Re: [Keuangan] Khudori : Menjinakkan Inflasi
Ini maksudnya taxonomi tanah yang mollisol ya? Saya bukan ahli tanah, jadi info anda sangat baru bagi saya. Jadi thanks sudah memberi pengetahuan baru. Menurut bang google: Mollisol :Mollisols have a distinctive dark surface (mollic epipedon) that is enriched with organic matter. The surface layer has a soft, fluffy feel. These soils formed from nutrient-rich parent materials and are commonly in grasslands. They are naturally fertile and generally hold large amounts of water. These soils are prized for agriculture. They are dominantly in the Great Plains and Western States. dan menurut peta tanahnya http://www.soils.umn.edu/academics/classes/soil2125/img/4glbsls.jpg kelihatan memang mollisol seperti sabuk hijau di daerah kazakhstan, armenia sampai turki. Daerah-daerah ini ada di atas sabuk 30derajat, yang artinya sudah mengenal musim dingin? Daerah ini juga merupakan daerah praire atau grass area. Secara kandungan tanahnya, maka daerah-daerah ini memang sangat baik untuk daerah pertanian. Barangkali yang menjadi halangan mereka sukses dalam bidang pertanian adalah infrastruktur dan cuaca yang terlalu dingin waktu winter. Kalau global warming memang kejadian, waktu winternya mereka jadi hangat dan saat itu mungkin daerah tersebut berkembang jadi lumbung makanan buat dunia. Demikianlah maka Indonesia walaupun banyak hujan dan lembab karena ada di tropis, tanahnya agak asam dan sudah 'worn out'. Wah jadi tambah takut nih... jangan-jangan pasokan supply makanan produksi dalam negeri tambah susah gara-gara tanahnya memang kurang bagus (tipe ultisol). Tapi kemudian masalah tambah rumit dong. Kalau semua bahan makanan untuk 220 juta orang penduduk indonesia harus di impor semuanya dari amerika (eksportir gandum terbesar dunia?) dan daerah2 kazakhstan sana. Kira-kira kita bisa saingan dengan Cina yang penduduknya 5 kali lebih banyak dari Indonesia dan ternyata tanahnya kelihatannya lebih jelek kualitasnya dari Indonesia? Cina daerahnya sepertinya banyak warna orange (aridsol/gurun), rocky land (abu-abu), dan inceptisols (biru?)... Kalau semua daerah pertanian kita harus tutup buku dan petani malas menanam lagi gara-gara harganya gak ketulungan murahnya... tentunya kita musti siap-siap mengandalkan makanan impor semuanya. --- On Thu, 12/8/10, Hok An ho...@t-online.de wrote: From: Hok An ho...@t-online.de Subject: Re: [Keuangan] Khudori : Menjinakkan Inflasi To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Received: Thursday, 12 August, 2010, 10:49 PM Saya dulu sama pendapatnya dengan Anda. Tetapi ternyata tanah didaerah yang namanya sabuk hijau lebih subur dari kawasan tropis basah, karena pertama hujan yang intensitasnya besar melarutkan banyak mineral, sebab itu tanah daerah tropis seperti Kalimantan dan sebagian besar Sumatra umumnya miskin zat hara. J [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] Menkeu Nilai Penguatan Rupiah Justru Merugikan
Kembali bapak masih belum bisa lepas dari bujukan daya BELI komponen impor. Saya coba lagi dengan perumpamaan lain. Ada dua orang yang memegang 1000 dollar. Saya gak mau bilang rupiah lagi karena dari pandangan anda daya beli harus dengan dollar. Jadi, si A pegang seribu dollar, sementara si B juga 1000 dollar. Bedanya, si A adalah pekerja kantor dari perusahaan asing yang tiap bulan dibayar 100 dollar. Sementara si B adalah pengangguran, yang kebetulan guanteng pintar ngomong dan mukanya sangat terpercaya. Jadilah setelah merayu-rayu BCA, Bank Central Amerika, ia dipercayai untuk memegang 1000 dollar (pinjaman). Kedua-duanya, si A dan si B, mempunyai DAYA BELI 1000 dollar. Anda mau pegang si A atau si B... mana yang jadi miskin duluan? Penguatan dollar tidak menunjukkan Indonesia ini adalah si A atau si B. Penguatan rupiah atas dollar memang menunjukkan peningkatan daya beli seperti yang anda katakan, tapi efek psikologisnya sudah kelihatan dari yang anda tulis sebelum-sebelumnya... maunya beli barang saja (gara-gara penguatan dollar)... yang anda fokuskan selalu penulisan, beli ini beli itu Anda gak bilang saya bisa kerja ini atau kerja itu kalau terjadi penguatan rupiah atas dollar. --- On Fri, 13/8/10, Rachmad M rachm...@yahoo.com wrote: From: Rachmad M rachm...@yahoo.com Subject: Re: [Keuangan] Menkeu Nilai Penguatan Rupiah Justru Merugikan To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Received: Friday, 13 August, 2010, 3:51 PM Wah ya jangan gitu cara pandangnya. Beri argumentasi yang tepat sehingga kita sepakat bahwa perlemahan mata uang rupiah yang notabene juga perlemahan daya beli Rakyat Indonesia dapat diterima akal sehat. Alias kita kontra terhadap peningkatan daya beli masyarakat dan sebagian kecil meniknmati keuntungan dari mata uang asing yang menguat untuk foya2 di LN :-( RM [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] Menkeu Nilai Penguatan Rupiah Justru Merugikan
Saya buat cerita perumpamaan saja... Dikisahkan ada bapak dan anak. Sang bapak bekerja sangat berat tiap hari jadi kuli di pasar sampai akhirnya bisa punya segudang uang emas yang disembunyikan sedikit di sini dan sedikit di sana. Peta harta karun ini kemudian pada saat meninggalnya diberikan kepada sang anak. Sang anak, alih-alih bekerja di pasar (entah jadi kuli atau jadi apa kek), tiap hari hanya memperhatikan peta harta karun warisan bapaknya. Begitu ketemu, langsung saja bahagia dan berpesta pora. Demikianlah sampai akhirnya seluruh peta harta karun sang bapak dipecahkannya dan tidak ada lagi sisanya. Begitu selesai, ia tidak punya uang dan mau kerja di pasar pun sudah tak bisa. Semua orang bilang sang anak adalah pemimpi dan cuma mencari enaknya/jalan gampangan saja. Nah sekarang perhatikan saja neraca ekspor impor kita. Yang namanya ekspor murni dari produksi kita sendiri ini berapa persen (kerja kuli) dan berapa persen lagi dari eksploitasi bahan berharga tak terbaharukan (mencari harta karun warisan bapak). Kalau kita menganggap menggali bahan tak terbaharukan sebagai produksi yang sehat saya tidak bisa berargumentasi lagi. Barangkali ada pemerhati milis yang bisa lebih menunjukkan 'logika' saya bahwa produksi kita sekarang ini masih kurang produktif/kurang efisien. Kita masih menganggap bahwa ongkos mengangkat logam/minyak sebagai biaya dasar minyak. Kita tidak melihat bahwa yang namanya minyak tak terbaharukan itu dulunya melalui proses ribuan tahun yang tak bisa diganti begitu saja (kerja keras sang bapak jadi kuli seumur hidup - kalau menurut perumpamaan tadi). Dan kalau kita hitung 'menemukan warisan bapak' sebagai hasil kerja keras 'saya' sendiri saya jadi bingung mau lebih menjelaskannya bagaimana caranya lagi.? Dan menurut saya, penguatan dolar yang didasari masukan dana investasi asing (investasi real maupun terlebih lagi dana panas), adalah penguatan yang dibuat-buat. Penguatan yang didasari penerimaan penjualan aset tak terbaharukan juga adalah penguatan yang dibuat-buat. Kalau sudah habis sumber daya alam kita, mau jualan apa lagi kita? Negara Dubay yang kaya raya dengan minyak saja tidak mau mengandalkan penerimaan minyaknya sampai ribuan tahun lagi. Memangnya tower yang luar biasa dan pulau buatan palem yang megah, hotel bawah laut, semua itu cuma buat prestige saja? Mereka ingin jadi kuli dengan memanfaatkan harta karun dari bawah tanah mereka. Mereka ingin mengubah negara mereka menjadi negara maju tempat parkir dana-dana minyak negara timur tengah lain, berikut tempat pariwisata. Lah kalau mereka yang lebih kaya dan penduduknya lebih sedikit berpikir pintar, masakan kita yang kekayaannya lebih sedikit dan mulut yang harus dikasih makan lebih banyak malah lebih malas dan ongkang-ongkang kaki saja, cuma mengandalkan penambangan logam dan minyak yang bisa habis sewaktu-waktu? --- On Wed, 11/8/10, Rachmad M rachm...@yahoo.com wrote: From: Rachmad M rachm...@yahoo.com Padahal jelas pendapatan perkapita kita diukur dengan US $. Korban dari devaluasi terjadi pada periode yang pendek yakni sampai ditemukannya kesetimbangan baru dalam hal tukar-menukar barang dan jasa. Korbannya adalah mereka yang berpenghasilan tetap ie. PNS/ABRI dan pensiunan. Mereka tidak mudah untuk mencapai penyesuaian baru sehingga cendrung korupsi dalam berbagai bentuknya. Tentu saja penguatan yang terjadi bukan penguatan yang dibuat-buat lho. Salam RM --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Bali da Dave dfa...@... wrote: Berkali kali argumen yang diajukan adalah berfokus pada konsumsi lokal... dengan mengandalkan barang impor yang murah. Kalau penduduk kita gak ada kerjaan... mau beli pake apa pak? Kalau mata uang menguat tanpa ada peningkatan produksi lokal (ekspor), berarti ini karena ada banyuak pinjaman luar negeri yuang masuk. Ini pinjaman nantinya musti di bayar. Kalau gak bisa bayar, ntar kejadian macam tahun 1998 lagi. Asian financial crisis. Atau sama juga Greek Crisis 2010. Mereka punya uang euro kuat tapi kemampuan produksi dalam negerinya lemah. Akibatnya begitu pinjaman jatuh tempo mau dibayar langsung ekonomi berantakan. Banyak yang jadi pengangguran mendadak karena bisnis-bisnis yang berfokus impor tiba-tiba harus tutup. --- On Wed, 11/8/10, Rachmad M rachm...@... wrote: From: Rachmad M rachm...@... Subject: Re: [Keuangan] Menkeu Nilai Penguatan Rupiah Justru Merugikan To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Received: Wednesday, 11 August, 2010, 6:32 PM Lha kok gak kerasa kalau hampir semua tarikan nafas kita berbau import :-D Kalau rupiah melemah, harga kedelai naik konskwensinya tahu/tempe anda beli di pasar ukurannya mengecil. Harga BBM non subsidi akan bergerak dengan sendirinya. Subsidi BBM Premium akan membengkak dengan sendirinya. Dan pemerintah segera
Re: [Keuangan] Khudori : Menjinakkan Inflasi
Teknik dan teknologi pertanian tentu tambah maju. Tapi kalau melihat perkembangan teknologi makanan yang arahnya pada 'pengawetan', modifikasi genetika, dan formulasi nutrisi/chemical compound, maka ini arahnya jelas lain dengan yang kita ambil/asumsikan. Pertanian tradisional yang berdasarkan tanah dan iklim yang baik sudah semakin sedikit. Menurut saya daerah terbaik untuk cocok tanam adalah daerah tropis sub tropis yang tidak punya 4 musim. Dibandingkan panjang ekuatorial 360derajat, maka panjang sabang sampai merauke ini (tidak menghitung laut dan gurun yang biasanya ada di tengah dunia), maka ekuatorial tanah kepulauan kita adalah aset yang sangat-sangat berharga. Afrika dan Mesir, juga Amerika (barangkali) memiliki daerah tropis. Tapi berhubung benuanya yang sangat besar, penguapan laut tidak pernah sampai ke tengah benua tersebut sehingga sering kali daerah besar macam afrika, amerika australia tengah-tengahnya nyaris tidak bisa dihuni apalagi ditanami karena tidak ada airnya. Dibandingkan dengan kepulauan kita, daerah kering pun masih adalah hujannya sedikit-sedikit karena jarak tengah pulaunya dengan laut masih tidak terlalu besar.. NAh dari 360derajat garis ekuatorial dunia ini, yang banyak pulaunya dan tropis cocok untuk padi dan makanan penduduk indonesia mana lagi? Vietnam dan thailan kalau sudah semakin maju tentu tidak akan mau lagi menjual beras murah ke indonesia. Perluasan wilayah tanam menurut teori pertanian tradisional sudah tidak mungkin lagi. Arahnya sudah mulai ke makanan kaleng dan makanan tablet, juga makanan beku. Tapi kalau harga makanan tidak diperbolehkan naik, maka tentu inovasi untuk produk makanan juga akan terhambat. --- On Thu, 12/8/10, Hok An ho...@t-online.de wrote: From: Hok An ho...@t-online.de Kalau pasar Indonesia tertutup pendapat Anda benar. Tetapi ada produsen2 barang pertanian lain yang besar dan lebih murah produksinya dari Indonesia. Sebab itu ada tekanan pasar menuju stagnasi harga bahan makanan. [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] Menkeu Nilai Penguatan Rupiah Justru Merugikan
buset.. panjang lebar bikin cerita 1001 malam, masih keluar juga pengen rupiah kuat... Cabeee ... cabeee --- On Fri, 13/8/10, Ari masar...@gmail.com wrote: From: Ari masar...@gmail.com Subject: Re: [Keuangan] Menkeu Nilai Penguatan Rupiah Justru Merugikan To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Received: Friday, 13 August, 2010, 10:32 AM yauw, kita bikin mobil tapi blok mesin bikinan jepang dan thailand, kita punya bbm, tapi yg dijual di indonesia adalah hasil refinery punya timur tengah, kita punya hp nexian, tapi suku cadang import dari china, kita punya monitor tv, lcd computer, kulkas, ac, sparepart dari luar negeri juga. jadi produk kita, bahan baku tergantung sebagiannya dari import. maklum ekonomi global. lha wong lensa carl zeiss jaman sekarang aja produksinya cosina jepang, dan mobil ford bikinan korea (yg pabriknya ada di karawang juga). makanya lebih aman, rupiah menguat, jadi bayar buat suku cadang import bisa dengan lebih leluasa. toh, produksi kita banyakan buat konsumsi lokal :)) yang buat di ekspor jadi berat sih, soale harga jadi kurang bersaing. :p [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] Khudori : Menjinakkan Inflasi
Secara Natural, permintaan selalu akan naik karena peningkatan jumlah penduduk yang tidak terkendali (tidak stagnan). Diikuti dengan pengurangan lahan produktif dan penggunaan lahan kurang produktif (seperti yang Pak Hok An katakan), maka sewajarnya HARGA baiknya sih NAIK. Sisi politiknya tentu jelek, sehingga pemerintah intervensi menurunkan harga. Akibatnya petani semakin miskin dan lahan yang produktif juga semakin kurang menarik buat ditanam oleh petani. Ini namanya lingkaran setan. Semakin harga diturunkan, semakin sulit memenuhi kebutuhan penduduk yang semakin NAIK. PROBLEMATIKA yang musti di pecahkan anak-anak IQ jenius di Indonesia. --- On Tue, 10/8/10, Hok An ho...@t-online.de wrote: From: Hok An ho...@t-online.de Subject: Re: [Keuangan] Khudori : Menjinakkan Inflasi To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Received: Tuesday, 10 August, 2010, 3:58 PM Ada produk pertanian kita a.l. beras yang sulit bersaing dengan pasar interintersional, sebab produk2 itu biaya produksinya, karena letaknya di iklim yang panas lebih mahal dari biaya di iklim sejuk. Sebab itu tendensi import bahan makanan mulai dari terigu, jagung dan apalagi buah2an iklim sejuk naik terus. Masalah ini hanya bisa dihadapi dengan pendekatan2 jangka panjang yang memerlukan investasi2 berkepanjangan dan besar. Tetapi yang terjadi justru sebaliknya. Misalnya lahan2 sawah yang dibudayakan sejak ratusan tahun susut. Dipihak lain terus lahan padi tanpa pengairan ditempat yang tidak layak (asam atau asin) dipaksakan tanpa hasil yang ekonomis. Walaupun tahun depan harga bahan makanan agak naik tetapi tendensi umum adalah stagnasi dari harga makanan. Sebab itu yang diperlukan adalah kenaikan produktivitas pertanian, dan modernisasi pertanian (produksi makanan jadi atau bahan industri siap pasar) dan daya beli masyarakat yang memerlukan kenaikan upah umum. Salam Hok An Bali da Dave schrieb: Ah PORI (President Of the Republic of Indonesia), malah bilang awajar kalo ada kenaikan harga, hitung2 rejeki bagi petani setahun sekali... Menurut saya sih sudah sepantasnya harga barang pokok naik. Nilai politisnya tentu jelek karena bisa bikin rakyat banyak marah. Bicara pasar bebas, atau teregulasi.. kita sering anggap beras ini sudah harga wajar. Kalau menurut saya sih ini sudah harga yang 'dipaksa' turun. Alasannya apa? Pemerintah selalu mengupayakan membuka jutaan hektar lahan khusus buat nanam padi ini. Kalau memang mekanisme pasar, tentunya tidak perlu ada program pemerintah 'lahan gambut sejuta hektar... dll sebagainya'. Harga naik biarkan saja, nanti petani tentu akan lebih kaya dan bisa membeli tanah yang memang diperuntukkan untuk tanaman (tentunya juga ada resiko petani nekat yang sembarangan membuka hutan lindung). Dan membuka lahan penanaman baru pun harusnya juga membiayakan harga ganti rugi penanaman pohon, pemeliharaan binatang yang harus selalu diberi makan, dll. Prinsipnya adalah lahan kosong (hutan) itu bukannya tidak ada harganya. Sama juga dengan mineral bawah tanah itu musti di hargakan 'ongkos gantinya' atau replacement cost nya. Mentang-mentang tinggal dikeruk saja, maka hanya memperhitungkan ongkos mengeruk saja bukanlah perhitungan akuntansi yang kredibel. Jadi di sini walaupun tidak ketara, sudah ada intervensi pemerintah yang mencegah kekacauan bernegara akibat krisis harga makanan yang tinggi. Caranya menekan harga turun dengan mengorbankan lahan 'tidak terpakai'. Jadi kalau bensin ada subsidi, harga makanan pun sebenarnya sudah di subsidi. Yang kasihan tapi ya si petani. Kalau subsidi bensin, pemerintah malah bayar uang ke penyedia atau perusahaan minyaknya. Kalau untuk produk agrikkultur, si petani tidak terima apa-apa. MAlah diharuskan menjual barang dalam harga murah. Kalau gak, rakyat bakalan dibanjiri beras bulog. Kalau menurut saya ini sih merampas hak sejahteranya si petani. Kalau di negara lain (amerika) gak tau bagaimana. Apakah pemerintah memberi bantuan tax relief atau bagaimana supaya harga produk gandum dll jadi turun? Kalau gak di ancam bakalan dibanjiri gandum impor dari negara dunia ketiga? --- On Sun, 8/8/10, Hok An ho...@t-online.de mailto:Hokan%40t-online.de wrote: From: Hok An ho...@t-online.de mailto:Hokan%40t-online.de Subject: Re: [Keuangan] Khudori : Menjinakkan Inflasi To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com mailto:AhliKeuangan-Indonesia%40yahoogroups.com Received: Sunday, 8 August, 2010, 5:52 PM Bung Oka, Saya duga sekarang banyak ekonom yang berpendapat bahwa kenaikan pendapatan masyarakat lapisan bawah dan menengah merupakan faktor penting untuk pertumbuhan konsumsi dalam negeri. Sebab itu perlu ada keseimbangan antara kenaikan upah (a.l. UKM), inflasi, daya saing global, vitalitas negara dalam infrastruktur sosial (kesehatan, pendidikan dan juga subvensi BBM dan BLT
Re: [Keuangan] Menkeu Nilai Penguatan Rupiah Justru Merugikan
Pelemahan mata uang = pelemahan daya beli, hanya kalau kita belinya barang impor semua. Kalau barang dibuat di Indonesia semua, matauang kita melemah seberapa pun dibanding barang impor, maka daya beli masyarakat seharusnya sama saja. Dengan pelemahan daya beli impor, diharapkan ada penguatan daya produksi lokal, yang ujung-ujungnya berarti penguatan daya beli impor juga nantinya. Maka dibandingkan dengan saran anda, yang menggunakan subsidi untuk menyarukan daya beli seolah lebih kuat (padahal daya produksi lokal lemah), mending di lemahkan supaya daya produksi lokal semakin kuat. Lapangan kerja makin besar dan artinya nanti konsumsi lokal juga semakin kuat. --- On Wed, 11/8/10, Rachmad M rachm...@yahoo.com wrote: From: Rachmad M rachm...@yahoo.com SPerlemahan mata uang sebenarnya adalah pelemahan daya beli, pelemahan pendapatan perorang pertahun karena semua kita ukur dengan mata uang asing ie US $ Salam Switch to: Text-Only, Daily Digest • Unsubscribe • Terms of Use . [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] Menkeu Nilai Penguatan Rupiah Justru Merugikan
Setuju dengan Bapak Agus... Rakyat Indonesia masih banyak yang gampang terkesima dengan produk luar negeri. Begitu rupiah menguat, yang belanja sale di Singapore, Malaysia dan impor produk luar lainnya sudah gak kira-kira. Kamera diskon di Singapore aja di kejer beli. Lagi murah katanya... harga turun (padahal gara-gara kurs rupiah menguat). Beli kamera lokal kenapa sih? Oh iya... lupa... gak ada ternyata... he he --- On Mon, 9/8/10, anton ms wardhana ari.am...@gmail.com wrote: From: anton ms wardhana ari.am...@gmail.com Subject: [Keuangan] Menkeu Nilai Penguatan Rupiah Justru Merugikan To: ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com Received: Monday, 9 August, 2010, 11:06 PM artikel asli: http://www.kontan.co.id/nasional/news/43805/Menkeu-Nilai-Penguatan-Rupiah-Justru-Merugikan Senin, 09 Agustus 2010 | 19:25 PENGUATAN NILAI RUPIAH *Menkeu Nilai Penguatan Rupiah Justru Merugikan* JAKARTA. Banyak orang berdebat mengenai dampak penguatan nilai rupiah. Pemerintah pun jarang sekali menyatakan sikapnya terhadap berapa nilai rupiah yang ideal. Tapi ternyata Menteri Keuangan Indonesia Agus Martowardojo, mempunyai pandangan yang jelas. Ia menilai, penguatan nilai tukar rupiah khususnya terhadap dollar Amerika justru merugikan Indonesia. Untuk itu, Agus mengatakan, pemerintah bersama Bank Indonesia akan melakukan sejumlah langkah inisiatif untuk menjaga agar Indonesia tetap kompetitif. “Penguatan rupiah sekarang di bawah Rp 9.000 memang akan membuat kondisi kita tidak akan kompetitif,” ucap Agus, Senin (9/8). Sayang, Agus Marto mengaku masih belum dapat menjabarkan langkah apa saja yang akan dilakukan baik oleh pemerintah maupun Bank Indonesia. Pendapat berbeda justru dikatakan Umar Juoro, Ekonom Center Indonesia for Development and Studies. Umar menilai, penguatan nilai tukar rupiah justru menunjukkan kepercayaan investor terhadap Indonesia. “Hal itu akan positif bagi perkembangan ekonomi selama investasi oleh investor asing dapat di dorong untuk sektor riil,” ucapnya. Martina Prianti -- - save a tree, don't print this email unless you really need to [Non-text portions of this message have been removed] = Millis AKI mendukung kampanye Stop Smoking = Alamat penting terkait millis AKI Blog resmi AKI: www.ahlikeuangan-indonesia.com Facebook AKI: http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045 Arsip Milis AKI online: http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com = Perhatian : Untuk kenyamanan bersama, agar diperhatikan hal-hal berikut: - Dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor posting sebelumnya - Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. Anggota yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas - Saran, kritik dan tulisan untuk blog silahkan kirim ke ahlikeuangan-indonesia-ow...@yahoogroups.comyahoo! Groups Links [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] Menkeu Nilai Penguatan Rupiah Justru Merugikan
Fokus bapak sama subsidinya.. Subsidi (belanja negara) cuma sebagian kecil dari kesatuan ekonomi seluruh bangsa. Untuk situasi sekarang, pelemahan yang dapat memperkuat kemampuan produksi dalam negeri (dan konsumsi dalam negeri) lebih penting dari pada pen-subsidian konsumsi barang-barang IMPOR --- On Tue, 10/8/10, Rachmad M rachm...@yahoo.com wrote: From: Rachmad M rachm...@yahoo.com Subject: Re: [Keuangan] Menkeu Nilai Penguatan Rupiah Justru Merugikan To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Received: Tuesday, 10 August, 2010, 5:09 PM Memilih mata uang menjadi lemah adalah suatu kesalahan yang fatal. Yang benar adalah terus dijaga pada nilainya dan kalau perlu diperkuat secara gradual sampai yang namanya subsidi hilang dengan sendirinya. Setelah hilang subsidi dan semua berada pada kesetimbangan baru, baru kita mikir mempertahankannya dan bukan melemahkannya. Kenapa ? Namanya juga melemah dan ini juga melemahkan daya beli masyarakat. Masyarakat yang daya belinya melemah hanya memikirkan kebutuhan makan. Tidak sempat memikirkan kebutuhan yang lainnya ie. Kesehatan, pendidikan apalagi konsumsi barang bermutu :-( Masyarakat yang berdaya beli cendrung memikirkan konsumsi lainnya selain makan, dan ini menimbulkan gairah untuk menyediakan berbagai bentuk layanan barang/jasa serta selalu mengadakan inovasi untuk kenyamanan pengguna. Dan masyarakat yang melek terhadap perlunya memperbaiki layanan barang/jasa akan mudah mengglobal. Salam RM --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Bali da Dave dfa...@... wrote: Setuju dengan Bapak Agus... Rakyat Indonesia masih banyak yang gampang terkesima dengan produk luar negeri. Begitu rupiah menguat, yang belanja sale di Singapore, Malaysia dan impor produk luar lainnya sudah gak kira-kira. Kamera diskon di Singapore aja di kejer beli. Lagi murah katanya... harga turun (padahal gara-gara kurs rupiah menguat). Beli kamera lokal kenapa sih? Oh iya... lupa... gak ada ternyata... he he --- On Mon, 9/8/10, anton ms wardhana ari.am...@... wrote: From: anton ms wardhana ari.am...@... Subject: [Keuangan] Menkeu Nilai Penguatan Rupiah Justru Merugikan To: ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com Received: Monday, 9 August, 2010, 11:06 PM artikel asli: http://www.kontan.co.id/nasional/news/43805/Menkeu-Nilai-Penguatan-Rupiah-Justru-Merugikan Senin, 09 Agustus 2010 | 19:25 PENGUATAN NILAI RUPIAH *Menkeu Nilai Penguatan Rupiah Justru Merugikan* JAKARTA. Banyak orang berdebat mengenai dampak penguatan nilai rupiah. Pemerintah pun jarang sekali menyatakan sikapnya terhadap berapa nilai rupiah yang ideal. Tapi ternyata Menteri Keuangan Indonesia Agus Martowardojo, mempunyai pandangan yang jelas. Ia menilai, penguatan nilai tukar rupiah khususnya terhadap dollar Amerika justru merugikan Indonesia. Untuk itu, Agus mengatakan, pemerintah bersama Bank Indonesia akan melakukan sejumlah langkah inisiatif untuk menjaga agar Indonesia tetap kompetitif. “Penguatan rupiah sekarang di bawah Rp 9.000 memang akan membuat kondisi kita tidak akan kompetitif,” ucap Agus, Senin (9/8). Sayang, Agus Marto mengaku masih belum dapat menjabarkan langkah apa saja yang akan dilakukan baik oleh pemerintah maupun Bank Indonesia. Pendapat berbeda justru dikatakan Umar Juoro, Ekonom Center Indonesia for Development and Studies. Umar menilai, penguatan nilai tukar rupiah justru menunjukkan kepercayaan investor terhadap Indonesia. “Hal itu akan positif bagi perkembangan ekonomi selama investasi oleh investor asing dapat di dorong untuk sektor riil,” ucapnya. Martina Prianti -- - save a tree, don't print this email unless you really need to [Non-text portions of this message have been removed] = Millis AKI mendukung kampanye Stop Smoking = Alamat penting terkait millis AKI Blog resmi AKI: www.ahlikeuangan-indonesia.com Facebook AKI: http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045 Arsip Milis AKI online: http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com = Perhatian : Untuk kenyamanan bersama, agar diperhatikan hal-hal berikut: - Dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor posting sebelumnya - Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. Anggota yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas - Saran, kritik dan tulisan untuk blog silahkan kirim ke ahlikeuangan-indonesia-ow...@...! Groups Links [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] Tahap Demi Tahap Redenominasi Rupiah
kemungkinan pemalsuan uang lebih banyak? --- On Wed, 4/8/10, anton ms wardhana ari.am...@gmail.com wrote: From: anton ms wardhana ari.am...@gmail.com Subject: [Keuangan] Tahap Demi Tahap Redenominasi Rupiah To: ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com Received: Wednesday, 4 August, 2010, 2:42 AM artikel asli: http://www.kontan.co.id/index.php/keuangan/news/43271/Tahap-Demi-Tahap-Redenominasi-Rupiah Selasa, 03 Agustus 2010 | 14:47 REDENOMINASI RUPIAH *Tahap Demi Tahap Redenominasi Rupiah* JAKARTA. Bank Indonesia (BI) menegaskan keseriusan rencananya menerapkan kebijakan redenominasi rupiah. Berbagai macam studi dan riset sudah dilakukan termasuk studi banding ke beberapa negara. BI juga sudah menyiapkan kisaran waktu alias range time-line 10 tahun mulai dari sekarang meliputi sosialisasi, pelaksanaan masa transisi, hingga saat kebijakan redenominasi dilaksanakan penuh. Pjs. Gubernur BI Darmin Nasution menuturkan, akhir tahun ini BI akan menyelesaikan segala macam persiapan. Nanti pelaksanaannya, setelah selesai hasil studi kami yang dipersiapkan akhir tahun ini, mulai dua tahun ke depan yaitu tahun 2011 dan 2012 adalah masa sosialisasi, kata Darmin, Selasa (3/8). Kegiatan sosialisasi tidak akan melulu dilakukan lewat media massa seperti teve dan koran, BI juga akan banyak merekrut pihak ketiga untuk ikut mengampanyekan ini. Apa cukup waktu dua tahun untuk sosialisasi? Menurut BI itu cukup, tegas Darmin. Nah, memasuki tahun 2013, tahapannya mulai ke masa transisi. Masa transisi akan digelar selama tiga tahun hingga tahun 2015. Darmin bilang, dalam masa transisi ini, akan ada dua quotasi penyebutan nominal uang. Ini akan ada aturannya, akan ada Undang Undangnya. Jadi, nanti satu toko yang menjual barang wajib memasang dua label harga yakni harga barang lama dan baru. Misalnya, ada barang seharga Rp 10 ribu maka labelnya ada dua yaitu satu seharga Rp 10 ribu dan label kedua seharga Rp 10, jelasnya. Di masa transisi itu pula, BI akan mulai mencetak uang baru yang telah diredenominasi. Misalnya nanti redenominasi adalah pemotongan tiga nol, uang barunya nanti Rp 10 untuk menggantikan Rp 10.000, katanya. Dalam masa transisi tersebut, Darmin bilang, masyarakat masih bisa menggunakan dua jenis uang. Misalnya, ada pembeli dengan uang baru, si penjual bisa memberi kembalian dengan uang baru maupun uang lama, ataupun campuran keduanya. Ini akan berjalan selama tiga tahun, kita hidup dengan dua jenis itu, katanya. Ketika itu, uang baru akan dilengkapi dengan tulisan 'baru'. Seperti di Turki, ditulis New Lira, katanya. Tahap selanjutnya yakni tahun 2016 sampai dengan 2018, BI memastikan uang lama dengan jumlah nol yang masih belum dipotong akan benar-benar habis. Uang lama akan berakhir proses penarikannya tahun 2018, katanya. Masuk tahun 2019 sampai dengan 2020, keterangan 'baru' dalam uang baru akan dihilangkan. Dan kita semua sudah mulai bisa bayar membayar dengan uang baru yang telah diredenominasi, jelas Darmin. Ruisa Khoiriyah -- - save a tree, don't print this email unless you really need to [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] Pindahkan Ibukota
Kalau saya orang Jogja... rasanya saya gak mau dijadikan jogja sbg ibukota. Jogja jadi sumpek sih ogah.. mending seperti sekarang saja. Kalau mau gedung BEJ dan administrasi bursanya saja dipindahkan, ke Bali saja... Ibukota pindahkan saja ke Papua atau barangkali di pulau yang bermasalah dengan Malaysia itu. Mau rebutan bagaimana? MAsa ibukota Indonesia mau dijadikan bagiannya Malaysia Gila nyari perang apa? --- On Wed, 28/7/10, oka oka.wid...@indosat.net.id wrote: From: oka oka.wid...@indosat.net.id Subject: [Keuangan] Pindahkan Ibukota To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Received: Wednesday, 28 July, 2010, 12:08 PM Ide dari tulisan pak Sonny Keraf ini, sedang in...pindahkan ibukota..Jakarta sudah terlalu sumpek, dan bebannya lumayan bisa dikurangi kalo Jakarta bukan lagi ibukota pemerintahan. Saya setuju. Soal mekanismenya, banyak laternatif dari yang termurah sampai yang termahal. Ide bung Karno memindahkan ke Palangkaraya salah satu yang mahal. Ide pak Sonny dibawah dengan menyebarkan kementrian, bagi saya ngak akan workable...ntar bandara penuh dengan pejabat yang hilir mudik menghabiskan SPJ jalan2 dengan alasan koordinasi Sejarah kita panjang dengan beberapa kali pemindahan ibukota..konon Bandung pernah jadi ibukota jaman penjajahan...Yogyakarta, jaman kerajaan Jawa dan ketika revolusi kemerdekaan...dua kota tersebut merupakan kandidat yang kuat dari sisi sejarah. Dari sisi biaya, mungkin masih bisa dimanage, karena infrastruktur pasti cukup baik. Disamping 2 kota itu, Bogor juga merupakan kandidat yang baik, karena toh istana sudah ada disana, jarak tak terllau jauh dari Jakarta..dll Memang semua kandidat kota yang saya sebutkan berada di Jawa, pasti ada pertanyaan soal Jawasentris...tapi bagi saya jelas kok bahwa masa depan Indonesia itu bukan Jawa..sumber2 pertumbuhan ekonomi akan bergeser keluar Jawa...dengan dipindahkannya pusat pemerintahan keluar Jakarta, maka kota2 lain punya keempatan yg sama dg Jakarta untuk berkembang...Medan (pusat CPO), Balikpapan (pusat Minyak), Banjarmasin (pusat Coal), Makassar (Pusat Cacao) Denpasar (Pusat Tourism) sekedar memberi contoh. Jadi ibukota tak perlu punya potensi ekonomi yang gimana gitu...cukup kota yang bisa mendukung birokrat bekerja... Kalo saya ditanya, jawabannya Yogya === OPINI Pindahkan Ibu Kota Rabu, 28 Juli 2010 | 08:43 WIB A Sonny Keraf * KOMPAS.com — Kemacetan Jakarta dan sekitarnya, yang menjadi sorotan utama Kompas dalam beberapa hari terakhir, kiranya tidak hanya menimbulkan kerugian ekonomis (Kompas, 26/0710). Kerugian yang dialami juga menyangkut kerugian sosial dan psikis. Secara psikis, Jakarta sangat tidak sehat, bukan saja karena terjadi polusi yang parah, melainkan juga karena kemacetan di jalan raya menimbulkan berbagai tekanan psikologis atau stres. Demikian pula, secara sosial, kemacetan di jalan membuat relasi sosial menjadi penuh konflik, tidak saja di antara para pengendara di jalan, tetapi juga berdampak sampai ke kantor dan rumah tangga. Hubungan sosial penuh ketegangan akibat beban psikis yang dialami di jalan. Oleh karena itu, sesungguhnya Jakarta bukan hanya sebuah kota yang sangat tidak ramah lingkungan, melainkan juga sangat tidak ramah secara sosial dan psikis. Dengan kondisi seperti itu, kiranya pembenahan transportasi umum, termasuk perluasan, penambahan, dan keterpaduan atau sinergi transportasi umum tidak akan banyak membawa hasil memadai. Itu hanya solusi jangka pendek sementara. Yang dibutuhkan untuk jangka panjang adalah terobosan lebih radikal dan revolusioner. Kami mengusulkan tiga solusi. Sembari membenahi transportasi umum dan solusi lain yang bersifat tambal sulam, kendati sangat perlu, ketiga solusi harus segera diputuskan pemerintah pusat. Pindahkan ibu kota Usul pertama, pindahkan ibu kota. Ini usul dan langkah paling radikal. Banyak negara melakukan itu dan berhasil mengatasi kemacetan di ibu kota negaranya. Bung Karno, presiden pertama, telah berpikiran visioner menyiapkan Palangkaraya, Kalimantan Tengah, sebagai calon ibu kota RI sejak 1960-an. Melanjutkan visi Bung Karno, sebaiknya ibu kota baru berada di luar Jawa, khususnya di Indonesia bagian timur. Ada banyak keuntungan positif untuk itu. Pertama, pemindahan ibu kota jangan dilihat sebagai beban ekonomi karena besarnya dana yang dialokasikan. Ini harus dilihat sebagai peluang ekonomi yang sangat menggiurkan untuk membuka lapangan pekerjaan bagi banyak orang yang akan mengerjakan persiapan, pembangunan, dan relokasi ibu kota tersebut. Akan dibutuhkan waktu 5-10 tahun untuk realisasi, dan itu peluang ekonomi yang sangat baik. Kedua, dari segi politik, pemindahan ibu kota ke luar Jawa dan Indonesia bagian timur (IBT) akan serta-merta menggeser episentrum pembangunan nasional dari Jawa dan Indonesia bagian barat (IBB). Ini akan menjadi sebuah langkah dan
Re: [Keuangan] Washington Post: Making the economy more just
Artikelnya bagus... Saya terjemahkan beberapa paragraf saja, khususnya tentang legislasi B dan selebihnya sih pengantar historis dari saya: Negara Amerika sedang melakukan beberapa inovasi yang masih bersifat eksperimental agar perekonomian seluruh negara bisa bersifat lebih adil dan demokratis, yakni mencapai kesejahteraan yang berkesinambungan (sustainable prosperity) yang dinikmati oleh rakyat banyak bersama (shared prosperity). Eksperimen ekonomi pertama: meloloskan undang-undang dimana dasar hukum perusahaan adalah bukan semata-mata mencari profit SAJA, tapi dengan memperhatikan tujuan publik/komunitas. Seperti pernah dibahas sebelumnya, perusahaan yang ingin memperbesar profitnya saja sering melakukan tingkah laku eksternalitas biaya. Artinya sebisa mungkin sumber daya sekitar (yang umumnya dianggap bebas sebab adalah milik publik/komunitas) digunakan sebesar-besarnya (sebab bebas dan tanpa harga/biaya). Ini bisa berakibat merugikan tujuan publik (common public purpose), misalnya polusi berlebihan, mencemarkan sumber air, atau bahkan menyedot habis sumber air. Contoh common public purpose nya adalah kebersihan dan kelestarian lingkungan hidup, upaya mencegah peningkatan kriminal di masyarakat, bakti sosial, dll. Di Indonesia banyak perusahaan dengan sendirinya masih bersifat 'membaur dengan masyarakat', tapi di Amerika yang kultur 'sue and countersue'/saling menjegal ke pengadilan sudah kelewat batas, perusahaan yang mengorganisir bakti sosial atau pendirian posko banjir atau mendirikan sekolah dan rumah sakit gratis malah bisa masuk bui gara-gara ada pemegang saham yang gak rela. Akibatnya perusahaan sudah berubah menjadi mahluk berdarah dingin, yang sering kali juga berakibat pada proses pemilihan manajer/dirikturnya. Banyak orang komplein manajer amerika katanya ganas gak peduli lingkungan/masyarakat dan cenderung bersifat psikopat (neken bawahan). JAdilah kemudian diusahakan membuat legislasi B, supaya perusahaan ini sadar mereka masih merupakan bagian dari masyarakat. Pertanyaan diskusinya: Apakah perlu dibuatkan proporsi (dari keuntungan) yang boleh dikeluarkan untuk menunjang tujuan masyarakat ini? Apakah pengeluaran ini bagian dari BIAYA pokok/operasi, ataukah merupakan persentase dari KEUNTUNGAN? (cara pikir akuntan -pos biaya vs pos penarikan keuntungan). Artinya kalau tidak untung tidak usah memikirkan kesejahteraan rakyat sekitarnya? Menurut saya sih kegiatan sosial ini seharusnya adalah bagian dari biaya yang akan mengurangi keuntungan, dan nantinya akan mengurangi pajak juga. Jadi biaya 'sosial' ini sejajar dengan biaya bahan mentah, biaya tenaga kerja, dan biaya pemasaran. Jadi alih-alih merugikan masyarakat dengan tingkah laku eksternalitasnya, perusahaan dapat membantu masyarakat dan memperkokoh komunitas. Lalu kemudian masalahnya berlanjut pula, tindakan sosial apa yang termasuk memperkokoh komunitas? Apakah yang hanya menyalurkan derma ke satu religius saja, ataukah yang menyokong 'ke-olahragaan tertentu saja, atau ke orang-orang tertentu saja? Jadi ini bisa menjadi sumber masalah baru sebab bisa menjadi lubang untuk menggalakkan korupsi. Kalau insentif buat koperasi saja bisa dijadikan ajang korupsi, apalagi kegiatan-kegiatan semacam bakti sosial yang menyebar ke mana-mana. Mana tau di daerah ini memang benar ada klub sepak bola the jangkrik Tapi tentu saja ada orang yang mendebat bahwa semua kewajiban itu sudah dibebankan dengan membayar beban pajak. Dan pajak ini cuma dibebankan dari keuntungan. Bagaimana menentukan besaran biaya 'sosial' ini yang masuk akal? Apakah 100 ribu setahun masuk akal, ataukah 5% keuntungan masuk akal? Biaya ini tidak ada pasarnya dan tentu sulit untuk dicari harga wajarnya menurut hukum ekuilibrium supply dan demand. Seperti ada cuplikan dari penulis Oscar Wilde, nowadays men knows the price of everything and the value of nothing - sekarang ini segala macam barang ada harganya, tapi tidak ada yang tau nilai sebenarnya. Dimana menurut warren buffet, price is what you pay... and value is what you get. Bisa jadi perusahaan cuma mengeluarkan sedikit uang untuk penyemprotan nyamuk malaria di daerahnya, tapi benefit yang diperoleh masyarakat dan juga bagi perusahaan (VALUE) seringkali lebih besar dari biaya (PRICE) yang dibayar. Namun kasus sebaliknya tentu bisa saja terjadi... --- On Thu, 22/7/10, sidqy suyitno sidqy_suyi...@yahoo.com wrote: From: sidqy suyitno sidqy_suyi...@yahoo.com Subject: [Keuangan] Washington Post: Making the economy more just To: sidqy_suyi...@yahoo.com Received: Thursday, 22 July, 2010, 11:40 AM Wednesday, July 21, 2010http://www.washingtonpost.com/wp-dyn/content/article/2010/07/20/AR2010072002754.html Making the economy more just By Katrina vanden Heuvel[1] Congress has passed the Wall Street Reform and Consumer Protection Act, but the task of transforming our economy into one of shared and sustainable
Re: [Keuangan] Panser ditukar Proton
Emang industrinya lagi turun untuk pangsa luar negeri. Amerika dan Eropa aja perlu pake program Cash for Clunker buat boost industri mobil dalam negeri mereka. JAman susah, orang cenderung menahan diri dari beli barang-barang yang 'mahal' atau 'big spending items'. Kalau kulkas aja termasuk big spending, apalagi mobil... Tuker-tukeran atau counter trade ini kan salah satu cara mengatasi bila trade terhambat hanya gara-gara kesulitan likuiditas (arus uang nya kurang lancar). Jadi kalau memang bisa bermanfaat bagi kedua pihak ya kenapa nggak. Masalah mobnas atau bukan, atau mobnas ini merugikan dan tidak strategis sih tergantung keberhasilannya. Kalau berhasil ya dibilangnya strategis, tapi kalau tidak berhasil dibilang jelek. Cuma masalah mencoba atau tidak, bisa berjuang atau tidaknya itu ya memang tergantung dari 'kompetisi'. Kalau kita rasa kompetisinya terlalu berat, walaupun strategis memang musti dihitung juga siapa yang musti menanggung kerugiannya... Untuk masalah strategis kan sifatnya jangka super panjang, beda dengan investasi yang sifatnya jangka panjang. Resiko jangka super panjang memang sangat besar. Jadi kalau Malaysia bisa sukses dengan proyek strategis protonnya... ini adalah bukti keberanian, komitmen dan ke-'kekeuhan' nya mereka. Prinsip 'gagal coba lagi lebih baik' mereka mungkin lebih baik daripada kita. Mungkin kita pakai prinsip yang beda, 'gagal ... I TOT U... bukannya dari dulu aja berenti..' he he... Atau prinsip satu lagi, gagal, coba lagi dengan cara yang sama he he... --- On Thu, 10/6/10, Oka Widana o...@ahlikeuangan-indonesia.com wrote: From: Oka Widana o...@ahlikeuangan-indonesia.com Subject: Re: [Keuangan] Panser ditukar Proton To: Millis AKI ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com Received: Thursday, 10 June, 2010, 9:35 PM Benerjadi kita jualan panser, tapi bantuin Proton...tapi kita emang udah beberapa kali begitu...beli Hawk jaman pak Harto, beli LST jaman pak Habibie Poin saya, bukan bantu industri orang lain, melainkan model bisnis yg mungkin reliable kita jalankan. Terutama untuk jualan atau beli produk2 yg susah...misalnya jualan kapal, kereta api dituker kapas atau kedelai... He he tapi mungkin bisa dibalik juga, ngapain buat produk susah dijual...mendingan buat yg gampangistilah susah dan gampang tentu dikaitkan dg competitive advantage kita dan pasar. saya yakin pasti nanti ada yg challenge, bagaimana dg issue kemandirian...? Oka Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Poltak Hotradero hotrad...@gmail.com Sender: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Date: Thu, 10 Jun 2010 19:02:55 To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Reply-To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Subject: Re: [Keuangan] Panser ditukar Proton At 03:27 PM 6/10/2010, you wrote: Pabrik Proton-nya yg sedang bermasalah. Pabrik itu sudah mau dijual oleh Petronas karena selama beberapa tahun ini merugi terus setelah fasilitas subsidi pemerintahnya dicabut. Terbukti kan bahwa konsep mobnas cuma akan membebani konsumen secara tidak perlu. [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] Panser ditukar Proton
Setuju... Tidak ada salahnya sih. Di jaman Habibie juga pernah mau coba counter trade. Gak tau kenapa pada sewot Barangkali karena ketan tukerannya bisa ngacaukan harga pasar lokal kali? Kalau Proton sih mustinya tidak ada masalah --- On Thu, 10/6/10, oka widana oka.wid...@indosat.net.id wrote: From: oka widana oka.wid...@indosat.net.id Subject: [Keuangan] Panser ditukar Proton To: Millis AKI ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com Received: Thursday, 10 June, 2010, 2:06 PM Ini cukup menarik, saya kira. Walau kelihatannya tidak praktis, tapi Counter Trade adalah business model yg workabledan patut dipelajari lebih jauh kelayakannya. Barang buatan Indonesia sebenarnya banyak yg lumayan bagus. Sayang ketika mau diekspor, banyak kendala...kredit ekspor salah satunya... Oka Widana Powered by Telkomsel BlackBerry® = Millis AKI mendukung kampanye Stop Smoking = Alamat penting terkait millis AKI Blog resmi AKI: www.ahlikeuangan-indonesia.com Facebook AKI: http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045 Arsip Milis AKI online: http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com = Perhatian : Untuk kenyamanan bersama, agar diperhatikan hal-hal berikut: - Dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor posting sebelumnya - Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. Anggota yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas - Saran, kritik dan tulisan untuk blog silahkan kirim ke ahlikeuangan-indonesia-ow...@yahoogroups.comyahoo! Groups Links [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] Krisis Yunani dan Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia
Mudah-mudahan dibaca banyak orang artikel ini... Moga-moga saja krisis Yunani tidak ada imbasnya ke Indonesia. Asal perusahaan Indonesia bisa bayar utang luar negerinya, tidak ada pelarian modal ke luar negeri... Kalau ada yang gagal bayar, utang jadi non performing loan, CAR jadi turun... dan masyarakat jadi panik tidak percaya sistem perbankan nasional... maka situasi bisa berubah dalam sekejap mata. Entah saat itu anggota DPR mana yang mau maju berttanggung jawab memecahkan masalah kepanikan masyarakat? Apakah omongan anggota DPR bisa dipercaya masyarakat? Lihat gedung miring atau tidak saja gak bisa jelas padahal ada di depan mata. Mau lagi lihat 'kepanikan' yang gak bisa kelihatan? --- On Thu, 27/5/10, Deni Ridwan kangd...@yahoo.com wrote: From: Deni Ridwan kangd...@yahoo.com Subject: [Keuangan] Krisis Yunani dan Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Received: Thursday, 27 May, 2010, 10:15 AM Kompas, Kamis, 27 Mei 2010 Krisis keuangan di Yunani diperkirakan oleh berbagai kalangan tidak akan menimbulkan dampak yang kentara bagi Indonesia. Bank Dunia dan IMF berpendapat bahwa risiko untuk Indonesia relatif kecil mengingat fundamental ekonominya cukup kuat. Selain itu, IMF juga yakin bisa melokalkan dampak krisis tersebut di wilayah Eropa. Semoga perkiraan itu benar. Jika tidak, Indonesia saat ini tak siap menghadapi guncangan pada sistem keuangan seperti tahun 2008. Kepergian seorang Sri Mulyani adalah ongkos mahal yang harus dibayar akibat huru-hara kasus Century. Namun, ongkos yang lebih mahal adalah kerusakan fondasi untuk menjaga stabilitas sistem keuangan. Hal ini ditandai dengan menjadi tak jelasnya basis legal untuk tindakan penanganan krisis, melemahnya koordinasi, dan menipisnya saling percaya antarotoritas pada sektor keuangan, serta akan munculnya keengganan pejabat publik membuat keputusan penting di saat genting. Dasar hukum penanganan krisis sebetulnya sudah diatur dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 4 Tahun 2008 tentang Jaring Pengaman Sistem Keuangan (JPSK). Namun, Perppu yang dimaksudkan sebagai protokol manajemen krisis itu saat ini laksana zombi yang tak jelas statusnya. Sebagai dampak dari kasus Century, DPR telah menolak mengesahkan Perppu itu menjadi UU sebagaimana diatur dalam Pasal 22 UUD 1945. Di sisi lain, DPR juga menolak mengesahkan RUU untuk pencabutan Perppu yang diajukan oleh pemerintah. Padahal, dalam Pasal 25 dan Pasal 36 UU No 10/2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, Perppu yang ditolak DPR harus dicabut dengan sebuah UU. Akibatnya, saat ini pemerintah dan BI tak memiliki landasan hukum yang jelas untuk tindakan pencegahan ataupun penanganan krisis. Koordinasi antarotoritas di sektor keuangan juga dinilai melemah setelah tak berfungsinya Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK). Dalam kasus penalangan Century, DPR bukan saja ”berhasil” memberikan vonis bersalah kepada KSSK, tetapi juga ”membunuh” lembaga tersebut. Ketiadaan KSSK akan menyulitkan koordinasi antara kementerian Keuangan (selaku otoritas fiskal serta pengawas pasar modal dan lembaga keuangan bukan bank), BI (selaku otoritas moneter dan pengawas perbankan), serta Lembaga Penjamin Simpanan (selaku pelaksana penjaminan simpanan dan penanganan bank gagal). Dampak lain Dampak lain yang harus diwaspadai adalah menipisnya kepercayaan antara Kementerian Keuangan, BI, dan LPS. Proses pemeriksaan oleh BPK, Pansus DPR, dan KPK disadari atau tidak telah menimbulkan friksi antara lembaga tersebut. Ini adalah konsekuensi yang logis karena pada dasarnya tidak ada pihak yang mau disalahkan. Padahal, DPR dari awal menuntut BPK, Pansus, dan KPK menemukan pihak yang dinilai bersalah. Sulit dibayangkan suatu kebijakan terbaik bisa dihasilkan manakala institusi yang terlibat tidak memiliki level of trust yang kuat satu sama lain. Belajar dari pengalaman Boediono dan Sri Mulyani, dikhawatirkan timbul keengganan para pejabat publik mengambil keputusan penting di saat genting. Menurut Goran Lind (2003), keputusan pada saat krisis harus cepat dibuat karena berpacu dengan waktu. Akibatnya, keputusan itu pada umumnya dibuat berdasarkan pada informasi yang tak lengkap, tak akurat, serta tak mengikuti perkembangan. Selain itu, juga tak ada waktu bagi pemerintah dan bank sentral melakukan interpretasi ulang atas peraturan perundangan yang ada. Padahal, pada umumnya ketentuan itu hanya dirancang untuk menangani situasi normal, bukan kondisi krisis. Oleh karena itu, selain kapasitas dan integritas yang mumpuni, dibutuhkan juga keberanian yang besar untuk membuat keputusan pada saat krisis. Dalam konteks Indonesia, pejabat publik mana yang mau bernasib seperti Boediono dan Sri Mulyani? Wishful thinking bahwa Indonesia tak akan terkena dampak krisis Yunani jelas tidak cukup. Sumber kerentanan sistem keuangan
[Keuangan] Gulf OIL SPILL Crisis - Studi Kasus Peraturan 'kecelakaan/bencana'
http://www.forbes.com/feeds/ap/2010/05/25/general-energy-us-gulf-oil-spill_7632890.html?boxes=Homepagebusinessnews The administration's point man on the spill rejected the notion of removing BP and taking over the crisis Monday, saying the government has neither the company's expertise nor its deep-sea equipment.To push BP out of the way would raise a question, to replace them with what? Coast Guard Commandant Thad Allen, who is heading the federal response to the spill, said at a White House briefing. Terjemahan Bebas: Juru Bicara Pemerintah Federal menolak gagasan untuk menyingkirkan BP sebagai pelaksana penanganan dan penghentian krisis tumpahan minyak yang terjadi di kedalaman laut gulf of Mexico. Ia mengatakan bahwa pemerintah tidak memiliki kemampuan teknikal yang cukup untuk menangani krisis yang terjadi pada kedalaman tersebut. Jika kita menggantikan BP, siapa yang layak untuk menggantikannya? kata Komandan Thad Allen yang memimpin delegasi pemerintah atas krisis ini. Peraturan penanganan di Indonesia sebenarnya bagaimana? Apakah kita belajar sesuatu yang baru dari kasus di Amerika, dibandingkan dengan kasus lumpur lapindo? Apakah BP mengatakan bahwa ada 'bencana' arus laut yang terlalu keras sehingga pipa jadi putus? Kenapa selalu pemerintah yang jadi harapan untuk membendung/menangani bencana semacam ini (bisa jadi terkait bencana alam, tapi bisa juga bencana karena usaha eksplorasi macam ini?). Kalau memang pemerintah HARUS membantu penanganan bencana alam... seharusnya ada pool dana khusus untuk penanganan bencana baik yang asalnya dari alam maupun karena bencana teknis terkait eksplorasi? Kalau mengikut logika 'bail out perbankan' yang mengharuskan pemerintah untuk membantu menyelamatkan konsumen yang menjadi korban penutupan bank... apakah lebih baik kalau ada iuran wajib penanganan bencana yang berfungsi sebagai bentuk asuransi atas bencana? Tentu bicara soal uang, maka administrasinya akan sangat rawan dengan korupsi, penyalahgunaan dan pemborosan/ketidak efisienan dan ketidak efektifan... Jadi kalaupun ada, siapa yang PANTAS? untuk mengurus dana ini? [Non-text portions of this message have been removed]
[Keuangan] Tentang Royalti dan Pajak atas super profit? - kasus australia
http://us.detikfinance.com/read/2010/05/23/141920/1362449/4/pajak-tinggi-investor-tambang-kabur-dari-australia?f9911013 Disebutkan di artikel: Investor asing di sektor pertambangan melarikan diri dari Australia setelah pemerintah negeri Kanguru itu memutuskan untuk menerapkan pajak sebesar 40% dari laba perusahaan pertambangan mulai Juli 2012. Menurut artikel, pajak baru mulai berlaku 2012, tapi investor asing sudah lari duluan? Kata lari barangkali benar untuk trader pasar modal yang sifatnya sangat short-term trading. Investor yang sudah memiliki sifat FDI (foreign direct investment) mungkin lebih mempertimbangkan bagaimana harga komoditas di masa yang akan datang. Mereka tidak akan lari, tapi jadi lebih menahan diri (ataupun kalau parah membatalkan 'RENCANA' masa depan). Menggunakan kata lari rasanya terlalu mendramatisir... apalagi kalau pajaknya baru berlaku 2012. Jalan pelan-pelan pun masih bisa keluar sebelum 2012... sekarang kan masih 2010.. Kenapa musti LARI??? Dari segi pemerintahan saya pikir tujuan utama pemerintahan mereka ini adalah untuk menggunakan asset negara yang tidak terbaharui - (kita asumsikan saja mereka juga menganut pasal 33, bumi yang terkandung di dalamnya dikuasai negara dan digunakan untuk kemakmuran rakyat bersama) secara baik bagi kemakmuran rakyat. Untuk asset-aset alam yang tak terbaharui seperti minyak bumi, logam, batu bara, saya rasa analogi atau contoh ilustrasi kejadian yang digambarkan dibawah adalah cukup tepat. Dikisahkan 10 orang astronot pergi ke luar angkasa dengan bekal 100 jam udara untuk hidup. Anggap saja kemudian roket pendorong tiba-tiba mati dan mereka harus menunggu bantuan pesawat ulang-alik baru untuk membawa spare part pengganti. Diperkirakan mungkin perlu 100 jam juga untuk pesawat ulang alik tersebut tiba dan memperbaiki roket astronot yang rusak ini. Pertanyaan kasusnya adalah, apakah layak jika ada seorang astronot berusaha menyimpan udara (berlebih) dan menyembunyikannya bagi dirinya sendiri? Supaya gampang, kita buatkan angka: 100 jam udara cukup untuk 10 orang, berarti total suplai 1,000 jam udara. Tapi ada satu orang mencuri ekstra 100 jam udara untuk dirinya sendiri. Artinya satu orang memiliki 200 jam udara, sementara 9 orang lainnya membagi 800 jam udara atau cuma cukup untuk 88,8 jam saja per orangnya. Konsekuensinya tentu satu orang PASTI hidup (sebab ia bisa bertahan sampai 2 kali lipat waktu yang dibutuhkan untuk memperbaiki) sementara 9 orang lainnya meninggal dalam tugas, karena baru 88 jam oksigen sudah habis, padahal pertolongan baru datang di jam ke 100. Artinya 20 jam hidup tanpa oksigen. Sumber alam tak terbaharukan adalah seperti oksigen bagi astronot tersebut. Peningkatan harga komoditas akan semakin membuat penambang (mining company) bekerja semakin giat dan menggali semakin banyak tambang. Semakin banyak yang ditambang SEKARANG, berarti semakin sedikit yang tersedia di MASA DEPAN. Dengan menjual hasil tambang tersebut dan mendapatkan keuntungan (berlebih), dapat digambarkan sama dengan menyimpan udara yang tersedia bagi seluruh 10 orang astronot, memasukkannya kedalam tabung (bank/uang), dan membiarkan ke9 astronot lainnya meninggal dalam kemiskinan. Seorang penambang yang mepertaruhkan kapital untuk mengeksplorasi dan eksploitasi sumber bumi ini tentu berhak untuk mendapatkan keuntungan. Namun harus diingat bahwa mereka tidak MEMBUAT emas atau minyak bumi itu dari TIDAK ADA menjadi ADA. Mereka menemukan atau tidak pun, hasil tambang itu sudah sejak dulu ada di bawah tanah. Itulah sebabnya saya rasa pasal 33 UUD 45 adalah logis. Kalau ditemukan maka hasilnya harus dapat digunakan untuk kesejahteraan seluruh rakyat. Yang jadi susah tentu bagaimana membaginya? Penambang dan penemunya tentu ada memiliki hak (profit dari operasi), sementara rakyat propinsinya juga tentu berhak (pajak atau iuran daerah). Bangsa Indonesia lainnyapun tentunya juga berhak (dari pajak untuk pemerintah pusat). Jadi soal pajak, royalti ataupun pajak pemerintah pusat adalah urusan pemberian harga agar ke sepuluh pihak terkait (astronot ataupun pemerintah, rakyat, dan perusahaan penambang) memiliki pembagian yang adil atas kekayaan alam yang tak terbaharukan ini. Dan karena sifatnya yang tak terbaharukan, seharusnya lah porsi pemerintah/rakyat banyak yang mendapat bagian lebih besar daripada penambangnya. Banyak orang yang berasumsi bahwa harga pasar adalah selalu tepat. Tapi sudah sering dibahas bahwa harga barang-barang bebas yang selalu diberi harga NOL, sebenarnya tidaklah selalu NOL. Air bersih ada harganya, udara bersih ada harganya. Masyarakat yang aman damai tanpa perang juga ada harganya. Cuma saja orang sering salah menggunakan patokan harga. Menurut banyak orang, harga sesuatu adalah ongkos mengambilnya (menimba air, menyedot udara, dll). Padahal yang benar adalah harga mengambil ditambah probabilitas harga penciptaannya (REPLACEMENT COST). Untuk barang yang tak terbaharukan
[Keuangan] W. Buffet Munger... Improper Cage Built by Regulator Blamed for GS fraud charge
Warren Buffet dan Charlie Munger, dua tokoh legendaris investasi membela Goldman Sachs yang sedang dituduh melakukan penipuan oleh SEC. Menurut Munger, macan yang lepas dan memakan mangsa tidak seharusnya disalahkan . Kesalahan seharusnya ada pada pawangnya/pemerintah yang seharusnya membuat kandang dan garis-garis batas yang harus dipatuhi perusahaan. Munger dan Buffet orang pintar, tapi saya kurang setuju dengan pendapat mereka ini. Dikala segala sesuatu berjalan lurus, maka siapakah yang selalu membujuk dan melobi pemerintah agar peraturan dilepaskan saja. Katanya biar pasar yang menentukan. Pemerintah sebisanya diperkecil dan kalau perlu ditiadakan saja. Namun kalau sudah ada kejadian semacam ini, lihat siapa yang paling pertama menyalahkan pemerintah. Di saat sekarang inipun pemerintahan Obama sudah kelelahan karena harus bertarung memperjuangkan Undang-undang kesehatan. Saat Obama mulai beralih pada peraturan dalam bidang keuangan yang sedang dimaksudkan untuk membuat kandang bagi perusahaan keuangan Amerika, toh kaum Republikan yang mewakili golongan anti regulasi kembali berteriak-teriak menolak regulasi dan pengandangan ini. Jadi Pemerintah (Amerika) memang sulit. Mau memasukkan macan ke kandang saja sudah harus menghadapi taring dan cakar macan... Tapi kalau macan sudah di dalam, penduduk justru berteriak-teriak... lepaskan macan dari kandang demi peri ke=macan-an... he he [Non-text portions of this message have been removed]
Re: Bls: [Millis AKI- stop smoking] Fatwa Bunga Bank Haram 'Suburkan' Bank Syariah
Cuma meringkas saja, beberapa kelebihan sukuk atau konsep pembiayaan syariah: - Tidak memakan riba, tapi BAGI HASIL - Sumber dana timur tengah - Harus memiliki underlying asset - Terkait keahlian (mudhabarah mudharibh) Tapi soal haram atau tidak, barangkali perlu dipertimbangkan kata riba itu dalam konteks sejarahnya juga. Praktek pembungaan pinjaman di jaman dahulu dibanding jaman sekarang ini tentunya berbeda. Saya bukan ahli sejarah, tapi saya gambarkan konsep pinjaman yang terjadi di jaman dahulu itu adalah pinjaman pribadi yang sifatnya bukan untuk investasi (kebanyakan). Atau dengan kata lain pinjaman tersebut adalah 'BANTUAN' yang didasari kebaikan' atas orang yang sedang kesusahan. Jadi kalau menurut saya, riba/bunga secara konsep yang dimaksud tersebut adalah berbeda dengan bunga yang berlaku sekarang. Jika ada seorang menderita kelaparan atau ada bencana alam, ada banyak tingkatan kebaikan yang bisa dilakukan: 1. Beri hibah, gak perlu bayar lagi. 2. Kalau ternyata mereka bisa bayar, maka tidak mengharapkan lebih dari yang sudah diberikan 3. Kalau ternyata tidak bisa bayar balik, maka tidak menginjak-injak si peminjam, di cemeti, di permalukan, dirampas istri dan anaknya untuk dijual, dll.. Dan menurut saya sih ini mungkin kebalikan dari perilaku banyak penduduk saat itu yang seolah menjadi raja lalim dengan sengaja meminjamkan uang pada orang yang tidak mampu membayar agar bisa dijadikan budak. Faktual sejarahnya saya kurang jelas, tapi gambaran saya praktek banking jaman dulu itu adalah praktek lintah darat. Ada orang perlu bantuan, di beri pinjaman tapi kalau tidak bisa bayar maka diperlakukan bukan sebagai manusia lagi. Ya kalau menurut saya sih selama perlindungan konsumen, dan praktek perbankan terus menjunjung tinggi etika profesi, menjunjung tingi nilai-nilai kemanusiaan, maka keharaman yang diharamkan dari bunga ini sudah tidak ada dari praktek konvensional perbankan dan mustinya tidak patut di sebut haram. Sama seperti pisau, bisa dipakai untuk membunuh orang atau bisa dipakai dokter bedah untuk menyelamatkan nyawa. Pengguna sistem perbankan itulah yang memegang peran menentukan haram tidaknya sistem banking, ada bunga ataupun tidak ada bunga. Saya yakin Muh Yunus yang mengusung konsep mikro kredit juga menerima bunga dari uang yang dipinjamkannya (entah secara marketing mungkin dia bilang bukan bunga). Tapi kalau dokter tidak diperbolehkan menggores kan pisau untuk membedah, dengan alasan pisau yang digoreskan pernah digunakan oleh pembunuh... maka saya rasa itu peraturan yang tidak tepat sasaran. --- On Wed, 7/4/10, prastowo prastowo sesaw...@yahoo.com wrote: To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Received: Wednesday, 7 April, 2010, 6:37 PM Bung Arcon, Saya mungkin kemarin lalai menyimak dengan baik :-) jadi ketinggalan informasi, nanti saya baca2 lagi Bung. Lepas dari itu saya membaca beberapa literatur soal sukuk karena diminta membuat kajian kecil soal aspek PPN terhadap sukuk ijarah. Di sana saya menemukan data bahwa secara global terdapat perkembangan yg cukup signifikan, terutama di Malaysia (dlm denominasi ringgit mampu menghimpun dana hingga 39,5 milyar dollar pd 2008 ). Bahkan ketika diluncurkan Sukuk ritel di Indonesia, permintaan jauh melebihi penawaran (oversubscribed ). Bagi saya ini bisa menjadi alternatif pembiayaan di samping pembiayaan konvensional, khususnya menarik dana dari Timteng (dan nyatanya demikian ). Nah, sejauh saya mengkaji aspek PPN, UU kitalah yg salah satunya berkontribusi menyebabkan harga yg lebih mahal, krn karakteristik sukuk tidak diakomodir dg baik. Karena harus ada 'underlying asset', timbullah selisih 10% PPN sebagai implikasi Pasal 16D UU PPN, yaitu pengalihan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan. Revisi UU PPN yang baru lagi2 tak mengatur ini secara khusus, bahkan sukuk ijarah disamakan begitu saja dengan leasing, padahal nyatanya berbeda. Aspek penting yg menurut saya menjadi prospek cerah sukuk adalah harus adanya underlying asset yg mengaitkan sektor finansial dan sektor riil, sehingga spekulasi bisa dikurangi risikonya. Dalam praktik tentu saja ada semacam akal-akalan. Tapi format sukuk lain seperti mudharabah (adanya aspek keahlian, mudharib) dan musyarakah ( joint venture ) saya kira tetap layak diperhitungkan. salam pras [Non-text portions of this message have been removed]
[Millis AKI- stop smoking] Out TOPIC - Situs jejaring Politik Indonesia?
Mohon maaf, barangkali ada yang bisa beri saran. Ada atau tidak ya situs jejaring yang fokusnya ke perkembangan politik negara kita? [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Millis AKI- stop smoking] Out TOPIC - Situs jejaring Politik Indonesia?
Boleh lah pak. Terima kasih. Soalnya saya rasa gak tau apa-apa tentang politik kita. Dari kompas atau detik rasanya seperti berita terpenggal-penggal. Reportase yang baik sih memang perlunya cuma menyajikan fakta. Cuma kalau orang luaran macam saya kan gak tau misalnya ada benang merah antara pernyataan Pak A dari partai AA yang sebenarnya menjawab pernyataan Pak B dari partai BB. Atau juga kebijakan ini itu yang menurut ilmuwan/praktisi harusnya begini tapi karena kena angin politik jadi berubah haluan lain? Thanks pak --- On Fri, 12/3/10, Welli Wilyanto smile...@gmail.com wrote: From: Welli Wilyanto smile...@gmail.com Subject: Re: [Millis AKI- stop smoking] Out TOPIC - Situs jejaring Politik Indonesia? To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Received: Friday, 12 March, 2010, 1:37 PM Kalau yang [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] Re:[OOT] Transportasi Massal Versus Kemacetan
Transportasi massal itu menurut saya adalah suatu SISTIM yang komponennya banyak sekali. Yang pertama tentu 1. jalur MASSAL nya itu, misalnya naik kereta yang ber-gerbong-gerbong. Dan ke 2 tentu jalur PENYEBARAN/PENGUMPULANNYA. Maksudnya tentu orang yang dari rumah mau ke tempat kereta perlu di transportasikan juga. Demikian pula setelah sampai di stasiun tujuan harus bisa di sebar dengan cepat ke tujuannya masing-masing. Ini berarti ada pergerakan massal dari point A ke B (atau anggaplah dari daerah pinggiran ke pusat kota dan sebaliknya) dan bukannya tersebar merata di sepanjang daerah. Ya ini tentu berarti kalau mau menikmati sistem gerakan massal ini, harus ada banyak orang yang mengikuti gerakan massal dari titik titik yang dilayani tersebut. Atau dari segi tata kotanya memang cocok seperti itu. Entah jakarta atau kota besar lainnya memiliki pergerakan transportasi massal ini atau sebenarnya lebih menyebar? Tentu saja setelah sampai di stasiun tujuan, mencari bis penghubung atau taksi yang tidak memalak penumpang merupakan juga faktor signifikan untuk kesuksesan sistem massal --- On Fri, 26/2/10, Sonny Ardi sonny.a...@yahoo.co.id wrote: From: Sonny Ardi sonny.a...@yahoo.co.id Subject: Re: [Keuangan] Re:[OOT] Transportasi Massal Versus Kemacetan To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Received: Friday, 26 February, 2010, 2:02 AM Dear all, urun rembuk juga boleh ya oom sekalian.. sepakat banget untuk infrastruktur transportasi massal memang sangat perlu di rangsang dan di galakan.. tapi itu perlu di dukung juga dengan edukasi pada masyarakat supaya orang2 beralih ke transportasi masal dari pada pribadi Para Anggota ML AKI Yth., Kami sependapat bahwa infrastruktur transportasi massal perlu digalakkan di Indonesia, khususnya di kota-kota besar. Dalam jangka panjang, bukan saja akan membuat perjalanan ke dan dari tempat kerja lebih cepat dan nyaman, tetapi juga lebih hemat energi. Inilah pertimbangan di balik kebijakan Orde Baru dahulu ketika memutuskan untuk menaikkan rel kereta api Manggarai-Jakarta Kota ke atas, mengurangi kemacetan di persimpangan jalan-jalan KA dan menghemat BBM. Salut kepada Ir. Suwarto, mantan KaBaLitBang Dep Hub, yang dengan gigih memperjuangkan peninggian rel kereta api Manggarai-Jakarta Kota. Budi Sudarsono Ketua, Masyarakat Peduli Energi dan Lingkungan (MPEL); Sekretariat Tel. 62-021 75906564 ; Blog: http://feea3. blogspot. com/, Anggota, Komisi Ahli Tenaga Nuklir, Badan Tenaga Nuklir Nasional. Res.: +6221-7243291 Fax: +6221-7396189 Mob. +62812-9601614 -- Preserve our money Prevent global warming Use bicycle to better world and better earth [Non-text portions of this message have been removed]
Re: Memo admin---Re: [Keuangan] Research Question
Iyah... bandel-bandel... he he.. Saya coba deh... 1. Stapled product yang dibeli investor ternyata bukan saham saja... tapi ekuity plus kewajiban. Artinya pemegang saham harus memberikan uang tambahan kepada perusahaan. Bagaimana meletakkan situasi ini secara akuntansi bila kondisinya seperti ini. Off balance sheet asset dimiliki oleh Perusahaan? Penegakan hukumnya seperti apa? Tentunya pemegang saham yang mangkir bayar apakah menjadi napi-napi dan rutan kerah putih? 2. Si Nick Lick bin Licik malah bisa merubah kondisi hampir masuk penjara ini supaya dapat uang. Alih-alih keluar duit buat dikasih ke perusahaan, dia malah terima duit... lho? --- On Sat, 20/2/10, Oka Widana o...@ahlikeuangan-indonesia.com wrote: From: Oka Widana o...@ahlikeuangan-indonesia.com Subject: Memo admin---Re: [Keuangan] Research Question To: Millis AKI ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com Received: Saturday, 20 February, 2010, 2:33 PM Hayoo...kalo ngak mau jawab, pls put OOT dongbiarpun week end, disiplin dong...kalo OOT ya OOT Member yg bandel, saya akan moderasi... Oka Mod Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Wong Cilik gajahpelan...@gmail.com Date: Sat, 20 Feb 2010 14:58:04 To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Subject: Re: [Keuangan] Research Question Gak apa, gak merugikan orang lain. Malah juga ngasi manfaat... bisa tau cerita bagus.. Lain sama si nick itu... mosok ngajak pemegang saham laen meeting, tapi yang dibayar cuma dia doang. Meres bin rampok itu namanya... On Sat, Feb 20, 2010 at 1:48 AM, Bayu Wirawan bayu.wira...@ahlikeuangan-indonesia.com wrote: Yang lebih licik ya temannya lae abren. Masa' mau jadi phd kok cari jawaban di milis...:) [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed] = Blog resmi AKI, dengan alamat www.ahlikeuangan-indonesia.com - Facebook AKI, untuk mengenal member lain lebih personal, silahkan join http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045 - Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com = Perhatian : - Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor posting sebelumnya - Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. Anggota yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas - Saran, kritik dan tulisan untuk blog silahkan ahlikeuangan-indonesia-ow...@yahoogroups.comyahoo! Groups Links [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] Research Question
Wah ceritanya menarik sekali gak tau mau komen bagimana ya... Si nick itu licik like a fox... gitu aja kali ya... Bisa dapet phd gak saya? he he he... --- On Sat, 13/2/10, abren ginting palam...@yahoo.com wrote: From: abren ginting palam...@yahoo.com Subject: [Keuangan] Research Question To: Ahlikeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Received: Saturday, 13 February, 2010, 7:13 PM Maaf Para Ahli Keuangan, Ada pertanyaan dari teman di Aussie untuk Case study Phd nya, mungkin ada yg bisa membantu (akan ada gift menarik) saya forward saja: Case Study: Do you understand this? Could you location and execute your own 10 bagger? The best unknown activist investment of 2009 October 9, 2009 by greenbackd In keeping with our penchant for stories about idiosyncratic investors who trade in odd securities found off the beaten track, we bring you perhaps the best unknown activist investment of 2009. With a far away land, a young protagonist, an odd treasure, an unexpected twist and a narrow escape, it’s a bullwhip and a fedora short of being an Indiana Jones movie. In the role of young protagonist is Nicholas Bolton, a 27-year old investor who made A$4.5M ($4M) almost bringing down BrisConnections, the developer of a A$4.8B ($4.3B) Australian toll road. What’s most amazing is that he achieved this with an initial stake worth just A$47,000 ($42,000). In so doing, he became the bête noire of his fellow BrisConnections investors, attracted the attention of the Australia Securities and Investments Commission (similar to the SEC) and drew the ire of the Australian media. *BrisConnections: The Temple of Doom* Several unusual elements make the Nicholas Bolton versus BrisConnections story reasonably complex. Bear with us, to understand the story it’s necessary to understand the BrisConnections security in detail. BrisConnections, backed by Deutsche Bank, Credit Suisse Group, JPMorgan Chase Co. and Macquarie Bank, raised A$1.23B ($1.16B) in July last year through the sale of an unusual equity security called a stapled unit. The BrisConnections stapled unit is a unit in the trust holding the toll road assets and a share in the corporate trustee. The trust unit and the share must trade together, and hence are said to be stapled. The reasons for creating such a security are beyond the scope of this post, but suffice it to say that stapled securities offer certain tax benefits. What really makes this story interesting is that the BrisConnections stapled units were issued on an installment basis. Installment means that on application purchasers paid A$1 ($0.90) for each stapled unit and were then obliged to make two further installments of A$1 ($0.90) each, payable nine months and 18 months after the IPO. In a world of rapidly rising stock prices, installment securities present no problem. When stockmarkets are in decline, however, the securities can trade down dramatically as investors attempt to avoid paying further installments. 13IPO tanked spectacularly, dropping 60% on the first day of trading before falling into terminal decline. A few months before the first installment was to fall due, the units had traded down to A$0.001 (that’s 1/10th of a cent). At a unit price of $0.001, a BrisConnections unit became a very dangerous security for those not realising that the units came with two A$1.00 installments for each $0.001 paid. That meant, for example, that a purchaser of $1,000 of the units owed $2M in installments and a purchaser of $10,000 owed $20M. It seems that there were many purchasers at $0.001 who were unable to fulfil their obligations and then decided that they would rather not own BrisConnections units. Unfortunately for them, they had run out of greater fools. As Charlie Munger might say, they were like the mouse who cries, “Let me out of the trap, I’ve decided I don’t want the cheese.” A month out from the first installment, there were ~70M units on the ask at $0.001 – the minimum price at which a security can trade on the Australian Stock Exchange – and no bids. Enter Nicholas Bolton. *Bolton: Raider of the Lost Ark* Bolton had started acquiring BrisConnections units through an investment company, Australian Style Investments, in November last year. Before too long, he’d spent A$47,000 to acquire a 15% stake and become BrisConnections largest unitholder. He’d also taken on a A$94M liability, money that he did not have. What he did next comes straight from the World Poker Tour. No, he didn’t fold. He went all in, upping his stake to 19.9%. Why 19.9%? Under Australian law, a purchaser of 20% of a company’s stock is obliged to make a takeover bid to all remaining stockholders. By sitting at 19.9%, Bolton had the option of making a bid for the remaining stock, but not the obligation. He then approached BrisConnections about refinancing the liability.
[Keuangan] Yunani
Yunani punya masalah hutang. Apakah Yunani akan di bangkrutkan, dikeluarkan dari Persemakmuran Euro, ataukah dipandang sebagai resiko SISTEMIK dan harus di BAILOUT? Yunani... negara kecil, bangkrutin aja... jual semua orangnya jadi budak-budak, aset seluruh rakyat di sita buat bayar utang.. Merugikan uang negara dan keuangan negara persemakmuran euro... he he he... Cepat, bikin pansus... __ Yahoo!7: Catch-up on your favourite Channel 7 TV shows easily, legally, and for free at PLUS7. www.tv.yahoo.com.au/plus7 [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] Re: Dana LPS bukan uang negara was: UU no.31 1999 dan no. 20 2001- Definsi Tindak Pidana Korupsi dan Pegawai Negeri
Kalau begitu penamaan undang-undangnya yang kurang jelas... musti tanya ahli linguistik yang ada di pansus tuh Kalau yang masalah ini barangkali boleh tanya beliau... Secara linguistik apakah awalan akhiran ke-an bisa memberi arti berbeda (memperluas, memperkecil, atau mengubah kata benda jadi kata kerja? Ya daripada bikin bingung kenapa gak diperjelas yang satu dengan kalimat yang lebih deskriptif gitu... Saya baca uang negara dengan keuangan negara artinya sama saja (kecuali baca UU keuangan dan deskripsi uang negara itu)... Sebagai sampingan... dulu saya belajar awalan a (misal asusila) atau awalan ab (misal abnormal) termasuk berarti tidak atau non. Sah bila digabung dengan awalan ab seharusnya berarti Tidak sah Saya baca di detik atau koran sering kali kata absah diartikan sama dengan sah... --- On Mon, 1/2/10, Dody Dharma Hutabarat dodyd...@yahoo.com wrote: From: Dody Dharma Hutabarat dodyd...@yahoo.com Subject: Re: [Keuangan] Re: Dana LPS bukan uang negara was: UU no.31 1999 dan no. 20 2001- Definsi Tindak Pidana Korupsi dan Pegawai Negeri To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Received: Monday, 1 February, 2010, 12:37 PM Pak Oka, Saya juga tiba pada kesimpulan yang sama. Tapi yang terjadi adalah pencampuradukkan kedua terminologi ini. Bahkan di antara petinggi hukum sendiri pun sering tidak dapat membedakan keduanya. Oleh karena dana LPS adalah bagian dari keuangan negara tapi dana LPS bukan uang negara, maka ada perlakuan khusus di sini. Baik pada tata cara penggunaannya maupun pertanggungjawabann ya. Satu hal lagi yang mungkin terlupa. Core business LPS adalah sebagai penjamin, maka ada kemungkinan, di suatu waktu, ketika LPS akan mengalami kerugian atas aktivitasnya sebagai penjamin simpanan. LPS bukan profit centre. Sepanjang dana LPS digunakan sesuai dengan peruntukkannya dan dapat dipertanggungjawabk an secara hukum, maka kerugian LPS dapat dibenarkan. Ada satu contoh di mana kerugian keuangan negara dapat dibenarkan secara hukum, yaitu bencana alam. Kalau krisis finansial dapat dianalogikan sebagai bencana, maka dapat dibenarkan upaya2 yg diperlukan untuk memimalisir dan menghindari dampak krisis tersebut. __ Yahoo!7: Catch-up on your favourite Channel 7 TV shows easily, legally, and for free at PLUS7. www.tv.yahoo.com.au/plus7 [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] SEBAIKNYA TIDAK IKUT FTA ASEAN-China?
Sektor yang diuntungkan apa ya? Tidak kelihatan tabelnya? Mungkin batubara, energi, dll. Kalau pertanian, saya rasa pertanian Indonesia dengan Cina masih kalah Indonesia (mungkin?) --- On Fri, 8/1/10, Ical Moci ical.m...@gmail.com wrote: From: Ical Moci ical.m...@gmail.com Subject: [Keuangan] SEBAIKNYA TIDAK IKUT FTA ASEAN-China? To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Received: Friday, 8 January, 2010, 10:18 AM Intinya adalah secara makro Indonesia lebih diuntungkan bila mengikuti perjanjian perdagangan AFTA dan FTA ASEAN-China, sekalipun secara mikro ada beberapa sektor yang mengalami dampak negatif dari Perdagangan Bebas tersebut. What do you think? Untuk menghitung simulasi di atas, digunakan program Global Trade Analysis Project (GTAP). GTAP adalah program yang memanfaatkan database perdagangan dunia dalam struktur software dengan kerangka general equilibrium. GTAP dikembangkan di Purdue University, Amerika Serikat. GTAP sering untuk menghitung dampak suatu kebijakan perdagangan bilateral ataupun multilateral. . __ See what's on at the movies in your area. Find out now: http://au.movies.yahoo.com/session-times/ [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] SEBAIKNYA TIDAK IKUT FTA ASEAN-China?
O iya, dalam model ini apakah juga diperlihatkan efeknya terhadap jumlah pengangguran? Bisa saja kan surplus terjadi, tapi karena surplus ekspornya dari sektor-sektor teknologi tinggi/pertambangan yang tidak perlu banyak orang, maka sektor yang mati justru sektor intensif tenaga kerja. Kalau ini yang terjadi jangan-jangan acara demo dan gusur menggusur presiden bisa jadi acara rutin tiap hari Saya pikir sih kita mulai perlu serius memasukkan pembatasan perkembangan jumlah penduduk sebagai salah satu strategi utama peningkatan ekonomi. Semakin banyak penduduk tentu perlu semakin banyak lowongan pekerjaan dan akan menggunakan semakin banyak sumber-daya alam. Kalau banyak penduduk tapi kemampuannya cuma jadi kuli dan buruh semua, negara kita ini bisa jadi negara sumber budak macam afrika dulu? --- On Fri, 8/1/10, Ical Moci ical.m...@gmail.com wrote: From: Ical Moci ical.m...@gmail.com Intinya ada __ See what's on at the movies in your area. Find out now: http://au.movies.yahoo.com/session-times/ [Non-text portions of this message have been removed]
Re: BLS: [Keuangan] apa yg mereka katakan ttg CENTURY pd saat krisis 2008...? Hmmm..lagi
Merger kalau asetnya sama-sama jelek tentu tidak pengaruh. Sebelum merger dengan setelah hasilnya bisa lebih jelek setelah merger (NPL semuanya besar). Manfaat merger hanya kelihatan kalau masalahnya hanya likuiditas. Inipun kalau aset berbagai bank tersebut memiliki maturity yang berbeda-beda, sehingga kemungkinan kalah kliringnya jadi lebih kecil. Pakem merger lainnya (pengurangan biaya karena penutupan cabang yang ganda, sinergi, dan macem-macem bla-bla bla lainnya) mungkin ada tapi menurut saya kurang signifikan kalau soal merger bank yang sudah bermasalah. --- On Tue, 5/1/10, Habibie Nugroho Wicaksono prof.habi...@gmail.com wrote: From: Habibie Nugroho Wicaksono prof.habi...@gmail.com Kalau masalah merger, saya minta opini dari rekan-rekan miliser yang lain. Bagaimana konsepnya mengenai merger ini? Apakah terkait struktur permodalannya atau bagaimana? Tolong bantuannya ya. Terkirim dari telepon Nokia saya __ See what's on at the movies in your area. Find out now: http://au.movies.yahoo.com/session-times/ [Non-text portions of this message have been removed]
[Keuangan] DPR-mengalihkan perhatian karena rakyat membela P.Boed SMI??
--- On Sun, 27/12/09, si Nung sinung4mi...@yahoo.com.sg wrote: From: si Nung sinung4mi...@yahoo.com.sg Subject: [Keuangan] erick (EJA) korban UU ITE pertama ? To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Received: Sunday, 27 December, 2009, 11:47 PM fyi, bad_news_yg_ jujur atau good_news_yg_ bohong ? dari situs surabaya __ See what's on at the movies in your area. Find out now: http://au.movies.yahoo.com/session-times/ [Non-text portions of this message have been removed]
[Keuangan] Krugman (2007) - kemauan politis dan perkembangan ekonomi AmerikaKrugman (2007), hubungan antara politik (pengembangan middle class) dengan ekonomi.
Krugman, hubungan antara politik (pengembangan middle class) dengan ekonomi. Di tahun 1997, Paul Krugman, kolumnis populer yang sering mengisi artikel NYTimes (juga pernah menjadi pemenang Nobel Ekonomi) menerbitkan buku yang mencoba mencari hubungan antara keinginan politik dengan keberhasilan ekonomi. Ia mencoba membantah hipotesa dari ekonom neoklasikal bahwa siklus peningkatan kesenjangan sosial dan peningkatan kesetaraan ekonomi (yang disebutnya sebagai fase “compression”) berlangsung secara natural. Kaum neoklasikal menyatakan bahwa peningkatan kesenjangan sosial terjadi secara natural karena kaum pengusaha memperoleh peluang bisnis besar, dan secara natural pula nantinya ada proses penyebaran kemakmuran (trickle down) yang mengakibatkan berkurangnya kesenjangan sosial ini. Krugman membantah dan mengatakan bahwa baik peningkatan kesenjangan sosial maupun peningkatan pemerataan kemakmuran sangat tergantung dari kemauan politik pemerintah untuk mengambil salah satu dari arah peningkatan kemakmuran ini. Saya sendiri menambahkan buat rekan yang ingin menelaah hipotesa Krugman di buku ini bahwa Amerika dapat melaksanakan keinginan politiknya (untuk memeratakan atau malah menimbulkan kesenjangan sosial) karena mereka memiliki sistem ekonomi yang relatif independen (di tahun 1945 – 1980). Kemampuan pasar domestik mereka untuk memproduksi maupun mengkonsumsi kegiatan ekonomi bisa saling mencukupi. Bila dibandingkan dengan Indonesia, situasinya mungkin agak berbeda. Secara umum Krugman menyatakan bahwa Partai Republik umumnya mewakili kepentingan kaum berpunya dan menerima banyak donasi dari perusahaan-perusahaan besar (agar mereka mendukung program yang diinginkan perusahaan besar tersebut). Sementara Partai Demokrat bersifat lebih populis, berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat secara merata, meningkatkan jumlah orang-orang yang termasuk kaum “middle class” dan mendukung hak-hak sipil rakyat. Ia menunjukkan bahwa pada masa “robber barron”, yakni orang-orang super kaya yang memonopoli ekonomi (misalnya JP Morgan, Mellon, Carnegie, Frick, dll), perkembangan konglomerasi mereka didukung oleh pemerintah yang saat itu dikuasai partai Republik. Politik uang pun saat itu digunakan untuk menekan orang-orang kecil agar tidak ikut dalam pemungutan suara, bahkan menekan buruh-buruh agar mereka tidak meminta kenaikan upah. Ada disebutkan dalam sejarah bahwa buruh bekerja lebih dari 12 jam sehari dengan upah minimal. Krisis ekonomi The Great Depression dan Perang Dunia (ke dua dan pertama) membawa perubahan dimana pemerintah mulai beralih untuk mendukung kaum buruh. Perang Dunia memerlukan suplai bahan baku yang selalu stabil agar para prajurit bisa menang. Untuk itulah kemudian pemerintah berupaya agar mogok kerja hanya seminim mungkin, dan produksi tidak terhambat. Artinya sering permintaan kenaikan gaji dan peningkatan kualitas kerja (menjadi cuma 8 jam kerja) akhirnya di dukung oleh pemerintah. Di jaman ini jugalah pemerintah yang dikuasai kaum Demokrat (Franklin D Roosevelt) berupaya untuk mulai memperhatikan kesamaan hak antara prajurit kulit hitam dengan prajurit kulit putih. Proses menghilangkan konsep rasisme ini berlangsung sangat lama. Baru di tahun 1966 sajalah segregasi kulit hitam dan putih di tiadakan (padahal sudah mulai diusahakan di tahun 45 dengan penyamaan di bidang militer). Masyarakat kulit hitam yang tadinya tidak boleh ikut memilih presiden akhirnya memiliki payung hukum yang dikeluarkan oleh kaum Demokrat. Masyarakat kulit hitam yang tadinya tidak boleh pergi ke universitas harvard, akhirnya mulai diperbolehkan. Sejarah jelas mencatat bahwa masa booming ekonomi sangat jelas terlihat pada periode pasca perang dunia ke dua ini, yakni di masa pemerintahan kaum Demokrat. Dan perubahan dari kondisi yang sangat senjang menjadi lebih merata terjadi dengan drastis, bukan melalui proses bertahap yang natural. Logikanya adalah bahwa kebijakan-kebijakan yang disusun pemerintah adalah mengupayakan peningkatan jumlah dan kualitas kaum middle class (yang menjadi mayoritas). Artinya baik kekayaan maupun jumlah penduduk yang berkecukupan memiliki bentuk kurva statistik normal (gemuk di tengah). Demikianlah maka semakin makmur rakyat middle class, semakin banyak mereka mengkonsumsi. Ini berarti terjadi peningkatan demand (permintaan) yang diikuti pula dengan peningkatan investasi untuk meningkatkan produksi. Akibatnya semakin banyak pula lapangan kerja yang diciptakan. (disini jelas terlihat bahwa ekonomi saat tersebut bisa dibilang “self sufficient”). Lalu mengapa kemudian di era tahun 1980 pemerintahan justru berbalik dari partai Demokrat kembali kepada partai Republik (Ronald Reagan) dengan konsep pengurangan pajak dan pasar bebas neo-klasik nya yang kemudian membuat terjadinya lagi kesenjangan sosial? Krugman menjelaskan bahwa mulai tahun 1965, meningkatnya aktivitas demonstrasi warga kulit
Re: [Keuangan] AIG and Systemic Risk: Memang Tak Mudah Melakukan Bail-Out
BTW, mengutip pesan di bawah: Konsolidasi bank-bank kecil dan penguatan disiplin pasar menjadi penting. Ini saya rasa agak relatif. Deregulasi Bank tahun 88 bertujuan menciptakan BANYAK bank, yang artinya mengurangi monopoli perbankan. Banyaknya bank ini akan membantu mengurangi sistemik risk yang terkait dengan masalah too big too fail. Kalau satu kecil yang gagal, masih banyak yang bisa menutupi/menopang. Masalahnya, yang kecil-kecil banyak ini ternyata cuma bank kerupuk/keropos yang kosong. Terlalu banyak pinjaman pada pihak terkait/grup konglomerasi pemilik bank. Akibatnya pinjaman kepada konglomerasinya sendiri kurang bermutu (proyek banyak yang kurang profitable tetap saja dikucurkan) sehingga kegagalan bank lebih mudah terjadi. Bank-bank yang banyak muncul ini juga menimbulkan persaingan yang sangat ketat sehingga banyak bank (di Amerika misalnya) mengeluarkan produk-produk derivatif beresiko tinggi yang kadang-kadang mereka sendiri tidak mengerti resikonya. Sebaliknya, kalau bank yang ada cuma bank-bank besar saja, masalahnya adalah too big too fail dan masalah manipulasi harga karena sifatnya yang relatif monopoli. Memberikan kuasa monopoli pada pihak yang fokus utamanya mencari keuntungan tentu berarti masyarakat umum akan rugi. Jadi memang perlu dicari formula yang tepat agar ada banyak bank (relatively independent untuk mencegah sistemik risk) tapi mereka harus sehat dan juga profitable tanpa membuat masyarakat/konsumen dirugikan. Gimana caranya? Silahkan kalau mau diskusi teknis.. - apakah ada jumlah bank optimal untuk satu propinsi. Apa variable penentunya? - Apakah ada jumlah aset bank yang optimal untuk per daerah (atau per 10 juta penduduk misalnya?) Bagaimana cara mencari nya? - --- On Fri, 27/11/09, winarto sugondo sugondo.wina...@gmail.com wrote: From: winarto sugondo sugondo.wina...@gmail.com Subject: Re: [Keuangan] AIG and Systemic Risk: Memang Tak Mudah Melakukan Bail-Out To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Received: Friday, 27 November, 2009, 6:53 PM 2009/11/24 Wahyoe Soedarmono wahyoe_indone...@yahoo.com Konsolidasi bank-bank kecil dan penguatan disiplin pasar menjadi penting. Di Indonesia, pasar finansial sudah mulai bekerja dengan baik untuk mendisiplinkan bank agar risk management tidak procyclical. Tetapi, BI nampaknya belum memulai memikirkan penguatan market discipline ini sampai dengan 2010. Salam, __ Win 1 of 4 Sony home entertainment packs thanks to Yahoo!7. Enter now: http://au.docs.yahoo.com/homepageset/ [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] Energi Arus Laut
Wow, baru lihat yang seperti ini sepertinya promising... Asalkan kapal nelayan tidak lewat dan nabrak/mencurinya, sepertinya sangat menjanjikan. Untuk turbin yang dipasang dalam air, penelitian efek suara/wave yang ditimbulkan dalam air tentu sangat sulit dilakukan. Sangat sulit mengetahui efek diletakkannya turbin ini bagi habitat fauna laut. Tapi toh harus diakui banyak kapal motor yang lalu lalang di atas permukaan tidak ada orang yang komplain dengan suaranya/efeknya bagi penangkapan ikan/habitat laut. Dari segi teknis, saya tidak bisa membayangkan bagaimana caranya menjaga karet sepanjang 200 meter agar tidak sobek saat digoyang oleh ombak, namun cukup tipis/fleksibel untuk dapat menerima tepukan ombak dan menekan air yang ada di dalam tabung karet tersebut. Tapi tentu saja saya bukan engineer ahli. Saya tidak tahu bagaimana teknisi pembangkit listrik dari generator bisa menjaga suhu tungku pembakarannya tanpa merusak pabrik, atau bagimana pabrik baja bisa meleburkan besi tanpa membuat kehancuran alat-alat pembuatnya. Saya yakin teknisi-teknisi Indonesia tentu bisa mencari pemecahan atas masalah-masalah yang ada berkaitan dengan operasional sistem ini sehingga biaya pemeliharaannya bisa semurah mungkin. Info yang sangat menarik pak... terima kasih. --- On Sat, 28/11/09, Hok An ho...@t-online.de wrote: From: Hok An ho...@t-online.de Subject: Re: [Keuangan] Energi Arus Laut To: Bali da Dave dfa...@yahoo.com Received: Saturday, 28 November, 2009, 1:28 AM Yang cantumkan dua isi saja: proyek seagen/seaflow untuk arus laut dan proyek anaconda untuk ombak. Kedua proyek ini dimensi dana masih belum besar, jadi Indonesia kalau mau masih bisa ikut (maksudnya beli atau lebih murah lagi tiru perusahaan yang terlibat dalam proyek2 ini). Anaconda sangat menarik, sebab bahan baku utama adalah karet, jadi yang masalah adalah komponen2 lain yang juga harus tahan air laut. Jadi yang punya semangat silahkan investasi. Salam Hok An Seagen: http://en.wikipedia.org/wiki/SeaGen http://www.marineturbines.com/3/news/article/26/marine_current_turbines_reveals_details_of_seagen_s_operating_performance/ Anaconda: http://www.newscientist.com/article/dn14258 Giant rubber snake could be the future of wave power * 14:09 04 July 2008 by *Tom Simonite* http://www.newscientist.com/search?rbauthors=Tom+Simonite * Video: Giant rubber snake could be the future of wave power http://www.youtube.com/watch?v=VamSAbwgJKk A giant rubber snake could be the future of renewable energy. The rippling Anaconda produces electricity as it is squeezed by passing waves. Its developers say it would produce more energy than existing wave-energy devices and be cheaper to maintain. Retired physicist Francis Farley and Rod Rainey of Atkins Global http://www.atkinsglobal.com/ dreamed up a flexible tube filled with seawater and sealed at both ends like a giant sausage. The structure streams out in the waves like a windsock pushed by the wind. The passage of each wave squeezes the rubber and produces a bulging pressure wave that travels down its length. When the bulge reaches the end it sets turbines spinning to generate electricity. Slippery customer Eventually, full-scale versions should be 7 metres across, 200 m long and be anchored at one end in water between 40 m and 100 m deep. For now, however, engineers John Chaplin http://www.soton.ac.uk/mediacentre/guidetoexpertise/john_chaplin.html and Grant Hearn at the University of Southampton are testing mini Anacondas, a few metres long, in a wave tank. The top barely breaks the surface, and you can see the bulges moving down the tube, says Chaplin. In engineering terms, it is unlike any other offshore structure, he told *New Scientist*. It's not a solid structure like an oil platform and it doesn't behave like a boat either. Preliminary results are promising, says Chaplin. By tuning the diameter, flexibility and thickness of the rubber tube it is possible to make the Anaconda's pressure bulges travel at roughly the same speed as the waves outside. As a result they gradually gather more energy from the waves as they travel down the tube. Snake scales A full-scale device should produce 1 megawatt - enough to power around 2000 houses. By comparison, each jointed steel cylinder of the Pelamis wave power system http://www.newscientist.com/article/mg19425996.400-eel-feel-helps-wave-power-go-with-the-flow.htmlMovie Camera which is being trialled in Portugal generates just 0.75 MW. Anaconda's unique design should also handle the greatest challenge of wave energy better. The ocean is a very hostile environment, says Chaplin. The structure has got to be there and still working after the largest storms. What's more, saltwater corrodes metal structures, making maintenance costs high, he says. A rubber structure with few mechanical parts exposed to the sea should be more resilient. Chaplin hopes to have a one-third scale
Re: [Keuangan] Energi Arus Laut
O iya, barusan juga sempat lihat di wikipedia tentang wave power: http://en.wikipedia.org/wiki/Wave_energy Menurutnya, di laut ada beberapa macam gerakan air: 1: Tidal Power (air pasang surut karena pengaruh bulan) - lebih mudah diprediksi daripada angin/wave 2. Arus laut, artinya gerakan air dimana air panas bergerak di atas ke arah yang lebih dingin, dan bergerak ke bawah... sementara air dingin yang biasanya di bawah bergerak ke atas atau ke arah daerah tropis yang lebih panas. (umumnya lebih banyak di daerah samudera besar (pasifik, atlantis, dll) Karena Indonesia banyak pulaunya, arus laut ini kemungkinan tidak sekuat arus di laut bebas. 3. Ombak (wave power), yakni gerakan di permukaan air. Sangat menarik --- On Sat, 28/11/09, Bali da Dave dfa...@yahoo.com wrote: From: Bali da Dave dfa...@yahoo.com Subject: Re: [Keuangan] Energi Arus Laut To: Ahli Keuangan AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Received: Saturday, 28 November, 2009, 6:32 AM Wow, baru lihat yang seperti ini sepertinya promising... Asalkan kapal nelayan tidak lewat dan nabrak/mencurinya, sepertinya sangat menjanjikan. U __ Win 1 of 4 Sony home entertainment packs thanks to Yahoo!7. Enter now: http://au.docs.yahoo.com/homepageset/ [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] Karakter Perbankan tidak sesuai pasal 33 UUD 45
Dari contoh artikel dibawah ada disebutkan contoh penyediaan obat untuk penyakit negara maju dibandingkan penyakit negara miskin. Penyakit negara maju lebih mudah dicari obatnya karena anggaran risetnya ada, yakni jika ada hasil maka warga sakit negara maju akan sanggup membayar untuk menutup ongkos yang dikeluarkan dalam riset mencari obat ini. Sebaliknya, penyakit negara miskin lama menemukan obatnya karena seringkali biaya menemukan obat ini begitu besarnya sehingga warga negara miskin ini tidak sanggup membayar untuk menutupi ongkos riset untuk menemukan obat ini. Sekarang insentif apa yang bisa membuat perusahaan farmasi untuk membuang uang untuk melakukan riset dan memproduksi obat bagi warga negara miskin ini tanpa harus menjadi bangkrut dan memecat seluruh karyawan mereka yang jenius ini? Tentu saja insentif ini sebaiknya terus memacu orang untuk bekerja keras, kreatif dan efektif dalam memecahkan masalah? Ekonomi pasar bebas memacu orang untuk menjadi kreatif dan efektif dalam memecahkan masalah. Namun kelemahannya adalah, sampai saat ini tidak ada insentif untuk berusaha memecahkan masalah penyakit negara-negara miskin karena insentif return/balik modal nya sangat kurang memadai. Hanya karena banyak manusia masih memiliki hati emas sajalah maka bantuan ini dan itu kadang-kadang mengalir untuk meringankan beban penyakit negara-negara miskin ini. Saya pernah baca, seseorang tidak bisa menjadi baik bila ia tidak memiliki harta pribadinya (senyum, keramahan, dll termasuk juga harta pribadi, bukan cuma masalah uang). Sedikit banyak ini sama dengan argumentasi bahwa Tuhan memberikan kita kebebasan untuk berbuat dosa atau tidak. Tanpa kebebasan ini, kita tidak bisa memberikan kepada Tuhan hadiah dari kita, yakni hati yang menurut dan taat pada Tuhan. --- On Wed, 25/11/09, dyahanggitasari dyahanggitas...@yahoo.com wrote: Menurut Mubyarto (2004), orientasi perbankan kita memang ironis. Di satu pihak, usaha-usaha kecil lari ke rentenir dengan membayar bunga tinggi. Tetapi, di pihak lain, kelompok masyarakat ekonomi kuat menyimpan uang mereka di bank dalam bentuk deposito dengan harapan menerima bunga menarik. Para pelepas uang dan deposan menikmati pendapatan bunga tinggi. Sebaliknya, kelompok usaha kecil dan menengah harus membayar bunga tinggi kepada masyarakat ekonomi kuat tersebut. Itulah karakter kegiatan perbankan dalam sistem ekonomi individualis- liberal yang jelas tidak sesuai dengan pasal 33 UUD 1945. __ Win 1 of 4 Sony home entertainment packs thanks to Yahoo!7. Enter now: http://au.docs.yahoo.com/homepageset/ [Non-text portions of this message have been removed]
Ekonomi Gotong Royong -- [Keuangan] PANCASILA
Barangkali soal pancasila agak jauh dari masalah ekonomi, barangkali lebih dekat kalau membahas ekonomi gotong-royong: Definisi gotong royong: An enormous inventory of highly specific and often quite intricate institutions for effecting the cooperation in work, politics, and personal relations alike, vaguely gathered under culturally charged and fairly well indefinable value-images--rukun (mutual adjustment), gotong royong (joint bearing of burdens), tolong-menolong (reciprocal assistance)--governs social interaction with a force as sovereign as it is subdued.[1] Javanese culture is stratified by social class and by level of adherence to Islam. ...Traditional Javanese culture does not emphasize material wealth. ...There is respect for those who contribute to the general village welfare over personal gain. And the spirit of gotong royong, or volunteerism, is promoted as a cultural value. Definisi diatas diambil dari wikipedia. Konsep ekonomi gotong-royong rupanya memiliki beberapa poin signifikan: 1. Joint bearing of burden, beban berat ditanggung bersama. 2. Volunteerism. sukarela/tidak dibayar 3. Tujuannya untuk mencapai 'general village welfare' Dari sini kita bisa dapat analisa bahwa partisipasi dan 'awareness' masyarakat terhadap apa yang dianggap penting bagi daerah (lokal atau kalau diperluas negara). Analisa ini mengarah pada peran negara dalam kehidupan masyarakat. Sudah menjadi debat umum tentang perlu atau tidaknya peran pemerintah. Yang mendukung peran pemerintah dalam hidup negara umumnya menunjukkan bahwa individu secara sendiri tidak bisa melakukan banyak hal dalam mengerjakan hal-hal besar, atau sebagai pemusatan energi masyarakat untuk menjaga hal-hal umum masyarakat. Dengan demikian masing-masing individu masyarakat bisa lebih berfokus pada kemampuannya masing-masing. Sementara pihak yang kontra umumnya berfokus pada kenyataan bahwa konsentrasi energi itu akan memberikan kekuasaan power pada pihak-pihak yang seharusnya menggunakan energi itu untuk kepentingan rakyat. Perdebatan ini sering dibawa pada era ekonomi, dimana pemerintah di-minta untuk menaikkan taraf hidup masyarakat. Berhubungan dengan supplier luar untuk mengolah hasil sumber daya bumi/komoditas, dan menggunakan hasilnya untuk sebaik-baik kepentingan masyarakat. Atau juga misalnya dalam hal krisis ekonomi, pemerintah diharap untuk mencari pinjaman agar proyek-proyek yang diharapkan dapat memulihkan putaran roda ekonomi bisa dijalankan (economic stimulus). Sementara pihak yang kontra pun memandang bahwa kuasa ini bisa dikorupsi. Uang rakyat masuk ke kantong orang penguasa dan bukannya digunakan untuk kesejahteraan rakyat. Untuk permisalan saja, uang hasil menambang minyak, apakah harus digunakan untuk mensubsidi masyarakat ataukan menggunakan harga pasar tapi uangnya digunakan untuk membangun rumah sakit, sekolahan, atau yang lain-lainnya. Dari sini kita lihat bahwa ekonomi yang berdasarkan gotong royong ternyata melakukan terobosan dimana masyarakat bergerak sendiri (gerakan dari bawah) dimana masyakat mengenal ada suatu usaha yang perlu dilakukan untuk mencapai kesejahteraan bersama dan mereka melakukan gerakan grass-root secara sukarela. Contoh kecilnya barangkali dalam hal dukungan dana bencana alam. MAsing-masing dengan sukarela menyumbang agar penderita dapat tertolong. Konsep ini bisa diubah menjadi konsep corporate/profit seeking dimana setiap orang membayar uang premi secara rutin agar pihak yang menderita bisa ditolong lewat uang premi yang terkumpul. Konsep ini sedang diupayakan Obama untuk memperbaiki sistem kesehatan Amerika. Tentu saja sistem-sistem ini bisa memiliki 'bug' atau kelemahan. Misalnya saja dalam menyalurkan dana donasi bantuan bencana, siapa yang bisa dipercaya dan kompeten untuk mengalokasikan dana bantuan tersebut. Dalam sistem asuransi pun, prinsip gotong-royong ini juga punya masalah karena ternyata insentif profit membuat perusahaan asuransi sering mangkir dan mencari-cari alasan teknis agar mereka tidak usah membayarkannya. Jadi konsep asal gotong-royong pun secara konseptual dasarnya adalah juga dipraktikkan di luar negeri, walaupun detil-detil yang memotivasi masyarakat untuk ikut serta bisa berbeda-beda. DI Indonesia kerekatan sosial adalah sumber kekuatan gotong-royong, maka bila kita rasakan bahwa tetangga dan masing-masing pekerja semakin mengarah ke masyarakat urban yang lebih individual, maka kekuatan gotong-royong menjadi semakin lemah dan tidak bisa lagi diharapkan untuk menjadi sumber peningkatan kesejahteraan umum. Tentang bagaimana perilaku sosial masyarakat bisa direkatkan kembali, tentu bukan bidang ilmu ekonomi tapi lebih merupakan bidang ilmu sosiologi. __ Get more done like never before with Yahoo!7 Mail. Learn more: http://au.overview.mail.yahoo.com/ [Non-text
Re: [Keuangan] Re: Redam 12 Modus Penghindaran Pajak
barangkali perlu diubah jadi 13... bukannya 12 modus penghindaran Pajak. Apakah ada indikasi berapa besar pajak yang bisa dikumpulkan jika masalah transfer pricing ini bisa diatasi? --- On Mon, 5/10/09, dyahanggitasari dyahanggitas...@yahoo.com wrote: From: dyahanggitasari dyahanggitas...@yahoo.com Subject: [Keuangan] Re: Redam 12 Modus Penghindaran Pajak To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Received: Monday, 5 October, 2009, 3:29 PM Barangkali Pak Anton bisa menjawab pertanyaan saya: a. Adakah Ibu Menteri sudah mengantisipasi masalah transfer pricing? b. Contoh studi kasus. Bagaimana antisipasi terhadap perusahaan yang melakukan pembebanan amortisasi sehingga P/L selalu rugi? Pembebanan ini bisa dilakukan dengan pembelian barang barang bekas yang sudah tidak dipakai lagi dari perusahaan induk di negara asalnya yang notabene book valuenya di pembukuan sana sudah nol tetapi di laporan keuangan di sini dibeli dengan harga yang tinggi. Terima kasih. --- In AhliKeuangan- Indonesia@ yahoogroups. com, Anton MS Wardhana ari@... wrote: simpulannya, agar tidak memiliki masalah perpajakan, sebaiknya kita tidak: 1. mengalihkan sebagian omzet ke persediaan akhir. 2. melakukan kompensasi kerugian yang tidak diperkenankan. 3. mengkreditkan PPh Ps. 25 dalam surat pemberitahuan (SPT) pajak lebih besar daripada sebenarnya. 4. menyandingkan omzet PPh dengan omzet PPN. 5. menyandingkan biaya gaji dengan PPh Ps. 21. 6. membebankan biaya overhead, seperti sewa, jasa, transportasi, promosi, dan bunga, tanpa diimbangi PPh Ps. 23 atau Ps. 4 (2). 7. tidak melaporkan sebagian pajak keluarannya. 8. memungut PPN, tetapi tidak membayarkan ke kantor pajak atau tidak melaporkan dalam SPT. 9. WPOP menerbitkan faktur pajak yang sudah dikreditkan orang lain. 10. menggunakan surat setoran pajak (SSP) palsu. 11. melakukan restitusi, tetapi pajak lebih bayar itu dikompensasi pada bulan berikutnya. 12. terindikasi menggunakan faktur pajak fiktif. atau akan dianggap sebagai upaya penghindaran pajak. *BR, ari.ams* artikel asli: http://bisniskeuang an.kompas. com/read/ xml/2009/ 10/05/07375570/ redam.12. modus.penghindar an.pajak /Home/Bisnis Keuangan/Fiskal Moneter PENERIMAAN NEGARA Redam 12 Modus Penghindaran Pajak SENIN, 5 OKTOBER 2009 | 07:37 WIB *JAKARTA, KOMPAS.com *- Mulai tahun 2010, pemerintah mengintensifkan penggalian potensi penerimaan pajak, yakni dengan meredam 12 modus penghindaran Pajak Penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai. Hal itu, menurut Menteri Keuangan sekaligus Pelaksana Jabatan Menteri Koordinator Perekonomian Sri Mulyani Indrawati, dibutuhkan untuk menutup kenaikan target penerimaan pajak APBN 2010, yaitu Rp 658,3 triliun. Menkeu menyampaikan hal itu di Jakarta pekan lalu saat memaparkan isi UU tentang APBN 2010. Ia menjelaskan, 12 modus penghindaraan pajak itu akan diredam dengan menggunakan mekanisme optimalisasi pemanfaatan data perpajakan (OPDP), terutama pada transaksi yang dinilai tidak wajar. Enam jenis transaksi tidak wajar yang biasanya dilakukan untuk menghindari pembayaran Pajak Penghasilan (PPh) adalah mengalihkan sebagian omzet ke persediaan akhir. Melakukan kompensasi kerugian yang tidak diperkenankan. Mengkreditkan PPh Pasal 25 dalam surat pemberitahuan (SPT) pajak lebih besar daripada sebenarnya. Menyandingkan omzet PPh dengan omzet Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Menyandingkan biaya gaji dengan PPh Pasal 21. Pembebanan biaya overhead, seperti sewa, jasa, transportasi, promosi, dan bunga, tanpa diimbangi PPh Pasal 23 atau Pasal 4 Ayat 2. Adapun enam transaksi tidak wajar lainnya yang digunakan untuk menghindari pembayaran PPN adalah wajib pajak tidak melaporkan sebagian pajak keluarannya. Wajib pajak memungut PPN, tetapi tidak membayarkan ke kantor pajak atau tidak melaporkan dalam SPT. Wajib pajak nonperusahaan kena pajak menerbitkan faktur pajak yang sudah dikreditkan orang lain. Selain itu, wajib pajak menggunakan surat setoran pajak (SSP) palsu. Wajib pajak melakukan restitusi, tetapi pajak lebih bayar itu dikompensasi pada bulan berikutnya. Wajib pajak terindikasi menggunakan faktur pajak fiktif. Selain menggunakan OPDP, strategi lain yang dilakukan pemerintah adalah melanjutkan program pemetaan dan penetapan tolok ukur atas wajib pajak di sektor industri yang sama, yang dilakukan dengan lima langkah. Pertama, memantapkan profil semua wajib pajak di kantor pelayanan pajak (KPP) madya, KPP large taxpayer office/kantor wajib pajak besar) dan khusus, serta 500 wajib pajak di masing-masing KPP Pratama. Kedua, membuat profil wajib pajak berdasarkan gedung tempat bekerja. Ketiga, pengawasan secara intensif PPh Pasal 25 dari perusahaan ritel. Keempat, mengawasi wajib pajak pribadi potensial. Kelima, optimalisasi penggalian pajak dari wajib pajak bendahara.
[Keuangan] Ekonomi Pancasila
apa yg dipaparkan Sri Edhi-Swasono, Mubyarto, atau Sritua Arief saya kira cukup mewakili pandangan ini Barangkali bisa diperjelas apa yang dimaksud dengan pandangan dari beliau-beliau itu ? Konsep koperasi atau apalah... barangkali bisa di list satu demi satu? Saya juga kurang jelas barangkali nanti bisa berkembang, ada persamaan-persamaan matematisnya sehingga bisa lebih indah seperti ekonom neoliberal atau ekonom Keynes dan lainnya, dan bukan di awang-awang saja? Thanks [Non-text portion __ Get more done like never before with Yahoo!7 Mail. Learn more: http://au.overview.mail.yahoo.com/ [Non-text portions of this message have been removed]
Re: Bls: [Keuangan] Ekonomi Pancasila
Maksudnya biar diskusinya terarah. Satu demi satu point ekonomi pancasilanya ditelaah. Jadi lebih teratur (maklum katanya sekarang sudah tidak dimoderasi, saya mencoba menjadi moderator... he..he...) Kalau misalnya disebutkan koperasi salah satu bentuk pancasilanya, bisa dibahas koperasi saja secara ilmu ekonomi. Dan bicara Pancasila (ideologi) digabung dengan ekonomi (ilmu), kadang-kadang ideologinya menutupi fakta (contoh UniSovyet yang ngotot komunisme lebih unggul - hanya karena memang itu ideologinya.) Jadi kalau misalnya kita membahas ekonomi Pancasila, kita berusaha menjauhkan diri (agar tidak subyektif dan lebih obyektif). Dan dalam kaitan ini, kita tahu bahwa ekonomi pancasila itu ada unsur agamanya. Dan kita tau juga kalau masalah agama ini bicara nyawa juga banyak yang dengan sukarela ngotot dan berkorban apa saja. Jadi ekonomi dari segi Agama kalau menurut saya lebih baik jangan dibahas di sini... terlalu sensitif (katanya milis ini bukan untuk membahas masalah sara). Bisa bikin orang gelap mata. Dan masalah kemanusiaan juga sebenarnya sangat terpengaruh dari budaya. Menurut adat jepang, orang yang menjual perusahaannya (menjual rahasia perusahaan) hampir sama dengan orang yang menjual rahasia negara atau bahkan menjual ibu/ayah sendiri. Ini karena budaya mereka yang menganggap ketua klan (perusahaan) sebagai kepala keluarga. Jadi masalah manager yang buyout perusahaan umum dan kemudian secara telengas pecat karyawan agar aset perusahaan bisa dijual (piece meal) benar-benar dianggap manusia biadab. Jadi memang masalah ekonomi tidak bisa lepas dari kehidupan, dan untuk mudahnya kita bisa bahas dari prinsip-prinsip ekonomi yang kita ketahui. Apakah ekonomi pancasila misalnya menganggap kurva agregat supply dan kurva agregat demand itu sama dengan buku ekonomi umum? Dan lain-lainnya. Kalau soal persamaan matematik, saya pernah coba membahas/menerjemahkan artikelnya Krugman, yang saya juga setuju. Tidak semua konsep ekonomi bisa digambarkan dengan plus minus matematis, persamaan linear atau juga persamaan parabolik. Tapi prinsip-prinsip utamanya dapat dipermudah untuk dimengerti dengan melihat grafik, misalnya kurva supply demand (walaupun tidak selalu bisa dijadikan persamaan matematis). --- On Thu, 1/10/09, prastowo prastowo sesaw...@yahoo.com wrote: From: prastowo prastowo sesaw...@yahoo.com Subject: Bls: [Keuangan] Ekonomi Pancasila To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Received: Thursday, 1 October, 2009, 6:12 PM Saya hanya mencoba menjawab bahwa itu ada secara teoritik. Secara detail silahkan dicari sendiri mas, saya kira mereka juga menulis cukup banyak. Sritua Arief dulu lama menulis untuk Kompas kan, Mubyarto juga sudah menulis buku, bahkan ada satu buku yg ditulis dg Boediono, cawapres terpilih. Anda malah nanya persamaan matematis, sejak kapan ilmu ekonomi standarnya persamaan matematis? Apalagi hanya indah tidak indah, wah sayang sekali mas. salam, __ Get more done like never before with Yahoo!7 Mail. Learn more: http://au.overview.mail.yahoo.com/ [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] Aspek Ekonomis Barang Tidak Kena Pajak
Mengingat banyaknya barang Indonesia yang diselundupkan ke luar negeri (negara tetangga), ada kemungkinan makin banyak lagi barang-barang tersebut keluar negeri tanpa bayar pajak. Harga jual di luar negeri lebih besar, untung jualan di dalam negeri lebih kecil gara-gara musti bayar pajak lagi... Mungkin gak sih? --- On Fri, 25/9/09, anton ms wardhana ari.am...@gmail.com wrote: From: anton ms wardhana ari.am...@gmail.com Subject: [Keuangan] Aspek Ekonomis Barang Tidak Kena Pajak To: ahlikeuangan-indonesia AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Received: Friday, 25 September, 2009, 7:31 PM Artikel mengenai Aspek Ekonomis Barang Tidak Kena Pajak ini nampaknya ditulis untuk memberi tanggapan berita http://www.pajak. go.id/index. php?option= com_content view=article id=10281: 17-jenis- jasa-bebas- ppncatid= 87:Berita% 20Perpajakan Itemid=123tentan g 17 jenis jasa akan terbebas dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Salah satu tujuan tidak dikenakan PPN adalah agar harganya mampu bersaing. Apa iya? Contoh di bawah ini adalah salah satu contoh yang membuktikan tidak selalu demikian: Peternak Ayam Petelur Untuk mendapatkan panen yang bagus, petani harus beli bibit yang baik, juga makanan yang baik. Kalo pakan ayamnya buatan pabrik, maka pakan itu kena PPN. Artinya si peternak ada tambahan uang keluar senilai PPN Masukan 10%. Belum lagi ia harus juga mengeluarkan uang untuk merawat kondisi kandang, obat2an dan vitamin kesehatan ayam-ayamnya dll yang kena PPN. Misalnya harga pakan, lampu, obat dll 100, maka yang ia keluarkan 110. Waktu dijual, telur2nya itu ngga kena PPN. Kalo misalnya harga jualnya 115, maka laba bersihnya hanya 115-110 = 5. Kenapa begitu ? Sebab PPN Masukannya jadi biaya pengurang laba sebab tidak bisa dikreditkan. Untungnya, telur2 ini waktu dijual kembali di supermarket juga tidak kena PPN. harga jual akhirnya hanya bertambah sebesar margin pedagang, tidak ada unsur PPN. Contoh ini ngga akan jauh beda dengan petani atau pekebun yang produknya bebas PPN. Problemnya, yang ditekan dalam hal ini adalah peternak. Ngga ada jaminan bahwa harga jual peternak yang 115 itu ngga akan dijual oleh si pedagang besar/akhir hanya 120, bisa jadi 300 dan yang dapat laba 180 adlah pedagang. peternak tetep aja dapat 5. Kalau keadaannya kayak begitu, suatu saat peternak akan menaikkan harga produksinya. Pedagang juga akan menaikkan harga jualnya. Kalo ngga ada batasan, maka harga jual telur lokal bisa jadi lebih tinggi daripad telur impor. Saya ngga menentang aturan UU PPN baru (lha memangnya saya siapa kok berani2nya menentang aturan yang ditetapkan sing mBahurekso hehehe :) Semangatnya bagus sekali kok. Tapi ada lobang yang bisa saja saya manfaatkan agar saya tetap dapat untung besar, sabodo teuing dengan tujuan akhir pemerintah yang meniatkan industri dalam negeri bisa bersaing atau survive. Kalo saya ngga ikutan ditatat, maka peternak atau petani tetap saja miskin.. sementara produk asing tetap saja meraja lela, padahal demi aturan ini Kalimat saya bisa saja, loh. Tidak berarti akan begitu jadinya atau harus begitu. Tetapi kalau ada aturan main yang menutup lobangnya, alangkah baiknya.. Nah, dalam artikel di bawah, nampaknya (juga) diasumsikan karena labanya kecil maka peterrnak (kalo ikut contoh di atas) menaikkan harga, pedagang menaikkan harga lagi.. *BR, ari.ams* http://www.klinik- pajak.com/ aspek-ekonomis- barang-tidak- kena-pajak. html* Aspek Ekonomis Barang Tidak Kena Pajak* September 25, 2008 by Rudi Filed under PPN Menarik dicermati, langkah bersama berbagai asosiasi pengusaha menyampaikan usulan ke DPR baru-baru ini. Yakni agar barang dan jasa yang tidak kena PPN, jenisnya diperluas atau diperbanyak (harian KONTAN, 16/9/2008). Usulan ini terkait sedang dibahasnya RUU amandemen UU Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) antara pemerintah dengan DPR. Selama ini sebenarnya banyak juga usulan yang telah diajukan pengusaha kepada pemerintah perihal pembebasan pajak. Beberapa di antara telah diakomodasi. Dengan begitu, kalaupun belum semua usulan dipenuhi, itu tidak terlepas dari kriteria dalam sistem perpajakan sebagai bagian dari sistem perekonomian nasional. Bukan hanya untuk pengamanan penerimaan pajak. *Barang kena pajak* Fenomena ini tentu menimbulkan pertanyaan sebaliknya. Kalau hanya mengikuti kepentingan pengusaha, barang atau jasa apa yang akan dikenakan pajak? Bukankah bila makin banyak jenis barang dan jasa yang tidak kena pajak, justru akan menimbulkan ketidakseimbangan (unequilibrium) di pasar dan sistemperekonomian? Atau balikan terkesan tidak adil dan diskriminatif? Barang kena pajak (BKP) dan jasa kena pajak (JKP) mulai dikenal di Indonesia sejak 1 April 1985, sejalan dengan berlakunya UU No.8/1983 tentang PPN dan PPnBM. Tidak semua barang atau jasa dikenakan pajak. Tapi, hanya yang masuk kategori sebagai BKP atau
Re: [Keuangan] Aspek Ekonomis Barang Tidak Kena Pajak
Iya, pendapat yang masuk akal... --- On Sat, 26/9/09, anton ms wardhana ari.am...@gmail.com wrote: From: anton ms wardhana ari.am...@gmail.com Subject: Re: [Keuangan] Aspek Ekonomis Barang Tidak Kena Pajak To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Received: Saturday, 26 September, 2009, 11:14 AM tentang penyelundupan barang keluar negeri karena harga lebih mahal sudah pernah terjadi dalam kasus BBM, beberapa tahun yl menurut saya aja sih, penyelundupan itu terjadi bukan karena ngga mau bayar pajak (karena PPN ekspor 0%) tapi karena ada larangan ekspor untuk menjaga ketersediaan supply.. soalnya kalo supply-nya berkurang, harga-harga menaik kalo kejadiannya pas demand-nya menaik juga (salah satu momennya mungkin mudik ini) ya dobel naiknya kale soal selundup selundupan, juga ada kasus kebalikan loh oom. penyebabnya sedikit menyebalkan :( untuk beberapa produk seperti makanan/minunan, pakaian, dan sparepart.. di wilayah yang dekat dengan negara lain (antara lain di kepulauan riau tempat saya sekarang, atau kepulauan bangka belitung tempat saya dulu tinggal), harga barang akan jauh lebih mahal bila harus menunggu pasokan produk dalam negeri dari jawa (dan sialnya selama ini kok ya selalu harus dari jawa kayak pulau lain ngga ada pabrik aja). sedangkan kalo ada produk dari mal atau sin, meskipun kena PPN dan Bea Impor harga masih lebih murah (sedikit). Karena peminatnya banyak, supaya laba tambah gede, mulailah ada penyelundupan dari jiran ke wilayah2 perbatasan untuk produk tertentu. Tambah marak lagi dengan adanya pembatasan impor, kayak pakaian kan udah dilarang impor dari seberang.. padahal kita juga tahu daya beli masyarakat di perbatasan tidak besar, cenderung lebih kecil dibanding yang ada di pulau-pulau utama, khususnya pulau jawa. kadang2 saya memaklumi aturan2 itu (yang menaikkan PPnBM atau Bea Impor atau hanya boleh impor lewat pelabuhan tertentu saja) karena alasan proteksi produk dalam negeri. Tetapi di sisi lain karena saya juga lama tinggal di propinsi final frontier (..to boldly go to where no man has gone before -halah!!-) saya juga merasa kadang pemerintah sendiri seolah terkonsentrasi pada pulau utama, abai pada kebutuhan wilayah lain indonesia (entar kalo wilayahnya udah diklaim jiran baru komplen ;p) andainya ke beberapa wilayah tertentu yang secara operasional akan mengalami kenaikan harga luar binasa bisa dikenakan PPN 0% seolah ekspor (hampir mirip dalam kasus penjualan barang kena pajak pulau batam yang FTZ lah), mungkin bisa membantu ekonomi di wilayah wilayah itu (atau yang punya tujuan lain kayak mau bersaing dengan sin :). sedang dari sisi penjual, karena ada PPN Keluaran (meski 0%), PPN Masukannya bisa direstitusi atau kompensasi sehingga tidak membebani biaya produksi. tapi ini cuma pendapat saya. kalo ada salah-salah kata, mohon bantuan koreksinya :) BR, ari.ams Pada 26 September 2009 05:39, Bali da Dave dfa...@yahoo. com menulis: Mengingat banyaknya barang Indonesia yang diselundupkan ke luar negeri (negara tetangga), ada kemungkinan makin banyak lagi barang-barang tersebut keluar negeri tanpa bayar pajak. Harga jual di luar negeri lebih besar, untung jualan di dalam negeri lebih kecil gara-gara musti bayar pajak lagi... Mungkin gak sih? [Non-text portions of this message have been removed] __ Get more done like never before with Yahoo!7 Mail. Learn more: http://au.overview.mail.yahoo.com/ [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] Pengganti BBM
Ekonomi booming, standar hidup masyarakat lebih baik lagi Makanan lebih mudah dibuat (penduduk bisa pakai traktor lebih murah). Biaya pembuatan barang-barang turun, berarti penduduk lebih mudah membeli... yah jadi kesimpulannya lebih makmur, semua orang... Soalnya segala pengolahan barang sekarang ini kan tergantung sama energi. mau bikin besi dari tambangnya perlu energi, mau diolah jadi batangan perlu energi, mau diolah jadi mobil perlu energi, dll Semakin murah, semakin makmur. Ini salah satu alasan subsidi pemerintah ri sejak berdirinya negara. Sayang kandungan minyak malah tambah sedikit, gak cukup buat mendukung subsidi 220juta orang indonesia... --- On Wed, 5/8/09, zunaidi harry zoende...@yahoo.com wrote: From: zunaidi harry zoende...@yahoo.com Subject: [Keuangan] Pengganti BBM To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Received: Wednesday, 5 August, 2009, 8:23 AM Dear bang Poltak, Bang , apa ya yang akan terjadi dalam ekonomi lokal/global jika energi baru pengganti BBM fosil sudah ditemukan, dan produk baru itu bisa di buat oleh siapa aja secara bebas karena teknologinya yg sederhana. Mohon penceraan nya bang, yg lain juga boleh kasih koment. TQ [Non-text portions of this message have been removed] __ Find local businesses and services in your area with Yahoo!7 Local. Get started: http://local.yahoo.com.au [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] Re: RUU pengaturan dan pengelolaan utang II
Pak Hok An, terima kasih sudah kirim artikelnya... Menurut pendapat saya, berhutang itu perlu, cuma ada TAPI nya. - sebaiknya diutamakan dengan dana dalam negeri - tidak dilakukan dengan mencetak uang gila-gilaan (independensi Bank Indonesia harus tetap ada, tidak dipengaruhi oleh unsur politik pemerintahan) -- supaya tidak menjadi seperti Zimbabwe yang inflasinya jutaan persen pertahun - Utang luar negeri harus seimbang dengan peningkatan net export. (net export naik, utang luar negeri juga boleh naik tapi proporsional). Silahkan dikoreksi atau ditambahkan --- On Wed, 29/7/09, Jerry Matanari jerr_f...@yahoo.com wrote: From: Jerry Matanari jerr_f...@yahoo.com Subject: [Keuangan] Re: RUU pengaturan dan pengelolaan utang II To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Received: Wednesday, 29 July, 2009, 9:35 PM Dear Pak Hok An, Kiranya berkenan, saya ingin menyampaikan pendapat. Menurut saya pribadi, berhutang tidak masalah. Secara kacamata individu maupun pengusaha orang-orang sering mengatakan hutang itu bisa mengungkit manfaat modal yang dimiliki saat ini. Ada pemeo mengatakan, selama kreditur masih percaya untuk ngasih ngutang, dan kira-kira si peminjam sanggup bayar cicilannya, ya ngutang saja. Ada juga yang mengatakan, kita mesti boleh ngutang kalau imbal hasil proyek infrasktur yg dibiayai lebih besar dari bunga pinjaman. Karna itu adanya korupsi jelas-jelas akan menimbulkan uang yg 'idle' atau tidak bermanfaat, sementara bunga utang jalan terus. Karna itu korupsi harus diberantas. Saya terima pendapat ini ada benarnya juga. *Tolok Ukur Utang* Berkenaan dengan masalah tolok ukur, manakah yang paling tepat, apakah terhadap PDB atau PNB? Perlu diketahui bahwa pendapatan yang dihitung dengan konsep PDB adalah dengan menjumlahkan seluruh pendapatan yang ada di Indonesia, baik yang dihasilkan oleh warga negara Indonesia maupun warga negara asing yang ada di Indonesia. Sementara itu, pendapatan yang dihitung dengan konsep PNB adalah pendapatan seluruh warga negara Indonesia, baik di negara sendiri maupun yang bekerja di negara lain, dikurangi dengan pendapatan warga negara asing di Indonesia. Setiap negara berbeda-beda dalam mengukur rasio utang ini, tergantung pada kondisi dan kepentingan. Amerika Serikat, misalnya, menggunakan konsep PNB karena lebih menguntungkan. Perlu diketahui bahwa di Amerika Serikat seluruh warga negara telah memiliki /single identity/ yang dipakai seumur hidup. Dengan /single identity/ ini, pendapatan warga negara di mana pun bekerja, baik di dalam maupun di luar negeri, dapat diakses oleh negara sehingga pajak dengan mudah dapat ditarik. Dengan konsep PNB ini, tentunya pendapatan negara akan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan konsep PDB, sehingga utang negara yang dirasiokan terhadap PNB akan menguntungkan negara. Access Yahoo!7 Mail on your mobile. Anytime. Anywhere. Show me how: http://au.mobile.yahoo.com/mail [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] Free Ride Economics
Hi, Bisa sharing ga cerita lengkapnya bagimana? Saya belum pernah baca tuh. Thanks ya. --- On Sat, 5/2/09, Febi Febianto febianto...@yahoo.com wrote: From: Febi Febianto febianto...@yahoo.com Subject: Re: [Keuangan] Free Ride Economics To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Date: Saturday, May 2, 2009, 3:02 PM imho, Ttg kapitalisme sy selalu teringat cerita yg sangat populer ttg dua org di hutan yg akan di terkam harimau dgn moral cerita bahwa yg penting kita lebih baik dr lawan kita. Kapitalisme = kompetisi, dalam kompetisi (yg mrpk bagian utama dr kapitalisme) tidak penting apa dan berapa besar hadiah yg disediakan, tapi yg terpenting kita dapat mengalahkan lawan. Ini esensi dr kapitalisme. Zero sum game. Credo yg berlaku winner takes all, yg berujung pada greedy. pisss [Non-text portions of this message have been removed]
[Keuangan] Free Ride Economics
An economics professor at Texas Tech said he had never failed a single student before but had, once, failed an entire class. That class had insisted that socialism worked and that no one would be poor and no one would be rich, a great equalizer. The professor then said ok, we will have an experiment in this class on socialism. All grades would be averaged and everyone would receive the same grade so no one would fail and no one would receive an A. After the first test the grades were averaged and everyone got a B. The students who studied hard were upset and the students who studied little were happy. But, as the second test rolled around, the students who studied little had studied even less and the ones who studied hard decided they wanted a free ride too; so they studied little. The second test average was a D! No one was happy. When the 3rd test rolled around the average was an F. The scores never increased as bickering, blame, and name calling all resulted in hard feelings as no one would study any longer for the benefit of anyone else. All failed, to their great surprise, and the professor told them that socialism would also ultimately fail because under capitalism when the reward is great, the effort to succeed is great; but when the government levels the playing field and takes more of reward away; no one will try or want to succeed as much as before. Could not be any simpler than that…. [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] ANALISIS EKONOMI : Menakar Kinerja SBY-JK Tulisan Faisal Basri
Menilai kinerja dengan melihat tercapai tidaknya target ekonomi (pertumbuhan) mungkin tidak bisa dijadikan alasan sukses tidaknya pemerintah (mengingat krisis yang katanya global ini). Kalau kita ini masih terlindung rasanya sudah cukup baiklah (tidak sampai krisis finansial jilid 2). Barangkali baik Presiden sekarang maupun calon-calon nantinya bisa lebih menjelaskan arah kebijakan. Apakah arahnya sudah benar, semakin benar, atau malah tambah jauh? Kalau mengutip kata-kata tulisan tersebut yang saya setujui Sepatutnya penjajakan koalisi yang sedang gencar dilakukan elite partai tak melulu mengurusi pasangan calon presiden dan wakil presiden. Yang sungguh kita tunggu adalah tawaran konsep nyata, terukur, dan rasional tentang bagaimana kita menjawab tantangan dewasa ini dan ke depan di tengah perubahan konstelasi ekonomi politik global dan pergeseran pendulum ideolog --- On Sat, 5/2/09, oka_widana iwid...@permatabank.co.id wrote: Visit Your Group Y! Messenger Want a quick chat? Chat over IM with group members. New web site? Drive traffic now. Get your business on Yahoo! search. Yahoo! Groups Auto Enthusiast Zone Auto Enthusiast Zone Discover auto groups . [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] Re: PLN bayar kontrak dengan YUAN/RMB
Mantap pak... kita hadapi dunia dengan senyum, tawa dan optimisme... sent from my deskbe...@home from sinyal radio 103.2FM --- On Fri, 5/1/09, syarief_fau...@yahoo.com syarief_fau...@yahoo.com wrote: From: syarief_fau...@yahoo.com syarief_fau...@yahoo.com Subject: Re: [Keuangan] Re: PLN bayar kontrak dengan YUAN/RMB To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Date: Friday, May 1, 2009, 5:06 PM D Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...! [Non-text portions of this message have been removed]
[Keuangan] PLN bayar kontrak dengan YUAN/RMB
Berita detik, http://www.detikfinance.com/read/2009/04/30/165026/1124061/4/pln-dan-kontraktor-china-sepakat-gunakan-yuan Menurut Rudi, penggunaan RMB dinilai lebih efisien dan mempermudah proses transaksi sebab para kontraktor tidak perlu menjual valasnya dalam memperoleh RMB. Sebab cost production mereka kan RMB. Jadi kalau mereka dapatnya dolar, kalau dijual kan dia harus bayar premi, itu yang pertama. Kedua, RMB kan menguat. Kalau dia dolar perolehannya, maka dalam RMB-nya makin mengecil. Jadi benefitnya banyak, ada China ada benefit, untuk PLN juga ada.” katanya. Benefit buat PLN apa? Apakah PLN menerima bayaran RMB dari penduduk/pelanggan? Rudiantara mengatakan negosiasi tidak hanya dilakukan dengan para kontraktor, namun juga para lender. Menurut Rudi, para lender juga merasa diuntungkan dengan penggunaan RMB tersebut. Lha, ini semua yang untung kan kontraktor luar sama bank asing yang menyediakan dollar. Untungnya buat PLN/Rakyat Indonesia mana? Lihat neraca perdagangan Indonesia dengan Cina, apakah banyak ekspor kita yang dibayar dengan YUAN? Sekarang ini Cina kan masih kuat, bisa mematok (PEG) mata uangnya. Negara-negara lain kebanyakan protes pada Cina karena mereka anggap mata uang cina itu terlalu murah. Jadi kemungkinan kalau patoknya dilepas, bisa bakalan menguat. Lah, kalao menguat, kita bisa susah nyari Yuannya, sebab tambah mahal... Kecuali emang bilateral antara BI sama Cina sudah bikin kesepakat exchange ratenya di kunci. [Non-text portions of this message have been removed]
[Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi
Seharusnya, multi partai itu tidak banyak pengaruhnya terhadap kebijakan ekonomi. Ilmu ekonomi seharusnya adalah ilmu yang mulai mendapatkan tempat sebagai ilmu, bukannya vodoo atau mantra yang hasilnya sangat tergantung dari pemimpin/orang yang membaca mantranya. Jadi kalau kita bicara dengan pakar-pakar ekonomi yang banyak bilang, setuju setuju setuju, kalau ini baik untuk ekonomi negara dan itu buruk buat ekonomi negara, maka partai manapun yang menang harusnya menggunakan ilmu ekonomi yang sama juga. Dan harusnya hasilnya sama juga. Jadi kalau menurut saya, negara atau pemerintahan itu harus berupaya sebaik-baiknya untuk menyediakan 'sarana prasarana dan infrastruktur' yang akan sangat mendukung partisipasi masyarakat yang maksimal dalam bidang ekonomi. Negara tidak perlu dan memang tidak seharusnya menjadi pelaku ekonomi itu sendiri. Ia cukup menciptakan iklim keadilan berusaha, keadilan kesempatan, infrastruktur listrik yang cukup, kompetisi yang sehat, dan pengaturan moneter yang sehat. Jalan yang lebar dan tidak bolong-bolong, perlindungan hak milik pribadi yang tidak cacat, dan lain sebagainya yang masih banyak lagi... --- On Mon, 4/13/09, wkasman1 wkasm...@gmail.com wrote: From: wkasman1 wkasm...@gmail.com Subject: Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi. was Re: [Keuangan] Sekelumit tentang multipartai To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Date: Monday, April 13, 2009, 3:11 AM Bung Heri Setiono: Untuk mencari hubungan antara multi-partai dengan masalah ekonomi, memang sulit dan bisa-bisa akan terjerumus ke spekulasi. Tapi biarlah saya mencoba untuk ber-spekulasi - barangkali akan ada pakar yang dapat memberi pencerahan. Begini: 1. Kembali - flashback - ke tahun-tahun 1993'an saat negosiasi globalisasi diproses untuk disepakati dunia. Pada saat itu, dikenal suatu slogan bahwa globalisasi adalah proses re-institutionalisa si perdagangan internasional. Untuk itu, setiap negara perlu menata kembali tatanan perekonomian dalam negerinya sebelum proses negosiasi disepakati dengan pembentukan WTO tahun 2005. Setiap negara wajib memiliki kepastian tentang 'national-interest' -nya, mengetahui posisinya dan memiliki kebijakan nasional. Barulah proses komitmen antar negara untuk liberalisasi dimulai dengan perundingan- perundingan yang menyertai pembentukan dan dimulainya WTO. Saya mencoba flashbach ke 1993 ini untuk mengangkat istilah 'institutional' ini agar terkait dengan hubungan antara politik / kekuasaan dan ekonomi. 2. Bersamaan dengan proses dimulainya globalisasi ini, berkembang pemikiran baru (atau madzab) ekonomi yang lebih dikenal dengan institutional economic yang dipelopori oleh Douglas C. North yang memenangkan hadiah Nobel tahun 1993. Prinsip teorinya adalah bahwa kemajuan perekonomian suatu negara tidaklah tergantung pada besaran-besaran ekonom seperti investasi, tingkat bunga, anggaran belanja dan sebagainya. Tetapi lebih bergantung pada apakah ada suatu tatanan sosial dan hukum yang sehat atau tidak. Teori ini kemudian dikembangkan dengan metode analisis tentang 'cost of transaction' atau biaya transaksi. Semakin besar biaya untuk memperoleh informasi dan melaksanakan transaksi, maka suatu negara tidak akan maju. 3. Teori ekonomi institutional ini juga dikenal dengan pemikiran tentang rule of the game. Dalam suatu Pemerintahan memang harus ada suatu upaya untuk membangunan sistem regulasi yang sehat (bukan sekedar de-regulasi) dan dalam masyarakat harus terjadi kekuatan masyarakat (yang diorganisir bekerja mandiri) untuk memberikan dorongan untuk menekan pemerintah ke arah 'fair pactices' dan ikut menahan terjadinya penyimpangan- penyimpangan dalam pelaksanaan law-enforcement. 4. Kekuatan masyarakat yang dimaksud lebih dapat diistilahkan dengan ''civil-society' dan itulah yang dalam politik dapat disebut sebagai infrastruktur politik. Struktur politik yang terdiri dari partai, DPR, Pemerintah (sering juga disebut suprastruktur) untuk dapat berkomunikasi dengan rakyat, memerlukan infrastruktur politik yang kuat. Kondisi yang ada saat ini, menunjukkan gejala bahwa infrastruktur politik masih sangat lemah. Gejala bahwa caleg yang tidak mampu berkomunikasi dengan klien-nya (pemilihnya) merupakan kemandekan komunikasi politik. Akhirnya, rakyat tidak bertindak rasional - dan pencontrengan lebih berorientasi ke tokoh utama (capres) dan di lain pihak juga bersifat promordial. 5. Dari uraian tersebut di atas, banyaknya partai menunjukkan gejala mandeknya proses artikulasi aspirasi politik dan karena banyak yang merasa bahwa sangat banyak kepentingan yang tidak tersalurkan - maka semuanya berebut 'to the top' melalui saluran partai politik. 6. Lalu apa dampaknya ke ekonomi? Ini ada beberapa spekulasi yang dapat dikembangkan, yaitu: (a) Ekonomi kita tidak biasa dengan pemahaman 'institutional economic'. Oleh karenanya pekerjaan-pekerjaan
Re: [Keuangan] Sekelumit tentang multipartai
Pengamatan yang sangat jitu juga pak... Barangkali kalau ditanya kenapa sampai jadi begini... jawabannya mungkin... cuma mungkin saja partai-partai dan calon-calonnya itu lebih memikirkan partainya dan bukan memikirkan negaranya ini mungkin ya... --- On Sun, 4/12/09, nazar nazart...@gmail.com wrote: From: nazar nazart...@gmail.com Subject: [Keuangan] Sekelumit tentang multipartai To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Date: Sunday, April 12, 2009, 10:29 PM Salah satu akibat dari keteledoran pemerintah dengan memberikan peluang multi partai adalah semakin banyaknya masyarakat yang anti kepada negara. Jika diasumsikan pada satu dapil ada 500 orang massa partai yang kalah di kalikan 20 partai = 10.000 orang. Mereka-mereka ini akan kecewa terhadap pemerintahan karena calonnya kalah. Jika di satu kabupaten terdapat 3 dapil, maka ada 30.000 orang yg akan kecewa. Jika dalam satu provinsi terdapat 8 kabupaten, maka ada 240.000 orang. Jika ada 30 provinsi, maka ada 7.200.000 orang yang kecewa. Dan itu akibat kesalahan sistim kepartaian di negeri ini. Hm, sebenarnya perpecahan itu muncul akibat keteledoran pemerintah itu sendiri. NB: Manusia itu jika tidak mengalami, tidak akan percaya. Toh saya dari dulu-dulunya sudah anti dengan multi partai yang terlalu banyak. [Non-text portions of this message have been removed]
[Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.
Bagus juga pertanyaannya. Kelihatannya semua partai bicaranya ingin indonesia maju perekonomiannya. Golkar ingin bekerja keras katanya Demokrat ingin meneruskan katanya, entah kalau direalisasikan jadinya seperti apa? Bekerja keras... 7 hari kerja? Kalau memang begitu mulai percobaan dari anggota partai dan DPR MPR saja.. Saya sih maunya tetap 5 hari kerja saja... he..he.. --- On Mon, 4/13/09, Heri Setiono herisetiono...@yahoo.com.sg wrote: From: Heri Setiono herisetiono...@yahoo.com.sg Subject: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi. was Re: [Keuangan] Sekelumit tentang multipartai To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Date: Monday, April 13, 2009, 12:22 AM Barangkali ada yang bisa sharing bagaimana pengaruh multipartai terhadap kebijakan ekonomi dan keuangan pemerintahan? Sebagaimana kita ketahui, saat ini kerangka politik kita telah berubah dari politik tunggal orde baru dan kearah orde reformasi dimana partai partai lebih memiliki pengaruh terhadap kebijakan ekonomi suatu negara. Pada masa orde baru, partai partai nyaris tidak memiliki pengaruh yang kuat dalam kebijakan ekonomi orba yang menekankan pada pembangunan. Bagaimana pengaruh multi partai pasca orba dan bagaimana pengaruhnya pasca pemilu 2009 ini dimana Demokrat menginginkan pemerintahan yang didukung 70% suara. -- [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] saran untuk dirjen pajak - SPT bersifat PRIBADI
Pengisian SPT tahunan untuk perorangan umumnya masih perlu dilakukan oleh orang bersangkutan karena: - SIKON orang perorang berbeda, walaupun pajak sudah diurus perusahaan. Seharusnya pajak terpengaruh oleh status wajib pajak, misalnya punya anak 2 , tiga, atau empat. Atau masih sendiri, menikah, atau lainnya. Di kedepannya pajak bisa dipakai untuk mengeset atau menstimulasi ekonomi. Misalnya memberi beban yang lebih ringan bagi wajib pajak dengan 2 anak dibandingkan 3 atau empat anak terkait dengan gerakan keluarga berencana. Atau untuk pensiunan ataupun warga lanjut usia, mereka bisa diberi tunjangan tambahan yang walaupun masih bekerja di perusahaan, mereka bisa mendapat keringanan pajak (pajak kembalian di akhir tahun, jadi seolah-olah menabung dulu, nanti setelah mengisi SPT dikembalikan oleh pemerintah). Yang jadi masalah, perkembangan perpajakan di negara-negara maju yang menggunakan stimulasi ini dan itu kepada perusahaan maupun kepada perorangan berdasar begitu banyak variabel membuat proses membayar pajak menjadi sangat rumit. Lihat saja calon-calon kabinet Obama di Amerika beberapa orang tidak jadi menjadi menteri gara-gara salah mengisi SPT, artinya kurang bayar pajak. Sebaiknya prosedur dan aturan stimulasi pajak ini musti sederhana, jangan rumit seperti Amerika, tapi juga masih memungkinkan adanya bantuan-bantuan misalnya seperti kepada warga lanjut usia maupun keluarga kecil seperti di atas. --- On Fri, 2/27/09, mamik sumarminingsih mami...@yahoo.com wrote: From: mamik sumarminingsih mami...@yahoo.com Subject: Re: [Keuangan] saran untuk dirjen pajak To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Date: Friday, February 27, 2009, 12:35 PM emang dah ada penyederhanaan tapi masih njlimet antriannya pajang apalagi di kpp denpasar timur. Sekarang NPWP kan udah jadi milik masyarakat banyak ( di tempat saya kerja termasuk yang berpendidikan SD) bagi mereka pengisian SPT adalah beban untuk bayar pajaknya sih ga ada keluhan karena perusahaan yg mengurus. Kapan ni SPT tahunan untuk OP yg kerja di satu persh ditiadakan? http://mamikcs. blogspot. com [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
[Keuangan] Re: Kenapa sih kita susah-susah mendukung Palestina
Wah jangan praduga prasangka begitu pak... saya cuma bilang kalau bisa Indonesia membuat perdamaian di Palestina. Saya tidak menjelek-jelekkan siapa-siapa... --- On Sun, 1/11/09, Joko Onno joko...@yahoo.com wrote: From: Joko Onno joko...@yahoo.com Subject: Re: Kenapa sih kita susah-susah mendukung Palestina To: dfa...@yahoo.com Date: Sunday, January 11, 2009, 4:20 PM Membela sesuatu yg tidak jelas? HAMAS tidak berperikemanusiaan? Israel manusiawi gitu? Siapa yang mau membumihanguskan siapa? Bentuk dukungannya APA? Kamu ini manusia apa anjing? Oh pasti kalian berasal dari kaum minoritas di Indonesia yang memang punya kecenderungan konfrontatif. Makanya tidak heran di beberapa daerah di Indonesia banyak masalah-masalah yang ditimbulkan oleh para ekstrimis tadi. Saya tidak tau mengapa kaum minoritas di Indonesia ini banyak yang punya pandangan berbeda dengan Hugo Chavez misalnya. Salam, Joko [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] Kenapa sih kita susah-susah mendukung Palestina
Bentuk Dukungannya APA? Perlu diingat bahwa Palestina saat ini masih mengalami perpecahan. Antara Hamas dan Fatah. Hamas agak keras, Fatah cenderung lebih kepada diplomasi dan pencapaian perdamaian dengan Israel. Yasser Arafat yang mulai beralih kepada pencapaian perdamaian dan hidup berdampingan dengan israel malah dikucilkan. Kita sebagai bangsa indonesia tentu tau bahwa hidup bersama dalam kerukunan dan perdamaian (peace) walaupun ada berbagai macam keragaman adalah berkah yang sangat besar yang sudah diberikan pemimpin-pemimpin bangsa kepada kita. Tanpa perdamaian dan kerukunan, tidak ada pembangunan. Harapan saya, kita semua bisa membawa kedamaian yang telah kita rasakan ini ke negara palestina sebagai hadiah balik dari kita, bukannya membawa kerusuhan di palestina ke negara Indonesia yang kita cintai ini. Kita dukung Palestina yang aman, damai, dan sejahtera. --- On Thu, 1/8/09, Nugroho Adi Pratama nugrohoadiprat...@gmail.com wrote: From: Nugroho Adi Pratama nugrohoadiprat...@gmail.com Subject: [Keuangan] Kenapa sih kita susah-susah mendukung Palestina To: pernah-jadi-kakak-pas-itb pernah-jadi-kakak-pas-...@yahoogroups.com, AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, pas-...@yahoogroups.com, mm-...@yahoogroups.com, arsitektur_itb...@yahoogroups.com, krl-ma...@yahoogroups.com, maklu...@itb.ac.id Date: Thursday, January 8, 2009, 7:25 PM *Kunjungi !!* http://nugrohoadipr atama.com | http://belajarkeuan gan.com | http://mediasakinah .com - - - - - - Kalau ada ribut-ribut di negara- negara Arab, misalnya di Mesir, Palestina, atau Suriah, kita sering bertanya apa signifikansi dukungan terhadap Negara tersebut. Misalnya baru-baru ini ketika Palestina diserang. Ngapain sih mendukung Palestina? Pertanyaan tersebut diatas sering kita dengar, terutama karena kita bukan orang Palestina, bukan bangsa Arab, rakyat sendiri sedang susah, dan juga karena entah mendukung atau enggak, sepertinya tidak berpengaruh pada kegiatan kita sehari-hari. Padahal, untuk yang belum mengetahui.. kita sebagai orang Indonesia malah berhutang dukungan untuk Palestina. Sukarno-Hatta boleh saja memproklamasikan kemerdekaan RI de facto pada 17 Agustus 1945, tetapi perlu diingat bahwa untuk berdiri (de jure) sebagai negara yang berdaulat, Indonesia membutuhkan pengakuan dari bangsa-bangsa lain. Pada poin ini kita tertolong dengan adanya pengakuan dari tokoh tokoh Timur Tengah, sehingga Negara Indonesia bisa berdaulat. Gong dukungan untuk kemerdekaan Indonesia ini dimulai dari Palestina dan Mesir, seperti dikutip dari buku Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri yang ditulis oleh Ketua Panitia Pusat Perkumpulan Kemerdekaan Indonesia , M. Zein Hassan Lc. Buku ini diberi kata sambutan oleh Moh. Hatta (Proklamator Wakil Presiden pertama RI), M. Natsir (mantan Perdana Menteri RI), Adam Malik (Menteri Luar Negeri RI ketika buku ini diterbitkan) , dan Jenderal (Besar) A.H. Nasution. M. Zein Hassan Lc. Lt. sebagai pelaku sejarah, menyatakan dalam bukunya pada hal. 40, menjelaskan tentang peranserta, opini dan dukungan nyata Palestina terhadap kemerdekaan Indonesia, di saat negara-negara lain belum berani untuk memutuskan sikap. Dukungan Palestina ini diwakili oleh Syekh Muhammad Amin Al-Husaini -mufti besar Palestina- secara terbuka mengenai kemerdekaan Indonesia: .., pada 6 September 1944 [sic!], Radio Berlin berbahasa Arab menyiarkan 'ucapan selamat' mufti Besar Palestina Amin Al-Husaini (beliau melarikan diri ke Jerman pada permulaan perang dunia ke dua) kepada Alam Islami, bertepatan 'pengakuan Jepang' atas kemerdekaan Indonesia. Berita yang disiarkan radio tersebut dua hari berturut- turut, kami sebar-luaskan, bahkan harian Al-Ahram yang terkenal telitinya juga menyiarkan. Syekh Muhammad Amin Al-Husaini dalam kapasitasnya sebagai mufti Palestina juga berkenan menyambut kedatangan delegasi Panitia Pusat Kemerdekaan Indonesia dan memberi dukungan penuh. Peristiwa bersejarah tersebut tidak banyak diketahui generasi sekarang, mungkin juga para pejabat dinegeri ini. Bahkan dukungan ini telah dimulai setahun sebelum Sukarno-Hatta benar-benar memproklamirkan kemerdekaan RI. Tersebutlah seorang Palestina yang sangat bersimpati terhadap perjuangan Indonesia , Muhammad Ali Taher. Beliau adalah seorang saudagar kaya Palestina yang spontan menyerahkan seluruh uangnya di Bank Arabia tanpa meminta tanda bukti dan berkata: Terimalah semua kekayaan saya ini untuk memenangkan perjuangan Indonesia .. Setelah seruan itu, maka negara daulat yang berani mengakui kedaulatan RI pertama kali oleh Negara Mesir 1949. Pengakuan resmi Mesir itu (yang disusul oleh negara-negara Tim-Teng lainnya) menjadi modal besar bagi RI untuk secara sah diakui sebagai negara yang merdeka dan berdaulat penuh. Pengakuan itu membuat RI berdiri sejajar dengan Belanda (juga dengan negara-negara merdeka lainnya) dalam
Re: [Keuangan] Bom Waktu US$ 3 Miliar di Perbankan Kita
Yang buat susah itu adalah kata Structured product nya dan juga kata tidak tahu nya. Produk derivatif yang structured itu sering kali tidak diketahui formulanya seperti apa. Mereka sering asumsi rentang pergerakan variabelnya (entah kurs dolar atau juga suku bunganya) cuma dalam rentang 1% atau 5%. Tidak ada yang tahu kalau misalnya kurs rupiah sampai dari 9000 ke 11000 efeknya seperti apa? Apakah perbedaannya itu cuma menggunakan formula perkalian ataukah kuadrat atau malah pangkat tiga. Yang sifatnya spekulatif justru malah sampai menggunakan pangkat 3 ini. Artinya perbedaan 1000 rupiah kurs bisa menghasilkan untung atau rugi 1,000,000,000 (kalau pangkatnya 3). Nah kalau formulanya seperti ini nosional 3 milyar perbedaan 2000 rupiah dengan kurs kan bisa bikin bank sakit kepala toh? Diperparah lagi dengan kata tidak tahu ini... apakah memang produknya menggunakan formula pangkat 3 ini atau cuma perkalian biasa saja? Ketidak tahuan adalah salah satu alasan investor untuk closing posisi. --- On Wed, 12/24/08, Ivan Indrapermana indrapermana1...@yahoo.com wrote: From: Ivan Indrapermana indrapermana1...@yahoo.com Subject: Re: [Keuangan] Bom Waktu US$ 3 Miliar di Perbankan Kita To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Date: Wednesday, December 24, 2008, 10:47 AM Dear All, saya pikir berita ini keliru ditafsirkan banyak orang. Mohon pendapat anda sekalian: bukankah USD 3 miliar itu adalah notional amount? Katakanlah rate saat buka transaksi Rp9000/USD, jika semua derivatif berbentuk currency forward contract dengan posisi bank harus deliver dollar, dan katakanlah dollar sekarang Rp12000/USD. Maka kerugian bank sebenarnya sekitar (12000-9000) x 3 miliar = Rp 9 triliun. Jumlah ini kecil dibanding aset perbankan kita. Apalagi, hitungan ini terlalu konservatif dengan asumsi seluruh eksposure bakal default. mohon konfirmasi, apakah alur pikir saya benar? Dan bagaimana membedakan derivatif untuk lindung nilai dengan derivatif untuk spekulasi, hanya dengan melihat laporan keuangan dan wawancara dng manajemen bank? Thanks before. regards indra - - - - - - --- On Tue, 12/23/08, anton ms wardhana ari.am...@gmail. com wrote: From: anton ms wardhana ari.am...@gmail. com Subject: [Keuangan] Bom Waktu US$ 3 Miliar di Perbankan Kita To: ahlikeuangan- indonesia AhliKeuangan- Indonesia@ yahoogroups. com Date: Tuesday, December 23, 2008, 8:52 PM sumber artikel: http://www.kontan. co.id/index. php/Keuangan/ news/5852/ Bom_Waktu_ US__3_Miliar_ di_Perbankan_ Kita sumber foto: http://www.kontan. co.id/photo/ 2008/12/23/ 1601289461p. jpg Selasa, 23 Desember 2008 | 07:54 *Bom Waktu US$ 3 Miliar di Perbankan Kita* JAKARTA. Ini adalah bom waktu untuk perbankan Indonesia. Menurut perhitungan Bank Indonesia (BI), eksposur dana nasabah dalam produk terstruktur perbankan mencapai US$ 3 miliar. Dana itu masuk ke belasan bank yang menjadi agen. BI sudah menerima laporan dari bank yang menjual produk itu. Lebih dari 10 bank yang sudah melapor, kata Deputi Gubernur BI Siti Chalimah Fadjrijah, kemarin (22/12). Dana nasabah tersebut kondisinya bermacam-macam. Ada yang belum jatuh tempo, ada pula yang macet dan sedang direstrukturisasi. Tapi, saya belum tahun kondisi terakhirnya, tuturnya. - - - - - - [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
Re: Bls: [Keuangan] Yudhoyono: Putus kontrak karya yang merugikan
Setuju, kalau bisa. Secara hukum internasional, apa-apa saja yang bisa dijadikan alasan pemutusan kontrak? Mungkin sebenarnya ada duress (company yang dibeking pihak negara besar) mem-bully presiden waktu itu. Tapi toh buktinya susah. Jangan-jangan malah perusahaan yang kita mau putuskan kontraknya malah bikin counter-sue, karena sudah merasa dirugikan. ?? --- On Mon, 12/1/08, Suan Pandiangan [EMAIL PROTECTED] wrote: From: Suan Pandiangan [EMAIL PROTECTED] Subject: Bls: [Keuangan] Yudhoyono: Putus kontrak karya yang merugikan To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Date: Monday, December 1, 2008, 12:18 PM Yah baguslah !!terus teggakkan keadilan Pak !! demi Negara dan Rakyat ...!! INdonesia sangat Kaya Pak ..!!! jangan ada lagi kemiskinan dan kelaparan Pak !!! saya dukung _ _ __ Dari: anton ms wardhana [EMAIL PROTECTED] com Terkirim: Senin, 1 Desember, 2008 09:46:54 Topik: [Keuangan] Yudhoyono: Putus kontrak karya yang merugikan Quote: Saya katakan putus karena *nyata-nyata kontrak yang sudah berjalan sekian lama merugikan bangsa* kita, yaitu *konsesi minyak di pulau Natuna, milik Exxon*. Ada juga perusahan asing yang main-main, kita bawa ke Arbtrase awal tahun ini, ujar Presiden any comments ? *BR, ari.ams* sumber : http://web.bisnis. com/keuangan/ ekonomi-makro/ 1id90735. html Sabtu, 29/11/2008 22:26 WIB *Yudhoyono: Putus kontrak karya yang merugikan* oleh : Arif Pitoyo JAKARTA (Bisnis.com) : Pemerintah menegaskan akan menegakkan transparansi terkait pengelolaan dan pengolahan hutan, migas, tambang, kelautan, dan lainnya dan harus memberikan penerimaan pada negara. Bukan pada orang seorang saja, atau perusahan, termasuk perusahan asing, ungkap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam sambutannya pada pembukaan Munas VIII FKPPI, Jumat malam. Menurut Presiden, kontrak karya harus lebih banyak memberikan manfaat kepada negara dan itupun jangan merusak lingkungan. Menurut dia, kontrak asing yang terjadi sejak era Presiden Soekarno, Soeharto, sampai sekarang yang masih baik, yang benar, yang adil, tentu dihormati. Tetapi kalau tidak adil, keterlaluan, tentu kita minta untuk kita tata kembali. Yang jelas mulai sekarang ini hingga ke depan kontrak, apakah pengusaha domestik, kontrak dengan negara lain, harus betul-betul membawa sebesar-besarnya manfaat untuk kepentingan Negara, tegas Yudhoyono.. Menurut Presiden, bila melihat kontrak demi kontrak sekarang ini, karena menghidupkan transparansi, tidak ada yang merugikan Negara. Namun demikian, lanjutnya, hal tersebut tetap harus dikritisi. Presiden lebih lanjut mengatakan perlu diketahui bahwa baru dalam sejarah kita memutuskan kontrak raksasa yang di belakangnya adalah negara kuat. Saya katakan putus karena nyata-nyata kontrak yang sudah berjalan sekian lama merugikan bangsa kita, yaitu konsesi minyak di pulau Natuna, milik Exxon. Ada juga perusahan asing yang main-main, kita bawa ke Arbtrase awal tahun ini, ujar Presiden*.(api) * -- - save a tree.. please don't print this email unless you really need to [Non-text portions of this message have been removed] Environmental concern? [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] Neo-liberlism ?
Sulit bagi pihak negara berkembang? -- memangnya sekarang ini kita tidak sedang kesulitan? Mana penyebab mana? Sama dengan nanya mana keluar dulu, ayam apa telor? susah jawabnya ya.. Ada konsep vicious circle (lingkaran setan), atau glorious circle. Kedua-duanya sama sama muter. Yang satu kebawah, lainnya ke atas. Tidak terlalu perlu pusing yang mana duluan. Yang perlu dipusingi adalah muternya ke atas atau ke bawah. --- On Thu, 10/9/08, irfanmaulana79 [EMAIL PROTECTED] wrote: From: irfanmaulana79 [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [Keuangan] Neo-liberlism ? To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Date: Thursday, October 9, 2008, 4:15 PM saya tertarik dengan statement anda bahwa liberalisasi berhasil jika terjadi equilibrium dimana apabila pihak A melakukan sesuatu yg merugikan pihak B maka pihak B pun bisa melakukan hal yang sama. kalau hal itu memang yang menjadi tujuan dari neo-liberalism. ..kira2 bagaimana nasib perekonomian negara2 kecil dan berkembang menghadapi hegemoni negara maju? bukankah akan sangat sulit bagi industri negara kecil untuk bersaing dengan para pemain global/ korporasi negara maju? Dan pertanyaan saya selanjutnya adalah apakah konsep dari neo-liberalism yang mendorong investor2 untuk menjadi tidak bermoral (serakah) atau justru investor2 yang tidak bermoral itulah yang menyebabkan neo-liberalisme menjadi terkesan tidak bermoral? thanks --- In AhliKeuangan- Indonesia@ yahoogroups. com, Bali da Dave [EMAIL PROTECTED] wrote: bentuk kelemahan neo-liberalisme adalah liberalisme tidak bermoral. Neo liberalisme berupaya kembali ke jaman sebelum keynes, yakni jamannya adam smit. Setelah jaman keynes, di sekitar tahun 70, banyak yang mulai lagi skeptis dengan peran pemerintah. Rupanya banyak korupsi atau penyalahgunaan wewenang dari aparat negara (tahun-tahunnya JF Kennedy kan tahun flower generation, banyak yang tidak suka dengan perang vietnam, hapuskan pemerintah.. . yang semacam itu). Maka kembalilah ke jaman liberalisme, dengan pengetahuan tambahan yang dulunya tidak dimiliki adam smit, disebutlah sebagai neo-liberalisme. Tapi toh masalah utamanya liberalsime ini masih belum bisa terus terpecahkan. Siapa yang berani jamin bahwa dengan undang-undang antitrust (monopoli) juga pasarnya Amerika masih efisien? Saingannya microsoft di amerika apa? Di eropa juga microsoft pernah kena denda gara-gara bundling internet eksplorernya. .. Liberalisme berhasil jika pihak A melakukan sesuatu yang merugikan pihak B, maka pihak B atau C bisa merugikan pihak A juga (ekuilibrium katanya). Pdahal kan tidak selalu begitu. Adam Smit juga termasuk seorang filsuf, jadi kalau ada pihak yang kesannya kriminal, yang menekan tindakan kriminal tersebut adalah pelaku pasar yang lainnya. Kenyataannya kan justru karena tindakan kriminal jadi kaya, maka pelaku pasar yang lain malah berbondong bondong meniru, bukannya menekan perilaku tersebut. Rupanya jaman sudah beda. Kehormatan dan integritas manusia di jaman Adam Smith lebih tinggi daripada kita sekarang ini (benarkah?() --- On Thu, 10/9/08, irfanmaulana79 irfanmaulana79@ ... wrote: From: irfanmaulana79 irfanmaulana79@ ... Subject: [Keuangan] Neo-liberlism ? To: AhliKeuangan- Indonesia@ yahoogroups. com Date: Thursday, October 9, 2008, 11:42 AM Dear All, Apakah krisis keuangan kali ini bisa dikatakan sebagai salah satu bentuk kelemahan dari Neo-liberalisme? bukankah dengan adanya program bailout dari sejumlah pemerintahan negara2 maju dan seperti yang sering terlihat selama ini menunjukkan bahwa pada akhirnya pasar akan selalu butuh intervensi dari pemerintah? Thanks [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] Neo-liberlism ?
bentuk kelemahan neo-liberalisme adalah liberalisme tidak bermoral. Neo liberalisme berupaya kembali ke jaman sebelum keynes, yakni jamannya adam smit. Setelah jaman keynes, di sekitar tahun 70, banyak yang mulai lagi skeptis dengan peran pemerintah. Rupanya banyak korupsi atau penyalahgunaan wewenang dari aparat negara (tahun-tahunnya JF Kennedy kan tahun flower generation, banyak yang tidak suka dengan perang vietnam, hapuskan pemerintah... yang semacam itu). Maka kembalilah ke jaman liberalisme, dengan pengetahuan tambahan yang dulunya tidak dimiliki adam smit, disebutlah sebagai neo-liberalisme. Tapi toh masalah utamanya liberalsime ini masih belum bisa terus terpecahkan. Siapa yang berani jamin bahwa dengan undang-undang antitrust (monopoli) juga pasarnya Amerika masih efisien? Saingannya microsoft di amerika apa? Di eropa juga microsoft pernah kena denda gara-gara bundling internet eksplorernya... Liberalisme berhasil jika pihak A melakukan sesuatu yang merugikan pihak B, maka pihak B atau C bisa merugikan pihak A juga (ekuilibrium katanya). Pdahal kan tidak selalu begitu. Adam Smit juga termasuk seorang filsuf, jadi kalau ada pihak yang kesannya kriminal, yang menekan tindakan kriminal tersebut adalah pelaku pasar yang lainnya. Kenyataannya kan justru karena tindakan kriminal jadi kaya, maka pelaku pasar yang lain malah berbondong bondong meniru, bukannya menekan perilaku tersebut. Rupanya jaman sudah beda. Kehormatan dan integritas manusia di jaman Adam Smith lebih tinggi daripada kita sekarang ini (benarkah?() --- On Thu, 10/9/08, irfanmaulana79 [EMAIL PROTECTED] wrote: From: irfanmaulana79 [EMAIL PROTECTED] Subject: [Keuangan] Neo-liberlism ? To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Date: Thursday, October 9, 2008, 11:42 AM Dear All, Apakah krisis keuangan kali ini bisa dikatakan sebagai salah satu bentuk kelemahan dari Neo-liberalisme? bukankah dengan adanya program bailout dari sejumlah pemerintahan negara2 maju dan seperti yang sering terlihat selama ini menunjukkan bahwa pada akhirnya pasar akan selalu butuh intervensi dari pemerintah? Thanks [Non-text portions of this message have been removed]
[Keuangan] Tentang Bank Sentral (1)
Sedikit TENTANG BANK CENTRAL Sejarah Bank Sentral di Amerika dimulai sejak tahun 1913. Dengan berdirinya bank Sentral tersebut, Amerika memiliki institusi dengan kuasa untuk menciptakan likuiditas sebanyak-banyak yang diperlukan untuk mengeliminasi (minimalisasi) kepanikan financial ke-dua (The great Depresion tahun 30-an). Pada attachement terlihat volatilitas short term interest rate yang jauh berkurang setelah tahun 1913. Tentu saja kepanikan financial yang mengiringi the great depression tahun 30 terjadi setelah didirikannya Federal Reserve, namun dapat dilihat bahwa volatilitasnya suku bunga yang merujuk pada kekurangan likuiditas sudah jauh berkurang. Ada dua factor yang menyebaban lembaga keuangan memiliki resiko kredit pada situasi ekonomi yang menurun. Yang pertama adalah masalah solvensi/solvabilitas, dimana nilai asset perusahaan/bank lebih kecil dari jumlah kewajibannya (equitas negative). Pada kasus yang seperti ini, depositor akan sangat beruntung jika sempat menarik uangnya sebelum bank ditutup. Dalam kasus baru-baru ini, terlihat di UK bahwa banyak nasabah Bank NorthernRock mengantri untuk mengambil uang dan menutup buku tabungan mereka karena alas an ini. Nasabah takut karena mendengar berita bahwa Northern Rock mengalami rugi operasi yang cukup besar dan mereka tidak yakin apakah bank tersebut akan tetap solvent. Faktor kedua adalah factor LIKUIDITAS. Jika bank hanya menyimpan uangnya saja dan tidak meminjamkannya ke perusahaan, mereka tidak akan memiliki pendapatan usaha. Degnan system multiplier effect (fractional reserve bankng), bank bahkan dapat meminjamkan lebih banyak lagi uang untuk diinvestasikan. Walaupun bank tersebut sehat (solven) dan meminjamkan uang pada perusahaan yang sehat, selalu ada resiko dimana banyak nasabah karena satu dan lain hal tiba-tiba ingin menarik seluruh dana mereka. Pada saat ini terjadi, sebagian besar dana nasabah sudah dipinjamkan ke perusahaan lain dan tidak bisa ditarik seluruhnya. Terjadilah masalah likuiditas. Dalam jamannya krisis 97-98, kepanikan dimulai karena banyak bahan pokok yang sulit ditemui di toko dan supermarket. Entah karena apa. Kabarnya ada isu-isu kerusuhan sehingga masyarakat mulai menyetok barang, dan karenanya mulai menarik dana dari bank untuk membeli bahan-bahan. Kepanikan semakin bergulir semakin lama semakin besar dan akhirnya semakin banyak orang antri di depan counter bank untuk membawa uang takut kalau benar terjadi kerusuhan dan nantinya perlu beli ini-itu Lalu dor . Bank mulai kesulitan mencari uang untuk diberikan ke masyarakat. Mereka mulai mencari pinjaman jangka pendek (antar bank), dan mereka kesulitan mendapat pinjaman karena rupanya hamper semua bank dilanda kepanikan ini. Semua pihak ingin menarik uangnya tidak peduli bank ini atau bank itu entah bank sehat atau tidak semua orang ingin memegang uang kas. Terjadilah krisis likuiditas. Bank Sentral diharapkan (seharusnya dan memang didirikan untuk ini) untuk dapat membendung krisis likuiditas ini. Tapi di tahun 1997-98, Bank Indonesia yang adalah bank Sentral kelimpungan karena mengalami tekanan dari 2 kubu. Yang satu adalah krisis likuiditas RUPIAH (dimana nasabah mencairkan uang tabungannya), dan yang kedua adalah krisis likuiditas DOLLAR. Wewenang Bank Indonesia adalah untuk menyediakan likuiditas (dana) RUPIAH sebanyak yang diperlukan agar tidak terjadi rush. Tapi menghadapi krisis likuiditas DOLLAR, bank Indonesia memiliki keterbatasan. Bank Indonesia dapat mencetak uang RUPIAH sebanyak-banyaknya sebab mata uang ini adalah dalam wewenang Republik. Lain halnya dengan mata uang DOLLAR. Bank Indonesia tidak bisa mencetak Dollar. Bank Indonesia hanya dapat menyimpan dollar yang diperoleh dari ekspor, dan harus membayarkan dollar untuk pengusaha yang melakukan import. Dalam bahasa inggris (artikel ini saya tulis merupakan terjemahan dan gabungan bebas beberapa artikel didapat dari internet): Although what was commonplace in the nineteenth century has since essentially vanished, at least as far as the United States is concerned, other countries continue to experience a closely related phenomenon, exemplified by the currency and financial crises of 1997. If you're a smaller country like Korea for which a lot of the short-term debt is denominated in dollars, your central bank does not have the power to create extra dollars if everybody suddenly demands their payment and refuses to extend credit. Trying to flood the market with more of your own currency is just going to make the outflow of capital more severe. Saya rasa walaupun banyak yang belum mengerti waktu peristiwa ini terjadi, barangkali hamper semua pernah mendengar bahwa kurs rupiah yang dulunya 3000 rupiah per dollar naik sampai 16,000 per dollar dalam waktu yang singkat. Kerusuhan yang tadinya Cuma ditakutkan akan terjadi akhirnya benar-benar terjadi. Sekarang sepuluh tahun sudah lewat, saya belajar banyak tentang krisis financial, dan saya yakin pejabat
Re: [Keuangan] Re: Coba Main game seemcity atau city builder
Katakan uang 100.000 yang saya pinjam adalah untuk usaha konsumsi ayam goreng karyawan bank. Sehari saya kirim 10.000 dengan keuntungan 10 % atau 1.000 masuk rekening saya. Pada akhir tahun kalau bank itu buka terus, di rekening saya sudah tercatat 1.000 x 365 atau 365.000. tanpa harus mematikan usaha si B. Kelihatannya bapak belum memasukkan dalam pikiran bapak bahwa ini asumsi adalah penyederhanaan. Kalau saya cuma batasi pada 2 pengutang dan satu bank, analisanya lebih gampang. Kalau mau real time, efek crash dan bangkrutnya bakalan lama (sama seperti crash dan boom industri finansial. Bank Amerika juga dari sejak sejarah mereka selalu ada krisis perbankan dalam waktu lama. Semakin mereka mengerti, semakin lama jarak waktu antar krisis perbankan yang mereka alami. Kalau menurut saya, analisis bapak masih belum memasukkan kenyataan bahwa HANYA BANK yang bisa menciptakan uang - atau lebih tepatnya peminjam yang menciptakan uang, dan hanya boleh lewat bank. Lewat jalan lain, namanya penipuan. Bapak bilang masalahnya dimana mencari yang 40,000 lagi TEPAT sekali... TIDAK BISA sebab tidak ada uang baru yang diciptakan lagi (sebab partisipannya hanya ada 2 peminjam) INI MASALAHNYA Dalam kenyataan, tentu partisipannya bukan cuma dua, tapi ratusan bahkan jutaan peminjam. Peminjam satu periode tertentu bisa ditutupi dari peminjam periode berikutnya. Masalah besar timbul bila seperti dalam krisis... banyak peminjam atau ada satu peminjam besar yang defaultnya jumlah besar (misalnya bear stern, bank northern rock di UK, atau lembaga finansial lainnya Mereka-mereka inilah yang termasuk dalam kelompok B... kelompok gagal. Secara prinsipil mereka itu sudah bangkrut... Lalu pemerintah mem-bail out mereka. Caranya bagaimana? Ciptakan uang baru lagi... Atau ambil uang investor luar negeri (yang mana ini adalah analisa lanjutan yang sudah masuk tahap RUMIT).. Orang bilang... kalau menyederhanakan persamaan bisa menggambarkan BIG PICTURE... start from that... (maklum, dulu pernah belajar fisika dan matematika sebisa mungkin disederhanakan... KISSS katanya... keep it simple... Student... he.. he [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] Re: Coba Main game seemcity atau city builder
Yah... saya ceritanya tentang PENCIPTAAN uang... bukan TRANSAKSI Barang lewat uang pak. --- On Sat, 8/16/08, Rachmad M [EMAIL PROTECTED] wrote: From: Rachmad M [EMAIL PROTECTED] Subject: [Keuangan] Re: Coba Main game seemcity atau city builder To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Date: Saturday, August 16, 2008, 7:47 PM Saya justru lebih menyederhanakannya lagi hanya satu dan kalau ada sejuta juga gak apa-apa :-) Kesalahan mendasar terletak pada asumsi bahwa uang itu lekat dengan barang. Jika mata uang itu terbuat dari emas dan segala yang dijual belikan adalah 'hanya' emas itu maka asumsi anda jadi benar. Masalahnya 'uang' itu hanya suatu penghantar saja terhadap barang. Nilainya tidak melekat pada barang yang diperdagangkan. Ini berarti bahwa uang yang selama setahun ada di dompet saya sejumlah 100.000 akan tetap 100.000 pada akhir tahun. Sedangkan uang 100.000 yang setiap harinya berpindah tangan (sebagai alat transaksi) ada 365 barang senilai @ 100.000. Dan bank seharusnya tetap akan mencatat 365 kali 100.000 barang itu walau uang yang beredar hanya 100.000. Apalagi di jaman modern ini dimana orang belanja tanpa uang hanya masalah catatan saja yakni kartu debit. Ini uraiannya akan panjang :-) Salam RM --- In AhliKeuangan- Indonesia@ yahoogroups. com, Bali da Dave [EMAIL PROTECTED] wrote: Katakan uang 100.000 yang saya pinjam adalah untuk usaha konsumsi ayam goreng karyawan bank. Sehari saya kirim 10.000 dengan keuntungan 10 % atau 1.000 masuk rekening saya. Pada akhir tahun kalau bank itu buka terus, di rekening saya sudah tercatat 1.000 x 365 atau 365.000. tanpa harus mematikan usaha si B. Kelihatannya bapak belum memasukkan dalam pikiran bapak bahwa ini asumsi adalah penyederhanaan. Kalau saya cuma batasi pada 2 pengutang dan satu bank, analisanya lebih gampang. Kalau mau real time, efek crash dan bangkrutnya bakalan lama (sama seperti crash dan boom industri finansial. Bank Amerika juga dari sejak sejarah mereka selalu ada krisis perbankan dalam waktu lama. Semakin mereka mengerti, semakin lama jarak waktu antar krisis perbankan yang mereka alami. Kalau menurut saya, analisis bapak masih belum memasukkan kenyataan bahwa HANYA BANK yang bisa menciptakan uang - atau lebih tepatnya peminjam yang menciptakan uang, dan hanya boleh lewat bank. Lewat jalan lain, namanya penipuan. Bapak bilang masalahnya dimana mencari yang 40,000 lagi TEPAT sekali... TIDAK BISA sebab tidak ada uang baru yang diciptakan lagi (sebab partisipannya hanya ada 2 peminjam)... . INI MASALAHNYA.. .. Dalam kenyataan, tentu partisipannya bukan cuma dua, tapi ratusan bahkan jutaan peminjam. Peminjam satu periode tertentu bisa ditutupi dari peminjam periode berikutnya. Masalah besar timbul bila seperti dalam krisis... banyak peminjam atau ada satu peminjam besar yang defaultnya jumlah besar (misalnya bear stern, bank northern rock di UK, atau lembaga finansial lainnya Mereka-mereka inilah yang termasuk dalam kelompok B... kelompok gagal. Secara prinsipil mereka itu sudah bangkrut... Lalu pemerintah mem-bail out mereka. Caranya bagaimana? Ciptakan uang baru lagi... Atau ambil uang investor luar negeri (yang mana ini adalah analisa lanjutan yang sudah masuk tahap RUMIT).. Orang bilang... kalau menyederhanakan persamaan bisa menggambarkan BIG PICTURE... start from that... (maklum, dulu pernah belajar fisika dan matematika.. .. sebisa mungkin disederhanakan. .. KISSS katanya... keep it simple... Student... he.. he [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
[Keuangan] Re: Coba Main game seemcity atau city builder
Saya jadi gatel pengen komentar sama Game SimCity ini. Kebetulan pernah nyoba maen.. walaupun akhirnya nyerah karena bangkrut melulu sama rakyatnya sadis-sadis (kritik melulu... dan gak ada puasnya... he.. he...) 1. Menurut petunjuk permainan, satu yang perlu dimulai waktu mulai main adalah struktur pajaknya. Artinya penduduk kaya dikasi pajak rendah, sementara yang pekerja keras agak tinggian dikit... Artinya banyak uang masuk ke kota itu. Secara filosofi saya tidak setuju dengan sistem game ini, tapi di dunia kapitalis ini, sepertinya ada benarnya sistem ini. Buktinya saja Warren Buffet sama orang-orang kaya dunia selalu dapat tax cut ini, itu, yang akhirnya ujung-ujungnya gak harus bayar tax atau taxnya lebih kecil secara persentase penghasilan (secara pribadi) dibanding golongan pekerja (macam sekretaris sama kuli-kulinya. Hal ini di dunia nyata memang terasa sebab untuk menghasilkan uang perlu uang. Masalahnya banyak yang merasa bahwa uang itu datangnya cuma dari luar (investasi asing). Padahal sebenarnya uang datangnya dari UTANG. Jangan salah, utang kalau menurut ilmu moneter adalah MEREALISASIKAN potensi. Hal ini terjadi karena transaksi jual beli tidak bisa menggunakan sistem barter, sehingga ayam yang tadinya REAL akhirnya dimonetisasi (di-uangkan atau disimpan sebagai POTENSI). Utang adalah sebaliknya Satu ayam memiliki potensi puluhan butir telor ayam, atau puluhan anak ayam. UTANG adalah proses merealisasikan POTENSI riil. Yang tadinya satu ayam, menjadi 10 ayam dalam 2 tahun misalnya. Disinilah bisa kita lihat sinkronnya sistem moneter dengan produksi riil (kalau perhitungannya tepat). Maksud saya 10 ayam kalau dihargakan barangkali 10,000 rupiah (satu ayam seribu rupiah), maka utangnya harusnya maksimal 9,000 (termasuk interest dll) yang menciptakan keuntungan 1,000. Produksi 10 ayam, ekuivalen dengan penciptaan uang baru (lewat utang) sebanyak 10,000. Dalam situasi ini, yakni laju produksi sama dengan laju penciptaan uang, maka tidak ada inflasi. Sekarang kita lihat kondisi riil indonesia. Banyak rakyat yang masih memandang bahwa utang itu haram (karena ada ribanya). Maka dengan segala cara mereka (kita - termasuk saya) selalu mencari cara produksi yang TIDAK PAKE UANG, tapi kemudian dijual untuk menghasilkan UANG. Misalnya dengan kerja ke perusahaan asing, atau berusaha swadaya... punya ladang diurus sampe panen tanpa ngutang. Dengan demikian terjadilah sebenarnya DEFLASI sebab produksi meningkat tapi uang baru tidak diciptakan (khusus untuk individual yang memproduksi ini). Didalam sistem nyata seperti ini, sistem moneter yang dianut bank sentral (di asumsikan oleh banyak bank sentral) sudah tidak tepat lagi. Produksi jalan terus, tapi uang baru yang digunakan untuk mengukur produktifitas (Gross Domestic Product menurut para ekonom) tidak terlihat atau tidak sinkron. Para pelaku bisnis jalanan menyebutnya sebagai DARK ECONOMY, UNDERGROUND ECONOMY, dlll). Ekonomi bawah tanah ini jalan terus, krisis moneter atau tidak, pokoknya asal masih produksi ya pelan tapi pasti terus berjalan (lha wong jalan atau tidak tidak bisa kelihatan dari laju uang beredar). GRAMEEN BANK - atau MICRO FINANCING: adalah terobosan baru Pemenang nobel Moh. Yunus? yang mengupayakan orang-orang kecil yang tadinya dibawah tanah, dan POTENSInya tidak terdeteksi... untuk bisa direalisasikan. UTANG adalah upaya MEREALISASIKAN POTENSI PRODUKSI. Di Bangladesh, Grameen Bank berhasil. Ekonomi rakyat kecil diberdayakan. Mereka bisa berproduksi (karena ada uang), dan produksi mereka terlihat sebab pada saat mereka berproduksi tersebut, laju pertumbuhan uang juga diciptakan. Jadi untuk mengangkat atau memFORMALISASI underground atau black ekonomi, masyarakat kecil yang tidak punya akses untuk mendapat utangan perlu mendapatkan akses ini. Sebab teori moneter sebenarnya sangat sederhana SETIAP PENINGKATAN PRODUKSI harus diikuti dengan PENINGKATAN JUMLAH UANG yang SAMA (untuk menghindari INFLASI). MASALAHNYA: ada satu kata penting: SUKU BUNGA PINJAMAN (tiga kata penting barangkali yang lebih tepat). Bank mengeluarkan utangan bukan dengan mengeluarkan uang deposito dari orang lain. Bank memberi utangan pada seseorang atau suatu perusahaan tanpa ada dasarnya. Prinsip ini disebut dengan nama MULTIPLIER effect. Bank (baik bank komersial maupun bank pemerintah) diberi wewenang oleh pemerintah untuk MENCIPTAKAN uang dari tiada menjadi ada. Lho bukannya Bank Indonesia yang menciptakan uang? Ya dan tidak.Ya.. karena Bank Indonesia adalah Bank bagi bank-bank komersial tersebut, juga bank dari pemerintah RI. Kenapa? Bank komersial supaya bisa menciptakan uang harus memiliki aset awal dulu supaya nantinya bisa di multiplikasi dengan MULTIPLIER EFFECT tersebut. Tidak karena setelah adanya deposito awal tersebut, bank komersial bisa menciptakan uang dengan segera tanpa harus melalui Bank Indonesia.
Re: [Keuangan] Kapitalisme Global Mengancam Bumi!
Nah justru di sinilah banyak yang jadi repot Sebab banyak pemimpin sebenarnya tau dan setuju dengan filosofinya ini. Maksudnya CSR (company social responsibility?)... banyak yang sudah mau. Di daerah terpencil perusahaan mining bikin sekolah SD, Rumah Sakit, dll (yang selain perlu buat karyawan setempat yang berkeluarga di sana, juga membantu masyarakat)... Pembagian hasil kerja di minyak misalnya sekian persen produksi (revenue penjualan - jadi bukan cuma profit) yang disetujui di setor ke pemerintah. Secara mekanismenya sudah ada... bahkan sudah rumit dan dianggap investor bikin susah (hambatan). Nah bicara dilema... apa perlu sistemnya dibikin lebih susah lagi buat investor asing, atau diperlemah? Bicara korupsi atau biaya entertainment yang di charge untuk cost recovery barangkali banyak kejadiannya. Perusahaan pengelola hutan yang diwajibkan melakukan penanaman kembali sering tidak melakukan apa - apa, tapi di buku akuntansinya sudah kelihatan biayanya keluar (nah yang macam ini auditornya perlu di cek? -- padahal mereka yang mengaudit itu kan orang-orang kita juga...) Koruptor hukum mati? Rasanya kurang praktis... Untuk show-off saja barangkali justru kasihan... sebab orang-orang pertama yang bakalan kena adalah kambing-hitam yang oon, terjebak disuru pasang badan dan kagak bisa bikin apa-apa. Sama seperti kasus kriminal... yang pertama kena adalah maling sandal, maling ayam, dan pengemis miskin. Kalau mereka sudah habis, barulah mulai naik ke atas... sampai penduduk indonesia tinggal separuh, isinya koruptor semua dan akhirnya melalui pemilu demokratis mereka mengubah undang-undang supaya hukuman mati di tiadakan. Akhirnya hukuman mati tersebut hanya membantai daun-daun atas tanpa bisa merusak akarnya Yah ini sih andai-andai saja... yang menurut pikiran saya sih hukuman mati itu tidak praktis. Di Cina satu atau dua orang ada saja yang dihukum mati, tapi kalau ada kesempatan bicara dengan penduduk cina, katanya sih koruptor yang gak ketangkap itu masih banyak. Secara ide, ini bagus... tapi praktisnya susa... Kedengarannya pandangan saya pesimis sekali yah... tapi kalau saya lihat sih rasanya sudah mulai maju Yah sering-sering saja kita dengungkan perlunya hati yang bersih bagi aparat negara dari atas sampai bawah... Soal ngurus KTP, iuran sampah... dll dll... Kalau cuma disuru bayar iuran sampah yang 20ribu sebulan masih mengelak, lah bagaimana dengan urusan pajak perusahaan yang sampai miliayaran atau triliunan itu??? Kalau ngantre loket atau jalan di jalan raya buat 5 atau 10 menit lebih cepat ke rumah sudah susah... apakah mungkin membuat bid proyek tanpa sogok kiri sogok kanan??? Mungkin perlu dibuat proyek kota (atau lebih tepatnya desa) percontohan untuk masyarakat yang tertib tidak korup? Apakah ada? Apakah ada satu kota atau desa di Indonesia ini yang bisa dijadikan teladan atau proyek percontohan bagi tempat-tempat lainnya??? Kalau kita tidak bisa mengubah satu negara, barangkali kita bisa mulai dengan mengubahnya di satu desa dulu? MUNGKINKAH?? Apakah ini cuma mimpi saja??? Harapan sih banyak yang akan berkata... We can do it Just Do It No... it is not a dream --- On Wed, 8/13/08, Sang [EMAIL PROTECTED] wrote: .. Jadi perlu ada pembagian keuntungan antara investor dgn Negara... termasuk disini Investor orang Indonesia sendiri... Ini baru CSR sistem sosial perusahaan.. . [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] Kapitalisme Global Mengancam Bumi!
Pemimpin yg berikutnya memang harus berani pasang badan layaknya Hugo Chaves si pembangkang jagoan Amerika Latin..--- Saya banyak setuju juga dengan isu kapitalisme yang cenderung mengarah pada peningkatan kesenjangan sosial. Perbandingan angka kesenjangan sosial menurut Gini index, menunjukkan angka yang bagus buat Jepang (merata pembangunannya), dibandingkan Amerika yang kesenjangan sosialnya makin meningkat. Indonesia sendiri sebenarnya masih lumayan bagus sebab angka gini masih 0.36 (sekitar itu - sementara jepang 0.36). Artinya pemerintah dulu masih berupaya meningkatkan kesejahteraan yang merata. Pemerataan bukn cuma bisa dicapai lewat sosialisme macam Hugo Chaves. Keberaniannya memang patut dipuji, tapi nasionalisasi sih sudah kelewatan. Reputasi yang sangat penting bagi perkembangan iklim investasi sudah rusak di sana dan akan sangat susah diperbaiki nantinya. Mudah-mudahan pemerintahan indo tidak ada yang belagak anti asing semua. Segala-gala asing di tendang... bisa-bisa jadi mirip cina jaman the great leap tahun 60-an... ratusan bahkan jutaan orang meninggal miskin dan kelaparan gara-gara segala teknologi dan investasi asing yang diperlukan untuk pembangunan ditendang keluar. Rakyat terpaksa jadi budak karena mereka tidak punya ekskavator atau buldozer untuk mengerjakan hal-hal besar seperti pembangunan rel kereta dan jalan raya [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] mohon info mekanisme hyper inflation di zimbabwe
Intinya sih, masyarakat umum tidak bisa produksi. Satu karena politik tidak jelas (mugabe diktator), dua karena tidak ada impor (mau bayar pake apa?). Tiga investasi tidak ada. Yang parahnya lagi, pemerintahnya pemerintah pikir dia bisa atasi masalah dengan mencetak uang (begitu saja). Akibatnya pemerintah bisa beli barang, tapi rakyat yang terima uang tidak ada barang yang bisa dibeli. Akibatnya uang jadi tidak berharga. Satu biji roti naek naek terus nilainya. Kenapa? Karena yang namanya uang itu sebenarnya diciptakan dengan utang. Yang berutang harus berupaya (produksi) supaya bisa mengembalikan uang tersebut ke bank ditambah juga bunganya. Nah sekarang pemerintah bikin hutang tapi tidak niat bayar (bayar pake apa, mau pajakin siapa.. mau jual apa?)... Tiap kali selalu buat uang baru (bikin utang) tanpa ada kemampuan bayar... yah inilah akibatnya, inflasi ribuan persen. --- On Tue, 8/5/08, teddy_mulianto [EMAIL PROTECTED] wrote: From: teddy_mulianto [EMAIL PROTECTED] Subject: [Keuangan] mohon info mekanisme hyper inflation di zimbabwe To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Date: Tuesday, August 5, 2008, 10:13 PM Selamat malam rekan2, sebagai orang awam saya sangat kaget dengan kabar hyper inflation di zimbabwe sebesar 2,2jt % (cmiiw) yg berarti 22rb kali.. pemahaman saya berarti uang yg dulunya bernilai 22rb sekarang menjadi 1 apakah barang yg waktu sebelum inflasi senilai 22rb juga ikut turun menjadi 1? sepertinya tdk begitu karena saya dengar mata uang terkecil nya sudah dalam satuan milyard. apakah dengan begitu artinya daya beli orang turun 22rb kali lipat.. yg tadinya bisa membeli 22rb barang sekarang hanya bisa membeli 1 barang? setahu saya indonesia pernah mengalami pemotongan uang dari 1000 menjadi 1..kasusnya mungkin sama (karena saya belum lahir) mohon pencerahan dari rekan2 sekalian. rgds, teddy [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] panas bumi sampai 27.000 MW
Yang saya denger sih Filipina lumayan maju sudah untuk penggunaan sumber panas bumi ini. Cuma detailnya kurang jelas ya. Negara-negara lain memang kurang mengembangkan geothermal karena sifatnya yang sangat bergantung pada Posisi panasnya. Tidak banyak negara yang punya sumber daya ini. --- On Fri, 7/11/08, Hok An [EMAIL PROTECTED] wrote: From: Hok An [EMAIL PROTECTED] Subject: [Keuangan] panas bumi sampai 27.000 MW To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Date: Friday, July 11, 2008, 10:49 PM Teman2 yang baik, Dari tulisan dibawah sesungguhnya jalan keluar dari krisis energi ada banyak. Tetapi masalah yang menghadang cukup banyak. Tetapi sesungguhnya masalah teknis dan ongkos eksplorasi dan pembangunan jelas tidak beda banyak dengan cari minyak dilaut dalam. Yang berikutnya adalah masalah lingkungan, kawasan yang sebagian sakral yang mungkin bisa diatasi liwat dialog dengan masyarakat sehingga dapat dicari cara yang sesuai dengan adat dan ramah lingkungan. Masalah yang mungkin lebih sulit adalah peraturan2 yang seribu satu dan proses perizinan yang tidak jelas. Apakah masalah ini tidak bisa dikurangi apabila dibuat konstruksi perusahaan yang dimiliki bersama antara lain oleh PEMDA setempat atau BRI lokal bersama dengan pengusaha2 lokal yang perlu listrik? Salam Hok An http://cetak. kompas.com/ read/xml/ 2008/07/11/ 01160199/ lebih.realistis. untuk.panas. bumi Kompas, 11 Juli 2008 | 01:16 WIB Doty Damayanti Indonesia kerap disebut memiliki potensi panas bumi sampai 27.000 MW atau sekitar 40 persen dari seluruh potensi panas bumi di dunia. Publik banyak yang tidak tahu bahwa ternyata data yang dipakai pemerintah untuk menggambarkan besarnya sumber daya panas bumi itu adalah angka spekulatif, sumbernya pun tidak jelas. Kita selalu bilang punya potensi besar sampai 27 gigawatt ekuivalen, sementara cadangan yang terbukti sebenarnya hanya sekitar 2.000 MW, sisanya cadangan yang mungkin dan cadangan spekulatif, ujar pengamat kelistrikan, Herman Darnel Ibrahim. Perkiraan cadangan yang besar itulah yang menjadi salah satu alasan pemerintah menjadikan panas bumi sebagai energi andalan untuk kelanjutan proyek percepatan pembangkit listrik tahap kedua. Pemerintah berambisi total daya pembangkit yang dibangun pada crash program tahap II ini mencapai 12.000 megawatt. Sekitar 6.000 MW ditargetkan menggunakan energi panas bumi. Proyek-proyek pembangkit itu ditargetkan sudah bisa beroperasi dalam lima tahun. Dari sisi kebijakan yang dikeluarkan pemerintah, harus diakui ada perbaikan untuk membuat pengembangan panas bumi lebih menarik. Antara lain, keluarnya peraturan Menteri Keuangan yang membebaskan bea masuk peralatan eksplorasi panas bumi. Selain itu, pemerintah mengeluarkan patokan penetapan harga jual panas bumi melalui Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 14 Tahun 2008 tentang Harga Listrik Panas Bumi. Dulu, harga ditetapkan lewat negosiasi investor dengan PLN. Akibat tak ada patokan yang jelas, kesepakatan sering tidak tercapai. Sekarang, harga ditetapkan berdasarkan lelang. Mengacu pada ketetapan itu, harga jual listrik panas bumi rata-rata 8-9 sen dollar AS per kWh. Namun, perhitungan lebih matang sangat diperlukan untuk menjadikan pengembangan panas bumi benar-benar prospektif. Berkaca pada proyek percepatan tahap I yang ditetapkan tanpa studi kelayakan awal yang jelas, jangan sampai menargetkan angka yang sulit dicapai. Meski unggul sebagai energi terbarukan yang ramah lingkungan dan tidak terpengaruh harga dunia, pengembangan panas bumi untuk energi pembangkit memiliki risiko investasi yang besar. Dengan prosedur yang ada, pengembangan panas bumi butuh waktu 8-10 tahun. Pembangkit listrik tenaga panas bumi bukanlah fenomena baru. Direktur Pembinaan Pengusahaan Panas Bumi dan Pengelolaan Air Tanah Sugiharto Harsoprayitno mengatakan, pengembangan panas bumi selalu dilakukan ketika pemerintah terdesak mencari alternatif pengganti bahan bakar minyak. Ketika panas bumi pertama kali dikembangkan tahun 1970-an, harga minyak naik gila-gilaan akibat krisis di Timur Tengah. Sekarang pun panas bumi baru kedengaran setelah krisis minyak terjadi lagi plus batu bara, ujar Sugiharto. Setelah 30 tahun lebih pascaproyek pengembangan panas bumi pertama di Kamojang tahun 1974, total daya listrik yang dibangkitkan dengan panas bumi hingga kini hanya 1.042 MW. Upaya pemerintah memperbanyak eksplorasi agar kepastian cadangan meningkat terkendala pendanaan. Sebagian besar penelitian sumber daya panas bumi dilakukan dengan bantuan dari luar negeri, seperti Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia. Dengan minimnya data cadangan pasti, penawaran wilayah kerja pertambangan panas bumi tanpa didahului eksplorasi semakin memperbesar risiko yang ditanggung investor. Untuk mengembangkan 1 MW daya listrik dari panas bumi butuh investasi
[Keuangan] Soal Inflasi kenaikan BBM - Analisanya??
Setelah baca-baca artikel lain, berkaitan dengan inflasi dan kebijakan moneter, ada artikel yang bilang: kalau central bank (BI) berkomitmen untuk menjaga inflasi terkendali, maka tidak semua inflasi yang tercatat memiliki bobot yang sama dalam hal naik turunnya suku bunga Lalu sektor apa saja yang penting untuk diperhatikan, dan mana yang tidak? Kebijakan moneter pada dasarnya berupaya supaya perkembangan kapasitas produksi dan kemampuan konsumsi (demand dan supply) berkembang sejalan, stabil dan tidak terlalu banyak shock (secara keseluruhan). Jadi dari misalnya 2000 komponen inflasi, tidak semuanya memiliki bobot yang sama (secara konsumtif), dan pembobotan ini efeknya terhadap kebijakan moneter tidak sama. Jadi ada sektor atau industri yang memiliki bobot konsumsi besar, tapi dalam hal efek terhadap stabilitas ekonomi dan kebijakan moneter tidak terlalu besar. Verbatimnya: Yet the price index designed to measure the cost of living is not necessarily the best one to serve as a target for monetary policy Dan setelah melalui beberapa model matematis, penulisnya yang lulusan harvard, menyimpulkan bahwa SALAH SATU (untuk AMERIKA) yang penting adalah level gaji nominal, dalam perbandingan dengan kenaikan harga-harga. Artinya, gaji yang naiknya lambat dibandingkan harga-harga lain yang naik cepat menunjukkan adanya penurunan aktivitas ekonomi (downturn), dan sebaliknya jika gaji naek terlalu cepat dibanding harga-harga, berarti overheating. Di satu sisi kalimat ini menunjukkan bahwa konsumsi dalam negeri yang meningkat berbarengan dengan produksi yang meningkat menunjukkan kesuksesan ekonomi. Konsumsi yang meningkat (YANG MERATA) menunjukkan keberhasilan pemerintah sebab berarti daya beli masyarakat naek. Akan tetapi, jika kita lihat bahwa negara kita termasuk negara kuli, apakah selama-lamanya kuli yang makan gaji ini harus selalu pada level yang segini-gini saja? Gaji secara nominal naek 5% tapi harga-harga naek 5% juga kan berarti sami mawon, tidak ada peningkatan taraf hidup. Dari dulu sampai sekarang cuma sanggup makan tempe. Sekarang malah harga tempe naek lebih banyak dari kenaikan gaji. Dimana peningkatan taraf hidupnya? Yang lebih lucu lagi, saya pernah baca ada yang berupaya menaikkan (memperkuat mata uang rupiah dengan manipilasi pasar). Maksudnya baik supaya impor barang murah, dan rakyat bisa beli ini-itu. Tapi konsekuensinya apa? Impor murah berarti bakal terjadi defisit neraca perdagangan (impor ekspor) yang artinya negara kita bakalan nombok utang sana sini dari negara lain. Lah mau bayarnya bagaimana? Jaman Suharto dulu sudah kejadian gagal bayar utang-utang sampe rupiah tembus 16000. Susah payah baru bisa dibawa turun ke 9000. Apakah mau diturunkan jadi 3000 supaya waktu krisis nanti satu dolar jadi 100,000 rupiah macam di Zimbabwe atau liberia? Mau minum kopi tubruk keluar uang tiga juta rupiah??? [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] Soal Inflasi kenaikan BBM - Analisanya??
Ah, nggak juga Yang ngeri kan kalo musti ngerem kagak ngerem, bisa nabrak pohon. Musti ngegas buat nanjak, eh malah gasnya dipelanin. Buat kita-kita yang baru belajar ekonomi ini, ilmu ekonomi yang dasar lebih banyak memandang pada perkembangan konsumsi domestik yang dipenuhi oleh produksi domestik juga. Padahal sekarang ini kan aliran uang panas bisa lebih besar sekian kali lipatnya GDP, Transaksi dagang luar negeri juga kadang gak dimengerti efeknya buat perekonomian domestik. Secara umum sih rasanya ekonomi indonesia masih lumayan Data saya gak punya maklum tukang bacot doang... Yang pentingnya sih kalo rakyat sayang produksi dalam negeri, mendukung pendidikan rakyat, pembangunan infrastruktur macam jalan dan jalur kereta api (besinya gak dicolongin buat diloakin), rasanya sih masih bisa tahan. Mudah-mudahan (Tapi kalau banyak yang gila impor, makan terasi impor, ikan impor, baju impor, dan tidak mau kerja... yah barangkali bisa balik ke jaman batu kita) --- On Sun, 6/29/08, Dedy arman [EMAIL PROTECTED] wrote: From: Dedy arman [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [Keuangan] Soal Inflasi kenaikan BBM - Analisanya?? To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Date: Sunday, June 29, 2008, 9:19 AM Kok ngeri banget bos, fundamental ekonomi negara kita [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] Re: Soal Inflasi kenaikan BBM - Analisanya??
Betul juga ya... Saya juga kan cari-cari ide... Masalahnya bicara teori, atau sebab akibat, subsidi BBM ini barangkali tidak pernah di teliti detail (barangkali??...). Masalah subsidi ini kan juga cuma ada di negara baru berkembang. Alasannya ya justru karena penduduknya pada miskin semua (maka perlu subsidi). Kalau sampai pemberi subsidinya nyerah, gimana caranya nyerah yang meminimalkan kerusakan, dan pulih dan kalau bisa malah jadi lebih kuat? Apakah dengan menaikkan suku bunga, atau meningkatkan belanja negara, atau meningkatkan pajak, naekin harga bbm (mana yang lebih penting, tenggang waktu antar kenaikan, ataukan besarnya kenaikan, dll). --- On Thu, 6/26/08, dina kartika [EMAIL PROTECTED] wrote: From: dina kartika [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [Keuangan] Re: Soal Inflasi kenaikan BBM - Analisanya?? To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Date: Thursday, June 26, 2008, 5:18 PM boleh ikutan kalo menurut gw sih..mang pada dasarnya kudu naek..krn kita kan kiblatnya ama dunia..so mau gak mau apapun yg terjadi ma dunia pasti kita kena imbasnya.. cuma yg berat kan ..emang d rakyat ,krn mereka sebelumnya memang sudah susah..sehingga begitu mereka denger ada kata naek langsung shockjadi percuma mo pake cara yg tiap tahun naek 1% ato yg langsung naek dengan percentase yg tinggi...and itu mang tugasnya pemerintah untuk ningkatin taraf hidup rakyatnya... .menengah ke bawah yaa --- On Thu, 6/26/08, jeff_andra [EMAIL PROTECTED] co.id wrote: From: jeff_andra [EMAIL PROTECTED] co.id Subject: [Keuangan] Re: Soal Inflasi kenaikan BBM - Analisanya?? To: AhliKeuangan- Indonesia@ yahoogroups. com Date: Thursday, June 26, 2008, 3:41 AM Poling nih bung? hehehe... Ikutan ya... Kalo nanya'nya ke mahasiswa Unas, UKI, Mustopo, dll (oknum lah ya) ya, tentu jawabannya BBM ngga boleh naik, mungkin bagi mereka, kalo perlu bensin dikembalikan ke harga Rp. 750 seperti di rezim idola mereka dulu. Mereka kan cerdas2 dan sangat ingin memperjuangkan nasib RAKYAT. tapi kok kalo saya (orang bego) lebih setuju harga BBM di approach dengan harga pasar (walau ngga kudu = harga pasar lho), dan caranya dengan bertahap supaya pasar tidak shock dan dapat mengikuti dengan lebih smooth, dan dampaknya tidak langsung membunuh (mencekik) sektor riil. Pokoknya BBM memang kudu naik lah, karena: 1. Menghindari disvaritas harga dengan negara2 tetangga, untuk menghindari penyelundupan. 2. Menumbuhkan daya saing energi2 alternatif (biji jarak, dsb.). Ngga fair aja kalo Cost/liter Biofuel harus bersaing dengan BBM bersubsidi. 3. Ya, biar orang sadar lah, kalo BBM itu MAHAL, sehingga mulai melirik gaya hidup hemat. 4. Terakhir, BBM memang perlu naik, agar mahasiswa pintar dan partai2 (terutama oposisi) punya komoditas untuk cari muka. Salam Mana yang lebih baik bagi ekonomi rakyat, peningkatan harga BBM yang terencana sampai harga pasar sedikit demi sedikit, ataukah peningkatan harga BBM yang mendadak setelah ada tekanan yang membahayakan anggaran negara? Mana yang tidak terlalu membahayakan produktifitas dan inflasi? BBM naik 1% perbulan selama 12 bulan, ataukah harga sama terus selama setahun, tapi akhir tahun langsung naik 12% misalnya? [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] Re: Soal Inflasi kenaikan BBM - Analisanya??
Poling boleh, diskusi boleh., ber-teori boleh juga... pengamatan lapangan boleh juga (dari negara lain misalnya atau research lembaga lain???). Atau dari psikologi masyarakat... Banyak kan, barang-barang yang belum tentu terpengaruh langsung oleh BBM naek duluan. Padahal supliernya juga belum naekin harga, eh nyampe ritel harga udah melambung dulu (macam pengumuman gaji pegawai negeri yang naek... belum terima tambahan gaji, harga barang udah naek duluan) Soalnya kok saya ngenes gitu, tiap kali BBM naek selalu bawaannya ke-arah-arah rusuh. Mudah-mudahan tidak sekarang ini... --- On Thu, 6/26/08, jeff_andra [EMAIL PROTECTED] wrote: From: jeff_andra [EMAIL PROTECTED] Subject: [Keuangan] Re: Soal Inflasi kenaikan BBM - Analisanya?? To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Date: Thursday, June 26, 2008, 4:41 PM Poling nih bung? hehehe... Ikutan ya... Kalo nanya'nya ke mahasiswa Unas, UKI, Mustopo, dll (oknum lah ya) ya, tentu jawabannya BBM ngga boleh naik, mungkin bagi mereka, kalo perlu bensin dikembalikan ke harga Rp. 750 seperti di rezim idola mereka dulu. Mereka kan cerdas2 dan sangat ingin memperjuangkan nasib RAKYAT. tapi kok kalo saya (orang bego) lebih setuju harga BBM di approach dengan harga pasar (walau ngga kudu = harga pasar lho), dan caranya dengan bertahap supaya pasar tidak shock dan dapat mengikuti dengan lebih smooth, dan dampaknya tidak langsung membunuh (mencekik) sektor riil. Pokoknya BBM memang kudu naik lah, karena: 1. Menghindari disvaritas harga dengan negara2 tetangga, untuk menghindari penyelundupan. 2. Menumbuhkan daya saing energi2 alternatif (biji jarak, dsb.). Ngga fair aja kalo Cost/liter Biofuel harus bersaing dengan BBM bersubsidi. 3. Ya, biar orang sadar lah, kalo BBM itu MAHAL, sehingga mulai melirik gaya hidup hemat. 4. Terakhir, BBM memang perlu naik, agar mahasiswa pintar dan partai2 (terutama oposisi) punya komoditas untuk cari muka. Salam Mana yang lebih baik bagi ekonomi rakyat, peningkatan harga BBM yang terencana sampai harga pasar sedikit demi sedikit, ataukah peningkatan harga BBM yang mendadak setelah ada tekanan yang membahayakan anggaran negara? Mana yang tidak terlalu membahayakan produktifitas dan inflasi? BBM naik 1% perbulan selama 12 bulan, ataukah harga sama terus selama setahun, tapi akhir tahun langsung naik 12% misalnya? [Non-text portions of this message have been removed]
[Keuangan] Soal Inflasi kenaikan BBM - Analisanya??
Buka topik baru kali ya? 1. Inflasi adalah kelebihan uang (money growth) lebih besar dari pertumbuhan produktifitas 2. BBM adalah komponen input. Artinya pertumbuhan ekonomi tergantung BBM (semakin besar produksi, semakin besar BBM yang dipakai) 3. Kenaikan BBM memiliki dua akibat, yang pertama karena permintaan yang tidak berubah (konsumen bisa menahan kenaikan harga, atau produsen menanggung beban dengan menerima profit yang lebih kecil) dan kedua penurunan demand yang berakibat penurunan produksi. 4. Dalam kasus pertama (demand tidak berubah), tercatat peningkatan total gdp dengan inflasi deflator (net effectnya produksi stagnan atau pertumbuhan setelah dibagi inflasi adalah (real growth) pertumbuhannya hanya sedikit. 5. Kasus kedua karena tidak ada daya beli masyarakat, demand berkurang dan produksi berkurang. Karena alur logikanya panjang, untuk sementara berenti dulu. Tapi ujung analisanya adalah untuk menjawab pertanyaan: Mana yang lebih baik bagi ekonomi rakyat, peningkatan harga BBM yang terencana sampai harga pasar sedikit demi sedikit, ataukah peningkatan harga BBM yang mendadak setelah ada tekanan yang membahayakan anggaran negara? Mana yang tidak terlalu membahayakan produktifitas dan inflasi? BBM naik 1% perbulan selama 12 bulan, ataukah harga sama terus selama setahun, tapi akhir tahun langsung naik 12% misalnya? [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] Kenaikan BBM, Deflasi dan BI Rate
Inflasi bila bicara saklek (ngotot), cuma terjadi kalau terjadi kelebihan supply uang. Teorinya, bbm naik karena suply uang dollar amerika naik banyak akibat krisis subprime. Tapi bicara fakta, apakah seluruh rugi yang dialami bank-bank amerika dan ingris tersebut bukannya uang hancur? Upaya the fed sepertinya untuk mencegah kekurangan uang yang mengakibatkan resesi, cuma berhubung masih ada di atas (belum turun ke sektor riil), maka uang baru tersebut muter-muter cari jalan spekulasi (dalam hal ini BBM). Lalu indonesia kan pakai rupiah, bukan dolar? Maka pertanyaannya adalah, apakah rupiah sekarang ini terlalu banyak beredar sehingga mengakibatkan inflasi? Kemungkinan besar kasusnya sama seperti Amerika. Banyak uang beredar, tapi muter-muter di atas gak turun ke sektor riil, akibatnya banyak spekulasi (banyak yang main foreks, judi saham (saham dijadikan judi maksudnya), nimbun emas, dll dll). Padahal yang dibawah, masyarakat kecil kekurangan uang. Harga-harga mahal tidak terjangkau hanya dengan uang (penghasilan) yang ada di bawah. Kurangnya uang yang di bawah ini menimbulkan perasaan resesi dan susah (kalau merasa susah, maka kita-kita ini lah rupanya yang ada di bawah). Secara teorinya, agar uang yang ada diatas turun ke sektor riil, harus ada insentifnya. Yang pertama, kalau di diamkan maka uang tersebut kehilangan nilai (atau paling tidak mandeg, artinya suku bunganya harus rendah). Yang kedua, kalau akhirnya diturunkan maka masyarakat harus punya daya beli agar produsennya bisa untung. Mengingat daya beli masyarakat indo yang rada rendah, seharusnya fokusnya sih ke pasar ekspor. Cuma masalah lagi karena pasar ekspor (amerika) juga katanya lagi repot. Cuma eropa doang yang agak oke. Barangkali perlu bimbingan pemerintah bagaimana caranya membuka pasaran di eropa? cuma sumbangan diskusi saja... Belum tentu logika saya benar. Hal ini tentunya patut menjadi perhatian dari Bank Indonesia untuk tidak tergoda mengikuti teori BI Rate mengikuti inflasi. Kenaikan BI Rate pada tingkat tertentu justru akan mengganggu kinerja sektor riil yang berakibat pada terganggunya pertumbuhan. Sebenarnya saat ini fundamental ekonomi Indonesia sudah berjalan cukup kuat Diperkirakan ini baru langkah awal yang akan dilanjutkan dengan berbagai macam investasi pada sektor riil yang lain. Kesemuanya akan berjalan dengan sangat baik jika BI mampu mengelola BI rate pada tingkat yang cukup rendah/kompetitif sehingga modal akan lari pada sektor riil dan bukannya malah mengendap di sektor non riil. Jika iklim dunia usaha riil akan berjalan dengan kondusif akan tercipta lebih banyak lapangan pekerjaan dan publik akan lebih mendapatkan manfaat yang nyata. Kepercayaan publik akan pulih dengan lebih cepat yang akan berarti sangat baik pula bagi dunia usaha karena akan memberikan kepastian politik yang berimbas pada peningkatan kepercayaan dunia usaha. Kita pasti bisa ... - [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] LEADER: The liberating effect of failure (Fortune Interview w Jeff Sonnenfeld of Yale)
Bung Sidqy, thanks buat artikel-artikelnya...nbsp; bagus-bagus nih. Salam kenal, juga buat semuanya. Saya member baru nih, pengen belajar dan barangkali nanya dan diskusi nanti... --- On Tue, 6/3/08, sidqy suyitno lt;[EMAIL PROTECTED]gt; wrote: From: sidqy suyitno lt;[EMAIL PROTECTED]gt; Subject: [Keuangan] LEADER: The liberating effect of failure (Fortune Interview w Jeff Sonnenfeld of Yale) To: [EMAIL PROTECTED] Date: Tuesday, June 3, 2008, 3:01 PM May 29, 2008: 11:41 AM EDT The liberating effect of failure http://money. cnn.com/2008/ 05/29/news/ newsmakers/ sellers_failure. fortune/index. htm?postversion= 2008052911 Failure is the crucible that makes a leader into a hero, says Yale's Jeffrey Sonnenfeld. By Patricia Sellers, editor-at-large NEW YORK(Fortune) -- Jeffrey Sonnenfeld knows failure. A professor at the Yale School of Management and founder of the non-profit Chief Executive Leadership Institute, Sonnenfeld has risen to leadership-guru status by becoming the expert on how CEOs stumble and bounce back. He first explored failure 20 years ago in his book The Hero's Farewell: What Happens When CEOs Retire. Sonnenfeld's latest, Firing Back: How Great Leaders Rebound After Career Disasters, hits the topic head on. Fortune editor at large Patricia Sellers talked with Sonnenfeld about what he has learned studying failure. An edited version of their conversation: What got you interested in failure? I was up at Harvard teaching a career management course. One of the assignments was a 30- to 60-page paper on students' own lessons in their lives. The students kept volunteering awful things that happened to them - abuse by a teacher or a crisis during a stint in the Peace Corps where someone close to them died. These were young adults with leadership potential. And the field of failure was ripe for discovery by someone like you? Most of the leading literature was and is obsessed with success. From Poor Richard's Almanac to Norman Vincent Peale's Power of Positive Thinking, which says that the locus of control is with you. Yes, that's nice. Deepak Chopra and Stephen Covey talk about mastering your destiny. Today's self-help literature and prevailing psychologists stress avoidant behavior - like Scarlett O'Hara saying Tomorrow is another day. What's wrong with that? They emphasize strategies for coping rather than strategies for obliterating the source of the stress. Does failure - or beating back failure - make you a better person? It makes a hero. Joseph Campbell wrote about this. The hero has certain consistent qualities in every culture: a common touch, a call to greatness, a critical trial and a setback. Failure punctuates truly great leaders. They aren't great until they've failed. Failure is the crucible, the test. They deal with it, and their confidence and capabilities are enhanced. How does this work in business? [Home Depot (HD, Fortune 500) founders] Bernie Marcus and Arthur Blank wore failure as a badge of honor. They taught their employees about managing disappointment. There would be no Vanguard if Jack Bogle hadn't been fired from Wellington Management. And Jamie Dimon, after he was fired at Citigroup (C, Fortune 500), had the courage to run Bank One and now JPMorgan Chase (JPM, Fortune 500) his way. He now has the cleanest balance sheet on Wall Street. Failure empowers leaders to do things differently. It gives them courage to be independent thinkers. What lessons have you learned about failure? First, fight, not flight. You have to face up to battle. Second, recruit others in battle. Use networks effectively. Third, rebuild your reputation. Easier said than done. If you did nothing wrong, you have to stand up for exoneration. If you did something wrong, you have to go straight for contrition. Prominent people tend to avoid that. Many people believe that contrition weakens them. [Xerox (XRX, Fortune 500) CEO] Anne Mulcahy blows me away. She talks about setbacks in a way that only makes her stronger. What else do successful rebounders do? They create a new purpose. Many people think that prominent people rebound because they're wealthy and have access to resources and great connections - or luck. No, it's the conscious choices they make. Who rebounded by crafting a new purpose? Martha Stewart. She saw the frothing glee of people who wanted to bring her down, and rather than be frightened and chastened by that glee, it only motivated her more. She focused on defining herself by her future, her comeback. What's the No. 1 reason business bigwigs fail to deal with failure properly? They're afraid of looking weak. Everyone can learn from [JetBlue (JBLU) founder] David Neeleman, who has had the rug pulled out from under him a few times. He has the confidence to ask questions about how to do things differently. And he knows that if he's going to be a maverick, failure is going to be