[proletar] gokil nggak bisa bahasa Inggeries..atau bebal saja...KRe: [islamkristen] statistik perkosaan di dunia]

2006-05-03 Terurut Topik Jusfiq Hadjar

Duh bebalnya gokil ini: 

Nih, sekali lagi: 

 DEFINITION: Total recorded rapes. Crime statistics are often
better indicators of prevalence of law enforcement and
willingness to report crime, than actual prevalence. 

Atau dia nggak bisa bahasa Inggeris? 


On 3 May 06, at 7:35, gokil wrote:

 sekali lagi gw bilang ke elu yak, orang2 di PBB kagak segoblog dan
 sepicik elu tempftt ---
 
 - Original Message - 
 From: item abu
 To: islamkristen@yahoogroups.com
 Sent: Wednesday, May 03, 2006 4:45 AM
 Subject: Re: [islamkristen] statistik perkosaan di dunia]
 
 
 Orang Islam itu emang idiot, apa ga baca apa yg dibilang di data itu?
 
 DEFINITION: Total recorded rapes. Crime statistics are often better
 indicators of prevalence of law enforcement and willingness to report
 crime, than actual prevalence.
 
 Statistik kejahatan itu seringkali lebih sbg indikator dari penegakan
 hukum n keinginan ngelaporin kejahatan ketimbang kejahatan yg terjadi.
 
 Jadi, angka statistik yg kecil di Arab Saudi itu ga hrs berarti
 kejahatan di Saudi itu sedikit, tp bisa berarti penegakan hukum di
 Saudi itu bisa dibilang ga ada n ga ada kejahatan yg dilaporin.
 
 Dan nyatanya emang begitu, kejahatan thd tkw di Saudi itu sangat
 tinggi, tp bisa dibilang ga ada keadilan yg ditekain ke bajingan
 tukang siksa n perkosa tkw, biarpun yg dilaporin ke perwakilan
 Indonesia secara jumlah cukup banyak (secara relatif ga banyak, tp
 saking banyaknya kasus, maka persentae kecil aje udah ngasih jumlah yg
 banyak secara absolut).
 
 Hehe tkw udah disiksa abis-abisan sampe mesti diamputasi krn
 infeksi, eh malahan tkwnya yg dituduh ngefitnah majikannya.
 
 Dasar Auloh bangsat keparat, bikin syariat Islam yg ga bela tkw sama
 sekali.
 
 
 - Original Message - 
 From: Dian Pratama [EMAIL PROTECTED]
 To: islamkristen@yahoogroups.com
 Sent: Monday, May 01, 2006 8:21 PM
 Subject: Re: [islamkristen] statistik perkosaan di dunia]
 
  dari hasil perkosaan tersebut, ada gak terlahir seorang tuhan
  seperti yesus, yang terlahir dari pelacuran dan persundalan ?
 
 
 
 
 Yahoo! Groups Links
 
 
 
 
 
 
 
 




Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage:  http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/proletar/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[proletar] gokil yagndungu madresah...(was Re: [islamkristen] Pemenang Olimpiade Sains Didominasi Sekolah KAFIR

2006-05-03 Terurut Topik Jusfiq Hadjar


On 3 May 06, at 7:41, gokil wrote:

 makenye baca yg bener tem, kan ade tuh tulisan :
 
 Menurut Hamid hasil tes intelectual quotient (IQ) menunjukkan rata-
 rata siswa di seluruh Indonesia itu cerdas, hanya saja belum
 difasilitasi pemerintah daerahnya. Ada banyak kelemahan dan itu akan
 kami perbaiki, katanya.
 
 yg jelas sekolah kapir di fasilitasi dgn baik oleh yayasan2 ybs, wong
 yayasan2 tsb duitnye kagak abis2 kok hasil malak dari perpuluhan.


Orang Islam yang dungu-dungu kayak anjing sebaliknya buang-buang
duit untuk naik haji dan bukannnya untuk meningkatkan mutu
pendidikan... 


 jangankan mempasilitasi siswa2nya yg jelas2 kristen, wong
 mempasilitasi (baca: mengkristenisasi) orang2 diliuar kristen juga
 rajin kok.



Dan adalah hak mereka untuk melakukan kristenisasi seperti juga
adalah hak orang Islam untuk melakukan dakwah... 

 
 ---
 
 - Original Message - 
 From: item abu
 To: islamkristen@yahoogroups.com
 Sent: Wednesday, May 03, 2006 4:47 AM
 Subject: [islamkristen] Pemenang Olimpiade Sains Didominasi Sekolah
 KAFIR
 
 
 Kemana tuh madrasah-madrasah?
 
 - Original Message - 
 From: Bima Sakti [EMAIL PROTECTED]
 To: islamkristen@yahoogroups.com
 Sent: Tuesday, May 02, 2006 8:36 AM
 Subject: [islamkristen] Pemenang Olimpiade Sains Didominasi Sekolah
 KAFIR
 
  Hidup Kafir!!! Maju terus .
 
  **
 
  Pemenang Olimpiade Sains Didominasi Sekolah Swasta
 
 
  TEMPO Interaktif, Jakarta:Provinsi DKI Jakarta dan sekolah-sekolah
  swasta mendominasi perolehan medali emas pada Olimpiade Sains
  Nasional (OSN) IV 2005.
 
  DKI Jakarta yang mengirim 106 peserta meraih juara umum dengan 33
  medali emas, dari 67 medali emas yang diperebutkan. Provinsi ibukota
  negara ini meraih medali emas di hampir semua mata pelajaran yang
  dilombakan, kecuali biologi SMP dan IPA SD.
 
  Para peserta yang meraih medali emas umumnya berasal dari sekolah-
  sekolah swasta. Pemenang tingkat SMA didominasi leh SMA milik BPK
  Penabur, SMA Kolese Kanisius, dan SMA IPEKA Bilinguil yang
  kesemuanya berlokasi di Jakarta.
 
  Dominasi sekolah swasta yang sangat mencolok terlihat pada mata
  pelajaran Matematika tingkat SMP. Tujuh dari sembilan peraih medali
  emas berasal dari SMPK milik BPK Penabur di Jakarta dan Tangerang,
  sedangkan dua sisanya direbut SMP YPPK St. Paulus Jayapura dan SMP
  Methodist 3 Medan.
 
  Hasil serupa juga terlihat di mata pelajaran fisika tingkat SMP.
  Hanya di bidang biologi SMP saja, SMP Negeri dari luar Jakarta
  unggul dengan merebut 7 dari 9 medali emas.
 
  Bukan berarti daerah itu kalah pintar, tapi mereka cuma tidak
  difasilitasi. Faktor kemenangan itu lebih kepada mereka difasilitasi
  atau tidak, kata Direktur Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat
  Pertama Departemen Pendidikan Nasional, Hamid Muhamad.
 
  Menurut Hamid hasil tes intelectual quotient (IQ) menunjukkan rata-
  rata siswa di seluruh Indonesia itu cerdas, hanya saja belum
  difasilitasi pemerintah daerahnya. Ada banyak kelemahan dan itu
  akan kami perbaiki, katanya.
 
  Pemenang medali emas SMP bidang matematika asal SMP YPPK St. Paulus
  Jayapura Papua, Andrey Sakharoov Awoitauw, menyatakan pelajaran yang
  didapatkannya di Papua jauh berada di bawah soal-soal OSN.
 
  Pelajaran waktu latihan sama Pak Yohanes Surya jauh lebih sulit dan
  tinggi dibanding di Papua, kata Andrey yang mengaku 9 bulan berada
  di Karawaci, Tangerang, untuk persiapan OSN IV. Di Papua, lanjut
  dia, mereka jarang mendapatkan pelajaran praktikum.
 
  Tapi di Karawaci ada banyak praktek, timpal pemenang medali emas
  SMP bidang Fisika asal SMP YPJ Kuala Kencana Mimika, Papua, Erick
  G.S. Rumainum. Oktamandjaya Wiguna
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
  Yahoo! Groups Links
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 How low will we go? Check out Yahoo! Messenger's low PC-to-Phone call
 rates.
 
 
 YAHOO! GROUPS LINKS
 
  Visit your group islamkristen on the web.
 
  To unsubscribe from this group, send an email to:
  [EMAIL PROTECTED]
 
  Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service. 
 
 
 
 
 Yahoo! Groups Links
 
 
 
 
 
 
 
 




Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage:  http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/proletar/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[proletar] Re: [islamkristen] Re: Pemenang Olimpiade Sains Didominasi Sekolah KAFIR

2006-05-03 Terurut Topik Jusfiq Hadjar

gokil yang dungu kayakanjing itu ggak tahu bahwa menurut
ajaran Islam Allah itu maha tahu, jadi ya ngak perlu saksi... 
 

On 3 May 06, at 13:20, gokil wrote:

 maksut gw membela disini, bukan membela yg salah menjadi benar, masuk
 neraka dan surganya umat islam tetap ditentukan oleh keimanan mereka
 akan Alloh, Rosul dan kitab sucinya serta baik buruk kelakuan mereka
 semasa didunia.
 
 yg dimaksut membela disini yaitu dimasukkannya orang2 islam kedalam
 barisan yg dipimpin oleh nabi Muhammad, menjadi barisan kaumnya,
 sedikit banyak orang2 dalam barisan ini dipertimbangkan dgn teliti
 kadar pahala dan dosanya, sedangkan kafir dan orang kristen tidaklah
 demikian, mereka langsung dijebloskan kedalam neraka tanpa adanya
 pertimbangan pahala dan dosa.
 
 nabi Muhammad juga akan menjadi saksi meringankan bagi orang2 islam,
 saksi-saksi didatangkan daripada tiap-tiap umat, di kalangan mereka
 sendiri. nabi Muhammad akan menjadi saksi ke atas orang-orang di
 sekelilingnya. Firman Alloh, yg artinya :
 
 Bagaimanakah pula ia, apabila Kami mendatangkan daripada tiap-tiap
 umat seorang saksi, dan apabila Kami mendatangkan kamu (Muhammad)
 sebagai saksi ke atas mereka itu? (4:41)
 
 Dan pada hari Kami membangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi ke
 atas mereka daripada kalangan mereka sendiri, dan Kami mendatangkan
 kamu (Muhammad) sebagai saksi ke atas mereka itu. (16:89)
 
 sedangkan dari nabi Isa yg di jadikan tuhan oleh orang kristen dan
 diberi nama Yesus, dia akan bersaksi, sebagaimana firman Alloh , yg
 artinya :
 
 Wahai Isa putera Mariam, adakah kamu mengatakan kepada manusia,
 'Ambillah aku dan ibuku sebagai tuhan-tuhan selain daripada Allah'?
 (5:116)
 
 Nabi Isa akan menjawab:
 Kepada Engkau sanjungan! Tiadalah bagiku untukku mengatakan apa yang
 aku tiada hak dengannya. Jika aku mengatakannya, Engkau mengetahuinya,
 dengan mengetahui apa yang di dalam jiwaku, dan aku tidak mengetahui
 apa yang di dalam jiwa Engkau; sesungguhnya Engkaulah yang mengetahui
 yang ghaib. (5:116)
 
 Aku hanya mengatakan kepada mereka apa yang Engkau memerintahkan aku
 dengannya: 'Sembahlah Allah, Pemelihara aku dan Pemelihara kamu.' Dan
 aku seorang saksi ke atas mereka selama aku di kalangan mereka; tetapi
 setelah Engkau mematikan aku, Engkau Sendiri adalah penjaga ke atas
 mereka; Engkau saksi atas segala sesuatu. (5:117)
 
 --
 - Original Message - 
 From: amrace69
 To: islamkristen@yahoogroups.com
 Sent: Wednesday, May 03, 2006 12:34 PM
 Subject: [islamkristen] Re: Pemenang Olimpiade Sains Didominasi
 Sekolah KAFIR
 
 
 Betul, memang ada kehidupan setelah kematian, bahkan kehidupan
 abadinah itulah yang dijanjikan oleh Yesus. tetapi nabi
 muhammad menjadi pembela orang2 muslim diakherat he..he..he
 Apa buktinya dull ??? THINK !
 
 --- In islamkristen@yahoogroups.com, gokil [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  bego elu percaya gak sih adanya life after death? adanya hari
  akhir? adanya kehidupan akhirat? dimana semua manusia yg mati akan
  dihidupkan kembali utk di sidang atas perbuatan2 mereka didunia,
  lalu atas dasar sidang itu ada yg masuk surga dan ada yg dijeblos ke
  neraka. kalo lo gak percaya, yaa wasting time lah selama ini lu
  berdebat dimilis ini, mending kelaut eh ke nerake aja dah lu
  ...pffft
 
  ---
 
  - Original Message - 
  From: amrace69
  To: islamkristen@yahoogroups.com
  Sent: Wednesday, May 03, 2006 12:15 PM
  Subject: [islamkristen] Re: Pemenang Olimpiade Sains Didominasi
  Sekolah KAFIR
 
 
  Muhammad membela orang islam ??? He..he..he.masih saja ada orang
  yg bermimpi yaa muhammad tuh udah mampus.mati sengsara
  karena diracun (?) dan dikubur, jasadnya menjadi tanah. Lalu
  bagaimana orang yang sudah mati mau jadi pembelagoblok ini orang
  yaa...Emangnya elo tau nabi muhammad sekarang dimana ? di Guantanamo
  kali yee... Jadi, gak perlu bermimpi lagi dehmuhammad aja kagak
  tau apa yg terjadi dengan dirinyaapalagi elo... THINK !!
 
  --- In islamkristen@yahoogroups.com, gokil gokill@ wrote:
  
   yg jelas di akhirat nanti, Alloh menjadi jaksa penuntut umum, nabi
   Muhammad menjadi pengacara pembela orang islam , dan nabi Isa
   menjadi saksi. seburuk2nya orang islam, masih di bela oleh nabi
   Muhammad selama si tertuduh masih mempunyai keimanan thdp Alloh,
   Rosul dan Alqur'an. kafir termasuk orang kristen tidak akan di
   tolong di akhirat nanti, tidak ada yg mau menjadi pengacara
   pembelanya, malah di perberat oleh kesaksian nabi Isa.
  
   hidup didunia ini bagi orang islam hanyalah sementara, akhirat
   nanti yg selamanya, makanya selain nikmat, cobaan juga diberikan
   oleh Alloh tdp orang islam yg hidup didunia ini, sementara orang
   kristen terus di limpahi kenikmatan dunia dgn maksud agar mereka
   kembali mengingat Alloh, tuhan yg Esa, tapi ternyata orang2
   kristen itu terbuai oleh kenikmatan dunia dan menjadi kafir
   selamanya, dan bagi Alloh kekafiran mereka tidaklah merugikan
   Alloh , Alloh 

[proletar] gokil ngibul... Re: [islamkristen] Re: Pemenang Olimpiade Sains Didominasi Sekolah KAFIR

2006-05-03 Terurut Topik Jusfiq Hadjar

gokil ngibul dia bilang, tanpa bukti, Alloh menjadi jaksa
penuntut umum, nabi  Muhammad menjadi pengacara pembela orang
islam , dan nabi Isa menjadi  saksi.  


On 3 May 06, at 8:18, gokil wrote:

 yg jelas di akhirat nanti, Alloh menjadi jaksa penuntut umum, nabi
 Muhammad menjadi pengacara pembela orang islam , dan nabi Isa menjadi
 saksi. seburuk2nya orang islam, masih di bela oleh nabi Muhammad
 selama si tertuduh masih mempunyai keimanan thdp Alloh, Rosul dan
 Alqur'an. kafir termasuk orang kristen tidak akan di tolong di akhirat
 nanti, tidak ada yg mau menjadi pengacara pembelanya, malah di
 perberat oleh kesaksian nabi Isa.
 
 hidup didunia ini bagi orang islam hanyalah sementara, akhirat nanti
 yg selamanya, makanya selain nikmat, cobaan juga diberikan oleh Alloh
 tdp orang islam yg hidup didunia ini, sementara orang kristen terus di
 limpahi kenikmatan dunia dgn maksud agar mereka kembali mengingat
 Alloh, tuhan yg Esa, tapi ternyata orang2 kristen itu terbuai oleh
 kenikmatan dunia dan menjadi kafir selamanya, dan bagi Alloh kekafiran
 mereka tidaklah merugikan Alloh , Alloh berfirman dalam surah an-nisa
 ayat 170, yg artinya:
 
 Wahai manusia, sesungguhnya telah datang Rasul (Muhammad) itu
 kepadamu dengan (membawa) kebenaran dari Tuhanmu, maka berimanlah
 kamu, itulah yang lebih baik bagimu. Dan jika kamu kafir, (maka
 kekafiran itu tidak merugikan Allah sedikit pun) karena sesungguhnya
 apa yang di langit dan di bumi itu adalah kepunyaan Allah. Dan adalah
 Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana,
 
 juga dalam ayat 171, yg artinya:
 
 Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan
 janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar.
 Sesungguhnya Al Masih, Isa putra Maryam itu, adalah utusan Allah dan
 (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada
 Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada
 Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: (Tuhan itu)
 tiga, berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu.
 Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai
 anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah
 Allah sebagai Pemelihara
 
 ---
 
 - Original Message - 
 From: Bima Sakti [EMAIL PROTECTED]
 To: islamkristen@yahoogroups.com
 Sent: Tuesday, May 02, 2006 9:36 AM
 Subject: [islamkristen] Re: Pemenang Olimpiade Sains Didominasi
 Sekolah KAFIR
 
 
  Kalo cuma ngomong doang itu gampang...
  Tapi bukti dan survei membuktikan bahwa islam itu oon, bodoh,
  terbelakang, tukang fitnah, tukang bakar, tukan rampok, tukang kawin
  hehehe...
 
  Jangan omdo---omong doang  butikan dong
 
  Apa bukti bahwa orang kafir itu ada dalam neraka...
  kagak ada buktinya ...
 
  Sekarang APA BUKTI ALLOH ITU MEMBANTU ORANG ISLAM??
  coba buktikan..
 
 
 
  --- In islamkristen@yahoogroups.com, thaghut [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  si BIMA SAKIT ini menurut biblenya sendiri harus dihadapkan ke
  Mahkamah Agama  harus dimasukin ke dalam Neraka yang menyala2
  karena menuduh saudaranya sendiri sesama kristen adalah kafir.
  (matius 5:22) Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah
  terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada
  saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang
  berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.
 
 
- Original Message - 
From: Bima Sakti
To: islamkristen@yahoogroups.com
Sent: Tuesday, May 02, 2006 8:36 AM
Subject: [islamkristen] Pemenang Olimpiade Sains Didominasi
  Sekolah KAFIR
 
 
Hidup Kafir!!! Maju terus .
 
**
 
Pemenang Olimpiade Sains Didominasi Sekolah Swasta
 
 
TEMPO Interaktif, Jakarta:Provinsi DKI Jakarta dan sekolah-
  sekolah
swasta mendominasi perolehan medali emas pada Olimpiade Sains
Nasional (OSN) IV 2005.
 
DKI Jakarta yang mengirim 106 peserta meraih juara umum dengan
  33
medali emas, dari 67 medali emas yang diperebutkan. Provinsi
  ibukota
negara ini meraih medali emas di hampir semua mata pelajaran
  yang
dilombakan, kecuali biologi SMP dan IPA SD.
 
Para peserta yang meraih medali emas umumnya berasal dari
  sekolah-
sekolah swasta. Pemenang tingkat SMA didominasi leh SMA milik
  BPK
Penabur, SMA Kolese Kanisius, dan SMA IPEKA Bilinguil yang
kesemuanya berlokasi di Jakarta.
 
Dominasi sekolah swasta yang sangat mencolok terlihat pada mata
pelajaran Matematika tingkat SMP. Tujuh dari sembilan peraih
  medali
emas berasal dari SMPK milik BPK Penabur di Jakarta dan
  Tangerang,
sedangkan dua sisanya direbut SMP YPPK St. Paulus Jayapura dan
  SMP
Methodist 3 Medan.
 
Hasil serupa juga terlihat di mata pelajaran fisika tingkat SMP.
Hanya di bidang biologi SMP saja, SMP Negeri dari luar Jakarta
unggul dengan merebut 7 dari 9 medali 

[proletar] Utang Gerogoti Dana Pendidikan

2006-05-03 Terurut Topik Ambon
RIAU POS


  Utang Gerogoti Dana Pendidikan



  Rabu, 03 Mei 2006  
  Wapres Janjikan Anggaran Pendidikan Dipenuhi Bertahap
  Laporan JPNN, Jakarta
  Pemerintah sanggup memenuhi amanat konstitusi soal anggaran pendidikan 
minimal sebesar 20 persen dari APBN. Ini ditegaskan Wapres Jusuf Kalla di 
Istana Wakil Presiden, Jakarta, kemarin. Tapi, Wapres menyebut hal itu tak bisa 
serta merta dilaksanakan pemerintah. Ketentuan itu bisa dipenuhi secara 
bertahap hingga tercapai sepenuhnya pada 2007. 

  Alasannya, pemerintah harus mengalokasikan anggaran untuk kepentingan 
lain. ''Yang menentukan budget itu kan DPR. Satu pertanyaan saja, kalau mau 
langsung dipenuhi, apa yang harus dikurangi,'' katanya balik bertanya.

  Di tempat terpisah, pernyataan Wapres Jusuf Kalla langsung ditanggapi 
Koordinator Nasional Koalisi Antiutang Kusfiardi di Jakarta kemarin. Menurut 
dia, kalau pemerintah benar-benar berkomitmen untuk mencerdaskan bangsa, 
penghapusan utang harus segera diupayakan.

  Minimnya alokasi anggaran pendidikan diindikasikan akibat masih beratnya 
beban untuk membayar utang luar dan dalam negeri. Pembayaran utang-terdiri atas 
bunga dan cicilan pokok- lebih besar daripada anggaran pendidikan yang sudah 
dipatok minimal 20 persen dari APBN.

  ''Dilihat dari alokasi anggaran selama ini, pemerintah belum memiliki 
komitmen dan tanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan dasar. Khususnya 
bila dilihat dari alokasi anggaran dasar,'' ujarnya.

  Hadapi Dilema
  Sebelumnya, Wapres menerima perwakilan mahasiswa peserta aksi unjuk rasa 
memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di Istana Wakil Presiden. 
Mereka, antara lain, meminta pemerintah memenuhi ketentuan anggaran pendidikan 
20 persen dari APBN. 

  Kalla menuturkan, pemerintah kesulitan menentukan sektor mana yang harus 
dikurangi untuk memenuhi amanat konstitusi. Pasalnya, anggaran pemerintah habis 
untuk kebutuhan-kebutuhan yang sangat mendesak.  ''Jangan lupa pendidikan, 
kesehatan, dan jalan sangat penting. Apa kita rela anggaran kesehatan 
dikurangi, anggaran pembangunan jalan dikurangi, anggaran untuk tentara tidak 
ada. Ini kenyataan. Kita bicara antara harapan dan kenyataan,'' papar Wapres.

  Meski begitu, Kalla berjanji, pemerintah berupaya segera memenuhi 
ketentuan minimal anggaran pendidikan 20 persen. Wapres meminta masyarakat juga 
melihat upaya meningkatkan anggaran pendidikan dalam APBN. 

  ''Untuk memenuhi 20 persen, kita dihadapkan pada beberapa masalah. Kalau 
mau subsidi pendidikan penuh, harga BBM harus naik. Begitu juga tarif dasar 
listrik,'' terangnya.

  Saat ini alokasi anggaran untuk pendidikan baru 9,2 persen dari APBN atau 
Rp36,7 triliun. Itu berbeda dengan anggaran pendidikan 2004 sebesar Rp16 
triliun. Itu belum termasuk anggaran pendidikan yang diselenggarakan Departemen 
Agama (Depag) sebesar Rp8 triliun. Jadi, total anggaran pendidikan Rp44,7 
triliun.

  Beban Utang Sangat Besar
  Melanjutkan keterangannya, Koordinator Nasional Koalisi Antiutang 
Kusfiardi menjelaskan, hampir sepertiga atau setara dengan 30 persen dari APBN 
dialokasikan untuk membayar utang. ''Beban utang luar negeri sangat besar 
sehingga menjadi kendala utama bagi pemerintah untuk membiayai pendidikan. 
Kondisi tersebut setidaknya terlihat pada tahun anggaran 1996-2002,'' terangnya.

  Karena itu, dia menilai wajar bila kondisi pendidikan di tanah air 
memprihatinkan. Dari Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan 
Milenium yang dirilis pada Februari 2004, hingga 2002 baru 46,8 persen 
anak-anak berusia pendidikan dasar menyelesaikan sembilan tahun pendidikan 
dasar wajib.

  ''Pemerintahan SBY-Kalla belum serius melaksanakan UU Sistem Pendidikan 
Nasional No 20 Tahun 2003. Malah dengan sengaja menunda pemenuhan alokasi 
pendidikan 20 persen,'' katanya.

  Padahal, pada 2005, terdapat 25.265.384 anak yang telah bersekolah dari 
25.644.861 penduduk usia 7-12 tahun. Sisanya, 370.477 anak, belum bersekolah di 
SD atau yang sederajat. Lalu, di antara penduduk usia 13-15 tahun, baru 
12.975.988 yang bersekolah di tingkat SMP dan sederajat. Yang 11.185.919 belum 
bersekolah. Jadi, terdapat 179.069 anak belum sekolah setingkat SMP dan 
sederajat.

  ''Beruntung, MK (Mahkamah Konstitusi) memutuskan bahwa APBN 2006 ini 
harus memenuhi alokasi 20 persen. Pemerintah harus mengubahnya lewat APBN-P,'' 
ujarnya. Dia menyarankan, beban utang luar negeri sebagai penyebab kecilnya 
anggaran pendidikan harus diantisipasi.   

  ''Salah satu yang bisa dilakukan ialah mengupayakan pengurangan 
pembayaran utang. Jika pemerintah enggan, parlemen seharusnya bereaksi dengan 
memberikan teguran keras karena pemerintah berupaya melanggar konstitusi,'' 
tegasnya.(iw/noe/aka) 
 


[Non-text portions of this message have been removed]



Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  

[proletar] Demo Buruh Ternyata Damai

2006-05-03 Terurut Topik Ambon
RIAU POS


Demo Buruh Ternyata Damai



Rabu, 03 Mei 2006  
Kekhawatiran banyak kalangan bahwa peringatan Hari Buruh (Mayday) 
pada 1 Mei 2006 lalu berlangsung ''panas'' tidak terbukti. Karena itu, kita 
wajib memberikan apresiasi, simpati, dan empati kepada para buruh, para aktivis 
buruh, dan elemen-elemennya yang kemarin turun ke jalan. 

Apresiasi dan simpati patut kita berikan kepada elemen-elemen buruh 
karena ternyata kekhawatiran yang sempat muncul hanyalah isapan jempol. Hanya 
isu. Hanya opini.

Kita wajib memberikan empati karena para buruh dan elemen-elemennya 
yang kemarin turun ke jalan benar-benar memperlihatkan aspirasinya yang jujur 
untuk menuntut nilai tawar dalam proses produksi dengan aksi yang damai.

Suasana damai dan aman dalam peringatan Hari Buruh kemarin 
diperlihatkan di semua daerah di tanah air. Di kota-kota kecil dan di kota-kota 
besar, unjuk rasa praktis berlangsung aman. Tidak menakutkan masyarakat dan 
para pengguna jalan raya.

Mengapa peringatan Hari Buruh bisa damai dan aman? Salah satu 
penyebabnya ialah elemen-elemen buruh punya komitmen dan tanggung jawab sosial 
bahwa perjuangan mereka tidak hanya perlu ditanggapi para pengusaha tempat 
mereka bekerja, tetapi juga perlu mendapatkan dukungan dan simpati masyarakat.

Tentu menjadi kontraproduktif jika, misalnya, perjuangan menaikkan 
nilai tawar -antara lain, untuk mendapatkan kesejahteraan yang lebih baik- 
tidak mendapatkan dukungan masyarakat hanya karena perjuangan mereka -melalui 
demo dan turun ke jalan- berlangsung panas dan menakutkan.

Salah satu kunci keberhasilan para buruh dan elemennya untuk 
meningkatkan nilai tawar dalam proses produksi dengan para pengusaha ialah 
simpati dan dukungan publik.

Karena itu, sinergi dengan semua komponen masyarakat, kelompok 
sosial, dan elemen-elemen warga negara harus dapat diwujudkan. Sinergi itu 
dapat diwujudkan jika semua bentuk perjuangan buruh mendatangkan simpati dan 
respek dari masyarakat.

Persoalannya, mengapa aksi buruh sering panas, bahkan acap harus 
bentrok dengan aparat keamanan yang mengakibatkan masyarakat menjadi takut 
bepergian? Apakah para buruh memang memiliki naluri anarki?

Para buruh adalah manusia normal. Mereka punya hati, punya 
perasaan, serta sifat-sifat manusia yang lain. Mereka bisa marah. Mereka bisa 
emosional. Tetapi, mereka juga bisa senang dan bisa bergembira.

Masalahnya, sifat-sifat marah dan emosional itu, sebagaimana 
layaknya manusia lain, akan muncul dan bahkan dapat memicu bentrokkan dengan 
pihak lain karena sering ada pihak yang memprovokasi.

Apa pun motifnya, jika aksi massa -tidak ter-kecuali aksi buruh- 
terprovokasi, yang terjadi ialah situasi yang sarat amarah, emosional, dan 
dapat melecut tindakan anarki.

Karena itu, Mayday yang damai itu perlu menjadi momentum dan titik 
tolak bagi para buruh, para aktivis dan semua elemen buruh, agar aksi-aksi 
mereka kelak dapat berjalan damai, aman, dan mengundang simpati masyarakat.

Aksi turun ke jalan yang damai telah dapat diperlihatkan semua 
buruh, aktivis buruh, dan semua elemennya. Karena itu, seharusnya tidaklah 
sulit memperlihatkan aksi damai dan aman yang serupa di kemudian hari. Buruh 
tidak rugi, pemerintah tidak rugi dan pengusaha pun tidak rugi. Tapi ingat 
aspirasi dari kalangan buruh itu harus diakomodir, jangan hanya sekadar 
ditampung saja tanpa solusi.  
 


[Non-text portions of this message have been removed]



Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage:  http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/proletar/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[proletar] Supersolusi: Jalan-Jalan!

2006-05-03 Terurut Topik Ambon
http://www.lampungpost.com/buras.php?id=2006050101183415

  BURAS
 
 
 
 
Supersolusi: Jalan-Jalan! 

   
  H. Bambang Eka Wijaya:





  PAPA, Budi tadi disetrap guru berdiri dengan satu kaki karena tak bisa 
mengerjakan soal matematika! ujar ibu melaporkan anaknya saat ayah pulang 
kerja.

  Gampang! sambut ayah. Ayo jalan-jalan ke rumah sepupu, studi banding 
cara belajar matematika!

  Besoknya, ibu melapor lagi, PLN telepon, kalau tunggakan rekening 
listrik tiga bulan tak dibayar, besok aliran listrik kita diputus!

  Gampang! Kan masih ada besok! jawab ayah. Ayo kita jalan-jalan ke 
rumah orang kaya, menanya cara agar listrik tak diputus!

  Besoknya lagi ibu melapor, Papa, akhirnya kejadian! Aliran listrik kita 
diputus PLN!

  Kok tak manjur, ya? sambut ayah terengah.

  Apanya yang tak manjur? kejar ibu.

  Resep penyelesaian masalah andalan para elite penguasa Lampung, 
eksekutif, birokrat, dan legislatif! jelas ayah. Resep mereka, semua masalah 
solusinya cuma satu: Jalan-jalan! Tak peduli alasannya, studi banding atau 
rekreasi!

  Belajar dari buku mana atau teori apa jalan-jalan dijadikan supersolusi 
begitu? entak ibu. Kalau jalan-jalan bisa jadi supersolusi, tak perlu 
universitas, pusat kajian, dan ragam program pendidikan manajemen!

  Tapi kenyataan itu benar-benar terjadi, jalan-jalan dijadikan 
supersolusi kalangan elite penguasa di Lampung! timpal ayah.

  Ngawur! tegas ibu. Coba, orang miskin jalan-jalan ke rumah orang kaya, 
apa dia dan keluarganya bisa jadi kaya? Paling cuma bisa menceritakan isi 
rumahnya! Malah, meniru proses dan usahanya untuk kaya saja belum tentu bisa 
membuatnya jadi kaya!

  Kalau cukup hanya dengan studi banding ke rumah orang kaya keluarga 
miskin bisa jadi kaya, di negeri kita tak ada keluarga miskin lagi! timpal 
ayah.

  Maka itu, yang terjadi dengan supersolusi jalan-jalan itu bukan 
menyelesaikan masalah, tapi malah meninggalkan masalah! tegas ibu. Akibatnya, 
masalah bukannya selesai, tapi justru makin merebak dan kian ruwet!

  Akibat makin beratnya segala masalah yang diatasi dengan supersolusi 
jalan-jalan itu memang bisa dirasakan rakyat! timpal ayah. Jalan raya makin 
hancur, pupuk kian sulit didapat, dan seterusnya!

  Sebaliknya, biaya untuk jalan-jalan dengan rombongan besar itu lebih 
baik digunakan bagi kepentingan rakyat yang benar-benar amat membutuhkan! 
Sebab, masalah takkan pernah selesai dengan meninggalkannya begitu! tegas ibu. 
Justru hanya dengan digeluti dan ditekuni di tempat, tanpa pernah ditinggalkan 
atau dilalaikanlah, setiap masalah akan bisa diselesaikan!

  Sebenarnya ada yang lebih prinsipil dari semua itu! timpal ayah. 
Ketika rakyat sengsara dengan ragam kesulitan akibat jalan-jalan rusak bahkan 
terputus, sulit mendapat pupuk, dan sebagainya, malah ditinggalkan para 
pemimpin jalan-jalan!

  Dalam militer, meninggalkan pasukan telantar di arena begitu disebut 
desersi! tegas ibu. Saat perang, komandan yang melakukan desersi bisa dihukum 
mati! ***
 



[Non-text portions of this message have been removed]



Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage:  http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/proletar/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[proletar] Investasi Defisit Pertumbuhan

2006-05-03 Terurut Topik Ambon
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/052006/03/0901.htm


Investasi  Defisit Pertumbuhan
Oleh H. EDDY JUSUF 


  TUNTUTAN Undang-Undang No. 17/2003 tentang Keuangan Negara, pada dasarnya 
adalah rencana pembangunan jangka menengah (RPJM), pengganti Repelita yang 
populer di era Orba. Kita tahu bahwa RPJM 2004-2009 tersebut telah ditetapkan 
melalui Peraturan Presiden No.7/2005, yang dijadikan tatanan baru, sebagai 
pedoman menyusun rencana kerja tahunan pemerintah (RKTP). 

Sasarannya, tiada lain guna mengurangi angka kemiskinan pada akhir RPJM menjadi 
8,2 persen dan angka pengangguran terbuka menjadi 5,1 persen. Harapan tersebut, 
didasarkan pada sejumlah asumsi, seperti pertumbuhan ekonomi rata-rata 6,6 
persen per tahun dan pertumbuhan ekonomi satu persen menambah lapangan kerja 
baru sebanyak 400-500 ribu. 

Namun, perkiraan tersebut akan meleset apabila pertumbuhan ekonomi hanya satu 
persen dan hanya mampu menambah lapangan kerja baru lebih kurang separuh dari 
asumsi. Sehingga asumsi itu, sulit dicapai, karena realisasi investasi masih di 
bawah target sebagaimana ditetapkan dalam RPJM yakni Rp 1.000 triliun per 
tahun. 

Dalam perekonomian modern, suatu negara biasanya semakin penting intervensi 
pemerintah melalui anggaran. Contoh, AS negara yang paling liberal 
perekonomiannya, mulai menggunakan kebijakan ekonomi makro untuk mengintervensi 
perekonomian negara. Tepatnya sejak teori Keynes tentang campur tangan 
pemerintah dalam perekonomian memengaruhi keputusan kongres AS dalam membuat 
kebijakan ekonomi negara itu. Termasuk Dana Moneter Internasional (IMF), AS 
banyak terlibat dalam merumuskan kebijakan ekonomi makro di negara-negara yang 
menjadi pasien-nya. 

Investasi 

Dalam hal investasi, bisa dilihat dari realisasi penanaman modal dalam negeri 
(PMDN) selama kuartal I pada 2006 dari segi projek mengalami penurunan sebesar 
21,31 persen, dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Investasi 
PMDN yang masuk selama Januari sampai Maret 2006 mencapai 48 projek, bandingkan 
dengan tahun lalu sebanyak 61 projek. Namun, dari segi nilai investasi, 
pertumbuhannya lumayan tinggi yakni mencapai 87,83 persen, dari Rp 4,54 triliun 
menjadi Rp 8,53 triliun pada 2006.

Dari analisis tersebut, umumnya pengusaha masih ingin melihat realisasi dari 
Inpres No. 3/2006 tentang paket kebijakan iklim investasi dan pengesahan RUU 
Penanaman Modal yang ditargetkan selesai pada bulan Juni tahun ini, apakah 
sesuai dengan harapan mereka.

Berdasarkan realisasi investasi PMDN yang cukup menonjol, yakni bidang industri 
logam, mesin, dan elektronik dengan total empat projek senilai Rp 2,977 
triliun, jasa lainnya sebanyak empat projek senilai Rp 1,519 triliun. Sektor 
tanaman pangan dan perkebunan sebanyak enam projek senilai Rp 1,34 triliun, 
industri makanan sebanyak delapan projek dengan nilai Rp 1,315 triliun dan di 
sektor transportasi, gudang, dan komunikasi sebanyak enam projek senilai Rp 
383,7 miliar. Sedangkan jumlah tenaga kerja yang berhasil diserap dari PMDN 
pada kuartal I-2006 sebanyak 26.819 orang.

Bagaimana dengan kondisi dan stimulus kebijakan fiskal dalam strategi 
pembangunan ekonomi nasional. Hal ini mestinya ini perlu dikaitkan dengan 
rencana kerja pemerintah setiap tahunnya. Harus disadari bahwa mesin ekonomi 
Indonesia hingga kini masih bertumpu pada konsumsi. Seharusnya sudah bergerak 
ke investasi, terutama dari Foreign Direct Investment (FDI) atau investasi 
asing langsung. Pada dasarnya strategi awal yang dilakukan pemerintah adalah 
ekspor konsumsi. Karena export consumption itu memiliki basis ganda, yaitu sisi 
permintaan dan pasok yang keduanya harus seimbang. 

Dari identifikasi masalah melalui berbagai riset, disimpulkan agar ekspor dan 
investasi harus digenjot. Namun, harus didukung dengan iklim investasi, 
terutama dukungan dari sisi birokrasi yang selama ini kurang sehat. 
Persoalannya, banyak kebijakan yang mendistorsi investasi atau pada level 
institusi. 

Misalnya, birokrasi kita yang tidak efisien, banyak pungutan tidak jelas, 
aturan jelas tapi implementasinya tidak baik. Kemudian, apakah ketika investor 
ke Indonesia sudah tersedia listrik, jalan, telefon, keamanan dan kepastian 
hukum? Dari tiga level ini mudah diidentifikasi tapi tidak mudah diselesaikan. 
Belum lagi bila membicarakan masalah infrastruktur, lebih 90 projek kebutuhan 
investasi senilai Rp 600 triliun, ternyata ada masalah dalam policy-nya. 

Persoalan lain dari sudut fiskal, yakni tools untuk mencapai tujuan 
pembangunan, orientasinya adalah pertumbuhan ekonomi, perluasan lapangan kerja, 
dan penurunan kemiskinan. Ini adalah tools, namun bukan fiskal sebagai tujuan 
akhir. Percuma saja fiskalnya terkonsolidasi, defisitnya 0%, utang harus 
dihabisin, bila hal ini menjadi tujuan. Kalau fiskalnya bagus dan tertata rapi, 
tapi ekonomi tidak jalan, tidak ada gunanya karena ekonomi sangat kaku.

Defisit

Dalam menjaga defisit dan tetap menjadikan APBN 2006 dan RAPBN 2007 nanti 
sebagai 

[proletar] Re: [islamkristen] Fw: Ketika Rasulullah SAW Memberikan Syafaat Kepada Ummatnya di Hari Kiamat

2006-05-03 Terurut Topik Jusfiq Hadjar

Ini mah omong kosong doang... 


On 3 May 06, at 14:55, gokil wrote:

 - Original Message - 
 From: Hudzaifah.org
 Sent: Wednesday, May 03, 2006 7:09 AM
 Subject: Ketika Rasulullah SAW Memberikan Syafaat Kepada Ummatnya di
 Hari Kiamat
 
 
  http://www.hudzaifah.org/Article356.phtml
 
  Ketika Rasulullah SAW Memberikan Syafaat Kepada Ummatnya di Hari
  Kiamat
 
  Posted by: abusafar on Tuesday, May 02, 2006 - 08:14 AM
 
  Hudzaifah.org - Ini adalah sekelumit kisah masa depan, ketika
  seluruh manusia berkumpul di hari kiamat. Kisah ini disampaikan oleh
  Rasulullah kepada para sahabatnya. Dalam kisah itu diceritakan bahwa
  Allah mengumpulkan seluruh manusia dari yang pertama hingga yang
  terakhir dalam satu daratan. Pada hari itu matahari mendekat kepada
  mereka, dan manusia ditimpa kesusahan dan penderitaan yang mereka
  tidak kuasa menahannya.
 
  Lalu di antara mereka ada yang berkata, Tidakkah kalian lihat apa
  yang telah menimpa kita, tidakkah kalian mencari orang yang bisa
  memberikan syafa'at kepada Rabb kalian?
 
  Yang lainnya lalu menimpali, Bapak kalian adalah Adam AS.
 
  Akhirnya mereka mendatangi Adam lalu berkata, Wahai Adam, Anda
  bapak manusia, Allah menciptakanmu dengan tangan-Nya, dan meniupkan
  ruh kepadamu, dan memerintahkan para malaikat untuk bersujud
  kepadamu, dan menempatkanmu di surga. Tidakkah engkau syafa'ti kami
  kepada Rabb-mu? Apakah tidak kau saksikan apa yang menimpa kami?
 
  Maka Adam berkata, Sesungguhnya Rabbku pada hari ini sedang marah
  yang tidak pernah marah seperti ini sebelumnya, dan tidak akan marah
  seperti ini sesudahnya, dan sesungguhnya Dia telah melarangku untuk
  mendekati pohon (khuldi) tapi aku langgar. Nafsi nafsi (aku
  mengurusi diriku sendiri), pergilah kalian kepada selainku, pergilah
  kepada Nuh AS.
 
  Lalu mereka segera pergi menemui Nuh AS dan berkata, Wahai Nuh,
  engkau adalah Rasul pertama yang diutus ke bumi, dan Allah telah
  memberikan nama kepadamu seorang hamba yang bersyukur (abdan
  syakuro), tidakkah engkau saksikan apa yang menimpa kami, tidakkah
  engkau lihat apa yang terjadi pada kami? Tidakkah engkau beri kami
  syafa'at menghadap Rabb-mu?
 
  Maka Nuh berkata, Sesungguhnya Rabbku pada hari ini marah dengan
  kemarahan yang tidak pernah marah seperti ini sebelumnya, dan tidak
  akan marah seperti ini sesudahnya. Sesungguhnya aku punya doa, yang
  telah aku gunakan untuk mendoakan (celaka) atas kaumku. Nafsi nafsi,
  pergilah kepada selainku, pergilah kepada Ibrahim AS!
 
  Lalu mereka segera menemui Ibrahim dan berkata, Wahai Ibrahim,
  engkau adalah Nabi dan kekasih Allah dari penduduk bumi,
  syafa'atilah kami kepada Rabb-mu! Tidakkah kau lihat apa yang
  menimpa kami?
 
  Maka Ibrahim berkata, Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini marah
  dengan kemarahan yang tidak pernah marah seperti ini sebelumnya, dan
  tidak akan marah seperti ini sesudahnya, dan sesungguhnya aku telah
  berbohong tiga kali. Nafsi nafsi, pergilah kalian kepada selainku,
  pergilah kalian kepada Musa AS!
 
  Lalu mereka segera pergi ke Musa, dan berkata, Wahai Musa, engkau
  adalah utusan Allah. Allah telah memberikan kelebihan kepadamu
  dengan risalah dan kalam-Nya atas sekalian manusia. Syafa'atilah
  kami kepada Rabb-mu! Tidakkah kau lihat apa yang kami alami?
 
  Lalu Musa berkata, Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini sedang marah
  dengan kemarahan yang tidak pernah marah seperti ini sebelumnya, dan
  tidak akan pernah marah seperti ini sesudahnya. Dan sesungguhnya aku
  telah membunuh seseorang yang aku tidak diperintahkan untuk
  membunuhnya. Nafsi nafsi, pergilah kalian kepada selainku, pergilah
  kalian kepada Isa AS!
 
  Lalu mereka pergi menemui Isa, dan berkata, Wahai Isa, engkau
  adalah utusan Allah dan kalimat-Nya yang dilontarkan kepada Maryam,
  serta ruh dari-Nya. Dan engkau telah berbicara kepada manusia semasa
  dalam gendongan. Berilah syafa'at kepada kami kepada Rabb-mu!
  Tidakkah kau lihat apa yang kami alami?
 
  Maka Isa berkata, Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini sedang marah
  dengan kemarahan yang tidak pernah marah seperti ini sebelumnya, dan
  tidak akan marah seperti ini sesudahnya. Nafsi nafsi, pergilah
  kepada selainku, pergilah kepada Muhammad SAW!
 
  Akhirnya mereka mendatangi Muhammad SAW, dan berkata, Wahai
  Muhammad, engkau adalah utusan Allah dan penutup para nabi. Allah
  telah mengampuni dosamu yang lalu maupun yang akan datang.
  Syafa'atilah kami kepada Rabb-mu, tidakkah kau lihat apa yang kami
  alami?
 
  Lalu Nabi Muhammad SAW pergi menuju bawah 'Arsy. Di sana beliau
  bersujud kepada Rabb, kemudian Allah membukakan kepadanya dari
  puji-pujian-Nya, dan indahnya pujian atas-Nya, sesuatu yang tidak
  pernah dibukakan kepada seorangpun sebelum Nabi Muhammad. Kemudian
  Allah SWT berkata kepada Muhammad, Wahai Muhammad, angkat kepalamu,
  mintalah, niscaya kau diberi, dan berilah syafa'at niscaya akan
  dikabulkan!
 
  Maka Muhammad SAW mengangkat kepalanya dan berkata, Ummatku wahai
  

[proletar] Re: gokil yagndungu madresah...(was Re: [islamkristen] Pemenang Olimpiade Sains Didominasi Sekolah KAFIR

2006-05-03 Terurut Topik Jusfiq Hadjar

gokil yang dungu kayak anjing lagi nyari-nyari kesalahan orang
Nasrani... 

On 3 May 06, at 14:44, gokil wrote:

 Dan adalah hak mereka untuk melakukan kristenisasi seperti juga
 adalah hak orang Islam untuk melakukan dakwah...
 
 dakwah ama kristenisasi laen pig!, dakwah ya sama aja ama yg dilakuin
 pendeta siape tuh di pantai karnival ancol kemarenan.
 
 
 
 ---
 
 - Original Message - 
 From: Jusfiq Hadjar [EMAIL PROTECTED]
 To: [EMAIL PROTECTED]
 Sent: Wednesday, May 03, 2006 4:25 PM
 Subject: gokil yagndungu madresah...(was Re: [islamkristen] Pemenang
 Olimpiade Sains Didominasi Sekolah KAFIR
 
 
 
 
  On 3 May 06, at 7:41, gokil wrote:
 
  makenye baca yg bener tem, kan ade tuh tulisan :
 
  Menurut Hamid hasil tes intelectual quotient (IQ) menunjukkan rata-
  rata siswa di seluruh Indonesia itu cerdas, hanya saja belum
  difasilitasi pemerintah daerahnya. Ada banyak kelemahan dan itu
  akan kami perbaiki, katanya.
 
  yg jelas sekolah kapir di fasilitasi dgn baik oleh yayasan2 ybs,
  wong yayasan2 tsb duitnye kagak abis2 kok hasil malak dari
  perpuluhan.
 
 
 Orang Islam yang dungu-dungu kayak anjing sebaliknya buang-buang
 duit untuk naik haji dan bukannnya untuk meningkatkan mutu
 pendidikan...
 
 
  jangankan mempasilitasi siswa2nya yg jelas2 kristen, wong
  mempasilitasi (baca: mengkristenisasi) orang2 diliuar kristen juga
  rajin kok.
 
 
 
 Dan adalah hak mereka untuk melakukan kristenisasi seperti juga
 adalah hak orang Islam untuk melakukan dakwah...
 
 
  ---
 
  - Original Message - 
  From: item abu
  To: islamkristen@yahoogroups.com
  Sent: Wednesday, May 03, 2006 4:47 AM
  Subject: [islamkristen] Pemenang Olimpiade Sains Didominasi Sekolah
  KAFIR
 
 
  Kemana tuh madrasah-madrasah?
 
  - Original Message - 
  From: Bima Sakti [EMAIL PROTECTED]
  To: islamkristen@yahoogroups.com
  Sent: Tuesday, May 02, 2006 8:36 AM
  Subject: [islamkristen] Pemenang Olimpiade Sains Didominasi Sekolah
  KAFIR
 
   Hidup Kafir!!! Maju terus .
  
   **
  
   Pemenang Olimpiade Sains Didominasi Sekolah Swasta
  
  
   TEMPO Interaktif, Jakarta:Provinsi DKI Jakarta dan
   sekolah-sekolah swasta mendominasi perolehan medali emas pada
   Olimpiade Sains Nasional (OSN) IV 2005.
  
   DKI Jakarta yang mengirim 106 peserta meraih juara umum dengan 33
   medali emas, dari 67 medali emas yang diperebutkan. Provinsi
   ibukota negara ini meraih medali emas di hampir semua mata
   pelajaran yang dilombakan, kecuali biologi SMP dan IPA SD.
  
   Para peserta yang meraih medali emas umumnya berasal dari
   sekolah- sekolah swasta. Pemenang tingkat SMA didominasi leh SMA
   milik BPK Penabur, SMA Kolese Kanisius, dan SMA IPEKA Bilinguil
   yang kesemuanya berlokasi di Jakarta.
  
   Dominasi sekolah swasta yang sangat mencolok terlihat pada mata
   pelajaran Matematika tingkat SMP. Tujuh dari sembilan peraih
   medali emas berasal dari SMPK milik BPK Penabur di Jakarta dan
   Tangerang, sedangkan dua sisanya direbut SMP YPPK St. Paulus
   Jayapura dan SMP Methodist 3 Medan.
  
   Hasil serupa juga terlihat di mata pelajaran fisika tingkat SMP.
   Hanya di bidang biologi SMP saja, SMP Negeri dari luar Jakarta
   unggul dengan merebut 7 dari 9 medali emas.
  
   Bukan berarti daerah itu kalah pintar, tapi mereka cuma tidak
   difasilitasi. Faktor kemenangan itu lebih kepada mereka
   difasilitasi atau tidak, kata Direktur Pendidikan Sekolah
   Lanjutan Tingkat Pertama Departemen Pendidikan Nasional, Hamid
   Muhamad.
  
   Menurut Hamid hasil tes intelectual quotient (IQ) menunjukkan
   rata- rata siswa di seluruh Indonesia itu cerdas, hanya saja
   belum difasilitasi pemerintah daerahnya. Ada banyak kelemahan
   dan itu akan kami perbaiki, katanya.
  
   Pemenang medali emas SMP bidang matematika asal SMP YPPK St.
   Paulus Jayapura Papua, Andrey Sakharoov Awoitauw, menyatakan
   pelajaran yang didapatkannya di Papua jauh berada di bawah
   soal-soal OSN.
  
   Pelajaran waktu latihan sama Pak Yohanes Surya jauh lebih sulit
   dan tinggi dibanding di Papua, kata Andrey yang mengaku 9 bulan
   berada di Karawaci, Tangerang, untuk persiapan OSN IV. Di Papua,
   lanjut dia, mereka jarang mendapatkan pelajaran praktikum.
  
   Tapi di Karawaci ada banyak praktek, timpal pemenang medali
   emas SMP bidang Fisika asal SMP YPJ Kuala Kencana Mimika, Papua,
   Erick G.S. Rumainum. Oktamandjaya Wiguna
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
   Yahoo! Groups Links
  
  
  
  
  
  
  
 
 
  How low will we go? Check out Yahoo! Messenger's low PC-to-Phone
  call rates.
 
 
  YAHOO! GROUPS LINKS
 
   Visit your group islamkristen on the web.
 
   To unsubscribe from this group, send an email to:
   [EMAIL PROTECTED]
 
   Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of
   Service.
 
 
 
 
  Yahoo! Groups Links
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
  Yahoo! Groups Links
 
 
 
 
 
 
 
  
 
 
 
 
 Yahoo! Groups Links
 
 
 
 
 

[proletar] Pemerintah Akan Bangun Pusat Pembinaan Sains

2006-05-03 Terurut Topik Ambon
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/052006/03/0702.htm


  Pemerintah Akan Bangun Pusat Pembinaan Sains 


  JAKARTA, (PR).-
  Menko Kesra Aburizal Bakrie menuturkan, pemerintah akan membangun pusat 
pembinaan sains untuk mendukung keberhasilan siswa Indonesia yang mengikuti 
berbagai perlombaan di bidang sains di tingkat nasional dan internasional.

  Kita akan membuat center, supaya mereka bisa dididik dengan baik dan 
bisa berkonsentrasi dengan pendidikannya, ujar Aburizal ketika menerima Tim 
Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI) usai mengikuti Olimpiade Fisika Asia (APhO) 
ke-7 di Almaty, Kazakhstan, di kediamannya di Jakarta, Selasa (2/5). 

  Aburizal menjelaskan, pemerintah berencana membangun pusat pembinaan 
sains seluas 40.000 meter persegi untuk memfasilitasi kegiatan pembinaan sains 
dan ilmu pengetahuan bagi siswa dan guru. Pembangunan fasilitas pembinaan itu 
akan dibiayai pemerintah, perusahaan swasta, dan masyarakat. 

  Saya belum tahu berapa banyak yang dapat disediakan pemerintah. Tetapi 
pemerintah akan berusaha mendapat dana itu, bisa dari pemerintah sendiri, 
swasta atau masyarakat, katanya. 

  Membanggakan

  Aburizal juga mengaku bangga terhadap anak-anak Indonesia yang telah 
mengharumkan nama bangsa dengan memenangi berbagai perlombaan sains di tingkat 
internasional. Ini membuktikan kita tidak lebih buruk, bahkan bisa lebih baik 
dibandingkan negara lain dalam hal sains dan teknologi, katanya. 

  Sebagaimana diketahui, pada 29 April 2006 lalu, Tim Olimpiade Fisika 
Indonesia yang mengikuti Olimpiade Fisika Asia (APhO) ke-7 di Almaty, 
Kazakhstan berhasil mendapat dua medali emas, satu medali perak, tiga medali 
perunggu dan tujuh penghargaan khusus (Honorable Mention).

  Tim Indonesia di bawah pembinaan Prof. Yohanes Surya, Ph.D. mengirimkan 
dua tim yakni tim A dan tim B. 

  Tim A berhasil membawa pulang dua medali emas atas nama Pangus (SMAK 3, 
Penabur Jakarta) -- yang juga mendapatkan predikat The Best Experimental atau 
nilai sempurna untuk eksperimen -- dan Irwan Ade Putra (SMAN 1, Pekanbaru). 
Satu medali perak atas nama Jonathan Pradana Mailoa (SMK Penabur, Jakarta). 
Satu medali perunggu atas nama Andi Octavian Latief (SMAN 1 Pamekasan, Madura) 
dan empat penghargaan Honorable Mention atas nama Musawwadah Mukhtar (SMAN 
78, Jakarta), Jeremy Hadidjojo (SMA Kanisius, Jakarta), Irvan Sanjaya (SMAN 1, 
Karawang), dan Budi Heryadi (SMAN 3, Bandung).

  Sementara itu, Tim B yang tidak ditargetkan mendapat medali, berhasil 
mempersembahkan dua medali perunggu atas nama Firmansyah Kasim (SMP Athira, 
Makassar) dan Rudy Handoko (SMP Sutomo 1, Medan) serta tiga Honorable Mention 
atas nama Yoshua Maranatha (SMAN 3, Yogyakarta), Ekahana Sandy Adhitia (SMAK 1 
Penabur, Jakarta), dan David Halim (SMA Xaverius, Bandar Lampung).

  Dalam olimpiade ini, tim Cina menempati urutan pertama dengan meraih 8 
medali emas. Posisi kedua ditempati tim Indonesia, dan Taiwan berada di posisi 
ketiga. Menurut rencana, olimpiade fisika tingkat dunia (IPhO) akan 
diselenggarakan di Singapura pada Juni 2006. (A-94)***
 



[Non-text portions of this message have been removed]



Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage:  http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/proletar/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[proletar] Pernikahan Ketiga yang Berakhir Petaka

2006-05-03 Terurut Topik Ambon
http://www.suaramerdeka.com/harian/0605/03/nas05.htm

Pernikahan Ketiga yang Berakhir Petaka


   
  DIRAWAT: Purwati, korban pembakaran oleh suaminya sendiri, Sukar, masih 
dirawat di RSUD Soeselo Slawi. Dia ditunggui ibunya. (57a) - SM/Aris Mulyawan   
 
Kasus kekerasan dalam rumah tangga (KdRT) kembali terjadi. Kali ini di Brebes. 
Seorang suami tega membakar istrinya yang sedang hamil lima bulan. Bagaimana 
nasib korban saat ini, yang sekujur tubuhnya terkena luka bakar? Berikut 
laporannya.

KONDISI kesehatan Purwati (33), warga Desa Karanglo, Kecamatan Jatibarang, 
Brebes, korban kekerasan suaminya, Sukar (40), membaik. Kemarin, di ruang ICU 
RSUD Dokter Soeselo, Slawi, Kabupaten Tegal, dia mulai dilatih oleh tenaga 
medis untuk menggerakkan jari-jemarinya yang melepuh bekas luka bakar.

Dia belum bisa berbicara lancar. Suaranya lirih dan kurang jelas. Di ruang 
perawatan, dia hanya bisa terbaring. Sesekali dia memanggil ibunya, Kasti (50), 
untuk meminta minum. Sementara itu alat monitor detak jantung di samping tempat 
tidurnya, nampak tidak teratur. 

Kasti tidak mengira, jika pernikahan ketiga Purwati yang kini dikarunai tiga 
anak itu berakhir petaka. Sirna sudah impian penjual ikan keliling itu 
membangun keluarga harmonis. 

Padahal, mereka baru menikah sembilan bulan lalu. Sebelumnya, korban pernah 
membangun rumah tangga dengan Warjo, warga Brebes; dan Nano, warga Subang. 
Namun dua kali pernikahannya itu gagal.

Sebenarnya, anak saya itu baru menikah siri dengan Sukar. Jadi belum memiliki 
surat-surat sah, kata Kasti, ibu korban, di ruang ICU. 

Purwati yang sedang hamil lima bulan, dibakar Sukar pada Minggu (30/4) pagi. 
Suami istri tersebut tinggal di Desa Karanglo, Kecamatan Jatibarang, Kabupaten 
Brebes.

Diduga, Sukar tega melakukan perbuatan sadis itu setelah dimarahi sang istri 
lantaran menggunakan uang kulakan (beli untuk dijual) ikan senilai Rp 500.000 
untuk berjudi.

Sering Bertengkar 

Kasti bercerita, pasangan tersebut sering bertengkar. Bahkan, tidak jarang 
Purwati dipukul. Terang saja, karena keduanya sudah berumah tangga, dia tidak 
bisa berbuat banyak. Kasti hanya bisa mengelus dada. 

Sepengetahuan dia, menantunya itu tidak pernah memberi nafkah keluarga. 
Kebutuhan sehari-hari Sukar hanya menggantungkan hidupnya kepada sang istri. 
Sukar tidak memiliki pekerjaan tetap. 

Sementara itu Kepala Ruang ICU RSUD, Riswan mengatakan, kesadaran korban sudah 
bagus, kondisi fisiknya juga membaik. Purwati mau diberi makan dan minum.

Mudah-mudahan kesehatannya semakin membaik. Keluarganya sendiri ikut membantu 
kami dalam proses penyembuhan dengan memberi motivasi kepadanya, kata Riswan. 

Kapolres Brebes, AKBP Drs Ma'shum melalui Kasat Reskrim, AKP Mugi Sekarjaya 
SSos SIK mengatakan, hingga kemarin pihaknya masih memburu suami korban. 
Perkara tersebut akan kami tindak lanjuti, katanya.(Aris Mulyawan-


[Non-text portions of this message have been removed]



Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage:  http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/proletar/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[proletar] Siapkah Kita?

2006-05-03 Terurut Topik Ambon
http://www.jawapos.co.id/index.php?act=detail_cid=223929

Rabu, 03 Mei 2006,


Siapkah Kita?
Anggaran Pendidikan 20 Persen
oleh Mohammad Nuh 




DALAM waktu tidak lama lagi -sesuai dengan putusan Mahkamah Konstitusi (MK) 
berkait dengan peningkatan alokasi anggaran pendidikan menjadi 20 persen pada 
APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara) tahun-tahun mendatang sesuai amanat 
UUD- rasanya, anggaran pendidikan 20 persen akan menjadi kenyataan.

Kalau dalam putusan MK pada 22 Maret 2006 -dalam sidang putusan uji materi 
terhadap UU No 13/2005 tentang APBN 2006- diputuskan bahwa menyangkut anggaran 
pendidikan sebesar 9,1 persen sebagai batas tertinggi bertentangan dengan UUD, 
dan MK tidak membatalkan UU No 13/2005, itu bukan berarti putusan tersebut bisa 
ditoleransi pada tahun anggaran berikutnya. Sebab, pertimbangannya lebih pada 
tahun anggaran yang berjalan.

Artinya, pada tahun anggaran mendatang, pemerintah dituntut harus bisa memenuhi 
seperti yang tertera dalam UUD 45 pasal 31 ayat 4, yang mengatakan negara 
memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari APBN 
serta APBD.

Pertanyaannya, siapkah lembaga pendidikan kita ketika anggaran pendidikan 20 
persen itu benar-benar terealisasi. Sebab, sekurang-kurangnya, 20 persen APBN 
dan APBD itu paling tidak dua kali lipat anggaran yang selama ini diterima 
Diknas.

Memang ada yang mengkhawatirkan, kenaikan porsi anggaran pendidikan menjadi 
minimal 20 persen dari total APBN dan APBD itu berisiko pada munculnya 
kebocoran atau penyimpangan dalam penggunaannya. Hal itu didasarkan, pertama: 
pada kenyataan di lapangan bahwa dalam pengelolaan pendidikan masih ditemukan 
adanya kebocoran atau penyimpangan tersebut. 

Meski demikian, juga tidak dibenarkan ada alasan untuk tidak memenuhi tuntutan 
minimal anggaran tersebut karena harus menunggu sucinya pengelolaan 
penggunaan anggaran. Kedua, belum adanya program detail tahunan sebagai turunan 
dari grand design pendidikan nasional. 

Atas dasar itulah, ke depan, Departemen Pendidikan Nasional dan juga lembaga 
pendidikan -dalam hal ini sekolah dan perguruan tinggi sebagai ujung tombak 
pelaksanaan dan penyerap anggaran- harus benar-benar menyiapkan diri untuk: (i) 
meningkatkan kemampuan dalam manajemen sekolah (ii) menyiapkan program detail 
yang mencerminkan kegiatan persatuan sekolah dengan ukuran keberhasilannya, dan 
(iii) menyiapkan sistem monitoring, evaluasi, serta improvisasi.

Ini menjadi sangat penting agar tidak muncul pertanyaan, mampukah atau siapkah 
lembaga pendidikan kita menyerap dengan tepat anggaran 20 persen dari APBN dan 
APBD? Jika tidak, bukan mustahil rasionalitas 20 persen anggaran pendidikan itu 
hanya akan menjadi bumerang bagi departemen, lembaga, atau institusi pendidikan 
itu sendiri.

Efisiensi dan Akuntabilitas 

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan. Tapi, sebelum melakukan gerak-langkah 
itu, hal paling penting adalah bagaimana menerapkan efisiensi dan akuntabilitas 
menjadi sebuah syarat mutlak untuk bisa membuktikan bahwa anggaran pendidikan 
20 persen kelak dapat secara signifikan dirasakan manfaatnya. Keduanya harus 
menjadi roh dalam mengelola pendidikan. 

Efisiensi bukanlah minimisasi anggaran, tetapi ketepatan dalam pengalokasian 
anggaran. Rasionalitas pengalokasian tersebut, setiap mata kegiatan yang 
disertai dengan mata anggaran dapat dipertanggungjawabkan baik dari sisi 
substansi maupun administrasinya. Itulah substansi akuntabilitas. 

Sedikitnya ada dua tolok ukur yang bisa dijadikan acuan untuk dapat menyerap 
anggaran pendidikan 20 persen yang tidak menimbulkan kemubaziran, yaitu 
kualitas output dan kualitas outcome. Meskipun harus disadari pendidikan 
merupakan proses fungsi waktu. 

Perbaikan input hari ini, output dan dampaknya baru bisa dilihat hari 
berikutnya. Pertama, merencanakan dengan matang dan saksama pengertian kualitas 
output yang harus dicapai. Kalau misalnya selama ini kualitas lulusan SD sampai 
SMA memiliki standar kelulusan dengan Nilai Ujian Negara (NUN) ditetapkan 4,25 
dan tingkat kelulusan baru mencapai 85 persen, maka ke depan, dengan anggaran 
yang lebih besar lagi, hasilnya harus berubah, memiliki standar kelulusan NUN 
di atas 5 dan mencapai tingkat kelulusan 100 persen.

Pertanyaannya, jika tidak, maka kenaikan anggaran pendidikan 20 persen tidak 
secara signifikan berimbas kepada kualitas peserta didik. Padahal, logikanya, 
kenaikan anggaran itu untuk mengangkat kemampuan sumber daya manusia kita agar 
lebih dapat bersaing sehingga kemampuan daya saing bangsa (nation's 
competitiveness), sebagai cerminan dari kemampuan kualitas SDM akan lebih baik, 
tidak terpuruk seperti yang selama ini ditemukan dalam berbagai hasil 
pengukuran yang dilakukan lembaga-lembaga internasional.

Kedua, pengukuran melalui kualitas outcome. Dengan kualitas outcome ini, 
keberhasilan pendidikan tidak saja diukur melalui output langsung yang 
dihasilkan sebuah proses pendidikan, tetapi dampak pendidikan itu sendiri yang 

[proletar] Merdeka, Tak Pernah Merdeka

2006-05-03 Terurut Topik Ambon
http://www.jawapos.co.id/index.php?act=detail_cid=223926

Rabu, 03 Mei 2006,



In Memoriam Pramudya Ananta Toer


Merdeka, Tak Pernah Merdeka

Oleh Herdi Sahrasad *



Ide-ide dari seluruh penjuru dunia yang ditampung masyarakat modern Indonesia 
menjelang akhir abad 20, meminjam perspektif Pramoedya Ananta Toer, tak mungkin 
dibendung pantulannya oleh kekuasaan yang enggan menjadi dewasa. 

Pramudya Ananta Toer, pujangga kesohor dan calon pemenang Nobel kesusastraan 
dari Indonesia, menyampaikan pandangan itu di Manila ketika menerima 
Penghargaan Magsaysay beberapa tahun silam. Sebuah penghargaan yang menimbulkan 
kontroversi. 

Kini Pram sudah tiada. Namun, suaranya mengingatkan kita bahwa sejarah hidupnya 
adalah sejarah manusia yang mengalami penindasan berlapis-lapis. Ironis, 
paradoksal, tragis, dan kontroversial.

Pram, walau berasal dari keluarga pejuang kemerdekaan -dan ia sendiri pun 
pejuang kemerdekaan-, dalam 50 tahun kemerdekaan justru kehilangan kemerdekaan 
pribadi selama 35,5 tahun. Selama 2,5 tahun dirampas Belanda, hampir satu tahun 
dirampas kekuasaan militer semasa Orde Lama, dan 30 tahun semasa Orde Baru, 
antara lain, 10 tahun kerja paksa di Pulau Buru dan 16 tahun sebagai ternak 
juga hanya dengan kode ET, artinya tahanan di luar penjara. 

Sebagai pengarang, sudah tentu Pram berontak terhadap kenyataan itu. Maka dalam 
karya-karyanya, dia mencoba berkisah tentang tahap-tahap tertentu perjalanan 
bangsa ini dan mencoba menjawab: mengapa bangsa ini jadi begini? 

Menurut Pram, Indonesia pascakolonial Belanda dan pendudukan militeristis 
Jepang mengalami perubahan yang kadang sulit dimengerti. Perubahan itu telah 
dialami negara Indonesia sendiri dari Demokrasi Liberal (Demlib) menjadi 
Demokrasi Terpimpin (Dempin), kemudian Demokrasi Pancasila (Dempan). 

Dalam masa demokrasi liberal, negara tetap berdasar Pancasila yang tak banyak 
diacuhkan, dalam masa demokrasi terpimpin, sewaktu Presiden Soekarno dengan 
segala konsekuensinya hendak mandiri dan mengebaskan pengaruh dan keterlibatan 
Perang Dingin para adikuasa, Pancasila lebih banyak dijadikan titik berat. 

Menurut Pram, Soekarno sebagai penggali Pancasila tidak bosan-bosan menerangkan 
bahwa Pancasila di antaranya digali dari San Min Chui Sun Yat Sen, Declaration 
of Independence Amerika Serikat, dan Manifesto Komunis dalam hal keadilan 
sosial. Penulisan sejarah sungguh memerlukan kejujuran dan keterbukaan. 

Semasa demokrasi Pancasila yang ditandai dengan gerakan de-Soekarnoisasi, 
rujukan-rujukan Pancasila bukan saja tidak pernah disebut lagi bahkan pernah 
ada upaya dari seorang sejarawan Orde Baru yang membuat teori (palsu) bahwa 
Pancasila bukan berasal dari Soekarno. Bung Hatta menegaskan kepada kita bahwa 
Soekarno adalah penggali Pancasila. 

Sastra dan Politik

Di bawah kekuasaan Jepang, menurut Pram, ada sastra avant garde yang lahir dan 
terjadi semasa penindasan militerisme Jepang, suatu pemberontakan yang sama 
kerasnya dengan penindasannya. Sosok itu Chairil Anwar dengan sajaknya, Aku, 
menyatakan, Aku binatang jalan/Dari kumpulannya terbuang. 

Pram melihat, Chairil Anwar menolak diperlakukan sebagai binatang ternak oleh 
Jepang, yang hanya harus melakukan perintah Jepang dan memisahkan diri dari 
selebihnya. Dia sendirilah yang harus bertanggung jawab atas karyanya. Kempetai 
Jepang menangkap Chairil Anwar (tokoh utama Kesusastraan Angkatan 1945) dan 
menganiayanya. Memang kemudian, dia dibebaskan. 

Ironisnya, masyarakat pembaca yang banyak membaca dan menyukai sajak Aku 
tersebut umumnya tak mengkaitkannya dengan masa pendudukan militeris Jepang 
waktu dia menciptakan sajak itu dengan luka dan bisa kubawa berlari.. Militer 
Jepang pada waktu itu amat bengis dan fasis. 

Celakanya, fasisme tumbuh di Indonesia sebagai akibat warisan koloni Jepang. 
Dalam hal itu, Chairil berontak terhadap situasi politik di bawah Jepang yang 
membelenggu. Sastra dan politik berimpitan dalam badan dan jiwa Chairil yang 
meradang.

Mungkin ada yang heran mengapa bagi Pram, sastra bertautan erat dengan politik. 
Pram tidak menolak kenyataan itu. Menurut pandangannya, setiap orang dalam 
kehidupan bermasyarakat, apalagi berbangsa, selalu bertautan dengan politik. 
Bahwa seseorang menerima, menolak, bahkan mengukuhi suatu kewarganegaraan 
adalah sikap politik. 

Bahwa seseorang mengibarkan bendera kebangsaannya, itu adalah perbuatan 
politik. Bahwa seseorang membayar pajak, itu adalah pengakuan pada kekuasaan, 
jadi juga berarti ketaatan politik. Juga sastra tidak bisa lepas dari politik 
sejak sastra itu sendiri dilahirkan umat manusia. 

Bagi Pram, selama ada masyarakat manusia dan kekuasaan yang mengatur atau pun 
merusaknya, di situ setiap individu bertautan dengan politik. Dari kalangan 
publik, pernah lahir anggapan bahwa politik adalah kotor, maka sastra harus 
terpisahkan dari politik. 

Memang bisa saja politik kotor di tangan dan dari hati politisi dan penguasa. 
Kalau ada yang kotor, demikian Pram, sudah tentu juga ada 

[proletar] Kalla Belum Menyerah

2006-05-03 Terurut Topik Ambon
http://www.indomedia.com/bpost/052006/2/depan/utama1.htm

 
Kalla Belum Menyerah



Jakarta, BPost 
Pemerintah menyatakan terima kasih kepada para buruh karena demonstrasi, Senin 
(1/5), berlangsung damai. Namun, pemerintah menolak tuntutan peringatan Hari 
Buruh Internasional 1 Mei ditetapkan sebagai hari libur nasional. 

Pemerintah juga bergeming UU Ketenagakerjaan dibahas ulang melalui tripartit; 
pemerintah, pimpinan serikat pekerja dan pengusaha.

Kalau kita setuju libur (hari buruh) akan banyak liburnya nanti, terus kapan 
bekerjanya. Karena itu kita tak setuju, tegas Wapres Jusuf Kalla. 

Diungkapkan Kalla, dalam satu tahun di Indonesia terdapat 12 hari libur 
nasional menyangkut keagamaan seperti hari raya dan sebagainya, serta hari 
libur nasional kenegaraan. Di negara-negara sosialis seperti di Rusia atau 
China, tidak ada hari-hari libur nasional karena keagamaan.

Karena tak ada hari raya agama, maka mereka pakai hari buruh itu sebagai libur 
nasional. Sekarang ini mereka libur satu minggu, katanya.

Dalam aksinya di depan gedung DPR/MPR, ribuan buruh mendesak 1 Mei ditetapkan 
sebagai hari libur nasional. Mereka akan menggantikan hari kerja itu pada hari 
lainnya. Kita sudah sepakat dengan perusahaan menggantikan hari ini (1/5) 
dengan tanggal 25 Mei sebagai hari kerja, kata Indah, seorang aktivis buruh.

Dalam sidang paripurna pembukaan masa sidang IV DPR RI, sejumlah anggota DPR 
mengusulkan agar 1 Mei dijadikan sebagai hari libur nasional. Kata Arya Bima 
dari Fraksi PDIP, 1 Mei harus menjadi momentum bagi buruh untuk memperjuangkan 
kesejahteraan dan keadilan. 

Usulan Arya Bima mendapat dukungan dari Yuddy Chrisnandi (Fraksi Partai 
Golkar), Constan Ponggawa (Faksi Partai Demokrat), Effendi Simbolon (Fraksi 
PDIP). Namun Sekretaris Fraksi Partai Golkar, Yahya Zaini menolak usulan 
tersebut. Dia beralasan 1 Mei merupakan hari kelahiran Karl Marx. 

Sebagai bangsa yang berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa, sepertinya tidak pas 
kalau 1 Mei dijadikan sebagai hari libur nasional, cetus Yahya. 

Revisi UU No 13/2003

Kalla bergeming rencana merevisi UU Ketenagakerjaan No 13 Tahun 2003, tetap 
diserahkan kepada lembaga tripartit; pemerintah dan pimpinan serikat pekerja 
dan pengusaha untuk dikaji ulang.

Namanya juga kajian, kita lihat dulu hasilnya nanti apa. Kalau hasil kajian 
mengatakan sudah baik ya tak perlu revisi. Kalau hasil kajian memang perlu ada 
yang diubah ya kita lihat nanti hasilnya, jelas Kalla.

Namun kalangan di DPR menegaskan akan menolak membahas revisi UU No 13 Tahun 
2003 tentang Ketenagakerjaan. Sikap itu disampaikan Wakil Ketua DPR Zaenal 
Ma'arif dan Ketua Komisi IX (bidang ketenagakerjaa) Ribka Tjiptaning, saat 
menemui ribuan buruh, di depan Gedung DPR/MPR, kemarin.

Jangan sekali-kali membawa RUU Ketenagakerjaan ke DPR, karena kami akan 
menolaknya, tandas Zaenal Ma'arif di depan para demonstran buruh itu.

UU yang ada sekarang ini sama sekali tidak mengganggu para investor. Kenapa 
investor pada pergi, itu karena penegakan hukum kita yang tidak tegas. Banyak 
sekali pungutan dilakukan kepada para investor, itu yang tidak ditindak tegas, 
imbuh politisi asal Partai Bintang Reformasi itu.

Komisi IX DPR tegas menyatakan tidak akan membahas draft revisi UU No 13/2003 
itu meski saat ini belum menerimanya. Saya sebagai Ketua Komisi IX akan 
menolak dan tidak membahas revisi, kata Ribka Tjiptaning disambut tepuk tangan 
puluhan ribu buruh.

Koordinator SPN Bambang Wirahjoso menyatakan puas dengan janji DPR itu. Dengan 
janji itu, Bambang menganggap tuntutan buruh sudah diterima DPR. Hasil ini 
akan kita sosialisasikan ke daerah-daerah, tandasnya. 

Menanggapi sikap kalangan di DPR, Wapres Jusuf Kalla menyatakan bahwa yang bisa 
mengambil keputusan untuk DPR adalah sidang-sidang atau rapat-rapat DPR. 
Setahu kita DPR baru ambil sikap pada saat rapat-rapat, kalau pribadi-pribadi 
itu bukan keputusan DPR, jelasnya.

Aktivis Yeni Rosa Damayanti tidak heran bila Wakil Presiden Jusuf Kalla tidak 
percaya DPR --Komisi IX-- sudah sepakat tidak akan membahas rencana revisi UU 
Ketenagakerjaan No 13 Tahun 2003. Menurut dia, sikap Jusuf Kalla saat ini lebih 
didasari sebagai seorang pengusaha daripada pemimpin.

Kami tidak heran karena selama ini sikap Yusuf Kalla kan memang mewakili 
kepentingan pengusaha. Naif kalau bisa dikatakan buruh dan pengusaha bisa 
bersatu karena sama-sama memiliki kepentingan yang berbeda. Kalau Jusuf Kalla 
ngotot, buruh makin ngotot, kata Yeni ditemui BPost, di sela-sela demonstrasi.

Karenanya dia mengingatkan Jusuf Kalla agar tidak ngotot mendesak DPR membahas 
revisi UU No13/2003. Kata dia, bila pemerintah ngotot, maka para buruh se 
Indonesia akan makin ngotot. Dia menjamin jika pemerintahan Susilo Bambang 
Yudhoyono-Jusuf Kalla tidak akan bisa bertahan sampai tahun 2009 nanti.

Sementara pengusaha mengkhawatirkan penurunan omzet perusahaan jika kalangan 
buruh terus melakukan demo anti revisi UU No 13/2003 tentang ketenagakerjaan.

Kalau demo terus 

[proletar] Untuk Apa Sekolah?

2006-05-03 Terurut Topik Ambon


Untuk Apa Sekolah?
(Renungan Di Hardiknas)

Oleh: Martina Rahmi SKed

Dialog Anak dan Ibu I
Ma, Andi pengen uang banyak, celoteh seorang anak suatu hari pada ibunya. 
 Berarti, Andi harus sekolah, terus dapat kerja, dapat uang yang banyak deh, 
jawab ibunya ringan.

Dialog Anak dan Ibu II
Bunda, Mira ingin kuliah, dengan wajah penuh harap, seorang gadis berkata 
dengan nada merayu.
Ibunya menjawab sambil mengibaskan tangannya. Buat apa sekolah tinggi-tinggi, 
lihat tuh tetangga kita, capek-capek kuliah akhirnya cuma di dapur. Ngga 
penting sekolah, yang penting bisa cari duit!

Beginilah dialog yang terjadi di banyak rumah di negara kita. Lebih 
menyedihkan, kedua fragmen di atas adalah bagian keseharian kita yang sudah 
dianggap sangat biasa. Cermatilah dan bisa kita tarik garis dogmanya, sekolah 
untuk kaya dan bila tidak kaya sekolah adalah kesia-siaan belaka. Begitu, kan? 
Bisa jadi kita tersentak sesaat, paradigma seperti itu ternyata juga sudah lama 
mengendap di otak kita.

Tak heran, wajah buram pendidikan Indonesia yang masih akan buram karena 
anggaran pendidikan seebsar 20 persen dari APBN begitu berat untuk dikabulkan, 
terus berlanjut. Pelajar yang merasa bakal sulit dapat kerja setelah lulus 
akhirnya sekolah malas-malasan. Atau pilihan lain, mereka berduyun-duyun 
mengikuti kontes dangdut yang menawarkan imbalan besar secara instan daripada 
berlama-lama kuliah di universitas.

Begitu pula masyarakat, saat ada sarjana yang rela mengajari anak-anak 
pedalaman atau hanya mengurus keluarga agar menjadi keluarga berakhlak baik, 
tapi tidak mempunyai pekerjaan tetap di kantoran dianggap gagal. Karena, 
motivasi pendidikan hanya itu. Sebatas nilai rupiah. Hal inilah yang kita 
sadari atau tidak sudah diakarkan kuat-kuat oleh lingkungan, negara dan 
masyarakat dunia yang sudah tercelup oleh warna kapitalisme. Suatu parameter 
yang lemah, tidak kekal dan tidak bermanfaat besar untuk siapa-siapa.

Penguasa sebenarnya sangat mendapat poin strategis dalam hal ini. Kalau boleh 
dibilang dengan kalimat yang lebih lugas, mereka yang harus bertanggungjawab 
untuk mengalihkan pendidikan money oriented yang kita alami selama ini. Dengan 
dipenuhinya sarana pendidikan, perbaikan sistem dan penghargaan yang tinggi 
kepada pendidik akan sangat berdampak pada kualitas keluarannya.

Contohnya, kurikulum pendidikan yang terlalu teoritis, penuh hafalan dan 
kesimpulan berperan melahirkan pengangguran tanpa keterampilan post sekolah. 
Atau pendidikan yang dibawakan dalam suasana materialistis akan membentuk 
generasi lembek tidak berenergi, hobi mengutamakan kepentingan dirinya sendiri, 
dan hanya mampu mengukur segalanya dari keuntungan materi.

Untuk memperbaikinya, tentu tidak lain posisi penguasa (pemerintah) ini harus 
diiisi oleh orang soleh yang faham benar bagaimana menghargai pendidikan. Orang 
adil dan amanah yang berwenang mengeluarkan kebijakan yang betul-betul bijak, 
bisa kita munculkan melalui partai politik. Kita dapat berpartisipasi untuk 
memilih mereka. Jadi, jangan alergi pada parpol.

Semoga tulisan ini tidak terlalu menghakimi, tetapi diharapkan menjadi sedikit 
inspirasi untuk melihat ilmu dengan cara pandang baru. Ilmu terlalu tinggi 
harganya kalau hanya dinilai dari kacamata uang dan dunia. Kalau ada keuntungan 
ekonomi berdasarkan kapasitas ilmu, tentu saja itu efek samping yang berhak 
kita terima. Tapi sekali lagi, terlalu dangkal bila itu sudah menjadi tujuan 
dan arah.

Dialog Anak dan Anda

Nak, mau kuliah di mana? Anda bertanya.

Ah buat apa kuliah, belum tentu jadi kaya, jawab anak Anda dengan maalas.

Sekolah tinggi bukan untuk kaya. Ilmu itu untuk mengangkat derajatmu di sisi 
Allah, dan agar kau menjadi manusia yang paling bermanfaat untuk manusia lain. 
Untuk kekayaan yang sesungguhnya, anakku, jawab Anda.

Tapi, izinkan saya bertanya: Begitukah jawaban Anda?

Dokter Muda RSUD Ulin Banjarmasin
e-mail: [EMAIL PROTECTED]

http://www.indomedia.com/bpost/052006/2/opini/opini1.htm


[Non-text portions of this message have been removed]



Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage:  http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/proletar/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[proletar] Minta Yudhoyono Pimpin Dunia Islam

2006-05-03 Terurut Topik Ambon
http://www.indomedia.com/bpost/052006/2/depan/utama12.htm

 
Ulama Kharismatik Syekh Yusuf Qardawi
Minta Yudhoyono Pimpin Dunia Islam



Doha, BPost
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mendapat kunjungan istimewa ketika sedang 
beristirahat di Hotel Sheraton, Doha Qatar, Senin (1/5). Ulama terkemuka dunia, 
Syekh Yusuf Qardawi (83) memintanya memimpin dunia Islam.

Pertemuan mendadak di luar jadwal kunjungan presiden ini, tak urung membuat 
Yudhoyono dan rombongan pejabat terharu. Bahkan Guru Besar UIN Jakarta, 
Nazaruddin Syamsuddin yang turut mendampingi presiden sampai meneteskan air 
mata.

Saya menangis mendengar kedekatan Qardawi dengan kita, tutur Nazaruddin, 
kemarin. Dalam pertemuan itu, Qardawi menyatakan Indonesia dapat menjadi 
pemimpin dunia Islam. Potensi itu sangat besar antara lain karena posisi Muslim 
Indonesia yang moderat. 

Islam di Indonesia telah menampilkan wajah yang baik, tidak berlebihan. Dalam 
posisi itu, saya mengharapkan Presiden dapat berperan untuk memimpin dunia 
Islam, mendorong kemajuan dunia Islam, katanya.

Qardawi yang menjabat Ketua Majelis Fatwa Muslim Eropa ini, fatwa-fatwanya 
sangat berpengaruh di dunia. Ia bahkan berharap kebangkitan Islam dunia 
diharapkan muncul dari Indonesia. 

Banyak yang harus kita perbaiki di dunia Islam, kemiskinan, kebodohan, 
keterbelakangan harus dapat kita selesaikan, tandasnya. Demokrasi dan Islam 
tidak perlu dipertentangkan. Para pemimpin, haruslah bertanggungjawab terhadap 
orang yang dipimpinnya.

Kita harus bertanggungjawab kepada yang kita pimpin, bukan kepada negara 
asing. Dunia Islam, tidak boleh saling menyalahkan. Rakyat jangan menyalahkan 
pemimpinnya. Tidak boleh ada anarki. Negara muslim harus saling bekerja sama, 
pesan ulama kharismatis yang tak mudah ditemui itu.

Menurut Dubes RI di Qatar Abdul Wahid Maktub, Qardawi yang mengambil prakarsa 
bertemu Presiden Yudhoyono. Untuk menghargai ulama berpengaruh itu, Presiden 
merasa berkewajiban mengundangnya datang ke Tanah Air.

Atas undangan itu, Qardawi mengatakan, Saya bukanlah tamu, karena saya telah 
lama menjadi bagian dari rakyat Indonesia. Saya sudah berkenalan dengan 
Indonesia, buku-buku saya banyak diterjemahkan di Indonesia, katanya. 

Pernyataan Qardawi tersebut, kian membuat terpana rombongan presiden. Haru, 
bangga dan bahagia campur jadi satu. Qardawi mengatakan, telah lama mendengar 
cerita tentang komitmen Presiden Yudhoyono untuk kemajuan Islam. Saya datang 
ke sini untuk mengetahui apakah cerita itu benar. Saya ingin mendengarkannya 
langsung dari Presiden, tutur Qardawi.

Setelah mendapat penjelasan dari Presiden tentang kondisi umat Islam dan 
langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mendorong kemajuan Islam, Qardawi 
mengatakan bahwa ulama dan pemerintah haruslah sejalan.

Kami mendengar Presiden dekat dengan ulama, itu baik karena ulama dan 
pemerintah sebaiknya tidak dalam posisi yang berjauhan, kata Qardawi. 

Nazarudin begitu terkesan terhadap pribadi dan pemikiran Qardawi. Dia figur 
yang moderat, diterima semua pihak, baik Suni, Syiah, maupun Wahabi. Dia minta 
kita tidak membenci orang lain, bahkan juga terhadap orang yang tak seagama, 
tandas Nazaruddin.

Marwah Daud Ibrahim, Ketua Presidium ICMI yang ikut dalam rombongan menilai 
Qardawi amat respek terhadap Presiden Yudhoyono, begitu juga sebaliknya. 
Qardawi bahkan meminta Presiden terus rajin melakukan shalat Tahajjud. Di lain 
sisi, Presiden juga meminta Qardawi selalu menasehatinya, kata Marwah. ant/rci 


[Non-text portions of this message have been removed]



Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage:  http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/proletar/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[proletar] Implikasi Tingginya Harga Minyak

2006-05-03 Terurut Topik Ambon
SUARA KARYA



 ANALISIS EKONOMI
Implikasi Tingginya Harga Minyak
Oleh Umar Juoro
Pengamat Ekonomi 


Rabu, 3 Mei 2006
Harga minyak di pasar dunia mengalami peningkatan lagi mencapai di atas 70 
dolar AS per barel. Tingginya harga minyak ini disebabkan oleh kekhawatiran 
menyangkut pasokan minyak dunia berkaitan dengan ketegangan antara AS dan Iran, 
dan masalah politik di Nigeria dan Venezuela sebagai produsen utama minyak 
dunia. Pada umumnya banyak analis memperkirakan harga minyak tetap tinggi - 
paling tidak sampai dengan akhir tahun. 

Keadaan itu tentu saja memberatkan anggaran negara karena asumsi harga minyak 
dalam APBN 2006 adalah 57 dolar AS per barel. Jika harga minyak tetap tinggi, 
sekitar 70 dolar AS per barel, diperkirakan subsidi bahan bakar minyak (BBM) 
meningkat dari Rp 54 triliun menjadi sekitar Rp 70 triliun. Itu tentu saja 
membuat pemerintah kesulitan mengatasinya. Jika subsidi tidak ditingkatkan, 
pemerintah harus menaikkan harga BBM yang disubsidi - dan karena itu, tentu, 
sangat membebani masyarakat serta mendorong inflasi. Jika pemerintah 
mempertahankan harga BBM pada tingkatan sekarang ini, subsidi harus ditambah. 
Dari mana sumber dana yang dibutuhkan ini? 

Sebagai anggota OPEC, semestinya Indonesia lebih diuntungkan dengan tingginya 
harga minyak dibanding negara yang bukan produsen minyak. Namun produksi minyak 
Indonesia tidak optimal - akibat rendahnya investasi sebagai dampak 
ketidakpastian dalam peraturan dan kontrak. 

Dengan produksi yang tidak optimal sekalipun Indonesia sebenarnya mendapatkan 
penerimaan yang lebih tinggi dari tingginya harga minyak. Namun di sisi 
pengeluaran untuk subsidi juga terjadi peningkatan yang besar. 

Upaya meningkatkan penerimaan dari tingginya harga minyak tentu saja tidak 
dapat dilakukan dalam jangka pendek. Bahkan kesepakatan antara Pertamina dan 
ExxonMobil untuk mengelola ladang minyak di Blok Cepu kemungkinan baru satu 
sampai dua tahun bisa mulai berproduksi secara berarti. Sedangkan permasalahan 
tingginya harga minyak terutama implikasinya pada subsidi harus dipecahkan 
sekarang juga. 

Gagasan untuk membatasi konsumsi BBM bersubsidi dengan cara rationing 
sebagaimana yang dikemukakan Ketua Bappenas tampaknya menarik dan sederhana. 
Namun dalam perekonomian yang sudah telanjur terbuka, pembatasan konsumsi itu 
akan menimbulkan kekacauan. Dalam perekonomian terbuka, kebijakan yang optimal 
adalah menyesuaikan harga dengan perkembangan di pasar internasional. 

Masalahnya, seberapa besar dan kapan penyesuaian itu dilakukan? Pertimbangan 
lain adalah implikasi terhadap inflasi dan daya beli masyarakat sebagaimana 
kita alami pada saat harga BBM disesuaikan demikian tinggi, Oktober 2005. 

Penyesuaian harga BBM bagaimanapun perlu dilakukan secara bertahap. Pada saat 
ini BBM berupa premium, solar, dan minyak tanah untuk transportasi dan rumah 
tangga masih disubsidi. Sedangkan pemakaian BBM untuk industri dan pertamax 
tidak lagi disubsidi. Penyesuaian harga BBM solar dapat menjadi pilihan pertama 
untuk mengurangi beban subsidi secara bertahap, karena selain beban subsidi 
juga ada alasan berkaitan dengan pencemaran udara. Selanjutnya secara bertahap 
penyesuaian dilakukan untuk premium, dan minyak tanah untuk rumah tangga adalah 
pilihan terakhir. Subsidi untuk minyak tanah adalah yang terbesar. Namun karena 
sensitivitas sosial pengurangannya adalah seminimal mungkin dan sedapat mungkin 
secara perlahan. 

Untuk menunjukkan sensitivitas pemerintah terhadap mobilitas masyarakat 
mempergunakan transportasi, maka subsidi masih dapat diberikan pada angkutan 
umum. Tentu saja secara bertahap pula kualitas pelayanan transportasi publik 
diperbaiki sebagai kompensasi penyesuaian harga BBM untuk transportasi pribadi. 

Karena pengurangan subsidi BBM hanya dapat dilakukan secara bertahap, maka 
pemerintah tetap harus memberikan subsidi tambahan. Namun subsidi tambahan itu 
tidak terlalu besar jika secara bersamaan dilakukan juga penyesuaian harga. 
Ingat, pemerintah masih harus mencari sumber tambahan subsidi terhadap tarif 
dasar listrik (TDL) sekitar Rp 10 triliun sebagai konsekuensi tidak 
dinaikkannya TDL. Kesanggupan pemerintah menanggung kenaikan subsidi BBM 
sebesar Rp 10 triliun saja sudah merupakan beban berat yang harus dicarikan 
sumbernya. Sisa anggaran dan dana yang masih ada di rekening, ditambah 
efisiensi di PLN dan Pertamina, merupakan langkah yang harus ditempuh. 

Dalam jangka menengah, bukan saja optimalisasi produksi minyak dan gas perlu 
dilakukan, tetapi pengembangan energi alternatif juga perlu ditingkatkan. Untuk 
itu pemerintah semestinya tidak sungkan-sungkan memberikan insentif. Dapat 
dikatakan, bagi perusahaan yang bergerak dalam bidang energi, praktis tidak ada 
insentif berarti sebagaimana masa sebelumnya. Perlu dipertimbangkan bahwa 
sejauh ini pemerintah, baik pusat maupun daerah, kurang dapat mempergunakan 
dana secara optimal sebagaimana diperlihatkan oleh rendahnya pencairan dana 
anggaran. Karena 

[proletar] Krisis Air Tanah

2006-05-03 Terurut Topik Ambon
SUARA KARYA 



Krisis Air Tanah
Oleh Sofyan Bakar 


Rabu, 3 Mei 2006
Krisis air tanah, khususnya di Ibu Kota, sudah terjadi. Cadangan 
air tanah di kota yang dihuni hampir 12 juta penduduk ini konon hanya cukup 
untuk keperluan sembilan tahun ke depan. Sementara pelayanan air bersih dari 
perusahaan air minum (PDAM Jaya) belum maksimal. 

Di Jakarta Utara, misalnya, baru 50 persen warganya yang terlayani 
dengan air bersih dari perusahaan daerah tersebut. Selebihnya, dipaksa untuk 
membeli air bersih dari para tukang air keliling, dengan harga mencekik. Survei 
Bank Dunia yang berlabel Livable Cities for the 21st Century menunjukkan, untuk 
mendapatkan air bersih, penduduk miskin di Jakarta harus membayar 20 kali lebih 
mahal dibanding penduduk kaya. 

Ketidakmampuan PDAM itu terus memicu warga Jakarta untuk tetap 
mengusahakan air tanah. Belakangan sejumlah perusahaan besar yang sangat 
membutuhkan air dalam jumlah besar juga menyedot air tanah. Mereka sebagian 
pemilik hotel serta gedung yang berada di sepanjang Jalan MH Thamrin dan Jalan 
Jenderal Sudirman. 

Pengambilan air tanah secara besar-besaran tersebut jelas berdampak 
pada kekosongan air di dalam tanah. Akibatnya, air laut merembes masuk dan 
mengisi kekosongan air tanah tersebut hingga jauh ke dalam. Dan memang, 
rembesan air asin dari Teluk Jakarta kini telah menjangkau Monas. 

Hasil penelitian Direktorat Geologi dan Tata Lingkungan 
menyebutkan, intrusi air laut kini hampir merata di seluruh wilayah Jakarta. 
Wilayah dalam radius 10-15 kilometer di Ibu Kota pada umumnya telah dilanda 
intrusi air laut. Misalnya, air laut telah merasuk ke daerah Kebun Jeruk 
(Jakarta Barat) dan wilayah Segi Tiga Emas Setiabudi, Kebayoran Baru, 
Cengkareng, dan Senen (Jakarta Pusat). Padahal, 20 tahun lalu luas daratan yang 
terkena intrusi air laut baru sekitar dua kilometer dari garis pantai, 
khususnya di daerah Kota. 

Menurut Sutrisno (1987), pada 1880 komunitas penduduk Jakarta (dulu 
Batavia) hanya ratusan ribu orang. Pada saat itu, kebutuhan air minum cukup 
disediakan 10 buah sumur artesis. Semua sumur itu mengalirkan sendiri air tanah 
(free flowing) tanpa dipompa sekalipun. Ini terjadi karena muka air tanah 
berada di atas permukaan tanah sekitar 8-10 meter dari daerah Tanjung Priok. 

Namun, akibat ulah manusia, terutama gencarnya pemompaan air tanah 
tersebut, telah terjadi perubahan drastis terhadap kondisi air tanah. Lini muka 
air tanah makin dalam di bawah muka air tanah dangkal. Ini menyebabkan 
terjadinya imbuhan air tanah dangkal ke dalam sistem akuifer air tanah dalam, 
lewat bocoran ke bawah. Wajar pula jika sistem cekungan air tanah dalam di 
Jakarta menjadi daerah imbuhan air tanah dangkal. Padahal, orang tahu bahwa 
kondisi air tanah dangkal di Jakarta sudah amat tercemar berbagai zat kimia 
berbahaya seperti timbal, seng, amoniak, dan kloroform. Maka, selain intrusi 
air laut, air tanah dalam juga terancam pencemaran lewat bocoran tersebut. 

Sketsa tersebut mengantarkan kita pada pemahaman betapa kritisnya 
air tanah (air bersih) yang disediakan alam. Bukan saja tanah sudah tidak 
banyak memiliki air, air yang tersisa pun sudah tercemar, baik oleh air laut 
maupun oleh racun yang berasal dari sungai Jakarta yang amat kotor. 

Krisis air ini diperparah oleh rusaknya lingkungan, terutama akibat 
permukaan tanah yang makin tidak memungkinkan terinfiltrasinya air hujan yang 
turun ketika musimnya tiba. Padahal, musim hujan adalah waktu yang tepat untuk 
mengatasi krisis tersebut. 

Menurut Sinukaban, secara alami jumlah air hujan itu dari dulu 
hingga sekarang sama saja. Di wilayah DAS Ciliwung, misalnya, jumlahnya tetap 
antara 3.500-4.000 ml setahun. Masalahnya, dulu air hujan yang jatuh ke bumi di 
wilayah ini meresap (infiltrasi) ke dalam tanah hingga 85%. 

Tapi sekarang persentase itu sudah terbalik. Meskipun belum 
didapatkan data persis persentase itu sekarang, dapat diduga air hujan yang 
meresap ke dalam tanah justru tinggal 15%, atau malah lebih kecil. Ini bisa 
dilihat dari indikasi bahwa hujan sedikit saja air sudah membanjiri Jakarta dan 
jika kemarau datang krisis air langsung terjadi. 

Jadi, krisis air, termasuk di Ibu Kota, sebenarnya persoalan 
rendahnya daya infiltrasi tanah terhadap air hujan akibat gundulnya permukaan 
tanah dan minimnya permukaan tanah terbuka hijau karena habis dibangun untuk 
rumah dan gedung-gedung. Karena itu, penyelesaian masalah ini, seperti 
ditegaskan juga oleh Sinukaban, adalah meningkatkan daya infiltrasi air hujan 
ke dalam tanah ini. 

Dan untuk ini ada banyak metode, antara lain (di perkotaan) 
meningkatkan luas area terbuka hijau; meminimalisasi tutupan tanah, khususnya 
dengan jenis yang tidak bisa ditembus air, seperti beton dan aspal; membuat 
sumur resapan; (di pedesaan) 

[proletar] Quo Vadis Parpol, Parlemen, dan Pemerintah

2006-05-03 Terurut Topik Ambon
http://www.republika.co.id/kolom_detail.asp?id=246285kat_id=16

Rabu, 03 Mei 2006


Quo Vadis Parpol, Parlemen, dan Pemerintah 
Oleh : R Siti Zuhro
Peneliti Senior The Habibie Center dan LIPI


Era reformasi telah berjalan sekitar delapan tahun, tetapi harapan rakyat akan 
cita-cita reformasi tak juga kunjung terwujud. Salah satunya karena parlemen 
dan partai politik (parpol) belum mampu menunjukkan fungsinya sebagai pengawas 
atau pengendali kebijakan pemerintah, dan fungsi agregasi dan artikulasi 
kepentingan rakyat. Ini terlihat dengan jelas dari kecenderungan masyarakat 
yang lebih memilih parlemen jalanan. Selama era reformasi nyaris tiada hari 
tanpa demo. 

Fenomena parlemen jalanan ini sebenarnya juga terjadi di negara maju sekalipun. 
Tetapi, dilihat dari tingkat frekuensi dan dampaknya, fenomena parlemen jalanan 
yang terjadi di Indonesia sungguh menyedihkan. Demonstrasi buruh besar-besaran 
yang menentang revisi UU Ketenagakerjaan, misalnya, sedikit-banyak berpengaruh 
pada upaya kita untuk menarik kembali investor asing, khususnya.

Kelahiran reformasi
Tahun 1998 umumnya dipandang sebagai tahun kelahiran orde reformasi. Tetapi 
cikal bakalnya telah ada jauh sebelum itu. Embrionya bisa dilacak sejak Gerakan 
Malari 1974. Kegagalan Orde Baru dalam mewujudkan aspirasi dan keadilan sosial 
telah menimbulkan sejumlah gerakan perlawanan. 

Pada intinya gerakan perjuangan rakyat tersebut merupakan ekspresi dari rasa 
ketidakpuasan rakyat terhadap pemerintah yang dinilainya gagal dalam mengurus 
negara dan bangsa. Selain diwarnai berbagai demonstrasi, di akhir dasawarsa 
1980-an muncul pula perdebatan hangat tentang wacana pemerintahan yang bersih 
dan pembangunan yang lebih bermanfaat bagi masyarakat luas. 

Kekecewaan rakyat terhadap pemerintah dan elite penguasa mencapai puncaknya 
pada periode 1997-1998. Krisis ekonomi yang terjadi pada masa itu akhirnya 
menjadi semacam bom waktu. Kegagalan pemerintah dalam mengatasi krisis ekonomi 
telah membuatnya seperti orang yang kehabisan darah. Dalam keadaan seperti ini, 
kekuasaan represif Soeharto yang telah berlangsung selama 32 tahun pun tak 
mampu lagi menahan tekanan.

Menurut Arief Budiman, meskipun terdapat banyak aktor yang berperan penting 
dalam perubahan sebuah rezim, umumnya aktor utama di dalam civil society adalah 
partai-partai politik. Sementara itu, organisasi massa yang lain, seperti 
badan-badan kemahasiswaan, serikat pekerja dan organisasi wanita lebih berada 
di balik layar. Namun, seperti diketahui, peranan partai politik dalam proses 
pelengseran Soeharto nyaris tak berarti. 

Kualitas pemerintahan
Sulit dipungkiri bahwa kualitas sebuah negara/pemerintahan banyak bergantung 
kepada kualitas masyarakat madaninya. Ini berarti bahwa dalam membangun 
negara/pemerintahan, pemerintah harus bisa bekerja sama sebaik-baiknya dengan 
kelompok-kelompok sosial politik yang dominan dalam masyarakat madani tersebut. 
Tetapi, hal ini tak terjadi selama orde baru.

Kekuatan masyarakat madani mulai menunjukkan eksistensinya setelah berakhirnya 
era Soeharto. Sebagai presiden pada masa peralihan, Habibie cukup berhasil 
menjalankan tugas utamanya, yakni menyelenggarakan pemilu demokratis tahun 
1999. Di bawah euforia politik massa yang sangat tinggi, ia memberikan ruang 
yang cukup luas bagi kebebasan pers. 

Kedudukan dan peranan LSM cukup mendapat tempat. Mereka, bahkan, mampu 
memaksa Habibie untuk mendatangi masyarakat Tionghoa yang menjadi korban 
kekerasan rasial dan meminta maaf. Bila dilihat dari relatif besarnya peran 
serta masyarakat madani dalam perumusan kebijakan-kebijakan publik, bisa 
dikatakan Habibie cukup berhasil mengantarkan rakyat ke sistem politik yang 
demokratis. 

Penerus Habibie, Abdurrahman Wahid, sebenarnya memiliki legitimasi yang cukup 
kuat, namun ternyata ia gagal dalam membangun kerja samanya dengan 
elemen-elemen infrastruktur dan suprastruktur politik lainnya. Meskipun sejak 
lama ia dipandang sebagai pendekar demokrasi, ia tidak dapat bekerja sama 
dengan parlemen secara produktif. Sikapnya yang serba tak terduga menunjukkan 
kekurangpiawaiannya dalam melakukan manajemen politik.

Seperti halnya Wahid, Megawati juga tak mampu mewujudkan harapan besar 
masyarakat terhadap cita-cita reformasi. Kekecewaan masyarakat kembali 
berulang. Ia yang pada awalnya dianggap banyak orang sebagai tokoh yang bisa 
berperan sebagai 'ratu adil', justru ia lebih memperlihatkan sikap politik yang 
berorientasi ke status quo. Dibandingkan dengan Wahid, pemerintahan Mega 
relatif lebih dapat mengendalikan partai politik dan parlemen. Di era 
pemerintahan Mega, kondisi perekonomian Indonesia tidak mengalami perubahan 
yang mendasar. 

Era SBY
Naiknya Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dipandang banyak orang sebagai angin 
segar yang menjanjikan perubahan sosial dan ekonomi yang lebih baik. SBY adalah 
presiden keenam yang dipilih melalui pemilu langsung oleh rakyat dalam sistem 
yang demokratis. Berduet dengan Jusuf Kalla (JK), di era ini 

[proletar] Buruh ultimatum Kalla 3 x 24 jam

2006-05-03 Terurut Topik Ambon
http://www.harianterbit.com/artikel.php?kategori=HEADLINEid=38882

3 May 2006 - 13:20


Buruh ultimatum Kalla 3 x 24 jam



JAKARTA - Kecewa pada Wapres Jusuf Kalla (JK) yang ngotot melanjutkan 
pembahasan revisi UU No 13 Tahun 2003, ribuan buruh yang tergabung dalam 
Serikat Pekerja Seluruh Indonesia [SPSI], Selasa (3/5) siang ini, kembali turun 
ke jalan. Kali ini sasarannya Gedung DPR MPR di Jl Gatot Soebroto, Jakarta. 

Tak cuma itu, kalangan buruh juga mengultimatum Jusuf Kalla untuk mencabut 
ucapannya dalam jangka waktu 3x24 jam. Kalau tidak, kami akan menyerbu Istana 
Wakil Presiden, tegas tokoh buruh Sonny Pudjisasono kepada Harian Terbit, pagi 
tadi. 

Kami kecewa pada Wapres Jusuf Kalla. Apa karena aksi kita pada 1 Mei berjalan 
tertib sehingga dia melanjutkan kembali pembahasan Revisi UU No 13? Ini sangat 
disesalkan, tandas Sekjen SPSI, A Latief Nasution, tadi malam. 

Menurut Latief, pernyataan yang dikeluarkan Wapres usai perayaan Mayday, sangat 
menyinggung dan membuat kalangan buruh marah. Sebagai wapres, Jusuf Kalla tak 
sepantasnya mengatakan hal itu. 

Seperti diketahui, begitu JK melontarkan pernyataan bahwa Revisi UU No 13 Tahun 
2003 akan dilanjutkan kembali, kontan membuat para buruh geram. Tadi malam, 
sejumlah tokoh buruh, di antaranya dari Partai Buruh [Mochtar Pakpahan dan 
Sonny Pudjisasono], KSPI, SPSI, dan KSBSI melakukan pertemuan di RM Handayani, 
Matraman. Mereka menyiapkan gerakan untuk menyikapi pernyataan JK. 

Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Partai Buruh, Mochtar Pakpahan meminta 
Jusuf Kalla segera mencabut ucapannya itu. Sebab, pernyataan JK telah membuat 
buruh marah. Gara-gara ucapannya itu, ada tokoh buruh yang mengajak kalangan 
buruh mengalihkan demonya ke Istana Wapres di Medan Merdeka Selatan, tandas 
Moechtar. 

JK harus segera mencabut ucapannya jika tak ingin lagi ada aksi demo buruh. 
Lebih dari itu, pemerintah harus menyetop pembahasan UU NO 13 Tahun 2003. 

Sedangkan Said Iqbal dari Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia [KSPI] 
mengancam akan menururnkan satu juta buruh ke Jakarta untuk memberi peringatan 
kepada pemerintah. Kalau pemerintah tetap bersikap seperti sekarang, memainkan 
nasib buruh, maka waktu dekat atau paling lambat sebelum bulan puasa, KSPI 
berniat akan menurunkan sekitar satu juta buruh ke Jakarta, kata Iqbal. 

Sementara itu hasil pemantauan Terbit pagi ini, ratusan massa mulai bergerak 
dari berbabagi titik di Jakarta. Di antaranya, massa keluar dari pabrik-pabrik 
yang ada di Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta Timur. Dengan menumpang 
puluhan metro mini, massa bergerak menuju gedung DPR. 

Puluhan bahkan diperkirakan bisa mencapai ratusan ribu buruh yang hendak ke 
Senayan sejak pagi sudah memacetkan lalu lintas. Mereka menggunakan bus, truk, 
bahkan sebagian naik kendaraan roda dua. Dari Kawasan Industri Pulogadung 
misalnya, rombongan buruh sudah siap sejak pagi dan berangkat dari pabrik 
mereka bekerja. 

Kedatangan para demonstran tersebut memacetkan arus lalulintas yang 
menghubungkan Jakarta, Bekasi dan Tangerang seperti terlihat di Jl Tol Cawang 
menuju Grogol mengalami hambatan total. 

Dampak datangnya para buruh yang ingin menyampaikan aspirasi menolak revisi RUU 
No 13/2003 tentang ketenagakerjaan tidak hanya membuat kemacetan, para anggota 
dewan yang hendak mengikuti sidang di gedung DPR/MPR untuk melaksanakan tugas 
masing-masing mengalami kesulitan masuk menuju gedung. 

Para anggota dewan terlihat berpencar mencari jalan alternatif menuju gedung 
DPR/MPR karena hampir seluruh jalan menuju Gedung Rakyat itu sudah tertutup 
ribuan buruh. 

Untuk mengantisipasi kemacetan arus lalulintas Dirlantas Polda Metro Jaya 
Kombes Pol Drs Djoko S memerintahkan anak buahnya ke lapangan untuk 
mengaturnya. Bila perlu kita akan mengalihkan arus lalulintas biar gak macet, 
ujar Djoko kepada waratwan Harian Terbit, Rabu (3/5) pagi tadi. 
(noy/lop/art/wnd)

[Non-text portions of this message have been removed]



Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage:  http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/proletar/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[proletar] Bolivian Nationalizes the Oil and Gas Sector

2006-05-03 Terurut Topik Ambon
http://www.nytimes.com/2006/05/02/world/americas/02bolivia.html?_r=1oref=slogin


Bolivian Nationalizes the Oil and Gas Sector 



 
Noah Friedman-Rudovsky for The New York Times
President Evo Morales, announcing the energy takeover. The banner calls him 
Bolivia's liberator. 


By PAULO PRADA
Published: May 2, 2006
RIO DE JANEIRO, May 1 - President Evo Morales of Bolivia ordered the military 
to occupy energy fields around the country on Monday as he placed Bolivia's oil 
and gas reserves under state control. 

Surrounded by soldiers at an oil field operated by the Brazilian energy giant 
Petróleo Brasileiro, or Petrobras, Mr. Morales ordered foreign producers to 
relinquish control of all fields and channel future sales of hydrocarbons 
through the state-owned energy company. 

He gave foreign companies 180 days to renegotiate existing contracts with the 
government, or leave the country. 

The time has come, the awaited day, a historic day in which Bolivia retakes 
absolute control of our natural resources, Mr. Morales declared, according to 
The Associated Press. The looting by the foreign companies has ended. 

The decree is the latest step by Latin America governments from Venezuela to 
Ecuador to assert greater control over the energy sector, moves that have sent 
shivers through foreign producers. 

Motivated by nationalist politics and soaring oil and gas prices, governments 
have seized an opportunity to gain higher revenues while parlaying their 
control over future energy supplies into greater political leverage, both at 
home and abroad. 

Governments in the region see energy as a commodity they can use to push 
populist agendas, said Adriano Pires, director of the Brazilian Center for 
Infrastructure Studies, an energy consultancy in Rio de Janeiro. 

From a political point of view, it's a powerful issue to manipulate, but from 
an industrial point of view, it can do real harm. 

Mr. Morales's decree, in effect to nationalize Bolivia's energy industry, which 
includes the second-biggest gas reserves in Latin America after Venezuela, 
quickly added to the nervousness of foreign producers. 

They said they would proceed with caution until the government clarified under 
what conditions it plans to renegotiate contracts. 

We're worried, said Begoña Elices, director of external relations in Madrid 
at Repsol YPF S.A., the Spanish oil company, the second biggest investor in 
Bolivia's gas sector. There will be a lot of fine print to consider.

Petrobras, the biggest investor, with over $1 billion invested in Bolivia, 
criticized the government's unilateral attitude and said it would take 
whatever steps necessary to protect the rights of the company and guarantee 
Brazil's supply of gas, half of which comes from Bolivia. 

The importance of Bolivian gas to Brazil - the largest market in the region - 
prompted concern even from President Luiz Inácio Lula da Silva, a leftist and 
former union leader who publicly hailed Mr. Morales's rise to power. 

Mr. da Silva is to meet with José Gabrielli de Azevedo, chief executive at 
Petrobras, on Tuesday, along with senior officials from Brazil's Ministry of 
Mines and Energy. 

The Bolivian announcement fulfilled a campaign pledge that helped Mr. Morales 
rise to power last December. It was foreshadowed last year when Bolivia 
approved a major increase in the royalties paid by foreign producers for the 
right to operate in the country. 

In April, President Hugo Chávez of Venezuela, a mentor to Mr. Morales, seized 
two oil fields operated by the Total group, of France, and Ente Nazionale 
Idrocarburi, of Italy, because they were unwilling to give more control of 
their operations to Petróleos de Venezuela, the state-run energy giant. 

But Mr. Morales's step on Monday was the most assertive yet, and many industry 
observers feared such moves would scare away investors and jeopardize the 
region's economies. 

This isn't like Saudi Arabia, which over the years has developed a know-how to 
dominate the industry independently, said Gal Luft, co-director of the 
Institute for the Analysis of Global Security, a consultancy in Washington that 
studies energy issues. 

When you cause problems for foreign investors, you cause problems for those 
who know how to create and develop the industry.


[Non-text portions of this message have been removed]



Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage:  http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/proletar/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[proletar] [TheJakartaPost] Awakening people's sixth sense is mind over matter

2006-05-03 Terurut Topik Vincent Liong
Awakening people's sixth sense is mind over matter 
Evi Mariani, The Jakarta Post, Jakarta

First Posted at: The Jakarta Post  
Wednesday, May 3 2006  Page 19   Features.
http://www.thejakartapost.com/detailfeatures.asp?fileid=20060503.R02irec=2


On a rainy Saturday, Vincent Liong, 19, held a one-day
workshop on awaking your sixth sense for a dozen of
beginners. Holding out fruit he bought from a wet
market, Vincent told his pupils to choose a fruit to
help them see intangible things.

Ask a question, slice the fruit, see the surface and
feel it. The fruit can tell what you want to know, he
said.

Ask a question, Vincent told a student.

Tell me about my sister's relationship with his
boyfriend, said one participant.

Vincent cut a cucumber and scrutinized the surface.

The boyfriend is ignoring her. But she's putting up
with it. She's very patient, Vincent said with
confidence. Eventually, she will be tired of the
situation. You don't have to tell her to leave him,
she'll do it.

A bit hesitant and bewildered, the students, from
various ages and professions, approached Vincent's
table to pick their choice of fruit or vegetable.

Feel it, said Vincent, a skinny precocious youth.

Previously, he had convinced the whole room that
anyone could have the sixth sense without necessarily
being born with the ability.

I don't practice clairvoyance. I prefer teaching
people how to feel and sense, he said. I provoke
people.

In the same room, a professional tarot reader,
Leonardo Rimba, had his own business. He was seriously
reading a set of tarot cards for a client, who
listened raptly to Leo.

These clairvoyance classes were not located in a cave
in a mystical mountain. They were held at a building
in the heart of the capital, on Jl. Jendral Sudirman.

There was no smell of incense or seven flowers in the
room although the head of the class jokingly call
himself a dukun (shaman).

Two years ago, an aura check showing Vincent had a
bluish color, indicating him to be an indigo boy.
Indigo people are known to possess special ability to
see what others cannot.

Before being declared an indigo Vincent was an
ordinary, yet precocious boy. At age 15 he wrote
essays relating his reflection on his social
environment. The essays were printed by large
publisher Grasindo, titled Berlindung di bawah payung
(Sheltering under an umbrella).

Born into a wealthy family that lives in upmarket
Permata Hijau did not make him ignore social problems.
In the book, he wrote about laborers, corrupt leaders,
even a children's fashion show in which he once
participated.

Once he realized he had a potential for a sixth sense,
he rarely wrote and concentrated instead on sharpening
the sense.

Hence, his friendship with other clairvoyants like Leo
the tarot reader. His oddball network grows from day
to day as he transfers his ability to other people
through friendship.

His parents' place is open house for his close
friends, some of whom he knows through his mailing
list [EMAIL PROTECTED]

On a typical day, a guest can find a veterinarian that
practices acupuncture for pets, who is learning
numerology and tarot sitting in the backyard reading
cards. Next to her, a university student who is a
specialist on romance reading sits while recounting
his condition to the veterinarian and the tarot
reader.

It's easy to learn clairvoyance. I can teach you, it
won't take long, Vincent offered generously.

It's difficult to think they are a bunch of con
artists because what they say about a client's
condition or future is plausible and realistic.

Our readings are not fixed. We just explain future
conditions based on the current situations. So, you
can change your future if you want, Leo said.

Conversations that take place in Vincent's house when
his friends visit are unique. They sometimes talk
about things they see, which most people don't see.

He's there at the corner, I think, Vincent said,

Yeah, I think so, too, Leo replied.

Are you guys talking about a ghost? someone asked.

Vincent and Leo looked at each other and both
muttered: Yeah, but he's harmless.

It's not easy being different. However, he seems to be
breezy about his sixth sense, he makes jokes about it.
People who meet him for the first time will just see
him as a very talkative teenager.

Studying in the Psychology Department at Atmajaya
University, Jakarta, he sometimes teases his
lecturers.

I steal their knowledge. I can read their memory, so
I can foretell the subject of the next class
beforehand. Once I made a paper based on what I stole
from the lecturer, so I'd written all that she was
about to say when the class started, Vincent said,
grinning.

Talkative, different, breezy and funny: That's
Vincent. And what is Vincent's ideal title for a
psychology paper?

Put a spell on a lecturer.


Send instant messages to your online friends
http://au.messenger.yahoo.com 

Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com 


Post message: [EMAIL PROTECTED

[proletar] [TheJakartaPost] Awakening people's sixth sense is mind over matter

2006-05-03 Terurut Topik Vincent Liong
Awakening people's sixth sense is mind over matter 
Evi Mariani, The Jakarta Post, Jakarta

First Posted at: The Jakarta Post  
Wednesday, May 3 2006  Page 19   Features.
http://www.thejakartapost.com/detailfeatures.asp?fileid=20060503.R02irec=2


On a rainy Saturday, Vincent Liong, 19, held a one-day
workshop on awaking your sixth sense for a dozen of
beginners. Holding out fruit he bought from a wet
market, Vincent told his pupils to choose a fruit to
help them see intangible things.

Ask a question, slice the fruit, see the surface and
feel it. The fruit can tell what you want to know, he
said.

Ask a question, Vincent told a student.

Tell me about my sister's relationship with his
boyfriend, said one participant.

Vincent cut a cucumber and scrutinized the surface.

The boyfriend is ignoring her. But she's putting up
with it. She's very patient, Vincent said with
confidence. Eventually, she will be tired of the
situation. You don't have to tell her to leave him,
she'll do it.

A bit hesitant and bewildered, the students, from
various ages and professions, approached Vincent's
table to pick their choice of fruit or vegetable.

Feel it, said Vincent, a skinny precocious youth.

Previously, he had convinced the whole room that
anyone could have the sixth sense without necessarily
being born with the ability.

I don't practice clairvoyance. I prefer teaching
people how to feel and sense, he said. I provoke
people.

In the same room, a professional tarot reader,
Leonardo Rimba, had his own business. He was seriously
reading a set of tarot cards for a client, who
listened raptly to Leo.

These clairvoyance classes were not located in a cave
in a mystical mountain. They were held at a building
in the heart of the capital, on Jl. Jendral Sudirman.

There was no smell of incense or seven flowers in the
room although the head of the class jokingly call
himself a dukun (shaman).

Two years ago, an aura check showing Vincent had a
bluish color, indicating him to be an indigo boy.
Indigo people are known to possess special ability to
see what others cannot.

Before being declared an indigo Vincent was an
ordinary, yet precocious boy. At age 15 he wrote
essays relating his reflection on his social
environment. The essays were printed by large
publisher Grasindo, titled Berlindung di bawah payung
(Sheltering under an umbrella).

Born into a wealthy family that lives in upmarket
Permata Hijau did not make him ignore social problems.
In the book, he wrote about laborers, corrupt leaders,
even a children's fashion show in which he once
participated.

Once he realized he had a potential for a sixth sense,
he rarely wrote and concentrated instead on sharpening
the sense.

Hence, his friendship with other clairvoyants like Leo
the tarot reader. His oddball network grows from day
to day as he transfers his ability to other people
through friendship.

His parents' place is open house for his close
friends, some of whom he knows through his mailing
list [EMAIL PROTECTED]

On a typical day, a guest can find a veterinarian that
practices acupuncture for pets, who is learning
numerology and tarot sitting in the backyard reading
cards. Next to her, a university student who is a
specialist on romance reading sits while recounting
his condition to the veterinarian and the tarot
reader.

It's easy to learn clairvoyance. I can teach you, it
won't take long, Vincent offered generously.

It's difficult to think they are a bunch of con
artists because what they say about a client's
condition or future is plausible and realistic.

Our readings are not fixed. We just explain future
conditions based on the current situations. So, you
can change your future if you want, Leo said.

Conversations that take place in Vincent's house when
his friends visit are unique. They sometimes talk
about things they see, which most people don't see.

He's there at the corner, I think, Vincent said,

Yeah, I think so, too, Leo replied.

Are you guys talking about a ghost? someone asked.

Vincent and Leo looked at each other and both
muttered: Yeah, but he's harmless.

It's not easy being different. However, he seems to be
breezy about his sixth sense, he makes jokes about it.
People who meet him for the first time will just see
him as a very talkative teenager.

Studying in the Psychology Department at Atmajaya
University, Jakarta, he sometimes teases his
lecturers.

I steal their knowledge. I can read their memory, so
I can foretell the subject of the next class
beforehand. Once I made a paper based on what I stole
from the lecturer, so I'd written all that she was
about to say when the class started, Vincent said,
grinning.

Talkative, different, breezy and funny: That's
Vincent. And what is Vincent's ideal title for a
psychology paper?

Put a spell on a lecturer.


Send instant messages to your online friends
http://au.messenger.yahoo.com 

Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com 


Post message: [EMAIL PROTECTED

[proletar] Re: [islamkristen] Fw: Ketika Rasulullah SAW Memberikan Syafaat Kepada Ummatnya di Hari Kiamat

2006-05-03 Terurut Topik Jusfiq Hadjar


gokil yang dungu kayak anjing, ketangkap basah pameran
kedunguan sekarang kalap memfitnah saya yang katanya
saya penganut ajaran Nasrani...

Orang Islam tipikal itu, saya bilang dan saya ulang sudah pada
dungu kayak anjing juga rata-rta bertabiat nista. 

On 3 May 06, at 15:12, gokil wrote:

 lebih omong kosong manah sama alkitab injil lo pig?
 sudah omong kosong, penuh dusta pula, eh di anut pula sama elo dkk
 kristen lo, jadilah kalian semua biang2 dusta, hanya neraka jahannam
 yg pantas jadi tempat pendusta macam kalian di akhir zaman nanti 
 hahahahahakasian deh lo ---
 
 - Original Message - 
 From: Jusfiq Hadjar [EMAIL PROTECTED]
 To: [EMAIL PROTECTED]
 Sent: Wednesday, May 03, 2006 5:01 PM
 Subject: Re: [islamkristen] Fw: Ketika Rasulullah SAW Memberikan
 Syafaat Kepada Ummatnya di Hari Kiamat
 
 
 
 Ini mah omong kosong doang...
 
 
  On 3 May 06, at 14:55, gokil wrote:
 
  - Original Message - 
  From: Hudzaifah.org
  Sent: Wednesday, May 03, 2006 7:09 AM
  Subject: Ketika Rasulullah SAW Memberikan Syafaat Kepada Ummatnya
  di Hari Kiamat
 
 
   http://www.hudzaifah.org/Article356.phtml
  
   Ketika Rasulullah SAW Memberikan Syafaat Kepada Ummatnya di Hari
   Kiamat
  
   Posted by: abusafar on Tuesday, May 02, 2006 - 08:14 AM
  
   Hudzaifah.org - Ini adalah sekelumit kisah masa depan, ketika
   seluruh manusia berkumpul di hari kiamat. Kisah ini disampaikan
   oleh Rasulullah kepada para sahabatnya. Dalam kisah itu
   diceritakan bahwa Allah mengumpulkan seluruh manusia dari yang
   pertama hingga yang terakhir dalam satu daratan. Pada hari itu
   matahari mendekat kepada mereka, dan manusia ditimpa kesusahan
   dan penderitaan yang mereka tidak kuasa menahannya.
  
   Lalu di antara mereka ada yang berkata, Tidakkah kalian lihat
   apa yang telah menimpa kita, tidakkah kalian mencari orang yang
   bisa memberikan syafa'at kepada Rabb kalian?
  
   Yang lainnya lalu menimpali, Bapak kalian adalah Adam AS.
  
   Akhirnya mereka mendatangi Adam lalu berkata, Wahai Adam, Anda
   bapak manusia, Allah menciptakanmu dengan tangan-Nya, dan
   meniupkan ruh kepadamu, dan memerintahkan para malaikat untuk
   bersujud kepadamu, dan menempatkanmu di surga. Tidakkah engkau
   syafa'ti kami kepada Rabb-mu? Apakah tidak kau saksikan apa yang
   menimpa kami?
  
   Maka Adam berkata, Sesungguhnya Rabbku pada hari ini sedang
   marah yang tidak pernah marah seperti ini sebelumnya, dan tidak
   akan marah seperti ini sesudahnya, dan sesungguhnya Dia telah
   melarangku untuk mendekati pohon (khuldi) tapi aku langgar. Nafsi
   nafsi (aku mengurusi diriku sendiri), pergilah kalian kepada
   selainku, pergilah kepada Nuh AS.
  
   Lalu mereka segera pergi menemui Nuh AS dan berkata, Wahai Nuh,
   engkau adalah Rasul pertama yang diutus ke bumi, dan Allah telah
   memberikan nama kepadamu seorang hamba yang bersyukur (abdan
   syakuro), tidakkah engkau saksikan apa yang menimpa kami,
   tidakkah engkau lihat apa yang terjadi pada kami? Tidakkah engkau
   beri kami syafa'at menghadap Rabb-mu?
  
   Maka Nuh berkata, Sesungguhnya Rabbku pada hari ini marah dengan
   kemarahan yang tidak pernah marah seperti ini sebelumnya, dan
   tidak akan marah seperti ini sesudahnya. Sesungguhnya aku punya
   doa, yang telah aku gunakan untuk mendoakan (celaka) atas kaumku.
   Nafsi nafsi, pergilah kepada selainku, pergilah kepada Ibrahim
   AS!
  
   Lalu mereka segera menemui Ibrahim dan berkata, Wahai Ibrahim,
   engkau adalah Nabi dan kekasih Allah dari penduduk bumi,
   syafa'atilah kami kepada Rabb-mu! Tidakkah kau lihat apa yang
   menimpa kami?
  
   Maka Ibrahim berkata, Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini marah
   dengan kemarahan yang tidak pernah marah seperti ini sebelumnya,
   dan tidak akan marah seperti ini sesudahnya, dan sesungguhnya aku
   telah berbohong tiga kali. Nafsi nafsi, pergilah kalian kepada
   selainku, pergilah kalian kepada Musa AS!
  
   Lalu mereka segera pergi ke Musa, dan berkata, Wahai Musa,
   engkau adalah utusan Allah. Allah telah memberikan kelebihan
   kepadamu dengan risalah dan kalam-Nya atas sekalian manusia.
   Syafa'atilah kami kepada Rabb-mu! Tidakkah kau lihat apa yang
   kami alami?
  
   Lalu Musa berkata, Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini sedang
   marah dengan kemarahan yang tidak pernah marah seperti ini
   sebelumnya, dan tidak akan pernah marah seperti ini sesudahnya.
   Dan sesungguhnya aku telah membunuh seseorang yang aku tidak
   diperintahkan untuk membunuhnya. Nafsi nafsi, pergilah kalian
   kepada selainku, pergilah kalian kepada Isa AS!
  
   Lalu mereka pergi menemui Isa, dan berkata, Wahai Isa, engkau
   adalah utusan Allah dan kalimat-Nya yang dilontarkan kepada
   Maryam, serta ruh dari-Nya. Dan engkau telah berbicara kepada
   manusia semasa dalam gendongan. Berilah syafa'at kepada kami
   kepada Rabb-mu! Tidakkah kau lihat apa yang kami alami?
  
   Maka Isa berkata, Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini sedang
 

[proletar] PRAMOEDYA DAN PENGABAIAN OLEH �NEGARA� ( I )

2006-05-03 Terurut Topik LEONOWENS SP
PRAMOEDYA DAN PENGABAIAN OLEH “NEGARA” ( I )  
   
  “Ya, ini suatu realita kehidupan, ketika negara dimana ia berpijak, harus 
kembali “membunuh” karakternya oleh suatu kekuatan hirarki kekuasaan itu 
sendiri…”
   
  Realita kematian manusia di bumi, adalah keharusan sejarah tentang kehidupan 
bagi manusia itu sendiri dan realita kematiannya. Kematian adalah realita yang 
selalu melintas di alam pemikiran tiap manusia, kesadarannya, emosionalitasnya, 
dan proses pembentukan nilai-nilainya; terkadang mengobyektifikasi kematian 
untuk subyek-subyek kehidupan yang menghidupi bumi dan apa yang hendak 
diterjemahkan dari kematian itu. Bahkan ketika sistem telah mengandaikan 
kematian sebagai “suatu harga” yang harus dibayar dari konsekuensi logis 
tentang apa yang diperjuangkan oleh manusia untuk dan dari nilai-nilainya. Dan 
terutama menghunjuk kematian sebagai bagian dari “langkah takdir” dengan 
membunuh nilai-nilai kehidupannya, dan ini telah terbentang sepanjang realita 
sejarah manusia disubordinasi oleh praksis eksploitasi dengan ragam 
manifestasinya. Memarjinalkan rasionalitas manusia kepada apa yang seharusnya 
menjadi tanggung jawab negara kepada masyarakatnya, selain menilai kematian
 sebagai suatu “kewajaran” yang terkadang harus dipisahkan dari nilai-nilainya, 
dan ini terlalu sering untuk membenarkan suatu “pembenaran” yang telah 
dibumikan kepada masyarakatnya secara sistemik dan bergenerasi.
   
  Jadi apa yang seharusnya diperbuat oleh kematian itu, ketika kematian itu 
sendiri telah dipisahkan dari nilai-nilai individunya oleh ekses stigma negara 
yang mapan dan permanen? Ketika seorang manusia dengan pemenuhan nilai-nilainya 
untuk membentuk kehidupan yang memperjuangkan pembebasan untuk manusia, harus 
“dipenjarakan” kembali secara abstrak untuk membenarkan suatu sistem dan azas 
yang dipaksakan oleh pemerintahannya. Ya, ini suatu realita kehidupan, ketika 
negara dimana ia berpijak, harus kembali “membunuh” karakternya oleh suatu 
kekuatan hirarki kekuasaan itu sendiri. Dan tentu saja ini meniscayakan suatu 
keberlanjutan yang telah ditanamkan kepada memori kolektif masyarakat, tentang 
PKI (Partai Komunis Indonesia) bersamaan dengan underbow-nya, yang mana 
pemerintah selama ini telah mempraksiskan kemunafikannya yang terlalu ekstrem, 
vulgar, dan liar.
   
  Perbandingan yang terlalu munafik yang selama ini divisualisasikan oleh 
realita mayoritas masyarakat dan pemerintahannya, khususnya untuk kematian dan 
nilai-nilainya; antara seorang sastrawan yang membumikan nilai-nilai 
kemanusiaan, kehidupan, dan goresan tinta emasnya kepada sastra dibandingkan 
dengan kematian seorang jenderal yang berlumuran dengan noda kemanusiaan; atau 
kematian seorang pejuang buruh yang miskin dibandingkan dengan kematian seorang 
ibu negara pada rejim fasis Soeharto; ataupun kematian banyak orang yang telah 
“dikorbankan” secara massal untuk pergulatan kemanusiaannya; dan 
perbandingan-perbandingan kepada semua peristiwa yang memaparkan dengan 
bahasanya yang alamiah tentang eksistensi perbandingan dari suatu keabsurdan 
yang telah dilakukan oleh mayoritas masyarakat dan pemerintahannya. Dimana 
nilai-nilai itu telah dihancurkan hanya karena suatu pembandingan dari 
kebodohan yang melekat seiring dengan proses deideologisasi kepada ide-ide 
tentang
 pencerahan dan pembebasan. 
   
  Jadi dimanakah substansi kehidupan manusia selain memapankan suatu bentuk 
pengabaian terhadap nilai-nilainya dan realitas idenya kepada kehidupan? Dan 
substansi itu telah “bergeser” kepada realita formalitas, keuangan, dan 
kemapanan dari suatu budaya yang dibentuk oleh otoritas legalnya secara meluas, 
menyeluruh, dan tersistemik. Seakan “takdir” yang tak mungkin lagi dielakkan 
oleh setiap komunitas masyarakat dan berpasrah dengan apa yang dihadirkan dan 
dipaksakan oleh “takdir” legal tersebut. Seakan ini mengandaikan suatu mimpi 
tanpa berujung kepada suatu perwujudan yang terlalu naif, ataupun menghianati 
kodratnya kepada bentuk-bentuk kebebasan kemanusiaan. “Pergeseran” tersebut 
telah mematangkan tentang kekakuan sistem dan manipulasinya di tengah 
masyarakat akan ide-de yang tengah bergulat dengan realitasnya, dan Pram telah 
mempraksiskan tidak hanya sekadar ide-ide pencerahan, tetapi lebih dari itu 
kepada substansi kehidupan manusia dan bumi dimana manusia itu berpijak.
 (bersambung)
   
  Mei 2006, Leonowens SP   
 


-
New Yahoo! Messenger with Voice. Call regular phones from your PC and save big.

[Non-text portions of this message have been removed]



Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage:  http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/proletar/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:

[proletar] Muslim man burnt to death in India riots

2006-05-03 Terurut Topik Holy Uncle
Muslim man burnt to death in India riots

AHMEDABAD, India (Reuters) - A Hindu mob burnt to death a Muslim man in his 
car in new violence in a western Indian city early on Wednesday, raising the 
toll in clashes sparked by demolition of a Sufi shrine to six, police said.

More than 70 people, including 10 policemen, have been injured in clashes 
since Monday when the two-centuries-old Muslim shrine was demolished by 
civic authorities in Baroda, 120 km (75 miles) south of Ahmedabad, the main 
city of Gujarat state.

A young man has been burnt to death. The situation is tense and curfew has 
been imposed, city police chief Deepak Swaroop told Reuters.

The 30-year-old victim, who worked in an oil refinery, was returning from a 
late shift when he was surrounded by a mob of hundreds, including activists 
of hardline Hindu groups linked to the nationalist Bharatiya Janata Party, 
which rules Gujarat.

Minority Muslim residents said they did not trust the state government.

Our lives are in danger as Hindu extremists armed with swords and knives 
surrounded our residences. We called the police but no one responded, said 
Moyin Khan.

State home minister Amit Shah said the government was keen to control the 
violence and was doing all it could.

Civic authorities said they had to demolish the Muslim shrine because it was 
illegal and blocking a road-widening project.

Gujarat is one of India's most communally sensitive states. The highly 
industrialised state was rocked by Hindu-Muslim riots in 2002 when 59 Hindus 
were burnt to death in a train compartment, which the state government 
blamed on a Muslim mob.

Human rights groups say about 2,500 people -- mostly Muslims -- were hacked, 
beaten or burnt to death in retaliatory attacks. Officials put the toll at 
over 1,000 people.

(Last updated: 03-May-06 06:01 BST

http://news.scotsman.com/latest_international.cfm?id=660162006




Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage:  http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/proletar/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[proletar] Catholic Church bans skimpy bridal gowns = APP ?

2006-05-03 Terurut Topik Holy Uncle
Published: 05/03/2006 12:00 AM (UAE)

Catholic Church bans skimpy bridal gowns
By Barbara Mae Dacanay, Bureau Chief

Manila: The influential Catholic Church has banned brides from wearing 
backless and spaghetti-strapped wedding gowns.

The new dress code is not meant to stifle fashion but create an atmosphere 
of propriety, modesty and the upholding of a Christian tradition, said 
several priests during the holding of Liturgy Week which was sponsored by 
the Benedictine monks.

The sacred character of the liturgy of marriage requires corresponding 
modesty in the attire of the bride and the bridal entourage, said Fr. 
Anscar Chupungco, San Beda College rector and coordinator for the Liturgy 
Week.

Chupungco accused some designers of exposing brides with their creations, 
adding that couturiers have influenced people to forget about wearing 
appropriate clothes in Church.

When asked to be more categorical on the Church's imposed dress code, 
Chupungco said: It would be terrible for priests to decide on the 
specifications, say, on how long a gown should be. We leave it to the 
couple's sense of the sacred, of the profane, and their common sense and 
propriety [in choosing the design of their attire].

Simply put, if it can't be worn at Sunday Mass, it can't be worn at a 
wedding, said Chupungco.


http://www.gulfnews.com/world/Philippines/10037282.html




Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage:  http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/proletar/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[proletar] Islamic Bloc: We Respect Press Freedom But _

2006-05-03 Terurut Topik Holy Uncle
Islamic Bloc: We Respect Press Freedom But _
Patrick Goodenough
International Editor

(CNSNews.com) - A bloc representing the world's Islamic nations is marking 
World Press Freedom Day Wednesday by calling for urgent action to establish 
international law or a code of conduct aimed at preventing media from 
defaming religion.

The Saudi-based secretariat of the 57-member Organization of the Islamic 
Conference (OIC) said in a statement it was committed to press freedom, but 
that journalists should be deterred \ldblquote from premeditatedly 
vilifying, defaming and violating the rights of others.

Citing the controversy earlier this year over the printing of cartoons 
depicting Mohammed, the OIC said the publication of the sketches and its 
ramifications provided absolute evidence of the consequences of 
non-abidance with these regulations.



It said the caricatures had insulted a faith embraced and revered by over 
one-fifth of the world population, and a religion that advocates peace, 
tolerance and moral virtues.

Muslims around the world protested against the cartoons, which first 
appeared in a Danish newspaper six months ago and were later reproduced in 
numerous, mostly European media outlets. In some countries, protests turned 
violent, and people were killed in Nigeria, Libya and Afghanistan.

Authorities in some Islamic countries shut down newspapers and arrested 
journalists following the publication of some of the cartoons.

In Yemen, the editor of the Yemen Observer will mark World Press Freedom Day 
Wednesday by appearing in court, where prosecutors earlier called for the 
death sentence for insulting Islam.

Muhammad al-Asadi was arrested last February after his English-language 
weekly published the cartoons -- in thumbnail size and obscured with a 
thick, black cross -- to illustrate its news reports on the controversy.

Editors of two Arabic-language papers in Yemen are also on trial, and are 
due to appear in court later in May. Print editions of all three papers have 
been frozen for the past three months, although the government this week 
agreed to allow printing to resume.

Arrests or publication shutdowns resulting from the cartoons were also 
reported in Malaysia, Indonesia, Syria, India, Algeria, Morocco and Jordan, 
according to the media freedom lobby group, Reporters Without Borders.

In London this week, the OIC is hosting what it says is the first ever major 
international conference aimed at countering Islamophobia, bringing 
together politicians, diplomats, scholars, media representatives and others 
from Western and Islamic countries.

Opening the event on Tuesday, OIC secretary-general Ekmeleddin Ihsanoglu 
said Muslims and their religion had been increasingly stereotyped, defamed, 
marginalized, discriminated against and targeted for hate crimes in the 
West since 9/11 and subsequent terrorist attacks in Madrid and London.

In addition to the perceived biased Middle East policies of the U.S. and 
European countries, the rising trend of Islamophobia is giving a boost to 
the anti-Western sentiments in the Islamic world.

Ihsanoglu said the terrifying stereotyping we suffer from in the first 
decade of the 21st century ... is a phenomenon that reminds us of the 
horrible experiences of the anti-Semitism of the 1930s.

It was unfortunate that in some circles in the West, Islam was considered a 
dangerous ideology, he said.

Misinterpretations of the events perpetrated by extremists in the Muslim 
world who in turn took 'Islam' as a cover, provided ammunition to the 
supporters of this fragile and misleading theory.

Of the Mohammed cartoons, Ihsanoglu said the OIC had been trying to explain 
that nobody is actually challenging the freedom of expression and press and 
that the real issue is disrespect for religious symbols and values.

He said the OIC had expected backing for its stance from European 
governments, but to our dismay those governments had instead supported 
Denmark.

'Negative image'

Also addressing the London conference, British foreign office minister Kim 
Howells said Muslims, and some non-Muslims, had been rightly offended by 
the publication of the cartoons.

But he also criticized some Islamic media for their handling of the issue, 
saying the existence of anti-Western and anti-Jewish media and material in 
the Muslim world, some of it in state owned press, undermined as 
hypocritical the moral indignation that was expressed.

Howells said it was right that the issue of Islamophobia was addressed, but 
Islamic governments and organizations should also address problems that give 
Islam a negative image.

He cited support for Taliban-type legal and social systems, recent 
statements coming out of Tehran, practices that segregate and subjugate 
women, and conspiracy theories about 9/11 being a CIA plot and polio 
vaccines being contaminated with viruses.

And reports of raped women being punished and stoned, restrictions on other 
religions, including 

[proletar] Buddhist mob burns Christian church in Cambodia

2006-05-03 Terurut Topik Holy Uncle
Wednesday, May 03, 2006


Buddhist mob burns Christian church in Cambodia


PHNOM PENH: Some 300 Buddhist villagers, apparently angered by a rival faith 
within their community, have razed a partially built Christian church to the 
ground near the Cambodian capital, an official said Tuesday.

In a rare act of religious intolerance, the mob chanted “Destroy the 
church!” and “Long live Buddhism!” as it descended upon the unfinished 
Protestant church Friday in Boeng Krum Leu, 30 kilometers (18 miles) east of 
Phnom Penh, said Ros Sithoeun, a representative of the area’s Christian 
community.

Che Saren, the chief of Lvea Em district, said the Buddhists felt threatened 
by the visible presence of another faith. The church would have been the 
area’s second, but there is only one Buddhist pagoda to serve the spiritual 
needs of the overwhelmingly Buddhist community.

“The villagers were angry with the Christians in the village who they felt 
mocked their Buddhist beliefs,” said Che Saren.

The building was nearing completion when the villagers attacked it with 
hammers and sticks. The structure, only 700 meters from the Buddhist pagoda, 
was torn down and the rubble torched by the mob.

Kandal provincial officials denied planning permission for a church in Lvea 
Em, but the Christian community, which numbers between 20 and 30, pressed 
ahead with the construction, determined to use it as accommodation for 
religious teachers prior to converting it to a church at an unspecified 
future date, said Ros Sithoeun.

“The Buddhists didn’t want us to build the Christian Church in their 
community,” said Ros Sithoeun. “They were afraid that their practice of 
Buddhism would be negatively affected.”

The Christians have not complained to the police—neither to recoup the lost 
investment in the now defunct church, nor to demand the arrest of the mob. 
The two sides came to a peaceful compromise after authorities gave them a 
lecture on the law of religious freedom, said Che Saren.

Cambodian Buddhists, which make up more than 90 percent of the population, 
are generally tolerant of other religions and all faiths have been allowed 
to freely practice in Cambodia, except during the Khmer Rouge era when 
adherents to all religions were persecuted.
--AP


http://www.manilatimes.net/national/2006/may/03/yehey/world/20060503wor4.html




Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage:  http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/proletar/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[proletar] Poverty rules, yet super rich live in a class of their own

2006-05-03 Terurut Topik Holy Uncle
Poverty rules, yet super rich live in a class of their own
05/03/2006

BY HIROTAKA YAMAGUCHI, THE ASAHI SHIMBUN


SHANGHAI--Tossing aside its Communist theories, China is witnessing a 
distinctly capitalist phenomenon: the rise of the jin ling, or super rich.

Like elsewhere around the globe, many of the country's wealthiest people are 
private entrepreneurs or senior executives working for foreign 
conglomerates. These rising stars are mostly in their 30s or 40s.

While the super rich work long hours, they live very well, spending lavishly 
on imported cars, luxury brands and overseas travel.

The advent of these big spenders has produced an explosion in the domestic 
market for luxuries. Outlets for world-famous brands are popping up 
everywhere in China's biggest cities.

Predictably, this has also led to a corresponding widening of the gap 
between the rich and poor. Serious social problems are on the rise.

On the outskirts of Shanghai, a two-story private home stands amid high-rise 
apartment buildings.

The elegant house is surrounded by trees and boasts 500 square meters of 
floor space. It has three bedrooms, a recreation room where the owner likes 
to play mah-jongg and a maid's room.

On the second floor, a wide-screen television takes pride of place in the 
spacious living room. Five luxury cars, including a Mercedes-Benz and a 
Bentley, are lined up in the garage.

Zhang Jingjing, 31, lives here with her husband, a medical doctor, and her 
parents.

In January, Zhang blew about 100,000 yuan (about 1.4 million yen) in a 
single shopping spree in Hong Kong. And from late January, she took her 
family to the United States to celebrate the Chinese New Year.

As head of a private real estate development company founded by her father, 
Zhang rakes in about 1 million yuan annually. She graduated from prestigious 
junior and senior high schools in Shanghai, and later studied business 
administration in Australia.

Three years ago, she took over from her father.

Riding the Shanghai real-estate boom, the company reaped big profits 
developing housing in the suburbs.

Yet Zhang says she is constantly worried about the possible collapse of the 
asset-inflated bubble economy.

When it comes right down to it, my own judgment is all I have to rely on, 
says Zhang, who is studying management at Shanghai Jiao Tong University. Her 
classmates are people who run their own companies or high-ranking executives 
in foreign firms.

Yan Min, 33, a friend of Zhang, is vice president of the Shanghai arm of 
Finnish mobile communications firm Nokia Co. She oversees a marketing and 
sales staff of 3,000.

Yan makes about 50,000 yuan a month, 10 times more than she earned eight 
years ago as a fresh recruit. With bonuses, her annual income comes to 
800,000 yuan.

Some people who joined this company at the same time as I did quit after a 
few years. But I have never missed a chance to contribute to the firm's 30 
percent market share here and its $10 billion (1.2 trillion yen) in annual 
sales, she said.

Together, Yan and her husband, who runs a venture company, bring home 1.8 
million yuan a year. That is 45 times more than the average annual income of 
typical Shanghai residents.

It is nearly 300 times more than what rural farmers make.

There is a downside. Yan works 12 hours a day, so she seldom spends much 
time with her spouse.

I have to make an appointment to have dinner with my husband, she said, 
only half joking.

When a pro golf tournament took place in Shanghai in November, only the rich 
and elite could afford the tickets, which cost up to 2,000 yuan.

During the tournament, the spectators were not only captivated by famous 
golfers like America's Tiger Woods.

They were also fascinated by Sharp Corp.'s 65-inch liquid crystal display 
screens, which sell in China for a cool 188,000 yuan.

The screens, which showed scores and the golfers up close, were installed in 
the clubhouse. At first, the local Sharp dealer did not plan to sell them 
during the tournament, but by its end, the company had sold 40 TVs, 
including seven 65-inch models.

LCD televisions don't sell this well when we exhibit them at big stores, 
said one Sharp Corp. employee.

China's nouveau riche are hungry for foreign brands.

In November, a dozen French lingerie makers held a fashion show in Shanghai, 
featuring the slogan Bringing elegance and the latest fashions (to China). 
Fancy lingerie with price tags of 700 to 2,000 yuan is selling well, and the 
market for foreign lingerie is now worth nearly 30 billion yuan.

Foreign luxury brands are working hard to find quality sales outlets to 
reach the new elite. Some are pushing to open flagship stores.

Louis Vuitton has opened a 800-square-meter outlet in Beijing, which rivals 
the size of the one in Tokyo.

Bernard Arnault, chairman of the parent company, LVMH Moet Hennessy Louis 
Vuitton SA, said more customers in China have gained confidence in the 
brand. He said the store's size 

[proletar] 'Skypecasts' Allow 100-Person Conferencing

2006-05-03 Terurut Topik Ambon
http://www.washingtonpost.com/wp-dyn/content/article/2006/05/03/AR2006050300226.html?referrer=email

'Skypecasts' Allow 100-Person Conferencing

By PETER SVENSSON
The Associated Press
Wednesday, May 3, 2006; 1:38 AM 

NEW YORK -- Skype, eBay Inc.'s Internet telephone subsidiary, is extending its 
reach with Skypecasts _ free audio conferences for up to 100 participants.

Skype is used mainly for person-to-person calling but also has a conferencing 
feature for up to 10 people, who can all speak at the same time. A Skypecast, 
however, will be moderated by a host who controls when someone can speak.

The service launches Wednesday in an early preview form, said Skype's vice 
president of global marketing, Saul Klein.

Users will be able to find Skypecasts on the Skype Web site, where all the 
conferences will be listed publicly.

Skype envisions Skypecasts as a way for people to discuss shared interests and 
hobbies. Six Apart Ltd., the parent of blogging and networking services 
TypePad, Movable Type and LiveJournal, plans to promote Skypecasts as a way of 
expanding online communities, Klein said.

The term Skypecast could cause some confusion among bloggers _ it has been 
used to describe a recording of an interview conducted via Skype, then 
distributed as a podcast.

Skype is also releasing a new beta, or trial version, of its main application 
that includes the option to send text messages to cell phones for a small fee.

Other new features:

_ Contacts in Microsoft Outlook can be called directly from Skype.

_ Groups of contacts can be shared among users.

_ Users will be able to pay for services like calls to landline phones without 
leaving the application. In the previous version of the software, users went to 
Skype's Web site to pay.

___


[Non-text portions of this message have been removed]



Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage:  http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/proletar/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Balasan: [proletar] Buddhist mob burns Christian church in Cambodia

2006-05-03 Terurut Topik PAREWA PAREWA
Jadi gereja dan para misionaris kudu introspeksi diri sebelum 
  sibuk menyalahkan orang lain.

Holy Uncle [EMAIL PROTECTED] menulis:
  Wednesday, May 03, 2006


Buddhist mob burns Christian church in Cambodia


PHNOM PENH: Some 300 Buddhist villagers, apparently angered by a rival faith 
within their community, have razed a partially built Christian church to the 
ground near the Cambodian capital, an official said Tuesday.

In a rare act of religious intolerance, the mob chanted ?Destroy the 
church!? and ?Long live Buddhism!? as it descended upon the unfinished 
Protestant church Friday in Boeng Krum Leu, 30 kilometers (18 miles) east of 
Phnom Penh, said Ros Sithoeun, a representative of the area?s Christian 
community.

Che Saren, the chief of Lvea Em district, said the Buddhists felt threatened 
by the visible presence of another faith. The church would have been the 
area?s second, but there is only one Buddhist pagoda to serve the spiritual 
needs of the overwhelmingly Buddhist community.

?The villagers were angry with the Christians in the village who they felt 
mocked their Buddhist beliefs,? said Che Saren.

The building was nearing completion when the villagers attacked it with 
hammers and sticks. The structure, only 700 meters from the Buddhist pagoda, 
was torn down and the rubble torched by the mob.

Kandal provincial officials denied planning permission for a church in Lvea 
Em, but the Christian community, which numbers between 20 and 30, pressed 
ahead with the construction, determined to use it as accommodation for 
religious teachers prior to converting it to a church at an unspecified 
future date, said Ros Sithoeun.

?The Buddhists didn?t want us to build the Christian Church in their 
community,? said Ros Sithoeun. ?They were afraid that their practice of 
Buddhism would be negatively affected.?

The Christians have not complained to the police?neither to recoup the lost 
investment in the now defunct church, nor to demand the arrest of the mob. 
The two sides came to a peaceful compromise after authorities gave them a 
lecture on the law of religious freedom, said Che Saren.

Cambodian Buddhists, which make up more than 90 percent of the population, 
are generally tolerant of other religions and all faiths have been allowed 
to freely practice in Cambodia, except during the Khmer Rouge era when 
adherents to all religions were persecuted.
--AP


http://www.manilatimes.net/national/2006/may/03/yehey/world/20060503wor4.html




Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe : [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED]
List owner : [EMAIL PROTECTED]
Homepage : http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links









-
Apakah Anda Yahoo!?
Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru!

[Non-text portions of this message have been removed]



Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage:  http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/proletar/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[proletar] Mahathir Kunjungi Soeharto

2006-05-03 Terurut Topik Ambon
HARIAN ANALISA
Edisi Kamis, 4 Mei 2006 

Mahathir Kunjungi Soeharto 



Jakarta, (Analisa) Mantan Perdana Menteri Malaysia, Dr Mahathir Mohamad, 
mengunjungi mantan presiden Soeharto di rumahnya Jalan Cendana, Jakarta, Rabu 
(3/5) pagi. 

Mengenakan jas abu-abu, Mahathir tiba di kediaman mantan pemimpin rezim Orde 
Baru itu sekitar Pukul 10.30 WIB dengan sedan Mercy warna hitam dengan disambut 
anak pertama Soeharto, Siti Hardianti Rukmana alias Mbak Tutut. 

Para wartawan foto dan kameramen berbagai stasiun TV hanya dapat mengabadikan 
momen itu dari luar pagar. Mbak Tutut tampak mengenakan baju bermotif bunga 
warna oranye dan jilbab kuning. 

Setelah sekitar 45 menit bertemu, Mahathir keluar dan diantar Soeharto dan 
putrinya sampai halaman. Mahathir sempat melambaikan tangan ke belasan wartawan 
yang menunggunya. 

Mantan kepala pemerintahan Malaysia itu berada di Jakarta untuk menghadiri 
kongres dua hari HRD Asia 2006 yang berlangsung di Jakarta Convention Center 
sejak Selasa (2/5). 

Dalam kongres yang diselenggarakan PPM (Pendidikan dan Pengembangan Manajemen) 
Jakarta dan Specialist Management Resources (SMR) Malaysia itu, Dr Mahathir 
dijadwalkan berbicara tentang kreasi pengetahuan dan visi: mengubah cara 
berpikir dan cara pandang Dunia Ketiga. 

Dr Mahathir dan Soeharto merupakan dua tokoh penting Perhimpunan Bangsa-bangsa 
Asia Tenggara (ASEAN) semasa mereka berkuasa. 

Jika Soeharto turun dari kursi kepemimpinan karena demonstrasi massa yang 
diwarnai insiden penembakan mahasiswa pada Mei 1998, Dr Mahathir meletakkan 
jabatan secara damai dengan menyerahkan posisi PM kepada wakilnya, Abdullah 
Ahmad Badawi, secara damai. (Ant) 



[Non-text portions of this message have been removed]



Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage:  http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/proletar/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[proletar] The death of an unreconstructed Marxist

2006-05-03 Terurut Topik Ambon
http://www.atimes.com/atimes/Southeast_Asia/HE03Ae01.html


The death of an unreconstructed Marxist
By Michael Vatikiotis 




SINGAPORE - Pramoedya Ananta Toer, who died in Jakarta on Sunday at the age of 
81, never won the Nobel Prize for Literature that he was nominated for more 
than once toward the end of his life. Perhaps this was because he did not write 
any new work for the last decade of his life; perhaps also because the country 
he was born in, and was so critical of in his writing, Indonesia, is not well 
regarded by the liberal-leaning Nobel Committee. 

If he had won the Prize, Pramoedya would no doubt have reacted with 
characteristic earthiness. The million-US-dollar check would go a long way 
toward getting my children and in-laws off my back, he might have quipped with 
a broad grin. Here was a man supremely modest about his literary 
accomplishments, which included nearly 40 books translated into almost 40 
languages. 

Pramoedya would certainly have risen to the occasion and probably used the 
acceptance speech as a platform to declare the political activism that runs 
through his writing like searing-hot lava. Almost half a century ago, Albert 
Camus accepted his Nobel Prize giving this definition of his art: It is a 
means of stirring the greatest number of people by offering them a privileged 
picture of common joys and sufferings. 

Pramoedya knew a great deal about suffering. Persecuted and jailed first by the 
colonial Dutch then the Indonesian authorities, he saw his library and works 
destroyed, he was sent to a prison camp on a remote island, deprived of pen and 
paper for 14 years and, after his release, placed under city arrest until 1998. 
His books were banned in Indonesia beyond the fall of Suharto in 1998 and the 
end of authoritarian rule, and some even remain blacklisted today. 

Although he was an Indonesian patriot and a nationalist to the core, his 
Indonesian peers shunned him for many years. Critics never forgave Pramoedya 
for his alleged communist sympathies. In the 1950s, Pramoedya had been a 
literary commissar who is said to have lorded it over those deemed 
ideologically impure. To be sure, there was rancor, and perhaps a great deal of 
professional rivalry. As an obituary in the Jakarta Post so aptly put it: Many 
Indonesians could not see beyond his politics, and thus failed to appreciate 
his work. Pramoedya the prodigal son of the soil lived almost entirely off the 
royalties and fees he earned overseas. 

His politics were hard to the left. In media interviews, which he gave 
frequently after 1998, he would rail against modern Indonesian government. His 
last interview was featured last month on the cover of the debut edition of 
Playboy magazine in Indonesia, which has stirred a hornets' nest of violent 
fundamentalist reaction. He saw Indonesia as a nation of coolies, its promise 
as a new democracy unfulfilled; the young generation he placed so much faith 
in, cheated of their freedom to play a role in nation-building. Toward the end 
of his life he joined the small cadre-based radical People's Democratic Party 
(PRD). 

Yet he was also a very conservative historian. He worried that too many 
Indonesians were ignorant of their history. Pramoedya compiled a detailed 
chronicle of the Indonesian revolution, revealing that it took several weeks 
for the declaration of independence in August 1945 to reach the extremities of 
the archipelago. When he died, he was working with his daughter on a new 
encyclopedia of Indonesia. 

This compulsive compiling betrays Pramoedya's great sense of loss after 
soldiers burned down his library upon arresting him in 1965. It also speaks to 
an old-fashioned fastidiousness, perhaps instilled by his stern schoolteacher 
of a father. 

His last published book, The Great Post Road, is a powerful polemic on 
Indonesia under Dutch colonial rule. It concerns a major highway that stretched 
1,000 kilometers across the north coast of Java and was built by governor 
general Herman Willem Daendels in the early 19th century. Although the project 
is long lost in the mists of history, Pramoedya conservatively estimated that 
the construction of Daendel's Great Post Road cost the lives of more than 
12,000 who toiled as forced laborers in indescribable conditions to build a 
7-meter-wide road so that the wheels of commerce fueling Dutch wealth in the 
East Indies could grind more efficiently. 

Pramoedya followed the Great Post Road in this small, tightly written volume 
using every town and district along the way as a marker of colonial excess and 
corruption. In his writing Pramoedya has consistently argued that the ordinary 
people of Indonesia were never fully liberated. Independence offered the 
promise of liberty that was snatched away by selfish and corrupt native rulers 
who borrowed techniques of exploitation from the Dutch. 

For Pramoedya, the old unreconstructed Marxist, Indonesia's history was a long 
continuous 

[proletar] Learning to Think and Tolerate Differences in Saudi Society

2006-05-03 Terurut Topik Ambon
http://www.arabnews.com/?page=7section=0article=81682d=4m=5y=2006

Thursday, 4, May, 2006 (06, Rabi` al-Thani, 1427)



  Learning to Think and Tolerate Differences in Saudi Society
  Abeer Mishkhas, [EMAIL PROTECTED]

 

  LAST week I came across an article online about a meeting of Saudi 
journalists and the topics that they discussed. The article was mainly about a 
speech made by one participant in which she addressed a number of obstacles 
that Saudi women in general face. Among the points she mentioned - which 
concern and trouble many women here - were the restrictions imposed on women in 
the name of tradition.

  For example, medical personnel having to cover their faces and a lack of 
choice in such matters as driving or obtaining official IDs. Many women agreed 
with the speaker while many others did not; that is hardly the problem as there 
is always space for more than one opinion. And for the sake of diversity and 
simple fairness, we must accept that everyone will not hold the same opinions. 
At the meeting, however, there were people who were out to impose their beliefs 
on everyone else and to entertain no opinion but their own. As a result, the 
speaker was verbally attacked and the photographers were asked to stop taking 
photographs lest they be published and give a false impression about the women 
attending the meeting.

  Obviously, Islam's message of tolerance and respect had not reached those 
who were so loudly complaining. They could have expressed their opinions in a 
quiet and civilized manner and made their ideas clear in the same way. It 
seems, however, that their idea was that everyone must be of the same mind and 
have the same opinions - which of course means theirs. They even went so far as 
to say that individual opinions were dangerous! Alas! I was not surprised but I 
was saddened. It is sad how some of us refuse to see the difference between 
engaging in friendly discussions and between fighting simply to maintain a 
dominant position.

  Bad as what went on at the meeting was, what was even worse was on the 
website. A good number of comments and reactions were very disturbing and very 
sad. Some just attacked the speaker for having destructive and foreign 
ideas; others were praying for her to return to the right path, i.e. to hold 
the same opinions they held. And worst of all, many attacked her personally, 
using the most abusive and horrible language. Such reactions are becoming all 
too normal on websites or on TV. But then, just when I thought things could not 
get worse, they did.

  It was said that some of the women at the meeting had no right to talk 
about Saudi women since they themselves were not pure Saudis. What, I want to 
know, is a pure Saudi? Must we, like some 19th-century Europeans, have a coat 
of arms with sixteen quarterings of nobility to prove that our grandparents, 
great-grandparents and great-great grandparents lived here and only here in the 
Arabian Peninsula? This idea of purity is both hateful and very alarming. 
Unfortunately, this is not the first time I have heard it and even more 
unfortunately, it is widespread.

  There is always someone who will accuse another of not being pure. 
According to those people, only those whose historical roots are firmly in the 
Arabian Peninsula have the right to talk. As for the others, they should be 
silent and thankful to be allowed to live here among the pure. How racist is 
that? I would like to remind these lovers and extollers of Arab purity that 
one of the companions of the prophet (pbuh) was Persian. And that the prophet 
predicted that this Persian would be one of the 10 companions who were going to 
heaven. The Persian's advice was taken in battle and because it was, the army 
of Islam was saved. No talk of Arab purity rears its ugly head there.

  Islamic history is full of such examples. We can recall the famous 
incident during the time of Omar ibn Al-Khatab when he learned that the son of 
one of his governors in Egypt had beaten an Egyptian man and called him 
inferior. Omar's response was to bring the governor, his son and the Egyptian 
to Madinah. The Egyptian was given a whip and told to beat the governor's son 
in the same way he himself had been beaten. He was also given the power to beat 
the governor. No mention of purity or anything else there - just the 
beautifully simple Islamic practice of returning to wrongdoers a taste of their 
own medicine.

  These are the examples that we talk about and that our children are 
taught in school. But I wonder - do the teachers say anything about respecting 
people and their ideas? Not agreeing, but just respecting? Or do we say one 
thing and do another?

  Frankly I see this stupid talk about pure Saudis as a tragic waste of 
time. I long for the day when we finally realize the difference between having 
a mind that thinks and one that runs on automatic, alienating people 

[proletar] Are They Afraid of Women?

2006-05-03 Terurut Topik Ambon
http://www.arabnews.com/?page=13section=0article=81456d=4m=5y=2006pix=kingdom.jpgcategory=Local%20Press


Sunday, 30, April, 2006 (02, Rabi` al-Thani, 1427)


  Are They Afraid of Women?
  Layla Al-Ahdab . Al-Watan 



  Opening the door for women to work in women-only clothes shops, 
especially in the underwear section, with men in the same store but in other 
departments, is dangerous for the women that accept such jobs. This will expose 
women to harassment from these men. Did we forget that the shops would be 
closed for prayer? If the shops were closed, where would they go? It could be 
possible that a man would hide inside the store and wait for the store to close 
down and empty from customers and then assault a female worker. What about 
other problems that come with men and women working together? 

  The above statement belongs to a person with a wild imagination. This man 
asks why women do not go to prayer. He points out that women could be exposed 
to harassment and even rape if a man hides inside the store during prayer time.

  My first reaction is to ask: When is a mall empty of people during the 
daytime prayers? It's hard to conceive an instance where a woman would be alone 
in a room with a deranged attacker in a shopping center. Most likely, she will 
be in a closed store praying or drinking tea with colleagues. 

  The Labor Ministry's recent drive to incorporate women sales clerks in 
stores that cater to women does not include any suggestion that women would be 
inside a closed shop with men. The man that made this comment seems unable to 
differentiate between men and women interacting in a salacious manner and men 
and women simply working together in a public place with respect and dignity. 

  This man seems to think that women shouldn't leave the home to conduct 
any kind of business. This is of course contrary to Islam, which only 
establishes a need for an understanding between the wife and husband. During 
the time of the Prophet Muhammad (peace be upon him) women were out in the 
market doing business. It is very important that we separate religion from 
tradition in order to ensure success in opening the field for women to work in 
jobs that are not haram (forbidden).

  Apparently conservatives like this man don't even consider the 
embarrassment that some women might endure discussing panty and bra sizes with 
a male sales clerk. And how many husbands are eager to do this shopping on 
their wives' behalves? How many brothers are going to shop for their single 
sisters' underwear? 

  A few years ago I did an interview with a foreign newspaper journalist, a 
woman. She asked me if the reason behind the conservatives' opposition to women 
working had anything to do with fear of women. I denied it at the time. But 
after listening to some of the views of conservatives in this country, I 
changed my mind and agreed with the reporters' sentiment.
 


[Non-text portions of this message have been removed]



Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage:  http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/proletar/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[proletar] Mahathir Terkekeh Soeharto Lepas Tongkat

2006-05-03 Terurut Topik Ambon
http://www.indomedia.com/bpost/052006/4/depan/utama6.htm


Jika Mantan Orang Kuat Indonesia-Malaysia Rindu
Mahathir Terkekeh Soeharto Lepas Tongkat



Di saat Kejaksaan Agung disaput keraguan, HM Soeharto justru unjuk diri. Baru 
saja unjuk kebugaran dalam perhelatan pernikahan cucunya, Rabu (3/5) kemarin, 
main cium pipi dengan sohibnya, Dr Mahathir Mohammad. 

 
  AP/DITA ALANGKARA
  TERSENYUM - Mantan Presiden Soeharto bersalaman dengan PM Mahathir 
Mohammad di Jakarta. 
Rumah mentereng bersaput tumbuhan perdu di Jalan Cendana 8 Jakarta Pusat 
kemarin pagi, adem ayem saja. Petugas keamanan yang berjaga di rumah mantan 
Presiden Indonesia ini tampak santai, meski sesekali lalu lalang.

Suasana baru ramai ketika jarum jam mendekati pukul 10.30 WIB. Ketika itu 
rombongan wartawan berdatangan. Selang beberapa menit kemudian, konvoi mobil 
yang dikawal petugas voorijder memasuki halaman rumah tersangka aneka kasus KKN 
di negeri ini.

Sontak semua orang di rumah mewah ini super sibuk melakukan penyambutan. Tak 
terkecuali Siti Hardiyanti Rukmana yang telah berdiri di teras rumah. Wajar 
memang, karena di rumah ini akan ada pertemuan dua mantan pemimpin kuat di Asia.

Siapa lagi kalau bukan sohib Soeharto dari Malaysia. Dr Mahathir Mohammad, sang 
mantan Perdana Menteri (PM) Malaysiayang dikenal luas di dunia. Mahathir 
berkunjung bersama istri dan para pembantunya.

Mereka tiba di rumah Soeharto, sekitar pukul 10.30 WIB. Begitu menginjakkan 
kaki di halaman rumah asri Soeharto, Mahathir langsung turun dari mobil sedan 
Mercy terbaru warna hitam. 

Siti Hardiyanti Rukmana yang akrab disapa Mbak Tutut segera mengulumkan bibir, 
tanda selamat datang. Mengenakan jas abu-abu, Mahathir segera menjabat tangan 
Mbak Tutut yang kemarin mengenakan busana dengan perpaduan warna kuning-oranye.

Mahathir langsung dipersilakan masuk menemui tokoh utama Orde Baru (Orba). 
Soeharto sendiri tak tampak keluar rumah saat Mahathir tiba. Padahal, 
sebenarnya ia cukup sehat untuk menemui tamu agungnya itu.

Kondisi Soeharto beberapa hari lalu, masih bugar sehingga bisa mengikuti 
prosesi pernikahan cucunya, Gendhis Trihatmodjo sampai selesai. Mantan dua 
tokoh kuat di Asia itu, bertemu selama hampir 1 jam hanya untuk kangen-kangenan.

Siti Hutami Endang Adiningsih (Mamiek), putri Soeharto yang turut mendampingi, 
menampik adanya sinyalemen adanya agenda politik tertentu. Pertemuan mendadak 
itu digambarkan sebagai ajang melepas rindu dua tokoh sepuh yang lama tak 
bertemu.

Tak ada pembicaraan masalah-masalah serius. Keduanya sudah lama tidak bertemu, 
sudah empat tahun. Keduanya saling tertawa saja. Pak Mahathir memang sempat 
menanyakan soal makanan dan kesehatan Bapak, kata Mamiek.

Tak bedanya, Mien Uno yang ikut mendampingi Soeharto. Nggak ada pembicara 
politik. Biasa kangen-kangenan saja, tandasnya. Menurut Mien, kunjungan 
Mahathir kemarin terkait perannya sebagai keynote speaker pada seminar tentang 
Nasionalisme di Era Globalisasi yang digelar di Hotel Shangri-la hari ini.

Mahathir meninggalkan rumah Soeharto sekitar pukul 11.20 WIB diantar Soeharto, 
Tutut, Mamiek dan Mien Uno. Soeharto sempat melambaikan tangan kepada wartawan. 
Sebelum berpamitan, Mahathir berpelukan dengan Soeharto.

Saat melepas kepergian tamu agungnya, Soeharto yang kemarin berjalan tanpa 
tongkat sempat berciuman pipi. Kunjungan Dr Mahathir ke Indonesia ini merupakan 
kali kedua setelah lengser dari jabatannya pada akhir Oktober 2003. Sebelumnya, 
ia melawat ke Jakarta dan Bandung Februari 2004 lalu.

Usia kedua sahabat itu hanya terpaut empat tahun. Mahathir, 81 tahun, masih 
dalam keadaan bugar dan lancar berbicara. Sedang Soeharto, 85 tahun, saat 
berjalan biasanya menggunakan bantuan tongkat.

Kejagung Bergeming

Selain mengunjungi sohibnya, Mahathir mengadakan pertemuan dengan mantan Wakil 
Presiden, Try Sutrisno dan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Aburizal 
Bakrie.

Agenda utama Mahathir adalah menjadi pembicara di Konferensi Pembangunan Sumber 
Daya Manusia Asia di Balai Sidang dan seminar yang diselenggarakan Himpunan 
Pengusaha Muda Indonesia.

Dia (Soeharto) sulit berbicara, kata Mahathir saat ditemui di Chaiman Suite 
lantai 35 Hotel Mulia, Senayan Jakarta Selatan.

Pria kelahiran Alor Star Kedah, 10 Juli 1925 itu tetap bersikap lugas dan tegas 
dalam menjawab semua pertanyaan wartawan. Bagaimana pertemuan dengan Soeharto 
tadi? Saya gembira berjumpa kawan lama. Dia masih ingat, tapi susah berbicara. 
Tapi Alhamdulillah dia masih sehat, jelas Mahathir.

Apa hasil pembicaraan dengan Soeharto? Tak ada. Kami bincang perkara-perkara 
lama, ujarnya lalu terkekeh.

Ciuman antar pipi Soeharto-Mahathir memicu pelbagai spekulasi. Mantan presiden 
tiga dasa warsa lebih itu, apakah sehat atau sakit. Kejaksaan Agung yang lebih 
banyak menebar keinginan daripada langsung memeriksa Soeharto dalam kasus KKN, 
belum juga menunjukkan tanda-tanda keseriusannya.

Janji akan menentukan pemeriksaan minggu ini, masih sebatas 

[proletar] Komitmen Dalam Dunia Pendidikan Kita

2006-05-03 Terurut Topik Ambon
http://www.indomedia.com/bpost/052006/4/opini/opini1.htm

Komitmen Dalam Dunia Pendidikan Kita

Oleh: Sardiansyah

Raden Mas Soewardi Suryaningrat atau yang biasa kita kenal dengan Ki Hajar 
Dewantara, lahir di Yogyakarta pada 2 Mei 1889. Ia merupakan Bapak Pendidikan 
Nasional Bangsa Indonesia dan seorang pendiri Nationaal Onderwijs Intituut 
Tamansiswa (Perguruan Nasional Tamansiswa).

Karena buah pemikirannya, bangsa ini memiliki warisan pemikiran dasar 
pendidikan untuk memajukan bangsa secara keseluruhan tanpa membedakan agama, 
etnis, suku, budaya, adat, kebiasaan, status sosial, dan sebagainya. Tidak 
salah, jika tanggal kelahiran Ki Hajar Dewantara ini kita peringati sebagai 
Hari Pendidikan Nasional. 

Namun hambar rasanya Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), saat kita melihat 
dunia pendidikan nasional yang hampir selalu muncul sederet bayangan 
keprihatinan, kepahitan, kegagalan, kekesalan, dan kegeraman. Semakin banyak 
saja pakar, sarjana dan orang awam yang menuding pendidikan nasional sebagai 
faktor utama penyebab bertahannya krisis multidimensional yang masih menjerat 
bangsa kita.

Misalnya, kesejahteraan guru yang hingga saat ini masih rendah, fasilitas 
pendidikan yang menurut Prof Dr H Winarno Surahmat MSc Ed dalam puisinya pada 
peringatan HUT ke-60 PGRI seperti kandang ayam, biaya pendidikan yang tiap 
tahun semakin meningkat, ijazah palsu yang terus bergentayangan, masih 
banyaknya lembaga pendidikan yang mengobral gelar tanpa memperhatikan hasil 
yang diperolehnya, dan lain sebagainya.

Oleh karena itu, tidak salah jika sebagian orang beranggapan, setiap perayaan 
Hardiknas pada 2 Mei, menjadi sebuah simbol dan seremonial belaka agar kita 
bisa dikatakan sebagai masyarakat yang peduli terhadap dunia pendidikan.

Dilihat dari peraturan dan perangkat hukum tentang pendidikan yang hingga saat 
ini dikeluarkan pemerintah, menunjukkan, pemerintah benar-benar berkomitmen 
untuk membawa dunia pendidikan kita lebih maju. Bahkan, sejak bangsa ini 
memproklamasikan diri menjadi sebuah negara yang merdeka, pemerintah kita sudah 
berkomitmen untuk bisa maju dalam bidang pendidikan. Hal ini terbukti dengan 
hadirnya kalimat 'mencerdaskan kehidupan bangsa' dalam Pembukaan UUD 1945.

Tetapi dilihat dari pelaksanaan peraturan dan perangkat hukum tersebut di 
lapangan, tentu kita kesulitan melihat keseriusan komitmen pemerintah terhadap 
dunia pendidikan nasioanal. Buktinya, hingga saat ini pemeritah belum mampu 
melaksanakan amanat UUD 1945 Bab XIII Pasal 31 ayat 4. Negara memprioritaskan 
anggaran pendidikan sekurangnya 20 persen dari anggaran pendapatan dan belanja 
negara (APBN), serta dari anggaran pendapatan dan anggaran belanja daerah 
(APBD) untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.

Selain itu, dari sekian banyak peraturan pemerintah dan perangkat hukum tentang 
pendidikan nasional, kita masih belum menemukan cetak biru yang bisa 
menunjukkan ke mana arah dunia pendidikan kita akan dibawa. Pasalnya, setiap 
pemerintahan berganti maka kebijakan terhadap pendidikan pun turut berganti.

Lihat saja, bagaimana kurikulum yang dulunya dianggap sangat sesuai dengan 
semangat otonomi yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), begitu mudahnya 
ditarik kembali ke sarangnya oleh pemerintah dengan alasan tidak dapat 
diterapkan. Padahal, tidak sedikit dana yang dikeluarkan untuk melaksanakan 
ujicoba kurikulum tersebut. Kini, kurikulum baru pun mulai diujicoba kembali 
dengan anggaran ujicoba yang baru pula.

Melihat kondisi seperti ini, masa depan bangsa ini tidak akan cerah jika 
pemerintah kita tidak melakukan perbaikan dan pembangunan di sektor pendidikan 
secara besar-besaran sejak saat ini juga. Kalau kita tidak mau melakukan 
perubahan, akibat yang akan kita rasakan --paling sedikit-- adalah semakin 
bertambahnya jumlah anak yang tidak bisa mengenyam pendidikan. Begitu juga 
dengan jumlah penduduk yang masuk dalam kategori buta huruf secara alpabetikal.

Komitmen

Untuk bisa melakukan perubahan, pemerintah bersama-sama seluruh elemen 
masyarakat harus mampu berkomitmen dengan serius dan benar-benar untuk bisa 
membawa pendidikan kita bisa lebih maju, serta membuang rasa komitmen setengah 
hati seperti yang terjadi saat ini.

Negara tetangga kita di wilayah Asia seperti Jepang, Korea Selatan, Malaysia, 
Thailand, dan Filipina memiliki komitmen yang tinggi terhadap dunia pendidikan. 
Besarnya komitmen mereka terhadap pendidikan ini, dunia pendidikan di negara 
tersebut tidak mengalami keterpurukan yang panjang ketika krisis ekonomi 
menyerang Asia pada pertengahan 1997.

Kalau kita mau melihat kembali ke belakang, saking besarnya komitmen pemerintah 
Jepang terhadap dunia pendidikan di negaranya. Setelah mengalami kekalahan pada 
Perang Dunia II, pertama kali dibangkitkan pemerintahan Jepang adalah sektor 
pendidikan. Bahkan, hal yang ditanyakan kaisar Jepang pasca-PD II itu adalah 
berapa banyak jumlah guru yang tersisa. Bukan, berapa banyak tank atau 
persenjataan lainnya 

[proletar] Buruh Ngamuk, Jakarta Lumpuh

2006-05-03 Terurut Topik Ambon
GALAMEDIA

04/05/2006 Buruh Ngamuk, Jakarta Lumpuh
 

   
  engkos kosasih/gm 
 
RATUSAN petugas dilengkapi kendaraan lapis baja dan senjata gas air 
mata berusaha membubarkan aksi buruh yang melakukan perusakan di depan Gedung 
DPR/MPR RI, Jln. Gatot Subroto Jakarta, Rabu (3/5). 
  
   
 
JAKARTA, (GM).-
Aksi demo sekitar 120 ribu buruh yang dimobilisasi Konfederasi Serikat Pekerja 
Seluruh Indonesia (KSPSI) di halaman Gedung DPR/MPR RI di Jln. Gatot Subroto 
Jakarta, Rabu (3/5) berakhir rusuh. Buruh mengamuk karena pimpinan DPR RI 
dinilai lambat merespons tuntutan mereka agar mengeluarkan pernyataan resmi 
yang menolak draf (rancangan) revisi Undang-undang Ketenagakerjaan (UUK) No. 13 
Tahun 2003.

Akibat amuk buruh tersebut, Kota Jakarta, khususnya di sekitar Jln. Gatot 
Subroto, Jln. M.H. Thamrin, dan sejumlah ruas jalan lainnya lumpuh total mulai 
pukul 10.00 WIB hingga pukul 17. WIB.

Pemantauan wartawan HU Galamedia, Engkos Kosasih yang meliput langsung jalannya 
aksi tersebut menunjukkan, para buruh yang kali ini massanya jauh lebih besar 
dibandingkan dengan aksi buruh dua hari sebelumnya tampak beringas dan anarkis.

Dalam aksi kemarin, para buruh tampak tidak terkendali. Sekira pukul 13.15 WIB 
puluhan oknum buruh mendobrak dan menjebol pagar Gedung DPR RI sepanjang 8 
meter dan tinggi 2,5 meter.

Namun, aksi buruh berhasil dihadang oleh ratusan petugas kepolisian yang 
dilengkapi senjata dan peralatan pengamanan lainnya sehingga aksi mereka sulit 
menerobos barikade petugas.

Para buruh kembali beringas, ketika menunggu surat resmi penolakan draf revisi 
UUK dari DPR RI. Bahkan, Wakil Ketua Umum DPP KSPSI, Syukur Sarto dan 
Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Pekerja Transportasi Indonesia, Karmen 
Siregar serta Wakil Ketua DPR RI, H. Zaenal Ma'arif yang berusaha menenangkan 
aksi buruh, tidak digubris oleh massa.

Sebagian massa buruh malah tetap melakukan perusakan pagar pembatas jalan tol, 
pagar Gedung DPR RI, dan membakar ban bekas di sejumlah titik di Jln. Gatot 
Subroto. Selain itu, para buruh juga sempat melemparkan benda keras ke barikade 
petugas.

Karena aksi massa makin tidak terkendali, sekira pukul 16.00 WIB sejumlah 
petugas kepolisian berusaha menghalau dan membubarkan massa buruh yang 
beringas, bertindak anarkis, dan melakukan perusakan itu. Bahkan, sesekali 
petugas menembakkan gas air mata kepada kerumunan massa. Akibatnya, ribuan 
buruh banyak yang kocar-kacir dan tunggang langgang berlarian mencari tempat 
aman dari gas air mata itu. Namun, aksi tersebut tidak sampai menelan korban 
jiwa.

Setelah dilakukan tindakan represif oleh petugas, sekira pukul 16.30 WIB, 
kerumunan massa perlahan-lahan bisa diantisipasi dan dibubarkan. Hingga pukul 
17.00 WIB, suasana Gedung DPR RI kembali bebas dari aksi buruh, sedangkan di 
sekitar Jln. Gatot Subroto yang sebelumnya sempat lumpuh hingga beberapa jam, 
kembali beroperasi. Para buruh pun kembali ke rumahnya masing-masing.

Pemicu kerusuhan

Keberingasan sebagian oknum buruh itu diduga pemicunya adalah pernyataan 
pemerintah yang bersikeras memaksakan kehendaknya merevisi UUK tersebut. Selain 
itu, juga dipicu oleh keterlambatan lembaga legislatif yang diminta buruh agar 
membuat pernyataan resmi yang berisi penolakan terhadap draf revisi UUK itu. 
Bahkan, sekitar 50 orang perwakilan buruh yang tengah berdialog dengan Wakil 
Ketua DPR RI, Soetardjo Surjoguritno dan H. Zaenal Ma'arif serta Ketua Komisi 
IX DPR RI, dr. Ribka Tjiptaning malah berlangsung kisruh.

Setelah sekitar 30 menit melakukan dialog, Soertadjo langsung menandatangani 
pernyataan sikapnya, yaitu menolak dengan tegas amandemen/revisi UUK, mendukung 
gerakan KSPSI dalam melakukan penolakan revisi UUK, dan tidak akan melakukan 
pembahasan terhadap revisi UUK tersebut.

Akan tetapi, pernyataan wakil dewan itu langsung ditolak oleh perwakilan para 
buruh. Sebab, dalam pernyataan sikapnya, anggota dewan itu dinilai tidak legal 
karena tidak menggunakan kop surat dan cap lembaga DPR RI. Penolakan buruh itu 
menjadikan suasana kisruh.

Untuk mengendalikan emosi para buruh, Wakil Ketua DPR RI, H. Zaenal Ma'arif 
kembali mendatangi perwakilan para buruh yang tengah menunggunya di ruang 
Nusantara I itu. Karena tidak ada kesepakatan dalam dialog yang kedua kalinya, 
akhirnya para pimpinan di lembaga DPR RI itu secara mendadak mengadakan rapat 
pimpinan (rapim).

Pernyataan yang ditandatangani para anggota dewan itu diragukan legalitas dan 
pertanggungjawabannya. Ada indikasi apa dengan lembaga dewan itu sehingga tidak 
mengeluarkan surat pernyataan resmi penolakan revisi UUK? ujar Ahmad Setiadi, 
pengurus DPC KSPSI Banten kepada wartawan.

Di tempat yang sama, Kusnadi dari pengurus DPC KSPSI Tangerang menambahkan, ia 
mengharapkan DPR RI mengeluarkan pernyataan resmi penolakan amandemen UUK 
dengan dibubuhi kop surat lembaga tersebut.

Akhinya, setelah lama menunggu di ruang sidang Nusantara I itu, sekira pukul 
17.00