Re: FWD tulisan dasar atas komentar saya di detik.com
Irwan: Yang saya pertanyakan adalah apa jaminan presiden pemenang pemilu tahun 2004 itu mendapatkan suara lebih dari 50%. Anda katakan di atas jumlah kontestannya mungkin paling banyak tiga orang saja. Pertanyaan saya, apa jaminannya kontestannya tidak lebih dari 3. Apa jaminannya kontestannya tidak mencapai 6 orang. Tahukah anda, bahwa dengan kontestan sebanyak 6 orang maka terbuka kemungkinan capres pemenang pemilu bisa hanya mendapatkan suara 29% saja. Lalu, kalau 35% suara pemenang pemilu kali ini dianggap tidak mewakili rakyat, bagaimana nanti kita mempertanggung jawabkan angka 29% yg diraih oleh capres pada pemilu tahun 2004 mendatang adalah mewakili suara rakyat? Bukankah akan terjadi ketidak-konsistenan akan hal ini? Seperti pada posting awal saya, bila kita tidak berani memulainya sekarang, maka kita akan mengalami kesulitan di masa mendatang. Silahkan anda renungkan permasalahan ini dan coba bayangkan apa yg akan terjadi nanti di tahun 2004 bila apa yg saya perkirakan itu terjadi. Bisa2 nanti di tahun 2004 lagi2 terjadi demokrasi arisan dimana para capres yg kalah dan saling berembug dan sepakat memberikan suara yg didapat kepada capres hasil rembukan. Alhasil, presiden pemenang pemilu tahun 2004 pun bisa tidak menjadi presiden karena hanya mendapatkan total suara 29%, kalau dibanding dengan capres yg mendapat 16% suara tapi karena demokrasi arisan yg dipakai akhirnya terkumpul 67%. Demokrasi seperti inikah yg akan kita terapkan kelak di Indonesia? jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu Boleh-boleh saja capres yang ikut bertarung akan banyak, tapi saya yakin bahwa yang banyak itu adalah capres-capres dari partai gurem, sedangkan partai-partai yang mempunyai basis massa yang sangat besar dan terorganisir serta mempunyai ideologi sama (NU, Muhammadiyah, komponen PPP, dll) hanya akan mengusulkan satu calon presiden. Dan kalau hasil pemilu sudah didapat, ya jelas tidak bisa dong hasil suara dari capres yang kalah dikumpulkan untuk mengganjal capres yang mempunyai suara terbanyak (sekali lagi Anda tidak bisa membedakan nuansa demokrasi sistem langsung dengan sistem perwakilan). Nah, sekarang tinggal lihat apakah PDI-P dengan capresnya Mega masih akan menjadi pengumpul suara terbanyak atau nggak. Kita lihat nanti. YMT
Re: FWD tulisan dasar atas komentar saya di detik.com
Jaminan apa ? Barang, rumah atau mobil. Tahun 2004, saya jamin jika diadakan pemilu langsung pilih presiden. Hanya akan ada 2 capres yang ditandingkan. Kenapa ? Karena itu sudah hukum alam dan seleksi alam. Lihat saja seperti Amerika contohnya. Paling banyak berapa sich ? Mau pakai dasar pemilih yang seperti apa ? Coba sebutkan, pasti penggolongan maksimum tidak lebih dari 3. Sekarang ataupun nanti, saya jamin tidak ada tempat untuk Ibu Megawati. Dalam 5 tahun, tidak ada lagi yang namanya partai membodohi pemilih nya sendiri. Pemilih akan sangat pintar. Soe -Original Message- From: Irwan Ariston Napitupulu [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Date: Thursday, October 07, 1999 1:45 PM Subject: Re: FWD tulisan dasar atas komentar saya di detik.com In a message dated 10/7/99 2:34:16 AM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED] writes: catatan : bila pemilu dilakukan langsung untuk memilih presiden, maka kontestannyapun tidak akan sebanyak 48 orang, mungkin paling banyak 3 kontestan. Jadi apakah dengan angka 34% masih merasa optimis untuk menang ? Irwan: Yang saya pertanyakan adalah apa jaminan presiden pemenang pemilu tahun 2004 itu mendapatkan suara lebih dari 50%. Anda katakan di atas jumlah kontestannya mungkin paling banyak tiga orang saja. Pertanyaan saya, apa jaminannya kontestannya tidak lebih dari 3. Apa jaminannya kontestannya tidak mencapai 6 orang. Tahukah anda, bahwa dengan kontestan sebanyak 6 orang maka terbuka kemungkinan capres pemenang pemilu bisa hanya mendapatkan suara 29% saja. Lalu, kalau 35% suara pemenang pemilu kali ini dianggap tidak mewakili rakyat, bagaimana nanti kita mempertanggung jawabkan angka 29% yg diraih oleh capres pada pemilu tahun 2004 mendatang adalah mewakili suara rakyat? Bukankah akan terjadi ketidak-konsistenan akan hal ini? Seperti pada posting awal saya, bila kita tidak berani memulainya sekarang, maka kita akan mengalami kesulitan di masa mendatang. Silahkan anda renungkan permasalahan ini dan coba bayangkan apa yg akan terjadi nanti di tahun 2004 bila apa yg saya perkirakan itu terjadi. Bisa2 nanti di tahun 2004 lagi2 terjadi demokrasi arisan dimana para capres yg kalah dan saling berembug dan sepakat memberikan suara yg didapat kepada capres hasil rembukan. Alhasil, presiden pemenang pemilu tahun 2004 pun bisa tidak menjadi presiden karena hanya mendapatkan total suara 29%, kalau dibanding dengan capres yg mendapat 16% suara tapi karena demokrasi arisan yg dipakai akhirnya terkumpul 67%. Demokrasi seperti inikah yg akan kita terapkan kelak di Indonesia? jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu
Re: FWD tulisan dasar atas komentar saya di detik.com
In a message dated 10/7/99 3:05:13 AM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED] writes: Dan kalau hasil pemilu sudah didapat, ya jelas tidak bisa dong hasil suara dari capres yang kalah dikumpulkan untuk mengganjal capres yang mempunyai suara terbanyak (sekali lagi Anda tidak bisa membedakan nuansa demokrasi sistem langsung dengan sistem perwakilan). Nah, sekarang tinggal lihat apakah PDI-P dengan capresnya Mega masih akan menjadi pengumpul suara terbanyak atau nggak. Kita lihat nanti. Irwan: Yang saya bahas di pemilu 2004 nanti bukan soal capres PDIP. Dengan kata lain, paragraf anda di atas hendak mengatakan berapa persen pun suara yg didapat oleh capres pada tahun 2004 itu, selama menjadi pengumpul suara terbanyak maka capres tersebut bisa dianggap mewakili keinginan rakyat walau hanya mendapat 29% katakanlah. Kalau memang demikian pengertian anda, bagaimana tanggapan anda atas adanya suara2 yg mengatakan walau pemenang pemilu tapi kalau hanya mendapatkan 35% suara dan itu tidak bisa dikatakan mewakili rakyat. jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu
Re: Ah yang bener !
Logikanya nggak pas. Apa iya seluruh anggota MPR = Amien Rais? Apa iya seluruh anggota DPR = Akbar Tanjung? Sehingga kalau Gus Dur jadi presiden, MPR dan DPR tidak bisa meng'kontrol'nya, karena AR dan AT segan kepada Gus Dur. Lho kok...? Ini pencampuradukan antara institusi dan individual yang sulit untuk bisa diterima di era yang lebih 'demokratis' seperti saat ini. Bagaimanapun, selamat buat IAN karena sudah 'bisa masuk' koran. Salam, Budi (seorang rakyat jelata saja) = Dari detik.com: ... Seperti telah diketahui, Amien Rais terpilih sebagai ketua MPR. Akbar Tandjung terpilih sebagai ketua DPR. Bahwa kemudian Megawati diisyaratkan lebih kuat kansnya ketimbang Gus Durs, menurut Irwan, sebab jika Gus Dur yang naik, maka tidak akan ada yang berani mengontrol Gus Dur. "Amien Rais dan Akbar Tandjung segan dengan Gus Dur,"kata Irwan. "Siapa sih yg nggak segan dengan Gus Dur. Karenanya Gus Dur saya perkirakan akan lebih pas pada posisi Bapak Bangsa atau posisi apapun asal di luar sistem agar dia bisa mengontrol ketiganya dari luar,"kata Irwan. ...
Re: FWD tulisan dasar atas komentar saya di detik.com
In a message dated 10/7/99 3:05:52 AM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED] writes: Tahun 2004, saya jamin jika diadakan pemilu langsung pilih presiden. Hanya akan ada 2 capres yang ditandingkan. Kenapa ? Karena itu sudah hukum alam dan seleksi alam. Lihat saja seperti Amerika contohnya. Paling banyak berapa sich ? Mau pakai dasar pemilih yang seperti apa ? Coba sebutkan, pasti penggolongan maksimum tidak lebih dari 3. Tahukah anda capres di AS pernah lebih dari 5? Paragraf anda di atas tampaknya juga ingin mengatakan bahwa tidak mungkin capres tahun 2004 di Indonesia di ikuti lebih dari 3 orang dan pemenangnya pasti akan memperoleh suara lebih dari 50%. Benarkah kesimpulan saya? Kalau memang benar, setidaknya saya sudah dijelaskan jaminan seperti apa yg anda berikan:) jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu
Moments When Saying Nothing Might Have Worked Out Better
Ini Forward-an nya si Ichal ke mailing listnya kita di Denver. Ngga tau deh kenapa doi kagak ngirim ke sini. Tapi gue jadi pengen posting disini karena kadang kadang di Permias miling list ini " Saying Nothing Might Have Worked Out Better".. hehehe.. Monggo... AryaArya Subject:FW: Moments When Saying Nothing Might Have Worked Out Better "No, you bombed it." - Japan's emperor's reply to then first lady Barbara Bush when she asked if the purpose of the newly built palace was because the old one was not large enough. Question: If you could live forever, would you and why? Answer: I would not live forever, because we should not live forever, because if we were supposed to live forever, then we would live forever, but we cannot live forever, which is why I would not live forever. - Miss Alabama in the 1994 Miss USA contest Outside of the killings, Washington has one of the lowest crime rates in the country. - Mayor Marion Barry, Washington, DC I've never had major knee surgery on any other part of my body. - Winston Bennett, University of Kentucky basketball forward Whenever I watch TV and see those poor starving kids all over the world, I can't help but cry. I mean I'd love to be skinny like that but not with all those flies and death and stuff. - Mariah Carey, pop singer I'm not going to have some reporters pawing through our papers. We are the president." - Hillary Clinton commenting on the release of subpoenaed documents The police are not here to create disorder. They're here to preserve disorder." - Former Chicago Mayor Daley during the infamous 1968 Democratic Party Convention Things are more like they are now than they ever were before. - Former U.S. President Dwight D. Eisenhower Traditionally, most of Australia's imports come from overseas. - Former Australian cabinet minister Keppel Enderbery ( My best pick! hue he he he... ) We're going to turn this team around 360 degrees. - Jason Kidd, upon his drafting to the Dallas Mavericks Researchers have discovered that chocolate produces some of the same reactions in the brain as marijuana. The researchers also discovered other similarities between the two, but can't remember what they are. - Matt Lauer on NBC's Today show, August 22 Half this game is ninety percent mental. - Philadelphia Phillies manager Danny Ozark They're multipurpose. Not only do they put the clips on, but they take them off. - Pratt Whitney spokesperson explaining why the company charged the Air Force nearly $1,000 for an ordinary pair of pliers It is wonderful to be here in the great state of Chicago. - Former U.S. Vice President Dan Quayle I was recently on a tour of Latin America, and the only regret I have was that I didn't study Latin harder in school so I could converse with those people. - Former U.S. Vice President Dan Quayle It isn't pollution that's harming the environment. It's the impurities in our air and water that are doing it. - Former U.S. Vice President Dan Quayle The streets are safe in Philadelphia. It's only the people who make them unsafe. - Frank Rizzo, ex-police chief and mayor of Philadelphia The president has kept all of the promises he intended to keep. - Clinton aide George Stephanopolous speaking on "Larry King Live" After finding no qualified candidates for the position of principal, the school board is extremely pleased to announce the appointment of David Steele to the post. - Philip Streifer, Superintendent of Schools, Barrington, Rhode Island That lowdown scoundrel deserves to be kicked to death by a jackass, and I'm just the one to do it. - A congressional candidate in Texas Without censorship, things can get terribly confused in the public mind. - General William Westmoreland, during the war in Vietnam Ever since I was a kid, I've always been a real deep thinker and stuff. - Billy Ray Cyrus
Re: FWD tulisan dasar atas komentar saya di detik.com
Kalau yang anda tanya begitu, maka jawaban saya adalah bahwa rakyat yang tidak termasuk kedalam 34% itu juga berhak untuk menyamakan aspirasinya (khususnya rakyat yang tidak mau Megawati menjadi presiden) melalui wakil-wakilnya di Majelis/Dewan. Karena apa, karena waktu itu yang dipilih adalah wakil-wakil mereka yang akan duduk di legislatif (ingat yang dipasang di TPS-TPS adalah daftar calon tetap legislatif, bukan calon presiden). YMT Irwan: Yang saya bahas di pemilu 2004 nanti bukan soal capres PDIP. Dengan kata lain, paragraf anda di atas hendak mengatakan berapa persen pun suara yg didapat oleh capres pada tahun 2004 itu, selama menjadi pengumpul suara terbanyak maka capres tersebut bisa dianggap mewakili keinginan rakyat walau hanya mendapat 29% katakanlah. Kalau memang demikian pengertian anda, bagaimana tanggapan anda atas adanya suara2 yg mengatakan walau pemenang pemilu tapi kalau hanya mendapatkan 35% suara dan itu tidak bisa dikatakan mewakili rakyat. jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu
Re: FWD tulisan dasar atas komentar saya di detik.com
In a message dated 10/7/99 3:26:26 AM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED] writes: Kalau yang anda tanya begitu, maka jawaban saya adalah bahwa rakyat yang tidak termasuk kedalam 34% itu juga berhak untuk menyamakan aspirasinya (khususnya rakyat yang tidak mau Megawati menjadi presiden) melalui wakil-wakilnya di Majelis/Dewan. Karena apa, karena waktu itu yang dipilih adalah wakil-wakil mereka yang akan duduk di legislatif (ingat yang dipasang di TPS-TPS adalah daftar calon tetap legislatif, bukan calon presiden). YMT Irwan: Bung Yumartono, saya ngga tahu apa bahasa/kalimat yg saya gunakan kurang ditangkap atau tidak. Seperti yg saya sebutkan sebelumnya, pemilu tahun 2004 saya tidak bicara soal Megawati, Akbar Tandjung, Amien Rais, atau pun Gus Dur. Agar tidak simpang siur, saya coba tulis lagi dengan membatasi hal yg saya tanyakan. Yang saya tanyakan kepada anda apakah capres pemenang hasil pemilihan langsung pada pemilu tahun 2004 nantinya bisa dikatakan mewakili rakyat walau hanya memperoleh 29% suara? Mudah2an pertanyaan saya kali ini sudah cukup jelas dan anda bersedia menjawabnya.:) jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu
Seharusnya pendukung PDIP Marah karena Akbar Tanjung menjadi Ketua DPR ???
Seperti kita ketahui, Akbar Tanjung berhasil memperoleh 411 suara dalam pemilihan ketua DPR kemarin ini. Taroklah 150 suara diberikan kepada Soetardjo (99 dari PDIP dan 51 dari PKB) sehingga menjadi 204 suara (ditambah 54 suara yang diperoleh Soetardjo). . Berarti Akbar Tanjung masih bisa menang sebanyak 211 suara. Apakah ini berarti kewajiban GOLKAR untuk memberikan konsensi kepada PDIP menjadi nol ? Apakah berarti Akbar Tanjung harus berterima kasih kepada Hartono Marjono (Partai Bulan Bintang) yang telah memaksakan sidang untuk melakukan voting? === Seperti sering didengar bahwa GOLKAR di mata PDIP adalah partai Status Quo. Sedangkan PDIP menganggap dirinya sebagai partai reformis. Tetapi mengapa PDIP pada pemilihan ketua DPR kemarin memberikan suara kepada GOLKAR? Apalagi sangat banyak pendukung PDIP mengharapkan para wakilnya di DPR untuk tidak memberikan kepemimpinan kepada anggota dari kalangan yang mereka anggap "Status Quo", yaitu GOLKAR. Apa mereka nggak marah tuh kepada para wakilnya di DPR? Saya hanya ingin bertanya saja kok ! Salam, Nasrullah Idris
Re: FWD tulisan dasar atas komentar saya di detik.com
Saya jawab : Capres pemenang pemilu langsung, akan menang dan berhak jadi presiden, walau mendapat suara absolut kecil. Tapi itu hanya mewakili rakyat yang 29%, bukan rakyat banyak. Karena itulah resiko dari voting. Tapi realistis lah, itu susah terjadi bila dilakukan lewat pemilu langsung, karena buat yang mendapat suara sedikit, buat apa capek-capek berlaga, mendingan digabungkan kepada capres yang masih seaspiratif. Saya tahu arah pertanyaan anda bahwa anda ingin menyamakan dengan kondisi pemilu yang memilih wakil-wakil rakyat. Jujur sajalah, kalau sistem yang dipakai masih sistem perwakilan, pemenang pemilu yang tidak mutlak (51%) jangan dulu bermimpi untuk bisa menggolkan calonnya menjadi presiden. Tapi yang harus dilakukan adalah : - Melakukan lobi terus-menerus kepada partai lain - Tidak bersikap arogan - Bersikap terbuka dan transparan Simple saja, bukan ? YMT Yang saya tanyakan kepada anda apakah capres pemenang hasil pemilihan langsung pada pemilu tahun 2004 nantinya bisa dikatakan mewakili rakyat walau hanya memperoleh 29% suara? Mudah2an pertanyaan saya kali ini sudah cukup jelas dan anda bersedia menjawabnya.:) jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu
Attn Bung Irwan (Re: FWD tulisan dasar atas komentar saya di detik.com)
Ah, kok Bung Irwan ini nggak pernah mau membedakan antara sistem pemilihan presiden secara langsung dengan sistem pemilihan presiden tak langsung model saat ini. Rasanya sudah ratusan kali kita bahas di milis ini, kok nggak ngerti-ngerti. Kok sama persis dengan Aberson yang tidak mau mengerti hakikat pemilihan presiden di Indonesia ini. Kalau memang sistem pemilihan presiden dilakukan secara langsung, maka jelas 1000 calonpun tidak perlu dipermasalahkan. Mengapa? jelas dengan tegas bahwa yg dipilih adalah presiden, mau dapat dua suarapun dia bisa jadi presiden asal yang lain dapat cuman satu suara. Jelas kita tidak perlu mencari suara mayoritas! Mengapa? Kan kita tidak mengenal koalisi presiden. Lagipula akan muncul mekanisme natural, di mana partai-partai yang relatif lemah akan berkoalisi dengan partai lain, sehingga akan mereduksi jumlah calon presiden. Hal yg berbeda terjadi saat ini. Indonesia masih menganut sistem perwakilan!!! Bilapun PDIP menang 70%, kalau dalam tahap penentuan presiden banyak wakil dari PDIP yang lompat pagar dan memilih calon lain, maka calon dari PDIP sendiri dapat tergusur dengan mudah. Makanya Suharto tidak pernah mau ada calon ganda biarpun Golkar menang lebih dari 70% suara. Hal ini tidak pernah dipahami oleh Bung Irwan dan Aberson. Sama juga dengan sikap Megawati. Saya dapat memahami Megawati yang pendidikannya kurang, sehingga tidak lekas paham perbedaannya. Namun saya bingung dengan Bung Irwan (juga Aberson) mengapa masih MEMBINGUNGKAN DIRI? Dengan demikian, tidak ada ketidakkonsistenan. Sistemnya berbeda kok. Tambahan buat Bung Irwan, sistem pemilihan langsung akan mendapat tentangan keras dari beberapa pihak. Baru 2 hari yg lalu seorang ahli politik UGM menyatakan bahwa sistem pemilihan presiden secara langsung akan menyebabkan presidennya orang Jawa terus. Nah lho? +anjas '- From: Irwan Ariston Napitupulu [EMAIL PROTECTED] Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: FWD tulisan dasar atas komentar saya di detik.com Date: Thu, 7 Oct 1999 02:49:34 EDT In a message dated 10/7/99 2:34:16 AM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED] writes: catatan : bila pemilu dilakukan langsung untuk memilih presiden, maka kontestannyapun tidak akan sebanyak 48 orang, mungkin paling banyak 3 kontestan. Jadi apakah dengan angka 34% masih merasa optimis untuk menang ? Irwan: Yang saya pertanyakan adalah apa jaminan presiden pemenang pemilu tahun 2004 itu mendapatkan suara lebih dari 50%. Anda katakan di atas jumlah kontestannya mungkin paling banyak tiga orang saja. Pertanyaan saya, apa jaminannya kontestannya tidak lebih dari 3. Apa jaminannya kontestannya tidak mencapai 6 orang. Tahukah anda, bahwa dengan kontestan sebanyak 6 orang maka terbuka kemungkinan capres pemenang pemilu bisa hanya mendapatkan suara 29% saja. Lalu, kalau 35% suara pemenang pemilu kali ini dianggap tidak mewakili rakyat, bagaimana nanti kita mempertanggung jawabkan angka 29% yg diraih oleh capres pada pemilu tahun 2004 mendatang adalah mewakili suara rakyat? Bukankah akan terjadi ketidak-konsistenan akan hal ini? Seperti pada posting awal saya, bila kita tidak berani memulainya sekarang, maka kita akan mengalami kesulitan di masa mendatang. Silahkan anda renungkan permasalahan ini dan coba bayangkan apa yg akan terjadi nanti di tahun 2004 bila apa yg saya perkirakan itu terjadi. Bisa2 nanti di tahun 2004 lagi2 terjadi demokrasi arisan dimana para capres yg kalah dan saling berembug dan sepakat memberikan suara yg didapat kepada capres hasil rembukan. Alhasil, presiden pemenang pemilu tahun 2004 pun bisa tidak menjadi presiden karena hanya mendapatkan total suara 29%, kalau dibanding dengan capres yg mendapat 16% suara tapi karena demokrasi arisan yg dipakai akhirnya terkumpul 67%. Demokrasi seperti inikah yg akan kita terapkan kelak di Indonesia? jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com
Re: Seharusnya pendukung PDIP Marah karena Akbar Tanjung menjadi Ketua DPR ???
Harusnya marah ! Dan saya kira puncaknya adalah pada saat tanggal 21 Oktober nanti, sehari setelah Mega gagal menjadi presiden. Tapi rakyat Indonesia yang lebih banyak, tidak perlu takut, karena rakyat pendukung PDI-P itu hanya akan marah dan berdemo kepada para pengurus partai saja. Mereka tidak akan berani menggugat presiden yang telah terpilih, karena mereka akan berhadapan dengan lebih dari 65% rakyat lainnya. YMT Apa mereka nggak marah tuh kepada para wakilnya di DPR? Saya hanya ingin bertanya saja kok ! Salam, Nasrullah Idris
Re: FWD tulisan dasar atas komentar saya di detik.com
Siapa yang menjamin kandidatnya hanya tiga biji? Namanya orang kemaruk mana mau mencalonkan orang lain jadi presiden. "Poros Tengah" mencalonkan Gus Dur karena sudah ketahuan suaranya keok. Padahal sebelum pemilu mereka masing-masing mengklaim dirinya yang terbesar. Yang perlu dicatat suara-suara (orang-orang) yang tak mendukung Mega bukan berarti mereka akan mendukung si Anu atau si Amat. Jadi tak relevan. Sama halnya jika saya tak mendukung Mega bukan berarti saya akan mendukung Gus Dur. Efron -Original Message- From: Yumartono [SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Thursday, 07 October, 1999 13:40 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject:FWD tulisan dasar atas komentar saya di detik.com Pro dan kontra adalah hal yg biasa. Bagi yg kontra terlebih lagi yg mempermasalahkan walau Megawati capres pemenang pemilu tapi hanya mendapatkan 35% suara rakyat pada pemilu lalu , silahkan tanyakan pada diri anda sendiri apakah anda setuju bila pemilihan presiden pada pemilu tahun 2004 dilakukan secara langsung. Kalau anda setuju untuk pemilihan secara langsung, tolong ceritakan ke saya apa jaminan anda presiden pemenang pemilu kelak bisa mendapatkan suara lebih dari 50%. Terima kasih. jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu Ini yang bung Irwan tidak pahami, bahwa nuansa dan situasi pemilu (memilih wakil-wakil rakyat di dewan) saat ini dengan pemilu langsung memilih presiden (bila ini nanti disetujui) akan berbeda. Bila pemilu dilakukan dengan memilih presiden, maka partai-partai yang berasas sama dan sepaham, tentu hanya akan menjagokan capres yang sama pula. Mereka tidak akan ngotot dengan capresnya sendiri-sendiri, karena bagaimanapun juga bila masing-masing pihak mengajukan capresnya sendiri-sendiri, maka kemungkinan untuk menang menjadi tipis. Jadi, meskipun taroklah nanti pemilu diadakan langsung untuk memilih presiden, maka peluang Mega-pun akan kecil, karena lawannya adalah calon presiden yang didukung oleh partai-partai yang tidak mendukung Mega. YMT catatan : bila pemilu dilakukan langsung untuk memilih presiden, maka kontestannyapun tidak akan sebanyak 48 orang, mungkin paling banyak 3 kontestan. Jadi apakah dengan angka 34% masih merasa optimis untuk menang ?
Re: Nggak ada logikanya
sorry ikutan nimbrung mas (meski konteksnya lain, tak apalah), soal "Apakah bila seorang Ananda Mikola memberikan komentarnya akan seenak komentarnya bung Hendra Noor Saleh (wartawan Otomatif) ? Tentu saja masih enak didengar komentar-komentar dari bung Hendra." (atau bung sendiri yang nggak tau F1 sehingga lebih enak komentar dari bung hendra yang sama-sama "nggak tau" F1, jadii..malah nyambung..or enak). Wartawan otomotif lain yang lebih tau ada juga lho, bung Sukarman Mustamin, coba tanya dia. belum tentu seperti itu mas. di GP Motor komentator "resmi" dorna itu Randy Mamola mantan pembalap GP 500 era Kenny Roberts Jr. juga di GP F1 yang megang dulu Murray Walker (mantan pembalap juga). Komentar mereka tajem lho, detail lagi ..mereka pernah nyemplak disadel atau jok mobil balap. tentu lebih paham dari kita yang awam ini.. (atau memang atlet-atlet aja yang kurang intelek komentarnya..) bukan ngerendahin bung Hendra lho..tapi saya nggak yakin bung Hendra pernah ngerasain nikung sambil sliding di tikungan hairpin pada 130 mph (misalnya, kebetulan saya pernah ngerasain). dan tentunya dia juga sulit cerita gejala apa yang timbul jika saat itu (katakan) ban kiri tekanannya sedikit down..bisa sih bisa, tapi paling asumsi saja..ya nggak. tolong dipikir lagi dong kalo ngomong, ya mas ya...hati-hati yaa thanks lho, pedoc -Original Message- From: Yumartono [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Date: Thursday, October 07, 1999 12:59 PM Subject: Re: Nggak ada logikanya Oh, kalau enggak tahu NBA, ganti saja NBA dengan Manchester United atau Olympiade atau olah raga lain. Tak apa kok. Saya ngerti kalau anda memang terlalu pintar sehingga tak bisa menyempatkan waktu nonton begituan. Saya sendiri jarang nonton NBA. Yang penting anda ngerti penjelasan saya, itu saja. YS Terlepas dari soal bahwa pengamat olahraga itu orang Indonesia atau orang luar, tetapi akan sangat menarik kalau komentator memang orang yang bukan bekas olahragawan, akan tetapi mempunyai pengetahuan dan wawasan yang luas tentang olahraga tersebut. Komentator yang berasal dari mantan olahragawan biasanya terbatas hanya mengomentari masalah teknis permainan, padahal yang diinginkan oleh penonton mungkin lebih kepada hal-hal non teknis sekitar permainan tersebut. Coba perhatikan mana yang lebih enak didengar komentar dari bung Kusnaeni atau bung Ronny Pattinasarany bila sedang mengomentari liga Italia serie A. Tentu banyak penonton yang lebih setuju bahwa komentar dari bung Kusnaeni lebih "berisi" dibanding komentar bung Ronny. Dan perhatikan juga bila menonton siaran tinju profesional, komentar-komentar dari bung M. Niagara akan menarik dibanding komentar teknisnya bung Syamsul Anwar. Apakah bila seorang Ananda Mikola memberikan komentarnya akan seenak komentarnya bung Hendra Noor Saleh (wartawan Otomatif) ? Tentu saja masih enak didengar komentar-komentar dari bung Hendra. Jadi saya kira komentar dari orang yang bukan mantan olahragawan untuk mengomentari masalah olahraga masih lebih enak didengar dibanding komentarnya dari mantan olahragawan. YMT
Re: [Re: FWD tulisan dasar atas komentar saya di detik.com]
memang pemilihan umum langsung, pemenangnya harus mendapatkan suara lebih dari 50%?? ichal -Original Message- From: Yumartono [SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Thursday, 07 October, 1999 13:40 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject:FWD tulisan dasar atas komentar saya di detik.com Pro dan kontra adalah hal yg biasa. Bagi yg kontra terlebih lagi yg mempermasalahkan walau Megawati capres pemenang pemilu tapi hanya mendapatkan 35% suara rakyat pada pemilu lalu , silahkan tanyakan pada diri anda sendiri apakah anda setuju bila pemilihan presiden pada pemilu tahun 2004 dilakukan secara langsung. Kalau anda setuju untuk pemilihan secara langsung, tolong ceritakan ke saya apa jaminan anda presiden pemenang pemilu kelak bisa mendapatkan suara lebih dari 50%. Terima kasih. jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu Ini yang bung Irwan tidak pahami, bahwa nuansa dan situasi pemilu (memilih wakil-wakil rakyat di dewan) saat ini dengan pemilu langsung memilih presiden (bila ini nanti disetujui) akan berbeda. Bila pemilu dilakukan dengan memilih presiden, maka partai-partai yang berasas sama dan sepaham, tentu hanya akan menjagokan capres yang sama pula. Mereka tidak akan ngotot dengan capresnya sendiri-sendiri, karena bagaimanapun juga bila masing-masing pihak mengajukan capresnya sendiri-sendiri, maka kemungkinan untuk menang menjadi tipis. Jadi, meskipun taroklah nanti pemilu diadakan langsung untuk memilih presiden, maka peluang Mega-pun akan kecil, karena lawannya adalah calon presiden yang didukung oleh partai-partai yang tidak mendukung Mega. YMT catatan : bila pemilu dilakukan langsung untuk memilih presiden, maka kontestannyapun tidak akan sebanyak 48 orang, mungkin paling banyak 3 kontestan. Jadi apakah dengan angka 34% masih merasa optimis untuk menang ? Get your own FREE, personal Netscape WebMail account today at http://webmail.netscape.com.
Re: Faktanya (tanggapan terhadap analis saham IAN)
Mega jadi presiden, wah Petruk (kodew) jadi ratu dong... saya nggak yakin hasilnya bagus. itu langkah mundur. ngapain temen2 sekolah jauh ke US kalo yang mimpin levelnya..yaa segitu itu..jangan diulangi deh pengalaman rejim orba dulu. coba deh kita sekali-sekali refresh sebentar dari meja belajar kita.. see the real world..pemain bola liga inggris rata rata lulusan PT. kenapa sepak bola indonesia tak maju padahal penduduk seabrek, dan inggrin sedemikian majunya (jujur aja ya). pola pikir, strategi, kemampuan fisik, disiplin, intelegensia, kreativitas, itu didapat dari sistem pendidikan mereka ,, bukan melulu latihan fisik weekly. sampai nangis darahpun kagak bakal menang lawan MU. itu baru sepakbola tapiii.. hasilnya emang nyata kan. dan tak pikir rel;evan. lha ini mau eksperimen serupa, levelnya negara lagi..mau kacau silakan, mau bubar silakan, hehehe.. silakan aja, toh saya nggak tinggal dinegara ini (jangan bilang gitu) ibarat main bola, say pikir rakyat RI 01 pengen tim kita bikin gol sebanyak-banyaknya, dan untuk itu bisa terwujud kalo manajernya orang profesional yang mumpuni (dalam bola) bukan sekedar mempertahankan gengsi lurah yang pengen jadi manajer tim bal-balan, sekedar simbol penguasa yang dipilih rakyat. be professional..jangan simbolis..ntar kayak P4 hasilnya.. Salam, Pedoc -Original Message- From: Yumartono [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Date: Thursday, October 07, 1999 1:31 PM Subject: Faktanya (tanggapan terhadap analis saham IAN) Tapi faktanya nanti adalah pemilihan presiden pasti akan melalui voting !!! Kecuali kubu Mega Habibie memberikan kesempatan pada Gus Dur untuk menduduki jabatan presiden. Dan bila Mega tidak jadi presiden, tidak perlu khawatir bahwa rakyat akan marah dan protes, karena dari suara-suara rakyat kecil sendiri (seperti liputan TV semalam thd. beberapa pedagang kecil, tukang becak, dll.) mereka mengatakan bahwa bagi mereka tidak penting siapa yang jadi presiden, tapi yang diharapkan adalah aman dan ekonomi membaik. Nah, jadi kalau rakyat sendiri bilang tidak ingin mengacau lalu siapa sebenarnya yang ingin mengacau ? YMT PS : Komentarnya pak Sarwono kayaknya perlu disimak, bahwa bila PDI-P tidak berhasil menggolkan Mega menjadi presiden, maka yang salah adalah wakil-wakil PDI-P sendiri. Dan rakyat akan marah terhadap pengurus PDI-P, bukan terhadap anggota MPR. Analis Saham, Irwan Ariston Napitupulu: Mega Tanpa Voting, Dollar Rp 5.000 Reporter: Irna Gustia W detikcom, Jakarta- Bila ternyata benar Megawati terpilih menjadi presiden tanpa melalui voting untuk menghargai pilihan rakyat, maka diperkirakan rupiah akan mencoba menembus Rp 5.000 per dollar. Reaksi invetor positif. Indeks BEJ akan mencoba terbang ke level 800.
[Re: (tanggapan terhadap analis saham IAN)]
Sudah...sudah...jangan kela'i... Kalian ini siiirkkk aja...:)). Biarin aja deh si Irwan ini mau masuk Detik.com kek, mau masuk mana kek... terserah aja. Kebiasaan melayu... engga' bisa liat orang seneng he...he...he...Kalau mau counter attack. Kirim dong tulisan ente2 pade ke detik.com. Jadi ada pro and contra...he...he...he... Does any of you have any guts??? ayo dongmasa kalah sih sama si Irwan itu. kalo gue sih ketauan engga' bisa nulis, apalagi ngomongin ekonomy...:), tapi anda2 semua hmmm kalo gue bilang sih qualitasnya sama lah sama qualitas coloumnist2 NYT atau USA Today... Ayo Soe...+anjas... Ida... hajar bleh... he...he...he... buat IAN: bukan berarti gue agree tulisan anda dan pikiran2 anda loh. ichal -Original Message- From: Yumartono [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Date: Thursday, October 07, 1999 1:31 PM Subject: Faktanya (tanggapan terhadap analis saham IAN) Analis Saham, Irwan Ariston Napitupulu: Mega Tanpa Voting, Dollar Rp 5.000 Reporter: Irna Gustia W detikcom, Jakarta- Bila ternyata benar Megawati terpilih menjadi presiden tanpa melalui voting untuk menghargai pilihan rakyat, maka diperkirakan rupiah akan mencoba menembus Rp 5.000 per dollar. Reaksi invetor positif. Indeks BEJ akan mencoba terbang ke level 800. Get your own FREE, personal Netscape WebMail account today at http://webmail.netscape.com.
Re: Ah yang bener !
Mas Budi, Mungkin yang dimaksud IAN, kalo Matori jadi ketua MPR dan Mega jadi president, si ketua MPR segan ama president:-) Ali Simplido --- Budi Haryanto [EMAIL PROTECTED] wrote: Logikanya nggak pas. Apa iya seluruh anggota MPR = Amien Rais? Apa iya seluruh anggota DPR = Akbar Tanjung? Sehingga kalau Gus Dur jadi presiden, MPR dan DPR tidak bisa meng'kontrol'nya, karena AR dan AT segan kepada Gus Dur. Lho kok...? Ini pencampuradukan antara institusi dan individual yang sulit untuk bisa diterima di era yang lebih 'demokratis' seperti saat ini. Bagaimanapun, selamat buat IAN karena sudah 'bisa masuk' koran. Salam, Budi (seorang rakyat jelata saja) = Dari detik.com: ... Seperti telah diketahui, Amien Rais terpilih sebagai ketua MPR. Akbar Tandjung terpilih sebagai ketua DPR. Bahwa kemudian Megawati diisyaratkan lebih kuat kansnya ketimbang Gus Durs, menurut Irwan, sebab jika Gus Dur yang naik, maka tidak akan ada yang berani mengontrol Gus Dur. "Amien Rais dan Akbar Tandjung segan dengan Gus Dur,"kata Irwan. "Siapa sih yg nggak segan dengan Gus Dur. Karenanya Gus Dur saya perkirakan akan lebih pas pada posisi Bapak Bangsa atau posisi apapun asal di luar sistem agar dia bisa mengontrol ketiganya dari luar,"kata Irwan. ... = __ Do You Yahoo!? Bid and sell for free at http://auctions.yahoo.com
FW: [suab] Susu untuk Anak Bangsa - mencari bantuan donatur
-Original Message- From: Siregar, Parvita [mailto:[EMAIL PROTECTED]] Sent: 07 Oktober 1999 13:15 To: 'Perempuan' Cc: 'SUAB' Subject: [suab] Susu untuk Anak Bangsa - mencari bantuan donatur Rekan-rekan perempuan, Sudah hampir 1 1/2 tahun lebih kami yang berkumpul dalam wadah Susu Untuk Anak Bangsa mensubsidi susu untuk balita dari keluarga yang tidak mampu. Kegiatan ini dimulai sejak krisis melanda kita dan masih aktif mensubsidi susu di 3 daerah di Pulau Gadung (daerah Kali Mati dan kawasan kumuh P. Gadung - tepatnya di Jl. Swadaya dan sekitarnya). Secara rutin, 2x dalam satu bulan kami mensupply susu SGM2 sebanyak 8 x 24 kotak yang satu kotaknya 300 gram yang dijual dengan harga 50% dari harga beli. Dana berasal dari kalangan pribadi (biasanya dari mulut kemulut atau sesama rekan kerja) yang dimasukkan ke dalam account kami dan dari hasil penjualan kartu ucapan kosong yang bergambar hasil gambar anak-anak waktu lomba gambar 17 Agustusan tahun lalu. Beberapa bulan yang lalu kami mendapat surat permintaan bantuan untuk supply susu ke daerah Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Di sana terdapat Yayasan Yatim Piatu 'Bamadita Rahman" di bawah pembinaan Dr. H. Bambang Madiyono. Supply susu ini bukan diperuntukkan untuk yayasan tersebut tetapi untuk lingkungan di sekitar yayasan tersebut. Hasil pemeriksaan para relawan dokter di daerah tersebut ternyata menyatakan 34 anak balita kurang gizi dan 44 anak balita dengan gizi buruk. Ketika saya ajukan bahwa bantuan berupa subsidi (bukan total sumbangan), ternyata mereka masih kurang mampu untuk mendapatkan dana tambahan. Menurut perhitungan kami, jika 1 anak membutuhkan 1.5 box berisi 300 gr untuk satu minggu, maka 44 anak membutuhkan 66 box selama 1 minggu, berarti 3 kardus untuk 1 minggu. (1 kardus - 24 box susu 300 gr). Itu hanya untuk 44 anak. Untuk 78 anak balita, tentunya jumlahnya menjadi 117 box = 5 box per 1 minggu. Sekarang harga 1 kardus SGM2 berisi 24 kotak adalah Rp 191.000, maka tiap minggu dibutuhkan Rp 955.000,-. Idealnya demikian. Berdasarkan dana yang kami miliki, kami agak sulit untuk bisa memenuhi permintaan tersebut karena sirkulasi uang kami juga agak pas-pasan. Tujuan Susu Untuk Anak Bangsa adalah untuk membantu keluarga yang kurang mampu untuk memenuhi kebutuhan susu anak-anak mereka, jadi kalau memenuhi seluruh kebutuhan susu, kami agak sulit untuk mendapatkan dananya. Jika ada diantara rekan-rekan yang bisa meneruskan email ini kepada yang kira2 bisa membantu, kami sangat berterimakasih. Selanjutnya, untuk rekan2 yang kiranya ingin berpartisipasi menyumbang, kami mempunyai accout di: ABN AMRO Bank # 24988154 USD (US Dollar) atau # 23245476 IDR (Rupiah) atas nama Rubiana Fajar/Dini Djalal Bagi yang tertarik untuk mengetahui kegiatan kami, kami 2x seminggu ke daerah P.Gadung dan Kali Mati untuk mengantarkan susu. Selanjutnya email dapat ditujukan kepada saya langsung atau ke email kami di: [EMAIL PROTECTED] Terimakasih, Parvita H. Siregar SYAFRIANDI ARMAND SALEH 3-DNET Indonesia VISIT THE 3-DNET WEBSITES : http://www.3dnet.org Linking Industry to Individual in pursuit of REAL Opportunities in : EMPLOYMENT - COMMUNICATION - MERCHANDISING (Operations in more than 100 countries) Need a new E-mail Address ? You've come to the right place !! At 3-DNET Post Office you get a personalized and free E-mail account with your own personal touch username. Sign Up with 3-DNET Mail !!!
Re: Mahasiswa Bodoh
To Mas Jeffrey, Dua-duanya kali, mau ikutan? ida From: Jeffrey Anjasmara [EMAIL PROTECTED] Yang geblek itu yang namanya Suhendri atau yang namanya Ida sih? Maaf nih, habisnya emailnya ngirit banget jadinya saya agak telmi. Tolong dong diterangkan. '-- From: Notrida Mandica [EMAIL PROTECTED] Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: Mahasiswa Bodoh Date: Wed, 6 Oct 1999 09:54:01 PDT Mas Suhenri, Kenapa bukan kamu yang organize demonstrasi? GEBLEK! ida From: Suhendri [EMAIL PROTECTED] Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Mahasiswa Bodoh Date: Wed, 6 Oct 1999 09:40:05 +0700 Mana nich Forkot, Famred, Farbes dan apalah namanya yang lain itu dari para mahasiswa yang getol demo menyokong reformasi dan menolak status quo. Tuch lihat, PDI - P mendukung Golkar untuk ketua DPR, tapi nggak ada yang demo. Ha...ha...mahasiswa. Forkot, Famred, Farbes dll nya itu benar-benar mahasiswa yang payah dan bodoh. Mengatasnamakan diri mahasiswa, mengatasnamakan berjuang demi rakyat. Sama aja ternyata, mahasiswa "dagang sapi" Soe __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com
Kelakuan Komisi Tinggi HAM
Republika, 6 Oktober 1999: Komisi Tinggi HAM PBB Manipulasi Sidang Khusus Soal Timtim; Xanana Tolak Pelucutan Senjata Falintil NEW YORK -- Praktek manipulasi telah dilakukan Komisi Tinggi HAM PBB dalam soal Timtim. Itu merupakan ironi besar bagi PBB --didukung masyarakat dan media massa Barat-- yang selama ini berteriak paling lantang soal HAM di Timtim. Tindakan kotor manipulasi oleh Komisi Tinggi HAM PBB itu meruyak berkat informasi Nabutoshi Akso, Duta Besar (Dubes) Jepang di Jenewa. Akso mengaku ia telah ditekan oleh Komisi Tinggi HAM PBB untuk mengubah posisinya, yang semula 'abstain' menjadi 'mendukung' penyelenggaraan Sidang Khusus Komisi HAM mengenai Timtim pada 23-27 September lalu. Wartawan Antara di New York kemarin mendapat informasi atas pemaksaan itu, Akso telah menulis protes pada Komisi Tinggi HAM PBB Mary Robinson. Surat tersebut sekaligus juga merupakan kesaksian Jepang berkaitan dengan kronologi peristiwa menjelang penutupan batas waktu pemberian jawaban, pada Kamis 16 September 1999, bagi penyelenggaraan sidang khusus Komisi HAM PBB mengenai Timtim. Menurut sejumlah diplomat Asia yang menentang sidang khusus itu, kesaksian Jepang tersebut mengukuhkan opini bahwa Komisi HAM PBB telah berpihak, tidak transparan, dan sangat berambisi. Komisi HAM PBB dianggap telah melakukan manipulasi untuk memaksakan sidang khusus mengenai Timtim. Informasi yang diperoleh Antara tadi juga menyebutkan kronologi kejadian tersebut secara rinci. Pada 15 September, kantor Komisi HAM PBB menelepon perwakilan tetap Jepang di Jenewa. Isinya, Komisi Tinggi HAM PBB mendesak Jepang agar mempengaruhi negara-negara kelompok Asia untuk mendukung sidang khusus mengenai Timtim. Waktu itu posisi Jepang 'tidak menentang sidang khusus', bisa dikategorikan 'abstain'. ''Kami ingin jawaban Anda 'ya' secara lebih tegas daripada 'tidak menentang', dalam rangka menunjukkan dukungan Anda yang jelas terhadap sidang ini,'' kata si penelepon dari kantor Komisi HAM PBB. Namun, Akso tetap menyatakan posisinya 'abstain'. Keesokan harinya datang lagi telepon dari Komisi HAM PBB, dan kembali menodong Akso agar mengubah pikirannya jadi 'setuju'. Meski dijawab sama, penelepon dari kantor Komisi HAM PBB mengatakan bahwa pihaknya menginterpretasikan jawaban Jepang itu sebagai 'ya'. ''Kami terkejut jadinya,'' tulis Dubes Jepang di Jenewa, Akso. Bahkan, satu jam setelah deadline berakhir pun, wakil Komisi HAM PBB kembali mendesak pihak Kedubes Jepang yang tetap menjawab 'abstain'. Berdasarkan itu, pihak Jepang menyimpulkan bahwa Kantor Komisi HAM PBB telah melakukan kampanye untuk memaksakan sidang khusus itu dilaksanakan. Jepang menilai sikap Komisi HAM itu bertentangan dengan Piagam PBB yang mengharuskannya bersikap netral dan tidak berpihak. Jepang juga menyimpulkan bahwa Komisi HAM PBB telah menekan Jepang dengan pernyataan bahwa, ''posisi Jepang akan menentukan apakah sidang khusus ini bisa dilaksanakan atau tidak''. Komisi HAM PBB pada saat itu memang perlu tambahan suara agar jadi 27 dari 53 untuk menggolkan niatnya menggelar sidang khusus soal Timtim. Selain memelintir sikap Jepang dari 'abstain' jadi 'setuju', Komisi Tinggi HAM PBB juga dikabarkan membuat suara dukungan fiktif dari Rwanda. Komisi Tinggi HAM PBB melaporkan seolah-olah telah datang telepon dari pihak Rwanda yang menyatakan setuju dengan sidang khusus tadi. Padahal, telepon dari Rwanda itu tak pernah ada, dan hanya rekaan pihak Komisi Tinggi HAM PBB. Itu dikuatkan oleh kesaksian pihak Jepang, yang menyatakan bahwa hingga deadline tak pernah ada laporan menyangkut telepon itu. ''Komisi HAM PBB tidak dapat menunjukkan bukti-bukti kuat adanya telepon tersebut, entah itu berupa hasil rekamannya atau bukti sambungan teleponnya,'' kata seorang diplomat Asia. Penjelasan Jepang tersebut telah memperkokoh posisi Kelompok Asia yang menyatakan bahwa sebenarnya 'mayoritas sederhana' --27 suara dari 53 anggota -- yang diperlukan untuk penyelenggaraan sidang khusus tidak terpenuhi. Dan, itu telah dikemukakan dalam pernyataan Kelompok Asia pada pembukaan sidang. Sementara itu, Radio BBC yang berpusat di London melaporkan pentolan Dewan Perlawanan Rakyat Timtim (CNRT) Xanana Gusmao telah menyatakan menolak putusan Panglima Interfet Mayjen Peter Cosgrove untuk melucuti senjata semua anggota milisi. ''Falintil tidak akan setuju dilucuti senjatanya,'' ujar Xanana seperti dikutip BBC, kemarin. Xanana menambahkan Falintil tidak bersedia dilucuti senjatanya lantaran akan disiapkan membantu menjaga perdamaian dan keamanan di Timtim. Pernyataan Xanana, yang pernah mendekam di LP Cipinang (Jakarta) selama enam tahun atas tindakan kriminal itu, agaknya merupakan sikap keras Falintil dan CNRT menghadapi keinginan
Billiard dan Bowling
Karena sudah ramai bicarakan cabang olah raga, apa di milis ini ada yg senang billiard atau bowling? Kalau memang ada, sekali2 kita refreshing yuk ngumpul main bareng. Siapa aja deh, yang dari CSU, CWRU, Tri C, dan univ lainnya. Enak juga ya sekali2 ngumpul sambil ngegosiphehehe. Ngomong2, gimana nih soal acaraan 16 Oktober? Ada masukan dari rekan2 khususnya untuk acaranya? napit
Oekussi, Kota Mati Sisa Milisi
Oekussi, Kota Mati Sisa Milisi DENGAN jebolnya Ambenu oleh pasukan Interfet Sabtu (2/10), berarti seluruh kabupaten di Timor Timur (13 kabupaten) sudah dijarah Interfet. Kehadiran pasukan multinasional di Ambeno, didomplengi milisi pro-kemerdekaan turun gunung. Kehadiran dua pasukan ini, serta merta disambut eksodus besar-besaran rakyat Ambeno dan milisi pro-integrasi mengungsi, setelah mbumihanguskan Ambenu. Praktis, Oekussi dikuasai Interfet yang keliling kota dengan perangkat perangnya. Untungnya, akhir September saya sudah ke sana. Kab. Ambeno seluas 778.125 km2 dengan penduduk 48.979 jiwa ini, merupakan daerah enclave (kantung) dari Propinsi Timtim di NTT. Secara geografis, wilayah Timor Leste ini berada dalam blokade RI. Interfet hanya bisa masuk lewat udara atau lewat Selat Ombei mendarat di Pantai Makassar, kota lama tempat mendarat Portugis 1515 lalu. Celakanya, blokade ini juga berdampak kepada 500 KK transmigran yang menempati lokasi UPT Netemnanu, Kab. TTU, NTT. Soalnya, jalan keluar harus melewati Ambenu. Transmigran tak bisa lagi menjual hasil pertaniannya ke Oekussi. Keunikan inilah yang menggelitik keinginan jurnalistik saya. Sekaligus sebagai pelepas nadar menginjakkan kaki yang kedua kalinya di bumi Loro Sae, setelah meliput peristiwa Dili (Santa Cruz), Juli 1991. Dari rekomendasi komandan milisi TPIB, Joao Magnu da Araujo, yang markasnya pernah saya tamoni, saya mendapat pengawalan orang kepercayaannya, Vasco da Gomes (35). Pemuda hitam, brewok dan berambut keriting ini, adalah anggota milisi Sakunar yang dikomandani Simau Lopez. Milisi ini terkenal bengis dan kejam terhadap lawannya, Falintil dan pro-kemerdekaan. Milisi yang membumihanguskan Ambenu ini, kini bermarkas di Kec. Amfoang Utara, Kab. Kupang. Dengan sepeda motor tril Nopol DF, Timtim, "Si Brewok" mengantar saya. Dari Kefa, belok ke utara menyusuri jalan aspal sepanjang 21 km. Perjalanan penuh risiko, tetapi itu sudah konsekuensi dari sebuah profesi. Jika Sander Thoenes (30), wartawan The Financial Times itu sampai tewas Dili, dan Yun Hap (22), mahasiswa UI tewas dalam "Tragedi Semanggi II", itu tak perlu didramatisasi. Wajar-wajar sajalah. Obrigado Dengan kecepatan 70-80 km per jam, saya bismillah untuk berangkat. Meski menyangklong senjata laras panjang, "Si Brewok" begitu cekat mengemudi lewat hutan dan bebukitan. Menjelang Magrib sampailah kami di markas milisi di perbatasan, dan berkenalan dengan penghuninya. "Bonoito (selamat malam)," sapa saya dalam bahasa daerah Tetun, yang sebenarnya diambil dari bahasa Portugal seperti obrigado untuk terima kasih. Sebagaimana yang pernah saya jumpai di markas milisi Aitarak di Atambua, tampang mereka umumnya sangar-sangar. Bicaranya keras dan kasar. Kulirik, beberapa senjata api, parang, golok, dan panah menumpuk di dalam kamar. Pengalaman sepekan di Atambua, membuat saya terbiasa dengan pemandangan seperti itu. "Kamu orang tidak boleh ambil gambar ini," kata "Si Brewok" ketika melihat saya mengeluarkan tustel dari saku rompi. Saya menjadi sadar, bahwa saya sudah mencoba mengusik lahan privacy orang lain. "Tidak. Saya tak akan memotretnya. Ami, ha'u simu aceito," jawab saya, sambil menyimpan tustel kembali. Seorang bertelanjang dada penuh tato di lengannya, keluar menyuguhkan minuman untuk kami. Sambil mereguk, saya ucapkan obrigado. Kesempatan itu kugunakan untuk salat jamak-qasar, dengan membentangkan rompiku sebagai alas sujud. Ketika baru saja bertakbir, "Si Brewok" mendorongku. Rompiku ditarik lalu digantikan rompi hitamnya bertuliskan "Sakunar". Dengan bicara dalam Bahasa Tetun, ia lalu membetulkan arah kiblatku. Begitulah cara mereka. Kasar. Namun, di balik kekasarannya itu, ternyata ada kebesaran jiwa seorang anak bangsa. "Obrigado", kata saya mengacungkan jempol. Islam memang sudah masuk ke Timtim jauh sebelum kedatangan Portugal, yang disebarkan pedagang Hadramaut. Tak anehlah jika di Aileu ditemukan transkripsi kaligrafi Arab pada potongan kayu rumah adat yang dipundi-pundi sebagai azimat atau lulik. Wajar saja jika "Si Brewok" mengetahui arah kiblat yang benar dan menghormati muslim seperti saya. Porak Poranda Sebenarnya Portugal mulai menduduki Oekussi sejak tahun 1515 dan meninggalkan banyak bangunan bersejarah, termasuk meriam kuno di Pantai Makassar. Para arkeolog akan sedih melihat rumah-rumah kuno dengan arsitektur Portugal dan rumah adat Timor peninggalan Raja Wehale, porak peranda. Cerita bumi hangus yang selama ini kudengar lewat cerita ayahku di zaman revolusi itu, kini benar-nenar saya saksikan dengan mata kepala sendiri. Sayang, saya tak bisa mengabadikan suasana itu. Korban material ini, belum termasuk korban jiwa dan harta benda penduduk. Di sebuah rumah yang ludes terbakar, masih kulihat bangkai ternak sapi membusuk di dekat dua laki-laki yang mati terluka. Bahkan di sebuah rumah, tiga mayat dibiarkan menumpuk dengan ceceran darah di reruntuhan dinding. Saya lalu bisa menduga, ketika
Sori salah alamat (was:Re: Billiard dan Bowling)
Waduh, sori berat nih salah alamat. Seharusnya ngirimnya ke milis permias lokal di Cleveland. Wah, apes dah. Ketahuan suka main billiard. Biasanya khan yg suka main billiard tuh anak2 badunghehehehe. jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu
Pres pilih langsung, triumvirat, dlsb
Saya kok merasa agak optimis melihat perkembangan usulan dan opini partai-partai yang ada saat ini. Mungkin karena kita mendapat ancaman dari luar yaitu AS malah kita menjadi bersatu. Masih banyak centang perenang di mana-mana, tapi rasanya arus reformasi justru lebih kencang dibandingkan yg kita perkirakan deh. Golkar mengusulkan agar di periode mendatang presiden dan wakil presiden dipilih secara langsung dalam satu paket beserta anggota DPR. Kayak di AS ya? Rasanya memang sudah tak pantas lagi kalau cap status quo ditaruh ke mereka lagi. Cuma satu hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu sinyalemen bahwa kalau ada pemilihan langsung, maka orang Jawa lagi yang jadi presiden. Ini diungkapkan oleh seorang ilmuwan dari UGM (lupa namanya). Walaupun saya kurang percaya masyarakat yg sudah demikian majemuk di Jawa masih mempunyai sikap seperti itu, bila nanti ada yang tidak merasa puas bisa-bisa muncul lagi isu SARA. Sebagai orang Jawa sudah pekak telinga saya mendengar selentingan-selentingan yg tidak mengenakkan. Bukan tidak mungkin pula di masa mendatang siu-isu ini dihembuskan oleh oportunis politik seperti Boris Yeltsin itu. Atau Milosevic itu, atau kelompok separatis macam AGAM. Ada yang punya pendapat? Issue lain adalah pemegang kekuasaan eksekutif bila presiden berhalangan hadir, yaitu akan dipegang oleh wapres, bila berhalangan akan dipegang ketua MPR, dan kalau juga berhalangan akan dipegang oleh ketua DPR. Jadi tidak ada triumvirat. Saya jadi bingung dengan usulan dari FPDKB ini, yaitu jadinya presiden tidak bertanggung jawab kepada MPR tetapi kepada rakyat. Lho, kok rakyat? Kedengarannya sih bagus, tapi kan rakyat demikian majemuk. Nanti kalau saya iseng lalu bilang pertanggung jawaban presiden tidak dapat diterima gimana? Kan saya rakyat juga? Apa bukan ya? Hal yg perlu saya singgung adalah keinginan masyarakat Tapanuli untuk membuat propinsi baru, dan juga tiga kabupaten di wilayah Sulsel yag juga ingin membentuk propinsi baru. Ada beberapa masalah yg saya identifikasi yaitu: - Kenapa isu etnik lagi yg jadi dasar ya? Yaitu Masy. Tapanuli dan Masy. mandar di Sulsel. - Apakah sudah memperhitungkan beban pusat untuk pembiayaannya? Hal ini perlu kita perhitungkan bila pendapatan daerah tidak mencukupi. Mengapa? Karena saya kok rada curiga bahwa keinginan ini didasari oleh sentimen keetnikan semata, bukan didasari kemampuan daerahnya. Hal lain adalah penolakan pembentukan propinsi baru di Irja dengan alasan akan ada Kodam baru. Saya rasa alasan yg dicari-cari. Kalau memang maunya tidak ada Kodam baru, okay-lah Kodamnya tetap satu tapi mencakup 3 propinsi. Orang lain berlomba bikin propinsi kok malah nggak mau lho? Jeffrey Anjasmara __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com
Re: Sori salah alamat (was:Re: Billiard dan Bowling)
Nggak paut antara badung dan bilyar. Kata banyak orang saya ini anak badung. Nyatanya saya nggak doyan bilyar. Efron -Original Message- From: Irwan Ariston Napitupulu [SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Friday, 08 October, 1999 4:46 AM To: [EMAIL PROTECTED] Subject:Sori salah alamat (was:Re: Billiard dan Bowling) Waduh, sori berat nih salah alamat. Seharusnya ngirimnya ke milis permias lokal di Cleveland. Wah, apes dah. Ketahuan suka main billiard. Biasanya khan yg suka main billiard tuh anak2 badunghehehehe. jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu
Demonstrasi yang Brilyan
Demonstrasi yang Brilyan itu yang bagaimana? Demonstrasi yang brilyan adalah demonstrasi yang mampu unjuk rasa sendirian ke gedung MPR, yaitu saat berlangsungnya SUI-MPR. Jadi tanpa membawa seorang kawan pun. Di sana pun ia berhasil menggolkan pemikiran baru bagi bangsa Indonesia, dalam artian, diterima oleh semua fraksi, sekaligus dijadikan TAP. Salam, Nasrullah Idris
Re: Ikut berduka atas musibah Turangga D 7673 ND
Saya juga ikut berbelasungkawa atas kejadian yang menimpa saudara-saudara kita tersebut. Semoga ini dapat menjadi pelajaran juga bagi kita semua, khususnya juga para pengemudi untuk selalu hati - hati dalam mengemudi. Salam, Saut A H S [EMAIL PROTECTED] Urban Regional Planning Bandung Institute of Technology On Wed, 6 Oct 1999, Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia) wrote: Saya ikut prihatin atas tragedi bus Turangga D 7673 ND di Desa Ciloto, Cipanas. Musibah ini merenggut 45 nyawa dan puluhan lainnya luka berat/ringan. Musibah ini dapat menjadi kaca-diri bagi para pengguna jalan untuk tak mementingkan diri sendiri. Bagaimanapun juga musibah ini tak perlu terjadi jika pengemudi bertanggung jawab. Sesal kemudian tak ada gunanya. Wassalam, Efron
Tahukah anda?
Pemilihan presiden ketiga di AS tahun 1796 diikuti oleh lebih dari 9 kandidat. Presiden terpilih saat itu adalah John Adams dengan memperoleh suara 25.7% saja. Urutan kedua, Thomas Jefferson, memperoleh 24.6% jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu
Re: Tahukah anda?
So what ? Kesimpulannya aja dech, susah ngomong sama Anda. Nggak mau ngerti. Persis kaya' wakil rakyat PDI P. Megawati jadi Presiden sekarang atau lima tahun lagi ? Atau Megawati nggak pernah akan jadi Presiden ? Atau apa ? Kesimpulannya nanti akan saya terima, terus kita buktikan di hari nya . Okeh ! Soe :-) -Original Message- From: Irwan Ariston Napitupulu [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Date: Friday, October 08, 1999 11:25 AM Subject: Tahukah anda? Pemilihan presiden ketiga di AS tahun 1796 diikuti oleh lebih dari 9 kandidat. Presiden terpilih saat itu adalah John Adams dengan memperoleh suara 25.7% saja. Urutan kedua, Thomas Jefferson, memperoleh 24.6% jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu
Re: Tahukah anda?
In a message dated 10/8/99 12:34:45 AM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED] writes: So what ? Kesimpulannya aja dech, susah ngomong sama Anda. Irwan: Ternyata rakyat AS itu menganggap bahwa walau hanya mendapat 25.7% tapi kalau sudah memenangkan pemilihan ya dianggap mewakili kemauan kebanyakan rakyat. Jadi, ngga butuh harus mendapat lebih dari 50%:) Oh ya, kalau ngga salah khan anda ya yg kemarin menjamin kandidat presiden ngga akan lebih dari 3 tahun 2004 nanti? Kalau anda perhatikan sejarah kandidat presiden AS sejak tahun 1789 dulu, maka anda bisa bisa lihat alasan saya kenapa saya tidak yakin kandidat presiden mendatang tidak lebih dari 3 dengan asumsi tidak dibuat aturan dibatasi maksimum hanya tiga saja. Tidak menghargai pilihan rakyat saat ini bagi saya sama saja menanamkan masalah besar yg bisa muncul dikemudian hari. Hendaknya ini sangat dipertimbangkan oleh para elit politik. Anda kemarin disini mengatakan demokrasi kita menggunakan demokrasi perwakilan. Pernahkah anda bertanya apakah pemilih PAN dulu setuju kalau para wakilnya memilih capres yg bukan Amien Rais seperti yg dulu dijanjikan waktu kampanye? Pernahkah anda berpikir apakah pemilih PPP pada pemilu kemarin setuju kalau para wakilnya memilih presiden selain Hamzah Haz, capresnya PPP yg di sosialisasikan waktu kampanye pemilu kemarin? Apakah menurut anda pemilih2 Golkar akan rela para wakilnya memilih capres yg bukan Habibie seperti yg dikampanyekan pemilu lalu? Dan terakhir, apakah anda pikir pemilih2 PDIP juga akan merasa diwakili bila para wakilnya nanti memilih capres yg bukan Megawati seperti kesepakan kongres dan juga sering disosialisasikan selama kampanye pemilu lalu. Bottom line, bila semua wakil konsisten untuk mewakili suara pemilihnya pada pemilu lalu soal presiden, maka para wakil itu tidak punya hak untuk merubah pilihan selain capres yg dijanjikan pada waktu kampanye lalu. Bila dirubah, bagi saya itu sudah berhianat tidak lagi bisa dibilan mewakili. Demokrasi perwakilan tidak sama dengan demokrasi kumpul2/arisan. Di AS, setiap wakil itu harus mendengarkan pendapat para pemilihnya. Mereka punya daftar nama2 anggota partai yg memilihnya. Para anggota pemilih partai yg tetap itu pun punya nomor akses telpon ke wakilnya atau pun sekretaris wakilnya yg setiap saat bisa dihubungi. Jadi, mereka walau sudah dipilih ngga bisa seenaknya saja bilang suaranya adalah suara rakyat yg memilihnya kalau dia merubah pilihan yg tidak sesuai dengan janji kampanye dulu. Jadi, mau sistem perwakilan keq mau sistem langsung keq, kalau dilakukan dengan konsisten maka hanya capres pemenang pemilu lah yg memang paling layak memimpin pemerintahan. Anda pernah tinggal di AS? Kalau pernah, maka anda bisa lihat bagaimana kasus Monica vs Clinton kemarin ada anggota dari partai republik yg membelot dari kebijakan partainya. Kenapa? Karena masyarakat pemilihnya (daerahnya) meminta mereka mempertahankan Clinton di White House. Para wakil itu walau sudah terpilih harus tunduk dengan kemauan rakyat di daerahnya. Dari mana mereka bisa tahu kemauan masyarakat pemilihnya? Ya dari daftar anggota tetap pemilih partai baik yg dihubungi oleh sekretaris partai di daerah pemilihannya tersebut atau pun yg menghubungi langsung ke sekretariat partai. Nah, ini baru yg namanya membawa suara rakyat. Jadi jangan suara pribadi dibilang suara rakyat yg memilihnya. Khan aneh. Sejak kapan masyarakat pemilih PAN dimintai pendapat bahwa para wakilnya akan memilih capres yg bukan Amien Rais seperti dijanjikan dulu dalam pemilu. Sejak kapan masyarakat pemilih PPP pernah ditanyain pendapatnya bahwa para wakilnya tidak jadi memilih Hamzah Haz sebagai presiden seperti yg dijanjikan dalam kampanye dulu tapi akan memilih capres lain? Apa demokrasi perwakilan yg sering anda sebut itu yg seperti ini? jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu
Re: Tahukah anda?
Jadi kesimpulannya ? Soe -Original Message- From: Irwan Ariston Napitupulu [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Date: Friday, October 08, 1999 12:30 PM Subject: Re: Tahukah anda? In a message dated 10/8/99 12:34:45 AM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED] writes: So what ? Kesimpulannya aja dech, susah ngomong sama Anda. Irwan: Ternyata rakyat AS itu menganggap bahwa walau hanya mendapat 25.7% tapi kalau sudah memenangkan pemilihan ya dianggap mewakili kemauan kebanyakan rakyat. Jadi, ngga butuh harus mendapat lebih dari 50%:) Oh ya, kalau ngga salah khan anda ya yg kemarin menjamin kandidat presiden ngga akan lebih dari 3 tahun 2004 nanti? Kalau anda perhatikan sejarah kandidat presiden AS sejak tahun 1789 dulu, maka anda bisa bisa lihat alasan saya kenapa saya tidak yakin kandidat presiden mendatang tidak lebih dari 3 dengan asumsi tidak dibuat aturan dibatasi maksimum hanya tiga saja. Tidak menghargai pilihan rakyat saat ini bagi saya sama saja menanamkan masalah besar yg bisa muncul dikemudian hari. Hendaknya ini sangat dipertimbangkan oleh para elit politik. Anda kemarin disini mengatakan demokrasi kita menggunakan demokrasi perwakilan. Pernahkah anda bertanya apakah pemilih PAN dulu setuju kalau para wakilnya memilih capres yg bukan Amien Rais seperti yg dulu dijanjikan waktu kampanye? Pernahkah anda berpikir apakah pemilih PPP pada pemilu kemarin setuju kalau para wakilnya memilih presiden selain Hamzah Haz, capresnya PPP yg di sosialisasikan waktu kampanye pemilu kemarin? Apakah menurut anda pemilih2 Golkar akan rela para wakilnya memilih capres yg bukan Habibie seperti yg dikampanyekan pemilu lalu? Dan terakhir, apakah anda pikir pemilih2 PDIP juga akan merasa diwakili bila para wakilnya nanti memilih capres yg bukan Megawati seperti kesepakan kongres dan juga sering disosialisasikan selama kampanye pemilu lalu. Bottom line, bila semua wakil konsisten untuk mewakili suara pemilihnya pada pemilu lalu soal presiden, maka para wakil itu tidak punya hak untuk merubah pilihan selain capres yg dijanjikan pada waktu kampanye lalu. Bila dirubah, bagi saya itu sudah berhianat tidak lagi bisa dibilan mewakili. Demokrasi perwakilan tidak sama dengan demokrasi kumpul2/arisan. Di AS, setiap wakil itu harus mendengarkan pendapat para pemilihnya. Mereka punya daftar nama2 anggota partai yg memilihnya. Para anggota pemilih partai yg tetap itu pun punya nomor akses telpon ke wakilnya atau pun sekretaris wakilnya yg setiap saat bisa dihubungi. Jadi, mereka walau sudah dipilih ngga bisa seenaknya saja bilang suaranya adalah suara rakyat yg memilihnya kalau dia merubah pilihan yg tidak sesuai dengan janji kampanye dulu. Jadi, mau sistem perwakilan keq mau sistem langsung keq, kalau dilakukan dengan konsisten maka hanya capres pemenang pemilu lah yg memang paling layak memimpin pemerintahan. Anda pernah tinggal di AS? Kalau pernah, maka anda bisa lihat bagaimana kasus Monica vs Clinton kemarin ada anggota dari partai republik yg membelot dari kebijakan partainya. Kenapa? Karena masyarakat pemilihnya (daerahnya) meminta mereka mempertahankan Clinton di White House. Para wakil itu walau sudah terpilih harus tunduk dengan kemauan rakyat di daerahnya. Dari mana mereka bisa tahu kemauan masyarakat pemilihnya? Ya dari daftar anggota tetap pemilih partai baik yg dihubungi oleh sekretaris partai di daerah pemilihannya tersebut atau pun yg menghubungi langsung ke sekretariat partai. Nah, ini baru yg namanya membawa suara rakyat. Jadi jangan suara pribadi dibilang suara rakyat yg memilihnya. Khan aneh. Sejak kapan masyarakat pemilih PAN dimintai pendapat bahwa para wakilnya akan memilih capres yg bukan Amien Rais seperti dijanjikan dulu dalam pemilu. Sejak kapan masyarakat pemilih PPP pernah ditanyain pendapatnya bahwa para wakilnya tidak jadi memilih Hamzah Haz sebagai presiden seperti yg dijanjikan dalam kampanye dulu tapi akan memilih capres lain? Apa demokrasi perwakilan yg sering anda sebut itu yg seperti ini? jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu