Bosan!
Topic Abadi yang akan terus ada di setiap mailing list milik orang Indonesia adalah tentang agama...apalagi kalau bukan Islam dan Kristen. Itu saja...dari hari ke hari, bulan ke bulan sampai tahun ke tahun... Heran saya, kok ngga ada lelah lelahnya dan bosan bosannya orang orang yang mampu berlangganan internet dan berpendidikan cukup tinggi dan pastinya adalah kelompok ekonomi menengah, untuk terus dan terus dan terus memperdebatkan topic agama ini...emang ngga ada topic yang lain apa? maksud saya di atas...sebagai orang yang makmur dan pinter..., paling ngga punya sedikit rasa bosen dong...masak dari dulu agaammm mulu yang diomongin? Yah sekali sekali ngga apa apa lah... lah ini? Udah namanya PERMIAS mailing list...yang sebenarnya mailing list yang di tujukan untuk MAHASISWA INDONESIA DI AMERIKA, dan yang saya harap disini adalah informasi yang berguna untuk MAHASISWA seperti tentang sekolah/universitas, event seperti Indonesian Night, informasi tentang tax, hiburan dan music, asuransi mobil yang murah, dan sebagai nya dan sebagai nya yang berguna bagi kehidupan MAHASISWA sehari hari... tapi yang saya terima di mailbox saya cuma, paling tidak 50 persen isi email dari PERMIAS saban hari pasti menyangkut agama...trus pasti isinya pembicaraan tentang agama Islam dan Kristen... Saya ngga pernah liat yang Budha dan Hindu tuh? mana yah? hehehe Bukannya saya komunis atau anti agama...tapi..ya tolong lah...saya ini Mahasiswa dan butuh informasi yang lain. Saya ngga butuh informasi tentang agama. Kalau si Pohan Islam dan Babeh napitupulu Kristen dan sebagainya..dan sebagainya.. saya ngga ambil pusing. Itu kebebasan beragama masing masing. Tapi yah...namanya ini FORUM MAHASISWA, bukan FORUM AGAMAcukup pembicaraan tentang debat agama. Jadi..sekali lagi, tolong bapak bapak, ibu ibu, om om dan tante tante: Jangan jadikan Permias mailing list seperti mailing list indonesia yang lain. Berikan lah opini dan informasi anda yang berguna bagi kehidupan mahasiswa.., terutama bagi kita yang di Amerika. Cukup bicara tentang agama... lebih baik anda gunakan telpon saja atau datang ke lawan bicara masing masing biar puas berdialog tentang agama. Maaf yah..tapi saya sudah terlalu bosan. Saatnya untuk mengeluarkan keberatan saya. Boy
Re: Anggota DPRD I SUMUT dikuasai orang asal TIMTIM
In a message dated 6/7/99 2:38:47 AM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED] writes: Taroklah anggota DPRD tingkat I Sumatera Utara sekarang ini dikuasai oleh mereka asal dari Timor Timur. Lalu muncul protes dari berbagai segmen masyarakat Sumatera Utara akibat komposisi anggota seperti itu, baik secara langsung maupun melalui brosur. Apakah saya harus memberi komentar seperti berikut ini ? "HENDAKNYA MASALAH ETNIK NGGAK USAH DIBAWA-BAWA DALAM URUSAN ANGGOTA DPRD I. YANG PENTING MEREKA MENYALURKAN ASPIRASI MASYARAKAT SUMATERA UTARA, SEPERTI ADAT-ISTIADATNYA SAMPAI SOSIAL-POLITIKNYA. BUKANKAH KITA NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA, BUKAN NEGARA YANG BERDASARKAN ETNIK?" Salam, Nasrullah Idris Ngga usah banyak komentar, pilih aja partai lain yg menurut anda terbaik. Kalau menurut anda yg terbaik adalah yg berasal dari putra daerah, ya silahkan. Kalau menurut anda yg terbaik adalah yg bisa memperjuangkan nasib anda tanpa memandang dari mana asal dia, juga ngga ada salahnya. Saya pribadi cenderung ngga permasalahkan latar belakang orang tersebut, apakah dia putra daerah atau tidak, rasnya sama dengan saya atau tidak, agamanya sama dengan saya atau tidak. Yang penting orangnya memang punya kapasitas yg bagus. AS bisa maju karena orang2 banyak yg punya pemikiran seperti itu. AS bisa seperti sekarang bukan terjadi dalam satu dua malam saja tapi melalui proses. Intinya, niat untuk mencari yg terbaik. Karenanya, sayang sekali kalau Indonesia tidak mau belajar dari fenomena tersebut. Saya yakin, proses belajar sedang berlangsung di Indonesia. Karenanya usaha2 untuk membawa kembali Indonesia ke pola pikir sempit akan tidak akan pernah bisa saya setujui sampai kapan pun. jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu
Re: Makna kecurangan dalam jual beli itu sangat luas.
In a message dated 6/7/99 2:39:13 AM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED] writes: Makna kecurangan dalam jual beli itu sangat luas. Misalkan saya menjual mangga dalam suatu kotak/kardus. Tetapi sudah punya niat buruk. Yaitu berusaha agar pembeli tidak melihat mangga sebelum transaksi. Soalnya kalau diperlihatkan maka dipastikan konsumen tidak akan membelinya. Berarti saya sudah punya niat jelek. Memang secara hukum sih nggak ada masalah. Karena transaksi sudah jalan. Kita boleh saja mengatakan bahwa jual-beli itu berlangsung secara wajar. Tetapi cobalah tanyalah hati anda : apakah kerjaan saya itu bermoral ? Salam, Nasrullah Idris Di AS, kalau barang yg dipromosikan tidak sesuai dengan janji yg diberikan, bisa di refund. Barang dikembalikan dan uang anda kembali. jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu
Re: Anggota DPRD I SUMUT dikuasai orang asal TIMTIM
Salam, Taroklah pendapat Nasrullah benar terjadi, masyarakat Sumut pasti tidak menolak mayoritas Timtim tadi. Banyak teman saya-- terutama dari Medan-- percaya bahwa orang Timtim itu penuh persahabatan, manis, gaul, dan menyenangkan. Namun ada seorang teman yang justru mengaitkannya dengan kecantikan Sonia Carrascalao. Lantas seorang teman Timtim saya bilang, ''Sonia itu hanya satu dari yang tampak. Datanglah ke Dili. Bahkan Sonia nggak ada apa-apanya.'' Apa artinya itu? Kecantikan dan keindahan gampang mewarnai opini politik orang. salam, ramadhan pohan ## , In a message dated 6/7/99 11:00:38 AM !!!First Boot!!!, [EMAIL PROTECTED] writes: In a message dated 6/7/99 2:38:47 AM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED] writes: Taroklah anggota DPRD tingkat I Sumatera Utara sekarang ini dikuasai oleh mereka asal dari Timor Timur. Lalu muncul protes dari berbagai segmen masyarakat Sumatera Utara akibat komposisi anggota seperti itu, baik secara langsung maupun melalui brosur. Apakah saya harus memberi komentar seperti berikut ini ? "HENDAKNYA MASALAH ETNIK NGGAK USAH DIBAWA-BAWA DALAM URUSAN ANGGOTA DPRD I. YANG PENTING MEREKA MENYALURKAN ASPIRASI MASYARAKAT SUMATERA UTARA, SEPERTI ADAT-ISTIADATNYA SAMPAI SOSIAL-POLITIKNYA. BUKANKAH KITA NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA, BUKAN NEGARA YANG BERDASARKAN ETNIK?" Salam, Nasrullah Idris Ngga usah banyak komentar, pilih aja partai lain yg menurut anda terbaik. Kalau menurut anda yg terbaik adalah yg berasal dari putra daerah, ya silahkan. Kalau menurut anda yg terbaik adalah yg bisa memperjuangkan nasib anda tanpa memandang dari mana asal dia, juga ngga ada salahnya. Saya pribadi cenderung ngga permasalahkan latar belakang orang tersebut, apakah dia putra daerah atau tidak, rasnya sama dengan saya atau tidak, agamanya sama dengan saya atau tidak. Yang penting orangnya memang punya kapasitas yg bagus. AS bisa maju karena orang2 banyak yg punya pemikiran seperti itu. AS bisa seperti sekarang bukan terjadi dalam satu dua malam saja tapi melalui proses. Intinya, niat untuk mencari yg terbaik. Karenanya, sayang sekali kalau Indonesia tidak mau belajar dari fenomena tersebut. Saya yakin, proses belajar sedang berlangsung di Indonesia. Karenanya usaha2 untuk membawa kembali Indonesia ke pola pikir sempit akan tidak akan pernah bisa saya setujui sampai kapan pun. jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu
Re: Anggota DPRD I SUMUT dikuasai orang asal TIMTIM
Salam, Wah...kalau bicara tentang mayoritas ini mesti hati-hati nih Buktinya yang dulu-dulu...bukannya Indonesia maju seperti Amerikamalah jeblok gara-gara perkoncoan yang dilakukan oleh golongan "mayoritas"... Ngga' ada kontrol sih.jadi sederhananya sekarang ini baiknya (sementara) jangan ada mayoritas gitu...apalagi sampai ada kata "dikuasai"... hiiingeri tuhntar kejadian lagi.kaya' dulu. Berjuang sih berjuang tapi yang lain juga mesti diberi tempat dong(apalagi yang ciamik seperti temannya bung Madhan itu...?? iya bung Madhan ?..he..he...) --- Ramadhan Pohan [EMAIL PROTECTED] wrote: Salam, Taroklah pendapat Nasrullah benar terjadi, masyarakat Sumut pasti tidak menolak mayoritas Timtim tadi. Banyak teman saya-- terutama dari Medan-- percaya bahwa orang Timtim itu penuh persahabatan, manis, gaul, dan menyenangkan. Namun ada seorang teman yang justru mengaitkannya dengan kecantikan Sonia Carrascalao. Lantas seorang teman Timtim saya bilang, ''Sonia itu hanya satu dari yang tampak. Datanglah ke Dili. Bahkan Sonia nggak ada apa-apanya.'' Apa artinya itu? Kecantikan dan keindahan gampang mewarnai opini politik orang. salam, ramadhan pohan ## , In a message dated 6/7/99 11:00:38 AM !!!First Boot!!!, [EMAIL PROTECTED] writes: In a message dated 6/7/99 2:38:47 AM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED] writes: Taroklah anggota DPRD tingkat I Sumatera Utara sekarang ini dikuasai oleh mereka asal dari Timor Timur. Lalu muncul protes dari berbagai segmen masyarakat Sumatera Utara akibat komposisi anggota seperti itu, baik secara langsung maupun melalui brosur. Apakah saya harus memberi komentar seperti berikut ini ? "HENDAKNYA MASALAH ETNIK NGGAK USAH DIBAWA-BAWA DALAM URUSAN ANGGOTA DPRD I. YANG PENTING MEREKA MENYALURKAN ASPIRASI MASYARAKAT SUMATERA UTARA, SEPERTI ADAT-ISTIADATNYA SAMPAI SOSIAL-POLITIKNYA. BUKANKAH KITA NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA, BUKAN NEGARA YANG BERDASARKAN ETNIK?" Salam, Nasrullah Idris Ngga usah banyak komentar, pilih aja partai lain yg menurut anda terbaik. Kalau menurut anda yg terbaik adalah yg berasal dari putra daerah, ya silahkan. Kalau menurut anda yg terbaik adalah yg bisa memperjuangkan nasib anda tanpa memandang dari mana asal dia, juga ngga ada salahnya. Saya pribadi cenderung ngga permasalahkan latar belakang orang tersebut, apakah dia putra daerah atau tidak, rasnya sama dengan saya atau tidak, agamanya sama dengan saya atau tidak. Yang penting orangnya memang punya kapasitas yg bagus. AS bisa maju karena orang2 banyak yg punya pemikiran seperti itu. AS bisa seperti sekarang bukan terjadi dalam satu dua malam saja tapi melalui proses. Intinya, niat untuk mencari yg terbaik. Karenanya, sayang sekali kalau Indonesia tidak mau belajar dari fenomena tersebut. Saya yakin, proses belajar sedang berlangsung di Indonesia. Karenanya usaha2 untuk membawa kembali Indonesia ke pola pikir sempit akan tidak akan pernah bisa saya setujui sampai kapan pun. jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Anggota DPRD I SUMUT dikuasai orang asal TIMTIM
In a message dated 6/7/99 8:21:59 AM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED] writes: Namun ada seorang teman yang justru mengaitkannya dengan kecantikan Sonia Carrascalao. Lantas seorang teman Timtim saya bilang, ''Sonia itu hanya satu dari yang tampak. Datanglah ke Dili. Bahkan Sonia nggak ada apa-apanya.'' Waduh, yang bener nih lae Pohan? Gue jadi pengen maen2 dah satu saat nantike Timtim.:) Moga2 belum perlu paspor nantinya untuk ke Timtim. jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu
Re: Anggota DPRD I SUMUT dikuasai orang asal TIMTIM
From: Irwan Ariston Napitupulu [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Date: Monday, June 07, 1999 6:00 PM Subject: Re: Anggota DPRD I SUMUT dikuasai orang asal TIMTIM Ngga usah banyak komentar, pilih aja partai lain yg menurut anda terbaik. Kalau menurut anda yg terbaik adalah yg berasal dari putra daerah, ya silahkan. Kalau menurut anda yg terbaik adalah yg bisa memperjuangkan nasib anda tanpa memandang dari mana asal dia, juga ngga ada salahnya. Saya pribadi cenderung ngga permasalahkan latar belakang orang tersebut, apakah dia putra daerah atau tidak, rasnya sama dengan saya atau tidak, agamanya sama dengan saya atau tidak. Yang penting orangnya memang punya kapasitas yg bagus. AS bisa maju karena orang2 banyak yg punya pemikiran seperti itu. AS bisa seperti sekarang bukan terjadi dalam satu dua malam saja tapi melalui proses. Intinya, niat untuk mencari yg terbaik. Karenanya, sayang sekali kalau Indonesia tidak mau belajar dari fenomena tersebut. Saya yakin, proses belajar sedang berlangsung di Indonesia. Karenanya usaha2 untuk membawa kembali Indonesia ke pola pikir sempit akan tidak akan pernah bisa saya setujui sampai kapan pun. === Wah Lae Irwan Berarti apa yang anda katakan di atas itu sama dong dengan kalimat saya itu, yaitu : "HENDAKNYA MASALAH ETNIK NGGAK USAH DIBAWA-BAWA DALAM URUSAN ANGGOTA DPRD I. YANG PENTING MEREKA MENYALURKAN ASPIRASI MASYARAKAT SUMATERA UTARA, SEPERTI ADAT-ISTIADATNYA SAMPAI SOSIAL-POLITIKNYA. BUKANKAH KITA NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA, BUKAN NEGARA YANG BERDASARKAN ETNIK?" Coba netter yang lain pun memberikan komentar untuk masalah ini. Salam, Nasrullah Idris
Re: Anggota DPRD I SUMUT dikuasai orang asal TIMTIM
From: Irwan Ariston Napitupulu [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Date: Monday, June 07, 1999 6:00 PM Subject: Re: Anggota DPRD I SUMUT dikuasai orang asal TIMTIM Ngga usah banyak komentar, pilih aja partai lain yg menurut anda terbaik. Nasrullah Idris --- Bagi saya, "partai terbaik" itu ditinjau dari berbagai sisi. Untuk sisi "A" saya akan memilih kelompok Partai Islam. Untuk sisi "B" saya akan memilih "PDIP" Untuk sisi "C" saya akan memilih "GOLKAR" Untuk sisi "D" saya akan memilih "PK" Untuk sisi "E" saya akan memilih "PAN" (dan beberapa sisi lainnya) Sungguh mubazir kalau hanya mengandalkan salah satu partai saja. Malah untuk sisi umum saya akan memilih banyak partai, termasuk semua itu. Misalkan perkembangan sains/matematika/teknologi dalam rangka memberikan kehormatan bangsa dan negara, yaitu melalui kader masing-masing dengan background sains matematika teknologi. Salam, Nasrullah Idris
Re: Anggota DPRD I SUMUT dikuasai orang asal TIMTIM
In a message dated 6/7/99 9:06:31 AM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED] writes: --- Bagi saya, "partai terbaik" itu ditinjau dari berbagai sisi. Untuk sisi "A" saya akan memilih kelompok Partai Islam. Untuk sisi "B" saya akan memilih "PDIP" Untuk sisi "C" saya akan memilih "GOLKAR" Untuk sisi "D" saya akan memilih "PK" Untuk sisi "E" saya akan memilih "PAN" (dan beberapa sisi lainnya) Sungguh mubazir kalau hanya mengandalkan salah satu partai saja. Malah untuk sisi umum saya akan memilih banyak partai, termasuk semua itu. Misalkan perkembangan sains/matematika/teknologi dalam rangka memberikan kehormatan bangsa dan negara, yaitu melalui kader masing-masing dengan background sains matematika teknologi. Salam, Nasrullah Idris Irwan: tetap saja secara overall, ada satu yg terbaik tentunya dengan kekurangan2nya. Setiap orang bisa punya alasan2 yg berbeda. Dan menurut saya itu sah2 saja dalam alam demokrasi. jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu
Hasil Pemilu ?
Syukur alhamdulillah. Di-daerah saya (Kebayoran baru) untuk DPR hasilnya sbb : PDI-P 42,73 % PAN 27,98 % Golkar 6,94 % PPP6,72 % PK 3,68 % PKB2,81 % Lain-lain 9,14 % Bagaimana dengan daerah anda ? Salam, bRidWaN
Re: Anggota DPRD I SUMUT dikuasai orang asal TIMTIM
Wah, menarik nih diskusinya Nmpang tanya bung Nas... sisi C itu apaan sih isinya...:) At 08:00 PM 6/7/99 +0700, Nasrullah Idris wrote: From: Irwan Ariston Napitupulu [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Date: Monday, June 07, 1999 6:00 PM Subject: Re: Anggota DPRD I SUMUT dikuasai orang asal TIMTIM Ngga usah banyak komentar, pilih aja partai lain yg menurut anda terbaik. Nasrullah Idris --- Bagi saya, "partai terbaik" itu ditinjau dari berbagai sisi. Untuk sisi "A" saya akan memilih kelompok Partai Islam. Untuk sisi "B" saya akan memilih "PDIP" Untuk sisi "C" saya akan memilih "GOLKAR" Untuk sisi "D" saya akan memilih "PK" Untuk sisi "E" saya akan memilih "PAN" (dan beberapa sisi lainnya) Sungguh mubazir kalau hanya mengandalkan salah satu partai saja. Malah untuk sisi umum saya akan memilih banyak partai, termasuk semua itu. Misalkan perkembangan sains/matematika/teknologi dalam rangka memberikan kehormatan bangsa dan negara, yaitu melalui kader masing-masing dengan background sains matematika teknologi. Salam, Nasrullah Idris
Re: Cerita tentang Teman asal Irian Jaya
Wahakhirnya keluar juga usulan yang realistis, jempol deh buat bung Pattiwael. Tinggal sekarang bagaimana caranya supaya rencana tadi bisa terwujud ? Ayo bung Jayanimbrung gih...kita pakai usulan dari bung Pattiwael sebagai titik awal. Buat bung Pattiwael, belum dijawab tuh masalah LSM yang paling kuat memperjuangkan nasib saudara kita yang di Irian. Sorry, kalau WALHI sih hanya satu sisi saja walaupun masalah lingkungan itu memang termasuk masalah yang besar / penting, tetapi maksud saya LSM yang secara keseluruhan memperjuangkan nasib Irian. Terus, jangan mutung gitu dong, kok maunya pulang 'aja. Selesaikan dulu dah urusan disini...atau kalau udah selesai sekolahnyabikin kek perusahaan disini, terus sebagian labanya ditransfer ke Indoitu baru siip.. Ngomong-ngomong mengenai perusahaan, ada ide bagus nih..sayangnya "modal awal"-nya belum cukup nih... tertarik ? NB: bung Pattiwael, Yapto itu wong Solo. Salam. --- Andrew G Pattiwael [EMAIL PROTECTED] wrote: ini deh Bung Jaya, anda bisa email bapak saya yang kebetulan adalah penanggung kehidupan saya d/a yang ngebiyayaiin saya. [EMAIL PROTECTED] tanyakan pada beliau, bisa ngga saya dipulangkan... saya terus terang nga nolak, dah bosan tinggal di Amerika (Pengen Ikut Demo) kalau anda sendiri bagaimana? jangan hanya saya saja yang ditanya... anda mau pulang? kan lumayan tuh instansi yang ngirim anda bisa hemat devisa dollar. yah..mungkin untuk dampaknya...paling instansi anda akan mundur beberapa tahun, mengingat anda drop out dan ilmu yang seharusnya anda berikan jadi harus dicari ditahun depan. Kalau saya? Freeport sudah kebanyakan Graduate dari Amerika, Expats kan masih bisa disewa..walau costnya bisa beberapa kali lipat dari Orang Indonya sendiri...ngga akan ada kemunduranPaling DepNaKer yang teriak.. kalau hanya saya yang dipulangkan? hmnnnmungkin bisa bangun beberapa gedung sekolah, ngga usah muluk2 lah... tapi kalau ratusan juta dollar yang 'disumbangkan' oleh Freeport ke Pemerintah Indonesia dalam bentuk royalti itu : 1.Tidak bocor ketangan-tangan jail yaitu pemerintah yang korup 2.Tidak dipotong sana sini untuk sumbangan kepada Cendana Tapi bisa dibangun : 1. Jalan tembus Timika-Wamena-Jayapura 2. Mempercanggih kampus Universitas Cendrawasih 3. Membangun gedung-gedung pendidikan bagi masyarakat Amungme 4. Mendirikan MCK bagi masyarakat umum di kampung Banti, Tsinga 5. Memberikan keuangan kepada generasi muda Amungme untuk melanjutkan pendidikan di Jayapura, Biak, Ujung Pandang ataupun di P. Jawa ngga usah muluk2,cukup sampai Perguruan Tinggi Negeri 6. Memberikan tambahan modal bagi wiraswastawan Amungme ataupun petani umbi-umbian agar setidaknya mereka bisa mencukupi kebutuhan pangan mereka sendiri. 7. Memberikan fasilitas perumahan mudah bagi penduduk amungme 8. Membangun prasaran Puskesmas yang memadai bagi masyarakat Amungme 9. Membersihkan limbah yang mengotori sungai Otakwa, atau setidaknya memberikan fasilitas air minum dan air mandi bagi penduduk yang tinggal disekitar sungai Amungme. 10.Kalau setidaknya beberapa saja yang dipenuhi, mungkin hati rakyat amungme masih bisa kita dapati. Masyarakat Amungme hanya meminta 1% saja dari penghasilan Freeport, dan itu sampai hari ini belum juga dipenuhi. Padahal sudah didiskusikan dengan mantan Pangkostrad, Bapak Prabowo yang saat itu bertugas sebagai Danjen Kopassus. Hanya 1% dan tidak ada jalan temunyaBagaimana Bapak. James Moffet(Chairman and President Director of Freeport McMoRan) Andrew Pattiwael On Sat, 5 Jun 1999, FNU Brawijaya wrote: Bagaimana kalau dimulai dari anda sendiri. Misal anda kan bisa pulang, dan biaya yang dapat dihemat oleh pengiriman anda dipindahkan untuk remaja- remaja Irian Jaya untuk mendirikan sekolah-sekolah baik SD, SMP, dan SMA. Misalnya yasetahun $80,000 x 4 tahun = $320,000 x Rp 10,000 = Rp 3,200,000,000.00 Misal membangun gedung SD, SMP, SMA masing-masing 1 unit habis Rp. 1 milyar, maka kira-kira biaya operasional masih ada Rp 2.2 milyar. Asumsi Depdikbud ikut cawe-cawe dalam menyediakan dana untuk alat praktikum dll. Biaya guru, misal satu SD butuh 10 orang, SMP 10 orang, SMA 10 orang guru. Total 30 orang. Berhubung di tempat yang agak susah, maka gaji guru ditambah rupa-rupa biar betah adalah Rp 1.5 juta per orang (10 kali lipat gaji PNS lulusan S1 Gol IIIA). Maka total pengeluaran gaji adalahwah susah ngetung. Gaji digenepin Rp 2 juta, maka total pengeluaran untuk guru = Rp 60 juta per bulan, atau Rp 720 juta/tahun. Sisa anggaran Rp 2.2 milayr jadinya pas untuk gaji guru 30 orang selama 3 tahun. Hmm...banyak juga ya? Ya ini kan cuman etung-etungan kasar banget.hehe '-- Andrew G Pattiwael wrote: _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Anggota DPRD I SUMUT dikuasai orang asal TIMTIM
Demikian jugakah sikap anda kalau mau memilih makanan, sepatu, pakaian, sekolah, teman, bahkan.. istri? Ah., betapa malangnya anda kang Nasrul Salam, Budi At 08:00 PM 6/7/99 +0700, you wrote: From: Irwan Ariston Napitupulu [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Date: Monday, June 07, 1999 6:00 PM Subject: Re: Anggota DPRD I SUMUT dikuasai orang asal TIMTIM Ngga usah banyak komentar, pilih aja partai lain yg menurut anda terbaik. Nasrullah Idris --- Bagi saya, "partai terbaik" itu ditinjau dari berbagai sisi. Untuk sisi "A" saya akan memilih kelompok Partai Islam. Untuk sisi "B" saya akan memilih "PDIP" Untuk sisi "C" saya akan memilih "GOLKAR" Untuk sisi "D" saya akan memilih "PK" Untuk sisi "E" saya akan memilih "PAN" (dan beberapa sisi lainnya) Sungguh mubazir kalau hanya mengandalkan salah satu partai saja. Malah untuk sisi umum saya akan memilih banyak partai, termasuk semua itu. Misalkan perkembangan sains/matematika/teknologi dalam rangka memberikan kehormatan bangsa dan negara, yaitu melalui kader masing-masing dengan background sains matematika teknologi. Salam, Nasrullah Idris
Sekali lagi OPOSISI
Hasil sementara menunjukkan PDI-P memenangkan jumlah perolehan suara. Skenario koalisi yang selama ini kita bayangkan rupanya tidak perlu terjadi. Bila sampai akhir perhitungan ternyata koalisi tidak perlu dibentukpun saya malah gembira, artinya tidak perlu terdapat potensi gontok-gontokan internal. Bikin pembangunan tersendat-sendat mulu Siapapun pemenangnya, saya rasa tidak perlu bersedih, wong memang mau berdemokrasi ya begini ini. AR menyampaikan bahwa bila PAN menang, maka ia akan melibatkan unsur dari partai lain. Kelihatannya bagus ya cuman saya melihat ada drawback yg cukup serius. Ini dapat jadi potensi bahwa tokoh-tokoh yang dari partai lain akan terbebani rasa terima kasih, sehingga oposisi tidak terbentuk. Mungkin AR perlu memikirkan hal ini lagi. Demikian pula bila PDI-P yang menang, saya kira partai lain tidak perlu dilibatkan dalam kabinet. Sebaliknya partai lain dapat menjadi partai oposisi. Dengan demikian jalannya kekuasaan dapat terkontrol. Saya malah merasa aneh bila sudah menang absolut kok pake koalisi segala. Juga mengapa mesti ambil tokoh dari partai lain. Kan ini dapat diartikan sebagai kekurangan resource partai yang bermutu? Atau dapat pula diartikan sebagai usaha melanggengkan kekuasaan kan? Wah, ane sedih ini jagoan ane kalah...payeh Untuk sementara, selamat untuk PDI-P. Sementara lho -- Salam, Jaya -- I disapprove of what you say, but I will defend to death your right to say it. - Voltaire \\\|/// \\ - - // ( @ @ ) oOOo-(_)-oOOo--- FNU Brawijaya Dept of Civil Engineering Rensselaer Polytechnic Institute mailto:[EMAIL PROTECTED] Oooo oooO ( ) ( ) ) / \ ( (_/ \_)
Re: Hasil Pemilu ?
Salam, Sampai perhitungan suara sementara-- barusan saya menelepon ke Indonesia-- urutan terbesar suara sementara: PDI-P, Golkar, PAN. Pulau Jawa sebagai pemilih mayoritas menempatkan PDI-P di urutan pertama. Menurut rekan di kantor saya, PDI-P seperti sudah tak tertahankan memenangkan pemilu. Di Washington sendiri, orang-orang baru nyoblos. Tetapi seperti laporan saya, tampaknya didominasi oleh PDI-P dan PAN. Siapa pun atau partai apapun yang menang, sekali lagi, harus kita terima dan selanjutnya mendukung Jalan Baru Indonesia. Itu kalau mau disebut demokrat sejati. Jika tidak, sampai kapan pun kita akan tetap sakit. Salam, ramadhan pohan (penyimak pinggiran) # # # PEMILU 1999 PDI-P DAN PAN UNGGUL SEMENTARA DI KAWASAN MENTENG Jakarta, 7/6 (ANTARA) - Hasil penghitungan di beberapa Tempat Pemungutan Suara (TPS) di daerah elit Menteng, Jakarta Pusat, termasuk di TPS tempat mantan Presiden Soeharto mencoblos, Senin sore, menunjukkan keunggulan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dan PAN, sedangkan PPP unggul di tempat lain. Sementara itu, dari beberapa TPS yang dijadikan sampel, tampak distribusi suara hanya kepada belasan partai dari 48 partai yang mengikuti Pemilu 1999. Di TPS No. 02 Menteng, tempat Pak Harto dan keluarga mencoblos, PDI-P memperoleh 90 suara, disusul PAN 60, Partai Republik 39, Partai Golkar 32, PPP 16, PKB 12, PBB 10 dan PK 9. Begitu juga TPS 11 Menteng, tempat kawasan elit lainnya, PDI-P memperoleh 146 suara, disusul secara berturut-turut oleh PAN dengan 76 suara, Golkar 25, PBB 9, PPP 24, PKP 7, PUI 2, Partai Krisna 1, PDKB 1, PRD 1, PKD 1. Di TPS No. 03, Menteng, PDI-P 231, PAN 64, Golkar 44, PKP 24, PPP 18, PKB 12. Keunggulan PDI-P juga tampak terjadi di TPS di pusat niaga elektronik Glodok, yang sebagian besar dihuni oleh warga keturunan Tionghoa. Di TPS 01 Kelurahan Glodog, PDI-P memperoleh 278 suara disusul Partai Bhineka Tunggal Ika Indonesia (PBI) dengan 38, Golkar 19, PPP 9, PKB 5, PAN 5, Partai Persatuan 2, PK 1, Partai Suni 1 dan PKP 1. Begitu juga di TPS 04 Kelurahan Glodog, PDI-P memperoleh 301, PBI 35, disusul Golkar 34, PAN 8, PPP 6, PKB 4, PUDI, PUI, Krisna masing-masing 2, PBB, PND, PKD, PDKB, PKP, dan Partai Persatuan masing-masing 1. Di beberapa daerah permukiman lain, PDI-P juga menunjukkan dominasinya, seperti TPS 12 Bidara Cina dengan memperoleh 107 suara, PAN 78, Partai keadilan 63, Golkar 37 dan PPP 29. Sedangkan di TPS Kebon Manggis, Kampung Melayu, giliran PPP mendominasi 118, disusul PAN 96, PDI-P 45, Golkar 23, Partai Keadilan 15, KAMI 3, PDKB 2, PIB, Krisna, PNII, Padi, PUI, Masyumi Baru, PRD masing-masing 1 suara. Kompleks Departemen Di Kompleks Departemen Kehakiman, Jakarta Timur, PAN mendominasi dengan peroleh suara 197, PDI-P 95, Golkar 49, PK 34, PPP 25, PBB 29, PKB 8. Menurut Ketua KPPS Usep Ismail, hasil tersebut menunjukkan bahwa PNS benar-benar telah netral dan kepercayaan kepada masyarakat untuk menyalurkan aspirasi ke Golkar berkurang. Sedangkan menurut Bambang, seorang pegawai di bagian Hak Cipta dan Merk Depkeh, hasil tersebut mencerminkan reformasi yang menghendaki perubahan sekaligus tanda Pemilu jurdil. "Hasil itu belum "menjeblogkan" Orde Baru, tapi sudah mencerminkan tanda-tandanya. Yang penting itu menunjukkan tidak adanya intimidasi seperti sebelumnya," katanya. Dominasi PAN terjadi juga di kompleks Dosen UI Cirendeu, PAN mendominasi dengan 200 suara, PDI-P 103, Golkar 17, PKB 15, PPP 20, PKP 14. Di TPS RT 4 RW 10, di Perumahan Bintara Jaya, PAN unggul dengan 108, PDI-P 74, dan PK 59, PBB 39, dan Golkar 32. Di TPS No 01 Kelurahan Kemanggisan, dekat Sekretariat DPP Golkar, PDI-P 113, PAN 87, PPP 19, PK 15, Golkar 14, PKB, Krisna, PBB masing-masing 3, Abulyatama 2, PUDI, PRD, PSII 1905, PKD, PUMI, PARI, dan PNU masing-masing 1. Suara tidak sah 3. Di TPS No 01, Makasar Halim, Jaktim, PDI-P 190, PAN 95, PPP 53, Golkar 34, PBB 20, PK 17. Di TPS 44 Kelurahan Cibubur, Jaktim, PDI-P 190, dan ada satu suara rusak dengan dicoblos empat gambar dan ditempeli stiker bertuliskan "G Baru Partai Penipu". Di TPS 98 Rumah Susun Tanah Abang, PDI-P 129, PPP 81, Golkar 44, PAN 38, PK 21. SELAMAT untuk PDI Perjuangan dan PAN ! Di bawah saya paste sebuah berita: In a message dated 6/7/99 1:48:35 PM !!!First Boot!!!, [EMAIL PROTECTED] writes: Syukur alhamdulillah. Di-daerah saya (Kebayoran baru) untuk DPR hasilnya sbb : PDI-P 42,73 % PAN 27,98 % Golkar 6,94 % PPP6,72 % PK 3,68 % PKB2,81 % Lain-lain 9,14 % Bagaimana dengan daerah anda ? Salam, bRidWaN
Re: Sekali lagi OPOSISI
Menurut saya, koalisi antar partai reformasi tetap diperlukan untuk menghadang laju status quo, untuk menggolkan agar pemimpin nantinya adalah wakil dari pro reformasi. Seperti kata Amien Rais, siapapun nanti yg meraih suara terbanyak antara PDIP, PAN, PKB, ketiga partai ini harus rela mendukung capres partai tersebut menjabat presiden RI untuk periode mendatang ini. Koalisi disini menurut saya lebih untuk menggolkan presiden. Setelah presiden terpilih, maka wakil2 rakyat tersebut kembali ke posisi semula untuk menyuarakan suara rakyat, mengontrol jalannya pemerintahan, termasuk wakil2 rakyat dari partai presiden nantinya berasal. Menurut saya, kedepan nantinya, masyarakat baik itu pers, mahasiswa, tokoh2 masyarakat, bahkan masyarakat umum, akan terus mengontrol jalannya pemerintahan. Kalau pun nantinya capres dari PDIP yg naik karena perolehan suara tertinggi antara ketiganya, saya berharap para simpatisan PDIP tidak cepat berpuas diri hingga lupa mengontrol jalannya pemerintahan. Jangan mengulangi kesalahan yg sama. Mari kita bergandeng tangan membangun kembali Indonesia kita yg saat ini porak poranda. jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu
Re: Anggota DPRD I SUMUT dikuasai orang asal TIMTIM
In a message dated 6/7/99 12:47:23 PM !!!First Boot!!!, [EMAIL PROTECTED] writes: In a message dated 6/7/99 8:21:59 AM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED] writes: Namun ada seorang teman yang justru mengaitkannya dengan kecantikan Sonia Carrascalao. Lantas seorang teman Timtim saya bilang, ''Sonia itu hanya satu dari yang tampak. Datanglah ke Dili. Bahkan Sonia nggak ada apa-apanya.'' Waduh, yang bener nih lae Pohan? Gue jadi pengen maen2 dah satu saat nantike Timtim.:) Moga2 belum perlu paspor nantinya untuk ke Timtim. jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu Bung Irwan, Orang seperti Anda itu, apa sih susahnya:-) Tinggal pejam mata sebut nama, bersusun tuh ... (bidak catur... kali:). Cuma hati-hati, nanti di sana kau dibilang "orang Jawa". Waktu di Jakarta dulu saya sempat protes ketika seorang kawan Timtim lain bilang, ''Orang Jawa seperti kalian". Kesannya, seolah-olah orang non-Timtim = Orang Jawa. Bagi saya sendiri Jawa itu nggak masalah-- wong istriku sendiri Jawa kok. Apalagi, saya sejak lama belajar "meng-atasi" soal-soal pluralisme agama, etnis dan golongan. Itulah sebabnya, ketika bertemu dengan anggota DPR asal Medan (Batak), saya bilang ke dia, ''Saya berharap politisi atau pun jenderal ( Batak ) yang ada maupun nanti betul-betul mantaplah. Jangan malu-maluin. Selama ini yang tampil atau pun pernah tampil, semua masih orang-orangnya Soeharto dan banyak penjilatnya.'' Muka politisi (Batak) tadi merah padam, dan bilang: ''Di mana kau di Siantar?'' Kok aneh reaksinya. salam, ramadhan pohan
Re: Anggota DPRD I SUMUT dikuasai orang asal TIMTIM
In a message dated 6/7/99 12:14:16 PM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED] writes: Bagi saya sendiri Jawa itu nggak masalah-- wong istriku sendiri Jawa kok. Apalagi, saya sejak lama belajar "meng-atasi" soal-soal pluralisme agama, etnis dan golongan. Itulah sebabnya, ketika bertemu dengan anggota DPR asal Medan (Batak), saya bilang ke dia, ''Saya berharap politisi atau pun jenderal ( Batak ) yang ada maupun nanti betul-betul mantaplah. Jangan malu-maluin. Selama ini yang tampil atau pun pernah tampil, semua masih orang-orangnya Soeharto dan banyak penjilatnya.'' Muka politisi (Batak) tadi merah padam, dan bilang: ''Di mana kau di Siantar?'' Kok aneh reaksinya. salam, ramadhan pohan Iya nih, gue juga sebel dengan orang2 batak yg di Golkar yg pada menyalahgunakan jabatan dan juga ngga perhatiin nasib rakyat. Malu2in orang batak aja tuh:( Tapi saya yakin, masih banyak orang2 batak yg baik dan mereka juga siap untuk mensukseskan era reformasi ini. Selamat tinggal orde baru, selamat datang orde reformasi. Majulah Indonesia. catatan: Koq kayaknya gue kurang sreg ya kalau nyebutin orde reformasi. Gimana kalau mulai sekarang ngga usah pake orde2an lagi deh. Ntar kejadiannya malah seperti orde baru lagi yg untuk menggantinya harus nunggu lama dan harus pake darah2an dan demo2an segala. jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu
Re: Cerita tentang Teman asal Irian Jaya
Pandangan anda dan saya mungkin berbeda, hei...ini kan yang namanya demokrasi, Bagi saya hubungan saya dengan Freeport seperti hubungan cinta dan kadang benci, namun jelas saya lebih mencintai Freeport, karena saya sudah merasakan tinggal dan hidup dari uang Freeport. Saya sekolah ke Amerika juga ada bantuan dari Freeport. Saya adalah lulusan SMP YPJ Tembagapura, dan tentu ada kenangan yang tidak terlupakan dengan sesama anak karyawan PT. Freeport Indonesia (atau Freeport Indonesia Incorporated) Saya melihat Freeport sedikit banyak sudah berusaha untuk meningkatkan taraf hidup warga Amungme, dan suku2 Irian Sekitar. Bahkan Freeport ikut membantu para Transmigran dari Sentral2 Pemukiman yang dibangun di sekitar Timika dan Mapurujaya selama ini. Menjawab indikator anda: 1. Persediaan pangan tercukupi (kemarin ini tolol 'kali kitorang sampai tidak punya teknologi pengawetan sagu dan tidak punya gudang pangan ?). Jangan sampai ada kelaparan lagi. Karena ini bung, sebenarnya Departemen Pertanian seharusnya masuk dan mengambil alih pembinaan pertanian bagi masyarakat pegunungan agraris ini. Mereka bertani disekitar bukit2 yang memang selama ini mereka tanami ubi2, jagung (kalau tidak salah), berburu babi liar. Bagaimana agar mereka dapat bertani yang dapat mencukupi kebutuhan mereka, atau mungkin bahkan dapat juga menunjang kebutuhan umbi2an kota Tembagapura. Nah kendala yang selama ini mereka hadapi adalah tidak ada informasi bagaimana bertani yang baik, kendala pupuk, kendala alat pertanian, kendala hujan yang kadang turun dan kadang jarang (pernah terjadi waktu tahun lalu, kekeringan yang sedemikian parahnya, rupanya El Nino juga mempengaruhi daerah Tembagapura sekitar. Dan kalau hujan, yang namanya banjir besar diatas pegunungan sering terjadi, Banjir besar terjadi tepat tengah tahun lalu, belum lagi tahun 1991 yang merengut nyawa beberapa warga Kampung Banti. 2. Papan dan sandang tercukupi, terutama papan tuh.. ya standar kesehatannya pakai yang internasional dong, kalau lantainya tanah dibilang cukup ya susah juga. Orang sih boleh-boleh saja pakai koteka, tapi kalau mau pakai celana ya mbok ada gitu lhojangan sampai sudah mau pakai celana...eh...ngga' mampu beli celana, itu kan namanya keterlaluan. Standard kesehatan, saya rasa Freeport sudah menyediakan Klinik buat masyarakat sekitar. Imunisasi bagi balita Kampung Banti sekitar. Dan Hospital di Tembagapura juga melayani masyarakat yang membutuhkan medical check up, operation, dan kebutuhan kesehatan lainnya. Sebenarnya koteka itu harus masuk kategori Pakaian Daerah, jangan dilarang donk, namun juga kita harus memberikan alternatif lainnya kepada mereka. Persediaan Pakaian mungkin bisa disediakan lewat Obral Murah yang sering dilakukan oleh PWF (Persatuan Wanita Freeport) yang diselenggarakan tiap tahun di Sporthall complex. Belum lagi Shopping Center yang dikelola oleh Pasaraya Sarinah (ALatief). Terkadang selama ini, pakaian2 dijual oleh karyawan sendiri yang kebetulan juga membuka dagangan atau toko kecil dirumahnya masing2. Dan harganya tentu tidak bisa disamakan dengan harga di Jawa atau sekitar...dikarenakan ongkos transportasi lewat pesawat udara, atau yang biasanya dibawa saat cuti keluar. Ini masih menjadi kendala, Harga2 yang membumbung tinggi untuk pakaian. memang masih ada jalan keluar seperti menjual pakaian bekas. 3. Pendidikan tersedia sampai perguruan tinggi, dan kalau perlu anak-anak itu disebar ke 10 PTN terbaik di Indo, jangan dikonsentrasikan di salah satu PTN saja, apalagi tinggalnya di asrama Irianwah...susah... menurut pengamatan saya orang-orang yang gini nih jadinya agak susah dibawa "go international" karena emosi / rasa kesukuannya masih terlalu kuatbisa-bisa ujung-ujungnya jadi "perkoncoan" lagi.alias lebih mementingkan kepentingan golongan atau sukunya Setuju...ini merupakan ide bagus sekali, semoga orang P dan K bisa denger nih...yang mengelompokkan mereka dari dahulu siapa sih...bukannya memang ide orde baru supaya ada wisma anak irian. Wah kalau untuk perasaan emosional saya rasa kita yang indonesianya juga sama nih kalau di LN. Malahan ada yang tinggal bareng orang Indo, Masak dan makan hanya makanan Indonesia, bahasa juga hanya bahasa Indonesia (contoh saya gitu) Memang agak negatif resultnya Sederhana saja, pertama-tama tuh diterapkan untuk suku-suku di Tembagapura, sekitar Kuala Kencana dan Timika, terus kalau masih ada dana ya "lingkaran geografisnya" diperbesar lagi menurut kemampuan yang ada. Lama-lama kan bisa sampai Biak, bisa sampai Ambon lagi Cuma kalau duitnya dikutil sama si rakus itu dan Freeport juga membiarkan saja ya ndak pernah tercapai apa yang di atas itu. Nah itu dia bung, setidaknya konsentrasi kita sekarang ditujukan untuk Suku Amungme, baru setelah itu turun ke Suku2 di Timika, Pantai Ammamapare, dan setelah itu harus kita coba untuk seluruh Rakyat Irian. Ngomong-ngomong, memang agak susah juga kalau minta 1% dari Freeport.
Wiranto and Indonesia's election
Salam Permias, Tampaknya Wiranto masih memegang peranan penting pasca PEMILU. Setidaknya, begitulah analisa WSJ dibawah. Jabat erat, Ahmad Syamil Toledo, OH * June 7, 1999 Wiranto-Led Armed Forces Could Seal Habibie's Fate By RAPHAEL PURA Staff Reporter of THE WALL STREET JOURNAL JAKARTA, Indonesia -- Last year, Indonesia's top soldier, Armed Forces Commander Gen. Wiranto, was elemental in replacing President Suharto with B.J. Habibie. This year, he could determine whether Mr. Habibie keeps his job. In the contest to select Indonesia's next president, Gen. Wiranto holds a possible trump card -- the complex electoral process still gives the military a potentially decisive voice. "The armed forces will become a beauty queen," predicts Indria Samego, a military analyst and adviser to Mr. Habibie. "Everybody will want to have a special relationship with her." Indeed, Gen. Wiranto is already being mentioned as a vice-presidential candidate for either Mr. Habibie or Megawati Sukarnoputri, the popular opposition leader who is expected to make a strong bid for the presidency. Some analysts say he could even emerge as a compromise nominee for the top job, under the right circumstances. Taking a Neutral Stance The 52-year-old Gen. Wiranto is coy about such speculation. A careful, tight-lipped officer, he has promised that the military -- which openly worked for Mr. Suharto and his Gololongan Karya Party, or Golkar, in past elections -- will be "neutral" this year. But he has also declared that Indonesian political parties are free to nominate anyone they want, and he hasn't said he would reject a nomination for either top job. Staying neutral might be hard for the military, which has been involved in politics since its inception almost 55 years ago, during Indonesia's fight for independence from the Dutch. The military's combination of defense and political roles was enshrined in a doctrine called dwi-fungsi, or dual function; under Mr. Suharto, military officers served as provincial governors, ran state-owned businesses, pervaded the bureaucracy, and performed a raft of other nondefense tasks. That is partly what makes Monday's parliamentary vote a milestone: it formally breaks Mr. Suharto's three-decade military-backed rule, and is Indonesia's first free vote in 44 years. But in terms of selecting a president, it is just the beginning of the battle. In coming months, the president will be picked by the People's Consultative Assembly, a 700-member body made up of elected representatives, indirectly selected members, and 38 military appointees. If Monday's poll doesn't produce a clear-cut favorite, Gen. Wiranto and his armed forces could swing the presidential ballot, which is currently set for November. Test of Will "This is the great exam for the military -- does it really have the strong will, the strong confidence to be neutral?" asks Maj. Gen. Agus Wirahadikusumah, a senior aide to Gen. Wiranto. The military will take its cue from its commander. "If Wiranto says 'A," it's 'A,' " says Maj. Gen. Agus. What will he say? Gen. Wiranto and Mr. Habibie -- who is Golkar's current presidential candidate -- weren't natural allies a year ago. In fact, Mr. Habibie traditionally had been closer to the general's rival camp of aggressively pro-Islamic officers. But the two men have stood by each another in various crises since. Last month, for example, Gen. Wiranto helped Mr. Habibie secure Golkar's nomination as its presidential candidate. "Habibie believes that Wiranto is loyal to him," says a senior adviser to the president. Still, Ms. Megawati's party, the Indonesian Democratic Party-Struggle, or PDI-P, and its allies reckon that they can lure Gen. Wiranto to their side by stressing their credentials as nonsectarian nationalists to the like-minded general. "If you ask if a man like Wiranto is basically acceptable [to us], he is," acknowledges Kwik Kian Gie, a key Megawati adviser and secretary-general of the PDI-P. Gen. Wiranto declined to be interviewed for this article. Some analysts expect the military to back whichever political coalition appears likely to provide the most popular, and, therefore stable, new government. "It's logical for the armed forces to be neutral at present," to see who does well in Monday's vote, says Harold Crouch, a military specialist at Australian National University. "If it's equal, Wiranto will be in a wonderful position to get concessions for the military." Gen. Wiranto's prize might be even bigger. If the presidential contest deadlocks in the People's Consultative Assembly, competing party coalitions might ask Gen. Wiranto himself to join them as a compromise nominee for the No. 1 post, say some political analysts. There is irony in all of this. By the time Mr. Suharto quit a year ago, the once-proud armed forces had become Indonesia's most reviled institution. Many Indonesians saw its officer corps as venal and riven by internal politics,
(Untuk Bung Madhan) Cerita tentang Teman asal Irian Jaya
Saya kadang memang malas untuk posting di permias, siapa sih pendengar kita? hanya kalangan pelajar, mahasiswa, graduate students. Apakah pemerintah di Jakarta mendengar kita? mendengar sih mendengar, tapi palingan buat siap masukin kita ke black list yang tidak boleh masuk Indonesia di Cengkareng nanti. Namun saya mengetahui kalau Bapak Dubes Dordjatun rupanya, mungkin tidak sering, ikut memantau jalannya pembicaraan di milist ini. Mungkin karena itu beliau waktu mengunjungi kami di Norwich dalam rangka graduation Abang-abang Master program, pernah bilang ketidak sukaannya dengan kontent didalam milist2 yang ada di internet belakangan ini, yang kata beliau lebih banyak sampahnya daripada isinya. Saya ngga tau ya ini benar atau salah, mungkin ada kebenarannya juga, dan yang pasti tidak semua isinya adalah sampah. Kalau hanya kita2 yang disini mikir dan menuangkan ide, namun ide tersebut hanya mentok di milist iniini sama saja tidak realistissaya mengusulkan kalau bisa, bung2 yang bekerja sebagai wartawan seperti Bung Ramadhan Pohan dapatlah sekiranya memasukkan ide2 dari para pemikir Permias seperti Bung Dody dan Bung Jaya ke dalam salah satu kolom, misalnya kolom Pemikiran gitu di Jawapos. Setidaknya apa yang kita perbincangkan di milist ini bisa terbaca di Indonesia juga. Jangan hanya pembicaraan ini berputar-putar disekitar sini saja. Untuk masalah LSM bung, saya jelas tidak tau semuanyadan kebetulan yang saya tau hanya sekitar2 itusajatetapi yang jelas banyak sebenarnya LSM2 yang berjuang untuk kepentingan Rakyat Irian. Banyak pula organisasi keagamaan terutama yang dimotori oleh misionnaris2. Namun ini agama ya. Ada juga organisasi yang didirikan oleh PT. Freeport sendiri, contohnya Yayasan Freeport Cendrawasih. Mungkin anda dapat pula menghubungi Universitas Cendrawasih untuk menanyakan hal ini. Atau anak2 Irian yang kebetulan bersekolah di Amerika, dan pemantau Milist ini dapat membantu kami untuk mencarikan nama LSM2 yang berjuang untuk kepentingan Rakyat Irian. Saya tahu kok banyak yang suka memantau dari anak2 Indokids ataupun Freeport. Yang di New Orleans tuh...banyak kan ... Andrew Pattiwael NB: ttg yapto, lah bener tuh yapto orang solo, mas yorrys baru ada darah iriannya On Mon, 7 Jun 1999, Dody Ruliawan wrote: Wahakhirnya keluar juga usulan yang realistis, jempol deh buat bung Pattiwael. Tinggal sekarang bagaimana caranya supaya rencana tadi bisa terwujud ? Ayo bung Jayanimbrung gih...kita pakai usulan dari bung Pattiwael sebagai titik awal. Buat bung Pattiwael, belum dijawab tuh masalah LSM yang paling kuat memperjuangkan nasib saudara kita yang di Irian. Sorry, kalau WALHI sih hanya satu sisi saja walaupun masalah lingkungan itu memang termasuk masalah yang besar / penting, tetapi maksud saya LSM yang secara keseluruhan memperjuangkan nasib Irian. Terus, jangan mutung gitu dong, kok maunya pulang 'aja. Selesaikan dulu dah urusan disini...atau kalau udah selesai sekolahnyabikin kek perusahaan disini, terus sebagian labanya ditransfer ke Indoitu baru siip.. Ngomong-ngomong mengenai perusahaan, ada ide bagus nih..sayangnya "modal awal"-nya belum cukup nih... tertarik ? NB: bung Pattiwael, Yapto itu wong Solo. Salam.
Kriteria Pemilihan Caleg
Program apa yang dia bawa untuk Rakyat, apa intention dia, baik atau buruk Apakah individual ini dapat dipercaya? Kalau memang dia yang dirasa cocok, yah pilihlah dia...kalau ngga ya ngga usah pilih buat apa mikir2 ras, agama, partai, background dia. hanya satu yang kita harus pikirkan.Apa yang bisa dia berikan pada rakyat.. Andrew Pattiwael
Re: Sekali lagi OPOSISI
Mas Jaya, Terima kasih atas selamatnya:) PDIP hampir pasti akan memenangkan Pemilu 1999. Ternyata himbauan MUI ternyata sudah engga laku lagi! Maklumlah gaya tersebut adalah gaya lama Orangnya pun orang lama... Koalisi menurut saya tetap diperlukan koq... Apalagi kita memerlukan Faisal Basri ? Salam, bRidWaN At 11:57 AM 6/7/99 -0400, FNU Brawijaya wrote: Hasil sementara menunjukkan PDI-P memenangkan jumlah perolehan suara. Skenario koalisi yang selama ini kita bayangkan rupanya tidak perlu terjadi. Bila sampai akhir perhitungan ternyata koalisi tidak perlu dibentukpun saya malah gembira, artinya tidak perlu terdapat potensi gontok-gontokan internal. Bikin pembangunan tersendat-sendat mulu Siapapun pemenangnya, saya rasa tidak perlu bersedih, wong memang mau berdemokrasi ya begini ini. AR menyampaikan bahwa bila PAN menang, maka ia akan melibatkan unsur dari partai lain. Kelihatannya bagus ya cuman saya melihat ada drawback yg cukup serius. Ini dapat jadi potensi bahwa tokoh-tokoh yang dari partai lain akan terbebani rasa terima kasih, sehingga oposisi tidak terbentuk. Mungkin AR perlu memikirkan hal ini lagi. Demikian pula bila PDI-P yang menang, saya kira partai lain tidak perlu dilibatkan dalam kabinet. Sebaliknya partai lain dapat menjadi partai oposisi. Dengan demikian jalannya kekuasaan dapat terkontrol. Saya malah merasa aneh bila sudah menang absolut kok pake koalisi segala. Juga mengapa mesti ambil tokoh dari partai lain. Kan ini dapat diartikan sebagai kekurangan resource partai yang bermutu? Atau dapat pula diartikan sebagai usaha melanggengkan kekuasaan kan? Wah, ane sedih ini jagoan ane kalah...payeh Untuk sementara, selamat untuk PDI-P. Sementara lho -- Salam, Jaya
Re: Hasil Pemilu ?
Bung Pohan, Akhirnya kebenaran akan tiba. Kita tunggu saja, apakah Koalisi akan merebut Mayoritas suara ! Untunglah masyarakat kita telah dewasa, tidak menghiraukan himbauan MUI. Salam, bRidWaN At 11:49 AM 6/7/99 EDT, you wrote: Salam, Sampai perhitungan suara sementara-- barusan saya menelepon ke Indonesia-- urutan terbesar suara sementara: PDI-P, Golkar, PAN. Pulau Jawa sebagai pemilih mayoritas menempatkan PDI-P di urutan pertama. Menurut rekan di kantor saya, PDI-P seperti sudah tak tertahankan memenangkan pemilu. Di Washington sendiri, orang-orang baru nyoblos. Tetapi seperti laporan saya, tampaknya didominasi oleh PDI-P dan PAN. Siapa pun atau partai apapun yang menang, sekali lagi, harus kita terima dan selanjutnya mendukung Jalan Baru Indonesia. Itu kalau mau disebut demokrat sejati. Jika tidak, sampai kapan pun kita akan tetap sakit. Salam, ramadhan pohan (penyimak pinggiran) Di bawah saya paste sebuah berita: In a message dated 6/7/99 1:48:35 PM !!!First Boot!!!, [EMAIL PROTECTED] writes: Syukur alhamdulillah. Di-daerah saya (Kebayoran baru) untuk DPR hasilnya sbb : PDI-P 42,73 % PAN 27,98 % Golkar 6,94 % PPP6,72 % PK 3,68 % PKB2,81 % Lain-lain 9,14 % Bagaimana dengan daerah anda ? Salam, bRidWaN
Re: Jangan bersenang dulu
In a message dated 6/7/99 3:45:24 PM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED] writes: Sampai jam 1:15 WIB: PDIP 28,827 PKB 10,256 Golkar 9,043 PPP 4,716 PAN 2,164 Total=55,006 Ralat, total angka diatas hanya untuk total 5 partai yg bersangkutan. Secara lengkap bisa dilihat di: http://www.kompas.com/kompas-cetak/9906/08/UTAMA/hasi01.htm jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu
Seputar Pemilu
Sambil nunggu kerjaan bekas KASAD yang jadi ketua KPU beberapa informasi berikut ini mungkin berguna buat selingan. 1. Pulangnya TDPHS (tim dagelan pelacak harta suharto) merupakan indikasi bahwa golkar telah memenuhi target perolehan suara nomor tiga (target pesimistik). Dialog yang terjadi antara TDPHS member dengan Habibie adalah sebagai berikut. Galib Muladi: Pak saya udah pulang dari Ngeropa,tau nama negaranya apa pokoknya mereka bicara tiga bahasa. Mungkin mereka juga ngomong inggris lho. Kami mau melaporkan bahwa setelah diubek-ubek harta Pak Harto nggak ketemu. Habibie: hes, yang itu nggak perlu. yang penting kalian kelihatan kesana.. kalau golkar semaput baru nyarinya serius... supaya ikut arus... kalau sekarang golkar udah nomor tiga... jadi tenang aja. Ngomong-ngomong pesanan saya udah dikerjakan. Galib Muladi: sudah pak, saya udah uji kemampuan dan customer service bankir disana.. sesuai dengan joke yang saya dapat dari milis permias... waah mereka tahan uji.. rapat menyimpan rahasia.. jadi tabungan bapak... dan... kami... aman.. 2. Anteve, SCTV, dan media te ve lainnya gemar sekali menampilkan kelompok masyarakat tertentu. Lebaran, Natal, Pemilu.. pasti.. mengangkat topik menarik yaitu soal kegiatan WTS alias cabo alias lonte alias perek alias grepe alias grempang alias pelacur alias gula-gula alias nyamikan alias lainnya. Saya berasumsi bahwa penyiar tersebut punya cost consiousness jadi apa yang diomongkan penting sekali. Begini beritanya... "selama masa pencoblosan para WTS tidak menerima tamu supaya tenang melakukan pencoblosan"... Cukup lama saya terpekur akan kata-kata itu (pasti penting dooong).. selama 24 jam saya analisa ternyata kata-kata penyiar itu adalah message terselubung bahwa WTS dan aliasnya yang beroperasi di Indonesia tentunya tidak pernah melakukan threesome... lho kok Iya dong gimana bisa ngurusin sebuah lubang kalau lubangnya sendiri sedang dicoblos. Makanya WTS tersebut tidak terima tamu. Tetapi hasil analisa saya membuat saya legaaa sekali.. paling nggak WTS kita relatif lebih bersih dari WTS negara lain... karena nggak pernah threesome.. eeh pembaca tau kan artinya threesome??? 3. Ada berita di koran... begini "Mega mencoblos daerah habibie dan soeharto"... Lho yang laki itu siapa yah eeh maksud saya yang biasanya bertugas mencoblos siapa yaa.. Jangan-jangan Habibie dan Soeharto itu hemaprodhite (kadang jadi laki atau kadang jadi perempuan).. yang jelas Mega tetap wanita.. mungkin beliau pake terong.. 4. Berita dari koran lagi.. "Sementara Mega bisa mencuri suara di daerah Amien, ketua PAN ini gagal mencuri suara di daerah Mega"... ya terang aja.. Mega mencuri suara dengan bahasa setempat... sedangkan Amien berusaha mencuri suara dengan Bahasa Inggris kebanggaannya mana orang ngerti.. 5. Money politics nggak cuma di partai aja... pengawas pemilunya juga ketularan. Mereka lebih mengagulkan Carter Center yang bisa di tjarter.. padahal kalau tjarter ojek kan pake duiiit Udahan dulu seputar pemilu sebelum dihujat orang banyak. Joko _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Hore
Saya tambah juga, di AS dan negara-negara barat, kalo hari libur nasional jatuh pada hari Sabtu/Minggu maka hari Seninnya akan dibuat sebagai pengganti hari libur nasional. Jadi tetap saja negara mereka jauh lebih banyak liburannya ketimbang Indonesia. Terbukti mereka lebih maju. Efron -Original Message- From: Irwan Ariston Napitupulu [SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Sunday, 06 June, 1999 12:19 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject:Re: Hore In a message dated 6/5/99 8:58:01 PM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED] writes: Iya..tapi kalau pemilu, di sini tak ada libur nasional..he..he.. salam, ida weleh, ati2 loh ngeluarin pernyataan yg ngga ada kaitannya:) Menurut saya AS juga punya banyak hari libur, tapi negaranya bisa maju tuh:) jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu Waduh, mbak Ida, pernyataan anda yg saya komentari itu yg ini lho: kutipan Pantas saja Indonesia tidak maju-maju... banyakan liburnya ---akhir kutipan- Nah, pemaparan saya diatas itu dalam rangka mencoba menunjukkan bahwa akibat dan sebab yg anda tuliskan itu kurang kuat dasarnya. Lagian juga libur pemilu itu khan cuma 1 hari selama 5 tahun kemuka. Betul di AS memang tidak libur saat pemilu, tapi mereka punya libur Thanksgiving yg ngga ada di Indonesia. Dengan kata lain kalau mau dibandingkan maka dalam kurun 5 tahun, Indonesia memiliki satu hari libur nasional untuk pemilu sementara untuk AS punya lima hari libur nasional untuk memperingati hari Thanksgiving. Tuh khan, masih banyak 4 hari kerja di Indonesia ketimbang di AS dalam 5 tahun kalau kita hanya membandingkan 2 hal tersebut itu saja. Udah ah, ntar kepanjangan ngebahasnya padahal masalahnya ngga terlalu substansial nih.:) jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu
Re: Jangan bersenang dulu
Iya Lae:) Cuma koq saya hampir yakin bahwa PDIP kali ini akan menang... Ini perhitungan jam 07.15.12 WIB : PDIP = 95.687 PKB= 57.492 Golkar = 30.899 PPP= 12.886 PAN= 11.162 Semoga Koalisi akan meraih MAYORITAS suara !! Salam, bRidWaN At 03:36 PM 6/7/99 EDT, Irwan Ariston Napitupulu wrote: Jangan bersenang dulu, hasil perhitungan suara masih jauh dari pemberian gambaran hasil akhir. Saya memang awalnya sempat lega juga mendengar PDIP menang diberbagai tempat, tapi setelah mengikuti laporan resmi yg ternyata totalnya masih sedikit, baru 55,006 dari lebih 100 juta suara yg diharapkan masuk. Sampai jam 1:15 WIB: PDIP 28,827 PKB 10,256 Golkar 9,043 PPP 4,716 PAN 2,164 Total=55,006 Karena masih sedikit karenanya sangat besar kemungkinan terjadi pergeseran2 kedudukan di atas. jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu
Re: Himbauan Majelis Ulama Indonesia (Renungan untuk yang Muslim !)
Bung Rosadi, Sebaiknya saya tutup diskusi tentang yang satu ini, karena bagi saya manusia tidak dapat menilai kehidupan beragama manusia lainnya, selain dirinya sendiri dan Tuhan. Efron -Original Message- From: Mohammad Rosadi [SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Saturday, 05 June, 1999 10:30 AM To: [EMAIL PROTECTED] Subject:Re: Himbauan Majelis Ulama Indonesia (Renungan untuk yang Muslim !) Efron wrote: Bung Rosadi, Lha jawaban Anda makin nggak mengena. Anda juga setuju kalo hanya Tuhan yang tahu apakah manusia itu baik atau buruk. Sekarang bagaimana minta info dari Tuhan siapa saja yang baik yang menjalankan agama sesuai kehendak-Nya. Saya rasa jawaban saya sudah jelas. Tanpa kita mintapun, Allah swt yang maha pengasih dan penyayang telah memberikan informasi dan petunjuk yang sangat lengkap dalam Al-qur'an tentang jalan menuju keislaman dan keimanan yang benar. Didalamnya juga diterangkan tentang sifat dan ciri orang yang benar keimanannya, maupun sifat dan ciri orang yang lemah imannya hingga yang munafiq sekalipun. Karena itu hanya dengan mempelajari dan memahami Al-qur'an secara benar saja, seorang muslim dapat mengetahui apa-apa yang disukai atau dibenci oleh Allah swt. Jadi STANDAR/PATOKAN yang dipakai oleh seorang muslim dalam menilai sesuatu atau seseorang itu baik atau tidak, adalah standar yang diberikan Allah dalam Al-qur'an, bukan berdasarkan pendapat,logika,atau hawa nafsu manusia belaka. Efron wrote: Saya juga yakin Pak Harto (tak berlebihan saya ini) menjalankan sesuai Al-Quran dan Hadits. Ini terbukti MUI tak pernah memberi teguran kepada Pak Harto kalo Pak Harto melenceng dari "Aturan". Bahkan MUI tak jarang jadi corong Pak Harto (Anda juga tahu ini...). Nah beginilah bung efron, kalau kita menilai sesuatu atau seseorang berdasarkan akal dan hawa nafsu kita belaka. Kita akan cenderung menggeneralisir semua hal dan terlalu cepat menyimpulkan sesuatu (sampai-sampai mengatakan apa yang dikerjakan Pak Harto telah sesuai dengan Al-qur'an dan hadits). Jika orang/kelompok lain pernah berbuat suatu kesalahan, kita lantas cenderung menilai buruk semua perbuatannya. Rasa benci kita yg berlebihan telah membutakan mata hati dan pikiran kita, sehingga apapun kebaikan yang dilakukan orang/kelompok tsb selalu jelek di mata kita. Seorang muslim yang baik diperintahkan oleh Allah swt untuk hanya mengambil Al-qur'an dan hadits sebagai STANDAR/PATOKAN/RUJUKAN atas setiap masalah, termasuk dalam hal membenci dan menyukai sesuatu atau seseorang. Kalaupun ia suka pada sesuatu/seseorang, sukanya itu hanyalah karena sesuatu/seseorang itu tidak bertentangan dengan kehendak Allah (suka karena Allahs semata) seperti yang tercantum dalam Al-qur'an dan hadits. Demikian pula jika ia benci pada sesuatu/seseorang, maka bencinya itu karena sesuatu/seseorang itu tidak sesuai dengan kehendak Allah pula (benci karena Allah semata). Dalam kasus MUI, anda memang benar, ada beberapa OKNUM MUI dimasa orba dulu yang terlalu berpihak kepada rejim orba. Bahkan tidak jarang tindakan beberapa oknum MUI ini justru banyak merugikan kepentingan umat Islam sendiri. Namun dilain pihak, masih banyak sekali ulama-ulama MUI yang baik, yang tetap memperjuangkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan, walaupun tidak dilakukan secara terang-terangan. Ini semata-mata karena situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan pada masa rejim orba berkuasa dulu. Rasanya kurang bijaksana jika kita menunding MUI sebagai "corongnya" rejim orba dulu hanya lantaran kesalahan yang diperbuat oleh beberapa orang anggotanya. Kita tentu tidak bisa "memukul rata" semua ulama MUI sebagai "ulama" pendukung rejim orba. Kalau kita mau jujur, bukan MUI saja yang waktu kurang berani memberikan terguran kepada pak Harto dkk, tapi juga lembaga-lembaga keagamaan non muslim, seperti Dewan Gereja Indonesia, Parisada Hindu Dharma Putera,dsb. Singkatnya, pada waktu itu tidak saja OKNUM ulama yang menjadi "corong" pemerintah Orba, melainkan juga oknum pendeta, pastur,dan lain sebagainya. Bagi seorang muslim, inilah salah satu kegunaan belajar Al-qur'an dan hadits secara benar. Ia menilai manusia itu baik atau buruk berdasarkan petunjuk Allah dan rasulNya (al-qur'an dan hadits), sehingga penilaiannya selau kritis dan objektif. Ia tidak akan segan-segan mencegah,menegur,atau menunjukkan sikap tidak senang jika melihat orang lain berbuat yang melanggar larangan Allah swt, sekalipun orang tsb dikenal sebagai pejabat tinggi atau bahkan ulama besar. Sebaliknya, walaupun suatu kebaikan itu dilakukan oleh orang yang jahat atau bahkan seorang gembel miskin, maka seorang muslim yang baik akan dengan sungguh-sungguh mengakui dan mendukung kebaikan tsb. Efron wrote: Jadi dengan ini tetap saja "mentok" siapa yang berhak menilai manusia itu baik atau buruk untuk melaju ke gedung DPR/MPR kalo alasannya kehidupan beragama. Bagi muslim yang berusaha menjadi muslim yang baik, Insya Allah tidak teralu sulit untuk menilai kualitas caleg-caleg yang akan melaju ke
PDI Pemerintah vs PDI Megawati
Rekan Yth, Kalau kita melihat perhitungan suara (jam 07.45.12 WIB) kita akan melihat perolehan suara 2 PDI sbb - PDI Pemerintah = 583 - PDI Perjuangan = 100.728 Alangkah terpuruknya nasib PDI versi Pemerintah ini. Itulah hidup, dimana kebenaran akan pasti datang ! Semoga kita semua bisa mengambil hikmahnya. Salam, bRidWaN
Banteng digencet, makin menyeruduk (AR juga blunder).
Pagi hari pada hari Pemilu banyak selebaran gelap di lingkungan tempat tinggal saya (Ciputat). Isi selebaran itu jelas mendiskreditkan PDIP (entah siapa pelakunya). Di perkampungan saya dikenal sebagai basis PPP pada pemilu sebelumnya. Hasil yang didapat justru mencengangkan. PDIP sepertinya tak tertahankan. Rata-rata di satu TPS, PDIP meraih setengahnya. Ada satu TPS dengan telak PDIP memperoleh suara yaitu 224 disusul PAN dengan 92. Sisanya diambil Golkar, PPP, dan PKB. Saya makin yakin himbauan MUI beberapa waktu lalu justru menjadi bumerang bagi partai-partai "Islam". Blunder juga dilakukan Amien Rais saat mengomentari komposisi Caleg PDIP. Komentar AR justru menurunkan perolehan suara. Mari kita lihat buktinya. Efron
Re: Jangan bersenang dulu
Perhitungan suara jam 07.45.12 WIB PDIP 100.728 PKB 62.206 Golkar32.781 PPP 14.669 PAN 11.526 Salam, bRidWaN At 07:56 AM 6/8/99 +0700, you wrote: Iya Lae:) Cuma koq saya hampir yakin bahwa PDIP kali ini akan menang... Ini perhitungan jam 07.15.12 WIB : PDIP = 95.687 PKB= 57.492 Golkar = 30.899 PPP= 12.886 PAN= 11.162 Semoga Koalisi akan meraih MAYORITAS suara !! Salam, bRidWaN At 03:36 PM 6/7/99 EDT, Irwan Ariston Napitupulu wrote: Jangan bersenang dulu, hasil perhitungan suara masih jauh dari pemberian gambaran hasil akhir. Saya memang awalnya sempat lega juga mendengar PDIP menang diberbagai tempat, tapi setelah mengikuti laporan resmi yg ternyata totalnya masih sedikit, baru 55,006 dari lebih 100 juta suara yg diharapkan masuk. Sampai jam 1:15 WIB: PDIP 28,827 PKB 10,256 Golkar 9,043 PPP 4,716 PAN 2,164 Total=55,006 Karena masih sedikit karenanya sangat besar kemungkinan terjadi pergeseran2 kedudukan di atas. jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu
Re: Banteng digencet, makin menyeruduk (AR juga blunder).
Marilah kita semua mengambil hikmahnya ! Iya engga, bung Efron ? Salam, bRidWaN At 08:15 AM 6/8/99 +0700, Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia) wrote: Pagi hari pada hari Pemilu banyak selebaran gelap di lingkungan tempat tinggal saya (Ciputat). Isi selebaran itu jelas mendiskreditkan PDIP (entah siapa pelakunya). Di perkampungan saya dikenal sebagai basis PPP pada pemilu sebelumnya. Hasil yang didapat justru mencengangkan. PDIP sepertinya tak tertahankan. Rata-rata di satu TPS, PDIP meraih setengahnya. Ada satu TPS dengan telak PDIP memperoleh suara yaitu 224 disusul PAN dengan 92. Sisanya diambil Golkar, PPP, dan PKB. Saya makin yakin himbauan MUI beberapa waktu lalu justru menjadi bumerang bagi partai-partai "Islam". Blunder juga dilakukan Amien Rais saat mengomentari komposisi Caleg PDIP. Komentar AR justru menurunkan perolehan suara. Mari kita lihat buktinya. Efron
Re: Jangan bersenang dulu
Terus terang saya rada curiga nih. Koq ya hasil perhitungan dari DKI Jakarta yg notabene hasilnya bisa diantar ke KPU hanya dalam beberapa jam saja koq belum dihitung2 ya? Malahan hasil dari Aceh yg berada diujung udah dihitung. Ini khan aneh, ngapain juga hasil suara itu diendepin di kantor KPU? Emangnya tape, makin diendepin makin enak...:) Belum lagi gue denger2 ada dana bantuan internasional sebanyak 2 juta dolar untuk keperluan komputer agar bisa mempercepat hasil perhitungan. Dulunya sih bilang mau online, biar bisa didapat hasilnya dengan segera. Gue jadi curiga lagi nih, jangan2 terjadi mark up harga sehingga banyak yg bocor dari dana bantuan 2 juta dolar tersebut. http://www.kpu.go.id aja lambatnya minta ampun. Padahal untuk nyewa server yg cepet paling banter berapa sih. Atau beli aja sekalian servernya, khan ngga lebih dari 10 ribu dolar tuh. Ane makin curiga nih, jangan2 ada ape2nye Moga2 ngga deh, kalau ngga ya siap2 aja diamuk massa. jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu
Re: Banteng digencet, makin menyeruduk (AR juga blunder).
Iya setuju, Bung Ridwan. Yang penting BUKAN ORANG LAMA. Efron -Original Message- From: bRidWaN [SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Tuesday, 08 June, 1999 8:26 AM To: [EMAIL PROTECTED] Subject:Re: Banteng digencet, makin menyeruduk (AR juga blunder). Marilah kita semua mengambil hikmahnya ! Iya engga, bung Efron ? Salam, bRidWaN At 08:15 AM 6/8/99 +0700, Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia) wrote: Pagi hari pada hari Pemilu banyak selebaran gelap di lingkungan tempat tinggal saya (Ciputat). Isi selebaran itu jelas mendiskreditkan PDIP (entah siapa pelakunya). Di perkampungan saya dikenal sebagai basis PPP pada pemilu sebelumnya. Hasil yang didapat justru mencengangkan. PDIP sepertinya tak tertahankan. Rata-rata di satu TPS, PDIP meraih setengahnya. Ada satu TPS dengan telak PDIP memperoleh suara yaitu 224 disusul PAN dengan 92. Sisanya diambil Golkar, PPP, dan PKB. Saya makin yakin himbauan MUI beberapa waktu lalu justru menjadi bumerang bagi partai-partai "Islam". Blunder juga dilakukan Amien Rais saat mengomentari komposisi Caleg PDIP. Komentar AR justru menurunkan perolehan suara. Mari kita lihat buktinya. Efron
Re: Jangan bersenang dulu
Jangan curiga dulu deh Lae. Di tempat saya saja (persis di belakang rumah) baru kelar ngitung pkl 21:30. Bahkan ada yang pkl 23:00. Kita tunggu aja deh. Efron -Original Message- From: Irwan Ariston Napitupulu [SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Tuesday, 08 June, 1999 8:29 AM To: [EMAIL PROTECTED] Subject:Re: Jangan bersenang dulu Terus terang saya rada curiga nih. Koq ya hasil perhitungan dari DKI Jakarta yg notabene hasilnya bisa diantar ke KPU hanya dalam beberapa jam saja koq belum dihitung2 ya? Malahan hasil dari Aceh yg berada diujung udah dihitung. Ini khan aneh, ngapain juga hasil suara itu diendepin di kantor KPU? Emangnya tape, makin diendepin makin enak...:) Belum lagi gue denger2 ada dana bantuan internasional sebanyak 2 juta dolar untuk keperluan komputer agar bisa mempercepat hasil perhitungan. Dulunya sih bilang mau online, biar bisa didapat hasilnya dengan segera. Gue jadi curiga lagi nih, jangan2 terjadi mark up harga sehingga banyak yg bocor dari dana bantuan 2 juta dolar tersebut. http://www.kpu.go.id aja lambatnya minta ampun. Padahal untuk nyewa server yg cepet paling banter berapa sih. Atau beli aja sekalian servernya, khan ngga lebih dari 10 ribu dolar tuh. Ane makin curiga nih, jangan2 ada ape2nye Moga2 ngga deh, kalau ngga ya siap2 aja diamuk massa. jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu
Re: Perkiraan saya saja
Bukan orang PDIP, tapi pencoblos no. 11 PDIP. -Original Message- From: Herry D Toyo [SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Friday, 04 June, 1999 16:10 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject:Re: Perkiraan saya saja ini pasti orang pdi-p
Produk Unggulan ala Kwik Kian Gie
Saya sangat setuju dengan konsep "produk unggulan" Kwik Kian Gie. Ini pernah dikemukakannya di INDOSIAR. Soalnya sangat berkaitan dengan hasil pengkajian saya seputar Reformasi Sains Matematika Teknologi. Mungkin ada dari anda yang mempunyai ulasannya secara luas? Karena apa yang dikatakannya beberapa hari yang lalu itu hanya merupakan garis besarnya saja berhubung waktu yang tidak cukup. Terima kasih ! Salam, Nasrullah Idris
Re: Kejutan Besar
From: Irwan Ariston Napitupulu [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Date: Sunday, June 06, 1999 10:29 PM Subject: Re: Kejutan Besar Yang bisa membuat saya terkejut malah kalau bung Nasrullah berhenti membuat kejutan2:) Nasrullah Idris --- Benar lho ! Kejutan itu sudah saya bayangkan. Tetapi karena satu dan lain hal belum bisa saya katakan. Tetapi tetap berdasarkan data. Apa harus saya diamkan saja, sebagaimana beberapa kejutan besar yang sudah-sudah di Permias-Net ini? Lumayan kan dengan memberikan warning "kejutan besar" ketimbang nggak sama sekali. Tetapi adakalanya saya hanya menikmati "kejutan besar" sendirian saja. Salam, Nasrullah Idris
Selebaran Gelap
Taroklah dalam buku pelajaran Agama Kristen untuk SD tertulis kalimat : "YESUS KRISTUS DILAHIRKAN DI BERLIN PADA TAHUN 1900". Lalu PGI menghimbau kepada ummat Kristen, terutama yang masih duduk di bangku SD, untuk tidak mempercayai kalimat tersebut. Himbauan tersebut selain melalui media massa, juga selebaran. Kemudian salah seorang pemuda penganut agama Kristen memperbanyak selebaran tersebut untuk bisa dibagikan kepada ummat Kristen yang belum mengetahui akan himbauan tersebut. Apakah salah kalau dikatakan bahwa pemuda tersebut telah menyebarkan selebaran gelap ? Apakah salah bila PGI melakukan himbauan tersebut ? Salam, Nasrullah Idris
Re: Jangan bersenang dulu
In a message dated 6/7/99 9:42:48 PM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED] writes: Jangan curiga dulu deh Lae. Di tempat saya saja (persis di belakang rumah) baru kelar ngitung pkl 21:30. Bahkan ada yang pkl 23:00. Kita tunggu aja deh. Efron Wah gue kirain pada kelar jam 4-an. Khan TPSnya pada ditutup jam 2 tuh. Dari yg gue baca dan ikutin serta dengerin, khan wilayah Jakarta udah banyak juga yg kelar dihitung sore harinya, tapi koq belum dimulai juga ya perhitungan untuk Jakarta kemarin? Gue jadi inget pemilu2 yg lalu, biasanya malemnya udah bisa didapat hasil suara yg lumayan banyak. Ngga seperti kemarin ini yg baru berkisar 60-80 ribu doang. Satu hal lain lagi yg menarik gue perhatiin. Seingat gue, jamannya pemilu2 dulu tuh yg jumlah pemilihnya ngga terlalu beda jauh, ngga sampai membludak seperti sekarang ini sampai pada ngantri berjam2. Kira2 kenapa ya? Apa yg dulu ada ngga benernya (baca: kecurangan2) atau yg sekarang orang lebih lama di dalam kotak TPSnya karena partai yg tersedia banyak dan mereka takut salah nyoblos. Ada yg bisa ngelaporin pandangan mata pelaksanaan pemilu kemarin ngga? Rata2 berapa lama sih pemilih berada di dalam bilik TPS? Trus berapa lama rata2 satu lembar suara dihitungnya. Mungkin karena nyari lubang diantara deretan gambar2, jadi rada lama kali ya? jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu
Re: Jangan bersenang dulu
Yang jelas suasana TPS lain daripada dulu. Suasana sangat santai bahkan kadang kocak. Yang bikin lama karena macem-macem. Yang jelas para calon pemilih dan KPPS sangat berhati-hati, mulai dari pendaftaran ulang, memeriksa surat suara, memilih "jago"-nya (karena banyak), sampai memelotin hasil coblosan. Wajar saja lama karena memang calon pemilihnya mbludak. Kalo ada kabar di Jakarta sudah yang kelar...itu sih TPS-nya Pak Habibie. Efron -Original Message- From: Irwan Ariston Napitupulu [SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Tuesday, 08 June, 1999 8:54 AM To: [EMAIL PROTECTED] Subject:Re: Jangan bersenang dulu In a message dated 6/7/99 9:42:48 PM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED] writes: Jangan curiga dulu deh Lae. Di tempat saya saja (persis di belakang rumah) baru kelar ngitung pkl 21:30. Bahkan ada yang pkl 23:00. Kita tunggu aja deh. Efron Wah gue kirain pada kelar jam 4-an. Khan TPSnya pada ditutup jam 2 tuh. Dari yg gue baca dan ikutin serta dengerin, khan wilayah Jakarta udah banyak juga yg kelar dihitung sore harinya, tapi koq belum dimulai juga ya perhitungan untuk Jakarta kemarin? Gue jadi inget pemilu2 yg lalu, biasanya malemnya udah bisa didapat hasil suara yg lumayan banyak. Ngga seperti kemarin ini yg baru berkisar 60-80 ribu doang. Satu hal lain lagi yg menarik gue perhatiin. Seingat gue, jamannya pemilu2 dulu tuh yg jumlah pemilihnya ngga terlalu beda jauh, ngga sampai membludak seperti sekarang ini sampai pada ngantri berjam2. Kira2 kenapa ya? Apa yg dulu ada ngga benernya (baca: kecurangan2) atau yg sekarang orang lebih lama di dalam kotak TPSnya karena partai yg tersedia banyak dan mereka takut salah nyoblos. Ada yg bisa ngelaporin pandangan mata pelaksanaan pemilu kemarin ngga? Rata2 berapa lama sih pemilih berada di dalam bilik TPS? Trus berapa lama rata2 satu lembar suara dihitungnya. Mungkin karena nyari lubang diantara deretan gambar2, jadi rada lama kali ya? jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu
Re: Selebaran Gelap
Ah...Cak Nasrul kok nggak pas nyontohinnya. PGI dalam hal ini tak bakal menghimbau. Yang dilakukan adalah menarik buku itu dari peredaran. Efron -Original Message- From: Nasrullah Idris [SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Tuesday, 08 June, 1999 8:37 AM To: [EMAIL PROTECTED] Subject:Selebaran Gelap Taroklah dalam buku pelajaran Agama Kristen untuk SD tertulis kalimat : "YESUS KRISTUS DILAHIRKAN DI BERLIN PADA TAHUN 1900". Lalu PGI menghimbau kepada ummat Kristen, terutama yang masih duduk di bangku SD, untuk tidak mempercayai kalimat tersebut. Himbauan tersebut selain melalui media massa, juga selebaran. Kemudian salah seorang pemuda penganut agama Kristen memperbanyak selebaran tersebut untuk bisa dibagikan kepada ummat Kristen yang belum mengetahui akan himbauan tersebut. Apakah salah kalau dikatakan bahwa pemuda tersebut telah menyebarkan selebaran gelap ? Apakah salah bila PGI melakukan himbauan tersebut ? Salam, Nasrullah Idris
Re: Kriteria Pemilihan Caleg
Juga: - Aspiratif - Tidak pro status quo. Katagori status quo ini: 1. Tidak mendukung Amandemen UUD-45 2. Tidak Memberantas KKN (termasuk memasukkan caleg dari keluarganya yg. sebelumnya tidak dikenal capable). 3. Tidak/Sungkan Mengadili Soeharto 4. Tidak menolak dwi-fungsi TNI -- From: Andrew G. Pattiwael[SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Tuesday, June 08, 1999 12:40 AM Subject: Kriteria Pemilihan Caleg Program apa yang dia bawa untuk Rakyat, apa intention dia, baik atau buruk Apakah individual ini dapat dipercaya? Kalau memang dia yang dirasa cocok, yah pilihlah dia...kalau ngga ya ngga usah pilih buat apa mikir2 ras, agama, partai, background dia. hanya satu yang kita harus pikirkan.Apa yang bisa dia berikan pada rakyat.. Andrew Pattiwael application/ms-tnef
Re: Jangan bersenang dulu
Perjuangan Kita tidak hanya sampai disini buat Negara Kita tercinta. Salam KT On Tue, 8 Jun 1999, bRidWaN wrote: Iya Lae:) Cuma koq saya hampir yakin bahwa PDIP kali ini akan menang... Ini perhitungan jam 07.15.12 WIB : PDIP = 95.687 PKB= 57.492 Golkar = 30.899 PPP= 12.886 PAN= 11.162 Semoga Koalisi akan meraih MAYORITAS suara !! Salam, bRidWaN At 03:36 PM 6/7/99 EDT, Irwan Ariston Napitupulu wrote: Jangan bersenang dulu, hasil perhitungan suara masih jauh dari pemberian gambaran hasil akhir. Saya memang awalnya sempat lega juga mendengar PDIP menang diberbagai tempat, tapi setelah mengikuti laporan resmi yg ternyata totalnya masih sedikit, baru 55,006 dari lebih 100 juta suara yg diharapkan masuk. Sampai jam 1:15 WIB: PDIP 28,827 PKB 10,256 Golkar 9,043 PPP 4,716 PAN 2,164 Total=55,006 Karena masih sedikit karenanya sangat besar kemungkinan terjadi pergeseran2 kedudukan di atas. jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu
Re: Melihat Indonesia di Tangan Mega
PEACE "Mari Kita Perjuangkan Masa Depan INDONESIA" salam FRAREV SITORUS On Sat, 5 Jun 1999, A. Syamil wrote: Salam Permias, Saya sampaikan berita dari Surabaya Pos. Selamat menyimak. Jabat erat, Ahmad Syamil Toledo, OH * Melihat Indonesia di Tangan Mega PERCAYA atau tidak, banyak orang mulai bertanya begini: "Bagaimana ya nantinya Indonesia di tangan Mega?" Pertanyaan ini tidak saja muncul dari luar kandang PDI Perjuangan (PDI-P), tapi juga dari para pejuang banteng sendiri. Mengapa? Tentu saja karena Mega adalah kandidat presiden yang paling diperhitungkan saat ini, dibanding Wiranto, Amien Rais, atau Gus Dur sekalipun. Satu lagi --ini yang mengkhawatirkan--, lantaran konflik internal yang dahsyat sekaligus ultrapelik di tubuh banteng bermulut putih itu disinyalir juga bakal berimbas pada keutuhan bangsa ini. Itu sebabnya, nasib Indonesia dan PDI-P sendiri bakal juga ditentukan performance pribadi serta politik Mega. Apa maksudnya? DALAM sebuah percakapan di kafe hotel berbintang, seorang pengurus teras PDI-P sempat berkeluh kesah kepada Surabaya Post. Kata salah satu tokoh penting PDI-P ini, Mega sekarang sudah berubah, tak seperti dulu lagi. Putri Bung Karno ini mengambil jarak dengan banyak orang, bahkan yang dulu mendukungnya mati-matian dengan risiko darah bahkan nyawa. "Saya dulu bebas masuk ke ruangan Mbak Mega. Ya makan bersama, ngomong-ngomong enak. Jadi enak saja kalau mau ketemu Mbak Mega. Tapi sekarang? Ibaratnya, makan semeja saja sudah nggak bisa," ujarnya mengudar keluh. Keluhan serupa juga datang dari seorang kader PDI-P Surabaya, yang dua pekan lalu berangkat ke Jakarta hendak menjumpai pemimpin besarnya. Tapi apa mau dikata, di sekitar Mega ternyata berdiri pagar protokoler nan kukuh-ketat. "Begitu nyampai di kantor, saya dicegat orang DPP. Saya tidak diizinkan bertemu Ibu Mega. Katanya, pesan cukup disampaikan lewat dia...," ujarnya. Walhasil, sang kader musti menelan kecewa. Dia harus balik ke Surabaya tanpa sempat sedetik pun bertemu Mega. "Kok begitu ya? Perasaan, Ibu Mega dulu ndak begitu?" katanya lagi dengan nada tanya. Ada apa memangnya dengan Mega? Sebetulnya ini sudah rahasia umum dan terbeber jelas di media massa: bahwa kandang banteng perjuangan itu tengah gelisah oleh konflik internal. Sudah banyak terdengar bagaimana Mega dikepung beragam kubu yang diciptakan para pengikutnya. Sudah menjadi cerita lama pula bagaimana sang suami, Taufik Kiemas, amat ketat mengawal segenap kebijakan Mega. Begitu pula pertarungan klik Taufik dengan kelompok Haryanto Taslam, Soetardjo Soerjogoeritno, dan kelompok ITB (Laksamana Sukardi dan kawan-kawan). Belum lagi "pertarungan tradisional" unsur PNI dan Parkindo akibat tak tuntasnya fusi. Dan belakangan, seiring keputusan Mega mengibarkan PDI-P sebagai partai terbuka dan kebutuhan partai akan SDM yang siap pakai, datanglah rombongan pensiunan tentara dan bekas Golkar. Kedatangan para mantan pendukung gigih Orde Baru itu membuat kandang PDI-P kian pengap. Apalagi, kafilah terakhir ini --yang dimotori Mayjen Purn Theo Sjafei, Brigjen Purn Sembiring Meliala, Jakob Tobing, dan Prof Dimyati Hartono-- dinilai sukses mempengaruhi Mega, sampai-sampai geng Taufik sendiri nyap-nyap. Kubu-kubu itu saling berebut pengaruh ke Mega. Dan repotnya, seperti diungkapkan pakar politik dari UI, Eep Syaefulloh Fatah, Mega bukanlah manajer konflik yang baik. Maka, jadilah Mega terpencil kesepian di tengah pusaran konflik para pengikutnya. "Akibatnya ya itu, Mbak Mega jadi menjaga jarak dengan semua pihak. Sekarang ini, yang diajak omong Ibu Mega cuma Kwik Kian Gie, karena dia dinilai paling netral dan jernih. Nggak punya ambisi apa pun, kepingin jadi menteri saja tidak, apalagi cuma caleg," kata kader PDI-P yang tak mau disebut namanya. Ini diperparah oleh gaya masing-masing kubu yang di mana-mana mengklaim paling dekat dengan Mega. "Mereka memagari Ibu Mega sedemikian ketat, sehingga kami-kami ini nggak bisa lagi leluasa bertemu beliau," ujar kader itu lagi. Pertarungan Intern Yang jadi persoalan, menjelang proses pemilu --terutama masa penyusunan caleg-- pertempuran itu menjadi kian sengit dan cenderung susah dikontrol. Masing-masing kubu, melalui kaki tangannya di daerah-daerah, saling melakukan gerilya dalam penentuan caleg. Tak heran kalau kemudian meruyak banyak protes dari daerah. Sebabnya macam-macam, tapi menjurus ke satu arah: distribusi kue kekuasaan yang tak merata dan cenderung meninggalkan kader-kader lama yang telah berjuang sekian tahun di sisi Mega. Dalam penyusunan caleg misalnya.
Re: FW : [imaam] Dari Buku Tamu ICMI Web (1)
PEACE Saya bukanlah seorang umat KRISTEN yang taat, tetapi posting itu membuat Saya semakin bodoh jika ayat ALKITAB itu dipakai untuk politik pragtis yang salah. Mengapa Saya mengatakan untuk menjelajah terus pengetahuan Supaya yang menulis dan Saya tidak terus saja membenarkan yang salah, walaupun Saya dan si penulis tau bahwasanya salah. Mungkin jawaban Saya ini kurang berarti, tetapi Saya tidak akan mengulangi sikap Saya yang masih membenarkan prinsip Saya daripada prinsip orang lain. "INDONESIA KITA TERCINTA" :-))) Jabat erat FRAREV SITORUS On Sat, 5 Jun 1999, FNU Brawijaya wrote: Hehehe. lalu saran anda yg berkenaan dengan isu yg dibawa apa sih? Ini kalo ane bole tahu. Mangsude supaya orang terus meng-explore pengetahuan gitu? Mengapa pula anda bisa menarik kesimpulan bahwa si penulis hanya mengetahui kitab-nya secara sepenggal-penggal? Dengan menyatakan seperti itu, anda telah meng-imply bahwa pengetahuan anda lebih baik (sedikit atau banyak) dari si penulis posting tsb. Bila memang begitu, apa pendapat anda? - Al Quran memang memuatnya? - Bible memang memuatnya? - Apakah Al Quran menjelaskan tentang kepemimpinan di ayat-ayat yg lain? - Apakah Bible menjelaskan tentang kepemimpinan di ayat-ayat yg lain? - Apakah dapat ditarik kesimpulan bahwa Al Quran melarang wanita menjadi pemimpin? - Apakah dapat ditarik kesimpulan bahwa Bible melarang wanita menjadi pemimpin? - Ataukah keduanya atau salah satu dari kitab memberikan PRIORITAS kepada pria menjadi pemimpin? - Bila memang demikian, lalu apa suggestion anda? Meninggalkan kedua kitab tsb? - Bila memang demikian, apakah anda suggest agar ilmu pengetahuan overrule kitab? - Ilmu pengetahuan yg mana yg pas untuk mempelajarinya? - Berapa tahun batas minimum mempelajari kitab suci agar dapat dianggap mampu memahaminya, dan dianggap tidak menerapkan budaya instant? - Mengapa pula dapat ditarik kesimpulan bahwa budaya instant adalah produk rejim sebelumnya? Lalu rejim yg mana? ORLA atau ORBA? Atau warisan Jepang atau Belanda? Atau memang ini budaya asli kita? Atau bahkan sebetulnya ini bukan budaya kita? Bukankah cara deduksi anda ini yang justru merupakan buaya, eh, pencerminan budaya instant? Mungkin dengan menjawab pertanyaan ini kita akan paham dengan issue yg dibawa oleh si empunya original posting. Ane sendiri udeh bosen beropini, pengen lihat opini orang aja ah ' Frarev Sitorus wrote: Dari posting ini, saya tidak tau dari mana asalnya, Saya menjadi ingat akan definisi sikap Proaktif oleh STEPHEN R. COVEY, bahwa sikap yang proaktif yaitu sikap yang dapat menciptakan alternatif solusi dan memilihnya kemudian. Sikap yang reaktif merupakan sikap manusia yang tidak efektif menurut dia. Dimana solusi yang diberikan ditentukan oleh situasi lingkungan di luarnya atau dari luar ke dalam. Jadi, kalau dibilang orang " Kamu orang yang tidak bebas" ( cermin sosial ) maka orang yang reaktif pun menerima pendapat itu sehingga membuat dia tidak melebihi dari sifat binatang, bukan sifat manusia yang dianugerahi oleh SANG PENCIPTA. Kelebihan manusia dari binatang adalah kemampuan manusia untuk memandang atau "melihat" diri dia sendiri, sebelum melihat diri orang lain. Manusia yang proaktif adalah manusia yang mempunyai visi pribadi yang bermula dari dalam ke luar, bukan dari luar ke dalam. Untuk itu, Saya memberi saran kepada yang mengirim posting itu untuk terus menjelajah pengetahuan yang telah disediakan oleh TUHAN. Apakah manusia yang tertindas karena dia sudah ditakdirkan tertindas? Tidak, karena manusia itu sendiri yang memberikan kepada manusia lain untuk menindas dia. Sama halnya, dengan membandingkan kitab suci yang berbeda dan menghubungkannya dengan dunia realita bukanlah dengan waktu yang singkat, bahkan bertahun -tahun. Apalagi memahami kedua kitab hanya dengan sepenggal - sepenggal. Budaya ini adalah bukan kesalahan siapa - siapa , melainkan kesalahan terdahulu yang menaburkan budaya "INSTAN". "Berikanlah yang terbaik untuk NEGARA INDONESIA" :-) Jabat erat FRAREV SITORUS On Thu, 3 Jun 1999, Nasrullah Idris wrote: No 59 Tanggal 15-Apr-99 Nama Paulus Hendriyanto E-mail [EMAIL PROTECTED] Alamat Keuskupan Semarang BIBEL QUR'AN TTG KEPEMIMPINAN WANITA. Sebagai seorang Nasrani yang taat, sejak lama saya mendengar kalangan ummat Islam tidak bisa menerima pemimpin mereka bila berasal dari kaum wanita. Dasar mereka (kalangan Islam) adalah Al-Qur'an, yaitu Surat An-Nisaa ayat 34, yang berbunyi :" Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain(wanita)". Tampaknya hal inilah yang menyebabkan Gus Dur mengatakan belum lama ini seperti pernah dikutip Asia Week, bahwa sulit bagi Megawati untuk
Re: Hasil Sementara Pemilu
At 06:03 AM 6/8/99 +0700, Bung Ronnie wrote: --dihapus-- Dapat dilihat di bawah ini Nampaknya PDI Megawati dan PKB Gusdur untuk sementara Leading cukup jauh = diikuti oleh Golkar, PPP, PAN, PBB, PKP dan PK. Salam, Ronnie --dihapus-- Hmmm, delapan besar sudah seperti itu ya. Sampai dengan saat ini jika semua Partai Golkar dan bekas koalisinya (MKGR, MURBA dll) bergabung lagi atau semua partai Islam berkoalisi lagi (seperti eks PPP di jaman Orba), maka PDIP akan merosot. Sedangkan PDIP dengan partai banteng tertentu belum bisa mesra. Ada kecenderungan semua partai yang ada akan berkoalisi sesuai azas dan filsafat masing2 yang mirip (akan terjadi seperti eks Golkar, PPP dan PDI lagi). Kang Acu tolong matematikanya dimainkan supaya kita tahu berapa total suara dari ketiga koalisi besar ini. Lebih baik bersimulasi daripada menebak-nebak. Ada yang optimis terhadap koalisi partai Islam. Adakah analisis dan ramalan lainnya? Anyone? wassalam, =wien
Re: Sekali lagi OPOSISI
Bung Jaya, untuk membangun bangsa Kita yang akan datang bukan saja salah satu partai tetapi di tangan seluruh rakyat yang berbeda- beda. Perjuangan Kita belum selesai. Apakah PDI-P membawa Indonesia yang lebih baik? Jabat erat FRAREV SITORUS On Mon, 7 Jun 1999, FNU Brawijaya wrote: Hasil sementara menunjukkan PDI-P memenangkan jumlah perolehan suara. Skenario koalisi yang selama ini kita bayangkan rupanya tidak perlu terjadi. Bila sampai akhir perhitungan ternyata koalisi tidak perlu dibentukpun saya malah gembira, artinya tidak perlu terdapat potensi gontok-gontokan internal. Bikin pembangunan tersendat-sendat mulu Siapapun pemenangnya, saya rasa tidak perlu bersedih, wong memang mau berdemokrasi ya begini ini. AR menyampaikan bahwa bila PAN menang, maka ia akan melibatkan unsur dari partai lain. Kelihatannya bagus ya cuman saya melihat ada drawback yg cukup serius. Ini dapat jadi potensi bahwa tokoh-tokoh yang dari partai lain akan terbebani rasa terima kasih, sehingga oposisi tidak terbentuk. Mungkin AR perlu memikirkan hal ini lagi. Demikian pula bila PDI-P yang menang, saya kira partai lain tidak perlu dilibatkan dalam kabinet. Sebaliknya partai lain dapat menjadi partai oposisi. Dengan demikian jalannya kekuasaan dapat terkontrol. Saya malah merasa aneh bila sudah menang absolut kok pake koalisi segala. Juga mengapa mesti ambil tokoh dari partai lain. Kan ini dapat diartikan sebagai kekurangan resource partai yang bermutu? Atau dapat pula diartikan sebagai usaha melanggengkan kekuasaan kan? Wah, ane sedih ini jagoan ane kalah...payeh Untuk sementara, selamat untuk PDI-P. Sementara lho -- Salam, Jaya -- I disapprove of what you say, but I will defend to death your right to say it. - Voltaire \\\|/// \\ - - // ( @ @ ) oOOo-(_)-oOOo--- FNU Brawijaya Dept of Civil Engineering Rensselaer Polytechnic Institute mailto:[EMAIL PROTECTED] Oooo oooO ( ) ( ) ) / \ ( (_/ \_)
Hore lagi.....
Horetanggal 26 Juni libur lagi Saya lagi nyiapin Pidato Kemenangan Dalam Pemilu nichKira - kira gimana ya bunyi nyaada yang bisa bantu bikinnya ?Atau, kira - kira begini .Saudara - saudara sekalian...Kita adalah pemenang dalam Pemilu ini.(hemapalagi ya ...) .:-)Hadeer
Hasil Sementara
He...heee Saya heran koq teknologi informasi kita lebih bagus accessnya dari bagian timur daripada dari pusat sendiri, saya juga dapat konfirmasi bahwa lima wilayah DKI Jakarta belum melaporkan hasil perolehan suaranya ke KPU. === From: Darojat FC. Sent: Tuesday, June 08, 1999 10:53 AM Subject: Hasil Pemilu PDIP semakin melejit, tetapi menurut info rekan di KPU, suara yang sudah masuk baru dari kawasan Indonesia Timur (Bali, Tim-Tim, Irian Jaya, Maluku). Dari Riau sendiri belum masuk alias masih kosong. Berikut ini hasil 10 besar sampai jam 09:45. Hasil Sementara Penghitungan Suara Pemilu 1999 Untuk DPR Pusat (update: 8 Juni 1999, 09:45 WIB) 1.PDI Perjuangan 123523 2.Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) 79647 3.Partai Golkar 39685 4.Partai Persatuan Pembanguan (PPP) 18222 5.Partai Amanat Nasional (PAN)14931 6.Partai Bulan Bintang (PBB) 3443 7.Partai Keadilan dan Persatuan (PKP) 1825 8.Partai Keadilan 1401 9.Partai Nasional Indonesia Front Marhaenis (PNI Front Marhaenis) 1192 10.Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII) 1158 Sumber: Komisi Pemilihan Umum
Penghitungan Lambat, Harus Disyukuri... ;-)
;-) 1. Penghitungan pemilu saat ini terasa lambat (banget). Banyak orang mengeluh, namun ini sebenarnya merupakan hal yg patut disyukuri. 2. Bersyukurnya, pertama, karena banyak orang menjadi penasaran (haus informasi). Dan ini 'sumber' bagi usaha-usaha informasi (spt. Indosat, Telkom, TV-TV, operator ponsel, etc). 3. Bersyukurnya kedua, karena (mungkin) ini lebih cocok utk rakyat Indonesia. (Dibandingkan tentunya dg pemilu-pemilu sebelumnya yg penghitungannya cuepet luar biasa... Setahun sebelum pemilu dimulai, pemenangnya udah ketahuan ;-). Lebih dari kecepatan cahaya... Yw.
Re: [Re: Melihat Indonesia di Tangan Mega]
Saya turut berduka dengan kondisi Indonesia, setelah membaca berita di bawah ini. Ini jelas-jelas bukti yang menunjukkan bahwa sebagian besar rakyat Indonesia masih buta akan politik, mereka belum bisa membaca apa yang terjadi sebenarnya. Saa menyadari rakyat kita masih banyak yang berpendidikan rendah sehingga belum mampu berpikir panjang kecuali lebih banyak terpengaruh oleh nama besar seseorang. Saya tidak berani menyalahkan rakyat kalau sampai kondisi tidak berubah atatu memburuk dalam 5 tahun ini, tetapi Mega dan pengikutnya lah yang patut diseret kepengadilan (kalau ada pengadilan politik he..he..) karena mereka memberikan harapan yang palsu. Saya kira kegigihan Mega untuk menjadi Presiden tidak berlandaskan keinginginannya untuk kemakmuran banga atau untuk demokrasi, akan tetapi untuk membalas dendam suharto atas perlakuan yang diterima oleh bapaknya Sukarno. Kebetulan Suharto bertindak negatif terhadap bangsa Indonesia maka Mega mendapat angin. Semoga rakyat segera terbuka matanya dan dapat melihat sosok apa yang sebenarnya bersembunyi dibalik kesahajaan (menurut orang PDIP) saha maha besar Mega. Saya tidak pernah bisa membayangkan apa jadinya Mega jika Mega bukan anak Sukarno, mungkinkah dia dengan kemampuannya sekarang ini menjadi pemimpin bangsa??? Mungkin saja bagi negara yang semua rakyatnya buta dan dia sendiri yang melek..hmitu bisa jadi oppss sorry mbak Mega, kritikku keterlaluan, habis anda juga keterlaluan sih. Kalau Mega jadi presiden gue kena cekal nggak ya Salam hangat Yuni On Sat, 5 Jun 1999, A. Syamil wrote: Salam Permias, Saya sampaikan berita dari Surabaya Pos. Selamat menyimak. Jabat erat, Ahmad Syamil Toledo, OH * Melihat Indonesia di Tangan Mega PERCAYA atau tidak, banyak orang mulai bertanya begini: "Bagaimana ya nantinya Indonesia di tangan Mega?" Pertanyaan ini tidak saja muncul dari luar kandang PDI Perjuangan (PDI-P), tapi juga dari para pejuang banteng sendiri. Mengapa? Tentu saja karena Mega adalah kandidat presiden yang paling diperhitungkan saat ini, dibanding Wiranto, Amien Rais, atau Gus Dur sekalipun. Satu lagi --ini yang mengkhawatirkan--, lantaran konflik internal yang dahsyat sekaligus ultrapelik di tubuh banteng bermulut putih itu disinyalir juga bakal berimbas pada keutuhan bangsa ini. Itu sebabnya, nasib Indonesia dan PDI-P sendiri bakal juga ditentukan performance pribadi serta politik Mega. Apa maksudnya? DALAM sebuah percakapan di kafe hotel berbintang, seorang pengurus teras PDI-P sempat berkeluh kesah kepada Surabaya Post. Kata salah satu tokoh penting PDI-P ini, Mega sekarang sudah berubah, tak seperti dulu lagi. Putri Bung Karno ini mengambil jarak dengan banyak orang, bahkan yang dulu mendukungnya mati-matian dengan risiko darah bahkan nyawa. "Saya dulu bebas masuk ke ruangan Mbak Mega. Ya makan bersama, ngomong-ngomong enak. Jadi enak saja kalau mau ketemu Mbak Mega. Tapi sekarang? Ibaratnya, makan semeja saja sudah nggak bisa," ujarnya mengudar keluh. Keluhan serupa juga datang dari seorang kader PDI-P Surabaya, yang dua pekan lalu berangkat ke Jakarta hendak menjumpai pemimpin besarnya. Tapi apa mau dikata, di sekitar Mega ternyata berdiri pagar protokoler nan kukuh-ketat. "Begitu nyampai di kantor, saya dicegat orang DPP. Saya tidak diizinkan bertemu Ibu Mega. Katanya, pesan cukup disampaikan lewat dia...," ujarnya. Walhasil, sang kader musti menelan kecewa. Dia harus balik ke Surabaya tanpa sempat sedetik pun bertemu Mega. "Kok begitu ya? Perasaan, Ibu Mega dulu ndak begitu?" katanya lagi dengan nada tanya. Ada apa memangnya dengan Mega? Sebetulnya ini sudah rahasia umum dan terbeber jelas di media massa: bahwa kandang banteng perjuangan itu tengah gelisah oleh konflik internal. Sudah banyak terdengar bagaimana Mega dikepung beragam kubu yang diciptakan para pengikutnya. Sudah menjadi cerita lama pula bagaimana sang suami, Taufik Kiemas, amat ketat mengawal segenap kebijakan Mega. Begitu pula pertarungan klik Taufik dengan kelompok Haryanto Taslam, Soetardjo Soerjogoeritno, dan kelompok ITB (Laksamana Sukardi dan kawan-kawan). Belum lagi "pertarungan tradisional" unsur PNI dan Parkindo akibat tak tuntasnya fusi. Dan belakangan, seiring keputusan Mega mengibarkan PDI-P sebagai partai terbuka dan kebutuhan partai akan SDM yang siap pakai, datanglah rombongan pensiunan tentara dan bekas Golkar. Kedatangan para mantan pendukung gigih Orde Baru itu membuat kandang PDI-P kian pengap. Apalagi, kafilah terakhir ini --yang dimotori Mayjen Purn Theo Sjafei, Brigjen Purn Sembiring Meliala, Jakob Tobing, dan Prof Dimyati Hartono-- dinilai sukses mempengaruhi Mega, sampai-sampai