[teknologia] Re: Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-21 Terurut Topik Ariya Hidayat

 Di Indonesia ini kita sering mengeluh dan menggunakan resources tidak
 semestinya. Akses Internet di Indonesia ini juga kenceng2 kok.
 Buktinya rekan-rekan kita hobbynya download film2. he he he.
 [No need to name names. ha ha ha. Soalnya saya kecipratan hasilnya.]

Ini saya setuju sekali.
Dulu semasa masih kuliah dan ingin memperlancar bahasa Inggris, saya
komplain ke kawan saya karena nggak punya cukup duit dan majalah yang
bagus harganya mahal semua. Kawan saya itupun membongkar rahasianya:
berpuasa sesering mungkin, uang dihemat, belikan Fortune di tukang
jual majalah bekas di Cikapundung! Langsung terbuka mata saya.

Kerap sekali kita melihat apa yang belum dipunyai dan apa yang ingin
diraih (tentu tidak salah, kalau mau maju memang harus seperti itu).
Tapi, apa yang masih sedang dikerjakan sialnya juga suka tidak
dibereskan alias terlantar begitu saja. Efisiensi pemakaian
resourcenya pun jadinya kecil.


--
Ariya Hidayat


[teknologia] Re: Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-21 Terurut Topik Ariya Hidayat

 Dulu baca berita, katanya pemerintah menyiapkan 300 hektar di cikarang
 untuk microsoft research center. 300 hektar? mau ngapain? nanam
 singkong?

Barangkali angka 300 hektar ini cuman PR-move doang?
Yang penting untuk developer itu kan bukan tempat yang besar atau
lapang, tapi yang nyaman. Bahkan, kalau perlu suruh kerja di rumah
saja biar bisa kumpul keluarga (tapi pekerjaan mesti selesai) dan
ngantor untuk urusan administrasi atau rapat saja.

--
Ariya Hidayat


[teknologia] Re: Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-21 Terurut Topik Ariya Hidayat

 Saya juga sependapat dengan ide ini dan lebih percaya dengan membangun
 komunitas software developer adalah hal yg penting. Saya tidak begitu
 iri melihat glamor GYM (google yahoo microsoft), tapi saya sangat
 ngiler kalo ngeliat gimana ramenya komunitas developer mereka mulai
 dari yg gede seperti OSCON (opensource conference) sampe yg kecil2
 dilokal area mereka masing2.

IMHO yang dilihat mestinya bukan glamornya, tapi filosofi dan
ide-idenya. Google itu kan hanya cap luarnya saja, isi dalamnya itu
yang perlu dipelajari. Contoh yang saya suka dari Google adalah
membiarkan 20% waktu kerja (artinya 1 hari dalam seminggu) digunakan
untuk mengerjakan apa pun, sebebas mungkin. Mendukung proyek sampingan
seperti ini membuat Google berhasil menelurkan produk seperti Google
Mail, dsb.

Komunitas bisa dipancing juga dengan eksistensi perusahaan besar
(tentu saja, cara membangun komunitas dengan membuat forum tidak
salah, tetap harus dikerjakan dan tidak eksklusif dengan pancingan
ini). Bayangkan bila seorang mahasiswa hidup di lingkungan yang penuh
proyek sana-sini, dan kebetulan proyek itu misalnya menggunakan
development tool X dengan bahasa pemrograman Z. Sulit bagi dia untuk
memaksa dirinya misalnya tetapi mendalami C/C++ (ini contoh, bisa
diganti your-favorite-language), bukan karena alasan yang aneh-aneh,
tetapi karena kesempatan untuk ikut mengerjakan proyek itu bisa sangat
menggiurkan.


--
http://www.google.com/search?q=ariya+hidayatbtnI


[teknologia] Re: Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-21 Terurut Topik Budi Rahardjo

On 11/21/05, Ariya Hidayat [EMAIL PROTECTED] wrote:
...
 Kawan saya itupun membongkar rahasianya:
 berpuasa sesering mungkin, uang dihemat, belikan Fortune di tukang
 jual majalah bekas di Cikapundung! Langsung terbuka mata saya.
...

Ketika mahasiswa, itu pun yang saya lakukan: beli majalah bekas
di Cikapundung. Bahkan tugas akhir saya pun bermodal sebuah
artikel dari majalah bekas tersebut (ada artikel tentang membuat
VIA untuk Apple ][ lengkap dengan gambar PCB-nya). :)

Anak-anak sekarang memang kemanjaan. he he he

-- budi


[teknologia] Re: Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-21 Terurut Topik fahdi maula
Iya pak, maaf, kami mahasiswa
skrg memang kemanjaan, sampe akhirnya pas lulus kami nyesel, kenapa
dulu waktu jadi mahasiswa gak belajar yang rajin. Akses informasi yang
super hebat saat ini memang memungkinkan mahasiswa untuk berkreasi
lebih luas. 

Tapi dari pengalaman pribadi (sebagai mahasiswa pemalas), keinginan
sangat banyak, cuman gak ada yang ngatur dan gak ada penyaluran
(meskipun ini hanya alasan belaka), sehingga kadang-kadang ide-ide yang
baru aja mulai mengalir jadi hilang. Apalagi untuk projek
FSF/opensource yang membutuhkan dedikasi tingkat tinggi.

Semoga, dengan adanya BHTV, 'pemalas-pemalas' ini jadi tergerak :D =))

Sebelumnya salam kenal, saya Fahdi, ex mahasiswa yang berubah status
jadi job seeker, baru gabung kemarin, dan coba ngikutin thread disini.
Mohon maaf, kalo gak nyambung ato gak sesuai sama aturan disini. 

Mohon bimbingannya
On 11/21/05, Budi Rahardjo [EMAIL PROTECTED] wrote:
...Ketika mahasiswa, itu pun yang saya lakukan: beli majalah bekasdi Cikapundung. Bahkan tugas akhir saya pun bermodal sebuahartikel dari majalah bekas tersebut (ada artikel tentang membuatVIA untuk Apple ][ lengkap dengan gambar PCB-nya). :)
Anak-anak sekarang memang kemanjaan. he he he-- budi


[teknologia] Re: Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-21 Terurut Topik baskara

On 11/21/05, Budi Rahardjo [EMAIL PROTECTED] wrote:

 1. Dahulu, saya sering (saya ulangi: SERING) kedatangan
orang yang punya duit (baca: investor) yang mencari
tempat untuk menanam modal.
Hanya, mereka belum menemukan orang IT yang bisa diberi
dana. Range dananya bervariasi antara Rp 500 juta sd
Rp 10 milyar. (Waktu itu kebanyakan Rp 2 milyar, yang
dalam pandangan saya *terlalu besar* untuk skala starup
sehingga para founder yang kebanyakan mahasiswa malah
tidak berani)

Waktu masih menjadi mahasiswa, saya pernah ditawari dana dari 2 calon
investor yang berbeda. Jawaban saya, errr...hmmm.ughh...buat apa
ya? ... bikin itu sudah ada... buat ini juga sudah
banyak... OK, saya punya ide! ...
Lalu, dimintai business plan errr...eeebagaimana cara
membuatnya ya? dikarang saja angka-angkanya? hmmmouchh  :-)


[teknologia] Re: Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-21 Terurut Topik Pakcik

2005/11/21, Budi Rahardjo [EMAIL PROTECTED]:
  why not? kalau kita punya the best accounting software on planet
  kenapa tidak? Kalau itu yang kita bisa, kenapa bukan itu yang kita
  lakukan? Itu yang realistis.

 Gini deh.
 Anda sudah bisa mengalahkan Zahir Accounting?
 Do we need more Zahir Accounting?
 Berapa banyak software accounting yang kita butuhkan?

 Lihat saja, Zahir Accounting yang sudah sedemikian bagus
 masih belum bisa gede banget.

hehe .. jadi penasaran gue, jadi jenis kerjaan apa yang pak Budi
harapkan buat dikerjain BHTV? Kalau kita hanya punya developer yang
bikin accounting software? mau bikin super-duper rocket science
application?

--
Pakcik
Under Construction


[teknologia] Re: Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-21 Terurut Topik Budi Rahardjo

On 11/21/05, Ronny Haryanto [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Ini udah dipraktekkan ke VC di Indonesia juga dan sukses ya Pak?

Yup. Meskipun kalau di Indonesia, institutionalized VC
itu lebih mirip bank. Tidak seperti di sono. :(
Jadi pada tahap berikutnya, setelah Angel Investor ...
kita masih belum bisa semulus SV.


 Tapi takutnya ada VC yg maunya kita comprehensive(?),

Ini juga ada, sih. (Atau mungkin malah yang umum begini?)
Tapi selama saya membuat start-up di Canada dan Indonesia
belum pernah ketemu yang ginian.
Atau, kalau dia minta macem2 yang komprehensif saya
tinggal lari ke yang lain saja. he he he.
Jadi mungkin pendapat saya ini salah karena pengalaman
saya mungkin bukan pengalaman yang mainstream?


-- budi


[teknologia] Re: Investor IT - was Re: [teknologia] Re: Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-21 Terurut Topik Ronny Haryanto
On Mon, Nov 21, 2005 at 04:54:21PM +0700, Harry Sufehmi wrote:
 Eh, BP-nya dicolong, trus dia buat perusahaan IT sendiri :-)
 He he.

Weleh.

Lalu apa yg bisa kita lakukan untuk mencegah yg semacam ini?

PS. Dah sembuh Mas Harry?

Ronny


pgpaNIaxjR0gR.pgp
Description: PGP signature


[teknologia] Re: Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-21 Terurut Topik Budi Rahardjo

On 11/21/05, Pakcik [EMAIL PROTECTED] wrote:

 hehe .. jadi penasaran gue, jadi jenis kerjaan apa yang pak Budi
 harapkan buat dikerjain BHTV? Kalau kita hanya punya developer yang
 bikin accounting software? mau bikin super-duper rocket science
 application?

Nope.

Terus terang ... saya juga masih mencari yang jitu.
Hanya jelas, kalau kita kompetisi dengan India dalam membuat
generic applications (kayak accounting, dsb.) kita bakalan
kalah.

Yang sudah terbayang oleh saya (sampai saat ini):

- komponen dari aplikasi, *bukan* aplikasinya sendiri.
  alasan: kita nggak pernah bisa bikin produk.
  (biar bagaimanapun saya masih salut dengan IPTN karena
  mereka bisa bikin produk sampai jadi)
  Jadi, kita hanya mengerjakan bagian dari produk yang
  mungkin produknya  buatan India, Amerika, dll.

- customization.
  Orang Indonesia hobbynya ngoprek.
  Contoh: mobil apapun bisa jalan di Indonesia meskipun
  sudah tidak diproduksi lagi di LN :)
  Tapi... suruh bikin mobil gak jadi-jadi.
  Customization ini satu pekerjaan sendiri yang berat lho.
  Salah satu produk/servis perusahaannya Rusmin (Skysoft?
  di California) adalah internationalization (kalau gak
  salah). Itu pun udah cukup besar.

- Hal-hal yang terkait dengan arts.
  Orang Indonesia biasanya lebih kreatif dan punya sense
  of art yang tinggi. (Hanya sayangnya takut komputer
  he he he.)

- Research.
  (Atau itu kata bagusnya dari: ngoprek!)

Nah kalau dilihat dari daftar di atas ... gak ada produk ya?
Memang saya menghindari produk. He he he ...


-- budi


[teknologia] Re: Investor IT - was Re: [teknologia] Re: Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-21 Terurut Topik Budi Rahardjo

On 11/21/05, Harry Sufehmi [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Waktu itu saya ditawari funding beberapa milyar untuk perusahaan IT, lalu 
 saya buatkan business plan (BP) nya yang bagus.

 Eh, BP-nya dicolong, trus dia buat perusahaan IT sendiri :-)
 He he.

 Only in Indonesia...

Jangan khawatir. Ini tidak hanya terjadi di Indonesia.
Di tempat lain juga bisa terjadi.

Nah, di sini pentingnya SDM!
Karena saya
(1) yang mengerti bisnis itu (dari filosofinya, dll.)
(2) yang punya passion dalam ide bisnis itu,
siang malem saya pikirin terus ...
...
chances are, hanya saya yang bisa menjelmakannya
menjadi kenyataan dengan baik.
Jadi silahkan saja dicolong.
Pasti gak bakalan berhasil. Dijamin!
Yang invest di sono bakalan gigit jari... he he he.

Contoh lain.
Kalau Ariel dan band Peterpan membuat lagu yang bagus,
biar saya colong pun belum tentu jadi lagu bagus.
he he he. Rugi yang invest di saya kalo itu kejadian.

Yang nyolong ide itu (dan buat PT IT sendiri) bodo banget.
Kalau saya jadi dia, bukan saya colong,
tapi ikutan (ndompleng) invest.

Jadi itulah sebabnya saya jelalatan cari anak2 muda
yang punya mimpi gedhe dan mau mewujudkan mimpinya.
Saya mau ikutan invest. Siapa tahu dia jadi the next
Steve Jobs. he he he ...
Yang susah itu cari orang yang mau eksekusi.
Ide ... banyaaak.
(Saya aja punya segudang. Serius deh.
Ide2 saya mantap2 lho, seperti ide membuat Redhat waktu
Linux baru mulai muncul, dsb.)

So, business plan yang ke saya, nggak bakalan saya curi.
Bodoh banget saya kalau iya.
(Dan bodoh banget orang yang nyuri itu. Rasain deh.)

-- budi


[teknologia] Re: Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-21 Terurut Topik Ariya Hidayat

 - komponen dari aplikasi, *bukan* aplikasinya sendiri.
   alasan: kita nggak pernah bisa bikin produk.

Ini yang saya impikan, dan rasanya cocok untuk dikembangkan di Indonesia.
Lihat ratusan bahkan ribuan komponen yang dijajakan di
www.componentsource.com, harganya bisa ratusan dollar. Jangan
bayangkan semuanya punya kualitas rocket-science, yang sederhana
tetapi menarik pun bisa laku juga. Saya pernah oprek sampai
habis-habisan salah satu komponen untuk spreadsheet. Hasilnya: desain
yang saya buat untuk KOffice rasanya nggak kalah canggih (kalau perlu
konsultasi profesional untuk komponen spreadsheet/table/grid, silakan
hubungi saya hehehe).

Membuat komponen itu menarik karena pastinya perlu resource lebih
sedikit dibandingkan aplikasi lengkap. Fokus pun bisa lebih bagus
karena hanya untuk satu perkara saja, tidak ke mana-mana.
Kelemahannya: saingannya banyak sekali, jadi harus nomor satu di
feature plus marketingnya.

Dan BTW, anggap saja komponen itu sebagai satu produk :-P


--
http://www.google.com/search?q=ariya+hidayatbtnI


[teknologia] Re: Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-21 Terurut Topik Pakcik

2005/11/21, Budi Rahardjo [EMAIL PROTECTED]:

 On 11/21/05, Pakcik [EMAIL PROTECTED] wrote:

  hehe .. jadi penasaran gue, jadi jenis kerjaan apa yang pak Budi
  harapkan buat dikerjain BHTV? Kalau kita hanya punya developer yang
  bikin accounting software? mau bikin super-duper rocket science
  application?

 Nope.

 Terus terang ... saya juga masih mencari yang jitu.
 Hanya jelas, kalau kita kompetisi dengan India dalam membuat
 generic applications (kayak accounting, dsb.) kita bakalan
 kalah.

 Yang sudah terbayang oleh saya (sampai saat ini):

 - komponen dari aplikasi, *bukan* aplikasinya sendiri.
   alasan: kita nggak pernah bisa bikin produk.
   (biar bagaimanapun saya masih salut dengan IPTN karena
   mereka bisa bikin produk sampai jadi)
   Jadi, kita hanya mengerjakan bagian dari produk yang
   mungkin produknya  buatan India, Amerika, dll.

apa beda komponen aplikasi dan aplikasi dari sisi Sumber Daya
Manusianya? dan siapa yang ngerjain ini? bukan apa yang kita punya?
yang developer software accounting itu?

 - customization.
   Orang Indonesia hobbynya ngoprek.
   Contoh: mobil apapun bisa jalan di Indonesia meskipun
   sudah tidak diproduksi lagi di LN :)
   Tapi... suruh bikin mobil gak jadi-jadi.
   Customization ini satu pekerjaan sendiri yang berat lho.
   Salah satu produk/servis perusahaannya Rusmin (Skysoft?
   di California) adalah internationalization (kalau gak
   salah). Itu pun udah cukup besar.

internationalisation paling gede itu ke bahasa Jepang dan bahasa
China. siapa yang bakalan ngerjakan ini??

 - Hal-hal yang terkait dengan arts.
   Orang Indonesia biasanya lebih kreatif dan punya sense
   of art yang tinggi. (Hanya sayangnya takut komputer
   he he he.)

in baru ide cool banget. Silicon Valley spesialis ART. :) funny


 - Research.
   (Atau itu kata bagusnya dari: ngoprek!)

ngoprek?? ada riset gak di Indonesia?  Silicon Valley spesialis oprek??


 Nah kalau dilihat dari daftar di atas ... gak ada produk ya?
 Memang saya menghindari produk. He he he ...


semua ide kerjaannya sangat baru. :) mungkin ini yang disebut ide baru.

--
Pakcik
Under Construction


[teknologia] Re: Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-21 Terurut Topik Harry Sufehmi

2005/11/21, Budi Rahardjo [EMAIL PROTECTED]:
 Lihat saja, Zahir Accounting yang sudah sedemikian bagus
 masih belum bisa gede banget.

Mungkin karena pasarnya Indonesia, yang memang jauh lebih kecil dibandingkan 
pasar US / global.

Dan masih belum pada menghargai HAKI - barusan beberapa waktu yang lalu saya 
diminta hack sebuah software accounting. Wah, ya emoh :-) wong saya juga sdh 
merasakan sbg developer, he he

Kalau ada yang bisa bikin software accounting bagus versi US, lalu banting 
harganya (dumping? hehe), maka mungkin bisa sukses.

Atau mungkin bikin versi web-based dan gratis.
Pemasukannya dari AdSense, dan iklan-iklan yang relevan (misal: jika terdeteksi 
debt orang ini besar, munculkan iklan debt consolidation, dst)
Ide gila? :)


Salam,
Harry




[teknologia] Re: Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-21 Terurut Topik Budi Rahardjo

On 11/21/05, Pakcik [EMAIL PROTECTED] wrote:
...
 Saya bukan mengecilkan usaha BHTV, Pak. saya sangat mendukung, kok.
 Kadang terasa gak realistis. Kalau kita punya ikan teri, itulah kita
 makan. Kita bikin ikan teri yang enak. who cares about big company.
...

Memang kita harus bedakan mana untuk kepentingan sendiri dan
mana untuk kepentingan yang lebih luas.
Nah, BHTV itu untuk kepentingan yang lebih luas.
Kalau saya mau mikirin diri sendiri, ngapain capek2 mengerjakan
BHTV :) Ya nggak? Kira-kira sama seperti pak Frederick Terman lah.
Kalau dia nggak mikirin daerah California, mungkin sampai sekarang
gak ada yang namanya itu Silicon Valley. Semua mungkin ada di
East Coast.

Tujuan BHTV adalah: menghasilkan devisa bagi negara kita.
Itulah sebabnya fokusnya adalah ekspor. Ini memikirkan
kepentingan negara kita, bukan sekedar membuat perusahan saja
(yang tidak scale well).

Gini deh... nanti saya uploadkan tulisan saya (yang baru dimulai),
baru beberapa halaman saja. Supaya ada gambaran filosofinya.
Ini tadinya mau saya buat buku. Judulnya:

   Dunia Selebar Daun Kelor

he he he ..

-- budi


[teknologia] Re: Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-21 Terurut Topik Pakcik

2005/11/21, Budi Rahardjo [EMAIL PROTECTED]:

 On 11/21/05, Pakcik [EMAIL PROTECTED] wrote:
 ...
  Saya bukan mengecilkan usaha BHTV, Pak. saya sangat mendukung, kok.
  Kadang terasa gak realistis. Kalau kita punya ikan teri, itulah kita
  makan. Kita bikin ikan teri yang enak. who cares about big company.
 ...

 Memang kita harus bedakan mana untuk kepentingan sendiri dan
 mana untuk kepentingan yang lebih luas.
 Nah, BHTV itu untuk kepentingan yang lebih luas.
 Kalau saya mau mikirin diri sendiri, ngapain capek2 mengerjakan
 BHTV :) Ya nggak? Kira-kira sama seperti pak Frederick Terman lah.
 Kalau dia nggak mikirin daerah California, mungkin sampai sekarang
 gak ada yang namanya itu Silicon Valley. Semua mungkin ada di
 East Coast.
 Tujuan BHTV adalah: menghasilkan devisa bagi negara kita.
 Itulah sebabnya fokusnya adalah ekspor. Ini memikirkan
 kepentingan negara kita, bukan sekedar membuat perusahan saja
 (yang tidak scale well).

setuju Pak. berjuang terus.


--
Pakcik
Under Construction


[teknologia] Re: Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-21 Terurut Topik Muhamad Carlos Patriawan

Budi Rahardjo wrote:
 On 11/21/05, Pakcik [EMAIL PROTECTED] wrote:

  hehe .. jadi penasaran gue, jadi jenis kerjaan apa yang pak Budi
  harapkan buat dikerjain BHTV? Kalau kita hanya punya developer yang
  bikin accounting software? mau bikin super-duper rocket science
  application?

 Nope.

 Terus terang ... saya juga masih mencari yang jitu.
 Hanya jelas, kalau kita kompetisi dengan India dalam membuat
 generic applications (kayak accounting, dsb.) kita bakalan
 kalah.

setuju ..


 Yang sudah terbayang oleh saya (sampai saat ini):

 - komponen dari aplikasi, *bukan* aplikasinya sendiri.
   alasan: kita nggak pernah bisa bikin produk.
   (biar bagaimanapun saya masih salut dengan IPTN karena
   mereka bisa bikin produk sampai jadi)
   Jadi, kita hanya mengerjakan bagian dari produk yang
   mungkin produknya  buatan India, Amerika, dll.

Saya beri contoh deh.
Untuk development networking device seperti router,sering kali kita
pakai komponen yang dibuat third-party,seperti routing codenya dibeli
dari perushaan lain,OSnya tentu saja either VxWorks atau BSD(yg orang
linux please dech gak usah dikomentarin karena ini contoh saja),Gigabit
Ethernet chipsnya pakai punya Marvell-nya pak Pantas.

Keuntunganya pakai sistem ini apa ? Ngurangin resources dan development
time !!
Project untuk yang tadinya bikin rel. 1.0 butuh 3 tahun bisa
dipersingkat jadi 1 tahun,jadi bisa deliver produk lebih cepat dan
company bisa lebih fokus pada main competitive areas (misalnya
kehandalan ASIC dalam hal QoS).






 - customization.
   Orang Indonesia hobbynya ngoprek.
   Contoh: mobil apapun bisa jalan di Indonesia meskipun
   sudah tidak diproduksi lagi di LN :)
   Tapi... suruh bikin mobil gak jadi-jadi.
   Customization ini satu pekerjaan sendiri yang berat lho.
   Salah satu produk/servis perusahaannya Rusmin (Skysoft?
   di California) adalah internationalization (kalau gak
   salah). Itu pun udah cukup besar.

Pak Rusmin Dirgantoro (EE-ITB 1984?) - Skysoft enggak kendengaran lagi
kabarnya pak,terakhir pernah ketemu 2002.Websitenya juga gak ada lagi.

Terus Pak Eddy restoran-nya juga gak ada lagi..

 Nah kalau dilihat dari daftar di atas ... gak ada produk ya?
 Memang saya menghindari produk. He he he ...


Jadi untuk orang2 yang kebutuhan biologisnya ingin membuat
produk/appliance
harus di Silicon Valley terus dong ya Sial ... :)

Anyway pak Budi harus trigger juga Pak pentingnya punya SDM yang expert
bikin produk/appliance.


Carlos



[teknologia] Re: Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-21 Terurut Topik Muhamad Carlos Patriawan

 Komunitas bisa dipancing juga dengan eksistensi perusahaan besar
 (tentu saja, cara membangun komunitas dengan membuat forum tidak
 salah, tetap harus dikerjakan dan tidak eksklusif dengan pancingan
 ini). Bayangkan bila seorang mahasiswa hidup di lingkungan yang penuh
 proyek sana-sini, dan kebetulan proyek itu misalnya menggunakan
 development tool X dengan bahasa pemrograman Z. Sulit bagi dia untuk
 memaksa dirinya misalnya tetapi mendalami C/C++ (ini contoh, bisa
 diganti your-favorite-language), bukan karena alasan yang aneh-aneh,
 tetapi karena kesempatan untuk ikut mengerjakan proyek itu bisa sangat
 menggiurkan.

Itulah kenapa saya sedikit alergi dengan tema
perushaan kecil,perushaan kecil.perushaan kecil yang bikin
software accounting,padahal dari  sisi long-term view,jauh lebih bagus
kalau kita spend 10-15 tahun pertama kita di persh inovatif RD dan
mengerjakan innovation project yang large-scale.

Banyak hal yang bisa dipelajari secara tidak langsung dari persh
inovatif gede tersebut seperti yang diutarakan di email Pak Budi yang
endingnya Saya KarbitanHalo,Sepakat ? itu,misalnya tahu bagaimana
software architecture di large scale environment,software
discipline,project management,komponen dan tools2 yang dipakai dalam
coding  [ ayo...sudah ada yang pakai coverity belum ?] dan third-party
tools untuk data-modelling kondisi user environment sebelum produk
dilempar kepasar.

Lha kalau di perusahaan kecil,memang ini tidak bisa dibuat.

Kalau berminat dan industrinya tidak ada atau belum ada,ya Bersatulah
untuk meng-EXPORTKAN diri ke luar dan jadi bagian dari persh inovatif
nomor satu.Ikuti jejak uncle Vinod Khosla yang keluar dari India tahun
1980an.


Carlos



[teknologia] Re: Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-21 Terurut Topik Muhamad Carlos Patriawan


 Oh really? banyak juga. ada hasilnya gak? Di US business banyak di
 mulai dari riset di kampus.  rektor stanford bikin MIPS. Rektor kita
 jadi menristek.


Gak usah jauh-jauh,contohnya startup saya yg sekarang juga datang dari
ide foundernya  ex-Stanford  yang riset DNA Pattern Algorithm.Dari
hasil penemuan algoritmanya,dia diskusi dengan abangnya orang Intel
apakah bisa pattern recognizing di biotech field ini di-apply ke
networking data pattern.

http://archives.cnn.com/2001/TECH/internet/09/05/dna.wan.research.idg/index.html

Hasilnya setelah lima tahun,jadi bisnis besar,ini satu contoh aja ya
kalau environment,ide dan sistem bisa berkembang dan jadi kenyataan.Oh
ya,mereka bukan orang Amerika..lagi-lagi India.


Carlos



[teknologia] Re: Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-21 Terurut Topik Ariya Hidayat

 Banyak hal yang bisa dipelajari secara tidak langsung dari persh
 inovatif gede tersebut seperti yang diutarakan di email Pak Budi yang
 endingnya Saya KarbitanHalo,Sepakat ? itu,misalnya tahu bagaimana
 software architecture di large scale environment,software
 discipline,project management,komponen dan tools2 yang dipakai dalam
 coding  [ ayo...sudah ada yang pakai coverity belum ?] dan third-party
 tools untuk data-modelling kondisi user environment sebelum produk
 dilempar kepasar.

Barangkali perlu ada buku yang mengupas soalan-soalan seperti ini.
Bisa dibuat model kompilasi essay seperti The Best Software Writing's
si Joel itu. Dicocokkan ke atmosfir kemahasiwaan di Indonesia supaya
pembahasannya nyambung.

Tapi, kalau mau bikin jurnal bareng-bareng aja sulit, apalagi nulis buku.. :-)

BTW, yang nggak mau beli Coverity atau tool semacamnya, bisa latihan
dengan Valgrind dulu. Yang penting kan paham konsepnya.

--
http://www.google.com/search?q=ariya+hidayatbtnI


[teknologia] Re: Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-21 Terurut Topik rofiq

On 11/21/05, Ariya Hidayat [EMAIL PROTECTED] wrote:

  Saya juga sependapat dengan ide ini dan lebih percaya dengan membangun
  komunitas software developer adalah hal yg penting. Saya tidak begitu
  iri melihat glamor GYM (google yahoo microsoft), tapi saya sangat
  ngiler kalo ngeliat gimana ramenya komunitas developer mereka mulai
  dari yg gede seperti OSCON (opensource conference) sampe yg kecil2
  dilokal area mereka masing2.

 IMHO yang dilihat mestinya bukan glamornya, tapi filosofi dan
 ide-idenya. Google itu kan hanya cap luarnya saja, isi dalamnya itu
 yang perlu dipelajari. Contoh yang saya suka dari Google adalah
 membiarkan 20% waktu kerja (artinya 1 hari dalam seminggu) digunakan
 untuk mengerjakan apa pun, sebebas mungkin. Mendukung proyek sampingan
 seperti ini membuat Google berhasil menelurkan produk seperti Google
 Mail, dsb.

Iya kalo yg saya ini juga setuju.
Maksud saya glamor itu bahasan spt saham, akuisisi, dll,


 Komunitas bisa dipancing juga dengan eksistensi perusahaan besar
 (tentu saja, cara membangun komunitas dengan membuat forum tidak
 salah, tetap harus dikerjakan dan tidak eksklusif dengan pancingan
 ini). Bayangkan bila seorang mahasiswa hidup di lingkungan yang penuh
 proyek sana-sini, dan kebetulan proyek itu misalnya menggunakan
 development tool X dengan bahasa pemrograman Z. Sulit bagi dia untuk
 memaksa dirinya misalnya tetapi mendalami C/C++ (ini contoh, bisa
 diganti your-favorite-language), bukan karena alasan yang aneh-aneh,
 tetapi karena kesempatan untuk ikut mengerjakan proyek itu bisa sangat
 menggiurkan.


komunitas yg dipancing dari perusahaan besar IMHO itu labil, kecuali
perush tsb bisa menunjukkan dedikasi penuhnya untuk benar2 membangun
user base bukan cuma menggunakan user2 tersebut untuk kepentingan
mereka.

Contoh kasusnya seperti DeveloperWorks IBM, ini mulai rame sejak IBM
mulai mengadopsi lisensi opensource dan lebih terbuka dengan banyak
memberi donasi proyek mereka ke Apache Foundation dan juga membuat
organisasi Eclipse.

Tapi perlu diingat juga kalo komunitas diatas lahir karena reaksi dari
komunitas opensource yg bergerak dari bottom-up, IBM sadar bahwa
bisnis service mereka juga sangat tergantung pada SDM orang2 tsb.
Kalau memang IBM merasa nggak ada untungnya dengan membentuk komunitas
yg terbuka, maka saya yakin mereka akan tetap lebih memilih mengunci
pasar mereka, well company is about profit after all.


[teknologia] Re: Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-20 Terurut Topik Muhamad Carlos Patriawan


 Berarti high-tech industry tidak identik dengan high cost,
 juga tidak identik dengan kota metropolitan spt. Jakarta,
 juga tidak identik dengan airport standard internasional,
 juga tidak identik dengan jalan2 layang.


Nah, points yang sangat bagus itulah Bang Ary.
Dulu saya juga mengira kalau hitech = bangunan mewah tapi tidak lagi.
Di Valley juga bangunan paling tinggi cuman tiga lantai.

It's 80% about Human Resources Quality.

 Berarti high-tech industry tidak identik dengan high cost,

High cost disini mungkin maksudnya adalah harga tanah per-meter-persegi
yang memang tinggi dimanapun industri hi-tech berkembang.Ini terjadi
karena buying power di lingkungan tanah tersebut tiba-tiba melonjak
sangat tinggi.

Harga land yang sangat tinggi di Silicon Valley juga terjadi di
Bangalore dalam waktu yang sangat cepat.Tapi ini terjadi karena daya
beli/buying power yang tiba-tiba naik sangat tinggi,karena
perusahaan-perushaan Amerika,Eropah,Jepang dan China itu bidding land
price in ANY prices.Yang penting Bangalore,kata mereka.

Menurut teman saya,harga tanah di Bangalore itu double dalam waktu 4
tahun.

Makanya,kalau industri IT di Bandung mulai dilirik investor
asing,Buruan dah beli tanah2 di Bandung/Cimahi ..hehehe. ;-)

 juga tidak identik dengan kota metropolitan spt. Jakarta,
 juga tidak identik dengan airport standard internasional,
 juga tidak identik dengan jalan2 layang.

Tahu tidak Kenapa Bangalore yang ternyata paling maju di bidang IT.
Ada Beberapa Hal berdasarkan diskusi saya selama ini dengan mereka.

1. Simply because InfoSys 
Infosys ini persh India yang paling maju dan pioneer dalam hal
outsourcing,jauh sebelum orang berbicara tentang outsourcing mereka
sudah ada dan established.
Waku pertama2 kali persh asing itu mencoba outsourcing model,ya
kebanyakan mereka lari ke InfoSys dan saingan2nya seperti HCL,Wipro yg
bermarkas di Bangalore.

2. Bangalore State(Karnataka),
memberikan banyak kemudahan bagi industri IT di luar yang ingin
membangun RD atau menanamkan modalnya di state Karnataka,dalam hal tax
dan import/export barang2 IT misalnya.

3. Bangalore berkembang bukan karena faktor pendidikan.
Ini sedikit mengagetkan tapi berdasarkan informasi yang saya
dapat,state Karnataka sebenarnya educationya gak bagus bagus amat.

Top university seperti IIT (yang diklaim Indians lebih susah maksudnya
dibandung ke Stanford) dan punya lokasi dimana2 itu lokasi paling
bagusnya justru berada di Kanpur dan Mumbay yang berada di
Central/North India.


Kesimpulan sedikit, **mungkin** untuk mengembangkan hi-tech sector
IT,kita harus punya satu perushaan lokal yang can get the job done in
any levels dan bisa menampung pekerja IT secara masive (bukan tipikal 1
s/d 100 pegawai) dan tentunya kemudahan2 bagi persh asing untuk buka
RD yang dibuat oleh pemerintah.


Mudah-mudahan waktu SBY datang ke Bangalore 1 bulan yang lalu,hal
seperti ini masuk kedalam pemikiran beliau.

Carlos



[teknologia] Re: Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-20 Terurut Topik Oskar Syahbana
On 11/20/05, Muhamad Carlos Patriawan [EMAIL PROTECTED] wrote:
Nah, points yang sangat bagus itulah Bang Ary.Dulu saya juga mengira kalau hitech = bangunan mewah tapi tidak lagi.
Di Valley juga bangunan paling tinggi cuman tiga lantai.It's 80% about Human Resources Quality.
Jangan lupa, Human Resource Quality tanpa koneksi internet yang baik
pun akan terbuang percuma. Contohnya India yang bisa men-sustain SDMnya
agar tetap berkarya di India (dan akhirnya jadi penyumbang devisa) dan
Indonesia yang walaupun SDMnya unggul, koneksi internetnya sucks (yang
berakibat orang - orangnya pada kabur keluar dan ga balik - balik lagi
hehehe). 
Harga land yang sangat tinggi di Silicon Valley juga terjadi diBangalore dalam waktu yang sangat 
cepat.Tapi ini terjadi karena dayabeli/buying power yang tiba-tiba naik sangat tinggi,karenaperusahaan-perushaan Amerika,Eropah,Jepang dan China itu bidding landprice in ANY prices.Yang penting Bangalore,kata mereka.

Bagaimana dengan Bombai? Di Fortune beberapa edisi lalu, Bombay (Mumbay) juga merupakan tujuan perusahaan - perusahaan asing.
Menurut teman saya,harga tanah di Bangalore itu double dalam waktu 4tahun.
Makanya,kalau industri IT di Bandung mulai dilirik investorasing,Buruan dah beli tanah2 di Bandung/Cimahi ..hehehe. ;-)
The question is when? BHTV itu kalau tidak salah sudah dicanangkan
sejak lama deh tapi realisasinya masih belum (karena you-know-what)
-Kesimpulan sedikit, **mungkin** untuk mengembangkan hi-tech sectorIT,kita harus punya satu perushaan lokal yang can get the job done in
any levels dan bisa menampung pekerja IT secara masive (bukan tipikal 1s/d 100 pegawai) dan tentunya kemudahan2 bagi persh asing untuk bukaRD yang dibuat oleh pemerintah.
Jadi curious... ada yang punya copy tax regulations Indonesia yang terbaru (yang masih jadi RUU kalo ga salah)? 
Mudah-mudahan waktu SBY datang ke Bangalore 1 bulan yang lalu,halseperti ini masuk kedalam pemikiran beliau.

Loh bukannya beliau masih tetap ngotot menjadikan Bill Gates dan
Microsoftnya sebagai IT partner Indonesia? Kalau memang punya pemikiran
seperti itu, seharusnya beliau (lebih tepatnya: penasihat -
penasihatnya) sadar kalau propietary software (setidaknya untuk kondisi
sekarang) bukanlah jawaban.
-- Oskar Syahbanahttp://www.permagnus.com/http://blog.permagnus.com/


[teknologia] Re: Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-20 Terurut Topik Muhamad Carlos Patriawan

  Nah, points yang sangat bagus itulah Bang Ary.
  Dulu saya juga mengira kalau hitech = bangunan mewah tapi tidak lagi.
  Di Valley juga bangunan paling tinggi cuman tiga lantai.
 
  It's 80% about Human Resources Quality.


 Jangan lupa, Human Resource Quality tanpa koneksi internet yang baik pun
 akan terbuang percuma. Contohnya India yang bisa men-sustain SDMnya agar

Kalau dari sisi end-user/retail,yang dibutuhkan sebenarnya Konektivitas
Broadband always-on yang murah.Harusnya bisa kayak di AS cuman cuman
Rp. 140.000 per-bulan untuk koneksi 384k.


 tetap berkarya di India (dan akhirnya jadi penyumbang devisa) dan Indonesia
 yang walaupun SDMnya unggul, koneksi internetnya sucks (yang berakibat orang
 - orangnya pada kabur keluar dan ga balik - balik lagi hehehe).

Percaya deh sama saya.
Kalaupun ada orang Indonesia yang keluar dan berkarya di IT,secara
statistik
jumlahnya masih sangat-sangat sedikit,jadi jangan terlalu banyak
expektasi dengan mereka,karena memang sedikit,ada sich yang super
sukses seperti Pak Pantas tapi itu masih bisa dhitung dengan jari.

Yang orang Indonesia IT **dimanapun* harus lakukan seharusnya adalah
menjadi *agent of change* di komunitinya masing2
daripada nunggu perubahan topdown (dari gov.).



  Harga land yang sangat tinggi di Silicon Valley juga terjadi di
  Bangalore dalam waktu yang sangat cepat.Tapi ini terjadi karena daya
  beli/buying power yang tiba-tiba naik sangat tinggi,karena
  perusahaan-perushaan Amerika,Eropah,Jepang dan China itu bidding land
  price in ANY prices.Yang penting Bangalore,kata mereka.


 Bagaimana dengan Bombai? Di Fortune beberapa edisi lalu, Bombay (Mumbay)
 juga merupakan tujuan perusahaan - perusahaan asing.

Bombay dan Hyderabad pelan2 kali ya.lagian kalau ada industri
IT di Mombay,mungkin industri untuk support Shahruk Khan(Bolywod)
seperti animasi grafis (persh2 seperti Pixar?)...hehehe


 Menurut teman saya,harga tanah di Bangalore itu double dalam waktu 4
  tahun.
 
  Makanya,kalau industri IT di Bandung mulai dilirik investor
  asing,Buruan dah beli tanah2 di Bandung/Cimahi ..hehehe. ;-)


 The question is when? BHTV itu kalau tidak salah sudah dicanangkan sejak
 lama deh tapi realisasinya masih belum (karena you-know-what)


Kalau anda lihat ceritanya India,memang benar ekonominya baru dibuka
pada 1991 oleh Manmohan Singh (PM yang sekarang), tapi jauh sebelum
itupun,sudah banyak orang India IT yang punya mega-success story dan
berkiprah di dunia global. Kalau saya gak salah,Vinod Khosla bikin Sun
di mid 80-kan. Persh Infosys juga berdiri pada 1980an.Sudah ada ribuan
Indians yang berkiprah di dunia IT jauh sebelum 1991 (Note: Di Silicon
Valley,banyak Indian developer yang umurnya dari 20 sampai 50an).

Jadi sewaktu Mammohan Singh membuka pintu ekonominya,itu hanya
membuka gerbang dari sisi regulasi menuju free-trade dan
enterpreneurship saja (yang sebelumnya lebih dikontrol government),tapi
sebelumnyapun SDM mereka (secara massive quantity dan quality) sudah
sangat siap.


Kenapa individu-individu India bisa maju ? Simple: Keinginan mereka
sangat keras untuk mengentaskan kemiskinan di keluarganya masing-masing
sehingga mereka Kerja Keras extra-hard dan mempunyai motivasi sangat
tinggi.Jadi memang dari individunya masing2 mereka mau maju.dan
yang namanya mau maju,gak perlu pen-canangan ... hehehe :)


 Loh bukannya beliau masih tetap ngotot menjadikan Bill Gates dan
 Microsoftnya sebagai IT partner Indonesia? Kalau memang punya pemikiran
 seperti itu, seharusnya beliau (lebih tepatnya: penasihat - penasihatnya)
 sadar kalau propietary software (setidaknya untuk kondisi sekarang) bukanlah
 jawaban.

Hahaha...sabar-sabar
(NOEE: by the way,thread ini sudah bagus jalannya jadi buat yang
belum tahu bisa tahu kenapa India maju,tapi tolong jangan kemudian
dibelokan ke flame open source vs microsoft yach)

Begini deh saya beri jawaban.
Kalau anda survey di programer2 di Bangalore dan Valley,mungkin
jawabanya kurang lebih seperti ini:

1. Apa anda bisa menggunakan open-source code (BSD/Linux) sehari2 ?
80 persen mengatakan Ya
2. Apakah anda mengerti source code di open-source?
50 persen mengatakan Ya
3. Apa anda ikut terlibat dalam open-source code (BSD/Linux) ?
mungkin 10-20 persen mengatakan Ya
4. Apakah anda hidup dan cari makan sehari-hari dari open-source code ?
Mungkin kurang dari 5% yang tunjuk tangan.

Jadi open-source bagus untuk digunakan sebagai tools sehari2
(dan hukumnya wajib untuk mempelajari itu) ,tapi jangan open-source
dijadikan sebagai tujuan dan ketergantungan untuk cari makan.

Kembali ke masalah SBY,hal-hal seperti Microsoft RD ndak masalah,toh
pada kenyataanya,developer2 yang bekerja diatas platform MS dan
aplikasi diatasnya masih majoritas,sangat-sangat banyak jumlahnya dan
mempunyai kontribusi besar dalam hal devisa untuk negara.


Carlos



[teknologia] Re: Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-20 Terurut Topik Budi Rahardjo

On 11/20/05, Oskar Syahbana [EMAIL PROTECTED] wrote:

  Jangan lupa, Human Resource Quality tanpa koneksi internet yang baik pun
 akan terbuang percuma. Contohnya India yang bisa men-sustain SDMnya agar
 tetap berkarya di India (dan akhirnya jadi penyumbang devisa) dan Indonesia
 yang walaupun SDMnya unggul, koneksi internetnya sucks (yang berakibat orang
 - orangnya pada kabur keluar dan ga balik - balik lagi hehehe).

Ah yang bener ... Sudah pernah nyoba infrastrukturnya India?
Saya sudah. Ternyata nggak hebat-hebat amat. Bahkan cenderung lebih
buruk daripada di Indonesia.
Sudah nyoba infrastrukturnya Silicon Valley? Sama saja.
Nggak hebat-hebat amat.
[Beberapa minggu lalu, juga nyoba internetnya Singapore. Biasa saja.]

Di Indonesia ini kita sering mengeluh dan menggunakan resources tidak
semestinya. Akses Internet di Indonesia ini juga kenceng2 kok.
Buktinya rekan-rekan kita hobbynya download film2. he he he.
[No need to name names. ha ha ha. Soalnya saya kecipratan hasilnya.]


  The question is when? BHTV itu kalau tidak salah sudah dicanangkan sejak
 lama deh tapi realisasinya masih belum (karena you-know-what)

No, I don't know you-know-what?
Kalau ada yang tahu jawabannya, tolong diberitahu.

[ps: diskusi semacam ini, dan membuat link dengan orang2 di LN
seperti Carlos ini, merupakan salah satu aktivitas yang bisa diklaim
sebagai aktivitas BHTV lho.]


  Mudah-mudahan waktu SBY datang ke Bangalore 1 bulan yang lalu,hal
  seperti ini masuk kedalam pemikiran beliau.

  Loh bukannya beliau masih tetap ngotot menjadikan Bill Gates dan
 Microsoftnya sebagai IT partner Indonesia? Kalau memang punya pemikiran
 seperti itu, seharusnya beliau (lebih tepatnya: penasihat - penasihatnya)
 sadar kalau propietary software (setidaknya untuk kondisi sekarang) bukanlah
 jawaban.

He he he ... lantas para software developer itu cari makan dimana ya? ;-)

Kalau saya, karena bukan software developer, build services on top
open source / free software. Jadi memang untuk jenis layanan / bisnis
seperti yang saya tekuni, free / open source software sangat mendukung.
Jadi jelas saya pro open source / free software movement.
Namun, saya kebayang kalau *semua* software itu dibuat non-proprietary,
para developer makan apa ya? he he he. Siapa yang menggaji mereka?
Google?
(Itulah sebabnya saya jadi mikir2 ingin melamar jadi country managernya
Google di Indonesia supaya bisa bayarin programmer/tukang utak atik
di Indonesia untuk ngoprek open source.)

Saya perhatikan (tidak punya data yang sahih), para software developer
di Indonesia kebanyakan buat aplikasi kecil2 (seperti accounting, dll.)
yang sifatnya *PROPRIETARY*. Kayaknya sih cukup untuk makan
mereka sehari-hari, tetapi tidak/belum menjadi industri.


-- budi


[teknologia] Re: Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-20 Terurut Topik didik achmadi
On 11/21/05, Budi Rahardjo [EMAIL PROTECTED] wrote:
He he he ... lantas para software developer itu cari makan dimana ya? ;-)Kalau saya, karena bukan software developer, build services on topopen source / free software. Jadi memang untuk jenis layanan / bisnis
seperti yang saya tekuni, free / open source software sangat mendukung.Jadi jelas saya pro open source / free software movement.Namun, saya kebayang kalau *semua* software itu dibuat non-proprietary,para developer makan apa ya? he he he. Siapa yang menggaji mereka?
Google?(Itulah sebabnya saya jadi mikir2 ingin melamar jadi country managernyaGoogle di Indonesia supaya bisa bayarin programmer/tukang utak atikdi Indonesia untuk ngoprek open source.)
ooo.. kenapa cuman mikir pak budi.. langsung apply aja deh. Tanggung lagi.
Saya perhatikan (tidak punya data yang sahih), para software developerdi Indonesia kebanyakan buat aplikasi kecil2 (seperti accounting, dll.)yang sifatnya *PROPRIETARY*. Kayaknya sih cukup untuk makanmereka sehari-hari, tetapi tidak/belum menjadi industri.
Opini ini mungkin terbentuk karena proses pengembangan industri perangkat lunak sungguh kurang mendapatkan iklim yang kondusif, terutama dalam hal pendanaan dan segala informasi yang sekiranya terkait. Saya pernah iseng2 menanyakan bagaimana support pihak banking untuk industri perangkat lunak yang masih muda. Mereka tidak menanyakan produk dan kemungkinan perkembangan perusahaan tersebut lebih lanjut, tapi langsung memberikan respon yang kurang positif. Mereka hanya mengatakan bahwa mereka belum memiliki produk yang mendukung usaha tersebut. Padahal bank tersebut terbilang salah satu bank dengan reputasi excellent di Indonesia, dan juga termasuk grup perbankan yang well established di dunia. 
Jadi waktu pertama kali denger oom carlos mengatakan bahwa dengan ide yang bagus yang didukung kemampuan dan kesungguhan untuk mewujudkan suatu sistem itu ternyata bisa dapat dukungan penuh di valley, saya jadi ngiri... 
-- Best RegardsDidik Achmadihttp://achmadi.blogsome.com


[teknologia] Re: Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-20 Terurut Topik Muhamad Carlos Patriawan

   The question is when? BHTV itu kalau tidak salah sudah dicanangkan sejak
  lama deh tapi realisasinya masih belum (karena you-know-what)

 No, I don't know you-know-what?
 Kalau ada yang tahu jawabannya, tolong diberitahu.

 [ps: diskusi semacam ini, dan membuat link dengan orang2 di LN
 seperti Carlos ini, merupakan salah satu aktivitas yang bisa diklaim
 sebagai aktivitas BHTV lho.]


Yang maunya sebagian kawan-kawan disini,begitu lulus langsung Cisco
Indonesia,Juniper Indonesia,Google Indonesia,Microsoft Indonesia,Intel
Indonesia dan Red Hat Indonesia recruit mereka langsung didepan kampus
untuk langsung terlibat RD-nya kayak di India .. hehe :-)

Tapi ya balik ke hal pertama itu dulu kawan-kawan,kita harus buktikan
dulu kalau kita  can get the job done.Kalau kualitas dan kredibilitas
India,cs kan memang sudah tidak dipertanyakan lagi melalui evolusi
berpuluh-puluh tahun.


Carlos



[teknologia] Re: Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-20 Terurut Topik Muhamad Carlos Patriawan

 (Itulah sebabnya saya jadi mikir2 ingin melamar jadi country managernya
 Google di Indonesia supaya bisa bayarin programmer/tukang utak atik
 di Indonesia untuk ngoprek open source.)

 Saya perhatikan (tidak punya data yang sahih), para software developer
 di Indonesia kebanyakan buat aplikasi kecil2 (seperti accounting, dll.)
 yang sifatnya *PROPRIETARY*. Kayaknya sih cukup untuk makan
 mereka sehari-hari, tetapi tidak/belum menjadi industri.


Go Ahead Pak Budi !
I understand *exactly* what you're saying.

Kalau Pak Budi bisa memberikan impact yang jauh lebih besar kepada
society melalui korporasi besar yang inovatif seperti Google,mengapa
tidak.

Paling entar keluarga komplain karena sering jalan2 ke luar negeri ..
hehhe :)

Terus terang sebenarnya dari dulu saya nunggu2 nich kapan pak Budi
cs(pak Armin dkk) bisa jadi BOD member atau Advisory board di persh2
inovatif biar bisa lebih efektif lagi men-direct arah industri IT :)

Thanks,

Carlos



[teknologia] Re: Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-20 Terurut Topik Pakcik

2005/11/21, Budi Rahardjo [EMAIL PROTECTED]:
 Saya perhatikan (tidak punya data yang sahih), para software developer
 di Indonesia kebanyakan buat aplikasi kecil2 (seperti accounting, dll.)
 yang sifatnya *PROPRIETARY*. Kayaknya sih cukup untuk makan
 mereka sehari-hari, tetapi tidak/belum menjadi industri.

ada perkumpulan (tempat tukar2 informasi) dari yang bikin SOFTWARE2
KECIL ini nggak? menurut gue, ini yang REAL di depan mata. kenapa ini
gak DIRAME kan? biar jadi industri. Kebanyakan yang bikin software2
kecil ini, ada sekarang, besok2 udah bubar.  Karna biasanya anak2 muda
yang baru lulus atau belum lulus kuliah yang bikin. Belum ada
pengalaman. Perlu di arahkan biar jangan mati.

Gue orang yang percaya sama URUTAN.  Bahwa itu harus dimulai dari
pengembangan manusianya.  Di Silicon valley dulu gak ada Google,
Microsoft, dan lain2 itu. Manusianya yang bikin itu. Dulu gak ada
infrastruktur bagus disana, manusianya yang bikin.

Jadi ini kritik saya buat BHTV. Mendatangkan Google, Microsoft dan
lain2 itu bukanlah prioritas. Gak perlu diharap2kan. Membangun
infrastruktur seperti di Cimahi juga bukan.  Mulainya harus dari Task
no. 1 membangun manusianya. Karna yang ada, yang REAL adalah yang
bikin software2 kecil, ya ini di rame kan.

ada data berapa jumlah developer di Indonesia gak pak Budi? Kalau ITB,
paling bisa menghasilkan 200 developer tiap tahun kan?? Dari situ
berapa orang yang capable? Bagi yang bilang software development
adalah fancy typing, pasti akan menjawab, semua developer Indonesia
itu capable.

Dulu baca berita, katanya pemerintah menyiapkan 300 hektar di cikarang
untuk microsoft research center. 300 hektar? mau ngapain? nanam
singkong?

Jadi kita hentikan lah mimpi di siang bolong beginian. Kalau kita mau
maju IT nya, ayo kita  rame kan apa yang REAL di depan mata kita. Gue
lebih senang kalau kita ekspos perusahaan2 kecil itu. Tunjukkan bahwa
kita berkualitas lewat perusahaan2 kecil itu. Kalau kita udah rame di
Indonesia, perusahaan2 raksasa itu akan datang dengan sendirinya.


--
Pakcik
Under Construction


[teknologia] Re: Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-20 Terurut Topik Budi Rahardjo

On 11/21/05, didik achmadi [EMAIL PROTECTED] wrote:

  (Itulah sebabnya saya jadi mikir2 ingin melamar jadi country managernya
  Google di Indonesia supaya bisa bayarin programmer/tukang utak atik
  di Indonesia untuk ngoprek open source.)

  ooo.. kenapa cuman mikir pak budi.. langsung apply aja deh.  Tanggung lagi.

Ada beberapa alasan mengapa saya tidak melamar ke Google
(or other big companies for that matter, eg: Microsoft,
IBM, Schlumberger, etc.)
Nanti akan saya tuliskan lengkapnya di blog.
Hal yang paling mengganjel: saya sudah punya komitmen di
perusahaan saya, ... kecuali perusahaan ini dibeli Google!
he he he. Then, I'll work for Google.


...
 Opini ini mungkin terbentuk karena proses pengembangan industri perangkat
 lunak sungguh kurang mendapatkan iklim yang kondusif, terutama dalam hal
 pendanaan dan segala informasi yang sekiranya terkait. Saya pernah iseng2
 menanyakan bagaimana support pihak banking untuk industri perangkat lunak
 yang masih muda.
...

Ini tidak betul.

1. Dahulu, saya sering (saya ulangi: SERING) kedatangan
   orang yang punya duit (baca: investor) yang mencari
   tempat untuk menanam modal.
   Hanya, mereka belum menemukan orang IT yang bisa diberi
   dana. Range dananya bervariasi antara Rp 500 juta sd
   Rp 10 milyar. (Waktu itu kebanyakan Rp 2 milyar, yang
   dalam pandangan saya *terlalu besar* untuk skala starup
   sehingga para founder yang kebanyakan mahasiswa malah
   tidak berani)

2. Dalam hal pendanaan untuk start-up, JAUHI BANK!
   Kalau saya lihat referensi, buku, sejarah, dan yang
   saya alami sendiri ... lebih baik pada tahap awal adalah
   dengan yang disebut angel investor, yaitu kawan, sodara,
   dll. dulu.
   Setalah itu masih banyak sumber finansial lain.
   Bank itu alternatif terakhir kalau sudah mentok dan
   benar2 mentok.
   Pendekatan dengan bank sangat beresiko untuk kita pribadi.
   Saya sangat tidak setuju kalau anda menggadaikan rumah
   (warisan) untuk start-up. Lebih baik share risk dengan
   orang lain, dengan imbalan kepemilikan di perusahaan.

Mudah2an manfaat.

-- budi


[teknologia] Re: Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-20 Terurut Topik Budi Rahardjo

On 11/21/05, Muhamad Carlos Patriawan [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Tapi ya balik ke hal pertama itu dulu kawan-kawan,kita harus buktikan
 dulu kalau kita  can get the job done.Kalau kualitas dan kredibilitas
 India,cs kan memang sudah tidak dipertanyakan lagi melalui evolusi
 berpuluh-puluh tahun.
...

Kelemahan dari kita (di Indonesia) adalah:
   project management
Saya kasih tanda kutip karena yang saya maksud bukan proyek
management yang academic dengan menggunakan software, atau
hal-hal yang textbook, akan tetapi ke sisi praktis.

Beberapa hari yang lalu saya membaca sebuah blog (lupa
URLnya, dapat link dari planet terasi), yang intinya
dia harus kejam kepada temannya karena dia harus
memastikan bahwa proyek harus selesai tepat waktu.

Itu dia! Memang dia harus *kejam* terhadap kawan.
Kalau kawan kita asyik main game, browsing internet,
baca milis (seperti ini, apalagi ikutan milis gajah,
he he he ... sorry for the cheap shot to all gajahers)
padahal pekerjaan belum selesai, maka dia harus bisa
mengatakan *stop doing whatever you're doing now,
and finish this job*.
Steve Jobs merupakan salah satu ikon yang terkenal dengan
kekasarannya. Kalau pekerjaan belum selesai, maaf ...
anda tidak bisa pulang berlebaran/natalan!

Techies di Indonesia banyak.
Orang yang bisa memanage project, ini yang tidak banyak!
India? Banyak!

Hal yang kedua yang kita lemah dibandingkan India adalah
proses. Mereka memiliki proses untuk memecah-mecah
pekerjaan menjadi beberapa bagian yang bisa dikerjakan
oleh unit2/individu yang terpisah.
This is not an easy task!
Itulah sebabnya mereka bisa mengerjakan proyek dalam
skala yang raksasa.


Tapi ... jangan kecil hati.
Saya baca cerita dari seorang entrepreneur yang membuka
usaha di China. Dia mengalami hal yang sama.
Mencari sumber finansial, mudah. Mencari pekerja, mudah.
Mencari manager yang bisa dipercaya ... SUSAH!
1. Bisa jadi managernya orang tua yang sudah terbiasa
   dengan budaya santai (kalau di kita, budaya PNS he he he)
2. Manager muda ... terlalu koboy, cavalier!
   Tiba-tiba malah pekerjaan kita disabotase dan diambil
   alih oleh dia sendiri. Terlalu beresiko.
Tapi ... katanya sekarang sudah mulai berubah dengan mulai
banyaknya anak muda China yang lulusan pendidikan barat.
Jadi, ada harapan di China dan ini terbukti.

Artinya buat kita ... ada harapan! China saja yang demikian
terpuruk bisa berubah, mosok kita nggak bisa.
Nah ... tinggal kita mau atau tidak?


-- budi


[teknologia] Re: Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-20 Terurut Topik didik achmadi
On 11/21/05, Budi Rahardjo [EMAIL PROTECTED] wrote:
On 11/21/05, didik achmadi [EMAIL PROTECTED] wrote:  (Itulah sebabnya saya jadi mikir2 ingin melamar jadi country managernya  Google di Indonesia supaya bisa bayarin programmer/tukang utak atik
  di Indonesia untuk ngoprek open source.)ooo.. kenapa cuman mikir pak budi.. langsung apply aja deh.Tanggung lagi.Ada beberapa alasan mengapa saya tidak melamar ke Google(or other big companies for that matter, eg: Microsoft,
IBM, Schlumberger, etc.)Nanti akan saya tuliskan lengkapnya di blog.Hal yang paling mengganjel: saya sudah punya komitmen diperusahaan saya, ... kecuali perusahaan ini dibeli Google!he he he. Then, I'll work for Google.
... Opini ini mungkin terbentuk karena proses pengembangan industri perangkat lunak sungguh kurang mendapatkan iklim yang kondusif, terutama dalam hal pendanaan dan segala informasi yang sekiranya terkait. Saya pernah iseng2
 menanyakan bagaimana support pihak banking untuk industri perangkat lunak yang masih mudaIni tidak betul.1. Dahulu, saya sering (saya ulangi: SERING) kedatangan orang yang punya duit (baca: investor) yang mencari
 tempat untuk menanam modal. Hanya, mereka belum menemukan orang IT yang bisa diberi dana. Range dananya bervariasi antara Rp 500 juta sd Rp 10 milyar. (Waktu itu kebanyakan Rp 2 milyar, yang dalam pandangan saya *terlalu besar* untuk skala starup
 sehingga para founder yang kebanyakan mahasiswa malah tidak berani)2. Dalam hal pendanaan untuk start-up, JAUHI BANK! Kalau saya lihat referensi, buku, sejarah, dan yang saya alami sendiri ... lebih baik pada tahap awal adalah
 dengan yang disebut angel investor, yaitu kawan, sodara, dll. dulu. Setalah itu masih banyak sumber finansial lain. Bank itu alternatif terakhir kalau sudah mentok dan benar2 mentok.
 Pendekatan dengan bank sangat beresiko untuk kita pribadi. Saya sangat tidak setuju kalau anda menggadaikan rumah (warisan) untuk start-up. Lebih baik share risk dengan orang lain, dengan imbalan kepemilikan di perusahaan.
Mudah2an manfaat.-- buditerima kasih banyak pak budi. ini sangat membantu dan menginspirasi.  :)sorry kalau posting ini dikategorikan dalam hal one liner
-- Best RegardsDidik Achmadihttp://achmadi.blogsome.com


[teknologia] Re: Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-20 Terurut Topik Muhamad Carlos Patriawan

 2. Dalam hal pendanaan untuk start-up, JAUHI BANK!
Kalau saya lihat referensi, buku, sejarah, dan yang
saya alami sendiri ... lebih baik pada tahap awal adalah
dengan yang disebut angel investor, yaitu kawan, sodara,
dll. dulu.
Setalah itu masih banyak sumber finansial lain.

Ini persis dengan diskusi yang kemaren2 ini saya hadiri dan ada VC dari
Foundation Capital (http://www.nusea.org/mixer).Kebetulan Foundation
Capital termasuk VC yang dulunya backup startup saya (sebelum dibeli).

Jadi memang menurutnya  untuk round 1 startup funding sebaiknya
menggunakan dana dari  Family  Friends connection.Ini targetnya
untuk bikin software/prototype awal.

Untuk kasus di Indonesia, Family  Friendsnya bisa temen2nya Pak Budi
tuch,udah di-sodorin VCnya siapa ... :)

Carlos



[teknologia] Re: Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-20 Terurut Topik Budi Rahardjo
On 11/21/05, Pakcik [EMAIL PROTECTED] wrote:
...
 ada perkumpulan (tempat tukar2 informasi) dari yang bikin SOFTWARE2
 KECIL ini nggak? menurut gue, ini yang REAL di depan mata. kenapa ini
 gak DIRAME kan? biar jadi industri.
...

Ada, tapi saya amati beda bentuknya dengan di LN.

Kalau di LN, orang2 yang seide dan sependeritaan ini
kadang2 ngumpul2 di kampus (sewa ruangan) dan diskusi.

[Sejarah] Dulu Homebrew computer club yang sering ngumpul
di Stanford merupakan tempat untuk orang2 ngoprek.
Dari sini muncul eksperimen dengan Altair dan ...
munculnya Apple computer.
Aura yang ada dalam pertemuan tersebut adalah:
- apa yang bisa saya perbuat
- show off; nih saya bisa ini, kamu mau?
  Am I a great guy (helping you)? he he he.
- cerita tentang pengalaman (baik *DAN* buruk)
Jadi ... semua mendapatkan manfaat

Kalau di Indonesia, ketika kita kumpul2  ...
kebanyakan yang datang *MINTA DISUAPI*.
Mereka datang kemudian bertanya, saya dapat apa?
Dalam pertemuan BHTV pun saya mendeteksi aura ini.
Kalau nggak dapet apa-apa (dalam jangka dekat),
ngapain saya ikutan ini.
Padahal dalam pertemuan seperti inilah timbulnya
ide, bisnis, sparks, etc.



 Kebanyakan yang bikin software2
 kecil ini, ada sekarang, besok2 udah bubar.  Karna biasanya anak2 muda
 yang baru lulus atau belum lulus kuliah yang bikin. Belum ada
 pengalaman. Perlu di arahkan biar jangan mati.

Setuju. Tapi ... harus sabar.


 Gue orang yang percaya sama URUTAN.  Bahwa itu harus dimulai dari
 pengembangan manusianya.  Di Silicon valley dulu gak ada Google,
 Microsoft, dan lain2 itu. Manusianya yang bikin itu. Dulu gak ada
 infrastruktur bagus disana, manusianya yang bikin.

Are you sure? he he he.
Contohnya manusianya yang dibikin dulu itu gimana?

Memang bedanya antara Silicon Valley dan tempat2 lain di dunia
adalah mereka fluid (pindah sana sini).
TIDAK HARUS mereka menciptakan orangnya sendiri.
Yang penting, orangnya ada.
Contohnya, yang dekat2 ini ... ya si Carlos ini.
he he he.
Dia kan bukan buatan/didikan Silicon Valley, akan tetapi
perusahaan di sana ambil dia juga. They don't really care
if you graduated from Stanford or Nigeria.
As long as you can get the job done, we'll hire you.


Saya bukan berniat untuk mengecilkan peranan pengembangan
SDM lho. Justru sebaliknya, salah satu kunci keberhasilan
sebuah daerah dengan industri teknologinya adalah adanya
mekanisme untuk melakukan pengembangan SDM.
Ini bisa lewat perguruan tinggi, training, research, dan
ambil dari tempat lain. Yang penting, ada SDM-nya.
(Itulah sebabnya saya tidak yakin Balicamp sukses karena
sulit menghasilkan SDM di sana. Of course, this is a
hindsight evaluation.)
Jadi saya lebih yakin *BANDUNG* is the place.
The ingredient (yaitu SDM generator) sudah ada!
Yang kurang, justru ketidak adaanya MNC!


 Jadi ini kritik saya buat BHTV. Mendatangkan Google, Microsoft dan
 lain2 itu bukanlah prioritas. Gak perlu diharap2kan.

Maaf, Anda salah untuk hal ini.
Justru ini yang tidak ada di Bandung.

Wired magazine berkali-kali memebuat evaluasi mengenai
tempat2 yang mau nyontek Silicon Valley di seluruh dunia.
(Ada banyak yang mau seperti ini, bukan hanya Bandung.)
Mereka membuat 4 kriteria:

•   the ability of area universities and research facilities  to train
skilled workers or develop new technologies;
•   the presence of established companies and multinationals to provide
expertise and economic stability;
•   the population's entrepreneurial drive to start new ventures;
•   the availability of venture capital to ensure that  the ideas make
it to market.


Kalau diperhatikan, salah satunya adalah:
the presence of established companies ...
Ini yang tidak ada di Bandung, yang membuat saya ngotot.

Mengapa ini penting?

Well, start-up (di bidang apa pun, termasuk IT, biotech,...)
memiliki resiko yang tinggi. Siapa yang sanggup meng-
absorb resiko yang tinggi ini? Ada dua:
- perusahaan besar tersebut
- pemerintah (dengan research grants)

Ceritanya begini.
Kalau misalnya saya buka start-up kemudian gagal,
kemana orang2 saya harus pergi? Sayang kalau orang2 ini
dilepaskan. Mereka bagus, tapi saya gak punya dana untuk
keep mereka. Caranya ...
saya titipkan di perusahaan besar tersebut.
Mereka bisa bekerja ke Google tersebut, sampai saya punya
ide lagi dan punya dana untuk memulai start-up lagi.
Orang2 tsb. saya tarik lagi dari Google :D
Cara lain adalah, orang2 ini saya titipkan di research
center yang mendapat dana (grant) dari Pemerintah untuk
meneliti sebuah hal tertentu.

Nah, di Silicon Valley keduanya ada. Ada perusahaan besar
yang bisa menjadi bemper kalau start-up kita pingsan!
Ada juga research grant dari DoD, dst.

Lihat saja, si Carlos. Perusahaan start-up dimana dia kerja
tutup. Dia bisa pindah ke tempat lain. Gak perlu pulang
ke Indonesia. Bagi Silicon Valley ini sebuah keuntungan
karena mereka tidak perlu memulangkan Carlos dan jika ada
sebuah ide baru lagi, mereka tinggal tarik Carlos.
Kepentingan adalah kepentingan bersama, bukan kepentingan
sebuah 

[teknologia] Re: Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-20 Terurut Topik Muhamad Carlos Patriawan

  Gue orang yang percaya sama URUTAN.  Bahwa itu harus dimulai dari
  pengembangan manusianya.  Di Silicon valley dulu gak ada Google,
  Microsoft, dan lain2 itu. Manusianya yang bikin itu. Dulu gak ada
  infrastruktur bagus disana, manusianya yang bikin.

 You're absolutely right pak cik,
 Saya juga sependapat dengan ide ini dan lebih percaya dengan membangun
 komunitas software developer adalah hal yg penting. Saya tidak begitu

Tapi kalau kelamaan nunggu URUTAN terutama dari faktor luar
mah sudah keburu tua dulu.BHTV ada atau tidak ada ; atau nunggu korupsi
yang baru bisa hilang 15 tahun seperti kata SBY mah kelamaan.Terus
selama itu mau ngapain ? typing wordstar ?

Untuk model situasi di Indonesia memang kita harus pakai metoda
inkonvensional dan needs to be little bit crazy.Kenapa ? Sederhana,
pemth kita secara finansial nyaris bangkrut akibat mismanajemen selama
30 tahun. Makanya langkah SBY untuk mengunjungi Redmond dan Bangalore
saja sudah sangat tepat.Plus ditambah orang-orang kayak Pak Budi/Armien
yang bisa drive dari belakang.

Kalau dari sisi praktisnya,persh inovasi kan Engineering groupnya
terdiri dari 40% software engineering,25% software QA,sisanya lagi
hardware engineer,TAC Engineer,Escalation Engineer,Technical
Writer,Project Manager. Nah untuk posisi2 mid-level SW
Engineering-level + QA dan TAC Engineer itu kita masih bisa bersaing
koq.Ini tiap hari kita mengalami kerugian karena posisi posisi itu
direbut sama India,Pakistan,China,Taiwan.padahal orang Indonesia
mampu (but don't know how).

Jadi gak perlu minder,kalau mau terjun langsung ke Valley setelah 2-3
tahun pengalaman kerja di persh lokal di Indonesia bukan hal yang
menakjubkan sebenarnya.

Kalau gua ceritain gimana ceritanya engineer2 India masukin istri-nya
ke persh di Silicon Valley,bakal kaget lhoemang pinter banget tuh
mereka memanfaatkan situasi.. :)

Carlos



[teknologia] Re: Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-20 Terurut Topik Pakcik

2005/11/21, Budi Rahardjo [EMAIL PROTECTED]:
 Kalau di Indonesia, ketika kita kumpul2  ...
 kebanyakan yang datang *MINTA DISUAPI*.
 Mereka datang kemudian bertanya, saya dapat apa?
 Dalam pertemuan BHTV pun saya mendeteksi aura ini.
 Kalau nggak dapet apa-apa (dalam jangka dekat),
 ngapain saya ikutan ini.
 Padahal dalam pertemuan seperti inilah timbulnya
 ide, bisnis, sparks, etc.

Jadi BHTV dibangun di atas orang2 ini?

  Gue orang yang percaya sama URUTAN.  Bahwa itu harus dimulai dari
  pengembangan manusianya.  Di Silicon valley dulu gak ada Google,
  Microsoft, dan lain2 itu. Manusianya yang bikin itu. Dulu gak ada
  infrastruktur bagus disana, manusianya yang bikin.

 Are you sure? he he he.
 Contohnya manusianya yang dibikin dulu itu gimana?

SDM yang gimana? bukannya pak Budi yang bilang bahwa Silicon Valley
itu culture? Dan Culture itu tentang manusia kan? Apa Silicon Valley
itu adalah tentang culture Big Company? So apa pentingnya mengharapkan
Big Company datang kalau Silicon valley itu bukan tentang Big Company.

Liat video lucu steve ballmer yang yang teriak2 developer ..
developer ..  ? Liat gimana steve jobs memuji developernya abis
setiap keynote? baca google gak, claim mereka punya the best human
resource? Heboh berita engineer dari sun banyak pindah ke Google.
Berapa orang Carlos (gue percaya Carlos good engineer :) ) bisa kita
dapet di Indonesia?  Kalau pak Budi bilang ada banyak, saya kira pak
Budi terlalu banyak bikin asumsi dibelakangnya. Atau berharap import
engineer dari luar negri?


  Kalau kita mau
  maju IT nya, ayo kita  rame kan apa yang REAL
  di depan mata kita.

 Kalau yang di depan mata adalah short term bikin
 accounting software semua, saya yakin bakalan tetap
 seperti itu seumur hidup. he he he.

why not? kalau kita punya the best accounting software on planet
kenapa tidak? Kalau itu yang kita bisa, kenapa bukan itu yang kita
lakukan? Itu yang realistis.

Pak Budi bikin product dong (atau jangan2 udah ada??), jangan
consulting aja. Biar kerasa susahnya cari SDM di Indonesia. Pengalaman
develope product bisa jadi masukan bagus untuk BHTV mungkin.

Anyway, saya tetap mendukung usaha pak Budi untuk bikin BHTV. Mimpi
itu bagus, tapi jangan mimpi terus, get real sekali2.

Keep fighting untuk BHTV nya.


--
Pakcik
Under Construction


[teknologia] Re: Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-19 Terurut Topik Muhamad Carlos Patriawan

Ary Setijadi Prihatmanto wrote:
 http://money.cnn.com/2005/06/21/pf/costliest_cities/

 CMIIW,
 Bang Carlos pernah cerita kalau standar gaji orang IT di Bangalore kira-kira
 1/3 Valley.

Untuk Senior Position betul 1/3 di US.
Ini metode penggajian yang dipakai Cisco,IBM,HP dan Google.

Btw,Pak Budi/Armien pernah presentasi dan ditulis standard salary di
Bangalore masih 5K/yr, wah udah gak up-to-date lagi itu euy.

 Padahal living cost di Bangalore termasuk yang rendah di dunia (141 dari
 144).

Kalau untuk makan saja sich,karena mereka biasanya veggie,10-20 rupee
saja sudah cukup atau kurang dari Rp. 5,000 (kalau gak salah 1 USD=44
rupees).Tapi untuk tanah per-sqm-nya setahu saya Bangalore bubble dan
sekarang sudah sangat tinggi.

Untuk apartemen lux(ukuran India) 3 BR sekitar 1000 USD/mo (yg biasa
dipakai expat).
Tapi kalau apartemen biasa2 saja 1-2 BR mungkin sekitar 200-500 USD/mo


 Wu makmur mereka..

Makanya banyak kelas menengah baru di Bangalore.


 kok bisa ya...high tech tapi low cost...
 Singapore 34, Jakarta urutan 71, Kuala Lumpur 117, Singapura, Bangkok 125,
 Manila 143

Banyak hal yang menarik mengamati
sosio-kultural-ekonomi-politik-teknologi di Bangalore.

Kalau ketersediaan infrastruktur sich masih jauh bagusan Jakarta euy
kemana-mana (kecuali ketersediaan broadband yg lebih bagus di
Bangalore).Listrik masih byar pet 2 hari sekali.Kalau hujan deras
langsung banjir(liat kan kemaren foto kantor Wipro yang kelelep).Jalan
macet melulu.Taksi gak ada,yang ada bajay tak berpintu.

Airportnya aja cuman punya satu terminal (lagi dibikin yang bagusan
dikit).
Waktu itu turun pesawat dari Bangkok ke Bangalore cukup shock
culture.Gua kira Bangalore yang diomong2kan orang diseluruh dunia keren
gitu loch,gak taunya .. ;)

Coba aja kalau ada kesempatan kesono,jalan paling besarnya namanya MG
Road,
ini kalo di Jakarta mirip2 Pasar Baru,ada yang jual
kain/saree,parmasi,toko buku,dealer Honda/Bajaj ..eh sebelahnya
kantor HP ama Juniper.Makanya mereka bangun satu kota satelit/IT lagi
dioutskirt Bangalore yang dekat dengan pusatnya InfoSys.Kalau di
Jakarta mirip2 BSD dan dikhusukan untuk industri IT.

Carlos



[teknologia] Re: Bangalore, one of the least expensive cities

2005-11-19 Terurut Topik Ary Setijadi Prihatmanto


- Original Message - 
From: Muhamad Carlos Patriawan [EMAIL PROTECTED]
To: teknologia teknologia@googlegroups.com
Sent: Sunday, November 20, 2005 2:22 AM
Subject: [teknologia] Re: Bangalore, one of the least expensive cities


 
(deleted)
 Banyak hal yang menarik mengamati
 sosio-kultural-ekonomi-politik-teknologi di Bangalore.
 
 Kalau ketersediaan infrastruktur sich masih jauh bagusan Jakarta euy
 kemana-mana (kecuali ketersediaan broadband yg lebih bagus di
 Bangalore).Listrik masih byar pet 2 hari sekali.Kalau hujan deras
 langsung banjir(liat kan kemaren foto kantor Wipro yang kelelep).Jalan
 macet melulu.Taksi gak ada,yang ada bajay tak berpintu.
 
 Airportnya aja cuman punya satu terminal (lagi dibikin yang bagusan
 dikit).
 Waktu itu turun pesawat dari Bangkok ke Bangalore cukup shock
 culture.Gua kira Bangalore yang diomong2kan orang diseluruh dunia keren
 gitu loch,gak taunya .. ;)
 
 Coba aja kalau ada kesempatan kesono,jalan paling besarnya namanya MG
 Road,
 ini kalo di Jakarta mirip2 Pasar Baru,ada yang jual
 kain/saree,parmasi,toko buku,dealer Honda/Bajaj ..eh sebelahnya
 kantor HP ama Juniper.Makanya mereka bangun satu kota satelit/IT lagi
 dioutskirt Bangalore yang dekat dengan pusatnya InfoSys.Kalau di
 Jakarta mirip2 BSD dan dikhusukan untuk industri IT.
 

Berarti high-tech industry tidak identik dengan high cost, 
juga tidak identik dengan kota metropolitan spt. Jakarta,
juga tidak identik dengan airport standard internasional,
juga tidak identik dengan jalan2 layang.

hmenarik

Salam
Ary