Re: [zamanku] Polisi Resmi Tetapkan Syekh Puji Sebagai Tersangka

2009-03-19 Terurut Topik mala mala
syukur deh...satu pedofile telah di ringkusberharap jangan sampe ada hal 
seperti ini lagidan kalau ada lagi..tangkap lagi deh...

--- On Tue, 3/17/09, uztad murtad uztadmur...@yahoo.com wrote:


From: uztad murtad uztadmur...@yahoo.com
Subject: Re: [zamanku] Polisi Resmi Tetapkan Syekh Puji Sebagai Tersangka
To: zamanku@yahoogroups.com
Date: Tuesday, March 17, 2009, 8:56 AM










kalo syech puji akhirnya ditahan... itu mah pahala nya
tp kasihan tuh si Ulfahnya... kecil2 dah dilatih jadi janda... 
hanya binatang... yg tidak bisa membedakan sudah dewasa ato belum
begitu koq ngakunya beriman

allahhu akbar !!... gue dah murtad

murtad nich!!!

--- On Tue, 17/3/09, Sunny am...@tele2. se wrote:

From: Sunny am...@tele2. se
Subject: [zamanku] Polisi Resmi Tetapkan Syekh Puji Sebagai Tersangka
To: Undisclosed- Recipient@ yahoo.com
Date: Tuesday, 17 March, 2009, 5:45 AM






Refleksi :  Kalau  diperoleh surat izin nikah yang berlaku retroaktif dan 
dengan alasan  agama membolehkan nikah demikian, apakah  Syekh Puji patut 
dibebaskan dari segala tuduhan? Apa pendapat Anda?
 
http://www.detiknew s.com/read/ 2009/03/17/ 004017/1100490/ 10/polisi- 
resmi-tetapkan- syekh-puji- sebagai-tersangk a
 
Selasa, 17/03/2009 00:40 WIB
 
 

Polisi Resmi Tetapkan Syekh Puji Sebagai Tersangka
Triono Wahyu Sudibyo - detikNews
 
Semarang - Pujiono Cahyo Widianto alias Syekh Puji yang melakukan pernikahan 
sirih dengan Lutviana Ulfa (12) resmi ditetapkan sebagai tersangka. Syekh Puji 
dijadikan tersangka atas perbuatannya melakukan pernikahan dengan gadis dibawah 
umur.

Tersangka dianggap melanggar pasal 82 dan 88 UU No 23/2002 tentang 
perlindungan anak dan terbukti tidak mempunyai izin menikahi Ulfa, ujar 
Kapolwiltabes Semarang, Kombes Pol Edward S Pernong, di Mapolwiltabes Semarang 
Jl Dr Sutomo, Senin (16/3/2009).

Penetapan tersangka atas Syekh Puji dilakukan setelah pengusaha kuningan 
tersebut menjalani pemeriksaan kedua dan menjawab 110 pertanyaan. Dalam 
pemeriksaan, Syekh Puji mengaku menikahi Ulfa atas saran kiai dan pemahaman 
dari buku. Namun dia tak bisa membuktikan kedua hal itu.

Sesuai UU, jika menikahi anak di bawah usia 16 tahun, orang tersebut harus 
mempunyai izin dari orang tua sang anak. Dalam kasus ini, izin tersangka 
ditolak Pengadilan Agama, terang Edward.

Pemeriksaan terhadap Syekh Puji usai pada pukul 22.00 WIB.Namun pria berkepala 
plontos tersebut tidak langsung ditahan. Pihak berwajib menjamin tetap akan 
melakukan proses hukum selanjutnya.

Hingga pukul 23.45 WIB, Syekh Puji masih berada di masjid. Ia enggan bicara dan 
hanya tersenyum menanggapi pertanyaan wartawan soal penetapan dirinya sebagai 
tersangka. (ddt/mok)


Get your new Email address! 
Grab the Email name you've always wanted before someone else does!
















  

Re: [zamanku] Re: Kontroversi Kata 'Allah' Terus Bergulir

2009-03-19 Terurut Topik Sunny
Tawang,

Apakah kamu cerita Seribu satu Malam?  Kalau Ahmadiyah bikinan Inggris pasti 
mereka menyebutkan doadengan menyanyikan God save the King dan kiblat ke 
London,  jadi bukan ucapkan Allahu Akbar dan  bukan ke Mekkah untuk putar 
kelilling Kabah disana.

Wass



  - Original Message - 
  From: tawangalun 
  To: zamanku@yahoogroups.com 
  Sent: Tuesday, March 17, 2009 11:17 PM
  Subject: [zamanku] Re: Kontroversi Kata 'Allah' Terus Bergulir


  Sebab Ahmadiyah itu bikinan penjajah Inggris,Gulam Ahmad dapet pensiun dari 
UK.Kalau yang tidak digencet Amerika atau Inggris biasane musuh.
  Snouck Hugronye itu haji juga tapi mata2 Londo yo bukan saudara.

  Shalom,
  Tawangalun.

  - In zamanku@yahoogroups.com, uztad murtad uztadmur...@... wrote:
  
   kalo semua muslim itu saudara... kenapa ummat ahmaddiah dibantai ? dijarah ?
   ummat ahmaddiah juga sujud di ka'bah kan ??
   
   
   
   
   --- On Sun, 15/3/09, tawangalun tawanga...@... wrote:
   From: tawangalun tawanga...@...
   Subject: [zamanku] Re: Kontroversi Kata 'Allah' Terus Bergulir
   To: zamanku@yahoogroups.com
   Date: Sunday, 15 March, 2009, 3:53 PM
   
   
   
   
   
   
   
   
   
   
   
   
   Sekarang saya kasih tahu gunanya Hajarul Aswad:
   
   
   
   1.Kalau Tawaf startnya dimulai dari garis yang ditarik dari batu hitam itu 
kearah menjauhi Ka'bah.Putaran tawaf itu 7 kali dan berakhir ketika kaki telah 
menginjak garis yang warnanya coklat tsb.
   
   
   
   2.Karena ada konsep bahwa semua muslim itu saudara maka dipilihlah benda 
yang tahan dimakan usia yang mula2 dicium Rasul,lalu diikuti Umar dan sahabat2 
lainnya dan sekarangpun orang2 dari Indonesia .jadi seolah mereka sudah 
prasetya bahwa yang telah mencium batu yang sama itu saudara.Sayange wong 
Kristen dulu hanya ditinggali kayu salib Yesus yang bukan batu makane wis 
dipangan rayap.Nabi saya lebih pinter ternyata dg pilih benda yang awet.
   
   Juga jauh2 hari Nabi saya itu memindahkan kiblatnya dari Yerusalem ke 
Makah,sebab tahu bahwa Yerusalem nantinya bakal dijeki Israel,yang sudah pasti 
akan mencekal wong yang berhaji kesana.
   
   
   
   Shalom,
   
   Tawangalun.
   
   
   
   - In zama...@yahoogroups .com, wirajhana eka wirajhana@ .. wrote:
   
   
   
Om tawang,
   
hahahaha..moso sih wong krestene bisa ditakut2i ama Om tawang..sehingga 
ngga
   
pake kata allah. Dari jaman dulu juga tuhan2 Kresten namanya bervariasi,
   
dari Shamayim, Ouranos, Theos, Yakub, Yesus..jadi apa masalahnya mereka
   
nambahin satu nama Allah..kan sejarah mencatat bahwa suku2 arab saat itu
   
menggunakan dewa yang namanya Allah juga sebagai pujaan mereka...
   

   
trus, bisa jadi 365 patung di hancurkan, kan masih satu ngga di
   
hancurkan... [itu lho hajar Asawd] ya bisa saja sih om tawang, ato bening
   
misalnya [i ya yah..lama banget orang ini sembunyi] bercerita tentang asal
   
usul hajar aswad..dan dibantah misalnya nabi Ibrahim dan Ismail ngga
   
menegakan kursi allah dst..dst..
   

   
Nah, untuk lanjutnya saya rasa lebih tepat sodara2 saya wong kresten
   
melanjutkan. ..kangen2an dengan om tawang..kan udah lama nih ngga ada 
cerita2
   
harubiru seperti ini..
   

   

   

   
On Sat, Mar 14, 2009 at 6:53 AM, tawangalun tawangalun@ ... wrote:
   

   
 OK kita ketemu lagi Bung Wirajhana,saya kan hanya nakut2-i wong Kristen
   
 biar gak pakai kata Allah.
   
 Saya yakin dari Ismail/Ibrahim nama Tuhannya Allah.Lalu keturunan Ismail
   
 disekitar ka'bah itu tetep memelihara nama Tuhan mereka walaupun 
syariahnya
   
 sudah melenceng,terbukti patung2 disekitar Ka'bah sampai jumlahnya 365 
ea.
   
 Tapi aneh kan Allah gak dibuat patung padahal disekitar ka'bah dulu 
patung
   
 Yesus saja ada ,jadi Allah betul2 diistimewakan.
   
 Saya gak heran bahwa cucu2 Ismail sebelum Muhammad SAW pada melenceng
   
 syariahnya,kan Musa dulu yo gitu.Bani Israel baru ditinggal naik gunung 
40
   
 hari ketika balik umatnya telah bikin patung sapi emas,so do wong Makah
   
 dulu.
   
 Na Allah ngirim Muhammad SAW untuk melakukan kalibrasi tapi Ka'bah dan
   
 Allah tetap dipakai.
   

   
 Shalom,
   
 Tawangalun.
   

   
 - In zama...@yahoogroups .com zamanku%40yahoogro ups.com, Wirajhana
   
 wirajhana@ wrote:
   
 
   
  Wah...senengnya bertemu kembali dengan Om tawang...!
   
 
   
  Dewa arab jaman dulu adalah Allah?
   
  ah yang bener om tawang...semua dewa di daerah itu rata2 pake el..kalo
   
  liat konteks kalimatnya kan kaya gini:
   
 
   
  Al ilah= AL+ Ilah
   
 
   
  Nah, itu saja menunjukan elohim [jamak]..dan pantas lah kalo di AQ
   
  sering ada kata KAMI:
   
 
   
 
   
  * El http://en.wikipedia .org/wiki/ El_%28god% 29 , pencipta dari
   
  pencipta [Al, Ilah, Yah, Eli, arti= kekuatan], disebut juga Eloha, 
Elyon
   
  

[zamanku] Jhonny dan Rama Segera Diperiksa

2009-03-19 Terurut Topik Sunny
http://www.sinarharapan.co.id/berita/0903/18/sh01.html

Jhonny dan Rama Segera Diperiksa 

Oleh
Leo Wisnu Susapto/Rafael Sebayang



Jakarta - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) akan menyelidiki lebih jauh dugaan 
keterlibatan anggota Panitia Anggaran DPR, Jhonny Allen Marbun dari Fraksi 
Partai Demokrat (FPD) dan Rama Pratama dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera 
(FPKS). 

Keduanya akan diperiksa terkait kasus suap dana stimulus proyek pembangunan 
dermaga dan bandara di wilayah Indonesia Timur.
KPK akan mencari bukti-bukti pendukung guna memastikan keterlibatan keduanya, 
kata Wakil Ketua KPK Haryono Umar kepada SH, Rabu (18/3), menanggapi pengakuan 
anggota DPR dari Fraksi Partai Amanat Nasional (FPAN) Abdul Hadi Djamal yang 
telah menjadi tersangka dalam kasus ini. 

Hadi Djamal kepada penyidik menyebut nama Jhonny Allen dan Rama Pratama turut 
hadir dalam rapat informal antara Panitia Anggaran DPR dengan pemerintah di 
Hotel Ritz Carlton yang berujung pada kesepakatan penambahan dana stimulus dari 
Rp 10,2 triliun menjadi Rp 12,2 triliun. Itu memang baru pengakuan yang 
bersangkutan (Abdul Hadi Djamal-red). Namun, tentu akan menjadi perhatian kita 
untuk menelusuri kebenaran pengakuannya, papar Haryono.


Sehubungan dengan rencana KPK memeriksa Jhonny Allen dan Rama Pratama untuk 
mengklarifikasi langsung tudingan atau tuduhan tersebut, Haryono mengaku 
penyidik saat ini masih memfokuskan diri pada tersangka yang telah ditangkap. 
Namun, ia memastikan fokus penyidikan terhadap tersangka tidak akan mengabaikan 
fakta-fakta lain. 


Mereka (para tersangka-red) diperiksa kan juga bertujuan untuk mengungkap 
lebih luas dugaan keterlibatan pihak-pihak lain, imbuh Haryono. 
Sebelumnya, anggota Komisi Perhubungan DPR-RI Abdul Hadi Djamal menyebutkan, 
kasus penyuapan yang melibatkan dirinya berawal dari rapat informal antara 
Panitia Anggaran DPR dengan pemerintah. Rapat tersebut digelar di Hotel Ritz 
Carlton, Kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, berujung pada kesepakatan 
penambahan dana stimulus dari Rp 10,2 triliun menjadi Rp 12,2 triliun. 
Pimpinan Panitia Anggaran hadir, termasuk Jhonny Allen, kata Hadi Djamal 
seusai diperiksa KPK, Selasa (17/3).

Detail
Hadi Djamal menjadi tersangka karena diduga menerima uang dari Hontjo 
Kurniawan, rekanan yang dijanjikan mengerjakan proyek pembangunan dermaga di 
kawasan Indonesia Timur. Nilai proyek sebanyak Rp 100 miliar, berasal dari 
kenaikan dana stimulan tersebut.Selain pimpinan Panitia Anggaran, perwakilan 
seluruh fraksi turut menghadiri pertemuan informal itu, sedangkan wakil 
pemerintah adalah Kepala Badan Analisis Fiskal Anggito Abimanyu. Tersangka 
menyatakan, Jhonny Allen yang memiliki inisiatif untuk menggelar rapat 
pembahasan tersebut. 


Dia menambahkan, kebiasaan di DPR, pembahasan proyek tertentu dilakukan oleh 
komisi teknis. Tetapi, pembahasan rencana proyek pembangunan dermaga dengan 
anggaran Rp 100 miliar dilakukan oleh Panitia Anggaran sampai satuan tiga. Oleh 
karena itu, lanjutnya, banyak pihak yang berupaya mendekati anggota Panitia 
Anggaran, termasuk Hontjo. Belum pernah dalam sejarah pembahasan di Panitia 
Anggaran sampai detail, satuan tiga, kecuali stimulan sehingga banyak pihak, 
termasuk Hontjo itu mendekati Panitia Anggaran. Atas usulan dari Departemen 
Perhubungan, Hontjo mendekati saya dan Jhonny Allen, ujar Hadi Djamal. Dia 
melanjutkan, salah satu peserta rapat di Ritz Carlton adalah anggota DPR-RI 
dari PKS, Rama Pratama. Menurut Hadi Djamal, Rama aktif mengusulkan dan 
membahas kenaikan dana stimulus. Hadi Djamal menyatakan, kenaikan dana tersebut 
ada yang digunakan sebagai hak aspirasi untuk peserta rapat. Untuk pimpinan 
dan anggota Panitia Anggaran. Ada juga ke orang Departemen Pekerjaan Umum dan 
Departemen Perhubungan, kata Hadi Djamal. n



[zamanku] Fwd: (OOT) Cermin Diri

2009-03-19 Terurut Topik setyawan_abe

--- In forum_lingkarp...@yahoogroups.com, ahmad ade ahmad...@...
wrote:


Cermin Diri



KH Rahmat Abdullah



Orang-orang bijak pernah berpesan Ma halaka `amru-un arafa Qadra
nafsihi (Tak akan celaka orang yang kenal harkat dirinya). Telah banyak
orang binasa karena terlalu tinggi memasang harga diatas realita
dirinya. Banyak yang lenyap dari peredaran karena terlalu murah
menghargai dirinya – dengan waham `tawadhu' atau perasaan
tidak mampu dan tidak punya apa-apa. Selebihnya adalah jenis orang yang
berjalan dalam tidur atau tidur sambil berjalan. Tepatnya pengigau
berat. Ia tak pernah bisa menyadari dimana posisinya, apa yang terjadi
di sekitarnya dan apa bahaya yang mengancam ummatnya.



Dalam kaitan sistem, baik ormas, partai atau pemerintahan kerap terjebak
dalam wa-ham-waham kekuasaan ; berbahasa dan bertindak dengan pendekatan
kekuasaan. Mereka yang `berkuasa' merasa percaya diri, hanya
karena secara de jure punya otoritas atas wilayah territorial, wilayah
problematika dan wilayah sumber daya manusia. Bahwa wilayah ruhaniyah
dan wilayah fikriyah tak dapat ditundukkan begitu saja oleh senjata,
uang dan kedudukan, kerap luput dari renungan. Entah karena inikah
ketika ALLAH mengaitkan keselamatan dunia dengan keberadaan Ulu Baqiyah
(orang-orang yang potensial dipertahankan keberadaannya) dan mengemban
misi `mencegah kerusakan di muka bumi', justeru pada saat yang
sama mereka yang (berbakat) zalim terus saja mengikuti kecenderungan
hedonik mereka dan karenanya mereka menjadi durhaka (Qs. 10;116).



Ghurur Hal terberat yang kau hadapi bukan keraguan, kebencian dan
permusuhan orang yang tak mengenalmu. Sekeras apapun hati mereka,
kekuatan Hidayah dapat menundukkan mereka kepada kebenaran da'wahmu,
dengan idzin-Nya. Bila itu pun tidak, engkau tak akan dipersalahkan,
karena tataranmu dakwah dan tataran-Nya hidayah. Cobaan berat, justru
pada percaya diri yang tidak proporsional. Engkau nikmati benar
sanjungan orang terhadap dirimu atau jamaahmu, padahal engkau sendiri
jauh dari kepatutan itu. Malang nasibmu wahai orang yang percaya kepada
kejahilan orang yang menyanjungmu, sedangkan engkau sangat terang
melihat kekurangan dirimu. Mentalitas Qarun tersimpul dalam satu kalimat
Hadza Li (Semua ini karyaku, karena aku, milikku).



Ketika arogansi mendominasi hubungan `yang adi daya' dengan
`yang tak berdaya', maka yang pertama harus membayar ongkos yang
sangat mahal ; dari antipati sampai kutukan mereka yang tak berdaya.
Berat menyadarkan orang yang otaknya berjelaga, egois dan hanya melihat
apa yang mereka anggap hak, tanpa kesadaran seimbang akan kewajiban.
Kepada mereka Imam Syafii menegaskan :



Bila engkau mendekatiku, mendekat pula cintaku Jika engkau menjauh, aku
kan lebih jauh darimu Dalam hidup masing-masing kita Tak bergantung
dengan saudara Dan kita lebih tidak bergantung lagi bila tamat usia



Orang yang mentah fikiran selalu mengandalkan sanjungan kosong, tak
berbasis pada prestasi, atau mungkin mereka berprestasi, namun
menganggap itu sebagai hal besar yang memungkinkan mereka memonopoli
kebajikan. Mereka membangkit-bangkit keislaman mereka (sebagai jasa)
kepadamu. Katakan : `Janganlah kalian bangkit-bangkitkan kepadaku
keislamanmu, akan tetapi ALLAH lah yang telah memberi karunia besar
dengan membimbing kalian kepada Iman… (Qs. 49:17)



Sebelum bubarnya Uni Sovyet, ada dua spesies yang sangat dibenci rakyat
; 1. Partai Komunis, 2. etnik Rus. Yang pertama dibenci karena selalu
ingin campur dalam segala urusan orang. Dari urusan menteri, tentara,
pegawai negeri, isteri pegawai, anak pegawai sampai mimpi-mimpi rakyat.
Yang kedua tak tahu diri sebagai mayoritas, bagaikan truk besar yang
berlari kencang, anginnya mementalkan kendaraan-kendaraan kecil di tepi
jalan.



Cermati bagaimana karakter kekuasaan itu tumbuh. Banyak orang yang
berkuasa mengabaikan pengenalan wilayah-wilayah kekuasaan dengan segala
karakternya. Pemerintah yang mempunyai otoritas memulainya dengan 3
wilayah : 1. Wilayah ardliyah (teritorial), 2. Wilayah insaniyah
(kemanusiaan, SDM, rakyat), 3. Wilayah masailiyah (problematika). Dengan
ketiga otoritas ini mereka dapat menggusur tanah rakyat, membagi HPH,
menaikkan pajak, tarif, UMR, memainkan money politik, mencetak uang
untuk kepentingan partai, membunuh karakter lawan politik dan
memenjarakan mereka. Berapa lama mereka dapat berkuasa dengan tiga pilar
ini ? Entahlah, yang jelas telah bertumbangan begitu banyak rezim dengan
begitu banyak dana, senjata dan tentara. Mereka melupakan 2 wilayah yang
sebenarnya pagi-pagi harus sudah dikuasai, bahkan sebelum mereka
menguasai wilayah-wilayah lainnya. Jauh sebelum Rasulullah SAW hijrah ke
Madinah, rumah-rumah disana sudah menaungi begitu banyak muslim.



Pada penghujung era Makkiyah, baiah Aqabah II telah menyuratkan pesan
yang begitu kuat. Kami siap melindungi Rasulu'Llah SAW, sebagaimana
kami melindungi anak-anak dan isteri-isteri kami. Madinah telah
dikukuhkan menjadi bumi Islam sebelum para Muhajir berangkat kesana.

[zamanku] Re Bhagavad Gita bukan Pancama Veda!

2009-03-19 Terurut Topik wirajhana eka
*Pak ketut,*


Anda ini lucu...Sudah Jelas anda masuk di konteks pembicaraan saya dan
A...namun secara sepihak, anda buat kesimpulan yang semena2..



mari kita lihat kesalahan anda:

 *Ketut:*

Pak Eka,



Saya tidak akan minta maaf untuk sesuatu yang saya tidak merasa bersalah.
Anda bahkan terlalu PD menuntut maaf sebelum anda membuktikan apa-apa.



Mari kita lihat pengakuan anda :



*A:* Kalau pak eka mau merobek-robek BG dan gambar krisna, ya tidak akan ada
yang melarang kok toh itu cuma gambar dan kertas biasa, beda kalau misalnya
*yang bapak robek dan kecingi misalnya oatung yang ada dikuil*...bla..bla

*Saya: wah saya jadi pengen ngencingin nih...*pengen tahu ucapan sama
perbuatan sama tidak...biar tahu aslinya pengikut krisna itu tidak beda
dengan muslim...penyembah berhala tok.



Pada konteks ini, tidak ada kata BILA Pak.

Anda jelas mengatakan wah.. saya jadi pengen ngencingin nih. Cobalah anda
renungkan apa arti kata2 anda itu dikaitkan dengan paragraf diatasnya yang
anda tanggapi. Mengenai object yang ingin dikencingi, kalau bukan BG dan
gambar krisna, lalu apa ? Patung yang ada di kuil ? kalau begitu kenapa ada
kata pengen tahu ucapan sama perbuatan sama tidak...biar tahu aslinya
pengikut krisna itu tidak beda.. Sementara si A sudah mengatakan beda
kalau misalnya *yang bapak robek dan kecingi misalnya oatung yang ada
dikuil. *


**

*
*

*Saya:*

*Ini adalah pembicaraan antara saya dan A, bahkan si A pun bertanya “mau
mengencingi apa nih?”*

**

*Lantas mengapa anda yang masuk dari tengah ngga tahu ujung pangkalnya
berani2nya mengambil kesimpulan BG dan gambar dora emon eh salah gambar
kresna?*

* *

*Ingat anda dengan gegabah mengatakan ini:*


*Maka yang B maksudkan ingin dikencingi adalah gambar kelinci. Tidak
mungkin gambar yang lain, tidak mungkin object yang lain, karena tidak ada
obyek apapun yang masuk dalam pembicaraan itu selain gambar kelinci.***

* *

*Bukankah anda sudah lihat ada obyek yang lain disitu selain BG dan gambar
dora emon…eh maksudnya gambar kresna?*

* *

* *

*Ketut:*

Justru karena dalam hal yang menurut saya terang benderang begini anda masih
berkilah, maka saya merasa begitu bodoh, meski anda menghibur saya dengan
mengatakan cuman melebih2kan. masih ingat ketika anda menyimpulkan teman
saya sebagai bodoh dan tidak menggunakan akal pikiran, karena menurut anda
dia sedang mengarahkan toa ke atas ? Menurut anda, lebih parah mana cara
menyimpulkan anda itu dengan cara menyimpulkan saya dalam konteks diatas ?
Ayolah pengikut budha, lihat kedalam hatimu !!



*Saya:*

Cara menyimpulkan anda sangat parah pak!.

Saya menggunakan titik pada kalimat ini:”* wah saya jadi pengen ngencingin
nih...” memang ada maksud tertentu…yaitu menunjukan bahwa anda semua yang
pikiran2nya terganggu akan bereaksi seperti yang kaya anda lakukan ini…dan
terbukti 100% saya benar, bukan?!*

* *

*Dan Jangan lupa..sudah saya jawab di milis itu bahwa di kolom KTP, agama
tertulis HINDU!..jadi tidak perlu melebar kemana2 deh..bukankah hindu dan
anda mengakui Buddha adalah Avatara Tuhan Hindu?!
*
**

*Anda tidak membaca dengan baik karena pikiran2 anda terganggu!*




Ketut:

Mengenai subject curiga, anda sendiri sudah membaca dengan jelas apa yang
saya tulis disitu. Komentar yang anda cuplik *Bisa saja kecurigaan saya
benar. Dari blog yg dia buat,
http://wirajhana-eka.blogspot.com/2009/03/bhagavad-gita-bukan-pancama-veda.html,
sepertinya jelas ke mana arah tujuannya.]
*itu memang benar. Tapi apakah itu yang menyebabkan anda di-ban dari milis ?
Saya katakan, BUKAN. karena tulisan yang anda cuplik itu tidak dibuat oleh
administrator yang mem-ban anda. Administrator jelas mengatakan, anda di ban
karena cara berdiskusi anda.





*Saya:*

Wah, kapan pernah saya mengatakan bahwa itu adalah tulisan ADMINISTRATOR?
Ini saja sudah membuktikan bahwa cara anda menarik KESIMPULAN adalah sangat
PARAH!


Saya tulis dengan jelas koq seperti ini,


“saya tetap berterima kasih atas bantuan klarifikasi pada email menggalang
kecurigaan orang pada saya yang dikirim secara PERSONAL kepada beberapa
orang member milis itu [11 orang] dengan menyampaikan fitnahan kejinya
terhadap saya di SUBYEK: CURIGA.
[note: anda bisa lihat ulang lihat lagi SUBYEK: CURIGA, [pengirim pertama]
di bagian paling bawah email itu tertera kalimat ini:...”



Lihatlah dengan baik...ada saya mengatakan ini dari ADM?. Dibagian lain saya
justru katakan bahwa,


” Mengapa saya katakan bukan alasan utama, karena di face book saya pada
kolom komentar, yaitu PERSIS dibawah komentar saya yang ini: hasil dari
tulisan ini bagi orang-orang hindu dimilis Hindu-Dharma Net adalah sebagai
berikut...dst..dst]:


kemudian, Moderatornya menulis ini:

quote
 pada 21:45 11 Maret
Ha ha ha... sebuah keputusan yang sulit, karena tidak bisa menyenangkan
banyak orang. Jadi administrator memilih menyelamatkan suasana diskusi...
begeto. Silahkan menjadi peran lainnya lagi Eka... Damai saja..
 unquote



Lihat, jelas sekali ia menanggapi komentar saya yang 

[zamanku] Fwd: (OOT) Kerendahan Hati dan Kepekaan Sosial

2009-03-19 Terurut Topik setyawan_abe

--- In forum_lingkarp...@yahoogroups.com, ahmad ade ahmad...@...
wrote:


Kerendahan Hati dan Kepekaan Sosial



KH Rahmat Abdullah

Ketua MPP PK



Merendahlah, engkau kan seperti bintang-gemintang

Berkilau di pandang orang

Diatas riak air dan sang bintang nun jauh tinggi

Janganlah seperti asap

Yang mengangkat diri tinggi di langit

Padahal dirinya rendah-hina



Alangkah nikmatnya dicintai dan mencintai, dipercaya dan mempercaya,
Alangkah mengharukannya dukungan rakyat yang tanpa pamrih. Kadang mereka
lebih galak membela kita daripada kita yang mereka bela. Rakyat bisa
datang berjalan kaki bermil-mil, dalam panas dan haus. Untuk apa mereka
begitu antusias ? Apa jaminan caleg dan jurkam yang berjanji
memperjuangkan nasib mereka ?



Dukungan ini tak lepas dari realita yang mereka temukan dalam kehidupan
para kader di pelbagai medan kehidupan. Yang komitmen kerakyatannya tak
terragukan. Yang kepekaannya terhadap nasib mereka selalu hidup dan
tajam. Yang tertempa oleh ke-ikhlasan dan kesabaran sehingga tak tergiur
oleh iming-iming dunia, KKN atau berbagai tekanan, ancaman atau godaan.
Kecuali bila Anda adalah sekian dari sekian kekecualian, penumpang gelap
di gerbong atau lok keadilan.



Akan teruskah dukungan berdatangan, ataukah seperti penumpang bus yang
silih berganti dan berbeda kepentingan atau turun dengan penuh umpatan
penyesalan ? Demikian mengharukan dukungan datang. Tetapi awas,
tiba-tiba ia dapat berubah menjadi taufan dan amuk balik yang mematikan.



Rakyat terlalu lelah untuk bisa memahami tokoh partai, kiayi muda atau
aleg yang takut mengunjungi mereka, karena harus berhati-hati jangan
sampai kemeja mahalnya ternoda debu di gubug mereka. Atau pantalonnya
lusuh karena duduk diatas bangku reot di warung mereka. Atau nafasnya
sesak duduk di rumah mereka yang kecil dan kurang udara. Atau jangan
sampai mobil hasil dukungan rakyat tergores di gang sempit tempat
domisili mereka. Rasanya terlalu mewah untuk bermimpi kapan pemimpin
yang mereka dukung mengikrarkan (dan mem-buktikan), Bila Anda perlu
mengangkut keluarga yang sakit di tengah malam buta, silakan ketuk pintu
dan kami akan antar ke rumah rawat. Mereka tak punya cukup
keberanian untuk menyeruak rumah baru para pemimpin yang sudah serba
mewah. Mereka pun tak cukup mengerti bahwa ada (isteri) sesama kader
juga saling menunggu, kalau-kalau tetangga yang sukses dengan dukungan
kita mau `melempar' mesin cuci butut atau kompor bekas yang
sudah berganti dengan produk paling mutakhir, atau membeli tambahan buku
saat anak-anak mereka berbelanja, untuk teman sekelas atau anak tetangga
lainnya.



Kader Pra Pemilu



Banyak kader tahan berbincang berjam-jam dengan rakyat jelata, kuli
bangunan dan pengangguran, saat ia masih sama-sama miskin. Ia bisa
dengan lahap menenggak su-guhan teh panas di gelas mereka yang sederhana
atau melahap sepotong dua tempe yang mereka goreng diatas perapian kayu
bakar atau kompor minyak yang selalu me-nyimpan ancaman terselubung
untuk meledak kapan-kapan waktu. Ia masih punya frekuensi dan gelombang
setara untuk saling berbagi suka dan duka. Yang membedakan mereka
mungkin satu, rakyat tak punya lidah yang cukup sistematis dan tidak
punya saluran yang memadai untuk mengalirkan aspirasi dan sang kader
punya `sistem' untuk mengusung aspirasinya lewat saluran-saluran
yang banyak dan lancar. Saluran itu adalah suara rakyat, keikhlasan
mereka memilih dalam pemilu dan husnuzzhan yang luar biasa tingginya !



Apa yang diharapkan rakyat dari dukungan mereka ? Ingin jadi anggota
parlemen ? No way ! Mau jadi pejabat tinggi di partai atau di birokrasi
? Tak mimpi, lah. Begitu tulus harapan mereka ; agar kebenaran dan
keadilan bisa tegak di tangan para kader yang akrab dan beradab, bersih
dari KKN dan fasih membacakan ayat-ayat kebenaran serta lantang
mempidatokan gagasan-gagasan, janji-janji dan gugatan-gugatan. Mereka
punya basic insting yang murni untuk mendukung siapa yang jujur, asal
dekat, terjangkau dan meyakinkan.



Terlalu rumit mencerna teori-teori politik dan paradigma da'wah,
kecuali para kader telah menyajikannya dengan pendekatan yang membumi.
Otak mereka terlalu sarat beban hidup, sehingga pilihan yang mudah
diingat ialah wajah yang sering datang pergi, lancung atau pendustakah
mereka.



Disini demokrasi menjadi mesin culas orang-orang yang ingin meraih
kekuasaan dengan cara-cara licik. Partai dominan membiarkan kemiskinan
untuk pada saatnya di-tukar dengan suara murah di bilik pemilu. Partai
mitos sengaja merawat kebodohan dan memupuknya dengan berbagai mimpi
kewalian, kekeramatan dan kemenangan agar rakyat tetap mendukung dan tak
menggunakan nikmat akal yang begitu mahal.



Rakyat Pasca Pemilu



Kecuali dari kelompok pengejar kedudukan – seperti bandar-bandar
judi, bandar bakso atau pemulung yang menjadi aleg dengan membeli kursi
itu dari partainya dengan tarif ratusan juta rupiah – selebihnya
rakyat adalah rakyat. Yang nasib mereka terus bergulir. Naik turun dalam
kehidupan. Dengan gubug yang semakin 

[zamanku] BOLA PANAS LEMBAGA PARARDHYA

2009-03-19 Terurut Topik Abdul Rohim
BOLA PANAS LEMBAGA PARARDHYA


Dari berbagai negara, King dijauhkan dari politik sehari-hari. Kalau dia masuk 
dalam politik sehari-hari, pasti do wrong. 
Ketua tim pembuatan draf Rancangan Undang-Undang Keistimewaan Daerah Istimewa 
Yogyakarta sekaligus Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Gadjah Mada, 
Cornelis Lay, menyodorkan buku bersampul biru dan merah kepada Tempo kemarin. 
Buku itu adalah pegangan pihak Departemen Dalam Negeri di DPR untuk membahas 
RUU Keistimewaan Yogyakarta. Saya yakin banyak yang belum membacanya. Dalam 
buku ini sangat jelas dan gamblang, termasuk orang yang terlibat, supaya jangan 
seperti orang bersembunyi dalam karung, katanya. 
Konsep RUU Keistimewaan itu menjadi sorotan karena mencantumkan lembaga 
Parardhya untuk dua penguasa kerajaan, Sultan Hamengku Buwono dan Paku Alam. 
Tim ini menilai, Kesultanan dan Pakualaman harus dikeluarkan dari politik 
sehari-hari, sehingga tak otomatis menjadi gubernur dan wakil gubernur. JIP 
dalam draf itu menempatkan Sultan dan Paku Alam dalam politik yang lebih 
strategis dalam lembaga Parardhya. 
Tapi DPR meminta Departemen Dalam Negeri menghapus lembaga itu, dan Sultan 
Hamengku Buwono X menilai tim ini salah menangkap makna Parardhya. Istilah 
parardhya itu diperoleh tim dari Sultan lewat konsultasi tim JIP di Kepatihan 
pada Juni 2007. Sejumlah kelompok kepentingan di Yogyakarta ngotot dan 
menginginkan Sultan otomatis menjadi Gubernur lewat proses penetapan. 
Parardya pun menjadi bola panas di DPR dan di Yogyakarta. Tempo menemui ayah 
dua anak ini untuk mengurai bola panas tersebut agar duduk perkaranya lebih 
jelas. Berikut ini petikannya. 
Bagaimana ceritanya tim Jurusan Ilmu Pemerintahan UGM terlibat dalam penyusunan 
konsep RUU Keistimewaan Yogyakarta? 

Tim bekerja mulai November 2007 dan itu terjadi secara insidental, tidak kami 
rencanakan. Kebetulan saya, Bambang Purwoko, dan Pratikno punya acara di 
Depdagri, tiba-tiba ditelepon orang Depdagri. Isi telepon mengatakan ada 
rencana pemaparan UU Keistimewaan Yogyakarta oleh tim Pemda Provinsi oleh 
Profesor Dahlan Thaib (staf ahli Gubernur DIY) di Hotel Alila, Jakarta. Sebagai 
warga Yogyakarta, mampirlah mendengar.

 
Mereka (Depdagri) menawarkan JIP ikut membantu menyempurnakan rancangan 
undang-undang yang ada. Pada Februari 2008, kami sangat intensif 
mempersiapkannya, dan seluruh dokumen jadi lima bulan kemudian.
Apa langkah awal yang dilakukan tim ini? 

Kami membuat kajian mengenai pengalaman negara lain tentang praktek 
desentralisasi asimetris. Ada yang mempelajari khusus praktek pemerintahan 
kerajaan, di antaranya Malaysia, Thailand, bahkan termasuk yang sudah gagal di 
Tibet. Kami mengambil benang merah operasi berbagai negara, termasuk pola 
finansialnya, bagaimana pola pembiayaannya di kerajaan Inggris. Selanjutnya 
kami mengkaji sejarah Yogyakarta. Maklumat Jogja kami pelajari. Yang lainnya 
mulai menghimpun informasi dari para intelektual dan yang kami anggap kompeten 
dalam menjelaskan tentang Yogyakarta. Keluarga Kesultanan dan Pakualaman kami 
datangi satu per satu.
Siapa saja yang ditemui? 

Ngarso Dalem kami datangi 5-6 kali. Paku Alam IX sekali. Gusti Joyo (GBPH 
Joyokusumo, adik Sultan HB X) dua kali. Kami juga mendatangi nama yang 
diusulkan Sultan. Intinya, orang-orang dari Kesultanan dan Pakualaman kami ajak 
ngobrol. Kami juga menghimpun informasi dari masyarakat Sleman, DPRD, 
Gunungkidul, Bantul, kota, dan provinsi, termasuk anggota Dewan. Kami juga 
mendatangi Golkar, bahkan melakukan wawancara dengan masyarakat, mulai dari 
tukang becak, petani, sampai tukang parkir. Total semuanya ada 300 orang. 
Melalui informasi yang kami dapatkan itu, tim sepakat: Yogyakarta harus daerah 
istimewa. Karena alasan sejarah yang khas, legal, politik yang khas, dan 
justifikasi akademis, istimewa itu sesuai yang dipraktekkan dengan teori yang 
kami kenal desentralisasi asimetris.
Apa yang ada dalam pikiran tim ini tentang keistimewaan Yogyakarta itu? 

Ada pergeseran pragmatis pada masyarakat Yogyakarta. Masyarakat berwajah ganda. 
Sebagian masyarakat Yogyakarta seperti tahun 40-an yang memiliki kedekatan 
dengan Kesultanan Yogyakarta. Tapi ada juga masyarakat yang jumlahnya kian 
banyak, yakni masyarakat yang sama sekali kebal dan tak punya keterkaitan 
dengan Kesultanan. Kami akhirnya sampai pada kesimpulan tak bisa menghentikan 
kecenderungan berdemokrasi. Karena itu, keistimewaan Yogyakarta itu harus juga 
diformat dalam penguatan demokrasi Indonesia. Ke depan,

 good governance tidak bisa dihindari.
Apa ide dasar lembaga Parardya? 

Bagaimana mengeluarkan Kesultanan dan Pakualaman dari politik sehari-hari, tapi 
pada saat yang bersamaan memasukkan dia dalam bidang politik yang strategis. 
Konsekuensinya, Kesultanan dan Paku Alam tak otomatis menjadi gubernur dan 
wakil gubernur. 
Pak Josef Riwu Kaho (salah satu anggota tim) bilang: prinsip king can do no 
wrong. Di berbagai negara, king dijauhkan dari politik sehari-hari. Kalau dia 
masuk ke dalam 

[zamanku] Perilaku Koruptif DPR

2009-03-19 Terurut Topik Abdul Rohim
Perilaku Koruptif DPR


Zainal Arifin Mochtar, pengajar ilmu hukum dan Direktur PuKAT Korupsi Fakultas 
Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 
Dengan tertangkapnya Abdul Hadi Djamal, anggota Dewan Perwakilan Rakyat, 
bersama uang yang diduga suap berjumlah miliaran, mudah untuk disimpulkan bahwa 
lagi-lagi ada anggota DPR yang memperdagangkan kewenangan dan pengaruhnya. 
Menjual kewenangan dengan bayaran uang negara. Perdagangan kewenangan yang 
berujung perampokan uang rakyat. 
Hal ini semakin memperlihatkan perilaku koruptif DPR. Sudah sembilan orang 
anggota DPR yang ditangkap dengan perkara yang kurang-lebih sama. Daftar yang 
boleh jadi bertambah mengingat perkara-perkara tersebut merupakan perkara yang 
dilakukan oleh anggota DPR yang nakal dengan memperdagangkan kewenangannya. 
Dalam hal jualan kewenangan, sulit percaya jika itu hanya dilakukan oleh 
perorangan. Jualan macam ini hanya bisa dilakukan oleh sindikasi, mafia yang 
melibatkan banyak anggota DPR. 
Tentunya menjadi menarik untuk dianalisis mengapa DPR, yang seharusnya agung 
terus-menerus, menunjukkan tingkah laku koruptif dengan menjual kewenangannya. 
Sulit mengatakan tidak ada yang salah dalam mekanisme ketatanegaraan perihal 
DPR. Secara teori, rumusan dasar korupsi adalah adanya kewenangan yang besar 
tanpa adanya pengawasan yang memadai. Hal itulah yang menjadi cikal-bakal 
tindakan koruptif. Di Indonesia, DPR menjadi salah satu lembaga penuh 
kewenangan, tanpa pengawasan dan model checks and balances yang berarti.. DPR 
kemudian menjadi sarang dari kemungkinan tindakan koruptif. 
Di DPR saat ini, bertumpuk kewenangan besar, mulai kewenangan legislasi, 
anggaran, pengawasan, rekrutmen jabatan publik, serta hujan kewenangan 
lainnya yang diberikan oleh undang-undang. Dan itu secara garis besar 
dikerjakan sendiri oleh DPR, tanpa mekanisme checks and balances yang memadai. 
Salah satu cita besar ketika dilakukan empat kali perubahan UUD 1945 adalah 
mengurangi kewenangan besar yang bertumpuk pada eksekutif, yang kemudian 
diserahkan ke legislatif. Tapi sayangnya, ketika banyak kewenangan yang 
ditumpuk di DPR, konstitusi gagal mengatur pengontrol dan pengawasannya.

 
Dari sinilah semangat untuk pentingnya penguatan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). 
Pola bikameral telah hadir semenjak perubahan UUD 1945, tapi sayangnya, model 
bikameral yang terbangun adalah bikameral yang setengah hati, bahkan 
cenderung aneh. Stephen Sherlock (2005), misalnya, mengatakan DPD merupakan 
contoh kamar kedua aneh yang menggabungkan limited powers dengan high 
legitimacy. Perannya sangat kecil dalam proses legislasi, sedangkan pada saat 
yang sama, melalui proses pemilihan umum yang sangat ketat. Hal ini merupakan 
kombinasi yang belum pernah terjadi di negara mana pun, kata Sherlock. 
Tidak hanya di bidang legislasi, tapi minim peran juga terjadi pada perihal 
pengawasan, anggaran, maupun rekrutmen komisi dan/atau pejabat publik. DPD 
hanya memiliki peran kecil, dan hampir dikatakan tidak ada. Parlemen dua kamar, 
dengan DPR sebagai kamar utama dan DPD sebagai kamar kecil. DPR memegang 
kunci pelaksanaan kewenangan, sedangkan DPD lebih banyak hanya menjadi penonton 
dalam pelaksanaan kewenangan tersebut. 
Model ini harus diakhiri. Tanpa pengawasan kuat secara intraparlemen, DPR akan 
terus-menerus merasa mudah menjual kewenangan yang dimiliki. Di sinilah 
keniscayaan menguatkan DPD harus dilakukan. Dengan kewenangan yang dibagi ke 
dalam dua kamar secara relatif seimbang, tentunya perilaku koruptif DPR dapat 
dihindarkan karena adanya model checks and balances. Paling tidak, akan ada 
mekanisme DPD yang akan mengawasi DPR dan begitu juga sebaliknya. 
Pada titik inilah amendemen konstitusi menemukan relevansinya. Proses amendemen 
yang telah kita lakukan empat kali kelihatannya masih membutuhkan sentuhan 
berikutnya, tentunya termasuk penguatan DPD untuk memperbaiki model checks and 
balances terhadap DPR. 
Efek jera 
Hal kedua yang menjadi penyebab atraktifnya beberapa anggota DPR bermain 
koruptif dengan kewenangannya adalah penindakan yang masih terkesan lamban dan 
tidak tegas. Benar, tepukan hangat harus kita berikan kepada KPK, yang telah 
mampu masuk ke wilayah yang dulunya sulit ditembus, yakni DPR. Tapi, pada saat 
yang sama, harus kita ingat bahwa kemampuan KPK menembus DPR masih sangat 
terbatas. Hingga saat ini, KPK terlihat rajin mengungkap perkara yang berkaitan 
dengan anggota-anggota DPR, namun pada saat yang sama belum mampu menuntaskan 
perkara-perkara tersebut.

 
Siapa pun paham, ada distingsi antara pengungkapan dan penuntasan. KPK belum 
mampu menuntaskan dalam artian belum berhasil menyeret semua pelaku. Pada 
skandal aliran dana Bank Indonesia, hingga saat ini KPK hanya mampu menyeret 
pelaksana lapangan. Orang-orang lainnya di DPR yang menjadi pemikir, perencana, 
dan penikmat dana haram dalam skandal tersebut tetap belum tersentuh. Salah 
satu yang nyaris tanpa proses penegakan hukum yang berarti juga terlihat pada 
dugaan 

[zamanku] Sepucuk Surat dari Bekas Bintang Film Porno

2009-03-19 Terurut Topik Abdul Rohim
Sepucuk Surat dari Bekas Bintang Film Porno
“Buat aku, momen tak terlupakan adalah ketika tanpa sengaja anak perempuanku 
melihatku telanjang dan berciuman dengan gadis lain. Kami berharap kalian kaum 
pria membantu memperjuangkan kebebasan kami. Kami ingin kalian memeluk kami 
saat kami menghapus air mata dan menyembuhkan luka di hati kami,” tulis Shelley 
Lubben dalam sebuah suratnya.
Inilah surat selengkapnya dari Shelley Lubben, bekas bintang film porno yang 
akhirnya bisa keluar dari dunia gelap industri porno, dan sekarang menjadi 
aktivis yang berjuang melawan eksploitasi seksual terhadap gadis-gadis muda 
Amerika dalam film porno.
***
Gadis cantik, tubuh seksi, telanjang, dan mata yang membangkitkan gairah 
seakan-akan berkata “I want you”. Itu yang biasa kamu lihat di cover film 
porno, bisa jadi itulah tipuan terbesar sepanjang masa.
Aku dulu pernah melakukannya sepanjang waktu dan aku melakukannnya karena 
nafsuku akan kekuasaan dan kecintaanku pada uang. Aku tidak pernah menyukai 
seks. Bahkan aku tidak menginginkannya dan faktanya aku lebih banyak minum Jack 
Daniels daripada bersama para pria yang dibayar seperti aku untuk berpura-pura 
di film.
Tidak ada seorangpun di antara kami, gadis-gadis blonde, yang menyukai “being 
in porn movie”. Kami benci disentuh oleh orang asing yang sama sekali tidak 
peduli dengan kami. Kami benci dianggap rendah oleh mereka, laki-laki dengan 
keringat dan bau busuknya. Beberapa di antara kami sering sampai muntah di 
kamar mandi saat break syuting. Sedangkan yang lainnya berusaha menenangkan 
diri dengan merokok Marlboro tanpa henti.
Tapi porn industry ingin agar kamu selalu berpikir kalau kami artis porno 
sangat menyukai seks. Mereka ingin kamu percaya bahwa kami senang dilecehkan 
seperti binatang dalam berbagai jenis adegan di film.
Kenyataannya, artis porno sering tidak tahu apa saja adegan yang akan mereka 
lakukan saat pertama kali datang ke lokasi syuting, dan kami hanya diberi dua 
pilihan oleh produser: “Lakukan atau pulang tanpa bayaran. Kerja atau tidak 
akan bisa kerja lagi.” Iya, memang benar kami punya pilihan. Beberapa di antara 
kami memang sangat memerlukan uang. Tapi kami dimanipulasi, dipaksa bahkan 
diancam.

 
Beberapa di antara kami terjangkit AIDS karena profesi ini. Atau tertular 
herpes dan berbagai macam penyakit kelamin lain yang sukar disembuhkan. Salah 
seorang artis film porno setelah syuting, dengan menahan sakit sepanjang hari, 
setiba di rumah menembak kepalanya sendiri dengan pistol. Mati!
Kebanyakan dari artis porno mungkin berasal dari keluarga yang berantakan dan 
pernah mengalami pelecehan seksual dan perkosaan dari keluarga atau tetangganya 
sendiri. Saat kami kecil kami hanya ingin bermain dengan boneka, bukan 
mendapatkan trauma saat seorang laki-laki dewasa berada di atas tubuh kami. 
Jadi sejak kecil kami belajar bahwa seks bisa membuat kami berharga. Dan dengan 
semua pengalaman mengerikan itu kami menipu kalian di depan kamera, padahal 
sebenarnya kami membenci setiap menitnya.
Karena trauma itu kebanyakan artis porno hidupnya tergantung kepada alkohol dan 
narkotika. Dan hidup kami juga selalu diliputi ketakutan akan terjangkit HIV 
atau penyakit kelamin lainnya. Herpes, gonorrhea, syphilis, chlamydia, dll 
setiap hari menghantui kami. Memang setiap bulan kami diperiksa, tapi kamu tahu 
kalo hal tersebut tidak akan bisa mencegah kami tertular penyakit-penyakit 
mematikan itu.
Selain penyakit, adegan syuting tidak kalah mengerikan. Banyak dari kami 
mengalami luka sobek atau luka pada organ tubuh bagian dalam.
Di luar syuting kami sering berharap bisa menjalani hidup yang normal. Tapi 
sangat sulit menjalin hubungan yang normal dengan “laki-laki biasa”, maka dari 
itu kebanyakan dari kami menikah dengan sutradara film porno atau menjalani 
hidup sebagai lesbian. Buat aku momen yang gak akan terlupakan adalah ketika 
tanpa sengaja anak perempuanku melihat ibunya yang telanjang sedang berciuman 
dengan gadis lain. Anakku pasti akan terus mengingatnya.
Pada hari yang lain kami bisa berubah seperti zombie, dengan botol bir di 
tangan kanan dan gelas wisky di tangan kiri. Kami tidak suka bersih-bersih, 
jadi sering kali kami harus menyewa pembantu untuk membersihkan kotoran kami. 
Selain itu artis porno benci memasak sendiri. Biasanya kami memesan makanan 
yang kemudian kami muntahkan lagi karena kebanyakan dari kami menderita bulimia.

 
Bagi artis porno yang memiliki anak, kami adalah ibu yang paling buruk. Kami 
menjerit dan bahkan memukul anak kami tanpa alasan. Seringkali saat kami begitu 
mabuknya sampai-sampai anak kami yang berumur 4 tahun yang menyeret kami dari 
lantai.
Dan ketika ada tamu [kebanyakan karena alasan seks], kami harus mengunci anak 
kami terlebih dulu dalam kamar dan menyuruh mereka untuk diam. Aku biasa 
membekali anak gadisku dengan pager dan kusuruh dia menungguku di taman sampai 
aku selesai dengan tamuku.
Kalo kamu bisa melihat lebih dalam kehidupan artis film porno mungkin kamu akan 

[zamanku] Kalau Ditangkap KPK, Ngaku Saja

2009-03-19 Terurut Topik Abdul Rohim





Kalau Ditangkap KPK, Ngaku Saja 






Kerap kita dibuat keki oleh bantahan atau alibi orang-orang yang ditangkap 
tangan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) karena korupsi. 


Banyak di antara mereka yang berusaha mengelak dari jeratan hukum,misalnya 
dengan dalih tidak tahu bahwa di mobilnya ada uang. Mereka mengatakan dengan 
bahasa yang sama bahwa mereka dijebak, entah oleh siapa.Ada juga yang 
mengatakan bahwa uang yang diterimanya bukan suap, melainkan dana untuk kerja 
sama bisnis atau sumbangan untuk kampanye. 

Haruslah diingat bahwa berdasarkan pengalaman, sampai kini tak seorang pun yang 
ditangkap dan dijadikan tersangka oleh KPK bisa lolos dari hukuman,semuanya 
dijebloskan ke dalam penjara. Mengapa? Karena sebelum menangkap seseorang, KPK 
pasti telah memiliki bukti-bukti yang takkan terbantahkan yang dihimpun 
jauh-jauh hari sebelum penangkapan dilakukan. 

Tak mungkinlah kita memercayai alasan klise yang sering diumumkan oleh KPK 
bahwa penangkapan dilakukan secara tiba-tiba karena ada laporan masyarakat 
tentang akan terjadinya transaksi suap-menyuap. 

Yakinlah,KPK sudah punya buktibukti yang dihimpun sendiri secara cermat dalam 
waktu lama melalui pengintaian, pembuntutan, penyadapan, dan perekaman 
aktivitas yang terkait dengan indikasi korupsi yang dilakukan oleh yang 
bersangkutan. 

Oleh sebab itu, jika seseorang sudah dijadikan tersangka, apalagi 
penangkapannya sampai dipublikasikan oleh KPK, sebaiknya segera mengaku dan tak 
usah mencari-cari dalih. Hampir mustahil dalih atau alibi itu bisa 
menyelamatkannya.

 

Semakin banyak berdalih bisa semakin banyak aib keluar dan memalukan keluarga 
yang sebenarnya tak terlibat. Pelebaran aib itu bisa terjadi karena pembuktian 
oleh KPK di Pengadilan Tipikor adakalanya bukan hanya menyangkut korupsinya itu 
sendiri, tetapimenyangkutjugahal-hallain yang dapat sangat memalukannya. 

Ingatlah kasus Al Amin Nasution. Saat ditangkap dan diajukan ke Pengadilan 
Tipikor, dia membantah habis-habisan telah melakukan transaksi suap-menyuap.. 
Namun di persidangan, KPK memutar banyak rekaman percakapan telepon yang sudah 
berkali-kali dilakukannya yang berisi proses transaksi penyuapan itu. 

Sialnya bagi Al Amin, dalam pembicaraan hasil sadapan KPK itu terungkap pula 
bahwa transaksi korupsi itu bukan hanya menyangkut suap uang,tetapi juga 
melibatkan seorang wanita kinclong berbaju putih yang juga ”disuapkan”. 

Ingat jugalah ketika Urip Tri Gunawan dan Arthalyta Suryani kompak dalam 
skenario bahwa uang yang diserahterimakannya saat penangkapan oleh KPK adalah 
pinjaman untuk bisnis permata yang kemudian diubah menjadi bisnis bengkel 
dengan proposal yang coba untuk diatur melalui telepon dari dalam sel tahanan 
yang juga disadap KPK.

Di persidangan,semua rekaman pembicaraan Urip- Arthalyta yang dilakukan 
jauh-jauh sebelum penangkapan diputar oleh KPK dan yang bersangkutan tak bisa 
mengelak sehingga hakim pun tak bisa berkesimpulan lain kecuali bahwa keduanya 
telah melakukan korupsi bejat yang merusak negara sehingga dihukum sesuai 
dengan ancaman maksimal. 

Ringkasnya, semakin banyak mengelakataumembantahakan semakin banyak pula 
rekaman hasil sadapan ”transaksikorupsi”diperdengarkandi persidangan oleh KPK 
yang bisa-bisa membongkar aib-aib lain. 

*** Makanya, kalau sudah tertangkap atau dijadikan tersangka oleh KPK,sebaiknya 
mengaku sajalah,tak usah menuruti skenario pengacara jika sang 
pengacaramenyuruhmencari- caridalihuntuk tidak mengaku.Mengikuti skenario 
bohonghanya menundapenderitaandan deraan opini publik serta tak menolong untuk 
meringankan hukuman.

 

Apa yang dilakukan oleh Azirwan dan M Iqbal dalam menyikapi penangkapan oleh 
KPK mungkin perlu dicontoh. Azirwan, pasangan korupsi Al Amin, lebih pandai 
membaca situasi. Meskipun saat baru tertangkap dia menolak keras telah 
melakukan penyuapan, di Pengadilan Tipikor dia mengaku secara gamblang tentang 
suap-suap yang terpaksa dilakukannya karena ”diperas” oleh orangorang DPR. 

Ketika KPK memutar rekaman perbincangan teleponnya dengan Al Amin, Azirwan 
langsung meminta hakim menghentikan pemutaran rekaman itu dan langsung mengakui 
semua isi perbuatan korupsi (penyuapan) dan tahapan-tahapannya yang dilakukan 
bersama Al Amin dan DPR. 

Azirwan tahu membaca situasi dan pahamataskecermatanKPK.Kalaurekaman itu terus 
diputar di persidangan bisa-bisa muncul aib lain seperti yang terjadi 
padaAlAmin,yakni munculnya fakta bahwa bukan hanya uang yang 
disuapkan,melainkan juga ada embelembel wanitanya.Al Amin tetap membantah, tapi 
Azirwan mengakui bahwa yang berbicara di telepon itu adalah dirinya dengan Al 
Amin. 

M Iqbal, terdakwa kasus suap di KPPU, juga termasuk yang menyadari bahwa KPK 
tak dapat dibohongi. Ketika ditangkap, dia tak memberikan bantahan apa pun, 
kecuali menyatakan siap mengikuti proses hukum dan akan mengajukan pembelaan di 
pengadilan.

Iqbal yang memang intelek kelihatannya tahu bahwa tak mungkinlah dia 
mencari-cari alibi bohong karena KPK pasti 

[zamanku] Pelayanan RSCM Masih Buruk

2009-03-19 Terurut Topik Abdul Rohim



Pelayanan RSCM Masih Buruk


Pelayanan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta, masih buruk 
sekalipun sudah memiliki gedung baru dan bagus, seperti Gedung A, klinik swasta 
Cendrawasih, serta wing international. Hal ini didasarkan pada pengalaman saya 
berobat di RSCM pada tahun lalu di Unit Feto Maternal dan baru-baru ini, 
tepatnya pada Rabu pekan lalu, ketika saya menanyakan tarif perawatan serta 
tindakan bedah kebidanan, yakni pengangkatan endometriosis dan mioma di ruang 
pembayaran di Gedung A. 
Petugas di ruang itu menjelaskan tarif kamar dan tarif dokter per hari. Lalu 
saya menanyakan berapa biaya tindakan operasi, dan oleh si petugas saya 
dianjurkan ke unit Bedah Sentral. Namun, petugas Bedah Sentral mengarahkan saya 
ke Poli Kebidanan. Saya pun ke Poli Kebidanan, dan bertemu dengan petugas yang 
jauh dari ramah saat menjawab pertanyaan saya. Petugas hanya menginformasikan 
tarif untuk kelas tiga, dan mengatakan perawatan di kelas swasta/Cendrawasih 
bisa dua kali lipat dari kelas pemerintah. Karena akan menjalani operasi, saya 
pun menelepon ke ruang perawatan A ke nomor 3911488 pada Kamis pagi pekan lalu. 
Setelah dua kali ditelepon, telepon diangkat, tapi tidak ada yang berbicara. 
Yang terdengar hanya suara-suara di ruang tersebut. Tampaknya telepon diangkat 
dan panggilan dibiarkan tanpa dijawab. Lalu saya ulangi menelepon dan telepon 
bernada sibuk. Sehari sebelumnya, saya menelepon ke nomor yang sama, tapi tidak 
ada yang menjawab. Padahal, menurut petugas di ruang pembayaran Gedung A, nomor 
telepon tersebut aktif 24 jam. Buruknya pelayanan juga saya alami di Klinik 
Yasmin. Di klinik tersebut, dokter tidak tepat waktu, sekalipun sudah 
dijadwalkan jam konsultasi. Kedatangan dokter bisa mundur dua jam dari jadwal 
yang dijanjikan. 
Sungguh sangat berbeda klinik swasta di RSCM dengan klinik/rumah sakit swasta 
di Jakarta, apalagi jika dibandingkan dengan rumah sakit swasta yang kerap 
melayani kalangan ekspatriat. Padahal tarif yang dikenakan adalah tarif swasta.

 
Nancy Junita 
Kompleks Depnaker Nomor 29 Kranji 
Bekasi Barat 
 
http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/03/18/Opini/krn.20090318.159869.id.html

 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
http://groups.google.com/group/suara-indonesia?hl=id
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Ditangkap KPK,Auditor BPK Ajukan Praperadilan

2009-03-19 Terurut Topik Abdul Rohim





Ditangkap KPK,Auditor BPK Ajukan Praperadilan 






JAKARTA (SINDO) – Auditor Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Bagindo Quirinno 
mengajukan permohonan praperadilan atas penahanan yang dilakukan Komisi 
Pemberantasan Korupsi (KPK) terhadap dirinya. 


Bagindo adalah tersangka perkara dugaan korupsi terkait dugaan penerimaan uang 
sebesar Rp650 juta dari pimpinan proyek pengembangan sistem pelatihan dan 
pemagangan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans) Taswin 
senilai Rp15 miliar dan proyek peningkatan fasilitas mesin dan peralatan 
sebagai tempat uji kompetensi senilai Rp35 miliar di Depnakertrans. 

Bagindo adalah Ketua Tim Auditor BPK yang memeriksa proyek tersebut. Permohonan 
praperadilan ini telah didaftarkan Bagindo melalui penasihat hukumnya,Hilmar 
Hasibuan,di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan.Sidang perdana praperadilan 
ini akan digelar 19 Maret mendatang. 

Ini praperadilan yang kedua kalinya ditujukan kepada KPK. Sebelumnya,anggota 
Komisi IV DPR Al Amin Nur Nasution juga mempraperadilankan KPK terkait 
penangkapannya dalam kasus dugaan suap alih fungsi hutan di Bintan,Kepulauan 
Riau.Namun, praperadilan itu ditolak majelis hakim PN Jakarta Selatan. 

Menurut Hilmar, praperadilan memiliki dasar yang kuat karena penetapan Bagindo 
sebagai tersangka tidak memiliki alat bukti yang cukup sehingga penahanan yang 
dilakukan KPK dinilai tidak sah. Hilmar berpendapat, kesaksian Taswin yang 
mengaku pernah memberi uang kepada Bagindo tidak dapat dijadikan dasar untuk 
penetapan tersangka. 

Pengakuan saksi atau tersangka,menurut Hilmar,bukan alat bukti yang dapat 
menjadi dasar menetapkan seseorang sebagai tersangka. ”Kami berpatokan pada 
hukum bahwa pengakuan bukan alat bukti,” ujar Hilmar di Gedung 
KPK,Jakarta,kemarin.

 

Dalam persidangan,Taswin yang telah divonis empat tahun itu menyatakan, 
pemberian uang dilakukan dalam dua tahap melalui bawahan Bagindo, Monang 
Tambunan.Menurut pengakuan Taswin, uang diberikan untuk mengatur opini atau 
kesimpulan atas hasil audit proyek yang bermasalah tersebut.

Kesaksian Taswin ini telah dibantah oleh Bagindo saat bersaksi di pengadilan. 
Menanggapi hal ini,Juru Bicara KPK Johan Budi SP menegaskan, KPK telah siap 
menghadapinya. Permohonan praperadilan merupakan hak yang bisa dipergunakan 
seorang tersangka.

Namun, KPK selalu memiliki alat bukti yang cukup untuk menetapkan seseorang 
dalam perkara. Sementara itu,penyidik KPK kemarin batal menggelar reka ulang 
penyerahan uang dari Taswin kepada Bagindo di dua tempat yakni di Restoran Mbok 
Berek di kawasan Tebet dan Wisma Baja di Jakarta Selatan.Batalnya rekonstruksi 
disebabkan Taswin sedang tidak sehat. (rijan irnando purba) 
 
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/221948/

 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
http://groups.google.com/group/suara-indonesia?hl=id
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Saya diancam akan ditembak

2009-03-19 Terurut Topik Abdul Rohim
Atribut Partai Politik
Insiden Bendera Partai Aceh

Kurang pekerjaan atau ada motif lain? Au, ah! Yang jelas, tindakan Komandan 
Rayon Militer (Danramil) satu ini terbilang nyeleneh: melakukan penertiban 
atribut partai politik (parpol). Hal itu lazimnya dilakukan panitia pengawas 
pemilihan umum dan petugas satuan polisi pamong praja. Apa boleh buat, ia harus 
menanggung risiko dicopot dari jabatannya.

Danramil apes itu, Letnan Dua Infanteri Erwin Y.S., bertugas di Koramil 
17/Simpang Keuramat, Aceh Utara. Senin malam pekan lalu, ia memerintahkan anak 
buahnya mencopoti ratusan bendera dan atribut Partai Aceh di pusat kota 
kecamatan. Sejumlah kader partai itu mencoba memprotes, tapi tak berdaya 
menghadapi lima prajurit bersenjata dan bersikap garang tersebut.

Ketua Partai Aceh Simpang Keuramat, M. Dahlan Ishak alias Maklan, yang ikut 
memprotes, malah mendapat ancaman menakutkan. Saya diancam akan ditembak, 
tutur Maklan. Ia pun tak berkutik. Dalam tempo singkat, segala bendera dan 
umbul-umbul partai yang mayoritas anggotanya mantan anggota GAM (Gerakan Aceh 
Merdeka) itu tuntas dicopoti.

Maklan menuturkan pula, kelima prajurit tersebut, ditambah seorang prajurit 
yang bergabung belakangan, meneruskan aksinya di kawasan dekat pasar. Maklan 
segera ke lokasi dan mengambil gambar menggunakan telepon selulernya. Ini bisa 
menjadi bukti bahwa bendera itu TNI yang turunkan, kata Maklan dalam 
keterangan persnya.

Tak ada yang salah pada atribut Partai Aceh itu. Lokasi pemasangannya sudah 
benar, tidak menyalahi aturan. Satu-satunya kesalahan-nya, pada hari Senin 
itu ada laporan hilangnya bendera Partai Demokrat dan Partai Golkar, 
masing-masing 20 dan 10 lembar. Belum jelas, siapa yang bikin ulah.

Nah, menurut Komandan Kodim 0103/Aceh Utara, Letnan Kolonel Infanteri Yusep 
Sudradjat, didampingi Pasi Intel Letnan Satu Aris, ada kesepakatan semua elemen 
masyarakat Simpang Keuramat, bila ada satu bendera parpol hilang di lokasi 
pemasangan, berarti bendera parpol lainnya juga harus dibersihkan. Agak lucu 
sih, sebetulnya.

Aris menjelaskan, pihak musyawarah pimpinan kecamatan (muspika) telah 
menyelipkan komitmen itu dalam sosialiasi pemilu, 17-25 Februari lalu, ke 
seluruh desa. Secara umum, materi sosialisasi menyangkut demokrasi berpolitik, 
jangan ada teror, intimidasi, perusakan atau penghilangan alat peraga 
masing-masing parpol.

Namun, bila salah satu bendera partai hilang, semua komponen masyarakat 
berjanji dan konsekuen untuk menertibkan atau membersihkan seluruh bendera 
parpol di wilayah tersebut, Aris menerangkan. Maka, pada malam itu juga, 
menyusul laporan hilangnya bendera Partai Demokrat dan Partai Golkar, 
dilakukanlah penertiban.

Menurut Yusep Sudradjat, pada malam itu muspika memanggil seluruh ketua parpol 
beserta ketua PPK (panitia pemilihan kecamatan) untuk membahas penertiban 
dimaksud. Seluruh ketua parpol di Simpang Keuramat hadir, kecuali dari Partai 
Aceh, ujar Yusep. Ia menyesalkan Danramil Erwin yang memerintahkan anak 
buahnya melakukan penertiban tanpa berkoordinasi dengan unsur muspika lainnya.

Berita tentang pencopotan atribut parpol oleh anggota TNI itu menjadi santapan 
media massa. Masyarakat menuding TNI arogan dan tak netral. Yusep Sudradjat 
segera bertindak tegas. Dua hari berselang, Rabu pekan lalu, ia menggelar 
pengadilan kilat di aula Makodim Aceh Utara. Terdakwanya adalah Erwin dan enam 
anak buahnya.

Erwin dinyatakan terbukti bersalah mengeluarkan perintah melakukan penertiban 
bendera partai di beberapa lokasi di Kecamatan Simpang Keuramat tanpa 
berkoordinasi dengan unsur muspika lainnya. Erwin dan anak buahnya mendapat 
hukuman teguran keras dan dimutasikan ke Makodim Aceh Utara. Erwin tak memegang 
jabatan. Yusep mengatakan, penjatuhan sanksi termasuk mencopot Erwin dari 
jabatannya itu adalah bukti bahwa TNI netral menghadapi Pemilu 2009.

Kepada wartawan, Erwin membantah disebut melanggar hukum. Landasannya, ya itu 
tadi, kesepakatan elemen masyarakat menyangkut penertiban bendera parpol.. 
Anehnya, Camat Simpang Keuramat, Ilyas, mengaku sama sekali tidak mengerti 
tentang kesepakatan dimaksud. Saya tidak tahu kesepakatan itu, katanya.

Markas Besar TNI dalam siaran persnya menyatakan, meski sudah ada kesepakatan 
(antara elemen masyarakat, muspika, dan PPK Simpang Keuramat), penurunan 
bendera atau atribut parpol oleh dan atas inisiatif Danramil 17/Simpang 
Keuramat itu tetap tidak dibenarkan.

Ketua Panitia Pengawas Pemilihan Umum Aceh Utara, Syamsul Bahri, sepakat dengan 
sikap Mabes TNI. TNI tidak berhak menurunkan bendera parpol karena menyalahi 
aturan pemilu. Satuan polisi pamong praja yang berwenang (menurunkan), kata 
Syamsul. Mengenai kesepakatan dimaksud, Syamsul menyatakan tidak tahu. Itu 
tidak ada aturan dalam Undang-Undang Pemilu, ia menegaskan.

Pembersihan atribut parpol di beberapa wilayah Simpang Keuramat itu --kebetulan 
atau tidak, atribut Partai Aceh yang paling banyak dicopot-- sempat menimbulkan 
kesan ada sentimen terhadap 

[zamanku] Di Cirebon, Spanduk Ajakan Golput Bertebaran

2009-03-19 Terurut Topik Abdul Rohim

 
Di Cirebon, Spanduk Ajakan Golput Bertebaran
 

TEMPO Interaktif, CIREBON: -- Spanduk berisi ajakan untuk tidak memilih dalam 
Pemilu 9 April mendatang bertebaran di Kota Cirebon. Panwaslu Kota Cirebon 
sendiri belum melakukan tindakan apa pun terhadap kasus ini. 

Berdasarkan pantauan, spanduk yang antara lain bertuliskan Jika ragu, mending 
tidak memilih itu terpasang di dekat Gedung BAT Kota Cirebon serta di daerah 
Lemahwungkuk, Kota Cirebon. Di spanduk itu pun tercantum lambang partai 
tertentu sekaligus foto seorang anggota partainya.
 Seorang saksi mata, Asep, mengungkapkan spanduk berisi ajakan golput itu sudah 
ada sejak seminggu lalu. Hampir seminggu lalu sudah ada. Tetapi tidak tahu 
kenapa belum ada yang bertindak, katanya. 

Sementara itu Kapolresta Cirebon, AKBP Ary Laksmana Wijaya, saat dikonfirmasi 
mengungkapkan apa yang dilakukan dalam spanduk itu bisa dikategorikan melanggar 
UU No 10/2008. Namun kami masih menunggu laporan dari Panwaslu, karena yang 
berhak menindak pertama kali adalah mereka, katanya. 

Ketua Panwaslu Kota Cirebon, Wasikin Marzuki saat dikonfirmasi mengakui sudah 
mendapatkan laporan adanya spanduk itu. Tetapi laporan itu baru dari telefon, 
katanya. Bukan laporan resmi dan hingga kini tidak ada yang mau menjadi 
saksinya. 

Selain itu, ia pun beranggapan perlu dikaji kalimat yang tercantum dalam 
spanduk itu, apakah berisi ajakan atau mengajak. Terlebih yang mengajak bukan 
partai, namun perorangan dan LSM, sehingga tidak bisa dikategorikan sebagai 
pelanggaran pemilu. Saat didesak adanya lambang partai tertentu dalam spanduk 
itu, Wasikin pun akhirnya mengatakan pihaknya baru akan menggelar rapat pleno 
sore ini. 

Ketua DPC PDIP Kota Cirebon, Edi Suripno, saat dikonfirmasi mengaku jika apa 
yang tercantum dalam spanduk itu merupakan atas nama pribadi Bagja, anggota 
PDIP Kota Cirebon. Bukan atas nama partai, tidak mungkin kami sebagai peserta 
pemilu tetapi mengajak golput, katanya.

 

Pihaknya pun mengaku sudah membuat laporan tertulis baik ke Panwaslu maupun ke 
kepolisian terhadap kasus ini. Merekalah nanti yang berhak untuk menindaknya. 

Sedangkan Walikota Cirebon, Subardi, mengaku pihaknya yakin masyarakat tidak 
akan terpengaruh dengan ajakan golput tersebut. Karena berdasarkan hasil 
pilkada baik Walikota maupun Gubernur, keikutsertaan masyarakat cukup tinggi, 
katanya. 
Selanjutnya mereka pun akan menghimbau kepada masyarakat baik melalui selebaran 
maupun pengumuman langsung untuk mengajak masyarakat memilih dalam Pemilu 9 
April mendatang. 
 
http://tempointeraktif.com/hg/Pemilu2009_serba_serbi/2009/03/18/brk,20090318-165248,id.html

 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
http://groups.google.com/group/suara-indonesia?hl=id
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Rebut Kembali Aset Jakarta

2009-03-19 Terurut Topik Abdul Rohim


Rebut Kembali Aset Jakarta


Pemilihan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) akan digelar pada 9 April 
mendatang. Di Jakarta ada 41 calon senator yang akan memperebutkan empat kursi 
DPD. Tempo akan menampilkan profil beberapa calon di antaranya mulai hari ini. 
Berikut ini tulisan yang kedua. 
Selama dua periode menjadi anggota legislatif tingkat daerah tak membuat Dani 
Anwar bosan. Pada 2009, anak Betawi asli ini kembali masuk bursa politik.. Tapi 
bukan Dewan Perwakilan Rakyat RI atau DPRD yang ia sasar. Partai menugaskan 
saya merebut kursi DPD Jakarta, kata Dani kepada Tempo pekan lalu.. 
Dani, yang lahir di permukiman padat penduduk Kebon Pala, Tanah Abang, Jakarta 
Pusat, 22 Februari 196 ini, ikut membidani lahirnya Partai Keadilan 
Sejahtera pada 1998 dengan beberapa aktivis pengajian. Ia didapuk sebagai ketua 
wilayah Jakarta Pusat. 
Jabatan itulah yang mengantar Dani duduk sebagai wakil rakyat di DPRD DKI 
Jakarta pada 1999. Nasib itu berulang pada 2004, saat ia kembali menjadi 
legislator daerah untuk kedua kalinya. Bahkan dalam periode ini Dani terpilih 
menjadi Wakil Ketua Dewan. 
Dani mengira-ngira, penunjukan dirinya untuk masuk ke bursa sebagai calon 
anggota DPD merupakan batu ujian dari partainya. Nantinya, partainya akan 
melihat apakah Dani masih layak dijual untuk pemilihan Gubernur Jakarta tahun 
2012. Maklum, dua tahun lalu, Dani nyaris mengalahkan Fauzi Bowo dan Prijanto 
dalam pemilihan orang nomor satu dan kedua di Jakarta. Itu sih hanya kira-kira 
saya saja. Ajang DPD itu signifikan untuk mengukur elektabilitas seseorang 
dalam pemilihan yang bersifat individu, tuturnya. 
Dani mengaku serius menjadi senator. Seabrek misi direncanakan, antara lain 
mendorong pemerintah pusat dan daerah untuk menyediakan pendidikan dan 
kesehatan yang murah serta berkualitas. Selain itu, Dani berniat merebut 
kembali aset Jakarta, seperti kawasan Kemayoran, Senayan, dan Pelabuhan Tanjung 
Priok yang selama ini dikelola oleh pemerintah pusat. 
Ia beralasan, selama ini warga dan pemerintah Jakarta tidak tahu serta tidak 
terlibat dalam pengelolaannya. Padahal, dalam persoalan otonomi daerah, aset 
itu seharusnya sudah diserahkan kepada pemerintah daerah, ujar Dani. 
Perihal modal masuk ke bursa DPD, pertengahan 2008 lalu Dani mengumpulkan 
sekitar 3.400 salinan kartu tanda penduduk sebagai bukti dukungan 
pencalonannya. Konstituen awalnya itu tak jauh-jauh dari lingkaran pribadi, 
mulai dari sahabat, aktivis PKS, sesama alumnus Pelajar Islam Indonesia (PII), 
hingga ibu-ibu pengajian. 
Ketika disinggung mengenai dana kampanye, Dani menyebut angka Rp 105 juta. 
Relatif kecil, maklum modal sendiri, kata pegiat sepak bola dan bulu tangkis 
ini. FERY FIRMANSYAH
 
http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/03/18/Metro/krn.20090318.159853.id.html

 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
http://groups.google.com/group/suara-indonesia?hl=id
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Ibarat Cita-Cita dan Takdir Tuhan

2009-03-19 Terurut Topik Abdul Rohim





Ibarat Cita-Cita dan Takdir Tuhan 






Mulainya masa kampanye pemilu legislatif serta akan berakhirnya masa 
pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) membuat suhu politik menghangat. 


Berbagai komentar berkait dengan capaian dari program pemerintah yang tertuang 
dalam Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) menjadi menarik 
untuk didiskusikan. Sudah barang tentu komentarnya beragam, dari yang miring 
hingga yang hiperbolis.Namun, objektivitas harus tetap dikedepankan sehingga 
tidak terjadi upaya kampanye hitam (black campaign). 

Perlu diingat, sebuah rancangan atau target ditentukan dengan berbagai 
asumsi-asumsi yang menyertainya. Karena itu, ketika sebuah target tidak 
tercapai, hal itu bisa ditelusuri apakah asumsinya tetap atau memang juga 
berubah. Dalam bahasa yang lain dapat digunakan istilah bahwa antara target dan 
capaian ibarat sebuah cita-cita dan takdir Tuhan. 

Artinya, pemerintah boleh memiliki cita-cita mulia dengan berbagai target yang 
diinginkannya, tapi Tuhanlah yang menentukan. Tentu ungkapan ini tidak dalam 
kapasitas untuk melakukan pembelaan terhadap pemerintah, tapi sejatinya memang 
sepanjang perjalanan pemerintahan KIB, setelah RPJMN ditetapkan menjadi 
Peraturan Presiden No 7 Tahun 2005,sebagai panduan untuk menilai tingkat 
keberhasilan pemerintahan, 

telah terjadi berbagai peristiwa baik internal (dalam negeri) maupun eksternal 
yang mengakibatkan berubahnya asumsiasumsi yang telah ditetapkan. Perubahan itu 
berdampak pada hasil capaian yang telah ditargetkan.Sebut saja salah satu 
contoh,peristiwa internal terhadap terjadinya beberapa bencana alam, mulai 
tsunami di Nangroe Aceh Darussalam (NAD), gempa di Yogyakarta hingga banjir 
bandang dan bencana alam lain.

 

Setali tiga uang, peristiwa eksternal yang juga terjadi selama pemerintahan KIB 
memiliki pengaruh signifikan terhadap pencapaian target. Misalnya saat harga 
minyak di pasar internasional melambung, pemerintah ikut menaikkan harga BBM 
dan melakukan koreksi terhadap alokasi anggaran yang memang seharusnya dapat 
melindungi masyarakat miskin. 

Bantuan Langsung Tunai (BLT) menjadi salah satu jalan keluar. Demikian juga 
ketika belakangan ini krisis ekonomi global melanda dunia tanpa 
kecuali.Pemerintah bersama DPR telah melakukan berbagai adjustment atau 
penyesuaian sehingga sampai pada keputusan untuk memberikan stimulus fiskal 
sebesar Rp73,3 triliun terdiri atas stimulus perpajakan Rp56,3 triliun melalui 
penurunan tarif PPh, PPN, dan BM DTP,PPh Pasal 21,PPh Pasal 25,serta fasilitas 
pajak lain. Untuk stimulus belanja sebesar Rp17 triliun terdiri atas 
infrastruktur Rp12,2 triliun dan Rp4,8 triliun untuk subsidi langsung dan 
energi. 

Belum Tercapai? 

Harus diakui, dalam kondisi yang serbaberubah dan tidak menentu seperti ini, 
rasanya memang tidak fair jika kita menimpakan kesalahan tidak tercapainya 
target itu sebagai bagian dari kegagalan pemerintah. Karena disadari, siapa pun 
orang atau pemerintahannya, manakala berhadapan dengan persoalan yang jauh di 
bawah kekuasaan atau kendalinya, kontrol untuk itu akan sulit dilakukan. 

Pada titik inilah kita harus dapat menggunakan kaca mata objektivitas untuk 
melakukan penilaian.Memang benar target-target yang tertuang dalam Peraturan 
Presiden No 7 Tahun 2005 belum tercapai,tapi usaha untuk ke arah sana telah 
dengan sungguhsungguh dilakukan.Buktinya? Paling sedikit kita bisa mengajukan 
empat hal untuk menunjukkan bukti. 

Pertama, berkait dengan adanya kesungguhan di dalam upaya untuk terus-menerus 
meningkatkan anggaran dan memperbanyak program pada bidang yang telah 
ditargetkan seperti mengurangi angka kemiskinan. Di bidang ini, pemerintah dari 
tahun ke tahun bukan hanya telah meningkatkan jumlah anggarannya,tapi juga 
menambah program untuk mengurangi angka kemiskinan.

 

Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS), sebagai misal, terus meningkat 
jumlah anggaran maupun jumlah penerimanya. Kalau pada 2005 hanya dianggarkan 
Rp5,1 triliun dengan jumlah penerima 39,6 juta siswa, pada 2008 lalu 
dianggarkan Rp11,9 triliun dengan penerima sebanyak 41,9 juta. 

Demikian juga pada program lain seperti Raskin, Askeskin atau Jamkesmas, BLT, 
PKH, dan PNPM Mandiri. Semuanya secara signifikan terus ditingkatkan 
anggarannya. Tentu peningkatan ini bukan berarti makin bertambahnya jumlah 
orang miskin, tapi lebih pada upaya untuk memperluas jangkauan bantuan yang 
bukan hanya pada masyarakat sangat miskin, tapi juga pada masyarakat hampir 
miskin.

Tujuannya jelas, agar masyarakat miskin tidak makin bertambah jumlahnya. 
Kedua,melihat realitas hasil capaian yang telah diperoleh.Meski belum memenuhi 
target, secara jujur harus diakui telah terjadi pengurangan yang cukup 
berarti.Terhadap persentase tingkat kemiskinan, misalnya, dari 16,7% pada 2004 
kini pada 2008 menurun menjadi 15,4% dan pada 2009 pemerintah memprediksi dapat 
menekannya mencapai angka 13,5%. 

Ketiga,di luar peningkatan jumlah anggaran dan hasil yang telah dicapai 

[zamanku] Kecewa,Mantan Kapolda Jatim Mundur dari Polri

2009-03-19 Terurut Topik Abdul Rohim



Kecewa,Mantan Kapolda Jatim Mundur dari Polri 






JAKARTA (SINDO) – Mantan Kapolda Jawa Timur (Jatim) Irjen Pol Herman Surjadi 
Sumawiredja mengundurkan diri dari keanggotaan Polri. Dia mengaku kecewa dengan 
alasan pergantian dirinya sebagai kapolda Jatim pada 19 Februari 2009 lalu. 


Herman menengarai pergantiannya sebagai kapolda berkaitan dengan penyidikan 
dugaan pemalsuan daftar pemilih tetap (DPT) dalam Pemilihan Kepala Daerah 
(Pikada) Jatim.”Saat sertijab (serah terima jabatan),saya langsung mengajukan 
surat pengunduran diri dari kepolisian per 1 Maret 2009.” ”Selain itu saya 
ingin bebas,” ujar Herman dalam jumpapersdiHotelGrandkemang, Jakarta 
Selatan,kemarin. Seperti diberitakan,kasus pemalsuan DPT ini berawal dari 
laporan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Khofifah Indar Parawansa- 
Mudjiono (Kaji) terkait dugaan kecurangan dalam pemungutan suara ulang Pilkada 
Jatim di Bangkalan dan Sampang. 

Dari 368 sampel lembar DPT berisi 128.390 data pemilih yang dilampirkan Kaji, 
ditemukan 29.949 suara yang datanya fiktif atau tidak benar. Polda Jawa Timur 
pada 18 Februari 2009 kemudian menetapkan Ketua Komisi Pemilihan Umum Jatim 
Wahyudi Purnomo sebagai tersangka dalam kasus itu.Selang sehari setelah 
penetapan itu, pada 19 Februari 2009,Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso 
Danuri melantik Brigjen Pol Anton Bachrul Alam sebagai Kapolda Jatim, 
menggantikan Irjen Pol Herman Surjadi Sumawiredja. 

Beberapa hari kemudian Mabes Polri menganulir status tersangka Wahyudi Purnomo 
dan menurunkan status kasus itu ke tahap penyelidikan. Herman mengatakan, 
penetapan tersangka atas Wahyudi Purnomo sebenarnya sudahsesuaiprosedur. 
Diamengaku telah mendapatkan buktibukti dari Panitia Pengawas (Panwas) bahwa 
ada sejumlah DPTyangtidaksesuai.”Waktu itu kita mendapatkan kesimpulan bahwa 
Wahyudi mengetahuiadanya penggelembungan DPT dalam Pilkada Jawa Timur,” 
nilainya.

 

Dia menuturkan, selang sehari setelah sertijab Kapolda Jatim pada 19 Februari 
2009,Kepala Badan Reserse Kriminal Komjen Pol Susno Duadji datang ke Surabaya 
dan langsung melakukan rapat di Hotel Shangri-La Surabaya. Dalam rapat tersebut 
Susno memberikan instruksi agar kasus tersebut dihentikan. ”Padahal kita 
menemukan ada tindakan pidana,” ungkapnya. Dalam jumpa pers kemarin Herman 
meminta agar kasus pemalsuan DPT dalam Pilkada Jawa Timur diteruskan. 
Alasannya, DPT akan memengaruhi Pemilu 2009. 

”Polisi harus netral. Kalau kasus ini tidak dilanjutkan, saya khawatir ini akan 
menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap polisi,” katanya. Dia 
mengakui pengusutan pemalsuan DPT tersebut bisa memengaruhi eksistensi pasangan 
gubernur dan wakil gubernur saat ini, Soekarwo- Saefullah Yusuf. ”Tapi itu 
adalah risiko kalau mau mengungkapkan kebenaran,” lanjutnya. Sementara 
itu,Kepala Divisi Hubungan Masyarakat (Kadiv Humas) Mabes Polri Irjen Pol 
Abubakar Nataprawira membantah mundurnya Herman terkait kasus Pilkada Jatim. 
”Tidak ada kaitannya dengan Pilkada Jawa Timur. Beliau memang diganti karena 
Mei ini memasuki masa pensiun,”ujarnya di Mabes Polri kemarin. 

Menurut Abubakar, Herman termasuk salah satu dari lima Kapolda yang diganti.. 
”Pokoknya yang kelahirannya bulan lima (Mei) diganti karena akan 
pensiun,”katanya. Dia menjelaskan, pergantian dilakukan sebelum jatuh masa 
pensiun karena kalau mendadak akan menyulitkan koordinasi. Padahal, bulan-bulan 
ini memasuki masa kampanye. Anggota DPR Komisi III Gayus Lumbuun menilai 
pengunduran diri Herman merupakan hak pribadi.Menurutnya, ada tiga hal bagi 
anggota Polri bisa keluar dari keanggotaan. 

Secarasukarela,diberhentikan, dan sakit parah atau meninggal dunia. ”Kalau ada 
sesuatu itu adalah hak asasi dia untuk memutuskan keluar dari Polri,”katanya. 
Namun, sikap Herman yang memutuskan mundur sebelum masa pensiun harus 
diperhatikan.Apabila alasan pengunduran diri yang disampaikan Herman benar, 
Polri harus menindaklanjuti. ”Sikapnya harus diperhatikan,” desak Gayus. 
Anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) La Ode Hussein mengatakan, 
mekanisme pengangkatan dan pemberhentian kapolda memang ada di tangan Kapolri.

 

Dia menilai penggantian Herman sebagai kapolda Jatim sudah sesuai mekanisme.. 
Walau begitu dia berjanji akan mendalami masalah ini. ”Kita akan dalami 
terlebih dulu, kalau memang benar akan kita pertanyakan,” janjinya. (helmi 
syarif) 
 
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/221636/38/


 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
http://groups.google.com/group/suara-indonesia?hl=id
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Mengapa Repot-Repot Menggempur Prabowo?

2009-03-19 Terurut Topik Abdul Rohim





Mengapa Repot-Repot Menggempur Prabowo?














(berpolitik.com): Dari sisi manapun, kehadiran buku Buku Letjen (Purn) Sintong 
Panjaitan yang bertajuk 'Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando' memang 
seperti hendak menguliti sisi-sisi tergelap dari seorang Prabowo. Terlebih 
momentum peluncurannya yang berdekatan dengan waktu kampanye pileg pun pilpres. 

Dalam konteks kompetisi politik, benar atau tidaknya isi buku Sintong bukan 
lagi sebuah soal besar. Sebab, sekurang-kurangnya buku itu telah membuat orang 
kembali bertanya-tanya tentang Prabowo. Meragukannya. 

Bahkan, sejatinya, wacana buku itu bisa mengalir ke berbagai isu-isu lain yang 
tak dibahas sama sekali. Dari sisi ini, jelas bukunya Sintong bisa berpotensi 
memicu serangan bergelombang terhadap Prabowo, pun pada Gerindra.

Tapi, jika dicermati, serangan Sintong ini sebenarnya bisa menghadirkan sisi 
lain terhadap citra diri seorang Prabowo. Dari manakah itu? Hal ini berasal 
dari uraian pokok Sintong tentang figur yang menjadi 'orang baik' yang akan 
dijadikan korban oleh Prabowo: LB Moerdani. 

Bagi sebagian kalangan, LB Moerdani jelas bukan figur yang dikagumi. Banyak 
yang mempercayai, pada era LB Moerdani-lah penggasakan terhadap 
kekuatan-kekuatan Islam politik mencapai titik puncaknya.

 

Dari sisi personal, LB Moerdani juga diyakini tak akur dengan bapaknya Prabowo, 
Alm Soemitro Djojohadikusumo. Entah karena alasan apa.Ketidakakuran ini menjadi 
konkrit karena pernah meletup dalam beberapa pertengkaran tertutup yang terjadi 
antara anak buahnya Moerdani dengan para pendukung Soemtiro.

Berbeda dengan citra LB Moerdani yang tak ramah terhadap kekuatan Islam 
politik, Prabowo sedari dulu dikenal luas sebagai salah satu jendral 'hijau'. 
Ia disebut-sebut menggalang dan bergaul akrab dengan kekuatan-kekuatan Islam 
politik yang ada di tanah air. 

Dari peta ringkas ini, mudah diduga, secara diam-diam serangan Sintong terhadap 
Prabowo juga bisa ditafsirkan dan seklaigus diwacanakan sebagai keresahan 
kelompok non-muslim garis keras yang mengkhawatirkan kehadiran Prabowo. Mereka 
khawatir akan terjadi kembali pasang naik kekuatan Islam politik di tanah air.

Pertanyaannya kemudian, benarkah Prabowo seorang yang memusuhi orang-orang non 
muslim? 

Jika Anda menjawab ya, jelas salah besar. Prabowo jelas tak punya pretensi 
seperti itu. Ibunya yang telah almarhum dan juga adiknya, Hasyim 
Djojohadikusumo, adalah non-muslim. Dapat dikatakan, Prabowo adalah seorang 
liberal dan memiliki toleransi yang tinggi. Sekadar catatan, banyak jendral dan 
tentara yang setia kepada dirinya juga berasal dari kalangan non-muslim.

Jadi, kehadiran Sintong dengan bukunya bagai membuka lembaran lama tentang 
sosok Prabowo. Bila dengan Gerindra Prabowo memposisikan diri sebagai 
'nasionalis' tulen, ternyata dirinya juga punya sisi lain.

Ia adalah bagian dari kelompok jenderal-jenderal yang apresiatif terhadap 
kekuatan-kekuatan Islam politik. Kalau mau disederhanakan, Prabowo melanjutkan 
hubungan baik yang telah lama terbina antara bapaknya yang salah satu tokoh 
kunci PSI dengan sebagian faksi elit Masyumi. 

Karena itulah, 'tusukan' Sintong sejatinya malah membantu Prabowo dan 
Gerindra-nya 'memperluas' pasar pemilih. Dengan adanya Sintong, Prabowo tak 
perlu repot-repot mempromosikan diri.

 

Sebab, cerita lama itu kembali mendapatkan momentum digulirkan dari mulut ke 
mulut, dari pengajian ke pengajian. Mereka yang dulu dan kini masih bersama 
Prabowo bagai mendapat momentum untuk menambah citra baru tentang Prabowo dan 
karenanya juga pasar pemilih yang baru pula.

Jangan salah, Prabowo dan timnya tak sekali-kali akan menjadikan hal ini 
menjadi pembicaraan di permukaan. Mereka akan membiarkan pembicaraan ini 
berlangsung secara 'warung kopi'. 

Yang masih menjadi pertanyaan adalah, mengapa Prabowo sepertinya terus 
dijadikan sasaran tembak? 

Dari sisi survei, elektibilitas Prabowo dan Gerindra sepertinya 'stagnan'. 
Dengan menjadikan dirinya sebagai sasaran tembak, Prabowo bukan tak mungkin 
justru mendapat 'angin kedua'. 

Ia bisa mencelat menjadi kandidat kuat. Dorongannya ya dari amunisi serangan 
itu sendiri. Sebagaimana dilakukan oleh Sintong 
ini..http://www.berpolitik.com/news.pl?n_id=20382c_id=3param=meEgAoG7Aoz6AXZSkaiB

 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
http://groups.google.com/group/suara-indonesia?hl=id
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Membaca Buku Sintong Panjaitan

2009-03-19 Terurut Topik Abdul Rohim
Membaca Buku Sintong Panjaitan 

Mengingat Kembali Tragedi 1997-1998 

Oleh Tomy Su *

''Justice delayed is justice denied'' (William E. Gladstone, negarawan dan 
perdana menteri Inggris 1868-1894)

---

Bangsa ini memang mudah melupakan. Akibatnya, sosok pelanggar HAM pada masa 
silam tiba-tiba justru bisa menjadi idola baru bahkan panutan lewat rekayasa 
iklan politik. Syukurlah selalu saja ada orang yang memberi peringatan. Dia 
adalah mantan Panglima Kodam IX/Udayana Letjen (pur) Sintong Panjaitan yang 
menulis buku baru yang mengundang polemik (Jawa Pos, 14 dan 16 Maret 2009).

Dalam otobiografinya, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando, yang 
diluncurkan Rabu (11/3), banyak dibeberkan pelanggaran masa lalu. Mulai kasus 
Santa Cruz di Dili, Timor Timur; penculikan aktivis pada 1997-1998; hingga 
Tragedi Mei yang semua melibatkan TNI sebagai institusi.

Tentang kasus penghilangan paksa, misalnya. Dalam buku itu, Sintong 
mengungkapkan posisi mantan Komandan Jenderal Kopassus Letjen (pur) Prabowo 
Subianto dan keterlibatan Tim Mawar. Dia mempertanyakan tanggung jawab komando 
Prabowo yang mengaku tidak mengetahui operasi tersebut. 

Dia juga menyatakan kesedihan terkait dengan keterlibatan dan sanksi pidana 
atas prajurit Kopassus yang terlibat dalam operasi tersebut. Dalam buku itu, 
Sintong berpendapat, perlu ditelusuri lebih jauh asal-usul perintah yang mereka 
emban.

Derita Korban 

Apa yang diungkapkan Sintong mewakili kesedihan korban pelanggaran masa silam 
yang hingga kini tidak pernah mendapatkan jawaban memuaskan dari pemerintah 
atau pihak-pihak yang semestinya mau bertanggung jawab. Pemerintah SBY-JK 
memang tidak terlibat dalam pelanggaran HAM sebelum 1998. Tapi, seharusnya 
dengan perannya, siapa pelaku dan siapa yang harus bertanggung jawab atas kasus 
pelanggaran HAM masa silam bisa diungkap.

 

Sayang, pemerintah, DPR, dan berbagai pihak yang harus bertanggung jawab, 
khususnya TNI, justru lebih suka melestarikan impunitas. Memang, impunitas atau 
bebasnya pelaku pelanggaran dari sanksi hukum menjadi masalah utama di negeri 
ini. Padahal, impunitas sendiri sudah merupakan sebuah kejahatan.

Begitulah dalam praktik hidup berbangsa dan bernegara, kini memang tidak jelas 
lagi batas antara yang jahat dan yang baik. Yang sudah jelas-jelas jahat, 
seperti menghilangkan orang atau pemerkosaan wanita-wanita Tionghoa dalam 
Tragedi 13-15 Mei 1998, justru dibiarkan. Membiarkan atau melindungi pelaku 
pelanggar HAM jelas merupakan kekeliruan atau kesalahan, dari sisi hukum maupun 
moral.

Sebab, kejahatan pelaku jelas bertentangan dengan semangat dasar negara ini, 
yakni Pancasila khususnya sila ketuhanan dan kemanusiaan yang adil dan beradab. 
Tindak kejahatan itu juga melanggar Statuta Roma Mahkamah Pidana Internasional 
(ICC), khususnya terkait dengan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Yang paling menyedihkan, teriakan korban pelanggaran HAM masa silam atau upaya 
keluarga korban untuk menuntut keadilan sering dibungkam. Harapan korban agar 
kebenaran diungkap dan kejahatan dihukum hingga kini masih belum terpenuhi. 
Jeritan istri Wiji Thukul, tangisan ayah-ibu Bimo Petrus dari Malang saat 
terjadi kasus penghilangan orang. 

Demikian pula teriakan keluarga Hendrawan Sie korban Trisakti atau tangisan 
Sumarsih, ibu Wawan, korban Semanggi. Keinginan puluhan wanita Tionghoa korban 
Tragedi Mei 1998, keinginan para korban untuk melihat keadilan, kini membentur 
dinding impunitas lagi.

Malahan, khusus terkait dengan korban Tragedi Mei 1998, ternyata ini tidak 
hanya terkait dengan perempuan Tionghoa sebagai korban. Tapi, meliputi pula 
berbagai investor yang dulu sangat banyak dari Korsel, Taiwan, Hongkong, 
Filipina, maupun Thailand. Wajah mereka rata-rata hampir sama dengan orang 
Tionghoa, sehingga jatuhnya korban akhirnya tidak pilih bulu. Asal saja mukanya 
seperti Tionghoa, tidak peduli orang asing atau orang Jawa, juga jadi korban 
kebiadaban.

 

Tidak heran jika kemudian tragedi Mei khususnya diperingati di kota-kota besar 
Asia seperti Singapura, Hongkong, Makau, Shanghai, Taipeh, hingga Sydney atau 
Perth di Australia. 

Tragedi Mei juga masih menjadi ganjalan dalam hubungan RI-Tiongkok. Mantan 
Manager of Department Dong Fang International Travel Service Guangzhou Ltd Yu 
Wen Hui pernah mengungkapkan, sejumlah daerah di Tiongkok masih trauma dan 
takut atas peristiwa seperti Tragedi Mei yang diungkap dalam buku Sintong. 
Akibatnya, mereka enggan berwisata ke Indonesia. Dengan makin baiknya hubungan 
RI-Tiongkok, diharapkan trauma itu akan menghilang.

Makna Pentingnya 

Pengungkapan kasus masa lalu seperti Tragedi Mei 1998 jelas penting bagi masa 
depan negeri ini, khususnya dalam sektor investasi asing yang hingga kini masih 
sepi. Ketika berkunjung ke Tiongkok, Presiden SBY juga mencoba menarik 
perhatian para investor dari Negeri Tirai Bambu itu. 

Berbagai analisis politik atau ekonomi sudah dibeber para pakar yang ahli di 
bidangnya untuk menjelaskan mengapa investor asing, 

[zamanku] Tersangka Suap Seret Rama Pratama

2009-03-19 Terurut Topik Abdul Rohim

Tersangka Suap Seret Rama Pratama
Dia mengaku tak tahu-menahu soal tender pembangunan proyek.

JAKARTA-- Abdul Hadi Djamal, tersangka kasus suap dana stimulus proyek 
pengembangan fasilitas laut dan udara di wilayah timur Indonesia, menyeret 
sejumlah koleganya di Dewan Perwakilan Rakyat. Politikus Partai Amanat Nasional 
itu menyebut nama Rama Pratama, anggota Panitia Anggaran dari Fraksi Partai 
Keadilan Sejahtera, dan Jhonny Allen Marbun, Wakil Ketua Panitia Anggaran DPR 
dari Fraksi Demokrat. 
Ia menyatakan hal itu setelah diperiksa penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi 
di kantor Komisi semalam. Menurut Hadi Djamal, Jhonny dan Rama ikut hadir dalam 
pertemuan di Hotel Ritz Carlton guna membahas kenaikan anggaran dana stimulus 
proyek pengembangan fasilitas laut dan udara wilayah Indonesia timur 2009. 
Sebelumnya, dana tersebut disepakati sebesar Rp 10,2 triliun, kemudian 
dinaikkan menjadi Rp 12,2 triliun. Pak Jhonny Allen yang pimpinannya, 
inisiatif pertemuannya dari dia, kata Hadi. 
Abdul Hadi Djamal ditangkap oleh tim KPK bersama pegawai Direktorat Perhubungan 
Laut Darmawati H. Dareho pada awal Maret lalu. Penyidik menemukan uang US$ 90 
ribu dan Rp 54,55 juta di mobil Honda Jazz yang mereka tumpangi. Setelah itu, 
ditangkap pula Hontjo Kurniawan, Komisaris PT Kurnia Jaya Wira Bakti, Surabaya, 
yang diduga sebagai pemberi suap. Pejabat KPK mengindikasikan suap yang 
diterima Hadi Djamal untuk lobi pencairan dana stimulus dalam proyek lanjutan 
pengembangan fasilitas laut dan udara di wilayah timur Indonesia. 
“Semua fraksi terlibat dalam pembahasan anggaran dana stimulus ini,” kata Hadi 
Djamal. Sedangkan dari pemerintah, ia melanjutkan, diwakili Kepala Seksi 
Kebijakan Fiskal Departemen Keuangan Anggito Abimanyu. 
Menurut Hadi, dalam pertemuan itu Rama Pratama disebut sebagai yang mengajukan 
inisiatif kenaikan anggaran dana stimulus dari Rp 10,2 triliun menjadi Rp 12,2 
triliun. Saat ditanyai kenapa yang disebut dari Fraksi PKS, Hadi menyatakan, 
Karena selama ini mereka mengklaim dirinya bersih.

 
Dalam pembahasan kenaikan anggaran itu, Hadi Djamal melanjutkan, sempat 
dijanjikan imbalan. Ia menyebutnya sebagai aspirasi. Diberikan hak aspirasi. 
Saya lupa berapa anggarannya,” kata dia, “Tanya Pak Anggito, yang Rp 2 triliun 
itu kan untuk pimpinan dan anggota mendapatkan aspirasi dari itu. Ada yang ke 
Departemen Perhubungan dan lain-lain. 
Saat dimintai konfirmasi, Rama Pratama membantah disebut mendapat bagian dari 
duit tersebut. “Tidak benar itu, dan saya membantah pernyataan tersebut,” kata 
dia kepada Tempo melalui pesan pendek semalam. Ia juga mengaku tidak 
tahu-menahu mengenai tender pembangunan dermaga kawasan timur Indonesia dan 
tidak terlibat dalam urusan tersebut. 
“Kalau benar Hadi mengatakan seperti itu, jelas ini black campaign,” kata Rama, 
yang kembali mencalonkan diri sebagai wakil rakyat ini.. Selain akan meminta 
konfirmasi kepada Hadi Djamal, ia siap memberikan keterangan di pengadilan. 
Sementara itu, hingga berita ini ditulis, Anggito belum bisa dimintai 
tanggapan. Sedangkan Jhonny enggan memberikan keterangan. Saat telepon 
selulernya dihubungi, salah satu stafnya menyatakan Jhonny sedang sibuk. Namun, 
sebelumnya, ia sempat membantah disebut terkait dengan kasus Hadi Djamal.CHETA 
NILAWATY | AQIDA SWAMURTI | DWI WIYANA
 
http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/03/18/headline/krn.20090318..159904.id.html


 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
http://groups.google.com/group/suara-indonesia?hl=id
 
salam
Abdul Rohim


  

[zamanku] Les Liaisons Dangereuses

2009-03-19 Terurut Topik Abdul Rohim


Les Liaisons Dangereuses


Asvi Warman Adam
Sejarawan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 
JUDUL di atas, yang berarti ”hubungan-hubungan yang berbahaya”, adalah novel 
yang ditulis Pierre Choderlos de Laclos pada 1782, beberapa tahun sebelum pecah 
Revolusi Prancis. Novel itu kemudian difilmkan. Tentu saja hubungan asmara 
dalam karya sastra itu tidak identik dengan hubungan politik militer dalam 
sejarah Indonesia. Walaupun begitu terdapat kemiripan plot, intrik, ambisi, 
aliansi pura-pura dalam mencapai tujuan bersama, sungguhpun tersembunyi dendam 
kesumat di belakangnya. 
Tanggal 17 Oktober 1952 merupakan tonggak sejarah bukan saja bagi Jenderal 
Nasution, melainkan juga sejarah militer Indonesia. Ketika itu meriam diarahkan 
ke Istana, menekan Presiden Soekarno untuk membubarkan parlemen. Bung Karno 
menolak. Akibatnya, Nasution sebagai Kasad dinonaktifkan. Selama ”menganggur” 
ia menyusun tulisan tentang Dwifungsi ABRI. 
Nasution sangat terpukul oleh laporan BISAP (Biro Informasi Staf Angkatan 
Perang, Zulkifli Lubis) yang mengisahkan dialog Soekarno-Nasution. ”Kalau 
parlemen itu dibubarkan berarti saya jadi diktator,” kata Bung Karno. ”Kami 
akan dukung,” ujar Nasution. ”Kalau saya jadi diktator, akan saya pecat 
kalian,” tukas Bung Karno. Menurut Nasution, pembicaraan itu tidak pernah ada. 
Merasa difitnah, Nasution menganggap perlu menulis sejarah. 
Dalam perkembangan selanjutnya, krisis kepemimpinan dalam Angkatan Darat 
menyebabkan Nasution kembali dilantik jadi KSAD pada November 1955. Hubungan 
Soekarno-Nasution adalah hubungan ”butuh dan benci”. Menyadari tidak bisa 
mengalahkan popularitas Bung Karno, Nasution mulai sering menyuarakan ”revolusi 
belum selesai” agar seirama dengan sang Presiden. 
Sebelumnya, pada Pemilu 1955, Nasution telah mendirikan Ikatan Pendukung 
Kemerdekaan Indonesia (IPKI), yang diharapkannya menjadi ”partai tentara”. 
Usaha ini gagal, hanya empat orang yang terpilih. Sebab itu ia mengajukan 
”Jalan Tengah Tentara”, bukan sebagai peserta pemilu tetapi melalui politik 
pengangkatan. Tentara masuk golongan fungsional di parlemen. Ini dimungkinkan 
dengan UUD 1945. Karena itu, ketika ditanya wartawan, ”Tentara berada di balik 
skenario kembali ke UUD 1945 5 Juli 1959?”, Nasution menjawab, ”Betul. Itu 
memang kepentingan kami.” Perdebatan di Konstituante yang tak kunjung tuntas, 
beberapa pergolakan daerah—seperti Sumatera Tengah dan Sulawesi—memberikan 
kesempatan bagi Nasution untuk tampil sejalan dengan Soekarno.. Ia bagaikan 
orang kedua di republik ini. Sementara itu Soeharto baru meniti karier pada 
tingkat daerah.

 
Namun Soekarno kurang suka kepada Nasution dan mendekati PKI yang mendukung 
proyek Nasakom. Sejak 1962, Nasution disingkirkan dan menjadi jenderal tanpa 
pasukan. 
Menjelang 1965, polemik tentang revolusi semakin gencar dan berdasarkan itu 
disusun buku sejarah pergerakan nasional. Untuk melawan buku berhaluan kiri, 
pada 1964 Nasution membentuk tim dosen sejarah Universitas Indonesia (Nugroho 
Notosusanto dkk.) menyusun Sejarah Singkat Perjuangan Bersenjata Bangsa 
Indonesia. Ia juga membentuk Biro Chusus Sejarah Staf Angkatan Bersenjata, 
cikal bakal Pusat Sejarah ABRI. Lembaga ini kelak sangat berperan dalam membuat 
sejarah Orde Baru yang (ber)seragam. 
Kemudian meletuslah Gerakan 30 September 1965. Enam jenderal tewas, Soeharto 
tampil ke depan. Percobaan kudeta yang gagal itu dijadikan dalih bagi Soeharto 
untuk menghancurkan PKI, pesaing terberat tentara. Lalu ia menangkap 15 menteri 
pendukung Soekarno, membubarkan Tjakrabirawa, dan menempatkan pers di bawah 
kendali Pusat Penerangan AD, dan selanjutnya meraih kursi Presiden. 
Meskipun kompak membasmi PKI, dalam hal kekuasaan, terdapat rivalitas yang 
dalam antara Soeharto dan Nasution. Soeharto menyadari seniornya itu memiliki 
dukungan rakyat, terutama dari kalangan Islam. Setelah ia menjadi presiden, 
habis manis Nasution dibuang, walaupun MPRS berjasa besar menumbangkan 
Soekarno. 
Tindakan Soeharto dapat dilihat dari aspek psikologi-karakter seperti dilakukan 
Angus McIntyre. Soekarno dinilai over confident sedangkan Soeharto bersifat 
insecure dengan mekanisme pertahanan diri sangat tinggi. Dapat dimaklumi 
kegeraman Soeharto ketika terjadi Peristiwa Malari 1974. Perdana Menteri Jepang 
Tanaka yang melakukan kunjungan kenegaraan harus diantar dengan helikopter dari 
Istana Negara ke Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma karena Ibu Kota rusuh. Ia 
merasa ditusuk dari belakang oleh orang yang telah diangkatnya. Dalam kasus ini 
terungkap pula konflik antara Pangkopkamtib Jenderal Soemitro dan Jenderal Ali 
Moertopo. Keduanya mengeluarkan ”dokumen” dan buku sejarah yang saling menuduh.

 
Hal serupa terjadi pada 1998. Sebelumnya sudah muncul wacana ”jenderal hijau” 
versus ”jenderal merah-putih”, sungguhpun pembedaan itu tidak nyata. Rivalitas 
antara Prabowo dan Wiranto diibaratkan seorang pengamat asing sebagai 
pertarungan antara ”scorpion general” yang berimbas kepada kerusuhan Mei 

[zamanku] 'My pardon is a miracle,' remarks Saudi woman who murdered abusive husband

2009-03-19 Terurut Topik Sunny
http://www.arabnews.com/?page=1section=0article=120411d=18m=3y=2009pix=kingdom.jpgcategory=Kingdom

Wednesday 18 March 2009 (22 Rabi` al-Awwal 1430)

  'My pardon is a miracle,' remarks Saudi woman who murdered abusive husband
  Hayat Al-Ghamdi I Arab News
 

  JAZAN: A 55-year-old Saudi woman from the village of Jalah, south of 
Jazan, has been in prison for more than four years. Originally waiting 
execution for murdering her abusive husband who she married when she was 13, 
she was granted a royal pardon substituting capital punishment with a five-year 
prison term, which is to end in seven months.

  My pardon is a miracle from Almighty Allah that I never expected, 
especially after my 11 children demanded I be executed, the woman, known by 
her initials M.H., told Arab News in an interview at Jazan General Prison.

  Under Shariah law, children cannot demand the execution of their parents 
for murder. It was on this basis that M.H. was granted a royal pardon. M.H. 
looks old and weak. She attributes this not only to her time in prison but to 
the difficulties she faced during her marriage with her late husband.

  M.H. is pleased that she was pardoned, not because it saved her from 
execution but because she would finally be able to see her children who have 
stopped visiting her. I wanted to be executed to be purged from my sin and to 
meet Allah with a clean record, she said.

  M.H. was initially hesitant to tell her story. However, after a few 
minutes of gentle persuasion she agreed. Looking sad, she explained the run up 
to the day when she killed her husband.

  It was a Thursday in the month of Shawwal 1426H (November 2005). I was 
sitting outside my home when a car suddenly pulled up. Inside were my son 
Khaled and another man, who turned out to be my brother whom I had not seen for 
many years and who I thought was long dead, said M.H.

  My brother immediately grabbed my hand and slapped me in the face three 
times. He was shouting, calling me a 'whore' and saying he would discipline me 
for mistreating my husband. My son Khaled repeated what his uncle said and my 
other son Abdullah, who is a teacher, said I deserved what was happening to me 
and threatened to put me in a sack and take me to a mental hospital, she added.

  M.H.'s brother and sons gave her an ultimatum: Correct her behavior or 
they would take her to hospital on Saturday. After that, they hugged each 
other congratulating themselves on a job well done. I came inside looking for a 
rifle, which I found, but it had no ammunition. When my husband saw me looking 
for the rifle he said I would not use it, she said.

  He told me I was only bluffing and that I was a liar. He said I had been 
giving him empty threats for more than six years, she added. I swallowed the 
humiliation, but kept something in my mind. That was the end of it, I said to 
myself, remembering that he had repeatedly beaten me, even breaking my arm 
once.

  Speaking about the day she shot her husband dead, M.H. said, It was 
Friday, Shawwal 9, 1426AH (Nov. 11, 2006). I got up early to pray Fajr (morning 
prayers). I woke my husband up. He was sleeping on a separate bed in the same 
room. He refused to get up and sarcastically told me to pray that Allah 
forgives my sins.

  M.H. said that after a short while, when the sun rose, she opened the 
windows and looked at some shepherds grazing her sheep and cattle. My husband 
was looking at me and suddenly asked me which of these men I desired the most. 
I told him they are all good but it was he who I loved. That comment of his was 
the straw that broke the camel's back. I grabbed the rifle, loaded it and shot 
him. One bullet hit his neck, the second his chest, the third hit him in the 
stomach and the fourth ripped his back, she said.

  He fell down dead soaked in blood. My children arrived. I threw the 
rifle away and went to the police station where I admitted killing him.

  MH said she has no regrets killing her husband who mistreated her and 
spread rumors that she hated him and was not treating him as a husband. Our 
problems started about eight years earlier. He claimed that I no longer gave 
him his legitimate rights as a husband. This despite the fact that we slept 
together, even on the Tuesday before I killed him, she said. She said she was 
relieved to be rid of him and was not remorseful. I do not think of him. I do 
not even see him in my dreams. My only worries are my children who stopped 
visiting me about a year ago, she added.

  A mother of six boys and five daughters, MH said all of her sons are 
educated and that two of them are married. None of the girls are educated. She 
said her husband worked as a school guard for 14 years, and farmed and grazed 
cattle before that.

  He has no relatives ... we are not related. He only had some half 
brothers and hardly had any communication with them, she said. MH 

[zamanku] Islam is for progress, says Prince Khaled

2009-03-19 Terurut Topik Sunny
http://www.arabnews.com/?page=1section=0article=120417d=18m=3y=2009pix=kingdom.jpgcategory=Kingdom

Wednesday 18 March 2009 (22 Rabi` al-Awwal 1430)

  Islam is for progress, says Prince Khaled
  Sultan Al-Tamimi I Arab News 



CALL FOR REFORM: Makkah Gov. Prince Khaled Al-Faisal delivers a 
lecture on moderate thinking at King Abdulaziz University in Jeddah on Tuesday. 
(AN photo by Marwan Al-Johani)

  JEDDAH: Makkah Gov. Prince Khaled Al-Faisal yesterday denounced 
propaganda by certain westernized Muslims that Islam and Islamic values are the 
reason for the backwardness of the community.

  Islam, on the contrary, is a religion of progress, civilization, 
justice, equality and freedom, the governor told students and faculty members 
of King Abdulaziz University while giving a lecture on Saudi moderation.

  A Saudi youth nowadays finds himself caught between two forms of 
extremism - each ideology tries to take him to its side leaving him confused 
and in need of knowing who he is and what his culture stands for, he said.

  Moderation is the way of life of a progressive Arab Muslim. Society in 
this country firmly and confidently says 'no' to extremism and westernization 
and 'yes' to moderation in thinking, politics, economics and culture, he said.

  Prince Khaled also announced a plan to establish an academic chair - 
entitled Al-Faisal Chair for Deepening Saudi Moderation - at the university. 

  The governor's lecture was followed by a question and answer session. We 
are in a quick information age; information is now vast, fast and accessible to 
anyone ... the world now seems small in this era of information, he said.

  The lecture was part of a series of meetings and discussions that Prince 
Khaled has been holding on a regular basis since the start of the year. He 
explained how Saudi moderation overcame and defeated extremist ideologies since 
the time of King Abdul Aziz, the founder of Saudi Arabia.

  Prince Khaled has broached the idea of establishing a cultural council in 
Makkah province to serve as one of various development mechanisms, particularly 
to promote moderate thinking.

  Prince Khaled dwelt on the basic principles that mould the character of 
the people of Saudi Arabia. These principles, he said, did not come from the 
Kingdom's oil wealth but from Islam.

  He said one of the most important aspects of reformation programs in the 
region was to not just build on the character of individuals but society as a 
whole.
 
pixel.gifkhaled18.jpg

[zamanku] Bagus, Biar Pejabat Saling Bertempur

2009-03-19 Terurut Topik Sunny
http://www.suarapembaruan.com/index.php?modul=newsdetail=trueid=6092

2009-03-18 
Bagus, Biar Pejabat Saling Bertempur


Rosihan Anwar



Mulai Senin, 16 Maret sampai Minggu 5 April, berlangsung kampanye terbuka 
menjelang Pemilu Legislatif 9 April. Pada masa itu, mengutip judul berita Suara 
Pembaruan (14/3), pejabat saling bertempur. 

Menurut Kepala Pusat Studi Anti Korupsi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 
Zaenal Arifin Mochtar dan peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan (LIPI) Syamsudin 
Haris, Aturan cuti pejabat negara dalam kampanye adalah bentuk pelanggaran 
terhadap UU dan potensi munculnya konflik. Selanjutnya, Kampanye pejabat 
negara pasti mengganggu kinerja pemerintah. Saya bilang: Bagus, biar kinerja 
pemerintah terganggu agar kepada publik diberikan kesempatan menyadari bahwa 
andaikata tanpa pemerintahan SBY-Kalla, masyarakat toh bisa berjalan urus diri 
sendiri cukup baik dan bertimbang rasa.

Apakah dengan mengatakan hal tadi saya menghina pemerintah atau bersikap sinis 
terhadap pejabat-pejabat negara? Tentu tidak. Izinkan saya memberikan 
keterangan.

Dalam diskusi Seratus Tahun Sutan Sjahrir berkaitan dengan perkembangan 
bangsa masa depan, saya menunjuk fakta bahwa dua negara besar di Asia, selama 
30 tahun belakangan ini, mencapai pertumbuhan ekonomi pesat berkesinambungan. 
Kedua negeri itu, Tiongkok, yang komunis dengan penduduk 1,5 miliar jiwa, dan 
India, yang demokratis dengan penduduk 1,2 miliar.

Sejak era Deng Xiaoping tahun 1979, Tiongkok banting setir dan 
menginstruksikan, agar dalam pembangunan ekonomi bukan ideologi yang jadi 
pedoman, melainkan fakta (maknanya pasar bebas, ekonomi 
kapitalisme-liberalisme). Itu telah mencatat hasil tiada tara dalam sejarah 
manusia. Tiongkok telah membebaskan 400 juta rakyatnya dari kungkungan rantai 
kemiskinan dan mengangkat derajat mereka ke dalam golongan kelas menengah 
(middle class). India, dalam masa 20 tahun belakangan, menciptakan 300 juta 
penduduknya menjadi kelas menengah.


Kemajuan Ekonomi 

Perbedaan sifat pembangunan di kedua negara itu jelas sekali. Di Tiongkok 
bersifat top-down, dari atas ke bawah. Partai Komunis memegang monopoli 
kekuasaan dan memaksakan kehendaknya kepada rakyat. Di India bersifat 
bottom-up, dari bawah ke atas. Sistem pemerintahnya demokratis, pemimpin dan 
politisi harus mempertimbangkan apa kata parlemen.

Di kedua negara itu, tercapai kemajuan ekonomi luar biasa, kendati 
kantong-kantong kemiskinan tetap ada. India punya beberapa Silicon Valley 
(pusat industri Teknologi Informasi Baru), tapi juga tiga Nigeria di dalamnya. 
Berarti 300 juta rakyat masih di bawah garis kemiskinan. Tiongkok punya 
kota-kota modern seperti Shanghai dan Canton, tapi di pedalaman terdapat 
daerah-daerah rakyat miskin. Namun, tak dapat disangkal di kedua negara tadi 
terdapat dinamika pembangunan.

Dalam diskusi seratus tahun Sjahrir, saya ajukan dua model pembangunan Tiongkok 
dan India sebagai pilihan kepada Indonesia. Sekiranya Indonesia yang 
berpenduduk nomor 4 terbesar di dunia (220 juta) memutuskan untuk menjadi 
pemain kelas dunia, lalu memicu pembangunan ekonominya, model mana yang 
dipilih? Sebagai pengikut paham sosialis demokrat saya kurang tertarik pada 
model Tiongkok yang top-down, tapi menyukai model India yang bottom-up. Mengapa 
India?

Saya membaca beberapa buku yang ditulis oleh orang-orang India. Buku Planet 
India karya Mira Kandar, The Elephant, the Tiger, the Cell phone, oleh Sashi 
Tharoor (mantan Deputi Sekjen PBB) dan The American World oleh Fareed Zakaria, 
redaktur senior majalah Newsweek, komentator politik CNN. Mereka paparkan 
keadaan dewasa ini.

India sekarang mempunyai lebih banyak miliarder ketimbang di negeri Asia mana 
pun dan kebanyakan mereka adalah self-made. Pertumbuhan India terjadi tidak 
lantaran adanya pemerintah, tapi justru tanpa adanya pemerintah. 

Dia tidak dari atas ke bawah, tapi dari bawah ke atas. Amburadul, kacau, dan 
sebagian besar tidak direncanakan. Keuntungan-keuntungan utama India adalah 
suatu sektor swasta yang sejati, hak-hak milik dan kontrak yang mantap, 
pengadilan yang independen, dan pemerintah hukum (rule of law, sekalipun dia 
kerap disalahgunakan). Sektor swasta adalah tulangpunggung pertumbuhan India.

Perusahaan-perusahaan swasta di India ada yang berasal dari 100 tahun yang 
silam. Mereka bisa atasi kendala, pangkas birokrasi, hindari prasarana jelek 
dan bikin profit atau laba. Gurcharan Das, mantan CEO Procter  Gamble di 
India, menyindir Pemerintah tidur pada malam hari dan ekonomi bertumbuh.

Pers India kini berkembang subur. Tempo dulu puluhan tahun beritanya didominasi 
oleh urusan negara, parpol, dan birokrasi yang hanya dimengerti oleh golongan 
kecil elite. Kini beritanya mengenai orang bisnis, desainer, shopping mall, dan 
tentu Bollywood (pusat produksi film India). Televisi India berkembang marak. 
Pada 2006 India punya hampir dua lusin stasiun TV all-news-channel.


Persyaratan

Indonesia kini punya 40 juta orang tergolong kelas 

[zamanku] OOT : Putar Film Kundun

2009-03-19 Terurut Topik danny kristianto
Yth. Bapak/Ibu/Kawan semua,
maaf menyita waktunya.
mau menginformasikan acara.
 
Terimakasih atas perhatiannya.
Salam,












Putar Film 

  
@Museum Bank Mandiri 
Ruang Audio 
Jl. Lapangan Stasiun No.1 
(diseberang Stasiun K.A. Kota) 
Jakarta Pusat 
  
Sabtu, 21 Maret 2009, 11.30 Wib 
  
Kundun 
Sutradara : Martin Scorsese; 
Pemain : Tenzin Thuthob Tsarong  Tencho Gyalpo 
  
  
Tibet, tahun 1936. 
 Lhamo seorang bocah berusia 4 tahun di ketahui sebagai reinkarnasi Dalai 
Lama XIII. 
Lhamo lalu ditasbihkan sebagai Dalai Lama XIV. 
 Dalai Lama adalah gelar untuk pemimpin pemerintahan dan pemimpin spiritual 
tertinggi di Tibet. 
Tradisi di Tibet, setelah Dalai Lama wafat, jiwa nya akan bereinkarnasi ke 
calon Dalai Lama berikutnya. 
 Di era Dalai Lama XIV, Tibet menghadapi tantangan hebat yaitu  kehilangan 
kedaulatan dan kemerdekaannya. Pada Tahun 1949 Tentara Pembebasan Rakyat Cina 
menduduki Tibet. 
Hingga saat ini Tibet menjadi wilayah bagian dari negara Republik Rakyat Cina.. 
 Dalai Lama XIV saat ini masih bermukim di pengasingannya di 
Dharamsala-India. 
  
Seberapa besar arti kemerdekaan dan kedaulatan bangsa negara ?. 
Masih banyak masyarakat yang hingga kini terus berjuang untuk kemerdekaan 
bangsa negaranya.
Bagaimana dengan Indonesia yang sudah memiliki Indonesia Raya ?. 
  
  
Profil Studi Klub Jejak Langkah 

 Sama halnya bila kita menyenangi dan mau  bermain bulutangkis, 
 maka selanjutnya mencari teman-teman atau klub bulutangkis (badminton) 
dan kemudian bermain bulutangkis bersama secara rutin. 
 Itulah ide dari Studi Klub Jejak Langkah, 
sarana untuk berbagi wacana tentang Sosial Kemasyarakatan (SosMas). 
SosMas adalah mengenai Ideologi, Politik, Filsafat, Sosial, Budaya, Lingkungan 
dan lain-lain. 
 Putar film adalah salah satu sarana yang dijadikan Studi Kasus untuk 
kemudian isi film yang diputar dibicarakan tapi dikaitkan dengan kondisi di 
Indonesia. 
 Moga-moga aktifitas Studi Klub dapat berfaedah. 
Minimal, pendapat di benak dapat tercurahkan serta memperoleh tanggapan dari 
rekan-rekan yang lain. Lebih jauh lagi diharapkan akan didapat penambahan 
wacana dan sudut pandang tentang SosMas yang pada akhirnya semoga akan 
meningkatkan kepedulian terhadap Indonesia. 
    Tentunya Bapak/Ibu/Rekan-Rekan mempunyai pendapat/saran/kritik, sehingga 
besar harapan kami bahwa hal-hal tersebut dapat disampaikan ke Studi Klub. 
  
Untuk lebih lanjut tentang Studi Klub Jejak Langkah, tolong menghubungi : 
Cooky  : 0815 11123669 / Dani 44718732. 
jejaklang...@googlegroups.com 
  
  
  
 





  Terhubung langsung dengan banyak teman di blog dan situs pribadi Anda? 
Buat Pingbox terbaru Anda sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/

[zamanku] Re:Hongkong bakal jadi pusat finansial Islam

2009-03-19 Terurut Topik Hafsah Salim
Pusat financial itu pasti ada riba padahal Islam melarang riba, jadi enggak 
mungkin kalo Hongkong jadi pusat finansial Islam.

Tetapi kalo raja2 minyak dari Arab yang beragama menyimpan, menginvestasi, 
maupun memutarkan uangnya di Hongkong, itu dimungkinkan, tetapi enggak bisa 
dianggap mewakili Islam karena mereka tidak mengkaitkan aktivitas financial-nya 
dengan agama Islam.

Jadi kalo cuma orang2 kaya beragama Islam bisa berhasil mendominasi pasaran 
modal di Hongkong janganlah dinamakan sebagai pusat finansial Islam karena 
hukum agama Islam enggak berlaku disini.

Ny. Muslim binti Muskitawati.









--- In zamanku@yahoogroups.com, Crea†ure First creature...@... wrote:

 Walaupun jakarta atau indonesia adalah negara dengan penduduk islam terbesar 
 didunia, tapi tidak dipercaya oleh intitusi keuangan islam dunia yang 
 bersumber dari arab, karena arab tahu, islam indonesia itu doyan korupsi dan 
 nggak bisa dipercaya. Maka dari itu, dipilihlah negara kafir laknatullah, 
 Hongkong, sebagai pusat financial islam di asia. Bisnis ya bisnis, nggak ada 
 cerita sama agama. Biar seiman kalo banyak tukang tipunya, ya gak 
 main...kepentingan arab sama indonesia apa sih ?
  
 ===
 Hongkong bakal jadi pusat finansial Islam 
 Posted by: Sunny am...@... 
 Mon Mar 16, 2009 10:03 am (PDT) 
 Refleksi : Masyaalloh! Jakarta tak terpakai?
 
 http://www.hariante rbit.com/ artikel/rubrik/ artikel.php? aid=63882
 
 Hongkong bakal jadi pusat finansial Islam
 Tanggal : 14 Mar 2009 
 Sumber : Harian Terbit 
 
 HONGKONG, yang merupakan pusat finansial terbesar ketiga di dunia setelah New 
 York dan London, bakal menjadi pusat finansial Islam. Keseriusan pulau ini 
 dalam memfasilitasi finansial Islam terlihat dari pengumuman pemerintah 
 tentang proposal anggaran belanja tahun 2009/10. Pemerintah Wilayah 
 Administratif Khusus Hongkong akan mengirimkan draf UU ke Dewan Legislatif 
 pada tahun ini dengan tujuan untuk menciptakan bisnis yang setara antara 
 berbagai produk finansial Islam dan produk konvensional.
 
 Langkah ini disambut hangat para pemain pasar finansial Islam di kawasan itu. 
 Sambutan hangat juga datang dari negara-negara di Dewan Kerja Sama Teluk GCC 
 dan Eropa. Sekalipun tidak memiliki strategi finansial Islam yang resmi, 
 pemerintah Hongkong pada dua tahun lalu memutuskan untuk mengembangkan pulau 
 itu menjadi pusat pasar modal Islam di tingkat regional dan internasional. 
 Strategi ini juga sejalan dengan aspirasi Hongkong untuk menjadi pusat 
 finansial global sekaligus menawarkan berbagai kesempatan di industri 
 finansial Islam yang mengalami pertumbuhan paling pesat.
 
 Namun begitu, beberapa transaksi skala besar sudah dilakukan di Hongkong. 
 Misalnya, sebagian besar mandat Sukuk bank HSBC dibuat oleh tim pasar modal 
 dan pasar utang HSBC di Hongkong. Mereka menyusunnya setelah bekerja sama 
 erat dengan divisi finansial Islam, HSBC Amanah.
 
 Dalam rancangan anggaran belanja 2009 yang dipaparkan pada 25 Februari lalu, 
 Sekretaris Finansial Hongkong, John C Tsang menegaskan, pemerintah akan 
 mengembangkan lebih lanjut dan meningkatkan kerja sama finansial dengan pasar 
 finansial Islam. Ini dimaksudkan untuk mengonsolidasikan posisi Hongkong 
 sebagai pusat finansial internasional. 
 
 Lantaran sebagian besar produk finansial Islam melibatkan penjualan dan 
 pembelian kembali sejumlah aset, transaksi seperti itu memerlukan 
 pertanggungjawaban pajak di Hongkong. Karena itu, pemerintah berencana untuk 
 menyertakan proposal ke Dewan Legislatif pada 2009-10 untuk menciptakan 
 berbagai produk finansial Islam yang setara dengan produk bank konvensional.
 
 Pemimpin tertinggi Hongkong, Donald Tsang juga menekankan komitmen pemerintah 
 untuk mendukung perkembangan finansial Islam di kota itu. Pemerintah percaya 
 bahwa sebagai pusat finansial Islam, khususnya untuk instrumen pasar modal 
 dan investasi, Hongkong bakal menawarkan berbagai macam layanan finansial.
 
 Perkembangan di Hongkong terjadi menyusul peluncuran Sukuk untuk mata uang 
 rupiah oleh pemerintah Indonesia pada Januari 2009 dan fasilitas sukuk oleh 
 Otoritas Moneter Singapura. Sementara Japan Bank for International 
 Cooperation (JBIC) mengonfirmasikan rencananya untuk pengeluaran Sukuk 
 senilai 500 juta dolar AS di pasaran Malaysia setelah tertunda lantaran 
 kredit macet. Korea Selatan baru-baru ini juga akan mengkaji ulang kebijakan 
 perbankan untuk mengakomodir finansial Islam. Ini berarti bakal terjadi 
 persaingan usaha di bidang layanan finansial Islam di sejumlah negara di Asia 
 Timur.
 
 Bahkan dalam KTT Sukuk Asia di Hongkong pada Februari lalu, Eddie Yue, yang 
 menjabat deputi chief executive Otoritas Moneter Hongkong HKMA menjelaskan 
 strategi finansial Islam di pemerintahnya. Mereka akan membangun 
 infrastruktur yang layak dan pengembangan program kesadaran dan pendidikan 
 tentang finansial Islam di tingkat lokal dan dunia. (islamonline/ dia)





[zamanku] Islam tidak mengajarkan anti dunia Re: ISLAM dan Riba

2009-03-19 Terurut Topik Hafsah Salim
 Hati Nurani hati_nurani_2...@... wrote:
 Islam melarang Umatnya menjadi Orang
 Peminta-minta. Makanya ISLAM tidak
 mengenal ROHANIAWAN yang kehidupannya
 melulu religius. Ulama harus bekerja,
 menjadi apapun, jangan meminta-minta
 kepada umatnya.

Inilah pernyataan yang paling betul dan ada buktinya dan meskipun enggak 
terlalu jelas ayatnya dalam Quran dan Hadist, tapi dipahami secara sama oleh 
semua umat Islam.

Sebenarnya bukan dilarang meminta-minta, melainkan dilarang minta tolong kepada 
orang kafir, dan harus menolak pertolongan orang kafir karena pasti ada maunya.

Itulah sebabnya, bantuan dari UN yang masuk ke Gaza kemarin dirampok oleh Hamas 
untuk kemudian baru di-bagi2kan kepada umat Islam.

Demikian juga dulu2nya, Muhammad menolak bantuan orang2 Yahudi, tapi caranya 
adalah merampok.

Menerima bantuan tidak boleh tapi merampok boleh asal orang kafir.  Ini 
merupakan keistimewaan agama Islam yang tidak ada dalam agama lainnya.

Ny. Muslim binti Muskitawati.







[zamanku] Orang beragama itu absurd, pokoknya aneh deh!

2009-03-19 Terurut Topik leonardo_rimba


T = I love Buddha, I love Buddha Bar merupakan opini yang sangat bagus, Mas 
Leo. Ganesha juga digunakan sebagai nama jalan di Bandung, tempat salah satu 
almamater saya berada.

Karena Mas Leo menjunjung tinggi HAM dan kebebasan berpendapat, boleh dong saya 
minta tanggapan Mas Leo tentang karikatur Nabi Muhammad di Denmark dan film 
Fitna di Belanda? Karena salah satu konteksnya adalah Buddha Bar di Jakarta.

Kebetulan saya tinggal di Jerman, jadi saya bisa membandingkan nantinya opini 
Mas dengan opini masyarakat di bagian utara Jerman yang juga menjunjung tinggi 
kebebasan berpendapat dan HAM :)

J = Thanks for your question, walaupun terus terang saya sendiri tidak pernah 
melihat karikatur Nabi Muhammad dan film Fitna karena saya tidak tertarik. 

Saya cuma memegang rule of thumb seperti ini, yaitu setiap orang memiliki 
kebebasan untuk berpendapat apa saja, namanya HAM Kebebasan Berpendapat (Free 
Speech). Ada juga yg namanya HAM Kebebasn Berekspresi (Freedom of Expression).

Berdasarkan HAM Free Speech dan Freedom of Expression, seseorang bisa saja 
membuat karya apapun, dan itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan orang 
lain. Karyanya bisa berupa tulisan, gambar, karikatur, film, atau media apapun, 
dan yg diungkapkan merupakan pemikiran dari pembuatnya sendiri.

Ada orang Denmark yg membuat kartun, dan kartunnya itu disebutnya sebagai 
kartun Nabi Muhammad. Tetapi, apakah yg dibuatnya benar-benar Nabi Muhammad 
merupakan hal lain lagi. Menurut saya, yg dibuatnya itu adalah Nabi Muhammad 
menurut orang itu sendiri. Bagaimana Nabi Muhammad menurut orang lain tentu 
saja bisa berbeda. Ini cuma soal opini saja, dan ekspressi dari opini itu.

Kita tidak bisa mengatur bagaimana orang lain harus beropini atau berpendapat. 
Kalau mau mengatur agar semua orang berpendapat sesuai dengan pendapat kita, 
maka artinya kita mau balik ke jaman otoriter seperti masa lalu. 

Di tulisan I love Buddha, I love Buddha Bar, saya merujuk kepada penulis 
Arswendo Atmowiloto yg HAM-nya diperkosa oleh Rejim Soeharto gara-gara Nabi 
Muhammad. 

Ada tanya-jawab antara Arswendo dan pembaca majalahnya yg bertanya tentang arti 
mimpi bertemu dengan Nabi Muhammad, yg dijawab oleh Arswendo sebagai tidak ada 
artinya. Berdekatan dengan kejadian itu, Arswendo juga membuat poll 
(pengumpulan pendapat) bagi pembaca majalahnya dengan pertanyaan: siapakah 
tokoh yg paling dikagumi. Hasil pengumpulan pendapat diumumkan, dan ternyata 
Soeharto menempati urutan pertama, dan Nabi Muhammad menempati urutan keempat.

Dan akhirnya meluncurlah Arswendo dengan bebas dan tanpa hambatan, masuk 
penjara dengan dakwaan menghina Nabi Muhammad. Kemungkinan yg dkutip sebagai 
alasan resmi adalah poll itu, yg menempatkan Nabi Muhammad dalam urutan 
keempat, dan bukan tanya-jawabnya, walaupun urutan kejadiannya sangat dekat.

Menurut saya, kalau benar poll yg hasilnya menempatkan Nabi Muhammad dalam 
urutan keempat itulah yg menyebabkan Arswendo menjadi terpidana, maka kasusnya 
menjadi lebih absurd lagi. Benar-benar absurd.

Poll itu kan dilakukan secara umum dan bebas, dan pembaca sendiri yg menjawab, 
dan secara faktual, setelah dihitung, benar menempatkan Nabi Muhammad dalam 
urutan keempat. Dan Arswendo cuma melaporkan apa adanya saja. Tetapi, bahkan 
melaporkan pengumpulan pendapat yg menempatkan Nabi Muhammad sebagai tokoh 
dikagumi dalam urutan keempat sudah cukup untuk menghantar Arswendo ke penjara. 

Itu di masa lalu, di tahun 1980-an. Saya masih kecil waktu itu. Sekarang saya 
juga masih kecil, tapi tidak sekecil dulu lagi, sekarang sudah gedean dikit.

So, dalam perspektif HAM, kartun apapun merupakan kreasi dari pembuatnya, baik 
dinamakan sebagai Nabi Muhammad, Nabirong (Napsu Birahi Merongrong), atau 
Nabipun (Nabi Apapun). Dia mau menghina ataupun memuji setinggi langit 
merupakan urusannya sendiri, apa hubungannya dengan kita?

Kalau ada diantara kita yg merasa bahwa seharusnya kita tidak membuat kartun 
dari Nabi Muhammad, maka syariat seperti itu cuma berlaku bagi diri kita 
sendiri, dan tidak berlaku bagi orang lain. Saya percaya bahwa membuat gambar 
apapun dari Nabi Muhammad itu haram, tapi apakah saya bisa memaksakan pendapat 
itu untuk diterima oleh orang lain? Tentu saja tidak bisa.

So, syariat apapun yg kita terapkan, itu cuma berlaku bagi diri kita sendiri. 
Syariat Islam bisa saja diterapkan, tetapi diterapkannya terhadap diri orangnya 
sendiri, dan bukan terhadap diri orang lain. Kalau sudah mau memaksakan Syariat 
Islam, Syariat Kristen, Syariat Buddha, dll... terhadap orang-orang lain, maka 
namanya sudah menginjak-injak HAM orang lain. Kita yg mau mengikuti syariat, 
kok orang lain yg dirongrong?

Begitu pula dengan film Fitna. Itu kan cuma ekspressi dari pembuatnya saja, 
dan sama sekali tidak ada hubungannya dengan kita. Kalau ekspressi orang lain 
dalam bentuk film, tulisan, gambar, dll... harus menuruti kemauan pribadi kita, 
maka jadinya kita akan menjadi bahan tertawaan seluruh dunia beradab.

Youtube 

[zamanku] Biografi Sutan Sjahrir (Edisi Khusus Tempo - 100 Tahun Sjahrir)

2009-03-19 Terurut Topik andre andreas




Silah
simak biografi Sutan Sjahrir juga Hatta, Natsir, Tan Malaka dan 
Aidit di 
http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/03/biografi-sutan-sjahrir-edisi-khusus-100.html


Semoga
bermanfaat…….


Sutan
Sjahrir adalah satu dari tujuh ”Bapak Revolusi Indonesia
”. Dia mendesak Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan walau dia sendiri
absen dari peristiwa besar itu. Dia memilih jalan elegan untuk menghalau
penjajah. Yakni melalui diplomasi: cara yang ditentang ”Bapak Revolusi” lain.
Ideologinya, antifasis dan antimiliter, dikritik hanya untuk kaum terdidik.
Maka dia dituduh elitis. Sejatinya, Sjahrir juga turun ke gubuk-gubuk,
berkeliling Tanah Air menghimpun kader Partai Sosialis Indonesia .
Sejarah telah menyingkirkan peran besar Bung Kecil—begitu Sjahrir biasa
disebut. Meninggal dalam pengasingan, Sjahrir adalah revolusioner yang gugur
dalam kesepian.



TIM EDISI KHUSUS MAJALAH TEMPO

Penanggung Jawab: Nugroho Dewanto dan Seno Joko Suyono 

Kepala Proyek: Bagja Hidayat
dan Philipus Parera 


kunjung
pula :

http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/03/ekonomi-konstitusi-vs-ekonomi.html



salam hangat, 


andreas




  

[zamanku] Ketidakjujuran Parpol soal Dana Kampanye

2009-03-19 Terurut Topik Abdul Rohim



Ketidakjujuran Parpol soal Dana Kampanye 






APApun ideologinya—sosialisme,liberalisme, konservatisme, nasionalisme, 
marhaenisme, islamisme—jika terkait soal dana kampanye, tingkah laku 
partai-partai politik (parpol) di Indonesia sama saja. 


Tidak mau terbuka, kalau tidak dapat dikatakan tidak jujur. Sampai batas akhir 
waktu penyerahan laporan awal dana kampanye, Senin (9/3), belum ada satu parpol 
pun yang memberikan laporan awal dana kampanye yang memenuhi syarat sesuai 
Peraturan KPU No 1/2009 (SINDO, 9/3). Ini juga bertentangan dengan UU No 
10/2008 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD, khususnya Pasal 129 
ayat (7). 

Ayat itu menyatakan ”Pembukuan dana kampanye Pemilu sebagaimana dimaksud pada 
ayat (6) dimulai sejak 3 (tiga) hari setelah partai politik ditetapkan sebagai 
peserta pemilu dan ditutup 1 (satu) minggu sebelum penyampaian laporan 
penerimaan dan pengeluaran dana kampanye kepada kantor akuntan publik yang 
ditunjuk KPU.

” Tengoklah saldo awal yang dimiliki parpol yang dilaporkan ke KPU.Partai 
Gerindra merupakan yang terbesar, Rp15,695 miliar, disusul Partai Demokrat 
Rp7,027 miliar, PKS Rp6,088 miliar, Partai Hanura Rp5 miliar, dan PPP Rp1,63 
miliar. Lalu PKB Rp1,543 miliar,PDIP Rp1,001 miliar, Partai Barisan Nasional 
dan Partai Patriot masingmasing Rp1 miliar. Kemudian PDS Rp900 juta, PAN Rp743 
juta, PBR Rp340 juta,Partai Golkar Rp156 juta, dan yang terkecil Partai PNI 
Marhaenisme,Rp670.000. 

Mengenai saldo, apa pun posisinya, sesuai aturan hukum parpol harus memberikan 
informasi berapa jumlah sumbangan dari para individu yang masing-masing tak 
boleh lebih dari Rp1 miliar per individu dan dari perusahaan yang tak boleh 
melebihi Rp5 miliar per perusahaan, dari siapa pula sumbangan itu diberikan 
(Pasal 131 ayat (1),ayat (2) dan ayat (3)). Dari saldo itu orang akan 
bertanya-tanya,apakah angka yang diberikan partai-partai politik itu akurat, 
serius, atau main-main—asal ada laporan keuangan semata.

 

Mari kita hitung secara serius tapi santai, berapa jumlah pengeluaran 
partaipartai politik untuk belanja iklan kampanye? Dari data AC Nielsen saja 
secara kumulatif belanja iklan pemerintah dan partai-partai politik naik 66% 
dari Rp1,327 triliun pada 2007 menjadi Rp2,208 triliun pada 2008. Jika 
partai-partai politik, calon anggota legislatif, atau bakal calon (balon) 
presiden memasang iklan di televisi lokal, seperti Bali TV,GTV,Banten 
TV,Semarang TV,dan sebagainya, per spotyang berdurasi 30 detik biayanya 
Rp300.000. 

Kalau di satu stasiun televisi lokal, partai/individu memasang lima kali 
sehari,angkanya sudah mencapai Rp1,5 juta per hari. Kalau memasang iklannya di 
televisi nasional, angkanya sangat fantastis, antara Rp16 juta sampai Rp20 juta 
per spot! Hitung saja pengeluarannya jika dia memasang di lima stasiun televisi 
nasional yang per harinya mencapai 5–10 spot, lalu kalikan dengan 30 hari per 
bulan! Kalau memasang iklan di radio Jakarta agak murah,yaitu antara 
Rp125.000–250.000 di satu radio per spot.

Untuk radio lokal bisa lebih murah lagi, sekitar Rp1,5 juta per bulan, yang 
termurah. Jika partai atau calon presiden memasang iklan di koran Ibu Kota, 
yang termahal bisa mencapai Rp200 juta per halaman sekali pasang. Hitung juga 
berapa biaya belanja iklan jika partaipartai politik memercayakan pembuatan dan 
pemasangan iklannya kepada perusahaan periklanan dalam bentuk total 
communications, yaitu berupa billboard, radio, media cetak, program televisi, 
baliho, poster, sosialisasi ke daerah, dan sebagainya.Angkanya bisa mencapai di 
atas Rp10 miliar. 

Jika dilakukan oleh konsultan politik, bisa mencapai ratusan miliar rupiah yang 
mencakup survei,konsultasi, dan pemasangan iklan.Beberapa lembaga survei 
ditengarai tidak lagi melakukan survei secara independen, melainkan bagian dari 
konsultasi politik. Apa yang digambarkan di atas baru belanja iklan partai. 
Bagaimana pula belanja iklan pemerintah yang dapat dikategorikan iklan 
terselubung yang dikemas dalam iklan layanan masyarakat,seperti Program 
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang dikelola Kantor Menko 
Kesra, atau acara kuliah subuh bersama Menteri Negara Pemuda dan Olahraga..

 

KPK dan Bawaslu harusnya mencermati berbagai iklan parpol dan pemerintah itu 
serta dari mana dananya. Kalau terbukti ada pelanggaran, tanpa pandang bulu 
harus ada tindakan hukum. 

Bribes and Kickbacks 

Dalam politik berlaku premis ”There is no Free Lunch,” alias tidak ada makan 
siang gratis. Bantuan atau sumbangan kampanye politik, baik dari perseorangan, 
kelompok, perusahaan, dan/ atau badan usaha nonpemerintah tidak mungkin 
”bersifat tidak mengikat” seperti termaktub dalam Pasal 130 UU No 10/2008. 

Orang menyumbang pasti ada tujuan politik, hukum, atau ekonominya, seperti 
untuk posisi politik, posisi di jajaran birokrasi, posisi di perusahaan milik 
publik, untuk keuntungan ekonomi semisal tender proyek jika yang disumbang 
menang mendapatkan perlindungan hukum dan