Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-22 Terurut Topik Hendratno Agus
dari pengamatan visual dan monitoring visual..., semburan lumpur di porong 
mulai berkurang. material nya berkurang atau tekanannya berkurang atau 
dua-duanya mulai berkurang
salam, gus hend.89






From: Nyoto ssoena...@gmail.com
To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id
Sent: Sat, March 20, 2010 9:37:41 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

Adalah terlalu meng-ada2 kalau Lusi ditriger oleh gempa Yogya.







Sent from my iPhone 3GS
Powered by Maxis


On Mar 20, 2010, at 21:36, Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com wrote:

 Pak Bambang,
 
 Menurut saya ada keteledoran dalam menginterpretasi analogi saya. Analogi
 saya adalah untuk menyanggah 'tertutupnya' kemungkinan bahwa Kujung telah
 ditembus..tertutup karena berdasarkan hitung2an: exposure thickness, Well
 depth, Well radius, Radius of investigationtic value, Viscosity, Formation
 Volume Factor, Rock property, Permeability, Reservoir static pressure,
 Bottom hole flowing pressure.
 
 Saya tidak membahas stuck, well, fish ataupun flow behind casing. Analogi
 tersebut sebatas membuka kemungkinan bahwa Karbonat bisa saja sudah ditembus
 di TD well BJP-1.
 
 Untuk masalah 'bensin' ikut terbakar, jawabannya jelas iya Pak. Analoginya
 dalam kasus LUSI ini adalah, hasil erupsi pada tahap awal (atau mungkin
 sampai sekarang)..masih ada sedikit campuran dari fluid in place dari
 formasi Karbonat di TD well BJP-1.
 
 Mengenai saran bikin paper, itu bukan target dan tujuan saya mengeluarkan
 'Uneg-Uneg LUSI'. Target saya simple sekali, yaitu hanya mempertanyakan
 apakah ada niatan dari IAGI sekarang untuk mereview ulang pendapat IAGI
 kemarin. Kalau IAGI merasa sudah ok dengan pendapat kemarin, yah tidak
 masalah. Ini bukan membawa keinginan/orientasi pribadi dengan paper dlsb,
 tetapi semua ahli geologi di Indonesia apakah sebagian besar sudah bisa
 menerima bahwa Lusi adalah murni bencana alam. Disitu saja poinnya. Kalau
 saya pribadi, sampai detik ini 100% yakin Lusi bukan bencana alam.
 
 
 Cheers,
 Natan
 
 On 3/17/10, Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com wrote:
 
 Maaf, kepencet,.. saya sambung lagi dibawah
 
 
 Pak Natan,
 
 Perbedaan pendapat adalah biasa, malah saya harus berterima kasih karena
 terus men-challenge pendapat saya dan teman2 drilling ex-Lapindo.
 
 Analogi yang pak Natan paparkan menarik. Dalam hal ini, apakah korek api
 dan bensinnya sebagai pemicu ikut terbakar? Kalam kasus BJP-1 saat
 semburan semakin besar, diperkirakan sumur ikut terbakar yaitu lubang
 menjadi sangat besar dan fish yang ditinggal akan jatuh, bahkan lokasi
 
 pemboran akan tenggelam seperti kasus2 blowout lainnya.  Namun
 kenyataannya tidak begitu,.. bahkan korek dan bensin nya tidak ikut
 terbakar, fishnya pun tidak bergeming dan tidak jatuh, tidak ada flow
 behind casing dll.
 
 Kalau saya boleh saran, pak Natan kan sudah baca paper kami, nah
 sekarang tinggal buat paper sanggahan saja. Kalau perlu data2, termasuk
 masterlog yang pak Natan masalahkan, silahkan datang ke Lapindo, soal
 perizinan akan dibantu.
 
 Terima kasih atas peer review-nya pak.
 
 Salam,
 
 Bambang
 
 
 
 -Original Message-
 From: Santoso, Hendro [mailto:hend...@chevron.com]
 Sent: Wednesday, March 17, 2010 1:54 AM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
 
 Perumpamaan yg menarik. Seandainya disekitar korek gas tsb tidak
 terdapat faktor-faktor pendukung (tumpukan kertas, bbm, tata kota yg
 ndak beres, dll) untuk case satu kampung akhirnya terbakar, maka
 kebakaran satu kampung tsb tentunya tidak akan terjadi. Seperti halnya
 kick and loss, korek gas yg meledak adalah suatu resiko operasi tapi
 tidak semua kasus korek gas meledak menyebabkan kebarakan satu kampung
 atau kecelakaan/bencana fatal lain. Setuju untuk perlu dipahami trigger,
 sub-trigger dan faktor2x pendukung tetapi tidak berarti satu dengan
 lainnya dapat dipisahkan dalam melakukan root cause analysis.
 
 -HendroHS
 
 -Original Message-
 From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com]
 Sent: Tuesday, March 16, 2010 2:23 PM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
 
 Pak Bambang,
 
 Mohon maaf jika saya berpendapat beda dengan keterangan dan hitung2an
 bapak
 di bawah ini. Menurut saya, kemungkinan tidak ada yang salah dengan
 hitungan
 tersebut dan juga paper yang mengatakan bahwa volume Lusi 150x Kujung
 properties (page 15 Lusi controversy..). Mungkin logikanya saja yang
 menurut
 saya kurang tepat.
 
 Akar kunci dari perdebatan Lusi ada di faktor apa yang mentrigger? Jadi
 kata
 kuncinya adalah TRIGGER.
 
 Kita pasti sangat familiar dengan kasus di kehidupan sehari-hari dimana
 di
 Indonesia ini sangat rentan terhadap kebakaran. Ada suatu deretan
 perumahan
 yang terkadang habis terbakar api dalam waktu lebih dari 6jam. Yang
 terbakar
 pun tidak tanggung2, kadang deretan rumah, kadang juga 1 pasar. Setelah
 polisi melakukan olah TKP, disimpulkan bahwa kebakaran tersebut ternyata

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-22 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
2010/3/22 Hendratno Agus agushendra...@yahoo.com:
 dari pengamatan visual dan monitoring visual..., semburan lumpur di porong 
 mulai berkurang. material nya berkurang atau tekanannya berkurang atau 
 dua-duanya mulai berkurang
 salam, gus hend.89

Mas Gus Hend, smoga bukan karena anda terbiasa jadinya serasa berkurang.
Btw, kalau belajar dari pengalaman masa lalu, pengurangan debit atau
bahkan terhenti sering diikuti dengan amblesan. Saya pernah
menguraikan tentang pengamatan berkurangnya volume semburan ini disini
:
http://rovicky.wordpress.com/2007/08/18/semburan-lumpur-berkurang-drastis-be-alert/

Nah mari kita amati selanjutnya, sebagai pembelajaran bersama

RDP


PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak biro...

Ayo siapkan diri!
Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
-



Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-21 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari

 Butterfly effect : kepak sayap kupu-kupu di Brazil telah menyebabkan badai 
 di Texas  (Edward Lorenz, Chaos Theory, 1961)


Whadduh ... jangan-jangan pengeboran itu yang menyebabkan gempa jogja ?

RDP


PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak biro...

Ayo siapkan diri!
Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
-



Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-21 Terurut Topik nyoto - ke-el
  kalau
  tidak ada gempa Yogya, hanya ada sumur BJP-1,Lusi akan tetap meletus
  seperti
  sekarang ? Kedua pertanyaan ini adalah pertanyaan “kalau” , yang
  menurut
  hemat saya tidak cukup ilmiah dalam konteks ini untuk ditanyakan
maupun dijawab sebab kita tidak berkalau-kalau, melainkan sedang
  berusaha
  tiga kejadian yang terjadi secara bersamaan : gempa Yogya, pengeboran
  BJP-1
  dan erupsi Lusi.
  12.   Mori dan Kano (2009) membedakan antara cause dan trigger Lusi,
  ini
  tepat sebab cause Lusi sudah tertanam sejak lama di subsurface-nya
  (elisional critical venting system), sementara trigger –nya hanyalah
  perturbation on cause tersebut. Dan, semua data baik data pengeboran
  sumur
  BJP-1 yang dianalisis dan diargumentasi Pak Bambang Istadi, Pak Sawolo
  dkk.
  maupun data regional sekeliling Lusi seperti yang telah saya sebutkan
  di
  atas tidak menunjukkan suatu UGBO di sumur BJP-1 yang dapat memicu Lusi
  mud
  volcano eruption. Paper Mori dan Kano (2009) yang saya tambahi dengan
  analisis-analisis saya di atas makin meyakinkan saya bahwa reaktivasi
  Sesar
  Watukosek yang dipicu gempa Yogya adalah trigger utama Lusi eruption.
  Trigger utama ? Berarti, ada trigger lainnya ? Itu mungkin saja,  saya
  tak
  pernah menutup kemungkinan trigger lain, tetapi kalau pun ada, tak akan
  merupakan trigger yang penting.
  13.   Saya tak pernah menyebutkan bahwa gempa Yogya adalah penyebab
  Lusi,
  beberapa teman telah salah duga tentang hal ini; penyebab Lusi adalah
  sistemnya yang merupakan elisional critical venting system, sementara
  reaktivasi Sesar Watukosek yang dipicu gempa Yogya adalah trigger utama
  yang
  membuat naturally prepared system tersebut bererupsi karena telah
  terjadi
  dynamic fluid stress change yang signifikan atasnya.
  14.   UGBO yang diduga terjadi di BJP-1 lalu menimbulkan Lusi mud
  volcano
  eruption seperti dianut oleh beberapa penulis (Davies et al., 2006,
  Davies
  et al., 2008; Tingay et al., 2008) dan beberapa teman di milis ini
  sangat
  patut dipertanyakan baik dari (1) segi keabsahan analisis drilling
  (seperti
  diargumentasi oleh Sawolo et al, 2009, 2010; Nawangsidi, 2007 dan
  beberapa
  teman yang aktif di milis ini -lihat argumentasi2 Pak Bambang Istadi)
  dan
  (2) data geologi regional sekeliling Lusi (lihat butir-butir diskusi
  saya di
  atas). Analisis drilling dan data geologi regional tidak menunjukkan
  UGBO
  (bila ada) signifikan memicu erupsi Lusi. Bila UGBO di BJP-1 tidak ada,
  maka
  tak perlu lagi melibatkan BJP-1 sebagai pemicu Lusi. .
  15.   Secara umum, diketahui bahwa kejadian mud volcanoes berhubungan
  dengan sesar-sesar di active tectonic setting (Brown, 1980; Kopf, 2002,
  2008; Bonini, 2007). Lusi memenuhi kondisi ini, ia terletak di Sesar
  Watukosek di wilayah tektonik yang aktif (beberapa jalur antiklin di
  wilayah
  Sidoarjo bahkan bergerak dalam satu malam sampai ke permukaan yang
  menyebabkan sebuah aliran sungai berubah alurnya –lihat bencana Banyu
  Pindah
  di Serat Pararaton yang terjadi pada zaman Airlangga memerintah
  Kahuripan
  –Satyana dan Asnidar, 2008).
  16.   Natural process fracture propagation dan fluidisasi dapat
  diakselerasi oleh aktivitas seismic. Goncangan gempa dapat membentuk
  fracture yang akan menjadi free pathways untuk deeper fluids naik ke
  permukaan. Banyak sekali publikasi yang mendokumentasikan bahwa
  aktivitas
  seismic menggiatkan atau memicu aktivitas geyser, methane emission,
  magmatic
  volcanoes dan mud volcanoes (Chigira dan Tanaka, 1997; Guliev dan
  Feizullayev, 1997; Linde dan Sacks, 1998; Delisle et al, 2002; Hieke,
  2004;
  Nakamukae et al, 2004; Manga dan Brodsky, 2006; Ellouz-Zimmermann et
  al,
  2007; Lemarchand dan Grasso, 2007; Mau et al, 2007; Mellors et al,
  2007;
  Walter dan Amelung, 2007; Judd dan Hovland, 2007; Mazzini et al., 2008;
  Eggert dan Walter, 2009; Manga, 2009; Mazzini et al, 2009).
 
  Demikian, semoga membantu memberikan penjelasan.
  Salam,
  Awang
 
 
  --- Pada Ming, 14/3/10, MINARWAN minarw...@gmail.com menulis:
 
 
 
  Dari: MINARWAN minarw...@gmail.com
  Judul: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
  Kepada: iagi-net@iagi.or.id
 
  Tanggal: Minggu, 14 Maret, 2010, 11:11 PM
 
 
 
  Saat sedang memikirkan rel kereta api yang bengkok (salah satu bukti
  reaktivasi Sesar Watukosek), secara iseng-iseng, saya mencari berita
  mengenai kejadian ini dan mendapatkan tautan berikut:
  http://www.suaramerdeka.com/harian/0609/28/nas01.htm
 
  Foto yang terpampang di situs di atas menurut hemat saya adalah foto
  yang hampir sama dengan foto yang dipasang di Mazzini et al (2007) -
  EPSL 261, 375-388. Saya lihat tanggalnya, tanggal 27. Gempa Jogja yang
  konon telah mereaktivasi sesar Watukosek juga terjadi pada tanggal
  yang sama. Tapi lho, beritanya itu dimuat pada bulan September,
  sedangkan gempanya kan bulan Mei?
 
  Jadi, ada selang waktu 4 bulan, di mana tidak ada yang sadar bahwa rel
  kereta itu telah bengkok, tidak ada laporan gangguan dan

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-20 Terurut Topik Nataniel Mangiwa
Sekedar penambah wawasan buat yang masih tertarik tentang LUSI..

Salam,
Natan

On 3/20/10, Susila Lusiaga lusia...@gmail.com wrote:

 Pak Natan,

 Kebetulan saya di cc pak Harry. Sedikit ingin melepas unek2 ini.

 Saya sependapat dengan ahli2 yang menyatakan bahwa *TRIGGER bencana LUSI
 adalah UGBO sumur BJP-1*, Ini domain drilling engineering.

 Banyak makalah/tulisan/paper dan forum/seminar yang diikuti oleh peserta
 yang mempercayai tidak terjadi UGBO di sumur BJP-1 dan menggunakan segala
 teori canggih2 dan ahli dari dalam maupun luar negri utk menyokong pendapat
 tersebut. Tetapi ada satu pertanyaan yang sangat mendasar dan simple yang
 tidak pernah bisa dijelaskan dengan rasional, kelihatannya ahli2 yang sangat
 canggih tersebut tidak mau tahu soal yang satu ini.

 Semua yg menolak terjadinya UGBO telah menghitung pressure at bit saat kick
 di 4241 ft memakai Shut In Casing Pressure (SICP). Kondisi sumur seperti
 BJP-1 saat itu jelas tidak akan memberikan nilai pressure at bit yang
 benar!!! Mengapa Shut In Drill Pipe Pressure (SIDP) yang akurat/pasti malah
 tidak dipakai dan dinyatakan tidak akurat? Alasannya karena ada Float Valve,
 apakah tidak terbalik? justru float valve meberikan kepastian kolom lumpur
 dalam DP itu 14.7 ppg sehingga pressure at bit dari hitungan SIDP akurat
 adanya?

 Inti dari penjelasan saat saya ikut pak Rudi ke Cape Town dan ditunjuk
 mewakili beliau utk menjelaskan di pertemuan tersebut adalah bahwa SIDP akan
 memberikan bacaan tekanan di bit yang lebih akurat dan harus jadi dasar
 hitungan drilling engineer.
 Hasil hitungan dengan SIDP, dengan nilai LOT dari siapapun, memberikan 1
 kesimpulan:* Terjadi UGBO di BJP-1.*


 salam,
 susila


 
  --Original Message--
  From: Nataniel Mangiwa
  To: iagi-net@iagi.or.id
  Cc: Geo Unpad
  Cc: Eksplorasi BPMIGAS
  Cc: Forum HAGI
  Cc: Harry Eddyarso
  Cc: m...@bdg.centrin.net.id
  Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
  Sent: Mar 16, 2010 3:35 PM
 



 

  Bang Natan yg baik, buat kami DEC team, masalah lumpur Lapindo ini udah
 closed semenjak Konperensi AAPG di Cape Town South Africa. Bisa dibilang
 semua hadirin sepakat bhw lumpur Lapindo adalah human error yg berujung
 bencana blow out.
  Data2 baru (misalnya electric logs) bila dikeluarkan oleh pihak Lapindo
 hanya akan memperkuat argumentasi kami bahwa Lumpur Lapindo BUKAN bencana
 alam.
  Itu aja komentar singkat dari saya.
  Jabat erat,
  Harry Eddyarso (DEC)




Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-20 Terurut Topik Nataniel Mangiwa
Pak Bambang,

Menurut saya ada keteledoran dalam menginterpretasi analogi saya. Analogi
saya adalah untuk menyanggah 'tertutupnya' kemungkinan bahwa Kujung telah
ditembus..tertutup karena berdasarkan hitung2an: exposure thickness, Well
depth, Well radius, Radius of investigationtic value, Viscosity, Formation
Volume Factor, Rock property, Permeability, Reservoir static pressure,
Bottom hole flowing pressure.

Saya tidak membahas stuck, well, fish ataupun flow behind casing. Analogi
tersebut sebatas membuka kemungkinan bahwa Karbonat bisa saja sudah ditembus
di TD well BJP-1.

Untuk masalah 'bensin' ikut terbakar, jawabannya jelas iya Pak. Analoginya
dalam kasus LUSI ini adalah, hasil erupsi pada tahap awal (atau mungkin
sampai sekarang)..masih ada sedikit campuran dari fluid in place dari
formasi Karbonat di TD well BJP-1.

Mengenai saran bikin paper, itu bukan target dan tujuan saya mengeluarkan
'Uneg-Uneg LUSI'. Target saya simple sekali, yaitu hanya mempertanyakan
apakah ada niatan dari IAGI sekarang untuk mereview ulang pendapat IAGI
kemarin. Kalau IAGI merasa sudah ok dengan pendapat kemarin, yah tidak
masalah. Ini bukan membawa keinginan/orientasi pribadi dengan paper dlsb,
tetapi semua ahli geologi di Indonesia apakah sebagian besar sudah bisa
menerima bahwa Lusi adalah murni bencana alam. Disitu saja poinnya. Kalau
saya pribadi, sampai detik ini 100% yakin Lusi bukan bencana alam.


Cheers,
Natan

On 3/17/10, Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com wrote:

 Maaf, kepencet,.. saya sambung lagi dibawah


 Pak Natan,

 Perbedaan pendapat adalah biasa, malah saya harus berterima kasih karena
 terus men-challenge pendapat saya dan teman2 drilling ex-Lapindo.

 Analogi yang pak Natan paparkan menarik. Dalam hal ini, apakah korek api
 dan bensinnya sebagai pemicu ikut terbakar? Kalam kasus BJP-1 saat
 semburan semakin besar, diperkirakan sumur ikut terbakar yaitu lubang
 menjadi sangat besar dan fish yang ditinggal akan jatuh, bahkan lokasi

 pemboran akan tenggelam seperti kasus2 blowout lainnya.  Namun
 kenyataannya tidak begitu,.. bahkan korek dan bensin nya tidak ikut
 terbakar, fishnya pun tidak bergeming dan tidak jatuh, tidak ada flow
 behind casing dll.

 Kalau saya boleh saran, pak Natan kan sudah baca paper kami, nah
 sekarang tinggal buat paper sanggahan saja. Kalau perlu data2, termasuk
 masterlog yang pak Natan masalahkan, silahkan datang ke Lapindo, soal
 perizinan akan dibantu.

 Terima kasih atas peer review-nya pak.

 Salam,

 Bambang



 -Original Message-
 From: Santoso, Hendro [mailto:hend...@chevron.com]
 Sent: Wednesday, March 17, 2010 1:54 AM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

 Perumpamaan yg menarik. Seandainya disekitar korek gas tsb tidak
 terdapat faktor-faktor pendukung (tumpukan kertas, bbm, tata kota yg
 ndak beres, dll) untuk case satu kampung akhirnya terbakar, maka
 kebakaran satu kampung tsb tentunya tidak akan terjadi. Seperti halnya
 kick and loss, korek gas yg meledak adalah suatu resiko operasi tapi
 tidak semua kasus korek gas meledak menyebabkan kebarakan satu kampung
 atau kecelakaan/bencana fatal lain. Setuju untuk perlu dipahami trigger,
 sub-trigger dan faktor2x pendukung tetapi tidak berarti satu dengan
 lainnya dapat dipisahkan dalam melakukan root cause analysis.

 -HendroHS

 -Original Message-
 From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com]
 Sent: Tuesday, March 16, 2010 2:23 PM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

 Pak Bambang,

 Mohon maaf jika saya berpendapat beda dengan keterangan dan hitung2an
 bapak
 di bawah ini. Menurut saya, kemungkinan tidak ada yang salah dengan
 hitungan
 tersebut dan juga paper yang mengatakan bahwa volume Lusi 150x Kujung
 properties (page 15 Lusi controversy..). Mungkin logikanya saja yang
 menurut
 saya kurang tepat.

 Akar kunci dari perdebatan Lusi ada di faktor apa yang mentrigger? Jadi
 kata
 kuncinya adalah TRIGGER.

 Kita pasti sangat familiar dengan kasus di kehidupan sehari-hari dimana
 di
 Indonesia ini sangat rentan terhadap kebakaran. Ada suatu deretan
 perumahan
 yang terkadang habis terbakar api dalam waktu lebih dari 6jam. Yang
 terbakar
 pun tidak tanggung2, kadang deretan rumah, kadang juga 1 pasar. Setelah
 polisi melakukan olah TKP, disimpulkan bahwa kebakaran tersebut ternyata
 'hanya' dipicu (di TRIGGER) oleh meledaknya 1 buah korek gas saja
 (bahasa
 Sunda disebut bensin). 'Bensin' meledak lalu menimbulkan sedikit
 percikan
 api, lalu disekitarnya banyak tumpukan kertas dan juga BBM. Ditambah
 beberapa rumah sangat banyak menggunakan material dari kayu.

 Tidak ada yang aneh dan semua bisa dijelaskan/diterima oleh logika semua
 orang. Kalau dipikir, berapa volume bahan bakar yang di 'bensin'
 tersebut,
 kenapa mampu membakar beberapa rumah dan dalam waktu yang sangat lama
 (jika
 dibandingkan dengan volume bahan bakarnya).

 Logika inilah yang menurut saya berlaku di kasus Lusi ini, jadi 14ft
 tersebut

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-20 Terurut Topik Nyoto
Sama persis dg pendapat saya pak Natan, saya tetap berpendapat bahwa  
Lusi ditriger oleh pemboran sumur BJP-1, yg kemudian berkembang  
menjadi bencana alam.



Wass,
nyoto






Sent from my iPhone 3GS
Powered by Maxis


On Mar 20, 2010, at 21:36, Nataniel Mangiwa  
nataniel.mang...@gmail.com wrote:



Pak Bambang,

Menurut saya ada keteledoran dalam menginterpretasi analogi saya.  
Analogi
saya adalah untuk menyanggah 'tertutupnya' kemungkinan bahwa Kujung  
telah
ditembus..tertutup karena berdasarkan hitung2an: exposure  
thickness, Well
depth, Well radius, Radius of investigationtic value, Viscosity,  
Formation

Volume Factor, Rock property, Permeability, Reservoir static pressure,
Bottom hole flowing pressure.

Saya tidak membahas stuck, well, fish ataupun flow behind casing.  
Analogi
tersebut sebatas membuka kemungkinan bahwa Karbonat bisa saja sudah  
ditembus

di TD well BJP-1.

Untuk masalah 'bensin' ikut terbakar, jawabannya jelas iya Pak.  
Analoginya
dalam kasus LUSI ini adalah, hasil erupsi pada tahap awal (atau  
mungkin

sampai sekarang)..masih ada sedikit campuran dari fluid in place dari
formasi Karbonat di TD well BJP-1.

Mengenai saran bikin paper, itu bukan target dan tujuan saya  
mengeluarkan
'Uneg-Uneg LUSI'. Target saya simple sekali, yaitu hanya  
mempertanyakan
apakah ada niatan dari IAGI sekarang untuk mereview ulang pendapat  
IAGI

kemarin. Kalau IAGI merasa sudah ok dengan pendapat kemarin, yah tidak
masalah. Ini bukan membawa keinginan/orientasi pribadi dengan paper  
dlsb,
tetapi semua ahli geologi di Indonesia apakah sebagian besar sudah  
bisa
menerima bahwa Lusi adalah murni bencana alam. Disitu saja poinnya.  
Kalau

saya pribadi, sampai detik ini 100% yakin Lusi bukan bencana alam.


Cheers,
Natan

On 3/17/10, Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com wrote:


Maaf, kepencet,.. saya sambung lagi dibawah


Pak Natan,

Perbedaan pendapat adalah biasa, malah saya harus berterima kasih  
karena

terus men-challenge pendapat saya dan teman2 drilling ex-Lapindo.

Analogi yang pak Natan paparkan menarik. Dalam hal ini, apakah  
korek api

dan bensinnya sebagai pemicu ikut terbakar? Kalam kasus BJP-1 saat
semburan semakin besar, diperkirakan sumur ikut terbakar yaitu  
lubang
menjadi sangat besar dan fish yang ditinggal akan jatuh, bahkan  
lokasi


pemboran akan tenggelam seperti kasus2 blowout lainnya.  Namun
kenyataannya tidak begitu,.. bahkan korek dan bensin nya tidak ikut
terbakar, fishnya pun tidak bergeming dan tidak jatuh, tidak ada flow
behind casing dll.

Kalau saya boleh saran, pak Natan kan sudah baca paper kami, nah
sekarang tinggal buat paper sanggahan saja. Kalau perlu data2,  
termasuk

masterlog yang pak Natan masalahkan, silahkan datang ke Lapindo, soal
perizinan akan dibantu.

Terima kasih atas peer review-nya pak.

Salam,

Bambang



-Original Message-
From: Santoso, Hendro [mailto:hend...@chevron.com]
Sent: Wednesday, March 17, 2010 1:54 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

Perumpamaan yg menarik. Seandainya disekitar korek gas tsb tidak
terdapat faktor-faktor pendukung (tumpukan kertas, bbm, tata kota yg
ndak beres, dll) untuk case satu kampung akhirnya terbakar, maka
kebakaran satu kampung tsb tentunya tidak akan terjadi. Seperti  
halnya

kick and loss, korek gas yg meledak adalah suatu resiko operasi tapi
tidak semua kasus korek gas meledak menyebabkan kebarakan satu  
kampung
atau kecelakaan/bencana fatal lain. Setuju untuk perlu dipahami  
trigger,

sub-trigger dan faktor2x pendukung tetapi tidak berarti satu dengan
lainnya dapat dipisahkan dalam melakukan root cause analysis.

-HendroHS

-Original Message-
From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com]
Sent: Tuesday, March 16, 2010 2:23 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

Pak Bambang,

Mohon maaf jika saya berpendapat beda dengan keterangan dan hitung2an
bapak
di bawah ini. Menurut saya, kemungkinan tidak ada yang salah dengan
hitungan
tersebut dan juga paper yang mengatakan bahwa volume Lusi 150x Kujung
properties (page 15 Lusi controversy..). Mungkin logikanya saja yang
menurut
saya kurang tepat.

Akar kunci dari perdebatan Lusi ada di faktor apa yang mentrigger?  
Jadi

kata
kuncinya adalah TRIGGER.

Kita pasti sangat familiar dengan kasus di kehidupan sehari-hari  
dimana

di
Indonesia ini sangat rentan terhadap kebakaran. Ada suatu deretan
perumahan
yang terkadang habis terbakar api dalam waktu lebih dari 6jam. Yang
terbakar
pun tidak tanggung2, kadang deretan rumah, kadang juga 1 pasar.  
Setelah
polisi melakukan olah TKP, disimpulkan bahwa kebakaran tersebut  
ternyata

'hanya' dipicu (di TRIGGER) oleh meledaknya 1 buah korek gas saja
(bahasa
Sunda disebut bensin). 'Bensin' meledak lalu menimbulkan sedikit
percikan
api, lalu disekitarnya banyak tumpukan kertas dan juga BBM. Ditambah
beberapa rumah sangat banyak menggunakan material dari kayu.

Tidak ada yang aneh dan semua bisa dijelaskan

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-20 Terurut Topik Nyoto

Adalah terlalu meng-ada2 kalau Lusi ditriger oleh gempa Yogya.







Sent from my iPhone 3GS
Powered by Maxis


On Mar 20, 2010, at 21:36, Nataniel Mangiwa  
nataniel.mang...@gmail.com wrote:



Pak Bambang,

Menurut saya ada keteledoran dalam menginterpretasi analogi saya.  
Analogi
saya adalah untuk menyanggah 'tertutupnya' kemungkinan bahwa Kujung  
telah
ditembus..tertutup karena berdasarkan hitung2an: exposure  
thickness, Well
depth, Well radius, Radius of investigationtic value, Viscosity,  
Formation

Volume Factor, Rock property, Permeability, Reservoir static pressure,
Bottom hole flowing pressure.

Saya tidak membahas stuck, well, fish ataupun flow behind casing.  
Analogi
tersebut sebatas membuka kemungkinan bahwa Karbonat bisa saja sudah  
ditembus

di TD well BJP-1.

Untuk masalah 'bensin' ikut terbakar, jawabannya jelas iya Pak.  
Analoginya
dalam kasus LUSI ini adalah, hasil erupsi pada tahap awal (atau  
mungkin

sampai sekarang)..masih ada sedikit campuran dari fluid in place dari
formasi Karbonat di TD well BJP-1.

Mengenai saran bikin paper, itu bukan target dan tujuan saya  
mengeluarkan
'Uneg-Uneg LUSI'. Target saya simple sekali, yaitu hanya  
mempertanyakan
apakah ada niatan dari IAGI sekarang untuk mereview ulang pendapat  
IAGI

kemarin. Kalau IAGI merasa sudah ok dengan pendapat kemarin, yah tidak
masalah. Ini bukan membawa keinginan/orientasi pribadi dengan paper  
dlsb,
tetapi semua ahli geologi di Indonesia apakah sebagian besar sudah  
bisa
menerima bahwa Lusi adalah murni bencana alam. Disitu saja poinnya.  
Kalau

saya pribadi, sampai detik ini 100% yakin Lusi bukan bencana alam.


Cheers,
Natan

On 3/17/10, Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com wrote:


Maaf, kepencet,.. saya sambung lagi dibawah


Pak Natan,

Perbedaan pendapat adalah biasa, malah saya harus berterima kasih  
karena

terus men-challenge pendapat saya dan teman2 drilling ex-Lapindo.

Analogi yang pak Natan paparkan menarik. Dalam hal ini, apakah  
korek api

dan bensinnya sebagai pemicu ikut terbakar? Kalam kasus BJP-1 saat
semburan semakin besar, diperkirakan sumur ikut terbakar yaitu  
lubang
menjadi sangat besar dan fish yang ditinggal akan jatuh, bahkan  
lokasi


pemboran akan tenggelam seperti kasus2 blowout lainnya.  Namun
kenyataannya tidak begitu,.. bahkan korek dan bensin nya tidak ikut
terbakar, fishnya pun tidak bergeming dan tidak jatuh, tidak ada flow
behind casing dll.

Kalau saya boleh saran, pak Natan kan sudah baca paper kami, nah
sekarang tinggal buat paper sanggahan saja. Kalau perlu data2,  
termasuk

masterlog yang pak Natan masalahkan, silahkan datang ke Lapindo, soal
perizinan akan dibantu.

Terima kasih atas peer review-nya pak.

Salam,

Bambang



-Original Message-
From: Santoso, Hendro [mailto:hend...@chevron.com]
Sent: Wednesday, March 17, 2010 1:54 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

Perumpamaan yg menarik. Seandainya disekitar korek gas tsb tidak
terdapat faktor-faktor pendukung (tumpukan kertas, bbm, tata kota yg
ndak beres, dll) untuk case satu kampung akhirnya terbakar, maka
kebakaran satu kampung tsb tentunya tidak akan terjadi. Seperti  
halnya

kick and loss, korek gas yg meledak adalah suatu resiko operasi tapi
tidak semua kasus korek gas meledak menyebabkan kebarakan satu  
kampung
atau kecelakaan/bencana fatal lain. Setuju untuk perlu dipahami  
trigger,

sub-trigger dan faktor2x pendukung tetapi tidak berarti satu dengan
lainnya dapat dipisahkan dalam melakukan root cause analysis.

-HendroHS

-Original Message-
From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com]
Sent: Tuesday, March 16, 2010 2:23 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

Pak Bambang,

Mohon maaf jika saya berpendapat beda dengan keterangan dan hitung2an
bapak
di bawah ini. Menurut saya, kemungkinan tidak ada yang salah dengan
hitungan
tersebut dan juga paper yang mengatakan bahwa volume Lusi 150x Kujung
properties (page 15 Lusi controversy..). Mungkin logikanya saja yang
menurut
saya kurang tepat.

Akar kunci dari perdebatan Lusi ada di faktor apa yang mentrigger?  
Jadi

kata
kuncinya adalah TRIGGER.

Kita pasti sangat familiar dengan kasus di kehidupan sehari-hari  
dimana

di
Indonesia ini sangat rentan terhadap kebakaran. Ada suatu deretan
perumahan
yang terkadang habis terbakar api dalam waktu lebih dari 6jam. Yang
terbakar
pun tidak tanggung2, kadang deretan rumah, kadang juga 1 pasar.  
Setelah
polisi melakukan olah TKP, disimpulkan bahwa kebakaran tersebut  
ternyata

'hanya' dipicu (di TRIGGER) oleh meledaknya 1 buah korek gas saja
(bahasa
Sunda disebut bensin). 'Bensin' meledak lalu menimbulkan sedikit
percikan
api, lalu disekitarnya banyak tumpukan kertas dan juga BBM. Ditambah
beberapa rumah sangat banyak menggunakan material dari kayu.

Tidak ada yang aneh dan semua bisa dijelaskan/diterima oleh logika  
semua

orang. Kalau dipikir, berapa volume bahan bakar yang di 'bensin'
tersebut

RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-18 Terurut Topik Firman Fauzi
Pak Bambang, selamat pagi.
 
Ada beberapa pertanyaan yg saya ajukan hari kamis minggu yll berkenaan dengan 
respon Pak Bambang terhadap e-mail Pak ADB. Mungkin karena rentetan kesibukan 
maka e-mail saya terlewat atau belum sempat direspon. Untuk itu mohon tanggapan 
atas pertanyaan2 tsb (di bawah ini) karena di beberapa poin saya masih belum 
memiliki skema aktual tentang kronologi hal yg bersangkutan tersebut. 
 
Dan ada satu pertanyaan tambahan yang sebenarnya perluasan atas pertanyaan saya 
yang nomor 6: setelah pemotongan drillpipe akibat stuck apakah dilakukan 
tindakan keep in touch dengan sumur yaitu dengan memasukkan drill pipe baru 
dan sirkulasi? Bagaimana kondisi / kelakuan sumur setelah drillpipe dipotong? 
Apakah kick ataukah loss? Kapankah terjadinya semburan lumpur pertama yg 
berjarak 150 m dari BJP-1? Apakah sebelum pemotongan drillpipe ataukah setelah 
pemotongan drillpipe? Setelah itu seingat saya rig di-release dari sumur. 
Kapankah rig tersebut di-release dan pertimbangan apa yang menyebabkan diambil 
keputusan untuk me-release rig dari sumur?
 
Demikian tambahan pertanyaannya segitu dulu Pak. Saya yakin bila pertanyaan2 
ini terjawab maka akan lebih menguatkan argumentasi tentang kemungkinan gempa 
adalah penyebab semburan LUSI (atau mungkin sebaliknya?)
 
Trims sebelumnya Pak Bambang.
 
Salam hangat,
FF

--- On Thu, 11/3/10, Firman Fauzi geafi...@yahoo.co.uk wrote:


From: Firman Fauzi geafi...@yahoo.co.uk
Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
To: iagi-net@iagi.or.id
Date: Thursday, 11 March, 2010, 8:07


Pak Bambang, selamat pagi.
 
Saya suka sekali mengikuti diskusi ini. Dan saya masih sangat concern untuk 
melihat real data yg ada, mudah2an ada inisiasi dari IAGI untuk mengupayakan 
perizinan, karena bagaimanapun badan tertentu akan lebih mudah mendapatkan 
akses daripada orang per orang. Jika pun IAGI kesulitan orang untuk mengurus 
hal ini saya siap jadi volunteer atas nama IAGI untuk mengurusnya. Trims.
 
Mengenai posting Pak Bambang di bawah ini, ada beberapa pertanyaan yg ingin 
saya ajukan:
1. Dikatakan sebelumnya bahwa kick terjadi sehari setelah loss (loss terjadi 
saat posisi bit di 9297). Berarti loss sudah dapat diatasi lebih dulu sebelum 
kick. Pertanyaannya berapa lama tepatnya loss dapat diatasi dan apakah sumur 
dapat kembali melakukan sirkulasi normal?
2. Kick yg terjadi keesokan harinya itu menurut Pak Bambang disebabkan oleh 
apa? Pada saat kick apa yg sedang dilakukan? Dan posisi mata bor di kedalaman 
berapa Pak? Apakah kick terjadi pada saat dilakukan penarikan mata bor ke 
permukaan?
3. Kick dapat terkontrol 40 menit kemudian apakah dengan menaikkan berat lumpur 
Pak?
4. Setelah kick dapat teratasi kemudian operasi apa yg dilakukan sebelum mata 
bor mengalami stuck? Menurut Pak Bambang stuck yg terjadi apakah karena 
differential sticking ataukah karena runtuhan?
5. Seingat saya setelah terjadi stuck dilakukan pemotongan drill pipe (saya 
lupa istilahnya, back off ya Pak). Bagaimana kondisi sumur setelah pemotongan 
dilakukan? Apakah masih bisa dilakukan komunikasi antara rig floor dengan sumur 
waktu itu dengan memasukkan mata bor dan drill pipe baru waktu itu? Apa yang 
terjadi setelah pemotongan dilakukan?
6. Kapan tepatnya rekahan di dekat drillpipe rack terjadi? (saya pernah lihat 
fotonya).
 
Sementara itu dulu Pak Bambang. Mohon maaf jika pertanyaannya terlalu banyak. 
Saya hanya ingin mendapatkan skema yg sahih, kronologi yg tepat mengenai 
kejadian LUSI, agar saya bisa nyambung dengan diskusi ini.
 
Salam hangat,
FF

--- On Wed, 10/3/10, Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com wrote:


From: Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com
Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
To: iagi-net@iagi.or.id
Date: Wednesday, 10 March, 2010, 13:14


Cak Yayang, mein brur,.. Sangat menarik statementnya dimana LUSI adalah
mud volcano dari mud diapirsm yang pada awalnya dipicu oleh underground
blowout-UGBO .

kita perlu mendefinisikan apa yang dimaksud dengan UGBO yang disebabkan
oleh pemboran; dan, bagaimana tekanan dalam sumur, lalu, proses terjadi
fractures dan breach sampai kepermukaan. 

1. Pertama, harus adanya 'uncontrolled kick', suatu kick besar yang
tidak bisa diatasi.
2. Adanya tekanan tinggi yang melebihi fracture pressure dilapisan yang
terlemah, lazimnya di casing shoe terdalam, sehingga tercipta fracture
didalam sumur.
3. Adanya 'drive mechanism' yang besar sehingga fluida mengalir kedalam
sumur dari lapisan yang bertekanan tinggi dan berlanjut pada proses
pemecahan batuan disumur tersebut. Jadi sumur menjadi bagian dari
proses. Jadi jika terjadi UGBO yang mengakibatkan liquefaction seperti
yang cak Yayang usulkan, seharusnya juga melibatkan sumur itu sendiri
dan harus bisa dan mudah terdeteksi disumur.
4. Adanya 'sustained propagation pressure', tekanan tinggi yang bisa
meneruskan fractures kepermukaan 'breach' dan tetap menahan fracture
agar tetap terbuka. Eg. Kalau melakukan frac job musti ada propantnya
supaya tetap terbuka

RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-17 Terurut Topik Bambang P. Istadi
Pak Natan,

Perbedaan pendapat adalah biasa, malah saya harus berterima kasih karena
terus men-challenge pendapat saya dan teman2 drilling ex-Lapindo.

Analogi yang pak Natan paparkan menarik. Dalam hal ini, apakah korek api
dan bensinnya sebagai pemicu ikut terbakar? Kalam kasus BJP-1 saat
semburan semakin besar, diperkirakan sumur ikut terbakar yaitu lubang
menjadi sangat besar dan fish yang ditinggal akan jatuh, bahkan lokasi
pemboran akan tenggelam seperti kasus2 blowout lainnya

-Original Message-
From: Santoso, Hendro [mailto:hend...@chevron.com] 
Sent: Wednesday, March 17, 2010 1:54 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

Perumpamaan yg menarik. Seandainya disekitar korek gas tsb tidak
terdapat faktor-faktor pendukung (tumpukan kertas, bbm, tata kota yg
ndak beres, dll) untuk case satu kampung akhirnya terbakar, maka
kebakaran satu kampung tsb tentunya tidak akan terjadi. Seperti halnya
kick and loss, korek gas yg meledak adalah suatu resiko operasi tapi
tidak semua kasus korek gas meledak menyebabkan kebarakan satu kampung
atau kecelakaan/bencana fatal lain. Setuju untuk perlu dipahami trigger,
sub-trigger dan faktor2x pendukung tetapi tidak berarti satu dengan
lainnya dapat dipisahkan dalam melakukan root cause analysis.

-HendroHS

-Original Message-
From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com] 
Sent: Tuesday, March 16, 2010 2:23 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

Pak Bambang,

Mohon maaf jika saya berpendapat beda dengan keterangan dan hitung2an
bapak
di bawah ini. Menurut saya, kemungkinan tidak ada yang salah dengan
hitungan
tersebut dan juga paper yang mengatakan bahwa volume Lusi 150x Kujung
properties (page 15 Lusi controversy..). Mungkin logikanya saja yang
menurut
saya kurang tepat.

Akar kunci dari perdebatan Lusi ada di faktor apa yang mentrigger? Jadi
kata
kuncinya adalah TRIGGER.

Kita pasti sangat familiar dengan kasus di kehidupan sehari-hari dimana
di
Indonesia ini sangat rentan terhadap kebakaran. Ada suatu deretan
perumahan
yang terkadang habis terbakar api dalam waktu lebih dari 6jam. Yang
terbakar
pun tidak tanggung2, kadang deretan rumah, kadang juga 1 pasar. Setelah
polisi melakukan olah TKP, disimpulkan bahwa kebakaran tersebut ternyata
'hanya' dipicu (di TRIGGER) oleh meledaknya 1 buah korek gas saja
(bahasa
Sunda disebut bensin). 'Bensin' meledak lalu menimbulkan sedikit
percikan
api, lalu disekitarnya banyak tumpukan kertas dan juga BBM. Ditambah
beberapa rumah sangat banyak menggunakan material dari kayu.

Tidak ada yang aneh dan semua bisa dijelaskan/diterima oleh logika semua
orang. Kalau dipikir, berapa volume bahan bakar yang di 'bensin'
tersebut,
kenapa mampu membakar beberapa rumah dan dalam waktu yang sangat lama
(jika
dibandingkan dengan volume bahan bakarnya).

Logika inilah yang menurut saya berlaku di kasus Lusi ini, jadi 14ft
tersebut jangan dianggap remeh dan jangan coba diabaikan. Bisa saja
(kalau
saya malah yakin), bahwa logika inilah yang terjadi dikasus Lusi. 14ft
tersebut adalah 'bensin'nya lalu kertas, BBM, dan rumah yang terbuat
dari
kayu beranalog dengan Watukosek fault, Mud Volcano, dan Kalibeng shale.
Maka
terjadilah Lusi yang ditrigger oleh adanya kesalahan pemboran di well
BJP-1
(menembus 14ft unidentified lithology).

Salam,
Natan

On 3/9/10, Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com wrote:

 Pak Natan, pak RDP,...

 Anggaplah 14ft yang samplenya belum sampai permukaan dan tidak bisa
 didiskripsi tersebut adalah porous carbonate, dan kita asumsikan
sebagai
 exposure thickness,.. lalu kita masukkan beberapa parameter lainnya,..

 Flow dimension :
 Well depth = 9297 ft
 Well radius = 0.51 ft (1/2 x 12-1/4)
 Radius of investigation = +50 ft (optimistic value)

 Fluid properties :
 Viscosity = 0.5 cp (water @ high temperature)
 Formation Volume Factor = 1 (water)

 Rock property :
 Permeability = 22.5 mDarcy (perkiraan dari sumur2 existing yang
dianggap
 sebagai high producer well yang bisa memproduksikan 7000 barrel
fluida
 per hari dari karbonat)

 System pressures :
 Reservoir static pressure = 7130 psi (equivalent 14.7 ppg).
 Bottom hole flowing pressure = 4026 psi (minimum value @ zero friction
 loss)

 Lalu coba hitung berapa banyak fluida yang bisa dihasilkan perhari?
 Anggap saja ini sumber airnya, sedangkan lumpurnya berasal dari Upper
 Kalibeng Formation diatasnya, karena nanno dan foram nya berkorelasi
 dengan yang yang keluar dari pusat semburan LUSI. Anggap saja
komposisi
 air 70% pada awal2 semburan.  Berapa rate air yang didapat dari
formasi
 karbonat ini? Matching ngga dengan debit lumpur yang keluar selama
 hampir 4 tahun ini? Dulu debit lumpur hampir 1 juta barel per hari,
sama
 dengan produksi minyak Indonesia. Perlu diingat saat re-entry BJP-1
mau
 melewati/mendorong/menarik fish disumur yang dianggap berproduksi 1
 juta barel saja tidak bisa,... seharusnya diameter lubang sumur sudah
 sangat besar.

 Soal loss dan asumsi adanya

RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-17 Terurut Topik Bambang P. Istadi
Maaf, kepencet,.. saya sambung lagi dibawah

Pak Natan,

Perbedaan pendapat adalah biasa, malah saya harus berterima kasih karena
terus men-challenge pendapat saya dan teman2 drilling ex-Lapindo.

Analogi yang pak Natan paparkan menarik. Dalam hal ini, apakah korek api
dan bensinnya sebagai pemicu ikut terbakar? Kalam kasus BJP-1 saat
semburan semakin besar, diperkirakan sumur ikut terbakar yaitu lubang
menjadi sangat besar dan fish yang ditinggal akan jatuh, bahkan lokasi
pemboran akan tenggelam seperti kasus2 blowout lainnya.  Namun
kenyataannya tidak begitu,.. bahkan korek dan bensin nya tidak ikut
terbakar, fishnya pun tidak bergeming dan tidak jatuh, tidak ada flow
behind casing dll.
 
Kalau saya boleh saran, pak Natan kan sudah baca paper kami, nah
sekarang tinggal buat paper sanggahan saja. Kalau perlu data2, termasuk
masterlog yang pak Natan masalahkan, silahkan datang ke Lapindo, soal
perizinan akan dibantu.

Terima kasih atas peer review-nya pak.

Salam,
Bambang 


-Original Message-
From: Santoso, Hendro [mailto:hend...@chevron.com] 
Sent: Wednesday, March 17, 2010 1:54 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

Perumpamaan yg menarik. Seandainya disekitar korek gas tsb tidak
terdapat faktor-faktor pendukung (tumpukan kertas, bbm, tata kota yg
ndak beres, dll) untuk case satu kampung akhirnya terbakar, maka
kebakaran satu kampung tsb tentunya tidak akan terjadi. Seperti halnya
kick and loss, korek gas yg meledak adalah suatu resiko operasi tapi
tidak semua kasus korek gas meledak menyebabkan kebarakan satu kampung
atau kecelakaan/bencana fatal lain. Setuju untuk perlu dipahami trigger,
sub-trigger dan faktor2x pendukung tetapi tidak berarti satu dengan
lainnya dapat dipisahkan dalam melakukan root cause analysis.

-HendroHS

-Original Message-
From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com] 
Sent: Tuesday, March 16, 2010 2:23 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

Pak Bambang,

Mohon maaf jika saya berpendapat beda dengan keterangan dan hitung2an
bapak
di bawah ini. Menurut saya, kemungkinan tidak ada yang salah dengan
hitungan
tersebut dan juga paper yang mengatakan bahwa volume Lusi 150x Kujung
properties (page 15 Lusi controversy..). Mungkin logikanya saja yang
menurut
saya kurang tepat.

Akar kunci dari perdebatan Lusi ada di faktor apa yang mentrigger? Jadi
kata
kuncinya adalah TRIGGER.

Kita pasti sangat familiar dengan kasus di kehidupan sehari-hari dimana
di
Indonesia ini sangat rentan terhadap kebakaran. Ada suatu deretan
perumahan
yang terkadang habis terbakar api dalam waktu lebih dari 6jam. Yang
terbakar
pun tidak tanggung2, kadang deretan rumah, kadang juga 1 pasar. Setelah
polisi melakukan olah TKP, disimpulkan bahwa kebakaran tersebut ternyata
'hanya' dipicu (di TRIGGER) oleh meledaknya 1 buah korek gas saja
(bahasa
Sunda disebut bensin). 'Bensin' meledak lalu menimbulkan sedikit
percikan
api, lalu disekitarnya banyak tumpukan kertas dan juga BBM. Ditambah
beberapa rumah sangat banyak menggunakan material dari kayu.

Tidak ada yang aneh dan semua bisa dijelaskan/diterima oleh logika semua
orang. Kalau dipikir, berapa volume bahan bakar yang di 'bensin'
tersebut,
kenapa mampu membakar beberapa rumah dan dalam waktu yang sangat lama
(jika
dibandingkan dengan volume bahan bakarnya).

Logika inilah yang menurut saya berlaku di kasus Lusi ini, jadi 14ft
tersebut jangan dianggap remeh dan jangan coba diabaikan. Bisa saja
(kalau
saya malah yakin), bahwa logika inilah yang terjadi dikasus Lusi. 14ft
tersebut adalah 'bensin'nya lalu kertas, BBM, dan rumah yang terbuat
dari
kayu beranalog dengan Watukosek fault, Mud Volcano, dan Kalibeng shale.
Maka
terjadilah Lusi yang ditrigger oleh adanya kesalahan pemboran di well
BJP-1
(menembus 14ft unidentified lithology).

Salam,
Natan

On 3/9/10, Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com wrote:

 Pak Natan, pak RDP,...

 Anggaplah 14ft yang samplenya belum sampai permukaan dan tidak bisa
 didiskripsi tersebut adalah porous carbonate, dan kita asumsikan
sebagai
 exposure thickness,.. lalu kita masukkan beberapa parameter lainnya,..

 Flow dimension :
 Well depth = 9297 ft
 Well radius = 0.51 ft (1/2 x 12-1/4)
 Radius of investigation = +50 ft (optimistic value)

 Fluid properties :
 Viscosity = 0.5 cp (water @ high temperature)
 Formation Volume Factor = 1 (water)

 Rock property :
 Permeability = 22.5 mDarcy (perkiraan dari sumur2 existing yang
dianggap
 sebagai high producer well yang bisa memproduksikan 7000 barrel
fluida
 per hari dari karbonat)

 System pressures :
 Reservoir static pressure = 7130 psi (equivalent 14.7 ppg).
 Bottom hole flowing pressure = 4026 psi (minimum value @ zero friction
 loss)

 Lalu coba hitung berapa banyak fluida yang bisa dihasilkan perhari?
 Anggap saja ini sumber airnya, sedangkan lumpurnya berasal dari Upper
 Kalibeng Formation diatasnya, karena nanno dan foram nya berkorelasi
 dengan yang yang keluar dari pusat semburan

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-17 Terurut Topik Awang Satyana

Atau kalau mau membalikkan kembali kepada contoh yang ada juga
di paper tersebut adalah, didaerah sekitar Lusi banyak Mud Volcano, tetapi
kenapa hanya MV Lusi saja yang erupted. Kejadiaan yang lokal dan spesifik,
dalam kasus ini yaitu di well BJP-1 tidak harus sama dengan kejadian2 di
sekitarnya.
 
Natan,
 
Sepanjang Watukosek Fault dari Penanggungan sampai 50 km ke arah TL banyak 
mudvolcano : yang lahir 2006 - Lusi, mudvolcano tua yang saat ini ada di stage 
4 atau 5 (collapsed structures) - Porong, Kalanganyar, Pulungan, Gununganyar. 
Sesar Watukosek juga mungkin menyebrang sampai Bangkalan Madura, di situ di 
kelurusannya dengan Gununganyar ada beberapa mud volcano : Socah, Gunungsening, 
Gunungbugag. 
 
Semua mudvolcano tua tersebut telah mengerupsikan lumpurnya. Kapan ? Bisa dicek 
di dokumen2 sejarah (kadang2 tertulis sebagai kronik sejarah, misalnya di 
Pararaton yang mencatat letusan Gununganyar pada sekitar abad ke-12,  yang juga 
mencatat letusan Denanyar dan Redianyar di wilayah Canggu, Jombang ex 
Majapahit; timing letusan dan collapse-nya juga bisa dicek di penampang seismik.
 
Saat Watukosek Fault tereaktivasi, yang critical di bawah permukaan hanyalah 
subsurface Lusi. Dynamic stress change sebesar 0,005 - 0,01 MPa energi gempa 
yang dipropagasi dari gempa Yogya ke wilayah ini cukup untuk membuat pressure 
release critical mass di bawah Lusi melalui fracturing. Ingat bahwa kedalaman 
fokus gempa di Yogya 10 km, begitu juga propagasinya secara lateral memenuhi 
kolom dari permukaan (yang terukur skala MMI 2-3) sampai kedalaman 10 km di 
bawah Lusi. Fracturing ini berasal dari bawah yang naik ke atas dan sangat 
mungkin sebuah fissure masuk ke BJP-1 yang lalu diindikasi partial lalu total 
loss.
 
Saya justru menggunakan analogi Natan tentang sebatang korek gas yang 
menyebabkan kebakaran kampung untuk hal yang sama yang sering dikritik orang 
bahwa gempa Yogya terlalu jauh dan terlalu kecil untuk melahirkan Lusi di 
Sidoarjo (kritik ini mestinya telah gugur oleh paper Mori dan Kano, 2009). Apa 
yang kecil di bawah telah menyebabkan yang besar di atas -persis seperti 
adagium Chaos theory (butterfly effect).
 
Mengapa gunung2lumpur tua tak meletus lagi - jawaban sederhana saja : 
pressure-nya telah release ratusan, ribuan atau sekitar 1 juta tahun yang lalu. 
Susah sekali membangkitkan pressure yang telah released, tak ada materi lagi 
buat diletuskannya. Meskipun demikian, saat Lusi awal menyembur, gununglumpur 
tua Kalanganyar, Pulungan dan Gununganyar meleleh lagi mengeluarkan seeps 
lumpur dan gas bubble, mudah dipahami sebab Watukosek Fault di bawahnya 
bergoyang.
 
Barangkali suatu waktu kita perlu melakukan fieldtrip mudvolcanoes Kendeng Deep 
dan fokuskan di Watukosek Fault, bahwa memahami Lusi harus holistik, tak bisa 
hanya mengarahkan mata ke BJP-1. Kita tak bisa menafikan data geologi regional 
di sini. Tentu saja pengeboran BJP-1 pada saat yang bersamaan wajar sekali 
dicurigai; tetapi mari kita melakukan analisis secara holistik, lihat ke 
sekelilingnya, lihat ke waktu2 peristiwa geologi (cq gempa Yogya) yang secara 
temporal berhubungan sangat erat dengan semua fenomena dinamika fluida baik di 
BJP-1, Lusi, Carat, sumur2 penduduk, gunung2lumpur tua, dsb.
 
Butterfly effect : kepak sayap kupu-kupu di Brazil telah menyebabkan badai di 
Texas  (Edward Lorenz, Chaos Theory, 1961)
 
salam,
Awang
 

--- Pada Sel, 16/3/10, Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com menulis:


Dari: Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com
Judul: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Cc: Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com, Eksplorasi BPMIGAS 
eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com, Forum HAGI fo...@hagi.or.id, Harry 
Eddyarso harr...@cbn.net.id, m...@bdg.centrin.net.id
Tanggal: Selasa, 16 Maret, 2010, 3:35 PM


Dear IAGI netters..

Setelah saya membaca paper yang Pak Bambang P. Istadi sarankan (paper
dikirimkan langsung  japri oleh Pak Sawolo), ada beberapa hal yang cukup
menarik untuk dikritisi.

1. Dalam kedua paper tersebut sama sekali tidak ada 1 ft pun lay
out/cropping dari Masterlog sumur tersebut. Menurut saya ini sangat2 patut
untuk dikritisi. Karena Masterlog adalah dasar dan hasil dari pemboran suatu
sumur. Kalaupun memang dilarang oleh aturan, mungkin bisa dimintakan ijin
minimal untuk 'hanya' menampilkan 50ft atau sejelek-jeleknya 20ft interval
sebelum TD. Lebih baik lagi jika ada lay out Masterlog di daerah2 yang
penting, yaitu sekitar casing shoe, lalu stuck interval, dan  yang paling
penting tentu saja di interval dekat2 TD.

2. LOT result, menurut saya yang paling reliable adalah dari DDR. Karena
coman pasti sangat concern dengan hal ini, dan kemungkinannya sangat kecil
akan terjadi kesalahan reporting dari nilai LOT ini di DDR. Seumur saya
melihat DDR, belum pernah saya dapati ada kesalahan reporting dari LOT value
di DDR. Jadi seharusnya, ditampilkan juga scan dari DDR yang menstate nilai
LOT.

3. Stuck yang terjadi disimpulkan sebagai Differentialy Stuck

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-16 Terurut Topik Nataniel Mangiwa
 yang penting.
 13.   Saya tak pernah menyebutkan bahwa gempa Yogya adalah penyebab Lusi,
 beberapa teman telah salah duga tentang hal ini; penyebab Lusi adalah
 sistemnya yang merupakan elisional critical venting system, sementara
 reaktivasi Sesar Watukosek yang dipicu gempa Yogya adalah trigger utama yang
 membuat naturally prepared system tersebut bererupsi karena telah terjadi
 dynamic fluid stress change yang signifikan atasnya.
 14.   UGBO yang diduga terjadi di BJP-1 lalu menimbulkan Lusi mud volcano
 eruption seperti dianut oleh beberapa penulis (Davies et al., 2006, Davies
 et al., 2008; Tingay et al., 2008) dan beberapa teman di milis ini sangat
 patut dipertanyakan baik dari (1) segi keabsahan analisis drilling (seperti
 diargumentasi oleh Sawolo et al, 2009, 2010; Nawangsidi, 2007 dan beberapa
 teman yang aktif di milis ini -lihat argumentasi2 Pak Bambang Istadi) dan
 (2) data geologi regional sekeliling Lusi (lihat butir-butir diskusi saya di
 atas). Analisis drilling dan data geologi regional tidak menunjukkan UGBO
 (bila ada) signifikan memicu erupsi Lusi. Bila UGBO di BJP-1 tidak ada, maka
 tak perlu lagi melibatkan BJP-1 sebagai pemicu Lusi. .
 15.   Secara umum, diketahui bahwa kejadian mud volcanoes berhubungan
 dengan sesar-sesar di active tectonic setting (Brown, 1980; Kopf, 2002,
 2008; Bonini, 2007). Lusi memenuhi kondisi ini, ia terletak di Sesar
 Watukosek di wilayah tektonik yang aktif (beberapa jalur antiklin di wilayah
 Sidoarjo bahkan bergerak dalam satu malam sampai ke permukaan yang
 menyebabkan sebuah aliran sungai berubah alurnya –lihat bencana Banyu Pindah
 di Serat Pararaton yang terjadi pada zaman Airlangga memerintah Kahuripan
 –Satyana dan Asnidar, 2008).
 16.   Natural process fracture propagation dan fluidisasi dapat
 diakselerasi oleh aktivitas seismic. Goncangan gempa dapat membentuk
 fracture yang akan menjadi free pathways untuk deeper fluids naik ke
 permukaan. Banyak sekali publikasi yang mendokumentasikan bahwa aktivitas
 seismic menggiatkan atau memicu aktivitas geyser, methane emission, magmatic
 volcanoes dan mud volcanoes (Chigira dan Tanaka, 1997; Guliev dan
 Feizullayev, 1997; Linde dan Sacks, 1998; Delisle et al, 2002; Hieke, 2004;
 Nakamukae et al, 2004; Manga dan Brodsky, 2006; Ellouz-Zimmermann et al,
 2007; Lemarchand dan Grasso, 2007; Mau et al, 2007; Mellors et al, 2007;
 Walter dan Amelung, 2007; Judd dan Hovland, 2007; Mazzini et al., 2008;
 Eggert dan Walter, 2009; Manga, 2009; Mazzini et al, 2009).

 Demikian, semoga membantu memberikan penjelasan.
 Salam,
 Awang


 --- Pada Ming, 14/3/10, MINARWAN minarw...@gmail.com menulis:



 Dari: MINARWAN minarw...@gmail.com
 Judul: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
 Kepada: iagi-net@iagi.or.id

 Tanggal: Minggu, 14 Maret, 2010, 11:11 PM



 Saat sedang memikirkan rel kereta api yang bengkok (salah satu bukti
 reaktivasi Sesar Watukosek), secara iseng-iseng, saya mencari berita
 mengenai kejadian ini dan mendapatkan tautan berikut:
 http://www.suaramerdeka.com/harian/0609/28/nas01.htm

 Foto yang terpampang di situs di atas menurut hemat saya adalah foto
 yang hampir sama dengan foto yang dipasang di Mazzini et al (2007) -
 EPSL 261, 375-388. Saya lihat tanggalnya, tanggal 27. Gempa Jogja yang
 konon telah mereaktivasi sesar Watukosek juga terjadi pada tanggal
 yang sama. Tapi lho, beritanya itu dimuat pada bulan September,
 sedangkan gempanya kan bulan Mei?

 Jadi, ada selang waktu 4 bulan, di mana tidak ada yang sadar bahwa rel
 kereta itu telah bengkok, tidak ada laporan gangguan dan kereta api
 jurusan Surabaya-Malang-Blitar lewat seperti biasa setiap hari mungkin
 beberapa kali, sampai akhirnya lengkungan rel menjadi parah karena
 pergerakan tanah yang membuat rel bengkok. Bagaimana ini Pak Masinis
 selama 4 bulan kok tidak melihat posisi relnya sudah berubah?

 Berlanjut ke komposisi magma Merapi dan Semeru, yang membuat kedua
 gunung api ini merespon gempa Jogja secara bersamaan walaupun jaraknya
 berbeda dari pusat gempa, saya sudah memberikan 3 referensi, di mana
 mereka menggunakan XRF untuk menganalisis kandungan SiO2, yang
 menyimpulkan Semeru dan Merapi adalah sama-sama gunung api andesit
 basaltik. Komentar saya mengenai topik ini saya rasa sudah cukup,
 selebihnya saya serahkan kepada para volcanologist yang lebih tahu
 daripada saya untuk berkomentar.

 Sampai sejauh ini, saat kita mendiskusikan kaitan gempa dan aktivitas
 gunung api, kita selalu tidak mengikutsertakan faktor tambahan magma
 baru ke dapur magma (Sparks et al, 1977 di dalam Manga dan Brodsky,
 2006). Padahal, Merapi dan Semeru telah aktif sebelum gempa Jogja
 terjadi, dengan kata lain, tekanan di dapur magma sudah meningkat
 sehingga ada yang harus dikeluarkan lewat lubang kepundan. Dengan
 menggunakan analogi proses yang sama antara gunung api dan gunung
 lumpur (walaupun yang satu adalah magma sedangkan yang lain adalah
 lumpur), kita bisa mempertanyakan, ada tambahan tekanan apa dan dari
 mana di sekitar sumur BPJ/BJP-1

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-16 Terurut Topik Nataniel Mangiwa
Pak Bambang,

Mohon maaf jika saya berpendapat beda dengan keterangan dan hitung2an bapak
di bawah ini. Menurut saya, kemungkinan tidak ada yang salah dengan hitungan
tersebut dan juga paper yang mengatakan bahwa volume Lusi 150x Kujung
properties (page 15 Lusi controversy..). Mungkin logikanya saja yang menurut
saya kurang tepat.

Akar kunci dari perdebatan Lusi ada di faktor apa yang mentrigger? Jadi kata
kuncinya adalah TRIGGER.

Kita pasti sangat familiar dengan kasus di kehidupan sehari-hari dimana di
Indonesia ini sangat rentan terhadap kebakaran. Ada suatu deretan perumahan
yang terkadang habis terbakar api dalam waktu lebih dari 6jam. Yang terbakar
pun tidak tanggung2, kadang deretan rumah, kadang juga 1 pasar. Setelah
polisi melakukan olah TKP, disimpulkan bahwa kebakaran tersebut ternyata
'hanya' dipicu (di TRIGGER) oleh meledaknya 1 buah korek gas saja (bahasa
Sunda disebut bensin). 'Bensin' meledak lalu menimbulkan sedikit percikan
api, lalu disekitarnya banyak tumpukan kertas dan juga BBM. Ditambah
beberapa rumah sangat banyak menggunakan material dari kayu.

Tidak ada yang aneh dan semua bisa dijelaskan/diterima oleh logika semua
orang. Kalau dipikir, berapa volume bahan bakar yang di 'bensin' tersebut,
kenapa mampu membakar beberapa rumah dan dalam waktu yang sangat lama (jika
dibandingkan dengan volume bahan bakarnya).

Logika inilah yang menurut saya berlaku di kasus Lusi ini, jadi 14ft
tersebut jangan dianggap remeh dan jangan coba diabaikan. Bisa saja (kalau
saya malah yakin), bahwa logika inilah yang terjadi dikasus Lusi. 14ft
tersebut adalah 'bensin'nya lalu kertas, BBM, dan rumah yang terbuat dari
kayu beranalog dengan Watukosek fault, Mud Volcano, dan Kalibeng shale. Maka
terjadilah Lusi yang ditrigger oleh adanya kesalahan pemboran di well BJP-1
(menembus 14ft unidentified lithology).

Salam,
Natan

On 3/9/10, Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com wrote:

 Pak Natan, pak RDP,...

 Anggaplah 14ft yang samplenya belum sampai permukaan dan tidak bisa
 didiskripsi tersebut adalah porous carbonate, dan kita asumsikan sebagai
 exposure thickness,.. lalu kita masukkan beberapa parameter lainnya,..

 Flow dimension :
 Well depth = 9297 ft
 Well radius = 0.51 ft (1/2 x 12-1/4)
 Radius of investigation = +50 ft (optimistic value)

 Fluid properties :
 Viscosity = 0.5 cp (water @ high temperature)
 Formation Volume Factor = 1 (water)

 Rock property :
 Permeability = 22.5 mDarcy (perkiraan dari sumur2 existing yang dianggap
 sebagai high producer well yang bisa memproduksikan 7000 barrel fluida
 per hari dari karbonat)

 System pressures :
 Reservoir static pressure = 7130 psi (equivalent 14.7 ppg).
 Bottom hole flowing pressure = 4026 psi (minimum value @ zero friction
 loss)

 Lalu coba hitung berapa banyak fluida yang bisa dihasilkan perhari?
 Anggap saja ini sumber airnya, sedangkan lumpurnya berasal dari Upper
 Kalibeng Formation diatasnya, karena nanno dan foram nya berkorelasi
 dengan yang yang keluar dari pusat semburan LUSI. Anggap saja komposisi
 air 70% pada awal2 semburan.  Berapa rate air yang didapat dari formasi
 karbonat ini? Matching ngga dengan debit lumpur yang keluar selama
 hampir 4 tahun ini? Dulu debit lumpur hampir 1 juta barel per hari, sama
 dengan produksi minyak Indonesia. Perlu diingat saat re-entry BJP-1 mau
 melewati/mendorong/menarik fish disumur yang dianggap berproduksi 1
 juta barel saja tidak bisa,... seharusnya diameter lubang sumur sudah
 sangat besar.

 Soal loss dan asumsi adanya kick,.. silahkan datang ke Lapindo dan
 periksa data2 drilling dan real time chart,.. soal perizinan BPMIGAS dan
 MIGAS, nanti saya bantu urus deh,.. gimana?? Makin asik niih
 diskusinya,..

 Wass.

 Bambang




 -Original Message-
 From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com]
 Sent: Tuesday, March 09, 2010 3:30 PM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI


 2010/3/9 Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com:
  Pak Nyoto..terimakasih untuk pencerahannya. Ternyata 14ft interval
 mulai
  dari 9284, 9285, 9286, 9287, 9288, 9289, 9290, 9291, 9292, 9293, 9294,
 9295,
  9296 dan 9297ft itu batuannya hanya 'imajinatif' toh. Ngapain
 ngeributin itu
  Kujung atau bukan Kujung..lalu yakin itu masih VS..ternyata semua
 keyakinan
  tsb hanya bermodalkan imajinasi..bukan data yah. Atau mungkin kalau
 sudah
  'senior/experienced banget' boleh yah yakin terhadap imajinasi?
 Menurut
  saya, tidak ada 1 manusia pun yang tahu formasi di TD apa jika tidak
 ada
  cutting/logging.

 Gimana dapet cutting ? kalau ada cuttingnya saya malah curiga itu
 cutting palsu !
 Lah sesuai cerita Pak Bambang Istadi yang mendapati adanya gejala loss
 pada saat drilling. Jadi cutting terakhir ya bablas wes-ewes masuk ke
 formasi ikut-ikutan dengan lumpur pemborannya. Kalau toh ada sisanya
 pasti sudah ga akurat lagi sumbernya.
 Davies mengatakan Kick sedangnya Pak BI mengatakan loss. Konon menurut
 drilling engineer, setiap loss sering diikuti gain. Dan kalau

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-16 Terurut Topik yudi purnama
 ? Berarti, ada trigger lainnya ? Itu mungkin saja,  saya tak
 pernah menutup kemungkinan trigger lain, tetapi kalau pun ada, tak akan
 merupakan trigger yang penting.
 13.   Saya tak pernah menyebutkan bahwa gempa Yogya adalah penyebab Lusi,
 beberapa teman telah salah duga tentang hal ini; penyebab Lusi adalah
 sistemnya yang merupakan elisional critical venting system, sementara
 reaktivasi Sesar Watukosek yang dipicu gempa Yogya adalah trigger utama yang
 membuat naturally prepared system tersebut bererupsi karena telah terjadi
 dynamic fluid stress change yang signifikan atasnya.
 14.   UGBO yang diduga terjadi di BJP-1 lalu menimbulkan Lusi mud volcano
 eruption seperti dianut oleh beberapa penulis (Davies et al., 2006, Davies
 et al., 2008; Tingay et al., 2008) dan beberapa teman di milis ini sangat
 patut dipertanyakan baik dari (1) segi keabsahan analisis drilling (seperti
 diargumentasi oleh Sawolo et al, 2009, 2010; Nawangsidi, 2007 dan beberapa
 teman yang aktif di milis ini -lihat argumentasi2 Pak Bambang Istadi) dan
 (2) data geologi regional sekeliling Lusi (lihat butir-butir diskusi saya di
 atas). Analisis drilling dan data geologi regional tidak menunjukkan UGBO
 (bila ada) signifikan memicu erupsi Lusi. Bila UGBO di BJP-1 tidak ada, maka
 tak perlu lagi melibatkan BJP-1 sebagai pemicu Lusi. .
 15.   Secara umum, diketahui bahwa kejadian mud volcanoes berhubungan
 dengan sesar-sesar di active tectonic setting (Brown, 1980; Kopf, 2002,
 2008; Bonini, 2007). Lusi memenuhi kondisi ini, ia terletak di Sesar
 Watukosek di wilayah tektonik yang aktif (beberapa jalur antiklin di wilayah
 Sidoarjo bahkan bergerak dalam satu malam sampai ke permukaan yang
 menyebabkan sebuah aliran sungai berubah alurnya –lihat bencana Banyu Pindah
 di Serat Pararaton yang terjadi pada zaman Airlangga memerintah Kahuripan
 –Satyana dan Asnidar, 2008).
 16.   Natural process fracture propagation dan fluidisasi dapat
 diakselerasi oleh aktivitas seismic. Goncangan gempa dapat membentuk
 fracture yang akan menjadi free pathways untuk deeper fluids naik ke
 permukaan. Banyak sekali publikasi yang mendokumentasikan bahwa aktivitas
 seismic menggiatkan atau memicu aktivitas geyser, methane emission, magmatic
 volcanoes dan mud volcanoes (Chigira dan Tanaka, 1997; Guliev dan
 Feizullayev, 1997; Linde dan Sacks, 1998; Delisle et al, 2002; Hieke, 2004;
 Nakamukae et al, 2004; Manga dan Brodsky, 2006; Ellouz-Zimmermann et al,
 2007; Lemarchand dan Grasso, 2007; Mau et al, 2007; Mellors et al, 2007;
 Walter dan Amelung, 2007; Judd dan Hovland, 2007; Mazzini et al., 2008;
 Eggert dan Walter, 2009; Manga, 2009; Mazzini et al, 2009).

 Demikian, semoga membantu memberikan penjelasan.
 Salam,
 Awang


 --- Pada Ming, 14/3/10, MINARWAN minarw...@gmail.com menulis:



 Dari: MINARWAN minarw...@gmail.com
 Judul: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
 Kepada: iagi-net@iagi.or.id

 Tanggal: Minggu, 14 Maret, 2010, 11:11 PM



 Saat sedang memikirkan rel kereta api yang bengkok (salah satu bukti
 reaktivasi Sesar Watukosek), secara iseng-iseng, saya mencari berita
 mengenai kejadian ini dan mendapatkan tautan berikut:
 http://www.suaramerdeka.com/harian/0609/28/nas01.htm

 Foto yang terpampang di situs di atas menurut hemat saya adalah foto
 yang hampir sama dengan foto yang dipasang di Mazzini et al (2007) -
 EPSL 261, 375-388. Saya lihat tanggalnya, tanggal 27. Gempa Jogja yang
 konon telah mereaktivasi sesar Watukosek juga terjadi pada tanggal
 yang sama. Tapi lho, beritanya itu dimuat pada bulan September,
 sedangkan gempanya kan bulan Mei?

 Jadi, ada selang waktu 4 bulan, di mana tidak ada yang sadar bahwa rel
 kereta itu telah bengkok, tidak ada laporan gangguan dan kereta api
 jurusan Surabaya-Malang-Blitar lewat seperti biasa setiap hari mungkin
 beberapa kali, sampai akhirnya lengkungan rel menjadi parah karena
 pergerakan tanah yang membuat rel bengkok. Bagaimana ini Pak Masinis
 selama 4 bulan kok tidak melihat posisi relnya sudah berubah?

 Berlanjut ke komposisi magma Merapi dan Semeru, yang membuat kedua
 gunung api ini merespon gempa Jogja secara bersamaan walaupun jaraknya
 berbeda dari pusat gempa, saya sudah memberikan 3 referensi, di mana
 mereka menggunakan XRF untuk menganalisis kandungan SiO2, yang
 menyimpulkan Semeru dan Merapi adalah sama-sama gunung api andesit
 basaltik. Komentar saya mengenai topik ini saya rasa sudah cukup,
 selebihnya saya serahkan kepada para volcanologist yang lebih tahu
 daripada saya untuk berkomentar.

 Sampai sejauh ini, saat kita mendiskusikan kaitan gempa dan aktivitas
 gunung api, kita selalu tidak mengikutsertakan faktor tambahan magma
 baru ke dapur magma (Sparks et al, 1977 di dalam Manga dan Brodsky,
 2006). Padahal, Merapi dan Semeru telah aktif sebelum gempa Jogja
 terjadi, dengan kata lain, tekanan di dapur magma sudah meningkat
 sehingga ada yang harus dikeluarkan lewat lubang kepundan. Dengan
 menggunakan analogi proses yang sama antara gunung api dan gunung
 lumpur (walaupun yang

RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-16 Terurut Topik Santoso, Hendro
Perumpamaan yg menarik. Seandainya disekitar korek gas tsb tidak
terdapat faktor-faktor pendukung (tumpukan kertas, bbm, tata kota yg
ndak beres, dll) untuk case satu kampung akhirnya terbakar, maka
kebakaran satu kampung tsb tentunya tidak akan terjadi. Seperti halnya
kick and loss, korek gas yg meledak adalah suatu resiko operasi tapi
tidak semua kasus korek gas meledak menyebabkan kebarakan satu kampung
atau kecelakaan/bencana fatal lain. Setuju untuk perlu dipahami trigger,
sub-trigger dan faktor2x pendukung tetapi tidak berarti satu dengan
lainnya dapat dipisahkan dalam melakukan root cause analysis.

-HendroHS

-Original Message-
From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com] 
Sent: Tuesday, March 16, 2010 2:23 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

Pak Bambang,

Mohon maaf jika saya berpendapat beda dengan keterangan dan hitung2an
bapak
di bawah ini. Menurut saya, kemungkinan tidak ada yang salah dengan
hitungan
tersebut dan juga paper yang mengatakan bahwa volume Lusi 150x Kujung
properties (page 15 Lusi controversy..). Mungkin logikanya saja yang
menurut
saya kurang tepat.

Akar kunci dari perdebatan Lusi ada di faktor apa yang mentrigger? Jadi
kata
kuncinya adalah TRIGGER.

Kita pasti sangat familiar dengan kasus di kehidupan sehari-hari dimana
di
Indonesia ini sangat rentan terhadap kebakaran. Ada suatu deretan
perumahan
yang terkadang habis terbakar api dalam waktu lebih dari 6jam. Yang
terbakar
pun tidak tanggung2, kadang deretan rumah, kadang juga 1 pasar. Setelah
polisi melakukan olah TKP, disimpulkan bahwa kebakaran tersebut ternyata
'hanya' dipicu (di TRIGGER) oleh meledaknya 1 buah korek gas saja
(bahasa
Sunda disebut bensin). 'Bensin' meledak lalu menimbulkan sedikit
percikan
api, lalu disekitarnya banyak tumpukan kertas dan juga BBM. Ditambah
beberapa rumah sangat banyak menggunakan material dari kayu.

Tidak ada yang aneh dan semua bisa dijelaskan/diterima oleh logika semua
orang. Kalau dipikir, berapa volume bahan bakar yang di 'bensin'
tersebut,
kenapa mampu membakar beberapa rumah dan dalam waktu yang sangat lama
(jika
dibandingkan dengan volume bahan bakarnya).

Logika inilah yang menurut saya berlaku di kasus Lusi ini, jadi 14ft
tersebut jangan dianggap remeh dan jangan coba diabaikan. Bisa saja
(kalau
saya malah yakin), bahwa logika inilah yang terjadi dikasus Lusi. 14ft
tersebut adalah 'bensin'nya lalu kertas, BBM, dan rumah yang terbuat
dari
kayu beranalog dengan Watukosek fault, Mud Volcano, dan Kalibeng shale.
Maka
terjadilah Lusi yang ditrigger oleh adanya kesalahan pemboran di well
BJP-1
(menembus 14ft unidentified lithology).

Salam,
Natan

On 3/9/10, Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com wrote:

 Pak Natan, pak RDP,...

 Anggaplah 14ft yang samplenya belum sampai permukaan dan tidak bisa
 didiskripsi tersebut adalah porous carbonate, dan kita asumsikan
sebagai
 exposure thickness,.. lalu kita masukkan beberapa parameter lainnya,..

 Flow dimension :
 Well depth = 9297 ft
 Well radius = 0.51 ft (1/2 x 12-1/4)
 Radius of investigation = +50 ft (optimistic value)

 Fluid properties :
 Viscosity = 0.5 cp (water @ high temperature)
 Formation Volume Factor = 1 (water)

 Rock property :
 Permeability = 22.5 mDarcy (perkiraan dari sumur2 existing yang
dianggap
 sebagai high producer well yang bisa memproduksikan 7000 barrel
fluida
 per hari dari karbonat)

 System pressures :
 Reservoir static pressure = 7130 psi (equivalent 14.7 ppg).
 Bottom hole flowing pressure = 4026 psi (minimum value @ zero friction
 loss)

 Lalu coba hitung berapa banyak fluida yang bisa dihasilkan perhari?
 Anggap saja ini sumber airnya, sedangkan lumpurnya berasal dari Upper
 Kalibeng Formation diatasnya, karena nanno dan foram nya berkorelasi
 dengan yang yang keluar dari pusat semburan LUSI. Anggap saja
komposisi
 air 70% pada awal2 semburan.  Berapa rate air yang didapat dari
formasi
 karbonat ini? Matching ngga dengan debit lumpur yang keluar selama
 hampir 4 tahun ini? Dulu debit lumpur hampir 1 juta barel per hari,
sama
 dengan produksi minyak Indonesia. Perlu diingat saat re-entry BJP-1
mau
 melewati/mendorong/menarik fish disumur yang dianggap berproduksi 1
 juta barel saja tidak bisa,... seharusnya diameter lubang sumur sudah
 sangat besar.

 Soal loss dan asumsi adanya kick,.. silahkan datang ke Lapindo dan
 periksa data2 drilling dan real time chart,.. soal perizinan BPMIGAS
dan
 MIGAS, nanti saya bantu urus deh,.. gimana?? Makin asik niih
 diskusinya,..

 Wass.

 Bambang




 -Original Message-
 From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com]
 Sent: Tuesday, March 09, 2010 3:30 PM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI


 2010/3/9 Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com:
  Pak Nyoto..terimakasih untuk pencerahannya. Ternyata 14ft interval
 mulai
  dari 9284, 9285, 9286, 9287, 9288, 9289, 9290, 9291, 9292, 9293,
9294,
 9295,
  9296 dan 9297ft itu batuannya hanya 'imajinatif' toh

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-15 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Sunu,
 
Nomor 1-2 telah diatur dalam Petunjuk Umum Operasi Migas yang dikeluarkan oleh 
Divisi Operasi Lapangan BPMIGAS mengacu kepada petunjuk2 dan regulasi2 dari 
Migas. Penyusunan materi ini juga sudah melibatkan kasus Lusi untuk bahan 
pertimbangan.
 
Nomor 3 wewenang Ditjen Migas, beberapa WK baru post-Lusi di onshore Jawa Timur 
saya lihat masih cukup diminati, artinya kasus Lusi tak terlalu berdampak 
kepada para investor itu.
 
Nomor 4, apa yang dimaksud Pak Sunu dengan kompensasi regional itu (ini 
regional geology atau regional autonomy alias autonomi daerah). Kalau autonomi 
daerah, setahu saya tak ada aturannya bahwa daerah kena imbas menanggung 
bencana bila di daerahnya ada bencana seperti Lusi. Bila yang dimaksud adalah 
analisis regional geology, jelas ada. Setiap prospek yang terlihat di jalur 
elisional, di area banyak diapirism, di area yang banyak fault-nya; kita harus 
punya analisis tambahan geohazard, apakah reaktivasi tektonik akan terjadi atau 
tidak.
 
salam,
Awang


--- Pada Sen, 15/3/10, Sunu Praptono sunu.prapt...@gmail.com menulis:


Dari: Sunu Praptono sunu.prapt...@gmail.com
Judul: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Tanggal: Senin, 15 Maret, 2010, 12:45 PM


Bro Awang,

Uneg-uneg mengenai Lusi tidak hanya berkutat di penyebab lusi dan siapa yang
tanggungjawab. Tapi juga masa depan eksplorasi migas di area Jawa Timur

Seperti Anda tahu, sekarang mungkin Exxon Gunting lagi spend duit sekian
juta dollar untuk seismik dan akan disusul pemboran sumur komitmen. PSC lain
juga rame-rame masuk mengeksplorasi wilayah ini.

Dari uraian Anda, nampaknya eksposure ke risiko drilling dikarenakan geologi
yang tectonically aktif bisa dibilang nambah satu faktor lagi. Selain kita
harus hati-hati dengan watak litologi dan fluida setempat, nampaknya kita
harus berhadapan dengan kemungkinan pergerakan tektonik saat kita ngebor,
yang mana barangkali kita hanya bisa pasrah saja. Bayangkan: lagi enak-enak
ngebor atau testing atau POOH, tau-tau batuan di sepanjang kolom lubang bor
bergerak akibat tektonik, yang menyebabkan macam-macam kemungkinan: mulai
dari loss, blowout, atau pipa kejepit.

1. Bagaimana dengan arahan dari BPMIGAS sendiri untuk masa depan eksplorasi
di daerah semacam Lusi ?
2. Samakah prosedur pemasangan casing dengan sumur-sumur di daerah normal
? Soalnya ada yang mengatakan bahwa di area seperti itu, pemasangan casing
justru akan memperparah situasi bila terjadi shear failure, dibanding dengan
tanpa casing.
3. Apa masih tetap akan ditawar-tawarkan ke peminat blok ?
4. Adakah kemungkinan diterapkannya kompensasi regional bagi kegiatan
eksplorasi di wilayah sejenis Lusi?


Salam,


Sunu.



2010/3/15 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com

 Minarwan :
 1.       Bengkoknya rel KA tersebut pernah kita diskusikan di milis ini
 hampir empat tahun lalu pada tahun kejadian LUSI (2006). Saat itu ada dua
 pendapat bahwa pembengkokan itu disebabkan reaktivasi Sesar Watukosek atau
 collapse struktur tanah (amblesan) di sekitar Lusi. Untuk ini harus ada uji
 kronologi kapan foto dibuat dan kapan berita diturunkan. Bisa saja ada
 kemungkinan bahwa berita terlambat diturunkan di koran, meskipun kejadiannya
 sudah lama.  Satu kemungkinan yang lain lagi adalah bisa saja rel KA
 tersebut baru terbengkokan pada September 2006 oleh reaktivasi kemudian
 Sesar Watukosek. Apa yang dimaksud dengan reaktivasi kemudian adalah sesar
 ini beberapa kali direaktivasi. Apa dasar dugaan ini, yaitu flow rate
 semburan Lusi mengalami pulsasi mengikuti regional earthquakes dengan
 epicentrums yang terjadi dalam radius 300 km dari Lusi. Untuk mengeceknya,
 silakan plot semua episentrum gempa M 3.7 dari tangga; 27 Mei 2006-21 Nov
 2006 dan
  kontraskan dengan flow rate Lusi dalam m3/hari, maka akan terjadi
 linearity di antara mereka. Besar flow rate Lusi mengikuti earthquakes swarm
 yang terjadi di sekeliling Jawa Timur dengan episentrum dalam jarak 300 km
 dari titik lokasi Lusi. Flow rate yang pusating itu juga mencerminkan
 dynamic fluid stress change di bawahnya yang lalu terhubung ke reaktivasi
 Sesar Watukosek; jadi pembengkokan rel KA itu tak mesti terjadi pada 27 Mei
 2006 atau September, bisa saja di antara Mei dan September; sebab sesar yang
 sudah sekali tereaktivasi pada awalnya dan mengalami dynamic fluid stress
 change dengan manifestasi semburan fluida Lusi, akan mudah tereaktivasi
 lagi. Sekarang pun arah amblesan Lusi membuat bentuk lonjong dengan arah
 sumbu panjang BD-TL, mengindikasikan bahwa Sesar Watukosek di bawahnya masih
 rentan tereaktivasi oleh perubahan fluida yang melaluinya. Fluida ini
 mempunyai tekanan yang bisa menggerakkan bidang yang lemah seperti sesar.
 2.       Bagaimana kita mengetahui bahwa saat itu sudah ada penambahan
 magma di Semeru ? Kalau di Merapi  ya, sebab gempa-gempa volkanik pada badan
 gunungapi telah dirasakan sebelum gempa Yogya yang mengindikasi bahwa
 terjadi penambahan tekanan dari dapur magmanya. Referensi Sparks et al.
 (1977

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-14 Terurut Topik MINARWAN
Saat sedang memikirkan rel kereta api yang bengkok (salah satu bukti
reaktivasi Sesar Watukosek), secara iseng-iseng, saya mencari berita
mengenai kejadian ini dan mendapatkan tautan berikut:
http://www.suaramerdeka.com/harian/0609/28/nas01.htm

Foto yang terpampang di situs di atas menurut hemat saya adalah foto
yang hampir sama dengan foto yang dipasang di Mazzini et al (2007) -
EPSL 261, 375-388. Saya lihat tanggalnya, tanggal 27. Gempa Jogja yang
konon telah mereaktivasi sesar Watukosek juga terjadi pada tanggal
yang sama. Tapi lho, beritanya itu dimuat pada bulan September,
sedangkan gempanya kan bulan Mei?

Jadi, ada selang waktu 4 bulan, di mana tidak ada yang sadar bahwa rel
kereta itu telah bengkok, tidak ada laporan gangguan dan kereta api
jurusan Surabaya-Malang-Blitar lewat seperti biasa setiap hari mungkin
beberapa kali, sampai akhirnya lengkungan rel menjadi parah karena
pergerakan tanah yang membuat rel bengkok. Bagaimana ini Pak Masinis
selama 4 bulan kok tidak melihat posisi relnya sudah berubah?

Berlanjut ke komposisi magma Merapi dan Semeru, yang membuat kedua
gunung api ini merespon gempa Jogja secara bersamaan walaupun jaraknya
berbeda dari pusat gempa, saya sudah memberikan 3 referensi, di mana
mereka menggunakan XRF untuk menganalisis kandungan SiO2, yang
menyimpulkan Semeru dan Merapi adalah sama-sama gunung api andesit
basaltik. Komentar saya mengenai topik ini saya rasa sudah cukup,
selebihnya saya serahkan kepada para volcanologist yang lebih tahu
daripada saya untuk berkomentar.

Sampai sejauh ini, saat kita mendiskusikan kaitan gempa dan aktivitas
gunung api, kita selalu tidak mengikutsertakan faktor tambahan magma
baru ke dapur magma (Sparks et al, 1977 di dalam Manga dan Brodsky,
2006). Padahal, Merapi dan Semeru telah aktif sebelum gempa Jogja
terjadi, dengan kata lain, tekanan di dapur magma sudah meningkat
sehingga ada yang harus dikeluarkan lewat lubang kepundan. Dengan
menggunakan analogi proses yang sama antara gunung api dan gunung
lumpur (walaupun yang satu adalah magma sedangkan yang lain adalah
lumpur), kita bisa mempertanyakan, ada tambahan tekanan apa dan dari
mana di sekitar sumur BPJ/BJP-1 yang membuat LULA/LUSI meledak? Hanya
passing seismic wave sajakah?

Mori dan Kano (2009) menunjukkan bahwa passing seismic wave dari gempa
Jogja yang sampai ke Sidoarjo paling-paling cuma sekitar 7 kPa, lebih
kecil daripada critical threshold 10 kPA yang digunakan oleh Walter et
al (2007) - mengikuti Stein (1999) - untuk menunjukkan transient
pressure minimum yang dapat mentrigger letusan gunung berapi. Semua
fakta mengenai naik turunnya muka air tanah, rekaman passing seismic
wave di Ujung Pangkah dan seterusnya adalah fakta yang baik. Bahwa
kondisi fluida lokal di Sidoarjo terpengaruh oleh passing seismic wave
menurut Mori dan Kano (2009) adalah fakta yang sahih. Yang menjadi
pertanyaan adalah bagaimana goncangan gempa ini sampai membuat ledakan
yang begitu hebat?

Mari kita analogikan dengan menggoyang air dalam panci yang sedang
mendidih di atas kompor. Dalam kondisi tidak ada tambahan panas dari
kompor, goyangan yang pelan tentu tidak akan membuat air menggelegak
dan tumpah, tapi jika kemudian panas dari kompor kita tambahkan secara
signifikan, gelembung air yang mendidih menjadi lebih besar, air
panasnya akan tumpah dari panci.

Jika memang ada faktor kondisi kritis yang bermain, sebenarnya apa
sebenarnya faktor kondisi kritis ini? Untuk kasus Merapi dan Semeru,
mungkin faktor kondisi kritisnya sudah jelas, mereka sedang aktif pada
saat gempa terjadi, kemudian setelah gempa aktivitasnya meningkat
(walaupun responnya masih terlihat aneh padahal jaraknya berbeda dari
pusat gempa, biarlah kita lupakan saja). Saya bisa mengajukan faktor
kondisi kritis ini berupa tambahan magma baru yang menekan dapur magma
kedua gunung api itu. Tapi untuk LULA/LUSI? Apakah mereka?

Saya sudah membaca makalah tentang 4 tahapan pembentukan gunung lumpur
yang dipublikasikan di IPA 2008 (Satyana dan Asnidar, 2008). Awalnya,
saya berharap dapat menjawab pertanyaan yang saya ajukan di atas
(tentang observasi untuk mengenali sebuah gunung lumpur siap
meledak/berada dalam kondisi kritis) setelah membaca makalah Pak
Awang. Namun rasanya saya tidak menemukan jawaban itu (mohon Pak Awang
berkenan menunjukkan kepada saya pembahasan mengenai topik ini di
makalah tersebut, siapa tahu saya membaca terlalu cepat dan justru
melewatkan bagian ini). Atau mungkin pembahasan ini ada di makalah Pak
Awang di PIT IAGI 2007 yah (saya tidak punya akses ke prosiding PIT
IAGI, ada yang berkenan membantu?).

Kembali ke Satyana dan Asnidar (2008) yang mengutip Waluyo (2007),
saya lihat tidak ada perbedaan antara Stage 2 dan Stage 3 evolusi mud
diapir menjadi mud volcano, selain di Stage 3, erupsi telah terjadi
(erupting mud volcano phase). Kalau saya tidak salah menangkap tulisan
Pak Awang, justru yang ingin kita observasi adalah sesaat sebelum
syn-eruption, apa tanda mud diapir yang siap meledak dan menjadi mud

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-14 Terurut Topik Awang Satyana
 tidak menunjukkan UGBO (bila ada) 
signifikan memicu erupsi Lusi. Bila UGBO di BJP-1 tidak ada, maka tak perlu 
lagi melibatkan BJP-1 sebagai pemicu Lusi. .
15.   Secara umum, diketahui bahwa kejadian mud volcanoes berhubungan dengan 
sesar-sesar di active tectonic setting (Brown, 1980; Kopf, 2002, 2008; Bonini, 
2007). Lusi memenuhi kondisi ini, ia terletak di Sesar Watukosek di wilayah 
tektonik yang aktif (beberapa jalur antiklin di wilayah Sidoarjo bahkan 
bergerak dalam satu malam sampai ke permukaan yang menyebabkan sebuah aliran 
sungai berubah alurnya –lihat bencana Banyu Pindah di Serat Pararaton yang 
terjadi pada zaman Airlangga memerintah Kahuripan –Satyana dan Asnidar, 2008). 
16.   Natural process fracture propagation dan fluidisasi dapat diakselerasi 
oleh aktivitas seismic. Goncangan gempa dapat membentuk fracture yang akan 
menjadi free pathways untuk deeper fluids naik ke permukaan. Banyak sekali 
publikasi yang mendokumentasikan bahwa aktivitas seismic menggiatkan atau 
memicu aktivitas geyser, methane emission, magmatic volcanoes dan mud volcanoes 
(Chigira dan Tanaka, 1997; Guliev dan Feizullayev, 1997; Linde dan Sacks, 1998; 
Delisle et al, 2002; Hieke, 2004; Nakamukae et al, 2004; Manga dan Brodsky, 
2006; Ellouz-Zimmermann et al, 2007; Lemarchand dan Grasso, 2007; Mau et al, 
2007; Mellors et al, 2007; Walter dan Amelung, 2007; Judd dan Hovland, 2007; 
Mazzini et al., 2008; Eggert dan Walter, 2009; Manga, 2009; Mazzini et al, 
2009).
 
Demikian, semoga membantu memberikan penjelasan.
Salam,
Awang
 

--- Pada Ming, 14/3/10, MINARWAN minarw...@gmail.com menulis:


Dari: MINARWAN minarw...@gmail.com
Judul: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Tanggal: Minggu, 14 Maret, 2010, 11:11 PM


Saat sedang memikirkan rel kereta api yang bengkok (salah satu bukti
reaktivasi Sesar Watukosek), secara iseng-iseng, saya mencari berita
mengenai kejadian ini dan mendapatkan tautan berikut:
http://www.suaramerdeka.com/harian/0609/28/nas01.htm

Foto yang terpampang di situs di atas menurut hemat saya adalah foto
yang hampir sama dengan foto yang dipasang di Mazzini et al (2007) -
EPSL 261, 375-388. Saya lihat tanggalnya, tanggal 27. Gempa Jogja yang
konon telah mereaktivasi sesar Watukosek juga terjadi pada tanggal
yang sama. Tapi lho, beritanya itu dimuat pada bulan September,
sedangkan gempanya kan bulan Mei?

Jadi, ada selang waktu 4 bulan, di mana tidak ada yang sadar bahwa rel
kereta itu telah bengkok, tidak ada laporan gangguan dan kereta api
jurusan Surabaya-Malang-Blitar lewat seperti biasa setiap hari mungkin
beberapa kali, sampai akhirnya lengkungan rel menjadi parah karena
pergerakan tanah yang membuat rel bengkok. Bagaimana ini Pak Masinis
selama 4 bulan kok tidak melihat posisi relnya sudah berubah?

Berlanjut ke komposisi magma Merapi dan Semeru, yang membuat kedua
gunung api ini merespon gempa Jogja secara bersamaan walaupun jaraknya
berbeda dari pusat gempa, saya sudah memberikan 3 referensi, di mana
mereka menggunakan XRF untuk menganalisis kandungan SiO2, yang
menyimpulkan Semeru dan Merapi adalah sama-sama gunung api andesit
basaltik. Komentar saya mengenai topik ini saya rasa sudah cukup,
selebihnya saya serahkan kepada para volcanologist yang lebih tahu
daripada saya untuk berkomentar.

Sampai sejauh ini, saat kita mendiskusikan kaitan gempa dan aktivitas
gunung api, kita selalu tidak mengikutsertakan faktor tambahan magma
baru ke dapur magma (Sparks et al, 1977 di dalam Manga dan Brodsky,
2006). Padahal, Merapi dan Semeru telah aktif sebelum gempa Jogja
terjadi, dengan kata lain, tekanan di dapur magma sudah meningkat
sehingga ada yang harus dikeluarkan lewat lubang kepundan. Dengan
menggunakan analogi proses yang sama antara gunung api dan gunung
lumpur (walaupun yang satu adalah magma sedangkan yang lain adalah
lumpur), kita bisa mempertanyakan, ada tambahan tekanan apa dan dari
mana di sekitar sumur BPJ/BJP-1 yang membuat LULA/LUSI meledak? Hanya
passing seismic wave sajakah?

Mori dan Kano (2009) menunjukkan bahwa passing seismic wave dari gempa
Jogja yang sampai ke Sidoarjo paling-paling cuma sekitar 7 kPa, lebih
kecil daripada critical threshold 10 kPA yang digunakan oleh Walter et
al (2007) - mengikuti Stein (1999) - untuk menunjukkan transient
pressure minimum yang dapat mentrigger letusan gunung berapi. Semua
fakta mengenai naik turunnya muka air tanah, rekaman passing seismic
wave di Ujung Pangkah dan seterusnya adalah fakta yang baik. Bahwa
kondisi fluida lokal di Sidoarjo terpengaruh oleh passing seismic wave
menurut Mori dan Kano (2009) adalah fakta yang sahih. Yang menjadi
pertanyaan adalah bagaimana goncangan gempa ini sampai membuat ledakan
yang begitu hebat?

Mari kita analogikan dengan menggoyang air dalam panci yang sedang
mendidih di atas kompor. Dalam kondisi tidak ada tambahan panas dari
kompor, goyangan yang pelan tentu tidak akan membuat air menggelegak
dan tumpah, tapi jika kemudian panas dari kompor kita tambahkan secara
signifikan

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-14 Terurut Topik Sunu Praptono
 seperti yang telah saya sebutkan di
 atas tidak menunjukkan suatu UGBO di sumur BJP-1 yang dapat memicu Lusi mud
 volcano eruption. Paper Mori dan Kano (2009) yang saya tambahi dengan
 analisis-analisis saya di atas makin meyakinkan saya bahwa reaktivasi Sesar
 Watukosek yang dipicu gempa Yogya adalah trigger utama Lusi eruption.
 Trigger utama ? Berarti, ada trigger lainnya ? Itu mungkin saja,  saya tak
 pernah menutup kemungkinan trigger lain, tetapi kalau pun ada, tak akan
 merupakan trigger yang penting.
 13.   Saya tak pernah menyebutkan bahwa gempa Yogya adalah penyebab Lusi,
 beberapa teman telah salah duga tentang hal ini; penyebab Lusi adalah
 sistemnya yang merupakan elisional critical venting system, sementara
 reaktivasi Sesar Watukosek yang dipicu gempa Yogya adalah trigger utama yang
 membuat naturally prepared system tersebut bererupsi karena telah terjadi
 dynamic fluid stress change yang signifikan atasnya.
 14.   UGBO yang diduga terjadi di BJP-1 lalu menimbulkan Lusi mud volcano
 eruption seperti dianut oleh beberapa penulis (Davies et al., 2006, Davies
 et al., 2008; Tingay et al., 2008) dan beberapa teman di milis ini sangat
 patut dipertanyakan baik dari (1) segi keabsahan analisis drilling (seperti
 diargumentasi oleh Sawolo et al, 2009, 2010; Nawangsidi, 2007 dan beberapa
 teman yang aktif di milis ini -lihat argumentasi2 Pak Bambang Istadi) dan
 (2) data geologi regional sekeliling Lusi (lihat butir-butir diskusi saya di
 atas). Analisis drilling dan data geologi regional tidak menunjukkan UGBO
 (bila ada) signifikan memicu erupsi Lusi. Bila UGBO di BJP-1 tidak ada, maka
 tak perlu lagi melibatkan BJP-1 sebagai pemicu Lusi. .
 15.   Secara umum, diketahui bahwa kejadian mud volcanoes berhubungan
 dengan sesar-sesar di active tectonic setting (Brown, 1980; Kopf, 2002,
 2008; Bonini, 2007). Lusi memenuhi kondisi ini, ia terletak di Sesar
 Watukosek di wilayah tektonik yang aktif (beberapa jalur antiklin di wilayah
 Sidoarjo bahkan bergerak dalam satu malam sampai ke permukaan yang
 menyebabkan sebuah aliran sungai berubah alurnya –lihat bencana Banyu Pindah
 di Serat Pararaton yang terjadi pada zaman Airlangga memerintah Kahuripan
 –Satyana dan Asnidar, 2008).
 16.   Natural process fracture propagation dan fluidisasi dapat
 diakselerasi oleh aktivitas seismic. Goncangan gempa dapat membentuk
 fracture yang akan menjadi free pathways untuk deeper fluids naik ke
 permukaan. Banyak sekali publikasi yang mendokumentasikan bahwa aktivitas
 seismic menggiatkan atau memicu aktivitas geyser, methane emission, magmatic
 volcanoes dan mud volcanoes (Chigira dan Tanaka, 1997; Guliev dan
 Feizullayev, 1997; Linde dan Sacks, 1998; Delisle et al, 2002; Hieke, 2004;
 Nakamukae et al, 2004; Manga dan Brodsky, 2006; Ellouz-Zimmermann et al,
 2007; Lemarchand dan Grasso, 2007; Mau et al, 2007; Mellors et al, 2007;
 Walter dan Amelung, 2007; Judd dan Hovland, 2007; Mazzini et al., 2008;
 Eggert dan Walter, 2009; Manga, 2009; Mazzini et al, 2009).

 Demikian, semoga membantu memberikan penjelasan.
 Salam,
 Awang


 --- Pada Ming, 14/3/10, MINARWAN minarw...@gmail.com menulis:


 Dari: MINARWAN minarw...@gmail.com
 Judul: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
 Kepada: iagi-net@iagi.or.id
 Tanggal: Minggu, 14 Maret, 2010, 11:11 PM


 Saat sedang memikirkan rel kereta api yang bengkok (salah satu bukti
 reaktivasi Sesar Watukosek), secara iseng-iseng, saya mencari berita
 mengenai kejadian ini dan mendapatkan tautan berikut:
 http://www.suaramerdeka.com/harian/0609/28/nas01.htm

 Foto yang terpampang di situs di atas menurut hemat saya adalah foto
 yang hampir sama dengan foto yang dipasang di Mazzini et al (2007) -
 EPSL 261, 375-388. Saya lihat tanggalnya, tanggal 27. Gempa Jogja yang
 konon telah mereaktivasi sesar Watukosek juga terjadi pada tanggal
 yang sama. Tapi lho, beritanya itu dimuat pada bulan September,
 sedangkan gempanya kan bulan Mei?

 Jadi, ada selang waktu 4 bulan, di mana tidak ada yang sadar bahwa rel
 kereta itu telah bengkok, tidak ada laporan gangguan dan kereta api
 jurusan Surabaya-Malang-Blitar lewat seperti biasa setiap hari mungkin
 beberapa kali, sampai akhirnya lengkungan rel menjadi parah karena
 pergerakan tanah yang membuat rel bengkok. Bagaimana ini Pak Masinis
 selama 4 bulan kok tidak melihat posisi relnya sudah berubah?

 Berlanjut ke komposisi magma Merapi dan Semeru, yang membuat kedua
 gunung api ini merespon gempa Jogja secara bersamaan walaupun jaraknya
 berbeda dari pusat gempa, saya sudah memberikan 3 referensi, di mana
 mereka menggunakan XRF untuk menganalisis kandungan SiO2, yang
 menyimpulkan Semeru dan Merapi adalah sama-sama gunung api andesit
 basaltik. Komentar saya mengenai topik ini saya rasa sudah cukup,
 selebihnya saya serahkan kepada para volcanologist yang lebih tahu
 daripada saya untuk berkomentar.

 Sampai sejauh ini, saat kita mendiskusikan kaitan gempa dan aktivitas
 gunung api, kita selalu tidak mengikutsertakan faktor tambahan magma
 baru ke dapur

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-12 Terurut Topik Awang Satyana
Minarwan,
 
Pendapat saya bahwa Semeru relatif lebih basa dibandingkan dengan Merapi 
didasarkan kepada Kusumadinata (1979) : Data Dasar Gunungapi Indonesia. Untuk 
Merapi, komposisi yang dilaporkan itu didasarkan kepada penelitian dari tahun 
1940-1973 yang menyimpulkan bahwa komposisi SiO2 lava Merapi sebesar 54,50 - 
57,71 % dan secara petrografi menggolongkannya sebagai andesit piroksen dengan 
apatit prism.
 
Sementara Semeru, komposisi SiO2-nya 55,90 % relatif lebih basa daripada 
Merapi, memang bedanya sedikit saja; tetapi penelitian geologi di Gunung Semeru 
bisa lebih meyakinkan bahwa lava Semeru memang relatif lebih basa. Kusumadinata 
(1979) melaporkan bahwa lava tua di kaki gunungapi tertinggi di Jawa ini 
berkomposisi basal olivin augit berdasarkan penelitian geologi di Besuk Kobokan 
dan Besuk Sat di kaki Semeru pada ketinggian 900 mdpl. Bahan letusan yang lebih 
muda tersingkap di kerucut sentral dan parasitiknya dan dilaporkan bahwa semua 
lava ini mengandung basal olivin augit.
 
salam,
Awang

--- Pada Rab, 10/3/10, MINARWAN minarw...@gmail.com menulis:


Dari: MINARWAN minarw...@gmail.com
Judul: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Tanggal: Rabu, 10 Maret, 2010, 4:15 AM


Pak Awang,

Kok tanggapannya selalu lebih banyak daripada punya saya jadinya pe er
saya tambah banyak dong Pak. Saya belum selesai memikirkan email lain
eh muncul lagi email baru dari Pak Awang dan lebih panjang lagi
hehehe

Pak, akhirnya saya mendapatkan makalah mengenai komposisi Merapi dan
Semeru. Kebetulan sekali, Journal of Petrology bisa diakses dengan
gratis di situs mereka (http://petrology.oxfordjournals.org/).

Makalah dari Carn and Pyle (2001) - Vol. 42 (9), 1643-1683 - memuat
hasil pengamatan SiO2 dari sample Semeru, yang berkisar antara 56 - 58
wt% lebih sedikit. Jika diklasifikasikan, tipe magma ini cenderung ke
basaltic andesit dan mengarah ke andesit (medium-K Basaltic Andesit
dan Medium-K Andesite).

Di makalah lain, yaitu Gertisser dan Keller (2003) - Vol. 44 (3),
457-489 - hasil pengamatan mereka justru menunjukkan tipe magma Merapi
adalah sedikit basaltik hingga andesit basaltik. Kisaran SiO2-nya
mulai dari 48-57 wt% dan ternyata ada yang tipe Medium-K dan High-K.

Sekilas saya lihat justu komposisi magma Merapi dan Semeru ini justru
terbalik dengan apa yang dituliskan Pak Awang yah? Jadi Merapi sedikit
lebih basa daripada Semeru, atau katakanlah sebenarnya sama saja.

Sementara demikian dulu yah Pak, sambil cari referensi lain pelan-pelan.

Salam,
mnw

2010/3/8 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com:
 Minarwan,

 Tanggapan kedua saya atas ulasan kedua Minarwan :

 1. Merapi memang telah aktif sejak beberapa bulan sebelum terjadi gempa Yogya 
 pada 27 Mei 2010. Saat terjadi gempa Yogya, aktivitasnya meningkat beberapa 
 hari kemudian. Saat itu ramai pula diskusi di milis bahwa keduanya saling 
 berpengaruh, ada yang bilang gempa dipicu Merapi, ada yang bilang sebaliknya. 
 Saya berpendapat aktivitas Merapi sebelum gempa tak ada hubungannya dengan 
 gempa; tetapi setelah gempa aktivitas Merapi sedikit/banyak dipengaruhinya. 
 Wikipedia memang tidak peer-reviewed, tetapi ulasan2-nya menurut hemat saya 
 bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

 2. Lubang kepundan Merapi dan sumbat Merapi ada beberapa, di area yang tak 
 tersumbat magma bisa menembus dan turun sebagai lava. Lava pun bisa menembus 
 beberapa bagian sumbat yang mengakibatkan deformasi sumbat lava. Justru 
 mekanisme inilah yang memudahkan gugurnya sumbat lava. Jadi, turunnya lava 
 tidak bisa diartikan bahwa semua sumbatnya telah tidak ada.Tiga hari setelah 
 gempa Yogya, aktivitas awan panas meningkat. Awan panas ini (nuee ardente) 
 kebanyakan berasal dari guguran sumbat lava lama. Terobosan lava telah 
 memudahkan gugurnya sumbat lava, saat pada waktunya sumbat itu digoncang 
 gempa dan beberapa hari kemudian runtuh. Barangkali Minarwan ingat bahwa saat 
 itu rakyat Yogya hendak naik ke arah Kaliurang menghindari isu tsunami dari 
 gempa Yogya, tetapi dari atas Kaliurang awan panas mulai meningkat.

 3. Lava basalto-andesitik pada dasarnya berkomposisi lebih basa dibandingkan 
 andesit-basaltik yang intermediat atau riolitik yang asam. Semakin basa lava 
 semakin mudah dibangkitkan oleh suatu aktivitas. Magma Merapi meskipun 
 dikatakan basalto-andesitik, berbeda dalam komposisi SiO2-nya dibandingkan 
 dengan Merapi, relatif lebih asam; semakin banyak SiO2 semakin kental dan 
 kecenderungan membentuk sumbat lava semakin besar. Goncangan gempa adalah 
 energi yang akan mengaktivitas fluida, fluida apa pun itu yang ada di bawah 
 permukaan; bisa migas, air, maupun magma. Saat dikocok begini, lava basal 
 akan lebih merespon dibandingkan lava asam; maka meskipun Semeru terletak 
 lebih jauh dari episentrum gempa Yogya, peningkatan aktivitasnya bersamaan 
 dengan Merapi yang lokasinya lebih dekat. Jadi, respon Semeru cepat; respon 
 Merapi relatif lebih lambat karena komposisi kedua gunungapi ini relatif

RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-10 Terurut Topik Firman Fauzi
Pak Bambang, selamat pagi.
 
Saya suka sekali mengikuti diskusi ini. Dan saya masih sangat concern untuk 
melihat real data yg ada, mudah2an ada inisiasi dari IAGI untuk mengupayakan 
perizinan, karena bagaimanapun badan tertentu akan lebih mudah mendapatkan 
akses daripada orang per orang. Jika pun IAGI kesulitan orang untuk mengurus 
hal ini saya siap jadi volunteer atas nama IAGI untuk mengurusnya. Trims.
 
Mengenai posting Pak Bambang di bawah ini, ada beberapa pertanyaan yg ingin 
saya ajukan:
1. Dikatakan sebelumnya bahwa kick terjadi sehari setelah loss (loss terjadi 
saat posisi bit di 9297). Berarti loss sudah dapat diatasi lebih dulu sebelum 
kick. Pertanyaannya berapa lama tepatnya loss dapat diatasi dan apakah sumur 
dapat kembali melakukan sirkulasi normal?
2. Kick yg terjadi keesokan harinya itu menurut Pak Bambang disebabkan oleh 
apa? Pada saat kick apa yg sedang dilakukan? Dan posisi mata bor di kedalaman 
berapa Pak? Apakah kick terjadi pada saat dilakukan penarikan mata bor ke 
permukaan?
3. Kick dapat terkontrol 40 menit kemudian apakah dengan menaikkan berat lumpur 
Pak?
4. Setelah kick dapat teratasi kemudian operasi apa yg dilakukan sebelum mata 
bor mengalami stuck? Menurut Pak Bambang stuck yg terjadi apakah karena 
differential sticking ataukah karena runtuhan?
5. Seingat saya setelah terjadi stuck dilakukan pemotongan drill pipe (saya 
lupa istilahnya, back off ya Pak). Bagaimana kondisi sumur setelah pemotongan 
dilakukan? Apakah masih bisa dilakukan komunikasi antara rig floor dengan sumur 
waktu itu dengan memasukkan mata bor dan drill pipe baru waktu itu? Apa yang 
terjadi setelah pemotongan dilakukan?
6. Kapan tepatnya rekahan di dekat drillpipe rack terjadi? (saya pernah lihat 
fotonya).
 
Sementara itu dulu Pak Bambang. Mohon maaf jika pertanyaannya terlalu banyak. 
Saya hanya ingin mendapatkan skema yg sahih, kronologi yg tepat mengenai 
kejadian LUSI, agar saya bisa nyambung dengan diskusi ini.
 
Salam hangat,
FF

--- On Wed, 10/3/10, Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com wrote:


From: Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com
Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
To: iagi-net@iagi.or.id
Date: Wednesday, 10 March, 2010, 13:14


Cak Yayang, mein brur,.. Sangat menarik statementnya dimana LUSI adalah
mud volcano dari mud diapirsm yang pada awalnya dipicu oleh underground
blowout-UGBO .

kita perlu mendefinisikan apa yang dimaksud dengan UGBO yang disebabkan
oleh pemboran; dan, bagaimana tekanan dalam sumur, lalu, proses terjadi
fractures dan breach sampai kepermukaan. 

1. Pertama, harus adanya 'uncontrolled kick', suatu kick besar yang
tidak bisa diatasi.
2. Adanya tekanan tinggi yang melebihi fracture pressure dilapisan yang
terlemah, lazimnya di casing shoe terdalam, sehingga tercipta fracture
didalam sumur.
3. Adanya 'drive mechanism' yang besar sehingga fluida mengalir kedalam
sumur dari lapisan yang bertekanan tinggi dan berlanjut pada proses
pemecahan batuan disumur tersebut. Jadi sumur menjadi bagian dari
proses. Jadi jika terjadi UGBO yang mengakibatkan liquefaction seperti
yang cak Yayang usulkan, seharusnya juga melibatkan sumur itu sendiri
dan harus bisa dan mudah terdeteksi disumur.
4. Adanya 'sustained propagation pressure', tekanan tinggi yang bisa
meneruskan fractures kepermukaan 'breach' dan tetap menahan fracture
agar tetap terbuka. Eg. Kalau melakukan frac job musti ada propantnya
supaya tetap terbuka. Jika dipicu dan berhubungan dengan sumur, maka
saat terjadi mudflow harusnya sumur ikut terpengaruh. Self propulsion
yang berasal dari UGBO disumur yang diusulkan cak Yayang seharusnya juga
berdampak pada sumur tersebut.

Bukti yang kita kumpulkan tidak menunjang kriteria diatas, sehingga kami
simpulkan tidak terjadi UGBO disumur, meskipun diawal-awal kita semua
langsung menuding sumur tanpa bukti yang cukup. Sebagai contoh, kick
yang terjadi sehari sesudah adanya loss bersamaan dengan gempa,  sudah
terkontrol dan mati dalam waktu 40 menit, lalu BOP sudah dibuka dalam
waktu ~3 jam. Sumur benar2 telah mati dan bisa melakukan sirkulasi,
artinya tidak ada lagi high pressure didalam sumur maupun sumbatan
didalam sumur. 

Analisa tekanan dalam sumur menujukkan bahwa tekanan pada casing shoe
adalah sebesar 2710 psi yang mana masih dibawah kekuatan batuan (3053
psi LOT). Sebaliknya sumur dituding terjadi UGBO dan fracturing karena
drill pipe pressure turun dan berakhir drastis dengan terjadinya breach
ke permukaan. Rupanya claim tersebut hanya didasari oleh satu data yaitu
drill pipe pressure data saja (Davies/Lusiaga di Cape Town). Namun kalau
kita bandingkan turunnya drillpipe pressure tersebut dengan enam data2
yang lain, ceritanya akan beda. Turunnya drillpipe pressure secara
drastis tersebut disebabkan oleh dilakukannya bleed-off pressure pada
drill pipe sebelum dipompakan soaking fluid. Drill string merupakan
closed-loop system, jika ada penurunan pressure tidak berarti sumurnya
bocor. Kalau bocor tidak mungkin ada pressure sewaktu

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-10 Terurut Topik nyoto - ke-el
Pertanyaan2nya pak Firman ini karena sangat detail, maka mungkin bisa
dijawab oleh wellsite geologist nya saat itu yg pas bertugas memonitor
pemboran.  Biarpun pak Bambang Is sebagai boss mungkin mempunyai data
lengkap sumur tsb, tetapi kalau wellsite geologistnya sendiri yg saat
kejadian2 yg ditanyakan oleh pak Firman yg berada di sitenya, mungkin bisa
lebih tahu  ingat persisnya apa yg terjadi karena yg melihat  mengalaminya
sendiri.  Soalnya report kadang2 bisa mislead sedikit.

wass,

nyoto





2010/3/11 Firman Fauzi geafi...@yahoo.co.uk

 Pak Bambang, selamat pagi.

 Saya suka sekali mengikuti diskusi ini. Dan saya masih sangat concern untuk
 melihat real data yg ada, mudah2an ada inisiasi dari IAGI untuk mengupayakan
 perizinan, karena bagaimanapun badan tertentu akan lebih mudah mendapatkan
 akses daripada orang per orang. Jika pun IAGI kesulitan orang untuk mengurus
 hal ini saya siap jadi volunteer atas nama IAGI untuk mengurusnya. Trims.

 Mengenai posting Pak Bambang di bawah ini, ada beberapa pertanyaan yg ingin
 saya ajukan:
 1. Dikatakan sebelumnya bahwa kick terjadi sehari setelah loss (loss
 terjadi saat posisi bit di 9297). Berarti loss sudah dapat diatasi lebih
 dulu sebelum kick. Pertanyaannya berapa lama tepatnya loss dapat diatasi dan
 apakah sumur dapat kembali melakukan sirkulasi normal?
 2. Kick yg terjadi keesokan harinya itu menurut Pak Bambang disebabkan oleh
 apa? Pada saat kick apa yg sedang dilakukan? Dan posisi mata bor di
 kedalaman berapa Pak? Apakah kick terjadi pada saat dilakukan penarikan mata
 bor ke permukaan?
 3. Kick dapat terkontrol 40 menit kemudian apakah dengan menaikkan berat
 lumpur Pak?
 4. Setelah kick dapat teratasi kemudian operasi apa yg dilakukan sebelum
 mata bor mengalami stuck? Menurut Pak Bambang stuck yg terjadi apakah karena
 differential sticking ataukah karena runtuhan?
 5. Seingat saya setelah terjadi stuck dilakukan pemotongan drill pipe (saya
 lupa istilahnya, back off ya Pak). Bagaimana kondisi sumur setelah
 pemotongan dilakukan? Apakah masih bisa dilakukan komunikasi antara rig
 floor dengan sumur waktu itu dengan memasukkan mata bor dan drill pipe baru
 waktu itu? Apa yang terjadi setelah pemotongan dilakukan?
 6. Kapan tepatnya rekahan di dekat drillpipe rack terjadi? (saya pernah
 lihat fotonya).

 Sementara itu dulu Pak Bambang. Mohon maaf jika pertanyaannya terlalu
 banyak. Saya hanya ingin mendapatkan skema yg sahih, kronologi yg tepat
 mengenai kejadian LUSI, agar saya bisa nyambung dengan diskusi ini.

 Salam hangat,
 FF

 --- On Wed, 10/3/10, Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com
 wrote:


 From: Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com
 Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Date: Wednesday, 10 March, 2010, 13:14


 Cak Yayang, mein brur,.. Sangat menarik statementnya dimana LUSI adalah
 mud volcano dari mud diapirsm yang pada awalnya dipicu oleh underground
 blowout-UGBO .

 kita perlu mendefinisikan apa yang dimaksud dengan UGBO yang disebabkan
 oleh pemboran; dan, bagaimana tekanan dalam sumur, lalu, proses terjadi
 fractures dan breach sampai kepermukaan.

 1. Pertama, harus adanya 'uncontrolled kick', suatu kick besar yang
 tidak bisa diatasi.
 2. Adanya tekanan tinggi yang melebihi fracture pressure dilapisan yang
 terlemah, lazimnya di casing shoe terdalam, sehingga tercipta fracture
 didalam sumur.
 3. Adanya 'drive mechanism' yang besar sehingga fluida mengalir kedalam
 sumur dari lapisan yang bertekanan tinggi dan berlanjut pada proses
 pemecahan batuan disumur tersebut. Jadi sumur menjadi bagian dari
 proses. Jadi jika terjadi UGBO yang mengakibatkan liquefaction seperti
 yang cak Yayang usulkan, seharusnya juga melibatkan sumur itu sendiri
 dan harus bisa dan mudah terdeteksi disumur.
 4. Adanya 'sustained propagation pressure', tekanan tinggi yang bisa
 meneruskan fractures kepermukaan 'breach' dan tetap menahan fracture
 agar tetap terbuka. Eg. Kalau melakukan frac job musti ada propantnya
 supaya tetap terbuka. Jika dipicu dan berhubungan dengan sumur, maka
 saat terjadi mudflow harusnya sumur ikut terpengaruh. Self propulsion
 yang berasal dari UGBO disumur yang diusulkan cak Yayang seharusnya juga
 berdampak pada sumur tersebut.

 Bukti yang kita kumpulkan tidak menunjang kriteria diatas, sehingga kami
 simpulkan tidak terjadi UGBO disumur, meskipun diawal-awal kita semua
 langsung menuding sumur tanpa bukti yang cukup. Sebagai contoh, kick
 yang terjadi sehari sesudah adanya loss bersamaan dengan gempa,  sudah
 terkontrol dan mati dalam waktu 40 menit, lalu BOP sudah dibuka dalam
 waktu ~3 jam. Sumur benar2 telah mati dan bisa melakukan sirkulasi,
 artinya tidak ada lagi high pressure didalam sumur maupun sumbatan
 didalam sumur.

 Analisa tekanan dalam sumur menujukkan bahwa tekanan pada casing shoe
 adalah sebesar 2710 psi yang mana masih dibawah kekuatan batuan (3053
 psi LOT). Sebaliknya sumur dituding terjadi UGBO dan fracturing karena
 drill pipe pressure turun

[iagi-net-l] Usul Untuk IAGI (was Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI)

2010-03-10 Terurut Topik Firman Fauzi
Pak Awang,
 
Terima kasih atas penjelasannya Pak. 
 
Terima kasih dan salam,
FF

--- On Tue, 9/3/10, Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com wrote:


From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com
Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: Forum HAGI fo...@hagi.or.id, Eksplorasi BPMIGAS 
eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com, Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com
Date: Tuesday, 9 March, 2010, 7:59


Firman,
 
Semua publikasi tentang Lusi dari teman2 Lapindo dan para peneliti terkait 
sudah meminta izin terkait. Publikasi dari luar Lapindo seperti dari Davies, 
Tingay pertamanya tak mengurus izin ke Migas karena mereka menggunakan data di 
luar Lapindo (bukan data, sebagian dari media). Publikasi berikutnya dari 
Davies dan Tingay yang telah menggunakan raw data Lapindo, saya tak tahu apakah 
sudah seizin Migas atau tidak sebab tak ada catatan permintaan izin.
 
Davies dan Tingay membawa bendera institusinya (perguruan tinggi dan research 
center mereka di Inggris dan Australia), Mazzini dkk membawa bendera perguruan 
tinggi dan research center-nya di Norwegia, juga mereka berkolaborasi dengan 
teman2 Lapindo. Di Indonesia, institusi yang pernah mengakses data tersebut 
adalah IAGI dan Badan Geologi. Dua hari lalu Badan Geologi juga meminta data 
tersebut, tetapi sekarang mereka langsung ke Pusdatin (prosedur yang benar 
juga) dengan tembusan ke BPMIGAS dan Ditjen Migas.
 
Karena saya di BPMIGAS, saya tentu saja pernah menganalisis semua data BJP-1 
(GG, drilling dan yang berkaitan), baik sebelum usulannya, saat pengeborannya 
dalam bentuk laporan harian, maupun sesudahnya. Publikasi saya tentang Lusi 
tidak secara khusus, tetapi menggabungkannya dengan semua gununglumpur yang 
lain di seluruh Jawa (Proceedings IPA 2008 - Satyana and Asnidar, 2008). Tidak 
ada data BJP-1 yang saya cantumkan di situ. Bila saya mencantumkan data BJP-1 
di dalam paper, tentu saja saya pun akan melakukan prosedur perizinan yang 
sama. Pendapat saya bukan mewakili pendapat BPMIGAS. 
 
Dispensasi khusus untuk data BJP-1 bisa dilakukan bila Pemerintah memandang 
perlu, barangkali dasar hukumnya sebagai KepMen (Keputusan Menteri). Selama 
ini, itu belum ada, yang ada hanyalah PerMen 027/2006 yang saya ceritakan di 
bawah. Pembukaan data BJP-1 secara umum tanpa memberlakukan regulasi/keputusan 
yang baru adalah suatu pelanggaran terhadap regulasi yang ada.
 
Para peneliti luar pun telah dapat mengakses data setelah melakukan prosedur 
yang baku. Jangan merasa ribet dengan regulasi ini, bila serius ingin melihat 
datanya, ikuti saja prosedurnya.
 
salam,
Awang

--- Pada Sen, 8/3/10, Firman Fauzi geafi...@yahoo.co.uk menulis:


Dari: Firman Fauzi geafi...@yahoo.co.uk
Judul: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Kepada: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id
Tanggal: Senin, 8 Maret, 2010, 9:37 PM


Dear Pak Awang,

Membaca penjelasan Pak Awang tentang pemberian izin utk melihat data mau tidak 
mau sedikit menyurutkan saya yg tadinya bersemangat melihat data2 aktual 
operasi pemboran BJP-1. Hal tentang peneliti yg menulis paper tentang BJP-1 spt 
Tingay, Davies, Mazzini, seharusnya mereka tentu melewati prosedur standar spt 
yg Pak Awang jelaskan bukan?

Saya juga jadi ingin bertanya sampai saat ini siapa saja badan hukum dan 
organisasi selain IAGI yg mendapatkan izin dan pernah menganalisa data tsb. Dan 
mengenai Tingay, Davies, dan Manzini, bendera organisasi apa yg mereka pakai 
untuk mereka mendapatkan akses ke data tsb? Dan apakah Pak Awang pernah 
menganalisa data2 BJP-1 baik geologi maupun drillingnya? Jika pernah berarti 
Pak Awang mewakili BP Migas kah? Dan melewati prosedur perizinan spt yg Pak 
Awang tulis kah?

Menurut saya akses ke data BJP-1 tsb hrs terbuka untuk berbagai kalangan, shg 
kronologi yg putus2 dan data yg diperdebatkan di milis mrpk data yg kontinyu 
dan sahih. Di satu sisi saya sangat menghormati peraturan tentang pembatasan 
akses data migas, untuk kepentingan negeri ini. Namun di sisi lain, data BJP-1 
adlh special case, di mana utk data ini seharusnya instansi berwenang (dirjen 
migas kah? atau bp migas?) memberikan dispensasi khusus untuk data tsb. 
Mengingat ini adalah data spesial yg di alur sejarahnya mengundang polemik yg 
kontroversial. Dispensasi khusus bukan berarti akses dibuka selebarnya tanpa 
izin, namun lebih ke kemudahan dan birokrasi sederhana saja. Data BJP-1 adalah 
data yg sarat makna untuk pembelajaran, data berharga yg dapat menguak tabir 
apa gerangan penyebab sejati semburan lumpur sidoarjo.

Saya mendaftarkan diri, apabila IAGI atau badan apapun berkenan menginisiasi 
lagi pembukaan data BJP-1. Dan saya yakin akan banyak yg akan mendaftar.

Salam dr Bogor Darussalam,
FF


  

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-09 Terurut Topik Nataniel Mangiwa
, 2010 6:51 PM
   To: iagi-net@iagi.or.id
   Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
  
   Pak Suhu Sugeng Yth,
  
   Sangat sangat benar sekali semua yang bapak uraian untuk mengecek
  keberadaan
   Kujung di sumur Banjarpanji.
  
   Ada fakta yang menyebutkan pengecekan bottom up sample di kedalaman
  9283ft
   (14 ft diatas TD) dan ternyata masih batu pasir volkanik. Sampe
 akhirnya
  bor
   menembus 9297ft dan terjadi total loss sehingga sample belum pernah
   diperoleh apakah pada kedalaman ini benar2 top Kujung.
  
   Data terakhir VSP juga tidak konklusif dimana top Kujung bisa berada pd
   kedalaman 8800-9600ft. Jadi top Kujung juga masih tanda tanya dgn
  data-data
   yang ada (ini tanpa melihat datanya langsung ya).
  
   Kalo masalah batu pasir yang tebal di sumur Banjarpanji, sebenarnya di
  sumur
   Porong juga ditemukan batu pasir di kedalaman sekitar 700-an ft tapi
  tidak
   setebal di sumur Banjarpanji-1.
  
   Hilangnya batugamping seperti diproposal sebenarnya juga mungkin
 tidak
   begitu mengagetkan karena di atas Kujung jarang dijumpai lapisan
  batugamping
   yang sangat tebal (cmiiw).
  
   Yang cukup mengangetkan adalah adanya laporan yang harusnya
 confidential
   dari TriTech Petroleum Consultant Limited yang menyebutkan adanya
  Memorandum
   Summary of Meeting for banjarpanji tanggal 1 mei 2006.
  
   Salah satu catatan menyebutkan:
  
   -As informed by Lapindo Brantas' geologist, there is no weak
 zone
  or
   reactive shale that creates loss circulation or caving problem in the
   interval 3500'-8500'.
  
   -...
  
   -In case encounter caving indication the drilling will be
 stopped
   and set 11-3/4 prior continues to drilling deeper...
  
   Padahal di kedalaman 3500 dan 3595 sudah mulai mendapatkan gain. Bahkan
   waktu mengebor 17 ½ section sudah banyak mendapatkan caving sehingga
  casing
   16 perlu dipasang lebih dangkal seperti yang dibilang pak Bambang.
 Hasil
   LOT 16casing juga tidak terlalu bagus sehingga perlu di-squeeze.
  
   Sebenarnya sudah banyak masalah di upper section dimana ini bisa
   dianalogikan dengan adanya high pressure seperti yang ada di sumurnya
  Santos
   (Anggur-1) waktu menembus pucangan.
  
   Asumsi saya..ini cuma asumsi sajadrilling mau meneruskan
 mengebor
   sampe top kujung karena secara kalkulasi, kekuatan shoe di 13-3/8
 cukup
   besar dan adanya lampu hijau dari GG yang berpendapat bahwa tidak
 ada
   zona yang membahayakan di kedalaman 3500ft ke bawah. Walaupun
  kenyataannya
   justru di kedalaman ini pressure mulai bertambah karena sumur harus
  melewati
   section yang build up pressure.
  
   Selain itu, design sumur Banjarpanji kok sepertinya menantang
 menembus
   Kujung tepat ditengah2 conjugate fault yang secara teori merupakan
 zona
   lemah dan rawan loss. Bukankah formasi yang ditembus juga tanda tanya
  waktu
   sumur Banjarpanji-1 dipropose.
  
   Berbeda dengan design sumur Porong yang menembus di samping collapse
   structure (di papernya Kusumastuti, 1999).
  
   Ini cuma uneg2 saya seputar LUSI ditinjau dari sudut pandang yang lain
  yang
   tidak begitu menekankan factor drilling tetapi lebih menekankan factor
  GG
   dimana umumnya drilling akan berdiskusi dgn kita saat ketidakpastian
  bawah
   permukaan akan dilewati...
  
  
  
   Salam,
  
   -DS-
  
  
  
  
  
   -Original Message-
   From: Sugeng Hartono [mailto:sugeng.hart...@petrochina.co.id]
   Sent: Saturday, 06 March, 2010 10:27 PM
   To: iagi-net@iagi.or.id; iagi-net@iagi.or.id
   Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
  
  
  
   Pak Doddy Yth,
  
  
  
   Untuk mengetahui apakah bit sudah mencium formasi Kujung
  (gamping)tentunya
   kita perlu melihat Mudlog atau Masterlog (dibuat oleh crew mudloggers)
  dan
   progress sample log (oleh wellsite geologist). Ini bukan pekerjaan yang
   sulit, ibarat sudah menjadi makanan wsg. Dan, kedua log ini pun
 sangat
   bergantung kepada pengalaman mudloggers dan wsg (crew yg kurang
  pengalaman
   biasanya kurang konfiden untuk menentukan ini). Sebenarnya perubahan
   litologi dari bukan gamping ke gamping juga akan ditengarai adanya
  perubahan
   ROP (rate of penetration)yg cukup mencolok. Rekaman ROP (juga RPM,
   hookload,pump pressure, dll)dapat dilihat dengan jelas di Chart
  Geolograph
   yang berada di ruang driller. Sayang sekali, lebih dari 15 th terakhir
  ini
   yg namanya Geolograph sudah pada rusak...:( Biasanya rig mechanic
  mengatakan
   tidak ada spare-part (atau memang tidak mampu memperbaikinya?).
  
   Tentang batu pasir (very porous volcanic sand?)yang begitu tebal
 (sampai
   3000'?)pernah dipertanyakan seorang kawan yg geologist-mudlogger:
  bagaimana
   menjelaskannya, aktivitas volkanik sampai dapat menghasilkan batu pasir
   begitu tebal; mungkin ada letusan yg hebat dan berlangsung cukup lama.
   Mungkin ada kawan-2 lain yg dapat menerangkannya.
  
   Jadi, diskusi ini akan lebih bermakna kalau kita dapat melihat
  Mudlog-nya

RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-09 Terurut Topik Bambang P. Istadi
Pak Doddy,... saya mau tambahkan keterangan sedikit yaa,..

Drilling plan dari Banjarpanji direncanakan berdasarkan asumsi pore pressure, 
mud weight dan leak off tests dari offset wells. Dalam proses planning, ketiga 
partners lama berdiskusi berdasarkan pengalaman masing masing untuk pengeboran 
karbonat yang dijadikan target, yang pada akhirnya well plan disetujui seperti 
dalam drilling program tersebut. Pada actual drilling nya, ketiga factor pore 
pressure, mud weight dan leak off test nya berbeda secara signifikan sehingga 
casing setting depth nya pun disesuaikan dengan kick tolerance yang berdasarkan 
dari pressure aktual dan tidak lagi mengacu kepada original drilling plan, 
seperti yang saya kemukakan pada e-mail sebelumnya. 

Pada sumur Banjarpanji ini apabila dilihat pore pressurenya, jelas kenaikan 
pore pressurenya ada di upper hole section (bisa dibaca pada paper kami di 
Elsevier). Sedangkan kenaikan pressure diparuh bawah dari sumur tidak terlalu 
signifikan dan sangat berlainan dengan rencana sumur semula. Dilihat dari 
formasi (volkaniklastik s/s) yang ditembus, drilling problem yang hampir tidak 
ada (sandstone dan pemakaian synthetic based mud), belum dicapainya formasi 
Kujung dan leak off test yang kuat dari casing shoe sebelumnya maka open hole 
sampai ~9400 ft diperhitungkan masih aman dari segi drilling. Jadi benar asumsi 
pak Doddy bahwa keputusan bersama adalah untuk menempatkan 9-5/8 casing shoe 
didalam formasi Kujung seperti pengalaman Santos di Jeruk dan rencana sumur 
semula.

Jangan dilupakan pula bahwa Banjarpanji ini adalah sumur exploration, semi wild 
cat dimana data yang ada sangat minim. Sehingga meskipun memakai Dc-exponent 
untuk memperkirakan pore pressure nya, dilakukan juga Static Influx Tests (SIT) 
dan teknik lain untuk menemukan pore pressure yang sebenarnya secara akurat. 
SIT adalah simulated drill pipe connection dimana yang dibaca adalah besaran 
dari connection gas sehingga kita mengetahui approximate actual pore pressure 
dari formasi. Jadi yang sepertinya 'hole instability' seperti losses dan 
cavings di casing depth pada kedalaman 2300 ft dan 3600 ft tersebut adalah 
bagian untuk mengetahui pore pressure secara aman. Pak Doddy pasti masih ingat 
teknik ini waktu di Kaltim dimana banyak sumur explorasi dan wildcat dibor 
secara aman waktu dilakukan SX saturation exploration drilling campaign yang 
menghasilkan banyak cadangan baru di deep water. 

Kalau mengenai TriTech Petroleum Consultant, ini bukan konsultan Lapindo. 
'Finding' merekapun terkesan mengabaikan data2 primer sumur tanpa technical 
analysis yang matang. Contohnya mengenai tidak diperlukannya casing 11-3/4 
mereka terkesan kaget, sedangkan dari mulai well planning sudah jelas dirancang 
bersama dimana dan mengapa casing seat di design begitu. Waktu ditemukan 
tekanan didalam sumur yang berbeda dengan rencana dan harus dilakukan revisi 
penempatan casing semua partner juga ikut menghitung dan memutuskannya. Hal ini 
tertuang dalam minutes of meeting bersama. Juga wakil dari Medco sebagai 
partner pun ada di drilling rig tanpa melakukan protes, sewaktu pemboran lobang 
12-1/4 didalamkan. Jadi pertanyaan fungsi analisa TriTech dan mengapa suatu 
report yang 'Privileged and Confidential' dibocorkan adalah jelas bukan untuk 
porsi teknikal tetapi untuk aspek lain dari LUSI. Sedangkan untuk milis IAGI 
lebih baik kita konsentrasi dalam aspek teknis tanpa terlibat dalama aspek 
politik, aspek bisnis atau yang sejenis.

Wass.
Bambang


-Original Message-
From: Bambang P. Istadi [mailto:bambang.ist...@energi-mp.com] 
Sent: Tuesday, March 09, 2010 10:11 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

Pak Doddy, mas Sugeng,

Saya jawab satu2 dulu yaa, sambil cari waktu senggang. Soal karbonat dulu,..

Adanya interpretasi bahwa lapisan karbonat sudah ditembus seperti yang di-claim 
oleh Davies bahwa lapisan Kujung sudah ditembus dan terjadi 'kick' (Davies et 
al., 2007. Birth of a mud volcano: East Java, 29 May 2006). Ini bertolak 
belakang dengan data yang menunjukan bahwa yang terjadi waktu pengeboran pada 
9297 ft adalah 'loss circulation' bukan 'kick' yang seperti ia claim. 
interpretasi bahwa sudah mencium Kujung - ya boleh2 saja. Namun experienced 
well site geologist kita yang ada di rig pada waktu itu tidak setuju dengan 
interpretasi tersebut. Beberapa data yang dilihatnya tidak mendukung dengan 
klaim tersebut; 

Nilai analisa Calcimetry yang dilakukan menunjukkan bahwa tidak ada kenaikan 
angka calcimetry secara signifikan yang menandakan bahwa lapisan karbonat belum 
tertembus.  Besaran calcimetry tetap sekitar 5-10% dan tidak meningkat dengan 
kedalaman. Angka ini konstan karena calcimetry analisis dilakukan setiap 10 ft 
dari cutting sample sejak pemboran memasuki kedalaman 7000 ft. Kalau pemboran 
menembus atau menyentuh lapisan carbonate akan menunjukkan nilai perubahan dari 
analisis calcimetry akan meningkat secara signifikan.

Analisa onsite

RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-09 Terurut Topik Surya Sudana
Mas Natan,

Sepertinya di e-mail terdahulu diterangkan kalo mereka pake look ahead VSP. 
Kemungkinan besar dari data inilah si wellsite menentukan / menginterpretasikan 
litologinya (bahkan lithologi dibawah bit yg belum dib or).

Salam,
suryo



-Original Message-
From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com] 
Sent: Tuesday, March 09, 2010 3:02 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

Bambang P Is: ..interpretasi bahwa sudah mencium Kujung - ya boleh2 saja.
Namun experienced well site geologist kita yang ada di rig pada waktu itu
tidak setuju dengan interpretasi tersebut.

Awang Satyana: Cuttings terakhir dari BJP-1 menunjukkan calcimetry 4 %, itu
bukan representasi batugamping.

Pak Nyoto..terimakasih untuk pencerahannya. Ternyata 14ft interval mulai
dari 9284, 9285, 9286, 9287, 9288, 9289, 9290, 9291, 9292, 9293, 9294, 9295,
9296 dan 9297ft itu batuannya hanya 'imajinatif' toh. Ngapain ngeributin itu
Kujung atau bukan Kujung..lalu yakin itu masih VS..ternyata semua keyakinan
tsb hanya bermodalkan imajinasi..bukan data yah. Atau mungkin kalau sudah
'senior/experienced banget' boleh yah yakin terhadap imajinasi? Menurut
saya, tidak ada 1 manusia pun yang tahu formasi di TD apa jika tidak ada
cutting/logging.

Bicara data..tapi tanpa data yang lengkap dan hanya yakin pada
imajinasi..lalu sudah bisa bicara Lusi karena Gempa. Great lesson..

Salam,
Natan

On 3/9/10, nyoto - ke-el ssoena...@gmail.com wrote:

 Menurut keterangan pak Bambang, sample cutting terakhir dari kedalaman 9283
 ft dan calcimetrynya tidak menunjukkan adanya kenaikan kandungan calcite
 (jadi belum masuk Kujung Ls), tapi kemudian total lost nya pada TD 9297 ft,
 mungkin justru top Kujung Ls nya baru tertembus pada TD nya.  Makanya
 sampai
 cutting di 9283 ft t calcimetrynya  tidak/belum naik.





 2010/3/9 Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com


  Kata Pak Bambang di imil seblumnya ada Total Loss? bener ada atau ga
  nih Pak? (lihat imil yang menyertakan PPT dari Pak Bambang via
  moderator)
 
  Kalau ada, terus cuttingnya dapat darimana? Total Loss kan tidak ada
  Return, return saja tidak ada, kok bisa ngomongin cutting??
 
  TD depth 9297ftMD, last cutting apakah 9297ftMD juga? Kalau sample /
  10ft, kemungkinan last sample yang diambil 9290ftMD. Benar atau salah?
 
  On 3/9/10, Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com wrote:
   Pak Doddy, mas Sugeng,
  
   Saya jawab satu2 dulu yaa, sambil cari waktu senggang. Soal karbonat
  dulu,..
  
   Adanya interpretasi bahwa lapisan karbonat sudah ditembus seperti yang
   di-claim oleh Davies bahwa lapisan Kujung sudah ditembus dan terjadi
  'kick'
   (Davies et al., 2007. Birth of a mud volcano: East Java, 29 May 2006).
  Ini
   bertolak belakang dengan data yang menunjukan bahwa yang terjadi waktu
   pengeboran pada 9297 ft adalah 'loss circulation' bukan 'kick' yang
  seperti
   ia claim. interpretasi bahwa sudah mencium Kujung - ya boleh2 saja.
 Namun
   experienced well site geologist kita yang ada di rig pada waktu itu
 tidak
   setuju dengan interpretasi tersebut. Beberapa data yang dilihatnya
 tidak
   mendukung dengan klaim tersebut;
  
   Nilai analisa Calcimetry yang dilakukan menunjukkan bahwa tidak ada
  kenaikan
   angka calcimetry secara signifikan yang menandakan bahwa lapisan
 karbonat
   belum tertembus.  Besaran calcimetry tetap sekitar 5-10% dan tidak
  meningkat
   dengan kedalaman. Angka ini konstan karena calcimetry analisis
 dilakukan
   setiap 10 ft dari cutting sample sejak pemboran memasuki kedalaman 7000
  ft.
   Kalau pemboran menembus atau menyentuh lapisan carbonate akan
 menunjukkan
   nilai perubahan dari analisis calcimetry akan meningkat secara
  signifikan.
  
   Analisa onsite paleontology tidak terdapat planktonic foram atau
 benthic
   foram yg signifikan jumlahnya. Lazimnya sebelum menembus carbonate rock
  akan
   dijumpai planktonic lalu benthic yg melimpah.
  
   Berdasarkan study yang dilakukan sebelum pengeboran dimulai, terutama
  offset
   well menunjukkan bahwa pada sekitar 50 ft dari top of limestone
 terdapat
   hardpan atau lapisan karbonat yg keras sebelum masuk porous zone. Ciri2
   perubahan pada ROP yang diharapkan akan pelan sewaktu menemukan hardpan
   tidak dijumpai.
  
   Dilakukan bottoms up circulation dan run carbide apabila ada hal2 yang
   mencurigakan. Kedalaman dimana bottom-up sample dilakukan adalah pada
  9007
   (termasuk SIT test), 9277 dan 9283 ft. Ini adalah test yang sangat
  positif
   untuk mementukan sudah atau belumnya lapisan karbonat tertembus.
  
   Checkshot (velocity survey) mengindikasikan bahwa Kujung akan ditembus
  pada
   kedalaman 9400 ft atau 9600 ft. Oleh karenanya selalu dilakukan
  pengecekan
   sample dan ternyata sampai pada sample terakhir 9283 ft. tidak terdapat
   adanya karbonat cuttings.
  
   Loss circulation yang dialami pada kedalaman 9297 ft. berbeda karakter
   dengan loss di lapisan karbonat, termasuk yang dialami di Porong

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-09 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
2010/3/9 Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com:
 Pak Nyoto..terimakasih untuk pencerahannya. Ternyata 14ft interval mulai
 dari 9284, 9285, 9286, 9287, 9288, 9289, 9290, 9291, 9292, 9293, 9294, 9295,
 9296 dan 9297ft itu batuannya hanya 'imajinatif' toh. Ngapain ngeributin itu
 Kujung atau bukan Kujung..lalu yakin itu masih VS..ternyata semua keyakinan
 tsb hanya bermodalkan imajinasi..bukan data yah. Atau mungkin kalau sudah
 'senior/experienced banget' boleh yah yakin terhadap imajinasi? Menurut
 saya, tidak ada 1 manusia pun yang tahu formasi di TD apa jika tidak ada
 cutting/logging.

Gimana dapet cutting ? kalau ada cuttingnya saya malah curiga itu
cutting palsu !
Lah sesuai cerita Pak Bambang Istadi yang mendapati adanya gejala loss
pada saat drilling. Jadi cutting terakhir ya bablas wes-ewes masuk ke
formasi ikut-ikutan dengan lumpur pemborannya. Kalau toh ada sisanya
pasti sudah ga akurat lagi sumbernya.
Davies mengatakan Kick sedangnya Pak BI mengatakan loss. Konon menurut
drilling engineer, setiap loss sering diikuti gain. Dan kalau gain ini
tidak terkontrol menyebabkan kick (semburan balik).

Nah perlu diselidiki apakah sumur mengalami kick atau tidak.
Btw, apa sih definisi well kick ?

rdp


PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak biro...

Ayo siapkan diri!
Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
-



Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-09 Terurut Topik Nataniel Mangiwa
Pak Rovicky,

Ga perlu orang drilling kalau cuma masalah Loss diikuti kick. Pak Rovicky
juga kalau mau ngulik sebentar pasti akan paham.

Loss..mud di hole hilang. Tidak ada mud tidak ada Hydrostatic Pressure yang
melawan Formation Pressure. Tidak ada yang melawan FP, yah kontan lah semua
isi di lubang (well) keluar semua..(ini diawali dgn Gain, lalu Kick, dan
ditutup oleh Blow out).

Definisi kick dan istilah2 drilling yg lain itu bisa di browse di SLB.com. (
http://www.glossary.oilfield.slb.com/Display.cfm?Term=kick)

kick
 1.  *n.*  [Drilling] ID: 1454
A flow of 
reservoirhttp://www.glossary.oilfield.slb.com/Display.cfm?Term=reservoirfluids
into the wellbore during drilling operations. The kick is physically
caused by the 
pressurehttp://www.glossary.oilfield.slb.com/Display.cfm?Term=pressurein
the wellbore being less than that of the
formation 
http://www.glossary.oilfield.slb.com/Display.cfm?Term=formationfluids,
thus causing flow. This condition of lower wellbore pressure than
the formation is caused in two ways. First, if the mud weight is too low,
then the hydrostatic pressure exerted on the formation by the fluid column
may be insufficient to hold the formation
fluidhttp://www.glossary.oilfield.slb.com/Display.cfm?Term=formation%20fluidin
the formation. This can happen if the mud density is suddenly
lightened
or is not to specification to begin with, or if a drilled formation has a
higher pressure than anticipated. This type of kick might be called an
underbalancedhttp://www.glossary.oilfield.slb.com/Display.cfm?Term=underbalancedkick.
The second way a kick can occur is if dynamic and transient fluid
pressure effects, usually due to motion of the
drillstringhttp://www.glossary.oilfield.slb.com/Display.cfm?Term=drillstringor
casing http://www.glossary.oilfield.slb.com/Display.cfm?Term=casing,
effectively lower the pressure in the wellbore below that of the formation.
This second kick type could be called an induced kick.

On 3/9/10, Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com wrote:

 2010/3/9 Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com:

  Pak Nyoto..terimakasih untuk pencerahannya. Ternyata 14ft interval mulai
  dari 9284, 9285, 9286, 9287, 9288, 9289, 9290, 9291, 9292, 9293, 9294,
 9295,
  9296 dan 9297ft itu batuannya hanya 'imajinatif' toh. Ngapain ngeributin
 itu
  Kujung atau bukan Kujung..lalu yakin itu masih VS..ternyata semua
 keyakinan
  tsb hanya bermodalkan imajinasi..bukan data yah. Atau mungkin kalau sudah
  'senior/experienced banget' boleh yah yakin terhadap imajinasi? Menurut
  saya, tidak ada 1 manusia pun yang tahu formasi di TD apa jika tidak ada
  cutting/logging.


 Gimana dapet cutting ? kalau ada cuttingnya saya malah curiga itu
 cutting palsu !
 Lah sesuai cerita Pak Bambang Istadi yang mendapati adanya gejala loss
 pada saat drilling. Jadi cutting terakhir ya bablas wes-ewes masuk ke
 formasi ikut-ikutan dengan lumpur pemborannya. Kalau toh ada sisanya
 pasti sudah ga akurat lagi sumbernya.
 Davies mengatakan Kick sedangnya Pak BI mengatakan loss. Konon menurut
 drilling engineer, setiap loss sering diikuti gain. Dan kalau gain ini
 tidak terkontrol menyebabkan kick (semburan balik).

 Nah perlu diselidiki apakah sumur mengalami kick atau tidak.
 Btw, apa sih definisi well kick ?

 rdp


 

 PP-IAGI 2008-2011:
 ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
 sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
 * 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak biro...

 
 Ayo siapkan diri!
 Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember
 2010

 -
 To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
 To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
 Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
 Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
 Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
 No. Rek: 123 0085005314
 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
 Bank BCA KCP. Manara Mulia
 No. Rekening: 255-1088580
 A/n: Shinta Damayanti
 IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
 IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
 -
 DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted
 on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall
 IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct
 or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss
 of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any
 information posted on IAGI mailing list.
 -




Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-09 Terurut Topik Paulus Tangke Allo
aktifnya diskusi mengenai LUSI sepertinya membuat email anjuran
sebelumnya dari moderator mulai dilupakan.

kembali saya ingatkan kepada rekan-rekan yang ikut terlibat dalam diskusi ini,
harap menghindari kata-kata yang bertujuan untuk menyindir atau
mendiskreditkan seseorang ataupun badan hukum tertentu.

kalau anda tidak memiliki sesuatu yang berguna untuk disampaikan secara ilmiah,
sebagai moderator, saya sarankan anda untuk duduk diam dan menonton
dari pinggir lapangan.

silahkan diskusi-nya dilanjutkan, utarakan pendapat anda dengan
bukti-bukti atau penjelasan ilmiah dan gunakanlah kata-kata yang
santun.




salam,
moderator


PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak biro...

Ayo siapkan diri!
Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
-



Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-09 Terurut Topik Nataniel Mangiwa
Bos Paulus,

Tolong dikasih tau bagian yang mana yang tidak diperbolehkan di milis ini?
Tinggal di copy paste saja kok dari imil ybs. Biar jelas dan akan dipatuhi..

Trims,
Natan

On 3/9/10, Paulus Tangke Allo paulu...@gmail.com wrote:

 aktifnya diskusi mengenai LUSI sepertinya membuat email anjuran
 sebelumnya dari moderator mulai dilupakan.

 kembali saya ingatkan kepada rekan-rekan yang ikut terlibat dalam diskusi
 ini,
 harap menghindari kata-kata yang bertujuan untuk menyindir atau
 mendiskreditkan seseorang ataupun badan hukum tertentu.

 kalau anda tidak memiliki sesuatu yang berguna untuk disampaikan secara
 ilmiah,
 sebagai moderator, saya sarankan anda untuk duduk diam dan menonton
 dari pinggir lapangan.

 silahkan diskusi-nya dilanjutkan, utarakan pendapat anda dengan
 bukti-bukti atau penjelasan ilmiah dan gunakanlah kata-kata yang
 santun.




 salam,
 moderator


 

 PP-IAGI 2008-2011:
 ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
 sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
 * 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak biro...

 
 Ayo siapkan diri!
 Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember
 2010

 -
 To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
 To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
 Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
 Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
 Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
 No. Rek: 123 0085005314
 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
 Bank BCA KCP. Manara Mulia
 No. Rekening: 255-1088580
 A/n: Shinta Damayanti
 IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
 IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
 -
 DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted
 on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall
 IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct
 or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss
 of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any
 information posted on IAGI mailing list.
 -




RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-09 Terurut Topik Bambang P. Istadi
Pak Natan, pak RDP,...

Anggaplah 14ft yang samplenya belum sampai permukaan dan tidak bisa
didiskripsi tersebut adalah porous carbonate, dan kita asumsikan sebagai
exposure thickness,.. lalu kita masukkan beberapa parameter lainnya,..

Flow dimension :
Well depth = 9297 ft
Well radius = 0.51 ft (1/2 x 12-1/4)
Radius of investigation = +50 ft (optimistic value)

Fluid properties :
Viscosity = 0.5 cp (water @ high temperature)
Formation Volume Factor = 1 (water)

Rock property :
Permeability = 22.5 mDarcy (perkiraan dari sumur2 existing yang dianggap
sebagai high producer well yang bisa memproduksikan 7000 barrel fluida
per hari dari karbonat)

System pressures :
Reservoir static pressure = 7130 psi (equivalent 14.7 ppg).
Bottom hole flowing pressure = 4026 psi (minimum value @ zero friction
loss)

Lalu coba hitung berapa banyak fluida yang bisa dihasilkan perhari?
Anggap saja ini sumber airnya, sedangkan lumpurnya berasal dari Upper
Kalibeng Formation diatasnya, karena nanno dan foram nya berkorelasi
dengan yang yang keluar dari pusat semburan LUSI. Anggap saja komposisi
air 70% pada awal2 semburan.  Berapa rate air yang didapat dari formasi
karbonat ini? Matching ngga dengan debit lumpur yang keluar selama
hampir 4 tahun ini? Dulu debit lumpur hampir 1 juta barel per hari, sama
dengan produksi minyak Indonesia. Perlu diingat saat re-entry BJP-1 mau
melewati/mendorong/menarik fish disumur yang dianggap berproduksi 1
juta barel saja tidak bisa,... seharusnya diameter lubang sumur sudah
sangat besar. 

Soal loss dan asumsi adanya kick,.. silahkan datang ke Lapindo dan
periksa data2 drilling dan real time chart,.. soal perizinan BPMIGAS dan
MIGAS, nanti saya bantu urus deh,.. gimana?? Makin asik niih
diskusinya,.. 

Wass.
Bambang



-Original Message-
From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com] 
Sent: Tuesday, March 09, 2010 3:30 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010/3/9 Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com:
 Pak Nyoto..terimakasih untuk pencerahannya. Ternyata 14ft interval
mulai
 dari 9284, 9285, 9286, 9287, 9288, 9289, 9290, 9291, 9292, 9293, 9294,
9295,
 9296 dan 9297ft itu batuannya hanya 'imajinatif' toh. Ngapain
ngeributin itu
 Kujung atau bukan Kujung..lalu yakin itu masih VS..ternyata semua
keyakinan
 tsb hanya bermodalkan imajinasi..bukan data yah. Atau mungkin kalau
sudah
 'senior/experienced banget' boleh yah yakin terhadap imajinasi?
Menurut
 saya, tidak ada 1 manusia pun yang tahu formasi di TD apa jika tidak
ada
 cutting/logging.

Gimana dapet cutting ? kalau ada cuttingnya saya malah curiga itu
cutting palsu !
Lah sesuai cerita Pak Bambang Istadi yang mendapati adanya gejala loss
pada saat drilling. Jadi cutting terakhir ya bablas wes-ewes masuk ke
formasi ikut-ikutan dengan lumpur pemborannya. Kalau toh ada sisanya
pasti sudah ga akurat lagi sumbernya.
Davies mengatakan Kick sedangnya Pak BI mengatakan loss. Konon menurut
drilling engineer, setiap loss sering diikuti gain. Dan kalau gain ini
tidak terkontrol menyebabkan kick (semburan balik).

Nah perlu diselidiki apakah sumur mengalami kick atau tidak.
Btw, apa sih definisi well kick ?

rdp



PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak biro...


Ayo siapkan diri!
Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember
2010

-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information
posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no
event shall IAGI or its members be liable for any, including but not
limited to direct or indirect damages, or damages of any kind
whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of
or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing
list.
-



PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-09 Terurut Topik OK Taufik
moderator ini, ingin mengingatkan etika..bahasanya juga tak beretika.

kalau anda tidak memiliki sesuatu yang berguna untuk disampaikan secara
ilmiah,
sebagai moderator, saya sarankan anda untuk duduk diam dan menonton
dari pinggir lapangan.


John Terry : kalau anda berdiam didalam rumah kaca, jangan melempar batu


2010/3/9 Paulus Tangke Allo paulu...@gmail.com

 aktifnya diskusi mengenai LUSI sepertinya membuat email anjuran
 sebelumnya dari moderator mulai dilupakan.

 kembali saya ingatkan kepada rekan-rekan yang ikut terlibat dalam diskusi
 ini,
 harap menghindari kata-kata yang bertujuan untuk menyindir atau
 mendiskreditkan seseorang ataupun badan hukum tertentu.

 kalau anda tidak memiliki sesuatu yang berguna untuk disampaikan secara
 ilmiah,
 sebagai moderator, saya sarankan anda untuk duduk diam dan menonton
 dari pinggir lapangan.

 silahkan diskusi-nya dilanjutkan, utarakan pendapat anda dengan
 bukti-bukti atau penjelasan ilmiah dan gunakanlah kata-kata yang
 santun.




 salam,
 moderator


 
 PP-IAGI 2008-2011:
 ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
 sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
 * 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak biro...

 
 Ayo siapkan diri!
 Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember
 2010

 -
 To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
 To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
 Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
 Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
 Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
 No. Rek: 123 0085005314
 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
 Bank BCA KCP. Manara Mulia
 No. Rekening: 255-1088580
 A/n: Shinta Damayanti
 IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
 IAGI-net 
 http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/%0AIAGI-netArchive 2:
 http://groups.yahoo.com/group/iagi
 -
 DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted
 on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall
 IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct
 or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss
 of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any
 information posted on IAGI mailing list.
 -




Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-09 Terurut Topik mohammad syaiful
om taufik dkk lainnya,

memang berbahasa sangat relatif penilaiannya antara satu individu
dengan yg lainnya. dengan beragam latar-belakang, memang sebaiknya
kita masing2 berusaha utk tidak terjebak emosi dan mengeluarkan kata2
yg relatif dapat dianggap menghina pihak lainnya.

jadi, tidak usahlah 'peringatan' dari moderator tsb justru
'diperuncing' lagi dan menambah diskusi yg sebenarnya sangat bagus
ini, dinodai oleh hal2 yg tidak perlu. kalau kata2 moderator yg
sampiyan kutip dianggap kurang beretika, singkat saja, kami sampaikan
mohon maaf (para moderator adalah koordinator biro dunia maya daripada
pp-iagi).

semoga juga komentarku ini tidak dianggap memperkeruh suasana.

salam,
syaiful

2010/3/9 OK Taufik ok.tau...@gmail.com:
 moderator ini, ingin mengingatkan etika..bahasanya juga tak beretika.

 kalau anda tidak memiliki sesuatu yang berguna untuk disampaikan secara
 ilmiah,
 sebagai moderator, saya sarankan anda untuk duduk diam dan menonton
 dari pinggir lapangan.


 John Terry : kalau anda berdiam didalam rumah kaca, jangan melempar batu


 2010/3/9 Paulus Tangke Allo paulu...@gmail.com

 aktifnya diskusi mengenai LUSI sepertinya membuat email anjuran
 sebelumnya dari moderator mulai dilupakan.

 kembali saya ingatkan kepada rekan-rekan yang ikut terlibat dalam diskusi
 ini,
 harap menghindari kata-kata yang bertujuan untuk menyindir atau
 mendiskreditkan seseorang ataupun badan hukum tertentu.

 kalau anda tidak memiliki sesuatu yang berguna untuk disampaikan secara
 ilmiah,
 sebagai moderator, saya sarankan anda untuk duduk diam dan menonton
 dari pinggir lapangan.

 silahkan diskusi-nya dilanjutkan, utarakan pendapat anda dengan
 bukti-bukti atau penjelasan ilmiah dan gunakanlah kata-kata yang
 santun.




 salam,
 moderator


 
 PP-IAGI 2008-2011:
 ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
 sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
 * 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak biro...

 
 Ayo siapkan diri!
 Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember
 2010

 -
 To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
 To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
 Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
 Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
 Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
 No. Rek: 123 0085005314
 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
 Bank BCA KCP. Manara Mulia
 No. Rekening: 255-1088580
 A/n: Shinta Damayanti
 IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
 IAGI-net 
 http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/%0AIAGI-netArchive 2:
 http://groups.yahoo.com/group/iagi
 -
 DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted
 on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall
 IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct
 or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss
 of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any
 information posted on IAGI mailing list.
 -






-- 
Mohammad Syaiful - Explorationist, Consultant Geologist
Mobile: 62-812-9372808
Emails:
msyai...@etti.co.id (business)
mohammadsyai...@gmail.com

Technical Manager of
Exploration Think Tank Indonesia (ETTI)


PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak biro...

Ayo siapkan diri!
Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not 

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-09 Terurut Topik Paulus Tangke Allo
Pak Taufik dan rekan-rekan lainnya,

mohon maaf apabila ada kata-kata dalam email saya terdahulu yang
menyinggung perasaan rekan-rekan sekalian.

tujuan dari email saya terdahulu adalah, setiap anggota milis
diharapkan untuk menjaga diri dan tidak memperkeruh diskusi ilmiah ini
dengan ungkapan-ungkapan atau interpretasi pribadi yang cenderung
bernada menyindir terhadap seseorang atau badan hukum tertentu.

sekali lagi saya mohon maaf bila ada kata-kata yang kurang berkenan.



salam,
moderator




2010/3/9 OK Taufik ok.tau...@gmail.com:
 moderator ini, ingin mengingatkan etika..bahasanya juga tak beretika.

 kalau anda tidak memiliki sesuatu yang berguna untuk disampaikan secara
 ilmiah,
 sebagai moderator, saya sarankan anda untuk duduk diam dan menonton
 dari pinggir lapangan.


 John Terry : kalau anda berdiam didalam rumah kaca, jangan melempar batu


PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak biro...

Ayo siapkan diri!
Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
-



Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-09 Terurut Topik abachtiar_CBN
Paulus, maaf, aku juga mau ikutan nimbrung dalam diskusi, tetapi seperti 
umumnya kawan2 lain yang belum mendapatkan izin dari Lapindo, BPMigas, dan 
Ditjen Migas untuk melihat, memilih sendiri dan menggunakan data dr BJP-1, 
maka yang bisa kita lakukan hanya mendaur ulang data dan men-challenge 
interpretasi dr kawan2 yg punya kemewahan untuk memamerkan data dan 
perhitungan itu terlebih dulu di paper2 maupun di milis ini. Yang akan aku 
soroti adalah counter argumen dr broer BPI maupun mungkin dr 1 atau 2 kawan 
sebelumnya (mas Sunu kalau nggak salah), yang mempertentangkan secara 
ekstrim bahwa UGBO terus terjadi SAMPAI SEKARANG, dan itu tdk masuk akal 
karena itung2an rate, volume dan asal-usul fluidanya selalu gak match dg 
kondisi lobang dan petrofisika formasi yg bisa dihitung dr data2 mereka yg 
ada. Dari dulu saya selalu menawarkan analisis penyebab yg bukan menganggap 
in adalah UGBO abadi. UGBO terjadi pada waktu awal2 akibat loss dan kick, 
kemudian UGBO itu memicu ketidak stabilan lapisan MUD-DIAPIR di sekitar 
lobang bor yang tadinya waktu ditembus pada pemboran turun kondisinya 
aman-aman saja. Adalah liquifaction dari mud-diapir itulah yang terus 
menerus terjadi sampai sekarang membentuk MUD VOLCANO di permukaan. Jadi, 
sekarang sudah tdk ada UGBO itu. Yang ada adalah proses pembentukan 
mud-volcano yg dipicu oleh UGBO. Loss, kick, dan gain itu jelas2 ada dan 
terlaporkan dalam DDR yg pernah saya lihat (waduh, ... mudah2an gak ada yg 
iseng melaporkan aku ke migas krn ngliat data2 tsb, tapi aku juga punya 
dalih: waktu itu polisi yang nyuruh ngliat koq..). Dan yang saya tangkap 
dari keseluruhan argumen dalam paper2 yang berevolusi makin ke sini makin 
menunjukkan reluctancy kawan2 penulis itu untuk mengatakan adanya UGBO pada 
waktu mengatasi kick tsb. Adanya foto crack di rig-site yang memotong 
panjang sampai ke casing(pipe?) rack setelah penanganan kick, kemungkinan 
besar juga bisa dikaitkan dengan UGBO ini. Selain itu di DDR juga disebutkan 
adanya komunikasi antara lubang bor dengan lubang semburan pertama. Nah, 
jadi, point saya yang tanpa data otentik yg bisa dituliskan krn tdk ada ijin 
ini ingin menyodorkan sedikit pencerahan baik ke kawan2 penonton maupun 
terutama ke broer BPI, mas Sunu, maupun pihak2 terkait lainnya bahwa ada 
alternatif mekanisme penyebab lain yang lebih masuk akal dibandingkan dengan 
sekedar UGBO forever. LuSi adalah kelahiran mud-volcano dr mud diapirism yg 
dipicu oleh UGBO.


Salam
Yayang


- Original Message - 
From: Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com

To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Tuesday, March 09, 2010 4:45 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI


Pak Natan, pak RDP,...

Anggaplah 14ft yang samplenya belum sampai permukaan dan tidak bisa
didiskripsi tersebut adalah porous carbonate, dan kita asumsikan sebagai
exposure thickness,.. lalu kita masukkan beberapa parameter lainnya,..

Flow dimension :
Well depth = 9297 ft
Well radius = 0.51 ft (1/2 x 12-1/4)
Radius of investigation = +50 ft (optimistic value)

Fluid properties :
Viscosity = 0.5 cp (water @ high temperature)
Formation Volume Factor = 1 (water)

Rock property :
Permeability = 22.5 mDarcy (perkiraan dari sumur2 existing yang dianggap
sebagai high producer well yang bisa memproduksikan 7000 barrel fluida
per hari dari karbonat)

System pressures :
Reservoir static pressure = 7130 psi (equivalent 14.7 ppg).
Bottom hole flowing pressure = 4026 psi (minimum value @ zero friction
loss)

Lalu coba hitung berapa banyak fluida yang bisa dihasilkan perhari?
Anggap saja ini sumber airnya, sedangkan lumpurnya berasal dari Upper
Kalibeng Formation diatasnya, karena nanno dan foram nya berkorelasi
dengan yang yang keluar dari pusat semburan LUSI. Anggap saja komposisi
air 70% pada awal2 semburan.  Berapa rate air yang didapat dari formasi
karbonat ini? Matching ngga dengan debit lumpur yang keluar selama
hampir 4 tahun ini? Dulu debit lumpur hampir 1 juta barel per hari, sama
dengan produksi minyak Indonesia. Perlu diingat saat re-entry BJP-1 mau
melewati/mendorong/menarik fish disumur yang dianggap berproduksi 1
juta barel saja tidak bisa,... seharusnya diameter lubang sumur sudah
sangat besar.

Soal loss dan asumsi adanya kick,.. silahkan datang ke Lapindo dan
periksa data2 drilling dan real time chart,.. soal perizinan BPMIGAS dan
MIGAS, nanti saya bantu urus deh,.. gimana?? Makin asik niih
diskusinya,..

Wass.
Bambang



-Original Message-
From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com]
Sent: Tuesday, March 09, 2010 3:30 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010/3/9 Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com:

Pak Nyoto..terimakasih untuk pencerahannya. Ternyata 14ft interval

mulai

dari 9284, 9285, 9286, 9287, 9288, 9289, 9290, 9291, 9292, 9293, 9294,

9295,

9296 dan 9297ft itu batuannya hanya 'imajinatif' toh. Ngapain

ngeributin itu

Kujung atau bukan Kujung..lalu yakin itu masih VS..ternyata semua

keyakinan

tsb hanya

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-09 Terurut Topik OK Taufik
maaf juga kalau ada perkataan yang tak berkenan, mari menikmati diskusi yang
menarik ini.

2010/3/9 Paulus Tangke Allo paulu...@gmail.com

 Pak Taufik dan rekan-rekan lainnya,

 mohon maaf apabila ada kata-kata dalam email saya terdahulu yang
 menyinggung perasaan rekan-rekan sekalian.

 tujuan dari email saya terdahulu adalah, setiap anggota milis
 diharapkan untuk menjaga diri dan tidak memperkeruh diskusi ilmiah ini
 dengan ungkapan-ungkapan atau interpretasi pribadi yang cenderung
 bernada menyindir terhadap seseorang atau badan hukum tertentu.

 sekali lagi saya mohon maaf bila ada kata-kata yang kurang berkenan.



 salam,
 moderator




 2010/3/9 OK Taufik ok.tau...@gmail.com:
  moderator ini, ingin mengingatkan etika..bahasanya juga tak beretika.
 
  kalau anda tidak memiliki sesuatu yang berguna untuk disampaikan secara
  ilmiah,
  sebagai moderator, saya sarankan anda untuk duduk diam dan menonton
  dari pinggir lapangan.
 
 
  John Terry : kalau anda berdiam didalam rumah kaca, jangan melempar
 batu


 
 PP-IAGI 2008-2011:
 ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
 sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
 * 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak biro...

 
 Ayo siapkan diri!
 Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember
 2010

 -
 To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
 To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
 Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
 Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
 Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
 No. Rek: 123 0085005314
 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
 Bank BCA KCP. Manara Mulia
 No. Rekening: 255-1088580
 A/n: Shinta Damayanti
 IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
 IAGI-net 
 http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/%0AIAGI-netArchive 2:
 http://groups.yahoo.com/group/iagi
 -
 DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted
 on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall
 IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct
 or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss
 of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any
 information posted on IAGI mailing list.
 -




Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-09 Terurut Topik Paulus Tangke Allo
Natan,

kutipan email dibawah ini merupakan pengingat bagi siapa saja yang
ingin ikut terlibat dalam diskusi LUSI ini.

saya tidak akan melakukan copy-paste dari email seseorang terkait
dengan kutipan email dibawah ini karena saya mengharapkan kesadaran
dari masing-masing pihak untuk menjaga diri sebelum mengirimkan sebuah
posting.




salam,
moderator




2010/3/9 Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com:
 Bos Paulus,

 Tolong dikasih tau bagian yang mana yang tidak diperbolehkan di milis ini?
 Tinggal di copy paste saja kok dari imil ybs. Biar jelas dan akan dipatuhi..

 Trims,
 Natan

 On 3/9/10, Paulus Tangke Allo paulu...@gmail.com wrote:

 aktifnya diskusi mengenai LUSI sepertinya membuat email anjuran
 sebelumnya dari moderator mulai dilupakan.

 kembali saya ingatkan kepada rekan-rekan yang ikut terlibat dalam diskusi
 ini,
 harap menghindari kata-kata yang bertujuan untuk menyindir atau
 mendiskreditkan seseorang ataupun badan hukum tertentu.

 kalau anda tidak memiliki sesuatu yang berguna untuk disampaikan secara
 ilmiah,
 sebagai moderator, saya sarankan anda untuk duduk diam dan menonton
 dari pinggir lapangan.

 silahkan diskusi-nya dilanjutkan, utarakan pendapat anda dengan
 bukti-bukti atau penjelasan ilmiah dan gunakanlah kata-kata yang
 santun.




 salam,
 moderator


PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak biro...

Ayo siapkan diri!
Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
-



Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-09 Terurut Topik Paulus Tangke Allo
Mas Andang,

menurut saya, sah-sah saja jika ingin meng-konfirmasi-kan beberapa hal
kepada pihak-pihak yang memiliki akses lebih luas terhadap data
sebenarnya.

yang ingin saya tekankan adalah counter-argument selayaknya ditujukan
terhadap interpretasi atau hasil analisa dan bukan terhadap seseorang
atau badan hukum tertentu.



salam,
moderator



2010/3/9 abachtiar_CBN abacht...@cbn.net.id:
 Paulus, maaf, aku juga mau ikutan nimbrung dalam diskusi, tetapi seperti
 umumnya kawan2 lain yang belum mendapatkan izin dari Lapindo, BPMigas, dan
 Ditjen Migas untuk melihat, memilih sendiri dan menggunakan data dr BJP-1,
 maka yang bisa kita lakukan hanya mendaur ulang data dan men-challenge
 interpretasi dr kawan2 yg punya kemewahan untuk memamerkan data dan
 perhitungan itu terlebih dulu di paper2 maupun di milis ini. Yang akan aku
 soroti adalah counter argumen dr broer BPI maupun mungkin dr 1 atau 2 kawan
 sebelumnya (mas Sunu kalau nggak salah), yang mempertentangkan secara
 ekstrim bahwa UGBO terus terjadi SAMPAI SEKARANG, dan itu tdk masuk akal
 karena itung2an rate, volume dan asal-usul fluidanya selalu gak match dg
 kondisi lobang dan petrofisika formasi yg bisa dihitung dr data2 mereka yg
 ada. Dari dulu saya selalu menawarkan analisis penyebab yg bukan menganggap
 in adalah UGBO abadi. UGBO terjadi pada waktu awal2 akibat loss dan kick,
 kemudian UGBO itu memicu ketidak stabilan lapisan MUD-DIAPIR di sekitar
 lobang bor yang tadinya waktu ditembus pada pemboran turun kondisinya
 aman-aman saja. Adalah liquifaction dari mud-diapir itulah yang terus
 menerus terjadi sampai sekarang membentuk MUD VOLCANO di permukaan. Jadi,
 sekarang sudah tdk ada UGBO itu. Yang ada adalah proses pembentukan
 mud-volcano yg dipicu oleh UGBO. Loss, kick, dan gain itu jelas2 ada dan
 terlaporkan dalam DDR yg pernah saya lihat (waduh, ... mudah2an gak ada yg
 iseng melaporkan aku ke migas krn ngliat data2 tsb, tapi aku juga punya
 dalih: waktu itu polisi yang nyuruh ngliat koq..). Dan yang saya tangkap
 dari keseluruhan argumen dalam paper2 yang berevolusi makin ke sini makin
 menunjukkan reluctancy kawan2 penulis itu untuk mengatakan adanya UGBO pada
 waktu mengatasi kick tsb. Adanya foto crack di rig-site yang memotong
 panjang sampai ke casing(pipe?) rack setelah penanganan kick, kemungkinan
 besar juga bisa dikaitkan dengan UGBO ini. Selain itu di DDR juga disebutkan
 adanya komunikasi antara lubang bor dengan lubang semburan pertama. Nah,
 jadi, point saya yang tanpa data otentik yg bisa dituliskan krn tdk ada ijin
 ini ingin menyodorkan sedikit pencerahan baik ke kawan2 penonton maupun
 terutama ke broer BPI, mas Sunu, maupun pihak2 terkait lainnya bahwa ada
 alternatif mekanisme penyebab lain yang lebih masuk akal dibandingkan dengan
 sekedar UGBO forever. LuSi adalah kelahiran mud-volcano dr mud diapirism yg
 dipicu oleh UGBO.

 Salam
 Yayang


PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak biro...

Ayo siapkan diri!
Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
-



RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-09 Terurut Topik Doddy Suryanto
Terima kasih Pak Bambang atas segala keterangannya. 

Soal interpretasi ditembusnya karbonat yang menjadi target di BP-1 ya 
boleh-boleh saja karena sample tidak pernah sampai di permukaan akibat total 
loss.

Hilangnya lapisan karbonat yang keras diatas Kujung(?) juga mungkin saja 
terjadi karena tidak banyak sumur kontrol yang ada di sekitar BP-1. Sama halnya 
batupasir volkanik yang tiba2 menebal di sumur BP-1.

Saya kira soal drilling plan dari sumur BP-1 juga sudah cukup jelas dimana 
semua partner telah menyetujuinya. Tetapi waktu saya baca laporan dari TriTech 
petroleum Consultanti internet saya sedikit kaget soalnya sangat tidak mungkin 
keputusan memperdalam sumur dilakukan tanpa persetujuan partner apalagi John 
Bates waktu itu masih di santos. Dia paling sering meminta GG di santos untuk 
update operation dgn partner2nya. Soal SIT memang disinggung di DDR jadi ya 
memang sudah benar penerapannya di sumur2 eksplorasi dimana ketidakpastian nya 
sangat tinggi.

Kalo soal penempatan sumur BP-1 yang tepat melintas di tengah2 conjugate 
fault terutama di lapisan shale dan banyak patahan yang harus ditembus, 
kira-kira apa alasannya?

Bukankah lebih baik menembus dari sisi luar conjugate fault untuk menghindari 
hal-hal negatif yang bisa terjadi (loss yang disebabkan banyaknya patahan yang 
terbentuk, susahnya mengontrol bit aapabila melewati banyak patahan, dan 
kemungkinan terjepitnya bit kalo sampai formasinya runtuh akibat hilangnya 
kestabilan batuan waktu bor menembus zona patahan, dsb).

Waktu Dukuhnya Santos dibor dulu saya juga tidak setuju penempatan sumur harus 
dekat dengan zona yang banyak patahan, bahkan saya juga tidak setuju untuk 
mengebor sumur Dukuh ini karena kemungkinan besar hidrokarbon telah bermigrasi 
keluar dari perangkap akibat hilangnya kekuatan top seal. Penilaian hilangnya 
kekuatan top seal ini juga saya dekati memakai pore pressure dan leak off test 
dari sumur terdekat. Gara-gara sumur ini juga saya harus berbeda pendapat dgn 
team mate yang dari aussie sampai akhirnya saya memutuskan keluar dari santos. 

Wah maaf jadi curhat akan tetapi saya berterima kasih atas semua keterangan Pak 
Bambang. 

Selamat sore

 

-doddy-

 

-Original Message-
From: Bambang P. Istadi [mailto:bambang.ist...@energi-mp.com] 
Sent: Tuesday, 09 March, 2010 3:21 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

 

Pak Doddy,... saya mau tambahkan keterangan sedikit yaa,..

 

Drilling plan dari Banjarpanji direncanakan berdasarkan asumsi pore pressure, 
mud weight dan leak off tests dari offset wells. Dalam proses planning, ketiga 
partners lama berdiskusi berdasarkan pengalaman masing masing untuk pengeboran 
karbonat yang dijadikan target, yang pada akhirnya well plan disetujui seperti 
dalam drilling program tersebut. Pada actual drilling nya, ketiga factor pore 
pressure, mud weight dan leak off test nya berbeda secara signifikan sehingga 
casing setting depth nya pun disesuaikan dengan kick tolerance yang berdasarkan 
dari pressure aktual dan tidak lagi mengacu kepada original drilling plan, 
seperti yang saya kemukakan pada e-mail sebelumnya. 

 

Pada sumur Banjarpanji ini apabila dilihat pore pressurenya, jelas kenaikan 
pore pressurenya ada di upper hole section (bisa dibaca pada paper kami di 
Elsevier). Sedangkan kenaikan pressure diparuh bawah dari sumur tidak terlalu 
signifikan dan sangat berlainan dengan rencana sumur semula. Dilihat dari 
formasi (volkaniklastik s/s) yang ditembus, drilling problem yang hampir tidak 
ada (sandstone dan pemakaian synthetic based mud), belum dicapainya formasi 
Kujung dan leak off test yang kuat dari casing shoe sebelumnya maka open hole 
sampai ~9400 ft diperhitungkan masih aman dari segi drilling. Jadi benar asumsi 
pak Doddy bahwa keputusan bersama adalah untuk menempatkan 9-5/8 casing shoe 
didalam formasi Kujung seperti pengalaman Santos di Jeruk dan rencana sumur 
semula.

 

Jangan dilupakan pula bahwa Banjarpanji ini adalah sumur exploration, semi wild 
cat dimana data yang ada sangat minim. Sehingga meskipun memakai Dc-exponent 
untuk memperkirakan pore pressure nya, dilakukan juga Static Influx Tests (SIT) 
dan teknik lain untuk menemukan pore pressure yang sebenarnya secara akurat. 
SIT adalah simulated drill pipe connection dimana yang dibaca adalah besaran 
dari connection gas sehingga kita mengetahui approximate actual pore pressure 
dari formasi. Jadi yang sepertinya 'hole instability' seperti losses dan 
cavings di casing depth pada kedalaman 2300 ft dan 3600 ft tersebut adalah 
bagian untuk mengetahui pore pressure secara aman. Pak Doddy pasti masih ingat 
teknik ini waktu di Kaltim dimana banyak sumur explorasi dan wildcat dibor 
secara aman waktu dilakukan SX saturation exploration drilling campaign yang 
menghasilkan banyak cadangan baru di deep water. 

 

Kalau mengenai TriTech Petroleum Consultant, ini bukan konsultan Lapindo. 
'Finding' merekapun terkesan mengabaikan data2 primer

RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-09 Terurut Topik Doddy Suryanto
Maaf sebelumnya kalo karbonat ini telah didiskusikan 3 thn yg lalu. Dan terima 
kasih atas pencerahannya Pak Awang.

Soal batupasir volkanik yang ada di BP-1, saya salah menulis kedalaman 
batupasir ini di Porong-1.

Seharusnya kedalamannya sekitar 7000-an ft dan tidak begitu tebal sedangkan di 
BP-1 sangat tebal sekali (~3000').

Karena batupasir ini termasuk dalam Formasi Kalibeng dan diendapkan di daerah 
Kendeng Trough yang terkenal berlipat-lipat dan banyak patahan-patahan, 
mungkinkah batupasir di BP-1 diendapkan di suatu depresi yang kemungkinan 
dikontrol oleh patahan-patahan yang ada? Ini juga bisa didukung dengan 
ketebalan yang berkurang ke arah selatan dan utara dalam lintasan seismic.

Hubungannya dengan formasi Mundu di Sampangnya Santos, apakah batupasir 
volkanik di BP-1 ini menunjukkan adanya perubahan facies dgn Mundu di Oyong 
karena keduanya diendapkan sekitar Pliocene? 

Kalo terjadi perubahan facies dimana kira-kira perubahan facies ini terjadi? 

Terima kasih sebelumnya atas pencerahan yang diberikan.

 

-doddy-

 

-Original Message-
From: Awang Satyana [mailto:awangsaty...@yahoo.com] 
Sent: Tuesday, 09 March, 2010 9:42 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: Forum HAGI; Eksplorasi BPMIGAS; Geo Unpad
Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

 

Pak Doddy,

 

Hampir tiga tahun yang lalu (lihat di bawah) saya dan beberapa rekan milis 
pernah membahas masalah karbonat yang mungkin muncul di bawah TD Banjar 
Panji-1, juga tentang lapisan tebal batupasir volkanik yang ditembus di bagian 
bawah sumur ini. 

 

Perlu ditekankan lagi bahwa karbonat yang ditembus di TD Porong-1 bukanlah 
karbonat Kujung-1/Upper Kujung/ Prupuh; karbonat Porong-1 itu telah diukur umur 
absolutnya melalui isotop strontium-86/87 dan menghasilkan umur 16 Ma 
(Kusumastuti et al., 2002, AAPG Bull 86/2, p. 220) itu sama dengan umur bagian 
bawah karbonat Wonosari. Batas paling muda Kujung-1/Upper Kujung/Prupuh adalah 
20 Ma (BPM, 1950; Cities Service, 1968, Pringgoprawiro, 1983). Saran saya, 
jangan pernah lagi menyebut-nyebut Kujung di dalam diskusi-diskusi Porong, 
BJP-1, Lusi. Cuttings terakhir dari BJP-1 menunjukkan calcimetry 4 %, itu bukan 
representasi batugamping.

 

Batupasir volkanik yang ditembus di bagian bawah BJP-1 berasal dari volcanic 
arc Jawa yang berumur Mio-Pliosen. Umur batupasir ini adalah paling tua Early 
Pliocene, atau menurut hemat saya bila mengacu ke absolute dating sample di 
atas karbonat Porong, maka umur batupasir volkanik ini Middle-Late Pliocene. 
Dalam stratigrafi Jawa Timur onshore batupasir volkanik ini milik Formasi 
Kalibeng, yang ekivalen dengan batupasir volcanik Damar di Jawa Tengah, Kumbang 
di batas Jawa Barat-Jawa Tengah dan Subang di Jawa Barat.

 

Batupasir ini diendapkan tidak jauh dari volcanic arc-nya, ke Selat Madura, 
area Santos, batupasir volkanik ini tak sampai; di Porong-1 masih ditemukan 
beberapa lidah batupasir ini; tetapi ke Selat Madura sudah terlalu dalam dan 
terlalu jauh. Pada saat yang bersamaan, di Selat Madura bahkan berkembang 
dalaman yang telah menjadi tempat yang baik untuk berkembangnya selut (ooze) 
globigerina yang menjadi grainstones atau globigerinid sands Mundu dalam 
lingkungan yang baik untuk upwelling. Upwelling terjadi ke kedua sisi utara dan 
selatan dalaman Selat Madura;  yang utara lebih bersih karena jauh dari 
impurities volkanik dan jadilah reservoir di Oyong, Maleo, Molah, Terang 
Sirasun. Yang ke selatan kurang baik karena mendekati pengotor volkanik.

 

Salam,

Awang

 

From: Awang Harun Satyana

Sent: Thursday, June 28, 2007 4:28 C++

To: 'iagi-net@iagi.or.id'

Subject: RE: [iagi-net-l] Porong Limestone

 

Pak Rovicky,

 

Walaupun banyak kisah sedih, air mata, geram, amarah, perdebatan, perpecahan, 
dll. soal bencana LUSI yang mungkin berkaitan dengan BJP-1 ini (atau BPJ-1 ? - 
pokoknya Banjar Panji-1 lah..), BJP-1 membuka banyak hal baru tentang pemahaman 
geologi Jawa Timur. Nanti kalau ada waktu kita urai satu-satu apa implikasi 
geologinya.

 

Model karbonat Kujung yang pernah saya buat untuk Jawa Timur tidak berubah, 
hanya sedikit ada modifikasi. BD trend tetap memanjang ke Porong bahkan ke BJP. 
Sebab, itu adalah trend basement ridge atau offshore isolated platform (vs 
land-attached platform di wilayah Petronas-NEM 4, Anadarko-NEM 3, COPI 
Ketapang-Kodeco West Madura). Hanya, reefs yang tumbuh di ridge ini bisa 
macam-macam, bisa reef Kujung, bisa reef Ngimbang (gak banyak sebab koral tak 
dominan di Eosen), bisa reef Wonosari. Jadi, bukan hanya Kujung I saja (seperti 
yang saya modelkan - ini pengetahuan dari BJP).

 

Seismic interpretation Porong to BJP baik yang diajukan oleh Lapindo saat 
pengusulan sumur dulu, maupun yang muncul di paper Arse Kusumastuti dan para 
pembimbingnya di AAPG Bull 2002, atau di blog-nya Pak Rovicky dulu masih 
berekspektasi bahwa sekuen Porong dan BJP bersamaan, hanya Porong tumbuh stage 
lebih tinggi daripada BJP. Ini wajar sebab pengetahuan regional kita untuk 
semua reefs

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-09 Terurut Topik MINARWAN
Pak Awang,

Kok tanggapannya selalu lebih banyak daripada punya saya jadinya pe er
saya tambah banyak dong Pak. Saya belum selesai memikirkan email lain
eh muncul lagi email baru dari Pak Awang dan lebih panjang lagi
hehehe

Pak, akhirnya saya mendapatkan makalah mengenai komposisi Merapi dan
Semeru. Kebetulan sekali, Journal of Petrology bisa diakses dengan
gratis di situs mereka (http://petrology.oxfordjournals.org/).

Makalah dari Carn and Pyle (2001) - Vol. 42 (9), 1643-1683 - memuat
hasil pengamatan SiO2 dari sample Semeru, yang berkisar antara 56 - 58
wt% lebih sedikit. Jika diklasifikasikan, tipe magma ini cenderung ke
basaltic andesit dan mengarah ke andesit (medium-K Basaltic Andesit
dan Medium-K Andesite).

Di makalah lain, yaitu Gertisser dan Keller (2003) - Vol. 44 (3),
457-489 - hasil pengamatan mereka justru menunjukkan tipe magma Merapi
adalah sedikit basaltik hingga andesit basaltik. Kisaran SiO2-nya
mulai dari 48-57 wt% dan ternyata ada yang tipe Medium-K dan High-K.

Sekilas saya lihat justu komposisi magma Merapi dan Semeru ini justru
terbalik dengan apa yang dituliskan Pak Awang yah? Jadi Merapi sedikit
lebih basa daripada Semeru, atau katakanlah sebenarnya sama saja.

Sementara demikian dulu yah Pak, sambil cari referensi lain pelan-pelan.

Salam,
mnw

2010/3/8 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com:
 Minarwan,

 Tanggapan kedua saya atas ulasan kedua Minarwan :

 1. Merapi memang telah aktif sejak beberapa bulan sebelum terjadi gempa Yogya 
 pada 27 Mei 2010. Saat terjadi gempa Yogya, aktivitasnya meningkat beberapa 
 hari kemudian. Saat itu ramai pula diskusi di milis bahwa keduanya saling 
 berpengaruh, ada yang bilang gempa dipicu Merapi, ada yang bilang sebaliknya. 
 Saya berpendapat aktivitas Merapi sebelum gempa tak ada hubungannya dengan 
 gempa; tetapi setelah gempa aktivitas Merapi sedikit/banyak dipengaruhinya. 
 Wikipedia memang tidak peer-reviewed, tetapi ulasan2-nya menurut hemat saya 
 bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

 2. Lubang kepundan Merapi dan sumbat Merapi ada beberapa, di area yang tak 
 tersumbat magma bisa menembus dan turun sebagai lava. Lava pun bisa menembus 
 beberapa bagian sumbat yang mengakibatkan deformasi sumbat lava. Justru 
 mekanisme inilah yang memudahkan gugurnya sumbat lava. Jadi, turunnya lava 
 tidak bisa diartikan bahwa semua sumbatnya telah tidak ada.Tiga hari setelah 
 gempa Yogya, aktivitas awan panas meningkat. Awan panas ini (nuee ardente) 
 kebanyakan berasal dari guguran sumbat lava lama. Terobosan lava telah 
 memudahkan gugurnya sumbat lava, saat pada waktunya sumbat itu digoncang 
 gempa dan beberapa hari kemudian runtuh. Barangkali Minarwan ingat bahwa saat 
 itu rakyat Yogya hendak naik ke arah Kaliurang menghindari isu tsunami dari 
 gempa Yogya, tetapi dari atas Kaliurang awan panas mulai meningkat.

 3. Lava basalto-andesitik pada dasarnya berkomposisi lebih basa dibandingkan 
 andesit-basaltik yang intermediat atau riolitik yang asam. Semakin basa lava 
 semakin mudah dibangkitkan oleh suatu aktivitas. Magma Merapi meskipun 
 dikatakan basalto-andesitik, berbeda dalam komposisi SiO2-nya dibandingkan 
 dengan Merapi, relatif lebih asam; semakin banyak SiO2 semakin kental dan 
 kecenderungan membentuk sumbat lava semakin besar. Goncangan gempa adalah 
 energi yang akan mengaktivitas fluida, fluida apa pun itu yang ada di bawah 
 permukaan; bisa migas, air, maupun magma. Saat dikocok begini, lava basal 
 akan lebih merespon dibandingkan lava asam; maka meskipun Semeru terletak 
 lebih jauh dari episentrum gempa Yogya, peningkatan aktivitasnya bersamaan 
 dengan Merapi yang lokasinya lebih dekat. Jadi, respon Semeru cepat; respon 
 Merapi relatif lebih lambat karena komposisi kedua gunungapi ini relatif 
 berbeda dan tambahan pula di puncak Merapi terdapat beberapa sumbat
  lava lama.

 4. Saya pernah menulis di majalah Tempo soal hubungan getaran gempa dan 
 aktivitas gunungapi di sekitarnya, saat mengulas betapa seringnya gempa di 
 area Minahasa-Halmahera dan gunungapi2 di sekitarnya yang dipengaruhinya 
 (Soputan, Gamalama, Gamkonora). Semakin asam semakin susah dipengaruhi sebab 
 semakin kental. Tetapi semakin asam aktivitasnya akan semakin eksplosif. 
 Krakatau 1883 meletus saat kadar SiO2-nya 72 %. Saat ini terjadi diferensiasi 
 magma di Anak Krakatau, tetapi ia masih di sekitar 50-an % SiO2-nya.

 5. Semua gunungapi aktif mengalami siklus diferensiasi magmatik yang kemudian 
 akan tercermin kepada aktivitasnya. Gunungapi yang mudah teraktifkan adalah 
 yang saat itu tengah di puncak siklus, dalam kondisi yang saya sebut 
 critical venting system. Apa pun gangguan (perturbation) terhadapnya akan 
 mempengaruhi aktivitasnya. Lebih-lebih lagi saat itu Merapi sudah memulai 
 aktivitasnya terlebih dahulu dibandingkan dengan gempa Yogya. Ia tengah 
 aktif. Saat gempa besar Aceh Desember 2004, Nias Mei 2005 Merapi tengah tak 
 aktif, saat gempa Pangandaran Juli 2006, Merapi sudah menuju ke siklus 
 bawahnya lagi. Itu 

RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-09 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Doddy,
 
BJP-1 berlokasi di lereng selatan Kendeng Deep. Di sebelah selatannya lagi pada 
umur Mio-Pliosen adalah volcanic arc yang mendahului volcanic arc yang 
sekarang. Dari arc ini ke depresi Kendeng ada sesar-sesar yang terjadi sebagai 
compensating faults sebagai perubahan dari tinggian ke dalaman. Pasir volkanik 
yang ditemukan di bagian bawah BJP-1 diendapkan sebagai fan deposits dan itu 
kiranya menerus sampai volkanik Plistosen saat volkanik Pucangan yang menjadi 
reservoir migas di Wunut, Carat, Tanggulangin diendapkan.
 
Pasir volkanik di area Brantas jelas tidak berubah facies menjadi grainstone 
Mundu di Selat Madura. Grainstone di Selat Madura di area Santos dan Husky juga 
Kangean Energy di sebelah timurnya berasal dari globigerina yang dulu hidup di 
area depresi sangat dalam dari Kendeng Deep - utara Lombok, depresi 
barat-timur, yang kemudian oleh upwelling current terbawa ke atas dan terserak 
sebagi sedimen di tepi utara dan selatan depresi tersebut, lalu kita 
mengenalnya sebagai Paciran di Kangean, Mundu di Selat Madura, dan Selorejo di 
Cepu dengan umur2 yang berbeda2 sedikit tetapi di sekitar Pliosen.
 
Sementara Mundu diendapkan di Selat Madura, terjadilah pengendapan pasir 
volkanik di sebelah baratdayanya di area Brantas. Jadi kedua paket sedimen ini 
tak saling berubah facies, tetapi diendapkan di waktu yang bersamaan. Perubahan 
fasies dalam hal litostratigrafi mestinya ada, yaitu di area antara Porong dan 
sumur Kodeco di sebelah selatan. Publikasi dari Willumsen dan Schiller 
(1994-IPA) tentang volkaniklastik Plio-Pleistosen dan Schiller et al (1994-IPA) 
tentang globigerinid sandstones/grainstones serta unpublished Santos workshop 
on Mundu carbonates (2003) baik diacu untuk memahami hal ini.
 
salam,
Awang
--- Pada Sel, 9/3/10, Doddy Suryanto dod...@pttep.com menulis:


Dari: Doddy Suryanto dod...@pttep.com
Judul: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Tanggal: Selasa, 9 Maret, 2010, 5:52 PM


Maaf sebelumnya kalo karbonat ini telah didiskusikan 3 thn yg lalu. Dan terima 
kasih atas pencerahannya Pak Awang.

Soal batupasir volkanik yang ada di BP-1, saya salah menulis kedalaman 
batupasir ini di Porong-1.

Seharusnya kedalamannya sekitar 7000-an ft dan tidak begitu tebal sedangkan di 
BP-1 sangat tebal sekali (~3000').

Karena batupasir ini termasuk dalam Formasi Kalibeng dan diendapkan di daerah 
Kendeng Trough yang terkenal berlipat-lipat dan banyak patahan-patahan, 
mungkinkah batupasir di BP-1 diendapkan di suatu depresi yang kemungkinan 
dikontrol oleh patahan-patahan yang ada? Ini juga bisa didukung dengan 
ketebalan yang berkurang ke arah selatan dan utara dalam lintasan seismic.

Hubungannya dengan formasi Mundu di Sampangnya Santos, apakah batupasir 
volkanik di BP-1 ini menunjukkan adanya perubahan facies dgn Mundu di Oyong 
karena keduanya diendapkan sekitar Pliocene? 

Kalo terjadi perubahan facies dimana kira-kira perubahan facies ini terjadi? 

Terima kasih sebelumnya atas pencerahan yang diberikan.



-doddy-



-Original Message-
From: Awang Satyana [mailto:awangsaty...@yahoo.com] 
Sent: Tuesday, 09 March, 2010 9:42 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: Forum HAGI; Eksplorasi BPMIGAS; Geo Unpad
Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI



Pak Doddy,



Hampir tiga tahun yang lalu (lihat di bawah) saya dan beberapa rekan milis 
pernah membahas masalah karbonat yang mungkin muncul di bawah TD Banjar 
Panji-1, juga tentang lapisan tebal batupasir volkanik yang ditembus di bagian 
bawah sumur ini. 



Perlu ditekankan lagi bahwa karbonat yang ditembus di TD Porong-1 bukanlah 
karbonat Kujung-1/Upper Kujung/ Prupuh; karbonat Porong-1 itu telah diukur umur 
absolutnya melalui isotop strontium-86/87 dan menghasilkan umur 16 Ma 
(Kusumastuti et al., 2002, AAPG Bull 86/2, p. 220) itu sama dengan umur bagian 
bawah karbonat Wonosari. Batas paling muda Kujung-1/Upper Kujung/Prupuh adalah 
20 Ma (BPM, 1950; Cities Service, 1968, Pringgoprawiro, 1983). Saran saya, 
jangan pernah lagi menyebut-nyebut Kujung di dalam diskusi-diskusi Porong, 
BJP-1, Lusi. Cuttings terakhir dari BJP-1 menunjukkan calcimetry 4 %, itu bukan 
representasi batugamping.



Batupasir volkanik yang ditembus di bagian bawah BJP-1 berasal dari volcanic 
arc Jawa yang berumur Mio-Pliosen. Umur batupasir ini adalah paling tua Early 
Pliocene, atau menurut hemat saya bila mengacu ke absolute dating sample di 
atas karbonat Porong, maka umur batupasir volkanik ini Middle-Late Pliocene. 
Dalam stratigrafi Jawa Timur onshore batupasir volkanik ini milik Formasi 
Kalibeng, yang ekivalen dengan batupasir volcanik Damar di Jawa Tengah, Kumbang 
di batas Jawa Barat-Jawa Tengah dan Subang di Jawa Barat.



Batupasir ini diendapkan tidak jauh dari volcanic arc-nya, ke Selat Madura, 
area Santos, batupasir volkanik ini tak sampai; di Porong-1 masih ditemukan 
beberapa lidah batupasir ini; tetapi ke Selat Madura sudah terlalu dalam dan 
terlalu jauh. Pada saat yang bersamaan, di Selat

RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-09 Terurut Topik Bambang P. Istadi
Cak Yayang, mein brur,.. Sangat menarik statementnya dimana LUSI adalah
mud volcano dari mud diapirsm yang pada awalnya dipicu oleh underground
blowout-UGBO .

kita perlu mendefinisikan apa yang dimaksud dengan UGBO yang disebabkan
oleh pemboran; dan, bagaimana tekanan dalam sumur, lalu, proses terjadi
fractures dan breach sampai kepermukaan. 

1. Pertama, harus adanya 'uncontrolled kick', suatu kick besar yang
tidak bisa diatasi.
2. Adanya tekanan tinggi yang melebihi fracture pressure dilapisan yang
terlemah, lazimnya di casing shoe terdalam, sehingga tercipta fracture
didalam sumur.
3. Adanya 'drive mechanism' yang besar sehingga fluida mengalir kedalam
sumur dari lapisan yang bertekanan tinggi dan berlanjut pada proses
pemecahan batuan disumur tersebut. Jadi sumur menjadi bagian dari
proses. Jadi jika terjadi UGBO yang mengakibatkan liquefaction seperti
yang cak Yayang usulkan, seharusnya juga melibatkan sumur itu sendiri
dan harus bisa dan mudah terdeteksi disumur.
4. Adanya 'sustained propagation pressure', tekanan tinggi yang bisa
meneruskan fractures kepermukaan 'breach' dan tetap menahan fracture
agar tetap terbuka. Eg. Kalau melakukan frac job musti ada propantnya
supaya tetap terbuka. Jika dipicu dan berhubungan dengan sumur, maka
saat terjadi mudflow harusnya sumur ikut terpengaruh. Self propulsion
yang berasal dari UGBO disumur yang diusulkan cak Yayang seharusnya juga
berdampak pada sumur tersebut.

Bukti yang kita kumpulkan tidak menunjang kriteria diatas, sehingga kami
simpulkan tidak terjadi UGBO disumur, meskipun diawal-awal kita semua
langsung menuding sumur tanpa bukti yang cukup. Sebagai contoh, kick
yang terjadi sehari sesudah adanya loss bersamaan dengan gempa,  sudah
terkontrol dan mati dalam waktu 40 menit, lalu BOP sudah dibuka dalam
waktu ~3 jam. Sumur benar2 telah mati dan bisa melakukan sirkulasi,
artinya tidak ada lagi high pressure didalam sumur maupun sumbatan
didalam sumur. 

Analisa tekanan dalam sumur menujukkan bahwa tekanan pada casing shoe
adalah sebesar 2710 psi yang mana masih dibawah kekuatan batuan (3053
psi LOT). Sebaliknya sumur dituding terjadi UGBO dan fracturing karena
drill pipe pressure turun dan berakhir drastis dengan terjadinya breach
ke permukaan. Rupanya claim tersebut hanya didasari oleh satu data yaitu
drill pipe pressure data saja (Davies/Lusiaga di Cape Town). Namun kalau
kita bandingkan turunnya drillpipe pressure tersebut dengan enam data2
yang lain, ceritanya akan beda. Turunnya drillpipe pressure secara
drastis tersebut disebabkan oleh dilakukannya bleed-off pressure pada
drill pipe sebelum dipompakan soaking fluid. Drill string merupakan
closed-loop system, jika ada penurunan pressure tidak berarti sumurnya
bocor. Kalau bocor tidak mungkin ada pressure sewaktu dipompakan soaking
fluid. Kalau ban mobil kita kempes, sobek kena paku, meskipun kita pompa
tidak akan ada pressure. Ada Enam data termasuk mud logger RTD ('black
box') yang antara lain menunjukan tank volume yang konstan, tidak adanya
loss disumur dll yang tidak menunjang claim ini. Bukti2 lain yang
menunjukkan bahwa sumur dalam keadaan tidak bocor bisa dibaca di paper
Elsevier, yang link sudah saya kirimkan.

Soal adanya retakan di rig site dengan arah SW / NE dari lubang semburan
pertama, melewati piperack mengarah ke lubang semburan kedua dan ketiga
(diseberang jalan tol). Jika disebabkan oleh lumpur bertekanan tinggi
dari bawah permukaan, seharusnya akan keluar juga lumpur dari rekahan
yang menciptakan rekahan tersebut. Padahal, dari crack/rekahan tersebut
tidak keluar apa2. Sebagai catatan, didalam sumur sudah tidak ada
tekanan tinggi, BOP dalam keadaan terbuka. Fakta lain, apabila suatu
UGBO sudah pecah sampai kepermukaan (breach), sudah terjadi pressure
release maka sudah tidak ada lagi 'sustained propagation pressure', yang
bisa memecahkan dan membuat lobang semburan2 lainnya lagi. Sedangkan
fakta menunjukkan bahwa lubang semburan kedua dan ketiga diseberang
jalan tol terjadi 3 - 4 hari sesudah lubang semburan utama, sejajar
dengan patahan Watukosek. Kita perkirakan retakan ini disebabkan oleh
lateral movement. 

Mengenai pamer data dan perhitungan yang lebih dulu di paper dan milis,
saya pikir sudah banyak orang yang berpendapat UGBO yang mengakibatkan
LUSI, menciptakan public opini duluan, sedangkan kita baru merelease
paper 3 tahun setelah semburan, dan bukan yang pertama pula. Begitu
Cak,..

Numpang sekalian,.. pak moderator, Paulus my bro,.. kalau yang dimaksud
tulisan saya yang menyinggung,.. mohon maaf, juga kepada rekan2 yang
kurang berkenan,..

Wass.
Bambang


-Original Message-
From: abachtiar_CBN [mailto:abacht...@cbn.net.id] 
Sent: Tuesday, March 09, 2010 5:23 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

Paulus, maaf, aku juga mau ikutan nimbrung dalam diskusi, tetapi seperti

umumnya kawan2 lain yang belum mendapatkan izin dari Lapindo, BPMigas,
dan 
Ditjen Migas untuk melihat, memilih sendiri dan menggunakan data dr
BJP-1, 
maka

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-09 Terurut Topik Nataniel Mangiwa
 pressure. Ada Enam data termasuk mud logger RTD ('black
 box') yang antara lain menunjukan tank volume yang konstan, tidak adanya
 loss disumur dll yang tidak menunjang claim ini. Bukti2 lain yang
 menunjukkan bahwa sumur dalam keadaan tidak bocor bisa dibaca di paper
 Elsevier, yang link sudah saya kirimkan.

 Soal adanya retakan di rig site dengan arah SW / NE dari lubang semburan
 pertama, melewati piperack mengarah ke lubang semburan kedua dan ketiga
 (diseberang jalan tol). Jika disebabkan oleh lumpur bertekanan tinggi
 dari bawah permukaan, seharusnya akan keluar juga lumpur dari rekahan
 yang menciptakan rekahan tersebut. Padahal, dari crack/rekahan tersebut
 tidak keluar apa2. Sebagai catatan, didalam sumur sudah tidak ada
 tekanan tinggi, BOP dalam keadaan terbuka. Fakta lain, apabila suatu
 UGBO sudah pecah sampai kepermukaan (breach), sudah terjadi pressure
 release maka sudah tidak ada lagi 'sustained propagation pressure', yang
 bisa memecahkan dan membuat lobang semburan2 lainnya lagi. Sedangkan
 fakta menunjukkan bahwa lubang semburan kedua dan ketiga diseberang
 jalan tol terjadi 3 - 4 hari sesudah lubang semburan utama, sejajar
 dengan patahan Watukosek. Kita perkirakan retakan ini disebabkan oleh
 lateral movement.

 Mengenai pamer data dan perhitungan yang lebih dulu di paper dan milis,
 saya pikir sudah banyak orang yang berpendapat UGBO yang mengakibatkan
 LUSI, menciptakan public opini duluan, sedangkan kita baru merelease
 paper 3 tahun setelah semburan, dan bukan yang pertama pula. Begitu
 Cak,..

 Numpang sekalian,.. pak moderator, Paulus my bro,.. kalau yang dimaksud
 tulisan saya yang menyinggung,.. mohon maaf, juga kepada rekan2 yang
 kurang berkenan,..

 Wass.
 Bambang


 -Original Message-
 From: abachtiar_CBN [mailto:abacht...@cbn.net.id]
 Sent: Tuesday, March 09, 2010 5:23 PM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

 Paulus, maaf, aku juga mau ikutan nimbrung dalam diskusi, tetapi seperti

 umumnya kawan2 lain yang belum mendapatkan izin dari Lapindo, BPMigas,
 dan
 Ditjen Migas untuk melihat, memilih sendiri dan menggunakan data dr
 BJP-1,
 maka yang bisa kita lakukan hanya mendaur ulang data dan men-challenge
 interpretasi dr kawan2 yg punya kemewahan untuk memamerkan data dan
 perhitungan itu terlebih dulu di paper2 maupun di milis ini. Yang akan
 aku
 soroti adalah counter argumen dr broer BPI maupun mungkin dr 1 atau 2
 kawan
 sebelumnya (mas Sunu kalau nggak salah), yang mempertentangkan secara
 ekstrim bahwa UGBO terus terjadi SAMPAI SEKARANG, dan itu tdk masuk akal

 karena itung2an rate, volume dan asal-usul fluidanya selalu gak match dg

 kondisi lobang dan petrofisika formasi yg bisa dihitung dr data2 mereka
 yg
 ada. Dari dulu saya selalu menawarkan analisis penyebab yg bukan
 menganggap
 in adalah UGBO abadi. UGBO terjadi pada waktu awal2 akibat loss dan
 kick,
 kemudian UGBO itu memicu ketidak stabilan lapisan MUD-DIAPIR di sekitar
 lobang bor yang tadinya waktu ditembus pada pemboran turun kondisinya
 aman-aman saja. Adalah liquifaction dari mud-diapir itulah yang terus
 menerus terjadi sampai sekarang membentuk MUD VOLCANO di permukaan.
 Jadi,
 sekarang sudah tdk ada UGBO itu. Yang ada adalah proses pembentukan
 mud-volcano yg dipicu oleh UGBO. Loss, kick, dan gain itu jelas2 ada dan

 terlaporkan dalam DDR yg pernah saya lihat (waduh, ... mudah2an gak ada
 yg
 iseng melaporkan aku ke migas krn ngliat data2 tsb, tapi aku juga punya
 dalih: waktu itu polisi yang nyuruh ngliat koq..). Dan yang saya tangkap

 dari keseluruhan argumen dalam paper2 yang berevolusi makin ke sini
 makin
 menunjukkan reluctancy kawan2 penulis itu untuk mengatakan adanya UGBO
 pada
 waktu mengatasi kick tsb. Adanya foto crack di rig-site yang memotong
 panjang sampai ke casing(pipe?) rack setelah penanganan kick,
 kemungkinan
 besar juga bisa dikaitkan dengan UGBO ini. Selain itu di DDR juga
 disebutkan
 adanya komunikasi antara lubang bor dengan lubang semburan pertama. Nah,

 jadi, point saya yang tanpa data otentik yg bisa dituliskan krn tdk ada
 ijin
 ini ingin menyodorkan sedikit pencerahan baik ke kawan2 penonton maupun
 terutama ke broer BPI, mas Sunu, maupun pihak2 terkait lainnya bahwa ada

 alternatif mekanisme penyebab lain yang lebih masuk akal dibandingkan
 dengan
 sekedar UGBO forever. LuSi adalah kelahiran mud-volcano dr mud diapirism
 yg
 dipicu oleh UGBO.

 Salam
 Yayang


 - Original Message -
 From: Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Sent: Tuesday, March 09, 2010 4:45 PM
 Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI


 Pak Natan, pak RDP,...

 Anggaplah 14ft yang samplenya belum sampai permukaan dan tidak bisa
 didiskripsi tersebut adalah porous carbonate, dan kita asumsikan sebagai
 exposure thickness,.. lalu kita masukkan beberapa parameter lainnya,..

 Flow dimension :
 Well depth = 9297 ft
 Well radius = 0.51 ft (1/2 x 12-1/4)
 Radius of investigation = +50 ft (optimistic value)

 Fluid

RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-08 Terurut Topik Doddy Suryanto
Pak Suhu Sugeng Yth,

Sangat sangat benar sekali semua yang bapak uraian untuk mengecek keberadaan 
Kujung di sumur Banjarpanji. 

Ada fakta yang menyebutkan pengecekan bottom up sample di kedalaman 9283ft (14 
ft diatas TD) dan ternyata masih batu pasir volkanik. Sampe akhirnya bor 
menembus 9297ft dan terjadi total loss sehingga sample belum pernah diperoleh 
apakah pada kedalaman ini benar2 top Kujung.

Data terakhir VSP juga tidak konklusif dimana top Kujung bisa berada pd 
kedalaman 8800-9600ft. Jadi top Kujung juga masih tanda tanya dgn data-data 
yang ada (ini tanpa melihat datanya langsung ya).

Kalo masalah batu pasir yang tebal di sumur Banjarpanji, sebenarnya di sumur 
Porong juga ditemukan batu pasir di kedalaman sekitar 700-an ft tapi tidak 
setebal di sumur Banjarpanji-1.

Hilangnya batugamping seperti diproposal sebenarnya juga mungkin tidak begitu 
mengagetkan karena di atas Kujung jarang dijumpai lapisan batugamping yang 
sangat tebal (cmiiw).

Yang cukup mengangetkan adalah adanya laporan yang harusnya confidential dari 
TriTech Petroleum Consultant Limited yang menyebutkan adanya Memorandum Summary 
of Meeting for banjarpanji tanggal 1 mei 2006.

Salah satu catatan menyebutkan:

-As informed by Lapindo Brantas' geologist, there is no weak zone or 
reactive shale that creates loss circulation or caving problem in the interval 
3500'-8500'.

-...

-In case encounter caving indication the drilling will be stopped and 
set 11-3/4 prior continues to drilling deeper...

Padahal di kedalaman 3500 dan 3595 sudah mulai mendapatkan gain. Bahkan waktu 
mengebor 17 ½ section sudah banyak mendapatkan caving sehingga casing 16 
perlu dipasang lebih dangkal seperti yang dibilang pak Bambang. Hasil LOT 
16casing juga tidak terlalu bagus sehingga perlu di-squeeze.

Sebenarnya sudah banyak masalah di upper section dimana ini bisa dianalogikan 
dengan adanya high pressure seperti yang ada di sumurnya Santos (Anggur-1) 
waktu menembus pucangan. 

Asumsi saya..ini cuma asumsi sajadrilling mau meneruskan mengebor sampe 
top kujung karena secara kalkulasi, kekuatan shoe di 13-3/8 cukup besar dan 
adanya lampu hijau dari GG yang berpendapat bahwa tidak ada zona yang 
membahayakan di kedalaman 3500ft ke bawah. Walaupun kenyataannya justru di 
kedalaman ini pressure mulai bertambah karena sumur harus melewati section yang 
build up pressure.

Selain itu, design sumur Banjarpanji kok sepertinya menantang menembus Kujung 
tepat ditengah2 conjugate fault yang secara teori merupakan zona lemah dan 
rawan loss. Bukankah formasi yang ditembus juga tanda tanya waktu sumur 
Banjarpanji-1 dipropose.

Berbeda dengan design sumur Porong yang menembus di samping collapse structure 
(di papernya Kusumastuti, 1999).

Ini cuma uneg2 saya seputar LUSI ditinjau dari sudut pandang yang lain yang 
tidak begitu menekankan factor drilling tetapi lebih menekankan factor GG 
dimana umumnya drilling akan berdiskusi dgn kita saat ketidakpastian bawah 
permukaan akan dilewati...

 

Salam,

-DS-

  

 

-Original Message-
From: Sugeng Hartono [mailto:sugeng.hart...@petrochina.co.id] 
Sent: Saturday, 06 March, 2010 10:27 PM
To: iagi-net@iagi.or.id; iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

 

Pak Doddy Yth,

 

Untuk mengetahui apakah bit sudah mencium formasi Kujung (gamping)tentunya 
kita perlu melihat Mudlog atau Masterlog (dibuat oleh crew mudloggers) dan 
progress sample log (oleh wellsite geologist). Ini bukan pekerjaan yang sulit, 
ibarat sudah menjadi makanan wsg. Dan, kedua log ini pun sangat bergantung 
kepada pengalaman mudloggers dan wsg (crew yg kurang pengalaman biasanya kurang 
konfiden untuk menentukan ini). Sebenarnya perubahan litologi dari bukan 
gamping ke gamping juga akan ditengarai adanya perubahan ROP (rate of 
penetration)yg cukup mencolok. Rekaman ROP (juga RPM, hookload,pump pressure, 
dll)dapat dilihat dengan jelas di Chart Geolograph yang berada di ruang 
driller. Sayang sekali, lebih dari 15 th terakhir ini yg namanya Geolograph 
sudah pada rusak...:( Biasanya rig mechanic mengatakan tidak ada spare-part 
(atau memang tidak mampu memperbaikinya?).

Tentang batu pasir (very porous volcanic sand?)yang begitu tebal (sampai 
3000'?)pernah dipertanyakan seorang kawan yg geologist-mudlogger: bagaimana 
menjelaskannya, aktivitas volkanik sampai dapat menghasilkan batu pasir begitu 
tebal; mungkin ada letusan yg hebat dan berlangsung cukup lama. Mungkin ada 
kawan-2 lain yg dapat menerangkannya.

Jadi, diskusi ini akan lebih bermakna kalau kita dapat melihat Mudlog-nya.

Demikian komentar saya, semoga berguna.

 

Salam,

sugeng

 

 

 

 

 

 

-Original Message-

From: Doddy Suryanto [mailto:dod...@pttep.com]

Sent: Fri 3/5/2010 2:24 PM

To: iagi-net@iagi.or.id

Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

 

Terima kasih pak Bambang atas penjelasannya. Sangat menarik untuk

dicermati lebih dalam.

 

Mengenai look ahead seismic, waktu ketemu

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-08 Terurut Topik Firman Fauzi
 dalam rangka menyelesaikan tugas akademik 
(skripsi, tesis, disertasi) maupun penelitian insitusi perguruan tinggi 
tersebut.
 
Apakah setiap orang yang tak berkepentingan boleh juga melihat data tersebut ? 
Saya tidak yakin, tetapi itu bisa ditanyakan ke Ditjen Migas bila diperlukan. 
 
Undangan terbuka Mas Bambang Istadi untuk melihat data sumur BJP-1 kepada siapa 
saja yang berminat berkaitan dengan paragraf di atas. Itu tidak berarti tanpa 
izin Dirjen Migas. Bila serius ada yang ingin melihat data tersebut, silakan 
didaftarkan siapa saja, mewakili institusi mana (kita tentu tidak bisa membawa 
atas nama diri sendiri). Setelah terdaftar, Lapindo silakan memroses surat 
izinnya ke Ditjen Migas. Keputusan apakah personal-personal tersebut diizinkan 
melihat data BJP-1 akan ditentukan oleh Dirjen Migas. Hal seperti ini, setahu 
saya, belum pernah terjadi. Barangkali, mekanisme ini mirip dengan pembukaan 
data dalam rangka farm out, itu juga harus dengan seizin Dirjen Migas dalam 
periode tertentu.
 
Kerahasiaan data dasar akan berakhir setelah 4 tahun, data olahan setelah 6 
tahun, data interpretasi setelah 8 tahun. Sejak kapan ? Apakah sejak data itu 
diperoleh ? Jadi karena data sumur BJP-1 diperoleh tahun 2006 maka tahun ini 
datanya akan terbuka ? Bukan, data itu menjadi terbuka dihitung bukan sejak 
data itu diperoleh (bukan otomatis), tetapi sejak status data itu ditetapkan 
Pemerintah (memerlukan penetapan oleh Pemerintah). Tentang hal ini silakan 
lihat PP No. 35 Tahun 2004, 
Penjelasan Pasal 23 Ayat 2.
 
Data yang dikirim Mas Bambang di milis adalah data yang sudah dipublikasikan, 
berasal dari makalah yang ditulisnya. Ini boleh saja, dengan catatan bahwa 
makalah tersebut sudah mendapatkan izin dari Dirjen Migas. Makalah mengenai 
migas yang menggunakan data milik Pemerintah dan belum pernah mendapatkan izin 
publikasi harus mendapatkan izin dahulu dari Dirjen Migas. Apabila telah 
diperoleh izin dan dipublikasikan, maka data itu telah menjadi milik 
publik/umum sehingga boleh saja dipindahtangankan melalui milis. 
 
Barangkali banyak yang berpendapat  “ribet amat masalah prosedur data ini”. 
Kita memang menganut pembatasan dalam hal data, mungkin tak seterbuka 
Negara-negara tetangga. Suatu mekanisme yang dibuat pasti ada positif 
negatifnya, termasuk masalah data ini. 
 
Saya menuliskan ini bukan untuk membuat teman-teman yang semula bersemangat 
ingin melihat data sumur BJP-1 agar mengurungkan niatnya, jangan berprasangka 
buruk begitu. Data sumur BJP-1 sangat mungkin untuk bisa dilihat, sebagaimana 
juga telah diizinkan pemanfaatannya untuk beberapa peneliti,  tetapi ada 
aturannya. 
 
Sebagai seorang yang bekerja untuk BPMIGAS, yang setiap harinya banyak 
berhubungan dengan regulasi dan prosedur, saya harus menginformasikan 
regulasinya dan prosedurnya, agar kita waspada sebab di dalam regulasi itu 
terkandung rambu-rambu dan ketentuan pidananya. Pelanggaran akan tetap dianggap 
pelanggaran, meskipun alasannya ketidaktahuan.
 
Demikian, semoga bermanfaat.
 
Salam,
Awang

--- Pada Ming, 7/3/10, Nyoto ssoena...@gmail.com menulis:


Dari: Nyoto ssoena...@gmail.com
Judul: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Kepada: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id
Tanggal: Minggu, 7 Maret, 2010, 7:31 AM


Betul juga pak Natan, kalau data masterlognya diposting disini, maka saya yakin 
akan banyak teman2 anggota IAGI yg selama ini masih belum SREG dg kesimpulan 
yg dikeluarkan DPR (biarpun kita tahu persis bhw kesimpulan itu adalah 
KESIMPULAN POLITIK. So monggo aja mas Bambang Is.

Wass,
nyoto




Sent from my iPhone 3GS
Powered by maxis

On Mar 5, 2010, at 16:07, Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com wrote:

Pak Bambang yang baik,

Fyi saja. Sekarang sudah jamannya teknologi maju. Belum pernah ada
Mudloging company yang TIDAK memprovide masterlog dalam bentuk Soft
copy (pdf/tiff/jpg/dlsb). Masterlog juga biasanya sizenya tidak
melebihi 5M from Surface to TD.

So..saya ga ngeliat ada kesulitan berarti untuk mempostingnya di milis
ini, dengan bantuan moderator tentunya.

Karena, saya yakin pasti ada juga yang ingin melihatnya. Minimal 1
orang lah..Pak Nyoto (bener kan Pak? he3).

Trimakasih lagi Pak Bambang

On 3/5/10, Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com wrote:
Pak Natan,

Silahkan baca email saya sebelumnya ...Saya tidak pernah mengatakan
gempa sebagai penyebab LUSI, yang kami amati adalah kondisi sumur,...

Soal yang lain,.. saya sarankan pak Natan baca 2 paper kami yang sudah
dipublish di Elsevier mengenai drilling,.. juga kalau mau lihat
mudlog/materlog,.. silahkan datang ke Lapindo, saya akan minta teman2 di
Lapindo untuk menunjukan mudlog yang dimaksud.

Wass.
Bambang


-Original Message-
From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com]
Sent: Friday, March 05, 2010 12:45 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

saya suka kalimat Pak Bambang yang ini: Jadi timing dari loss diberikan
sebagai informasi, dan bukan pembenaran dari gempa sebagai

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-08 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
 terbuka dihitung bukan
 sejak data itu diperoleh (bukan otomatis), tetapi sejak status data itu
 ditetapkan Pemerintah (memerlukan penetapan oleh Pemerintah). Tentang hal
 ini silakan lihat PP No. 35 Tahun 2004,
 Penjelasan Pasal 23 Ayat 2.

 Data yang dikirim Mas Bambang di milis adalah data yang sudah
 dipublikasikan, berasal dari makalah yang ditulisnya. Ini boleh saja, dengan
 catatan bahwa makalah tersebut sudah mendapatkan izin dari Dirjen Migas.
 Makalah mengenai migas yang menggunakan data milik Pemerintah dan belum
 pernah mendapatkan izin publikasi harus mendapatkan izin dahulu dari Dirjen
 Migas. Apabila telah diperoleh izin dan dipublikasikan, maka data itu telah
 menjadi milik publik/umum sehingga boleh saja dipindahtangankan melalui
 milis.

 Barangkali banyak yang berpendapat  “ribet amat masalah prosedur data ini”.
 Kita memang menganut pembatasan dalam hal data, mungkin tak seterbuka
 Negara-negara tetangga. Suatu mekanisme yang dibuat pasti ada positif
 negatifnya, termasuk masalah data ini.

 Saya menuliskan ini bukan untuk membuat teman-teman yang semula bersemangat
 ingin melihat data sumur BJP-1 agar mengurungkan niatnya, jangan
 berprasangka buruk begitu. Data sumur BJP-1 sangat mungkin untuk bisa
 dilihat, sebagaimana juga telah diizinkan pemanfaatannya untuk beberapa
 peneliti,  tetapi ada aturannya.

 Sebagai seorang yang bekerja untuk BPMIGAS, yang setiap harinya banyak
 berhubungan dengan regulasi dan prosedur, saya harus menginformasikan
 regulasinya dan prosedurnya, agar kita waspada sebab di dalam regulasi itu
 terkandung rambu-rambu dan ketentuan pidananya. Pelanggaran akan tetap
 dianggap pelanggaran, meskipun alasannya ketidaktahuan.

 Demikian, semoga bermanfaat.

 Salam,
 Awang

 --- Pada Ming, 7/3/10, Nyoto ssoena...@gmail.com menulis:


 Dari: Nyoto ssoena...@gmail.com
 Judul: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
 Kepada: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id
 Tanggal: Minggu, 7 Maret, 2010, 7:31 AM


 Betul juga pak Natan, kalau data masterlognya diposting disini, maka saya
 yakin akan banyak teman2 anggota IAGI yg selama ini masih belum SREG dg
 kesimpulan yg dikeluarkan DPR (biarpun kita tahu persis bhw kesimpulan itu
 adalah KESIMPULAN POLITIK. So monggo aja mas Bambang Is.

 Wass,
 nyoto




 Sent from my iPhone 3GS
 Powered by maxis

 On Mar 5, 2010, at 16:07, Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com
 wrote:

 Pak Bambang yang baik,

 Fyi saja. Sekarang sudah jamannya teknologi maju. Belum pernah ada
 Mudloging company yang TIDAK memprovide masterlog dalam bentuk Soft
 copy (pdf/tiff/jpg/dlsb). Masterlog juga biasanya sizenya tidak
 melebihi 5M from Surface to TD.

 So..saya ga ngeliat ada kesulitan berarti untuk mempostingnya di milis
 ini, dengan bantuan moderator tentunya.

 Karena, saya yakin pasti ada juga yang ingin melihatnya. Minimal 1
 orang lah..Pak Nyoto (bener kan Pak? he3).

 Trimakasih lagi Pak Bambang

 On 3/5/10, Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com wrote:
 Pak Natan,

 Silahkan baca email saya sebelumnya ...Saya tidak pernah mengatakan
 gempa sebagai penyebab LUSI, yang kami amati adalah kondisi sumur,...

 Soal yang lain,.. saya sarankan pak Natan baca 2 paper kami yang sudah
 dipublish di Elsevier mengenai drilling,.. juga kalau mau lihat
 mudlog/materlog,.. silahkan datang ke Lapindo, saya akan minta teman2 di
 Lapindo untuk menunjukan mudlog yang dimaksud.

 Wass.
 Bambang


 -Original Message-
 From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com]
 Sent: Friday, March 05, 2010 12:45 PM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

 saya suka kalimat Pak Bambang yang ini: Jadi timing dari loss diberikan
 sebagai informasi, dan bukan pembenaran dari gempa sebagai penyebab
 LUSI.
 jadi, yang meyakinkan Pak Bambang bahwa Gempa adalah penyebab Lusi apa
 Pak?
 dan datanya apa? karena yang Loss sepertinya Pak Bambang bilang bukan
 pembenaran dari gempa sebagai penyebab LUSI. atau jangan2 Pak bambang
 tidak
 berpendapat bahwa Lusi disebabkan oleh Gempa..(?)

 1 hal lagi yang menurut saya sangat patut dipertanyakan. Saat Total
 Loss,
 artinya tidak ada return..lalu bagaimana Lapindo yakin bahwa formasi
 saat
 Total Loss masih sama (Volcanoclastic Sand/VS)?

 selain itu untuk VS, apa sama sekali dalam interval 6000 to 9297 ft (TD)
 samaskali tidak ada shale/calystone yang bagus untuk pasang casing? agak
 aneh juga Sand bisa develop setebal 3297ft/1100m?? karena salah satu
 reason
 open hole panjang di sumur ini katanya Tidak Ada impermeabel layer yang
 bagus untuk set shoe.

 1 lagi Pak..bisa kah dikirim Mudlog/Masterlog ke milis via admin, biar
 lebih
 afdol, dan siapa tau juga ada rekan2 yang belum lihat dan tertarik ingin
 lihat.

 Trims Pak..

 2010/3/4 Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com

 Pak Natan,

 Menjawan pertanyaan pak Natan, secara umum, Mud Loss terjadi apabila
 pore press  hydrostatic press dari mud sesudah ECD, mud cakes dan
 pressure loss lainnya diperhitungkan. Beberapa saat sesudah

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-08 Terurut Topik Harry Kusna
Rekan2 IAGI ysh.,

Saya kira di tahun 2010 ini sebagian data LAPINDO sudah akan menjadi data 
terbuka, sehingga bisa diakses oleh publik.
Saya tidak tahu apakah hal yang terpikir tsb masih berlaku atau tidak, karena 
hal ini berdasarkan MDM (Manajemen Data MIGAS) 1997 yaitu:
1.  Data yang didapat dari kegiatan explorasi dan/atau exploitasi bila data 
tsb.:
 a. Basic Data, maka data tsb akan dapat dibuka 4 thn setelah penyerahannya.
 Basic data adalah data dasar yang didapat langsung dari kegiatan 
explorasi exploitasi sebagai hasil survey geologi geofisik, 
 aktifitas pengeboran dan produksi.  Sebagi contoh, misalnya raw data 
hasil survey seismic 
 b. Processed data, maka data tsb akan dapat dibuka 6 tahun setelah 
penyerahannya
 Processed data ini adalah basic data yang sudah diproses, misalnya, 
SEGY seismic tape
 c. Interpretive data, maka data tsb akan dapat dibuka 8 tahun setelah 
penyerahannya
 Interpretive data adalah hasil nterpretasi dari processed data, 
misalnya hasil interpretasi seismik data diatas.
2.  Berdasarkan uraian di atas, jika dan hanya jika pengertiannya betul seperti 
yang ditulis di atas, maka 
 data LAPINDO yang basic, seperti misalnya drilling report, sudah akan 
menjadi terbuka di tahun 2010 ini, 
 karena sumur BJP-1 di bor tahun 2006.
Hanya walaupun data tsb sudah menjadi terbuka, tidak berarti LAPINDO boleh 
menyebarkannya ke siapa saja tanpa seijin MIGAS, karena yang berhak menjual 
data terbuka hanyalah instansi yang ditunjuk oleh MIGAS untuk tugas tsb., yaitu 
PATRA NUSA DATA kalau dulu.

Jadi kalau sedikit bersabar, maka gak lama lagi, data2 tsb akan menjadi data 
terbuka, dapat diakses oleh publik, tanpa harus melalui ribet2 birokrasi.

Wassalam,
HK



From: Firman Fauzi geafi...@yahoo.co.uk
To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id
Sent: Mon, March 8, 2010 9:37:07 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

Dear Pak Awang,

Membaca penjelasan Pak Awang tentang pemberian izin utk melihat data mau tidak 
mau sedikit menyurutkan saya yg tadinya bersemangat melihat data2 aktual 
operasi pemboran BJP-1. Hal tentang peneliti yg menulis paper tentang BJP-1 spt 
Tingay, Davies, Mazzini, seharusnya mereka tentu melewati prosedur standar spt 
yg Pak Awang jelaskan bukan?

Saya juga jadi ingin bertanya sampai saat ini siapa saja badan hukum dan 
organisasi selain IAGI yg mendapatkan izin dan pernah menganalisa data tsb. Dan 
mengenai Tingay, Davies, dan Manzini, bendera organisasi apa yg mereka pakai 
untuk mereka mendapatkan akses ke data tsb? Dan apakah Pak Awang pernah 
menganalisa data2 BJP-1 baik geologi maupun drillingnya? Jika pernah berarti 
Pak Awang mewakili BP Migas kah? Dan melewati prosedur perizinan spt yg Pak 
Awang tulis kah?

Menurut saya akses ke data BJP-1 tsb hrs terbuka untuk berbagai kalangan, shg 
kronologi yg putus2 dan data yg diperdebatkan di milis mrpk data yg kontinyu 
dan sahih. Di satu sisi saya sangat menghormati peraturan tentang pembatasan 
akses data migas, untuk kepentingan negeri ini. Namun di sisi lain, data BJP-1 
adlh special case, di mana utk data ini seharusnya instansi berwenang (dirjen 
migas kah? atau bp migas?) memberikan dispensasi khusus untuk data tsb. 
Mengingat ini adalah data spesial yg di alur sejarahnya mengundang polemik yg 
kontroversial. Dispensasi khusus bukan berarti akses dibuka selebarnya tanpa 
izin, namun lebih ke kemudahan dan birokrasi sederhana saja. Data BJP-1 adalah 
data yg sarat makna untuk pembelajaran, data berharga yg dapat menguak tabir 
apa gerangan penyebab sejati semburan lumpur sidoarjo.

Saya mendaftarkan diri, apabila IAGI atau badan apapun berkenan menginisiasi 
lagi pembukaan data BJP-1. Dan saya yakin akan banyak yg akan mendaftar.

Salam dr Bogor Darussalam,
FF


On Mar 8, 2010, at 1:47 PM, Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com wrote:

Memuat di milis-milis data mentah/ olahan/ interpretasi hasil kegiatan survei 
umum/ eksplorasi/ eksploitasi yang masih tertutup untuk umum (rahasia) tanpa 
izin dari Direktur Jenderal Migas adalah suatu pelanggaran atas Peraturan 
Menteri ESDM No. 027 Tahun 2006. Hati-hati, pelanggaran atas Peraturan ini 
mempunyai sanksi pidana atau denda. Silakan dicermati kutipan ayat-ayat di 
bawah ini yang berasal dari Peraturan tersebut.

Pasal 2 Ayat (1) 
Data yang diperoleh dari Survei Umum, Eksplorasi dan
Eksploitasi adalah milik Negara yang dikuasai oleh Pemerintah.

Pasal 25 Ayat (2) 
Pemanfaatan data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk
keperluan ilmiah dan keperluan lainnya  selain  untuk keperluan
operasi di wilayah Kerjanya oleh Kontraktor atau pihak lain,
wajib mendapat izin dari Direktur Jenderal.

Pasal 25 Ayat (3) 
Kontraktor dapat melakukan pertukaran data sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dengan Kontraktor lain pada wilayah kerja
yang saling berbatasan setelah mendapat izin dari Direktur
Jenderal.

Pasal 32
Setiap orang yang mengirim atau menyerahkan atau

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-08 Terurut Topik Awang Satyana
Firman,
 
Semua publikasi tentang Lusi dari teman2 Lapindo dan para peneliti terkait 
sudah meminta izin terkait. Publikasi dari luar Lapindo seperti dari Davies, 
Tingay pertamanya tak mengurus izin ke Migas karena mereka menggunakan data di 
luar Lapindo (bukan data, sebagian dari media). Publikasi berikutnya dari 
Davies dan Tingay yang telah menggunakan raw data Lapindo, saya tak tahu apakah 
sudah seizin Migas atau tidak sebab tak ada catatan permintaan izin.
 
Davies dan Tingay membawa bendera institusinya (perguruan tinggi dan research 
center mereka di Inggris dan Australia), Mazzini dkk membawa bendera perguruan 
tinggi dan research center-nya di Norwegia, juga mereka berkolaborasi dengan 
teman2 Lapindo. Di Indonesia, institusi yang pernah mengakses data tersebut 
adalah IAGI dan Badan Geologi. Dua hari lalu Badan Geologi juga meminta data 
tersebut, tetapi sekarang mereka langsung ke Pusdatin (prosedur yang benar 
juga) dengan tembusan ke BPMIGAS dan Ditjen Migas.
 
Karena saya di BPMIGAS, saya tentu saja pernah menganalisis semua data BJP-1 
(GG, drilling dan yang berkaitan), baik sebelum usulannya, saat pengeborannya 
dalam bentuk laporan harian, maupun sesudahnya. Publikasi saya tentang Lusi 
tidak secara khusus, tetapi menggabungkannya dengan semua gununglumpur yang 
lain di seluruh Jawa (Proceedings IPA 2008 - Satyana and Asnidar, 2008). Tidak 
ada data BJP-1 yang saya cantumkan di situ. Bila saya mencantumkan data BJP-1 
di dalam paper, tentu saja saya pun akan melakukan prosedur perizinan yang 
sama. Pendapat saya bukan mewakili pendapat BPMIGAS. 
 
Dispensasi khusus untuk data BJP-1 bisa dilakukan bila Pemerintah memandang 
perlu, barangkali dasar hukumnya sebagai KepMen (Keputusan Menteri). Selama 
ini, itu belum ada, yang ada hanyalah PerMen 027/2006 yang saya ceritakan di 
bawah. Pembukaan data BJP-1 secara umum tanpa memberlakukan regulasi/keputusan 
yang baru adalah suatu pelanggaran terhadap regulasi yang ada.
 
Para peneliti luar pun telah dapat mengakses data setelah melakukan prosedur 
yang baku. Jangan merasa ribet dengan regulasi ini, bila serius ingin melihat 
datanya, ikuti saja prosedurnya.
 
salam,
Awang

--- Pada Sen, 8/3/10, Firman Fauzi geafi...@yahoo.co.uk menulis:


Dari: Firman Fauzi geafi...@yahoo.co.uk
Judul: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Kepada: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id
Tanggal: Senin, 8 Maret, 2010, 9:37 PM


Dear Pak Awang,

Membaca penjelasan Pak Awang tentang pemberian izin utk melihat data mau tidak 
mau sedikit menyurutkan saya yg tadinya bersemangat melihat data2 aktual 
operasi pemboran BJP-1. Hal tentang peneliti yg menulis paper tentang BJP-1 spt 
Tingay, Davies, Mazzini, seharusnya mereka tentu melewati prosedur standar spt 
yg Pak Awang jelaskan bukan?

Saya juga jadi ingin bertanya sampai saat ini siapa saja badan hukum dan 
organisasi selain IAGI yg mendapatkan izin dan pernah menganalisa data tsb. Dan 
mengenai Tingay, Davies, dan Manzini, bendera organisasi apa yg mereka pakai 
untuk mereka mendapatkan akses ke data tsb? Dan apakah Pak Awang pernah 
menganalisa data2 BJP-1 baik geologi maupun drillingnya? Jika pernah berarti 
Pak Awang mewakili BP Migas kah? Dan melewati prosedur perizinan spt yg Pak 
Awang tulis kah?

Menurut saya akses ke data BJP-1 tsb hrs terbuka untuk berbagai kalangan, shg 
kronologi yg putus2 dan data yg diperdebatkan di milis mrpk data yg kontinyu 
dan sahih. Di satu sisi saya sangat menghormati peraturan tentang pembatasan 
akses data migas, untuk kepentingan negeri ini. Namun di sisi lain, data BJP-1 
adlh special case, di mana utk data ini seharusnya instansi berwenang (dirjen 
migas kah? atau bp migas?) memberikan dispensasi khusus untuk data tsb. 
Mengingat ini adalah data spesial yg di alur sejarahnya mengundang polemik yg 
kontroversial. Dispensasi khusus bukan berarti akses dibuka selebarnya tanpa 
izin, namun lebih ke kemudahan dan birokrasi sederhana saja. Data BJP-1 adalah 
data yg sarat makna untuk pembelajaran, data berharga yg dapat menguak tabir 
apa gerangan penyebab sejati semburan lumpur sidoarjo.

Saya mendaftarkan diri, apabila IAGI atau badan apapun berkenan menginisiasi 
lagi pembukaan data BJP-1. Dan saya yakin akan banyak yg akan mendaftar.

Salam dr Bogor Darussalam,
FF


On Mar 8, 2010, at 1:47 PM, Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com wrote:

Memuat di milis-milis data mentah/ olahan/ interpretasi hasil kegiatan survei 
umum/ eksplorasi/ eksploitasi yang masih tertutup untuk umum (rahasia) tanpa 
izin dari Direktur Jenderal Migas adalah suatu pelanggaran atas Peraturan 
Menteri ESDM No. 027 Tahun 2006. Hati-hati, pelanggaran atas Peraturan ini 
mempunyai sanksi pidana atau denda. Silakan dicermati kutipan ayat-ayat di 
bawah ini yang berasal dari Peraturan tersebut.

Pasal 2 Ayat (1) 
Data yang diperoleh dari Survei Umum, Eksplorasi dan
Eksploitasi adalah milik Negara yang dikuasai oleh Pemerintah.

Pasal 25 Ayat (2) 
Pemanfaatan data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk

RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-08 Terurut Topik Awang Satyana
 beberapa puluh feet saja, kita akan berhenti dulu 
 untuk run VSP atau check shot, dari situ kita mengambil keputusan apa yang 
 akan dilakukan selanjutnya.
 
 Arman
 

--- Pada Sen, 8/3/10, Doddy Suryanto dod...@pttep.com menulis:


Dari: Doddy Suryanto dod...@pttep.com
Judul: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Tanggal: Senin, 8 Maret, 2010, 6:50 PM


Pak Suhu Sugeng Yth,

Sangat sangat benar sekali semua yang bapak uraian untuk mengecek keberadaan 
Kujung di sumur Banjarpanji. 

Ada fakta yang menyebutkan pengecekan bottom up sample di kedalaman 9283ft (14 
ft diatas TD) dan ternyata masih batu pasir volkanik. Sampe akhirnya bor 
menembus 9297ft dan terjadi total loss sehingga sample belum pernah diperoleh 
apakah pada kedalaman ini benar2 top Kujung.

Data terakhir VSP juga tidak konklusif dimana top Kujung bisa berada pd 
kedalaman 8800-9600ft. Jadi top Kujung juga masih tanda tanya dgn data-data 
yang ada (ini tanpa melihat datanya langsung ya).

Kalo masalah batu pasir yang tebal di sumur Banjarpanji, sebenarnya di sumur 
Porong juga ditemukan batu pasir di kedalaman sekitar 700-an ft tapi tidak 
setebal di sumur Banjarpanji-1.

Hilangnya batugamping seperti diproposal sebenarnya juga mungkin tidak begitu 
mengagetkan karena di atas Kujung jarang dijumpai lapisan batugamping yang 
sangat tebal (cmiiw).

Yang cukup mengangetkan adalah adanya laporan yang harusnya confidential dari 
TriTech Petroleum Consultant Limited yang menyebutkan adanya Memorandum Summary 
of Meeting for banjarpanji tanggal 1 mei 2006.

Salah satu catatan menyebutkan:

-        As informed by Lapindo Brantas' geologist, there is no weak zone or 
reactive shale that creates loss circulation or caving problem in the interval 
3500'-8500'.

-        ...

-        In case encounter caving indication the drilling will be stopped and 
set 11-3/4 prior continues to drilling deeper...

Padahal di kedalaman 3500 dan 3595 sudah mulai mendapatkan gain. Bahkan waktu 
mengebor 17 ½ section sudah banyak mendapatkan caving sehingga casing 16 
perlu dipasang lebih dangkal seperti yang dibilang pak Bambang. Hasil LOT 
16casing juga tidak terlalu bagus sehingga perlu di-squeeze.

Sebenarnya sudah banyak masalah di upper section dimana ini bisa dianalogikan 
dengan adanya high pressure seperti yang ada di sumurnya Santos (Anggur-1) 
waktu menembus pucangan. 

Asumsi saya..ini cuma asumsi sajadrilling mau meneruskan mengebor sampe 
top kujung karena secara kalkulasi, kekuatan shoe di 13-3/8 cukup besar dan 
adanya lampu hijau dari GG yang berpendapat bahwa tidak ada zona yang 
membahayakan di kedalaman 3500ft ke bawah. Walaupun kenyataannya justru di 
kedalaman ini pressure mulai bertambah karena sumur harus melewati section yang 
build up pressure.

Selain itu, design sumur Banjarpanji kok sepertinya menantang menembus Kujung 
tepat ditengah2 conjugate fault yang secara teori merupakan zona lemah dan 
rawan loss. Bukankah formasi yang ditembus juga tanda tanya waktu sumur 
Banjarpanji-1 dipropose.

Berbeda dengan design sumur Porong yang menembus di samping collapse structure 
(di papernya Kusumastuti, 1999).

Ini cuma uneg2 saya seputar LUSI ditinjau dari sudut pandang yang lain yang 
tidak begitu menekankan factor drilling tetapi lebih menekankan factor GG 
dimana umumnya drilling akan berdiskusi dgn kita saat ketidakpastian bawah 
permukaan akan dilewati...



Salam,

-DS-

  



-Original Message-
From: Sugeng Hartono [mailto:sugeng.hart...@petrochina.co.id] 
Sent: Saturday, 06 March, 2010 10:27 PM
To: iagi-net@iagi.or.id; iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI



Pak Doddy Yth,



Untuk mengetahui apakah bit sudah mencium formasi Kujung (gamping)tentunya 
kita perlu melihat Mudlog atau Masterlog (dibuat oleh crew mudloggers) dan 
progress sample log (oleh wellsite geologist). Ini bukan pekerjaan yang sulit, 
ibarat sudah menjadi makanan wsg. Dan, kedua log ini pun sangat bergantung 
kepada pengalaman mudloggers dan wsg (crew yg kurang pengalaman biasanya kurang 
konfiden untuk menentukan ini). Sebenarnya perubahan litologi dari bukan 
gamping ke gamping juga akan ditengarai adanya perubahan ROP (rate of 
penetration)yg cukup mencolok. Rekaman ROP (juga RPM, hookload,pump pressure, 
dll)dapat dilihat dengan jelas di Chart Geolograph yang berada di ruang 
driller. Sayang sekali, lebih dari 15 th terakhir ini yg namanya Geolograph 
sudah pada rusak...:( Biasanya rig mechanic mengatakan tidak ada spare-part 
(atau memang tidak mampu memperbaikinya?).

Tentang batu pasir (very porous volcanic sand?)yang begitu tebal (sampai 
3000'?)pernah dipertanyakan seorang kawan yg geologist-mudlogger: bagaimana 
menjelaskannya, aktivitas volkanik sampai dapat menghasilkan batu pasir begitu 
tebal; mungkin ada letusan yg hebat dan berlangsung cukup lama. Mungkin ada 
kawan-2 lain yg dapat menerangkannya.

Jadi, diskusi ini akan lebih bermakna kalau kita dapat melihat Mudlog-nya.

Demikian komentar

RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-08 Terurut Topik Bambang P. Istadi
Pak Doddy, mas Sugeng,

Saya jawab satu2 dulu yaa, sambil cari waktu senggang. Soal karbonat dulu,..

Adanya interpretasi bahwa lapisan karbonat sudah ditembus seperti yang di-claim 
oleh Davies bahwa lapisan Kujung sudah ditembus dan terjadi 'kick' (Davies et 
al., 2007. Birth of a mud volcano: East Java, 29 May 2006). Ini bertolak 
belakang dengan data yang menunjukan bahwa yang terjadi waktu pengeboran pada 
9297 ft adalah 'loss circulation' bukan 'kick' yang seperti ia claim. 
interpretasi bahwa sudah mencium Kujung - ya boleh2 saja. Namun experienced 
well site geologist kita yang ada di rig pada waktu itu tidak setuju dengan 
interpretasi tersebut. Beberapa data yang dilihatnya tidak mendukung dengan 
klaim tersebut; 

Nilai analisa Calcimetry yang dilakukan menunjukkan bahwa tidak ada kenaikan 
angka calcimetry secara signifikan yang menandakan bahwa lapisan karbonat belum 
tertembus.  Besaran calcimetry tetap sekitar 5-10% dan tidak meningkat dengan 
kedalaman. Angka ini konstan karena calcimetry analisis dilakukan setiap 10 ft 
dari cutting sample sejak pemboran memasuki kedalaman 7000 ft. Kalau pemboran 
menembus atau menyentuh lapisan carbonate akan menunjukkan nilai perubahan dari 
analisis calcimetry akan meningkat secara signifikan.

Analisa onsite paleontology tidak terdapat planktonic foram atau benthic foram 
yg signifikan jumlahnya. Lazimnya sebelum menembus carbonate rock akan dijumpai 
planktonic lalu benthic yg melimpah.

Berdasarkan study yang dilakukan sebelum pengeboran dimulai, terutama offset 
well menunjukkan bahwa pada sekitar 50 ft dari top of limestone terdapat 
hardpan atau lapisan karbonat yg keras sebelum masuk porous zone. Ciri2 
perubahan pada ROP yang diharapkan akan pelan sewaktu menemukan hardpan tidak 
dijumpai.

Dilakukan bottoms up circulation dan run carbide apabila ada hal2 yang 
mencurigakan. Kedalaman dimana bottom-up sample dilakukan adalah pada 9007 
(termasuk SIT test), 9277 dan 9283 ft. Ini adalah test yang sangat positif 
untuk mementukan sudah atau belumnya lapisan karbonat tertembus.

Checkshot (velocity survey) mengindikasikan bahwa Kujung akan ditembus pada 
kedalaman 9400 ft atau 9600 ft. Oleh karenanya selalu dilakukan pengecekan 
sample dan ternyata sampai pada sample terakhir 9283 ft. tidak terdapat adanya 
karbonat cuttings.

Loss circulation yang dialami pada kedalaman 9297 ft. berbeda karakter dengan 
loss di lapisan karbonat, termasuk yang dialami di Porong offset well. Mudahnya 
penanganan major loss circulation tersebut mengindiksikan bahwa loss tersebut 
bukan ke vugular limestone tetapi mirip highly fractured sandstone atau mungkin 
saja fault yang semula sealing, se-konyong2 terbuka dan kehilangan sealing 
capacity (fault reactivation).

Wass.
Bambang


-Original Message-
From: Doddy Suryanto [mailto:dod...@pttep.com] 
Sent: Monday, March 08, 2010 6:51 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

Pak Suhu Sugeng Yth,

Sangat sangat benar sekali semua yang bapak uraian untuk mengecek keberadaan 
Kujung di sumur Banjarpanji. 

Ada fakta yang menyebutkan pengecekan bottom up sample di kedalaman 9283ft (14 
ft diatas TD) dan ternyata masih batu pasir volkanik. Sampe akhirnya bor 
menembus 9297ft dan terjadi total loss sehingga sample belum pernah diperoleh 
apakah pada kedalaman ini benar2 top Kujung.

Data terakhir VSP juga tidak konklusif dimana top Kujung bisa berada pd 
kedalaman 8800-9600ft. Jadi top Kujung juga masih tanda tanya dgn data-data 
yang ada (ini tanpa melihat datanya langsung ya).

Kalo masalah batu pasir yang tebal di sumur Banjarpanji, sebenarnya di sumur 
Porong juga ditemukan batu pasir di kedalaman sekitar 700-an ft tapi tidak 
setebal di sumur Banjarpanji-1.

Hilangnya batugamping seperti diproposal sebenarnya juga mungkin tidak begitu 
mengagetkan karena di atas Kujung jarang dijumpai lapisan batugamping yang 
sangat tebal (cmiiw).

Yang cukup mengangetkan adalah adanya laporan yang harusnya confidential dari 
TriTech Petroleum Consultant Limited yang menyebutkan adanya Memorandum Summary 
of Meeting for banjarpanji tanggal 1 mei 2006.

Salah satu catatan menyebutkan:

-As informed by Lapindo Brantas' geologist, there is no weak zone or 
reactive shale that creates loss circulation or caving problem in the interval 
3500'-8500'.

-...

-In case encounter caving indication the drilling will be stopped and 
set 11-3/4 prior continues to drilling deeper...

Padahal di kedalaman 3500 dan 3595 sudah mulai mendapatkan gain. Bahkan waktu 
mengebor 17 ½ section sudah banyak mendapatkan caving sehingga casing 16 
perlu dipasang lebih dangkal seperti yang dibilang pak Bambang. Hasil LOT 
16casing juga tidak terlalu bagus sehingga perlu di-squeeze.

Sebenarnya sudah banyak masalah di upper section dimana ini bisa dianalogikan 
dengan adanya high pressure seperti yang ada di sumurnya Santos (Anggur-1) 
waktu menembus pucangan. 

Asumsi saya..ini cuma asumsi saja

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-08 Terurut Topik Nataniel Mangiwa
Kata Pak Bambang di imil seblumnya ada Total Loss? bener ada atau ga
nih Pak? (lihat imil yang menyertakan PPT dari Pak Bambang via
moderator)

Kalau ada, terus cuttingnya dapat darimana? Total Loss kan tidak ada
Return, return saja tidak ada, kok bisa ngomongin cutting??

TD depth 9297ftMD, last cutting apakah 9297ftMD juga? Kalau sample /
10ft, kemungkinan last sample yang diambil 9290ftMD. Benar atau salah?

On 3/9/10, Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com wrote:
 Pak Doddy, mas Sugeng,

 Saya jawab satu2 dulu yaa, sambil cari waktu senggang. Soal karbonat dulu,..

 Adanya interpretasi bahwa lapisan karbonat sudah ditembus seperti yang
 di-claim oleh Davies bahwa lapisan Kujung sudah ditembus dan terjadi 'kick'
 (Davies et al., 2007. Birth of a mud volcano: East Java, 29 May 2006). Ini
 bertolak belakang dengan data yang menunjukan bahwa yang terjadi waktu
 pengeboran pada 9297 ft adalah 'loss circulation' bukan 'kick' yang seperti
 ia claim. interpretasi bahwa sudah mencium Kujung - ya boleh2 saja. Namun
 experienced well site geologist kita yang ada di rig pada waktu itu tidak
 setuju dengan interpretasi tersebut. Beberapa data yang dilihatnya tidak
 mendukung dengan klaim tersebut;

 Nilai analisa Calcimetry yang dilakukan menunjukkan bahwa tidak ada kenaikan
 angka calcimetry secara signifikan yang menandakan bahwa lapisan karbonat
 belum tertembus.  Besaran calcimetry tetap sekitar 5-10% dan tidak meningkat
 dengan kedalaman. Angka ini konstan karena calcimetry analisis dilakukan
 setiap 10 ft dari cutting sample sejak pemboran memasuki kedalaman 7000 ft.
 Kalau pemboran menembus atau menyentuh lapisan carbonate akan menunjukkan
 nilai perubahan dari analisis calcimetry akan meningkat secara signifikan.

 Analisa onsite paleontology tidak terdapat planktonic foram atau benthic
 foram yg signifikan jumlahnya. Lazimnya sebelum menembus carbonate rock akan
 dijumpai planktonic lalu benthic yg melimpah.

 Berdasarkan study yang dilakukan sebelum pengeboran dimulai, terutama offset
 well menunjukkan bahwa pada sekitar 50 ft dari top of limestone terdapat
 hardpan atau lapisan karbonat yg keras sebelum masuk porous zone. Ciri2
 perubahan pada ROP yang diharapkan akan pelan sewaktu menemukan hardpan
 tidak dijumpai.

 Dilakukan bottoms up circulation dan run carbide apabila ada hal2 yang
 mencurigakan. Kedalaman dimana bottom-up sample dilakukan adalah pada 9007
 (termasuk SIT test), 9277 dan 9283 ft. Ini adalah test yang sangat positif
 untuk mementukan sudah atau belumnya lapisan karbonat tertembus.

 Checkshot (velocity survey) mengindikasikan bahwa Kujung akan ditembus pada
 kedalaman 9400 ft atau 9600 ft. Oleh karenanya selalu dilakukan pengecekan
 sample dan ternyata sampai pada sample terakhir 9283 ft. tidak terdapat
 adanya karbonat cuttings.

 Loss circulation yang dialami pada kedalaman 9297 ft. berbeda karakter
 dengan loss di lapisan karbonat, termasuk yang dialami di Porong offset
 well. Mudahnya penanganan major loss circulation tersebut mengindiksikan
 bahwa loss tersebut bukan ke vugular limestone tetapi mirip highly fractured
 sandstone atau mungkin saja fault yang semula sealing, se-konyong2 terbuka
 dan kehilangan sealing capacity (fault reactivation).

 Wass.
 Bambang


 -Original Message-
 From: Doddy Suryanto [mailto:dod...@pttep.com]
 Sent: Monday, March 08, 2010 6:51 PM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

 Pak Suhu Sugeng Yth,

 Sangat sangat benar sekali semua yang bapak uraian untuk mengecek keberadaan
 Kujung di sumur Banjarpanji.

 Ada fakta yang menyebutkan pengecekan bottom up sample di kedalaman 9283ft
 (14 ft diatas TD) dan ternyata masih batu pasir volkanik. Sampe akhirnya bor
 menembus 9297ft dan terjadi total loss sehingga sample belum pernah
 diperoleh apakah pada kedalaman ini benar2 top Kujung.

 Data terakhir VSP juga tidak konklusif dimana top Kujung bisa berada pd
 kedalaman 8800-9600ft. Jadi top Kujung juga masih tanda tanya dgn data-data
 yang ada (ini tanpa melihat datanya langsung ya).

 Kalo masalah batu pasir yang tebal di sumur Banjarpanji, sebenarnya di sumur
 Porong juga ditemukan batu pasir di kedalaman sekitar 700-an ft tapi tidak
 setebal di sumur Banjarpanji-1.

 Hilangnya batugamping seperti diproposal sebenarnya juga mungkin tidak
 begitu mengagetkan karena di atas Kujung jarang dijumpai lapisan batugamping
 yang sangat tebal (cmiiw).

 Yang cukup mengangetkan adalah adanya laporan yang harusnya confidential
 dari TriTech Petroleum Consultant Limited yang menyebutkan adanya Memorandum
 Summary of Meeting for banjarpanji tanggal 1 mei 2006.

 Salah satu catatan menyebutkan:

 -As informed by Lapindo Brantas' geologist, there is no weak zone or
 reactive shale that creates loss circulation or caving problem in the
 interval 3500'-8500'.

 -...

 -In case encounter caving indication the drilling will be stopped
 and set 11-3/4 prior continues to drilling deeper...

 Padahal di

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI (gempa Y/N??)

2010-03-08 Terurut Topik Nataniel Mangiwa
 prosedur, saya harus menginformasikan
 regulasinya dan prosedurnya, agar kita waspada sebab di dalam regulasi itu
 terkandung rambu-rambu dan ketentuan pidananya. Pelanggaran akan tetap
 dianggap pelanggaran, meskipun alasannya ketidaktahuan.


 Demikian, semoga bermanfaat.

 Salam,
 Awang

 --- Pada Ming, 7/3/10, Nyoto ssoena...@gmail.com menulis:


 Dari: Nyoto ssoena...@gmail.com
 Judul: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
 Kepada: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id
 Tanggal: Minggu, 7 Maret, 2010, 7:31 AM


 Betul juga pak Natan, kalau data masterlognya diposting disini, maka saya
 yakin akan banyak teman2 anggota IAGI yg selama ini masih belum SREG dg
 kesimpulan yg dikeluarkan DPR (biarpun kita tahu persis bhw kesimpulan itu
 adalah KESIMPULAN POLITIK. So monggo aja mas Bambang Is.

 Wass,
 nyoto





 Sent from my iPhone 3GS
 Powered by maxis

 On Mar 5, 2010, at 16:07, Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com
 wrote:

 Pak Bambang yang baik,

 Fyi saja. Sekarang sudah jamannya teknologi maju. Belum pernah ada
 Mudloging company yang TIDAK memprovide masterlog dalam bentuk Soft
 copy (pdf/tiff/jpg/dlsb). Masterlog juga biasanya sizenya tidak
 melebihi 5M from Surface to TD.

 So..saya ga ngeliat ada kesulitan berarti untuk mempostingnya di milis
 ini, dengan bantuan moderator tentunya.

 Karena, saya yakin pasti ada juga yang ingin melihatnya. Minimal 1
 orang lah..Pak Nyoto (bener kan Pak? he3).

 Trimakasih lagi Pak Bambang

 On 3/5/10, Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com wrote:
 Pak Natan,

 Silahkan baca email saya sebelumnya ...Saya tidak pernah mengatakan
 gempa sebagai penyebab LUSI, yang kami amati adalah kondisi sumur,...

 Soal yang lain,.. saya sarankan pak Natan baca 2 paper kami yang sudah
 dipublish di Elsevier mengenai drilling,.. juga kalau mau lihat
 mudlog/materlog,.. silahkan datang ke Lapindo, saya akan minta teman2 di
 Lapindo untuk menunjukan mudlog yang dimaksud.


 Wass.
 Bambang



 -Original Message-
 From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com]

 Sent: Friday, March 05, 2010 12:45 PM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI


 saya suka kalimat Pak Bambang yang ini: Jadi timing dari loss diberikan
 sebagai informasi, dan bukan pembenaran dari gempa sebagai penyebab
 LUSI.
 jadi, yang meyakinkan Pak Bambang bahwa Gempa adalah penyebab Lusi apa
 Pak?
 dan datanya apa? karena yang Loss sepertinya Pak Bambang bilang bukan
 pembenaran dari gempa sebagai penyebab LUSI. atau jangan2 Pak bambang
 tidak
 berpendapat bahwa Lusi disebabkan oleh Gempa..(?)

 1 hal lagi yang menurut saya sangat patut dipertanyakan. Saat Total
 Loss,
 artinya tidak ada return..lalu bagaimana Lapindo yakin bahwa formasi
 saat
 Total Loss masih sama (Volcanoclastic Sand/VS)?

 selain itu untuk VS, apa sama sekali dalam interval 6000 to 9297 ft (TD)
 samaskali tidak ada shale/calystone yang bagus untuk pasang casing? agak
 aneh juga Sand bisa develop setebal 3297ft/1100m?? karena salah satu
 reason
 open hole panjang di sumur ini katanya Tidak Ada impermeabel layer yang
 bagus untuk set shoe.

 1 lagi Pak..bisa kah dikirim Mudlog/Masterlog ke milis via admin, biar
 lebih
 afdol, dan siapa tau juga ada rekan2 yang belum lihat dan tertarik ingin
 lihat.

 Trims Pak..







 

 PP-IAGI 2008-2011:
 ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
 sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
 * 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak biro...

 
 Ayo siapkan diri!
 Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember
 2010

 -
 To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
 To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
 Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
 Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
 Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
 No. Rek: 123 0085005314
 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
 Bank BCA KCP. Manara Mulia
 No. Rekening: 255-1088580
 A/n: Shinta Damayanti
 IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
 IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
 -
 DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted
 on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall
 IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct
 or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss
 of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any
 information posted on IAGI mailing list.
 -




Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-08 Terurut Topik nyoto - ke-el
Menurut keterangan pak Bambang, sample cutting terakhir dari kedalaman 9283
ft dan calcimetrynya tidak menunjukkan adanya kenaikan kandungan calcite
(jadi belum masuk Kujung Ls), tapi kemudian total lost nya pada TD 9297 ft,
mungkin justru top Kujung Ls nya baru tertembus pada TD nya.  Makanya sampai
cutting di 9283 ft t calcimetrynya  tidak/belum naik.





2010/3/9 Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com

 Kata Pak Bambang di imil seblumnya ada Total Loss? bener ada atau ga
 nih Pak? (lihat imil yang menyertakan PPT dari Pak Bambang via
 moderator)

 Kalau ada, terus cuttingnya dapat darimana? Total Loss kan tidak ada
 Return, return saja tidak ada, kok bisa ngomongin cutting??

 TD depth 9297ftMD, last cutting apakah 9297ftMD juga? Kalau sample /
 10ft, kemungkinan last sample yang diambil 9290ftMD. Benar atau salah?

 On 3/9/10, Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com wrote:
  Pak Doddy, mas Sugeng,
 
  Saya jawab satu2 dulu yaa, sambil cari waktu senggang. Soal karbonat
 dulu,..
 
  Adanya interpretasi bahwa lapisan karbonat sudah ditembus seperti yang
  di-claim oleh Davies bahwa lapisan Kujung sudah ditembus dan terjadi
 'kick'
  (Davies et al., 2007. Birth of a mud volcano: East Java, 29 May 2006).
 Ini
  bertolak belakang dengan data yang menunjukan bahwa yang terjadi waktu
  pengeboran pada 9297 ft adalah 'loss circulation' bukan 'kick' yang
 seperti
  ia claim. interpretasi bahwa sudah mencium Kujung - ya boleh2 saja. Namun
  experienced well site geologist kita yang ada di rig pada waktu itu tidak
  setuju dengan interpretasi tersebut. Beberapa data yang dilihatnya tidak
  mendukung dengan klaim tersebut;
 
  Nilai analisa Calcimetry yang dilakukan menunjukkan bahwa tidak ada
 kenaikan
  angka calcimetry secara signifikan yang menandakan bahwa lapisan karbonat
  belum tertembus.  Besaran calcimetry tetap sekitar 5-10% dan tidak
 meningkat
  dengan kedalaman. Angka ini konstan karena calcimetry analisis dilakukan
  setiap 10 ft dari cutting sample sejak pemboran memasuki kedalaman 7000
 ft.
  Kalau pemboran menembus atau menyentuh lapisan carbonate akan menunjukkan
  nilai perubahan dari analisis calcimetry akan meningkat secara
 signifikan.
 
  Analisa onsite paleontology tidak terdapat planktonic foram atau benthic
  foram yg signifikan jumlahnya. Lazimnya sebelum menembus carbonate rock
 akan
  dijumpai planktonic lalu benthic yg melimpah.
 
  Berdasarkan study yang dilakukan sebelum pengeboran dimulai, terutama
 offset
  well menunjukkan bahwa pada sekitar 50 ft dari top of limestone terdapat
  hardpan atau lapisan karbonat yg keras sebelum masuk porous zone. Ciri2
  perubahan pada ROP yang diharapkan akan pelan sewaktu menemukan hardpan
  tidak dijumpai.
 
  Dilakukan bottoms up circulation dan run carbide apabila ada hal2 yang
  mencurigakan. Kedalaman dimana bottom-up sample dilakukan adalah pada
 9007
  (termasuk SIT test), 9277 dan 9283 ft. Ini adalah test yang sangat
 positif
  untuk mementukan sudah atau belumnya lapisan karbonat tertembus.
 
  Checkshot (velocity survey) mengindikasikan bahwa Kujung akan ditembus
 pada
  kedalaman 9400 ft atau 9600 ft. Oleh karenanya selalu dilakukan
 pengecekan
  sample dan ternyata sampai pada sample terakhir 9283 ft. tidak terdapat
  adanya karbonat cuttings.
 
  Loss circulation yang dialami pada kedalaman 9297 ft. berbeda karakter
  dengan loss di lapisan karbonat, termasuk yang dialami di Porong offset
  well. Mudahnya penanganan major loss circulation tersebut mengindiksikan
  bahwa loss tersebut bukan ke vugular limestone tetapi mirip highly
 fractured
  sandstone atau mungkin saja fault yang semula sealing, se-konyong2
 terbuka
  dan kehilangan sealing capacity (fault reactivation).
 
  Wass.
  Bambang
 
 
  -Original Message-
  From: Doddy Suryanto [mailto:dod...@pttep.com]
  Sent: Monday, March 08, 2010 6:51 PM
  To: iagi-net@iagi.or.id
  Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
 
  Pak Suhu Sugeng Yth,
 
  Sangat sangat benar sekali semua yang bapak uraian untuk mengecek
 keberadaan
  Kujung di sumur Banjarpanji.
 
  Ada fakta yang menyebutkan pengecekan bottom up sample di kedalaman
 9283ft
  (14 ft diatas TD) dan ternyata masih batu pasir volkanik. Sampe akhirnya
 bor
  menembus 9297ft dan terjadi total loss sehingga sample belum pernah
  diperoleh apakah pada kedalaman ini benar2 top Kujung.
 
  Data terakhir VSP juga tidak konklusif dimana top Kujung bisa berada pd
  kedalaman 8800-9600ft. Jadi top Kujung juga masih tanda tanya dgn
 data-data
  yang ada (ini tanpa melihat datanya langsung ya).
 
  Kalo masalah batu pasir yang tebal di sumur Banjarpanji, sebenarnya di
 sumur
  Porong juga ditemukan batu pasir di kedalaman sekitar 700-an ft tapi
 tidak
  setebal di sumur Banjarpanji-1.
 
  Hilangnya batugamping seperti diproposal sebenarnya juga mungkin tidak
  begitu mengagetkan karena di atas Kujung jarang dijumpai lapisan
 batugamping
  yang sangat tebal (cmiiw).
 
  Yang cukup mengangetkan adalah adanya laporan

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI (gempa Y/N??)

2010-03-08 Terurut Topik nyoto - ke-el
 ini, setahu saya, belum pernah terjadi.
  Barangkali, mekanisme ini mirip dengan pembukaan data dalam rangka farm
 out,
  itu juga harus dengan seizin Dirjen Migas dalam periode tertentu.
 
  Kerahasiaan data dasar akan berakhir setelah 4 tahun, data olahan setelah
 6
  tahun, data interpretasi setelah 8 tahun. Sejak kapan ? Apakah sejak data
  itu diperoleh ? Jadi karena data sumur BJP-1 diperoleh tahun 2006 maka
 tahun
  ini datanya akan terbuka ? Bukan, data itu menjadi terbuka dihitung bukan
  sejak data itu diperoleh (bukan otomatis), tetapi sejak status data itu
  ditetapkan Pemerintah (memerlukan penetapan oleh Pemerintah). Tentang hal
  ini silakan lihat PP No. 35 Tahun 2004,
  Penjelasan Pasal 23 Ayat 2.
 
  Data yang dikirim Mas Bambang di milis adalah data yang sudah
  dipublikasikan, berasal dari makalah yang ditulisnya. Ini boleh saja,
 dengan
  catatan bahwa makalah tersebut sudah mendapatkan izin dari Dirjen Migas.
  Makalah mengenai migas yang menggunakan data milik Pemerintah dan belum
  pernah mendapatkan izin publikasi harus mendapatkan izin dahulu dari
 Dirjen
  Migas. Apabila telah diperoleh izin dan dipublikasikan, maka data itu
 telah
  menjadi milik publik/umum sehingga boleh saja dipindahtangankan melalui
  milis.
 
  Barangkali banyak yang berpendapat  “ribet amat masalah prosedur data
 ini”.
  Kita memang menganut pembatasan dalam hal data, mungkin tak seterbuka
  Negara-negara tetangga. Suatu mekanisme yang dibuat pasti ada positif
  negatifnya, termasuk masalah data ini.
 
  Saya menuliskan ini bukan untuk membuat teman-teman yang semula
 bersemangat
  ingin melihat data sumur BJP-1 agar mengurungkan niatnya, jangan
  berprasangka buruk begitu. Data sumur BJP-1 sangat mungkin untuk bisa
  dilihat, sebagaimana juga telah diizinkan pemanfaatannya untuk beberapa
  peneliti,  tetapi ada aturannya.
 
 
  Sebagai seorang yang bekerja untuk BPMIGAS, yang setiap harinya banyak
  berhubungan dengan regulasi dan prosedur, saya harus menginformasikan
  regulasinya dan prosedurnya, agar kita waspada sebab di dalam regulasi
 itu
  terkandung rambu-rambu dan ketentuan pidananya. Pelanggaran akan tetap
  dianggap pelanggaran, meskipun alasannya ketidaktahuan.
 
 
  Demikian, semoga bermanfaat.
 
  Salam,
  Awang
 
  --- Pada Ming, 7/3/10, Nyoto ssoena...@gmail.com menulis:
 
 
  Dari: Nyoto ssoena...@gmail.com
  Judul: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
  Kepada: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id
  Tanggal: Minggu, 7 Maret, 2010, 7:31 AM
 
 
  Betul juga pak Natan, kalau data masterlognya diposting disini, maka saya
  yakin akan banyak teman2 anggota IAGI yg selama ini masih belum SREG dg
  kesimpulan yg dikeluarkan DPR (biarpun kita tahu persis bhw kesimpulan
 itu
  adalah KESIMPULAN POLITIK. So monggo aja mas Bambang Is.
 
  Wass,
  nyoto
 
 
 
 
 
  Sent from my iPhone 3GS
  Powered by maxis
 
  On Mar 5, 2010, at 16:07, Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com
  wrote:
 
  Pak Bambang yang baik,
 
  Fyi saja. Sekarang sudah jamannya teknologi maju. Belum pernah ada
  Mudloging company yang TIDAK memprovide masterlog dalam bentuk Soft
  copy (pdf/tiff/jpg/dlsb). Masterlog juga biasanya sizenya tidak
  melebihi 5M from Surface to TD.
 
  So..saya ga ngeliat ada kesulitan berarti untuk mempostingnya di milis
  ini, dengan bantuan moderator tentunya.
 
  Karena, saya yakin pasti ada juga yang ingin melihatnya. Minimal 1
  orang lah..Pak Nyoto (bener kan Pak? he3).
 
  Trimakasih lagi Pak Bambang
 
  On 3/5/10, Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com wrote:
  Pak Natan,
 
  Silahkan baca email saya sebelumnya ...Saya tidak pernah mengatakan
  gempa sebagai penyebab LUSI, yang kami amati adalah kondisi sumur,...
 
  Soal yang lain,.. saya sarankan pak Natan baca 2 paper kami yang sudah
  dipublish di Elsevier mengenai drilling,.. juga kalau mau lihat
  mudlog/materlog,.. silahkan datang ke Lapindo, saya akan minta teman2 di
  Lapindo untuk menunjukan mudlog yang dimaksud.
 
 
  Wass.
  Bambang
 
 
 
  -Original Message-
  From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com]
 
  Sent: Friday, March 05, 2010 12:45 PM
  To: iagi-net@iagi.or.id
  Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
 
 
  saya suka kalimat Pak Bambang yang ini: Jadi timing dari loss diberikan
  sebagai informasi, dan bukan pembenaran dari gempa sebagai penyebab
  LUSI.
  jadi, yang meyakinkan Pak Bambang bahwa Gempa adalah penyebab Lusi apa
  Pak?
  dan datanya apa? karena yang Loss sepertinya Pak Bambang bilang bukan
  pembenaran dari gempa sebagai penyebab LUSI. atau jangan2 Pak bambang
  tidak
  berpendapat bahwa Lusi disebabkan oleh Gempa..(?)
 
  1 hal lagi yang menurut saya sangat patut dipertanyakan. Saat Total
  Loss,
  artinya tidak ada return..lalu bagaimana Lapindo yakin bahwa formasi
  saat
  Total Loss masih sama (Volcanoclastic Sand/VS)?
 
  selain itu untuk VS, apa sama sekali dalam interval 6000 to 9297 ft (TD)
  samaskali tidak ada shale/calystone yang bagus untuk pasang casing? agak

RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-07 Terurut Topik Santoso, Hendro
Rasanya mas Bambang sudah menawarkan diri untuk memfasilitasi tuk lihat
bareng langsung data masterlog tersebut (tapi ndak diposting).
Yang berminat dan memiliki kesempatan tinggal mendaftarkan diri saja
kepada beliau, jangan ditunda2x kesempatan ini dan dibelakangan hari
kecewa lagi krn ndak ada/punya access ke data :o)

-HendroHS

-Original Message-
From: Nyoto [mailto:ssoena...@gmail.com] 
Sent: Saturday, March 06, 2010 9:01 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

Betul juga pak Natan, kalau data masterlognya diposting disini, maka  
saya yakin akan banyak teman2 anggota IAGI yg selama ini masih belum  
SREG dg kesimpulan yg dikeluarkan DPR (biarpun kita tahu persis bhw  
kesimpulan itu adalah KESIMPULAN POLITIK. So monggo aja mas Bambang Is.

Wass,
nyoto




Sent from my iPhone 3GS
Powered by maxis

On Mar 5, 2010, at 16:07, Nataniel Mangiwa  
nataniel.mang...@gmail.com wrote:

 Pak Bambang yang baik,

 Fyi saja. Sekarang sudah jamannya teknologi maju. Belum pernah ada
 Mudloging company yang TIDAK memprovide masterlog dalam bentuk Soft
 copy (pdf/tiff/jpg/dlsb). Masterlog juga biasanya sizenya tidak
 melebihi 5M from Surface to TD.

 So..saya ga ngeliat ada kesulitan berarti untuk mempostingnya di milis
 ini, dengan bantuan moderator tentunya.

 Karena, saya yakin pasti ada juga yang ingin melihatnya. Minimal 1
 orang lah..Pak Nyoto (bener kan Pak? he3).

 Trimakasih lagi Pak Bambang

 On 3/5/10, Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com wrote:
 Pak Natan,

 Silahkan baca email saya sebelumnya ...Saya tidak pernah mengatakan
 gempa sebagai penyebab LUSI, yang kami amati adalah kondisi  
 sumur,...

 Soal yang lain,.. saya sarankan pak Natan baca 2 paper kami yang  
 sudah
 dipublish di Elsevier mengenai drilling,.. juga kalau mau lihat
 mudlog/materlog,.. silahkan datang ke Lapindo, saya akan minta  
 teman2 di
 Lapindo untuk menunjukan mudlog yang dimaksud.

 Wass.
 Bambang


 -Original Message-
 From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com]
 Sent: Friday, March 05, 2010 12:45 PM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

 saya suka kalimat Pak Bambang yang ini: Jadi timing dari loss  
 diberikan
 sebagai informasi, dan bukan pembenaran dari gempa sebagai penyebab
 LUSI.
 jadi, yang meyakinkan Pak Bambang bahwa Gempa adalah penyebab Lusi  
 apa
 Pak?
 dan datanya apa? karena yang Loss sepertinya Pak Bambang bilang bukan
 pembenaran dari gempa sebagai penyebab LUSI. atau jangan2 Pak bambang
 tidak
 berpendapat bahwa Lusi disebabkan oleh Gempa..(?)

 1 hal lagi yang menurut saya sangat patut dipertanyakan. Saat Total
 Loss,
 artinya tidak ada return..lalu bagaimana Lapindo yakin bahwa formasi
 saat
 Total Loss masih sama (Volcanoclastic Sand/VS)?

 selain itu untuk VS, apa sama sekali dalam interval 6000 to 9297 ft  
 (TD)
 samaskali tidak ada shale/calystone yang bagus untuk pasang casing?  
 agak
 aneh juga Sand bisa develop setebal 3297ft/1100m?? karena salah satu
 reason
 open hole panjang di sumur ini katanya Tidak Ada impermeabel layer  
 yang
 bagus untuk set shoe.

 1 lagi Pak..bisa kah dikirim Mudlog/Masterlog ke milis via admin,  
 biar
 lebih
 afdol, dan siapa tau juga ada rekan2 yang belum lihat dan tertarik  
 ingin
 lihat.

 Trims Pak..

 2010/3/4 Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com

 Pak Natan,

 Menjawan pertanyaan pak Natan, secara umum, Mud Loss terjadi apabila
 pore press  hydrostatic press dari mud sesudah ECD, mud cakes dan
 pressure loss lainnya diperhitungkan. Beberapa saat sesudah  
 terjadinya
 gempa Yogya, sumur mengalami dua mud loss. Sebelumnya, tidak ada mud
 losses pada hole section ini. Juga tidak ada penaikan berat lumpur
 pada
 interval 5000 ft terakhir.

 Yang menjadikan loss ini menarik adalah 'timing' dan 'rate of loss'.
 Mengapa timingnya dekat dengan terjadinya gempa? Mengapa rate of  
 loss
 nya demikian besar? Data2 nya yang bisa dibaca di paper kami adalah:
 Mud
 Loss pertama terjadi ~7 minutes sesudah terjadinya gempa Yogya; Mud
 Loss
 kedua ~90 minutes sesudah terjadi dua gempa susulan; Rate of loss
 pertama adalah ~300 bph dan yang kedua ~900 bph.

 Rate of loss yang sebegitu besar menunjukkan bahwa ini bukan seepage
 loss atau loss of mud yang normal terjadi di drilling. Ini adalah
 suatu
 rate yang besar yang bisa terjadi karena memasuki formasi karbonat
 dengan lobang yang besar (cavern) atau formasi yang tiba2 merekah  
 dan
 terciptanya rongga yang sangat besar. Pertanyaanya adalah mengapa
 waktu
 loss ini berdekatan dengan waktu terjadinya gempa? Apakah ini hanya
 suatu 'kebetulan' saja atau memang ada kaitannya? Wallahu alam.

 Jadi apakah kita menyalahkan loss ini kepada gempa? Tidak juga,  
 dalam
 Paper tersebut kami memberikan informasi adanya loss of mud dan  
 gempa
 Yogya yang berdekatan dan mengatakan '. the proximity of the
 two
 events suggests a temporal connection exists ..'. Jadi timing  
 dari
 loss diberikan sebagai

RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-07 Terurut Topik Santoso, Hendro
Yang perlu dikutip juga: ...yg menjadikan loss ini menarik adalah
'timing' dan 'rate of loss'. Mengapa timingnya dekat dengan terjadinya
gempa? Mengapa rate of loss nya demikian besar?
Bukan tidak mungkin fakta lapangan terkait atas timing dan anomaly rate
of loss tersebut yang oleh pengambil keputusan (dan staff/saksi ahli) di
DPR diberikan bobot lebih dalam menarik benang merah untuk keputusan
berkekuatan hukum atas causal putri Lusi (bukan putri Diana).

Salam,
HendroHs

-Original Message-
From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com] 
Sent: Friday, March 05, 2010 8:31 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

Pak Bambang,

Don't go beyond your limit. Kalau memang tidak bisa, ga masalah Pak.

Yang sangat melegakan adalah, Pak Bambang *TIDAK PERNAH MENGATAKAN GEMPA
SEBAGAI PENYEBAB LUSI.*

Thanks Pak..

Salam,
Natan

2010/3/5 Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com

 Broer ADB,

 Saya yakin diizinkan. Sebagai contoh, kita semua tahu Mark Tingay
adalah
 pendukung UGBO dan sudah menulis beberapa paper tentang LUSI. Dia
minta
 lihat data2 sesimic dan sumur BJP-1, lalu oleh Lapindo diproses
mintakan
 perizinan ke Migas, dan diberikan izin untuk jangka waktu tertentu.
Saya
 lupa persisnya, kalau ngga salah 6 bulan. Dalam hal ini saya yakin
Lapindo
 tidak ada yang ditutup-tutupi, dan sudah disampaikan dibeberapa
pertemuan
 internasional data2 drilling bisa dilihat dan di-scrutinize. Undangan
ini
 disampaikan juga ke Davies dan Manga, supaya tidak sekedar pakai
sebagian
 data atau asumsi.

 Soal kawan dari ITB, kalau ngga salah duduk perkaranya data-data hasil
 survey yang dibiayai oleh Lapindo dipublikasi tanpa sepengetahuan dan
seizin
 Lapindo dan BPMIGAS/ Migas, padahal dalam setiap service kontrak ada
klausul
 confidentiality. Saya pikir kalau dimintakan izin sesuai dengan
prosedur
 yang selama ini diterapkan oleh BPMIGAS dan Migas, tidak akan menjadi
 masalah. Juga biasanya sebagai courtesy disebut dalam acknowledgement.
Kalau
 kita lihat publikasi2 di IPA, IAGI,.. Selalu mencantumkan terima kasih
pada
 BPMIGAS dan Migas atas izin yang diberikan untuk mempublikasikan paper
 tersebut. Saya pikir ini masalah standard.

 Khusus untuk permintaan pak Natan, saya ngga mau menjadi orang yang
 mem-posting data tsb, tahu dong ada konsekuensi hukum soal data. Kalau
 nunjukin atau dipakai sebagai bahan diskusi perorangan atau di forum,
lain
 soal. Meskipun saya tahu data tersebut sudah beredar dimana-mana,
malah ada
 yang mempublikasi,.. Entah ada izin dari Migas atau tidak.

 Begitu Cak Yayang,..

 Wass.
 Bambang


 --
 Sent from my BlackBerry Wireless
 Hosted by Petrodata System

 -Original Message-
 From: abachtiar_CBN abacht...@cbn.net.id
 To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id
 Sent: Fri Mar 05 16:53:34 2010
 Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

 BPI, my broer,..mumpung bicara soal data: ... aku jadi penasaran nich,
...
 kalau misalnya data yang notabene dipegang oleh Lapindo, yang secara
hukum
 adalah milik Negara Republik Indonesia, sehingga untuk memakainya
dalam
 publikasi harus meminta ijin Lapindo, BPMigas, bahkan Ditjen Migas itu
 semua
 kita pakai untuk mendasari paper yang mendukung teori UGBO sumur BJP-1
 sebagai pemicu proses lahirnya mudvolcano Sidoardjo itu, kira2
diijinkan
 nggak ya? Kalau nggak salah ada kasus dimana waktu itu ada kawan
professor
 dr ITB yang memakai data yang notabene adalah milik Lapindo (tapi dia
yang
 mengakuisisinya atas dasar kontrak dg Lapindo) untuk menulis paper
 bersama-sama dengan Richard Davies, tapi kabarnya kemudian dia
dituntut
 oleh pihak Lapindo. Hal ini juga yg menurut saya menjelaskan kenapa
 paper-paper publikasi yang keluar dari dalam negeri umumnya adalah
paper2
 yang ditulis oleh kawan2 Lapindo, atau BPMigas, yang punya akses lebih
lega
 leluasa terhadap data data itu secara legal, dan tentunya punya
kepentingan
 yang sangat kuat untuk mempublikasikannya. Sementara itu untuk pihak2
lain
 yg sangat terbatas aksesnya terhadap data - terutama data pemboran,
 seismik, dan sejenisnya yg notabene hanya bisa diakusisi oleh/lewat
 Lapindo - dan mereka ingin menuliskan paper ilmiah tentang bgmn
 counter-argument ilmiah terhadap gencarnya publikasi kematangan
tektonik
 yg memicu mudvolcano, jadi tidak bisa bebas melakukannya,..Hal ini
 diperparah lagi dengan posisi sebagian besar praktisi saintis EP
Indonesia
 (termasuk engineers) yang umumnya terikat bekerja di PSC-PSC Indonesia
yg
 tidak bebas atau malahan tidak punya kepentingan untuk melakukan riset
dn
 penulisan itu. Ada juga sich kawan2 dr Perguruan Tinggi yg punya minat
 untuk
 menuliskan paper dr data2 yg mereka punya (umumnya surficial dan
regional),
 tetapi jarang dr kawan2 geosains university yang mempunyai pengalaman
dan
 pengertian yg mendalam tentang data pemboran, parameter2 pemboran yg
punya
 arti terhadap data geologi, dan juga ihwal seluk beluk tekanan terkait
dg
 mekanika batuan praktis dari data

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-07 Terurut Topik MINARWAN
Wah, jawaban Pak Awang sungguh panjang dan membuat saya berpikir lebih
jauh serta berusaha mencari referensi-referensi yang Pak Awang
kemukakan. Terima kasih atas respon Pak Awang yang sangat lengkap ini.

Saya ingin menanggapi beberapa paragraf saja di email Pak Awang
(berhubung saya cuma sempat membaca sedikit referensi saja). Tanggapan
saya ada di bawah paragraf Pak Awang.

Salam
mnw

2010/3/3 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com:
 Ada satu hal yang Minarwan tak libatkan dalam ulasan di bawah, yaitu 
 komposisi magma antara Merapi dan Semeru. Propagasi energi gempa Yogya 27 Mei 
 2006 jelas akan lebih cepat sampai ke Merapi dibandingkan ke Semeru 
 berdasarkan jaraknya. Tetapi saat getaran ini sampai ke dapur magma kedua 
 gunungapi itu, terjadilah perbedaan respon karena perbedaan komposisi magma 
 kedua gunungapi ini. Kedua gunungapi ini komposisinya berbeda, silakan cek 
 katalog gunungapi (Kusumadinata, 1979).

 Lagipula, Merapi terkenal punya sumbat lava di lubang kepundannya hasil 
 erupsi sebelumnya yang membuat ia tak segera merespon getaran gempa Yogya 
 padahal jaraknya hanya 50 km; lalu respon itu baru muncul bersamaan dengan 
 respon reaktivasi Semeru pada hari yang bersamaan meskipun Semeru jaraknya 
 enam kali lebih jauh dari episentrum gempa. Silakan cek untuk lebih detailnya 
 di publikasi Walter et al. (2007) : Volcanic activity influenced by tectonic 
 earthquakes : static and dynamic stress triggering at Mt Merapi - Geophysical 
 Research Letters 34, L05304.
+

Saat saya sedang mencari komposisi magma Merapi dan Semeru, saya malah
menemukan kisah erupsi Merapi di Wikipedia yang katanya telah aktif
sejak bulan April 2006, yang ditandai dengan meningkatnya aktifitas
seismik, dll. Berita itu ada di alamat berikut ini:
http://en.wikipedia.org/wiki/Mount_Merapi

Dari Wiki ini kita bisa membaca bahwa pada 19 April sudah ada asap
yang keluar, dan pada awal bulan Mei aliran lava sudah terlihat dari
Merapi, dengan kata lain Merapi memang sudah aktif dan telah hendak
mengeluarkan isi perutnya sejak sebelum gempa pada tanggal 27 Mei
2006. Saya perlu pasang disclaimer di sini, Wikipedia bukan sebuah
referensi ilmiah peer-reviewed yang baik, jadi marilah kita anggap
sebagai sebuah rekaman kejadian saja.

Berkenaan dengan pernyataan Pak Awang tentang sumbat lava di lubang
kepundan Gunung Merapi, menurut hemat saya jika sudah ada lava yang
keluar, mestinya sumbatnya sudah tertembus, tapi tentu saja mungkin
interpretasi kita tidak sama. Lalu, dari segi keaktifan yang
dibandingkan oleh Haris dan Ripepe (2007) antara sebelum dan sesudah
gempa, sayang sekali tidak meliputi aktifitas Merapi sejak bulan April
2006. Mungkin aktfitas Merapi yang bulan April dan awal Mei (sebelum
tanggal 9 Mei 2006) tidak cukup signifikan secara statistik sehingga
tidak dimasukkan ke data mereka.

Dari makalah makalah Kyoshi Nishi et al. (2007) - Micro-tilt changes
preceding summit explosions at Semeru Volcano, Indonesia - Earth
Planets Space, 59, 151-156 (bisa digoogle), saya mendapatkan komposisi
magma Gunung Semeru yang katanya agak mafic (56-57% SiO2) dan mereka
kategorikan basaltik-andesit, yang mana terbaca sama dengan kompisisi
magma Merapi yang menurut Walter (2007) - setelah mengutip Voight et
al. (2000) - juga basaltik-andesit. Sayang sekali, saya tidak bisa
mendapatkan Kumumadinata (1979) untuk melihat perbedaan komposisi
seperti apa yang ada di Merapi dan Semeru.

Yang lebih penting lagi untuk saya pahami sebenarnya adalah bagaimana
hubungan antara kompisisi magma dan respon terhadap getaran. Saya duga
ini berkaitan dengan viskositas/kekentalan magma dan gas yang
responsif terhadap tekanan, tapi berhubung saya masih kurang banyak
membaca mengenai pergunungapian, saya tidak tahu pasti. Nanti
pelan-pelan saya berusaha mencari informasi lebih banyak tentang topik
ini.




 Menurut hemat saya, jangan hanya selesai di cluster analysis statistics yang 
 hanya melihat jarak dan magnitude gempa dengan semua reaktivasi yang 
 disebabkannya (mud volcano, magmatic volcano, liquefaction, dsb.). Lihatlah 
 masalahnya satu demi satu secara individual. Bila kita hanya melihat 
 statistik saja tanpa menelitinya lebih jauh, maka kita akan sulit mengerti 
 mengapa kedua gunungapi yang jaraknya berbeda enam kali lipat terhadap 
 episentrum gempa tersebut bisa merespon gempa itu pada saat yang bersamaan.


Berbicara mengenai Walter et al. (2007), ada satu kalimat mereka yang
ditulis sebelum bab kesimpulan, di mana mereka mengakui bahwa Merapi
tampaknya tak terganggu/terpicu oleh aktifitas gempa yang lebih kuat,
seperti pada bulan Desember 2004, Mei 2005 dan Juli 2006. Kemungkinan
besar pada saat terjadi gempa yang lebih besar itu, Merapi dan
gunung-gunung lain yang 

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-07 Terurut Topik Awang Satyana
 
sudah digerus lava baru.
 
7. Gunung Kelud mengapa tak ikut direaktivasi saat itu, saya pikir apa yang 
dipikirkan Minarwan sudah benar yaitu bahwa saat gempa Yogya terjadi, ia tidak 
dalam kondisi sebagai critical venting system. Bukan Kelud saja, mengapa Lawu 
pun tidak. Untuk memeriksa kebenaran pernyataan saya ini bisa dicek dengan 
mudah, tinggal mengumpulkan monitoring harian Gunung Kelud dan Gunung Semeru 
pada hari2 sebelum gempa dan sesudah gempa. Kelud pun kita tahu kemudian 
meningkatkan aktivitasnya kan; apakah itu berhubungan dengan gempa Yogya 
sebagai apa yang disebut Mellors et al. (2007) sebagai possibility of delayed 
triggering, bisa diselidiki lebih jauh.
 
8. Gempa 2001 di area Yogya sedalam 130 km kalau diplot di gambar skematik 
konvergensi lempeng di selatan Yogya sampai area Merapi mestinya itu slab 
earthquake; coba dicek lagi apakah ia mempengaruhi aktivitas Merapi; saya 
meragukannya. Slab earthquake karena reologi mantel yang lebih kecil 
dibandingkan reologi slab, maka propagasi getaran tidak akan vertikal menuju 
permukaan, melainkan akan diagonal merambat sepanjang slab dan akhirnya 
mempengaruhi bagian updip dan permukaan slab yang jatuhnya ada di selatan garis 
pantai atau bahkan Samudera Hindia. Lagipula berapa dalam dapur magma Merapi 
itu, saya tidak yakin ia mengadakan kontak dengan slab yang menunjam di 
bawahnya.
 
salam,
Awang

--- Pada Sen, 8/3/10, MINARWAN minarw...@gmail.com menulis:


Dari: MINARWAN minarw...@gmail.com
Judul: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Tanggal: Senin, 8 Maret, 2010, 4:26 AM


Wah, jawaban Pak Awang sungguh panjang dan membuat saya berpikir lebih
jauh serta berusaha mencari referensi-referensi yang Pak Awang
kemukakan. Terima kasih atas respon Pak Awang yang sangat lengkap ini.

Saya ingin menanggapi beberapa paragraf saja di email Pak Awang
(berhubung saya cuma sempat membaca sedikit referensi saja). Tanggapan
saya ada di bawah paragraf Pak Awang.

Salam
mnw

2010/3/3 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com:
 Ada satu hal yang Minarwan tak libatkan dalam ulasan di bawah, yaitu 
 komposisi magma antara Merapi dan Semeru. Propagasi energi gempa Yogya 27 Mei 
 2006 jelas akan lebih cepat sampai ke Merapi dibandingkan ke Semeru 
 berdasarkan jaraknya. Tetapi saat getaran ini sampai ke dapur magma kedua 
 gunungapi itu, terjadilah perbedaan respon karena perbedaan komposisi magma 
 kedua gunungapi ini. Kedua gunungapi ini komposisinya berbeda, silakan cek 
 katalog gunungapi (Kusumadinata, 1979).

 Lagipula, Merapi terkenal punya sumbat lava di lubang kepundannya hasil 
 erupsi sebelumnya yang membuat ia tak segera merespon getaran gempa Yogya 
 padahal jaraknya hanya 50 km; lalu respon itu baru muncul bersamaan dengan 
 respon reaktivasi Semeru pada hari yang bersamaan meskipun Semeru jaraknya 
 enam kali lebih jauh dari episentrum gempa. Silakan cek untuk lebih detailnya 
 di publikasi Walter et al. (2007) : Volcanic activity influenced by tectonic 
 earthquakes : static and dynamic stress triggering at Mt Merapi - Geophysical 
 Research Letters 34, L05304.
+

Saat saya sedang mencari komposisi magma Merapi dan Semeru, saya malah
menemukan kisah erupsi Merapi di Wikipedia yang katanya telah aktif
sejak bulan April 2006, yang ditandai dengan meningkatnya aktifitas
seismik, dll. Berita itu ada di alamat berikut ini:
http://en.wikipedia.org/wiki/Mount_Merapi

Dari Wiki ini kita bisa membaca bahwa pada 19 April sudah ada asap
yang keluar, dan pada awal bulan Mei aliran lava sudah terlihat dari
Merapi, dengan kata lain Merapi memang sudah aktif dan telah hendak
mengeluarkan isi perutnya sejak sebelum gempa pada tanggal 27 Mei
2006. Saya perlu pasang disclaimer di sini, Wikipedia bukan sebuah
referensi ilmiah peer-reviewed yang baik, jadi marilah kita anggap
sebagai sebuah rekaman kejadian saja.

Berkenaan dengan pernyataan Pak Awang tentang sumbat lava di lubang
kepundan Gunung Merapi, menurut hemat saya jika sudah ada lava yang
keluar, mestinya sumbatnya sudah tertembus, tapi tentu saja mungkin
interpretasi kita tidak sama. Lalu, dari segi keaktifan yang
dibandingkan oleh Haris dan Ripepe (2007) antara sebelum dan sesudah
gempa, sayang sekali tidak meliputi aktifitas Merapi sejak bulan April
2006. Mungkin aktfitas Merapi yang bulan April dan awal Mei (sebelum
tanggal 9 Mei 2006) tidak cukup signifikan secara statistik sehingga
tidak dimasukkan ke data mereka.

Dari makalah makalah Kyoshi Nishi et al. (2007) - Micro-tilt changes
preceding summit explosions at Semeru Volcano, Indonesia - Earth
Planets Space, 59, 151-156 (bisa digoogle), saya mendapatkan komposisi
magma Gunung Semeru yang katanya agak mafic (56-57% SiO2) dan mereka
kategorikan basaltik-andesit, yang mana terbaca sama dengan kompisisi
magma Merapi yang menurut Walter (2007) - setelah mengutip Voight et
al. (2000) - juga basaltik-andesit. Sayang sekali, saya tidak bisa

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-07 Terurut Topik Awang Satyana
 izin dan dipublikasikan, maka data itu telah menjadi milik 
publik/umum sehingga boleh saja dipindahtangankan melalui milis. 
 
Barangkali banyak yang berpendapat  “ribet amat masalah prosedur data ini”. 
Kita memang menganut pembatasan dalam hal data, mungkin tak seterbuka 
Negara-negara tetangga. Suatu mekanisme yang dibuat pasti ada positif 
negatifnya, termasuk masalah data ini. 
 
Saya menuliskan ini bukan untuk membuat teman-teman yang semula bersemangat 
ingin melihat data sumur BJP-1 agar mengurungkan niatnya, jangan berprasangka 
buruk begitu. Data sumur BJP-1 sangat mungkin untuk bisa dilihat, sebagaimana 
juga telah diizinkan pemanfaatannya untuk beberapa peneliti,  tetapi ada 
aturannya. 
 
Sebagai seorang yang bekerja untuk BPMIGAS, yang setiap harinya banyak 
berhubungan dengan regulasi dan prosedur, saya harus menginformasikan 
regulasinya dan prosedurnya, agar kita waspada sebab di dalam regulasi itu 
terkandung rambu-rambu dan ketentuan pidananya. Pelanggaran akan tetap dianggap 
pelanggaran, meskipun alasannya ketidaktahuan.
 
Demikian, semoga bermanfaat.
 
Salam,
Awang

--- Pada Ming, 7/3/10, Nyoto ssoena...@gmail.com menulis:


Dari: Nyoto ssoena...@gmail.com
Judul: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Kepada: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id
Tanggal: Minggu, 7 Maret, 2010, 7:31 AM


Betul juga pak Natan, kalau data masterlognya diposting disini, maka saya yakin 
akan banyak teman2 anggota IAGI yg selama ini masih belum SREG dg kesimpulan 
yg dikeluarkan DPR (biarpun kita tahu persis bhw kesimpulan itu adalah 
KESIMPULAN POLITIK. So monggo aja mas Bambang Is.

Wass,
nyoto




Sent from my iPhone 3GS
Powered by maxis

On Mar 5, 2010, at 16:07, Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com wrote:

 Pak Bambang yang baik,
 
 Fyi saja. Sekarang sudah jamannya teknologi maju. Belum pernah ada
 Mudloging company yang TIDAK memprovide masterlog dalam bentuk Soft
 copy (pdf/tiff/jpg/dlsb). Masterlog juga biasanya sizenya tidak
 melebihi 5M from Surface to TD.
 
 So..saya ga ngeliat ada kesulitan berarti untuk mempostingnya di milis
 ini, dengan bantuan moderator tentunya.
 
 Karena, saya yakin pasti ada juga yang ingin melihatnya. Minimal 1
 orang lah..Pak Nyoto (bener kan Pak? he3).
 
 Trimakasih lagi Pak Bambang
 
 On 3/5/10, Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com wrote:
 Pak Natan,
 
 Silahkan baca email saya sebelumnya ...Saya tidak pernah mengatakan
 gempa sebagai penyebab LUSI, yang kami amati adalah kondisi sumur,...
 
 Soal yang lain,.. saya sarankan pak Natan baca 2 paper kami yang sudah
 dipublish di Elsevier mengenai drilling,.. juga kalau mau lihat
 mudlog/materlog,.. silahkan datang ke Lapindo, saya akan minta teman2 di
 Lapindo untuk menunjukan mudlog yang dimaksud.
 
 Wass.
 Bambang
 
 
 -Original Message-
 From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com]
 Sent: Friday, March 05, 2010 12:45 PM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
 
 saya suka kalimat Pak Bambang yang ini: Jadi timing dari loss diberikan
 sebagai informasi, dan bukan pembenaran dari gempa sebagai penyebab
 LUSI.
 jadi, yang meyakinkan Pak Bambang bahwa Gempa adalah penyebab Lusi apa
 Pak?
 dan datanya apa? karena yang Loss sepertinya Pak Bambang bilang bukan
 pembenaran dari gempa sebagai penyebab LUSI. atau jangan2 Pak bambang
 tidak
 berpendapat bahwa Lusi disebabkan oleh Gempa..(?)
 
 1 hal lagi yang menurut saya sangat patut dipertanyakan. Saat Total
 Loss,
 artinya tidak ada return..lalu bagaimana Lapindo yakin bahwa formasi
 saat
 Total Loss masih sama (Volcanoclastic Sand/VS)?
 
 selain itu untuk VS, apa sama sekali dalam interval 6000 to 9297 ft (TD)
 samaskali tidak ada shale/calystone yang bagus untuk pasang casing? agak
 aneh juga Sand bisa develop setebal 3297ft/1100m?? karena salah satu
 reason
 open hole panjang di sumur ini katanya Tidak Ada impermeabel layer yang
 bagus untuk set shoe.
 
 1 lagi Pak..bisa kah dikirim Mudlog/Masterlog ke milis via admin, biar
 lebih
 afdol, dan siapa tau juga ada rekan2 yang belum lihat dan tertarik ingin
 lihat.
 
 Trims Pak..
 
 2010/3/4 Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com
 
 Pak Natan,
 
 Menjawan pertanyaan pak Natan, secara umum, Mud Loss terjadi apabila
 pore press  hydrostatic press dari mud sesudah ECD, mud cakes dan
 pressure loss lainnya diperhitungkan. Beberapa saat sesudah terjadinya
 gempa Yogya, sumur mengalami dua mud loss. Sebelumnya, tidak ada mud
 losses pada hole section ini. Juga tidak ada penaikan berat lumpur
 pada
 interval 5000 ft terakhir.
 
 Yang menjadikan loss ini menarik adalah 'timing' dan 'rate of loss'.
 Mengapa timingnya dekat dengan terjadinya gempa? Mengapa rate of loss
 nya demikian besar? Data2 nya yang bisa dibaca di paper kami adalah:
 Mud
 Loss pertama terjadi ~7 minutes sesudah terjadinya gempa Yogya; Mud
 Loss
 kedua ~90 minutes sesudah terjadi dua gempa susulan; Rate of loss
 pertama adalah ~300 bph dan yang kedua ~900 bph.
 
 Rate of loss yang sebegitu besar

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-07 Terurut Topik abachtiar_CBN

mas eko yang teguhnya paripurno,...
nampaknya pertanyaan atau ide sampeyan ini menjadi semakin relevan jika 
dikaitkan dengan penjelasan kang awang bpmigas tentang hal-ihwal data 
terlampir (saya cuplikkan postingannya, dr iaginet juga)
sampeyan nanya:..gimana ya...? kalo itu maksudnya caranya gimana 
mestinya sampeyan yg lebih tahu,  tapi kalau itu maksudnya gimana nanti 
efeknya, wah,... efeknya bagus itu mas,..bisa membuat banyak periset lebih 
bebas mengakses data2 tersebut terutama untuk kepentingan 
penanggulangannya... (yang mau gak mau juga pasti terkait dengan apa 
penyebabnya)

tabik...
yyg

- Original Message - 
From: ET Paripurno paripu...@gmail.com

To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Friday, March 05, 2010 11:05 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI


cak yayang...aku kok jadi kepikir, mengingat ini masalah kita bersama, 
kalau bikin  gugatan class action tentang perlunya keterbukaan data ke 
lembaga2 yang menurut sampeyan berwenang itu... gitu gimana ya..


et


===
- Original Message - 
From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com

To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: Forum HAGI fo...@hagi.or.id; Eksplorasi BPMIGAS
eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com; Geo Unpad
geo_un...@yahoogroups.com
Sent: Monday, March 08, 2010 1:47 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI


Memuat di milis-milis data mentah/ olahan/ interpretasi hasil kegiatan
survei umum/ eksplorasi/ eksploitasi yang masih tertutup untuk umum
(rahasia) tanpa izin dari Direktur Jenderal Migas adalah suatu pelanggaran
atas Peraturan Menteri ESDM No. 027 Tahun 2006. Hati-hati, pelanggaran atas
Peraturan ini mempunyai sanksi pidana atau denda. Silakan dicermati kutipan
ayat-ayat di bawah ini yang berasal dari Peraturan tersebut.

Pasal 2 Ayat (1)
Data yang diperoleh dari Survei Umum, Eksplorasi dan
Eksploitasi adalah milik Negara yang dikuasai oleh Pemerintah.

Pasal 25 Ayat (2)
Pemanfaatan data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk
keperluan ilmiah dan keperluan lainnya selain untuk keperluan
operasi di wilayah Kerjanya oleh Kontraktor atau pihak lain,
wajib mendapat izin dari Direktur Jenderal.

Pasal 25 Ayat (3)
Kontraktor dapat melakukan pertukaran data sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dengan Kontraktor lain pada wilayah kerja
yang saling berbatasan setelah mendapat izin dari Direktur
Jenderal.

Pasal 32
Setiap orang yang mengirim atau menyerahkan atau
memindahtangankan data tanpa hak dalam bentuk apapun
dikenakan pidana atau denda sebagaimana diatur dalam pasal 1
ayat ( 2) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan
Gas Bumi sebagaimana telah berubah dengan Putusan Mahkamah
Konstitusi Nomor 002/PUU-1/2003 pada tanggal 21 Desember 2004.

Perhatikan aturan-aturan di atas dan saya akan menerapkannya untuk
pemanfaatan sumur Banjar Panji-1 (BJP-1).

Data sumur BJP-1 diperoleh oleh Lapindo Brantas pada tahun 2006. Data itu
adalah milik Pemerintah, bukan milik Lapindo Brantas. Tetapi, Lapindo dapat
memanfaatkannya untuk keperluan operasinya selama Lapindo memiliki Wilayah
Kerja (WK) tempat sumur Banjar Panji-1 berlokasi. Kontraktor lain di sekitar
WK Brantas, misalnya Kodeco West Madura atau JOB Pertamina-PetroChina East
Java, dapat memanfaatkan data sumur tersebut melalui mekanisme pertukaran
data, tetapi izinnya harus diurus dulu ke Ditjen Migas melalui BPMIGAS.

Bila ada perguruan tinggi yang ingin melihat data sumur BJP-1 untuk
keperluan penelitian, misalnya apa penyebab Lusi, boleh saja, tetapi tetap
harus mengurus izinnya ke Ditjen Migas melalui BPMIGAS. Perguruan tinggi
tersebut bisa menulis surat ke BPMIGAS atau Lapindo yang menulis surat ke
BPMIGAS. Saya pikir izin semacam itu mestinya telah dilakukan oleh Lapindo
untuk institusi yang diwakili oleh Mark Tingay atau Richard Davies. Bila
belum, kemudian datanya sudah dipublikasikan, Pemerintah dapat
menegur/memerkarakan Lapindo atau institusi tempat Mark Tingay dan Richard
Davies. Begitu juga bila Lapindo ingin mempublikasikan paper tentang Lusi di
forum atau jurnal apa pun, maka Lapindo harus mengurus izinnya dulu ke
Ditjen Migas. Bila belum, tetapi sudah dipublikasikan ya sama juga,
Pemerintah akan menegur/memerkarakan Lapindo.

Saya biasa membantu menguruskan izin sebagaimana dimaksud di atas untuk
keperluan penelitian-penelitian teman-teman di perguruan tinggi, baik untuk
keperluan penelitian pribadi dalam rangka menyelesaikan tugas akademik
(skripsi, tesis, disertasi) maupun penelitian insitusi perguruan tinggi
tersebut.

Apakah setiap orang yang tak berkepentingan boleh juga melihat data tersebut
? Saya tidak yakin, tetapi itu bisa ditanyakan ke Ditjen Migas bila
diperlukan.

Undangan terbuka Mas Bambang Istadi untuk melihat data sumur BJP-1 kepada
siapa saja yang berminat berkaitan dengan paragraf di atas. Itu tidak
berarti tanpa izin Dirjen Migas. Bila serius ada yang ingin melihat data
tersebut, silakan didaftarkan siapa saja, mewakili institusi mana (kita
tentu tidak bisa membawa atas nama diri sendiri). Setelah

RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-06 Terurut Topik Sugeng Hartono
Pak Doddy Yth,

Untuk mengetahui apakah bit sudah mencium formasi Kujung (gamping)tentunya 
kita perlu melihat Mudlog atau Masterlog (dibuat oleh crew mudloggers) dan 
progress sample log (oleh wellsite geologist). Ini bukan pekerjaan yang sulit, 
ibarat sudah menjadi makanan wsg. Dan, kedua log ini pun sangat bergantung 
kepada pengalaman mudloggers dan wsg (crew yg kurang pengalaman biasanya kurang 
konfiden untuk menentukan ini). Sebenarnya perubahan litologi dari bukan 
gamping ke gamping juga akan ditengarai adanya perubahan ROP (rate of 
penetration)yg cukup mencolok. Rekaman ROP (juga RPM, hookload,pump pressure, 
dll)dapat dilihat dengan jelas di Chart Geolograph yang berada di ruang 
driller. Sayang sekali, lebih dari 15 th terakhir ini yg namanya Geolograph 
sudah pada rusak...:( Biasanya rig mechanic mengatakan tidak ada spare-part 
(atau memang tidak mampu memperbaikinya?).
Tentang batu pasir (very porous volcanic sand?)yang begitu tebal (sampai 
3000'?)pernah dipertanyakan seorang kawan yg geologist-mudlogger: bagaimana 
menjelaskannya, aktivitas volkanik sampai dapat menghasilkan batu pasir begitu 
tebal; mungkin ada letusan yg hebat dan berlangsung cukup lama. Mungkin ada 
kawan-2 lain yg dapat menerangkannya.
Jadi, diskusi ini akan lebih bermakna kalau kita dapat melihat Mudlog-nya.
Demikian komentar saya, semoga berguna.

Salam,
sugeng

 




-Original Message-
From: Doddy Suryanto [mailto:dod...@pttep.com]
Sent: Fri 3/5/2010 2:24 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
 
Terima kasih pak Bambang atas penjelasannya. Sangat menarik untuk
dicermati lebih dalam.

Mengenai look ahead seismic, waktu ketemu Wayne Basden (ex chief
Geophysics-nya Santos) yang lagi operasi lutut di Bangkok beberapa tahun
kemarin, dia bilang sepertinya bit sudah mencium lapisan Kujung.

Tapi ya ini dari cerita ngobrol-ngobrol karena waktu sumur Banjarpanji
mengalami BO saya sudah tidak merumput di Santos lagi.

Mengenai Jeruk, sependek ingatan saya, di Jeruk tidak dijumpai lapisan
batupasir yang sangat tebal sampe ~3000'. Bahkan waktu Dukuh yang
terletak di selatan Jeruk dibor juga tidak dijumpai lapisan batupasir
yang tebal seperti di Banjarpanji-1. Mungkin Pak Awang bisa menjelaskan
secara regional karena pengetahuan saya di offshore madura cuma
sejengkal jari saja.

Akan tetapi, saya sangat menikmati diskusi ini sekarang karena lebih
ilmiah dan menggunakan penjelasan yang bisa diperdebatkan secara ilmiah
juga.

Semoga Pak Koesoema juga bisa menambahkan cerita-cerita seputar Kujung
karena beliau juga salah satu pakar soal Kujung.

Dan saya juga menyampaikan terima kasih ke Pak Bambang yang telah
mengirim beberapa paper tentang LUSI via Pak Sawolo.

Saya juga mengenal pak Sawolo waktu merumput di Unocal dulu.

Terima kasih pak dan salam buat Pak Sawolo dan Mas Edy.

 

-DS- 

 

-Original Message-
From: Bambang P. Istadi [mailto:bambang.ist...@energi-mp.com] 
Sent: Friday, 05 March, 2010 8:58 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

 

Pak Doddy yang baik,

 

Menurut teman2 drilling, fungsi dari 16 intermediate liner di

Banjarpanji adalah sebagai casing pertama yang harus dipasang sesudah

memasuki transition zone. Ini disebabkan casing 20 tidak di design

untuk menahan tekanan transisi. Rupanya transition zone disumur ini

lebih dangkal dari yang diprediksi (berdasarkan sumur offset Porong),

sehingga 16 intermediate liner tersebut harus dipasang disekitar 2200

ft untuk menjaga kick tolerance yang memadai.

 

Soal secondary target Lapisan karbonat yang hilang merupakan prognosis

yang diinterpretasikan sebagai mounding feature yang kemungkinan besar

karbonat, tapi ternyata bukan. Sumur wildcat memang sering tidak

menjumpai apa yang sebelumnya diperkirakan. Saya pernah melakukan

statistics antara prognosis dengan actual encountered dibeberapa

lapangan produksi di Kaltim, ternyata meskipun sudah banyak sumurpun

tingkat akurasinya kecil, apalagi sumur eksplorasi wildcat.

 

Mengenai kenapa 12-1/4 section di bor sampai 9297'. Asumsi pak Doddy

benar bahwa karena LOT di 13-3/8 casing cukup tinggi (16.4 ppg), dan

yang di bor adalah volcaniclastic sandstone dengan MW yang relatif

rendah (14.7 ppg), maka sumur bisa di bor sampai kedalaman ~9400 ft

dengan safe. Safety dari sumur ini serta perhitungannya di bahas secara

rinci di paper yang linknya sudah saya berikan. Kalau ingin copynya,

bisa bisa saya kirim melalui japri.

 

GG dilibatkan dalam pemilihan casing seat. Kedalaman top of

Kujung/Prupuh tersebut diprediksi dengan look ahead seismic dan hasilnya

kita diskusikan dengan drilling apakah sumur aman untuk dibor sampai

kedalaman tersebut.

 

Benar, pengalaman dari Edi Sutriono dan Ralph Adam pun mengatakan bahwa

untuk berhasil menembus lapisan karbonat Kujung Fm/Prupuh, dan bisa

melakukan test, maka casing 9-5/8 harus dipasang di top of karbonat.

Disumur Jeruk, open hole section 12-1/4 mereka lebih panjang dari

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-06 Terurut Topik Nyoto
Betul juga pak Natan, kalau data masterlognya diposting disini, maka  
saya yakin akan banyak teman2 anggota IAGI yg selama ini masih belum  
SREG dg kesimpulan yg dikeluarkan DPR (biarpun kita tahu persis bhw  
kesimpulan itu adalah KESIMPULAN POLITIK. So monggo aja mas Bambang Is.


Wass,
nyoto




Sent from my iPhone 3GS
Powered by maxis

On Mar 5, 2010, at 16:07, Nataniel Mangiwa  
nataniel.mang...@gmail.com wrote:



Pak Bambang yang baik,

Fyi saja. Sekarang sudah jamannya teknologi maju. Belum pernah ada
Mudloging company yang TIDAK memprovide masterlog dalam bentuk Soft
copy (pdf/tiff/jpg/dlsb). Masterlog juga biasanya sizenya tidak
melebihi 5M from Surface to TD.

So..saya ga ngeliat ada kesulitan berarti untuk mempostingnya di milis
ini, dengan bantuan moderator tentunya.

Karena, saya yakin pasti ada juga yang ingin melihatnya. Minimal 1
orang lah..Pak Nyoto (bener kan Pak? he3).

Trimakasih lagi Pak Bambang

On 3/5/10, Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com wrote:

Pak Natan,

Silahkan baca email saya sebelumnya ...Saya tidak pernah mengatakan
gempa sebagai penyebab LUSI, yang kami amati adalah kondisi  
sumur,...


Soal yang lain,.. saya sarankan pak Natan baca 2 paper kami yang  
sudah

dipublish di Elsevier mengenai drilling,.. juga kalau mau lihat
mudlog/materlog,.. silahkan datang ke Lapindo, saya akan minta  
teman2 di

Lapindo untuk menunjukan mudlog yang dimaksud.

Wass.
Bambang


-Original Message-
From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com]
Sent: Friday, March 05, 2010 12:45 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

saya suka kalimat Pak Bambang yang ini: Jadi timing dari loss  
diberikan

sebagai informasi, dan bukan pembenaran dari gempa sebagai penyebab
LUSI.
jadi, yang meyakinkan Pak Bambang bahwa Gempa adalah penyebab Lusi  
apa

Pak?
dan datanya apa? karena yang Loss sepertinya Pak Bambang bilang bukan
pembenaran dari gempa sebagai penyebab LUSI. atau jangan2 Pak bambang
tidak
berpendapat bahwa Lusi disebabkan oleh Gempa..(?)

1 hal lagi yang menurut saya sangat patut dipertanyakan. Saat Total
Loss,
artinya tidak ada return..lalu bagaimana Lapindo yakin bahwa formasi
saat
Total Loss masih sama (Volcanoclastic Sand/VS)?

selain itu untuk VS, apa sama sekali dalam interval 6000 to 9297 ft  
(TD)
samaskali tidak ada shale/calystone yang bagus untuk pasang casing?  
agak

aneh juga Sand bisa develop setebal 3297ft/1100m?? karena salah satu
reason
open hole panjang di sumur ini katanya Tidak Ada impermeabel layer  
yang

bagus untuk set shoe.

1 lagi Pak..bisa kah dikirim Mudlog/Masterlog ke milis via admin,  
biar

lebih
afdol, dan siapa tau juga ada rekan2 yang belum lihat dan tertarik  
ingin

lihat.

Trims Pak..

2010/3/4 Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com


Pak Natan,

Menjawan pertanyaan pak Natan, secara umum, Mud Loss terjadi apabila
pore press  hydrostatic press dari mud sesudah ECD, mud cakes dan
pressure loss lainnya diperhitungkan. Beberapa saat sesudah  
terjadinya

gempa Yogya, sumur mengalami dua mud loss. Sebelumnya, tidak ada mud
losses pada hole section ini. Juga tidak ada penaikan berat lumpur

pada

interval 5000 ft terakhir.

Yang menjadikan loss ini menarik adalah 'timing' dan 'rate of loss'.
Mengapa timingnya dekat dengan terjadinya gempa? Mengapa rate of  
loss

nya demikian besar? Data2 nya yang bisa dibaca di paper kami adalah:

Mud

Loss pertama terjadi ~7 minutes sesudah terjadinya gempa Yogya; Mud

Loss

kedua ~90 minutes sesudah terjadi dua gempa susulan; Rate of loss
pertama adalah ~300 bph dan yang kedua ~900 bph.

Rate of loss yang sebegitu besar menunjukkan bahwa ini bukan seepage
loss atau loss of mud yang normal terjadi di drilling. Ini adalah

suatu

rate yang besar yang bisa terjadi karena memasuki formasi karbonat
dengan lobang yang besar (cavern) atau formasi yang tiba2 merekah  
dan

terciptanya rongga yang sangat besar. Pertanyaanya adalah mengapa

waktu

loss ini berdekatan dengan waktu terjadinya gempa? Apakah ini hanya
suatu 'kebetulan' saja atau memang ada kaitannya? Wallahu alam.

Jadi apakah kita menyalahkan loss ini kepada gempa? Tidak juga,  
dalam
Paper tersebut kami memberikan informasi adanya loss of mud dan  
gempa

Yogya yang berdekatan dan mengatakan '. the proximity of the

two
events suggests a temporal connection exists ..'. Jadi timing  
dari

loss diberikan sebagai informasi, dan bukan pembenaran dari gempa
sebagai penyebab LUSI.

Paper tersebut sengaja kami tidak membahas hypotheses lain seperti

gempa

/ fault reactivation atau geothermal process karena kami bukan

ahlinya.

Yang dibahas secara rinci dan transparan adalah analisa tekanan yang

ada
di sumur dan kesimpulan bahwa sumur tidak dalam keadaan bocor.  
Tujuan

kedua dari paper tersebut adalah untuk membuka data2 pengeboran,

'black

box', evidence dan informasi agar para ilmuwan dimasa depan dapat
melakukan research berdasarkan dengan data dan bukan asumsi.

Drilling data yang

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-06 Terurut Topik Sunu Praptono
Wah menarik juga tuch kalau benar akan ada pengadilan kepada orang yang
didakwa menggunakan data secara tidak sah.
Kapan tuh pengadilannya ? Saya rasa itu sesuatu yang baru di Indonesia
sebagai langkah penting penghormatan kepada hak property.

Bagaimana pula sikap organisasi profesi macam IAGI/IPA/HAGI dll dan
organisasi terkait, seperti BPMIGAS DITJEN MIGAS dan lain lain ?

Seru ... seru 


Soenoe.



2010/3/5 abachtiar_CBN abacht...@cbn.net.id

 BPI, my broer,..mumpung bicara soal data: ... aku jadi penasaran nich, ...
 kalau misalnya data yang notabene dipegang oleh Lapindo, yang secara hukum
 adalah milik Negara Republik Indonesia, sehingga untuk memakainya dalam
 publikasi harus meminta ijin Lapindo, BPMigas, bahkan Ditjen Migas itu semua
 kita pakai untuk mendasari paper yang mendukung teori UGBO sumur BJP-1
 sebagai pemicu proses lahirnya mudvolcano Sidoardjo itu, kira2 diijinkan
 nggak ya? Kalau nggak salah ada kasus dimana waktu itu ada kawan professor
 dr ITB yang memakai data yang notabene adalah milik Lapindo (tapi dia yang
 mengakuisisinya atas dasar kontrak dg Lapindo) untuk menulis paper
 bersama-sama dengan Richard Davies, tapi kabarnya kemudian dia dituntut
 oleh pihak Lapindo. Hal ini juga yg menurut saya menjelaskan kenapa
 paper-paper publikasi yang keluar dari dalam negeri umumnya adalah paper2
 yang ditulis oleh kawan2 Lapindo, atau BPMigas, yang punya akses lebih lega
 leluasa terhadap data data itu secara legal, dan tentunya punya kepentingan
 yang sangat kuat untuk mempublikasikannya. Sementara itu untuk pihak2 lain
 yg sangat terbatas aksesnya terhadap data - terutama data pemboran,
 seismik, dan sejenisnya yg notabene hanya bisa diakusisi oleh/lewat Lapindo
 - dan mereka ingin menuliskan paper ilmiah tentang bgmn counter-argument
 ilmiah terhadap gencarnya publikasi kematangan tektonik yg memicu
 mudvolcano, jadi tidak bisa bebas melakukannya,..Hal ini diperparah lagi
 dengan posisi sebagian besar praktisi saintis EP Indonesia (termasuk
 engineers) yang umumnya terikat bekerja di PSC-PSC Indonesia yg tidak bebas
 atau malahan tidak punya kepentingan untuk melakukan riset dn penulisan itu.
 Ada juga sich kawan2 dr Perguruan Tinggi yg punya minat untuk menuliskan
 paper dr data2 yg mereka punya (umumnya surficial dan regional), tetapi
 jarang dr kawan2 geosains university yang mempunyai pengalaman dan
 pengertian yg mendalam tentang data pemboran, parameter2 pemboran yg punya
 arti terhadap data geologi, dan juga ihwal seluk beluk tekanan terkait dg
 mekanika batuan praktis dari data pemboran. Orang2 yang paham ttg itu pada
 umumnya mereka yang bergelut dg profesi wellsite geology, pressure engineer,
 tdc engineer, mudlogger dan sejenisnya. Jarang peneliti2 perguruan tinggi yg
 pernah jadi wellsite geologist, mudlogger, apalagi pressure engineer suatu
 sumur eksplorasi. Makanya walaupun mungkin mereka menulis paper ttg Lapindo
 mud volcano, kemungkinan yg mereka singgung adalah surficial geology, data
 seismic, regional tectonics, dan sejenisnya. Ada juga sich yang sampai ke
 petrofisika, tapi itupun sejauh menganalisa log saja. Tidak menginkorporasi
 data pemboran. Jadi, secara saintifik, tidaklah pula mengherankan kenapa dr
 dalam negeri hanya paper2 ttg Sidoardjo Mud Volcano yang begitu2 saja yang
 keluar.

 Salam

 Yayang

 - Original Message - From: Bambang P. Istadi 
 bambang.ist...@energi-mp.com

 To: iagi-net@iagi.or.id
 Sent: Friday, March 05, 2010 4:11 PM
 Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI



 Pak Natan yang baik,..

 Saya sebenernya ngga keberatan nunjukin data yang dimaksud, apalagi
 untuk tujuan scientific bukan komersial. Tapi soal data khan ada aturan
 Migas soal data release yang musti minta izin dulu. Kalau bapak pernah
 ikut proses farm-in suatu PSC, selalu musti tanda tangan confidentiality
 agreement standard milik Migas. Setiap kali mau publish paper yang
 berhubungan dengan data sumur/seismic saja musti minta izin BPMIGAS. Ini
 alasan pertama.

 Alasan kedua, saya sudah beberapa tahun ini tidak di Lapindo lagi, masa
 mau buka2 data milik orang lain,.. Nah, mungkin ada teman2 Lapindo yang
 ikut milis ini dan mau komentar?? Kalau pak Natan ke kantor Lapindo
 untuk inspeksi data, saya ikutan nimbrung deh, supaya diskusinya enak.
 Nanti bisa bapak buatkan sari dan simpulkan untuk milis,.. gimana? Pak
 Nyoto ikut sekalian?

 Wass.
 Bambang


 -Original Message-
 From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com]
 Sent: Friday, March 05, 2010 3:08 PM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

 Pak Bambang yang baik,

 Fyi saja. Sekarang sudah jamannya teknologi maju. Belum pernah ada
 Mudloging company yang TIDAK memprovide masterlog dalam bentuk Soft
 copy (pdf/tiff/jpg/dlsb). Masterlog juga biasanya sizenya tidak
 melebihi 5M from Surface to TD.

 So..saya ga ngeliat ada kesulitan berarti untuk mempostingnya di milis
 ini, dengan bantuan moderator tentunya.

 Karena, saya yakin pasti ada juga yang

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-06 Terurut Topik Sunu Praptono
Pak Nyoto ke-el yth,

Selain proses politik di DPR, LUSI juga telah diexercise secara hukum di
pengadilan dan hasilnya telah mempunyai kekuatan hukum tetap. kalau gak
salah di situ dalam putusannya disebutkan: dimungkinkan membuka kasus itu
kembali bila ada bukti-bukti baru.

Untuk itu saya menyarankan iAGI sebaiknya menginventarisir point-point apa
saja yang telah muncul di forum pengadilan sehingga bisa fokus ke pencarian
bukti-bukti baru. Saya kuatir sebenarnya thread uneg-uneg lusi ini secara
material telah diungkapkan semua di pengadilan dan mendasari putusan hakim,
termasuk master log yang diributkan, akibatnya akan sia-sia saja dan kita
sebagai organisasi profesi akan malu hati karena meributkan sesuatu yang
basi.

Bukti-bukti baru adalah hal-hal yang muncul belakangan, karena Lusi ini
telah berusia hampir 4 tahun. Contoh bukti baru yang tidak dibahas di mana
pun adalah: sebagai suatu kasus UGBO, Lusi pada hakekatnya adalah sebuah
sumur Banjarpanji-1 yang secara natural memproduksi fluida (air) dari
reservoir Kujung dengan rate misalnya 50ribu-100ribu barel per day dan
sampai sekarang tidak ketahuan kapan akan decline. (Angka lebih akurat
mengenai flow rate bisa ditanyakan ke rekan-rekan BPLS yang mengamati
terus-menerus). Air itu menggerus lapisan shale Formasi Kalibeng sehingga
muncul di permukaan sebagai fenomena Lusi. Pertanyaannya berapa kapasitas
reservoir Formasi Kujung sehingga bisa mendukung performance yang begitu
dahsyat ? Kenapa gas Kujung nya tidak kunjung muncul di permukaan ?

salam,
Soenoe.



2010/3/7 Nyoto ssoena...@gmail.com

 Betul juga pak Natan, kalau data masterlognya diposting disini, maka saya
 yakin akan banyak teman2 anggota IAGI yg selama ini masih belum SREG dg
 kesimpulan yg dikeluarkan DPR (biarpun kita tahu persis bhw kesimpulan itu
 adalah KESIMPULAN POLITIK. So monggo aja mas Bambang Is.

 Wass,
 nyoto




 Sent from my iPhone 3GS
 Powered by maxis


 On Mar 5, 2010, at 16:07, Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com
 wrote:

  Pak Bambang yang baik,

 Fyi saja. Sekarang sudah jamannya teknologi maju. Belum pernah ada
 Mudloging company yang TIDAK memprovide masterlog dalam bentuk Soft
 copy (pdf/tiff/jpg/dlsb). Masterlog juga biasanya sizenya tidak
 melebihi 5M from Surface to TD.

 So..saya ga ngeliat ada kesulitan berarti untuk mempostingnya di milis
 ini, dengan bantuan moderator tentunya.

 Karena, saya yakin pasti ada juga yang ingin melihatnya. Minimal 1
 orang lah..Pak Nyoto (bener kan Pak? he3).

 Trimakasih lagi Pak Bambang

 On 3/5/10, Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com wrote:

 Pak Natan,

 Silahkan baca email saya sebelumnya ...Saya tidak pernah mengatakan
 gempa sebagai penyebab LUSI, yang kami amati adalah kondisi sumur,...

 Soal yang lain,.. saya sarankan pak Natan baca 2 paper kami yang sudah
 dipublish di Elsevier mengenai drilling,.. juga kalau mau lihat
 mudlog/materlog,.. silahkan datang ke Lapindo, saya akan minta teman2 di
 Lapindo untuk menunjukan mudlog yang dimaksud.

 Wass.
 Bambang


 -Original Message-
 From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com]
 Sent: Friday, March 05, 2010 12:45 PM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

 saya suka kalimat Pak Bambang yang ini: Jadi timing dari loss diberikan
 sebagai informasi, dan bukan pembenaran dari gempa sebagai penyebab
 LUSI.
 jadi, yang meyakinkan Pak Bambang bahwa Gempa adalah penyebab Lusi apa
 Pak?
 dan datanya apa? karena yang Loss sepertinya Pak Bambang bilang bukan
 pembenaran dari gempa sebagai penyebab LUSI. atau jangan2 Pak bambang
 tidak
 berpendapat bahwa Lusi disebabkan oleh Gempa..(?)

 1 hal lagi yang menurut saya sangat patut dipertanyakan. Saat Total
 Loss,
 artinya tidak ada return..lalu bagaimana Lapindo yakin bahwa formasi
 saat
 Total Loss masih sama (Volcanoclastic Sand/VS)?

 selain itu untuk VS, apa sama sekali dalam interval 6000 to 9297 ft (TD)
 samaskali tidak ada shale/calystone yang bagus untuk pasang casing? agak
 aneh juga Sand bisa develop setebal 3297ft/1100m?? karena salah satu
 reason
 open hole panjang di sumur ini katanya Tidak Ada impermeabel layer yang
 bagus untuk set shoe.

 1 lagi Pak..bisa kah dikirim Mudlog/Masterlog ke milis via admin, biar
 lebih
 afdol, dan siapa tau juga ada rekan2 yang belum lihat dan tertarik ingin
 lihat.

 Trims Pak..

 2010/3/4 Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com

  Pak Natan,

 Menjawan pertanyaan pak Natan, secara umum, Mud Loss terjadi apabila
 pore press  hydrostatic press dari mud sesudah ECD, mud cakes dan
 pressure loss lainnya diperhitungkan. Beberapa saat sesudah terjadinya
 gempa Yogya, sumur mengalami dua mud loss. Sebelumnya, tidak ada mud
 losses pada hole section ini. Juga tidak ada penaikan berat lumpur

 pada

 interval 5000 ft terakhir.

 Yang menjadikan loss ini menarik adalah 'timing' dan 'rate of loss'.
 Mengapa timingnya dekat dengan terjadinya gempa? Mengapa rate of loss
 nya demikian besar? Data2 nya yang bisa dibaca di

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-05 Terurut Topik Nataniel Mangiwa
Pak Bambang yang baik,

Fyi saja. Sekarang sudah jamannya teknologi maju. Belum pernah ada
Mudloging company yang TIDAK memprovide masterlog dalam bentuk Soft
copy (pdf/tiff/jpg/dlsb). Masterlog juga biasanya sizenya tidak
melebihi 5M from Surface to TD.

So..saya ga ngeliat ada kesulitan berarti untuk mempostingnya di milis
ini, dengan bantuan moderator tentunya.

Karena, saya yakin pasti ada juga yang ingin melihatnya. Minimal 1
orang lah..Pak Nyoto (bener kan Pak? he3).

Trimakasih lagi Pak Bambang

On 3/5/10, Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com wrote:
 Pak Natan,

 Silahkan baca email saya sebelumnya ...Saya tidak pernah mengatakan
 gempa sebagai penyebab LUSI, yang kami amati adalah kondisi sumur,...

 Soal yang lain,.. saya sarankan pak Natan baca 2 paper kami yang sudah
 dipublish di Elsevier mengenai drilling,.. juga kalau mau lihat
 mudlog/materlog,.. silahkan datang ke Lapindo, saya akan minta teman2 di
 Lapindo untuk menunjukan mudlog yang dimaksud.

 Wass.
 Bambang


 -Original Message-
 From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com]
 Sent: Friday, March 05, 2010 12:45 PM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

 saya suka kalimat Pak Bambang yang ini: Jadi timing dari loss diberikan
 sebagai informasi, dan bukan pembenaran dari gempa sebagai penyebab
 LUSI.
 jadi, yang meyakinkan Pak Bambang bahwa Gempa adalah penyebab Lusi apa
 Pak?
 dan datanya apa? karena yang Loss sepertinya Pak Bambang bilang bukan
 pembenaran dari gempa sebagai penyebab LUSI. atau jangan2 Pak bambang
 tidak
 berpendapat bahwa Lusi disebabkan oleh Gempa..(?)

 1 hal lagi yang menurut saya sangat patut dipertanyakan. Saat Total
 Loss,
 artinya tidak ada return..lalu bagaimana Lapindo yakin bahwa formasi
 saat
 Total Loss masih sama (Volcanoclastic Sand/VS)?

 selain itu untuk VS, apa sama sekali dalam interval 6000 to 9297 ft (TD)
 samaskali tidak ada shale/calystone yang bagus untuk pasang casing? agak
 aneh juga Sand bisa develop setebal 3297ft/1100m?? karena salah satu
 reason
 open hole panjang di sumur ini katanya Tidak Ada impermeabel layer yang
 bagus untuk set shoe.

 1 lagi Pak..bisa kah dikirim Mudlog/Masterlog ke milis via admin, biar
 lebih
 afdol, dan siapa tau juga ada rekan2 yang belum lihat dan tertarik ingin
 lihat.

 Trims Pak..

 2010/3/4 Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com

 Pak Natan,

 Menjawan pertanyaan pak Natan, secara umum, Mud Loss terjadi apabila
 pore press  hydrostatic press dari mud sesudah ECD, mud cakes dan
 pressure loss lainnya diperhitungkan. Beberapa saat sesudah terjadinya
 gempa Yogya, sumur mengalami dua mud loss. Sebelumnya, tidak ada mud
 losses pada hole section ini. Juga tidak ada penaikan berat lumpur
 pada
 interval 5000 ft terakhir.

 Yang menjadikan loss ini menarik adalah 'timing' dan 'rate of loss'.
 Mengapa timingnya dekat dengan terjadinya gempa? Mengapa rate of loss
 nya demikian besar? Data2 nya yang bisa dibaca di paper kami adalah:
 Mud
 Loss pertama terjadi ~7 minutes sesudah terjadinya gempa Yogya; Mud
 Loss
 kedua ~90 minutes sesudah terjadi dua gempa susulan; Rate of loss
 pertama adalah ~300 bph dan yang kedua ~900 bph.

 Rate of loss yang sebegitu besar menunjukkan bahwa ini bukan seepage
 loss atau loss of mud yang normal terjadi di drilling. Ini adalah
 suatu
 rate yang besar yang bisa terjadi karena memasuki formasi karbonat
 dengan lobang yang besar (cavern) atau formasi yang tiba2 merekah dan
 terciptanya rongga yang sangat besar. Pertanyaanya adalah mengapa
 waktu
 loss ini berdekatan dengan waktu terjadinya gempa? Apakah ini hanya
 suatu 'kebetulan' saja atau memang ada kaitannya? Wallahu alam.

 Jadi apakah kita menyalahkan loss ini kepada gempa? Tidak juga, dalam
 Paper tersebut kami memberikan informasi adanya loss of mud dan gempa
 Yogya yang berdekatan dan mengatakan '. the proximity of the
 two
 events suggests a temporal connection exists ..'. Jadi timing dari
 loss diberikan sebagai informasi, dan bukan pembenaran dari gempa
 sebagai penyebab LUSI.

 Paper tersebut sengaja kami tidak membahas hypotheses lain seperti
 gempa
 / fault reactivation atau geothermal process karena kami bukan
 ahlinya.
 Yang dibahas secara rinci dan transparan adalah analisa tekanan yang
 ada
 di sumur dan kesimpulan bahwa sumur tidak dalam keadaan bocor. Tujuan
 kedua dari paper tersebut adalah untuk membuka data2 pengeboran,
 'black
 box', evidence dan informasi agar para ilmuwan dimasa depan dapat
 melakukan research berdasarkan dengan data dan bukan asumsi.

 Drilling data yang bapak maksud sebagai berikut:
 * MW in 14.7 ppg. Berat lumpur yang sama dipakai pada 5000 ft terakhir
 * ECD ~15 ppg dari perhitungan(Mud Eng dan Mud Logger keduanya
 melakukan
 perhitungan tersebut). PWD tool atau pressure measurement tool lainnya
 tidak dipakai
 * LOT 16.4 ppg @ 3580 ft, 12-1/4 hole section.
 * Formasi dari kedalaman ~6000 ft adalah batuan volkani-klastic sampai
 pada kedalaman 9297 ft TD

RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-05 Terurut Topik untung
Pak Yanto sampai sekarang dari awal kejadian sampai sekarang saya masih
mikir-mikir mau diapakan lumpur itu. Dibuang ke laut lewat Kali Porong
udah brenti, sekarang lumpur yang dominan air masih keluar dan dibuang
kemana tidak ada yang tahu. Kemarin sudah dikorbankan Sungai Porong
sekarang sungai mana lagi?
Fenomena yang muncul akhir-akhir ini tambah bikin bingung aja ada ynag
naik ada yang turun tapi kelihatannya distribusi bubbles, retakan-retakan
polanya tetap dari yang saya perkirakan, berbentuk ellips sumbu panjang
NW-SE seluas sekitar 6-7 km2. Moga-moga ini tetap cuman kondisi subsurface
saat ini masih tanda tanya besoar. (Untung Sudarsono)



 Pak Bambang

 Benar  waktu lah yang akan
 menentukan . , sebenarnya jargon ini sudah
 sangat kita kenal .
 Sebagai mana saya postingkan dalam  millis
 ini beberapa kali , pertanyaan - nya atau  saya :  apa
 yang  harus dilakukan dengan semburan lumpurnya ???, jadi
 apakah waktu akan dibiarkan berlalu saja ... dan
 nanti akan dapat memberikan penjelasan apa yang telah terjadi ? Nah
 tentunya kita sebagai ilmuwan akan memanfaatkn segala macam data spt
 kegempaan (apakah benar asumsi Awang ) , karakter lumpur  (apakah
 komposisinya konstan , bagaimana bila dibandingkn dengan lumpur Bleduk
 Kuwu umpamanya ).dsb dsb.

 Saya masih ada pertanyaan :
  Apakah kalau Lapindo di katagorikan sebagai pencemar
 mempunyai kewajiban untuk melakukan hal diatas ? Ataukah kewajiban
 tersebut sebatas CSR ?

 Munkin ada yang bisa menjawabnya .

 Si Abah


 

     Sungguh bijak dan benar sekali kata-kata dari
 pak Koesoema,.. mungkin
 hanya waktu yang akan memutuskan.

 Bagi saya ini bukan masalah kalah menang, tetapi mencari
 jawaban apa yang
 sesungguhnya terjadi. Dalam hal ini tidak ada
 pihak yang menang, baik
 Lapindo, rakyat sekitar maupun Davies
 cs. Lusi merupakan fenomena kelas
 dunia, masa hanya peneliti
 asing saja yang asik menggeluti kejadian
 dipekarangan rumah kita
 dan hanya mereka yang nulis di jurnal2 scientific.
 Karena itulah
 saya tergelitik untuk mencoba memahami fenomena ini. Tidak
 ada
 salahnya kita terus menggali dan melakukan studi berdasarkan data2
 yang ada.

 Pada awalnya kita semua, termasuk
 saya mengira ini bersumber dari sumur,
 namun ada beberapa
 kejanggalan yang saya amati. Jika lumpur bersumber dari
 bocornya
 sumur karena hydro-fractured, kenapa sumur dalam keadaan
 statis
 dan tidak kehilangan drilling mud? Drilling merupakan
 closed-system, kalau
 ada yang bocor, seharusnya volume drilling
 mud berkurang. Ibaratnya kalau
 bak kamar mandi kita bocor,
 permukaan airnya pasti turun karena volume
 berkurang. Lalu
 kenapa masih bisa sirkulasi kalau dianggap sudah bocor?
 Tekanan
 yang diamati baik di annulus maupun di drillpipe tidak menunjang

 adanya kebocoran disumur. Juga saat sample lumpur diambil dibeberapa
 tempat lalu dianalisa, tidak ada trace oil based mud yang dipakai
 sebagai
 drilling mud. Ini hanya sedikit contoh dari beberapa
 kejanggalan2 yang
 membuat saya berfikir dua kali.

 Untuk mas Agus Hendratno, baiknya drilling report tersebut
 dilengkapi
 dengan real time chart mas, supaya bisa cross-check
 laporan karena
 drilling report bisa saja subjektif dan bias.
 Ditunggu ketoprakan mas,..
 hehe

 Wass.
 Bambang





 -Original Message-

 From: R.P.Koesoemadinata
 [mailto:koeso...@melsa.net.id]
 Sent: Wednesday, March 03, 2010
 7:59 PM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re:
 [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

 Kita itu harus  belajar
 dari Pansus Century bahwa ternyata ada kebenaran
 secara politis
 yang diputuskan oleh sidang Paripurna DPR secara aklamasi
 atau
 dengan voting, kebenaran hukum yang diputuskan oleh kekuasan hakim
 yang
 dapat naik banding, atau kekuasan penegak hukum
 untuk meng-SP3-kan, dan
 kebenaran ilmiah yang hanya dapat
 diputuskan oleh waktu.
 Ada maxim di antara geologists:
 GEOLOGISTS NEVER CHANGE THEIR IDEAS, BUT
 EVENTUALLY THEY
 FADE AWAY Debat Lusi ini baik untuk sebagai permainan

 intelektual tetapi jangan harapkan akan muncul keputusan mana yang
 benar
 dalam waktu yang singkat. Yang merasa kalah adu argumen
 selalu bisa
 men-generate data baru. Waktu lah yang
 nanti akan menentukan
 Wassalam
 RPK
 -
 Original Message -

 From: Hendratno Agus
 agushendra...@yahoo.com
 To:
 iagi-net@iagi.or.id
 Sent: Wednesday, March 03, 2010 5:38
 PM
 Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI


 Tapi bagaimana kalau itu ternyata adalah
 (ini
 pikiran nakal saja, mohon maaf) : adanya masalah kritis dalam

 pemboran
 (yang mestinya mencari jendulan limestone, malah nembak
 mud diapir) pada
 saat
 yang sama ada peluang reaktivasi
 sesar watukosek dari gempa jogja?? Jadi
 ini
 bukan
 pada
 pro-gempa atau pro-UGBO, tapi pro dua-duanya.

 Pada 26 Januari 2006 sore, saat trip geologi antara BPMIGAS -
 Geologi UGM,
 kami
 mampir ke sumur BJP-1 dan disitu
 terjadi perdebatan stratigrafi dari
 target
 sumur

RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-05 Terurut Topik Bambang P. Istadi
Pak Natan yang baik,..

Saya sebenernya ngga keberatan nunjukin data yang dimaksud, apalagi
untuk tujuan scientific bukan komersial. Tapi soal data khan ada aturan
Migas soal data release yang musti minta izin dulu. Kalau bapak pernah
ikut proses farm-in suatu PSC, selalu musti tanda tangan confidentiality
agreement standard milik Migas. Setiap kali mau publish paper yang
berhubungan dengan data sumur/seismic saja musti minta izin BPMIGAS. Ini
alasan pertama. 

Alasan kedua, saya sudah beberapa tahun ini tidak di Lapindo lagi, masa
mau buka2 data milik orang lain,.. Nah, mungkin ada teman2 Lapindo yang
ikut milis ini dan mau komentar?? Kalau pak Natan ke kantor Lapindo
untuk inspeksi data, saya ikutan nimbrung deh, supaya diskusinya enak.
Nanti bisa bapak buatkan sari dan simpulkan untuk milis,.. gimana? Pak
Nyoto ikut sekalian? 

Wass.
Bambang


-Original Message-
From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com] 
Sent: Friday, March 05, 2010 3:08 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

Pak Bambang yang baik,

Fyi saja. Sekarang sudah jamannya teknologi maju. Belum pernah ada
Mudloging company yang TIDAK memprovide masterlog dalam bentuk Soft
copy (pdf/tiff/jpg/dlsb). Masterlog juga biasanya sizenya tidak
melebihi 5M from Surface to TD.

So..saya ga ngeliat ada kesulitan berarti untuk mempostingnya di milis
ini, dengan bantuan moderator tentunya.

Karena, saya yakin pasti ada juga yang ingin melihatnya. Minimal 1
orang lah..Pak Nyoto (bener kan Pak? he3).

Trimakasih lagi Pak Bambang

On 3/5/10, Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com wrote:
 Pak Natan,

 Silahkan baca email saya sebelumnya ...Saya tidak pernah mengatakan
 gempa sebagai penyebab LUSI, yang kami amati adalah kondisi sumur,...

 Soal yang lain,.. saya sarankan pak Natan baca 2 paper kami yang sudah
 dipublish di Elsevier mengenai drilling,.. juga kalau mau lihat
 mudlog/materlog,.. silahkan datang ke Lapindo, saya akan minta teman2
di
 Lapindo untuk menunjukan mudlog yang dimaksud.

 Wass.
 Bambang


 -Original Message-
 From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com]
 Sent: Friday, March 05, 2010 12:45 PM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

 saya suka kalimat Pak Bambang yang ini: Jadi timing dari loss
diberikan
 sebagai informasi, dan bukan pembenaran dari gempa sebagai penyebab
 LUSI.
 jadi, yang meyakinkan Pak Bambang bahwa Gempa adalah penyebab Lusi apa
 Pak?
 dan datanya apa? karena yang Loss sepertinya Pak Bambang bilang bukan
 pembenaran dari gempa sebagai penyebab LUSI. atau jangan2 Pak bambang
 tidak
 berpendapat bahwa Lusi disebabkan oleh Gempa..(?)

 1 hal lagi yang menurut saya sangat patut dipertanyakan. Saat Total
 Loss,
 artinya tidak ada return..lalu bagaimana Lapindo yakin bahwa formasi
 saat
 Total Loss masih sama (Volcanoclastic Sand/VS)?

 selain itu untuk VS, apa sama sekali dalam interval 6000 to 9297 ft
(TD)
 samaskali tidak ada shale/calystone yang bagus untuk pasang casing?
agak
 aneh juga Sand bisa develop setebal 3297ft/1100m?? karena salah satu
 reason
 open hole panjang di sumur ini katanya Tidak Ada impermeabel layer
yang
 bagus untuk set shoe.

 1 lagi Pak..bisa kah dikirim Mudlog/Masterlog ke milis via admin, biar
 lebih
 afdol, dan siapa tau juga ada rekan2 yang belum lihat dan tertarik
ingin
 lihat.

 Trims Pak..

 2010/3/4 Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com

 Pak Natan,

 Menjawan pertanyaan pak Natan, secara umum, Mud Loss terjadi apabila
 pore press  hydrostatic press dari mud sesudah ECD, mud cakes dan
 pressure loss lainnya diperhitungkan. Beberapa saat sesudah
terjadinya
 gempa Yogya, sumur mengalami dua mud loss. Sebelumnya, tidak ada mud
 losses pada hole section ini. Juga tidak ada penaikan berat lumpur
 pada
 interval 5000 ft terakhir.

 Yang menjadikan loss ini menarik adalah 'timing' dan 'rate of loss'.
 Mengapa timingnya dekat dengan terjadinya gempa? Mengapa rate of loss
 nya demikian besar? Data2 nya yang bisa dibaca di paper kami adalah:
 Mud
 Loss pertama terjadi ~7 minutes sesudah terjadinya gempa Yogya; Mud
 Loss
 kedua ~90 minutes sesudah terjadi dua gempa susulan; Rate of loss
 pertama adalah ~300 bph dan yang kedua ~900 bph.

 Rate of loss yang sebegitu besar menunjukkan bahwa ini bukan seepage
 loss atau loss of mud yang normal terjadi di drilling. Ini adalah
 suatu
 rate yang besar yang bisa terjadi karena memasuki formasi karbonat
 dengan lobang yang besar (cavern) atau formasi yang tiba2 merekah dan
 terciptanya rongga yang sangat besar. Pertanyaanya adalah mengapa
 waktu
 loss ini berdekatan dengan waktu terjadinya gempa? Apakah ini hanya
 suatu 'kebetulan' saja atau memang ada kaitannya? Wallahu alam.

 Jadi apakah kita menyalahkan loss ini kepada gempa? Tidak juga, dalam
 Paper tersebut kami memberikan informasi adanya loss of mud dan gempa
 Yogya yang berdekatan dan mengatakan '. the proximity of the
 two
 events suggests a temporal connection exists

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-05 Terurut Topik abachtiar_CBN
BPI, my broer,..mumpung bicara soal data: ... aku jadi penasaran nich, ... 
kalau misalnya data yang notabene dipegang oleh Lapindo, yang secara hukum 
adalah milik Negara Republik Indonesia, sehingga untuk memakainya dalam 
publikasi harus meminta ijin Lapindo, BPMigas, bahkan Ditjen Migas itu semua 
kita pakai untuk mendasari paper yang mendukung teori UGBO sumur BJP-1 
sebagai pemicu proses lahirnya mudvolcano Sidoardjo itu, kira2 diijinkan 
nggak ya? Kalau nggak salah ada kasus dimana waktu itu ada kawan professor 
dr ITB yang memakai data yang notabene adalah milik Lapindo (tapi dia yang 
mengakuisisinya atas dasar kontrak dg Lapindo) untuk menulis paper 
bersama-sama dengan Richard Davies, tapi kabarnya kemudian dia dituntut 
oleh pihak Lapindo. Hal ini juga yg menurut saya menjelaskan kenapa 
paper-paper publikasi yang keluar dari dalam negeri umumnya adalah paper2 
yang ditulis oleh kawan2 Lapindo, atau BPMigas, yang punya akses lebih lega 
leluasa terhadap data data itu secara legal, dan tentunya punya kepentingan 
yang sangat kuat untuk mempublikasikannya. Sementara itu untuk pihak2 lain 
yg sangat terbatas aksesnya terhadap data - terutama data pemboran, 
seismik, dan sejenisnya yg notabene hanya bisa diakusisi oleh/lewat 
Lapindo - dan mereka ingin menuliskan paper ilmiah tentang bgmn 
counter-argument ilmiah terhadap gencarnya publikasi kematangan tektonik 
yg memicu mudvolcano, jadi tidak bisa bebas melakukannya,..Hal ini 
diperparah lagi dengan posisi sebagian besar praktisi saintis EP Indonesia 
(termasuk engineers) yang umumnya terikat bekerja di PSC-PSC Indonesia yg 
tidak bebas atau malahan tidak punya kepentingan untuk melakukan riset dn 
penulisan itu. Ada juga sich kawan2 dr Perguruan Tinggi yg punya minat untuk 
menuliskan paper dr data2 yg mereka punya (umumnya surficial dan regional), 
tetapi jarang dr kawan2 geosains university yang mempunyai pengalaman dan 
pengertian yg mendalam tentang data pemboran, parameter2 pemboran yg punya 
arti terhadap data geologi, dan juga ihwal seluk beluk tekanan terkait dg 
mekanika batuan praktis dari data pemboran. Orang2 yang paham ttg itu pada 
umumnya mereka yang bergelut dg profesi wellsite geology, pressure engineer, 
tdc engineer, mudlogger dan sejenisnya. Jarang peneliti2 perguruan tinggi yg 
pernah jadi wellsite geologist, mudlogger, apalagi pressure engineer suatu 
sumur eksplorasi. Makanya walaupun mungkin mereka menulis paper ttg Lapindo 
mud volcano, kemungkinan yg mereka singgung adalah surficial geology, data 
seismic, regional tectonics, dan sejenisnya. Ada juga sich yang sampai ke 
petrofisika, tapi itupun sejauh menganalisa log saja. Tidak menginkorporasi 
data pemboran. Jadi, secara saintifik, tidaklah pula mengherankan kenapa dr 
dalam negeri hanya paper2 ttg Sidoardjo Mud Volcano yang begitu2 saja yang 
keluar.


Salam

Yayang

- Original Message - 
From: Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com

To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Friday, March 05, 2010 4:11 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI


Pak Natan yang baik,..

Saya sebenernya ngga keberatan nunjukin data yang dimaksud, apalagi
untuk tujuan scientific bukan komersial. Tapi soal data khan ada aturan
Migas soal data release yang musti minta izin dulu. Kalau bapak pernah
ikut proses farm-in suatu PSC, selalu musti tanda tangan confidentiality
agreement standard milik Migas. Setiap kali mau publish paper yang
berhubungan dengan data sumur/seismic saja musti minta izin BPMIGAS. Ini
alasan pertama.

Alasan kedua, saya sudah beberapa tahun ini tidak di Lapindo lagi, masa
mau buka2 data milik orang lain,.. Nah, mungkin ada teman2 Lapindo yang
ikut milis ini dan mau komentar?? Kalau pak Natan ke kantor Lapindo
untuk inspeksi data, saya ikutan nimbrung deh, supaya diskusinya enak.
Nanti bisa bapak buatkan sari dan simpulkan untuk milis,.. gimana? Pak
Nyoto ikut sekalian?

Wass.
Bambang


-Original Message-
From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com]
Sent: Friday, March 05, 2010 3:08 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

Pak Bambang yang baik,

Fyi saja. Sekarang sudah jamannya teknologi maju. Belum pernah ada
Mudloging company yang TIDAK memprovide masterlog dalam bentuk Soft
copy (pdf/tiff/jpg/dlsb). Masterlog juga biasanya sizenya tidak
melebihi 5M from Surface to TD.

So..saya ga ngeliat ada kesulitan berarti untuk mempostingnya di milis
ini, dengan bantuan moderator tentunya.

Karena, saya yakin pasti ada juga yang ingin melihatnya. Minimal 1
orang lah..Pak Nyoto (bener kan Pak? he3).

Trimakasih lagi Pak Bambang

On 3/5/10, Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com wrote:

Pak Natan,

Silahkan baca email saya sebelumnya ...Saya tidak pernah mengatakan
gempa sebagai penyebab LUSI, yang kami amati adalah kondisi sumur,...

Soal yang lain,.. saya sarankan pak Natan baca 2 paper kami yang sudah
dipublish di Elsevier mengenai drilling,.. juga kalau mau lihat
mudlog/materlog,.. silahkan datang ke

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-05 Terurut Topik noor syarifuddin
PakDhe,
Jalan tengahnya mungkin bisa memanfaatkan data-data yang sudah publish. Data 
yang sama khan belum tentu menghasilkan interpretasi yang sama. Tentunya harus 
dihilangkan perasaan curiga bahwa data publish tsb sudah dimodifikasi 
(kecuali ada bukti meyakinkan secara teknis bahwa data tsb sudah 
dimodifikasi)...

Semakin menarik neh..kompor.com





From: abachtiar_CBN abacht...@cbn.net.id
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Fri, March 5, 2010 5:53:34 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

BPI, my broer,..mumpung bicara soal data: ... aku jadi penasaran nich, ... 
kalau misalnya data yang notabene dipegang oleh Lapindo, yang secara hukum 
adalah milik Negara Republik Indonesia, sehingga untuk memakainya dalam 
publikasi harus meminta ijin Lapindo, BPMigas, bahkan Ditjen Migas itu semua 
kita pakai untuk mendasari paper yang mendukung teori UGBO sumur BJP-1 
sebagai pemicu proses lahirnya mudvolcano Sidoardjo itu, kira2 diijinkan 
nggak ya? Kalau nggak salah ada kasus dimana waktu itu ada kawan professor 
dr ITB yang memakai data yang notabene adalah milik Lapindo (tapi dia yang 
mengakuisisinya atas dasar kontrak dg Lapindo) untuk menulis paper 
bersama-sama dengan Richard Davies, tapi kabarnya kemudian dia dituntut 
oleh pihak Lapindo. Hal ini juga yg menurut saya menjelaskan kenapa 
paper-paper publikasi yang keluar dari dalam negeri umumnya adalah paper2 
yang ditulis oleh kawan2 Lapindo, atau BPMigas, yang punya akses lebih lega 
leluasa terhadap data data itu secara legal, dan tentunya punya kepentingan 
yang sangat kuat untuk mempublikasikannya. Sementara itu untuk pihak2 lain 
yg sangat terbatas aksesnya terhadap data - terutama data pemboran, 
seismik, dan sejenisnya yg notabene hanya bisa diakusisi oleh/lewat 
Lapindo - dan mereka ingin menuliskan paper ilmiah tentang bgmn 
counter-argument ilmiah terhadap gencarnya publikasi kematangan tektonik 
yg memicu mudvolcano, jadi tidak bisa bebas melakukannya,..Hal ini 
diperparah lagi dengan posisi sebagian besar praktisi saintis EP Indonesia 
(termasuk engineers) yang umumnya terikat bekerja di PSC-PSC Indonesia yg 
tidak bebas atau malahan tidak punya kepentingan untuk melakukan riset dn 
penulisan itu. Ada juga sich kawan2 dr Perguruan Tinggi yg punya minat untuk 
menuliskan paper dr data2 yg mereka punya (umumnya surficial dan regional), 
tetapi jarang dr kawan2 geosains university yang mempunyai pengalaman dan 
pengertian yg mendalam tentang data pemboran, parameter2 pemboran yg punya 
arti terhadap data geologi, dan juga ihwal seluk beluk tekanan terkait dg 
mekanika batuan praktis dari data pemboran. Orang2 yang paham ttg itu pada 
umumnya mereka yang bergelut dg profesi wellsite geology, pressure engineer, 
tdc engineer, mudlogger dan sejenisnya. Jarang peneliti2 perguruan tinggi yg 
pernah jadi wellsite geologist, mudlogger, apalagi pressure engineer suatu 
sumur eksplorasi. Makanya walaupun mungkin mereka menulis paper ttg Lapindo 
mud volcano, kemungkinan yg mereka singgung adalah surficial geology, data 
seismic, regional tectonics, dan sejenisnya. Ada juga sich yang sampai ke 
petrofisika, tapi itupun sejauh menganalisa log saja. Tidak menginkorporasi 
data pemboran. Jadi, secara saintifik, tidaklah pula mengherankan kenapa dr 
dalam negeri hanya paper2 ttg Sidoardjo Mud Volcano yang begitu2 saja yang 
keluar.

Salam

Yayang

- Original Message - 
From: Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Friday, March 05, 2010 4:11 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI


Pak Natan yang baik,..

Saya sebenernya ngga keberatan nunjukin data yang dimaksud, apalagi
untuk tujuan scientific bukan komersial. Tapi soal data khan ada aturan
Migas soal data release yang musti minta izin dulu. Kalau bapak pernah
ikut proses farm-in suatu PSC, selalu musti tanda tangan confidentiality
agreement standard milik Migas. Setiap kali mau publish paper yang
berhubungan dengan data sumur/seismic saja musti minta izin BPMIGAS. Ini
alasan pertama.

Alasan kedua, saya sudah beberapa tahun ini tidak di Lapindo lagi, masa
mau buka2 data milik orang lain,.. Nah, mungkin ada teman2 Lapindo yang
ikut milis ini dan mau komentar?? Kalau pak Natan ke kantor Lapindo
untuk inspeksi data, saya ikutan nimbrung deh, supaya diskusinya enak.
Nanti bisa bapak buatkan sari dan simpulkan untuk milis,.. gimana? Pak
Nyoto ikut sekalian?

Wass.
Bambang


-Original Message-
From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com]
Sent: Friday, March 05, 2010 3:08 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

Pak Bambang yang baik,

Fyi saja. Sekarang sudah jamannya teknologi maju. Belum pernah ada
Mudloging company yang TIDAK memprovide masterlog dalam bentuk Soft
copy (pdf/tiff/jpg/dlsb). Masterlog juga biasanya sizenya tidak
melebihi 5M from Surface to TD.

So..saya ga ngeliat ada kesulitan berarti untuk mempostingnya di milis
ini, dengan bantuan moderator tentunya

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-05 Terurut Topik Bambang P. Istadi
Broer ADB,

Saya yakin diizinkan. Sebagai contoh, kita semua tahu Mark Tingay adalah 
pendukung UGBO dan sudah menulis beberapa paper tentang LUSI. Dia minta lihat 
data2 sesimic dan sumur BJP-1, lalu oleh Lapindo diproses mintakan perizinan ke 
Migas, dan diberikan izin untuk jangka waktu tertentu. Saya lupa persisnya, 
kalau ngga salah 6 bulan. Dalam hal ini saya yakin Lapindo tidak ada yang 
ditutup-tutupi, dan sudah disampaikan dibeberapa pertemuan internasional data2 
drilling bisa dilihat dan di-scrutinize. Undangan ini disampaikan juga ke 
Davies dan Manga, supaya tidak sekedar pakai sebagian data atau asumsi.

Soal kawan dari ITB, kalau ngga salah duduk perkaranya data-data hasil survey 
yang dibiayai oleh Lapindo dipublikasi tanpa sepengetahuan dan seizin Lapindo 
dan BPMIGAS/ Migas, padahal dalam setiap service kontrak ada klausul 
confidentiality. Saya pikir kalau dimintakan izin sesuai dengan prosedur yang 
selama ini diterapkan oleh BPMIGAS dan Migas, tidak akan menjadi masalah. Juga 
biasanya sebagai courtesy disebut dalam acknowledgement. Kalau kita lihat 
publikasi2 di IPA, IAGI,.. Selalu mencantumkan terima kasih pada BPMIGAS dan 
Migas atas izin yang diberikan untuk mempublikasikan paper tersebut. Saya pikir 
ini masalah standard.

Khusus untuk permintaan pak Natan, saya ngga mau menjadi orang yang mem-posting 
data tsb, tahu dong ada konsekuensi hukum soal data. Kalau nunjukin atau 
dipakai sebagai bahan diskusi perorangan atau di forum, lain soal. Meskipun 
saya tahu data tersebut sudah beredar dimana-mana, malah ada yang 
mempublikasi,.. Entah ada izin dari Migas atau tidak. 

Begitu Cak Yayang,.. 

Wass.
Bambang


--
Sent from my BlackBerry Wireless
Hosted by Petrodata System

-Original Message-
From: abachtiar_CBN abacht...@cbn.net.id
To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id
Sent: Fri Mar 05 16:53:34 2010
Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

BPI, my broer,..mumpung bicara soal data: ... aku jadi penasaran nich, ... 
kalau misalnya data yang notabene dipegang oleh Lapindo, yang secara hukum 
adalah milik Negara Republik Indonesia, sehingga untuk memakainya dalam 
publikasi harus meminta ijin Lapindo, BPMigas, bahkan Ditjen Migas itu semua 
kita pakai untuk mendasari paper yang mendukung teori UGBO sumur BJP-1 
sebagai pemicu proses lahirnya mudvolcano Sidoardjo itu, kira2 diijinkan 
nggak ya? Kalau nggak salah ada kasus dimana waktu itu ada kawan professor 
dr ITB yang memakai data yang notabene adalah milik Lapindo (tapi dia yang 
mengakuisisinya atas dasar kontrak dg Lapindo) untuk menulis paper 
bersama-sama dengan Richard Davies, tapi kabarnya kemudian dia dituntut 
oleh pihak Lapindo. Hal ini juga yg menurut saya menjelaskan kenapa 
paper-paper publikasi yang keluar dari dalam negeri umumnya adalah paper2 
yang ditulis oleh kawan2 Lapindo, atau BPMigas, yang punya akses lebih lega 
leluasa terhadap data data itu secara legal, dan tentunya punya kepentingan 
yang sangat kuat untuk mempublikasikannya. Sementara itu untuk pihak2 lain 
yg sangat terbatas aksesnya terhadap data - terutama data pemboran, 
seismik, dan sejenisnya yg notabene hanya bisa diakusisi oleh/lewat 
Lapindo - dan mereka ingin menuliskan paper ilmiah tentang bgmn 
counter-argument ilmiah terhadap gencarnya publikasi kematangan tektonik 
yg memicu mudvolcano, jadi tidak bisa bebas melakukannya,..Hal ini 
diperparah lagi dengan posisi sebagian besar praktisi saintis EP Indonesia 
(termasuk engineers) yang umumnya terikat bekerja di PSC-PSC Indonesia yg 
tidak bebas atau malahan tidak punya kepentingan untuk melakukan riset dn 
penulisan itu. Ada juga sich kawan2 dr Perguruan Tinggi yg punya minat untuk 
menuliskan paper dr data2 yg mereka punya (umumnya surficial dan regional), 
tetapi jarang dr kawan2 geosains university yang mempunyai pengalaman dan 
pengertian yg mendalam tentang data pemboran, parameter2 pemboran yg punya 
arti terhadap data geologi, dan juga ihwal seluk beluk tekanan terkait dg 
mekanika batuan praktis dari data pemboran. Orang2 yang paham ttg itu pada 
umumnya mereka yang bergelut dg profesi wellsite geology, pressure engineer, 
tdc engineer, mudlogger dan sejenisnya. Jarang peneliti2 perguruan tinggi yg 
pernah jadi wellsite geologist, mudlogger, apalagi pressure engineer suatu 
sumur eksplorasi. Makanya walaupun mungkin mereka menulis paper ttg Lapindo 
mud volcano, kemungkinan yg mereka singgung adalah surficial geology, data 
seismic, regional tectonics, dan sejenisnya. Ada juga sich yang sampai ke 
petrofisika, tapi itupun sejauh menganalisa log saja. Tidak menginkorporasi 
data pemboran. Jadi, secara saintifik, tidaklah pula mengherankan kenapa dr 
dalam negeri hanya paper2 ttg Sidoardjo Mud Volcano yang begitu2 saja yang 
keluar.

Salam

Yayang

- Original Message - 
From: Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Friday, March 05, 2010 4:11 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI


Pak Natan yang

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-05 Terurut Topik Firman Fauzi
Dear All,
 
Membaca perdebatan tentang LUSI dalam konteks ilmiah dalam milis ini saya yakin 
banyak diantara kita yang jadi begitu bergairah untuk berdebat lebih dalam 
dengan data aktual yang lengkap di hadapan kita. Terus terang saja membaca 
perdebatan beberapa hari terakhir ini meningkatkan rasa penasaran dan 
keingintahuan saya terhadap proses pemboran BJP-1 sampai pada kejadian 
timbulnya semburan lumpur dalam skala yg sangat dahsyat. 
 
Dulu sewaktu pertama kali kejadian ini bermula, saya termasuk orang yang tidak 
terlalu ambil peduli untuk terlibat lebih jauh mempelajari apa gerangan 
penyebab semburan lumpur tersebut. Mungkin hal ini disebabkan oleh tahanan 
psikologis yang ada pada diri saya waktu itu, perasaan pesimis jika 
terlibat/mempelajari/mengkaji/nimbrung toh tidak akan dapat berbuat banyak 
karena hal besar seperti ini pastinya sudah ditangani langsung oleh banyak ahli 
kebumian dan pemboran yang jauh lebih mumpuni dan berpengalaman. Jadi waktu itu 
saya memutuskan untuk diam saja sambil curi2 mempelajari penyebab semburan 
lumpur tersebut hanya dari membaca paper2 dan debat2 ilmiah di milist ini yang 
sudah sangat sering terjadi. 
 
Namun semakin hari bukannya semakin terang benderang dalam diri ini tapi malah 
sebaliknya, semakin bingung. Karena dengan hanya membaca perdebatan2 sesaat 
seperti ini banyak kronologi yang lompat2, fakta2 yang terputus2, dll. Belum 
lagi membaca paper2 ilmiah masing2 bersikukuh dengan kesimpulannya sendiri2 
dengan asumsi data yg digunakan adalah data yg sahih. Wallahu alam.
 
Saya yakin banyak juga orang yg seperti saya, yang dulu sewaktu awal mula 
semburan lumpur hanya bisa diam terpaku, penasaran, tapi bingung mau ngapain, 
namun sejalan dengan waktu keingintahuan itu semakin memuncak sehingga kehausan 
akan data2 fresh yg faktual, data kronologi, semakin menjadi-jadi. Saya (dan 
mungkin banyak orang seperti saya termasuk Pak Broer Natan yg heboh dan 
istiqamah ini) rindu sekali diadakan suatu workshop tentang semburan lumpur 
Sidoarjo. Rindu sekali sebuah workshop yg mengupas dari mulai BJP-1 diajukan 
proposalnya, apa latar belakangnya, bagaimana play targetnya, prognosis 
geologinya, disain awal sumurnya, dilanjutkan dengan proses pemboran 
seterang-terangnya, sampai hari H tanggal 26 Mei 2006 ketika semburan itu 
terjadi. Mungkinkah workshop seperti ini diadakan (mungkin sudah pernah, tapi 
sekali lagi diadakan). Karena manfaatnya saya yakin sangat besar untuk dunia 
ilmu kebumian dan pemboran.
 
Jadi pada kesempatan ini saya mengusulkan kepada IAGI untuk menginisiasi 
workshop ini untuk kesekian kalinya mungkin? Terbuka untuk siapapun ahli ilmu 
kebumian. Saya yakin jika IAGI sebagai inisiator, pembukaan data2 tidak akan 
mengalami hambatan yg berarti. Data-data seperti Mudlog, daily geological 
report, daily drilling report, wireline log section sebelumnya, data lumpur, 
data hidrolika pemboran, lintasan seismik yg melewati sumur BJP-1, proposal 
geologi dan pemboran BJP-1, Geological Prognosis, data gempa, dan sebagainya 
yang lengkap... itu semua bahan2 mentah workshop ini yg akan dipelototi bersama 
oleh peserta workshop.
 
Rasa penasaran saya belum dapat terpuaskan jika belum melihat dengan mata 
sendiri data2 tersebut dan kemudian menganalisa dan bertukar pikiran dengan 
ahli ilmu kebumian yg lebih pengalaman. Besar harapan saya usul ini mendapat 
tanggapan yg memadai dari IAGI. Amiin. 
 
Salam,
FF
 
 
 On Fri, 5/3/10, Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com wrote:


From: Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com
Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
To: iagi-net@iagi.or.id
Date: Friday, 5 March, 2010, 19:01


Pak Bambang,

Don't go beyond your limit. Kalau memang tidak bisa, ga masalah Pak.

Yang sangat melegakan adalah, Pak Bambang *TIDAK PERNAH MENGATAKAN GEMPA
SEBAGAI PENYEBAB LUSI.*

Thanks Pak..

Salam,
Natan

2010/3/5 Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com

 Broer ADB,

 Saya yakin diizinkan. Sebagai contoh, kita semua tahu Mark Tingay adalah
 pendukung UGBO dan sudah menulis beberapa paper tentang LUSI. Dia minta
 lihat data2 sesimic dan sumur BJP-1, lalu oleh Lapindo diproses mintakan
 perizinan ke Migas, dan diberikan izin untuk jangka waktu tertentu. Saya
 lupa persisnya, kalau ngga salah 6 bulan. Dalam hal ini saya yakin Lapindo
 tidak ada yang ditutup-tutupi, dan sudah disampaikan dibeberapa pertemuan
 internasional data2 drilling bisa dilihat dan di-scrutinize. Undangan ini
 disampaikan juga ke Davies dan Manga, supaya tidak sekedar pakai sebagian
 data atau asumsi.

 Soal kawan dari ITB, kalau ngga salah duduk perkaranya data-data hasil
 survey yang dibiayai oleh Lapindo dipublikasi tanpa sepengetahuan dan seizin
 Lapindo dan BPMIGAS/ Migas, padahal dalam setiap service kontrak ada klausul
 confidentiality. Saya pikir kalau dimintakan izin sesuai dengan prosedur
 yang selama ini diterapkan oleh BPMIGAS dan Migas, tidak akan menjadi
 masalah. Juga biasanya sebagai courtesy disebut dalam acknowledgement

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-05 Terurut Topik ET Paripurno
cak yayang...aku kok jadi kepikir, mengingat ini masalah kita bersama, 
kalau bikin  gugatan class action tentang perlunya keterbukaan data ke 
lembaga2 yang menurut sampeyan berwenang itu... gitu gimana ya..


et

abachtiar_CBN wrote:
BPI, my broer,..mumpung bicara soal data: ... aku jadi penasaran nich, 
... kalau misalnya data yang notabene dipegang oleh Lapindo, yang 
secara hukum adalah milik Negara Republik Indonesia, sehingga untuk 
memakainya dalam publikasi harus meminta ijin Lapindo, BPMigas, bahkan 
Ditjen Migas itu semua kita pakai untuk mendasari paper yang mendukung 
teori UGBO sumur BJP-1 sebagai pemicu proses lahirnya mudvolcano 
Sidoardjo itu, kira2 diijinkan nggak ya? Kalau nggak salah ada kasus 
dimana waktu itu ada kawan professor dr ITB yang memakai data yang 
notabene adalah milik Lapindo (tapi dia yang mengakuisisinya atas 
dasar kontrak dg Lapindo) untuk menulis paper bersama-sama dengan 
Richard Davies, tapi kabarnya kemudian dia dituntut oleh pihak 
Lapindo. Hal ini juga yg menurut saya menjelaskan kenapa paper-paper 
publikasi yang keluar dari dalam negeri umumnya adalah paper2 yang 
ditulis oleh kawan2 Lapindo, atau BPMigas, yang punya akses lebih lega 
leluasa terhadap data data itu secara legal, dan tentunya punya 
kepentingan yang sangat kuat untuk mempublikasikannya. Sementara itu 
untuk pihak2 lain yg sangat terbatas aksesnya terhadap data - 
terutama data pemboran, seismik, dan sejenisnya yg notabene hanya bisa 
diakusisi oleh/lewat Lapindo - dan mereka ingin menuliskan paper 
ilmiah tentang bgmn counter-argument ilmiah terhadap gencarnya 
publikasi kematangan tektonik yg memicu mudvolcano, jadi tidak bisa 
bebas melakukannya,..Hal ini diperparah lagi dengan posisi sebagian 
besar praktisi saintis EP Indonesia (termasuk engineers) yang umumnya 
terikat bekerja di PSC-PSC Indonesia yg tidak bebas atau malahan tidak 
punya kepentingan untuk melakukan riset dn penulisan itu. Ada juga 
sich kawan2 dr Perguruan Tinggi yg punya minat untuk menuliskan paper 
dr data2 yg mereka punya (umumnya surficial dan regional), tetapi 
jarang dr kawan2 geosains university yang mempunyai pengalaman dan 
pengertian yg mendalam tentang data pemboran, parameter2 pemboran yg 
punya arti terhadap data geologi, dan juga ihwal seluk beluk tekanan 
terkait dg mekanika batuan praktis dari data pemboran. Orang2 yang 
paham ttg itu pada umumnya mereka yang bergelut dg profesi wellsite 
geology, pressure engineer, tdc engineer, mudlogger dan sejenisnya. 
Jarang peneliti2 perguruan tinggi yg pernah jadi wellsite geologist, 
mudlogger, apalagi pressure engineer suatu sumur eksplorasi. Makanya 
walaupun mungkin mereka menulis paper ttg Lapindo mud volcano, 
kemungkinan yg mereka singgung adalah surficial geology, data seismic, 
regional tectonics, dan sejenisnya. Ada juga sich yang sampai ke 
petrofisika, tapi itupun sejauh menganalisa log saja. Tidak 
menginkorporasi data pemboran. Jadi, secara saintifik, tidaklah pula 
mengherankan kenapa dr dalam negeri hanya paper2 ttg Sidoardjo Mud 
Volcano yang begitu2 saja yang keluar.


Salam

Yayang

- Original Message - From: Bambang P. Istadi 
bambang.ist...@energi-mp.com

To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Friday, March 05, 2010 4:11 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI


Pak Natan yang baik,..

Saya sebenernya ngga keberatan nunjukin data yang dimaksud, apalagi
untuk tujuan scientific bukan komersial. Tapi soal data khan ada aturan
Migas soal data release yang musti minta izin dulu. Kalau bapak pernah
ikut proses farm-in suatu PSC, selalu musti tanda tangan confidentiality
agreement standard milik Migas. Setiap kali mau publish paper yang
berhubungan dengan data sumur/seismic saja musti minta izin BPMIGAS. Ini
alasan pertama.

Alasan kedua, saya sudah beberapa tahun ini tidak di Lapindo lagi, masa
mau buka2 data milik orang lain,.. Nah, mungkin ada teman2 Lapindo yang
ikut milis ini dan mau komentar?? Kalau pak Natan ke kantor Lapindo
untuk inspeksi data, saya ikutan nimbrung deh, supaya diskusinya enak.
Nanti bisa bapak buatkan sari dan simpulkan untuk milis,.. gimana? Pak
Nyoto ikut sekalian?

Wass.
Bambang


-Original Message-
From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com]
Sent: Friday, March 05, 2010 3:08 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

Pak Bambang yang baik,

Fyi saja. Sekarang sudah jamannya teknologi maju. Belum pernah ada
Mudloging company yang TIDAK memprovide masterlog dalam bentuk Soft
copy (pdf/tiff/jpg/dlsb). Masterlog juga biasanya sizenya tidak
melebihi 5M from Surface to TD.

So..saya ga ngeliat ada kesulitan berarti untuk mempostingnya di milis
ini, dengan bantuan moderator tentunya.

Karena, saya yakin pasti ada juga yang ingin melihatnya. Minimal 1
orang lah..Pak Nyoto (bener kan Pak? he3).

Trimakasih lagi Pak Bambang

On 3/5/10, Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com wrote:

Pak Natan,

Silahkan baca email saya sebelumnya ...Saya tidak pernah mengatakan
gempa

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-05 Terurut Topik rumlan dwiyatno
Seandainya Saja 
Seandainya saja daerah LUSI dan sekitarnya ini bisa ditembak high resolution 
Seismic 3D, sehingga subsurfacenya bisa diimage dengan  baik dan meyakinkan 
(utamanya pola2 rekahannya apakah berhubungan dengan sumur atau sama sekali 
tidak) sehingga tidak menimbulkan salah persepsi, mungkin akan bisa memberikan 
pencerahan buat kita semua mengenai masalah ini.

Kita semua sudah tahu daerah situ, ada atau tidak ada pemboran, potensial untuk 
terjadinya mudvolcano, kita semua tahu disita ada system patahan yang bila mana 
terreaktifasi akan bisa menjadi sumber keluarnya lumpur, kita semua tahu bahwa 
pengeboran BPJ-1 tidak bisa dikatakan mulus tanpa masalah, tapi kita semua 
tidak tahu apakah sub-surface data yang ada sekarang sudah cukup mendukung 
untuk diambil kesimpulan yang meyakinkan ???

Tentu saja menembak Seismic 3D di daerah semburan lumpur dan padat penduduk 
seperti itu akan menghadapi tantangan yang tidak mudah, tapi bukan berarti 
tidak bisa dilakukan kan ya .

Semoga tidak malah menambah ruwet ya , lebih kurangnya mohon maaf 

Salam





From: Yanyan Triyana yanyantriy...@yahoo.co.uk
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Thu, 4 March, 2010 7:15:03 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

Pak Bambang,

Selama ini, adakah clue tentang keberadaan Lusi ini dari seismic? Misalkan 
penampakan seperti halnya salt, mud diapir, ataukah velocity anomaly?.
Kalau ada dan kebetulan bisa dipetakan geobody-nya, mungkin bisa di estimasi 
volumenya dan kemudian bisa dijadikan acuan untuk memperkirakan berapa lama 
semburan ini akan berlangsung.
Saya pikir hal ini akan sangat penting sebagai salah satu input utk proses 
penanganan lumpur selanjutnya.

Wass,

=Yanyan=





From: Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Wed, 3 March, 2010 15:56:36
Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

Betul cak Yayang,.. selama dalam ranah ilimiah, diskusi ini sehat dan
konstruktif,.. lanjutkan,..

Wass.
Bambang


-Original Message-
From: abachtiar_CBN [mailto:abacht...@cbn.net.id] 
Sent: Wednesday, March 03, 2010 2:02 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

Jangan berhenti, Nathan. Jangan berkecil hati. Komentar-komentar-mu bisa

jadi pemicu diskusi yang berat-berat untuk menguraikan ini semua.
Paling 
tidak menguraikan keruwetan status LuSi itu di otak kita, karena bagi 
sebagian politisi, bisnisman, birokrat, ahli hukum, sebagian asosiasi 
profesi, dan sebagian saintis, status penyebab LuSi itu sudah final.
Jangan 
ikut2an terimbas panas dan ngambek.

salam broer,
adb
===
- Original Message - 
From: Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Wednesday, March 03, 2010 12:20 PM

===
Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
No comment Pak Awang. Penilaian bapak terlalu personal, dan subjektif.
Panas adalah istilah bpk, ngambek pun istilah bpk Awang yg terhormat.
Saya tidak menginisiasi 2 kata tsb di pembahasan yang saintifik ini.





PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak biro...


Ayo siapkan diri!
Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember
2010

-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information
posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no
event shall IAGI or its members be liable for any, including but not
limited to direct or indirect damages, or damages of any kind
whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of
or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing
list.
-



PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak biro

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-05 Terurut Topik Hendratno Agus
hehehe...gugatan class action.???., gek nanti saksi-saksi yang dihadirkan tidak 
berimbang. kalau mendaftarkan gugatan class action..., saksi-saksinya harus 
lengkap dan disodorkan lebih dahulu sebelum masa persidangan..., lalu yang 
digugat renteng mas.., walau peraturan / regulasi yang mengatur tentang 
pemanfaatan data psc.., tidak pada unit yang pegang otoritas aturan itu.., tapi 
aturan tsb didasarkan pada PP, lalu UU.., jadi makin panjang ribetnya. Misal 
aturan itu jelas ada PTPTK-nya di BPMIGAS dan juga SOP di Migas, maka atasan 
dari aturan itu adalah ketetapan Menteri ESDM, atasan menteri adalah presiden. 
Jadi pihak yang tergugat menjadi renteng ke atas, walau subtansi hukumnya 
adalah ijin pemanfaatan data psc. 
Saya justru punya opini lain :
Kemarin saya diskusi dengan kawan geologi itb tentang uneg-uneg lusi ini.., 
kalau tuntutan dari para praktisi dan saintis kebumian dan ahli mekanik 
pemboran terhadap rasa ingin tahu yang tinggi terkait dengan semburan lumpur di 
Porong tsb (baik yang Opsi A maupun Opsi C...karena yang Opsi A-C kalah voting 
sudah...), maka buka-buka data itu harus dengan SK Menteri ESDM. Pertanyaan 
berikutnya sk.menteri esdm tersebut dasarnya apa? hal ini terkait dengan 
masalah kepentingan negara atau tidak? jadi harus kita bikinkan justifikasi 
teknik kepada pak menteri tentang pentingnya buka data itu. Beranikah kita 
secara asosiasi profesi mendorong untuk dikeluarkan SK Menteri untuk 
investigasi ulang terkait semburan lumpur dengan memanfaatkan data-data psc dan 
data lain yang selama ini menjadi rahasia negara demi kepentingan saintifik.???
Asosiasi profesi harus ada task force dan itu joint asosiasi, misal : Joint 
Asosiasi Profesi Ahli Kebumian dan Migas..., berani? 
salam, agus hend.89
 





From: ET Paripurno paripu...@gmail.com
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Fri, March 5, 2010 11:05:20 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

cak yayang...aku kok jadi kepikir, mengingat ini masalah kita bersama, kalau 
bikin  gugatan class action tentang perlunya keterbukaan data ke lembaga2 yang 
menurut sampeyan berwenang itu... gitu gimana ya..

et

abachtiar_CBN wrote:
 BPI, my broer,..mumpung bicara soal data: ... aku jadi penasaran nich, ... 
 kalau misalnya data yang notabene dipegang oleh Lapindo, yang secara hukum 
 adalah milik Negara Republik Indonesia, sehingga untuk memakainya dalam 
 publikasi harus meminta ijin Lapindo, BPMigas, bahkan Ditjen Migas itu semua 
 kita pakai untuk mendasari paper yang mendukung teori UGBO sumur BJP-1 
 sebagai pemicu proses lahirnya mudvolcano Sidoardjo itu, kira2 diijinkan 
 nggak ya? Kalau nggak salah ada kasus dimana waktu itu ada kawan professor dr 
 ITB yang memakai data yang notabene adalah milik Lapindo (tapi dia yang 
 mengakuisisinya atas dasar kontrak dg Lapindo) untuk menulis paper 
 bersama-sama dengan Richard Davies, tapi kabarnya kemudian dia dituntut 
 oleh pihak Lapindo. Hal ini juga yg menurut saya menjelaskan kenapa 
 paper-paper publikasi yang keluar dari dalam negeri umumnya adalah paper2 
 yang ditulis oleh kawan2 Lapindo, atau BPMigas, yang punya akses lebih lega 
 leluasa
 terhadap data data itu secara legal, dan tentunya punya kepentingan yang 
sangat kuat untuk mempublikasikannya. Sementara itu untuk pihak2 lain yg sangat 
terbatas aksesnya terhadap data - terutama data pemboran, seismik, dan 
sejenisnya yg notabene hanya bisa diakusisi oleh/lewat Lapindo - dan mereka 
ingin menuliskan paper ilmiah tentang bgmn counter-argument ilmiah terhadap 
gencarnya publikasi kematangan tektonik yg memicu mudvolcano, jadi tidak bisa 
bebas melakukannya,..Hal ini diperparah lagi dengan posisi sebagian besar 
praktisi saintis EP Indonesia (termasuk engineers) yang umumnya terikat 
bekerja di PSC-PSC Indonesia yg tidak bebas atau malahan tidak punya 
kepentingan untuk melakukan riset dn penulisan itu. Ada juga sich kawan2 dr 
Perguruan Tinggi yg punya minat untuk menuliskan paper dr data2 yg mereka punya 
(umumnya surficial dan regional), tetapi jarang dr kawan2 geosains university 
yang mempunyai pengalaman dan pengertian yg mendalam
 tentang data pemboran, parameter2 pemboran yg punya arti terhadap data 
geologi, dan juga ihwal seluk beluk tekanan terkait dg mekanika batuan praktis 
dari data pemboran. Orang2 yang paham ttg itu pada umumnya mereka yang bergelut 
dg profesi wellsite geology, pressure engineer, tdc engineer, mudlogger dan 
sejenisnya. Jarang peneliti2 perguruan tinggi yg pernah jadi wellsite 
geologist, mudlogger, apalagi pressure engineer suatu sumur eksplorasi. Makanya 
walaupun mungkin mereka menulis paper ttg Lapindo mud volcano, kemungkinan yg 
mereka singgung adalah surficial geology, data seismic, regional tectonics, dan 
sejenisnya. Ada juga sich yang sampai ke petrofisika, tapi itupun sejauh 
menganalisa log saja. Tidak menginkorporasi data pemboran. Jadi, secara 
saintifik, tidaklah pula mengherankan kenapa dr dalam negeri hanya paper2 ttg 
Sidoardjo Mud

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-04 Terurut Topik Yanyan Triyana
Pak Bambang,

Selama ini, adakah clue tentang keberadaan Lusi ini dari seismic? Misalkan 
penampakan seperti halnya salt, mud diapir, ataukah velocity anomaly?.
Kalau ada dan kebetulan bisa dipetakan geobody-nya, mungkin bisa di estimasi 
volumenya dan kemudian bisa dijadikan acuan untuk memperkirakan berapa lama 
semburan ini akan berlangsung.
Saya pikir hal ini akan sangat penting sebagai salah satu input utk proses 
penanganan lumpur selanjutnya.

Wass,

=Yanyan=





From: Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Wed, 3 March, 2010 15:56:36
Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

Betul cak Yayang,.. selama dalam ranah ilimiah, diskusi ini sehat dan
konstruktif,.. lanjutkan,..

Wass.
Bambang


-Original Message-
From: abachtiar_CBN [mailto:abacht...@cbn.net.id] 
Sent: Wednesday, March 03, 2010 2:02 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

Jangan berhenti, Nathan. Jangan berkecil hati. Komentar-komentar-mu bisa

jadi pemicu diskusi yang berat-berat untuk menguraikan ini semua.
Paling 
tidak menguraikan keruwetan status LuSi itu di otak kita, karena bagi 
sebagian politisi, bisnisman, birokrat, ahli hukum, sebagian asosiasi 
profesi, dan sebagian saintis, status penyebab LuSi itu sudah final.
Jangan 
ikut2an terimbas panas dan ngambek.

salam broer,
adb
===
- Original Message - 
From: Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Wednesday, March 03, 2010 12:20 PM

===
Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
No comment Pak Awang. Penilaian bapak terlalu personal, dan subjektif.
Panas adalah istilah bpk, ngambek pun istilah bpk Awang yg terhormat.
Saya tidak menginisiasi 2 kata tsb di pembahasan yang saintifik ini.





PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak biro...


Ayo siapkan diri!
Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember
2010

-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information
posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no
event shall IAGI or its members be liable for any, including but not
limited to direct or indirect damages, or damages of any kind
whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of
or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing
list.
-



PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak biro...

Ayo siapkan diri!
Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
-


  

RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-04 Terurut Topik Doddy Suryanto
Yanyan,

Waktu dulu saya merumput beberapa bulan di Santos, saya pernah lihat
lintasan seismic 2D yang kalau ngga salah melewati sumur Banjarpanji-1
ini.

Sependek ingatan saya, patahan normal dan bentuk seperti kerucut
ditengah bentuk yang seperti depresi (paleo mud volcano?) terlihat dalam
lintasan seismik 2D ini.

Coba tanya Greg Harris. Harusnya Santos bisa melihat data2 ini soalnya
kan punya bagian 18%.

 

-DS- 

 

-Original Message-
From: Yanyan Triyana [mailto:yanyantriy...@yahoo.co.uk] 
Sent: Thursday, 04 March, 2010 3:45 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

 

Pak Bambang,

 

Selama ini, adakah clue tentang keberadaan Lusi ini dari seismic?
Misalkan penampakan seperti halnya salt, mud diapir, ataukah velocity
anomaly?.

Kalau ada dan kebetulan bisa dipetakan geobody-nya, mungkin bisa di
estimasi volumenya dan kemudian bisa dijadikan acuan untuk memperkirakan
berapa lama semburan ini akan berlangsung.

Saya pikir hal ini akan sangat penting sebagai salah satu input utk
proses penanganan lumpur selanjutnya.

 

Wass,

 

=Yanyan=

 

 

 

 



From: Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com

To: iagi-net@iagi.or.id

Sent: Wed, 3 March, 2010 15:56:36

Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

 

Betul cak Yayang,.. selama dalam ranah ilimiah, diskusi ini sehat dan

konstruktif,.. lanjutkan,..

 

Wass.

Bambang

 

 

-Original Message-

From: abachtiar_CBN [mailto:abacht...@cbn.net.id] 

Sent: Wednesday, March 03, 2010 2:02 PM

To: iagi-net@iagi.or.id

Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

 

Jangan berhenti, Nathan. Jangan berkecil hati. Komentar-komentar-mu bisa

 

jadi pemicu diskusi yang berat-berat untuk menguraikan ini semua.

Paling 

tidak menguraikan keruwetan status LuSi itu di otak kita, karena bagi 

sebagian politisi, bisnisman, birokrat, ahli hukum, sebagian asosiasi 

profesi, dan sebagian saintis, status penyebab LuSi itu sudah final.

Jangan 

ikut2an terimbas panas dan ngambek.

 

salam broer,

adb

===

- Original Message - 

From: Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com

To: iagi-net@iagi.or.id

Sent: Wednesday, March 03, 2010 12:20 PM

 

===

Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

No comment Pak Awang. Penilaian bapak terlalu personal, dan subjektif.

Panas adalah istilah bpk, ngambek pun istilah bpk Awang yg terhormat.

Saya tidak menginisiasi 2 kata tsb di pembahasan yang saintifik ini.

 

 

 





PP-IAGI 2008-2011:

ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id

sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com

* 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak biro...





Ayo siapkan diri!

Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember

2010



-

To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id

To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id

Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:

Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta

No. Rek: 123 0085005314

Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)

Bank BCA KCP. Manara Mulia

No. Rekening: 255-1088580

A/n: Shinta Damayanti

IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/

IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi

-

DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information

posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no

event shall IAGI or its members be liable for any, including but not

limited to direct or indirect damages, or damages of any kind

whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of

or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing

list.

-

 

 




PP-IAGI 2008-2011:

ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id

sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com

* 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak biro...




Ayo siapkan diri!

Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember
2010


-

To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id

To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id

Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:

Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta

No. Rek: 123 0085005314

Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia

RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-04 Terurut Topik Bambang P. Istadi
Pak Yanyan,

Silahkan baca paper dengan link dibawah ini pak. Pertanyaan bapak bisa terjawab 
semua.

http://www.sciencedirect.com/science?_ob=ArticleURL_udi=B6V9Y-4W0WJ9J-1_user=10_origUdi=B6V9Y-4W3HX9X-1_fmt=high_coverDate=11%2F30%2F2009_rdoc=1_orig=article_acct=C50221_version=1_urlVersion=0_userid=10md5=3553c39ad1eefd5e156746cb637c87e1

Atau bisa juga saya kirim softfile via japri kalau bisa terima file besar.

wass.
Bambang



-Original Message-
From: Yanyan Triyana [mailto:yanyantriy...@yahoo.co.uk] 
Sent: Thursday, March 04, 2010 3:45 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

Pak Bambang,

Selama ini, adakah clue tentang keberadaan Lusi ini dari seismic? Misalkan 
penampakan seperti halnya salt, mud diapir, ataukah velocity anomaly?.
Kalau ada dan kebetulan bisa dipetakan geobody-nya, mungkin bisa di estimasi 
volumenya dan kemudian bisa dijadikan acuan untuk memperkirakan berapa lama 
semburan ini akan berlangsung.
Saya pikir hal ini akan sangat penting sebagai salah satu input utk proses 
penanganan lumpur selanjutnya.

Wass,

=Yanyan=





From: Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Wed, 3 March, 2010 15:56:36
Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

Betul cak Yayang,.. selama dalam ranah ilimiah, diskusi ini sehat dan
konstruktif,.. lanjutkan,..

Wass.
Bambang


-Original Message-
From: abachtiar_CBN [mailto:abacht...@cbn.net.id] 
Sent: Wednesday, March 03, 2010 2:02 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

Jangan berhenti, Nathan. Jangan berkecil hati. Komentar-komentar-mu bisa

jadi pemicu diskusi yang berat-berat untuk menguraikan ini semua.
Paling 
tidak menguraikan keruwetan status LuSi itu di otak kita, karena bagi 
sebagian politisi, bisnisman, birokrat, ahli hukum, sebagian asosiasi 
profesi, dan sebagian saintis, status penyebab LuSi itu sudah final.
Jangan 
ikut2an terimbas panas dan ngambek.

salam broer,
adb
===
- Original Message - 
From: Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Wednesday, March 03, 2010 12:20 PM

===
Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
No comment Pak Awang. Penilaian bapak terlalu personal, dan subjektif.
Panas adalah istilah bpk, ngambek pun istilah bpk Awang yg terhormat.
Saya tidak menginisiasi 2 kata tsb di pembahasan yang saintifik ini.





PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak biro...


Ayo siapkan diri!
Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember
2010

-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information
posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no
event shall IAGI or its members be liable for any, including but not
limited to direct or indirect damages, or damages of any kind
whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of
or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing
list.
-



PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak biro...

Ayo siapkan diri!
Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail

RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-04 Terurut Topik Doddy Suryanto
Pak Bambang yth,

Ada beberapa hal yang menurut saya juga menarik dari sumur Banjarpanji-1
ini.

Beberapa diantaranya adalah peletakan 16 casing yang jauh lebih dangkal
dari prognosisnya. Apakah ini karena terdapat lapisan yang bertekanan
tinggi di kedalaman yang relatif dangkal (1135' lebih dangkal dari
rencana)? 

Dan juga yang menarik lagi adalah tidak munculnya lapisan batu gamping
bagian atas seperti di prognosis yang digantikan oleh keberadaan batu
pasir yang tebal (3000'?). 

Pak Awang pernah bercerita soal hilangnya lapisan batu gamping atas dan
munculnya batu pasir yang tebal ini di milis beberapa waktu yang lalu.

Karena batu pasir adalah salah satu lapisan yang release pressure dan
hasil LOT di 13 3/8 casing yang masih bisa menahan besarnya ECD di
section bawahnya, saya berasumsi pihak drilling berhak saja melanjutkan
pengeboran karena masih aman.

Tetapi apakah ada diskusi dgn GG kenapa lapisan batuan yang diprediksi
tidak dijumpai di sumur banjarpanji pada saat pengeboran berlangsung dan
apakah efek yang dapat terjadi kalo kita meneruskan pengeboran tanpa
memasang casing di section yang cukup panjang (~6000'?).

Saya yakin drilling pasti bertanya ke GG soal pemasangan casing lebih
dalam apalagi kalo mau menggabungkan Kujung dan lapisan atasnya.
Pengalaman dgn mas Edy Sutrisno, beliau dulu juga sering berdiskusi soal
pemasangan casing yang lebih dalam di salah satu sumur Jeruknya Santos
di Sampang.

 

Salam,

-DS-  

 

-Original Message-
From: Bambang P. Istadi [mailto:bambang.ist...@energi-mp.com] 
Sent: Thursday, 04 March, 2010 4:20 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

 

Sungguh bijak dan benar sekali kata-kata dari pak Koesoema,.. mungkin
hanya waktu yang akan memutuskan.

 

Bagi saya ini bukan masalah kalah menang, tetapi mencari jawaban apa
yang sesungguhnya terjadi. Dalam hal ini tidak ada pihak yang menang,
baik Lapindo, rakyat sekitar maupun Davies cs. Lusi merupakan fenomena
kelas dunia, masa hanya peneliti asing saja yang asik menggeluti
kejadian dipekarangan rumah kita dan hanya mereka yang nulis di jurnal2
scientific. Karena itulah saya tergelitik untuk mencoba memahami
fenomena ini. Tidak ada salahnya kita terus menggali dan melakukan studi
berdasarkan data2 yang ada.

 

Pada awalnya kita semua, termasuk saya mengira ini bersumber dari sumur,
namun ada beberapa kejanggalan yang saya amati. Jika lumpur bersumber
dari bocornya sumur karena hydro-fractured, kenapa sumur dalam keadaan
statis dan tidak kehilangan drilling mud? Drilling merupakan
closed-system, kalau ada yang bocor, seharusnya volume drilling mud
berkurang. Ibaratnya kalau bak kamar mandi kita bocor, permukaan airnya
pasti turun karena volume berkurang. Lalu kenapa masih bisa sirkulasi
kalau dianggap sudah bocor? Tekanan yang diamati baik di annulus maupun
di drillpipe tidak menunjang adanya kebocoran disumur. Juga saat sample
lumpur diambil dibeberapa tempat lalu dianalisa, tidak ada trace oil
based mud yang dipakai sebagai drilling mud. Ini hanya sedikit contoh
dari beberapa kejanggalan2 yang membuat saya berfikir dua kali.

 

Untuk mas Agus Hendratno, baiknya drilling report tersebut dilengkapi
dengan real time chart mas, supaya bisa cross-check laporan karena
drilling report bisa saja subjektif dan bias. Ditunggu ketoprakan mas,..
hehe

 

Wass.

Bambang

 

 

 

 

-Original Message-

From: R.P.Koesoemadinata [mailto:koeso...@melsa.net.id] 

Sent: Wednesday, March 03, 2010 7:59 PM

To: iagi-net@iagi.or.id

Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

 

Kita itu harus  belajar dari Pansus Century bahwa ternyata ada kebenaran


secara politis yang diputuskan oleh sidang Paripurna DPR secara aklamasi


atau dengan voting, kebenaran hukum yang diputuskan oleh kekuasan hakim
yang 

dapat naik banding, atau kekuasan penegak hukum untuk meng-SP3-kan, dan 

kebenaran ilmiah yang hanya dapat diputuskan oleh waktu.

Ada maxim di antara geologists: GEOLOGISTS NEVER CHANGE THEIR IDEAS,
BUT 

EVENTUALLY THEY FADE AWAY Debat Lusi ini baik untuk sebagai permainan 

intelektual tetapi jangan harapkan akan muncul keputusan mana yang benar


dalam waktu yang singkat. Yang merasa kalah adu argumen selalu bisa 

men-generate data baru. Waktu lah yang nanti akan menentukan

Wassalam

RPK

- Original Message - 

From: Hendratno Agus agushendra...@yahoo.com

To: iagi-net@iagi.or.id

Sent: Wednesday, March 03, 2010 5:38 PM

Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

 

 

Tapi bagaimana kalau itu ternyata adalah

(ini pikiran nakal saja, mohon maaf) : adanya masalah kritis dalam
pemboran

(yang mestinya mencari jendulan limestone, malah nembak mud diapir) pada


saat

yang sama ada peluang reaktivasi sesar watukosek dari gempa jogja?? Jadi
ini 

bukan pada

pro-gempa atau pro-UGBO, tapi pro dua-duanya.

 

Pada 26 Januari 2006 sore, saat trip geologi antara BPMIGAS - Geologi
UGM, 

kami

mampir ke sumur BJP-1 dan disitu terjadi perdebatan stratigrafi dari
target

sumur, juga

RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-04 Terurut Topik Bambang P. Istadi
Pak Natan,

Menjawan pertanyaan pak Natan, secara umum, Mud Loss terjadi apabila
pore press  hydrostatic press dari mud sesudah ECD, mud cakes dan
pressure loss lainnya diperhitungkan. Beberapa saat sesudah terjadinya
gempa Yogya, sumur mengalami dua mud loss. Sebelumnya, tidak ada mud
losses pada hole section ini. Juga tidak ada penaikan berat lumpur pada
interval 5000 ft terakhir.

Yang menjadikan loss ini menarik adalah 'timing' dan 'rate of loss'.
Mengapa timingnya dekat dengan terjadinya gempa? Mengapa rate of loss
nya demikian besar? Data2 nya yang bisa dibaca di paper kami adalah: Mud
Loss pertama terjadi ~7 minutes sesudah terjadinya gempa Yogya; Mud Loss
kedua ~90 minutes sesudah terjadi dua gempa susulan; Rate of loss
pertama adalah ~300 bph dan yang kedua ~900 bph.

Rate of loss yang sebegitu besar menunjukkan bahwa ini bukan seepage
loss atau loss of mud yang normal terjadi di drilling. Ini adalah suatu
rate yang besar yang bisa terjadi karena memasuki formasi karbonat
dengan lobang yang besar (cavern) atau formasi yang tiba2 merekah dan
terciptanya rongga yang sangat besar. Pertanyaanya adalah mengapa waktu
loss ini berdekatan dengan waktu terjadinya gempa? Apakah ini hanya
suatu 'kebetulan' saja atau memang ada kaitannya? Wallahu alam.

Jadi apakah kita menyalahkan loss ini kepada gempa? Tidak juga, dalam
Paper tersebut kami memberikan informasi adanya loss of mud dan gempa
Yogya yang berdekatan dan mengatakan '. the proximity of the two
events suggests a temporal connection exists ..'. Jadi timing dari
loss diberikan sebagai informasi, dan bukan pembenaran dari gempa
sebagai penyebab LUSI.

Paper tersebut sengaja kami tidak membahas hypotheses lain seperti gempa
/ fault reactivation atau geothermal process karena kami bukan ahlinya.
Yang dibahas secara rinci dan transparan adalah analisa tekanan yang ada
di sumur dan kesimpulan bahwa sumur tidak dalam keadaan bocor. Tujuan
kedua dari paper tersebut adalah untuk membuka data2 pengeboran, 'black
box', evidence dan informasi agar para ilmuwan dimasa depan dapat
melakukan research berdasarkan dengan data dan bukan asumsi.

Drilling data yang bapak maksud sebagai berikut:
* MW in 14.7 ppg. Berat lumpur yang sama dipakai pada 5000 ft terakhir
* ECD ~15 ppg dari perhitungan(Mud Eng dan Mud Logger keduanya melakukan
perhitungan tersebut). PWD tool atau pressure measurement tool lainnya
tidak dipakai
* LOT 16.4 ppg @ 3580 ft, 12-1/4 hole section.
* Formasi dari kedalaman ~6000 ft adalah batuan volkani-klastic sampai
pada kedalaman 9297 ft TD.

Berdasarkan mud logs, tidak ada formasi baru yang di bor. Formasi tetap
volkani-klastic dan belum ada indikasi bahwa lapisan karbonat sudah
dibor. Perlu ditambahkan bahwa top of karbonat di offset wells
menunjukkan adanya sekitar 50 ft hard pan pada top of carbonate tanpa
adanya mud loss.

Wass.
Bambang


-Original Message-
From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com] 
Sent: Thursday, March 04, 2010 12:54 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

Pak Bambang,

Mari bicara teknis..

Tolong dijelaskan apa hubungannya Loss Circulation dan Total Loss,
dengan
gempa? Apa bapak yakin Loss tersebut karena Gempa? Dalam drilling, loss
adalah hal biasa..even total loss. Dan tidak harus ada gempa, loss
circulation bisa terjadi. Kenapa digiring ke Gempa? Apa memang tidak
bisa
dijelaskan dengan mekanisme drilling yang biasa? Apa tidak ada Formasi
yang
bisa menyebabkan loss di depth segitu ataupun depth di atasnya?

Lalu..saat loss tersebut berapa MWin? ECD diukur dengan ECD tool atau
hanya
based on calculation? Loss circulation tidak harus karena ECD  Leak
pressure.

2010/3/4 Paulus Tangke Allo paulu...@gmail.com

 -- Forwarded message --
 From: Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com


 Pak Bosman yang baik,

 Terima kasih atas pertanyaan dan komentarnya soal ketabahan,.. memang
 sudah konsekuensi dari seorang geologist yang berasosiasi dengan
masalah
 LUSI. Dengan senang hati saya menjawabnya jika bisa.

 Berikut saya kirimkan data2 yang dimaksud,.. silahkan
diinterpretasikan
 sendiri, yang kiri berupa seismograph dari stasion BMG Tretes
sedangkan
 yang kanan adalah real time chart atau yang sering disebut sebagai
 black box. Saya masukkan juga phase report yang ada remark Off
 Scalle serta peta USGS Intensity map.

 Wass.
 Bambang


 -Original Message-
 From: bosman batubara [mailto:bosman200...@yahoo.com]
 Sent: Wednesday, March 03, 2010 4:21 PM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

  Pak Bambang y tabah menjawabi e-mail2...

 Saya ingin mempertajam diskusi kita pada perihal pengukuran gempa
 Yogyakarta 27 Mei 2006 pada stasiun BMG Tretes. Pak Bambang bilang BMG
 Tretes menyatakan mereka mencatat Gempa Yogya 27 Mei 2006 sebagai
 magnitude off scale dan entah artinya seberapa kuatnya gempa ini.

 Pernyataan2:

1. Saya bukan pakar, akan tetapi secara pemikiran saya, kalau
 pada saya ada suatu

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-04 Terurut Topik Nataniel Mangiwa
Ok boss. Thanks for the support..

Yang jelas menurut saya, banyak geologist yang belum sadar bahwa
masalah Lusi sudah di 'final' kan oleh beberapa pihak.

On 3/3/10, abachtiar_CBN abacht...@cbn.net.id wrote:
 Jangan berhenti, Nathan. Jangan berkecil hati. Komentar-komentar-mu bisa
 jadi pemicu diskusi yang berat-berat untuk menguraikan ini semua. Paling
 tidak menguraikan keruwetan status LuSi itu di otak kita, karena bagi
 sebagian politisi, bisnisman, birokrat, ahli hukum, sebagian asosiasi
 profesi, dan sebagian saintis, status penyebab LuSi itu sudah final. Jangan
 ikut2an terimbas panas dan ngambek.

 salam broer,
 adb
 ===
 - Original Message -
 From: Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Sent: Wednesday, March 03, 2010 12:20 PM

 ===
 Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
 No comment Pak Awang. Penilaian bapak terlalu personal, dan subjektif.
 Panas adalah istilah bpk, ngambek pun istilah bpk Awang yg terhormat.
 Saya tidak menginisiasi 2 kata tsb di pembahasan yang saintifik ini.



 
 PP-IAGI 2008-2011:
 ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
 sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
 * 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak biro...
 
 Ayo siapkan diri!
 Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember
 2010
 -
 To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
 To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
 Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
 Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
 Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
 No. Rek: 123 0085005314
 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
 Bank BCA KCP. Manara Mulia
 No. Rekening: 255-1088580
 A/n: Shinta Damayanti
 IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
 IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
 -
 DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted
 on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall
 IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct
 or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss
 of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any
 information posted on IAGI mailing list.
 -




PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak biro...

Ayo siapkan diri!
Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
-



Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-04 Terurut Topik Nataniel Mangiwa
Ok boss. Thanks for the support..

Yang jelas menurut saya, banyak geologist yang belum sadar bahwa
masalah Lusi sudah di 'final' kan oleh beberapa pihak.

On 3/3/10, abachtiar_CBN abacht...@cbn.net.id wrote:
 Jangan berhenti, Nathan. Jangan berkecil hati. Komentar-komentar-mu bisa
 jadi pemicu diskusi yang berat-berat untuk menguraikan ini semua. Paling
 tidak menguraikan keruwetan status LuSi itu di otak kita, karena bagi
 sebagian politisi, bisnisman, birokrat, ahli hukum, sebagian asosiasi
 profesi, dan sebagian saintis, status penyebab LuSi itu sudah final. Jangan
 ikut2an terimbas panas dan ngambek.

 salam broer,
 adb
 ===
 - Original Message -
 From: Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Sent: Wednesday, March 03, 2010 12:20 PM

 ===
 Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
 No comment Pak Awang. Penilaian bapak terlalu personal, dan subjektif.
 Panas adalah istilah bpk, ngambek pun istilah bpk Awang yg terhormat.
 Saya tidak menginisiasi 2 kata tsb di pembahasan yang saintifik ini.



 
 PP-IAGI 2008-2011:
 ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
 sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
 * 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak biro...
 
 Ayo siapkan diri!
 Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember
 2010
 -
 To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
 To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
 Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
 Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
 Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
 No. Rek: 123 0085005314
 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
 Bank BCA KCP. Manara Mulia
 No. Rekening: 255-1088580
 A/n: Shinta Damayanti
 IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
 IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
 -
 DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted
 on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall
 IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct
 or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss
 of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any
 information posted on IAGI mailing list.
 -




PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak biro...

Ayo siapkan diri!
Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
-



Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-04 Terurut Topik Nataniel Mangiwa
Ok boss. Thanks for the support..

Yang jelas menurut saya, banyak geologist yang belum sadar bahwa
masalah Lusi sudah di 'final' kan oleh beberapa pihak.

On 3/3/10, abachtiar_CBN abacht...@cbn.net.id wrote:
 Jangan berhenti, Nathan. Jangan berkecil hati. Komentar-komentar-mu bisa
 jadi pemicu diskusi yang berat-berat untuk menguraikan ini semua. Paling
 tidak menguraikan keruwetan status LuSi itu di otak kita, karena bagi
 sebagian politisi, bisnisman, birokrat, ahli hukum, sebagian asosiasi
 profesi, dan sebagian saintis, status penyebab LuSi itu sudah final. Jangan
 ikut2an terimbas panas dan ngambek.

 salam broer,
 adb
 ===
 - Original Message -
 From: Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Sent: Wednesday, March 03, 2010 12:20 PM

 ===
 Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
 No comment Pak Awang. Penilaian bapak terlalu personal, dan subjektif.
 Panas adalah istilah bpk, ngambek pun istilah bpk Awang yg terhormat.
 Saya tidak menginisiasi 2 kata tsb di pembahasan yang saintifik ini.



 
 PP-IAGI 2008-2011:
 ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
 sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
 * 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak biro...
 
 Ayo siapkan diri!
 Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember
 2010
 -
 To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
 To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
 Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
 Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
 Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
 No. Rek: 123 0085005314
 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
 Bank BCA KCP. Manara Mulia
 No. Rekening: 255-1088580
 A/n: Shinta Damayanti
 IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
 IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
 -
 DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted
 on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall
 IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct
 or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss
 of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any
 information posted on IAGI mailing list.
 -




PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak biro...

Ayo siapkan diri!
Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
-



RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-04 Terurut Topik Bambang P. Istadi
Pak Doddy yang baik,

Menurut teman2 drilling, fungsi dari 16 intermediate liner di
Banjarpanji adalah sebagai casing pertama yang harus dipasang sesudah
memasuki transition zone. Ini disebabkan casing 20 tidak di design
untuk menahan tekanan transisi. Rupanya transition zone disumur ini
lebih dangkal dari yang diprediksi (berdasarkan sumur offset Porong),
sehingga 16 intermediate liner tersebut harus dipasang disekitar 2200
ft untuk menjaga kick tolerance yang memadai.

Soal secondary target Lapisan karbonat yang hilang merupakan prognosis
yang diinterpretasikan sebagai mounding feature yang kemungkinan besar
karbonat, tapi ternyata bukan. Sumur wildcat memang sering tidak
menjumpai apa yang sebelumnya diperkirakan. Saya pernah melakukan
statistics antara prognosis dengan actual encountered dibeberapa
lapangan produksi di Kaltim, ternyata meskipun sudah banyak sumurpun
tingkat akurasinya kecil, apalagi sumur eksplorasi wildcat.

Mengenai kenapa 12-1/4 section di bor sampai 9297'. Asumsi pak Doddy
benar bahwa karena LOT di 13-3/8 casing cukup tinggi (16.4 ppg), dan
yang di bor adalah volcaniclastic sandstone dengan MW yang relatif
rendah (14.7 ppg), maka sumur bisa di bor sampai kedalaman ~9400 ft
dengan safe. Safety dari sumur ini serta perhitungannya di bahas secara
rinci di paper yang linknya sudah saya berikan. Kalau ingin copynya,
bisa bisa saya kirim melalui japri.

GG dilibatkan dalam pemilihan casing seat. Kedalaman top of
Kujung/Prupuh tersebut diprediksi dengan look ahead seismic dan hasilnya
kita diskusikan dengan drilling apakah sumur aman untuk dibor sampai
kedalaman tersebut.

Benar, pengalaman dari Edi Sutriono dan Ralph Adam pun mengatakan bahwa
untuk berhasil menembus lapisan karbonat Kujung Fm/Prupuh, dan bisa
melakukan test, maka casing 9-5/8 harus dipasang di top of karbonat.
Disumur Jeruk, open hole section 12-1/4 mereka lebih panjang dari
Banjarpanji. Jeruk 1 dan 2 adalah 5951 ft dan 6782 ft sedangkan
Banjarpanji adalah 5720 ft., yang relative lebih pendek. Sehingga apa
yang dituduhkan tidak pakai casing karena mau ngirit atau open hole yang
panjang tanpa casing, sebenarnya sudah ada beberapa operator lain yang
mem-bor dengan openhole yang lebih panjang dengan stratigraphic section
yang sama secara aman, Kuncinya adalah cukup tidak nya kick tolerance.

Wass.
Bambang


-Original Message-
From: Doddy Suryanto [mailto:dod...@pttep.com] 
Sent: Thursday, March 04, 2010 4:47 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

Pak Bambang yth,

Ada beberapa hal yang menurut saya juga menarik dari sumur Banjarpanji-1
ini.

Beberapa diantaranya adalah peletakan 16 casing yang jauh lebih dangkal
dari prognosisnya. Apakah ini karena terdapat lapisan yang bertekanan
tinggi di kedalaman yang relatif dangkal (1135' lebih dangkal dari
rencana)? 

Dan juga yang menarik lagi adalah tidak munculnya lapisan batu gamping
bagian atas seperti di prognosis yang digantikan oleh keberadaan batu
pasir yang tebal (3000'?). 

Pak Awang pernah bercerita soal hilangnya lapisan batu gamping atas dan
munculnya batu pasir yang tebal ini di milis beberapa waktu yang lalu.

Karena batu pasir adalah salah satu lapisan yang release pressure dan
hasil LOT di 13 3/8 casing yang masih bisa menahan besarnya ECD di
section bawahnya, saya berasumsi pihak drilling berhak saja melanjutkan
pengeboran karena masih aman.

Tetapi apakah ada diskusi dgn GG kenapa lapisan batuan yang diprediksi
tidak dijumpai di sumur banjarpanji pada saat pengeboran berlangsung dan
apakah efek yang dapat terjadi kalo kita meneruskan pengeboran tanpa
memasang casing di section yang cukup panjang (~6000'?).

Saya yakin drilling pasti bertanya ke GG soal pemasangan casing lebih
dalam apalagi kalo mau menggabungkan Kujung dan lapisan atasnya.
Pengalaman dgn mas Edy Sutrisno, beliau dulu juga sering berdiskusi soal
pemasangan casing yang lebih dalam di salah satu sumur Jeruknya Santos
di Sampang.

 

Salam,

-DS-  

 

-Original Message-
From: Bambang P. Istadi [mailto:bambang.ist...@energi-mp.com] 
Sent: Thursday, 04 March, 2010 4:20 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

 

Sungguh bijak dan benar sekali kata-kata dari pak Koesoema,.. mungkin
hanya waktu yang akan memutuskan.

 

Bagi saya ini bukan masalah kalah menang, tetapi mencari jawaban apa
yang sesungguhnya terjadi. Dalam hal ini tidak ada pihak yang menang,
baik Lapindo, rakyat sekitar maupun Davies cs. Lusi merupakan fenomena
kelas dunia, masa hanya peneliti asing saja yang asik menggeluti
kejadian dipekarangan rumah kita dan hanya mereka yang nulis di jurnal2
scientific. Karena itulah saya tergelitik untuk mencoba memahami
fenomena ini. Tidak ada salahnya kita terus menggali dan melakukan studi
berdasarkan data2 yang ada.

 

Pada awalnya kita semua, termasuk saya mengira ini bersumber dari sumur,
namun ada beberapa kejanggalan yang saya amati. Jika lumpur bersumber
dari bocornya sumur karena hydro-fractured, kenapa sumur dalam

RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-04 Terurut Topik yanto R.Sumantri



 Pak Bambang

Benar  waktu lah yang akan
menentukan . , sebenarnya jargon ini sudah
sangat kita kenal .
Sebagai mana saya postingkan dalam  millis
ini beberapa kali , pertanyaan - nya atau  saya :  apa
yang  harus dilakukan dengan semburan lumpurnya ???, jadi
apakah waktu akan dibiarkan berlalu saja ... dan
nanti akan dapat memberikan penjelasan apa yang telah terjadi ? Nah
tentunya kita sebagai ilmuwan akan memanfaatkn segala macam data spt
kegempaan (apakah benar asumsi Awang ) , karakter lumpur  (apakah
komposisinya konstan , bagaimana bila dibandingkn dengan lumpur Bleduk
Kuwu umpamanya ).dsb dsb.

Saya masih ada pertanyaan :
 Apakah kalau Lapindo di katagorikan sebagai pencemar
mempunyai kewajiban untuk melakukan hal diatas ? Ataukah kewajiban
tersebut sebatas CSR ?

Munkin ada yang bisa menjawabnya .

Si Abah




    Sungguh bijak dan benar sekali kata-kata dari
pak Koesoema,.. mungkin
 hanya waktu yang akan memutuskan.
 
 Bagi saya ini bukan masalah kalah menang, tetapi mencari
jawaban apa yang
 sesungguhnya terjadi. Dalam hal ini tidak ada
pihak yang menang, baik
 Lapindo, rakyat sekitar maupun Davies
cs. Lusi merupakan fenomena kelas
 dunia, masa hanya peneliti
asing saja yang asik menggeluti kejadian
 dipekarangan rumah kita
dan hanya mereka yang nulis di jurnal2 scientific.
 Karena itulah
saya tergelitik untuk mencoba memahami fenomena ini. Tidak
 ada
salahnya kita terus menggali dan melakukan studi berdasarkan data2
 yang ada.
 
 Pada awalnya kita semua, termasuk
saya mengira ini bersumber dari sumur,
 namun ada beberapa
kejanggalan yang saya amati. Jika lumpur bersumber dari
 bocornya
sumur karena hydro-fractured, kenapa sumur dalam keadaan
statis
 dan tidak kehilangan drilling mud? Drilling merupakan
closed-system, kalau
 ada yang bocor, seharusnya volume drilling
mud berkurang. Ibaratnya kalau
 bak kamar mandi kita bocor,
permukaan airnya pasti turun karena volume
 berkurang. Lalu
kenapa masih bisa sirkulasi kalau dianggap sudah bocor?
 Tekanan
yang diamati baik di annulus maupun di drillpipe tidak menunjang

adanya kebocoran disumur. Juga saat sample lumpur diambil dibeberapa
 tempat lalu dianalisa, tidak ada trace oil based mud yang dipakai
sebagai
 drilling mud. Ini hanya sedikit contoh dari beberapa
kejanggalan2 yang
 membuat saya berfikir dua kali.
 
 Untuk mas Agus Hendratno, baiknya drilling report tersebut
dilengkapi
 dengan real time chart mas, supaya bisa cross-check
laporan karena
 drilling report bisa saja subjektif dan bias.
Ditunggu ketoprakan mas,..
 hehe
 
 Wass.
 Bambang
 
 
 
 

-Original Message-

From: R.P.Koesoemadinata
[mailto:koeso...@melsa.net.id]
 Sent: Wednesday, March 03, 2010
7:59 PM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re:
[iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
 
 Kita itu harus  belajar
dari Pansus Century bahwa ternyata ada kebenaran
 secara politis
yang diputuskan oleh sidang Paripurna DPR secara aklamasi
 atau
dengan voting, kebenaran hukum yang diputuskan oleh kekuasan hakim
 yang
 dapat naik banding, atau kekuasan penegak hukum
untuk meng-SP3-kan, dan
 kebenaran ilmiah yang hanya dapat
diputuskan oleh waktu.
 Ada maxim di antara geologists:
GEOLOGISTS NEVER CHANGE THEIR IDEAS, BUT
 EVENTUALLY THEY
FADE AWAY Debat Lusi ini baik untuk sebagai permainan

intelektual tetapi jangan harapkan akan muncul keputusan mana yang
benar
 dalam waktu yang singkat. Yang merasa kalah adu argumen
selalu bisa
 men-generate data baru. Waktu lah yang
nanti akan menentukan
 Wassalam
 RPK
 -
Original Message -

From: Hendratno Agus
agushendra...@yahoo.com
 To:
iagi-net@iagi.or.id
 Sent: Wednesday, March 03, 2010 5:38
PM
 Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
 
 
 Tapi bagaimana kalau itu ternyata adalah
 (ini
pikiran nakal saja, mohon maaf) : adanya masalah kritis dalam

pemboran
 (yang mestinya mencari jendulan limestone, malah nembak
mud diapir) pada
 saat
 yang sama ada peluang reaktivasi
sesar watukosek dari gempa jogja?? Jadi
 ini
 bukan
pada
 pro-gempa atau pro-UGBO, tapi pro dua-duanya.
 
 Pada 26 Januari 2006 sore, saat trip geologi antara BPMIGAS -
Geologi UGM,
 kami
 mampir ke sumur BJP-1 dan disitu
terjadi perdebatan stratigrafi dari
 target
 sumur, juga
pada penampang seismik antara mas Agung Budi Darmoyo dengan

Pak
 Awang-Pak Elan-Pak Budianto Toha.
 
 Lalu
pada 24 Juni 2006, saat tim yang diketuai mas Rudi Rubiandini, mau
 presentasi di depan Menteri ESDM,Gub.jatim, Bupati Sidoarjo,
pejabat
 BPMIGAS,
 ESDM, juga Lapindo, dimana ada 1
slide yang dipaparkan mas Rudi itu
 disiapkan
 oleh tim
geologi yang berupa gambar Citra SRTM yang last minute itu kami

tarik
 sesar watukosek (selama tersekap di tim Rudi di
hotel mewah tsb),
 dan itu menjadi perdebatan sengit di
ruang eksekutif JW Marriot Sby jam
 22.30 -
 00.30 wib.
Saat semua rapat yang tertutup oleh pers, itu semua berpakaian

rapi,
 jas, dan batik, saya yang menyodorkan 1 slide ke mas Rudi

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-04 Terurut Topik Nataniel Mangiwa
saya suka kalimat Pak Bambang yang ini: Jadi timing dari loss diberikan
sebagai informasi, dan bukan pembenaran dari gempa sebagai penyebab LUSI.
jadi, yang meyakinkan Pak Bambang bahwa Gempa adalah penyebab Lusi apa Pak?
dan datanya apa? karena yang Loss sepertinya Pak Bambang bilang bukan
pembenaran dari gempa sebagai penyebab LUSI. atau jangan2 Pak bambang tidak
berpendapat bahwa Lusi disebabkan oleh Gempa..(?)

1 hal lagi yang menurut saya sangat patut dipertanyakan. Saat Total Loss,
artinya tidak ada return..lalu bagaimana Lapindo yakin bahwa formasi saat
Total Loss masih sama (Volcanoclastic Sand/VS)?

selain itu untuk VS, apa sama sekali dalam interval 6000 to 9297 ft (TD)
samaskali tidak ada shale/calystone yang bagus untuk pasang casing? agak
aneh juga Sand bisa develop setebal 3297ft/1100m?? karena salah satu reason
open hole panjang di sumur ini katanya Tidak Ada impermeabel layer yang
bagus untuk set shoe.

1 lagi Pak..bisa kah dikirim Mudlog/Masterlog ke milis via admin, biar lebih
afdol, dan siapa tau juga ada rekan2 yang belum lihat dan tertarik ingin
lihat.

Trims Pak..

2010/3/4 Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com

 Pak Natan,

 Menjawan pertanyaan pak Natan, secara umum, Mud Loss terjadi apabila
 pore press  hydrostatic press dari mud sesudah ECD, mud cakes dan
 pressure loss lainnya diperhitungkan. Beberapa saat sesudah terjadinya
 gempa Yogya, sumur mengalami dua mud loss. Sebelumnya, tidak ada mud
 losses pada hole section ini. Juga tidak ada penaikan berat lumpur pada
 interval 5000 ft terakhir.

 Yang menjadikan loss ini menarik adalah 'timing' dan 'rate of loss'.
 Mengapa timingnya dekat dengan terjadinya gempa? Mengapa rate of loss
 nya demikian besar? Data2 nya yang bisa dibaca di paper kami adalah: Mud
 Loss pertama terjadi ~7 minutes sesudah terjadinya gempa Yogya; Mud Loss
 kedua ~90 minutes sesudah terjadi dua gempa susulan; Rate of loss
 pertama adalah ~300 bph dan yang kedua ~900 bph.

 Rate of loss yang sebegitu besar menunjukkan bahwa ini bukan seepage
 loss atau loss of mud yang normal terjadi di drilling. Ini adalah suatu
 rate yang besar yang bisa terjadi karena memasuki formasi karbonat
 dengan lobang yang besar (cavern) atau formasi yang tiba2 merekah dan
 terciptanya rongga yang sangat besar. Pertanyaanya adalah mengapa waktu
 loss ini berdekatan dengan waktu terjadinya gempa? Apakah ini hanya
 suatu 'kebetulan' saja atau memang ada kaitannya? Wallahu alam.

 Jadi apakah kita menyalahkan loss ini kepada gempa? Tidak juga, dalam
 Paper tersebut kami memberikan informasi adanya loss of mud dan gempa
 Yogya yang berdekatan dan mengatakan '. the proximity of the two
 events suggests a temporal connection exists ..'. Jadi timing dari
 loss diberikan sebagai informasi, dan bukan pembenaran dari gempa
 sebagai penyebab LUSI.

 Paper tersebut sengaja kami tidak membahas hypotheses lain seperti gempa
 / fault reactivation atau geothermal process karena kami bukan ahlinya.
 Yang dibahas secara rinci dan transparan adalah analisa tekanan yang ada
 di sumur dan kesimpulan bahwa sumur tidak dalam keadaan bocor. Tujuan
 kedua dari paper tersebut adalah untuk membuka data2 pengeboran, 'black
 box', evidence dan informasi agar para ilmuwan dimasa depan dapat
 melakukan research berdasarkan dengan data dan bukan asumsi.

 Drilling data yang bapak maksud sebagai berikut:
 * MW in 14.7 ppg. Berat lumpur yang sama dipakai pada 5000 ft terakhir
 * ECD ~15 ppg dari perhitungan(Mud Eng dan Mud Logger keduanya melakukan
 perhitungan tersebut). PWD tool atau pressure measurement tool lainnya
 tidak dipakai
 * LOT 16.4 ppg @ 3580 ft, 12-1/4 hole section.
 * Formasi dari kedalaman ~6000 ft adalah batuan volkani-klastic sampai
 pada kedalaman 9297 ft TD.

 Berdasarkan mud logs, tidak ada formasi baru yang di bor. Formasi tetap
 volkani-klastic dan belum ada indikasi bahwa lapisan karbonat sudah
 dibor. Perlu ditambahkan bahwa top of karbonat di offset wells
 menunjukkan adanya sekitar 50 ft hard pan pada top of carbonate tanpa
 adanya mud loss.

 Wass.
 Bambang


 -Original Message-
 From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com]
  Sent: Thursday, March 04, 2010 12:54 PM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

 Pak Bambang,

 Mari bicara teknis..

 Tolong dijelaskan apa hubungannya Loss Circulation dan Total Loss,
 dengan
 gempa? Apa bapak yakin Loss tersebut karena Gempa? Dalam drilling, loss
 adalah hal biasa..even total loss. Dan tidak harus ada gempa, loss
 circulation bisa terjadi. Kenapa digiring ke Gempa? Apa memang tidak
 bisa
 dijelaskan dengan mekanisme drilling yang biasa? Apa tidak ada Formasi
 yang
 bisa menyebabkan loss di depth segitu ataupun depth di atasnya?

 Lalu..saat loss tersebut berapa MWin? ECD diukur dengan ECD tool atau
 hanya
 based on calculation? Loss circulation tidak harus karena ECD  Leak
 pressure.

 2010/3/4 Paulus Tangke Allo paulu...@gmail.com

  -- Forwarded message

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-04 Terurut Topik yanto R.Sumantri



 Nathan

Memang untuk beberapa
kepentingan harus dianggap selesai , karena kalau tidak 
konsekwensinya akan lebih merugkan.
Tentu saja kita sebagai ilmuwan
harus terus menjawab dan mencari kebenaran dari LUSI ini, Walaupun
kebenaran didunia adalah NISBI adanya .Wallahualam

Si Abah
 

   Ok boss. Thanks for the support..
 
 Yang jelas menurut saya, banyak geologist yang belum
sadar bahwa
 masalah Lusi sudah di 'final' kan oleh beberapa
pihak.
 
 On 3/3/10, abachtiar_CBN
abacht...@cbn.net.id wrote:
 Jangan berhenti, Nathan.
Jangan berkecil hati. Komentar-komentar-mu bisa
 jadi pemicu
diskusi yang berat-berat untuk menguraikan ini semua.
 Paling
 tidak menguraikan keruwetan status LuSi
itu di otak kita, karena bagi
 sebagian politisi, bisnisman,
birokrat, ahli hukum, sebagian asosiasi
 profesi, dan
sebagian saintis, status penyebab LuSi itu sudah final.

Jangan
 ikut2an terimbas panas dan ngambek.

 salam broer,
 adb

===
 - Original Message -

From: Nataniel Mangiwa
nataniel.mang...@gmail.com
 To:
iagi-net@iagi.or.id
 Sent: Wednesday, March 03, 2010
12:20 PM

 ===

Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
 No comment Pak
Awang. Penilaian bapak terlalu personal, dan subjektif.

Panas adalah istilah bpk, ngambek pun istilah bpk Awang yg terhormat.
 Saya tidak menginisiasi 2 kata tsb di pembahasan yang saintifik
ini.





 PP-IAGI 2008-2011:
 ketua umum: LAMBOK HUTASOIT,
lam...@gc.itb.ac.id
 sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL,
mohammadsyai...@gmail.com
 * 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5
departemen, banyak biro...


 Ayo siapkan diri!
 Hadirilah PIT ke-39
IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember
 2010

-
 To unsubscribe, send email to:
iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
 To subscribe, send email
to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
 Visit IAGI Website:
http://iagi.or.id
 Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
 Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
 No. Rek: 123
0085005314
 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia
(IAGI)
 Bank BCA KCP. Manara Mulia
 No.
Rekening: 255-1088580
 A/n: Shinta Damayanti

IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
 IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi

-
 DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to
information
 posted
 on its mailing lists,
whether posted by IAGI or others. In no event
 shall
 IAGI or its members be liable for any, including but not
limited to
 direct
 or indirect damages, or
damages of any kind whatsoever, resulting from
 loss
 of use, data or profits, arising out of or in connection with
the use of
 any
 information posted on IAGI
mailing list.

-


 


 PP-IAGI 2008-2011:
 ketua umum: LAMBOK HUTASOIT,
lam...@gc.itb.ac.id
 sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL,
mohammadsyai...@gmail.com
 * 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5
departemen, banyak biro...


 Ayo siapkan diri!
 Hadirilah PIT ke-39 IAGI,
Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember
 2010

-
 To unsubscribe, send email to:
iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
 To subscribe, send email to:
iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
 Visit IAGI Website:
http://iagi.or.id
 Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
 Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
 No. Rek: 123
0085005314
 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
 Bank BCA KCP. Manara Mulia
 No. Rekening: 255-1088580
 A/n: Shinta Damayanti
 IAGI-net Archive 1:
http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
 IAGI-net
Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi

-
 DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to
information
 posted on its mailing lists, whether posted by IAGI
or others. In no event
 shall IAGI or its members be liable for
any, including but not limited to
 direct or indirect damages, or
damages of any kind whatsoever, resulting
 from loss of use, data
or profits, arising out of or in connection with
 the use of any
information posted on IAGI mailing list.

-
 
 


-- 
___
Nganyerikeun hate
batur hirupna mo bisa campur, ngangeunahkeun hate jalma hirupna pada
ngupama , Elmu tungtut dunya siar Ibadah kudu lakonan.


RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-04 Terurut Topik Leonard Lisapaly

Sekilas memperhatikan slide yang dikirim ke Pak Bambang. Loss terjadi 7 menit
setelah rekaman di Tretes. Dengan jarak 15 km dan asumsi kecepatan rambat
gelombang 2 km/detik, mestinya efek gempa terasa 7,5 detik setelah atau
sebelum rekaman di Tretes. Diasumsikan juga lamanya getaran yang dirasakan
adalah 1 menit (mungkin perlu cek silang dengan data di Yogya), maka ada gap
sekitar 6 menit sebelum terjadinya loss. Apa sebetulnya yang terjadi dalam 6
menit itu?

LL

-Original Message-
From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com] 
Sent: Friday, March 05, 2010 12:45 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

saya suka kalimat Pak Bambang yang ini: Jadi timing dari loss diberikan
sebagai informasi, dan bukan pembenaran dari gempa sebagai penyebab LUSI.
jadi, yang meyakinkan Pak Bambang bahwa Gempa adalah penyebab Lusi apa Pak?
dan datanya apa? karena yang Loss sepertinya Pak Bambang bilang bukan
pembenaran dari gempa sebagai penyebab LUSI. atau jangan2 Pak bambang tidak
berpendapat bahwa Lusi disebabkan oleh Gempa..(?)

1 hal lagi yang menurut saya sangat patut dipertanyakan. Saat Total Loss,
artinya tidak ada return..lalu bagaimana Lapindo yakin bahwa formasi saat
Total Loss masih sama (Volcanoclastic Sand/VS)?

selain itu untuk VS, apa sama sekali dalam interval 6000 to 9297 ft (TD)
samaskali tidak ada shale/calystone yang bagus untuk pasang casing? agak
aneh juga Sand bisa develop setebal 3297ft/1100m?? karena salah satu reason
open hole panjang di sumur ini katanya Tidak Ada impermeabel layer yang
bagus untuk set shoe.

1 lagi Pak..bisa kah dikirim Mudlog/Masterlog ke milis via admin, biar lebih
afdol, dan siapa tau juga ada rekan2 yang belum lihat dan tertarik ingin
lihat.

Trims Pak..

2010/3/4 Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com

 Pak Natan,

 Menjawan pertanyaan pak Natan, secara umum, Mud Loss terjadi apabila
 pore press  hydrostatic press dari mud sesudah ECD, mud cakes dan
 pressure loss lainnya diperhitungkan. Beberapa saat sesudah terjadinya
 gempa Yogya, sumur mengalami dua mud loss. Sebelumnya, tidak ada mud
 losses pada hole section ini. Juga tidak ada penaikan berat lumpur pada
 interval 5000 ft terakhir.

 Yang menjadikan loss ini menarik adalah 'timing' dan 'rate of loss'.
 Mengapa timingnya dekat dengan terjadinya gempa? Mengapa rate of loss
 nya demikian besar? Data2 nya yang bisa dibaca di paper kami adalah: Mud
 Loss pertama terjadi ~7 minutes sesudah terjadinya gempa Yogya; Mud Loss
 kedua ~90 minutes sesudah terjadi dua gempa susulan; Rate of loss
 pertama adalah ~300 bph dan yang kedua ~900 bph.

 Rate of loss yang sebegitu besar menunjukkan bahwa ini bukan seepage
 loss atau loss of mud yang normal terjadi di drilling. Ini adalah suatu
 rate yang besar yang bisa terjadi karena memasuki formasi karbonat
 dengan lobang yang besar (cavern) atau formasi yang tiba2 merekah dan
 terciptanya rongga yang sangat besar. Pertanyaanya adalah mengapa waktu
 loss ini berdekatan dengan waktu terjadinya gempa? Apakah ini hanya
 suatu 'kebetulan' saja atau memang ada kaitannya? Wallahu alam.

 Jadi apakah kita menyalahkan loss ini kepada gempa? Tidak juga, dalam
 Paper tersebut kami memberikan informasi adanya loss of mud dan gempa
 Yogya yang berdekatan dan mengatakan '. the proximity of the two
 events suggests a temporal connection exists ..'. Jadi timing dari
 loss diberikan sebagai informasi, dan bukan pembenaran dari gempa
 sebagai penyebab LUSI.

 Paper tersebut sengaja kami tidak membahas hypotheses lain seperti gempa
 / fault reactivation atau geothermal process karena kami bukan ahlinya.
 Yang dibahas secara rinci dan transparan adalah analisa tekanan yang ada
 di sumur dan kesimpulan bahwa sumur tidak dalam keadaan bocor. Tujuan
 kedua dari paper tersebut adalah untuk membuka data2 pengeboran, 'black
 box', evidence dan informasi agar para ilmuwan dimasa depan dapat
 melakukan research berdasarkan dengan data dan bukan asumsi.

 Drilling data yang bapak maksud sebagai berikut:
 * MW in 14.7 ppg. Berat lumpur yang sama dipakai pada 5000 ft terakhir
 * ECD ~15 ppg dari perhitungan(Mud Eng dan Mud Logger keduanya melakukan
 perhitungan tersebut). PWD tool atau pressure measurement tool lainnya
 tidak dipakai
 * LOT 16.4 ppg @ 3580 ft, 12-1/4 hole section.
 * Formasi dari kedalaman ~6000 ft adalah batuan volkani-klastic sampai
 pada kedalaman 9297 ft TD.

 Berdasarkan mud logs, tidak ada formasi baru yang di bor. Formasi tetap
 volkani-klastic dan belum ada indikasi bahwa lapisan karbonat sudah
 dibor. Perlu ditambahkan bahwa top of karbonat di offset wells
 menunjukkan adanya sekitar 50 ft hard pan pada top of carbonate tanpa
 adanya mud loss.

 Wass.
 Bambang


 -Original Message-
 From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com]
  Sent: Thursday, March 04, 2010 12:54 PM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

 Pak Bambang,

 Mari bicara teknis..

 Tolong dijelaskan apa

RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-04 Terurut Topik Bambang P. Istadi
Pak Natan,

Silahkan baca email saya sebelumnya ...Saya tidak pernah mengatakan
gempa sebagai penyebab LUSI, yang kami amati adalah kondisi sumur,...

Soal yang lain,.. saya sarankan pak Natan baca 2 paper kami yang sudah
dipublish di Elsevier mengenai drilling,.. juga kalau mau lihat
mudlog/materlog,.. silahkan datang ke Lapindo, saya akan minta teman2 di
Lapindo untuk menunjukan mudlog yang dimaksud. 

Wass.
Bambang


-Original Message-
From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com] 
Sent: Friday, March 05, 2010 12:45 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

saya suka kalimat Pak Bambang yang ini: Jadi timing dari loss diberikan
sebagai informasi, dan bukan pembenaran dari gempa sebagai penyebab
LUSI.
jadi, yang meyakinkan Pak Bambang bahwa Gempa adalah penyebab Lusi apa
Pak?
dan datanya apa? karena yang Loss sepertinya Pak Bambang bilang bukan
pembenaran dari gempa sebagai penyebab LUSI. atau jangan2 Pak bambang
tidak
berpendapat bahwa Lusi disebabkan oleh Gempa..(?)

1 hal lagi yang menurut saya sangat patut dipertanyakan. Saat Total
Loss,
artinya tidak ada return..lalu bagaimana Lapindo yakin bahwa formasi
saat
Total Loss masih sama (Volcanoclastic Sand/VS)?

selain itu untuk VS, apa sama sekali dalam interval 6000 to 9297 ft (TD)
samaskali tidak ada shale/calystone yang bagus untuk pasang casing? agak
aneh juga Sand bisa develop setebal 3297ft/1100m?? karena salah satu
reason
open hole panjang di sumur ini katanya Tidak Ada impermeabel layer yang
bagus untuk set shoe.

1 lagi Pak..bisa kah dikirim Mudlog/Masterlog ke milis via admin, biar
lebih
afdol, dan siapa tau juga ada rekan2 yang belum lihat dan tertarik ingin
lihat.

Trims Pak..

2010/3/4 Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com

 Pak Natan,

 Menjawan pertanyaan pak Natan, secara umum, Mud Loss terjadi apabila
 pore press  hydrostatic press dari mud sesudah ECD, mud cakes dan
 pressure loss lainnya diperhitungkan. Beberapa saat sesudah terjadinya
 gempa Yogya, sumur mengalami dua mud loss. Sebelumnya, tidak ada mud
 losses pada hole section ini. Juga tidak ada penaikan berat lumpur
pada
 interval 5000 ft terakhir.

 Yang menjadikan loss ini menarik adalah 'timing' dan 'rate of loss'.
 Mengapa timingnya dekat dengan terjadinya gempa? Mengapa rate of loss
 nya demikian besar? Data2 nya yang bisa dibaca di paper kami adalah:
Mud
 Loss pertama terjadi ~7 minutes sesudah terjadinya gempa Yogya; Mud
Loss
 kedua ~90 minutes sesudah terjadi dua gempa susulan; Rate of loss
 pertama adalah ~300 bph dan yang kedua ~900 bph.

 Rate of loss yang sebegitu besar menunjukkan bahwa ini bukan seepage
 loss atau loss of mud yang normal terjadi di drilling. Ini adalah
suatu
 rate yang besar yang bisa terjadi karena memasuki formasi karbonat
 dengan lobang yang besar (cavern) atau formasi yang tiba2 merekah dan
 terciptanya rongga yang sangat besar. Pertanyaanya adalah mengapa
waktu
 loss ini berdekatan dengan waktu terjadinya gempa? Apakah ini hanya
 suatu 'kebetulan' saja atau memang ada kaitannya? Wallahu alam.

 Jadi apakah kita menyalahkan loss ini kepada gempa? Tidak juga, dalam
 Paper tersebut kami memberikan informasi adanya loss of mud dan gempa
 Yogya yang berdekatan dan mengatakan '. the proximity of the
two
 events suggests a temporal connection exists ..'. Jadi timing dari
 loss diberikan sebagai informasi, dan bukan pembenaran dari gempa
 sebagai penyebab LUSI.

 Paper tersebut sengaja kami tidak membahas hypotheses lain seperti
gempa
 / fault reactivation atau geothermal process karena kami bukan
ahlinya.
 Yang dibahas secara rinci dan transparan adalah analisa tekanan yang
ada
 di sumur dan kesimpulan bahwa sumur tidak dalam keadaan bocor. Tujuan
 kedua dari paper tersebut adalah untuk membuka data2 pengeboran,
'black
 box', evidence dan informasi agar para ilmuwan dimasa depan dapat
 melakukan research berdasarkan dengan data dan bukan asumsi.

 Drilling data yang bapak maksud sebagai berikut:
 * MW in 14.7 ppg. Berat lumpur yang sama dipakai pada 5000 ft terakhir
 * ECD ~15 ppg dari perhitungan(Mud Eng dan Mud Logger keduanya
melakukan
 perhitungan tersebut). PWD tool atau pressure measurement tool lainnya
 tidak dipakai
 * LOT 16.4 ppg @ 3580 ft, 12-1/4 hole section.
 * Formasi dari kedalaman ~6000 ft adalah batuan volkani-klastic sampai
 pada kedalaman 9297 ft TD.

 Berdasarkan mud logs, tidak ada formasi baru yang di bor. Formasi
tetap
 volkani-klastic dan belum ada indikasi bahwa lapisan karbonat sudah
 dibor. Perlu ditambahkan bahwa top of karbonat di offset wells
 menunjukkan adanya sekitar 50 ft hard pan pada top of carbonate tanpa
 adanya mud loss.

 Wass.
 Bambang


 -Original Message-
 From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com]
  Sent: Thursday, March 04, 2010 12:54 PM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

 Pak Bambang,

 Mari bicara teknis..

 Tolong dijelaskan apa hubungannya Loss Circulation dan Total Loss

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-04 Terurut Topik Amir Al Amin
kalau saya perhatikan perbandingan chart gempa dan chart mud volume itu
dipas-pasin saja...bahasa jawanya 'GATHUK-ENTHUK'.

setahu saya, dalam sejarah republik ini, gempa terus terjadi, pengeboran
juga terus dilakukan. ..tapi entah kenapa hanya di Sidoarjo 'earthquake
related loss' itu terjadi.

hmm.. mungkin kondisi geologinya sangat istimewa? saya gak tahu..

setahu saya di geothermal yang arahnya memotong zona sesar..,
gempa juga tidak menimbulkan loss tiba-tiba. secara logika,
zona sesar akan mudah 'bergerak' jika digoyang gempa.

2010/3/4 Leonard Lisapaly llisap...@fugro-jason.com


 Sekilas memperhatikan slide yang dikirim ke Pak Bambang. Loss terjadi 7
 menit
 setelah rekaman di Tretes. Dengan jarak 15 km dan asumsi kecepatan rambat
 gelombang 2 km/detik, mestinya efek gempa terasa 7,5 detik setelah atau
 sebelum rekaman di Tretes. Diasumsikan juga lamanya getaran yang dirasakan
 adalah 1 menit (mungkin perlu cek silang dengan data di Yogya), maka ada
 gap
 sekitar 6 menit sebelum terjadinya loss. Apa sebetulnya yang terjadi dalam
 6
 menit itu?

 LL

 -Original Message-
 From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com]
 Sent: Friday, March 05, 2010 12:45 PM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

 saya suka kalimat Pak Bambang yang ini: Jadi timing dari loss diberikan
 sebagai informasi, dan bukan pembenaran dari gempa sebagai penyebab LUSI.
 jadi, yang meyakinkan Pak Bambang bahwa Gempa adalah penyebab Lusi apa Pak?
 dan datanya apa? karena yang Loss sepertinya Pak Bambang bilang bukan
 pembenaran dari gempa sebagai penyebab LUSI. atau jangan2 Pak bambang tidak
 berpendapat bahwa Lusi disebabkan oleh Gempa..(?)

 1 hal lagi yang menurut saya sangat patut dipertanyakan. Saat Total Loss,
 artinya tidak ada return..lalu bagaimana Lapindo yakin bahwa formasi saat
 Total Loss masih sama (Volcanoclastic Sand/VS)?

 selain itu untuk VS, apa sama sekali dalam interval 6000 to 9297 ft (TD)
 samaskali tidak ada shale/calystone yang bagus untuk pasang casing? agak
 aneh juga Sand bisa develop setebal 3297ft/1100m?? karena salah satu reason
 open hole panjang di sumur ini katanya Tidak Ada impermeabel layer yang
 bagus untuk set shoe.

 1 lagi Pak..bisa kah dikirim Mudlog/Masterlog ke milis via admin, biar
 lebih
 afdol, dan siapa tau juga ada rekan2 yang belum lihat dan tertarik ingin
 lihat.

 Trims Pak..

 2010/3/4 Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com

  Pak Natan,
 
  Menjawan pertanyaan pak Natan, secara umum, Mud Loss terjadi apabila
  pore press  hydrostatic press dari mud sesudah ECD, mud cakes dan
  pressure loss lainnya diperhitungkan. Beberapa saat sesudah terjadinya
  gempa Yogya, sumur mengalami dua mud loss. Sebelumnya, tidak ada mud
  losses pada hole section ini. Juga tidak ada penaikan berat lumpur pada
  interval 5000 ft terakhir.
 
  Yang menjadikan loss ini menarik adalah 'timing' dan 'rate of loss'.
  Mengapa timingnya dekat dengan terjadinya gempa? Mengapa rate of loss
  nya demikian besar? Data2 nya yang bisa dibaca di paper kami adalah: Mud
  Loss pertama terjadi ~7 minutes sesudah terjadinya gempa Yogya; Mud Loss
  kedua ~90 minutes sesudah terjadi dua gempa susulan; Rate of loss
  pertama adalah ~300 bph dan yang kedua ~900 bph.
 
  Rate of loss yang sebegitu besar menunjukkan bahwa ini bukan seepage
  loss atau loss of mud yang normal terjadi di drilling. Ini adalah suatu
  rate yang besar yang bisa terjadi karena memasuki formasi karbonat
  dengan lobang yang besar (cavern) atau formasi yang tiba2 merekah dan
  terciptanya rongga yang sangat besar. Pertanyaanya adalah mengapa waktu
  loss ini berdekatan dengan waktu terjadinya gempa? Apakah ini hanya
  suatu 'kebetulan' saja atau memang ada kaitannya? Wallahu alam.
 
  Jadi apakah kita menyalahkan loss ini kepada gempa? Tidak juga, dalam
  Paper tersebut kami memberikan informasi adanya loss of mud dan gempa
  Yogya yang berdekatan dan mengatakan '. the proximity of the two
  events suggests a temporal connection exists ..'. Jadi timing dari
  loss diberikan sebagai informasi, dan bukan pembenaran dari gempa
  sebagai penyebab LUSI.
 
  Paper tersebut sengaja kami tidak membahas hypotheses lain seperti gempa
  / fault reactivation atau geothermal process karena kami bukan ahlinya.
  Yang dibahas secara rinci dan transparan adalah analisa tekanan yang ada
  di sumur dan kesimpulan bahwa sumur tidak dalam keadaan bocor. Tujuan
  kedua dari paper tersebut adalah untuk membuka data2 pengeboran, 'black
  box', evidence dan informasi agar para ilmuwan dimasa depan dapat
  melakukan research berdasarkan dengan data dan bukan asumsi.
 
  Drilling data yang bapak maksud sebagai berikut:
  * MW in 14.7 ppg. Berat lumpur yang sama dipakai pada 5000 ft terakhir
  * ECD ~15 ppg dari perhitungan(Mud Eng dan Mud Logger keduanya melakukan
  perhitungan tersebut). PWD tool atau pressure measurement tool lainnya
  tidak dipakai
  * LOT 16.4 ppg @ 3580 ft, 12-1/4 hole section

RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-04 Terurut Topik Doddy Suryanto
Terima kasih pak Bambang atas penjelasannya. Sangat menarik untuk
dicermati lebih dalam.

Mengenai look ahead seismic, waktu ketemu Wayne Basden (ex chief
Geophysics-nya Santos) yang lagi operasi lutut di Bangkok beberapa tahun
kemarin, dia bilang sepertinya bit sudah mencium lapisan Kujung.

Tapi ya ini dari cerita ngobrol-ngobrol karena waktu sumur Banjarpanji
mengalami BO saya sudah tidak merumput di Santos lagi.

Mengenai Jeruk, sependek ingatan saya, di Jeruk tidak dijumpai lapisan
batupasir yang sangat tebal sampe ~3000'. Bahkan waktu Dukuh yang
terletak di selatan Jeruk dibor juga tidak dijumpai lapisan batupasir
yang tebal seperti di Banjarpanji-1. Mungkin Pak Awang bisa menjelaskan
secara regional karena pengetahuan saya di offshore madura cuma
sejengkal jari saja.

Akan tetapi, saya sangat menikmati diskusi ini sekarang karena lebih
ilmiah dan menggunakan penjelasan yang bisa diperdebatkan secara ilmiah
juga.

Semoga Pak Koesoema juga bisa menambahkan cerita-cerita seputar Kujung
karena beliau juga salah satu pakar soal Kujung.

Dan saya juga menyampaikan terima kasih ke Pak Bambang yang telah
mengirim beberapa paper tentang LUSI via Pak Sawolo.

Saya juga mengenal pak Sawolo waktu merumput di Unocal dulu.

Terima kasih pak dan salam buat Pak Sawolo dan Mas Edy.

 

-DS- 

 

-Original Message-
From: Bambang P. Istadi [mailto:bambang.ist...@energi-mp.com] 
Sent: Friday, 05 March, 2010 8:58 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

 

Pak Doddy yang baik,

 

Menurut teman2 drilling, fungsi dari 16 intermediate liner di

Banjarpanji adalah sebagai casing pertama yang harus dipasang sesudah

memasuki transition zone. Ini disebabkan casing 20 tidak di design

untuk menahan tekanan transisi. Rupanya transition zone disumur ini

lebih dangkal dari yang diprediksi (berdasarkan sumur offset Porong),

sehingga 16 intermediate liner tersebut harus dipasang disekitar 2200

ft untuk menjaga kick tolerance yang memadai.

 

Soal secondary target Lapisan karbonat yang hilang merupakan prognosis

yang diinterpretasikan sebagai mounding feature yang kemungkinan besar

karbonat, tapi ternyata bukan. Sumur wildcat memang sering tidak

menjumpai apa yang sebelumnya diperkirakan. Saya pernah melakukan

statistics antara prognosis dengan actual encountered dibeberapa

lapangan produksi di Kaltim, ternyata meskipun sudah banyak sumurpun

tingkat akurasinya kecil, apalagi sumur eksplorasi wildcat.

 

Mengenai kenapa 12-1/4 section di bor sampai 9297'. Asumsi pak Doddy

benar bahwa karena LOT di 13-3/8 casing cukup tinggi (16.4 ppg), dan

yang di bor adalah volcaniclastic sandstone dengan MW yang relatif

rendah (14.7 ppg), maka sumur bisa di bor sampai kedalaman ~9400 ft

dengan safe. Safety dari sumur ini serta perhitungannya di bahas secara

rinci di paper yang linknya sudah saya berikan. Kalau ingin copynya,

bisa bisa saya kirim melalui japri.

 

GG dilibatkan dalam pemilihan casing seat. Kedalaman top of

Kujung/Prupuh tersebut diprediksi dengan look ahead seismic dan hasilnya

kita diskusikan dengan drilling apakah sumur aman untuk dibor sampai

kedalaman tersebut.

 

Benar, pengalaman dari Edi Sutriono dan Ralph Adam pun mengatakan bahwa

untuk berhasil menembus lapisan karbonat Kujung Fm/Prupuh, dan bisa

melakukan test, maka casing 9-5/8 harus dipasang di top of karbonat.

Disumur Jeruk, open hole section 12-1/4 mereka lebih panjang dari

Banjarpanji. Jeruk 1 dan 2 adalah 5951 ft dan 6782 ft sedangkan

Banjarpanji adalah 5720 ft., yang relative lebih pendek. Sehingga apa

yang dituduhkan tidak pakai casing karena mau ngirit atau open hole yang

panjang tanpa casing, sebenarnya sudah ada beberapa operator lain yang

mem-bor dengan openhole yang lebih panjang dengan stratigraphic section

yang sama secara aman, Kuncinya adalah cukup tidak nya kick tolerance.

 

Wass.

Bambang

 

 

-Original Message-

From: Doddy Suryanto [mailto:dod...@pttep.com] 

Sent: Thursday, March 04, 2010 4:47 PM

To: iagi-net@iagi.or.id

Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

 

Pak Bambang yth,

 

Ada beberapa hal yang menurut saya juga menarik dari sumur Banjarpanji-1

ini.

 

Beberapa diantaranya adalah peletakan 16 casing yang jauh lebih dangkal

dari prognosisnya. Apakah ini karena terdapat lapisan yang bertekanan

tinggi di kedalaman yang relatif dangkal (1135' lebih dangkal dari

rencana)? 

 

Dan juga yang menarik lagi adalah tidak munculnya lapisan batu gamping

bagian atas seperti di prognosis yang digantikan oleh keberadaan batu

pasir yang tebal (3000'?). 

 

Pak Awang pernah bercerita soal hilangnya lapisan batu gamping atas dan

munculnya batu pasir yang tebal ini di milis beberapa waktu yang lalu.

 

Karena batu pasir adalah salah satu lapisan yang release pressure dan

hasil LOT di 13 3/8 casing yang masih bisa menahan besarnya ECD di

section bawahnya, saya berasumsi pihak drilling berhak saja melanjutkan

pengeboran karena masih aman.

 

Tetapi apakah ada

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-04 Terurut Topik oki musakti
Difinalkan? 
Masalah apanya?

masalah hukumnya ? I'm not sure.
Kalau masalah politiknya saya rada yakin ini masih akan berlanjut sampai 'waktu 
yang tepat'
Kalau masalah ilmiahnya, berdasar diskusi di sini saya yakin masih akan lanjut 
terus, as it should be.
Masalah penderitaan korban ? Sampai pemerintah mengambil alih secara penuh dan 
komprehensif, saya yakin masih akan berlanjut lama

--- On Thu, 4/3/10, Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com wrote:

From: Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com
Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
To: iagi-net@iagi.or.id
Received: Thursday, 4 March, 2010, 9:59 PM

Ok boss. Thanks for the support..

Yang jelas menurut saya, banyak geologist yang belum sadar bahwa
masalah Lusi sudah di 'final' kan oleh beberapa pihak.

On 3/3/10, abachtiar_CBN abacht...@cbn.net.id wrote:
 Jangan berhenti, Nathan. Jangan berkecil hati. Komentar-komentar-mu bisa
 jadi pemicu diskusi yang berat-berat untuk menguraikan ini semua. Paling
 tidak menguraikan keruwetan status LuSi itu di otak kita, karena bagi
 sebagian politisi, bisnisman, birokrat, ahli hukum, sebagian asosiasi
 profesi, dan sebagian saintis, status penyebab LuSi itu sudah final. Jangan
 ikut2an terimbas panas dan ngambek.

 salam broer,
 adb
 ===
 - Original Message -
 From: Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Sent: Wednesday, March 03, 2010 12:20 PM

 ===
 Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
 No comment Pak Awang. Penilaian bapak terlalu personal, dan subjektif.
 Panas adalah istilah bpk, ngambek pun istilah bpk Awang yg terhormat.
 Saya tidak menginisiasi 2 kata tsb di pembahasan yang saintifik ini.



 
 PP-IAGI 2008-2011:
 ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
 sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
 * 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak biro...
 
 Ayo siapkan diri!
 Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember
 2010
 -
 To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
 To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
 Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
 Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
 Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
 No. Rek: 123 0085005314
 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
 Bank BCA KCP. Manara Mulia
 No. Rekening: 255-1088580
 A/n: Shinta Damayanti
 IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
 IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
 -
 DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted
 on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall
 IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct
 or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss
 of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any
 information posted on IAGI mailing list.
 -




PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak biro...

Ayo siapkan diri!
Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
-




  

RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-04 Terurut Topik Ridwan Nyak Baik
Menurut UU tentang lingkungan hidup, (jika tak keliru) disebutkan bahwa 
pencemaran lingkungan bukan delik aduan. 
Artinya siapa yang menyebabkan lingkungan tercemar langsung bisa diperiksa oleh 
polisi, meski tidak ada yang mengadu.
Nah tentang musibah Lumpur lapindo hingga kini belum jelas (masih ada 2 mazhab: 
ulah manusia atau fenomena alam), meski penyidik sudah meng-SP3-kan.
Jadi, jika ulah manusia tentu sang manusia itu yang harus diminta pertanggungan 
jawabnya. 
Namun, ketika itu diputuskan sebagai suatu peristiwa alam, ya pemerintah yang 
menanggungnya, tentu dibantu oleh kita-kita seluruh anak negeri yang bersimpati 
seperti korban musibah nasional lainnya.
Untuk kasus Lumpur Lapindo, kalau lewat CSR apalagi dalam format sebatas 
charity gak akan sampai pada tahap recovery dan peningkatan taraf hidup para 
korban. Lain halnya bila CSR disusun lewat program yang holistic/konprehensif 
dan berkelanjutan dengan target pemberdayaan (empowerment) komunitas melalui 
pembangunan partisipatoris, tulus, dan transparan insya Allah korban yang 
tergusur lumpur dimaksud akan mampu menatap masa depan mereka secara mandiri.
Tabik;
RnB

-Original Message-
From: yanto R.Sumantri [mailto:yrs...@rad.net.id] 
Sent: Friday, March 05, 2010 10:54 AM
To: iagi-net
Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

 Pak Bambang

Benar  waktu lah yang akan
menentukan . , sebenarnya jargon ini sudah
sangat kita kenal .
Sebagai mana saya postingkan dalam  millis
ini beberapa kali , pertanyaan - nya atau  saya :  apa
yang  harus dilakukan dengan semburan lumpurnya ???, jadi
apakah waktu akan dibiarkan berlalu saja ... dan
nanti akan dapat memberikan penjelasan apa yang telah terjadi ? Nah
tentunya kita sebagai ilmuwan akan memanfaatkn segala macam data spt
kegempaan (apakah benar asumsi Awang ) , karakter lumpur  (apakah
komposisinya konstan , bagaimana bila dibandingkn dengan lumpur Bleduk
Kuwu umpamanya ).dsb dsb.

Saya masih ada pertanyaan :
 Apakah kalau Lapindo di katagorikan sebagai pencemar
mempunyai kewajiban untuk melakukan hal diatas ? Ataukah kewajiban
tersebut sebatas CSR ?

Munkin ada yang bisa menjawabnya .

Si Abah




Sungguh bijak dan benar sekali kata-kata dari
pak Koesoema,.. mungkin
 hanya waktu yang akan memutuskan.
 
 Bagi saya ini bukan masalah kalah menang, tetapi mencari
jawaban apa yang
 sesungguhnya terjadi. Dalam hal ini tidak ada
pihak yang menang, baik
 Lapindo, rakyat sekitar maupun Davies
cs. Lusi merupakan fenomena kelas
 dunia, masa hanya peneliti
asing saja yang asik menggeluti kejadian
 dipekarangan rumah kita
dan hanya mereka yang nulis di jurnal2 scientific.
 Karena itulah
saya tergelitik untuk mencoba memahami fenomena ini. Tidak
 ada
salahnya kita terus menggali dan melakukan studi berdasarkan data2
 yang ada.
 
 Pada awalnya kita semua, termasuk
saya mengira ini bersumber dari sumur,
 namun ada beberapa
kejanggalan yang saya amati. Jika lumpur bersumber dari
 bocornya
sumur karena hydro-fractured, kenapa sumur dalam keadaan
statis
 dan tidak kehilangan drilling mud? Drilling merupakan
closed-system, kalau
 ada yang bocor, seharusnya volume drilling
mud berkurang. Ibaratnya kalau
 bak kamar mandi kita bocor,
permukaan airnya pasti turun karena volume
 berkurang. Lalu
kenapa masih bisa sirkulasi kalau dianggap sudah bocor?
 Tekanan
yang diamati baik di annulus maupun di drillpipe tidak menunjang

adanya kebocoran disumur. Juga saat sample lumpur diambil dibeberapa
 tempat lalu dianalisa, tidak ada trace oil based mud yang dipakai
sebagai
 drilling mud. Ini hanya sedikit contoh dari beberapa
kejanggalan2 yang
 membuat saya berfikir dua kali.
 
 Untuk mas Agus Hendratno, baiknya drilling report tersebut
dilengkapi
 dengan real time chart mas, supaya bisa cross-check
laporan karena
 drilling report bisa saja subjektif dan bias.
Ditunggu ketoprakan mas,..
 hehe
 
 Wass.
 Bambang
 
 
 
 

-Original Message-

From: R.P.Koesoemadinata
[mailto:koeso...@melsa.net.id]
 Sent: Wednesday, March 03, 2010
7:59 PM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re:
[iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
 
 Kita itu harus  belajar
dari Pansus Century bahwa ternyata ada kebenaran
 secara politis
yang diputuskan oleh sidang Paripurna DPR secara aklamasi
 atau
dengan voting, kebenaran hukum yang diputuskan oleh kekuasan hakim
 yang
 dapat naik banding, atau kekuasan penegak hukum
untuk meng-SP3-kan, dan
 kebenaran ilmiah yang hanya dapat
diputuskan oleh waktu.
 Ada maxim di antara geologists:
GEOLOGISTS NEVER CHANGE THEIR IDEAS, BUT
 EVENTUALLY THEY
FADE AWAY Debat Lusi ini baik untuk sebagai permainan

intelektual tetapi jangan harapkan akan muncul keputusan mana yang
benar
 dalam waktu yang singkat. Yang merasa kalah adu argumen
selalu bisa
 men-generate data baru. Waktu lah yang
nanti akan menentukan
 Wassalam
 RPK
 -
Original Message -

From: Hendratno Agus
agushendra...@yahoo.com
 To:
iagi

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-03 Terurut Topik untung
 volcano tua (paling tidak ia sudah ada pada zaman Ratu Sima
 memerintah wilayah utara Jawa Tengah sekarang sekitar 600-700 AD sebab
 cerita rakyat tentang Bledug Kuwu sudah berkembang saat itu). Mud volcano
 yang tua akan punya masa dormant seperti gunungapi juga. Membangkitkan mud
 volcano yang dormant akan memerlukan energi yang lebih besar dibandingkan
 mud volcano yang siap meletus atau dalam keadaan critical.
  
 Sebuah pertanyaan : bagaimana menerangkan turunnya muka air secara
 mendadak di sumur-sumur penduduk di Kalang Anyar, Pulungan dan Gunung
 Anyar setelah gempa Yogya terjadi dan bersamaan (simultan) dengan awal
 semburan-semburan lumpur di sekitar sumur Banjar Panji-1 ?  Lokasi
 kampung-kampung yang saya sebutkan itu 40 km di sebelah timurlaut Lusi.
 Apakah itu juga karena UGBO (underground blow out) Banjar Panji-1 ? Tentu
 tidak.
  
 Saya mudah menjawabnya. Kalang Anyar, Pulungan, Gunung Anyar adalah
 gunung2lumpur tua (lihat publikasi saya tentang gununglumpur tua zaman
 Jenggala dan Majapahit di Proceedings IAGI 2007 dan IPA 2008). Lokasi
 gunung2 ini tak sembarangan, sampai ke Bangkalan Madura dari Gunung
 Penanggungan ia dihubungkan sesar mendatar Watukosek. Di Bangkalan Madura
 di ujung sesar ini ada gunung lumpur Socah, Sening dan Bugag.  Lusi
 berlokasi di atas sesar ini. Pada hari sesar Watukosek dibangkitkan
 kembali, crital venting system di Lusi meletus, dan venting system sumur2
 penduduk di Pulungan, Kalang Anyar dan Gunung Anyar meletus.
  
 Lusi punya causes dan trigger. Causes-nya sudah jelas ada dan memenuhi
 hukum geologi bernama perturbation of elisional venting system;
 triggernya reaktivasi Sesar Watukosek. Apakah UGBO Banjar Panji-1 (bila
 ada) bisa mereaktivasi Sesar Watukosek sampai 40 km jauhnya ?
  
 Tanpa causes, UGBO Banjar Panji-1 (bila ada) sehebat apa pun tak akan
 menyebabkan bencana seperti yang kita lihat sekarang. Coba pindahkan
 lokasi sumur Banjar Panji-1 di Pegunungan Selatan, lalu ia mengalami UGBO,
 semburan lumpur yang terjadi tak akan sehebat sekarang. Mengapa ?
 Pegunungan Selatan tak memenuhi hukum perturbation of elisional venting
 system.
  
 Trigger utama nya (causa prima) yang sekarang harus kita permasalahkan,
 yaitu apa yang menggerakkan Sesar Watukosek. Apakah problem mekanik sumur
 Banjar Panji-1 ? Apakah gempa Yogya 27 Mei 2006 ? Di Yogya pada hari yang
 sama, Sesar Opak dari Parangtritis sampai Klaten dikoyak kembali gempa
 tersebut dan menebar bencana. Energi gempa itu lari ke timur mengaktifkan
 Semeru 2-3 hari kemudian dan lari ke timurlaut melewati perairan Ujung
 Pangkah, terukur interupsi energinya mengganggu rekaman seismik yang pagi
 itu baru dimulai oleh sebuah company. Sesar Watukosek ada di jalan sapuan
 propagasi gaya itu, kalau ia teraktifkan saat itu sangatlah mungkin Semua
 venting system yang critical yang berlokasi di sesar ini telah terganggu,
 termasuk subsurface Banjar Panji-1, termasuk sumur-sumur penduduk di
 gunung2lumpur Pulungan, Kalang Anyar, Gunung Anyar.
  
 Dalam kasus Lusi, sebagai geologist, lihatlah dengan mata terbuka ke
 segala arah, ke ruang dan waktu masa lalu maupun ke masa sekarang; jangan
 hanya menukikkan pandangan ke Banjar Panji-1.
  
 Pendapat saya di atas tidak dipengaruhi oleh politik, jajak pendapat di
 Afrika Selatan, keputusan DPR, Lapindo, BPMIGAS, dan rekan-rekan milis
 yang selalu panas ketika berdiskusi apa penyebab Lusi. Semuanya
 didasarkan atas data, analisis dan sintesis; serta diskusi dengan teman2
 yang sependapat maupun yang kontra.
  
 salam,
 Awang
  

 --- Pada Rab, 3/3/10, MINARWAN minarw...@gmail.com menulis:


 Dari: MINARWAN minarw...@gmail.com
 Judul: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
 Kepada: iagi-net@iagi.or.id
 Tanggal: Rabu, 3 Maret, 2010, 3:45 AM


 Pak Bambang,

 Kebetulan saya bisa mengakses paper Harris dan Ripepe (2007) dan
 membacanya sekilas. Ada beberapa hal yang saya amati:

 1. Ketidaksamaan waktu antara gempa sebagai perntrigger dan hasil
 berupa peningkatan aktivitas gunung berapi di beberapa tempat lain.
 Misalnya untuk Merapi dan Semeru katanya sekitar 72 jam (jarak
 episenter gempa ke Merapi hanya 50 km tetapi jarak dari episenter
 gempa ke Semeru adalah 300 km). Selain itu, gempa yang konon
 mentrigger letusan Pinatubo lag timenya sampai 11 bulan, padahal jarak
 episenter dengan gunung itu adalah 100 km.

 2. Ada pula sebuah gempa kecil di Mount Wrangell yang konon
 berlangsung sekitar 1 jam dari gempa Aceh (Simeulue) Desember 2004
 padahal jaraknya adalah 11.000 km.

 Sebenarnya, mungkin, kalau hendak dikaitkan dengan gempa, maka
 intensitas gempa secara logika akan mempengaruhi cepat rambat getaran
 untuk sampai ke dapur magma dan ini sulit kita bandingkan antara gempa
 yang satu dengan gempa yang lain. Namun agak aneh jika getaran dari
 sebuah gempa yang sama kok bisa sampai ke dua tempat yang berbeda,
 yang satu berjarak 50 km dan satunya 300 km.

 Di sini saya hendak memberikan sebuah skenario lain yang menyebabkan
 aktivitas kedua gunung tersebut

RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-03 Terurut Topik Bambang P. Istadi
Betul cak Yayang,.. selama dalam ranah ilimiah, diskusi ini sehat dan
konstruktif,.. lanjutkan,..

Wass.
Bambang


-Original Message-
From: abachtiar_CBN [mailto:abacht...@cbn.net.id] 
Sent: Wednesday, March 03, 2010 2:02 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

Jangan berhenti, Nathan. Jangan berkecil hati. Komentar-komentar-mu bisa

jadi pemicu diskusi yang berat-berat untuk menguraikan ini semua.
Paling 
tidak menguraikan keruwetan status LuSi itu di otak kita, karena bagi 
sebagian politisi, bisnisman, birokrat, ahli hukum, sebagian asosiasi 
profesi, dan sebagian saintis, status penyebab LuSi itu sudah final.
Jangan 
ikut2an terimbas panas dan ngambek.

salam broer,
adb
===
- Original Message - 
From: Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Wednesday, March 03, 2010 12:20 PM

===
Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
No comment Pak Awang. Penilaian bapak terlalu personal, dan subjektif.
Panas adalah istilah bpk, ngambek pun istilah bpk Awang yg terhormat.
Saya tidak menginisiasi 2 kata tsb di pembahasan yang saintifik ini.





PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak biro...


Ayo siapkan diri!
Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember
2010

-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information
posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no
event shall IAGI or its members be liable for any, including but not
limited to direct or indirect damages, or damages of any kind
whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of
or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing
list.
-



PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak biro...

Ayo siapkan diri!
Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
-



Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-03 Terurut Topik bosman batubara
Pak Bambang y tabah menjawabi e-mail2...

Saya ingin mempertajam diskusi kita pada perihal pengukuran gempa Yogyakarta 27 
Mei 2006 pada stasiun BMG Tretes. Pak Bambang bilang BMG Tretes menyatakan 
mereka mencatat Gempa Yogya 27 Mei 2006 sebagai magnitude off scale dan 
entah artinya seberapa kuatnya gempa ini. 

Pernyataan2:

1. Saya bukan pakar, akan tetapi secara pemikiran saya, kalau pada saya 
ada suatu alat pengukur, dan dan dalam alat yang saya pegang menyatakan bahwa 
apa yang saya ukur off scale, maka bagi saya hanya ada 2 kemungkinan, 
pertama, apa yang saya ukur terlalu kecil sehingga tidak dapat dideteksi, dan 
kedua, yang saya ukur terlalu besar sehingga juga off scale. Jadi terbuka 
kemungkinan berdebat dan berkelit di sini, tergantung siapa yang 
menginterpretasi. Yang penting datanya magnitude off scale. Tidak saya 
perpanjang soal ini.
2. Kemudian, dalam Majalah Tempo edisi 2 Maret 2008 halaman 34-35 dalam 
tulisan yang berjudul Tak Boyak Dirundung Gempa dinyatakan bahwa justru Edi 
Sutriono (dalam tulisan itu disebut sebagai kepala tim Pengeboran Lapindo) lah 
yang menyimpulkan bahwa gempa Yogya 27 Mei 2006 tercatat out of scale di 
stasiun BMG Tretes. Sementara ketika wartawannya mewawancari Hariyanto, Kepala 
BMG Tretes, justru didapatkan keterangan sebaliknya. Tulisan itu menyebutkan 
bahwa BMG Tretes mencatat gempa Yogyakarta 27 Mei 2006 sebesar 1-2 MMI. Dalam 
tulisan itu lebih lanjut dinyatakan bahwa di stasiun BMG Karangkates, Malang, 
tercatat gempa Yogja 27 Mei 2006 sebesar 3-4 MMI. Itu versi Majalah Tempo.

3. Dalam makalah-makalah mereka (untuk poin ini saya hanya mengandalkan 
ingatan, masih belum sempat buka makalah2, maaf) sepertinya argumen2 kunci 
adalah: Prof Rudi CS, adanya underground blowout pada kedalaman sekitar 
terjadinya stuck; Tingay cs, casing di sumur BJP-1 dipasang tidak seperti yang 
direncanakan; Manga, grafik yang menunjukkan hubungan antara jarak 
sebuah-episenter-gempabumi dengan respon-hidrologi-yang-ditimbulkannya; Pak 
Bambang, Mazzini dkk.; data2 pemboran, Leak off Test, analisis geokimia 
terutama berhubungan dengan sumber fluida; Pak Awang, lebih kepada geologi 
regional (data persebaran mud volcano dari Cekungan Bogor ke Selat Madura, 
elisional basin) dan preseden sejarah.  
Pertanyaan2:

1. Berhubungan dengan pernyataan saya nomer 3, apakah tabel laporan BMG 
yang Pak Bambang kutip sudah dipublikasikan sebagai data dalam salah satu 
artikel2 soal Lusi? 
2. Kalau ya, dimana ya Pak, mungkin saya kelewat/lupa, minta 
informasinya Pak.
3. Apa pendapat Pak Bambang soal poin nomer 2 di atas, tentang 
pemberitaan di Majalah Tempo itu? Maksud saya, tampaknya informasi di Majalah 
Tempo berbeda dengan apa yang Bapak sampaikan di email. Sebagai informasi 
tambahan, beberapa waktu yang lalu saya juga membaca di koran Tempo bahwa dalam 
momen launching film Mud Mux di Arizona, sewaktu wartawan menanyakan tentang 
hal bahwa gempabumi Yogyakarta 27 Mei 2006 hanya tercatat sebesar 1-2 MMI di 
stasiun BMG Tretes, Mazzini tidak berkomentar apa-apa (seharusnya ini saya 
tanyakan ke Mazzini sih...)

4. Terima kasih ya Pak. Selamat berjuang. Semoga tetap tabah menjawabi 
e-mail2. Kalau saya jadi Bapak, mungkin kepala saya sudah meledak. Berasap.   


tabik
bosman batubara 

weblog: http://annelis.wordpress.com





From: Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Tue, March 2, 2010 1:27:25 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

Pak Bosman yang baik,

Saya tidak pernah mengatakan gempa sebagai penyebab LUSI, yang kami
amati adalah kondisi sumur, yaitu adanya loss circulation disumur dengan
rate yang cukup signifikan dalam ruang dan waktu yang hampir bersamaan
dengan gempa. Selang beberapa menit setelah gempa Jogya, sumur mengalami
loss dengan rate 300 bbl/jam, lalu diikuti dengan total loss circulation
siang harinya setelah beberapa kali after shock. BMG dalam tabel
laporannya mengatakan magnitude offscale entah artinya seberapa
kuatnya gempa ini. Apakah ini suatu kebetulan? Coincidence atau adanya
keterkaitan? Wallahu Alam,...

Dilain pihak, Harris and Ripepe dalam papernya, GEOPHYSICAL RESEARCH
LETTERS, VOL. 34, L02304, doi:10.1029/2006GL028251, 2007. Menunjukan
peningkatan aktifitas Gunung Merapi dan Semeru yang jaraknya lebih jauh
dari Jogya disaat lahirnya LUSI. Harris and Ripepe mengaitkan kenaikan
aktifitas gunung-gunung ini dengan gempa Jogya.

BTW, good luck dengan program S2nya pak.

Wass.
Bambang 


-Original Message-
From: bosman batubara [mailto:bosman200...@yahoo.com] 
Sent: Tuesday, March 02, 2010 10:32 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

Pak Bambang y baik,
Saya punya satu pertanyaan yang belum saya temukan jawabnya, termasuk di
dalam paper2 tentang Lusi. Dalam beberapa kali keterlibatannya, melalui
grafiknya, Manga hanya menyatakan bahwa gempa jogja terlalu kecil secara

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-03 Terurut Topik nyoto - ke-el
Dengan ramainya response milis terhadap topic uneg2 LUSI ini mununjukkan
bahwa masih cukup banyak para anggota IAGI yg perduli akan ilmunya  juga
dengan hasil kesimpuplan DPR/Pemerintah yg notabene mungkin banyak dari para
anggota IAGI ini yg kurang sependapat.

Namanya aja uneg2, biasanya isinya tentang hal2 yg tidak setuju dengan apa
yg telah terjadi selama ini, dan ternyata mendapatkan banyak response dari
para anggota IAGI.



wass,
nyoto





2010/3/3 bosman batubara bosman200...@yahoo.com

 Pak Bambang y tabah menjawabi e-mail2...

 Saya ingin mempertajam diskusi kita pada perihal pengukuran gempa
 Yogyakarta 27 Mei 2006 pada stasiun BMG Tretes. Pak Bambang bilang BMG
 Tretes menyatakan mereka mencatat Gempa Yogya 27 Mei 2006 sebagai magnitude
 off scale dan entah artinya seberapa kuatnya gempa ini.

 Pernyataan2:

1. Saya bukan pakar, akan tetapi secara pemikiran saya, kalau pada
 saya ada suatu alat pengukur, dan dan dalam alat yang saya pegang menyatakan
 bahwa apa yang saya ukur off scale, maka bagi saya hanya ada 2
 kemungkinan, pertama, apa yang saya ukur terlalu kecil sehingga tidak dapat
 dideteksi, dan kedua, yang saya ukur terlalu besar sehingga juga off
 scale. Jadi terbuka kemungkinan berdebat dan berkelit di sini, tergantung
 siapa yang menginterpretasi. Yang penting datanya magnitude off scale.
 Tidak saya perpanjang soal ini.
2. Kemudian, dalam Majalah Tempo edisi 2 Maret 2008 halaman 34-35
 dalam tulisan yang berjudul Tak Boyak Dirundung Gempa dinyatakan bahwa
 justru Edi Sutriono (dalam tulisan itu disebut sebagai kepala tim Pengeboran
 Lapindo) lah yang menyimpulkan bahwa gempa Yogya 27 Mei 2006 tercatat out
 of scale di stasiun BMG Tretes. Sementara ketika wartawannya mewawancari
 Hariyanto, Kepala BMG Tretes, justru didapatkan keterangan sebaliknya.
 Tulisan itu menyebutkan bahwa BMG Tretes mencatat gempa Yogyakarta 27 Mei
 2006 sebesar 1-2 MMI. Dalam tulisan itu lebih lanjut dinyatakan bahwa di
 stasiun BMG Karangkates, Malang, tercatat gempa Yogja 27 Mei 2006 sebesar
 3-4 MMI. Itu versi Majalah Tempo.

3. Dalam makalah-makalah mereka (untuk poin ini saya hanya
 mengandalkan ingatan, masih belum sempat buka makalah2, maaf) sepertinya
 argumen2 kunci adalah: Prof Rudi CS, adanya underground blowout pada
 kedalaman sekitar terjadinya stuck; Tingay cs, casing di sumur BJP-1
 dipasang tidak seperti yang direncanakan; Manga, grafik yang menunjukkan
 hubungan antara jarak sebuah-episenter-gempabumi dengan
 respon-hidrologi-yang-ditimbulkannya; Pak Bambang, Mazzini dkk.; data2
 pemboran, Leak off Test, analisis geokimia terutama berhubungan dengan
 sumber fluida; Pak Awang, lebih kepada geologi regional (data persebaran mud
 volcano dari Cekungan Bogor ke Selat Madura, elisional basin) dan preseden
 sejarah.
 Pertanyaan2:

1. Berhubungan dengan pernyataan saya nomer 3, apakah tabel laporan
 BMG yang Pak Bambang kutip sudah dipublikasikan sebagai data dalam salah
 satu artikel2 soal Lusi?
2. Kalau ya, dimana ya Pak, mungkin saya kelewat/lupa, minta
 informasinya Pak.
3. Apa pendapat Pak Bambang soal poin nomer 2 di atas, tentang
 pemberitaan di Majalah Tempo itu? Maksud saya, tampaknya informasi di
 Majalah Tempo berbeda dengan apa yang Bapak sampaikan di email. Sebagai
 informasi tambahan, beberapa waktu yang lalu saya juga membaca di koran
 Tempo bahwa dalam momen launching film Mud Mux di Arizona, sewaktu wartawan
 menanyakan tentang hal bahwa gempabumi Yogyakarta 27 Mei 2006 hanya
 tercatat sebesar 1-2 MMI di stasiun BMG Tretes, Mazzini tidak berkomentar
 apa-apa (seharusnya ini saya tanyakan ke Mazzini sih...)

4. Terima kasih ya Pak. Selamat berjuang. Semoga tetap tabah
 menjawabi e-mail2. Kalau saya jadi Bapak, mungkin kepala saya sudah meledak.
 Berasap.


 tabik
 bosman batubara

 weblog: http://annelis.wordpress.com




 
 From: Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Sent: Tue, March 2, 2010 1:27:25 PM
 Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

 Pak Bosman yang baik,

 Saya tidak pernah mengatakan gempa sebagai penyebab LUSI, yang kami
 amati adalah kondisi sumur, yaitu adanya loss circulation disumur dengan
 rate yang cukup signifikan dalam ruang dan waktu yang hampir bersamaan
 dengan gempa. Selang beberapa menit setelah gempa Jogya, sumur mengalami
 loss dengan rate 300 bbl/jam, lalu diikuti dengan total loss circulation
 siang harinya setelah beberapa kali after shock. BMG dalam tabel
 laporannya mengatakan magnitude offscale entah artinya seberapa
 kuatnya gempa ini. Apakah ini suatu kebetulan? Coincidence atau adanya
 keterkaitan? Wallahu Alam,...

 Dilain pihak, Harris and Ripepe dalam papernya, GEOPHYSICAL RESEARCH
 LETTERS, VOL. 34, L02304, doi:10.1029/2006GL028251, 2007. Menunjukan
 peningkatan aktifitas Gunung Merapi dan Semeru yang jaraknya lebih jauh
 dari Jogya disaat lahirnya LUSI. Harris and Ripepe mengaitkan kenaikan
 aktifitas gunung

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-03 Terurut Topik mohammad syaiful
uneg2 alias saran alias masukan cak noor akan saya sampaikan kepada
panitia pit iagi 2010 di lombok, siapa tahu memang diperlukan utk
diadakan; agar makin banyak yg mau hadiri acara tahunan iagi tsb.

salam,
syaiful

2010/3/3 noor syarifuddin noorsyarifud...@yahoo.com:
apakah mungkin tanpa pemboran yang dilakukan bencana LUSI tersebut tetap 
ada, atau bahkan lebih dahsyat lagi??? ...

 Menurut saya, ini pertanyaan yang tricky dan susah dijawab. Mirip dengan lagi 
 hot sekarang: klo tidak ada bail out, apa dijamin tidak ada krisis..?

 Memperhatikan lalulintas milis yang tiba-tiba naik tajam begitu topik ini 
 muncul lagi, kelihatannya masih banyak yang penasaran dengan topik ini. Saya 
 sangat mendukung kalau organsiasi profesi macam IAGI bisa memfasilitasi 
 diskusi (secara profesional) tentang issue ini.
 Katakanlah sesi debat khusus di PIT IAGI mendatang: masing-masing pihak 
 diberi kesempatan untuk berargumentasi secara bergantian dalam satu periode 
 tertentu (round table). Tentu supaya lebih afdhol bisa juga dibarengi dengan 
 poster session tentang data-data pemboran yang bisa dibuka untuk publik, 
 dengan demikian pendengar bisa memahami argumen para panelis dengan lebih 
 baik.

 Saya pernah menjadi pendengar debat model ini waktu ada seminar di 
 UBD-Brunei. Topiknya tentang tektonik P Kalimantan (diataranya ttg putaran 
 searan dan berlawanan arah jarum jam)...sangat menarik dan sampai akhir 
 diskusi, saya juga masih bingung untuk memihak kepada siapa..:-).


 salam,



 
 From: Oky E oky...@yahoo.com
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Sent: Wed, March 3, 2010 2:14:19 PM
 Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

 Pak bagus sekali ulasannya  dan  hukum geologi bernama perturbation of 
 elisional venting system;... sangat menarik bila bisa dishare. Ada satu 
 pertanyyaan dari saya pak, terlepas dari aktivitas pemboran yang sebagian 
 berpendapat sebagai penyebab LUSI, apakah mungkin tanpa pemboran yang 
 dilakukan bencana LUSI tersebut tetap ada, atau bahkan lebih dahsyat 
 lagi??? ...

 --- On Wed, 3/3/10, Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com wrote:

 From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com
 Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Cc: Forum HAGI fo...@hagi.or.id, Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com, 
 Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com
 Date: Wednesday, March 3, 2010, 5:07 AM

 Natan,

 Ah yang panas di milis hanya beberapa orang saja; diskusinya memang panas. 
 Hm, masa kesimpulan harus dipaksakan agar tidak panas maka kesimpulannya 
 begini saja. Ah itu kan bukan kredo seorang ilmuwan, tetapi sudah persis 
 politician. Dan, paragraf kedua Natan di bawah itu adalah pemaksaan kehendak 
 namanya, seperti demo-demo yang suka memaksakan kehendak, kalau keinginan 
 kami tidak dipenuhi, kami akan mengerahkan lebih banyak lagi masa. 
 Hati-hati, siapa nih yang jadinya mempolitisasi kasus ini ?

 Mari berdebat di koridor sains, perbedaan pendapat adalah lumrah dalam sains. 
 Jangan ngambek, mengancam, dll. Jangan hanya bermain di permukaan, masuklah 
 lebih dalam, jangan hanya bermain di waktu sekarang, masuklah juga ke masa 
 lalu. Jangan hanya menukik ke satu titik, lihatlah arena sekelilingnya. 
 Geologist terlatih untuk itu, dan tidak pernah diajarkan untuk ngambek atau 
 mengancam bila pendapatnya tidak diterima.

 salam,
 Awang

 --- Pada Rab, 3/3/10, Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com menulis:


 Dari: Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com
 Judul: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
 Kepada: iagi-net@iagi.or.id
 Cc: Forum HAGI fo...@hagi.or.id, Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com, 
 Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com
 Tanggal: Rabu, 3 Maret, 2010, 11:32 AM


 Kalau saja keputusan iagi kemarin, DPR RI, dan kepolisian dan BPMIGAS bahwa
 Lusi dikarenakan ada kesalahan dalam pengeboran..jelas banyak rekan yang
 tidak akan panas Pak Awang.

 Apa alasannya untuk panas kalau pendapat kita sudah dianut oleh Iagi, DPR,
 Lapindo, BPMIGAS, kepolisian, jaksa, dlsb??

 2010/3/3 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com

 Ada satu hal yang Minarwan tak libatkan dalam ulasan di bawah, yaitu
 komposisi magma antara Merapi dan Semeru. Propagasi energi gempa Yogya 27
 Mei 2006 jelas akan lebih cepat sampai ke Merapi dibandingkan ke Semeru
 berdasarkan jaraknya. Tetapi saat getaran ini sampai ke dapur magma kedua
 gunungapi itu, terjadilah perbedaan respon karena perbedaan komposisi magma
 kedua gunungapi ini. Kedua gunungapi ini komposisinya berbeda, silakan cek
 katalog gunungapi (Kusumadinata, 1979).

 Lagipula, Merapi terkenal punya sumbat lava di lubang kepundannya hasil
 erupsi sebelumnya yang membuat ia tak segera merespon getaran gempa Yogya
 padahal jaraknya hanya 50 km; lalu respon itu baru muncul bersamaan dengan
 respon reaktivasi Semeru pada hari yang bersamaan meskipun Semeru jaraknya
 enam kali lebih jauh dari episentrum gempa. Silakan cek untuk lebih
 detailnya di

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-03 Terurut Topik R.P.Koesoemadinata
Kita itu harus  belajar dari Pansus Century bahwa ternyata ada kebenaran 
secara politis yang diputuskan oleh sidang Paripurna DPR secara aklamasi 
atau dengan voting, kebenaran hukum yang diputuskan oleh kekuasan hakim yang 
dapat naik banding, atau kekuasan penegak hukum untuk meng-SP3-kan, dan 
kebenaran ilmiah yang hanya dapat diputuskan oleh waktu.
Ada maxim di antara geologists: GEOLOGISTS NEVER CHANGE THEIR IDEAS, BUT 
EVENTUALLY THEY FADE AWAY Debat Lusi ini baik untuk sebagai permainan 
intelektual tetapi jangan harapkan akan muncul keputusan mana yang benar 
dalam waktu yang singkat. Yang merasa kalah adu argumen selalu bisa 
men-generate data baru. Waktu lah yang nanti akan menentukan

Wassalam
RPK
- Original Message - 
From: Hendratno Agus agushendra...@yahoo.com

To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Wednesday, March 03, 2010 5:38 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI


Tapi bagaimana kalau itu ternyata adalah
(ini pikiran nakal saja, mohon maaf) : adanya masalah kritis dalam pemboran
(yang mestinya mencari jendulan limestone, malah nembak mud diapir) pada 
saat
yang sama ada peluang reaktivasi sesar watukosek dari gempa jogja?? Jadi ini 
bukan pada

pro-gempa atau pro-UGBO, tapi pro dua-duanya.

Pada 26 Januari 2006 sore, saat trip geologi antara BPMIGAS - Geologi UGM, 
kami

mampir ke sumur BJP-1 dan disitu terjadi perdebatan stratigrafi dari target
sumur, juga pada penampang seismik antara mas Agung Budi Darmoyo dengan Pak
Awang-Pak Elan-Pak Budianto Toha.

Lalu pada 24 Juni 2006, saat tim yang diketuai mas Rudi Rubiandini, mau
presentasi di depan Menteri ESDM,Gub.jatim, Bupati Sidoarjo, pejabat 
BPMIGAS,
ESDM, juga Lapindo, dimana ada 1 slide yang dipaparkan mas Rudi itu 
disiapkan
oleh tim geologi yang berupa gambar Citra SRTM yang last minute itu kami 
tarik

sesar watukosek (selama tersekap di tim Rudi di hotel mewah tsb),
dan itu menjadi perdebatan sengit di ruang eksekutif JW Marriot Sby jam 
22.30 -
00.30 wib. Saat semua rapat yang tertutup oleh pers, itu semua berpakaian 
rapi,
jas, dan batik, saya yang menyodorkan 1 slide ke mas Rudi sebelum rapat, 
hanya
hadir berkaos ke ruang rapat tsb), kena semprot beberapa pejabat, karena 
rapat

dengan menteri hanya saya yang pakai kaos dan bersepatu sandal, 2 x ditegur
pejabat ESDM : 1. kapan lagi jika rapat ini dengan menteri pakai baju 
formal! 2.

kenapa narik sesar watukosek? Siapa yang bikin sesar watukosek di slide itu?
pertanyaan itu, menjadikan saya ditarik keluar ruang dan saya jelaskan 
kenapa

saya pake kaos dan sesar watukosek, darimana peroleh citra SRTM itu??
Rupanya, perdebatan lusi dalam pandangan lain, menurutku mulai dari 26 
Januari 2006 dengan topik dari target sumur, mud diapir, mud-volcano, 
kemudian berlanjut sesar watukosek, dan gempa jogja...dst-dst.., menarik 
untuk dibikin uneg-uneg...


Bahkan dalam 1 tim pun itu juga sering berdebat dan masih menyimpan materi 
debat, tapi yang namanya juru bicara tetap 1 orang diranah strategis saat 
itu.


Pada 27 Juni 2006, bahkan ketika tim geologi diberi kesempatan pertama kali 
cerita (dalam hal ini pak Budianto), saat menyebut mud-volcano..., 
tiba-tiba pak menteri tsb kaget dan menuding pada slide :apa itu dan tolong 
jelaskan dengan baik!!!. semua diam dan membisu bagaikan patung. Saya yang 
saat itu duduk disamping pak Luluk (saat itu dengerin paparan pak budianto 
sambil sama-sama membaca laporan UKL-UPL sumur BJP-1 dengan beliau), juga 
tersentak dan kaget, karena :pertanyaan pak menteri.


Begitu rampung tidak tahu apa deal selanjutnya, saya kabur duluan, saya 
flight ke Jogja, ternyata tas rangsel saya (tanpa sadar, karena tergesa-gesa 
disuruh bawa komandan saat boyongan dari patra ke merdeka) masih ada laporan 
dokumen copyan Daily Geological Report dan Daily Drilling Report BJP-1 dari 
9 maret - 2 juni 2006 turut kebawa ke jogja.


Dan 2 dokumen tsb, akhir februari 2010 numpuk berdebu di ruang kerja saya, 
yang sudah lama tidak kusentuh dan beberapa hari yang lalu kubersihkan ruang 
kerjaku dan ketemu dokumen tsb tertumpuk dengan arsip skripsi mhs, saya 
langsung kaget..,lho koq. Jujur, bahwa 2 dokumen tsb selama ini hanya 
bertapa dan berdebu di pojok ruang kerja saya di lt.3 gd.geologi ugm selama 
2 th 7 bulan!!!  blaik...!!!


namanya saja geologi, berbeda pendapat adalah anugrah asal semua itu 
didasarkan data.

Mohon maaf uneg-uneg saya ini...
salam, agus hendratno.89





From:Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Wed, March 3, 2010 3:56:36 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

Betul cak Yayang,.. selama dalam ranah ilimiah, diskusi ini sehat dan
konstruktif,.. lanjutkan,..

Wass.
Bambang


-Original Message-
From: abachtiar_CBN [mailto:abacht...@cbn.net.id]
Sent: Wednesday, March 03, 2010 2:02 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

Jangan berhenti, Nathan. Jangan berkecil hati. Komentar-komentar-mu bisa

jadi pemicu diskusi yang

  1   2   >