Re: [Keuangan] Khudori : Menjinakkan Inflasi

2010-08-13 Terurut Topik Bali da Dave
Ini maksudnya taxonomi tanah yang mollisol ya? Saya bukan ahli tanah, jadi info 
anda sangat baru bagi saya. Jadi thanks sudah memberi pengetahuan baru. Menurut 
bang google:

Mollisol :Mollisols have
a distinctive dark surface (mollic epipedon) that is enriched with organic
matter. The surface layer has a soft, fluffy feel. These soils formed from
nutrient-rich parent materials and are commonly in grasslands. They are
naturally fertile and generally hold large amounts of water. These soils are
prized for agriculture. They are dominantly in the Great Plains and Western
States. 

dan menurut peta tanahnya 
http://www.soils.umn.edu/academics/classes/soil2125/img/4glbsls.jpg
kelihatan memang mollisol seperti sabuk hijau di daerah kazakhstan, armenia 
sampai turki. Daerah-daerah ini ada di atas sabuk 30derajat, yang artinya sudah 
mengenal musim dingin? Daerah ini juga merupakan daerah praire atau grass area. 
Secara kandungan tanahnya, maka daerah-daerah ini memang sangat baik untuk 
daerah pertanian. Barangkali yang menjadi halangan mereka sukses dalam bidang 
pertanian adalah infrastruktur dan cuaca yang terlalu dingin waktu winter. 
Kalau global warming memang kejadian, waktu winternya mereka jadi hangat dan 
saat itu mungkin daerah tersebut berkembang jadi lumbung makanan buat dunia.

Demikianlah maka Indonesia walaupun banyak hujan dan lembab karena ada di 
tropis, tanahnya agak asam dan sudah 'worn out'. Wah jadi tambah takut nih...  
jangan-jangan pasokan supply makanan produksi dalam negeri tambah susah 
gara-gara tanahnya memang kurang bagus (tipe ultisol). Tapi kemudian masalah 
tambah rumit dong. Kalau semua bahan makanan untuk 220 juta orang penduduk 
indonesia harus di impor semuanya dari amerika (eksportir gandum terbesar 
dunia?) dan daerah2 kazakhstan sana. Kira-kira kita bisa saingan dengan Cina 
yang penduduknya 5 kali lebih banyak dari Indonesia dan ternyata tanahnya 
kelihatannya lebih jelek kualitasnya dari Indonesia? Cina daerahnya sepertinya 
banyak warna orange (aridsol/gurun), rocky land (abu-abu), dan inceptisols 
(biru?)...

Kalau semua daerah pertanian kita harus tutup buku dan petani malas menanam 
lagi gara-gara harganya gak ketulungan murahnya...  tentunya kita musti 
siap-siap mengandalkan makanan impor semuanya.


--- On Thu, 12/8/10, Hok An ho...@t-online.de wrote:

From: Hok An ho...@t-online.de
Subject: Re: [Keuangan] Khudori : Menjinakkan Inflasi
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Received: Thursday, 12 August, 2010, 10:49 PM







 



  



  
  
  Saya dulu sama pendapatnya dengan Anda. Tetapi ternyata tanah didaerah 

yang namanya sabuk hijau lebih subur dari kawasan tropis basah, karena 

pertama hujan yang intensitasnya besar melarutkan banyak mineral, sebab 

itu tanah daerah tropis seperti Kalimantan dan sebagian besar Sumatra 

umumnya miskin zat hara. J

 



  






  

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] Menkeu Nilai Penguatan Rupiah Justru Merugikan

2010-08-13 Terurut Topik Bali da Dave
Kembali bapak masih belum bisa lepas dari bujukan daya BELI komponen impor.

Saya coba lagi  dengan perumpamaan lain. Ada dua orang yang memegang 1000 
dollar. Saya gak mau bilang rupiah lagi karena dari pandangan anda daya beli 
harus dengan dollar. 

Jadi, si A pegang seribu dollar, sementara si B juga 1000 dollar. Bedanya, si A 
adalah pekerja kantor dari perusahaan asing yang tiap bulan dibayar 100 dollar. 
Sementara si B adalah pengangguran, yang kebetulan guanteng pintar ngomong dan 
mukanya sangat terpercaya. Jadilah setelah merayu-rayu BCA, Bank Central 
Amerika, ia dipercayai untuk memegang 1000 dollar (pinjaman).

Kedua-duanya, si A dan si B, mempunyai DAYA BELI 1000 dollar. Anda mau pegang 
si A atau si B...  mana yang jadi miskin duluan?

Penguatan dollar tidak menunjukkan Indonesia ini adalah si A atau si B. 
Penguatan rupiah atas dollar memang menunjukkan peningkatan daya beli seperti 
yang anda katakan, tapi efek psikologisnya sudah kelihatan dari yang anda tulis 
sebelum-sebelumnya...  maunya beli barang saja (gara-gara penguatan dollar)...  
yang anda fokuskan selalu penulisan, beli ini beli itu  Anda gak bilang 
saya bisa kerja ini atau kerja itu kalau terjadi  penguatan rupiah atas dollar. 

--- On Fri, 13/8/10, Rachmad M rachm...@yahoo.com wrote:

From: Rachmad M rachm...@yahoo.com
Subject: Re: [Keuangan] Menkeu Nilai Penguatan Rupiah Justru Merugikan
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Received: Friday, 13 August, 2010, 3:51 PM







 



  



  
  
  Wah ya jangan gitu cara pandangnya. Beri argumentasi yang tepat sehingga 
kita sepakat bahwa perlemahan mata uang rupiah yang notabene juga perlemahan 
daya beli Rakyat Indonesia dapat diterima akal sehat. 



Alias kita kontra terhadap peningkatan daya beli masyarakat dan sebagian kecil 
meniknmati keuntungan dari mata uang asing yang menguat untuk foya2 di LN :-(



RM

 



  






  

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] Menkeu Nilai Penguatan Rupiah Justru Merugikan

2010-08-12 Terurut Topik Bali da Dave
Saya buat cerita perumpamaan saja...
Dikisahkan ada bapak dan anak. Sang bapak bekerja sangat berat tiap hari jadi 
kuli di pasar sampai akhirnya bisa punya segudang uang emas yang disembunyikan 
sedikit di sini dan sedikit di sana. Peta harta karun ini kemudian pada saat 
meninggalnya diberikan kepada sang anak.

Sang anak, alih-alih bekerja di pasar (entah jadi kuli atau jadi apa kek), tiap 
hari hanya memperhatikan peta harta karun warisan bapaknya. Begitu ketemu, 
langsung saja bahagia dan berpesta pora. Demikianlah sampai akhirnya seluruh 
peta harta karun sang bapak dipecahkannya dan tidak ada lagi sisanya. Begitu 
selesai, ia tidak punya uang dan mau kerja di pasar pun sudah tak bisa. Semua 
orang bilang sang anak adalah pemimpi dan cuma mencari enaknya/jalan gampangan 
saja.

Nah sekarang perhatikan saja neraca ekspor impor kita. Yang namanya ekspor 
murni dari produksi kita sendiri ini berapa persen (kerja kuli) dan berapa 
persen lagi dari eksploitasi bahan berharga tak terbaharukan (mencari harta 
karun warisan bapak). Kalau kita menganggap menggali bahan tak terbaharukan 
sebagai produksi yang sehat  saya tidak bisa berargumentasi lagi. 
Barangkali ada pemerhati milis yang bisa lebih menunjukkan 'logika' saya bahwa 
produksi kita sekarang ini masih kurang produktif/kurang efisien. Kita masih 
menganggap bahwa ongkos mengangkat logam/minyak sebagai biaya dasar minyak. 
Kita tidak melihat bahwa yang namanya minyak tak terbaharukan itu dulunya 
melalui proses ribuan tahun yang tak bisa diganti begitu saja (kerja keras sang 
bapak jadi kuli seumur hidup - kalau menurut perumpamaan tadi). Dan kalau kita 
hitung 'menemukan warisan bapak' sebagai hasil kerja keras 'saya' sendiri  
saya jadi bingung mau lebih menjelaskannya
 bagaimana caranya lagi.?

Dan menurut saya, penguatan dolar yang didasari masukan dana investasi asing 
(investasi real maupun terlebih lagi dana panas), adalah penguatan yang 
dibuat-buat. Penguatan yang didasari penerimaan penjualan aset tak terbaharukan 
juga adalah penguatan yang dibuat-buat. Kalau sudah habis sumber daya alam 
kita, mau jualan apa lagi kita?

Negara Dubay yang kaya raya dengan minyak saja tidak mau mengandalkan 
penerimaan minyaknya sampai ribuan tahun lagi. Memangnya tower yang luar biasa 
dan pulau buatan palem yang megah, hotel bawah laut, semua itu cuma buat 
prestige saja? Mereka ingin jadi kuli dengan memanfaatkan harta karun dari 
bawah tanah mereka. Mereka ingin mengubah negara mereka menjadi negara maju 
tempat parkir dana-dana minyak negara timur tengah lain, berikut tempat 
pariwisata. Lah kalau mereka yang lebih kaya dan penduduknya lebih sedikit 
berpikir pintar, masakan kita yang kekayaannya lebih sedikit dan mulut yang 
harus dikasih makan lebih banyak malah lebih malas dan ongkang-ongkang kaki 
saja, cuma mengandalkan penambangan logam dan minyak yang bisa habis 
sewaktu-waktu?

--- On Wed, 11/8/10, Rachmad M rachm...@yahoo.com wrote:

From: Rachmad M rachm...@yahoo.com

Padahal jelas pendapatan perkapita kita diukur dengan US $.



Korban dari devaluasi terjadi pada periode yang pendek yakni sampai 
ditemukannya kesetimbangan baru dalam hal tukar-menukar barang dan jasa. 
Korbannya adalah mereka yang berpenghasilan tetap ie. PNS/ABRI dan pensiunan. 
Mereka tidak mudah untuk mencapai penyesuaian baru sehingga cendrung korupsi 
dalam berbagai bentuknya.



Tentu saja penguatan yang terjadi bukan penguatan yang dibuat-buat lho.



Salam



RM



--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Bali da Dave dfa...@... wrote:



 Berkali kali argumen yang diajukan adalah berfokus pada konsumsi lokal...  
 dengan mengandalkan barang impor yang murah. Kalau penduduk kita gak ada 
 kerjaan...  mau beli pake apa pak? 

 

 Kalau mata uang menguat tanpa ada peningkatan produksi lokal (ekspor), 
 berarti ini karena ada banyuak pinjaman luar negeri yuang masuk. Ini pinjaman 
 nantinya musti di bayar. Kalau gak bisa bayar, ntar kejadian macam tahun 1998 
 lagi. Asian financial crisis. Atau sama juga Greek Crisis 2010. Mereka punya 
 uang euro kuat tapi kemampuan produksi dalam negerinya lemah. Akibatnya 
 begitu pinjaman jatuh tempo mau dibayar langsung ekonomi berantakan. Banyak 
 yang jadi pengangguran mendadak karena bisnis-bisnis yang berfokus impor 
 tiba-tiba harus tutup.

 

 --- On Wed, 11/8/10, Rachmad M rachm...@... wrote:

 

 From: Rachmad M rachm...@...

 Subject: Re: [Keuangan] Menkeu Nilai Penguatan Rupiah Justru Merugikan

 To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com

 Received: Wednesday, 11 August, 2010, 6:32 PM

 

 

 

 

 

 

 

  

 

 

 

   

 

 

 

   

   

   Lha kok gak kerasa kalau hampir semua tarikan nafas kita berbau import 
 :-D

 

 

 

 Kalau rupiah melemah, harga kedelai naik konskwensinya tahu/tempe anda beli 
 di pasar ukurannya mengecil.

 

 

 

 Harga BBM non subsidi akan bergerak dengan sendirinya.

 

 

 

 Subsidi BBM Premium akan membengkak dengan sendirinya. Dan pemerintah segera

Re: [Keuangan] Khudori : Menjinakkan Inflasi

2010-08-12 Terurut Topik Bali da Dave
Teknik dan teknologi pertanian tentu tambah maju. Tapi kalau melihat 
perkembangan teknologi makanan yang arahnya pada 'pengawetan', modifikasi 
genetika, dan formulasi nutrisi/chemical compound, maka ini arahnya jelas lain 
dengan yang kita ambil/asumsikan.

Pertanian tradisional yang berdasarkan tanah dan iklim yang baik sudah semakin 
sedikit. Menurut saya daerah terbaik untuk cocok tanam adalah daerah tropis sub 
tropis yang tidak punya 4 musim. Dibandingkan panjang ekuatorial 360derajat, 
maka panjang sabang sampai merauke ini (tidak menghitung laut dan gurun yang 
biasanya ada di tengah dunia), maka ekuatorial tanah kepulauan kita adalah aset 
yang sangat-sangat berharga. Afrika dan Mesir, juga Amerika (barangkali) 
memiliki daerah tropis. Tapi berhubung benuanya yang sangat besar, penguapan 
laut tidak pernah sampai ke tengah benua tersebut sehingga sering kali daerah 
besar macam afrika, amerika australia tengah-tengahnya nyaris tidak bisa dihuni 
apalagi ditanami karena tidak ada airnya. Dibandingkan dengan kepulauan kita, 
daerah kering pun masih adalah hujannya sedikit-sedikit karena jarak tengah 
pulaunya dengan laut masih tidak terlalu besar..

NAh dari 360derajat garis ekuatorial dunia ini, yang banyak pulaunya dan tropis 
cocok untuk padi dan makanan penduduk indonesia mana lagi? Vietnam dan thailan 
kalau sudah semakin maju tentu tidak akan mau lagi menjual beras murah ke 
indonesia. Perluasan wilayah tanam menurut teori pertanian tradisional sudah 
tidak mungkin lagi. Arahnya sudah mulai ke makanan kaleng dan makanan tablet, 
juga makanan beku. Tapi kalau harga makanan tidak diperbolehkan naik, maka 
tentu inovasi untuk produk makanan juga akan terhambat.

--- On Thu, 12/8/10, Hok An ho...@t-online.de wrote:
From: Hok An ho...@t-online.de








 



  



  
  
  Kalau pasar Indonesia tertutup pendapat Anda benar.

Tetapi ada produsen2 barang pertanian lain yang besar dan lebih murah 

produksinya dari Indonesia. Sebab itu ada tekanan pasar menuju stagnasi 

harga bahan makanan.



 



  






  

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] Menkeu Nilai Penguatan Rupiah Justru Merugikan

2010-08-12 Terurut Topik Bali da Dave
buset.. panjang lebar bikin cerita 1001 malam, masih keluar juga pengen rupiah 
kuat...

Cabeee ... cabeee

--- On Fri, 13/8/10, Ari masar...@gmail.com wrote:

From: Ari masar...@gmail.com
Subject: Re: [Keuangan] Menkeu Nilai Penguatan Rupiah Justru Merugikan
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Received: Friday, 13 August, 2010, 10:32 AM

yauw, kita bikin mobil tapi blok mesin bikinan jepang dan thailand, kita
punya bbm, tapi yg dijual di indonesia adalah hasil refinery punya timur
tengah, kita punya hp nexian, tapi suku cadang import dari china, kita punya
monitor tv, lcd computer, kulkas, ac, sparepart dari luar negeri juga.

jadi produk kita, bahan baku tergantung sebagiannya dari import.  maklum
ekonomi global.

lha wong lensa carl zeiss jaman sekarang aja produksinya cosina jepang, dan
mobil ford bikinan korea (yg pabriknya ada di karawang juga).

makanya lebih aman, rupiah menguat, jadi bayar buat suku cadang import bisa
dengan lebih leluasa.  toh, produksi kita banyakan buat konsumsi lokal :))
yang buat di ekspor jadi berat sih, soale harga jadi kurang bersaing. :p




  

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] Khudori : Menjinakkan Inflasi

2010-08-11 Terurut Topik Bali da Dave
Secara Natural, permintaan selalu akan naik karena peningkatan jumlah penduduk 
yang tidak terkendali (tidak stagnan). Diikuti dengan pengurangan lahan 
produktif dan penggunaan lahan kurang produktif (seperti yang Pak Hok An 
katakan), maka sewajarnya HARGA baiknya sih NAIK.

Sisi politiknya tentu jelek, sehingga pemerintah intervensi menurunkan harga. 
Akibatnya petani semakin miskin dan lahan yang produktif juga semakin kurang 
menarik buat ditanam oleh petani. Ini namanya lingkaran setan. Semakin harga 
diturunkan, semakin sulit memenuhi kebutuhan penduduk yang semakin NAIK. 
PROBLEMATIKA yang musti di pecahkan anak-anak IQ jenius di Indonesia.

--- On Tue, 10/8/10, Hok An ho...@t-online.de wrote:

From: Hok An ho...@t-online.de
Subject: Re: [Keuangan] Khudori : Menjinakkan Inflasi
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Received: Tuesday, 10 August, 2010, 3:58 PM







 



  



  
  
  Ada produk pertanian kita a.l. beras yang sulit bersaing dengan pasar 

interintersional, sebab produk2 itu biaya produksinya, karena letaknya 

di iklim yang panas lebih mahal dari biaya di iklim sejuk. Sebab itu 

tendensi import bahan makanan mulai dari terigu, jagung dan apalagi 

buah2an iklim sejuk naik terus.

Masalah ini hanya bisa dihadapi dengan pendekatan2 jangka panjang yang 

memerlukan investasi2 berkepanjangan dan besar. Tetapi yang terjadi 

justru sebaliknya. Misalnya lahan2 sawah yang dibudayakan sejak ratusan 

tahun susut. Dipihak lain terus lahan padi tanpa pengairan ditempat yang 

tidak layak (asam atau asin) dipaksakan tanpa hasil yang ekonomis.

Walaupun tahun depan harga bahan makanan agak naik tetapi tendensi umum 

adalah stagnasi dari harga makanan. Sebab itu yang diperlukan adalah 

kenaikan produktivitas pertanian, dan modernisasi pertanian (produksi 

makanan jadi atau bahan industri siap pasar) dan daya beli masyarakat 

yang memerlukan kenaikan upah umum.



Salam



Hok An



Bali da Dave schrieb:



  Ah PORI (President Of the Republic of Indonesia), malah bilang awajar

  kalo ada kenaikan harga, hitung2 rejeki bagi petani setahun sekali...



 Menurut saya sih sudah sepantasnya harga barang pokok naik. Nilai 

 politisnya tentu jelek karena bisa bikin rakyat banyak marah.



 Bicara pasar bebas, atau teregulasi.. kita sering anggap beras ini 

 sudah harga wajar. Kalau menurut saya sih ini sudah harga yang 

 'dipaksa' turun. Alasannya apa? Pemerintah selalu mengupayakan membuka 

 jutaan hektar lahan khusus buat nanam padi ini. Kalau memang mekanisme 

 pasar, tentunya tidak perlu ada program pemerintah 'lahan gambut 

 sejuta hektar... dll sebagainya'. Harga naik biarkan saja, nanti 

 petani tentu akan lebih kaya dan bisa membeli tanah yang memang 

 diperuntukkan untuk tanaman (tentunya juga ada resiko petani nekat 

 yang sembarangan membuka hutan lindung). Dan membuka lahan penanaman 

 baru pun harusnya juga membiayakan harga ganti rugi penanaman pohon, 

 pemeliharaan binatang yang harus selalu diberi makan, dll.



 Prinsipnya adalah lahan kosong (hutan) itu bukannya tidak ada 

 harganya. Sama juga dengan mineral bawah tanah itu musti di hargakan 

 'ongkos gantinya' atau replacement cost nya. Mentang-mentang tinggal 

 dikeruk saja, maka hanya memperhitungkan ongkos mengeruk saja bukanlah 

 perhitungan akuntansi yang kredibel.



 Jadi di sini walaupun tidak ketara, sudah ada intervensi pemerintah 

 yang mencegah kekacauan bernegara akibat krisis harga makanan yang 

 tinggi. Caranya menekan harga turun dengan mengorbankan lahan 'tidak 

 terpakai'. Jadi kalau bensin ada subsidi, harga makanan pun sebenarnya 

 sudah di subsidi. Yang kasihan tapi ya si petani. Kalau subsidi 

 bensin, pemerintah malah bayar uang ke penyedia atau perusahaan 

 minyaknya. Kalau untuk produk agrikkultur, si petani tidak terima 

 apa-apa. MAlah diharuskan menjual barang dalam harga murah. Kalau gak, 

 rakyat bakalan dibanjiri beras bulog. Kalau menurut saya ini sih 

 merampas hak sejahteranya si petani. Kalau di negara lain (amerika) 

 gak tau bagaimana. Apakah pemerintah memberi bantuan tax relief atau 

 bagaimana supaya harga produk gandum dll jadi turun? Kalau gak di 

 ancam bakalan dibanjiri gandum impor dari negara dunia ketiga?



 --- On Sun, 8/8/10, Hok An ho...@t-online.de 

 mailto:Hokan%40t-online.de wrote:



 From: Hok An ho...@t-online.de mailto:Hokan%40t-online.de

 Subject: Re: [Keuangan] Khudori : Menjinakkan Inflasi

 To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com 

 mailto:AhliKeuangan-Indonesia%40yahoogroups.com

 Received: Sunday, 8 August, 2010, 5:52 PM



 Bung Oka,



 Saya duga sekarang banyak ekonom yang berpendapat bahwa kenaikan

 pendapatan masyarakat lapisan bawah dan menengah merupakan faktor

 penting untuk pertumbuhan konsumsi dalam negeri.

 Sebab itu perlu ada keseimbangan antara kenaikan upah (a.l. UKM),

 inflasi, daya saing global, vitalitas negara dalam infrastruktur sosial

 (kesehatan, pendidikan dan juga subvensi BBM dan BLT

Re: [Keuangan] Menkeu Nilai Penguatan Rupiah Justru Merugikan

2010-08-11 Terurut Topik Bali da Dave
Pelemahan mata uang = pelemahan daya beli, hanya kalau kita belinya barang 
impor semua. Kalau barang dibuat di Indonesia semua, matauang kita melemah 
seberapa pun dibanding barang impor, maka daya beli masyarakat seharusnya sama 
saja.

Dengan pelemahan daya beli impor, diharapkan ada penguatan daya produksi lokal, 
yang ujung-ujungnya berarti penguatan daya beli impor juga nantinya. 

Maka dibandingkan dengan saran anda, yang menggunakan subsidi untuk menyarukan 
daya beli seolah lebih kuat (padahal daya produksi lokal lemah), mending di 
lemahkan supaya daya produksi lokal semakin kuat. Lapangan kerja makin besar 
dan artinya nanti konsumsi lokal juga semakin kuat.

--- On Wed, 11/8/10, Rachmad M rachm...@yahoo.com wrote:

From: Rachmad M rachm...@yahoo.com
SPerlemahan mata uang sebenarnya adalah pelemahan daya beli, pelemahan 
pendapatan perorang pertahun karena semua kita ukur dengan mata uang asing ie 
US $



Salam



  
  Switch to: Text-Only, Daily Digest • Unsubscribe • Terms of Use




   

  
  
  



 




 

  .


   





 



  






  

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] Menkeu Nilai Penguatan Rupiah Justru Merugikan

2010-08-10 Terurut Topik Bali da Dave
Setuju dengan Bapak Agus...

Rakyat Indonesia masih banyak yang gampang terkesima dengan produk luar negeri. 
Begitu rupiah menguat, yang belanja sale di Singapore, Malaysia dan impor 
produk luar lainnya sudah gak kira-kira. Kamera diskon di Singapore aja di 
kejer beli. Lagi murah katanya...  harga turun (padahal gara-gara kurs rupiah 
menguat).

Beli kamera lokal kenapa sih? Oh iya...  lupa...  gak ada ternyata...  he he

--- On Mon, 9/8/10, anton ms wardhana ari.am...@gmail.com wrote:

From: anton ms wardhana ari.am...@gmail.com
Subject: [Keuangan] Menkeu Nilai Penguatan Rupiah Justru Merugikan
To: ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com
Received: Monday, 9 August, 2010, 11:06 PM

artikel asli:
http://www.kontan.co.id/nasional/news/43805/Menkeu-Nilai-Penguatan-Rupiah-Justru-Merugikan

Senin, 09 Agustus 2010 | 19:25

PENGUATAN NILAI RUPIAH

*Menkeu Nilai Penguatan Rupiah Justru Merugikan*

JAKARTA. Banyak orang berdebat mengenai dampak penguatan nilai rupiah.
Pemerintah pun jarang sekali menyatakan sikapnya terhadap berapa nilai
rupiah yang ideal. Tapi ternyata Menteri Keuangan Indonesia Agus
Martowardojo, mempunyai pandangan yang jelas. Ia menilai, penguatan nilai
tukar rupiah khususnya terhadap dollar Amerika justru merugikan Indonesia.

Untuk itu, Agus mengatakan, pemerintah bersama Bank Indonesia akan melakukan
sejumlah langkah inisiatif untuk menjaga agar Indonesia tetap kompetitif.
“Penguatan rupiah sekarang di bawah Rp 9.000 memang akan membuat kondisi
kita tidak akan kompetitif,” ucap Agus, Senin (9/8).

Sayang, Agus Marto mengaku masih belum dapat menjabarkan langkah apa saja
yang akan dilakukan baik oleh pemerintah maupun Bank Indonesia.

Pendapat berbeda justru dikatakan Umar Juoro, Ekonom Center Indonesia for
Development and Studies. Umar menilai, penguatan nilai tukar rupiah justru
menunjukkan kepercayaan investor terhadap Indonesia. “Hal itu akan positif
bagi perkembangan ekonomi selama investasi oleh investor asing dapat di
dorong untuk sektor riil,” ucapnya.

Martina Prianti

-- 
-
save a tree, don't print this email unless you really need to


[Non-text portions of this message have been removed]





=
Millis AKI mendukung kampanye Stop Smoking
=
Alamat penting terkait millis AKI
Blog resmi AKI: www.ahlikeuangan-indonesia.com 
Facebook AKI: http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045
Arsip Milis AKI online: 
http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com
=
Perhatian : 
Untuk kenyamanan bersama, agar diperhatikan hal-hal berikut: 
- Dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor posting sebelumnya
- Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. Anggota 
yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas
- Saran, kritik dan tulisan untuk blog silahkan kirim ke 
ahlikeuangan-indonesia-ow...@yahoogroups.comyahoo! Groups Links






  

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] Menkeu Nilai Penguatan Rupiah Justru Merugikan

2010-08-10 Terurut Topik Bali da Dave
Fokus bapak sama subsidinya..
Subsidi (belanja negara) cuma sebagian kecil dari kesatuan ekonomi seluruh 
bangsa.

Untuk situasi sekarang, pelemahan yang dapat memperkuat kemampuan produksi 
dalam negeri (dan konsumsi dalam negeri) lebih penting dari pada pen-subsidian 
konsumsi barang-barang IMPOR

--- On Tue, 10/8/10, Rachmad M rachm...@yahoo.com wrote:

From: Rachmad M rachm...@yahoo.com
Subject: Re: [Keuangan] Menkeu Nilai Penguatan Rupiah Justru Merugikan
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Received: Tuesday, 10 August, 2010, 5:09 PM







 



  



  
  
  Memilih mata uang menjadi lemah adalah suatu kesalahan yang fatal. Yang 
benar adalah terus dijaga pada nilainya dan kalau perlu diperkuat secara 
gradual sampai yang namanya subsidi hilang dengan sendirinya. Setelah hilang 
subsidi dan semua berada pada kesetimbangan baru, baru kita mikir 
mempertahankannya dan bukan melemahkannya.



Kenapa ?



Namanya juga melemah dan ini juga melemahkan daya beli masyarakat. Masyarakat 
yang daya belinya melemah hanya memikirkan kebutuhan makan. Tidak sempat 
memikirkan kebutuhan yang lainnya ie. Kesehatan, pendidikan apalagi konsumsi 
barang bermutu :-(



Masyarakat yang berdaya beli cendrung memikirkan konsumsi lainnya selain makan, 
dan ini menimbulkan gairah untuk menyediakan berbagai bentuk layanan 
barang/jasa serta selalu mengadakan inovasi untuk kenyamanan pengguna. Dan 
masyarakat yang melek terhadap perlunya memperbaiki layanan barang/jasa akan 
mudah mengglobal.



Salam



RM



--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Bali da Dave dfa...@... wrote:



 Setuju dengan Bapak Agus...

 

 Rakyat Indonesia masih banyak yang gampang terkesima dengan produk luar 
 negeri. Begitu rupiah menguat, yang belanja sale di Singapore, Malaysia dan 
 impor produk luar lainnya sudah gak kira-kira. Kamera diskon di Singapore aja 
 di kejer beli. Lagi murah katanya...  harga turun (padahal gara-gara kurs 
 rupiah menguat).

 

 Beli kamera lokal kenapa sih? Oh iya...  lupa...  gak ada ternyata...  he 
 he

 

 --- On Mon, 9/8/10, anton ms wardhana ari.am...@... wrote:

 

 From: anton ms wardhana ari.am...@...

 Subject: [Keuangan] Menkeu Nilai Penguatan Rupiah Justru Merugikan

 To: ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com

 Received: Monday, 9 August, 2010, 11:06 PM

 

 artikel asli:

 http://www.kontan.co.id/nasional/news/43805/Menkeu-Nilai-Penguatan-Rupiah-Justru-Merugikan

 

 Senin, 09 Agustus 2010 | 19:25

 

 PENGUATAN NILAI RUPIAH

 

 *Menkeu Nilai Penguatan Rupiah Justru Merugikan*

 

 JAKARTA. Banyak orang berdebat mengenai dampak penguatan nilai rupiah.

 Pemerintah pun jarang sekali menyatakan sikapnya terhadap berapa nilai

 rupiah yang ideal. Tapi ternyata Menteri Keuangan Indonesia Agus

 Martowardojo, mempunyai pandangan yang jelas. Ia menilai, penguatan nilai

 tukar rupiah khususnya terhadap dollar Amerika justru merugikan Indonesia.

 

 Untuk itu, Agus mengatakan, pemerintah bersama Bank Indonesia akan melakukan

 sejumlah langkah inisiatif untuk menjaga agar Indonesia tetap kompetitif.

 “Penguatan rupiah sekarang di bawah Rp 9.000 memang akan membuat kondisi

 kita tidak akan kompetitif,” ucap Agus, Senin (9/8).

 

 Sayang, Agus Marto mengaku masih belum dapat menjabarkan langkah apa saja

 yang akan dilakukan baik oleh pemerintah maupun Bank Indonesia.

 

 Pendapat berbeda justru dikatakan Umar Juoro, Ekonom Center Indonesia for

 Development and Studies. Umar menilai, penguatan nilai tukar rupiah justru

 menunjukkan kepercayaan investor terhadap Indonesia. “Hal itu akan positif

 bagi perkembangan ekonomi selama investasi oleh investor asing dapat di

 dorong untuk sektor riil,” ucapnya.

 

 Martina Prianti

 

 -- 

 -

 save a tree, don't print this email unless you really need to

 

 

 [Non-text portions of this message have been removed]

 

 

 

 

 

 =

 Millis AKI mendukung kampanye Stop Smoking

 =

 Alamat penting terkait millis AKI

 Blog resmi AKI: www.ahlikeuangan-indonesia.com 

 Facebook AKI: http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045

 Arsip Milis AKI online: 
 http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com

 =

 Perhatian : 

 Untuk kenyamanan bersama, agar diperhatikan hal-hal berikut: 

 - Dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor posting sebelumnya

 - Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. Anggota 
 yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas

 - Saran, kritik dan tulisan untuk blog silahkan kirim ke 
 ahlikeuangan-indonesia-ow...@...! Groups Links

 

 

 

 

 

 

   

 

 [Non-text portions of this message have been removed]








 





 



  






  

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] Tahap Demi Tahap Redenominasi Rupiah

2010-08-04 Terurut Topik Bali da Dave
kemungkinan pemalsuan uang lebih banyak?

--- On Wed, 4/8/10, anton ms wardhana ari.am...@gmail.com wrote:

From: anton ms wardhana ari.am...@gmail.com
Subject: [Keuangan] Tahap Demi Tahap Redenominasi Rupiah
To: ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com
Received: Wednesday, 4 August, 2010, 2:42 AM







 



  



  
  
  artikel asli:

http://www.kontan.co.id/index.php/keuangan/news/43271/Tahap-Demi-Tahap-Redenominasi-Rupiah



Selasa, 03 Agustus 2010 | 14:47

REDENOMINASI RUPIAH

*Tahap Demi Tahap Redenominasi Rupiah*



JAKARTA. Bank Indonesia (BI) menegaskan keseriusan rencananya menerapkan

kebijakan redenominasi rupiah. Berbagai macam studi dan riset sudah

dilakukan termasuk studi banding ke beberapa negara. BI juga sudah

menyiapkan kisaran waktu alias range time-line 10 tahun mulai dari sekarang

meliputi sosialisasi, pelaksanaan masa transisi, hingga saat kebijakan

redenominasi dilaksanakan penuh.



Pjs. Gubernur BI Darmin Nasution menuturkan, akhir tahun ini BI akan

menyelesaikan segala macam persiapan. Nanti pelaksanaannya, setelah selesai

hasil studi kami yang dipersiapkan akhir tahun ini, mulai dua tahun ke depan

yaitu tahun 2011 dan 2012 adalah masa sosialisasi, kata Darmin, Selasa

(3/8).



Kegiatan sosialisasi tidak akan melulu dilakukan lewat media massa seperti

teve dan koran, BI juga akan banyak merekrut pihak ketiga untuk ikut

mengampanyekan ini. Apa cukup waktu dua tahun untuk sosialisasi? Menurut BI

itu cukup, tegas Darmin.



Nah, memasuki tahun 2013, tahapannya mulai ke masa transisi. Masa transisi

akan digelar selama tiga tahun hingga tahun 2015. Darmin bilang, dalam masa

transisi ini, akan ada dua quotasi penyebutan nominal uang. Ini akan ada

aturannya, akan ada Undang Undangnya. Jadi, nanti satu toko yang menjual

barang wajib memasang dua label harga yakni harga barang lama dan baru.

Misalnya, ada barang seharga Rp 10 ribu maka labelnya ada dua yaitu satu

seharga Rp 10 ribu dan label kedua seharga Rp 10, jelasnya.



Di masa transisi itu pula, BI akan mulai mencetak uang baru yang telah

diredenominasi. Misalnya nanti redenominasi adalah pemotongan tiga nol,

uang barunya nanti Rp 10 untuk menggantikan Rp 10.000, katanya.



Dalam masa transisi tersebut, Darmin bilang, masyarakat masih bisa

menggunakan dua jenis uang. Misalnya, ada pembeli dengan uang baru, si

penjual bisa memberi kembalian dengan uang baru maupun uang lama, ataupun

campuran keduanya. Ini akan berjalan selama tiga tahun, kita hidup dengan

dua jenis itu, katanya. Ketika itu, uang baru akan dilengkapi dengan

tulisan 'baru'. Seperti di Turki, ditulis New Lira, katanya.



Tahap selanjutnya yakni tahun 2016 sampai dengan 2018, BI memastikan uang

lama dengan jumlah nol yang masih belum dipotong akan benar-benar habis.

Uang lama akan berakhir proses penarikannya tahun 2018, katanya.



Masuk tahun 2019 sampai dengan 2020, keterangan 'baru' dalam uang baru akan

dihilangkan. Dan kita semua sudah mulai bisa bayar membayar dengan uang

baru yang telah diredenominasi, jelas Darmin.



Ruisa Khoiriyah

-- 

-

save a tree, don't print this email unless you really need to



[Non-text portions of this message have been removed]






 





 



  






  

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] Pindahkan Ibukota

2010-07-28 Terurut Topik Bali da Dave
Kalau saya orang Jogja...  rasanya saya gak mau dijadikan jogja sbg ibukota. 
Jogja jadi sumpek sih ogah..  mending seperti sekarang saja.

Kalau mau gedung BEJ dan administrasi bursanya saja dipindahkan, ke Bali saja...

Ibukota pindahkan saja ke Papua atau barangkali di pulau yang bermasalah dengan 
Malaysia itu. Mau rebutan bagaimana? MAsa ibukota Indonesia mau dijadikan 
bagiannya Malaysia  Gila nyari perang apa?



--- On Wed, 28/7/10, oka oka.wid...@indosat.net.id wrote:

From: oka oka.wid...@indosat.net.id
Subject: [Keuangan] Pindahkan Ibukota
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Received: Wednesday, 28 July, 2010, 12:08 PM







 



  



  
  
  Ide dari tulisan pak Sonny Keraf ini, sedang in...pindahkan 
ibukota..Jakarta sudah terlalu sumpek, dan bebannya lumayan bisa dikurangi kalo 
Jakarta bukan lagi ibukota pemerintahan.



Saya setuju.



Soal mekanismenya, banyak laternatif dari yang termurah sampai yang termahal. 
Ide bung Karno memindahkan ke Palangkaraya salah satu yang mahal. Ide pak Sonny 
dibawah dengan menyebarkan kementrian, bagi saya ngak akan workable...ntar 
bandara penuh dengan pejabat yang hilir mudik menghabiskan SPJ jalan2 dengan 
alasan koordinasi



Sejarah kita panjang dengan beberapa kali pemindahan ibukota..konon Bandung 
pernah jadi ibukota jaman penjajahan...Yogyakarta, jaman kerajaan Jawa dan 
ketika revolusi kemerdekaan...dua kota tersebut merupakan kandidat yang kuat 
dari sisi sejarah. Dari sisi biaya, mungkin masih bisa dimanage, karena 
infrastruktur pasti cukup baik. Disamping 2 kota itu, Bogor juga merupakan 
kandidat yang baik, karena toh istana sudah ada disana, jarak tak terllau jauh 
dari Jakarta..dll



Memang semua kandidat kota yang saya sebutkan berada di Jawa, pasti ada 
pertanyaan soal Jawasentris...tapi bagi saya jelas kok bahwa masa depan 
Indonesia itu bukan Jawa..sumber2 pertumbuhan ekonomi akan bergeser keluar 
Jawa...dengan dipindahkannya pusat pemerintahan keluar Jakarta, maka kota2 lain 
punya keempatan yg sama dg Jakarta untuk berkembang...Medan (pusat CPO), 
Balikpapan (pusat Minyak), Banjarmasin (pusat Coal), Makassar (Pusat Cacao) 
Denpasar (Pusat Tourism) sekedar memberi contoh. Jadi ibukota tak perlu punya 
potensi ekonomi yang gimana gitu...cukup kota yang bisa mendukung birokrat 
bekerja...



Kalo saya ditanya, jawabannya Yogya



===

OPINI

Pindahkan Ibu Kota

Rabu, 28 Juli 2010 | 08:43 WIB

 

A Sonny Keraf *



KOMPAS.com — Kemacetan Jakarta dan sekitarnya, yang menjadi sorotan utama 
Kompas dalam beberapa hari terakhir, kiranya tidak hanya menimbulkan kerugian 
ekonomis (Kompas, 26/0710). Kerugian yang dialami juga menyangkut kerugian 
sosial dan psikis.



Secara psikis, Jakarta sangat tidak sehat, bukan saja karena terjadi polusi 
yang parah, melainkan juga karena kemacetan di jalan raya menimbulkan berbagai 
tekanan psikologis atau stres.



Demikian pula, secara sosial, kemacetan di jalan membuat relasi sosial menjadi 
penuh konflik, tidak saja di antara para pengendara di jalan, tetapi juga 
berdampak sampai ke kantor dan rumah tangga. Hubungan sosial penuh ketegangan 
akibat beban psikis yang dialami di jalan.



Oleh karena itu, sesungguhnya Jakarta bukan hanya sebuah kota yang sangat tidak 
ramah lingkungan, melainkan juga sangat tidak ramah secara sosial dan psikis. 
Dengan kondisi seperti itu, kiranya pembenahan transportasi umum, termasuk 
perluasan, penambahan, dan keterpaduan atau sinergi transportasi umum tidak 
akan banyak membawa hasil memadai. Itu hanya solusi jangka pendek sementara.



Yang dibutuhkan untuk jangka panjang adalah terobosan lebih radikal dan 
revolusioner. Kami mengusulkan tiga solusi. Sembari membenahi transportasi umum 
dan solusi lain yang bersifat tambal sulam, kendati sangat perlu, ketiga solusi 
harus segera diputuskan pemerintah pusat.



Pindahkan ibu kota



Usul pertama, pindahkan ibu kota. Ini usul dan langkah paling radikal. Banyak 
negara melakukan itu dan berhasil mengatasi kemacetan di ibu kota negaranya. 
Bung Karno, presiden pertama, telah berpikiran visioner menyiapkan 
Palangkaraya, Kalimantan Tengah, sebagai calon ibu kota RI sejak 1960-an.



Melanjutkan visi Bung Karno, sebaiknya ibu kota baru berada di luar Jawa, 
khususnya di Indonesia bagian timur. Ada banyak keuntungan positif untuk itu.



Pertama, pemindahan ibu kota jangan dilihat sebagai beban ekonomi karena 
besarnya dana yang dialokasikan. Ini harus dilihat sebagai peluang ekonomi yang 
sangat menggiurkan untuk membuka lapangan pekerjaan bagi banyak orang yang akan 
mengerjakan persiapan, pembangunan, dan relokasi ibu kota tersebut. Akan 
dibutuhkan waktu 5-10 tahun untuk realisasi, dan itu peluang ekonomi yang 
sangat baik.



Kedua, dari segi politik, pemindahan ibu kota ke luar Jawa dan Indonesia bagian 
timur (IBT) akan serta-merta menggeser episentrum pembangunan nasional dari 
Jawa dan Indonesia bagian barat (IBB). Ini akan menjadi sebuah langkah dan 

Re: [Keuangan] Washington Post: Making the economy more just

2010-07-25 Terurut Topik Bali da Dave
Artikelnya bagus...

Saya terjemahkan beberapa paragraf saja, khususnya tentang legislasi B dan 
selebihnya sih pengantar historis dari saya:

Negara Amerika sedang melakukan beberapa inovasi yang masih bersifat 
eksperimental agar perekonomian seluruh negara bisa bersifat lebih adil dan 
demokratis, yakni mencapai kesejahteraan yang berkesinambungan (sustainable 
prosperity) yang dinikmati oleh rakyat banyak bersama (shared
 prosperity).

Eksperimen ekonomi pertama: meloloskan undang-undang dimana dasar hukum 
perusahaan adalah bukan semata-mata mencari profit SAJA, tapi dengan 
memperhatikan tujuan publik/komunitas. 

Seperti pernah dibahas sebelumnya, perusahaan yang ingin memperbesar profitnya 
saja sering melakukan tingkah laku eksternalitas biaya. Artinya sebisa 
mungkin sumber daya sekitar (yang umumnya dianggap
 bebas sebab adalah milik publik/komunitas) digunakan sebesar-besarnya (sebab 
bebas dan tanpa harga/biaya). Ini bisa berakibat merugikan tujuan publik 
(common public purpose), misalnya polusi berlebihan, mencemarkan sumber air, 
atau bahkan menyedot habis sumber air.

Contoh common public purpose nya adalah kebersihan dan kelestarian lingkungan 
hidup, upaya mencegah peningkatan kriminal di masyarakat, bakti sosial, dll. Di 
Indonesia banyak perusahaan dengan sendirinya masih bersifat 'membaur dengan 
masyarakat', tapi di Amerika yang kultur 'sue and countersue'/saling menjegal 
ke pengadilan sudah kelewat batas, perusahaan yang mengorganisir bakti sosial 
atau pendirian posko banjir atau mendirikan sekolah dan rumah sakit gratis 
malah bisa masuk bui gara-gara ada pemegang saham yang gak rela. Akibatnya 
perusahaan sudah berubah menjadi mahluk berdarah dingin, yang sering kali juga 
berakibat pada proses pemilihan manajer/dirikturnya. Banyak orang
 komplein manajer amerika katanya ganas gak peduli lingkungan/masyarakat dan 
cenderung
 bersifat psikopat (neken bawahan). 

JAdilah kemudian diusahakan membuat legislasi B, supaya perusahaan ini sadar 
mereka masih merupakan bagian dari masyarakat.

Pertanyaan diskusinya: Apakah perlu dibuatkan proporsi (dari keuntungan) yang 
boleh dikeluarkan untuk menunjang tujuan masyarakat ini? Apakah pengeluaran ini 
bagian dari BIAYA pokok/operasi, ataukah merupakan persentase dari KEUNTUNGAN? 
(cara pikir akuntan -pos biaya vs pos penarikan keuntungan). Artinya kalau 
tidak untung tidak usah memikirkan kesejahteraan rakyat sekitarnya?

Menurut saya sih kegiatan sosial ini seharusnya adalah bagian dari biaya yang 
akan mengurangi keuntungan, dan nantinya akan mengurangi pajak juga. Jadi biaya 
'sosial' ini sejajar dengan biaya bahan mentah, biaya tenaga kerja, dan biaya 
pemasaran. Jadi alih-alih merugikan masyarakat dengan tingkah laku 
eksternalitasnya, perusahaan dapat membantu masyarakat dan memperkokoh 
komunitas. Lalu kemudian
 masalahnya berlanjut pula, tindakan sosial apa yang termasuk memperkokoh 
komunitas? Apakah yang hanya menyalurkan derma ke satu religius saja, ataukah 
yang menyokong 'ke-olahragaan tertentu saja, atau ke orang-orang tertentu saja? 
Jadi ini bisa menjadi sumber masalah baru sebab bisa menjadi lubang untuk 
menggalakkan korupsi. Kalau insentif buat koperasi saja bisa dijadikan ajang 
korupsi, apalagi kegiatan-kegiatan semacam bakti sosial yang menyebar ke 
mana-mana. Mana tau di daerah ini memang benar ada klub sepak bola the jangkrik

Tapi tentu saja ada orang yang mendebat bahwa semua kewajiban itu sudah 
dibebankan dengan membayar beban pajak. Dan pajak ini cuma dibebankan dari 
keuntungan.
 

Bagaimana menentukan besaran biaya 'sosial' ini yang masuk akal? Apakah 100 
ribu setahun masuk akal, ataukah 5% keuntungan masuk akal? Biaya ini tidak ada 
pasarnya dan tentu sulit untuk dicari harga wajarnya menurut hukum ekuilibrium 
supply dan demand. Seperti ada cuplikan dari penulis Oscar Wilde, nowadays men 
knows the price of everything and the value of nothing - sekarang ini segala 
macam barang ada harganya, tapi tidak ada yang tau nilai sebenarnya. Dimana 
menurut warren buffet, price is what you pay...  and value is what you get.

Bisa jadi perusahaan cuma mengeluarkan sedikit uang untuk penyemprotan nyamuk 
malaria di daerahnya, tapi benefit yang diperoleh masyarakat dan juga bagi 
perusahaan (VALUE) seringkali lebih besar dari biaya (PRICE) yang dibayar. 
Namun kasus sebaliknya tentu bisa saja terjadi...



--- On Thu, 22/7/10, sidqy suyitno sidqy_suyi...@yahoo.com wrote:

From: sidqy suyitno sidqy_suyi...@yahoo.com
Subject: [Keuangan] Washington Post: Making the economy more just
To: sidqy_suyi...@yahoo.com
Received: Thursday, 22 July, 2010, 11:40 AM







 



  



  
  
  Wednesday,  July 21, 

2010http://www.washingtonpost.com/wp-dyn/content/article/2010/07/20/AR2010072002754.html

 

Making the economy more just 

By Katrina vanden Heuvel[1]

Congress has passed the Wall Street Reform and Consumer Protection Act, but the 

task of transforming our economy into one of shared and sustainable 

Re: [Keuangan] Panser ditukar Proton

2010-06-11 Terurut Topik Bali da Dave
Emang industrinya lagi turun untuk pangsa luar negeri. Amerika dan Eropa aja 
perlu pake program Cash for Clunker buat boost industri mobil dalam negeri 
mereka. JAman susah, orang cenderung menahan diri dari beli barang-barang yang 
'mahal' atau 'big spending items'. Kalau kulkas aja termasuk big spending, 
apalagi mobil... 

Tuker-tukeran atau counter trade ini kan salah satu cara mengatasi bila trade 
terhambat hanya gara-gara kesulitan likuiditas (arus uang nya kurang lancar). 
Jadi kalau memang bisa bermanfaat bagi kedua pihak ya kenapa nggak.

Masalah mobnas atau bukan, atau mobnas ini merugikan dan tidak strategis sih 
tergantung keberhasilannya. Kalau berhasil ya dibilangnya strategis, tapi kalau 
tidak berhasil dibilang jelek. Cuma masalah mencoba atau tidak, bisa berjuang 
atau tidaknya itu ya memang tergantung dari 'kompetisi'. Kalau kita rasa 
kompetisinya terlalu berat, walaupun strategis memang musti dihitung juga siapa 
yang musti menanggung kerugiannya...  

Untuk masalah strategis kan sifatnya jangka super panjang, beda dengan 
investasi yang sifatnya jangka panjang. Resiko jangka super panjang memang 
sangat besar. Jadi kalau Malaysia bisa sukses dengan proyek strategis 
protonnya...  ini adalah bukti keberanian, komitmen dan ke-'kekeuhan' nya 
mereka. Prinsip 'gagal coba lagi lebih baik' mereka mungkin lebih baik daripada 
kita. Mungkin kita pakai prinsip yang beda, 'gagal ...  I TOT U...  bukannya 
dari dulu aja berenti..' he he...  Atau prinsip satu lagi, gagal, coba lagi 
dengan cara yang sama he he...  

--- On Thu, 10/6/10, Oka Widana o...@ahlikeuangan-indonesia.com wrote:

From: Oka Widana o...@ahlikeuangan-indonesia.com
Subject: Re: [Keuangan] Panser ditukar Proton
To: Millis AKI ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com
Received: Thursday, 10 June, 2010, 9:35 PM

Benerjadi kita jualan panser, tapi bantuin Proton...tapi kita emang udah 
beberapa kali begitu...beli Hawk jaman pak Harto, beli LST jaman pak Habibie

Poin saya, bukan bantu industri orang lain, melainkan model bisnis yg mungkin 
reliable kita jalankan. Terutama untuk jualan atau beli produk2 yg 
susah...misalnya jualan kapal, kereta api dituker kapas atau kedelai...

He he tapi mungkin bisa dibalik juga, ngapain buat produk susah 
dijual...mendingan buat yg gampangistilah susah dan gampang tentu 
dikaitkan dg competitive advantage kita dan pasar. saya yakin pasti nanti 
ada yg challenge, bagaimana dg issue kemandirian...?

Oka




Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Poltak Hotradero hotrad...@gmail.com
Sender: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Date: Thu, 10 Jun 2010 19:02:55 
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Reply-To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Subject: Re: [Keuangan] Panser ditukar Proton

At 03:27 PM 6/10/2010, you wrote:

Pabrik Proton-nya yg sedang bermasalah.

Pabrik itu sudah mau dijual oleh Petronas karena selama beberapa 
tahun ini merugi terus setelah fasilitas subsidi pemerintahnya dicabut.

Terbukti kan bahwa konsep mobnas cuma akan membebani konsumen secara 
tidak perlu.





  

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] Panser ditukar Proton

2010-06-10 Terurut Topik Bali da Dave
Setuju...
Tidak ada salahnya sih.
Di jaman Habibie juga pernah mau coba counter trade. Gak tau kenapa pada 
sewot Barangkali karena ketan tukerannya bisa ngacaukan harga pasar lokal 
kali?

Kalau Proton sih mustinya tidak ada masalah

--- On Thu, 10/6/10, oka widana oka.wid...@indosat.net.id wrote:

From: oka widana oka.wid...@indosat.net.id
Subject: [Keuangan] Panser ditukar Proton
To: Millis AKI ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com
Received: Thursday, 10 June, 2010, 2:06 PM

Ini cukup menarik, saya kira. Walau kelihatannya tidak praktis, tapi Counter 
Trade adalah business model yg workabledan patut dipelajari lebih jauh 
kelayakannya. 

Barang buatan Indonesia sebenarnya banyak yg lumayan bagus. Sayang ketika mau 
diekspor, banyak kendala...kredit ekspor salah satunya...

Oka Widana
Powered by Telkomsel BlackBerry®



=
Millis AKI mendukung kampanye Stop Smoking
=
Alamat penting terkait millis AKI
Blog resmi AKI: www.ahlikeuangan-indonesia.com 
Facebook AKI: http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045
Arsip Milis AKI online: 
http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com
=
Perhatian : 
Untuk kenyamanan bersama, agar diperhatikan hal-hal berikut: 
- Dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor posting sebelumnya
- Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. Anggota 
yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas
- Saran, kritik dan tulisan untuk blog silahkan kirim ke 
ahlikeuangan-indonesia-ow...@yahoogroups.comyahoo! Groups Links






  

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] Krisis Yunani dan Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia

2010-05-27 Terurut Topik Bali da Dave
Mudah-mudahan dibaca banyak orang artikel ini...

Moga-moga saja krisis Yunani tidak ada imbasnya ke Indonesia.
Asal perusahaan Indonesia bisa bayar utang luar negerinya, tidak ada pelarian 
modal ke luar negeri...  

Kalau ada yang gagal bayar, utang jadi non performing loan, CAR jadi turun...  
dan masyarakat jadi panik tidak percaya sistem perbankan nasional...  maka 
situasi bisa berubah dalam sekejap mata. Entah saat itu anggota DPR mana yang 
mau maju berttanggung jawab memecahkan masalah kepanikan masyarakat? Apakah 
omongan anggota DPR bisa dipercaya masyarakat? Lihat gedung miring atau tidak 
saja gak bisa jelas padahal ada di depan mata. Mau lagi lihat 'kepanikan' yang 
gak bisa kelihatan?

--- On Thu, 27/5/10, Deni Ridwan kangd...@yahoo.com wrote:

From: Deni Ridwan kangd...@yahoo.com
Subject: [Keuangan] Krisis Yunani dan Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Received: Thursday, 27 May, 2010, 10:15 AM







 



  



  
  
  Kompas, Kamis, 27 Mei 2010 



Krisis keuangan di Yunani diperkirakan oleh berbagai kalangan tidak akan 
menimbulkan dampak yang kentara bagi Indonesia. Bank Dunia dan IMF berpendapat 
bahwa risiko untuk Indonesia relatif kecil mengingat fundamental ekonominya 
cukup kuat. 



Selain itu, IMF juga yakin bisa melokalkan dampak krisis tersebut di wilayah 
Eropa. Semoga perkiraan itu benar. Jika tidak, Indonesia saat ini tak siap 
menghadapi guncangan pada sistem keuangan seperti tahun 2008. 



Kepergian seorang Sri Mulyani adalah ongkos mahal yang harus dibayar akibat 
huru-hara kasus Century. Namun, ongkos yang lebih mahal adalah kerusakan 
fondasi untuk menjaga stabilitas sistem keuangan. Hal ini ditandai dengan 
menjadi tak jelasnya basis legal untuk tindakan penanganan krisis, melemahnya 
koordinasi, dan menipisnya saling percaya antarotoritas pada sektor keuangan, 
serta akan munculnya keengganan pejabat publik membuat keputusan penting di 
saat genting. 



Dasar hukum penanganan krisis sebetulnya sudah diatur dalam Peraturan 
Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 4 Tahun 2008 tentang Jaring 
Pengaman Sistem Keuangan (JPSK). Namun, Perppu yang dimaksudkan sebagai 
protokol manajemen krisis itu saat ini laksana zombi yang tak jelas statusnya. 



Sebagai dampak dari kasus Century, DPR telah menolak mengesahkan Perppu itu 
menjadi UU sebagaimana diatur dalam Pasal 22 UUD 1945. Di sisi lain, DPR juga 
menolak mengesahkan RUU untuk pencabutan Perppu yang diajukan oleh pemerintah. 
Padahal, dalam Pasal 25 dan Pasal 36 UU No 10/2004 tentang Pembentukan 
Peraturan Perundang-undangan, Perppu yang ditolak DPR harus dicabut dengan 
sebuah UU. Akibatnya, saat ini pemerintah dan BI tak memiliki landasan hukum 
yang jelas untuk tindakan pencegahan ataupun penanganan krisis. 



Koordinasi antarotoritas di sektor keuangan juga dinilai melemah setelah tak 
berfungsinya Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK). Dalam kasus penalangan 
Century, DPR bukan saja ”berhasil” memberikan vonis bersalah kepada KSSK, 
tetapi juga ”membunuh” lembaga tersebut. Ketiadaan KSSK akan menyulitkan 
koordinasi antara kementerian Keuangan (selaku otoritas fiskal serta pengawas 
pasar modal dan lembaga keuangan bukan bank), BI (selaku otoritas moneter dan 
pengawas perbankan), serta Lembaga Penjamin Simpanan (selaku pelaksana 
penjaminan simpanan dan penanganan bank gagal). 



Dampak lain 



Dampak lain yang harus diwaspadai adalah menipisnya kepercayaan antara 
Kementerian Keuangan, BI, dan LPS. Proses pemeriksaan oleh BPK, Pansus DPR, dan 
KPK disadari atau tidak telah menimbulkan friksi antara lembaga tersebut. Ini 
adalah konsekuensi yang logis karena pada dasarnya tidak ada pihak yang mau 
disalahkan. Padahal, DPR dari awal menuntut BPK, Pansus, dan KPK menemukan 
pihak yang dinilai bersalah. Sulit dibayangkan suatu kebijakan terbaik bisa 
dihasilkan manakala institusi yang terlibat tidak memiliki level of trust yang 
kuat satu sama lain. 



Belajar dari pengalaman Boediono dan Sri Mulyani, dikhawatirkan timbul 
keengganan para pejabat publik mengambil keputusan penting di saat genting. 
Menurut Goran Lind (2003), keputusan pada saat krisis harus cepat dibuat karena 
berpacu dengan waktu. Akibatnya, keputusan itu pada umumnya dibuat berdasarkan 
pada informasi yang tak lengkap, tak akurat, serta tak mengikuti perkembangan. 



Selain itu, juga tak ada waktu bagi pemerintah dan bank sentral melakukan 
interpretasi ulang atas peraturan perundangan yang ada. Padahal, pada umumnya 
ketentuan itu hanya dirancang untuk menangani situasi normal, bukan kondisi 
krisis. Oleh karena itu, selain kapasitas dan integritas yang mumpuni, 
dibutuhkan juga keberanian yang besar untuk membuat keputusan pada saat krisis. 
Dalam konteks Indonesia, pejabat publik mana yang mau bernasib seperti Boediono 
dan Sri Mulyani? 



Wishful thinking bahwa Indonesia tak akan terkena dampak krisis Yunani jelas 
tidak cukup. Sumber kerentanan sistem keuangan 

[Keuangan] Gulf OIL SPILL Crisis - Studi Kasus Peraturan 'kecelakaan/bencana'

2010-05-25 Terurut Topik Bali da Dave
http://www.forbes.com/feeds/ap/2010/05/25/general-energy-us-gulf-oil-spill_7632890.html?boxes=Homepagebusinessnews

The administration's point man on the spill rejected the notion of
removing BP and taking over the crisis Monday, saying the government
has neither the company's expertise nor its deep-sea equipment.To
push BP out of the way would raise a question, to replace them with
what? Coast Guard Commandant Thad Allen, who is heading the federal
response to the spill, said at a White House briefing.
Terjemahan Bebas: Juru Bicara Pemerintah Federal menolak gagasan untuk 
menyingkirkan BP sebagai pelaksana penanganan dan penghentian krisis tumpahan 
minyak yang terjadi di kedalaman laut gulf of Mexico. Ia mengatakan bahwa 
pemerintah tidak memiliki kemampuan teknikal yang cukup untuk menangani krisis 
yang terjadi pada kedalaman tersebut. Jika kita menggantikan BP, siapa yang 
layak untuk menggantikannya? kata Komandan Thad Allen yang memimpin delegasi 
pemerintah atas krisis ini.
Peraturan penanganan di Indonesia sebenarnya bagaimana? Apakah kita belajar 
sesuatu yang baru dari kasus di Amerika, dibandingkan dengan kasus lumpur 
lapindo? Apakah BP mengatakan bahwa ada 'bencana' arus laut yang terlalu keras 
sehingga pipa jadi putus? 

Kenapa selalu pemerintah yang jadi harapan untuk membendung/menangani bencana 
semacam ini (bisa jadi terkait bencana alam, tapi bisa juga bencana karena 
usaha eksplorasi macam ini?). Kalau memang pemerintah HARUS membantu penanganan 
bencana alam...  seharusnya ada pool dana khusus untuk penanganan bencana baik 
yang asalnya dari alam maupun karena bencana teknis terkait eksplorasi?
Kalau mengikut logika 'bail out perbankan' yang mengharuskan pemerintah untuk 
membantu menyelamatkan konsumen yang menjadi korban penutupan bank...  apakah 
lebih baik kalau ada iuran wajib penanganan bencana yang berfungsi sebagai 
bentuk asuransi atas bencana?
Tentu bicara soal uang, maka administrasinya akan sangat rawan dengan korupsi, 
penyalahgunaan dan pemborosan/ketidak efisienan dan ketidak efektifan... Jadi 
kalaupun ada, siapa yang PANTAS? untuk mengurus dana ini?






  

[Non-text portions of this message have been removed]



[Keuangan] Tentang Royalti dan Pajak atas super profit? - kasus australia

2010-05-23 Terurut Topik Bali da Dave
http://us.detikfinance.com/read/2010/05/23/141920/1362449/4/pajak-tinggi-investor-tambang-kabur-dari-australia?f9911013

Disebutkan di artikel: Investor asing di sektor pertambangan melarikan diri 
dari Australia
setelah pemerintah negeri Kanguru itu memutuskan untuk menerapkan pajak
sebesar 40% dari laba perusahaan pertambangan mulai Juli 2012.

Menurut artikel, pajak baru mulai berlaku 2012, tapi investor asing sudah lari 
duluan? Kata lari barangkali benar untuk trader pasar modal yang sifatnya 
sangat short-term trading. Investor yang sudah memiliki sifat FDI (foreign 
direct investment) mungkin lebih mempertimbangkan bagaimana harga komoditas di 
masa yang akan datang. Mereka tidak akan lari, tapi jadi lebih menahan diri 
(ataupun kalau parah membatalkan 'RENCANA' masa depan). Menggunakan kata lari 
rasanya terlalu mendramatisir...  apalagi kalau pajaknya baru berlaku 2012. 
Jalan pelan-pelan pun masih bisa keluar sebelum 2012...  sekarang kan masih 
2010.. Kenapa musti LARI???

Dari segi pemerintahan saya pikir tujuan utama pemerintahan mereka ini adalah 
untuk menggunakan asset negara yang tidak terbaharui - (kita asumsikan saja 
mereka juga menganut pasal 33, bumi yang terkandung di dalamnya dikuasai negara 
dan digunakan untuk kemakmuran rakyat bersama) secara baik bagi kemakmuran 
rakyat.

Untuk asset-aset alam yang tak terbaharui seperti minyak bumi, logam, batu 
bara, saya rasa analogi atau contoh ilustrasi kejadian yang digambarkan dibawah 
adalah cukup tepat.

Dikisahkan 10 orang astronot pergi ke luar angkasa dengan bekal 100 jam udara 
untuk hidup. Anggap saja kemudian roket pendorong tiba-tiba mati dan mereka 
harus menunggu bantuan pesawat ulang-alik baru untuk membawa spare part 
pengganti. Diperkirakan mungkin perlu 100 jam juga untuk pesawat ulang alik 
tersebut tiba dan memperbaiki roket astronot yang rusak ini. Pertanyaan 
kasusnya adalah, apakah layak jika ada seorang astronot berusaha menyimpan 
udara (berlebih) dan menyembunyikannya bagi dirinya sendiri?

Supaya gampang, kita buatkan angka: 100 jam udara cukup untuk 10 orang, berarti 
total suplai 1,000 jam udara. Tapi ada satu orang mencuri ekstra 100 jam udara 
untuk dirinya sendiri. 
Artinya satu orang memiliki 200 jam udara, sementara 9 orang lainnya membagi 
800 jam udara atau cuma cukup untuk 88,8 jam saja per orangnya. Konsekuensinya 
tentu satu orang PASTI hidup (sebab ia bisa bertahan sampai 2 kali lipat waktu 
yang dibutuhkan untuk memperbaiki) sementara 9 orang lainnya meninggal dalam 
tugas, karena baru 88 jam oksigen sudah habis, padahal pertolongan baru datang 
di jam ke 100. Artinya 20 jam hidup tanpa oksigen.

Sumber alam tak terbaharukan adalah seperti oksigen bagi astronot tersebut. 
Peningkatan harga komoditas akan semakin membuat penambang (mining company) 
bekerja semakin giat dan menggali semakin banyak tambang. Semakin banyak yang 
ditambang SEKARANG, berarti semakin sedikit yang tersedia di MASA DEPAN. 

Dengan menjual hasil tambang tersebut dan mendapatkan keuntungan (berlebih), 
dapat digambarkan sama dengan menyimpan udara yang tersedia bagi seluruh 10 
orang astronot, memasukkannya kedalam tabung (bank/uang), dan membiarkan ke9 
astronot lainnya meninggal dalam kemiskinan.

Seorang penambang yang mepertaruhkan kapital untuk mengeksplorasi dan 
eksploitasi sumber bumi ini tentu berhak untuk mendapatkan keuntungan. Namun 
harus diingat bahwa mereka tidak MEMBUAT emas atau minyak bumi itu dari TIDAK 
ADA menjadi ADA. Mereka menemukan atau tidak pun, hasil tambang itu sudah sejak 
dulu ada di bawah tanah. Itulah sebabnya saya rasa pasal 33 UUD 45 adalah 
logis. Kalau ditemukan maka hasilnya harus dapat digunakan untuk kesejahteraan 
seluruh rakyat. Yang jadi susah tentu bagaimana membaginya? Penambang dan 
penemunya tentu ada memiliki hak (profit dari operasi), sementara rakyat 
propinsinya juga tentu berhak (pajak atau iuran daerah). Bangsa Indonesia 
lainnyapun tentunya juga berhak (dari pajak untuk pemerintah pusat).

Jadi soal pajak, royalti ataupun pajak pemerintah pusat adalah urusan pemberian 
harga agar ke sepuluh pihak terkait (astronot ataupun pemerintah, rakyat, dan 
perusahaan penambang) memiliki pembagian yang adil atas kekayaan alam yang tak 
terbaharukan ini. Dan karena sifatnya yang tak terbaharukan, seharusnya lah 
porsi pemerintah/rakyat banyak yang mendapat bagian lebih besar daripada 
penambangnya.

Banyak orang yang berasumsi bahwa harga pasar adalah selalu tepat. Tapi sudah 
sering dibahas bahwa harga barang-barang bebas yang selalu diberi harga NOL, 
sebenarnya tidaklah selalu NOL. Air bersih ada harganya, udara bersih ada 
harganya. Masyarakat yang aman damai tanpa perang juga ada harganya. Cuma saja 
orang sering salah menggunakan patokan harga. Menurut banyak orang, harga 
sesuatu adalah ongkos mengambilnya (menimba air, menyedot udara, dll). Padahal 
yang benar adalah harga mengambil ditambah probabilitas harga penciptaannya 
(REPLACEMENT COST). Untuk barang yang tak terbaharukan 

[Keuangan] W. Buffet Munger... Improper Cage Built by Regulator Blamed for GS fraud charge

2010-05-07 Terurut Topik Bali da Dave
Warren Buffet dan Charlie Munger, dua tokoh legendaris investasi membela 
Goldman Sachs yang sedang dituduh melakukan penipuan oleh SEC.

Menurut Munger, macan yang lepas dan memakan mangsa tidak seharusnya disalahkan 
. Kesalahan seharusnya ada pada pawangnya/pemerintah yang seharusnya membuat 
kandang dan garis-garis batas yang harus dipatuhi perusahaan.

Munger dan Buffet orang pintar, tapi saya kurang setuju dengan pendapat mereka 
ini. Dikala segala sesuatu berjalan lurus, maka siapakah yang selalu membujuk 
dan melobi pemerintah agar peraturan dilepaskan saja. Katanya biar pasar yang 
menentukan. Pemerintah sebisanya diperkecil dan kalau perlu ditiadakan saja. 
Namun kalau sudah ada kejadian semacam ini, lihat siapa yang paling pertama 
menyalahkan pemerintah.

Di saat sekarang inipun pemerintahan Obama sudah kelelahan karena harus 
bertarung memperjuangkan Undang-undang kesehatan. Saat Obama mulai beralih pada 
peraturan dalam bidang keuangan yang sedang dimaksudkan untuk membuat kandang 
bagi perusahaan keuangan Amerika, toh kaum Republikan yang mewakili golongan 
anti regulasi kembali berteriak-teriak menolak regulasi dan pengandangan ini.

Jadi Pemerintah (Amerika) memang sulit. Mau memasukkan macan ke kandang saja 
sudah harus menghadapi taring dan cakar macan...  Tapi kalau macan sudah di 
dalam, penduduk justru berteriak-teriak...  lepaskan macan dari kandang demi 
peri ke=macan-an...  he he



  

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: Bls: [Millis AKI- stop smoking] Fatwa Bunga Bank Haram 'Suburkan' Bank Syariah

2010-04-07 Terurut Topik Bali da Dave
Cuma meringkas saja, beberapa kelebihan sukuk atau konsep pembiayaan syariah:
- Tidak memakan riba, tapi BAGI HASIL
- Sumber dana timur tengah
- Harus memiliki underlying asset
- Terkait keahlian (mudhabarah mudharibh)


Tapi soal haram atau tidak, barangkali perlu dipertimbangkan kata riba itu 
dalam konteks sejarahnya juga. Praktek pembungaan pinjaman di jaman dahulu 
dibanding jaman sekarang ini tentunya berbeda. 

Saya bukan ahli sejarah, tapi saya gambarkan konsep pinjaman yang terjadi di 
jaman dahulu itu adalah pinjaman pribadi yang sifatnya bukan untuk investasi 
(kebanyakan). Atau dengan kata lain pinjaman tersebut adalah 'BANTUAN' yang 
didasari kebaikan' atas orang yang sedang kesusahan. Jadi kalau menurut saya, 
riba/bunga secara konsep yang dimaksud tersebut adalah berbeda dengan bunga 
yang berlaku sekarang.

Jika ada seorang menderita kelaparan atau ada bencana alam, ada banyak 
tingkatan kebaikan yang bisa dilakukan: 
1. Beri hibah, gak perlu bayar lagi. 
2. Kalau ternyata mereka bisa bayar, maka tidak mengharapkan lebih dari yang 
sudah diberikan
3. Kalau ternyata tidak bisa bayar balik, maka tidak menginjak-injak si 
peminjam, di cemeti, di permalukan, dirampas istri dan anaknya untuk dijual, 
dll..

Dan menurut saya sih ini mungkin kebalikan dari perilaku banyak penduduk saat 
itu yang seolah menjadi raja lalim dengan sengaja meminjamkan uang pada orang 
yang tidak mampu membayar agar bisa dijadikan budak. Faktual sejarahnya saya 
kurang jelas, tapi gambaran saya praktek banking jaman dulu itu adalah praktek 
lintah darat. Ada orang perlu bantuan, di beri pinjaman tapi kalau tidak bisa 
bayar maka diperlakukan bukan sebagai manusia lagi.

Ya kalau menurut saya sih selama perlindungan konsumen, dan praktek perbankan 
terus menjunjung tinggi etika profesi, menjunjung tingi nilai-nilai 
kemanusiaan, maka keharaman yang diharamkan dari bunga ini sudah tidak ada 
dari praktek konvensional perbankan dan mustinya tidak patut di sebut haram.

Sama seperti pisau, bisa dipakai untuk membunuh orang atau bisa dipakai dokter 
bedah untuk menyelamatkan nyawa. Pengguna sistem perbankan itulah yang memegang 
peran menentukan haram tidaknya sistem banking, ada bunga ataupun tidak ada 
bunga. Saya yakin Muh Yunus yang mengusung konsep mikro kredit juga menerima 
bunga dari uang yang dipinjamkannya (entah secara marketing mungkin dia bilang 
bukan bunga). Tapi kalau dokter tidak diperbolehkan menggores kan pisau untuk 
membedah, dengan alasan pisau yang digoreskan pernah digunakan oleh 
pembunuh...  maka saya rasa itu peraturan yang tidak tepat sasaran.

--- On Wed, 7/4/10, prastowo prastowo sesaw...@yahoo.com wrote:
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Received: Wednesday, 7 April, 2010, 6:37 PM







 



  



  
  
  Bung Arcon,

Saya mungkin kemarin lalai menyimak dengan baik :-) jadi ketinggalan informasi, 
nanti saya baca2 lagi Bung. Lepas dari itu saya membaca beberapa literatur soal 
sukuk karena diminta membuat kajian kecil soal aspek PPN terhadap sukuk ijarah. 
Di sana saya menemukan data bahwa secara global terdapat perkembangan yg cukup 
signifikan, terutama di Malaysia (dlm denominasi ringgit mampu menghimpun dana 
hingga 39,5 milyar dollar pd 2008 ). Bahkan ketika diluncurkan Sukuk ritel di 
Indonesia, permintaan jauh melebihi penawaran (oversubscribed ). Bagi saya ini 
bisa menjadi alternatif pembiayaan di samping pembiayaan konvensional, 
khususnya menarik dana dari Timteng (dan nyatanya demikian ).



Nah, sejauh saya mengkaji aspek PPN, UU kitalah yg salah satunya berkontribusi 
menyebabkan harga yg lebih mahal, krn karakteristik sukuk tidak diakomodir dg 
baik. Karena harus ada 'underlying asset', timbullah selisih 10% PPN sebagai 
implikasi Pasal 16D UU PPN, yaitu pengalihan aktiva yang menurut tujuan semula 
tidak untuk diperjualbelikan. Revisi UU PPN yang baru lagi2 tak mengatur ini 
secara khusus, bahkan sukuk ijarah disamakan begitu saja dengan leasing, 
padahal nyatanya berbeda.



Aspek penting yg menurut saya menjadi prospek cerah sukuk adalah harus adanya 
underlying asset yg mengaitkan sektor finansial dan sektor riil, sehingga 
spekulasi bisa dikurangi risikonya. Dalam praktik tentu saja ada semacam 
akal-akalan. Tapi format sukuk lain seperti mudharabah (adanya aspek keahlian, 
mudharib) dan musyarakah ( joint venture ) saya kira tetap layak diperhitungkan.



salam



pras




  

[Non-text portions of this message have been removed]



[Millis AKI- stop smoking] Out TOPIC - Situs jejaring Politik Indonesia?

2010-03-11 Terurut Topik Bali da Dave

Mohon maaf, barangkali ada yang bisa beri saran. Ada atau tidak ya situs 
jejaring yang fokusnya ke perkembangan politik negara kita?



  

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Millis AKI- stop smoking] Out TOPIC - Situs jejaring Politik Indonesia?

2010-03-11 Terurut Topik Bali da Dave
Boleh lah pak. Terima kasih. Soalnya saya rasa gak tau apa-apa tentang politik 
kita. Dari kompas atau detik rasanya seperti berita terpenggal-penggal.

Reportase yang baik sih memang perlunya cuma menyajikan fakta. Cuma kalau orang 
luaran macam saya kan gak tau misalnya ada benang merah antara pernyataan Pak A 
dari partai AA yang sebenarnya menjawab pernyataan Pak B dari partai BB.

Atau juga kebijakan ini itu yang menurut ilmuwan/praktisi harusnya begini tapi 
karena kena angin politik jadi berubah haluan lain?

Thanks pak

--- On Fri, 12/3/10, Welli Wilyanto smile...@gmail.com wrote:

From: Welli Wilyanto smile...@gmail.com
Subject: Re: [Millis AKI- stop smoking] Out TOPIC - Situs jejaring Politik  
Indonesia?
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Received: Friday, 12 March, 2010, 1:37 PM







 



  



  
  
  Kalau yang 



 



  






  

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] Re:[OOT] Transportasi Massal Versus Kemacetan

2010-02-25 Terurut Topik Bali da Dave
Transportasi massal itu menurut saya adalah suatu SISTIM yang komponennya 
banyak sekali. Yang pertama tentu 1. jalur MASSAL nya itu, misalnya naik kereta 
yang ber-gerbong-gerbong. Dan ke 2 tentu jalur PENYEBARAN/PENGUMPULANNYA. 
Maksudnya tentu orang yang dari rumah mau ke tempat kereta perlu di 
transportasikan juga. Demikian pula setelah sampai di stasiun tujuan harus bisa 
di sebar dengan cepat ke tujuannya masing-masing. 

Ini berarti ada pergerakan massal dari point A ke B (atau anggaplah dari daerah 
pinggiran ke pusat kota dan sebaliknya) dan bukannya tersebar merata di 
sepanjang daerah. Ya ini tentu berarti kalau mau menikmati sistem gerakan 
massal ini, harus ada banyak orang yang mengikuti gerakan massal dari titik 
titik yang dilayani tersebut. Atau dari segi tata kotanya memang cocok seperti 
itu. Entah jakarta atau kota besar lainnya memiliki pergerakan transportasi 
massal ini atau sebenarnya lebih menyebar?

Tentu saja setelah sampai di stasiun tujuan, mencari bis penghubung atau taksi 
yang tidak memalak penumpang merupakan juga faktor signifikan untuk kesuksesan 
sistem massal

--- On Fri, 26/2/10, Sonny Ardi sonny.a...@yahoo.co.id wrote:

From: Sonny Ardi sonny.a...@yahoo.co.id
Subject: Re: [Keuangan] Re:[OOT] Transportasi Massal Versus Kemacetan
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Received: Friday, 26 February, 2010, 2:02 AM







 



  



  
  
  Dear all,



urun rembuk juga boleh ya oom sekalian..

sepakat banget untuk infrastruktur transportasi massal memang sangat 

perlu di rangsang dan di galakan..

tapi itu perlu di dukung juga dengan edukasi pada masyarakat supaya 

orang2 beralih ke transportasi masal dari pada pribadi



 Para Anggota ML AKI Yth.,

 

 Kami sependapat bahwa infrastruktur transportasi massal perlu digalakkan di 
 Indonesia, khususnya di kota-kota besar. Dalam jangka panjang, bukan saja 
 akan membuat perjalanan ke dan dari tempat kerja lebih cepat dan nyaman, 
 tetapi juga lebih hemat energi. Inilah pertimbangan di balik kebijakan Orde 
 Baru dahulu ketika memutuskan untuk menaikkan rel kereta api 
 Manggarai-Jakarta Kota ke atas, mengurangi kemacetan di persimpangan 
 jalan-jalan KA dan menghemat BBM. Salut kepada Ir. Suwarto, mantan 
 KaBaLitBang Dep Hub, yang dengan gigih memperjuangkan peninggian rel kereta 
 api Manggarai-Jakarta Kota.

 

 Budi Sudarsono

 Ketua, Masyarakat Peduli Energi dan Lingkungan (MPEL); Sekretariat Tel. 
 62-021 75906564 ; Blog: http://feea3. blogspot. com/,

 Anggota, Komisi Ahli Tenaga Nuklir, Badan Tenaga Nuklir Nasional. 

 Res.: +6221-7243291 Fax: +6221-7396189 Mob. +62812-9601614

 

 



-- 

Preserve our money

Prevent global warming

Use bicycle to better world and better earth






 





 



  






  

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: Memo admin---Re: [Keuangan] Research Question

2010-02-19 Terurut Topik Bali da Dave
Iyah...  bandel-bandel...  he he..

Saya coba deh...
1. Stapled product yang dibeli investor ternyata bukan saham saja...  tapi 
ekuity plus kewajiban. Artinya pemegang saham harus memberikan uang tambahan 
kepada perusahaan. Bagaimana meletakkan situasi ini secara akuntansi bila 
kondisinya seperti ini. Off balance sheet asset dimiliki oleh Perusahaan? 
Penegakan hukumnya seperti apa? Tentunya pemegang saham yang mangkir bayar 
apakah menjadi napi-napi dan rutan kerah putih? 

2. Si Nick Lick bin Licik malah bisa merubah kondisi hampir masuk penjara ini 
supaya dapat uang. Alih-alih keluar duit buat dikasih ke perusahaan, dia malah 
terima duit...  lho?

--- On Sat, 20/2/10, Oka Widana o...@ahlikeuangan-indonesia.com wrote:

From: Oka Widana o...@ahlikeuangan-indonesia.com
Subject: Memo admin---Re: [Keuangan] Research Question
To: Millis AKI ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com
Received: Saturday, 20 February, 2010, 2:33 PM

Hayoo...kalo ngak mau jawab, pls put OOT dongbiarpun week end, disiplin 
dong...kalo OOT ya OOT

Member yg bandel, saya akan moderasi...

Oka
Mod
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Wong Cilik gajahpelan...@gmail.com
Date: Sat, 20 Feb 2010 14:58:04 
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Subject: Re: [Keuangan] Research Question

Gak apa, gak merugikan orang lain. Malah juga ngasi manfaat...  bisa tau
cerita bagus..

Lain sama si nick itu...  mosok ngajak pemegang saham laen meeting, tapi
yang dibayar cuma dia doang. Meres bin rampok itu namanya...

On Sat, Feb 20, 2010 at 1:48 AM, Bayu Wirawan 
bayu.wira...@ahlikeuangan-indonesia.com wrote:

 Yang lebih licik ya temannya lae abren. Masa' mau jadi phd kok cari
 jawaban di milis...:)





[Non-text portions of this message have been removed]




[Non-text portions of this message have been removed]





=
Blog resmi AKI, dengan alamat www.ahlikeuangan-indonesia.com 
-
Facebook AKI, untuk mengenal member lain lebih personal, silahkan join 
http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045
-
Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua
http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com
=
Perhatian :
- Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor 
posting sebelumnya
- Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. Anggota 
yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas
- Saran, kritik dan tulisan untuk blog silahkan 
ahlikeuangan-indonesia-ow...@yahoogroups.comyahoo! Groups Links






  

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] Research Question

2010-02-16 Terurut Topik Bali da Dave
Wah ceritanya menarik sekali  gak tau mau komen bagimana ya...
Si nick itu licik like a fox...  gitu aja kali ya...

Bisa dapet phd gak saya?  he he he...

--- On Sat, 13/2/10, abren ginting palam...@yahoo.com wrote:

From: abren ginting palam...@yahoo.com
Subject: [Keuangan] Research Question
To: Ahlikeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Received: Saturday, 13 February, 2010, 7:13 PM







 



  



  
  
  Maaf Para Ahli Keuangan,

Ada pertanyaan dari teman di Aussie untuk Case study Phd nya,

mungkin ada yg bisa membantu (akan ada gift menarik)

saya forward saja:

 

Case Study: Do you understand this? Could you location and execute your own 10 
bagger?

 

 

The best unknown activist investment of 2009

 

 

October 9, 2009 by greenbackd

 

 

 

In keeping with our penchant for stories about idiosyncratic investors who 
trade in odd securities found off the beaten track, we bring you perhaps the 
best unknown activist investment of 2009. With a far away land, a young 
protagonist, an odd treasure, an unexpected twist and a narrow escape, it’s a 
bullwhip and a fedora short of being an Indiana Jones movie. In the role of 
young protagonist is Nicholas Bolton, a 27-year old investor who made A$4.5M 
($4M) almost bringing down BrisConnections, the developer of a A$4.8B ($4.3B) 
Australian toll road. What’s most amazing is that he achieved this with an 
initial stake worth just A$47,000 ($42,000). In so doing, he became the bête 
noire of his fellow BrisConnections investors, attracted the attention of the 
Australia Securities and Investments Commission (similar to the SEC) and drew 
the ire of the Australian media.

 

*BrisConnections: The Temple of Doom*

 

Several unusual elements make the Nicholas Bolton versus BrisConnections story 
reasonably complex. Bear with us, to understand the story it’s necessary to 
understand the BrisConnections security in detail.

 

 

BrisConnections, backed by Deutsche Bank, Credit Suisse Group, JPMorgan Chase  
Co. and Macquarie Bank, raised A$1.23B ($1.16B) in July last year through the 
sale of an unusual equity security called a stapled unit. The BrisConnections 
stapled unit is a unit in the trust holding the toll road assets and a share in 
the corporate trustee. The trust unit and the share must trade together, and 
hence are said to be stapled. The reasons for creating such a security are 
beyond the scope of this post, but suffice it to say that stapled securities 
offer certain tax benefits. What really makes this story interesting is that 
the BrisConnections stapled units were issued on an installment basis. 
Installment means that on application purchasers paid A$1 ($0.90) for each 
stapled unit and were then obliged to make two further installments of A$1 
($0.90) each, payable nine months and 18 months after the IPO. In a world of 
rapidly rising stock prices, installment

 securities present no problem. When stockmarkets are in decline, however, the 
securities can trade down dramatically as investors attempt to avoid paying 
further installments.

 

13IPO tanked spectacularly, dropping 60% on the first day of trading before 
falling into terminal decline. A few months before the first installment was to 
fall due, the units had traded down to A$0.001 (that’s 1/10th of a cent). At a 
unit price of $0.001, a BrisConnections unit became a very dangerous security 
for those not realising that the units came with two A$1.00 installments for 
each $0.001 paid. That meant, for example, that a purchaser of $1,000 of the 
units owed $2M in installments and a purchaser of $10,000 owed $20M. It seems 
that there were many purchasers at $0.001 who were unable to fulfil their 
obligations and then decided that they would rather not own BrisConnections 
units. Unfortunately for them, they had run out of greater fools. As Charlie 
Munger might say, they were like the mouse who cries, “Let me out of the trap, 
I’ve decided I don’t want the cheese.” A month out from the first installment, 
there were ~70M units on the

 ask at $0.001 – the minimum price at which a security can trade on the 
Australian Stock Exchange – and no bids.

 

 

 

Enter Nicholas Bolton.

 

*Bolton: Raider of the Lost Ark*

 

Bolton had started acquiring BrisConnections units through an investment 
company, Australian Style Investments, in November last year. Before too long, 
he’d spent A$47,000 to acquire a 15% stake and become BrisConnections largest 
unitholder. He’d also taken on a A$94M liability, money that he did not have. 
What he did next comes straight from the World Poker Tour. No, he didn’t fold. 
He went all in, upping his stake to 19.9%. Why 19.9%? Under Australian law, a 
purchaser of 20% of a company’s stock is obliged to make a takeover bid to all 
remaining stockholders. By sitting at 19.9%, Bolton had the option of making a 
bid for the remaining stock, but not the obligation. He then approached 
BrisConnections about refinancing the liability. 

[Keuangan] Yunani

2010-02-09 Terurut Topik Bali da Dave
Yunani punya masalah hutang. Apakah Yunani akan di bangkrutkan, dikeluarkan 
dari Persemakmuran Euro, ataukah dipandang sebagai resiko SISTEMIK dan harus di 
BAILOUT?

Yunani...  negara kecil, bangkrutin aja...  jual semua orangnya jadi 
budak-budak, aset seluruh rakyat di sita buat bayar utang..  Merugikan uang 
negara dan keuangan negara persemakmuran euro...  he he he...  

Cepat, bikin pansus...



  
__
Yahoo!7: Catch-up on your favourite Channel 7 TV shows easily, legally, and for 
free at PLUS7. www.tv.yahoo.com.au/plus7

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] Re: Dana LPS bukan uang negara was: UU no.31 1999 dan no. 20 2001- Definsi Tindak Pidana Korupsi dan Pegawai Negeri

2010-01-31 Terurut Topik Bali da Dave
Kalau begitu penamaan undang-undangnya yang kurang jelas...  musti tanya ahli 
linguistik yang ada di pansus tuh  Kalau yang masalah ini barangkali boleh 
tanya beliau...

Secara linguistik apakah awalan akhiran ke-an bisa memberi arti berbeda 
(memperluas, memperkecil, atau mengubah kata benda jadi kata kerja? Ya 
daripada bikin bingung kenapa gak diperjelas yang satu dengan kalimat yang 
lebih deskriptif gitu...  Saya baca uang negara dengan keuangan negara artinya 
sama saja (kecuali baca UU keuangan dan deskripsi uang negara itu)...

Sebagai sampingan...  dulu saya belajar awalan a (misal asusila) atau awalan 
ab (misal abnormal) termasuk berarti tidak atau non.

Sah bila digabung dengan awalan ab seharusnya berarti Tidak sah  Saya 
baca di detik atau koran sering kali kata absah diartikan sama dengan sah...

--- On Mon, 1/2/10, Dody Dharma Hutabarat dodyd...@yahoo.com wrote:

From: Dody Dharma Hutabarat dodyd...@yahoo.com
Subject: Re: [Keuangan] Re: Dana LPS bukan uang negara was: UU no.31 1999 dan 
no. 20 2001- Definsi Tindak Pidana  Korupsi dan Pegawai Negeri
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Received: Monday, 1 February, 2010, 12:37 PM







 



  



  
  
  Pak Oka,



Saya juga tiba pada kesimpulan yang sama.

Tapi yang terjadi adalah pencampuradukkan kedua terminologi ini.

Bahkan di antara petinggi hukum sendiri pun sering tidak dapat membedakan 
keduanya.



Oleh karena dana LPS adalah bagian dari keuangan negara tapi dana LPS bukan 
uang negara, maka ada perlakuan khusus di sini.

Baik pada tata cara penggunaannya maupun pertanggungjawabann ya.



Satu hal lagi yang mungkin terlupa.

Core business LPS adalah sebagai penjamin, maka ada kemungkinan, di suatu 
waktu, ketika LPS akan mengalami kerugian atas aktivitasnya sebagai penjamin 
simpanan.

LPS bukan profit centre.

Sepanjang dana LPS digunakan sesuai dengan peruntukkannya dan dapat 
dipertanggungjawabk an secara hukum, maka kerugian LPS dapat dibenarkan.



Ada satu contoh di mana kerugian keuangan negara dapat dibenarkan secara hukum, 
yaitu bencana alam.

Kalau krisis finansial dapat dianalogikan sebagai bencana, maka dapat 
dibenarkan upaya2 yg diperlukan untuk memimalisir dan menghindari dampak krisis 
tersebut.

 



  






  
__
Yahoo!7: Catch-up on your favourite Channel 7 TV shows easily, legally, and for 
free at PLUS7. www.tv.yahoo.com.au/plus7

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] SEBAIKNYA TIDAK IKUT FTA ASEAN-China?

2010-01-08 Terurut Topik Bali da Dave
Sektor yang diuntungkan apa ya? Tidak kelihatan tabelnya?
Mungkin batubara, energi, dll. Kalau pertanian, saya rasa pertanian Indonesia 
dengan Cina masih kalah Indonesia (mungkin?)

--- On Fri, 8/1/10, Ical Moci ical.m...@gmail.com wrote:

From: Ical Moci ical.m...@gmail.com
Subject: [Keuangan] SEBAIKNYA TIDAK IKUT FTA ASEAN-China?
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Received: Friday, 8 January, 2010, 10:18 AM







 



  



  
  
  Intinya adalah secara makro Indonesia lebih diuntungkan bila mengikuti

perjanjian perdagangan AFTA dan FTA ASEAN-China, sekalipun secara

mikro ada beberapa sektor yang mengalami dampak negatif dari

Perdagangan Bebas tersebut.



What do you think?





Untuk menghitung simulasi di atas, digunakan program Global Trade

Analysis Project (GTAP). GTAP adalah program yang memanfaatkan

database perdagangan dunia dalam struktur software dengan kerangka

general equilibrium. GTAP dikembangkan di Purdue University, Amerika

Serikat. GTAP sering untuk menghitung dampak suatu kebijakan

perdagangan bilateral ataupun multilateral.




.


   





 



  






  
__
See what's on at the movies in your area. Find out now: 
http://au.movies.yahoo.com/session-times/

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] SEBAIKNYA TIDAK IKUT FTA ASEAN-China?

2010-01-08 Terurut Topik Bali da Dave
O iya, dalam model ini apakah juga diperlihatkan efeknya terhadap jumlah 
pengangguran?
Bisa saja kan surplus terjadi, tapi karena surplus ekspornya dari sektor-sektor 
teknologi tinggi/pertambangan yang tidak perlu banyak orang, maka sektor yang 
mati justru sektor intensif tenaga kerja. Kalau ini yang terjadi jangan-jangan 
acara demo dan gusur menggusur presiden bisa jadi acara rutin tiap hari

Saya pikir sih kita mulai perlu serius memasukkan pembatasan perkembangan 
jumlah penduduk sebagai salah satu strategi utama peningkatan ekonomi. Semakin 
banyak penduduk tentu perlu semakin banyak lowongan pekerjaan dan akan 
menggunakan semakin banyak sumber-daya alam. Kalau banyak penduduk tapi 
kemampuannya cuma jadi kuli dan buruh semua, negara kita ini bisa jadi negara 
sumber budak macam afrika dulu?

--- On Fri, 8/1/10, Ical Moci ical.m...@gmail.com wrote:

From: Ical Moci ical.m...@gmail.com







 



  



  
  
  Intinya ada

 



  






  
__
See what's on at the movies in your area. Find out now: 
http://au.movies.yahoo.com/session-times/

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: BLS: [Keuangan] apa yg mereka katakan ttg CENTURY pd saat krisis 2008...? Hmmm..lagi

2010-01-04 Terurut Topik Bali da Dave
Merger kalau asetnya sama-sama jelek tentu tidak pengaruh. Sebelum merger 
dengan setelah hasilnya bisa lebih jelek setelah merger (NPL semuanya besar).

Manfaat merger hanya kelihatan kalau masalahnya hanya likuiditas. Inipun kalau 
aset berbagai bank tersebut memiliki maturity yang berbeda-beda, sehingga 
kemungkinan kalah kliringnya jadi lebih kecil.

Pakem merger lainnya (pengurangan biaya karena penutupan cabang yang ganda, 
sinergi, dan macem-macem bla-bla bla lainnya) mungkin ada tapi menurut saya 
kurang signifikan kalau soal merger bank yang sudah bermasalah.

--- On Tue, 5/1/10, Habibie Nugroho Wicaksono prof.habi...@gmail.com wrote:

From: Habibie Nugroho Wicaksono prof.habi...@gmail.com


Kalau masalah merger, saya minta opini dari rekan-rekan miliser yang lain. 
Bagaimana konsepnya mengenai merger ini? Apakah terkait struktur permodalannya 
atau bagaimana?

Tolong bantuannya ya.



Terkirim dari telepon Nokia saya




 




 



  






  
__
See what's on at the movies in your area. Find out now: 
http://au.movies.yahoo.com/session-times/

[Non-text portions of this message have been removed]



[Keuangan] DPR-mengalihkan perhatian karena rakyat membela P.Boed SMI??

2009-12-27 Terurut Topik Bali da Dave


--- On Sun, 27/12/09, si Nung sinung4mi...@yahoo.com.sg wrote:

From: si Nung sinung4mi...@yahoo.com.sg
Subject: [Keuangan] erick (EJA) korban UU ITE pertama ?
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Received: Sunday, 27 December, 2009, 11:47 PM







 



  



  
  
  

fyi,



bad_news_yg_ jujur atau good_news_yg_ bohong ?



 dari situs surabaya

 



  






  
__
See what's on at the movies in your area. Find out now: 
http://au.movies.yahoo.com/session-times/

[Non-text portions of this message have been removed]



[Keuangan] Krugman (2007) - kemauan politis dan perkembangan ekonomi AmerikaKrugman (2007), hubungan antara politik (pengembangan middle class) dengan ekonomi.

2009-11-30 Terurut Topik Bali da Dave










Krugman, hubungan antara politik
(pengembangan middle class) dengan ekonomi.



Di tahun 1997, Paul Krugman, kolumnis
populer yang sering mengisi artikel NYTimes (juga pernah menjadi
pemenang Nobel Ekonomi) menerbitkan buku yang mencoba mencari
hubungan antara keinginan politik dengan keberhasilan ekonomi.



Ia mencoba membantah hipotesa dari ekonom neoklasikal  bahwa siklus peningkatan 
kesenjangan sosial dan peningkatan
kesetaraan ekonomi (yang disebutnya sebagai fase “compression”)
berlangsung secara natural. 




Kaum neoklasikal menyatakan bahwa
peningkatan kesenjangan sosial terjadi secara natural karena kaum
pengusaha memperoleh peluang bisnis besar, dan secara natural pula
nantinya ada proses penyebaran kemakmuran (trickle down) yang
mengakibatkan berkurangnya kesenjangan sosial ini.



Krugman membantah dan mengatakan bahwa
baik peningkatan kesenjangan sosial maupun peningkatan pemerataan
kemakmuran sangat tergantung dari kemauan politik pemerintah untuk
mengambil salah satu dari arah peningkatan kemakmuran ini.



Saya sendiri menambahkan buat rekan
yang ingin menelaah hipotesa Krugman di buku ini bahwa Amerika dapat
melaksanakan keinginan politiknya (untuk memeratakan atau malah
menimbulkan kesenjangan sosial) karena mereka memiliki sistem
ekonomi yang relatif independen (di tahun 1945 – 1980). Kemampuan
pasar domestik mereka untuk memproduksi maupun mengkonsumsi kegiatan
ekonomi bisa saling mencukupi. Bila dibandingkan dengan Indonesia,
situasinya mungkin agak berbeda.



Secara umum Krugman menyatakan bahwa
Partai Republik umumnya mewakili kepentingan kaum berpunya dan
menerima banyak donasi dari perusahaan-perusahaan besar (agar mereka
mendukung program yang diinginkan perusahaan besar tersebut).
Sementara Partai Demokrat bersifat lebih populis, berupaya untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat secara merata, meningkatkan jumlah
orang-orang yang termasuk kaum “middle class” dan mendukung
hak-hak sipil rakyat.



Ia menunjukkan bahwa pada masa “robber
barron”, yakni orang-orang super kaya yang memonopoli ekonomi
(misalnya JP Morgan, Mellon, Carnegie, Frick, dll), perkembangan
konglomerasi mereka didukung oleh pemerintah yang saat itu dikuasai
partai Republik. Politik uang pun saat itu digunakan untuk menekan
orang-orang kecil agar tidak ikut dalam pemungutan suara, bahkan
menekan buruh-buruh agar mereka tidak meminta kenaikan upah. Ada
disebutkan dalam sejarah bahwa buruh bekerja lebih dari 12 jam sehari
dengan upah minimal.



Krisis ekonomi The Great Depression dan
Perang Dunia (ke dua dan pertama) membawa perubahan dimana pemerintah
mulai beralih untuk mendukung kaum buruh. Perang Dunia memerlukan
suplai bahan baku yang selalu stabil agar para prajurit bisa menang.
Untuk itulah kemudian pemerintah berupaya agar mogok kerja hanya seminim
mungkin, dan produksi tidak terhambat. Artinya sering permintaan
kenaikan gaji dan peningkatan kualitas kerja (menjadi cuma 8 jam
kerja) akhirnya di dukung oleh pemerintah.



Di jaman ini jugalah pemerintah yang
dikuasai kaum Demokrat (Franklin D Roosevelt) berupaya untuk mulai
memperhatikan kesamaan hak antara prajurit kulit hitam dengan
prajurit kulit putih. Proses menghilangkan konsep rasisme ini
berlangsung sangat lama. Baru di tahun 1966 sajalah segregasi kulit
hitam dan putih di tiadakan (padahal sudah mulai diusahakan di tahun 45 dengan 
penyamaan di bidang militer). 

Masyarakat kulit hitam yang tadinya
tidak boleh ikut memilih presiden akhirnya memiliki payung hukum yang
dikeluarkan oleh kaum Demokrat. Masyarakat kulit hitam yang tadinya
tidak boleh pergi ke universitas harvard, akhirnya mulai
diperbolehkan.



Sejarah jelas mencatat bahwa masa
booming ekonomi sangat jelas terlihat pada periode pasca perang dunia
ke dua ini, yakni di masa pemerintahan kaum Demokrat. Dan perubahan dari 
kondisi yang sangat senjang menjadi lebih merata terjadi dengan drastis, bukan 
melalui proses bertahap yang natural.  Logikanya
adalah bahwa kebijakan-kebijakan yang disusun pemerintah adalah
mengupayakan peningkatan jumlah dan kualitas kaum middle class (yang
menjadi mayoritas). Artinya baik kekayaan maupun jumlah penduduk yang
berkecukupan memiliki bentuk kurva statistik normal (gemuk di
tengah).



Demikianlah maka semakin makmur rakyat
middle class, semakin banyak mereka mengkonsumsi. Ini berarti terjadi
peningkatan demand (permintaan) yang diikuti pula dengan peningkatan
investasi untuk meningkatkan produksi. Akibatnya semakin banyak pula
lapangan kerja yang diciptakan. (disini jelas terlihat bahwa ekonomi
saat tersebut bisa dibilang “self sufficient”). 




Lalu mengapa kemudian di era tahun 1980
pemerintahan justru berbalik dari partai Demokrat kembali kepada
partai Republik (Ronald Reagan) dengan konsep pengurangan pajak dan
pasar bebas neo-klasik nya yang kemudian membuat terjadinya lagi
kesenjangan sosial?



Krugman menjelaskan bahwa mulai tahun
1965, meningkatnya aktivitas demonstrasi warga kulit 

Re: [Keuangan] AIG and Systemic Risk: Memang Tak Mudah Melakukan Bail-Out

2009-11-27 Terurut Topik Bali da Dave
BTW, mengutip pesan di bawah:

 Konsolidasi bank-bank kecil dan penguatan disiplin pasar menjadi penting.

Ini saya rasa agak relatif. Deregulasi Bank tahun 88 bertujuan menciptakan 
BANYAK bank, yang artinya mengurangi monopoli perbankan. Banyaknya bank ini 
akan membantu mengurangi sistemik risk yang terkait dengan masalah too big too 
fail. Kalau satu kecil yang gagal, masih banyak yang bisa menutupi/menopang.

Masalahnya, yang kecil-kecil banyak ini ternyata cuma bank kerupuk/keropos yang 
kosong. Terlalu banyak pinjaman pada pihak terkait/grup konglomerasi pemilik 
bank. Akibatnya pinjaman kepada konglomerasinya sendiri kurang bermutu (proyek 
banyak yang kurang profitable tetap saja dikucurkan) sehingga kegagalan bank 
lebih mudah terjadi.

Bank-bank yang banyak muncul ini juga menimbulkan persaingan yang sangat ketat 
sehingga banyak bank (di Amerika misalnya) mengeluarkan produk-produk derivatif 
beresiko tinggi yang kadang-kadang mereka sendiri tidak mengerti resikonya. 

Sebaliknya, kalau bank yang ada cuma bank-bank besar saja, masalahnya adalah 
too big too fail dan masalah manipulasi harga karena sifatnya yang relatif 
monopoli. Memberikan kuasa monopoli pada pihak yang fokus utamanya mencari 
keuntungan tentu berarti masyarakat umum akan rugi.

Jadi memang perlu dicari formula yang tepat agar ada banyak bank (relatively 
independent untuk mencegah sistemik risk) tapi mereka harus sehat dan juga 
profitable tanpa membuat masyarakat/konsumen dirugikan. Gimana caranya?  
Silahkan kalau mau diskusi teknis..

- apakah ada jumlah bank optimal untuk satu propinsi. Apa variable penentunya?
- Apakah ada jumlah aset bank yang optimal untuk per daerah (atau per 10 juta 
penduduk misalnya?) Bagaimana cara mencari nya?
- 


--- On Fri, 27/11/09, winarto sugondo sugondo.wina...@gmail.com wrote:

From: winarto sugondo sugondo.wina...@gmail.com
Subject: Re: [Keuangan] AIG and Systemic Risk: Memang Tak Mudah Melakukan  
Bail-Out
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Received: Friday, 27 November, 2009, 6:53 PM

2009/11/24 Wahyoe Soedarmono wahyoe_indone...@yahoo.com


 Konsolidasi bank-bank kecil dan penguatan disiplin pasar menjadi penting.
 Di Indonesia, pasar finansial sudah mulai bekerja dengan baik untuk
 mendisiplinkan bank agar risk management tidak procyclical. Tetapi, BI
 nampaknya belum memulai memikirkan penguatan market discipline ini sampai
 dengan 2010.

 Salam,




  
__
Win 1 of 4 Sony home entertainment packs thanks to Yahoo!7.
Enter now: http://au.docs.yahoo.com/homepageset/

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] Energi Arus Laut

2009-11-27 Terurut Topik Bali da Dave
Wow, baru lihat yang seperti ini sepertinya promising...  Asalkan kapal 
nelayan tidak lewat dan nabrak/mencurinya, sepertinya sangat menjanjikan.

Untuk turbin yang dipasang dalam air, penelitian efek suara/wave yang 
ditimbulkan dalam air tentu sangat sulit dilakukan. Sangat sulit mengetahui 
efek diletakkannya turbin ini bagi habitat fauna laut. Tapi toh harus diakui 
banyak kapal motor yang lalu lalang di atas permukaan tidak ada orang yang 
komplain dengan suaranya/efeknya bagi penangkapan ikan/habitat laut.

Dari segi teknis, saya tidak bisa membayangkan bagaimana caranya menjaga karet 
sepanjang 200 meter agar tidak sobek saat digoyang oleh ombak, namun cukup 
tipis/fleksibel untuk dapat menerima tepukan ombak dan menekan air yang ada di 
dalam tabung karet tersebut. 
Tapi tentu saja saya bukan engineer ahli. Saya tidak tahu bagaimana teknisi 
pembangkit listrik dari generator bisa menjaga suhu tungku pembakarannya tanpa 
merusak pabrik, atau bagimana pabrik baja bisa meleburkan besi tanpa membuat 
kehancuran alat-alat pembuatnya. Saya yakin teknisi-teknisi Indonesia tentu 
bisa mencari pemecahan atas masalah-masalah yang ada berkaitan dengan 
operasional sistem ini sehingga biaya pemeliharaannya bisa semurah mungkin.

Info yang sangat menarik pak...  terima kasih.

--- On Sat, 28/11/09, Hok An ho...@t-online.de wrote:

From: Hok An ho...@t-online.de
Subject: Re: [Keuangan] Energi Arus Laut
To: Bali da Dave dfa...@yahoo.com
Received: Saturday, 28 November, 2009, 1:28 AM

Yang cantumkan dua isi saja:

proyek seagen/seaflow untuk arus laut dan proyek anaconda untuk ombak.
Kedua proyek ini dimensi dana masih belum besar, jadi Indonesia kalau mau masih 
bisa ikut (maksudnya beli atau lebih murah lagi tiru perusahaan yang terlibat 
dalam proyek2 ini).
Anaconda sangat menarik, sebab bahan baku utama adalah karet, jadi yang masalah 
adalah komponen2 lain yang juga harus tahan air laut.
Jadi yang punya semangat silahkan investasi.

Salam

Hok An


Seagen:
http://en.wikipedia.org/wiki/SeaGen
http://www.marineturbines.com/3/news/article/26/marine_current_turbines_reveals_details_of_seagen_s_operating_performance/

Anaconda:

http://www.newscientist.com/article/dn14258
Giant rubber snake could be the future of wave power

   * 14:09 04 July 2008 by *Tom Simonite*
     http://www.newscientist.com/search?rbauthors=Tom+Simonite
   * Video: Giant rubber snake could be the future of wave power
     http://www.youtube.com/watch?v=VamSAbwgJKk

A giant rubber snake could be the future of renewable energy. The rippling 
Anaconda produces electricity as it is squeezed by passing waves. Its 
developers say it would produce more energy than existing wave-energy devices 
and be cheaper to maintain.

Retired physicist Francis Farley and Rod Rainey of Atkins Global 
http://www.atkinsglobal.com/ dreamed up a flexible tube filled with seawater 
and sealed at both ends like a giant sausage. The structure streams out in the 
waves like a windsock pushed by the wind.

The passage of each wave squeezes the rubber and produces a bulging pressure 
wave that travels down its length. When the bulge reaches the end it sets 
turbines spinning to generate electricity.


     Slippery customer

Eventually, full-scale versions should be 7 metres across, 200 m long and be 
anchored at one end in water between 40 m and 100 m deep.

For now, however, engineers John Chaplin 
http://www.soton.ac.uk/mediacentre/guidetoexpertise/john_chaplin.html and 
Grant Hearn at the University of Southampton are testing mini Anacondas, a few 
metres long, in a wave tank. The top barely breaks the surface, and you can 
see the bulges moving down the tube, says Chaplin.

In engineering terms, it is unlike any other offshore structure, he told *New 
Scientist*. It's not a solid structure like an oil platform and it doesn't 
behave like a boat either.

Preliminary results are promising, says Chaplin. By tuning the diameter, 
flexibility and thickness of the rubber tube it is possible to make the 
Anaconda's pressure bulges travel at roughly the same speed as the waves 
outside. As a result they gradually gather more energy from the waves as they 
travel down the tube.


     Snake scales

A full-scale device should produce 1 megawatt - enough to power around 2000 
houses.

By comparison, each jointed steel cylinder of the Pelamis wave power system 
http://www.newscientist.com/article/mg19425996.400-eel-feel-helps-wave-power-go-with-the-flow.htmlMovie
 Camera which is being trialled in Portugal generates just 0.75 MW.

Anaconda's unique design should also handle the greatest challenge of wave 
energy better. The ocean is a very hostile environment, says Chaplin. The 
structure has got to be there and still working after the largest storms. 
What's more, saltwater corrodes metal structures, making maintenance costs 
high, he says.

A rubber structure with few mechanical parts exposed to the sea should be more 
resilient. Chaplin hopes to have a one-third scale

Re: [Keuangan] Energi Arus Laut

2009-11-27 Terurut Topik Bali da Dave
O iya, barusan juga sempat lihat di wikipedia tentang wave power:

http://en.wikipedia.org/wiki/Wave_energy

Menurutnya, di laut ada beberapa macam gerakan air:
1: Tidal Power (air pasang surut karena pengaruh bulan) - lebih mudah 
diprediksi daripada angin/wave
2. Arus laut, artinya gerakan air dimana air panas bergerak di atas ke arah 
yang lebih dingin, dan bergerak ke bawah...  sementara air dingin yang biasanya 
di bawah bergerak ke atas atau ke arah daerah tropis yang lebih panas. (umumnya 
lebih banyak di daerah samudera besar (pasifik, atlantis, dll) Karena Indonesia 
banyak pulaunya, arus laut ini kemungkinan tidak sekuat arus di laut bebas.
3. Ombak (wave power), yakni gerakan di permukaan air.

Sangat menarik

--- On Sat, 28/11/09, Bali da Dave dfa...@yahoo.com wrote:

From: Bali da Dave dfa...@yahoo.com
Subject: Re: [Keuangan] Energi Arus Laut
To: Ahli Keuangan AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Received: Saturday, 28 November, 2009, 6:32 AM







 



  



  
  
  Wow, baru lihat yang seperti ini sepertinya promising...  Asalkan 
kapal nelayan tidak lewat dan nabrak/mencurinya, sepertinya sangat menjanjikan.



U

 



  






  
__
Win 1 of 4 Sony home entertainment packs thanks to Yahoo!7.
Enter now: http://au.docs.yahoo.com/homepageset/

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] Karakter Perbankan tidak sesuai pasal 33 UUD 45

2009-11-25 Terurut Topik Bali da Dave
Dari contoh artikel dibawah ada disebutkan contoh penyediaan obat untuk 
penyakit negara maju dibandingkan penyakit negara miskin.

Penyakit negara maju lebih mudah dicari obatnya karena anggaran risetnya ada, 
yakni jika ada hasil maka warga sakit negara maju akan sanggup membayar untuk 
menutup ongkos yang dikeluarkan dalam riset mencari obat ini.

Sebaliknya, penyakit negara miskin lama menemukan obatnya karena seringkali 
biaya menemukan obat ini begitu besarnya sehingga warga negara miskin ini tidak 
sanggup membayar untuk menutupi ongkos riset untuk menemukan obat ini.

Sekarang insentif apa yang bisa membuat perusahaan farmasi untuk membuang uang 
untuk melakukan riset dan memproduksi obat bagi warga negara miskin ini tanpa 
harus menjadi bangkrut dan memecat seluruh karyawan mereka yang jenius ini? 
Tentu saja insentif ini sebaiknya terus memacu orang untuk bekerja keras, 
kreatif dan efektif dalam memecahkan masalah? Ekonomi pasar bebas memacu orang 
untuk menjadi kreatif dan efektif dalam memecahkan masalah. Namun kelemahannya 
adalah, sampai saat ini tidak ada insentif untuk berusaha memecahkan masalah 
penyakit negara-negara miskin karena insentif return/balik modal nya sangat 
kurang memadai. Hanya karena banyak manusia masih memiliki hati emas sajalah 
maka bantuan ini dan itu kadang-kadang mengalir untuk meringankan beban 
penyakit negara-negara miskin ini.

Saya pernah baca, seseorang tidak bisa menjadi baik bila ia tidak memiliki 
harta pribadinya (senyum, keramahan, dll termasuk juga harta pribadi, bukan 
cuma masalah uang). Sedikit banyak ini sama dengan argumentasi bahwa Tuhan 
memberikan kita kebebasan untuk berbuat dosa atau tidak. Tanpa kebebasan ini, 
kita tidak bisa memberikan kepada Tuhan hadiah dari kita, yakni hati yang 
menurut dan taat pada Tuhan. 


--- On Wed, 25/11/09, dyahanggitasari dyahanggitas...@yahoo.com wrote:








 



  



  
  
  Menurut Mubyarto (2004), orientasi perbankan kita memang ironis. Di satu 
pihak, usaha-usaha kecil lari ke rentenir dengan membayar bunga tinggi. 
Tetapi, di pihak lain, kelompok masyarakat ekonomi kuat menyimpan uang mereka 
di bank dalam bentuk deposito dengan harapan menerima bunga menarik. Para 
pelepas uang dan deposan menikmati pendapatan bunga tinggi. Sebaliknya, 
kelompok usaha kecil dan menengah harus membayar bunga tinggi kepada masyarakat 
ekonomi kuat tersebut.  

Itulah karakter kegiatan perbankan dalam sistem ekonomi individualis- liberal 
yang jelas tidak sesuai dengan pasal 33 UUD 1945. 





 



  






  
__
Win 1 of 4 Sony home entertainment packs thanks to Yahoo!7.
Enter now: http://au.docs.yahoo.com/homepageset/

[Non-text portions of this message have been removed]



Ekonomi Gotong Royong -- [Keuangan] PANCASILA

2009-10-06 Terurut Topik Bali da Dave
Barangkali soal pancasila agak jauh dari masalah ekonomi, barangkali lebih 
dekat kalau membahas ekonomi gotong-royong:

Definisi gotong royong: 
An enormous inventory of highly specific and often quite intricate
institutions for effecting the cooperation in work, politics, and
personal relations alike, vaguely gathered under culturally charged and
fairly well indefinable value-images--rukun (mutual adjustment), gotong 
royong (joint bearing of burdens), tolong-menolong (reciprocal 
assistance)--governs social interaction with a force as sovereign as it is 
subdued.[1]
Javanese culture is stratified by social class and by level of
adherence to Islam. ...Traditional Javanese culture does not emphasize
material wealth. ...There is respect for those who contribute to the
general village welfare over personal gain. And the spirit of gotong royong, or 
volunteerism, is promoted as a cultural value. 

Definisi diatas diambil dari wikipedia.

Konsep ekonomi gotong-royong rupanya memiliki beberapa poin signifikan:
1. Joint bearing of burden, beban berat ditanggung bersama.
2. Volunteerism. sukarela/tidak dibayar
3. Tujuannya untuk mencapai 'general village welfare'

Dari sini kita bisa dapat analisa bahwa partisipasi dan 'awareness' masyarakat 
terhadap apa yang dianggap penting bagi daerah (lokal atau kalau diperluas 
negara). Analisa ini mengarah pada peran negara dalam kehidupan masyarakat.

Sudah menjadi debat umum tentang perlu atau tidaknya peran pemerintah. Yang 
mendukung peran pemerintah dalam hidup negara umumnya menunjukkan bahwa 
individu secara sendiri tidak bisa melakukan banyak hal dalam mengerjakan 
hal-hal besar, atau sebagai pemusatan energi masyarakat untuk menjaga hal-hal 
umum masyarakat. Dengan demikian masing-masing individu masyarakat bisa lebih 
berfokus pada kemampuannya masing-masing. Sementara pihak yang kontra umumnya 
berfokus pada kenyataan bahwa konsentrasi energi itu akan memberikan kekuasaan 
power pada pihak-pihak yang seharusnya menggunakan energi itu untuk 
kepentingan rakyat.

Perdebatan ini sering dibawa pada era ekonomi, dimana pemerintah di-minta 
untuk menaikkan taraf hidup masyarakat. Berhubungan dengan supplier luar untuk 
mengolah hasil sumber daya bumi/komoditas, dan menggunakan hasilnya untuk 
sebaik-baik kepentingan masyarakat. Atau juga misalnya dalam hal krisis 
ekonomi, pemerintah diharap untuk mencari pinjaman agar proyek-proyek yang 
diharapkan dapat memulihkan putaran roda ekonomi bisa dijalankan (economic 
stimulus).

Sementara pihak yang kontra pun memandang bahwa kuasa ini bisa dikorupsi. Uang 
rakyat masuk ke kantong orang penguasa dan bukannya digunakan untuk 
kesejahteraan rakyat. Untuk permisalan saja, uang hasil menambang minyak, 
apakah harus digunakan untuk mensubsidi masyarakat ataukan menggunakan harga 
pasar tapi uangnya digunakan untuk membangun rumah sakit, sekolahan, atau yang 
lain-lainnya.

Dari sini kita lihat bahwa ekonomi yang berdasarkan gotong royong ternyata 
melakukan terobosan dimana masyarakat bergerak sendiri (gerakan dari bawah) 
dimana masyakat mengenal ada suatu usaha yang perlu dilakukan untuk mencapai 
kesejahteraan bersama dan mereka melakukan gerakan grass-root secara sukarela. 
Contoh kecilnya barangkali dalam hal dukungan dana bencana alam. MAsing-masing 
dengan sukarela menyumbang agar penderita dapat tertolong.

Konsep ini bisa diubah menjadi konsep corporate/profit seeking dimana setiap 
orang membayar uang premi secara rutin agar pihak yang menderita bisa ditolong 
lewat uang premi yang terkumpul. Konsep ini sedang diupayakan Obama untuk 
memperbaiki sistem kesehatan Amerika.

Tentu saja sistem-sistem ini bisa memiliki 'bug' atau kelemahan. Misalnya saja 
dalam menyalurkan dana donasi bantuan bencana, siapa yang bisa dipercaya dan 
kompeten untuk mengalokasikan dana bantuan tersebut. Dalam sistem asuransi pun, 
prinsip gotong-royong ini juga punya masalah karena ternyata insentif profit 
membuat perusahaan asuransi sering mangkir dan mencari-cari alasan teknis agar 
mereka tidak usah membayarkannya.

Jadi konsep asal gotong-royong pun secara konseptual dasarnya adalah juga 
dipraktikkan di luar negeri, walaupun detil-detil yang memotivasi masyarakat 
untuk ikut serta bisa berbeda-beda. DI Indonesia kerekatan sosial adalah sumber 
kekuatan gotong-royong, maka bila kita rasakan bahwa tetangga dan masing-masing 
pekerja semakin mengarah ke masyarakat urban yang lebih individual, maka 
kekuatan gotong-royong menjadi semakin lemah dan tidak bisa lagi diharapkan 
untuk menjadi sumber peningkatan kesejahteraan umum. Tentang bagaimana perilaku 
sosial masyarakat bisa direkatkan kembali, tentu bukan bidang ilmu ekonomi tapi 
lebih merupakan bidang ilmu sosiologi.



 

















  
__
Get more done like never before with Yahoo!7 Mail.
Learn more: http://au.overview.mail.yahoo.com/

[Non-text 

Re: [Keuangan] Re: Redam 12 Modus Penghindaran Pajak

2009-10-05 Terurut Topik Bali da Dave

barangkali perlu diubah jadi 13...  bukannya 12 modus penghindaran Pajak.
Apakah ada indikasi berapa besar pajak yang bisa dikumpulkan jika masalah 
transfer pricing ini bisa diatasi?




--- On Mon, 5/10/09, dyahanggitasari dyahanggitas...@yahoo.com wrote:

From: dyahanggitasari dyahanggitas...@yahoo.com
Subject: [Keuangan] Re: Redam 12 Modus Penghindaran Pajak
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Received: Monday, 5 October, 2009, 3:29 PM






 





  

Barangkali Pak Anton bisa menjawab pertanyaan saya:

a. Adakah Ibu Menteri sudah mengantisipasi masalah transfer pricing?

b. Contoh studi kasus. Bagaimana antisipasi terhadap perusahaan yang melakukan 
pembebanan amortisasi sehingga P/L selalu rugi? Pembebanan ini bisa dilakukan 
dengan pembelian barang barang bekas yang sudah tidak dipakai lagi dari 
perusahaan induk di negara asalnya yang notabene book valuenya di pembukuan 
sana sudah nol tetapi di laporan keuangan di sini dibeli dengan harga yang 
tinggi. 



Terima kasih. 



--- In AhliKeuangan- Indonesia@ yahoogroups. com, Anton MS Wardhana 
ari@...  wrote:



 simpulannya, agar tidak memiliki masalah perpajakan, sebaiknya kita tidak:

 

 1. mengalihkan sebagian omzet ke persediaan akhir.

 2. melakukan kompensasi kerugian yang tidak diperkenankan.

 3. mengkreditkan PPh Ps. 25 dalam surat pemberitahuan (SPT) pajak lebih

 besar daripada sebenarnya.

 4. menyandingkan omzet PPh dengan omzet PPN.

 5. menyandingkan biaya gaji dengan PPh Ps. 21.

 6. membebankan biaya overhead, seperti sewa, jasa, transportasi, promosi,

 dan bunga, tanpa diimbangi PPh Ps. 23 atau Ps. 4 (2).

 7. tidak melaporkan sebagian pajak keluarannya.

 8. memungut PPN, tetapi tidak membayarkan ke kantor pajak atau tidak

 melaporkan dalam SPT.

 9.  WPOP menerbitkan faktur pajak yang sudah dikreditkan orang lain.

 10. menggunakan surat setoran pajak (SSP) palsu.

 11. melakukan restitusi, tetapi pajak lebih bayar itu dikompensasi pada

 bulan berikutnya.

 12. terindikasi menggunakan faktur pajak fiktif.

 

 atau akan dianggap sebagai upaya penghindaran pajak.

 

 *BR, ari.ams*

 

 artikel asli:

 http://bisniskeuang an.kompas. com/read/ xml/2009/ 10/05/07375570/ redam.12. 
 modus.penghindar an.pajak

 

 /Home/Bisnis  Keuangan/Fiskal  Moneter

 PENERIMAAN NEGARA

 Redam 12 Modus Penghindaran Pajak

 

 SENIN, 5 OKTOBER 2009 | 07:37 WIB

 *JAKARTA, KOMPAS.com *- Mulai tahun 2010, pemerintah mengintensifkan

 penggalian potensi penerimaan pajak, yakni dengan meredam 12 modus

 penghindaran Pajak Penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai.

 

 Hal itu, menurut Menteri Keuangan sekaligus Pelaksana Jabatan Menteri

 Koordinator Perekonomian Sri Mulyani Indrawati, dibutuhkan untuk menutup

 kenaikan target penerimaan pajak APBN 2010, yaitu Rp 658,3 triliun.

 

 Menkeu menyampaikan hal itu di Jakarta pekan lalu saat memaparkan isi UU

 tentang APBN 2010.

 

 Ia menjelaskan, 12 modus penghindaraan pajak itu akan diredam dengan

 menggunakan mekanisme optimalisasi pemanfaatan data perpajakan (OPDP),

 terutama pada transaksi yang dinilai tidak wajar.

 

 Enam jenis transaksi tidak wajar yang biasanya dilakukan untuk menghindari

 pembayaran Pajak Penghasilan (PPh) adalah mengalihkan sebagian omzet ke

 persediaan akhir. Melakukan kompensasi kerugian yang tidak diperkenankan.

 Mengkreditkan PPh Pasal 25 dalam surat pemberitahuan (SPT) pajak lebih besar

 daripada sebenarnya. Menyandingkan omzet PPh dengan omzet Pajak Pertambahan

 Nilai (PPN). Menyandingkan biaya gaji dengan PPh Pasal 21. Pembebanan biaya

 overhead, seperti sewa, jasa, transportasi, promosi, dan bunga, tanpa

 diimbangi PPh Pasal 23 atau Pasal 4 Ayat 2.

 

 Adapun enam transaksi tidak wajar lainnya yang digunakan untuk menghindari

 pembayaran PPN adalah wajib pajak tidak melaporkan sebagian pajak

 keluarannya. Wajib pajak memungut PPN, tetapi tidak membayarkan ke kantor

 pajak atau tidak melaporkan dalam SPT. Wajib pajak nonperusahaan kena pajak

 menerbitkan faktur pajak yang sudah dikreditkan orang lain.

 

 Selain itu, wajib pajak menggunakan surat setoran pajak (SSP) palsu. Wajib

 pajak melakukan restitusi, tetapi pajak lebih bayar itu dikompensasi pada

 bulan berikutnya. Wajib pajak terindikasi menggunakan faktur pajak fiktif.

 

 Selain menggunakan OPDP, strategi lain yang dilakukan pemerintah adalah

 melanjutkan program pemetaan dan penetapan tolok ukur atas wajib pajak di

 sektor industri yang sama, yang dilakukan dengan lima langkah.

 

 Pertama, memantapkan profil semua wajib pajak di kantor pelayanan pajak

 (KPP) madya, KPP large taxpayer office/kantor wajib pajak besar) dan khusus,

 serta 500 wajib pajak di masing-masing KPP Pratama.

 

 Kedua, membuat profil wajib pajak berdasarkan gedung tempat bekerja. Ketiga,

 pengawasan secara intensif PPh Pasal 25 dari perusahaan ritel. Keempat,

 mengawasi wajib pajak pribadi potensial. Kelima, optimalisasi penggalian

 pajak dari wajib pajak bendahara.

 

 

[Keuangan] Ekonomi Pancasila

2009-10-01 Terurut Topik Bali da Dave
apa yg dipaparkan Sri Edhi-Swasono, Mubyarto, atau Sritua Arief saya kira 
cukup mewakili pandangan ini

Barangkali bisa diperjelas apa yang dimaksud dengan pandangan dari 
beliau-beliau itu ? Konsep koperasi atau apalah...  barangkali bisa di list 
satu demi satu? Saya juga kurang jelas  barangkali nanti bisa berkembang, 
ada persamaan-persamaan matematisnya sehingga bisa lebih indah seperti ekonom 
neoliberal atau ekonom Keynes dan lainnya, dan bukan di awang-awang saja?

Thanks








 





  

[Non-text portion
 

















  
__
Get more done like never before with Yahoo!7 Mail.
Learn more: http://au.overview.mail.yahoo.com/

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: Bls: [Keuangan] Ekonomi Pancasila

2009-10-01 Terurut Topik Bali da Dave
Maksudnya biar diskusinya terarah. Satu demi satu point ekonomi pancasilanya 
ditelaah. Jadi lebih teratur (maklum katanya sekarang sudah tidak dimoderasi, 
saya mencoba menjadi moderator...  he..he...)

Kalau misalnya disebutkan koperasi salah satu bentuk pancasilanya, bisa dibahas 
koperasi saja secara ilmu ekonomi. 

Dan bicara Pancasila (ideologi) digabung dengan ekonomi (ilmu), kadang-kadang 
ideologinya menutupi fakta (contoh UniSovyet yang ngotot komunisme lebih unggul 
- hanya karena memang itu ideologinya.)

Jadi kalau misalnya kita membahas ekonomi Pancasila, kita berusaha menjauhkan 
diri (agar tidak subyektif dan lebih obyektif). Dan dalam kaitan ini, kita tahu 
bahwa ekonomi pancasila itu ada unsur agamanya. Dan kita tau juga kalau masalah 
agama ini bicara nyawa juga banyak yang dengan sukarela ngotot dan berkorban 
apa saja. Jadi ekonomi dari segi Agama kalau menurut saya lebih baik jangan 
dibahas di sini...  terlalu sensitif (katanya milis ini bukan untuk membahas 
masalah sara). Bisa bikin orang gelap mata.

Dan masalah kemanusiaan juga sebenarnya sangat terpengaruh dari budaya. Menurut 
adat jepang, orang yang menjual perusahaannya (menjual rahasia perusahaan) 
hampir sama dengan orang yang menjual rahasia negara atau bahkan menjual 
ibu/ayah sendiri. Ini karena budaya mereka yang menganggap ketua klan 
(perusahaan) sebagai kepala keluarga. Jadi masalah manager yang buyout 
perusahaan umum dan kemudian secara telengas pecat karyawan agar aset 
perusahaan bisa dijual (piece meal) benar-benar dianggap manusia biadab.

Jadi memang masalah ekonomi tidak bisa lepas dari kehidupan, dan untuk mudahnya 
kita bisa bahas dari prinsip-prinsip ekonomi yang kita ketahui. Apakah ekonomi 
pancasila misalnya menganggap kurva agregat supply dan kurva agregat demand itu 
sama dengan buku ekonomi umum? Dan lain-lainnya.

Kalau soal persamaan matematik, saya pernah coba membahas/menerjemahkan 
artikelnya Krugman, yang saya juga setuju. Tidak semua konsep ekonomi bisa 
digambarkan dengan plus minus matematis, persamaan linear atau juga persamaan 
parabolik. Tapi prinsip-prinsip utamanya dapat dipermudah untuk dimengerti 
dengan melihat grafik, misalnya kurva supply demand (walaupun tidak selalu bisa 
dijadikan persamaan matematis).

--- On Thu, 1/10/09, prastowo prastowo sesaw...@yahoo.com wrote:

From: prastowo prastowo sesaw...@yahoo.com
Subject: Bls: [Keuangan] Ekonomi Pancasila
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Received: Thursday, 1 October, 2009, 6:12 PM






 





  Saya hanya mencoba menjawab bahwa itu ada secara teoritik. 
Secara detail silahkan dicari sendiri mas, saya kira mereka juga menulis cukup 
banyak. Sritua Arief dulu lama menulis untuk Kompas kan, Mubyarto juga sudah 
menulis buku, bahkan ada satu buku yg ditulis dg Boediono, cawapres terpilih. 

Anda malah nanya persamaan matematis, sejak kapan ilmu ekonomi standarnya 
persamaan matematis? Apalagi hanya indah tidak indah, wah sayang sekali mas.



salam,
 

















  
__
Get more done like never before with Yahoo!7 Mail.
Learn more: http://au.overview.mail.yahoo.com/

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] Aspek Ekonomis Barang Tidak Kena Pajak

2009-09-25 Terurut Topik Bali da Dave
Mengingat banyaknya barang Indonesia yang diselundupkan ke luar negeri (negara 
tetangga), ada kemungkinan makin banyak lagi barang-barang tersebut keluar 
negeri tanpa bayar pajak. Harga jual di luar negeri lebih besar, untung jualan 
di dalam negeri lebih kecil gara-gara musti bayar pajak lagi...

Mungkin gak sih?

--- On Fri, 25/9/09, anton ms wardhana ari.am...@gmail.com wrote:

From: anton ms wardhana ari.am...@gmail.com
Subject: [Keuangan] Aspek Ekonomis Barang Tidak Kena Pajak
To: ahlikeuangan-indonesia AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Received: Friday, 25 September, 2009, 7:31 PM






 





  Artikel mengenai Aspek Ekonomis Barang Tidak Kena Pajak ini 
nampaknya

ditulis untuk memberi tanggapan berita

http://www.pajak. go.id/index. php?option= com_content view=article id=10281: 
17-jenis- jasa-bebas- ppncatid= 87:Berita% 20Perpajakan Itemid=123tentan g

17 jenis jasa akan terbebas dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN)



Salah satu tujuan tidak dikenakan PPN adalah agar harganya mampu bersaing.

Apa iya?

Contoh di bawah ini adalah salah satu contoh yang membuktikan tidak selalu

demikian:



Peternak Ayam Petelur



Untuk mendapatkan panen yang bagus, petani harus beli bibit yang baik,  juga

makanan yang baik. Kalo pakan ayamnya buatan pabrik, maka pakan itu kena

PPN. Artinya si peternak ada tambahan uang keluar senilai PPN Masukan 10%.

Belum lagi ia harus juga mengeluarkan uang untuk merawat kondisi kandang,

obat2an dan vitamin kesehatan ayam-ayamnya dll yang kena PPN.

Misalnya harga pakan, lampu, obat dll 100, maka yang ia keluarkan 110.

Waktu dijual, telur2nya itu ngga kena PPN. Kalo misalnya harga jualnya 115,

maka laba bersihnya hanya 115-110 = 5. Kenapa begitu ? Sebab PPN Masukannya

jadi biaya pengurang laba sebab tidak bisa dikreditkan.



Untungnya, telur2 ini waktu dijual kembali di supermarket juga tidak kena

PPN. harga jual akhirnya hanya bertambah sebesar margin pedagang, tidak ada

unsur PPN.

Contoh ini ngga akan jauh beda dengan petani atau pekebun yang produknya

bebas PPN.



Problemnya, yang ditekan dalam hal ini adalah peternak. Ngga ada jaminan

bahwa harga jual peternak yang 115 itu ngga akan dijual oleh si pedagang

besar/akhir hanya 120, bisa jadi 300 dan yang dapat laba 180 adlah pedagang.

peternak tetep aja dapat 5.



Kalau keadaannya kayak begitu, suatu saat peternak akan menaikkan harga

produksinya. Pedagang juga akan menaikkan harga jualnya. Kalo ngga ada

batasan, maka harga jual telur lokal bisa jadi lebih tinggi daripad telur

impor.



Saya ngga menentang aturan UU PPN baru (lha memangnya saya siapa kok

berani2nya menentang aturan yang ditetapkan sing mBahurekso hehehe :)

Semangatnya bagus sekali kok.  Tapi ada lobang yang bisa saja saya

manfaatkan agar saya tetap dapat untung besar, sabodo teuing dengan tujuan

akhir pemerintah yang meniatkan industri dalam negeri bisa bersaing atau

survive. Kalo saya ngga ikutan ditatat, maka peternak atau petani tetap saja

miskin.. sementara produk asing tetap saja meraja lela, padahal demi aturan

ini

Kalimat saya bisa saja, loh. Tidak berarti akan begitu jadinya atau

harus begitu. Tetapi kalau ada aturan main yang menutup lobangnya,

alangkah baiknya..



Nah, dalam artikel di bawah, nampaknya (juga) diasumsikan karena labanya

kecil maka peterrnak (kalo ikut contoh di atas) menaikkan harga, pedagang

menaikkan harga lagi..



*BR, ari.ams*



http://www.klinik- pajak.com/ aspek-ekonomis- barang-tidak- kena-pajak. html*

Aspek Ekonomis Barang Tidak Kena Pajak*



September 25, 2008 by Rudi

Filed under PPN



Menarik dicermati, langkah bersama berbagai asosiasi pengusaha menyampaikan

usulan ke DPR baru-baru ini. Yakni agar barang dan jasa yang tidak kena PPN,

jenisnya diperluas atau diperbanyak (harian KONTAN, 16/9/2008). Usulan ini

terkait sedang dibahasnya RUU amandemen UU Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan

Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) antara pemerintah dengan DPR.



Selama ini sebenarnya banyak juga usulan yang telah diajukan pengusaha

kepada pemerintah perihal pembebasan pajak. Beberapa di antara telah

diakomodasi. Dengan begitu, kalaupun belum semua usulan dipenuhi, itu tidak

terlepas dari kriteria dalam sistem perpajakan sebagai bagian dari sistem

perekonomian nasional. Bukan hanya untuk pengamanan penerimaan pajak.



*Barang kena pajak*



Fenomena ini tentu menimbulkan pertanyaan sebaliknya. Kalau hanya mengikuti

kepentingan pengusaha, barang atau jasa apa yang akan dikenakan pajak?

Bukankah bila makin banyak jenis barang dan jasa yang tidak kena pajak,

justru akan menimbulkan ketidakseimbangan (unequilibrium) di pasar dan

sistemperekonomian? Atau balikan terkesan tidak adil dan diskriminatif?



Barang kena pajak (BKP) dan jasa kena pajak (JKP) mulai dikenal di Indonesia

sejak 1 April 1985, sejalan dengan berlakunya UU No.8/1983 tentang PPN dan

PPnBM. Tidak semua barang atau jasa dikenakan pajak. Tapi, hanya yang masuk

kategori sebagai BKP atau 

Re: [Keuangan] Aspek Ekonomis Barang Tidak Kena Pajak

2009-09-25 Terurut Topik Bali da Dave
Iya, pendapat yang masuk akal...

--- On Sat, 26/9/09, anton ms wardhana ari.am...@gmail.com wrote:

From: anton ms wardhana ari.am...@gmail.com
Subject: Re: [Keuangan] Aspek Ekonomis Barang Tidak Kena Pajak
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Received: Saturday, 26 September, 2009, 11:14 AM






 





  tentang penyelundupan barang keluar negeri karena harga lebih 
mahal sudah

pernah terjadi dalam kasus BBM, beberapa tahun yl



menurut saya aja sih, penyelundupan itu terjadi bukan karena ngga mau bayar

pajak (karena PPN ekspor 0%) tapi karena ada larangan ekspor untuk menjaga

ketersediaan supply.. soalnya kalo supply-nya berkurang, harga-harga menaik

 kalo kejadiannya pas demand-nya menaik juga (salah satu momennya mungkin

mudik ini) ya dobel naiknya kale



soal selundup selundupan, juga ada kasus kebalikan loh oom. penyebabnya

sedikit menyebalkan :(

untuk beberapa produk seperti makanan/minunan, pakaian, dan sparepart.. di

wilayah yang dekat dengan negara lain (antara lain di kepulauan riau tempat

saya sekarang, atau kepulauan bangka belitung tempat saya dulu tinggal),

harga barang akan jauh lebih mahal bila harus menunggu pasokan produk dalam

negeri dari jawa (dan sialnya selama ini kok ya selalu harus dari jawa kayak

pulau lain ngga ada pabrik aja). sedangkan kalo ada produk dari mal atau

sin, meskipun kena PPN dan Bea Impor harga masih lebih murah (sedikit).

Karena peminatnya banyak, supaya laba tambah gede, mulailah ada

penyelundupan dari jiran ke wilayah2 perbatasan untuk produk tertentu.

Tambah marak lagi dengan adanya pembatasan impor, kayak pakaian kan udah

dilarang impor dari seberang.. padahal kita juga tahu daya beli masyarakat

di perbatasan tidak besar, cenderung lebih kecil dibanding yang ada di

pulau-pulau utama, khususnya pulau jawa.



kadang2 saya memaklumi aturan2 itu (yang menaikkan PPnBM atau Bea Impor atau

hanya boleh impor lewat pelabuhan tertentu saja) karena alasan proteksi

produk dalam negeri.

Tetapi di sisi lain karena saya juga lama tinggal di propinsi final frontier

(..to boldly go to where no man has gone before -halah!!-) saya juga merasa

kadang pemerintah sendiri seolah terkonsentrasi pada pulau utama, abai pada

kebutuhan wilayah lain indonesia (entar kalo wilayahnya udah diklaim jiran

baru komplen ;p)



andainya ke beberapa wilayah tertentu yang secara operasional akan mengalami

kenaikan harga luar binasa bisa dikenakan PPN 0% seolah ekspor (hampir mirip

dalam kasus penjualan barang kena pajak pulau batam yang FTZ lah),  mungkin

bisa membantu ekonomi di wilayah wilayah itu (atau yang punya tujuan lain

kayak mau bersaing dengan sin :). sedang dari sisi penjual, karena ada PPN

Keluaran (meski 0%), PPN Masukannya bisa direstitusi atau kompensasi

sehingga tidak membebani biaya produksi.



tapi ini cuma pendapat saya. kalo ada salah-salah kata, mohon bantuan

koreksinya

:)



BR, ari.ams



Pada 26 September 2009 05:39, Bali da Dave dfa...@yahoo. com menulis:







 Mengingat banyaknya barang Indonesia yang diselundupkan ke luar negeri

 (negara tetangga), ada kemungkinan makin banyak lagi barang-barang tersebut

 keluar negeri tanpa bayar pajak. Harga jual di luar negeri lebih besar,

 untung jualan di dalam negeri lebih kecil gara-gara musti bayar pajak

 lagi...



 Mungkin gak sih?









[Non-text portions of this message have been removed]




 

  




 

















  
__
Get more done like never before with Yahoo!7 Mail.
Learn more: http://au.overview.mail.yahoo.com/

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] Pengganti BBM

2009-08-06 Terurut Topik Bali da Dave
Ekonomi booming, standar hidup masyarakat lebih baik lagi

Makanan lebih mudah dibuat (penduduk bisa pakai traktor lebih murah). Biaya 
pembuatan barang-barang turun, berarti penduduk lebih mudah membeli...  yah 
jadi kesimpulannya lebih makmur, semua orang...

Soalnya segala pengolahan barang sekarang ini kan tergantung sama energi. mau 
bikin besi dari tambangnya perlu energi, mau diolah jadi batangan perlu energi, 
mau diolah jadi mobil perlu energi, dll

Semakin murah, semakin makmur. Ini salah satu alasan subsidi pemerintah ri 
sejak berdirinya negara. Sayang kandungan minyak malah tambah sedikit, gak 
cukup buat mendukung subsidi 220juta orang indonesia...

--- On Wed, 5/8/09, zunaidi harry zoende...@yahoo.com wrote:

From: zunaidi harry zoende...@yahoo.com
Subject: [Keuangan] Pengganti BBM
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Received: Wednesday, 5 August, 2009, 8:23 AM






 





  Dear bang Poltak,

 

Bang , apa ya yang akan terjadi dalam ekonomi lokal/global jika energi baru 
pengganti BBM fosil  sudah ditemukan, dan produk baru itu bisa di buat oleh 
siapa aja secara bebas karena teknologinya yg sederhana.

Mohon penceraan nya bang, yg lain juga boleh kasih koment.

 

TQ



[Non-text portions of this message have been removed]




 

  




 

















  
__
Find local businesses and services in your area with Yahoo!7 Local.
Get started: http://local.yahoo.com.au

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] Re: RUU pengaturan dan pengelolaan utang II

2009-07-31 Terurut Topik Bali da Dave
Pak Hok An, terima kasih sudah kirim artikelnya...

Menurut pendapat saya, berhutang itu perlu, cuma ada TAPI nya.
- sebaiknya diutamakan dengan dana dalam negeri
- tidak dilakukan dengan mencetak uang gila-gilaan (independensi Bank Indonesia 
harus tetap ada, tidak dipengaruhi oleh unsur politik pemerintahan) -- supaya 
tidak menjadi seperti Zimbabwe yang inflasinya jutaan persen pertahun
- Utang luar negeri harus seimbang dengan peningkatan net export. (net export 
naik, utang luar negeri juga boleh naik tapi proporsional).

Silahkan dikoreksi atau ditambahkan

--- On Wed, 29/7/09, Jerry Matanari jerr_f...@yahoo.com wrote:

From: Jerry Matanari jerr_f...@yahoo.com
Subject: [Keuangan] Re: RUU pengaturan dan pengelolaan utang II
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Received: Wednesday, 29 July, 2009, 9:35 PM






 





  Dear Pak Hok An,

 

Kiranya berkenan, saya ingin menyampaikan pendapat.

 

Menurut saya pribadi, berhutang tidak masalah. Secara kacamata individu maupun 
pengusaha orang-orang sering mengatakan hutang itu bisa mengungkit manfaat 
modal yang dimiliki saat ini. Ada pemeo mengatakan, selama kreditur masih 
percaya untuk ngasih ngutang, dan kira-kira si peminjam sanggup bayar 
cicilannya, ya ngutang saja.



Ada juga yang mengatakan, kita mesti boleh ngutang kalau imbal hasil proyek 
infrasktur yg dibiayai lebih besar dari bunga pinjaman. Karna itu adanya 
korupsi jelas-jelas akan menimbulkan uang yg 'idle' atau tidak bermanfaat, 
sementara bunga utang jalan terus. Karna itu korupsi harus diberantas. Saya 
terima pendapat ini ada benarnya juga.

 

 *Tolok Ukur Utang*

 

 Berkenaan dengan masalah tolok ukur, manakah yang paling tepat, apakah 

 terhadap PDB atau PNB? Perlu diketahui bahwa pendapatan yang dihitung 

 dengan konsep PDB adalah dengan menjumlahkan seluruh pendapatan yang ada 

 di Indonesia, baik yang dihasilkan oleh warga negara Indonesia maupun 

 warga negara asing yang ada di Indonesia. Sementara itu, pendapatan yang 

 dihitung dengan konsep PNB adalah pendapatan seluruh warga negara 

 Indonesia, baik di negara sendiri maupun yang bekerja di negara lain, 

 dikurangi dengan pendapatan warga negara asing di Indonesia.

 

 Setiap negara berbeda-beda dalam mengukur rasio utang ini, tergantung 

 pada kondisi dan kepentingan. Amerika Serikat, misalnya, menggunakan 

 konsep PNB karena lebih menguntungkan. Perlu diketahui bahwa di Amerika 

 Serikat seluruh warga negara telah memiliki /single identity/ yang 

 dipakai seumur hidup. Dengan /single identity/ ini, pendapatan warga 

 negara di mana pun bekerja, baik di dalam maupun di luar negeri, dapat 

 diakses oleh negara sehingga pajak dengan mudah dapat ditarik. Dengan 

 konsep PNB ini, tentunya pendapatan negara akan jauh lebih tinggi 

 dibandingkan dengan konsep PDB, sehingga utang negara yang dirasiokan 

 terhadap PNB akan menguntungkan negara.

 
 

















  

Access Yahoo!7 Mail on your mobile. Anytime. Anywhere.
Show me how: http://au.mobile.yahoo.com/mail

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] Free Ride Economics

2009-05-02 Terurut Topik Bali da Dave
Hi,

Bisa sharing ga cerita lengkapnya bagimana? Saya belum pernah baca tuh.

Thanks ya.

--- On Sat, 5/2/09, Febi Febianto febianto...@yahoo.com wrote:

From: Febi Febianto febianto...@yahoo.com
Subject: Re: [Keuangan] Free Ride Economics
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Date: Saturday, May 2, 2009, 3:02 PM
















  
  imho,



Ttg kapitalisme sy selalu teringat cerita yg sangat populer ttg dua org di 
hutan yg akan di terkam harimau dgn moral cerita bahwa yg penting kita lebih 
baik dr lawan kita.  



Kapitalisme = kompetisi, dalam kompetisi (yg mrpk bagian utama dr kapitalisme) 
tidak penting apa dan berapa besar hadiah yg disediakan, tapi yg terpenting 
kita dapat mengalahkan lawan. Ini esensi dr kapitalisme. Zero sum game.



Credo yg berlaku winner takes all, yg berujung pada greedy.

pisss
 

















  

[Non-text portions of this message have been removed]



[Keuangan] Free Ride Economics

2009-05-01 Terurut Topik Bali da Dave
An economics professor at Texas Tech said he had never failed a
single student before but had, once, failed an entire class. That class
had insisted that socialism worked and that no one would be poor and no
one would be rich, a great equalizer. The professor then said ok, we
will have an experiment in this class on socialism.

All grades would be averaged and everyone would receive the same
grade so no one would fail and no one would receive an A. After the
first test the grades were averaged and  everyone got a B. The students
who studied hard were upset and the students who studied little were happy. 
But, as
the second test rolled around, the students who studied little had
studied even less and the ones who studied hard decided they wanted a
free ride too; so they studied little. The second test average was a D!
No one was happy. When the 3rd test rolled around the average was an F.

The scores never increased as bickering, blame, and name calling all
resulted in hard feelings as no one would study any longer for the
benefit of anyone else. All failed, to their great surprise, and the
professor told them that socialism would also ultimately fail because
under capitalism when the reward is great, the effort to succeed is
great; but when the government levels the playing field and takes more
of reward away; no one will try or want to succeed as much as before.
Could not be any simpler than that….


  

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] ANALISIS EKONOMI : Menakar Kinerja SBY-JK Tulisan Faisal Basri

2009-05-01 Terurut Topik Bali da Dave

Menilai kinerja dengan melihat tercapai tidaknya  target ekonomi (pertumbuhan) 
mungkin tidak bisa dijadikan alasan sukses tidaknya pemerintah (mengingat 
krisis yang katanya global ini). Kalau kita ini masih terlindung rasanya sudah 
cukup baiklah (tidak sampai krisis finansial jilid 2).

Barangkali baik Presiden sekarang maupun calon-calon nantinya bisa lebih 
menjelaskan arah kebijakan. Apakah arahnya sudah benar, semakin benar, atau 
malah tambah jauh?
Kalau mengutip kata-kata tulisan tersebut yang saya setujui
Sepatutnya penjajakan koalisi yang sedang gencar dilakukan elite partai
tak melulu mengurusi pasangan calon presiden dan wakil presiden. Yang
sungguh kita tunggu adalah tawaran konsep nyata, terukur, dan rasional
tentang bagaimana kita menjawab tantangan dewasa ini dan ke depan di
tengah perubahan konstelasi ekonomi politik global dan pergeseran
pendulum ideolog

--- On Sat, 5/2/09, oka_widana iwid...@permatabank.co.id wrote:





 

  










  
Visit Your Group  
 

  
  
  
  




 



 
  

  
  
  Y! Messenger 
Want a quick chat? 
Chat over IM with 
group members.  

  New web site? 
Drive traffic now. 
Get your business 
on Yahoo! search.  

  Yahoo! Groups 
Auto Enthusiast Zone 
Auto Enthusiast Zone 
Discover auto groups  
  


  
  .
   




 

















  

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] Re: PLN bayar kontrak dengan YUAN/RMB

2009-05-01 Terurut Topik Bali da Dave
Mantap pak...  kita hadapi dunia dengan senyum, tawa dan optimisme...

sent from my deskbe...@home from sinyal radio 103.2FM

--- On Fri, 5/1/09, syarief_fau...@yahoo.com syarief_fau...@yahoo.com wrote:

From: syarief_fau...@yahoo.com syarief_fau...@yahoo.com
Subject: Re: [Keuangan] Re: PLN bayar kontrak dengan YUAN/RMB
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Date: Friday, May 1, 2009, 5:06 PM

D
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!



  

[Non-text portions of this message have been removed]



[Keuangan] PLN bayar kontrak dengan YUAN/RMB

2009-04-30 Terurut Topik Bali da Dave
Berita detik,
http://www.detikfinance.com/read/2009/04/30/165026/1124061/4/pln-dan-kontraktor-china-sepakat-gunakan-yuan

Menurut Rudi, penggunaan RMB dinilai lebih efisien dan mempermudah
proses transaksi sebab para kontraktor tidak perlu menjual valasnya
dalam memperoleh RMB. 
 
Sebab cost production mereka
kan RMB. Jadi kalau mereka dapatnya dolar, kalau dijual kan dia harus
bayar premi, itu yang pertama. Kedua, RMB kan menguat. Kalau dia dolar
perolehannya, maka dalam RMB-nya makin mengecil. Jadi benefitnya
banyak, ada China ada benefit, untuk PLN juga ada.” katanya.

Benefit buat PLN apa? Apakah PLN menerima bayaran RMB dari penduduk/pelanggan?


Rudiantara mengatakan negosiasi tidak hanya dilakukan dengan para kontraktor, 
namun juga para lender. Menurut Rudi, para lender juga merasa diuntungkan 
dengan penggunaan RMB tersebut. 

Lha, ini semua yang untung kan kontraktor luar sama bank asing yang menyediakan 
dollar. Untungnya buat PLN/Rakyat Indonesia mana?

Lihat neraca perdagangan Indonesia dengan Cina, apakah banyak ekspor kita yang 
dibayar dengan YUAN? Sekarang ini Cina kan masih kuat, bisa mematok (PEG) mata 
uangnya. Negara-negara lain kebanyakan protes pada Cina karena mereka anggap 
mata uang cina itu terlalu murah. Jadi kemungkinan kalau patoknya dilepas, bisa 
bakalan menguat.

Lah, kalao menguat, kita bisa susah nyari Yuannya, sebab tambah mahal... 
Kecuali emang bilateral antara BI sama Cina sudah bikin kesepakat exchange 
ratenya di kunci.



  

[Non-text portions of this message have been removed]



[Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi

2009-04-13 Terurut Topik Bali da Dave
Seharusnya, multi partai itu tidak banyak pengaruhnya terhadap kebijakan 
ekonomi. Ilmu ekonomi seharusnya adalah ilmu yang mulai mendapatkan tempat 
sebagai ilmu, bukannya vodoo atau mantra yang hasilnya sangat tergantung dari 
pemimpin/orang yang membaca mantranya.

Jadi kalau kita bicara dengan pakar-pakar ekonomi yang banyak bilang, setuju 
setuju setuju, kalau ini baik untuk ekonomi negara dan itu buruk buat ekonomi 
negara, maka partai manapun yang menang harusnya menggunakan ilmu ekonomi yang 
sama juga. Dan harusnya hasilnya sama juga.

Jadi kalau menurut saya, negara atau pemerintahan itu harus berupaya 
sebaik-baiknya untuk menyediakan 'sarana prasarana dan infrastruktur' yang akan 
sangat mendukung partisipasi masyarakat yang maksimal dalam bidang ekonomi. 
Negara tidak perlu dan memang tidak seharusnya menjadi pelaku ekonomi itu 
sendiri. Ia cukup menciptakan iklim keadilan berusaha, keadilan kesempatan, 
infrastruktur listrik yang cukup, kompetisi yang sehat, dan pengaturan moneter 
yang sehat. Jalan yang lebar dan tidak bolong-bolong, perlindungan hak milik 
pribadi yang tidak cacat, dan lain sebagainya yang masih banyak lagi...

--- On Mon, 4/13/09, wkasman1 wkasm...@gmail.com wrote:

From: wkasman1 wkasm...@gmail.com
Subject: Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi. was Re: [Keuangan] 
Sekelumit tentang multipartai
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Date: Monday, April 13, 2009, 3:11 AM
















  
  Bung Heri Setiono:

Untuk mencari hubungan antara multi-partai dengan masalah ekonomi, memang sulit 
dan bisa-bisa akan terjerumus ke spekulasi. Tapi biarlah saya mencoba untuk 
ber-spekulasi - barangkali akan ada pakar yang dapat memberi pencerahan. Begini:



1. Kembali - flashback - ke tahun-tahun 1993'an saat negosiasi globalisasi 
diproses untuk disepakati dunia. Pada saat itu, dikenal suatu slogan bahwa 
globalisasi adalah proses re-institutionalisa si perdagangan internasional. 
Untuk itu, setiap negara perlu menata kembali tatanan perekonomian dalam 
negerinya sebelum proses negosiasi disepakati dengan pembentukan WTO tahun 
2005. Setiap negara wajib memiliki kepastian tentang 'national-interest' -nya, 
mengetahui posisinya dan memiliki kebijakan nasional. Barulah proses komitmen 
antar negara untuk liberalisasi dimulai dengan perundingan- perundingan yang 
menyertai pembentukan dan dimulainya WTO. Saya mencoba flashbach ke 1993 ini 
untuk mengangkat istilah 'institutional' ini agar terkait dengan hubungan 
antara politik / kekuasaan dan ekonomi. 



2. Bersamaan dengan proses dimulainya globalisasi ini, berkembang pemikiran 
baru (atau madzab) ekonomi yang lebih dikenal dengan institutional economic 
yang dipelopori oleh Douglas C. North yang memenangkan hadiah Nobel tahun 1993. 
Prinsip teorinya adalah bahwa kemajuan perekonomian suatu negara tidaklah 
tergantung pada besaran-besaran ekonom seperti investasi, tingkat bunga, 
anggaran belanja dan sebagainya. Tetapi lebih bergantung pada apakah ada suatu 
tatanan sosial dan hukum yang sehat atau tidak. Teori ini kemudian dikembangkan 
dengan metode analisis tentang 'cost of transaction' atau biaya transaksi. 
Semakin besar biaya untuk memperoleh informasi dan melaksanakan transaksi, maka 
suatu negara tidak akan maju.



3. Teori ekonomi institutional ini juga dikenal dengan pemikiran tentang rule 
of the game. Dalam suatu Pemerintahan memang harus ada suatu upaya untuk 
membangunan sistem regulasi yang sehat (bukan sekedar de-regulasi) dan dalam 
masyarakat harus terjadi kekuatan masyarakat (yang diorganisir bekerja mandiri) 
untuk memberikan dorongan untuk menekan pemerintah ke arah 'fair pactices' dan 
ikut menahan terjadinya penyimpangan- penyimpangan dalam pelaksanaan 
law-enforcement.



4. Kekuatan masyarakat yang dimaksud lebih dapat diistilahkan dengan 
''civil-society' dan itulah yang dalam politik dapat disebut sebagai 
infrastruktur politik. Struktur politik yang terdiri dari partai, DPR, 
Pemerintah (sering juga disebut suprastruktur) untuk dapat berkomunikasi dengan 
rakyat, memerlukan infrastruktur politik yang kuat. Kondisi yang ada saat ini, 
menunjukkan gejala bahwa infrastruktur politik masih sangat lemah. Gejala bahwa 
caleg yang tidak mampu berkomunikasi dengan klien-nya (pemilihnya) merupakan 
kemandekan komunikasi politik. Akhirnya, rakyat tidak bertindak rasional - dan 
pencontrengan lebih berorientasi ke tokoh utama (capres) dan di lain pihak juga 
bersifat promordial.



5. Dari uraian tersebut di atas, banyaknya partai menunjukkan gejala mandeknya 
proses artikulasi aspirasi politik dan karena banyak yang merasa bahwa sangat 
banyak kepentingan yang tidak tersalurkan - maka semuanya berebut 'to the top' 
melalui saluran partai politik.



6. Lalu apa dampaknya ke ekonomi? Ini ada beberapa spekulasi yang dapat 
dikembangkan, yaitu:



(a) Ekonomi kita tidak biasa dengan pemahaman 'institutional economic'. Oleh 
karenanya pekerjaan-pekerjaan 

Re: [Keuangan] Sekelumit tentang multipartai

2009-04-12 Terurut Topik Bali da Dave
Pengamatan yang sangat jitu juga pak...
Barangkali kalau ditanya kenapa sampai jadi begini...  jawabannya mungkin...  
cuma mungkin saja  partai-partai dan calon-calonnya itu lebih memikirkan 
partainya dan bukan memikirkan negaranya  ini mungkin ya...

--- On Sun, 4/12/09, nazar nazart...@gmail.com wrote:

From: nazar nazart...@gmail.com
Subject: [Keuangan] Sekelumit tentang multipartai
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Date: Sunday, April 12, 2009, 10:29 PM
















  
  Salah satu akibat dari keteledoran pemerintah dengan memberikan peluang 
multi partai adalah semakin banyaknya masyarakat yang anti kepada negara. Jika 
diasumsikan pada satu dapil ada 500 orang massa partai yang kalah di kalikan 20 
partai = 10.000 orang. Mereka-mereka ini akan kecewa terhadap pemerintahan 
karena calonnya kalah. Jika di satu kabupaten terdapat 3 dapil, maka ada 30.000 
orang yg akan kecewa. Jika dalam satu provinsi terdapat 8 kabupaten, maka ada 
240.000 orang. Jika ada 30 provinsi, maka ada 7.200.000 orang yang kecewa. Dan 
itu akibat kesalahan sistim kepartaian di negeri ini. Hm, sebenarnya perpecahan 
itu muncul akibat keteledoran pemerintah itu sendiri.



NB:  Manusia itu jika tidak mengalami, tidak akan percaya. Toh saya dari 
dulu-dulunya sudah anti dengan multi partai yang terlalu banyak.




 

  




 

















  

[Non-text portions of this message have been removed]



[Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.

2009-04-12 Terurut Topik Bali da Dave
Bagus juga pertanyaannya.  Kelihatannya semua partai bicaranya ingin indonesia 
maju perekonomiannya. Golkar ingin bekerja keras katanya  Demokrat ingin 
meneruskan katanya, entah kalau direalisasikan jadinya seperti apa? Bekerja 
keras...  7 hari kerja? Kalau memang begitu mulai percobaan dari anggota partai 
dan DPR MPR saja..  Saya sih maunya tetap 5 hari kerja saja... he..he..

--- On Mon, 4/13/09, Heri Setiono herisetiono...@yahoo.com.sg wrote:

From: Heri Setiono herisetiono...@yahoo.com.sg
Subject: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi. was Re: [Keuangan] 
Sekelumit tentang multipartai
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Date: Monday, April 13, 2009, 12:22 AM
















  
  Barangkali ada yang bisa sharing bagaimana pengaruh multipartai terhadap 
kebijakan ekonomi dan keuangan  pemerintahan?

Sebagaimana kita ketahui, saat ini kerangka politik kita telah berubah dari 
politik tunggal orde baru dan kearah orde reformasi dimana partai partai lebih 
memiliki pengaruh terhadap kebijakan ekonomi suatu negara. Pada masa orde baru, 
partai partai nyaris tidak memiliki pengaruh yang kuat dalam kebijakan ekonomi 
orba yang menekankan pada pembangunan. Bagaimana pengaruh multi partai pasca 
orba dan bagaimana pengaruhnya pasca pemilu 2009 ini dimana Demokrat 
menginginkan pemerintahan yang didukung 70% suara.



--
 

















  

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] saran untuk dirjen pajak - SPT bersifat PRIBADI

2009-02-27 Terurut Topik Bali da Dave
Pengisian SPT tahunan untuk perorangan umumnya masih perlu dilakukan oleh orang 
bersangkutan karena:
- SIKON orang perorang berbeda, walaupun pajak sudah diurus perusahaan.

Seharusnya pajak terpengaruh oleh status wajib pajak, misalnya punya anak 2 , 
tiga, atau empat. Atau masih sendiri, menikah, atau lainnya.

Di kedepannya pajak bisa dipakai untuk mengeset atau menstimulasi ekonomi. 
Misalnya memberi beban yang lebih ringan bagi wajib pajak dengan 2 anak 
dibandingkan 3 atau empat anak terkait dengan gerakan keluarga berencana. Atau 
untuk pensiunan ataupun warga lanjut usia, mereka bisa diberi tunjangan 
tambahan yang walaupun masih bekerja di perusahaan, mereka bisa mendapat 
keringanan pajak (pajak kembalian di akhir tahun, jadi seolah-olah menabung 
dulu, nanti setelah mengisi SPT dikembalikan oleh pemerintah).

Yang jadi masalah, perkembangan perpajakan di negara-negara maju yang 
menggunakan stimulasi ini dan itu kepada perusahaan maupun kepada perorangan 
berdasar begitu banyak variabel membuat proses membayar pajak menjadi sangat 
rumit. Lihat saja calon-calon kabinet Obama di Amerika beberapa orang tidak 
jadi menjadi menteri gara-gara salah mengisi SPT, artinya kurang bayar pajak.

Sebaiknya prosedur dan aturan stimulasi pajak ini musti sederhana, jangan rumit 
seperti Amerika, tapi juga masih memungkinkan adanya bantuan-bantuan misalnya 
seperti kepada warga lanjut usia maupun keluarga kecil seperti di atas.

--- On Fri, 2/27/09, mamik sumarminingsih mami...@yahoo.com wrote:
From: mamik sumarminingsih mami...@yahoo.com
Subject: Re: [Keuangan] saran untuk dirjen pajak
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Date: Friday, February 27, 2009, 12:35 PM












emang dah ada penyederhanaan tapi masih njlimet antriannya 
pajang apalagi di kpp denpasar timur. 

Sekarang NPWP kan udah jadi milik masyarakat banyak ( di tempat saya kerja 
termasuk yang berpendidikan SD) bagi mereka pengisian SPT adalah beban untuk 
bayar pajaknya sih ga ada keluhan karena perusahaan yg mengurus. Kapan ni SPT 
tahunan untuk OP yg kerja di satu persh ditiadakan?



http://mamikcs. blogspot. com



[Non-text portions of this message have been removed]




 

  




 

















  

[Non-text portions of this message have been removed]



[Keuangan] Re: Kenapa sih kita susah-susah mendukung Palestina

2009-01-11 Terurut Topik Bali da Dave
Wah jangan praduga prasangka begitu pak...  saya cuma bilang kalau bisa 
Indonesia membuat perdamaian di Palestina. Saya tidak menjelek-jelekkan 
siapa-siapa...

--- On Sun, 1/11/09, Joko Onno joko...@yahoo.com wrote:
From: Joko Onno joko...@yahoo.com
Subject: Re: Kenapa sih kita susah-susah mendukung Palestina
To: dfa...@yahoo.com
Date: Sunday, January 11, 2009, 4:20 PM

Membela sesuatu yg tidak jelas? 
HAMAS tidak berperikemanusiaan? Israel manusiawi gitu? Siapa yang mau 
membumihanguskan siapa?
Bentuk dukungannya APA?
Kamu ini manusia apa anjing?
Oh pasti kalian berasal dari kaum minoritas di Indonesia yang memang punya 
kecenderungan konfrontatif. Makanya tidak heran di beberapa daerah di Indonesia 
banyak masalah-masalah yang ditimbulkan oleh para ekstrimis tadi.
Saya tidak tau mengapa kaum minoritas di Indonesia ini banyak yang punya 
pandangan berbeda dengan Hugo Chavez misalnya.
Salam,
Joko


  


  

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] Kenapa sih kita susah-susah mendukung Palestina

2009-01-09 Terurut Topik Bali da Dave
Bentuk Dukungannya APA?

Perlu diingat bahwa Palestina saat ini masih mengalami perpecahan. Antara Hamas 
dan Fatah. Hamas agak keras, Fatah cenderung lebih kepada diplomasi dan 
pencapaian perdamaian dengan Israel. Yasser Arafat yang mulai beralih kepada 
pencapaian perdamaian dan hidup berdampingan dengan israel malah dikucilkan.

Kita sebagai bangsa indonesia tentu tau bahwa hidup bersama dalam kerukunan dan 
perdamaian (peace) walaupun ada berbagai macam keragaman adalah berkah yang 
sangat besar yang sudah diberikan pemimpin-pemimpin bangsa kepada kita. Tanpa 
perdamaian dan kerukunan, tidak ada pembangunan.

Harapan saya, kita semua bisa membawa kedamaian yang telah kita rasakan ini ke 
negara palestina sebagai hadiah balik dari kita, bukannya membawa kerusuhan di 
palestina ke negara Indonesia yang kita cintai ini.

Kita dukung Palestina yang aman, damai, dan sejahtera. 

--- On Thu, 1/8/09, Nugroho Adi Pratama nugrohoadiprat...@gmail.com wrote:
From: Nugroho Adi Pratama nugrohoadiprat...@gmail.com
Subject: [Keuangan] Kenapa sih kita susah-susah mendukung Palestina
To: pernah-jadi-kakak-pas-itb pernah-jadi-kakak-pas-...@yahoogroups.com, 
AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, pas-...@yahoogroups.com, 
mm-...@yahoogroups.com, arsitektur_itb...@yahoogroups.com, 
krl-ma...@yahoogroups.com, maklu...@itb.ac.id
Date: Thursday, January 8, 2009, 7:25 PM











*Kunjungi !!* http://nugrohoadipr atama.com | http://belajarkeuan 
gan.com |

http://mediasakinah .com

 - - - - - -



Kalau ada ribut-ribut di negara- negara Arab, misalnya di Mesir, Palestina,

atau Suriah, kita sering bertanya apa signifikansi dukungan terhadap Negara

tersebut. Misalnya baru-baru ini ketika Palestina diserang. Ngapain sih

mendukung Palestina?



Pertanyaan tersebut diatas sering kita dengar, terutama karena kita bukan

orang Palestina, bukan bangsa Arab, rakyat sendiri sedang susah, dan juga

karena entah mendukung atau enggak, sepertinya tidak berpengaruh pada

kegiatan kita sehari-hari.



Padahal, untuk yang belum mengetahui.. kita sebagai orang Indonesia malah

berhutang dukungan untuk Palestina.



Sukarno-Hatta boleh saja memproklamasikan kemerdekaan RI de facto pada 17

Agustus 1945, tetapi perlu diingat bahwa untuk berdiri (de jure) sebagai

negara yang berdaulat, Indonesia membutuhkan pengakuan dari bangsa-bangsa

lain. Pada poin ini kita tertolong dengan adanya pengakuan dari tokoh tokoh

Timur Tengah, sehingga Negara Indonesia bisa berdaulat.



Gong dukungan untuk kemerdekaan Indonesia ini dimulai dari Palestina dan

Mesir, seperti dikutip dari buku Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar

Negeri yang ditulis oleh Ketua Panitia Pusat Perkumpulan Kemerdekaan

Indonesia , M. Zein Hassan Lc. Buku ini diberi kata sambutan oleh Moh. Hatta

(Proklamator  Wakil Presiden pertama RI), M. Natsir (mantan Perdana Menteri

RI), Adam Malik (Menteri Luar Negeri RI ketika buku ini diterbitkan) , dan

Jenderal (Besar) A.H. Nasution.



M. Zein Hassan Lc. Lt. sebagai pelaku sejarah, menyatakan dalam bukunya pada

hal. 40, menjelaskan tentang peranserta, opini dan dukungan nyata Palestina

terhadap kemerdekaan Indonesia, di saat negara-negara lain belum berani

untuk memutuskan sikap.



Dukungan Palestina ini diwakili oleh Syekh Muhammad Amin Al-Husaini -mufti

besar Palestina- secara terbuka mengenai kemerdekaan Indonesia:



.., pada 6 September 1944 [sic!], Radio Berlin berbahasa Arab menyiarkan

'ucapan selamat' mufti Besar Palestina Amin Al-Husaini (beliau melarikan

diri ke Jerman pada permulaan perang dunia ke dua) kepada Alam Islami,

bertepatan 'pengakuan Jepang' atas kemerdekaan Indonesia. Berita yang

disiarkan radio tersebut dua hari berturut- turut, kami sebar-luaskan,

bahkan harian Al-Ahram yang terkenal telitinya juga menyiarkan. Syekh

Muhammad Amin Al-Husaini dalam kapasitasnya sebagai mufti Palestina juga

berkenan menyambut kedatangan delegasi Panitia Pusat Kemerdekaan Indonesia

dan memberi dukungan penuh. Peristiwa bersejarah tersebut tidak banyak

diketahui generasi sekarang, mungkin juga para pejabat dinegeri ini.



Bahkan dukungan ini telah dimulai setahun sebelum Sukarno-Hatta benar-benar

memproklamirkan kemerdekaan RI. Tersebutlah seorang Palestina yang sangat

bersimpati terhadap perjuangan Indonesia , Muhammad Ali Taher. Beliau adalah

seorang saudagar kaya Palestina yang spontan menyerahkan seluruh uangnya di

Bank Arabia tanpa meminta tanda bukti dan berkata: Terimalah semua kekayaan

saya ini untuk memenangkan perjuangan Indonesia ..



Setelah seruan itu, maka negara daulat yang berani mengakui kedaulatan RI

pertama kali oleh Negara Mesir 1949. Pengakuan resmi Mesir itu (yang disusul

oleh negara-negara Tim-Teng lainnya) menjadi modal besar bagi RI untuk

secara sah diakui sebagai negara yang merdeka dan berdaulat penuh. Pengakuan

itu membuat RI berdiri sejajar dengan Belanda (juga dengan negara-negara

merdeka lainnya) dalam 

Re: [Keuangan] Bom Waktu US$ 3 Miliar di Perbankan Kita

2008-12-23 Terurut Topik Bali da Dave
Yang buat susah itu adalah kata Structured product nya dan juga kata tidak 
tahu nya. 

Produk derivatif yang structured itu sering kali tidak diketahui formulanya 
seperti apa. Mereka sering asumsi rentang pergerakan variabelnya (entah kurs 
dolar atau juga suku bunganya) cuma dalam rentang 1% atau 5%. Tidak ada yang 
tahu kalau misalnya kurs rupiah sampai dari 9000 ke 11000 efeknya seperti apa? 
Apakah perbedaannya itu cuma menggunakan formula perkalian ataukah kuadrat atau 
malah pangkat tiga. Yang sifatnya spekulatif justru malah sampai menggunakan 
pangkat 3 ini. Artinya perbedaan 1000 rupiah kurs bisa menghasilkan untung atau 
rugi 1,000,000,000 (kalau pangkatnya 3). Nah kalau formulanya seperti ini 
nosional 3 milyar perbedaan 2000 rupiah dengan kurs kan bisa bikin bank sakit 
kepala toh?

Diperparah lagi dengan kata tidak tahu ini...  apakah memang produknya 
menggunakan formula pangkat 3 ini atau cuma perkalian biasa saja? Ketidak 
tahuan adalah salah satu alasan investor untuk closing posisi.

--- On Wed, 12/24/08, Ivan Indrapermana indrapermana1...@yahoo.com wrote:
From: Ivan Indrapermana indrapermana1...@yahoo.com
Subject: Re: [Keuangan] Bom Waktu US$ 3 Miliar di Perbankan Kita
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Date: Wednesday, December 24, 2008, 10:47 AM











Dear All,

saya pikir berita ini keliru ditafsirkan banyak orang. Mohon pendapat anda 
sekalian:



bukankah USD 3 miliar itu adalah notional amount? Katakanlah rate saat buka 
transaksi Rp9000/USD, jika semua derivatif berbentuk currency forward contract 
dengan posisi bank harus deliver dollar, dan katakanlah dollar sekarang 
Rp12000/USD. Maka kerugian bank sebenarnya sekitar (12000-9000) x 3 miliar = Rp 
9 triliun. Jumlah ini kecil dibanding aset perbankan kita. Apalagi, hitungan 
ini terlalu konservatif dengan asumsi seluruh eksposure bakal default.

 

mohon konfirmasi, apakah alur pikir saya benar? Dan bagaimana membedakan 
derivatif untuk lindung nilai dengan derivatif untuk spekulasi, hanya dengan 
melihat laporan keuangan dan wawancara dng manajemen bank? Thanks before.

 

regards

indra



 - - - - - -

--- On Tue, 12/23/08, anton ms wardhana ari.am...@gmail. com wrote:



From: anton ms wardhana ari.am...@gmail. com

Subject: [Keuangan] Bom Waktu US$ 3 Miliar di Perbankan Kita

To: ahlikeuangan- indonesia AhliKeuangan- Indonesia@ yahoogroups. com

Date: Tuesday, December 23, 2008, 8:52 PM



sumber artikel:

http://www.kontan. co.id/index. php/Keuangan/ news/5852/ Bom_Waktu_ 
US__3_Miliar_ di_Perbankan_ Kita

sumber foto: http://www.kontan. co.id/photo/ 2008/12/23/ 1601289461p. jpg

Selasa, 23 Desember 2008 | 07:54

*Bom Waktu US$ 3 Miliar di Perbankan Kita*



JAKARTA. Ini adalah bom waktu untuk perbankan Indonesia. Menurut perhitungan

Bank Indonesia (BI), eksposur dana nasabah dalam produk terstruktur

perbankan mencapai US$ 3 miliar. Dana itu masuk ke belasan bank yang menjadi

agen.



BI sudah menerima laporan dari bank yang menjual produk itu. Lebih dari 10

bank yang sudah melapor, kata Deputi Gubernur BI Siti Chalimah Fadjrijah,

kemarin (22/12).



Dana nasabah tersebut kondisinya bermacam-macam. Ada yang belum jatuh tempo,

ada pula yang macet dan sedang direstrukturisasi. Tapi, saya belum tahun

kondisi terakhirnya,  tuturnya.



 - - - - - -



[Non-text portions of this message have been removed]




  




 

















  

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: Bls: [Keuangan] Yudhoyono: Putus kontrak karya yang merugikan

2008-11-30 Terurut Topik Bali da Dave
Setuju, kalau bisa.

Secara hukum internasional, apa-apa saja yang bisa dijadikan alasan pemutusan 
kontrak?
Mungkin sebenarnya ada duress (company yang dibeking pihak negara besar) 
mem-bully presiden waktu itu. Tapi toh buktinya susah.

Jangan-jangan malah perusahaan yang kita mau putuskan kontraknya malah bikin 
counter-sue, karena sudah merasa dirugikan. ??

--- On Mon, 12/1/08, Suan Pandiangan [EMAIL PROTECTED] wrote:
From: Suan Pandiangan [EMAIL PROTECTED]
Subject: Bls: [Keuangan] Yudhoyono: Putus kontrak karya yang merugikan
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Date: Monday, December 1, 2008, 12:18 PM











Yah baguslah  !!terus teggakkan keadilan Pak !! demi Negara dan 
Rakyat ...!! INdonesia sangat Kaya Pak ..!!! jangan ada lagi kemiskinan dan 
kelaparan Pak !!! saya dukung 



 



 _ _ __

Dari: anton ms wardhana [EMAIL PROTECTED] com

Terkirim: Senin, 1 Desember, 2008 09:46:54

Topik: [Keuangan] Yudhoyono: Putus kontrak karya yang merugikan



Quote:



 Saya katakan putus karena *nyata-nyata kontrak yang sudah berjalan sekian

 lama merugikan bangsa* kita, yaitu *konsesi minyak di pulau Natuna, milik

 Exxon*. Ada juga perusahan asing yang main-main, kita bawa ke Arbtrase

 awal tahun ini, ujar Presiden



any comments ?



*BR, ari.ams*



sumber : http://web.bisnis. com/keuangan/ ekonomi-makro/ 1id90735. html



Sabtu, 29/11/2008 22:26 WIB

*Yudhoyono: Putus kontrak karya yang merugikan*

oleh : Arif Pitoyo



JAKARTA (Bisnis.com) : Pemerintah menegaskan akan menegakkan transparansi

terkait pengelolaan dan pengolahan hutan, migas, tambang, kelautan, dan

lainnya dan harus memberikan penerimaan pada negara.



Bukan pada orang seorang saja, atau perusahan, termasuk perusahan asing,

ungkap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam sambutannya pada pembukaan

Munas VIII FKPPI, Jumat malam.



Menurut Presiden, kontrak karya harus lebih banyak memberikan manfaat kepada

negara dan itupun jangan merusak lingkungan. Menurut dia, kontrak asing yang

terjadi sejak era Presiden Soekarno, Soeharto, sampai sekarang yang masih

baik, yang benar, yang adil, tentu dihormati.



Tetapi kalau tidak adil, keterlaluan, tentu kita minta untuk kita tata

kembali. Yang jelas mulai sekarang ini hingga ke depan kontrak, apakah

pengusaha domestik, kontrak dengan negara lain, harus betul-betul membawa

sebesar-besarnya manfaat untuk kepentingan Negara, tegas Yudhoyono..



Menurut Presiden, bila melihat kontrak demi kontrak sekarang ini, karena

menghidupkan transparansi, tidak ada yang merugikan Negara. Namun demikian,

lanjutnya, hal tersebut tetap harus dikritisi.



Presiden lebih lanjut mengatakan perlu diketahui bahwa baru dalam sejarah

kita memutuskan kontrak raksasa yang di belakangnya adalah negara kuat.



Saya katakan putus karena nyata-nyata kontrak yang sudah berjalan sekian

lama merugikan bangsa kita, yaitu konsesi minyak di pulau Natuna, milik

Exxon. Ada juga perusahan asing yang main-main, kita bawa ke Arbtrase awal

tahun ini, ujar Presiden*.(api) *



--



-

save a tree.. please don't print this email unless you really need to



[Non-text portions of this message have been removed]



Environmental concern?



[Non-text portions of this message have been removed]




  




 

















  

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] Neo-liberlism ?

2008-10-09 Terurut Topik Bali da Dave
Sulit bagi pihak negara berkembang? --  memangnya sekarang ini kita tidak 
sedang kesulitan?

Mana penyebab mana? Sama dengan nanya mana keluar dulu, ayam apa telor? susah 
jawabnya ya.. Ada konsep vicious circle (lingkaran setan), atau glorious 
circle. Kedua-duanya sama sama muter. Yang satu kebawah, lainnya ke atas. Tidak 
terlalu perlu pusing yang mana duluan. Yang perlu dipusingi adalah muternya ke 
atas atau ke bawah.

--- On Thu, 10/9/08, irfanmaulana79 [EMAIL PROTECTED] wrote:
From: irfanmaulana79 [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [Keuangan] Neo-liberlism ?
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Date: Thursday, October 9, 2008, 4:15 PM











saya tertarik dengan statement anda bahwa liberalisasi berhasil jika

terjadi equilibrium dimana apabila pihak A melakukan sesuatu yg

merugikan pihak B maka pihak B pun bisa melakukan hal yang sama. kalau

hal itu memang yang menjadi tujuan dari neo-liberalism. ..kira2

bagaimana nasib perekonomian negara2 kecil dan berkembang menghadapi

hegemoni negara maju? bukankah akan sangat sulit bagi industri negara

kecil untuk bersaing dengan para pemain global/ korporasi negara maju? 



Dan pertanyaan saya selanjutnya adalah apakah konsep dari

neo-liberalism yang mendorong investor2 untuk menjadi tidak bermoral

(serakah) atau justru investor2 yang tidak bermoral itulah yang

menyebabkan neo-liberalisme menjadi terkesan tidak bermoral?



thanks



--- In AhliKeuangan- Indonesia@ yahoogroups. com, Bali da Dave

[EMAIL PROTECTED] wrote:



 bentuk kelemahan neo-liberalisme adalah liberalisme tidak bermoral.

Neo liberalisme berupaya kembali ke jaman sebelum keynes, yakni

jamannya adam smit. Setelah jaman keynes, di sekitar tahun 70, banyak

yang mulai lagi skeptis dengan peran pemerintah. Rupanya banyak

korupsi atau penyalahgunaan wewenang dari aparat negara

(tahun-tahunnya JF Kennedy kan tahun flower generation, banyak yang

tidak suka dengan perang vietnam, hapuskan pemerintah.. .  yang semacam

itu).

 

 Maka kembalilah ke jaman liberalisme, dengan pengetahuan tambahan

yang dulunya tidak dimiliki adam smit, disebutlah sebagai

neo-liberalisme. Tapi toh masalah utamanya liberalsime ini masih belum

bisa terus terpecahkan. Siapa yang berani jamin bahwa dengan

undang-undang antitrust (monopoli) juga pasarnya Amerika masih

efisien? Saingannya microsoft di amerika apa? Di eropa juga microsoft

pernah kena denda gara-gara bundling internet eksplorernya. .. 

 

 Liberalisme berhasil jika pihak A melakukan sesuatu yang merugikan

pihak B, maka pihak B atau C bisa merugikan pihak A juga (ekuilibrium

katanya). Pdahal kan tidak selalu begitu.

 

 Adam Smit juga termasuk seorang filsuf, jadi kalau ada pihak yang

kesannya kriminal, yang menekan tindakan kriminal tersebut adalah

pelaku pasar yang lainnya. Kenyataannya kan justru karena tindakan

kriminal jadi kaya, maka pelaku pasar yang lain malah berbondong

bondong meniru, bukannya menekan perilaku tersebut. Rupanya jaman

sudah beda. Kehormatan dan integritas manusia di jaman Adam Smith

lebih tinggi daripada kita sekarang ini (benarkah?()

 

 --- On Thu, 10/9/08, irfanmaulana79 irfanmaulana79@ ... wrote:

 From: irfanmaulana79 irfanmaulana79@ ...

 Subject: [Keuangan] Neo-liberlism ?

 To: AhliKeuangan- Indonesia@ yahoogroups. com

 Date: Thursday, October 9, 2008, 11:42 AM

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 Dear All,

 

 

 

 Apakah krisis keuangan kali ini bisa dikatakan sebagai salah satu

 

 bentuk kelemahan dari Neo-liberalisme? 

 

 

 

 bukankah dengan adanya program bailout dari sejumlah pemerintahan

 

 negara2 maju dan seperti yang sering terlihat selama ini menunjukkan

 

 bahwa pada akhirnya pasar akan selalu butuh intervensi dari pemerintah?

 

 

 

 Thanks

   



   

   

 

 

 

 

 

 

 

 

   

 

 

   

   

 

 

   

 

 [Non-text portions of this message have been removed]






  




 

















  

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] Neo-liberlism ?

2008-10-08 Terurut Topik Bali da Dave
bentuk kelemahan neo-liberalisme adalah liberalisme tidak bermoral. Neo 
liberalisme berupaya kembali ke jaman sebelum keynes, yakni jamannya adam smit. 
Setelah jaman keynes, di sekitar tahun 70, banyak yang mulai lagi skeptis 
dengan peran pemerintah. Rupanya banyak korupsi atau penyalahgunaan wewenang 
dari aparat negara (tahun-tahunnya JF Kennedy kan tahun flower generation, 
banyak yang tidak suka dengan perang vietnam, hapuskan pemerintah...  yang 
semacam itu).

Maka kembalilah ke jaman liberalisme, dengan pengetahuan tambahan yang dulunya 
tidak dimiliki adam smit, disebutlah sebagai neo-liberalisme. Tapi toh masalah 
utamanya liberalsime ini masih belum bisa terus terpecahkan. Siapa yang berani 
jamin bahwa dengan undang-undang antitrust (monopoli) juga pasarnya Amerika 
masih efisien? Saingannya microsoft di amerika apa? Di eropa juga microsoft 
pernah kena denda gara-gara bundling internet eksplorernya... 

Liberalisme berhasil jika pihak A melakukan sesuatu yang merugikan pihak B, 
maka pihak B atau C bisa merugikan pihak A juga (ekuilibrium katanya). Pdahal 
kan tidak selalu begitu.

Adam Smit juga termasuk seorang filsuf, jadi kalau ada pihak yang kesannya 
kriminal, yang menekan tindakan kriminal tersebut adalah pelaku pasar yang 
lainnya. Kenyataannya kan justru karena tindakan kriminal jadi kaya, maka 
pelaku pasar yang lain malah berbondong bondong meniru, bukannya menekan 
perilaku tersebut. Rupanya jaman sudah beda. Kehormatan dan integritas manusia 
di jaman Adam Smith lebih tinggi daripada kita sekarang ini (benarkah?()

--- On Thu, 10/9/08, irfanmaulana79 [EMAIL PROTECTED] wrote:
From: irfanmaulana79 [EMAIL PROTECTED]
Subject: [Keuangan] Neo-liberlism ?
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Date: Thursday, October 9, 2008, 11:42 AM











Dear All,



Apakah krisis keuangan kali ini bisa dikatakan sebagai salah satu

bentuk kelemahan dari Neo-liberalisme? 



bukankah dengan adanya program bailout dari sejumlah pemerintahan

negara2 maju dan seperti yang sering terlihat selama ini menunjukkan

bahwa pada akhirnya pasar akan selalu butuh intervensi dari pemerintah?



Thanks

 

















  

[Non-text portions of this message have been removed]



[Keuangan] Tentang Bank Sentral (1)

2008-08-18 Terurut Topik Bali da Dave
Sedikit TENTANG BANK CENTRAL

 

Sejarah Bank Sentral di Amerika dimulai sejak tahun 1913. Dengan
berdirinya bank Sentral tersebut, Amerika memiliki institusi dengan
kuasa untuk menciptakan likuiditas sebanyak-banyak yang diperlukan untuk 
mengeliminasi
(minimalisasi) kepanikan financial ke-dua (The great Depresion tahun 30-an). 
Pada
attachement terlihat volatilitas short term interest rate yang jauh berkurang
setelah tahun 1913. Tentu saja kepanikan financial yang mengiringi the great
depression tahun 30 terjadi setelah didirikannya Federal Reserve, namun dapat
dilihat bahwa volatilitasnya suku bunga yang merujuk pada kekurangan likuiditas
sudah jauh berkurang.

 

Ada dua factor yang
menyebaban lembaga keuangan memiliki resiko kredit pada situasi ekonomi yang
menurun. Yang pertama adalah masalah solvensi/solvabilitas, dimana nilai asset
perusahaan/bank lebih kecil dari jumlah kewajibannya (equitas negative). Pada
kasus yang seperti ini, depositor akan sangat beruntung jika sempat menarik
uangnya sebelum bank ditutup. Dalam kasus baru-baru ini, terlihat di UK
bahwa banyak nasabah Bank NorthernRock mengantri untuk mengambil uang dan
menutup buku tabungan mereka karena alas an ini. Nasabah takut karena mendengar
berita bahwa Northern Rock mengalami rugi operasi yang cukup besar dan mereka
tidak yakin apakah bank tersebut akan tetap solvent.

 

Faktor kedua adalah factor LIKUIDITAS. Jika bank hanya
menyimpan uangnya saja dan tidak meminjamkannya ke perusahaan, mereka tidak
akan memiliki pendapatan usaha. Degnan system multiplier effect (fractional
reserve bankng), bank bahkan dapat meminjamkan lebih banyak lagi uang untuk
diinvestasikan. Walaupun bank tersebut sehat (solven) dan meminjamkan uang pada
perusahaan yang sehat, selalu ada resiko dimana banyak nasabah karena satu dan
lain hal tiba-tiba ingin menarik seluruh dana mereka. Pada saat ini terjadi,
sebagian besar dana nasabah sudah dipinjamkan ke perusahaan lain dan tidak bisa
ditarik seluruhnya. Terjadilah masalah likuiditas. Dalam jamannya krisis 97-98,
kepanikan dimulai karena banyak bahan pokok yang sulit ditemui di toko dan
supermarket. Entah karena apa. Kabarnya ada isu-isu kerusuhan sehingga
masyarakat mulai menyetok barang, dan karenanya mulai menarik dana dari bank
untuk membeli bahan-bahan. Kepanikan semakin bergulir…  semakin lama semakin 
besar dan akhirnya
semakin banyak orang antri di depan counter bank untuk membawa uang…  takut 
kalau benar terjadi kerusuhan dan
nantinya perlu beli ini-itu…  Lalu dor…. Bank
mulai kesulitan mencari uang untuk diberikan ke masyarakat. Mereka mulai
mencari pinjaman jangka pendek (antar bank), dan mereka kesulitan mendapat 
pinjaman karena
rupanya hamper semua bank dilanda kepanikan ini. Semua pihak ingin menarik
uangnya…  tidak peduli bank ini atau bank
itu…  entah bank sehat atau tidak…  semua orang ingin memegang uang kas.
Terjadilah krisis likuiditas.

 

Bank Sentral diharapkan (seharusnya dan memang didirikan untuk ini) untuk dapat 
membendung krisis
likuiditas ini. Tapi di tahun 1997-98, Bank Indonesia
yang adalah bank Sentral kelimpungan karena mengalami tekanan dari 2 kubu. Yang
satu adalah krisis likuiditas RUPIAH (dimana nasabah mencairkan uang
tabungannya), dan yang kedua adalah krisis likuiditas DOLLAR.

Wewenang Bank Indonesia
adalah untuk menyediakan likuiditas (dana) RUPIAH sebanyak yang diperlukan agar
tidak terjadi rush. Tapi menghadapi krisis likuiditas DOLLAR, bank Indonesia
memiliki keterbatasan. Bank Indonesia
dapat mencetak uang RUPIAH sebanyak-banyaknya sebab mata uang ini adalah dalam 
wewenang
Republik. Lain halnya dengan mata uang DOLLAR. Bank Indonesia
tidak bisa mencetak Dollar. Bank Indonesia
hanya dapat menyimpan dollar yang diperoleh dari ekspor, dan harus membayarkan 
dollar
untuk pengusaha yang melakukan import.

 

Dalam bahasa inggris (artikel ini saya tulis merupakan terjemahan dan gabungan
bebas beberapa artikel didapat dari internet):


“Although what was commonplace in the nineteenth century has since
essentially vanished, at least as far as the United States is concerned, other
countries continue to experience a closely related phenomenon, exemplified by
the currency and financial crises of 1997. If you're a smaller country like 
Korea
for which a lot of the short-term debt is denominated in dollars, your central
bank does not have the power to create extra dollars if everybody suddenly
demands their payment and refuses to extend credit. Trying to flood the market
with more of your own currency is just going to make the outflow of capital
more severe.”


Saya rasa walaupun banyak yang belum mengerti waktu peristiwa ini terjadi, 
barangkali
hamper semua pernah mendengar bahwa kurs rupiah yang dulunya 3000 rupiah per 
dollar
naik sampai 16,000 per dollar dalam waktu yang singkat. Kerusuhan yang tadinya 
Cuma
“ditakutkan akan terjadi” akhirnya benar-benar terjadi. Sekarang sepuluh tahun 
sudah
lewat, saya belajar banyak tentang krisis financial, dan saya yakin pejabat 

Re: [Keuangan] Re: Coba Main game seemcity atau city builder

2008-08-16 Terurut Topik Bali da Dave



Katakan uang 100.000 yang saya pinjam adalah untuk usaha konsumsi 

ayam goreng karyawan bank. Sehari saya kirim 10.000 dengan keuntungan 

10 % atau 1.000 masuk rekening  saya.  Pada akhir tahun kalau bank 

itu buka terus,  di rekening saya sudah tercatat 1.000 x 365 atau 

365.000. tanpa harus mematikan usaha si B.



 














Kelihatannya bapak belum memasukkan dalam pikiran bapak bahwa ini asumsi adalah 
penyederhanaan. Kalau saya cuma batasi pada 2 pengutang dan satu bank, 
analisanya lebih gampang. Kalau mau real time, efek crash dan bangkrutnya 
bakalan lama (sama seperti crash dan boom industri finansial. Bank Amerika juga 
dari sejak sejarah mereka selalu ada krisis perbankan dalam waktu lama. Semakin 
mereka mengerti, semakin lama jarak waktu antar krisis perbankan yang mereka 
alami.

Kalau menurut saya, analisis bapak masih belum memasukkan kenyataan bahwa 
HANYA BANK yang bisa menciptakan uang - atau lebih tepatnya peminjam yang 
menciptakan uang, dan hanya boleh lewat bank. Lewat jalan lain, namanya 
penipuan. Bapak bilang masalahnya dimana mencari yang 40,000 lagi  TEPAT 
sekali...  TIDAK BISA  sebab tidak ada uang baru yang diciptakan lagi 
(sebab partisipannya hanya ada 2 peminjam)   INI MASALAHNYA

Dalam kenyataan, tentu partisipannya bukan cuma dua, tapi ratusan bahkan jutaan 
peminjam. Peminjam satu periode tertentu bisa ditutupi dari peminjam periode 
berikutnya. Masalah besar timbul bila seperti dalam krisis...  banyak peminjam 
atau ada satu peminjam besar yang defaultnya jumlah besar (misalnya bear stern, 
bank northern rock di UK, atau lembaga finansial lainnya   Mereka-mereka 
inilah yang termasuk dalam kelompok B...  kelompok gagal. Secara prinsipil 
mereka itu sudah bangkrut...  Lalu pemerintah mem-bail out mereka. Caranya 
bagaimana? Ciptakan uang baru lagi...  Atau ambil uang investor luar negeri  
(yang mana ini adalah analisa lanjutan yang sudah masuk tahap RUMIT)..  Orang 
bilang...  kalau menyederhanakan persamaan bisa menggambarkan BIG PICTURE...  
start from that...  (maklum, dulu pernah belajar fisika dan matematika  
sebisa mungkin disederhanakan...  KISSS katanya...  keep it simple...  
Student...  he.. he



  

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] Re: Coba Main game seemcity atau city builder

2008-08-16 Terurut Topik Bali da Dave
Yah...  saya ceritanya tentang PENCIPTAAN uang...  bukan TRANSAKSI Barang lewat 
uang pak.

--- On Sat, 8/16/08, Rachmad M [EMAIL PROTECTED] wrote:
From: Rachmad M [EMAIL PROTECTED]
Subject: [Keuangan] Re: Coba Main game seemcity atau city builder
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Date: Saturday, August 16, 2008, 7:47 PM











Saya justru lebih menyederhanakannya lagi hanya satu dan kalau ada 

sejuta juga gak apa-apa :-)



Kesalahan mendasar terletak pada asumsi bahwa uang itu lekat dengan 

barang. Jika mata uang itu terbuat dari emas dan segala yang dijual 

belikan adalah 'hanya' emas itu maka asumsi anda jadi benar.



Masalahnya 'uang' itu hanya suatu penghantar saja terhadap barang. 

Nilainya tidak melekat pada barang yang diperdagangkan.

Ini berarti bahwa uang yang selama setahun ada di dompet saya 

sejumlah 100.000 akan tetap 100.000 pada akhir tahun.



Sedangkan uang 100.000 yang setiap harinya berpindah tangan (sebagai 

alat transaksi) ada 365 barang senilai @ 100.000. Dan bank seharusnya 

tetap akan mencatat 365 kali 100.000 barang itu walau uang yang 

beredar hanya 100.000. 



Apalagi di jaman modern ini dimana orang belanja tanpa uang hanya 

masalah catatan saja yakni kartu debit. Ini uraiannya akan panjang :-)



Salam



RM



--- In AhliKeuangan- Indonesia@ yahoogroups. com, Bali da Dave 

[EMAIL PROTECTED] wrote:



 

 

 

 Katakan uang 100.000 yang saya pinjam adalah untuk usaha konsumsi 

 

 ayam goreng karyawan bank. Sehari saya kirim 10.000 dengan 

keuntungan 

 

 10 % atau 1.000 masuk rekening  saya.  Pada akhir tahun kalau bank 

 

 itu buka terus,  di rekening saya sudah tercatat 1.000 x 365 atau 

 

 365.000. tanpa harus mematikan usaha si B.

 

 

 



   

   

 

 

 

 

 

 

 

 

   

 

 

   

 Kelihatannya bapak belum memasukkan dalam pikiran bapak bahwa ini 

asumsi adalah penyederhanaan. Kalau saya cuma batasi pada 2 pengutang 

dan satu bank, analisanya lebih gampang. Kalau mau real time, 

efek crash dan bangkrutnya bakalan lama (sama seperti crash dan 

boom industri finansial. Bank Amerika juga dari sejak sejarah mereka 

selalu ada krisis perbankan dalam waktu lama. Semakin mereka 

mengerti, semakin lama jarak waktu antar krisis perbankan yang mereka 

alami.

 

 Kalau menurut saya, analisis bapak masih belum memasukkan kenyataan 

bahwa HANYA BANK yang bisa menciptakan uang - atau lebih tepatnya 

peminjam yang menciptakan uang, dan hanya boleh lewat bank. Lewat 

jalan lain, namanya penipuan. Bapak bilang masalahnya dimana mencari 

yang 40,000 lagi  TEPAT sekali...  TIDAK BISA  sebab tidak 

ada uang baru yang diciptakan lagi (sebab partisipannya hanya ada 2 

peminjam)... .   INI MASALAHNYA.. ..

 

 Dalam kenyataan, tentu partisipannya bukan cuma dua, tapi ratusan 

bahkan jutaan peminjam. Peminjam satu periode tertentu bisa ditutupi 

dari peminjam periode berikutnya. Masalah besar timbul bila seperti 

dalam krisis...  banyak peminjam atau ada satu peminjam besar yang 

defaultnya jumlah besar (misalnya bear stern, bank northern rock di 

UK, atau lembaga finansial lainnya   Mereka-mereka inilah yang 

termasuk dalam kelompok B...  kelompok gagal. Secara prinsipil mereka 

itu sudah bangkrut...  Lalu pemerintah mem-bail out mereka. Caranya 

bagaimana? Ciptakan uang baru lagi...  Atau ambil uang investor luar 

negeri  (yang mana ini adalah analisa lanjutan yang sudah masuk tahap 

RUMIT)..  Orang bilang...  kalau menyederhanakan persamaan bisa 

menggambarkan BIG PICTURE...  start from that...  (maklum, dulu 

pernah belajar fisika dan matematika.. ..  sebisa mungkin 

disederhanakan. ..  KISSS katanya...  keep it simple...  Student...  

he.. he

 

 

 

   

 

 [Non-text portions of this message have been removed]






  




 

















  

[Non-text portions of this message have been removed]



[Keuangan] Re: Coba Main game seemcity atau city builder

2008-08-15 Terurut Topik Bali da Dave
Saya jadi gatel pengen komentar sama Game SimCity ini. Kebetulan pernah nyoba 
maen..  walaupun akhirnya nyerah karena bangkrut melulu sama rakyatnya 
sadis-sadis (kritik melulu... dan gak ada puasnya...  he.. he...)

1. Menurut petunjuk permainan, satu yang perlu dimulai waktu mulai main adalah 
struktur pajaknya. Artinya penduduk kaya dikasi pajak rendah, sementara yang 
pekerja keras agak tinggian dikit...  Artinya banyak uang masuk ke kota itu. 
Secara filosofi saya tidak setuju dengan sistem game ini, tapi di dunia 
kapitalis ini, sepertinya ada benarnya sistem ini. Buktinya saja Warren Buffet 
sama orang-orang kaya dunia selalu dapat tax cut ini, itu, yang akhirnya 
ujung-ujungnya gak harus bayar tax atau taxnya lebih kecil secara persentase 
penghasilan (secara pribadi)  dibanding golongan pekerja (macam sekretaris sama 
kuli-kulinya. Hal ini di dunia nyata memang terasa sebab untuk menghasilkan 
uang perlu uang. Masalahnya banyak yang  merasa bahwa uang itu datangnya cuma 
dari luar (investasi asing). Padahal sebenarnya uang datangnya dari UTANG. 

Jangan salah, utang kalau menurut ilmu moneter adalah MEREALISASIKAN potensi. 
Hal ini terjadi karena transaksi jual beli tidak bisa menggunakan sistem 
barter, sehingga ayam yang tadinya  REAL akhirnya dimonetisasi (di-uangkan 
atau disimpan sebagai POTENSI). 
 














Utang adalah sebaliknya  Satu ayam memiliki potensi puluhan butir telor 
ayam, atau puluhan anak ayam. UTANG adalah proses merealisasikan POTENSI riil. 
Yang tadinya satu ayam, menjadi 10 ayam dalam 2 tahun misalnya. Disinilah bisa 
kita lihat sinkronnya sistem moneter dengan produksi riil (kalau perhitungannya 
tepat). Maksud saya 10 ayam kalau dihargakan barangkali 10,000 rupiah (satu 
ayam seribu rupiah), maka utangnya harusnya maksimal 9,000 (termasuk interest 
dll) yang menciptakan keuntungan 1,000. Produksi 10 ayam, ekuivalen dengan 
penciptaan uang baru (lewat utang) sebanyak 10,000. Dalam situasi ini, yakni 
laju produksi sama dengan laju penciptaan uang, maka tidak ada inflasi.

Sekarang kita lihat kondisi riil indonesia. Banyak rakyat yang masih memandang 
bahwa utang itu haram (karena ada ribanya). Maka dengan segala cara mereka 
(kita - termasuk saya) selalu mencari cara produksi yang TIDAK PAKE UANG, tapi 
kemudian dijual untuk menghasilkan UANG. Misalnya dengan kerja ke perusahaan 
asing, atau berusaha swadaya...  punya ladang diurus sampe panen tanpa ngutang. 
Dengan demikian terjadilah sebenarnya DEFLASI  sebab produksi meningkat 
tapi uang baru tidak diciptakan (khusus untuk individual yang memproduksi ini). 
Didalam sistem nyata seperti ini, sistem moneter yang dianut bank sentral (di 
asumsikan oleh banyak bank sentral) sudah tidak tepat lagi. Produksi jalan 
terus, tapi uang baru yang digunakan untuk mengukur produktifitas (Gross 
Domestic Product menurut para ekonom) tidak terlihat atau tidak sinkron. Para 
pelaku bisnis jalanan menyebutnya sebagai DARK ECONOMY, UNDERGROUND ECONOMY, 
dlll). Ekonomi bawah tanah ini jalan
 terus, krisis moneter atau tidak, pokoknya asal masih produksi ya pelan tapi 
pasti terus berjalan (lha wong jalan atau tidak tidak bisa kelihatan dari laju 
uang beredar).

GRAMEEN BANK - atau MICRO FINANCING: adalah terobosan baru Pemenang nobel Moh. 
Yunus? yang mengupayakan orang-orang kecil yang tadinya dibawah tanah, dan 
POTENSInya tidak terdeteksi...  untuk bisa direalisasikan. UTANG adalah upaya 
MEREALISASIKAN POTENSI PRODUKSI. Di Bangladesh, Grameen Bank berhasil. Ekonomi 
rakyat kecil diberdayakan. Mereka bisa berproduksi (karena ada uang), dan 
produksi mereka terlihat sebab pada saat mereka berproduksi tersebut, laju 
pertumbuhan uang juga diciptakan.

Jadi untuk mengangkat atau memFORMALISASI underground atau black ekonomi, 
masyarakat kecil yang tidak punya akses untuk mendapat utangan perlu 
mendapatkan akses ini. Sebab teori moneter sebenarnya sangat sederhana  
SETIAP PENINGKATAN PRODUKSI harus diikuti dengan PENINGKATAN JUMLAH UANG yang 
SAMA (untuk menghindari INFLASI).

MASALAHNYA: ada satu kata penting: SUKU BUNGA PINJAMAN (tiga kata penting 
barangkali yang lebih tepat). Bank mengeluarkan utangan bukan dengan 
mengeluarkan uang deposito dari orang lain. Bank memberi utangan pada seseorang 
atau suatu perusahaan tanpa ada dasarnya. Prinsip ini disebut dengan nama 
MULTIPLIER effect. Bank (baik bank komersial maupun bank pemerintah) diberi 
wewenang oleh pemerintah untuk MENCIPTAKAN uang dari tiada menjadi ada. Lho 
bukannya Bank Indonesia yang menciptakan uang? Ya dan tidak.Ya.. karena Bank 
Indonesia adalah Bank bagi bank-bank komersial tersebut, juga bank dari 
pemerintah RI. Kenapa? Bank komersial supaya bisa menciptakan uang harus 
memiliki aset awal dulu supaya nantinya bisa di multiplikasi dengan MULTIPLIER 
EFFECT tersebut. Tidak karena setelah adanya deposito awal tersebut, bank 
komersial bisa menciptakan uang dengan segera tanpa harus melalui Bank 
Indonesia.


Re: [Keuangan] Kapitalisme Global Mengancam Bumi!

2008-08-13 Terurut Topik Bali da Dave
Nah justru di sinilah banyak yang jadi repot Sebab banyak pemimpin 
sebenarnya tau dan setuju dengan filosofinya ini. Maksudnya CSR (company social 
responsibility?)...  banyak yang sudah mau. Di daerah terpencil perusahaan 
mining bikin sekolah SD, Rumah Sakit, dll (yang selain perlu buat karyawan 
setempat yang berkeluarga di sana, juga membantu masyarakat)...  Pembagian 
hasil kerja di minyak misalnya sekian persen produksi (revenue penjualan - jadi 
bukan cuma profit) yang disetujui di setor ke pemerintah. Secara mekanismenya 
sudah ada...  bahkan sudah rumit dan dianggap investor bikin susah (hambatan). 

Nah bicara dilema...  apa perlu sistemnya dibikin lebih susah lagi buat 
investor asing, atau diperlemah? Bicara korupsi atau biaya entertainment yang 
di charge untuk cost recovery barangkali banyak kejadiannya. Perusahaan 
pengelola hutan yang diwajibkan melakukan penanaman kembali sering tidak 
melakukan apa - apa, tapi di buku akuntansinya sudah kelihatan biayanya keluar 
(nah yang macam ini auditornya perlu di cek? -- padahal mereka yang mengaudit 
itu kan orang-orang kita juga...)

Koruptor hukum mati? Rasanya kurang praktis...  Untuk show-off saja barangkali 
justru kasihan...  sebab orang-orang pertama yang bakalan kena adalah 
kambing-hitam yang oon, terjebak disuru pasang badan dan kagak bisa bikin 
apa-apa. Sama seperti kasus kriminal...  yang pertama kena adalah maling 
sandal, maling ayam, dan pengemis miskin. Kalau mereka sudah habis, barulah 
mulai naik ke atas...  sampai penduduk indonesia tinggal separuh, isinya 
koruptor semua dan akhirnya melalui pemilu demokratis mereka mengubah 
undang-undang supaya hukuman mati di tiadakan. Akhirnya hukuman mati tersebut 
hanya membantai daun-daun atas tanpa bisa merusak akarnya  Yah ini sih 
andai-andai saja... yang menurut pikiran saya sih hukuman mati itu tidak 
praktis. Di Cina satu atau dua orang ada saja yang dihukum mati, tapi kalau ada 
kesempatan bicara dengan penduduk cina, katanya sih koruptor yang gak ketangkap 
itu masih banyak.  Secara ide, ini bagus...  tapi
 praktisnya susa...

Kedengarannya pandangan saya pesimis sekali yah...  tapi kalau saya lihat sih 
rasanya sudah mulai maju  Yah sering-sering saja kita dengungkan perlunya 
hati yang bersih bagi aparat negara dari atas sampai bawah...  Soal ngurus KTP, 
iuran sampah...  dll dll...  Kalau cuma disuru bayar iuran sampah yang 20ribu 
sebulan masih mengelak, lah bagaimana dengan urusan pajak perusahaan yang 
sampai miliayaran atau triliunan itu???

Kalau ngantre loket atau jalan di jalan raya buat 5 atau 10 menit lebih cepat 
ke rumah sudah susah...  apakah mungkin membuat bid proyek tanpa sogok kiri 
sogok kanan???

Mungkin perlu dibuat proyek kota (atau lebih tepatnya desa) percontohan untuk 
masyarakat yang tertib tidak korup? Apakah ada? Apakah ada satu kota atau desa 
di Indonesia ini yang bisa dijadikan teladan atau proyek percontohan bagi 
tempat-tempat lainnya??? Kalau kita tidak bisa mengubah satu negara, barangkali 
kita bisa mulai dengan mengubahnya di satu desa dulu?  MUNGKINKAH??  Apakah ini 
cuma mimpi saja???  Harapan sih banyak yang akan berkata...  We can do it  
Just Do It  No...  it is not a dream

--- On Wed, 8/13/08, Sang [EMAIL PROTECTED] wrote:
.. Jadi perlu ada pembagian keuntungan antara 

investor dgn Negara... termasuk disini Investor orang Indonesia 

sendiri... Ini baru CSR sistem sosial perusahaan.. . 


 
 

















  

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] Kapitalisme Global Mengancam Bumi!

2008-08-12 Terurut Topik Bali da Dave





Pemimpin yg berikutnya memang harus berani pasang badan layaknya 

Hugo Chaves si pembangkang jagoan Amerika Latin..---
Saya  banyak setuju juga dengan isu kapitalisme yang cenderung mengarah pada 
peningkatan kesenjangan sosial. Perbandingan angka kesenjangan sosial menurut 
Gini index, menunjukkan angka yang bagus buat Jepang (merata pembangunannya), 
dibandingkan Amerika yang kesenjangan sosialnya makin meningkat. Indonesia 
sendiri sebenarnya masih lumayan bagus sebab angka gini masih 0.36 (sekitar itu 
- sementara jepang 0.36).  Artinya pemerintah dulu masih berupaya meningkatkan 
kesejahteraan yang merata.

Pemerataan bukn cuma bisa dicapai lewat sosialisme macam Hugo Chaves. 
Keberaniannya memang patut dipuji, tapi nasionalisasi sih sudah kelewatan. 
Reputasi yang sangat penting bagi perkembangan iklim investasi sudah rusak di 
sana dan akan sangat susah diperbaiki nantinya. Mudah-mudahan pemerintahan indo 
tidak ada yang belagak anti asing semua. Segala-gala asing di tendang...  
bisa-bisa jadi mirip cina jaman the great leap tahun 60-an...  ratusan bahkan 
jutaan orang meninggal miskin dan kelaparan gara-gara segala teknologi dan 
investasi asing yang diperlukan untuk pembangunan ditendang keluar. Rakyat 
terpaksa jadi budak karena mereka tidak punya ekskavator atau buldozer untuk 
mengerjakan hal-hal besar seperti pembangunan rel kereta dan jalan raya



 

















  

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] mohon info mekanisme hyper inflation di zimbabwe

2008-08-06 Terurut Topik Bali da Dave
Intinya sih, masyarakat umum tidak bisa produksi. Satu karena politik tidak 
jelas (mugabe diktator), dua karena tidak ada impor (mau bayar pake apa?). Tiga 
investasi tidak ada.
Yang parahnya lagi, pemerintahnya pemerintah pikir dia bisa atasi masalah 
dengan mencetak uang (begitu saja). Akibatnya pemerintah bisa beli barang, tapi 
rakyat yang terima uang tidak ada barang yang bisa dibeli. Akibatnya uang jadi 
tidak berharga. Satu biji roti naek naek terus nilainya. Kenapa?

Karena yang namanya uang itu sebenarnya diciptakan dengan utang. Yang berutang 
harus berupaya (produksi) supaya bisa mengembalikan uang tersebut ke bank 
ditambah juga bunganya.

Nah sekarang pemerintah bikin hutang tapi tidak niat bayar (bayar pake apa, mau 
pajakin siapa..  mau jual apa?)...   Tiap kali selalu buat uang baru (bikin 
utang) tanpa ada kemampuan bayar...  yah inilah akibatnya, inflasi ribuan 
persen.

--- On Tue, 8/5/08, teddy_mulianto [EMAIL PROTECTED] wrote:
From: teddy_mulianto [EMAIL PROTECTED]
Subject: [Keuangan] mohon info mekanisme hyper inflation di zimbabwe
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Date: Tuesday, August 5, 2008, 10:13 PM











Selamat malam rekan2,

sebagai orang awam saya sangat kaget dengan kabar hyper inflation di

zimbabwe sebesar 2,2jt % (cmiiw) yg berarti 22rb kali..

pemahaman saya berarti uang yg dulunya bernilai 22rb sekarang menjadi 1 



apakah barang yg waktu sebelum inflasi senilai 22rb juga ikut turun

menjadi 1?

sepertinya tdk begitu karena saya dengar mata uang terkecil nya sudah

dalam satuan milyard.

apakah dengan begitu artinya daya beli orang turun 22rb kali lipat..



yg tadinya bisa membeli 22rb barang sekarang hanya bisa membeli 1 barang?



setahu saya indonesia pernah mengalami pemotongan uang dari 1000

menjadi 1..kasusnya mungkin sama (karena saya belum lahir)



mohon pencerahan dari rekan2 sekalian.



rgds,

teddy




  




 

















  

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] panas bumi sampai 27.000 MW

2008-07-11 Terurut Topik Bali da Dave
Yang saya denger sih Filipina lumayan maju sudah untuk penggunaan sumber panas 
bumi ini. Cuma detailnya kurang jelas ya. Negara-negara lain memang kurang 
mengembangkan geothermal karena sifatnya yang sangat bergantung pada Posisi 
panasnya. Tidak banyak negara yang punya sumber daya ini.

--- On Fri, 7/11/08, Hok An [EMAIL PROTECTED] wrote:
From: Hok An [EMAIL PROTECTED]
Subject: [Keuangan] panas bumi sampai 27.000 MW
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com 
AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Date: Friday, July 11, 2008, 10:49 PM











Teman2 yang baik,



Dari tulisan dibawah sesungguhnya jalan keluar dari krisis energi ada

banyak.

Tetapi masalah yang menghadang cukup banyak.

Tetapi sesungguhnya masalah teknis dan ongkos eksplorasi dan pembangunan

jelas tidak beda banyak dengan cari minyak dilaut dalam.

Yang berikutnya adalah masalah lingkungan, kawasan yang sebagian sakral

yang mungkin bisa diatasi liwat dialog dengan masyarakat sehingga dapat

dicari cara yang sesuai dengan adat dan ramah lingkungan.



Masalah yang mungkin lebih sulit adalah peraturan2 yang seribu satu dan

proses perizinan yang tidak jelas.

Apakah masalah ini tidak bisa dikurangi apabila dibuat konstruksi

perusahaan yang dimiliki bersama antara lain oleh PEMDA setempat atau

BRI lokal bersama dengan pengusaha2 lokal yang perlu listrik?



Salam



Hok An



http://cetak. kompas.com/ read/xml/ 2008/07/11/ 01160199/ lebih.realistis. 
untuk.panas. bumi



Kompas, 11 Juli 2008 | 01:16 WIB



Doty Damayanti



Indonesia kerap disebut memiliki potensi panas bumi sampai 27.000 MW

atau sekitar 40 persen dari seluruh potensi panas bumi di dunia. Publik

banyak yang tidak tahu bahwa ternyata data yang dipakai pemerintah untuk

menggambarkan besarnya sumber daya panas bumi itu adalah angka

spekulatif, sumbernya pun tidak jelas.



Kita selalu bilang punya potensi besar sampai 27 gigawatt ekuivalen,

sementara cadangan yang terbukti sebenarnya hanya sekitar 2.000 MW,

sisanya cadangan yang mungkin dan cadangan spekulatif,” ujar pengamat

kelistrikan, Herman Darnel Ibrahim.



Perkiraan cadangan yang besar itulah yang menjadi salah satu alasan

pemerintah menjadikan panas bumi sebagai energi andalan untuk kelanjutan

proyek percepatan pembangkit listrik tahap kedua.



Pemerintah berambisi total daya pembangkit yang dibangun pada crash

program tahap II ini mencapai 12.000 megawatt. Sekitar 6.000 MW

ditargetkan menggunakan energi panas bumi. Proyek-proyek pembangkit itu

ditargetkan sudah bisa beroperasi dalam lima tahun.



Dari sisi kebijakan yang dikeluarkan pemerintah, harus diakui ada

perbaikan untuk membuat pengembangan panas bumi lebih menarik. Antara

lain, keluarnya peraturan Menteri Keuangan yang membebaskan bea masuk

peralatan eksplorasi panas bumi. Selain itu, pemerintah mengeluarkan

patokan penetapan harga jual panas bumi melalui Keputusan Menteri Energi

dan Sumber Daya Mineral Nomor 14 Tahun 2008 tentang Harga Listrik Panas

Bumi.



Dulu, harga ditetapkan lewat negosiasi investor dengan PLN. Akibat tak

ada patokan yang jelas, kesepakatan sering tidak tercapai. Sekarang,

harga ditetapkan berdasarkan lelang. Mengacu pada ketetapan itu, harga

jual listrik panas bumi rata-rata 8-9 sen dollar AS per kWh.



Namun, perhitungan lebih matang sangat diperlukan untuk menjadikan

pengembangan panas bumi benar-benar prospektif. Berkaca pada proyek

percepatan tahap I yang ditetapkan tanpa studi kelayakan awal yang

jelas, jangan sampai menargetkan angka yang sulit dicapai.



Meski unggul sebagai energi terbarukan yang ramah lingkungan dan tidak

terpengaruh harga dunia, pengembangan panas bumi untuk energi pembangkit

memiliki risiko investasi yang besar. Dengan prosedur yang ada,

pengembangan panas bumi butuh waktu 8-10 tahun.



Pembangkit listrik tenaga panas bumi bukanlah fenomena baru. Direktur

Pembinaan Pengusahaan Panas Bumi dan Pengelolaan Air Tanah Sugiharto

Harsoprayitno mengatakan, pengembangan panas bumi selalu dilakukan

ketika pemerintah terdesak mencari alternatif pengganti bahan bakar

minyak.



Ketika panas bumi pertama kali dikembangkan tahun 1970-an, harga minyak

naik gila-gilaan akibat krisis di Timur Tengah. ”Sekarang pun panas bumi

baru kedengaran setelah krisis minyak terjadi lagi plus batu bara,” ujar

Sugiharto.



Setelah 30 tahun lebih pascaproyek pengembangan panas bumi pertama di

Kamojang tahun 1974, total daya listrik yang dibangkitkan dengan panas

bumi hingga kini hanya 1.042 MW.



Upaya pemerintah memperbanyak eksplorasi agar kepastian cadangan

meningkat terkendala pendanaan. Sebagian besar penelitian sumber daya

panas bumi dilakukan dengan bantuan dari luar negeri, seperti Bank Dunia

dan Bank Pembangunan Asia.



Dengan minimnya data cadangan pasti, penawaran wilayah kerja

pertambangan panas bumi tanpa didahului eksplorasi semakin memperbesar

risiko yang ditanggung investor. Untuk mengembangkan 1 MW daya listrik

dari panas bumi butuh investasi 

[Keuangan] Soal Inflasi kenaikan BBM - Analisanya??

2008-06-28 Terurut Topik Bali da Dave
Setelah baca-baca artikel lain, berkaitan dengan inflasi dan kebijakan moneter, 
ada artikel yang bilang: kalau central bank (BI) berkomitmen untuk menjaga 
inflasi terkendali, maka tidak semua inflasi yang tercatat memiliki bobot yang 
sama dalam hal naik turunnya suku bunga Lalu sektor apa saja yang penting 
untuk diperhatikan, dan mana yang tidak?

Kebijakan moneter pada dasarnya berupaya supaya perkembangan kapasitas produksi 
dan kemampuan konsumsi (demand dan supply) berkembang sejalan, stabil dan tidak 
terlalu banyak shock (secara keseluruhan). Jadi dari misalnya 2000 komponen 
inflasi, tidak semuanya memiliki bobot yang sama (secara konsumtif), dan 
pembobotan ini efeknya terhadap kebijakan moneter tidak sama. Jadi ada sektor 
atau industri yang memiliki bobot konsumsi besar, tapi dalam hal efek terhadap 
stabilitas ekonomi dan kebijakan moneter tidak terlalu besar. Verbatimnya: Yet 
the price index designed to measure the cost of living is not necessarily the 
best one to serve as a target for monetary policy

Dan setelah melalui beberapa model matematis, penulisnya yang lulusan harvard, 
menyimpulkan bahwa SALAH SATU (untuk AMERIKA) yang penting adalah level gaji 
nominal, dalam perbandingan dengan kenaikan harga-harga.

Artinya, gaji yang naiknya lambat dibandingkan harga-harga lain yang naik cepat 
menunjukkan adanya penurunan aktivitas ekonomi (downturn), dan sebaliknya jika 
gaji naek terlalu cepat dibanding harga-harga, berarti overheating. Di satu 
sisi kalimat ini menunjukkan bahwa konsumsi dalam negeri yang meningkat 
berbarengan dengan produksi yang meningkat menunjukkan kesuksesan ekonomi. 
Konsumsi yang meningkat (YANG MERATA) menunjukkan keberhasilan pemerintah sebab 
berarti daya beli masyarakat naek.

Akan tetapi, jika kita lihat bahwa negara kita termasuk negara kuli, apakah 
selama-lamanya kuli yang makan gaji ini harus selalu pada level yang 
segini-gini saja? Gaji secara nominal naek 5% tapi harga-harga naek 5% juga kan 
berarti sami mawon, tidak ada peningkatan taraf hidup. Dari dulu sampai 
sekarang cuma sanggup makan tempe. Sekarang malah harga tempe naek lebih banyak 
dari kenaikan gaji. Dimana peningkatan taraf hidupnya?

Yang lebih lucu lagi, saya pernah baca ada yang berupaya menaikkan (memperkuat 
mata uang rupiah dengan manipilasi pasar). Maksudnya baik supaya impor barang 
murah, dan rakyat bisa beli ini-itu. Tapi konsekuensinya apa? Impor murah 
berarti bakal terjadi defisit neraca perdagangan (impor  ekspor) yang artinya 
negara kita bakalan nombok utang sana sini dari negara lain. Lah mau bayarnya 
bagaimana? Jaman Suharto dulu sudah kejadian gagal bayar utang-utang sampe 
rupiah tembus 16000. Susah payah baru bisa dibawa turun ke 9000. Apakah mau 
diturunkan jadi 3000 supaya waktu krisis nanti satu dolar jadi 100,000 rupiah 
macam di Zimbabwe atau liberia? Mau minum kopi tubruk keluar uang tiga juta 
rupiah???



  

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] Soal Inflasi kenaikan BBM - Analisanya??

2008-06-28 Terurut Topik Bali da Dave
Ah, nggak juga  Yang ngeri kan kalo musti ngerem kagak ngerem, bisa nabrak 
pohon. Musti ngegas buat nanjak, eh malah gasnya dipelanin.

Buat kita-kita yang baru belajar ekonomi ini, ilmu ekonomi yang dasar lebih 
banyak memandang pada perkembangan konsumsi domestik yang dipenuhi oleh 
produksi domestik juga. Padahal sekarang ini kan aliran uang panas bisa lebih 
besar sekian kali lipatnya GDP, Transaksi dagang luar negeri juga kadang gak 
dimengerti efeknya buat perekonomian domestik. Secara umum sih rasanya ekonomi 
indonesia masih lumayan  

Data saya gak punya  maklum tukang bacot doang...  Yang pentingnya sih kalo 
rakyat sayang produksi dalam negeri, mendukung pendidikan rakyat, pembangunan 
infrastruktur macam jalan dan jalur kereta api (besinya gak dicolongin buat 
diloakin), rasanya sih masih bisa tahan. Mudah-mudahan  (Tapi kalau banyak 
yang gila impor, makan terasi impor, ikan impor, baju impor, dan tidak mau 
kerja...  yah barangkali bisa balik ke jaman batu kita)

--- On Sun, 6/29/08, Dedy arman [EMAIL PROTECTED] wrote:
From: Dedy arman [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [Keuangan] Soal Inflasi kenaikan BBM - Analisanya??
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Date: Sunday, June 29, 2008, 9:19 AM














Kok ngeri banget bos, fundamental ekonomi negara kita








 

















  

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] Re: Soal Inflasi kenaikan BBM - Analisanya??

2008-06-27 Terurut Topik Bali da Dave
Betul juga ya...
Saya juga kan cari-cari ide...  Masalahnya bicara teori, atau sebab akibat, 
subsidi BBM ini barangkali tidak pernah di teliti detail (barangkali??...). 
Masalah subsidi ini kan juga cuma ada di negara baru berkembang. Alasannya ya 
justru karena penduduknya pada miskin semua (maka perlu subsidi).

Kalau sampai pemberi subsidinya nyerah, gimana caranya nyerah yang 
meminimalkan kerusakan, dan pulih dan kalau bisa malah jadi lebih kuat?

Apakah dengan menaikkan suku bunga, atau meningkatkan belanja negara, atau 
meningkatkan pajak, naekin harga bbm (mana yang lebih penting, tenggang waktu 
antar kenaikan, ataukan besarnya kenaikan, dll).




--- On Thu, 6/26/08, dina kartika [EMAIL PROTECTED] wrote:
From: dina kartika [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [Keuangan] Re: Soal Inflasi kenaikan BBM - Analisanya??
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Date: Thursday, June 26, 2008, 5:18 PM











boleh ikutan

kalo menurut gw sih..mang pada dasarnya kudu naek..krn kita kan kiblatnya ama 
dunia..so mau gak mau apapun yg terjadi ma dunia pasti kita kena imbasnya..

cuma yg berat kan ..emang d rakyat ,krn mereka sebelumnya memang sudah 
susah..sehingga begitu mereka denger ada kata naek langsung shockjadi 
percuma mo pake cara yg tiap tahun naek 1% ato yg langsung naek dengan 
percentase yg tinggi...and itu mang tugasnya pemerintah untuk ningkatin taraf 
hidup rakyatnya... .menengah ke bawah yaa



--- On Thu, 6/26/08, jeff_andra [EMAIL PROTECTED] co.id wrote:

From: jeff_andra [EMAIL PROTECTED] co.id

Subject: [Keuangan] Re: Soal Inflasi kenaikan BBM - Analisanya??

To: AhliKeuangan- Indonesia@ yahoogroups. com

Date: Thursday, June 26, 2008, 3:41 AM



Poling nih bung? hehehe... Ikutan ya...



Kalo nanya'nya ke mahasiswa Unas, UKI, Mustopo, dll (oknum lah ya) ya,



tentu jawabannya BBM ngga boleh naik, mungkin bagi mereka, kalo perlu



bensin dikembalikan ke harga Rp. 750 seperti di rezim idola mereka



dulu. Mereka kan cerdas2 dan sangat ingin memperjuangkan nasib RAKYAT.



tapi kok kalo saya (orang bego) lebih setuju harga BBM di approach



dengan harga pasar (walau ngga kudu = harga pasar lho), dan caranya



dengan bertahap supaya pasar tidak shock dan dapat mengikuti dengan



lebih smooth, dan dampaknya tidak langsung membunuh (mencekik) sektor



riil. 



Pokoknya BBM memang kudu naik lah, karena:



1. Menghindari disvaritas harga dengan negara2 tetangga, untuk



menghindari penyelundupan.



2. Menumbuhkan daya saing energi2 alternatif (biji jarak, dsb.). Ngga



fair aja kalo Cost/liter Biofuel harus bersaing dengan BBM bersubsidi.



3. Ya, biar orang sadar lah, kalo BBM itu MAHAL, sehingga mulai



melirik gaya hidup hemat.



4. Terakhir, BBM memang perlu naik, agar mahasiswa pintar dan partai2



(terutama oposisi) punya komoditas untuk cari muka.



Salam



 Mana yang lebih baik bagi ekonomi rakyat, peningkatan harga BBM



yang terencana sampai harga pasar sedikit demi sedikit, ataukah



peningkatan harga BBM yang mendadak setelah ada tekanan yang



membahayakan anggaran negara?



 



 Mana yang tidak terlalu membahayakan produktifitas dan inflasi? BBM



naik 1% perbulan selama 12 bulan, ataukah harga sama terus selama



setahun, tapi akhir tahun langsung naik 12% misalnya?





 

















[Non-text portions of this message have been removed]




  




 

















  

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] Re: Soal Inflasi kenaikan BBM - Analisanya??

2008-06-26 Terurut Topik Bali da Dave
Poling boleh, diskusi boleh., ber-teori boleh juga...  pengamatan lapangan 
boleh juga (dari negara lain misalnya atau research lembaga lain???). Atau dari 
psikologi masyarakat... Banyak kan, barang-barang yang belum tentu terpengaruh 
langsung oleh BBM naek duluan. Padahal supliernya juga belum naekin harga, eh 
nyampe ritel harga udah melambung dulu (macam pengumuman gaji pegawai negeri 
yang naek...  belum terima tambahan gaji, harga barang udah naek duluan)

Soalnya kok saya ngenes gitu, tiap kali BBM naek selalu bawaannya ke-arah-arah 
rusuh. Mudah-mudahan tidak sekarang ini...

 

--- On Thu, 6/26/08, jeff_andra [EMAIL PROTECTED] wrote:
From: jeff_andra [EMAIL PROTECTED]
Subject: [Keuangan] Re: Soal Inflasi kenaikan BBM - Analisanya??
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Date: Thursday, June 26, 2008, 4:41 PM











Poling nih bung? hehehe... Ikutan ya...



Kalo nanya'nya ke mahasiswa Unas, UKI, Mustopo, dll (oknum lah ya) ya,

tentu jawabannya BBM ngga boleh naik, mungkin bagi mereka, kalo perlu

bensin dikembalikan ke harga Rp. 750 seperti di rezim idola mereka

dulu. Mereka kan cerdas2 dan sangat ingin memperjuangkan nasib RAKYAT.



tapi kok kalo saya (orang bego) lebih setuju harga BBM di approach

dengan harga pasar (walau ngga kudu = harga pasar lho), dan caranya

dengan bertahap supaya pasar tidak shock dan dapat mengikuti dengan

lebih smooth, dan dampaknya tidak langsung membunuh (mencekik) sektor

riil. 



Pokoknya BBM memang kudu naik lah, karena:

1. Menghindari disvaritas harga dengan negara2 tetangga, untuk

menghindari penyelundupan.

2. Menumbuhkan daya saing energi2 alternatif (biji jarak, dsb.). Ngga

fair aja kalo Cost/liter Biofuel harus bersaing dengan BBM bersubsidi.

3. Ya, biar orang sadar lah, kalo BBM itu MAHAL, sehingga mulai

melirik gaya hidup hemat.

4. Terakhir, BBM memang perlu naik, agar mahasiswa pintar dan partai2

(terutama oposisi) punya komoditas untuk cari muka.



Salam



 Mana yang lebih baik bagi ekonomi rakyat, peningkatan harga BBM

yang terencana sampai harga pasar sedikit demi sedikit, ataukah

peningkatan harga BBM yang mendadak setelah ada tekanan yang

membahayakan anggaran negara?

 

 Mana yang tidak terlalu membahayakan produktifitas dan inflasi? BBM

naik 1% perbulan selama 12 bulan, ataukah harga sama terus selama

setahun, tapi akhir tahun langsung naik 12% misalnya?




  




 

















  

[Non-text portions of this message have been removed]



[Keuangan] Soal Inflasi kenaikan BBM - Analisanya??

2008-06-25 Terurut Topik Bali da Dave
Buka topik baru kali ya?

1. Inflasi adalah kelebihan uang (money growth) lebih besar dari pertumbuhan 
produktifitas

2. BBM adalah komponen input. Artinya pertumbuhan ekonomi tergantung BBM 
(semakin besar produksi, semakin besar BBM yang dipakai)

3. Kenaikan BBM memiliki dua akibat, yang pertama karena permintaan yang tidak 
berubah (konsumen bisa menahan kenaikan harga, atau produsen menanggung beban 
dengan menerima profit yang lebih kecil) dan kedua penurunan demand yang 
berakibat penurunan produksi.


4. Dalam kasus pertama (demand tidak berubah), tercatat peningkatan total gdp 
dengan inflasi deflator (net effectnya produksi stagnan atau pertumbuhan 
setelah dibagi inflasi adalah (real growth) pertumbuhannya hanya sedikit.

5. Kasus kedua karena tidak ada daya beli masyarakat, demand berkurang dan 
produksi berkurang.


Karena alur logikanya panjang, untuk sementara berenti dulu. Tapi ujung 
analisanya adalah untuk menjawab pertanyaan: 

Mana yang lebih baik bagi ekonomi rakyat, peningkatan harga BBM yang terencana 
sampai harga pasar sedikit demi sedikit, ataukah peningkatan harga BBM yang 
mendadak setelah ada tekanan yang membahayakan anggaran negara?

Mana yang tidak terlalu membahayakan produktifitas dan inflasi? BBM naik 1% 
perbulan selama 12 bulan, ataukah harga sama terus selama setahun, tapi akhir 
tahun langsung naik 12% misalnya?





  

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] Kenaikan BBM, Deflasi dan BI Rate

2008-06-09 Terurut Topik Bali da Dave
Inflasi bila bicara saklek (ngotot), cuma terjadi kalau terjadi kelebihan 
supply uang. Teorinya, bbm naik karena suply uang dollar amerika naik banyak 
akibat krisis subprime. Tapi bicara fakta, apakah seluruh rugi yang dialami 
bank-bank amerika dan ingris tersebut bukannya uang hancur? Upaya the fed 
sepertinya untuk mencegah kekurangan uang yang mengakibatkan resesi, cuma 
berhubung masih ada di atas (belum turun ke sektor riil), maka uang baru 
tersebut muter-muter cari jalan spekulasi (dalam hal ini BBM).

Lalu indonesia kan pakai rupiah, bukan dolar? Maka pertanyaannya adalah, apakah 
rupiah sekarang ini terlalu banyak beredar sehingga mengakibatkan inflasi? 
Kemungkinan besar kasusnya sama seperti Amerika. Banyak uang beredar, tapi 
muter-muter di atas gak turun ke sektor riil, akibatnya banyak spekulasi 
(banyak yang main foreks, judi saham (saham dijadikan judi maksudnya), nimbun 
emas, dll dll). 

Padahal yang dibawah, masyarakat kecil kekurangan uang. Harga-harga mahal tidak 
terjangkau hanya dengan uang (penghasilan) yang ada di bawah. Kurangnya uang 
yang di bawah ini menimbulkan perasaan resesi dan susah (kalau merasa susah, 
maka kita-kita ini lah rupanya yang ada di bawah).

Secara teorinya, agar uang yang ada diatas turun ke sektor riil, harus ada 
insentifnya. Yang pertama, kalau di diamkan maka uang tersebut kehilangan nilai 
(atau paling tidak mandeg, artinya suku bunganya harus rendah). Yang kedua, 
kalau akhirnya diturunkan maka masyarakat harus punya daya beli agar 
produsennya bisa untung. Mengingat daya beli masyarakat indo yang rada rendah, 
seharusnya fokusnya sih ke pasar ekspor. Cuma masalah lagi karena pasar ekspor 
(amerika) juga katanya lagi repot. Cuma eropa doang yang agak oke. Barangkali 
perlu bimbingan pemerintah bagaimana caranya membuka pasaran di eropa? 

cuma sumbangan diskusi saja... Belum tentu logika saya benar.


  Hal ini tentunya patut menjadi perhatian dari Bank Indonesia untuk tidak 
tergoda mengikuti teori BI Rate mengikuti inflasi. Kenaikan BI Rate pada 
tingkat tertentu justru akan mengganggu kinerja sektor riil yang berakibat pada 
terganggunya pertumbuhan. Sebenarnya saat ini fundamental ekonomi Indonesia 
sudah berjalan cukup kuat 
Diperkirakan ini baru langkah awal yang akan dilanjutkan dengan berbagai macam 
investasi pada sektor riil yang lain. Kesemuanya akan berjalan dengan sangat 
baik jika BI mampu mengelola BI rate pada tingkat yang cukup rendah/kompetitif 
sehingga modal akan lari pada sektor riil dan bukannya malah mengendap di 
sektor non riil. Jika iklim dunia usaha riil akan berjalan dengan kondusif akan 
tercipta lebih banyak lapangan pekerjaan dan publik akan lebih mendapatkan

 manfaat yang nyata. Kepercayaan publik akan pulih dengan lebih cepat yang akan 
berarti sangat baik pula bagi dunia usaha karena akan memberikan kepastian 
politik yang berimbas pada peningkatan kepercayaan dunia usaha. Kita pasti 
bisa ...



-

 

















  

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] LEADER: The liberating effect of failure (Fortune Interview w Jeff Sonnenfeld of Yale)

2008-06-03 Terurut Topik Bali da Dave
Bung Sidqy, thanks buat artikel-artikelnya...nbsp; bagus-bagus nih. Salam 
kenal, juga buat semuanya. Saya member baru nih, pengen belajar dan barangkali 
nanya dan diskusi nanti... 

--- On Tue, 6/3/08, sidqy suyitno lt;[EMAIL PROTECTED]gt; wrote:
From: sidqy suyitno lt;[EMAIL PROTECTED]gt;
Subject: [Keuangan] LEADER: The liberating effect of failure (Fortune Interview 
w Jeff Sonnenfeld of Yale)
To: [EMAIL PROTECTED]
Date: Tuesday, June 3, 2008, 3:01 PM











May 29, 2008: 11:41 AM EDT

The liberating

effect of failure

http://money. cnn.com/2008/ 05/29/news/ newsmakers/ sellers_failure. 
fortune/index. htm?postversion= 2008052911 

Failure is the

crucible that makes a leader into a hero, says Yale's Jeffrey Sonnenfeld.

By Patricia Sellers,

editor-at-large

 

NEW YORK(Fortune) -- Jeffrey Sonnenfeld knows failure.

A professor at the Yale School of Management and founder of the non-profit

Chief Executive Leadership Institute, Sonnenfeld has risen to leadership-guru

status by becoming the expert on how CEOs stumble and bounce back. He first

explored failure 20 years ago in his book The Hero's Farewell: What

Happens When CEOs Retire. Sonnenfeld's latest, Firing Back: How

Great Leaders Rebound After Career Disasters, hits the topic head on.

Fortune editor at large Patricia Sellers talked with Sonnenfeld about what he

has learned studying failure. An edited version of their conversation:

What got you interested in failure?

I was up at Harvard teaching a career

management course. One of the assignments was a 30- to 60-page paper on

students' own lessons in their lives. The students kept volunteering awful

things that happened to them - abuse by a teacher or a crisis during a stint in

the Peace Corps where someone close to them died. These were young adults with

leadership potential.

And the field of failure was ripe for

discovery by someone like you?

Most of the leading literature was and is

obsessed with success. From Poor Richard's Almanac to Norman Vincent Peale's

Power of Positive Thinking, which says that the locus of control is with you.

Yes, that's nice. Deepak Chopra and Stephen Covey talk about mastering your

destiny. Today's self-help literature and prevailing psychologists stress

avoidant behavior - like Scarlett O'Hara saying Tomorrow is another

day.

What's wrong with that?

They emphasize strategies for coping rather

than strategies for obliterating the source of the stress.

Does failure - or beating back failure -

make you a better person?

It makes a hero. Joseph Campbell wrote about

this. The hero has certain consistent qualities in every culture: a common

touch, a call to greatness, a critical trial and a setback. Failure punctuates

truly great leaders. They aren't great until they've failed. Failure is the

crucible, the test. They deal with it, and their confidence and capabilities

are enhanced.

How does this work in business?

[Home Depot (HD, Fortune

500) founders] Bernie Marcus and Arthur Blank wore failure as a badge of

honor. They taught their employees about managing disappointment. There would

be no Vanguard if Jack Bogle hadn't been fired from Wellington Management. And

Jamie Dimon, after he was fired at Citigroup (C, Fortune

500), had the courage to run Bank One and now JPMorgan Chase (JPM, Fortune

500) his way. He now has the cleanest balance sheet on Wall Street. Failure

empowers leaders to do things differently. It gives them courage to be

independent thinkers.

What lessons have you learned about failure?

First, fight, not flight. You have to face

up to battle. Second, recruit others in battle. Use networks effectively.

Third, rebuild your reputation.

Easier said than done.

If you did nothing wrong, you have to stand

up for exoneration. If you did something wrong, you have to go straight for

contrition. Prominent people tend to avoid that. Many people believe that

contrition weakens them. [Xerox (XRX, Fortune

500) CEO] Anne Mulcahy blows me away. She talks about setbacks in a way

that only makes her stronger.

What else do successful rebounders do?

They create a new purpose. Many people think

that prominent people rebound because they're wealthy and have access to

resources and great connections - or luck. No, it's the conscious choices they

make.

Who rebounded by crafting a new purpose?

Martha Stewart. She saw the frothing glee of

people who wanted to bring her down, and rather than be frightened and

chastened by that glee, it only motivated her more. She focused on defining

herself by her future, her comeback.

What's the No. 1 reason business bigwigs

fail to deal with failure properly?

They're afraid of looking weak. Everyone can

learn from [JetBlue (JBLU)

founder] David Neeleman, who has had the rug pulled out from under him a few

times. He has the confidence to ask questions about how to do things

differently. And he knows that if he's going to be a maverick, failure is going

to be