Re: FWD tulisan dasar atas komentar saya di detik.com

1999-10-07 Terurut Topik Yumartono

Irwan:
Yang saya pertanyakan adalah apa jaminan presiden pemenang
pemilu tahun 2004 itu mendapatkan suara lebih dari 50%.
Anda katakan di atas jumlah kontestannya mungkin paling banyak
tiga orang saja. Pertanyaan saya, apa jaminannya kontestannya
tidak lebih dari 3. Apa jaminannya kontestannya tidak mencapai 6 orang.
Tahukah anda, bahwa dengan kontestan sebanyak 6 orang maka
terbuka kemungkinan capres pemenang pemilu bisa hanya
mendapatkan suara 29% saja. Lalu, kalau 35% suara pemenang
pemilu kali ini dianggap tidak mewakili rakyat, bagaimana nanti
kita mempertanggung jawabkan angka 29% yg diraih oleh capres
pada pemilu tahun 2004 mendatang adalah mewakili suara rakyat?
Bukankah akan terjadi ketidak-konsistenan akan hal ini?

Seperti pada posting awal saya, bila kita tidak berani memulainya
sekarang, maka kita akan mengalami kesulitan di masa mendatang.

Silahkan anda renungkan permasalahan ini dan coba bayangkan
apa yg akan terjadi nanti di tahun 2004 bila apa yg saya perkirakan
itu terjadi. Bisa2 nanti di tahun 2004 lagi2 terjadi demokrasi arisan
dimana para capres yg kalah dan saling berembug dan sepakat
memberikan suara yg didapat kepada capres hasil rembukan.
Alhasil, presiden pemenang pemilu tahun 2004 pun bisa tidak
menjadi presiden karena hanya mendapatkan total suara 29%,
kalau dibanding dengan capres yg mendapat 16% suara tapi
karena demokrasi arisan yg dipakai akhirnya terkumpul 67%.
Demokrasi seperti inikah yg akan kita terapkan kelak di
Indonesia?

jabat erat,
Irwan Ariston Napitupulu

Boleh-boleh saja capres yang ikut bertarung akan banyak, tapi saya yakin
bahwa yang banyak itu adalah capres-capres dari partai gurem, sedangkan
partai-partai yang mempunyai basis massa yang sangat besar dan terorganisir
serta mempunyai ideologi sama (NU, Muhammadiyah, komponen PPP, dll) hanya
akan mengusulkan satu calon presiden.
Dan kalau hasil pemilu sudah didapat, ya jelas tidak bisa dong hasil suara
dari capres yang kalah dikumpulkan untuk mengganjal capres yang mempunyai
suara terbanyak (sekali lagi Anda tidak bisa membedakan nuansa demokrasi
sistem langsung dengan sistem perwakilan).
Nah, sekarang tinggal lihat apakah PDI-P dengan capresnya Mega masih akan
menjadi pengumpul suara terbanyak atau nggak.  Kita lihat nanti.

YMT



Re: FWD tulisan dasar atas komentar saya di detik.com

1999-10-07 Terurut Topik Suhendri

Jaminan apa ?
Barang, rumah atau mobil.

Tahun 2004, saya jamin jika diadakan pemilu langsung pilih presiden. Hanya
akan ada 2 capres yang ditandingkan. Kenapa ? Karena itu sudah hukum alam
dan seleksi alam. Lihat saja seperti Amerika contohnya. Paling banyak berapa
sich ? Mau pakai dasar pemilih yang seperti apa ? Coba sebutkan, pasti
penggolongan maksimum tidak lebih dari 3.

Sekarang ataupun nanti, saya jamin tidak ada tempat untuk Ibu Megawati.
Dalam 5 tahun, tidak ada lagi yang namanya partai membodohi pemilih nya
sendiri. Pemilih akan sangat pintar.

Soe

-Original Message-
From: Irwan Ariston Napitupulu [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
Date: Thursday, October 07, 1999 1:45 PM
Subject: Re: FWD tulisan dasar atas komentar saya di detik.com


In a message dated 10/7/99 2:34:16 AM Eastern Daylight Time,
[EMAIL PROTECTED] writes:

 catatan : bila pemilu dilakukan langsung untuk memilih presiden, maka
  kontestannyapun tidak akan sebanyak 48 orang, mungkin paling banyak 3
  kontestan.  Jadi apakah dengan angka 34% masih merasa optimis untuk
menang
?

Irwan:
Yang saya pertanyakan adalah apa jaminan presiden pemenang
pemilu tahun 2004 itu mendapatkan suara lebih dari 50%.
Anda katakan di atas jumlah kontestannya mungkin paling banyak
tiga orang saja. Pertanyaan saya, apa jaminannya kontestannya
tidak lebih dari 3. Apa jaminannya kontestannya tidak mencapai 6 orang.
Tahukah anda, bahwa dengan kontestan sebanyak 6 orang maka
terbuka kemungkinan capres pemenang pemilu bisa hanya
mendapatkan suara 29% saja. Lalu, kalau 35% suara pemenang
pemilu kali ini dianggap tidak mewakili rakyat, bagaimana nanti
kita mempertanggung jawabkan angka 29% yg diraih oleh capres
pada pemilu tahun 2004 mendatang adalah mewakili suara rakyat?
Bukankah akan terjadi ketidak-konsistenan akan hal ini?

Seperti pada posting awal saya, bila kita tidak berani memulainya
sekarang, maka kita akan mengalami kesulitan di masa mendatang.

Silahkan anda renungkan permasalahan ini dan coba bayangkan
apa yg akan terjadi nanti di tahun 2004 bila apa yg saya perkirakan
itu terjadi. Bisa2 nanti di tahun 2004 lagi2 terjadi demokrasi arisan
dimana para capres yg kalah dan saling berembug dan sepakat
memberikan suara yg didapat kepada capres hasil rembukan.
Alhasil, presiden pemenang pemilu tahun 2004 pun bisa tidak
menjadi presiden karena hanya mendapatkan total suara 29%,
kalau dibanding dengan capres yg mendapat 16% suara tapi
karena demokrasi arisan yg dipakai akhirnya terkumpul 67%.
Demokrasi seperti inikah yg akan kita terapkan kelak di
Indonesia?

jabat erat,
Irwan Ariston Napitupulu



Re: FWD tulisan dasar atas komentar saya di detik.com

1999-10-07 Terurut Topik Irwan Ariston Napitupulu

In a message dated 10/7/99 3:05:13 AM Eastern Daylight Time,
[EMAIL PROTECTED] writes:

 Dan kalau hasil pemilu sudah didapat, ya jelas tidak bisa dong hasil suara
  dari capres yang kalah dikumpulkan untuk mengganjal capres yang mempunyai
  suara terbanyak (sekali lagi Anda tidak bisa membedakan nuansa demokrasi
  sistem langsung dengan sistem perwakilan).
  Nah, sekarang tinggal lihat apakah PDI-P dengan capresnya Mega masih akan
  menjadi pengumpul suara terbanyak atau nggak.  Kita lihat nanti.

Irwan:
Yang saya bahas di pemilu 2004 nanti bukan soal capres PDIP.
Dengan kata lain, paragraf anda di atas hendak mengatakan
berapa persen pun suara yg didapat oleh capres pada tahun 2004
itu, selama menjadi pengumpul suara terbanyak maka capres
tersebut bisa dianggap mewakili keinginan rakyat walau hanya
mendapat 29% katakanlah.
Kalau memang demikian pengertian anda, bagaimana tanggapan
anda atas adanya suara2 yg mengatakan walau pemenang pemilu
tapi kalau hanya mendapatkan 35% suara dan itu tidak bisa dikatakan
mewakili rakyat.


jabat erat,
Irwan Ariston Napitupulu



Re: Ah yang bener !

1999-10-07 Terurut Topik Budi Haryanto

Logikanya nggak pas.

Apa iya seluruh anggota MPR = Amien Rais?
Apa iya seluruh anggota DPR = Akbar Tanjung?

Sehingga kalau Gus Dur jadi presiden, MPR dan DPR tidak bisa
meng'kontrol'nya, karena AR dan AT segan kepada Gus Dur. Lho kok...?

Ini pencampuradukan antara institusi dan individual yang sulit untuk
bisa diterima di era yang lebih 'demokratis' seperti saat ini.

Bagaimanapun, selamat buat IAN karena sudah 'bisa masuk' koran.

Salam,
Budi
(seorang rakyat jelata saja)

=
Dari detik.com:

...
Seperti telah diketahui, Amien Rais terpilih sebagai ketua MPR. Akbar
Tandjung terpilih sebagai ketua DPR. Bahwa kemudian Megawati
diisyaratkan lebih kuat kansnya ketimbang Gus Durs, menurut Irwan, sebab
jika Gus Dur yang naik, maka tidak akan ada yang berani mengontrol Gus
Dur.

"Amien Rais dan Akbar Tandjung segan dengan Gus Dur,"kata Irwan. "Siapa
sih yg nggak segan dengan Gus Dur. Karenanya Gus Dur saya perkirakan
akan lebih pas pada posisi Bapak Bangsa atau posisi apapun asal di luar
sistem agar dia bisa mengontrol ketiganya dari luar,"kata Irwan.
...



Re: FWD tulisan dasar atas komentar saya di detik.com

1999-10-07 Terurut Topik Irwan Ariston Napitupulu

In a message dated 10/7/99 3:05:52 AM Eastern Daylight Time,
[EMAIL PROTECTED] writes:

 Tahun 2004, saya jamin jika diadakan pemilu langsung pilih presiden. Hanya
  akan ada 2 capres yang ditandingkan. Kenapa ? Karena itu sudah hukum alam
  dan seleksi alam. Lihat saja seperti Amerika contohnya. Paling banyak
berapa
  sich ? Mau pakai dasar pemilih yang seperti apa ? Coba sebutkan, pasti
  penggolongan maksimum tidak lebih dari 3.

Tahukah anda capres di AS pernah lebih dari 5?
Paragraf anda di atas tampaknya juga ingin mengatakan
bahwa tidak mungkin capres tahun 2004 di Indonesia di ikuti
lebih dari 3 orang dan pemenangnya pasti akan memperoleh
suara lebih dari 50%. Benarkah kesimpulan saya?
Kalau memang benar, setidaknya saya sudah dijelaskan
jaminan seperti apa yg anda berikan:)


jabat erat,
Irwan Ariston Napitupulu



Moments When Saying Nothing Might Have Worked Out Better

1999-10-07 Terurut Topik Arya Indrathama

Ini Forward-an nya si Ichal ke mailing listnya kita di Denver. Ngga tau deh
kenapa doi kagak ngirim ke sini. Tapi gue jadi pengen posting disini karena
kadang kadang di Permias miling list ini " Saying Nothing Might Have Worked
Out Better"..
hehehe..

Monggo...


AryaArya


Subject:FW: Moments When Saying Nothing Might Have Worked Out Better


"No, you bombed it."
- Japan's emperor's reply to then first lady Barbara Bush when she asked
if the purpose of the newly built palace was because the old one was not
large enough.

Question: If you could live forever, would you and why?
Answer: I would not live forever, because we should not live forever,
because if we were supposed to live forever, then we would live forever,
but we cannot live forever, which is why I would not live forever.
- Miss Alabama in the 1994 Miss USA contest

Outside of the killings, Washington has one of the lowest crime
rates in the country.
- Mayor Marion Barry, Washington, DC

I've never had major knee surgery on any other part of my body.
- Winston Bennett, University of Kentucky basketball forward

Whenever I watch TV and see those poor starving kids all over the world,
I can't help but cry. I mean I'd love to be skinny like that but not with
all those flies and death and stuff.
- Mariah Carey, pop singer

I'm not going to have some reporters pawing through our papers. We are the
president."
- Hillary Clinton commenting on the release of subpoenaed documents

The police are not here to create disorder.  They're here to preserve
disorder."
- Former Chicago Mayor Daley during the infamous 1968 Democratic Party
Convention

Things are more like they are now than they ever were before.
- Former U.S. President Dwight D. Eisenhower

Traditionally, most of Australia's imports come from overseas.
- Former Australian cabinet minister Keppel Enderbery
( My best pick! hue he he he... )

We're going to turn this team around 360 degrees.
- Jason Kidd, upon his drafting to the Dallas Mavericks

Researchers have discovered that chocolate produces some of the same
reactions in the brain as marijuana. The researchers also discovered
other similarities between the two, but can't remember what they are.
- Matt Lauer on NBC's Today show, August 22

Half this game is ninety percent mental.
- Philadelphia Phillies manager Danny Ozark

They're multipurpose. Not only do they put the clips on, but they
take them off.
- Pratt  Whitney spokesperson explaining why the company charged
the Air Force nearly $1,000 for an ordinary pair of pliers

It is wonderful to be here in the great state of Chicago.
- Former U.S. Vice President Dan Quayle

I was recently on a tour of Latin America, and the only regret I have was
that I didn't study Latin harder in school so I could converse with those
people.
- Former U.S. Vice President Dan Quayle

It isn't pollution that's harming the environment. It's the impurities in
our air and water that are doing it.
- Former U.S. Vice President Dan Quayle

The streets are safe in Philadelphia. It's only the people who make them
unsafe.
- Frank Rizzo, ex-police chief and mayor of Philadelphia

The president has kept all of the promises he intended to keep.
- Clinton aide George Stephanopolous speaking on "Larry King Live"

After finding no qualified candidates for the position of principal,
the school board is extremely pleased to announce the appointment of
David Steele to the post.
- Philip Streifer, Superintendent of Schools, Barrington, Rhode Island

That lowdown scoundrel deserves to be kicked to death by a jackass,
and I'm just the one to do it.
- A congressional candidate in Texas

Without censorship, things can get terribly confused in the public mind.
- General William Westmoreland, during the war in Vietnam

Ever since I was a kid, I've always been a real deep thinker and stuff.
- Billy Ray Cyrus



Re: FWD tulisan dasar atas komentar saya di detik.com

1999-10-07 Terurut Topik Yumartono

Kalau yang anda tanya begitu, maka jawaban saya adalah bahwa rakyat yang
tidak termasuk kedalam 34% itu juga berhak untuk menyamakan aspirasinya
(khususnya rakyat yang tidak mau Megawati menjadi presiden) melalui
wakil-wakilnya di Majelis/Dewan.  Karena apa, karena waktu itu yang dipilih
adalah wakil-wakil mereka yang akan duduk di legislatif (ingat yang dipasang
di TPS-TPS adalah daftar calon tetap legislatif, bukan calon presiden).

YMT


Irwan:
Yang saya bahas di pemilu 2004 nanti bukan soal capres PDIP.
Dengan kata lain, paragraf anda di atas hendak mengatakan
berapa persen pun suara yg didapat oleh capres pada tahun 2004
itu, selama menjadi pengumpul suara terbanyak maka capres
tersebut bisa dianggap mewakili keinginan rakyat walau hanya
mendapat 29% katakanlah.
Kalau memang demikian pengertian anda, bagaimana tanggapan
anda atas adanya suara2 yg mengatakan walau pemenang pemilu
tapi kalau hanya mendapatkan 35% suara dan itu tidak bisa dikatakan
mewakili rakyat.


jabat erat,
Irwan Ariston Napitupulu



Re: FWD tulisan dasar atas komentar saya di detik.com

1999-10-07 Terurut Topik Irwan Ariston Napitupulu

In a message dated 10/7/99 3:26:26 AM Eastern Daylight Time,
[EMAIL PROTECTED] writes:

 Kalau yang anda tanya begitu, maka jawaban saya adalah bahwa rakyat yang
  tidak termasuk kedalam 34% itu juga berhak untuk menyamakan aspirasinya
  (khususnya rakyat yang tidak mau Megawati menjadi presiden) melalui
  wakil-wakilnya di Majelis/Dewan.  Karena apa, karena waktu itu yang dipilih
  adalah wakil-wakil mereka yang akan duduk di legislatif (ingat yang
dipasang
  di TPS-TPS adalah daftar calon tetap legislatif, bukan calon presiden).

  YMT

Irwan:
Bung Yumartono, saya ngga tahu apa bahasa/kalimat
yg saya gunakan kurang ditangkap atau tidak.
Seperti yg saya sebutkan sebelumnya, pemilu tahun 2004
saya tidak bicara soal Megawati, Akbar Tandjung, Amien Rais,
atau pun Gus Dur.
Agar tidak simpang siur, saya coba tulis lagi dengan
membatasi hal yg saya tanyakan.
Yang saya tanyakan kepada anda apakah capres
pemenang hasil pemilihan langsung pada
pemilu tahun 2004 nantinya bisa dikatakan mewakili rakyat
walau hanya memperoleh 29% suara?

Mudah2an pertanyaan saya kali ini sudah cukup jelas dan
anda bersedia menjawabnya.:)

jabat erat,
Irwan Ariston Napitupulu



Seharusnya pendukung PDIP Marah karena Akbar Tanjung menjadi Ketua DPR ???

1999-10-07 Terurut Topik Nasrullah Idris

 Seperti kita ketahui, Akbar Tanjung berhasil memperoleh 411 suara dalam
pemilihan ketua DPR kemarin ini.
 Taroklah 150 suara diberikan kepada Soetardjo (99 dari PDIP dan 51 dari
PKB) sehingga menjadi 204 suara (ditambah 54 suara yang diperoleh
Soetardjo). . Berarti Akbar Tanjung masih bisa menang sebanyak 211 suara.
 Apakah ini berarti kewajiban GOLKAR untuk memberikan konsensi kepada
PDIP menjadi nol ?
 Apakah berarti Akbar Tanjung harus berterima kasih kepada Hartono
Marjono (Partai Bulan Bintang) yang telah memaksakan sidang untuk melakukan
voting?

===

 Seperti sering didengar bahwa GOLKAR di mata PDIP adalah partai Status
Quo. Sedangkan PDIP menganggap dirinya sebagai partai reformis.
 Tetapi mengapa PDIP pada pemilihan ketua DPR kemarin memberikan suara
kepada GOLKAR? Apalagi sangat banyak pendukung PDIP mengharapkan para
wakilnya di DPR untuk tidak memberikan kepemimpinan kepada anggota dari
kalangan yang mereka anggap "Status Quo", yaitu GOLKAR. Apa mereka nggak
marah tuh kepada para wakilnya di DPR?



Saya hanya ingin bertanya saja kok !

Salam,

Nasrullah Idris



Re: FWD tulisan dasar atas komentar saya di detik.com

1999-10-07 Terurut Topik Yumartono

Saya jawab : Capres pemenang pemilu langsung, akan menang dan berhak jadi
presiden, walau mendapat suara absolut kecil.  Tapi itu hanya mewakili
rakyat yang 29%, bukan rakyat banyak.  Karena itulah resiko dari voting.
Tapi realistis lah, itu susah terjadi bila dilakukan lewat pemilu langsung,
karena buat yang mendapat suara sedikit, buat apa capek-capek berlaga,
mendingan digabungkan kepada capres yang masih seaspiratif.
Saya tahu arah pertanyaan anda bahwa anda ingin menyamakan dengan kondisi
pemilu yang memilih wakil-wakil rakyat.  Jujur sajalah, kalau sistem yang
dipakai masih sistem perwakilan, pemenang pemilu yang tidak mutlak (51%)
jangan dulu bermimpi untuk bisa menggolkan calonnya menjadi presiden.  Tapi
yang harus dilakukan adalah :
- Melakukan lobi terus-menerus kepada partai lain
- Tidak bersikap arogan
- Bersikap terbuka dan transparan

Simple saja, bukan ?

YMT

Yang saya tanyakan kepada anda apakah capres
pemenang hasil pemilihan langsung pada
pemilu tahun 2004 nantinya bisa dikatakan mewakili rakyat
walau hanya memperoleh 29% suara?

Mudah2an pertanyaan saya kali ini sudah cukup jelas dan
anda bersedia menjawabnya.:)

jabat erat,
Irwan Ariston Napitupulu



Attn Bung Irwan (Re: FWD tulisan dasar atas komentar saya di detik.com)

1999-10-07 Terurut Topik Jeffrey Anjasmara

Ah, kok Bung Irwan ini nggak pernah mau membedakan antara sistem pemilihan
presiden secara langsung dengan sistem pemilihan presiden tak langsung model
saat ini. Rasanya sudah ratusan kali kita bahas di milis ini, kok nggak
ngerti-ngerti.

Kok sama persis dengan Aberson yang tidak mau mengerti hakikat pemilihan
presiden di Indonesia ini.

Kalau memang sistem pemilihan presiden dilakukan secara langsung, maka jelas
1000 calonpun tidak perlu dipermasalahkan. Mengapa? jelas dengan tegas bahwa
yg dipilih adalah presiden, mau dapat dua suarapun dia bisa jadi presiden
asal yang lain dapat cuman satu suara. Jelas kita tidak perlu mencari suara
mayoritas! Mengapa? Kan kita tidak mengenal koalisi presiden. Lagipula akan
muncul mekanisme natural, di mana partai-partai yang relatif lemah akan
berkoalisi dengan partai lain, sehingga akan mereduksi jumlah calon
presiden.

Hal yg berbeda terjadi saat ini. Indonesia masih menganut sistem
perwakilan!!! Bilapun PDIP menang 70%, kalau dalam tahap penentuan presiden
banyak wakil dari PDIP yang lompat pagar dan memilih calon lain, maka calon
dari PDIP sendiri dapat tergusur dengan mudah. Makanya Suharto tidak pernah
mau ada calon ganda biarpun Golkar menang lebih dari 70% suara.

Hal ini tidak pernah dipahami oleh Bung Irwan dan Aberson. Sama juga dengan
sikap Megawati. Saya dapat memahami Megawati yang pendidikannya kurang,
sehingga tidak lekas paham perbedaannya. Namun saya bingung dengan Bung
Irwan (juga Aberson) mengapa masih MEMBINGUNGKAN DIRI? Dengan demikian,
tidak ada ketidakkonsistenan. Sistemnya berbeda kok.

Tambahan buat Bung Irwan, sistem pemilihan langsung akan mendapat tentangan
keras dari beberapa pihak. Baru 2 hari yg lalu seorang ahli politik UGM
menyatakan bahwa sistem pemilihan presiden secara langsung akan menyebabkan
presidennya orang Jawa terus. Nah lho?

+anjas

'-
From: Irwan Ariston Napitupulu [EMAIL PROTECTED]
Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: FWD tulisan dasar atas komentar saya di detik.com
Date: Thu, 7 Oct 1999 02:49:34 EDT

In a message dated 10/7/99 2:34:16 AM Eastern Daylight Time,
[EMAIL PROTECTED] writes:

  catatan : bila pemilu dilakukan langsung untuk memilih presiden, maka
   kontestannyapun tidak akan sebanyak 48 orang, mungkin paling banyak 3
   kontestan.  Jadi apakah dengan angka 34% masih merasa optimis untuk
menang
?

Irwan:
Yang saya pertanyakan adalah apa jaminan presiden pemenang
pemilu tahun 2004 itu mendapatkan suara lebih dari 50%.
Anda katakan di atas jumlah kontestannya mungkin paling banyak
tiga orang saja. Pertanyaan saya, apa jaminannya kontestannya
tidak lebih dari 3. Apa jaminannya kontestannya tidak mencapai 6 orang.
Tahukah anda, bahwa dengan kontestan sebanyak 6 orang maka
terbuka kemungkinan capres pemenang pemilu bisa hanya
mendapatkan suara 29% saja. Lalu, kalau 35% suara pemenang
pemilu kali ini dianggap tidak mewakili rakyat, bagaimana nanti
kita mempertanggung jawabkan angka 29% yg diraih oleh capres
pada pemilu tahun 2004 mendatang adalah mewakili suara rakyat?
Bukankah akan terjadi ketidak-konsistenan akan hal ini?

Seperti pada posting awal saya, bila kita tidak berani memulainya
sekarang, maka kita akan mengalami kesulitan di masa mendatang.

Silahkan anda renungkan permasalahan ini dan coba bayangkan
apa yg akan terjadi nanti di tahun 2004 bila apa yg saya perkirakan
itu terjadi. Bisa2 nanti di tahun 2004 lagi2 terjadi demokrasi arisan
dimana para capres yg kalah dan saling berembug dan sepakat
memberikan suara yg didapat kepada capres hasil rembukan.
Alhasil, presiden pemenang pemilu tahun 2004 pun bisa tidak
menjadi presiden karena hanya mendapatkan total suara 29%,
kalau dibanding dengan capres yg mendapat 16% suara tapi
karena demokrasi arisan yg dipakai akhirnya terkumpul 67%.
Demokrasi seperti inikah yg akan kita terapkan kelak di
Indonesia?

jabat erat,
Irwan Ariston Napitupulu

__
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com



Re: Seharusnya pendukung PDIP Marah karena Akbar Tanjung menjadi Ketua DPR ???

1999-10-07 Terurut Topik Yumartono

Harusnya marah !  Dan saya kira puncaknya adalah pada saat tanggal 21
Oktober nanti, sehari setelah Mega gagal menjadi presiden.
Tapi rakyat Indonesia yang lebih banyak, tidak perlu takut, karena rakyat
pendukung PDI-P itu hanya akan marah dan berdemo kepada para pengurus partai
saja.  Mereka tidak akan berani menggugat presiden yang telah terpilih,
karena mereka akan berhadapan dengan lebih dari 65% rakyat lainnya.

YMT

Apa mereka nggak
marah tuh kepada para wakilnya di DPR?



Saya hanya ingin bertanya saja kok !

Salam,

Nasrullah Idris



Re: FWD tulisan dasar atas komentar saya di detik.com

1999-10-07 Terurut Topik Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia)

Siapa yang menjamin kandidatnya hanya tiga biji? Namanya orang kemaruk mana
mau mencalonkan orang lain jadi presiden. "Poros Tengah" mencalonkan Gus Dur
karena sudah ketahuan suaranya keok. Padahal sebelum pemilu mereka
masing-masing mengklaim dirinya yang terbesar. Yang perlu dicatat
suara-suara (orang-orang) yang tak mendukung Mega bukan berarti mereka akan
mendukung si Anu atau si Amat. Jadi tak relevan. Sama halnya jika  saya tak
mendukung Mega bukan berarti saya akan mendukung Gus Dur.

Efron

-Original Message-
From:   Yumartono [SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
Sent:   Thursday, 07 October, 1999 13:40 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject:FWD tulisan dasar atas komentar saya di detik.com

Pro dan kontra adalah hal yg biasa.
Bagi yg kontra terlebih lagi yg mempermasalahkan
walau Megawati capres pemenang pemilu tapi hanya
mendapatkan 35% suara rakyat pada pemilu lalu ,
silahkan tanyakan pada diri anda sendiri apakah anda
setuju bila pemilihan presiden pada pemilu
tahun 2004 dilakukan secara langsung.
Kalau anda setuju untuk pemilihan secara langsung,
tolong ceritakan ke saya apa jaminan anda presiden
pemenang pemilu kelak bisa mendapatkan suara lebih
dari 50%.

Terima kasih.

jabat erat,
Irwan Ariston Napitupulu


Ini yang bung Irwan tidak pahami, bahwa nuansa dan situasi pemilu (memilih
wakil-wakil rakyat di dewan) saat ini dengan pemilu langsung memilih
presiden (bila ini nanti disetujui) akan berbeda.  Bila pemilu dilakukan
dengan memilih presiden, maka partai-partai yang berasas sama dan sepaham,
tentu hanya akan menjagokan capres yang sama pula.  Mereka tidak akan ngotot
dengan capresnya sendiri-sendiri, karena bagaimanapun juga bila
masing-masing pihak mengajukan capresnya sendiri-sendiri, maka kemungkinan
untuk menang menjadi tipis.
Jadi, meskipun taroklah nanti pemilu diadakan langsung untuk memilih
presiden, maka peluang Mega-pun akan kecil, karena lawannya adalah calon
presiden yang didukung oleh partai-partai yang tidak mendukung Mega.

YMT

catatan : bila pemilu dilakukan langsung untuk memilih presiden, maka
kontestannyapun tidak akan sebanyak 48 orang, mungkin paling banyak 3
kontestan.  Jadi apakah dengan angka 34% masih merasa optimis untuk menang ?



Re: Nggak ada logikanya

1999-10-07 Terurut Topik pedc

sorry ikutan nimbrung mas (meski konteksnya lain, tak apalah), soal "Apakah
bila seorang Ananda Mikola memberikan komentarnya akan seenak komentarnya
bung Hendra Noor Saleh (wartawan Otomatif) ?  Tentu saja masih
enak didengar komentar-komentar dari bung Hendra." (atau bung sendiri yang
nggak tau F1 sehingga lebih enak komentar dari bung hendra yang sama-sama
"nggak tau" F1,  jadii..malah nyambung..or enak). Wartawan otomotif lain
yang lebih tau ada juga lho, bung Sukarman Mustamin, coba tanya dia.

belum tentu seperti itu mas. di GP Motor komentator "resmi" dorna itu Randy
Mamola mantan pembalap GP 500 era Kenny Roberts Jr. juga di GP F1 yang
megang dulu Murray Walker (mantan pembalap juga). Komentar mereka tajem lho,
detail lagi ..mereka pernah nyemplak disadel atau jok mobil balap. tentu
lebih paham dari kita yang awam ini.. (atau memang atlet-atlet aja yang
kurang intelek komentarnya..)

bukan ngerendahin bung Hendra lho..tapi saya nggak yakin bung Hendra pernah
ngerasain nikung sambil sliding di tikungan hairpin pada 130 mph (misalnya,
kebetulan saya pernah ngerasain). dan tentunya dia juga sulit cerita gejala
apa yang timbul jika saat itu (katakan) ban kiri tekanannya sedikit
down..bisa sih bisa, tapi paling asumsi saja..ya nggak.

tolong dipikir lagi dong kalo ngomong, ya mas ya...hati-hati yaa

thanks lho,


pedoc



-Original Message-
From: Yumartono [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
Date: Thursday, October 07, 1999 12:59 PM
Subject: Re: Nggak ada logikanya


Oh, kalau enggak tahu NBA, ganti saja NBA dengan Manchester United
atau Olympiade atau olah raga lain. Tak apa kok. Saya ngerti kalau anda
memang terlalu pintar sehingga tak bisa menyempatkan waktu nonton
begituan. Saya sendiri jarang nonton NBA. Yang penting anda ngerti
penjelasan saya, itu saja.


YS

Terlepas dari soal bahwa pengamat olahraga itu orang Indonesia atau orang
luar, tetapi akan sangat menarik kalau komentator memang orang yang bukan
bekas olahragawan, akan tetapi mempunyai pengetahuan dan wawasan yang luas
tentang olahraga tersebut.
Komentator yang berasal dari mantan olahragawan biasanya terbatas hanya
mengomentari masalah teknis permainan, padahal yang diinginkan oleh
penonton
mungkin lebih kepada hal-hal non teknis sekitar permainan tersebut.
Coba perhatikan mana yang lebih enak didengar komentar dari bung Kusnaeni
atau bung Ronny Pattinasarany bila sedang mengomentari liga Italia serie A.
Tentu banyak penonton yang lebih setuju bahwa komentar dari bung Kusnaeni
lebih "berisi" dibanding komentar bung Ronny.
Dan perhatikan juga bila menonton siaran tinju profesional,
komentar-komentar dari bung M. Niagara akan menarik dibanding komentar
teknisnya bung Syamsul Anwar.
Apakah bila seorang Ananda Mikola memberikan komentarnya akan seenak
komentarnya bung Hendra Noor Saleh (wartawan Otomatif) ?  Tentu saja masih
enak didengar komentar-komentar dari bung Hendra.
Jadi saya kira komentar dari orang yang bukan mantan olahragawan untuk
mengomentari masalah olahraga masih lebih enak didengar dibanding
komentarnya dari mantan olahragawan.

YMT




Re: [Re: FWD tulisan dasar atas komentar saya di detik.com]

1999-10-07 Terurut Topik Rizal Az

memang pemilihan umum langsung, pemenangnya harus mendapatkan suara lebih
dari 50%??

ichal

-Original Message-
From:   Yumartono [SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
Sent:   Thursday, 07 October, 1999 13:40 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject:FWD tulisan dasar atas komentar saya di detik.com

Pro dan kontra adalah hal yg biasa.
Bagi yg kontra terlebih lagi yg mempermasalahkan
walau Megawati capres pemenang pemilu tapi hanya
mendapatkan 35% suara rakyat pada pemilu lalu ,
silahkan tanyakan pada diri anda sendiri apakah anda
setuju bila pemilihan presiden pada pemilu
tahun 2004 dilakukan secara langsung.
Kalau anda setuju untuk pemilihan secara langsung,
tolong ceritakan ke saya apa jaminan anda presiden
pemenang pemilu kelak bisa mendapatkan suara lebih
dari 50%.

Terima kasih.

jabat erat,
Irwan Ariston Napitupulu


Ini yang bung Irwan tidak pahami, bahwa nuansa dan situasi pemilu (memilih
wakil-wakil rakyat di dewan) saat ini dengan pemilu langsung memilih
presiden (bila ini nanti disetujui) akan berbeda.  Bila pemilu dilakukan
dengan memilih presiden, maka partai-partai yang berasas sama dan sepaham,
tentu hanya akan menjagokan capres yang sama pula.  Mereka tidak akan ngotot
dengan capresnya sendiri-sendiri, karena bagaimanapun juga bila
masing-masing pihak mengajukan capresnya sendiri-sendiri, maka kemungkinan
untuk menang menjadi tipis.
Jadi, meskipun taroklah nanti pemilu diadakan langsung untuk memilih
presiden, maka peluang Mega-pun akan kecil, karena lawannya adalah calon
presiden yang didukung oleh partai-partai yang tidak mendukung Mega.

YMT

catatan : bila pemilu dilakukan langsung untuk memilih presiden, maka
kontestannyapun tidak akan sebanyak 48 orang, mungkin paling banyak 3
kontestan.  Jadi apakah dengan angka 34% masih merasa optimis untuk menang ?



Get your own FREE, personal Netscape WebMail account today at 
http://webmail.netscape.com.



Re: Faktanya (tanggapan terhadap analis saham IAN)

1999-10-07 Terurut Topik pedc

Mega jadi presiden, wah Petruk (kodew) jadi ratu dong...
saya nggak yakin hasilnya bagus. itu langkah mundur. ngapain temen2 sekolah
jauh ke US kalo yang mimpin levelnya..yaa segitu itu..jangan diulangi deh
pengalaman rejim orba dulu.

coba deh kita sekali-sekali  refresh sebentar dari meja belajar kita.. see
the real world..pemain bola liga inggris rata rata lulusan PT. kenapa sepak
bola indonesia tak maju padahal penduduk seabrek, dan inggrin sedemikian
majunya (jujur aja ya). pola pikir, strategi, kemampuan fisik, disiplin,
intelegensia, kreativitas, itu didapat dari sistem pendidikan mereka ,,
bukan melulu latihan fisik weekly. sampai nangis darahpun kagak bakal menang
lawan MU.

itu baru sepakbola tapiii.. hasilnya emang nyata kan. dan tak pikir
rel;evan.
lha ini mau eksperimen serupa, levelnya negara lagi..mau kacau silakan, mau
bubar silakan,
hehehe.. silakan aja, toh  saya nggak tinggal dinegara ini (jangan bilang
gitu)
ibarat main bola, say pikir rakyat RI 01 pengen tim kita bikin gol
sebanyak-banyaknya, dan untuk itu bisa terwujud kalo manajernya orang
profesional yang mumpuni (dalam bola) bukan sekedar mempertahankan gengsi
lurah yang pengen jadi manajer tim bal-balan, sekedar simbol penguasa yang
dipilih rakyat.

be professional..jangan simbolis..ntar kayak P4 hasilnya..

Salam,

Pedoc


-Original Message-
From: Yumartono [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
Date: Thursday, October 07, 1999 1:31 PM
Subject: Faktanya (tanggapan terhadap analis saham IAN)


Tapi faktanya nanti adalah pemilihan presiden pasti akan melalui voting !!!
Kecuali kubu Mega  Habibie memberikan kesempatan pada Gus Dur untuk
menduduki jabatan presiden.
Dan bila Mega tidak jadi presiden, tidak perlu khawatir bahwa rakyat akan
marah dan protes, karena dari suara-suara rakyat kecil sendiri (seperti
liputan TV semalam thd. beberapa pedagang kecil, tukang becak, dll.) mereka
mengatakan bahwa bagi mereka tidak penting siapa yang jadi presiden, tapi
yang diharapkan adalah aman dan ekonomi membaik.
Nah, jadi kalau rakyat sendiri bilang tidak ingin mengacau lalu siapa
sebenarnya yang ingin mengacau ?

YMT

PS :
Komentarnya pak Sarwono kayaknya perlu disimak, bahwa bila PDI-P tidak
berhasil menggolkan Mega menjadi presiden, maka yang salah adalah
wakil-wakil PDI-P sendiri.  Dan rakyat akan marah terhadap pengurus PDI-P,
bukan terhadap anggota MPR.


Analis Saham, Irwan Ariston Napitupulu:
Mega Tanpa Voting, Dollar Rp 5.000
Reporter: Irna Gustia W

detikcom, Jakarta- Bila ternyata benar Megawati terpilih menjadi presiden
tanpa melalui voting untuk menghargai pilihan rakyat, maka diperkirakan
rupiah akan mencoba menembus Rp 5.000 per dollar. Reaksi invetor positif.
Indeks BEJ akan mencoba terbang ke level 800.




[Re: (tanggapan terhadap analis saham IAN)]

1999-10-07 Terurut Topik Rizal Az

   Sudah...sudah...jangan kela'i... Kalian ini siiirkkk aja...:)). Biarin
aja deh si Irwan ini mau masuk Detik.com kek, mau masuk mana kek... terserah
aja. Kebiasaan melayu... engga' bisa liat orang seneng he...he...he...Kalau
mau counter attack. Kirim dong tulisan ente2 pade ke detik.com. Jadi ada pro
and contra...he...he...he... 
Does any of you have any guts??? ayo dongmasa kalah sih sama si Irwan itu.
 kalo gue sih ketauan engga' bisa nulis, apalagi ngomongin ekonomy...:), tapi
anda2 semua hmmm kalo gue bilang sih qualitasnya sama lah sama qualitas
coloumnist2 NYT atau USA Today... Ayo Soe...+anjas... Ida... hajar bleh...
he...he...he... 

buat IAN: 
   bukan berarti gue agree tulisan anda dan pikiran2 anda loh. 
   

ichal

-Original Message-
From: Yumartono [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
Date: Thursday, October 07, 1999 1:31 PM
Subject: Faktanya (tanggapan terhadap analis saham IAN)




Analis Saham, Irwan Ariston Napitupulu:
Mega Tanpa Voting, Dollar Rp 5.000
Reporter: Irna Gustia W

detikcom, Jakarta- Bila ternyata benar Megawati terpilih menjadi presiden
tanpa melalui voting untuk menghargai pilihan rakyat, maka diperkirakan
rupiah akan mencoba menembus Rp 5.000 per dollar. Reaksi invetor positif.
Indeks BEJ akan mencoba terbang ke level 800.




Get your own FREE, personal Netscape WebMail account today at 
http://webmail.netscape.com.



Re: Ah yang bener !

1999-10-07 Terurut Topik Ali Simplido

Mas Budi,

Mungkin yang dimaksud IAN, kalo Matori jadi ketua MPR
dan Mega jadi president, si ketua MPR segan ama
president:-)

Ali Simplido

--- Budi Haryanto [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Logikanya nggak pas.

 Apa iya seluruh anggota MPR = Amien Rais?
 Apa iya seluruh anggota DPR = Akbar Tanjung?

 Sehingga kalau Gus Dur jadi presiden, MPR dan DPR
 tidak bisa
 meng'kontrol'nya, karena AR dan AT segan kepada Gus
 Dur. Lho kok...?

 Ini pencampuradukan antara institusi dan individual
 yang sulit untuk
 bisa diterima di era yang lebih 'demokratis' seperti
 saat ini.

 Bagaimanapun, selamat buat IAN karena sudah 'bisa
 masuk' koran.

 Salam,
 Budi
 (seorang rakyat jelata saja)

 =
 Dari detik.com:

 ...
 Seperti telah diketahui, Amien Rais terpilih sebagai
 ketua MPR. Akbar
 Tandjung terpilih sebagai ketua DPR. Bahwa kemudian
 Megawati
 diisyaratkan lebih kuat kansnya ketimbang Gus Durs,
 menurut Irwan, sebab
 jika Gus Dur yang naik, maka tidak akan ada yang
 berani mengontrol Gus
 Dur.

 "Amien Rais dan Akbar Tandjung segan dengan Gus
 Dur,"kata Irwan. "Siapa
 sih yg nggak segan dengan Gus Dur. Karenanya Gus Dur
 saya perkirakan
 akan lebih pas pada posisi Bapak Bangsa atau posisi
 apapun asal di luar
 sistem agar dia bisa mengontrol ketiganya dari
 luar,"kata Irwan.
 ...



=

__
Do You Yahoo!?
Bid and sell for free at http://auctions.yahoo.com



FW: [suab] Susu untuk Anak Bangsa - mencari bantuan donatur

1999-10-07 Terurut Topik Andi Saleh

-Original Message-
From: Siregar, Parvita [mailto:[EMAIL PROTECTED]]
Sent: 07 Oktober 1999 13:15
To: 'Perempuan'
Cc: 'SUAB'
Subject: [suab] Susu untuk Anak Bangsa - mencari bantuan donatur


Rekan-rekan perempuan,

Sudah hampir 1 1/2 tahun lebih kami yang berkumpul dalam wadah Susu Untuk
Anak Bangsa mensubsidi susu untuk balita dari keluarga yang tidak mampu.
Kegiatan ini dimulai sejak krisis melanda kita dan masih aktif mensubsidi
susu di 3 daerah di Pulau Gadung (daerah Kali Mati dan kawasan kumuh P.
Gadung - tepatnya di Jl. Swadaya dan sekitarnya).  Secara rutin, 2x dalam
satu bulan kami mensupply susu SGM2 sebanyak 8 x 24 kotak yang satu kotaknya
300 gram yang dijual dengan harga 50% dari harga beli.  Dana berasal dari
kalangan pribadi (biasanya dari mulut kemulut atau sesama rekan kerja) yang
dimasukkan ke dalam account kami dan dari hasil penjualan kartu ucapan
kosong yang bergambar hasil gambar anak-anak waktu lomba gambar 17 Agustusan
tahun lalu.

Beberapa bulan yang lalu kami mendapat surat permintaan bantuan untuk supply
susu ke daerah Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur.  Di sana
terdapat Yayasan Yatim Piatu 'Bamadita Rahman" di bawah pembinaan Dr. H.
Bambang Madiyono.  Supply susu ini bukan diperuntukkan untuk yayasan
tersebut tetapi untuk lingkungan di sekitar yayasan tersebut.  Hasil
pemeriksaan para relawan dokter di daerah tersebut ternyata menyatakan 34
anak balita kurang gizi dan 44 anak balita dengan gizi buruk.  Ketika saya
ajukan bahwa bantuan berupa subsidi (bukan total sumbangan), ternyata mereka
masih kurang mampu untuk mendapatkan dana tambahan. Menurut perhitungan
kami, jika 1 anak membutuhkan 1.5 box berisi 300 gr untuk satu minggu, maka
44 anak membutuhkan 66 box selama 1 minggu, berarti 3 kardus untuk 1 minggu.
(1 kardus - 24 box susu 300 gr).  Itu hanya untuk 44 anak.  Untuk 78 anak
balita, tentunya jumlahnya menjadi 117 box = 5 box per 1 minggu.  Sekarang
harga 1 kardus SGM2 berisi 24 kotak adalah Rp 191.000, maka tiap minggu
dibutuhkan Rp 955.000,-.  Idealnya demikian.

Berdasarkan dana yang kami miliki, kami agak sulit untuk bisa memenuhi
permintaan tersebut karena sirkulasi uang kami juga agak pas-pasan.  Tujuan
Susu Untuk Anak Bangsa adalah untuk membantu keluarga yang kurang mampu
untuk memenuhi kebutuhan susu anak-anak mereka, jadi kalau memenuhi seluruh
kebutuhan susu, kami agak sulit untuk mendapatkan dananya.  Jika ada
diantara rekan-rekan yang bisa meneruskan email ini kepada yang kira2 bisa
membantu, kami sangat berterimakasih.

Selanjutnya, untuk rekan2 yang kiranya ingin berpartisipasi menyumbang, kami
mempunyai accout di:

ABN AMRO Bank
# 24988154 USD (US Dollar)
atau
# 23245476 IDR (Rupiah)

atas nama Rubiana Fajar/Dini Djalal

Bagi yang tertarik untuk mengetahui kegiatan kami, kami 2x seminggu ke
daerah P.Gadung dan Kali Mati untuk mengantarkan susu.  Selanjutnya email
dapat ditujukan kepada saya langsung atau ke email kami di:
[EMAIL PROTECTED]



Terimakasih,

Parvita H. Siregar

SYAFRIANDI ARMAND SALEH
3-DNET Indonesia


VISIT THE 3-DNET WEBSITES : http://www.3dnet.org
Linking Industry to Individual in pursuit of REAL Opportunities in :
EMPLOYMENT - COMMUNICATION - MERCHANDISING
(Operations in more than 100 countries)

Need a new E-mail Address ? You've come to the right place !!
At 3-DNET Post Office you get a personalized and free E-mail account with
your own personal touch username.
Sign Up with 3-DNET Mail !!!




Re: Mahasiswa Bodoh

1999-10-07 Terurut Topik Notrida Mandica

To Mas Jeffrey,

Dua-duanya kali, mau ikutan?

ida


From: Jeffrey Anjasmara [EMAIL PROTECTED]


Yang geblek itu yang namanya Suhendri atau yang namanya Ida sih? Maaf nih,
habisnya emailnya ngirit banget jadinya saya agak telmi. Tolong dong
diterangkan.

'--
From: Notrida Mandica [EMAIL PROTECTED]
Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: Mahasiswa Bodoh
Date: Wed, 6 Oct 1999 09:54:01 PDT

Mas Suhenri,

Kenapa bukan kamu yang organize demonstrasi?

GEBLEK!

ida


From: Suhendri [EMAIL PROTECTED]
Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Mahasiswa Bodoh
Date: Wed, 6 Oct 1999 09:40:05 +0700

Mana nich Forkot, Famred, Farbes dan apalah namanya yang lain itu dari
para
mahasiswa yang getol demo menyokong reformasi dan menolak status quo.

Tuch lihat, PDI - P mendukung Golkar untuk ketua DPR, tapi nggak ada yang
demo.

Ha...ha...mahasiswa. Forkot, Famred, Farbes dll nya itu benar-benar
mahasiswa yang payah dan bodoh.
Mengatasnamakan diri mahasiswa, mengatasnamakan berjuang demi rakyat.
Sama aja ternyata, mahasiswa "dagang sapi"

Soe

__
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com



__
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com


__
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com



Kelakuan Komisi Tinggi HAM

1999-10-07 Terurut Topik Mahendra Siregar





Republika, 6 Oktober 1999:
Komisi Tinggi HAM PBB Manipulasi Sidang Khusus Soal Timtim; Xanana 
Tolak Pelucutan Senjata Falintil 


NEW YORK -- Praktek manipulasi telah dilakukan Komisi Tinggi HAM PBB 
dalam soal Timtim. Itu merupakan ironi besar bagi PBB --didukung masyarakat dan 
media massa Barat-- yang selama ini berteriak paling lantang soal HAM di Timtim. 

Tindakan kotor manipulasi oleh Komisi Tinggi HAM PBB itu meruyak berkat 
informasi Nabutoshi Akso, Duta Besar (Dubes) Jepang di Jenewa. Akso mengaku ia 
telah ditekan oleh Komisi Tinggi HAM PBB untuk mengubah posisinya, yang semula 
'abstain' menjadi 'mendukung' penyelenggaraan Sidang Khusus Komisi HAM 
mengenai Timtim pada 23-27 September lalu. 
Wartawan Antara di New York kemarin mendapat informasi atas pemaksaan 
itu, Akso telah menulis protes pada Komisi Tinggi HAM PBB Mary Robinson. Surat 
tersebut sekaligus juga merupakan kesaksian Jepang berkaitan dengan kronologi 
peristiwa menjelang penutupan batas waktu pemberian jawaban, pada Kamis 16 
September 1999, bagi penyelenggaraan sidang khusus Komisi HAM PBB mengenai 
Timtim. 
Menurut sejumlah diplomat Asia yang menentang sidang khusus itu, kesaksian 
Jepang tersebut mengukuhkan opini bahwa Komisi HAM PBB telah berpihak, tidak 
transparan, dan sangat berambisi. Komisi HAM PBB dianggap telah melakukan 
manipulasi untuk memaksakan sidang khusus mengenai Timtim. 
Informasi yang diperoleh Antara tadi juga menyebutkan kronologi 
kejadian tersebut secara rinci. Pada 15 September, kantor Komisi HAM PBB 
menelepon perwakilan tetap Jepang di Jenewa. Isinya, Komisi Tinggi HAM PBB 
mendesak Jepang agar mempengaruhi negara-negara kelompok Asia untuk mendukung 
sidang khusus mengenai Timtim. 
Waktu itu posisi Jepang 'tidak menentang sidang khusus', bisa dikategorikan 
'abstain'. ''Kami ingin jawaban Anda 'ya' secara lebih tegas daripada 
'tidak menentang', dalam rangka menunjukkan dukungan Anda yang jelas terhadap 
sidang ini,'' kata si penelepon dari kantor Komisi HAM PBB. 
Namun, Akso tetap menyatakan posisinya 'abstain'. Keesokan harinya 
datang lagi telepon dari Komisi HAM PBB, dan kembali menodong Akso agar mengubah 
pikirannya jadi 'setuju'. Meski dijawab sama, penelepon dari kantor Komisi HAM 
PBB mengatakan bahwa pihaknya menginterpretasikan jawaban Jepang itu sebagai 
'ya'. ''Kami terkejut jadinya,'' tulis Dubes Jepang di Jenewa, Akso. 
Bahkan, satu jam setelah deadline berakhir pun, wakil Komisi HAM PBB 
kembali mendesak pihak Kedubes Jepang yang tetap menjawab 'abstain'. 
Berdasarkan itu, pihak Jepang menyimpulkan bahwa Kantor Komisi HAM PBB telah 
melakukan kampanye untuk memaksakan sidang khusus itu dilaksanakan. 
Jepang menilai sikap Komisi HAM itu bertentangan dengan Piagam PBB yang 
mengharuskannya bersikap netral dan tidak berpihak. Jepang juga menyimpulkan 
bahwa Komisi HAM PBB telah menekan Jepang dengan pernyataan bahwa, ''posisi 
Jepang akan menentukan apakah sidang khusus ini bisa dilaksanakan atau tidak''. 
Komisi HAM PBB pada saat itu memang perlu tambahan suara agar jadi 27 dari 53 
untuk menggolkan niatnya menggelar sidang khusus soal Timtim. Selain memelintir 
sikap Jepang dari 'abstain' jadi 'setuju', Komisi Tinggi HAM PBB juga 
dikabarkan membuat suara dukungan fiktif dari Rwanda. 
Komisi Tinggi HAM PBB melaporkan seolah-olah telah datang telepon dari pihak 
Rwanda yang menyatakan setuju dengan sidang khusus tadi. Padahal, telepon dari 
Rwanda itu tak pernah ada, dan hanya rekaan pihak Komisi Tinggi HAM PBB. Itu 
dikuatkan oleh kesaksian pihak Jepang, yang menyatakan bahwa hingga 
deadline tak pernah ada laporan menyangkut telepon itu. 
''Komisi HAM PBB tidak dapat menunjukkan bukti-bukti kuat adanya telepon 
tersebut, entah itu berupa hasil rekamannya atau bukti sambungan teleponnya,'' 
kata seorang diplomat Asia. 
Penjelasan Jepang tersebut telah memperkokoh posisi Kelompok Asia yang 
menyatakan bahwa sebenarnya 'mayoritas sederhana' --27 suara dari 53 anggota -- 
yang diperlukan untuk penyelenggaraan sidang khusus tidak terpenuhi. Dan, itu 
telah dikemukakan dalam pernyataan Kelompok Asia pada pembukaan sidang.






Sementara itu, Radio BBC yang berpusat di London melaporkan 
pentolan Dewan Perlawanan Rakyat Timtim (CNRT) Xanana Gusmao 
telah menyatakan menolak putusan Panglima Interfet Mayjen Peter 
Cosgrove untuk melucuti senjata semua anggota milisi. ''Falintil 
tidak akan setuju dilucuti senjatanya,'' ujar Xanana seperti 
dikutip BBC, kemarin. Xanana menambahkan Falintil tidak bersedia 
dilucuti senjatanya lantaran akan disiapkan membantu menjaga 
perdamaian dan keamanan di Timtim. 
Pernyataan Xanana, yang pernah mendekam di LP Cipinang 
(Jakarta) selama enam tahun atas tindakan kriminal itu, agaknya 
merupakan sikap keras Falintil dan CNRT menghadapi keinginan 

Billiard dan Bowling

1999-10-07 Terurut Topik Irwan Ariston Napitupulu

Karena sudah ramai bicarakan cabang olah raga,
apa di milis ini ada yg senang billiard atau bowling?
Kalau memang ada, sekali2 kita refreshing yuk ngumpul
main bareng. Siapa aja deh, yang dari CSU, CWRU, Tri C,
dan univ lainnya. Enak juga ya sekali2 ngumpul sambil
ngegosiphehehe.

Ngomong2, gimana nih soal acaraan 16 Oktober?
Ada masukan dari rekan2 khususnya untuk acaranya?


napit



Oekussi, Kota Mati Sisa Milisi

1999-10-07 Terurut Topik Jeffrey Anjasmara

Oekussi, Kota Mati Sisa Milisi


DENGAN jebolnya Ambenu oleh pasukan Interfet Sabtu (2/10), berarti seluruh
kabupaten di Timor Timur (13 kabupaten) sudah dijarah Interfet. Kehadiran
pasukan multinasional di Ambeno, didomplengi milisi pro-kemerdekaan turun
gunung.

Kehadiran dua pasukan ini, serta merta disambut eksodus besar-besaran rakyat
Ambeno dan milisi pro-integrasi mengungsi, setelah mbumihanguskan Ambenu.
Praktis, Oekussi dikuasai Interfet yang keliling kota dengan perangkat
perangnya. Untungnya, akhir September saya sudah  ke sana.

Kab. Ambeno seluas 778.125 km2 dengan penduduk 48.979 jiwa ini, merupakan
daerah enclave (kantung) dari Propinsi Timtim di NTT. Secara geografis,
wilayah Timor Leste ini berada dalam blokade RI. Interfet hanya bisa masuk
lewat udara atau lewat Selat Ombei mendarat di Pantai Makassar, kota
lama tempat mendarat Portugis 1515 lalu.  Celakanya, blokade ini juga
berdampak kepada 500 KK transmigran yang menempati lokasi UPT Netemnanu,
Kab. TTU, NTT. Soalnya, jalan keluar harus melewati Ambenu. Transmigran  tak
bisa lagi menjual hasil pertaniannya ke Oekussi.
 Keunikan inilah yang menggelitik keinginan jurnalistik saya. Sekaligus
sebagai pelepas nadar menginjakkan kaki yang kedua kalinya di bumi Loro Sae,
setelah meliput peristiwa Dili (Santa Cruz), Juli 1991.
 Dari rekomendasi komandan milisi TPIB, Joao Magnu da Araujo, yang
markasnya pernah saya tamoni, saya mendapat pengawalan orang kepercayaannya,
Vasco da Gomes (35). Pemuda hitam, brewok dan berambut keriting ini, adalah
anggota milisi Sakunar yang dikomandani Simau Lopez. Milisi ini terkenal
bengis dan kejam terhadap lawannya, Falintil dan pro-kemerdekaan. Milisi
yang membumihanguskan Ambenu ini, kini bermarkas di Kec. Amfoang Utara, Kab.
Kupang.
 Dengan sepeda motor tril Nopol DF, Timtim, "Si Brewok" mengantar saya.
Dari Kefa, belok ke utara menyusuri jalan aspal sepanjang 21 km. Perjalanan
penuh risiko, tetapi itu sudah konsekuensi dari sebuah profesi. Jika Sander
Thoenes (30), wartawan The Financial Times itu sampai tewas Dili, dan
Yun Hap (22), mahasiswa UI tewas dalam "Tragedi Semanggi II", itu tak perlu
didramatisasi. Wajar-wajar sajalah.

Obrigado

Dengan kecepatan 70-80 km per jam, saya bismillah untuk berangkat. Meski
menyangklong senjata laras panjang, "Si Brewok" begitu cekat mengemudi lewat
hutan dan bebukitan. Menjelang Magrib sampailah kami di markas milisi di
perbatasan, dan berkenalan dengan penghuninya.
"Bonoito (selamat malam)," sapa saya dalam bahasa daerah Tetun, yang
sebenarnya diambil dari bahasa Portugal seperti obrigado untuk terima kasih.
 Sebagaimana yang pernah saya jumpai di markas milisi Aitarak di
Atambua, tampang mereka umumnya sangar-sangar. Bicaranya keras dan kasar.
Kulirik, beberapa senjata api, parang, golok, dan panah menumpuk di dalam
kamar. Pengalaman sepekan di Atambua, membuat saya
terbiasa dengan pemandangan seperti itu.
 "Kamu orang tidak boleh ambil gambar ini," kata "Si Brewok" ketika
melihat saya mengeluarkan tustel dari saku rompi. Saya menjadi sadar, bahwa
saya sudah mencoba mengusik lahan privacy orang lain.
 "Tidak. Saya tak akan memotretnya. Ami, ha'u simu aceito," jawab saya,
sambil menyimpan tustel kembali. Seorang bertelanjang dada penuh tato di
lengannya, keluar menyuguhkan minuman untuk kami. Sambil mereguk, saya
ucapkan obrigado.
 Kesempatan itu kugunakan untuk salat jamak-qasar, dengan membentangkan
rompiku sebagai alas sujud. Ketika baru saja bertakbir, "Si Brewok"
mendorongku. Rompiku ditarik lalu digantikan rompi hitamnya bertuliskan
"Sakunar". Dengan bicara dalam Bahasa Tetun, ia lalu membetulkan arah
kiblatku. Begitulah cara mereka. Kasar. Namun, di balik kekasarannya itu,
ternyata ada kebesaran jiwa seorang anak bangsa. "Obrigado", kata saya
mengacungkan jempol.
 Islam memang sudah masuk ke Timtim jauh sebelum kedatangan Portugal,
yang disebarkan pedagang Hadramaut. Tak anehlah jika di Aileu ditemukan
transkripsi kaligrafi Arab pada potongan kayu rumah adat yang dipundi-pundi
sebagai azimat atau lulik. Wajar saja jika "Si
Brewok" mengetahui arah kiblat yang benar dan menghormati muslim seperti
saya.

Porak Poranda
Sebenarnya Portugal mulai menduduki Oekussi sejak tahun 1515 dan
meninggalkan banyak bangunan bersejarah, termasuk meriam kuno di Pantai
Makassar. Para arkeolog akan sedih melihat rumah-rumah kuno dengan
arsitektur Portugal dan rumah adat Timor peninggalan Raja
Wehale, porak peranda. Cerita bumi hangus yang selama ini kudengar lewat
cerita ayahku di zaman revolusi itu, kini benar-nenar saya saksikan dengan
mata kepala sendiri. Sayang, saya tak bisa mengabadikan suasana itu.
 Korban material ini, belum termasuk korban jiwa dan harta benda
penduduk. Di sebuah rumah yang ludes terbakar, masih kulihat bangkai ternak
sapi membusuk di dekat dua laki-laki yang mati terluka. Bahkan di sebuah
rumah, tiga mayat dibiarkan menumpuk dengan ceceran darah di reruntuhan
dinding. Saya lalu bisa menduga, ketika 

Sori salah alamat (was:Re: Billiard dan Bowling)

1999-10-07 Terurut Topik Irwan Ariston Napitupulu

Waduh, sori berat nih salah alamat. Seharusnya ngirimnya
ke milis permias lokal di Cleveland. Wah, apes dah. Ketahuan
suka main billiard. Biasanya khan yg suka main billiard tuh
anak2 badunghehehehe.

jabat erat,
Irwan Ariston Napitupulu



Pres pilih langsung, triumvirat, dlsb

1999-10-07 Terurut Topik Jeffrey Anjasmara

Saya kok merasa agak optimis melihat perkembangan usulan dan opini
partai-partai yang ada saat ini. Mungkin karena kita mendapat ancaman dari
luar yaitu AS malah kita menjadi bersatu. Masih banyak centang perenang di
mana-mana, tapi rasanya arus reformasi justru lebih kencang dibandingkan yg
kita perkirakan deh.

Golkar mengusulkan agar di periode mendatang presiden dan wakil presiden
dipilih secara langsung dalam satu paket beserta anggota DPR. Kayak di AS
ya? Rasanya memang sudah tak pantas lagi kalau cap status quo ditaruh ke
mereka lagi.

Cuma satu hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu sinyalemen bahwa kalau ada
pemilihan langsung, maka orang Jawa lagi yang jadi presiden. Ini diungkapkan
oleh seorang ilmuwan dari UGM (lupa namanya). Walaupun saya kurang percaya
masyarakat yg sudah demikian majemuk di Jawa masih mempunyai sikap seperti
itu, bila nanti ada yang tidak merasa puas bisa-bisa muncul lagi isu SARA.
Sebagai orang Jawa sudah pekak telinga saya mendengar
selentingan-selentingan yg tidak mengenakkan. Bukan tidak mungkin pula di
masa mendatang siu-isu ini dihembuskan oleh oportunis politik seperti Boris
Yeltsin itu. Atau Milosevic itu, atau kelompok separatis macam AGAM. Ada
yang punya pendapat?

Issue lain adalah pemegang kekuasaan eksekutif bila presiden berhalangan
hadir, yaitu akan dipegang oleh wapres, bila berhalangan akan dipegang ketua
MPR, dan kalau juga berhalangan akan dipegang oleh ketua DPR. Jadi tidak ada
triumvirat. Saya jadi bingung dengan usulan dari FPDKB ini, yaitu jadinya
presiden tidak bertanggung jawab kepada MPR tetapi kepada rakyat. Lho, kok
rakyat? Kedengarannya sih bagus, tapi kan rakyat demikian majemuk. Nanti
kalau saya iseng lalu bilang pertanggung jawaban presiden tidak dapat
diterima gimana? Kan saya rakyat juga? Apa bukan ya?

Hal yg perlu saya singgung adalah keinginan masyarakat Tapanuli untuk
membuat propinsi baru, dan juga tiga kabupaten di wilayah Sulsel yag juga
ingin membentuk propinsi baru. Ada beberapa masalah yg saya identifikasi
yaitu:
- Kenapa isu etnik lagi yg jadi dasar ya? Yaitu Masy. Tapanuli dan
  Masy. mandar di Sulsel.
- Apakah sudah memperhitungkan beban pusat untuk pembiayaannya? Hal
  ini perlu kita perhitungkan bila pendapatan daerah tidak mencukupi.
  Mengapa? Karena saya kok rada curiga bahwa keinginan ini didasari
  oleh sentimen keetnikan semata, bukan didasari kemampuan daerahnya.

Hal lain adalah penolakan pembentukan propinsi baru di Irja dengan alasan
akan ada Kodam baru. Saya rasa alasan yg dicari-cari. Kalau memang maunya
tidak ada Kodam baru, okay-lah Kodamnya tetap satu tapi mencakup 3 propinsi.
Orang lain berlomba bikin propinsi kok malah nggak mau lho?

Jeffrey Anjasmara

__
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com



Re: Sori salah alamat (was:Re: Billiard dan Bowling)

1999-10-07 Terurut Topik Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia)

Nggak paut antara badung dan bilyar. Kata banyak orang saya ini anak badung.
Nyatanya saya nggak doyan bilyar.

Efron

-Original Message-
From:   Irwan Ariston Napitupulu [SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
Sent:   Friday, 08 October, 1999 4:46 AM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject:Sori salah alamat (was:Re: Billiard dan Bowling)

Waduh, sori berat nih salah alamat. Seharusnya ngirimnya
ke milis permias lokal di Cleveland. Wah, apes dah. Ketahuan
suka main billiard. Biasanya khan yg suka main billiard tuh
anak2 badunghehehehe.

jabat erat,
Irwan Ariston Napitupulu



Demonstrasi yang Brilyan

1999-10-07 Terurut Topik Nasrullah Idris

Demonstrasi yang Brilyan itu yang bagaimana?

Demonstrasi yang brilyan adalah demonstrasi yang mampu unjuk rasa sendirian
ke gedung MPR, yaitu saat berlangsungnya SUI-MPR.  Jadi tanpa membawa
seorang kawan pun.

Di sana pun ia berhasil menggolkan pemikiran baru bagi bangsa Indonesia,
dalam artian, diterima oleh semua fraksi, sekaligus dijadikan TAP.

Salam,

Nasrullah Idris



Re: Ikut berduka atas musibah Turangga D 7673 ND

1999-10-07 Terurut Topik Saut Aritua H Sagala

Saya juga ikut berbelasungkawa atas kejadian yang menimpa saudara-saudara
kita tersebut. Semoga ini dapat menjadi pelajaran juga bagi kita semua,
khususnya juga para pengemudi untuk selalu hati - hati dalam mengemudi.



Salam,


Saut A H S
[EMAIL PROTECTED]
Urban  Regional Planning
Bandung Institute of Technology

On Wed, 6 Oct 1999, Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia) wrote:

 Saya ikut prihatin atas tragedi bus Turangga D 7673 ND di Desa Ciloto,
 Cipanas. Musibah ini merenggut 45 nyawa dan puluhan lainnya luka
 berat/ringan.

 Musibah ini dapat menjadi kaca-diri bagi para pengguna jalan untuk tak
 mementingkan diri sendiri. Bagaimanapun juga musibah ini tak perlu terjadi
 jika pengemudi bertanggung jawab. Sesal kemudian tak ada gunanya.

 Wassalam,
 Efron




Tahukah anda?

1999-10-07 Terurut Topik Irwan Ariston Napitupulu

Pemilihan presiden ketiga di AS tahun 1796 diikuti oleh lebih dari 9 kandidat.
Presiden terpilih saat itu adalah John Adams dengan memperoleh
suara 25.7% saja. Urutan kedua, Thomas Jefferson, memperoleh 24.6%

jabat erat,
Irwan Ariston Napitupulu



Re: Tahukah anda?

1999-10-07 Terurut Topik Suhendri

So what ?
Kesimpulannya aja dech, susah ngomong sama Anda. Nggak mau ngerti. Persis
kaya' wakil rakyat PDI P.
Megawati jadi Presiden sekarang atau lima tahun lagi ?
Atau Megawati nggak pernah akan jadi Presiden ?
Atau apa ?

Kesimpulannya nanti akan saya terima, terus kita buktikan di hari nya . Okeh
!

Soe :-)

-Original Message-
From: Irwan Ariston Napitupulu [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
Date: Friday, October 08, 1999 11:25 AM
Subject: Tahukah anda?


Pemilihan presiden ketiga di AS tahun 1796 diikuti oleh lebih dari 9
kandidat.
Presiden terpilih saat itu adalah John Adams dengan memperoleh
suara 25.7% saja. Urutan kedua, Thomas Jefferson, memperoleh 24.6%

jabat erat,
Irwan Ariston Napitupulu



Re: Tahukah anda?

1999-10-07 Terurut Topik Irwan Ariston Napitupulu

In a message dated 10/8/99 12:34:45 AM Eastern Daylight Time,
[EMAIL PROTECTED] writes:

 So what ?
  Kesimpulannya aja dech, susah ngomong sama Anda.


Irwan:
Ternyata rakyat AS itu menganggap bahwa walau hanya
mendapat 25.7% tapi kalau sudah memenangkan pemilihan
ya dianggap mewakili kemauan kebanyakan rakyat.
Jadi, ngga butuh harus mendapat lebih dari 50%:)

Oh ya, kalau ngga salah khan anda ya yg kemarin menjamin
kandidat presiden ngga akan lebih dari 3 tahun 2004 nanti?
Kalau anda perhatikan sejarah kandidat presiden AS sejak
tahun 1789 dulu, maka anda bisa bisa lihat alasan saya
kenapa saya tidak yakin kandidat presiden mendatang
tidak lebih dari 3 dengan asumsi tidak dibuat aturan dibatasi
maksimum hanya tiga saja.
Tidak menghargai pilihan rakyat saat ini bagi saya sama
saja menanamkan masalah besar yg bisa muncul dikemudian
hari. Hendaknya ini sangat dipertimbangkan oleh para elit politik.

Anda kemarin disini mengatakan demokrasi kita menggunakan
demokrasi perwakilan. Pernahkah anda bertanya apakah
pemilih PAN dulu setuju kalau para wakilnya memilih capres
yg bukan Amien Rais seperti yg dulu dijanjikan waktu kampanye?
Pernahkah anda berpikir apakah pemilih PPP pada pemilu
kemarin setuju kalau para wakilnya memilih presiden selain
Hamzah Haz, capresnya PPP yg di sosialisasikan waktu
kampanye pemilu kemarin?
Apakah menurut anda pemilih2 Golkar akan rela para wakilnya
memilih capres yg bukan Habibie seperti yg dikampanyekan
pemilu lalu?
Dan terakhir, apakah anda pikir pemilih2 PDIP juga akan
merasa diwakili bila para wakilnya nanti memilih capres yg
bukan Megawati seperti kesepakan kongres dan juga sering
disosialisasikan selama kampanye pemilu lalu.

Bottom line, bila semua wakil konsisten untuk mewakili
suara pemilihnya pada pemilu lalu soal presiden, maka
para wakil itu tidak punya hak untuk merubah pilihan
selain capres yg dijanjikan pada waktu kampanye lalu.
Bila dirubah, bagi saya itu sudah berhianat tidak lagi
bisa dibilan mewakili. Demokrasi perwakilan tidak sama
dengan demokrasi kumpul2/arisan.

Di AS, setiap wakil itu harus mendengarkan pendapat
para pemilihnya. Mereka punya daftar nama2 anggota
partai yg memilihnya. Para anggota pemilih partai yg
tetap itu pun punya nomor akses telpon ke wakilnya
atau pun sekretaris wakilnya yg setiap saat bisa dihubungi.
Jadi, mereka walau sudah dipilih ngga bisa seenaknya
saja bilang suaranya adalah suara rakyat yg memilihnya
kalau dia merubah pilihan yg tidak sesuai dengan janji
kampanye dulu.

Jadi, mau sistem perwakilan keq mau sistem langsung keq,
kalau dilakukan dengan konsisten maka hanya capres
pemenang pemilu lah yg memang paling layak memimpin
pemerintahan.

Anda pernah tinggal di AS?
Kalau pernah, maka anda bisa lihat bagaimana kasus
Monica vs Clinton kemarin ada anggota dari partai republik
yg membelot dari kebijakan partainya. Kenapa?
Karena masyarakat pemilihnya (daerahnya) meminta mereka
mempertahankan Clinton di White House. Para wakil itu
walau sudah terpilih harus tunduk dengan kemauan rakyat
di daerahnya. Dari mana mereka bisa tahu kemauan masyarakat
pemilihnya? Ya dari daftar anggota tetap pemilih partai baik
yg dihubungi oleh sekretaris partai di daerah pemilihannya tersebut
atau pun yg menghubungi langsung ke sekretariat partai.
Nah, ini baru yg namanya membawa suara rakyat.
Jadi jangan suara pribadi dibilang suara rakyat yg memilihnya.
Khan aneh. Sejak kapan masyarakat pemilih PAN dimintai
pendapat bahwa para wakilnya akan memilih capres yg bukan
Amien Rais seperti dijanjikan dulu dalam pemilu. Sejak kapan
masyarakat pemilih PPP pernah ditanyain pendapatnya bahwa
para wakilnya tidak jadi memilih Hamzah Haz sebagai presiden
seperti yg dijanjikan dalam kampanye dulu tapi akan memilih
capres lain? Apa demokrasi perwakilan yg sering anda sebut
itu yg seperti ini?


jabat erat,
Irwan Ariston Napitupulu



Re: Tahukah anda?

1999-10-07 Terurut Topik Suhendri

Jadi kesimpulannya ?

Soe


-Original Message-
From: Irwan Ariston Napitupulu [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
Date: Friday, October 08, 1999 12:30 PM
Subject: Re: Tahukah anda?


In a message dated 10/8/99 12:34:45 AM Eastern Daylight Time,
[EMAIL PROTECTED] writes:

 So what ?
  Kesimpulannya aja dech, susah ngomong sama Anda.


Irwan:
Ternyata rakyat AS itu menganggap bahwa walau hanya
mendapat 25.7% tapi kalau sudah memenangkan pemilihan
ya dianggap mewakili kemauan kebanyakan rakyat.
Jadi, ngga butuh harus mendapat lebih dari 50%:)

Oh ya, kalau ngga salah khan anda ya yg kemarin menjamin
kandidat presiden ngga akan lebih dari 3 tahun 2004 nanti?
Kalau anda perhatikan sejarah kandidat presiden AS sejak
tahun 1789 dulu, maka anda bisa bisa lihat alasan saya
kenapa saya tidak yakin kandidat presiden mendatang
tidak lebih dari 3 dengan asumsi tidak dibuat aturan dibatasi
maksimum hanya tiga saja.
Tidak menghargai pilihan rakyat saat ini bagi saya sama
saja menanamkan masalah besar yg bisa muncul dikemudian
hari. Hendaknya ini sangat dipertimbangkan oleh para elit politik.

Anda kemarin disini mengatakan demokrasi kita menggunakan
demokrasi perwakilan. Pernahkah anda bertanya apakah
pemilih PAN dulu setuju kalau para wakilnya memilih capres
yg bukan Amien Rais seperti yg dulu dijanjikan waktu kampanye?
Pernahkah anda berpikir apakah pemilih PPP pada pemilu
kemarin setuju kalau para wakilnya memilih presiden selain
Hamzah Haz, capresnya PPP yg di sosialisasikan waktu
kampanye pemilu kemarin?
Apakah menurut anda pemilih2 Golkar akan rela para wakilnya
memilih capres yg bukan Habibie seperti yg dikampanyekan
pemilu lalu?
Dan terakhir, apakah anda pikir pemilih2 PDIP juga akan
merasa diwakili bila para wakilnya nanti memilih capres yg
bukan Megawati seperti kesepakan kongres dan juga sering
disosialisasikan selama kampanye pemilu lalu.

Bottom line, bila semua wakil konsisten untuk mewakili
suara pemilihnya pada pemilu lalu soal presiden, maka
para wakil itu tidak punya hak untuk merubah pilihan
selain capres yg dijanjikan pada waktu kampanye lalu.
Bila dirubah, bagi saya itu sudah berhianat tidak lagi
bisa dibilan mewakili. Demokrasi perwakilan tidak sama
dengan demokrasi kumpul2/arisan.

Di AS, setiap wakil itu harus mendengarkan pendapat
para pemilihnya. Mereka punya daftar nama2 anggota
partai yg memilihnya. Para anggota pemilih partai yg
tetap itu pun punya nomor akses telpon ke wakilnya
atau pun sekretaris wakilnya yg setiap saat bisa dihubungi.
Jadi, mereka walau sudah dipilih ngga bisa seenaknya
saja bilang suaranya adalah suara rakyat yg memilihnya
kalau dia merubah pilihan yg tidak sesuai dengan janji
kampanye dulu.

Jadi, mau sistem perwakilan keq mau sistem langsung keq,
kalau dilakukan dengan konsisten maka hanya capres
pemenang pemilu lah yg memang paling layak memimpin
pemerintahan.

Anda pernah tinggal di AS?
Kalau pernah, maka anda bisa lihat bagaimana kasus
Monica vs Clinton kemarin ada anggota dari partai republik
yg membelot dari kebijakan partainya. Kenapa?
Karena masyarakat pemilihnya (daerahnya) meminta mereka
mempertahankan Clinton di White House. Para wakil itu
walau sudah terpilih harus tunduk dengan kemauan rakyat
di daerahnya. Dari mana mereka bisa tahu kemauan masyarakat
pemilihnya? Ya dari daftar anggota tetap pemilih partai baik
yg dihubungi oleh sekretaris partai di daerah pemilihannya tersebut
atau pun yg menghubungi langsung ke sekretariat partai.
Nah, ini baru yg namanya membawa suara rakyat.
Jadi jangan suara pribadi dibilang suara rakyat yg memilihnya.
Khan aneh. Sejak kapan masyarakat pemilih PAN dimintai
pendapat bahwa para wakilnya akan memilih capres yg bukan
Amien Rais seperti dijanjikan dulu dalam pemilu. Sejak kapan
masyarakat pemilih PPP pernah ditanyain pendapatnya bahwa
para wakilnya tidak jadi memilih Hamzah Haz sebagai presiden
seperti yg dijanjikan dalam kampanye dulu tapi akan memilih
capres lain? Apa demokrasi perwakilan yg sering anda sebut
itu yg seperti ini?


jabat erat,
Irwan Ariston Napitupulu