Kondisi anak bullying tumbuh karena kita menumbuhkanya. Kalo kita membiarkan 
misalnya budaya fpi tumbuh terus, misal lain, budaya jepang yg nggak sensitif 
gender - kondisi anak bullying tetep marak. Bullying di amerika misalnya suatu 
fenomena "asli" kronis, tapi selalu ada usaha memeranginya.
Mungkin saja ada beberapa variabel yang membuat  anak egois temperamental.  To 
be sure, anak pertama cenderung "egois", setuju kah?
Yang jelas, ibu bekerja/berbisnis membuat suami lebih " respek" dan anak 
memandang perempuan sebagai sosok lebih utuh. 
Jangan salah paham, kalo saya bilang "respek" spektrumnya luas positif, bukan 
serta merta yang isterinya di rumah lantas  suaminya "kasar"
Salam
Mia
-----Original Message-----
From: Ari <masar...@gmail.com>
Sender: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Date: Fri, 6 Aug 2010 08:02:26 
To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
Reply-To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Subject: Re: Menyusui dan donatur ASI Re: Bls: [wanita-muslimah] Re: Mati 
        ketawa ala fatwa

anak saya asi sampai 2.5 tahunan nih.  asi eksklusifnya juga over, di atas 6
bulan, soalnya makannya agak susah.  (8 bulan atau 9 bulan yah waktu itu).
anak juga karakternya nggak bisa ditinggal dengan orang lain.  beruntung
kami saat itu, karena si ibu merelakan diri tidak bekerja demi si anak.
merasa lebih beruntung lagi waktu membandingkan anak anak yang ditinggalkan
ibunya untuk bekerja, karakternya terlihat lebih egois dan temperamental.


cuman saya sambil berpikir sih. di jaman yang keras dan hidup penuh
tantangan begini, yang lebih survive adalah anak anak yang berani bullying
orang lain, berani egois untuk mendapatkan keinginannya kalau perlu dengan
kekerasan.  on the expense of others.  (ingat sama abah dan kemauan kerasnya
supaya memenangkan kompetisi pendapat dan memenangkan dirinya dalam berfatwa
ria.  ingat juga sama fpi yang dengan egois dan kemauan kerasnya bisa
bargain apa yang mereka inginkan).

2010/8/6 F e r o n a <cakefe...@gmail.com>

>
>
> On 8/6/2010 3:04 AM, Abdul Muiz wrote:
> >
> > 2) Pria dewasa menetek kepada wanita dewasa lebih banyak mudaratnya
> > daripada manfaatnya. Fatwa tsb Juga akan menuai masalah, suami mana atau
> > calon suami mana yang merelakan istrinya atau calon istrinya menyusui
> > rekan sekerjanya yang berjenis kelamin pria untuk menghisap puting
> > istrinya ? demi mengubah status mahram ??. Selanjutnya tinggal ditanya
> > kepada hati nurani kaum wanita, wanita mana yang merelakan putingnya
> > dihisap rekan kerja pria dewasa (yang tidak punya hubungan nasab) hanya
> > demi mengubah status tidak mahram menjadi mahram ??
> >
> > Wassalam
> > Abdul Mu'iz
>
> Masya Allah, ini baru fatwa mengerikan!
>
> Saya jadi bingung, soal saudara sepersusuan ini. Kalo perempuan tidak
> melahirkan, mana bisa ASI keluar dari payudaranya? Dan kalo tidak ada
> ASI, itu namanya bukan menyusui, tapi bagian dari Fore-Play!!
>
> Maap ya... tapi sy jadi emosi baca ada orang gila yang fatwain seperti
> itu (*memaki dengan sopan)
>
> Saya percaya peraturan tentang saudara sepersusuan itu pada hakikatnya
> melindungi dan menghormati si perempuan yang telah menyusui anak yang
> bukan anak kandungnya. Dan zaman dulu belum dikenal teknologi menyimpan
> ASI, maka yang namanya menyusui memang harus langsung dari "pabrik"-nya.
> Jadi sepantasnya, anak yang sudah disusui oleh perempuan yang bukan ibu
> kandungnya itu, menganggap itu adalah ibunya sendiri dan berlakulah
> status mahram itu (thx pak HMNA sdh koreksi sy)
>
> Nah pada masa sekarang, dimana gerakan pemberian ASI semakin digalakkan,
> ibu2 donatur ASI menyetor ASI yang sudah diperah dalam kontainer yang
> kemudian diberikan ke bayi yang membutuhkan via sendok atau dot.
>
> Sy pernah bantu teman yg bayinya baru lahir tapi ASInya tidak keluar dan
> dia sangat lemah setelah melahirkan. Tapi dia bersikeras anaknya dapat
> ASI, tidak mau susu formula. Akhirnya sy telp teman sy yg jadi aktivis
> gerakan ASI dan minta bantuan ASI. Pertanyaan dari dia adalah "bayinya
> laki2 atau perempuan?" ... Mungkin untuk menghindari perdebatan mengenai
> mahramnya saudara sepersusuan, maka ASI donatur diberikan per jenis
> kelamin? Sy tidak tahu pasti karena selanjutnya sdh panik karena teman
> sy kritis dan udah gak mikirin masalah saudara sepersusuan ini.
>
> Nah bgmn Islam merespons perkembangan zaman seperti ini ya? Bgmn melacak
> ttg sepersusuan ini. Mudah2an saja gak ada kasus Sangkuriang gaya baru,
> dimana laki2 muda itu jatuh cinta pada seorang perempuan setengah baya
> yang ternyata dulu jadi donatur ASI buat si laki2 ketika ia masih bayi!
>
> Nah untuk detailnya mengenai gerakan ASI ini silakan mampir ke webnya
> http://aimi-asi.org/ (Asosiasi Ibu Menyusui). Sy bukan aktivisnya namun
> mendukung gerakan ini. Anak sy sendiri hanya bisa disusui sampai usia 11
> bulan. Karena adanya penyakit, air susu saya mengering dengan
> sendirinya. Perjuangan sy utk bisa tetap memberikan ASI membuat sy gemas
> dan mangkel sama ibu2 sehat yang masih aja gak mau ngasih ASI ke anaknya
> dengan alasan2 yang gebleg (*lagi-lagi memaki dengan sopan)
>
> Dan lebih mangkel lagi lihat orang2 yg tidak mendukung ibu2 menyusui
> dengan tidak memberi ruang memadai dan bahkan melecehkan ibu2 yang
> sedang menyusui anaknya.
>
> Salam Manis,
> F e r o n a
> http://www.cakefever.com
> 
>



-- 
salam,
Ari

<http://papabonbon.wordpress.com/>


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejaht...@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelism...@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.Yahoo! Groups Links



Kirim email ke