----- Ursprüngliche Mail ----
Von: m.c. ptrwn <[EMAIL PROTECTED]>
An: teknologia <teknologia@googlegroups.com>
Gesendet: Samstag, den 15. April 2006, 18:55:11 Uhr
Betreff: [teknologia] Re: Melobby Universitas China untuk membangun satelit 
kampus di UC-Berkely


> solusi baru supaya  kalau ini di terapkan di Indo supaya dua-duanya
> sukses... kan menarik spt yang saya bilang di awal thread ini.

Ini memang pertanyaan besarnya karena pada kenyataan (yg mungkin saya
juga salah) ini belum terjadi, mungkin sesuai dengan desertasinya om
sulfikar ali temenya msa robi diatas.

Btw, Kalau mengikuti model di India itu sebenarnya gak ribet koq
(kecuali kalo mau dibikin ribet) , jadi orang tuanya menasehati
anaknya:

"Rakesh, kalau kamu mau hidup enak, jangan jadi petani lagi seperti
Bapak, sana belajar Java dan C++ yang giat di IIT atau jadi dokter
sekalian"   ... he he he :))

-mcp

Nano:
Inilah yang saya baca dari IEEE Spectrum edisi Maret:

Cisco akan menanam modal 750 juta dollar untuk chip design di Bangalore. Ini 
bagian dari investasi 1 milyar dollar US, 100 juta di antaranya untuk (Indian!) 
start-up companies.
Microsoft akan menanam modal 1,7 milyar dollar AS di India termasuk 250 juta 
dollar untuk VC.
IBM mengoutsource-kan power architecture ke HCL di India, 1000 engineer 
terlibat di sini.
AMD akan mengucurkan dana 3 milyar dollar untuk membangun fab bernama Semindia.
Intel akan berinvestasi 1 milyar dollar, 250 juta dollar untuk VC.

dan daftar lain-lain yang tidak sempat saya tulis satu per satu:-)

Di Indonesia? Tampaknya masih jauh, atau mungkin terus terang saja pemerintah 
yang bekuasa sekarang belum berpikir ke arah sini. Kalau dulu Nehru menempuh 
strategi cetak insinyur sebanyak2nya, dan kemudian tahun 1980-an momentum masuk 
dan ditangkap oleh Premji yang sekarang jadi orang terkaya di Bangalore dengan 
Wipro-nya, maka kita masih menempuh jalur elitis seperti US dan belum sesukses 
India. Dulu tahun 1970-an Prof. Samaun Samadikun mengusulkan IC design di 
Indonesia,  Fairchild Semiconductor sudah siap masuk, tetapi pemerintah tidak 
tertarik karena semiconductor industry bukan industri padat karya. Akibatnya 
Fairchild dkk lari ke Malaysia dan sekarang berjayalah Malaysia dengan Penang 
sebagai salah satu pusat IC Design. Sementara dari dulu sampai sekarang 
Indonesia terkenal sebagai produsen tekstil dan sepatu, yang sekarang terancam 
secara sangat serius oleh Cina dan Vietnam.

Makanya saya nggak tahu apakah thesis Dr. Sulfikar itu meliputi aspek kebijakan 
juga. Pasalnya teknologi tak lain hanya tool dan kecanggihan menggunakannya 
jauh lebih penting daripada mempelajari teknologi saja. Perkembangan IC Design 
di India dan Indonesia, dalam contoh di atas jelas terkait dengan kebijakan. 

Pengkontrasan profesi petani dan IT  memang kenyataan, tapi kalau itu dilakukan 
di Indonesia, maka akibatnya sama dengan pengkontrasan petani dan buruh pabrik 
yang hanya menghasilkan over-urbanization dan melemahnya posisi tawar buruh dan 
tentu saja petani. Sedangkan pekerjaan IT sebenarnya adalah potensi yang 
melayani proses produksi dan pemasaran, tidak hanya di industri tapi juga 
pertanian. Ada proyek percontohan grant dari ADB senilai 1 juta dollar US dari 
Jepang untuk penerapan IT bagi petani padi di Vietnam, Kamboja, dan Thailand 
tahun 2003. Information-based agriculture juga bukan tidak mungkin, tetapi 
tentu saja baru mungkin kalau dikerjakan :-)

Salam,
Nano







Kirim email ke