[teknologia] Version control

2005-12-29 Terurut Topik Ariya Hidayat

Buat rekans yang berkecimpung di dunia pengembangan software, saya
ingin tahu aplikasi apa saja yang populer digunakan sebagai version
control?
Beberapa pilihan:
- CVS
- Subversion
- SourceSafe
- RCS
- SCCS
- Perforce
- Sourcegear
- FreeVCS

Kalau memang tidak menggunakan program khusus untuk version control
(misalnya hanya manual backup + package), apa saja alasannya?
- Tidak familiar
- Tidak perlu
- Program tsb terlalu rumit

Terima kasih.


--
http://ariya.blogspot.com


[teknologia] Re: Genetika Buah-buahan dan Patent Re: Stem Cell Research di Indonesia ?

2005-12-29 Terurut Topik Muhamad Carlos Patriawan

Harry Sufehmi wrote:
 On 12/29/2005 at 5:21 AM Budi Rahardjo wrote:
 orang india membutuhkan waktu yang lama (tahunan) untuk membatalkan
 paten obat-obatan yang basisnya dari kunyit. mungkin karena orang
 amerika (maksudnya patent officernya) gak ngeh,

 Bukan mungkin, tapi memang iya begitu  :-)

 Makanya sejak beberapa waktu yang lalu pada ribut soal patent reform, agar 
 sistem paten Amerika yang sangat mudah utk di abuse bisa jadi lebih berpihak 
 kepada rakyat kecil.


Bikin lebih kompleks lagi yuk,bukan hanya di AS tapi juga di negara
lain seperti Jepang dan nantinya patent di malaysia,pilipina,etc karena
mereka mempunyai peraturan yang beragam.

Dilihat berdasarkan laporan dari URL diatas
http://www.grain.org/briefings_files/tk-asia-2002-en.pdf yang dibuat
oleh NGO di India,dalam kasus persh kosmetika Jepang Shiseido yang
nyaris mempatenkan tradisional jamu Indonesia sebelum digagalkan oleh
NGO/LSM kelihatan kompleksitas permasalahanya.

Masalah lain lagi,saya baca di The Economist ternyata India yang
mempunyai kemampuan dan industri RD biotek  mengalami kesulitan begitu
pada tahap komersialiasi produknya karena hasil penemuannya bisa
dibajak orang lain karena UU-nya tidak strict,jadi mereka cuman bisa
jual ke LN.

Kalau diamati lebih dalam,masalahnya bukan saja terletak pada peraturan
negara tertentu; tapi pada wawasan,kemampuan(mengembangkan riset bio*)
dan awareness sebuah negara terhadap bio* resources dan traditional
knowledge.


Carlos



[teknologia] Re: Genetika Buah-buahan dan Patent Re: Stem Cell Research di Indonesia ?

2005-12-29 Terurut Topik Budi Rahardjo

On 12/29/05, Muhamad Carlos Patriawan [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Bikin lebih kompleks lagi yuk,bukan hanya di AS tapi juga di negara
 lain seperti Jepang dan nantinya patent di malaysia,pilipina,etc karena
 mereka mempunyai peraturan yang beragam.

Sekarang saya mau sederhanakan ;-) ha ha ha.

Dengan adanya TRIPs dan WTO maka nantinya paten akan berlakuk
global. Jadi paten di Amerika akan dikenal di Indonesia dan
sebaliknya. Nah lho.


-- budi


[teknologia] Re: 8 habits of highly ineffective IT people

2005-12-29 Terurut Topik Oskar Syahbana
On 12/29/05, Monang Setyawan [EMAIL PROTECTED] wrote:
Sambungan dari thread sebelah nih (tentang lifecycle orang IT). Sayacuma iseng aja mengamati waktu rekan-rekan posting mail, koksepertinya waktunya pas jam-jam kerja ya (atau jangan2 semua membermilis ini selain saya megang posisi manajerial atau part timer?). Kali
aja ada yang mau kasih saran, bagaimana pemanfaatan waktu yang efektifuntuk pekerja IT (terutama developer).Let's see... saya biasanya posting sehabis maghrib sampe pagi kok :D. Dan berhubung saya belum ngantor (means: belum kerja), artinya posting siang - siang juga tidak akan mengganggu ataupun merugikan siapa - siapa hehehe.
-- Oskar Syahbanahttp://www.permagnus.com/http://blog.permagnus.com/


[teknologia] Re: Version control

2005-12-29 Terurut Topik Ronny Haryanto
On Thu, Dec 29, 2005 at 12:07:35PM +0100, Ariya Hidayat wrote:
 Buat rekans yang berkecimpung di dunia pengembangan software, saya
 ingin tahu aplikasi apa saja yang populer digunakan sebagai version
 control?
 Beberapa pilihan:
 - CVS
 - Subversion
 - SourceSafe
 - RCS
 - SCCS
 - Perforce
 - Sourcegear
 - FreeVCS

Udah lama pake CVS. Skrg mulai pake Subversion utk yg baru2.

Bukan cuma buat kerja, tapi buat sekolah dan pribadi juga saya pake
version control sebisa mungkin. Dari assignments, paper, project,
sampe ke blog, planet terasi, semua masuk CVS. Dan semua CVS
repositorynya dibackup secara rutin ke DVD+RW biar aman.
Dengan begitu saya lebih tenang.

Untuk kerjaan juga rasanya gila kalo gak pake version control. Apalagi
kalo dikerjakan banyak org secara bersamaan. Dikerjain sendiri aja
gila kalo gak pake version control.

Alasan pake CVS karena pertama kenalnya itu, udah terlanjur tau. Skrg
setelah agak lama pake baru mulai berasa sedikit2 kekurangan2nya,
nothing major, cuma annoyances aja so far (kayak renaming files,
moving files, handling binary, gitu2). Jadi akhirnya mulai pake
Subversion skrg.

 Kalau memang tidak menggunakan program khusus untuk version control
 (misalnya hanya manual backup + package), apa saja alasannya?
 - Tidak familiar
 - Tidak perlu
 - Program tsb terlalu rumit

Memang perlu sedikit invest waktu dan effort utk belajar pake version
control. Tapi menurut saya well worth it banget. Kalo sudah pake dan
merasakan baru bisa menghargai.

Version control tidak terbatas di software development aja. Bisa
dipake juga utk publishing (apalagi yg collaboration), system
administration (config files, apalagi kalo adminnya lebih dr 1),
bahkan ada yg home directorynya masuk ke CVS repository, ini menurut
saya rada extreme.

Sekedar nambahin aja, version control system (atau kadang disebut SCM,
istilah marketingnya buat version control: software configuration
management) lainnya yg pernah saya denger: git, bitkeeper, darcs, gnu
arch, svk. Pernah terpaksa nyoba gnu arch utk ambil source Planet yg
latest, sampe skrg masih dipake buat planet terasi. Lainnya lagi ada
di: http://linuxmafia.com/faq/Apps/scm.html

Ronny


pgp4oBjOobOgD.pgp
Description: PGP signature


[teknologia] Re: Version control

2005-12-29 Terurut Topik Ronny Haryanto
On Thu, Dec 29, 2005 at 07:32:55PM +0700, Samuel Franklyn wrote:
 Team .NET konsep.net menggunakan Subversion
 akan tetapi kurang berhasil.

Kira2 kenapa? Apakah kalo pake CVS akan lebih berhasil?

Ronny


pgpQzfH2GbfYt.pgp
Description: PGP signature


[teknologia] Re: Version control

2005-12-29 Terurut Topik Samuel Franklyn


Ronny Haryanto wrote:

On Thu, Dec 29, 2005 at 07:32:55PM +0700, Samuel Franklyn wrote:


Team .NET konsep.net menggunakan Subversion
akan tetapi kurang berhasil.



Kira2 kenapa? Apakah kalo pake CVS akan lebih berhasil?

Ronny


Belum tentu juga. Mungkin karena environment MS
yang agak terlalu memanjakan pemakai.
Tapi dari pengamatan saya sih belum terbiasa
pakai jadi mengalami kesalahan pemakaian
beberapa kali terus akhirnya malas pakai.
Kalau pakai CVS pasti sama saja masalahnya.
Kelihatannya sih bukan masalah teknis
tapi masalah orang.


[teknologia] Re: Version control

2005-12-29 Terurut Topik Ronny Haryanto
On Thu, Dec 29, 2005 at 08:02:11PM +0700, Samuel Franklyn wrote:
 Ronny Haryanto wrote:
 On Thu, Dec 29, 2005 at 07:32:55PM +0700, Samuel Franklyn wrote:
 
 Team .NET konsep.net menggunakan Subversion
 akan tetapi kurang berhasil.
 
 Kira2 kenapa? Apakah kalo pake CVS akan lebih berhasil?
 
 Belum tentu juga. Mungkin karena environment MS
 yang agak terlalu memanjakan pemakai.
 Tapi dari pengamatan saya sih belum terbiasa
 pakai jadi mengalami kesalahan pemakaian
 beberapa kali terus akhirnya malas pakai.
 Kalau pakai CVS pasti sama saja masalahnya.
 Kelihatannya sih bukan masalah teknis
 tapi masalah orang.

I see. Saya juga menemukan hal yg mirip di dev team saya yg pake CVS.
Mereka baru pertama pake CVS, jadi wajar kalo sering salah2. Tapi
masalahnya saya merasa sepertinya mereka kurang berinisiatif untuk
mempelajarinya walaupun sering saya kasih referensi. Walaupun gak bisa
menyalahkan mereka sepenuhnya juga, dikejar deadline, kerjaan numpuk,
dsb. Akhirnya ya sama2 banyak kompromi, yg penting kerjaan beres. Skrg
udah mulai lumayan pake CVS nya, jarang masalah, sepertinya memang
butuh waktu agak lama aja utk penyesuaian/belajarnya. Kayaknya relatif
juga sih, tergantung org/lingkungannya.

Ronny


pgpmJx38scdoY.pgp
Description: PGP signature


[teknologia] Re: 8 habits of highly ineffective IT people

2005-12-29 Terurut Topik Zaki Akhmad


Oskar Syahbana wrote:
 Let's see... saya biasanya posting sehabis maghrib sampe pagi kok :D. Dan
 berhubung saya belum ngantor (means: belum kerja), artinya posting siang -
 siang juga tidak akan mengganggu ataupun merugikan siapa - siapa hehehe.

 --
 Oskar Syahbana
 http://www.permagnus.com/
 http://blog.permagnus.com/

Saya mah prinsipnya, yang penting membuka ruang kreatif aja. Terserah
mau model kerja-nya mau yang kayak gimana. Saya ngasih saran boleh?
Coba baca buku High Tech High Touch -nya Naisbitt.



[teknologia] Re: Silicon Valley VC ikut berglobalisasi ke Asia .....dan Ukrainia !

2005-12-29 Terurut Topik Oskar Syahbana
On 12/28/05, Muhamad Carlos Patriawan [EMAIL PROTECTED] wrote:
Ada yang menarik dari perkembangan Silicon Valley VC,mereka mulaimerambah peluang hitek enterpreneurship di luar AS(baca: ASIA).Kabarsangat bagus sebenarnya buat mereka yang ingin develop world classproduct/startup di luar AS dengan maturity dan knowledge yg dimiliki SV
VC ( seperti Web 2.0nya Bang Enda barangkali).Thanks atas info-nya Bang Carlos :-). Kalau boleh tau secara spesifik, VC apa saja sih yang sedang merambah ke Asia? Bagaimana dengan Indonesia (VC yang menargetkan negara ini maksudnya)?
-- Oskar Syahbanahttp://www.permagnus.com/http://blog.permagnus.com/


[teknologia] Re: Silicon Valley VC ikut berglobalisasi ke Asia .....dan Ukrainia !

2005-12-29 Terurut Topik Muhamad Carlos Patriawan

Oskar Syahbana wrote:
 On 12/28/05, Muhamad Carlos Patriawan [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
 
  Ada yang menarik dari perkembangan Silicon Valley VC,mereka mulai
  merambah peluang hitek enterpreneurship di luar AS(baca: ASIA).Kabar
  sangat bagus sebenarnya buat mereka yang ingin develop world class
  product/startup di luar AS dengan maturity dan knowledge yg dimiliki SV
  VC ( seperti Web 2.0nya Bang Enda barangkali).


 Thanks atas info-nya Bang Carlos :-). Kalau boleh tau secara spesifik, VC
 apa saja sih yang sedang merambah ke Asia?

Di artikelnya secara explisit sudah ditulis kan:

-Draper Fisher http://www.dfj.com/ dan http://www.dfjeplanet.com/
(vc tier 1,sudah denger lama,ini yang backup hotmail,skype dan Baidu.
Yang awesome: #1 ada kantornya di spore ternyata. #2 ternyata backing
up  paypal dan friendster ala China. #3 merambah ke ukurainia,sampai
ngejar2 presidennya,ini baru vc cool. he he he )

-New Enterprise Associates  www.nea.com

-Mayfield http://www.mayfield.com/
(VC  ini termasuk yg backing up startup tempat saya bekerja skrg--waktu
masih startup)

Bagaimana dengan Indonesia (VC
 yang menargetkan negara ini maksudnya)?

Wah mana saya tahu :-) yang pasti untuk kontak VCs tersebut jangan
ragu2, manfaatkan VC yang punya expertise building skype dan punya
kantor di singapura.
Make sure you have reasonable business plans.

Satu contoh saja,satu temen sma saya yang software engineer di Eropah
sudah develop produk  , sendirian dan sudah 'making money' ,terus dari
diskusi dan thinkingnya dia,untuk develop menjadi sesuatu yang jauh
lebih besar dan
**managed risk** makanya kemudian menghubungi VC Local (keyword managed
risk ini pernah di-ingatkan Pak Budi agar ketika mendevelop
produk,jangan 100% pakai uang sendiri atau uang bank,tapi pakai dana
dari angel investor dan sebaiknya VC).


Carlos



[teknologia] Re: Version control

2005-12-29 Terurut Topik Ariya Hidayat

 Belum tentu juga. Mungkin karena environment MS
 yang agak terlalu memanjakan pemakai.

Yang ini menarik. Apa saja fitur yang memanjakan tersebut sehingga
orang menjadi segan menggunakan version control? Ataukah langsung
tersambung ke SourceSafe (yang sebenarnya version control juga) ?


--
http://ariya.blogspot.com


[teknologia] Re: Version control

2005-12-29 Terurut Topik Ariya Hidayat

 Memang perlu sedikit invest waktu dan effort utk belajar pake version
 control. Tapi menurut saya well worth it banget. Kalo sudah pake dan
 merasakan baru bisa menghargai.

Yang ini sebenarnya bisa dibuat mudah. Problem yang saya lihat adalah
bahwa panduan CVS atau Subversion itu cukup menakutkan karena
kelengkapannya. Mungkin yang kita perlukan adalah CVS for dummies
:-) Yang saya bayangkan - mungkin saja salah total - tidak semua mesti
memanfaatkan fitur-fitur CVS/Subversion, jadi modal beberapa perintah
yang bisa dihitung jadi saja sudah cukup untuk sebagian besar kasus.
Untuk branching dsb, tinggal serahkan ke bagian Release Group yang
sudah disebutkan Om Carlos.


--
Ariya Hidayat, http://ariya.blogspot.com
http://www.google.com/search?q=ariya+hidayatbtnI


[teknologia] Re: Genetika Buah-buahan dan Patent Re: Stem Cell Research di Indonesia ?

2005-12-29 Terurut Topik adi

On Thu, Dec 29, 2005 at 06:56:58PM +0700, Budi Rahardjo wrote:
 Dengan adanya TRIPs dan WTO maka nantinya paten akan berlakuk
 global. Jadi paten di Amerika akan dikenal di Indonesia dan
 sebaliknya. Nah lho.

ehem.. atau paten yang merupakan root of all evil sebaiknya dibuang
saja, atau, tidak bisa dipakai untuk aktifitas niaga :-)

mestinya, pihak-pihak yang 'rakus', dengan segala cara meraup kentungan
sebesar-besarnya dengan berkedok dibalik segalam macam tetek-bengek,
remeh-temeh yang disebut legalitas itu dalam tempoh yang
sesingkat-singkatnya dienyahkan dari muka bumi.

nah .. kita mulai dulu dari lisensi ...

Salam,

P.Y. Adi Prasaja

-- 
Ini signature saya. Pasang iklan anda di sini ... tarif menantang :-)



[teknologia] Re: Genetika Buah-buahan dan Patent Re: Stem Cell Research di Indonesia ?

2005-12-29 Terurut Topik Muhamad Carlos Patriawan

adi wrote:
 On Thu, Dec 29, 2005 at 06:56:58PM +0700, Budi Rahardjo wrote:
  Dengan adanya TRIPs dan WTO maka nantinya paten akan berlakuk
  global. Jadi paten di Amerika akan dikenal di Indonesia dan
  sebaliknya. Nah lho.

 ehem.. atau paten yang merupakan root of all evil sebaiknya dibuang
 saja, atau, tidak bisa dipakai untuk aktifitas niaga :-)

Dalam hal ini saya sangat impressed dengan apa yang disodori Narayana
Murthy (pendiri Infosys). Dia personally kalem,reasonable,have
Delivered the job(jadi credible),can-do attitude dan mikirin orang
banyak.

Ada pendapatnya mengenai masalah ini saya kutip dari:
http://www.mercurynews.com/mld/mercurynews/business/12917259.htm

Q As India and China emerge as significant markets for new technology,
what challenges do U.S. companies face reaching those new consumers?
Must companies offer products at different price levels for these new
markets?

A There is a considerable fortune to be made by corporations that focus
on the bottom of the pyramid. You have something like 5 to 6 billion
people in the world who are at the bottom of the pyramid.

I would say that if companies like Microsoft, Oracle and SAP were to
come out with a pricing formula that will appeal to the people in India
and China, they will make money. I would say that India, China, Brazil
-- all these countries will become major markets for these companies,
and I think the piracy rates will go down once they do that.

Q But will these companies have to use a different model than what they
use in U.S. and European markets?

A You are right. For example, all support could be through the Net.
Perhaps you could download the software. There should be no
installation expertise required. It should be very, very, very low
manpower. There is a tremendous opportunity.

Q Do you see the next Oracle or SAP coming out of India?

A I think it will happen. It will definitely happen. I believe that as
we move forward, there will be Indian companies that will (use) the
strength of India's development talents and the United States' strength
in market focus, innovation and customer focus.

Q What's your time frame?

A It will definitely be in my lifetime, no doubt.



Carlos



[teknologia] Re: Version control

2005-12-29 Terurut Topik Akhmad Fathonih
On 12/30/05, Ariya Hidayat [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Memang perlu sedikit invest waktu dan effort utk belajar pake version control. Tapi menurut saya well worth it banget. Kalo sudah pake dan merasakan baru bisa menghargai.Yang ini sebenarnya bisa dibuat mudah. Problem yang saya lihat adalah
bahwa panduan CVS atau Subversion itu cukup menakutkan karenakelengkapannya. Mungkin yang kita perlukan adalah CVS for dummies:-) Yang saya bayangkan - mungkin saja salah total - tidak semua mesti
memanfaatkan fitur-fitur CVS/Subversion, jadi modal beberapa perintahyang bisa dihitung jadi saja sudah cukup untuk sebagian besar kasus.Untuk branching dsb, tinggal serahkan ke bagian Release Group yangsudah disebutkan Om Carlos.
--Ariya Hidayat, http://ariya.blogspot.comhttp://www.google.com/search?q=ariya+hidayatbtnI
Ada benarnya soal invest waktu dan effort untuk belajar. Tapi menurut saya itu adalah langkah kedua. Langkah pertama adalah memulai memakai. Ini yang terberat, dan seperti yang sudah diutarakan sebelumnya bahwa halangan terbesar dalam proses adopsi SCM adalah karena belum adanya kesadaran akan manfaat SCM. Ketakutan akan kerumitan pemakaian menurut saya akan pupus dengan sendirinya setelah calon pemakai telah sadar akan manfaat yang bisa didapatkan.
Saya sendiri seringkali gemes melihat beberapa temen di kantor yang masih belum pakai dan ngeyel mengedit source secara langsung di production/test site. Hal terbaru yang membuat saya sangat gemes adalah pemakaian FTP (edit langsung ke test site di linux) untuk menghindari penggunaan full share karena takut kena virus brontok (test site sebelumnya berada di komputer dengan OS windows).
-- Akhmad Fathonih | http://blog.neofreko.com | http://jogja.linux.or.idAre you geek enough to handle all these sh**s?



[teknologia] Re: Akademisi vs Industriawan

2005-12-29 Terurut Topik Zaki Akhmad

Budi Rahardjo wrote:
 http://rahard.wordpress.com/2005/12/25/akademisi-vs-industriawan/

 Akademisi, yang biasanya diwakili oleh dosen, cenderung untuk
 berpikiran negatif. Ada ketakutan-ketakutan. Mereka sering berpendapat
 bahwa seharusnya kita meneliti (mengembangkan ilmu) yang low tech
 saja. Padahal, di kelas mereka mengajarkan ilmu yang bisa digunakan di
 high-tech. Apakah ini disebabkan rasa bersalah mereka karena telah
 dididik dengan ilmu yang tidak bisa (dalam kacamata mereka)
 diimplementasikan di Indonesia, sehingga mereka merasa harus berpihak
 ke sisi lain?

Kalau dari kacamata mahasiswa amatiran seperti saya ini Pak Budi, saya
berpikir menggunakan pola dari makro ke mikro. Saya tahu tujuan
akhirnya apa, dan baru kemudian jika saya suka, detailnya akan saya
mengikuti. Misal sebagai contoh:  dapat pelajaran Medan 1 dengan empat
persamaan Maxwell, wah saya benar-benar tidak mengerti Matematika
se-dahsyat itu akan digunakan untuk apa? Khususnya apabila saya bekerja
di Indonesia. Atau mata saya yang biarpun sudah pakai kacamata ini
belum juga terbuka lebar? Apakah apabila saya memahami dengan
benar-benar persamaan Maxwell dalam kuliah Medan 1 (katakanlah dengan
dapat A walaupun kenyataannya dapat D biarpun sudah diulang 2x), saya
bisa mengaplikasikannya di Indonesia?

Karena saya tidak tahu ilmu yang saya pelajari di kuliah dapat saya
aplikasikan dimana, kesukaan saya kemudian lari ke dunia sosial. Saya
jadi lebih suka baca buku sejarah, biografi, filsafat, agama, seni, dan
desain. Eh tiba-tiba kuliah sudah sampai di akhir tahun dan saya
tersadar saya masih harus lulus kuliah hidup-hidup lewat Sabuga bukan
lewat Annex :D. Wawasan saya kembali terbuka setelah kenal dengan Bang
Carlos yang kerja di SV.

 Di sisi lain, industriawan umumnya berpikiran lebih positif. Saya
 melihat betapa seorang Iskandar Alisyahbana yang dengan terampil
 memotori perkembangan teknologi satelit di jaman dahulu (70-an?) dan
 kemudian melirik ke bioteknologi. Atau, seorang Mochtar Riady yang
 saat ini sedang gemar dengan nanotechnology. Mereka lebih progresif
 dan agresif. Saya beruntung bisa sempat ngobrol-ngobrol dengan mereka.
 Antusiasme mereka bukan pura-pura. It's real. They are really excited
 in new things. Yang membuat saya bersedih melihat keadaan ini adalah
 kedua bapak ini dapat dikatakan sudah tua, akan tetapi semangat dan
 optimisme mereka melebihi anak muda! Saya malu!

 Tentu saja ada akademisi yang memiliki pemikiran jauh, semangat yang
 besar, optimisme yang besar, dan kemauan kerja yang besar. Contoh yang
 saya lihat ada di dalam seorang Samaun Samadikun. Beliau telah
 menghasilkan SDM-SDM yang memiliki karakter yang sama; optimis dan
 bersemangat. Tapi, jumlah orang seperti Samaun Samadikun di
 Indonesia tidak banyak.

Saya melihat figur-figur seperti Pak Iskandar dan Pak Samaun (saya
pernah sebentar berdiskusi dengan kedua orang ini. Kalau Mochtar Riady
saya baru baca resensi buku-nya saja, belum pernah ketemu langsung)
memiliki mata elang: mampu melihat tinggi, berwawasan luas. Pak
Iskandar dan Pak Samaun mampu melihat apa yang dibutuhkan 10-20 tahun
yang akan datang. Atau mungkin sampai 50 tahun yang akan datang.

Sayangnya, balik lagi ke Buruk Rupa Manusia Indonesia-nya Muctar Lubis,
budaya di Indonesia kita tidak suka melihat orang lain maju.
Orang-orang yang bermata elang ini pun termasuk yang disirikin.

Menurut teman saya anak Fisika ITB yang menang lomba penelitian LIPI
kategori sosial, umumnya dalam suatu masyarakat orang-orang dengan mata
elang ini dapat dikategorikan sebagai kaum minoritas kreatif. Minoritas
kreatif artinya orang-orang yang bermata elang ini biasanya cuma
sedikit saja jumlahnya dalam masyarakat.

Atau bisa kita lihat dari sudut pandang budaya sharing yang kurang di
Indonesia? Atau budaya yang sharing yang kurang ini juga diakibatkan
ketakutan orang-orang bermata elang disirikin orang lain? Jadilah
orang-orang pintar Indonesia lebih memilih untuk tinggal di LN: hidup
nyaman, dihargai, dan tentu tidak disirikin orang lain. Soalnya ketika
pulang ke .id bakal capek berantem dulu untuk bisa tetap berdiri teguh
di keyakinannya. Jadi agent of change di Indonesia benar-benar butuh
energi ekstra.

Bisa juga karena capek disirikin orang, orang-orang bermata elang ini
malas untuk sharing pandangannya. Mereka jalan saja sendiri diatas
keyakinannya. Tidak salah memang, walau sebenarnya lebih baik kalau
jalannya paralel. Antara eksekusi sebagai bukti mereka mampu mewujudkan
ide-ide mata elang tersebut dengan perlahan pelan-pelan membuat
opinion-shaping bahwa Indonesia pun mampu untuk bersaing di tingkat
dunia!

Ada satu lagi faktor yang menurut saya berpengaruh: fanatisme
berlebihan akan bidang ilmunya masing-masing. Hal ini akan membuat gap
antar bidang ilmu semakin besar. Gap antara orang-orang teknologi,
orang-orang sosial, orang-orang politik, orang-orang sains, orang-orang
ekonomi, orang-orang agama, filsafat, dll. Padahal kita harus maju
bersama-sama kalau memang ingin mau maju. 

[teknologia] Re: Genetika Buah-buahan dan Patent Re: Stem Cell Research di Indonesia ?

2005-12-29 Terurut Topik Budi Rahardjo

On 12/30/05, adi [EMAIL PROTECTED] wrote:

 ehem.. atau paten yang merupakan root of all evil sebaiknya dibuang
 saja, atau, tidak bisa dipakai untuk aktifitas niaga :-)

Ada beberapa alasan mengapa hal tersebut sukar dilakukan.

1. jika tidak kita patenkan, maka perusahaan lain akan mematenkan.
   maka celakalah kita. jadi kita juga mematenkan.
   (langkah yang benar, IMHO, membuka rahasia sehingga tidak
   bisa dipatenkan.
   langkah yang benar, menurut para pakar, tetap dipatenkan
   akan tetapi royalty free.)

2. saya pernah memikirkan cara menjalankan sebuah RD center.
   berdasarkan hasil survey (desk evaluation, surfing, ngobrol, etc.)
   ternyata business modelnya berbasis kepada paten. :(
   yang ini, saya belum menemukan alternatif solusi.
   (sementara ini, RD bisa dijadikan cost center yang ditutupi
   oleh operasional perusahaan/institusi, tapi jadi berat.
   alternatif lain: grant dari pemerintah, yang makin berat juga
   karena harus kompetisi dengan subsidi ke masyarakat.)

 mestinya, pihak-pihak yang 'rakus', dengan segala cara meraup kentungan
 sebesar-besarnya dengan berkedok dibalik segalam macam tetek-bengek,
 remeh-temeh yang disebut legalitas itu dalam tempoh yang
 sesingkat-singkatnya dienyahkan dari muka bumi.

sayangnya ... belum memungkinkan (aka. tidak bisa).
hik hik hik. :((

ps: saya sendiri masuk aliran: paten = evil :))

-- budi


[teknologia] Re: Genetika Buah-buahan dan Patent Re: Stem Cell Research di Indonesia ?

2005-12-29 Terurut Topik Muhamad Carlos Patriawan

Budi Rahardjo wrote:
 On 12/30/05, adi [EMAIL PROTECTED] wrote:

  ehem.. atau paten yang merupakan root of all evil sebaiknya dibuang
  saja, atau, tidak bisa dipakai untuk aktifitas niaga :-)

 Ada beberapa alasan mengapa hal tersebut sukar dilakukan.

 1. jika tidak kita patenkan, maka perusahaan lain akan mematenkan.
maka celakalah kita. jadi kita juga mematenkan.

ini dalam kasus tech atau bio* pak ? ngomong2 apakah sudah ada patent
dari Indonesia untuk sektor IT atau Web ?

 2. saya pernah memikirkan cara menjalankan sebuah RD center.
berdasarkan hasil survey (desk evaluation, surfing, ngobrol, etc.)
ternyata business modelnya berbasis kepada paten. :(

Apa hubunganya RD center harus berbasis kepada paten ?

yang ini, saya belum menemukan alternatif solusi.
(sementara ini, RD bisa dijadikan cost center yang ditutupi
oleh operasional perusahaan/institusi, tapi jadi berat.

Tergantung untuk sektor dan perusahaan apa dulu dan targetnya apa ?
untuk sektor telekomunikasi di negara maju kan masing2 carrier punya
RD yang indepeden dari bisnis unit operasional(seperti NOC).Nah apakah
di Indonesia ini diperlukan dan harus agresif ? I dunno know.

alternatif lain: grant dari pemerintah, yang makin berat juga
karena harus kompetisi dengan subsidi ke masyarakat.)

Waduh,yang penting jangan ada RD center berbasis subsidi rakyat Pak.
Walau bagaimanapun No more IPTN 2.0 lah. Saya sampai sekarang gak habis
pikir ada begitu pemerintahan yang habis-habisan sponsorin sebuh
industri yang risknya sangat tinggi dan lebih besar pasak daripada
tiang.

By the way,Kalau ilmuwan tersebut mau meneliti dan pemerintah gak ada
dana,ke singapur atau malaysia saja dengan catatan Gajinya jangan
dibayar pemerintah RI --beban lagi itu --- Indonesia lebih bagus
mendompleng atau bekerjasama dengan Spore dan Msia saja,atau bahkan
Indiamereka sudah lebih maju dari kita koq.


Carlos



[teknologia] Re: Genetika Buah-buahan dan Patent Re: Stem Cell Research di Indonesia ?

2005-12-29 Terurut Topik Budi Rahardjo

On 12/30/05, Muhamad Carlos Patriawan [EMAIL PROTECTED] wrote:

  1. jika tidak kita patenkan, maka perusahaan lain akan mematenkan.
 maka celakalah kita. jadi kita juga mematenkan.

 ini dalam kasus tech atau bio* pak ?

yang saya tahu tech, karena belum lihat patent page lagi
dugaan saya sama saja.

 ngomong2 apakah sudah ada patent
 dari Indonesia untuk sektor IT atau Web ?

belum tahu.
oh ya, di India ini juga menjadi pertanyaan.
saya tanya ke patent officer di sana apakah ada efek booming IT
dengan pendaftaran paten IT di sana. mereka masih bingung;
apakah ini menguntungkan India atau tidak.
hal yang kedua adalah apakah kami (patent officer) mengerti.

  2. saya pernah memikirkan cara menjalankan sebuah RD center.
 berdasarkan hasil survey (desk evaluation, surfing, ngobrol, etc.)
 ternyata business modelnya berbasis kepada paten. :(

 Apa hubunganya RD center harus berbasis kepada paten ?

karena paten-lah yang membiayai RD :)
hayo, apa keluaran dari RD?
bolehkah perusahaan lain tahu hasil RD ini?

 Tergantung untuk sektor dan perusahaan apa dulu dan targetnya apa ?
 untuk sektor telekomunikasi di negara maju kan masing2 carrier punya
 RD yang indepeden dari bisnis unit operasional(seperti NOC).Nah apakah
 di Indonesia ini diperlukan dan harus agresif ? I dunno know.

Saya sendiri tidak tahu.
Dulu waktu sempat kerja di RD telcos, saya sempat kesel juga.
Sebagai researcher kan inginnya penemuan kita diketahui orang.
Jadi submit paper ke jurnal  conference.
Tapi kalau kita di RD yang dibiayai oleh industri seperti itu,
apa yang keluar harus dimonitor dahulu: apakah ada potensi paten! ;-)
Jadi kalau saya mau submit paper ke konferensi, harus discreening dulu.
Nah, ini kan butuh waktu (birokrasi!).
Jadi kalau melihat dari sisi sang peneliti, ini menyebalkan.
Tapi itulah kenyataannya, RD centers thrive on patent!

-- budi


[teknologia] Re: Genetika Buah-buahan dan Patent Re: Stem Cell Research di Indonesia ?

2005-12-29 Terurut Topik Muhamad Carlos Patriawan


  ngomong2 apakah sudah ada patent
  dari Indonesia untuk sektor IT atau Web ?

 belum tahu.
 oh ya, di India ini juga menjadi pertanyaan.
 saya tanya ke patent officer di sana apakah ada efek booming IT
 dengan pendaftaran paten IT di sana. mereka masih bingung;
 apakah ini menguntungkan India atau tidak.
 hal yang kedua adalah apakah kami (patent officer) mengerti.

Dari 'ceramah' tentang patent officer kepada saya,sebenarnya ilmu paten
ini sangat sangat tergantung dengan **kebijakan  dan awareness
perusahaan**.Tiap persh beda beda,ada yang sangat aware dengan patent
dan ada yang tidak.

Masalahnya,kalau ada persh yang bisa menjual teknologi yang **mirip2**
dengan patent yang sudah ada,nah persh yang punya patent (tapi gak bisa
menjual paten itu secara bisnis) melakukan lawsuit.

Umumnya sich persh2 gak aware dan nyantai2 saja dengan ilmu paten
ini,tapi lama kelamaan karena persh yang gak bisa jual(tapi punya
paten) ini melakukan lawsuit terhadap perusahaan tsb,akhirnya persh tsb
jadi lebih defensif.

Nah ini yang merusak :-))



   2. saya pernah memikirkan cara menjalankan sebuah RD center.
  berdasarkan hasil survey (desk evaluation, surfing, ngobrol, etc.)
  ternyata business modelnya berbasis kepada paten. :(
 
  Apa hubunganya RD center harus berbasis kepada paten ?

 karena paten-lah yang membiayai RD :)
 hayo, apa keluaran dari RD?


oooh maksud pak Budi ini toch,sebenarnya hasil output RD ya gak mesti
patent pak :)

Yang membiayai RD bukan patent,tapi berhasil jual barang atau tidak
:-)) Mau patennya banyak tapi gagal dalam jualan seperti  dan ***
Labs mah percuma :-))

 bolehkah perusahaan lain tahu hasil RD ini?

tergantung,apakah objeknya layak untuk umum ? misalnya protocol di IETF
yang mengetengahkan interoperabilitas.Jelas persh lain mesti tahu.

Tapi jika patentnya bagaimana caranya fast algorithm untuk cache
entries di routing table ya jelas ini konfidential dan persh lain gak
boleh tahu.

Maksud dari atas semua,hasil dan jenis dari output RDnya yang sangat
mempengaruhi,apakah perlu paten atau tidak. Dan yang membiaya RD bukan
paten,melainkan orang yang membeli produk :))

Carlos



[teknologia] Re: Akademisi vs Industriawan

2005-12-29 Terurut Topik Muhamad Carlos Patriawan


 atau mungkin gak karna kita gak siap menerima keyakinan yang berbeda, om
 Zaki? di diskusi orang2 barat, saya sering dengar begini, I think mr.X will
 disagree with me.  seolah2 menunjukkan kesiapannya untuk berbeda pandangan.


Dalam dunia modern,seringkali bukan setuju atau tidak setujunya yang
penting,melainkan reasoning dibelakangnya.

Setelah itu, jika reasoningnya sudah didiskusikan sedemikian rupa dan
tampak pilihan mana yang paling reasonable,everybody (termasuk yang gak
setuju) harus commit dengan kebijakan itu.

Contohnya, kalo di DPR kita,memang bebas berpendapat,tapi mereka asal
beda berpendapat tanpa alasan yang jelas karena kawan diskusinya yang
berseberangan pendapat --beda partai dan beda haluan ... he he he :-))


Carlos



[teknologia] Re: Akademisi vs Industriawan

2005-12-29 Terurut Topik enda nasution
On 12/30/05, Pakcik [EMAIL PROTECTED] wrote:
On 12/30/05, Zaki Akhmad 
[EMAIL PROTECTED] wrote:
Atau bisa kita lihat dari sudut pandang budaya sharing yang kurang diIndonesia? Atau budaya yang sharing yang kurang ini juga diakibatkan
ketakutan orang-orang bermata elang disirikin orang lain? Jadilahorang-orang pintar Indonesia lebih memilih untuk tinggal di LN: hidupnyaman, dihargai, dan tentu tidak disirikin orang lain. Soalnya ketika
pulang ke .id bakal capek berantem dulu untuk bisa tetap berdiri teguh
di keyakinannya. Jadi agent of change di Indonesia benar-benar butuhenergi ekstra.Bisa juga karena capek disirikin orang, orang-orang bermata elang inimalas untuk sharing pandangannya. Mereka jalan saja sendiri diatas
keyakinannya. atau
mungkin gak karna kita gak siap menerima keyakinan yang berbeda, om
Zaki? di diskusi orang2 barat, saya sering dengar begini, I think mr.X
will disagree with me. seolah2 menunjukkan kesiapannya untuk
berbeda pandangan. 

demokrasi sering di artikan orang hanya hanya kebebasan berpendapat.
tapi yang paling susah dan penting itu sebenarnya kemampuan kita
menerima perbedaan. menurut saya ini yang terjadi dengan Indonesia
sekarang. Kita gak siap menerima perbedaan pendapat, keyakinan yang
berbeda.

saya contohkan dengan kasus Roy Suryo. wait a minute, kalau bicara Roy
Suryo sensitif, jadi saya claim dulu bahwa ini gak ada hubungan dengan
kasus Roy Suryo, hanya contoh tentang perbedaan aja. 

begini, kalau teman2 yang bersebrangan dengan Roy Suryo tidak tahan
duduk satu meja selama 5 menit dengan Roy Suryo, artinya kita gak siap
berbeda, let's forget about democracy.

Spesifik soal Roy Suryo ada beberapa kemungkinan lain ketimbang belum mampu untuk bisa berbeda pendapat [hehehe]. 

Perbedaan pendapat dan praktek duduk satu meja mengasumsikan semua
pihak setara, minimal dari segi kemampuan untuk melakukan diskusi yang
beradab.

Kedua, harus ada saling kepercayaan, minimal pada institusi
penyelenggara duduk semeja ini untuk berlaku adil dan seimbang dan
tidak dimanfaatkan untuk kepentingan lain, kecuali untuk tujuan-tujuan
yang sudah disepakati bersama.

Ketiadaan dua elemen diatas saya kira yang membuat temen-temen ogah
untuk duduk satu meja dengan om roy. Dan tentu aja konsekwensinya om
roy bisa claim bahwa kita ga berani dll.

Tapi ya masing-masing pilihan pasti ada konsekwensinya.

Anyway, kembali ke topik awal. :)

--enda Visit my blog. Click herehttp://enda.goblogmedia.com


[teknologia] Re: Akademisi vs Industriawan

2005-12-29 Terurut Topik adi

On Fri, Dec 30, 2005 at 09:45:25AM +0700, enda nasution wrote:
 Perbedaan pendapat dan praktek duduk satu meja mengasumsikan semua pihak
 setara

ups .. tidak. anyway jangan pernah berasumsi :-)

 Kedua, harus ada saling kepercayaan

wah .. ini meminta terlalu banyak ...

 Ketiadaan dua elemen diatas saya kira yang membuat temen-temen ogah untuk
 duduk satu meja dengan om roy. Dan tentu aja konsekwensinya om roy bisa
 claim bahwa kita ga berani dll.

dianggap ndak berani? emang gateway protocol (EGP :-).
well..well..well.. time will tell.

Salam,

P.Y. Adi Prasaja

-- 
Ini signature saya. Pasang iklan anda di sini ... tarif menantang :-)



[teknologia] Re: Genetika Buah-buahan dan Patent Re: Stem Cell Research di Indonesia ?

2005-12-29 Terurut Topik adi

On Fri, Dec 30, 2005 at 02:05:56AM -, Muhamad Carlos Patriawan wrote:
 oooh maksud pak Budi ini toch,sebenarnya hasil output RD ya gak mesti
 patent pak :)

barangkali contohnya agak jauh karena hanya menyangkut lisensi, tapi
coba cari di google: 'linux in doomsday scenario'.

paten itu root of all evil. kalau kita sakit gigi, bisa sih ditambal
sana-sini, dikorek-korek pakai cangkul atau linggis, tapi obat yang
paling ampuh adalah dicabut.

 Maksud dari atas semua,hasil dan jenis dari output RDnya yang sangat
 mempengaruhi,apakah perlu paten atau tidak. Dan yang membiaya RD bukan
 paten,melainkan orang yang membeli produk :))

benar. omong kosong kalau RD dibiayai paten, yang ada adalah paten itu
dipakai untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya, dan sebagian kecil
dari keuntungan itu dipakai untuk membiayai kacung-kacung yang dicomot
dan dibuang di divisi/departemen yang namanya RD, berikut menggaji
kacung-kacung yang dipasangi tadah iler (dasi) *). go figure ...

Salam,

P.Y. Adi Prasaja

*) ada dagelan intelek lucu di indonesia, mengimport dagelan dari yang
punya penthouse (kalau ndak salah) :-)

-- 
Ini signature saya. Pasang iklan anda di sini ... tarif menantang :-)



[teknologia] Re: Akademisi vs Industriawan

2005-12-29 Terurut Topik Pakcik
On 12/30/05, Muhamad Carlos Patriawan [EMAIL PROTECTED] wrote:
 atau mungkin gak karna kita gak siap menerima keyakinan yang berbeda, om Zaki? di diskusi orang2 barat, saya sering dengar begini, I think mr.X will disagree with me.seolah2 menunjukkan kesiapannya untuk berbeda pandangan.
Dalam dunia modern,seringkali bukan setuju atau tidak setujunya yangpenting,melainkan reasoning dibelakangnya. 

saya agak2 setuju tapi pada akhirnya gak setuju. :)

Kalau reasoning nya bagus, dan tingkat pendidikan warganya bagus
sehingga bisa terima reasoning itu, otomatis di dukung.
Siapa yang bisa bikin reasoning yang bagus? expert, pakar, ahli.
Unfortunately, di dunia demokrasi gak ada pakar. semua setara. 

Jadi siapa yang benar di dunia demokrasi? mayoritas, crowd.
Jadi kalau saya bilang X dengan reasoning gak karuan, tapi ternyata
semua orang mendukung, berarti X lah yang benar. 

http://en.wikipedia.org/wiki/The_Wisdom_of_Crowds

ada penelitian tentang who wants to be a millionare, gak tau benar apa
nggak. ternyata yang paling sering benar itu adalah ask audiences di
banding 50-50 dan ask friend/expert. Tapi gak tau ini berlaku di
Indonesia yang katanya tingkat pendidikannya rendah.

hehehe ayo para pakar, salah sendiri milih demokrasi. :)

Setelah itu, jika reasoningnya sudah didiskusikan sedemikian rupa dantampak pilihan mana yang paling reasonable,everybody (termasuk yang gak
setuju) harus commit dengan kebijakan itu.
Setuju. unfortunately diskusi tidak sama dengan voting (memilih). Di
DPR ada voting, harus menyepakati sesuatu, harus bikin policy.
Sementara di tempat lain seperti milis ini gak harus memutuskan sesuatu
kan. kita diskusi, bikin wacana. 
-- PakcikUnder Construction


[teknologia] Re: Version control

2005-12-29 Terurut Topik sueng

Saya semula mencoba menggunakan RCS di environment Tru64 karena adanya
hanya itu , kemudian pindah ke CVS tapi masih belum intensif , saat ini
saya menggunkan subversion+trac.
Saya suka subversion karena sistem versioning yang per direktori
sehingga lebih memudahkan melakukan pelacakan file mana saja yang
terlibat dalam satu revisi.

sueng

Ariya Hidayat wrote:
 Buat rekans yang berkecimpung di dunia pengembangan software, saya
 ingin tahu aplikasi apa saja yang populer digunakan sebagai version
 control?
 Beberapa pilihan:
 - CVS
 - Subversion
 - SourceSafe
 - RCS
 - SCCS
 - Perforce
 - Sourcegear
 - FreeVCS

 Kalau memang tidak menggunakan program khusus untuk version control
 (misalnya hanya manual backup + package), apa saja alasannya?
 - Tidak familiar
 - Tidak perlu
 - Program tsb terlalu rumit
 
 Terima kasih.
 
 
 --
 http://ariya.blogspot.com



[teknologia] Re: Akademisi vs Industriawan

2005-12-29 Terurut Topik Muhamad Carlos Patriawan

Pakcik wrote:
 On 12/30/05, Muhamad Carlos Patriawan [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
 
  
   atau mungkin gak karna kita gak siap menerima keyakinan yang berbeda, om
   Zaki? di diskusi orang2 barat, saya sering dengar begini, I think 
   mr.Xwill
   disagree with me.  seolah2 menunjukkan kesiapannya untuk berbeda
  pandangan.
  
 
  Dalam dunia modern,seringkali bukan setuju atau tidak setujunya yang
  penting,melainkan reasoning dibelakangnya.
 

 saya agak2 setuju tapi pada akhirnya gak setuju.  :)

 Kalau reasoning nya bagus, dan tingkat pendidikan warganya bagus sehingga
 bisa terima reasoning itu, otomatis di dukung.   Siapa yang bisa bikin
 reasoning yang bagus? expert, pakar, ahli. Unfortunately, di dunia demokrasi
 gak ada pakar. semua setara.

 Jadi siapa yang benar di dunia demokrasi? mayoritas, crowd.  Jadi kalau
 saya bilang X dengan reasoning gak karuan, tapi ternyata semua orang
 mendukung, berarti X lah yang benar.

aha,point yang bagus  betul,makanya dalam dunia demokrasi,hanya
pemilihan pemimpin saja yang melibatkan seluruh rakyat.

Sedangkan untuk hal2 yang sifatnya strategis,itu diserahkan kepada
expert,dirjen,sekjen,menteri,polisi,alim ulama dan para cendekiawan :)



 http://en.wikipedia.org/wiki/The_Wisdom_of_Crowds

 ada penelitian tentang who wants to be a millionare, gak tau benar apa
 nggak. ternyata yang paling sering benar itu adalah ask audiences di banding
 50-50 dan ask friend/expert. Tapi gak tau ini berlaku di Indonesia yang
 katanya tingkat pendidikannya rendah.

 hehehe ayo para pakar, salah sendiri milih demokrasi. :)

bukan 'demokrasi'nya tapi 'euphoria democrasinya' yang dimanfaatkan
sebagian orang yang salah.

banyak org beranggapakan kalo demokrasi=kebebasan melakukan apa saja
termasuk kebebasan pers/media

nah skrg pers/media memanfaatkan kebebasan tsb dengan mempertontonkan
tayangan tidak senonoh atau pembodohan massal seperti tayangan
hantu,nah reasoning si pers/media wah ini ratingnya tinggi
pak...masyrakat suka,para kaum cendekia dan tokoh agama terkejut,koq
begini ya ? nah disinilah peran kaum cendekia/expert memberikan arah
kepada majoritas/masyrakat (yang salah).

 Setelah itu, jika reasoningnya sudah didiskusikan sedemikian rupa dan
  tampak pilihan mana yang paling reasonable,everybody (termasuk yang gak
  setuju) harus commit dengan kebijakan itu.
 

 Setuju. unfortunately diskusi tidak sama dengan voting (memilih). Di DPR ada
 voting, harus menyepakati sesuatu, harus bikin policy. Sementara di tempat
 lain seperti milis ini gak harus memutuskan sesuatu kan. kita diskusi, bikin
 wacana.

oooh milis toch :-) hahahaha lets shoot it PakCik kalau ada yang gak
cocok asalkan pakai reasoning yang kuat :)) tapi begitu ketemu satu
titik temu kita diskusi di higher level,jadi gak ngomongin hal yg sama
lagi.

Carlos



[teknologia] Re: Version control

2005-12-29 Terurut Topik Jaimy Azle

On Thursday, December 29, 2005, 6:07:35 PM, Ariya Hidayat wrote:

 Buat rekans yang berkecimpung di dunia pengembangan software, saya
 ingin tahu aplikasi apa saja yang populer digunakan sebagai version
 control? Beberapa pilihan:
 - CVS
 - Subversion
 - SourceSafe
 - RCS
 - SCCS
 - Perforce
 - Sourcegear
 - FreeVCS

saya menggunakan Team Coherence (http://qsc.co.uk/), sayangnya bukan
paket software Free/OS.

-- 
Salam,

-Jaimy Azle
===
|| Personal Weblogs: http://jaim.log.web.id ||
|| Personal Delphi Weblogs: http://delphi.log.web.id ||
* Pengantar Pemrograman Database C/S, Delphi dan Firebird
http://delphi.log.web.id/blogs/delphi/000152.html
===

Anakin, if one is to understand the great mystery, one must study
 all its aspects, not just the dogmatic, narrow view of the Jedi
  -- Senator Palpatine




[teknologia] Re: Genetika Buah-buahan dan Patent Re: Stem Cell Research di Indonesia ?

2005-12-29 Terurut Topik Muhamad Carlos Patriawan


 Keberadaan RD adalah esensial bagi perusahaan untuk menemukan
 sesuatu (invention). Bentuk dari penemuan ini adalah ... dokumen
 yang kemudian dilanjutkan menjadi: paten.
 Kalau tidak begitu, apa dong hasil dari RD.
 Bedakan dengan ... engineering, yang outputnya adalah produk.

Nah, pendapat rekan-rekan/Carlos ini atas dasar perkiraan atau baca
 atau feeling? Atau ... pengalaman mengelola pusat penelitian?
 he he he. Beda kan pendapat pakar dengan pendapat pakar :)

 Itulah sebabnya saya usul ada orang Indonesia yang belajar kerja di
 RD center, bukan sebagai peneliti (researcher) akan tetapi sebagai
 manager. Itulah sebabnya saya maksa ada RD center dari perusahaan
 asing (besar) di Indonesia. Untuk belajar.


Okay dokay :-) saya paham maksud Pak Budi. Keraguan saya muncul karena
menyamakan Engineering = RD.

Sebab persh hitek disini *nyaris* tidak membagi fungsi Engineering dan
RD secara terpisah,dimana engineer melakukan fungsi engineering dan
RD pada saat yang bersamaan.

Carlos



[teknologia] Pusat RD Tanpa Sebuah Produk

2005-12-29 Terurut Topik Muhamad Carlos Patriawan

 Coba, kalau ada pusat penelitian atau lembaga penelitian atau RD center,
 siapa yang membiayainya? Padahal kan mereka tidak membuat produk.
 Nah lho. Pusing kan.


Beda pointnya disini sebenarnya.Jadi ada a) RD yang membuat produk,
dan b) ada RD yang tidak membuat produk.


Definisi RD saya selalu mengacu pada skenario a) ; maklum by default
begitu :-)

Mungkin Pak Budi bisa cerita lanjut mengenai skenario b) dimana ada RD
yang tidak membuat produk ? siapa pemiliknya ? tujuanya ? sektor ?
pendanaan ? contoh realnya ? hasil outputnya selama ini ?


Carlos



[teknologia] Re: Pusat RD Tanpa Sebuah Produk

2005-12-29 Terurut Topik Budi Rahardjo

On 12/30/05, Muhamad Carlos Patriawan [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Mungkin Pak Budi bisa cerita lanjut mengenai skenario b) dimana ada RD
 yang tidak membuat produk ? siapa pemiliknya ? tujuanya ? sektor ?
 pendanaan ? contoh realnya ? hasil outputnya selama ini ?

Saya ambil contoh:
- Ada yang didanai oleh pemerintah. Contoh PAUME :) ha ha ha,
  MIMOS (di Malaysia), IMEC (di Belgia), Minitel (Perancis),
  saya tidak tahu apakah Eykman institut termasuk yang didanai
  oleh pemerintah atau swasta.
  Contoh lain: pusat2 penelitian di perguruan tinggi. Ada banyak
  dan di seluruh dunia!
  bagaimana dengan pusat penelitian ekonomi? hi hi hi.
- Didanai oleh perusahaan konsultan: INDOCISC :) ha ha ha
  (lupa nama perusahaan yang dibeli oleh @stake)

Saya tidak tau apakah DoD bisa dikategorikan didanai pemerintah
atau didanai swasta.

Hasilnya? Ada yang rahasia ... dan ada yang publik.
Contoh hasil Minitel, yang akhirnya mati karena ada Internet.

Hasil RD kadang2 juga tidak langsung bisa dipakai untuk menjadi
sebuah produk, akan tetapi harus digabung dengan paten lain.

-- budi


[teknologia] Re: Genetika Buah-buahan dan Patent Re: Stem Cell Research di Indonesia ?

2005-12-29 Terurut Topik Budi Rahardjo

On 12/30/05, Muhamad Carlos Patriawan [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Okay dokay :-) saya paham maksud Pak Budi. Keraguan saya muncul karena
 menyamakan Engineering = RD.

[Saya mencuri ide/pendapat ini dari pak Samaun.]

Bahwa sesungguhnya ada: Research, Development, Engineering, Production /
Manufacturing. Memang karena panjangnya, orang menyingkat menjadi RD.
Akan tetapi sebenarnya esensinya berbeda.

Orang elektro, seperti saya, sebetulnya *tidak* melakukan penelitian.
Itu jatah orang science. Orang engineering mengaku melakukan penelitian
agar mendapat dana penelitian!!! Padahal dia tidak melakukan penelitian.
Tapi di sisi lain, orang science (misalnya orang Fisika) melakukan pengembangan
misalnya mengembangkan sistem informasi berbasis web.
Lah... yang harusnya meneliti malah mengembangkan (sesuatu),
yang harusnya mengembangkan malah meneliti. hi hi hi. Opo tumon.

Yang tidak pernah dijadikan rebutan (karena tidak keren) adalah production
atau manufacturing. Padahal ... mereka yang menghasilkan uang dan
lapangan pekerjaan. Tapi, itulah ... mana mau engineers dan scientists
kotor tangannya di production. :(


-- budi


[teknologia] Re: Genetika Buah-buahan dan Patent Re: Stem Cell Research di Indonesia ?

2005-12-29 Terurut Topik Ronny Haryanto
On Fri, Dec 30, 2005 at 02:07:07PM +0700, Budi Rahardjo wrote:
 Yang tidak pernah dijadikan rebutan (karena tidak keren) adalah production
 atau manufacturing. Padahal ... mereka yang menghasilkan uang dan
 lapangan pekerjaan. Tapi, itulah ... mana mau engineers dan scientists
 kotor tangannya di production. :(

Buat sebagian orang, manufacturing dan production tidak menarik. Buat
sebagian orang, menghasilkan uang dan lapangan pekerjaan itu tidak
menarik, soalnya buat mereka ngumpulin duit itu nggak penting. Bukan
soal gak mau kotor tangannya, tapi itu gak masuk sebagai salah satu
goalnya. So they couldn't care less.

Ronny


pgpSZvy8pZY16.pgp
Description: PGP signature


[teknologia] Re: Pusat RD Tanpa Sebuah Produk

2005-12-29 Terurut Topik Oskar Syahbana
On 12/30/05, Budi Rahardjo [EMAIL PROTECTED] wrote:
On 12/30/05, Muhamad Carlos Patriawan [EMAIL PROTECTED] wrote: Mungkin Pak Budi bisa cerita lanjut mengenai skenario b) dimana ada RD yang tidak membuat produk ? siapa pemiliknya ? tujuanya ? sektor ?
 pendanaan ? contoh realnya ? hasil outputnya selama ini ?Saya ambil contoh:- Ada yang didanai oleh pemerintah. Contoh PAUME :) ha ha ha,MIMOS (di Malaysia), IMEC (di Belgia), Minitel (Perancis),
saya tidak tahu apakah Eykman institut termasuk yang didanaioleh pemerintah atau swasta.Contoh lain: pusat2 penelitian di perguruan tinggi. Ada banyakdan di seluruh dunia!bagaimana dengan pusat penelitian ekonomi? hi hi hi.
- Didanai oleh perusahaan konsultan: INDOCISC :) ha ha ha(lupa nama perusahaan yang dibeli oleh @stake)Sorry nih nyela Mas Budi. Bukannya pusat - pusat seperti itu juga menghasilkan produk? Memang tidak semuanya tangible, ada juga yang intangible, tetapi sepertinya jenis tersebut masih dapat dikategorikan sebagai sebuah produk.
Mungkin akan lebih tepat bila digolongkan sebagai RD center yang menghasilkan produk tangible dan produk yang intangible (saya sengaja tidak menggunakan produk nyata dan tidak nyata karena nantinya bakalan sangat rancu).
-- Oskar Syahbanahttp://www.permagnus.com/ -- just upgraded and revamping the link structure!


[teknologia] Re: Version control

2005-12-29 Terurut Topik Ikhlasul Amal

On 12/29/05, Ariya Hidayat [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Buat rekans yang berkecimpung di dunia pengembangan software, saya
 ingin tahu aplikasi apa saja yang populer digunakan sebagai version
 control?
 Beberapa pilihan:
 - CVS
 - Subversion
 - SourceSafe
 - RCS
 - SCCS
 - Perforce
 - Sourcegear
 - FreeVCS

Sebelumnya saya dan teman-teman dekat menggunakan CVS (termasuk
dibantu oleh artikel yang dibuat oleh Ariya beberapa tahun lalu,
terima kasih!). Sekarang hampir semua sudah ganti ke Subversion. Di
komputer saya, CVS terpaksa diinstal karena ada beberapa nightly
build hasil unduh masih dalam format CVS.

Saya sendiri bukan pemrogram serius; kendali versi tetap diperlukan
untuk pengelolaan skrip sederhana (misalnya karena ada beberapa versi
akibat perbedaan platform), templat blog (supaya lebih mudah
ditelusuri jika terjadi revisi), dan sebagian dokumen-dokumen saya.
Untuk tempat cadangan (backup) pun enak dan praktis.

--
amal


[teknologia] Re: Genetika Buah-buahan dan Patent Re: Stem Cell Research di Indonesia ?

2005-12-29 Terurut Topik Muhamad Carlos Patriawan

 Yang tidak pernah dijadikan rebutan (karena tidak keren) adalah production
 atau manufacturing. Padahal ... mereka yang menghasilkan uang dan
 lapangan pekerjaan. Tapi, itulah ... mana mau engineers dan scientists
 kotor tangannya di production. :(

Saya heran  kenapa justru Production atau Manufacturing yang disebut
menghasilkan lapangan pekerjaan  dan bukanya Software Engineer di
Engineering ? Sebab Production/Manufacturing ini pekerjaanya sudah
cenderung automated (bukan creative class katanya Mas Florida) dan
kebanyakan di outsource ke perusahaan lain, jadi menghasilkan lapangan
pekerjaan dari mana ?

Any clues ?

Contoh realnya bagaimana ?

Carlos



[teknologia] Re: Pusat RD Tanpa Sebuah Produk

2005-12-29 Terurut Topik Muhamad Carlos Patriawan

Budi Rahardjo wrote:
 On 12/30/05, Muhamad Carlos Patriawan [EMAIL PROTECTED] wrote:

  Mungkin Pak Budi bisa cerita lanjut mengenai skenario b) dimana ada RD
  yang tidak membuat produk ? siapa pemiliknya ? tujuanya ? sektor ?
  pendanaan ? contoh realnya ? hasil outputnya selama ini ?

 Saya ambil contoh:
 - Ada yang didanai oleh pemerintah. Contoh PAUME :) ha ha ha,
   MIMOS (di Malaysia), IMEC (di Belgia), Minitel (Perancis),
   saya tidak tahu apakah Eykman institut termasuk yang didanai
   oleh pemerintah atau swasta.
   Contoh lain: pusat2 penelitian di perguruan tinggi. Ada banyak
   dan di seluruh dunia!
   bagaimana dengan pusat penelitian ekonomi? hi hi hi.

 Hasil RD kadang2 juga tidak langsung bisa dipakai untuk menjadi
 sebuah produk, akan tetapi harus digabung dengan paten lain.

I see,yang ini maksudnya toch.Beda Mazhab :-))

Maklum pada  bentuk implementasi yang dijual berupa produk atau servis
ke market, hasil RD yang sering atau *umum*nya dipakai adalah hasil
internal RD perusahaan hitek (bukan hasil riset RD di PT/pemth) yang
tidak mesti  paten sebagai outputnya (skenario a).

Masalah paten kebanyakan persh hitek memang sebenarnya tidak peduli
dengan paten,terus coding dan develop produk sampai tiba2 di-sue
perushaan lain :-))

Pertanyaan lanjutan :

1. Pak Budi ada contoh case study untuk hasil RD PT/pemerintah
(khususnya PT/pemth di Asia Tenggara) yang kemudian menjadi produk
langsung ( atau  menjadi produk setelah digabung dengan paten lain)  ?

2. Sorry kalau terlalu global,yang mana yang Lebih dibutuhkan untuk
sebuah developing country dalam sektor hitek ? (Internal RD di persh
hitek atau RD PT/pemth)

3. Apakah ada contoh patent yang ditemukan RD PT/pemth dan clash
dengan patent atau produk yang dikembangkan persh hitek ?

Carlos