RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Betul Pak Bosman, maksud saya skala magnitude bisa skala Richter atau ML - local magnitude scale. Agar yang terukur lebih merefleksikan energi yang bekerja di bawah permukaan (sekitar LUSI atau gunung berapi). Mungkin memang bapak benar, deskripsi MMI 1.5 di Tretes karena tidak adanya kejadian local episentrum di sekitar wilayah tersebut. Tentunya lebih bagus kalau ada laporan hasil pengukuran. Wallahualam. Salam, WW -Original Message- From: bosman batubara [mailto:bosman200...@yahoo.com] Sent: Tuesday, March 02, 2010 2:42 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak WW y baik, WW: Apakah cukup tepat mengaitkan skala intensitas gempa (MMI) yang nota bene angka kuantifikasi subjektif dari efek gempa terhadap kondisi di permukaan (manusia, infrastruktur, dll) terhadap efek gempa Yogya dan Lusi? BB: Ada pertanyaan balik Pak, apa yang Bapak maksud dengan pengukuran skala magnitudo? Apakah pengukuran gempabumi dengan skala Richter? Kalau ya, saya teruskan, kalau enggak, berarti apa yang saya ketik di bawah ini tidak ada gunanya. Saya kurang tau tepat atau tidak. Sependek yang saya fahami, skala MMI adalah salah satu cara untuk mendeskripsikan gempabumi. Skala MMI menunjukkan tingkat kerusakan yang disebabkan oleh sebuah gempabumi yang dilaporkan oleh seorang pengamat selama dan sesudah terjadinya gempabumi. Dalam skala MMI I-II berarti kekuatan gempabumi tidak dirasakan oleh sebagian besar orang. Kalau dikonversi ke skala Richter, I-II dalam MMI setara dengan 2 skala Richter. tabik bosman batubara weblog: http://annelis.wordpress.com From: Winderasta, Wikan (wikanw) wik...@chevron.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Tue, March 2, 2010 1:41:10 PM Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak Bosman ysh, Apakah cukup tepat mengaitkan skala intensitas gempa (MMI) yang nota bene angka kuantifikasi subjektif dari efek gempa terhadap kondisi di permukaan (manusia, infrastruktur, dll) terhadap efek gempa Yogya dan Lusi? Apabila dikaitkan dengan respon bawah permukaan seperti disebutkan Pak Bambang - misalnya meningkatnya aktivitas magmatisme/vulkanisme beberapa gunung berapi ataupun bahkan fenomena pemboran di kedalaman bawah permukaan (loss circulation, dll); apakah lebih tepat apabila dilakukan perbandingan dengan pengukuran skala magnitudo - misalnya respon lokal episentrum di daerah LUSI (patahan aktif ???) ataupun gempa vulkanik di wilayah Gunung Merapi dan Semeru ? Salam, WW -Original Message- From: Bambang P. Istadi [mailto:bambang.ist...@energi-mp.com] Sent: Tuesday, March 02, 2010 1:27 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak Bosman yang baik, Saya tidak pernah mengatakan gempa sebagai penyebab LUSI, yang kami amati adalah kondisi sumur, yaitu adanya loss circulation disumur dengan rate yang cukup signifikan dalam ruang dan waktu yang hampir bersamaan dengan gempa. Selang beberapa menit setelah gempa Jogya, sumur mengalami loss dengan rate 300 bbl/jam, lalu diikuti dengan total loss circulation siang harinya setelah beberapa kali after shock. BMG dalam tabel laporannya mengatakan magnitude offscale entah artinya seberapa kuatnya gempa ini. Apakah ini suatu kebetulan? Coincidence atau adanya keterkaitan? Wallahu Alam,... Dilain pihak, Harris and Ripepe dalam papernya, GEOPHYSICAL RESEARCH LETTERS, VOL. 34, L02304, doi:10.1029/2006GL028251, 2007. Menunjukan peningkatan aktifitas Gunung Merapi dan Semeru yang jaraknya lebih jauh dari Jogya disaat lahirnya LUSI. Harris and Ripepe mengaitkan kenaikan aktifitas gunung-gunung ini dengan gempa Jogya. BTW, good luck dengan program S2nya pak. Wass. Bambang -Original Message- From: bosman batubara [mailto:bosman200...@yahoo.com] Sent: Tuesday, March 02, 2010 10:32 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak Bambang y baik, Saya punya satu pertanyaan yang belum saya temukan jawabnya, termasuk di dalam paper2 tentang Lusi. Dalam beberapa kali keterlibatannya, melalui grafiknya, Manga hanya menyatakan bahwa gempa jogja terlalu kecil secara magnitude dan terlalu jauh secara jarak untuk memicu Lusi. Saya baru saja menemukan informasi (yang bagi saya) baru bahwa gempa 27 Mei di sekitar Jogja hanya tercatat sekitar 1,5 MMI di stasiun observasi Tretes (sekitar 11 km di sebelah selatan Lusi). Apa pendapat Pak Bambang soal ini? Terima kasih ya Pak. tabik bosman batubara weblog: http://annelis.wordpress.com From: Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Tue, March 2, 2010 10:05:42 AM Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak Natan yang baik, Saya sarankan bapak baca paper yang linknya saya cantumkan kemarin, hal2 rinci point by point debat antara Davies et al. dan Sawolo et al. bisa dibaca. Asumsi dan data yang dipakai kedua kubu untuk menentukan apakah sumurnya bocor, terjadi hydrofracturing, soal UGBO atau blowout dan
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Sekarang kudu yang dicari itu apa solusinya buat korban bencana yang masih terkatung katung itu. Sepakat dengan Uni Yuriza. Dari dulu (termasuk pernah saya kemukakan waktu pembahasan Lusi di BPPT), saya berpendapat bahwa PEMERINTAH lah yang harus ambil alih tanggung jawab soal LUSI ini sampai ada keputusan hukum yang bersifat tetap (termasuk segala banding, PK dan teman-temannya) soal siapa yang bersalah, kalau memang ada. Untuk sementara anggap sajalah ini sebagai bencana alam seperti meletusnya gunung Semeru. Kalau perlu tetapkan daerah bencana dan tak layak huni, pindahkan seluruh penduduk dan pabrik-pabirk ketempat lain. Kalau lah memang dikemudian hari ada usaha untuk meng cost recovery biaya-biaya tersebut ke Lapindo atau siapa (sekali lagi, setelah ada putusan hukum), biarkan pemerintah melalui kejaksaan agung nya yang maju. Jangan seperti sekarang, rakyat yang disuruh (dibiarkan ?) bertarung dengan Lapindo yang secara legal formal belum diputuskan 'bersalah'. Sementara di ranah politik ada juga kesan bahwa kasus ini sengaja disimpan sebagai senjata rahasia kalau suatu saat butuh leverage terhadap salah satu tokoh dan partainya politik transaksional kata seorang staff ahli. Salam Oki --- On Tue, 2/3/10, yuriza.n...@ep.total.no yuriza.n...@ep.total.no wrote: From: yuriza.n...@ep.total.no yuriza.n...@ep.total.no Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI To: iagi-net@iagi.or.id Received: Tuesday, 2 March, 2010, 12:48 AM Natan, Apakah setiap underground blow out jadi Lusi ?. Ini sama dengan pertanyan anda kemaren kenapa tidak semua gempa menjadi Lusi. Yang membuat LUSI digolongkan sebagai bencana alam adalah kenyataan bahwa ada beberapa kondisi lain yang membuatnya menjadi Lusi (UGBO diantaranya tapi bukan ini saja). Itu yang saya mengerti dari berbagai diskusi disini maupun di koran koran. Menurut saya sih perusahaan yang terlibat dengan drillingnya sumur ini (baik kontraktornya maupun operatornya) kudu dihukum karena lalai dalam mengebor. Tapi untuk menjatuhkan semua hukuman ke perusahaan perusahaan itu, saya pikir enggak masuk akal juga. Bagaimanapun sumur itu disetujui BPMigas sebagai wakil bangsa Indonesia untuk pengawasan didrillnya sebuah sumur eksplorasi di Indonesia. Sangat disayangkan begitu banyak ahli geologi di Indonesia tidak ada yang bisa meramalkan akan terjadi Lusi kalau salah mengebor ditempat itu (bukankah ini yang menjadi inti permasalahan ?).. Ini sama saja kejadiannya dengan kasus disalah satu sumur di africa utara (?) dimana ada pengeboran melewati lapisan garam dengan water base mud, yang mengakibatkan lost circulation ke lapisan garam tsb dan meruntuhkan kubah garam yang berada dibawah sebuah kampung dan menjeblos kampung itu. Yang salah siapa, yang salah ya orang satu team, mulai dari geologist, geophysicist yang mungkin asal aja bikin korelasi, dan drilling engineer yang ngedrill pake water base mud, termasuk juga pemerintah yang ngasi ijin drilling disana. . Yang disayangkan juga kenapa urutan kesalahan ini tidak dijabarkan di media, sehingga yang dikejar kejar sama masyarakat cuma tukang ngebor dan pemberi hipotesa (yang kedengarannya membela tukang ngebor). Waktu Mt St Helen meletus dan membuat banyak korban jiwa USGS sempat dicecar habis, kenapa tidak bisa meramalkan kenapa laharnya malah ngalir ketempat yang bukan diramalkan. Dan juga gubernurnya sempat dicecar, tapi semua ternyata ada alasanya yang masuk akal. Hal yang sama apa enggak bisa dilakukan di Indo setidak tidaknya kalau ada bencana besar. Sekarang kudu yang dicari itu apa solusinya buat korban bencana yang masih terkatung katung itu. salam
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Pak Bambang, Kebetulan saya bisa mengakses paper Harris dan Ripepe (2007) dan membacanya sekilas. Ada beberapa hal yang saya amati: 1. Ketidaksamaan waktu antara gempa sebagai perntrigger dan hasil berupa peningkatan aktivitas gunung berapi di beberapa tempat lain. Misalnya untuk Merapi dan Semeru katanya sekitar 72 jam (jarak episenter gempa ke Merapi hanya 50 km tetapi jarak dari episenter gempa ke Semeru adalah 300 km). Selain itu, gempa yang konon mentrigger letusan Pinatubo lag timenya sampai 11 bulan, padahal jarak episenter dengan gunung itu adalah 100 km. 2. Ada pula sebuah gempa kecil di Mount Wrangell yang konon berlangsung sekitar 1 jam dari gempa Aceh (Simeulue) Desember 2004 padahal jaraknya adalah 11.000 km. Sebenarnya, mungkin, kalau hendak dikaitkan dengan gempa, maka intensitas gempa secara logika akan mempengaruhi cepat rambat getaran untuk sampai ke dapur magma dan ini sulit kita bandingkan antara gempa yang satu dengan gempa yang lain. Namun agak aneh jika getaran dari sebuah gempa yang sama kok bisa sampai ke dua tempat yang berbeda, yang satu berjarak 50 km dan satunya 300 km. Di sini saya hendak memberikan sebuah skenario lain yang menyebabkan aktivitas kedua gunung tersebut. Jika kita amati lagi dengan menggunakan skala yang lebih luas/besar, sebuah gempa di Pulau Jawa dapat terjadi karena pelepasan energi yang tertahan di zona subduksi di selatan Jawa sana. Saat terlepas, seharusnya slab lempeng yang subduksi akan lebih aktif dan membuat aktifitas dapur magma meningkat sehingga gunung api yang ada diatasnya juga lebih aktif. Sayang sekali, tidak ada usaha dari Harris dan Ripepe (2007) untuk melihat kemungkinan lain atau menghilangkan peluang dari skenario lain dalam memberikan alasan mengapa Merapi dan Semeru tiba-tiba aktif selama 9 hari dari tanggal 30 Mei 2006. Yang mereka lakukan hanyalah menyambungkan dua fakta dan saya pikir ini berkaitan dengan apa yang mereka teliti dan yakini. Sekedar sumbang pendapat. Salam mnw 2010/3/2 Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com: Pak Bosman yang baik, Saya tidak pernah mengatakan gempa sebagai penyebab LUSI, yang kami amati adalah kondisi sumur, yaitu adanya loss circulation disumur dengan rate yang cukup signifikan dalam ruang dan waktu yang hampir bersamaan dengan gempa. Selang beberapa menit setelah gempa Jogya, sumur mengalami loss dengan rate 300 bbl/jam, lalu diikuti dengan total loss circulation siang harinya setelah beberapa kali after shock. BMG dalam tabel laporannya mengatakan magnitude offscale entah artinya seberapa kuatnya gempa ini. Apakah ini suatu kebetulan? Coincidence atau adanya keterkaitan? Wallahu Alam,... Dilain pihak, Harris and Ripepe dalam papernya, GEOPHYSICAL RESEARCH LETTERS, VOL. 34, L02304, doi:10.1029/2006GL028251, 2007. Menunjukan peningkatan aktifitas Gunung Merapi dan Semeru yang jaraknya lebih jauh dari Jogya disaat lahirnya LUSI. Harris and Ripepe mengaitkan kenaikan aktifitas gunung-gunung ini dengan gempa Jogya. BTW, good luck dengan program S2nya pak. Wass. Bambang -- - when one teaches, two learn - http://www.geotutor.tk http://www.linkedin.com/in/minarwan PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... Ayo siapkan diri! Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Pak Natan, Sangat disayangkan jika pak Natan dan kita semua mengabaikan data dan fakta. Padahal sebagai geologist/scientist kita selalu bergelut dengan data dan melakukan analisa berdasarkan data,... mungkin anggota DPR yang bapak sebut lebih meng honour data,.. Salam, Bambang 2010/3/2 Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com Saya tidak akan menghabiskan konsentrasi di data dlsbnya. Saya hanya gemes..hebat sekali pendapat Gempa pemicu Lusi itu. Dianut DPR, jadi official pendapat iagi periode kemarin, dan si SP3kan polisi/jaksa. PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... Ayo siapkan diri! Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Ok Pak Bambang. Salut lah buat DPR sekarang..ternyata mereka semua tidak asal..semuanya based on data. Great! Maaf ya Pak..mungkin saya memang tidak berdasarkan data. Tapi yang jelas saya yakin Rudi Rubiandini cs..dan geologist2 di Afsel ga ngasal tanpa data. Tapi yah itu tadi..lebih hebat DPR ternyata..respect dan salute buat DPR RI. Tapi data itu kadang bisa dimainkan oleh orang yang ingin mendrive data ke keinginannya. Pasti semua tau apa yang saya maksud disini. Asalkan pak Bambang + DPR tidak mengeliminir data, tidak 'buta' terhadap data yang lain, tidak berpihak pada data yang 'pro Gempa' saja..yah berarti memang Pak Bambang sudah tepat pada pendirian bapak. Sebentar lagi Indonesia akan maju pasti..karena DPR sudah sangat meng 'honour' data. Baguslah.. 2010/3/3 Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com Pak Natan, Sangat disayangkan jika pak Natan dan kita semua mengabaikan data dan fakta. Padahal sebagai geologist/scientist kita selalu bergelut dengan data dan melakukan analisa berdasarkan data,... mungkin anggota DPR yang bapak sebut lebih meng honour data,.. Salam, Bambang 2010/3/2 Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com Saya tidak akan menghabiskan konsentrasi di data dlsbnya. Saya hanya gemes..hebat sekali pendapat Gempa pemicu Lusi itu. Dianut DPR, jadi official pendapat iagi periode kemarin, dan si SP3kan polisi/jaksa. PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... Ayo siapkan diri! Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/%0AIAGI-netArchive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Mas Bambang yang budiman, Trimakasih atas penjelasannya, tentu ini menambah pengetahuan dan pemahaman saya khususnya untuk Lusi. Saya rasa ini merupakan contoh yang luar biasa, dan menjadi pembelajaran berharga bagi kita semua. Saya tetap tertarik karena sejak kecil saya banyak bekerja di lapangan (rig) bersama kawan-2 di berbagai bagian. Saya baik-2 saja, masih cukup sehat jadi geologist antar kota antar provinsi, he-he. Wah, pemboran di Madura sungguh sangat menarik, saya kan mendapat kesempatan untuk kerja di sana bersama kawan baru, geologist lulusan Australia juga. Well, semoga suatu hari nanti kita bisa ngobrol-2 santai. Salam hangat. Sugeng - Original Message - From: Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, March 03, 2010 9:27 AM Subject: RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Mas Sugeng yang baik, Apa kabarnya nih? Ada beberapa keterangan yang saya mau koreksi dari info yang mas berikan dibawah. Yaitu penyemenan dilakukan sehari SETELAH terjadi semburan, lalu back-off meninggalkan fish dilakukan seminggu setelah semburan pertama kali keluar. Makanya saya heran ada yang mengatakan bahwa semburan keluar karena lubang disemen/disumbat, padahal semburan sudah keluar sehari sebelum disemen dan pada saat itu BOP dalam keadaan terbuka, jadi tidak ada tekanan tinggi didalam sumur. Dengan debit semburan yang sangat besar, bukankah lubang akan tergerus dan menjadi sangat besar yang menyebabkan fish seberat 91,000 ton akan jatuh dengan sendirinya, atau semburan akan keluar lewat jalan tol yang sudah terbuat? Ternyata 1.5 bulan setelah semburan pertama kali keluar dan menjadi sangat besar, sewaktu re-entry kelubang yang sama, posisi fish tidak bergerak, tetap pada posisi sewaktu ditinggal. Soal timing dan kronologi memang penting, makanya seluruh drilling report beberapa hari sebelum dan sesudah semburan terjadi, menjadi bagian penting yang dipublish Elsevier, yang link-nya sudah saya berikan kemarin. Wass. Bambang -Original Message- From: Sugeng Hartono [mailto:sugeng.hart...@petrochina.co.id] Sent: Tuesday, March 02, 2010 10:24 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Rekan-rekan Yth. Saya ingin mencoba mengomentari kenapa semburan-2 tidak berasal dari sumur, sehingga ada anggapan bahwa sumur tsb bukan penyebab atau tidak bermasalah. Menurut data yang didapat dari bbrp teman (yg pernah di sana), katanya setelah terjadi lost dan kick di TD 9272 ft, rangkaian pipa bor dicabut (pullout of hole), dan terjepit (stuck pipe) di kedalaman 4250'. Karena tidak dapat diatasi maka dilakukan back-off (pipa diputus), rangkaian pipa dicabut, sementara sisanya (FISH) ditinggal di dalam sumur dengan pahat di kedalaman 4250 ft. Lubang sumur segera disemen (plugged and abandoned). Dengan demikian lubang sumur sudah tertutup oleh semen dan IKAN yg berupa pahat (bersama bitsub, stabilizer, drill collar, heavy weight drillpipe?) tetap ditinggal di dalam sumur; sehingga aliran fluida formasi tidak mampu menerobos lewat lubang sumur tetapi keluar di sekitar sumur, pada bagian-2 yang relatif lebih lemah. Semoga bermanfaat. Salam, sugeng - Original Message - From: nyoto - ke-el ssoena...@gmail.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Tuesday, March 02, 2010 8:48 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Mas Mbatack, Tapi semburan2 liar tsb juga sebagian berasal dari sumur tsb, jadi bukan semuanya terjadinya diluar sumur tsb. Kecuali itu semburan2 liar tsb biarpun terjadinya disekitar sumur, tapi masih dekat (hanya beberapa meter sampai puluhan meter dari letak kepala sumur/well head) dengan sumur yg menjadi penyebab terjadinya semburan2 liar tsb adalah tidak lain dan tidak bukan, ya karena terjadinya UGBO di sumur BP-1 itulah sebagai penyebabnya / pemicunya mas. Apalagi di sumur BP-1 itu pada interval yg very soft high pressure tadi memang open-hole alias belum dipasang pipa casing yg fungsi utamanya adalah utk mempermudah peng-handle-an kalau terjadi BO ataupun UGBO (sebagai geologist yg berpengalaman di wellsite, saya kira mas mBatack cukup mengerti tentang hal ini), gimana masih mau ngeles lagi dari segi hukum ? Kita ambil contoh misalnya ada suatu kejadian, terjadi ledakan dahsyat (mungkin ledakan kompor minyak tanah di satu dapur), yg kebetulan letaknya bersebelah dengan pusat/gudang obat petasan, maka dengan sangat mudah gudang obat petasan tadi karena panasnya dari ledakan kompor minyak tanah tadi, maka gudang obat petasan tadi akan ikut meledak terbakar. Nah apakah secara hukum tidak bisa dikatakan bahwa ledakan kompor minyak tanah tadi adalah sebagai pemicu terjadinya ledakan gudang obat petasan itu ? Padahal ledakan kompor minyak tanah tadi jelas tidak berada didalam satu ruangan atau satu gudang dengan obat petasan tadi ? wass, nyoto 2010/3/2 mbatack mbat...@yahoo.com Natan, Secara prinsip, sebetulnya yang kamu kemukakan itu betul. Permasalahannya, kita tidak berada dalam koridor
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Tambahan.. Saya mohon maaf harus menyebut nama2 berikut. Dr. Ir. Rudi Rubiandini, Ir. Kersam Sumanta, Prof. Koesoemadinata, Dr. Ir. Andang Bachtiar, Harry Eddyarso. Saya yakin orang2 tersebut semua bicara based on data, dan mereka adalah real scientist/geologist (RPK dan ADB). Akhirnya untuk pertama kalinya dalam sejarah (setau saya), tim Lapindo (yang berpendapat bahwa semburan Lumpur adalah “bencana alam”) dipertemukan – head to head – dengan tim oposisi yang berpendapat bahwa semburan lumpur adalah dampak dari operasi pengeboran di sumur Banjar Panji #1. Pertemuan tsb difasilitasi oleh Forum Komunikasi Masyarakat Jawa Timur, bertempat di Sheraton – Surabaya, pada hari Kamis, tanggal 28 February 2008. Tim Lapindo terdiri dari: 1. Mas Edi Sutriono – VP Drilling EMP 2. Dr. Ir. Agus Guntoro – Geologist (Univ. Trisakti) 3. Prof. Sukendar Asikin – Pakar geology tektonik dan dosen senior ITB 4. Dr. Ir. Dody Nawangsidi – Pakar dan dosen Teknik Perminyakan ITB 5. Dr. Adriano Manzini – Geologist dan pakar mud volcano dari Norwegia (?) Tim oposisi terdiri dari: 1. Dr. Ir. Rudi Rubiandini – Pakar pengeboran dan dosen Teknik Perminyakan ITB 2. Ir. Kersam Sumanta – Pakar pengeboran yang berpengalaman dalam mematikan semburan liar (Pertamina) 3. Prof. Koesoemadinata – Pakar geology dan dosen senior ITB 4. Dr. Ir. Andang Bachtiar – Pakar geology dan mantan ketua IAGI 5. Harry Eddyarso – Tukang Ngebor 2010/3/3 Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com Ok Pak Bambang. Salut lah buat DPR sekarang..ternyata mereka semua tidak asal..semuanya based on data. Great! Maaf ya Pak..mungkin saya memang tidak berdasarkan data. Tapi yang jelas saya yakin Rudi Rubiandini cs..dan geologist2 di Afsel ga ngasal tanpa data. Tapi yah itu tadi..lebih hebat DPR ternyata..respect dan salute buat DPR RI. Tapi data itu kadang bisa dimainkan oleh orang yang ingin mendrive data ke keinginannya. Pasti semua tau apa yang saya maksud disini. Asalkan pak Bambang + DPR tidak mengeliminir data, tidak 'buta' terhadap data yang lain, tidak berpihak pada data yang 'pro Gempa' saja..yah berarti memang Pak Bambang sudah tepat pada pendirian bapak. Sebentar lagi Indonesia akan maju pasti..karena DPR sudah sangat meng 'honour' data. Baguslah.. 2010/3/3 Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com Pak Natan, Sangat disayangkan jika pak Natan dan kita semua mengabaikan data dan fakta. Padahal sebagai geologist/scientist kita selalu bergelut dengan data dan melakukan analisa berdasarkan data,... mungkin anggota DPR yang bapak sebut lebih meng honour data,.. Salam, Bambang 2010/3/2 Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com Saya tidak akan menghabiskan konsentrasi di data dlsbnya. Saya hanya gemes..hebat sekali pendapat Gempa pemicu Lusi itu. Dianut DPR, jadi official pendapat iagi periode kemarin, dan si SP3kan polisi/jaksa. PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... Ayo siapkan diri! Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/%0AIAGI-netArchive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Pak Natan, Jadi apa hasil kesimpualan dari pertemuan besar di Surabaya tsb ? Yg dihadiri oleh pakar2 senior dibidangnya masing2 itu, dan sudah 2 tahun yll diadakan, koq hasilnya nggak keluar ? Kalau punya hasil kesimpulan dari pertemuan besar tsb, appreciate utk boleh di-share disini pak Natan, saya yakin haisl kesimpulan dari pertemuan besar tsb sangat menarik ditunggu oleh banya teman2 anggota IAGI disini. Atau mungkin IAGI punya file nya, mengingat pertemuan itu adalah suatu pertemuan yg sangat penting, baik secara ilmiah maupun sosial politik/businessnya. wass, nyoto 2010/3/3 Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com Tambahan.. Saya mohon maaf harus menyebut nama2 berikut. Dr. Ir. Rudi Rubiandini, Ir. Kersam Sumanta, Prof. Koesoemadinata, Dr. Ir. Andang Bachtiar, Harry Eddyarso. Saya yakin orang2 tersebut semua bicara based on data, dan mereka adalah real scientist/geologist (RPK dan ADB). Akhirnya untuk pertama kalinya dalam sejarah (setau saya), tim Lapindo (yang berpendapat bahwa semburan Lumpur adalah “bencana alam”) dipertemukan – head to head – dengan tim oposisi yang berpendapat bahwa semburan lumpur adalah dampak dari operasi pengeboran di sumur Banjar Panji #1. Pertemuan tsb difasilitasi oleh Forum Komunikasi Masyarakat Jawa Timur, bertempat di Sheraton – Surabaya, pada hari Kamis, tanggal 28 February 2008. Tim Lapindo terdiri dari: 1. Mas Edi Sutriono – VP Drilling EMP 2. Dr. Ir. Agus Guntoro – Geologist (Univ. Trisakti) 3. Prof. Sukendar Asikin – Pakar geology tektonik dan dosen senior ITB 4. Dr. Ir. Dody Nawangsidi – Pakar dan dosen Teknik Perminyakan ITB 5. Dr. Adriano Manzini – Geologist dan pakar mud volcano dari Norwegia (?) Tim oposisi terdiri dari: 1. Dr. Ir. Rudi Rubiandini – Pakar pengeboran dan dosen Teknik Perminyakan ITB 2. Ir. Kersam Sumanta – Pakar pengeboran yang berpengalaman dalam mematikan semburan liar (Pertamina) 3. Prof. Koesoemadinata – Pakar geology dan dosen senior ITB 4. Dr. Ir. Andang Bachtiar – Pakar geology dan mantan ketua IAGI 5. Harry Eddyarso – Tukang Ngebor 2010/3/3 Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com Ok Pak Bambang. Salut lah buat DPR sekarang..ternyata mereka semua tidak asal..semuanya based on data. Great! Maaf ya Pak..mungkin saya memang tidak berdasarkan data. Tapi yang jelas saya yakin Rudi Rubiandini cs..dan geologist2 di Afsel ga ngasal tanpa data. Tapi yah itu tadi..lebih hebat DPR ternyata..respect dan salute buat DPR RI. Tapi data itu kadang bisa dimainkan oleh orang yang ingin mendrive data ke keinginannya. Pasti semua tau apa yang saya maksud disini. Asalkan pak Bambang + DPR tidak mengeliminir data, tidak 'buta' terhadap data yang lain, tidak berpihak pada data yang 'pro Gempa' saja..yah berarti memang Pak Bambang sudah tepat pada pendirian bapak. Sebentar lagi Indonesia akan maju pasti..karena DPR sudah sangat meng 'honour' data. Baguslah.. 2010/3/3 Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com Pak Natan, Sangat disayangkan jika pak Natan dan kita semua mengabaikan data dan fakta. Padahal sebagai geologist/scientist kita selalu bergelut dengan data dan melakukan analisa berdasarkan data,... mungkin anggota DPR yang bapak sebut lebih meng honour data,.. Salam, Bambang 2010/3/2 Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com Saya tidak akan menghabiskan konsentrasi di data dlsbnya. Saya hanya gemes..hebat sekali pendapat Gempa pemicu Lusi itu. Dianut DPR, jadi official pendapat iagi periode kemarin, dan si SP3kan polisi/jaksa. PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... Ayo siapkan diri! Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/%0AIAGI-netArchive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Pak Nyoto.. kesimpulannya harus ditanya ke Notulennya, atau mungkin mereka yang ikut. Saya hanya dapat itu dari Pak Sugeng, dan sepertinya itu dikutip dari blognya RDP. Kalau saya yang publish kesimpulannya, nanti bisa dikira 'mebelokan' data. Tapi yang saya bisa copykan sedikit adalah: Secara substansi, isi presentasi dari kedua tim tidak banyak berbeda dari pertemuan2 sebelumnya, namun kali ini dengan tambahan data yang semakin melengkapi data2 sebelumnya. Justru yang terbaru (pertama kali saya liat) adalah presentasi tentang drilling dari Mas Edi Sutriono yang menyampaikan presentasi dengan berapi-api, mungkin udah lama menahan diri (bahasa Jermannya: “*ngampet*“) untuk muncul ke permukaan karena mungkin belum dapat “*green light*” dari manajemen Lapindo. Inti dari presentasi Mas Edi itu pada dasarnya adalah untuk menangkis pendapat tim oposisi yang mengatakan semburan itu akibat dari kelalaian pengeboran. Beliau sekaligus menegaskan bahwa secara konsep dan procedural tidak ada yang salah dalam operasi pengeboran sumur Banjar Panji #1. Jadi, semburan itu keluar dari “*lubang lain*” yang direkahkan oleh gempa Yogya (gak ada hubungannya dengan lubang sumur Banjar Panji #1) – jadi murni bencana alam. Secara umum, pertemuan di Sheraton Surabaya antara kedua tim itu cukup bagus, setidaknya sebagai langkah awal untuk pertemuan2 berikutnya. Kekurangannya tentu ada, di antaranya jangka waktu presentasi yang sangat terbatas serta audience yang mixed. Banyak juga warga korban lumpur Lapindo yang hadir dan mereka terpaksa nonton perdebatan antara kedua tim tanpa memahami masalah2 teknis. Sehingga saya mengusulkan untuk diadakan pertemuan lanjutan antara kedua tim dengan host Departemen ESDM dalam sebuah meeting tertutup yang focused (dikurung 3 hari 3 malam sampai ada konsensus bersama terutama untuk tindak lanjut solusi semburan lumpur tsb, di antaranya program relief well yang sempat terhenti waktu itu karena masalah2 non-teknis). Kalau program relief well ini disetujui untuk dilakukan kembali, tim Lapindo harus rela untuk tidak terlibat langsung. Kenapa? Ya bagaimana relief well bisa sukses 2010/3/3 nyoto - ke-el ssoena...@gmail.com Pak Natan, Jadi apa hasil kesimpualan dari pertemuan besar di Surabaya tsb ? Yg dihadiri oleh pakar2 senior dibidangnya masing2 itu, dan sudah 2 tahun yll diadakan, koq hasilnya nggak keluar ? Kalau punya hasil kesimpulan dari pertemuan besar tsb, appreciate utk boleh di-share disini pak Natan, saya yakin haisl kesimpulan dari pertemuan besar tsb sangat menarik ditunggu oleh banya teman2 anggota IAGI disini. Atau mungkin IAGI punya file nya, mengingat pertemuan itu adalah suatu pertemuan yg sangat penting, baik secara ilmiah maupun sosial politik/businessnya. wass, nyoto 2010/3/3 Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com Tambahan.. Saya mohon maaf harus menyebut nama2 berikut. Dr. Ir. Rudi Rubiandini, Ir. Kersam Sumanta, Prof. Koesoemadinata, Dr. Ir. Andang Bachtiar, Harry Eddyarso. Saya yakin orang2 tersebut semua bicara based on data, dan mereka adalah real scientist/geologist (RPK dan ADB). Akhirnya untuk pertama kalinya dalam sejarah (setau saya), tim Lapindo (yang berpendapat bahwa semburan Lumpur adalah “bencana alam”) dipertemukan – head to head – dengan tim oposisi yang berpendapat bahwa semburan lumpur adalah dampak dari operasi pengeboran di sumur Banjar Panji #1. Pertemuan tsb difasilitasi oleh Forum Komunikasi Masyarakat Jawa Timur, bertempat di Sheraton – Surabaya, pada hari Kamis, tanggal 28 February 2008. Tim Lapindo terdiri dari: 1. Mas Edi Sutriono – VP Drilling EMP 2. Dr. Ir. Agus Guntoro – Geologist (Univ. Trisakti) 3. Prof. Sukendar Asikin – Pakar geology tektonik dan dosen senior ITB 4. Dr. Ir. Dody Nawangsidi – Pakar dan dosen Teknik Perminyakan ITB 5. Dr. Adriano Manzini – Geologist dan pakar mud volcano dari Norwegia (?) Tim oposisi terdiri dari: 1. Dr. Ir. Rudi Rubiandini – Pakar pengeboran dan dosen Teknik Perminyakan ITB 2. Ir. Kersam Sumanta – Pakar pengeboran yang berpengalaman dalam mematikan semburan liar (Pertamina) 3. Prof. Koesoemadinata – Pakar geology dan dosen senior ITB 4. Dr. Ir. Andang Bachtiar – Pakar geology dan mantan ketua IAGI 5. Harry Eddyarso – Tukang Ngebor 2010/3/3 Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com Ok Pak Bambang. Salut lah buat DPR sekarang..ternyata mereka semua tidak asal..semuanya based on data. Great! Maaf ya Pak..mungkin saya memang tidak berdasarkan data. Tapi yang jelas saya yakin Rudi Rubiandini cs..dan geologist2 di Afsel ga ngasal tanpa data. Tapi yah itu tadi..lebih hebat DPR ternyata..respect dan salute buat DPR RI. Tapi data itu kadang bisa dimainkan oleh orang yang ingin mendrive data ke keinginannya. Pasti semua tau apa yang saya maksud disini. Asalkan pak Bambang + DPR tidak mengeliminir data, tidak 'buta' terhadap data yang lain, tidak berpihak pada
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Jadi kalau memang semburan2 liar tsb yg timbulnya hanya disekiatr sumur BP-1, disebabkan murni oleh gempa, kenapa koq nggak terjadinya di tempat2 lain ? Hal ini sungguh sangat TIDAK masuk akal/nalar kalau semburan2 liar tsb tidak ada hubungannya dengan kegiatan pemboran sumur BP-1 disitu. Terus gimana dengan data / informasi bahwa pipa casingnya tidak dipasang saat terjadinya UGBO tsb, bukankah saat itu open-holenya sudah panjang intervalnya, sehingga kalau ada problem drilling, penghandle-annya akan sangat sulit karena pemboran melewati zona interval Formasi yg lemah/lembek bertekanan serta temperature tinggi. wass, nyoto 2010/3/3 Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com Pak Nyoto.. kesimpulannya harus ditanya ke Notulennya, atau mungkin mereka yang ikut. Saya hanya dapat itu dari Pak Sugeng, dan sepertinya itu dikutip dari blognya RDP. Kalau saya yang publish kesimpulannya, nanti bisa dikira 'mebelokan' data. Tapi yang saya bisa copykan sedikit adalah: Secara substansi, isi presentasi dari kedua tim tidak banyak berbeda dari pertemuan2 sebelumnya, namun kali ini dengan tambahan data yang semakin melengkapi data2 sebelumnya. Justru yang terbaru (pertama kali saya liat) adalah presentasi tentang drilling dari Mas Edi Sutriono yang menyampaikan presentasi dengan berapi-api, mungkin udah lama menahan diri (bahasa Jermannya: “*ngampet*“) untuk muncul ke permukaan karena mungkin belum dapat “*green light*” dari manajemen Lapindo. Inti dari presentasi Mas Edi itu pada dasarnya adalah untuk menangkis pendapat tim oposisi yang mengatakan semburan itu akibat dari kelalaian pengeboran. Beliau sekaligus menegaskan bahwa secara konsep dan procedural tidak ada yang salah dalam operasi pengeboran sumur Banjar Panji #1. Jadi, semburan itu keluar dari “*lubang lain*” yang direkahkan oleh gempa Yogya (gak ada hubungannya dengan lubang sumur Banjar Panji #1) – jadi murni bencana alam. Secara umum, pertemuan di Sheraton Surabaya antara kedua tim itu cukup bagus, setidaknya sebagai langkah awal untuk pertemuan2 berikutnya. Kekurangannya tentu ada, di antaranya jangka waktu presentasi yang sangat terbatas serta audience yang mixed. Banyak juga warga korban lumpur Lapindo yang hadir dan mereka terpaksa nonton perdebatan antara kedua tim tanpa memahami masalah2 teknis. Sehingga saya mengusulkan untuk diadakan pertemuan lanjutan antara kedua tim dengan host Departemen ESDM dalam sebuah meeting tertutup yang focused (dikurung 3 hari 3 malam sampai ada konsensus bersama terutama untuk tindak lanjut solusi semburan lumpur tsb, di antaranya program relief well yang sempat terhenti waktu itu karena masalah2 non-teknis). Kalau program relief well ini disetujui untuk dilakukan kembali, tim Lapindo harus rela untuk tidak terlibat langsung. Kenapa? Ya bagaimana relief well bisa sukses 2010/3/3 nyoto - ke-el ssoena...@gmail.com Pak Natan, Jadi apa hasil kesimpualan dari pertemuan besar di Surabaya tsb ? Yg dihadiri oleh pakar2 senior dibidangnya masing2 itu, dan sudah 2 tahun yll diadakan, koq hasilnya nggak keluar ? Kalau punya hasil kesimpulan dari pertemuan besar tsb, appreciate utk boleh di-share disini pak Natan, saya yakin haisl kesimpulan dari pertemuan besar tsb sangat menarik ditunggu oleh banya teman2 anggota IAGI disini. Atau mungkin IAGI punya file nya, mengingat pertemuan itu adalah suatu pertemuan yg sangat penting, baik secara ilmiah maupun sosial politik/businessnya. wass, nyoto 2010/3/3 Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com Tambahan.. Saya mohon maaf harus menyebut nama2 berikut. Dr. Ir. Rudi Rubiandini, Ir. Kersam Sumanta, Prof. Koesoemadinata, Dr. Ir. Andang Bachtiar, Harry Eddyarso. Saya yakin orang2 tersebut semua bicara based on data, dan mereka adalah real scientist/geologist (RPK dan ADB). Akhirnya untuk pertama kalinya dalam sejarah (setau saya), tim Lapindo (yang berpendapat bahwa semburan Lumpur adalah “bencana alam”) dipertemukan – head to head – dengan tim oposisi yang berpendapat bahwa semburan lumpur adalah dampak dari operasi pengeboran di sumur Banjar Panji #1. Pertemuan tsb difasilitasi oleh Forum Komunikasi Masyarakat Jawa Timur, bertempat di Sheraton – Surabaya, pada hari Kamis, tanggal 28 February 2008. Tim Lapindo terdiri dari: 1. Mas Edi Sutriono – VP Drilling EMP 2. Dr. Ir. Agus Guntoro – Geologist (Univ. Trisakti) 3. Prof. Sukendar Asikin – Pakar geology tektonik dan dosen senior ITB 4. Dr. Ir. Dody Nawangsidi – Pakar dan dosen Teknik Perminyakan ITB 5. Dr. Adriano Manzini – Geologist dan pakar mud volcano dari Norwegia (?) Tim oposisi terdiri dari: 1. Dr. Ir. Rudi Rubiandini – Pakar pengeboran dan dosen Teknik Perminyakan ITB 2. Ir. Kersam Sumanta – Pakar pengeboran yang berpengalaman dalam mematikan semburan liar (Pertamina) 3. Prof. Koesoemadinata – Pakar geology dan dosen senior
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Like this pisan ateuh euyyy...setubuh..sepakat..jeung rea-rea deui... RiFa TeA 2010/3/3 oki musakti geo_musa...@yahoo.com Sekarang kudu yang dicari itu apa solusinya buat korban bencana yang masih terkatung katung itu. Sepakat dengan Uni Yuriza. Dari dulu (termasuk pernah saya kemukakan waktu pembahasan Lusi di BPPT), saya berpendapat bahwa PEMERINTAH lah yang harus ambil alih tanggung jawab soal LUSI ini sampai ada keputusan hukum yang bersifat tetap (termasuk segala banding, PK dan teman-temannya) soal siapa yang bersalah, kalau memang ada. Untuk sementara anggap sajalah ini sebagai bencana alam seperti meletusnya gunung Semeru. Kalau perlu tetapkan daerah bencana dan tak layak huni, pindahkan seluruh penduduk dan pabrik-pabirk ketempat lain. Kalau lah memang dikemudian hari ada usaha untuk meng cost recovery biaya-biaya tersebut ke Lapindo atau siapa (sekali lagi, setelah ada putusan hukum), biarkan pemerintah melalui kejaksaan agung nya yang maju. Jangan seperti sekarang, rakyat yang disuruh (dibiarkan ?) bertarung dengan Lapindo yang secara legal formal belum diputuskan 'bersalah'. Sementara di ranah politik ada juga kesan bahwa kasus ini sengaja disimpan sebagai senjata rahasia kalau suatu saat butuh leverage terhadap salah satu tokoh dan partainya politik transaksional kata seorang staff ahli. Salam Oki -- RiFa TEA --- Orang yang melewatkan satu hari dalam hidupnya tanpa ada suatu hak yang ia tunaikan atau suatu fardu yang ia lakukan atau kemuliaan yang ia wariskan atau pujian yang ia hasilkan atau kebaikan yang ia tanamkan atau ilmu yang ia dapatkan,maka sungguh-sungguh ia telah durhaka pada harinya dan menganiaya diri. (Dr. Yusuf Al-qardhawi)
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Ada satu hal yang Minarwan tak libatkan dalam ulasan di bawah, yaitu komposisi magma antara Merapi dan Semeru. Propagasi energi gempa Yogya 27 Mei 2006 jelas akan lebih cepat sampai ke Merapi dibandingkan ke Semeru berdasarkan jaraknya. Tetapi saat getaran ini sampai ke dapur magma kedua gunungapi itu, terjadilah perbedaan respon karena perbedaan komposisi magma kedua gunungapi ini. Kedua gunungapi ini komposisinya berbeda, silakan cek katalog gunungapi (Kusumadinata, 1979). Lagipula, Merapi terkenal punya sumbat lava di lubang kepundannya hasil erupsi sebelumnya yang membuat ia tak segera merespon getaran gempa Yogya padahal jaraknya hanya 50 km; lalu respon itu baru muncul bersamaan dengan respon reaktivasi Semeru pada hari yang bersamaan meskipun Semeru jaraknya enam kali lebih jauh dari episentrum gempa. Silakan cek untuk lebih detailnya di publikasi Walter et al. (2007) : Volcanic activity influenced by tectonic earthquakes : static and dynamic stress triggering at Mt Merapi - Geophysical Research Letters 34, L05304. Menurut hemat saya, jangan hanya selesai di cluster analysis statistics yang hanya melihat jarak dan magnitude gempa dengan semua reaktivasi yang disebabkannya (mud volcano, magmatic volcano, liquefaction, dsb.). Lihatlah masalahnya satu demi satu secara individual. Bila kita hanya melihat statistik saja tanpa menelitinya lebih jauh, maka kita akan sulit mengerti mengapa kedua gunungapi yang jaraknya berbeda enam kali lipat terhadap episentrum gempa tersebut bisa merespon gempa itu pada saat yang bersamaan. Begitu juga halnya dengan cluster analysis Manga dan Brodsky (2006) atau Mellors et al. (2007) yang menampilkan plotting antara magnitude gempa dan jarak reaktivasi semburan fluida (mud volcano, volcano, liquefaction, dan sejenisnya) yang diakibatkannya, plotting ini selalu dipakai oleh Richard Davies dan Mark Tingay untuk mengatakan bahwa gempa Yogya tak mungkin memicu Lusi sebab lokasi Lusi terlalu jauh dari episentrum gempa Yogya dan gempa Yogya terlalu kecil magnitudenya untuk bisa memicu Lusi. Mereka mengatakan itu saja, hanya berdasarkan plotting, tak melihatnya lebih jauh secara individual bagaimana gempa Yogya itu, bagaimana Lusi itu. Coba cek publikasi Mellors et al. (2007) - Correlations between earthquakes and large mud volcano eruptions - Journal of Geophysical Research 112, B04304. Saya kebetulan bertemu Robert Mellors saat dia diundang UGM untuk merayakan ulang tahun ke-50 Geologi UGM tahun lalu. Saya menanyakan plotting korelasinya itu, dan dia mengatakan itu hanya statistik. Ada hal-hal yang tak bisa didekati oleh ploting itu, yang dia katakan adalah : 1. robustness of the correlation, 2. the exact triggering mechanisms, 3. magnitude thresholds and triggering distances, dan 4. possibility of delayed triggering. Tolong diperhatikan butir no. 3; seberapa besar magnitude gempa baru bisa memicu mud volcano dan seberapa jauh mud volcano itu dari episentrum gempa adalah hal yang tidak diketahui. Juga butir no. 4 berhubungan dengan ulasan Minarwan di bawah tentang lag time 11 bulan letusan Pinatubo setelah gempa - itu dipertanyakan. Tentang pendapat/skenario Minarwan bahwa slab yang berhubungan dengan gempa menyebabkan reaktivasi volkanisme, saya tak sependapat. Gempa di slab (artinya gempa dalam) lebih akan merambat ke bagian updip slab tersebut menuju overriding plate-nya sebab gempa di slab ada di lingkungan astenosfer dan rheology upper mantle tersebut tentu lebih rendah dibandingkan slabnya sendiri, maka propagasi gaya gempa akan merambat ke bagian updip slab. Dapur magma umumnya masih di lower crust (kontinen/kerak akresi), jauh di atas slab; maka gempa di slab tak akan merektivasi dapur magma itu sehingga volkanisme tak akan terpengaruh oleh slab earthquake. Kasus gempa Yogya adalah gempa di overriding plate, jadi tak ada hubungan sama sekali dengan slab-nya yang tenggelam di bawah Jawa Tengah. Gempa di overriding plate akan mempropagasikan gayanya secara lateral, tetapi akan lebih mengarah ke satu azimuth bergantung pola rupture-nya. Dalam kasus gempa Yogya, propagasi gaya itu lebih ke arah timur dan timurlaut (silakan cek aftershocks-nya) dan mengganggu keseimbangan semua fluida plumbing system atau venting system yang berada di wilayah sapuan gaya gempa itu. Venting system adalah struktur2 bawah permukaan atau di permukaan yang setting geologinya siap mengalirkan fluida ke permukaan. Itulah juga yang menjadi alasan mengapa mud volcano Bledug Kuwu tak terbangunkan saat gempa Yogya terjadi, tetapi Lusi yang saat itu dalam keadaan critical (lihat data seismiknya) bisa saja terpicu. Bledug Kuwu adalah mud volcano tua (paling tidak ia sudah ada pada zaman Ratu Sima memerintah wilayah utara Jawa Tengah sekarang sekitar 600-700 AD sebab cerita rakyat tentang Bledug Kuwu sudah berkembang saat itu). Mud volcano yang tua akan punya masa dormant seperti gunungapi juga. Membangkitkan mud volcano yang
[iagi-net-l] perturbation of elisional venting system
hukum geologi bernama perturbation of elisional venting system; kayaknya ada yg terlewat ketika aku belajar geologi dasar. Pak Awang ... Apa sih hukum geologi yg satu ini ? Saya coba gugling kok ndak ketemu. RDP
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Kalau saja keputusan iagi kemarin, DPR RI, dan kepolisian dan BPMIGAS bahwa Lusi dikarenakan ada kesalahan dalam pengeboran..jelas banyak rekan yang tidak akan panas Pak Awang. Apa alasannya untuk panas kalau pendapat kita sudah dianut oleh Iagi, DPR, Lapindo, BPMIGAS, kepolisian, jaksa, dlsb?? 2010/3/3 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com Ada satu hal yang Minarwan tak libatkan dalam ulasan di bawah, yaitu komposisi magma antara Merapi dan Semeru. Propagasi energi gempa Yogya 27 Mei 2006 jelas akan lebih cepat sampai ke Merapi dibandingkan ke Semeru berdasarkan jaraknya. Tetapi saat getaran ini sampai ke dapur magma kedua gunungapi itu, terjadilah perbedaan respon karena perbedaan komposisi magma kedua gunungapi ini. Kedua gunungapi ini komposisinya berbeda, silakan cek katalog gunungapi (Kusumadinata, 1979). Lagipula, Merapi terkenal punya sumbat lava di lubang kepundannya hasil erupsi sebelumnya yang membuat ia tak segera merespon getaran gempa Yogya padahal jaraknya hanya 50 km; lalu respon itu baru muncul bersamaan dengan respon reaktivasi Semeru pada hari yang bersamaan meskipun Semeru jaraknya enam kali lebih jauh dari episentrum gempa. Silakan cek untuk lebih detailnya di publikasi Walter et al. (2007) : Volcanic activity influenced by tectonic earthquakes : static and dynamic stress triggering at Mt Merapi - Geophysical Research Letters 34, L05304. Menurut hemat saya, jangan hanya selesai di cluster analysis statistics yang hanya melihat jarak dan magnitude gempa dengan semua reaktivasi yang disebabkannya (mud volcano, magmatic volcano, liquefaction, dsb.). Lihatlah masalahnya satu demi satu secara individual. Bila kita hanya melihat statistik saja tanpa menelitinya lebih jauh, maka kita akan sulit mengerti mengapa kedua gunungapi yang jaraknya berbeda enam kali lipat terhadap episentrum gempa tersebut bisa merespon gempa itu pada saat yang bersamaan. Begitu juga halnya dengan cluster analysis Manga dan Brodsky (2006) atau Mellors et al. (2007) yang menampilkan plotting antara magnitude gempa dan jarak reaktivasi semburan fluida (mud volcano, volcano, liquefaction, dan sejenisnya) yang diakibatkannya, plotting ini selalu dipakai oleh Richard Davies dan Mark Tingay untuk mengatakan bahwa gempa Yogya tak mungkin memicu Lusi sebab lokasi Lusi terlalu jauh dari episentrum gempa Yogya dan gempa Yogya terlalu kecil magnitudenya untuk bisa memicu Lusi. Mereka mengatakan itu saja, hanya berdasarkan plotting, tak melihatnya lebih jauh secara individual bagaimana gempa Yogya itu, bagaimana Lusi itu. Coba cek publikasi Mellors et al. (2007) - Correlations between earthquakes and large mud volcano eruptions - Journal of Geophysical Research 112, B04304. Saya kebetulan bertemu Robert Mellors saat dia diundang UGM untuk merayakan ulang tahun ke-50 Geologi UGM tahun lalu. Saya menanyakan plotting korelasinya itu, dan dia mengatakan itu hanya statistik. Ada hal-hal yang tak bisa didekati oleh ploting itu, yang dia katakan adalah : 1. robustness of the correlation, 2. the exact triggering mechanisms, 3. magnitude thresholds and triggering distances, dan 4. possibility of delayed triggering. Tolong diperhatikan butir no. 3; seberapa besar magnitude gempa baru bisa memicu mud volcano dan seberapa jauh mud volcano itu dari episentrum gempa adalah hal yang tidak diketahui. Juga butir no. 4 berhubungan dengan ulasan Minarwan di bawah tentang lag time 11 bulan letusan Pinatubo setelah gempa - itu dipertanyakan. Tentang pendapat/skenario Minarwan bahwa slab yang berhubungan dengan gempa menyebabkan reaktivasi volkanisme, saya tak sependapat. Gempa di slab (artinya gempa dalam) lebih akan merambat ke bagian updip slab tersebut menuju overriding plate-nya sebab gempa di slab ada di lingkungan astenosfer dan rheology upper mantle tersebut tentu lebih rendah dibandingkan slabnya sendiri, maka propagasi gaya gempa akan merambat ke bagian updip slab. Dapur magma umumnya masih di lower crust (kontinen/kerak akresi), jauh di atas slab; maka gempa di slab tak akan merektivasi dapur magma itu sehingga volkanisme tak akan terpengaruh oleh slab earthquake. Kasus gempa Yogya adalah gempa di overriding plate, jadi tak ada hubungan sama sekali dengan slab-nya yang tenggelam di bawah Jawa Tengah. Gempa di overriding plate akan mempropagasikan gayanya secara lateral, tetapi akan lebih mengarah ke satu azimuth bergantung pola rupture-nya. Dalam kasus gempa Yogya, propagasi gaya itu lebih ke arah timur dan timurlaut (silakan cek aftershocks-nya) dan mengganggu keseimbangan semua fluida plumbing system atau venting system yang berada di wilayah sapuan gaya gempa itu. Venting system adalah struktur2 bawah permukaan atau di permukaan yang setting geologinya siap mengalirkan fluida ke permukaan. Itulah juga yang menjadi alasan mengapa mud volcano Bledug Kuwu tak terbangunkan saat gempa Yogya terjadi, tetapi Lusi yang saat itu dalam keadaan critical (lihat data
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
dan geologist2 di Afsel ga ngasal tanpa data. Saya berada di tengah jajak pendapat apa penyebab Lusi di pertemuan AAPG di Capetown, Afrika Selatan. Dari mungkin sekitar 150-200 yang hadir di situ anggaplah orang-orang GGR dan beberapa peteroleum engineer. Tetapi yang benar2 telah melihat data dan menganalisnya paling banyak hanya 10 orang yaitu orang2 yang sedang berdebat (Pak Sawolo, Adriano Mazzini dkk. vs Richard Davies, Mark Tingay, dkk.). Selebihnya dari mereka hanyalah para penonton yang tahu Lusi hanya dari media (dan kita tahu bahwa media suka berpihak ke satu kubu). Lalu, tiba-tiba moderator perdebatan membuat acara kreativitas sendiri (kreativitas ini bukan inisiatif AAPG, lihat AAPG Explorer edisi Jan/Feb 2009), menanyakan ke sekitar 150 orang yang tak pernah menganalisis data tentang apa penyebab Lusi setelah mereka melihat empat presentasi dari pihak2 yang berdebat. Hasilnya kita sudah tahu karena ramai diberitakan media di Indonesia. Saya mengamati semua yang terjadi dan kini berpendapat bahwa yang terjadi dalam jajak pendapat itu adalah apa yang disebut Malcolm Gladwell dalam bukunya Blink (terjemahan Gramedia, 2009) sebagai Warren Harding Error, yaitu memutuskan pendapat berdasarkan penampilan saja, tidak tahu datanya, tidak pernah menyelidikinya. Warren Harding adalah seorang presiden Amerika Serikat (1920-an), presiden terburuk dalam sejarah Amerika kata Gladwell. Ia dipilih karena penampilan fisiknya yang tampan dan tinggi, dan meyakinkan; padahal Richard Davies dan Mark Tingay berpresentasi dengan sangat baik, hanya beberapa orang yang tahu dengan pasti kebenaran presentasinya; tentu mereka presentasi dengan bahasa Inggris yang sempurna sebab yang satu orang Inggris yang lain orang Australia. Presentasi Pak Sawolo dan Adriano juga baik dan hanya beberapa orang saja di ruangan itu yang tahu pasti kebenaran presentasinya. Tetapi, Pak Sawolo orang Jawa; Adriano orang Italia, jelas bahasa Inggrisnya, meskipun baik, tak sesempurna Davies dan Tingay. Dan, para penonton sebagian besar adalah para native speaker berbahasa Inggris. Maka, terjadilah dark side of thin slicing atau blink yang salah (Gladwell, 2005-2009); menilai hanya dari penampilan sesaat. Maka, jajak pendapat itu tak pernah saya acu. salam, Awang --- Pada Rab, 3/3/10, Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com menulis: Dari: Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com Judul: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Kepada: iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Rabu, 3 Maret, 2010, 9:59 AM Ok Pak Bambang. Salut lah buat DPR sekarang..ternyata mereka semua tidak asal..semuanya based on data. Great! Maaf ya Pak..mungkin saya memang tidak berdasarkan data. Tapi yang jelas saya yakin Rudi Rubiandini cs..dan geologist2 di Afsel ga ngasal tanpa data. Tapi yah itu tadi..lebih hebat DPR ternyata..respect dan salute buat DPR RI. Tapi data itu kadang bisa dimainkan oleh orang yang ingin mendrive data ke keinginannya. Pasti semua tau apa yang saya maksud disini. Asalkan pak Bambang + DPR tidak mengeliminir data, tidak 'buta' terhadap data yang lain, tidak berpihak pada data yang 'pro Gempa' saja..yah berarti memang Pak Bambang sudah tepat pada pendirian bapak. Sebentar lagi Indonesia akan maju pasti..karena DPR sudah sangat meng 'honour' data. Baguslah.. 2010/3/3 Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com Pak Natan, Sangat disayangkan jika pak Natan dan kita semua mengabaikan data dan fakta. Padahal sebagai geologist/scientist kita selalu bergelut dengan data dan melakukan analisa berdasarkan data,... mungkin anggota DPR yang bapak sebut lebih meng honour data,.. Salam, Bambang 2010/3/2 Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com Saya tidak akan menghabiskan konsentrasi di data dlsbnya. Saya hanya gemes..hebat sekali pendapat Gempa pemicu Lusi itu. Dianut DPR, jadi official pendapat iagi periode kemarin, dan si SP3kan polisi/jaksa. PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... Ayo siapkan diri! Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net
Bls: [iagi-net-l] perturbation of elisional venting system
Panjang Pak ceritanya, nanti saya tuliskan tersendiri; itu kesimpulan saya terakhir soal penyebab Lusi berdasarkan analisis2 terakhir. Tidak semua bisa dicari di google he2.. salam, Awang --- Pada Rab, 3/3/10, Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com menulis: Dari: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com Judul: [iagi-net-l] perturbation of elisional venting system Kepada: IAGI iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Rabu, 3 Maret, 2010, 11:30 AM hukum geologi bernama perturbation of elisional venting system; kayaknya ada yg terlewat ketika aku belajar geologi dasar. Pak Awang ... Apa sih hukum geologi yg satu ini ? Saya coba gugling kok ndak ketemu. RDP Yahoo! Mail Kini Lebih Cepat dan Lebih Bersih. Rasakan bedanya sekarang! http://id.mail.yahoo.com
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Natan, Ah yang panas di milis hanya beberapa orang saja; diskusinya memang panas. Hm, masa kesimpulan harus dipaksakan agar tidak panas maka kesimpulannya begini saja. Ah itu kan bukan kredo seorang ilmuwan, tetapi sudah persis politician. Dan, paragraf kedua Natan di bawah itu adalah pemaksaan kehendak namanya, seperti demo-demo yang suka memaksakan kehendak, kalau keinginan kami tidak dipenuhi, kami akan mengerahkan lebih banyak lagi masa. Hati-hati, siapa nih yang jadinya mempolitisasi kasus ini ? Mari berdebat di koridor sains, perbedaan pendapat adalah lumrah dalam sains. Jangan ngambek, mengancam, dll. Jangan hanya bermain di permukaan, masuklah lebih dalam, jangan hanya bermain di waktu sekarang, masuklah juga ke masa lalu. Jangan hanya menukik ke satu titik, lihatlah arena sekelilingnya. Geologist terlatih untuk itu, dan tidak pernah diajarkan untuk ngambek atau mengancam bila pendapatnya tidak diterima. salam, Awang --- Pada Rab, 3/3/10, Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com menulis: Dari: Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com Judul: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Kepada: iagi-net@iagi.or.id Cc: Forum HAGI fo...@hagi.or.id, Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com, Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com Tanggal: Rabu, 3 Maret, 2010, 11:32 AM Kalau saja keputusan iagi kemarin, DPR RI, dan kepolisian dan BPMIGAS bahwa Lusi dikarenakan ada kesalahan dalam pengeboran..jelas banyak rekan yang tidak akan panas Pak Awang. Apa alasannya untuk panas kalau pendapat kita sudah dianut oleh Iagi, DPR, Lapindo, BPMIGAS, kepolisian, jaksa, dlsb?? 2010/3/3 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com Ada satu hal yang Minarwan tak libatkan dalam ulasan di bawah, yaitu komposisi magma antara Merapi dan Semeru. Propagasi energi gempa Yogya 27 Mei 2006 jelas akan lebih cepat sampai ke Merapi dibandingkan ke Semeru berdasarkan jaraknya. Tetapi saat getaran ini sampai ke dapur magma kedua gunungapi itu, terjadilah perbedaan respon karena perbedaan komposisi magma kedua gunungapi ini. Kedua gunungapi ini komposisinya berbeda, silakan cek katalog gunungapi (Kusumadinata, 1979). Lagipula, Merapi terkenal punya sumbat lava di lubang kepundannya hasil erupsi sebelumnya yang membuat ia tak segera merespon getaran gempa Yogya padahal jaraknya hanya 50 km; lalu respon itu baru muncul bersamaan dengan respon reaktivasi Semeru pada hari yang bersamaan meskipun Semeru jaraknya enam kali lebih jauh dari episentrum gempa. Silakan cek untuk lebih detailnya di publikasi Walter et al. (2007) : Volcanic activity influenced by tectonic earthquakes : static and dynamic stress triggering at Mt Merapi - Geophysical Research Letters 34, L05304. Menurut hemat saya, jangan hanya selesai di cluster analysis statistics yang hanya melihat jarak dan magnitude gempa dengan semua reaktivasi yang disebabkannya (mud volcano, magmatic volcano, liquefaction, dsb.). Lihatlah masalahnya satu demi satu secara individual. Bila kita hanya melihat statistik saja tanpa menelitinya lebih jauh, maka kita akan sulit mengerti mengapa kedua gunungapi yang jaraknya berbeda enam kali lipat terhadap episentrum gempa tersebut bisa merespon gempa itu pada saat yang bersamaan. Begitu juga halnya dengan cluster analysis Manga dan Brodsky (2006) atau Mellors et al. (2007) yang menampilkan plotting antara magnitude gempa dan jarak reaktivasi semburan fluida (mud volcano, volcano, liquefaction, dan sejenisnya) yang diakibatkannya, plotting ini selalu dipakai oleh Richard Davies dan Mark Tingay untuk mengatakan bahwa gempa Yogya tak mungkin memicu Lusi sebab lokasi Lusi terlalu jauh dari episentrum gempa Yogya dan gempa Yogya terlalu kecil magnitudenya untuk bisa memicu Lusi. Mereka mengatakan itu saja, hanya berdasarkan plotting, tak melihatnya lebih jauh secara individual bagaimana gempa Yogya itu, bagaimana Lusi itu. Coba cek publikasi Mellors et al. (2007) - Correlations between earthquakes and large mud volcano eruptions - Journal of Geophysical Research 112, B04304. Saya kebetulan bertemu Robert Mellors saat dia diundang UGM untuk merayakan ulang tahun ke-50 Geologi UGM tahun lalu. Saya menanyakan plotting korelasinya itu, dan dia mengatakan itu hanya statistik. Ada hal-hal yang tak bisa didekati oleh ploting itu, yang dia katakan adalah : 1. robustness of the correlation, 2. the exact triggering mechanisms, 3. magnitude thresholds and triggering distances, dan 4. possibility of delayed triggering. Tolong diperhatikan butir no. 3; seberapa besar magnitude gempa baru bisa memicu mud volcano dan seberapa jauh mud volcano itu dari episentrum gempa adalah hal yang tidak diketahui. Juga butir no. 4 berhubungan dengan ulasan Minarwan di bawah tentang lag time 11 bulan letusan Pinatubo setelah gempa - itu dipertanyakan. Tentang pendapat/skenario Minarwan bahwa slab yang berhubungan dengan gempa menyebabkan reaktivasi volkanisme, saya tak sependapat. Gempa di slab (artinya gempa
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
No comment Pak Awang. Penilaian bapak terlalu personal, dan subjektif. Panas adalah istilah bpk, ngambek pun istilah bpk Awang yg terhormat. Saya tidak menginisiasi 2 kata tsb di pembahasan yang saintifik ini. On 3/3/10, Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com wrote: Natan, Ah yang panas di milis hanya beberapa orang saja; diskusinya memang panas. Hm, masa kesimpulan harus dipaksakan agar tidak panas maka kesimpulannya begini saja. Ah itu kan bukan kredo seorang ilmuwan, tetapi sudah persis politician. Dan, paragraf kedua Natan di bawah itu adalah pemaksaan kehendak namanya, seperti demo-demo yang suka memaksakan kehendak, kalau keinginan kami tidak dipenuhi, kami akan mengerahkan lebih banyak lagi masa. Hati-hati, siapa nih yang jadinya mempolitisasi kasus ini ? Mari berdebat di koridor sains, perbedaan pendapat adalah lumrah dalam sains. Jangan ngambek, mengancam, dll. Jangan hanya bermain di permukaan, masuklah lebih dalam, jangan hanya bermain di waktu sekarang, masuklah juga ke masa lalu. Jangan hanya menukik ke satu titik, lihatlah arena sekelilingnya. Geologist terlatih untuk itu, dan tidak pernah diajarkan untuk ngambek atau mengancam bila pendapatnya tidak diterima. salam, Awang --- Pada Rab, 3/3/10, Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com menulis: Dari: Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com Judul: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Kepada: iagi-net@iagi.or.id Cc: Forum HAGI fo...@hagi.or.id, Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com, Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com Tanggal: Rabu, 3 Maret, 2010, 11:32 AM Kalau saja keputusan iagi kemarin, DPR RI, dan kepolisian dan BPMIGAS bahwa Lusi dikarenakan ada kesalahan dalam pengeboran..jelas banyak rekan yang tidak akan panas Pak Awang. Apa alasannya untuk panas kalau pendapat kita sudah dianut oleh Iagi, DPR, Lapindo, BPMIGAS, kepolisian, jaksa, dlsb?? 2010/3/3 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com Ada satu hal yang Minarwan tak libatkan dalam ulasan di bawah, yaitu komposisi magma antara Merapi dan Semeru. Propagasi energi gempa Yogya 27 Mei 2006 jelas akan lebih cepat sampai ke Merapi dibandingkan ke Semeru berdasarkan jaraknya. Tetapi saat getaran ini sampai ke dapur magma kedua gunungapi itu, terjadilah perbedaan respon karena perbedaan komposisi magma kedua gunungapi ini. Kedua gunungapi ini komposisinya berbeda, silakan cek katalog gunungapi (Kusumadinata, 1979). Lagipula, Merapi terkenal punya sumbat lava di lubang kepundannya hasil erupsi sebelumnya yang membuat ia tak segera merespon getaran gempa Yogya padahal jaraknya hanya 50 km; lalu respon itu baru muncul bersamaan dengan respon reaktivasi Semeru pada hari yang bersamaan meskipun Semeru jaraknya enam kali lebih jauh dari episentrum gempa. Silakan cek untuk lebih detailnya di publikasi Walter et al. (2007) : Volcanic activity influenced by tectonic earthquakes : static and dynamic stress triggering at Mt Merapi - Geophysical Research Letters 34, L05304. Menurut hemat saya, jangan hanya selesai di cluster analysis statistics yang hanya melihat jarak dan magnitude gempa dengan semua reaktivasi yang disebabkannya (mud volcano, magmatic volcano, liquefaction, dsb.). Lihatlah masalahnya satu demi satu secara individual. Bila kita hanya melihat statistik saja tanpa menelitinya lebih jauh, maka kita akan sulit mengerti mengapa kedua gunungapi yang jaraknya berbeda enam kali lipat terhadap episentrum gempa tersebut bisa merespon gempa itu pada saat yang bersamaan. Begitu juga halnya dengan cluster analysis Manga dan Brodsky (2006) atau Mellors et al. (2007) yang menampilkan plotting antara magnitude gempa dan jarak reaktivasi semburan fluida (mud volcano, volcano, liquefaction, dan sejenisnya) yang diakibatkannya, plotting ini selalu dipakai oleh Richard Davies dan Mark Tingay untuk mengatakan bahwa gempa Yogya tak mungkin memicu Lusi sebab lokasi Lusi terlalu jauh dari episentrum gempa Yogya dan gempa Yogya terlalu kecil magnitudenya untuk bisa memicu Lusi. Mereka mengatakan itu saja, hanya berdasarkan plotting, tak melihatnya lebih jauh secara individual bagaimana gempa Yogya itu, bagaimana Lusi itu. Coba cek publikasi Mellors et al. (2007) - Correlations between earthquakes and large mud volcano eruptions - Journal of Geophysical Research 112, B04304. Saya kebetulan bertemu Robert Mellors saat dia diundang UGM untuk merayakan ulang tahun ke-50 Geologi UGM tahun lalu. Saya menanyakan plotting korelasinya itu, dan dia mengatakan itu hanya statistik. Ada hal-hal yang tak bisa didekati oleh ploting itu, yang dia katakan adalah : 1. robustness of the correlation, 2. the exact triggering mechanisms, 3. magnitude thresholds and triggering distances, dan 4. possibility of delayed triggering. Tolong diperhatikan butir no. 3; seberapa besar magnitude gempa baru bisa memicu mud volcano dan seberapa jauh mud volcano itu dari episentrum gempa adalah hal yang tidak diketahui. Juga butir no. 4
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
No comment Pak Awang. Penilaian bapak terlalu personal, dan subjektif. Panas adalah istilah bpk, ngambek pun istilah bpk Awang yg terhormat. Saya tidak menginisiasi 2 kata tsb di pembahasan yang saintifik ini. On 3/3/10, Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com wrote: Natan, Ah yang panas di milis hanya beberapa orang saja; diskusinya memang panas. Hm, masa kesimpulan harus dipaksakan agar tidak panas maka kesimpulannya begini saja. Ah itu kan bukan kredo seorang ilmuwan, tetapi sudah persis politician. Dan, paragraf kedua Natan di bawah itu adalah pemaksaan kehendak namanya, seperti demo-demo yang suka memaksakan kehendak, kalau keinginan kami tidak dipenuhi, kami akan mengerahkan lebih banyak lagi masa. Hati-hati, siapa nih yang jadinya mempolitisasi kasus ini ? Mari berdebat di koridor sains, perbedaan pendapat adalah lumrah dalam sains. Jangan ngambek, mengancam, dll. Jangan hanya bermain di permukaan, masuklah lebih dalam, jangan hanya bermain di waktu sekarang, masuklah juga ke masa lalu. Jangan hanya menukik ke satu titik, lihatlah arena sekelilingnya. Geologist terlatih untuk itu, dan tidak pernah diajarkan untuk ngambek atau mengancam bila pendapatnya tidak diterima. salam, Awang --- Pada Rab, 3/3/10, Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com menulis: Dari: Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com Judul: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Kepada: iagi-net@iagi.or.id Cc: Forum HAGI fo...@hagi.or.id, Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com, Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com Tanggal: Rabu, 3 Maret, 2010, 11:32 AM Kalau saja keputusan iagi kemarin, DPR RI, dan kepolisian dan BPMIGAS bahwa Lusi dikarenakan ada kesalahan dalam pengeboran..jelas banyak rekan yang tidak akan panas Pak Awang. Apa alasannya untuk panas kalau pendapat kita sudah dianut oleh Iagi, DPR, Lapindo, BPMIGAS, kepolisian, jaksa, dlsb?? 2010/3/3 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com Ada satu hal yang Minarwan tak libatkan dalam ulasan di bawah, yaitu komposisi magma antara Merapi dan Semeru. Propagasi energi gempa Yogya 27 Mei 2006 jelas akan lebih cepat sampai ke Merapi dibandingkan ke Semeru berdasarkan jaraknya. Tetapi saat getaran ini sampai ke dapur magma kedua gunungapi itu, terjadilah perbedaan respon karena perbedaan komposisi magma kedua gunungapi ini. Kedua gunungapi ini komposisinya berbeda, silakan cek katalog gunungapi (Kusumadinata, 1979). Lagipula, Merapi terkenal punya sumbat lava di lubang kepundannya hasil erupsi sebelumnya yang membuat ia tak segera merespon getaran gempa Yogya padahal jaraknya hanya 50 km; lalu respon itu baru muncul bersamaan dengan respon reaktivasi Semeru pada hari yang bersamaan meskipun Semeru jaraknya enam kali lebih jauh dari episentrum gempa. Silakan cek untuk lebih detailnya di publikasi Walter et al. (2007) : Volcanic activity influenced by tectonic earthquakes : static and dynamic stress triggering at Mt Merapi - Geophysical Research Letters 34, L05304. Menurut hemat saya, jangan hanya selesai di cluster analysis statistics yang hanya melihat jarak dan magnitude gempa dengan semua reaktivasi yang disebabkannya (mud volcano, magmatic volcano, liquefaction, dsb.). Lihatlah masalahnya satu demi satu secara individual. Bila kita hanya melihat statistik saja tanpa menelitinya lebih jauh, maka kita akan sulit mengerti mengapa kedua gunungapi yang jaraknya berbeda enam kali lipat terhadap episentrum gempa tersebut bisa merespon gempa itu pada saat yang bersamaan. Begitu juga halnya dengan cluster analysis Manga dan Brodsky (2006) atau Mellors et al. (2007) yang menampilkan plotting antara magnitude gempa dan jarak reaktivasi semburan fluida (mud volcano, volcano, liquefaction, dan sejenisnya) yang diakibatkannya, plotting ini selalu dipakai oleh Richard Davies dan Mark Tingay untuk mengatakan bahwa gempa Yogya tak mungkin memicu Lusi sebab lokasi Lusi terlalu jauh dari episentrum gempa Yogya dan gempa Yogya terlalu kecil magnitudenya untuk bisa memicu Lusi. Mereka mengatakan itu saja, hanya berdasarkan plotting, tak melihatnya lebih jauh secara individual bagaimana gempa Yogya itu, bagaimana Lusi itu. Coba cek publikasi Mellors et al. (2007) - Correlations between earthquakes and large mud volcano eruptions - Journal of Geophysical Research 112, B04304. Saya kebetulan bertemu Robert Mellors saat dia diundang UGM untuk merayakan ulang tahun ke-50 Geologi UGM tahun lalu. Saya menanyakan plotting korelasinya itu, dan dia mengatakan itu hanya statistik. Ada hal-hal yang tak bisa didekati oleh ploting itu, yang dia katakan adalah : 1. robustness of the correlation, 2. the exact triggering mechanisms, 3. magnitude thresholds and triggering distances, dan 4. possibility of delayed triggering. Tolong diperhatikan butir no. 3; seberapa besar magnitude gempa baru bisa memicu mud volcano dan seberapa jauh mud volcano itu dari episentrum gempa adalah hal yang tidak diketahui. Juga butir no. 4
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Quote: Kalau saja keputusan iagi kemarin, DPR RI, dan kepolisian dan BPMIGAS bahwa Lusi dikarenakan ada kesalahan dalam pengeboran..jelas banyak rekan yang tidak akan panas Pak Awang. Apa alasannya untuk panas kalau pendapat kita sudah dianut oleh Iagi, DPR, Lapindo, BPMIGAS, kepolisian, jaksa, dlsb?? Mas Nathan, Mungkin kutipan tersebut yang diambil oleh Pak Awang.. :) Salam, Wahyudin Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com Date: Wed, 3 Mar 2010 12:20:58 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI No comment Pak Awang. Penilaian bapak terlalu personal, dan subjektif. Panas adalah istilah bpk, ngambek pun istilah bpk Awang yg terhormat. Saya tidak menginisiasi 2 kata tsb di pembahasan yang saintifik ini. On 3/3/10, Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com wrote: Natan, Ah yang panas di milis hanya beberapa orang saja; diskusinya memang panas. Hm, masa kesimpulan harus dipaksakan agar tidak panas maka kesimpulannya begini saja. Ah itu kan bukan kredo seorang ilmuwan, tetapi sudah persis politician. Dan, paragraf kedua Natan di bawah itu adalah pemaksaan kehendak namanya, seperti demo-demo yang suka memaksakan kehendak, kalau keinginan kami tidak dipenuhi, kami akan mengerahkan lebih banyak lagi masa. Hati-hati, siapa nih yang jadinya mempolitisasi kasus ini ? Mari berdebat di koridor sains, perbedaan pendapat adalah lumrah dalam sains. Jangan ngambek, mengancam, dll. Jangan hanya bermain di permukaan, masuklah lebih dalam, jangan hanya bermain di waktu sekarang, masuklah juga ke masa lalu. Jangan hanya menukik ke satu titik, lihatlah arena sekelilingnya. Geologist terlatih untuk itu, dan tidak pernah diajarkan untuk ngambek atau mengancam bila pendapatnya tidak diterima. salam, Awang --- Pada Rab, 3/3/10, Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com menulis: Dari: Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com Judul: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Kepada: iagi-net@iagi.or.id Cc: Forum HAGI fo...@hagi.or.id, Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com, Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com Tanggal: Rabu, 3 Maret, 2010, 11:32 AM Kalau saja keputusan iagi kemarin, DPR RI, dan kepolisian dan BPMIGAS bahwa Lusi dikarenakan ada kesalahan dalam pengeboran..jelas banyak rekan yang tidak akan panas Pak Awang. Apa alasannya untuk panas kalau pendapat kita sudah dianut oleh Iagi, DPR, Lapindo, BPMIGAS, kepolisian, jaksa, dlsb?? 2010/3/3 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com Ada satu hal yang Minarwan tak libatkan dalam ulasan di bawah, yaitu komposisi magma antara Merapi dan Semeru. Propagasi energi gempa Yogya 27 Mei 2006 jelas akan lebih cepat sampai ke Merapi dibandingkan ke Semeru berdasarkan jaraknya. Tetapi saat getaran ini sampai ke dapur magma kedua gunungapi itu, terjadilah perbedaan respon karena perbedaan komposisi magma kedua gunungapi ini. Kedua gunungapi ini komposisinya berbeda, silakan cek katalog gunungapi (Kusumadinata, 1979). Lagipula, Merapi terkenal punya sumbat lava di lubang kepundannya hasil erupsi sebelumnya yang membuat ia tak segera merespon getaran gempa Yogya padahal jaraknya hanya 50 km; lalu respon itu baru muncul bersamaan dengan respon reaktivasi Semeru pada hari yang bersamaan meskipun Semeru jaraknya enam kali lebih jauh dari episentrum gempa. Silakan cek untuk lebih detailnya di publikasi Walter et al. (2007) : Volcanic activity influenced by tectonic earthquakes : static and dynamic stress triggering at Mt Merapi - Geophysical Research Letters 34, L05304. Menurut hemat saya, jangan hanya selesai di cluster analysis statistics yang hanya melihat jarak dan magnitude gempa dengan semua reaktivasi yang disebabkannya (mud volcano, magmatic volcano, liquefaction, dsb.). Lihatlah masalahnya satu demi satu secara individual. Bila kita hanya melihat statistik saja tanpa menelitinya lebih jauh, maka kita akan sulit mengerti mengapa kedua gunungapi yang jaraknya berbeda enam kali lipat terhadap episentrum gempa tersebut bisa merespon gempa itu pada saat yang bersamaan. Begitu juga halnya dengan cluster analysis Manga dan Brodsky (2006) atau Mellors et al. (2007) yang menampilkan plotting antara magnitude gempa dan jarak reaktivasi semburan fluida (mud volcano, volcano, liquefaction, dan sejenisnya) yang diakibatkannya, plotting ini selalu dipakai oleh Richard Davies dan Mark Tingay untuk mengatakan bahwa gempa Yogya tak mungkin memicu Lusi sebab lokasi Lusi terlalu jauh dari episentrum gempa Yogya dan gempa Yogya terlalu kecil magnitudenya untuk bisa memicu Lusi. Mereka mengatakan itu saja, hanya berdasarkan plotting, tak melihatnya lebih jauh secara individual bagaimana gempa Yogya itu, bagaimana Lusi itu. Coba cek publikasi Mellors et al. (2007) - Correlations between earthquakes and large mud volcano eruptions - Journal of Geophysical Research 112, B04304. Saya kebetulan bertemu Robert Mellors saat dia
Re: Bls: [iagi-net-l] perturbation of elisional venting system
Pak Awang ini memang senengnya yang panjang2, semua emailnya pak Awang selalu panjng sekaleee yg kadang2 bikin kita jadi males membacanya ... soalnya utk nyari kesimpulannya nggak mudah. wass, nyoto 2010/3/3 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com Panjang Pak ceritanya, nanti saya tuliskan tersendiri; itu kesimpulan saya terakhir soal penyebab Lusi berdasarkan analisis2 terakhir. Tidak semua bisa dicari di google he2.. salam, Awang --- Pada Rab, 3/3/10, Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com menulis: Dari: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com Judul: [iagi-net-l] perturbation of elisional venting system Kepada: IAGI iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Rabu, 3 Maret, 2010, 11:30 AM hukum geologi bernama perturbation of elisional venting system; kayaknya ada yg terlewat ketika aku belajar geologi dasar. Pak Awang ... Apa sih hukum geologi yg satu ini ? Saya coba gugling kok ndak ketemu. RDP Yahoo! Mail Kini Lebih Cepat dan Lebih Bersih. Rasakan bedanya sekarang! http://id.mail.yahoo.com
[iagi-net-l] BOMBANA BONANZA
Original Message Subject: [Dosen_gl] BOMBANA BONANZA From:an...@gc.itb.ac.id Date:Wed, March 3, 2010 9:03 am To: dosen...@gc.itb.ac.id -- Setahun yang lalu, sayup-sayup saya mendengar adanya gold rush di Bombana dari seorang teman putra daerah Turunan Buton (Turbo). Teman Turbo ini berjumpa untuk pertama kalinya pada eksplorasi nikel di sekitar Kendari. Nama Bombana bagi saya pun cukup asing, dimana tepatnya ketika itu belum ngeh. Namun karena berita dari berbagai media masa yang menyorot bagaimana ribuan penambang menggali, membuat lubang dan mendulang hingga mendapatkan emas. Sayapun heran, karena gold rush ini justru berada pada kompleks batuan metamorfik Pompangeo. Tahun lalu juga di himpunan makalah PIT IAGI, terdapat paper Surono dkk tentang Bombana. Minggu lalu, tak diduga, ada teman yang mengajak saya jalan-jalan kesana. Setelah perjalanan yang cukup melelahkan dengan pesawat dan disambung dengan jalan darat, sampailah kita diwilayah Kabupaten Bombana yang morfologinya berupa dataran bergelombang landai yang cukup luas. Tidak seperti di Jawa dengan sawah padi, dataran yang luas ini hanya ditumbuhi alang-alang yang diselingi oleh himpunan pohon lontar (sejenis palem). Sepintas lalu kombinasi antara dataran dan perbukitan bergelombang landai mirip lapangan golf yang luas sekali. Areal pendulangan ternyata merupakan hamparan pasir yang jauh dari sungai. Pada beberapa lubang penggalian tampak tersebar bongkah-bongkah membundar batuan metamorf sekis mika dan gneis serta kuarsa yang memperlihatkan tekstur urat crustiform dan kalsedoni. Menjelang magrib kami berkesempatan menyaksikan proses mineral dressing tradisionil nan sederhana. Karpet yang dijadikan perangkap mineral berat dicuci pada kolam plastik penampungan, lalu fraksi pasir halusnya didulang. Sebagian besar fraksi terdiri dari mineral hitam (magnetit) dan coklat kemerahan (hematit) dengan bintik-bintik emas. Fraksi hitam ini kemudian dibawa kedapur dibawah tenda biru. Bu Haji yang kemudian melanjutkan mineral dressing, cukup sederhana, diatas mangkuk logam, fraksi hitam (masih basah dari pendulangan) ini dipanaskan diatas kompor minyak tanah! Konsentrat kering, dominan hitam ini kemudian disiangi (dipetani Jawa) dengan magnet, dan tinggalah serbuk halus kuning emas. Ketika ditimbang, pasir kuning nan berkilau ini beratnya mencapai 65 gram emas!! Yang mengagumkan, dari proses cuci karpet hingga kedapur hanya berlangsung sekitar sejam saja! Menurut pendulang, pasir yang didulah adalah limbah dari pendulangan-pendudalangan sebelumnya. Konon 100-200 gram emas sehari di satu unit pendulangan adalah biasa! Pada awal gold rush, diareal ini terdapat hingga sepuluh ribuan pendulang dari berbagai daerah di Indonesia, termasuk dari Pongkor, Tasikmalaya juga orang-orang Kapuas. Kini ribuan hektar lahan di Bombana semuanya sudah dikapling-kapling oleh para investor yang sebagian besar dari Jakarta, tidak ada yang tersisa hingga ke tepi pantai. Ketika terjadi gold rush,pemda sempat panen juga, untuk mendangulangi serbuan ribuan pendulang petualang, dikerahkan aparat untuk mengusir dari tempat nan kemilau ini! Kemudian pemda mengeluarkan KTP khusus yaitu Kartu Tanda Pendulang, taripnya Rp. 500.000 an untuk 3 bulan! Bahkan peluang ini dimanfaatkan oleh calo yang membandrol 2 hingga 3 kali lipat dari harga Pemda! Toh peminatnya tetap saja ribuan dan rela membayar KTP tsb! Kami sempat juga meninjau kearah hulu di Roko-Roko, sekitar 1 jam dari Bombana mendaki bukit dan melalui jalan penuh kubangan yang dalam! Berbeda dengan Bombana, penambangan emas di Roko-Roko berada diatas bukit berhutan lebat. Disini ratusan tenda orange-biru menutupi lobang-lobang dilereng hingga puncak bukit. Sumur-sumur hingga kedalaman 50 meteran dengan terowongan horisontal sudah mirip jejaring laba-laba bawah tanah! Disinipun ada mafianya, satu lobang bahkan di bandrol hingga 25 juta rupiah! Nah disini pun ratusan hingga ribuan penambang bagaikan orong-orong bersliweran dibawah tanah! FOR A FEW DOLLAR MORE...! Di Roko-roko jelas sekali, para penambang ternyata menggali urat-urat kuarsa yang menembus sekis Pompangeo. Dilebatnya hutan tropis ini, bisnispun berputar sangat cepat! Supermarket ala tenda biru dadakan, tukang baso, warung, bar karaoke, bioskop semuanya tumpah ruah disini karena kemilau emas! Menurut pendulang ada banyak lahan pasir yang luasnya sekitar 2-3 hektar sudah setahun lebih didulang tapi emasnya tidak habis-habis! Dan ini kami saksikan dilapangan! Mungkin karena dominan sekis, Bombana sejak lama tidak terperhatikan sebagai potensi emas oleh para ahli geologi ? Mungkinkah dataran yang luas dengan punggungan pinggiran setengah melingkar merupakan kaldera ? Apakah Bombana mirip dengan fosil aluvial seperti Witwatersrand di Afsel ? Bila dilihat dari kenyataan dilapangan hingga kini Bombana Bonanza...di Asia Tenggara ? Wassallam
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Pak bagus sekali ulasannya dan hukum geologi bernama perturbation of elisional venting system;... sangat menarik bila bisa dishare. Ada satu pertanyyaan dari saya pak, terlepas dari aktivitas pemboran yang sebagian berpendapat sebagai penyebab LUSI, apakah mungkin tanpa pemboran yang dilakukan bencana LUSI tersebut tetap ada, atau bahkan lebih dahsyat lagi??? ... --- On Wed, 3/3/10, Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com wrote: From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI To: iagi-net@iagi.or.id Cc: Forum HAGI fo...@hagi.or.id, Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com, Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com Date: Wednesday, March 3, 2010, 5:07 AM Natan, Ah yang panas di milis hanya beberapa orang saja; diskusinya memang panas. Hm, masa kesimpulan harus dipaksakan agar tidak panas maka kesimpulannya begini saja. Ah itu kan bukan kredo seorang ilmuwan, tetapi sudah persis politician. Dan, paragraf kedua Natan di bawah itu adalah pemaksaan kehendak namanya, seperti demo-demo yang suka memaksakan kehendak, kalau keinginan kami tidak dipenuhi, kami akan mengerahkan lebih banyak lagi masa. Hati-hati, siapa nih yang jadinya mempolitisasi kasus ini ? Mari berdebat di koridor sains, perbedaan pendapat adalah lumrah dalam sains. Jangan ngambek, mengancam, dll. Jangan hanya bermain di permukaan, masuklah lebih dalam, jangan hanya bermain di waktu sekarang, masuklah juga ke masa lalu. Jangan hanya menukik ke satu titik, lihatlah arena sekelilingnya. Geologist terlatih untuk itu, dan tidak pernah diajarkan untuk ngambek atau mengancam bila pendapatnya tidak diterima. salam, Awang --- Pada Rab, 3/3/10, Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com menulis: Dari: Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com Judul: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Kepada: iagi-net@iagi.or.id Cc: Forum HAGI fo...@hagi.or.id, Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com, Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com Tanggal: Rabu, 3 Maret, 2010, 11:32 AM Kalau saja keputusan iagi kemarin, DPR RI, dan kepolisian dan BPMIGAS bahwa Lusi dikarenakan ada kesalahan dalam pengeboran..jelas banyak rekan yang tidak akan panas Pak Awang. Apa alasannya untuk panas kalau pendapat kita sudah dianut oleh Iagi, DPR, Lapindo, BPMIGAS, kepolisian, jaksa, dlsb?? 2010/3/3 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com Ada satu hal yang Minarwan tak libatkan dalam ulasan di bawah, yaitu komposisi magma antara Merapi dan Semeru. Propagasi energi gempa Yogya 27 Mei 2006 jelas akan lebih cepat sampai ke Merapi dibandingkan ke Semeru berdasarkan jaraknya. Tetapi saat getaran ini sampai ke dapur magma kedua gunungapi itu, terjadilah perbedaan respon karena perbedaan komposisi magma kedua gunungapi ini. Kedua gunungapi ini komposisinya berbeda, silakan cek katalog gunungapi (Kusumadinata, 1979). Lagipula, Merapi terkenal punya sumbat lava di lubang kepundannya hasil erupsi sebelumnya yang membuat ia tak segera merespon getaran gempa Yogya padahal jaraknya hanya 50 km; lalu respon itu baru muncul bersamaan dengan respon reaktivasi Semeru pada hari yang bersamaan meskipun Semeru jaraknya enam kali lebih jauh dari episentrum gempa. Silakan cek untuk lebih detailnya di publikasi Walter et al. (2007) : Volcanic activity influenced by tectonic earthquakes : static and dynamic stress triggering at Mt Merapi - Geophysical Research Letters 34, L05304. Menurut hemat saya, jangan hanya selesai di cluster analysis statistics yang hanya melihat jarak dan magnitude gempa dengan semua reaktivasi yang disebabkannya (mud volcano, magmatic volcano, liquefaction, dsb.). Lihatlah masalahnya satu demi satu secara individual. Bila kita hanya melihat statistik saja tanpa menelitinya lebih jauh, maka kita akan sulit mengerti mengapa kedua gunungapi yang jaraknya berbeda enam kali lipat terhadap episentrum gempa tersebut bisa merespon gempa itu pada saat yang bersamaan. Begitu juga halnya dengan cluster analysis Manga dan Brodsky (2006) atau Mellors et al. (2007) yang menampilkan plotting antara magnitude gempa dan jarak reaktivasi semburan fluida (mud volcano, volcano, liquefaction, dan sejenisnya) yang diakibatkannya, plotting ini selalu dipakai oleh Richard Davies dan Mark Tingay untuk mengatakan bahwa gempa Yogya tak mungkin memicu Lusi sebab lokasi Lusi terlalu jauh dari episentrum gempa Yogya dan gempa Yogya terlalu kecil magnitudenya untuk bisa memicu Lusi. Mereka mengatakan itu saja, hanya berdasarkan plotting, tak melihatnya lebih jauh secara individual bagaimana gempa Yogya itu, bagaimana Lusi itu. Coba cek publikasi Mellors et al. (2007) - Correlations between earthquakes and large mud volcano eruptions - Journal of Geophysical Research 112, B04304. Saya kebetulan bertemu Robert Mellors saat dia diundang UGM untuk merayakan ulang tahun ke-50 Geologi UGM tahun lalu. Saya menanyakan plotting korelasinya itu, dan dia mengatakan itu hanya statistik. Ada
Re: Bls: [iagi-net-l] perturbation of elisional venting system
Pak Nyoto, Banyak paper ditulis panjang, apalagi yang pembahasannya komprehensif, tulisan saya di milis pendek sekali; bagaimana kita mau menganalisisnya bila malas membaca paper tersebut. Masakan kesimpulan kita hanya didasarkan kepada obrolan saja atau satu dua paragraf di milis. Mungkin Pak Nyoto sudah punya sasmita bahwa tulisan-tulisan saya soal Lusi pasti tidak pro-pengeboran BJP-1 sebagai penyebabnya, maka ah buat apa dibaca juga he2... Justru kalau Pak Nyoto mau mendebat isi sebuah paper, paper itu harus dibaca dengan teliti dan mendebatnya berdasarkan tesis2 yang diajukannya. Saya menulis latar belakangnya dulu Pak, tak langsung menukik ke satu titik sebab anggota milis ini kan bervariasi sekali pengalaman dan keahliannya. Kesimpulannya pasti ada, tetapi mesti ditelusuri dari awal. Saat saya diminta membedah buku Atlantis tulisan Prof. Santos, saya dengan lelah membaca buku tebal ini sampai selesai, lelah karena saya sudah tahu ke mana saya akan dibawa Santos, tetapi saya harus meneliti jalannya. Dari situ saya bisa menyusun antitesis2 atas tesis-tesis geologi yang diajukan di bukunya. Ternyata begitu juga yang terjadi dengan Prof. Harry Truman, ahli arkeologi senior Indonesia. Pak Truman curhat kepada saya sebelum membahas buku itu kira2 begini, Saya lelah sekali membaca buku Santos ini, membosankan, pembahasannya berulang-ulang... Tetapi itu diselesaikannya sebab Pak Truman hendak meneliti tesis-tesis arkeologi yang diajukan Prof. Santos. salam, Awang --- Pada Rab, 3/3/10, nyoto - ke-el ssoena...@gmail.com menulis: Dari: nyoto - ke-el ssoena...@gmail.com Judul: Re: Bls: [iagi-net-l] perturbation of elisional venting system Kepada: iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Rabu, 3 Maret, 2010, 12:29 PM Pak Awang ini memang senengnya yang panjang2, semua emailnya pak Awang selalu panjng sekaleee yg kadang2 bikin kita jadi males membacanya ... soalnya utk nyari kesimpulannya nggak mudah. wass, nyoto 2010/3/3 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com Panjang Pak ceritanya, nanti saya tuliskan tersendiri; itu kesimpulan saya terakhir soal penyebab Lusi berdasarkan analisis2 terakhir. Tidak semua bisa dicari di google he2.. salam, Awang --- Pada Rab, 3/3/10, Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com menulis: Dari: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com Judul: [iagi-net-l] perturbation of elisional venting system Kepada: IAGI iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Rabu, 3 Maret, 2010, 11:30 AM hukum geologi bernama perturbation of elisional venting system; kayaknya ada yg terlewat ketika aku belajar geologi dasar. Pak Awang ... Apa sih hukum geologi yg satu ini ? Saya coba gugling kok ndak ketemu. RDP Yahoo! Mail Kini Lebih Cepat dan Lebih Bersih. Rasakan bedanya sekarang! http://id.mail.yahoo.com Akses email lebih cepat. Yahoo! menyarankan Anda meng-upgrade browser ke Internet Explorer 8 baru yang dioptimalkan untuk Yahoo! Dapatkan di sini! http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer
Re: Bls: [iagi-net-l] perturbation of elisional venting system
saya tidak malas bacanya... justru yg bikin saya malas comment2 gak mutu kayak gini --- On Tue, 3/2/10, nyoto - ke-el ssoena...@gmail.com wrote: From: nyoto - ke-el ssoena...@gmail.com Subject: Re: Bls: [iagi-net-l] perturbation of elisional venting system To: iagi-net@iagi.or.id Date: Tuesday, March 2, 2010, 9:29 PM Pak Awang ini memang senengnya yang panjang2, semua emailnya pak Awang selalu panjng sekaleee yg kadang2 bikin kita jadi males membacanya ... soalnya utk nyari kesimpulannya nggak mudah. wass, nyoto 2010/3/3 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com Panjang Pak ceritanya, nanti saya tuliskan tersendiri; itu kesimpulan saya terakhir soal penyebab Lusi berdasarkan analisis2 terakhir. Tidak semua bisa dicari di google he2.. salam, Awang --- Pada Rab, 3/3/10, Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com menulis: Dari: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com Judul: [iagi-net-l] perturbation of elisional venting system Kepada: IAGI iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Rabu, 3 Maret, 2010, 11:30 AM hukum geologi bernama perturbation of elisional venting system; kayaknya ada yg terlewat ketika aku belajar geologi dasar. Pak Awang ... Apa sih hukum geologi yg satu ini ? Saya coba gugling kok ndak ketemu. RDP Yahoo! Mail Kini Lebih Cepat dan Lebih Bersih. Rasakan bedanya sekarang! http://id.mail.yahoo.com
RE: Bls: [iagi-net-l] perturbation of elisional venting system
Untuk mudah mencari kesimpulan apa yang dituliskan beliau mengenai gempa sebagai factor utama penyebab lusi, memang akan dibutuhkan latar belakang pemahaman pengetahuan seismotektonik, mekanika fluida, mekanika teknik, dan mekanika batuan. Tapi sebenarnya jika mas Nyoto membacanya pelan2 sambil sedikit ber-imaginasi tentang ruang dan waktu yang sedang Pak Awang ceritakan, khok kayaknya apa yang sedang coba diterangkan beliau akan sangat mudah kita pahami. Terima kasih banyak Pak Awang atas penjelasan mengenai alasan gempa sebagai main factor penyebab semburan lusi, membuat terang benderang ruang geology apa yang temen2 hadapi di daerah tersebut. Pak Bambang, ini yang menurut saya bekerja dengan hati nurani geology; mendeskripsi, menganalisa, mensitesa, menyimpulkan hipotesa dan men-sharingnya dengan berpatokan pada kaedah ke-ilmuan geology (melihat BP-1 tidak hanya dari dimesi ruang tapi juga dimensi waktu dan proses yang menyertainya). Mungkin akan menambah kazanah keilmuan geology kita jika seandaipun bapak2, mas2, akang2, dan teteh2 yang memiliki argumentasi pemboran sebagai penyebab lusi untuk juga men-share-kannya secara analitis dan sistematis dimilis ini. Siapa tau dengan dipostingnya dua pendapat ini, bapak2 lainnya mungkin bisa menarik interkoneksi diantara dua pendapat ini dan coba merumuskannya menjadi satu prosedur risk management baru dalam dunia drilling hydrocarbon kita. \yoga -Original Message- From: nyoto - ke-el [mailto:ssoena...@gmail.com] Sent: Wednesday, 3 March 2010 3:30 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: Bls: [iagi-net-l] perturbation of elisional venting system Pak Awang ini memang senengnya yang panjang2, semua emailnya pak Awang selalu panjng sekaleee yg kadang2 bikin kita jadi males membacanya ... soalnya utk nyari kesimpulannya nggak mudah. wass, nyoto 2010/3/3 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com Panjang Pak ceritanya, nanti saya tuliskan tersendiri; itu kesimpulan saya terakhir soal penyebab Lusi berdasarkan analisis2 terakhir. Tidak semua bisa dicari di google he2.. salam, Awang --- Pada Rab, 3/3/10, Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com menulis: Dari: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com Judul: [iagi-net-l] perturbation of elisional venting system Kepada: IAGI iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Rabu, 3 Maret, 2010, 11:30 AM hukum geologi bernama perturbation of elisional venting system; kayaknya ada yg terlewat ketika aku belajar geologi dasar. Pak Awang ... Apa sih hukum geologi yg satu ini ? Saya coba gugling kok ndak ketemu. RDP Yahoo! Mail Kini Lebih Cepat dan Lebih Bersih. Rasakan bedanya sekarang! http://id.mail.yahoo.com PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... Ayo siapkan diri! Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Oky, Pertanyaan Oky dulu pernah ditanyakan rekan milis yang lain saat diskusi-diskusi tentang Lusi baru dimulai. Jawaban pendek saya, tanpa pengeboran BJP-1 kasus Lusi pun sangat mungkin terjadi, intensitasnya kita tidak tahu tetapi sebesar yang sekarang sangat mungkin. Jawaban saya itu tentu didasarkan kepada pemikiran bahwa BJP-1 tak punya kait-mengait dengan Lusi; kalau ada pun tak signifikan. Lalu ada pertanyaan menggoda lainnya, kok gempa Yogya tak bikin Lusi di tempat lain, atau Bledug Kuwu kok diam saja; lalu ada pertanyaan lainnya lagi yang lebih menggoda gempa-gempa lain yang lebih dahulu di sekitar Jawa Timur yang mungkin lebih besar megnitudenya darpadai gempa Yogya kok tak menyemburkan Lusi. Semua pertanyaan itu sudah seringkali saya jawab, silakan dicek di arsip milis IAGI saja. salam, Awang --- Pada Rab, 3/3/10, Oky E oky...@yahoo.com menulis: Dari: Oky E oky...@yahoo.com Judul: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Kepada: iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Rabu, 3 Maret, 2010, 1:14 PM Pak bagus sekali ulasannya dan hukum geologi bernama perturbation of elisional venting system;... sangat menarik bila bisa dishare. Ada satu pertanyyaan dari saya pak, terlepas dari aktivitas pemboran yang sebagian berpendapat sebagai penyebab LUSI, apakah mungkin tanpa pemboran yang dilakukan bencana LUSI tersebut tetap ada, atau bahkan lebih dahsyat lagi??? ... --- On Wed, 3/3/10, Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com wrote: From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI To: iagi-net@iagi.or.id Cc: Forum HAGI fo...@hagi.or.id, Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com, Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com Date: Wednesday, March 3, 2010, 5:07 AM Natan, Ah yang panas di milis hanya beberapa orang saja; diskusinya memang panas. Hm, masa kesimpulan harus dipaksakan agar tidak panas maka kesimpulannya begini saja. Ah itu kan bukan kredo seorang ilmuwan, tetapi sudah persis politician. Dan, paragraf kedua Natan di bawah itu adalah pemaksaan kehendak namanya, seperti demo-demo yang suka memaksakan kehendak, kalau keinginan kami tidak dipenuhi, kami akan mengerahkan lebih banyak lagi masa. Hati-hati, siapa nih yang jadinya mempolitisasi kasus ini ? Mari berdebat di koridor sains, perbedaan pendapat adalah lumrah dalam sains. Jangan ngambek, mengancam, dll. Jangan hanya bermain di permukaan, masuklah lebih dalam, jangan hanya bermain di waktu sekarang, masuklah juga ke masa lalu. Jangan hanya menukik ke satu titik, lihatlah arena sekelilingnya. Geologist terlatih untuk itu, dan tidak pernah diajarkan untuk ngambek atau mengancam bila pendapatnya tidak diterima. salam, Awang --- Pada Rab, 3/3/10, Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com menulis: Dari: Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com Judul: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Kepada: iagi-net@iagi.or.id Cc: Forum HAGI fo...@hagi.or.id, Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com, Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com Tanggal: Rabu, 3 Maret, 2010, 11:32 AM Kalau saja keputusan iagi kemarin, DPR RI, dan kepolisian dan BPMIGAS bahwa Lusi dikarenakan ada kesalahan dalam pengeboran..jelas banyak rekan yang tidak akan panas Pak Awang. Apa alasannya untuk panas kalau pendapat kita sudah dianut oleh Iagi, DPR, Lapindo, BPMIGAS, kepolisian, jaksa, dlsb?? 2010/3/3 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com Ada satu hal yang Minarwan tak libatkan dalam ulasan di bawah, yaitu komposisi magma antara Merapi dan Semeru. Propagasi energi gempa Yogya 27 Mei 2006 jelas akan lebih cepat sampai ke Merapi dibandingkan ke Semeru berdasarkan jaraknya. Tetapi saat getaran ini sampai ke dapur magma kedua gunungapi itu, terjadilah perbedaan respon karena perbedaan komposisi magma kedua gunungapi ini. Kedua gunungapi ini komposisinya berbeda, silakan cek katalog gunungapi (Kusumadinata, 1979). Lagipula, Merapi terkenal punya sumbat lava di lubang kepundannya hasil erupsi sebelumnya yang membuat ia tak segera merespon getaran gempa Yogya padahal jaraknya hanya 50 km; lalu respon itu baru muncul bersamaan dengan respon reaktivasi Semeru pada hari yang bersamaan meskipun Semeru jaraknya enam kali lebih jauh dari episentrum gempa. Silakan cek untuk lebih detailnya di publikasi Walter et al. (2007) : Volcanic activity influenced by tectonic earthquakes : static and dynamic stress triggering at Mt Merapi - Geophysical Research Letters 34, L05304. Menurut hemat saya, jangan hanya selesai di cluster analysis statistics yang hanya melihat jarak dan magnitude gempa dengan semua reaktivasi yang disebabkannya (mud volcano, magmatic volcano, liquefaction, dsb.). Lihatlah masalahnya satu demi satu secara individual. Bila kita hanya melihat statistik saja tanpa menelitinya lebih jauh, maka kita akan sulit mengerti mengapa kedua gunungapi yang jaraknya berbeda enam kali lipat terhadap episentrum gempa tersebut bisa merespon gempa itu pada saat yang bersamaan.
Re: Bls: [iagi-net-l] perturbation of elisional venting system
Betul pak Andri, saya lebih nyaman berkutat untuk memahami suatu penjelasan daripada 'loncat' ke suatu kesimpulan tanpa mengerti atau paham proses yg mendasarinya. Wass. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Andri Geo andri...@yahoo.com Date: Tue, 2 Mar 2010 22:19:46 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: Bls: [iagi-net-l] perturbation of elisional venting system saya tidak malas bacanya... justru yg bikin saya malas comment2 gak mutu kayak gini --- On Tue, 3/2/10, nyoto - ke-el ssoena...@gmail.com wrote: From: nyoto - ke-el ssoena...@gmail.com Subject: Re: Bls: [iagi-net-l] perturbation of elisional venting system To: iagi-net@iagi.or.id Date: Tuesday, March 2, 2010, 9:29 PM Pak Awang ini memang senengnya yang panjang2, semua emailnya pak Awang selalu panjng sekaleee yg kadang2 bikin kita jadi males membacanya ... soalnya utk nyari kesimpulannya nggak mudah. wass, nyoto 2010/3/3 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com Panjang Pak ceritanya, nanti saya tuliskan tersendiri; itu kesimpulan saya terakhir soal penyebab Lusi berdasarkan analisis2 terakhir. Tidak semua bisa dicari di google he2.. salam, Awang --- Pada Rab, 3/3/10, Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com menulis: Dari: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com Judul: [iagi-net-l] perturbation of elisional venting system Kepada: IAGI iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Rabu, 3 Maret, 2010, 11:30 AM hukum geologi bernama perturbation of elisional venting system; kayaknya ada yg terlewat ketika aku belajar geologi dasar. Pak Awang ... Apa sih hukum geologi yg satu ini ? Saya coba gugling kok ndak ketemu. RDP Yahoo! Mail Kini Lebih Cepat dan Lebih Bersih. Rasakan bedanya sekarang! http://id.mail.yahoo.com
Re: Bls: [iagi-net-l] perturbation of elisional venting system
Pak Awang tidak salah, memang betul, kalau paper mesti panjang, yg saya maksud tulisan di milis, kalau cara nulisnya sama kayak di paper ya bisa jadi membosankan yg akan membacanya. Jadi kalau nulis di milis itu memang sebaiknya jangan disamakan dengan nulis di paper, dan yg lebih penting lagi, kesimpulan nya jangan dari awal sampai akhir tulisan itu, soalnya bisa mengaburkan yg membacanya. Menyambung pertanyaan pak Oky : *apakah mungkin tanpa pemboran yang dilakukan bencana LUSI tersebut tetap ada, atau bahkan lebih dahsyat lagi??? ...* ** Kalau jawabannya ya (mungkin), berarti terbukti bahwa LUSI dipicu oleh gempa, dan LUSI akan lahir atau terjadi di-mana2 atau paling tidak dibeberapa tempat yg mempunyai posisi geologi sama dengan LUSI, misalnya disepanjang sesar watu kosek atau di sepanjang jalur yg sejajar ataupun searah dengan LUSI terhadap pusat gempa Yogya. Sedang kenyataannya apa yg telah terjadi ? Apakah kita juga menjumpai LUSI2 lain di tempat2 lain ? apakah kita yakin kalau tidak ada pemboran sumur BP-1 LUSI pun akan lahir pada *saat itu juga disitu* ? utk itu tanyalah kepada rumput yg bergoyang wass, nyoto 2010/3/3 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com Pak Nyoto, Banyak paper ditulis panjang, apalagi yang pembahasannya komprehensif, tulisan saya di milis pendek sekali; bagaimana kita mau menganalisisnya bila malas membaca paper tersebut. Masakan kesimpulan kita hanya didasarkan kepada obrolan saja atau satu dua paragraf di milis. Mungkin Pak Nyoto sudah punya sasmita bahwa tulisan-tulisan saya soal Lusi pasti tidak pro-pengeboran BJP-1 sebagai penyebabnya, maka ah buat apa dibaca juga he2... Justru kalau Pak Nyoto mau mendebat isi sebuah paper, paper itu harus dibaca dengan teliti dan mendebatnya berdasarkan tesis2 yang diajukannya. Saya menulis latar belakangnya dulu Pak, tak langsung menukik ke satu titik sebab anggota milis ini kan bervariasi sekali pengalaman dan keahliannya. Kesimpulannya pasti ada, tetapi mesti ditelusuri dari awal. Saat saya diminta membedah buku Atlantis tulisan Prof. Santos, saya dengan lelah membaca buku tebal ini sampai selesai, lelah karena saya sudah tahu ke mana saya akan dibawa Santos, tetapi saya harus meneliti jalannya. Dari situ saya bisa menyusun antitesis2 atas tesis-tesis geologi yang diajukan di bukunya. Ternyata begitu juga yang terjadi dengan Prof. Harry Truman, ahli arkeologi senior Indonesia. Pak Truman curhat kepada saya sebelum membahas buku itu kira2 begini, Saya lelah sekali membaca buku Santos ini, membosankan, pembahasannya berulang-ulang... Tetapi itu diselesaikannya sebab Pak Truman hendak meneliti tesis-tesis arkeologi yang diajukan Prof. Santos. salam, Awang --- Pada Rab, 3/3/10, nyoto - ke-el ssoena...@gmail.com menulis: Dari: nyoto - ke-el ssoena...@gmail.com Judul: Re: Bls: [iagi-net-l] perturbation of elisional venting system Kepada: iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Rabu, 3 Maret, 2010, 12:29 PM Pak Awang ini memang senengnya yang panjang2, semua emailnya pak Awang selalu panjng sekaleee yg kadang2 bikin kita jadi males membacanya ... soalnya utk nyari kesimpulannya nggak mudah. wass, nyoto 2010/3/3 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com Panjang Pak ceritanya, nanti saya tuliskan tersendiri; itu kesimpulan saya terakhir soal penyebab Lusi berdasarkan analisis2 terakhir. Tidak semua bisa dicari di google he2.. salam, Awang --- Pada Rab, 3/3/10, Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com menulis: Dari: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com Judul: [iagi-net-l] perturbation of elisional venting system Kepada: IAGI iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Rabu, 3 Maret, 2010, 11:30 AM hukum geologi bernama perturbation of elisional venting system; kayaknya ada yg terlewat ketika aku belajar geologi dasar. Pak Awang ... Apa sih hukum geologi yg satu ini ? Saya coba gugling kok ndak ketemu. RDP Yahoo! Mail Kini Lebih Cepat dan Lebih Bersih. Rasakan bedanya sekarang! http://id.mail.yahoo.com Akses email lebih cepat. Yahoo! menyarankan Anda meng-upgrade browser ke Internet Explorer 8 baru yang dioptimalkan untuk Yahoo! Dapatkan di sini! http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer
Re: Bls: [iagi-net-l] perturbation of elisional venting system
Mas Andri, Coba kasih contoh kayak apa comment2 yg bermutu itu ? saya pengin tahu ... Wassalam, nyoto 2010/3/3 Andri Geo andri...@yahoo.com saya tidak malas bacanya... justru yg bikin saya malas comment2 gak mutu kayak gini --- On Tue, 3/2/10, nyoto - ke-el ssoena...@gmail.com wrote: From: nyoto - ke-el ssoena...@gmail.com Subject: Re: Bls: [iagi-net-l] perturbation of elisional venting system To: iagi-net@iagi.or.id Date: Tuesday, March 2, 2010, 9:29 PM Pak Awang ini memang senengnya yang panjang2, semua emailnya pak Awang selalu panjng sekaleee yg kadang2 bikin kita jadi males membacanya ... soalnya utk nyari kesimpulannya nggak mudah. wass, nyoto 2010/3/3 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com Panjang Pak ceritanya, nanti saya tuliskan tersendiri; itu kesimpulan saya terakhir soal penyebab Lusi berdasarkan analisis2 terakhir. Tidak semua bisa dicari di google he2.. salam, Awang --- Pada Rab, 3/3/10, Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com menulis: Dari: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com Judul: [iagi-net-l] perturbation of elisional venting system Kepada: IAGI iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Rabu, 3 Maret, 2010, 11:30 AM hukum geologi bernama perturbation of elisional venting system; kayaknya ada yg terlewat ketika aku belajar geologi dasar. Pak Awang ... Apa sih hukum geologi yg satu ini ? Saya coba gugling kok ndak ketemu. RDP Yahoo! Mail Kini Lebih Cepat dan Lebih Bersih. Rasakan bedanya sekarang! http://id.mail.yahoo.com
RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Pak Natan, Saya pikir tidak ada oposisi dalam kasus Lusi, malah saya sangat respect dan menghargai para senior dan rekan2 yang pak Natan sebut, meskipun ada perbedaan pendapat. Begitupun dengan Davies, Tingay dan Manga,.. di panggung dan podium kami berdebat, tapi diluar,.. kami ngobrol dan bertukar pikiran sambil ngopi atau makan siang,.. terakhir bulan Desember lalu kami berdiskusi panjang dengan Manga yang tertarik dengan findings sewaktu melakukan relief well. Tingay pun juga sangat professional, dia sudah beberapa kali kekantor Lapindo untuk melihat data2 seismic yang melalui relic atau paleo mud volcano seputar Lusi. Soal data yang bapak tuduhkan bahwa kami meng-eliminir data, ini sama sekali tidak benar dan ini tuduhan yang sangat serius. Kami mencoba menyajikan semua data, baik mendukung maupun tidak,... silahkan diuji di kedua paper yang saya sebut sebelumnya dan silahkan diperiksa keabsahannya. Sebaliknya data yang disajikan oleh Davies et.al di Afrika Selatan terkesan sebagai cherry-picking dimana data yang mendukung saja yang dipakai. Didalam drilling kita harus memakai data dan analisis method yang industry standard. Data sudah di publish, controlled dengan data dari offset wells dan bisa di scrutinized secara transparent, silahkan dibaca dan dipahami. Hal serupa perlu dilakukan dengan data2 Davies. Inilah salah satu inti perdebatan Davies vs. Sawolo. wass, Bambang -Original Message- From: Nataniel Mangiwa [mailto:nataniel.mang...@gmail.com] Sent: Wednesday, March 03, 2010 10:07 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Tambahan.. Saya mohon maaf harus menyebut nama2 berikut. Dr. Ir. Rudi Rubiandini, Ir. Kersam Sumanta, Prof. Koesoemadinata, Dr. Ir. Andang Bachtiar, Harry Eddyarso. Saya yakin orang2 tersebut semua bicara based on data, dan mereka adalah real scientist/geologist (RPK dan ADB). Akhirnya untuk pertama kalinya dalam sejarah (setau saya), tim Lapindo (yang berpendapat bahwa semburan Lumpur adalah bencana alam) dipertemukan - head to head - dengan tim oposisi yang berpendapat bahwa semburan lumpur adalah dampak dari operasi pengeboran di sumur Banjar Panji #1. Pertemuan tsb difasilitasi oleh Forum Komunikasi Masyarakat Jawa Timur, bertempat di Sheraton - Surabaya, pada hari Kamis, tanggal 28 February 2008. Tim Lapindo terdiri dari: 1. Mas Edi Sutriono - VP Drilling EMP 2. Dr. Ir. Agus Guntoro - Geologist (Univ. Trisakti) 3. Prof. Sukendar Asikin - Pakar geology tektonik dan dosen senior ITB 4. Dr. Ir. Dody Nawangsidi - Pakar dan dosen Teknik Perminyakan ITB 5. Dr. Adriano Manzini - Geologist dan pakar mud volcano dari Norwegia (?) Tim oposisi terdiri dari: 1. Dr. Ir. Rudi Rubiandini - Pakar pengeboran dan dosen Teknik Perminyakan ITB 2. Ir. Kersam Sumanta - Pakar pengeboran yang berpengalaman dalam mematikan semburan liar (Pertamina) 3. Prof. Koesoemadinata - Pakar geology dan dosen senior ITB 4. Dr. Ir. Andang Bachtiar - Pakar geology dan mantan ketua IAGI 5. Harry Eddyarso - Tukang Ngebor 2010/3/3 Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com Ok Pak Bambang. Salut lah buat DPR sekarang..ternyata mereka semua tidak asal..semuanya based on data. Great! Maaf ya Pak..mungkin saya memang tidak berdasarkan data. Tapi yang jelas saya yakin Rudi Rubiandini cs..dan geologist2 di Afsel ga ngasal tanpa data. Tapi yah itu tadi..lebih hebat DPR ternyata..respect dan salute buat DPR RI. Tapi data itu kadang bisa dimainkan oleh orang yang ingin mendrive data ke keinginannya. Pasti semua tau apa yang saya maksud disini. Asalkan pak Bambang + DPR tidak mengeliminir data, tidak 'buta' terhadap data yang lain, tidak berpihak pada data yang 'pro Gempa' saja..yah berarti memang Pak Bambang sudah tepat pada pendirian bapak. Sebentar lagi Indonesia akan maju pasti..karena DPR sudah sangat meng 'honour' data. Baguslah.. 2010/3/3 Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com Pak Natan, Sangat disayangkan jika pak Natan dan kita semua mengabaikan data dan fakta. Padahal sebagai geologist/scientist kita selalu bergelut dengan data dan melakukan analisa berdasarkan data,... mungkin anggota DPR yang bapak sebut lebih meng honour data,.. Salam, Bambang 2010/3/2 Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com Saya tidak akan menghabiskan konsentrasi di data dlsbnya. Saya hanya gemes..hebat sekali pendapat Gempa pemicu Lusi itu. Dianut DPR, jadi official pendapat iagi periode kemarin, dan si SP3kan polisi/jaksa. PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... Ayo siapkan diri! Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010
Re: Bls: [iagi-net-l] perturbation of elisional venting system
Pak Nyoto, Adalah keinginan saya sejak lama menjadikan milis sebagai sarana belajar kita semua. Milis adalah sarana belajar yang sangat efektif, lebih daripada paper. Berapa banyak orang yang bisa mengikuti pertemuan2 ilmiah ? Berapa banyak orang yang bisa mengakses paper lengkap di jurnal-jurnal ilmiah ? Tidak banyak Pak. Jauh lebih banyak orang yang bisa mengakses milis. Maka sejak saya bergabung di milis IAGI tahun 1999 saya selalu berusaha menulis yang bisa menjadi informasi untuk teman-teman semua. Agar banyak informasinya maka saya menulis sedikit dengan gaya ilmiah dan diusahakan lebih lengkap, tetapi tetap dipopulerkan. Tulisan2 saya di milis tak bisa dibandingkan dengan tulisan2 saya untuk paper. Untuk milis saya biasanya menulis 1-5 halaman bila ditulis di kertas ukuran A4. Kalau untuk paper, karena belakangan ini saya menulis hal2 tentang geologi regional Indonesia (area pembahasannya pasti luas), maka biasanya saya menulis 30-40 halaman termasuk gambar-gambarnya. Menjawab pertanyaan Pak Nyoto, mengapa hanya Lusi di Watukosek yang meletus (kebetulan Lusi dekat BJP-1 jadi mencurigakan ya he2..) sementara di sepanjang Watukosek yang lain yang sama-sama elisional tidak meletus; jawabannya sederhana saja : yang dalam critical stage untuk meletus hanya di area Lusi saja, di bawah Lusi ada critical venting system (ingat area Lusi bukanlah area titik lokasi sumur BJP-1). Saat sistem ini terkena perturbasi (gangguan) berupa reaktivasi Sesar Watukosek, maka critical venting system ini mengalami overpressure release berupa semburan lumpur. Retakan-retakan besar (fractures) dan kecil (fissures) adalah mekanisme perturbasi itu. Retakan-retakan inilah yang menyebabkan hilang lumpur di BJP-1, menurunkan produksi fluida sumur Carat dan Tanggulangin dan menyedot air di sumur2 penduduk di kampung Pulungan, Gununganyar, Kalanganyar. Mengapa tak ada Lusi di sebelah timurlautnya di sepanjang Sesar Watukosek ? Overpressure release di situ sudah terjadi ratusan tahun sebelumnya dalam bentuk gununglumpur Pulungan, Gununganyar, Kalanganyar. Sebuah letusan gununglumpur bahkan sempat dicatat pengarang Serat Pararaton pada zaman Singasari. Tepat dugaan Pak Yoga, perturbation of elisional venting system bermain di seismotektonik, regional geology, mekanika fluida, overpressuring, plumbing system dan sejenisnya dengan data geologi, geokimia, geofisika, pengeboran. salam, Awang --- Pada Rab, 3/3/10, nyoto - ke-el ssoena...@gmail.com menulis: Dari: nyoto - ke-el ssoena...@gmail.com Judul: Re: Bls: [iagi-net-l] perturbation of elisional venting system Kepada: iagi-net@iagi.or.id Cc: Forum HAGI fo...@hagi.or.id, Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com, Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com Tanggal: Rabu, 3 Maret, 2010, 1:32 PM Pak Awang tidak salah, memang betul, kalau paper mesti panjang, yg saya maksud tulisan di milis, kalau cara nulisnya sama kayak di paper ya bisa jadi membosankan yg akan membacanya. Jadi kalau nulis di milis itu memang sebaiknya jangan disamakan dengan nulis di paper, dan yg lebih penting lagi, kesimpulan nya jangan dari awal sampai akhir tulisan itu, soalnya bisa mengaburkan yg membacanya. Menyambung pertanyaan pak Oky : *apakah mungkin tanpa pemboran yang dilakukan bencana LUSI tersebut tetap ada, atau bahkan lebih dahsyat lagi??? ...* ** Kalau jawabannya ya (mungkin), berarti terbukti bahwa LUSI dipicu oleh gempa, dan LUSI akan lahir atau terjadi di-mana2 atau paling tidak dibeberapa tempat yg mempunyai posisi geologi sama dengan LUSI, misalnya disepanjang sesar watu kosek atau di sepanjang jalur yg sejajar ataupun searah dengan LUSI terhadap pusat gempa Yogya. Sedang kenyataannya apa yg telah terjadi ? Apakah kita juga menjumpai LUSI2 lain di tempat2 lain ? apakah kita yakin kalau tidak ada pemboran sumur BP-1 LUSI pun akan lahir pada *saat itu juga disitu* ? utk itu tanyalah kepada rumput yg bergoyang wass, nyoto 2010/3/3 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com Pak Nyoto, Banyak paper ditulis panjang, apalagi yang pembahasannya komprehensif, tulisan saya di milis pendek sekali; bagaimana kita mau menganalisisnya bila malas membaca paper tersebut. Masakan kesimpulan kita hanya didasarkan kepada obrolan saja atau satu dua paragraf di milis. Mungkin Pak Nyoto sudah punya sasmita bahwa tulisan-tulisan saya soal Lusi pasti tidak pro-pengeboran BJP-1 sebagai penyebabnya, maka ah buat apa dibaca juga he2... Justru kalau Pak Nyoto mau mendebat isi sebuah paper, paper itu harus dibaca dengan teliti dan mendebatnya berdasarkan tesis2 yang diajukannya. Saya menulis latar belakangnya dulu Pak, tak langsung menukik ke satu titik sebab anggota milis ini kan bervariasi sekali pengalaman dan keahliannya. Kesimpulannya pasti ada, tetapi mesti ditelusuri dari awal. Saat saya diminta membedah buku Atlantis tulisan Prof. Santos, saya dengan lelah membaca buku tebal ini sampai selesai, lelah karena saya sudah tahu ke
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Jangan berhenti, Nathan. Jangan berkecil hati. Komentar-komentar-mu bisa jadi pemicu diskusi yang berat-berat untuk menguraikan ini semua. Paling tidak menguraikan keruwetan status LuSi itu di otak kita, karena bagi sebagian politisi, bisnisman, birokrat, ahli hukum, sebagian asosiasi profesi, dan sebagian saintis, status penyebab LuSi itu sudah final. Jangan ikut2an terimbas panas dan ngambek. salam broer, adb === - Original Message - From: Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, March 03, 2010 12:20 PM === Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI No comment Pak Awang. Penilaian bapak terlalu personal, dan subjektif. Panas adalah istilah bpk, ngambek pun istilah bpk Awang yg terhormat. Saya tidak menginisiasi 2 kata tsb di pembahasan yang saintifik ini. PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... Ayo siapkan diri! Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
Re: Bls: [iagi-net-l] perturbation of elisional venting system
Ndapa apa-apa panjang. Kalau bisa malah ada gambarnya untuk mengisi BLOG IAGI. Karena kalau sudah menjadi hukum geologi semestinya diajarkan dalam kampus-kampus geologi. Dan saya yakin akan menjadi pegangan para dosen sewaktu mengajar. Salam RDP 2010/3/3 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com Panjang Pak ceritanya, nanti saya tuliskan tersendiri; itu kesimpulan saya terakhir soal penyebab Lusi berdasarkan analisis2 terakhir. Tidak semua bisa dicari di google he2.. salam, Awang --- Pada Rab, 3/3/10, Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com menulis: Dari: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com Judul: [iagi-net-l] perturbation of elisional venting system Kepada: IAGI iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Rabu, 3 Maret, 2010, 11:30 AM hukum geologi bernama perturbation of elisional venting system; kayaknya ada yg terlewat ketika aku belajar geologi dasar. Pak Awang ... Apa sih hukum geologi yg satu ini ? Saya coba gugling kok ndak ketemu. RDP
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
ohh terima kasih pak, atas jawabannya, terus terang saya baru mengikuti kasus LUSI akhir akhir ini, sekali lagi terima kasih pak, untuk perturbation of elisional venting system; ditunggu sekali ulasannya pak --- On Wed, 3/3/10, Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com wrote: From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI To: iagi-net@iagi.or.id Cc: Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com, Forum HAGI fo...@hagi.or.id, Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com Date: Wednesday, March 3, 2010, 6:24 AM Oky, Pertanyaan Oky dulu pernah ditanyakan rekan milis yang lain saat diskusi-diskusi tentang Lusi baru dimulai. Jawaban pendek saya, tanpa pengeboran BJP-1 kasus Lusi pun sangat mungkin terjadi, intensitasnya kita tidak tahu tetapi sebesar yang sekarang sangat mungkin. Jawaban saya itu tentu didasarkan kepada pemikiran bahwa BJP-1 tak punya kait-mengait dengan Lusi; kalau ada pun tak signifikan. Lalu ada pertanyaan menggoda lainnya, kok gempa Yogya tak bikin Lusi di tempat lain, atau Bledug Kuwu kok diam saja; lalu ada pertanyaan lainnya lagi yang lebih menggoda gempa-gempa lain yang lebih dahulu di sekitar Jawa Timur yang mungkin lebih besar megnitudenya darpadai gempa Yogya kok tak menyemburkan Lusi. Semua pertanyaan itu sudah seringkali saya jawab, silakan dicek di arsip milis IAGI saja. salam, Awang --- Pada Rab, 3/3/10, Oky E oky...@yahoo.com menulis: Dari: Oky E oky...@yahoo.com Judul: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Kepada: iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Rabu, 3 Maret, 2010, 1:14 PM Pak bagus sekali ulasannya dan hukum geologi bernama perturbation of elisional venting system;... sangat menarik bila bisa dishare. Ada satu pertanyyaan dari saya pak, terlepas dari aktivitas pemboran yang sebagian berpendapat sebagai penyebab LUSI, apakah mungkin tanpa pemboran yang dilakukan bencana LUSI tersebut tetap ada, atau bahkan lebih dahsyat lagi??? ... --- On Wed, 3/3/10, Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com wrote: From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI To: iagi-net@iagi.or.id Cc: Forum HAGI fo...@hagi.or.id, Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com, Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com Date: Wednesday, March 3, 2010, 5:07 AM Natan, Ah yang panas di milis hanya beberapa orang saja; diskusinya memang panas. Hm, masa kesimpulan harus dipaksakan agar tidak panas maka kesimpulannya begini saja. Ah itu kan bukan kredo seorang ilmuwan, tetapi sudah persis politician. Dan, paragraf kedua Natan di bawah itu adalah pemaksaan kehendak namanya, seperti demo-demo yang suka memaksakan kehendak, kalau keinginan kami tidak dipenuhi, kami akan mengerahkan lebih banyak lagi masa. Hati-hati, siapa nih yang jadinya mempolitisasi kasus ini ? Mari berdebat di koridor sains, perbedaan pendapat adalah lumrah dalam sains. Jangan ngambek, mengancam, dll. Jangan hanya bermain di permukaan, masuklah lebih dalam, jangan hanya bermain di waktu sekarang, masuklah juga ke masa lalu. Jangan hanya menukik ke satu titik, lihatlah arena sekelilingnya. Geologist terlatih untuk itu, dan tidak pernah diajarkan untuk ngambek atau mengancam bila pendapatnya tidak diterima. salam, Awang --- Pada Rab, 3/3/10, Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com menulis: Dari: Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com Judul: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Kepada: iagi-net@iagi.or.id Cc: Forum HAGI fo...@hagi.or.id, Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com, Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com Tanggal: Rabu, 3 Maret, 2010, 11:32 AM Kalau saja keputusan iagi kemarin, DPR RI, dan kepolisian dan BPMIGAS bahwa Lusi dikarenakan ada kesalahan dalam pengeboran..jelas banyak rekan yang tidak akan panas Pak Awang. Apa alasannya untuk panas kalau pendapat kita sudah dianut oleh Iagi, DPR, Lapindo, BPMIGAS, kepolisian, jaksa, dlsb?? 2010/3/3 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com Ada satu hal yang Minarwan tak libatkan dalam ulasan di bawah, yaitu komposisi magma antara Merapi dan Semeru. Propagasi energi gempa Yogya 27 Mei 2006 jelas akan lebih cepat sampai ke Merapi dibandingkan ke Semeru berdasarkan jaraknya. Tetapi saat getaran ini sampai ke dapur magma kedua gunungapi itu, terjadilah perbedaan respon karena perbedaan komposisi magma kedua gunungapi ini. Kedua gunungapi ini komposisinya berbeda, silakan cek katalog gunungapi (Kusumadinata, 1979). Lagipula, Merapi terkenal punya sumbat lava di lubang kepundannya hasil erupsi sebelumnya yang membuat ia tak segera merespon getaran gempa Yogya padahal jaraknya hanya 50 km; lalu respon itu baru muncul bersamaan dengan respon reaktivasi Semeru pada hari yang bersamaan meskipun Semeru jaraknya enam kali lebih jauh dari episentrum gempa. Silakan cek untuk lebih detailnya di publikasi Walter et al. (2007) : Volcanic activity influenced by tectonic earthquakes : static and dynamic stress triggering at Mt Merapi - Geophysical
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
apakah mungkin tanpa pemboran yang dilakukan bencana LUSI tersebut tetap ada, atau bahkan lebih dahsyat lagi??? ... Menurut saya, ini pertanyaan yang tricky dan susah dijawab. Mirip dengan lagi hot sekarang: klo tidak ada bail out, apa dijamin tidak ada krisis..? Memperhatikan lalulintas milis yang tiba-tiba naik tajam begitu topik ini muncul lagi, kelihatannya masih banyak yang penasaran dengan topik ini. Saya sangat mendukung kalau organsiasi profesi macam IAGI bisa memfasilitasi diskusi (secara profesional) tentang issue ini. Katakanlah sesi debat khusus di PIT IAGI mendatang: masing-masing pihak diberi kesempatan untuk berargumentasi secara bergantian dalam satu periode tertentu (round table). Tentu supaya lebih afdhol bisa juga dibarengi dengan poster session tentang data-data pemboran yang bisa dibuka untuk publik, dengan demikian pendengar bisa memahami argumen para panelis dengan lebih baik. Saya pernah menjadi pendengar debat model ini waktu ada seminar di UBD-Brunei. Topiknya tentang tektonik P Kalimantan (diataranya ttg putaran searan dan berlawanan arah jarum jam)...sangat menarik dan sampai akhir diskusi, saya juga masih bingung untuk memihak kepada siapa..:-). salam, From: Oky E oky...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wed, March 3, 2010 2:14:19 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak bagus sekali ulasannya dan hukum geologi bernama perturbation of elisional venting system;... sangat menarik bila bisa dishare. Ada satu pertanyyaan dari saya pak, terlepas dari aktivitas pemboran yang sebagian berpendapat sebagai penyebab LUSI, apakah mungkin tanpa pemboran yang dilakukan bencana LUSI tersebut tetap ada, atau bahkan lebih dahsyat lagi??? ... --- On Wed, 3/3/10, Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com wrote: From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI To: iagi-net@iagi.or.id Cc: Forum HAGI fo...@hagi.or.id, Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com, Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com Date: Wednesday, March 3, 2010, 5:07 AM Natan, Ah yang panas di milis hanya beberapa orang saja; diskusinya memang panas. Hm, masa kesimpulan harus dipaksakan agar tidak panas maka kesimpulannya begini saja. Ah itu kan bukan kredo seorang ilmuwan, tetapi sudah persis politician. Dan, paragraf kedua Natan di bawah itu adalah pemaksaan kehendak namanya, seperti demo-demo yang suka memaksakan kehendak, kalau keinginan kami tidak dipenuhi, kami akan mengerahkan lebih banyak lagi masa. Hati-hati, siapa nih yang jadinya mempolitisasi kasus ini ? Mari berdebat di koridor sains, perbedaan pendapat adalah lumrah dalam sains. Jangan ngambek, mengancam, dll. Jangan hanya bermain di permukaan, masuklah lebih dalam, jangan hanya bermain di waktu sekarang, masuklah juga ke masa lalu. Jangan hanya menukik ke satu titik, lihatlah arena sekelilingnya. Geologist terlatih untuk itu, dan tidak pernah diajarkan untuk ngambek atau mengancam bila pendapatnya tidak diterima. salam, Awang --- Pada Rab, 3/3/10, Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com menulis: Dari: Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com Judul: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Kepada: iagi-net@iagi.or.id Cc: Forum HAGI fo...@hagi.or.id, Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com, Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com Tanggal: Rabu, 3 Maret, 2010, 11:32 AM Kalau saja keputusan iagi kemarin, DPR RI, dan kepolisian dan BPMIGAS bahwa Lusi dikarenakan ada kesalahan dalam pengeboran..jelas banyak rekan yang tidak akan panas Pak Awang. Apa alasannya untuk panas kalau pendapat kita sudah dianut oleh Iagi, DPR, Lapindo, BPMIGAS, kepolisian, jaksa, dlsb?? 2010/3/3 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com Ada satu hal yang Minarwan tak libatkan dalam ulasan di bawah, yaitu komposisi magma antara Merapi dan Semeru. Propagasi energi gempa Yogya 27 Mei 2006 jelas akan lebih cepat sampai ke Merapi dibandingkan ke Semeru berdasarkan jaraknya. Tetapi saat getaran ini sampai ke dapur magma kedua gunungapi itu, terjadilah perbedaan respon karena perbedaan komposisi magma kedua gunungapi ini. Kedua gunungapi ini komposisinya berbeda, silakan cek katalog gunungapi (Kusumadinata, 1979). Lagipula, Merapi terkenal punya sumbat lava di lubang kepundannya hasil erupsi sebelumnya yang membuat ia tak segera merespon getaran gempa Yogya padahal jaraknya hanya 50 km; lalu respon itu baru muncul bersamaan dengan respon reaktivasi Semeru pada hari yang bersamaan meskipun Semeru jaraknya enam kali lebih jauh dari episentrum gempa. Silakan cek untuk lebih detailnya di publikasi Walter et al. (2007) : Volcanic activity influenced by tectonic earthquakes : static and dynamic stress triggering at Mt Merapi - Geophysical Research Letters 34, L05304. Menurut hemat saya, jangan hanya selesai di cluster analysis statistics yang hanya melihat jarak dan magnitude gempa dengan semua reaktivasi yang
Re: Bls: [iagi-net-l] perturbation of elisional venting system
Pak Awang, Terimakasih atas jawaban2nya. Utk jawaban : *yang dalam critical stage untuk meletus hanya di area Lusi saja*. Itu kan hanya interpretasinya pak Awang saja, orang lain bisa menginterpretasikan lain. Apa ada data2nya bahwa hanya di area LUSI saja yg dalam critical stage, apa di daerah2 lain memang tidak dalam critical stage ? data2nya apa ? wass, nyoto 2010/3/3 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com Pak Nyoto, Adalah keinginan saya sejak lama menjadikan milis sebagai sarana belajar kita semua. Milis adalah sarana belajar yang sangat efektif, lebih daripada paper. Berapa banyak orang yang bisa mengikuti pertemuan2 ilmiah ? Berapa banyak orang yang bisa mengakses paper lengkap di jurnal-jurnal ilmiah ? Tidak banyak Pak. Jauh lebih banyak orang yang bisa mengakses milis. Maka sejak saya bergabung di milis IAGI tahun 1999 saya selalu berusaha menulis yang bisa menjadi informasi untuk teman-teman semua. Agar banyak informasinya maka saya menulis sedikit dengan gaya ilmiah dan diusahakan lebih lengkap, tetapi tetap dipopulerkan. Tulisan2 saya di milis tak bisa dibandingkan dengan tulisan2 saya untuk paper. Untuk milis saya biasanya menulis 1-5 halaman bila ditulis di kertas ukuran A4. Kalau untuk paper, karena belakangan ini saya menulis hal2 tentang geologi regional Indonesia (area pembahasannya pasti luas), maka biasanya saya menulis 30-40 halaman termasuk gambar-gambarnya. Menjawab pertanyaan Pak Nyoto, mengapa hanya Lusi di Watukosek yang meletus (kebetulan Lusi dekat BJP-1 jadi mencurigakan ya he2..) sementara di sepanjang Watukosek yang lain yang sama-sama elisional tidak meletus; jawabannya sederhana saja : yang dalam critical stage untuk meletus hanya di area Lusi saja, di bawah Lusi ada critical venting system (ingat area Lusi bukanlah area titik lokasi sumur BJP-1). Saat sistem ini terkena perturbasi (gangguan) berupa reaktivasi Sesar Watukosek, maka critical venting system ini mengalami overpressure release berupa semburan lumpur. Retakan-retakan besar (fractures) dan kecil (fissures) adalah mekanisme perturbasi itu. Retakan-retakan inilah yang menyebabkan hilang lumpur di BJP-1, menurunkan produksi fluida sumur Carat dan Tanggulangin dan menyedot air di sumur2 penduduk di kampung Pulungan, Gununganyar, Kalanganyar. Mengapa tak ada Lusi di sebelah timurlautnya di sepanjang Sesar Watukosek ? Overpressure release di situ sudah terjadi ratusan tahun sebelumnya dalam bentuk gununglumpur Pulungan, Gununganyar, Kalanganyar. Sebuah letusan gununglumpur bahkan sempat dicatat pengarang Serat Pararaton pada zaman Singasari. Tepat dugaan Pak Yoga, perturbation of elisional venting system bermain di seismotektonik, regional geology, mekanika fluida, overpressuring, plumbing system dan sejenisnya dengan data geologi, geokimia, geofisika, pengeboran. salam, Awang --- Pada Rab, 3/3/10, nyoto - ke-el ssoena...@gmail.com menulis: Dari: nyoto - ke-el ssoena...@gmail.com Judul: Re: Bls: [iagi-net-l] perturbation of elisional venting system Kepada: iagi-net@iagi.or.id Cc: Forum HAGI fo...@hagi.or.id, Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com, Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com Tanggal: Rabu, 3 Maret, 2010, 1:32 PM Pak Awang tidak salah, memang betul, kalau paper mesti panjang, yg saya maksud tulisan di milis, kalau cara nulisnya sama kayak di paper ya bisa jadi membosankan yg akan membacanya. Jadi kalau nulis di milis itu memang sebaiknya jangan disamakan dengan nulis di paper, dan yg lebih penting lagi, kesimpulan nya jangan dari awal sampai akhir tulisan itu, soalnya bisa mengaburkan yg membacanya. Menyambung pertanyaan pak Oky : *apakah mungkin tanpa pemboran yang dilakukan bencana LUSI tersebut tetap ada, atau bahkan lebih dahsyat lagi??? ...* ** Kalau jawabannya ya (mungkin), berarti terbukti bahwa LUSI dipicu oleh gempa, dan LUSI akan lahir atau terjadi di-mana2 atau paling tidak dibeberapa tempat yg mempunyai posisi geologi sama dengan LUSI, misalnya disepanjang sesar watu kosek atau di sepanjang jalur yg sejajar ataupun searah dengan LUSI terhadap pusat gempa Yogya. Sedang kenyataannya apa yg telah terjadi ? Apakah kita juga menjumpai LUSI2 lain di tempat2 lain ? apakah kita yakin kalau tidak ada pemboran sumur BP-1 LUSI pun akan lahir pada *saat itu juga disitu* ? utk itu tanyalah kepada rumput yg bergoyang wass, nyoto 2010/3/3 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com Pak Nyoto, Banyak paper ditulis panjang, apalagi yang pembahasannya komprehensif, tulisan saya di milis pendek sekali; bagaimana kita mau menganalisisnya bila malas membaca paper tersebut. Masakan kesimpulan kita hanya didasarkan kepada obrolan saja atau satu dua paragraf di milis. Mungkin Pak Nyoto sudah punya sasmita bahwa tulisan-tulisan saya soal Lusi pasti tidak pro-pengeboran BJP-1 sebagai penyebabnya, maka ah buat apa dibaca juga he2... Justru kalau Pak Nyoto mau mendebat isi
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Bukan maksud saya untuk memeperlebar dan memperbias masalah, yang saya maksudkan, bila ditinjau dari faktor-faktor geologi (beberapa diantarannya sudah disebutkan pak yoga dan diulas sedikit oleh pak awang (banyaknya ditunggu pak)) dan drilling area sebagai pusat erupsi, apakah mungkin disana bisa terjadi semburan lumpur atau bahkan amblesan yang tiba-tiba atau mungkin akan teredam seperti halnya merapi --- On Wed, 3/3/10, noor syarifuddin noorsyarifud...@yahoo.com wrote: From: noor syarifuddin noorsyarifud...@yahoo.com Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI To: iagi-net@iagi.or.id Date: Wednesday, March 3, 2010, 7:03 AM apakah mungkin tanpa pemboran yang dilakukan bencana LUSI tersebut tetap ada, atau bahkan lebih dahsyat lagi??? ... Menurut saya, ini pertanyaan yang tricky dan susah dijawab. Mirip dengan lagi hot sekarang: klo tidak ada bail out, apa dijamin tidak ada krisis..? Memperhatikan lalulintas milis yang tiba-tiba naik tajam begitu topik ini muncul lagi, kelihatannya masih banyak yang penasaran dengan topik ini. Saya sangat mendukung kalau organsiasi profesi macam IAGI bisa memfasilitasi diskusi (secara profesional) tentang issue ini. Katakanlah sesi debat khusus di PIT IAGI mendatang: masing-masing pihak diberi kesempatan untuk berargumentasi secara bergantian dalam satu periode tertentu (round table). Tentu supaya lebih afdhol bisa juga dibarengi dengan poster session tentang data-data pemboran yang bisa dibuka untuk publik, dengan demikian pendengar bisa memahami argumen para panelis dengan lebih baik. Saya pernah menjadi pendengar debat model ini waktu ada seminar di UBD-Brunei. Topiknya tentang tektonik P Kalimantan (diataranya ttg putaran searan dan berlawanan arah jarum jam)...sangat menarik dan sampai akhir diskusi, saya juga masih bingung untuk memihak kepada siapa..:-). salam, From: Oky E oky...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wed, March 3, 2010 2:14:19 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Pak bagus sekali ulasannya dan hukum geologi bernama perturbation of elisional venting system;... sangat menarik bila bisa dishare. Ada satu pertanyyaan dari saya pak, terlepas dari aktivitas pemboran yang sebagian berpendapat sebagai penyebab LUSI, apakah mungkin tanpa pemboran yang dilakukan bencana LUSI tersebut tetap ada, atau bahkan lebih dahsyat lagi??? ... --- On Wed, 3/3/10, Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com wrote: From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI To: iagi-net@iagi.or.id Cc: Forum HAGI fo...@hagi.or.id, Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com, Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com Date: Wednesday, March 3, 2010, 5:07 AM Natan, Ah yang panas di milis hanya beberapa orang saja; diskusinya memang panas. Hm, masa kesimpulan harus dipaksakan agar tidak panas maka kesimpulannya begini saja. Ah itu kan bukan kredo seorang ilmuwan, tetapi sudah persis politician. Dan, paragraf kedua Natan di bawah itu adalah pemaksaan kehendak namanya, seperti demo-demo yang suka memaksakan kehendak, kalau keinginan kami tidak dipenuhi, kami akan mengerahkan lebih banyak lagi masa. Hati-hati, siapa nih yang jadinya mempolitisasi kasus ini ? Mari berdebat di koridor sains, perbedaan pendapat adalah lumrah dalam sains. Jangan ngambek, mengancam, dll. Jangan hanya bermain di permukaan, masuklah lebih dalam, jangan hanya bermain di waktu sekarang, masuklah juga ke masa lalu. Jangan hanya menukik ke satu titik, lihatlah arena sekelilingnya. Geologist terlatih untuk itu, dan tidak pernah diajarkan untuk ngambek atau mengancam bila pendapatnya tidak diterima. salam, Awang --- Pada Rab, 3/3/10, Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com menulis: Dari: Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com Judul: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Kepada: iagi-net@iagi.or.id Cc: Forum HAGI fo...@hagi.or.id, Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com, Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com Tanggal: Rabu, 3 Maret, 2010, 11:32 AM Kalau saja keputusan iagi kemarin, DPR RI, dan kepolisian dan BPMIGAS bahwa Lusi dikarenakan ada kesalahan dalam pengeboran..jelas banyak rekan yang tidak akan panas Pak Awang. Apa alasannya untuk panas kalau pendapat kita sudah dianut oleh Iagi, DPR, Lapindo, BPMIGAS, kepolisian, jaksa, dlsb?? 2010/3/3 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com Ada satu hal yang Minarwan tak libatkan dalam ulasan di bawah, yaitu komposisi magma antara Merapi dan Semeru. Propagasi energi gempa Yogya 27 Mei 2006 jelas akan lebih cepat sampai ke Merapi dibandingkan ke Semeru berdasarkan jaraknya. Tetapi saat getaran ini sampai ke dapur magma kedua gunungapi itu, terjadilah perbedaan respon karena perbedaan komposisi magma kedua gunungapi ini. Kedua gunungapi ini komposisinya berbeda, silakan cek katalog gunungapi (Kusumadinata, 1979). Lagipula, Merapi terkenal punya sumbat lava di lubang kepundannya hasil