressure data saja (Davies/Lusiaga di Cape Town). Namun kalau kita bandingkan turunnya drillpipe pressure tersebut dengan enam data2 yang lain, ceritanya akan beda. Turunnya drillpipe pressure secara drastis tersebut disebabkan oleh dilakukannya bleed-off pressure pada drill pipe sebelum dipompakan soaking fluid. Drill string merupakan closed-loop system, jika ada penurunan pressure tidak berarti sumurnya bocor. Kalau bocor tidak mungkin ada pressure sewaktu dipompakan soaking fluid. Kalau ban mobil kita kempes, sobek kena paku, meskipun kita pompa tidak akan ada pressure. Ada Enam data termasuk mud logger RTD ('black box') yang antara lain menunjukan tank volume yang konstan, tidak adanya loss disumur dll yang tidak menunjang claim ini. Bukti2 lain yang menunjukkan bahwa sumur dalam keadaan tidak bocor bisa dibaca di paper Elsevier, yang link sudah saya kirimkan. Soal adanya retakan di rig site dengan arah SW / NE dari lubang semburan pertama, melewati piperack mengarah ke lubang semburan kedua dan ketiga (diseberang jalan tol). Jika disebabkan oleh lumpur bertekanan tinggi dari bawah permukaan, seharusnya akan keluar juga lumpur dari rekahan yang menciptakan rekahan tersebut. Padahal, dari crack/rekahan tersebut tidak keluar apa2. Sebagai catatan, didalam sumur sudah tidak ada tekanan tinggi, BOP dalam keadaan terbuka. Fakta lain, apabila suatu UGBO sudah pecah sampai kepermukaan (breach), sudah terjadi pressure release maka sudah tidak ada lagi 'sustained propagation pressure', yang bisa memecahkan dan membuat lobang semburan2 lainnya lagi. Sedangkan fakta menunjukkan bahwa lubang semburan kedua dan ketiga diseberang jalan tol terjadi 3 - 4 hari sesudah lubang semburan utama, sejajar dengan patahan Watukosek. Kita perkirakan retakan ini disebabkan oleh lateral movement. Mengenai pamer data dan perhitungan yang lebih dulu di paper dan milis, saya pikir sudah banyak orang yang berpendapat UGBO yang mengakibatkan LUSI, menciptakan public opini duluan, sedangkan kita baru merelease paper 3 tahun setelah semburan, dan bukan yang pertama pula. Begitu Cak,.. Numpang sekalian,.. pak moderator, Paulus my bro,.. kalau yang dimaksud tulisan saya yang menyinggung,.. mohon maaf, juga kepada rekan2 yang kurang berkenan,.. Wass. Bambang -Original Message- From: abachtiar_CBN [mailto:abacht...@cbn.net.id] Sent: Tuesday, March 09, 2010 5:23 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Paulus, maaf, aku juga mau ikutan nimbrung dalam diskusi, tetapi seperti umumnya kawan2 lain yang belum mendapatkan izin dari Lapindo, BPMigas, dan Ditjen Migas untuk melihat, memilih sendiri dan menggunakan data dr BJP-1, maka
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
pressure. Ada Enam data termasuk mud logger RTD ('black box') yang antara lain menunjukan tank volume yang konstan, tidak adanya loss disumur dll yang tidak menunjang claim ini. Bukti2 lain yang menunjukkan bahwa sumur dalam keadaan tidak bocor bisa dibaca di paper Elsevier, yang link sudah saya kirimkan. Soal adanya retakan di rig site dengan arah SW / NE dari lubang semburan pertama, melewati piperack mengarah ke lubang semburan kedua dan ketiga (diseberang jalan tol). Jika disebabkan oleh lumpur bertekanan tinggi dari bawah permukaan, seharusnya akan keluar juga lumpur dari rekahan yang menciptakan rekahan tersebut. Padahal, dari crack/rekahan tersebut tidak keluar apa2. Sebagai catatan, didalam sumur sudah tidak ada tekanan tinggi, BOP dalam keadaan terbuka. Fakta lain, apabila suatu UGBO sudah pecah sampai kepermukaan (breach), sudah terjadi pressure release maka sudah tidak ada lagi 'sustained propagation pressure', yang bisa memecahkan dan membuat lobang semburan2 lainnya lagi. Sedangkan fakta menunjukkan bahwa lubang semburan kedua dan ketiga diseberang jalan tol terjadi 3 - 4 hari sesudah lubang semburan utama, sejajar dengan patahan Watukosek. Kita perkirakan retakan ini disebabkan oleh lateral movement. Mengenai pamer data dan perhitungan yang lebih dulu di paper dan milis, saya pikir sudah banyak orang yang berpendapat UGBO yang mengakibatkan LUSI, menciptakan public opini duluan, sedangkan kita baru merelease paper 3 tahun setelah semburan, dan bukan yang pertama pula. Begitu Cak,.. Numpang sekalian,.. pak moderator, Paulus my bro,.. kalau yang dimaksud tulisan saya yang menyinggung,.. mohon maaf, juga kepada rekan2 yang kurang berkenan,.. Wass. Bambang -Original Message- From: abachtiar_CBN [mailto:abacht...@cbn.net.id] Sent: Tuesday, March 09, 2010 5:23 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Paulus, maaf, aku juga mau ikutan nimbrung dalam diskusi, tetapi seperti umumnya kawan2 lain yang belum mendapatkan izin dari Lapindo, BPMigas, dan Ditjen Migas untuk melihat, memilih sendiri dan menggunakan data dr BJP-1, maka yang bisa kita lakukan hanya mendaur ulang data dan men-challenge interpretasi dr kawan2 yg punya kemewahan untuk memamerkan data dan perhitungan itu terlebih dulu di paper2 maupun di milis ini. Yang akan aku soroti adalah counter argumen dr broer BPI maupun mungkin dr 1 atau 2 kawan sebelumnya (mas Sunu kalau nggak salah), yang mempertentangkan secara ekstrim bahwa UGBO terus terjadi SAMPAI SEKARANG, dan itu tdk masuk akal karena itung2an rate, volume dan asal-usul fluidanya selalu gak match dg kondisi lobang dan petrofisika formasi yg bisa dihitung dr data2 mereka yg ada. Dari dulu saya selalu menawarkan analisis penyebab yg bukan menganggap in adalah UGBO abadi. UGBO terjadi pada waktu awal2 akibat loss dan kick, kemudian UGBO itu memicu ketidak stabilan lapisan MUD-DIAPIR di sekitar lobang bor yang tadinya waktu ditembus pada pemboran turun kondisinya aman-aman saja. Adalah liquifaction dari mud-diapir itulah yang terus menerus terjadi sampai sekarang membentuk MUD VOLCANO di permukaan. Jadi, sekarang sudah tdk ada UGBO itu. Yang ada adalah proses pembentukan mud-volcano yg dipicu oleh UGBO. Loss, kick, dan gain itu jelas2 ada dan terlaporkan dalam DDR yg pernah saya lihat (waduh, ... mudah2an gak ada yg iseng melaporkan aku ke migas krn ngliat data2 tsb, tapi aku juga punya dalih: waktu itu polisi yang nyuruh ngliat koq..). Dan yang saya tangkap dari keseluruhan argumen dalam paper2 yang berevolusi makin ke sini makin menunjukkan reluctancy kawan2 penulis itu untuk mengatakan adanya UGBO pada waktu mengatasi kick tsb. Adanya foto crack di rig-site yang memotong panjang sampai ke casing(pipe?) rack setelah penanganan kick, kemungkinan besar juga bisa dikaitkan dengan UGBO ini. Selain itu di DDR juga disebutkan adanya komunikasi antara lubang bor dengan lubang semburan pertama. Nah, jadi, point saya yang tanpa data otentik yg bisa dituliskan krn tdk ada ijin ini ingin menyodorkan sedikit pencerahan baik ke kawan2 penonton maupun terutama ke broer BPI, mas Sunu, maupun pihak2 terkait lainnya bahwa ada alternatif mekanisme penyebab lain yang lebih masuk akal dibandingkan dengan sekedar UGBO forever. LuSi adalah kelahiran mud-volcano dr mud diapirism yg dipicu oleh UGBO. Salam Yayang - Original Message - From: Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Tuesday, March 09, 2010 4:45 PM Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak Natan, pak RDP,... Anggaplah 14ft yang samplenya belum sampai permukaan dan tidak bisa didiskripsi tersebut adalah porous carbonate, dan kita asumsikan sebagai exposure thickness,.. lalu kita masukkan beberapa parameter lainnya,.. Flow dimension : Well depth = 9297 ft Well radius = 0.51 ft (1/2 x 12-1/4) Radius of investigation = +50 ft (optimistic value) Fluid
RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Pak Suhu Sugeng Yth, Sangat sangat benar sekali semua yang bapak uraian untuk mengecek keberadaan Kujung di sumur Banjarpanji. Ada fakta yang menyebutkan pengecekan bottom up sample di kedalaman 9283ft (14 ft diatas TD) dan ternyata masih batu pasir volkanik. Sampe akhirnya bor menembus 9297ft dan terjadi total loss sehingga sample belum pernah diperoleh apakah pada kedalaman ini benar2 top Kujung. Data terakhir VSP juga tidak konklusif dimana top Kujung bisa berada pd kedalaman 8800-9600ft. Jadi top Kujung juga masih tanda tanya dgn data-data yang ada (ini tanpa melihat datanya langsung ya). Kalo masalah batu pasir yang tebal di sumur Banjarpanji, sebenarnya di sumur Porong juga ditemukan batu pasir di kedalaman sekitar 700-an ft tapi tidak setebal di sumur Banjarpanji-1. Hilangnya batugamping seperti diproposal sebenarnya juga mungkin tidak begitu mengagetkan karena di atas Kujung jarang dijumpai lapisan batugamping yang sangat tebal (cmiiw). Yang cukup mengangetkan adalah adanya laporan yang harusnya confidential dari TriTech Petroleum Consultant Limited yang menyebutkan adanya Memorandum Summary of Meeting for banjarpanji tanggal 1 mei 2006. Salah satu catatan menyebutkan: -As informed by Lapindo Brantas' geologist, there is no weak zone or reactive shale that creates loss circulation or caving problem in the interval 3500'-8500'. -... -In case encounter caving indication the drilling will be stopped and set 11-3/4 prior continues to drilling deeper... Padahal di kedalaman 3500 dan 3595 sudah mulai mendapatkan gain. Bahkan waktu mengebor 17 ½ section sudah banyak mendapatkan caving sehingga casing 16 perlu dipasang lebih dangkal seperti yang dibilang pak Bambang. Hasil LOT 16casing juga tidak terlalu bagus sehingga perlu di-squeeze. Sebenarnya sudah banyak masalah di upper section dimana ini bisa dianalogikan dengan adanya high pressure seperti yang ada di sumurnya Santos (Anggur-1) waktu menembus pucangan. Asumsi saya..ini cuma asumsi sajadrilling mau meneruskan mengebor sampe top kujung karena secara kalkulasi, kekuatan shoe di 13-3/8 cukup besar dan adanya lampu hijau dari GG yang berpendapat bahwa tidak ada zona yang membahayakan di kedalaman 3500ft ke bawah. Walaupun kenyataannya justru di kedalaman ini pressure mulai bertambah karena sumur harus melewati section yang build up pressure. Selain itu, design sumur Banjarpanji kok sepertinya menantang menembus Kujung tepat ditengah2 conjugate fault yang secara teori merupakan zona lemah dan rawan loss. Bukankah formasi yang ditembus juga tanda tanya waktu sumur Banjarpanji-1 dipropose. Berbeda dengan design sumur Porong yang menembus di samping collapse structure (di papernya Kusumastuti, 1999). Ini cuma uneg2 saya seputar LUSI ditinjau dari sudut pandang yang lain yang tidak begitu menekankan factor drilling tetapi lebih menekankan factor GG dimana umumnya drilling akan berdiskusi dgn kita saat ketidakpastian bawah permukaan akan dilewati... Salam, -DS- -Original Message- From: Sugeng Hartono [mailto:sugeng.hart...@petrochina.co.id] Sent: Saturday, 06 March, 2010 10:27 PM To: iagi-net@iagi.or.id; iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak Doddy Yth, Untuk mengetahui apakah bit sudah mencium formasi Kujung (gamping)tentunya kita perlu melihat Mudlog atau Masterlog (dibuat oleh crew mudloggers) dan progress sample log (oleh wellsite geologist). Ini bukan pekerjaan yang sulit, ibarat sudah menjadi makanan wsg. Dan, kedua log ini pun sangat bergantung kepada pengalaman mudloggers dan wsg (crew yg kurang pengalaman biasanya kurang konfiden untuk menentukan ini). Sebenarnya perubahan litologi dari bukan gamping ke gamping juga akan ditengarai adanya perubahan ROP (rate of penetration)yg cukup mencolok. Rekaman ROP (juga RPM, hookload,pump pressure, dll)dapat dilihat dengan jelas di Chart Geolograph yang berada di ruang driller. Sayang sekali, lebih dari 15 th terakhir ini yg namanya Geolograph sudah pada rusak...:( Biasanya rig mechanic mengatakan tidak ada spare-part (atau memang tidak mampu memperbaikinya?). Tentang batu pasir (very porous volcanic sand?)yang begitu tebal (sampai 3000'?)pernah dipertanyakan seorang kawan yg geologist-mudlogger: bagaimana menjelaskannya, aktivitas volkanik sampai dapat menghasilkan batu pasir begitu tebal; mungkin ada letusan yg hebat dan berlangsung cukup lama. Mungkin ada kawan-2 lain yg dapat menerangkannya. Jadi, diskusi ini akan lebih bermakna kalau kita dapat melihat Mudlog-nya. Demikian komentar saya, semoga berguna. Salam, sugeng -Original Message- From: Doddy Suryanto [mailto:dod...@pttep.com] Sent: Fri 3/5/2010 2:24 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Terima kasih pak Bambang atas penjelasannya. Sangat menarik untuk dicermati lebih dalam. Mengenai look ahead seismic, waktu ketemu
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
dalam rangka menyelesaikan tugas akademik (skripsi, tesis, disertasi) maupun penelitian insitusi perguruan tinggi tersebut. Apakah setiap orang yang tak berkepentingan boleh juga melihat data tersebut ? Saya tidak yakin, tetapi itu bisa ditanyakan ke Ditjen Migas bila diperlukan. Undangan terbuka Mas Bambang Istadi untuk melihat data sumur BJP-1 kepada siapa saja yang berminat berkaitan dengan paragraf di atas. Itu tidak berarti tanpa izin Dirjen Migas. Bila serius ada yang ingin melihat data tersebut, silakan didaftarkan siapa saja, mewakili institusi mana (kita tentu tidak bisa membawa atas nama diri sendiri). Setelah terdaftar, Lapindo silakan memroses surat izinnya ke Ditjen Migas. Keputusan apakah personal-personal tersebut diizinkan melihat data BJP-1 akan ditentukan oleh Dirjen Migas. Hal seperti ini, setahu saya, belum pernah terjadi. Barangkali, mekanisme ini mirip dengan pembukaan data dalam rangka farm out, itu juga harus dengan seizin Dirjen Migas dalam periode tertentu. Kerahasiaan data dasar akan berakhir setelah 4 tahun, data olahan setelah 6 tahun, data interpretasi setelah 8 tahun. Sejak kapan ? Apakah sejak data itu diperoleh ? Jadi karena data sumur BJP-1 diperoleh tahun 2006 maka tahun ini datanya akan terbuka ? Bukan, data itu menjadi terbuka dihitung bukan sejak data itu diperoleh (bukan otomatis), tetapi sejak status data itu ditetapkan Pemerintah (memerlukan penetapan oleh Pemerintah). Tentang hal ini silakan lihat PP No. 35 Tahun 2004, Penjelasan Pasal 23 Ayat 2. Data yang dikirim Mas Bambang di milis adalah data yang sudah dipublikasikan, berasal dari makalah yang ditulisnya. Ini boleh saja, dengan catatan bahwa makalah tersebut sudah mendapatkan izin dari Dirjen Migas. Makalah mengenai migas yang menggunakan data milik Pemerintah dan belum pernah mendapatkan izin publikasi harus mendapatkan izin dahulu dari Dirjen Migas. Apabila telah diperoleh izin dan dipublikasikan, maka data itu telah menjadi milik publik/umum sehingga boleh saja dipindahtangankan melalui milis. Barangkali banyak yang berpendapat “ribet amat masalah prosedur data ini”. Kita memang menganut pembatasan dalam hal data, mungkin tak seterbuka Negara-negara tetangga. Suatu mekanisme yang dibuat pasti ada positif negatifnya, termasuk masalah data ini. Saya menuliskan ini bukan untuk membuat teman-teman yang semula bersemangat ingin melihat data sumur BJP-1 agar mengurungkan niatnya, jangan berprasangka buruk begitu. Data sumur BJP-1 sangat mungkin untuk bisa dilihat, sebagaimana juga telah diizinkan pemanfaatannya untuk beberapa peneliti, tetapi ada aturannya. Sebagai seorang yang bekerja untuk BPMIGAS, yang setiap harinya banyak berhubungan dengan regulasi dan prosedur, saya harus menginformasikan regulasinya dan prosedurnya, agar kita waspada sebab di dalam regulasi itu terkandung rambu-rambu dan ketentuan pidananya. Pelanggaran akan tetap dianggap pelanggaran, meskipun alasannya ketidaktahuan. Demikian, semoga bermanfaat. Salam, Awang --- Pada Ming, 7/3/10, Nyoto ssoena...@gmail.com menulis: Dari: Nyoto ssoena...@gmail.com Judul: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Kepada: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Minggu, 7 Maret, 2010, 7:31 AM Betul juga pak Natan, kalau data masterlognya diposting disini, maka saya yakin akan banyak teman2 anggota IAGI yg selama ini masih belum SREG dg kesimpulan yg dikeluarkan DPR (biarpun kita tahu persis bhw kesimpulan itu adalah KESIMPULAN POLITIK. So monggo aja mas Bambang Is. Wass, nyoto Sent from my iPhone 3GS Powered by maxis On Mar 5, 2010, at 16:07, Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com wrote: Pak Bambang yang baik, Fyi saja. Sekarang sudah jamannya teknologi maju. Belum pernah ada Mudloging company yang TIDAK memprovide masterlog dalam bentuk Soft copy (pdf/tiff/jpg/dlsb). Masterlog juga biasanya sizenya tidak melebihi 5M from Surface to TD. So..saya ga ngeliat ada kesulitan berarti untuk mempostingnya di milis ini, dengan bantuan moderator tentunya. Karena, saya yakin pasti ada juga yang ingin melihatnya. Minimal 1 orang lah..Pak Nyoto (bener kan Pak? he3). Trimakasih lagi Pak Bambang On 3/5/10, Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com wrote: Pak Natan, Silahkan baca email saya sebelumnya ...Saya tidak pernah mengatakan gempa sebagai penyebab LUSI, yang kami amati adalah kondisi sumur,... Soal yang lain,.. saya sarankan pak Natan baca 2 paper kami yang sudah dipublish di Elsevier mengenai drilling,.. juga kalau mau lihat mudlog/materlog,.. silahkan datang ke Lapindo, saya akan minta teman2 di Lapindo untuk menunjukan mudlog yang dimaksud. Wass. Bambang -Original Message- From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com] Sent: Friday, March 05, 2010 12:45 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI saya suka kalimat Pak Bambang yang ini: Jadi timing dari loss diberikan sebagai informasi, dan bukan pembenaran dari gempa sebagai
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
terbuka dihitung bukan sejak data itu diperoleh (bukan otomatis), tetapi sejak status data itu ditetapkan Pemerintah (memerlukan penetapan oleh Pemerintah). Tentang hal ini silakan lihat PP No. 35 Tahun 2004, Penjelasan Pasal 23 Ayat 2. Data yang dikirim Mas Bambang di milis adalah data yang sudah dipublikasikan, berasal dari makalah yang ditulisnya. Ini boleh saja, dengan catatan bahwa makalah tersebut sudah mendapatkan izin dari Dirjen Migas. Makalah mengenai migas yang menggunakan data milik Pemerintah dan belum pernah mendapatkan izin publikasi harus mendapatkan izin dahulu dari Dirjen Migas. Apabila telah diperoleh izin dan dipublikasikan, maka data itu telah menjadi milik publik/umum sehingga boleh saja dipindahtangankan melalui milis. Barangkali banyak yang berpendapat “ribet amat masalah prosedur data ini”. Kita memang menganut pembatasan dalam hal data, mungkin tak seterbuka Negara-negara tetangga. Suatu mekanisme yang dibuat pasti ada positif negatifnya, termasuk masalah data ini. Saya menuliskan ini bukan untuk membuat teman-teman yang semula bersemangat ingin melihat data sumur BJP-1 agar mengurungkan niatnya, jangan berprasangka buruk begitu. Data sumur BJP-1 sangat mungkin untuk bisa dilihat, sebagaimana juga telah diizinkan pemanfaatannya untuk beberapa peneliti, tetapi ada aturannya. Sebagai seorang yang bekerja untuk BPMIGAS, yang setiap harinya banyak berhubungan dengan regulasi dan prosedur, saya harus menginformasikan regulasinya dan prosedurnya, agar kita waspada sebab di dalam regulasi itu terkandung rambu-rambu dan ketentuan pidananya. Pelanggaran akan tetap dianggap pelanggaran, meskipun alasannya ketidaktahuan. Demikian, semoga bermanfaat. Salam, Awang --- Pada Ming, 7/3/10, Nyoto ssoena...@gmail.com menulis: Dari: Nyoto ssoena...@gmail.com Judul: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Kepada: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Minggu, 7 Maret, 2010, 7:31 AM Betul juga pak Natan, kalau data masterlognya diposting disini, maka saya yakin akan banyak teman2 anggota IAGI yg selama ini masih belum SREG dg kesimpulan yg dikeluarkan DPR (biarpun kita tahu persis bhw kesimpulan itu adalah KESIMPULAN POLITIK. So monggo aja mas Bambang Is. Wass, nyoto Sent from my iPhone 3GS Powered by maxis On Mar 5, 2010, at 16:07, Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com wrote: Pak Bambang yang baik, Fyi saja. Sekarang sudah jamannya teknologi maju. Belum pernah ada Mudloging company yang TIDAK memprovide masterlog dalam bentuk Soft copy (pdf/tiff/jpg/dlsb). Masterlog juga biasanya sizenya tidak melebihi 5M from Surface to TD. So..saya ga ngeliat ada kesulitan berarti untuk mempostingnya di milis ini, dengan bantuan moderator tentunya. Karena, saya yakin pasti ada juga yang ingin melihatnya. Minimal 1 orang lah..Pak Nyoto (bener kan Pak? he3). Trimakasih lagi Pak Bambang On 3/5/10, Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com wrote: Pak Natan, Silahkan baca email saya sebelumnya ...Saya tidak pernah mengatakan gempa sebagai penyebab LUSI, yang kami amati adalah kondisi sumur,... Soal yang lain,.. saya sarankan pak Natan baca 2 paper kami yang sudah dipublish di Elsevier mengenai drilling,.. juga kalau mau lihat mudlog/materlog,.. silahkan datang ke Lapindo, saya akan minta teman2 di Lapindo untuk menunjukan mudlog yang dimaksud. Wass. Bambang -Original Message- From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com] Sent: Friday, March 05, 2010 12:45 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI saya suka kalimat Pak Bambang yang ini: Jadi timing dari loss diberikan sebagai informasi, dan bukan pembenaran dari gempa sebagai penyebab LUSI. jadi, yang meyakinkan Pak Bambang bahwa Gempa adalah penyebab Lusi apa Pak? dan datanya apa? karena yang Loss sepertinya Pak Bambang bilang bukan pembenaran dari gempa sebagai penyebab LUSI. atau jangan2 Pak bambang tidak berpendapat bahwa Lusi disebabkan oleh Gempa..(?) 1 hal lagi yang menurut saya sangat patut dipertanyakan. Saat Total Loss, artinya tidak ada return..lalu bagaimana Lapindo yakin bahwa formasi saat Total Loss masih sama (Volcanoclastic Sand/VS)? selain itu untuk VS, apa sama sekali dalam interval 6000 to 9297 ft (TD) samaskali tidak ada shale/calystone yang bagus untuk pasang casing? agak aneh juga Sand bisa develop setebal 3297ft/1100m?? karena salah satu reason open hole panjang di sumur ini katanya Tidak Ada impermeabel layer yang bagus untuk set shoe. 1 lagi Pak..bisa kah dikirim Mudlog/Masterlog ke milis via admin, biar lebih afdol, dan siapa tau juga ada rekan2 yang belum lihat dan tertarik ingin lihat. Trims Pak.. 2010/3/4 Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com Pak Natan, Menjawan pertanyaan pak Natan, secara umum, Mud Loss terjadi apabila pore press hydrostatic press dari mud sesudah ECD, mud cakes dan pressure loss lainnya diperhitungkan. Beberapa saat sesudah
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Rekan2 IAGI ysh., Saya kira di tahun 2010 ini sebagian data LAPINDO sudah akan menjadi data terbuka, sehingga bisa diakses oleh publik. Saya tidak tahu apakah hal yang terpikir tsb masih berlaku atau tidak, karena hal ini berdasarkan MDM (Manajemen Data MIGAS) 1997 yaitu: 1. Data yang didapat dari kegiatan explorasi dan/atau exploitasi bila data tsb.: a. Basic Data, maka data tsb akan dapat dibuka 4 thn setelah penyerahannya. Basic data adalah data dasar yang didapat langsung dari kegiatan explorasi exploitasi sebagai hasil survey geologi geofisik, aktifitas pengeboran dan produksi. Sebagi contoh, misalnya raw data hasil survey seismic b. Processed data, maka data tsb akan dapat dibuka 6 tahun setelah penyerahannya Processed data ini adalah basic data yang sudah diproses, misalnya, SEGY seismic tape c. Interpretive data, maka data tsb akan dapat dibuka 8 tahun setelah penyerahannya Interpretive data adalah hasil nterpretasi dari processed data, misalnya hasil interpretasi seismik data diatas. 2. Berdasarkan uraian di atas, jika dan hanya jika pengertiannya betul seperti yang ditulis di atas, maka data LAPINDO yang basic, seperti misalnya drilling report, sudah akan menjadi terbuka di tahun 2010 ini, karena sumur BJP-1 di bor tahun 2006. Hanya walaupun data tsb sudah menjadi terbuka, tidak berarti LAPINDO boleh menyebarkannya ke siapa saja tanpa seijin MIGAS, karena yang berhak menjual data terbuka hanyalah instansi yang ditunjuk oleh MIGAS untuk tugas tsb., yaitu PATRA NUSA DATA kalau dulu. Jadi kalau sedikit bersabar, maka gak lama lagi, data2 tsb akan menjadi data terbuka, dapat diakses oleh publik, tanpa harus melalui ribet2 birokrasi. Wassalam, HK From: Firman Fauzi geafi...@yahoo.co.uk To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Sent: Mon, March 8, 2010 9:37:07 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Dear Pak Awang, Membaca penjelasan Pak Awang tentang pemberian izin utk melihat data mau tidak mau sedikit menyurutkan saya yg tadinya bersemangat melihat data2 aktual operasi pemboran BJP-1. Hal tentang peneliti yg menulis paper tentang BJP-1 spt Tingay, Davies, Mazzini, seharusnya mereka tentu melewati prosedur standar spt yg Pak Awang jelaskan bukan? Saya juga jadi ingin bertanya sampai saat ini siapa saja badan hukum dan organisasi selain IAGI yg mendapatkan izin dan pernah menganalisa data tsb. Dan mengenai Tingay, Davies, dan Manzini, bendera organisasi apa yg mereka pakai untuk mereka mendapatkan akses ke data tsb? Dan apakah Pak Awang pernah menganalisa data2 BJP-1 baik geologi maupun drillingnya? Jika pernah berarti Pak Awang mewakili BP Migas kah? Dan melewati prosedur perizinan spt yg Pak Awang tulis kah? Menurut saya akses ke data BJP-1 tsb hrs terbuka untuk berbagai kalangan, shg kronologi yg putus2 dan data yg diperdebatkan di milis mrpk data yg kontinyu dan sahih. Di satu sisi saya sangat menghormati peraturan tentang pembatasan akses data migas, untuk kepentingan negeri ini. Namun di sisi lain, data BJP-1 adlh special case, di mana utk data ini seharusnya instansi berwenang (dirjen migas kah? atau bp migas?) memberikan dispensasi khusus untuk data tsb. Mengingat ini adalah data spesial yg di alur sejarahnya mengundang polemik yg kontroversial. Dispensasi khusus bukan berarti akses dibuka selebarnya tanpa izin, namun lebih ke kemudahan dan birokrasi sederhana saja. Data BJP-1 adalah data yg sarat makna untuk pembelajaran, data berharga yg dapat menguak tabir apa gerangan penyebab sejati semburan lumpur sidoarjo. Saya mendaftarkan diri, apabila IAGI atau badan apapun berkenan menginisiasi lagi pembukaan data BJP-1. Dan saya yakin akan banyak yg akan mendaftar. Salam dr Bogor Darussalam, FF On Mar 8, 2010, at 1:47 PM, Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com wrote: Memuat di milis-milis data mentah/ olahan/ interpretasi hasil kegiatan survei umum/ eksplorasi/ eksploitasi yang masih tertutup untuk umum (rahasia) tanpa izin dari Direktur Jenderal Migas adalah suatu pelanggaran atas Peraturan Menteri ESDM No. 027 Tahun 2006. Hati-hati, pelanggaran atas Peraturan ini mempunyai sanksi pidana atau denda. Silakan dicermati kutipan ayat-ayat di bawah ini yang berasal dari Peraturan tersebut. Pasal 2 Ayat (1) Data yang diperoleh dari Survei Umum, Eksplorasi dan Eksploitasi adalah milik Negara yang dikuasai oleh Pemerintah. Pasal 25 Ayat (2) Pemanfaatan data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk keperluan ilmiah dan keperluan lainnya selain untuk keperluan operasi di wilayah Kerjanya oleh Kontraktor atau pihak lain, wajib mendapat izin dari Direktur Jenderal. Pasal 25 Ayat (3) Kontraktor dapat melakukan pertukaran data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan Kontraktor lain pada wilayah kerja yang saling berbatasan setelah mendapat izin dari Direktur Jenderal. Pasal 32 Setiap orang yang mengirim atau menyerahkan atau
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Firman, Semua publikasi tentang Lusi dari teman2 Lapindo dan para peneliti terkait sudah meminta izin terkait. Publikasi dari luar Lapindo seperti dari Davies, Tingay pertamanya tak mengurus izin ke Migas karena mereka menggunakan data di luar Lapindo (bukan data, sebagian dari media). Publikasi berikutnya dari Davies dan Tingay yang telah menggunakan raw data Lapindo, saya tak tahu apakah sudah seizin Migas atau tidak sebab tak ada catatan permintaan izin. Davies dan Tingay membawa bendera institusinya (perguruan tinggi dan research center mereka di Inggris dan Australia), Mazzini dkk membawa bendera perguruan tinggi dan research center-nya di Norwegia, juga mereka berkolaborasi dengan teman2 Lapindo. Di Indonesia, institusi yang pernah mengakses data tersebut adalah IAGI dan Badan Geologi. Dua hari lalu Badan Geologi juga meminta data tersebut, tetapi sekarang mereka langsung ke Pusdatin (prosedur yang benar juga) dengan tembusan ke BPMIGAS dan Ditjen Migas. Karena saya di BPMIGAS, saya tentu saja pernah menganalisis semua data BJP-1 (GG, drilling dan yang berkaitan), baik sebelum usulannya, saat pengeborannya dalam bentuk laporan harian, maupun sesudahnya. Publikasi saya tentang Lusi tidak secara khusus, tetapi menggabungkannya dengan semua gununglumpur yang lain di seluruh Jawa (Proceedings IPA 2008 - Satyana and Asnidar, 2008). Tidak ada data BJP-1 yang saya cantumkan di situ. Bila saya mencantumkan data BJP-1 di dalam paper, tentu saja saya pun akan melakukan prosedur perizinan yang sama. Pendapat saya bukan mewakili pendapat BPMIGAS. Dispensasi khusus untuk data BJP-1 bisa dilakukan bila Pemerintah memandang perlu, barangkali dasar hukumnya sebagai KepMen (Keputusan Menteri). Selama ini, itu belum ada, yang ada hanyalah PerMen 027/2006 yang saya ceritakan di bawah. Pembukaan data BJP-1 secara umum tanpa memberlakukan regulasi/keputusan yang baru adalah suatu pelanggaran terhadap regulasi yang ada. Para peneliti luar pun telah dapat mengakses data setelah melakukan prosedur yang baku. Jangan merasa ribet dengan regulasi ini, bila serius ingin melihat datanya, ikuti saja prosedurnya. salam, Awang --- Pada Sen, 8/3/10, Firman Fauzi geafi...@yahoo.co.uk menulis: Dari: Firman Fauzi geafi...@yahoo.co.uk Judul: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Kepada: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Senin, 8 Maret, 2010, 9:37 PM Dear Pak Awang, Membaca penjelasan Pak Awang tentang pemberian izin utk melihat data mau tidak mau sedikit menyurutkan saya yg tadinya bersemangat melihat data2 aktual operasi pemboran BJP-1. Hal tentang peneliti yg menulis paper tentang BJP-1 spt Tingay, Davies, Mazzini, seharusnya mereka tentu melewati prosedur standar spt yg Pak Awang jelaskan bukan? Saya juga jadi ingin bertanya sampai saat ini siapa saja badan hukum dan organisasi selain IAGI yg mendapatkan izin dan pernah menganalisa data tsb. Dan mengenai Tingay, Davies, dan Manzini, bendera organisasi apa yg mereka pakai untuk mereka mendapatkan akses ke data tsb? Dan apakah Pak Awang pernah menganalisa data2 BJP-1 baik geologi maupun drillingnya? Jika pernah berarti Pak Awang mewakili BP Migas kah? Dan melewati prosedur perizinan spt yg Pak Awang tulis kah? Menurut saya akses ke data BJP-1 tsb hrs terbuka untuk berbagai kalangan, shg kronologi yg putus2 dan data yg diperdebatkan di milis mrpk data yg kontinyu dan sahih. Di satu sisi saya sangat menghormati peraturan tentang pembatasan akses data migas, untuk kepentingan negeri ini. Namun di sisi lain, data BJP-1 adlh special case, di mana utk data ini seharusnya instansi berwenang (dirjen migas kah? atau bp migas?) memberikan dispensasi khusus untuk data tsb. Mengingat ini adalah data spesial yg di alur sejarahnya mengundang polemik yg kontroversial. Dispensasi khusus bukan berarti akses dibuka selebarnya tanpa izin, namun lebih ke kemudahan dan birokrasi sederhana saja. Data BJP-1 adalah data yg sarat makna untuk pembelajaran, data berharga yg dapat menguak tabir apa gerangan penyebab sejati semburan lumpur sidoarjo. Saya mendaftarkan diri, apabila IAGI atau badan apapun berkenan menginisiasi lagi pembukaan data BJP-1. Dan saya yakin akan banyak yg akan mendaftar. Salam dr Bogor Darussalam, FF On Mar 8, 2010, at 1:47 PM, Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com wrote: Memuat di milis-milis data mentah/ olahan/ interpretasi hasil kegiatan survei umum/ eksplorasi/ eksploitasi yang masih tertutup untuk umum (rahasia) tanpa izin dari Direktur Jenderal Migas adalah suatu pelanggaran atas Peraturan Menteri ESDM No. 027 Tahun 2006. Hati-hati, pelanggaran atas Peraturan ini mempunyai sanksi pidana atau denda. Silakan dicermati kutipan ayat-ayat di bawah ini yang berasal dari Peraturan tersebut. Pasal 2 Ayat (1) Data yang diperoleh dari Survei Umum, Eksplorasi dan Eksploitasi adalah milik Negara yang dikuasai oleh Pemerintah. Pasal 25 Ayat (2) Pemanfaatan data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk
RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
beberapa puluh feet saja, kita akan berhenti dulu untuk run VSP atau check shot, dari situ kita mengambil keputusan apa yang akan dilakukan selanjutnya. Arman --- Pada Sen, 8/3/10, Doddy Suryanto dod...@pttep.com menulis: Dari: Doddy Suryanto dod...@pttep.com Judul: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Kepada: iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Senin, 8 Maret, 2010, 6:50 PM Pak Suhu Sugeng Yth, Sangat sangat benar sekali semua yang bapak uraian untuk mengecek keberadaan Kujung di sumur Banjarpanji. Ada fakta yang menyebutkan pengecekan bottom up sample di kedalaman 9283ft (14 ft diatas TD) dan ternyata masih batu pasir volkanik. Sampe akhirnya bor menembus 9297ft dan terjadi total loss sehingga sample belum pernah diperoleh apakah pada kedalaman ini benar2 top Kujung. Data terakhir VSP juga tidak konklusif dimana top Kujung bisa berada pd kedalaman 8800-9600ft. Jadi top Kujung juga masih tanda tanya dgn data-data yang ada (ini tanpa melihat datanya langsung ya). Kalo masalah batu pasir yang tebal di sumur Banjarpanji, sebenarnya di sumur Porong juga ditemukan batu pasir di kedalaman sekitar 700-an ft tapi tidak setebal di sumur Banjarpanji-1. Hilangnya batugamping seperti diproposal sebenarnya juga mungkin tidak begitu mengagetkan karena di atas Kujung jarang dijumpai lapisan batugamping yang sangat tebal (cmiiw). Yang cukup mengangetkan adalah adanya laporan yang harusnya confidential dari TriTech Petroleum Consultant Limited yang menyebutkan adanya Memorandum Summary of Meeting for banjarpanji tanggal 1 mei 2006. Salah satu catatan menyebutkan: - As informed by Lapindo Brantas' geologist, there is no weak zone or reactive shale that creates loss circulation or caving problem in the interval 3500'-8500'. - ... - In case encounter caving indication the drilling will be stopped and set 11-3/4 prior continues to drilling deeper... Padahal di kedalaman 3500 dan 3595 sudah mulai mendapatkan gain. Bahkan waktu mengebor 17 ½ section sudah banyak mendapatkan caving sehingga casing 16 perlu dipasang lebih dangkal seperti yang dibilang pak Bambang. Hasil LOT 16casing juga tidak terlalu bagus sehingga perlu di-squeeze. Sebenarnya sudah banyak masalah di upper section dimana ini bisa dianalogikan dengan adanya high pressure seperti yang ada di sumurnya Santos (Anggur-1) waktu menembus pucangan. Asumsi saya..ini cuma asumsi sajadrilling mau meneruskan mengebor sampe top kujung karena secara kalkulasi, kekuatan shoe di 13-3/8 cukup besar dan adanya lampu hijau dari GG yang berpendapat bahwa tidak ada zona yang membahayakan di kedalaman 3500ft ke bawah. Walaupun kenyataannya justru di kedalaman ini pressure mulai bertambah karena sumur harus melewati section yang build up pressure. Selain itu, design sumur Banjarpanji kok sepertinya menantang menembus Kujung tepat ditengah2 conjugate fault yang secara teori merupakan zona lemah dan rawan loss. Bukankah formasi yang ditembus juga tanda tanya waktu sumur Banjarpanji-1 dipropose. Berbeda dengan design sumur Porong yang menembus di samping collapse structure (di papernya Kusumastuti, 1999). Ini cuma uneg2 saya seputar LUSI ditinjau dari sudut pandang yang lain yang tidak begitu menekankan factor drilling tetapi lebih menekankan factor GG dimana umumnya drilling akan berdiskusi dgn kita saat ketidakpastian bawah permukaan akan dilewati... Salam, -DS- -Original Message- From: Sugeng Hartono [mailto:sugeng.hart...@petrochina.co.id] Sent: Saturday, 06 March, 2010 10:27 PM To: iagi-net@iagi.or.id; iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak Doddy Yth, Untuk mengetahui apakah bit sudah mencium formasi Kujung (gamping)tentunya kita perlu melihat Mudlog atau Masterlog (dibuat oleh crew mudloggers) dan progress sample log (oleh wellsite geologist). Ini bukan pekerjaan yang sulit, ibarat sudah menjadi makanan wsg. Dan, kedua log ini pun sangat bergantung kepada pengalaman mudloggers dan wsg (crew yg kurang pengalaman biasanya kurang konfiden untuk menentukan ini). Sebenarnya perubahan litologi dari bukan gamping ke gamping juga akan ditengarai adanya perubahan ROP (rate of penetration)yg cukup mencolok. Rekaman ROP (juga RPM, hookload,pump pressure, dll)dapat dilihat dengan jelas di Chart Geolograph yang berada di ruang driller. Sayang sekali, lebih dari 15 th terakhir ini yg namanya Geolograph sudah pada rusak...:( Biasanya rig mechanic mengatakan tidak ada spare-part (atau memang tidak mampu memperbaikinya?). Tentang batu pasir (very porous volcanic sand?)yang begitu tebal (sampai 3000'?)pernah dipertanyakan seorang kawan yg geologist-mudlogger: bagaimana menjelaskannya, aktivitas volkanik sampai dapat menghasilkan batu pasir begitu tebal; mungkin ada letusan yg hebat dan berlangsung cukup lama. Mungkin ada kawan-2 lain yg dapat menerangkannya. Jadi, diskusi ini akan lebih bermakna kalau kita dapat melihat Mudlog-nya. Demikian komentar
RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Pak Doddy, mas Sugeng, Saya jawab satu2 dulu yaa, sambil cari waktu senggang. Soal karbonat dulu,.. Adanya interpretasi bahwa lapisan karbonat sudah ditembus seperti yang di-claim oleh Davies bahwa lapisan Kujung sudah ditembus dan terjadi 'kick' (Davies et al., 2007. Birth of a mud volcano: East Java, 29 May 2006). Ini bertolak belakang dengan data yang menunjukan bahwa yang terjadi waktu pengeboran pada 9297 ft adalah 'loss circulation' bukan 'kick' yang seperti ia claim. interpretasi bahwa sudah mencium Kujung - ya boleh2 saja. Namun experienced well site geologist kita yang ada di rig pada waktu itu tidak setuju dengan interpretasi tersebut. Beberapa data yang dilihatnya tidak mendukung dengan klaim tersebut; Nilai analisa Calcimetry yang dilakukan menunjukkan bahwa tidak ada kenaikan angka calcimetry secara signifikan yang menandakan bahwa lapisan karbonat belum tertembus. Besaran calcimetry tetap sekitar 5-10% dan tidak meningkat dengan kedalaman. Angka ini konstan karena calcimetry analisis dilakukan setiap 10 ft dari cutting sample sejak pemboran memasuki kedalaman 7000 ft. Kalau pemboran menembus atau menyentuh lapisan carbonate akan menunjukkan nilai perubahan dari analisis calcimetry akan meningkat secara signifikan. Analisa onsite paleontology tidak terdapat planktonic foram atau benthic foram yg signifikan jumlahnya. Lazimnya sebelum menembus carbonate rock akan dijumpai planktonic lalu benthic yg melimpah. Berdasarkan study yang dilakukan sebelum pengeboran dimulai, terutama offset well menunjukkan bahwa pada sekitar 50 ft dari top of limestone terdapat hardpan atau lapisan karbonat yg keras sebelum masuk porous zone. Ciri2 perubahan pada ROP yang diharapkan akan pelan sewaktu menemukan hardpan tidak dijumpai. Dilakukan bottoms up circulation dan run carbide apabila ada hal2 yang mencurigakan. Kedalaman dimana bottom-up sample dilakukan adalah pada 9007 (termasuk SIT test), 9277 dan 9283 ft. Ini adalah test yang sangat positif untuk mementukan sudah atau belumnya lapisan karbonat tertembus. Checkshot (velocity survey) mengindikasikan bahwa Kujung akan ditembus pada kedalaman 9400 ft atau 9600 ft. Oleh karenanya selalu dilakukan pengecekan sample dan ternyata sampai pada sample terakhir 9283 ft. tidak terdapat adanya karbonat cuttings. Loss circulation yang dialami pada kedalaman 9297 ft. berbeda karakter dengan loss di lapisan karbonat, termasuk yang dialami di Porong offset well. Mudahnya penanganan major loss circulation tersebut mengindiksikan bahwa loss tersebut bukan ke vugular limestone tetapi mirip highly fractured sandstone atau mungkin saja fault yang semula sealing, se-konyong2 terbuka dan kehilangan sealing capacity (fault reactivation). Wass. Bambang -Original Message- From: Doddy Suryanto [mailto:dod...@pttep.com] Sent: Monday, March 08, 2010 6:51 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak Suhu Sugeng Yth, Sangat sangat benar sekali semua yang bapak uraian untuk mengecek keberadaan Kujung di sumur Banjarpanji. Ada fakta yang menyebutkan pengecekan bottom up sample di kedalaman 9283ft (14 ft diatas TD) dan ternyata masih batu pasir volkanik. Sampe akhirnya bor menembus 9297ft dan terjadi total loss sehingga sample belum pernah diperoleh apakah pada kedalaman ini benar2 top Kujung. Data terakhir VSP juga tidak konklusif dimana top Kujung bisa berada pd kedalaman 8800-9600ft. Jadi top Kujung juga masih tanda tanya dgn data-data yang ada (ini tanpa melihat datanya langsung ya). Kalo masalah batu pasir yang tebal di sumur Banjarpanji, sebenarnya di sumur Porong juga ditemukan batu pasir di kedalaman sekitar 700-an ft tapi tidak setebal di sumur Banjarpanji-1. Hilangnya batugamping seperti diproposal sebenarnya juga mungkin tidak begitu mengagetkan karena di atas Kujung jarang dijumpai lapisan batugamping yang sangat tebal (cmiiw). Yang cukup mengangetkan adalah adanya laporan yang harusnya confidential dari TriTech Petroleum Consultant Limited yang menyebutkan adanya Memorandum Summary of Meeting for banjarpanji tanggal 1 mei 2006. Salah satu catatan menyebutkan: -As informed by Lapindo Brantas' geologist, there is no weak zone or reactive shale that creates loss circulation or caving problem in the interval 3500'-8500'. -... -In case encounter caving indication the drilling will be stopped and set 11-3/4 prior continues to drilling deeper... Padahal di kedalaman 3500 dan 3595 sudah mulai mendapatkan gain. Bahkan waktu mengebor 17 ½ section sudah banyak mendapatkan caving sehingga casing 16 perlu dipasang lebih dangkal seperti yang dibilang pak Bambang. Hasil LOT 16casing juga tidak terlalu bagus sehingga perlu di-squeeze. Sebenarnya sudah banyak masalah di upper section dimana ini bisa dianalogikan dengan adanya high pressure seperti yang ada di sumurnya Santos (Anggur-1) waktu menembus pucangan. Asumsi saya..ini cuma asumsi saja
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Kata Pak Bambang di imil seblumnya ada Total Loss? bener ada atau ga nih Pak? (lihat imil yang menyertakan PPT dari Pak Bambang via moderator) Kalau ada, terus cuttingnya dapat darimana? Total Loss kan tidak ada Return, return saja tidak ada, kok bisa ngomongin cutting?? TD depth 9297ftMD, last cutting apakah 9297ftMD juga? Kalau sample / 10ft, kemungkinan last sample yang diambil 9290ftMD. Benar atau salah? On 3/9/10, Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com wrote: Pak Doddy, mas Sugeng, Saya jawab satu2 dulu yaa, sambil cari waktu senggang. Soal karbonat dulu,.. Adanya interpretasi bahwa lapisan karbonat sudah ditembus seperti yang di-claim oleh Davies bahwa lapisan Kujung sudah ditembus dan terjadi 'kick' (Davies et al., 2007. Birth of a mud volcano: East Java, 29 May 2006). Ini bertolak belakang dengan data yang menunjukan bahwa yang terjadi waktu pengeboran pada 9297 ft adalah 'loss circulation' bukan 'kick' yang seperti ia claim. interpretasi bahwa sudah mencium Kujung - ya boleh2 saja. Namun experienced well site geologist kita yang ada di rig pada waktu itu tidak setuju dengan interpretasi tersebut. Beberapa data yang dilihatnya tidak mendukung dengan klaim tersebut; Nilai analisa Calcimetry yang dilakukan menunjukkan bahwa tidak ada kenaikan angka calcimetry secara signifikan yang menandakan bahwa lapisan karbonat belum tertembus. Besaran calcimetry tetap sekitar 5-10% dan tidak meningkat dengan kedalaman. Angka ini konstan karena calcimetry analisis dilakukan setiap 10 ft dari cutting sample sejak pemboran memasuki kedalaman 7000 ft. Kalau pemboran menembus atau menyentuh lapisan carbonate akan menunjukkan nilai perubahan dari analisis calcimetry akan meningkat secara signifikan. Analisa onsite paleontology tidak terdapat planktonic foram atau benthic foram yg signifikan jumlahnya. Lazimnya sebelum menembus carbonate rock akan dijumpai planktonic lalu benthic yg melimpah. Berdasarkan study yang dilakukan sebelum pengeboran dimulai, terutama offset well menunjukkan bahwa pada sekitar 50 ft dari top of limestone terdapat hardpan atau lapisan karbonat yg keras sebelum masuk porous zone. Ciri2 perubahan pada ROP yang diharapkan akan pelan sewaktu menemukan hardpan tidak dijumpai. Dilakukan bottoms up circulation dan run carbide apabila ada hal2 yang mencurigakan. Kedalaman dimana bottom-up sample dilakukan adalah pada 9007 (termasuk SIT test), 9277 dan 9283 ft. Ini adalah test yang sangat positif untuk mementukan sudah atau belumnya lapisan karbonat tertembus. Checkshot (velocity survey) mengindikasikan bahwa Kujung akan ditembus pada kedalaman 9400 ft atau 9600 ft. Oleh karenanya selalu dilakukan pengecekan sample dan ternyata sampai pada sample terakhir 9283 ft. tidak terdapat adanya karbonat cuttings. Loss circulation yang dialami pada kedalaman 9297 ft. berbeda karakter dengan loss di lapisan karbonat, termasuk yang dialami di Porong offset well. Mudahnya penanganan major loss circulation tersebut mengindiksikan bahwa loss tersebut bukan ke vugular limestone tetapi mirip highly fractured sandstone atau mungkin saja fault yang semula sealing, se-konyong2 terbuka dan kehilangan sealing capacity (fault reactivation). Wass. Bambang -Original Message- From: Doddy Suryanto [mailto:dod...@pttep.com] Sent: Monday, March 08, 2010 6:51 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak Suhu Sugeng Yth, Sangat sangat benar sekali semua yang bapak uraian untuk mengecek keberadaan Kujung di sumur Banjarpanji. Ada fakta yang menyebutkan pengecekan bottom up sample di kedalaman 9283ft (14 ft diatas TD) dan ternyata masih batu pasir volkanik. Sampe akhirnya bor menembus 9297ft dan terjadi total loss sehingga sample belum pernah diperoleh apakah pada kedalaman ini benar2 top Kujung. Data terakhir VSP juga tidak konklusif dimana top Kujung bisa berada pd kedalaman 8800-9600ft. Jadi top Kujung juga masih tanda tanya dgn data-data yang ada (ini tanpa melihat datanya langsung ya). Kalo masalah batu pasir yang tebal di sumur Banjarpanji, sebenarnya di sumur Porong juga ditemukan batu pasir di kedalaman sekitar 700-an ft tapi tidak setebal di sumur Banjarpanji-1. Hilangnya batugamping seperti diproposal sebenarnya juga mungkin tidak begitu mengagetkan karena di atas Kujung jarang dijumpai lapisan batugamping yang sangat tebal (cmiiw). Yang cukup mengangetkan adalah adanya laporan yang harusnya confidential dari TriTech Petroleum Consultant Limited yang menyebutkan adanya Memorandum Summary of Meeting for banjarpanji tanggal 1 mei 2006. Salah satu catatan menyebutkan: -As informed by Lapindo Brantas' geologist, there is no weak zone or reactive shale that creates loss circulation or caving problem in the interval 3500'-8500'. -... -In case encounter caving indication the drilling will be stopped and set 11-3/4 prior continues to drilling deeper... Padahal di
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI (gempa Y/N??)
prosedur, saya harus menginformasikan regulasinya dan prosedurnya, agar kita waspada sebab di dalam regulasi itu terkandung rambu-rambu dan ketentuan pidananya. Pelanggaran akan tetap dianggap pelanggaran, meskipun alasannya ketidaktahuan. Demikian, semoga bermanfaat. Salam, Awang --- Pada Ming, 7/3/10, Nyoto ssoena...@gmail.com menulis: Dari: Nyoto ssoena...@gmail.com Judul: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Kepada: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Minggu, 7 Maret, 2010, 7:31 AM Betul juga pak Natan, kalau data masterlognya diposting disini, maka saya yakin akan banyak teman2 anggota IAGI yg selama ini masih belum SREG dg kesimpulan yg dikeluarkan DPR (biarpun kita tahu persis bhw kesimpulan itu adalah KESIMPULAN POLITIK. So monggo aja mas Bambang Is. Wass, nyoto Sent from my iPhone 3GS Powered by maxis On Mar 5, 2010, at 16:07, Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com wrote: Pak Bambang yang baik, Fyi saja. Sekarang sudah jamannya teknologi maju. Belum pernah ada Mudloging company yang TIDAK memprovide masterlog dalam bentuk Soft copy (pdf/tiff/jpg/dlsb). Masterlog juga biasanya sizenya tidak melebihi 5M from Surface to TD. So..saya ga ngeliat ada kesulitan berarti untuk mempostingnya di milis ini, dengan bantuan moderator tentunya. Karena, saya yakin pasti ada juga yang ingin melihatnya. Minimal 1 orang lah..Pak Nyoto (bener kan Pak? he3). Trimakasih lagi Pak Bambang On 3/5/10, Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com wrote: Pak Natan, Silahkan baca email saya sebelumnya ...Saya tidak pernah mengatakan gempa sebagai penyebab LUSI, yang kami amati adalah kondisi sumur,... Soal yang lain,.. saya sarankan pak Natan baca 2 paper kami yang sudah dipublish di Elsevier mengenai drilling,.. juga kalau mau lihat mudlog/materlog,.. silahkan datang ke Lapindo, saya akan minta teman2 di Lapindo untuk menunjukan mudlog yang dimaksud. Wass. Bambang -Original Message- From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com] Sent: Friday, March 05, 2010 12:45 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI saya suka kalimat Pak Bambang yang ini: Jadi timing dari loss diberikan sebagai informasi, dan bukan pembenaran dari gempa sebagai penyebab LUSI. jadi, yang meyakinkan Pak Bambang bahwa Gempa adalah penyebab Lusi apa Pak? dan datanya apa? karena yang Loss sepertinya Pak Bambang bilang bukan pembenaran dari gempa sebagai penyebab LUSI. atau jangan2 Pak bambang tidak berpendapat bahwa Lusi disebabkan oleh Gempa..(?) 1 hal lagi yang menurut saya sangat patut dipertanyakan. Saat Total Loss, artinya tidak ada return..lalu bagaimana Lapindo yakin bahwa formasi saat Total Loss masih sama (Volcanoclastic Sand/VS)? selain itu untuk VS, apa sama sekali dalam interval 6000 to 9297 ft (TD) samaskali tidak ada shale/calystone yang bagus untuk pasang casing? agak aneh juga Sand bisa develop setebal 3297ft/1100m?? karena salah satu reason open hole panjang di sumur ini katanya Tidak Ada impermeabel layer yang bagus untuk set shoe. 1 lagi Pak..bisa kah dikirim Mudlog/Masterlog ke milis via admin, biar lebih afdol, dan siapa tau juga ada rekan2 yang belum lihat dan tertarik ingin lihat. Trims Pak.. PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... Ayo siapkan diri! Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Menurut keterangan pak Bambang, sample cutting terakhir dari kedalaman 9283 ft dan calcimetrynya tidak menunjukkan adanya kenaikan kandungan calcite (jadi belum masuk Kujung Ls), tapi kemudian total lost nya pada TD 9297 ft, mungkin justru top Kujung Ls nya baru tertembus pada TD nya. Makanya sampai cutting di 9283 ft t calcimetrynya tidak/belum naik. 2010/3/9 Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com Kata Pak Bambang di imil seblumnya ada Total Loss? bener ada atau ga nih Pak? (lihat imil yang menyertakan PPT dari Pak Bambang via moderator) Kalau ada, terus cuttingnya dapat darimana? Total Loss kan tidak ada Return, return saja tidak ada, kok bisa ngomongin cutting?? TD depth 9297ftMD, last cutting apakah 9297ftMD juga? Kalau sample / 10ft, kemungkinan last sample yang diambil 9290ftMD. Benar atau salah? On 3/9/10, Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com wrote: Pak Doddy, mas Sugeng, Saya jawab satu2 dulu yaa, sambil cari waktu senggang. Soal karbonat dulu,.. Adanya interpretasi bahwa lapisan karbonat sudah ditembus seperti yang di-claim oleh Davies bahwa lapisan Kujung sudah ditembus dan terjadi 'kick' (Davies et al., 2007. Birth of a mud volcano: East Java, 29 May 2006). Ini bertolak belakang dengan data yang menunjukan bahwa yang terjadi waktu pengeboran pada 9297 ft adalah 'loss circulation' bukan 'kick' yang seperti ia claim. interpretasi bahwa sudah mencium Kujung - ya boleh2 saja. Namun experienced well site geologist kita yang ada di rig pada waktu itu tidak setuju dengan interpretasi tersebut. Beberapa data yang dilihatnya tidak mendukung dengan klaim tersebut; Nilai analisa Calcimetry yang dilakukan menunjukkan bahwa tidak ada kenaikan angka calcimetry secara signifikan yang menandakan bahwa lapisan karbonat belum tertembus. Besaran calcimetry tetap sekitar 5-10% dan tidak meningkat dengan kedalaman. Angka ini konstan karena calcimetry analisis dilakukan setiap 10 ft dari cutting sample sejak pemboran memasuki kedalaman 7000 ft. Kalau pemboran menembus atau menyentuh lapisan carbonate akan menunjukkan nilai perubahan dari analisis calcimetry akan meningkat secara signifikan. Analisa onsite paleontology tidak terdapat planktonic foram atau benthic foram yg signifikan jumlahnya. Lazimnya sebelum menembus carbonate rock akan dijumpai planktonic lalu benthic yg melimpah. Berdasarkan study yang dilakukan sebelum pengeboran dimulai, terutama offset well menunjukkan bahwa pada sekitar 50 ft dari top of limestone terdapat hardpan atau lapisan karbonat yg keras sebelum masuk porous zone. Ciri2 perubahan pada ROP yang diharapkan akan pelan sewaktu menemukan hardpan tidak dijumpai. Dilakukan bottoms up circulation dan run carbide apabila ada hal2 yang mencurigakan. Kedalaman dimana bottom-up sample dilakukan adalah pada 9007 (termasuk SIT test), 9277 dan 9283 ft. Ini adalah test yang sangat positif untuk mementukan sudah atau belumnya lapisan karbonat tertembus. Checkshot (velocity survey) mengindikasikan bahwa Kujung akan ditembus pada kedalaman 9400 ft atau 9600 ft. Oleh karenanya selalu dilakukan pengecekan sample dan ternyata sampai pada sample terakhir 9283 ft. tidak terdapat adanya karbonat cuttings. Loss circulation yang dialami pada kedalaman 9297 ft. berbeda karakter dengan loss di lapisan karbonat, termasuk yang dialami di Porong offset well. Mudahnya penanganan major loss circulation tersebut mengindiksikan bahwa loss tersebut bukan ke vugular limestone tetapi mirip highly fractured sandstone atau mungkin saja fault yang semula sealing, se-konyong2 terbuka dan kehilangan sealing capacity (fault reactivation). Wass. Bambang -Original Message- From: Doddy Suryanto [mailto:dod...@pttep.com] Sent: Monday, March 08, 2010 6:51 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak Suhu Sugeng Yth, Sangat sangat benar sekali semua yang bapak uraian untuk mengecek keberadaan Kujung di sumur Banjarpanji. Ada fakta yang menyebutkan pengecekan bottom up sample di kedalaman 9283ft (14 ft diatas TD) dan ternyata masih batu pasir volkanik. Sampe akhirnya bor menembus 9297ft dan terjadi total loss sehingga sample belum pernah diperoleh apakah pada kedalaman ini benar2 top Kujung. Data terakhir VSP juga tidak konklusif dimana top Kujung bisa berada pd kedalaman 8800-9600ft. Jadi top Kujung juga masih tanda tanya dgn data-data yang ada (ini tanpa melihat datanya langsung ya). Kalo masalah batu pasir yang tebal di sumur Banjarpanji, sebenarnya di sumur Porong juga ditemukan batu pasir di kedalaman sekitar 700-an ft tapi tidak setebal di sumur Banjarpanji-1. Hilangnya batugamping seperti diproposal sebenarnya juga mungkin tidak begitu mengagetkan karena di atas Kujung jarang dijumpai lapisan batugamping yang sangat tebal (cmiiw). Yang cukup mengangetkan adalah adanya laporan
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI (gempa Y/N??)
ini, setahu saya, belum pernah terjadi. Barangkali, mekanisme ini mirip dengan pembukaan data dalam rangka farm out, itu juga harus dengan seizin Dirjen Migas dalam periode tertentu. Kerahasiaan data dasar akan berakhir setelah 4 tahun, data olahan setelah 6 tahun, data interpretasi setelah 8 tahun. Sejak kapan ? Apakah sejak data itu diperoleh ? Jadi karena data sumur BJP-1 diperoleh tahun 2006 maka tahun ini datanya akan terbuka ? Bukan, data itu menjadi terbuka dihitung bukan sejak data itu diperoleh (bukan otomatis), tetapi sejak status data itu ditetapkan Pemerintah (memerlukan penetapan oleh Pemerintah). Tentang hal ini silakan lihat PP No. 35 Tahun 2004, Penjelasan Pasal 23 Ayat 2. Data yang dikirim Mas Bambang di milis adalah data yang sudah dipublikasikan, berasal dari makalah yang ditulisnya. Ini boleh saja, dengan catatan bahwa makalah tersebut sudah mendapatkan izin dari Dirjen Migas. Makalah mengenai migas yang menggunakan data milik Pemerintah dan belum pernah mendapatkan izin publikasi harus mendapatkan izin dahulu dari Dirjen Migas. Apabila telah diperoleh izin dan dipublikasikan, maka data itu telah menjadi milik publik/umum sehingga boleh saja dipindahtangankan melalui milis. Barangkali banyak yang berpendapat “ribet amat masalah prosedur data ini”. Kita memang menganut pembatasan dalam hal data, mungkin tak seterbuka Negara-negara tetangga. Suatu mekanisme yang dibuat pasti ada positif negatifnya, termasuk masalah data ini. Saya menuliskan ini bukan untuk membuat teman-teman yang semula bersemangat ingin melihat data sumur BJP-1 agar mengurungkan niatnya, jangan berprasangka buruk begitu. Data sumur BJP-1 sangat mungkin untuk bisa dilihat, sebagaimana juga telah diizinkan pemanfaatannya untuk beberapa peneliti, tetapi ada aturannya. Sebagai seorang yang bekerja untuk BPMIGAS, yang setiap harinya banyak berhubungan dengan regulasi dan prosedur, saya harus menginformasikan regulasinya dan prosedurnya, agar kita waspada sebab di dalam regulasi itu terkandung rambu-rambu dan ketentuan pidananya. Pelanggaran akan tetap dianggap pelanggaran, meskipun alasannya ketidaktahuan. Demikian, semoga bermanfaat. Salam, Awang --- Pada Ming, 7/3/10, Nyoto ssoena...@gmail.com menulis: Dari: Nyoto ssoena...@gmail.com Judul: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Kepada: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Minggu, 7 Maret, 2010, 7:31 AM Betul juga pak Natan, kalau data masterlognya diposting disini, maka saya yakin akan banyak teman2 anggota IAGI yg selama ini masih belum SREG dg kesimpulan yg dikeluarkan DPR (biarpun kita tahu persis bhw kesimpulan itu adalah KESIMPULAN POLITIK. So monggo aja mas Bambang Is. Wass, nyoto Sent from my iPhone 3GS Powered by maxis On Mar 5, 2010, at 16:07, Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com wrote: Pak Bambang yang baik, Fyi saja. Sekarang sudah jamannya teknologi maju. Belum pernah ada Mudloging company yang TIDAK memprovide masterlog dalam bentuk Soft copy (pdf/tiff/jpg/dlsb). Masterlog juga biasanya sizenya tidak melebihi 5M from Surface to TD. So..saya ga ngeliat ada kesulitan berarti untuk mempostingnya di milis ini, dengan bantuan moderator tentunya. Karena, saya yakin pasti ada juga yang ingin melihatnya. Minimal 1 orang lah..Pak Nyoto (bener kan Pak? he3). Trimakasih lagi Pak Bambang On 3/5/10, Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com wrote: Pak Natan, Silahkan baca email saya sebelumnya ...Saya tidak pernah mengatakan gempa sebagai penyebab LUSI, yang kami amati adalah kondisi sumur,... Soal yang lain,.. saya sarankan pak Natan baca 2 paper kami yang sudah dipublish di Elsevier mengenai drilling,.. juga kalau mau lihat mudlog/materlog,.. silahkan datang ke Lapindo, saya akan minta teman2 di Lapindo untuk menunjukan mudlog yang dimaksud. Wass. Bambang -Original Message- From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com] Sent: Friday, March 05, 2010 12:45 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI saya suka kalimat Pak Bambang yang ini: Jadi timing dari loss diberikan sebagai informasi, dan bukan pembenaran dari gempa sebagai penyebab LUSI. jadi, yang meyakinkan Pak Bambang bahwa Gempa adalah penyebab Lusi apa Pak? dan datanya apa? karena yang Loss sepertinya Pak Bambang bilang bukan pembenaran dari gempa sebagai penyebab LUSI. atau jangan2 Pak bambang tidak berpendapat bahwa Lusi disebabkan oleh Gempa..(?) 1 hal lagi yang menurut saya sangat patut dipertanyakan. Saat Total Loss, artinya tidak ada return..lalu bagaimana Lapindo yakin bahwa formasi saat Total Loss masih sama (Volcanoclastic Sand/VS)? selain itu untuk VS, apa sama sekali dalam interval 6000 to 9297 ft (TD) samaskali tidak ada shale/calystone yang bagus untuk pasang casing? agak
RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Rasanya mas Bambang sudah menawarkan diri untuk memfasilitasi tuk lihat bareng langsung data masterlog tersebut (tapi ndak diposting). Yang berminat dan memiliki kesempatan tinggal mendaftarkan diri saja kepada beliau, jangan ditunda2x kesempatan ini dan dibelakangan hari kecewa lagi krn ndak ada/punya access ke data :o) -HendroHS -Original Message- From: Nyoto [mailto:ssoena...@gmail.com] Sent: Saturday, March 06, 2010 9:01 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Betul juga pak Natan, kalau data masterlognya diposting disini, maka saya yakin akan banyak teman2 anggota IAGI yg selama ini masih belum SREG dg kesimpulan yg dikeluarkan DPR (biarpun kita tahu persis bhw kesimpulan itu adalah KESIMPULAN POLITIK. So monggo aja mas Bambang Is. Wass, nyoto Sent from my iPhone 3GS Powered by maxis On Mar 5, 2010, at 16:07, Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com wrote: Pak Bambang yang baik, Fyi saja. Sekarang sudah jamannya teknologi maju. Belum pernah ada Mudloging company yang TIDAK memprovide masterlog dalam bentuk Soft copy (pdf/tiff/jpg/dlsb). Masterlog juga biasanya sizenya tidak melebihi 5M from Surface to TD. So..saya ga ngeliat ada kesulitan berarti untuk mempostingnya di milis ini, dengan bantuan moderator tentunya. Karena, saya yakin pasti ada juga yang ingin melihatnya. Minimal 1 orang lah..Pak Nyoto (bener kan Pak? he3). Trimakasih lagi Pak Bambang On 3/5/10, Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com wrote: Pak Natan, Silahkan baca email saya sebelumnya ...Saya tidak pernah mengatakan gempa sebagai penyebab LUSI, yang kami amati adalah kondisi sumur,... Soal yang lain,.. saya sarankan pak Natan baca 2 paper kami yang sudah dipublish di Elsevier mengenai drilling,.. juga kalau mau lihat mudlog/materlog,.. silahkan datang ke Lapindo, saya akan minta teman2 di Lapindo untuk menunjukan mudlog yang dimaksud. Wass. Bambang -Original Message- From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com] Sent: Friday, March 05, 2010 12:45 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI saya suka kalimat Pak Bambang yang ini: Jadi timing dari loss diberikan sebagai informasi, dan bukan pembenaran dari gempa sebagai penyebab LUSI. jadi, yang meyakinkan Pak Bambang bahwa Gempa adalah penyebab Lusi apa Pak? dan datanya apa? karena yang Loss sepertinya Pak Bambang bilang bukan pembenaran dari gempa sebagai penyebab LUSI. atau jangan2 Pak bambang tidak berpendapat bahwa Lusi disebabkan oleh Gempa..(?) 1 hal lagi yang menurut saya sangat patut dipertanyakan. Saat Total Loss, artinya tidak ada return..lalu bagaimana Lapindo yakin bahwa formasi saat Total Loss masih sama (Volcanoclastic Sand/VS)? selain itu untuk VS, apa sama sekali dalam interval 6000 to 9297 ft (TD) samaskali tidak ada shale/calystone yang bagus untuk pasang casing? agak aneh juga Sand bisa develop setebal 3297ft/1100m?? karena salah satu reason open hole panjang di sumur ini katanya Tidak Ada impermeabel layer yang bagus untuk set shoe. 1 lagi Pak..bisa kah dikirim Mudlog/Masterlog ke milis via admin, biar lebih afdol, dan siapa tau juga ada rekan2 yang belum lihat dan tertarik ingin lihat. Trims Pak.. 2010/3/4 Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com Pak Natan, Menjawan pertanyaan pak Natan, secara umum, Mud Loss terjadi apabila pore press hydrostatic press dari mud sesudah ECD, mud cakes dan pressure loss lainnya diperhitungkan. Beberapa saat sesudah terjadinya gempa Yogya, sumur mengalami dua mud loss. Sebelumnya, tidak ada mud losses pada hole section ini. Juga tidak ada penaikan berat lumpur pada interval 5000 ft terakhir. Yang menjadikan loss ini menarik adalah 'timing' dan 'rate of loss'. Mengapa timingnya dekat dengan terjadinya gempa? Mengapa rate of loss nya demikian besar? Data2 nya yang bisa dibaca di paper kami adalah: Mud Loss pertama terjadi ~7 minutes sesudah terjadinya gempa Yogya; Mud Loss kedua ~90 minutes sesudah terjadi dua gempa susulan; Rate of loss pertama adalah ~300 bph dan yang kedua ~900 bph. Rate of loss yang sebegitu besar menunjukkan bahwa ini bukan seepage loss atau loss of mud yang normal terjadi di drilling. Ini adalah suatu rate yang besar yang bisa terjadi karena memasuki formasi karbonat dengan lobang yang besar (cavern) atau formasi yang tiba2 merekah dan terciptanya rongga yang sangat besar. Pertanyaanya adalah mengapa waktu loss ini berdekatan dengan waktu terjadinya gempa? Apakah ini hanya suatu 'kebetulan' saja atau memang ada kaitannya? Wallahu alam. Jadi apakah kita menyalahkan loss ini kepada gempa? Tidak juga, dalam Paper tersebut kami memberikan informasi adanya loss of mud dan gempa Yogya yang berdekatan dan mengatakan '. the proximity of the two events suggests a temporal connection exists ..'. Jadi timing dari loss diberikan sebagai
RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Yang perlu dikutip juga: ...yg menjadikan loss ini menarik adalah 'timing' dan 'rate of loss'. Mengapa timingnya dekat dengan terjadinya gempa? Mengapa rate of loss nya demikian besar? Bukan tidak mungkin fakta lapangan terkait atas timing dan anomaly rate of loss tersebut yang oleh pengambil keputusan (dan staff/saksi ahli) di DPR diberikan bobot lebih dalam menarik benang merah untuk keputusan berkekuatan hukum atas causal putri Lusi (bukan putri Diana). Salam, HendroHs -Original Message- From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com] Sent: Friday, March 05, 2010 8:31 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak Bambang, Don't go beyond your limit. Kalau memang tidak bisa, ga masalah Pak. Yang sangat melegakan adalah, Pak Bambang *TIDAK PERNAH MENGATAKAN GEMPA SEBAGAI PENYEBAB LUSI.* Thanks Pak.. Salam, Natan 2010/3/5 Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com Broer ADB, Saya yakin diizinkan. Sebagai contoh, kita semua tahu Mark Tingay adalah pendukung UGBO dan sudah menulis beberapa paper tentang LUSI. Dia minta lihat data2 sesimic dan sumur BJP-1, lalu oleh Lapindo diproses mintakan perizinan ke Migas, dan diberikan izin untuk jangka waktu tertentu. Saya lupa persisnya, kalau ngga salah 6 bulan. Dalam hal ini saya yakin Lapindo tidak ada yang ditutup-tutupi, dan sudah disampaikan dibeberapa pertemuan internasional data2 drilling bisa dilihat dan di-scrutinize. Undangan ini disampaikan juga ke Davies dan Manga, supaya tidak sekedar pakai sebagian data atau asumsi. Soal kawan dari ITB, kalau ngga salah duduk perkaranya data-data hasil survey yang dibiayai oleh Lapindo dipublikasi tanpa sepengetahuan dan seizin Lapindo dan BPMIGAS/ Migas, padahal dalam setiap service kontrak ada klausul confidentiality. Saya pikir kalau dimintakan izin sesuai dengan prosedur yang selama ini diterapkan oleh BPMIGAS dan Migas, tidak akan menjadi masalah. Juga biasanya sebagai courtesy disebut dalam acknowledgement. Kalau kita lihat publikasi2 di IPA, IAGI,.. Selalu mencantumkan terima kasih pada BPMIGAS dan Migas atas izin yang diberikan untuk mempublikasikan paper tersebut. Saya pikir ini masalah standard. Khusus untuk permintaan pak Natan, saya ngga mau menjadi orang yang mem-posting data tsb, tahu dong ada konsekuensi hukum soal data. Kalau nunjukin atau dipakai sebagai bahan diskusi perorangan atau di forum, lain soal. Meskipun saya tahu data tersebut sudah beredar dimana-mana, malah ada yang mempublikasi,.. Entah ada izin dari Migas atau tidak. Begitu Cak Yayang,.. Wass. Bambang -- Sent from my BlackBerry Wireless Hosted by Petrodata System -Original Message- From: abachtiar_CBN abacht...@cbn.net.id To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Sent: Fri Mar 05 16:53:34 2010 Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI BPI, my broer,..mumpung bicara soal data: ... aku jadi penasaran nich, ... kalau misalnya data yang notabene dipegang oleh Lapindo, yang secara hukum adalah milik Negara Republik Indonesia, sehingga untuk memakainya dalam publikasi harus meminta ijin Lapindo, BPMigas, bahkan Ditjen Migas itu semua kita pakai untuk mendasari paper yang mendukung teori UGBO sumur BJP-1 sebagai pemicu proses lahirnya mudvolcano Sidoardjo itu, kira2 diijinkan nggak ya? Kalau nggak salah ada kasus dimana waktu itu ada kawan professor dr ITB yang memakai data yang notabene adalah milik Lapindo (tapi dia yang mengakuisisinya atas dasar kontrak dg Lapindo) untuk menulis paper bersama-sama dengan Richard Davies, tapi kabarnya kemudian dia dituntut oleh pihak Lapindo. Hal ini juga yg menurut saya menjelaskan kenapa paper-paper publikasi yang keluar dari dalam negeri umumnya adalah paper2 yang ditulis oleh kawan2 Lapindo, atau BPMigas, yang punya akses lebih lega leluasa terhadap data data itu secara legal, dan tentunya punya kepentingan yang sangat kuat untuk mempublikasikannya. Sementara itu untuk pihak2 lain yg sangat terbatas aksesnya terhadap data - terutama data pemboran, seismik, dan sejenisnya yg notabene hanya bisa diakusisi oleh/lewat Lapindo - dan mereka ingin menuliskan paper ilmiah tentang bgmn counter-argument ilmiah terhadap gencarnya publikasi kematangan tektonik yg memicu mudvolcano, jadi tidak bisa bebas melakukannya,..Hal ini diperparah lagi dengan posisi sebagian besar praktisi saintis EP Indonesia (termasuk engineers) yang umumnya terikat bekerja di PSC-PSC Indonesia yg tidak bebas atau malahan tidak punya kepentingan untuk melakukan riset dn penulisan itu. Ada juga sich kawan2 dr Perguruan Tinggi yg punya minat untuk menuliskan paper dr data2 yg mereka punya (umumnya surficial dan regional), tetapi jarang dr kawan2 geosains university yang mempunyai pengalaman dan pengertian yg mendalam tentang data pemboran, parameter2 pemboran yg punya arti terhadap data geologi, dan juga ihwal seluk beluk tekanan terkait dg mekanika batuan praktis dari data
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Wah, jawaban Pak Awang sungguh panjang dan membuat saya berpikir lebih jauh serta berusaha mencari referensi-referensi yang Pak Awang kemukakan. Terima kasih atas respon Pak Awang yang sangat lengkap ini. Saya ingin menanggapi beberapa paragraf saja di email Pak Awang (berhubung saya cuma sempat membaca sedikit referensi saja). Tanggapan saya ada di bawah paragraf Pak Awang. Salam mnw 2010/3/3 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com: Ada satu hal yang Minarwan tak libatkan dalam ulasan di bawah, yaitu komposisi magma antara Merapi dan Semeru. Propagasi energi gempa Yogya 27 Mei 2006 jelas akan lebih cepat sampai ke Merapi dibandingkan ke Semeru berdasarkan jaraknya. Tetapi saat getaran ini sampai ke dapur magma kedua gunungapi itu, terjadilah perbedaan respon karena perbedaan komposisi magma kedua gunungapi ini. Kedua gunungapi ini komposisinya berbeda, silakan cek katalog gunungapi (Kusumadinata, 1979). Lagipula, Merapi terkenal punya sumbat lava di lubang kepundannya hasil erupsi sebelumnya yang membuat ia tak segera merespon getaran gempa Yogya padahal jaraknya hanya 50 km; lalu respon itu baru muncul bersamaan dengan respon reaktivasi Semeru pada hari yang bersamaan meskipun Semeru jaraknya enam kali lebih jauh dari episentrum gempa. Silakan cek untuk lebih detailnya di publikasi Walter et al. (2007) : Volcanic activity influenced by tectonic earthquakes : static and dynamic stress triggering at Mt Merapi - Geophysical Research Letters 34, L05304. + Saat saya sedang mencari komposisi magma Merapi dan Semeru, saya malah menemukan kisah erupsi Merapi di Wikipedia yang katanya telah aktif sejak bulan April 2006, yang ditandai dengan meningkatnya aktifitas seismik, dll. Berita itu ada di alamat berikut ini: http://en.wikipedia.org/wiki/Mount_Merapi Dari Wiki ini kita bisa membaca bahwa pada 19 April sudah ada asap yang keluar, dan pada awal bulan Mei aliran lava sudah terlihat dari Merapi, dengan kata lain Merapi memang sudah aktif dan telah hendak mengeluarkan isi perutnya sejak sebelum gempa pada tanggal 27 Mei 2006. Saya perlu pasang disclaimer di sini, Wikipedia bukan sebuah referensi ilmiah peer-reviewed yang baik, jadi marilah kita anggap sebagai sebuah rekaman kejadian saja. Berkenaan dengan pernyataan Pak Awang tentang sumbat lava di lubang kepundan Gunung Merapi, menurut hemat saya jika sudah ada lava yang keluar, mestinya sumbatnya sudah tertembus, tapi tentu saja mungkin interpretasi kita tidak sama. Lalu, dari segi keaktifan yang dibandingkan oleh Haris dan Ripepe (2007) antara sebelum dan sesudah gempa, sayang sekali tidak meliputi aktifitas Merapi sejak bulan April 2006. Mungkin aktfitas Merapi yang bulan April dan awal Mei (sebelum tanggal 9 Mei 2006) tidak cukup signifikan secara statistik sehingga tidak dimasukkan ke data mereka. Dari makalah makalah Kyoshi Nishi et al. (2007) - Micro-tilt changes preceding summit explosions at Semeru Volcano, Indonesia - Earth Planets Space, 59, 151-156 (bisa digoogle), saya mendapatkan komposisi magma Gunung Semeru yang katanya agak mafic (56-57% SiO2) dan mereka kategorikan basaltik-andesit, yang mana terbaca sama dengan kompisisi magma Merapi yang menurut Walter (2007) - setelah mengutip Voight et al. (2000) - juga basaltik-andesit. Sayang sekali, saya tidak bisa mendapatkan Kumumadinata (1979) untuk melihat perbedaan komposisi seperti apa yang ada di Merapi dan Semeru. Yang lebih penting lagi untuk saya pahami sebenarnya adalah bagaimana hubungan antara kompisisi magma dan respon terhadap getaran. Saya duga ini berkaitan dengan viskositas/kekentalan magma dan gas yang responsif terhadap tekanan, tapi berhubung saya masih kurang banyak membaca mengenai pergunungapian, saya tidak tahu pasti. Nanti pelan-pelan saya berusaha mencari informasi lebih banyak tentang topik ini. Menurut hemat saya, jangan hanya selesai di cluster analysis statistics yang hanya melihat jarak dan magnitude gempa dengan semua reaktivasi yang disebabkannya (mud volcano, magmatic volcano, liquefaction, dsb.). Lihatlah masalahnya satu demi satu secara individual. Bila kita hanya melihat statistik saja tanpa menelitinya lebih jauh, maka kita akan sulit mengerti mengapa kedua gunungapi yang jaraknya berbeda enam kali lipat terhadap episentrum gempa tersebut bisa merespon gempa itu pada saat yang bersamaan. Berbicara mengenai Walter et al. (2007), ada satu kalimat mereka yang ditulis sebelum bab kesimpulan, di mana mereka mengakui bahwa Merapi tampaknya tak terganggu/terpicu oleh aktifitas gempa yang lebih kuat, seperti pada bulan Desember 2004, Mei 2005 dan Juli 2006. Kemungkinan besar pada saat terjadi gempa yang lebih besar itu, Merapi dan gunung-gunung lain yang
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
sudah digerus lava baru. 7. Gunung Kelud mengapa tak ikut direaktivasi saat itu, saya pikir apa yang dipikirkan Minarwan sudah benar yaitu bahwa saat gempa Yogya terjadi, ia tidak dalam kondisi sebagai critical venting system. Bukan Kelud saja, mengapa Lawu pun tidak. Untuk memeriksa kebenaran pernyataan saya ini bisa dicek dengan mudah, tinggal mengumpulkan monitoring harian Gunung Kelud dan Gunung Semeru pada hari2 sebelum gempa dan sesudah gempa. Kelud pun kita tahu kemudian meningkatkan aktivitasnya kan; apakah itu berhubungan dengan gempa Yogya sebagai apa yang disebut Mellors et al. (2007) sebagai possibility of delayed triggering, bisa diselidiki lebih jauh. 8. Gempa 2001 di area Yogya sedalam 130 km kalau diplot di gambar skematik konvergensi lempeng di selatan Yogya sampai area Merapi mestinya itu slab earthquake; coba dicek lagi apakah ia mempengaruhi aktivitas Merapi; saya meragukannya. Slab earthquake karena reologi mantel yang lebih kecil dibandingkan reologi slab, maka propagasi getaran tidak akan vertikal menuju permukaan, melainkan akan diagonal merambat sepanjang slab dan akhirnya mempengaruhi bagian updip dan permukaan slab yang jatuhnya ada di selatan garis pantai atau bahkan Samudera Hindia. Lagipula berapa dalam dapur magma Merapi itu, saya tidak yakin ia mengadakan kontak dengan slab yang menunjam di bawahnya. salam, Awang --- Pada Sen, 8/3/10, MINARWAN minarw...@gmail.com menulis: Dari: MINARWAN minarw...@gmail.com Judul: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Kepada: iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Senin, 8 Maret, 2010, 4:26 AM Wah, jawaban Pak Awang sungguh panjang dan membuat saya berpikir lebih jauh serta berusaha mencari referensi-referensi yang Pak Awang kemukakan. Terima kasih atas respon Pak Awang yang sangat lengkap ini. Saya ingin menanggapi beberapa paragraf saja di email Pak Awang (berhubung saya cuma sempat membaca sedikit referensi saja). Tanggapan saya ada di bawah paragraf Pak Awang. Salam mnw 2010/3/3 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com: Ada satu hal yang Minarwan tak libatkan dalam ulasan di bawah, yaitu komposisi magma antara Merapi dan Semeru. Propagasi energi gempa Yogya 27 Mei 2006 jelas akan lebih cepat sampai ke Merapi dibandingkan ke Semeru berdasarkan jaraknya. Tetapi saat getaran ini sampai ke dapur magma kedua gunungapi itu, terjadilah perbedaan respon karena perbedaan komposisi magma kedua gunungapi ini. Kedua gunungapi ini komposisinya berbeda, silakan cek katalog gunungapi (Kusumadinata, 1979). Lagipula, Merapi terkenal punya sumbat lava di lubang kepundannya hasil erupsi sebelumnya yang membuat ia tak segera merespon getaran gempa Yogya padahal jaraknya hanya 50 km; lalu respon itu baru muncul bersamaan dengan respon reaktivasi Semeru pada hari yang bersamaan meskipun Semeru jaraknya enam kali lebih jauh dari episentrum gempa. Silakan cek untuk lebih detailnya di publikasi Walter et al. (2007) : Volcanic activity influenced by tectonic earthquakes : static and dynamic stress triggering at Mt Merapi - Geophysical Research Letters 34, L05304. + Saat saya sedang mencari komposisi magma Merapi dan Semeru, saya malah menemukan kisah erupsi Merapi di Wikipedia yang katanya telah aktif sejak bulan April 2006, yang ditandai dengan meningkatnya aktifitas seismik, dll. Berita itu ada di alamat berikut ini: http://en.wikipedia.org/wiki/Mount_Merapi Dari Wiki ini kita bisa membaca bahwa pada 19 April sudah ada asap yang keluar, dan pada awal bulan Mei aliran lava sudah terlihat dari Merapi, dengan kata lain Merapi memang sudah aktif dan telah hendak mengeluarkan isi perutnya sejak sebelum gempa pada tanggal 27 Mei 2006. Saya perlu pasang disclaimer di sini, Wikipedia bukan sebuah referensi ilmiah peer-reviewed yang baik, jadi marilah kita anggap sebagai sebuah rekaman kejadian saja. Berkenaan dengan pernyataan Pak Awang tentang sumbat lava di lubang kepundan Gunung Merapi, menurut hemat saya jika sudah ada lava yang keluar, mestinya sumbatnya sudah tertembus, tapi tentu saja mungkin interpretasi kita tidak sama. Lalu, dari segi keaktifan yang dibandingkan oleh Haris dan Ripepe (2007) antara sebelum dan sesudah gempa, sayang sekali tidak meliputi aktifitas Merapi sejak bulan April 2006. Mungkin aktfitas Merapi yang bulan April dan awal Mei (sebelum tanggal 9 Mei 2006) tidak cukup signifikan secara statistik sehingga tidak dimasukkan ke data mereka. Dari makalah makalah Kyoshi Nishi et al. (2007) - Micro-tilt changes preceding summit explosions at Semeru Volcano, Indonesia - Earth Planets Space, 59, 151-156 (bisa digoogle), saya mendapatkan komposisi magma Gunung Semeru yang katanya agak mafic (56-57% SiO2) dan mereka kategorikan basaltik-andesit, yang mana terbaca sama dengan kompisisi magma Merapi yang menurut Walter (2007) - setelah mengutip Voight et al. (2000) - juga basaltik-andesit. Sayang sekali, saya tidak bisa
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
izin dan dipublikasikan, maka data itu telah menjadi milik publik/umum sehingga boleh saja dipindahtangankan melalui milis. Barangkali banyak yang berpendapat “ribet amat masalah prosedur data ini”. Kita memang menganut pembatasan dalam hal data, mungkin tak seterbuka Negara-negara tetangga. Suatu mekanisme yang dibuat pasti ada positif negatifnya, termasuk masalah data ini. Saya menuliskan ini bukan untuk membuat teman-teman yang semula bersemangat ingin melihat data sumur BJP-1 agar mengurungkan niatnya, jangan berprasangka buruk begitu. Data sumur BJP-1 sangat mungkin untuk bisa dilihat, sebagaimana juga telah diizinkan pemanfaatannya untuk beberapa peneliti, tetapi ada aturannya. Sebagai seorang yang bekerja untuk BPMIGAS, yang setiap harinya banyak berhubungan dengan regulasi dan prosedur, saya harus menginformasikan regulasinya dan prosedurnya, agar kita waspada sebab di dalam regulasi itu terkandung rambu-rambu dan ketentuan pidananya. Pelanggaran akan tetap dianggap pelanggaran, meskipun alasannya ketidaktahuan. Demikian, semoga bermanfaat. Salam, Awang --- Pada Ming, 7/3/10, Nyoto ssoena...@gmail.com menulis: Dari: Nyoto ssoena...@gmail.com Judul: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Kepada: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Minggu, 7 Maret, 2010, 7:31 AM Betul juga pak Natan, kalau data masterlognya diposting disini, maka saya yakin akan banyak teman2 anggota IAGI yg selama ini masih belum SREG dg kesimpulan yg dikeluarkan DPR (biarpun kita tahu persis bhw kesimpulan itu adalah KESIMPULAN POLITIK. So monggo aja mas Bambang Is. Wass, nyoto Sent from my iPhone 3GS Powered by maxis On Mar 5, 2010, at 16:07, Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com wrote: Pak Bambang yang baik, Fyi saja. Sekarang sudah jamannya teknologi maju. Belum pernah ada Mudloging company yang TIDAK memprovide masterlog dalam bentuk Soft copy (pdf/tiff/jpg/dlsb). Masterlog juga biasanya sizenya tidak melebihi 5M from Surface to TD. So..saya ga ngeliat ada kesulitan berarti untuk mempostingnya di milis ini, dengan bantuan moderator tentunya. Karena, saya yakin pasti ada juga yang ingin melihatnya. Minimal 1 orang lah..Pak Nyoto (bener kan Pak? he3). Trimakasih lagi Pak Bambang On 3/5/10, Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com wrote: Pak Natan, Silahkan baca email saya sebelumnya ...Saya tidak pernah mengatakan gempa sebagai penyebab LUSI, yang kami amati adalah kondisi sumur,... Soal yang lain,.. saya sarankan pak Natan baca 2 paper kami yang sudah dipublish di Elsevier mengenai drilling,.. juga kalau mau lihat mudlog/materlog,.. silahkan datang ke Lapindo, saya akan minta teman2 di Lapindo untuk menunjukan mudlog yang dimaksud. Wass. Bambang -Original Message- From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com] Sent: Friday, March 05, 2010 12:45 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI saya suka kalimat Pak Bambang yang ini: Jadi timing dari loss diberikan sebagai informasi, dan bukan pembenaran dari gempa sebagai penyebab LUSI. jadi, yang meyakinkan Pak Bambang bahwa Gempa adalah penyebab Lusi apa Pak? dan datanya apa? karena yang Loss sepertinya Pak Bambang bilang bukan pembenaran dari gempa sebagai penyebab LUSI. atau jangan2 Pak bambang tidak berpendapat bahwa Lusi disebabkan oleh Gempa..(?) 1 hal lagi yang menurut saya sangat patut dipertanyakan. Saat Total Loss, artinya tidak ada return..lalu bagaimana Lapindo yakin bahwa formasi saat Total Loss masih sama (Volcanoclastic Sand/VS)? selain itu untuk VS, apa sama sekali dalam interval 6000 to 9297 ft (TD) samaskali tidak ada shale/calystone yang bagus untuk pasang casing? agak aneh juga Sand bisa develop setebal 3297ft/1100m?? karena salah satu reason open hole panjang di sumur ini katanya Tidak Ada impermeabel layer yang bagus untuk set shoe. 1 lagi Pak..bisa kah dikirim Mudlog/Masterlog ke milis via admin, biar lebih afdol, dan siapa tau juga ada rekan2 yang belum lihat dan tertarik ingin lihat. Trims Pak.. 2010/3/4 Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com Pak Natan, Menjawan pertanyaan pak Natan, secara umum, Mud Loss terjadi apabila pore press hydrostatic press dari mud sesudah ECD, mud cakes dan pressure loss lainnya diperhitungkan. Beberapa saat sesudah terjadinya gempa Yogya, sumur mengalami dua mud loss. Sebelumnya, tidak ada mud losses pada hole section ini. Juga tidak ada penaikan berat lumpur pada interval 5000 ft terakhir. Yang menjadikan loss ini menarik adalah 'timing' dan 'rate of loss'. Mengapa timingnya dekat dengan terjadinya gempa? Mengapa rate of loss nya demikian besar? Data2 nya yang bisa dibaca di paper kami adalah: Mud Loss pertama terjadi ~7 minutes sesudah terjadinya gempa Yogya; Mud Loss kedua ~90 minutes sesudah terjadi dua gempa susulan; Rate of loss pertama adalah ~300 bph dan yang kedua ~900 bph. Rate of loss yang sebegitu besar
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
mas eko yang teguhnya paripurno,... nampaknya pertanyaan atau ide sampeyan ini menjadi semakin relevan jika dikaitkan dengan penjelasan kang awang bpmigas tentang hal-ihwal data terlampir (saya cuplikkan postingannya, dr iaginet juga) sampeyan nanya:..gimana ya...? kalo itu maksudnya caranya gimana mestinya sampeyan yg lebih tahu, tapi kalau itu maksudnya gimana nanti efeknya, wah,... efeknya bagus itu mas,..bisa membuat banyak periset lebih bebas mengakses data2 tersebut terutama untuk kepentingan penanggulangannya... (yang mau gak mau juga pasti terkait dengan apa penyebabnya) tabik... yyg - Original Message - From: ET Paripurno paripu...@gmail.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Friday, March 05, 2010 11:05 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI cak yayang...aku kok jadi kepikir, mengingat ini masalah kita bersama, kalau bikin gugatan class action tentang perlunya keterbukaan data ke lembaga2 yang menurut sampeyan berwenang itu... gitu gimana ya.. et === - Original Message - From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id Cc: Forum HAGI fo...@hagi.or.id; Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com; Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com Sent: Monday, March 08, 2010 1:47 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Memuat di milis-milis data mentah/ olahan/ interpretasi hasil kegiatan survei umum/ eksplorasi/ eksploitasi yang masih tertutup untuk umum (rahasia) tanpa izin dari Direktur Jenderal Migas adalah suatu pelanggaran atas Peraturan Menteri ESDM No. 027 Tahun 2006. Hati-hati, pelanggaran atas Peraturan ini mempunyai sanksi pidana atau denda. Silakan dicermati kutipan ayat-ayat di bawah ini yang berasal dari Peraturan tersebut. Pasal 2 Ayat (1) Data yang diperoleh dari Survei Umum, Eksplorasi dan Eksploitasi adalah milik Negara yang dikuasai oleh Pemerintah. Pasal 25 Ayat (2) Pemanfaatan data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk keperluan ilmiah dan keperluan lainnya selain untuk keperluan operasi di wilayah Kerjanya oleh Kontraktor atau pihak lain, wajib mendapat izin dari Direktur Jenderal. Pasal 25 Ayat (3) Kontraktor dapat melakukan pertukaran data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan Kontraktor lain pada wilayah kerja yang saling berbatasan setelah mendapat izin dari Direktur Jenderal. Pasal 32 Setiap orang yang mengirim atau menyerahkan atau memindahtangankan data tanpa hak dalam bentuk apapun dikenakan pidana atau denda sebagaimana diatur dalam pasal 1 ayat ( 2) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi sebagaimana telah berubah dengan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 002/PUU-1/2003 pada tanggal 21 Desember 2004. Perhatikan aturan-aturan di atas dan saya akan menerapkannya untuk pemanfaatan sumur Banjar Panji-1 (BJP-1). Data sumur BJP-1 diperoleh oleh Lapindo Brantas pada tahun 2006. Data itu adalah milik Pemerintah, bukan milik Lapindo Brantas. Tetapi, Lapindo dapat memanfaatkannya untuk keperluan operasinya selama Lapindo memiliki Wilayah Kerja (WK) tempat sumur Banjar Panji-1 berlokasi. Kontraktor lain di sekitar WK Brantas, misalnya Kodeco West Madura atau JOB Pertamina-PetroChina East Java, dapat memanfaatkan data sumur tersebut melalui mekanisme pertukaran data, tetapi izinnya harus diurus dulu ke Ditjen Migas melalui BPMIGAS. Bila ada perguruan tinggi yang ingin melihat data sumur BJP-1 untuk keperluan penelitian, misalnya apa penyebab Lusi, boleh saja, tetapi tetap harus mengurus izinnya ke Ditjen Migas melalui BPMIGAS. Perguruan tinggi tersebut bisa menulis surat ke BPMIGAS atau Lapindo yang menulis surat ke BPMIGAS. Saya pikir izin semacam itu mestinya telah dilakukan oleh Lapindo untuk institusi yang diwakili oleh Mark Tingay atau Richard Davies. Bila belum, kemudian datanya sudah dipublikasikan, Pemerintah dapat menegur/memerkarakan Lapindo atau institusi tempat Mark Tingay dan Richard Davies. Begitu juga bila Lapindo ingin mempublikasikan paper tentang Lusi di forum atau jurnal apa pun, maka Lapindo harus mengurus izinnya dulu ke Ditjen Migas. Bila belum, tetapi sudah dipublikasikan ya sama juga, Pemerintah akan menegur/memerkarakan Lapindo. Saya biasa membantu menguruskan izin sebagaimana dimaksud di atas untuk keperluan penelitian-penelitian teman-teman di perguruan tinggi, baik untuk keperluan penelitian pribadi dalam rangka menyelesaikan tugas akademik (skripsi, tesis, disertasi) maupun penelitian insitusi perguruan tinggi tersebut. Apakah setiap orang yang tak berkepentingan boleh juga melihat data tersebut ? Saya tidak yakin, tetapi itu bisa ditanyakan ke Ditjen Migas bila diperlukan. Undangan terbuka Mas Bambang Istadi untuk melihat data sumur BJP-1 kepada siapa saja yang berminat berkaitan dengan paragraf di atas. Itu tidak berarti tanpa izin Dirjen Migas. Bila serius ada yang ingin melihat data tersebut, silakan didaftarkan siapa saja, mewakili institusi mana (kita tentu tidak bisa membawa atas nama diri sendiri). Setelah
RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Pak Doddy Yth, Untuk mengetahui apakah bit sudah mencium formasi Kujung (gamping)tentunya kita perlu melihat Mudlog atau Masterlog (dibuat oleh crew mudloggers) dan progress sample log (oleh wellsite geologist). Ini bukan pekerjaan yang sulit, ibarat sudah menjadi makanan wsg. Dan, kedua log ini pun sangat bergantung kepada pengalaman mudloggers dan wsg (crew yg kurang pengalaman biasanya kurang konfiden untuk menentukan ini). Sebenarnya perubahan litologi dari bukan gamping ke gamping juga akan ditengarai adanya perubahan ROP (rate of penetration)yg cukup mencolok. Rekaman ROP (juga RPM, hookload,pump pressure, dll)dapat dilihat dengan jelas di Chart Geolograph yang berada di ruang driller. Sayang sekali, lebih dari 15 th terakhir ini yg namanya Geolograph sudah pada rusak...:( Biasanya rig mechanic mengatakan tidak ada spare-part (atau memang tidak mampu memperbaikinya?). Tentang batu pasir (very porous volcanic sand?)yang begitu tebal (sampai 3000'?)pernah dipertanyakan seorang kawan yg geologist-mudlogger: bagaimana menjelaskannya, aktivitas volkanik sampai dapat menghasilkan batu pasir begitu tebal; mungkin ada letusan yg hebat dan berlangsung cukup lama. Mungkin ada kawan-2 lain yg dapat menerangkannya. Jadi, diskusi ini akan lebih bermakna kalau kita dapat melihat Mudlog-nya. Demikian komentar saya, semoga berguna. Salam, sugeng -Original Message- From: Doddy Suryanto [mailto:dod...@pttep.com] Sent: Fri 3/5/2010 2:24 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Terima kasih pak Bambang atas penjelasannya. Sangat menarik untuk dicermati lebih dalam. Mengenai look ahead seismic, waktu ketemu Wayne Basden (ex chief Geophysics-nya Santos) yang lagi operasi lutut di Bangkok beberapa tahun kemarin, dia bilang sepertinya bit sudah mencium lapisan Kujung. Tapi ya ini dari cerita ngobrol-ngobrol karena waktu sumur Banjarpanji mengalami BO saya sudah tidak merumput di Santos lagi. Mengenai Jeruk, sependek ingatan saya, di Jeruk tidak dijumpai lapisan batupasir yang sangat tebal sampe ~3000'. Bahkan waktu Dukuh yang terletak di selatan Jeruk dibor juga tidak dijumpai lapisan batupasir yang tebal seperti di Banjarpanji-1. Mungkin Pak Awang bisa menjelaskan secara regional karena pengetahuan saya di offshore madura cuma sejengkal jari saja. Akan tetapi, saya sangat menikmati diskusi ini sekarang karena lebih ilmiah dan menggunakan penjelasan yang bisa diperdebatkan secara ilmiah juga. Semoga Pak Koesoema juga bisa menambahkan cerita-cerita seputar Kujung karena beliau juga salah satu pakar soal Kujung. Dan saya juga menyampaikan terima kasih ke Pak Bambang yang telah mengirim beberapa paper tentang LUSI via Pak Sawolo. Saya juga mengenal pak Sawolo waktu merumput di Unocal dulu. Terima kasih pak dan salam buat Pak Sawolo dan Mas Edy. -DS- -Original Message- From: Bambang P. Istadi [mailto:bambang.ist...@energi-mp.com] Sent: Friday, 05 March, 2010 8:58 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak Doddy yang baik, Menurut teman2 drilling, fungsi dari 16 intermediate liner di Banjarpanji adalah sebagai casing pertama yang harus dipasang sesudah memasuki transition zone. Ini disebabkan casing 20 tidak di design untuk menahan tekanan transisi. Rupanya transition zone disumur ini lebih dangkal dari yang diprediksi (berdasarkan sumur offset Porong), sehingga 16 intermediate liner tersebut harus dipasang disekitar 2200 ft untuk menjaga kick tolerance yang memadai. Soal secondary target Lapisan karbonat yang hilang merupakan prognosis yang diinterpretasikan sebagai mounding feature yang kemungkinan besar karbonat, tapi ternyata bukan. Sumur wildcat memang sering tidak menjumpai apa yang sebelumnya diperkirakan. Saya pernah melakukan statistics antara prognosis dengan actual encountered dibeberapa lapangan produksi di Kaltim, ternyata meskipun sudah banyak sumurpun tingkat akurasinya kecil, apalagi sumur eksplorasi wildcat. Mengenai kenapa 12-1/4 section di bor sampai 9297'. Asumsi pak Doddy benar bahwa karena LOT di 13-3/8 casing cukup tinggi (16.4 ppg), dan yang di bor adalah volcaniclastic sandstone dengan MW yang relatif rendah (14.7 ppg), maka sumur bisa di bor sampai kedalaman ~9400 ft dengan safe. Safety dari sumur ini serta perhitungannya di bahas secara rinci di paper yang linknya sudah saya berikan. Kalau ingin copynya, bisa bisa saya kirim melalui japri. GG dilibatkan dalam pemilihan casing seat. Kedalaman top of Kujung/Prupuh tersebut diprediksi dengan look ahead seismic dan hasilnya kita diskusikan dengan drilling apakah sumur aman untuk dibor sampai kedalaman tersebut. Benar, pengalaman dari Edi Sutriono dan Ralph Adam pun mengatakan bahwa untuk berhasil menembus lapisan karbonat Kujung Fm/Prupuh, dan bisa melakukan test, maka casing 9-5/8 harus dipasang di top of karbonat. Disumur Jeruk, open hole section 12-1/4 mereka lebih panjang dari
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Betul juga pak Natan, kalau data masterlognya diposting disini, maka saya yakin akan banyak teman2 anggota IAGI yg selama ini masih belum SREG dg kesimpulan yg dikeluarkan DPR (biarpun kita tahu persis bhw kesimpulan itu adalah KESIMPULAN POLITIK. So monggo aja mas Bambang Is. Wass, nyoto Sent from my iPhone 3GS Powered by maxis On Mar 5, 2010, at 16:07, Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com wrote: Pak Bambang yang baik, Fyi saja. Sekarang sudah jamannya teknologi maju. Belum pernah ada Mudloging company yang TIDAK memprovide masterlog dalam bentuk Soft copy (pdf/tiff/jpg/dlsb). Masterlog juga biasanya sizenya tidak melebihi 5M from Surface to TD. So..saya ga ngeliat ada kesulitan berarti untuk mempostingnya di milis ini, dengan bantuan moderator tentunya. Karena, saya yakin pasti ada juga yang ingin melihatnya. Minimal 1 orang lah..Pak Nyoto (bener kan Pak? he3). Trimakasih lagi Pak Bambang On 3/5/10, Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com wrote: Pak Natan, Silahkan baca email saya sebelumnya ...Saya tidak pernah mengatakan gempa sebagai penyebab LUSI, yang kami amati adalah kondisi sumur,... Soal yang lain,.. saya sarankan pak Natan baca 2 paper kami yang sudah dipublish di Elsevier mengenai drilling,.. juga kalau mau lihat mudlog/materlog,.. silahkan datang ke Lapindo, saya akan minta teman2 di Lapindo untuk menunjukan mudlog yang dimaksud. Wass. Bambang -Original Message- From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com] Sent: Friday, March 05, 2010 12:45 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI saya suka kalimat Pak Bambang yang ini: Jadi timing dari loss diberikan sebagai informasi, dan bukan pembenaran dari gempa sebagai penyebab LUSI. jadi, yang meyakinkan Pak Bambang bahwa Gempa adalah penyebab Lusi apa Pak? dan datanya apa? karena yang Loss sepertinya Pak Bambang bilang bukan pembenaran dari gempa sebagai penyebab LUSI. atau jangan2 Pak bambang tidak berpendapat bahwa Lusi disebabkan oleh Gempa..(?) 1 hal lagi yang menurut saya sangat patut dipertanyakan. Saat Total Loss, artinya tidak ada return..lalu bagaimana Lapindo yakin bahwa formasi saat Total Loss masih sama (Volcanoclastic Sand/VS)? selain itu untuk VS, apa sama sekali dalam interval 6000 to 9297 ft (TD) samaskali tidak ada shale/calystone yang bagus untuk pasang casing? agak aneh juga Sand bisa develop setebal 3297ft/1100m?? karena salah satu reason open hole panjang di sumur ini katanya Tidak Ada impermeabel layer yang bagus untuk set shoe. 1 lagi Pak..bisa kah dikirim Mudlog/Masterlog ke milis via admin, biar lebih afdol, dan siapa tau juga ada rekan2 yang belum lihat dan tertarik ingin lihat. Trims Pak.. 2010/3/4 Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com Pak Natan, Menjawan pertanyaan pak Natan, secara umum, Mud Loss terjadi apabila pore press hydrostatic press dari mud sesudah ECD, mud cakes dan pressure loss lainnya diperhitungkan. Beberapa saat sesudah terjadinya gempa Yogya, sumur mengalami dua mud loss. Sebelumnya, tidak ada mud losses pada hole section ini. Juga tidak ada penaikan berat lumpur pada interval 5000 ft terakhir. Yang menjadikan loss ini menarik adalah 'timing' dan 'rate of loss'. Mengapa timingnya dekat dengan terjadinya gempa? Mengapa rate of loss nya demikian besar? Data2 nya yang bisa dibaca di paper kami adalah: Mud Loss pertama terjadi ~7 minutes sesudah terjadinya gempa Yogya; Mud Loss kedua ~90 minutes sesudah terjadi dua gempa susulan; Rate of loss pertama adalah ~300 bph dan yang kedua ~900 bph. Rate of loss yang sebegitu besar menunjukkan bahwa ini bukan seepage loss atau loss of mud yang normal terjadi di drilling. Ini adalah suatu rate yang besar yang bisa terjadi karena memasuki formasi karbonat dengan lobang yang besar (cavern) atau formasi yang tiba2 merekah dan terciptanya rongga yang sangat besar. Pertanyaanya adalah mengapa waktu loss ini berdekatan dengan waktu terjadinya gempa? Apakah ini hanya suatu 'kebetulan' saja atau memang ada kaitannya? Wallahu alam. Jadi apakah kita menyalahkan loss ini kepada gempa? Tidak juga, dalam Paper tersebut kami memberikan informasi adanya loss of mud dan gempa Yogya yang berdekatan dan mengatakan '. the proximity of the two events suggests a temporal connection exists ..'. Jadi timing dari loss diberikan sebagai informasi, dan bukan pembenaran dari gempa sebagai penyebab LUSI. Paper tersebut sengaja kami tidak membahas hypotheses lain seperti gempa / fault reactivation atau geothermal process karena kami bukan ahlinya. Yang dibahas secara rinci dan transparan adalah analisa tekanan yang ada di sumur dan kesimpulan bahwa sumur tidak dalam keadaan bocor. Tujuan kedua dari paper tersebut adalah untuk membuka data2 pengeboran, 'black box', evidence dan informasi agar para ilmuwan dimasa depan dapat melakukan research berdasarkan dengan data dan bukan asumsi. Drilling data yang
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Wah menarik juga tuch kalau benar akan ada pengadilan kepada orang yang didakwa menggunakan data secara tidak sah. Kapan tuh pengadilannya ? Saya rasa itu sesuatu yang baru di Indonesia sebagai langkah penting penghormatan kepada hak property. Bagaimana pula sikap organisasi profesi macam IAGI/IPA/HAGI dll dan organisasi terkait, seperti BPMIGAS DITJEN MIGAS dan lain lain ? Seru ... seru Soenoe. 2010/3/5 abachtiar_CBN abacht...@cbn.net.id BPI, my broer,..mumpung bicara soal data: ... aku jadi penasaran nich, ... kalau misalnya data yang notabene dipegang oleh Lapindo, yang secara hukum adalah milik Negara Republik Indonesia, sehingga untuk memakainya dalam publikasi harus meminta ijin Lapindo, BPMigas, bahkan Ditjen Migas itu semua kita pakai untuk mendasari paper yang mendukung teori UGBO sumur BJP-1 sebagai pemicu proses lahirnya mudvolcano Sidoardjo itu, kira2 diijinkan nggak ya? Kalau nggak salah ada kasus dimana waktu itu ada kawan professor dr ITB yang memakai data yang notabene adalah milik Lapindo (tapi dia yang mengakuisisinya atas dasar kontrak dg Lapindo) untuk menulis paper bersama-sama dengan Richard Davies, tapi kabarnya kemudian dia dituntut oleh pihak Lapindo. Hal ini juga yg menurut saya menjelaskan kenapa paper-paper publikasi yang keluar dari dalam negeri umumnya adalah paper2 yang ditulis oleh kawan2 Lapindo, atau BPMigas, yang punya akses lebih lega leluasa terhadap data data itu secara legal, dan tentunya punya kepentingan yang sangat kuat untuk mempublikasikannya. Sementara itu untuk pihak2 lain yg sangat terbatas aksesnya terhadap data - terutama data pemboran, seismik, dan sejenisnya yg notabene hanya bisa diakusisi oleh/lewat Lapindo - dan mereka ingin menuliskan paper ilmiah tentang bgmn counter-argument ilmiah terhadap gencarnya publikasi kematangan tektonik yg memicu mudvolcano, jadi tidak bisa bebas melakukannya,..Hal ini diperparah lagi dengan posisi sebagian besar praktisi saintis EP Indonesia (termasuk engineers) yang umumnya terikat bekerja di PSC-PSC Indonesia yg tidak bebas atau malahan tidak punya kepentingan untuk melakukan riset dn penulisan itu. Ada juga sich kawan2 dr Perguruan Tinggi yg punya minat untuk menuliskan paper dr data2 yg mereka punya (umumnya surficial dan regional), tetapi jarang dr kawan2 geosains university yang mempunyai pengalaman dan pengertian yg mendalam tentang data pemboran, parameter2 pemboran yg punya arti terhadap data geologi, dan juga ihwal seluk beluk tekanan terkait dg mekanika batuan praktis dari data pemboran. Orang2 yang paham ttg itu pada umumnya mereka yang bergelut dg profesi wellsite geology, pressure engineer, tdc engineer, mudlogger dan sejenisnya. Jarang peneliti2 perguruan tinggi yg pernah jadi wellsite geologist, mudlogger, apalagi pressure engineer suatu sumur eksplorasi. Makanya walaupun mungkin mereka menulis paper ttg Lapindo mud volcano, kemungkinan yg mereka singgung adalah surficial geology, data seismic, regional tectonics, dan sejenisnya. Ada juga sich yang sampai ke petrofisika, tapi itupun sejauh menganalisa log saja. Tidak menginkorporasi data pemboran. Jadi, secara saintifik, tidaklah pula mengherankan kenapa dr dalam negeri hanya paper2 ttg Sidoardjo Mud Volcano yang begitu2 saja yang keluar. Salam Yayang - Original Message - From: Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Friday, March 05, 2010 4:11 PM Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak Natan yang baik,.. Saya sebenernya ngga keberatan nunjukin data yang dimaksud, apalagi untuk tujuan scientific bukan komersial. Tapi soal data khan ada aturan Migas soal data release yang musti minta izin dulu. Kalau bapak pernah ikut proses farm-in suatu PSC, selalu musti tanda tangan confidentiality agreement standard milik Migas. Setiap kali mau publish paper yang berhubungan dengan data sumur/seismic saja musti minta izin BPMIGAS. Ini alasan pertama. Alasan kedua, saya sudah beberapa tahun ini tidak di Lapindo lagi, masa mau buka2 data milik orang lain,.. Nah, mungkin ada teman2 Lapindo yang ikut milis ini dan mau komentar?? Kalau pak Natan ke kantor Lapindo untuk inspeksi data, saya ikutan nimbrung deh, supaya diskusinya enak. Nanti bisa bapak buatkan sari dan simpulkan untuk milis,.. gimana? Pak Nyoto ikut sekalian? Wass. Bambang -Original Message- From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com] Sent: Friday, March 05, 2010 3:08 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak Bambang yang baik, Fyi saja. Sekarang sudah jamannya teknologi maju. Belum pernah ada Mudloging company yang TIDAK memprovide masterlog dalam bentuk Soft copy (pdf/tiff/jpg/dlsb). Masterlog juga biasanya sizenya tidak melebihi 5M from Surface to TD. So..saya ga ngeliat ada kesulitan berarti untuk mempostingnya di milis ini, dengan bantuan moderator tentunya. Karena, saya yakin pasti ada juga yang
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Pak Nyoto ke-el yth, Selain proses politik di DPR, LUSI juga telah diexercise secara hukum di pengadilan dan hasilnya telah mempunyai kekuatan hukum tetap. kalau gak salah di situ dalam putusannya disebutkan: dimungkinkan membuka kasus itu kembali bila ada bukti-bukti baru. Untuk itu saya menyarankan iAGI sebaiknya menginventarisir point-point apa saja yang telah muncul di forum pengadilan sehingga bisa fokus ke pencarian bukti-bukti baru. Saya kuatir sebenarnya thread uneg-uneg lusi ini secara material telah diungkapkan semua di pengadilan dan mendasari putusan hakim, termasuk master log yang diributkan, akibatnya akan sia-sia saja dan kita sebagai organisasi profesi akan malu hati karena meributkan sesuatu yang basi. Bukti-bukti baru adalah hal-hal yang muncul belakangan, karena Lusi ini telah berusia hampir 4 tahun. Contoh bukti baru yang tidak dibahas di mana pun adalah: sebagai suatu kasus UGBO, Lusi pada hakekatnya adalah sebuah sumur Banjarpanji-1 yang secara natural memproduksi fluida (air) dari reservoir Kujung dengan rate misalnya 50ribu-100ribu barel per day dan sampai sekarang tidak ketahuan kapan akan decline. (Angka lebih akurat mengenai flow rate bisa ditanyakan ke rekan-rekan BPLS yang mengamati terus-menerus). Air itu menggerus lapisan shale Formasi Kalibeng sehingga muncul di permukaan sebagai fenomena Lusi. Pertanyaannya berapa kapasitas reservoir Formasi Kujung sehingga bisa mendukung performance yang begitu dahsyat ? Kenapa gas Kujung nya tidak kunjung muncul di permukaan ? salam, Soenoe. 2010/3/7 Nyoto ssoena...@gmail.com Betul juga pak Natan, kalau data masterlognya diposting disini, maka saya yakin akan banyak teman2 anggota IAGI yg selama ini masih belum SREG dg kesimpulan yg dikeluarkan DPR (biarpun kita tahu persis bhw kesimpulan itu adalah KESIMPULAN POLITIK. So monggo aja mas Bambang Is. Wass, nyoto Sent from my iPhone 3GS Powered by maxis On Mar 5, 2010, at 16:07, Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com wrote: Pak Bambang yang baik, Fyi saja. Sekarang sudah jamannya teknologi maju. Belum pernah ada Mudloging company yang TIDAK memprovide masterlog dalam bentuk Soft copy (pdf/tiff/jpg/dlsb). Masterlog juga biasanya sizenya tidak melebihi 5M from Surface to TD. So..saya ga ngeliat ada kesulitan berarti untuk mempostingnya di milis ini, dengan bantuan moderator tentunya. Karena, saya yakin pasti ada juga yang ingin melihatnya. Minimal 1 orang lah..Pak Nyoto (bener kan Pak? he3). Trimakasih lagi Pak Bambang On 3/5/10, Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com wrote: Pak Natan, Silahkan baca email saya sebelumnya ...Saya tidak pernah mengatakan gempa sebagai penyebab LUSI, yang kami amati adalah kondisi sumur,... Soal yang lain,.. saya sarankan pak Natan baca 2 paper kami yang sudah dipublish di Elsevier mengenai drilling,.. juga kalau mau lihat mudlog/materlog,.. silahkan datang ke Lapindo, saya akan minta teman2 di Lapindo untuk menunjukan mudlog yang dimaksud. Wass. Bambang -Original Message- From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com] Sent: Friday, March 05, 2010 12:45 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI saya suka kalimat Pak Bambang yang ini: Jadi timing dari loss diberikan sebagai informasi, dan bukan pembenaran dari gempa sebagai penyebab LUSI. jadi, yang meyakinkan Pak Bambang bahwa Gempa adalah penyebab Lusi apa Pak? dan datanya apa? karena yang Loss sepertinya Pak Bambang bilang bukan pembenaran dari gempa sebagai penyebab LUSI. atau jangan2 Pak bambang tidak berpendapat bahwa Lusi disebabkan oleh Gempa..(?) 1 hal lagi yang menurut saya sangat patut dipertanyakan. Saat Total Loss, artinya tidak ada return..lalu bagaimana Lapindo yakin bahwa formasi saat Total Loss masih sama (Volcanoclastic Sand/VS)? selain itu untuk VS, apa sama sekali dalam interval 6000 to 9297 ft (TD) samaskali tidak ada shale/calystone yang bagus untuk pasang casing? agak aneh juga Sand bisa develop setebal 3297ft/1100m?? karena salah satu reason open hole panjang di sumur ini katanya Tidak Ada impermeabel layer yang bagus untuk set shoe. 1 lagi Pak..bisa kah dikirim Mudlog/Masterlog ke milis via admin, biar lebih afdol, dan siapa tau juga ada rekan2 yang belum lihat dan tertarik ingin lihat. Trims Pak.. 2010/3/4 Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com Pak Natan, Menjawan pertanyaan pak Natan, secara umum, Mud Loss terjadi apabila pore press hydrostatic press dari mud sesudah ECD, mud cakes dan pressure loss lainnya diperhitungkan. Beberapa saat sesudah terjadinya gempa Yogya, sumur mengalami dua mud loss. Sebelumnya, tidak ada mud losses pada hole section ini. Juga tidak ada penaikan berat lumpur pada interval 5000 ft terakhir. Yang menjadikan loss ini menarik adalah 'timing' dan 'rate of loss'. Mengapa timingnya dekat dengan terjadinya gempa? Mengapa rate of loss nya demikian besar? Data2 nya yang bisa dibaca di
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Pak Bambang yang baik, Fyi saja. Sekarang sudah jamannya teknologi maju. Belum pernah ada Mudloging company yang TIDAK memprovide masterlog dalam bentuk Soft copy (pdf/tiff/jpg/dlsb). Masterlog juga biasanya sizenya tidak melebihi 5M from Surface to TD. So..saya ga ngeliat ada kesulitan berarti untuk mempostingnya di milis ini, dengan bantuan moderator tentunya. Karena, saya yakin pasti ada juga yang ingin melihatnya. Minimal 1 orang lah..Pak Nyoto (bener kan Pak? he3). Trimakasih lagi Pak Bambang On 3/5/10, Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com wrote: Pak Natan, Silahkan baca email saya sebelumnya ...Saya tidak pernah mengatakan gempa sebagai penyebab LUSI, yang kami amati adalah kondisi sumur,... Soal yang lain,.. saya sarankan pak Natan baca 2 paper kami yang sudah dipublish di Elsevier mengenai drilling,.. juga kalau mau lihat mudlog/materlog,.. silahkan datang ke Lapindo, saya akan minta teman2 di Lapindo untuk menunjukan mudlog yang dimaksud. Wass. Bambang -Original Message- From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com] Sent: Friday, March 05, 2010 12:45 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI saya suka kalimat Pak Bambang yang ini: Jadi timing dari loss diberikan sebagai informasi, dan bukan pembenaran dari gempa sebagai penyebab LUSI. jadi, yang meyakinkan Pak Bambang bahwa Gempa adalah penyebab Lusi apa Pak? dan datanya apa? karena yang Loss sepertinya Pak Bambang bilang bukan pembenaran dari gempa sebagai penyebab LUSI. atau jangan2 Pak bambang tidak berpendapat bahwa Lusi disebabkan oleh Gempa..(?) 1 hal lagi yang menurut saya sangat patut dipertanyakan. Saat Total Loss, artinya tidak ada return..lalu bagaimana Lapindo yakin bahwa formasi saat Total Loss masih sama (Volcanoclastic Sand/VS)? selain itu untuk VS, apa sama sekali dalam interval 6000 to 9297 ft (TD) samaskali tidak ada shale/calystone yang bagus untuk pasang casing? agak aneh juga Sand bisa develop setebal 3297ft/1100m?? karena salah satu reason open hole panjang di sumur ini katanya Tidak Ada impermeabel layer yang bagus untuk set shoe. 1 lagi Pak..bisa kah dikirim Mudlog/Masterlog ke milis via admin, biar lebih afdol, dan siapa tau juga ada rekan2 yang belum lihat dan tertarik ingin lihat. Trims Pak.. 2010/3/4 Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com Pak Natan, Menjawan pertanyaan pak Natan, secara umum, Mud Loss terjadi apabila pore press hydrostatic press dari mud sesudah ECD, mud cakes dan pressure loss lainnya diperhitungkan. Beberapa saat sesudah terjadinya gempa Yogya, sumur mengalami dua mud loss. Sebelumnya, tidak ada mud losses pada hole section ini. Juga tidak ada penaikan berat lumpur pada interval 5000 ft terakhir. Yang menjadikan loss ini menarik adalah 'timing' dan 'rate of loss'. Mengapa timingnya dekat dengan terjadinya gempa? Mengapa rate of loss nya demikian besar? Data2 nya yang bisa dibaca di paper kami adalah: Mud Loss pertama terjadi ~7 minutes sesudah terjadinya gempa Yogya; Mud Loss kedua ~90 minutes sesudah terjadi dua gempa susulan; Rate of loss pertama adalah ~300 bph dan yang kedua ~900 bph. Rate of loss yang sebegitu besar menunjukkan bahwa ini bukan seepage loss atau loss of mud yang normal terjadi di drilling. Ini adalah suatu rate yang besar yang bisa terjadi karena memasuki formasi karbonat dengan lobang yang besar (cavern) atau formasi yang tiba2 merekah dan terciptanya rongga yang sangat besar. Pertanyaanya adalah mengapa waktu loss ini berdekatan dengan waktu terjadinya gempa? Apakah ini hanya suatu 'kebetulan' saja atau memang ada kaitannya? Wallahu alam. Jadi apakah kita menyalahkan loss ini kepada gempa? Tidak juga, dalam Paper tersebut kami memberikan informasi adanya loss of mud dan gempa Yogya yang berdekatan dan mengatakan '. the proximity of the two events suggests a temporal connection exists ..'. Jadi timing dari loss diberikan sebagai informasi, dan bukan pembenaran dari gempa sebagai penyebab LUSI. Paper tersebut sengaja kami tidak membahas hypotheses lain seperti gempa / fault reactivation atau geothermal process karena kami bukan ahlinya. Yang dibahas secara rinci dan transparan adalah analisa tekanan yang ada di sumur dan kesimpulan bahwa sumur tidak dalam keadaan bocor. Tujuan kedua dari paper tersebut adalah untuk membuka data2 pengeboran, 'black box', evidence dan informasi agar para ilmuwan dimasa depan dapat melakukan research berdasarkan dengan data dan bukan asumsi. Drilling data yang bapak maksud sebagai berikut: * MW in 14.7 ppg. Berat lumpur yang sama dipakai pada 5000 ft terakhir * ECD ~15 ppg dari perhitungan(Mud Eng dan Mud Logger keduanya melakukan perhitungan tersebut). PWD tool atau pressure measurement tool lainnya tidak dipakai * LOT 16.4 ppg @ 3580 ft, 12-1/4 hole section. * Formasi dari kedalaman ~6000 ft adalah batuan volkani-klastic sampai pada kedalaman 9297 ft TD
RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Pak Yanto sampai sekarang dari awal kejadian sampai sekarang saya masih mikir-mikir mau diapakan lumpur itu. Dibuang ke laut lewat Kali Porong udah brenti, sekarang lumpur yang dominan air masih keluar dan dibuang kemana tidak ada yang tahu. Kemarin sudah dikorbankan Sungai Porong sekarang sungai mana lagi? Fenomena yang muncul akhir-akhir ini tambah bikin bingung aja ada ynag naik ada yang turun tapi kelihatannya distribusi bubbles, retakan-retakan polanya tetap dari yang saya perkirakan, berbentuk ellips sumbu panjang NW-SE seluas sekitar 6-7 km2. Moga-moga ini tetap cuman kondisi subsurface saat ini masih tanda tanya besoar. (Untung Sudarsono) Pak Bambang Benar waktu lah yang akan menentukan . , sebenarnya jargon ini sudah sangat kita kenal . Sebagai mana saya postingkan dalam millis ini beberapa kali , pertanyaan - nya atau saya : apa yang harus dilakukan dengan semburan lumpurnya ???, jadi apakah waktu akan dibiarkan berlalu saja ... dan nanti akan dapat memberikan penjelasan apa yang telah terjadi ? Nah tentunya kita sebagai ilmuwan akan memanfaatkn segala macam data spt kegempaan (apakah benar asumsi Awang ) , karakter lumpur (apakah komposisinya konstan , bagaimana bila dibandingkn dengan lumpur Bleduk Kuwu umpamanya ).dsb dsb. Saya masih ada pertanyaan : Apakah kalau Lapindo di katagorikan sebagai pencemar mempunyai kewajiban untuk melakukan hal diatas ? Ataukah kewajiban tersebut sebatas CSR ? Munkin ada yang bisa menjawabnya . Si Abah Sungguh bijak dan benar sekali kata-kata dari pak Koesoema,.. mungkin hanya waktu yang akan memutuskan. Bagi saya ini bukan masalah kalah menang, tetapi mencari jawaban apa yang sesungguhnya terjadi. Dalam hal ini tidak ada pihak yang menang, baik Lapindo, rakyat sekitar maupun Davies cs. Lusi merupakan fenomena kelas dunia, masa hanya peneliti asing saja yang asik menggeluti kejadian dipekarangan rumah kita dan hanya mereka yang nulis di jurnal2 scientific. Karena itulah saya tergelitik untuk mencoba memahami fenomena ini. Tidak ada salahnya kita terus menggali dan melakukan studi berdasarkan data2 yang ada. Pada awalnya kita semua, termasuk saya mengira ini bersumber dari sumur, namun ada beberapa kejanggalan yang saya amati. Jika lumpur bersumber dari bocornya sumur karena hydro-fractured, kenapa sumur dalam keadaan statis dan tidak kehilangan drilling mud? Drilling merupakan closed-system, kalau ada yang bocor, seharusnya volume drilling mud berkurang. Ibaratnya kalau bak kamar mandi kita bocor, permukaan airnya pasti turun karena volume berkurang. Lalu kenapa masih bisa sirkulasi kalau dianggap sudah bocor? Tekanan yang diamati baik di annulus maupun di drillpipe tidak menunjang adanya kebocoran disumur. Juga saat sample lumpur diambil dibeberapa tempat lalu dianalisa, tidak ada trace oil based mud yang dipakai sebagai drilling mud. Ini hanya sedikit contoh dari beberapa kejanggalan2 yang membuat saya berfikir dua kali. Untuk mas Agus Hendratno, baiknya drilling report tersebut dilengkapi dengan real time chart mas, supaya bisa cross-check laporan karena drilling report bisa saja subjektif dan bias. Ditunggu ketoprakan mas,.. hehe Wass. Bambang -Original Message- From: R.P.Koesoemadinata [mailto:koeso...@melsa.net.id] Sent: Wednesday, March 03, 2010 7:59 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Kita itu harus belajar dari Pansus Century bahwa ternyata ada kebenaran secara politis yang diputuskan oleh sidang Paripurna DPR secara aklamasi atau dengan voting, kebenaran hukum yang diputuskan oleh kekuasan hakim yang dapat naik banding, atau kekuasan penegak hukum untuk meng-SP3-kan, dan kebenaran ilmiah yang hanya dapat diputuskan oleh waktu. Ada maxim di antara geologists: GEOLOGISTS NEVER CHANGE THEIR IDEAS, BUT EVENTUALLY THEY FADE AWAY Debat Lusi ini baik untuk sebagai permainan intelektual tetapi jangan harapkan akan muncul keputusan mana yang benar dalam waktu yang singkat. Yang merasa kalah adu argumen selalu bisa men-generate data baru. Waktu lah yang nanti akan menentukan Wassalam RPK - Original Message - From: Hendratno Agus agushendra...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, March 03, 2010 5:38 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Tapi bagaimana kalau itu ternyata adalah (ini pikiran nakal saja, mohon maaf) : adanya masalah kritis dalam pemboran (yang mestinya mencari jendulan limestone, malah nembak mud diapir) pada saat yang sama ada peluang reaktivasi sesar watukosek dari gempa jogja?? Jadi ini bukan pada pro-gempa atau pro-UGBO, tapi pro dua-duanya. Pada 26 Januari 2006 sore, saat trip geologi antara BPMIGAS - Geologi UGM, kami mampir ke sumur BJP-1 dan disitu terjadi perdebatan stratigrafi dari target sumur
RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Pak Natan yang baik,.. Saya sebenernya ngga keberatan nunjukin data yang dimaksud, apalagi untuk tujuan scientific bukan komersial. Tapi soal data khan ada aturan Migas soal data release yang musti minta izin dulu. Kalau bapak pernah ikut proses farm-in suatu PSC, selalu musti tanda tangan confidentiality agreement standard milik Migas. Setiap kali mau publish paper yang berhubungan dengan data sumur/seismic saja musti minta izin BPMIGAS. Ini alasan pertama. Alasan kedua, saya sudah beberapa tahun ini tidak di Lapindo lagi, masa mau buka2 data milik orang lain,.. Nah, mungkin ada teman2 Lapindo yang ikut milis ini dan mau komentar?? Kalau pak Natan ke kantor Lapindo untuk inspeksi data, saya ikutan nimbrung deh, supaya diskusinya enak. Nanti bisa bapak buatkan sari dan simpulkan untuk milis,.. gimana? Pak Nyoto ikut sekalian? Wass. Bambang -Original Message- From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com] Sent: Friday, March 05, 2010 3:08 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak Bambang yang baik, Fyi saja. Sekarang sudah jamannya teknologi maju. Belum pernah ada Mudloging company yang TIDAK memprovide masterlog dalam bentuk Soft copy (pdf/tiff/jpg/dlsb). Masterlog juga biasanya sizenya tidak melebihi 5M from Surface to TD. So..saya ga ngeliat ada kesulitan berarti untuk mempostingnya di milis ini, dengan bantuan moderator tentunya. Karena, saya yakin pasti ada juga yang ingin melihatnya. Minimal 1 orang lah..Pak Nyoto (bener kan Pak? he3). Trimakasih lagi Pak Bambang On 3/5/10, Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com wrote: Pak Natan, Silahkan baca email saya sebelumnya ...Saya tidak pernah mengatakan gempa sebagai penyebab LUSI, yang kami amati adalah kondisi sumur,... Soal yang lain,.. saya sarankan pak Natan baca 2 paper kami yang sudah dipublish di Elsevier mengenai drilling,.. juga kalau mau lihat mudlog/materlog,.. silahkan datang ke Lapindo, saya akan minta teman2 di Lapindo untuk menunjukan mudlog yang dimaksud. Wass. Bambang -Original Message- From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com] Sent: Friday, March 05, 2010 12:45 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI saya suka kalimat Pak Bambang yang ini: Jadi timing dari loss diberikan sebagai informasi, dan bukan pembenaran dari gempa sebagai penyebab LUSI. jadi, yang meyakinkan Pak Bambang bahwa Gempa adalah penyebab Lusi apa Pak? dan datanya apa? karena yang Loss sepertinya Pak Bambang bilang bukan pembenaran dari gempa sebagai penyebab LUSI. atau jangan2 Pak bambang tidak berpendapat bahwa Lusi disebabkan oleh Gempa..(?) 1 hal lagi yang menurut saya sangat patut dipertanyakan. Saat Total Loss, artinya tidak ada return..lalu bagaimana Lapindo yakin bahwa formasi saat Total Loss masih sama (Volcanoclastic Sand/VS)? selain itu untuk VS, apa sama sekali dalam interval 6000 to 9297 ft (TD) samaskali tidak ada shale/calystone yang bagus untuk pasang casing? agak aneh juga Sand bisa develop setebal 3297ft/1100m?? karena salah satu reason open hole panjang di sumur ini katanya Tidak Ada impermeabel layer yang bagus untuk set shoe. 1 lagi Pak..bisa kah dikirim Mudlog/Masterlog ke milis via admin, biar lebih afdol, dan siapa tau juga ada rekan2 yang belum lihat dan tertarik ingin lihat. Trims Pak.. 2010/3/4 Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com Pak Natan, Menjawan pertanyaan pak Natan, secara umum, Mud Loss terjadi apabila pore press hydrostatic press dari mud sesudah ECD, mud cakes dan pressure loss lainnya diperhitungkan. Beberapa saat sesudah terjadinya gempa Yogya, sumur mengalami dua mud loss. Sebelumnya, tidak ada mud losses pada hole section ini. Juga tidak ada penaikan berat lumpur pada interval 5000 ft terakhir. Yang menjadikan loss ini menarik adalah 'timing' dan 'rate of loss'. Mengapa timingnya dekat dengan terjadinya gempa? Mengapa rate of loss nya demikian besar? Data2 nya yang bisa dibaca di paper kami adalah: Mud Loss pertama terjadi ~7 minutes sesudah terjadinya gempa Yogya; Mud Loss kedua ~90 minutes sesudah terjadi dua gempa susulan; Rate of loss pertama adalah ~300 bph dan yang kedua ~900 bph. Rate of loss yang sebegitu besar menunjukkan bahwa ini bukan seepage loss atau loss of mud yang normal terjadi di drilling. Ini adalah suatu rate yang besar yang bisa terjadi karena memasuki formasi karbonat dengan lobang yang besar (cavern) atau formasi yang tiba2 merekah dan terciptanya rongga yang sangat besar. Pertanyaanya adalah mengapa waktu loss ini berdekatan dengan waktu terjadinya gempa? Apakah ini hanya suatu 'kebetulan' saja atau memang ada kaitannya? Wallahu alam. Jadi apakah kita menyalahkan loss ini kepada gempa? Tidak juga, dalam Paper tersebut kami memberikan informasi adanya loss of mud dan gempa Yogya yang berdekatan dan mengatakan '. the proximity of the two events suggests a temporal connection exists
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
BPI, my broer,..mumpung bicara soal data: ... aku jadi penasaran nich, ... kalau misalnya data yang notabene dipegang oleh Lapindo, yang secara hukum adalah milik Negara Republik Indonesia, sehingga untuk memakainya dalam publikasi harus meminta ijin Lapindo, BPMigas, bahkan Ditjen Migas itu semua kita pakai untuk mendasari paper yang mendukung teori UGBO sumur BJP-1 sebagai pemicu proses lahirnya mudvolcano Sidoardjo itu, kira2 diijinkan nggak ya? Kalau nggak salah ada kasus dimana waktu itu ada kawan professor dr ITB yang memakai data yang notabene adalah milik Lapindo (tapi dia yang mengakuisisinya atas dasar kontrak dg Lapindo) untuk menulis paper bersama-sama dengan Richard Davies, tapi kabarnya kemudian dia dituntut oleh pihak Lapindo. Hal ini juga yg menurut saya menjelaskan kenapa paper-paper publikasi yang keluar dari dalam negeri umumnya adalah paper2 yang ditulis oleh kawan2 Lapindo, atau BPMigas, yang punya akses lebih lega leluasa terhadap data data itu secara legal, dan tentunya punya kepentingan yang sangat kuat untuk mempublikasikannya. Sementara itu untuk pihak2 lain yg sangat terbatas aksesnya terhadap data - terutama data pemboran, seismik, dan sejenisnya yg notabene hanya bisa diakusisi oleh/lewat Lapindo - dan mereka ingin menuliskan paper ilmiah tentang bgmn counter-argument ilmiah terhadap gencarnya publikasi kematangan tektonik yg memicu mudvolcano, jadi tidak bisa bebas melakukannya,..Hal ini diperparah lagi dengan posisi sebagian besar praktisi saintis EP Indonesia (termasuk engineers) yang umumnya terikat bekerja di PSC-PSC Indonesia yg tidak bebas atau malahan tidak punya kepentingan untuk melakukan riset dn penulisan itu. Ada juga sich kawan2 dr Perguruan Tinggi yg punya minat untuk menuliskan paper dr data2 yg mereka punya (umumnya surficial dan regional), tetapi jarang dr kawan2 geosains university yang mempunyai pengalaman dan pengertian yg mendalam tentang data pemboran, parameter2 pemboran yg punya arti terhadap data geologi, dan juga ihwal seluk beluk tekanan terkait dg mekanika batuan praktis dari data pemboran. Orang2 yang paham ttg itu pada umumnya mereka yang bergelut dg profesi wellsite geology, pressure engineer, tdc engineer, mudlogger dan sejenisnya. Jarang peneliti2 perguruan tinggi yg pernah jadi wellsite geologist, mudlogger, apalagi pressure engineer suatu sumur eksplorasi. Makanya walaupun mungkin mereka menulis paper ttg Lapindo mud volcano, kemungkinan yg mereka singgung adalah surficial geology, data seismic, regional tectonics, dan sejenisnya. Ada juga sich yang sampai ke petrofisika, tapi itupun sejauh menganalisa log saja. Tidak menginkorporasi data pemboran. Jadi, secara saintifik, tidaklah pula mengherankan kenapa dr dalam negeri hanya paper2 ttg Sidoardjo Mud Volcano yang begitu2 saja yang keluar. Salam Yayang - Original Message - From: Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Friday, March 05, 2010 4:11 PM Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak Natan yang baik,.. Saya sebenernya ngga keberatan nunjukin data yang dimaksud, apalagi untuk tujuan scientific bukan komersial. Tapi soal data khan ada aturan Migas soal data release yang musti minta izin dulu. Kalau bapak pernah ikut proses farm-in suatu PSC, selalu musti tanda tangan confidentiality agreement standard milik Migas. Setiap kali mau publish paper yang berhubungan dengan data sumur/seismic saja musti minta izin BPMIGAS. Ini alasan pertama. Alasan kedua, saya sudah beberapa tahun ini tidak di Lapindo lagi, masa mau buka2 data milik orang lain,.. Nah, mungkin ada teman2 Lapindo yang ikut milis ini dan mau komentar?? Kalau pak Natan ke kantor Lapindo untuk inspeksi data, saya ikutan nimbrung deh, supaya diskusinya enak. Nanti bisa bapak buatkan sari dan simpulkan untuk milis,.. gimana? Pak Nyoto ikut sekalian? Wass. Bambang -Original Message- From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com] Sent: Friday, March 05, 2010 3:08 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak Bambang yang baik, Fyi saja. Sekarang sudah jamannya teknologi maju. Belum pernah ada Mudloging company yang TIDAK memprovide masterlog dalam bentuk Soft copy (pdf/tiff/jpg/dlsb). Masterlog juga biasanya sizenya tidak melebihi 5M from Surface to TD. So..saya ga ngeliat ada kesulitan berarti untuk mempostingnya di milis ini, dengan bantuan moderator tentunya. Karena, saya yakin pasti ada juga yang ingin melihatnya. Minimal 1 orang lah..Pak Nyoto (bener kan Pak? he3). Trimakasih lagi Pak Bambang On 3/5/10, Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com wrote: Pak Natan, Silahkan baca email saya sebelumnya ...Saya tidak pernah mengatakan gempa sebagai penyebab LUSI, yang kami amati adalah kondisi sumur,... Soal yang lain,.. saya sarankan pak Natan baca 2 paper kami yang sudah dipublish di Elsevier mengenai drilling,.. juga kalau mau lihat mudlog/materlog,.. silahkan datang ke
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
PakDhe, Jalan tengahnya mungkin bisa memanfaatkan data-data yang sudah publish. Data yang sama khan belum tentu menghasilkan interpretasi yang sama. Tentunya harus dihilangkan perasaan curiga bahwa data publish tsb sudah dimodifikasi (kecuali ada bukti meyakinkan secara teknis bahwa data tsb sudah dimodifikasi)... Semakin menarik neh..kompor.com From: abachtiar_CBN abacht...@cbn.net.id To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Fri, March 5, 2010 5:53:34 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI BPI, my broer,..mumpung bicara soal data: ... aku jadi penasaran nich, ... kalau misalnya data yang notabene dipegang oleh Lapindo, yang secara hukum adalah milik Negara Republik Indonesia, sehingga untuk memakainya dalam publikasi harus meminta ijin Lapindo, BPMigas, bahkan Ditjen Migas itu semua kita pakai untuk mendasari paper yang mendukung teori UGBO sumur BJP-1 sebagai pemicu proses lahirnya mudvolcano Sidoardjo itu, kira2 diijinkan nggak ya? Kalau nggak salah ada kasus dimana waktu itu ada kawan professor dr ITB yang memakai data yang notabene adalah milik Lapindo (tapi dia yang mengakuisisinya atas dasar kontrak dg Lapindo) untuk menulis paper bersama-sama dengan Richard Davies, tapi kabarnya kemudian dia dituntut oleh pihak Lapindo. Hal ini juga yg menurut saya menjelaskan kenapa paper-paper publikasi yang keluar dari dalam negeri umumnya adalah paper2 yang ditulis oleh kawan2 Lapindo, atau BPMigas, yang punya akses lebih lega leluasa terhadap data data itu secara legal, dan tentunya punya kepentingan yang sangat kuat untuk mempublikasikannya. Sementara itu untuk pihak2 lain yg sangat terbatas aksesnya terhadap data - terutama data pemboran, seismik, dan sejenisnya yg notabene hanya bisa diakusisi oleh/lewat Lapindo - dan mereka ingin menuliskan paper ilmiah tentang bgmn counter-argument ilmiah terhadap gencarnya publikasi kematangan tektonik yg memicu mudvolcano, jadi tidak bisa bebas melakukannya,..Hal ini diperparah lagi dengan posisi sebagian besar praktisi saintis EP Indonesia (termasuk engineers) yang umumnya terikat bekerja di PSC-PSC Indonesia yg tidak bebas atau malahan tidak punya kepentingan untuk melakukan riset dn penulisan itu. Ada juga sich kawan2 dr Perguruan Tinggi yg punya minat untuk menuliskan paper dr data2 yg mereka punya (umumnya surficial dan regional), tetapi jarang dr kawan2 geosains university yang mempunyai pengalaman dan pengertian yg mendalam tentang data pemboran, parameter2 pemboran yg punya arti terhadap data geologi, dan juga ihwal seluk beluk tekanan terkait dg mekanika batuan praktis dari data pemboran. Orang2 yang paham ttg itu pada umumnya mereka yang bergelut dg profesi wellsite geology, pressure engineer, tdc engineer, mudlogger dan sejenisnya. Jarang peneliti2 perguruan tinggi yg pernah jadi wellsite geologist, mudlogger, apalagi pressure engineer suatu sumur eksplorasi. Makanya walaupun mungkin mereka menulis paper ttg Lapindo mud volcano, kemungkinan yg mereka singgung adalah surficial geology, data seismic, regional tectonics, dan sejenisnya. Ada juga sich yang sampai ke petrofisika, tapi itupun sejauh menganalisa log saja. Tidak menginkorporasi data pemboran. Jadi, secara saintifik, tidaklah pula mengherankan kenapa dr dalam negeri hanya paper2 ttg Sidoardjo Mud Volcano yang begitu2 saja yang keluar. Salam Yayang - Original Message - From: Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Friday, March 05, 2010 4:11 PM Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak Natan yang baik,.. Saya sebenernya ngga keberatan nunjukin data yang dimaksud, apalagi untuk tujuan scientific bukan komersial. Tapi soal data khan ada aturan Migas soal data release yang musti minta izin dulu. Kalau bapak pernah ikut proses farm-in suatu PSC, selalu musti tanda tangan confidentiality agreement standard milik Migas. Setiap kali mau publish paper yang berhubungan dengan data sumur/seismic saja musti minta izin BPMIGAS. Ini alasan pertama. Alasan kedua, saya sudah beberapa tahun ini tidak di Lapindo lagi, masa mau buka2 data milik orang lain,.. Nah, mungkin ada teman2 Lapindo yang ikut milis ini dan mau komentar?? Kalau pak Natan ke kantor Lapindo untuk inspeksi data, saya ikutan nimbrung deh, supaya diskusinya enak. Nanti bisa bapak buatkan sari dan simpulkan untuk milis,.. gimana? Pak Nyoto ikut sekalian? Wass. Bambang -Original Message- From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com] Sent: Friday, March 05, 2010 3:08 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak Bambang yang baik, Fyi saja. Sekarang sudah jamannya teknologi maju. Belum pernah ada Mudloging company yang TIDAK memprovide masterlog dalam bentuk Soft copy (pdf/tiff/jpg/dlsb). Masterlog juga biasanya sizenya tidak melebihi 5M from Surface to TD. So..saya ga ngeliat ada kesulitan berarti untuk mempostingnya di milis ini, dengan bantuan moderator tentunya
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Broer ADB, Saya yakin diizinkan. Sebagai contoh, kita semua tahu Mark Tingay adalah pendukung UGBO dan sudah menulis beberapa paper tentang LUSI. Dia minta lihat data2 sesimic dan sumur BJP-1, lalu oleh Lapindo diproses mintakan perizinan ke Migas, dan diberikan izin untuk jangka waktu tertentu. Saya lupa persisnya, kalau ngga salah 6 bulan. Dalam hal ini saya yakin Lapindo tidak ada yang ditutup-tutupi, dan sudah disampaikan dibeberapa pertemuan internasional data2 drilling bisa dilihat dan di-scrutinize. Undangan ini disampaikan juga ke Davies dan Manga, supaya tidak sekedar pakai sebagian data atau asumsi. Soal kawan dari ITB, kalau ngga salah duduk perkaranya data-data hasil survey yang dibiayai oleh Lapindo dipublikasi tanpa sepengetahuan dan seizin Lapindo dan BPMIGAS/ Migas, padahal dalam setiap service kontrak ada klausul confidentiality. Saya pikir kalau dimintakan izin sesuai dengan prosedur yang selama ini diterapkan oleh BPMIGAS dan Migas, tidak akan menjadi masalah. Juga biasanya sebagai courtesy disebut dalam acknowledgement. Kalau kita lihat publikasi2 di IPA, IAGI,.. Selalu mencantumkan terima kasih pada BPMIGAS dan Migas atas izin yang diberikan untuk mempublikasikan paper tersebut. Saya pikir ini masalah standard. Khusus untuk permintaan pak Natan, saya ngga mau menjadi orang yang mem-posting data tsb, tahu dong ada konsekuensi hukum soal data. Kalau nunjukin atau dipakai sebagai bahan diskusi perorangan atau di forum, lain soal. Meskipun saya tahu data tersebut sudah beredar dimana-mana, malah ada yang mempublikasi,.. Entah ada izin dari Migas atau tidak. Begitu Cak Yayang,.. Wass. Bambang -- Sent from my BlackBerry Wireless Hosted by Petrodata System -Original Message- From: abachtiar_CBN abacht...@cbn.net.id To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Sent: Fri Mar 05 16:53:34 2010 Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI BPI, my broer,..mumpung bicara soal data: ... aku jadi penasaran nich, ... kalau misalnya data yang notabene dipegang oleh Lapindo, yang secara hukum adalah milik Negara Republik Indonesia, sehingga untuk memakainya dalam publikasi harus meminta ijin Lapindo, BPMigas, bahkan Ditjen Migas itu semua kita pakai untuk mendasari paper yang mendukung teori UGBO sumur BJP-1 sebagai pemicu proses lahirnya mudvolcano Sidoardjo itu, kira2 diijinkan nggak ya? Kalau nggak salah ada kasus dimana waktu itu ada kawan professor dr ITB yang memakai data yang notabene adalah milik Lapindo (tapi dia yang mengakuisisinya atas dasar kontrak dg Lapindo) untuk menulis paper bersama-sama dengan Richard Davies, tapi kabarnya kemudian dia dituntut oleh pihak Lapindo. Hal ini juga yg menurut saya menjelaskan kenapa paper-paper publikasi yang keluar dari dalam negeri umumnya adalah paper2 yang ditulis oleh kawan2 Lapindo, atau BPMigas, yang punya akses lebih lega leluasa terhadap data data itu secara legal, dan tentunya punya kepentingan yang sangat kuat untuk mempublikasikannya. Sementara itu untuk pihak2 lain yg sangat terbatas aksesnya terhadap data - terutama data pemboran, seismik, dan sejenisnya yg notabene hanya bisa diakusisi oleh/lewat Lapindo - dan mereka ingin menuliskan paper ilmiah tentang bgmn counter-argument ilmiah terhadap gencarnya publikasi kematangan tektonik yg memicu mudvolcano, jadi tidak bisa bebas melakukannya,..Hal ini diperparah lagi dengan posisi sebagian besar praktisi saintis EP Indonesia (termasuk engineers) yang umumnya terikat bekerja di PSC-PSC Indonesia yg tidak bebas atau malahan tidak punya kepentingan untuk melakukan riset dn penulisan itu. Ada juga sich kawan2 dr Perguruan Tinggi yg punya minat untuk menuliskan paper dr data2 yg mereka punya (umumnya surficial dan regional), tetapi jarang dr kawan2 geosains university yang mempunyai pengalaman dan pengertian yg mendalam tentang data pemboran, parameter2 pemboran yg punya arti terhadap data geologi, dan juga ihwal seluk beluk tekanan terkait dg mekanika batuan praktis dari data pemboran. Orang2 yang paham ttg itu pada umumnya mereka yang bergelut dg profesi wellsite geology, pressure engineer, tdc engineer, mudlogger dan sejenisnya. Jarang peneliti2 perguruan tinggi yg pernah jadi wellsite geologist, mudlogger, apalagi pressure engineer suatu sumur eksplorasi. Makanya walaupun mungkin mereka menulis paper ttg Lapindo mud volcano, kemungkinan yg mereka singgung adalah surficial geology, data seismic, regional tectonics, dan sejenisnya. Ada juga sich yang sampai ke petrofisika, tapi itupun sejauh menganalisa log saja. Tidak menginkorporasi data pemboran. Jadi, secara saintifik, tidaklah pula mengherankan kenapa dr dalam negeri hanya paper2 ttg Sidoardjo Mud Volcano yang begitu2 saja yang keluar. Salam Yayang - Original Message - From: Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Friday, March 05, 2010 4:11 PM Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak Natan yang
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Dear All, Membaca perdebatan tentang LUSI dalam konteks ilmiah dalam milis ini saya yakin banyak diantara kita yang jadi begitu bergairah untuk berdebat lebih dalam dengan data aktual yang lengkap di hadapan kita. Terus terang saja membaca perdebatan beberapa hari terakhir ini meningkatkan rasa penasaran dan keingintahuan saya terhadap proses pemboran BJP-1 sampai pada kejadian timbulnya semburan lumpur dalam skala yg sangat dahsyat. Dulu sewaktu pertama kali kejadian ini bermula, saya termasuk orang yang tidak terlalu ambil peduli untuk terlibat lebih jauh mempelajari apa gerangan penyebab semburan lumpur tersebut. Mungkin hal ini disebabkan oleh tahanan psikologis yang ada pada diri saya waktu itu, perasaan pesimis jika terlibat/mempelajari/mengkaji/nimbrung toh tidak akan dapat berbuat banyak karena hal besar seperti ini pastinya sudah ditangani langsung oleh banyak ahli kebumian dan pemboran yang jauh lebih mumpuni dan berpengalaman. Jadi waktu itu saya memutuskan untuk diam saja sambil curi2 mempelajari penyebab semburan lumpur tersebut hanya dari membaca paper2 dan debat2 ilmiah di milist ini yang sudah sangat sering terjadi. Namun semakin hari bukannya semakin terang benderang dalam diri ini tapi malah sebaliknya, semakin bingung. Karena dengan hanya membaca perdebatan2 sesaat seperti ini banyak kronologi yang lompat2, fakta2 yang terputus2, dll. Belum lagi membaca paper2 ilmiah masing2 bersikukuh dengan kesimpulannya sendiri2 dengan asumsi data yg digunakan adalah data yg sahih. Wallahu alam. Saya yakin banyak juga orang yg seperti saya, yang dulu sewaktu awal mula semburan lumpur hanya bisa diam terpaku, penasaran, tapi bingung mau ngapain, namun sejalan dengan waktu keingintahuan itu semakin memuncak sehingga kehausan akan data2 fresh yg faktual, data kronologi, semakin menjadi-jadi. Saya (dan mungkin banyak orang seperti saya termasuk Pak Broer Natan yg heboh dan istiqamah ini) rindu sekali diadakan suatu workshop tentang semburan lumpur Sidoarjo. Rindu sekali sebuah workshop yg mengupas dari mulai BJP-1 diajukan proposalnya, apa latar belakangnya, bagaimana play targetnya, prognosis geologinya, disain awal sumurnya, dilanjutkan dengan proses pemboran seterang-terangnya, sampai hari H tanggal 26 Mei 2006 ketika semburan itu terjadi. Mungkinkah workshop seperti ini diadakan (mungkin sudah pernah, tapi sekali lagi diadakan). Karena manfaatnya saya yakin sangat besar untuk dunia ilmu kebumian dan pemboran. Jadi pada kesempatan ini saya mengusulkan kepada IAGI untuk menginisiasi workshop ini untuk kesekian kalinya mungkin? Terbuka untuk siapapun ahli ilmu kebumian. Saya yakin jika IAGI sebagai inisiator, pembukaan data2 tidak akan mengalami hambatan yg berarti. Data-data seperti Mudlog, daily geological report, daily drilling report, wireline log section sebelumnya, data lumpur, data hidrolika pemboran, lintasan seismik yg melewati sumur BJP-1, proposal geologi dan pemboran BJP-1, Geological Prognosis, data gempa, dan sebagainya yang lengkap... itu semua bahan2 mentah workshop ini yg akan dipelototi bersama oleh peserta workshop. Rasa penasaran saya belum dapat terpuaskan jika belum melihat dengan mata sendiri data2 tersebut dan kemudian menganalisa dan bertukar pikiran dengan ahli ilmu kebumian yg lebih pengalaman. Besar harapan saya usul ini mendapat tanggapan yg memadai dari IAGI. Amiin. Salam, FF On Fri, 5/3/10, Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com wrote: From: Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI To: iagi-net@iagi.or.id Date: Friday, 5 March, 2010, 19:01 Pak Bambang, Don't go beyond your limit. Kalau memang tidak bisa, ga masalah Pak. Yang sangat melegakan adalah, Pak Bambang *TIDAK PERNAH MENGATAKAN GEMPA SEBAGAI PENYEBAB LUSI.* Thanks Pak.. Salam, Natan 2010/3/5 Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com Broer ADB, Saya yakin diizinkan. Sebagai contoh, kita semua tahu Mark Tingay adalah pendukung UGBO dan sudah menulis beberapa paper tentang LUSI. Dia minta lihat data2 sesimic dan sumur BJP-1, lalu oleh Lapindo diproses mintakan perizinan ke Migas, dan diberikan izin untuk jangka waktu tertentu. Saya lupa persisnya, kalau ngga salah 6 bulan. Dalam hal ini saya yakin Lapindo tidak ada yang ditutup-tutupi, dan sudah disampaikan dibeberapa pertemuan internasional data2 drilling bisa dilihat dan di-scrutinize. Undangan ini disampaikan juga ke Davies dan Manga, supaya tidak sekedar pakai sebagian data atau asumsi. Soal kawan dari ITB, kalau ngga salah duduk perkaranya data-data hasil survey yang dibiayai oleh Lapindo dipublikasi tanpa sepengetahuan dan seizin Lapindo dan BPMIGAS/ Migas, padahal dalam setiap service kontrak ada klausul confidentiality. Saya pikir kalau dimintakan izin sesuai dengan prosedur yang selama ini diterapkan oleh BPMIGAS dan Migas, tidak akan menjadi masalah. Juga biasanya sebagai courtesy disebut dalam acknowledgement
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
cak yayang...aku kok jadi kepikir, mengingat ini masalah kita bersama, kalau bikin gugatan class action tentang perlunya keterbukaan data ke lembaga2 yang menurut sampeyan berwenang itu... gitu gimana ya.. et abachtiar_CBN wrote: BPI, my broer,..mumpung bicara soal data: ... aku jadi penasaran nich, ... kalau misalnya data yang notabene dipegang oleh Lapindo, yang secara hukum adalah milik Negara Republik Indonesia, sehingga untuk memakainya dalam publikasi harus meminta ijin Lapindo, BPMigas, bahkan Ditjen Migas itu semua kita pakai untuk mendasari paper yang mendukung teori UGBO sumur BJP-1 sebagai pemicu proses lahirnya mudvolcano Sidoardjo itu, kira2 diijinkan nggak ya? Kalau nggak salah ada kasus dimana waktu itu ada kawan professor dr ITB yang memakai data yang notabene adalah milik Lapindo (tapi dia yang mengakuisisinya atas dasar kontrak dg Lapindo) untuk menulis paper bersama-sama dengan Richard Davies, tapi kabarnya kemudian dia dituntut oleh pihak Lapindo. Hal ini juga yg menurut saya menjelaskan kenapa paper-paper publikasi yang keluar dari dalam negeri umumnya adalah paper2 yang ditulis oleh kawan2 Lapindo, atau BPMigas, yang punya akses lebih lega leluasa terhadap data data itu secara legal, dan tentunya punya kepentingan yang sangat kuat untuk mempublikasikannya. Sementara itu untuk pihak2 lain yg sangat terbatas aksesnya terhadap data - terutama data pemboran, seismik, dan sejenisnya yg notabene hanya bisa diakusisi oleh/lewat Lapindo - dan mereka ingin menuliskan paper ilmiah tentang bgmn counter-argument ilmiah terhadap gencarnya publikasi kematangan tektonik yg memicu mudvolcano, jadi tidak bisa bebas melakukannya,..Hal ini diperparah lagi dengan posisi sebagian besar praktisi saintis EP Indonesia (termasuk engineers) yang umumnya terikat bekerja di PSC-PSC Indonesia yg tidak bebas atau malahan tidak punya kepentingan untuk melakukan riset dn penulisan itu. Ada juga sich kawan2 dr Perguruan Tinggi yg punya minat untuk menuliskan paper dr data2 yg mereka punya (umumnya surficial dan regional), tetapi jarang dr kawan2 geosains university yang mempunyai pengalaman dan pengertian yg mendalam tentang data pemboran, parameter2 pemboran yg punya arti terhadap data geologi, dan juga ihwal seluk beluk tekanan terkait dg mekanika batuan praktis dari data pemboran. Orang2 yang paham ttg itu pada umumnya mereka yang bergelut dg profesi wellsite geology, pressure engineer, tdc engineer, mudlogger dan sejenisnya. Jarang peneliti2 perguruan tinggi yg pernah jadi wellsite geologist, mudlogger, apalagi pressure engineer suatu sumur eksplorasi. Makanya walaupun mungkin mereka menulis paper ttg Lapindo mud volcano, kemungkinan yg mereka singgung adalah surficial geology, data seismic, regional tectonics, dan sejenisnya. Ada juga sich yang sampai ke petrofisika, tapi itupun sejauh menganalisa log saja. Tidak menginkorporasi data pemboran. Jadi, secara saintifik, tidaklah pula mengherankan kenapa dr dalam negeri hanya paper2 ttg Sidoardjo Mud Volcano yang begitu2 saja yang keluar. Salam Yayang - Original Message - From: Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Friday, March 05, 2010 4:11 PM Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak Natan yang baik,.. Saya sebenernya ngga keberatan nunjukin data yang dimaksud, apalagi untuk tujuan scientific bukan komersial. Tapi soal data khan ada aturan Migas soal data release yang musti minta izin dulu. Kalau bapak pernah ikut proses farm-in suatu PSC, selalu musti tanda tangan confidentiality agreement standard milik Migas. Setiap kali mau publish paper yang berhubungan dengan data sumur/seismic saja musti minta izin BPMIGAS. Ini alasan pertama. Alasan kedua, saya sudah beberapa tahun ini tidak di Lapindo lagi, masa mau buka2 data milik orang lain,.. Nah, mungkin ada teman2 Lapindo yang ikut milis ini dan mau komentar?? Kalau pak Natan ke kantor Lapindo untuk inspeksi data, saya ikutan nimbrung deh, supaya diskusinya enak. Nanti bisa bapak buatkan sari dan simpulkan untuk milis,.. gimana? Pak Nyoto ikut sekalian? Wass. Bambang -Original Message- From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com] Sent: Friday, March 05, 2010 3:08 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak Bambang yang baik, Fyi saja. Sekarang sudah jamannya teknologi maju. Belum pernah ada Mudloging company yang TIDAK memprovide masterlog dalam bentuk Soft copy (pdf/tiff/jpg/dlsb). Masterlog juga biasanya sizenya tidak melebihi 5M from Surface to TD. So..saya ga ngeliat ada kesulitan berarti untuk mempostingnya di milis ini, dengan bantuan moderator tentunya. Karena, saya yakin pasti ada juga yang ingin melihatnya. Minimal 1 orang lah..Pak Nyoto (bener kan Pak? he3). Trimakasih lagi Pak Bambang On 3/5/10, Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com wrote: Pak Natan, Silahkan baca email saya sebelumnya ...Saya tidak pernah mengatakan gempa
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Seandainya Saja Seandainya saja daerah LUSI dan sekitarnya ini bisa ditembak high resolution Seismic 3D, sehingga subsurfacenya bisa diimage dengan baik dan meyakinkan (utamanya pola2 rekahannya apakah berhubungan dengan sumur atau sama sekali tidak) sehingga tidak menimbulkan salah persepsi, mungkin akan bisa memberikan pencerahan buat kita semua mengenai masalah ini. Kita semua sudah tahu daerah situ, ada atau tidak ada pemboran, potensial untuk terjadinya mudvolcano, kita semua tahu disita ada system patahan yang bila mana terreaktifasi akan bisa menjadi sumber keluarnya lumpur, kita semua tahu bahwa pengeboran BPJ-1 tidak bisa dikatakan mulus tanpa masalah, tapi kita semua tidak tahu apakah sub-surface data yang ada sekarang sudah cukup mendukung untuk diambil kesimpulan yang meyakinkan ??? Tentu saja menembak Seismic 3D di daerah semburan lumpur dan padat penduduk seperti itu akan menghadapi tantangan yang tidak mudah, tapi bukan berarti tidak bisa dilakukan kan ya . Semoga tidak malah menambah ruwet ya , lebih kurangnya mohon maaf Salam From: Yanyan Triyana yanyantriy...@yahoo.co.uk To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Thu, 4 March, 2010 7:15:03 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak Bambang, Selama ini, adakah clue tentang keberadaan Lusi ini dari seismic? Misalkan penampakan seperti halnya salt, mud diapir, ataukah velocity anomaly?. Kalau ada dan kebetulan bisa dipetakan geobody-nya, mungkin bisa di estimasi volumenya dan kemudian bisa dijadikan acuan untuk memperkirakan berapa lama semburan ini akan berlangsung. Saya pikir hal ini akan sangat penting sebagai salah satu input utk proses penanganan lumpur selanjutnya. Wass, =Yanyan= From: Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wed, 3 March, 2010 15:56:36 Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Betul cak Yayang,.. selama dalam ranah ilimiah, diskusi ini sehat dan konstruktif,.. lanjutkan,.. Wass. Bambang -Original Message- From: abachtiar_CBN [mailto:abacht...@cbn.net.id] Sent: Wednesday, March 03, 2010 2:02 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Jangan berhenti, Nathan. Jangan berkecil hati. Komentar-komentar-mu bisa jadi pemicu diskusi yang berat-berat untuk menguraikan ini semua. Paling tidak menguraikan keruwetan status LuSi itu di otak kita, karena bagi sebagian politisi, bisnisman, birokrat, ahli hukum, sebagian asosiasi profesi, dan sebagian saintis, status penyebab LuSi itu sudah final. Jangan ikut2an terimbas panas dan ngambek. salam broer, adb === - Original Message - From: Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, March 03, 2010 12:20 PM === Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI No comment Pak Awang. Penilaian bapak terlalu personal, dan subjektif. Panas adalah istilah bpk, ngambek pun istilah bpk Awang yg terhormat. Saya tidak menginisiasi 2 kata tsb di pembahasan yang saintifik ini. PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... Ayo siapkan diri! Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. - PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
hehehe...gugatan class action.???., gek nanti saksi-saksi yang dihadirkan tidak berimbang. kalau mendaftarkan gugatan class action..., saksi-saksinya harus lengkap dan disodorkan lebih dahulu sebelum masa persidangan..., lalu yang digugat renteng mas.., walau peraturan / regulasi yang mengatur tentang pemanfaatan data psc.., tidak pada unit yang pegang otoritas aturan itu.., tapi aturan tsb didasarkan pada PP, lalu UU.., jadi makin panjang ribetnya. Misal aturan itu jelas ada PTPTK-nya di BPMIGAS dan juga SOP di Migas, maka atasan dari aturan itu adalah ketetapan Menteri ESDM, atasan menteri adalah presiden. Jadi pihak yang tergugat menjadi renteng ke atas, walau subtansi hukumnya adalah ijin pemanfaatan data psc. Saya justru punya opini lain : Kemarin saya diskusi dengan kawan geologi itb tentang uneg-uneg lusi ini.., kalau tuntutan dari para praktisi dan saintis kebumian dan ahli mekanik pemboran terhadap rasa ingin tahu yang tinggi terkait dengan semburan lumpur di Porong tsb (baik yang Opsi A maupun Opsi C...karena yang Opsi A-C kalah voting sudah...), maka buka-buka data itu harus dengan SK Menteri ESDM. Pertanyaan berikutnya sk.menteri esdm tersebut dasarnya apa? hal ini terkait dengan masalah kepentingan negara atau tidak? jadi harus kita bikinkan justifikasi teknik kepada pak menteri tentang pentingnya buka data itu. Beranikah kita secara asosiasi profesi mendorong untuk dikeluarkan SK Menteri untuk investigasi ulang terkait semburan lumpur dengan memanfaatkan data-data psc dan data lain yang selama ini menjadi rahasia negara demi kepentingan saintifik.??? Asosiasi profesi harus ada task force dan itu joint asosiasi, misal : Joint Asosiasi Profesi Ahli Kebumian dan Migas..., berani? salam, agus hend.89 From: ET Paripurno paripu...@gmail.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Fri, March 5, 2010 11:05:20 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI cak yayang...aku kok jadi kepikir, mengingat ini masalah kita bersama, kalau bikin gugatan class action tentang perlunya keterbukaan data ke lembaga2 yang menurut sampeyan berwenang itu... gitu gimana ya.. et abachtiar_CBN wrote: BPI, my broer,..mumpung bicara soal data: ... aku jadi penasaran nich, ... kalau misalnya data yang notabene dipegang oleh Lapindo, yang secara hukum adalah milik Negara Republik Indonesia, sehingga untuk memakainya dalam publikasi harus meminta ijin Lapindo, BPMigas, bahkan Ditjen Migas itu semua kita pakai untuk mendasari paper yang mendukung teori UGBO sumur BJP-1 sebagai pemicu proses lahirnya mudvolcano Sidoardjo itu, kira2 diijinkan nggak ya? Kalau nggak salah ada kasus dimana waktu itu ada kawan professor dr ITB yang memakai data yang notabene adalah milik Lapindo (tapi dia yang mengakuisisinya atas dasar kontrak dg Lapindo) untuk menulis paper bersama-sama dengan Richard Davies, tapi kabarnya kemudian dia dituntut oleh pihak Lapindo. Hal ini juga yg menurut saya menjelaskan kenapa paper-paper publikasi yang keluar dari dalam negeri umumnya adalah paper2 yang ditulis oleh kawan2 Lapindo, atau BPMigas, yang punya akses lebih lega leluasa terhadap data data itu secara legal, dan tentunya punya kepentingan yang sangat kuat untuk mempublikasikannya. Sementara itu untuk pihak2 lain yg sangat terbatas aksesnya terhadap data - terutama data pemboran, seismik, dan sejenisnya yg notabene hanya bisa diakusisi oleh/lewat Lapindo - dan mereka ingin menuliskan paper ilmiah tentang bgmn counter-argument ilmiah terhadap gencarnya publikasi kematangan tektonik yg memicu mudvolcano, jadi tidak bisa bebas melakukannya,..Hal ini diperparah lagi dengan posisi sebagian besar praktisi saintis EP Indonesia (termasuk engineers) yang umumnya terikat bekerja di PSC-PSC Indonesia yg tidak bebas atau malahan tidak punya kepentingan untuk melakukan riset dn penulisan itu. Ada juga sich kawan2 dr Perguruan Tinggi yg punya minat untuk menuliskan paper dr data2 yg mereka punya (umumnya surficial dan regional), tetapi jarang dr kawan2 geosains university yang mempunyai pengalaman dan pengertian yg mendalam tentang data pemboran, parameter2 pemboran yg punya arti terhadap data geologi, dan juga ihwal seluk beluk tekanan terkait dg mekanika batuan praktis dari data pemboran. Orang2 yang paham ttg itu pada umumnya mereka yang bergelut dg profesi wellsite geology, pressure engineer, tdc engineer, mudlogger dan sejenisnya. Jarang peneliti2 perguruan tinggi yg pernah jadi wellsite geologist, mudlogger, apalagi pressure engineer suatu sumur eksplorasi. Makanya walaupun mungkin mereka menulis paper ttg Lapindo mud volcano, kemungkinan yg mereka singgung adalah surficial geology, data seismic, regional tectonics, dan sejenisnya. Ada juga sich yang sampai ke petrofisika, tapi itupun sejauh menganalisa log saja. Tidak menginkorporasi data pemboran. Jadi, secara saintifik, tidaklah pula mengherankan kenapa dr dalam negeri hanya paper2 ttg Sidoardjo Mud
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Pak Bambang, Selama ini, adakah clue tentang keberadaan Lusi ini dari seismic? Misalkan penampakan seperti halnya salt, mud diapir, ataukah velocity anomaly?. Kalau ada dan kebetulan bisa dipetakan geobody-nya, mungkin bisa di estimasi volumenya dan kemudian bisa dijadikan acuan untuk memperkirakan berapa lama semburan ini akan berlangsung. Saya pikir hal ini akan sangat penting sebagai salah satu input utk proses penanganan lumpur selanjutnya. Wass, =Yanyan= From: Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wed, 3 March, 2010 15:56:36 Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Betul cak Yayang,.. selama dalam ranah ilimiah, diskusi ini sehat dan konstruktif,.. lanjutkan,.. Wass. Bambang -Original Message- From: abachtiar_CBN [mailto:abacht...@cbn.net.id] Sent: Wednesday, March 03, 2010 2:02 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Jangan berhenti, Nathan. Jangan berkecil hati. Komentar-komentar-mu bisa jadi pemicu diskusi yang berat-berat untuk menguraikan ini semua. Paling tidak menguraikan keruwetan status LuSi itu di otak kita, karena bagi sebagian politisi, bisnisman, birokrat, ahli hukum, sebagian asosiasi profesi, dan sebagian saintis, status penyebab LuSi itu sudah final. Jangan ikut2an terimbas panas dan ngambek. salam broer, adb === - Original Message - From: Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, March 03, 2010 12:20 PM === Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI No comment Pak Awang. Penilaian bapak terlalu personal, dan subjektif. Panas adalah istilah bpk, ngambek pun istilah bpk Awang yg terhormat. Saya tidak menginisiasi 2 kata tsb di pembahasan yang saintifik ini. PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... Ayo siapkan diri! Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. - PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... Ayo siapkan diri! Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Yanyan, Waktu dulu saya merumput beberapa bulan di Santos, saya pernah lihat lintasan seismic 2D yang kalau ngga salah melewati sumur Banjarpanji-1 ini. Sependek ingatan saya, patahan normal dan bentuk seperti kerucut ditengah bentuk yang seperti depresi (paleo mud volcano?) terlihat dalam lintasan seismik 2D ini. Coba tanya Greg Harris. Harusnya Santos bisa melihat data2 ini soalnya kan punya bagian 18%. -DS- -Original Message- From: Yanyan Triyana [mailto:yanyantriy...@yahoo.co.uk] Sent: Thursday, 04 March, 2010 3:45 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak Bambang, Selama ini, adakah clue tentang keberadaan Lusi ini dari seismic? Misalkan penampakan seperti halnya salt, mud diapir, ataukah velocity anomaly?. Kalau ada dan kebetulan bisa dipetakan geobody-nya, mungkin bisa di estimasi volumenya dan kemudian bisa dijadikan acuan untuk memperkirakan berapa lama semburan ini akan berlangsung. Saya pikir hal ini akan sangat penting sebagai salah satu input utk proses penanganan lumpur selanjutnya. Wass, =Yanyan= From: Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wed, 3 March, 2010 15:56:36 Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Betul cak Yayang,.. selama dalam ranah ilimiah, diskusi ini sehat dan konstruktif,.. lanjutkan,.. Wass. Bambang -Original Message- From: abachtiar_CBN [mailto:abacht...@cbn.net.id] Sent: Wednesday, March 03, 2010 2:02 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Jangan berhenti, Nathan. Jangan berkecil hati. Komentar-komentar-mu bisa jadi pemicu diskusi yang berat-berat untuk menguraikan ini semua. Paling tidak menguraikan keruwetan status LuSi itu di otak kita, karena bagi sebagian politisi, bisnisman, birokrat, ahli hukum, sebagian asosiasi profesi, dan sebagian saintis, status penyebab LuSi itu sudah final. Jangan ikut2an terimbas panas dan ngambek. salam broer, adb === - Original Message - From: Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, March 03, 2010 12:20 PM === Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI No comment Pak Awang. Penilaian bapak terlalu personal, dan subjektif. Panas adalah istilah bpk, ngambek pun istilah bpk Awang yg terhormat. Saya tidak menginisiasi 2 kata tsb di pembahasan yang saintifik ini. PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... Ayo siapkan diri! Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. - PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... Ayo siapkan diri! Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia
RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Pak Yanyan, Silahkan baca paper dengan link dibawah ini pak. Pertanyaan bapak bisa terjawab semua. http://www.sciencedirect.com/science?_ob=ArticleURL_udi=B6V9Y-4W0WJ9J-1_user=10_origUdi=B6V9Y-4W3HX9X-1_fmt=high_coverDate=11%2F30%2F2009_rdoc=1_orig=article_acct=C50221_version=1_urlVersion=0_userid=10md5=3553c39ad1eefd5e156746cb637c87e1 Atau bisa juga saya kirim softfile via japri kalau bisa terima file besar. wass. Bambang -Original Message- From: Yanyan Triyana [mailto:yanyantriy...@yahoo.co.uk] Sent: Thursday, March 04, 2010 3:45 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak Bambang, Selama ini, adakah clue tentang keberadaan Lusi ini dari seismic? Misalkan penampakan seperti halnya salt, mud diapir, ataukah velocity anomaly?. Kalau ada dan kebetulan bisa dipetakan geobody-nya, mungkin bisa di estimasi volumenya dan kemudian bisa dijadikan acuan untuk memperkirakan berapa lama semburan ini akan berlangsung. Saya pikir hal ini akan sangat penting sebagai salah satu input utk proses penanganan lumpur selanjutnya. Wass, =Yanyan= From: Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wed, 3 March, 2010 15:56:36 Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Betul cak Yayang,.. selama dalam ranah ilimiah, diskusi ini sehat dan konstruktif,.. lanjutkan,.. Wass. Bambang -Original Message- From: abachtiar_CBN [mailto:abacht...@cbn.net.id] Sent: Wednesday, March 03, 2010 2:02 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Jangan berhenti, Nathan. Jangan berkecil hati. Komentar-komentar-mu bisa jadi pemicu diskusi yang berat-berat untuk menguraikan ini semua. Paling tidak menguraikan keruwetan status LuSi itu di otak kita, karena bagi sebagian politisi, bisnisman, birokrat, ahli hukum, sebagian asosiasi profesi, dan sebagian saintis, status penyebab LuSi itu sudah final. Jangan ikut2an terimbas panas dan ngambek. salam broer, adb === - Original Message - From: Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, March 03, 2010 12:20 PM === Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI No comment Pak Awang. Penilaian bapak terlalu personal, dan subjektif. Panas adalah istilah bpk, ngambek pun istilah bpk Awang yg terhormat. Saya tidak menginisiasi 2 kata tsb di pembahasan yang saintifik ini. PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... Ayo siapkan diri! Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. - PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... Ayo siapkan diri! Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail
RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Pak Bambang yth, Ada beberapa hal yang menurut saya juga menarik dari sumur Banjarpanji-1 ini. Beberapa diantaranya adalah peletakan 16 casing yang jauh lebih dangkal dari prognosisnya. Apakah ini karena terdapat lapisan yang bertekanan tinggi di kedalaman yang relatif dangkal (1135' lebih dangkal dari rencana)? Dan juga yang menarik lagi adalah tidak munculnya lapisan batu gamping bagian atas seperti di prognosis yang digantikan oleh keberadaan batu pasir yang tebal (3000'?). Pak Awang pernah bercerita soal hilangnya lapisan batu gamping atas dan munculnya batu pasir yang tebal ini di milis beberapa waktu yang lalu. Karena batu pasir adalah salah satu lapisan yang release pressure dan hasil LOT di 13 3/8 casing yang masih bisa menahan besarnya ECD di section bawahnya, saya berasumsi pihak drilling berhak saja melanjutkan pengeboran karena masih aman. Tetapi apakah ada diskusi dgn GG kenapa lapisan batuan yang diprediksi tidak dijumpai di sumur banjarpanji pada saat pengeboran berlangsung dan apakah efek yang dapat terjadi kalo kita meneruskan pengeboran tanpa memasang casing di section yang cukup panjang (~6000'?). Saya yakin drilling pasti bertanya ke GG soal pemasangan casing lebih dalam apalagi kalo mau menggabungkan Kujung dan lapisan atasnya. Pengalaman dgn mas Edy Sutrisno, beliau dulu juga sering berdiskusi soal pemasangan casing yang lebih dalam di salah satu sumur Jeruknya Santos di Sampang. Salam, -DS- -Original Message- From: Bambang P. Istadi [mailto:bambang.ist...@energi-mp.com] Sent: Thursday, 04 March, 2010 4:20 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Sungguh bijak dan benar sekali kata-kata dari pak Koesoema,.. mungkin hanya waktu yang akan memutuskan. Bagi saya ini bukan masalah kalah menang, tetapi mencari jawaban apa yang sesungguhnya terjadi. Dalam hal ini tidak ada pihak yang menang, baik Lapindo, rakyat sekitar maupun Davies cs. Lusi merupakan fenomena kelas dunia, masa hanya peneliti asing saja yang asik menggeluti kejadian dipekarangan rumah kita dan hanya mereka yang nulis di jurnal2 scientific. Karena itulah saya tergelitik untuk mencoba memahami fenomena ini. Tidak ada salahnya kita terus menggali dan melakukan studi berdasarkan data2 yang ada. Pada awalnya kita semua, termasuk saya mengira ini bersumber dari sumur, namun ada beberapa kejanggalan yang saya amati. Jika lumpur bersumber dari bocornya sumur karena hydro-fractured, kenapa sumur dalam keadaan statis dan tidak kehilangan drilling mud? Drilling merupakan closed-system, kalau ada yang bocor, seharusnya volume drilling mud berkurang. Ibaratnya kalau bak kamar mandi kita bocor, permukaan airnya pasti turun karena volume berkurang. Lalu kenapa masih bisa sirkulasi kalau dianggap sudah bocor? Tekanan yang diamati baik di annulus maupun di drillpipe tidak menunjang adanya kebocoran disumur. Juga saat sample lumpur diambil dibeberapa tempat lalu dianalisa, tidak ada trace oil based mud yang dipakai sebagai drilling mud. Ini hanya sedikit contoh dari beberapa kejanggalan2 yang membuat saya berfikir dua kali. Untuk mas Agus Hendratno, baiknya drilling report tersebut dilengkapi dengan real time chart mas, supaya bisa cross-check laporan karena drilling report bisa saja subjektif dan bias. Ditunggu ketoprakan mas,.. hehe Wass. Bambang -Original Message- From: R.P.Koesoemadinata [mailto:koeso...@melsa.net.id] Sent: Wednesday, March 03, 2010 7:59 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Kita itu harus belajar dari Pansus Century bahwa ternyata ada kebenaran secara politis yang diputuskan oleh sidang Paripurna DPR secara aklamasi atau dengan voting, kebenaran hukum yang diputuskan oleh kekuasan hakim yang dapat naik banding, atau kekuasan penegak hukum untuk meng-SP3-kan, dan kebenaran ilmiah yang hanya dapat diputuskan oleh waktu. Ada maxim di antara geologists: GEOLOGISTS NEVER CHANGE THEIR IDEAS, BUT EVENTUALLY THEY FADE AWAY Debat Lusi ini baik untuk sebagai permainan intelektual tetapi jangan harapkan akan muncul keputusan mana yang benar dalam waktu yang singkat. Yang merasa kalah adu argumen selalu bisa men-generate data baru. Waktu lah yang nanti akan menentukan Wassalam RPK - Original Message - From: Hendratno Agus agushendra...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, March 03, 2010 5:38 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Tapi bagaimana kalau itu ternyata adalah (ini pikiran nakal saja, mohon maaf) : adanya masalah kritis dalam pemboran (yang mestinya mencari jendulan limestone, malah nembak mud diapir) pada saat yang sama ada peluang reaktivasi sesar watukosek dari gempa jogja?? Jadi ini bukan pada pro-gempa atau pro-UGBO, tapi pro dua-duanya. Pada 26 Januari 2006 sore, saat trip geologi antara BPMIGAS - Geologi UGM, kami mampir ke sumur BJP-1 dan disitu terjadi perdebatan stratigrafi dari target sumur, juga
RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Pak Natan, Menjawan pertanyaan pak Natan, secara umum, Mud Loss terjadi apabila pore press hydrostatic press dari mud sesudah ECD, mud cakes dan pressure loss lainnya diperhitungkan. Beberapa saat sesudah terjadinya gempa Yogya, sumur mengalami dua mud loss. Sebelumnya, tidak ada mud losses pada hole section ini. Juga tidak ada penaikan berat lumpur pada interval 5000 ft terakhir. Yang menjadikan loss ini menarik adalah 'timing' dan 'rate of loss'. Mengapa timingnya dekat dengan terjadinya gempa? Mengapa rate of loss nya demikian besar? Data2 nya yang bisa dibaca di paper kami adalah: Mud Loss pertama terjadi ~7 minutes sesudah terjadinya gempa Yogya; Mud Loss kedua ~90 minutes sesudah terjadi dua gempa susulan; Rate of loss pertama adalah ~300 bph dan yang kedua ~900 bph. Rate of loss yang sebegitu besar menunjukkan bahwa ini bukan seepage loss atau loss of mud yang normal terjadi di drilling. Ini adalah suatu rate yang besar yang bisa terjadi karena memasuki formasi karbonat dengan lobang yang besar (cavern) atau formasi yang tiba2 merekah dan terciptanya rongga yang sangat besar. Pertanyaanya adalah mengapa waktu loss ini berdekatan dengan waktu terjadinya gempa? Apakah ini hanya suatu 'kebetulan' saja atau memang ada kaitannya? Wallahu alam. Jadi apakah kita menyalahkan loss ini kepada gempa? Tidak juga, dalam Paper tersebut kami memberikan informasi adanya loss of mud dan gempa Yogya yang berdekatan dan mengatakan '. the proximity of the two events suggests a temporal connection exists ..'. Jadi timing dari loss diberikan sebagai informasi, dan bukan pembenaran dari gempa sebagai penyebab LUSI. Paper tersebut sengaja kami tidak membahas hypotheses lain seperti gempa / fault reactivation atau geothermal process karena kami bukan ahlinya. Yang dibahas secara rinci dan transparan adalah analisa tekanan yang ada di sumur dan kesimpulan bahwa sumur tidak dalam keadaan bocor. Tujuan kedua dari paper tersebut adalah untuk membuka data2 pengeboran, 'black box', evidence dan informasi agar para ilmuwan dimasa depan dapat melakukan research berdasarkan dengan data dan bukan asumsi. Drilling data yang bapak maksud sebagai berikut: * MW in 14.7 ppg. Berat lumpur yang sama dipakai pada 5000 ft terakhir * ECD ~15 ppg dari perhitungan(Mud Eng dan Mud Logger keduanya melakukan perhitungan tersebut). PWD tool atau pressure measurement tool lainnya tidak dipakai * LOT 16.4 ppg @ 3580 ft, 12-1/4 hole section. * Formasi dari kedalaman ~6000 ft adalah batuan volkani-klastic sampai pada kedalaman 9297 ft TD. Berdasarkan mud logs, tidak ada formasi baru yang di bor. Formasi tetap volkani-klastic dan belum ada indikasi bahwa lapisan karbonat sudah dibor. Perlu ditambahkan bahwa top of karbonat di offset wells menunjukkan adanya sekitar 50 ft hard pan pada top of carbonate tanpa adanya mud loss. Wass. Bambang -Original Message- From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com] Sent: Thursday, March 04, 2010 12:54 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak Bambang, Mari bicara teknis.. Tolong dijelaskan apa hubungannya Loss Circulation dan Total Loss, dengan gempa? Apa bapak yakin Loss tersebut karena Gempa? Dalam drilling, loss adalah hal biasa..even total loss. Dan tidak harus ada gempa, loss circulation bisa terjadi. Kenapa digiring ke Gempa? Apa memang tidak bisa dijelaskan dengan mekanisme drilling yang biasa? Apa tidak ada Formasi yang bisa menyebabkan loss di depth segitu ataupun depth di atasnya? Lalu..saat loss tersebut berapa MWin? ECD diukur dengan ECD tool atau hanya based on calculation? Loss circulation tidak harus karena ECD Leak pressure. 2010/3/4 Paulus Tangke Allo paulu...@gmail.com -- Forwarded message -- From: Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com Pak Bosman yang baik, Terima kasih atas pertanyaan dan komentarnya soal ketabahan,.. memang sudah konsekuensi dari seorang geologist yang berasosiasi dengan masalah LUSI. Dengan senang hati saya menjawabnya jika bisa. Berikut saya kirimkan data2 yang dimaksud,.. silahkan diinterpretasikan sendiri, yang kiri berupa seismograph dari stasion BMG Tretes sedangkan yang kanan adalah real time chart atau yang sering disebut sebagai black box. Saya masukkan juga phase report yang ada remark Off Scalle serta peta USGS Intensity map. Wass. Bambang -Original Message- From: bosman batubara [mailto:bosman200...@yahoo.com] Sent: Wednesday, March 03, 2010 4:21 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak Bambang y tabah menjawabi e-mail2... Saya ingin mempertajam diskusi kita pada perihal pengukuran gempa Yogyakarta 27 Mei 2006 pada stasiun BMG Tretes. Pak Bambang bilang BMG Tretes menyatakan mereka mencatat Gempa Yogya 27 Mei 2006 sebagai magnitude off scale dan entah artinya seberapa kuatnya gempa ini. Pernyataan2: 1. Saya bukan pakar, akan tetapi secara pemikiran saya, kalau pada saya ada suatu
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Ok boss. Thanks for the support.. Yang jelas menurut saya, banyak geologist yang belum sadar bahwa masalah Lusi sudah di 'final' kan oleh beberapa pihak. On 3/3/10, abachtiar_CBN abacht...@cbn.net.id wrote: Jangan berhenti, Nathan. Jangan berkecil hati. Komentar-komentar-mu bisa jadi pemicu diskusi yang berat-berat untuk menguraikan ini semua. Paling tidak menguraikan keruwetan status LuSi itu di otak kita, karena bagi sebagian politisi, bisnisman, birokrat, ahli hukum, sebagian asosiasi profesi, dan sebagian saintis, status penyebab LuSi itu sudah final. Jangan ikut2an terimbas panas dan ngambek. salam broer, adb === - Original Message - From: Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, March 03, 2010 12:20 PM === Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI No comment Pak Awang. Penilaian bapak terlalu personal, dan subjektif. Panas adalah istilah bpk, ngambek pun istilah bpk Awang yg terhormat. Saya tidak menginisiasi 2 kata tsb di pembahasan yang saintifik ini. PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... Ayo siapkan diri! Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. - PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... Ayo siapkan diri! Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Ok boss. Thanks for the support.. Yang jelas menurut saya, banyak geologist yang belum sadar bahwa masalah Lusi sudah di 'final' kan oleh beberapa pihak. On 3/3/10, abachtiar_CBN abacht...@cbn.net.id wrote: Jangan berhenti, Nathan. Jangan berkecil hati. Komentar-komentar-mu bisa jadi pemicu diskusi yang berat-berat untuk menguraikan ini semua. Paling tidak menguraikan keruwetan status LuSi itu di otak kita, karena bagi sebagian politisi, bisnisman, birokrat, ahli hukum, sebagian asosiasi profesi, dan sebagian saintis, status penyebab LuSi itu sudah final. Jangan ikut2an terimbas panas dan ngambek. salam broer, adb === - Original Message - From: Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, March 03, 2010 12:20 PM === Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI No comment Pak Awang. Penilaian bapak terlalu personal, dan subjektif. Panas adalah istilah bpk, ngambek pun istilah bpk Awang yg terhormat. Saya tidak menginisiasi 2 kata tsb di pembahasan yang saintifik ini. PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... Ayo siapkan diri! Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. - PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... Ayo siapkan diri! Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Ok boss. Thanks for the support.. Yang jelas menurut saya, banyak geologist yang belum sadar bahwa masalah Lusi sudah di 'final' kan oleh beberapa pihak. On 3/3/10, abachtiar_CBN abacht...@cbn.net.id wrote: Jangan berhenti, Nathan. Jangan berkecil hati. Komentar-komentar-mu bisa jadi pemicu diskusi yang berat-berat untuk menguraikan ini semua. Paling tidak menguraikan keruwetan status LuSi itu di otak kita, karena bagi sebagian politisi, bisnisman, birokrat, ahli hukum, sebagian asosiasi profesi, dan sebagian saintis, status penyebab LuSi itu sudah final. Jangan ikut2an terimbas panas dan ngambek. salam broer, adb === - Original Message - From: Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, March 03, 2010 12:20 PM === Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI No comment Pak Awang. Penilaian bapak terlalu personal, dan subjektif. Panas adalah istilah bpk, ngambek pun istilah bpk Awang yg terhormat. Saya tidak menginisiasi 2 kata tsb di pembahasan yang saintifik ini. PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... Ayo siapkan diri! Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. - PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... Ayo siapkan diri! Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Pak Doddy yang baik, Menurut teman2 drilling, fungsi dari 16 intermediate liner di Banjarpanji adalah sebagai casing pertama yang harus dipasang sesudah memasuki transition zone. Ini disebabkan casing 20 tidak di design untuk menahan tekanan transisi. Rupanya transition zone disumur ini lebih dangkal dari yang diprediksi (berdasarkan sumur offset Porong), sehingga 16 intermediate liner tersebut harus dipasang disekitar 2200 ft untuk menjaga kick tolerance yang memadai. Soal secondary target Lapisan karbonat yang hilang merupakan prognosis yang diinterpretasikan sebagai mounding feature yang kemungkinan besar karbonat, tapi ternyata bukan. Sumur wildcat memang sering tidak menjumpai apa yang sebelumnya diperkirakan. Saya pernah melakukan statistics antara prognosis dengan actual encountered dibeberapa lapangan produksi di Kaltim, ternyata meskipun sudah banyak sumurpun tingkat akurasinya kecil, apalagi sumur eksplorasi wildcat. Mengenai kenapa 12-1/4 section di bor sampai 9297'. Asumsi pak Doddy benar bahwa karena LOT di 13-3/8 casing cukup tinggi (16.4 ppg), dan yang di bor adalah volcaniclastic sandstone dengan MW yang relatif rendah (14.7 ppg), maka sumur bisa di bor sampai kedalaman ~9400 ft dengan safe. Safety dari sumur ini serta perhitungannya di bahas secara rinci di paper yang linknya sudah saya berikan. Kalau ingin copynya, bisa bisa saya kirim melalui japri. GG dilibatkan dalam pemilihan casing seat. Kedalaman top of Kujung/Prupuh tersebut diprediksi dengan look ahead seismic dan hasilnya kita diskusikan dengan drilling apakah sumur aman untuk dibor sampai kedalaman tersebut. Benar, pengalaman dari Edi Sutriono dan Ralph Adam pun mengatakan bahwa untuk berhasil menembus lapisan karbonat Kujung Fm/Prupuh, dan bisa melakukan test, maka casing 9-5/8 harus dipasang di top of karbonat. Disumur Jeruk, open hole section 12-1/4 mereka lebih panjang dari Banjarpanji. Jeruk 1 dan 2 adalah 5951 ft dan 6782 ft sedangkan Banjarpanji adalah 5720 ft., yang relative lebih pendek. Sehingga apa yang dituduhkan tidak pakai casing karena mau ngirit atau open hole yang panjang tanpa casing, sebenarnya sudah ada beberapa operator lain yang mem-bor dengan openhole yang lebih panjang dengan stratigraphic section yang sama secara aman, Kuncinya adalah cukup tidak nya kick tolerance. Wass. Bambang -Original Message- From: Doddy Suryanto [mailto:dod...@pttep.com] Sent: Thursday, March 04, 2010 4:47 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak Bambang yth, Ada beberapa hal yang menurut saya juga menarik dari sumur Banjarpanji-1 ini. Beberapa diantaranya adalah peletakan 16 casing yang jauh lebih dangkal dari prognosisnya. Apakah ini karena terdapat lapisan yang bertekanan tinggi di kedalaman yang relatif dangkal (1135' lebih dangkal dari rencana)? Dan juga yang menarik lagi adalah tidak munculnya lapisan batu gamping bagian atas seperti di prognosis yang digantikan oleh keberadaan batu pasir yang tebal (3000'?). Pak Awang pernah bercerita soal hilangnya lapisan batu gamping atas dan munculnya batu pasir yang tebal ini di milis beberapa waktu yang lalu. Karena batu pasir adalah salah satu lapisan yang release pressure dan hasil LOT di 13 3/8 casing yang masih bisa menahan besarnya ECD di section bawahnya, saya berasumsi pihak drilling berhak saja melanjutkan pengeboran karena masih aman. Tetapi apakah ada diskusi dgn GG kenapa lapisan batuan yang diprediksi tidak dijumpai di sumur banjarpanji pada saat pengeboran berlangsung dan apakah efek yang dapat terjadi kalo kita meneruskan pengeboran tanpa memasang casing di section yang cukup panjang (~6000'?). Saya yakin drilling pasti bertanya ke GG soal pemasangan casing lebih dalam apalagi kalo mau menggabungkan Kujung dan lapisan atasnya. Pengalaman dgn mas Edy Sutrisno, beliau dulu juga sering berdiskusi soal pemasangan casing yang lebih dalam di salah satu sumur Jeruknya Santos di Sampang. Salam, -DS- -Original Message- From: Bambang P. Istadi [mailto:bambang.ist...@energi-mp.com] Sent: Thursday, 04 March, 2010 4:20 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Sungguh bijak dan benar sekali kata-kata dari pak Koesoema,.. mungkin hanya waktu yang akan memutuskan. Bagi saya ini bukan masalah kalah menang, tetapi mencari jawaban apa yang sesungguhnya terjadi. Dalam hal ini tidak ada pihak yang menang, baik Lapindo, rakyat sekitar maupun Davies cs. Lusi merupakan fenomena kelas dunia, masa hanya peneliti asing saja yang asik menggeluti kejadian dipekarangan rumah kita dan hanya mereka yang nulis di jurnal2 scientific. Karena itulah saya tergelitik untuk mencoba memahami fenomena ini. Tidak ada salahnya kita terus menggali dan melakukan studi berdasarkan data2 yang ada. Pada awalnya kita semua, termasuk saya mengira ini bersumber dari sumur, namun ada beberapa kejanggalan yang saya amati. Jika lumpur bersumber dari bocornya sumur karena hydro-fractured, kenapa sumur dalam
RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Pak Bambang Benar waktu lah yang akan menentukan . , sebenarnya jargon ini sudah sangat kita kenal . Sebagai mana saya postingkan dalam millis ini beberapa kali , pertanyaan - nya atau saya : apa yang harus dilakukan dengan semburan lumpurnya ???, jadi apakah waktu akan dibiarkan berlalu saja ... dan nanti akan dapat memberikan penjelasan apa yang telah terjadi ? Nah tentunya kita sebagai ilmuwan akan memanfaatkn segala macam data spt kegempaan (apakah benar asumsi Awang ) , karakter lumpur (apakah komposisinya konstan , bagaimana bila dibandingkn dengan lumpur Bleduk Kuwu umpamanya ).dsb dsb. Saya masih ada pertanyaan : Apakah kalau Lapindo di katagorikan sebagai pencemar mempunyai kewajiban untuk melakukan hal diatas ? Ataukah kewajiban tersebut sebatas CSR ? Munkin ada yang bisa menjawabnya . Si Abah Sungguh bijak dan benar sekali kata-kata dari pak Koesoema,.. mungkin hanya waktu yang akan memutuskan. Bagi saya ini bukan masalah kalah menang, tetapi mencari jawaban apa yang sesungguhnya terjadi. Dalam hal ini tidak ada pihak yang menang, baik Lapindo, rakyat sekitar maupun Davies cs. Lusi merupakan fenomena kelas dunia, masa hanya peneliti asing saja yang asik menggeluti kejadian dipekarangan rumah kita dan hanya mereka yang nulis di jurnal2 scientific. Karena itulah saya tergelitik untuk mencoba memahami fenomena ini. Tidak ada salahnya kita terus menggali dan melakukan studi berdasarkan data2 yang ada. Pada awalnya kita semua, termasuk saya mengira ini bersumber dari sumur, namun ada beberapa kejanggalan yang saya amati. Jika lumpur bersumber dari bocornya sumur karena hydro-fractured, kenapa sumur dalam keadaan statis dan tidak kehilangan drilling mud? Drilling merupakan closed-system, kalau ada yang bocor, seharusnya volume drilling mud berkurang. Ibaratnya kalau bak kamar mandi kita bocor, permukaan airnya pasti turun karena volume berkurang. Lalu kenapa masih bisa sirkulasi kalau dianggap sudah bocor? Tekanan yang diamati baik di annulus maupun di drillpipe tidak menunjang adanya kebocoran disumur. Juga saat sample lumpur diambil dibeberapa tempat lalu dianalisa, tidak ada trace oil based mud yang dipakai sebagai drilling mud. Ini hanya sedikit contoh dari beberapa kejanggalan2 yang membuat saya berfikir dua kali. Untuk mas Agus Hendratno, baiknya drilling report tersebut dilengkapi dengan real time chart mas, supaya bisa cross-check laporan karena drilling report bisa saja subjektif dan bias. Ditunggu ketoprakan mas,.. hehe Wass. Bambang -Original Message- From: R.P.Koesoemadinata [mailto:koeso...@melsa.net.id] Sent: Wednesday, March 03, 2010 7:59 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Kita itu harus belajar dari Pansus Century bahwa ternyata ada kebenaran secara politis yang diputuskan oleh sidang Paripurna DPR secara aklamasi atau dengan voting, kebenaran hukum yang diputuskan oleh kekuasan hakim yang dapat naik banding, atau kekuasan penegak hukum untuk meng-SP3-kan, dan kebenaran ilmiah yang hanya dapat diputuskan oleh waktu. Ada maxim di antara geologists: GEOLOGISTS NEVER CHANGE THEIR IDEAS, BUT EVENTUALLY THEY FADE AWAY Debat Lusi ini baik untuk sebagai permainan intelektual tetapi jangan harapkan akan muncul keputusan mana yang benar dalam waktu yang singkat. Yang merasa kalah adu argumen selalu bisa men-generate data baru. Waktu lah yang nanti akan menentukan Wassalam RPK - Original Message - From: Hendratno Agus agushendra...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, March 03, 2010 5:38 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Tapi bagaimana kalau itu ternyata adalah (ini pikiran nakal saja, mohon maaf) : adanya masalah kritis dalam pemboran (yang mestinya mencari jendulan limestone, malah nembak mud diapir) pada saat yang sama ada peluang reaktivasi sesar watukosek dari gempa jogja?? Jadi ini bukan pada pro-gempa atau pro-UGBO, tapi pro dua-duanya. Pada 26 Januari 2006 sore, saat trip geologi antara BPMIGAS - Geologi UGM, kami mampir ke sumur BJP-1 dan disitu terjadi perdebatan stratigrafi dari target sumur, juga pada penampang seismik antara mas Agung Budi Darmoyo dengan Pak Awang-Pak Elan-Pak Budianto Toha. Lalu pada 24 Juni 2006, saat tim yang diketuai mas Rudi Rubiandini, mau presentasi di depan Menteri ESDM,Gub.jatim, Bupati Sidoarjo, pejabat BPMIGAS, ESDM, juga Lapindo, dimana ada 1 slide yang dipaparkan mas Rudi itu disiapkan oleh tim geologi yang berupa gambar Citra SRTM yang last minute itu kami tarik sesar watukosek (selama tersekap di tim Rudi di hotel mewah tsb), dan itu menjadi perdebatan sengit di ruang eksekutif JW Marriot Sby jam 22.30 - 00.30 wib. Saat semua rapat yang tertutup oleh pers, itu semua berpakaian rapi, jas, dan batik, saya yang menyodorkan 1 slide ke mas Rudi
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
saya suka kalimat Pak Bambang yang ini: Jadi timing dari loss diberikan sebagai informasi, dan bukan pembenaran dari gempa sebagai penyebab LUSI. jadi, yang meyakinkan Pak Bambang bahwa Gempa adalah penyebab Lusi apa Pak? dan datanya apa? karena yang Loss sepertinya Pak Bambang bilang bukan pembenaran dari gempa sebagai penyebab LUSI. atau jangan2 Pak bambang tidak berpendapat bahwa Lusi disebabkan oleh Gempa..(?) 1 hal lagi yang menurut saya sangat patut dipertanyakan. Saat Total Loss, artinya tidak ada return..lalu bagaimana Lapindo yakin bahwa formasi saat Total Loss masih sama (Volcanoclastic Sand/VS)? selain itu untuk VS, apa sama sekali dalam interval 6000 to 9297 ft (TD) samaskali tidak ada shale/calystone yang bagus untuk pasang casing? agak aneh juga Sand bisa develop setebal 3297ft/1100m?? karena salah satu reason open hole panjang di sumur ini katanya Tidak Ada impermeabel layer yang bagus untuk set shoe. 1 lagi Pak..bisa kah dikirim Mudlog/Masterlog ke milis via admin, biar lebih afdol, dan siapa tau juga ada rekan2 yang belum lihat dan tertarik ingin lihat. Trims Pak.. 2010/3/4 Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com Pak Natan, Menjawan pertanyaan pak Natan, secara umum, Mud Loss terjadi apabila pore press hydrostatic press dari mud sesudah ECD, mud cakes dan pressure loss lainnya diperhitungkan. Beberapa saat sesudah terjadinya gempa Yogya, sumur mengalami dua mud loss. Sebelumnya, tidak ada mud losses pada hole section ini. Juga tidak ada penaikan berat lumpur pada interval 5000 ft terakhir. Yang menjadikan loss ini menarik adalah 'timing' dan 'rate of loss'. Mengapa timingnya dekat dengan terjadinya gempa? Mengapa rate of loss nya demikian besar? Data2 nya yang bisa dibaca di paper kami adalah: Mud Loss pertama terjadi ~7 minutes sesudah terjadinya gempa Yogya; Mud Loss kedua ~90 minutes sesudah terjadi dua gempa susulan; Rate of loss pertama adalah ~300 bph dan yang kedua ~900 bph. Rate of loss yang sebegitu besar menunjukkan bahwa ini bukan seepage loss atau loss of mud yang normal terjadi di drilling. Ini adalah suatu rate yang besar yang bisa terjadi karena memasuki formasi karbonat dengan lobang yang besar (cavern) atau formasi yang tiba2 merekah dan terciptanya rongga yang sangat besar. Pertanyaanya adalah mengapa waktu loss ini berdekatan dengan waktu terjadinya gempa? Apakah ini hanya suatu 'kebetulan' saja atau memang ada kaitannya? Wallahu alam. Jadi apakah kita menyalahkan loss ini kepada gempa? Tidak juga, dalam Paper tersebut kami memberikan informasi adanya loss of mud dan gempa Yogya yang berdekatan dan mengatakan '. the proximity of the two events suggests a temporal connection exists ..'. Jadi timing dari loss diberikan sebagai informasi, dan bukan pembenaran dari gempa sebagai penyebab LUSI. Paper tersebut sengaja kami tidak membahas hypotheses lain seperti gempa / fault reactivation atau geothermal process karena kami bukan ahlinya. Yang dibahas secara rinci dan transparan adalah analisa tekanan yang ada di sumur dan kesimpulan bahwa sumur tidak dalam keadaan bocor. Tujuan kedua dari paper tersebut adalah untuk membuka data2 pengeboran, 'black box', evidence dan informasi agar para ilmuwan dimasa depan dapat melakukan research berdasarkan dengan data dan bukan asumsi. Drilling data yang bapak maksud sebagai berikut: * MW in 14.7 ppg. Berat lumpur yang sama dipakai pada 5000 ft terakhir * ECD ~15 ppg dari perhitungan(Mud Eng dan Mud Logger keduanya melakukan perhitungan tersebut). PWD tool atau pressure measurement tool lainnya tidak dipakai * LOT 16.4 ppg @ 3580 ft, 12-1/4 hole section. * Formasi dari kedalaman ~6000 ft adalah batuan volkani-klastic sampai pada kedalaman 9297 ft TD. Berdasarkan mud logs, tidak ada formasi baru yang di bor. Formasi tetap volkani-klastic dan belum ada indikasi bahwa lapisan karbonat sudah dibor. Perlu ditambahkan bahwa top of karbonat di offset wells menunjukkan adanya sekitar 50 ft hard pan pada top of carbonate tanpa adanya mud loss. Wass. Bambang -Original Message- From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com] Sent: Thursday, March 04, 2010 12:54 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak Bambang, Mari bicara teknis.. Tolong dijelaskan apa hubungannya Loss Circulation dan Total Loss, dengan gempa? Apa bapak yakin Loss tersebut karena Gempa? Dalam drilling, loss adalah hal biasa..even total loss. Dan tidak harus ada gempa, loss circulation bisa terjadi. Kenapa digiring ke Gempa? Apa memang tidak bisa dijelaskan dengan mekanisme drilling yang biasa? Apa tidak ada Formasi yang bisa menyebabkan loss di depth segitu ataupun depth di atasnya? Lalu..saat loss tersebut berapa MWin? ECD diukur dengan ECD tool atau hanya based on calculation? Loss circulation tidak harus karena ECD Leak pressure. 2010/3/4 Paulus Tangke Allo paulu...@gmail.com -- Forwarded message
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Nathan Memang untuk beberapa kepentingan harus dianggap selesai , karena kalau tidak konsekwensinya akan lebih merugkan. Tentu saja kita sebagai ilmuwan harus terus menjawab dan mencari kebenaran dari LUSI ini, Walaupun kebenaran didunia adalah NISBI adanya .Wallahualam Si Abah Ok boss. Thanks for the support.. Yang jelas menurut saya, banyak geologist yang belum sadar bahwa masalah Lusi sudah di 'final' kan oleh beberapa pihak. On 3/3/10, abachtiar_CBN abacht...@cbn.net.id wrote: Jangan berhenti, Nathan. Jangan berkecil hati. Komentar-komentar-mu bisa jadi pemicu diskusi yang berat-berat untuk menguraikan ini semua. Paling tidak menguraikan keruwetan status LuSi itu di otak kita, karena bagi sebagian politisi, bisnisman, birokrat, ahli hukum, sebagian asosiasi profesi, dan sebagian saintis, status penyebab LuSi itu sudah final. Jangan ikut2an terimbas panas dan ngambek. salam broer, adb === - Original Message - From: Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, March 03, 2010 12:20 PM === Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI No comment Pak Awang. Penilaian bapak terlalu personal, dan subjektif. Panas adalah istilah bpk, ngambek pun istilah bpk Awang yg terhormat. Saya tidak menginisiasi 2 kata tsb di pembahasan yang saintifik ini. PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... Ayo siapkan diri! Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. - PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... Ayo siapkan diri! Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. - -- ___ Nganyerikeun hate batur hirupna mo bisa campur, ngangeunahkeun hate jalma hirupna pada ngupama , Elmu tungtut dunya siar Ibadah kudu lakonan.
RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Sekilas memperhatikan slide yang dikirim ke Pak Bambang. Loss terjadi 7 menit setelah rekaman di Tretes. Dengan jarak 15 km dan asumsi kecepatan rambat gelombang 2 km/detik, mestinya efek gempa terasa 7,5 detik setelah atau sebelum rekaman di Tretes. Diasumsikan juga lamanya getaran yang dirasakan adalah 1 menit (mungkin perlu cek silang dengan data di Yogya), maka ada gap sekitar 6 menit sebelum terjadinya loss. Apa sebetulnya yang terjadi dalam 6 menit itu? LL -Original Message- From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com] Sent: Friday, March 05, 2010 12:45 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI saya suka kalimat Pak Bambang yang ini: Jadi timing dari loss diberikan sebagai informasi, dan bukan pembenaran dari gempa sebagai penyebab LUSI. jadi, yang meyakinkan Pak Bambang bahwa Gempa adalah penyebab Lusi apa Pak? dan datanya apa? karena yang Loss sepertinya Pak Bambang bilang bukan pembenaran dari gempa sebagai penyebab LUSI. atau jangan2 Pak bambang tidak berpendapat bahwa Lusi disebabkan oleh Gempa..(?) 1 hal lagi yang menurut saya sangat patut dipertanyakan. Saat Total Loss, artinya tidak ada return..lalu bagaimana Lapindo yakin bahwa formasi saat Total Loss masih sama (Volcanoclastic Sand/VS)? selain itu untuk VS, apa sama sekali dalam interval 6000 to 9297 ft (TD) samaskali tidak ada shale/calystone yang bagus untuk pasang casing? agak aneh juga Sand bisa develop setebal 3297ft/1100m?? karena salah satu reason open hole panjang di sumur ini katanya Tidak Ada impermeabel layer yang bagus untuk set shoe. 1 lagi Pak..bisa kah dikirim Mudlog/Masterlog ke milis via admin, biar lebih afdol, dan siapa tau juga ada rekan2 yang belum lihat dan tertarik ingin lihat. Trims Pak.. 2010/3/4 Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com Pak Natan, Menjawan pertanyaan pak Natan, secara umum, Mud Loss terjadi apabila pore press hydrostatic press dari mud sesudah ECD, mud cakes dan pressure loss lainnya diperhitungkan. Beberapa saat sesudah terjadinya gempa Yogya, sumur mengalami dua mud loss. Sebelumnya, tidak ada mud losses pada hole section ini. Juga tidak ada penaikan berat lumpur pada interval 5000 ft terakhir. Yang menjadikan loss ini menarik adalah 'timing' dan 'rate of loss'. Mengapa timingnya dekat dengan terjadinya gempa? Mengapa rate of loss nya demikian besar? Data2 nya yang bisa dibaca di paper kami adalah: Mud Loss pertama terjadi ~7 minutes sesudah terjadinya gempa Yogya; Mud Loss kedua ~90 minutes sesudah terjadi dua gempa susulan; Rate of loss pertama adalah ~300 bph dan yang kedua ~900 bph. Rate of loss yang sebegitu besar menunjukkan bahwa ini bukan seepage loss atau loss of mud yang normal terjadi di drilling. Ini adalah suatu rate yang besar yang bisa terjadi karena memasuki formasi karbonat dengan lobang yang besar (cavern) atau formasi yang tiba2 merekah dan terciptanya rongga yang sangat besar. Pertanyaanya adalah mengapa waktu loss ini berdekatan dengan waktu terjadinya gempa? Apakah ini hanya suatu 'kebetulan' saja atau memang ada kaitannya? Wallahu alam. Jadi apakah kita menyalahkan loss ini kepada gempa? Tidak juga, dalam Paper tersebut kami memberikan informasi adanya loss of mud dan gempa Yogya yang berdekatan dan mengatakan '. the proximity of the two events suggests a temporal connection exists ..'. Jadi timing dari loss diberikan sebagai informasi, dan bukan pembenaran dari gempa sebagai penyebab LUSI. Paper tersebut sengaja kami tidak membahas hypotheses lain seperti gempa / fault reactivation atau geothermal process karena kami bukan ahlinya. Yang dibahas secara rinci dan transparan adalah analisa tekanan yang ada di sumur dan kesimpulan bahwa sumur tidak dalam keadaan bocor. Tujuan kedua dari paper tersebut adalah untuk membuka data2 pengeboran, 'black box', evidence dan informasi agar para ilmuwan dimasa depan dapat melakukan research berdasarkan dengan data dan bukan asumsi. Drilling data yang bapak maksud sebagai berikut: * MW in 14.7 ppg. Berat lumpur yang sama dipakai pada 5000 ft terakhir * ECD ~15 ppg dari perhitungan(Mud Eng dan Mud Logger keduanya melakukan perhitungan tersebut). PWD tool atau pressure measurement tool lainnya tidak dipakai * LOT 16.4 ppg @ 3580 ft, 12-1/4 hole section. * Formasi dari kedalaman ~6000 ft adalah batuan volkani-klastic sampai pada kedalaman 9297 ft TD. Berdasarkan mud logs, tidak ada formasi baru yang di bor. Formasi tetap volkani-klastic dan belum ada indikasi bahwa lapisan karbonat sudah dibor. Perlu ditambahkan bahwa top of karbonat di offset wells menunjukkan adanya sekitar 50 ft hard pan pada top of carbonate tanpa adanya mud loss. Wass. Bambang -Original Message- From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com] Sent: Thursday, March 04, 2010 12:54 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak Bambang, Mari bicara teknis.. Tolong dijelaskan apa
RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Pak Natan, Silahkan baca email saya sebelumnya ...Saya tidak pernah mengatakan gempa sebagai penyebab LUSI, yang kami amati adalah kondisi sumur,... Soal yang lain,.. saya sarankan pak Natan baca 2 paper kami yang sudah dipublish di Elsevier mengenai drilling,.. juga kalau mau lihat mudlog/materlog,.. silahkan datang ke Lapindo, saya akan minta teman2 di Lapindo untuk menunjukan mudlog yang dimaksud. Wass. Bambang -Original Message- From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com] Sent: Friday, March 05, 2010 12:45 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI saya suka kalimat Pak Bambang yang ini: Jadi timing dari loss diberikan sebagai informasi, dan bukan pembenaran dari gempa sebagai penyebab LUSI. jadi, yang meyakinkan Pak Bambang bahwa Gempa adalah penyebab Lusi apa Pak? dan datanya apa? karena yang Loss sepertinya Pak Bambang bilang bukan pembenaran dari gempa sebagai penyebab LUSI. atau jangan2 Pak bambang tidak berpendapat bahwa Lusi disebabkan oleh Gempa..(?) 1 hal lagi yang menurut saya sangat patut dipertanyakan. Saat Total Loss, artinya tidak ada return..lalu bagaimana Lapindo yakin bahwa formasi saat Total Loss masih sama (Volcanoclastic Sand/VS)? selain itu untuk VS, apa sama sekali dalam interval 6000 to 9297 ft (TD) samaskali tidak ada shale/calystone yang bagus untuk pasang casing? agak aneh juga Sand bisa develop setebal 3297ft/1100m?? karena salah satu reason open hole panjang di sumur ini katanya Tidak Ada impermeabel layer yang bagus untuk set shoe. 1 lagi Pak..bisa kah dikirim Mudlog/Masterlog ke milis via admin, biar lebih afdol, dan siapa tau juga ada rekan2 yang belum lihat dan tertarik ingin lihat. Trims Pak.. 2010/3/4 Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com Pak Natan, Menjawan pertanyaan pak Natan, secara umum, Mud Loss terjadi apabila pore press hydrostatic press dari mud sesudah ECD, mud cakes dan pressure loss lainnya diperhitungkan. Beberapa saat sesudah terjadinya gempa Yogya, sumur mengalami dua mud loss. Sebelumnya, tidak ada mud losses pada hole section ini. Juga tidak ada penaikan berat lumpur pada interval 5000 ft terakhir. Yang menjadikan loss ini menarik adalah 'timing' dan 'rate of loss'. Mengapa timingnya dekat dengan terjadinya gempa? Mengapa rate of loss nya demikian besar? Data2 nya yang bisa dibaca di paper kami adalah: Mud Loss pertama terjadi ~7 minutes sesudah terjadinya gempa Yogya; Mud Loss kedua ~90 minutes sesudah terjadi dua gempa susulan; Rate of loss pertama adalah ~300 bph dan yang kedua ~900 bph. Rate of loss yang sebegitu besar menunjukkan bahwa ini bukan seepage loss atau loss of mud yang normal terjadi di drilling. Ini adalah suatu rate yang besar yang bisa terjadi karena memasuki formasi karbonat dengan lobang yang besar (cavern) atau formasi yang tiba2 merekah dan terciptanya rongga yang sangat besar. Pertanyaanya adalah mengapa waktu loss ini berdekatan dengan waktu terjadinya gempa? Apakah ini hanya suatu 'kebetulan' saja atau memang ada kaitannya? Wallahu alam. Jadi apakah kita menyalahkan loss ini kepada gempa? Tidak juga, dalam Paper tersebut kami memberikan informasi adanya loss of mud dan gempa Yogya yang berdekatan dan mengatakan '. the proximity of the two events suggests a temporal connection exists ..'. Jadi timing dari loss diberikan sebagai informasi, dan bukan pembenaran dari gempa sebagai penyebab LUSI. Paper tersebut sengaja kami tidak membahas hypotheses lain seperti gempa / fault reactivation atau geothermal process karena kami bukan ahlinya. Yang dibahas secara rinci dan transparan adalah analisa tekanan yang ada di sumur dan kesimpulan bahwa sumur tidak dalam keadaan bocor. Tujuan kedua dari paper tersebut adalah untuk membuka data2 pengeboran, 'black box', evidence dan informasi agar para ilmuwan dimasa depan dapat melakukan research berdasarkan dengan data dan bukan asumsi. Drilling data yang bapak maksud sebagai berikut: * MW in 14.7 ppg. Berat lumpur yang sama dipakai pada 5000 ft terakhir * ECD ~15 ppg dari perhitungan(Mud Eng dan Mud Logger keduanya melakukan perhitungan tersebut). PWD tool atau pressure measurement tool lainnya tidak dipakai * LOT 16.4 ppg @ 3580 ft, 12-1/4 hole section. * Formasi dari kedalaman ~6000 ft adalah batuan volkani-klastic sampai pada kedalaman 9297 ft TD. Berdasarkan mud logs, tidak ada formasi baru yang di bor. Formasi tetap volkani-klastic dan belum ada indikasi bahwa lapisan karbonat sudah dibor. Perlu ditambahkan bahwa top of karbonat di offset wells menunjukkan adanya sekitar 50 ft hard pan pada top of carbonate tanpa adanya mud loss. Wass. Bambang -Original Message- From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com] Sent: Thursday, March 04, 2010 12:54 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak Bambang, Mari bicara teknis.. Tolong dijelaskan apa hubungannya Loss Circulation dan Total Loss
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
kalau saya perhatikan perbandingan chart gempa dan chart mud volume itu dipas-pasin saja...bahasa jawanya 'GATHUK-ENTHUK'. setahu saya, dalam sejarah republik ini, gempa terus terjadi, pengeboran juga terus dilakukan. ..tapi entah kenapa hanya di Sidoarjo 'earthquake related loss' itu terjadi. hmm.. mungkin kondisi geologinya sangat istimewa? saya gak tahu.. setahu saya di geothermal yang arahnya memotong zona sesar.., gempa juga tidak menimbulkan loss tiba-tiba. secara logika, zona sesar akan mudah 'bergerak' jika digoyang gempa. 2010/3/4 Leonard Lisapaly llisap...@fugro-jason.com Sekilas memperhatikan slide yang dikirim ke Pak Bambang. Loss terjadi 7 menit setelah rekaman di Tretes. Dengan jarak 15 km dan asumsi kecepatan rambat gelombang 2 km/detik, mestinya efek gempa terasa 7,5 detik setelah atau sebelum rekaman di Tretes. Diasumsikan juga lamanya getaran yang dirasakan adalah 1 menit (mungkin perlu cek silang dengan data di Yogya), maka ada gap sekitar 6 menit sebelum terjadinya loss. Apa sebetulnya yang terjadi dalam 6 menit itu? LL -Original Message- From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com] Sent: Friday, March 05, 2010 12:45 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI saya suka kalimat Pak Bambang yang ini: Jadi timing dari loss diberikan sebagai informasi, dan bukan pembenaran dari gempa sebagai penyebab LUSI. jadi, yang meyakinkan Pak Bambang bahwa Gempa adalah penyebab Lusi apa Pak? dan datanya apa? karena yang Loss sepertinya Pak Bambang bilang bukan pembenaran dari gempa sebagai penyebab LUSI. atau jangan2 Pak bambang tidak berpendapat bahwa Lusi disebabkan oleh Gempa..(?) 1 hal lagi yang menurut saya sangat patut dipertanyakan. Saat Total Loss, artinya tidak ada return..lalu bagaimana Lapindo yakin bahwa formasi saat Total Loss masih sama (Volcanoclastic Sand/VS)? selain itu untuk VS, apa sama sekali dalam interval 6000 to 9297 ft (TD) samaskali tidak ada shale/calystone yang bagus untuk pasang casing? agak aneh juga Sand bisa develop setebal 3297ft/1100m?? karena salah satu reason open hole panjang di sumur ini katanya Tidak Ada impermeabel layer yang bagus untuk set shoe. 1 lagi Pak..bisa kah dikirim Mudlog/Masterlog ke milis via admin, biar lebih afdol, dan siapa tau juga ada rekan2 yang belum lihat dan tertarik ingin lihat. Trims Pak.. 2010/3/4 Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com Pak Natan, Menjawan pertanyaan pak Natan, secara umum, Mud Loss terjadi apabila pore press hydrostatic press dari mud sesudah ECD, mud cakes dan pressure loss lainnya diperhitungkan. Beberapa saat sesudah terjadinya gempa Yogya, sumur mengalami dua mud loss. Sebelumnya, tidak ada mud losses pada hole section ini. Juga tidak ada penaikan berat lumpur pada interval 5000 ft terakhir. Yang menjadikan loss ini menarik adalah 'timing' dan 'rate of loss'. Mengapa timingnya dekat dengan terjadinya gempa? Mengapa rate of loss nya demikian besar? Data2 nya yang bisa dibaca di paper kami adalah: Mud Loss pertama terjadi ~7 minutes sesudah terjadinya gempa Yogya; Mud Loss kedua ~90 minutes sesudah terjadi dua gempa susulan; Rate of loss pertama adalah ~300 bph dan yang kedua ~900 bph. Rate of loss yang sebegitu besar menunjukkan bahwa ini bukan seepage loss atau loss of mud yang normal terjadi di drilling. Ini adalah suatu rate yang besar yang bisa terjadi karena memasuki formasi karbonat dengan lobang yang besar (cavern) atau formasi yang tiba2 merekah dan terciptanya rongga yang sangat besar. Pertanyaanya adalah mengapa waktu loss ini berdekatan dengan waktu terjadinya gempa? Apakah ini hanya suatu 'kebetulan' saja atau memang ada kaitannya? Wallahu alam. Jadi apakah kita menyalahkan loss ini kepada gempa? Tidak juga, dalam Paper tersebut kami memberikan informasi adanya loss of mud dan gempa Yogya yang berdekatan dan mengatakan '. the proximity of the two events suggests a temporal connection exists ..'. Jadi timing dari loss diberikan sebagai informasi, dan bukan pembenaran dari gempa sebagai penyebab LUSI. Paper tersebut sengaja kami tidak membahas hypotheses lain seperti gempa / fault reactivation atau geothermal process karena kami bukan ahlinya. Yang dibahas secara rinci dan transparan adalah analisa tekanan yang ada di sumur dan kesimpulan bahwa sumur tidak dalam keadaan bocor. Tujuan kedua dari paper tersebut adalah untuk membuka data2 pengeboran, 'black box', evidence dan informasi agar para ilmuwan dimasa depan dapat melakukan research berdasarkan dengan data dan bukan asumsi. Drilling data yang bapak maksud sebagai berikut: * MW in 14.7 ppg. Berat lumpur yang sama dipakai pada 5000 ft terakhir * ECD ~15 ppg dari perhitungan(Mud Eng dan Mud Logger keduanya melakukan perhitungan tersebut). PWD tool atau pressure measurement tool lainnya tidak dipakai * LOT 16.4 ppg @ 3580 ft, 12-1/4 hole section
RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Terima kasih pak Bambang atas penjelasannya. Sangat menarik untuk dicermati lebih dalam. Mengenai look ahead seismic, waktu ketemu Wayne Basden (ex chief Geophysics-nya Santos) yang lagi operasi lutut di Bangkok beberapa tahun kemarin, dia bilang sepertinya bit sudah mencium lapisan Kujung. Tapi ya ini dari cerita ngobrol-ngobrol karena waktu sumur Banjarpanji mengalami BO saya sudah tidak merumput di Santos lagi. Mengenai Jeruk, sependek ingatan saya, di Jeruk tidak dijumpai lapisan batupasir yang sangat tebal sampe ~3000'. Bahkan waktu Dukuh yang terletak di selatan Jeruk dibor juga tidak dijumpai lapisan batupasir yang tebal seperti di Banjarpanji-1. Mungkin Pak Awang bisa menjelaskan secara regional karena pengetahuan saya di offshore madura cuma sejengkal jari saja. Akan tetapi, saya sangat menikmati diskusi ini sekarang karena lebih ilmiah dan menggunakan penjelasan yang bisa diperdebatkan secara ilmiah juga. Semoga Pak Koesoema juga bisa menambahkan cerita-cerita seputar Kujung karena beliau juga salah satu pakar soal Kujung. Dan saya juga menyampaikan terima kasih ke Pak Bambang yang telah mengirim beberapa paper tentang LUSI via Pak Sawolo. Saya juga mengenal pak Sawolo waktu merumput di Unocal dulu. Terima kasih pak dan salam buat Pak Sawolo dan Mas Edy. -DS- -Original Message- From: Bambang P. Istadi [mailto:bambang.ist...@energi-mp.com] Sent: Friday, 05 March, 2010 8:58 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak Doddy yang baik, Menurut teman2 drilling, fungsi dari 16 intermediate liner di Banjarpanji adalah sebagai casing pertama yang harus dipasang sesudah memasuki transition zone. Ini disebabkan casing 20 tidak di design untuk menahan tekanan transisi. Rupanya transition zone disumur ini lebih dangkal dari yang diprediksi (berdasarkan sumur offset Porong), sehingga 16 intermediate liner tersebut harus dipasang disekitar 2200 ft untuk menjaga kick tolerance yang memadai. Soal secondary target Lapisan karbonat yang hilang merupakan prognosis yang diinterpretasikan sebagai mounding feature yang kemungkinan besar karbonat, tapi ternyata bukan. Sumur wildcat memang sering tidak menjumpai apa yang sebelumnya diperkirakan. Saya pernah melakukan statistics antara prognosis dengan actual encountered dibeberapa lapangan produksi di Kaltim, ternyata meskipun sudah banyak sumurpun tingkat akurasinya kecil, apalagi sumur eksplorasi wildcat. Mengenai kenapa 12-1/4 section di bor sampai 9297'. Asumsi pak Doddy benar bahwa karena LOT di 13-3/8 casing cukup tinggi (16.4 ppg), dan yang di bor adalah volcaniclastic sandstone dengan MW yang relatif rendah (14.7 ppg), maka sumur bisa di bor sampai kedalaman ~9400 ft dengan safe. Safety dari sumur ini serta perhitungannya di bahas secara rinci di paper yang linknya sudah saya berikan. Kalau ingin copynya, bisa bisa saya kirim melalui japri. GG dilibatkan dalam pemilihan casing seat. Kedalaman top of Kujung/Prupuh tersebut diprediksi dengan look ahead seismic dan hasilnya kita diskusikan dengan drilling apakah sumur aman untuk dibor sampai kedalaman tersebut. Benar, pengalaman dari Edi Sutriono dan Ralph Adam pun mengatakan bahwa untuk berhasil menembus lapisan karbonat Kujung Fm/Prupuh, dan bisa melakukan test, maka casing 9-5/8 harus dipasang di top of karbonat. Disumur Jeruk, open hole section 12-1/4 mereka lebih panjang dari Banjarpanji. Jeruk 1 dan 2 adalah 5951 ft dan 6782 ft sedangkan Banjarpanji adalah 5720 ft., yang relative lebih pendek. Sehingga apa yang dituduhkan tidak pakai casing karena mau ngirit atau open hole yang panjang tanpa casing, sebenarnya sudah ada beberapa operator lain yang mem-bor dengan openhole yang lebih panjang dengan stratigraphic section yang sama secara aman, Kuncinya adalah cukup tidak nya kick tolerance. Wass. Bambang -Original Message- From: Doddy Suryanto [mailto:dod...@pttep.com] Sent: Thursday, March 04, 2010 4:47 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak Bambang yth, Ada beberapa hal yang menurut saya juga menarik dari sumur Banjarpanji-1 ini. Beberapa diantaranya adalah peletakan 16 casing yang jauh lebih dangkal dari prognosisnya. Apakah ini karena terdapat lapisan yang bertekanan tinggi di kedalaman yang relatif dangkal (1135' lebih dangkal dari rencana)? Dan juga yang menarik lagi adalah tidak munculnya lapisan batu gamping bagian atas seperti di prognosis yang digantikan oleh keberadaan batu pasir yang tebal (3000'?). Pak Awang pernah bercerita soal hilangnya lapisan batu gamping atas dan munculnya batu pasir yang tebal ini di milis beberapa waktu yang lalu. Karena batu pasir adalah salah satu lapisan yang release pressure dan hasil LOT di 13 3/8 casing yang masih bisa menahan besarnya ECD di section bawahnya, saya berasumsi pihak drilling berhak saja melanjutkan pengeboran karena masih aman. Tetapi apakah ada
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Difinalkan? Masalah apanya? masalah hukumnya ? I'm not sure. Kalau masalah politiknya saya rada yakin ini masih akan berlanjut sampai 'waktu yang tepat' Kalau masalah ilmiahnya, berdasar diskusi di sini saya yakin masih akan lanjut terus, as it should be. Masalah penderitaan korban ? Sampai pemerintah mengambil alih secara penuh dan komprehensif, saya yakin masih akan berlanjut lama --- On Thu, 4/3/10, Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com wrote: From: Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI To: iagi-net@iagi.or.id Received: Thursday, 4 March, 2010, 9:59 PM Ok boss. Thanks for the support.. Yang jelas menurut saya, banyak geologist yang belum sadar bahwa masalah Lusi sudah di 'final' kan oleh beberapa pihak. On 3/3/10, abachtiar_CBN abacht...@cbn.net.id wrote: Jangan berhenti, Nathan. Jangan berkecil hati. Komentar-komentar-mu bisa jadi pemicu diskusi yang berat-berat untuk menguraikan ini semua. Paling tidak menguraikan keruwetan status LuSi itu di otak kita, karena bagi sebagian politisi, bisnisman, birokrat, ahli hukum, sebagian asosiasi profesi, dan sebagian saintis, status penyebab LuSi itu sudah final. Jangan ikut2an terimbas panas dan ngambek. salam broer, adb === - Original Message - From: Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, March 03, 2010 12:20 PM === Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI No comment Pak Awang. Penilaian bapak terlalu personal, dan subjektif. Panas adalah istilah bpk, ngambek pun istilah bpk Awang yg terhormat. Saya tidak menginisiasi 2 kata tsb di pembahasan yang saintifik ini. PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... Ayo siapkan diri! Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. - PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... Ayo siapkan diri! Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Menurut UU tentang lingkungan hidup, (jika tak keliru) disebutkan bahwa pencemaran lingkungan bukan delik aduan. Artinya siapa yang menyebabkan lingkungan tercemar langsung bisa diperiksa oleh polisi, meski tidak ada yang mengadu. Nah tentang musibah Lumpur lapindo hingga kini belum jelas (masih ada 2 mazhab: ulah manusia atau fenomena alam), meski penyidik sudah meng-SP3-kan. Jadi, jika ulah manusia tentu sang manusia itu yang harus diminta pertanggungan jawabnya. Namun, ketika itu diputuskan sebagai suatu peristiwa alam, ya pemerintah yang menanggungnya, tentu dibantu oleh kita-kita seluruh anak negeri yang bersimpati seperti korban musibah nasional lainnya. Untuk kasus Lumpur Lapindo, kalau lewat CSR apalagi dalam format sebatas charity gak akan sampai pada tahap recovery dan peningkatan taraf hidup para korban. Lain halnya bila CSR disusun lewat program yang holistic/konprehensif dan berkelanjutan dengan target pemberdayaan (empowerment) komunitas melalui pembangunan partisipatoris, tulus, dan transparan insya Allah korban yang tergusur lumpur dimaksud akan mampu menatap masa depan mereka secara mandiri. Tabik; RnB -Original Message- From: yanto R.Sumantri [mailto:yrs...@rad.net.id] Sent: Friday, March 05, 2010 10:54 AM To: iagi-net Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak Bambang Benar waktu lah yang akan menentukan . , sebenarnya jargon ini sudah sangat kita kenal . Sebagai mana saya postingkan dalam millis ini beberapa kali , pertanyaan - nya atau saya : apa yang harus dilakukan dengan semburan lumpurnya ???, jadi apakah waktu akan dibiarkan berlalu saja ... dan nanti akan dapat memberikan penjelasan apa yang telah terjadi ? Nah tentunya kita sebagai ilmuwan akan memanfaatkn segala macam data spt kegempaan (apakah benar asumsi Awang ) , karakter lumpur (apakah komposisinya konstan , bagaimana bila dibandingkn dengan lumpur Bleduk Kuwu umpamanya ).dsb dsb. Saya masih ada pertanyaan : Apakah kalau Lapindo di katagorikan sebagai pencemar mempunyai kewajiban untuk melakukan hal diatas ? Ataukah kewajiban tersebut sebatas CSR ? Munkin ada yang bisa menjawabnya . Si Abah Sungguh bijak dan benar sekali kata-kata dari pak Koesoema,.. mungkin hanya waktu yang akan memutuskan. Bagi saya ini bukan masalah kalah menang, tetapi mencari jawaban apa yang sesungguhnya terjadi. Dalam hal ini tidak ada pihak yang menang, baik Lapindo, rakyat sekitar maupun Davies cs. Lusi merupakan fenomena kelas dunia, masa hanya peneliti asing saja yang asik menggeluti kejadian dipekarangan rumah kita dan hanya mereka yang nulis di jurnal2 scientific. Karena itulah saya tergelitik untuk mencoba memahami fenomena ini. Tidak ada salahnya kita terus menggali dan melakukan studi berdasarkan data2 yang ada. Pada awalnya kita semua, termasuk saya mengira ini bersumber dari sumur, namun ada beberapa kejanggalan yang saya amati. Jika lumpur bersumber dari bocornya sumur karena hydro-fractured, kenapa sumur dalam keadaan statis dan tidak kehilangan drilling mud? Drilling merupakan closed-system, kalau ada yang bocor, seharusnya volume drilling mud berkurang. Ibaratnya kalau bak kamar mandi kita bocor, permukaan airnya pasti turun karena volume berkurang. Lalu kenapa masih bisa sirkulasi kalau dianggap sudah bocor? Tekanan yang diamati baik di annulus maupun di drillpipe tidak menunjang adanya kebocoran disumur. Juga saat sample lumpur diambil dibeberapa tempat lalu dianalisa, tidak ada trace oil based mud yang dipakai sebagai drilling mud. Ini hanya sedikit contoh dari beberapa kejanggalan2 yang membuat saya berfikir dua kali. Untuk mas Agus Hendratno, baiknya drilling report tersebut dilengkapi dengan real time chart mas, supaya bisa cross-check laporan karena drilling report bisa saja subjektif dan bias. Ditunggu ketoprakan mas,.. hehe Wass. Bambang -Original Message- From: R.P.Koesoemadinata [mailto:koeso...@melsa.net.id] Sent: Wednesday, March 03, 2010 7:59 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Kita itu harus belajar dari Pansus Century bahwa ternyata ada kebenaran secara politis yang diputuskan oleh sidang Paripurna DPR secara aklamasi atau dengan voting, kebenaran hukum yang diputuskan oleh kekuasan hakim yang dapat naik banding, atau kekuasan penegak hukum untuk meng-SP3-kan, dan kebenaran ilmiah yang hanya dapat diputuskan oleh waktu. Ada maxim di antara geologists: GEOLOGISTS NEVER CHANGE THEIR IDEAS, BUT EVENTUALLY THEY FADE AWAY Debat Lusi ini baik untuk sebagai permainan intelektual tetapi jangan harapkan akan muncul keputusan mana yang benar dalam waktu yang singkat. Yang merasa kalah adu argumen selalu bisa men-generate data baru. Waktu lah yang nanti akan menentukan Wassalam RPK - Original Message - From: Hendratno Agus agushendra...@yahoo.com To: iagi
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
volcano tua (paling tidak ia sudah ada pada zaman Ratu Sima memerintah wilayah utara Jawa Tengah sekarang sekitar 600-700 AD sebab cerita rakyat tentang Bledug Kuwu sudah berkembang saat itu). Mud volcano yang tua akan punya masa dormant seperti gunungapi juga. Membangkitkan mud volcano yang dormant akan memerlukan energi yang lebih besar dibandingkan mud volcano yang siap meletus atau dalam keadaan critical. Sebuah pertanyaan : bagaimana menerangkan turunnya muka air secara mendadak di sumur-sumur penduduk di Kalang Anyar, Pulungan dan Gunung Anyar setelah gempa Yogya terjadi dan bersamaan (simultan) dengan awal semburan-semburan lumpur di sekitar sumur Banjar Panji-1 ? Lokasi kampung-kampung yang saya sebutkan itu 40 km di sebelah timurlaut Lusi. Apakah itu juga karena UGBO (underground blow out) Banjar Panji-1 ? Tentu tidak. Saya mudah menjawabnya. Kalang Anyar, Pulungan, Gunung Anyar adalah gunung2lumpur tua (lihat publikasi saya tentang gununglumpur tua zaman Jenggala dan Majapahit di Proceedings IAGI 2007 dan IPA 2008). Lokasi gunung2 ini tak sembarangan, sampai ke Bangkalan Madura dari Gunung Penanggungan ia dihubungkan sesar mendatar Watukosek. Di Bangkalan Madura di ujung sesar ini ada gunung lumpur Socah, Sening dan Bugag. Lusi berlokasi di atas sesar ini. Pada hari sesar Watukosek dibangkitkan kembali, crital venting system di Lusi meletus, dan venting system sumur2 penduduk di Pulungan, Kalang Anyar dan Gunung Anyar meletus. Lusi punya causes dan trigger. Causes-nya sudah jelas ada dan memenuhi hukum geologi bernama perturbation of elisional venting system; triggernya reaktivasi Sesar Watukosek. Apakah UGBO Banjar Panji-1 (bila ada) bisa mereaktivasi Sesar Watukosek sampai 40 km jauhnya ? Tanpa causes, UGBO Banjar Panji-1 (bila ada) sehebat apa pun tak akan menyebabkan bencana seperti yang kita lihat sekarang. Coba pindahkan lokasi sumur Banjar Panji-1 di Pegunungan Selatan, lalu ia mengalami UGBO, semburan lumpur yang terjadi tak akan sehebat sekarang. Mengapa ? Pegunungan Selatan tak memenuhi hukum perturbation of elisional venting system. Trigger utama nya (causa prima) yang sekarang harus kita permasalahkan, yaitu apa yang menggerakkan Sesar Watukosek. Apakah problem mekanik sumur Banjar Panji-1 ? Apakah gempa Yogya 27 Mei 2006 ? Di Yogya pada hari yang sama, Sesar Opak dari Parangtritis sampai Klaten dikoyak kembali gempa tersebut dan menebar bencana. Energi gempa itu lari ke timur mengaktifkan Semeru 2-3 hari kemudian dan lari ke timurlaut melewati perairan Ujung Pangkah, terukur interupsi energinya mengganggu rekaman seismik yang pagi itu baru dimulai oleh sebuah company. Sesar Watukosek ada di jalan sapuan propagasi gaya itu, kalau ia teraktifkan saat itu sangatlah mungkin Semua venting system yang critical yang berlokasi di sesar ini telah terganggu, termasuk subsurface Banjar Panji-1, termasuk sumur-sumur penduduk di gunung2lumpur Pulungan, Kalang Anyar, Gunung Anyar. Dalam kasus Lusi, sebagai geologist, lihatlah dengan mata terbuka ke segala arah, ke ruang dan waktu masa lalu maupun ke masa sekarang; jangan hanya menukikkan pandangan ke Banjar Panji-1. Pendapat saya di atas tidak dipengaruhi oleh politik, jajak pendapat di Afrika Selatan, keputusan DPR, Lapindo, BPMIGAS, dan rekan-rekan milis yang selalu panas ketika berdiskusi apa penyebab Lusi. Semuanya didasarkan atas data, analisis dan sintesis; serta diskusi dengan teman2 yang sependapat maupun yang kontra. salam, Awang --- Pada Rab, 3/3/10, MINARWAN minarw...@gmail.com menulis: Dari: MINARWAN minarw...@gmail.com Judul: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Kepada: iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Rabu, 3 Maret, 2010, 3:45 AM Pak Bambang, Kebetulan saya bisa mengakses paper Harris dan Ripepe (2007) dan membacanya sekilas. Ada beberapa hal yang saya amati: 1. Ketidaksamaan waktu antara gempa sebagai perntrigger dan hasil berupa peningkatan aktivitas gunung berapi di beberapa tempat lain. Misalnya untuk Merapi dan Semeru katanya sekitar 72 jam (jarak episenter gempa ke Merapi hanya 50 km tetapi jarak dari episenter gempa ke Semeru adalah 300 km). Selain itu, gempa yang konon mentrigger letusan Pinatubo lag timenya sampai 11 bulan, padahal jarak episenter dengan gunung itu adalah 100 km. 2. Ada pula sebuah gempa kecil di Mount Wrangell yang konon berlangsung sekitar 1 jam dari gempa Aceh (Simeulue) Desember 2004 padahal jaraknya adalah 11.000 km. Sebenarnya, mungkin, kalau hendak dikaitkan dengan gempa, maka intensitas gempa secara logika akan mempengaruhi cepat rambat getaran untuk sampai ke dapur magma dan ini sulit kita bandingkan antara gempa yang satu dengan gempa yang lain. Namun agak aneh jika getaran dari sebuah gempa yang sama kok bisa sampai ke dua tempat yang berbeda, yang satu berjarak 50 km dan satunya 300 km. Di sini saya hendak memberikan sebuah skenario lain yang menyebabkan aktivitas kedua gunung tersebut
RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Betul cak Yayang,.. selama dalam ranah ilimiah, diskusi ini sehat dan konstruktif,.. lanjutkan,.. Wass. Bambang -Original Message- From: abachtiar_CBN [mailto:abacht...@cbn.net.id] Sent: Wednesday, March 03, 2010 2:02 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Jangan berhenti, Nathan. Jangan berkecil hati. Komentar-komentar-mu bisa jadi pemicu diskusi yang berat-berat untuk menguraikan ini semua. Paling tidak menguraikan keruwetan status LuSi itu di otak kita, karena bagi sebagian politisi, bisnisman, birokrat, ahli hukum, sebagian asosiasi profesi, dan sebagian saintis, status penyebab LuSi itu sudah final. Jangan ikut2an terimbas panas dan ngambek. salam broer, adb === - Original Message - From: Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, March 03, 2010 12:20 PM === Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI No comment Pak Awang. Penilaian bapak terlalu personal, dan subjektif. Panas adalah istilah bpk, ngambek pun istilah bpk Awang yg terhormat. Saya tidak menginisiasi 2 kata tsb di pembahasan yang saintifik ini. PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... Ayo siapkan diri! Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. - PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... Ayo siapkan diri! Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Pak Bambang y tabah menjawabi e-mail2... Saya ingin mempertajam diskusi kita pada perihal pengukuran gempa Yogyakarta 27 Mei 2006 pada stasiun BMG Tretes. Pak Bambang bilang BMG Tretes menyatakan mereka mencatat Gempa Yogya 27 Mei 2006 sebagai magnitude off scale dan entah artinya seberapa kuatnya gempa ini. Pernyataan2: 1. Saya bukan pakar, akan tetapi secara pemikiran saya, kalau pada saya ada suatu alat pengukur, dan dan dalam alat yang saya pegang menyatakan bahwa apa yang saya ukur off scale, maka bagi saya hanya ada 2 kemungkinan, pertama, apa yang saya ukur terlalu kecil sehingga tidak dapat dideteksi, dan kedua, yang saya ukur terlalu besar sehingga juga off scale. Jadi terbuka kemungkinan berdebat dan berkelit di sini, tergantung siapa yang menginterpretasi. Yang penting datanya magnitude off scale. Tidak saya perpanjang soal ini. 2. Kemudian, dalam Majalah Tempo edisi 2 Maret 2008 halaman 34-35 dalam tulisan yang berjudul Tak Boyak Dirundung Gempa dinyatakan bahwa justru Edi Sutriono (dalam tulisan itu disebut sebagai kepala tim Pengeboran Lapindo) lah yang menyimpulkan bahwa gempa Yogya 27 Mei 2006 tercatat out of scale di stasiun BMG Tretes. Sementara ketika wartawannya mewawancari Hariyanto, Kepala BMG Tretes, justru didapatkan keterangan sebaliknya. Tulisan itu menyebutkan bahwa BMG Tretes mencatat gempa Yogyakarta 27 Mei 2006 sebesar 1-2 MMI. Dalam tulisan itu lebih lanjut dinyatakan bahwa di stasiun BMG Karangkates, Malang, tercatat gempa Yogja 27 Mei 2006 sebesar 3-4 MMI. Itu versi Majalah Tempo. 3. Dalam makalah-makalah mereka (untuk poin ini saya hanya mengandalkan ingatan, masih belum sempat buka makalah2, maaf) sepertinya argumen2 kunci adalah: Prof Rudi CS, adanya underground blowout pada kedalaman sekitar terjadinya stuck; Tingay cs, casing di sumur BJP-1 dipasang tidak seperti yang direncanakan; Manga, grafik yang menunjukkan hubungan antara jarak sebuah-episenter-gempabumi dengan respon-hidrologi-yang-ditimbulkannya; Pak Bambang, Mazzini dkk.; data2 pemboran, Leak off Test, analisis geokimia terutama berhubungan dengan sumber fluida; Pak Awang, lebih kepada geologi regional (data persebaran mud volcano dari Cekungan Bogor ke Selat Madura, elisional basin) dan preseden sejarah. Pertanyaan2: 1. Berhubungan dengan pernyataan saya nomer 3, apakah tabel laporan BMG yang Pak Bambang kutip sudah dipublikasikan sebagai data dalam salah satu artikel2 soal Lusi? 2. Kalau ya, dimana ya Pak, mungkin saya kelewat/lupa, minta informasinya Pak. 3. Apa pendapat Pak Bambang soal poin nomer 2 di atas, tentang pemberitaan di Majalah Tempo itu? Maksud saya, tampaknya informasi di Majalah Tempo berbeda dengan apa yang Bapak sampaikan di email. Sebagai informasi tambahan, beberapa waktu yang lalu saya juga membaca di koran Tempo bahwa dalam momen launching film Mud Mux di Arizona, sewaktu wartawan menanyakan tentang hal bahwa gempabumi Yogyakarta 27 Mei 2006 hanya tercatat sebesar 1-2 MMI di stasiun BMG Tretes, Mazzini tidak berkomentar apa-apa (seharusnya ini saya tanyakan ke Mazzini sih...) 4. Terima kasih ya Pak. Selamat berjuang. Semoga tetap tabah menjawabi e-mail2. Kalau saya jadi Bapak, mungkin kepala saya sudah meledak. Berasap. tabik bosman batubara weblog: http://annelis.wordpress.com From: Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Tue, March 2, 2010 1:27:25 PM Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak Bosman yang baik, Saya tidak pernah mengatakan gempa sebagai penyebab LUSI, yang kami amati adalah kondisi sumur, yaitu adanya loss circulation disumur dengan rate yang cukup signifikan dalam ruang dan waktu yang hampir bersamaan dengan gempa. Selang beberapa menit setelah gempa Jogya, sumur mengalami loss dengan rate 300 bbl/jam, lalu diikuti dengan total loss circulation siang harinya setelah beberapa kali after shock. BMG dalam tabel laporannya mengatakan magnitude offscale entah artinya seberapa kuatnya gempa ini. Apakah ini suatu kebetulan? Coincidence atau adanya keterkaitan? Wallahu Alam,... Dilain pihak, Harris and Ripepe dalam papernya, GEOPHYSICAL RESEARCH LETTERS, VOL. 34, L02304, doi:10.1029/2006GL028251, 2007. Menunjukan peningkatan aktifitas Gunung Merapi dan Semeru yang jaraknya lebih jauh dari Jogya disaat lahirnya LUSI. Harris and Ripepe mengaitkan kenaikan aktifitas gunung-gunung ini dengan gempa Jogya. BTW, good luck dengan program S2nya pak. Wass. Bambang -Original Message- From: bosman batubara [mailto:bosman200...@yahoo.com] Sent: Tuesday, March 02, 2010 10:32 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak Bambang y baik, Saya punya satu pertanyaan yang belum saya temukan jawabnya, termasuk di dalam paper2 tentang Lusi. Dalam beberapa kali keterlibatannya, melalui grafiknya, Manga hanya menyatakan bahwa gempa jogja terlalu kecil secara
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Dengan ramainya response milis terhadap topic uneg2 LUSI ini mununjukkan bahwa masih cukup banyak para anggota IAGI yg perduli akan ilmunya juga dengan hasil kesimpuplan DPR/Pemerintah yg notabene mungkin banyak dari para anggota IAGI ini yg kurang sependapat. Namanya aja uneg2, biasanya isinya tentang hal2 yg tidak setuju dengan apa yg telah terjadi selama ini, dan ternyata mendapatkan banyak response dari para anggota IAGI. wass, nyoto 2010/3/3 bosman batubara bosman200...@yahoo.com Pak Bambang y tabah menjawabi e-mail2... Saya ingin mempertajam diskusi kita pada perihal pengukuran gempa Yogyakarta 27 Mei 2006 pada stasiun BMG Tretes. Pak Bambang bilang BMG Tretes menyatakan mereka mencatat Gempa Yogya 27 Mei 2006 sebagai magnitude off scale dan entah artinya seberapa kuatnya gempa ini. Pernyataan2: 1. Saya bukan pakar, akan tetapi secara pemikiran saya, kalau pada saya ada suatu alat pengukur, dan dan dalam alat yang saya pegang menyatakan bahwa apa yang saya ukur off scale, maka bagi saya hanya ada 2 kemungkinan, pertama, apa yang saya ukur terlalu kecil sehingga tidak dapat dideteksi, dan kedua, yang saya ukur terlalu besar sehingga juga off scale. Jadi terbuka kemungkinan berdebat dan berkelit di sini, tergantung siapa yang menginterpretasi. Yang penting datanya magnitude off scale. Tidak saya perpanjang soal ini. 2. Kemudian, dalam Majalah Tempo edisi 2 Maret 2008 halaman 34-35 dalam tulisan yang berjudul Tak Boyak Dirundung Gempa dinyatakan bahwa justru Edi Sutriono (dalam tulisan itu disebut sebagai kepala tim Pengeboran Lapindo) lah yang menyimpulkan bahwa gempa Yogya 27 Mei 2006 tercatat out of scale di stasiun BMG Tretes. Sementara ketika wartawannya mewawancari Hariyanto, Kepala BMG Tretes, justru didapatkan keterangan sebaliknya. Tulisan itu menyebutkan bahwa BMG Tretes mencatat gempa Yogyakarta 27 Mei 2006 sebesar 1-2 MMI. Dalam tulisan itu lebih lanjut dinyatakan bahwa di stasiun BMG Karangkates, Malang, tercatat gempa Yogja 27 Mei 2006 sebesar 3-4 MMI. Itu versi Majalah Tempo. 3. Dalam makalah-makalah mereka (untuk poin ini saya hanya mengandalkan ingatan, masih belum sempat buka makalah2, maaf) sepertinya argumen2 kunci adalah: Prof Rudi CS, adanya underground blowout pada kedalaman sekitar terjadinya stuck; Tingay cs, casing di sumur BJP-1 dipasang tidak seperti yang direncanakan; Manga, grafik yang menunjukkan hubungan antara jarak sebuah-episenter-gempabumi dengan respon-hidrologi-yang-ditimbulkannya; Pak Bambang, Mazzini dkk.; data2 pemboran, Leak off Test, analisis geokimia terutama berhubungan dengan sumber fluida; Pak Awang, lebih kepada geologi regional (data persebaran mud volcano dari Cekungan Bogor ke Selat Madura, elisional basin) dan preseden sejarah. Pertanyaan2: 1. Berhubungan dengan pernyataan saya nomer 3, apakah tabel laporan BMG yang Pak Bambang kutip sudah dipublikasikan sebagai data dalam salah satu artikel2 soal Lusi? 2. Kalau ya, dimana ya Pak, mungkin saya kelewat/lupa, minta informasinya Pak. 3. Apa pendapat Pak Bambang soal poin nomer 2 di atas, tentang pemberitaan di Majalah Tempo itu? Maksud saya, tampaknya informasi di Majalah Tempo berbeda dengan apa yang Bapak sampaikan di email. Sebagai informasi tambahan, beberapa waktu yang lalu saya juga membaca di koran Tempo bahwa dalam momen launching film Mud Mux di Arizona, sewaktu wartawan menanyakan tentang hal bahwa gempabumi Yogyakarta 27 Mei 2006 hanya tercatat sebesar 1-2 MMI di stasiun BMG Tretes, Mazzini tidak berkomentar apa-apa (seharusnya ini saya tanyakan ke Mazzini sih...) 4. Terima kasih ya Pak. Selamat berjuang. Semoga tetap tabah menjawabi e-mail2. Kalau saya jadi Bapak, mungkin kepala saya sudah meledak. Berasap. tabik bosman batubara weblog: http://annelis.wordpress.com From: Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Tue, March 2, 2010 1:27:25 PM Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak Bosman yang baik, Saya tidak pernah mengatakan gempa sebagai penyebab LUSI, yang kami amati adalah kondisi sumur, yaitu adanya loss circulation disumur dengan rate yang cukup signifikan dalam ruang dan waktu yang hampir bersamaan dengan gempa. Selang beberapa menit setelah gempa Jogya, sumur mengalami loss dengan rate 300 bbl/jam, lalu diikuti dengan total loss circulation siang harinya setelah beberapa kali after shock. BMG dalam tabel laporannya mengatakan magnitude offscale entah artinya seberapa kuatnya gempa ini. Apakah ini suatu kebetulan? Coincidence atau adanya keterkaitan? Wallahu Alam,... Dilain pihak, Harris and Ripepe dalam papernya, GEOPHYSICAL RESEARCH LETTERS, VOL. 34, L02304, doi:10.1029/2006GL028251, 2007. Menunjukan peningkatan aktifitas Gunung Merapi dan Semeru yang jaraknya lebih jauh dari Jogya disaat lahirnya LUSI. Harris and Ripepe mengaitkan kenaikan aktifitas gunung
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
uneg2 alias saran alias masukan cak noor akan saya sampaikan kepada panitia pit iagi 2010 di lombok, siapa tahu memang diperlukan utk diadakan; agar makin banyak yg mau hadiri acara tahunan iagi tsb. salam, syaiful 2010/3/3 noor syarifuddin noorsyarifud...@yahoo.com: apakah mungkin tanpa pemboran yang dilakukan bencana LUSI tersebut tetap ada, atau bahkan lebih dahsyat lagi??? ... Menurut saya, ini pertanyaan yang tricky dan susah dijawab. Mirip dengan lagi hot sekarang: klo tidak ada bail out, apa dijamin tidak ada krisis..? Memperhatikan lalulintas milis yang tiba-tiba naik tajam begitu topik ini muncul lagi, kelihatannya masih banyak yang penasaran dengan topik ini. Saya sangat mendukung kalau organsiasi profesi macam IAGI bisa memfasilitasi diskusi (secara profesional) tentang issue ini. Katakanlah sesi debat khusus di PIT IAGI mendatang: masing-masing pihak diberi kesempatan untuk berargumentasi secara bergantian dalam satu periode tertentu (round table). Tentu supaya lebih afdhol bisa juga dibarengi dengan poster session tentang data-data pemboran yang bisa dibuka untuk publik, dengan demikian pendengar bisa memahami argumen para panelis dengan lebih baik. Saya pernah menjadi pendengar debat model ini waktu ada seminar di UBD-Brunei. Topiknya tentang tektonik P Kalimantan (diataranya ttg putaran searan dan berlawanan arah jarum jam)...sangat menarik dan sampai akhir diskusi, saya juga masih bingung untuk memihak kepada siapa..:-). salam, From: Oky E oky...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wed, March 3, 2010 2:14:19 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak bagus sekali ulasannya dan hukum geologi bernama perturbation of elisional venting system;... sangat menarik bila bisa dishare. Ada satu pertanyyaan dari saya pak, terlepas dari aktivitas pemboran yang sebagian berpendapat sebagai penyebab LUSI, apakah mungkin tanpa pemboran yang dilakukan bencana LUSI tersebut tetap ada, atau bahkan lebih dahsyat lagi??? ... --- On Wed, 3/3/10, Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com wrote: From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI To: iagi-net@iagi.or.id Cc: Forum HAGI fo...@hagi.or.id, Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com, Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com Date: Wednesday, March 3, 2010, 5:07 AM Natan, Ah yang panas di milis hanya beberapa orang saja; diskusinya memang panas. Hm, masa kesimpulan harus dipaksakan agar tidak panas maka kesimpulannya begini saja. Ah itu kan bukan kredo seorang ilmuwan, tetapi sudah persis politician. Dan, paragraf kedua Natan di bawah itu adalah pemaksaan kehendak namanya, seperti demo-demo yang suka memaksakan kehendak, kalau keinginan kami tidak dipenuhi, kami akan mengerahkan lebih banyak lagi masa. Hati-hati, siapa nih yang jadinya mempolitisasi kasus ini ? Mari berdebat di koridor sains, perbedaan pendapat adalah lumrah dalam sains. Jangan ngambek, mengancam, dll. Jangan hanya bermain di permukaan, masuklah lebih dalam, jangan hanya bermain di waktu sekarang, masuklah juga ke masa lalu. Jangan hanya menukik ke satu titik, lihatlah arena sekelilingnya. Geologist terlatih untuk itu, dan tidak pernah diajarkan untuk ngambek atau mengancam bila pendapatnya tidak diterima. salam, Awang --- Pada Rab, 3/3/10, Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com menulis: Dari: Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com Judul: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Kepada: iagi-net@iagi.or.id Cc: Forum HAGI fo...@hagi.or.id, Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com, Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com Tanggal: Rabu, 3 Maret, 2010, 11:32 AM Kalau saja keputusan iagi kemarin, DPR RI, dan kepolisian dan BPMIGAS bahwa Lusi dikarenakan ada kesalahan dalam pengeboran..jelas banyak rekan yang tidak akan panas Pak Awang. Apa alasannya untuk panas kalau pendapat kita sudah dianut oleh Iagi, DPR, Lapindo, BPMIGAS, kepolisian, jaksa, dlsb?? 2010/3/3 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com Ada satu hal yang Minarwan tak libatkan dalam ulasan di bawah, yaitu komposisi magma antara Merapi dan Semeru. Propagasi energi gempa Yogya 27 Mei 2006 jelas akan lebih cepat sampai ke Merapi dibandingkan ke Semeru berdasarkan jaraknya. Tetapi saat getaran ini sampai ke dapur magma kedua gunungapi itu, terjadilah perbedaan respon karena perbedaan komposisi magma kedua gunungapi ini. Kedua gunungapi ini komposisinya berbeda, silakan cek katalog gunungapi (Kusumadinata, 1979). Lagipula, Merapi terkenal punya sumbat lava di lubang kepundannya hasil erupsi sebelumnya yang membuat ia tak segera merespon getaran gempa Yogya padahal jaraknya hanya 50 km; lalu respon itu baru muncul bersamaan dengan respon reaktivasi Semeru pada hari yang bersamaan meskipun Semeru jaraknya enam kali lebih jauh dari episentrum gempa. Silakan cek untuk lebih detailnya di
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Kita itu harus belajar dari Pansus Century bahwa ternyata ada kebenaran secara politis yang diputuskan oleh sidang Paripurna DPR secara aklamasi atau dengan voting, kebenaran hukum yang diputuskan oleh kekuasan hakim yang dapat naik banding, atau kekuasan penegak hukum untuk meng-SP3-kan, dan kebenaran ilmiah yang hanya dapat diputuskan oleh waktu. Ada maxim di antara geologists: GEOLOGISTS NEVER CHANGE THEIR IDEAS, BUT EVENTUALLY THEY FADE AWAY Debat Lusi ini baik untuk sebagai permainan intelektual tetapi jangan harapkan akan muncul keputusan mana yang benar dalam waktu yang singkat. Yang merasa kalah adu argumen selalu bisa men-generate data baru. Waktu lah yang nanti akan menentukan Wassalam RPK - Original Message - From: Hendratno Agus agushendra...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, March 03, 2010 5:38 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Tapi bagaimana kalau itu ternyata adalah (ini pikiran nakal saja, mohon maaf) : adanya masalah kritis dalam pemboran (yang mestinya mencari jendulan limestone, malah nembak mud diapir) pada saat yang sama ada peluang reaktivasi sesar watukosek dari gempa jogja?? Jadi ini bukan pada pro-gempa atau pro-UGBO, tapi pro dua-duanya. Pada 26 Januari 2006 sore, saat trip geologi antara BPMIGAS - Geologi UGM, kami mampir ke sumur BJP-1 dan disitu terjadi perdebatan stratigrafi dari target sumur, juga pada penampang seismik antara mas Agung Budi Darmoyo dengan Pak Awang-Pak Elan-Pak Budianto Toha. Lalu pada 24 Juni 2006, saat tim yang diketuai mas Rudi Rubiandini, mau presentasi di depan Menteri ESDM,Gub.jatim, Bupati Sidoarjo, pejabat BPMIGAS, ESDM, juga Lapindo, dimana ada 1 slide yang dipaparkan mas Rudi itu disiapkan oleh tim geologi yang berupa gambar Citra SRTM yang last minute itu kami tarik sesar watukosek (selama tersekap di tim Rudi di hotel mewah tsb), dan itu menjadi perdebatan sengit di ruang eksekutif JW Marriot Sby jam 22.30 - 00.30 wib. Saat semua rapat yang tertutup oleh pers, itu semua berpakaian rapi, jas, dan batik, saya yang menyodorkan 1 slide ke mas Rudi sebelum rapat, hanya hadir berkaos ke ruang rapat tsb), kena semprot beberapa pejabat, karena rapat dengan menteri hanya saya yang pakai kaos dan bersepatu sandal, 2 x ditegur pejabat ESDM : 1. kapan lagi jika rapat ini dengan menteri pakai baju formal! 2. kenapa narik sesar watukosek? Siapa yang bikin sesar watukosek di slide itu? pertanyaan itu, menjadikan saya ditarik keluar ruang dan saya jelaskan kenapa saya pake kaos dan sesar watukosek, darimana peroleh citra SRTM itu?? Rupanya, perdebatan lusi dalam pandangan lain, menurutku mulai dari 26 Januari 2006 dengan topik dari target sumur, mud diapir, mud-volcano, kemudian berlanjut sesar watukosek, dan gempa jogja...dst-dst.., menarik untuk dibikin uneg-uneg... Bahkan dalam 1 tim pun itu juga sering berdebat dan masih menyimpan materi debat, tapi yang namanya juru bicara tetap 1 orang diranah strategis saat itu. Pada 27 Juni 2006, bahkan ketika tim geologi diberi kesempatan pertama kali cerita (dalam hal ini pak Budianto), saat menyebut mud-volcano..., tiba-tiba pak menteri tsb kaget dan menuding pada slide :apa itu dan tolong jelaskan dengan baik!!!. semua diam dan membisu bagaikan patung. Saya yang saat itu duduk disamping pak Luluk (saat itu dengerin paparan pak budianto sambil sama-sama membaca laporan UKL-UPL sumur BJP-1 dengan beliau), juga tersentak dan kaget, karena :pertanyaan pak menteri. Begitu rampung tidak tahu apa deal selanjutnya, saya kabur duluan, saya flight ke Jogja, ternyata tas rangsel saya (tanpa sadar, karena tergesa-gesa disuruh bawa komandan saat boyongan dari patra ke merdeka) masih ada laporan dokumen copyan Daily Geological Report dan Daily Drilling Report BJP-1 dari 9 maret - 2 juni 2006 turut kebawa ke jogja. Dan 2 dokumen tsb, akhir februari 2010 numpuk berdebu di ruang kerja saya, yang sudah lama tidak kusentuh dan beberapa hari yang lalu kubersihkan ruang kerjaku dan ketemu dokumen tsb tertumpuk dengan arsip skripsi mhs, saya langsung kaget..,lho koq. Jujur, bahwa 2 dokumen tsb selama ini hanya bertapa dan berdebu di pojok ruang kerja saya di lt.3 gd.geologi ugm selama 2 th 7 bulan!!! blaik...!!! namanya saja geologi, berbeda pendapat adalah anugrah asal semua itu didasarkan data. Mohon maaf uneg-uneg saya ini... salam, agus hendratno.89 From:Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wed, March 3, 2010 3:56:36 PM Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Betul cak Yayang,.. selama dalam ranah ilimiah, diskusi ini sehat dan konstruktif,.. lanjutkan,.. Wass. Bambang -Original Message- From: abachtiar_CBN [mailto:abacht...@cbn.net.id] Sent: Wednesday, March 03, 2010 2:02 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Jangan berhenti, Nathan. Jangan berkecil hati. Komentar-komentar-mu bisa jadi pemicu diskusi yang