Iya mas Arif.
Kalau uang emas, tanpa dijaga pun nilainya di seluruh dunia relatif sama. Saat 
ini sekitar Rp 300 ribu/gram. Meski ada turun/naik tidak akan drastis. Selalu 
kembali ke titik kesetimbangan. Harusnya mas Bango bisa mempelajari kestabilan 
nilai dinar emas dari Buku Sahih Bukhari yang menceritakan 1.400 tahun lalu 
harga seekor kambing hanya 1 dinar (4,25 gram emas 22 karat), eh sekarang 
ternyata harganya sama sekitar 1 dinar juga.

Ada pun uang kertas yang bahan+ongkos cetaknya cuma Rp 10/lembar dan kemudian 
dihargai Rp 10 ribu, RP 100 ribu, dsb memang sulit dijaga stabilitasnya. Itu 
terserah pelaku pasar. Andai pun uang Rp 100 ribu jatuh nilainya jadi Rp 1.000 
(ingat saneriing dulu?) itu tetap untung karena masih jauh di atas nilai 
rielnya yang cuma Rp 10.

Relakah gaji/penghasilan kita dinilai dengan uang kertas yang sebenarnya 
nilainya cuma Rp 10 dan terus digerus inflasi sepanjang tahun? Seandainya bisa 
memilih, saya lebih senang gaji 10 dinar ketimbang Rp 20 juta/bulan.

Para buruh pun sebetulnya lebih enak punya UMR 1 dinar (Rp 1,6 juta) ketimbang 
Rp 1,8 juta yang dalam waktu 2-3 tahun nilainya jatuh jadi cuma Rp 1,4 juta.


===

Paket Umrah 2009 Mulai US$ 1.1490

ONH Plus (Haji Khusus) Mulai US$ 5.900

Informasi selengkapnya ada di:

http://www.media-islam.or.id

Ingin belajar Islam?

Kirim email ke: syiar-islam-subscr...@yahoogroups.com

--- Pada Sen, 2/3/09, Arif Muljadi <mari...@yahoo.com> menulis:

Dari: Arif Muljadi <mari...@yahoo.com>
Topik: [ekonomi-nasional] Re: Uang yang beredar
Kepada: ekonomi-nasional@yahoogroups.com
Tanggal: Senin, 2 Maret, 2009, 9:15 PM











    
            O ya, memang di dunia ini, tidak ada sesuatu yang begitu manjur

sempurna. Yang sempurna gitu 'kan adanya cuma di surga. Lha, kita ini

masih hidup di dunia. Sistem uang emas pun tidak manjur sempurna,

tidak bisa menyelesaikan semua masalah. Buat apa emas berton-ton kalau

tidak ada makanan? Sederhananya begitu. Yang paling penting adalah

produksi itu sendiri, baik itu produksi makanan, pakaian, gedung,

mobil, komputer, dsb. Kalau perlu, negara mengatur produksi semua

kebutuhan rakyat tanpa menggunakan uang sepeserpun. Milyaran hektar

lahan diolah untuk pertanian, ribuan pabrik didirikan untuk

memproduksi barang2, pendidikan gratis, pelayanan gratis, perumahan

gratis, dst. Tapi, semua orang harus bekerja, apakah itu di lahan, di

pabrik, di sekolah, di rumah sakit, di bidang konstruksi rumah, jalan,

dsb., dst. dan digaji NATURA. Gaji natura ini ya beras dari lahan itu,

minyak goreng dari lahan kebun kelapa itu, pendidikan gratis itu,

pelayanan kesehatan gratis itu. Ya udah, makmur 'kan? Tanpa perlu uang

sepeserpun! Syaratnya sederhana saja, yakni segenap rakyat "kompak"

gitu, bekerja sama, bergotong royong, saling berbaik sesamanya, nggak

saling gontok, nggak saling sikut, nggak saling sikat, nggak saling

sabet! Semuanya memang kembali ke orang2nya, sikap orang2nya, watak

orang2nya.



Balik... bahkan, sistem uang emas memiliki beberapa kelemahan. Tapi,

overall, saya pikir sistem uang emas masih lebih baik dengan uang

kertas. Mungkin, dengan kondisi tertentu yang dijaga dengan prima atau

didukung dengan sistem2 lain, uang kertas oke-oke saja. 

Sejatinya, uang kertas bukanlah "tanda kekayaan", tapi lebih tepat

sebagai pencatat hutang. Ini udah filosofis, mungkin. Kalau seseorang

memegang uang kertas bercetak angka 100R, itu sebenarnya berarti ada

orang/pihak lain yang berhutang kepadanya barang atau jasa yang

disepakati bernilai 100R. Kalau barang atau jasa ini tidak ada, ya

uang ini "kopong". Satu lagi, dengan uang kertas, rasanya mudah sekali

orang menaikkan harga untuk barang yang sama. Karena sudah dari

awalnya uang kertas adalah sesuatu yang diberi nilai "seenaknya", jadi

para penggunanya juga memakai "sekenanya", i.e. mematok harga

seenaknya, yakni inflasi.



-Arif-



--- In ekonomi-nasional@ yahoogroups. com, "Arif Muljadi" <mari...@... >

wrote:

>

> Secara "administratif" memang bisa tercatat ada uang beredar 10R,

> walau "hakiki"nya, cuma ada 1R saja. Dan, sejatinya, TIDAK ada uang

> yang beredar, lha semua uangnya ngendon di brankas bank2. 

> 

> "Lingkaran" itu semakin memusingkan kalau pengusaha B, balik

> menabungkan uang yang 810 itu ke bank X, lalu bank X meminjamkan 90%

> dari ini ke A, yang lalu menabungkannya ke bank Y lagi, dst. Di sini

> sepertinya bank X punya banyak uang, tapi sebenarnya uang yang itu2

> juga. Ini 'kan hanya kelemahan metode "pencatatan" /pen-track- an.

> Seharusnya ada metode yang benar2 mencatat uang beredar yang

> sesungguhnya. Sebenarnya 'kan, kalau semua kredit dan debit di atas

> dijumlahkan, ya hasilnya 1000 itu, karena sejatinya uang yang ada ya

> 1000 itu.

> 

> Jadi?

> 

> -Arif-

> 

> 

> --- In ekonomi-nasional@ yahoogroups. com, Bango Samparan

> <bsamparan@> wrote:

> >

> > Mas, dari yang 1000 itu, melalui proses perbankan - menabung dan

> kredit - akan tercipta - bila diidealkan - JUB sebanyak 10.000; 1000

> uang inti dan 9000 uang giral.

> > 

> > Dalam praktek memang tidak akan mencapai 10.000, setengahnya aja

> mungkin tidak, ya tergantung multiplier uang intinya.

> > 

> > Jadi, jangan dikira kalau otoritas moneter mencetak uang 1000 dinar,

> jub-nya hanya 1000 dinar. Nah disinilah kemudian persoalan memanage

> JUB yang tepat itu tetap tetap muncul meskipun standar moneter yang

> dipakai adalah standar emas.

> > 

> > Masalah inflasi dan unemployment sangat tergantung pada managemen

> JUB tersebut. Dengan demikian, standar emas, tidak terus menyelesaikan

> semua persoalan secara instant.

> > 

> > Salam hangat

> > B. Samparan

> > 

> > 

> > --- On Tue, 3/3/09, Arif Muljadi <marifok@> wrote:

> > 

> > > From: Arif Muljadi <marifok@>

> > > Subject: [ekonomi-nasional] Re: Uang yang beredar

> > > To: ekonomi-nasional@ yahoogroups. com

> > > Date: Tuesday, March 3, 2009, 9:53 AM

> > > Saya tidak paham ujung dari skenario ini. 

> > > 

> > > Kalau "lingkaran kredit ke pengusaha dan pengusaha

> > > balik menabungkan"

> > > ini diteruskan, maka tidak ada uang beredar. Lalu? 

> > > 

> > > Sementara itu di lain pihak, apa mungkin terjadi lingkaran

> > > seperti

> > > itu? Bukankah biasanya bank tahu ke mana uang pinjaman akan

> > > digunakan?. Kalau bank X tahu pengusaha A cuma bermaksud

> > > menyimpan

> > > semua 900 dinar itu ke sebuah bank lain, apakah bank X akan

> > > memberi

> > > kredit itu?

> > > 

> > > Atau, misal pengusaha A terkait pembagian hasil dengan bank

> > > X 50:50.

> > > Kalau lingakran itu terjadi, tentu pada akhirnya

> > > "usaha" pengusaha A

> > > tidak akan menghasilkan apa2. Tentu saja bank X akan

> > > menghentikan

> > > kredit kepada A. Lalu?

> > > 

> > > Wah, gimana ini mas Bango. 

> > > 

> > > 

> > > 

> > > --- In ekonomi-nasional@ yahoogroups. com, Bango Samparan

> > > <bsamparan@> wrote:

> > > >

> > > > Otoritas moneter membuat uang dinar 1000. Oleh

> > > pemerintah dipakai

> > > untuk membayar gaji PNS.

> > > > 

> > > > Sama PNS ditabung semuanya ke bank X. Sama bank X

> > > ditahan 100

> > > sebagai cadangan, dikreditkan 900 ke pengusaha A. Setelah

> > > terima 900,

> > > oleh pengusaha A dimasukkan ke bank Y. Oleh bank Y ditahan

> > > 90 sebagai

> > > cadangan, 810 dikreditkan ke pengusaha B. dst

> > > > 

> > > > Berapa jumlah uang beredar yang akan terjadi? Kalau

> > > mas Arif bisa

> > > melogika hal ini, baru mas Arif tahu apa itu yang

> > > dimaksudkan dengan

> > > JUB, dan permasalahan ketidakseimbangan yang mungkin muncul

> > > antara

> > > pasar uang dan pasar riil. 

> > > > 

> > > > Contoh di atas memang disederhanakan mas. Selamat

> > > mencerna:-)

> > > > 

> > > > Salam hangat

> > > > B. Samparan

> > > > 

> > > > 

> > > > --- On Mon, 3/2/09, Arif Muljadi <marifok@>

> > > wrote:

> > > > 

> > > > > From: Arif Muljadi <marifok@>

> > > > > Subject: [ekonomi-nasional] Re: Uang yang beredar

> > > > > To: ekonomi-nasional@ yahoogroups. com

> > > > > Date: Monday, March 2, 2009, 10:13 PM

> > > > > Kalau yang dipakai atau yang beredar adalah uang

> > > emas (atau

> > > > > uang penuh

> > > > > lainnya), ... justru agak susah saya

> > > bayangkan/pikirkan,

> > > > > mengapa

> > > > > sampai perlu mengurangi peredaran uang... Gimana

> > > yaa...

> > > > > apakah orang

> > > > > mau menukar (sementara) uang emasnya dengan

> > > sekian lembar

> > > > > kertas

> > > > > bernama SBI? Ya, mau aja mungkin, karena itu

> > > nggak beda

> > > > > dari menabung.

> > > > > Kalau negara/pemerintah menjual SBI seperti ini

> > > (yakni

> > > > > dibeli dengan

> > > > > uang emas), dari mana dana untuk membayar

> > > bunganya? Intuisi

> > > > > saya

> > > > > mengatakan, agak aneh kalau negara/pemerintah

> > > (yang

> > > > > sebenarnya, yang

> > > > > kena akhirnya ya rakyat juga), kalau harus

> > > membayar bunga

> > > > > untuk uang

> > > > > emas yang ditarik dari peredaran demi mengurangi

> > > inflasi.

> > > > > Lha, uang

> > > > > emas 'kan uang yang riil, bukan cuma uang

> > > > > "percaya" saja (yakni uang

> > > > > kertas). Dan untuk uang emas, tidak ada yang

> > > namanya

> > > > > devaluasi, 'kan?

> > > > > Mau devaluasi gimana? Karena, 5gr emas di

> > > Indonesia,

> > > > > beratnya juga 5gr

> > > > > di Amerika. Walau, bisa saja, sekeping uang emas

> > > seberat X

> > > > > gram yang

> > > > > dicetak oleh sebuah perusahaan logam Amerika

> > > dihargai 1000

> > > > > kg beras

> > > > > jenis tertentu, sedang sekeping uang emas seberat

> > > X gram

> > > > > juga yang

> > > > > dicetak oleh sebuah perusahaan logam di Indonesia

> > > > > "cuma" dihargai

> > > > > 999.5 kg beras yang sama.

> > > > > 

> > > > > Saya pikir bisa saja, uang emas ditabung di bank.

> > > Kalau

> > > > > menurut sistem

> > > > > Islam, uang tabungan ini bisa dikreditkan untuk

> > > dijadikan

> > > > > modal usaha

> > > > > dengan sistem bagi hasil. Yang dibagikan is real

> > > there,

> > > > > memang ada

> > > > > gitu, karena memang hasil usaha. Setelah uang

> > > emas

> > > > > keuntungan hasil

> > > > > usaha diterima oleh penerima kredit, lalu

> > > dibagi2. 

> > > > > 

> > > > > -Arif-

> > > > >

> > > >

> >

>




 

      

    
    
        
         
        
        








        


        
        


      Pamer gaya dengan skin baru yang keren. Coba Yahoo! Messenger 9.0 baru 
sekarang! http://id.messenger.yahoo.com

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke