[proletar] gokil nggak bisa bahasa Inggeries..atau bebal saja...KRe: [islamkristen] statistik perkosaan di dunia]
Duh bebalnya gokil ini: Nih, sekali lagi: DEFINITION: Total recorded rapes. Crime statistics are often better indicators of prevalence of law enforcement and willingness to report crime, than actual prevalence. Atau dia nggak bisa bahasa Inggeris? On 3 May 06, at 7:35, gokil wrote: sekali lagi gw bilang ke elu yak, orang2 di PBB kagak segoblog dan sepicik elu tempftt --- - Original Message - From: item abu To: islamkristen@yahoogroups.com Sent: Wednesday, May 03, 2006 4:45 AM Subject: Re: [islamkristen] statistik perkosaan di dunia] Orang Islam itu emang idiot, apa ga baca apa yg dibilang di data itu? DEFINITION: Total recorded rapes. Crime statistics are often better indicators of prevalence of law enforcement and willingness to report crime, than actual prevalence. Statistik kejahatan itu seringkali lebih sbg indikator dari penegakan hukum n keinginan ngelaporin kejahatan ketimbang kejahatan yg terjadi. Jadi, angka statistik yg kecil di Arab Saudi itu ga hrs berarti kejahatan di Saudi itu sedikit, tp bisa berarti penegakan hukum di Saudi itu bisa dibilang ga ada n ga ada kejahatan yg dilaporin. Dan nyatanya emang begitu, kejahatan thd tkw di Saudi itu sangat tinggi, tp bisa dibilang ga ada keadilan yg ditekain ke bajingan tukang siksa n perkosa tkw, biarpun yg dilaporin ke perwakilan Indonesia secara jumlah cukup banyak (secara relatif ga banyak, tp saking banyaknya kasus, maka persentae kecil aje udah ngasih jumlah yg banyak secara absolut). Hehe tkw udah disiksa abis-abisan sampe mesti diamputasi krn infeksi, eh malahan tkwnya yg dituduh ngefitnah majikannya. Dasar Auloh bangsat keparat, bikin syariat Islam yg ga bela tkw sama sekali. - Original Message - From: Dian Pratama [EMAIL PROTECTED] To: islamkristen@yahoogroups.com Sent: Monday, May 01, 2006 8:21 PM Subject: Re: [islamkristen] statistik perkosaan di dunia] dari hasil perkosaan tersebut, ada gak terlahir seorang tuhan seperti yesus, yang terlahir dari pelacuran dan persundalan ? Yahoo! Groups Links Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage: http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] gokil yagndungu madresah...(was Re: [islamkristen] Pemenang Olimpiade Sains Didominasi Sekolah KAFIR
On 3 May 06, at 7:41, gokil wrote: makenye baca yg bener tem, kan ade tuh tulisan : Menurut Hamid hasil tes intelectual quotient (IQ) menunjukkan rata- rata siswa di seluruh Indonesia itu cerdas, hanya saja belum difasilitasi pemerintah daerahnya. Ada banyak kelemahan dan itu akan kami perbaiki, katanya. yg jelas sekolah kapir di fasilitasi dgn baik oleh yayasan2 ybs, wong yayasan2 tsb duitnye kagak abis2 kok hasil malak dari perpuluhan. Orang Islam yang dungu-dungu kayak anjing sebaliknya buang-buang duit untuk naik haji dan bukannnya untuk meningkatkan mutu pendidikan... jangankan mempasilitasi siswa2nya yg jelas2 kristen, wong mempasilitasi (baca: mengkristenisasi) orang2 diliuar kristen juga rajin kok. Dan adalah hak mereka untuk melakukan kristenisasi seperti juga adalah hak orang Islam untuk melakukan dakwah... --- - Original Message - From: item abu To: islamkristen@yahoogroups.com Sent: Wednesday, May 03, 2006 4:47 AM Subject: [islamkristen] Pemenang Olimpiade Sains Didominasi Sekolah KAFIR Kemana tuh madrasah-madrasah? - Original Message - From: Bima Sakti [EMAIL PROTECTED] To: islamkristen@yahoogroups.com Sent: Tuesday, May 02, 2006 8:36 AM Subject: [islamkristen] Pemenang Olimpiade Sains Didominasi Sekolah KAFIR Hidup Kafir!!! Maju terus . ** Pemenang Olimpiade Sains Didominasi Sekolah Swasta TEMPO Interaktif, Jakarta:Provinsi DKI Jakarta dan sekolah-sekolah swasta mendominasi perolehan medali emas pada Olimpiade Sains Nasional (OSN) IV 2005. DKI Jakarta yang mengirim 106 peserta meraih juara umum dengan 33 medali emas, dari 67 medali emas yang diperebutkan. Provinsi ibukota negara ini meraih medali emas di hampir semua mata pelajaran yang dilombakan, kecuali biologi SMP dan IPA SD. Para peserta yang meraih medali emas umumnya berasal dari sekolah- sekolah swasta. Pemenang tingkat SMA didominasi leh SMA milik BPK Penabur, SMA Kolese Kanisius, dan SMA IPEKA Bilinguil yang kesemuanya berlokasi di Jakarta. Dominasi sekolah swasta yang sangat mencolok terlihat pada mata pelajaran Matematika tingkat SMP. Tujuh dari sembilan peraih medali emas berasal dari SMPK milik BPK Penabur di Jakarta dan Tangerang, sedangkan dua sisanya direbut SMP YPPK St. Paulus Jayapura dan SMP Methodist 3 Medan. Hasil serupa juga terlihat di mata pelajaran fisika tingkat SMP. Hanya di bidang biologi SMP saja, SMP Negeri dari luar Jakarta unggul dengan merebut 7 dari 9 medali emas. Bukan berarti daerah itu kalah pintar, tapi mereka cuma tidak difasilitasi. Faktor kemenangan itu lebih kepada mereka difasilitasi atau tidak, kata Direktur Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Departemen Pendidikan Nasional, Hamid Muhamad. Menurut Hamid hasil tes intelectual quotient (IQ) menunjukkan rata- rata siswa di seluruh Indonesia itu cerdas, hanya saja belum difasilitasi pemerintah daerahnya. Ada banyak kelemahan dan itu akan kami perbaiki, katanya. Pemenang medali emas SMP bidang matematika asal SMP YPPK St. Paulus Jayapura Papua, Andrey Sakharoov Awoitauw, menyatakan pelajaran yang didapatkannya di Papua jauh berada di bawah soal-soal OSN. Pelajaran waktu latihan sama Pak Yohanes Surya jauh lebih sulit dan tinggi dibanding di Papua, kata Andrey yang mengaku 9 bulan berada di Karawaci, Tangerang, untuk persiapan OSN IV. Di Papua, lanjut dia, mereka jarang mendapatkan pelajaran praktikum. Tapi di Karawaci ada banyak praktek, timpal pemenang medali emas SMP bidang Fisika asal SMP YPJ Kuala Kencana Mimika, Papua, Erick G.S. Rumainum. Oktamandjaya Wiguna Yahoo! Groups Links How low will we go? Check out Yahoo! Messenger's low PC-to-Phone call rates. YAHOO! GROUPS LINKS Visit your group islamkristen on the web. To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service. Yahoo! Groups Links Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage: http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] Re: [islamkristen] Re: Pemenang Olimpiade Sains Didominasi Sekolah KAFIR
gokil yang dungu kayakanjing itu ggak tahu bahwa menurut ajaran Islam Allah itu maha tahu, jadi ya ngak perlu saksi... On 3 May 06, at 13:20, gokil wrote: maksut gw membela disini, bukan membela yg salah menjadi benar, masuk neraka dan surganya umat islam tetap ditentukan oleh keimanan mereka akan Alloh, Rosul dan kitab sucinya serta baik buruk kelakuan mereka semasa didunia. yg dimaksut membela disini yaitu dimasukkannya orang2 islam kedalam barisan yg dipimpin oleh nabi Muhammad, menjadi barisan kaumnya, sedikit banyak orang2 dalam barisan ini dipertimbangkan dgn teliti kadar pahala dan dosanya, sedangkan kafir dan orang kristen tidaklah demikian, mereka langsung dijebloskan kedalam neraka tanpa adanya pertimbangan pahala dan dosa. nabi Muhammad juga akan menjadi saksi meringankan bagi orang2 islam, saksi-saksi didatangkan daripada tiap-tiap umat, di kalangan mereka sendiri. nabi Muhammad akan menjadi saksi ke atas orang-orang di sekelilingnya. Firman Alloh, yg artinya : Bagaimanakah pula ia, apabila Kami mendatangkan daripada tiap-tiap umat seorang saksi, dan apabila Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi ke atas mereka itu? (4:41) Dan pada hari Kami membangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi ke atas mereka daripada kalangan mereka sendiri, dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi ke atas mereka itu. (16:89) sedangkan dari nabi Isa yg di jadikan tuhan oleh orang kristen dan diberi nama Yesus, dia akan bersaksi, sebagaimana firman Alloh , yg artinya : Wahai Isa putera Mariam, adakah kamu mengatakan kepada manusia, 'Ambillah aku dan ibuku sebagai tuhan-tuhan selain daripada Allah'? (5:116) Nabi Isa akan menjawab: Kepada Engkau sanjungan! Tiadalah bagiku untukku mengatakan apa yang aku tiada hak dengannya. Jika aku mengatakannya, Engkau mengetahuinya, dengan mengetahui apa yang di dalam jiwaku, dan aku tidak mengetahui apa yang di dalam jiwa Engkau; sesungguhnya Engkaulah yang mengetahui yang ghaib. (5:116) Aku hanya mengatakan kepada mereka apa yang Engkau memerintahkan aku dengannya: 'Sembahlah Allah, Pemelihara aku dan Pemelihara kamu.' Dan aku seorang saksi ke atas mereka selama aku di kalangan mereka; tetapi setelah Engkau mematikan aku, Engkau Sendiri adalah penjaga ke atas mereka; Engkau saksi atas segala sesuatu. (5:117) -- - Original Message - From: amrace69 To: islamkristen@yahoogroups.com Sent: Wednesday, May 03, 2006 12:34 PM Subject: [islamkristen] Re: Pemenang Olimpiade Sains Didominasi Sekolah KAFIR Betul, memang ada kehidupan setelah kematian, bahkan kehidupan abadinah itulah yang dijanjikan oleh Yesus. tetapi nabi muhammad menjadi pembela orang2 muslim diakherat he..he..he Apa buktinya dull ??? THINK ! --- In islamkristen@yahoogroups.com, gokil [EMAIL PROTECTED] wrote: bego elu percaya gak sih adanya life after death? adanya hari akhir? adanya kehidupan akhirat? dimana semua manusia yg mati akan dihidupkan kembali utk di sidang atas perbuatan2 mereka didunia, lalu atas dasar sidang itu ada yg masuk surga dan ada yg dijeblos ke neraka. kalo lo gak percaya, yaa wasting time lah selama ini lu berdebat dimilis ini, mending kelaut eh ke nerake aja dah lu ...pffft --- - Original Message - From: amrace69 To: islamkristen@yahoogroups.com Sent: Wednesday, May 03, 2006 12:15 PM Subject: [islamkristen] Re: Pemenang Olimpiade Sains Didominasi Sekolah KAFIR Muhammad membela orang islam ??? He..he..he.masih saja ada orang yg bermimpi yaa muhammad tuh udah mampus.mati sengsara karena diracun (?) dan dikubur, jasadnya menjadi tanah. Lalu bagaimana orang yang sudah mati mau jadi pembelagoblok ini orang yaa...Emangnya elo tau nabi muhammad sekarang dimana ? di Guantanamo kali yee... Jadi, gak perlu bermimpi lagi dehmuhammad aja kagak tau apa yg terjadi dengan dirinyaapalagi elo... THINK !! --- In islamkristen@yahoogroups.com, gokil gokill@ wrote: yg jelas di akhirat nanti, Alloh menjadi jaksa penuntut umum, nabi Muhammad menjadi pengacara pembela orang islam , dan nabi Isa menjadi saksi. seburuk2nya orang islam, masih di bela oleh nabi Muhammad selama si tertuduh masih mempunyai keimanan thdp Alloh, Rosul dan Alqur'an. kafir termasuk orang kristen tidak akan di tolong di akhirat nanti, tidak ada yg mau menjadi pengacara pembelanya, malah di perberat oleh kesaksian nabi Isa. hidup didunia ini bagi orang islam hanyalah sementara, akhirat nanti yg selamanya, makanya selain nikmat, cobaan juga diberikan oleh Alloh tdp orang islam yg hidup didunia ini, sementara orang kristen terus di limpahi kenikmatan dunia dgn maksud agar mereka kembali mengingat Alloh, tuhan yg Esa, tapi ternyata orang2 kristen itu terbuai oleh kenikmatan dunia dan menjadi kafir selamanya, dan bagi Alloh kekafiran mereka tidaklah merugikan Alloh , Alloh
[proletar] gokil ngibul... Re: [islamkristen] Re: Pemenang Olimpiade Sains Didominasi Sekolah KAFIR
gokil ngibul dia bilang, tanpa bukti, Alloh menjadi jaksa penuntut umum, nabi Muhammad menjadi pengacara pembela orang islam , dan nabi Isa menjadi saksi. On 3 May 06, at 8:18, gokil wrote: yg jelas di akhirat nanti, Alloh menjadi jaksa penuntut umum, nabi Muhammad menjadi pengacara pembela orang islam , dan nabi Isa menjadi saksi. seburuk2nya orang islam, masih di bela oleh nabi Muhammad selama si tertuduh masih mempunyai keimanan thdp Alloh, Rosul dan Alqur'an. kafir termasuk orang kristen tidak akan di tolong di akhirat nanti, tidak ada yg mau menjadi pengacara pembelanya, malah di perberat oleh kesaksian nabi Isa. hidup didunia ini bagi orang islam hanyalah sementara, akhirat nanti yg selamanya, makanya selain nikmat, cobaan juga diberikan oleh Alloh tdp orang islam yg hidup didunia ini, sementara orang kristen terus di limpahi kenikmatan dunia dgn maksud agar mereka kembali mengingat Alloh, tuhan yg Esa, tapi ternyata orang2 kristen itu terbuai oleh kenikmatan dunia dan menjadi kafir selamanya, dan bagi Alloh kekafiran mereka tidaklah merugikan Alloh , Alloh berfirman dalam surah an-nisa ayat 170, yg artinya: Wahai manusia, sesungguhnya telah datang Rasul (Muhammad) itu kepadamu dengan (membawa) kebenaran dari Tuhanmu, maka berimanlah kamu, itulah yang lebih baik bagimu. Dan jika kamu kafir, (maka kekafiran itu tidak merugikan Allah sedikit pun) karena sesungguhnya apa yang di langit dan di bumi itu adalah kepunyaan Allah. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, juga dalam ayat 171, yg artinya: Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putra Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: (Tuhan itu) tiga, berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara --- - Original Message - From: Bima Sakti [EMAIL PROTECTED] To: islamkristen@yahoogroups.com Sent: Tuesday, May 02, 2006 9:36 AM Subject: [islamkristen] Re: Pemenang Olimpiade Sains Didominasi Sekolah KAFIR Kalo cuma ngomong doang itu gampang... Tapi bukti dan survei membuktikan bahwa islam itu oon, bodoh, terbelakang, tukang fitnah, tukang bakar, tukan rampok, tukang kawin hehehe... Jangan omdo---omong doang butikan dong Apa bukti bahwa orang kafir itu ada dalam neraka... kagak ada buktinya ... Sekarang APA BUKTI ALLOH ITU MEMBANTU ORANG ISLAM?? coba buktikan.. --- In islamkristen@yahoogroups.com, thaghut [EMAIL PROTECTED] wrote: si BIMA SAKIT ini menurut biblenya sendiri harus dihadapkan ke Mahkamah Agama harus dimasukin ke dalam Neraka yang menyala2 karena menuduh saudaranya sendiri sesama kristen adalah kafir. (matius 5:22) Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala. - Original Message - From: Bima Sakti To: islamkristen@yahoogroups.com Sent: Tuesday, May 02, 2006 8:36 AM Subject: [islamkristen] Pemenang Olimpiade Sains Didominasi Sekolah KAFIR Hidup Kafir!!! Maju terus . ** Pemenang Olimpiade Sains Didominasi Sekolah Swasta TEMPO Interaktif, Jakarta:Provinsi DKI Jakarta dan sekolah- sekolah swasta mendominasi perolehan medali emas pada Olimpiade Sains Nasional (OSN) IV 2005. DKI Jakarta yang mengirim 106 peserta meraih juara umum dengan 33 medali emas, dari 67 medali emas yang diperebutkan. Provinsi ibukota negara ini meraih medali emas di hampir semua mata pelajaran yang dilombakan, kecuali biologi SMP dan IPA SD. Para peserta yang meraih medali emas umumnya berasal dari sekolah- sekolah swasta. Pemenang tingkat SMA didominasi leh SMA milik BPK Penabur, SMA Kolese Kanisius, dan SMA IPEKA Bilinguil yang kesemuanya berlokasi di Jakarta. Dominasi sekolah swasta yang sangat mencolok terlihat pada mata pelajaran Matematika tingkat SMP. Tujuh dari sembilan peraih medali emas berasal dari SMPK milik BPK Penabur di Jakarta dan Tangerang, sedangkan dua sisanya direbut SMP YPPK St. Paulus Jayapura dan SMP Methodist 3 Medan. Hasil serupa juga terlihat di mata pelajaran fisika tingkat SMP. Hanya di bidang biologi SMP saja, SMP Negeri dari luar Jakarta unggul dengan merebut 7 dari 9 medali
[proletar] Utang Gerogoti Dana Pendidikan
RIAU POS Utang Gerogoti Dana Pendidikan Rabu, 03 Mei 2006 Wapres Janjikan Anggaran Pendidikan Dipenuhi Bertahap Laporan JPNN, Jakarta Pemerintah sanggup memenuhi amanat konstitusi soal anggaran pendidikan minimal sebesar 20 persen dari APBN. Ini ditegaskan Wapres Jusuf Kalla di Istana Wakil Presiden, Jakarta, kemarin. Tapi, Wapres menyebut hal itu tak bisa serta merta dilaksanakan pemerintah. Ketentuan itu bisa dipenuhi secara bertahap hingga tercapai sepenuhnya pada 2007. Alasannya, pemerintah harus mengalokasikan anggaran untuk kepentingan lain. ''Yang menentukan budget itu kan DPR. Satu pertanyaan saja, kalau mau langsung dipenuhi, apa yang harus dikurangi,'' katanya balik bertanya. Di tempat terpisah, pernyataan Wapres Jusuf Kalla langsung ditanggapi Koordinator Nasional Koalisi Antiutang Kusfiardi di Jakarta kemarin. Menurut dia, kalau pemerintah benar-benar berkomitmen untuk mencerdaskan bangsa, penghapusan utang harus segera diupayakan. Minimnya alokasi anggaran pendidikan diindikasikan akibat masih beratnya beban untuk membayar utang luar dan dalam negeri. Pembayaran utang-terdiri atas bunga dan cicilan pokok- lebih besar daripada anggaran pendidikan yang sudah dipatok minimal 20 persen dari APBN. ''Dilihat dari alokasi anggaran selama ini, pemerintah belum memiliki komitmen dan tanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan dasar. Khususnya bila dilihat dari alokasi anggaran dasar,'' ujarnya. Hadapi Dilema Sebelumnya, Wapres menerima perwakilan mahasiswa peserta aksi unjuk rasa memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di Istana Wakil Presiden. Mereka, antara lain, meminta pemerintah memenuhi ketentuan anggaran pendidikan 20 persen dari APBN. Kalla menuturkan, pemerintah kesulitan menentukan sektor mana yang harus dikurangi untuk memenuhi amanat konstitusi. Pasalnya, anggaran pemerintah habis untuk kebutuhan-kebutuhan yang sangat mendesak. ''Jangan lupa pendidikan, kesehatan, dan jalan sangat penting. Apa kita rela anggaran kesehatan dikurangi, anggaran pembangunan jalan dikurangi, anggaran untuk tentara tidak ada. Ini kenyataan. Kita bicara antara harapan dan kenyataan,'' papar Wapres. Meski begitu, Kalla berjanji, pemerintah berupaya segera memenuhi ketentuan minimal anggaran pendidikan 20 persen. Wapres meminta masyarakat juga melihat upaya meningkatkan anggaran pendidikan dalam APBN. ''Untuk memenuhi 20 persen, kita dihadapkan pada beberapa masalah. Kalau mau subsidi pendidikan penuh, harga BBM harus naik. Begitu juga tarif dasar listrik,'' terangnya. Saat ini alokasi anggaran untuk pendidikan baru 9,2 persen dari APBN atau Rp36,7 triliun. Itu berbeda dengan anggaran pendidikan 2004 sebesar Rp16 triliun. Itu belum termasuk anggaran pendidikan yang diselenggarakan Departemen Agama (Depag) sebesar Rp8 triliun. Jadi, total anggaran pendidikan Rp44,7 triliun. Beban Utang Sangat Besar Melanjutkan keterangannya, Koordinator Nasional Koalisi Antiutang Kusfiardi menjelaskan, hampir sepertiga atau setara dengan 30 persen dari APBN dialokasikan untuk membayar utang. ''Beban utang luar negeri sangat besar sehingga menjadi kendala utama bagi pemerintah untuk membiayai pendidikan. Kondisi tersebut setidaknya terlihat pada tahun anggaran 1996-2002,'' terangnya. Karena itu, dia menilai wajar bila kondisi pendidikan di tanah air memprihatinkan. Dari Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium yang dirilis pada Februari 2004, hingga 2002 baru 46,8 persen anak-anak berusia pendidikan dasar menyelesaikan sembilan tahun pendidikan dasar wajib. ''Pemerintahan SBY-Kalla belum serius melaksanakan UU Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003. Malah dengan sengaja menunda pemenuhan alokasi pendidikan 20 persen,'' katanya. Padahal, pada 2005, terdapat 25.265.384 anak yang telah bersekolah dari 25.644.861 penduduk usia 7-12 tahun. Sisanya, 370.477 anak, belum bersekolah di SD atau yang sederajat. Lalu, di antara penduduk usia 13-15 tahun, baru 12.975.988 yang bersekolah di tingkat SMP dan sederajat. Yang 11.185.919 belum bersekolah. Jadi, terdapat 179.069 anak belum sekolah setingkat SMP dan sederajat. ''Beruntung, MK (Mahkamah Konstitusi) memutuskan bahwa APBN 2006 ini harus memenuhi alokasi 20 persen. Pemerintah harus mengubahnya lewat APBN-P,'' ujarnya. Dia menyarankan, beban utang luar negeri sebagai penyebab kecilnya anggaran pendidikan harus diantisipasi. ''Salah satu yang bisa dilakukan ialah mengupayakan pengurangan pembayaran utang. Jika pemerintah enggan, parlemen seharusnya bereaksi dengan memberikan teguran keras karena pemerintah berupaya melanggar konstitusi,'' tegasnya.(iw/noe/aka) [Non-text portions of this message have been removed] Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner :
[proletar] Demo Buruh Ternyata Damai
RIAU POS Demo Buruh Ternyata Damai Rabu, 03 Mei 2006 Kekhawatiran banyak kalangan bahwa peringatan Hari Buruh (Mayday) pada 1 Mei 2006 lalu berlangsung ''panas'' tidak terbukti. Karena itu, kita wajib memberikan apresiasi, simpati, dan empati kepada para buruh, para aktivis buruh, dan elemen-elemennya yang kemarin turun ke jalan. Apresiasi dan simpati patut kita berikan kepada elemen-elemen buruh karena ternyata kekhawatiran yang sempat muncul hanyalah isapan jempol. Hanya isu. Hanya opini. Kita wajib memberikan empati karena para buruh dan elemen-elemennya yang kemarin turun ke jalan benar-benar memperlihatkan aspirasinya yang jujur untuk menuntut nilai tawar dalam proses produksi dengan aksi yang damai. Suasana damai dan aman dalam peringatan Hari Buruh kemarin diperlihatkan di semua daerah di tanah air. Di kota-kota kecil dan di kota-kota besar, unjuk rasa praktis berlangsung aman. Tidak menakutkan masyarakat dan para pengguna jalan raya. Mengapa peringatan Hari Buruh bisa damai dan aman? Salah satu penyebabnya ialah elemen-elemen buruh punya komitmen dan tanggung jawab sosial bahwa perjuangan mereka tidak hanya perlu ditanggapi para pengusaha tempat mereka bekerja, tetapi juga perlu mendapatkan dukungan dan simpati masyarakat. Tentu menjadi kontraproduktif jika, misalnya, perjuangan menaikkan nilai tawar -antara lain, untuk mendapatkan kesejahteraan yang lebih baik- tidak mendapatkan dukungan masyarakat hanya karena perjuangan mereka -melalui demo dan turun ke jalan- berlangsung panas dan menakutkan. Salah satu kunci keberhasilan para buruh dan elemennya untuk meningkatkan nilai tawar dalam proses produksi dengan para pengusaha ialah simpati dan dukungan publik. Karena itu, sinergi dengan semua komponen masyarakat, kelompok sosial, dan elemen-elemen warga negara harus dapat diwujudkan. Sinergi itu dapat diwujudkan jika semua bentuk perjuangan buruh mendatangkan simpati dan respek dari masyarakat. Persoalannya, mengapa aksi buruh sering panas, bahkan acap harus bentrok dengan aparat keamanan yang mengakibatkan masyarakat menjadi takut bepergian? Apakah para buruh memang memiliki naluri anarki? Para buruh adalah manusia normal. Mereka punya hati, punya perasaan, serta sifat-sifat manusia yang lain. Mereka bisa marah. Mereka bisa emosional. Tetapi, mereka juga bisa senang dan bisa bergembira. Masalahnya, sifat-sifat marah dan emosional itu, sebagaimana layaknya manusia lain, akan muncul dan bahkan dapat memicu bentrokkan dengan pihak lain karena sering ada pihak yang memprovokasi. Apa pun motifnya, jika aksi massa -tidak ter-kecuali aksi buruh- terprovokasi, yang terjadi ialah situasi yang sarat amarah, emosional, dan dapat melecut tindakan anarki. Karena itu, Mayday yang damai itu perlu menjadi momentum dan titik tolak bagi para buruh, para aktivis dan semua elemen buruh, agar aksi-aksi mereka kelak dapat berjalan damai, aman, dan mengundang simpati masyarakat. Aksi turun ke jalan yang damai telah dapat diperlihatkan semua buruh, aktivis buruh, dan semua elemennya. Karena itu, seharusnya tidaklah sulit memperlihatkan aksi damai dan aman yang serupa di kemudian hari. Buruh tidak rugi, pemerintah tidak rugi dan pengusaha pun tidak rugi. Tapi ingat aspirasi dari kalangan buruh itu harus diakomodir, jangan hanya sekadar ditampung saja tanpa solusi. [Non-text portions of this message have been removed] Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage: http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] Supersolusi: Jalan-Jalan!
http://www.lampungpost.com/buras.php?id=2006050101183415 BURAS Supersolusi: Jalan-Jalan! H. Bambang Eka Wijaya: PAPA, Budi tadi disetrap guru berdiri dengan satu kaki karena tak bisa mengerjakan soal matematika! ujar ibu melaporkan anaknya saat ayah pulang kerja. Gampang! sambut ayah. Ayo jalan-jalan ke rumah sepupu, studi banding cara belajar matematika! Besoknya, ibu melapor lagi, PLN telepon, kalau tunggakan rekening listrik tiga bulan tak dibayar, besok aliran listrik kita diputus! Gampang! Kan masih ada besok! jawab ayah. Ayo kita jalan-jalan ke rumah orang kaya, menanya cara agar listrik tak diputus! Besoknya lagi ibu melapor, Papa, akhirnya kejadian! Aliran listrik kita diputus PLN! Kok tak manjur, ya? sambut ayah terengah. Apanya yang tak manjur? kejar ibu. Resep penyelesaian masalah andalan para elite penguasa Lampung, eksekutif, birokrat, dan legislatif! jelas ayah. Resep mereka, semua masalah solusinya cuma satu: Jalan-jalan! Tak peduli alasannya, studi banding atau rekreasi! Belajar dari buku mana atau teori apa jalan-jalan dijadikan supersolusi begitu? entak ibu. Kalau jalan-jalan bisa jadi supersolusi, tak perlu universitas, pusat kajian, dan ragam program pendidikan manajemen! Tapi kenyataan itu benar-benar terjadi, jalan-jalan dijadikan supersolusi kalangan elite penguasa di Lampung! timpal ayah. Ngawur! tegas ibu. Coba, orang miskin jalan-jalan ke rumah orang kaya, apa dia dan keluarganya bisa jadi kaya? Paling cuma bisa menceritakan isi rumahnya! Malah, meniru proses dan usahanya untuk kaya saja belum tentu bisa membuatnya jadi kaya! Kalau cukup hanya dengan studi banding ke rumah orang kaya keluarga miskin bisa jadi kaya, di negeri kita tak ada keluarga miskin lagi! timpal ayah. Maka itu, yang terjadi dengan supersolusi jalan-jalan itu bukan menyelesaikan masalah, tapi malah meninggalkan masalah! tegas ibu. Akibatnya, masalah bukannya selesai, tapi justru makin merebak dan kian ruwet! Akibat makin beratnya segala masalah yang diatasi dengan supersolusi jalan-jalan itu memang bisa dirasakan rakyat! timpal ayah. Jalan raya makin hancur, pupuk kian sulit didapat, dan seterusnya! Sebaliknya, biaya untuk jalan-jalan dengan rombongan besar itu lebih baik digunakan bagi kepentingan rakyat yang benar-benar amat membutuhkan! Sebab, masalah takkan pernah selesai dengan meninggalkannya begitu! tegas ibu. Justru hanya dengan digeluti dan ditekuni di tempat, tanpa pernah ditinggalkan atau dilalaikanlah, setiap masalah akan bisa diselesaikan! Sebenarnya ada yang lebih prinsipil dari semua itu! timpal ayah. Ketika rakyat sengsara dengan ragam kesulitan akibat jalan-jalan rusak bahkan terputus, sulit mendapat pupuk, dan sebagainya, malah ditinggalkan para pemimpin jalan-jalan! Dalam militer, meninggalkan pasukan telantar di arena begitu disebut desersi! tegas ibu. Saat perang, komandan yang melakukan desersi bisa dihukum mati! *** [Non-text portions of this message have been removed] Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage: http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] Investasi Defisit Pertumbuhan
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/052006/03/0901.htm Investasi Defisit Pertumbuhan Oleh H. EDDY JUSUF TUNTUTAN Undang-Undang No. 17/2003 tentang Keuangan Negara, pada dasarnya adalah rencana pembangunan jangka menengah (RPJM), pengganti Repelita yang populer di era Orba. Kita tahu bahwa RPJM 2004-2009 tersebut telah ditetapkan melalui Peraturan Presiden No.7/2005, yang dijadikan tatanan baru, sebagai pedoman menyusun rencana kerja tahunan pemerintah (RKTP). Sasarannya, tiada lain guna mengurangi angka kemiskinan pada akhir RPJM menjadi 8,2 persen dan angka pengangguran terbuka menjadi 5,1 persen. Harapan tersebut, didasarkan pada sejumlah asumsi, seperti pertumbuhan ekonomi rata-rata 6,6 persen per tahun dan pertumbuhan ekonomi satu persen menambah lapangan kerja baru sebanyak 400-500 ribu. Namun, perkiraan tersebut akan meleset apabila pertumbuhan ekonomi hanya satu persen dan hanya mampu menambah lapangan kerja baru lebih kurang separuh dari asumsi. Sehingga asumsi itu, sulit dicapai, karena realisasi investasi masih di bawah target sebagaimana ditetapkan dalam RPJM yakni Rp 1.000 triliun per tahun. Dalam perekonomian modern, suatu negara biasanya semakin penting intervensi pemerintah melalui anggaran. Contoh, AS negara yang paling liberal perekonomiannya, mulai menggunakan kebijakan ekonomi makro untuk mengintervensi perekonomian negara. Tepatnya sejak teori Keynes tentang campur tangan pemerintah dalam perekonomian memengaruhi keputusan kongres AS dalam membuat kebijakan ekonomi negara itu. Termasuk Dana Moneter Internasional (IMF), AS banyak terlibat dalam merumuskan kebijakan ekonomi makro di negara-negara yang menjadi pasien-nya. Investasi Dalam hal investasi, bisa dilihat dari realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) selama kuartal I pada 2006 dari segi projek mengalami penurunan sebesar 21,31 persen, dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Investasi PMDN yang masuk selama Januari sampai Maret 2006 mencapai 48 projek, bandingkan dengan tahun lalu sebanyak 61 projek. Namun, dari segi nilai investasi, pertumbuhannya lumayan tinggi yakni mencapai 87,83 persen, dari Rp 4,54 triliun menjadi Rp 8,53 triliun pada 2006. Dari analisis tersebut, umumnya pengusaha masih ingin melihat realisasi dari Inpres No. 3/2006 tentang paket kebijakan iklim investasi dan pengesahan RUU Penanaman Modal yang ditargetkan selesai pada bulan Juni tahun ini, apakah sesuai dengan harapan mereka. Berdasarkan realisasi investasi PMDN yang cukup menonjol, yakni bidang industri logam, mesin, dan elektronik dengan total empat projek senilai Rp 2,977 triliun, jasa lainnya sebanyak empat projek senilai Rp 1,519 triliun. Sektor tanaman pangan dan perkebunan sebanyak enam projek senilai Rp 1,34 triliun, industri makanan sebanyak delapan projek dengan nilai Rp 1,315 triliun dan di sektor transportasi, gudang, dan komunikasi sebanyak enam projek senilai Rp 383,7 miliar. Sedangkan jumlah tenaga kerja yang berhasil diserap dari PMDN pada kuartal I-2006 sebanyak 26.819 orang. Bagaimana dengan kondisi dan stimulus kebijakan fiskal dalam strategi pembangunan ekonomi nasional. Hal ini mestinya ini perlu dikaitkan dengan rencana kerja pemerintah setiap tahunnya. Harus disadari bahwa mesin ekonomi Indonesia hingga kini masih bertumpu pada konsumsi. Seharusnya sudah bergerak ke investasi, terutama dari Foreign Direct Investment (FDI) atau investasi asing langsung. Pada dasarnya strategi awal yang dilakukan pemerintah adalah ekspor konsumsi. Karena export consumption itu memiliki basis ganda, yaitu sisi permintaan dan pasok yang keduanya harus seimbang. Dari identifikasi masalah melalui berbagai riset, disimpulkan agar ekspor dan investasi harus digenjot. Namun, harus didukung dengan iklim investasi, terutama dukungan dari sisi birokrasi yang selama ini kurang sehat. Persoalannya, banyak kebijakan yang mendistorsi investasi atau pada level institusi. Misalnya, birokrasi kita yang tidak efisien, banyak pungutan tidak jelas, aturan jelas tapi implementasinya tidak baik. Kemudian, apakah ketika investor ke Indonesia sudah tersedia listrik, jalan, telefon, keamanan dan kepastian hukum? Dari tiga level ini mudah diidentifikasi tapi tidak mudah diselesaikan. Belum lagi bila membicarakan masalah infrastruktur, lebih 90 projek kebutuhan investasi senilai Rp 600 triliun, ternyata ada masalah dalam policy-nya. Persoalan lain dari sudut fiskal, yakni tools untuk mencapai tujuan pembangunan, orientasinya adalah pertumbuhan ekonomi, perluasan lapangan kerja, dan penurunan kemiskinan. Ini adalah tools, namun bukan fiskal sebagai tujuan akhir. Percuma saja fiskalnya terkonsolidasi, defisitnya 0%, utang harus dihabisin, bila hal ini menjadi tujuan. Kalau fiskalnya bagus dan tertata rapi, tapi ekonomi tidak jalan, tidak ada gunanya karena ekonomi sangat kaku. Defisit Dalam menjaga defisit dan tetap menjadikan APBN 2006 dan RAPBN 2007 nanti sebagai
[proletar] Re: [islamkristen] Fw: Ketika Rasulullah SAW Memberikan Syafaat Kepada Ummatnya di Hari Kiamat
Ini mah omong kosong doang... On 3 May 06, at 14:55, gokil wrote: - Original Message - From: Hudzaifah.org Sent: Wednesday, May 03, 2006 7:09 AM Subject: Ketika Rasulullah SAW Memberikan Syafaat Kepada Ummatnya di Hari Kiamat http://www.hudzaifah.org/Article356.phtml Ketika Rasulullah SAW Memberikan Syafaat Kepada Ummatnya di Hari Kiamat Posted by: abusafar on Tuesday, May 02, 2006 - 08:14 AM Hudzaifah.org - Ini adalah sekelumit kisah masa depan, ketika seluruh manusia berkumpul di hari kiamat. Kisah ini disampaikan oleh Rasulullah kepada para sahabatnya. Dalam kisah itu diceritakan bahwa Allah mengumpulkan seluruh manusia dari yang pertama hingga yang terakhir dalam satu daratan. Pada hari itu matahari mendekat kepada mereka, dan manusia ditimpa kesusahan dan penderitaan yang mereka tidak kuasa menahannya. Lalu di antara mereka ada yang berkata, Tidakkah kalian lihat apa yang telah menimpa kita, tidakkah kalian mencari orang yang bisa memberikan syafa'at kepada Rabb kalian? Yang lainnya lalu menimpali, Bapak kalian adalah Adam AS. Akhirnya mereka mendatangi Adam lalu berkata, Wahai Adam, Anda bapak manusia, Allah menciptakanmu dengan tangan-Nya, dan meniupkan ruh kepadamu, dan memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepadamu, dan menempatkanmu di surga. Tidakkah engkau syafa'ti kami kepada Rabb-mu? Apakah tidak kau saksikan apa yang menimpa kami? Maka Adam berkata, Sesungguhnya Rabbku pada hari ini sedang marah yang tidak pernah marah seperti ini sebelumnya, dan tidak akan marah seperti ini sesudahnya, dan sesungguhnya Dia telah melarangku untuk mendekati pohon (khuldi) tapi aku langgar. Nafsi nafsi (aku mengurusi diriku sendiri), pergilah kalian kepada selainku, pergilah kepada Nuh AS. Lalu mereka segera pergi menemui Nuh AS dan berkata, Wahai Nuh, engkau adalah Rasul pertama yang diutus ke bumi, dan Allah telah memberikan nama kepadamu seorang hamba yang bersyukur (abdan syakuro), tidakkah engkau saksikan apa yang menimpa kami, tidakkah engkau lihat apa yang terjadi pada kami? Tidakkah engkau beri kami syafa'at menghadap Rabb-mu? Maka Nuh berkata, Sesungguhnya Rabbku pada hari ini marah dengan kemarahan yang tidak pernah marah seperti ini sebelumnya, dan tidak akan marah seperti ini sesudahnya. Sesungguhnya aku punya doa, yang telah aku gunakan untuk mendoakan (celaka) atas kaumku. Nafsi nafsi, pergilah kepada selainku, pergilah kepada Ibrahim AS! Lalu mereka segera menemui Ibrahim dan berkata, Wahai Ibrahim, engkau adalah Nabi dan kekasih Allah dari penduduk bumi, syafa'atilah kami kepada Rabb-mu! Tidakkah kau lihat apa yang menimpa kami? Maka Ibrahim berkata, Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini marah dengan kemarahan yang tidak pernah marah seperti ini sebelumnya, dan tidak akan marah seperti ini sesudahnya, dan sesungguhnya aku telah berbohong tiga kali. Nafsi nafsi, pergilah kalian kepada selainku, pergilah kalian kepada Musa AS! Lalu mereka segera pergi ke Musa, dan berkata, Wahai Musa, engkau adalah utusan Allah. Allah telah memberikan kelebihan kepadamu dengan risalah dan kalam-Nya atas sekalian manusia. Syafa'atilah kami kepada Rabb-mu! Tidakkah kau lihat apa yang kami alami? Lalu Musa berkata, Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini sedang marah dengan kemarahan yang tidak pernah marah seperti ini sebelumnya, dan tidak akan pernah marah seperti ini sesudahnya. Dan sesungguhnya aku telah membunuh seseorang yang aku tidak diperintahkan untuk membunuhnya. Nafsi nafsi, pergilah kalian kepada selainku, pergilah kalian kepada Isa AS! Lalu mereka pergi menemui Isa, dan berkata, Wahai Isa, engkau adalah utusan Allah dan kalimat-Nya yang dilontarkan kepada Maryam, serta ruh dari-Nya. Dan engkau telah berbicara kepada manusia semasa dalam gendongan. Berilah syafa'at kepada kami kepada Rabb-mu! Tidakkah kau lihat apa yang kami alami? Maka Isa berkata, Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini sedang marah dengan kemarahan yang tidak pernah marah seperti ini sebelumnya, dan tidak akan marah seperti ini sesudahnya. Nafsi nafsi, pergilah kepada selainku, pergilah kepada Muhammad SAW! Akhirnya mereka mendatangi Muhammad SAW, dan berkata, Wahai Muhammad, engkau adalah utusan Allah dan penutup para nabi. Allah telah mengampuni dosamu yang lalu maupun yang akan datang. Syafa'atilah kami kepada Rabb-mu, tidakkah kau lihat apa yang kami alami? Lalu Nabi Muhammad SAW pergi menuju bawah 'Arsy. Di sana beliau bersujud kepada Rabb, kemudian Allah membukakan kepadanya dari puji-pujian-Nya, dan indahnya pujian atas-Nya, sesuatu yang tidak pernah dibukakan kepada seorangpun sebelum Nabi Muhammad. Kemudian Allah SWT berkata kepada Muhammad, Wahai Muhammad, angkat kepalamu, mintalah, niscaya kau diberi, dan berilah syafa'at niscaya akan dikabulkan! Maka Muhammad SAW mengangkat kepalanya dan berkata, Ummatku wahai
[proletar] Re: gokil yagndungu madresah...(was Re: [islamkristen] Pemenang Olimpiade Sains Didominasi Sekolah KAFIR
gokil yang dungu kayak anjing lagi nyari-nyari kesalahan orang Nasrani... On 3 May 06, at 14:44, gokil wrote: Dan adalah hak mereka untuk melakukan kristenisasi seperti juga adalah hak orang Islam untuk melakukan dakwah... dakwah ama kristenisasi laen pig!, dakwah ya sama aja ama yg dilakuin pendeta siape tuh di pantai karnival ancol kemarenan. --- - Original Message - From: Jusfiq Hadjar [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, May 03, 2006 4:25 PM Subject: gokil yagndungu madresah...(was Re: [islamkristen] Pemenang Olimpiade Sains Didominasi Sekolah KAFIR On 3 May 06, at 7:41, gokil wrote: makenye baca yg bener tem, kan ade tuh tulisan : Menurut Hamid hasil tes intelectual quotient (IQ) menunjukkan rata- rata siswa di seluruh Indonesia itu cerdas, hanya saja belum difasilitasi pemerintah daerahnya. Ada banyak kelemahan dan itu akan kami perbaiki, katanya. yg jelas sekolah kapir di fasilitasi dgn baik oleh yayasan2 ybs, wong yayasan2 tsb duitnye kagak abis2 kok hasil malak dari perpuluhan. Orang Islam yang dungu-dungu kayak anjing sebaliknya buang-buang duit untuk naik haji dan bukannnya untuk meningkatkan mutu pendidikan... jangankan mempasilitasi siswa2nya yg jelas2 kristen, wong mempasilitasi (baca: mengkristenisasi) orang2 diliuar kristen juga rajin kok. Dan adalah hak mereka untuk melakukan kristenisasi seperti juga adalah hak orang Islam untuk melakukan dakwah... --- - Original Message - From: item abu To: islamkristen@yahoogroups.com Sent: Wednesday, May 03, 2006 4:47 AM Subject: [islamkristen] Pemenang Olimpiade Sains Didominasi Sekolah KAFIR Kemana tuh madrasah-madrasah? - Original Message - From: Bima Sakti [EMAIL PROTECTED] To: islamkristen@yahoogroups.com Sent: Tuesday, May 02, 2006 8:36 AM Subject: [islamkristen] Pemenang Olimpiade Sains Didominasi Sekolah KAFIR Hidup Kafir!!! Maju terus . ** Pemenang Olimpiade Sains Didominasi Sekolah Swasta TEMPO Interaktif, Jakarta:Provinsi DKI Jakarta dan sekolah-sekolah swasta mendominasi perolehan medali emas pada Olimpiade Sains Nasional (OSN) IV 2005. DKI Jakarta yang mengirim 106 peserta meraih juara umum dengan 33 medali emas, dari 67 medali emas yang diperebutkan. Provinsi ibukota negara ini meraih medali emas di hampir semua mata pelajaran yang dilombakan, kecuali biologi SMP dan IPA SD. Para peserta yang meraih medali emas umumnya berasal dari sekolah- sekolah swasta. Pemenang tingkat SMA didominasi leh SMA milik BPK Penabur, SMA Kolese Kanisius, dan SMA IPEKA Bilinguil yang kesemuanya berlokasi di Jakarta. Dominasi sekolah swasta yang sangat mencolok terlihat pada mata pelajaran Matematika tingkat SMP. Tujuh dari sembilan peraih medali emas berasal dari SMPK milik BPK Penabur di Jakarta dan Tangerang, sedangkan dua sisanya direbut SMP YPPK St. Paulus Jayapura dan SMP Methodist 3 Medan. Hasil serupa juga terlihat di mata pelajaran fisika tingkat SMP. Hanya di bidang biologi SMP saja, SMP Negeri dari luar Jakarta unggul dengan merebut 7 dari 9 medali emas. Bukan berarti daerah itu kalah pintar, tapi mereka cuma tidak difasilitasi. Faktor kemenangan itu lebih kepada mereka difasilitasi atau tidak, kata Direktur Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Departemen Pendidikan Nasional, Hamid Muhamad. Menurut Hamid hasil tes intelectual quotient (IQ) menunjukkan rata- rata siswa di seluruh Indonesia itu cerdas, hanya saja belum difasilitasi pemerintah daerahnya. Ada banyak kelemahan dan itu akan kami perbaiki, katanya. Pemenang medali emas SMP bidang matematika asal SMP YPPK St. Paulus Jayapura Papua, Andrey Sakharoov Awoitauw, menyatakan pelajaran yang didapatkannya di Papua jauh berada di bawah soal-soal OSN. Pelajaran waktu latihan sama Pak Yohanes Surya jauh lebih sulit dan tinggi dibanding di Papua, kata Andrey yang mengaku 9 bulan berada di Karawaci, Tangerang, untuk persiapan OSN IV. Di Papua, lanjut dia, mereka jarang mendapatkan pelajaran praktikum. Tapi di Karawaci ada banyak praktek, timpal pemenang medali emas SMP bidang Fisika asal SMP YPJ Kuala Kencana Mimika, Papua, Erick G.S. Rumainum. Oktamandjaya Wiguna Yahoo! Groups Links How low will we go? Check out Yahoo! Messenger's low PC-to-Phone call rates. YAHOO! GROUPS LINKS Visit your group islamkristen on the web. To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service. Yahoo! Groups Links Yahoo! Groups Links Yahoo! Groups Links
[proletar] Pemerintah Akan Bangun Pusat Pembinaan Sains
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/052006/03/0702.htm Pemerintah Akan Bangun Pusat Pembinaan Sains JAKARTA, (PR).- Menko Kesra Aburizal Bakrie menuturkan, pemerintah akan membangun pusat pembinaan sains untuk mendukung keberhasilan siswa Indonesia yang mengikuti berbagai perlombaan di bidang sains di tingkat nasional dan internasional. Kita akan membuat center, supaya mereka bisa dididik dengan baik dan bisa berkonsentrasi dengan pendidikannya, ujar Aburizal ketika menerima Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI) usai mengikuti Olimpiade Fisika Asia (APhO) ke-7 di Almaty, Kazakhstan, di kediamannya di Jakarta, Selasa (2/5). Aburizal menjelaskan, pemerintah berencana membangun pusat pembinaan sains seluas 40.000 meter persegi untuk memfasilitasi kegiatan pembinaan sains dan ilmu pengetahuan bagi siswa dan guru. Pembangunan fasilitas pembinaan itu akan dibiayai pemerintah, perusahaan swasta, dan masyarakat. Saya belum tahu berapa banyak yang dapat disediakan pemerintah. Tetapi pemerintah akan berusaha mendapat dana itu, bisa dari pemerintah sendiri, swasta atau masyarakat, katanya. Membanggakan Aburizal juga mengaku bangga terhadap anak-anak Indonesia yang telah mengharumkan nama bangsa dengan memenangi berbagai perlombaan sains di tingkat internasional. Ini membuktikan kita tidak lebih buruk, bahkan bisa lebih baik dibandingkan negara lain dalam hal sains dan teknologi, katanya. Sebagaimana diketahui, pada 29 April 2006 lalu, Tim Olimpiade Fisika Indonesia yang mengikuti Olimpiade Fisika Asia (APhO) ke-7 di Almaty, Kazakhstan berhasil mendapat dua medali emas, satu medali perak, tiga medali perunggu dan tujuh penghargaan khusus (Honorable Mention). Tim Indonesia di bawah pembinaan Prof. Yohanes Surya, Ph.D. mengirimkan dua tim yakni tim A dan tim B. Tim A berhasil membawa pulang dua medali emas atas nama Pangus (SMAK 3, Penabur Jakarta) -- yang juga mendapatkan predikat The Best Experimental atau nilai sempurna untuk eksperimen -- dan Irwan Ade Putra (SMAN 1, Pekanbaru). Satu medali perak atas nama Jonathan Pradana Mailoa (SMK Penabur, Jakarta). Satu medali perunggu atas nama Andi Octavian Latief (SMAN 1 Pamekasan, Madura) dan empat penghargaan Honorable Mention atas nama Musawwadah Mukhtar (SMAN 78, Jakarta), Jeremy Hadidjojo (SMA Kanisius, Jakarta), Irvan Sanjaya (SMAN 1, Karawang), dan Budi Heryadi (SMAN 3, Bandung). Sementara itu, Tim B yang tidak ditargetkan mendapat medali, berhasil mempersembahkan dua medali perunggu atas nama Firmansyah Kasim (SMP Athira, Makassar) dan Rudy Handoko (SMP Sutomo 1, Medan) serta tiga Honorable Mention atas nama Yoshua Maranatha (SMAN 3, Yogyakarta), Ekahana Sandy Adhitia (SMAK 1 Penabur, Jakarta), dan David Halim (SMA Xaverius, Bandar Lampung). Dalam olimpiade ini, tim Cina menempati urutan pertama dengan meraih 8 medali emas. Posisi kedua ditempati tim Indonesia, dan Taiwan berada di posisi ketiga. Menurut rencana, olimpiade fisika tingkat dunia (IPhO) akan diselenggarakan di Singapura pada Juni 2006. (A-94)*** [Non-text portions of this message have been removed] Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage: http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] Pernikahan Ketiga yang Berakhir Petaka
http://www.suaramerdeka.com/harian/0605/03/nas05.htm Pernikahan Ketiga yang Berakhir Petaka DIRAWAT: Purwati, korban pembakaran oleh suaminya sendiri, Sukar, masih dirawat di RSUD Soeselo Slawi. Dia ditunggui ibunya. (57a) - SM/Aris Mulyawan Kasus kekerasan dalam rumah tangga (KdRT) kembali terjadi. Kali ini di Brebes. Seorang suami tega membakar istrinya yang sedang hamil lima bulan. Bagaimana nasib korban saat ini, yang sekujur tubuhnya terkena luka bakar? Berikut laporannya. KONDISI kesehatan Purwati (33), warga Desa Karanglo, Kecamatan Jatibarang, Brebes, korban kekerasan suaminya, Sukar (40), membaik. Kemarin, di ruang ICU RSUD Dokter Soeselo, Slawi, Kabupaten Tegal, dia mulai dilatih oleh tenaga medis untuk menggerakkan jari-jemarinya yang melepuh bekas luka bakar. Dia belum bisa berbicara lancar. Suaranya lirih dan kurang jelas. Di ruang perawatan, dia hanya bisa terbaring. Sesekali dia memanggil ibunya, Kasti (50), untuk meminta minum. Sementara itu alat monitor detak jantung di samping tempat tidurnya, nampak tidak teratur. Kasti tidak mengira, jika pernikahan ketiga Purwati yang kini dikarunai tiga anak itu berakhir petaka. Sirna sudah impian penjual ikan keliling itu membangun keluarga harmonis. Padahal, mereka baru menikah sembilan bulan lalu. Sebelumnya, korban pernah membangun rumah tangga dengan Warjo, warga Brebes; dan Nano, warga Subang. Namun dua kali pernikahannya itu gagal. Sebenarnya, anak saya itu baru menikah siri dengan Sukar. Jadi belum memiliki surat-surat sah, kata Kasti, ibu korban, di ruang ICU. Purwati yang sedang hamil lima bulan, dibakar Sukar pada Minggu (30/4) pagi. Suami istri tersebut tinggal di Desa Karanglo, Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes. Diduga, Sukar tega melakukan perbuatan sadis itu setelah dimarahi sang istri lantaran menggunakan uang kulakan (beli untuk dijual) ikan senilai Rp 500.000 untuk berjudi. Sering Bertengkar Kasti bercerita, pasangan tersebut sering bertengkar. Bahkan, tidak jarang Purwati dipukul. Terang saja, karena keduanya sudah berumah tangga, dia tidak bisa berbuat banyak. Kasti hanya bisa mengelus dada. Sepengetahuan dia, menantunya itu tidak pernah memberi nafkah keluarga. Kebutuhan sehari-hari Sukar hanya menggantungkan hidupnya kepada sang istri. Sukar tidak memiliki pekerjaan tetap. Sementara itu Kepala Ruang ICU RSUD, Riswan mengatakan, kesadaran korban sudah bagus, kondisi fisiknya juga membaik. Purwati mau diberi makan dan minum. Mudah-mudahan kesehatannya semakin membaik. Keluarganya sendiri ikut membantu kami dalam proses penyembuhan dengan memberi motivasi kepadanya, kata Riswan. Kapolres Brebes, AKBP Drs Ma'shum melalui Kasat Reskrim, AKP Mugi Sekarjaya SSos SIK mengatakan, hingga kemarin pihaknya masih memburu suami korban. Perkara tersebut akan kami tindak lanjuti, katanya.(Aris Mulyawan- [Non-text portions of this message have been removed] Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage: http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] Siapkah Kita?
http://www.jawapos.co.id/index.php?act=detail_cid=223929 Rabu, 03 Mei 2006, Siapkah Kita? Anggaran Pendidikan 20 Persen oleh Mohammad Nuh DALAM waktu tidak lama lagi -sesuai dengan putusan Mahkamah Konstitusi (MK) berkait dengan peningkatan alokasi anggaran pendidikan menjadi 20 persen pada APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara) tahun-tahun mendatang sesuai amanat UUD- rasanya, anggaran pendidikan 20 persen akan menjadi kenyataan. Kalau dalam putusan MK pada 22 Maret 2006 -dalam sidang putusan uji materi terhadap UU No 13/2005 tentang APBN 2006- diputuskan bahwa menyangkut anggaran pendidikan sebesar 9,1 persen sebagai batas tertinggi bertentangan dengan UUD, dan MK tidak membatalkan UU No 13/2005, itu bukan berarti putusan tersebut bisa ditoleransi pada tahun anggaran berikutnya. Sebab, pertimbangannya lebih pada tahun anggaran yang berjalan. Artinya, pada tahun anggaran mendatang, pemerintah dituntut harus bisa memenuhi seperti yang tertera dalam UUD 45 pasal 31 ayat 4, yang mengatakan negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari APBN serta APBD. Pertanyaannya, siapkah lembaga pendidikan kita ketika anggaran pendidikan 20 persen itu benar-benar terealisasi. Sebab, sekurang-kurangnya, 20 persen APBN dan APBD itu paling tidak dua kali lipat anggaran yang selama ini diterima Diknas. Memang ada yang mengkhawatirkan, kenaikan porsi anggaran pendidikan menjadi minimal 20 persen dari total APBN dan APBD itu berisiko pada munculnya kebocoran atau penyimpangan dalam penggunaannya. Hal itu didasarkan, pertama: pada kenyataan di lapangan bahwa dalam pengelolaan pendidikan masih ditemukan adanya kebocoran atau penyimpangan tersebut. Meski demikian, juga tidak dibenarkan ada alasan untuk tidak memenuhi tuntutan minimal anggaran tersebut karena harus menunggu sucinya pengelolaan penggunaan anggaran. Kedua, belum adanya program detail tahunan sebagai turunan dari grand design pendidikan nasional. Atas dasar itulah, ke depan, Departemen Pendidikan Nasional dan juga lembaga pendidikan -dalam hal ini sekolah dan perguruan tinggi sebagai ujung tombak pelaksanaan dan penyerap anggaran- harus benar-benar menyiapkan diri untuk: (i) meningkatkan kemampuan dalam manajemen sekolah (ii) menyiapkan program detail yang mencerminkan kegiatan persatuan sekolah dengan ukuran keberhasilannya, dan (iii) menyiapkan sistem monitoring, evaluasi, serta improvisasi. Ini menjadi sangat penting agar tidak muncul pertanyaan, mampukah atau siapkah lembaga pendidikan kita menyerap dengan tepat anggaran 20 persen dari APBN dan APBD? Jika tidak, bukan mustahil rasionalitas 20 persen anggaran pendidikan itu hanya akan menjadi bumerang bagi departemen, lembaga, atau institusi pendidikan itu sendiri. Efisiensi dan Akuntabilitas Ada beberapa hal yang bisa dilakukan. Tapi, sebelum melakukan gerak-langkah itu, hal paling penting adalah bagaimana menerapkan efisiensi dan akuntabilitas menjadi sebuah syarat mutlak untuk bisa membuktikan bahwa anggaran pendidikan 20 persen kelak dapat secara signifikan dirasakan manfaatnya. Keduanya harus menjadi roh dalam mengelola pendidikan. Efisiensi bukanlah minimisasi anggaran, tetapi ketepatan dalam pengalokasian anggaran. Rasionalitas pengalokasian tersebut, setiap mata kegiatan yang disertai dengan mata anggaran dapat dipertanggungjawabkan baik dari sisi substansi maupun administrasinya. Itulah substansi akuntabilitas. Sedikitnya ada dua tolok ukur yang bisa dijadikan acuan untuk dapat menyerap anggaran pendidikan 20 persen yang tidak menimbulkan kemubaziran, yaitu kualitas output dan kualitas outcome. Meskipun harus disadari pendidikan merupakan proses fungsi waktu. Perbaikan input hari ini, output dan dampaknya baru bisa dilihat hari berikutnya. Pertama, merencanakan dengan matang dan saksama pengertian kualitas output yang harus dicapai. Kalau misalnya selama ini kualitas lulusan SD sampai SMA memiliki standar kelulusan dengan Nilai Ujian Negara (NUN) ditetapkan 4,25 dan tingkat kelulusan baru mencapai 85 persen, maka ke depan, dengan anggaran yang lebih besar lagi, hasilnya harus berubah, memiliki standar kelulusan NUN di atas 5 dan mencapai tingkat kelulusan 100 persen. Pertanyaannya, jika tidak, maka kenaikan anggaran pendidikan 20 persen tidak secara signifikan berimbas kepada kualitas peserta didik. Padahal, logikanya, kenaikan anggaran itu untuk mengangkat kemampuan sumber daya manusia kita agar lebih dapat bersaing sehingga kemampuan daya saing bangsa (nation's competitiveness), sebagai cerminan dari kemampuan kualitas SDM akan lebih baik, tidak terpuruk seperti yang selama ini ditemukan dalam berbagai hasil pengukuran yang dilakukan lembaga-lembaga internasional. Kedua, pengukuran melalui kualitas outcome. Dengan kualitas outcome ini, keberhasilan pendidikan tidak saja diukur melalui output langsung yang dihasilkan sebuah proses pendidikan, tetapi dampak pendidikan itu sendiri yang
[proletar] Merdeka, Tak Pernah Merdeka
http://www.jawapos.co.id/index.php?act=detail_cid=223926 Rabu, 03 Mei 2006, In Memoriam Pramudya Ananta Toer Merdeka, Tak Pernah Merdeka Oleh Herdi Sahrasad * Ide-ide dari seluruh penjuru dunia yang ditampung masyarakat modern Indonesia menjelang akhir abad 20, meminjam perspektif Pramoedya Ananta Toer, tak mungkin dibendung pantulannya oleh kekuasaan yang enggan menjadi dewasa. Pramudya Ananta Toer, pujangga kesohor dan calon pemenang Nobel kesusastraan dari Indonesia, menyampaikan pandangan itu di Manila ketika menerima Penghargaan Magsaysay beberapa tahun silam. Sebuah penghargaan yang menimbulkan kontroversi. Kini Pram sudah tiada. Namun, suaranya mengingatkan kita bahwa sejarah hidupnya adalah sejarah manusia yang mengalami penindasan berlapis-lapis. Ironis, paradoksal, tragis, dan kontroversial. Pram, walau berasal dari keluarga pejuang kemerdekaan -dan ia sendiri pun pejuang kemerdekaan-, dalam 50 tahun kemerdekaan justru kehilangan kemerdekaan pribadi selama 35,5 tahun. Selama 2,5 tahun dirampas Belanda, hampir satu tahun dirampas kekuasaan militer semasa Orde Lama, dan 30 tahun semasa Orde Baru, antara lain, 10 tahun kerja paksa di Pulau Buru dan 16 tahun sebagai ternak juga hanya dengan kode ET, artinya tahanan di luar penjara. Sebagai pengarang, sudah tentu Pram berontak terhadap kenyataan itu. Maka dalam karya-karyanya, dia mencoba berkisah tentang tahap-tahap tertentu perjalanan bangsa ini dan mencoba menjawab: mengapa bangsa ini jadi begini? Menurut Pram, Indonesia pascakolonial Belanda dan pendudukan militeristis Jepang mengalami perubahan yang kadang sulit dimengerti. Perubahan itu telah dialami negara Indonesia sendiri dari Demokrasi Liberal (Demlib) menjadi Demokrasi Terpimpin (Dempin), kemudian Demokrasi Pancasila (Dempan). Dalam masa demokrasi liberal, negara tetap berdasar Pancasila yang tak banyak diacuhkan, dalam masa demokrasi terpimpin, sewaktu Presiden Soekarno dengan segala konsekuensinya hendak mandiri dan mengebaskan pengaruh dan keterlibatan Perang Dingin para adikuasa, Pancasila lebih banyak dijadikan titik berat. Menurut Pram, Soekarno sebagai penggali Pancasila tidak bosan-bosan menerangkan bahwa Pancasila di antaranya digali dari San Min Chui Sun Yat Sen, Declaration of Independence Amerika Serikat, dan Manifesto Komunis dalam hal keadilan sosial. Penulisan sejarah sungguh memerlukan kejujuran dan keterbukaan. Semasa demokrasi Pancasila yang ditandai dengan gerakan de-Soekarnoisasi, rujukan-rujukan Pancasila bukan saja tidak pernah disebut lagi bahkan pernah ada upaya dari seorang sejarawan Orde Baru yang membuat teori (palsu) bahwa Pancasila bukan berasal dari Soekarno. Bung Hatta menegaskan kepada kita bahwa Soekarno adalah penggali Pancasila. Sastra dan Politik Di bawah kekuasaan Jepang, menurut Pram, ada sastra avant garde yang lahir dan terjadi semasa penindasan militerisme Jepang, suatu pemberontakan yang sama kerasnya dengan penindasannya. Sosok itu Chairil Anwar dengan sajaknya, Aku, menyatakan, Aku binatang jalan/Dari kumpulannya terbuang. Pram melihat, Chairil Anwar menolak diperlakukan sebagai binatang ternak oleh Jepang, yang hanya harus melakukan perintah Jepang dan memisahkan diri dari selebihnya. Dia sendirilah yang harus bertanggung jawab atas karyanya. Kempetai Jepang menangkap Chairil Anwar (tokoh utama Kesusastraan Angkatan 1945) dan menganiayanya. Memang kemudian, dia dibebaskan. Ironisnya, masyarakat pembaca yang banyak membaca dan menyukai sajak Aku tersebut umumnya tak mengkaitkannya dengan masa pendudukan militeris Jepang waktu dia menciptakan sajak itu dengan luka dan bisa kubawa berlari.. Militer Jepang pada waktu itu amat bengis dan fasis. Celakanya, fasisme tumbuh di Indonesia sebagai akibat warisan koloni Jepang. Dalam hal itu, Chairil berontak terhadap situasi politik di bawah Jepang yang membelenggu. Sastra dan politik berimpitan dalam badan dan jiwa Chairil yang meradang. Mungkin ada yang heran mengapa bagi Pram, sastra bertautan erat dengan politik. Pram tidak menolak kenyataan itu. Menurut pandangannya, setiap orang dalam kehidupan bermasyarakat, apalagi berbangsa, selalu bertautan dengan politik. Bahwa seseorang menerima, menolak, bahkan mengukuhi suatu kewarganegaraan adalah sikap politik. Bahwa seseorang mengibarkan bendera kebangsaannya, itu adalah perbuatan politik. Bahwa seseorang membayar pajak, itu adalah pengakuan pada kekuasaan, jadi juga berarti ketaatan politik. Juga sastra tidak bisa lepas dari politik sejak sastra itu sendiri dilahirkan umat manusia. Bagi Pram, selama ada masyarakat manusia dan kekuasaan yang mengatur atau pun merusaknya, di situ setiap individu bertautan dengan politik. Dari kalangan publik, pernah lahir anggapan bahwa politik adalah kotor, maka sastra harus terpisahkan dari politik. Memang bisa saja politik kotor di tangan dan dari hati politisi dan penguasa. Kalau ada yang kotor, demikian Pram, sudah tentu juga ada
[proletar] Kalla Belum Menyerah
http://www.indomedia.com/bpost/052006/2/depan/utama1.htm Kalla Belum Menyerah Jakarta, BPost Pemerintah menyatakan terima kasih kepada para buruh karena demonstrasi, Senin (1/5), berlangsung damai. Namun, pemerintah menolak tuntutan peringatan Hari Buruh Internasional 1 Mei ditetapkan sebagai hari libur nasional. Pemerintah juga bergeming UU Ketenagakerjaan dibahas ulang melalui tripartit; pemerintah, pimpinan serikat pekerja dan pengusaha. Kalau kita setuju libur (hari buruh) akan banyak liburnya nanti, terus kapan bekerjanya. Karena itu kita tak setuju, tegas Wapres Jusuf Kalla. Diungkapkan Kalla, dalam satu tahun di Indonesia terdapat 12 hari libur nasional menyangkut keagamaan seperti hari raya dan sebagainya, serta hari libur nasional kenegaraan. Di negara-negara sosialis seperti di Rusia atau China, tidak ada hari-hari libur nasional karena keagamaan. Karena tak ada hari raya agama, maka mereka pakai hari buruh itu sebagai libur nasional. Sekarang ini mereka libur satu minggu, katanya. Dalam aksinya di depan gedung DPR/MPR, ribuan buruh mendesak 1 Mei ditetapkan sebagai hari libur nasional. Mereka akan menggantikan hari kerja itu pada hari lainnya. Kita sudah sepakat dengan perusahaan menggantikan hari ini (1/5) dengan tanggal 25 Mei sebagai hari kerja, kata Indah, seorang aktivis buruh. Dalam sidang paripurna pembukaan masa sidang IV DPR RI, sejumlah anggota DPR mengusulkan agar 1 Mei dijadikan sebagai hari libur nasional. Kata Arya Bima dari Fraksi PDIP, 1 Mei harus menjadi momentum bagi buruh untuk memperjuangkan kesejahteraan dan keadilan. Usulan Arya Bima mendapat dukungan dari Yuddy Chrisnandi (Fraksi Partai Golkar), Constan Ponggawa (Faksi Partai Demokrat), Effendi Simbolon (Fraksi PDIP). Namun Sekretaris Fraksi Partai Golkar, Yahya Zaini menolak usulan tersebut. Dia beralasan 1 Mei merupakan hari kelahiran Karl Marx. Sebagai bangsa yang berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa, sepertinya tidak pas kalau 1 Mei dijadikan sebagai hari libur nasional, cetus Yahya. Revisi UU No 13/2003 Kalla bergeming rencana merevisi UU Ketenagakerjaan No 13 Tahun 2003, tetap diserahkan kepada lembaga tripartit; pemerintah dan pimpinan serikat pekerja dan pengusaha untuk dikaji ulang. Namanya juga kajian, kita lihat dulu hasilnya nanti apa. Kalau hasil kajian mengatakan sudah baik ya tak perlu revisi. Kalau hasil kajian memang perlu ada yang diubah ya kita lihat nanti hasilnya, jelas Kalla. Namun kalangan di DPR menegaskan akan menolak membahas revisi UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Sikap itu disampaikan Wakil Ketua DPR Zaenal Ma'arif dan Ketua Komisi IX (bidang ketenagakerjaa) Ribka Tjiptaning, saat menemui ribuan buruh, di depan Gedung DPR/MPR, kemarin. Jangan sekali-kali membawa RUU Ketenagakerjaan ke DPR, karena kami akan menolaknya, tandas Zaenal Ma'arif di depan para demonstran buruh itu. UU yang ada sekarang ini sama sekali tidak mengganggu para investor. Kenapa investor pada pergi, itu karena penegakan hukum kita yang tidak tegas. Banyak sekali pungutan dilakukan kepada para investor, itu yang tidak ditindak tegas, imbuh politisi asal Partai Bintang Reformasi itu. Komisi IX DPR tegas menyatakan tidak akan membahas draft revisi UU No 13/2003 itu meski saat ini belum menerimanya. Saya sebagai Ketua Komisi IX akan menolak dan tidak membahas revisi, kata Ribka Tjiptaning disambut tepuk tangan puluhan ribu buruh. Koordinator SPN Bambang Wirahjoso menyatakan puas dengan janji DPR itu. Dengan janji itu, Bambang menganggap tuntutan buruh sudah diterima DPR. Hasil ini akan kita sosialisasikan ke daerah-daerah, tandasnya. Menanggapi sikap kalangan di DPR, Wapres Jusuf Kalla menyatakan bahwa yang bisa mengambil keputusan untuk DPR adalah sidang-sidang atau rapat-rapat DPR. Setahu kita DPR baru ambil sikap pada saat rapat-rapat, kalau pribadi-pribadi itu bukan keputusan DPR, jelasnya. Aktivis Yeni Rosa Damayanti tidak heran bila Wakil Presiden Jusuf Kalla tidak percaya DPR --Komisi IX-- sudah sepakat tidak akan membahas rencana revisi UU Ketenagakerjaan No 13 Tahun 2003. Menurut dia, sikap Jusuf Kalla saat ini lebih didasari sebagai seorang pengusaha daripada pemimpin. Kami tidak heran karena selama ini sikap Yusuf Kalla kan memang mewakili kepentingan pengusaha. Naif kalau bisa dikatakan buruh dan pengusaha bisa bersatu karena sama-sama memiliki kepentingan yang berbeda. Kalau Jusuf Kalla ngotot, buruh makin ngotot, kata Yeni ditemui BPost, di sela-sela demonstrasi. Karenanya dia mengingatkan Jusuf Kalla agar tidak ngotot mendesak DPR membahas revisi UU No13/2003. Kata dia, bila pemerintah ngotot, maka para buruh se Indonesia akan makin ngotot. Dia menjamin jika pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla tidak akan bisa bertahan sampai tahun 2009 nanti. Sementara pengusaha mengkhawatirkan penurunan omzet perusahaan jika kalangan buruh terus melakukan demo anti revisi UU No 13/2003 tentang ketenagakerjaan. Kalau demo terus
[proletar] Untuk Apa Sekolah?
Untuk Apa Sekolah? (Renungan Di Hardiknas) Oleh: Martina Rahmi SKed Dialog Anak dan Ibu I Ma, Andi pengen uang banyak, celoteh seorang anak suatu hari pada ibunya. Berarti, Andi harus sekolah, terus dapat kerja, dapat uang yang banyak deh, jawab ibunya ringan. Dialog Anak dan Ibu II Bunda, Mira ingin kuliah, dengan wajah penuh harap, seorang gadis berkata dengan nada merayu. Ibunya menjawab sambil mengibaskan tangannya. Buat apa sekolah tinggi-tinggi, lihat tuh tetangga kita, capek-capek kuliah akhirnya cuma di dapur. Ngga penting sekolah, yang penting bisa cari duit! Beginilah dialog yang terjadi di banyak rumah di negara kita. Lebih menyedihkan, kedua fragmen di atas adalah bagian keseharian kita yang sudah dianggap sangat biasa. Cermatilah dan bisa kita tarik garis dogmanya, sekolah untuk kaya dan bila tidak kaya sekolah adalah kesia-siaan belaka. Begitu, kan? Bisa jadi kita tersentak sesaat, paradigma seperti itu ternyata juga sudah lama mengendap di otak kita. Tak heran, wajah buram pendidikan Indonesia yang masih akan buram karena anggaran pendidikan seebsar 20 persen dari APBN begitu berat untuk dikabulkan, terus berlanjut. Pelajar yang merasa bakal sulit dapat kerja setelah lulus akhirnya sekolah malas-malasan. Atau pilihan lain, mereka berduyun-duyun mengikuti kontes dangdut yang menawarkan imbalan besar secara instan daripada berlama-lama kuliah di universitas. Begitu pula masyarakat, saat ada sarjana yang rela mengajari anak-anak pedalaman atau hanya mengurus keluarga agar menjadi keluarga berakhlak baik, tapi tidak mempunyai pekerjaan tetap di kantoran dianggap gagal. Karena, motivasi pendidikan hanya itu. Sebatas nilai rupiah. Hal inilah yang kita sadari atau tidak sudah diakarkan kuat-kuat oleh lingkungan, negara dan masyarakat dunia yang sudah tercelup oleh warna kapitalisme. Suatu parameter yang lemah, tidak kekal dan tidak bermanfaat besar untuk siapa-siapa. Penguasa sebenarnya sangat mendapat poin strategis dalam hal ini. Kalau boleh dibilang dengan kalimat yang lebih lugas, mereka yang harus bertanggungjawab untuk mengalihkan pendidikan money oriented yang kita alami selama ini. Dengan dipenuhinya sarana pendidikan, perbaikan sistem dan penghargaan yang tinggi kepada pendidik akan sangat berdampak pada kualitas keluarannya. Contohnya, kurikulum pendidikan yang terlalu teoritis, penuh hafalan dan kesimpulan berperan melahirkan pengangguran tanpa keterampilan post sekolah. Atau pendidikan yang dibawakan dalam suasana materialistis akan membentuk generasi lembek tidak berenergi, hobi mengutamakan kepentingan dirinya sendiri, dan hanya mampu mengukur segalanya dari keuntungan materi. Untuk memperbaikinya, tentu tidak lain posisi penguasa (pemerintah) ini harus diiisi oleh orang soleh yang faham benar bagaimana menghargai pendidikan. Orang adil dan amanah yang berwenang mengeluarkan kebijakan yang betul-betul bijak, bisa kita munculkan melalui partai politik. Kita dapat berpartisipasi untuk memilih mereka. Jadi, jangan alergi pada parpol. Semoga tulisan ini tidak terlalu menghakimi, tetapi diharapkan menjadi sedikit inspirasi untuk melihat ilmu dengan cara pandang baru. Ilmu terlalu tinggi harganya kalau hanya dinilai dari kacamata uang dan dunia. Kalau ada keuntungan ekonomi berdasarkan kapasitas ilmu, tentu saja itu efek samping yang berhak kita terima. Tapi sekali lagi, terlalu dangkal bila itu sudah menjadi tujuan dan arah. Dialog Anak dan Anda Nak, mau kuliah di mana? Anda bertanya. Ah buat apa kuliah, belum tentu jadi kaya, jawab anak Anda dengan maalas. Sekolah tinggi bukan untuk kaya. Ilmu itu untuk mengangkat derajatmu di sisi Allah, dan agar kau menjadi manusia yang paling bermanfaat untuk manusia lain. Untuk kekayaan yang sesungguhnya, anakku, jawab Anda. Tapi, izinkan saya bertanya: Begitukah jawaban Anda? Dokter Muda RSUD Ulin Banjarmasin e-mail: [EMAIL PROTECTED] http://www.indomedia.com/bpost/052006/2/opini/opini1.htm [Non-text portions of this message have been removed] Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage: http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] Minta Yudhoyono Pimpin Dunia Islam
http://www.indomedia.com/bpost/052006/2/depan/utama12.htm Ulama Kharismatik Syekh Yusuf Qardawi Minta Yudhoyono Pimpin Dunia Islam Doha, BPost Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mendapat kunjungan istimewa ketika sedang beristirahat di Hotel Sheraton, Doha Qatar, Senin (1/5). Ulama terkemuka dunia, Syekh Yusuf Qardawi (83) memintanya memimpin dunia Islam. Pertemuan mendadak di luar jadwal kunjungan presiden ini, tak urung membuat Yudhoyono dan rombongan pejabat terharu. Bahkan Guru Besar UIN Jakarta, Nazaruddin Syamsuddin yang turut mendampingi presiden sampai meneteskan air mata. Saya menangis mendengar kedekatan Qardawi dengan kita, tutur Nazaruddin, kemarin. Dalam pertemuan itu, Qardawi menyatakan Indonesia dapat menjadi pemimpin dunia Islam. Potensi itu sangat besar antara lain karena posisi Muslim Indonesia yang moderat. Islam di Indonesia telah menampilkan wajah yang baik, tidak berlebihan. Dalam posisi itu, saya mengharapkan Presiden dapat berperan untuk memimpin dunia Islam, mendorong kemajuan dunia Islam, katanya. Qardawi yang menjabat Ketua Majelis Fatwa Muslim Eropa ini, fatwa-fatwanya sangat berpengaruh di dunia. Ia bahkan berharap kebangkitan Islam dunia diharapkan muncul dari Indonesia. Banyak yang harus kita perbaiki di dunia Islam, kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan harus dapat kita selesaikan, tandasnya. Demokrasi dan Islam tidak perlu dipertentangkan. Para pemimpin, haruslah bertanggungjawab terhadap orang yang dipimpinnya. Kita harus bertanggungjawab kepada yang kita pimpin, bukan kepada negara asing. Dunia Islam, tidak boleh saling menyalahkan. Rakyat jangan menyalahkan pemimpinnya. Tidak boleh ada anarki. Negara muslim harus saling bekerja sama, pesan ulama kharismatis yang tak mudah ditemui itu. Menurut Dubes RI di Qatar Abdul Wahid Maktub, Qardawi yang mengambil prakarsa bertemu Presiden Yudhoyono. Untuk menghargai ulama berpengaruh itu, Presiden merasa berkewajiban mengundangnya datang ke Tanah Air. Atas undangan itu, Qardawi mengatakan, Saya bukanlah tamu, karena saya telah lama menjadi bagian dari rakyat Indonesia. Saya sudah berkenalan dengan Indonesia, buku-buku saya banyak diterjemahkan di Indonesia, katanya. Pernyataan Qardawi tersebut, kian membuat terpana rombongan presiden. Haru, bangga dan bahagia campur jadi satu. Qardawi mengatakan, telah lama mendengar cerita tentang komitmen Presiden Yudhoyono untuk kemajuan Islam. Saya datang ke sini untuk mengetahui apakah cerita itu benar. Saya ingin mendengarkannya langsung dari Presiden, tutur Qardawi. Setelah mendapat penjelasan dari Presiden tentang kondisi umat Islam dan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mendorong kemajuan Islam, Qardawi mengatakan bahwa ulama dan pemerintah haruslah sejalan. Kami mendengar Presiden dekat dengan ulama, itu baik karena ulama dan pemerintah sebaiknya tidak dalam posisi yang berjauhan, kata Qardawi. Nazarudin begitu terkesan terhadap pribadi dan pemikiran Qardawi. Dia figur yang moderat, diterima semua pihak, baik Suni, Syiah, maupun Wahabi. Dia minta kita tidak membenci orang lain, bahkan juga terhadap orang yang tak seagama, tandas Nazaruddin. Marwah Daud Ibrahim, Ketua Presidium ICMI yang ikut dalam rombongan menilai Qardawi amat respek terhadap Presiden Yudhoyono, begitu juga sebaliknya. Qardawi bahkan meminta Presiden terus rajin melakukan shalat Tahajjud. Di lain sisi, Presiden juga meminta Qardawi selalu menasehatinya, kata Marwah. ant/rci [Non-text portions of this message have been removed] Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage: http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] Implikasi Tingginya Harga Minyak
SUARA KARYA ANALISIS EKONOMI Implikasi Tingginya Harga Minyak Oleh Umar Juoro Pengamat Ekonomi Rabu, 3 Mei 2006 Harga minyak di pasar dunia mengalami peningkatan lagi mencapai di atas 70 dolar AS per barel. Tingginya harga minyak ini disebabkan oleh kekhawatiran menyangkut pasokan minyak dunia berkaitan dengan ketegangan antara AS dan Iran, dan masalah politik di Nigeria dan Venezuela sebagai produsen utama minyak dunia. Pada umumnya banyak analis memperkirakan harga minyak tetap tinggi - paling tidak sampai dengan akhir tahun. Keadaan itu tentu saja memberatkan anggaran negara karena asumsi harga minyak dalam APBN 2006 adalah 57 dolar AS per barel. Jika harga minyak tetap tinggi, sekitar 70 dolar AS per barel, diperkirakan subsidi bahan bakar minyak (BBM) meningkat dari Rp 54 triliun menjadi sekitar Rp 70 triliun. Itu tentu saja membuat pemerintah kesulitan mengatasinya. Jika subsidi tidak ditingkatkan, pemerintah harus menaikkan harga BBM yang disubsidi - dan karena itu, tentu, sangat membebani masyarakat serta mendorong inflasi. Jika pemerintah mempertahankan harga BBM pada tingkatan sekarang ini, subsidi harus ditambah. Dari mana sumber dana yang dibutuhkan ini? Sebagai anggota OPEC, semestinya Indonesia lebih diuntungkan dengan tingginya harga minyak dibanding negara yang bukan produsen minyak. Namun produksi minyak Indonesia tidak optimal - akibat rendahnya investasi sebagai dampak ketidakpastian dalam peraturan dan kontrak. Dengan produksi yang tidak optimal sekalipun Indonesia sebenarnya mendapatkan penerimaan yang lebih tinggi dari tingginya harga minyak. Namun di sisi pengeluaran untuk subsidi juga terjadi peningkatan yang besar. Upaya meningkatkan penerimaan dari tingginya harga minyak tentu saja tidak dapat dilakukan dalam jangka pendek. Bahkan kesepakatan antara Pertamina dan ExxonMobil untuk mengelola ladang minyak di Blok Cepu kemungkinan baru satu sampai dua tahun bisa mulai berproduksi secara berarti. Sedangkan permasalahan tingginya harga minyak terutama implikasinya pada subsidi harus dipecahkan sekarang juga. Gagasan untuk membatasi konsumsi BBM bersubsidi dengan cara rationing sebagaimana yang dikemukakan Ketua Bappenas tampaknya menarik dan sederhana. Namun dalam perekonomian yang sudah telanjur terbuka, pembatasan konsumsi itu akan menimbulkan kekacauan. Dalam perekonomian terbuka, kebijakan yang optimal adalah menyesuaikan harga dengan perkembangan di pasar internasional. Masalahnya, seberapa besar dan kapan penyesuaian itu dilakukan? Pertimbangan lain adalah implikasi terhadap inflasi dan daya beli masyarakat sebagaimana kita alami pada saat harga BBM disesuaikan demikian tinggi, Oktober 2005. Penyesuaian harga BBM bagaimanapun perlu dilakukan secara bertahap. Pada saat ini BBM berupa premium, solar, dan minyak tanah untuk transportasi dan rumah tangga masih disubsidi. Sedangkan pemakaian BBM untuk industri dan pertamax tidak lagi disubsidi. Penyesuaian harga BBM solar dapat menjadi pilihan pertama untuk mengurangi beban subsidi secara bertahap, karena selain beban subsidi juga ada alasan berkaitan dengan pencemaran udara. Selanjutnya secara bertahap penyesuaian dilakukan untuk premium, dan minyak tanah untuk rumah tangga adalah pilihan terakhir. Subsidi untuk minyak tanah adalah yang terbesar. Namun karena sensitivitas sosial pengurangannya adalah seminimal mungkin dan sedapat mungkin secara perlahan. Untuk menunjukkan sensitivitas pemerintah terhadap mobilitas masyarakat mempergunakan transportasi, maka subsidi masih dapat diberikan pada angkutan umum. Tentu saja secara bertahap pula kualitas pelayanan transportasi publik diperbaiki sebagai kompensasi penyesuaian harga BBM untuk transportasi pribadi. Karena pengurangan subsidi BBM hanya dapat dilakukan secara bertahap, maka pemerintah tetap harus memberikan subsidi tambahan. Namun subsidi tambahan itu tidak terlalu besar jika secara bersamaan dilakukan juga penyesuaian harga. Ingat, pemerintah masih harus mencari sumber tambahan subsidi terhadap tarif dasar listrik (TDL) sekitar Rp 10 triliun sebagai konsekuensi tidak dinaikkannya TDL. Kesanggupan pemerintah menanggung kenaikan subsidi BBM sebesar Rp 10 triliun saja sudah merupakan beban berat yang harus dicarikan sumbernya. Sisa anggaran dan dana yang masih ada di rekening, ditambah efisiensi di PLN dan Pertamina, merupakan langkah yang harus ditempuh. Dalam jangka menengah, bukan saja optimalisasi produksi minyak dan gas perlu dilakukan, tetapi pengembangan energi alternatif juga perlu ditingkatkan. Untuk itu pemerintah semestinya tidak sungkan-sungkan memberikan insentif. Dapat dikatakan, bagi perusahaan yang bergerak dalam bidang energi, praktis tidak ada insentif berarti sebagaimana masa sebelumnya. Perlu dipertimbangkan bahwa sejauh ini pemerintah, baik pusat maupun daerah, kurang dapat mempergunakan dana secara optimal sebagaimana diperlihatkan oleh rendahnya pencairan dana anggaran. Karena
[proletar] Krisis Air Tanah
SUARA KARYA Krisis Air Tanah Oleh Sofyan Bakar Rabu, 3 Mei 2006 Krisis air tanah, khususnya di Ibu Kota, sudah terjadi. Cadangan air tanah di kota yang dihuni hampir 12 juta penduduk ini konon hanya cukup untuk keperluan sembilan tahun ke depan. Sementara pelayanan air bersih dari perusahaan air minum (PDAM Jaya) belum maksimal. Di Jakarta Utara, misalnya, baru 50 persen warganya yang terlayani dengan air bersih dari perusahaan daerah tersebut. Selebihnya, dipaksa untuk membeli air bersih dari para tukang air keliling, dengan harga mencekik. Survei Bank Dunia yang berlabel Livable Cities for the 21st Century menunjukkan, untuk mendapatkan air bersih, penduduk miskin di Jakarta harus membayar 20 kali lebih mahal dibanding penduduk kaya. Ketidakmampuan PDAM itu terus memicu warga Jakarta untuk tetap mengusahakan air tanah. Belakangan sejumlah perusahaan besar yang sangat membutuhkan air dalam jumlah besar juga menyedot air tanah. Mereka sebagian pemilik hotel serta gedung yang berada di sepanjang Jalan MH Thamrin dan Jalan Jenderal Sudirman. Pengambilan air tanah secara besar-besaran tersebut jelas berdampak pada kekosongan air di dalam tanah. Akibatnya, air laut merembes masuk dan mengisi kekosongan air tanah tersebut hingga jauh ke dalam. Dan memang, rembesan air asin dari Teluk Jakarta kini telah menjangkau Monas. Hasil penelitian Direktorat Geologi dan Tata Lingkungan menyebutkan, intrusi air laut kini hampir merata di seluruh wilayah Jakarta. Wilayah dalam radius 10-15 kilometer di Ibu Kota pada umumnya telah dilanda intrusi air laut. Misalnya, air laut telah merasuk ke daerah Kebun Jeruk (Jakarta Barat) dan wilayah Segi Tiga Emas Setiabudi, Kebayoran Baru, Cengkareng, dan Senen (Jakarta Pusat). Padahal, 20 tahun lalu luas daratan yang terkena intrusi air laut baru sekitar dua kilometer dari garis pantai, khususnya di daerah Kota. Menurut Sutrisno (1987), pada 1880 komunitas penduduk Jakarta (dulu Batavia) hanya ratusan ribu orang. Pada saat itu, kebutuhan air minum cukup disediakan 10 buah sumur artesis. Semua sumur itu mengalirkan sendiri air tanah (free flowing) tanpa dipompa sekalipun. Ini terjadi karena muka air tanah berada di atas permukaan tanah sekitar 8-10 meter dari daerah Tanjung Priok. Namun, akibat ulah manusia, terutama gencarnya pemompaan air tanah tersebut, telah terjadi perubahan drastis terhadap kondisi air tanah. Lini muka air tanah makin dalam di bawah muka air tanah dangkal. Ini menyebabkan terjadinya imbuhan air tanah dangkal ke dalam sistem akuifer air tanah dalam, lewat bocoran ke bawah. Wajar pula jika sistem cekungan air tanah dalam di Jakarta menjadi daerah imbuhan air tanah dangkal. Padahal, orang tahu bahwa kondisi air tanah dangkal di Jakarta sudah amat tercemar berbagai zat kimia berbahaya seperti timbal, seng, amoniak, dan kloroform. Maka, selain intrusi air laut, air tanah dalam juga terancam pencemaran lewat bocoran tersebut. Sketsa tersebut mengantarkan kita pada pemahaman betapa kritisnya air tanah (air bersih) yang disediakan alam. Bukan saja tanah sudah tidak banyak memiliki air, air yang tersisa pun sudah tercemar, baik oleh air laut maupun oleh racun yang berasal dari sungai Jakarta yang amat kotor. Krisis air ini diperparah oleh rusaknya lingkungan, terutama akibat permukaan tanah yang makin tidak memungkinkan terinfiltrasinya air hujan yang turun ketika musimnya tiba. Padahal, musim hujan adalah waktu yang tepat untuk mengatasi krisis tersebut. Menurut Sinukaban, secara alami jumlah air hujan itu dari dulu hingga sekarang sama saja. Di wilayah DAS Ciliwung, misalnya, jumlahnya tetap antara 3.500-4.000 ml setahun. Masalahnya, dulu air hujan yang jatuh ke bumi di wilayah ini meresap (infiltrasi) ke dalam tanah hingga 85%. Tapi sekarang persentase itu sudah terbalik. Meskipun belum didapatkan data persis persentase itu sekarang, dapat diduga air hujan yang meresap ke dalam tanah justru tinggal 15%, atau malah lebih kecil. Ini bisa dilihat dari indikasi bahwa hujan sedikit saja air sudah membanjiri Jakarta dan jika kemarau datang krisis air langsung terjadi. Jadi, krisis air, termasuk di Ibu Kota, sebenarnya persoalan rendahnya daya infiltrasi tanah terhadap air hujan akibat gundulnya permukaan tanah dan minimnya permukaan tanah terbuka hijau karena habis dibangun untuk rumah dan gedung-gedung. Karena itu, penyelesaian masalah ini, seperti ditegaskan juga oleh Sinukaban, adalah meningkatkan daya infiltrasi air hujan ke dalam tanah ini. Dan untuk ini ada banyak metode, antara lain (di perkotaan) meningkatkan luas area terbuka hijau; meminimalisasi tutupan tanah, khususnya dengan jenis yang tidak bisa ditembus air, seperti beton dan aspal; membuat sumur resapan; (di pedesaan)
[proletar] Quo Vadis Parpol, Parlemen, dan Pemerintah
http://www.republika.co.id/kolom_detail.asp?id=246285kat_id=16 Rabu, 03 Mei 2006 Quo Vadis Parpol, Parlemen, dan Pemerintah Oleh : R Siti Zuhro Peneliti Senior The Habibie Center dan LIPI Era reformasi telah berjalan sekitar delapan tahun, tetapi harapan rakyat akan cita-cita reformasi tak juga kunjung terwujud. Salah satunya karena parlemen dan partai politik (parpol) belum mampu menunjukkan fungsinya sebagai pengawas atau pengendali kebijakan pemerintah, dan fungsi agregasi dan artikulasi kepentingan rakyat. Ini terlihat dengan jelas dari kecenderungan masyarakat yang lebih memilih parlemen jalanan. Selama era reformasi nyaris tiada hari tanpa demo. Fenomena parlemen jalanan ini sebenarnya juga terjadi di negara maju sekalipun. Tetapi, dilihat dari tingkat frekuensi dan dampaknya, fenomena parlemen jalanan yang terjadi di Indonesia sungguh menyedihkan. Demonstrasi buruh besar-besaran yang menentang revisi UU Ketenagakerjaan, misalnya, sedikit-banyak berpengaruh pada upaya kita untuk menarik kembali investor asing, khususnya. Kelahiran reformasi Tahun 1998 umumnya dipandang sebagai tahun kelahiran orde reformasi. Tetapi cikal bakalnya telah ada jauh sebelum itu. Embrionya bisa dilacak sejak Gerakan Malari 1974. Kegagalan Orde Baru dalam mewujudkan aspirasi dan keadilan sosial telah menimbulkan sejumlah gerakan perlawanan. Pada intinya gerakan perjuangan rakyat tersebut merupakan ekspresi dari rasa ketidakpuasan rakyat terhadap pemerintah yang dinilainya gagal dalam mengurus negara dan bangsa. Selain diwarnai berbagai demonstrasi, di akhir dasawarsa 1980-an muncul pula perdebatan hangat tentang wacana pemerintahan yang bersih dan pembangunan yang lebih bermanfaat bagi masyarakat luas. Kekecewaan rakyat terhadap pemerintah dan elite penguasa mencapai puncaknya pada periode 1997-1998. Krisis ekonomi yang terjadi pada masa itu akhirnya menjadi semacam bom waktu. Kegagalan pemerintah dalam mengatasi krisis ekonomi telah membuatnya seperti orang yang kehabisan darah. Dalam keadaan seperti ini, kekuasaan represif Soeharto yang telah berlangsung selama 32 tahun pun tak mampu lagi menahan tekanan. Menurut Arief Budiman, meskipun terdapat banyak aktor yang berperan penting dalam perubahan sebuah rezim, umumnya aktor utama di dalam civil society adalah partai-partai politik. Sementara itu, organisasi massa yang lain, seperti badan-badan kemahasiswaan, serikat pekerja dan organisasi wanita lebih berada di balik layar. Namun, seperti diketahui, peranan partai politik dalam proses pelengseran Soeharto nyaris tak berarti. Kualitas pemerintahan Sulit dipungkiri bahwa kualitas sebuah negara/pemerintahan banyak bergantung kepada kualitas masyarakat madaninya. Ini berarti bahwa dalam membangun negara/pemerintahan, pemerintah harus bisa bekerja sama sebaik-baiknya dengan kelompok-kelompok sosial politik yang dominan dalam masyarakat madani tersebut. Tetapi, hal ini tak terjadi selama orde baru. Kekuatan masyarakat madani mulai menunjukkan eksistensinya setelah berakhirnya era Soeharto. Sebagai presiden pada masa peralihan, Habibie cukup berhasil menjalankan tugas utamanya, yakni menyelenggarakan pemilu demokratis tahun 1999. Di bawah euforia politik massa yang sangat tinggi, ia memberikan ruang yang cukup luas bagi kebebasan pers. Kedudukan dan peranan LSM cukup mendapat tempat. Mereka, bahkan, mampu memaksa Habibie untuk mendatangi masyarakat Tionghoa yang menjadi korban kekerasan rasial dan meminta maaf. Bila dilihat dari relatif besarnya peran serta masyarakat madani dalam perumusan kebijakan-kebijakan publik, bisa dikatakan Habibie cukup berhasil mengantarkan rakyat ke sistem politik yang demokratis. Penerus Habibie, Abdurrahman Wahid, sebenarnya memiliki legitimasi yang cukup kuat, namun ternyata ia gagal dalam membangun kerja samanya dengan elemen-elemen infrastruktur dan suprastruktur politik lainnya. Meskipun sejak lama ia dipandang sebagai pendekar demokrasi, ia tidak dapat bekerja sama dengan parlemen secara produktif. Sikapnya yang serba tak terduga menunjukkan kekurangpiawaiannya dalam melakukan manajemen politik. Seperti halnya Wahid, Megawati juga tak mampu mewujudkan harapan besar masyarakat terhadap cita-cita reformasi. Kekecewaan masyarakat kembali berulang. Ia yang pada awalnya dianggap banyak orang sebagai tokoh yang bisa berperan sebagai 'ratu adil', justru ia lebih memperlihatkan sikap politik yang berorientasi ke status quo. Dibandingkan dengan Wahid, pemerintahan Mega relatif lebih dapat mengendalikan partai politik dan parlemen. Di era pemerintahan Mega, kondisi perekonomian Indonesia tidak mengalami perubahan yang mendasar. Era SBY Naiknya Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dipandang banyak orang sebagai angin segar yang menjanjikan perubahan sosial dan ekonomi yang lebih baik. SBY adalah presiden keenam yang dipilih melalui pemilu langsung oleh rakyat dalam sistem yang demokratis. Berduet dengan Jusuf Kalla (JK), di era ini
[proletar] Buruh ultimatum Kalla 3 x 24 jam
http://www.harianterbit.com/artikel.php?kategori=HEADLINEid=38882 3 May 2006 - 13:20 Buruh ultimatum Kalla 3 x 24 jam JAKARTA - Kecewa pada Wapres Jusuf Kalla (JK) yang ngotot melanjutkan pembahasan revisi UU No 13 Tahun 2003, ribuan buruh yang tergabung dalam Serikat Pekerja Seluruh Indonesia [SPSI], Selasa (3/5) siang ini, kembali turun ke jalan. Kali ini sasarannya Gedung DPR MPR di Jl Gatot Soebroto, Jakarta. Tak cuma itu, kalangan buruh juga mengultimatum Jusuf Kalla untuk mencabut ucapannya dalam jangka waktu 3x24 jam. Kalau tidak, kami akan menyerbu Istana Wakil Presiden, tegas tokoh buruh Sonny Pudjisasono kepada Harian Terbit, pagi tadi. Kami kecewa pada Wapres Jusuf Kalla. Apa karena aksi kita pada 1 Mei berjalan tertib sehingga dia melanjutkan kembali pembahasan Revisi UU No 13? Ini sangat disesalkan, tandas Sekjen SPSI, A Latief Nasution, tadi malam. Menurut Latief, pernyataan yang dikeluarkan Wapres usai perayaan Mayday, sangat menyinggung dan membuat kalangan buruh marah. Sebagai wapres, Jusuf Kalla tak sepantasnya mengatakan hal itu. Seperti diketahui, begitu JK melontarkan pernyataan bahwa Revisi UU No 13 Tahun 2003 akan dilanjutkan kembali, kontan membuat para buruh geram. Tadi malam, sejumlah tokoh buruh, di antaranya dari Partai Buruh [Mochtar Pakpahan dan Sonny Pudjisasono], KSPI, SPSI, dan KSBSI melakukan pertemuan di RM Handayani, Matraman. Mereka menyiapkan gerakan untuk menyikapi pernyataan JK. Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Partai Buruh, Mochtar Pakpahan meminta Jusuf Kalla segera mencabut ucapannya itu. Sebab, pernyataan JK telah membuat buruh marah. Gara-gara ucapannya itu, ada tokoh buruh yang mengajak kalangan buruh mengalihkan demonya ke Istana Wapres di Medan Merdeka Selatan, tandas Moechtar. JK harus segera mencabut ucapannya jika tak ingin lagi ada aksi demo buruh. Lebih dari itu, pemerintah harus menyetop pembahasan UU NO 13 Tahun 2003. Sedangkan Said Iqbal dari Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia [KSPI] mengancam akan menururnkan satu juta buruh ke Jakarta untuk memberi peringatan kepada pemerintah. Kalau pemerintah tetap bersikap seperti sekarang, memainkan nasib buruh, maka waktu dekat atau paling lambat sebelum bulan puasa, KSPI berniat akan menurunkan sekitar satu juta buruh ke Jakarta, kata Iqbal. Sementara itu hasil pemantauan Terbit pagi ini, ratusan massa mulai bergerak dari berbabagi titik di Jakarta. Di antaranya, massa keluar dari pabrik-pabrik yang ada di Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta Timur. Dengan menumpang puluhan metro mini, massa bergerak menuju gedung DPR. Puluhan bahkan diperkirakan bisa mencapai ratusan ribu buruh yang hendak ke Senayan sejak pagi sudah memacetkan lalu lintas. Mereka menggunakan bus, truk, bahkan sebagian naik kendaraan roda dua. Dari Kawasan Industri Pulogadung misalnya, rombongan buruh sudah siap sejak pagi dan berangkat dari pabrik mereka bekerja. Kedatangan para demonstran tersebut memacetkan arus lalulintas yang menghubungkan Jakarta, Bekasi dan Tangerang seperti terlihat di Jl Tol Cawang menuju Grogol mengalami hambatan total. Dampak datangnya para buruh yang ingin menyampaikan aspirasi menolak revisi RUU No 13/2003 tentang ketenagakerjaan tidak hanya membuat kemacetan, para anggota dewan yang hendak mengikuti sidang di gedung DPR/MPR untuk melaksanakan tugas masing-masing mengalami kesulitan masuk menuju gedung. Para anggota dewan terlihat berpencar mencari jalan alternatif menuju gedung DPR/MPR karena hampir seluruh jalan menuju Gedung Rakyat itu sudah tertutup ribuan buruh. Untuk mengantisipasi kemacetan arus lalulintas Dirlantas Polda Metro Jaya Kombes Pol Drs Djoko S memerintahkan anak buahnya ke lapangan untuk mengaturnya. Bila perlu kita akan mengalihkan arus lalulintas biar gak macet, ujar Djoko kepada waratwan Harian Terbit, Rabu (3/5) pagi tadi. (noy/lop/art/wnd) [Non-text portions of this message have been removed] Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage: http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] Bolivian Nationalizes the Oil and Gas Sector
http://www.nytimes.com/2006/05/02/world/americas/02bolivia.html?_r=1oref=slogin Bolivian Nationalizes the Oil and Gas Sector Noah Friedman-Rudovsky for The New York Times President Evo Morales, announcing the energy takeover. The banner calls him Bolivia's liberator. By PAULO PRADA Published: May 2, 2006 RIO DE JANEIRO, May 1 - President Evo Morales of Bolivia ordered the military to occupy energy fields around the country on Monday as he placed Bolivia's oil and gas reserves under state control. Surrounded by soldiers at an oil field operated by the Brazilian energy giant Petróleo Brasileiro, or Petrobras, Mr. Morales ordered foreign producers to relinquish control of all fields and channel future sales of hydrocarbons through the state-owned energy company. He gave foreign companies 180 days to renegotiate existing contracts with the government, or leave the country. The time has come, the awaited day, a historic day in which Bolivia retakes absolute control of our natural resources, Mr. Morales declared, according to The Associated Press. The looting by the foreign companies has ended. The decree is the latest step by Latin America governments from Venezuela to Ecuador to assert greater control over the energy sector, moves that have sent shivers through foreign producers. Motivated by nationalist politics and soaring oil and gas prices, governments have seized an opportunity to gain higher revenues while parlaying their control over future energy supplies into greater political leverage, both at home and abroad. Governments in the region see energy as a commodity they can use to push populist agendas, said Adriano Pires, director of the Brazilian Center for Infrastructure Studies, an energy consultancy in Rio de Janeiro. From a political point of view, it's a powerful issue to manipulate, but from an industrial point of view, it can do real harm. Mr. Morales's decree, in effect to nationalize Bolivia's energy industry, which includes the second-biggest gas reserves in Latin America after Venezuela, quickly added to the nervousness of foreign producers. They said they would proceed with caution until the government clarified under what conditions it plans to renegotiate contracts. We're worried, said Begoña Elices, director of external relations in Madrid at Repsol YPF S.A., the Spanish oil company, the second biggest investor in Bolivia's gas sector. There will be a lot of fine print to consider. Petrobras, the biggest investor, with over $1 billion invested in Bolivia, criticized the government's unilateral attitude and said it would take whatever steps necessary to protect the rights of the company and guarantee Brazil's supply of gas, half of which comes from Bolivia. The importance of Bolivian gas to Brazil - the largest market in the region - prompted concern even from President Luiz Inácio Lula da Silva, a leftist and former union leader who publicly hailed Mr. Morales's rise to power. Mr. da Silva is to meet with José Gabrielli de Azevedo, chief executive at Petrobras, on Tuesday, along with senior officials from Brazil's Ministry of Mines and Energy. The Bolivian announcement fulfilled a campaign pledge that helped Mr. Morales rise to power last December. It was foreshadowed last year when Bolivia approved a major increase in the royalties paid by foreign producers for the right to operate in the country. In April, President Hugo Chávez of Venezuela, a mentor to Mr. Morales, seized two oil fields operated by the Total group, of France, and Ente Nazionale Idrocarburi, of Italy, because they were unwilling to give more control of their operations to Petróleos de Venezuela, the state-run energy giant. But Mr. Morales's step on Monday was the most assertive yet, and many industry observers feared such moves would scare away investors and jeopardize the region's economies. This isn't like Saudi Arabia, which over the years has developed a know-how to dominate the industry independently, said Gal Luft, co-director of the Institute for the Analysis of Global Security, a consultancy in Washington that studies energy issues. When you cause problems for foreign investors, you cause problems for those who know how to create and develop the industry. [Non-text portions of this message have been removed] Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage: http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] [TheJakartaPost] Awakening people's sixth sense is mind over matter
Awakening people's sixth sense is mind over matter Evi Mariani, The Jakarta Post, Jakarta First Posted at: The Jakarta Post Wednesday, May 3 2006 Page 19 Features. http://www.thejakartapost.com/detailfeatures.asp?fileid=20060503.R02irec=2 On a rainy Saturday, Vincent Liong, 19, held a one-day workshop on awaking your sixth sense for a dozen of beginners. Holding out fruit he bought from a wet market, Vincent told his pupils to choose a fruit to help them see intangible things. Ask a question, slice the fruit, see the surface and feel it. The fruit can tell what you want to know, he said. Ask a question, Vincent told a student. Tell me about my sister's relationship with his boyfriend, said one participant. Vincent cut a cucumber and scrutinized the surface. The boyfriend is ignoring her. But she's putting up with it. She's very patient, Vincent said with confidence. Eventually, she will be tired of the situation. You don't have to tell her to leave him, she'll do it. A bit hesitant and bewildered, the students, from various ages and professions, approached Vincent's table to pick their choice of fruit or vegetable. Feel it, said Vincent, a skinny precocious youth. Previously, he had convinced the whole room that anyone could have the sixth sense without necessarily being born with the ability. I don't practice clairvoyance. I prefer teaching people how to feel and sense, he said. I provoke people. In the same room, a professional tarot reader, Leonardo Rimba, had his own business. He was seriously reading a set of tarot cards for a client, who listened raptly to Leo. These clairvoyance classes were not located in a cave in a mystical mountain. They were held at a building in the heart of the capital, on Jl. Jendral Sudirman. There was no smell of incense or seven flowers in the room although the head of the class jokingly call himself a dukun (shaman). Two years ago, an aura check showing Vincent had a bluish color, indicating him to be an indigo boy. Indigo people are known to possess special ability to see what others cannot. Before being declared an indigo Vincent was an ordinary, yet precocious boy. At age 15 he wrote essays relating his reflection on his social environment. The essays were printed by large publisher Grasindo, titled Berlindung di bawah payung (Sheltering under an umbrella). Born into a wealthy family that lives in upmarket Permata Hijau did not make him ignore social problems. In the book, he wrote about laborers, corrupt leaders, even a children's fashion show in which he once participated. Once he realized he had a potential for a sixth sense, he rarely wrote and concentrated instead on sharpening the sense. Hence, his friendship with other clairvoyants like Leo the tarot reader. His oddball network grows from day to day as he transfers his ability to other people through friendship. His parents' place is open house for his close friends, some of whom he knows through his mailing list [EMAIL PROTECTED] On a typical day, a guest can find a veterinarian that practices acupuncture for pets, who is learning numerology and tarot sitting in the backyard reading cards. Next to her, a university student who is a specialist on romance reading sits while recounting his condition to the veterinarian and the tarot reader. It's easy to learn clairvoyance. I can teach you, it won't take long, Vincent offered generously. It's difficult to think they are a bunch of con artists because what they say about a client's condition or future is plausible and realistic. Our readings are not fixed. We just explain future conditions based on the current situations. So, you can change your future if you want, Leo said. Conversations that take place in Vincent's house when his friends visit are unique. They sometimes talk about things they see, which most people don't see. He's there at the corner, I think, Vincent said, Yeah, I think so, too, Leo replied. Are you guys talking about a ghost? someone asked. Vincent and Leo looked at each other and both muttered: Yeah, but he's harmless. It's not easy being different. However, he seems to be breezy about his sixth sense, he makes jokes about it. People who meet him for the first time will just see him as a very talkative teenager. Studying in the Psychology Department at Atmajaya University, Jakarta, he sometimes teases his lecturers. I steal their knowledge. I can read their memory, so I can foretell the subject of the next class beforehand. Once I made a paper based on what I stole from the lecturer, so I'd written all that she was about to say when the class started, Vincent said, grinning. Talkative, different, breezy and funny: That's Vincent. And what is Vincent's ideal title for a psychology paper? Put a spell on a lecturer. Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com Post message: [EMAIL PROTECTED
[proletar] [TheJakartaPost] Awakening people's sixth sense is mind over matter
Awakening people's sixth sense is mind over matter Evi Mariani, The Jakarta Post, Jakarta First Posted at: The Jakarta Post Wednesday, May 3 2006 Page 19 Features. http://www.thejakartapost.com/detailfeatures.asp?fileid=20060503.R02irec=2 On a rainy Saturday, Vincent Liong, 19, held a one-day workshop on awaking your sixth sense for a dozen of beginners. Holding out fruit he bought from a wet market, Vincent told his pupils to choose a fruit to help them see intangible things. Ask a question, slice the fruit, see the surface and feel it. The fruit can tell what you want to know, he said. Ask a question, Vincent told a student. Tell me about my sister's relationship with his boyfriend, said one participant. Vincent cut a cucumber and scrutinized the surface. The boyfriend is ignoring her. But she's putting up with it. She's very patient, Vincent said with confidence. Eventually, she will be tired of the situation. You don't have to tell her to leave him, she'll do it. A bit hesitant and bewildered, the students, from various ages and professions, approached Vincent's table to pick their choice of fruit or vegetable. Feel it, said Vincent, a skinny precocious youth. Previously, he had convinced the whole room that anyone could have the sixth sense without necessarily being born with the ability. I don't practice clairvoyance. I prefer teaching people how to feel and sense, he said. I provoke people. In the same room, a professional tarot reader, Leonardo Rimba, had his own business. He was seriously reading a set of tarot cards for a client, who listened raptly to Leo. These clairvoyance classes were not located in a cave in a mystical mountain. They were held at a building in the heart of the capital, on Jl. Jendral Sudirman. There was no smell of incense or seven flowers in the room although the head of the class jokingly call himself a dukun (shaman). Two years ago, an aura check showing Vincent had a bluish color, indicating him to be an indigo boy. Indigo people are known to possess special ability to see what others cannot. Before being declared an indigo Vincent was an ordinary, yet precocious boy. At age 15 he wrote essays relating his reflection on his social environment. The essays were printed by large publisher Grasindo, titled Berlindung di bawah payung (Sheltering under an umbrella). Born into a wealthy family that lives in upmarket Permata Hijau did not make him ignore social problems. In the book, he wrote about laborers, corrupt leaders, even a children's fashion show in which he once participated. Once he realized he had a potential for a sixth sense, he rarely wrote and concentrated instead on sharpening the sense. Hence, his friendship with other clairvoyants like Leo the tarot reader. His oddball network grows from day to day as he transfers his ability to other people through friendship. His parents' place is open house for his close friends, some of whom he knows through his mailing list [EMAIL PROTECTED] On a typical day, a guest can find a veterinarian that practices acupuncture for pets, who is learning numerology and tarot sitting in the backyard reading cards. Next to her, a university student who is a specialist on romance reading sits while recounting his condition to the veterinarian and the tarot reader. It's easy to learn clairvoyance. I can teach you, it won't take long, Vincent offered generously. It's difficult to think they are a bunch of con artists because what they say about a client's condition or future is plausible and realistic. Our readings are not fixed. We just explain future conditions based on the current situations. So, you can change your future if you want, Leo said. Conversations that take place in Vincent's house when his friends visit are unique. They sometimes talk about things they see, which most people don't see. He's there at the corner, I think, Vincent said, Yeah, I think so, too, Leo replied. Are you guys talking about a ghost? someone asked. Vincent and Leo looked at each other and both muttered: Yeah, but he's harmless. It's not easy being different. However, he seems to be breezy about his sixth sense, he makes jokes about it. People who meet him for the first time will just see him as a very talkative teenager. Studying in the Psychology Department at Atmajaya University, Jakarta, he sometimes teases his lecturers. I steal their knowledge. I can read their memory, so I can foretell the subject of the next class beforehand. Once I made a paper based on what I stole from the lecturer, so I'd written all that she was about to say when the class started, Vincent said, grinning. Talkative, different, breezy and funny: That's Vincent. And what is Vincent's ideal title for a psychology paper? Put a spell on a lecturer. Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com Send instant messages to your online friends http://au.messenger.yahoo.com Post message: [EMAIL PROTECTED
[proletar] Re: [islamkristen] Fw: Ketika Rasulullah SAW Memberikan Syafaat Kepada Ummatnya di Hari Kiamat
gokil yang dungu kayak anjing, ketangkap basah pameran kedunguan sekarang kalap memfitnah saya yang katanya saya penganut ajaran Nasrani... Orang Islam tipikal itu, saya bilang dan saya ulang sudah pada dungu kayak anjing juga rata-rta bertabiat nista. On 3 May 06, at 15:12, gokil wrote: lebih omong kosong manah sama alkitab injil lo pig? sudah omong kosong, penuh dusta pula, eh di anut pula sama elo dkk kristen lo, jadilah kalian semua biang2 dusta, hanya neraka jahannam yg pantas jadi tempat pendusta macam kalian di akhir zaman nanti hahahahahakasian deh lo --- - Original Message - From: Jusfiq Hadjar [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, May 03, 2006 5:01 PM Subject: Re: [islamkristen] Fw: Ketika Rasulullah SAW Memberikan Syafaat Kepada Ummatnya di Hari Kiamat Ini mah omong kosong doang... On 3 May 06, at 14:55, gokil wrote: - Original Message - From: Hudzaifah.org Sent: Wednesday, May 03, 2006 7:09 AM Subject: Ketika Rasulullah SAW Memberikan Syafaat Kepada Ummatnya di Hari Kiamat http://www.hudzaifah.org/Article356.phtml Ketika Rasulullah SAW Memberikan Syafaat Kepada Ummatnya di Hari Kiamat Posted by: abusafar on Tuesday, May 02, 2006 - 08:14 AM Hudzaifah.org - Ini adalah sekelumit kisah masa depan, ketika seluruh manusia berkumpul di hari kiamat. Kisah ini disampaikan oleh Rasulullah kepada para sahabatnya. Dalam kisah itu diceritakan bahwa Allah mengumpulkan seluruh manusia dari yang pertama hingga yang terakhir dalam satu daratan. Pada hari itu matahari mendekat kepada mereka, dan manusia ditimpa kesusahan dan penderitaan yang mereka tidak kuasa menahannya. Lalu di antara mereka ada yang berkata, Tidakkah kalian lihat apa yang telah menimpa kita, tidakkah kalian mencari orang yang bisa memberikan syafa'at kepada Rabb kalian? Yang lainnya lalu menimpali, Bapak kalian adalah Adam AS. Akhirnya mereka mendatangi Adam lalu berkata, Wahai Adam, Anda bapak manusia, Allah menciptakanmu dengan tangan-Nya, dan meniupkan ruh kepadamu, dan memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepadamu, dan menempatkanmu di surga. Tidakkah engkau syafa'ti kami kepada Rabb-mu? Apakah tidak kau saksikan apa yang menimpa kami? Maka Adam berkata, Sesungguhnya Rabbku pada hari ini sedang marah yang tidak pernah marah seperti ini sebelumnya, dan tidak akan marah seperti ini sesudahnya, dan sesungguhnya Dia telah melarangku untuk mendekati pohon (khuldi) tapi aku langgar. Nafsi nafsi (aku mengurusi diriku sendiri), pergilah kalian kepada selainku, pergilah kepada Nuh AS. Lalu mereka segera pergi menemui Nuh AS dan berkata, Wahai Nuh, engkau adalah Rasul pertama yang diutus ke bumi, dan Allah telah memberikan nama kepadamu seorang hamba yang bersyukur (abdan syakuro), tidakkah engkau saksikan apa yang menimpa kami, tidakkah engkau lihat apa yang terjadi pada kami? Tidakkah engkau beri kami syafa'at menghadap Rabb-mu? Maka Nuh berkata, Sesungguhnya Rabbku pada hari ini marah dengan kemarahan yang tidak pernah marah seperti ini sebelumnya, dan tidak akan marah seperti ini sesudahnya. Sesungguhnya aku punya doa, yang telah aku gunakan untuk mendoakan (celaka) atas kaumku. Nafsi nafsi, pergilah kepada selainku, pergilah kepada Ibrahim AS! Lalu mereka segera menemui Ibrahim dan berkata, Wahai Ibrahim, engkau adalah Nabi dan kekasih Allah dari penduduk bumi, syafa'atilah kami kepada Rabb-mu! Tidakkah kau lihat apa yang menimpa kami? Maka Ibrahim berkata, Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini marah dengan kemarahan yang tidak pernah marah seperti ini sebelumnya, dan tidak akan marah seperti ini sesudahnya, dan sesungguhnya aku telah berbohong tiga kali. Nafsi nafsi, pergilah kalian kepada selainku, pergilah kalian kepada Musa AS! Lalu mereka segera pergi ke Musa, dan berkata, Wahai Musa, engkau adalah utusan Allah. Allah telah memberikan kelebihan kepadamu dengan risalah dan kalam-Nya atas sekalian manusia. Syafa'atilah kami kepada Rabb-mu! Tidakkah kau lihat apa yang kami alami? Lalu Musa berkata, Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini sedang marah dengan kemarahan yang tidak pernah marah seperti ini sebelumnya, dan tidak akan pernah marah seperti ini sesudahnya. Dan sesungguhnya aku telah membunuh seseorang yang aku tidak diperintahkan untuk membunuhnya. Nafsi nafsi, pergilah kalian kepada selainku, pergilah kalian kepada Isa AS! Lalu mereka pergi menemui Isa, dan berkata, Wahai Isa, engkau adalah utusan Allah dan kalimat-Nya yang dilontarkan kepada Maryam, serta ruh dari-Nya. Dan engkau telah berbicara kepada manusia semasa dalam gendongan. Berilah syafa'at kepada kami kepada Rabb-mu! Tidakkah kau lihat apa yang kami alami? Maka Isa berkata, Sesungguhnya Rabb-ku pada hari ini sedang
[proletar] PRAMOEDYA DAN PENGABAIAN OLEH �NEGARA� ( I )
PRAMOEDYA DAN PENGABAIAN OLEH NEGARA ( I ) Ya, ini suatu realita kehidupan, ketika negara dimana ia berpijak, harus kembali membunuh karakternya oleh suatu kekuatan hirarki kekuasaan itu sendiri Realita kematian manusia di bumi, adalah keharusan sejarah tentang kehidupan bagi manusia itu sendiri dan realita kematiannya. Kematian adalah realita yang selalu melintas di alam pemikiran tiap manusia, kesadarannya, emosionalitasnya, dan proses pembentukan nilai-nilainya; terkadang mengobyektifikasi kematian untuk subyek-subyek kehidupan yang menghidupi bumi dan apa yang hendak diterjemahkan dari kematian itu. Bahkan ketika sistem telah mengandaikan kematian sebagai suatu harga yang harus dibayar dari konsekuensi logis tentang apa yang diperjuangkan oleh manusia untuk dan dari nilai-nilainya. Dan terutama menghunjuk kematian sebagai bagian dari langkah takdir dengan membunuh nilai-nilai kehidupannya, dan ini telah terbentang sepanjang realita sejarah manusia disubordinasi oleh praksis eksploitasi dengan ragam manifestasinya. Memarjinalkan rasionalitas manusia kepada apa yang seharusnya menjadi tanggung jawab negara kepada masyarakatnya, selain menilai kematian sebagai suatu kewajaran yang terkadang harus dipisahkan dari nilai-nilainya, dan ini terlalu sering untuk membenarkan suatu pembenaran yang telah dibumikan kepada masyarakatnya secara sistemik dan bergenerasi. Jadi apa yang seharusnya diperbuat oleh kematian itu, ketika kematian itu sendiri telah dipisahkan dari nilai-nilai individunya oleh ekses stigma negara yang mapan dan permanen? Ketika seorang manusia dengan pemenuhan nilai-nilainya untuk membentuk kehidupan yang memperjuangkan pembebasan untuk manusia, harus dipenjarakan kembali secara abstrak untuk membenarkan suatu sistem dan azas yang dipaksakan oleh pemerintahannya. Ya, ini suatu realita kehidupan, ketika negara dimana ia berpijak, harus kembali membunuh karakternya oleh suatu kekuatan hirarki kekuasaan itu sendiri. Dan tentu saja ini meniscayakan suatu keberlanjutan yang telah ditanamkan kepada memori kolektif masyarakat, tentang PKI (Partai Komunis Indonesia) bersamaan dengan underbow-nya, yang mana pemerintah selama ini telah mempraksiskan kemunafikannya yang terlalu ekstrem, vulgar, dan liar. Perbandingan yang terlalu munafik yang selama ini divisualisasikan oleh realita mayoritas masyarakat dan pemerintahannya, khususnya untuk kematian dan nilai-nilainya; antara seorang sastrawan yang membumikan nilai-nilai kemanusiaan, kehidupan, dan goresan tinta emasnya kepada sastra dibandingkan dengan kematian seorang jenderal yang berlumuran dengan noda kemanusiaan; atau kematian seorang pejuang buruh yang miskin dibandingkan dengan kematian seorang ibu negara pada rejim fasis Soeharto; ataupun kematian banyak orang yang telah dikorbankan secara massal untuk pergulatan kemanusiaannya; dan perbandingan-perbandingan kepada semua peristiwa yang memaparkan dengan bahasanya yang alamiah tentang eksistensi perbandingan dari suatu keabsurdan yang telah dilakukan oleh mayoritas masyarakat dan pemerintahannya. Dimana nilai-nilai itu telah dihancurkan hanya karena suatu pembandingan dari kebodohan yang melekat seiring dengan proses deideologisasi kepada ide-ide tentang pencerahan dan pembebasan. Jadi dimanakah substansi kehidupan manusia selain memapankan suatu bentuk pengabaian terhadap nilai-nilainya dan realitas idenya kepada kehidupan? Dan substansi itu telah bergeser kepada realita formalitas, keuangan, dan kemapanan dari suatu budaya yang dibentuk oleh otoritas legalnya secara meluas, menyeluruh, dan tersistemik. Seakan takdir yang tak mungkin lagi dielakkan oleh setiap komunitas masyarakat dan berpasrah dengan apa yang dihadirkan dan dipaksakan oleh takdir legal tersebut. Seakan ini mengandaikan suatu mimpi tanpa berujung kepada suatu perwujudan yang terlalu naif, ataupun menghianati kodratnya kepada bentuk-bentuk kebebasan kemanusiaan. Pergeseran tersebut telah mematangkan tentang kekakuan sistem dan manipulasinya di tengah masyarakat akan ide-de yang tengah bergulat dengan realitasnya, dan Pram telah mempraksiskan tidak hanya sekadar ide-ide pencerahan, tetapi lebih dari itu kepada substansi kehidupan manusia dan bumi dimana manusia itu berpijak. (bersambung) Mei 2006, Leonowens SP - New Yahoo! Messenger with Voice. Call regular phones from your PC and save big. [Non-text portions of this message have been removed] Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage: http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to:
[proletar] Muslim man burnt to death in India riots
Muslim man burnt to death in India riots AHMEDABAD, India (Reuters) - A Hindu mob burnt to death a Muslim man in his car in new violence in a western Indian city early on Wednesday, raising the toll in clashes sparked by demolition of a Sufi shrine to six, police said. More than 70 people, including 10 policemen, have been injured in clashes since Monday when the two-centuries-old Muslim shrine was demolished by civic authorities in Baroda, 120 km (75 miles) south of Ahmedabad, the main city of Gujarat state. A young man has been burnt to death. The situation is tense and curfew has been imposed, city police chief Deepak Swaroop told Reuters. The 30-year-old victim, who worked in an oil refinery, was returning from a late shift when he was surrounded by a mob of hundreds, including activists of hardline Hindu groups linked to the nationalist Bharatiya Janata Party, which rules Gujarat. Minority Muslim residents said they did not trust the state government. Our lives are in danger as Hindu extremists armed with swords and knives surrounded our residences. We called the police but no one responded, said Moyin Khan. State home minister Amit Shah said the government was keen to control the violence and was doing all it could. Civic authorities said they had to demolish the Muslim shrine because it was illegal and blocking a road-widening project. Gujarat is one of India's most communally sensitive states. The highly industrialised state was rocked by Hindu-Muslim riots in 2002 when 59 Hindus were burnt to death in a train compartment, which the state government blamed on a Muslim mob. Human rights groups say about 2,500 people -- mostly Muslims -- were hacked, beaten or burnt to death in retaliatory attacks. Officials put the toll at over 1,000 people. (Last updated: 03-May-06 06:01 BST http://news.scotsman.com/latest_international.cfm?id=660162006 Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage: http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] Catholic Church bans skimpy bridal gowns = APP ?
Published: 05/03/2006 12:00 AM (UAE) Catholic Church bans skimpy bridal gowns By Barbara Mae Dacanay, Bureau Chief Manila: The influential Catholic Church has banned brides from wearing backless and spaghetti-strapped wedding gowns. The new dress code is not meant to stifle fashion but create an atmosphere of propriety, modesty and the upholding of a Christian tradition, said several priests during the holding of Liturgy Week which was sponsored by the Benedictine monks. The sacred character of the liturgy of marriage requires corresponding modesty in the attire of the bride and the bridal entourage, said Fr. Anscar Chupungco, San Beda College rector and coordinator for the Liturgy Week. Chupungco accused some designers of exposing brides with their creations, adding that couturiers have influenced people to forget about wearing appropriate clothes in Church. When asked to be more categorical on the Church's imposed dress code, Chupungco said: It would be terrible for priests to decide on the specifications, say, on how long a gown should be. We leave it to the couple's sense of the sacred, of the profane, and their common sense and propriety [in choosing the design of their attire]. Simply put, if it can't be worn at Sunday Mass, it can't be worn at a wedding, said Chupungco. http://www.gulfnews.com/world/Philippines/10037282.html Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage: http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] Islamic Bloc: We Respect Press Freedom But _
Islamic Bloc: We Respect Press Freedom But _ Patrick Goodenough International Editor (CNSNews.com) - A bloc representing the world's Islamic nations is marking World Press Freedom Day Wednesday by calling for urgent action to establish international law or a code of conduct aimed at preventing media from defaming religion. The Saudi-based secretariat of the 57-member Organization of the Islamic Conference (OIC) said in a statement it was committed to press freedom, but that journalists should be deterred \ldblquote from premeditatedly vilifying, defaming and violating the rights of others. Citing the controversy earlier this year over the printing of cartoons depicting Mohammed, the OIC said the publication of the sketches and its ramifications provided absolute evidence of the consequences of non-abidance with these regulations. It said the caricatures had insulted a faith embraced and revered by over one-fifth of the world population, and a religion that advocates peace, tolerance and moral virtues. Muslims around the world protested against the cartoons, which first appeared in a Danish newspaper six months ago and were later reproduced in numerous, mostly European media outlets. In some countries, protests turned violent, and people were killed in Nigeria, Libya and Afghanistan. Authorities in some Islamic countries shut down newspapers and arrested journalists following the publication of some of the cartoons. In Yemen, the editor of the Yemen Observer will mark World Press Freedom Day Wednesday by appearing in court, where prosecutors earlier called for the death sentence for insulting Islam. Muhammad al-Asadi was arrested last February after his English-language weekly published the cartoons -- in thumbnail size and obscured with a thick, black cross -- to illustrate its news reports on the controversy. Editors of two Arabic-language papers in Yemen are also on trial, and are due to appear in court later in May. Print editions of all three papers have been frozen for the past three months, although the government this week agreed to allow printing to resume. Arrests or publication shutdowns resulting from the cartoons were also reported in Malaysia, Indonesia, Syria, India, Algeria, Morocco and Jordan, according to the media freedom lobby group, Reporters Without Borders. In London this week, the OIC is hosting what it says is the first ever major international conference aimed at countering Islamophobia, bringing together politicians, diplomats, scholars, media representatives and others from Western and Islamic countries. Opening the event on Tuesday, OIC secretary-general Ekmeleddin Ihsanoglu said Muslims and their religion had been increasingly stereotyped, defamed, marginalized, discriminated against and targeted for hate crimes in the West since 9/11 and subsequent terrorist attacks in Madrid and London. In addition to the perceived biased Middle East policies of the U.S. and European countries, the rising trend of Islamophobia is giving a boost to the anti-Western sentiments in the Islamic world. Ihsanoglu said the terrifying stereotyping we suffer from in the first decade of the 21st century ... is a phenomenon that reminds us of the horrible experiences of the anti-Semitism of the 1930s. It was unfortunate that in some circles in the West, Islam was considered a dangerous ideology, he said. Misinterpretations of the events perpetrated by extremists in the Muslim world who in turn took 'Islam' as a cover, provided ammunition to the supporters of this fragile and misleading theory. Of the Mohammed cartoons, Ihsanoglu said the OIC had been trying to explain that nobody is actually challenging the freedom of expression and press and that the real issue is disrespect for religious symbols and values. He said the OIC had expected backing for its stance from European governments, but to our dismay those governments had instead supported Denmark. 'Negative image' Also addressing the London conference, British foreign office minister Kim Howells said Muslims, and some non-Muslims, had been rightly offended by the publication of the cartoons. But he also criticized some Islamic media for their handling of the issue, saying the existence of anti-Western and anti-Jewish media and material in the Muslim world, some of it in state owned press, undermined as hypocritical the moral indignation that was expressed. Howells said it was right that the issue of Islamophobia was addressed, but Islamic governments and organizations should also address problems that give Islam a negative image. He cited support for Taliban-type legal and social systems, recent statements coming out of Tehran, practices that segregate and subjugate women, and conspiracy theories about 9/11 being a CIA plot and polio vaccines being contaminated with viruses. And reports of raped women being punished and stoned, restrictions on other religions, including
[proletar] Buddhist mob burns Christian church in Cambodia
Wednesday, May 03, 2006 Buddhist mob burns Christian church in Cambodia PHNOM PENH: Some 300 Buddhist villagers, apparently angered by a rival faith within their community, have razed a partially built Christian church to the ground near the Cambodian capital, an official said Tuesday. In a rare act of religious intolerance, the mob chanted Destroy the church! and Long live Buddhism! as it descended upon the unfinished Protestant church Friday in Boeng Krum Leu, 30 kilometers (18 miles) east of Phnom Penh, said Ros Sithoeun, a representative of the areas Christian community. Che Saren, the chief of Lvea Em district, said the Buddhists felt threatened by the visible presence of another faith. The church would have been the areas second, but there is only one Buddhist pagoda to serve the spiritual needs of the overwhelmingly Buddhist community. The villagers were angry with the Christians in the village who they felt mocked their Buddhist beliefs, said Che Saren. The building was nearing completion when the villagers attacked it with hammers and sticks. The structure, only 700 meters from the Buddhist pagoda, was torn down and the rubble torched by the mob. Kandal provincial officials denied planning permission for a church in Lvea Em, but the Christian community, which numbers between 20 and 30, pressed ahead with the construction, determined to use it as accommodation for religious teachers prior to converting it to a church at an unspecified future date, said Ros Sithoeun. The Buddhists didnt want us to build the Christian Church in their community, said Ros Sithoeun. They were afraid that their practice of Buddhism would be negatively affected. The Christians have not complained to the policeneither to recoup the lost investment in the now defunct church, nor to demand the arrest of the mob. The two sides came to a peaceful compromise after authorities gave them a lecture on the law of religious freedom, said Che Saren. Cambodian Buddhists, which make up more than 90 percent of the population, are generally tolerant of other religions and all faiths have been allowed to freely practice in Cambodia, except during the Khmer Rouge era when adherents to all religions were persecuted. --AP http://www.manilatimes.net/national/2006/may/03/yehey/world/20060503wor4.html Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage: http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] Poverty rules, yet super rich live in a class of their own
Poverty rules, yet super rich live in a class of their own 05/03/2006 BY HIROTAKA YAMAGUCHI, THE ASAHI SHIMBUN SHANGHAI--Tossing aside its Communist theories, China is witnessing a distinctly capitalist phenomenon: the rise of the jin ling, or super rich. Like elsewhere around the globe, many of the country's wealthiest people are private entrepreneurs or senior executives working for foreign conglomerates. These rising stars are mostly in their 30s or 40s. While the super rich work long hours, they live very well, spending lavishly on imported cars, luxury brands and overseas travel. The advent of these big spenders has produced an explosion in the domestic market for luxuries. Outlets for world-famous brands are popping up everywhere in China's biggest cities. Predictably, this has also led to a corresponding widening of the gap between the rich and poor. Serious social problems are on the rise. On the outskirts of Shanghai, a two-story private home stands amid high-rise apartment buildings. The elegant house is surrounded by trees and boasts 500 square meters of floor space. It has three bedrooms, a recreation room where the owner likes to play mah-jongg and a maid's room. On the second floor, a wide-screen television takes pride of place in the spacious living room. Five luxury cars, including a Mercedes-Benz and a Bentley, are lined up in the garage. Zhang Jingjing, 31, lives here with her husband, a medical doctor, and her parents. In January, Zhang blew about 100,000 yuan (about 1.4 million yen) in a single shopping spree in Hong Kong. And from late January, she took her family to the United States to celebrate the Chinese New Year. As head of a private real estate development company founded by her father, Zhang rakes in about 1 million yuan annually. She graduated from prestigious junior and senior high schools in Shanghai, and later studied business administration in Australia. Three years ago, she took over from her father. Riding the Shanghai real-estate boom, the company reaped big profits developing housing in the suburbs. Yet Zhang says she is constantly worried about the possible collapse of the asset-inflated bubble economy. When it comes right down to it, my own judgment is all I have to rely on, says Zhang, who is studying management at Shanghai Jiao Tong University. Her classmates are people who run their own companies or high-ranking executives in foreign firms. Yan Min, 33, a friend of Zhang, is vice president of the Shanghai arm of Finnish mobile communications firm Nokia Co. She oversees a marketing and sales staff of 3,000. Yan makes about 50,000 yuan a month, 10 times more than she earned eight years ago as a fresh recruit. With bonuses, her annual income comes to 800,000 yuan. Some people who joined this company at the same time as I did quit after a few years. But I have never missed a chance to contribute to the firm's 30 percent market share here and its $10 billion (1.2 trillion yen) in annual sales, she said. Together, Yan and her husband, who runs a venture company, bring home 1.8 million yuan a year. That is 45 times more than the average annual income of typical Shanghai residents. It is nearly 300 times more than what rural farmers make. There is a downside. Yan works 12 hours a day, so she seldom spends much time with her spouse. I have to make an appointment to have dinner with my husband, she said, only half joking. When a pro golf tournament took place in Shanghai in November, only the rich and elite could afford the tickets, which cost up to 2,000 yuan. During the tournament, the spectators were not only captivated by famous golfers like America's Tiger Woods. They were also fascinated by Sharp Corp.'s 65-inch liquid crystal display screens, which sell in China for a cool 188,000 yuan. The screens, which showed scores and the golfers up close, were installed in the clubhouse. At first, the local Sharp dealer did not plan to sell them during the tournament, but by its end, the company had sold 40 TVs, including seven 65-inch models. LCD televisions don't sell this well when we exhibit them at big stores, said one Sharp Corp. employee. China's nouveau riche are hungry for foreign brands. In November, a dozen French lingerie makers held a fashion show in Shanghai, featuring the slogan Bringing elegance and the latest fashions (to China). Fancy lingerie with price tags of 700 to 2,000 yuan is selling well, and the market for foreign lingerie is now worth nearly 30 billion yuan. Foreign luxury brands are working hard to find quality sales outlets to reach the new elite. Some are pushing to open flagship stores. Louis Vuitton has opened a 800-square-meter outlet in Beijing, which rivals the size of the one in Tokyo. Bernard Arnault, chairman of the parent company, LVMH Moet Hennessy Louis Vuitton SA, said more customers in China have gained confidence in the brand. He said the store's size
[proletar] 'Skypecasts' Allow 100-Person Conferencing
http://www.washingtonpost.com/wp-dyn/content/article/2006/05/03/AR2006050300226.html?referrer=email 'Skypecasts' Allow 100-Person Conferencing By PETER SVENSSON The Associated Press Wednesday, May 3, 2006; 1:38 AM NEW YORK -- Skype, eBay Inc.'s Internet telephone subsidiary, is extending its reach with Skypecasts _ free audio conferences for up to 100 participants. Skype is used mainly for person-to-person calling but also has a conferencing feature for up to 10 people, who can all speak at the same time. A Skypecast, however, will be moderated by a host who controls when someone can speak. The service launches Wednesday in an early preview form, said Skype's vice president of global marketing, Saul Klein. Users will be able to find Skypecasts on the Skype Web site, where all the conferences will be listed publicly. Skype envisions Skypecasts as a way for people to discuss shared interests and hobbies. Six Apart Ltd., the parent of blogging and networking services TypePad, Movable Type and LiveJournal, plans to promote Skypecasts as a way of expanding online communities, Klein said. The term Skypecast could cause some confusion among bloggers _ it has been used to describe a recording of an interview conducted via Skype, then distributed as a podcast. Skype is also releasing a new beta, or trial version, of its main application that includes the option to send text messages to cell phones for a small fee. Other new features: _ Contacts in Microsoft Outlook can be called directly from Skype. _ Groups of contacts can be shared among users. _ Users will be able to pay for services like calls to landline phones without leaving the application. In the previous version of the software, users went to Skype's Web site to pay. ___ [Non-text portions of this message have been removed] Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage: http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Balasan: [proletar] Buddhist mob burns Christian church in Cambodia
Jadi gereja dan para misionaris kudu introspeksi diri sebelum sibuk menyalahkan orang lain. Holy Uncle [EMAIL PROTECTED] menulis: Wednesday, May 03, 2006 Buddhist mob burns Christian church in Cambodia PHNOM PENH: Some 300 Buddhist villagers, apparently angered by a rival faith within their community, have razed a partially built Christian church to the ground near the Cambodian capital, an official said Tuesday. In a rare act of religious intolerance, the mob chanted ?Destroy the church!? and ?Long live Buddhism!? as it descended upon the unfinished Protestant church Friday in Boeng Krum Leu, 30 kilometers (18 miles) east of Phnom Penh, said Ros Sithoeun, a representative of the area?s Christian community. Che Saren, the chief of Lvea Em district, said the Buddhists felt threatened by the visible presence of another faith. The church would have been the area?s second, but there is only one Buddhist pagoda to serve the spiritual needs of the overwhelmingly Buddhist community. ?The villagers were angry with the Christians in the village who they felt mocked their Buddhist beliefs,? said Che Saren. The building was nearing completion when the villagers attacked it with hammers and sticks. The structure, only 700 meters from the Buddhist pagoda, was torn down and the rubble torched by the mob. Kandal provincial officials denied planning permission for a church in Lvea Em, but the Christian community, which numbers between 20 and 30, pressed ahead with the construction, determined to use it as accommodation for religious teachers prior to converting it to a church at an unspecified future date, said Ros Sithoeun. ?The Buddhists didn?t want us to build the Christian Church in their community,? said Ros Sithoeun. ?They were afraid that their practice of Buddhism would be negatively affected.? The Christians have not complained to the police?neither to recoup the lost investment in the now defunct church, nor to demand the arrest of the mob. The two sides came to a peaceful compromise after authorities gave them a lecture on the law of religious freedom, said Che Saren. Cambodian Buddhists, which make up more than 90 percent of the population, are generally tolerant of other religions and all faiths have been allowed to freely practice in Cambodia, except during the Khmer Rouge era when adherents to all religions were persecuted. --AP http://www.manilatimes.net/national/2006/may/03/yehey/world/20060503wor4.html Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage : http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links - Apakah Anda Yahoo!? Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru! [Non-text portions of this message have been removed] Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage: http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] Mahathir Kunjungi Soeharto
HARIAN ANALISA Edisi Kamis, 4 Mei 2006 Mahathir Kunjungi Soeharto Jakarta, (Analisa) Mantan Perdana Menteri Malaysia, Dr Mahathir Mohamad, mengunjungi mantan presiden Soeharto di rumahnya Jalan Cendana, Jakarta, Rabu (3/5) pagi. Mengenakan jas abu-abu, Mahathir tiba di kediaman mantan pemimpin rezim Orde Baru itu sekitar Pukul 10.30 WIB dengan sedan Mercy warna hitam dengan disambut anak pertama Soeharto, Siti Hardianti Rukmana alias Mbak Tutut. Para wartawan foto dan kameramen berbagai stasiun TV hanya dapat mengabadikan momen itu dari luar pagar. Mbak Tutut tampak mengenakan baju bermotif bunga warna oranye dan jilbab kuning. Setelah sekitar 45 menit bertemu, Mahathir keluar dan diantar Soeharto dan putrinya sampai halaman. Mahathir sempat melambaikan tangan ke belasan wartawan yang menunggunya. Mantan kepala pemerintahan Malaysia itu berada di Jakarta untuk menghadiri kongres dua hari HRD Asia 2006 yang berlangsung di Jakarta Convention Center sejak Selasa (2/5). Dalam kongres yang diselenggarakan PPM (Pendidikan dan Pengembangan Manajemen) Jakarta dan Specialist Management Resources (SMR) Malaysia itu, Dr Mahathir dijadwalkan berbicara tentang kreasi pengetahuan dan visi: mengubah cara berpikir dan cara pandang Dunia Ketiga. Dr Mahathir dan Soeharto merupakan dua tokoh penting Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) semasa mereka berkuasa. Jika Soeharto turun dari kursi kepemimpinan karena demonstrasi massa yang diwarnai insiden penembakan mahasiswa pada Mei 1998, Dr Mahathir meletakkan jabatan secara damai dengan menyerahkan posisi PM kepada wakilnya, Abdullah Ahmad Badawi, secara damai. (Ant) [Non-text portions of this message have been removed] Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage: http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] The death of an unreconstructed Marxist
http://www.atimes.com/atimes/Southeast_Asia/HE03Ae01.html The death of an unreconstructed Marxist By Michael Vatikiotis SINGAPORE - Pramoedya Ananta Toer, who died in Jakarta on Sunday at the age of 81, never won the Nobel Prize for Literature that he was nominated for more than once toward the end of his life. Perhaps this was because he did not write any new work for the last decade of his life; perhaps also because the country he was born in, and was so critical of in his writing, Indonesia, is not well regarded by the liberal-leaning Nobel Committee. If he had won the Prize, Pramoedya would no doubt have reacted with characteristic earthiness. The million-US-dollar check would go a long way toward getting my children and in-laws off my back, he might have quipped with a broad grin. Here was a man supremely modest about his literary accomplishments, which included nearly 40 books translated into almost 40 languages. Pramoedya would certainly have risen to the occasion and probably used the acceptance speech as a platform to declare the political activism that runs through his writing like searing-hot lava. Almost half a century ago, Albert Camus accepted his Nobel Prize giving this definition of his art: It is a means of stirring the greatest number of people by offering them a privileged picture of common joys and sufferings. Pramoedya knew a great deal about suffering. Persecuted and jailed first by the colonial Dutch then the Indonesian authorities, he saw his library and works destroyed, he was sent to a prison camp on a remote island, deprived of pen and paper for 14 years and, after his release, placed under city arrest until 1998. His books were banned in Indonesia beyond the fall of Suharto in 1998 and the end of authoritarian rule, and some even remain blacklisted today. Although he was an Indonesian patriot and a nationalist to the core, his Indonesian peers shunned him for many years. Critics never forgave Pramoedya for his alleged communist sympathies. In the 1950s, Pramoedya had been a literary commissar who is said to have lorded it over those deemed ideologically impure. To be sure, there was rancor, and perhaps a great deal of professional rivalry. As an obituary in the Jakarta Post so aptly put it: Many Indonesians could not see beyond his politics, and thus failed to appreciate his work. Pramoedya the prodigal son of the soil lived almost entirely off the royalties and fees he earned overseas. His politics were hard to the left. In media interviews, which he gave frequently after 1998, he would rail against modern Indonesian government. His last interview was featured last month on the cover of the debut edition of Playboy magazine in Indonesia, which has stirred a hornets' nest of violent fundamentalist reaction. He saw Indonesia as a nation of coolies, its promise as a new democracy unfulfilled; the young generation he placed so much faith in, cheated of their freedom to play a role in nation-building. Toward the end of his life he joined the small cadre-based radical People's Democratic Party (PRD). Yet he was also a very conservative historian. He worried that too many Indonesians were ignorant of their history. Pramoedya compiled a detailed chronicle of the Indonesian revolution, revealing that it took several weeks for the declaration of independence in August 1945 to reach the extremities of the archipelago. When he died, he was working with his daughter on a new encyclopedia of Indonesia. This compulsive compiling betrays Pramoedya's great sense of loss after soldiers burned down his library upon arresting him in 1965. It also speaks to an old-fashioned fastidiousness, perhaps instilled by his stern schoolteacher of a father. His last published book, The Great Post Road, is a powerful polemic on Indonesia under Dutch colonial rule. It concerns a major highway that stretched 1,000 kilometers across the north coast of Java and was built by governor general Herman Willem Daendels in the early 19th century. Although the project is long lost in the mists of history, Pramoedya conservatively estimated that the construction of Daendel's Great Post Road cost the lives of more than 12,000 who toiled as forced laborers in indescribable conditions to build a 7-meter-wide road so that the wheels of commerce fueling Dutch wealth in the East Indies could grind more efficiently. Pramoedya followed the Great Post Road in this small, tightly written volume using every town and district along the way as a marker of colonial excess and corruption. In his writing Pramoedya has consistently argued that the ordinary people of Indonesia were never fully liberated. Independence offered the promise of liberty that was snatched away by selfish and corrupt native rulers who borrowed techniques of exploitation from the Dutch. For Pramoedya, the old unreconstructed Marxist, Indonesia's history was a long continuous
[proletar] Learning to Think and Tolerate Differences in Saudi Society
http://www.arabnews.com/?page=7section=0article=81682d=4m=5y=2006 Thursday, 4, May, 2006 (06, Rabi` al-Thani, 1427) Learning to Think and Tolerate Differences in Saudi Society Abeer Mishkhas, [EMAIL PROTECTED] LAST week I came across an article online about a meeting of Saudi journalists and the topics that they discussed. The article was mainly about a speech made by one participant in which she addressed a number of obstacles that Saudi women in general face. Among the points she mentioned - which concern and trouble many women here - were the restrictions imposed on women in the name of tradition. For example, medical personnel having to cover their faces and a lack of choice in such matters as driving or obtaining official IDs. Many women agreed with the speaker while many others did not; that is hardly the problem as there is always space for more than one opinion. And for the sake of diversity and simple fairness, we must accept that everyone will not hold the same opinions. At the meeting, however, there were people who were out to impose their beliefs on everyone else and to entertain no opinion but their own. As a result, the speaker was verbally attacked and the photographers were asked to stop taking photographs lest they be published and give a false impression about the women attending the meeting. Obviously, Islam's message of tolerance and respect had not reached those who were so loudly complaining. They could have expressed their opinions in a quiet and civilized manner and made their ideas clear in the same way. It seems, however, that their idea was that everyone must be of the same mind and have the same opinions - which of course means theirs. They even went so far as to say that individual opinions were dangerous! Alas! I was not surprised but I was saddened. It is sad how some of us refuse to see the difference between engaging in friendly discussions and between fighting simply to maintain a dominant position. Bad as what went on at the meeting was, what was even worse was on the website. A good number of comments and reactions were very disturbing and very sad. Some just attacked the speaker for having destructive and foreign ideas; others were praying for her to return to the right path, i.e. to hold the same opinions they held. And worst of all, many attacked her personally, using the most abusive and horrible language. Such reactions are becoming all too normal on websites or on TV. But then, just when I thought things could not get worse, they did. It was said that some of the women at the meeting had no right to talk about Saudi women since they themselves were not pure Saudis. What, I want to know, is a pure Saudi? Must we, like some 19th-century Europeans, have a coat of arms with sixteen quarterings of nobility to prove that our grandparents, great-grandparents and great-great grandparents lived here and only here in the Arabian Peninsula? This idea of purity is both hateful and very alarming. Unfortunately, this is not the first time I have heard it and even more unfortunately, it is widespread. There is always someone who will accuse another of not being pure. According to those people, only those whose historical roots are firmly in the Arabian Peninsula have the right to talk. As for the others, they should be silent and thankful to be allowed to live here among the pure. How racist is that? I would like to remind these lovers and extollers of Arab purity that one of the companions of the prophet (pbuh) was Persian. And that the prophet predicted that this Persian would be one of the 10 companions who were going to heaven. The Persian's advice was taken in battle and because it was, the army of Islam was saved. No talk of Arab purity rears its ugly head there. Islamic history is full of such examples. We can recall the famous incident during the time of Omar ibn Al-Khatab when he learned that the son of one of his governors in Egypt had beaten an Egyptian man and called him inferior. Omar's response was to bring the governor, his son and the Egyptian to Madinah. The Egyptian was given a whip and told to beat the governor's son in the same way he himself had been beaten. He was also given the power to beat the governor. No mention of purity or anything else there - just the beautifully simple Islamic practice of returning to wrongdoers a taste of their own medicine. These are the examples that we talk about and that our children are taught in school. But I wonder - do the teachers say anything about respecting people and their ideas? Not agreeing, but just respecting? Or do we say one thing and do another? Frankly I see this stupid talk about pure Saudis as a tragic waste of time. I long for the day when we finally realize the difference between having a mind that thinks and one that runs on automatic, alienating people
[proletar] Are They Afraid of Women?
http://www.arabnews.com/?page=13section=0article=81456d=4m=5y=2006pix=kingdom.jpgcategory=Local%20Press Sunday, 30, April, 2006 (02, Rabi` al-Thani, 1427) Are They Afraid of Women? Layla Al-Ahdab . Al-Watan Opening the door for women to work in women-only clothes shops, especially in the underwear section, with men in the same store but in other departments, is dangerous for the women that accept such jobs. This will expose women to harassment from these men. Did we forget that the shops would be closed for prayer? If the shops were closed, where would they go? It could be possible that a man would hide inside the store and wait for the store to close down and empty from customers and then assault a female worker. What about other problems that come with men and women working together? The above statement belongs to a person with a wild imagination. This man asks why women do not go to prayer. He points out that women could be exposed to harassment and even rape if a man hides inside the store during prayer time. My first reaction is to ask: When is a mall empty of people during the daytime prayers? It's hard to conceive an instance where a woman would be alone in a room with a deranged attacker in a shopping center. Most likely, she will be in a closed store praying or drinking tea with colleagues. The Labor Ministry's recent drive to incorporate women sales clerks in stores that cater to women does not include any suggestion that women would be inside a closed shop with men. The man that made this comment seems unable to differentiate between men and women interacting in a salacious manner and men and women simply working together in a public place with respect and dignity. This man seems to think that women shouldn't leave the home to conduct any kind of business. This is of course contrary to Islam, which only establishes a need for an understanding between the wife and husband. During the time of the Prophet Muhammad (peace be upon him) women were out in the market doing business. It is very important that we separate religion from tradition in order to ensure success in opening the field for women to work in jobs that are not haram (forbidden). Apparently conservatives like this man don't even consider the embarrassment that some women might endure discussing panty and bra sizes with a male sales clerk. And how many husbands are eager to do this shopping on their wives' behalves? How many brothers are going to shop for their single sisters' underwear? A few years ago I did an interview with a foreign newspaper journalist, a woman. She asked me if the reason behind the conservatives' opposition to women working had anything to do with fear of women. I denied it at the time. But after listening to some of the views of conservatives in this country, I changed my mind and agreed with the reporters' sentiment. [Non-text portions of this message have been removed] Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage: http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] Mahathir Terkekeh Soeharto Lepas Tongkat
http://www.indomedia.com/bpost/052006/4/depan/utama6.htm Jika Mantan Orang Kuat Indonesia-Malaysia Rindu Mahathir Terkekeh Soeharto Lepas Tongkat Di saat Kejaksaan Agung disaput keraguan, HM Soeharto justru unjuk diri. Baru saja unjuk kebugaran dalam perhelatan pernikahan cucunya, Rabu (3/5) kemarin, main cium pipi dengan sohibnya, Dr Mahathir Mohammad. AP/DITA ALANGKARA TERSENYUM - Mantan Presiden Soeharto bersalaman dengan PM Mahathir Mohammad di Jakarta. Rumah mentereng bersaput tumbuhan perdu di Jalan Cendana 8 Jakarta Pusat kemarin pagi, adem ayem saja. Petugas keamanan yang berjaga di rumah mantan Presiden Indonesia ini tampak santai, meski sesekali lalu lalang. Suasana baru ramai ketika jarum jam mendekati pukul 10.30 WIB. Ketika itu rombongan wartawan berdatangan. Selang beberapa menit kemudian, konvoi mobil yang dikawal petugas voorijder memasuki halaman rumah tersangka aneka kasus KKN di negeri ini. Sontak semua orang di rumah mewah ini super sibuk melakukan penyambutan. Tak terkecuali Siti Hardiyanti Rukmana yang telah berdiri di teras rumah. Wajar memang, karena di rumah ini akan ada pertemuan dua mantan pemimpin kuat di Asia. Siapa lagi kalau bukan sohib Soeharto dari Malaysia. Dr Mahathir Mohammad, sang mantan Perdana Menteri (PM) Malaysiayang dikenal luas di dunia. Mahathir berkunjung bersama istri dan para pembantunya. Mereka tiba di rumah Soeharto, sekitar pukul 10.30 WIB. Begitu menginjakkan kaki di halaman rumah asri Soeharto, Mahathir langsung turun dari mobil sedan Mercy terbaru warna hitam. Siti Hardiyanti Rukmana yang akrab disapa Mbak Tutut segera mengulumkan bibir, tanda selamat datang. Mengenakan jas abu-abu, Mahathir segera menjabat tangan Mbak Tutut yang kemarin mengenakan busana dengan perpaduan warna kuning-oranye. Mahathir langsung dipersilakan masuk menemui tokoh utama Orde Baru (Orba). Soeharto sendiri tak tampak keluar rumah saat Mahathir tiba. Padahal, sebenarnya ia cukup sehat untuk menemui tamu agungnya itu. Kondisi Soeharto beberapa hari lalu, masih bugar sehingga bisa mengikuti prosesi pernikahan cucunya, Gendhis Trihatmodjo sampai selesai. Mantan dua tokoh kuat di Asia itu, bertemu selama hampir 1 jam hanya untuk kangen-kangenan. Siti Hutami Endang Adiningsih (Mamiek), putri Soeharto yang turut mendampingi, menampik adanya sinyalemen adanya agenda politik tertentu. Pertemuan mendadak itu digambarkan sebagai ajang melepas rindu dua tokoh sepuh yang lama tak bertemu. Tak ada pembicaraan masalah-masalah serius. Keduanya sudah lama tidak bertemu, sudah empat tahun. Keduanya saling tertawa saja. Pak Mahathir memang sempat menanyakan soal makanan dan kesehatan Bapak, kata Mamiek. Tak bedanya, Mien Uno yang ikut mendampingi Soeharto. Nggak ada pembicara politik. Biasa kangen-kangenan saja, tandasnya. Menurut Mien, kunjungan Mahathir kemarin terkait perannya sebagai keynote speaker pada seminar tentang Nasionalisme di Era Globalisasi yang digelar di Hotel Shangri-la hari ini. Mahathir meninggalkan rumah Soeharto sekitar pukul 11.20 WIB diantar Soeharto, Tutut, Mamiek dan Mien Uno. Soeharto sempat melambaikan tangan kepada wartawan. Sebelum berpamitan, Mahathir berpelukan dengan Soeharto. Saat melepas kepergian tamu agungnya, Soeharto yang kemarin berjalan tanpa tongkat sempat berciuman pipi. Kunjungan Dr Mahathir ke Indonesia ini merupakan kali kedua setelah lengser dari jabatannya pada akhir Oktober 2003. Sebelumnya, ia melawat ke Jakarta dan Bandung Februari 2004 lalu. Usia kedua sahabat itu hanya terpaut empat tahun. Mahathir, 81 tahun, masih dalam keadaan bugar dan lancar berbicara. Sedang Soeharto, 85 tahun, saat berjalan biasanya menggunakan bantuan tongkat. Kejagung Bergeming Selain mengunjungi sohibnya, Mahathir mengadakan pertemuan dengan mantan Wakil Presiden, Try Sutrisno dan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Aburizal Bakrie. Agenda utama Mahathir adalah menjadi pembicara di Konferensi Pembangunan Sumber Daya Manusia Asia di Balai Sidang dan seminar yang diselenggarakan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia. Dia (Soeharto) sulit berbicara, kata Mahathir saat ditemui di Chaiman Suite lantai 35 Hotel Mulia, Senayan Jakarta Selatan. Pria kelahiran Alor Star Kedah, 10 Juli 1925 itu tetap bersikap lugas dan tegas dalam menjawab semua pertanyaan wartawan. Bagaimana pertemuan dengan Soeharto tadi? Saya gembira berjumpa kawan lama. Dia masih ingat, tapi susah berbicara. Tapi Alhamdulillah dia masih sehat, jelas Mahathir. Apa hasil pembicaraan dengan Soeharto? Tak ada. Kami bincang perkara-perkara lama, ujarnya lalu terkekeh. Ciuman antar pipi Soeharto-Mahathir memicu pelbagai spekulasi. Mantan presiden tiga dasa warsa lebih itu, apakah sehat atau sakit. Kejaksaan Agung yang lebih banyak menebar keinginan daripada langsung memeriksa Soeharto dalam kasus KKN, belum juga menunjukkan tanda-tanda keseriusannya. Janji akan menentukan pemeriksaan minggu ini, masih sebatas
[proletar] Komitmen Dalam Dunia Pendidikan Kita
http://www.indomedia.com/bpost/052006/4/opini/opini1.htm Komitmen Dalam Dunia Pendidikan Kita Oleh: Sardiansyah Raden Mas Soewardi Suryaningrat atau yang biasa kita kenal dengan Ki Hajar Dewantara, lahir di Yogyakarta pada 2 Mei 1889. Ia merupakan Bapak Pendidikan Nasional Bangsa Indonesia dan seorang pendiri Nationaal Onderwijs Intituut Tamansiswa (Perguruan Nasional Tamansiswa). Karena buah pemikirannya, bangsa ini memiliki warisan pemikiran dasar pendidikan untuk memajukan bangsa secara keseluruhan tanpa membedakan agama, etnis, suku, budaya, adat, kebiasaan, status sosial, dan sebagainya. Tidak salah, jika tanggal kelahiran Ki Hajar Dewantara ini kita peringati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Namun hambar rasanya Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), saat kita melihat dunia pendidikan nasional yang hampir selalu muncul sederet bayangan keprihatinan, kepahitan, kegagalan, kekesalan, dan kegeraman. Semakin banyak saja pakar, sarjana dan orang awam yang menuding pendidikan nasional sebagai faktor utama penyebab bertahannya krisis multidimensional yang masih menjerat bangsa kita. Misalnya, kesejahteraan guru yang hingga saat ini masih rendah, fasilitas pendidikan yang menurut Prof Dr H Winarno Surahmat MSc Ed dalam puisinya pada peringatan HUT ke-60 PGRI seperti kandang ayam, biaya pendidikan yang tiap tahun semakin meningkat, ijazah palsu yang terus bergentayangan, masih banyaknya lembaga pendidikan yang mengobral gelar tanpa memperhatikan hasil yang diperolehnya, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, tidak salah jika sebagian orang beranggapan, setiap perayaan Hardiknas pada 2 Mei, menjadi sebuah simbol dan seremonial belaka agar kita bisa dikatakan sebagai masyarakat yang peduli terhadap dunia pendidikan. Dilihat dari peraturan dan perangkat hukum tentang pendidikan yang hingga saat ini dikeluarkan pemerintah, menunjukkan, pemerintah benar-benar berkomitmen untuk membawa dunia pendidikan kita lebih maju. Bahkan, sejak bangsa ini memproklamasikan diri menjadi sebuah negara yang merdeka, pemerintah kita sudah berkomitmen untuk bisa maju dalam bidang pendidikan. Hal ini terbukti dengan hadirnya kalimat 'mencerdaskan kehidupan bangsa' dalam Pembukaan UUD 1945. Tetapi dilihat dari pelaksanaan peraturan dan perangkat hukum tersebut di lapangan, tentu kita kesulitan melihat keseriusan komitmen pemerintah terhadap dunia pendidikan nasioanal. Buktinya, hingga saat ini pemeritah belum mampu melaksanakan amanat UUD 1945 Bab XIII Pasal 31 ayat 4. Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurangnya 20 persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN), serta dari anggaran pendapatan dan anggaran belanja daerah (APBD) untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. Selain itu, dari sekian banyak peraturan pemerintah dan perangkat hukum tentang pendidikan nasional, kita masih belum menemukan cetak biru yang bisa menunjukkan ke mana arah dunia pendidikan kita akan dibawa. Pasalnya, setiap pemerintahan berganti maka kebijakan terhadap pendidikan pun turut berganti. Lihat saja, bagaimana kurikulum yang dulunya dianggap sangat sesuai dengan semangat otonomi yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), begitu mudahnya ditarik kembali ke sarangnya oleh pemerintah dengan alasan tidak dapat diterapkan. Padahal, tidak sedikit dana yang dikeluarkan untuk melaksanakan ujicoba kurikulum tersebut. Kini, kurikulum baru pun mulai diujicoba kembali dengan anggaran ujicoba yang baru pula. Melihat kondisi seperti ini, masa depan bangsa ini tidak akan cerah jika pemerintah kita tidak melakukan perbaikan dan pembangunan di sektor pendidikan secara besar-besaran sejak saat ini juga. Kalau kita tidak mau melakukan perubahan, akibat yang akan kita rasakan --paling sedikit-- adalah semakin bertambahnya jumlah anak yang tidak bisa mengenyam pendidikan. Begitu juga dengan jumlah penduduk yang masuk dalam kategori buta huruf secara alpabetikal. Komitmen Untuk bisa melakukan perubahan, pemerintah bersama-sama seluruh elemen masyarakat harus mampu berkomitmen dengan serius dan benar-benar untuk bisa membawa pendidikan kita bisa lebih maju, serta membuang rasa komitmen setengah hati seperti yang terjadi saat ini. Negara tetangga kita di wilayah Asia seperti Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Thailand, dan Filipina memiliki komitmen yang tinggi terhadap dunia pendidikan. Besarnya komitmen mereka terhadap pendidikan ini, dunia pendidikan di negara tersebut tidak mengalami keterpurukan yang panjang ketika krisis ekonomi menyerang Asia pada pertengahan 1997. Kalau kita mau melihat kembali ke belakang, saking besarnya komitmen pemerintah Jepang terhadap dunia pendidikan di negaranya. Setelah mengalami kekalahan pada Perang Dunia II, pertama kali dibangkitkan pemerintahan Jepang adalah sektor pendidikan. Bahkan, hal yang ditanyakan kaisar Jepang pasca-PD II itu adalah berapa banyak jumlah guru yang tersisa. Bukan, berapa banyak tank atau persenjataan lainnya
[proletar] Buruh Ngamuk, Jakarta Lumpuh
GALAMEDIA 04/05/2006 Buruh Ngamuk, Jakarta Lumpuh engkos kosasih/gm RATUSAN petugas dilengkapi kendaraan lapis baja dan senjata gas air mata berusaha membubarkan aksi buruh yang melakukan perusakan di depan Gedung DPR/MPR RI, Jln. Gatot Subroto Jakarta, Rabu (3/5). JAKARTA, (GM).- Aksi demo sekitar 120 ribu buruh yang dimobilisasi Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) di halaman Gedung DPR/MPR RI di Jln. Gatot Subroto Jakarta, Rabu (3/5) berakhir rusuh. Buruh mengamuk karena pimpinan DPR RI dinilai lambat merespons tuntutan mereka agar mengeluarkan pernyataan resmi yang menolak draf (rancangan) revisi Undang-undang Ketenagakerjaan (UUK) No. 13 Tahun 2003. Akibat amuk buruh tersebut, Kota Jakarta, khususnya di sekitar Jln. Gatot Subroto, Jln. M.H. Thamrin, dan sejumlah ruas jalan lainnya lumpuh total mulai pukul 10.00 WIB hingga pukul 17. WIB. Pemantauan wartawan HU Galamedia, Engkos Kosasih yang meliput langsung jalannya aksi tersebut menunjukkan, para buruh yang kali ini massanya jauh lebih besar dibandingkan dengan aksi buruh dua hari sebelumnya tampak beringas dan anarkis. Dalam aksi kemarin, para buruh tampak tidak terkendali. Sekira pukul 13.15 WIB puluhan oknum buruh mendobrak dan menjebol pagar Gedung DPR RI sepanjang 8 meter dan tinggi 2,5 meter. Namun, aksi buruh berhasil dihadang oleh ratusan petugas kepolisian yang dilengkapi senjata dan peralatan pengamanan lainnya sehingga aksi mereka sulit menerobos barikade petugas. Para buruh kembali beringas, ketika menunggu surat resmi penolakan draf revisi UUK dari DPR RI. Bahkan, Wakil Ketua Umum DPP KSPSI, Syukur Sarto dan Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Pekerja Transportasi Indonesia, Karmen Siregar serta Wakil Ketua DPR RI, H. Zaenal Ma'arif yang berusaha menenangkan aksi buruh, tidak digubris oleh massa. Sebagian massa buruh malah tetap melakukan perusakan pagar pembatas jalan tol, pagar Gedung DPR RI, dan membakar ban bekas di sejumlah titik di Jln. Gatot Subroto. Selain itu, para buruh juga sempat melemparkan benda keras ke barikade petugas. Karena aksi massa makin tidak terkendali, sekira pukul 16.00 WIB sejumlah petugas kepolisian berusaha menghalau dan membubarkan massa buruh yang beringas, bertindak anarkis, dan melakukan perusakan itu. Bahkan, sesekali petugas menembakkan gas air mata kepada kerumunan massa. Akibatnya, ribuan buruh banyak yang kocar-kacir dan tunggang langgang berlarian mencari tempat aman dari gas air mata itu. Namun, aksi tersebut tidak sampai menelan korban jiwa. Setelah dilakukan tindakan represif oleh petugas, sekira pukul 16.30 WIB, kerumunan massa perlahan-lahan bisa diantisipasi dan dibubarkan. Hingga pukul 17.00 WIB, suasana Gedung DPR RI kembali bebas dari aksi buruh, sedangkan di sekitar Jln. Gatot Subroto yang sebelumnya sempat lumpuh hingga beberapa jam, kembali beroperasi. Para buruh pun kembali ke rumahnya masing-masing. Pemicu kerusuhan Keberingasan sebagian oknum buruh itu diduga pemicunya adalah pernyataan pemerintah yang bersikeras memaksakan kehendaknya merevisi UUK tersebut. Selain itu, juga dipicu oleh keterlambatan lembaga legislatif yang diminta buruh agar membuat pernyataan resmi yang berisi penolakan terhadap draf revisi UUK itu. Bahkan, sekitar 50 orang perwakilan buruh yang tengah berdialog dengan Wakil Ketua DPR RI, Soetardjo Surjoguritno dan H. Zaenal Ma'arif serta Ketua Komisi IX DPR RI, dr. Ribka Tjiptaning malah berlangsung kisruh. Setelah sekitar 30 menit melakukan dialog, Soertadjo langsung menandatangani pernyataan sikapnya, yaitu menolak dengan tegas amandemen/revisi UUK, mendukung gerakan KSPSI dalam melakukan penolakan revisi UUK, dan tidak akan melakukan pembahasan terhadap revisi UUK tersebut. Akan tetapi, pernyataan wakil dewan itu langsung ditolak oleh perwakilan para buruh. Sebab, dalam pernyataan sikapnya, anggota dewan itu dinilai tidak legal karena tidak menggunakan kop surat dan cap lembaga DPR RI. Penolakan buruh itu menjadikan suasana kisruh. Untuk mengendalikan emosi para buruh, Wakil Ketua DPR RI, H. Zaenal Ma'arif kembali mendatangi perwakilan para buruh yang tengah menunggunya di ruang Nusantara I itu. Karena tidak ada kesepakatan dalam dialog yang kedua kalinya, akhirnya para pimpinan di lembaga DPR RI itu secara mendadak mengadakan rapat pimpinan (rapim). Pernyataan yang ditandatangani para anggota dewan itu diragukan legalitas dan pertanggungjawabannya. Ada indikasi apa dengan lembaga dewan itu sehingga tidak mengeluarkan surat pernyataan resmi penolakan revisi UUK? ujar Ahmad Setiadi, pengurus DPC KSPSI Banten kepada wartawan. Di tempat yang sama, Kusnadi dari pengurus DPC KSPSI Tangerang menambahkan, ia mengharapkan DPR RI mengeluarkan pernyataan resmi penolakan amandemen UUK dengan dibubuhi kop surat lembaga tersebut. Akhinya, setelah lama menunggu di ruang sidang Nusantara I itu, sekira pukul 17.00