Re: [Keuangan] Menkeu Nilai Penguatan Rupiah Justru Merugikan

2010-08-13 Terurut Topik Rachmad M
Daya beli adalah daya beli, apakah itu hasil menggadaikan warisan atau hutang 
ke Bank, atau hasil kerja, bagi saya sebagai penjual barang dan jasa adalah 
sama saja. Yang penting pembeli saya memiliki daya beli dan saya bisa 
meningkatkan layanan saya. saya sebagai penjual disini sangat tergantung daya 
beli orang lain.

Daya beli  inilah yang gak boleh dikurangi.

Ambil contoh ekstrim saat krisis global. Seorang nenek-nenek dengan warung 
sederhananya dari hari ke hari, dari tahun ke tahun mengumpulkan uang untuk 
naik haji. Ketika uang terkumpul hampir menjapai 4 juta (setara 2000 US$) dan 
rencananya berangkat ternyata terjadi krisis untuk kembali mencapai 2.000 US$ 
dia harus ngumpulin duit lagi dari 4 juta menjadi 20 juta (setara 2000 us$ 
dengan kurs 10.000). Perlemahan inilah yang harus dijaga oleh pemerintah untuk 
tidak terjadi.

Dalam kaitannya menjual keluar negeri ya sami mawon, apa kalau rupiahnya 1 US $ 
= Rp.2.000, per meter kubik kayu =200 US$ maka pada saat 1 US $ =Rp. 10.000, 
per meter kubik kayu ya tetap 200 US $.

Apakah untuk meningkatkan daya saing kita jual 40 US $ per meter kubik ?

Salam

RM





--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Bali da Dave dfa...@... wrote:

 Kembali bapak masih belum bisa lepas dari bujukan daya BELI komponen impor.
 
 Saya coba lagi  dengan perumpamaan lain. Ada dua orang yang memegang 1000 
 dollar. Saya gak mau bilang rupiah lagi karena dari pandangan anda daya beli 
 harus dengan dollar. 
 
 Jadi, si A pegang seribu dollar, sementara si B juga 1000 dollar. Bedanya, si 
 A adalah pekerja kantor dari perusahaan asing yang tiap bulan dibayar 100 
 dollar. Sementara si B adalah pengangguran, yang kebetulan guanteng pintar 
 ngomong dan mukanya sangat terpercaya. Jadilah setelah merayu-rayu BCA, Bank 
 Central Amerika, ia dipercayai untuk memegang 1000 dollar (pinjaman).
 
 Kedua-duanya, si A dan si B, mempunyai DAYA BELI 1000 dollar. Anda mau pegang 
 si A atau si B...  mana yang jadi miskin duluan?
 
 Penguatan dollar tidak menunjukkan Indonesia ini adalah si A atau si B. 
 Penguatan rupiah atas dollar memang menunjukkan peningkatan daya beli seperti 
 yang anda katakan, tapi efek psikologisnya sudah kelihatan dari yang anda 
 tulis sebelum-sebelumnya...  maunya beli barang saja (gara-gara penguatan 
 dollar)...  yang anda fokuskan selalu penulisan, beli ini beli itu  Anda 
 gak bilang saya bisa kerja ini atau kerja itu kalau terjadi  penguatan rupiah 
 atas dollar. 
 
 --- On Fri, 13/8/10, Rachmad M rachm...@... wrote:
 
 From: Rachmad M rachm...@...
 Subject: Re: [Keuangan] Menkeu Nilai Penguatan Rupiah Justru Merugikan
 To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
 Received: Friday, 13 August, 2010, 3:51 PM
 
 
 
 
 
 
 
  
 
 
 
   
 
 
 
   
   
   Wah ya jangan gitu cara pandangnya. Beri argumentasi yang tepat 
 sehingga kita sepakat bahwa perlemahan mata uang rupiah yang notabene juga 
 perlemahan daya beli Rakyat Indonesia dapat diterima akal sehat. 
 
 
 
 Alias kita kontra terhadap peningkatan daya beli masyarakat dan sebagian 
 kecil meniknmati keuntungan dari mata uang asing yang menguat untuk foya2 di 
 LN :-(
 
 
 
 RM
 
  
 
 
 
   
 
 
 
 
 
 
   
 
 [Non-text portions of this message have been removed]





Re: [Keuangan] Menkeu Nilai Penguatan Rupiah Justru Merugikan

2010-08-11 Terurut Topik Rachmad M
Sebetulnya bukan fokus pada subsidi, namun penarikan subsidi adalah biang 
terjadinya inflasi. Jadi daripada ditarik subsidinya kan lebih baik rupiahnya 
yang menguat.

Perlemahan mata uang sebenarnya adalah pelemahan daya beli, pelemahan 
pendapatan perorang pertahun karena semua kita ukur dengan mata uang asing ie 
US $


Salam

RM

--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Bali da Dave dfa...@... wrote:

 Fokus bapak sama subsidinya..
 Subsidi (belanja negara) cuma sebagian kecil dari kesatuan ekonomi seluruh 
 bangsa.
 
 Untuk situasi sekarang, pelemahan yang dapat memperkuat kemampuan produksi 
 dalam negeri (dan konsumsi dalam negeri) lebih penting dari pada 
 pen-subsidian konsumsi barang-barang IMPOR
 
 --- On Tue, 10/8/10, Rachmad M rachm...@... wrote:
 
 From: Rachmad M rachm...@...
 Subject: Re: [Keuangan] Menkeu Nilai Penguatan Rupiah Justru Merugikan
 To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
 Received: Tuesday, 10 August, 2010, 5:09 PM
 
 
 
 
 
 
 
  
 
 
 
   
 
 
 
   
   
   Memilih mata uang menjadi lemah adalah suatu kesalahan yang fatal. Yang 
 benar adalah terus dijaga pada nilainya dan kalau perlu diperkuat secara 
 gradual sampai yang namanya subsidi hilang dengan sendirinya. Setelah hilang 
 subsidi dan semua berada pada kesetimbangan baru, baru kita mikir 
 mempertahankannya dan bukan melemahkannya.
 
 
 
 Kenapa ?
 
 
 
 Namanya juga melemah dan ini juga melemahkan daya beli masyarakat. Masyarakat 
 yang daya belinya melemah hanya memikirkan kebutuhan makan. Tidak sempat 
 memikirkan kebutuhan yang lainnya ie. Kesehatan, pendidikan apalagi konsumsi 
 barang bermutu :-(
 
 
 
 Masyarakat yang berdaya beli cendrung memikirkan konsumsi lainnya selain 
 makan, dan ini menimbulkan gairah untuk menyediakan berbagai bentuk layanan 
 barang/jasa serta selalu mengadakan inovasi untuk kenyamanan pengguna. Dan 
 masyarakat yang melek terhadap perlunya memperbaiki layanan barang/jasa akan 
 mudah mengglobal.
 
 
 
 Salam
 
 
 
 RM
 
 
 
 --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Bali da Dave dfaj21@ wrote:
 
 
 
  Setuju dengan Bapak Agus...
 
  
 
  Rakyat Indonesia masih banyak yang gampang terkesima dengan produk luar 
  negeri. Begitu rupiah menguat, yang belanja sale di Singapore, Malaysia dan 
  impor produk luar lainnya sudah gak kira-kira. Kamera diskon di Singapore 
  aja di kejer beli. Lagi murah katanya...  harga turun (padahal gara-gara 
  kurs rupiah menguat).
 
  
 
  Beli kamera lokal kenapa sih? Oh iya...  lupa...  gak ada ternyata...  
  he he
 
  
 
  --- On Mon, 9/8/10, anton ms wardhana ari.ams03@ wrote:
 
  
 
  From: anton ms wardhana ari.ams03@
 
  Subject: [Keuangan] Menkeu Nilai Penguatan Rupiah Justru Merugikan
 
  To: ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com
 
  Received: Monday, 9 August, 2010, 11:06 PM
 
  
 
  artikel asli:
 
  http://www.kontan.co.id/nasional/news/43805/Menkeu-Nilai-Penguatan-Rupiah-Justru-Merugikan
 
  
 
  Senin, 09 Agustus 2010 | 19:25
 
  
 
  PENGUATAN NILAI RUPIAH
 
  
 
  *Menkeu Nilai Penguatan Rupiah Justru Merugikan*
 
  
 
  JAKARTA. Banyak orang berdebat mengenai dampak penguatan nilai rupiah.
 
  Pemerintah pun jarang sekali menyatakan sikapnya terhadap berapa nilai
 
  rupiah yang ideal. Tapi ternyata Menteri Keuangan Indonesia Agus
 
  Martowardojo, mempunyai pandangan yang jelas. Ia menilai, penguatan nilai
 
  tukar rupiah khususnya terhadap dollar Amerika justru merugikan Indonesia.
 
  
 
  Untuk itu, Agus mengatakan, pemerintah bersama Bank Indonesia akan melakukan
 
  sejumlah langkah inisiatif untuk menjaga agar Indonesia tetap kompetitif.
 
  “Penguatan rupiah sekarang di bawah Rp 9.000 memang akan membuat kondisi
 
  kita tidak akan kompetitif,” ucap Agus, Senin (9/8).
 
  
 
  Sayang, Agus Marto mengaku masih belum dapat menjabarkan langkah apa saja
 
  yang akan dilakukan baik oleh pemerintah maupun Bank Indonesia.
 
  
 
  Pendapat berbeda justru dikatakan Umar Juoro, Ekonom Center Indonesia for
 
  Development and Studies. Umar menilai, penguatan nilai tukar rupiah justru
 
  menunjukkan kepercayaan investor terhadap Indonesia. “Hal itu akan positif
 
  bagi perkembangan ekonomi selama investasi oleh investor asing dapat di
 
  dorong untuk sektor riil,” ucapnya.
 
  
 
  Martina Prianti
 
  
 
  -- 
 
  -
 
  save a tree, don't print this email unless you really need to
 
  
 
  
 
  [Non-text portions of this message have been removed]
 
  
 
  
 
  
 
  
 
  
 
  =
 
  Millis AKI mendukung kampanye Stop Smoking
 
  =
 
  Alamat penting terkait millis AKI
 
  Blog resmi AKI: www.ahlikeuangan-indonesia.com 
 
  Facebook AKI: http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045
 
  Arsip Milis AKI online: 
  http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com
 
  =
 
  Perhatian : 
 
  Untuk kenyamanan bersama, agar diperhatikan hal-hal berikut

Re: [Keuangan] Menkeu Nilai Penguatan Rupiah Justru Merugikan

2010-08-11 Terurut Topik Rachmad M
Lha kok gak kerasa kalau hampir semua tarikan nafas kita berbau import :-D

Kalau rupiah melemah, harga kedelai naik konskwensinya tahu/tempe anda beli di 
pasar ukurannya mengecil.

Harga BBM non subsidi akan bergerak dengan sendirinya.

Subsidi BBM Premium akan membengkak dengan sendirinya. Dan pemerintah segera 
membuat kebijakan kenaikan harga BBM. Akan diikuti kenaikan harga lainnya.

Terus dimana tidak terpengaruhnya daya beli masyarakat ?
Lagi pula penguatan itu hanya menguntungkan Pengusaha, bukan karyawan 
berpenghasilan tetap meski dia karyawan eksportir itu sekalipun :-(

Salam

RM



--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Bali da Dave dfa...@... wrote:

 Pelemahan mata uang = pelemahan daya beli, hanya kalau kita belinya barang 
 impor semua. Kalau barang dibuat di Indonesia semua, matauang kita melemah 
 seberapa pun dibanding barang impor, maka daya beli masyarakat seharusnya 
 sama saja.
 
 Dengan pelemahan daya beli impor, diharapkan ada penguatan daya produksi 
 lokal, yang ujung-ujungnya berarti penguatan daya beli impor juga nantinya. 
 
 Maka dibandingkan dengan saran anda, yang menggunakan subsidi untuk 
 menyarukan daya beli seolah lebih kuat (padahal daya produksi lokal lemah), 
 mending di lemahkan supaya daya produksi lokal semakin kuat. Lapangan kerja 
 makin besar dan artinya nanti konsumsi lokal juga semakin kuat.
 
 --- On Wed, 11/8/10, Rachmad M rachm...@... wrote:
 
 From: Rachmad M rachm...@...
 SPerlemahan mata uang sebenarnya adalah pelemahan daya beli, pelemahan 
 pendapatan perorang pertahun karena semua kita ukur dengan mata uang asing ie 
 US $
 
 
 
 Salam
 
 
 
   
   Switch to: Text-Only, Daily Digest • Unsubscribe • Terms of Use
 
 
 
 

 
   
   
   
 
 
 
  
 
 
 
 
  
 
   .
 
 

 
 
 
 
 
  
 
 
 
   
 
 
 
 
 
 
   
 
 [Non-text portions of this message have been removed]





Re: [Keuangan] Menkeu Nilai Penguatan Rupiah Justru Merugikan

2010-08-11 Terurut Topik Rachmad M
Coba pak dibuka-buka lagi data eksport kita mulai tahun 1930 sampai tahun 1940, 
data itu tercatat di buku karangan Sukarno Di Bawah Bendera Revolusi. 
Kemudian buka lagi data BPS dari tahun 1997 sampai 2004. Komposisinya gak 
berubah. eksport kita 200 % dari import.

Bedanya jaman Belanda hampir semua teknologi yang baru ditemukan langsung 
diterapkan di Indonesia, sementara kita saat ini sangat tertinggal :-(

Argumentasi perlemahan rupiah demi meningkatkan daya saing adalah argumentasi 
yang dibangun secara masif oleh rezim Suharto, karena ketidak mampuannya 
mengelola rupiah sehingga berulang harus di devaluasi. Padahal jelas pendapatan 
perkapita kita diukur dengan US $.

Korban dari devaluasi terjadi pada periode yang pendek yakni sampai 
ditemukannya kesetimbangan baru dalam hal tukar-menukar barang dan jasa. 
Korbannya adalah mereka yang berpenghasilan tetap ie. PNS/ABRI dan pensiunan. 
Mereka tidak mudah untuk mencapai penyesuaian baru sehingga cendrung korupsi 
dalam berbagai bentuknya.

Setelah tercapai kesetimbangan baru maka semua komposisi kembali dalam proporsi 
yang normal sehingga kalaupun diadakan Redenominasi 1  US$ menjadi RP. 9,- juga 
gak masalah selama semuanya dibagi  dengan suatu bilangan tetap dalam hal ini 
1.000,-

Tentu saja penguatan yang terjadi bukan penguatan yang dibuat-buat lho.


Salam

RM




--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Bali da Dave dfa...@... wrote:

 Berkali kali argumen yang diajukan adalah berfokus pada konsumsi lokal...  
 dengan mengandalkan barang impor yang murah. Kalau penduduk kita gak ada 
 kerjaan...  mau beli pake apa pak? 
 
 Kalau mata uang menguat tanpa ada peningkatan produksi lokal (ekspor), 
 berarti ini karena ada banyuak pinjaman luar negeri yuang masuk. Ini pinjaman 
 nantinya musti di bayar. Kalau gak bisa bayar, ntar kejadian macam tahun 1998 
 lagi. Asian financial crisis. Atau sama juga Greek Crisis 2010. Mereka punya 
 uang euro kuat tapi kemampuan produksi dalam negerinya lemah. Akibatnya 
 begitu pinjaman jatuh tempo mau dibayar langsung ekonomi berantakan. Banyak 
 yang jadi pengangguran mendadak karena bisnis-bisnis yang berfokus impor 
 tiba-tiba harus tutup.
 
 --- On Wed, 11/8/10, Rachmad M rachm...@... wrote:
 
 From: Rachmad M rachm...@...
 Subject: Re: [Keuangan] Menkeu Nilai Penguatan Rupiah Justru Merugikan
 To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
 Received: Wednesday, 11 August, 2010, 6:32 PM
 
 
 
 
 
 
 
  
 
 
 
   
 
 
 
   
   
   Lha kok gak kerasa kalau hampir semua tarikan nafas kita berbau import 
 :-D
 
 
 
 Kalau rupiah melemah, harga kedelai naik konskwensinya tahu/tempe anda beli 
 di pasar ukurannya mengecil.
 
 
 
 Harga BBM non subsidi akan bergerak dengan sendirinya.
 
 
 
 Subsidi BBM Premium akan membengkak dengan sendirinya. Dan pemerintah segera 
 membuat kebijakan kenaikan harga BBM. Akan diikuti kenaikan harga lainnya.
 
 
 
 Terus dimana tidak terpengaruhnya daya beli masyarakat ?
 
 Lagi pula penguatan itu hanya menguntungkan Pengusaha, bukan karyawan 
 berpenghasilan tetap meski dia karyawan eksportir itu sekalipun :-(
 
 
 
 Salam
 
 
 
 RM
 
 
 
 --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Bali da Dave dfaj21@ wrote:
 
 
 
  Pelemahan mata uang = pelemahan daya beli,
 
  
 
 
 
   
 
 
 
 
 
 
   
 
 [Non-text portions of this message have been removed]





Re: [Keuangan] Menkeu Nilai Penguatan Rupiah Justru Merugikan

2010-08-10 Terurut Topik Rachmad M
Memilih mata uang menjadi lemah adalah suatu kesalahan yang fatal. Yang benar 
adalah terus dijaga pada nilainya dan kalau perlu diperkuat secara gradual 
sampai yang namanya subsidi hilang dengan sendirinya. Setelah hilang subsidi 
dan semua berada pada kesetimbangan baru, baru kita mikir mempertahankannya dan 
bukan melemahkannya.

Kenapa ?

Namanya juga melemah dan ini juga melemahkan daya beli masyarakat. Masyarakat 
yang daya belinya melemah hanya memikirkan kebutuhan makan. Tidak sempat 
memikirkan kebutuhan yang lainnya ie. Kesehatan, pendidikan apalagi konsumsi 
barang bermutu :-(

Masyarakat yang berdaya beli cendrung memikirkan konsumsi lainnya selain makan, 
dan ini menimbulkan gairah untuk menyediakan berbagai bentuk layanan 
barang/jasa serta selalu mengadakan inovasi untuk kenyamanan pengguna. Dan 
masyarakat yang melek terhadap perlunya memperbaiki layanan barang/jasa akan 
mudah mengglobal.

Salam

RM

--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Bali da Dave dfa...@... wrote:

 Setuju dengan Bapak Agus...
 
 Rakyat Indonesia masih banyak yang gampang terkesima dengan produk luar 
 negeri. Begitu rupiah menguat, yang belanja sale di Singapore, Malaysia dan 
 impor produk luar lainnya sudah gak kira-kira. Kamera diskon di Singapore aja 
 di kejer beli. Lagi murah katanya...  harga turun (padahal gara-gara kurs 
 rupiah menguat).
 
 Beli kamera lokal kenapa sih? Oh iya...  lupa...  gak ada ternyata...  he 
 he
 
 --- On Mon, 9/8/10, anton ms wardhana ari.am...@... wrote:
 
 From: anton ms wardhana ari.am...@...
 Subject: [Keuangan] Menkeu Nilai Penguatan Rupiah Justru Merugikan
 To: ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com
 Received: Monday, 9 August, 2010, 11:06 PM
 
 artikel asli:
 http://www.kontan.co.id/nasional/news/43805/Menkeu-Nilai-Penguatan-Rupiah-Justru-Merugikan
 
 Senin, 09 Agustus 2010 | 19:25
 
 PENGUATAN NILAI RUPIAH
 
 *Menkeu Nilai Penguatan Rupiah Justru Merugikan*
 
 JAKARTA. Banyak orang berdebat mengenai dampak penguatan nilai rupiah.
 Pemerintah pun jarang sekali menyatakan sikapnya terhadap berapa nilai
 rupiah yang ideal. Tapi ternyata Menteri Keuangan Indonesia Agus
 Martowardojo, mempunyai pandangan yang jelas. Ia menilai, penguatan nilai
 tukar rupiah khususnya terhadap dollar Amerika justru merugikan Indonesia.
 
 Untuk itu, Agus mengatakan, pemerintah bersama Bank Indonesia akan melakukan
 sejumlah langkah inisiatif untuk menjaga agar Indonesia tetap kompetitif.
 “Penguatan rupiah sekarang di bawah Rp 9.000 memang akan membuat kondisi
 kita tidak akan kompetitif,” ucap Agus, Senin (9/8).
 
 Sayang, Agus Marto mengaku masih belum dapat menjabarkan langkah apa saja
 yang akan dilakukan baik oleh pemerintah maupun Bank Indonesia.
 
 Pendapat berbeda justru dikatakan Umar Juoro, Ekonom Center Indonesia for
 Development and Studies. Umar menilai, penguatan nilai tukar rupiah justru
 menunjukkan kepercayaan investor terhadap Indonesia. “Hal itu akan positif
 bagi perkembangan ekonomi selama investasi oleh investor asing dapat di
 dorong untuk sektor riil,” ucapnya.
 
 Martina Prianti
 
 -- 
 -
 save a tree, don't print this email unless you really need to
 
 
 [Non-text portions of this message have been removed]
 
 
 
 
 
 =
 Millis AKI mendukung kampanye Stop Smoking
 =
 Alamat penting terkait millis AKI
 Blog resmi AKI: www.ahlikeuangan-indonesia.com 
 Facebook AKI: http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045
 Arsip Milis AKI online: 
 http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com
 =
 Perhatian : 
 Untuk kenyamanan bersama, agar diperhatikan hal-hal berikut: 
 - Dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor posting sebelumnya
 - Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. Anggota 
 yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas
 - Saran, kritik dan tulisan untuk blog silahkan kirim ke 
 ahlikeuangan-indonesia-ow...@...! Groups Links
 
 
 
 
 
 
   
 
 [Non-text portions of this message have been removed]





Re: [Keuangan] Nilai Pecahan Rupiah Bakal Dipangkas? (perlukah ?)

2010-08-03 Terurut Topik Rachmad M

Manfaat Redenominasi ?

Dalam era globalisasi ini, perdagangan antar negara tak lagi mungkin dibatasi. 
Bahkan menyatukan mata uangpun bukan suatu masalah. Ada perbedaan mata uang 
yang ribuan kali akan menyulitkan mesin-mesin penghitung otomatis.

Ambil contoh saja pompa bensin. Disana tertera harga satuan yang terdiri dari 4 
digit, jumlam liter dan harga total yang harus dibayar. Jika harga BBM Pertamax 
Plus melebihi 9.999 maka perhitungan tidak bisa dilakukan secara otomatis 
ie perlu kalkulator :-)

Di era yang akan datang akan banyak sekali peralatan semacam ini seperti 
ticketing MRT, mesing minuman otomatis dan mungkin juga ada alat-alat lain yang 
serba otomatis.

Untuk menghindari memodifikasi peralatan-peralatan itulah nampaknya 
redenominasi perlu mulai dipikirkan.


Salam

RM


--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, heriseti...@... wrote:

 Sepertinya sudah ada jawabannya Mas
 
 http://bisniskeuang an.kompas. com/read/ 2010/08/03/ 07595556/ Menkeu.Bantah. 
 Pecahan.Rupiah. Dipangkas
 
 Sent from my BlackBerry®
 powered by Sinyal Kuat INDOSAT
 
 -Original Message-
 From: tandewi wie_...@...
 Sender: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
 Date: Tue, 3 Aug 2010 05:32:16 
 To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
 Reply-To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
 Subject: Re: [Keuangan] Nilai Pecahan Rupiah Bakal Dipangkas?
 
 Sebenere, yg sy pingin banget2 tau,

 Apa ya alesan redenominasi ini?

 

 Klo cuma utk memudahkan perhitungan atau penulisan...kok yak ngak mateng 
 perencanaanya...toh slama ini, dlm financial report jg sdh ditulis keterangan 
 dlm ribuan atau dlm jutaan kecuali utk hrg saham...

 

 Apalagi sudah dihembusi gini melalui media massa...oalaaahhh...udh mau hari 
 raya aja,hrg2 kebutuhan sdh melambung, apalagi dihembusi isu ini, bisa2 makin 
 terbang bebas hrg2 kebutuhan...

 

 Rakyat kecil spt saya cuma bisa bengong dan merenungi nasib...

 

 Mungkin ada para pakar ekonomi di milis ini,yg berkenan membantu dan memberi 
 pencerahan...

 

 

 Rdgs

 Tan

 

 

 

 

 Sent from my BlackBerry®

 

 -Original Message-

 From: Eko Prasetiyo ekopraset...@...

 Sender: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com

 Date: Tue, 3 Aug 2010 11:23:55 

 To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com

 Reply-To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com

 Subject: Re: [Keuangan] Nilai Pecahan Rupiah Bakal Dipangkas?

 

 trs klo barang yg harganya 1800 ato 2300 apa akan dibulatkan jd 2 dan 3?

 akar masalah nilai uang bukannya inflasi?

 klo pun sekarang dilakukan redenominasi lalu inflasi terus digenjot

 dlm bbrp puluh tahun akan sama seperti sekarang lagi kan?

 

 On 8/3/10, tandewi wie_...@... wrote:

  Imho..

 

  Harus jg diikuti dengan pengawasan ketat thdp pasar,krn klo tidak, ada

  kemungkinan pengusaha/pedagang yg berusaha curi2 kesempatan dlm

  pelaksanaan redenominasi ini..

 

  Okelah dikatakan secara teorinya diberlakukan program

  redenominasi,dimana,misal Rp 1000 menjadi Rp 1, seharusnya hrg2 barang ndak

  berpengaruh toh, tinggal buang 3 angka 0 nya..

  Tp takutnya dipasar hrg barang menjadi katakan Rp 2 atau 1.5...dgn alasan

  produksi mahal atau ketidaktahuan masyarakat umum apa itu redenominasi,yg

  dimanfaatkan segelintir pengusahaan nakal...jdnya apa ndak malah memicu

  inflasi? Keterpurukan ekonomi? Krn masyarakat yg sdh lemah daya beli,makin

  ga sanggup utk membeli...

 

  Jd menurut sy, redenominasi ini alangkah baiknya, digodok mateng2 dulu, baru

  dihembuskan ke masyarakat,jgn spt skrg...sbagian masyarakat yg denger or

  baca berita itu, udh mulai panik, duitnya mau dipotong dan dlm benak

  mereka akan terjadi seperti tahun2 dulu yg perna terjadi devaluasi..lama2

  kasian masyarakat kita,hidup dalam ketakutan terus :'(

 

 

  cmiiw..

  Mohon pencerahan dr yg lain...

 

  Rdgs,

  Tan

 

 

 

  Sent from my BlackBerry®

 

  -Original Message-

  From: Rachmad M rachm...@...

  Sender: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com

  Date: Tue, 03 Aug 2010 01:49:26

  To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com

  Reply-To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com

  Subject: Re: [Keuangan] Nilai Pecahan Rupiah Bakal Dipangkas?

 

  Saya pikir perlu tenggang waktu dimana uang lama dan uang baru tetap

  berlaku. Masyarakat diberi pilihan menerima uang lama atau uang baru.

 

  Masalah baru timbul jika ternyata masih beredar uang dibawah 10 rupiahan

  dimasyarakat karena 10 rupiah uang lama akan sama dengan 1 sen uang baru.

  Selama itu memang sudah gak berlaku, maka tidak ada masalah untuk

  menerapkannya.

 

  Salam

 

  RM

 

  --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Ismed Hasibuan

  ismed.hasibuan@ wrote:

 

  OK..Redenominasi itu berbeda dengan yang disebut dengan Sanering. Jika

  redenominasi itu adalah pemotongan nilai mata uang menjadi lebih kecil

  tanpa mengubah nilai tukarnya. Sedangkan sanering adalah pemotongan

  nilai mata uang suatu menjadi lebih kecil tanpa jaminan tidak berubahnya

Re: [Keuangan] Nilai Pecahan Rupiah Bakal Dipangkas?

2010-08-02 Terurut Topik Rachmad M

Kalau menurut saya tampilnya Rizal Ramli di Metro TV dengan tulisan-tulisan 
disekitarnya seperti Awas Uang Anda Dipotong jelas merupakan politisasi 
terhadap kebijakan Redenominasi.

Saya pikir Redenominasi gak akan menimbulkan banyak masalah selama dilakukan 
dalam kurun waktu yang agak panjang. Biarkan uang lama dan uang baru berlaku 
bersamaan sehingga masyarakat gak kaget. Mulai lagi mengenali uang sen. dimana 
10 sen uang baru = 100 rupiah uang lama.

banyak untungnya menerapkan redenominalisasi antara lain mesing-mesing 
penghitung otomatis seperti Pompa Bensin, Kasir, atau mesin-mesin lainnya gak 
perlu terlalu banyak modifikasi.

Salam

RM





--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, anton ms wardhana 
ari.am...@... wrote:

 kalo menurut saya kok kesannya berita tadi muncul kecolongan, ya mas..
 entah kecolongan betul, kelepasan omong,  atau malah takut sendiri akan
 kemungkinan dampak beritanya.. yang jelas sekarang sudah ada bantahan di
 kontan (artikel kompas tadi kan ambil berita dari kontan)
 
 judulnya:
 
 Redenominasi Belum Akan Diterapkan Dalam Waktu
 Dekathttp://www.kontan.co.id/index.php/keuangan/news/43121/Redenominasi-Belum-Akan-Diterapkan-Dalam-Waktu-Dekat
 http://www.kontan.co.id/index.php/keuangan/news/43121/Redenominasi-Belum-Akan-Diterapkan-Dalam-Waktu-Dekat
 
 
 dan ini
 
 Menkeu Bantah Redenominasi
 Rupiahhttp://www.kontan.co.id/index.php/keuangan/news/43178/Menkeu-Bantah-Redenominasi-Rupiah
 http://www.kontan.co.id/index.php/keuangan/news/43178/Menkeu-Bantah-Redenominasi-Rupiah
 
 
 padahal dari sore tadi, berita soal redenominasi ini tayang di detik dan
 kompas cukup lama.
 bahkan kompas masih pasang judul yang tadi, belum ada bantahan yang dua di
 kontan ini.
 
 saya sendiri terus terang masih belum mengerti apa bedanya sanering dan
 redenominasi. mengapa yang satu bahaya yang satu (katanya) ngga bahaya.
 buat orang kecil kayak saya, sama-sama nolnya menggelinding :(
 
 *BR, ari.ams*
 
 
 
 Pada 2 Agustus 2010 20.07, Yadi Setiadi y.seti...@... menulis:
 
 
  Mungkin ada yang tahu: apa sih latar belakang yang sebenarnya dari
  pemerentah lempar2 isu redenominasi ini? Meminjam istilah Rizal Ramli:
  tidak ada hujan tdk ada angin, tiba2 ada wacana denominasi/sanering???
 
  Apa ada pihak2 yang mau kejar setoran-kah??
 
  Mohon pencerahan rekan2 semua, karena saya membayangkan yang terjadi adalah
  sanering, bukan redenominasi. Apalagi kalo mengingat perilaku masyarakat
  kita yg mudah terbawa rumor,,,
 
  Salam
  YS
 
 
 
 
  -Original Message-
  From: tandewi wie_...@...
  Sender: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
  Date: Mon, 2 Aug 2010 12:44:04
  To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
  Reply-To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
  Subject: Re: [Keuangan] Nilai Pecahan Rupiah Bakal Dipangkas?
 
  Perlu sosialisasi dan pengawasan yg bener dan menyeluruh nih, klo ngak
  bisa2 tujuan awal redenominasi tp praktek pasar sanering :(
 
  Akibatnya inflasi makin tinggi,pasar kacau krn ketidak mengertian
  masyarakat soal redenominasi ini, masyarakatkan tau itu rupiah dipotong
  disulut dikit aja sm brita miring, panik bersama deh.
 
 
  Rdgs
  Tan
 
 
  Sent from my BlackBerry®
 
  -Original Message-
  From: anton ms wardhana ari.am...@...
  Sender: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
  Date: Mon, 2 Aug 2010 19:35:22
  To: ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com
  Reply-To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
  Subject: [Keuangan] Nilai Pecahan Rupiah Bakal Dipangkas?
 
  artikel asli:
 
  http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/08/02/09320316/Nilai.Pecahan.Rupiah.Bakal.Dipangkas-8
 
  *REDENOMINASI RUPIAH*
  Nilai Pecahan Rupiah Bakal Dipangkas?
  Senin, 2 Agustus 2010 | 09:32 WIB
 
 
 -- 
 -
 save a tree, don't print this email unless you really need to
 
 
 [Non-text portions of this message have been removed]





Re: [Keuangan] Nilai Pecahan Rupiah Bakal Dipangkas?

2010-08-02 Terurut Topik Rachmad M
Saya pikir perlu tenggang waktu dimana uang lama dan uang baru tetap berlaku. 
Masyarakat diberi pilihan menerima uang lama atau uang baru.

Masalah baru timbul jika ternyata masih beredar uang dibawah 10 rupiahan 
dimasyarakat karena 10 rupiah uang lama akan sama dengan 1 sen uang baru. 
Selama itu memang sudah gak berlaku, maka tidak ada masalah untuk menerapkannya.

Salam

RM

--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Ismed Hasibuan 
ismed.hasib...@... wrote:

 OK..Redenominasi itu berbeda dengan yang disebut dengan Sanering. Jika
 redenominasi itu adalah pemotongan nilai mata uang menjadi lebih kecil
 tanpa mengubah nilai tukarnya. Sedangkan sanering adalah pemotongan
 nilai mata uang suatu menjadi lebih kecil tanpa jaminan tidak berubahnya
 nilai tukarnya.. Dalam redenominasi, uang Rp 10.000 dipotong menjadi Rp
 10, dengan harga barang yang semula Rp 10.000 juga berubah menjadi
 seharga Rp 10. cita2nya sih begitu..!!!
 
 Konon kabarnya program sanering itu dilakukan karena ekonomi negara itu
 sangat buruk yang mendekati ambruk karena hiper inflasi. Sedangkan
 program redenominasi itu dilakukan bukan karena ekonomi negara itu buruk
 serta bukan karena hiper inflasi. Namun semata-mata hanya karena tujuan
 efisien penulisan dan pembukuan sajadg Tiga persyaratan yaitu:
 kondisi ekonomi yang stabil, inflasi yang terjaga rendah, dan adanya
 jaminan stabilitas harga
 
 Kalau pemotongan sejumlah digit nominal mata uang pada program
 redenominasi itu ternyata berpotensi meleset, dalam arti ada TIDAK ADA
 penyesuaian harga berdasarkan nominal baru itu??? karena para
 pedagang agak takut2 menurun kan harga barang karena (merasa) takut akan
 rugi? Juga apakah nanti pedagang di pelosok daerah bisa well informed
 secepatnya, kalo gak, kasihan rakyat yg penghasilannya kecil? Siapa yg
 akan memantau stabilitas harga? Sedangkan sekarang aja Pemerintah gak
 berkutik dg para spekulan/penumbun barang dll..???
 
 Bagaimana dengan Zimbabwe yg juga melakukan redenominasi? Kayaknya
 ekonomi mereka juga tidak membaik...???
 
 Mohon pencerahannya para pakar disini...
 
 Salam
 
 
 
 
 -Original Message-
 From: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
 [mailto:ahlikeuangan-indone...@yahoogroups.com] On Behalf Of anton ms
 wardhana
 Sent: Monday, August 02, 2010 7:35 PM
 To: ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com
 Subject: [Keuangan] Nilai Pecahan Rupiah Bakal Dipangkas?
 
 artikel asli:
 http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/08/02/09320316/Nilai.Pecahan.
 Rupiah.Bakal.Dipangkas-8
 
 *REDENOMINASI RUPIAH*
 Nilai Pecahan Rupiah Bakal Dipangkas?
 Senin, 2 Agustus 2010 | 09:32 WIB
 
 *JAKARTA, KOMPAS.com -* Isu pemotongan nilai pecahan rupiah sebenarnya
 sudah
 banyak beredar, terutama sejak nilai tukar rupiah melorot 4-5 kali lipat
 terhadap dollar Amerika Serikat. Beberapa kali juga pemerintah membantah
 isu
 pemotongan rupiah yang sempat membuat trauma banyak orang Indonesia pada
 tahun 1950 dengan menggunting uang menjadi setengahnya.
 
 Tapi kini Bank Indonesia benar-benar sudah berancang akan melakukan
 pemotongan atau istilah kerennya redenominasi rupiah. Tapi dalam
 redenominasi nilai tukar yang terjadi hanya pemotongan nilai pecahan
 mata
 uang untuk menjadi lebih kecil tanpa mengubah nilai tukarnya.
 
 Gubernur BI terpilih Darmin Nasution mengatakan, saat ini BI tengah
 menggodok wacana mengenai redenominasi nilai tukar rupiah. BI sedang
 menyiapkan sejumlah hal agar nilai Rp 1 itu lebih berarti, ujar Darmin,
 Sabtu (31/7/2010).
 
 Ia menambahkan, rencana redenominasi nilai tukar ini nantinya akan
 dibahas
 terlebih dahulu dengan pemerintah dan DPR. Harus melalui Dewan
 Perwakilan
 Rakyat baru nanti kita sosialisasikan, jelasnya.
 
 Dalam redenominasi, akan ada pemotongan angka nol pada nilai mata uang.
 Pemotongan nol biasanya tiga buah di belakang. Misalnya pecahan Rp
 100.000
 dipangkas 3 angka nolnya akan menjadi Rp 100.
 
 Tapi Darmin mengatakan belum bisa memutuskan berapa jumlah angka nol
 yang
 akan dipotong. Belum bisa diputuskan sekarang berapa angka nol yang
 akan
 dikurangi, apakah tiga atau empat. Namun, hasil pembahasan akan
 diusahakan
 disampaikan ke pemerintah tahun ini, janji mantan Dirjen pajak ini.
 
 Sebenarnya, proses untuk melakukan redenominasi nilai tukar membutuhkan
 waktu sekitar empat hingga lima tahun.
 
 Menurut Deputi Gubernur BI Budi Rochadi, setidaknya ada tiga persyaratan
 yang harus dipenuhi jika ingin melakukan penyederhanaan satuan nilai
 tukar.Tiga persyaratan itu adalah kondisi ekonomi yang stabil, inflasi
 yang
 terjaga rendah, dan adanya jaminan stabilitas harga.
 
 Selain itu, untuk melakukan redenominasi nilai tukar juga dibutuhkan
 penarikan uang yang beredar di masyarakat secara bertahap. Hal yang
 paling
 sulit dilakukan dengan cepat dan mudah adalah sosialisai kepada seluruh
 masyarakat Indonesia yang mencapai ratusan juta jiwa, jelasnya.
 *(Herlina
 Kartika, Sofyan Nur Hidayat/Kontan)*
 -- 
 -
 save a tree, don't print this email unless you 

Re: [Keuangan] Nilai Pecahan Rupiah Bakal Dipangkas?

2010-08-02 Terurut Topik Rachmad M
Manfaat lain tentu saja dalam era globalisasi kita perlu alat-alat penghitung 
otomatis yang tidak perlu banyak modifikasi. Misal Pompa Bensin, Ticketing MRT, 
Mesin Minum otomatis etc.

Tanpa redenominasi, jika harga pertamax diatas 9.999 rupiah seluruh pompa 
bensin perlu dimodifikasi karena digit harga satuannya gak cukup :-)

Salam

RM

--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Dody Dharma Hutabarat 
dody.hutaba...@... wrote:

 Mas Agung,
 
 
 Kalau redenominasi berhasil, selain utk akunting  sistem pembayaran, dalam
 jangka panjang dampaknya juga akan bagus.
 Rupiah jadi lebih pede.
 Kalau kini satu dollar = Rp. 9.000,-, nantinya satu dollar = Rp.9,-
 
 Dalam jangka pendek harus hati2.
 Agar diantisipasi kemungkinan pedagang melakukan round up harga.
 Jika harga saat ini Rp.9.000, mestinya dalam nominal baru menjadi Rp. 9,-
 Namun karena praktik round up harganya menjadi Rp. 10,-
 Akibatnya timbul inflasi 11% tanpa faktor lain selain round up itu sendiri.
 Dan round up di hulu akan terus terbawa sampai ke hilir.
 Repotnya, pengeluaran round up, sementara penghasilan tetap.
 
 Sebagai antisipasi, usulan pak Rachmad utk menggunakan uang lama  uang baru
 bagus.
 Selain itu, toko/pedagang/merchant juga bisa mencantumkan dua harga.
 
 Btw, kalau isu ini isu lama, mungkin bisa di-share kajian BI tentang
 redenominasi ini.
 Selain topik ini sudah jadi pembicaraan publik, juga untuk memberikan
 informasi yg sejelas2nya kepada masyarakat.
 Mungkin informasi yg sampai di masyarakat saat ini baru sebagian kecil dari
 yg diketahui BI.
 
 Salam,
 Dody
 
 
 
 
 
 2010/8/3 agungpurw...@...
 
 
 
  Isu ini sebenarnya bukan isu baru di lingkungan intern BI. Kalo gak salah
  sudah muncul sejak jaman Burhanuddin Abdullah.
  Redenominasi berbeda dengan sanering. Kalo sanering, nilai uang turun,
  namun kalau redenominasi nilainya tetap, cuman jumlah angka 0 nya yang
  berkurang.
  Tujuan policy ini lebih ke arah fungsi akunting dan sistem pembayaran.
  Simplenya...untuk penyederhanaan. Bayangkan biaya sistem informasi yang
  dihemat. Memang ada implikasinya. Justru itu yang akan dipersiapkan dan
  disosialisasikan dengan hati-hati.
 
  Salam
  Agung
   __._,_.__
 
 
 
 [Non-text portions of this message have been removed]





Bls: [Keuangan] Re: Ini bukan soal Sri Mulyani

2010-05-08 Terurut Topik Rachmad M
Cara termudah, matikan televisi. Biarlah para narsis dan eksibionis itu 
beronani dengan hasrat megalomaniaknya sendiri. Diam-diam kita mengutuk, tapi 
tetap menikmatinya. maka, mari matikan saja televisi, karena dibanding 
manfaatnya, mudharatnya lebih banyak. 


Mas Pras,

Mematikan TV sih gampang dilakukan. Yang sulit adalah banyak pihak yang 
meyakini kebenaran produk politik paripurna DPR (Angket) secara membabi buta. 
Kebenaran ini mereka samakan dengan kebenaran saat anggota DPR mengesahkan 
sebuah Undang-Undang atau APBN yang dengan sendirinya mempunyai kekuatan hukum. 
Dengan pola pikir ini, maka merekapun merasa punya alasan agar perangkat hukum 
mengeksekusi kebenaran mutlak yang telah diputuskan lewat sidang paripurna. 
ini masalahnya.


Salam

RM


--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, prastowo prastowo sesaw...@... 
wrote:

 Salam,
 Selama ini kita (kalau boleh saya menggeneralisasi) memang terjebak (atau 
 persisnya dijebak) oleh sebuah kekuatan besar yang seolah mengharuskan kita 
 masuk dalam pro-kontra dan cara berpikir biner : A atau Non A, kawan atau 
 lawan, dll. Agak saya sederhanakan, mengutip Imam Wahyudi - ketua Asosiasi 
 Jurnalis Televisi Indonesia - media televisi sudah menjadi korban rating 
 untuk keperluan iklan. Jadi rasionalitas publik sudah digerus oleh keperluan 
 mendapatkan profit, maka yang berlaku adalah hukum kebenaran adalah apa yang 
 disampaikan berulang-ulang. Jadilah berita (Century, Gayus, Susno, dll) 
 diulang-ulang sedemikian rupa sehingga yang terjadi adalah inflasi INTENSITAS 
 bukan KUALITAS.
 
 Menilik posisi SMI di kasus Century, sejak awal meski saya berada pada posisi 
 kontra bail-out, secara yuridis saya berpendapat bahwa kebijakan itu secara 
 hukum sah karena didasarkan pada aturan yang menjadi hukum positif saat itu. 
 Namun melihat kebijakan ini sebagai rangkaian yang memunculkan dugaan ada 
 penyalahgunaan kewenangan yang berpotensi merugikan keuangan negara, proses 
 politik dan proses hukum pun sah untuk dijalankan, bukan pada kebijakannya 
 tetapi pada ada tidaknya potensi kerugian negara. Jika tidak terbukti secara 
 hukum, bukankah akan lebih baik bagi semua pihak karena sudah menempuh apa 
 yang seharusnya dilakukan.
 
 Maka tegangan yang kemarin terjadi bisa kita tempatkan dalam konteks tegangan 
 teknokratisme vs kontrol demokratis. Apa yang disampaikan mbak Dyah saya 
 kira berada pada ranah ini. Di satu sisi kaum profesional cenderung apolitis, 
 dan sebaliknya politisi lebih mengedepankan intrik/trik/lobby dan mengabaikan 
 kapabilitas personal.
 
 Hemat saya persoalannya meletak pada format politik kita yang memang masih 
 berada pada demokrasi prosedural. Kita surplus demokrasi tapi defisit 
 politik. Praktik yang terjadi hari-hari ini bukanlah kebajikan politik 
 melainkan buah surplus demokrasi prosedural. Setidaknya politik sebagai 
 sebuah seni bernegosiasi, mencari alternatif, dan mengambil keputusan atas 
 dasar persetujuan bersama ( deliberasi ), masih jauh panggang dari api. 
 Politisi kita masih berada di level selebriti, menikmati layar kaca sebagai 
 pentas, bukan panggung diskursus. Bahaya tontonan layar kaca adalah adanya 
 eksploitasi sepihak tanpa adanya umpan balik. Demokrasi kini dikuasai kaum 
 medioker, yang sama sekali tak cakap dan tak layak menjadi pemimpin. Politisi 
 (dan pemimpin kita ) menyukai repetisi, karena ini dangkal, mudah dilakukan, 
 dan mengecoh. Ia bak gincu demokrasi, sekedar lipstik yang menipu, karena 
 bahayanya sedemikian jelas: koruptor dan ulama bisa bicara satu panggung,
  maling dan penegak hukum, serta bandit dan aktivis sosial seolah dilebur 
 dalam satu wadah tanpa batas. Ini jelas berbahaya.
 
 Cara mengikisnya dengan memori. Artinya ya mengembalikan rasionalitas pada 
 politik ( baca: pendidikan politik ). Merehabilitasi politik yang kini 
 diguncang ulah dan sikap para elite politik. Kita harus awasi proses politik 
 sejak awal, rekrutmen politik harus terbuka dan bisa dipertanggungjawabkan, 
 jangan sampai partai politik menjadi perusahaan, apalagi dinasti. Saya setuju 
 dikotomi profesional - politisi diakhiri, karena ini lebih sering mengecoh. 
 Yang dibutuhkan adalah bagaimana semua bisa bekerja secara profesional, dan 
 hasilnya bisa dipertanggungjawabkan secara politik. SMI saya kira tidak 
 apolitis - sejauh saya baca dalam wawancara yang cukup panjang dan substantif 
 dengan majalah PRISMA. Saya mengkritik kapitalisme dan neoliberalisme, tapi 
 sekedar menyangkokkan label 'neolib' dijidat SMI atau Boediono adalah bukan 
 cara intelek yang bisa dipertanggungjawabkan. Apa bedanya kita dengan Suharto 
 dan Orba terhadap PKI jika demikian?
 
 Saya sendiri tidak tahu dari mana harus memulai. Tapi ibarat sebuah tontonan, 
 layar tertutup tanda paripurnanya pertunjukan. Semua akan kembali menjadi 
 aslinya. Apa yang tampak indah di panggung adalah benar2 sandiwara. Cara 
 termudah, matikan televisi. Biarlah para narsis dan eksibionis itu beronani 
 dengan hasrat 

[Keuangan] Kemiskinan Struktural was : Rhenald Kasali: Ekonomi RI Tanpa Sri Mulyani

2010-05-06 Terurut Topik Rachmad M
He,

Setahu saya kesejahteraan hanya akan terjadi jika manusia mampu saling bertukar 
barang/jasa secara adil. Saling mengisi agar kekurangan dan kelebihan bisa  
bisa saling mengisi di berbagai bidang kebutuhan umat manusia agar sejahtera.

Untuk melakukan ini cuma ada tiga cara :

1. Dengan gotong royong. Segala bentuk pertukaran tanpa tanda uang. Pertukaran 
barang dan jasa didasarkan oleh kebersamaan, saling tolong menolong dengan 
prisip berat sama dipikul ringan sama dijinjing :-)
Hal ini berakibat masyarakat yang bertaransaksi barang/jasa tidak pegang uang 
sebagai alat pertukaran dengan kelompok lain diluar lingkunganya. Hal ini juga 
saya tenggarai mengakibatkan timbulnya kaum urban atau jadi TKI guna tenaga 
yang sama di tandai dengan 'uang' sebagai alat tukar yang berlaku umum.

2. Subsidi : Pertukaran tidak diukur dengan nilai sebenarnya dari setiap barang 
atau jasa yang saling dipertukarkan. Biasanya cara ini ditempuh guna 
menjembatani dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern. Sebagian 
harga yang harusnya ditanggung pengguna jasa di bayar oleh pemerintah. hal ini 
juga berakibat sistem pengupahan yang berbeda dengan pihak diluar lingkungannya 
karena sebagian besar kebutuhannya ditopang oleh subsidi.

3. Pasar Bebas : Setiap barang dan jasa dipertukarkan dengan nilai
sebenarnya dari barang atau jasa yang ada di pasar. Cari untung terlalu  
banyak hilang konsumen. Jual terlalu murah bangkrut produsen.  Konsumen 
dan produsen saling menghitung untung ruginya memanfaatkan barang/jasa yang 
tersedia dipasar :-)

Sri Mulyani dan Budiono mencoba membawa kita kearah tukar-menukar barang dengan 
harga sebenarnya, hanya saja masih banyak yang meragukan bahwa langkah ini 
tepat untuk Indonesia.

Langkah yang dilakukan sebenarnya sangat baik mengingat problem kemiskinan 
negeri ini adalah kemiskinan strutural. Bukan kemiskinan natural atau 
kemiskinan kultural. Secra natural, alam Indonesia sangat kaya raya, sampir 
setiap jenis energi yang ada dimuka bumi kita miliki dan juga pangan hayati dan 
nabati begitu banyak ragamnya :-)

Demikian juga secara kultur, bangsa ini termasuk rajin dan tidak suka 
mabuk-mabukan atau foya-foya. Sayangnya SMI dan Budiono malah di perlakukan 
seperti yang ditulis Rhenald Kasali.

Banyak yang ingin penyelesaian masalah kemiskinan tak ubahnya pengentasan 
kemiskinan di negara-negara dunia ketiga yang baik secara natural maupun 
kultural miskin.

Untuk itu saya salut pada Sri Mulyani dan juga Budiono :-)

Salam

RM



--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, wa idl waidl2...@... wrote:

 Dear all,
 
 Saya membaca tulisan Rhenald Kasali, tidak ada yang substantif. Dia hanya 
 berbicara 2 hal. Pertama, Bank Dunia adalah ukuran kebaikan, prestasi, dan 
 pokoknya ukuran absolut termasuk dalam hal kinerja. Barang siapa yang 
 diterima baik oleh Bank Dunia, maka dia adalah orang terbaik. Di sini Sri 
 Mulyani adalah orangnya. Sebagai akibatnya, siapapun yang kritis terhadap Sri 
 Mulyani, maka orang tersebut adalah politisi yang sok tahu tentang ekonomi. 
 Dan kedua, yang berhak berbicara tentang ekonomi, termasuk mengkritik 
 kebijakan ekonomi, adalah hanya para ekonom. Rakyat kecil tidaklah perlu 
 bicara, apalagi menuntut pemidanaan sebuah kebijakan. (Ini perdebatan apakah 
 sebuah kebijakan bisa dipidanakan atau tidak. Yang kira-kira intinya 
 berujung: kebijakan seorang penguasa pastilah benar dan tidak boleh 
 dipidanakan, meskipun terindikasi koruptif).
 
 Selain Kasali, selama 2 hari ini ada banyak pemujaan yang berlebihan kepada 
 Sri Mulyani, yang jika ditarik akan menjadi pemujaan terhadap Bank Dunia. 
 Tetapi, belum ada yang berbicara, termasuk Kasali, hal-hal yang sifatnya 
 lebih substantif. Misalnya: apa prestasi sri mulyani dan bank dunia bagi 
 indonesia dan terutama rakyat kecil? Remunerasi jelas gagal dan tidak 
 membuahkan kinerja yang baik, bahkan kinerja pajak ketahuan dimaling, 
 penerbitan SUN dan SUKUK 
 dengan bunga besar yang dibeli sebagian besar asing dan sekaligus merupakan 
 hot money yang setiap saat menjadi capital flight yang mengancam dan mendera 
 indonesia, 
 stimulus fiskal yang tidak memberi stimulus bagi pertumbuhan ekonomi 
 rakyat, dan banyak lagi. Kepada bank dunia, indonesia harus mengalokasikan 
 dana besar 
 bahkan untuk nyahur utang yang belum dipakai, mengurangi subsidi rakyat, dan 
 menghindari alokasi dana untuk pertumbuhan ekonomi rakyat. 
 
 Berilah penjelasan yang rasional, sehingga enak kalau mau angkat topi kepada 
 Sri Mulyani misalnya.
 
 Wassalam,
 
 
 Waidl
 
 
 
 
 
 
 
 
 Dari: prastowo prastowo sesaw...@...
 Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
 Terkirim: Kam, 6 Mei, 2010 10:22:31
 Judul: Bls: [Keuangan] Rhenald Kasali: Ekonomi RI Tanpa Sri Mulyani
 
   
 Betul, bangsa ini juga harus belajar memilih dan memilah, agar mendewasa. 
 Bahwa Ibu Sri Mulyani terkait persoalan Bank Century, biarlah itu 
 diselesaikan oleh KPK yang memang berwenang untuk 

[Millis AKI- stop smoking] Kenaikan TDL Perlukah ?

2010-04-26 Terurut Topik Rachmad M
Agak mengherankan juga setelah hampir 15 tahun reformasi ternyata kita masih 
berkutat tentang kenaikan harga utamanya produk-produk yang dihasilkan 
Pemerintah melalui BUMN nya. Alasan yang digunakan juga masih itu-itu juga 
yakni meningkatnya beban subsidi.

Dengan tingkat inflasi yang rendah serta rupiah yang menguat, seharusnya 
Pemerintah mulai fokus bahwa masyarakat baik yang bekerja sebagai karyawan 
swasta maupun negeri menikmati kenaikan gajinya sejalan dengan meningkatnya 
pengalaman karyawan tersebut.

Kenaikan harga akibat inflasi tinggi yang terus menerus seperti dalam era Orde 
Baru sudah saatnya ditinggalkan. Pemerintah harus lebih fokus memperhatikan 
peningkatan daya beli masyarakat melalui sistem penggajian yang baik dan benar.

Jangan lagi kita terjebak pada kenyataan bahwa daya beli sebagian orang 
ternyata diperoleh dari pendapatan lain-lain yang berbau tidak halal.

Menaikan Tarif Dasar Listrik hanya akan memicu inflasi yang lebih besar karena 
akan diikuti naiknya berbagai kebutuhan yang memerlukan energi listrik. Oleh 
karenanya mungkin Pemerintah bisa lebih fokus menghitung dan melepaskan 
pembangkit-pembangkit yang sudah berada dalam hitungan bisnis komersial tanpa 
harus menanggung subsidi silang daerah yang masih memerlukan subsidi.


Saya menduga bahwa terjadinya subsidi di PLN lebih disebabkan oleh tidak 
efesiennya pembangkit di beberapa daerah yang disebabkan pemerintah harus 
memberikan listrik bagi setiap warganya. Hal ini terjadi karena Indonesia 
terdiri dari beribu pulau yang tentu saja akan sangat sulit membuat seluruhnya 
terkoneksi sehingga tercapai efesiensi.


Untuk mengatasi itu, mungkin perlu dipikirkan bahwa interkoneksi Jawa-Bali 
dihitung secara komersial terpisah dari daerah lainnya. Subsidi hanya layak 
diberikan pada daerah-daerah yang memang memerlukannya. Dengan cara demikian 
maka meningkatnya kebutuhan listrik di wilayah Jawa-Bali akan sejalan dengan 
peningkatan keuntungan PLN, bukan seperti peryataan yang keluar saat ini dimana
harga listrik bisa tetap asal setiap orang hanya mengkonsumsi 100 Watt.

Perlu dipetakan Pembangkit mana saja di Indonesia yang sudah tidak perlu 
subsidi dengan tarif yang ada saat ini. Hal ini berangkat dari kenyataan bahwa 
banyak Mall lebih suka menghidupkan gensetnya pada jam-jam tertentu yang 
ternyata hitungannya lebih murah dibanding menggunakan listrik PLN.

Dengan peta tersebut akan terlihat pembangkit-pembangkit yang perlu subsidi 
misalnya kapasitasnya besar ternyata yang dilayani hanya gedung pemerintah dan 
penerangan jalan sementara industri dan rumah penduduknya sangat sedikit atau 
tersebar berjauhan sehingga banyak loss nya :-)

Salam

RM



Re: [Millis AKI- stop smoking] Kenaikan TDL 15 Persen Lebih

2010-04-23 Terurut Topik Rachmad M
Kebiasaan menaikan  harga kelihatannya perlu di tinjau ulang. Harga naik jika 
tingkat inflasi tinggi atau mata uang rupiah nilainya melorot sih oke-oke saja. 
Tapi jika kedua nilai tersebut dapat dikendalikan untuk apa naikin harga begitu 
besar ? Toh tidak ada komponen harga yang berubah bukan ?

Salam

RM

--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, heriseti...@... wrote:

 Mungkin sudah perlu waktunya untuk dipertimbangkan penggunaan PLTN. Teknologi 
 sudah berkembang sangat pesat yang meningkatkan keamanan. Negara negara kaya 
 minyak saja sudah mulai bergerak untuk pindah ke PLTN.
 Sent from my BlackBerry®
 powered by Sinyal Kuat INDOSAT
 
 -Original Message-
 From: oka oka.wid...@...
 Date: Fri, 23 Apr 2010 10:36:36 
 To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
 Subject: [Millis AKI- stop smoking] Kenaikan TDL 15 Persen Lebih
 
 Siap siap TDL naik lagi. Pengaruh terhadap inflasi konon tak terlalu tinggi, 
 karena dinaikan sebelum Puasa/Lebaran. Saya belum sempat browsing, 
 perbandingan harga TDL kita dengan negeri jiran...
 
 Selama ini kan alasannya karena subsidi terlalu tinggi, listrik belum sampai 
 keharga keekonomiannya...kalo memang harganya sudah lebih tinggi dari harga 
 negeri tetangga, berarti memang ada yang salah dengan pengelolaan listrik ini.
 
 Oka WIdana
 
 
 
 Kenaikan TDL 15 Persen Lebih 
 Jumat, 23 April 2010 | 04:12 WIB
 Jakarta, Kompas - Kenaikan tarif dasar listrik bisa di atas 20 persen tahun 
 2010. Hal ini akan terjadi jika kenaikan TDL pada Juli ditunda dan kekurangan 
 pasokan gas untuk pembangkit terus terjadi.
 
 Menurut Direktur Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi J Purwono di 
 sela-sela rapat kerja dengan Komisi VII DPR, Kamis (22/4) di Jakarta, 
 pihaknya mengusulkan, kalau kenaikan TDL berlaku Juli nanti, rata-rata 
 besaran kenaikan tarif listrik untuk semua golongan 15 persen.
 
 Khusus untuk golongan pelanggan kecil, yaitu 450 volt ampere (VA) sampai 900 
 VA, kenaikan tarif hanya 10 persen. Bahkan, jika pemakaian listrik 30 kWh ke 
 bawah, besaran tarif yang dikenakan tidak naik. Hanya pemakaian di atas 30 
 kWh yang dihitung dengan tarif baru.
 
 Namun, jika kenaikan TDL ditunda, rata-rata besaran kenaikan TDL bisa lebih 
 tinggi dari 15 persen. Dengan kenaikan TDL pada Juli, penghematan subsidi 
 listrik 2010 sebesar Rp 7,3 triliun. Jika kenaikan ditunda, penghematan 
 subsidi listrik tahun ini turun Rp 1,2 triliun per bulan.
 
 Ini ditutup dari mana? Ada dua alternatif, yaitu melalui tambahan subsidi 
 dalam APBN 2010. Jika subsidi tidak ditambah, kenaikan TDL lebih tinggi dari 
 15 persen. Makin diundur, kebutuhan dana lebih besar, kata dia.
 
 Pasokan gas
 
 Selain itu, besaran kenaikan TDL bisa lebih dari 15 persen jika kekurangan 
 pasokan gas untuk pembangkit-pembangkit listrik terus terjadi. Akibat defisit 
 gas, kebutuhan bahan bakar minyak naik sehingga butuh tambahan dana 
 operasional Rp 5,7 triliun, terutama untuk Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan 
 Uap Muara Tawar. Tambahan dana ini bisa ditutup dari APBN atau persentase 
 TDL dinaikkan, ujarnya.
 
 Meski TDL naik, lanjut Purwono, tagihan listrik pelanggan bisa tidak berubah 
 jika mereka menghemat pemakaian listrik termasuk untuk industri kecil. Saat 
 ini 294 industri yang bisa menghemat listrik 15-30 persen.
 
 Secara terpisah, Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Benny Soetrisno 
 meminta masalah pasokan energi segera diselesaikan untuk menjamin 
 keberlangsungan investasi. Keinginan pemerintah menaikkan TDL sungguh 
 memberatkan industri, terutama manufaktur. Manufaktur yang sudah terbebani 
 berbagai hal harus berhadapan lagi dengan TDL.
 
 
 
 
 
 
 [Non-text portions of this message have been removed]





[Millis AKI- stop smoking] Re: Ajakan kopdar gak resmi

2010-03-09 Terurut Topik Rachmad M


Pak Moderator yth,

Sedikit masukan saja, dengan mencantumkan [Millis AKI- stop smoking] pada 
posting di milis, bagi pembaca milis melalui BB atau Hp jadi mengalami 
kesulitan untuk langsung membaca Subject karena terlalu panjang :-)

Kalau bisa dipersingkat kata0katanya atau hanya pada periode tertentu saja 
pencantumannya.

Terima kasih atas perhatiannya

Salam

RM



Re: [Keuangan] [oot] Pidato Presiden Menanggapi Kasus Century (II)

2010-03-05 Terurut Topik Rachmad M
DPR makin matang dan menunjukan keberaniannya ?

Saya pikir oke saja, cuma sebaiknya dibagi menjadi dua bagian. Kelompok yang 
menyebut dirinya oposisi harus mampu memanfaatkan peluang sekecil apapun untuk 
mendapatkan keuntungan politis.

Namun jika berada dalam kelompok 'koalisi' seyoyanya menelaah lebih jauh 
permasalahan yang ada dengan mempertimbangkan pengetahuan masyarakat yang masih 
sangat terbatas mengenai seluk-beluk keuangan dan perbankan.

1. Kebijakan yang dibuat jalas mempunyai banyak sisi untuk dinilai. Tetgantung 
ada di sisi mana  kita berada pada saat suatu kebijakan di buat. Kebijakan yang 
dibuat dengan maksud jahat tentu harus dibongkar secara hukum, dan untuk ini 
sepertinya Pansus dibentuk dengan titik berat aliran dana talangan.

2. Ketika bukti kearah ini tidak ditemukan, seharusnya secara ksatria pihak 
yang tergabung dalam 'koalisi' berupaya untuk memulihkan nama baik pihak-pihak 
yang menjadi target tuduhan pada saat awal pansus dibentuk. Bukan malah ikutan 
terseret arus oposisi yang memang mencari peluang untuk menjatuhkan 
pemerintahan.

3. Kesalahan-kesalahan kecil administrasi dan teknis bukanlah masalah utama 
dalam grand design penyelamatan ekonomi nasional dalam menghadapi tali temali 
krisis keuangan global.

4. Dengan posisi yang diambil 'koalisi' mbalelo menimbulkan keyakinan 
masyarakat awam bahwa benar tuduhan mengalirnya uang trilyunan ke kantong 
pihak-pihak yang dicurigai 'bermain'. Padahal dana LPS itu diadakan ya untuk 
menjamin simpanan para nasabah dan nasabah penyimpan itu ya masyarakat itu 
sendiri.

5. Bahwa ada kejahatan perbankan yang dilakukan pemilik/manajemen maupun 
pengambil keuntungan dalam proses seperti 'niatan' oknum polri yang terekam 
KPK, itu diluar tanggung jawab pengambil kebijakkan dan harus terus diusut.

6. Bahwa kerugian operasi BC juga diakibatkan ada beberapa oknum nasabah 
peminjam yang bermasalah dan telah terungkap juga harus diselesaikan secara 
hukum agar jelas seluruh duduk masalah dimana letak kerugian operasional BC 
sehingga LPS harus turun tangan.

Salam

RM







--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, r.masrr rma...@... wrote:

 Demokrasi makin matang?? H mudah2an. tapi kayaknya sulit deh untuk
 sampai pada kesimpulan itu dengan melihat anggota koalisi masih tanpa
 malu-malu menduduki kursi pemerintahan sementara jelas-jelas tidak
 mempercayai wakil kepala pemerintahan. Mbok ya mundur dulu baru minta yang
 lain non aktif.
 Beda pandangan wajar tapi harus konsisten. Kritis harus, tapi dengan etika..
 
 
 On 3/5/10, dyahanggitasari dyahanggitas...@... wrote:
 
 
 
  Justru pada saat ini DPR menunjukkan kualitas terbaiknya. Keberanian
  menyuarakan suara konstituennya meskipun tergabung dalam koalisi menunjukkan
  kematangan pola pikir wakil rakyat tersebut. Koalisi yang ada adalah koalisi
  kebenaran tanpa harus takut akan kehilangan jabatan.
  Sikap pandangan fraksi fraksi merefleksikan pula pandangan dari masyarakat.
  Bahkan mereka yang ada di DPR bukanlah tokoh tokoh yang sembarangan. Salah
  seorang professor yang duduk dalam jabatan Ketua Pansus jelas memberikan
  bobot terhadap rekomendasi yang dihasilkan.
  Demokrasi kita makin matang. Meskipun seorang tokoh internasional belum
  tentu keputusan yang dihasilkan selalu baik. Repot sekali apabila masyarakat
  harus membebek dan mengagung agungkan apapun keputusan pejabat hanya karena
  dipuji puji dunia internasional bagaikan dewa tanpa cela. Masyarakatlah yang
  akhirnya yang akan menilai.
 
  --- In 
  AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.comAhliKeuangan-Indonesia%40yahoogroups.com,
  dedy_arman@ wrote:
  
  
   Yaaach itulah wajah politisi2 kitaa...
  
   Salam
  
   Dedy arman
  
   PIN 249EAE42
  
   -Original Message-
   From: gatot.adhi@
   Date: Fri, 5 Mar 2010 04:04:10
   To: 
   AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.comAhliKeuangan-Indonesia%40yahoogroups.com
  
   Subject: Re: [Keuangan] [oot] Pidato Presiden Menanggapi Kasus Century
  (II)
  
   Jelas-jelas ini blunder banget.
  
 
  
 
 
 
 [Non-text portions of this message have been removed]





Re: Bls: [Keuangan] Akbar: Satu Lagi, Donatur SBY-Boediono Diduga Terima Dana Century --Maaf

2010-02-15 Terurut Topik Rachmad M
beruntung, ada Blessing in disguise.

Justru ini yang kelihatannya jadi rawan pak Pras :-)
Mereka hanya lihat skor saja yang sekarang 7:2. Selain itu membawa opini publik 
kearah tidak menguntungkan. Kemenangan politis mereka adalah terciptanya 
kondisi berupa hilangnya kepercayaan masyarakat ditambah skor yang bisa mereka 
gali dari partai koalisi karena yang bermain ya partai koalisi itu sendiri :-)

Mereka memilah-milah permasalahan menuju arah yang mereka kehendaki dan dengan 
mudah dapat terlihat seperti tidak meminta keterangan Perbanas, tidak memanggil 
Emir Moeis, tidak menuntaskan tuduhan terhadap Malarangeng bersaudara, tuduhan 
terhadap Ibas yang sebenarnya inilah yang sangat ditunggu karena beritanya 
santer di masyarakat sehingga perlu pansus.

Tidak menuntaskan temuan awal  seperti Tukang Bengkel punya uang puluhan 
milyar. Meski terbukti bahwa itu memang uangnya Amiruddin namun tetap saja 
'berkeinginan' mempolisikan Amiruddin karena sebab yang lain seperti modus 
memecah rek serupa Budi Samporna. Hal yang sama juga dikenakan terhadap nasabah 
'fiktif' yang ternyata memang ada tapi modusnya berbeda dengan asumsi awal 
mereka :-)

Jadi memang terlihat upaya sistematis untuk sekedar memenangkan skor dan 
mengaburkan masalah karena itulah yang mereka anggap sebagai kemenangan politis.


Salam

RM




--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, prastowo prastowo sesaw...@... 
wrote:

 Hehe..Mas
 Ryan saya tidak esmosi lho apalagi marah. Tapi kalau ada kesan itu, mohon maaf
 ya. Juga kepada mas Eko Prasetiyo, jika kata-kata saya tidak berkenan mohon
 dimaafkan. Lha anak bukan, bini kagak, ntar kalau saya marahi bisa berabe  J
 Tapi
 begini, saya hanya ingin meluruskan dikotomi yang simplistis.
 Pro
 bail out = pro penyelamatan ekonomi negara
 Kontra
 bail out = pro Pansus yang cari-cari kesalahan dan perkara itu
  Seolah-olah tidak ada alternatif lain pada
 kedua posisi itu, misalnya:
 1.  Pro bail out tak serta merta
 beralasan bahwa ini penting untuk keselamatan ekonomi negara. Pakar hukum yang
 setuju bahkan sekedar melihat legalitasnya, dan saya kira secara legal-formal
 bail out ini sah karena saat itu didasarkan pada landasan hukum positif yang
 sah.
 2.  Kontra bail out, tak serta merta
 anti-bail out. Saya kesampingkan sikap politisi karena itu berada di luar
 pemahaman dan sikap saya. Banyak juga ekonom yang menolak bail out secara
 teoritik tapi sekaligus bisa memahami kebijakan itu diambil. Ada juga pakar
 hukum yang menyoal ini karena secara normatif prosesnya tidak benar.
  
 Nah, jika demikian sikap a priori
 dan penyimpulan ‘ex ante’ pastilah tidak tepat.
 1.  Pansus pasti keliru karena ini
 serba politik dan penuh intrik. Bisa jadi ya dan bisa jadi tidak, wong kita
 belum tahu kesimpulannya apa. Jika kesimpulannya ‘brengsek’ dan tak sesuai
 fakta yang mengemuka, tanpa dihujat saja mereka akan habis. Saya kira mereka
 pun terjebak dalam melodrama yg mereka ciptakan sendiri, buahnya ya semoga 
 rakyat
 yang beruntung, ada ‘blessing in disguise’.
 2.  Ibu Sri dan Pak Budiono pasti
 benar, karena beliau ini orang-orang yang bersih, profesional, dan 
 berprestasi.
 Saya kira tak ada yang menyangsikan, tetapi ini tidak ada kaitannya dengan
 kebijakan bail out yang diambil.
 Maka saya kira tetap ada hal-hal
 baik:
 1.  Bangsa ini sedang berada dan
 belajar merawat tegangan antara teknokratisme vs kontrol demokratik. Kita 
 harus
 bedakan mana yg secara sistem benar dengan apa yang terjadi untuk menilai
 kinerja Pansus. Dengan sidang yang terbuka rasanya rakyat yg diuntungkan 
 karena
 jika parlemen pd akhirnya ‘bermain’, rakyatlah yang akan menghukum. Boleh 
 jadi
 whistleblower revolusi justru Senayan, karena kemuakan rakyat pada wakilnya.
 2.  Rekomendasi Pansus kita awasi,
 dan jalan masih berliku. Secara hukum yg akan menyelesaikan adalah KPK,
 termasuk kepolisian dan kejaksaan. Ada kewenangan lain di luar soal kebijakan,
 yakni ada tidaknya kerugian pada keuangan negara akibat kebijakan ini. Ini 
 yang
 juga kita nantikan.
 Kadang kita gamang dan lelah
 mengikuti cara berpikir ‘orang’ politik, tapi sebaliknya, jangan-jangan 
 orang
 non-ekonomi juga tak mudah paham dan maklum akan cara berpikir ‘orang’ 
 ekonomi.
 Maka perlu pendekatan multidisiplin, untuk duduk sama rendah berdiri sama
 tinggi. Dan itulah tugas pemimpin, bagaimana ia mengorganisir semua perbedaan
 ini dalam kontestasi yang membawa maslahat, tidak malah ikut-ikutan menjadi
 artis sinetron.
 Singkat kata, ujung semua ini
 adalah krisis kepemimpinan di semua lini, utamanya di pucuk bangsa ini ketika
 kita butuh sekali orang yang bervisi dan berani menjadi pandu bagi arah anak
 bangsa ini menuju. Menyoal mengapa kok tuduhan ke pasangan tertentu, semoga
 Anda bisa memahami dari yang tersirat. Tapi semoga kita juga tak mengulang
 kesalahan, menghukum yang tak bersalah. 
  
 jabat erat,
  
  
 pras
 
 
 
 
 Dari: Ryan Fitriyanto 

[Keuangan] Larangan mecah tabungan was :Akbar: Satu Lagi, Donatur SBY-Boediono

2010-02-12 Terurut Topik Rachmad M
Emang ada larangan orang punya banyak nomer rekening ya ? Dan kalau tidak apa 
juga dilarang rekeningya di pecah-pecah ?

Hal ini perlu diperjelas, mengingat Amirudin sepertinya juga mau dipolisikan 
karena memecah rekeningnya mirip Budi Sampoerna.

Kemudian dalam perundangannya kan bukan dilihat perekening, namun seluruh 
rekening yang ada di bank itu maksimal 2 Milyar kalau ditutup banknya oleh 
pemerintah. Kalau diambil alih ya jadi bank operasi normal saja.

Deposito habis waktunya ya tarik dan pindahkan dananya seperti yang banyak 
dilakukan BUMN dan Yayasan terhadap Bank Century. Apa salahnya ?

Salam

RM



--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, ? mr.beachb...@... wrote:



 
 Yang jelas 30M dipecah jadi banyak rekening tgl. berapa?
 Sampoerna bisa dapat 350M caranya juga sama.
 Jadinya kok seperti ada Insider, pengatur dana biar bisa keluar.
 Itu Ketcil Broo..
 Coba kalau pansus tracing ke DEBITOR Century, yang asli dan yang Fiktif 
 berapa? = itu baru ketahuan apa sebenarnya Dia Bangkrut Atau Membangkrutkan 
 Diri, 6,7T sebenarnya lari kemana?
 Ke Jalan Toll Kah, atau jalan tikus??? ;)
 
 Kasus Century lebih nyelinet dibanding LC bodong Gramarindo-BNI Pilpres 2004.
 Untuk Bung Bandits di pun ngresaaken links berikut: 
 http://tinyurl.com/ya43mf2
 
 NOTE:
 Kebanyakan ngomong gw bisa kena RPM KONTEN MULTIMEDIA
 BAB II
 KONTEN YANG DILARANG
 
 PASAL 6
 Penyelenggara dilarang mendistribusikan, mentransmisikan, dan/atau membuat 
 dapat diaksesnya Konten yang mengandung:
 a.) muatan berupa berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian 
 konsumen dalam Transaksi Elektronik, yaitu Konten mengenai suatu peristiwa 
 atau hal yang tidak benar atau tidak berdasarkan fakta yang dinyatakan 
 sedemikian rupa sehingga menurut penalaran yang wajar Konten tersebut adalah 
 benar atau autentik, yang secara materil dapat mendorong konsumen untuk 
 melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan yang dapat mengakibatkan 
 kerugian pada konsumen;





Re: Bls: [Keuangan] Apa Jadinya Kalau Ada Bank Gagal Lagi?

2010-02-05 Terurut Topik Rachmad M
Apakah dana yang diperlukan memang sampai 6,7 Triliun. Di sinilah letak 
prinsip Akuntabilitas dan Terukur sebuah Kebijakan harus dikedepankan. Kalau 
Pemerintah, KSSK, BI, atau LPS mampu menjawab pertanyaan tersebut, kasus akan 
segera selesai.

Saya pikir untuk masalah simpanan (perbankan) ini memang sulit diperhitungkan 
secara fixed. Jika bank itu ditutup mungkin hitungannya bisa fixed yakni 
seluruh jumlah nasaba dibawah 2 M ditambah nasabah diatas 2 M yang hanya 
dibayar 2 M.

Namun jika bank diambil alih, jumlahnya tergantung dari sikap para nasabah. 
Apakah mereka tetap percaya atau memindahkan dananya. Nasabah besar seperti 
Yayasan BI, BUMN cendrung untuk memindahkan dananya karena menyimpan di Bank 
Century sempat dipermasalahkan :-(

Salam

RM

--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Sadono srisadon...@... wrote:

 
 Secara pribadi saya tidak mempermasalahkan kebijakan yang diambil. Asal, hal 
 tersebut dilakukan secara bijaksana. 
 
 Sejauh ini, dasar yang digunakan untuk membenarkan kebijakan tersebut adalah 
 TIDAK terjadi krisis perbankan lebih lanjut di Indonesia. Tidak dipungkiri, 
 hal ini memang mengandung unsur kebenaran. Namun, pertanyaan yang belum 
 terjawab sampai saat ini, Apakah dana yang diperlukan memang sampai 6,7 
 Triliun. Di sinilah letak prinsip Akuntabilitas dan Terukur sebuah Kebijakan 
 harus dikedepankan. Kalau Pemerintah, KSSK, BI, atau LPS mampu menjawab 
 pertanyaan tersebut, kasus akan segera selesai.
 
 
 Kapan Sebuah Kebijakan dapat Dipermasalahkan?
 
 Data awal menyebutkan bahwa dana yang diperlukan untuk Bank Century hanya 632 
 Milyar. Kalau itu membengkak menjadi 6,7 Triliun tanpa ukuran (alasan) yang 
 bisa dipertanggungjawabkan berarti Kebijakan tersebut tidak diambil secara 
 Bijaksana. Sekarang, pemerintah hanya perlu melakukan klarifikasi, apakah 
 uang 6,7 Triliun itu memang dikeluarkan secara tepat dengan ukuran yang 
 akurat. Jika DEVIASI sebuah UKURAN Kebijakan menyimpang sampai 1000%, hal 
 tersebut tentu layak menjadi sebuah pertanyaan.
 
 Pertanyaannya, bagaimana kalau dana yang diperlukan untuk Bank Century 
 sebenarnya hanya 2,6 Triliun, tidak harus sampai 6,7 Triliun, berarti telah 
 terjadi pemborosan. Artinya, Kebijakan tersebut Tidak diambil secara 
 Bijaksana. Menurut pendapat saya, kalau kasusnya sudah seperti ini maka 
 Kebijakan dan Pengambil Kebijakan dapat Dipermasalahkan. Ini seperti 
 melakukan tindakan yang tidak profesional, pengambil kebijakan tentunya tidak 
 bisa lepas tangan begitu saja.              
 
 
 Dari: dyahanggitasari dyahanggitas...@...
 Judul: Re: Bls: [Keuangan] Apa Jadinya Kalau Ada Bank Gagal Lagi?
 Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
 Tanggal: Jumat, 5 Februari, 2010, 1:27 PM
 
 
 
 
 
 
 
  
 
 
 
   
 
 
 
   
   
   Wajah saya seperti bapak-bapak sekalian (kesal), begitu tahu anggaran 
 yang diajukan ada saat awal berbeda dengan akhir, aku Sri Mulyani.
 
 
 
 --- In AhliKeuangan- Indonesia@ yahoogroups. com, Sadono srisadonous@ ... 
 wrote:
 
 
 
  
 
  Bagaimanapun, kebijakan sebaiknya diambil atas dasar Akuntabilitas dan 
  Terukur. Apalagi kalau kebijakan tersebut sudah menyangkut uang publik 
  (negara). Hal inilah yang menjadi permasalahan mendasar dari kasus Century, 
  kebijakan tersebut diambil tanpa akuntabilitas yang jelas dan tegas dan 
  kurang terukur.
 
 
 
 Komentar: 
 
 
 
 Tepat sekali. Permasalahannya bukan perlu tidaknya bail out atau sistemik 
 tidaknya sistemik tapi masalah akuntabilitas dan ukurannya. Tak heran Ibu Sri 
 Mulyani pun juga merasakan kekesalannya .
 
 
 
 Terkait dengan penyaluran PMS yang membengkak dari skenario awal BI sebesar 
 Rp632 miliar menjadi Rp6,7 triliun, dalam kesempatan itu Sri Mulyani mengaku 
 kesal dengan perubahan angka tersebut. Hal ini menjawab pertanyaan anggota 
 pansus dari FPKS Andi Rahmat yang mengkonfirmasikan transkrip pada 20 
 Desember kenapa Sri Mulyani menanyakan apakah boleh ada koreksi di keputusan 
 KSSK?
 
 
 
 Wajah saya seperti bapak-bapak sekalian (kesal), begitu tahu anggaran yang 
 diajukan ada saat awal berbeda dengan akhir, aku Sri Mulyani.
 
 
 
 
 
 
  
 
 
 
 
 
  
 
 
 
   
 
 
 
 
 
 
   Menambah banyak teman sangatlah mudah dan cepat. Undang teman dari 
 Hotmail, Gmail ke Yahoo! Messenger sekarang! 
 http://id.messenger.yahoo.com/invite/
 
 [Non-text portions of this message have been removed]





Re: [Keuangan] Langkah Sulit Penyelamatan Bank Jika Terjadi Krisis

2010-02-04 Terurut Topik Rachmad M
Rasanya memang ada yang salah dalam menilai 'uang' dibanyak benak politisi 
kita. Uang adalah manifestasi dari suatu kumpulan kerja yang sedang atau telah 
dilakukan. Semakin banyak barang/jasa yang dibuat dan dipergunakan oleh orang 
lain maka semakin banyak juga uang yang terkumpul. Artinya bahwa yang telah 
menciptakan barang/jasa juga mempunyai hak untuk memanfaatkan barang/jasa yang 
dibuat orang lain sebanyak yang telah diperbuat.

Hanya saja karena banyak uang yang diperoleh dengan cara yang tidak demikian, 
maka timbul asumsi-asumsi atau imajinasi bahwa para penabung juga mengumpulkan 
uang dengan cara seperti yang dilakukan dalam benak para politisi tersebut.

Rasanya kita sedang terjebak dalam imajinasi mereka, jika laporan sementara 
Pansus tak segera dipublikasikan hasilnya agar kita bisa menilai lebih fair :-(

Salam

RM







--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Andy Porman Tambunan 
andy_tambu...@... wrote:

 Saya pribadi sangat menyetujui langkah yg diambil utk menyelamatkan Bank 
 Century saat itu, terlepas dari jumlah dana bail out yg digelontorkan. Saya 
 juga setuju faktor psikologis pasar menjadi salah satu pertimbangan, bukan 
 hanya mengandalkan angka-angka index parameter saja. Faktor psikologis ini 
 pernah ditanggapi secara sinis oleh Kwik Kian Gie di depan rapat Pansus 
 Century dengan mempertanyakan kenapa tidak melibatkan psikolog?
 
 Inilah uniknya pasar Indonesia. Tidak semua ilmu/jurus dari negara-negara 
 maju dapat diimplementasikan begitu saja di Indonesia ini. Siapa yg menjamin 
 apabila Bank Century tidak di-bail out lantas tidak terjadi rush thd 
 bank-bank kita? Atau, jika tidak di-bail out lalu terjadi rush yg diikuti 
 chaos akibat runtuhnya sistem perekonomian seperti tahun 1998, siapa yang 
 akan dipersalahkan? Akankah DPR akan membentuk Pansus utk menyelidiki kenapa 
 pemerintah tidak mem-bail out? Lalu para pakar akan mencari-cari teori untuk 
 mempermasalahkan kebijakan pemerintah? 
 
 Aneh... terkadang saya bingung melihat sebagian besar pakar (atau yg 
 menamakan dirinya pakar) ini. Malah sepertinya ada beberapa yg komentarnya 
 tailor-made (sesuai pesanan). 
 
 Mari kita lihat jika aliran dana Bank Century sudah terkuak. Akan kelihatan 
 aslinya, mana yg musang, mana yg domba, atau mana yg musang berbulu domba.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
  
 
 
 
   
 
 
 
   
   
   
 
 http://www.infobank news.com/ index.php? mib=mib_news. detailid= 1497
 
   Langkah Sulit Penyelamatan Bank Jika Terjadi Krisis
 
 Tanggal:  03 Februari 2010 - 12:31 WIB
 
 Sumber: infobanknews. com
 
 
 
 Jika sikap publik dan DPR terhadap penyehatan bank senantiasa diilhami 
 konspirasi kasus BLBI, maka pada masa-masa yang akan datang jika ada bank 
 gagal, sulit rasanya akan diambil sebuah langkah penyelamatan. Eko B. 
 Supriyanto 
 
 
 
 Sistemik dan tidak sistemik merupakan wilayah perdebatan yang tak berpangkal. 
 Namun, hampir semua pengamat ekonomi sepakat bahwa pada saat dilakukan 
 penyelamatan Bank Century (20 November 2008) sedang dalam kondisi krisis.
 
 
 
 Sementara, para ekonom yang tidak setuju penyehatan sekarang ini, ternyata 
 pada saat dilakukan penyehatan hampir semua berpandangan pada waktu itu kita 
 sedang dicekam krisis akibat krisis keuangan global.
 
 
 
 Tidak hanya itu. Kelompok yang kontra kebijakan penyehatan menilai, LPS bakal 
 merugi ketika dilakukan divestasi. Menurut mereka, dana yang digelontorkan ke 
 Bank Century sebesar Rp6,7 triliun jika dimasukkan ke dalam Sertifikat Bank 
 Indonesia (SBI) dengan suku bunga rata-rata 6,5% saja pada lima tahun 
 mendatang bisa mencapai kisaran Rp9 triliun-Rp10 triliun.
 
 
 
 Hitung-hitungan itu memang tidak salah. Tapi, menyesatkan publik sebab LPS 
 bukanlah sebuah lembaga profit atau investment bank, melainkan lembaga yang 
 tugasnya menjamin dan menyehatkan bank. Harusnya juga dihitung, kalau 
 ditutup, berat ongkosnya.
 
 
 
 Menurut data LPS, jika ditutup pada saat itu, biaya penjaminan sebesar Rp6,4 
 triliun. Itu biaya langsung. Belum biaya yang akan muncul, seperti efek 
 domino. 
 
 
 
 Jadi, penyelamatan Bank Century harusnya dilihat juga efeknya bagi perbankan 
 nasional. Situasi perbankan sekarang ini yang relatif tidak rusak tidak 
 serta-merta karena penyehatan Bank Century.
 
 
 
 Namun, karena kebijakan pengambilalihan bank tersebut ternyata tidak berefek 
 buruk terhadap bank-bank lain. Bank Century yang disehatkan itu suatu saat 
 bisa dijual dan selama hidupnya Bank Century akan memberikan kredit, 
 mendorong pertumbuhan ekonomi, dan pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan 
 pajak.
 
 
 
 Kenyataan itulah yang ditutupi para pengamat yang antipenyelamatan. Padahal, 
 penyehatan perbankan bukan sebuah matematika tentang untung rugi, melainkan 
 lebih banyak mengurangi biaya yang lebih besar.
 
 
 
 Penyelamatan bank di saat krisis bukanlah menyelamatkan sebuah bank semata, 
 melainkan menyelamatkan ekonomi dari kehancuran.
 
 
 
 Pengalaman masa lalu, yaitu ditutupnya 16 

Re: [Keuangan] Gotong Royong, Subsidi hingga Pasar Modern was : Ladang Gas Dikuasai Asing

2010-02-03 Terurut Topik Rachmad M

Bung Hok An,

Saya melihat di Indonesia ini, dimana 'uang' yang seharusnya hanya merupakan 
perantara/penghantar terciptanya barang dan jasa secara adil justru menjadi 
penghambat dan menciptakan rasa kurang adil:-) Penghambat disini bisa berupa 
cara pembayaran yang ditunda-tunda dengan harapan uang diputar dulu untuk 
mendapat 'bunga' atau tidak adil karena mengurangi kualitas barang/jasa demi 
'uang' bahkan kalau bisa uang dipindah tangankan tanpa diimbangi barang/jasa 
yang ini mirip rampok.

Disisi lain kita juga melihat bahwa sebagian rakyat kita menolak jika ada 
pejabat atau siapapun difasilitasi dengan  baik  berupa penggajian maupun 
fasilitas yang baik. Padahal yang kita inginkan sebenarnya bagaimana mereka itu 
membelanjakan uangnya secara adil dari rakyat penyedia barang dan jasa.

Hal seperti ini yang merupakan ganjalan-ganjalan dalam mewujudkan masyarakat 
masuk dalam pasar modern yang segalanya dipertukarkan dengan tanda uang secara 
adil :-)

Salam

RM





--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Hok An ho...@... wrote:

 Bung Rachmad,
 
 1. Dilihat secara jumlah katanya Indonesia nomor 6 didunia. Dulu pernah 
 ada taksiran Indonesia no2.
 Tetapi kalau dibagi dengan jumlah manusianya yang juga banyak, maka SDA 
 Indonesia biasa2 saja.
 Tidak cukup untuk menjadi modal pokok negara kesejahteraan.
 Tetapi memang jumlah dan kwalitas SDA Indonesia kalau diusahakan sudah 
 lama bisa mencukupi kehidupan yang berkwalitas. Kalau langsung dijual 
 tentu akan memakmurkan yang beli.
 
 2. Saya kautir sistem beras murah sudah lama umurnya dibumi kita.
 Subsidi ini punya tujuan yaitu upah yang murah.
 Mungkin bisa dibuat perbandingan sistem upah Indonesia dengan Malaysia.
 Disektor tertentu sudah ada penyesuaian. Setahu saya upah anggota DPR 
 dan DPD sudah cukup tinggi.
 Tetapi dibawah, terutama sektor pertanian rupanya belum.
 
 3. Sistem subsidi di Indonesia bocor dan boros, sebab barang2 bersubsidi 
 akan diekspor/diselundupkan  ke luar negeri.
 
 Salam
 
 Hok An
 
 
 Rachmad M schrieb:
   
 
 
  Pada dasarnya Indonesia ini adalah negara yang sangat kaya, hampir 
  semua jenis energi tersedia di negeri ini :-) Seharusnya pola 
  penanganannya juga berbeda sedikit dari negara lain yang apa-apanya 
  serba terbatas.
 
  Pada hakekatnya kesejahteraan negeri ini adalah kemampuan anak bangsa 
  Indonesia untuk dapat saling tukar menukar barang dan jasa secara 
  adil. Ada banyak pola yang dilakukan untuk saling tukar ini.
 
  Gotong Royong :
  Pola 'gotong royong' adalah pola dimana tukar menukar barang dan jasa 
  tidak dilakukan dengan ukuran 'uang'. Ukuran yang digunakan adalah 
  kebersamaan sosial. Ada untung ruginya menerapkan hal ini. 
  Keuntungannya adalah tersedianya kebutuhan masyarakat tanpa harus 
  menunggu adanya 'uang' dan hal ini sangat memungkinkan di negeri yang 
  sebenarnya segala sesuatunya telah disediakan oleh alam Indonesia yang 
  demikian kayanya.
 
  Kerugian dari pola ini adalah masyarakat bertransaksi barang/jasa 
  tanpa ukuran uang. Hal ini berakibat masyarakat ter'diskriminasi' pada 
  saat ia harus masuk dalam pergaualan masyarakat yang segala pertukaran 
  barang/jasa nya diukur dengan uang.
 
  Sebagai contoh, haji Ali yang biasa memarkir mobilnya dipasar sebuah 
  desa tidak dipungut bayaran meskipun hal itu dilakukan seharian :-) 
  Semua orang tahu itu mobil H. Ali dan ikut menjaga jika terjadi 
  hal-hal yang tidak diinginkan. Hal ini tidak berlaku ketika mobilnya 
  diparkir di Jakarta yang satu jam dipungut 2000 perak.
 
  Hal-hal semacam ini juga mengakibatkan terjadinya urbanisasi dimana 
  masyarakat lebih berharap tenaganya diukur dengan uang dan itu berlaku 
  dalam masyarakat modern sehingga mereka rela untuk menjadi PRT 
  diibukota bahkan TKI :-)
 
  Subsidi :
 
  Subsidi sebenarnya adalah bentuk peralihan dari masyarakat 'gotong 
  royong' menjadi masyarakat modern. Pertukaran barang/jasa tidak diukur 
  penuh dengan uang yang berlaku global. Pertukaran barang/jasa 
  dilakukan dengan 'uang' ukuran lokal karena sebagian biaya yang 
  seharusnya dibayar penuh ditanggung oleh pemerintah.
 
  Hal ini juga berdampak buruk. Masyarakat kotapun ikut ter 
  'diskriminasi' karena ada kecendrungan untuk tidak dibayar dengan 
  ukuran pasar modern mengingat sebagian kebutuhannya telah dibayar oleh 
  Pemerintah dalam bentuk subsidi.
 
  Padahal masyarakat perkotaan yang 'modern' sebagian kebutuhannya di 
  sediakan oleh pasar global, akibatnya gaji tidak cukup sehingga 
  diperlukan 'obyek'an sampai hal-hal yang berbau korupsi hanya sekedar 
  untuk pemenuhan kebutuhan standard saja.
 
  Pasar Modern :
 
  Segala pertukaran barang/jasa diukur dengan ukuran 'uang'. Hal ini 
  terjadi akibat begitu banyak dan ruwetnya pertukaran barang dan jasa. 
  Seperti parkir mobil H. Ali tadi sudah tidak mungkin lagi dilakukan 
  mengingat begitu banyak jumlah mobil dan lebarnya pergerakan sehingga 
  dibutuhkan tangan-tangan profesional untuk menjaga properti dari

[Keuangan] Gotong Royong, Subsidi hingga Pasar Modern was : Ladang Gas Dikuasai Asing

2010-02-02 Terurut Topik Rachmad M

Pada dasarnya Indonesia ini adalah negara yang sangat kaya, hampir semua jenis 
energi tersedia di negeri ini :-) Seharusnya pola penanganannya juga berbeda 
sedikit dari negara lain yang apa-apanya serba terbatas.

Pada hakekatnya kesejahteraan negeri ini adalah kemampuan anak bangsa Indonesia 
untuk dapat saling tukar menukar barang dan jasa secara adil. Ada banyak pola 
yang dilakukan untuk saling tukar ini.

Gotong Royong :
Pola 'gotong royong' adalah pola dimana tukar menukar barang dan jasa tidak 
dilakukan dengan ukuran 'uang'. Ukuran yang digunakan adalah kebersamaan 
sosial. Ada untung ruginya menerapkan hal ini. Keuntungannya adalah tersedianya 
kebutuhan masyarakat tanpa harus menunggu adanya 'uang' dan hal ini sangat 
memungkinkan di negeri yang sebenarnya segala sesuatunya telah disediakan oleh 
alam Indonesia yang demikian kayanya.

Kerugian dari pola ini adalah masyarakat bertransaksi barang/jasa tanpa ukuran 
uang. Hal ini berakibat masyarakat ter'diskriminasi' pada saat ia harus masuk 
dalam pergaualan masyarakat yang segala pertukaran barang/jasa nya diukur 
dengan uang.

Sebagai contoh, haji Ali yang biasa memarkir mobilnya dipasar sebuah desa tidak 
dipungut bayaran meskipun hal itu dilakukan seharian :-) Semua orang tahu itu 
mobil H. Ali dan ikut menjaga jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Hal 
ini tidak berlaku ketika mobilnya diparkir di Jakarta yang satu jam dipungut 
2000 perak.

Hal-hal semacam ini juga mengakibatkan terjadinya urbanisasi dimana masyarakat 
lebih berharap tenaganya diukur dengan uang dan itu berlaku dalam masyarakat 
modern sehingga mereka rela untuk menjadi PRT diibukota bahkan TKI :-)

Subsidi :

Subsidi sebenarnya adalah bentuk peralihan dari masyarakat 'gotong royong' 
menjadi masyarakat modern. Pertukaran barang/jasa tidak diukur penuh dengan 
uang yang berlaku global. Pertukaran barang/jasa dilakukan dengan 'uang' ukuran 
lokal karena sebagian biaya yang seharusnya dibayar penuh ditanggung oleh 
pemerintah.

Hal ini juga berdampak buruk. Masyarakat kotapun ikut ter 'diskriminasi' karena 
ada kecendrungan untuk tidak dibayar dengan ukuran pasar modern mengingat 
sebagian kebutuhannya telah dibayar oleh Pemerintah dalam bentuk subsidi.

Padahal masyarakat perkotaan yang 'modern' sebagian kebutuhannya di sediakan 
oleh pasar global, akibatnya gaji tidak cukup sehingga diperlukan 'obyek'an 
sampai hal-hal yang berbau korupsi hanya sekedar untuk pemenuhan kebutuhan 
standard saja.

Pasar Modern :

Segala pertukaran barang/jasa diukur dengan ukuran 'uang'. Hal ini terjadi 
akibat begitu banyak dan ruwetnya pertukaran barang dan jasa. Seperti parkir 
mobil H. Ali tadi sudah tidak mungkin lagi dilakukan mengingat begitu banyak 
jumlah mobil dan lebarnya pergerakan sehingga dibutuhkan tangan-tangan 
profesional untuk menjaga properti dari tangan usil :-)

Karena kompleksnya pertukaran barang/jasa ini maka ketika ada subsidi yang 
ditarik akan terjadi penyesuaian disana sini sampai tiba pada rasa keadilan 
semua pihak untuk dapat saling bertukar barang/jasa dengan perasaan adil dalam 
ukuran uang.

Pada kondisi yang demikian maka seharusnyalah negara memberikan subsidi pada 
konsumen yang tak berdaya dalam bentuk jaminan Sosial Nasional yang berbentuk 
Bantuan Tunai Langsung (BLT). Tujuannya adalah masyarakat yang terkendala 
karena fisik/mental/ usia atau masalah sosial lainnya tetap dapat mengakses 
produk berupa barang/jasa yang dihasilkan oleh mereka yang bergerak dibidang 
komersial tanpa mengganggu hitungan keuangan yang dilakukan.

Hal ini akan lebih baik lagi jika Pemerintah juga bisa mendaya gunakan mereka 
yang memperoleh Jaminan Sosial Nasional untuk mengisi hal-hala kebutuhan sosial 
masyarakat. Jika penerima enggan untuk mengisi kebutuhan sosial masyarakat maka 
dipersilahkan untuk bindah ke komersial.

Ketika masyarakat sudah tidak terdiskriminasi lagi, maka tidak ada alasan untuk 
tidak menjual produk-produk seperti CPO didalam negeri karena ongkosnya 
pengiriman juga jauh lebih murah :-)


Salam

RM




















--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Ari Condro masar...@... wrote:

 jadi ngomongin cpo nih.
 
 beberapa waktu yang lalu sempat ngobrol dengan teman yang di sinar mas.  dia
 yang bagian jualan filma di kategori horeka - hotel restoran kafe.
 
 dia bilang, bentar lagi subsidi cpo dicabut (kebijakannya expired sampai
 tahun ini).  harga minyak goreng bakalan meroket.  ukm yang selama ini
 andalannya dari minyak goreng curah bakalan teriak, karena harga harga akan
 naik dengan sendirinya.
 
 ada yang mau komen tentang hal ini ? hehehe ^^
 
 salam,
 Ari
 
 
 2010/2/2 ndewa...@...
 
 
 
 
  Di negara-negara lain dikenal apa yang disebut domestic
  market obligation. Pemerintah membiarkan mekanisme pasar
  berjalan, tapi perusahaan yang menjual komoditas tertentu
  yang penting buat masyarakat di dalam negeri --misalnya
  gas, minyak goreng, dll-- diwajibkan menyediakan
  pasokan komoditas itu dalam jumlah tertentu di 

Re: [Keuangan] Bank Century: Siapa Yang Harus Bertanggung Jawab?

2010-01-28 Terurut Topik Rachmad M
Lebih pening lagi kalau dengerin mahasiswa yang demo. Disatu sisi bilang SBY 
turun karena telah mengucurkan dana bailout trilyunan rupiah. Masih mahasiswa 
yang sama juga bilang SBY turun karena membuat dana nasabah Century 
terkatung-katung pembayarannya . Yang dimaksud Antaboga padahal jelas 
Antaboga tidak dijamin LPS...pening awak dibuatnya :-)


Salam

RM

--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, si Nung sinung4mi...@... 
wrote:

 On 28 Jan 2010 at 7:39, dyahanggitasari wrote:
 
  
  Jadi  BI yang harus bertanggung jawab?
  
  Kayaknya saya harus ngambil Bodrex. 
  Pening kepala saya.
 
 pasukam bodrex
 
 majuuu alann
 
 :)
 
 
 btw,
 yg baca aja pusing,
 apalagi nasabah antaboga/century yg nunggu duitnya kembali
 
 astaghfirullah
 
 
 sinung
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 /*-sig-
 
 http://www.radarjogja.co.id/berita/internasional/5218-pseudo-democracy-demokrasi-kedoknya-demokrator-muaranya.html
 
 http://www.republika.co.id/koran/14/60867/Hari_Jilbab_Dunia_Mengenang_wafatnya_Sahidah_Pembela_Jilbab
 
 -sig-*/





Re: [Keuangan] Sampai mana Akuntan Publik bertanggung jawab?

2010-01-28 Terurut Topik Rachmad M
Saya pikir jumlah itu tergantung sikap nasabah penyimpan, sementara sikap 
nasabah penyimpan tergantung issue yang dilemparkan. Jika BUMN, Yayasan BI, Kas 
Partai yang nyimpan disana dianggap kriminal, maka otomatis mereka menarik 
suluruh dananya yakni mencapai angka 4.08 Trilyun. Jumlah lainnya lebih banyak 
masuk kantong kiri keluar kantong kanan bagi pemerintah yakni Giro Wajib 
Minimum (GWM), Fasilitas Bank Indonesia (Fasbi), Surat Utang Negara (SUN) dll.

Salam

RM

--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Eko Prasetiyo ekopraset...@... 
wrote:

 nah justru karena telah diperiksa akuntan itu makanya akhirnya
 ketahuan klo ekuitasnya sudah minus dlm jumlah besar dan akhirnya LPS
 perlu menambah bailoutnya smpe 6,7T...
 
 On 1/28/10, dyahanggitasari dyahanggitas...@... wrote:
 
 
  --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, khom_usakti@ wrote:
 
  Dear mas Ryan, kenalkan sy ibu khomsiyah (wanita tentunya). Akuntan publik
  dg jam terbang tertentu akan bisa melihat angka aneh dlm suatu dokumen dan
  akan berusaha mencari bbrp sumber pembanding. Contoh: utk pembelian
  komputer dg merek dan spek tertentu akuntan tahu harga wajarnya, dan
  ternyata di dokumen tercantum harga tdk wajar. Maka akuntan harusnya bs
  mendeteksi adanya ketidakwajaran tersebut. Ini yg disebut dg evidence
  matter. Tdk hanya sekedar melihat ada tidaknya dokumen. Kalau hanya itu ya
  maklum kalau ada yg bilang levelnya SD
 
 
  Iya Bu. Kok tidak bisa mendeteksi perbedaan angka aneh  630 milyar dan 6700
  milyar ya?
 
  Saya bayangkan duit 6700 milyar itu berapa sekolah SD bisa dibangun ?
  Berapa Toyota Crown yang bisa dibeli ?
 
 
 
 
 
 -- 
 (^-^)v





Re: [Keuangan] Bank Century: Siapa Yang Harus Bertanggung Jawab?

2010-01-28 Terurut Topik Rachmad M
Jawabnya :

LPS tetap harus membayar 2.8 T dana nasabah penyimpan dibawah 2 Milyar rupiah.

Pemerintah (Yayasan BI, BUMN) kemungkinan kehilangan uangnya dan cuma diganti 2 
M

Partai kalau benar ada, akan merasa dizolimi karena dananya gak bisa buat 
kampanye.

Jadi akan ribut juga negeri dongeng ini :-(

Salam

RM

--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Hendro Setiawan dolut...@... 
wrote:

 Mungkin pertanyaan perlu di balik...kalo misalnya tidak dikeluarkan keputusan 
 bank gagal berdampak sistemik, tidak dilakukan bailout, dan karena tidak 
 dilakukan keputusan tsb indonesia mengalami krisis ekonomi, siapa yang akan 
 dipersilahkan? Kalo jawabannya sama dengan jawaban subjek email ini, maka 
 . (jawab sendiri aja yaNEGERI DONGENG)...
 
 --- On Thu, 1/28/10, Eko Prasetiyo ekopraset...@... wrote:
 
 From: Eko Prasetiyo ekopraset...@...
 Subject: Re: [Keuangan] Bank Century: Siapa Yang Harus Bertanggung Jawab?
 To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
 Date: Thursday, January 28, 2010, 3:16 PM
 
 
 
 
 
 
 
  
 
 
 
   
 
 
 
   
   
   On 1/28/10, Wong Cilik gajahpelanduk@ gmail.com wrote:
 
  Cuma MENGAKU-AKU jadi mahasiswa aja kali..
 
 
 
 
 
 iya bener tu..
 
 udh bener belum mereka kuliahnya...
 
 yg paling gampang klo ujian mereka nyontek ga??
 
 nyontek saat ujian ato plagiat skripsi adalah benih2 penyelewengan yg
 
 pd akhirnya berujung korupsi klo mereka udh lulus...
 
 
 
  2010/1/28 Rachmad M rachm...@yahoo. com
 
 
 
  Lebih pening lagi kalau dengerin mahasiswa yang demo. Disatu sisi bilang
 
  SBY turun karena telah mengucurkan dana bailout trilyunan rupiah. Masih
 
  mahasiswa yang sama juga bilang SBY turun karena membuat dana nasabah
 
  Century terkatung-katung pembayarannya . Yang dimaksud Antaboga
 
  padahal
 
  jelas Antaboga tidak dijamin LPS...pening awak dibuatnya :-)
 
 
 
 
 
 
 
 
 
  [Non-text portions of this message have been removed]
 
 
 
 
 
 
 
 -- 
 
 (^-^)v
 
 
 
 
  
 
 
 
 
 
  
 
 
 
   
 
 
 
 
 
 
   
 
 [Non-text portions of this message have been removed]





Re: Bls: [Keuangan] Uang Negara ?

2010-01-28 Terurut Topik Rachmad M
Pak Prastowo,

Saya pikir hakekat uang negara ini yang justru harus disadari dengan benar. 
Jika digunakan istilah uang saya, uang pemerintah,uang perusahaan ini 
konotasinya berbeda karena dia dalam penguasaan saya, penguasaan pemerintah 
atau penguasaan perusahaan.

Jika uang itu dalam penguasaan saya, maka uang itu sepenuhnya menjadi catatan 
saya. Karena sederhana ya tinggal buka dompet saja ada berapa disana :-). Kalau 
dalam penguasaan Perusahaan ya perlu pembukuan demikian juga dalam penguasaan 
Pemerintah. Namun semua tidak menghilangkan hakekat bahwa uang itu adalah uang 
negara :-)

Dunia terus berubah, catatan itu tidak lagi berbentuk uang namun dalam bentuk 
data-data digital. Dia tidak lagi saya simpan dalam dompet berbentuk 'uang' 
namun dalam bentuk kartu karena data itu bisa saya akses dengan kartu debit.

Namun demikian hakekatnya tetap saya menggunakan uang negara karena nilai yang 
melekat dalam catatan itu yang menentukan adalah negara :-)

Salam

RM




--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, prastowo prastowo sesaw...@... 
wrote:

 Pak Rachmad,
 Saya setuju dan tidak setuju dg analogi Anda.
 Saya setuju bahwa uang dlm arti material, benda berupa logam dan kertas, 
 memang milik negara karena dikeluarkan negara. Tapi sebagai alat pembayaran 
 dan sarana mengukur nilai, tentu saja ia juga melekat pada hak milik pribadi. 
 Jadi harus kita bedakan, bendanya dan nilai yang diwakili.
 
 Lalu apa hubungannya dg debat soal uang negara atau bukan?
 Yang ribut bukan hanya Pansus kok. Buktinya? Pak Boediono menjawab 'tidak 
 tahu', Ibu Sri menjawab 'bukan', KPK mengatakan 'ya' (rujukan ke putusan pada 
 Burhanudin Abdullah), dan BPK mengatakan 'ya' (rujukan ke UU Keuangan Negara).
 
 Tempo hari Pak Erman dan Yusril sekubu, itu bukan uang negara, sebaliknya 
 Prof. Saldi Isra mengatakan 'uang negara'. (jika ini soal remeh temeh, kenapa 
 mereka berdebat?)
 
 Sampai seserius itu, ada apa sih?
 Hemat saya ya soal hukum positif. Secara normatif boleh saja kita berteori 
 demikian. Tapi implikasi keuangan negara berarti menenuhi delik merugikan 
 negara, dan dalam hukum positif kita termasuk tipikor.
 
 Jika bukan uang negara, sesuai hukum positif kita - cmiiw - bukan masuk ranah 
 tipikor. Bisa saja jadi perkara perdata, antara bank dg nasabah, atau LPS 
 dengan nasabah, dll.
 
 Hal lain, soal akuntabilitas publik. Kebijakan publik selalu terkait etika 
 publik. Jika ini uang negara, berarti publik secara absah memiliki kewenangan 
 kontrol, dan ini dijalankan oleh lembaga negara termasuk DPR.
 
 Saya kira konstruksi hukumnya harus seperti ini, agar debat soal 'uang 
 negara' kembali pd khitahnya, tidak dibelokkan ke urusan teknis belaka.
 
 salam,
 
 pras
 
 
 
 
 
 Dari: Rachmad M rachm...@...
 Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
 Terkirim: Rab, 27 Januari, 2010 15:55:21
 Judul: [Keuangan] Uang Negara ?
 
   
 Sudah lama gak baca postingan Bung Poltak, jadi kangen juga nih :-)
 
 Banyak diributkan dalam pansus mengenai uang negara atau bukan dana lps. 
 Padahal menurut saya pribadi, semua uang rupiah yang beredar adalah uang 
 milik negara. Negaralah yang menerbitkan dan negara pula yang bisa menyatakan 
 itu berlaku/tidak berlaku.
 
 Pemerintah, swasta dan masyarakat hanya dapat menggunakan uang sebagai 
 catatan saja, sebagai bank notes, agar setiap jasanya dalam memberikan barang 
 atau jasa bisa terukur dalam keadilan.
 
 Keadilan inilah yang utama. Pencurian, perampokan, pembobolan, korupsi adalah 
 bagian dari transaksi (berpindahnya uang) secara tidak adil. Maka disinilah 
 peranan hukum dan hukuman agar manusia tetap bisa produkstif dan memafaatkan 
 hasil produksi dalam keadilan dengan perantara uang.
 
 Jika kita menyadari hal ini, maka ada banyak cara orang menjaminkan 
 barang-barangnya yang telah diperoleh dengan perantara uang yakni dalam 
 bentuk asuransi. Asuransi inilah yang menjamin jika terjadi sesuatu dengan 
 properti yang kita miliki :-)
 
 Sekarang kita diperkenalkan dengan asuransi terhadap uang tabungan yang 
 dijamin lembaga yang bernama Lembaga Penjamin Simpanan. LPS tak lain adalah 
 asuransi yang hanya saja tidak langsung preminya dimintakan pada nasabah 
 penyimpan namun dimintakan pada Bank Penyimpan dana masyarakat. Namun 
 prinsipnya sama saja karena kemungkinan hilangnya dana masyarakat justru 
 terjadi pada bank yang kacau operasinya. Maka secara borongan ya dijamin uang 
 para nasabah penyimpan tersebut.
 
 Jadi apakah dana yang ada di LPS uang negara jawabanya ya semua uang 
 rupiah adalah uang negara Republik Indonesia. Para nasabah berhak menuntut 
 uangnya karena Lembaga itu didirikan untuk melindungi dananya yang disimpan 
 di Bank yang kebetulan bermasalah karena prinsipnya tidak boleh hoilang 
 keadilan bagi pemegang uang yang diterbitkan negara sebagai catatan hasil 
 kerjanya.
 
 Salam
 
 RM
 
 
 
 
 
   quot;Coba Yahoo! Mail baru yang LEBIH CEPAT. Rasakan bedanya sekarang! 
 http

[Keuangan] Re: Bisa iya bisa tidak - was: Uang Negara ?

2010-01-28 Terurut Topik Rachmad M
Kelihatanya bingung karena kita terbiasa menyamakan Pemerinyah dan Negara.

Pengertian Negara itu jelas lebih luas. Setiap penduduk Indonesia adalah warga 
negara Indonesia sementara tidak semua warga adalah pemerintah :-)

Jaman dulu dimana negara di Eropa masih banyak berbentuk kerajaan, 
raja/pemerintah selalu mengaku sebagai negara (Raja francis Louis XIV 
mengatakan: Aku adalah Negara). Pemerintah suka nebeng kedaulatan negara 
padahal tidak ada pemerintahan yang berdaulat :-). Negara bersifat jangka 
panjang dan bisa bersitem apa saja, namun pemerintahan bersifat jangka terbatas 
dan sistemnya tergantung yang berkuasa :-) dan banyak lagi penyalah gunaan 
istilah negara untuk kepentingan pihak yang berkuasa.

Termasuk diantaranya mengaku dana LPS adalah 'uang Negara'. Mungkin lebih tepat 
itu dikatakan dana LPS. Jika keuangannya dikonsolidasikan dengan dana 
Pemerintah maka bisa disebut dana Pemerintah. Jika tidak ya tetap dana LPS.

Yang membedakan uang dengan sepatu adalah karena uang adalah uang negara maka 
ia berbentuk dan bernialai tetap diseluruh pelosok tanah air. Sementara sepatu 
tergantung hukum permintaan dan penawaran :-)


Salam

RM







--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, nazarjb suratna...@... wrote:

 Saya coba kasih komen:
 Rupiah adalah Nilai tukar barang dan jasa yang berlaku di negara indonesia 
 dan di syahkan berdasarkan hukum yang berlaku. Fungsi utamanya adalah untuk 
 menentukan nilai suatu barang atau jasa ketika terjadi jual beli/pertukaran.
 
 Contoh: sebuah sepatu pansus yang di pakai oleh seorang pejabat negara atau  
 manajer perusahaan di hargai dengan nilai Rp. 200.000. 
 
 Akan tetapi, atas/terhadap sepatu pansus dan uang tersebut, ada hak 
 seseorang.  sepatu sebelum di beli, menjadi hak penjual dan uang 200.000 
 menjadi hak pembeli. setelah terjadi pertukaran/jual beli, maka uang senilai 
 200.000 menjadi hak penjual dan sepatu pansus menjadi hak pembeli. Lalu 
 apakah sepatu pansus dan uang 200.000 tersebut menjadi hak milik negara? 
 tentu tidak, itu tetap menjadi hak masyarakat (pembeli dan penjual). Dan uang 
 rupiah itu memang legal sebagai alat pertukaran barang dan jasa di seluruh 
 penjuru negara indonesia (bukan uang palsu).
 
 Lalu ada istilah keuangan/dana negara yang menjadi hak seluruh rakyat 
 indonesia. Termasuk didalamnya hak pengelola negara (pegawai negeri), berupa 
 gaji bulanan dan 
 masyarakat non pegawai negeri, berupa bangunan fasilitas umum.
 Untuk fasilitas umum (istana, jalan, mobil dinas, dan fasilitas kerja 
 lainnya) tetap menjadi milik negara/masyarakat umum baik dari golongan 
 pegawai negeri maupun non pegawai negeri.
 
 Lalu Uang LPS dan BUMN itu adalah uang negara? Bisa iya bisa tidak. Iya itu 
 uang negara jika dana LPS diambil/berasal dari rekening yang menjadi hak 
 negara. Dan Bukan uang negara jika berasal dari/diambil dari rekening yang 
 bukan hak negara. Jadi, dalam LPS dan BUMN itu, bisa saja ada uang yang 
 menjadi hak negara dan bukan hak negara (hak swasta/perorangan). Ya, yang 
 perlu dilihat adalah dari mana ASAL muasal uang tersebut? berasal dari Hak 
 milik negara atau hak milik swasta/perorangan? Bisa jadi hak swasta dan 
 perorangan yang di serahkan/disumbangkan untuk kepentingan negara. Dan itu 
 bisa berupa sistim sewa atau diserahkan/hibah secara penuh menjadi hak milik 
 negara.
 
 Silahkan di sangkal jika dirasa ada yang tidak tepat.
 
 Salam
 Nazar for nothing si tukang kebun
 On. Tbo-Jbi
 
 
 
 --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Rachmad M rachmadm@ wrote:
 
  Pak Prastowo,
  
  Saya pikir hakekat uang negara ini yang justru harus disadari dengan benar. 
  Jika digunakan istilah uang saya, uang pemerintah,uang perusahaan ini 
  konotasinya berbeda karena dia dalam penguasaan saya, penguasaan pemerintah 
  atau penguasaan perusahaan.
  
  Jika uang itu dalam penguasaan saya, maka uang itu sepenuhnya menjadi 
  catatan saya. Karena sederhana ya tinggal buka dompet saja ada berapa 
  disana :-). Kalau dalam penguasaan Perusahaan ya perlu pembukuan demikian 
  juga dalam penguasaan Pemerintah. Namun semua tidak menghilangkan hakekat 
  bahwa uang itu adalah uang negara :-)
  
  Dunia terus berubah, catatan itu tidak lagi berbentuk uang namun dalam 
  bentuk data-data digital. Dia tidak lagi saya simpan dalam dompet berbentuk 
  'uang' namun dalam bentuk kartu karena data itu bisa saya akses dengan 
  kartu debit.
  
  Namun demikian hakekatnya tetap saya menggunakan uang negara karena nilai 
  yang melekat dalam catatan itu yang menentukan adalah negara :-)
  
  Salam
  
  RM





[Keuangan] Re: Bisa iya bisa tidak - was: Uang Negara ?

2010-01-28 Terurut Topik Rachmad M
Dan itu tergantung peran seluruh warga negara, bukan hanya pemerintah. 
Kesadaran hidup bernegara yang harus dikedepankan daripada kesadaran hidup 
berpemerintahan :-)

Nasib seluruh pengguna rupiah tergantung dari sikap pengguna rupiah dan 
sebagian besar adalah warga Negara Republik Indonesia. Entah dia swasta atau 
orang pemerintahan sama saja.

1.000.000 dapat satu ekor kambing atau dua ekor kambing bukan rupiahnya yang 
berubah tapi kambingnya yang kehilangan nilai :-) Kehilangan nilai ini bisa 
disebabkan pengelolaan uang negara yang terlalu baik atau memang barangnya yang 
terlalu banyak dipasar. 

Atau kalau menjadi lebih mahal, bisa jadi penjualnya mulai berpikir perbaikan 
nasibnya karena membayar segala sesuatunya ikut harga pasar dunia :-) atau 
pengelolaan rupiahnya yang amburadul.

Kembali ke uang negara, kita tidak mengenal pengunaan istilah uang bekas. Tapi 
kita kenal istilah barang bekas. Barang bekas juga tidak harus lebih murah 
harganya dibanding barang baru. Misalnya sepatu bekas lempar Bush, harganya 
selangit :-)


Dalam

RM



--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, nazarjb suratna...@... wrote:

 Nilai nominal uang memang tetap, tetapi daya belinya bisa berubah-ubah. 
 Contoh, uang rupiah 100.000 sebelum inflasi bisa membeli 10 unit sembako, 
 setelah inflasi hanya bisa membeli 6 atau 7 unit sembako. Jadi yang paling 
 berperan tetap pasar barang dan jasa (suplay  demandnya). Sementara uang 
 hanyalah nilai tukar. Bahkan BI melalui izin pemerintah bisa mencetak uang 
 rupiah sebanyak-banyaknya, tetapi 
 jika pasar barang  jasa tidak meresponnya maka uang tersebut akan 
 menyebabkan inflasi (kegiatan bisnis lesu maka uang rupiah sedikit 
 perputarannya), dan pada titik jenuhnya uang rupiah tersebut hanya akan 
 menumpuk di rekening bank-bank, Berangkas, dan dompet saja. ya, uang itu 
 hanya instrumen legal yang digunakan untuk terjadinya jual beli/pertukaran. 
 Yang paling berperan tetap aktivitas bisnis (pasar barang  jasa).
 
 Salam
 Nazar
 On.Tbo-Jbi
 --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Rachmad M rachmadm@ wrote:
 
  Kelihatanya bingung karena kita terbiasa menyamakan Pemerinyah dan Negara.
  
  Pengertian Negara itu jelas lebih luas. Setiap penduduk Indonesia adalah 
  warga negara Indonesia sementara tidak semua warga adalah pemerintah :-)
  
  Jaman dulu dimana negara di Eropa masih banyak berbentuk kerajaan, 
  raja/pemerintah selalu mengaku sebagai negara (Raja francis Louis XIV 
  mengatakan: Aku adalah Negara). Pemerintah suka nebeng kedaulatan negara 
  padahal tidak ada pemerintahan yang berdaulat :-). Negara bersifat jangka 
  panjang dan bisa bersitem apa saja, namun pemerintahan bersifat jangka 
  terbatas dan sistemnya tergantung yang berkuasa :-) dan banyak lagi 
  penyalah gunaan istilah negara untuk kepentingan pihak yang berkuasa.
  
  Termasuk diantaranya mengaku dana LPS adalah 'uang Negara'. Mungkin lebih 
  tepat itu dikatakan dana LPS. Jika keuangannya dikonsolidasikan dengan dana 
  Pemerintah maka bisa disebut dana Pemerintah. Jika tidak ya tetap dana LPS.
  
  Yang membedakan uang dengan sepatu adalah karena uang adalah uang negara 
  maka ia berbentuk dan bernialai tetap diseluruh pelosok tanah air. 
  Sementara sepatu tergantung hukum permintaan dan penawaran :-)
  
  
  Salam
  
  RM





[Keuangan] Uang Negara ?

2010-01-27 Terurut Topik Rachmad M
Sudah lama gak baca postingan Bung Poltak, jadi kangen juga nih :-)

Banyak diributkan dalam pansus mengenai uang negara atau bukan dana lps. 
Padahal menurut saya pribadi, semua uang rupiah yang beredar adalah uang milik 
negara. Negaralah yang menerbitkan dan negara pula yang bisa menyatakan itu 
berlaku/tidak berlaku.

Pemerintah, swasta dan masyarakat hanya dapat menggunakan uang sebagai catatan 
saja, sebagai bank notes, agar setiap jasanya dalam memberikan barang atau jasa 
bisa terukur dalam keadilan.

Keadilan inilah yang utama. Pencurian, perampokan, pembobolan, korupsi adalah 
bagian dari transaksi (berpindahnya uang) secara tidak adil. Maka disinilah 
peranan hukum dan hukuman agar manusia tetap bisa produkstif dan memafaatkan 
hasil produksi dalam keadilan dengan perantara uang.

Jika kita menyadari hal ini, maka ada banyak cara orang menjaminkan 
barang-barangnya yang telah diperoleh dengan perantara uang yakni dalam bentuk 
asuransi. Asuransi inilah yang menjamin jika terjadi sesuatu dengan properti 
yang kita miliki :-)

Sekarang kita diperkenalkan dengan asuransi terhadap uang tabungan yang dijamin 
lembaga yang bernama Lembaga Penjamin Simpanan. LPS tak lain adalah asuransi 
yang hanya saja tidak langsung preminya dimintakan pada nasabah penyimpan namun 
dimintakan pada Bank Penyimpan dana masyarakat. Namun prinsipnya sama saja 
karena kemungkinan hilangnya dana masyarakat justru terjadi pada bank yang 
kacau operasinya. Maka secara borongan ya dijamin uang para nasabah penyimpan 
tersebut.

Jadi apakah dana yang ada di LPS uang negara jawabanya ya semua uang rupiah 
adalah uang negara Republik Indonesia. Para nasabah berhak menuntut uangnya 
karena Lembaga itu didirikan untuk melindungi dananya yang disimpan di Bank 
yang kebetulan bermasalah karena prinsipnya tidak boleh hoilang keadilan bagi 
pemegang uang yang diterbitkan negara sebagai catatan hasil kerjanya.


Salam

RM





[Keuangan] Re: Coba dibuat kronologisnya - was: Cari alternatif baru

2010-01-20 Terurut Topik Rachmad M


--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, nazarjb suratna...@... wrote:

.del
 
 Pertanyaan:
 - Benarkah bang century berdampak sistemik? Benar-benar krisis atau memang 
 dicuri oleh pemiliknya. Persis seperti sengaja membakar bangunan yang sudah 
 diasuransikan karena jumlah klaim asuransi dianggap lebih tinggi/menguntunkan 
 dibandind nilai bangunannya.
 - Sudah tepatkah kebijakan membantu  bank centry.
 
 
 Salam
 Nazar
 On. Tbo-Jbi
 


Ada sedikit perbedaan disini. Yang dibantu bukan bank Century tapi para nasabah 
yang secara sah menyimpan uangnya di Bank Century. Nasabah tidak mau tahu 
apakah itu dirampok, apakah itu sitemik atau tidak. Karena LPS menjamin 
simpanan nasabah bank yang berbentuk tabungan, deposito, giro, sertifikat 
deposito, dan bentuk lain yang dipersamakan dengan itu. Hanya ini yang dipahami 
oleh para nasabah penyimpan.

Nasabah tidak akan diganti uangnya bila :

1. Simpanan nasabah tidak tercatat dalam pembukuan bank;
2. Nasabah  memperoleh bunga simpanan yang melebihi tingkat bunga wajar yang 
ditetapkan oleh LPS/nasabah menerima imbalan yang tidak wajar dari bank; dan
3. Nasabah melakukan tindakan yang merugikan bank, misalnya memiliki kredit 
macet di bank tersebut. 

Saya kira sebagai nasabah penyimpan tak perlu belajar UU LPS, yang dia tahu 
bahwa simpanannya dijamin Pemerintah.

Salam

RM









[Keuangan] Re: Coba dibuat kronologisnya - was: Cari alternatif baru

2010-01-20 Terurut Topik Rachmad M
Pada dasarnya yang dijamin adalah Simpanan Nasabah. Bahwa dalam perhitungan 
ternyata lebih murah jika mengambil alih dibanding dengan melikwidasi itu 
perkara lain. Namun demikian mari kita lihat langsung detail penggunaan dana 
talangan :

Berikut rincian penggunaan dana suntikan LPS ke Bank Century:

1. Dana Rekening Giro BI (GWM) sebesar Rp281,03 miliar (4,2 persen)
2. Pinjaman antar bank sebesar Rp303,1 miliar (4,5 persen)
3. Simpanan Nasabah sebesar Rp4,018 triliun (59,4 persen)
4. Pokok dan Bunga FPJP sebesar Rp152,3 miliar (2,3 persen)
5. Biaya RTGS dan denda GWM sebesar Rp289 juta (0,0 persen)
6. Transaksi Valuta Asing sebesar Rp32,9 miliar (0,5 persen)
7. Penempatan SBI sebesar Rp528,2 miliar (7,8 persen)
8. Penempatan Fasbi sebesar Rp545,5 miliar (8,1 persen)
9. Penempatan SUN sebesar Rp900,2 miliar (13,3 persen)

http://economy.okezone.com/read/2009/12/01/320/280770/320/inilah-rincian-penggunaan-dana-suntikan-lps-ke-century

Terlihat bahwa bagian terbesar adalah Simpanan Nasabah sebesar 59 % dan sisanya 
cuma masuk kantong kanan keluar kantong kiri.

Mengenai antaboga itu produk yang memang tidak dijamin LPS.

Jadi kalaupun Century ditutup LPS tetap menjamin simpanan nasabah dan 
kemungkinan uangnya hilang, namun jika mengoperasikannya hitungannya mungkin 
bisa untung. Mengenai berubah-ubahnya jumlah ya tergantung dana ditarik atau 
tidak oleh para nasabah. Mungkin masih ada yang tetap setia dengan Bank Century 
yang sekarang sudah berubah nama jadi Bank Mutiara.


Salam

RM

--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, nazarjb suratna...@... wrote:

 --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Rachmad M rachmadm@ wrote:
 
  Ada sedikit perbedaan disini. Yang dibantu bukan bank Century tapi para 
  nasabah yang secara sah menyimpan uangnya di Bank Century. Nasabah tidak 
  mau tahu apakah itu dirampok, apakah itu sitemik atau tidak. Karena LPS 
  menjamin simpanan nasabah bank yang berbentuk tabungan, deposito, giro, 
  sertifikat deposito, dan bentuk lain yang dipersamakan dengan itu. Hanya 
  ini yang dipahami oleh para nasabah penyimpan.
 .
 
 ok, keputusan akhir masih di pending dulu :-)
 
 Coba baca siaran pers BI tentang Pengambilalihan Bank Century oleh Lembaga 
 Penjamin Simpanan (LPS)
 
 Mulai hari ini, Jum'at 21 November 2008, PT. Bank Century Tbk diambil alih 
 oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), untuk selanjutnya tetap beroperasi 
 sebagai Bank Devisa penuh yang melayani berbagai kebutuhan jasa perbankan 
 bagi para nasabahnya. 
 
 Pengambilalihan bank tersebut oleh lembaga Pemerintah ini dimaksudkan untuk 
 lebih meningkatkan keamanan dan kualitas pelayanan bagi para nasabah. Tim 
 manajemen baru yang terdiri dari para profesional telah ditunjuk hari ini 
 untuk mengelola dan meningkatkan kinerja bank. 
 
 Beberapa waktu lalu diberitakan bahwa terdapat minat dari investor untuk 
 mengakuisisi bank ini. Namun karena proses akuisisi tersebut memakan waktu, 
 maka demi memberi rasa aman dan kepastian segera bagi para nasabah Bank 
 Century, Pemerintah dan Bank Indonesia melalui Komite Stabilitas Sistem 
 Keuangan (KSSK) memutuskan pengambil alihan bank tersebut oleh LPS.
 
 Untuk melaksanakan proses peralihan secara tertib, maka pada hari ini, 
 Jum'at, 21 November 2008, PT. Bank Century Tbk tidak beroperasi untuk 
 melayani transaksi perbankan untuk para nasabah. Namun demikian, pada hari 
 Senin, 24 November 2008, PT. Bank Century Tbk dipastikan akan melayani para 
 nasabah secara penuh, termasuk pelayanan kliring dan RTGS. 
 
 Segenap karyawan PT. Bank Century Tbk diminta untuk bekerja seperti biasa 
 sesuai tugas masing-masing dan bekerja sama sebaik-baiknya dengan manajemen 
 baru.
 
 Bank Indonesia akan terus memonitor perkembangan sektor perbankan di tanah 
 air yang saat ini secara umum mantap dan stabil.  
 
 
 Jakarta, 21 November 2008BANK INDONESIA
 Direktorat Perencanaan Strategis
 dan Hubungan Masyarakat 
 
 Filianingsih Hendarta
 Kepala Biro   LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN 
 
 Firdaus Djaelani
 Kepala Eksekutif
 
 http://www.bi.go.id/web/id/Ruang+Media/Siaran+Pers/spb_211108.htm
 
 
 - Kronologi Membengkaknya Bailout Bank Century oleh LPS
 
 Jakarta – Dana talangan atau bailout Bank Century membengkak menjadi Rp 6,7 
 triliun. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mengaku telah mengkonsultasikan 
 tambahan suntikan dana tersebut kepada Bank Indonesia.
 
 Kepala eksekutif LPS, Firdaus Djaelani mengatakan, pihaknya telah 
 mendiskusikan setiap penambahan modal yang digunakan untuk penyehatan PT Bank 
 Century Tbk (Century) kepada Bank Indonesia (BI).
 
 Menurutnya, dana yang sudah dikeluarkan sebesar Rp 6,7 triliun kepada Bank 
 Century didasarkan atas penilaian BI. Sebelum dilakukan penambahan modal LPS 
 berdiskusi dengan BI terlebih dahulu.
 
 Semua suntikan telah sesuai dengan petunjuk dan penilaian BI sebagai 
 regulator. Kalau rasio kecukupan modal (CAR) Century berkurang maka kita akan 
 menambah modalnya, kata Firdaus dalam Konferensi Persnya di

[Keuangan] Kwik membuka bantahan pihak mana pun

2010-01-20 Terurut Topik Rachmad M
Yang menjadi pertanyaan Pansus adalah dana bailout yang membengkak menjadi Rp 
6,7 triliun, Rp 632 miliar yang diketahui Menkeu setelah dikucurkan LPS menjadi 
Rp 6,7 triliun. Apa yang mempengaruhi hanya dalam beberapa hari, kata salah 
satu saksi ahli yang dipanggil, Kwik Kian Gie dalam rapat Pansus Angket Century 
di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (20/1/2010) malam.

...

Mendengar apa yang disampaikannya interupsi, Kwik pun tetap tenang. Kwik 
membuka bantahan pihak mana pun.

Dari : 
http://www.detiknews.com/read/2010/01/20/220931/1282853/10/keterangan-kwik-kian-gie-dibantah-anggota-pansus-dari-pd

Coba saya bantu membantah Kwik Kian Gie :-)
Sebenarnya yang dijamin LPS itu adalah Uang para nasabah penyimpan. Pada saat 
krisis global, banyak negara menerapkan jaminan penuh terhadap simpanan. 
Tujuannya agar uang tidak lari keluar negeri yang akan memperparah kurs mata 
uang negaranya.

Besar atau kecilnya dana yang ditarik oleh nasabah tergantung dari tingkat 
kepercayaan terhadap opersional bank Century khususnya dan Bank dalam negeri 
umumnya. Namun jika dihembuskan isu bahwa BUMN, Yayasan, Partai yang menyimpan 
uangnya disana dianggap kriminal ya mereka akan menarik seluruh dananya dan 
ini yang terjadi.

Namun jika kita berpikir ala Kwik bahwa yang diselamatkan adalah perusahaan 
Bank Century, maka mungkin ia akan fixed dengan catatan tidak boleh ada nasabah 
yang menarik simpananya.


Salam

RM










[Keuangan] Investasi LPS di Bank Century Tidak Menguntungkan ?

2010-01-19 Terurut Topik Rachmad M
Menurut anggota pansus dari Fraksi Hanura Akbar Faisal, keuntungan yang 
diperoleh LPS dengan berinvestasi itu akan lebih menguntungkan jika dana 
sebesar Rp6,76 triliun diinvestasikan di surat utang negara (SUN).
 
Pada Desember 2009, Bank Century untung Rp300 miliar. Padahal, kalau 
diinvestasikan di SUN akan untung sebesar Rp600 miliar, katanya dalam rapat 
pansus Century, di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (19/1/2010).

http://economy.okezone.com/read/2010/01/19/320/295657/investasi-lps-di-bank-century-tidak-menguntungkan

Menyedihkan kalau dana LPS yang diperoleh dari premi akibat para nasabah 
menyimpan uangnya di Bank untuk menjamin simpanannya justru diinvestasikan 
ditempat lain yang lebih menguntungkan. 

LPS itu Lembaga Penjamin Simpanan atau Perseroan Terbatas ? Makin aneh-aneh 
saja wakil kita di Senayan :-(


Salam

RM





Re: BLS: [Keuangan] Investasi LPS di Bank Century Tidak Menguntungkan ?

2010-01-19 Terurut Topik Rachmad M
Saya pikir kalau dasar berpikirnya sudah salah maka hasilnya juga akan lari 
terlalu jauh dari cita-cita yang sebenarnya. LPS diadakan untuk buffer jika 
terjadi masalah dan ketika masalah itu benar-benar terjadi maka ia harus 
menjalankan fungsinya.

Didalam menjalankan fungsinya ada beberapa pilihan :

1. Menutup Bank Century dengan tetap memberikan jaminan terhadap simpanan.

2. Memberikan dana pinjaman sebesar uang yang ditarik oleh para nasabah 
penyimpan. Jika nasabah penyimpan tetap percaya pada bank itu maka dana 
talangan itu akan kembali ke LPS karena nasabah tidak menarik uangnya. Namun 
jika nasabah penyimpan seperti Yayasan BI, BUMN dsbnya dianggap kriminal ya 
mereka memindahkan simpanannya dan butuh waktu yang lama lagi buat mencapai 
dana 6,7 T dikembalikan pada LPS.

3. Mengganti nama kemudian menjualnya. Ini juga akan bermasalah pada saat 
penjualan seperti penjualan aset oleh BPPN tempo hari.

Jika dikerjakan dengan tenang dan tidak terburu-buru mengkriminalkan Century 
sebenarnya pilihan nomer 2 yang terbaik dengan catatan dana talangan memang 
dibayarkan untuk para nasabah penyimpan karena itu memang haknya.

Salam

RM






--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Habibie Nugroho Wicaksono 
prof.habi...@... wrote:

 Setuju Bung Rachmad. Ada organisasi yang fungsinya untuk mencari laba, yaitu 
 PT dan bentuk-bentuk usaha lainnya. Ada organisasi yang fungsinya sebagai 
 regulator yaitu pemerintah. Dan ada pula lembaga nonprofit yang tujuannya 
 untuk menjadi buffer (penopang) ketika suatu sistem mengalami kegagalan atau 
 berpotensi mengalami kegagalan, dalam perbankan di Indonesia fungsi ini 
 diperankan oleh LPS.
 Sungguh menggelikan bila kemudian LPS dituntut untuk meraup profit 
 setinggi-tingginya mengingat fungsinya bukan untuk itu. Bahwa sangat baik 
 bila LPS bisa memperoleh laba dalam menjalankan fungsinya, tapi perlu diingat 
 bahwa fungsinya bukan untuk meraup laba setinggi-tingginya.
 
 -Pesan Asli-
 Dari: Rachmad M
 Terkirim:  19/01/2010 19:06:56
 Subjek:  [Keuangan] Investasi LPS di Bank Century Tidak Menguntungkan ?
 
 Menurut anggota pansus dari Fraksi Hanura Akbar Faisal, keuntungan yang 
 diperoleh LPS dengan berinvestasi itu akan lebih menguntungkan jika dana 
 sebesar Rp6,76 triliun diinvestasikan di surat utang negara (SUN).
  
 Pada Desember 2009, Bank Century untung Rp300 miliar. Padahal, kalau 
 diinvestasikan di SUN akan untung sebesar Rp600 miliar, katanya dalam rapat 
 pansus Century, di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (19/1/2010).
 
 http://economy.okezone.com/read/2010/01/19/320/295657/investasi-lps-di-bank-century-tidak-menguntungkan
 
 Menyedihkan kalau dana LPS yang diperoleh dari premi akibat para nasabah 
 menyimpan uangnya di Bank untuk menjamin simpanannya justru diinvestasikan 
 ditempat lain yang lebih menguntungkan. 
 
 LPS itu Lembaga Penjamin Simpanan atau Perseroan Terbatas ? Makin aneh-aneh 
 saja wakil kita di Senayan :-(
 
 
 Salam
 
 RM





[Keuangan] Cari alternatif baru

2010-01-19 Terurut Topik Rachmad M
Pak Nazar yth,

Saya pikir sangat sayang jika kita berhenti pada praduga yang itu-itu saja 
seperti BLBI tempo hari. Hal semacam ini muncul karena kurang paham sebagian 
besar warga kita akan peran 'uang' dalam artian yang sebenarnya yakni sebagai 
alat transaksi belaka. Sebagian besar masih melihat uang tak ubahnya sebagai 
'emas permata' bak hiasan yang mahal harganya.

Hal ini bisa dimaklumi mengingat sebenarnya kita dalam peralihan dari 
masyarakat gotong royong yakni bertukar barang dan jasa tanpa tanda uang 
menjadi masyarakat yang segala sesuatunya ditransaksikan dengan perantara uang.

Kegagalan memaknai uang pada era Soekarno/Suharto tercermin dari kemampuan 
bangsa ini menahan nilai rupiah yang pada saat merdeka yakni pada 7 Maret 1946 
: Devaluasi rupiah sebesar 29,12%. Semula US$ 1 = Rp 1,88 menjadi US$ 1 = Rp 
2,6525 sampai akhirnya 1 US $ menjadi sekitar Rp. 10.000,-

Kegagalan itu telah menyeret begitu banyak anak bangsa kehilangan kepercayaan 
bahwa naiknya jabatan, bertambahnya pengalaman akan sampai pada suatu tingkat 
kesejahteraan. Hal ini tak lain karena naiknya gaji termakan oleh inflasi dan 
devaluasi mata uang rupiah. Sehingga banyak jalan pintas ditempuh hanya untuk 
sampai taraf kehidupan yang sebenarnya 'wajar' untuk pengalaman dan jabatan 
tertentu  dengan cara dan pola yang salah yakni ambil bagian dalam pola korup.

Selepas era orde baru terlihat bahwa kita mampu menahan rupiah dan juga menekan 
inflasi dibawah dua digit seraya menambah cadangan devisa. Harga dilepas 
mengikuti harga global. Kita mulai belajar menggunakan uang dengan benar. Namun 
banyak pihak yang sangat mengkhawatirkan kondisi semacam ini. Mereka menolak 
pencabutan Subsidi, mereka juga menolak Bantuan Tunai Langsung yang semua itu 
sebenarnya akan kembali menjerumuskan kita memaknai 'uang' secara salah.

Dengan berlindung dibalik peraturan, mereka bergerak untuk menolak SMI dan 
Budiyono yang dianggap 'Neolib'. Kasus Century hanyalah salah satu upaya kearah 
itu. Jadi marilah kita tidak terjebak seolah menjamin simpanan nasabah 
penyimpan dan membayarnya ketika bank bermasalah adalah suatu 
kesalahan/kerugian. Adanya LPS memang ditujukan untuk itu, bahwa ada kasus 
pidana dibalik itu, yaitulah yang harus diusut tuntas bukan diselesaikan secara 
politik namun secara hukum.


Salam

RM





--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, nazarjb suratna...@... wrote:

 Iya, jika mau berbicara masalah ketatanegaraan dan hubungannya dengan 
 DPR/Wakil Rakjat Djelata :-) maka itu berawal dari sistim partai yang terlalu 
 banyak (terlalu over). Dimana jika diibaratkan dengan membagi kue, maka 
 kuenya cuma 10 kok yang diundang 30. Ya, berantem jadinya. Tapi syukurlah 
 sekarang yang lulus sensor hanya 9 parpol lagi. Itu bagus, karena tidak 
 terlalu banyak sumber konflik, titipan aspirasi rakyat dan titipan jatah uang 
 negara untuk dibagi-bagi.
 
 Sepertinya threat bank century ini sudah cukup panjang dan banyak benang 
 merah yang diambil dari berbagai opini dan kontroversi tersebut. Ya, tinggal 
 menyimpulkan dan memutuskan tindakan realnya saja. Karena masalah bank 
 century ini juga lagu lama, motif dan kronologisnya hampir sama dengan kasus 
 BLBI silam.
 
 Yang penting saat ini adalah bagaimana menghadapi persaingan pasar bebas. 
 Apakah produsen lokak mampu bertahan dan menang di negara sendiri atau 
 sebalIknya. Selain itu, masih banyak SDA yang belum berproduksi (bukan hanya 
 sekedar eksploitasi atau eksplorasi saja). Ya, perlu program berkelanjutan 
 untuk memanfaatkan SDA dalam negeri yang ada untuk pemenuhan kebutuhan/demand 
 domestik. Syukur-syukur jika memiliki kualitas dan kuantitas untuk di eksport.
 
 Nb: Menjadi kaya itu tidak salah, selama ia sejalan dengan norma-norma yang 
 ada.
 
 Salam
 Nazar
 On.Tbo-Jbi
 




Bls: [Keuangan] Re: Buku Putih Bank Century Departemen Keuangan

2010-01-18 Terurut Topik Rachmad M
Pak Prastowo,

Dengan tertulis disitu ataupun tidak tertulis di perpu No.4/2008 maka tindakan 
yang dibuat Gubernur Bank Indonesia dan Menteri Keuangan jelas merupakan 
kebijakan makro.

Sekarang masyarakat digiring untuk memahami seolah uang itu digelontorkan untuk 
langsung dipindahkan ke rekening yang tidak berhak seperti untuk dana kampanye 
atau hal lainnya.  Saya belum melihat hal ini terbukti.

Yang saya pahami uang itu kembali kepara pemiliknya untuk disimpan di Bank lain 
atau dipergunakan oleh yang bersangkutan untuk kepentinagnnya sediri. Bahwa ada 
masalah dengan pemilik atau pengelolanya itu masalah lain yang harus ditindak 
lanjuti.

Pada dasarnya keuangan negara bersifat close system. Untuk memperccepat 
pembangunan Pemerintah tidak bisa hanya mengandalkan putaran uang melalui pajak 
yang diperhitungkan setahun sekali. Instrument lain adalah peranan Bank baik 
itu Bank Pemerintah/Bank Swasta. Masyarakat diminta untuk menyimpan uangnya di 
bank agar bisa digunakan untuk membangun bagi yang memerlukannya melalui 
pinjaman.

Hal ini tentu jauh lebih baik dibanding jika uang itu disimpan di lemari besi 
masing-masing pemiliknya yang jelas tidak dapat dimanfaatkan orang lain.

Pemerintah melindungi simpanan ini... ini juga sudah baik. Ketika ada masalah 
pada Bank dimana para nasabah menyimpan duitnya, pemerintah membayarnya untuk 
menghindari pengaruh yang lebih buruk terjadi. 

Mungkin banyak rekan-rekan yang tidak merasakan, namun bagi saya pengaruh itu 
jelas terrasa. Dari sekitar 2 Juta meter persegi bangunan yang sedang saya 
tangani 600.000 meter persegi diselesaikan untuk mengisi pasar yang kosong 
akibat krisis dan langkah ini berhasil. 700.000 meter persegi mati segan, hidup 
tak mau dan sampai saat ini belum selesai juga dan sudah ditinggalkan sebagian 
besar tenaga kerjanya. 700.000 meter persegi lagi berhenti total akhir tahun 
2008.

Sebagaimana kita ketahui bahwa properti akan kena dampak paling awal dan pulih 
paling akhir jika terjadi krisis keuangan.Seharusnya kita bersyukur bahwa 
dampak itu  tidak meluas karena apa ? Karena antara lain ya ada kebijakan 
yang membuat para nasabah tidak perlu menyimpan uangnya didalam lemari besi. 
Dan ini jelas kebijakan makro yang kalau nunggu prosedur kita sudah kalaut kata 
urang Bandung teh.


Salam

RM

NB: Sesulit apapun tidak ada bangunan yang punya masalah Struktur/Arsitek/ME di 
Indonesia, yang ada adalah masalah Finansial (Financial Failure)







--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, prastowo prastowo sesaw...@... 
wrote:

 Pak Rachmad,
 Saya kira analoginya lagi2 tidak tepat. Ini bukan kebijakan makro, soal 
 bangun tol atau jembatan. Ini sudah pengambilan keputusan yang sifatnya 
 teknis,buktinya apa, silahkan baca Pasal 29 Perpu No.4/2008 ttg JPSK, 
 Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia, dan/atau pihak yang melaksanakan 
 tugas sesuai Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini tidak dapat 
 dihukum karena telah mengambil keputusan atau kebijakan yang sejalan dengan 
 tugas dan wewenangnya sebagaimana dimaksud alam Peraturan Pemerintah 
 Pengganti Undang-Undang ini.
  
 Ini bukti pemerintah sadar kebijakan ini berimplikasi yuridis. Kita tunggu 
 saja putusan MK soal ini. Di luar itu, ada UU Keuangan Negara, dll yang juga 
 harus dipatuhi. Dan, BPK sebagai lembaga audit tertinggi di negeri ini yg 
 otoritatif sudah melakukan audit sesuai UU dan hasilnya kita sudah tahu.
  
 salam,
  
 pras
 
 
 
 
 Dari: rachm...@... rachm...@...
 Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
 Terkirim: Jum, 15 Januari, 2010 04:09:45
 Judul: Re: Bls: Bls: [Keuangan] Re: Buku Putih Bank Century Departemen 
 Keuangan
 
   
 Apakah kita harus mempersoalkan bu Mega membuat kebijakan bangun Suramadu 
 atau Cipularang ? Kebijakan tidak bisa diadili tapi jika ada yang korupsi itu 
 masalah hukum yang tidak bisa kedaluarsa. Kebijakan sendiri cukup 
 dipertanbggung jawabkan dalam Sidang Umum. 
 
 Salam 
 
 RM 
 Sent from my BlackBerry® 
 powered by Sinyal Kuat INDOSAT 
 
 -Original Message- 
 From: prastowo prastowo sesaw...@yahoo. com 
 Date: Fri, 15 Jan 2010 17:53:38 
 To: AhliKeuangan- Indonesia@ yahoogroups. com 
 Subject: Bls: Bls: [Keuangan] Re: Buku Putih Bank Century Departemen Keuangan 
 
 Salam, 
 Analogi ini tidak tepat. Tiap masa pemerintahan telah mempertanggungjawab kan 
 tugasnya, itu betul, tapi pastilah dlm tataran kebijakan, bukan pada detail. 
 Bagaimana jika diketahui sebuah kebijakan ternyata korup? Jelas apa yg 
 dilakukan KPK adalah mengadili praktik masa lalu, bahkan di masa Megawati 
 sekali pun, jadi apa yang salah dg Pansus ini, toh terciumnya indikasi juga 
 baru di kemudian hari? 
 
 pras 
 
 
 
 
  _ _ __ 
 Dari: Rachmad M rachm...@yahoo. com 
 Kepada: AhliKeuangan- Indonesia@ yahoogroups. com 
 Terkirim: Kam, 14 Januari, 2010 07:05:09 
 Judul: Bls: [Keuangan] Re: Buku Putih Bank Century Departemen Keuangan 
 
   
 Sebetulnya

[Keuangan] Membangun Jembatan bukan kebijakan ?

2010-01-18 Terurut Topik Rachmad M
Pak Prastowo,

Membangun Jembatan seperti Suramadu bukanlah masalah teknis, itu masalah 
kebijakan. Ini menyangkut masalah uang yang sangat besar yang seharusnya bisa 
di alokasikan untuk hal lain yang lebih bermanfaat. Biasanya orang membangun 
jembatan antar pulau itu dari pulau kecil yang padat menuju daratan yang lebih 
luas contohnya Jembatan Penang.

Namun di Indonesia seringkali terbalik, dari daerah yang padat dibuat jembatan 
antar pulau ke pulau yang lebih kecil. Tentu saja hal semacam ini kurang 
menguntungkan. Misalnya Jembatan Balerang, dari Batam dibuatkan jembatan ke 
pulau yang lebih kecil atau dari Surabaya yang padat dibuat jembatan ke 
Madura... ini jelas sebuah kebijakan yang kurang tepat dan bisa dipermasalahkan.

Seharusnya kalau mau bikin jembatan dari Bali yang padat oleh Turis ke Jawa 
Timur agar turis bisa menikmati daerah wisata yang lebih luas di Jawa Timur 
selain Bali. Atau dari Jawa yang padat ke Sumatera yang lebih longgar.

Tapi karena itu merupakan kebijakan maka ya kita terima saja :-) Jadi sekali 
lagi membuat Balerang dan Suramadu bukan melulu masalah teknis... itu murni 
kebijakan yang lebih dikaitkan masalah sosial.


Salam

RM




--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, prastowo prastowo sesaw...@... 
wrote:

 Pak Rachmad,
 Saya kira analoginya lagi2 tidak tepat. Ini bukan kebijakan makro, soal 
 bangun tol atau jembatan. Ini sudah pengambilan keputusan yang sifatnya 
 teknis,buktinya apa, silahkan baca Pasal 29 Perpu No.4/2008 ttg JPSK, 
 Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia, dan/atau pihak yang melaksanakan 
 tugas sesuai Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini tidak dapat 
 dihukum karena telah mengambil keputusan atau kebijakan yang sejalan dengan 
 tugas dan wewenangnya sebagaimana dimaksud alam Peraturan Pemerintah 
 Pengganti Undang-Undang ini.
  
 Ini bukti pemerintah sadar kebijakan ini berimplikasi yuridis. Kita tunggu 
 saja putusan MK soal ini. Di luar itu, ada UU Keuangan Negara, dll yang juga 
 harus dipatuhi. Dan, BPK sebagai lembaga audit tertinggi di negeri ini yg 
 otoritatif sudah melakukan audit sesuai UU dan hasilnya kita sudah tahu.
  
 salam,
  
 pras
 
 
 
 




Bls: [Keuangan] Re: Buku Putih Bank Century Departemen Keuangan

2010-01-14 Terurut Topik Rachmad M
Sebetulnya sebuah kebijakan selalu mempunyai banyak sisi. Ada pihak yang 
diuntungkan, ada pula pihak yang dirugikan. Oleh karenanya sebuah kebijakan 
tidak dapat diungkit seperti halnya Pansus Century.

Tempat yang paling cocok untuk mempertanggung jawabkan sebuah kebijakan adalah 
Sidang Umum atau Sidang Istimewa.

Memperhatikan bahwa Bailout sendiri terjadi pada periode kepemimpinan yang lalu 
dan DPR tidak ada yang mempertanyakan pada saat Sidang Umum, maka sebenarnya 
menjadi pertanyaan, apa kerja anggota DPR sehingga SBY bisa mencalonkan lagi 
tanpa catatan yang seharusnya diketahui oleh masyarakat umum sebagai pemilihnya.

Seandainya bailout terjadi pada saat periode ini dan segera diadakan panitia 
yang kemudian ditindak lanjuti oleh Sidang Istimewa, maka bisalah kita cerna 
bahwa DPR sangat tanggap guna menghindari terjadinya penyimpangan lebih jauh.

Yang jadi masalah DPR dengan 'hasil pemilihan baru dengan wajah baru' mencoba 
mempermasalahkan kebijakan periode yang lalu yang sebenarnya telah 
dipertanggung jawabkan dalam Sidang Umum, sungguh sangat aneh.

Salam

RM




--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, prastowo prastowo sesaw...@... 
wrote:

 Wah..buka-bukaan menjadi semakin menarik.
 Kemarin Ibu SMI dengan mimik kesal menyatakan bahwa kekesalannya kepada 
 Pejabat BI sama dengan kekesalan para anggota Pansus. Beliau juga 
 menyampaikan data yang kurang memuaskan. Fakta lain yang perlu dikritisi:
 
 - jika ada sekitar 23 bank dengan peer yang hampir sama, sebagaimana menjadi 
 alasan pembenar dampak sistemik, seharusnya yang memanfaatkan FPJP yang 
 diubah dari PBI 10/26 menjadi PBI 10/30 tidak hanya BC, faktanya tidak ada 
 bank lain memanfaatkan FPJP.
 
 - Status/kedudukan hukum KSSK/KK. Di Perppu No. 4/2008 KSSK berwenang 
 menetapkan bank gagal berdampak sistemik. Ini juga menjadi kewenangan KK yang 
 disebut dalam UU LPS. Apakah KSSK=KK (dlm UU BI dan UU LPS?). Jika dasar 
 hukum bailout adalah Perpu, artinya cukup KSSK (Menkeu dan Gubernur BI), tapi 
 mengapa perlu dilakukan juga rapat KK (anggota Menkeu,Gubernur BI, Ketua LPP, 
 Ketua LPS)? untuk memenuhi ketentuan UU LPS? Yang menarik sebenarnya bukan 
 di status KSSK, tapi mengapa Pemerintah perlu mengatur KSSK padahal UU LPS 
 jelas mengatakan KK? dan mengapa ada yang menyarankan di Rapat KSSK 21 
 November 2008 itu utk diadakan rapat KK agar memenuhi UU LPS?
 
 Dua hal itu dulu bisa menjelaskan ada persoalan hukum. Maka, semoga fakta 
 semakin banyak terungkap, sehingga mempermudah rekonstruksi untuk mendapatkan 
 kesimpulan yang adil dan objektif.
 
 Dugaan kuat, BI tidak jujur dan terbuka. Karut marut yang menghentak, di 
 tengah sanjungan lembaga ini dianggap lembaga paling pruden di Indonesia. 
 Belum soal Surat Berharga jatuh tempo yang sengaja tak semua dihitung, 
 sehingga hanya dalam tiga hari dana bailout melonjak, dari Rp 630 M menjadi 
 Rp 2,1 T. Mengapa tak dikalkulasi sekalian POTENSI surat berharga yang telah 
 dan akan segera jatuh tempo?
 
 Kasihan Ibu SMI. Ia kemarin tampil tenang meski tampak letih dan gundah. Cara 
 menjawabnya sungguh menunjukkan kualitas dan kecerdasan yang luar biasa. 
 Beliau memahami persoalan dan menguasai data, hingga membuat anggota Pansus 
 terhenyak dan sering kehilangan jejak untuk bertanya.
 Sayang, semua yang indah ini dapat menjadi tak berarti ketika Anda harus 
 memutuskan sesuatu di balik cara kerja teknokrat yang hanya tahu kebenaran 
 tunggal, terlampau dingin dan percaya diri, dan yakin mampu membolak-balik 
 segala prosedur birokratis yg memang rumit itu. 
 
 salam
 
 
 
 
 
 Dari: ? mr.beachb...@...
 Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
 Terkirim: Rab, 13 Januari, 2010 21:35:30
 Judul: [Keuangan] Re: Buku Putih Bank Century Departemen Keuangan
 
   
 
 
 Selain itu sebaiknya juga baca BUKU KUNING Bank Century disini 
 http://tinyurl. com/yghl97f
 
 
 
 
 
   Berselancar lebih cepat. Internet Explorer 8 yang dioptimalkan untuk 
 Yahoo! otomatis membuka 2 halaman favorit Anda setiap kali Anda membuka 
 browser. Dapatkan IE8 di sini! 
 http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer
 
 [Non-text portions of this message have been removed]





Bls: [Keuangan] Re: Buku Putih Bank Century Departemen Keuangan

2010-01-14 Terurut Topik Rachmad M
Bung Yadi,

Coba kita renungkan, pada saat ini semua kebijakan berdasarkan nasionalisme 
karena pemenang pemilu dari partai Nasionalis. Mungkin suatu saat yang menang 
dan mendominasi DPR adalah partai yang berbasis Islam. Apakah kemudian partai 
ini ber'hak' mengkaji ulang seluruh kebijakan yang dibuat partai sebelumnya 
tentu saja tidak.

Demikian juga dengan kasus ini. DPR yang saat ini tidak berhak dan seharusnya 
juga tidak diberi hak untuk menilai apalagi mengadili kebijakan yang telah 
dibuat pada periode sebelumnya.

Kalau dalam perusahaan wadahnya adalah RUPS. Jadi kasus yang dilihat ya kasus 
yang sedang berjalan bukan periode yang lalu karena sudah dipertanggung 
jawabkan saat RUPS :-) Kecuali ada kasus Pidana bukan kebijakan yang telah 
diambil.

Salam

RM




--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Yadi Setiadi y.seti...@... 
wrote:

 
 Bung Rachmad ysh.,
 
 
 Saya membayangkan bahwa Sidang Umum itu bersifat general, overall... 
 Sedangkan Pansus itu sudah masuk domain spesial. Toch lex specialis derogat 
 lex generalis  bukan ? CMIIW...
 
  Jadi saya pikir sah2 saja kalo pansus ngotot melakukan investigasi. 
 
 Yang ngaco adalah jika Pansus sudah berubah jadi ajang dagelan, dagang 
 sapi, tidak jelas juntrungannya, dan semua orang berusaha jadi pahlawan 
 kesiangan...
 
 Itu yang harus kita kontrol bersama..
 
 Salam
 YS
 
 
 Sent from my MobileDevice®
 
 
 -Original Message-
 From: Rachmad M rachm...@...
 Date: Thu, 14 Jan 2010 15:05:09 
 To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
 Subject: Bls: [Keuangan] Re: Buku Putih Bank Century Departemen Keuangan
 
 Sebetulnya sebuah kebijakan selalu mempunyai banyak sisi. Ada pihak yang 
 diuntungkan, ada pula pihak yang dirugikan. Oleh karenanya sebuah kebijakan 
 tidak dapat diungkit seperti halnya Pansus Century.
 
 Tempat yang paling cocok untuk mempertanggung jawabkan sebuah kebijakan 
 adalah Sidang Umum atau Sidang Istimewa.
 
 Memperhatikan bahwa Bailout sendiri terjadi pada periode kepemimpinan yang 
 lalu dan DPR tidak ada yang mempertanyakan pada saat Sidang Umum, maka 
 sebenarnya menjadi pertanyaan, apa kerja anggota DPR sehingga SBY bisa 
 mencalonkan lagi tanpa catatan yang seharusnya diketahui oleh masyarakat umum 
 sebagai pemilihnya.
 
 Seandainya bailout terjadi pada saat periode ini dan segera diadakan panitia 
 yang kemudian ditindak lanjuti oleh Sidang Istimewa, maka bisalah kita cerna 
 bahwa DPR sangat tanggap guna menghindari terjadinya penyimpangan lebih jauh.
 
 Yang jadi masalah DPR dengan 'hasil pemilihan baru dengan wajah baru' mencoba 
 mempermasalahkan kebijakan periode yang lalu yang sebenarnya telah 
 dipertanggung jawabkan dalam Sidang Umum, sungguh sangat aneh.
 
 Salam
 
 RM
 
 
 
 
 --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, prastowo prastowo sesawi04@ 
 wrote:
 
  Wah..buka-bukaan menjadi semakin menarik.
  Kemarin Ibu SMI dengan mimik kesal menyatakan bahwa kekesalannya kepada 
  Pejabat BI sama dengan kekesalan para anggota Pansus. Beliau juga 
  menyampaikan data yang kurang memuaskan. Fakta lain yang perlu dikritisi:
  
  - jika ada sekitar 23 bank dengan peer yang hampir sama, sebagaimana 
  menjadi alasan pembenar dampak sistemik, seharusnya yang memanfaatkan FPJP 
  yang diubah dari PBI 10/26 menjadi PBI 10/30 tidak hanya BC, faktanya tidak 
  ada bank lain memanfaatkan FPJP.
  
  - Status/kedudukan hukum KSSK/KK. Di Perppu No. 4/2008 KSSK berwenang 
  menetapkan bank gagal berdampak sistemik. Ini juga menjadi kewenangan KK 
  yang disebut dalam UU LPS. Apakah KSSK=KK (dlm UU BI dan UU LPS?). Jika 
  dasar hukum bailout adalah Perpu, artinya cukup KSSK (Menkeu dan Gubernur 
  BI), tapi mengapa perlu dilakukan juga rapat KK (anggota Menkeu,Gubernur 
  BI, Ketua LPP, Ketua LPS)? untuk memenuhi ketentuan UU LPS? Yang menarik 
  sebenarnya bukan di status KSSK, tapi mengapa Pemerintah perlu mengatur 
  KSSK padahal UU LPS jelas mengatakan KK? dan mengapa ada yang menyarankan 
  di Rapat KSSK 21 November 2008 itu utk diadakan rapat KK agar memenuhi UU 
  LPS?
  
  Dua hal itu dulu bisa menjelaskan ada persoalan hukum. Maka, semoga fakta 
  semakin banyak terungkap, sehingga mempermudah rekonstruksi untuk 
  mendapatkan kesimpulan yang adil dan objektif.
  
  Dugaan kuat, BI tidak jujur dan terbuka. Karut marut yang menghentak, di 
  tengah sanjungan lembaga ini dianggap lembaga paling pruden di Indonesia. 
  Belum soal Surat Berharga jatuh tempo yang sengaja tak semua dihitung, 
  sehingga hanya dalam tiga hari dana bailout melonjak, dari Rp 630 M menjadi 
  Rp 2,1 T. Mengapa tak dikalkulasi sekalian POTENSI surat berharga yang 
  telah dan akan segera jatuh tempo?
  
  Kasihan Ibu SMI. Ia kemarin tampil tenang meski tampak letih dan gundah. 
  Cara menjawabnya sungguh menunjukkan kualitas dan kecerdasan yang luar 
  biasa. Beliau memahami persoalan dan menguasai data, hingga membuat anggota 
  Pansus terhenyak dan sering kehilangan jejak untuk bertanya.
  Sayang, semua yang indah ini

Re: [Keuangan] PANCASILA

2009-10-06 Terurut Topik Rachmad M

Kalau sudah basi, kita ganti dong dengan misalnya 'amanah'. Seperti dah banyak 
terlontar, kita butuh pemimpin yang 'amanah' dan kata ini seperti kata sapu 
jagad yang bisa mengganti Pancasila.

Masalahnya amanah ini sebetulnya bias. Seorang teroris juga menganggap 
tidakannya amanah karena dia punya ukuran sendiri terhadap kata 'amanah'. 
Sementara Pancasila sebagai suatu dasar negara ya begitu itu adanya. Kalau gak 
suka kata tida berketuhanan kita ganti dengan kata 'kurang' terhadap sumua sila 
maka hasilnya juga akan lucu :-)


Salam

RM
Belum pernah ikut P4





--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, mr_...@... wrote:

 Saya juga sepakat,
 
 Saya melihatnya Pancasila adalah sebuah janji bersama yg mengakomodasi 
 kebinekaan etnik, budaya dan aliran pada waktu itu.
 
 Implementasinya ya ... disesuaikan kebutuhan jaman.
 
 Seperti butir butir P4 jaman orba, mungkin sesuai untuk jaman itu ... 
 Sekarang ya maaf saja sdh basi.
 
 Kalau ada yg kemudian mencoba mengimplementasikan nya kedalam ekonomi, 
 demokrasi dsb ... sejauh ini masih klaim sepihak saja. 
 
 Apa bener demokrasi ala pak Harto itu demokrasi Pancasila?
 Apa bener ekonomi seperti yg di gagas prof murbiyanto dkk yg disebut ekonomi 
 pancasila? 
 
 Misal Sila 4, tentang perwakilan : bisa diterjemahkan sebagai demokrasi 
 terpimpin ala Sukarno, Demokrasi Kekeluargaan ala Suharto dan Demokrasi 
 Liberal ala pasca reformasi.
 
 Demikian juga sila ke tentang keadilan sosial. Adil disini kan relatif, 
 menurut siapa? Mungkin ada yg mengkalim kekayaan harus dibagi rata. Tapi saya 
 juga bisa bilang pembagian yg berkeadilan sosial hanya bisa dilakukan menurut 
 mekanisme pasar yg efisien.
 Yang bekerja lebih keras,lebih innovative mendapat bagian yg lebih besar dst. 
 
 
 Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone
 
 -Original Message-
 From: Oka Widana oka.wid...@...
 Date: Wed, 7 Oct 2009 10:20:56 
 To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
 Subject: RE: [Keuangan] PANCASILA
 
 Saya kok merasa sepakat dengan yg ditulis rekan Hok An (Btw, kapan Anda ke
 Jakarta, lagi?). Pancasila itu, adalah konsensus para pendiri Negara, yang
 merupakan visi akan menjadi apa yang namanya negara dan bangsa Indonesia
 itu. Pendiri Negara, tidak memberikan petunjuk, bagaimana atau akan diapakan
 pancasila dalam hal implementasi dan aplikasinya dalam berbangsa dan
 bernegara. Artinya, Pancasila itu, kalau diibaratkan suatu wadah, masihlah
 wadah yang kosong, yang hanya diberi merek Pancasila.
 
  
 
 Jika persepsinya seperti itu, maka tak heran jika pak Harto dan
 pemerintahannya pada saat itu berusaha menciptakan wadah yg dinamakan P4.
 Kalopun saat ini banyak yang bilang bahwa pendekatan itu salah, karena
 bersifat indoktrinatif dan mengikis sikap kritis Warga Negara, saya kira itu
 adalah tahapan belajar yang harus kita lalui.  Setelah era P4, seolah-olah
 Pancasila seperti tertelan bumi, antara ada dan tiada. Apakah P4,
 menghasilkan efek traumatis terhadap Pancasila? Saya kira, walau belum ada
 penelitiannya, kok ngak sampai kesitu ya...
 
  
 
 Bung Poltak benar mempertanyakan Pancasila itu seperti apa? Wong dia baru
 melihat wadahnya doang.. mas Pras juga benar, karena beliau melihat, didalam
 wadah itu sudah ada isinya, yaitu kebijakan hasil pengalaman bangsa ini
 selama 64 tahun merdeka, bahkan sebelumnya. Bung Enda, dan rekena2 lain saya
 kira benar juga karena melihat angle yang berbeda, pada wadah ini.
 
  
 
 Pancasila seperti halnya Merah Putih adalah kartu mati bagi Negara
 Indonesia. Dulu Merah Putih, kita artikan berani (merah) karena suci
 (putih), mungkin sekarang Merah Putih harus diintepretasikan lain.. (wong
 Nurdin Top dkk, aja bisa mengklaim semua aktivitas gilanya adalah berani
 karena suci, apa bedanya dg Merah Putih Indonesia?) ditengah kapitalisme
 modern, globalisasi, nasionalisme baru. Pancasila saya kira harus
 diperlakukan sama, Pancasila adalah wadah yang dinamis, yang tak akan pernah
 penuh. 
 
  
 
 Siapa yang harus mengisi, bukan Pemerintah tapi seluruh Warga Negara. Jangan
 Pemerintah yang bertugas mengisi, apalagi memonopoli intepretasi, entar
 balik lagi jaman Orba dong. Suatu Badan atau lembaga yang diatas Pemerintah,
 yang merupakan representasi seluruh rakyat..apalagi kalo bukan MPR, disitu
 ada wakil Parpol dan Daerah, bukan? UUD 45 yang dulu dianggap sakral saja
 bisa diamend, walau kesakralannya ingin tetap dipertahankan dengan cara
 tetap menamakannya UUD 45...artinya MPR bisa merumuskan guidance yg lebih
 jelas bagaimana mengaktualisasikan (saya tak ingin menggunakan kata
 mengamalkan) Pancasila. Dari sanalah barulah bangsa ini bisa melangkah lebih
 jauh...
 
  
 
 Sebagai Moderator, saya tak ingin menutup diskusi mengenai Pancasila ini,
 tapi memang kesimpulannya ngak akan jauh dari yang saya tuliskan diatas.
 Kalo mau dilanjutkan silahkan sajalah...untuk membedakan dengan topik yang
 terkait ekonomi, maka dibawah thread Pancasila, kita hanya akan membahas
 hal2 diluar ekonomi. Hal-hal 

Bls: [Keuangan] Re: Redam 12 Modus Penghindaran Pajak

2009-10-05 Terurut Topik Rachmad M
Transfer pricing didefenisikan sebagai suatu harga jual khusus yang
dipakai dalam pertukaran antardivisional untuk mencatat pendapatan
divisi penjual (selling division) dan biaya divisi pembeli (buying division).

Tujuan utama dari transfer pricing adalah mengevaluasi dan mengukur
kinerja perusahaan. Tetapi sering juga transfer pricing digunakan oleh
perusahaan-perusahaan multinasional untuk meminimalkan jumlah pajak
yang dibayar melalui rekayasa harga yang ditransfer antardivisi. Kunci
utama keberhasilan transfer pricing dari sisi pajak adalah adanya
transaksi karena adanya hubungan istimewa. Hubungan istimewa
merupakan hubungan kepemilikan antara satu perusahaan dengan
perusahaan lain dan hubungan ini terjadi karena adanya keterkaitan satu pihak 
dengan pihak lain yang tidak terdapat pada hubungan biasa. 

Untuk mengatur transfer pricing ini, undang-undang memberikan kewenangan kepada 
pihak fiskus untuk menentukan kembali jumlah harga transfer antar pihak-pihak 
yang mempunyai hubungan istimewa.

ini abstrak yang terdapat di : 
http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/aku/article/viewFile/15668/15660

Jadi sayang kalau transfer pricing direduksi jadi upaya memperkecil pajak 
semata. Karena masalah pajak adalah masalah internal pengelolaan keuangan 
pemerintahan :-(


Salam

RM


--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, prastowo prastowo sesaw...@... 
wrote:

 Khusus untuk transfer pricing saya kira blm bisa dipastikan jumlahnya, tapi 
 secara kasar - menurut Dirjen Pajak Darmin Nasution waktu itu - tax gap kita 
 sekitar Rp 120-150 trilyun/tahun.
 
 salam
 
 
 
 
 
 Dari: Bali da Dave dfa...@...
 Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
 Terkirim: Ming, 4 Oktober, 2009 23:58:47
 Judul: Re: [Keuangan] Re: Redam 12 Modus Penghindaran Pajak
 
 � 
 
 barangkali perlu diubah jadi 13...� bukannya 12 modus penghindaran Pajak.
 Apakah ada indikasi berapa besar pajak yang bisa dikumpulkan jika masalah 
 transfer pricing ini bisa diatasi?
 
 --- On Mon, 5/10/09, dyahanggitasari dyahanggitasari@ yahoo.com wrote:
 
 From: dyahanggitasari dyahanggitasari@ yahoo.com
 Subject: [Keuangan] Re: Redam 12 Modus Penghindaran Pajak
 To: AhliKeuangan- Indonesia@ yahoogroups. com
 Received: Monday, 5 October, 2009, 3:29 PM
 
 �
 
 Barangkali Pak Anton bisa menjawab pertanyaan saya:
 
 a. Adakah Ibu Menteri sudah mengantisipasi masalah transfer pricing?
 
 b. Contoh studi kasus. Bagaimana antisipasi terhadap perusahaan yang 
 melakukan pembebanan amortisasi sehingga P/L selalu rugi? Pembebanan ini bisa 
 dilakukan dengan pembelian barang barang bekas yang sudah tidak dipakai lagi 
 dari perusahaan induk di negara asalnya yang notabene book valuenya di 
 pembukuan sana sudah nol tetapi di laporan keuangan di sini dibeli dengan 
 harga yang tinggi. 
 
 Terima kasih. 
 
 --- In AhliKeuangan- Indonesia@ yahoogroups. com, Anton MS Wardhana ari.ams@ 
  wrote:
 
 
 
  simpulannya, agar tidak memiliki masalah perpajakan, sebaiknya kita tidak:
 
  
 
  1. mengalihkan sebagian omzet ke persediaan akhir.
 
  2. melakukan kompensasi kerugian yang tidak diperkenankan.
 
  3. mengkreditkan PPh Ps. 25 dalam surat pemberitahuan (SPT) pajak lebih
 
  besar daripada sebenarnya.
 
  4. menyandingkan omzet PPh dengan omzet PPN.
 
  5. menyandingkan biaya gaji dengan PPh Ps. 21.
 
  6. membebankan biaya overhead, seperti sewa, jasa, transportasi, promosi,
 
  dan bunga, tanpa diimbangi PPh Ps. 23 atau Ps. 4 (2).
 
  7. tidak melaporkan sebagian pajak keluarannya.
 
  8. memungut PPN, tetapi tidak membayarkan ke kantor pajak atau tidak
 
  melaporkan dalam SPT.
 
  9. WPOP menerbitkan faktur pajak yang sudah dikreditkan orang lain.
 
  10. menggunakan surat setoran pajak (SSP) palsu.
 
  11. melakukan restitusi, tetapi pajak lebih bayar itu dikompensasi pada
 
  bulan berikutnya.
 
  12. terindikasi menggunakan faktur pajak fiktif.
 
  
 
  atau akan dianggap sebagai upaya penghindaran pajak.
 
  
 
  *BR, ari.ams*
 
  
 
  artikel asli:
 
  http://bisniskeuang an.kompas. com/read/ xml/2009/ 10/05/07375570/ 
  redam.12. modus.penghindar an.pajak
 
  
 
  /Home/Bisnis  Keuangan/Fiskal  Moneter
 
  PENERIMAAN NEGARA
 
  Redam 12 Modus Penghindaran Pajak
 
  
 
  SENIN, 5 OKTOBER 2009 | 07:37 WIB
 
  *JAKARTA, KOMPAS.com *- Mulai tahun 2010, pemerintah mengintensifkan
 
  penggalian potensi penerimaan pajak, yakni dengan meredam 12 modus
 
  penghindaran Pajak Penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai.
 
  
 
  Hal itu, menurut Menteri Keuangan sekaligus Pelaksana Jabatan Menteri
 
  Koordinator Perekonomian Sri Mulyani Indrawati, dibutuhkan untuk menutup
 
  kenaikan target penerimaan pajak APBN 2010, yaitu Rp 658,3 triliun.
 
  
 
  Menkeu menyampaikan hal itu di Jakarta pekan lalu saat memaparkan isi UU
 
  tentang APBN 2010.
 
  
 
  Ia menjelaskan, 12 modus penghindaraan pajak itu akan diredam dengan
 
  menggunakan mekanisme optimalisasi pemanfaatan data perpajakan (OPDP),
 
  terutama pada 

Bls: Bls: [Keuangan] Re: Redam 12 Modus Penghindaran Pajak

2009-10-05 Terurut Topik Rachmad M
Baik mas Pras,

kalau memang berniat untuk  menyiapkan sebuah platform kampanye soal ini utk 
para politisi kita, maka memang yang perlu ditekankan adalah pemisahan antara 
hal-hal yang bersifat internal dan eksternal.

Seperti naiikin harga BBM misalnya, itu cumalah masalah internal yakni membawa 
bangsa ini membeli dan menjual tenaganya dengan ukuran yang berlaku global. 
Tapi jelas bahwa pemerintah tidak bisa cari uang dari rakyatnya, karena yang 
diperoleh dari rakyat hanyalah rupiah yang kalau ditukarkan mata uang asing 
akan berakibat merosotnya nilai mata uang rupiah.

Ada banyak kebijakkan yang orientasinya menganggap bahwa rupiah dan mata uang 
asing sama saja, padahal ada hal-hal yang secara prinsip tetap berbeda, kecuali 
nanti pada saat kita punya mata uang regional seperti Euro atau hanya ada satu 
saja mata uang di dunia ini :-)


Salam

RM





--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, prastowo prastowo sesaw...@... 
wrote:

 Oke Mas, klarifikasi ya, transfer pricing di sini memang sudah diandaikan yg 
 memiliki hubungan istimewa ( soal pajak ), maka sejak awal saya pergunakan 
 contoh MNC dan penggeseran biaya/laba. terima kasih penjelasannya. Boleh jadi 
 meskipun ada hubungan istimewa, praktiknya sudah taat azas.
 
 Pasal 18 UU PPh mengatakan:
 
 (3)   Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menentukan kembali besarnya 
 penghasilan dan 
   pengurangan serta menentukan utang sebagai modal untuk menghitung besarnya 
 Penghasilan 
   Kena Pajak bagi Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa dengan Wajib 
 Pajak lainnya 
   sesuai dengan kewajaran dan kelaziman usaha yang tidak dipengaruhi oleh 
 hubungan istimewa 
   dengan menggunakan metode perbandingan harga antara pihak yang independen, 
 metode 
   harga penjualan kembali, metode biaya-plus, atau metode lainnya.
 
  (3a)  Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan perjanjian dengan Wajib 
 Pajak dan bekerja 
   sama dengan pihak otoritas pajak negara lain untuk menentukan harga 
 transaksi antar 
   pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam 
 ayat (4), yang 
   berlaku selama suatu periode tertentu dan mengawasi pelaksanaannya serta 
 melakukan 
   renegosiasi setelah periode tertentu tersebut berakhir.
 
  (3b)  Wajib Pajak yang melakukan pembelian saham atau aktiva perusahaan 
 melalui pihak lain atau 
   badan yang dibentuk untuk maksud demikian (special purpose company), dapat 
 ditetapkan 
   sebagai pihak yang sebenarnya melakukan pembelian tersebut sepanjang Wajib 
 Pajak yang 
   bersangkutan mempunyai hubungan istimewa dengan pihak lain atau badan 
 tersebut dan 
   terdapat ketidakwajaran penetapan harga.
 
  (3c)  Penjualan atau pengalihan saham perusahaan antara (conduit company 
 atau special purpose 
   company) yang didirikan atau bertempat kedudukan di negara yang memberikan 
 perlindungan 
   pajak (tax haven country) yang mempunyai hubungan istimewa dengan badan 
 yang didirikan 
   atau bertempat kedudukan di Indonesia atau bentuk usaha tetap di Indonesia 
 dapat ditetapkan 
   sebagai penjualan atau pengalihan saham badan yang didirikan atau bertempat 
 kedudukan 
   di Indonesia atau bentuk usaha tetap di Indonesia.
 
  (3d)  Besarnya penghasilan yang diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam 
 negeri dari pemberi 
   kerja yang memiliki hubungan istimewa dengan perusahaan lain yang tidak 
 didirikan dan tidak 
   bertempat kedudukan di Indonesia dapat ditentukan kembali, dalam hal 
 pemberi kerja 
   mengalihkan seluruh atau sebagian penghasilan Wajib Pajak orang pribadi 
 dalam negeri 
   tersebut ke dalam bentuk biaya atau pengeluaran lainnya yang dibayarkan 
 kepada perusahaan 
   yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia tersebut.
 
  (3e)  Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3b), ayat (3c), 
 dan ayat (3d) diatur 
   lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
 
  (4)  Hubungan istimewa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sampai dengan ayat 
 (3d), Pasal 9 
   ayat (1) huruf f, dan Pasal 10 ayat (1) dianggap ada apabila:
      a.  Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung 
 paling rendah 
    25% (dua puluh lima persen) pada Wajib Pajak lain; hubungan antara Wajib 
 Pajak 
    dengan penyertaan paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada dua Wajib 
 Pajak 
    atau lebih; atau hubungan di antara dua Wajib Pajak atau lebih yang 
 disebut terakhir;
      b.  Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak lainnya atau dua atau lebih Wajib 
 Pajak berada 
    di bawah penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak langsung; atau
      c.  terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis 
 keturunan 
    lurus dan/atau ke samping satu derajat.
 
 demikian kira2, kita bisa diskusikan lebih lanjut.
 salam,
 
 pras
 
 
 
 
 Dari: Rachmad M rachm...@...
 Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
 Terkirim: Sen, 5 Oktober, 2009 00:50:32
 Judul: Bls

[Keuangan] Re: Pidato Imajiner Soekarno Kemana Indonesia Melangkah?

2009-10-05 Terurut Topik Rachmad M
Kita tidak melangkah kemana-mana dan kita puas jadi bangsa tempe sekelas TKI. 
Karena ternyata sebagian besar begitu apatis terhadap konsep-konsep hidup 
bernegara. Dan merasa puas dan berhasil jika mampu membawa dirinya sendiri 
lepas dari jerat-jerat kemiskinan :-)

Salam

RM

--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Christovita Wiloto 
christovwil...@... wrote:

 
 Dear Rekan-rekan,
 
 Silakan klik http://www.youtube.com/watch?v=JjGyHO8Hos0
 untuk mendengarkan Pidato Imajiner Soekarno Kemana Indonesia  
 Melangkah?
 Sebuah pidato imajiner Soekarno untuk 64 tahun Indonesia merdeka.
 
 Best Regards
 Christovita Wiloto





Re: [Keuangan] PANCASILA

2009-10-05 Terurut Topik Rachmad M
Seandainya pemimpin kita tidak mengamalkan Pancasila maka :

1. Tidak Berketuhanan Yang Maha Esa
2. Tidak berkemanusiaan, tidak Adil Dan tidak Beradab 
3. Tidak mempersatuan Indonesia
4. Tidak memikirkan rakyat, tidak memimpin dengan hikmat  dantidak 
Kebijaksanaan, tidak mau musyawarah dan tidak mau diwakilkan
5, Tidak berkeadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia 

Mau ?

Kalau kita bersedia dipimpin oleh orang yang satu sila saja  gak memenuhi 
Pancasila masak ia bersedia ? Kalau ada rakyat yang gak perduli ... ya silahkan 
saja tapi jangan jadi pimpinan. begitu aja kok repot :-)


Salam

RM




--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, sen diskartes d1ka...@... 
wrote:

 menarik juga diskusi tentang Pancasila...
 yah wajar sih klo pialang tsb tidak memahami Pancasila, karena mereka tidak 
 pernah ngerasain gimana rasanya perjuangan tempoe doeloe
 bisanya yah melototin market nyari duit buat isi perut,,,
 coba deh rekan2 liat,, beberapa sekolahan bahkan ada yang tidak melaksanakan 
 upacara bendera hari senin seperti dulu
 otomatis generasi mendatang akan lebih tidak menahu mengenai sila sila ini...
 menurut saya, kan lebih baik tiap minggu ada moment khusus mengenai 
 kebangsaan kita
 ga usah upacara gitu, yang penting bisa inget..wkwkwk
 buat suhu2 yang lebih tahu, mohon ditambahkan bagaimana sih sejarah Pancasila
 
 
 regards
 -sen-
 
 
 
 
 
 
 From: will_b...@... will_b...@...
 To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
 Sent: Mon, October 5, 2009 7:02:50 PM
 Subject: [Keuangan] PANCASILA
 
 Pancasila,
 
 Saat ini, Pancasila menjadi tema diskusi yang menarik.
 Mengapa? Karena banyak yang skeptis, gak tahu, dan malah gak mau tahu tentang 
 Pancasila.
 
 Saya sendiri dah gak hapal lagi butir2 di masing2 sila. Tetapi masih mending 
 saya hapal silanya. Seorang kawan yang adalah pialang handal dan alumni 
 universitas terkemuka malah gak apal sila2 nya. Kemarin saya di ketawain 
 rekan2 profesional  ketika saya penuh semangat ngomongin Pemilu... Comment 
 nya : gua gak gitu2 amat tuh, kalem aja lah Bro...
 Yang mengejutkan saya, presiden nya siapa aja pada gak peduli, bakal jauh 
 banget kalau diajak ngomongin Pancasila.
 
 Kalau Pancasila aja gak paham, terus gimana nerapinnya
 
 Agak menggelitik ketika isu demokrasi Pancasila dan Ekonomi Pancasila di 
 naikkan... Lalu seberapa penting hal itu buat kehidupan kita??
 
 Menurut hemat saya, Pancasila adalah sebuah ide warisan pendiri bangsa. Yang 
 membedakan jati diri kita dengan bangsa dan negara lain... Pancasila nyambung 
 dan nempel dengan Indonesia dan UUD 45. Kebesaran Indonesia adalah kebesaran 
 Pancasila dan UUD 45.
 
 Keberadaan Indonesia memang dipaksakan (semua bekas jajahan Belanda adalah 
 Indonesia) persatuan Indonesia mungkin dibuat2 (sumpah pemuda : saya gak 
 yakin mereka utusan segala suku yang berkumpul, saya menduga, kebetulan 
 mereka ada di jawa, lalu dikumpulkan untuk ikrar  bersatu. Karena jaman itu 
 gak gampang ngumpulin orang dari seluruh Nusantara)
 
 Tetapi, kita, dapat gratisan, dah dari sononya punya Indonesia. Bila kita 
 tidak menjaga, merawat, mengembangkan, dan menguatkan ide, nilai dan tatanan 
 luhur ini Kehancuran pasti menjadi ujung takdir Indonesia.
 
 Saya berani berpendapat demikian, karena segala diskusi kita ini berawal dari 
 tidak dilaksanakannya UUD 45 dan Pancasila dengan konsekuen. Bila kedua hal 
 ini dilaksanakan, saya yakin, gemah ripah loh jinawi akan kita capai.
 Belum dilaksanakan, eh malah sudah di amandemen pula...
 
 Bila anda membaca UUD 45, Pancasila dan semangat yang terkandung di dalamnya, 
 saya yakin anda akan paham maksud saya.
 
 Demikian opini saya, dengan kerendahan hati saya posting kan.
 Salam.
 
 Wbo.
 
 
 
 Sent from my BlackBerry®
 powered by Sinyal Kuat INDOSAT
 
 -Original Message-
 From: lubeckym lubec...@...
 Date: Mon, 5 Oct 2009 17:00:20 
 To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
 Subject: Re: [Keuangan] Akar Budaya Korupsi dan Kegagalan penegakan hukum?  
 Rasa  Kekeluargaan!  (was: Re: Budaya Korupsi
 
 Wah bang Poltak masih lebih bagus tdk dapat mencerna konsep keluarga dlm 
 Pancasila.
 
 Saya pribadi lebih parah lagi karena  sudah tidak tahu lagi apakah PANCASILA 
 itu masih SAKTI atau tidak..  :-)
 
 Tampaknya bung Pras yg dari postingan2x sebelumnya lebih paham [yakin?] ttg 
 Pancasila dan filsafatnya bisa elaborate lebih lanjut ttg hal ini [entah pake 
 model johan galtung, filsafat ilmu atau apapun itu]
 
 Mudah2an saya yg skeptis dng Pancasila [dan apapun yg berelasi dngnya spt 
 ekonomi pancasila. politik pancasila atau budaya pancasila] bisa tercerahkan 
 dng diskusi di milis ini.
 
 
 peace,
 lubeck
 
   - Original Message - 
   From: Poltak Hotradero 
   To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com 
   Sent: Monday, October 05, 2009 4:16 PM
   Subject: [Keuangan] Akar Budaya Korupsi dan Kegagalan penegakan hukum? Rasa 
 Kekeluargaan! (was: Re: Budaya Korupsi
 
 
 
   Seperti yang 

Re: [Keuangan] PANCASILA

2009-10-05 Terurut Topik Rachmad M
Wah aneh juga kalau bensin dijadikan ukuran.

Ada beberapa mobil yang saya miliki. Yang mengsyaratkan pakai oktan tinggi ya 
saya isi pertamax sementara yang tidak ya pakai premium. Kalau dibalik-balik 
atau terpaksa pakai pertamax karena gak mau subsidi juga aneh atau sebaliknya 
mobil yang harusnya pertamax diisi premium juga aneh.

Ada gak yang jual premium tanpa subsidi ? Kalau ada akan saya isi itu :-)


Salam

RM


--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero hotrad...@... 
wrote:

 At 08:17 AM 10/6/2009, you wrote:
 
 
 menarik juga diskusi tentang Pancasila...
 yah wajar sih klo pialang tsb tidak memahami Pancasila, karena 
 mereka tidak pernah ngerasain gimana rasanya perjuangan tempoe doeloe
 bisanya yah melototin market nyari duit buat isi perut,,,
 
 
 Nggak usah muluk-muluk deh bicara soal nasionalisme...
 Begini, dalam kendaraan anda isinya apa?  premium 
 bersubsidi   atau   bahan bakar tanpa subsidi?
 
 Kalau dalam tanki kendaraan bermotor anda masih ada premium 
 bersubsidi (padahal anda mampu untuk beli bahan bakar tanpa subsidi) 
 -- anda berarti menggerogoti anggaran negara sekaligus merampas hak 
 orang miskin.  (dan masih juga mengaku mengamalkan Pancasila?)





Budaya Korupsi Re: [Keuangan] Inti Sari Diskusi...

2009-10-04 Terurut Topik Rachmad M
Coba dipikir lagi deh :-)


Saya dan si Bedu satu sekolah, dari SD sampai Universitas ternama di Indonesia. 
Si Bedu ini sebenarnya lebih pintar dikit dari saya, hanya saja ketika lulus 
dia pilih jadi abdi negara, sementara saya pilih jadi wiraswasta saja.

Ternyata jadi abdi negara kalau jujur-jujur aja gak bakalan bisa punya mobil, 
apalagi rumah. Wong dah hampir pensiun aja gajinya masih dibawah 3 juta kok. 

Sebagai wiraswasta saya juga dapat proyek dari si Bedu, ini murni karena kami 
sebidang waktu kuliah, jadi kalau bidang usaha saya sebidang dan bersinggungan 
ya wajar saja. Kalau saya punya keuntungan lumayan ya saya bagi dia  jadi 
bisalah punya mobilbisa juga punya rumah . Kalau ada  mahasiswa dari 
universitas kami dulu minta sumbangan buat dies, si Bedu kontak saya untuk 
nyumbang atas namanya sebagai pejabat yang bonafide.

Lha kok jari kelingkingnya mau dipotong mas Andi MF Avandy :-)

Salam

RM



--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Andi MF Avandy 
link2ha...@... wrote:

 Bagaimana seandainya hukuman koruptor dibuat cacat fisik aja misalnya 
 dipotong jarinya? Tiap terbukti korupsi minimal 5 juta jarinya dipotong satu 
 mulai dari kelingking tangan kiri. 
 
 Dibanding hukuman mati, saya pikir ini lebih efektif karena ada saksi hidup 
 yaitu bukti hukuman melekat di tangan. Akan ada rasa malu buat pelaku dan 
 rasa takut buat calon koruptor. Bayangkan kalo korupsinya sepuluh kali! Habis 
 semua jarinya.
 Kesannya sadis tapi hanya itu cara paling rasional. Selama ini kan eks napi 
 koruptor bebas lenggang kangkung bahkan calonin diri jadi ketua umum partai 
 pula.
 
 
 Andi MF Avandy
 Sent from my BlackBerry® smartphone
 
 -Original Message-
 From: will_b...@...
 Date: Sun, 4 Oct 2009 10:34:30 
 To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
 Subject: Re: Budaya Korupsi Re: [Keuangan] Inti Sari Diskusi...
 
 
 Jadi inget nasehat seni perang SuntZhu dalam pemberantasan korupsi:
 
 HUKUM MATI BIANG PALING ATAS NYA, EKORNYA PASTI PADA NGEPER NGIBRIT TAKUT...
 
 China sudah membuktikan efektifitasnya.
 
 Salam.
 
 
 
 
 
 
 Sent from my BlackBerry®
 powered by Sinyal Kuat INDOSAT
 
 -Original Message-
 From: Gianto Setiadi giantoseti...@...
 Date: Sun, 4 Oct 2009 08:49:00 
 To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
 Subject: Re: Budaya Korupsi Re: [Keuangan] Inti Sari Diskusi...
 
 Saya bukan orang di pemerintahan, tapi saya kira tidak fair apabila kita 
 hanya menyalahkan pemerintah ketika ada tindak korupsi. Ada korupsi terjadi 
 karena adanya kesempatan yang kita ciptakan dan kesempatan ini kemudian 
 dimanfaatkan oleh oknum pemerintah.
 Ini hanya pendapat.
 
 BR,
 
 Gianto
 
 
 
 
 --Original Message--
 From: Rachmad M
 Sender: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
 To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
 ReplyTo: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
 Subject: Budaya Korupsi Re: [Keuangan] Inti Sari Diskusi...
 Sent: Oct 4, 2009 10:49
 
   Korupsi di Indonesia adalah akibat kegagalan pemerintah dalam 
 mempertahankan nilai rupiah terhadap inflasi dan devaluasi. Oleh karenanya 
 semua pihak kehilangan pengharapan bahwa bertambahnya pendidikan, pengalaman 
 dan jabatan akan dibarengi oleh bertambahnya pendapatan/kesejaht eraan. Oleh 
 karenanya masing-masing pihak menempuh caranya sendiri untuk mendapatkan 
 kesejahteraannya. Ada yang mengkomersialisasik an jabatan, barang kantor, 
 waktu kerja dsbnya Kesalahan seperti ini bisa dikategorikan sebagai 
 kemiskinan struktural, yakni kemiskinan akibat kesalahan kebijakkan yang 
 dibuat oleh manusia. Kemiskinan lainnya adalah kemiskinan natural dan 
 kemiskinan kultural. Jelas negeri ini secara natural dan kultural jauh dari 
 hal-hal yang membuat negeri ini miskin. Salam RM --- In AhliKeuangan- 
 Indonesia@ yahoogroups. com, rx_mencenges@ ... rx_mencenges@ ... wrote:  
  ngomongin masalah korupsi di negeri ini memang gak akan ada matinya. Semua 
 orang tau, salah satu (mungkin penyebab utama) terhambatnya kemajuan bangsa 
 ini adalah korupsi.   Banyak dari kita yg langsung menumpahkan kesalahan 
 kepada pemimpin negeri ini atau aparat penegak hukum. Kita menganggap mereka 
 tidak becus/tidak peduli dengan masalah pemberantasan korupsi. Dalam hal ini 
 saya setuju bahwa, pemimpin/aparat memegang peranan yg besar dalam 
 pemberantasan korupsi.   Cuma mgkn ada satu hal yg kita lupa. Pemimpin 
 adalah cermin dari masyarakat yg dipimpinnya. Dia pun lahir dari masyarakat. 
 Dia pun, dulunya adalah 'masyarakat' . Apa yang dia lakukan sebagai pemimpin, 
 adalah apa juga yg dilakukan oleh masyarakat yg dipimpinnya. Bila 
 pemimpin/aparat kita masih korup, mungkin sebagian besar rakyat kita pun 
 masih korupsi. Tak peduli rakyat jelata ataupun orang kaya. Coba kita liat, 
 dr level terbawah sekalipun, korupsi begitu mewabah. Tukang parkir jalanan yg 
 jarang memberikan karcis parkir, kasir di toko yg jarang mengembalikan uang 
 kembalian secara penuh, kita yg lbh suka menyogok polantas daripada ikut

Budaya Korupsi Re: [Keuangan] Inti Sari Diskusi...

2009-10-04 Terurut Topik Rachmad M
Kalau yang salah sistemnya ya yang dibenerin sistemnya mas, itu maksud saya. 
Jadi kalau jelas sistem yang ada mengakibatkan kemiskinan struktural ya 
dibenerin sistemnya jangan diobok-obok orangnya yang berangkat sama seperti 
kita-kita ini. Sebagian malah lebih bertaqwa dari saya dan sekarang tetap saja 
merasa tindakkannya benar bahkan dah pada naik haji :-(

Untuk swasta memang mudah mengatasi devaluasi dengan cara rasionalisasi 
karyawan dan penyesuaian harga jual supaya penggajian kembali pada nilai 
sebelum devaluasi. namun bagaimana dengan PNS/ABRI dan pensiunan ?

Tempo hari jaman Suharto, jika ada issue kenaikan gaji, harga dipasar naik 
mendahului kenaikan gaji itu sendiri :-(


Salam

RM
Wiraswasta




--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Andi MF Avandy 
link2ha...@... wrote:

 Tuh kan kelihatan ada yang ga tega! Artinya kalo wacana aja udah ada perasaan 
 ga tega apa lagi kalo hukumannya benar2 diberlakukan. Pasti efek jeranya 
 lebih besar dari sekedar hukuman penjara atau mati sekalipun. Bayangin kalo 
 ada mantan mentri anu atau mantan gubernur anu yang kebetulan pernah 
 tersangkut masalah korupsi trus di undang acara seremonial. Pasti bakal jadi 
 bahan gunjingan kalo jarinya ga lengkap. Heheheh mo salaman susah la yau.
 Maaf kalo usulanku sadis. Masalhnya gw gemes baget dengan koruptor. Gw 
 sendiri alhamdulillah yah walaupun cuma buat telepon pribadi gw ga brani pake 
 telepon kantor. 
 
 Salam 
 
 Andi MF Avandy
 Sent from my BlackBerry® smartphone
 
 -Original Message-
 From: Rachmad M rachm...@...
 Date: Sun, 04 Oct 2009 13:19:19 
 To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
 Subject: Budaya Korupsi Re: [Keuangan] Inti Sari Diskusi...
 
 Coba dipikir lagi deh :-)
 
 
 Saya dan si Bedu satu sekolah, dari SD sampai Universitas ternama di 
 Indonesia. Si Bedu ini sebenarnya lebih pintar dikit dari saya, hanya saja 
 ketika lulus dia pilih jadi abdi negara, sementara saya pilih jadi wiraswasta 
 saja.
 
 Ternyata jadi abdi negara kalau jujur-jujur aja gak bakalan bisa punya mobil, 
 apalagi rumah. Wong dah hampir pensiun aja gajinya masih dibawah 3 juta kok. 
 
 Sebagai wiraswasta saya juga dapat proyek dari si Bedu, ini murni karena kami 
 sebidang waktu kuliah, jadi kalau bidang usaha saya sebidang dan 
 bersinggungan ya wajar saja. Kalau saya punya keuntungan lumayan ya saya bagi 
 dia  jadi bisalah punya mobilbisa juga punya rumah . Kalau ada  
 mahasiswa dari universitas kami dulu minta sumbangan buat dies, si Bedu 
 kontak saya untuk nyumbang atas namanya sebagai pejabat yang bonafide.
 
 Lha kok jari kelingkingnya mau dipotong mas Andi MF Avandy :-)
 
 Salam
 
 RM
 
 
 
 --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Andi MF Avandy link2hamfa@ 
 wrote:
 
  Bagaimana seandainya hukuman koruptor dibuat cacat fisik aja misalnya 
  dipotong jarinya? Tiap terbukti korupsi minimal 5 juta jarinya dipotong 
  satu mulai dari kelingking tangan kiri. 
  
  Dibanding hukuman mati, saya pikir ini lebih efektif karena ada saksi hidup 
  yaitu bukti hukuman melekat di tangan. Akan ada rasa malu buat pelaku dan 
  rasa takut buat calon koruptor. Bayangkan kalo korupsinya sepuluh kali! 
  Habis semua jarinya.
  Kesannya sadis tapi hanya itu cara paling rasional. Selama ini kan eks napi 
  koruptor bebas lenggang kangkung bahkan calonin diri jadi ketua umum partai 
  pula.
  
  
  Andi MF Avandy
  Sent from my BlackBerry® smartphone
  
  -Original Message-
  From: will_bulo@
  Date: Sun, 4 Oct 2009 10:34:30 
  To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
  Subject: Re: Budaya Korupsi Re: [Keuangan] Inti Sari Diskusi...
  
  
  Jadi inget nasehat seni perang SuntZhu dalam pemberantasan korupsi:
  
  HUKUM MATI BIANG PALING ATAS NYA, EKORNYA PASTI PADA NGEPER NGIBRIT TAKUT...
  
  China sudah membuktikan efektifitasnya.
  
  Salam.
  
  
  
  
  
  
  Sent from my BlackBerry®
  powered by Sinyal Kuat INDOSAT
  
  -Original Message-
  From: Gianto Setiadi giantosetiadi@
  Date: Sun, 4 Oct 2009 08:49:00 
  To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
  Subject: Re: Budaya Korupsi Re: [Keuangan] Inti Sari Diskusi...
  
  Saya bukan orang di pemerintahan, tapi saya kira tidak fair apabila kita 
  hanya menyalahkan pemerintah ketika ada tindak korupsi. Ada korupsi terjadi 
  karena adanya kesempatan yang kita ciptakan dan kesempatan ini kemudian 
  dimanfaatkan oleh oknum pemerintah.
  Ini hanya pendapat.
  
  BR,
  
  Gianto
  
  
  
  
  --Original Message--
  From: Rachmad M
  Sender: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
  To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
  ReplyTo: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
  Subject: Budaya Korupsi Re: [Keuangan] Inti Sari Diskusi...
  Sent: Oct 4, 2009 10:49
  
    Korupsi di Indonesia adalah akibat kegagalan pemerintah dalam 
  mempertahankan nilai rupiah terhadap inflasi dan devaluasi. Oleh karenanya 
  semua pihak kehilangan pengharapan bahwa bertambahnya pendidikan, 
  pengalaman dan jabatan akan

Bls: [Keuangan] Re: Praktek Transfer Pricing di Indonesia

2009-10-04 Terurut Topik Rachmad M
Yang perlu ditelaah lebih dalam :

1. Perlu nggak eksportir dipajakkin tinggi ? Banyak negara menerapkan pajak 
yang rendah untuk eksport dengan harapan negaranya dijadikan tempat parkir uang 
:-)

2. Mana yang lebih penting pajak untuk keuangan Pemerintah atau devisa untuk 
negara yang bisa menjamin kestabilan mata uang rupiah kita ?

3. Instrumen pajak juga bisa dipakai buat menahan aliran barang keluar negeri 
agar kebutuhan dalam negeri terpenuhi.

Kalau semua ini sudah bisa diputuskan baru bisa cadangan devisa tinggi seperti 
China dan negara lain minta agar yuan eh rupiah diperkuat :-)

Baru rakyat bisa mikir bahwa jadi TKI gak ada untungnya dan justru orang dari 
Pakistan, India, Filipina yang berbondong cari kerja di negeri kita :-)


Salam

RM



--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, prastowo prastowo sesaw...@... 
wrote:

 Teman saya adalah salah satu dari tim penyidik AA, perusahaan besar yg 
 dituduh melakukan penggelapan pajak yg sedang heboh itu. ketika yang lain 
 fokus membongkar dokumen fisik, ia sibuk mengcopi data di harddisk komputer 
 perusahaan. Hasilnya, ia menemukan sebuah file 'powerpoint', berisi paparan 
 dari perusahaan konsultan internasional pada petinggi perusahaan, mengenai 
 desain transfer pricing yg tak bakal terendus otoritas pajak.
 Saya pernah dikasih lihat, sangat rapi dan canggih. Dan ini petunjuk paling 
 berharga - selain pengakuan orang dalam - untuk membongkar praktik yg sangat 
 rapi dan kompleks ini. Tapi inti pemikirannya ya sama dg yg disampaikan mas 
 Rachmad ini.
 
 salam
 
 
 
 
 
 Dari: rachm...@... rachm...@...
 Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
 Terkirim: Jum, 2 Oktober, 2009 20:14:57
 Judul: Re: [Keuangan] Re: Praktek Transfer Pricing di Indonesia
 
 Betul, negeri ini sudah dirugikan banyak sekali dengan praktek yang demikian, 
 belum lagi praktek korupsi dengan media uang asing dan penyimpanan harta 
 kekayaan hasil jarahan di negeri lain. 
 
 Jadi katakan tidak terhadap pratek2 yang merugikan bangsa ini dan beri 
 hukuman yang berat pada pelakunya. Masalahnya KPK sendiri diobok-obok mereka 
 yang seharusnya di hukum seberat-beratnya :-(
 
 Salam
 
 RM
 Sent from my BlackBerry®
 powered by Sinyal Kuat INDOSAT
 
 -Original Message-
 From: a_harisa2...@...
 Date: Sat, 3 Oct 2009 00:37:34 
 To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
 Subject: Re: [Keuangan] Re: Praktek Transfer Pricing di Indonesia
 
 Bagus banget kang penjelasannya.. Sbenernya ini tdk hanya berkaitan dgn 
 penerimaan tp jg berkaitan dgn ekonomi secara mikro n makro.. 
 
 Lanjutkan kang... 
 Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung 
 Teruuusss...! 
 
 -Original Message- 
 From: Rachmad M rachm...@... 
 Date: Fri, 02 Oct 2009 23:38:21 
 To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com 
 Subject: [Keuangan] Re: Praktek Transfer Pricing di Indonesia 
 
 Selama suatu negara masih punya mata uang sendiri-sendiri, maka nilai mata 
 uang itu menjadi tanggungan bersama seluruh pengguna mata uang tersebut 
 khususnya penduduk negeri dimana mata uang tersebut diterbitkan. 
 
 Suatu negeri bisa memenuhi kebutuhan rakyatnya akan barang-barang import 
 hanya jika ada salah satu penduduk negeri tersebut melakukan eksport sejumlah 
 kebutuhan import  (tidak perlu semua). 
 
 Karena eksportir tersebut membutuhkan rupiah buat bayar seluruh kebutuhan 
 operasionalnya di Indonesia misalkan (bayar karyawan, bayar listrik, bayar 
 transport, beli bahan baku etc), maka mata uang asing yang diperoleh 
 ditukarkan rupiah pada si penerbit rupiah jadilah ia cadangan devisa. 
 
 Kalau eksportirnya saya dan menjual barang ke luar negeri senilai 1 juta US $ 
 kena pajak 30 % misalnya maka 300.000 US $ bukan lagi punya saya. 
 
 Jika saya eksport ke anak perusahaan saya di Singapore senilai 1 juta US $ 
 tapi hanya saya akui kalau itu harganya cuma 500.000 US $, maka pajak saya 
 cuma 150.000 US $ . Saya re eksport ke nagara tujuan dengan harga 1 Juta US $ 
 dengan pajak sangat rendah atau bahkan nol. 
 
 Maka negeri ini hanya kebagian 500.000 US $ sementara yang 500.000 US $ lagi 
 parkir di Singapore, 
 
 Kalau hal itu dianggap tidak bahaya tentu pertanyaanya bagi siapa ? Bagi 
 pengusaha jelas gak rugi karena uangnya tetap bahkan beragam mata uang. Bagi 
 negara ? Harusnya dapat 1 Juta cuma dapat 500.000. Bagi rakyat yang gak 
 ikutan eksport ya uangnya nilainya melorot terus... itulah bahayanya. 
 
 Dan ketika kita butuh mata uang asing, bangsa ini pergi ke Singapore cari 
 pinjaman dengan bunga yang mana itu sebenarnya milik bangsa ini juga. Atau 
 lebih parah lagi uang itu dibelikan alat produksi di Indonesia oleh Singapore 
 seperti Telkomsel atau lainnya bangsa ini tambah kere :-( 
 
 
 Salam 
 
 RM 
 
 
 Dari Singapore s 
 
 
 
 
 
 
 --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, winarto sugondo 
 sugondo.winarto@ wrote: 
  
  Tu sekali, ngga perlu heboh, sebenernya transfer pricing dari dulu

[Keuangan] Gotong Royong was : [Sistem ekonomi ala Indonesia...

2009-10-04 Terurut Topik Rachmad M
Kita punya budaya Gotong Royong. Gotong Royong adalah transaksi barang atau 
jasa yang tidak diukur dengan uang. Dia biasa diukur dengan berbagai macam 
simbol seperti dituakan dalam masyarakat, dihargai atau mendapat upeti hasil 
bumi.

Masalahnya, masyarakat ini menjadi terdiskriminasi ketika berinteraksi dengan 
masyarakat modern yang segala sesuatunya diukur dengan uang.

Biasa parkir di pasar desa gak bayar parkir, dan seluruh desa tahu dan ikut 
menjaga itu properti pak X yang dituakan didesa tersebut begitu dibawa ke 
Jakarta gak ada yang tahu itu mobil siapa, yang penting lu taruh ditempat 
parkir lu bayar sejam 2.000 perak.

Kita sedang membawa masyarakat kita bertransaksi terukur dengan uang dan kalau 
perlu ukurannya sama dengan ukuran global supaya gak terdiskriminasi. Tapi 
kenyataanya kan banyak yang pingin serba gratisan :-(


Salam

RM



--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, prastowo prastowo sesaw...@... 
wrote:

 Sekedar menambahkan sedikit saja.
 Setahu saya sejak purba ada tiga modus dlm ekonomi: 
 1. reciprocity = dasarnya kesetaraan, dlm komunitas dekat.
 2. redistribution = yaitu transaksi antara pusat-daerah atau sebaliknya, 
 intinya ada dua tempat dg klasifikasi berbeda.
 3. exchange = pertukaran atau perdagangan di pasar.
 
 Ketiga modus pernah mewarnai sejarah perekonomian bangsa manusia, ini kata 
 para antropolog. Yang terjadi hanyalah menonjolnya salah satu saja, dan ada 
 upaya menghapuskannya. Kini misalnya, yg menjadi kekuatan hegemonik adalah no 
 3, tetapi tidak berarti no 1 dan no 2 tidak ada.
 Justru praktik reciprocity ini ada, di desa2, dan hingga kini masih ada. 
 Redistribusi ini salah satunya dijalankan oleh pemerintah, dan exchange oleh 
 swasta.
 
 Saya lebih memaknai kekeluargaan ini seharusnya dekat ke modus no 1, krn ini 
 kekuatan bangsa kita. Toh, dlm kondisi tertentu banyak juga saat ini prakik 
 non-pasar yg terjadi. Amartya Sen pun mengakuinya, bahkan di AS, lebih2 saat 
 Obama maju dg program reformasi healthcare.
 jadi bukan perkoncoan atau kronisme. Maka, idealnya sebuah welfare-state atau 
 ekonomi pasar sosial yg bertumpu pd demokrasi partisipatif, bukan ditopang 
 birokrasi, sebagaimana kegagalan keynesianisme di era 1970-an atau orba tempo 
 lalu.
 
 Kita punya modal nyata, misalnya budaya gtong royong. tapi entahlah bagaimana 
 memodelkan ini, apakah sekedar sebagai eksternalitas? 
 Inilah yg saya maksud, manusia Indonesia tidak bisa diasumsikan 
 self-interested murni dan rasional. Kalau pun rasional, ini mungkin semacam 
 rasionalitas yang 'bounded', entah oleh agama, kultur, tradisi, dan sejarah.
 sekedar pendapat.
 
 salam,
 
 pras
 
 
 
 
 




Budaya Korupsi Re: [Keuangan] Inti Sari Diskusi...

2009-10-03 Terurut Topik Rachmad M
Korupsi di Indonesia adalah akibat kegagalan pemerintah dalam mempertahankan 
nilai rupiah terhadap inflasi dan devaluasi. Oleh karenanya semua pihak 
kehilangan pengharapan bahwa bertambahnya pendidikan, pengalaman dan jabatan 
akan dibarengi oleh bertambahnya pendapatan/kesejahteraan. Oleh karenanya 
masing-masing pihak menempuh caranya sendiri untuk mendapatkan 
kesejahteraannya. Ada yang mengkomersialisasikan jabatan, barang kantor, waktu 
kerja dsbnya

Kesalahan seperti ini bisa dikategorikan sebagai kemiskinan struktural, yakni 
kemiskinan akibat kesalahan kebijakkan yang dibuat oleh manusia.

Kemiskinan lainnya adalah kemiskinan natural dan kemiskinan kultural. Jelas 
negeri ini secara natural dan kultural jauh dari hal-hal yang membuat negeri 
ini miskin.

Salam

RM






--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, rx_mencen...@... 
rx_mencen...@... wrote:

 ngomongin masalah korupsi di negeri ini memang gak akan ada matinya. Semua 
 orang tau, salah satu (mungkin penyebab utama) terhambatnya kemajuan bangsa 
 ini adalah korupsi.  
 
 Banyak dari kita yg langsung menumpahkan kesalahan kepada pemimpin negeri ini 
 atau aparat penegak hukum. Kita menganggap mereka tidak becus/tidak peduli 
 dengan masalah pemberantasan korupsi. Dalam hal ini saya setuju bahwa, 
 pemimpin/aparat memegang peranan yg besar dalam pemberantasan korupsi.
 
 Cuma mgkn ada satu hal yg kita lupa. Pemimpin adalah cermin dari masyarakat 
 yg dipimpinnya. Dia pun lahir dari masyarakat. Dia pun, dulunya adalah 
 'masyarakat'. Apa yang dia lakukan sebagai pemimpin, adalah apa juga yg 
 dilakukan oleh masyarakat yg dipimpinnya. Bila pemimpin/aparat kita masih 
 korup, mungkin sebagian besar rakyat kita pun masih korupsi. Tak peduli 
 rakyat jelata ataupun orang kaya. Coba kita liat, dr level terbawah 
 sekalipun, korupsi begitu mewabah. Tukang parkir jalanan yg jarang memberikan 
 karcis parkir, kasir di toko yg jarang mengembalikan uang kembalian secara 
 penuh, kita yg lbh suka menyogok polantas daripada ikut sidang, dan pasti msh 
 banyak lg contoh lainnya. Selama perilaku2 spt itu blm bisa hilang, saya kira 
 mengharapkan negara yg bersih dr korupsi adalah sebuah utopia.
 
 Hanya opini pribadi, mohon maaf bila tidak berkenan.
 
 Salam,
 
 Reksa
 
  
 Sent from my own phone off course :)
 
 - original message -
 Subject: Re: [Keuangan] Inti Sari Diskusi...
 From: Muh. Nurul Falah matfa...@...
 Date: 04/10/2009 08:31
 
 Makanya harus tegas  konsisten dalam pemberantasan korupsi. Aparat yang
 melanggar harus diberi *sanksi tegas  berlipat.* Apalagi aparat penegak
 hukum (Polisi, Jaksa, Hakim, KPK), kalau perlu dihukum mati  di depan umum
 agar menimbulkan efek jera. Kalau ini dilakukan, apa pun permintaan negara,
 rakyat tidak akan sungkan untuk berkorban.  Kalau sekarang khan prinsipnya,
 kalau bisa bayar pajak sekecil mungkin. Tujuan Tax Planning itu khan
 meminimalkan pajak tanpa melanggar aturan yang ada.
 
 Yang diperlukan adalah revolusi dalam hal pemberantasan korupsi. Kalau
 sistem ekonomi sudah terlalu banyak modelnya. Orang pinter di negeri ini
 juga tidak terhitung, baik lulusan kapitalis, komunis, syariah, dll.  Perlu
 kekompakan semua lapisan masyarakat untuk melakukannya. Menangkap koruptor
 di negeri tercinta ini seperti menangkap tikus di sarang tikus, sangat mudah
 ditemukan !
 
 Kalau perlu dikeluarkan aturan, barangsiapa yang bisa melaporkan aparat yang
 korupsi maka akan mendapatkan insentif tertentu (misalnya keringan pajak,
 hadiah, dll). Aparat yang ketangkep diproses secara tegas  di liput media
 secara nasional. Biar masyarakat tahu bahwa kita sedang berperang terhadap
 korupsi. Kalau perlu siaran langsung seperti siaran langsung penggerabekan
 teroris di temanggung.
 
 Maaf kalau saya agak sewot dengan Musuh Besar Indonesia ini.
 
 Rgds,
 
 Falah
 
 Pada 4 Oktober 2009 04:57, Andi MF Avandy link2ha...@... menulis:
 
  Semua sistem berevolusi sebagaimana juga korupsi berevolusi baik kualitas
  maupun kuantitasnya.
  Andi MF Avandy
  Sent from my BlackBerryŽ smartphone
 
 
 
 [Non-text portions of this message have been removed]





Re: Bls: Bls: Kapitalisme dan Hukum (was: Re: [Keuangan] Sunat Kuota Bandwidth Flash, Telkomsel Diancam Dilaporkan ke Polisi

2009-10-02 Terurut Topik Rachmad M
Wah, di Komunis seperti Cina, hukum juga harus ditegakkan kalau tidak ya gak 
bisa tuh cina begitu maju. Hanya saja titik beratnya mungkin kepada moral. 
Pelaku korupsi dihukum berat bahkan dihukum mati. Sementara jiplak menjiplak 
mungkin belum jadi prioritas hukum yang ketat :-)

Salam

RM

--- On Fri, 10/2/09, o...@ahlikeuangan-indonesia.com 
o...@ahlikeuangan-indonesia.com wrote:

From: o...@ahlikeuangan-indonesia.com o...@ahlikeuangan-indonesia.com
Subject: Re: Bls: Bls: Kapitalisme dan Hukum (was: Re: [Keuangan] Sunat  Kuota  
Bandwidth Flash, Telkomsel Diancam Dilaporkan ke Polisi
To: Millis AKI ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com
Date: Friday, October 2, 2009, 6:30 PM

Saya kira benar, bahwa kapitalisme hanya bisa berhasil jika hukum tegak. Jangan 
bicara moral dalam kapitalisme, melainkan hukum. Karena moral, sesuatu yg tak 
jelas batasnya, sedangkan hukum mestinya jelas.

Saya bilang mestinya, karena toh dalam penegakan hukum, ada aspek judgment dari 
manusia penegak hukum. Artinya, ini membuka peluang juga adanya ketidak adilan 
penegakan hukum. 
 
Bahkan dalam ekonomi berlandas agama (baca: ekonomi syariah), hukum atau 
perjanjian (akad) menjadi penentu dari halal atau haramnya transaksi. Kalo 
begitu apa bedanya kapitalisme (ekonomi barat) dengan ekonomi syariah, toh 
keduanya hanya bisa tegak jika hukum tegak?

Ah kok saya malah buka front

Oka
 

Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Poltak Hotradero hotrad...@gmail.com
Date: Fri, 02 Oct 2009 16:13:08 
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Subject: Re: Bls: Bls: Kapitalisme dan Hukum (was: Re: [Keuangan] Sunat
   Kuota  Bandwidth Flash, Telkomsel Diancam Dilaporkan ke Polisi

At 03:40 PM 10/2/2009, you wrote:


Praktik Enron, Lehman Brothers, dll yg memanipulasi terjadi di 
negara apa dan memiliki hukum tidak?


Enron dihukum nggak?
Lehman Brothers dihukum nggak? (setidaknya dibiarin bangkrut).

Kalau nggak dihukum, ya jadinya persis seperti Indonesia.




[Non-text portions of this message have been removed]





=
Blog resmi AKI, dengan alamat www.ahlikeuangan-indonesia.com 
-
Facebook AKI, untuk mengenal member lain lebih personal, silahkan join 
http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045
-
Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua
http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com
=
Perhatian :
- Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor 
posting sebelumnya
- Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. Anggota 
yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas
- Saran, kritik dan tulisan untuk blog silahkan 
ahlikeuangan-indonesia-ow...@yahoogroups.comyahoo! Groups Links






  

[Non-text portions of this message have been removed]



[Keuangan] Re: Praktek Transfer Pricing di Indonesia

2009-10-02 Terurut Topik Rachmad M
Selama suatu negara masih punya mata uang sendiri-sendiri, maka nilai mata uang 
itu menjadi tanggungan bersama seluruh pengguna mata uang tersebut khususnya 
penduduk negeri dimana mata uang tersebut diterbitkan.

Suatu negeri bisa memenuhi kebutuhan rakyatnya akan barang-barang import hanya 
jika ada salah satu penduduk negeri tersebut melakukan eksport sejumlah 
kebutuhan import  (tidak perlu semua).

Karena eksportir tersebut membutuhkan rupiah buat bayar seluruh kebutuhan 
operasionalnya di Indonesia misalkan (bayar karyawan, bayar listrik, bayar 
transport, beli bahan baku etc), maka mata uang asing yang diperoleh ditukarkan 
rupiah pada si penerbit rupiah jadilah ia cadangan devisa.

Kalau eksportirnya saya dan menjual barang ke luar negeri senilai 1 juta US $ 
kena pajak 30 % misalnya maka 300.000 US $ bukan lagi punya saya.

Jika saya eksport ke anak perusahaan saya di Singapore senilai 1 juta US $ tapi 
hanya saya akui kalau itu harganya cuma 500.000 US $, maka pajak saya cuma 
150.000 US $ . Saya re eksport ke nagara tujuan dengan harga 1 Juta US $ dengan 
pajak sangat rendah atau bahkan nol.

Maka negeri ini hanya kebagian 500.000 US $ sementara yang 500.000 US $ lagi 
parkir di Singapore,

Kalau hal itu dianggap tidak bahaya tentu pertanyaanya bagi siapa ? Bagi 
pengusaha jelas gak rugi karena uangnya tetap bahkan beragam mata uang. Bagi 
negara ? Harusnya dapat 1 Juta cuma dapat 500.000. Bagi rakyat yang gak ikutan 
eksport ya uangnya nilainya melorot terus... itulah bahayanya.

Dan ketika kita butuh mata uang asing, bangsa ini pergi ke Singapore cari 
pinjaman dengan bunga yang mana itu sebenarnya milik bangsa ini juga. Atau 
lebih parah lagi uang itu dibelikan alat produksi di Indonesia oleh Singapore 
seperti Telkomsel atau lainnya bangsa ini tambah kere :-(


Salam

RM


Dari Singapore s






--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, winarto sugondo 
sugondo.wina...@... wrote:

 Tu sekali, ngga perlu heboh, sebenernya transfer pricing dari dulu
 juga sudah bisa dideteksi koq, cuman kan sisa budget harus dihabiskan.
 
 Tidak perlu APA atau apa, tapi bagaimana cara kita nerapin harga wajar atas
 transaksi hubungan istimewa aja. Rasio menjadi hal penting dalam penentuan
 nilai wajarnya, mungkin nilai pasar dapat dimanfaatkan. Ya selisih
 kurang/lebih dalam batas toleransi seharusnya dapat dipertanggungjawabkan.
 Hanya saja, hal yang paling disesalkan, apabila petugas melihat adanya
 transaksi hubungan istimewa dengan besaran angka tertentu yang menurut kita
 wajar, menurut mereka dapat menjadi tidak wajar.
 
 Semoga ngga tambah pusing.
 
 Salam,
 
 
 Winarto Sugondo
 
 2009/10/3 a_harisa2...@...
 
  Sedikit tambahan aja...
  Buat antisipasi transaksi bisa dilakukan APA (advance pricing agreement)
  dgn dirjen pajak..
 
  CMIIW..
 
  Haris
  Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung
  Teruuusss...!
 
  -Original Message-
  From: eko purnama eck...@...
  Date: Fri, 02 Oct 2009 15:26:15
  To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
  Subject: [Keuangan] Re: Praktek Transfer Pricing di Indonesia
 
  Mungkin not that bad mbak dyah, tapi hawa2 hangat dari Dirjen Pajak udah
  mulai terasa. Mungkin temen2 yang kerja dan ngurusin tax di MNC juga udah
  mulai ancang2. Saya sendiri udah mulai liat kanan kiri, tax consultant juga
  udah ngasih preview dikit2. Implementasinya (dalam rangka pengawasan oleh
  tax authority) di Indonesia memang belum cukup kedengeran, tapi akan bener2
  terjadi nggak lama lagi
 
  Terakhir sy ngobrol dgn salah satu sumber DJP, memang mereka lg siap2
  implement tax audit khususnya masalah transfer pricing. Top performers-nya
  lg disekolahin di Aussie dan sebentar lg bakalan balik dengan view yg lebih
  luas ttg transfer picing. Yang jelas, perusahaan yg punya banyak bisnis dan
  MNC mesti lebih well equipped karena counterpartnya akan jauh lebih canggih
  dari sebelumnya. Kalo denger2 gosipnya, MNCs yang bakalan jadi sasaran
  tembak di awal2 test case-nya.
 
  Transfer pricing sendiri bahasa santainya adalah pemberian harga khusus
  atas suatu aset atau produk atau jasa dari anak perusahaan atau cabang atau
  divisi ke divisi lainnya dalam satu organisasi. Agak2 ribet sih kalo nggak
  pake contoh.
 
  Contohnya sederhananya adalah kalo saya punya 2 perusahaan: PT.A (di
  Indonesia) yg produksi kancing dan PT.B (domisili di Vietnam) yg produksi
  kemeja. Saya bisa jual kancing dari PT.A ke perusahaan saya yg lain (PT.B)
  dibawah harga pasar. Dengan jual dibawah harga pasar, sales PT.A akan lebih
  kecil,  net income lebih kecil dan pajak dari PT.A tentu akan lebih kecil,
  dirjen pajak akan dirugikan. Sementara itu, PT.B beli kancing lebih mahal
  dari harga pasar di vietnam. Dengan menjual kemeja pada harga pasar
  sementara beli kancingnya diatas harga pasar, tentunya margin PT.B akan
  lebih kecil. Kalo margin lebih kecil, income kecil, setoran pajak
  penghasilannya  kecil, dirjen pajaknya vietnam juga 

Kapitalisme dan Hukum (was: Re: [Keuangan] Sunat Kuota Bandwidth Flash, Telkomsel Diancam Dilaporkan ke Polisi

2009-10-01 Terurut Topik Rachmad M


--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero hotrad...@... 
wrote:

 At 11:06 AM 10/2/2009, you wrote:
 
...
 
 Nah bagaimana dengan Indonesia dengan 
 pengadilannya yang sedemikian bobrok - di mana 
 kontrak antara konsumen dan produsen tidak 
 dihormati?  Apakah itu kapitalisme?  Tentu saja bukan.
 
 Indonesia jelas bukan negara kapitalis.  Nggak 
 tau apa jelasnya (Ekonomi Pancasila mungkin?)
 
 


Indonesia negara dengan landasan keadilan soaial yang berbau sosialis dengan 
pratek yang sangat amat kapitalistik.
 
Disaat orang kesusahan akibat bencana gempa di Padang, masih tega juga naikan 
harga yang konon ikut hukum permintaan dan penawaran :-(

Salam

RM










Re: Bls: [Keuangan] Rakyat, Inilah Total Biaya Pelantikan Wakil Anda di Senayan!

2009-09-30 Terurut Topik Rachmad M
Kalau saya jadi pengusaha rental mobil misalnya, saya lebih senang mereka 
membelajakan uangnya antara lain buat rental mobil daripada didiemkan dibank 
mengharapkan bunga :-)', atau diberikan pada fakir miskin yang  tanpa diimbangi 
bertambahnya barang atau jasa.

Sebaiknya setiap transaksi uang harus dimbangi dengan bertambahnya barang atau 
jasa, karena barang atau jasa inilah yang mencerminkan tingkat kemakmuran atau 
kesejahteraan suatu masyarakat.

Jadi, jadilah pengusaha yang berorientasi melayani masyarakat sebanyak mungkin. 
Makin banyak pengguna barang atau jasa anda, makin makmurlah anda. Uang hanya 
lewat tangan anda saja untuk dapat memanfaatkan barang atau jasa orang lain 
seperti di designkan rumah, dibangunkan rumah, dibuatkan mobil...etc yang 
dibalik itu ada jutaan orang yang bergerak mengharapkan ikut dalam aliran uang.

Salam

RM



--- On Wed, 9/30/09, winarto sugondo sugondo.wina...@gmail.com wrote:

From: winarto sugondo sugondo.wina...@gmail.com
Subject: Re: Bls: [Keuangan] Rakyat, Inilah Total Biaya Pelantikan Wakil Anda  
di Senayan!
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Date: Wednesday, September 30, 2009, 8:55 PM

Gak Terbalik ya Pak Rachmad? Uang - Barang - Jasa = Ayam - Telur

Terbitnya pecahan 2000 meng-isyaratkan apa ya? Apakah ini berarti setiap
saya parkir motor di pinggir jalan berarti saya harus membayar 2000 rupiah,
padahal gaji saya aja ngga naik 75%.

46 Milyar..Thanx God, untung bukan 4,6 Trilyun. Merekan kan WAKIL
kita, kita harus dukung mereka sekalipun harus menyumbangkan seluruh uang
kita, kita butuh bantuan mereka, buktinya masyarakat di pulau jawa saja
sudah menyerahkan pulaunya kepada penjajahan dalam negeri sampai-sampai
porong sidoarjo dibanjiri lumpur, terus pulau jawa semakin tenggelam kedalam
laut, kita butuh bantuan Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu disana untuk membantu kita,
mudah-2an mereka ingat sama kita,

Hanya pendapat tidak untuk publikasi dan menyudutkan pihak tertentu.

Salam,


Winarto Sugondo

2009/9/30 Rachmad M rachm...@yahoo.com



 Uang hanyalah penghantar terciptanya barang dan jasa. Dengan kata lain uang
 tidak bisa habis, yang habis adalah barang atau jasa yang menyertai saat
 uang ditransaksikan :-)

 Jadi biarkanlah uang berputar ketangan-tangan yang menyumbangkan barang
 atau jasa seperti tukang spanduk, tukang bunga, suplier makanan  minuman,
 penyedia jasa perhotelan yang terlibat dalam proses pelantikan ini sepanjang
 pemerintah mampu menjaga nilai uang dari inflasi dan atau defaluasi gak
 masalah :-)

 Salam

 RM


 --- In 
 AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.comAhliKeuangan-Indonesia%40yahoogroups.com,
 rahmat muhajir rahmat_muha...@... wrote:
 
  Ini baru pelantikan.gimana kalo udah nanti sudah dilantik.
  akan lebih besar lagi.. inilah negeriku indonesia
  andaikan data itu dibuat untuk korban gempa kemarin, mungkin mereka
  udah ga perlu tinggal di tenda darurat, tapi mau apa lagi,...
 
 
 
 
  
  Dari: Anton MS Wardhana ari@...
  Kepada: 
  ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.comahlikeuangan-indonesia%40yahoogroups.com
  Terkirim: Selasa, 29 September, 2009 18:49:50
  Judul: [Keuangan] Rakyat, Inilah Total Biaya Pelantikan Wakil Anda di
 Senayan!
 
 
 http://nasional.kompas.com/read/xml/2009/09/29/1504516/rakyat.inilah.total.biaya.pelantikan.wakil.anda.di.senayan
  /Home/Nasional
  Rakyat, Inilah Total Biaya Pelantikan Wakil Anda di Senayan!
 
  SELASA, 29 SEPTEMBER 2009 | 15:04 WIB
  *Laporan wartawan KOMPAS.com Inggried Dwi Wedhaswary*
 
  *JAKARTA, KOMPAS.com *†Pelantikan anggota DPR dan DPD periode
 2009-2014

  pada 1 Oktober mendatang menjadi perhelatan tiga lembaga, yaitu Komisi
  Pemilihan Umum (KPU), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), dan Dewan Perwakilan
  Daerah (DPD). Ketiga lembaga itu menganggarkan biaya yang jumlahnya luar
  biasa besar.
 
  Total biaya untuk pelantikan yang hanya akan berlangsung beberapa jam itu
  mencapai Rp 46,049 miliar. Berikut adalah rincian anggaran yang berasal
 dari
  keuangan negara tersebut, bersumber dari Indonesia Budget Centre (IBC):
 
 
 
  *1. Anggaran KPU: Rp 11 miliar*
 
  Angka ini jauh lebih besar dari pelantikan tahun 2004 sebesar Rp 7
 miliar,
  naik sebesar 36 persen. Untuk pelantikan ini, setiap anggota DPR menelan
  biaya sebesar Rp 15,89 juta.
 
  - Biaya menginap di Hotel Sultan selama 4 hari @Rp4,2 juta x 692 orang
 =Rp
  2,9 miliar
 
  - Sewa kendaraan @Rp 63 juta x 4 hari =Rp 252 juta
 
  - Biaya beli tas @Rp 167.000 x 692 =Rp 115 ,5 juta
 
  - Uang saku @Rp 2 juta x 692 =Rp 1,38 miliar
 
  - Biaya pakaian penjemputan (jas, jaket, batik, hem) = Rp 149 ,9 juta
 
  - Biaya lain-lain Rp 6,22 miliar guna membiayai konsumsi petugas
 lapangan,
  biaya transportasi anggota DPR dan DPD.
 
 
 
  *2. Anggaran DPR/Setjen: Rp 28, 504 miliar*
 
  - Perjalanan pindah ke Jakarta @Rp50,35 juta x 560 orang =Rp 28,2 miliar
  (dana ini dianggap tidak perlu, duplikasi)
 
  - Bantuan logistik untuk petugas Polri selama 3 hari

Re: Bls: [Keuangan] Rakyat, Inilah Total Biaya Pelantikan Wakil Anda di Senayan!

2009-09-29 Terurut Topik Rachmad M
Uang hanyalah penghantar terciptanya barang dan jasa. Dengan kata lain uang 
tidak bisa habis, yang habis adalah barang atau jasa yang menyertai saat uang 
ditransaksikan :-)

Jadi biarkanlah uang berputar ketangan-tangan yang menyumbangkan barang atau 
jasa seperti tukang spanduk, tukang bunga, suplier makanan  minuman, penyedia 
jasa perhotelan yang terlibat dalam proses pelantikan ini sepanjang pemerintah 
mampu menjaga nilai uang dari inflasi dan atau defaluasi gak masalah :-)

Salam

RM




--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, rahmat muhajir 
rahmat_muha...@... wrote:

 Ini baru pelantikan.gimana kalo udah nanti sudah dilantik.
 akan lebih besar lagi.. inilah negeriku indonesia
 andaikan data itu dibuat untuk korban gempa kemarin, mungkin mereka
 udah ga perlu tinggal di tenda darurat, tapi mau apa lagi,...
 
 
 
 
 
 Dari: Anton MS Wardhana ari@...
 Kepada: ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com
 Terkirim: Selasa, 29 September, 2009 18:49:50
 Judul: [Keuangan] Rakyat, Inilah Total Biaya Pelantikan Wakil Anda di Senayan!
 
 http://nasional.kompas.com/read/xml/2009/09/29/1504516/rakyat.inilah.total.biaya.pelantikan.wakil.anda.di.senayan
 /Home/Nasional
 Rakyat, Inilah Total Biaya Pelantikan Wakil Anda di Senayan!
 
 SELASA, 29 SEPTEMBER 2009 | 15:04 WIB
 *Laporan wartawan KOMPAS.com Inggried Dwi Wedhaswary*
 
 *JAKARTA, KOMPAS.com *†Pelantikan anggota DPR dan DPD periode  2009-2014
 pada 1 Oktober mendatang menjadi perhelatan tiga lembaga, yaitu Komisi
 Pemilihan Umum (KPU), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), dan Dewan Perwakilan
 Daerah (DPD). Ketiga lembaga itu menganggarkan biaya yang jumlahnya luar
 biasa besar.
 
 Total biaya untuk pelantikan yang hanya akan berlangsung beberapa jam itu
 mencapai Rp 46,049 miliar. Berikut adalah rincian anggaran yang berasal dari
 keuangan negara tersebut, bersumber dari Indonesia Budget Centre (IBC):
 
 
 
 *1. Anggaran KPU: Rp 11 miliar*
 
 Angka ini jauh lebih besar dari pelantikan tahun 2004 sebesar Rp 7 miliar,
 naik sebesar 36 persen. Untuk pelantikan ini, setiap anggota DPR menelan
 biaya sebesar Rp 15,89 juta.
 
 - Biaya menginap di Hotel Sultan selama 4 hari @Rp4,2 juta x 692 orang =Rp
 2,9 miliar
 
 - Sewa kendaraan @Rp 63 juta x 4 hari =Rp 252 juta
 
 - Biaya beli tas @Rp 167.000 x 692 =Rp 115 ,5 juta
 
 - Uang saku @Rp 2 juta x 692 =Rp 1,38 miliar
 
 - Biaya pakaian penjemputan (jas, jaket, batik, hem) = Rp 149 ,9 juta
 
 - Biaya lain-lain Rp 6,22 miliar guna membiayai konsumsi petugas lapangan,
 biaya transportasi anggota DPR dan DPD.
 
 
 
 *2. Anggaran DPR/Setjen: Rp 28, 504 miliar*
 
 - Perjalanan pindah ke Jakarta @Rp50,35 juta x 560 orang =Rp 28,2 miliar
 (dana ini dianggap tidak perlu, duplikasi)
 
 - Bantuan logistik untuk petugas Polri selama 3 hari =Rp 138 juta (duplikasi
 dengan anggaran Polri)
 
 - Biaya protokoler pelantikan = Rp 112 ,5 juta
 
 - Honor rohaniawan = Rp 56,2 juta
 
 
 
 *3. Anggaran DPD/Setjen = Rp 6, 545 miliar (anggaran ini naik sekitar 17
 persen atau Rp 949 juta dari DIPA awal sebesar Rp 5,6 miliar)*
 
 - Biaya pembuatan PIN @Rp 9 juta x 132 = Rp 1,2 miliar (dinilai terlalu
 mahal)
 
 - Biaya orientasi sebelum dilantik @Rp 22,7 juta x 132 orang = Rp 3 miliar
 (duplikasi dengan orientasi KPU)
 
 - Biaya purnatugas (transport dan akomodasi) @Rp 10,4 juta x 100 anggota =Rp
 1,04 miliar
 
 - Biaya pengambilan sumpah/janji @Rp 9,8 juta x 132 anggota = Rp 1,3 miliar
 
 
 
 Dengan total anggaran Rp 46, 049 miliar, maka setiap anggota DPR dan DPD
 rata-rata menghabiskan Rp 66,54 juta.
 
 Koordinator Indonesia Budget Centre (IBC) Arif Nur Alam mengatakan, dari
 puluhan miliar anggaran tersebut, terdapat beberapa pos yang seharusnya bisa
 dihemat. Ia mencontohkan, biaya penjemputan dan penginapan bisa dihemat
 ratusan juta rupiah jika 204 anggota yang berdomisili di Jakarta tak ikut
 diinapkan di hotel mewah.
 
 Pelantikan adalah tahap akhir pemilu sehingga alokasi di Setjen DPR dan DPD
 tidak perlu terlalu besar. Alokasi yang tinggi ini menunjukkan fungsi
 anggaran tidak baik dan menyakiti hati rakyat, kata Arif di Gedung DPR,
 Senayan, Jakarta, Selasa (29/9).
 
 Menurutnya, pelantikan hanya acara seremonial tanpa pertanggunggugatan atas
 aset nasional dan aset daerah dari perhelatan yang pernah digelar
 sebelumnya.
 
 
 [Non-text portions of this message have been removed]
 
 
 
 
 
 =
 Blog resmi AKI, dengan alamat www.ahlikeuangan-indonesia.com 
 -
 Facebook AKI, untuk mengenal member lain lebih personal, silahkan join 
 http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045
 -
 Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua
 http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com
 =
 Perhatian :
 - Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor 
 posting sebelumnya
 - Diskusi yg baik adalah bila 

Re: [Keuangan] Logika Eksport

2009-03-28 Terurut Topik Rachmad M
Eksport terpacu menjadi tanda tanya, sebab pasar yang dibanjiri produk cendrung 
akan membuat harga turun. Ini sudah hukum alamnya begitu. Jadi tetap saja bahwa 
kestabilan mata uang menjadi hal yang utama.

Siapapun yang pegang US$ itu sebenarnya tidak masalah, mau BI atau pengusaha 
yang menyimpan US$ di luar negeri sama saja, asal keputusan jual beli mata uang 
mereka sensitif terhadap harga.  

Pernyataan diatas jelas tidak sama. Jika BI tidak pegang mata uang asing maka 
nilai rupiah akan sangat mudah di goyang. Sementara jika BI memegang cadangan 
devisa yang besar tentu tidak mudah menggoyang nilai rupiah. Menggoyang rupiah 
akan sama sulitnya seperti menggoyang Yuan yang cadangan devisanya sudah begitu 
besar :-)

Dengan kondisi kita saat ini, kita tidak memiliki kemampuan membangun negeri 
ini walaupun segala SDA dan SDM tersedia di negeri ini.

Salam

RM




--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Amitz Sekali vertha...@... 
wrote:

 
  Coba pak dipisahkan antara bagus untuk orang-perorang dengan bagus untuk 
  kita semua sebagai anak bangsa.
 
 Semestinya keuntungan itu tetap saja berguna bagi semua orang Indonesia 
 karena keuntungan itu nanti dipajakin. Tapi tidak apa lah kalo untuk diskusi 
 kali ini, kalau kita mau anggap keuntungan seperti itu nihil.
 
  Untuk pengusaha eksportir memang menjadi bagus karena tadinya dari jumlah 
  barang yang sama cuma dapat 9 M rupiah, sekarang dengan kurs baru dapat 12 
  M rupiah.
 
 Di sini kita setuju.
 
  Tapi perlu diingat bahwa selisih 3 M yang diperoleh pengusaha eksportir 
  bukan diperoleh dari luar karena yang diperoleh dari luar tetap saja 1 juta 
  US $. Dengan kata lain 3 M itu adalah perlemahan daya beli orang-orang yang 
  terlibat dalam proses eksport tersebut karena dengan meningkatnya kurs maka 
  harga barang eksport naik sementara gaji tetapnya jumlahnya nggak berubah. 
  Tentu ini tidak akan tahan lama karena tentu mereka juga menuntut 
  penyesuaian yang akhirnya akan berada pada daya beli seperti semula.
 
 Ada beberapa hal. Satu, memang keunggulan ekspor (relatif terhadap keadaan 
 sebelumnya, yaitu keadaan A) yg diakibatkan turunnya nilai rupiah (relatif 
 terhadap keadaan A), bisa didapat dari lambatnya kenaikan nominal harga 
 (dalam rupiah) faktor2 produksi (seperti gaji), dengan mengasumsikan pasar 
 faktor produksi yang bebas. 
 
 Kedua, penarikan kesimpulannya bisa lebih lengkap kalau hubungan sebab 
 akibatnya diperjelas, yaitu penurunan nilai rupiah mengakibatkan dua hal, 
 yaitu memacu ekspor yg akhirnya membuat pengangguran berkurang _dan_ 
 menurunkan daya beli rupiah terhadap barang impor. Konsekuensi dari kedua ini 
 adalah, memang standar hidup jadi turun karena barang impor naik relatif 
 terhadap rupiah, tapi di sisi lain ekspor akan terpacu yang mengakibatkan 
 pelan2 nilai rupiah naik, yang punya akibat melawan turunnya daya beli rupiah 
 terhadap barang impor.
 
  Logika yang pak Amitz sampaikan Dengan begitu penjual (yaitu Indonesia) 
  cukup men-quote harga 750 ribu US$ untuk mendapatkan nilai 9 milyar rupiah 
  yang sama, yang artinya Indonesia bisa menjual dengan harga murah (relatif 
  terhadap US$) untuk mendapatkan untung yang sama!  Juga nggak kena. Karena 
  yang dibutuhkan bangsa ini untuk bisa import adalah mata uang asing yang 
  tidak diperlukan atau dissimpen di luar negeri oleh para penguusaha. 
  Pemerintah memerlukan mata uang asing itu ditukar dengan rupiah untuk 
  membiayai produksi dalam negeri  dan mepersilahkan untuk digunakan importir 
  untuk mengimport barang yang diperlukan. 
 
 Siapapun yang pegang US$ itu sebenarnya tidak masalah, mau BI atau pengusaha 
 yang menyimpan US$ di luar negeri sama saja, asal keputusan jual beli mata 
 uang mereka sensitif terhadap harga. Kalau sampai pemegang US$ yang rela 
 membeli rupiah tidak sensitif terhadap harga, berarti ini cenderung masalah 
 kepercayaan terhadap Indonesia. Jadi yang harus ditingkatkan adalah 
 kepercayaan terhadap Indonesia, baik kepercayaan ekonomi maupun politik.
 
  Dari contoh yang anda berikan maka kecendrungan pembeli di luar negara 
  untuk menawar misalkan 850 ribu saja kan sudah tambah keuntungan 100 ribu 
  wong harga pokoknya turun jadi 750 ribu, ini juga besar sehingga 
  'pendapatan' pemerintah dari kebutuhan pengusaha akan rupiah juga berkurang 
  dari 1 juta menjadi 850 ribu US $.
 
 Tawar menawar itu negosiasi antara 2 sisi. Masa kalah bulet gitu sih setiap 
 kali cost turun? Tambahan lagi, seperti yang sudah saya sebutkan, banyaknya 
 permintaan terhadap rupiah akibat ekspor akhirnya akan menaikkan nilai rupiah 
 juga. Masa setelah naik, tawar menawarnya kalau bulet lagi sih?





Re: [Keuangan] Logika Eksport

2009-03-28 Terurut Topik Rachmad M
Saya maklum kalau ini membuat bingung pak Amitz, hal ini karena pak Amitz tidak 
memodelkan negara sementara saya mencoba mendekatinya dengan model yang saya 
yakini kebenarannya yakni pengelolaan keuangan negara sebenarnya tak ubah 
dengan pengelolaan keuangan keluarga.

Ada hala-hal yang besifat income keluarga seperti gajhi bulanan, obyekkan, 
jualan hasil kebun, jualan kue yang semuanya diukur dengan uang dalam 
transaksinya dan ada hal-hal internal yang mau diukur pakai uang atau tidakpun 
boleh seperti makan mangga hasil kebun sendiri, ngepel, cuci baju, setrika etc.

Dengan model seperti ini kan mudah sekali misalkan buat apa kita boros 
air(minyak bumi) sementara di luar keluarga air(minyak bumi) punya harga yang 
bisa jadi income keluarga.

tapi kalau di luar rumah lagi banjir ya air nggak lagi punya harga jadi 
diaturlah supaya income keluarga bisa terus terjaga untuk bisa beli 
kebutuhan-kebutuhan yang tak mungkin dibuat keluarga atau sekedar senang aja 
jajan diluar :-)


Salam

RM



--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Amitz Sekali vertha...@... 
wrote:

 
  Eksport terpacu menjadi tanda tanya, sebab pasar yang dibanjiri produk 
  cendrung akan membuat harga turun. Ini sudah hukum alamnya begitu. Jadi 
  tetap saja bahwa kestabilan mata uang menjadi hal yang utama.
 
 Justru penurunan harga barang ekspor relatif terhadap(yang disebabkan oleh 
 volume ekspor yang besar yang meningkatkan permintaan akan rupiah), itu 
 merupakan indikator keberhasilan kenaikan ekspor Pak. Banyak hal dalam 
 ekonomi efeknya tidak instan pak, perlu waktu untuk merambat. Jadi bukan 
 ekspor banyak langsung berakibat harga turun Pak. Lagipula, pada akhirnya kan 
 gak masalah harga turun selama marginal revenuenya masih lebih besar daripada 
 marginal costnya.
 
  Siapapun yang pegang US$ itu sebenarnya tidak masalah, mau BI atau 
  pengusaha yang menyimpan US$ di luar negeri sama saja, asal keputusan jual 
  beli mata uang mereka sensitif terhadap harga. 
 
  Pernyataan diatas jelas tidak sama. Jika BI tidak pegang mata uang asing 
  maka nilai rupiah akan sangat mudah di goyang. Sementara jika BI memegang 
  cadangan devisa yang besar tentu tidak mudah menggoyang nilai rupiah. 
  Menggoyang rupiah akan sama sulitnya seperti menggoyang Yuan yang cadangan 
  devisanya sudah begitu besar :-)
 
 Urusan menggoyang (membuat naik turun yg drastis) rupiah itu lain lagi dengan 
 urusan nilai tukar rupiah yang jatuh. Diskusi terakhir kita masih menyangkut 
 isu baik tidaknya kalau rupiah itu jatuh.
 
 Mungkin harus diperjelas dulu apa yang sebenarnya pendapat yang mau bapak 
 bela karena kelihatannya berubah? Kestabilan rupiah? Tinggi rendahnya nilai 
 tukar rupiah? Impor yang murah?
 
 Kalau yang saya bela adalah bergunanya kejatuhan rupiah dalam memacu ekspor.
 
  Dengan kondisi kita saat ini, kita tidak memiliki kemampuan membangun 
  negeri ini walaupun segala SDA dan SDM tersedia di negeri ini.
 
 Terus terang saya masih belum bisa melihat hubungannya Pak.
 
 Salam,
 
 
 
 --- In AhliKeuangan- Indonesia@ yahoogroups. com, Amitz Sekali verthandy@ 
 .. wrote:
 
  
   Coba pak dipisahkan antara bagus untuk orang-perorang dengan bagus untuk 
   kita semua sebagai anak bangsa.
  
  Semestinya keuntungan itu tetap saja berguna bagi semua orang Indonesia 
  karena keuntungan itu nanti dipajakin. Tapi tidak apa lah kalo untuk 
  diskusi kali ini, kalau kita mau anggap keuntungan seperti itu nihil.
  
   Untuk pengusaha eksportir memang menjadi bagus karena tadinya dari jumlah 
   barang yang sama cuma dapat 9 M rupiah, sekarang dengan kurs baru dapat 
   12 M rupiah.
  
  Di sini kita setuju.
  
   Tapi perlu diingat bahwa selisih 3 M yang diperoleh pengusaha eksportir 
   bukan diperoleh dari luar karena yang diperoleh dari luar tetap saja 1 
   juta US $. Dengan kata lain 3 M itu adalah perlemahan daya beli 
   orang-orang yang terlibat dalam proses eksport tersebut karena dengan 
   meningkatnya kurs maka harga barang eksport naik sementara gaji tetapnya 
   jumlahnya nggak berubah. Tentu ini tidak akan tahan lama karena tentu 
   mereka juga menuntut penyesuaian yang akhirnya akan berada pada daya beli 
   seperti semula.
  
  Ada beberapa hal. Satu, memang keunggulan ekspor (relatif terhadap keadaan 
  sebelumnya, yaitu keadaan A) yg diakibatkan turunnya nilai rupiah (relatif 
  terhadap keadaan A), bisa didapat dari lambatnya kenaikan nominal harga 
  (dalam rupiah) faktor2 produksi (seperti gaji), dengan mengasumsikan pasar 
  faktor produksi yang bebas. 
  
  Kedua, penarikan kesimpulannya bisa lebih lengkap kalau hubungan sebab 
  akibatnya diperjelas, yaitu penurunan nilai rupiah mengakibatkan dua hal, 
  yaitu memacu ekspor yg akhirnya membuat pengangguran berkurang _dan_ 
  menurunkan daya beli rupiah terhadap barang impor. Konsekuensi dari kedua 
  ini adalah, memang standar hidup jadi turun karena barang impor naik 
  relatif terhadap rupiah, tapi di sisi lain ekspor akan terpacu yang 
  

[Keuangan] Menguji Model

2009-03-28 Terurut Topik Rachmad M
Seperti apa yang saya tuliskan terdahulu bahwa mengelola keuangan keluarga juga 
banyak ragamnya. Ada keluarga yang sederhana hanya mengandalkan gaji bulanan, 
ada juga keluarga  yang tidak lagi bekerja untuk uang tapi bagaimana uang 
bekerja untuk dirinya.

Pun demikian semua tidak bisa menghilangkan sifat dasar dari pengelolaan uang 
itu sendiri yakni harus ada income untuk keluarga dan ini sama saja untuk 
negara harus ada income untuk negara sebagai kekayaan kita bersama sebagai 
anak bangsa.

Jika anggota keluarga  giat bertransaksi layanan barang dan jasa secara 
internal dan kita memberinya tanda dengan rupiah atau kupon ini sama saja. Jika 
kemuadian salah seorang anak  (sia A) bertransaksi dengan anggota keluarga lain 
atau dengan negara lain maka anak itu akan mendapatkan uang. Uang ini bisa 
disimpen kepala keluarga untuk ditukarkan dengan kupon untuk memenuhi kebutuhan 
si A dalam keluarga. Bisa juga disimpan di bank atas nama anak  (sia A) itu 
sendiri.

Ketika ada anak lain (si B) yang mencoba menukarkan kuponnya pada orang tuanya 
untuk membeli bahan baku yang harus dibeli dari luar dengan 'uang', si orang 
tua tidak tersedia  'uang' karena sia A  menyimpannya di bank atau diluar 
keluarga.

Kejadian ini tentunya berbeda kalau si A menyimpannya pada ayah. Ayah tidak 
perlu berhutang untuk memenuhi kebutuhan si B akan 'uang' yang berlaku di 
luaran. Kupon ini akan digunakan lagi oleh A manakala ia berhasil menjual lagi 
hasil produknya keluar keluarga. Demikian seterusnya.

Model dasar ini tidak akan berubah, bagaimanapun juga bentuk derivative 
transaksi yang mungkin bisa direkayasa manusia. Dan ini bisa menjelaskan uang 
parkir diluar negeri itu masalah bagi bangsa ini.

Salam

RM







[Keuangan] Re: Kemakmuran dan perdagangan (was: Logika industri vs. produk Cina

2009-03-27 Terurut Topik Rachmad M
Tentu saja saya tidak dalam posisi mengeluh karena barang itu sudah terbeli.

Penghasilan dolar pengeluaran rupiah, inipun sudah terjadi pada istri saya yang 
bergerak di oil  gas. Tentunya tulisan disini bukan dalam artian hanya fokus 
pada kemampuan keluarga sendiri untuk bermanufer di tengah goncangan bertubi 
masalah ekonomi dinegeri ini. Tapi bagaimana semua membawa kebaikan bagi sesama 
warga negara tercinta negeri ini.

Salam

RM




--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero hotrad...@... 
wrote:

 At 12:37 PM 3/27/2009, you wrote:
 
 Didalam perubahan angka kurs tukar sebenarnya ada banyak korban 
 meskipun ada juga sedikit spekulan yang diuntungkan. Beberapa bulan 
 yang lalu rupiah masih dikisaran 9.000 saya beli Canon Kit 450D DSLR 
 seharga 6,3 juta untuk anak saya, namun hari ini ketika dolar ada 
 dikisaran 12.000 harganya 7,7 juta. Adakah perubahan di penghasilan 
 tetap saya ?
 
 
 Anda mau beli kamera seharga Rp. 6,3 juta untuk anak anda - dan anda 
 masih mengeluh?
 Apa iya hidup-mati anda sedemikian tergantung pada kamera itu?
 Apa iya anda tidak bisa menyesuaikan diri?
 
 Kalau anda ingin kenyamanan anda dalam mengkonsumsi benda dalam harga 
 US Dollar menjadi tidak terganggu sedikitpun -- seharusnya ada 
 menghasilkan sesuatu yang dibayar dalam US Dollar.
 Penerimaan US Dollar untuk pengeluaran dalam US Dollar.  Masuk akal kan?
 
 Bila tidak, berarti anda cuma cari penyakit sendiri.
 
 
 Beberapa proyek besar terpaksa terhenti, menghasilkan begitu banyak 
 pengangguran dari tingkat insinyur sampai tukang sapu. Hal-hal 
 seperti ini berulang ketika KENOP, ketika 97/98 dan memang 
 masyarakat akan terus berdaptasi dengan nilai baru dengan 
 menghalalkan segala cara untuk menyambung hidup. Akhirnya korupsipun 
 jadi hal yang biasa mengingat harapan bahwa naiknya jabatan sejalan 
 dengan meningkatnya kesejahteraan tidak pernah tercapai akibat 
 devaluasi dan inflasi inikah rupa pengelolaan keuangan bangsa ini ?
 
 
 Satu-satunya pihak yang bisa menciptakan inflasi adalah pemerintah.





[Keuangan] Re: Kemakmuran dan perdagangan (was: Logika industri vs. produk Cina

2009-03-27 Terurut Topik Rachmad M
--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero hotrad...@... 
wrote:

 At 01:10 PM 3/27/2009, you wrote:
 
 Tentu saja saya tidak dalam posisi mengeluh karena barang itu sudah terbeli.
 
 
 Kalau sudah terbeli, berarti tinggal dimanfaatkan saja sebaik-baiknya.
 
 Kebahagiaan tidak terukur dalam mata uang dan besaran moneter apapun.
 Jadi anda bisa bahagia dengan benda semurah atau semahal apapun.
 
 Kalau ternyata ada yang bisa membeli dengan harga lebih murah - 
 berarti itu kebahagiaan orang lain.
 Kebahagiaan anda sendiri tidak berkurang kan karena orang lain berbahagia?
 
 
 Penghasilan dolar pengeluaran rupiah, inipun sudah terjadi pada 
 istri saya yang bergerak di oil  gas. Tentunya tulisan disini bukan 
 dalam artian hanya fokus pada kemampuan keluarga sendiri untuk 
 bermanufer di tengah goncangan bertubi masalah ekonomi dinegeri ini. 
 Tapi bagaimana semua membawa kebaikan bagi sesama warga negara 
 tercinta negeri ini.
 
 Kita mungkin memang kurang jualan sesuatu yang bisa dibayar dalam US Dollar.
 Kalaupun ada, biasanya hanya hasil bumi (yang nilai tambahnya rendah).
 
 Mungkin karena orang kita malas.
 
 Kalau pintar sih masih nggak apa-apa.
 Lha bagaimana kalau sudah bodoh masih ditambah malas juga...?



Lha kan nggak semua bisa kerja yang berorientasi pada dolar, emang siapa yang 
nyiapkan bangunan Apartemen, Mall, Hotel-hotel yang tersebar di seantero 
Indonesia :-)

Mungkin Bang Poltak nikmat saja ke Malang, ngadain seminar dan nginep di hotel 
Santika Malang, lha yang bikin bangunan itukan bagian saya yang dibayar dengan 
rupiah :-)


Salam

RM










[Keuangan] Logika Eksport was : Re: Kemakmuran dan perdagangan

2009-03-27 Terurut Topik Rachmad M
--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, arianro pantun daud 
arianro...@... wrote:

 Kalau depresiasinya rupiahnya sehat sebenarnya cukup banyak yang diuntungkan
 tidak hanya spekulan, petanipun mendapat keuntungan dari hal ini. Dengan
 turunnya nilai mata uang maka tentu ada komoditas kita yang mempunyai daya
 saing lebih baik, proyek2 yang dahulu secara ekonomi tidak menguntungkan
 sekarang mungkin menjadi visible dan lainnya.
 
 Rgds,
 Arianro
 


Logika eksport itu kan senbenarnya sederhana saja. Kalau anda jualan ke luar 
negeri senilai 1 juta US $ dan anda nggak butuh dolar karena segala biaya 
operasional dan belanja anda dalam rupiah maka otomatis rupiahnya jadi cadangan 
devisa. Karena yang anda butuhkan rupiah dan dolarnya boleh disimpen sama yang 
nerbitkan rupiah.

Naik turunnya kurs tidak berpengaruh terhadap pendapatan negara yang 1 juta US 
$ tadi malah yang terjadi pembeli diluar negeri malah minta harga diturunkan 
dari 1 juta US $ karena kurs tadi, ia hanya berpengaruh terhadap pengupahan 
yang lebih rendah karena tadinya 1 juta  x 9000 = 9 Milyar rupiah menjadi 12 
Milyar rupiah dengan kurs 12.000. Dan pada akhirnya akan menaikkan upah 
sehingga daya beli orang-orang yang terlibat pada kegiatan eksport tersebut 
kembali ke angka normal atau angka sebelumnya.

Jadi jelas bahwa paradigma yang didengungkan selama ini kurs murah untuk 
meningkatkan daya saing sebenarnya adalah proses pembodohan oleh orde baru yang 
nggak mampu menahan nilai rupiah.

Salam

RM








Re: [Keuangan] Logika Eksport

2009-03-27 Terurut Topik Rachmad M
Coba pak dipisahkan antara bagus untuk orang-perorang dengan bagus untuk kita 
semua sebagai anak bangsa.

Untuk pengusaha eksportir memang menjadi bagus karena tadinya dari jumlah 
barang yang sama cuma dapat 9 M rupiah, sekarang dengan kurs baru dapat 12 M 
rupiah.

Tapi perlu diingat bahwa selisih 3 M yang diperoleh pengusaha eksportir bukan 
diperoleh dari luar karena yang diperoleh dari luar tetap saja 1 juta US $. 
Dengan kata lain 3 M itu adalah perlemahan daya beli orang-orang yang terlibat 
dalam proses eksport tersebut karena dengan meningkatnya kurs maka harga barang 
eksport naik sementara gaji tetapnya jumlahnya nggak berubah. Tentu ini tidak 
akan tahan lama karena tentu mereka juga menuntut penyesuaian yang akhirnya 
akan berada pada daya beli seperti semula.

Korban disini adalah orang-orang yang bergaji tetap seperti PNS, ABRI dan 
pensiunan. Mereka tidak mudah mendapatkan perubahan gaji seperti di swsasta. 
Oleh karenanya kemudia terlalu banyak PNS, ABRI yang ngobyek bahkan korup. 
Meningkatnya pengalaman, pendidikan, jabatan tidak sejalan dengan meningkatnya 
kesejahteraan karena termakan devaluasi dan inflasi yang tinggi.

Logika yang pak Amitz sampaikan Dengan begitu penjual (yaitu Indonesia) cukup 
men-quote harga 750 ribu US$ untuk mendapatkan nilai 9 milyar rupiah yang sama, 
yang artinya Indonesia bisa menjual dengan harga murah (relatif terhadap US$) 
untuk mendapatkan untung yang sama!  Juga nggak kena. Karena yang dibutuhkan 
bangsa ini untuk bisa import adalah mata uang asing yang tidak diperlukan atau 
dissimpen di luar negeri oleh para penguusaha. Pemerintah memerlukan mata uang 
asing itu ditukar dengan rupiah untuk membiayai produksi dalam negeri  dan 
mepersilahkan untuk digunakan importir untuk mengimport barang yang diperlukan. 

Rupiah hanya perantara diantara kita saja pak. Kalau perlu rupiah kita sebut 
sebagai kupon internal saja, bahkan kalau kita mau gotong royong dengan tanda 
bukan uang juga bisa selama ada barang yang di jual keluar negara dan bisa 
dipakai untuk beli sesuatu dari luar negara.


Dari contoh yang anda berikan maka kecendrungan pembeli di luar negara untuk 
menawar misalkan 850 ribu saja kan sudah tambah keuntungan 100 ribu wong harga 
pokoknya turun jadi 750 ribu, ini juga besar sehingga 'pendapatan' pemerintah 
dari kebutuhan pengusaha akan rupiah juga berkurang dari 1 juta menjadi 850 
ribu US $.

Jadi logika orde baru jelas ngawur


Salam

RM





--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Amitz Sekali vertha...@... 
wrote:

 
 Naik turunnya kurs tidak berpengaruh terhadap pendapatan negara yang 1 juta 
 US $ tadi malah yang terjadi pembeli diluar negeri malah minta harga 
 diturunkan dari 1 juta US $ karena kurs tadi, ia hanya berpengaruh terhadap 
 pengupahan yang lebih rendah karena tadinya 1 juta  x 9000 = 9 Milyar rupiah 
 menjadi 12 Milyar rupiah dengan kurs 12.000. Dan pada akhirnya akan 
 menaikkan upah sehingga daya beli orang-orang yang terlibat pada kegiatan 
 eksport tersebut kembali ke angka normal atau angka sebelumnya.
 
 Tolong jangan dicampur adukkan Pak antara proses tawar menawar dengan 
 mekanisme pertukaran uang ini. Meskipun sebenarnya tidak akan mempengaruhi 
 urutan logikanya, tapi jadi bikin bingung pembaca Pak.
 
 Bagus dong kalau 1 juta US$ omzet yang tadinya cuma bisa ditukarkan dengan 
 uang 9 milyar rupiah, jadi bisa ditukarkan dengan uang 12 milyar rupiah! 
 Dengan begitu penjual (yaitu Indonesia) cukup men-quote harga 750 ribu US$ 
 untuk mendapatkan nilai 9 milyar rupiah yang sama, yang artinya Indonesia 
 bisa menjual dengan harga murah (relatif terhadap US$) untuk mendapatkan 
 untung yang sama!
 
 Ekspor terus bertambah, dan bertambah. Orang yang menukar US$ untuk 
 mendapatkan rupiah jadi lebih banyak, yang artinya permintaan terhadap rupiah 
 naik, yang berarti mata uang rupiah menguat. Akibatnya harga barang ekspor 
 (dalam US$) terpaksa harus dinaikkan sampai ke titik termahal yang rela 
 dibeli pembeli. Tercapailah kesetimbangan.
 
 Kesetimbangan ini dipengaruhi juga oleh mata koin yang satunya lagi, yaitu 
 aktivitas impor.
 
 Jadi jelas bahwa paradigma yang didengungkan selama ini kurs murah untuk 
 meningkatkan daya saing sebenarnya adalah proses pembodohan oleh orde baru 
 yang nggak mampu menahan nilai rupiah.
 
 Lebih tepatnya, pada suatu titik waktu, kemampuan ekspor Indonesia begitu 
 parah atau minimnya, dan impor begitu besarnya, sampai2 titik 
 kesetimbangannya di nilai rupiah yang rendah sekali (relatif terhadap mata 
 uang lain). Tapi masih tidak sepenuhnya salah kalau nilai rupiah yang rendah 
 otomatis meningkatkan daya saing.
 
 Salam,





[Keuangan] Impor/Ekspor bebas

2009-03-26 Terurut Topik Rachmad M
Sebenarnya yang menjadi pertanyaan penting yang saya lihat belum dibicarakan 
adalah, apakah impor/ekspor bebas lebih baik dibandingkan
impor/ekspor yg dibatasi?

Tentu saja eksport import bebas jauh lebih baik. Ibarat sebuah rumah tangga, 
tentu akan lebih bahagia jika di pasar tersedia banyak macam dan ragam barang 
dengan harga mulai yang murah sampai yang mahal sesuai dengan kebutuhan dan isi 
kantong kita.

Negarapun juga begitu, namun tetap saja bahwa sebuah keluarga tak akan 
membiarkan dirinya terlilit hutang karena tawaran barang dan jasa yang ada 
dihadapannya begitu banyak ragamnya. Meskipun semua itu juga bisa didapat 
dengan cara menggosok kartu kredit. Harus dipilah-pilah sesuai kebutuhan dan 
sebisa semua kebijakkan yang diambil memiliki kemungkinan manambah stock of 
money keluarga, meski tidak semuanya begitu.

Harus punya banyak kiat untuk menambah dan tentu akan lebih bahagia lagi jika 
uang ditangan juga besar. Beli pakai kartu kredit belum jatuh tempo sudah kita 
lunasi dan terbebas dari bunga :-)

Salam

RM



Indonesia dan China was : Re: [Keuangan] Teori konspirasi (lagi?) *sigh*

2009-03-24 Terurut Topik Rachmad M
Sekarang kita lihat bagaimana negara berperan dalam pengelolaan kekayaan kita 
bersama. Indonesia untuk membangun jalan yang sebenarnya segalanya tersedia di 
bumi Indonesia memerlukan pinjaman luar negeri untuk konsultan, untuk 
perjalanan kunjungan luar negeri, untuk studi banding, untuk hal-hal lain yang 
secara prinsip sebenarnya nggak diperlukan mata uang asing. Tapi inilah 
Indonesia.

Sebagian besar pinjaman kita pakai buat beli alat, jalan-jalan dan bayar tenaga 
dari luar, akibatnya pinjaman itu hanya sedikit saja yang jadi cadangan devisa. 
Padahal dalam pengoperasian pinjaman itu, apakah itu jalan tol, alat-alat 
telekomonikasi, mall, apartemen semua cuma ngumpulin rupiah dari tangan 
masyarakat yang tentunya harus ditukarkan mata uang asing untuk bayar hutang 
akibatnya kebutuhan mata uang asing meningkat dan rupiah tak tertahankan 
nilainya.

Ini berbeda 180 derajat dengan pola China.

Salam
'
RM


--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Rachmad M rachm...@... wrote:

 Sebetulnya apa yang disampaikan P Nazar tidak berlebihan. China menerapkan 
 dagang untung kecil jumlah banyak akan besar juga nantinya. 
 
 China juga tidak perduli bahwa barang dimaksud bisa dijual berlipat kali di 
 luar China karena yang diperlukan adalah sen demi sen yang dikalikan dengan 
 item dan jumlah barang dan jadi tambahan devisa China.
 
 Kalaupun yang jual atau yang punya merek senang, mereka akan membawa mata 
 uang asing ke China untuk memperbesar kapasitas produksi barangnya dengan 
 harga murah untuk bisa dijual berlipat diluar China. Membawa mata uang asing 
 inilah tambahan devisa bagi China tanpa syarat dan bunga cem macem.
 
 Salam
 
 RM
 
 
 




Re: [Keuangan] Teori konspirasi (lagi?) *sigh*

2009-03-23 Terurut Topik Rachmad M
Sebetulnya apa yang disampaikan P Nazar tidak berlebihan. China menerapkan 
dagang untung kecil jumlah banyak akan besar juga nantinya. 

China juga tidak perduli bahwa barang dimaksud bisa dijual berlipat kali di 
luar China karena yang diperlukan adalah sen demi sen yang dikalikan dengan 
item dan jumlah barang dan jadi tambahan devisa China.

Kalaupun yang jual atau yang punya merek senang, mereka akan membawa mata uang 
asing ke China untuk memperbesar kapasitas produksi barangnya dengan harga 
murah untuk bisa dijual berlipat diluar China. Membawa mata uang asing inilah 
tambahan devisa bagi China tanpa syarat dan bunga cem macem.

Salam

RM



--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, harri priyono harri3...@... 
wrote:

 
 menurut saya, komentar  pak nazar tdk terlalu berlebihan. arus barng masuk 
 ato keluar bukankah ats izin pemerintah yang mengatur? selama ada permintaan 
 atas penawaran barang2 akan ttp ada,bukan? isu yang lbh utama apakah barang2 
 produksi dalam negeri mampu memenangi persaingan bisnis saat ini? tq
 
 Amitz Sekali wrote: 
  Maaf tapi dari tulisan Pak Nazar, kelihatan sekali 
  karakteristik lingkungan pergaulan dan diskusi Pak Nazar. Saya sungguh 
  menyarankan Pak Nazar untuk bergaul dengan lebih banyak kalangan, minimal 
  untuk menambah wawasan. Pertanyaan2 dan komentar2 Pak Nazar kadang2 
  memprihatinkan. . 
  Barang buatan Cina banyak masuk ke pelosok nusantara karena harganya murah. 
  Tidak perlu kerjasama apapun. 
  --- In AhliKeuangan- Indonesia@ yahoogroups. com , nazar nazartebo@ .. 
  wrote: 
  
  Hmm, sedikit pertanyaan saya. Barang2x cina ini bisa masuk ke pelosok2x 
  nusantara, apakah karena keahlian pelaku2x bisnisnya atau ada peran serta 
  pemerintah cina melalui kedubes2xnya? 
  
  Saya sangat yakin bahwa keikutsertaan pemerintah cina mempunyai peran yang 
  sangat besar dalam kesuksesan pembisnis cina tersebut. 
  
  
  Salam 
  nazar 
  on: Tebo-jambu. 
   
 
 
 
   New Email addresses available on Yahoo!
 Get the Email name you#39;ve always wanted on the new @ymail and 
 @rocketmail. 
 Hurry before someone else does!
 http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/





Re: [Keuangan] Ditekan? Balik tekan dong!

2009-03-21 Terurut Topik Rachmad M
Logika sederhana saja pak.

Selama masih banyak mata uang yang beredar berdasarkan kedaulatan negara 
penerbit, maka nasib pengguna mata uang itu ditanggung bersama, utamanya sesama 
warga negara penerbit mata uang tersebut. Menipisnya cadangan devisa RI yang 
nanggung seluruh pengguna mata uang rupiah tanpa terkecuali. 

Jadi mau tidak mau pemerintah harus membuat kebijakkan yang sebisa mungkin 
menambah terus cadangan devisa. Kalau mampu malah seperti cadangan devisa china 
saat ini kalau sudah banyak terus invest di negara lain biar nambah terus 
cadangannya.

Kebijakkan yang sederhana itu misalnya, apakah pemerintah akan membiarkan  saja 
setiap warga negaranya untuk berpindah tempat di gerakkan oleh sebuah motor 
bakar apakah itu bernama mobil (china), motor(china), bajaj(india) dsbya. 
Mungkin bagi individu itu dinilai murah, tapi sebagai pemerintah harusnya mikir 
bahwa SDA berupa Crude Oil itu berpotensi mendapatkan cadangan devisa ketimbang 
habis diahmburkan di kemacetan lalu lintas.

Demikian juga manajeman membawa barang. Apakah kita akan terus gunakan 
truck-truck besar yang menghamburkan BBM dan juga kerusakan jalan Trans 
Sumatera, Pantura, Trans Kalimantan yang semua didanai pinjaman atau dipilih 
cara lain lewat rel atau laut :-)

Kebijakkan publik jangka menengah dan panjang inilah yang harus terlihat 
dipikirkan oleh pemerintah negara yang mengerti hidup bernegara.

Salam

RM






--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Amitz Sekali vertha...@... 
wrote:

 Pak Rachmad,
 
 Mana yang perlu diimpor dan mana yang tidak perlu diimpor
 pertimbangannya seperti apa? Pertimbangan jangka panjang dan menengah
 itu contohnya seperti apa? 
 
 Apakah ini sebenarnya masih suatu keinginan untuk
 mengurangi ketergantungan kepada negara tetangga?
 
 Saya pikir, ending-nya Romeo and Juliet akan berbeda kalau saja orang tua 
 mereka tidak terobsesi dengan menghilangkan ketergantungan. Andai saja 
 orang tua mereka membiarkan anaknya menikah sehingga mereka saling tergantung 
 satu sama lain, Romeo dan Juliet akan hidup bahagia, dan keluarga itu pelan2 
 terpaksa belajar hidup damai, dan akhirnya menyatukan kekuatan jadi kartel 
 mafia nomor 1 di kota itu :-).
 
 
 
 
 
 From: Rachmad rachm...@...
 To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
 Sent: Saturday, March 21, 2009 8:16:57 PM
 Subject: Re: [Keuangan] Ditekan? Balik tekan dong!
 
 
 Harus dipilah, mana yang benar2 perlu di import mana yang tidak dan 
 pertimbanganya bukan sekedar harga namun juga pertimbangan jangka menengah 
 dan panjang.
 
 
 
 Salam
 
 RM
 Sent from my BlackBerry Wireless Handheld 
 
 -Original Message-
 From: Amitz Sekali vertha...@yahoo. com
 
 Date: Sat, 21 Mar 2009 06:02:58 
 To: AhliKeuangan- Indonesia@ yahoogroups. com
 Subject: [Keuangan] Ditekan? Balik tekan dong!
 
 
 Anda takut ditekan luar negeri?
 
 Daripada mencegah produk yg lebih
 murah/baik masuk ke Indonesia (yg berarti ketergantungan Indonesia) dan 
 ngotot menghabiskan sumber daya membuat produk yg sama yg lebih mahal/jelek,
 lebih baik menciptakan produk lain yg lebih murah/baik untuk diekspor
 ke luar negeri (yg berarti ketergantungan negara lain terhadap
 Indonesia). 
 
 Dengan begitu Indonesia bisa balik menekan luar negeri. 
 
 Hasil akhirnya semua negara sama2 diuntungkan, sebab untuk daya beli
 yang sama, barang yang bisa dikonsumsi lebih murah/baik. Tambahan lagi, 
 negara2
 jadi segan untuk sedikit2 perang karena ketergantungan antar negara
 yang makin tinggi.
 
 Obsesi yang berlebihan bahwa segala sesuatunya harus buatan sendiri
 meskipun lebih mahal dan jelek, terus terang rasanya memprihatinkan. Kalau 
 misalnya berbisnis dengan gaya seperti ini, jangan harap bisa maju kecuali 
 semua kompetitor sama culunnya. Sikap begini seperti orang yang ngotot 
 berusaha mencukur rambutnya sendiri karena
 tidak rela satu2nya ahli cukur di kota itu mendapatkan keuntungan. Bisa sih 
 potong sendiri, tapi...
 
 
 
 
 [Non-text portions of this message have been removed]
 
 
 
 [Non-text portions of this message have been removed]
 
 

 
 
   
 
 [Non-text portions of this message have been removed]





[Keuangan] Dialog Imajiner BK-JFK

2008-08-20 Terurut Topik Rachmad M
Menanggapi renungan 17 agustusan saya, tiba-tiba JFK berusaha menemui
BK. maka terjadilah arahan JFK sebagai berikut :

Kemudian JFK datang ke Bung Karno. maaf bung, anda tidak bisa cuman
berpatokan dengan angka eksport-import. Anda juga harus perhatikan
Capital Account yang keluar masuk dimana akhirnya secara total lebih
banyak dollar yang keluar dari pada yang masuk (Negatip Balance of
Payment) karena yang membuat eksport anda besar adalah uangnya Uncle
Sam maka Uncle Sam berhak menikmati profit untuk berleha-leha di
tepian Danau Lake Tahoe di California sambil mengibas-ngibaskan
greenback yang didapat dari Indonesia:). Selain itu juga you punya
banyak hutang sehingga harus bayar interest ke negara2 pengutang yang
membuat uang dari eksport lu habis dan nilai rupiah lu menggelepar-
gelepar.

Kalau dilihat dari nilai eksport pun, nilai current account anda
banyak berkurang karena you terlalu banyak pakai service dari luar
negeri hingga lu punya deficit di balance on service. Lagi pula lu
mau bayar expatriate berkali lipat dari gaji lokal. Apa nggak ada
keluaran universitas lu yang bisa menggantikan para ekspatriate
tersebut:).

Kemudian BK nyahut lagi sama JFK

BK : Kami perlu Nation Building, kami perlu Character Building agar
masyarakat kami tahu benar memanfaatkan kekayaan alam Indonesia
sepenuhnya untuk kesejahteraan bangsa Indonesia

JFK : Caranya ?

BK : Beberapa putra-putri terbaik kami mondok dan menuntut ilmu di
negeri anda.

JFK : (sambil berbisik ditelinga BK) Anak-anakmu kami beri keleluasan
kartu kredit sampai 50.000.000 rupiah, padahal gajinya cuma
10.000.000. Jadi maaf ya, kalau mereka cuma bisa belanja 5.000.000
saja perbulan yang 5.000.000 lagi buat bayaran cicilan minimum 10 %.
jadi 5.000.000 lagi gaji anak-anak saya. Kasihan anak-anak saya nggak
sekaya negeri mu yang apa-apa ada jadi anakku biar main di keuangan
aja deh.

BK : Pandai kali anda menjajah kami, tanpa bisa kami lawan pakai
bambu runcing

JFK : Kami tidak menjajah, putra-putri anda yang menginginkannya.

BK pun termenung …… JFK benar anak-anakku telah menjadi MAFIA BERKELEY


Salam

RM
http://rachmad.kuyasipil.net/




[Keuangan] Maaf Bung, Kami Memang Sontoloyo

2008-08-19 Terurut Topik Rachmad M
Jika saya lihat grafik diatas, maka saya akan teringat lagi  pada 
tulisan Bung Karno tahun 1933. Ya tahun 1933 adalah 75 tahun yang 
lalu. Dan jika si Bung jumpa saya, maka ia akan bilang, Hai koe RM, 
bukankah kau bisa pakai komputer, koe bisa hitung itu berapa kita 
punya ekspor dan berapa kita punya impor.

Maka dengan excel akan saya hitung bahwa pada periode 97 hingga 2004 
kita sudah ekspor 415.9 sementara kita impor 230,2. dan kalau ikut 
cara si Bung hitung saya juga akan jelaskan sudah ada penurunan dari 
yang bung hitung. Bukankah dulu 220 % dan sekarang cuma 181 %.

Ternyata si Bung masih belum puas pada jawaban saya, Bukan itu RM, 
hanya dari periode itu you mustinya punya cadangan devisa 185,7 
Milyar dolar. Berapa cadanganmu sekarang ?

Tergagap-gagap saya jawab 31,18 bung pada tahun 2005. Dengan hutang 
137 Milyar dolar pada tahun 2004 dari 150,6 pada tahun  bererti kami 
sudah bayar 13,6 Milyar Bung…..

Koe masih terjajah, 185,7 bisa bayar lunas koe punya utang … sontoloyo

Sekedar renungan 17 agustus 2008

Grafik ada di : http://rachmad.kuyasipil.net/

Salam

RM





[Keuangan] Re: Coba Main game seemcity atau city builder

2008-08-16 Terurut Topik Rachmad M
Saya justru lebih menyederhanakannya lagi hanya satu dan kalau ada 
sejuta juga gak apa-apa :-)

Kesalahan mendasar terletak pada asumsi bahwa uang itu lekat dengan 
barang. Jika mata uang itu terbuat dari emas dan segala yang dijual 
belikan adalah 'hanya' emas itu maka asumsi anda jadi benar.

Masalahnya 'uang' itu hanya suatu penghantar saja terhadap barang. 
Nilainya tidak melekat pada barang yang diperdagangkan.
Ini berarti bahwa uang yang selama setahun ada di dompet saya 
sejumlah 100.000 akan tetap 100.000 pada akhir tahun.

Sedangkan uang 100.000 yang setiap harinya berpindah tangan (sebagai 
alat transaksi) ada 365 barang senilai @ 100.000. Dan bank seharusnya 
tetap akan mencatat 365 kali 100.000 barang itu walau uang yang 
beredar hanya 100.000. 

Apalagi di jaman modern ini dimana orang belanja tanpa uang hanya 
masalah catatan saja yakni kartu debit. Ini uraiannya akan panjang :-)

Salam

RM


--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Bali da Dave 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 
 
 
 Katakan uang 100.000 yang saya pinjam adalah untuk usaha konsumsi 
 
 ayam goreng karyawan bank. Sehari saya kirim 10.000 dengan 
keuntungan 
 
 10 % atau 1.000 masuk rekening  saya.  Pada akhir tahun kalau bank 
 
 itu buka terus,  di rekening saya sudah tercatat 1.000 x 365 atau 
 
 365.000. tanpa harus mematikan usaha si B.
 
 
 

   
   
 
 
 
 
 
 
 
 
   
 
 
   
 Kelihatannya bapak belum memasukkan dalam pikiran bapak bahwa ini 
asumsi adalah penyederhanaan. Kalau saya cuma batasi pada 2 pengutang 
dan satu bank, analisanya lebih gampang. Kalau mau real time, 
efek crash dan bangkrutnya bakalan lama (sama seperti crash dan 
boom industri finansial. Bank Amerika juga dari sejak sejarah mereka 
selalu ada krisis perbankan dalam waktu lama. Semakin mereka 
mengerti, semakin lama jarak waktu antar krisis perbankan yang mereka 
alami.
 
 Kalau menurut saya, analisis bapak masih belum memasukkan kenyataan 
bahwa HANYA BANK yang bisa menciptakan uang - atau lebih tepatnya 
peminjam yang menciptakan uang, dan hanya boleh lewat bank. Lewat 
jalan lain, namanya penipuan. Bapak bilang masalahnya dimana mencari 
yang 40,000 lagi  TEPAT sekali...  TIDAK BISA  sebab tidak 
ada uang baru yang diciptakan lagi (sebab partisipannya hanya ada 2 
peminjam)   INI MASALAHNYA
 
 Dalam kenyataan, tentu partisipannya bukan cuma dua, tapi ratusan 
bahkan jutaan peminjam. Peminjam satu periode tertentu bisa ditutupi 
dari peminjam periode berikutnya. Masalah besar timbul bila seperti 
dalam krisis...  banyak peminjam atau ada satu peminjam besar yang 
defaultnya jumlah besar (misalnya bear stern, bank northern rock di 
UK, atau lembaga finansial lainnya   Mereka-mereka inilah yang 
termasuk dalam kelompok B...  kelompok gagal. Secara prinsipil mereka 
itu sudah bangkrut...  Lalu pemerintah mem-bail out mereka. Caranya 
bagaimana? Ciptakan uang baru lagi...  Atau ambil uang investor luar 
negeri  (yang mana ini adalah analisa lanjutan yang sudah masuk tahap 
RUMIT)..  Orang bilang...  kalau menyederhanakan persamaan bisa 
menggambarkan BIG PICTURE...  start from that...  (maklum, dulu 
pernah belajar fisika dan matematika  sebisa mungkin 
disederhanakan...  KISSS katanya...  keep it simple...  Student...  
he.. he
 
 
 
   
 
 [Non-text portions of this message have been removed]





[Keuangan] Re: Coba Main game seemcity atau city builder

2008-08-15 Terurut Topik Rachmad M
--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Bali da Dave 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

del...

 
 Kembali lagi pada BIG PROBLEM Number ONE  SUKU BUNGA PINJAMAN. 
Anggaplah seluruh dunia ini cuma ada 2 peminjam, dan cuma satu bank. 
Bank memberi pinjaman 100,000 rupiah pada masing-masing peminjam A 
dan peminjam B. Suku bunganya 20%. Jadi pada awal tahun Bank 
menciptakan uang 200,000. Pada akhir tahun Bank mengharapkan uang 
balik 240,000. Dalam sistem dimana hanya Bank berhak menciptakan 
uang, dan peminjam A maupun peminjam B tidak bisa menciptakan 
uang...  kira-kira apa yang terjadi? Dalam sistem ini hasil akhirnya 
jelas...  Hanya satu (entah A atau Entah B) yang bisa bertahan hidup. 
A hidup dan B bangkrut, atau B hidup dan A bangkrut. Lalu bagaimana 
hubungannya dengan POTENSI? Sistem Pinjaman BERBUNGA...  tidak ada 
hubungannya dengan potensi. Potensi A dan Potensi B bisa saja lebih 
besar dari 120,000 (entah ayam, kambing atau pesawat terbang). Tapi 
karena mereka tidak bisa menciptakan uang interest untuk 
membayarkannya kepada bank, maka tidak
  perduli mereka menciptakan 3juta ayam atau 100 pesawat terbang, 
salah satu HARUS Bangkrut di akhir tahun.
 
 Dengan demikian, negara-negara maju selalu berupaya memperkecil 
suku bunga pinjaman (5%, atau bahkan negara jepang yang selalu 
mengupayakan suku bunga 0%). Bukan cuma untuk menekan inflasi...  
tapi supaya jangan terlalu banyak acara bunuh-bunuhan yang tidak 
sehat.
 
. del


Rasanya ada yang salah asumsi dalam pandangan ini. Karena hanya ada 
satu bank yang nerbitkan uang 200.000, maka ada masalah ketika harus 
dikumpulkan uang 240.000. Dari mana yang 40.000 ?

Katakan uang 100.000 yang saya pinjam adalah untuk usaha konsumsi 
ayam goreng karyawan bank. Sehari saya kirim 10.000 dengan keuntungan 
10 % atau 1.000 masuk rekening  saya.  Pada akhir tahun kalau bank 
itu buka terus,  di rekening saya sudah tercatat 1.000 x 365 atau 
365.000. tanpa harus mematikan usaha si B.

Salam

RM








[Keuangan] Re: Very costly?

2008-06-20 Terurut Topik Rachmad M
Bisa sarapan dipasar ? Kenapa tidak, berikut adalah pasar modern Bumi 
Serpong Damai. Mungkin bisa memberikan harapan bahwa kedepan pasar-
pasar seperti ini perlu di perbanyak.

Album Pasar Modern http://rachmad.kuyasipil.net/?page_id=167

Salam

RM

--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Hok An [EMAIL PROTECTED] 
wrote:

 Saya sama sekali tidak setuju bahwa anggaran Rp. 50 trilliun untuk
 memperbaiki  13.000 pasar traditional terlalu mahal.
 Harusnya malah dilipat gandakan. Pemerintah justru saat ini perlu
 ekspansi anggaran untuk memperbaiki infrastruktur.
 Salah satu yang penting justru pasar.
 Pasar traditional mempunyai banyak fungsi.
 Sebagai pusat perdagangan pasar didaerah tropis panas sebetulnya
 memerlukan infrastruktur yang kuat.
 Barang yang diperdagangkan seperti ikan, buah dan sayur kadang2 
cepat
 rusak.
 Pasar memerlukan sistem pembuangan sampah dan kebersihan yang baik.
 Dikita ada juga pasar2 yang bersih.
 Kebersihan pasar bisa menjadi indikator pertama.
 Tempat2 yang agak dekat seperti Samarinda dan Balikpapan bisa beda
 sekali.
 Yang satu tertib yang lain cukup berantakan.
 Bagaimana mau jual produk lokal kalau pasarnya berantakan?
 
 Di Singapura dan Malaysia pasar masih mampu bersaing dengan mal. 
Siapa
 yang kesana silahkan makan di pasar dan bisa menyaksikan bahwa 
kepasar
 kita bisa mendapatkan produk lokal, menikmati makanan yang hanya ada
 disitu dan sedikit omong2 dengan pedagang2 yang tidak ter-gesa2.
 Pasarnya adalah pusat komunikasi. Tetapi PEMDA2 kita rupanya mau
 memindah lokasi komunikasi ke mal.
 
 Salam
 
 Hok An
 
 http://www.thejakartapost.com/news/2008/06/18/traditional-market-
revamp-039very-costly039.html
 
 Friday, June 20, 2008 1:13 PM
 
 Traditional market revamp 'very costly'
 
 Novia D. Rulistia ,  The Jakarta Post ,  Jakarta   |  Wed, 
06/18/2008
 10:44 AM
 
 The country needs in excess of Rp 50 trillion (US$5.35 billion) to
 increase the competitiveness of more than 13,000 traditional markets
 amid a rapid growth of modern markets, Asparindo says.
 
 The Association of Traditional Market Managers' (Asparindo) chairman
 Joko Setyanto said Tuesday the sum was unrealistic as annual
 expenditures on the revitalization of traditional markets amounted 
to
 just 5 percent of the proposed figure.
 
 The money is not available. Local governments now expect help from 
the
 central government, which in turn refuses to take all the 
responsibility
 amid this decentralization era, he said on the sidelines of 
Asparindo's
 national meeting.
 
 He said the funding was usually generated from regional revenue 
(PAD)
 and regional budgets.
 
 City-owned market operators, or PD Pasar Jayas (PDs), have a 
combined
 yearly renovation budget, generated from either internal cash or 
third
 parties, equal to 20 percent of the suggested amount.
 
 According to the state budget, the government this year has 
allocated Rp
 140 billion for the construction and renovation of 100 traditional
 markets, up from Rp 100 billion in 2007.
 
 There are approximately 13,000 traditional markets throughout the
 nation, 70 percent of which are in dire condition. There are 
currently
 15 PDs, spread mostly throughout big cities, including Greater 
Jakarta,
 Bandung and Surabaya.
 
 During the meeting, Asparindo signed a memorandum of understanding 
with
 state lender Bank Rakyat Indonesia (BRI) to soften the requirements 
for
 small entrepreneurs and suppliers to get credit.
 
 Trade Minister Mari Elka Pangestu said the central government was
 considering providing funds to support the industry's development
 through a special allocation fund (DAK).
 
 DAKs, along with general allocation funds (DAUs), are allocations 
from
 the central government's annual state budget for local governments.
 
 The government is developing other measures in addition to providing
 financial assistance, Mari said.
 
 Another way to light up traditional markets is by establishing a
 corridor connecting one market to another so that they form a 
network
 and can complement each other via their own specialities, such as 
art
 markets, fish markets or handicraft markets, she said.
 
 The ministry's director for market management, Gunaryo, said the
 ministry had surveyed market potential and had offered data to the
 Jakarta government in April.
 
 We have also mapped similar potencies in Pekalongan and Solo in 
Central
 Java, he said.
 
 The government issued a presidential regulation in 2007, which, 
among
 other things, restricts the expansion of modern retailers, including
 supermarkets, hypermarkets and convenience stores, in certain zones.





[Keuangan] Re: Ekonomi Abu-abu dan Penyelundupan (was: Statistik

2008-06-19 Terurut Topik Rachmad M
Pak Hok An,

Kalau mau dilihat begitu sih kelihatannya agak benar, karena dari 
perjalanan saya kedaerah-daerah seperti Sinabang, Meulaboh, Ranai-
Natuna, Balikpapan, Tenggarong, Menado, Ternate harga kebutuhan makan 
mirip-mirip bahkan sesekali terasa lebih mahal dari Jakarta. 
Kekecualian mungkin Jogjakarta :-)

Ini sangat berbeda dari perjalanan saya ke Johor dan Singapore yang 
hanya dipisahkan selat. Harga makanan sama sama berkisar 10 $ cuma 
yang satu ringgit malaysia yang satunya Sin Dolar :-) padahal itu dua 
kalinya :-)

Salam

RM


--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Hok An [EMAIL PROTECTED] 
wrote:

 Bung Rachmad,
 
 Memang sektor gelap banyak macamnya, sebab itu kalau BPS mau 
memantau
 mungkin bisa tahap pertahap yang masuk dalam taksiran.
 Saya juga tidak berani menggunakan angka 200%.
 Tetapi perlu diingat pasar nasional yang gelap sangat besar, tidak 
perlu
 ada hubungan dengan ekspor.
 Banyak sekali kegiatan ekonomi keluarga walaupun sudah cukup besar 
yang
 tidak dilaporkan untuk menghindari birokrasi.
 
 Setahu saya PDB kita sudah sekitar US$450 miliar (US$ 2053/ kepala).
 
 Salam
 
 Hok An
 
 Rachmad M schrieb:
 
  Rasanya pasar gelap ini ada banyak katagori.
  1. Melalui jalur resmi tapi tidak tercatat sepenuhnya dengan 
proses
  sogokan. Seperti kasus KPK di Bea Cukai baru-baru ini.
  2.Sama sekali tidak terdaftar seperti pembalakkan liar, pencurian
  ikan, penyelundupan pasir ke Singapore etc.
  3. Anak perusahaan di luar negeri untuk menghindari pajak yang
  tergantung besarnya nilai komoditas yang dieksport. Harga normal 
baru
  diterapkan di anak perusahaan di negara yang pajaknya rendah.
 
  Saya rasa kalau mau diurut-urut akan banyak sekali. Tapi kalau
  dikatakan 200 % yang berarti sekitar 150 Milyar dolar setahun 
rasanya
  sih nggak mungkin. Atau benarkah Indonesia mampu mengeksport 
sekitar
  225 Milyar US Dolar setahun ?
 
  salam
 
  RM
 
  --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Hok An Hokan@
  wrote:
  
   Setahu saya angka yang biasa dipakai sekarang 50%. Angka 200% 
itu
  luar
   biasa. Dengan demikian negara kita punya saudara gelap yang dua 
kali
 
   lebih besar.
   Tahun 1960 kesadaran bernegara masih rendah. Pengusahapun sudah
  tenang,
   merasa menjalankan kewajibannya secara penuh kalau sudah bayar
  pajak2
   desa.
  
   Disektor tertentu angka 200% keliatannya merupakan atau 
sedikitnya
   pernah menjadi kenyataan lapangan.
   Misalnya sektor pembalakan hutan dan pemasokan kayu untuk 
pabrik2
  pulp 
   paper, perikanan laut dan impor produk tekstil.
   Batu bara ada yang taksir 30% gelap, tetapi mungkin salah.
   Soalnya ada berita salah satu BUMN saja ekspornya ber-lipat2 
dari
   kapasitas tambangnya.
   Daftar panjang ini jelas jauh dari ujungnya.
  
   Disamping itu ada statement pihak resmi yang sampai sekarang 
tidak
   pernah diverifikasi sehingga sifatnya hanya desas-desus yaitu
  besarnya
   bisnis TNI, pencucian uang, bisnis casino, perdagangan BBM gelap
   langsung dari pipa2 dilaut.
  
   Sudah itu ada masalah regional. Perusahaan2 besar tidak merasa 
punya
 
   kewajiban untuk bayar pajak di propinsi, sebab katanya sudah 
bayar
  di
   pusat.
  
   Yang internasional saja belum jelas bagaimana mau dibukukan 
adalah
   transaksi2 liwat perusahaan2 diluar buku (SPV).
   Transaksi2 ini baru muncul kalau tahu2 terjadi kerugian besar 
dan
   menyeret bank2 raksasa pemiliknya kejurang bencana.
   Sektor modern ini di Indonesia juga besar, sebab orang2 kita 
pandai
   sekali adopsi financial enginering terbaru.
   Sedangkan dari sistem hukum kita tidak bergerak secepat itu.
  
   Saya dengar memang sudah ada study mengenai sektor gelap kita.
   Harusnya BPS mempunyai kelompok kerja khusus mengenai sektor 
gelap,
   sebagai indikator yang penting.
  
   Salam
  
  
   Hok An
  
  
   Amitz Sekali schrieb:
  
--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Hok An Hokan@
wrote:

 Sektor gelap besarnya bisa saja tanding2 dengan yang terang.
 Taksiran2 yang ada sering2 dramatis.
 Ditahun 1960 orang2 tua yang saya kenal menaksir sektor 
gelap
  kita
200%
 dari yang terang.
   
Sebenarnya berapa taksiran Pak Hok An, atau rekan2 sekarang 
akan
ukuran sektor gelap Indonesia? Koq menurut saya taksiran 200% 
itu
mungkin malah kurang.. Kalau dibandingkan dengan taksiran 
wealth
management akan pangsa pasar mereka, apakah 200% itu lebih,
  kurang,
atau cukup? Bisakah rekan yang punya angkanya, berbagi?
   
   
  
 
 





[Keuangan] Re: Ekonomi Abu-abu dan Penyelundupan (was: Statistik

2008-06-18 Terurut Topik Rachmad M

Bung Poltak ysh,

Saya pikir Indonesia gagal menjalankan amanat UUD 45 dan juga Dasar 
Negara Pancasila yang bercorak sosial. Indonesia gagal menerapkan 
Ekonomi Pasar Sosial ala jalan tengah yang banyak berkembang di 
dataran Eropa. Ekomoni Pasar Sosial membutuhkan data Primer, Sekunder 
dan Tersier yang cukup matang agar pemerintah bisa melaksanakan suatu 
kebijakan yang tepat. Dan Indonesia model negara yang sangat gegabah 
terhadap data.

Indonesia gagal memisahkan hal-hal yang bersifat internal dan hal-hal 
yang besifat eksternal. Pemborosan-pemborosan BBM dalam kemacetan 
yang identik dengan devisa negara terus saja terjadi ini hanya salah 
satu contoh saja.

Penyelundupan adalah salah satu bentuk ketidak sadaran hidup 
berbangsa negara. Rupiah yang merangkak dari 1 dolar US = 1,48 rupiah 
pada tahun 1945 sampai sekarang menjadi 1 us $ = 9.200 rupiah adalah 
cermin kegagalan bangsa ini memanfaatkan seluruh SDM dan SDA yang 
dimilikinya.

Beberapa saya tulis dalam blog saya.

Belajar ke Negeri China http://rachmad.kuyasipil.net/?p=11
Sejarah Nilai Tukar Rupiah http://rachmad.kuyasipil.net/?p=44
Mentjapai Indonesia Merdeka Sukarno, Maret 1933 
http://rachmad.kuyasipil.net/?p=21


Salam

RM








--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 At 12:11 PM 6/18/2008, you wrote:
 
 Rasanya kurang adil kalau kita langsung beri cap underground
 economy apalagi dengan embel-embel penyelundupan. Kemampuan Medan
 mengekspor Lobster, teri medan, kopi, sayur mayur tentu bukan 
produk
 Medan. Itu adalah produk hinterlands dari Medan.
 
 Mas Rachmad,
 
 Tentang underground economy -- bisa juga disebut dengan nama lain, 
 semisal grey economy.
 
 Buat saya sih nggak ada banyak masalah bahwa underground economy 
 Indonesia ukurannya cukup besar.  Karena memang realitanya seperti 
 itu kok.  Kalau ternyata memang mengakibatkan banyak pelaku ekonomi 
 di grey economy tidak terjangkau oleh pajak -- ya itu salah satu 
 konsekuensi langsungnya.
 
 Toh pajak yang tidak disetor itu berkontribusi langsung pada 
 peningkatan ekonomi rakyat yang terlibat.  Ada banyak lapangan 
kerja 
 yang tercipta, dan ekonomi yang mampu berputar lebih efisien.  Itu 
 lebih baik, daripada duitnya harus lewat pemerintah dulu (lewat 
 setoran pajak) dan ujungnya hanya dihambur-hambur - yang malah 
 menurunkan efisiensi ekonomi.
 
 Soal penyelundupan saya rasa juga seharusnya tidak masalah.
 
 Penyelundupan kan sebenarnya konsekuensi dari distorsi pasar dan 
 pencekikan ekonomi oleh para birokrat.  Orang menyelundup karena 
ada 
 distorsi pasar (biasanya karena ada subsidi, kuota, ataupun bea 
 masuk/keluar).  Penyelundupan adalah mekanisme yang mengembalikan 
 distorsi pasar menuju equilibrium.  Bagaimana supaya tidak ada 
 penyelundupan?  Ya jangan biarkan distorsi pasar terjadi.  Dan kita 
 tahu persis siapa aktor yang paling sering mendistorsi pasar.  Pada 
 banyak keadaan, para penyelundup dianggap penjahat semata-mata 
 karena merusak monopoli yang dibikin oleh pemerintah.  Menurut 
saya, 
 pencipta monopoli itu lah yang lebih cocok dianggap sebagai 
penjahat.
 
 Tapi nanti penerimaan pemerintah dari cukai dan bea masuk bisa 
 menurun...jadi bagaimana?  Ya biarkan saja.  Toh melalui 
 penyelundupan para konsumen bisa memperoleh harga yang lebih wajar -
- 
 sehingga lebih merangsang perputaran roda ekonomi masyarakat.  Ini 
 jauh lebih efektif ketimbang stimulus apapun dari pemerintah 
(karena 
 stimulus seperti ini besifat langsung, sehingga tidak melewati 
 rangkaian birokrasi).
 
 Penerimaan pemerintah yang menurun juga adalah bentuk sinyal bahwa 
 pemerintah seharusnya melakukan diet anggaran.  Jangan semua hal 
 diurusin.  Cuman akan bikin distorsi lebih lanjut.
 
 Pemerintah yang ramping dan fokus -- akan meringankan beban ekonomi 
masyarakat.
 
 
 (Apakah anda akan mendengar ekonom Indonesia ngomong seperti yang 
 saya tulis?  Tentu saja tidak.  Kenapa?  Karena ambisi mereka 
adalah 
 MENJADI pemerintah.  Mereka ingin menegakkan monopoli.  Dan ini 
 ermasuk orang-orang yang menyebut diri penganut ekonomi 
 kerakyatan.  Mereka pun rindu monopoli.  Mereka haus 
 kekuasaan.  Karena hakekat monopoli adalah kekuasaan).





[Keuangan] Re: Ekonomi Abu-abu dan Penyelundupan (was: Statistik

2008-06-18 Terurut Topik Rachmad M
Pak Hok An,

Rasanya ada dua periode yang sangat berbeda pada saat dijajah 
Belanda. Periode pertama adalah wilayah Nusantara dikuasai VOC 
(Vereenigde Oost Indische Compagnie). VOC adalah usaha dagang 
Belanda, jadi pengelolaan Nusantara akan sama persis dengan 
pengelolaan sebuah perusahaan.  VOC akhirnya ambruk karena bangkrut 
akibat monopoli dan korupsi pada tahun 1800. 

Selanjutnya Indonesia dijajah pemerintah Keraatuan Belanda. Jadi 
Pemerintah Belanda bercokol di Indonesia kira-kira 150 tahun. Pada 
tahun 1864 di Keminjen sudah dibuat Jalur Kereta Api 
(http://rachmad.kuyasipil.net/?p=77) Padahal mesin uap baru 
berkembang saat itu.

Pada tahun 1914, didirikan Bagian Uji Terbang di Surabaya dengan 
tugas meneliti prestasi terbang pesawat udara untuk daerah tropis. 
Padahal p[esawat komersial baru mengudara tahun 1936 (DC 3 
http://rachmad.kuyasipil.net/?p=84 )

Dari peristiwa tersebut diatas nampak bahwa mentalitas yang tersisa 
di bangsa Indonesia adalah jaman VOC. Kita lupa bahwa pajak hanyalah 
bagian untuk pemenuhan kebutuhan sosial bangsa Indonesia karena 
sebagai negara tentu pengelolaan keuangannya berbeda dengan 
pengelolaan perusahaan. Negara adalah close system sehingga kita 
mengenal Sisa Anggaran Proyek (SIAP) yang harus dihabiskan untuk 
memperlihatkan prestasi kerja. Namun apa lacur semua dilakukan tanpa 
kesadaran hidup bernegara jadinya ya seperti saat ini.

Pun demikian saya pesimis terhadap bangsa yang telah teramputasi pada 
tahun 1965 ini dapat hidup bernegara layaknya sebuah negara. Negara 
yang landasannya berbau sosial tapi tanpa satu partaipun berideolgi 
sosial :-(

Salam

RM



--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Hok An [EMAIL PROTECTED] 
wrote:

 Bung Rahmad, Bung Poltak,
 
 Setahu saya sektor gelap sudah dibahas waktu jaman kolonial dalam
 dualisme ekonomi yang ditulis oleh Boeke.
 Kita justru menganggap sektor ini tidak ada.
 
 Jaman dulu kepala saja kena pajak. Di Jawa sampai ada gerakan samin
 untuk menolak pajak.
 Tanam karet setahu saya juga liar, sebab melanggar monopoli dari
 perkebunan. Sebab itu terpaksa keret rakyat diselundupkan di 
Singapura.
 
 Secara kasar memang besarnya sektor gelap sering dibaca sebagai 
lemahnya
 dukungan rakyat terhadap negara.
 Biasanya ada pusat2 penelitian ekonomi yang sengaja mengukur 
besarnya
 sektor gelap ini. Kita dimana?
 Salah satu norma untuk bisa ikut Uni Eropa adalah likwidasi sektor 
gelap
 ini.
 Likwidasi total sudah pasti tidak mungkin, sebab di Jerman saja 
angkanya
 merambat naik mendekati 20%
 
 Sektor gelap besarnya bisa saja tanding2 dengan yang terang.
 Taksiran2 yang ada sering2 dramatis.
 Ditahun 1960 orang2 tua yang saya kenal menaksir sektor gelap kita 
200%
 dari yang terang.
 Dasarnya adalah dimana perusahaan2 terdaftar.
 Kebanyakan waktu itu resminya hanya didaftar dikantor pedesaan, 
walaupun
 pasarnya sudah cukup luas.
 Taksiran ini mungkin salah sekali, sebab waktu itu sektor partanian
 masih besar.
 
 Dualisme ini tidak bisa diakhiri, sebelum ada semacam perdamaian 
antara
 warga dan negara.
 Negara berhenti memperlakukan warganya sebagai mangsa siap dipajak,
 merampingkan struktur dan berubah fungsi menjadi badan pelayanan 
publik.
 
 Sebaliknya warga menerima negara sebagai lembaga bersama untuk
 kepentingan bersama yang diongkosi sama2.
 
 Proses ini tidak mudah dan harusnya baik pemerintah maupun DPR yang
 harusnya mewakili warga duduk bersama.
 Yang musti didirikan bagi saya adalah lembaga negara yang memberi 
dana
 untuk kelembagaan negara lainnya, baik negara sosial, negara hukum
 maupun institusi2 lainnya. Yang perlu didirikan mungkin bisa 
dinamakan
 negara fiskal.
 
 Negara fiskal setahu saya belum pernah menjadi agenda suatu 
pemerintah
 maupun partai.
 Umumnya digunakan asumsi bahwa modernisasi dan industrialisasi akan
 menyerap ekonomi gelap.
 Tetapi ternyata sekarang malah ada subsektor2 misalnya sektor 
informal
 yang besar sekali yang justru merupakan tempat kerja banyak orang.
 
 Saya lihat akhir2 ini ada ilmuwan yang design demokrasi Indonesia
 sekedar melalui nasionalisme bela negara belaka.
 Pemikiran mengenai KAMNAS jauh melayang dan sudah mereka anggap 
cukup
 untuk menjamin kelangsungan negara sipil Indonesia.
 Cara pikir ini keliru.
 Negara kita memerlukan lebih banyak sendi2. Tanpa pasokan energi 
budaya,
 sosial dan apalagi konkret keuangan negara kita bisa jadi bergelora
 dalam nasionalismenya, tetapi sesungguhnya dalam infrastrukur dan 
sumber
 daya tetap balita dan tanpa kemampuan untuk hadir pada saat 
dibutuhkan
 oleh masyarakat.
 
 Semua negara modern dulu juga begitu. Kalau ada kemauan tentu 
ekonomi
 gelap kita ini juga bisa masuk bergabung dengan yang resmi.
 
 Salam
 
 Hok An
 
 
 
 Poltak Hotradero schrieb:
 
  At 12:11 PM 6/18/200
 
 
 Rachmad M schrieb:
 
 
  Bung Poltak ysh,
 
  Saya pikir Indonesia gagal menjalankan amanat UUD 45 dan juga 
Dasar
  Negara Pancasila yang bercorak sosial. Indonesia gagal menerapkan
  Ekonomi Pasar Sosial ala jalan

Re: [Keuangan] Statistik

2008-06-17 Terurut Topik Rachmad M
Sebulan yang lalu saya berkunjung ke Sinabang, dan nginep di losmen 
Barokah. Saya banyak berbincang dengan pemilik losmen ini yang salah 
satu putranya kena kangker otak dan di operasi di Malaysia. Menurut 
beliau, kalau mau kerja sedikit saja didaerah itu enak benar. Makanan 
nggak usah dirisaukan selalu ada. Uang sebagian besar bisa ditabung 
karena jarang dibelanjakan untuk hal-hal yang nggak betul-betul 
diperlukan.

Untuk berobat di malaysia yang menghabiskan sekitar 400 jutaan juga 
nggak masalah :-). Bangun losmen yang saat gempa terbakar habis 
hampir 2 M juga sudah lunas :-)

Ketika saya jalan ke Kampung Aie masih di Simelue, pak Lie pemilik 
warung disitu (makaqn TGK Diujung) bilang :'Kenapa orang Jakarta 
ribut harga minyak naik, disini harga BBM Rp. 20.000 seliter ekonomi 
masih jalan kok pak


Salam

RM


--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 At 10:03 AM 6/18/2008, you wrote:
 
 Terkadang kita lupa bahwa Indonesia itu luas bener. Gak cuman dari 
Ciputat
 sampai Jababeka.
 Namun dari Sabang sampai Merauke. Dinamika ekonomi di Jawa 
khususnya
 Jakarta sangat berbeda dengan daerah lain di luar Jawa.
 
 
 Betul.
 Dan memang kompleksitas ini tergolong unik.
 
 PDB seluruh Jawa misalnya - sudah mencakup 58% PDB seluruh 
Indonesia.
 DKI Jakarta misalnya, dengan wilayah sekecil itu - punya PDB hampir 
 17%-nya Indonesia.
 Dan bila kita bandingkan dengan angka Internasional - maka kita 
akan 
 menemukan bahwa PDB Propinsi DKI Jakarta lebih besar daripada PDB 
 Brunei Darussalam dan Luxemburg digabung jadi satu.
 
 (Itu kalau menggunakan harga pasar.  Kalau menggunakan metode 
 penghitungan PPP (Purchasing Power Parity) - maka kita menemukan 
 bahwa PDB Propinsi DKI Jakarta ukurannya di atas PDB negara Kuwait -
 
 dan cuma sedikit di bawah negara Uni Emirat Arab).
 
 Dengan realita seperti itu - maka distribusi PDB Indonesia memang 
 positively skewed.  Secara statistik Long Tail di sebelah kanan.
 
 DKI Jakarta adalah outlier dan bukti kesenjangan sosio 
 ekonomi.  Terlebih bila berhadapan dengan fakta bahwa PDB per 
kapita 
 DKI Jakarta besarnya adalah LIMA KALI LIPAT PDB per kapita rata-
rata Indonesia.
 
 Tetapi apakah mungkin menghilangkan DKI Jakarta?  Tentu saja 
 tidak.  Karena DKI Jakarta dan penduduknya punya aspek kualitas - 
 selain kuantitas.





Re: [Keuangan] Statistik

2008-06-17 Terurut Topik Rachmad M
Rasanya kurang adil kalau kita langsung beri cap underground 
economy apalagi dengan embel-embel penyelundupan. Kemampuan Medan 
mengekspor Lobster, teri medan, kopi, sayur mayur tentu bukan produk 
Medan. Itu adalah produk hinterlands dari Medan.


Salam

RM


--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 At 11:26 AM 6/18/2008, you wrote:
 
 Sebulan yang lalu saya berkunjung ke Sinabang, dan nginep di losmen
 Barokah. Saya banyak berbincang dengan pemilik losmen ini yang 
salah
 satu putranya kena kangker otak dan di operasi di Malaysia. Menurut
 beliau, kalau mau kerja sedikit saja didaerah itu enak benar. 
Makanan
 nggak usah dirisaukan selalu ada. Uang sebagian besar bisa ditabung
 karena jarang dibelanjakan untuk hal-hal yang nggak betul-betul
 diperlukan.
 
 Untuk berobat di malaysia yang menghabiskan sekitar 400 jutaan juga
 nggak masalah :-). Bangun losmen yang saat gempa terbakar habis
 hampir 2 M juga sudah lunas :-)
 
 
 Ini juga satu sisi lain lagi mengenai realita ekonomi di Indonesia -
- 
 yaitu bahwa underground economy di daerah ukurannya sangat besar -
 
 sehingga sangat sering luput dari penghitungan.
 
 Di beberapa daerah di Indonesia - banyak sektor ekonomi yang bisa 
 berputar dan berjalan karena statusnya sebagai underground 
 economy.  Penyelundupan misalnya, adalah sektor penggerak ekonomi 
 yang signifikan di beberapa propinsi di Sumatera dan Kalimantan.





Re: [Keuangan] Kwik Kian Gia

2008-06-15 Terurut Topik Rachmad M
Rasanya Indonesia sudah salah sejak konsep. Dan kesalahan KKG tidak 
membetulkan/mengajarkan konsepnya tapi melihat permasalahan yang 
timbul akibat kesalahan konsep.

Salam

RM



--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, I. Imran 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Betul sekali.  KKG dalam mengutarakan pendapatnya memakai teori 
 komplesitas dimana suatu problem yang sebetulnya multi dimensional 
 dibikin ama beliau hanya menjadi 1 dimensi sehingga (kelihatannya) 
 gampang dianalisa (yang membuat pengaggum KKG melihat bahwa KKG 
 sangat cerdas:)).  Pereduksian dimensi suatu problem mungkin tidak 
 akan masalah kalau dilakukan untuk benda mati seperti halnya ilmu2 
 engineering.  Akan tetapi KKG mengaplikasikannya ke makhluk hidup, 
 ini yang bisa membuat berabe:).
 
 
 salam,
 
 
 -Irsal
 
 
 
 --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, agung budiyanto 
 lazzaru@ wrote:
 
  terus terang saya gak suka cara pemikiran beliau, cerdas kesasar 
 menurut saya
  
  
  
  - Original Message 
  From: Idealisman Tambunan idealismant@
  To: AhliKeuangan AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
  Sent: Thursday, June 12, 2008 10:58:33
  Subject: [Keuangan] Kwik Kian Gia
  
  
  Bagi teman-teman yang ingin lebih mengerti pemikiran Kwik tentang 
 Indonesia bisa membaca buku tulisannya yang ada di Gramedia, ada 
dua 
 judul yakni : Pikiran yang Terkorupsi serta Kebijakan Ekonomi 
 Politik dan Hilangnya Nalar. 
  Disana terlihat bahwa dia benar. Karena pemahamannya yang 
mendalam 
 lah maka dia bisa memaparkan dengan sederhana semua masalah yang 
 seolah-olah sulit atau dipersulit oleh orang-orang yang mengaku 
ahli 
 untuk membuat orang lain menerima aja karena dia tahu apa yang 
benar 
 dan kita yang goblok ini ikut aja deh. 
  Soal harga berdasar pasar yang menurut Keynes itu omong kosong. 
 semua harga harus ada kekuasaan yang mengintervensi baik oleh 
 pemerintah maupun oleh pembeli.
  Teory Darwin bukanlah Survival the Strongest tetapi Survival 
The 
 Fittest Mahluk yang paling kuat juga musnah.
  Soal Sukarno dengan Inflasi pada masanya yang sampai 600 % itu 
mah 
 sedikit dibanding inflasi yang disebabkan oleh Suharto, hanya 1998 
 aja inflasi 600%-800%. Selain itu kita tidak bisa menilai Sukarno 
 Sekedar bahwa pada masanya tidak ada yang berhasil. Pada masa dia 
ada 
 perebutan kekuasaan antara golongan-golongan yang ada di Indonesia 
 dan intervensi dari pihak luar yang tidak senang dengan kebijakan 
 Sukarno.
  Sebagai ilustrasi, kita sering mendengar orang mengoceh dengan 
 argumentasi memakai angka-angka ini dan itu dan membuat posisi dia 
 sebagai sangat ahli dan kita goblok tetapi walaupun kita tidak bisa 
 melawan argumentasinya sebagai orang goblok, tetapi kita merasa ada 
 yang tidak beres dan kita meninggalkannya.
  Tertanda
  Idealisman
  
  [Non-text portions of this message have been removed]
  
  
  
  Send instant messages to your online friends 
 http://uk.messenger.yahoo.com 
  
  [Non-text portions of this message have been removed]
 





[Keuangan] Model Pengelolaan Keuangan Negara

2008-05-14 Terurut Topik Rachmad M

Seperti dalam tulisan saya  Negara dan Keluarga Sebangun , maka saya 
akan memodelkan pengelolaan rupiah itu bagaimana sebenarnya. Marilah 
rupiah yang kita pegang ini kita anggap saja sebagai kupon yang 
digunakan oleh anbak-anak dalam suatu keluarga melakukan transaksi 
internal. Sementara seluruh keperluan keluarga yang diperoleh dari 
luar sangat tergantung dari pendapatan orang tua dalam hal ini gaji 
bulanan yang merupakan rupiah beneran (devisa negara).

Hal-hal yang bisa diperoleh secara internal adalah

1. memasak nasi, memasak lauk dan menghidangkannya diatas meja (boleh 
dikerjakan, boleh tidak, tidak perlu rupiah) 
2. mencuci baju, menyetrika dan menyimpannya di almari (boleh 
dikerjakan, boleh tidak, tidak perlu rupiah) 
3. menyapu, mengepel dan membersihkan kamar mandi (boleh dikerjakan, 
boleh tidak, tidak perlu rupiah) 
4. Memanen pisang dan menjualnya dipasar (boleh dikerjakan, boleh 
tidak, bisa mendatangkan  rupiah) 

Hal-hal yang tidak mungkin diperoleh secara internal adalah :

1. Beras dan bahan-bahan lauk pauknya (belanja, perlu rupiah) 
2. Sabun cuci (beli, perlu rupiah) 
3. Kain pel, aksi pembersih lantai (beli, perlu rupiah) 
4. listrik (langganan, perlu rupiah) 
5. telpon (langganan, perlu rupiah) 
6. sekolah (bulanan, perlu rupiah) 
7. transportasi (harian, perlu rupiah) 

Semua kebutuhan yang diperoleh secara eksternal harus dibayar dengan 
uang sungguhan (devisa), tidak bisa dibayar dengan kupon oleh 
karenanya sangat tergantung dari pendapatan kepala keluarga dalam hal 
ini adalah gaji bulanan.

Katakanlah anak-anak mau mengerjakan pekerjaannya masing-masing jika 
setiap transaksi pekerjaan secara internal diberi tanda dengan kupon 
yang memiliki nilai nominal. Dan si anak berharap bahwa kupon ini 
bisa ditukarkan pada orang tuanya dengan rupiah beneran (devisa)  
jika dia perlu sesuatu yang diperoleh secara eksternal. Misal si anak 
ingin beli game  

Sebetulnya sebuah negarapun memiliki pola yang demikian juga dan ini 
yang tidak pernah disadari.

Tentunya orang tua harus menyediakan rupiah beneran sehingga sewaktu-
waktu sianak mau nukerin kuponnya uang tersedia. nah bagaimana jika 
orang tua tidak punya rupiah yang sebenarnya  atau rupiah sebenarnya 
tiap bulan habis dibelanjakan sehingga tidak ada tabungan sama 
sekali ? Mungkinkah ketika harga beras naik siorang tua narik kupon 
yang ada ditangan anak-anaknya untuk beli beras ?  Dalam jumlah kecil 
dan terbatas bisa yakni ada pihak yang mau bayar kupon dengan uang 
beneran  untuk membeli hasil panen pisang dari keluarga tersebut, 
namun dalam jumlah besar tentu tidak apalagi jika tidak ada 
sesuatupun yang dapat di beli dari keluarga tersebut.

Semua yang saya gambarkan diatas sebenarnya adalah dasar-dasar hidup 
bernegara. Seluruh pengguna kupon memiliki nasib yang sama. Sangat 
tergantung pada pendapatan orang tua dan kemampuan menjual pisang 
yang dikelola oleh salah satu anak dalam keluarga tersebut

salam

RM





[Keuangan] Bantuan Tunai Langsung Perlukah?

2008-05-14 Terurut Topik Rachmad M
Banyak pro dan kontra terhadap adanya program Bantuan Langsung Tunai
atau yang kita sebut sebagai BLT. Yang kontra biasanya dilandasi oleh
pemikiran bahwa hal ini akan membuat orang semakin malas bekerja. Ada
juga yang berpandangan bahwa BLT hanya akan diberikan dalam jumlah
yang lebih besar untuk masyarakat di Jawa, sementara di luar Jawa
tidak dapat porsi yang diharapkan. Ada juga yang berpandangan bahwa
penyaluran BLT sarat akan penyelewengan karena mekanismenya yang
kurang sempurna atau banyak yang pegang amanah justru tidak menyadari
pentinya BLT.

Jika kita perhatikan kondisi Indonesia saat ini, memang transaksi
dengan uang terhadap barang dan jasa belumlah sempurna. Banyak
masyarakat yang dapat bertransakasi antar sesamanya tidak menggunakan
tanda uang, namun menggunakan simbol-simbol yang ada dalam suatu
masyarakat.

Beberapa kota besar memang sudah mulai meninggalkan simbol-simbol ini
sehingga terkesan materialistik. Setiap transaksi yang ada di kota
besar baik berupa barang atau jasa hampir semuanya dihitung dengan
uang. Peralihan ini memang bagian dari peradaban umat manusia. Cara-
cara konvensional dalam bertansaksi memang mengalami perubahan
drastis semenjak di temukannya alat-alat produksi (Ini akan saya
tuliskan dalam Manusia Modern dan Alat Produksi).

Memang akan terus terjadi ketimpangan jika ada masyarakat yang tidak
menghitung barang dan jasanya dengan uang sementara ada juga yang
menghitung setiap barang dan jasanya dengan uang. Masyarakat yang
tidak berhitung inilah yang mengalami isolasi terhadap dunia luar.
Dan umumnya urbanisasi terjadi guna menghitung setiap jasanya dengan
uang agar bisa ditukarkan dengan barang dan jasa lainnya yang
disediakan sesama umat manusia

Kembali ke BLT, maka BLT adalah bagaimana upaya agar pihak-pihak yang
mengukur segala jasa dan barangnya dengan uang dapat di akses atau
diperoleh oleh sebagian masyarakat yang terkendala mengukur jasanya
dengan uang. Terkendala dapat terjadi dalam banyak hal, bisa karena
cacat fisik, cacat mental, berpenyakit, kurangnya pendidikan, jompo
atau hal-hal lain yang mengakibatkan seseorang terkendala menjual
barang atau jasanya.

Dengan adanya BLT maka yang berproduksi dapat tetap berproduksi
sementara yang terkendala dapat memperoleh kebutuhan dasarnya
berdasarkan perhitungan ongkos produksi yang benar. Inilah pentingnya
hidup bermasyarakat secara modern.

Salam

RM
Belajar ke Negeri Cina http://rachmad.kuyasipil.net/?p=11



Re: [Keuangan] Model Pengelolaan Keuangan Negara

2008-05-14 Terurut Topik Rachmad M
Bung Poltak ysh,

Saya terima keberatannya, pun demikian model ini mewakili kondisi 
nyata dalam kehidupan bernegara. Saya rasa selama suatu negara masih 
punya bank sentral serta bisa menerbitkan mata uang maka maka seluruh 
resiko menggunakan mata uang tersebut menjadi tanggungan anak bangsa. 

Saya akan senang sekali kalau suatu saat hanya ada satu mata uang 
saja didunia ini. Saya tidak memikul kesalahan kelolala  teman-teman 
sebangsa dan setanah air dan bisa fokus pada usaha saya sendiri :-)

Dan rasanya memang point ini yang membedakan antara negarawan dan 
ekonom.

Salam

RM


--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 At 07:34 AM 5/15/2008, you wrote:
 
 
 Seperti dalam tulisan saya Negara dan Keluarga Sebangun , maka saya
 akan memodelkan pengelolaan rupiah itu bagaimana sebenarnya. 
Marilah
 rupiah yang kita pegang ini kita anggap saja sebagai kupon yang
 digunakan oleh anbak-anak dalam suatu keluarga melakukan transaksi
 internal. Sementara seluruh keperluan keluarga yang diperoleh dari
 luar sangat tergantung dari pendapatan orang tua dalam hal ini gaji
 bulanan yang merupakan rupiah beneran (devisa negara).
 
 
 Bung Rachmad,
 
 Saya agak terganggu dengan pembandingan antara negara dan keluarga 
 sebagai sebangun.
 Keluarga memiliki komponen historis sosiologis yang bernama kepala 
keluarga.
 
 Sementara negara (yang adalah sebuah konsep abstrak) - kepala 
negara 
 berperan sebagai manajer.
 Peran sebagai manajer inipun bersifat estafet -- berpindah dari 
satu 
 pemegang ke pemegang lain.
 Dan itu semua semata karena pemegang kekuasaan sebenarnya adalah 
justru rakyat.
 
 Saya sangat tidak setuju bila pemerintah diposisikan sebagai kepala 
 keluarga (orang tua) - sementara rakyat diposisikan sebagai anak-
anak 
 dalam keluarga.  Ini bertolak belakang dari realita.  Selain itu - 
 ini juga tidak relevan dengan prinsip dasar pemerintahan demokratik.
 
 Pemerintah ada dan berlangsung semata-mata karena ditunjuk dan 
 diminta oleh rakyat.
 Rakyat membiayai pemerintahan sepenuhnya - semisal lewat pajak.
 
 Pemerintah tidak lebih tahu, juga tidak lebih pintar, serta tidak 
 lebih kaya daripada rakyatnya.  Harta pemerintah semata-mata adalah 
 pinjaman dari rakyat.  Rakyat Indonesia menggunakan rupiah 
 semata-mata atas dasar suka rela.  Dan memang seharusnya demikian.
 
 Kalau pemerintah tidak becus - maka rakyat Indonesia bisa 
 memilih:  mengganti pemerintah atau menggunakan pembayaran 
alternatif 
 non rupiah (bisa mata uang negara lain ataupun komoditi semisal 
emas).
 
 Rakyat Indonesia pun harus punya kebebasan akan menikmati hasil 
 usahanya dalam bentuk rupiah atau dalam bentuk apapun.  Kalau 
 pemerintah tidak becus menjaga daya beli rupiah (semisal dengan 
 membiarkan hyper inflation terjadi) - maka rakyat punya hak 
 sepenuhnya untuk tidak menggunakan rupiah.
 
 Dengan cara pandang ini - maka kedaulatan politik adalah semata-
mata 
 kedaulatan ekonomi.
 Kekuatan politik adalah semata-mata kekuatan ekonomi oleh rakyat.
 
 Kedaulatan rakyat adalah ketika pemerintah takut pada rakyatnya.
 Takut setakut-takutnya.
 Mengapa?  Karena setiap pejabat pemerintahan dibiayai oleh rakyat - 
 sampai ke kolor-kolornya...
 
 Dan apa yang diberi - bisa diambil kembali.
 
 
 Atas dasar tersebut maka saya tidak bisa menerima gambaran anda 
yang 
 men-sebangunkan negara dan keluarga --- karena posisi aktor di 
 dalamnya saja sudah tidak tepat.  Prinsip pengelolaan keuangannya 
pun 
 ikut pula menjadi tidak tepat.





Re: [Keuangan] Awas Kedelai AS Masuk dengan CLQ

2008-01-25 Terurut Topik Rachmad M
Sedikit komentar bang Poltak,

Kalau saya punya uang 100 Milyar malam ini saya pindah tangankan ke 
istri saya maka negara tidak akan mengalami kerugian apapun. 
Jangankan ke istri saya dari rekening saya ke rekening bang Poltak di 
Bank yang berbeda selama masih dalam yurisdiksi Indonesia negara juga 
nggak akan mengalami kerugian apapun. Ada seribu orang yang melakukan 
sama seperti yang saya lakukan negara juga tidak akan mengalami apa-
apa.

Namun jika seribu orang atau satu orang saja dengan nilai yang sama 
dengan seribu orang memindahkan uangnya (membelanjakan) uangnya ke 
luar negeri maka yang menanggung adalah seluruh anak bangsa. Hal ini 
bisa ditandai dengan terdevaluasinya mata uang rupiah atau melemahnya 
daya beli terhadap barang-barang luar negeri.

Orang yang nggak ikutan bertransaksipun akan ikut merasakan 
menurunnya nilai rupiah :-)

Nah kalau cara berpikirnya sama, maka kebijakkan-kebijakkan negeri 
ini harusnya juga berorientasi kearah itu.

Misalnya, kalau membangun jaringan KRL yang digerakkan dengan listrik 
dari PLTA maka  biaya yang diperlukan negara atau ditanggung rakyat 
hanya bikin PLTA dan pengadaan KRL selebihnya gratisan saja karena 
uang rupiahnya hanya seperti kupon saja. 

Kalau yang dipilih import kendaraan baik motor, mobil, bis dsbnya 
maka yang harus dibelanjakan pemerintah adalah beli kendaraan-
kendaraan tersebut, biaya perbaikan kendaraan tersebut dan tentunya 
BBM yang bisa jadi devissa dikonsumsi sendiri dan yang nangggung 
adalah seluruh anak bangsa yang ada dipucuk gunung sekalipun.

Demikian juga PDAM, kalau yang dipilih setiap orang pasang pompa jet 
pump maka uang yang dibelanjakan pemerintah adalah sekian juta rumah 
tangga dikali kebutuhan pompanya ditambah baiay operasional termasuk 
listrik yang ternyata juga pakai BBM atau Batu Bara. Kalau pakai 
Jaringan dan dikelola secara kolektif maka biayanya akan jauh lebih 
murah :-)

Dengan sudut pandang yang sama maka akan dijumpai banyak sekali jenis 
pemborosan yang kita lakukan. Yang semua jadi tanggungan anak bangsa 
berupa terdevaluasinya mata uang secara terus-menerus sekalipun 
eksport hampir duakali dari yang kita import tetap tidak surplus 
karena biaya uang yang buesar sekale :-)

Salam

RM





--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 At 10:16 AM 1/24/2008, you wrote:
 
 Rekans,
 Saya termasuk yang setuju dgn masuknya IMF saat regime Soeharto 
dulu harus
 bertekuk-lutut dihadapan Boss IMF. Namun tak kusangka banyak 
kronie2 IMF
 yang berpesta diatas bangkai2 krismon, sehingga terjadilah kasus 
seperti
 artikel Kompas berikut.
 
 We have to outsmart the Americans.
 Mereka terlalu kejam dalam memainkan peran globalisasinya.
 Tolong di-simak cerita berikut dan mohon masukan bagaimana kita 
bisa
 mengatasi ketergantungan kita terhadap barang2 impor.
 
 
 Bung Arie,
 
 Saya sudah baca artikel di bawah.
 Memang betul bahwa kemungkinan masuknya Chicken Leg Quarters ke 
pasar 
 Indonesia bisa membawa dampak tergerusnya pendapatan peternak 
 ayam.  Ada kemungkinan mereka akan kalah bersaing menghadapi produk 
 ayam yang masuk ke Indonesia.  Dalam pandangan penulis di bawah, 
 peternak ayam perlu dilindungi.
 
 TETAPI
 
 Mari kita coba berpikir dengan dua sisi dan memahaminya dalam 
prinsip 
 dan cara berpikir ekonomi.
 
 - Kalau daging ayam murah -- bukankah itu berarti menguntungkan 
 konsumen?  Bukankah itu berarti diperoleh sumber protein dengan 
harga 
 murah?  Bukankah hal tersebut bisa berperan penting dalam usaha 
 mencerdaskan kehidupan bangsa? (buat apa kita gratiskan uang 
 sekolahnya - kalau para murid ternyata nggak bisa belajar semata-
mata 
 karena kekurangan gizi dan penyakitan)
 
 - Apakah harga murah semata-mata pertimbangan konsumen dalam 
 membeli?  Tentu saja tidak.  Ada konsumen yang suka dada ayam, ada 
 yang suka paha atas, dan bahkan (untuk orang Indonesia) ada yang 
suka 
 bagian brutu / buntut ayam.  Kalaupun CLQ masuk ke Indonesia -- 
tetap 
 saja differensiasi pasar berlangsung, di mana tetap ada kebutuhan 
 konsumen akan bagian lain dari ayam di luar CLQ.  Ini berarti 
market 
 atas ayam produksi peternak dalam negeri tetap saja ada - semata-
mata 
 karena tidak semua orang cuma mau makan CLQ.
 
 Mungkin anda ingat dulu pemerintah Indonesia pernah melarang 
 buah-buahan impor.  Setelah sekian waktu, ternyata produsen 
 buah-buahan di Indonesia tidak juga berkembang sekalipun pasarnya 
 diproteksi.  Dan sebagaimana kita tahu, buah-buahan impor kemudian 
 kembali masuk ke Indonesia.  Apakah itu berarti orang Indonesia 
 seketika itu juga langsung berhenti makan buah-buahan 
 lokal?  Ternyata tidak.  Baik buah impor maupun buah lokal tetap 
 digemari dan konsumsi keduanya makin tinggi seiring dengan 
peningkatan daya.
 
 - Di Amerika sebagaimana di negara maju lain -- pakan ternak ayam 
 kualitasnya tinggi, karena dibuat dengan campuran biji-bijian 
seperti 
 kedelai dan berbagai bahan lain.  (Saya ingat betapa sedihnya saya