Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN

1999-05-13 Terurut Topik FNU Brawijaya

Wahditinggal tidur kok banyak banget emailnya.
Yak, Helson sudah muncul. Seperti biasa kemunculannya ya seperti ini.
Sudah jadi ciri deh. Menunggu sampai beberapa lama untuk membuat
matang suasana lalu mulai deh gosok sana gosok sini. Ciri khasnya
langsung menohok ke orang langsung. Dan seperti biasa pula zero opinion.

Nah, mau diterusin nih urusan lamanya? Mumpung lagi libur nih.


'
Helson Siagian wrote:

 Kalau yang ini sih...antara kelompok yang TIDAK SOK pinter dengan yang ...
 nggak tau deh...

 Helson SIAGIAN
 ---
 http://gwu.edu/~siagian
 ---

 On Wed, 12 May 1999, Dodo D. wrote:

  ikutan   Ah...  juga
 
  Pada saat2 dinamika diskusi berada pada point seperti ini, saya jadi
  membayangkan, gimana seandainya hal ini terjadi pada diskusi secara
  langsung (face to face). Berantem kali ye..??
 
  Makanya...ya nggak terlalu surprising lah kalau antara pendatang madura
  dengan penduduk asli melayu tawuran di Sambas, lha wong latar
  pendidikanya sebagian besar masih ala kadarnya kok...
 
  --- Helson Siagian [EMAIL PROTECTED] wrote:
   Ah...
  
  
   Helson SIAGIAN
   ---
   http://gwu.edu/~siagian
   ---
  
  
   On Wed, 12 May 1999, Blucer Rajagukguk wrote:
  
he...he...he.., memang sedikit yang tahan banting kayak eyang troy
   :) Lagian istilah eyang
troy buatan siapa sich, kok bukannya cucu troy, gitu.
   
Andrew G Pattiwael wrote:
   
 ketidak tahuan? mungkin.
 tapi saya melihat perilaku anda, malah menunjukan kesok tahuan
   itu lho...
 Lantas apaan nih memakai-makai nama norwich segalasaya rasa
   nga ada
 hubungannya

 seperti yang sudah saya bilang, sepertinya memang susah diskusi
   antar
 tingkat yang lebih tinggi dan tingkatan yang agak rendah seperti
   saya ini.

 Andrew

 On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote:

  Saya tidak melihat bahwa tauke bukan istilah positif. Anda tahu
   artinya
  tidak sih? Malah lebih positif daripada engkong. Istilah
   engkong sering
  digunakan untuk meledek. Misal 'engkong lu'. Tidak demikian
   dengan
  istilah tauke. Artinya ya selalu positif.
 
  Saya tidak mau berpanjang lebar dengan urusan  tauke ini. Tapi
   terus terang
  saya prihatin, karena ini sekaligus mengindikasikan ketakutan
   yg berlebihan
  untuk menyinggung perasaan ras lain yg lebih didasari oleh
   ketidaktahuan. Ini
  sekaligus menunjukkan kurangnya interaksi (dan asimilasi)
   sehingga malah
  menimbulkan kebingungan dan kesalahtingkahan yang sebetulnya
   tidak perlu ada.
  Bila anda memahami dan menggunakan istilah ini dalam
   keseharian, terutama dalam
  berinteraksi dg kalangan WNI Keturunan, maka anda tidak akan
   menulis posting ini.
  Bagaimana kalo anda cari tahu dg teman anda di Norwich?
 
  Sudah terlalu buanyak posting saya hari ini, maaf kalo tidak
   direply lebih
  lanjut.
 
 
  '
  Andrew G Pattiwael wrote:
 
   Memang larangan untuk memakai bahasa mandarin sudah dihapus,
   namun
   penggunaanya tetap umum kan, termasuk yang menyinggung itu.
   Kan yang
   dilarang hanya penggunaan untuk digunakan sebagai Bahasa
   pengantar dalam
   dunia pendidikan. Istilah yang anda pakai itu bukan istilah
   yang positif,
   jadi harap dimengerti untuk tidak digunakan. Kalau misalnya
   anda mengunakan
   istilah 'engkong'  mungkin masih bisa diterima, karena memang
   orang tua
   dipanggil dengan sebutan itu, bahkan suku betawi pun kalau
   tidak salah
   juga memakai istilah yang sama.
   Ini bukan me-refer kearah masalah rasial, namun ini adalah
   semacam
   pelurusan kearah yang lebih berpendidikan dan hidup
   bertenggang rasa.
  
   Andrew Pattiwael
  
   On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote:
  
Okay deh, tidak akan dipake lagi. Sebagai info, Bung
   Patrick kan bukan orang
WNI keturunan cina. Jadi ya ndak ada urusan merefer ke
   masalah ras.
   
Kalo dulu sih dengan teman-teman baik yg chinese maupun yg
   bukan, dibilang tauke
adalah kehormatan. Kehormatan untuk mentraktirhehe...
   Tidak tahu bila sekarang
arti dari 'tauke' sudah bergeser. Lha wong larangan memakai
   bahasa mandarin
sudah dihapus kok kita malah nggak boleh pake
   istilah-istilahnya lho. Kalo gitu Bung
Blucer mulai sekarang nggak boleh panggil mas lagi deh...
   
   
   
'--
Andrew G Pattiwael wrote:
   
 Bung Brawi,

 tetap yang namanya panggilan seperti itu masih terasa
   'menyindir'  orang lain
 atau lebih tepatnya 'hinaan' yang diasosiasikan kepada
   kepada golongan
 keturunan. Tidak semuanya keturunan itu tauke kan? atau
   tidak semua
 

Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN (fwd)

1999-05-13 Terurut Topik Helson Siagian

On Wed, 12 May 1999, Blucer Rajagukguk wrote:

 Jaya ini hobinya ngeles, 'tauke' sama 'mas' kok disamain. Merasa pengalaman, tahu 
segala
 macam, tidak rasialis, paling demokrasi, eh...eh...faktanya ribut terus sama netters,
 walaupun tentu ada beberapa fansnya :).
 Ini pepatah lama untuk kita semua, terutama untuk.guehe..he..:
 Semut dipelupuk mata orang lain terlihat, sedangkan belek segede jempol dimata 
sendiri
 tidak terasa.

 FNU Brawijaya wrote:

  Okay deh, tidak akan dipake lagi. Sebagai info, Bung Patrick kan bukan orang
  WNI keturunan cina. Jadi ya ndak ada urusan merefer ke masalah ras.
 
  Kalo dulu sih dengan teman-teman baik yg chinese maupun yg bukan, dibilang tauke
  adalah kehormatan. Kehormatan untuk mentraktirhehe... Tidak tahu bila sekarang
  arti dari 'tauke' sudah bergeser. Lha wong larangan memakai bahasa mandarin
  sudah dihapus kok kita malah nggak boleh pake istilah-istilahnya lho. Kalo gitu 
Bung
  Blucer mulai sekarang nggak boleh panggil mas lagi deh...
 
  '--
  Andrew G Pattiwael wrote:
 
   Bung Brawi,
  
   tetap yang namanya panggilan seperti itu masih terasa 'menyindir'  orang lain
   atau lebih tepatnya 'hinaan' yang diasosiasikan kepada kepada golongan
   keturunan. Tidak semuanya keturunan itu tauke kan? atau tidak semua
   pedagang itu keturunan kan...Makanya tolong janganlah membawa-bawa
   istilah yang kadang kedengarannya tidak mengenakkan seperti itu.
   Anda sendiri saya panggil (walau tidak sengaja)  dengan panggilan 'cung'
   sudah tersinggung (saya maklum, karena anda kan graduate student,
   sedangkan saya ini apalah, undergrad aja masih separo). Saya rasa
   panggilan 'kacung'  dan 'tauke'  sama sama tidak mengenakkan.
   Don't take any offense bung, hanya mengingatkan kok.
  
   Andrew Pattiwael
  
 
  --
  Salam,
  Jaya
 
  -- I disapprove of what you say, but I will
  defend to death your right to say it. - Voltaire
 
 \\\|///
   \\  - -  //
(  @ @  )
  oOOo-(_)-oOOo---
  FNU Brawijaya
  Dept of Civil Engineering
  Rensselaer Polytechnic Institute
  mailto:[EMAIL PROTECTED]
  Oooo
 oooO (   )
(   )  ) /
 \ (  (_/
  \_)




Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN

1999-05-13 Terurut Topik FNU Brawijaya

Ya jelas mesti ngeles dong. Kalo punya argumen apa salahnya.

Lho yang begituan itu digolongkan sebagai ribut tho? Baru tahu.. Pengalaman ane
ada cuman sedikit, tapi kalau merasa paling pengalaman tentu tidak lah...
Jadi ente nggak perlu minder gitu dong. Kalau mau nerusin polemik kita ya monggo dong.
Tapi kalau mau ngikut dg gaya Helson ya kita terima saja. Susah amat Okay kalau
mau diulang lagi ribut beberapa bulan yg lalu juga boleh. Marimaritoh 
ingredient-nya
kan sama yaitu:
- Helson Siagian: pentolan tanpa opini sejak 1918 (saingannya Ny Meneer).
- Vincent Sitinjak: cuman komentar dikit-dikit biasanya, nggak tahu kalo lewat japri.
- Blucer Rajagukguk: kelihatannya bawa azas opini vs opini, tapi kalo Helson muncul
 baru kelihatan kalo belum lepas dari gaya versi Helson tadi...

Nah, Helson mengklaim ada 10 orang, muncul dong ke permukaan Kita pengen tahu
deh

Yak, babak baru kita mulai. Nah, gimana nih Helson, katanya ada yg punya usul dg
"cara"-nya itu?


'--
Blucer Rajagukguk wrote:

 Jaya ini hobinya ngeles, 'tauke' sama 'mas' kok disamain. Merasa pengalaman, tahu 
segala
 macam, tidak rasialis, paling demokrasi, eh...eh...faktanya ribut terus sama netters,
 walaupun tentu ada beberapa fansnya :).
 Ini pepatah lama untuk kita semua, terutama untuk.guehe..he..:
 Semut dipelupuk mata orang lain terlihat, sedangkan belek segede jempol dimata 
sendiri
 tidak terasa.

--
Salam,
Jaya


-- I disapprove of what you say, but I will
defend to death your right to say it. - Voltaire

   \\\|///
 \\  - -  //
  (  @ @  )
oOOo-(_)-oOOo---
FNU Brawijaya
Dept of Civil Engineering
Rensselaer Polytechnic Institute
mailto:[EMAIL PROTECTED]
Oooo
   oooO (   )
  (   )  ) /
   \ (  (_/
\_)



Re: Pencapaian program...

1999-05-13 Terurut Topik Rasyad A Parinduri

From: FNU Brawijaya [EMAIL PROTECTED]
Nah, agenda utamanya PAN kan berantas KKN, tuntut Suharto,
federalism. Kalau PBB sami mawon, dan bentuk federalisme diwujudkan dalam
sistem parlementer. Bagaimana dengan PDI-P dan PKB? Nah, yang ini agak
konservatif. Keduanya lebih menekankan bahwa semua kebrengsekan ORBA adalah
akibat
penyelewengan-penyelewengan yang dilakukan oleh partai (d/h golkar) dan
pejabat, yang bermuara di Suharto. Secara umum
programnya di masa lalu sudah bagus. Dengan berbagai pertimbangan,
PDI-P lebih memilih bentuk NKRI (negara kesatuan RI), dan yang saya
tangkap dari PKB juga demikian. Nggak tahu kalau salah nangkep
yang ketangkep ayam tetangga


Ini point yang sangat penting. Kita perlu mengetahui filosofi dan program
partai seperti apa yang kita butuhkan pada sebuah partai kalo kita memang
benar-benar perduli dengan welfare negara yang bernama Indonesia itu.

Seperti aku sebutkan dalam email aku bbrp minggu yang lalu (dan nampaknya
nggak ada yang berminat menanggapi), yang aku kira penting dalam program
ekonomi sebuah partai adalah:
  * desentralisasi penuh
  * pemangkasan kekuasaan pemerintah dalam bisnis
  * adopsi sistem ekonomi pasar (competitive capitalism)


Kecuali kita hanya sekedar fans. Seperti fans Persebaya, kualitas Persebaya
mau gimana pun, mereka tetap akan dukung Persebaya :)

Tentu perlu dibahas satu per satu, mengapa ketiga hal di atas perlu. Sebagai
pemanasan, aku kopiin email aku ttg desentralisasi-penuh di mailing list
lain dengan sedikit modifikasi.



Date: Sun, 02 May 1999 22:20:25 -0400
From: Rasyad A Parinduri [EMAIL PROTECTED]
Subject: Paksa Birokrasi Berkompetisi

Gimana bikin pemerintah lebih efisien?

(Micro)economics punya resep jitu: Paksa mereka berkompetisi satu sama lain!

Di sini lah desentralisasi-penuh comes into play. Dengan desentralisasi
penuh, pemerintah negara bagian, atau bahkan pemerintah kota, dipaksa saling
kompetisi satu sama lain. Saling adu rendah pajak; adu tinggi kualitas
keamanan; adu kuat narik investor; adu sedikit ngatur-ngatur warganegara;
adu bagus nyedian public goods and services. Intinya, mereka akan lebih
dipaksa kerja keras menyenangkan warganegara dibandingkan dengan pemerintah
terpusat seperti Indonesia sekarang ini :)

Belum lagi kita bicara masalah transparansi dan accountability yang akan
jauh lebih baik.

Dengan desentralisasi penuh, birokrat jaman sekarang akan jadi barang
langka. Bisa karena dia nggak kepilih lagi, atau karena penduduk kota pada
migrasi ke kota lain yang melayani warganya lebih baik.

Mungkin hanya dengan desentralisasi penuh lah akhirnya rakyat bisa
benar-benar berdaulat -- sebagaimana dia seharusnya. Masalahnya terpulang
pada kita, mau berdaulat apa nggak.


Komentar?

Salam,


Rasyad A Parinduri
[EMAIL PROTECTED]


___
Get Free Email and Do More On The Web. Visit http://www.msn.com



Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN

1999-05-13 Terurut Topik Alexander Lumbantobing

Cer:

Masa belek tidak terasa? Belek itu asin rasanya.

Rgds,

Alex



Apa isi BUKU PUTIH ?

1999-05-13 Terurut Topik Ali Simplido

Ini ada sedikit tulisan dari "LUGAS" mengenai isi Buku
Putih.

hmm...Buku Putih itu ditulis pakai tinta hitam apa
putih sih?:-)

salam

Ali Simplido


**

Xpos, No. 16/II/2-8 Mei 1999
LUGAS

Buku Putih

Sebuah kelompok yang bernama Center for Banking Crisis
(CBC), Selasa (27/4) lalu di Gedung Bursa Gagasan
lantai 4, Mega Kuningan, Jakarta Selatan me-launching
sebuah "Buku Putih". Buku ini bukanlah sekedar buku
lantaran dalam peluncuran itu dihadiri pula oleh
politisi ternama, Amien Rais yang sebelumnya
menyebut-nyebut telah punya bukti usaha pemutihan
utang kroni Soeharto. Tapi buku itu berisi data
tentang skandal perbankan yang dilakukan 3 buah bank
dan
merugikan negara 75 triliun rupiah: penilepan dana
Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI).

Dengan cara, jual beli bank note secara backdated,
Pemilik BII Eka Tjipta meraup keuntungan pribadi Rp2
miliar selama dua minggu. Disusul permainan transaksi
derivatif US$250 juta dan rediskonto wesel ekspor pada
September 1988, US$2,5 juta.

Sebaliknya, BII melanggar pemberian kredit usaha ke
Eka Tjipta Grup. Disebutkan oleh CBC, penyaluran
kredit BII 75% ke Eka Tjipta Grup mengakibatkan kredit
macet perusahaan itu mencapai Rp13 triliun. BII telah
menyita jaminan aset perusahaan Eka Tjipta. Tapi
kepemilikan sita jaminan hanya dialihkan kepada
kenalan dekat Eka Tjipta.

Selain itu, Bank Danamon disebutkan telah memberikan
kredit Rp30 triliun, yang 50% disalurkan ke grupnya.
Dan 85% atau Rp 26 triliun merupakan pinjaman dari BI.
Tapi anehnya, Bank Danamon menyalurkan kredit baru ke
77 perusahaan fiktif (paper company) untuk membeli
saham Astra (19 perusahaan fiktif senilai Rp1.490
miliar), pengembangan kapling Jl Sudirman (53
perusahaan) Rp2.017,5 miliar, perluasan kuningan (5
perusahaan Rp618,9 miliar).

Selain itu CBC juga mengungkapkan pemberian kredit
lain ke grupnya seperti kredit kepada PT Kaliraya Sari
Rp 4.128 juta, PT Danamon Usaha Gedung, PT Kaliraya
Sari Divisi Rumah dan Gedung Rp4.400 juta, PT Danamon
Land Rp65 miliar, PT Gaterison Sukses Rp118,550 juta,
PT Danamon Usaha Pembiayaan Rp45,305 miliar. Hasil
investigasi menemukan pula BMPK ke PT Chandra Asri
Grup Rp2,884 triliun dan PT Raja Garuda Mas Grup Rp887
miliar.

Selain data itu juga diungkap sejumlah penyimpangan
dua bank beku operasi, yakni Bank Aspac dan BDNI.

Fakta-fakta yang diungkap CBC itu sekali lagi,
merupakan keprihatinan kita bersama. Sebuah lembaga
yang selama ini kerahasiaannya dilindungi hukum,
ternyata justru disalahgunakan. (*)

_
Do You Yahoo!?
Free instant messaging and more at http://messenger.yahoo.com



Re: Pencapaian program...

1999-05-13 Terurut Topik Blucer Rajagukguk

Setuju bung Rasyad. Negara ini perlu kompetisi, tetapi kompetisi yang sehat.
Misalkan, jika perusahaan terlalu besar dan mengganggu produktivitas yang lain,
perlu dituruni speednya melalui UU anti-monopoli atau anti-trust. Kompetisi
seperti sekarang perlu dihapus, sudah menjadi kebiasaan pengusaha berkompetisi
untuk mendekati puncak kekuasaan untuk mendapatkan tender. Ini juga tidak
produktif, hal ini hanya menghancurkan bangsa jika dilihat dari faktor learning
curve, transfer technology, dan business environment. Saya kira banyak program
partai masih berupa blue print dan belum detail. Partai-partai yang ada sekarang
lebih memfokuskan diri pada penggalangan massa dan kemenangan partai. Secara
bertahap, input-input yang baik pasti akan dilaksanakan oleh partai yang memang
menginginkan negara ini menjadi lebih baik. Orang tua tidak akan bisa
mengalahkan waktu. Yang muda akan muncul, karena itu ide yang segar dan berguna
untuk rakyat pasti akan dilaksanakan.

Rasyad A Parinduri wrote:

 From: FNU Brawijaya [EMAIL PROTECTED]
 Nah, agenda utamanya PAN kan berantas KKN, tuntut Suharto,
 federalism. Kalau PBB sami mawon, dan bentuk federalisme diwujudkan dalam
 sistem parlementer. Bagaimana dengan PDI-P dan PKB? Nah, yang ini agak
 konservatif. Keduanya lebih menekankan bahwa semua kebrengsekan ORBA adalah
 akibat
 penyelewengan-penyelewengan yang dilakukan oleh partai (d/h golkar) dan
 pejabat, yang bermuara di Suharto. Secara umum
 programnya di masa lalu sudah bagus. Dengan berbagai pertimbangan,
 PDI-P lebih memilih bentuk NKRI (negara kesatuan RI), dan yang saya
 tangkap dari PKB juga demikian. Nggak tahu kalau salah nangkep
 yang ketangkep ayam tetangga

 Ini point yang sangat penting. Kita perlu mengetahui filosofi dan program
 partai seperti apa yang kita butuhkan pada sebuah partai kalo kita memang
 benar-benar perduli dengan welfare negara yang bernama Indonesia itu.

 Seperti aku sebutkan dalam email aku bbrp minggu yang lalu (dan nampaknya
 nggak ada yang berminat menanggapi), yang aku kira penting dalam program
 ekonomi sebuah partai adalah:
   * desentralisasi penuh
   * pemangkasan kekuasaan pemerintah dalam bisnis
   * adopsi sistem ekonomi pasar (competitive capitalism)

 Kecuali kita hanya sekedar fans. Seperti fans Persebaya, kualitas Persebaya
 mau gimana pun, mereka tetap akan dukung Persebaya :)

 Tentu perlu dibahas satu per satu, mengapa ketiga hal di atas perlu. Sebagai
 pemanasan, aku kopiin email aku ttg desentralisasi-penuh di mailing list
 lain dengan sedikit modifikasi.

 
 Date: Sun, 02 May 1999 22:20:25 -0400
 From: Rasyad A Parinduri [EMAIL PROTECTED]
 Subject: Paksa Birokrasi Berkompetisi

 Gimana bikin pemerintah lebih efisien?

 (Micro)economics punya resep jitu: Paksa mereka berkompetisi satu sama lain!

 Di sini lah desentralisasi-penuh comes into play. Dengan desentralisasi
 penuh, pemerintah negara bagian, atau bahkan pemerintah kota, dipaksa saling
 kompetisi satu sama lain. Saling adu rendah pajak; adu tinggi kualitas
 keamanan; adu kuat narik investor; adu sedikit ngatur-ngatur warganegara;
 adu bagus nyedian public goods and services. Intinya, mereka akan lebih
 dipaksa kerja keras menyenangkan warganegara dibandingkan dengan pemerintah
 terpusat seperti Indonesia sekarang ini :)

 Belum lagi kita bicara masalah transparansi dan accountability yang akan
 jauh lebih baik.

 Dengan desentralisasi penuh, birokrat jaman sekarang akan jadi barang
 langka. Bisa karena dia nggak kepilih lagi, atau karena penduduk kota pada
 migrasi ke kota lain yang melayani warganya lebih baik.

 Mungkin hanya dengan desentralisasi penuh lah akhirnya rakyat bisa
 benar-benar berdaulat -- sebagaimana dia seharusnya. Masalahnya terpulang
 pada kita, mau berdaulat apa nggak.
 

 Komentar?

 Salam,

 Rasyad A Parinduri
 [EMAIL PROTECTED]

 ___
 Get Free Email and Do More On The Web. Visit http://www.msn.com



dermokatis or demokratis?

1999-05-13 Terurut Topik Ali Simplido

Bagi yang ingin mengetahui tentang pernyataan PDI-P
tentang Timor Timur silahkan kunjungi this site:

http://www.pdiperjuangan.org/pdi/index.html

Dan jangan lupa check berapa banyaknya kata-kata yang
spelling-nya salah.  I found at least  11, can you
spot more?

"wilaya"
"sendlri"
"dermokatis"
"otositas"
"di massa krisis"
"kanstitusional"
"natianal"
"pemerlntah"
"lidak"
"mendomg"
"ditetapkankan"

I am not saying kesalahan tsb sebagai representasi
atas kurang professional-nya orang2 PDI-P atau karena
kurang adanya koordinasi antara si pengetik
(web-master) dan orang PDI-P atau whateverlah:-)

salam

Ali Ismplido
upps, I misspelled my own name:-)
_
Do You Yahoo!?
Free instant messaging and more at http://messenger.yahoo.com



Pencapaian program...

1999-05-13 Terurut Topik FNU Brawijaya

Wah, keasyikan nggangguin mbak Ida malah terganggu dengan
kemunculan si abang helson yang cemburuan. Padahal kan kita
cuman nggangguin dikit ajahehehe.. Kok ya ributnya sampe
melebar kemana-mana. Ampun deh.. mbak Ida itu serasa
Sarajevo, jadi asal muasal perang dunia.hehehe.
tobat...tobat

Sebetulnya acara muter-muter saya sejak seminggu lepas ini ada apa
sih? Sebetulnya kan kita ingin berbicara tentang bagaimana untuk
menjalankan program. Kalau identifikasi masalahnya sih sudah ada,
dan semua sudah ditampung oleh masing-masing partai. Bagaimana
dengan cita-cita atau arahan dari partai? Ya sudah jelas juga. Buat yg
punya masing-masing booklet dari tiap partai sih enak. Bisa langsung
baca dan mengerti. Saya kira banyak dari kita yang tidak mempunyai
kemewahan untuk memahami program partai. Cuman kira-kira sih
tidak atau belum mendalam bagaimana untuk mencapai cita-cita partai
yang sudah pasti sangat ideal ituya namanya lagi jualan

Nah, kebetulan saya punya pendapat bahwa kesenjangan sosial
perlu diberantas terlebih dahulu. Benar tidaknya itu yang mesti dikaji.
Bukan lalu pada sibuk membicarakan bahwa yang dituju adalah negara
yang ramah tamah, toleransi tinggi, hukum berjalan dengan benar...
Weleh...kalau yg itu sih semua partai juga punya. Cuman carane itu
gimana tho?

Nah, agenda utamanya PAN kan berantas KKN, tuntut Suharto, federalism.
Kalau PBB sami mawon, dan bentuk federalisme diwujudkan dalam
sistem parlementer. Bagaimana dengan PDI-P dan PKB? Nah, yang ini
agak konservatif. Keduanya lebih menekankan bahwa semua kebrengsekan
ORBA adalah akibat penyelewengan-penyelewengan yang dilakukan oleh
partai (d/h golkar) dan pejabat, yang bermuara di Suharto. Secara umum
programnya di masa lalu sudah bagus. Dengan berbagai pertimbangan,
PDI-P lebih memilih bentuk NKRI (negara kesatuan RI), dan yang saya
tangkap dari PKB juga demikian. Nggak tahu kalau salah nangkep
yang ketangkep ayam tetangga

Bagaimana dengan para calon pencoblos? Nah ini dia Faktor utama
yang menjadi daya tarik suatu partai kan mestinya program. Baru
disusul oleh siapa yang akan jadi sopir truk pemerintahan. Biar jelas:
(1) Program partai
(2) Calon Presiden.

Nah, yang saya lihat, justru sebaliknya. Para calon pencoblos lebih
mendasari keputusan memilih partai idaman pada calon presiden yang
ditawarkan. Bila calon pemilih ini juga memahami apa yang ditawarkan
partai sih bagus. Yang lebih sering terjadi kan bukan begitu. Jadi yang
paling kelihatan kan ungkapan seperti "Saya pilih tokoh X karena dia
memihak pada rakyat, bebas KKN kalo nyerempet dikit nggak apa-apa,
dlsb". Bagaimana caranya si calon presiden (atau partainya) mencapai
tujuan ndak mau tahu lagi Nah, inilah bibit dari kultus individu macam
'mati hidup nderek Sukarno', 'merah kata Sukarno, merah pula kata
marinir, hitam kata sukarno, hitam pula kata marinir'. Dan banyak lagi
jargon semacam yang sudah kita ketahui bersama lah...

Sudah siapkah kita berbicara masalah pencapaian program?
Apakah kita akan berkutat pada pendefinisian tujuan utama yang
sebetulnya sudah selesai itu?

--
Salam,
Jaya


-- I disapprove of what you say, but I will
defend to death your right to say it. - Voltaire

   \\\|///
 \\  - -  //
  (  @ @  )
oOOo-(_)-oOOo---
FNU Brawijaya
Dept of Civil Engineering
Rensselaer Polytechnic Institute
mailto:[EMAIL PROTECTED]
Oooo
   oooO (   )
  (   )  ) /
   \ (  (_/
\_)



Re: dermokatis or demokratis?

1999-05-13 Terurut Topik Blucer Rajagukguk

upps kayanya typo juga tuch, biasanya oops :)

Ali Simplido wrote:

 Bagi yang ingin mengetahui tentang pernyataan PDI-P
 tentang Timor Timur silahkan kunjungi this site:

 http://www.pdiperjuangan.org/pdi/index.html

 Dan jangan lupa check berapa banyaknya kata-kata yang
 spelling-nya salah.  I found at least  11, can you
 spot more?

 "wilaya"
 "sendlri"
 "dermokatis"
 "otositas"
 "di massa krisis"
 "kanstitusional"
 "natianal"
 "pemerlntah"
 "lidak"
 "mendomg"
 "ditetapkankan"

 I am not saying kesalahan tsb sebagai representasi
 atas kurang professional-nya orang2 PDI-P atau karena
 kurang adanya koordinasi antara si pengetik
 (web-master) dan orang PDI-P atau whateverlah:-)

 salam

 Ali Ismplido
 upps, I misspelled my own name:-)
 _
 Do You Yahoo!?
 Free instant messaging and more at http://messenger.yahoo.com



KETEMU YUK!!!

1999-05-13 Terurut Topik Notrida Mandica

HELLO  REKAN-REKAN PERMIAS@


KETEMU YUK!  KITA BISA KETEMU DI NEW YORK, DI CHICAGO, OR DI MANA SAJA, SAYA
SIAP FLY DEH! MUMPUNG LAGI LIBUR.
KITA LIHAT BAGAIMANA KALAU KITA BERTEMU, MUNGKIN KITA BISA CIPTAKAN PALING
KURANG DUA HAL:
PERTAMA: MENULIS BUKU HASIL DISKUSI
KEDUA: MEMBUAT PARTAI POLITIK.

BAGAIMANA?

IDA


__
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com



Re: Apa isi BUKU PUTIH ?

1999-05-13 Terurut Topik Notrida Mandica

Tidak aneh koq Mas,
dasarnya korup, kemana-mana juga sama saja.

ida


Ini ada sedikit tulisan dari "LUGAS" mengenai isi Buku
Putih.

hmm...Buku Putih itu ditulis pakai tinta hitam apa
putih sih?:-)

salam

Ali Simplido


**

Xpos, No. 16/II/2-8 Mei 1999
LUGAS

Buku Putih

Sebuah kelompok yang bernama Center for Banking Crisis
(CBC), Selasa (27/4) lalu di Gedung Bursa Gagasan
lantai 4, Mega Kuningan, Jakarta Selatan me-launching
sebuah "Buku Putih". Buku ini bukanlah sekedar buku
lantaran dalam peluncuran itu dihadiri pula oleh
politisi ternama, Amien Rais yang sebelumnya
menyebut-nyebut telah punya bukti usaha pemutihan
utang kroni Soeharto. Tapi buku itu berisi data
tentang skandal perbankan yang dilakukan 3 buah bank
dan
merugikan negara 75 triliun rupiah: penilepan dana
Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI).

Dengan cara, jual beli bank note secara backdated,
Pemilik BII Eka Tjipta meraup keuntungan pribadi Rp2
miliar selama dua minggu. Disusul permainan transaksi
derivatif US$250 juta dan rediskonto wesel ekspor pada
September 1988, US$2,5 juta.

Sebaliknya, BII melanggar pemberian kredit usaha ke
Eka Tjipta Grup. Disebutkan oleh CBC, penyaluran
kredit BII 75% ke Eka Tjipta Grup mengakibatkan kredit
macet perusahaan itu mencapai Rp13 triliun. BII telah
menyita jaminan aset perusahaan Eka Tjipta. Tapi
kepemilikan sita jaminan hanya dialihkan kepada
kenalan dekat Eka Tjipta.

Selain itu, Bank Danamon disebutkan telah memberikan
kredit Rp30 triliun, yang 50% disalurkan ke grupnya.
Dan 85% atau Rp 26 triliun merupakan pinjaman dari BI.
Tapi anehnya, Bank Danamon menyalurkan kredit baru ke
77 perusahaan fiktif (paper company) untuk membeli
saham Astra (19 perusahaan fiktif senilai Rp1.490
miliar), pengembangan kapling Jl Sudirman (53
perusahaan) Rp2.017,5 miliar, perluasan kuningan (5
perusahaan Rp618,9 miliar).

Selain itu CBC juga mengungkapkan pemberian kredit
lain ke grupnya seperti kredit kepada PT Kaliraya Sari
Rp 4.128 juta, PT Danamon Usaha Gedung, PT Kaliraya
Sari Divisi Rumah dan Gedung Rp4.400 juta, PT Danamon
Land Rp65 miliar, PT Gaterison Sukses Rp118,550 juta,
PT Danamon Usaha Pembiayaan Rp45,305 miliar. Hasil
investigasi menemukan pula BMPK ke PT Chandra Asri
Grup Rp2,884 triliun dan PT Raja Garuda Mas Grup Rp887
miliar.

Selain data itu juga diungkap sejumlah penyimpangan
dua bank beku operasi, yakni Bank Aspac dan BDNI.

Fakta-fakta yang diungkap CBC itu sekali lagi,
merupakan keprihatinan kita bersama. Sebuah lembaga
yang selama ini kerahasiaannya dilindungi hukum,
ternyata justru disalahgunakan. (*)

_
Do You Yahoo!?
Free instant messaging and more at http://messenger.yahoo.com


__
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com



Re: KETEMU YUK!!!

1999-05-13 Terurut Topik Budi Haryanto

Gimana kalau di LA?
Cuacanya anget, bisa bikin singkong goreng, ubi goreng, pecel, dll yang
meng'Indonesia'.

Salam,
Budi

Notrida Mandica wrote:

 HELLO  REKAN-REKAN PERMIAS@

 KETEMU YUK!  KITA BISA KETEMU DI NEW YORK, DI CHICAGO, OR DI MANA SAJA, SAYA
 SIAP FLY DEH! MUMPUNG LAGI LIBUR.
 KITA LIHAT BAGAIMANA KALAU KITA BERTEMU, MUNGKIN KITA BISA CIPTAKAN PALING
 KURANG DUA HAL:
 PERTAMA: MENULIS BUKU HASIL DISKUSI
 KEDUA: MEMBUAT PARTAI POLITIK.

 BAGAIMANA?

 IDA

 __
 Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com



Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN

1999-05-13 Terurut Topik Moko Darjatmoko

At 4:41 PM 5/13/1999, FNU Brawijaya wrote:

|Okay mengenai pemakaian tauke dengan mas. Sebetulnya istilah apa saja
|kalo dipake secara nggak bener juga akan nggak bener. Sebaliknya kalo
|mau diplesetkan untuk diartikan salah juga akan salah, bagaimanapun
|kita mau bikin bener.
|
|Kayak 'tauke', ini istilah yg digunakan sehari-hari, ...

Betul sekali, seperti halnya kata apapun, "tauke" atau "cina", atau
kata apa saja itu memang netral. Baru setelah mendapatkan intonasi
(dalam bahasa ucap) atau dalam *konteks* tertentu (kalimat,
situasi, dsb.) maka kata yang sebetulnya "netral" tersebut bisa
menjadi derogatory (pelecehan), rasis, dsb.

Kalau kita simak awal mula thread ini ...

At 11:59 AM 5/11/1999, FNU Brawijaya wrote:

|Lha KAMU belum jadi tauke lagunya sudah kayak
|Donald Trump. Bisa bayar 3-20 juta mestinya kan
|bisa bayarin tiket buat keluarga untuk keluar dari
|Indonesia. Tauke kayak KAMU ini yang biasanya
|jadi sasaran pertama tiap ada kerusuhan.

Siapapun yang sedikit rasional dan mngerti situasi rasial di
Indonesia mengerti apa maksud kalimat diatas, siapa yang dituju.

The above phrase DOES send a clear message ... and the word is no
longer neutral! It is a racist's remark.


Moko/



Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN

1999-05-13 Terurut Topik Vincent Sitindjak

Mas Moko tulis:

 At 11:59 AM 5/11/1999, FNU Brawijaya wrote:

 |Lha KAMU belum jadi tauke lagunya sudah kayak
 |Donald Trump. Bisa bayar 3-20 juta mestinya kan
 |bisa bayarin tiket buat keluarga untuk keluar dari
 |Indonesia. Tauke kayak KAMU ini yang biasanya
 |jadi sasaran pertama tiap ada kerusuhan.

 Siapapun yang sedikit rasional dan mngerti situasi rasial di
 Indonesia mengerti apa maksud kalimat diatas, siapa yang dituju.

 The above phrase DOES send a clear message ... and the word is no
 longer neutral! It is a racist's remark.

he..he..koq saya jadi binun sekarang...

kalo "tauke" dikutipan diatas ditujukan ke orang cina, mungkin aja "it is a
racist's remark".
tapi "tauke" dikutipan diatas khan ditujukan ke orang batak (Patrick
Simanjuntak), apa ini juga masuk dalem kategori "a racist's remark"?

Tapi dari awal juga saya nangkepnya maksudnya Mas Jaya tuh si Patrick wong
belon jadi boss koq lagunya dah kayak Donald Trump.

"Tauke kayak KAMU" tuh khan maksudnya "orang-orang kaya kayak KAMU".
"Orang-orang kaya kayak KAMU" tuh khan maksudnya orang-orang kaya yang kerna
banyak duit terus cabut dari Indonesia. Orang-orang kaya yang seperti ini
khan tidak otomatis harus orang cina. Jadi "racist's remark"nya dimana?

Terus abis gitu, yang dikatain sama Mas Jaya khan orang batak, kalopun yang
dikatain orang cina, koq yang pusing Andrew? Andrew khan neither batak nor
cina. Emang di AKABRI diajarin supaya suka ngatur-ngatur orang laen,
mangkanya ABRI sukanya ngatur orang laen. Saya baru tau kalo ternyata di
Norwich juga diajarin yang sama dengan di AKABRI.


Salam,

Vincent Sitindjak
Norman, OK



Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN

1999-05-13 Terurut Topik FNU Brawijaya

Bung Moko yang ahli kata-kata aneh macam twisted truth dan sekarang
menunjukkan istilah baru yaitu derogatory, kalaupun anda menterjemahkan
sebagai racist's remark atau water mark juga terserah anda. Seperti saya
bisa menterjemahkan penggunaan istilah anda yang aneh-aneh sebagai
show off atau memang dirasa perlu digunakan (temtu saya nggak akan
melihatnya sbg show off - lah, malah bagus buat saya). Nah, monggo lah
Wong demokrasi lama-lama dituruti kok capek...

Dari pada ikutan mojok-mojokin orang mbok ya urun rembug gitu
soal pembangunan gitu. Mau pake istilah aneh juga boleh lah
Saya mau dipojokin juga ndak apa-apa. Ane tetap ada di sini. Anda nggak
akan dapat manfaat lain kecuali tambahan sliweran posting yang ndak jelas.

Lha wong saya juga udah bilang waktu mereply ke Bung Andrew kalau
nggak akan pakai lagi. Itu kan sudah menunjukkan kalau ane mengalah
walaupun agak masgul kok dibilang salah. Weleh...weleh tobat-tobat.
Gini ini yang bikin orang males bikin posting pada takut salah ucap.
Korban yg sudah dipojokin lalu diam sudah banyak Tapi kalau ane sih
kebal...hehe.


'
Moko Darjatmoko wrote:

 At 4:41 PM 5/13/1999, FNU Brawijaya wrote:

 |Okay mengenai pemakaian tauke dengan mas. Sebetulnya istilah apa saja
 |kalo dipake secara nggak bener juga akan nggak bener. Sebaliknya kalo
 |mau diplesetkan untuk diartikan salah juga akan salah, bagaimanapun
 |kita mau bikin bener.
 |
 |Kayak 'tauke', ini istilah yg digunakan sehari-hari, ...

 Betul sekali, seperti halnya kata apapun, "tauke" atau "cina", atau
 kata apa saja itu memang netral. Baru setelah mendapatkan intonasi
 (dalam bahasa ucap) atau dalam *konteks* tertentu (kalimat,
 situasi, dsb.) maka kata yang sebetulnya "netral" tersebut bisa
 menjadi derogatory (pelecehan), rasis, dsb.

 Kalau kita simak awal mula thread ini ...

 At 11:59 AM 5/11/1999, FNU Brawijaya wrote:

 |Lha KAMU belum jadi tauke lagunya sudah kayak
 |Donald Trump. Bisa bayar 3-20 juta mestinya kan
 |bisa bayarin tiket buat keluarga untuk keluar dari
 |Indonesia. Tauke kayak KAMU ini yang biasanya
 |jadi sasaran pertama tiap ada kerusuhan.

 Siapapun yang sedikit rasional dan mngerti situasi rasial di
 Indonesia mengerti apa maksud kalimat diatas, siapa yang dituju.

 The above phrase DOES send a clear message ... and the word is no
 longer neutral! It is a racist's remark.

 Moko/

--
Salam,
Jaya


-- I disapprove of what you say, but I will
defend to death your right to say it. - Voltaire

   \\\|///
 \\  - -  //
  (  @ @  )
oOOo-(_)-oOOo---
FNU Brawijaya
Dept of Civil Engineering
Rensselaer Polytechnic Institute
mailto:[EMAIL PROTECTED]
Oooo
   oooO (   )
  (   )  ) /
   \ (  (_/
\_)



Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN

1999-05-13 Terurut Topik Krisnadi Dayanto

Yang diomonmgin ini siapa sih... Patrick...?
Patrick is Patrick alias Bonniku alian CD Baloon -- sang penjual CD
bajakan -- kebetulan nenek moyangnya berasal dari sumut gitu...

kd.



--- Moko Darjatmoko [EMAIL PROTECTED] wrote:
 At 4:41 PM 5/13/1999, FNU Brawijaya wrote:

 |Okay mengenai pemakaian tauke dengan mas.
 Sebetulnya istilah apa saja
 |kalo dipake secara nggak bener juga akan nggak
 bener. Sebaliknya kalo
 |mau diplesetkan untuk diartikan salah juga akan
 salah, bagaimanapun
 |kita mau bikin bener.
 |
 |Kayak 'tauke', ini istilah yg digunakan
 sehari-hari, ...

 Betul sekali, seperti halnya kata apapun, "tauke"
 atau "cina", atau
 kata apa saja itu memang netral. Baru setelah
 mendapatkan intonasi
 (dalam bahasa ucap) atau dalam *konteks* tertentu
 (kalimat,
 situasi, dsb.) maka kata yang sebetulnya "netral"
 tersebut bisa
 menjadi derogatory (pelecehan), rasis, dsb.

 Kalau kita simak awal mula thread ini ...

 At 11:59 AM 5/11/1999, FNU Brawijaya wrote:

 |Lha KAMU belum jadi tauke lagunya sudah kayak
 |Donald Trump. Bisa bayar 3-20 juta mestinya kan
 |bisa bayarin tiket buat keluarga untuk keluar
 dari
 |Indonesia. Tauke kayak KAMU ini yang biasanya
 |jadi sasaran pertama tiap ada kerusuhan.

 Siapapun yang sedikit rasional dan mngerti situasi
 rasial di
 Indonesia mengerti apa maksud kalimat diatas, siapa
 yang dituju.

 The above phrase DOES send a clear message ... and
 the word is no
 longer neutral! It is a racist's remark.


 Moko/


_
Do You Yahoo!?
Free instant messaging and more at http://messenger.yahoo.com



Re: Nostalgia Si Tauke

1999-05-13 Terurut Topik Ramadhan Pohan

Salam,
Waktu saya kelas 3 SD di P. Siantar, ada beberapa tetangga kami yang
Tionghoa. Salah satu keluarga Tionghoa itu adalah pengusaha roti ketawa
(semacam cookies lah mungkin).  Saya tidak tahu siapa namanya. Tapi, baik
keluarga saya maupun orang-orang sekampung-- acap menyebut dia dengan
panggilan "Si Tauke". Sedangkan isterinya, kami panggil "Si Nyonya".

Si Tauke atau Toke itu baik sekali-- terutama kepada anak-anak kecil.
Keluarga Tionghoa ini selain memasok roti ketawa ke pertokoan, mereka juga
menjualnya secara eceran di rumah mereka. Di sini peran Si Toke amat
menentukan-- meninggalkan semacam jejak kesejatian manusia sederhana dan
terus terbayang di ingatan saya sampai sekarang. Kami sering diberinya "roti
ketawa" secara cuma-cuma. Bercanda dengan kami. Dulu, terutama pada sore-sore
jelang senja, sudah menjadi kebiasaan kami menyapa  dia dengan riang gembira.
Pada sore-sore seperti itu, Si Tauke pulang (entah darimana) dengan bersepeda
dan itu merupakan jam-jam bermain kami (main engklek, main ampera, main
sabur).
''Tauke.. Tauke... Tauke...,''demikian kami, anak-anak 7-11 tahun menyapanya.
''He-he-he,''jawab dia, dengan wajah berseri, sumringah, penuh cinta.

Si Tauke ini baiknya minta ampun, tapi sayang isterinya, yaitu Si Nyonya
malah bersifat kebalikannya Si Nyonya ini dikenal sangat pelit, cerewet, dan
galak (tapi khusus kepada keluarga saya, si Nyonya ini baik kok, karena kami
bertetangga baik sekali, dan tiap Cap Go Meh mereka kirim kue bakul ke rumah
saya).

Syahdan pada sebuah sore-- seorang teman saya berniat membeli roti ketawa.
Saya lihat di sudah berdiri di depan rumah Si Tauke. Tapi  teman saya itu
berbalik, dan tak jadi membeli.
''Kenapa? Kok nggak jadi beli?,''tanya saya, polos.
''Nggak jadilah. Rupanya Si Toke nggak ada. Tadi yang ada Si Nyonya,''kata
teman itu.

Jika mau dibilang rasis, sebagaimana bung Vincent S, saya juga nggak
menemukan "kebencian rasis" dalam perkataan Tauke-- apalagi dalam konteks
posting bung Jaya. Tauke itu istilah biasa dan nggak aneh-aneh--
setidak-tidaknya bagi saya yang berlatar belakang orang Siantar dan Medan
yang tetangga dan lingkungan kesehariannya selalu bersama Tionghoa.

Waktu SMA di Medan, setahu saya istilah Tauke juga berlaku di antara teman
sepergaulan kami. Bagi anak yang punya duit dan diharapkan mau mentraktir
beli rokok atau Mi Tiau, biasanya kami bilang begini: ''Kaulah yang traktir.
Percumalah jadi Tauke.''

Padahal teman-teman SMA saya itu Jawa, Sunda, Batak dan kebetulan tidak ada
Tionghoa nya. Namanya anak sekolahan, tentu belum bekerja, dan jelas bukan
Tauke sama sekali.

Saya tidak tahu mau menempatkan di posisi mana posting saya ini. Yang pasti,
gara-gara kalian mendiskusikan istilah "Tauke" itu-- saya jadi terbayang
wajah dan penampilan Si Tauke penjual roti ketawa itu. Saya terharu betapa
Tuhan begitu dahsyat berkeinginan "mengenalkan" orang sebaik Si Tauke kepada
saya dulu. Kemana Si Tauke itu sekarang, ya?

salam,
ramadhan pohan
p/s: Kalo ade kate-kate yang sale, maapin aye ye...



Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN

1999-05-13 Terurut Topik Budi Haryanto

Sorry, topiknya tetep tapi isinya beda.

Mas Vincent, saya terima postingnya kok tertanggal 11/3/98.
Apa di OK memang masih tanggal itu sekarang?

Salam,
Budi

Vincent Sitindjak wrote:

 Mas Moko tulis:

  At 11:59 AM 5/11/1999, FNU Brawijaya wrote:
 
  |Lha KAMU belum jadi tauke lagunya sudah kayak
  |Donald Trump. Bisa bayar 3-20 juta mestinya kan
  |bisa bayarin tiket buat keluarga untuk keluar dari
  |Indonesia. Tauke kayak KAMU ini yang biasanya
  |jadi sasaran pertama tiap ada kerusuhan.
 
  Siapapun yang sedikit rasional dan mngerti situasi rasial di
  Indonesia mengerti apa maksud kalimat diatas, siapa yang dituju.
 
  The above phrase DOES send a clear message ... and the word is no
  longer neutral! It is a racist's remark.

 he..he..koq saya jadi binun sekarang...

 kalo "tauke" dikutipan diatas ditujukan ke orang cina, mungkin aja "it is a
 racist's remark".
 tapi "tauke" dikutipan diatas khan ditujukan ke orang batak (Patrick
 Simanjuntak), apa ini juga masuk dalem kategori "a racist's remark"?

 Tapi dari awal juga saya nangkepnya maksudnya Mas Jaya tuh si Patrick wong
 belon jadi boss koq lagunya dah kayak Donald Trump.

 "Tauke kayak KAMU" tuh khan maksudnya "orang-orang kaya kayak KAMU".
 "Orang-orang kaya kayak KAMU" tuh khan maksudnya orang-orang kaya yang kerna
 banyak duit terus cabut dari Indonesia. Orang-orang kaya yang seperti ini
 khan tidak otomatis harus orang cina. Jadi "racist's remark"nya dimana?

 Terus abis gitu, yang dikatain sama Mas Jaya khan orang batak, kalopun yang
 dikatain orang cina, koq yang pusing Andrew? Andrew khan neither batak nor
 cina. Emang di AKABRI diajarin supaya suka ngatur-ngatur orang laen,
 mangkanya ABRI sukanya ngatur orang laen. Saya baru tau kalo ternyata di
 Norwich juga diajarin yang sama dengan di AKABRI.

 Salam,

 Vincent Sitindjak
 Norman, OK



Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN

1999-05-13 Terurut Topik Vincent Sitindjak

he..he..he...

saya lagi ditengah nggambar menggunakan software trial version yang
tanggalnya dah lewat, jadinya tanggal di CMOS saya mundurin. Maklum dehh,
berhubung bukan tauke, engga mampu beli softwarenya yang $2500 itu.


Salam,

Vincent Sitindjak
Norman, OK


- Original Message -
From: Budi Haryanto [EMAIL PROTECTED]

 Sorry, topiknya tetep tapi isinya beda.

 Mas Vincent, saya terima postingnya kok tertanggal 11/3/98.
 Apa di OK memang masih tanggal itu sekarang?

 Salam,
 Budi



Re: Nostalgia Si Tauke

1999-05-13 Terurut Topik Ali Simplido

ok people,

Kasus "tauke" ini seperti kasus Monica Lewensky aja.
I think, we got enough of it already, sekarang marilah
kita discussikan mainan Bung Pohan yang sama sekali
saya nggak ngerti:-)

 "main engklek, main ampera, main sabur"?

atau kalo nggak, kita disukusikan tentang "tokek"
aja:-)

salam

Ali Simplido


--- Ramadhan Pohan [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Salam,
 Waktu saya kelas 3 SD di P. Siantar, ada beberapa
 tetangga kami yang
 Tionghoa. Salah satu keluarga Tionghoa itu adalah
 pengusaha roti ketawa
 (semacam cookies lah mungkin).  Saya tidak tahu
 siapa namanya. Tapi, baik
 keluarga saya maupun orang-orang sekampung-- acap
 menyebut dia dengan
 panggilan "Si Tauke". Sedangkan isterinya, kami
 panggil "Si Nyonya".

 Si Tauke atau Toke itu baik sekali-- terutama kepada
 anak-anak kecil.
 Keluarga Tionghoa ini selain memasok roti ketawa ke
 pertokoan, mereka juga
 menjualnya secara eceran di rumah mereka. Di sini
 peran Si Toke amat
 menentukan-- meninggalkan semacam jejak kesejatian
 manusia sederhana dan
 terus terbayang di ingatan saya sampai sekarang.
 Kami sering diberinya "roti
 ketawa" secara cuma-cuma. Bercanda dengan kami.
 Dulu, terutama pada sore-sore
 jelang senja, sudah menjadi kebiasaan kami menyapa
 dia dengan riang gembira.
 Pada sore-sore seperti itu, Si Tauke pulang (entah
 darimana) dengan bersepeda
 dan itu merupakan jam-jam bermain kami (main
 engklek, main ampera, main
 sabur).
 ''Tauke.. Tauke... Tauke...,''demikian kami,
 anak-anak 7-11 tahun menyapanya.
 ''He-he-he,''jawab dia, dengan wajah berseri,
 sumringah, penuh cinta.

 Si Tauke ini baiknya minta ampun, tapi sayang
 isterinya, yaitu Si Nyonya
 malah bersifat kebalikannya Si Nyonya ini dikenal
 sangat pelit, cerewet, dan
 galak (tapi khusus kepada keluarga saya, si Nyonya
 ini baik kok, karena kami
 bertetangga baik sekali, dan tiap Cap Go Meh mereka
 kirim kue bakul ke rumah
 saya).

 Syahdan pada sebuah sore-- seorang teman saya
 berniat membeli roti ketawa.
 Saya lihat di sudah berdiri di depan rumah Si Tauke.
 Tapi  teman saya itu
 berbalik, dan tak jadi membeli.
 ''Kenapa? Kok nggak jadi beli?,''tanya saya, polos.
 ''Nggak jadilah. Rupanya Si Toke nggak ada. Tadi
 yang ada Si Nyonya,''kata
 teman itu.

 Jika mau dibilang rasis, sebagaimana bung Vincent S,
 saya juga nggak
 menemukan "kebencian rasis" dalam perkataan Tauke--
 apalagi dalam konteks
 posting bung Jaya. Tauke itu istilah biasa dan nggak
 aneh-aneh--
 setidak-tidaknya bagi saya yang berlatar belakang
 orang Siantar dan Medan
 yang tetangga dan lingkungan kesehariannya selalu
 bersama Tionghoa.

 Waktu SMA di Medan, setahu saya istilah Tauke juga
 berlaku di antara teman
 sepergaulan kami. Bagi anak yang punya duit dan
 diharapkan mau mentraktir
 beli rokok atau Mi Tiau, biasanya kami bilang
 begini: ''Kaulah yang traktir.
 Percumalah jadi Tauke.''

 Padahal teman-teman SMA saya itu Jawa, Sunda, Batak
 dan kebetulan tidak ada
 Tionghoa nya. Namanya anak sekolahan, tentu belum
 bekerja, dan jelas bukan
 Tauke sama sekali.

 Saya tidak tahu mau menempatkan di posisi mana
 posting saya ini. Yang pasti,
 gara-gara kalian mendiskusikan istilah "Tauke" itu--
 saya jadi terbayang
 wajah dan penampilan Si Tauke penjual roti ketawa
 itu. Saya terharu betapa
 Tuhan begitu dahsyat berkeinginan "mengenalkan"
 orang sebaik Si Tauke kepada
 saya dulu. Kemana Si Tauke itu sekarang, ya?

 salam,
 ramadhan pohan
 p/s: Kalo ade kate-kate yang sale, maapin aye ye...


_
Do You Yahoo!?
Free instant messaging and more at http://messenger.yahoo.com



Pelaku Diskriminasi Korban Diskriminasi

1999-05-13 Terurut Topik Nasrullah Idris

 Dalam perjalanan sejarah organisasi, adakalanya organisasi politik
dalam waktu bersamaan bertindak sebagai "korban diskriminasi" dan "pelaku
diskriminasi"
 Dalam kapasitas sebagai "Korban diskriminasi",  ia pun sering membuat
statement yang bernuansa persamaan derajat atau anti diskriminasi.
 Sedangkan saat digugat/dicurigai sebagai "pelaku diskriminasi", ia pun
berusaha berkelit dengan berbagai cara bahwa tindakannya itu bukanlah
diskriminasi meskipun ditinjau dari perspektif "fair" sesungguhnya memang
tindakan diskriminasi.

Salam,

Nasrullah Idris



test

1999-05-13 Terurut Topik Frarev Sitorus

test... (sorry)



Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN

1999-05-13 Terurut Topik Frarev Sitorus

ha ...ha
hik...hik...
KT
On Thu, 13 May 1999, Alexander Lumbantobing wrote:

 Cer:

 Masa belek tidak terasa? Belek itu asin rasanya.

 Rgds,

 Alex




Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN

1999-05-13 Terurut Topik Notrida Mandica

There you go,
racist, racist, kulit putihnya ada nggak?
kan semuanya brown kekuning-kuningan...
apa bedanya kita orang Indonesia?

salam,
ida


At 4:41 PM 5/13/1999, FNU Brawijaya wrote:

|Okay mengenai pemakaian tauke dengan mas. Sebetulnya istilah apa saja
|kalo dipake secara nggak bener juga akan nggak bener. Sebaliknya kalo
|mau diplesetkan untuk diartikan salah juga akan salah, bagaimanapun
|kita mau bikin bener.
|
|Kayak 'tauke', ini istilah yg digunakan sehari-hari, ...

Betul sekali, seperti halnya kata apapun, "tauke" atau "cina", atau
kata apa saja itu memang netral. Baru setelah mendapatkan intonasi
(dalam bahasa ucap) atau dalam *konteks* tertentu (kalimat,
situasi, dsb.) maka kata yang sebetulnya "netral" tersebut bisa
menjadi derogatory (pelecehan), rasis, dsb.

Kalau kita simak awal mula thread ini ...

 At 11:59 AM 5/11/1999, FNU Brawijaya wrote:

 |Lha KAMU belum jadi tauke lagunya sudah kayak
 |Donald Trump. Bisa bayar 3-20 juta mestinya kan
 |bisa bayarin tiket buat keluarga untuk keluar dari
 |Indonesia. Tauke kayak KAMU ini yang biasanya
 |jadi sasaran pertama tiap ada kerusuhan.

Siapapun yang sedikit rasional dan mngerti situasi rasial di
Indonesia mengerti apa maksud kalimat diatas, siapa yang dituju.

The above phrase DOES send a clear message ... and the word is no
longer neutral! It is a racist's remark.


Moko/



__
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com



Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN

1999-05-13 Terurut Topik Helson Siagian

Salam kenal bung Moko. Saya setuju dengan pendapat anda.


Helson SIAGIAN
---
http://gwu.edu/~siagian
---


On Thu, 13 May 1999, Moko Darjatmoko wrote:

 At 4:41 PM 5/13/1999, FNU Brawijaya wrote:

 |Okay mengenai pemakaian tauke dengan mas. Sebetulnya istilah apa saja
 |kalo dipake secara nggak bener juga akan nggak bener. Sebaliknya kalo
 |mau diplesetkan untuk diartikan salah juga akan salah, bagaimanapun
 |kita mau bikin bener.
 |
 |Kayak 'tauke', ini istilah yg digunakan sehari-hari, ...

 Betul sekali, seperti halnya kata apapun, "tauke" atau "cina", atau
 kata apa saja itu memang netral. Baru setelah mendapatkan intonasi
 (dalam bahasa ucap) atau dalam *konteks* tertentu (kalimat,
 situasi, dsb.) maka kata yang sebetulnya "netral" tersebut bisa
 menjadi derogatory (pelecehan), rasis, dsb.

 Kalau kita simak awal mula thread ini ...

 At 11:59 AM 5/11/1999, FNU Brawijaya wrote:

 |Lha KAMU belum jadi tauke lagunya sudah kayak
 |Donald Trump. Bisa bayar 3-20 juta mestinya kan
 |bisa bayarin tiket buat keluarga untuk keluar dari
 |Indonesia. Tauke kayak KAMU ini yang biasanya
 |jadi sasaran pertama tiap ada kerusuhan.

 Siapapun yang sedikit rasional dan mngerti situasi rasial di
 Indonesia mengerti apa maksud kalimat diatas, siapa yang dituju.

 The above phrase DOES send a clear message ... and the word is no
 longer neutral! It is a racist's remark.


 Moko/